Pencarian

Pukulan Naga Sakti 25

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 25


erja dengan bersungguh hati. Ditambah pula dia
memang pandai menarik kepercayaan Hian im Tee kun,
akhirnya selain memperoleh kepercayaan, bahkan tenaga
dalamnya yang punah berhasil diperoleh kembali. Bukan cuma
1436 begitu, diapun banyak memperoleh pelajaran ilmu silat dari
bekas lawannya ini.
Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi, selain Hian im
Tee kun kehilangan separuh tangannya, baik bagian luar
maupun isi perutnya telah peroleh luka yang cukup parah. Hian
im Tee kun sadar kalau Thi Eng khi bukan seorang musuh
yang mudah dihadapi, maka diapun meminta kepada Huan im
sia ang Ui Sam ciat untuk menyaru sebagai dirinya dan
menduduki istana Ban seng kiong, sementara pelbagai tugas
dan kewajiban diserahkan kepada Hian im ji li. Hian im Tee
kun sendiri menyembunyikan diri di suatu tempat yang rahasia
dan terpencil untuk mempelajari beberapa macam kepandaian
yang lebih hebat sebagai persiapan untuk menghadapi Thi Eng
khi. Sekarang sudah semua orang tahu bahwa Hian im Tee kun
gadungan hasil penyaruan dari Huan im sin ang otomatis
pikiran semua orangpun dialihkan ke masalah Hian im Tee kun
yang asli, maka pelbagai pertanyaan pun segera bermunculan :
"Ke mana perginya Hian im Tee kun" Ke mana perginya Hian
im Tee kun...?"
Pertanyaan tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh istana
Ban seng kiong. Bu im sin hong Kian Kim siang mendongkol
sekali, dengan penuh amarah serunya :
"Mari kita segera mencari kawanan anak iblis yang terluka itu,
coba ditanyakan ke mana kaburnya Hian im Tee kun!"
Sim ji sinni yang menyaksikan kegusaran orang segera
tersenyum dan menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya : "Sekalipun Huan im sin ang hidup kembali, belum tentu dia
1437 akan tahu ke mana perginya Hian im Tee kun, apalagi orang
orang lainnya."
"Masa kita harus menyudahi persoalan sampai disini saja?"
seru Bu im sin hong Kian Kim siang sambil menghela napas.
Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata pula :
"Sehari Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan dari
muka bumi, dunia persilatan tak akan pernah mengecap
ketenangan dan kedamaian, sudah barang tentu kita tak boleh
melepaskan dirinya dengan begitu saja, cuma persoalan toh tak
usah terburu buru harus diselesaikan dalam sehari, lebih baik
kita selesaikan dulu kawanan iblis yang berada di istana Ban
seng kiong, kemudian baru berunding lebih jauh."
Menyelesaikan kawanan iblis dari Ban seng kiong memang
merupakan tugas yang harus segera diselesaikan secepatnya,
karena sekali salah bertindak, bisa jadi akan menimbulkan bibit
bencana yang lain, maka para jago mau tak mau harus
bertindak dengan berhati hati sekali. Untung saja semua orang
mempunyai sikap berbesar hati dan berpandangan luas dengan
tak bosan bosannya mereka membujuk dan menasehati
kawanan ibis itu sampai mereka dapat menghilangkan sifat
jahatnya sebelurn dilepaskan pergi dengan harapan mereka
dapat hidup sebagai manusia lain. Sedangkan kawanan iblis
kecil yang tidak masuk hitungan, ditugaskan pendidikannya
kepada Ban li tui hong Cu Ngo, si pencuri sakti Go Jit dan Siu
Cu untuk diselesaikan.
Kini, meskipun istana Ban seng kiong berhasil dilumpuhkan
namun Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan. Para jago
sekarang boleh dibilang baru berhasil menyelesaikan setengah
dari tugasnya, sedangkan tujuan untuk melenyapkan ancaman
bahaya bagi keselamatan dunia persilatan masih ada setengah
1438 lagi yang belum terselesaikan. Dari posisi terang Hian im Tee
kun telah beralih ke tempat kegelapan, tugas untuk
melenyapkan dirinya sekarang pun akan menjadi suatu tugas
yang tidak gampang.
Karena para jago sadar kalau untuk mengumpulkan kekuatan
seperti ini bukan suatu pekerjaan yang gampang, maka untuk
sementara waktu semua orang berkumpul di istana Ban seng
kiong guna mempermudah tugas dan tujuan mereka
menghadapi Hian im Tee kun.
Bu tong pay terletak paling dekat dengan istana Ban seng
kiong, ketua Bu tong pay Keng hian totiang segera
mengundang datang jago jagonya dalam jumlah yang lebih
banyak agar lebih mempermudah pengawasan. Sedangkan
ketua ketua dari partai lain pun segera menurunkan perintah
kepada anak buahnya agar melakukan penyelidikan yang teliti
atas jejak Hian im Tee kun sehingga mempermudah usaha
mereka untuk membasminya.
Dalam jangka waktu yang cukup lama ini, jago jago yang
belum berhasil memulihkan kembali tenaganya seperti Ci kay
taysu dan Ci liong dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning
totiang dari Bu tong pay, Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu
sianseng Lim Biau lim dari Thian liong pay, atas bantuan dari
Ciu Tin tin dapat pula memperoleh kembali tenaga dalamnya.
Masalah yang masih tersisa sekarang tinggal bagaimana
caranya untuk memulihkan kembali kekuatan dari Thi Eng khi.
Padahal Thi Eng khi sudah berhasil melatih tubuhnya sehingga
kebal dan luar biasa, masalah untuk memulihkan kembali
kekuatannya sudah bukan menjadi masalah lagi, karena tinggal
menunggu waktu belaka.
1439 Akan tetapi berhubung para jago tidak jelas mengetahui sampai
dimanakah kekua?tan tubuh serta kepandaian yang
dimilikinya, maka penilaian mereka terhadap Thi Eng khi pun
menurut penilaian orang orang pada umumnya, jadi sebenarnya
merupakan suatu kekeliruan yang cukup fatal. Namun dengan
makin berlarutnya sang waktu, oleh karena paras muka Thi
Eng khi juga mengalami perubahan yang menggembirakan,
maka rasa kuatir serta perasaan murung para jago pun secara
otomatis turut menjadi lenyap.
Pada hari kesembilan puluh setelah Ban seng kiong berhasil
direbut para jago, Thi Eng khi juga berhasil memulihkan
kembali tenaga dalamnya. Namun selama beberapa waktu itu,
jejak Hian im Tee kun ibaratnya sebatang jarum ditengah dasar
samudra yang luas, sulit untuk menemukan kembali jejaknya.
Hari ini para jago kembali melanjutkan perundingan mereka
tentang bagaimana caranya menemukan jejak Hian im Tee kun
yang menghilang.
Thi Eng Khi yang berhasil memperoleh kembali tenaga
dalamnya turut pula didalam perundingan tersebut. Sementara
semua orang masih berunding dengan serius, mendadak Thi
Eng khi teringat akan satu persoalan yakni ketika pertama
kalinya berjumpa dengan Hian im Tee kun.
Waktu itu Thi Eng khi baru saja memperoleh Kim khong giok
lok wan dari gua Yang sim tongnya Cu sim ci cu Thio Biau
liong dan bermaksud baik untuk memenuhi undangan si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, namun dituduh orang
sebagai pembunuh Ting tayhiap dari bukit Huan keng san
sehingga persoalan harus diakhiri dalam keadaan tidak
gembira. 1440 Ketika Thi Eng khi yang harus menyelamatkan jiwa Pek leng
siancu So Bwe leng harus berangkat kembali ke Sah si, tak
beruntung ia dijebak oleh Huan im sin ang dan dijebak dalam
sebuah kuil dimana nyaris dia mati dibakar hidup hidup.
Kemudian Thi Eng khi dengan menggunakan ilmu Heng kian
sinkang berhasil menyembunyikan diri dibawah tanah dan
tanpa sengaja terjerumus ke dalam sebuah lorong rahasia dan
menemukan sebuah gua batu.
Waktu itu berhubung dia harus buru buru kembali ke bukit
Siong san dan tak ingin mencari gara gara maka dia tidak
langsung masuk ke gua untuk melakukan penyelidikan lebih
jauh. Akan tetapi sewaktu hendak keluar dari lorong rahasia
tersebut, dijumpainya seorang kakek berwajah putih berjubah
hijau bersama seorang gadis yang cantik jelita sedang keluar
dari lorong rahasia tersebut. Oleh sebab itu, tak sulit untuk
diduga kalau kedua orang tersebut memang berdiam dalam
istana dibawah lorong rahasia tersebut".
Kemudian Thi Eng khi baru tahu kalau tua dan muda itu bukan
lain adalah Hian im Tee kun serta Hian im li Cun Bwee. Atau
bila diduga selangkah lebih maju, bisa jadi gua tersebut
merupakan sarang dari Hian im Tee kun. Bahkan sekarang pun
bisa diduga kalau Hian im Tee kun besar kumungkinannya
sedang bersembunyi didalam sarangnya tersebut. Setelah
mempunyai pemikiran demikian, maka diapun lantas
mengungkapkan hal tersebut kepada semua orang.
Jilid 44 Berbicara soal kedudukan, Hian im Tee kun tidak lebih tinggi dari
Keng thian giok cu Thi Keng, namun caranya berbicara semacam itu
sungguh amat tak sedap didengar. Adapun tujuan dari Keng thian
giok cu Thi Keng adalah ingin melenyapkan gembong iblis tua
1441 tersebut dari muka bumi dia tidak gusar malah ujarnya sambil
tertawa hambar :
"Apakah maksud hati kami berempat, rasanya kaupun sudah tahu
dengan pasti, beranikah kau bertarung dengan kami berempat?"
Hian im Tee kun yang hadir hari ini benar benar sangat aneh,
ternyata dia tak berani bertarung melawan Thi Eng khi, tapi tidak
menampik tantangan dari Keng thian giok cu Thi Keng sekalian
berempat. Seharusnya tindakan yang diperlihatkan olehnya sekarang
mengandung dua kemungkinan :
Ke satu! Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi tempo hari
hingga sekarang dia masih belum memiliki suatu keyakinan untuk
merenggut kemenangan dari Thi Eng khi, maka dia tak berani
menyerempet bahaya.
Ke dua! Dia menganggap Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji
sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak sekalian bertiga masih
terkena bubuk Hua kong san sehingga tenaga dalamnya masih
punah, mustahil kekuatan mereka bisa pulih seperti sedia. Maka dia
beranggapan dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang meski
tampaknya dia harus menghadapi empat jagoan tangguh namun
dalam kenyataan hanya menghadapi Bu im sin hong Kian Kim siang
seorang. Dengan kemampuan yang dimilikinya ini sudah barang
tentu dia pasti akan memenangkan pertarungan tanpa bersusah
payah, maka dengan senang hati diterimanya tantangan mana.
Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah munculkan diri
pula, sambil menuding ke arah Hian im li Ciu Lan serunya dengan
suara lantang :
"Siluman perempuan, beranikah kau tampilkan diri untuk
bertarung sebanyak tiga ratus gebrakan dengan nonamu?"
Hian im li Ciu Lan dengan Pek leng siancu So Bwe leng sudah
menjadi musuh bebuyutan, siapa memandang siapa pasti akan
menjadi gusar. Maka Hian im li Ciu Lan segera memberi tanda
kepada Hian im li Cun Bwee, kemudian sambil melompat ke hadapan
Pek leng siancu So Bwe leng, serunya sambil tertawa dingin :
"Dalam pertarungan hari ini, aku tak akan melepaskan dirimu
lagi!" 1442 Mendadak dia mengeluarkan sebilah senjata tangan setan Hian
im li kui jiu dan dicekal ditangan kirinya, senjata ini persis seperti
senjata yang pernah dihancurkan oleh Thi Eng khi tempo hari,
mungkin dia telah membuat sebuah lagi. Pek leng siancu So Bwe
leng sudah pernah merasakan kelihayan senjata Hian im kui jiu
tersebut, memandang senjata cakar setan yang berada di tangan
Hian im li Ciu Lan tersebut, dia segera berkerut kening, lalu dengan
gusar dicabutnya senjata Hua boa giok ci (jari kemala pemisah
bunga) miliknya, kemudian membentak keras :
"Lihat serangan!"
Senjata berikut tubuhnya dengan menciptakan selapis cahaya
hijau langsung menerjang ke arah Hian im li Ciu Lan. Dengan
demikian, pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan
Hian im li Ciu Lan malahan berlangsung jauh mendahului
pertarungan antara empat tokoh sakti melawan Hian im Tee kun...
Disaat Pek leng siancu So Bwe leng melangsungkan pertarungan
melawan Hian im li Ciu Lan, Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji
sinni, Tiang Pek lojin So Seng pak dan Bu im sin hong Kian Kim siang
telah mengambil ancang ancang pula siap melangsungkan
pertarungan. Sambil membuka posisi serangan, Bu im sin hong Kian Kim siang
berseru lantang : "Kami berjumlah jauh lebih banyak darimu,
silahkan kau si gembong iblis tua harus membuka serangan lebih
dahulu!" Siapa tahu Hian im Tee kun merubah rencananya secara tiba
tiba, sambil berkerut kening katanya :
"Aku rasa pertarungan kita ini seharusnya diundur sampai pada
urutan yang terakhir nanti, dengan begitu baru cocok namanya..."
"Iblis tua! Kau hendak mengulur waktu untuk menyusun siasat
busuk lainnya?"
Hian im Tee kun tertawa seram :
1443 "Haaahhh". haaahhh...haaahhh". rencana kami untuk
menghadapi kalian sudah kususun secara matang dan sempurna, tak
perlu dipikirkan lagi secara pusing pusing aku hanya merasa lebih
baik mengundurkan pertarungan ini agar kalian mempunyai
kesempatan untuk menolong orang sendiri, masa kalian tak dapat
melihat sendiri bagaimanakah situasi yang sedang kalian hadapi
sekarang?"
Betul juga, empat puluh sembilan orang yang membentuk barisan
Hian im toa tin telah mengepung para jago rapat rapat bahkan mulai
melancarkan serangkaian serangan yang sangat gencar. Bersamaan
waktunya, Bu Nay nay terlibat pula dalam pertarungan yang amat
seru melawan Hian im li Cun Bwee. Jadi yang belum turun tangan
sekarang tinggal empat tokoh silat bersama Hian im Tee kun.
Disamping itu, dari pihak Ban seng kiong masih terdapat dua tiga
puluh orang kakek yang belum turun tangan, mereka sedang
mengawasi situasi dalam pertarungan dengan sorot mata tajam,
agaknya setiap saat mereka siap terjun ke arena untuk memberikan
bala bantuan...
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat menjadi
terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian itu, dalam hal
jumlah orang sudah jelas pihak Ban seng kiong menempati posisi
yang lebih menguntungkan, tapi situasi pertarungan masih sukar
diduga berhubung pertarungan baru saja berlangsung. Tapi
kenyataan sudah terbentang didepan mata, bagaimanapun ruginya
pihak Ban seng kiong, mereka sudah menyediakan orang yang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cukup untuk menggantikan kedudukan rekannya.
Sedangkan di pihak para jago, selain Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian berempat yang belum turun tangan, tinggal mereka yang
belum pulih tenaga dalamnya saja yang belum terjun, sedangkan
sisanya sudah terlibat semuanya dalam suatu pertarungan yang
amat seru. Setelah mendengar perkataan dari Hian im Tee kun, dan setelah
menyaksikan pula situasi dalam arena pertarungan, Bu im sin hong
Kian Kim siang merasakan hatinya berdebar keras. Tanpa terasa dia
1444 mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada Keng
thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak
: "Walaupun kami belum mengerti maksud hati dari si gembong
iblis tua itu, namun berbicara dari keadaan situasi yang sedang kita
hadapi, ditundanya pertarungan oleh gembong iblis tersebut tidak
terlalu merugikan pihak kita, entah bagaimanakah pendapat dari
kalian bertiga?"
Dengan kening berkerut, Sim ji sinni segera menyahut dengan
ilmu menyampaikan suara pula :
"Kalau menurut pengamatan pinni atas sorot mata gembong iblis
tersebut, tampaknya dia merasa sangat tidak tenang, apa kalian
bertiga memperhatikan pula akan hal itu" Sekalipun kita boleh
menunda jalannya pertarungan, paling tidak harus mengawasi gerak
geriknya, jangan kita biarkan dia kabur dari tempat ini".."
Sedangkan Tiang pek lojin So Seng pak lebih setuju untuk segera
turun tangan dan tak usah ditunda tunda lagi. Sebaliknya Keng thian
giok cu termenung sebentar kemudian ia baru berkata :
"Pertarungan antara kita berempat melawan Hian im Tee kun
merupakan suatu pertarungan adu kekerasan, dengan kemampuan
yang dimiliki Hian im Tee kun, rasanya kecil sekali kemungkinan kita
untuk berhasil, padahal posisi para jago sekarang sedang
menguntungkan, bila kita kelewat cepat nekad beradu jiwa, hal ini
justru akan mempengaruhi kejiwaan para jago sehingga bisa
berakibat menimbulkan kegagalan atau kekalahan. Menurut
pendapat siaute, entah bagaimanakah hasil pertarungan para jago,
paling tidak kita harus menghindari pengaruh dari mati hidup kita ini
atas semangat juang mereka."
Dengan ilmu menyampaikan suaranya Sim ji sinni segera
menyatakan kesanggupannya:
"Perkataan dari Thi sicu memang betul dan pinni setuju sekali,
lebih baik kita menanti dulu sebentar sambil melihat perubahan
situasi, kemudian baru mengambil langkah selanjutnya."
Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu sin im hong Kian Kim siang
memang mengekor Thi Keng, maka mereka pun tidak segera
1445 bertarung melawan Hian im Tee kun melainkan mulai menguatirkan
keadaan situasi dalam arena pertarungan.
Sementara itu pertarungan antara para pendekar melawan kaum
iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin dari Ban seng kiong
berlangsung paling seru, tampak debu dan pasir beterbangan di
angkasa, bahkan jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang
silih berganti. Namun mereka yang jerit kesakitan dan roboh hampir
semuanya adalah kaum iblis dari Ban seng kiong sedangkan pihak
pendekar masih tetap kokoh seperti batu karang sama sekali tidak
terpengaruh oleh serbuan mana. Padahal kalau dilihat formasi dari
para pendekar pun tidak menunjukkan suatu kelebihan yang terlalu
luar biasa. Thi Eng khi menempati posisi tengah, disampingnya adalah suata
lingkaran yang terdiri dari tujuh orang, diluar tujuh orang terdapat
lagi satu lingkaran yang terdiri dari delapan orang, kemudian pada
lingkaran lapisan terakhir terdiri dari sembilan orang jago. Namun ke
sembilan orang ditempatkan pada lapisan paling luar adalah
kawanan jago yang memiliki tenaga dalam paling sempurna.
Mereka adalah Sam ku sinni, ketua Siau lim pay Ci long siansu,
ketua Bu tong pay Keng kian totiang, ketua Kay pang si pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po, Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, Beng seng sutay dari kuil Ci tiok an, Giok koay popo Li Ko ci,
pemilik pulau Soh sim to si bidadari penyebar bunga Leng Cay soat
dan si Unta sakti Lok It hong bersembilan. Malahan mereka semua
telah menyimpan kembali senjata masing masing dan menghadapi
musuh dengan tangan kosong belaka.
Tampak empat puluh sembilan orang iblis yang membentuk
barisan Hian im toa tin, bagaikan banyak setan gentayangan,
mereka maju mundur tiada hentinya sambil melancarkan
serangkaian serangan gencar ke arah para pendekar. Namun setiap
serangan yang dilancarkan orang orang Ban seng kiong itu entah
yang memakai senjata ataupun yang bertangan kosong, hampir
bersamaan waktunya lagi menerjang ke arah para pendekar, mereka
selalu terpental balik ke belakang malah ada yang tangan atau
kakinya patah serta menderita luka parah. Jeritan ngeri yang
1446 bergema berulang kali tadi bukan lain berasal dari mulut para
penderita tersebut.
Walaupun dewasa ini Sam ku sinni boleh dianggap bertenaga
dalam paling tinggi diantara para pendekar yang hadir namun
dengan kemampuannya seorang mustahil dia dapat mementalkan
seorang iblis dari Ban seng kiong hanya didalam sekali pukulan saja.
Sebab setiap gembong iblis yang tergabung dalam istana Ban seng
kiong boleh dibilang semuanya merupakan jago jago kelas satu
dalam golongan hitam, kepandaian silat mereka pun tidak lebih
rendah dari kepandaian seorang ciangbunjin dari suatu partai
besar..... Kejadian yang sama sekali diluar kebiasaan ini tentu saja
mendatangkan perasaan tercengang dan keheranan bagi siapa pun
yang memandangnya. Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa
terbahak bahak, serunya :
"Gembong iblis tua! Aku lihat Hian im toa tin mu itu sudah tak
bisa dipertahankan lagi!"
Hian im Tee kun yang melihat hal mana segera membentak
dengan suara keras :
"Gi hoa ciat bok (memindah bunga menyambung dahan), Pek sui
kui goan (beratus aliran kembali ke sumbernya), asal urat Jin tok
dapat ditembusi, siapapun tidak sulit untuk menaklukkan formasi
semacam itu."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyindir :
"Tapi kenyataannya barisan Hian im toa tin mu tak mampu
berbuat apa apa terhadap mereka!"
Untuk beberapa saat lamanya Hian im Tee kun cuma
membungkam dalam seribu bahasa, jelas dia sedang memutar otak
untuk mencari sesuatu akal. Tergerak hati Keng thian giok cu Thi
Keng menyaksikan kejadian tersebut, segera pikirnya :
"Andaikata kawanan iblis dari Ban seng kiong sudah mengetahui
akan teori tersebut lalu membalas dengan senjata yang sama yakni
memakai cara Pek sui kui goan, dengan tenaga dalam gabungan
1447 empat puluh sembilan orang, sudah pasti para jago akan terkocar
kacir." Sesungguhnya jalan pemikiran dari Keng thian giok cu Thi Keng
ini bukannya sama sekali tanpa dasar. Akan tetapi Thi Keng seperti
lupa kalau barisan tersebut diselenggarakan oleh cucu
kesayangannya sendiri yakni Thi Eng khi, dengan kepandaian maha
sakti serta pengetahuan yang begitu luas dari Thi Eng khi bagaimana
mungkin si anak muda tersebut akan membiarkan kawanan iblis dari
Ban seng kiong menempati posisi yang lebih menguntungkan"
Sewaktu Keng thian giok cu Thi Keng berpikir sampai disitu, diam
diam dia merasa terkejut sekali, dia kuatir Hian im Tee kun berhasil
pula menemukan teori tersebut. Maka dia merasa wajib untuk tidak
memberi waktu lagi bagi Hian im Tee kun untuk berpikir lebih jauh,
dengan cepat serunya memberi peringatan :
"Waktu kita sudah tiba.... "
Belum habis dia berkata, kebetulan sekali Hian im Tee kun
sedang berseru sambil tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh aku pun sudah dapat
menemukan... "
Keng thian giok cu Thi Keng adalah seorang manusia yang
berpengalaman sekali, mendengar ucapan mana, dia lantas
mengetahui kalau Hian im Tee kun berhasil pula memahami teori
tersebut, tentu saja dia tak boleh membiarkan dia menyampaikan
hal tersebut kepada kawanan iblis. Maka tidak sampai Hian im Tee
kun menyelesaikan perkataannya, dengan suara keras bentaknya :
"Gembong iblis tua, sudah tiba saatnya buat kita untuk turun
tangan, lihat serangan!"
Begitu ucapan selesai diutarakan, serangan telah dilepaskan
dengan amat dahsyatnya. Berada dalam keadaan seperti inipun
Keng thian giok cu Thi Keng masih tetap mempertahankan
kebesaran jiwa serta kejujurannya sebagai seorang pendekar sekali
dia enggan melakukan penyerangan secara menggelap tapi dengan
berbuat begini maka Hian im Tee kun pun tak sempat lagi
menyampaikan jalan pemikiran sendiri kepada kawanan iblis
1448 tersebut. Sesungguhnya tujuan dari Keng thian giok cu Thi Keng
adalah untuk menghalangi Hian im Tee kun untuk berbicara, maka
setelah melancarkan serangan, dia tidak meneter lebih hebat lagi,
sebab dia kuatir serangannya yang kelewat dahsyat akan melukai
diri Hian im Tee kun, hal ini jelas akan mencerminkan kelicikan dan
ketidak jujurannya.
Namun Keng thian giok cu Thi Keng bertiga dalam anggapan
Hian im Tee kun masih merupakan manusia manusia yang sudah
kehilangan tenaga dalamnya. Serangan yarg dipancarkan oleh Keng
thian giok cu Thi Keng sekarang sudah cukup membuat hatinya
merasa terperanjat sekali. Sudah barang tentu dia tak sempat lagi
berbicara, buru buru seluruh perhatiannya dipusatkan untuk
menghadapi keempat orang tokoh maha sakti tersebut.
Hian im Tee kun segera menggerakkan sepasang bahunya dan
menghindarkan diri dari serangan Keng thian giok cu Thi Keng yang
sebetulnya tak berharga untuk dihadapi. Menyusul kemudian,
terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang membentak pula :
"Sambutlah sebuah pukulan ini!"
Segulung angin pukulan kembali menyambar ke tubuh Hian im
Tee kun. Kali ini tenaga serangan yang dipancarkan sedemikian
dahsyatnya sehingga terasa mengerikan sekali. Lagi lagi Hian im Tee
kun menghindarkan diri ke samping namun dia belum juga
melancarkan serangan balasan. Secara bergilir Sim ji sinni dan Tiang
pek lojin So Seng pak melancarkan sebuah serangan pula, namun
semuanya berhasil dihindari oleh Hian im Tee kun tanpa
melancarkan serangan balasan.
Oleh karena keempat orang tokoh sakti kita turun tangan secara
bergilir, maka Hian im Tee kun baru berkesempatan untuk
menghindarkan diri, jikalau mereka bisa memanfaatkan kesempatan
yang terbaik untuk turun tangan, bisa jadi Hian im Tee kun tak akan
semudah ini untuk menghindarkan diri. Tapi empat tokoh sakti itu
turun tangan secara bergilir, hal ini sudah jelas mengingat
kedudukan mereka berempat yang begitu tinggi, jikalau dengan
pamor mereka yang begitu tinggi, ternyata mereka berempat harus
mengerubuti seseorang maka bila kejadian tersebut sampai tersiar
1449 dalam dunia persilatan, sudah pasti mereka akan ditertawakan
orang. Apalagi sebelum Hian im Tee kun secara resmi melancarkan
serangan balasan, tidak menjaga kedudukan sendiri bisa semakin
ditertawakan orang.
Sedangkan mengenai apa sebabnya Hian im Tee kun sampai
tidak melancarkan serangan balasan" Hal ini sukar rasanya untuk
menemukan alasan yang tepat. Sementara itu keempat tokoh sakti
itu pun sedang merasakan keheranan atas sikap serta tindak tanduk
Hian im Tee kun yang sama sekali berlawanan dengan keadaan
biasanya. Keng thian giok cu Thi Keng segera menghentikan
serangannya, lalu berkata :
"Gembong iblis tua! Mengapa kau tidak melancarkan serangan
balasan?" Hian im Tee kun segera tertawa dingin :
"Mau melancarkan serangan balasan atau tidak, toh urusanku
sendiri, buat apa kalian mesti banyak bertanya?"
"Thi tua!" sela Bu im sin hong Kian Kim siang cepat, "untuk
melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, buat apa kita mesti
mempersoalkan masalah yang tetek bengek" Lebih baik kita
berempat turun tangan bersama sama masa dia tak akan membalas
serangan tersebut...?"
"Perkataan saudara Kian tepat sekali, mari kita turun tangan
bersama sama!" seru Tiang pek lojin So Seng pak pula.
Keng thian giok cu Thi Keng melototkan matanya bulat bulat,
kemudian tertawa nyaring. "Haaahhh..... haaahhhh.... haaahhhh....
siau heng bukan sayang dengan nama yang kumiliki, aku hanya
merasa gembong iblis ini belum berhasil memulihkan kembali tenaga
dalamnya sejak menderita getaran hawa pedang dari Eng ji, kalau
toh demikian halnya, kita tak usah lagi menghadapinya dengan
berempat...."
Sebagai seorang ahli yang berpengalaman, dalam sekilas
pandangan saja akan diketahui ada atau tidak. Hian im Tee kun
tidak menerima serangan empat musuhnya bahkan sewaktu berkelit
1450 pun kurang gesit dari ini dapat diketahui kalau tenaga dalamnya
sudah menderita kerugian yang besar sekali. Sewaktu mendengar
ucapan tersebut Hian im Tee kun nampak terkesiap, kemudian
segera bentaknya :
"Thi siaupwe, kau tak usah berlagak sok pintar, sekarang kalian
boleh maju berempat, lihat saja nanti apakah tenaga dalamku sudah
berkurang atau tidak!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh.... heeehhh.... mengapa harus maju
berempat" Cukup dengan mengandalkan Hu kong keng im, aku pasti
dapat memaksamu untuk melancarkan serangan, kalau tidak, sejak
saat ini juga akan kuhapuskan nama besarku sebagai angin sakti
tanpa bayangan."
Begitu selesai berkata, secepat sambaran petir dia lantas
menerjang ke arah Hian im Tee kun. Segulung angin pukulan yang
maha dahsyat ikut menyambar pula ke depan langsung
menghantam bahu kanan Hian im Tee kun. Hian im Tee kun tertawa
sinis : "Serangan yang sangat bagus!"
Dia segera membuang bahu kanannya ke samping sembari
merendahkan tubuhnya, menggunakan kesempatan mana tubuhnya
berkelebat tiga langkah ke samping untuk menghindarkan diri dari
serangan Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut. Gerakan tubuh
dari Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar cepat bagaikan
sambaran kilat, semua gerakannya dilakukan dengan kecepatan luar
biasa, gagal dengan serangan yang pertama, serangan kedua segera
menyusul tiba. Tampak dia menerjang dengan kecepatan luar biasa, kemudian
tiba tiba saja menghindar, dengan menggunakan suatu sudut yang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sukar diduga sebuah pukulan disapukan lagi ke depan. Kembali
terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat menghantam ke
pinggang Hian im Tee kun.
1451 Gerakan tubuh dari Hian im Tee kun memang sukar untuk
mengatasi kelihayan Bu im sin hong Kian Kim siang yang pada
dasarnya memang termashur sekali akan ilmu meringankan
tubuhnya, tak usah menggunakan tiga jurus serangan, pada
serangan yang kedua pun dia telah berhasil memaksa Hian im Tee
kun untuk melancarkan serangan balasan. Seandainya Hian im Tee
kun tak mau melancarkan serangan balasan, terpaksa dia harus
menerima pukulan tersebut, sebab memang sudah tiada
kemungkinan lagi untuk menghindarkan diri.
Dalam keadaan terdesak mau tak mau Hian im Tee kun harus
membela diri, telapak tangan kanannya segera dikebaskan ke depan,
dia tidak memakai tenaga telapak tangan, melainkan dengan ujung
bajunya saja menyongsong datangnya serangan dari Bu im sin hong
Kian Kim siang. Begitu dua gulung angin serangan saling bertemu,
terjadilah suatu ledakan keras yang memekikkan telinga.
"Blaammmm".!"
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun, paling
tidak dia harus berhasil melemparkan tubuh Bu im sin hong Kian Kim
siang sejauh satu kaki lebih. Namun kenyataan yang terbentang di
depan mata jauh berbeda, Bu im sin hong Kian Kim siang hanya
terpukul mundur sejauh tiga langkah, sedangkan Hian im Tee kun
sendiri meski tidak mundur, akan tetapi permukaan tanah dimana
kakinya berpijak telah melesak masuk sedalam lima inci. Dalam hal
ini peristiwa tersebut benar benar jauh diluar dugaan keempat
manusia sakti tersebut. Kenyataannya tenaga dalam yang dimiliki
Hian im Tee kun jauh berbeda dengan kesaktiannya dimasa lampau.
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak,
kemudian serunya :
"Saudara Kian, harap kau mundur dahulu, biar siaute yang
bertarung menghadapi gembong iblis tua ini!"
Diantara keempat tokoh sakti tersebut, tenaga dalam yang
dimiliki Keng thian giok cu Thi Keng boleh dibilang paling sempurna,
dengan kepandaian dari Hian im Tee kun sekarang, dia masih cukup
untuk menarik kembali modalnya. Bu im sin hong Kian Kim siang
segera mengundurkan diri kebelakang, katanya sembari tertawa :
1452 "Baik! Thi tua, silahkan kau unjukkan kelihayanmu!"
Keng thian giok cu Thi Keng segera mendesak maju ke muka,
sembari mengayunkan telapak tanganuya dia berseru :
"Iblis tua, lihat serangan!"
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung
dilontarkan ke arah dada Hian im Tee kun. Sejak bentrokan
kekerasan yang terjadi antara Hian im Tee kun melawan Bu im sin
hong Kian Kim siang tadi, sehingga rahasianya terbongkar, sekarang
Hian im Tee kun telah memperlihatkan sepasang telapak tangannya
dari balik ujung pakaian, agaknya dia sudah bersiap sedia untuk
bertarung mati matian melawan Keng thian giok cu.
Empat orang jago tersebut dapat melihat kalau telapak tangan
kiri Hian im Tee kun masih tetap dibalut dengan kain putin,
nampaknya dia bermaksud untuk menghilangkan perasaan malunya.
Sementara itu tampak Hian im Tee kun berkelit dua langkah ke
samping kanan dan menghindarkan diri dari serangan Keng thian
giok cu Thi Keng, kemudian melepaskan sebuah serangan balasan
dengan sebuah bacokan dahsyat.
Begitu mereka berdua saling bertarung, tampaklah bayangan
telapak tangan saling menyambar ke sana ke mari, hawa serangan
memenuhi seluruh angkasa bayangan manusia saling bergumul satu
sama lainnya sehingga sukar sekali untuk dibedakan mana musuh
mana teman, ini menandakan kalau pertarungan yang sedang
berlangsung benar benar amat sengit. Dengan tenaga dalam yang
dimiliki Keng thian giok cu Thi Keng ternyata mampu bertarung
seimbang melawan Hian im Tee kun tanpa memperlihatkan tanda
tanda kalah, hal ini membuat ketiga orang tokoh sakti lainnya yang
belum turun tangan menjadi kaget, tercengang dan tidak habis
mengerti. Padahal Hian im Tee kun memiliki kepandaian silat yang luar
biasa sekali, kendatipun sewaktu pertarungannya melawan Thi Eng
khi telah menderita luka dalam, tidak seharusnya luka tersebut
separah ini sehingga mempengaruhi tenaga dalamnya sampai
1453 merosot sejauh ini. Jelas kenyataan yang berada di depan mata
sekarang sukar diterima dengan begitu.
Mendadak terdengar tiga kali pekikan nyaring bergema dari balik
barisan Hian im toa tin. Ketiga orang tokoh sakti itu segera
berpaling. Tampak Hian im toa tin dari Ban seng kiong sudah
berhenti melancarkan serangan, jumlah manusia yang sudah tak
lengkap itu segera dilengkapi kembali oleh kawanan manusia yang
berada disekitar arena. Mereka yang sudah bertarung cukup lama
dengan korban yang cukup parah tampaknya sudah mulai
merasakan titik kelemahan sendiri dan teringat untuk menggantikan
tenaga gabungan empat puluh sembilan orang guna menghadapi
lawannya. Sekarang mereka sedang menyusun barisan baru siap
melancarkan serangan kembali ke arah kawanan jago. Dalam pada
itu barisan berbentuk bulat dari para jago, kini telah berubah
menjadi suatu barisan berbentuk segitiga. Thi Eng khi yang pada
mulanya berdiri dipusat lingkaran barisan, sekarang malah berdiri
diujung segitiga yang persis saling berhadapan muka dengan
kawanan iblis. Sebaliknya pada dua sudut lainnya masing masing
ditempati oleh Sam ku sinni dan yang lain oleh ketua Siau lim pay Ci
long siansu. Serangan dari orang orang Ban Seng kiong kembali bergerak,
tampak empat puluh sembilan orang kakek itu dipimpin oleh
seseorang dan berkumpul menjadi satu dengan rapatnya, tangan
bergandeng tangan bahu menempel bahu. Sejak dari jarak puluhan
kaki mereka sudah berpekik nyaring, kemudian diiringi hamburan
debu langsung menerjang ke arah Thi Eng khi dengan kecepatan
yang luar biasa.
Keadaan semacam itu sungguh mengejutkan hati siapapun yang
melihatnya. Tiga tokoh tua yang melihat keadaan tersebut diam
diam mulai menguatirkan keselamatan Thi Eng khi. Sementara itu
selisih jarak antara ke dua barisan tersebut makin lama semakin
bertambah mendekat.
Kemudian ?"?".
1454 "Blaaammm! Blaaaammm...!" pada suatu saat yang sudah diduga
terjadilah ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga. Menyusul
benturan dahsyat ini, debu yang tebal segera membumbung tinggi
ke angkasa dan menyelimuti seluruh arena pertarungan dan
menutupi pula bayangan manusia yang sedang beradu kekuatan.
Pelan pelan.... ketika angin gunung berhembus lewat
membuyarkan debu terlihat hasil dari bentrokan kekerasan
tersebut"..
Di pihak para jago :
Barisan belum membuyar, tapi semua orang sedang duduk
bersila sambil mengatur pernapasan, di sisi kiri dan kanan barisan
mereka masing masing muncul sebuah liang yang besar sekali.
Sebaliknya di pihak Ban seng kiong :
Bentuk barisan mereka sudah kacau balau tidak karuan
bentuknya, ada yang di kanan ada yang di kiri, ada pula yang
tergeletak di atas tanah sambil merintih, ada pula yang sedang
mengatur napas dengan wajah lesu dan bermuram durja. Namun
tegasnya jumlah mereka yang terluka dan roboh jauh lebih banyak
sedangkan yang masih dapat mengatur napas tinggal tak seberapa
banyak lagi. Dengan cepat segenap jago lihay dari Ban seng kiong yang masih
berada disisi arena maju ke depan dan mengisi kembali barisan Hian
im toa tin yang sudah terpukul hancur itu. Dalam pada itu di pihak
para jago pun telah membentuk kembali barisan bulat seperti
semula. Tampaknya serangan berikutnya sudah akan dilancarkan
kembali..... Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut segera memuji tiada hentinya.
"Thi sauhiap memang benar benar luar biasa, sekalipun dia
sendiri sudah kehabisan tenaga namun masih bisa memakai ilmu
Hua lik hun kong (memisahkan tenaga membuyarkan kekuatan)
untuk menghancur lumatkan serangan gabungan dari empat puluh
sembilan orang gembong iblis dari Ban seng kiong."
1455 Sementara dia baru selesai berkata, mendadak terdengar Keng
thian giok cu Thi Keng membentak keras :
"Kena!"
Dengan jurus Kim liong tham jiu (Naga emas mementangkan
cakar) secepat sambaran kilat langsung mencengkeram bahu kiri
Hian im Tee kun. Dengan cepat Hian im Tee kun mengeluarkan jurus
Siau kui to tho (setan kecil mencuri buah tho) untuk
menghadapinya, bahu kirinya dibuang ke samping lalu ke lima jari
tangan kanannya yang dipentangkan bagaikan cakar balas
mencengkeram pergelangan tangan Keng thian giok cu Thi Keng.
Sewaktu melancarkan serangan, kedua belah pihak sama sama
mempergunakan ilmu mencengkeram namun sewaktu saling beradu
ternyata dari ilmu mencengkeram mereka telah berubah menjadi
ilmu pukulan, sebuah bentrokan kekerasan pun segera terjadi.
Tujuan Keng thian giok cu Thi Keng adalah melenyapkan bibit
bencana dari muka bumi, maka semua serangan yang digunakan
merupakan serangan serangan beradu jiwa yang dahsyat sekali.
Hian im Tee kun sendiripun merasa dendam dan benci sekali
kepada Keng thian giok cu Thi Keng, terutama sekali kebuasan
lawannya yang meneter dirinya habis habisan. Maka saat ini dia
menyerang tanpa berbelas kasihan lagi, semua jurus serangan yang
mematikan dipergunakan sehabis habisnya dengan mengerahkan
segenap tenaga dalam yang dia miliki. Akibat dari bentrokan tadi,
Keng thian giok cu Thi Keng merasa sepasang bahunya bergetar
keras sebelum dapat berdiri tegak sedang kakinya sama sekali tidak
bergerak dari posisi semula. Hian Im Tee kun dengan kedudukannya
sebagai jagoan nomor wahid dikolong langit malahan terdorong
mundur sejauh satu langkah setengah akibat dari bentrok tersebut.
Dengan sebuah pukulan ternyata Keng thian giok cu Thi Keng
berhasil mendesak Hian im Tee kun mundur sejauh satu langkah
setengah, tanpa terasa semangatnya segera berkobar dan
keinginannya untuk melenyapkan gembong iblis itupun semakin
membulat. 1456 Ditengah gelak tertawa nyaring yang memekikkan telinga,
kemball dia terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit
melawan Hian im Tee kun. Dalam waktu singkat napas kedua belah
pihak sudah berubah menjadi berat dan ngos ngosan. Beberapa saat
kembali sudah lewat, ditengah bentakan gusar dan dengusan
tertahan yang bergema bersamaan waktunya, dua sosok bayangan
manusia itu saling berputar secepat petir kemudian saling berpisah.
Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng berubah menjadi pucat
pias seperti mayat napasnya tersengkel sengkal dan keringat telah
membasahi seluruh jubah birunya. Hian im Tee kun berdiri saling
berhadapan dengan Keng thian giok cu Thi Keng namun paras
mukanya sama sekali tidak mengalami perubahan apa pun. Akan
tetapi dadanya naik turun dengan hebatnya, bahkan berkali lipat
lebih parah keadaannya ketimbang Keng thian giok cu Thi Keng.
Jelas dalam pertarungan yang barusan berlangsung, keadaannya
jauh lebih parah dari pada Keng thian giok cu Thi Keng, hanya yang
tidak mengerti adalah mengapa paras mukanya sama sekali tidak
berubah menjadi pucat pias seperti keadaan Keng thian giok cu Thi
Keng. Sementara Sim ji sinni masih tidak habis mengerti, tiba tiba
tampak Hian im Tee kun membungkukkan badannya dan
memuntahkan darah segar. Keng thian giok cu Thi Keng segera
menghembuskan napas panjang, katanya :
"Hian im Tee kun sudah terkena sebuah pukulan siaute yang
amat berat, isi perutnya sudah hancur dan tak mungkin bisa hidup
lebih lama lagi, tampaknya bibit bencana mungkin sudah dapat kita
lenyapkan."
Dengan cepat dia menotok tiga buah jalan darah ditubuh Hian im
Tee kun agar tidak kehilangan banyak darah serta mempertahankan
hidupnya untuk sementara waktu. Sim ji sinni, Tiang pek lojin So
Seng pak serta Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan
kejadian tersebut menjadi sangat gembira, serunya dengan cepat :
"Thi tua! Sekali lagi kau berhasil menyelamatkan dunia persilatan
dari bencana besar, hal ini benar benar suatu peristiwa yang patut
digembirakan!"
1457 Keng thian giok cu Thi Keng tertawa :
"Berkat jasa dan bantuan saudara sekalian tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik kalau tidak, siaute pun merasa sukar untuk
berhasil seperti sekarang ini."
Tiba tiba Bu im sin hong Kian Kim siang berseru :
"Biar siaute mengumumkan tentang kekalahan yang diderita Hian
im Tee kun ini kepada semua orang, agar kawanan iblis dari Ban
seng kiong tahu kalau keadaan sudah berubah dan pertarungan
sengit tak usah dilanjutkan lagi."
"Saudara Kian, kalau begitu tolong kau lakukan dengan segera!"
ucap Keng thian giok cu Thi Keng. Selesai berbicara, dia lantas
duduk bersila diatas tanah dan mulai mengatur pernapasan.
Dengan suara keras bagaikan geledek Bu im sin hong Kian Kim
siang segera berteriak lantang :
"Hian im Tee kun sudah berhasil dihajar oleh Keng thian giok cu
Thi Keng sehingga terluka parah dan tertawan, harap kalian dari Ban
seng kiong segera menghentikan serangan dan menyerahkan diri."
Begitu berita tentang tertawannya Hian im Tee kun tersiar keluar,
Ban seng kiong menderita pula kekalahan secara total, maka para
iblis tersebut tak berani tinggal lebih lama lagi di situ, serentak
mereka melarikan diri terbirit birit meninggalkan tempat tersebut.
Hanya kawanan iblis yang terluka dan tak mampu kabur saja tetap
tinggal ditempat, mereka kuatir para jago pendekar membunuh
mereka, namun tak dapat menahan rasa sakit yang sedang diderita,
sehingga suasana menjadi kacau balau dengan jeritan dan erangan
kesakitan. Selain daripada itu, ditengah arena masih ada dua pasang
manusia melangsungkan pertarungan dengan sengitnya, satu
pasang terdiri dari Bu Nay nay melawan Hian im li Cun Bwee,
sedangkan yang lain adalah Pek leng siancu So Bwe leng melawan
Hian im li Ciu Lan. Sesungguhnya Hian im ji li bukannya tidak berniat
untuk kabur meninggalkan tempat tersebut, akan tetapi Bu Nay nay
1458 dan Pek leng siancu So Bwe leng mengurung mereka secara mati
matian, hai ini membuat mereka sama sekali tak berkutik lagi.
Bu Nay nay mengurung Hian im li Cun Bwee dan menyerangnya
habis habisan karena pada dasarnya dia memang sangat membenci


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segala bentuk kejahatan dia menganggap Hian im li sebagai
anteknya Hian im Tee kun sebagai otak dari semua kejahatan, maka
dia tak rela membiarkan antek dari segala kejahatan ini lolos dengan
begitu saja. Itulah sebabnya dia mengurung dan mengepungnya
terus secara ketat sekali.
Sebaliknya antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian im
li Ciu Lan disamping karena dendam secara umum juga masih
terselip sakit hati pribadi. Pada hakekatnya Pek leng siancu So Bwe
leng sudah membenci Hian im li sampai merasuk ke tulang
sumsumnya, sudah barang tentu dia tak akan membiarkan
musuhnya itu kabur dari sana.
Sementara itu, kawanan pendekar telah turun tangan menolong
kawanan iblis yang tak mampu kabur karena luka yang parah. Oleh
sebab itu ditengah arena masih nampak bayangan manusia yang
berkelebat kian kemari. Sim ji sinni yang menyaksikan Bu Nay nay
masih bertempur seru macam orang kesurupan, dia segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas
katanya : "Nay nay, pentolannya sudah tertangkap, buat apa sih kau
merecoki terus orang ini" Lepaskan saja dia! Adikmu toh tertawan
oleh musuh, kita harus segera mencarinya."
Teringat akan nasib adiknya Bu lm, semangat tempur Bu Nay nay
segera pudar, dengan cepat dia menghentikan serangannya lalu
berseru kepada Hian im li Cun Bwee.
"Aku mempunyai seorang saudara bernama Bu Im, kalian telah
menyekapnya di mana?"
Hian im li Cun Bwee yang menyaksikan situasi telah berubah
segera memberitahukan tempat Bu Im disekap, setelah itu dia
sendiri cepat cepat melarikan diri meninggalkan tempat tersebut. Bu
1459 Nay nay pun tidak ambil diam, dia segera melesat ke depan untuk
mencari Bu Im. Hanya pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan
Hian im li Ciu Lan masih berlangsung terus dengan serunya. Pek
leng siancu So Bwe leng sudah terbiasa menuruti adat sendiri pada
hakekatnya dia tak mau menuruti perkataan dari Sam ku sinni
maupun kakeknya Tiang pek lojin So Seng pak, dia bersikeras
hendak bertarung habis habisan melawan Hian im li Ciu Lan.
Akhirnya Keng thian giok cu Thi Keng yang maju ke depan dan
memberitahukan kepadanya kalau Thi Eng khi sudah hampir tak
mampu menahan diri. Berita itu membuat Pek leng siancu So Bwe
leng jadi terperanjat dan tak sempat melanjutkan pertarungan
melawan Hian im li Ciu Lan lagi, cepat cepat dia kabur mencari Thi
Eng khi. Keng thian giok cu Thi segera memperingatkan Hian im li Ciu Lan
agar tidak berbuat kejahatan lagi dan menganjurkan kepadanya
untuk kembali ke jalan yang benar. Berhasil lolos dari kematian, Hian
im li Ciu Lan nampak sangat terharu, beberapa kali dia seperti
hendak mengucapkan sesuatu namun selalu tiada kesempatan dan
tak berhasil mengutarakan isi hatinya. Menanti Keng thian giok cu
Thi Keng sudah selesai berkata dan berlalu dari situ. Hian im li Ciu
Lan berdiri sambil termenung beberapa saat, dia merasa bila isi
hatinya diutarakan kepada para pendekar, tindakan tersebut bisa
jadi akan memancing pandangan hina orang lain kepadanya.
Terpaksa dia menghela napas sedih dan segera berlalu pula dari
situ. Thi Eng khi yang menyaksikan usaha mereka telah sukses,
semangatnya pun mengendor, dia setuju untuk mencabut keluar
jarum emas dari tubuhnya dan segera tertidur pulas. Hui cun siucay
Seng Tiok sian dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya
mengurut tiada hentinya disekujur badan Thi Eng khi, kalau dilihat
dari sikap tegang yang menghiasi wajahnya dapat diketahui kalau
tertidurnya Thi Eng khi bukan suatu gejala yang wajar....
1460 Pek leng siancu So Bwe leng buru buru lari mendekat, melihat
keadaan dari Thi Eng khi tersebut, tanpa berpikir panjang lagi dia
lantas menjerit :
"Engkoh Eng!"
Dia hendak menubruk ke atas tubuhnya. Untung sekali Ciu Tin tin
bertindak cepat dan menghalanginya, sehingga tidak sampai
kejadian tersebut mengganggu Hui cun siucay Seng Tiok sian yang
sedang melakukan pengobatan. Setelah berhasil menghalangi Pek
leng siancu So Bwe leng, Ciu Tin tin segera menariknya ke samping
dan ujarnya : "Adik Leng, jangan gelisah, adik Eng tidak apa apa, seandainya
dia terjadi sesuatu, coba lihatlah masa cici dapat bersikap tenang
seperti ini?"
Bicara punya bicara suaranya menjadi parau dan tak terbendung
lagi air matanya segera jatuh bercucuran.
"Enci Tin!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru lirih. Mereka saling
bergenggaman tangan erat erat, dua hati seperti mempunyai
perasaan yang sama, seakan akan menghadapi perubahan cuaca
yang tak menentu sehingga napasnya terasa menjadi sesak sekali.
Lama sekali Hui cun siucay Seng Tiok sian bekerja keras sampai
sekujur tubuhnya basah oleh keringat, akhirnya sekulum senyuman
mulai menghiasi ujung bibirnya, dia berkata:
"Saudara Thi memang benar benar memiliki bakat yang luar
biasa sekali, sekarang kesempatannya untuk hidup sudah tumbuh
dan pelan pelan kekuatannya akan pulih kembali, sekarang biarkan
saja dia tidur barang sepuluh atau setengah bulan lamanya!"
"Apa" Tertidur sampai sepuluh hari atau setengan bulan" Apakah
dia tak akan mati kelaparan?" seru Pek leng siancu So Bwe leng
dengan terkejut.
Ciu Tin tin segera memperingatkan Pek leng siancu So Bwe leng :
1461 "Adik Leng, jangan lupa orang yang menggunakan ilmu Ku si toa
hoat hun bisa bertahan untuk hidup selama setengah tahun tanpa
dahar, sepuluh hari atau setengah bulan masih belum terhitung
seberapa... "
"Tenaga dalam yang dimiliki engkoh Eng sudah punah,
bagaimana mungkin dia dapat mempergunakan ilmu Ku si toa hoat
lagi?" "Seng tayhiap telah melaksanakan ilmu Ci liong jiu hoat diatas
tubuh Adik Eng, kasiatnya tidak berbeda jauh dengan ilmu ku si toa
hoat, cuma yang satu secara otomatis sedangkan yang lain
dilakukan orang."
Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Thi Eng khi
yang tertidur ditemani oleh Pek leng siancu so Bwe leng dan Ciu Tin
tin. Tatkala Keng thian giok cu Thi Keng sekalian menyaksikan
persoalan tentang Thi Eng khi sudah beres, mereka lantas meminta
kepada Hui cun siucay Seng Tiok sian untuk menolong Hian im Tee
kun dengan maksud agar menyelamatkan selembar jiwanya yang
sedang kritis...
Waktu itu Hian im Tee kun memang sudah bernafas lemah sekali,
jaraknya dengan kematian pun sudah tidak jauh lagi. Secara
beruntun Hui cun siucay Seng Tiok sian menotok tujuh buah jalan
darah Hian im Tee kun dan mencecoki sejumlah obat obatan ke
dalam mulutnya, kesempatan hidup dari Hian im Tee kun pun
lambat laun pulih kembali.
Hui cun siucay Seng Tiok sian memeriksa dahulu denyutan nadi
kanan Hian im Tee kun, kemudian memeriksa pula denyutan nadi
sebelah kirinya. Dengan tiga jari tangannya menempel di nadi
sebelah kiri Hian im Tee kun, dia segera merasakan denyutan
nadinya menunjukkan gejala aneh. Sebab dia pernah mendengar
orang berkata lengan kiri Hian im Tee kun sudah terpapas sebagian
oleh sambaran pedang terbang Thi Eng khi, namun sewaktu
memeriksa denyutan nadinya sekarang, dia menemukan sebuah
lengan kiri yang masih utuh. Begitu timbul perasaan curiganya,
untuk membuktikan kebenaran dari kecurigaannya tersebut Hui cun
1462 siucay Seng Tiok sian segera melepaskan balutan tangan kiri Hian im
Tee kun. Apa yang diduga ternyata benar, dia berhasil menemukan
sebuah lengan yang utuh. Ketika semua orang menyaksikan hal
tersebut, maka timbullah kecurigaan kalau orang ini bukan Hian im
Tee kun yang sesungguhnya.
Hui cun siucay Seng Tiok sian mencoba untuk memeriksa raut
wajah Hian im Tee kun, akan tetapi tidak dijumpai pula topeng kulit
manusia atau sebangsanya disitu, hal mana semakin
membingungkan para jago. Tapi, kalau toh lengan kirinya tetap utuh
bagaimana mungkin dia adalah Hian im Tee kun yang asli" Perasaan
heran, kaget dan curiga segera meliputi seluruh wajah para jago
bahkan mereka lupa untuk memikirkan suatu kenyataan yang
sesungguhnya mudah untuk membuktikan hal tersebut.
Pelan pelan Hian im Tee kun sadar kembali dari pingsannya,
dengan lemah tak bertenaga dia memandang sekejap ke wajah
empat tokoh sakti itu dan akhirnya berhenti diwajah Keng thian giok
cu Thi Keng, setelah menunjukkan senyuman getir yang lemah,
bisiknya dengan lesu :
"Thi lojin, lohu sudah melatih diri selama empat puluh tahun
namun nyatanya belum berhasil menangkan dirimu, apa artinya
bagiku untuk hidup lebih jauh?"
Selesai berkata dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang
baru pulih untuk memutuskan urat nadi sendiri tak ampun dia segera
muntah darah segar dan tewas seketika. Sekarang para jago baru
teringat akan seseorang, serunya kemudian tertahan: "Ooh"
rupanya Hian im Tee kun gadungan ini hasil penyaruan dari Huan im
sin ang Ui Sam ciat!"
Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas pula sembari
berkata : "Ilmu menyaru muka dari Huan im sin ang Ui Sam ciat memang
betul betul sangat lihay, seandainya dia tidak mengungkapkan
sendiri identitasnya, lohu benar benar tidak habis mengerti apa
sebabnya tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun tak mampu
menandingi lohu..."
1463 Rupanya semenjak istana Ban seng kiong nya dirampas dan
diduduki Hian im Tee kun, Huan im sin ang Ui Sam ciat sadar kalau
dia tak akan berhasil merebut kembali istana dari tangan musuh
maka dengan mewujudkan suatu sikap yang sangat hormat dan
berbakti, Hian im sin ang Ui Sam ciat berusaha untuk bekerja
dengan bersungguh hati. Ditambah pula dia memang pandai
menarik kepercayaan Hian im Tee kun, akhirnya selain memperoleh
kepercayaan, bahkan tenaga dalamnya yang punah berhasil
diperoleh kembali. Bukan cuma begitu, diapun banyak memperoleh
pelajaran ilmu silat dari bekas lawannya ini.
Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi, selain Hian im Tee
kun kehilangan separuh tangannya, baik bagian luar maupun isi
perutnya telah peroleh luka yang cukup parah. Hian im Tee kun
sadar kalau Thi Eng khi bukan seorang musuh yang mudah dihadapi,
maka diapun meminta kepada Huan im sia ang Ui Sam ciat untuk
menyaru sebagai dirinya dan menduduki istana Ban seng kiong,
sementara pelbagai tugas dan kewajiban diserahkan kepada Hian im
ji li. Hian im Tee kun sendiri menyembunyikan diri di suatu tempat
yang rahasia dan terpencil untuk mempelajari beberapa macam
kepandaian yang lebih hebat sebagai persiapan untuk menghadapi
Thi Eng khi. Sekarang sudah semua orang tahu bahwa Hian im Tee kun
gadungan hasil penyaruan dari Huan im sin ang otomatis pikiran
semua orangpun dialihkan ke masalah Hian im Tee kun yang asli,
maka pelbagai pertanyaan pun segera bermunculan :
"Ke mana perginya Hian im Tee kun" Ke mana perginya Hian im
Tee kun...?"
Pertanyaan tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh istana
Ban seng kiong. Bu im sin hong Kian Kim siang mendongkol sekali,
dengan penuh amarah serunya :
"Mari kita segera mencari kawanan anak iblis yang terluka itu,
coba ditanyakan ke mana kaburnya Hian im Tee kun!"
Sim ji sinni yang menyaksikan kegusaran orang segera tersenyum
dan menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya :
1464 "Sekalipun Huan im sin ang hidup kembali, belum tentu dia akan
tahu ke mana perginya Hian im Tee kun, apalagi orang orang
lainnya." "Masa kita harus menyudahi persoalan sampai disini saja?" seru
Bu im sin hong Kian Kim siang sambil menghela napas.
Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata pula :
"Sehari Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan dari muka
bumi, dunia persilatan tak akan pernah mengecap ketenangan dan
kedamaian, sudah barang tentu kita tak boleh melepaskan dirinya
dengan begitu saja, cuma persoalan toh tak usah terburu buru harus
diselesaikan dalam sehari, lebih baik kita selesaikan dulu kawanan
iblis yang berada di istana Ban seng kiong, kemudian baru berunding
lebih jauh."
Menyelesaikan kawanan iblis dari Ban seng kiong memang
merupakan tugas yang harus segera diselesaikan secepatnya, karena
sekali salah bertindak, bisa jadi akan menimbulkan bibit bencana
yang lain, maka para jago mau tak mau harus bertindak dengan
berhati hati sekali. Untung saja semua orang mempunyai sikap
berbesar hati dan berpandangan luas dengan tak bosan bosannya
mereka membujuk dan menasehati kawanan ibis itu sampai mereka
dapat menghilangkan sifat jahatnya sebelurn dilepaskan pergi
dengan harapan mereka dapat hidup sebagai manusia lain.
Sedangkan kawanan iblis kecil yang tidak masuk hitungan,
ditugaskan pendidikannya kepada Ban li tui hong Cu Ngo, si pencuri
sakti Go Jit dan Siu Cu untuk diselesaikan.
Kini, meskipun istana Ban seng kiong berhasil dilumpuhkan
namun Hian im Tee kun belum berhasil dilenyapkan. Para jago
sekarang boleh dibilang baru berhasil menyelesaikan setengah dari
tugasnya, sedangkan tujuan untuk melenyapkan ancaman bahaya
bagi keselamatan dunia persilatan masih ada setengah lagi yang
belum terselesaikan. Dari posisi terang Hian im Tee kun telah beralih
ke tempat kegelapan, tugas untuk melenyapkan dirinya sekarang
pun akan menjadi suatu tugas yang tidak gampang.
1465 Karena para jago sadar kalau untuk mengumpulkan kekuatan
seperti ini bukan suatu pekerjaan yang gampang, maka untuk
sementara waktu semua orang berkumpul di istana Ban seng kiong
guna mempermudah tugas dan tujuan mereka menghadapi Hian im
Tee kun. Bu tong pay terletak paling dekat dengan istana Ban seng kiong,
ketua Bu tong pay Keng hian totiang segera mengundang datang
jago jagonya dalam jumlah yang lebih banyak agar lebih
mempermudah pengawasan. Sedangkan ketua ketua dari partai lain
pun segera menurunkan perintah kepada anak buahnya agar
melakukan penyelidikan yang teliti atas jejak Hian im Tee kun
sehingga mempermudah usaha mereka untuk membasminya.
Dalam jangka waktu yang cukup lama ini, jago jago yang belum
berhasil memulihkan kembali tenaganya seperti Ci kay taysu dan Ci
liong dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning totiang dari Bu tong


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pay, Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari
Thian liong pay, atas bantuan dari Ciu Tin tin dapat pula
memperoleh kembali tenaga dalamnya.
Masalah yang masih tersisa sekarang tinggal bagaimana caranya
untuk memulihkan kembali kekuatan dari Thi Eng khi. Padahal Thi
Eng khi sudah berhasil melatih tubuhnya sehingga kebal dan luar
biasa, masalah untuk memulihkan kembali kekuatannya sudah bukan
menjadi masalah lagi, karena tinggal menunggu waktu belaka.
Akan tetapi berhubung para jago tidak jelas mengetahui sampai
dimanakah kekua?tan tubuh serta kepandaian yang dimilikinya,
maka penilaian mereka terhadap Thi Eng khi pun menurut penilaian
orang orang pada umumnya, jadi sebenarnya merupakan suatu
kekeliruan yang cukup fatal. Namun dengan makin berlarutnya sang
waktu, oleh karena paras muka Thi Eng khi juga mengalami
perubahan yang menggembirakan, maka rasa kuatir serta perasaan
murung para jago pun secara otomatis turut menjadi lenyap.
Pada hari kesembilan puluh setelah Ban seng kiong berhasil
direbut para jago, Thi Eng khi juga berhasil memulihkan kembali
tenaga dalamnya. Namun selama beberapa waktu itu, jejak Hian im
1466 Tee kun ibaratnya sebatang jarum ditengah dasar samudra yang
luas, sulit untuk menemukan kembali jejaknya. Hari ini para jago
kembali melanjutkan perundingan mereka tentang bagaimana
caranya menemukan jejak Hian im Tee kun yang menghilang.
Thi Eng Khi yang berhasil memperoleh kembali tenaga dalamnya
turut pula didalam perundingan tersebut. Sementara semua orang
masih berunding dengan serius, mendadak Thi Eng khi teringat akan
satu persoalan yakni ketika pertama kalinya berjumpa dengan Hian
im Tee kun. Waktu itu Thi Eng khi baru saja memperoleh Kim khong giok lok
wan dari gua Yang sim tongnya Cu sim ci cu Thio Biau liong dan
bermaksud baik untuk memenuhi undangan si pembenci raja akhirat
Kwik Keng thian, namun dituduh orang sebagai pembunuh Ting
tayhiap dari bukit Huan keng san sehingga persoalan harus diakhiri
dalam keadaan tidak gembira.
Ketika Thi Eng khi yang harus menyelamatkan jiwa Pek leng
siancu So Bwe leng harus berangkat kembali ke Sah si, tak
beruntung ia dijebak oleh Huan im sin ang dan dijebak dalam
sebuah kuil dimana nyaris dia mati dibakar hidup hidup. Kemudian
Thi Eng khi dengan menggunakan ilmu Heng kian sinkang berhasil
menyembunyikan diri dibawah tanah dan tanpa sengaja terjerumus
ke dalam sebuah lorong rahasia dan menemukan sebuah gua batu.
Waktu itu berhubung dia harus buru buru kembali ke bukit Siong
san dan tak ingin mencari gara gara maka dia tidak langsung masuk
ke gua untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Akan tetapi
sewaktu hendak keluar dari lorong rahasia tersebut, dijumpainya
seorang kakek berwajah putih berjubah hijau bersama seorang gadis
yang cantik jelita sedang keluar dari lorong rahasia tersebut. Oleh
sebab itu, tak sulit untuk diduga kalau kedua orang tersebut
memang berdiam dalam istana dibawah lorong rahasia tersebut".
Kemudian Thi Eng khi baru tahu kalau tua dan muda itu bukan
lain adalah Hian im Tee kun serta Hian im li Cun Bwee. Atau bila
diduga selangkah lebih maju, bisa jadi gua tersebut merupakan
sarang dari Hian im Tee kun. Bahkan sekarang pun bisa diduga
1467 kalau Hian im Tee kun besar kumungkinannya sedang bersembunyi
didalam sarangnya tersebut. Setelah mempunyai pemikiran
demikian, maka diapun lantas mengungkapkan hal tersebut kepada
semua orang. Jilid 45 Sambil menepuk bahu Thi Eng khi, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera berseru :
"Saudara cilik, mengapa tidak kamu katakan sedari dulu dulu
sehingga membiarkan Hian im Tee kun hidup tiga bulan lebih lama"
Kali ini, Kita empat tua bangka harus bertarung mati matian
dengannya!"
Thi Eng khi tersenyum :
"Kian tua!" katanya, "tenaga dalam Eng khi telah pulih kembali
seperti sedia kala, aku tak berani merepotkan kalian empat orang
tua lagi!"
Mendengar ucapan tersebut, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera mencak mencak serunya :
"Tidak bisa! Tidak bisa! Usiamu masih begitu muda, saatmu
untuk sukses dan berhasil masih panjang, tidak seperti kami tua
bangkotan yang semakin dekat dengan ajal, siapa tahu setelah ini
tiada kesempatan sebaik ini lagi bagi kami untuk berbakti kepada
dunia persilatan" Aku tahu tenaga dalammu memang lebih
sempurna dari kami, toh tidak sepantasnya jika kau berebut jasa
dengan kami bukan?"
Baru saja Thi Eng khi hendak berbicara, Pek leng siancu So Bwe
leng telah menukas sambil tertawa :
"Kian yaya! Kau memang tak tahu malu, siapa sih yang akan
berebut jasa denganmu?"
"Budak ingusan!" Bu im sin hong Kian Kim Siang tertawa, "tidak
besar tidak pula yang kecil, siapa sih yang menyuruh kau banyak
berbicara?"
1468 Pek leng siancu So Bwe leng segera mencibirkan bibirnya yang
kecil, lalu berkata lagi :
"Kian yaya, kau tidak adil, kau memanggil engkoh Eng sebagai
saudara cilik, itu berarti aku Leng ji adalah adik kecilmu pula, siapa
bilang tidak yang besar tidak yang kecil."
Pek leng siancu So Bwee leng memang binal sekali, ucapan mana
kontan saja menimbulkan gelak tertawa seisi ruangan. Tiang pek
lojin So Seng pak tak tahan turut pula tertawa terbahak bahak,
kemudian sambil sengaja menarik wajahnya dia berkata dengan
suara dalam : "Leng ji, kau benar benar tak tahu aturan, siapa suruh kau
berbuat binal?"
"Kenyataannya memang begitu?" bantah Pek leng siancu So Bwe
leng sambil ngotot, "Kian yaya menganggap engkoh Eng adalah
saudaranya dan engkoh Eng menganggap Kian yaya sebagai engkoh
tua nya, bukankah ini berarti pula diapun terhitung engkoh tua dari
anak Leng?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak
setelah mendengar perkataan tersebut :
"Haaahhhh... haaahhh.... haaahhhh..... tepat sekali! Tepat sekali!
Anak Leng, aku dan yayamu saling menyebut sebagai saudara,
apakah kaupun hendak saling menyebut saudara dengan yayamu?"
"Kian yaya!" Pek leng siancu So Bwe leng tak mau kalah "kau dan
engkoh Eng saling menyebut saudara, mengapa kau tidak suruh
engkoh Eng saling menyebut saudara dengan Thi yaya?"
Menyusul kemudian sambil tertawa cekikikan dia berkata lebih
lanjut : "Kita toh berhubungan secara terpisah dan tiada ikatan satu
sama lainnya!"
Bu lm sin hong Kian Kim siang benar benar mati kutunya, sambil
menggelengkan kepalanya dan menghela napas dia berseru :
"Aaaai, dunia sudah berubah! Dunia benar benar sudah berubah,
aku memang kalah diharuskan bersilat lidah denganmu!"
1469 Dari tempat kejauhan buru buru Pek leng siancu So Bwe leng
menjura, kemudian katanya lembut :
"Kian yaya, harap kau jangan marah, terimalah hormat dari anak
Leng!" Perbuatan dari gadis ini benar benar membuat Bu im sin hong
Kian Kim siang mati kutunya, mau tertawa tak bisa, mau
menangispun tak dapat. Persoalan tidak berhenti sampai disitu saja,
mendadak Pek leng siancu So Bwe leng berkata lagi dengan wajah
serius : "Kembali ke persoalan yang utama, anak Leng merasa masalah
mengerubuti Hian im Tee kun adalah masalahku dengan engkoh
Eng.... " Keng thian giok cu Thi Keng segera tersenyum :
"Anak Leng," dia berkata, "apa alasanmu" Mengapa kau
bersikeras mempertahankan pendapatmu itu?"
Berada dihadapan Keng thian giok cu Thi Keng, sudah barang
tentu Pek leng si?ancu So Bwe leng tak berani sembarangan
berbuat binal, katanya dengan serius :
"Locianpwe berempat sudah lanjut usia, pamor dan kedudukan
kalian sudah cukup termashur dalam dunia persilatan, kalian pun
sudah lama disanjung dan dihormati orang, apabila kalian berempat
harus mengerubuti Hian im Tee kun, sekalipun dapat menang, orang
lain pasti akan menambah bumbu pula didalam ceritanya sehingga
akan mempengaruhi nama baik kalian."
Kemudian setelah berhenti sejenak dia melanjutkan :
"Ini kalau menang, sebaliknya kalau sampai terpeleset sehingga
menderita kekalahan total, bukankah nama baik kalian akan hancur
berantakan tak karuan lagi wujudnya?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera manggut manggut setelah
mendengar perkataan itu, katanya :
"Anak Leng, perkataanmu memang sepintas lalu kedengarannya
sangat masuk diakal, namun kami berprinsip untuk menolong umat
1470 persilatan dan melenyapkan bibit bencana, soal kehilangan nama
atau kedudukan bukan menjadi masalah buat kami."
"Seandainya di dalam dunia persilatan memang benar benar
sudah tiada manusia lagi yang bisa mengalahkan Hian im Tee kun,
demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran, locianpwe berempat
memang wajib berbuat demikian sekalipun harus berkorban jiwapun,
karena hal ini memang merupakan watak dan tujuan dari cianpwe
berempat, namun keadaan yang kita hadapi sekarang toh sama
sekali berbeda dengan keadaan tersebut?"
Bu im sin hong Kian Kim siang yang mendengar sampai disitu,
tak tahan lagi segera menggoda :
"Leng ji, berbicara pulang pergi nampaknya kau nekad hanya
dikarenakan eng?koh Eng?"
"Siapa bilang" Aku berbuat demikian demi kepentingan umat
persilatan....."
"Omitohud!" bisik Sim ji sinni sambil menukas pembicaraan Pek
leng siancu So Bwe leng, "perkataan dari anak Leng memang ada
benarnya, kita semua sudah berlanjut usia, sekarang memang bukan
waktunya bagi kita untuk menarik otot lagi. Thi sauhiap gagah dan
perkasa, dia memang satu satunya pilihan untuk memimpin dunia
persilatan, selain melenyapkan Hian im Tee kun, dia pun bertugas
membina serta melindungi keselamatan umat persilatan dimasa
mendatang, aku pikir seharusnya kita memberi kesempatan untuk
mereka." "Yaa, ketika siaute meninggalkan perbatasan kali ini, sebenarnya
akupun datang dengan membawa cita cita yang besar," ucap Tiang
pek lojin So Seng pak, "namun kenyataannya aku mesti
menanggung malu berulang kali, hanya kesuksesan dari anak Eng
lah yang dapat menghibur hatiku yang kecewa."
Sedangkan Keng thian giok cu Thi Keng tidak berkata apa apa,
dia cuma tersenyum belaka. Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa
terbahak bahak, serunya kemudian :
1471 "Tampaknya lohu harus mengibarkan bendera putih untuk
menyerah dan mundur teratur, anak Leng, kau memang akan
menjadi luar biasa di kemudian hari."
Dengan serius Pek leng siancu So Bwe leng menjura dalam
dalam, kemudian katanya :
"Dimasa masa mendatang aku masih membutuhkan banyak
petunjuk serta bimbingan dari Kian yaya!"
Ucapan tersebut segera membuat Bu im sin hong Kian Kim siang
tertegun, serunya kemudian :
"Anak Leng, kau maksudkan aku si tua bangka masih harus
menempuh perjalanan jauh demi kalian" Tidakkah kau merasa
tindakan tersebut kelewat batas?"
Sam ku sinni tertawa.
"Kian lo sicu, dihari hari biasa kau suka memuji angkatan muda,
itulah sebabnya kau tak bisa bermalas malasan lagi sekarang,
apalagi Thi sau sicu memang tak bisa kekurangan bantuanmu!"
Padahal Bu im sin hong Kian Kim siang memang benar benar
berhasrat sekali un?tuk membantu Thi Eng khi, akan tetapi dia tak
mau mengalah dengan begitu saja, sambil menggelengkan
kepalanya dia berkata lagi :
"Tidak bisa! Tidak bisa! Sudah terlalu lama aku meninggalkan Tin
kui, aku mesti pulang untuk menengok teman teman lama, selain itu
aku pun masih pingin menjadi raja di wilayah Barat daya selama
beberapa tahun lagi!"
Thi Eng khi segera maju ke muka sambil menjura katanya
kemudian : "Kian tua, Eng khi merasa sangat membutuhkan bantuanmu
apalagi keberhasilanku sekarangpun berkat bimbinganmu, harap
Kian tua sudi mengabulkan permintaan ini!"
Wajah Bu im sin hong Kian Kim siang segera berseri seri, sambil
tertawa tergelak katanya :
1472 "Sudahlah, tak usah menempelkan emas lagi diwajahku, lohu tak
mau jual muka kepada siapa pun tapi saudara cilik begitu
memandang tinggi diriku, terpaksa aku pun harus menjual nyawa
tuaku ini untukmu!"
Sekali lagi Thi Eng khi menjura dalam dalam :
"Terima kasih banyak atas cinta kasih Kian tua!"
"Jangan berterima kasih, jangan berterima kasih," Bu im sin hong
Kian Kim siang menggoyangkan tangannya berulang kali, "aku hanya
berharap kau memperketat pengawasanmu saja terhadap bocah
perempuan ini, asal dia tidak mencari gara gara lagi denganku, aku
sudah merasa berterima kasih sekali."
Pek leng siancu So Bwe leng tertawa :
"Kian yaya, kau tak ingin menjadi raja barat daya lagi?" godanya.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera melotot besar,
"Urusan di barat daya sudah lohu atur semua, siapa sih yang
menyuruh kau banyak mulut?"
Pek leng siancu So Bwe leng segera membuat muka setan,
sambil memandang ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang, dia cuma
tertawa belaka. Bu im sin hong Kian Kim siang segera berpaling dan
mengeluarkan sebuah tanda pengenal yang diserahkan kepada Hui
cun siucay Seng Tiok sian, kemudian katanya :
"Tiok sian, ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im yang lohu miliki,
sudah kuwariskan kepadamu, soal barat daya di kemudian hari pun
lohu serahkan penyelesaiannya kepada mu, bawalah tanda pengenal
ini dan beritahu kepada semua orang, kini lohu tak bisa memisahkan
diri, jadi untuk sementara waktu tak akan pulang ke wilayah barat
daya." Dengan wajah menjadi tegang, Hui cun siucay Seng Tiok sian
berseru : "Boanpwe masih muda dan belum berpengalaman, mungkin aku
hanya akan menyia nyiakan kasih sayang supek saja!"


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1473 "Saudara cilik Thi masih lebih muda daripadamu tapi dia toh
berkeberanian untuk memikul tanggung jawab yang berat, masa kau
sama sekali tidak berkeberanian untuk memikul tanggung jawab
sekecil ini?" kata Bu im sin hong Kian Kim siang dengan wajah
bersungguh sungguh.
Hui cun siucay Seng Tiok sian adalah seorang pemuda berdarah
panas, dia disulut oleh Bu im sin hong Kian Kim siang, tak tahan lagi
dia segera berseru :
"Boanpwe tak dapat membuat kau orang tua kehilangan muka,
baik aku akan turut perintah!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa nyaring :
"Nah, begitu baru benar, sebagai seorang pemuda, kau harus
memiliki keberanian, aku percaya di bawah pimpinanmu, wilayah
barat daya sana pasti akan berjaya."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi :
"Sekarang, pulanglah dulu ke wilayah barat daya!"
Setelah berpamitan dengan para cianpwe dan kawanan jago yang
pernah hidup berjuang bersama, dengan berat hati Hui cun siucay
Seng Tiok sian menjanjikan saat perjumpaannya dengan Thi Eng khi
dan berangkat menuju wilayah See lam.
Setelah berpisah dengan Hui cun siucay Seng Tiok sian, Thi Eng
khi berunding kembali dengan keempat tokoh sakti dan sekalian
para jago, kemudian ditetapkan Bu im sin hong Kian Kim siang, Thi
Eng khi, Ciu Tin tin, So Bwe leng, Bu Nay nay, Bu Im, Unta sakti Lok
it hong, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po serta Ban li tui
hong Cu Ngo sekalian berdelapan berangkat ke Sah si untuk
mengobrak abrik sarangnya Hian im Tee kun.
Saat kejadian ini, dengan puluhan hari mundur ke belakang.
Tempat kejadiannya, di luar kota Sah si sarang Hian im Tee kun si
gembong iblis tua itu. Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi
tempo hari, walaupun Hian im Tee kun berhasil melukai Thi Eng khi,
namun dia sendiripun tergetar oleh hawa pedang yang dipancarkan
1474 Thi Eng khi sehingga isi perutnya terluka, malahan separuh
lengannya terpapas kutung...
Atas terjadinya peristiwa ini, otomatis sikap angkuh Hian im Tee
kun yang menganggap dirinya sebagai Tokoh nomor wahid dikolong
langit pun menjadi pudar. Hian im Tee kun memang tidak malu
disebut seorang gembong iblis berpengalaman ternyata reaksinya
terhadap kenyataan tersebut cukup tajam. Mula pertama dia
menyelesaikan lebih dulu segala persoalan di istana Ban seng kiong,
kemudian seorang diri pulang ke markasnya untuk melatih beberapa
macam ilmu beracun sebagai persiapan menghadapi Thi Eng khi lagi
dikemudian hari.
Dua bulan lebih sudah dilewatkan, ilmu sakti yang dilatih Hian im
Tee kun pun menurut rencana sudah berakhir. Saat tersebut bukan
lain adalah saat dimana Thi Eng khi bersama para jago persilatan
berhasil menghancurkan istana Ban seng kiong, dan saat itu, Hian
im Tee kun sebetulnya sudah bersiap siap hendak berangkat ke
istana Ban seng kiong, pada saat itulah dia menjumpai Hiat im li Cun
Bwee kabur pulang dengan rambut yang kusut serta menceritakan
kisah kekalahan dan kehancuran istana Ban seng kiong. Menyusul
kemudian, Hian im li Ciu Lan pulang pula ke sarang tersebut.
Hian im Tee kun memang tak malu disebut gembong iblis tua
yang paling tersohor sejak ratusan tahun terakhir ini. Walaupun
mengalami pukulan sedemikian beratnya dan bagaimanapun
gusarnya dia, namun perasaan tersebut tak sampai diungkapkan
keluar. Dia hanya berkata dengan suara hambar :
"Sekarang, kalian pergilah beristirahat dulu, aku dapat mengatasi
sendiri persoalan ini."
Kemudian Hian im Tee kun termenung seorang diri memikirkan
masalah tersebut, kemudian dipanggilnya kedua gadis itu dan
menyampaikan pesan kepada mereka, Hian im ji li segera berangkat
lagi meninggalkan tempat itu.
Menunggu Hian im ji li sudah pergi, kembali Hian im Tee kun
membenahi sekitar guanya, yang paling hebat adalah di sekitar
mulut gua dan lorong gua tersebut, dia menanamkan berapa puluh
1475 ribu kati obat peledak, asal ada orang berani memasuki gua itu,
niscaya obat peledak itu akan meledak dan mencabik cabik tubuh
korbannya. Ternyata Hian im Tee kun adalah seorang yang amat teliti dan
cerdik, rupanya dia teringat kembali dengan kisah lolosnya Thi Eng
khi dari kurungan api di kuil kecil tempo dulu. Setelah dilakukan
penelitian yang seksama, akhirnya ditemukan cara pemuda tersebut
untuk meloloskan diri, maka serta merta diapun lantas menduga
kalau guanya ini sudah diketahui lawan.
Dimasa lalu, oleh sebab ada Huan im sin ang yang munculkan diri
dalam istana Ban seng kiong dengan wajahnya, sudah barang tentu
Thi Eng khi tak akan pikir sampai ke gua ini. Akan tetapi setelah
Huan im sin ang mati deminya dan seandainya rahasia penyaruan
dari Huan im sin ang diketahui orang, niscaya Thi Eng khi akan
teringat pada gua tersebut. Dan bila Huan im sin ang sudah mati
dan rahasianya diketahui pemuda itu, jikalau Thi Eng khi hendak
mencarinya, mungkin dia akan punya rencana untuk mendatangi
gua rahasia itu.
Walaupun kesemuanya itu hanya dugaan Hian im Tee kun
belaka, tapi kenyataannya memang berhasil tertebak semua
olehnya. Maka persiapan yang dilakukan olehnya untuk menghadapi
segala kemungkinan ini mendatangkan ancaman yang serius bagi
Thi Eng khi, bahkan membahayakan jiwa anak muda tersebut, cuma
kejadian ini berlangsung belakangan nanti, jadi untuk sementara
waktu tidak diceritakan dulu.
Sementara itu, Hian im Tee kun yang sudah selesai melakukan
persiapan di dalam sarangnya, di sepanjang jalan dia meninggalkan
tanda rahasia, dan membawa rencana busuknya yang sudah
dipersiapkan dengan matang, berangkatlah dia menuju ke wilayah
Siang kui. Gembong iblis ini memang licik dan banyak akal muslihatnya,
sekalipun sudah puluhan tahun dia tak pernah munculkan diri dalam
dunia persilatan, padahal situasi dunia persilatan selama puluhan
tahun ini dikuasai olehnya dengan jelas sekali. Sekarang, dia sudah
1476 berencana untuk menguasai daerah pemukiman dari si Pembenci
raja akhir Kwik Keng thian. Perlu diketahui, tempat tinggal si
Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian ini terletak di tengah
pegunungan yang terpencil dengan sekelilingnya merupakan tanah
bukit yang tinggi, jalan menuju ke situ pun cuma satu yakni melalui
gua yang panjangnya puluhan li, boleh dibilang tempat itu selain
terpencil, rahasia pun mudah dalam pertahanan. Atau dengan
perkataan lain tempat itu merupakan markas besar umat persilatan
yang diidamkan setiap orang.
Bila perkampungan Huan keng san ceng dapat dikuasai pula
hingga tempatnya lebih strategis, usahanya untuk membangun
kembali istana Ban seng kiong dan bertarung melawan Thi Eng khi
akan semakin cerah. Hian im Tee kun terhitung seorang manusia
yang berakal licik dan berpengalaman luas, dia berhasil menyelidiki
dengan segala watak si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian. Maka
dengan membawa beberapa macam obat obatan yang langka dan
berperan sebagai seorang pencari obat, dia munculkan diri disekitar
tempat kediaman si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian...
Semenjak terjadi kesalahan paham yang tidak menyenangkan
dengan Thi Eng khi tempo hari, menyusul kemudian tersiar dalam
dunia persilatan tentang gugurnya Huang oh siansu di istana Ban
seng kiong serta pertarungan Thi Eng khi melawan Hian im Tee kun.
Berhubung pertarungannya ini, Thi Eng khi menjadi ternama dan
menjadi lambang keadilan dunia persilatan. Tentu saja berita ini
tersiar pula ke dalam telinga si pembenci raja akhirat Kwik Keng
thian serta Jit gwat siang beng, dengan perbuatan Thi Eng khi yang
begitu mulia dan gagah, bila dikatakan pemuda itu adalah seorang
manusia rendah yang mengincar harta orang lain niscaya semua
orang tak akan percaya. Maka, si pembenci raja akhirat Kwik Keng
thian bersama Jit gwat siang beng dan Hui cun siucay Seng Tiok sian
sekali lagi mengadakan pemeriksaan dengan seksama.
Persoalan yang semula sudah disimpulkan, tapi berhubung sudah
memperoleh pandangan lain, maka penyelidikan dan kesimpulan
yang kemudian berhasil dikumpulkan membuktikan kalau mereka
telah salah menuduh Thi Eng khi. Dengan demikian, tanpa perantara
dari Bu im siang hong Kian Kim sing sebagai penengah pun mereka
1477 sudah mempercayai seratus persen atas perkataan dari Thi Eng khi
ini. Justru karena itu pula, Hui cun siucay Seng Tiok sian baru
membawa kuda Hek liong kou untuk dikembalikan kepada Thi Eng
khi selain mohon maaf darinya. Malah secara kebetulan pula dia
turut serta dalam penumpasan terhadap istana Ban seng kiong.
Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian sendiri, sehabis
mengutus Seng Tiok sian terjun ke arena persilatan, kemudian
mendengar pula tentang munculnya tokoh tokoh lama untuk
menyertai perjuangan menumpas Hian im Tee kun, diam diam
timbul pula semangat tuanya untuk ikut terjun pula ke dalam dunia
persilatan. Dalam hati kecilnya dia pun mengambil keputusan,
menanti Hui cun siucay Seng Tiok sian sudah kembali nanti, dia akan
melakukan pula pergerakan. Untuk mengisi waktu senggang mereka
sambil menunggu kedatangan Seng Tiok sian, si pembenci raja
akhirat Kwik Keng thian dan Jit gwat sian beng To bersaudara
rnengisi waktu dengan mengenang kembali kegagahan mereka di
masa silam. Ada kalanya, mereka pun turun gunung untuk berjalan
jalan, tidak mendekam terus seperti dulu lagi.
Hian im tee kun yang secara diam diam mengintip gerak gerik si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian selama banyak hari,
pengertiannya atas orang ini semakin mendalam, itulah sebabnya
dia dapat menciptakan kesempatan yang baik untuk mengulurkan
cengkeraman mautnya terhadap Kwik Keng thian. Berita tentang
ditumpasnya Ban seng kiong oleh Thi Eng khi, tersiar pula di sekitar
tempat tinggal mereka, akan tetapi oleh sebab beritanya tidak jelas,
hal mana tidak memuaskan hati si pembenci raja akhirat Kwik Keng
thian. Pagi ini, si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian bersama To
bersaudara turun gunung menuju ke kota yang terdekat untuk
mencari berita. Siong tho adalah sebuah kota yang tidak begitu
besar, akan tetapi oleh sebab tempat itu merupakan urat nadi
perdagangan antar propinsi, maka manusia yang berlalu lalang
dikota itu amat banyak, rumah makan dan rumah penginapan pun
tak terhitung jumlahnya.
1478 Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian bersama Jit gwat siang
beng To bersaudara memasuki sebuah rumah makan yang disebut
Ban hoa lo, setelah berpesan beberapa macam sayur dia pun
bersantap bersama kedua orang rekannya. Tentu saja minum arak
bukan tujuan yang pertama, sebab tujuan mereka adalah mencari
kabar tentang ditumpasnya istana Ban seng kiong.
Sementara mereka sedang memasang telinga untuk mencari
kabar dari gemuruhnya suara pembicaraan orang, mendadak dari
arah anak tangga muncul seorang kakek berwajah putih yang
mengenakan jubah berwarna tembaga, pada pinggangnya
tergantung sebuah kantung obat dan sikapnya nampak seperti
dahaga dan lapar sekali.
Begitu muncul dihadapan mereka, dengan dialek Zhuchuan yang
medok dia bertanya :
"Masih ada tempat kosong?"
"Aaah, orang yang baru datang dari Zhuchuan!"
Ingatan tersebut segera melintas dalam benak pembenci raja
akhirat Kwik Keng thian hingga semangatnya segera bangkit, bahkan
dia pun hendak mencari kesempatan untuk dapat berdekatan
dengannya. Sementara itu pelayan telah membawa tamu itu mencari tempat
duduk, jaraknya cuma selisih satu meja dengan tempat dimana si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian duduk, sekalipun diantaranya
terdapat dua meja lain, namun arahnya boleh dibilang saling
berhadap hadapan.
Setelah meneguk dua cawan arak, orang itu nampak lebih
bersemangat, malah mu?lai mengalihkan pandangan matanya
mengawasi para tamu lainnya. Beberapa kali sorot matanya
memandang wajah si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, tapi
seperti tidak memperhatikan saja, dalam sekilas pandangan saja dia
lantas melengos ke arah lain......
1479 Waktu itu, si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian sudah tidak
tahan ingin berkenalan dengannya. Mendadak kakek itu menarik
kembali sorot matanya sambil berseru :
"Pelayan!"
Sang pelayan mengiakan dan segera memburu mendekat,
tanyanya dengan cepat :
"Kek koan, kau ada urusan apa?"
"Lohu ingin mencari tahu tentang sebuah alamat, entah kau tahu
tidak?" "Harap kek koan menyebutkan lebih dulu, bila hamba tidak tahu,
tentu akan kutanyakan kepada orang lain!"
"Baik!" seru si kakek sambil tertawa nyaring, "berdasarkan
ucapanmu barusan, lohu merasa perlu untuk menghadiahkan uang
sebesar lima tahil perak!"
Dari sakunya dia mengeluarkan lima tahil perak dan diletakkan
keatas meja, kemudian katanya lagi :
"Pelayan simpan dulu uang itu, kemudi?an lohu baru akan
bertanya kepadamu."
Daerah pedalaman memang tidak banyak orang kaya, apalagi
sekali memberi persen mencapai lima tahil perak, seingatnya belum
pernah kejadian ini pernah berlangsung. Tak heran kalau pelayan itu
dibuat gelagapan setengah mati, agak tergagap segera serunya :
"Kek koan ini".. ini" ini terlalu banyak, hamba" hamba tidak
berani".. tidak berani menerimanya....!"
Rupanya dia pun kuatir, kuatir kalau uang itu tidak gampang
untuk menerimanya. Sambil tertawa hambar kakek itu berkata :
"Kau tak usah kuatir, sekalipun pertanyaanku tak mampu kau
jawab lohu tak akan minta kembali uang tersebut!"
Dengan perkataan tersebut, pelayan tersebut baru berani
menerima uang tadi, bahkan agak emosi dia bertanya :
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
1480 "Apakah disekitar tempat ini terdapat suatu tempat yang
bernama Lembah batu hitam?"
Pelayan itu memutar otaknya sambil berpikir beberapa saat,
kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berkata
: "Hamba tidak mengetahui tentang tempat ini, harap kau orang
tua menunggu sebentar, hamba akan menanyakan kepada orang
lain." Selasai berkata dia membalikkan badan siap berlalu.
"Siau ji ko, kau tak usah pergi, lohu mengetahui alamat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut...."
Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian yang sudah tidak tahan
semenjak tadi segera menimbrung. Dengan senyum menghiasi
wajahnya, kakek itu segera menjura kepada si pembenci raja akhirat
Kwik Keng thian sambil ujarnya :
"Terima kasih banyak atas petunjuk lotiang, bagaimana kalau
kalian bertiga pindah kemari untuk minum bersama?"
Memanfaatkan kesempatan tersebut si pembenci raja akhirat
Kwik Keng thian dan Jit gwat siang beng To bersaudara segera
berpindah tempat. Kata si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian
sambil tertawa lebar :
"Lotiang datang dari jauh sebagai tamu, biarlah aku yang
menjadi tuan rumahnya."
Dia lantas menitahkan kepada pelayan untuk menyiapkan
hidangan baru. Tapi kakek itu menampik dan bersikeras hendak
menjamu ketiga orang tamunya. Dengan wajah serius si pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian segera berkata :
"Bila totiang menampik lagi, ini menunjukkan kalau kau
memandang rendah orang dusun dan tak sudi berteman!"
Setelah mendengar perkataan itu, si kakek baru tidak berbicara
lagi dan buru buru mengucapkan terima kasih kepada si pembenci
1481 raja akhirat Kwik Keng thian. Dalam pembicaraan selanjutnya yang
berlangsung lebih akrab, kakek itu mengaku bernama Ong See ing,
dia mengaku sebagai seorang umat persilatan yang tujuannya pergi
ke Hek Sik kok adalah mendapat pesan seseorang untuk mencoba
mencari semacam obat mustajab yang amat langka.
Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian menyebutkan nama
marganya tanpa menyinggung tentang nama lengkapnya sedangkan
Jit gwat siang beng To bersaudara malah mengatakan secara terang
terangan nama lengkap mereka. Dengan sikap yang hormat dan
serius Ong See ing memuji muji To bersaudara, pujian mana
membuat Jit gwat siang beng merasa gembira sekali.
Oleh karena sikap Jit gwat siang beng terhadap si pembenci raja
akhirat amat hormat maka keadaan ini memberitahukan pula kepada
Ong See ing bahwa kakek ter?sebut berkedudukan amat tinggi.
Kesemuanya ini membuat sikap Ong See ing terhadap si pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian pun makin menaruh hormat.
Manusia memang demikianlah, asalkan kedua belah pihak sudah
saling mengenal maka hormat menghormat pun akan tumbuh
apalagi penampilan Ong See ing yang luar biasa, selain menaruh
hormat kepada orang lain, dia sendiripun menampilkan sikapnya
yang anggun sehingga si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian pun
tak berani memandang rendah kepadanya.
Menggunakan kesempatan mana si pembenci raja akhirat Kwik
Keng thian menanyakan kisah cerita tentang keberhasilan Thi Eng
khi menumpas istana Ban seng kiong. Dengan mencorongkan sinar
tajam dan wajah berseri, Ong See ing berkata :
"Saudara Kwik, terus terang saja kukatakan, siaute ikut serta
didalam peristiwa besar itu."
Kemudian secara ringkas diapun bercerita bagaimana dia
mengikuti Thi Eng khi menumpas istana Ban seng kiong. Si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian menjadi kegirangan setengah
mati, seakan akan dia sendiripun turut serta didalam peristiwa besar
tersebut. 1482 Tiba tiba Ong See ing merendahkan suaranya sambil berbisik :
"Kedatanganku kali inipun sesungguhnya atas pesan dari Thi
sauhiap..."
Ketika berbicara sampai ditengah jalan sengaja dia menghentikan
perkataannya dan menantikan perubahan wajah dari si pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian sekalian. Benar juga paras muka si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian agak berubah, katanya
dengan cepat : "Apakah kau datang mencari seseorang?"
Berbicara sampai disitu, dengan kening berkerut dia lantas
berpikir kembali :
"Kalau dibilang lohu yang dicari, mengapa dia tidak menyuruh
anak Tiok?"
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia mengawasi beberapa kali
wajah Ong See ing dengan seksama. Sambil tersenyum Ong See ing
berkata : "Lotiang memang hebat sekali, sekali tebak sudah dapat
menduga maksud kedatanganku!"
Tiba tiba dia memberi penjelasan lagi.
"Sebenarnya Hui cun siucay Seng sauhiap yang hendak
ditugaskan kembali ke rumah, akan tetapi berhubung Thi sauhiap
masih memerlukan bantuan dari Seng sauhiap oleh sebab itu
akhirnya akulah yang diutus kemari."
Dengan adanya penjelasan tersebut, seketika itu juga kecurigaan
si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian menjadi hilang lenyap tak
berbekas katanya sambil tertawa nyaring :
"Kalau begitu akulah orang yang sedang saudara Ong cari, kalau
toh kau sebagai sahabat Thi sauhiap, akupun rasanya tak bisa
mengelabuhi dirimu lebih jauh."
Ong See ing berlagak sangat terkejut serunya kemudian agak
tertahan : "Apakah lotiang adalah Kwik tayhiap, Kwik Keng thian
tayhiap".?"
1483 Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian segera tertawa
terbahak bahak :
"Haaahhh". Haaahhh".haaahhh?" apabila lohu bersikap
kurang hormat, harap saudara Ong sudi memaafkan".."
Buru buru Ong See ing menjura,
"Aku benar benar punya mata tak berbiji sehingga tidak
mengenali bukit Thay san, harap kau jangan menertawakan."
Kedua orang itu segera tertawa terbahak bahak dengan
gembiranya, selang berapa saat kemudian, Ong See ing baru
mengeluarkan sebuah kotak kemala hijau dan diangsurkan ke
hadapan si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian sambil berkata :
"Tatkala Thi sauhiap berhasil menumpas istana Ban seng kiong,
dari dalam gudang harta Ban seng kiong telah ditemukan benda Pek
giok cian gi ini, itulah sebabnya aku diutus kemari untuk
mengembalikannya kepada Kwik tayhiap, sekalian menitipkan satu
persoalan."
Sambil tertawa terbahak bahak si pembenci raja akhirat Kwik
Keng thian menerima kembali Pek giok cian gi tersebut, kemudian
setelah memandang sekejap ke arah Jit gwat siang beng To
bersaudara, katanya lagi :
"Thi sauhiap begitu berjiwa besar, kejadian ini benar benar
membuat lohu malu kepada orang yang telah tiada."
Dengan perasaan si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian
sekarang, jangan lagi Thi Eng khi hanya meninggalkan satu pesan
saja, sekalipun beribu macam masalah pun tentu akan disanggupi
semua. Ong See ing memang pandai sekali melihat keadaan, tidak
sampai si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian bertanya la?gi, dia
sudah berkata lebih jauh :
"Tempat ini banyak orang dan kurang leluasa untuk berbincang,
bagaimana kalau kita berpindah ke tempat yang lebih aman dan
tenang saja?"
Si Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian segera menarik tangan
Ong See ing seraya berkata :
1484 "Lote, rumahku tak jauh letaknya dari sini, apabila kau tidak
menampik, bagaimana kalau kita berbicara di sana saja?"
Tenaga dalam Ong See ing sudah mencapai tingkatan yang luar
biasa sekali, hal ini membuat wajahnya kelihatan jauh lebih muda
ketimbang si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian. Sekarang, si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian sudah menganggap istimewa
Ong See ing, dengan sendirinya diapun bersikap hangat seperti
terhadap sobat lama saja. Mengikuti sikap raja akhirat Kwik Keng
thian, Ong See ing pun turut berganti sebutannya :
"Saudara Kwik, inilah keinginan siaute sebelum jauh jauh datang
kemari, harap saudara Kwik membawa jalan."
Mereka berempat segera berangkat meninggalkan loteng Ban hoa
lo, diiringi perbincangan yang hangat dan gelak tertawa yang riang
gembira berangkatlah mereka menuju ke tempat kediaman si
pembenci raja akhirat Kwik Keng thian.
Di tengah jalan Ong See ing menuturkan pula maksud
kedatangannya ke situ. Menurut penuturan Ong See ing, dalam
pertarungan menumpas istana Ban seng kiong, walaupun Thi Eng
khi berhasil menumpas semua gembong iblis yang berada disitu,
namun pentolannya berhasil kabur, sehingga hal ini menambah
ancaman bagi dunia persilatan.
Kemudian diperoleh kabar yang mengatakan Hian im Tee kun
telah kabur ke situ, maka diapun sengaja diutus kemari untuk
membantu si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian dalam usahanya
menghimpun para jago yang berada di sekitar sana untuk bersama
sama menghadapi Hian im Tee kun.
Di samping itu, Hian im Tee kun pun konon berhasil membuat
semacam obat beracun yang mematikan bila terkena tubuh manusia,
itulah sebabnya si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian diminta
menyelidiki obat pemunahnya sebagai persiapan bila digunakan
dikemudian hari...
Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian yang pernah menuduh
Thi Eng khi dimasa silam, selalu menyesal di hatinya, maka untuk
1485 menebus kesalahan ini, apa saja yang dikehendaki Thi Eng khi
segera dipenuhinya.
Setibanya di dalam lembah Hek sik kok, si pembenci raja akhirat
Kwik Keng thian segera mencari suatu tempat yang tenang,
kemudian membawa obat racun dari Hian im Tee kun yang
diserahkan Ong See ing kepadanya itu untuk diselidiki obat
penawarnya. Di samping itu, diapun berpesan kepada Jit gwat siang beng To
bersaudara agar menyebarkan Eng hiong tiap dan mengundang
segenap jago yang tinggal diseputar situ untuk bersama sana
berkumpul di perkampungan Huan keng san ceng sambil menuruti
perintah Ong See ing. Begitulah, dengan suatu cara yang sangat
sederhana, Ong See ing berhasil menghimpun suatu kekuatan baru.
Tak lama kemudian Thi Eng khi mengutus datang pula beberapa
jago lihay yang semuanya terjebak oleh tipu muslihat Ong See ing
dan dikendalikan olehnya.
Si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian sendiri sepanjang hari
sedang dibikin pusing oleh persoalan pelik yang dia?jukan Ong See
ing tersebut, siang malam ia selalu bekerja keras untuk menyelidiki
obat penawar racun, otomatis diapun tidak mengetahui kalau para
jago yang berada di sekitar daerah itu sudah terjebak semua oleh
tipu muslihat Ong See ing. Walaupun akhirnya Jit gwat siang beng
To bersaudara melihat kalau gelagat kurang beres, tapi oleh sebab
mereka tidak berkekuasaan apapun, ditambah pula selalu diawasi
oleh Ong See ing secara ketat, maka kecuali memperalat mereka
untuk mempengaruhi para jago, mereka tak mampu berbuat apa
apa. Begitulah, Hian im Tee kun berhasil menginjakkan kakinya di
wilayah See lam. Dalam keadaan seperti inilah, Hui cun siucay Seng
Tiok sian pulang ke lembah Hek sik kok, tempat tinggal gurunya
dengan menunggang kuda Hek liong kou nya. Ong See ing sama
sekali tidak menyangka kalau Hui cun siucay Seng Tiok sian dapat
kembali sedemikian cepatnya.
1486 Hui cun siucay Seng Tiok sian sendiri mimpi pun tidak menyangka
kalau daerah yang bakal dikembangkan olehnya dikangkangi orang
lain. Semenjak tiba di kota Bau sian, Hui cun siucay Seng Tiok sian
sudah merasakan ketidak beresan tersebut. Sebagai seorang
pemuda yang cerdas, setelah melihat kecurigaan mana maka Hui
cun siucay Seng Tiok sian memutuskan untuk tidak pulang secara
langsung melainkan kembali dulu ke rumahnya sendiri. Tempat ini
tak lain adalah tempat di mana untuk pertama kalinya Hui cun siucay
Seng Tiok sian berkenalan dengan Thi Eng khi.
Walaupun perencanaan dari Hian im Tee kun sangat cermat dan
seksama, namun ia sama sekali tidak menduga kalau Hui cun siucay
Seng Tiok sian masih mempunyai rumah lain, salah perhitungan
yang amat kecil ini membuat Hui cun siucay Seng Tiok sian berhasil
lolos dari bencana kematian.
Ketika Hui cun siucay Seng Tiok sian pulang ke rumah sendiri,
pembantunya Seng Liang segera menggelengkan kepalanya dan
menghela napas seraya berkata :
"Kongcu, sahabatmu Thi ciangbunjin jelas bukan seorang
manusia baik baik!"
"Seng Liang," tegur Hui cun siucay Seng Tiok sian sambil
berkerut kening, "apa maksud perkataanmu itu" Seandainya aku
tidak memandangmu sebagai orang tua dari keluarga Seng kita, aku
sudah bersikap tidak sungkan sungkan lagi kepadamu."
Dengan wajah sedih Seng Liang berkata :
"Kongcu, aku Seng Liang tidak akan berkata demikian seandainya
aku tidak melihatmu semenjak masih kecil dulu tumbuh hingga
dewasa, hamba pun sudah ba?nyak menerima budi kebaikan dari
loya berdua, untuk itu, walaupun kongcu hendak membunuhku pada
hari ini, hamba tetap bersikeras hendak mengutarakan keluar semua
uneg uneg didalam hatiku!"
Menyaksikan kesetiaan Seng Liang tersebut, Hui cun siucay Seng
Tiok sian segera menghela napas panjang.
1487 "Baiklah asal ucapanmu itu cengli, aku tak akan menjadi marah,
akan tetapi bila ucapanmu itu ngaco belo tak karuan, selanjutnya
kau pun tak usah berbincang bincang lagi denganku!"
"Kongcu!" kata Seng Liang kembali dengan serius, "apabila kau
menganggap ucapan hamba tidak seharusnya diutarakan, hamba
pun tak akan memperepotkan kongcu, aku bisa menempuh
perjalananku sendiri... "
Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak berbicara lagi, dengan tenang
dia menantikan kata kata berikutnya dari Seng Liang. Sekali lagi
Seng Liang menghela napas panjang, lalu berkata :
"Wilayah barat daya kita ini sudah dibikin kacau tak karuan oleh
orang orang yang diutus oleh Thi sauhiap!"
"Thi sauhiap telah mengirim orang" Siapakah dia?" tanya Hui cun
siucay Seng Tiok sian dengan wajah tertegun.
"Dia mengaku bernama Ong See ing, apakah kongcu tidak kenal
dengan orang ini?"
Hui cun siucay Seng Tiok sian segera berteriak keras keras :
"Sejak aku berpisah dengan Thi ciangbunjin, sepanjang jalan
tanpa berhenti langsung pulang kemari, bila kuketahui tentang
peristiwa ini, buat apa kutanyakan lagi kepadamu?"
"Sudah hampir dua bulan lebih Thi sauhiap mengutuskan orang
datang kemari, sekarang semua jago dari sekitar tempat ini telah
terjatuh ke tangannya, suasana yang kacau balau tidak seperti
beberapa waktu berselang lagi."
"Sudah dua bulan lebih?" Hui cun siu?cay Seng Tiok sian


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergumam seorang diri.
"Waktu yang lebih tepat adalah dua bulan lebih delapan belas
hari," Seng Liang menerangkan lebih jelas lagi.
Dengan wajah serius dan nada yang panik Hui cun siucay Seng
Tiok sian segera berseru:
1488 "Tujuh puluh delapan hari berselang Thi ciangbunjin masih
berada dalam keadaan sakit, pada waktu itu hakekatnya dia tidak
mencampuri urusan apa pun. disamping itu tiada seorang manusia
pun diantara para jago yang bernama Ong See ing."
Kemudian setelah berjalan bolak balik sambil termenung tiba tiba
ia bertanya lagi :
"Seng Liang, apakah kau pernah bersua dengan manusia yang
bersama Ong See ing itu?"
"Dari kejauhan aku pernah melihat dirinya satu kali, dia
mengenakan jubah berwarna tembaga dengan usia sekitar enam
puluh tahunan, wajahnya putih bersih tanpa berkumis, semangatnya
segar seperti pemuda tapi berwajah penuh kewibawaan."
Hui cun siucay Seng Tiok sian termenung sebentar, lalu tanyanya
lebih jauh : "Ciri khas apa lagi yang dimilikinya" Seperti kedua belah
tangannya apakah mempunyai kelainan?"
"Dia selalu mengenakan jubah yang lebar dengan
menyembunyikan sepasang tangannya dibalik pakaian, belum
pernah ada orang yang menyaksikan bentuk lengannya."
"Selain Ong See ing, masih ada siapa lagi?"
"Konon yang diutus kemari semuanya sudah berusia lanjut, tapi
hamba pernah menyaksikan ada seorang gadis yang masih muda
dan cantik lagi, hamba lihat hubungannya dengan Un sangat
akrab..." "Apakah tiada dua orang gadis muda?"
"Yang terlihat sekarang baru seorang, mungkin rekannya belum
sampai sini. Apakah kongcu kenal baik dengan mereka?"
Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak menjawab pertanyaannya
dari Seng Liang tersebut, hanya dalam hati kecilnya diam diam ia
berpikir keras :
1489 "Heran, di antara Hian im ji li, mengapa baru seorang yang
munculkan diri?"
Melihat majikannya Hui cun siucay Seng Tiok sian tidak
menjawab, Seng Liang segera sok pintar, katanya lagi :
"Bagaimanakah watak nona Un, kau bersua dengan mereka
nanti, lebih baik berlagaklah seakan akan belum pernah mengenal."
Baru saja Seng Liang menyelesaikan kata katanya, dari luar pintu
sana sudah terdengar suara ujung baju yang terhembus angin
berkumandang datang. Buru buru Hui cun siucay Seng Tiok sian
menggoyangkan tangannya mencegah Seng Liang berkata lebih
lanjut. Sesaat kemudian terdengar seseorang berseru dari luar pintu
: "Engkoh Tiok, kau ada di rumah?"
Bayangan merah berkelebat lewat, nona Ting Un dengan
mengenakan baju berwarna merah sudah menyelinap masuk ke
dalam ruangan. Dengan senyuman dikulum Hui cun siu?cay Seng
Tiok sian segera menyongsong kedatangannya seraya menegur :
"Adik Un, darimana kau tahu kalau aku sudah kembali?"
Ting Un tertawa katanya :
"Sanjin merasa hati berdebar, maka setelah dihitung hitung,
kuketahui bahwa kau telah datang."
"Ooooh, kau mendapat tahu dari mulut mereka?"
"Kalau toh sudah pulang, mengapa kau tidak datang menengok
diriku....?" seru Ting Un lagi dengan wajah mendongkol.
Melihat gadis itu sengaja mengalihkan pembicaraan ke arah lain,
dengan perasaan gelisah dia mendepak depakan kakinya berulang
kali seraya berseru :
"Adik Un, sekarang bukan waktunya untuk mengumbar watak
nonamu, kau harus tahu Ong See ing sesungguhnya adalah hasil
penyaruan dari Hian im Tee kun, cepat katakan kepadaku, apakah
ada orang yang sengaja memberitahukan kepadamu bahwa aku
telah pulang?"
1490 Begitu mendapat tahu kalau Ong See ing adalah Hian im Tee
kun, Ting Un merasa terkejut sekali serunya kemudian cepat cepat :
"Tapi apa sangkut pautnya dengan kita?"
"Sangkut pautnya besar sekali orang justru memperalat dirimu
untuk mengajak mereka datang kemari!"
"Yaa, mungkin aku benar benar sudah terjebak oleh siasat budak
itu," seru Ting Un kemudian sambil menyumpah nyumpah.
Baru selesai dia berkata, dari luar pintu sudah kedengaran
seseorang berseru :
"Sayang sekali terlalu lambat kau mengetahui akan hal ini...."
"Siapa diluar?" bentak Hui cun siucay Seng Tiok sian setengah
menghardik. Dengan cepat dia menarik Ting Un kebelakang tubuhnya,
sementara senjata kipas emasnya sudah dicabut keluar, hawa murni
segera dihimpun dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan. Ting Un dan Seng Liang yang berdiri
di?belakang Hui cun siucay Seng Tiok sian serentak meloloskan pula
senjata masing masing untuk menghadapi segala kemungki?nan.
Nona Ting Un mempergunakan sebilah pedang Gin kong kiam,
sedangkan senjata andalan Seng Liang adalah sebilah golok raksasa.
Pada saat itulah dari luar pintu berjalan masuk Hian im li Cun Bwee,
sambil berdiri ditepi pintu dan memandang ke arah Ting Un katanya
sambil tertawa dan manggut manggut tiada hentinya,
"Adik kecil, enci mesti berterima kasih kepadamu, coba kalau kau
tidak bertindak sebagai petunjuk jalan, enci tak pernah akan
menyangka kalau Seng tayhiap memiliki rumah yang begini indah
disini...... "
"Hmmm!" Ting Un mengumpat keras keras, "sekarang kedok
palsu kalian sudah terbongkar, kami jago jago dari See lam tidak
akan percaya lagi dengan kalian."
1491 "Siapa bilang kedok kami sudah terbongkar?" Hian im li Cun
Bwee tertawa licik.
"Tentu saja, sebab kami sudah mengetahui identitas kalian yang
sebenarnya!"
Hian im li Cun Bwee segera tertawa terkekeh kekeh.
"Heeehhh... heeehhh.... heeehhh... walaupun kalian bertiga tahu
akan persoalan ini, namun aku yakin kalian tak akan mampu untuk
mengatakan kepada siapa pun."
"Hmmmm, setan baru tak bisa berbicara!" seru nona Ting Un
sambil menarik wajahnya.
Buru buru Hui cun siucay Seng Tiok sian mengerahkan ilmu
menyampaikan suaranya memperingatkan Ting Un dan Seng Liang :
"Kalian harus berhati hati, mereka hendak membunuh orang
untuk melenyapkan saksi, lebih baik kalian saksikan saja cara
kerjaku, siapa tahu dengan cara itu kita masih bisa lolos dari
kepungan ini... "
Ketika Hian im li Cun Bwee menyaksikan Hui cun siucay Seng
Tiok sian berkemak kemik tanpa kedengaran suaranya, sadarlah dia
bahwa lawan lawannya tak akan takluk dengan begitu saja, maka
sambil tertawa seram katanya :
"Seng sauhiap, aku lihat kau tak usah membuang waktu dan
tenaga dengan percuma, kalian tak akan mempunyai kesempatan
lagi untuk meloloskan diri dari sini!"
Berbicara sampai disitu dia lantas berpekik nyaring, menyusul
suara pekikan itu dari sekeliling bangunan rumah itupun bergema
suara sahutan yang nyaring. Hal ini menunjukkan kalau Hui cun
siucay Seng Tiok sian sekalian sudah terkepung rapat rapat. Setelah
bergemanya suara pekikan itu, sambil tertawa kembali Hian im li Cun
Bwee berkata : "Orang orang yang berada diluar rumah merupakan komplotan
kepercayaan dari Hian im Tee kun, tak seorangpun diantara mereka
merupakan sahabat kalian."
1492 "Tidak kabur yaa tidak kebur, siapa sih yang takut kepadamu?"
seru Ting Un sangat gusar.
Perkataannya ini sangat polos dan lucu, dianggapnya sangat lihay
dan tidak kuatir menghadapi kepungan tersebut. Padahal dalam
pendengaran orang lain, hal ini sangat menggelikan sekali.
"Saat ini, hanya ada dua jalan yang dapat kalian tempuh!" kata
Hian im li Cun Bwee lebih jauh.
Hui can siucay Seng Tiok sian pernah menderita kerugian di
tangan Hian im li Cun Bwee, diapun cukup mengetahui akan
kelihayannya, semenjak kemunculan perempuan iblis tersebut, dia
jarang sekali berbicara, sementara otaknya berputar terus mencari
akal bagaimana caranya meloloskan diri dari situ, itulah sebabnya
dia membiarkan Ting Un berteriak teriak tiada hentinya. Tapi kalau
dilihat dari situasi yang berada didepan mata, nampaknya mereka
sudah tidak memiliki kesempatan apapun untuk meloloskan diri dari
situ. Dalam keadaan demikian, timbullah gagasan Hui cun siucay Seng
Tiok sian untuk beradu jiwa dengan lawannya, sambil tertawa
terbahak bahak Pendekar Pemetik Harpa 2 Golok Halilintar Karya Khu Lung Harpa Iblis Jari Sakti 21
^