Pencarian

Pukulan Naga Sakti 26

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 26


dia lantas berseru :
"Haaahhhh... haaahhhh..... haaahhhh.... siluman perempuan,
kepandaianmu sudah pernah kurasakan, sekarang kita pun tak usah
banyak berbicara lagi, lihat serangan!"
Dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im yang
lihay, dia menyelinap ke hadapan Hian im li kemudian senjata kipas
emasnya dengan disertai segulung tenaga serangan yang sangat
kuat langsung membacok pinggang Hian im li Cun Bwee. Mimpi pun
Hian im li Cun Bwee tak pernah menyangka kalau Hui cun siucay
Seng Tiok sian pernah mempelajari ilmu Hu kong keng im, gara gara
keteledorannya hampir saja dia termakan oleh serangan lawan.
Berada dalam keadaan seperti ini, kontan saja dia kena terdesak
oleh sapuan kipas emas Hui cun siucay Seng Tiok sian sehingga
mundur ke samping. Dengan cepat Hui cun siucay Seng Tiok sian
menyerbu ke depan pintu dan menghadang jalan mundurnya.
1493 Agaknya Hian im li Cun Bwee sudah dapat menduga maksud hati Hui
cun siucay Seng Tiok sian, dengan cepat dia berjalan ke arah
tengah, lalu sambil melirik sekejap wajah ketiga orang itu dengan
pandangan sinis. Katanya sambil tertawa dingin :
"Hanya mengandalkan kalian bertiga sudah ingin mengancam
diriku" Huuuh......kalian masih ketinggalan jauh sekali"."
Selesai berkata dia lantas merentangkan sepasang tangannya,
seakan akan sedang berkata begini :
"Untuk menghadapi kalian, aku tak perlu mempergunakan
senjata lagi."
Ting Un sudah memperoleh segenap warisan ilmu keluarganya,
dalam lingkungan perkampungan Huan keng san ceng terhitung
seorang manusia yang luar biasa. Dengan keadaan seperti ini, tak
heran kalau dia mempunyai pandangan tidak tahu tingginya langit
dan tebalnya bumi. Dialah yang pertama tama tidak tahan dulu
menghadapi sikap angkuh dari Hian im li Cun Bwee.
Pedang Gin kong kiamnya segera dimasukan kembali ke dalam
sarungnya, lalu serunya sambil tertawa dingin :
"Nonamu tak ingin mencari keuntungan diatas senjata, akan
kusuruh kau sadari bahwa di atas langit masih ada langit, diatas
manusia masih ada manusia lain!"
Gadis ini memang berwatak demikian begitu ingin bertarung
lantas turun tangan dengan cepat. Sambil bertekuk pinggang dia
melompat ke depan, lalu dengan jurus Giok li tou huan (gadis suci
masuk ke dalam pelukan) dia menyambarkan telapak tangannya ke
depan menghantam jalan darah Jit kan hiat di dada Hian im li Cun
Bwee. Hui cun siucay Seng Tiok sian cukup mengetahui akan kelihayan
Hian im li Cun Bwee, melihat nona Ting Un bersikap tak tahu diri, dia
sadar dalam satu gebrakan pun nona ini bakal menderita kerugian di
tangan lawannya maka sambil berkerut kening bentaknya keras
keras : "Lihat serangan!"
1494 Lagi lagi dia menyelinap maju ke depan nona Ting Un dengan
gerakan Hu kong keng im lalu menghalangi dihadapannya sehingga
nona Ting Un tak mampu melanjutkan serangannya, kemudian
tangannya bergerak cepat memainkan jurus Hong seng im tong
(angin muncul awan bergerak) menciptakan selapis bayangan kipas
yang bersama sama membabat pinggang Hian im li Cun Bwee.
Jilid 46 Tujuannya yang terutama di dalam melancarkan serangan ini
adalah untuk menyelamatkan nona Ting Un dari kegegabahannya
melancarkan serangan, karenanya sementara tangan kanan
melepaskan serangan, tangan kirinya dipergunakan untuk menahan
nona Ting Un agar tidak maju lebih ke muka.
"Adik Un," teriaknya keras keras, "untuk menghadapi manusia
jahat seperti ini, lebih baik kita bertiga sama sama mencabut
senjata?" Maksud dari teriakannya itu adalah menyadarkan nona Ting Un
agar secepatnya meloloskan pedangnya.
Hian im li Cun Bwee sendiri ketika menyaksikan sikap Ting Un
begitu polos dan kekanak kanakan, bahkan ingin menghadapinya
dengan tangan kosong belaka, dengan perasaan geli dia lantas
berhenti bergerak, dia ingin melihat dulu gerak serangan dari
lawannya sebelum turun tangan meringkus gadis tersebut.
Menurut perhitungannya, seandainya Ting Un berhasil dibekuk
dan dijadikan sandera, niscaya dia tak perlu repot repot lagi untuk
melangsungkan pertarungan. Siapa tahu Hui cun siucay Seng Tiok
sian sangat menguatirkan keselamatan Ting Un dan tiba tiba saja
menyerobot maju ke depan sambil melepaskan serangan.
Tatkala Hui cun siucay Seng Tiok sian mempergunakan gerakan
Hu kong keng im untuk pertama kalinya tadi, oleh karena
kecepatannya diluar dugaan Hian im li Cun Bwee, maka walaupun
tenaga dalam yang dimiliki gadis itu cukup lihay, namun berhubung
1495 dia tak tahu kalau ilmu Hu kong keng im yang dipelajari Hui cun
siucay Seng Tiok sian sudah mencapai pada kesempurnaan, dalam
gugupnya dia kena terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih.
Sebagai gadis yang cerdik, Ting Un segera dapat merasakan
betapa kasihnya Hui cun siucay Seng Tiok sian untuk melindungi
keselamatannya tadi, dia menjadi terperanjat. Sekarang dia baru
menduga kalau Hian im li adalah seorang manusia yang sukar
dihadapi, itulah sebabnya Hui cun siucay Seng Tiok sian baru
menghadang dihadapannya untuk melindungi keselamatan
jiwanya".. Maka setelah mundur ke belakang, dengan cepat dia
meloloskan kembali pedang Gin kong kiamnya untuk bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan.
Setelah bergeser tiga langkah ke samping, Hian im li Cun Bwee
segera mendengus dingin seraya berseru :
"Baru berpisah beberapa hari, kemajuan yang kauperoleh benar
benar pesat sekali, sejak kapan kau berhasil mempelajari ilmu
gerakan tubuh Hu kong keng im nya si Kian tua?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi :
"Dengan dasar kepandaian silat yang kau miliki sudah pingin
pelajari ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im" Hmmm, aku lihat
akhirnya toh tiada gunanya juga."
Telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan
sebuah pukulan dahsyat yang membuat bayangan kipas dari Hui cun
siucay Seng Tiok sian tergetar keras dan mencelat ke samping.
Diantara kalangan angkatan muda, Hui cun siucay Seng Tiok sian
termasuk seorang jagoan yang menonjol, apalagi setelah
memperoleh banyak kebaikan dari Bu im sin hong Kian Kim siang
selama berada di istana Ban seng kiong, tenaga dalamnya boleh
dibilang sudah maju setapak lagi. Siapa tahu serangan yang
dianggapnya cukup dahsyat tersebut dalam kenyataannya berhasil
dipunahkan oleh Hian im li Cun Bwee dengan sangat gampang, ini
menyebabkan hatinya tercekat, segera bentaknya keras keras :
"Adik Un, Seng Liang, mari kita maju bersama sama."
1496 Dengan jurus Keng to pak an (ombak dahsyat memecah ditepian)
kipas emasnya disodok kembali menyerang Hian im li Cun Bwee.
Seng Liang dengan mengayunkan golok raksasanya memainkan
jurus Heng sau cian kun (menyapu rata seribu prajurit), segulung
desingan angin golok segera menyambar di udara dengan amat
dahsyat"..
Nona Ting Un tidak ambil diam, pedang Gin kong kiamnya
memainkan jurus Tin go ci hou (Tin go menusuk harimau) dan
memancarkan serentetan cahaya perak yang amat menyilaukan
mata. Tampak Hian im li Cun Bwee memutar badannya dua
lingkaran serta menghindarkan diri dari sambaran pedang Gin kong
kiam dari nona Ting Un dan bacokan golok dari Seng Liang,
kemudian tiba tiba saja dia memutar pergelangan tangannya dan
secara beruntun melepaskan tiga jurus serangan berantai ke arah
Hui cun siucay Seng Tiok sian.
Ketiga jurus serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar
biasa dan disertai kekuatan yang amat dahsyat, arah yang
diserangpun berupa jalan darah penting diseluruh badan Hui cun
siucay Seng Tiok sian, kontan saja pemuda itu terdesak sehingga
mundur empat langkah ke belakang. Begitu berhasil mendesak
mundur Hui cun siucay Seng Tiok sian, Hian im li Cun Bwee
membalikkan lengan dan bertekuk pinggang, tangan kiri serta
tangan kanannya digerakkan bersama sama, lagi lagi dia berhasil
mendesak mundur nona Ting Un dan Seng Liang sejauh tujuh
langkah lebih dalam satu gebrakan saja.
Selesai mendesak mundur Hui cun siucay Seng Tiok sian, nona
Ting Un dan Seng Liang bertiga mendadak Hian im li Cun Bwee
membentak nyaring :
"Sekarang, kalian pun saksikan kelihayanku ini!"
Mendadak dia melompat ke tengah udara, kemudian tubuhnya
bergerak lemas seperti daun yang liu yang bergoyang terhembus
angin, tahu tahu sesosok bayangan manusia sudah berkelebat di
dalam ruangan itu. Hui cun siucay Seng Tiok sian segera mengerti
bahwa Hian im li Cun Bwee bermaksud memamerkan kekuatan
tenaga dalamnya dalam gerakan ini, dia tidak berani berayal lagi,
1497 sambil mengembangkan ilmu Hu kong keng im nya yang lihay, dia
bergerak mengikuti perubahan lawan.
Tiba tiba saja dari dalam ruangan bergulung lewat angin puyuh
yang menderu deru, hawa serangannya maha dahysat tersebut
segera memancar ke empat penjuru. Bayangan kipas, cahaya
pedang, sinar golok, angin pukulan seketika bercampur aduk
menjadi satu, suatu pertarungan yang sengit dan menggidikkan hati
pun berlangsung di sana.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, mendadak terdengar
Seng Liang menjerit keras dan.....
"Traaaang!" golok raksasanya terhajar oleh pukulan Hian im li
Cun Bwee sehingga mencelat ke belakang dan jatuh ke tanah.
Sementara orangnya ikut terhajar pula sampai mundur sejauh lima
langkah lebih, akhirnya dia jatuh terduduk ke tanah dan
memuntahkan darah segar.
Pada saat Seng Liang menderita luka, nona Ting Un menjerit pula
dengan suara keras, pedang Gin kong kiamnya terlepas dari tangan
dan tubuhnya mundur ke sudut ruangan dengan wajah pucat pias
seperti mayat dan napas tersengkal sengkal, akhirnya setelah
bersandar di dinding dengan tubuh gemetar, ia jatuh terduduk ke
atas tanah. Rupanya jalan darah Cian keng hiatnya sudah terhajar Hian im li
Cun Bwee sehingga gadis tersebut kehilangan kemampuannya untuk
melanjutkan pertarungan. Walaupun demikian, masih untung isi
perutnya tidak sampai terluka parah, namun begitu si nonapun
untuk sementara waktu tak dapat menerjunkan diri lagi dalam arena
pertarungan. Setelah berhasil melukai dua orang lawannya, kini Hian
im li Cun Bwee tinggal menghadapi Hui cun siucay Seng Tiok sian
seorang saja. Dengan kemampuan yang dimiliki Hui cun siucay Seng
Tiok sian, bayangkan saja bagaimana mungkin dia bisa menandingi
kelihayan Hian im li Cun Bwee"
Untung saja dia baru mempelajari ilmu Hu kong keng im yang
sangat lihay, sehingga kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Hian
1498 im li cukup lihay, untuk sesaat dia tak mampu merobohkan
lawannya. Tapi hal itu sudah jelas tertera pula menang atau kalah
adalah masalah waktu belaka.
Kecuali Bu im sin hong Kian Kim siang, ketua Siau lim pay Ci long
siansu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang bertiga yang selama
hidup tak pernah menunggang kuda, atau para jago anggota Siau
lim pay dan Bu tong pay kurang leluasa menunggang kuda, maka
Thi Eng khi, Pek leng siancu So Bwe leng, si pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, si Unta
sakti Lok It hong serta kakak beradik Bu Nay nay dan Bu Im
bersama sama menunggang kuda jempolan dan menuruni bukit Ban
seng kiong menuju ke kota Sah si dimana sarang Hian im Tee kun
berada. Tentu saja Thi Eng khi telah menunggang kuda kesayangannya
Hek liong kou lagi. Bu im sin hong Kian Kim siang, ketua Siau lim
pay Ci long siansu dan ketua Bu tong pay Keng hian totiang bertiga
tetap berjalan kaki mengikuti dibelakang.
Bagi penglihatan umat persilatan, jarak dari Ban seng kiong yang
berada di bukit Wu san sampai di kota Sah si tidak termasuk suatu
perjalanan yang terlampau jauh, apalagi dengan menunggang kuda
tanpa berhenti, tak sampai berapa hari kemudian mereka sudah tiba
di tempat tujuan. Sekarang mereka melakukan tindakan kilat,
bagaikan segulung angin puyuh, seluruh daerah di sekitar sarang
Hian im Tee kun sudah terkepung rapat rapat.
Begitu melayang turun dari kudanya, semua orang mengepung
pohon besar dimana mulut masuknya terletak, kemudian setelah
berunding sejenak, diputuskan Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian
Kim siang berdua yang melakukan penyelidikan lebih dulu.
Sedangkan sisanya dipimpin oleh Ciu Tin tin, bertugas untuk
mencegah usaha Hian im Tee kun kabur dari situ.
Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian Kim siang dengan cepat
melompat masuk ke balik batang pohon dan lenyap dari pandangan
mata. Dengan Thi Eng khi berjalan di muka, Bu im sin hong Kian Kim
siang menyusul dibelakangnya, secepat kilat mereka sudah selesai
1499 menelusuri lorong rahasia itu. Dihadapan mereka sekarang sudah
nampak cahaya terang yang memancar keluar dari balik gua.
Pintu gua berada dalam keadaan terbuka lebar, seperti apa yang
dilihat Thi Eng khi tempo hari, keadaannya sama sekali tidak
berubah, cahaya itu memancar keluar dari balik penyekat dan
menyinari sebagian dari lorong rahasia tersebut. Setibanya di depan
pintu gua, Thi Eng khi bersiap siap akan menerjang masuk secara
langsung. Tapi Bu im sin hong Kian Kim siang yang berpengalaman
segera menarik tangan Thi Eng khi dan berbisik dengan ilmu
menyampaikan suara :
"Saudara cilik, harap tunggu sebentar! Hian im Tee kun bukan
manusia sembarangan, pintu gua yang terbentang lebar lebar ini
cukup mencurigakan sebab sama sekali berlawanan dengan kejadian
yang wajar, kita tak boleh menyerempet bahaya tanpa perhitungan,
dari pada akhirnya mesti menderita kerugian besar."
Merah jengah selembar wajah Thi Eng khi setelah mendengar
perkataan itu, katanya kemudian :
"Perkataan Kian tua memang benar, dari pada kita terperangkap
oleh tipu muslihatnya, lebih baik kita tantang saja gembong iblis
tersebut secara terang terangan."
"Betul, kita tantang saja secara terang terangan, agar gembong
iblis tua itu terperanjat."
Thi Eng khi segera menghimpun tenaga dalamnya, kemudian
berseru dengan nyaring :
"Bu im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi datang
menyambangi Hian im Tee kun!"
Suaranya yang keras dan nyaring segera menggema ke dalam
gua tersebut, lama sekali suara itu mendengung, akan tetapi tidak
terdengar seorang manusia pun yang memberi tanggapan. Dengan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kening berkerut Thi Eng khi segera berseru :
"Jangan jangan Hian im Tee kun sudah merasakan gelagat tidak
beres dan melarikan diri?"
1500 Dengan suara menggeledek Bu im sin hong Kian Kim siang turut
berteriak lantang :
"Gembong iblis tua, jika kau tidak menjawab, lohu akan
menyerbu langsung ke dalam!"
Suasana didalam gua masih tetap sepi dan tidak kedengaran
sedikit suarapun, seakan akan gua tersebut memang berada dalam
keadaan kosong. Menyaksikan keadaan ini, Bu im sin hong Kian Kim
siang segera berkata :
"Saudara cilik, entah permainan setan apakah yang sedang
dipersiapkan Hian im Tee kun" Mari kita lakukan penggeledahan
secara besar besaran, lancarkan dulu sebuah pukulan dari kejauhan,
dengan demikian dia tak akan berkesempatan untuk menunjukkan
permainan busuknya."
Thi Eng khi segera menghimpun tenaga dalamnya dan siap
melepaskan sebuah pukulan ke depan. Seandainya serangan ini
dilancarkan, niscaya anak muda itu akan terjebak oleh siasat busuk
Hian im Tee kun dan tubuhnya hancur berkeping keping oleh
ledakan keras. Tapi sebelum serangan dahyat itu sempat
dilancarkan, tiba tiba saja dari dalam gua itu terdengar suara yang
amat lirih bergema memecahkan keheningan. Padahal tenaga dalam
yang dimiliki Thi Eng khi sudah mencapai tingkatan yang luar biasa,
serta merta dia menarik kembali pukulannya dan berbisik :
"Dari dalam gua terdengar suara yang bergema......."
Bu im sin hong Kian Kim siang mencoba untuk memasang telinga
dan mengamati suasana di dalam situ, benar juga, dari dalam gua
dia mendengar ada seseorang sedang berbisik dengan suara
terputus putus.
"Harap kalian jangan bertindak secara gegabah, kalau tidak,
siapa pun tak akan bisa lolos dalam keadaan selamat!"
Orang yang berseru itu nampak lemah sehingga suaranya tidak
keras kedengarannya, coba kalau tidak mengerahkan tenaga sudah
pasti suara tersebut tak gampang terdengar.
"Siapakah kau?" Bu im sin hong Kian Kim siang segera menegur.
1501 Suaranya yang lemah di dalam gua itu menyahut :
"Kalian harus mengabulkan sebuah syarat ku lebih dulu sebelum
kuberitahukan sia?pakah diriku!"
Ternyata orang itu cukup cerdik dan licik, berada dalam keadaan
seperti inipun dia tidak ingin dirugikan. Bu im sin hong Kian siang
kembali berseru :
"Kami datang kemari mencari Hian im Tee kun, kalau toh Hian im
Tee kun tidak berada disini, kami pun belum tentu harus mengetahui
siapakah kau, jikalau engkau berkeberatan untuk mengutarakan,
kami pun tak akan memaksa lebih jauh!"
Kemudian dia berkata lagi :
"Saudara cilik, mari kita pergi!"
Bu im sin hong Kian Kim siang dapat mendengar kalau orang
yang berada dalam gua itu sedang menderita luka parah dan perlu
pertolongan cepat, itulah sebabnya dia memanfaatkan situasi
tersebut dengan sebaik baiknya. Siapa tahu orang yang berada
dalam gua itu berkata lagi :
"Bila kalian enggan menyanggupi syaratku ini maka jangan harap
bisa lolos dengan selamat dari tempat ini."
"Tahukah kau siapakah kami" Seandainya kami betul betul
hendak pergi, siapa yang mampu menghalangi kepergian kami?"
"Siapakah kalian, aku rasa kalian sudah menyebutkannya tadi,
siapa bilang aku tidak tahu?" ucap orang yang berada dalam gua itu
dengan suara yang lemah.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh :
"Cuma sayangnya kalian telah berdiri ditengah kurungan alat
rahasia yang sengaja dipersiapkan oleh Hian im Tee kun, asal kalian
meninggalkan daerah seluas lima depa ini, maka sumbu bahan
peledak yang telah dipersiapkan pasti akan bekerja, waktu itu bukan
hanya kalian saja bahkan aku pun akan turut menjadi korban
peledakan tersebut"
Orang itu betul betul licik, selesai berkata sampai disitu, dia
masih menambahkan lagi : "Bila kalian tak percaya, silahkan
1502 dibuktikan sendiri, cuma kalau sampai hal ini terjadi, dalam dunia
persilatan mungkin tiada orang lagi yang mampu menandingi Hian
im Tee kun!"
Bu im sin hong Kian Kim siang menjadi tertegun sesudah
mendengar perkataan ini, untuk beberapa saat dia tak mampu
mengambil sesuatu keputusan. Thi Eng khi segera berkata :
"Kian tua, apakah kita benar benar termakan oleh gertak
sambalnya itu?"
"Apakah kau sudah dapat mengenali si?apakah yang sedang
berbicara dengan kita saat ini?" tanya Bu im sin hong Kian Kim siang
seraya berpaling, Thi Eng khi segera menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tampaknya dia sengaja memaraukan suaranya sehingga sulit
untuk kita kenali."
"Aku pikir, lebih baik percaya dengan apa yang dia katakan
barusan dari pada sama sekali tidak mempercayainya, bagaimana
kalau kita bicarakan dulu prasyaratnya dengan orang itu?"
Thi Eng khi agak marah bercampur mendongkol oleh ucapan
mana, dia berkata :
"Hei, syarat apa sih yang hendak kau ajukan" Ayo cepat
diutarakan..... "
"Syaratku sederhana sekali, cukup asal kalian berjanji tidak akan
membunuhku, setelah itu sudah lebih dari cukup untukku!" kata
orang yang berada didalam gua itu tetap parau.
"Aku bukan manusia yang gemar membunuh, kenapa kau menilai
diriku dengan pikiran picik seorang siaujin?"
"Biar siaujin juga boleh, Kuncu juga boleh, mau tak mau aku
mesti mempersoalkan hal tersebut, karena persoalan itu mempunyai
arti yang amat penting bagiku. Ayo jawab, bersedia tidak?"
1503 Bu im sin hong Kian Kim siang segera memberi tanda dengan
anggukan kepalanya.
Terpaksa Thi Eng khi menghela napas panjang dan menyahut
dengan cepat : "Baiklah menolong orang memang merupakan suatu kewajiban
bagiku, bukan saja aku tak membunuhmu, bahkan akan
kusembuhkan pula lukamu itu, nah, kau sudah merasa puas dengan
jawabanku ini?"
Untuk beberapa saat lamanya suasana dalam gua tersebut
menjadi hening dan tak kedengaran sedikit suara pun. Akhirnya
suara helaan napas sedih bergema kembali memecahkan
keheningan, dia berkata :
"Sekarang aku baru mengerti, tampaknya orang baik dan orang
jahat memang berbeda sekali!"
"Sebenarnya siapa sih kau ini" Mengapa belum kau sebutkan juga
namamu?" Suara parau orang yang berada dalam gua itu segera berubah
sama sekali, napasnya meski makin lemah namun suaranya berubah
menjadi suara seorang wanita. Kedengaran dia berkata :
"Kalian pasti tak pernah menyangka bukan, aku adalah Hian im
seng li Ciu Lan!"
"Ooooh........, rupanya kau," Thi Eng khi berseru.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh :
"Kami toh sudah pernah mengampuni selembar jiwamu, buat apa
kami mencelakai dirimu lagi" Kau benar benar kelewat menaruh
curiga, kesulitan apa sih yang sedang kau hadapi" Mari, sekali lagi
kubantu di?rimu!"
Sembari berkata dia lantas beranjak dan menuju ke arah dalam
gua tersebut. Tatkala Hian im seng li Ciu Lan mendengar Thi Eng khi
hendak memasuki gua tersebut, dia segera menjerit kaget,
kemudian serunya keras keras :
"Kalian jangan sembarangan bergerak, kalau sampai bergerak
niscaya kita semua akan tewas!"
1504 "Memangnya kau menyuruh kami berdiri terus di tempat ini
sepanjang masa?" seru Bu im sin hong Kian Kim siang.
"Tentu saja kita mesti mencari sebuah akal yang bagus untuk
mengatasi keadaan ini!"
Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata lebih jauh :
"Satu diantara kalian berdua harap meninggalkan rekannya untuk
sementara waktu, sedang yang lain tetap tinggal di tempat, dengan
cara ini maka sumbu bahan peledak yang terinjak di bawah kaki tak
akan sampai terbakar dan meledak."
Mendengar perkataan itu, Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa
terbahak bahak :
"Haaahhh..... haaahhh..... haaahhh..... apa sulitnya ini" Saudara
cilik, ambillah beberapa buah batu besar dan tekankan diatas alat
rahasia tersebut, bukankah pada saat yang bersamaan kita bisa
meninggalkan tempat ini?"
Thi Eng khi pun merasa bahwa cara ini memang paling tepat, dia
segera ke sisi lorong gua dan mengambil dua batu besar yang
kemudian diletakkan di tempat depan pintu gua dimana mereka
berdiri, dengan tertekannya alat rahasia itu maka sumbu menuju ke
bahan peledak pun segera tertekan. Kemudian mereka bersiap siap
akan masuk kembali ke dalam ruang gua.
Tapi suara dari Hian im seng li Ciu Lan kembali berkumandang :
"Di dalam gua ini penuh dengan obat peledak yang mudah
terbakar, setiap langkah bisa mendatangkan resiko yang besar
sekali, apabila kalian hendak masuk lebih baik kaki jangan sampai
menginjak tanah terlalu keras, tubuh pun jangan sampai menyentuh
setiap benda yang berada di sini, dengan demikian ancaman bahaya
baru dapat dikurangi."
Bu im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka dan menyusup
masuk ke dalam ruang gua. Dinding gua tersebut dari batu kemala
berpanca warna, di bawah pantulan sinar mutiara nampak
1505 membiaskan berbagai cahaya pelangi yang sangat indah. Bukan
cuma begitu, bahkan setiap perabot maupun dekorasi yang berada
dalam gua itu rata rata megah, mewah dan luar biasa, mungkin jauh
lebih mewah dan megah daripada keraton seorang kaisar sekalipun.
Dengan sorot mata yang tajam kedua orang itu memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu, namun bayangan tubuh dari Hian im
seng li Ciu Lan belum juga ditemukan. Baru saja Bu im sin hong Kian
Kim siang hendak bertanya, mendadak suara dari Hian im seng li Ciu
Lan telah berkumandang lagi dari belakang gua.
"Aku telah menderita luka yang sangat parah sehingga gerak
gerikku kurang lelua?sa, bagaimana kalau kalian membawaku keluar
dari gua ini?"
Mengikuti sumber dari suara tersebut, Thi Eng khi segera
membalikkan badan dan lari masuk ke dalam gua.
"Saudaraku, berhati hatilah!" pesan Bu im sin hong Kian Kim
siang dari kejauhan.
Sementara itu Thi Eng khi sudah mendekati sisi dinding ruangan,
pada saat itulah dia baru menjumpai sebuah pintu kecil di atas
dinding gua tersebut, pintu itu tertutup oleh cahaya pelangi yang
berwarna warni sehingga bila orang tidak berjalan mendekati tempat
itu sukar rasanya untuk menemukan. Mau tak mau Thi Eng khi harus
mengagumi kelihayan Hian im Tee kun dalam mengatur tata
ruangan tersebut, dengan cepat dia melayang masuk ke dalam
ruangan. Di balik pintu adalah sebuah kamar tidur yang sangat mewah dan
megah, Hian im seng li Ciu Lan berbaring di tengah ruangan itu
dimana dalam genggamannya memegang sejilid kitab kecil berkulit
kambing, sekujur tubuhnya telah dilapisi hawa berwarna merah.
Rupanya si nona tersebut bukan cuma terluka parah, bahkan
menderita luka keracunan yang sudah mendalam.
Thi Eng khi segera mengambil keluar sebutir pil Kim khong giok
lok wan, kemudian serunya :
1506 "Pentangkan mulutmu lebar lebar!"
Hian im li Ciu Lan menurut dan segera membuka mulutnya lebar
lebar, dengan cepat pil Kim khong giok lok wan tersebut meluncur
masuk ke dalam mulutnya. Dengan suatu gerakan yang cepat Thi
Eng khi menotok tujuh buah jalan darah penting ditubuh Hian im li
Ciu Lan, kemudian perintahnya :
"Sekarang kau boleh bangkit berdiri!"
Hian im li Ciu Lan masih belum percaya tapi begitu hawa
murninya coba dihimpun, tanpa menimbulkan kesulitan dia segera
bangkit berdiri bahkan kesempurnaan tenaga dalamnya tidak selisih
banyak ketimbang sebelum terluka tadi. Kejut dan girang segera
menyelimuti perasaannya. Dia berseru tertahan,
"Aaaaah, luka racunku telah sembuh sama sekali!"
"Aku hanya menggunakan ilmu tiam hiat kui goan hoat untuk
membangkitkan hawa murnimu sementara waktu, soal
penyembuhan luka tersebut baiklah kita bicarakan sekeluarnya dari
gua ini!" Kemudian dia menambahkan pula :
"Masih ada barang lain yang hendak kau ambil?"
Dengan cepat Hian im li Ciu Lan menggelengkan kepalanya
berulang kali :
"Andaikata aku tidak kembali kemari untuk mengambil benda
sialan ini, tak mungkin akan menderita bencana seperti hari ini,
setiap benda yang berada disini nampaknya tak boleh dijamah lagi,
mari kita cepat cepat keluar dari sini!"
Sembari berkata dia memperlihatkan kitab kecil bersampul kulit
kambing di tangannya. Namun Thi Eng khi sama sekali tidak
memperhatikan benda tersebut...
Dengan cepat mereka bertiga melayang keluar dari gua itu dan
muncul melalui batang pohon. Tatkala Pek leng siancu So Bwe leng
menyaksikan kemunculan Hian im li Ciu Lan, tanpa terasa jengeknya
sambil tertawa dingin tiada hentinya :
1507 "Siluman perempuan, kau tak mengira bukan akan menjumpai
hari seperti ini?"
Hian im li Ciu Lan membungkam diri dalam seribu bahasa,
rupanya dia dibikin malu dan menyesal sekali. Sambil tertawa, Thi
Eng khi segera mencegah pandangan permusuhan dari So Bwe leng,
katanya cepat :
"Adik Leng, kaupun jangan marah, an?daikata dia tidak memberi
peringatan tadi mungkin aku dan Kian tua tak bisa keluar dari sini
dalam keadaan selamat!"
Ucapan tersebut tentu saja membuat sepasang mata Pek leng
siancu So Bwe leng terbelalak lebar lebar, beberapa saat lamanya
dia memperhatikan Hian im li Ciu Lan dari atas sampai ke bawah,
akhirnya sambil menghela napas panjang katanya :
"Kalau begitu, aku pun tak mendendam kepadamu lagi....."
Buru buru Hian im li Ciu Lan menjura dalam dalam :


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih banyak atas kebesaran jiwa nona!"
Thi Eng khi merasa kurang leluasa untuk turun tangan sendiri
menguruti seluruh badan Hian im li Ciu Lan guna menyembuhkan
lukanya, maka dia mengeluarkan lagi sebutir pil dan menyuruhnya
menelan, kemudian baru minta bantuan Ciu Tin tin untuk
mewakilinya menguruti gadis tersebut. Tidak sampai setengah
pertanak nasi kemudian, luka keracunan yang diderita Hian im li Ciu
Lan telah sembuh kembali seperti sediakala, saking terharu dan
berterima kasihnya atas pertolongan ini. Hian im li Ciu Lan pun mulai
membeberkan semua rahasia yang diketahui olehnya selama ini.
Rupanya Hian im ji li mendapat perintah dari Hian im Tee kun
untuk berangkat lebih dulu menghubungi sisa sisa kekuatan mereka
yang tercerai berai agar bersama sama berkumpul di sekitar wilayah
See lam... Mungkin lantaran terlalu tergesa gesa sehingga Hian im li Ciu Lan
lupa membawa serta sejilid kitab pusaka ilmu silat yang diperolehnya
secara tak mudah. Tatkala tugas yang dilakukan olehnya sudah
selesai dikerjakan, ia baru teringat akan hal ini dan pulang ke gua
1508 untuk mengambilnya. Tentang sudah dipersiapkannya gua tersebut
dengan bahan peledak, gadis ini memang tahu garis besarnya,
dengan berhati hati sekali dia berhasil menghindari ancaman
peledakan tersebut.
Siapa tahu sebelum meninggalkan gua tersebut Hian im Tee kun
telah mempersiapkan permainan busuk lainnya, hal ini menyebabkan
dia terluka parah dan keracunan lagi. Seandainya Thi Eng khi tidak
datang tepat pada saatnya, mungkin ia sudah mati semenjak dulu
dulu. Dan sekarang, selembar nyawanya sama halnya seperti sudah
dipungut kembali, penderitaan yang dialaminya tersebut
membuatnya sadar akan kesalahan yang pernah dilakukannya dulu,
hingga timbullah niatnya untuk kembali ke jalan yang benar.
Tak terlukiskan rasa kaget para jago setelah mengetahui
kenyataan yang sebenarnya terutama sekali Bu im sin hong Kian Kim
siang yang sangat menguatirkan keselamatan sahabat sahabat
lamanya di wilayah See lam, tanpa berhenti sedetikpun, dia
tinggalkan rombongan dan berangkat lebih dulu ke situ.
Thi Eng khi kuatir Bu im sin hong Kian Kim siang seorang diri
menyerempet bahaya maka dia minta kepada ketua Siau lim pay Ci
long siansu dan ketua Bu tong pay Keng hian totiang yang
didampingi Hian im li Ciu Lan tetap tinggal ditempat untuk
menyelesaikan sarang dari Hian im Tee kun. Sedangkan dia sendiri
bersiap siap menyusul Bu im sin hong Kian Kim siang menuju ke See
lam. Hian im li Ciu Lan segera berkata :
"Dalam gua tersebut sudah penuh ditanami bahan peledak yang
sulit sekali diatasi, menurut pendapat siau li, lebih baik Thi
ciangbunjin segera turun tangan untuk memusnahkannya saja,
kemudian kita berangkat bersama sama."
Ucapan mana segera menyadarkan Thi Eng khi, cepat dia berkata
: "Perkataan nona memang betul dan masuk diakal, seandainya
kurang sempurna dalam penyelesaiannya nanti, bisa jadi akan
merupakan bibit bencana dikemudian hari. Apabila kita musnahkan
1509 sekarang juga, urusan akan menjadi beres dan tiada ancaman lagi
dikemudian hari, cuma waktu tidak mengijinkan kita berbuat
demikian, bagaimana baiknya?"
"Tenaga dalam yang Thi ciangbunjin miliki amat sempurna, asal
kau melancarkan sebuah pukulan ke arah lorong gua sehingga
menggetarkan isi gua tersebut, niscaya bahan peledak itu akan
meledak serta menghancurkan segala sesuatunya."
Thi Eng khi segera menghimpun segenap tenaga dalamnya dan
melontarkan sepasang telapak tangannya ke dalam lorong gua
tersebut. Setelah dilepaskan tiga puluh enam buah pukulan,
terdengarlah suata ledakan yang memekikkan telinga menggema
keluar dari bawah tanah sana. Walaupun jaraknya amat jauh, tapi
berhubung lorong itu saling berhubungan, maka tenaga serangannya
dapat mencapai ke dalam sana.
Tak lama kemudian ledakan keras yang menggelegar dari
permukaan tanah berpusat pada tempat dimana bekas kuil tokoan
tersebut berada, asap tebal disertai percikan bunga api memancar
ke seluruh angkasa. Sarang Hian im Tee kun pun termakan oleh
pukulan Thi Eng khi yang dahsyat sehingga menyebabkan
bekerjanya alat rahasia dan meledaknya bahan bahan peledak.
Begitu selesai membereskan tempat itu, maka semua orang
segera berangkat ke arah barat daya karena mereka beranggapan
Bu im sin hong memerlukan bantuan secepatnya. Kuda hitam Hek
liong kou yang ditunggangi Thi Eng khi bergerak paling cepat,
setelah meninggalkan beberapa pesan kepada Ciu Tin tin, tanpa
memperdulikan rombongan yang lain, dia mencemplak kudanya dan
berangkat lebih dulu.
Ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im yang dimiliki Bu im sin
hong Kian Kim siang memang termasuk suatu kepandaian maha
sakti di kolong langit dewasa ini tapi sayang perjalanan yang harus
ditempuh kelewat jauh, hal ini menyebabkan kecepatan geraknya
tak dapat selalu berimbang. Sebelum tiba di kota Goan leng, dia
berhasil disusul oleh Thi Eng khi.
1510 Waktu itu Bu im sin hong Kian Kim siang yang mesti menempuh
perjalanan dengan tergesa gesa sudah kelelahan hingga badannya
bertambah kurus. Atas bujukan Thi Eng khi berulang kali, terpaksa
untuk melanjutkan perjalanan dia mesti mengubah kebiasaan sehari
hari dengan membeli seekor kuda jempolan untuk meneruskan
perjalanan. Waktu itu, walaupun Hui cun siucay Seng Tiok Sian telah
berangkat pulang lebih dulu, namun berhubung dia tidak menempuh
perjalanan dengan tergesa gesa, perjalanan pun dilakukan dengan
amat lambat, maka berbicara soal waktu, meski Thi Eng khi mesti
berputar dulu ke kota Sah si, tapi oleh sebab perjalanan yang
kemudian ditempuh siang malam tak pernah berhenti, akibatnya
selisih waktu tibanya di tempat tujuan pun tidak terlalu banyak.
Selain itu, Thi Eng khi berdua pun datang dengan membawa
suatu maksud tujuan tertentu, gerak gerik mereka selalu
dirahasiakan, ditambah lagi Bu im sin hong Kian Kim siang sangat
menguasai keadaan medan disitu, maka sepanjang perjalanan
mereka tak berhasil diketahui jejaknya oleh anak buah Hian im Tee
kun. Dikala Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian Kim siang berada
dalam perjalanan melalui jalan gunung diluar tempat tinggal Hui cun
siucay Seng Tiok sian, ternyata Kuda Hek liong kou yang ditunggangi
Thi Eng khi tidak menuruti perintah lagi, bahkan kabur terus menuju
ke tempat tinggal Hui cun siucay Seng Tiok sian.
Sudah puluhan tahun lamanya Bu im sin hong Kian Kim siang tak
pernah pulang ke dusun, tentu saja dia tidak mengetahui tentang
tempat kediaman Hui cun siucay Seng Tiok sian ini. Tatkala
dilihatnya perjalanan mereka diselewengkan ke arah jalan setapak
yang sempit, buru buru dia memerintahkan kepada Thi Eng khi
untuk berganti melewati jalan besar.
Mendadak tergerak hati Thi Eng khi, segera ujarnya :
"Tempat tinggal Hui cun siucay Seng heng berada diatas bukit ini,
kalau dilihat dari kecerdasan kuda ini, mungkin dia sudah
mempunyai hubungan batin yang amat akrab dengan kuda Hek liong
1511 kou milik saudara Seng, karena tahu saudara Seng sudah pulang ke
rumah, maka dia hendak menuju ke sana. Kian tua, mengapa kita
tidak menengok dulu ke sana" Bila saudara Seng sudah berada di
rumah, dari mulutnya kita bisa mendapatkan kabar cerita tentang
situasi akhir akhir ini, bukankah hal tersebut jauh lebih baik lagi...?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menganggukkan kepalanya
berulang kali. "Baik, mari kita larikan kuda kita lebih cepat!"
Dua ekor kuda itu segera dilarikan lebih kencang menelusuri jalan
setapak yang membujur didepan mata. Dan pada saat itulah secara
kebetulan mereka dapat mendengar suara teriakan Hian im li Cun
Bwee serta sekalian kawanan iblis yang sedang mengepung rumah
kediaman Hui cun siucay Seng Tiok sian.....
Mendengar suara hiruk pikuk tersebut, buru buru Bu im sin hong
Kian Kim siang berseru:
"Ayo cepat, dalam rumah kediaman Tiok sian telah terjadi
kekalutan...."
"Kian tua, untuk lebih merahasiakan jejak kita, bagaimana kalau
kita tinggalkan kuda disini?"
"Baik!" sahut Bu im sin hong Kian Kim siang cepat.
Dia segera melompat bangun dari kudanya dan menerjang ke
depan dengan kecepatan tinggi. Thi Eng khi tidak ketinggalan, dia
melejit dari punggung kudanya dan menyusul di belakang Bu im sin
hong Kian Kim siang....
"Saudara cilik!" dengan perasaan yang tulus Bu im sin hong Kian
Kim siang segera memuji, "ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im mu
benar benar jauh lebih hebat daripadaku, di kemudian hari gerakan
ini pasti akan banyak membonceng ketenaranmu, bila engkoh tua
terbayang akan hal ini, ooooh..... betapa gembiranya diriku hingga
tak terlukiskan dengan kata!"
Dengan agak rikuh buru buru Thi Eng khi berkata :
1512 "Oleh sebab siaute mendengar dari arah rumah kediaman
saudara Seng bergema suara pertarungan maka aku pikir lebih baik
kita selekasnya tiba di situ, aku kuatir jika sampai terlambat mungkin
keadaan sudah tak sempat lagi!"
Tubuhnya secepat sambaran kilat segera meluncur ke depan,
dalam waktu singkat Bu im sing hong Kian Kim siang telah
ditinggalkan jauh jauh. Bu im sin hong Kian Kim siang yang
menyaksikan kejadian tersebut selain gembira juga terhibur hatinya,
tanpa terasa ia bergumam seorang diri :
"Ya, nampaknya Hu kong keng im baru kelihatan kehebatannya
bila saudara cilik yang mempergunakan, bila aku yang menggunakan
rasanya cuma menyia nyiakan kehebatan kepandaian saja...!"
Sambil mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya dia
segera mengejar dari belakang. Padahal seandainya tiada manusia
berbakat macam Thi Eng khi, siapakah dikolong langit dewasa ini
yang mampu menandingi kesempurnaan Bu im sin hong Kian Kim
siang didalam mempergunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng
im" Dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir dalam
waktu sekejap mata Thi Eng khi sudah berada hanya sepuluh kaki
saja di depan rumah kediaman Hui cun siucay Seng Tiok sian. Suara
pertarungan yang sedang berlangsung dari dalam rumah terdengar
makin jelas, bahkan seorang manusia biasa yang tidak memiliki
ketajaman pendengaran pun dapat mendengar suara tersebut
dengan nyata. Thi Eng khi yang sudah berapa lama berkelana dalam dunia
persilatan, pengalaman maupun pengetahuannya saat ini boleh
dibilang telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat, walaupun
dia memiliki tenaga dalam yang tiada tandingannya, namun dia toh
tak ingin berbuat gegabah dengan melakukan tindakan sombong.
Sebaliknya dengan sikap berhati hati sekali dia mulai melakukan
pemeriksaan yang amat seksama disekitar bangunan rumah Tiok
sian tersebut. Dalam waktu singkat Thi Eng khi sudah dapat
1513 mengetahui siapa siapa saja gembong gembong iblis yang dibawa
oleh Hian im li Cun Bwee.
Thi Eng khi segera mengerahkan ilmu gerakan tubuhnya yang
amat lihay, dalam suatu keadaan yang mimpi pun tak pernah
mereka bayangkan, seorang demi seorang roboh terkapar diatas
tanah dalam keadaan jalan darah tertotok.
Selesai dengan pekerjaan tersebut, ia baru berdiri di luar pintu
dan bersiap sedia membantu Hui cun siucay Seng Tiok sian bilamana
diperlukan. Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang telah
sampai di tempat tujuan, ketika menyaksikan pertarungan yang
sedang berlangsung antara Hui cun siucay Seng Tiok sian melawan
Hian im li Cun Bwee tersebut, dia menggelengkan kepalanya
berulang kali sembari berkata :
"Kemampuan yang dimiliki Tiok sian sangat terbatas, gerakan
tubuh Hu kong keng im yang dilakukan olehnya sungguh membuat
lohu merasa amat bersedih hati."
Thi Eng khi segera tertawa :
"Saudara Seng kan baru belajar, tenaga dalamnya selisih jauh
pula dari Hian im li dia bisa bertahan tanpa kalah, hal ini sudah
bukan termasuk suatu kejadian yang enteng baginya. Kian tua,
apakah perkataanmu barusan tidak kebangetan?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa :
"Selama hidup, engkoh tua hanya merasa takluk dan tunduk
kepada kau seorang, baiklah apa yang kau bilang yaa bilanglah,
cuma Tiok sian merupakan satu satunya pewaris engkoh tua
disekitar wilayah See lam kau tak boleh membiarkan dia kehilangan
muka..." Thi Eng khi tertawa.
"Cu sim ci su Thio locianpwe memiliki serangkaian ilmu kipas
Toalo san hoat yang sesuai bagi saudara Seng, siaute pun sudah
membawakan kitab pusaka tersebut bagi saudara Seng, apabila
kejadian disini telah usai, bila saudara Seng bersedia melatih diri
selama tiga tahun lagi, niscaya ilmu kipasnya akan merupakan
manusia nomor wahid di kolong langit, sampai saatnya, mungkin
1514 engkoh tua akan menyalahkan siaute lagi yang telah membantu
saudara Seng sehingga pamor engkoh tua menjadi berkurang!"
Bu im sin hong Kian Kim siang dibuat kegirangan setengah mati,
ia segera berteriak keras :
"Tidak menjadi soal, tidak menjadi soal, jiwa engkoh tua mah tak
akan sedemikian sempitnya, kalau begitu kuutarakan rasa terima
kasihku dulu untukmu!"
Kali ini Bu im sin hong Kian Kim siang berbicara dengan suara
lantang sehingga mereka yang bertarung dalam gedungpun dapat
mendengar pembicaraan itu dengan jelas. Cuma saja siapa pun tidak
menduga kalau orang yang barusan berbicara tak lain adalah Bu im
sin hong Kian Kim siang.
Hui cun siucay Seng Tiok sian yang dibikin kacau ketenangan
hatinya, kontan saja dibuat kalung kabut dan tak sanggup
menangkis serangan lawan berikutnya. Sebaliknya Hian im li Cun
Bwee mengira orang yang sedang berbicara diluar adalah anak
buahnya, dengan kening berkerut ia lantas membentak :
"Hei, siapa yang sedang berteriak teriak diluar" Ayo cepat
menggelinding pergi dari hadapanku!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa terbahak bahak, bersama
Thi Eng khi mereka berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Siluman perempuan cilik!Pentangkan matamu lebar lebar dan
coba lihat siapakah lohu!"
Diam diam Hian im li Cun Bwee merasa terkejut setelah
mengetahui siapa yang datang, diam diam dii berpikir :
"Waaah, nampaknya jika aku tak berhasil membekuk seseorang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk dijadikan sandera, sulit bagiku untuk meloloskan diri dari
tempat ini."
Berpikir demikian tanpa menimbulkan sedikit suarapun dia
langsung menerjang ke arah nona Ting Un. Siapa tahu Thi Eng khi
bertindak jauh lebih cepat daripadanya, tahu tahu saja dia sudah
melayang turun dihadapan nona Ting Un, bahkan sambil tertawa
dingin jengeknya :
1515 "Selama aku berada disini, kuharap kau jangan mempunyai
pikiran jahat!"
Walaupun Hian im li Cun Bwee tidak memandang sebelah
matapun terhadap orang lain, sesungguhnya dia benar benar merasa
jeri terhadap Thi Eng khi. Tanpa sadar secara beruntun dia mundur
sejauh enam tujuh langkah dari posisi semula, kemudian dia
meloloskan senjata Hian im kui jiu nya, dia berpekik untuk
mengumpulkan segenap anak buahnya.
Melihat perbuatan gadis itu, sambil tertawa Bu im sin hong Kian
kim siang segera berkata :
"Siluman perempuan kecil, segenap orang orangmu yang berada
diseputar ruargan ini telah dibasmi sampai habis oleh saudara cilikku
ini, sekarang tinggal satu jalan saja yang dapat kau tempuh yakni
menyerah saja untuk kami bekuk!"
Hian im li segera memutar biji matanya memandang kesana
kemari, tampaknya dia sedang berusaha untuk mencari kesempatan
guna melarikan diri dari situ. Sementara itu, Hui cun siucay Seng
Tiok sian telah mengundurkan diri ke samping, setelah mencekoki
sebutir pil ke mulut Seng Liang, dia mulai mengobati luka yang
diderita oleh nona Ting Un.
Nona Ting Un yang membelalakkan ma?tanya, kebetulan
menangkap biji mata Hian im li Cun Bwee yang sedang berputar kian
kemari serta merta dia berteriak keras :
"Hati hati, perempuan siluman itu sedang merencanakan siasat
busuk untuk melarikan diri."
Mendengar niatnya dibongkar secara blak blakan, tak terlukiskan
rasa gusar Hian im li Cun Bwee, alis matanya sampai berkerut
kencang, tapi diapun tak bisa berbuat banyak terhadap nona Ting
Un. Dengan suara dalam Thi Eng khi segera berkata :
"Asal kau bersedia meninggalkan jalan sesat dan kembali ke jalan
benar, aku tak akan menahanmu atau menyiksamu lebih jauh,
seperti misalkan sumoaymu Ciu Lan saja merupakan seorang contoh
yang baik."
1516 "Apa yang telah kau lakukan terhadap adikku?" teriak Hian im ii
Cun Bwee dengan perasaan terkejut.
Dari ucapan mana dapat terlihat bahwa dia menaruh hubungan
yang amat akrab dengan saudaranya, sehingga dia amat
menguatirkan keadaan Ciu Lan. Titik kelemahan didalam hubungan
tersebut mungkin tidak terlihat oleh Thi Eng khi namun tak dapat
lolos dari ketajaman mata Bu im sin hong Kian Kim siang.
Dengan cepat orang tua itu berkata :
"Thi ciangbunjin telah menyelamatkan jiwa adikmu, karena
kejadian mana adikmu menjadi bertobat dan melepaskan jalan sesat
untuk kembali ke jalan benar. Kalau bukan lantaran dia, bagaimana
mungkin kami bisa tahu kalau kalian semua berada disini?"
"Sekarang Ciu Lan berada dimana?"
"Dia datang bersama sama rombongan yang lain, tak lama
kemudian tentu akan tiba di sini."
Hian im li Cun Bwee termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya kemudian katanya :
"Kami kakak dan adik berdua sebenarnya merupakan anak yatim
piatu, kemudian kami dipelihara oleh Tee kun dan diwarisi ilmu silat
yang tinggi, walaupun kami melepaskan jalan sesat dan kembali ke
jalan yang benar, bukan berarti kami mempunyai alasan untuk
memusuhi Tee kun. Apabila kalian mengijinkan aku dan adikku pergi
meninggalkan tempat ini dan menyingkir sejauh jauhnya, kami pasti
akan bertobat dan tidak melakukan kejahatan lagi, tapi hari ini kami
tak bisa membantu kalian untuk menghadapi Tee kun. Bila kalian
menyetujui hal ini, akupun akan berjanji kepada kalian, kalau tidak,
biar sampai mati pun kami tak akan takluk."
Walaupun perempuan ini termasuk se?orang manusia sesat yang
banyak melakukan kejahatan, namun beberapa patah kata ini
diutarakan dengan alasan yang cu?kup matang, dan begitulah
watak dan sikap seorang umat persilatan sejati. Baik Bu im sin hong
Kian Kim siang maupun Thi Eng khi segera memperoleh pandangan
lain terhadap Hian im li Cun Bwee, mereka tahu biasanya bila
1517 manusia semacam ini sudah bertobat dan kembali ke jalan yang
benar, mereka tak akan melakukan kejahatan lagi di kemudian hari.
Seketika itu juga mereka berdua mengabulkan permintaannya,
begitu Ciu Lan sudah tiba mereka berdua dipersilahkan
meninggalkan tempat tersebut dan tidak memaksa mereka untuk
memusuhi Hian im Tee kun...
Bahkan untuk menghormati kesetiaan tersebut, baik Thi Eng khi
maupun Bu im sin hong Kian Kim siang, tak seorangpun diantara
mereka yang mencoba mencari berita tentang Hian im Tee kun dari
mulutnya. Melihat kegagahan dan kebesaran jiwa Thi Eng khi serta Bu im
sin hong Kian Kim siang, Cun Bwee dibuat sangat terharu, kesannya
terhadap kawanan jago dari golongan kaum lurus pun semakin
mendalam. Akhirnya malah dia sendiri yang tidak tahan dan
menceritakan keadaan yang sesungguhnya secara garis besar
kepada Thi Eng khi...
Ternyata, walaupun Hian im Tee kun berhasil membohongi
kawanan jago persilatan dari wilayah See lam namun oleh karena
waktu yang terlampau singkat, kecu?ali sebagian berbakat kurang
baik sehingga kemampuan mereka hanya bisa dimanfaatkan untuk
pekerjaan ringan ringan, sebagian lainnya harus melalui proses
pembujukan yang mendalam lebih dulu sebelum benar benar dapat
dimanfaatkan kekuatannya.
Berada dalam keadaan seperti ini, demi keamanan dalam
pengendalian selanjutnya Hian im Tee kun menempatkan komplotan
dan orang orang kepercayaannya di tempat kediaman si pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian, sementara para jago persilatan dari
See lam serta sebagian dari orang orang persilatan yang telah
mereka kendalikan ditempatkan didalam perkampungan Huan keng
san ceng. Hui cun siucay Seng Tiok sian sangat menguatirkan keselamatan
gurunya si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, menggunakan
kesempatan tersebut dia berkata :
1518 "Saat ini guruku berada dimana" Bagaimana keadaannya
sekarang....?"
"Gurumu merupakan lambang kepemimpinan umat persilatan
wilayah See lam setelah Bu im sin hong Kian tua, Hian im Tee kun
menganggap dia memiliki nilai yang amat berharga untuk diperalat
kemampuan dan pamornya, maka sampai sekarang dia belum diapa
apakan, tapi hanya dibelenggu oleh sebuah persoalan pelik yang
sengaja diajukan kepadanya, mungkin hingga sekarang dia masih
terkecoh dan belum menyadari kalau dirinya sedang dibohongi
orang. Tentang berada dimanakah dia sekarang, kami tidak begitu
tahu... " Selanjutnya dia pun menjelaskan bagaimana Hian im Tee kun
meminta kepada si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian untuk
menciptakan sejenis obat penawar racun. Setelah mengetahui
keadaan yang sebenarnya, Hui cun siucay Seng Tiok sian ba?ru bisa
menghembuskan napas lega.
Kesempatan baik segera akan hilang lenyap dengan begitu saja,
maka Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian Kim siang dengan cepat
mengambil sebuah keputusan. Thi Eng khi seorang diri langsung
me?nuju ke tempat kediaman Hian im Tee kun untuk menyumbat
jalan keluarnya, agar Hian im Tee kun tidak melarikan diri setelah
mengetahui datangnya ancaman ma?ra bahaya. Sedangkan Bu im
sin hong Kian Kim siang dengan mengajak nona Ting Un langsung
menuju ke perkampungan Huan keng san ceng dengan kewajiban
menyadarkan umat persilatan wilayah See lam yang terpengaruh
dan mengalihkan kekuatan mereka untuk bersama sama mengepung
Hian im Tee kun. Sebaliknya Hui cun siucay Seng Tiok sian, Seng
Liang dan Cun Bwee bertiga mendapat tugas untuk menyambut
kedatangan rombongan Ciu Tin tin ditengah jalan dan
memberitahukan kepada mereka agar segera berkumpul dilembah
Hek sik kok. Di saat semua orang berpisah, nona Ting Un menunjukan
perasaan kuatir karena Hui cun siucay Seng Tiok sian menempuh
perjalanan sama sama Cun Bwee. Akan tetapi berhubung Bu im sin
hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi menaruh kepercayaan penuh
1519 terhadapnya, dia merasa kurang leluasa untuk mengungkapkan
rahasia hatinya, terpaksa dengan sikap yang berat hati dan kuatir
dia memandang ke arah Hui cun siucay Seng Tiok sian.
Sebagai manusia yang cerdik Cun Bwee segera dapat menebak
rahasia hati nona itu, buru buru digenggamnya tangan nona Ting Un
sambil berkata :
"Nona Un, kau tak usah kuatir, aku bukan seorang manusia yang
lain di mulut lain di hati!"
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... .haaahhh.... haaahhh... budak Un, masa terhadap
aku si orang tuapun kau tidak percaya" Ayo cepat berangkat..."
Dia segera menarik tangan nona Ting Un dan mengajaknya
berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan. Gerakan tubuh Thi Eng khi sewaktu
meninggalkan tempat tersebut jauh lebih cepat lagi, sampai sampai
Cun Bwee tidak sempat menyaksikan dengan cara apakah pemuda
tersebut berlalu dari situ.
Dengan wajah termangu mangu Cun Bwee memandang
kepergian mereka, sementara dalam hati kecilnya muncul suatu
perasaan ngeri dan takut yang tak terlukiskan dengan kata kata, dia
tahu nasib akhir dari Hian im Tee kun sudah ditetapkan.
Mendadak ia mendengar suara dari Hui cun siucay Seng Tiok sian
bergema di sisi telinganya :
"Nona Cun Bwee, kita pun harus segera melakukan perjalanan!"
Dalam pada itu, Thi Eng khi yang akan berhadapan dengan
musuh tangguh merasa kurang leluasa untuk membawa kuda Hek
liong kou kesayangannya.
Jilid 47 1520 Untuk mempermudah gerak geriknya dia menetapkan untuk
melanjutkan perjalanannya dengan mengerahkan ilmu gerakan
tubuh Hu kong keng im. Walaupun begitu ternyata kecepatan
geraknya tidak berada dibawah kecepatan lari kuda Hek liong kou
tersebut. Tidak sampai setengah harian, dia telah tiba di depan
lembah Hek sik cun, tempat kediaman si pembenci raja akhirat Kwik
Keng thian.....
Gua yang panjangnya mencapai beberapa li dengan mulut gua
yang lebar, kini telah siap menantikan kedatangannya. Adapun
tujuan Thi Eng khi yang terutama adalah memutuskan hubungan
para gembong iblis yang berada di dalam gua dengan dunia luar,
maka begitu sampai ditempat tujuan, dia langsung berdiri tegak di
depan mulut gua sambil bersiap siaga.
Belum lama dia berdiri tegak disitu, mendadak dari balik gua
berkumandang suara langkah kaki manusia yang cukup ramai,
menyusul kemudian terlihat munculnya empat orang kakek. Thi Eng
khi tidak kenal dengan mereka, namun keempat kakek tersebut
rupanya cukup mengenalinya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun
mereka menjerit kaget, membalikkan badan dan melarikan diri
terbirit birit. Nampaknya mereka tak berani memusuhi Thi Eng khi
yang dipandang sebagai momok oleh mereka.
Sambil tertawa nyaring Thi Eng khi segera berseru :
"Sekarang aku telah hadir disini, akan kulihat kemanakah kalian
mau lari!"
Suara seruan yang menggaung dalam lorong gua itu bergema
sampai beberapa li jauhnya dan mendengung di sisi telinga Hian im
Tee kun. Begitu awal kemunculan Thi Eng khi di situ, pada
hakekatnya sangat mencengangkan Hian im Tee kun, bahkan
membuatnya sama sekali diluar dugaan, terutama sekali sikap Thi
Eng khi yang berjaga jaga di depan mulut gua, hal ini membuatnya
semakin kesulitan untuk menghadapinya. Sebab mulut gua itu amat
sempit, dalam keadaan seperti ini boleh dibilang komplotannya tak
mampu dimanfaatkan lagi kekuatannya.
1521 Sebaliknya kalau mesti bertarung seorang diri" Kecuali dia
sendiri, siapakah yang mampu menandingi kelihayan dan kehebatan
Thi Eng khi" Kalau dikeroyok saja beramai ramai" Dalam keadaan
seperti ini, mana mungkin dia dapat main kerubut..." Kalau dia pasti
muncul sendiri untuk menerima tantangan Thi Eng Khi"
Dia pun tidak tahu berapa banyak konco yang diajak Thi Eng Khi
datang kesana, padahal konco konconya tak bisa dimanfaatkan
kemampuannya disitu, bila sampai terjebak ke dalam perangkap Thi
Eng khi bukankah hal tersebut akan semakin berabe" Oleh karena
itu, Hian im Tee kun tetap membiarkan Thi Eng khi berpekik tiada
hentinya di luar gua, sementara dia sendiri hanya memutar otak dan
membungkam dalam seribu bahasa.
Hingga keempat kakek yang siap keluar gua tadi datang
melaporkan kalau cuma Thi Eng khi seorang yang berjaga jaga
diluar gua. Hian im Tee kun baru memutuskan untuk memanfaatkan
peluang ini guna menghadapi Thi Eng Khi. Dia segera memimpin
langsung sejumlah kawanan iblis untuk menyerbu keluar dari gua
dan siap melangsungkan pertarungan mati hidup dengan si anak
muda tersebut. Semenjak pertarungannya melawan Thi Eng khi tempo hari,
walaupun Hian im Tee kun merasa masa depan si anak muda itu
cukup cemerlang dan di kemudian hari bakal menjadi seorang
musuh yang sangat menakutkan, namun dia yakin seyakin yakinnya
bahwa kemampuan yang dimilikinya sekarang masih cukup untuk
mengungguli Thi Eng khi, terutama sekali setelah pengasingan
dirinya selama ini dan mempelajari beberapa macam kepandaian
lagi, dia semakin tidak memandang sebelah mata terhadap pemuda
itu. Boleh saja Hian im Tee kun mempunyai perhitungan demikian,
dan hal ini memang tak dapat menyalahkan dia, sebab penampilan
Thi Eng khi dikala penumpasan terhadap Ban Seng kiong tempo hari
memang tidak memperlihatkan kelebihan kelebihan lain yang dapat
mengungguli atau melampaui dirinya.
1522 Begitulah, dengan membawa keyakinan yang sangat besar Hian
im Tee kun memimpin sejumlah kawanan iblis munculkan diri dari
dalam gua pertahanannya. Benar juga, dia menyaksikan Thi Eng khi
berdiri seorang diri diluar gua. Namun gembong iblis tua ini masih
kuatir apabila pemuda itu mempersiapkan jago jagonya disekitar
tempat itu, yaa, siapa tahu kalau kemunculan Thi Eng khi seorang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri dimulut gua tersebut hanya sebuah pancingan belaka"
Setelah berpikir sebentar, dia memutuskan untuk melangsungkan
pertarungannya melawan Thi Eng khi di dalam gua, asal Thi Eng khi
berhasil dibunuh, maka dia lebih lebih tak usah kuatir menghadapi
kerubutan kawanan jago lainnya. Setelah berpikir pulang pergi,
akhirnya Hian im Tee kun menganggap jalan pemikirannya tak bakal
salah lagi, apalagi bila dia menyerbu keluar gua dan bertarung
melawan Thi Eng khi, dibawah komandonya langsung,
dikombinasikan dengan kerja sama para iblis, mungkinkah Thi Eng
khi bisa mempertahankan diri"
Padahal tindakan Hian im Tee kun tersebut justru telah
menghemat banyak tenaga dan kekuatan dari Thi Eng khi.
Sambil memandang kearah Thi Eng khi, Hian im Tee kun tertawa
dingin tiada hentinya, kemudian ejeknya :
"Beranikah kau untuk melangsungkan duel satu melawan satu
denganku di dalam lorong gua ini?"
Mendengar tantangan tersebut, Thi Eng khi segera tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh .....haaahhh... haaahhh.... iblis tua, pokoknya asal kau
yang turun tangan sendiri, dimanapun dan pada saat apapun pasti
akan kulayani!"
Hian im Tee kun segera memerintahkan kepada kawanan iblis
yang berada dibelakangnya agar mengundurkan diri, sementara dia
sendiripun ikut mundur sejauh tiga kaki lebih. Dengan langkah lebar
Thi Eng khi berjalan masuk ke dalam gua tersebut kemudian setelah
saling berhadapan dengan Hian im Tee kun, dia berkata :
"Iblis tua, kali ini kau seharusnya yang mempergunakan senjata
tajam!" 1523 Sudah barang tentu maksud dari perkataan ini adalah pernyataan
bahwa dia sendiri akan menghadapi tantangan tersebut dengan
sepasang tangan kosong belaka. Rasa benci Hian im Tee kun
terhadap Thi Eng khi boleh dibilang sudah merasuk sampai ke tulang
sumsum, kalau bisa dia ingin sekali dapat membinasakan Thi Eng khi
dalam satu gebrakan saja, kemudian mencincang tubuhnya sehingga
hancur berkeping keping.....
Sudah barang tentu, untuk mewujudkan keinginannya tersebut,
dia tak akan memberi kesempatan kepada lawannya untuk lebih
banyak meraih keuntungan. Tatkala mendengar perkataan tersebut,
dia segera tertawa terbahak bahak saking gusarnya, kemudian
berkata : "Aku bukan seorang manusia pengecut yang ingin meraih
kemenangan dengan mengandalkan senjata tajam, bila kau ingin
memakai senjata pedang emas naga langit, silahkan saja digunakan,
buat apa sih membuat alasan yang tidak tidak?"
Kembali Thi Eng khi tertawa :
"Aku lihat, seandainya kau tidak mempergunakan senjata
mungkin kau tak akan mampu menghadapi diriku sebanyak seratus
gebrakan pun...."
"Sudah, tak usah banyak ngomong, rasain dulu sebuah pukulan
ku ini....!" teriak Hian im Tee kun gusar.
Begitu selesai berbicara, Hian im Tee kun segera berdiri tegak
dengan wajah serius, pelan pelan hawa murninya dihimpun menjadi
satu, sementara paras mukanya yang semula putih bersih, dalam
waktu singkat saja telah dilapisi oleh hawa hijau yang sangat tebal.
Kemudian tak lama setelah itu, paras mukanya telah berubah
menjadi hijau membesi.
Kalau menurut catatan dalam Hian im cing khi, maka bilamana
hawa murni seseorang sudah dihimpun sehingga paras mukanya
berubah menjadi hijau membesi, maka secara otomatis udara
disekeliling tempat itupun akan turut terpengaruh sehingga berubah
menjadi dingin sekali sampai merasuk ke dalam tulang sumsum.
1524 Tapi kenyataan yang terbentang di depan mata sekarang bukankah
demikian, bukan saja Thi Eng khi tidak merasakan hawa dingin yang
mencekam bahkan malah sebaliknya dia merasakan udara yang
hangat dan sangat nyaman.
Thi Eng khi yang hadir hari ini, meski usianya masih sangat muda
namun dia telah membekali segenap pengetahuan yang terdapat di
dalam kitab kitab pusaka milik Cu sim ci cu Thio Biau liong. Atau
dengan perkataan lain, si anak muda ini sudah berpengetahuan
begitu luas sehingga sukar bagi orang lain untuk mengimbanginya...
Namun dia merasa kaget dan terperanjat juga setelah
menyaksikan kejadian ini, segera pikirnya :
"Benar benar tak kusangka, hanya didalam beberapa bulan yang
demikian singkatnya, ternyata dia telah berhasil melatih Hian im
ceng khinya hingga mencapai taraf apa yang disebut Im khek yang
seng (puncak dingin yang menimbulkan kehangatan) tampaknya dia
bukan musuh sembarangan musuh, aku tak boleh memandang
terlalu rendah tentang dirinya."
Perlu diketahui apabila ilmu Hian im ceng khi telah dilatih
mencapai tingkat ke sepuluh, bila ingin mencapai taraf apa yang
dinamakan Im khek yang seng atau puncak dingin yang
menimbulkan kehangatan, maka seseorang harus melewati dulu
suatu percobaan yang berbahaya sekali. Dengan tenaga dalam Hian
im Tee kun yang begitu sempurna, dia sendiripun tak berani
mencoba secara sembarangan, sampai pertarungannya kemudian
melawan Thi Eng khi, dan menyadari betapa mengerikannya
kemampuan Thi Eng khi, dia baru nekad menyerempet bahaya
dengan menyelesaikan taraf terakhir yang belum pernah diselesaikan
olehnya selama puluhan tahun ini.
Begitu menyadari akan datangnya ancaman bahaya, diam diam
Thi Eng khi menghimpun segenap hawa murninya untuk melindungi
semua jalan darah penting didalam tubuhnya, lalu bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Pelan pelan Hian im Tee kun mengangkat telapak tangan
kanannya yang digoyangkan berulang kali dengan lambat, seketika
1525 itu juga muncullah segulung tenaga kekuatan yang sangat dahsyat
tapi hangat dan memabukkan langsung menerjang ke atas tubuh Thi
Eng Khi.... Thi Eng khi sadar bahwasanya tenaga dalam yang dimiliki Hian
im Tee kun sekarang sudah melewati taraf hawa dingin dan menuju
ke peralihan hawa panas dan hawa racunnya sudah menyebar
sampai ke mana-mana. Berada dalam keadaan begini, entah
tubuhnya berlatih tenaga im kang ataupun tenaga yang kang,
mustahil bisa membendung hawa serangan ini. Apalagi jika sampai
terkena hajaran secara telak, sekalipun tidak sampai mati paling
tidak isi perutnya pasti akan terpengaruh oleh hawa serangannya
hingga menimbulkan reaksi yang cukup serius sebagai akibatnya
sudah barang tentu penderitaan yang diperoleh pun tidak
terlukiskan....
Sementara itu, Thi Eng khi sudah buru buru mengerahkan tenaga
dalamnya untuk melindungi seluruh tubuhnya, bersamaan itu pula
hawa sakti tay kim sinkang yang dilatihnya dihimpun ke dalam
tangan dan mengayunkannya ke muka untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut.
Segulung hawa pukulan yang lembek dan bersih dengan cepat
saling beradu dengan tenaga im kang yang telah berubah jadi hawa
yang kang tersebut.
"Blaaammmmm!"
Ledakan yang memekikkan telinga segera berkumandang
memecahkan keheningan. Sebagai akibat dari bentrokan kekerasan
itu, Thi Eng khi terdorong tubuhnya sampai terhuyung mundur,
sedangkan Hian im Tee kun tak sanggup menahan dorongan yang
kuat dan secara beruntun mundur sejauh tiga langkah lebih.
Dengan wajah tenang namun serius Thi Eng khi segera berkata
lagi : "Iblis tua, nampaknya aku benar benar sudah menilai dirimu
kelewat rendah!"
1526 Ketika Hian im Tee kun menyaksikan serangan dahsyatnya
ternyata tidak berhasil melukai Thi Eng khi, secara diam diam diapun
merasa terkejut. Mendadak saja dia melangkah maju dengan
tindakan lebar, begitu menerjang ke sisi badan Thi Eng khi, telapak
tangannya langsung diayunkan ke muka melepaskan sebuah
bacokan kilat. Thi Eng khi segera mengeluarkan jurus Sia ci yang khi
(mengibarkan bendera dengan posisi miring) yang disertai tenaga
Tay kim ceng khi untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut
dengan keras lawan keras.
Di dalam bentrokan yang kemudian terjadi untuk kedua kalinya,
Hian im Tee kun merasakan tenaga serangan sendiri seolah olah
sedang menghantam diatas kapas yang lunak, ternyata tenaga
pukulannya tak mampu mewujudkan kekuatan penghancurnya yang
maha dahsyat tersebut. Untuk kesekian kalinya dia merasa
terperanjat sekali, segera pikirnya :
"Tenaga Tay kim ceng khi yang dimiliki bocah keparat ini benar
benar sangat aneh, mungkinkah dia telah memperoleh penemuan
aneh lainnya?"
Sementara otaknya masih berputar memikirkan hal tersebut,
telapak tangannya sekali lagi telah melancarkan bacokan maut ke
tubuh Thi Eng khi...
Di dalam serangan yang dilancarkan kembali dia telah
menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, tentu saja
kedahsyatan luar biasa sekali, hawa serangan yang hangat tapi kuat
itu seolah olah berdatangan dari empat arah delapan penjuru dan
bersama sama menubruk ke arah Thi Eng khi.
"Serangan yang bagus!" bentak Thi Eng khi keras keras.
Kembali dia menyambut datangnya serangan tersebut dengan
keras lawan keras. Dalam bentrokan kali ini, kedua belah pihak sama
sama menggunakan segenap kekuatan yang dimiliki. Hian im Tee
kun yang termakan tenaga Tay kim ceng khi dari Thi Eng khi segera
tergetar mundur sejauh lima langkah lebih. Sebaliknya Thi Eng khi
1527 termakan juga oleh tenaga pukulan Hian im Tee kun sehingga
tergetar mundur sejauh satu langkah.
Sesudah mundur ke belakang, dengan cepat Thi Eng khi
memejamkan matanya untuk mengatur napas dan memulihkan
kembali kekuatannya. Sedangkan Hian im Tee kun tertawa rawan
lalu berkata : "Tahun ini usiaku sudah mencapai puncaknya, baik, aku akan
beradu jiwa denganmu!"
Berbicara sampai disini, dia lantas merogoh ke dalam sakunya
dan mengeluarkan sebutir pil yang segera ditelannya. Paras
mukanya yang semula berwarna hijau membesi segera berubah
menjadi merah darah, sambil memutar sepasang telapak tangannya,
dia membentak nyaring :
"Sambutlah sebuah pukulanku lagi, coba kau rasakan sampai
dimanakah kelihayanku!"
Tenaga pukulan yang terpancar keluar dari balik telapak
tangannya terasa panas menyengat badan, bahkan secara lamat
lamat terlihat juga cahaya merah darah yang menyelimuti seluruh
angkasa.... Thi Eng khi sama sekali tidak menghindar ataupun bermaksud
untuk berkelit, dia mengayunkan pula sepasang telapak tangannya
melepaskan pukulan dengan tenaga Tay kim ceng khi. Tatkala kedua
gulung tenaga pukulan tersebut saling membentur untuk kesekian
kalinya, ternyata keadaan yang kemudian terjadi jauh berbeda.
Akibat dari bentrokan ini, Hian im Tee kun cuma tergetar mundur
sejauh satu langkah, sebaliknya Thi Eng khi sendiripun tidak berhasil
memperoleh suatu keberuntunganpun, malah dia sendiri terpaksa
mundur juga sejauh satu langkah. Ternyata kekuatan yang mereka
miliki sekarang telah meningkat menjadi berimbang.
Hian im Tee kun hanya menelan sebutir saja, namun
kenyataannya dari posisi yang terdesak dan dibawah angin, ternyata
dia pun mampu memperbaiki posisinya menjadi berimbang.
Menghadapi Hian im Tee kun yang tak segan segan
1528 mempertaruhkan jiwa raganya dengan menggunakan sebutir obat
untuk merangsang seluruh kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya
guna beradu jiwa dengannya, diam diam pemuda ini gelisah dan
merasa sangat tidak tenang.
Dikala Hian im Tee kun melancarkan serangannya lagi, Thi Eng
khi tak berani beradu kekerasan lagi dengan Hian im Tee kun,
terpaksa dia harus mempergunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong
keng irn untuk berkelit kesana menghindar kemari sembari mencari
kesempatan untuk melancarkan serangan balasan.
Dalam waktu singkat udara di dalam lorong gua itu dipenuhi oleh
hawa pukulan yang menderu deru, batu gunung dan pasir segera
berguguran ke atas tanah membuat kawanan gembong iblis tersebut
tak mampu berdiam terus di dalam gua, terpaksa mereka mundur
keluar dari gua tersebut.
Dengan begitu, didalam lorong gua yang panjangnya mencapai
beberapa li ini hanya diisi oleh dua orang saja yakni Hian im Tee kun
serta Thi Eng khi yang terlihat dalam pertarungan mati hidup.
Bersamaan waktunya dengan berkobarnya pertarungan sengit
antara Thi Eng khi melawan Hian im Tee kun, dipihak lain, Bu im sin
hong Kian Kim siang beserta nona Ting Un telah sampai pula di
perkampungan Huan keng san ceng.
Mimpipun nona Ting Un tak pernah menyangka kalau dalam
kolong langit dewasa ini terdapat ilmu meringankan tubuh yang
begini sempurna. Dia hanya merasakan lengan sendiri ditarik oleh Bu
im sin hong Kian Kim siang dan tubuhnya segera melayang layang di
tengah udara seperti layang layang.
Bukan cuma kakinya saja yang tidak menempel permukaan
tanah, bahkan badannya turut melayang di udara. Malah saking
cepatnya mereka bergerak nona ini merasa dadanya sesak dan sukar
untuk bernapas. Kendatipun dalam hati kecilnya masih terdapat
banyak persoalan yang hendak dibicarakan, akan tetapi dia merasa
tak mampu untuk membuka suara. Hingga mereka berada tak jauh
1529 dari perkampungan Huan keng san ceng, Bu im sin hong Kian Kim
siang baru memperlambat gerakan tubuhnya.
Pada saat itulah, Ting Un baru dapat menghembuskan napas
panjang, katanya kemudian :
"Kian yaya, hari ini sepasang mata Un ji betul betul sudah
terbuka lebar, lewat beberapa hari, kau harus mengajarkan
kepandaian sakti ini kepadaku."
Nada pembicaraannya selain lincah, polos, juga tidak sungkan
sungkan, bahwa di tengah keterus terangannya terlintas pula sifat
kekanak kanakannya. Dianggapnya ilmu Hu kong keng im tersebut
sudah pasti akan diwariskan Bu im sin hong Kian Kim siang
kepadanya. Pada dasarnya Bu im sin hong Kian Kim siang memang
bukan seorang manusia yang terlalu terikat dengan segala macam
peraturan, malah sebaliknya dia justru gembira dan senang sekali
dengan kejujuran, keterusterangan serta kepolosan gadis ini.
Walaupun begitu, ia sengaja menunjukkan mimik wajah yang
serius dan keren, kemudian setelah mendengus, katanya dengan
suara rendah :

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa lohu harus mewariskan ilmu gerakan tubuh Hu kong
keng im ini kepadamu?"
Tampaknya nona Ting Un tak pernah menduga bakal
memperoleh pertanyaan semacam ini, dia menjadi tertegun, lalu
serunya : "Mengapa" Mengapa harus mengapa" Kau orang tua kan tak
punya anak murid, masa kau hendak membawa pulang ilmu sakti
yang menggetarkan dunia persilatan ini sampai ke dalam liang
kubur?" Tampaknya apa yang terlintas dalam benak gadis ini segera
dilontarkan keluar olehnya tanpa dipikir lebih jauh, tak bisa disangkal
lagi, inilah watak dari seorang budak liar yang sudah terbiasa hidup
dimanja. Sikap semacam ini selain menggelikan bagi yang
memandang, juga mendatangkan rasa hangat yang jauh
mengakrabkan hubungan.
1530 Jalan permikiran nona Ting Un masih sangat polos, dia
menganggap Bu im sin hong Kian Kim siang sebagai lambang
kepemimpinan dari umat persilatan di wilayah See lam, sedangkan
dia pun sebagai angkatan muda diwilayah See lam, sudah pasti
permintaan yang diajukan itu akan dipenuhi.
Bu im sin hong Kian Kim siang sendiri pun terhitung seorang
manusia yang sangat aneh,
andaikata nona Ting Un memohon kepadanya secara beraturan
dan lemah lembut agar ilmu Hu kong keng im tersebut diwariskan
kepadanya, mungkin belum tentu dia akan mewariskan kepandaian
itu kepadanya. Tapi sekarang, cara dari gadis itu telah menimbulkan
rasa gembira dalam hatinya, tanpa berpikir panjang lagi dia
menyatakan persetujuannya dihati.
Hanya saja untuk menggoda gadis tersebut, sengaja dia menarik
muka sambil berkata lagi :
"Ilmu silat maha sakti hanya diwariskan untuk murid berbakat,
apakah kau menganggap berkemampuan untuk mempelajari ilmu
sakti Hu kong Keng im tersebut?"
Nona Ting Un segera tertawa lebar.
"Kalau hanya masalah itu mah bukan persoalan, dikala yayaku
masih hidup dulu beliau sering kali berkata demikian : Anak Un
pandai dan cekatan, apabila dapat bersua dengan Kian loko dan
mempelajari ilmu Hu kong keng im miliknya, sudah pasti kau akan
menjadi sekumtum bunga aneh dari wilayah See lam. Percayakah
kau dengan perkataan yayaku ini?"
Mendadak gadis itu menyinggung kembali tentang sobat
lamanya, pudarlah keinginan Bu im sin hong Kian Kim siang untuk
menggoda gadis tersebut lebih jauh, dia segera menghela napas
panjang..... "Aaaai, kalian manusia manusia angkatan muda, nampaknya
makin hari mukanya semakin tebal satu inci...."
"Yaya aku pun sering berkata begini," kembali nona Ting Un
berkata dengan wajah serius "bilamana menghadapi persoalan,
1531 manfaatkanlah waktu dan janganlah mengalah bilamana tidak perlu
untuk mengalah. Bila kau orang tua pergi dan lenyap lagi selama
tujuh delapan puluh tahun, bagaimana mungkin aku bisa
mempelajari ilmu Hu kong Keng im mu lagi?"
Bu im sin hong Kian Kim siang semakin gembira lagi dibuatnya,
tak tahan dia tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh.... haaaahhh". Haaahhh.... sayang sekali ilmu Hu kong
keng im ku sudah mempunyai ahli warisnya!"
"Bolehkah ahli warisnya diperbanyak seorang lagi?" rengek nona
Ting Un. "Bukan saja aku telah memperbanyak ahli warisku dengan
seorang, bahkan sudah mencapai tiga orang banyaknya!"
Nona Ting Un segera tertawa lebar.
"Sudah ada dua pasti tiga, sudah tiga tentu ada empat, toh kau
sudah mempunyai tiga orang ahli waris, berarti kau pun dapat
menerima ahli waris yang keempat, atau dengan perkataan lain aku
pasti mempunyai bagian untuk itu, baik sekarang juga aku akan
mengangkatmu sebagai guruku!"
Tanpa menunggu apakah Bu im sin hong Kian Kim siang setuju
atau tidak, dia segera bertekuk pinggang dan menjatuhkan diri
berlutut. Pada hakekatnya Bu im sin hong Kian Kim siang memang bukan
tandingan dari gadis cilik itu terpaksa ujarnya kemudian sambil
tertawa : "Aaaai, angkatan muda patut disegani, angkatan muda patut
disegani, baiklah, memandang diatas wajah yayamu itu rasanya
sungkan kalau kutampik keinginanmu untuk mempelajari ilmu Hu
kong keng im, cuma soal pengangkatan guru mah tidak usah, ayo
bangun, kita harus menyelesaikan dulu urusan penting yang sedang
berada di depan mata."
1532 Cepat dia menyambar tangan Ting Un dan tidak menanti gadis itu
berbicara dia memaksanya untuk bangkit berdiri. Terpaksa nona
Ting Un harus bangun berdiri, katanya kemudian sambil tertawa :
"Kian yaya, kau jahat amat! Padahal aku tahu sejak tadi kau
sudah berencana hendak mewariskan ilmu Hu kong keng im tersebut
kepadaku, tapi kau sengaja hendak menggoda aku rupanya..."
Ucapan tersebut membikin Bu im sin hong Kian Kim siang tak
sanggup menahan diri lagi, kontan saja dia mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak bahak. Baru saja pulang ke
kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan puluhan tahun
lamanya, kini Bu im sin hong Kian Kim siang berjumpa dengan
seorang nona cilik yang binal, pintar, dan membuat hati orang
gembira, hal tersebut membuatnya kegirangan setengah mati.
Tidak heran kalau gelak tertawanya itu berkumandang sampai
beberapa li jauhnya dan membumbung tinggi menembusi lapisan
awan di angkasa. Belum habis gelak tertawanya berkumandang, dari
arah perkampungan Huan keng san ceng telah meluncur keluar
empat sosok bayangan manusia yang menerjang tiba dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Sebagaimana diketahui, Bu im sin hong Kian Kim siang sudah
puluhan tahun lamanya berkelana di luar daerah, dengan demikian
dia pun tidak kenal dengan keempat manusia yang merupakan jago
jago lihay dari wilayah See lam tersebut. Sebaliknya ke empat jago
pun merupakan jago jago angkatan terakhir dari wilayah See lam,
mereka muncul agak terlambat dalam dunia persilatan sehingga tak
seorangpun diantara mereka yang pernah bersua muka dengan Bu
im sin hong Kian Kim siang.
Itulah sebabnya ketika kedua belah pihak saling berjumpa muka,
kedua belah pihak sama sama tidak mengenal. Nona Ting Un segera
menyongsong kedatangan orang orang itu, lalu serunya dengan
lantang : "Empek dan paman berempat, Kian yaya telah datang, ayo cepat
kalian memberi hormat kepada Kian yaya!"
1533 Dari keempat orang tersebut, Jit gwat siang beng To bersaudara
termasuk pula diantaranya. Hingga sekarang Jit gwat siang beng To
bersaudara masih belum mengerti keadaan yang sebenarnya, tatkala
mereka mulai curiga dengan situasi, waktu itu gerak gerik mereka
sudah dapat dibatasi oleh Hian im Tee kun, bahkan keadaan dunia
persilatan untuk wilayah See lam telah dikuasai gembong iblis
tersebut. Terjadinya peristiwa mana cukup membuat kedua orang
bersaudara itu menjadi sedih dan menyesal setengah mati, sayang
mereka tak berkemampuan untuk menolong keadaan.....
Nona Ting Un memang terkenal sebagai seorang gadis yang
binal, manja dan cerdas, apalagi dia memang dsayang oleh cikal
bakalnya perkampungan Huan keng san ceng, hal mana
menyebabkan semua orang merasa segan dan sungkan kepadanya.
Sekarang, Jit gwat siang beng To bersaudara mengira si nona
lagi lagi hendak me?nyusun permainan setan untuk menjebak
mereka berdua karenanya walaupun sudah menghentikan gerakan
tubuhnya, dengan nada kurang percaya mereka berseru :
"Nona Un, permainan busuk apalagi yang sedang kau
persiapkan" Ayo cepat pulang ke rumah, tahukah kau kepergianmu
kali ini tanpa pamit telah membuat gegernya perkampungan Huan
keng san ceng....?"
Menyaksikan orang orang itu tak mau mempercayai
perkataannya, nona Ting Un menjadi sangat gelisah, sambil
mendepak depakkan kakinya berulang kali, serunya keras keras :
"Goblok, pikun, tolol! Bukankah saban hari kalian merindukan
kedatangan Kian yaya" Sekarang Kian yaya sudah muncul disini tapi
kalian justru enggan mempercayainya betul betul membuat hati
orang mendongkol saja!"
Jit gwat siang beng To bersaudara pernah terkecoh oleh gadis ini
semenjak saat itu mereka tak mau percaya dengan setiap perkataan
nona Ting Un maka ketika mendengar ucapan mana mereka lantas
membalikkan badan dan berjalan mendekati Bu im sin hong Kian
Kim siang, katanya kemudian seraya menjura,
1534 "Nona Un memang paling senang bergurau dengan kamu,
bilamana lotiang juga terkecoh oleh ulahnya, harap kau sudi
memaafkan..."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa tergelak.
"Haaaahhh.. haaahhh... haaahhh... lohu adalah Kian Kim siang,
boleh kutahu siapa nama kalian berdua?"
Untuk beberapa saat lamanya Jit gwat siang beng To bersaudara
menjadi tertegun melongo, tak sepatah katapun yang mampu
diutarakan keluar. Selang berapa saat kemudian mereka gelengkan
kepalanya berulang kali artinya mereka tak ingin mempercayai
kenyataan tersebut dengan begitu saja, mereka harus menyelidiki
persoalan tersebut dan membuktikan kebenarannya lebih dulu
sebelum mempercayainya secara seratus persen.
Pada saat itulah, dari arah perkampungan Huan keng san ceng
kembali muncul tiga sosok bayangan manusia, begitu bertemu
dengan Bu im sin hong Kian Kim siang, mereka segera menjerit
kaget : "Aaaai, Bu im sin hong Kian Kim siang ..... "
Ketiga orang ini merupakan orang orang kepercayaan dari Hian
im Tee kun, sewaktu berada di istana Ban seng kiong tempo hari,
mereka pernah berjumpa muka dengan Bu im sin hong Kian Kim
siang, itulah sebabnya mereka cukup mengenal tokoh sakti tersebut,
tidak heran kalau mereka langsung menjerit kaget begitu bersua
muka sekarang. Akan tetapi mereka pun terhitung manusia yang cerdas dan
berpengalaman luas, sekilas pandangan saja, mereka sudah
mengenali situasi yang berada di depan mata. Tampaknya orang
belum mengenali si Bu im sin hong Kian Kim siang sebagai pemimpin
mereka, terutama sekali umat persilatan dari wilayah See lam. Maka
dengan perasaan menyesal buru buru mereka menutup mulutnya
rapat rapat. 1535 Sekalipun mereka tutup mulut dengan cepat, toh ucapan tadi
sudah terlanjur diutarakan, hal ini menimbulkan perhatian khusus
dari Jit gwat siang beng To bersaudara.
Dengan cepat kedua orang bersaudara itu berpaling, kemudian
tanyanya : "Jadi dia orang tua adalah Bu im sin hong Kian Kim siang, Kian
locianpwe?"
Salah seorang diantara ketiga orang kepercayaan Hian im Tee
kun itu segera menggeleng.
"Tidak bisa dikatakan demikian, sebab kalau dibilang dia mirip Bu
im sin hong Kian Kim siang, agaknya perawakan Bu im sin hong Kian
Kim siang yang sesungguhnya masih lebih rendah lima inci daripada
perawakan tubuhnya!"
Dengan perasaan lega, Jit gwat siang beng To bersaudara
menghembuskan napas panjang.
"Nah kalau begitu tak bakal salah lagi!"
Mereka betul betul merasa kuatir apabila telah melakukan suatu
kesalahan besar sebab hal ini akan menyebabkan mereka merasa
malu terhadap umat persilatan wilayah See lam dikemudian hari.....
Bu im sin hong Kian Kim siang yang mendengar perkataan
tersebut, dengan cepat mengerahkan ilmu Sut kut sin kang (ilmu
sakti menyusut tulang) nya hingga perawakan tubuhnya segera
berubah menjadi lebih pendek lima inci, setelah itu, ujarnya lagi
sambil tertawa :
"Nah, sekarang lohu pasti sudah mirip dengan Bu im sin hong
Kian Kim siang bukan?"
Jit gwat siang beng To bersaudara yang menyaksikan kejadian
tersebut menjadi tertegun, tapi senyuman segera menghiasi wajah
mereka berdua :
"Lotiang, ilmu saktimu betul betul sangat hebat, boanpwe
sekalian sungguh dibuat kagum sekali!"
1536 Kalau didengar dari nada pembicaraan ini, tampaknya mereka
masih belum mau mengakuinya sebagai Bu im sin hong Kian Kim
siang... Tiba tiba nona Ting Un berteriak karas :
"Nah sudah datang! Sudah datang! Orang yang kenal dengan
Kian yaya telah datang!"
Ketika semua orang berpaling ke arah perkampungan Huan keng
san ceng, maka terlihatlah seorang nenek yang dihari hari biasa
dipanggil Popo oleh nona Ting Un sedang meluncur datang dengan
kecepatan luar biasa.
Begitu mendekat, nenek itu segera berteriak keras :
"Nona Un ke mana saja kau telah pergi" Membuat aku si nenek
merasa panik setengah mati!"
Sambil melayang maju ke muka untuk menyambut kedatangan
nenek tersebut, nona Ting Un segera berseru :
"Popo, aku telah berhasil mengundang datang Bu im sin hong
Kian Kim siang, cuma mereka tak mau mempercayainya dengan
begitu saja......!"
"Ooo... ada kejadian seperti ini?" seru si nenek cepat.
Ia segera melayang turun dihadapan Bu im sin hong Kian Kim
siang lalu sambil memperhatikan Bu im sin hong Kian Kim siang
beberapa saat lamanya, dia menggeleng seraya berseru :
"Kau bukan Bu im sin hong Kian loyacu!"
"Popo, kau jangan ngaco belo!" kontan saja nona Ting Un
melompat bangun sambil berteriak marah.
Sambil tersenyum Bu im sin hong Kian Kim siang yang berada di
sampingnya menimbrung :
"Tang soat, atas dasar apa kau tidak mengenali lohu sebagai Bu
im sin hong Kian Kim siang?"
1537 Tang soat merupakan nama kecil si nenek di saat masih muda
dulu, semenjak yayanya Ting Un meninggal dunia, selama puluhan
tahun terakhir ini boleh dibilang belum pernah ada orang yang
memanggilnya dengan nama tersebut.
Bukan cuma tiada orang saja yang memanggil dengan nama itu,
mungkin selain si pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, mungkin


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cuma Bu im sin hong Kian Kim siang seorang yang mengetahui
nama kecilnya tersebut.
Ternyata Tang soat adalah dayang dari nenek Ting Un sebelum
kawin dulu, sejak kecil dia sudah mengikuti keluarga Ting hingga
kini, bukan saja masa remajanya dikorbankan, orangnya pun amat
setia dengan keluarga. Itulah sebabnya dia selain disegani juga
dihormati oleh semua anggota keluarga Ting semenjak dari yang tua
sampai yang muda. Maka dari itu, sejak Ting Un dapat berbicara, dia
selalu membahasai dirinya sebagai popo.
Si nenek itupun amat menyukai Ting Un bahkan pada hakekatnya
menganggap gadis ini sebagai nyawa sendiri.
Dalam pada itu, kulit wajah si nenek telah mengejang beberapa
saat lamanya, lama kemudian dia baru berkata :
"Budak masih ada satu persoalan yang tidak mengerti, bila kau
benar benar adalah Kian loyacu, mengapa perawakan tubuhmu
Nampak jauh lebih pendek daripada Kian loyacu yang dulu?"
Sebagaimana diketahui, walaupun orang sudah meningkat tua,
walaupun raut wajahnya mungkin bisa berubah namun sebagian
besar masih dapat dikenali dengan jelas. Tentang perawakan
tubuhnya, sekalipun karena usia tua mungkin akan menjadi
membungkuk, namun perbedaannya tidak akan lebih banyak
daripada perawakan dulu.
Dari sini dapatlah disimpulkan bahwa Tang soat tidak berani
mengenali Bu im sin hong Kian Kim siang, lantaran perawakan
tubuhnya dia rasakan terlalu pendek.
Sambil tertawa Bu im sin hong Kian Kim siang segera berkata
lantang. 1538 "Barusan ada orang mengatakan perawakan tubuhku kelewat
tinggi, sekarang kau mengatakan perawakanku terlalu pendek,
waaah.... nampaknya makin tua nasibku semakin jelek!"
Sambil berkata dia lantas membungkukkan tubuhnya dan
memulihkan kembali ukuran perawakan tubuhnya seperti semula.
Dengan sikap yang sangat hormat si nenek segera berkata :
"Harap Kian loyacu sudi memaafkan kelancangan Tang soat
barusan...!"
Baru saja senyuman cerah menghiasi ujung bibir Bu im sin hong
Kian Kim siang mendadak paras mukanya berubah, kemudian ia
membentak nyaring :
"Mau kabur ke mana kalian?"
Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat ia
segera menerjang ke arah tiga orang anggota Ban seng kiong itu.
Rupanya ketiga orang penjahat tersebut dapat merasakan kalau
gelagat tidak beres, mereka bersiap siap hendak mengundurkan diri
ke perkampungan Huan keng san ceng dan bersiap sedia turun
tangan lebih dulu untuk mempengaruhi jago jago See lam dan
bersama sama menghadapi Bu im sin hong Kian Kim siang.
Sayang sekali perbuatannya segara ketahuan Bu im sin hong Kian
Kim siang dan jalan pergi mereka segera dihadang. Bagaimana
mungkin ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang
gembong iblis tersebut bisa melebihi ilmu gerakan tubuh Hu kong
keng im dari Bu im sin hong Kian Kim siang yang amat tersohor
tersebut. Belum lagi mencapai beberapa kaki dari posisi semula,
mereka bertiga sudah berhasil disusul oleh Bu im sin hong Kian Kim
siang bahkan jalan perginya segera dihadang.
Menyusul kemudian si nenek Tang soat dan nona Ting Un
memburu pula ke depan dan melangsungkan pertarungan sengit
melawan ketiga orang itu. Hanya Jit gwat siang beng To bersaudara
dan kedua orang lainnya yang tidak berniat turun tangan meski
sudah ikut memburu ke depan, malah salah seorang diantaranya
segera mencoba melerai :
1539 "Kian locianpwe, bila ada masalah lebih baik dibicarakan saja
secara baik baik, buat apa Kita mesti saling gontok gontokan
sendiri?" Bu im sin hong Kian Kim siang menjadi gusarnya setengah mati,
kontan saja dia mengumpat :
"Manusia goblok, kenapa kalian masih berpeluk tangan belaka"
Ayo cepat turun tangan membantu Un ji untuk membekuk kawanan
anak iblis tersebut!"
Sambil berbicara, dia sendiripun mengerahkan segenap kekuatan
yang dimilikinya untuk meneter musuhnya lebih gencar. Kontan saja
orang yang bertarung melawannya itu dibuat keteter hebat dan
kalang kabut sendiri, tak lama kemudian ia sudah terdesak di bawah
angin. Sedang Jit gwat siang beng To bersaudara masih tetap berdiri
tertegun dengan wajah melongo dan kebingungan, mereka tidak
turun tangan melainkan hanya mematung. Berada dalam keadaan
demikian, Bu im sin hong Kian Kim siang tahu bahwa banyak
berbicara tak ada gunanya, dengan mempergencar serangannya dia
meneter musuhnya habis habisan kemudian merobohkannya dengan
sebuah totokan jalan darah.
Menyusul kemudian dia melayang ke depan menerjang orang
yang sedang bertarung melawan Ting Un, tapi tak sampai empat
lima gebrakan kemudian, diapun dapat merobohkan kembali seorang
lagi. Rupanya tokoh sakti kita ini bertekad akan menyelesaikan
pertarungan di dalam waktu singkat, dengan cepat dia menerjang
pula anakan iblis yang sedang bertarung melawan Tang soat itu,
tidak sampai tiga gebrakan kembali dia sudah berhasil merobohkan.
Begitu selesai merobohkan orang orang itu, ia baru melayang
turun di hadapan Jit gwat siang beng To bersaudara dan menegur
dengan penuh kegusaran :
"Mengapa kalian enggan melaksanakan perintah?"
Agaknya Jit gwat siang beng To bersaudara mempunyai alasan
mereka yang cukup kuat, segera ujarnya :
1540 "Kian locianpwe, harap kau jangan marah dulu, perlu diketahui
Kwik locianpwe dewasa ini masih berada di tangan mereka, demi
keselamatan Kwik locianpwe, mau tak mau kami harus berpikir tiga
kali sebelum mengambil keputusan dalam menghadapi setiap
persoalan... "
Oleh karena alasan tersebut, Bu im sin hong Kian Kim siang
menjadi sungkan untuk mengumbar hawa amarahnya lagi, terpaksa
dia mengisahkan kembali tindakan dari Thi Eng khi di lembah Hek sik
kok serta bakal tibanya serombongan besar jago jago lihay.
Jit gwat siang beng To bersaudara baru kegirangan setelah
mendengar perkataan tersebut, segera ujarnya :
"Kian locianpwe, sekarang juga kami akan memberitahukan hal
ini kepada semua orang yang ada di perkampungan, agar mereka
bekerja sama menumpas kawanan iblis yang mengawasi kami
selama ini, kemudian kami baru berangkat bersama sama menuju ke
lembah Hek sik kok untuk membantu usaha Thi sauhiap!"
Begitu selesai berkata, secepat terbang mereka lari masuk ke
dalam perkampungan. Sambil tertawa getir, Bu im sin hong Kian Kim
siang segera berkata :
"Tampaknya puluhan tahun tidak pulang kampung halaman,
umat persilatan di wilayah See lam ini sudah banyak yang
melupakan diri lohu ..... "
Ucapan ini meluncur keluar tanpa disadari olehnya, sebab
kenyataan yang memperlihatkan bahwa umat persilatan wilayah See
lam sudah melupakan dirinya ini pada hakekatnya merupakan suatu
peristiwa yang sangat melukai martabat dan nama baiknya. Padahal
dia mana tahu kalau Jit gwat siang beng mempunyai watak yang
sangat istimewa, yakni mereka bukan bermaksud tidak takluk
kepadanya. Nona Ting Un yang cerdik dan teliti, dengan cepat dapat
merasakan kalau kesepian dan kesedihan Bu im sin hong Kian Kim
siang timbul akibat dari ulah Jit gwat siang beng, sambil tertawa dia
lantas berkata :
1541 "Paman To berdua memang berwatak demikian, walaupun
sesungguhnya mereka termasuk jago jago berdarah panas, di
kemudian hari kau orang tua pasti akan mengetahui bagaimanakah
watak mereka yang sebenarnya .... "
"Aaaah, dasar kawanan katak dalam sumur, tempo hari pun
hampir saja kalian mencelakai saudara cilik Thi gara gara salah
paham ...... " umpat Bu im sin hong Kian Kim siang sambil tertawa
tergelak. Dengan gelak tertawanya itu, pembicaraan pun segera diakhiri....
Sementara itu, suara pertarungan sudah mulai berkumandang
dari dalam perkampungan, jelas para jago See lam sudah bangkit
dan sadar kalau dirinya terkecoh hingga pertarungannya melawan
kawanan iblis yang semula menjaga perkampungan pun berkobar.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengajak nenek Tang soat
dan nona Ting Un untuk bersama sama menyerbu ke dalam
perkampungan Huan keng san ceng. Walaupun kepandaian silat
yang dimiliki kawanan iblis dari Ban seng kiong amat tinggi, namun
jumlah mereka jauh lebih sedikit ketimbang kawanan jago dari
wilayah See lam, ditambah pula kehadiran Bu im sin hong Kian Kim
siang yang memiliki kepandaian silat jauh melebihi kawanan iblis
tersebut. Tidak heran kalau pertarungan massal yang berkobar ini
yang menyebabkan kawanan iblis yang berhasil lolos dari situ tidak
banyak jumlahnya.
Tanpa banyak mengalami kesulitan, perkampungan Huan keng
san ceng telah dibebaskan kembali dari cengkeraman maut kawanan
iblis dari Ban seng kiong. Bu im sin hong Kian Kim siang segera
memilih dua tiga puluhan jago lihay dan bersama sama berangkat
menuju ke lembah Hek sik kok.
Pertarungan sengit antara Thi Eng khi melawan Hian im Tee kun
yang berlangsung didalam gua lembah Hek sik kok berlangsung
dengan ketatnya, ribuan jurus sudah lewat namun pertempuran
belum juga mereda, sementara menang kalah juga belum diketahui.
1542 Tatkala Bu im sin hong Kian Kim siang beserta rombongannya
tiba di situ, Ciu Tin tin sekalianpun belum lama tiba pula ditempat
tersebut. Setelah satu sama lainnya menggabungkan diri menjadi
satu, selain melototkan matanya lebar lebar memperhatikan deruan
angin puyuh yang berhembus keluar dari balik gua, tak seorang pun
diantara mereka yang bersuara.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera berpaling ke arah Ciu Tin
tin, kemudian katanya : "Apakah Thi sauhiap sedang bertarung mati
matian melawan gembong iblis tua itu di dalam gua?"
Pertanyaan tersebut sesungguhnya merupakan pertanyaan yang
sudah tahu tapi ditanyakan juga, hal ini disebabkan rasa kuatirnya
terhadap Thi Eng khi menjadi jadi sehingga tidak tahan dia
mengajukan pertanyaan tersebut.
Ciu Tin tin segera menganggukkan.
"Barusan boanpwe telah mengadakan kontak langsung dengan
adik Eng melalui ilmu menyampaikan suara, menurut adik Eng
kepandaian silat yang dimiliki gembong iblis itu sudah melemah, dia
sudah mulai mempergunakan bahan obat obatan untuk menambah
tenaganya, jelas iblis tua itu sudah mulai nekad dan ingin beradu
jiwa ...."
Mendengar perkataan tersebut, Bu im sin hong Kian Kim siang
menjadi sangat terkejut, segera serunya dengan cepat :
"Kalau sampai hal ini terjadi, mana mungkin saudara cilik
sanggup menahan diri" Mengapa kita tidak masuk ke dalam gua
untuk membantunya?"
"Ruang gua itu terlampau sempit, siapa pun tak mungkin bisa
turut serta di dalam pertarungan tersebut, apalagi di dalam ruang
gua itu sudah dipenuhi hawa pukulan yang sangat kuat, aku pikir
tiada seorang manusia pun dalam kolong langit dewasa ini yang
sanggup menerobos masuk ke dalam gua itu."
"Kau sudah pernah mencobanya?" tanya Bu im sin hong Kian Kim
siang dengan kening berkerut.
1543 "Tenaga dalam yang boanpwe miliki masih belum mampu
menandingi Hian im Tee kun, apalagi dengan tenaga gabungan Hian
im Tee kun bersama adik Eng, buat apa aku mesti mencobanya lagi"
Jelas percuma saja .... "
"Lantas apakah kita harus berpeluk tangan belaka membiarkan
mereka sendiri yang menentukan menang kalahnya pertarungan
tersebut....?"
"Satu satunya cara yang dapat kita tempuh adalah menunggu
sampai pertarungan mereka mencapai pada puncaknya dan kedua
belah pihak sama kelelahan dan kehabisan tenaga. Waktu itu tenaga
pancaran yang dihasilkan di seputar ruang gua pasti akan melemah,
didalam keadaan seperti inilah kita baru mempunyai harapan untuk
menerobos masuk kedalam."
Bu im sin hong Kian Kim siang adalah seorang tokoh persilatan
yang sangat menonjol diantara kelompok jago jago kenamaan
lainnya, sudah barang tentu dia memahami teori tersebut, Maka
setelah menghela napas panjang, dia pun membungkam diri dalam
seribu bahasa. Siapa tahu pada saat itulah mendadak dari kerumuman orang
banyak meluncur keluar sesosok bayangan manusia, kemudian
dengan kecepatan yang luar biasa bagaikan sambaran kilat di tengah
angkasa langsung menyusup ke dalam gua. Dengan perasaan
terperanjat, Ciu Tin tin segera berteriak keras keras :
"Sangkoan tayhiap, jangan bertindak gegabah, ayo cepat mundur
dari situ"."
Belum selesai peringatan itu diutarakan tampak Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong sudah mencapai tepi mulut gua. Sayang sekali
sebelum tubuhnya sempat menerobos masuk ke dalam gua itu,
segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menggetarkan
tubuhnya dan melemparkan orang tua itu sejauh dua kaki lebih ke
tengah udara. Ketika terjatuh kembali ke atas tanah dia muntah
darah segar dan tak mampu bangkit kembali.
1544 Si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera melompat
ke depan dengan niat menolong Sangkoan Yong, siapa tahu dengan
kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya, ia belum berhasil juga
mendekati lokasi tersebut. Tentu saja peristiwa ini menimbulkan
perasaan kaget dan terkesiap bagi kawanan jago tersebut, tanpa
terasa semua orang menjulurkan lidahnya sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. Akhirnya semua orang harus merepotkan
Bu im sin hong Kian Kim siang yang maju ke tempat lokasi, dengan
demikian Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong yang terluka pun
dapat dikeluarkan dari lingkaran hawa murni tersebut.
Ditinjau dari kenyataan ini, dimana hanya salah seorang dari
empat tokoh sakti yaitu Bu im sin hong Kian Kim siang yang sanggup
melewati lingkaran hawa murni itu, para jago seangkatan dengan
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sama sama menggelengkan
kepalanya sambil menghela napas.
Sebagai jagoan yang berpengalaman, sebetulnya Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong cukup menyadari resikonya apabila dia
menerjang masuk ke dalam gua itu. Tapi dia nekad juga menyerbu
ke depan, hal ini disebabkan ia selalu merasa menyesal dan
berhutang budi kepada Thi Eng khi, terutama setelah hatinya benar
benar ditaklukkan anak muda tersebut. Ia selalu berusaha untuk


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencari kesempatan guna membalas budi kebaikan pemuda mana.
Semenjak diketahui olehnya bahwa Thi Eng khi Sedang
melangsungkan pertarungan sengit melawan Hian im Tee kun dalam
gua, bahkan pertarungan yang sudah berlangsung lama belum juga
menghasilkan kemenangan, ditambah lagi sudut pandangan tak
mampu mengikuti jalannya pertarungan itu, kesemuanya ini
membuat rasa kuatirnya mencapai tingkat tak terkendali.
Pada dasarnya dia memang seorang manusia yang berdarah
panas, walaupun kepandaian silatnya masih jauh dibawah
kepandaian silat Ciu Tin tin, Bu im sin hong Kian Kim siang atau Pek
leng siancu So Bwe leng, namun dalam keadaan gelisah yang tak
tertahankan, emosi menguasah seluruh benaknya yang membuat dia
tidak memperdulikan segala resikonya.
1545 Bukan cuma dia, Pek leng siancu So Bwe leng yang berdiri disisi
Ciu Tin tin pun berperasaan demikian, coba kalau tiada Ciu Tin tin
yang setiap saat mencegahnya maju, mungkin sedari tadi dia sudah
menyerbu masuk ke dalam gua.
Setelah Cang cong sin kiam Sangkoan Yong tertolong, Hui cun
siucay Seng Tiok sian segera turun tangan untuk mengobati luka
yang dideritanya. Namun perasaan kuatir dari para jago ketika itu
sudah mencapai tingkatan yang hampir saja tak terkendalikan.
Apalagi pada saat yang bersamaan dari dalam gua lamat lamat
kedengaran Hian im Tee kun sedang membentak keras.
"Kau anggap bisa kabur dari sini?"
Menyusul kemudian terdengar ledakan keras yang memekikkan
telinga diikuti pusaran angin pukulan yang menyapu keluar dari
dalam gua. Hampir copot rasanya jantung semua orang setelah
mendengar kejadian itu. Kalau didengar menurut nada suara Hian im
Tee kun barusan, siapapun dapat mendengar, sudah pasti dalam
pertarungan yang berlarut lama Thi Eng khi tak sanggup menahan
pengaruh daya kerja obat yang membuat tenaga dalam Hian im Tee
kun berlipat ganda lebih dahsyat hingga timbul niatnya untuk
melarikan diri. Namun usahanya itu agaknya tak berhasil karena
Hian im Tes kun menghalangi usahanya tersebut secara mati
matian". Situasi semacam ini, dimana mau kabur namun tak berhasil dapat
dirasakan para jago sebagai suatu keadaan yang amat pelik bahkan
jauh lebih menderita ketimbang dihalangi golok oleh orang lain
diatas tengkuk sendiri.
Bu im sin hong Kian Kim siang tak sanggup menahan diri lagi, dia
segera membentak keras :
"Lohu akan beradu jiwa!"
Seraya berkata dia langsung menerjang ke arah mulut gua dan
bersiap siap membantu Thi Eng khi. Siapa tahu baru saja badannya
mencapai tepi mulut gua, segera terasa olehnya munculnya
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung menghantam
dadanya. 1546 Buru buru Bu im sin hong Kian Kim siang mengerahkan segenap
tenaga dalam yang dimilikinya untuk mencoba melakukan
perlawanan. Apa mau dikata tenaga yang memancar keluar tersebut
betul betul menggidikkan hati, dia dipaksa mencelat ke belakang
tanpa berhasil menahan diri.
Coba andaikata ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im yang
dimilikinya tidak mencapai tingkatan yang amat sempurna di mana
tenaga dalamnya dapat dipergunakan semau hatinya sendiri,
mungkin akibat yang dideritanya akan jauh lebih parah daripada
keadaan yang dialami Cang ciong sin kiam. Walaupun dia tidak
sampai menderita luka dalam, toh hawa darah yang mengelora
didalam dadanya membuat napasnya menjadi sesak dan sukar
bernapas. Cepat cepat dia mengatur napas dan bersemedi sejenak, sebelum
segala sesuatunya dapat pulih kembali seperti sedia kala.
Mendadak.... Suasana didalam gua itu menjadi hening, sepi dan tidak
kedengaran sedikit suarapun. Suara pertarungan yang semula
bergema dengan ramai, kini telah lenyap, angin puyuh yang
menderu deru pun kini mulai memudar dan hilang ....
Semua orang mulai menduga, agaknya nasib Thi Eng khi telah
berakhir secara tragis ...
Pek leng siancu So Bwe leng yang pertama tama tak sanggup
menahan diri, bagaikan orang yang kehilangan ingatan, dia menjerit
keras lalu tanpa memperhitungkan apa akibatnya, dia langsung
menerjang ke arah mulut gua. Ciu Tin tin tidak ketinggalan, dia pun
menyusul dibelakang Pek leng siancu So Bwe leng menuju ke arah
mulut gua yang diliputi keheningan.
"Mari kita bersama sama mencari gembong iblis tua itu untuk
beradu jiwa dengannya!" demikian dia berteriak dengan nada amat
sedih. 1547 Menyusul kemudian serombongan manusia mengikuti dibelakang
mereka, langsung mendekati mulut gua. Gerakan tubuh Ciu Tin tin
dan Pek leng siancu So Bwe leng paling cepat, ketika mencapai
mulut gua, para jago masih tertinggal sejauh dua tiga kaki di
belakang. Siapa tahu pada saat itulah, mendadak dari balik gua
menggulung keluar lagi sebuah hawa pukulan yang begitu kuatnya,
sehingga Ciu Tin tin dan Pek leng siancu So Bwe leng segera
terpental dan mundur kembali ke belakang.
Masih untung disamping Pek leng siancu So Bwe leng hadir Ciu
Tin tin yang memiliki tenaga dalam amat sempurna, dengan
demikian ia berhasil lolos tanpa terluka. Coba kalau dia berada
seorang diri, sudah pasti gadis tersebut akan menderita luka dalam
yang parah. Dengan terjadinya peristiwa ini, suasana diantara para jago
menjadi kalut, masing masing pihak segera mengundurkan diri
kembali ke tempat semula. Menyusul kejadian ini, suasana didalam
gua pun diliputi keheningan dan ketenangan yang luar biasa.
Setelah ada pengalaman pertama, saat ini siapa pun tak ada
yang berani untuk menerjang masuk ke dalam gua. Pek leng siancu
So Bwe leng yang dibuat amat gelisah tak mampu berbuat lain selain
menangis tersedu sedu dengan amat sedihnya...
Ciu Tin tin yang lebih tenang, mencoba mencari kabar dengan
mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya, akan tetapi tidak
memperoleh jawaban dari Thi Eng khi. Kenyataan ini mulai
menggelisahkan gadis tersebut, baru saja dia bersiap hendak
menerjang masuk lagi ke dalam gua.
Mendadak terdengar ada orang berteriak dengan suara keras.
"Aaaah, itu dia, sudah muncul! Sudah muncul!"
Tapi menyusul kemudian bergema lagi suara keluhan bernada
amat kecewa. "Aaaah, ternyata dia!"
1548 Nada suaranya penuh diliputi nada sedih. Tampak Hian im Tee
kun munculkan diri dari balik gua dengan langkah sempoyongan, dia
menerjang keluar tanpa memandang ke kiri maupun ke arah kanan.
Namun belum sampai satu kaki dia meninggalkan mulut gua
tersebut, mendadak ia terhuyung kemudian roboh terjengkang ke
atas tanah. Ciu Tin tin, Bu im sin hong Kian Kim siang, Pek leng siancu So
Bwe leng, Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, ketua Siau
lim pay Ci long siansu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang, si unta
sakti Lok It hong, kakak beradik Bu serta Hui cun siucay Seng Tiok
sian dan nona Ting Un serentak berlarian seperti angin melewati
tubuh Hian im Tee kun yang terkapar ditanah dan menyerbu masuk
ke dalam gua. Sementara di luar gua, kawanan jago dengan wajah murung dan
sedih berdiri mematung ditempat semula, Hian im Tee kun telah
roboh binasa dengan darah kental bercucuran melalui ke tujuh
lubang inderanya.
Hian im ji li Ciu Lan dan Cun Bwee meski sudah meninggalkan
jalan sesat dan kembali ke jalan kebenaran, namun setelah
menyaksikan iblis tua yang telah memelihara serta mendidik mereka
selama belasan tahun tewas dalam keadaan yang begini
mengenaskan, tanpa terasa titik titik air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya.
Selanjutnya... Suasana disekeliling tempat itu diliputi keheningan yang luar
biasa, sedemikian heningnya sampai keadaan terasa mengerikan
sekali.... Padahal kenyataan yang sesungguhnya bukan demikian, kejadian
tersebut hanya berlangsung di dalam setengah penanak nasi belaka,
namun di dalam perasaan semua orang, mereka seakan akan
sedang menunggu ribuan tahun saja....
1549 Mendadak, dari balik gua sana berkumandang suara gelak
tertawa yang amat nyaring. Menyusul kemudian tampak Thi Eng khi
dengan wajah yang cerah, segar dan senyuman dikulum munculkan
diri dari dalam gua dengan langkah lebar. Tempik sorak yang gegap
gempita segera bergema memecahkan keheningan. Ciu Tin tin dan
Pek leng siancu So Bwe leng tak mampu menahan diri, serentak
mereka berlarian menyongsong pemuda pujaannya dengan pelukan
yang mesra. Beberapa bulan kemudian, Thi Eng khi melangsungkan
perkawinannya dengan Ciu Tin tin dan Pek leng siancu So Bwe leng,
kehidupan mereka amat bahagia, apalagi setelah kedua istrinya
memberi putra putri untuknya, dunia terasa bagaikan sorga.
Sampai disini pula kisah ini dan sampai jumpa lain kesempatan.
TAMAT Kisah Para Pendekar Pulau Es 11 Pendekar Cacad Karya Gu Long Kisah Sepasang Rajawali 12
^