Pencarian

Rajawali Hitam 3

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


sih ragu untuk memilih Thia Hui San, ragu akan kemampuan orang muda itu, tetap memilih Im Yang Seng-cu.
"Saudara sekalian!" kata Hui San Hwe-sio dari atas panggung. "Sekarang terdapat empat orang beng-cu. Lalu bagaimanakah kita akan memilih siapa yang paling tepat di antara mereka?"
Siang Koan Bhok yang berada di bawah panggung
berseru dengan suara lantang sehingga mengatasi semua kegaduhan. "Menjadi seorang beng-cu haruslah dia yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Karena itu, seperti sudah sepatutnya memilih ketua, sebaiknya diadakan pi-bu
(bertanding silat) antara empat calon itu!"
Mereka semua yang hadir di situ adalah orang-orang
dunia persilatan, maka mendengar usul ini tidak ada yang tidak setuju. Dengan suara bulat mereka menyatakan
persetujuan mereka karena mereka ingin sekali melihat pertandingan silat antara para jagoan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara riuh rendah menyatakan persetujuan itu disambut oleh Hui San Hwe-sio sambil mengangkat kedua tangan
mereka semua diam, kemudian dia berkata, "Kami tanyakan kepada mereka yang tadi mengajukan calon beng-cu, apakah kalian setuju dengan diadakannya pi-bu ini" Pertama
kepada Nyonya Cia kami tanyakan, apakah setuju dengan diadakannya pi-bu?"
"Kami setuju, kalau perlu pendukungnya dapat maju untuk mewakili calonnya!" Nenek itu menggerakkan tongkat naganya dengan garang.
"Bagai mana dengan saudara Siang Koan Bhok?"
"Aku setuju muridku diadu dengan calon lain, dan juga setuju kalau perlu para pendukungnya maju satu demi satu"
"Bagaimana dengan pendukung Im Yang Seng-cu?"
Serempak para pendekar yang memilih ketua Kun-lun-
pai ini menjawab setuju. Kalau diadakan pi-bu, mereka yakin bahwa ketua Kun-lun-pai ini yang akan keluar sebagai pemenang melawan orang-orang muda itu.
"Kalau Im Yang Seng-cu yang maju, maka akulah yang akan menggantikan cucuku," teriak Nenek Cia penasaran.
"Omitohud,
bagaimana mungkin ini" Calon harus bertanding melawa calon, dan pendukung melawan pendukung. Kami sendiri setuju diadakan pertandingan antara calon. Sekarang sebaiknya diundi antara keempat calon, siapa lawan siapa yang akan maju."
Hui Sian Hwe-sio lalu memegang empatbuah hio-swa
(dupa biting), dua panjang dan dua pendek. Dia menggenggam empat batang hio-swa itu di bagian atasnya sehingga tidak tampak mana yang panjang dan mana yang pendek. Lain dia mempersilakan keempat calon mencabut sebatang hio. Hasilnya, Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu mencabut hio panjang sedangkan Ouw K wan Lok dan Cia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Siong mencabut hio pendek. Ini berarti bahwa Thio Hui San akan bertanding melawan Im Yang Seng-cu dan Ouw
Kwan Lok akan bertanding melawan Cia Tin Siong.
Lee Cin sejak tadi mengikuti semua yang terjadi di situ.
Hatinya kadang terasa panas kalau melihat Nenek Cia.
Nenek itu yang telah membunuh Cia Tin Han, pikirnya. Akan tetapi ia menahan kesabarannya karena amat tidak baik membuat keributan di saat itu. Melihat bahwa Ouw Kwan Lok harus bertanding melawan Cia Tin Siong, dara ini berbisik kepada ayah dan ibunya yang berdiri di dekatnya.
"Tingkat kepandaian Ouw Kwan Lok itu lebih tinggi, akan tetapi dengan buntungnya lengan kirinya, tentu keadaan menjadi ramai. Cuma kasihan saudara Thio Hui San harus bertanding melawan Im Yang Seng-cu. Bagaimana dia dapat menandingi ketua Kun-lun-pai itu walau pun aku tahu
kepandaian Thio-twako juga amat tinggi?"
"Tenangkan
hatimu. Kita lihat saja bagaimana kesudahannya. Aku khawatir ini akan menjadi besar dengan majunya para pendukung. Im Yang Seng-cu tentu akan
mengalah terhadap Thio Hui San. Kita lihat sajalah," kata Souw Tek Bun.
"Yang penting, mereka tidak akan memaksa ayahmu,"
kata Ang-tok Mo-li Bu Siang. "Kalau ada yang mengganggunya, aku yang akan menghadapi orang itu."
Souw Tek Bun memandang kepada isterinya sambil
tersenyum. Biarpun isterinya telah banyak berubah, namun kadang masih tampak juga kekerasan hatinya sebagai
seorang datuk kang-ouw!
"Menurut hasil Thio Hui San harus bertanding melawan Im Yang Seng-cu, kemudian baru Ouw Kwan Lok melawan
Cia Tin Siong. Yang lain harap turun dari panggung, kecuali kedua orang yang hendak bertanding, yaitu Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu," kata Hui Sian Hwe-sio. Dia sendiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu turun dari panggung diikuti yang lain. sehingga kini yang berada di atas panggung hanya Thio Hui San dan Im Yang Seng-cu.
Thio Hui San memberi hormat kepada Im Yang Seng dan
sambil tersenyum dia berkata, "Apa yang dapat saya pergunakan untuk menandingi to-tiang" Harap to-tiang jangan mempergunakan tangan yang terlalu keras untuk mengalahkan saya."
Im Yang Seng-cu tertawa sambil mengelus jenggotnya.
"Ha-ha-ha, sicu Thio Hui San jauh lebih tepat untuk menjadi ketua dari pada pin-to yang sudah tua. Biarlah pin-to mengaku
kalah sebelum bertanding dan pin-to mengundurkan diri dari calon beng-cu!" Ucapannya itu terdengar lantang terdengar oleh semua orang. Tentu saja para pendukungnya merasa tidak puas, akan tetapi karena Im Yang Seng-cu mengalah terhadap Thio Hui San, murid Siauw-lim pai, mereka tidak terlalu kecewa. Mereka juga sudah maklum akan kehebatan Siauw- lim-pai.
Hui Sian Hwe-sio naik ke atas panggung ketika Im Yang Seng-cu turun dan dia berkata dengan lantang. "Karena Im Yang Seng-cu sudah mengalah, maka Thio Hui San dianggap sebagai
pemenang dalam pi-bu ini dan dia harus menghadapi pemenang dari pertandingan kedua." Dia lalu mengajak Hui San turun. Ceng Ceng menyambut pemuda itu dengan muka berseri.
"Aih, San-ko, hatiku sudah gelisah sekali melihat engkau tadi berhadapan dengan Im Yang Seng-cu. Untung bagimu dia mengalah dan mengundurkan diri."
"Akan tetapi aku harus menghadapi pemenang dari pertandingan ke dua, dan kurasa mereka bukan orang
lemah." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"San-ko, mengapa engkau mau dijadikan calon beng-cu"
Apakah engkau ingin sekali menjadi beng-cu?" Gadis itu bertanya sambil menatap tajam wajah tunangannya.
Hui San menghela napas panjang. "Sama sekali aku tidak ingin, Ceng-moi. Akan tetapi bagaimana lagi kalau suhu minta aku mewakilinya. Tentu saja aku tidak berani
menolak." "Berhati-hatilah, San-ko. Aku ikut mendoakan semoga engkau keluar sebagai pemenang."
Sementara itu, Hui Sian Hwe-sio sudah memanggil dua
orang calon lain untuk naik ke panggung dan kini Cia Tin Siong sudah berhadapan dengan Ouw Kwan Lok.
Hampir semua orang, kecuali Siang Koan Bhok, memandang rendah kepada murid datuk ini. Pemuda yang lengan kirinya buntung, mana dapat menjadi seorang jagoan yang lihai " Akan tetapi Cia Tin Siong tidak berani
memandang rendah. Dia pernah bertemu dengan Ouw Kwan Lok yang ketika itu bersama Siang Koan Tek membantu
gerakan pemberontak di Timur. Walaupun dia belum tahu sampai di mana kelihaiannya, akan tetapi pemuda ini sudah diaku sebagai murid Siang Koan Bhok, tentu kakek itu sudah menurunkan ilmu- ilmunya yang tinggi.
Karena tidak memandang rendah, begitu maju Tin Siong telah mencabut suling peraknya dan menghadapi Ouw Kwan Lok.
"Sobat, keluarkan senjatamu!" tantangnya.
Ouw K wan Lok tersenyum. "Saudara Cia Tin Siong, benar-benarkah engkau mau melawan aku" Apakah engkau sanggup untuk menjadi seorang beng-cu yang memimpin
dunia kang-ouw" Sebaiknya engkau mencontoh tindakan Im Yang Seng-cu tadi, mengalah saja kepadaku agar aku tidak perlu merobohkan seorang yang pernah menjadi sahabatku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tin Siong, majulah dan jangan banyak bicara lagi. Kalau engkau sampai kalah, biar aku yang maju!" Terdengar teriak Nenek Cia yang membuat para penonton menjadi tegang.
Nenek itu agaknya hendak berkeras mendapatkan kedudukan beng-cu bagi cucunya, kalau perlu ia sendiri yang akan maju menandingi siapa saja yang tidak
menyetujui cucunya menjadi beng-cu!
Mendengar seruan neneknya, Cia Tin Siong berkata
kepada Ouw Kwan Lok.
"Sobat she Ouw, majulah dan mari kita bertanding untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih patut menjadi beng- cu."
Ouw Kwan Lok kembali tersenyum lebar. "Baiklah kalau engkau memaksa, akan tetapi jangan menyesal kalau
terpaksa aku merobohkanmu di depan banyak orang. Nah, maju dan seranglah!"
"Tidak, keluarkan dulu senjatamu. Aku tidak mau menyerang lawan yang tidak bersenjata, apa lagi......... " Dia tidak melanjut kan kata- katanya, hanya memandang lengan baju kiri yang kosong itu.
Ouw Kwan Lok mengerutkan alisnya lalu dia memutar
lengan kiri yang tinggal sepanjang siku itu sehingga lebihan lengan baju itu berputar.
"Inilah senjataku!"
Melihat ini, Tin Siong tidak ragu lagi. "Lihat seranganku!"
bentaknya sulingnya menyambar dengan tusukan yang
cepat dan kuat ke arah lehe Kwan Lok.
Akan tetapi dengan gerakan lincah sekali Ouw Kwan Lok mengelak dari tusukan lain lengan kirinya menyambar dan lengan baju yang kosong itu berubah tegang menotok ke arah dada Tin Siong!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Siong terkejut sekali dan mengelak, lalu membalas dengan serangan gencar. Demikian cepat gerakan sulingnya sehingga suling mengeluarkan suar mengaung-ngaung
seperti ditiup. Akan tetapi Kwan Lok dapat mengimbangi kecepatan gerakan Tin Siong dan dia mengelak ke sana sini dan kadang menangkis dengan lengan bajunya.
Terjadilah pertandingan yang menarik dan seru. Dan
Ouw Kwan Lok tetap saja tidak mau mencabut pedangnya yang tergantung di punggung. Dia menghadapi lawannya dengan tangan kosong saja. Mula-mula dia menggunakan ilmu silat Iek-wan-kun (Silat Lutung Hitam) yang gesit bukan main dan beberapa kali dia hampir dapat merampas suling perak lawan. Kemudian dia mengubah ilmu silatnya dan menggunakan Pek-swat ok-ciang (Tangan Beracun Salju
Putih) yang dahulu dipelajarinya dari Thian-te Mo-ong.
Pukulannya mengandung hawa dingin yang mengejutkan
hati Tin Siong. Akan tetapi pemuda ini telah mempelajari ilmu silat keluarga Cia dengan baik. Dia memutar sulingnya sehingga bentuk sulingnya lenyap dan berubah menjadi sinar
perak yang bergulung-gulung.
Pukulan-pukulan
berhawa dingin dari Ouw Kwan Lok dapat dibendung dan bahkan dia dapat membalas dengan totokan-totokan suling peraknya.
Akan tetapi kembali Kwan Lok mengubah ilmu silatnya.
Kini dia mainkan Kui-Song-kun (Silat Naga Iblis) yang d pelajarinya dari Siang Koan Bhok. Ilmu silat ini hebat sekali karena mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat
sehingga setiap kali ditangkis tangan, sulingnya terpental dan hampir terlepas dari pegangan Tin Siong.
Agaknya Kwan Lok memang sengaja hendak memamerkan ilmu-ilmunya, maka dia mengubah-ubah ilmu silatnya walaupun dia mampu merobohkan Tin Siong dalam waktu yang tidak terlalu lama. Berkat gemblengan Siang Koan Bhok yang hendak menggunakan muridnya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalas dendam kepada musuh-musuhnya, kini Ouw
Kwan Lok telah maju demikian pesat sehingga dia tidak kalah lihainya dibandingkan dengan Siang Koan Bhok
sendiri. Dia telah menguasai ilmu-ilmu dari tiga orang datuk.
Pertama dari Pak-thian-ong datuk utara, kedua dari Thian-te Mo-ong datuk selatan, kemudian ke tiga dari Siang Koan Bhok datuk timur!
Setelah memamerkan Kui-long-kun tiba-tiba dia merubah lagi ilmu silatnya dan inilah Ban-tok-ciang (Tangan Selaksa Racun). Sambaran hawa dari tangan kanan Kwan Lok
membuat Tin Siong menjadi pening dan tiba-tiba saja ujung lengan baju tangan kiri yang berubah menjadi kaku telah menotok lehernya dan Tin Siong roboh terguling di atas panggung, sulingnya terlepas dari tangannya! Dia tidak mampu bergerak lagi karena sudah tertotok jalan darahnya yang membuat dia lemas.
Akan tetapi Kwan Lok yang maklum bahwa keluarga Cia
dapat ditarik menjadi sekutu, cepat menyambar tubuh itu dan
sekali tangan kanannya bergerak dia telah membebaskan totokan sehingga Tin Siong mampu bergerak kembali dan dia sudah mengambilkan suling perak yang tadi terlepas lalu menyerahkan kepada Tin Siong.
Pada saat itu, terdengar suara melengking dan Nenek Cia sudah melayang naik ke atas panggung. Akan tetapi, Tin Siong menyambut neneknya dan ber kata, "Nek, saya telah kalah. Saudara Ouw K wan Lok sudah sepatutnya menjadi beng-cu."
Melihat cucunya sama sekali tidak terluka, Nenek Cia tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi pada saat itu Hui Sian Hwe-sio sudah naik ke atas panggung.
Dengan sikap hormat Hui Sian Hwe sio mempersilakan
nenek itu turun dari atas panggung. "Nyonya Cia, silahkan turun
dari panggung karena segera akan diadakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertandingan berikutnya. Si-cu Cia Tin Siong jelas telah mengalami kekalahan dalam pertandingan tadi."
Dengan muka. cemberut nenek itu segera menggandeng
tangan Tin Siong dan diajak melompat turun dari atas panggung. Mereka yang berpihak kepada Ouw Kwan Lok,
yaitu para golongan hitam, bersorak riuh menyambut
kemenangan jagoan mereka itu.
Hui Sian Hwe-sio lalu mengangkat tangan ke atas dan
berseru, "Saudara sekalian, pertandingan kedua dimenangkan oleh si-cu Ouw Kwan Lok, maka sekarang
akan diadakan pertandingan antara pemenang pertandingan pertama dengan pemenang pertandingan kedua. Thio Hui San, engkau naiklah ke panggung menghadapi si-cu Ouw Kwan Lok!"
Hui Sian Hwe-sio sendiri tidak khawatir. Dia cukup tahu akan kepandaian murid keponakannya. Thio Hui San telah menguasai ilmu-ilmu silat Siauw-limpai dengan matang, bahkan dia mempunyai ilmu andalan yang jarang dimiliki orang lain, yaitu ilmu totok It-yang-ci. Akan tetapi In Kong Thai-su, guru Thio Hui San, mengerutkan alisnya dan dia merasa khawatir. Melihat ilmu kepandaian Ouw Kwan Lok tadi, dia menyangsikan apakah Thio Hui San akan mampu keluar sebagai pemenang. Dia hanya menghela napas saja karena tidak dapat berbuat sesuatu.
"San-ko, hati-hatilah menghadapi dia," bisik Ceng Ceng kepada Hui San yang mengangguk dan pemuda itu
melompat naik ke atas panggung menghadapi Ouw Kwan
Lok. Lee Cin juga merasa khawatir juga melihat betapa Ouw Kwan Lok yang lengan kirinya sudah buntung itu bahkan lebih tangguh dari pada sebelum lengannya buntung!
Bahkan ibunya yang berdiri di sampingnya berkata lirih,
"Wah, kepandaian pemuda buntung itu hebat sekali! Heran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku bagaimana engkau dapat membuntungi lengan kirinya, Lee Cin."
"Ketika dia berkelahi melawan aku, ilmu kepandaiannya tidak sehebat itu, ibu. Aku sendiri juga heran mengapa sekarang dia demikian lihai." kata Lee Cin.
Souw Tek Bun menghela napas panjang. "Tidak perlu diherankan. Tadinya, pemuda itu memang sudah lihai,
walaupun masih kalah olehmu, Lee Cin. Akan tetapi
sekarang dia menjadi murid Siang Koan Bhok dan agaknya datuk itu telah menurunkan ilmu-ilmunya yang paling hebat kepadanya."
Mereka bertiga berdiam dan dengan hati tegang memandang ke atas panggung di mana dua orang pemuda
itu sudah berdiri saling berhadapan. Hui San tampak gagah dengan bajunya yang serba biru, tubuhnya yang jangkung tegap dan wajahnya yang tampan dan jantan. Sabaliknya Ouw Kwan Lok tampak seperti seorang pemuda yang lemah lembut, berpakaian serba putih, apa lagi lengan kirinya buntung. Hanya matanya yang mencorong tajam itu
menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemuda yang lihai.
Melihat Thio Hui San sudah berhadapan dengannya,
Ouw Kwan Lok tersenyum mengejek. Biarpun dia tahu
bahwa pemuda berpakaian biru itu seorang murid Siauwlim-pai yang lihai, namun dia memandang ringan dan
bertanya dengan tersenyum. "Orang she Thio, engkau hendak
mempergunakan senjata apa" Keluarkanlah senjatamu!"
Wajah Kwan Lok menjadi merah. Dia menekan kemarahannya dan tersenyum mengejek. "Aku sudah mendengar bahwa In Kong Thai-su terkenal dengan ilmu totok It-yang-ci, maka engkau tentu akan mengandalkan ilmu itu. Justeru aku ingin menguji sampai dimana
kehehatan It-yang-ci!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hui San diam-diam terkejut. Pemuda lengan buntung ini benar-benar
sombong sekali. Tidak aneh kalau

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia mengetahui tentang It-yang-ci karena memang In Kong Thaisu, gurunya, terkenal dengan ilmu itu.
"Kalau begitu, mulailah, aku sudah siap!" kata Hui San sambil memasang kuda-kuda yang kokoh kuat.
Melihat kuda-kuda ini, Kwan Lo kembali tersenyum
mengejek. "Sambutlah seranganku!" Begitu menyerang, dia sudah menggunakan ilmu pukulannya yang paling ampuh, yaitu Ban-tok-ciang. Ilmu pukulan ini mengandung racun yang berbahaya sekali dan orang yang terkena serangan ini, tentu darahnya akan keracunan. Hui San mengenal pukulan ampuh
maka diapun cepat menggunakan kecepatan gerakannya untuk mengelak dan membalas, langsung saja menggunakan It-yang-ci!
Hebat bukan main pertandingan ini. Pukulan mereka
sama-sama mengeluarkan tenaga sin-kang yang hebat dan dahsyat, terdengar bersiutan. Akan tetapi mereka dapat mengelak atau menangkis dan balas menyerang. Walaupun tangannya hanya tinggal sebuah, namun Kwan Lok dapat menggunakan lengan baju kirinya yang kosong untuk
menangkis, bahkan dapat pula lengan baju kiri dipergunakan untuk menyerang dengan totokan yang
berbahaya pula.
Mereka saling serang silih berganti sampai enampuluh jurus lebih. Akan tetapi, lambat laun Hui San mulai terdesak karena lawannya mengubah-ubah ilmu silatnya sehingga sukar sekali bagi Hui San untuk dapat mengikuti gerak geriknya.
Tiba-tiba Kwan Lok mengeluarkan teriakan melengking nyaring dan tubuhnya mencelat ke atas lalu menyerang dengan pukulan tangan kanannya ke arah
kepala Hui San!
Serangan yang menerkam dari atas ini berbahaya sekali.
Tidak mungkin dapat dielakkan lagi oleh Hui San dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa Hui San menyambut dengan tangkisan yang
sekuat-kuatnya.
Tangan kirinya mendorong ke atas menyambut tangan kanan itu sedangkan tangan kanannya juga menangkis serangan lengan baju yang menusuk ke
arah matanya. "Wuuuuuttttt......... dessss......... !!!"......... tubuh Kwan Lok terpental sehingga dia berjungkir balik tiga kali baru turun ke atas panggung. Akan tetapi tubuh Hui San
terdorong mundur terhuyung-huyung dan pemuda ini
muntahkan darah segar dari mulutnya! Sesosok tubuh
melayang ke atas panggung dan menyambar tubuh Hui San, dibawa turun. Yang melakukan hal itu adalah In Kong Thaisu sendiri. Melihat muridnya sudah terluka parah, dia lalu menolong untuk segera mengobatinya dengan It-yang-ci.
Souw Tek Bun cepat menghampiri mereka. "Mari, silakan membawanya masuk ke rumah kami, Thai-suhu."
In Kong Thai-su tidak sungkan lagi, lalu membawa tubuh Hui San ke dalam rumah di mana dia segera melakukan
pengobatan dengan ilmu It-yang-ci. Ceng Ceng mengikuti dengan muka pucat dan hati cemas sekali.
Sementara itu, melihat kemenangan muridnya, Siang
Koan Bhok lalu berseru keras dari tempat dia berdiri,
"Muridku sudah menang. Berarti dialah yang menjadi bengcu baru!"
Hui Sian Hwe-sio, walaupun dengan hati cemas, naik ke atas panggung dan berkata kepada semua yang hadir,
setelah minta mereka yang menyambut kemenangan itu
dengan sorak sorai diam. "Setelah diadakan pertandingan yang
jujur dan adil, ternyata yang keluar sebagai pemenangnya adalah si-cu Ouw Kwan Lok. Dialah yang
menjadi beng-cu baru, kalau tidak ada orang lain yang menolaknya." Sengaja dia mengeluarkan kata-kata ini dengan
harapan kalau-kalau ada yang menentang pengangkatan beng-cu baru itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau Im Yang Seng-cu ikut bertanding, tentu dia yang menang!" terdengar suara beberapa orang yang tadi mendukung ketua Kun-lun-pai itu.
Tiba-tiba terdengar seruan melengking, "Tunggu. !" Dan Nenek Cia tampak melayang ke atas panggung.
Ouw Kwan Lok mengerutkan alisnya. Apakah nenek yang
terkenal galak ini tidak mau menerima kekalahan cucunya"
"Nenek Cia! Engkau tidak ikut menjadi calon beng-cu, mengapa naik ke panggung" Apa maumu" Engkau boleh
bertanding melawan aku!" terdengar Siang Koan Bhok berseru.
"Aku bukan ingin merebut kedudukan beng-cu. Aku mengakui bahwa pemuda ini telah menang dan dia pantas diangkat menjadi beng-cu. Akan tetapi aku ingin mengukur sampai di mana kepandaiannya agar hatiku puas mengakui dia sebagai beng-cu!"
"Akulah musuhmu!" bentak Siang Koan Bhok marah.
Akan tetapi dari atas panggung, Kwan Lok berkata
kepada gurunya. "Su-hu, biarlah Nenek Cia ini menguji kemampuanku, agar dia tidak lagi berani meremehkan
suhu!" Siang Koan Bhok tertawa bergelak.
Dia tahu bahwa tingkat kepandaian muridnya itu sudah melampaui dirinya maka memang lebih kuat Kwan Lok yang maju dari pada dia.
"Bocah she Ouw, kalau engkau mampu bertahan
tigapuluh jurus menghadapi tongkatku ini, baru aku
mengakui bahwa engkau memang pantas menjadi beng-cu!"
kata Nenek Cia sambil memalangkan tongkat naganya.
"Jangankan tigapuluh jurus, biar limapuluh jurus atau lebih aku sanggup melayanimu, nek!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jawaban ini memerahkan telinga Nenek Cia. Dia
memutar tongkatnya dan membentak, "Bocah sombong, rasakan tongkatku!" Dan iapun sudah menyerang dengan dahsyatnya. Melihat serangan ini, Kwan Lok maklum bahwa nenek itu lihai sekali maka dia tidak berani main-main.
Cepat dia mengelak lalu menggerakkan lengan baju kirinya untuk menotok dan tangan kanannya menyambar ke arah
tongkat untuk merampasnya. Akan tetapi nenek itupun
sudah menarik kembali tongkatnya dan menggunakan
untuk menyerampang kedua kaki Kwan Lok. Pemuda ini
meloncat ke atas dan terjadilah saling serang dengan seru sekali.
Melihat gerakan nenek itu, Lee Cin diam-diam terkejut.
Kini baru ia tahu bahwa kalau dulu ia pernah menang atas diri nenek ini, adalah karena nenek ini mengalah. Kalau nenek Cia bersungguh-sungguh, belum tentu ia akan dapat menang dengan mudah. Akan tetapi yang membuat ia
tertegun dan terkejut adalah melihat betapa lincahnya gerakan Kwan Lok, betapa pemuda itu menghadapi tongkat nenek itu tanpa sedikitpun terdesak walaupun dia bertangan kosong.
Setelah lewat duapuluh jurus, tiba-tiba nampak sinar berkelebat dan tahu-tahu Kwan Lok telah mencabut
pedangnya. Begitu dia memutar pedang balas menyerang, Nenek Cia terkejut karena ilmu pedang yang dimainkan pemuda itu amat dahsyat. Segera ia terdesak mundur dan hanya mampu memutar tongkatnya untuk melindungi diri.
Kwan Lok terus menyerang dengan desakan yang kuat
sehingga kembali duapuluh jurus telah lewat. Sudah empat puluh jurus mereka bertanding dan Kwan Lok bukan saja mampu
menandingi nenek itu, bahkan dia mampu mendesak! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haiiiiitttt......... !" Tiba-tiba Kwan Lok mengeluarkan teriakan nyaring dan pedangnya menyambar seperti kilat.
Nenek Cia menggerakkan gagang tongkatnya menangkis.
"Tranggg......... !" Nenek itu terhuyung mundur dan bukan main kagetnya ketika ia melihat sebagian dari hiasan naga tongkatnya telah terbabat buntung!
Kwan Lok sudah menyimpan kembali pedangnya dan
tersenyum mengejek kepada nenek itu sambil berkata,
"Bagaimana, nek" Sudah puaskah engkau menguji aku"
Sebetulnya di antara kita tidak pernah saling menyerang.
Kita dapat bekerja sama untuk menggulingkan pemerintah Mancu. Kita sahabat, bukan musuh, kawan dan bukan
lawan." Nenek Cia hams mengaku kalah. merasa malu kalau
terus berkeras, maka iapun mundur tanpa malu lagi,
bahkan berkata, "Engkau memang pantas untuk beng-cu."
Nenek yang keras hati itu lalu melompat turun dari atas panggung.
Siang Koan Bhok merasa senang dan bangga sekali atas kemenangan muridnya itu, maka dari bawah panggung dia berteriak, "Masih adakah orang yang tidak menyetujui muridku Ouw Kwan Lok menjadi beng-cu" Kalau masih ada, silakan maju dan mengujinya!"
Ouw Kwan Lok sendiri menjadi mabok kemenangan dan
dia merasa bangga sekali. Sambil tersenyum dia memandang ke empat penjuru dan berkata lantang, "Benar sekali apa yang diucapkan suhu. Kalau ada yang masih merasa
penasaran, silakan naik dan bertanding dengan aku.
Bagaimana kalau bekas beng-cu Souw maju mengujiku"
Atau barangkali isterinya atau anaknya perempuan yang terkenal pandai ?"
Mendengar tantangan ini, Souw Tek Bun diam saja dan
biarpun Lee Cin merasa tangannya gatal, iapun tidak berani Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului ayahnya. Akan tetapi Ang-tok Mo-li Bu Siang tidak dapat menahan kemarahannya. Sekali berkelebat
tubuhnya melayang naik ke panggung dan langsung saja ia menyerang Ouw Kwan Lok dengan pukulan Ang-tok-ciang
(Tangan Racun Merah) sambil berseru, "Bocah sombong, rasakan pukulanku!"
Melihat wanita itu menyerangnya dari udara, Ouw Kwan Lok bersikap waspada. Dia sudah mendengar betapa
lihainya datuk wanita ini, maka begitu melihat pukulan tangan kanan yang berubah kemerahan itu, diapun
mengerahkan sin-kangnya dan menyambut dengan dorongan tangan kirinya.
"Plakkk.......... !!" Akibatnya, Ang-tok Mo-li terpental ke belakang akan tetapi dengan berjungkir balik ia dapat turun ke atas panggung, sedangkan Ouw Kwan Lok hanya mundur dua langkah! Tiba- tiba Souw Tek Bun sudah meloncat naik ke atas panggung. Ouw Kwan Lok mengira bahwa bekas
beng-cu itu hendak mengeroyoknya, akan tetapi ternyata tidak. Souw Tek Bun memegang tangan isterinya dan
menariknya mundur.
"Sudahlah, kita tidak mempunyai urusan sedikitpun dengan pengangkatan beng-cu ini. Siapapun yang akan
diangkat, tidak ada urusannya dengan kita!"
Setelah berkata demikian, dia mengajak isterinya melompat turun.
Makin besarlah kepala Ouw Kwan Lok. Dia tersneyum
memandang kepada Im Yang beng-cu dan berkata lantang.
"Tadi ada yang menyesalkan mengapa Im Yang Seng-cu ketua Kun-lun-pai tidak ikut bertanding. Sekarang setelah aku keluar sebagai pemenang, kalau masih penasaran,
silakan Im Yang Seng cu naik ke panggung untuk
mengujiku!" Dengan lagak sopan dan ramah Ouw Kwan Lok menantang! Ini hebat sekali. Menantang ketua Kun-lun-pai, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada hal semua orang tahu betapa lihainya Im Yang Sengcu.
Banyak orang berseru, "Im Yang Seng-cu naik ke
panggung!" .dan mereka ingin sekali melihat pemuda sombong itu dikalahkan. Tadinya Im Yang Seng-cu yang sudah tua itu tidak mau melayani tantangan Ouw Kwan Lok, akan
tetapi karena banyak suara mengharapkannya,
terpaksa dia bangkit dan naik ke panggung.
Ouw Kwan Lok menyambut dan memberi hormat.
"Terima kasih kalau to-tiang sudi memberi petunjuk kepadaku!" Sikapnya kelihatan sopan dan kata-katanya merendah, akan tetapi senyum dan pandang matanya penuh ejekan.
"Sian-cai ...... ! Ouw- sicu sungguh mengagumkan, masih muda sudah memiliki ilmu kepandaian tinggi. Tung-hai-ong boleh merasa bangga mempunyai seorang murid seperti
engkau, Pin-to sudah tua, tidak ingin bertanding, hanya ingin menguji tenaga sin-kangmu."
"Silakan, to-tiang!" kata Ouw Kwan Lok.
"Sambutlah seranganku ini, orang muda!" Im Yang Sengcu lain mengajukan kaki kanannya dan tangan kanannya mendorong dengan telapak tangan terbuka ke arah dada Ouw Kwan Lok.
Pemuda ini cepat mengerahkan tenaga dan diapun
mengajukan kaki kanan ke depan dan tangan kanannya
yang terbuka di dorongkan ke depan menyambut dorongan tangan kanan kakek itu.
"Desss......... !" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu di udara dan akibatnya, Im Yang Seng-cu mundur tiga
langkah, akan tetapi Ouw Kwan Lok juga mundur tiga
langkah. Hanya bedanya, kalau pernapasan kakek itu agak memburu, sebaliknya pernapasan Ouw Kwan Lok biasa dan tenang-tenang saja! Hal ini saja membutktikan bahwa Ouw Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwan Lok masih menang sedikit dan kemenangan ini adalah karena dia jauh lebih muda dari pada lawannya yang sudah berusia tujuhpuluh tiga tahun!
"Sian-cai ..... Ilmu kepandaian Ouw sicu memang hebat dan kalau diukur dengan tingkat kepandaian, memang
sudah pantas menjadi beng-cu. Pin-to tidak ingin mencampuri urusan pemilihan beng cu baru, terserah
kepada hadirin sekalian!" Setelah berkata demikian, Im Yang Seng-cu melompat turun dari atas panggung.
Ouw Kwan Lok memandang ke empat penjuru dengan
wajah berseri. Dia merasa seolah menjadi orang terpandai di dunia ini. "Saudara sekalian! Kalau sudah tidak ada lagi yang penasaran, berarti saudara sekalian menerima saya menjadi beng-cu baru, bukan?"
Sorak sorai menyambut ucapan ini, yaitu mereka yang
memang mendukung pemuda itu sejak awal. Sedangkan
yang lain, biarpun dalam hati merasa tidak senang, hanya diam saja tidak berani memperlihatkan perasaan mereka.
"Nah, sekarang saudara sekalian. Sebagai beng-cu baru saya
ingin melanjutkan rapat pertemuan ini, yaitu membicarakan tentang perjuangan kita menentang pemerintah penjajah Mancu! Saya mempersilakan Hui Sian Hwe-sio sebagai pengundang rapat pertemuan ini untuk menjelaskan
apa yang hendak dibicarakan tentang perjuangan ini."
Hui Sian Hwe-sio bicara dari tempat ia berdiri, "Omitohud.......... Tadinya kami sama sekali tidak hendak membicarakan tentang perjuangan menentang pemerintah penjajah, melainkan membicarakan betapa banyak di antara orang kang-ouw yang bekerja sama dengan orang asing
seperti yang baru-baru ini terjadi di pantai timur. Orang-orang
kang-ouw dapat diperalat oleh pasukan yang memberontak, dan juga bersekutu dengan orang-orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jepang. Hal ini amat tidak baik, mencemarkan nama baik dunia kang-ouw dan orang-orang gagah pada umumnya.
"Hui Sian Hwe-sio telah bicara tentang orang-orang yang menentang pemerintah akan tetapi bersekutu dengan
pasukan pemberontak dan orang Jepang. Siapa yang akan menanggapi pernyataan itu?" kata Ouw Kwan Lok, bersikap sebagai seorang pemimpin.
"Aku akan menja wabnya!" Tiba-tiba terdengar suara melengking seorang wanita dan ternyata yang bicara itu adalah Nenek Cia!
"Silakan bicara!" kata Ouw Kwan Lok.
"Kami keluarga Cia sejak dahulu adalah patriot- patriot sejati yang selalu menentang kekuasaan panjajah Mancu.
Menurut pandangan kami, orang berjuang menentang
penjajah Mancu boleh melakukan segala. cara. Apa salahnya bekerjasama dengan para pemberontak dan orang-orang
Jepang" Kami akui bahwa memang kami bekerja sama
dengan mereka. Akan tetapi tujuannya adalah menentang penjajah Mancu. Justeru demi berhasilnya perjuangan kita harus merangkul siapa saja untuk memperkuat diri. Heran sekali mengapa ada orang ribut-ribut tentang hal itu, akan tetapi tinggal peluk tangan saja melihat betapa penjajah menindas rakyat jelata?"
"Apa yang dikatakan Nenek Cia tepat sekali. Apakah ada yang akan menanggapi" Dan apakah wakil Siauw-limpai dan Kun-lun-pai yang tadinya menjadi wakil beng-cu lama akan memberikan jawaban?"
"Sian-cai......... !" Terdengar Im Yang Seng-cu berkata lantang. "Ucapan Nyonya Cia itu berarti demi mencapai tujuan menghalalkan segala cara! Bukan begitulah sikap seorang pendekar. Betapa. sucipun tujuannya, kalau cara mencapainya kotor, tujuan itu akan tercemar pula. Orang-orang Jepang itu adalah bajak-bajak laut yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak mengacaukan kehidupan rakyat di pantai. Seorang pendekar semestinya menentang mereka, bukan malah
diajak bersekutu. Seorang pendekar patriot akan berjuang dengan bersih, patriot sejati hanya akan berjuang dengan dukungan rakyat jelata, bukan didukung oleh para penjahat yang hanya akan mengail di air keruh."
"To-tiang, kalau menurut pendapat to-tiang seperti itu, lalu
bagaimanakah

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalian akan berjuang menentang penjajahan" Dan kapan to-tiang akan mulai berjuang"
Selama ini yang- namanya orang-orang gagah hanya tunduk dan menurut saja apa yang dikehendaki pemerintah
penjajah. Bahkan pemilihan beng-cu yang lalu didukung oleh pemerintah Mancu. Itukah yang dinamakan sikap
seorang patriot" Kami lebih condong mendukung pendapat Nenek Cia!" kata Ouw Kwan Lok yang disambut sorak sorai golongan hitam yang hadir di situ.
Mendengar ini, Im Yang Seng-cu lalu mengibaskan
lengan bajunya dan berkata, "Kalau demikian peristiwa Bengcu, sudahlah. Kami dari Kun-lun-pai tidak akan
mencampuri urusan kalian yang menentang pemerintah
sambil bersekutu dengan para penjahat! Mari kita pergi meninggalkan tempat ini!"
Mendengar ini, In Kong Thai-su juga mengajak saudara-saudaranya untuk meninggalkan tempat itu. Akan tetapi melihat ini, Ouw Kwan Lok berkata dengan lantang.
"Saudara sekalian harap jangan pergi dulu, kami hendak membuat pengumuman kami yang pertama sebagai beng-cu baru adalah bahwa kedudukan beng-cu berada di Pulau
Naga dan kalau ada urusan dengan beng-cu harap datang ke Pulau Naga!"
Para utusan Kun-lun-pai, Siauw-limpai, Kong-thong-pai, Bu-tong-pai, dan Go-bi-pai menghadap Souw Tek Bun yang menjadi tuan rumah untuk berpamit, lalu mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu demi satu para tamu meninggalkan Hong-san. Yang paling akhir adalah Ouw Kwan Lok gurunya, Siang Koan Bhok
Jilid V Lee Cin tersenyum mengejek. "Habis, engkau mau apa"
Salahmu sendiri sampai lenganmu buntung!"
Mereka saling pandang. Ouw Kwan Lok merasa sakit
hati, bukan hanya karena lengannya dibuntungi gadis itu, akan tetapi juga untuk membalaskan sakit hati para
gurunya, mendiang Pak-thian-ong dan Thian-te Mo-ong.
Akan tetapi kini dia menghadapi Lee Cin, Souw Tek Bun dan Ang-tok Mo-li. Mereka bertiga itu dengan tegak berdiri dan siap untuk melawan. Biarpun Ouw Kwan Lok bersama Siang Koan Bhok, namun dia tidak berani main-main menghadapi tiga orang itu. Akhirnya dia tersenyum dan kembali menjura kepada Lee Cin.
"Nona Souw, biarlah lain kali saja aku membalas kebaikanmu itu," katanya lalu pergi bersama gurunya meninggalkan tempat itu. Keadaan menjadi sunyi setelah semua orang pergi.
Lee Cin mengepal tinjunya. "Mengapa ayah melarangku ketika aku hendak menentang dan melawan bangsat itu?"
katanya dengan kesal.
"Engkau tentu tahu bahwa saat itu sedang diadakan pemilihan beng-cu baru sehingga tidak ada alasannya kalau engkau hendak menyerangnya. Selain itu, kulihat ilmu kepandaian pemuda itu sungguh luar biasa sekali. Bahkan Im Yang Seng-cu tidak dapat mengatasinya, dan Nenek Cia juga kalah olehnya. Sungguh berbahaya kalau engkau
hendak melawan dia, Lee Cin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak takut, ayah. Biarpun aku juga mengerti bahwa ilmu kepandaiannya sudah maju dengan pesatnya dan
mungkin saja aku tidak akan mampu menandinginya."
"Aku juga penasaran. Aku ingin mencoba kelihaiannya, akan tetapi engkau menghalangi aku!" kata pula Ang-tok Mo-li kepada suaminya.
Souw Tek Bun tersenyum. "Aku hanya menjaga agar jangan sampai engkau dikalahkannya di depan begitu
banyak orang. Lain waktu masih banyak kesempatan bagi kita untuk menentangnya kalau dia melakukan kejahatan."
"Celaka! Dia menjadi beng-cu, akan dibawa kemanakah dunia persilatan" Aku tahu, dia adalah seorang pemuda yang herhati palsu dan amat jahat, ayah," kata Lee Cin khawatir.
"Biarpun dia beng-cu, kalau tindakannya tiilak benar, kurasa para orang gagah tak akan menuruti kemauannya.
Paling-paling golongan sesat yang akan taat kepadanya,"
ayahnya menghibur.
Sementara itu Ouw Kwan Lok yang melakukan perjalanan dengan Siang Koan Bhok, telah tiba di kaki gunung Hong -san.
"Kwan Lok, kalau gadis puteri Souw Tek Bun itu yang membuntungi lengan kirimu, kenapa tadi engkau tidak
membunuhnya saja?" Siang Koan Bhok menegur muridnya.
"Ia dan ayah ibunya merupakan lawan yang tidak ringan, suhu. Aku khawatir kalau gagal tadi. Kalau aku sudah turun tangan, haruslah berhasil. Biarlah, lain waktu aku pasti akan membalas dendam kepadanya, tidak cukup dengan
membunuhnya atau membuntungi lengannya. Sekarang,
yang paling penting bagiku adalah menyusun kekuatan. Apa artinya menjadi beng-cu kalau tidak mempunyai anak
buah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak buah kita di Pulau Naga cukup banyak."
"Akan tetapi mereka hanya anak buah biasa saja, suhu.
Yang kumaksudkan, kita harus dapat mengundang orang-
orang berkepandaian tinggi untuk menjadi anggautaku di sana. Aku harus dapat membuat seluruh dunia persilatan tunduk kepadaku, dan kalau ada yang tidak mau taat, akan kuberi hajaran. Tentu saja aku harus mempunyai anak buah yang pandai dan banyak."
Siang Koan Bhok mengangguk. Dia kagum kepada murid
barunya ini, dan menganggap dia sebagai pengganti Siang Koan Tek, pureranya.
"Jangan lupa untuk membalaskan dendamku kepada
Song Thian Lee, Kwan Lok."
"Jangan khawatir, suhu. Tak lama lagi tentu aku akan mampu menghadiahkan kepada Song Thian Lee kepada
suhu. Juga isterinya harus mati di tanganku. Mereka bertiga itu, Song Thian Lee, Tang Cin Lan, dan Souw Lee Cin, adalah musuh-musuh utamaku."
Legalah hati Siang Koan Bhok dan dia percaya muridnya ini tidak hanya membual saja. Dia percaya bahwa dengan tingkat kepandaiannya yang sekarang, Kwan Lok akan
mampu menandingi dan mengalahkan Song Thian Lee.
Tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan dan di depan
mereka telah berdiri seorang kakek tinggi kurus yang berusia hampir enampuluh tahun. Kwan Lok dan Siang
Koan Bhok segera mengenal kakek ini yang bukan lain
adalah Thian to Mo-ong Koan Ek.
"Eh, kiranya suhu Thian-te Mo-ong!" tegur Kwan Lok dengan gembira.
"Kwan Lok, lupakah engkau akan pesanku ketika kita berpisah" Engkau tidak memenuhi pesanku, bahkan engkau ikut Tung-hai-ong dan merebut kedudukan beng-cu! Mulai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat ini engkau hatus ikut aku dan membalas dendam
kepada musuh- musuhku!"
"Hemm, suhu Thian-te Mo-ong. Aku sama sekali tidak lupa akan pesanmu. Tahukah engkau bahwa aku sampai
kehilangan lengan kiri karena memenuhi pesanmu" Sekarang aku tidak perlu memenuhi pesanmu ini karena tiga orang yang suhu musuhi itu juga merupakan musuhku.
Musuh kita bersama."
"Heh, Thian-te Mo-ong, apa maumu menghadang perjalanan kami di sini?" Siang Koan Bhok berseru tidak senang.
"Siang Koan Bhok, engkau mencuri muridku!" Thian-te Mo-ong membalas dengan marah.
"Tidak, suhu Thian-te Mo-ong. Suhu Siang Koan Bhok tidak mencuriku. Aku yang minta menjadi muridnya dan sekarang kebetulan sekali. Aku sedang mencari-cari orang-orang seperti suhu ini untuk menjadi pengikut dan
pembantuku. Marilah suhu, engkau ikut denganku ke Pulau Naga dan kita membangun kekuatan bersama. Kalau kita sudah kuat, apa sih sukarnya membasmi musuh- musuh
kita itu?"
"Hemm, engkau berlagak. Aku menjadi pembantumu"
Apakah engkau mimpi " Biarpun engkau sudah menjadi
beng-cu, engkau tetap muridku. Bagaimana aku sebagai gurumu kini menjadi anak buahmu?"
"Suhu, biarpun aku muridmu, akan tetapi sekarang aku lebih lihai daripada mu. Sekarang begini saja. Kalau suhu dapat mengalahkan aku, baiklah, aku akan ikut dengan suhu dan menaati semua perintah uhu. Akan tetapi
sebaliknya kalau suhu kalah olehku, suhu harus ikut ke Pulau Naga dan membantuku. Bagaimana ?"
"Engkau menantangku" Hemm, setelah menjadi murid Siang Koan Bhok, engkau berani menantangku, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, aku
tidak akan menggunakan ilmu yang kupelajari dari suhu Siang Koan Bhok. Aku akan melawan suhu dengan ilmu yang kupelajari dari suhu sendiri, dengan demikian barulah adil"
Thian-te Mo-ong tersenyum mengejek. Dia tadi sudah
melihat betapa lihainya Ouw Kwan Lok. Akan tetapi kalau pemuda itu tidak mempergunakan ilmu silat lain, melainkan menggunakan ilmu silat yang diajarkannya dulu, bagai mana mungkin Kwan Lok mampu menandinginya"
"Baik, bersiaplah. Siang Koan Bhok menjadi saksinya!"
"Ha-ha-ha, akan kusaksikan betapa Thian-te Mo-ong kalah oleh muridnya!" Siang Koan Bhok tertawa.
" Awas, lihat seranganku." Thian-te Mo-ong berteriak ganas dan dia sudah menerjang maju dan menyerang
dengan ilmu silat Pek-swat Tok-ciat (Tangan Beracun Salju Putih). Ouw Kwan Lok cepat mengelak lalu balas menyerang dengan ilmu yang sama! Tentu saja Kwan Lok kurang
leluasa memainkan ilmu silat itu karena hanya dengan sebeah tangan, akan tetapi dia memiliki gerakan yang lebih cepat dari gurunya itu sehingga dia tidak sampai terdesak.
"Haiiiiittttt ..... !" Thian-te Mo-ong nengirim pukulan keras sekali dengan tangan kanannya, mengarah kepala muridnya, akan tetapi Kwan Lok membuat gerakan yang
sama dengan tangan kanannya, menangkis pukulan itu
sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya.
"Wuuuttt......... desss......... ?" Akibat benturan kedua lengan itu, tubuh Thian te Mo-ong terhuyung ke belakang.
Ternyata dia kalah kuat!
"Nah, suhu telah kalah,"
kata Kwan Lok sambil
tersenyum. "Baiklah, dalam pertandingan tangan kosong aku mengaku kalah kuat, akan tetapi coba tahan pedangku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau engkau mampu!" kata Thian-te Mo-ong sambil mencabut sepasang pedangnya dan menyilangkan sepasang pedang itu di depan dadanya.
"Baiklah, akan kulayani kehendakmu, suhu!" Diapun meloloskan pedangnya dari punggung dan keduanya segera bertanding dengan pedang. Kwan Lok tetap memainkan ilmu pedang yang dipelajarinya dari gurunya. Akan tetapi karena memang dia menang cepat dan menang kuat, dia segera
dapat mendesak Thian-te Mo-ong. Dia sudah hafal akan gerakan serangan gurunya, maka dia selalu dapat mengelak dan menangkis. Dan setiap kali menangkis, pedang suhunya terpental. Kwan Lok mempercepat gerakannya dan sekali membentak nyaring, sambil memutar pedangnya, dia
berhasil membuat sepasang pedang itu terpental dan lepas dari tangan Thian-te Mo-ong.
"Bagaimana, suhu, maukah suhu menjadi pembantuku di Pulau Naga?" Tanya Kwan Lok sambil menyarungkan pedangnya kembali.
Thian-te Mo-ong hampir tidak percaya. Muridnya ini
benar-benar telah mampu mengalahkannya dalam permaianan silat yang pernah diajarkannya!
"Ha-ha-ha, Thian-te Mo-ong, engkau harus mengakui sudah tua dan kalah oleh murid sendiri!" Siang Koan Bhok menertawainya.
"Dan bagaimana dengan engkau, Siang Koan Bhok"
Apakah engkau mampu mengalahkannya?"
Siang Koan Bhok menggeleng kepalanya. "Aku belum mencobanya dan tidak akan mencobanya. Aku siap menjadi pembantu utama dari Ouw Kwan Lok.
"Bagus, suhu Siang Koan Bhok menjadi pembantu
pertama dan suhu Thiante Mo-ong menjadi pembantu
kedua. Akan kuat sekali keadaan kita di Pulau Naga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-te Mo-ong menghela napas dan mengambil sepasang pedangnya. "Baiklah, aku suka menjadi pembantumu yang ke dua."
Tiga orang itu lalu melanjutkan perjalanan mereka
menuju ke Pulau Naga.
-oo(mch)oo- Kaisar Kian Liong memang merupakan seorang kaisar
yang baik dan pandai, akan tetapi tiada manusia di dunia ini yang tanpa cacat. Kaisar Kian Liong suka sekali akan wanita cantik. Kalau sudah melihat wanita cantik, biarpun wanita itu sudah bersuami, akan diusahakan agar wanita itu dapat menjadi miliknya. Selir dan dayangnya ratusan orang
banyaknya, namun agaknya Kaisar Kian Liong masih
memalingkan mukanya kepada wanita lain yang bukan
miliknya. Akan tetapi segala bentuk kesenangan kalau terlalu di turuti, akhirnya membuat orang menjadi bosan juga.
Demikian juga dengan Kaisar Kian Liong. Akhirnya dia merasa bosan juga bermain- main dengan wanita cantik.
Pada suatu hari, ketika dia duduk dalam tandu, dia melihat wajah seorang di antara para pemikul tandu. Wajah pemuda itu sedemikian menarik hatinya, membuat Kian Liong
teringat akan wajah seorang selir ayahnya yang pernah dicintanya akan tetapi dahulu tak pernah dia dapat memiliki selir ayahnya itu.
Setelah duduk di bagian dalam istana, dia menyuruh
panggil pemuda pemikul tandu Setelah pemuda yang berusia delapanbelas tahun itu datang berlutut di depannya, Kaisar Kian Liong semakin tertarik. Seorang pemuda yang tampan sekali, demikian tampan dan halus bersih kulitnya seperti seorang wanita saja. Dia lalu mengangkat pemuda itu
menjadi pelayannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu bernama Ho Shen. Ketika pada suatu malam
Kaisar Kian Long memanggilnya kemudian mengajaknya
tidur, pemuda itu diam-diam merasa terkejut dan menganggap kaisarnya telah menjadi gila. Akan tetapi kemudian dia mengetahui bahwa kaisarnya benar-benar
tergila- gila kepadanya dan menjadikan dia sebagai kekasihnya! MuIai saat itu, Ho Shen yang cerdik itu tidak menyia-nyiakan waktunya. Dia diangkat menjadi kepala pelayan. Kalau semua pelayan pria adalah kasim (orang kebiri) maka dia sendiri tidak dan bahkan diangkat menjadi kepala!
Tabun-tahun terlewat dan Ho Shen dapat merayu sang
kaisar sedemikian rupa sehingga akhirnya dia diberi
kedudukan tinggi sebagai perdana menteri! Untuk menutupi kecurigaan orang, Kaisar Kian Liong menyuruh Ho Shen menikah.
Peristiwa ini merupakan rahasia, akan tetapi sebaik-
baiknya barang busuk ditutupi, baunya tercium juga.
Hanya, orang tidak berani membicarakan secara terbuka dan diam-diam saja, pura-pura tidak tahu. Mereka bahkan merasa iri kepada Ho Shen yang dapat menumpuk kekayaan dari kedudukannya.
Peristiwa ini akhirnya terdengar pula oleh Panglima muda Song Thian Lee. Panglima muda ini memang sudah
mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Ketika
mendengar berita itu, dia merasa muak dan mendorongnya untuk cepat mengundurkan diri. Pada suatu hari, dia mohon menghadap
Kaisar dan membawa sesampul surat permohonan berhenti dari jabatannya.
Kaisar Kian Liong mengerutkan alisnya setelah membaca surat permohonan itu dan menatap wajah panglima muda Song Thian Lee yang menunduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Song Ciang-kun, apa sebabnya engkau tiba-tiba hendak mengundurkan diri dari jabatanmu" Apakah jabatanmu
yang sekarang kurang tinggi?"
"Tidak sama sekali, Yang Mulia. Jabatan sekarang ini sudah cukup tinggi dan terhormat bagi hamba."
"Kalau begitu, apakah penghasilanmu kurang" Gajimu tidak mencukupi?"
"Juga tidak, Yang Mulia. Penghasilan hamba sudah lebih dari cukup, gaji hamba cukup besar."
"Kalau begitu, mengapa engkau hendak mengundurkan diri, Song Ciangkun" Selama ini engkau menjadi panglima muda yang cakap dan setia, bahkan baru-baru ini engkau sudah berhasil memadamkan pemberontakan di pantai
timur. Lalu mengapa mendadak engkau ingin berhenti?"
"Terus terang saja, Yang Mulia. hamba ingin hidup dalam suasana tenang dan damai bersama anak isteri hamba."
"Apakah selama menjadi panglima di sini hidupmu tidak tenang dan tidak damai?"
Song Thian Lee memberi hormat.
"Memang tidak, Yang Mulia. Terutama sekali kalau hamba melaksanakan tugas, beberapa kali hamba harus
berhadapan dan melawan para pendekar yang ikut memberontak. Hamba merasa bersalah dan gelisah."
"Hemm, akan tetapi mereka adalah pemberontak yang hanya mendatangkan kekacauan dalam kehidupan negara
dan rakyat!"
"Memang benar, Yang Mulia. Akan tetapi merekapun merupakan segolongan pendekar."
"Kalau......... engkau memihak kepada mereka yang memberontak, Song-ciangkun?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak, Yang Mulia. Biarpun mereka itu pendekar, kalau mereka bersekutu dengan orang-orang
asing dan pemberontak seperti di pantai timur itu, hamba akan tetap menentang."
"Song-ciangkun, apakah sudah engkau pikir baik-baik keputusanmu ini" Kami akan merasa kehilangan sekali
kalau engkau mengundurkan diri. Bukankah selama ini kita bersahabat dan kami bersikap balk kepadamu?"
"Ampun, Yang Mulia. Memang Yang Mulia telah memberi anugerah dan kebaikan kepada hamba. Akan tetapi hamba sudah memikirkan dengan matang. Hamba tidak ingin
menjadi seorang panglima yang diam-diam membenci
pekerjaannya sendiri. Lebih baik hamba berterus terang dan minta berhenti dengan hormat."
"Baiklah, Song-ciangkun. Kami dapat

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghargai kejujuranmu. Akan tetapi karena pengunduran dirimu
merupakan urusan besar dan menyangkut penataan pasukan, kami akan membicarakan derigan Panglima Tua Bouw dan Panglima Coa agar dapat diatur bagaimana
baiknya dan siapa yang akan menggantikan jabatanmu.
Sesudah itu, baru kami akan memberi surat pelepasan
kepadamu."
Setelah memberi hormat dan mengucapkan terima kasih, Song Thian Lee mengundurkan diri keluar dari istana.
Tak lama setelah Song Thian Lee pergi, Kaisar Kian Liong memanggil Panglima Tua Bouw Kin Sek dan wakilnya, yaitu Panglima Coa Kun.
Setelah kedua orang panglima itti menghadap, Kaisar
Kian Liong lalu memberitahu kepada mereka. "Baru saja Song-ciangkun menghadap kami dan mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri sebagai panglima. Apakah kalian berdua mengetahui apa sebabnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang panglima itu saling Pandang dan Bouw-
ciangkun segera menjawab. "Sepanjang yang hamba ketahui, tidak
ada sebab-sebab yang menyebabkan dia mengundurkan diri, Yang Mulia."
"Hemm, akan tetapi dia mengatakan bahwa hatinya tidak merasa nyaman karena dalam pemberantasan pemberontak, seringkali dia harus berhadapan dengan para pendekar.
Apakah kalian mengetahui apa artinya itu?"
Coa Ciang-kun yang tinggi kurus dan bermuka pucat itu lalu memberi hormat. "Ampun, Yang Mulia. Kalau hamba tidak salah duga, hamba mengetahui sebab-sebabnya."
"Coba ceritakan, Coa-ciangkun," kata kaisar.
"Ketika Song-ciangkun memadamkan pemberontakan di timur, dia tidak mau mempergunakan pasukan untuk
membasmi sebuah keluarga yang sangat benci kepada
kerajaan. Keluarga itu adalah Keluarga Cia dan mungkin keluarga Cia yang telah membunuhi pembesar-pembesar
yang setia kepada paduka. Akan tetapi panglima Song tidak inelanjutkan pengejaran dan membiarkan mereka itu lolos!"
"Wah, itu merupakan kesalahan besar! Membasmi
pemberontak haruslah sampai ke akar-akarnya! Kalau
keluarga itu tidak dibasmi, tentu mereka lain kali akan mengadakan pemberontakan lagi."
"Ampun, Yang Mulia," kata Panglima Tua Bouw Kin Sek yang
memang mencari kesempatan. "Kalau begitu, mundurnya Panglima Song tentu ada kaitannya dengan itu.
Jangan-jangan dia mundur untuk menyusun kekuatan
untuk memberontak bersama Keluarga Cia itu!"
"Hamba juga mendengar berita yang mencurigakan, Yang Mulia. Baru baru ini para kang-ouw mengadaka pertemuan di Hong-san untuk memilih ketua baru. Akan tetapi tidak seperti
biasanya, mereka tidak mengundang perwira setempat sehingga pemilihan itu gelap bagi kita. Jangan-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan ini ada hubungannya pula dengan berhentinya Song-ciangkun. Mereka hendak menyusun kekuatan!" kata pula Coa-ciangkun.
Wajah Kaisar Kian Liong menjadi merah dan alisnya
berkerut, lalu tangannya mengepal tinju. "Sangat boleh jadi dugaan kalian itu! Kalau begitu kalian harus turun tangan.
Setelah dia berhent nanti, kalian harus mengutus orang-oran pandai dan mengamati gerak-geriknya dan kalau benar dia mengadakan perhubungan dengan para pemberontak,
jangan ragu-ragu lagi, tangkap dan binasakan Song-
ciangkun!"
"Baik, Yang Mulia. Hamba akan mengaturnya!" jawab Bouw-ciangkun yang merasa girang karena diam-diam
panglima ini membenci Song Thian Lee yang mendapat
kepercayaan besar dari Kaisar. Dia merasa iri dan benci.
Akan tetapi, orang yang baik dan benar selalu dilindungi oleh Kekuasaan yang tidak tampak. Percakapan antara dua panglima dan kaisar ini didengar oleh seorang thai-kam (kasim) yang bertugas di situ. Thia-kam ini amat mengagumi Song Thian Lee, dan mendengar itu, diam-diam dia lalu mengirim surat kepada Thian Lee, memberitahu bahwa
pendekar itu teramcam dan harus berhati-hati karena
tindak-tanduknya akan diamati dengan ancaman mati.
Song Thian Lee bercakap-cakap dengan, isterinya tentang permintaannya mundur dari jabatannya.
"Apa yang kaulakukan itu aku setuju sekali, Lee-ko.
Kalau aku teringat akan orang-orang tua kita yang tewas oleh pasukan pemerintah, sungguh aneh sekali kalau
sekarang engkau malah nenjadi panglima pemerintah. Aku sendiri puteri angkat seorang pangeran, maka akupun tidak dapat berkata apa-apa ketika engkau diangkat menjadi panglima. Namun di sudut hatiku, aku merasa tidak enak sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar kata-katamu. Bukan hanya mengingat akan orang tua kita, akan tetapi juga mengingat akan saudara-saudara Para pendekar di dunia kang-ouw, mereka tentu tidak
senang mendengar aku menjadi panglima kerajaan. Ayahku dulu adalah seorang tokoh Kun-lun-pai yang patriotik yang gagah, akan tetapi anaknya sekarang menjadi panglima kerajaan penjajah. Kalau aku melakukan tugas membasmi pemberontak, aku sering bertemu dengan orang-orang
kangouw yang ikut memberontak. Nah, di situ hatiku
menjadi tidak senang sekali karena pekerjaanku ini
berlawanan dengan batinku."
"Lalu, kalau engkau sudah mengundurkan diri, apakah kita juga akan tetap tinggal di kota raja, Lee-ko?"
"Tidak, Lan-moi. Kota raja bukan tempat yang tepat untuk kita hidup secara aman dan tenteram. Aku akan
tinggal di kampung halamanku, yaitu di dusun Tung-sinbun yang tidak jauh dari kota raja. Aku akan menjauhkan diri dari semua pemberontakan-pemberontakan kecil sambil menanti datangnya saat di mana rakyat yang akan
memberontak terhadap penjajah. Aku juga akan menjauhkan diri dari dunia kang-ouw. Aku ingin tinggal di dusun di mana dahulu ayahku tinggal dan hidup sebagai seorang petani."
"Akan tetapi kalau sekali waktu aku merasa rindu kepada ibu, bolehkah aku pergi menengoknya di istana ayah?"
"Tentu saja boleh."
Beberapa hari kemudian, surat keputusan dari Kaisar
tiba, yaitu yang menyetujui bahwa Thian Lee mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai panglima. Karena setelah tidak lagi menjali panglima muda dia harus meninggalkan gedung yang sekarang menjadi tempat tinggalnya, maka setelah menerima surat keputusan itu, Thian Lee segera memboyong keluarganya pindah ke dusun Tung-sin-bun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Tang Gi Su, ayah tiri Cin Lan, terkejut sekali mendengar akan mundurnya Thian Lee dari jabatannya. Dia segera mengunjungi Thian Lee dan bertanya tentang hal itu.
Akan tetapi setelah menerima penjelasan Thian Lee,
pangeran yang bijaksana itupun dapat mengerti. Mantunya adalah seorang pendekar besar, tentu saja merasa tidak enak kalau harus bermusuhan dengan sesama pendekar
yang mendukung pemberontakan terhadap pemerintah
Mancu. Dia hanya menghela napas dan memesan kepada
mantunya itu agar jangan melibatkan diri dengan pemberontakan karena dia akan merasa berduka sekali
kalau mantunya menjadi musuh kerajaan.
Ci Tung-sin-bun, Thian Lee membeli rumah ayahnya
yang dulu, membangunnya kembali dan membeli beberapa petak sawah ladang dan selanjutnya dia hidup sebagai petani. Sama sekali dia tidak tahu dan tidak mengira bahwa segala gerak geriknya diawasi dengan tajam oleh orang-orang yang disebar oleh Bouw-ciangkun dan Coa-ciangkun. Dia hidup sebagai seorang petani, mempergunakan tenaga
buruh tani untuk menggarap sawah ladangnya, juga dia berusaha untuk memperdagangkan hasil bumi. Thian Lee hidup dengan tenang dan sederhana bersama Tang Cin Lan dan Song Han San, putera mereka yang kini sudah berusia tiga tahun.
-oo(mch)oo- Kota Cin-an, amat ramainya.. Kota besar ini menjadi
penting karena berada di dekat Sungai Huang-ho yang
menghubungkannya sampai ke lautan di Teluk Pohai, dan menghubungkan kota Cin-an dengan barat. Lalu lintas
perdagangan melalui Sungai Huang-ho menjadi kota Cin-an makin ramai dikunjungi banyak pedagang dari lain daerah.
Untuk menampung dan melayani para pengunjung yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak jumlahnya, maka di Cin-an didirikan banyak rumah penginapan yang merangkap sebagai rumah makan.
Pada suatu hari, seorang pemuda yang menumpang pada
perahu besar yang membawa banyak penumpang yang
datang dari barat, turun mendarat lalu nelakukan perjalanan menuju kota Cin-an. Pemuda ini berusia
duapuluh satu tahun, berpakaian sebagai seorang pelajar miskin karena pakaiannya terbuat dari kain kasar. Pemuda ini berwajah tampan dan gerak geriknya lembut seperti biasa gerakan seorang pelajar atau sastrawan. Mulutnya yang selalu mengandung senyum ramah dan sabar itu membuat wajahnya selalu tampan cerah gembira dan matanya yang bersinar-sinar
menandakan bahwa dia memandang kehidupan ini sebagai sesuatu yang patut disyukuri dan menggembirakan.
Pemuda itu bukan lain adalah Cia Tin Han. Seperti kita ketahui, Tin Han adalah putera Cia Kun dan cucu Nenek Cia yang galak. Tidak seperti kakaknya, Cia Tin Siong yang sejak kecil tampa mempelajari ilmu silat dengan tekun Tin Han lebih kelihatan sebagai seorang sastrawan yang suka akan pelajaran
sastra. Akan tetapi di luar tahu semua keluarganya, diam-diam Tin Han digembleng oleh seorang pertapa aneh berjuluk Bu Beng Lo-jin sehingga tanpa ada yang mengetahui dia memiliki tingkat ilmu silat yang bahkan lebih tinggi dari pada kakaknya, bahkan tingkatnya hampir menandingi tingkat kepandaian silat neneknya.
Akan tetapi, kalau neneknya dan seluruh keluarganya
berwatak patriot dan mati-matian membenci Kerajaan
Mancu dan berusaha dengan segala daya untuk menentang pemerintahan, sebaliknya Tin Han tidak menyetujui sikap neneknya yang tidak segan bersekutu dengan orang-orang Jepang dan orang-orang sesat. Tin Han memiliki jiwa patriot sejati yang tidak mau dikotori oleh hubungan dengan orang-orang dari dunia sesat, apa lagi dengan orang-orang Jepang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sesungguhnya hanya bajak- bajak laut itu. Dia berjiwa pendekar yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Kalau keluarganya memusuhi semua pembesar walaupun ada di
antara mereka yang baik dan bijaksana, Tin Han tidak memusuhi pembesar yang bijaksana, hanya menentang
pembesar yang menindas rakyat, pembesar korup yang
hanya memperkaya diri sendiri tanpa memperdulikan
kesengsaraan rakyat. Terhadap pembesar yang bijaksana, Tin Han hanya memperingatkan agar mereka tidak menjadi antek Mancu menindas rakyat.
Ketika keluarganya bersekutu dengan orang-orang Jepang dan para tokoh sesat, membantu pemberontakan
yang dilakukan Phoa-ciangkun di pantai timur, Tin Han tidak
ikut, bahkan beberapa kali dia menghalangi keluarganya yang menangkap Lee Cin dan juga Thian Lee yang menyamar sebagai orang biasa dalam penyelidikannya.
Dalam melakukan hal ini Tin Han mengenakan pakaian dan topeng hitam sehingga dia dikenal sebagai Si Kedok Hitam.
Akan tetapi akhirnya dia ketahuan oleh keluarganya dan dalam
pertempuran sebagai Kedok Hitam menentang keluarganya dan membebaskan Lee Cin, dia terkena
tendangan neneknya dan terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam. Baru pada saat itu keluarganya tahu bahwa Si Kedok Hitam adalah Tin Han.
Telah diceritakan di bagian depan, betapa Tin Han yang terjatuh ke dalam jurang tertolong oleh Hek-tiauw-ko, burung rajawali hitam yang besar itu dan bertemu dengan gurunya, Bu Beng Lojin dan Thai Kek Cin-jin kakek pertapa pemilik burung rajawali yang berilmu tinggi. Selanjutnya, Tin Han menjadi murid Thai Kek Cin-jin. Walaupun dia diajar ilmu oleh kakek sakti itu selama tiga bulan saja, namun tingkat kepandaiannya telah maju dengan pesat sekali dan kini Tin Han sama sekali berbeda dengan Tin Han sebelum dia terjatuh ke dalam jurang! Dia telah menguasai dua macam ilmu yang diajarkan Thaikek Cin-jin, yaitu pertama Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ilmu Silat Hek-tiau-kun (Silat Rajawali Hitam), dan cara menghimpun tenaga sin-kang yang disebut Khong-sim Sinkang yang membuat dia dapat bergerak cepat sekali dan tenaganya menjadi amat kuat.
Setelah berpisah dari Thai Kek Cin-jin, Tin Han lalu mulai melakukan perjalanan merantau. Pertama-tama dia pergi ke kota Hiu-cu di kaki bukit Lo-sian-san untuk mencari tahu perihal keluarganya. Akan tetapi di tempat ini dia hanya melihat bekas tempat tinggal keluarganya saja dan tidak ada seorangpun mengetahui di mana adanya keluarga Cia sekarang. Dari situ dia lalu melakukan perjalanan merantau, memenuhi pesan gurunya bahwa dia harus
bertindak sebagai seorang pendekar pembela kebenaran dan keadilan.
Pada suatu hari, dia tertarik untuk menumpang perahu dan setelah perahu tiba di dekat Cin-an, dia mendarat karena hatinya tertarik untuk pergi ke Cin-an, kota yang ramai itu.
Perjalanan dari tepi Huang-ho ke Cin-an memakan waktu sehari. Dari tepi sungai itu telah dibangun jalan yang cukup lebar dan para pedagang yang datang berkunjung, biasanya melakuka perjalanan bersama-sama agar lebih aman.
Bahkan di Cin-an maupun di tepi sungai itu, banyak piauw-su (pengawal bekerja untuk mengawal) mereka agar selamat dalam perjalanan. Jarang ada yang berani melakukan
perjalanan seorang diri karena dia dapat menjadi korban orang-orang
jahat yang suka merampok. Dengan berkelompok mereka dapat menyewa beberapa orang piauw-su untuk mengawal mereka, apa lagi mereka yang membawa barang dagangan dan menggunakan gerobak-gerobak untuk mengangkut barang-barang dagangan mereka itu. Di antara para piauw-su dan para penjahat itu sudah ada kerja sama yang baik. Para piauw-su itu suka memberi uang jalan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada para penjahat dan mereka tidak akan mengalami gangguan.
Akan tetapi Tin Han yang ingin menikmati perjalanan itu, melakukan perjalanan seorang diri saja. Dia melangkah santai
sambil menggendong buntalan pakaian di punggungnya, menikmati keindahan pemandangan alam di sepanjang perjalanan. Lembah Sungai Huang-ho di waktu tidak
sedang meluap karena banyak turun hujan, merupakan lembah yang subur sehingga pemandangan
indah sekali. Ketika Tin Han sedang berjalan seenaknya, terdengar
seruan-seruan dari belakang. Dia cepat menengok dan
berjalan minggir. Ternyata serombongan pedagang membawa dua gerobak barang dagangan sedang melakukan perjalanan cepat. Mereka dikawal oleh sepuluh orang piauw-su yang membawa golok telanjang di tangan. Tin Han berhenti dan memandang mereka itu. Kenapa orang-orang ini membawa pengawal, pikirnya. Tentu perjalanan di sini kurang aman.
Baru saja dia berpikir demikian, dia melihat di depan muncul belasan orang yang menghadang di jalan. Tin Han yang ingin tahu segera mendekat dan menonton dari
kejauhan. Dia melihat betapa para piauw-su itu menghampiri mereka yang menghadang di tengah jaIan dan mereka
bercakap-cakap,
lalu para piauw-su itu menyerahkan barang entah apa kepada mereka. Mereka
bercakap sambil tertawa-tawa dan setelah itu, belasan orang itu berloncatan meng hilang ke balik semak-semak.
Rombongarr itu lalu melanjutkan perjalanan mereka.
Tin Han mengangguk-angguk. Biarpun dia tidak tahu apa yang dibicarakan oleh para piauw-su dan para pedagang tadi, dia dapat menduga. Tentu para piauw-su itu telah memberi "uang jaIan" kepada para perampok itu sehingga rombongan itu dibiarkan lewat dengan aman. Ini merupakan semacam pemerasan pikirnya. Perampok-perampok itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima suapan dari para piauw-su dan ini merupakan kerja sama mereka. Tentu para piauw-su itu minta ganti dari para pedagang. Lalu ke mana perginya para petugas
keamanan" Di mana-mana dia melihat terjadinya perampokan-perampokan tanpa adanya petugas keamanan
untuk membasmi para penjahat itu. Ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang bertugas menjadi komandan pasukan
keamanan daerah itu tidak bekerja dengan benar. Kalau mereka itu bijaksana, tentu sudah mendengar akan adanya gangguan ini dan mudah saja bagi mereka untuk membasmi para perampok itu. Sungguh kasihan rakyat, seolah tidak ada yang melindungi, dan terpaksa harus menyuap para perampok. Yang paling menderita tentulah para pembeli barang dagangan itu karena dengan adanya biaya yang
banyak dalam perjalanan, tentu barang dagangannya akan dinaikkan harganya. Akhirnya yang menderita adalah rakyat yang membutuhkan barang-barang itu.
Tin Han melanjutkan perjalanannya. Ketika dia tiba di tempat di mana para penghadang tadi muncul, dia melihat dua orang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak. Dia tidak menjadi heran atau kaget karena dia sudah tahu bahwa mereka tentulah perampok yang sengaja akan
"memungut pajak" kepada setiap orang yang lewat di situ.
"Berhenti !" bentak seorang di antara mereka yang bertubuh tinggi besar dan berwajah seram.
"Ada apakah kalian menyuruhku berhenti?" tanya Tin Han sambil tersenyum ramah. "Kalau kalian hendak menanyakan jalan, aku sendiri orang yang baru datang di sini dan tidak mengenal jalan."
"Hayo bayar dulu pajak jalanan kepada kami!" bentak pula si tinggi besar sambil mengamangkan goloknya yang telanjang.
"Pajak jalanan apa yang kau maksud kan" Aku tidak mengerti," kata Tin Han, pura-pura.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang lewat di sini harus membayar pajak jalanan kalau ingin selamat sampai di Cin-an!"
"Akan tetapi aku tidak mempunyai uang," katanya.
"Kalau tidak punya uang, tinggalkan buntalan yang kaugendong itu dan kami akan menggeledah kanttmg-kantung pakaianmu!"
"Wah, jangan begitu, sobat. Buntalan ini adalah

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pakaianku untuk berganti pakaian, dan uangku hanya
tinggal dua tail." Tin Han mengeluarkan uangnya yang memang hanya tinggal dua tail, lalu menyodorkan kepada mereka.
"Untuk apa uang dua tail " Hayo lepaskan buntalan itu!"
Perampok ke dua yang bertumbuh pendek gendut merenggutkan buntalan pakaian itu dari pundak Tin Han.
Kemudian, yang tinggi besar menggeledah saku pakaian Tin Han akan tetapi dia tidak menemukan apapun yang
berharga. Dia lalu mengantungi uang yang dua tail perak dan mengambil pula buntalan pakaian Tin Han.
"Nah, tinggalkan buntalan ini dan kau boleh melanjutkan perjalananmu. Cepat!" Si tinggi besar mengamangkan goloknya. Tin Han cepat melanjutkan perjalanannya. Ketika dia tiba di sebuah tikungan jalan, Tin Han melompat ke dalam hutan di sebelah kanan jalan dan. di balik sebatang potion besar dia menanggalkan pakaian luarnya. Kini dia memakai pakaian dalam yang serba hitam, mengambil pula kain hitam yang tadinya dilibatkan di pinggang dan
memasang kain hitam itu di depan mukanya. Yang tampak kini hanya sepasang matanya. Setelah menanggalkan
pakaian luarnya dan mengenakan pakaian hitam yang
memang sudah dipakainya di sebelah dalam, gerakan Tin Han berubah. Dengan gesit sekali dia lalu melompat dan berlari ke tempat tadi. Dia tidak melalui jalan raya, melainkan menyusup-nyusup dalam hutan itu mencari-ari.
Akhirnya dia menemukan gerombolan perampok itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata gerombolan itu mempunyai sebuah pondok besar di tengah hutan dan mereka sedang minum minum, bahkan
ada yang mabok dan tertawa-tawa.
"Ha-ha-ha, hasil kita hari ini cukup memuaskan!" kata seorang di antara mereka.
"Wah, lama-lama kita bisa menjadi malas, mendapatkan hasil besar tanpa bekerja sedikitpun."
"A-sam! Kenapa sastrawan miskin itu tidak kau biarkan lewat saja" Sialan besar, uangnya hanya dua tail dan buntalan itu hanya terisi pakaian butut!"
"Ticlak ada seorangpun yang boleh kita biarkan lewat tanpa membayarkan sesuatu. Terlalu enak bagi sastrawan itu kalau dia lewat tanpa membayarkan apa-apa. Biar dia tahu rasa, datang ke Cin-an tanpa sekepingpun uang di sakunya dan tanpa pakaian pengganti sepotongpun, ha-ha-ha!"
Semua orang tertawa geli membayangkan sastrawan
miskin itu kebingungan di Cin-an! Tin Han mengerutkan alisnya dan dia segera melompat turun dari atas pohon, tiba di depan pondok. Semua perampok itu terkejut bukan main ketika tiba-tiba ada seorang berpakaian hitam dan bertopeng hitam pula berada di situ.
Kepala gerombolan itu seorang tinggi kurus yang
wajahnya kekuning-kuningan. Melihat orang bertopeng, dia menjadi marah dan segera maju dan membentak, "Siapa kau dan mau apa datang ke sini?" Sementara itu teman-temannya sudah mengambil posisi mengepung Tin Han.
"Tidak penting siapa aku! Yang penting, lekas kalian kumpulkan semua barang dan uang hasil rampokan kalian dan serahkan kepadaku!" bentak Tin Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepala gerombolan itu tentu saja menjadi marah bukan main. Mereka adalah perampok-perampok ganas, bagaimana kini ada orang yang berani merampok mereka"
"Jahanam busuk, tidak tahukah engkau dengan siapa engkau
berhadapan"
Aku adalah Toat-beng Ui-houw (Harimau Kuning Pencabut Nyawa) yang sudah terkenal di wilayah ini. Hayo katakan siapa engkau dan cepat berlutut kalau engkau tidak ingin nyawamu kucabut!" Sambil berkata demikian,
kepala gerombolan yang nama julukannya Harimau Kuning Pencabut Nyawa itu telah melolos sebatang golok besar yang tampaknya berat dan tajam sekali.
Tin Han tersenyum di balik topengnya. "Engkau yang jahanam busuk! Kalau tidak cepat kalian berikan semua hasil rampasan dan sogokan dari para piauw-su itu, jangan salahkan aku kalau engkau menjadi Bu-thow Ui-houw (Hari mau Kuning Tanpa Kepala)!"
Dimaki dengan ejekan seperti itu, kepala perampok
menjadi marah bukan main. "Bunuh jahanam ini!" perintahnya dan limabelas orang anak buahnya sudah
menerjang maju sambil menghujankan golok mereka.
Mereka mengira bahwa orang bertopeng itu akan roboh
dengan tubuh hancur lebur. Akan tetapi, "trang trang-trang!"
golok mereka sating beradu dan si kedok hitam sudah tidak berada di tengah-tengah mereka. Mereka memutar tubuh dan melihat betapa si kedok hitam sudah berdiri di sana sambil tertawa-tawa. Dengan marah mereka menerjang lagi.
Akan tetapi sekali Tin Han tidak mengelak dan begitu dia menggerakkan kaki tangannya, golok-golok berpelantingan disusul para pengeroyok itu roboh satu demi satu. Melihat ini, Toat-beng Ui-houw menjadi marah sekali dan sambil mengeluarkan
bentaka panjang nyaring diapun lari menghampiri dan menyerang Tin Han dengan goloknya.
Serangan yang cukup dahsyat itu tampaknya tidak diperdulikan oleh Tin Han. Akan tetapi setelah golok itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendekat kepalanya, tiba-tiba tangan kirinya menyambar dan
menyambut. Dengan tangan telanjang
Tin Han menangkap golok itu dan tangan kirinya membabat lengan kanan kepala gerombolan.
"Trakk......... ......... aduhhh.....!" Kepala gerombolan menjerit kesakitan karena lengan kanannya patah tulangnya ketika bertemu dengan tangan Tin Ham. Sebelum dia dapat berbuat selanjutnya, sebuah tendangan Tin Han membuat tubuhnya terlempar ke belakang sampai lima meter dan jatuh berdebuk di atas tanah.
Para anak buah perampok itu menjadi penasaran dan
semakin marah. Mereka menyerang lagi, akan tetapi kini tubuh Tin Han berlompatan ke sana sini membagi-bagi
tamparan dan tendangan sehingga dalam waktu singkat
limabelas orang anak buah gerombolan itu sudah jatuh tersungkur semua!
Bukan main kagetnya Toat-beng Ui houw. Diapun
menjadi ketakutan dan maklum bahwa dia bertemu dengan seorang sakti! Maka, tanpa malu-malu la gi dia lalu berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya ke arah Tin Han
sambil berkata, "Tai-hiap (Pendekar Besar), ampunkan kami semua......... " Dia meratap dan melihat ini, limabelas orang anak buahnya juga segera berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tin Han bertolak pinggang. "Hayo cepat lakukan
perintahku. Keluarkan semua uang dan barang rampasan dan suapan yang kalian terima dari para piauw-su itu!"
Kepala perampok itu memberi isya rat dan lima orang
anak buahnya setengah berlari ke dalam pondok dan mereka keluar lagi sambil membawa banyak barang dan uang,
ditumpuk di depan Tin Han.
Tin Han mengambil tumpukan uang yang banyaknya
tidak kurang dari limapuluh tail perak. Dia mengambil pula Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntalan pakaianya, memasukkan uang itu ke dalam
buntalannya lalu menggendong lagi buntalan itu di punggungnya. " Aku hanya mengambil uang dan buntalan ini, barang selebihnya boleh kalian miliki. Akan tetapi, mulai saat ini kalian tidak boleh lagi melakukan penghadangan dan
perampokan di sini. Kalau kalian masih melakukannya, aku akan datang kembali dan tidak akan memberi ampun
kepada kalian semua. Akan kubunuh kalian satu demi
satu!" Tin Han membalikkan tubuhnya dan hendak pergi dari
situ. "Ampun, tai-hiap. Kami akan menaati perintah tai-hiap, akan tetapi harap tai-hiap memberitahu siapa sebetulnya tai-hiap," kata kepala gerombolan dengan takut-takut.
"Hemm, sebut saja aku Hek-tiauw Eng-hiong (Pendekar Rajawali
Hitam )!" setelah berkata demikian, sekali berkelebat Tin Han sudah lenyap dari depan mata mereka.
Tin Han kembali ke tempat di mana dia meninggalkan
pakaiannya dan dengan cepat dia mengenakan lagi pakaian biasa di sebelah luar
itu dan sambil menggendong
buntalannya dia melanjutkan perjalanannya menuju Cin-an.
Dia tersenyum senang. Uangnya tinggal dua tail dan uang limapuluh tail yang dia rampas dari para perampok itu amat berguna baginya. Untuk biaya perjalanannya. Melakukan perjalanan merantau membutuhkan uang untuk biaya dan dari mana dia dapat memperoleh uang itu" Kalau perlu dia harus mencuri atau mengambil dari tangan para penjahat!
-oo(mch)oo- Di kota Cin-an, Tin Han bermalam di sebuah rumah
penginapan yang juga merupakan sebuah rumah makan
yang besar. Setelah mendapatkan kamar, dia pergi ke depan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian rumah makan dan mengambil tempat duduk di meja yang berada di sudut belakang.
Selagi dia menanti datangnya pesanan makanan, dia
melihat-lihat ke bagian lain dari ruangan rumah makan itu.
Dia tertarik ketika melihat seorang laki-laki berusia kurang lebih tigapuluh tahun duduk seorang diri menghadapi meja.
Laki-laki ini bertubuh sedang dan wajahnya cukup tampan, pakaiannya sederhana berwarna serba hijau. Yang menarilc perhatian Tin Han adalah sebuah tongkat bambu kuning yang terselip di punggungnya. Aneh sekali orang itu, pikirnya. Agaknya karena tidak berani membawa senjata yang dilarang oleh pemerintah, dia membawa tongkat bambu kuning sebagai pengganti pedang. Rambutnya dikuncir
panjang dan berada di belakang punggung lewat pundaknya.
Sepasang matanya bersinar tajam dan diam-diam Tin Han dapat menduga bahwa orang itu tentu memiliki ilmu silat yang tangguh. Dari sinar matanya saja dia dapat menduga bahwa dia seorang ahli lweekeh (Tenaga dalam) yang kuat.
Ketika orang itu mengangkat muka dan mereka bertemu
pandang, Tin Han mengalihkan pandang matanya dan tidak memperhatikan lagi orang itu, yang mulai makan karena hidangan yang dipesannya sudah diantar oleh seorang
pelayan. Pada saat itu, ruangan tamu di rumah makan itu sudah terisi separuhnya. Tiba-tiba masuk dua orang yang membuat Tin Han terkejut sekali karena dia menyangka bahwa
seorang di antara mereka adalah Souw Lee Cin! Gadis itu mirip benar dengan Lee Cin. Akan tetapi debar jantungnya menjadi tenang kembali setelah dia mendapat kenyataan bahwa gadis itu bukan Lee Cin, melainkan seorang gadis yang mirip dengan Lee Cin. Setelah diperhatikan, biarpun gadis itu juga cantik, akan tetapi tidaklah secantik Lee Cin.
Teman gadis itu juga seorang pemuda yang usianya sekitar duapuluh lima tahun dan tampak gagah dan tampan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka lalu mengambil tempat duduk di meja yang kosong dan memesan makanan.
Pada saat itu, orang berbaju hijau itupun mengangkat muka memandang kepada dua orang muda yang baru
masuk karena mereka kebetulan duduk di bagian depannya.
Dan Tin Han melihat sesuatu yang membuatnya terkejut.
Dari sinar mata orang berbaju hijau itu tampak kebencian dan kemarahan yang amat hebat! Akan tetapi agaknya orang itu menahannya dan tetap melanjutkan makannya. Tin Han juga tidak memperhatikannya lagi.
Pertemuannya dengan gadis yang mirip Lee Cin ini
membuat Tin Han teringat kepada gadis yang dicintanya itu.
Dia mencinta. Lee Cin dan perasaan hatinya ini telah dibisikkannya kepada gadis itu ketika dia menolongnya lari dari tangan keluarganya. Dia sudah mengaku bahwa dia mencinta Lee Cin, sebagai Si Kedok Hitam! Di manakah adanya Lee Cin sekarang" Dan apakah gadis itu melihat dia terjatuh ke dalam jurang" Kalau melihatnya demikian, tentu Lee Cin akan menganggap bahwa dia. telah mati! Tin Han termenung dan teringat bahwa Lee Cin adalah puteri Bengcu Souw Tek Bun di Hong-san. Sekali waktu dia akan
mencari Lee Cin di sana. Tentu saja dia tidak dapat
mencarinya sebagai Si Kedok Hiram karena Si Kedok Hitam pernah
melukai Souw Tek Bun yang tentu akan menganggapnya sebagai musuh. Dia akan mencarinya,
sebagai Tin Han! Lee Cin tentu belum mengetahui bahwa dialah Si Kedok Hitam, dan sebagai Tin Han dia dapat menemui gadis itu dengan aman, tidak terganggu oleh ayah gadis itu. Berdebar jantungnya teringat akan Lee Gin.
Bagaimana gadis itu akan menyambutnya kalau bertemu
dengannya sebagai Tin Han" Sepanjang ingatannya, Lee Cin bersikap baik kepadanya sebagai Tin Han, sikap bersahabat.
Entah bagaimana penerimaan gadis itu terhadap dirinya sekarang, apa lagi kalau dia menyatakan cintanya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lamunannya terganggu dengan datangnya pelayan yang
membawa makanan pesanannya. Dia lalu mulai makan dan kembali dia mengerling ke arah pemuda baju hijau. Pemuda baju hijau itu telah selesai makan sekarang, akan tetapi dia masih minum-minum sambil terkadang melirik ke arah
muda-mudi yang makan di meja yang berada di depannya.
Tin Han merasa curiga. Sinar mata pemuda baju hijau itu selalu ditujukan kepada si gadis, tidak pernah memandang si pemuda kawan gadis itu.
Tin Han teringat akan sesuatu dan terkejut. Dia pernah mendengar akan adanya penjahat yang disebut jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang kerjanya menculik gadis-gadis cantik untuk diperkosa. Jangan-jangan pemuda baju hijau itu sebangsa jai-hwa-cat! Ja i-hwa -c at atau bukan, pemuda baju hijau itu bersikap mencurigakan dan dia harus waspada. Biarpun gadis dan pemuda itu juga kelihatan sebagai orang-orang yang tidak lemah, namun kalau perlu mereka harus dilindungi, apalagi gadis itu yang mirip Lee Cin.
Tak lama kemudian, ketika pesanan makanan gadis dan
pemuda itu diantar oleh pelayan, pemuda baju hijau bangkit berdiri, membayar makanan dan hendak pergi keluar. Dia melewati meja gadis dan pemuda itu,. berhenti dan tiba-tiba bertanya kepada gadis itu. "Maafkan sa ya, bukankah nona ini she Souw?"
"Bukan!" jawab gadis itu tak senang karena ada orang laki-laki yang berani mengajaknya bicara.
"Ah, maaf," kata pemuda baju hijau dan diapun pergi dari situ.
Tin Han yang mendengar pertanyaan itu berdebar-debar.
She Souw" Kalau begitu, agaknya pemuda baju hijau itupun mengira bahwa gadis itu adalah Souw Lee Cin! Apa
hubungannya dengan Lee Cin" Akan tetapi, jelas bahwa hubungan itu tidak akrab. Buktinya pemuda itu mengira Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu Lee Cin. Kalau sudah berhubungan akrab, tentu dapat mengetahui bahwa ia bukan Lee Cin.
Tin Han sengaja memperlambat makannya karena dia
ingin menanti sampai gadis dan pemuda itu selesai makan.
Dia harus membayangi mereka secara diam-diam, untuk
melindungi mereka karena dia semakin curiga kepada
pemuda baju hijau itu.
Setelah dua orang itu selesai makan dan membayar
kepada pelayan lalu keluar. dari rumah makan, Tin Han juga ke luar sambil masih menggendong buntalan pakaiannya.
Dia tidak meninggalkan buntalan itu di kamarnya karena ada uang limapuluh tail perak dalam buntalan. Diam-diam dia membayangi kedua orang itu yang segera keluar di jalan besar.
Belum jauh gadis dan pemuda itu pergi, Tin Han melihat pemuda baju hijau yang tadi keluar dari tikungan jalan dan membayangi mereka berdua. Diam-diam dia tersenyum geli.
Orang berbaju hijau itu membayangi pemuda dan gadis
sedangkan dia membayangi si pemuda baju hijau!
Siapakah pemuda baju hijau yang mencurigakan itu"
Seperti telah diduga oleh Tin Han, pemuda itu bukan orang biasa, melainkan seorang jagoan yang tinggi ilmu silatnya.
Dia bernama Yauw Seng Kun dan dia adalah murid dari
mendiang Jeng-ciang-kwi Chi Sam Ti! Seperti kita ketahui, Jeng-ciang-kwi yang bermusuhan dengan Ang-tok Mo-li Bu Siang, ketika sedang merayakan hari ulang tahunnya,
diserbu oleh Ang-tok Mo-li dan Lee Cin. Ibu dan anak ini mengamuk. Ang-tok Mo-li mengamuk dan merobohkan
banyak anak buah Jeng ciang-kwi, sedangkan datuk dari Guha Tengkorak itu sendiri dihadapi Lee Cin. Dalam
pertandingan satu lawan satu yang amat seru, akhirnya Jeng-ciang-kwi dapat terbunuh oleh Lee Cin. Pada saat itu, Yauw Seng Kun juga berada di antara mereka Akan tetapi melihat betapa gurunya tewas, diapun seperti yang lain-lain Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerah dan tidak melawan lagi. Akan tetapi diam-diam dia mendendam kepada Lee Cin. Setelah Lee Cin dan ibunya pergi, Yauw Seng Kun rajin melatih diri dengan ilmu silat yang dia pelajari dari gurunya. Demikian tekun dia melatih diri sehingga dia memperoleh banyak sekali kemajuan.
Setelah merasa dirinya kuat, dia mulai pergi untuk mencari musuh besarnya.
Akan tetapi, sebelum dia pergi mencari Lee Cin yang dia tahu bersama Ang-tok Mo-li berada di Bukit Ular. dia kedatangan tamu. Tamu itu adalah utusan Thian-te Mo-ong yang mencari Jeng-ciang-kwi. Oleh Thian-te Mo-ong Jeng-ciang-kwi ditawari kedudukan yang baik kalau mau bekerja sama dan mau datang ke Pulau Naga di mana Beng-cu yang baru
berada. Utusan Thian-te Mo-ong dengan jelas memberitahu kepada Yauw Seng Kun bahwa kini kedudukan Beng-cu yang baru amat kuat, mendapat dukungan dari
Siang Koan Bhok dan Thian-te Mo-ong. Beng-cu bermaksud untuk mengumpulkan para datuk, diajak bekerja sama
untuk menentang pemerintah Mancu dan mengambil alih
kekuasaan. Kelak kalau perjuangan mereka berhasil, mereka semua tentu akan memperoleh kedudukan yang tinggi dan mulia.
"Sayang, guruku telah tewas terbunuh oleh musuh," kata Yauw Seng Kim. "Aku sedang hendak mencari musuh besar itu untuk membalas dendam atas kematian suhu."
Utusan itu bertanya, siapakah musuh besar yang telah membunuh Jeng ciang- kwi?"
"Dia adalah Souw Lee Cin dan ibu nya, Ang-tok mo Li."
"Ah, mereka adalah orang-orang yang lihai sekali!" kata utusan itu. "Kalau engkau suka bersekutu dengan kami, tentu akan lebih mudah untuk membalas kematian
gurumu." Utusan itu adalah seorang tokoh dunia sesat yang ditugaskan untuk membujuk tokoh-tokoh kangouw lainnya_
Dia bernama Ma Huan dan mempunyai pergaulan yang luas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dunia golongan sesat. Maka, begitu mendengar bahwa Jeng-ciang-kwi telah meninggal dunia, dia membujuk Yauw Seng Kun untuk bergabung dengan Pulau Naga. Dia tahu bahwa sebagai murid Jeng-ciang-kwi, tentu Yauw Seng Kun berkepandaian tinggi pula, apa lagi majikan baru dari Cuba Tengkorak ini juga memiliki anak buah yang hampir
limapuluh orang banyaknya.
Yauw Seng Kim tertarik sekali.
"Baiklah, aku akan berkunjung dulu ke Pulau Naga dan melihat keadaan. Kalau nanti aku merasa tertarik untuk bergabung, aku akan membawa semua anak buahku ke
sana." Demikianlah, Yauw Seng Kun lalu mengadakan perjalanan menuju ke Pulau Naga dan kebetulan pada hari itu dia tiba di Cm-an dan bertemu dengan seorang gadis yang mirip sekali dengan Lee Cin. Dia baru satu kali melihat Lee Cin, yaitu ketika gadis itu bertanding melawan gurunya, karena itu melihat gadis yang mirip sekali dengan Lee Cin, dia mengira bahwa gadis itu benar-benar musuh besarnya.
Biarpun setelah bertanya apakah gadis itu she Souw dan mendapat jawaban bukan, hatinya masih penasaran dan
diam-diam dia menanti di luar rumah makan lalu membayangi gadis dan pemuda itu. Seng Kun sama sekali tidak tahu bahwa. ada orang lain yang membayangi dia!
Siapakah gadis yang mirip Lee Cin dan siapa pula
pemuda yang melakukan perjalanan bersamanya" Pemuda
itu bernama The Siang In, seorang pemuda yang tinggal bersama orang tuanya di Ho-ciu. Adapun gadis yang mirip Lee Cin itu bernama The Kiok Hwa, adik kandungnya. Kakak beradik ini baru saja meninggalkan perguruan mereka di Kun lun-pai dan mereka hendak pulang ke Ho-ciu. Ka.rena perjalanan itu amat jauh, setibanya di Cin-an mereka kehabisan
uang. Sebagai pendekar-pendekar
Kunlun, mereka pantang melakukan hal tercela untuk mencari uang, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka setelah menghabiskan sisa uang untuk membeli
makanan di rumah makan, mereka lalu keluar untuk
mencari tempat ramai dengan maksud untuk mencari dana dengan memainkan ilmu silat di depan umum.
Setelah kakak beradik ini tiba di sebuah taman umum
yang ramai, keduanya lalu berniat untuk memamerkan ilmu silat mereka di tempat itu dan minta bantuan uang dari para penonton. Sesungguhnya mereka berdua masih malu-malu karena belum pernah mereka melakukan hal ini, akan tetapi karena bekal uang yang sedikit sudah habis dan mereka membutuhkan uang untuk pembeli makanan dan penyewa
kamar, mereka memberanikan diri. The Siang In dengan muka kemerahan berdiri dan bertepuk tangan memancing perhatian banyak orang.
"Saudara-saudara sekalian yang budiman!" teriaknya dan orangpun mulai berdatangan dan membentuk lingkaran
menonton apa yang hendak diperbuat pemuda dan gadis
cantik itu. "Saudara-saudara yang budiman. Kami kakak beradik she The yang berasal dari Ho-ciu, karena di tengah perjalanan kehabisan uang, kami hendak mempertontonkan ilmu silat dengan harapan saudara sekalian sudi memberi imbalan sekedarnya untuk kami pakai sebagai bekal
perjalanan kami yang masih jauh."
Setelah berkata demikian, diapun mengangguk kepada
Kiok Hwa. Gadis inipun bangkit berdiri, memberi hormat ke empat penjuru sambil berkata, "Harap cu- wi (saudara sekalian) tidak menertawakan ilmu silat yang masih
dangkal!" Setelah berkata demikian, mulailah gadis itu bersilat. Mula- mula gerakannya lambat, makin lama
semakin cepat sehingga akhirnya orang hanya melihat
bayangannya berkelebat ke sana sini. Ilmu silat Kun-lun-pai memang cepat dan indah sehingga semua orang yang
menonton menjadi tertarik sekali dan ramailah orang
bertepuk tangan. Keramaian ini menarik perhatian lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak orang lagi sehingga tempat itu penuh dengan
penonton. Orang- orang bertepuk tangan ketika Kiok Hwa menghentikan gerakan silatnya dengan sikap manis, lalu memberi hormat ke empat penjuru.
"Sekarang tiba giliran saya untuk memperlihatkan sedikit ilmu silat, ha rap cu-wi tidak menertawakannya," kata Siang In dan diapun melolos sabuk dari pinggangnya yang
berwarna biru. Setelah memberi hormat ke empat penjuru, diapun lalu bersilat mempergunakan sabuk biru yang
panjangnya dua meter itu. Memang indah sekali gerakan pemuda ini. Sabuk yang lembek itu kadang berubah tegak lurus ketika dia memainkannya dan dari putaran sabuk itu terdengar angin menderu seolah yang diputar itu adalah tongkat dari baja saja.
Sementara Siang In memperlihatkan kebolehannya, Kiok Hwa berjalan berkeliling sambil mengembangkan ujung
bajunya ke mana orang-orang melemparkan uang. Sebentar saja ujung baju yang dikembangkan itu telah penuh dengan uang dan Kiok Hwa menuangkannya ke atas tanah,
kemudian berkeliling lagi dengan baju yang kosong dikembangkan seperti tadi.
Ketika ia tiba di sebelah kiri, tiba-tiba saja ia berhadapan dengan seorang pemuda baju hijau yang dikenalnya sebagai pemuda yang tadi menegurnya ketika berada di rumah
makan. Kiok Hwa berhenti melangkah dan pemuda baju
hijau itu berkata dengan suara lantang.
"Nona, aku suka menyumbang sebanyak sepuluh tail perak kalau engkau dapat bertahan melawanku selama
duapuluh jurus!''
Mendengar ini, semua orang berdiam dan memandang ke
arah Yauw Seng Kun. Bahkan The Siang In yang sedang
bersilat lalu menghentikan gerakannya dan diapun menghampiri adiknya, dan memandang kepada pemuda baju hijau. Dia juga teringat bahwa pemuda itu adalah pemuda Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tadi bertanya kepada adiknya apakah adiknya she Souw. Dia memandang penuh perhatian. Seorang pemuda
yang usianya sekitar tigapuluh tahun, pakaiannya serba hijau
dan wajahnya juga tampan bertubuh sedang. Rambutnya yang juga dikuncir panjang itu amat tebal dan tergantung di belakang pundak. Di punggungnya terdapat sebatang tongkat bambu kuning.
Siang In segera memberi hormat kepada orang itu dan
berkata dengan lembut, "Sobat, kami berdua hanya mencari tambahan bekal uang di jalan dengan mempertontonkan
sedikit ilmu silat kami yang tidak ada artinya. Adikku tidak akan bertanding dan bertaruh dengan siapapun juga."
"Sobat, apakah engkau takut kalau aku akan melukai atau mencelakakan adikmu ini" Sama sekali tidak, sobat.
Aku hanya tertarik melihat ilmu silatnya dan ingin
mencobanya. Untuk itu, aku akan memberi bantuan
sebanyak duapuluh tail perak. Baik ia kalah atau menang, ia akan kuberi duapuluh tail perak!"
"Terima kasih atas kebaikanmu, sobat. Bagaimana kalau aku
saja yang mewakili adikku, berlatih sebentar denganmu?"
"Tidak bisa, aku tertarik akan permainan silat nona ini, bukan permainan sabukmu tadi. Nah, bagaimana pendapat para saudara yang menonton" Apakah tawaranku tadi tidak patut" Aku ingin bermain-main ilmu silat sebentar dengan nona ini, sukur kalau dapat bertahan sampai duapuluh jurus
dengan janji tidak akan melukai dan akan kusumbangkan duapuluh tail perak!"
Semua orang bersorak setuju. Tentu saja selain mereka ingin melihat gadis itu menerima duapuluh tail perak, juga mereka ingin menyaksikan pertandingan ilmu silat. Ilmu silat gadis itu cukup tangguh, maka orang berbaju hijau ini tentu memiliki kepandaian sehingga dia berani menawarkan uang duapuluh tail perak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat semua penonton menyetujui, dan pemuda itu
berjanji tidak akan mencelakai atau melukai adiknya, Siang in terpaksa tidak dapat menolak lagi.
"Baiklah, biar adikku melayanimu selama duapuluh jurus!" katanya dan kepada adiknya dia berkata, "Hwa- moi, berhati- hatilah kau."
Kiok Hwa mengangguk dan orang berpakaian hijau itu
lalu mengambil uang dari sakunya sebanyak duapuluh tail perak. Dengan gerakan sembarangan dia melemparkan
duapuluh potong kecil perak itu ke atas tumpukan uang yang tadi telah dikumpulkan Kiok Hwa dan potongan perak kecil- kecil itu jatuh tepat di atas tumpukan uang dengan rapih membentuk lingkaran seperti ditata dengan tangan saja!
Kiok Hwa segera memasang kuda-kuda di depan Seng
Kun dan berkata, "Aku telah bersiap!"
"Eh, nona. Aku menjadi malu sekali kalau harus
menyerang terlebih dulu. Engkau adalah seorang wanita, maka biarlah engkau yang lebih dulu menyerangku," kata Seng Kun dengan sikap sembarangan, tidak memasang
kuda-kuda seperti Kiok Hwa.
Jilid VI "Lihat seranganku!" gadis itu membentak dan sudah membuka serangan dengan cepat dan kuat. Namun, gerakan gadis ini bagi Yauw Seng Kun tampak lemah dan lamban sehingga dengan mudah saja dia mengelak. Dia sengaja membiarkan gadis itu menyerangnya sampai sepuluh jurus dan semua serangan itu dapat dielakkannya. Yauw Seng Kun merasa kecewa sekali. Tadi dia sengaja memancing dan menantang untuk membuktikan sendiri siapa sebetulnya gadis yang disangkanya Souw Lee Cin itu. Dari serangan-serangan gadis itu ia dapat menilai ilmu kepandaiannya dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah gadis itu menyerang selama sepuluh jurus dia yakin bahwa gadis ini bukan Souw Lee Cin seperti disangkanya.
Kalau gadis itu Lee Cin, tentu serangan-serangannya jauh lebih hebat dari pada ini. Akan tetapi selain dia tadinya mengira bahwa gadis ini Souw Lee Cin, dia juga tertarik akan kecantikan gadis ini dan kini setelah dia tahu bahwa gadis ini bukan musuh besarnya, dia berkeinginan untuk mempermainkan gadis yang menggiurkan hatinya itu.
Ketika Kiok Hwa memukul lagi dengan kepalan tangan
kanan, Seng Kim dengan sengaja menerima pukulan itu
dengan dadanya yang terbuka.
"Dukkk. ..... !" Kiok Hwa terkejut bukan main karena ia merasa seperti memukul bantal yang empuk saja yang
membuat tenaganya amblas dan lenyap. Sebelum ia dapat menarik kembali tangannya dalam kagetnya, tahu-tahu
pergelangan tangan kanannya itu telah ditangkap oleh tangan kiri Seng Kun! Ia meronta dan menarik-narik
tangannya, namun tidak berhasil. Dengan penasaran dan marah ia menggunakan tangan kiri untuk menyerang,
menusukkan jari tangannya ke arah mata pemuda itu. Akan tetapi kembali Seng Kun menggerakkan tangan kanannya dan menangkap pergelangan tangan kiri Kiok Hwa! Kedua pergelangan tangan gadis itu telah di tertangkap dan Kiok Hwa tidak mampu menggerakkan kedua tangannya lagi.
Diperlakukan begini Kiok Hwa men jadi malu dan marah, hampir ia menangis. "Lepaskan tanganku...... !" Katanya sambil meronta-ronta dengan sia sia.
Seng Kim tersenyum, "Akan kulepaskan kalau engkau sudah mengakui bahwa engkau kalah dalam pertandingan ini, nova The!"
Kiok meronta lagi, sia-sia. Akhirnya The Siang In yang maju dan memberi hormat kepada Seng Kum "Sobat, adikku sudah kalah, harap lepaskan ia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, ia harus mengakui dulu kekalahannya." Seng Kim berkata dan berkeras tidak mau melepaskan kedua tangan yang sudah dipegangnya itu. Dia senang sekali melihat gadis itu menjadi kemerahan mukanya dan bersitegang untuk
meronta-ronta hendak melepaskan diri dari pegangan
namun sia-sia. "Aku.... aku mengaku. ...... kalah....!" Akhirnya Kiok Hwa berkata. Ia tidak mau menyerang lagi dengan tendangan karena kini ia maklum bahwa lawannya adalah seorang yang amat lihai dan ia khawatir kalau terus menyerang dengan tendangan, keadaannya akan lebih parah lagi.
Seng Kim melepaskan kedua tangan itu sambil mendorongkan dan Kiok Hwa terhuyung ke belakang.
Pemuda itu tersenyum dan berkata, "Ilmu silat nona tidak jelek!" Dia lalu memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan kakak beradik itu. Mereka menghentikan pertunjukan
mereka dan orang orangpun bubar meninggalkan tempat itu.
Tin Han juga ikut menonton dan dia menyaksikan semua ini. Diam-diam dia terkejut juga. Pemuda berbaju hijau itu benar-benar seorang yang memiliki ilmu silat tinggi dan akan merupakan lawan tangguh baginya. Akan tetapi karena pemuda itu tidak mengganggu kakak beradik she The itu, diapun diam saja. Akan tetapi diam-diam dia masih
khawatir. Pandang mata pemuda berbaju hijau terhadap gadis itu, seperti pandang mata seekor harimau kelaparan memandang seekor domba muda yang gemuk! Dia seolah
dapat melihat air liur menetes dari mulut pemuda baju hijau itu.
Setelah The Siang In dan The Kiok Hwa meninggalkan
taman umum itu sambil membawa uang dari hasil
sumbangan penonton dan pemberian Yauw Seng Kun, diam-diam Tin Han tetap membayanginya.
Hari telah menjelang senja dan kedua kakak beradik itu menuju ke rumah penginapan di mana Tin Han menyewa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah kamar. Sungguh suatu hal yang kebetulan sekali.
Tak disangkanya bahwa kakak beradik itupun bermalam di situ. Hal ini membuat hatinya menjadi lega. Dengan
demikian dia tidak akan bersusah payah untuk menjaga kedua orang itu. Kalau malam ini tidak terjadi sesuatu, berarti kedua kakak beradik itu terlepas dari bahaya. Kalau si baju hijau itu benar seorang jai-hwa cat seperti yang diduganya, tentu dia akan turun tangan malam ini juga untuk menculik gadis cantik yang mempunyai wajah mirip Lee Cin itu.
Akan tetapi dua buah kamar yang disewa kakak beradik itu terletak di Ujung belakang, agak jauh dari kamar yang disewanya. Malam itu juga, dia merebahkan diri dengan tetap waspada, mendengarkan kalau-kalau terdengar suara yang mencurigakan.
Menjelang tengah malam, lapat-lapat Tin Han mendengar suara langkah orang di atas atap rumah penginapan itu. Dia cepat turun dari pembaringannya dan membuka jendela
kamarnya, keluar dari kamar melalui jendela dengan hati hati, kemudian setelah tiba di luar, dia meloncat ke atas genteng. Dia memandang ke arah dua kamar kakak beradik itu, dan benar saja, seperti yang telah dikhawatirkannya, ada sesosok bayangan manusia di atas atap itu. Tin Han cepat turun kembali melepaskan pakaian luarnya dan hanya mengenakan pakaian serba hitam yang memang sudah
dipakainya di balik pakaian luarnya, menggunakan sabuk kain hitam untuk menutupi mukanya sebagai topeng dan kembali dia meloncat keluar dari jendela dan terus melayang ke atas genteng.
Ketika dia memandang, ternyata di atas genteng itu
sudah terjadi perkelahian! Tin Han mendekati dan bersembunyi di batik wuwungan rumah. Dilihatnya bahwa si baju hijau sedang bertanding melawan kakak beradik itu!
Kiranya dua orang kakak beradik itu agaknya sudah curiga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada si baju hijau dan sudah menanti sehingga begitu si baju hijau tiba di atas genteng kamar mereka, keduanya sudah keluar menyambut sehingga terjadi perkelahian. The Siang In, pemuda itu menggunakan senjata sa buk birunya sedangkan The Kiok Hwa menggunakan sebuah pisau
panjang. Kakak beradik itu menyerang dengan ganas, akan tetapi Yauw Seng Kun yang telah mencabut tongkat bambu kuningnya dapat menandingi mereka dengan seenaknya.
Jelas bahwa dua orang kakak beradik itu sama sekali bukan lawannya. Tiba-tiba tongkat bambu kuningnya bergerak cepat dan kedua orang kakak beradik itu secara beruntun roboh di atas genteng dalam keadaan tertotok! Seng Kun cepat menyambar tubuh Kiok Hwa dan dibawanya lari
secepatnya meninggalkan tempat itu.
Tin Han tadinya tidak mengira mereka berdua itu akan kalah sedemikian cepatnya. Dia lalu melompat ke arah Siang In, sekali menggerakkan jari tangannya dia membebaskan Sian In dari totokannya, kemudian diapun berkelebat pergi untuk mengejar Seng Kun yang sudah berlari jauh.
Siang In yang sudah mampu bergerak lagi, menjadi
bingung. Dia melihat betapa adiknya dilarikan si baju hijau, akan tetapi mereka sudah tidak tampak dan dia tidak tahu harus mengejar ke arah mana. Akhirnya dia hanya mengejar dengan ngawur saja dan mencari-cari orang yang telah menculik adiknya.
Sementara itu, Yauw Seng K
Istana Pulau Es 15 Pendekar Riang Karya Khu Lung Pendekar Cacad 13
^