Lencana Pembunuh Naga 10
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 10
rapa milimeter saja, nyaris saja gadis itu terhajar telak.
Sementara Ji Cin peng baru saja melayang turun empat kaki jauhnya dari posisi
semula, para jago dari perguruan panah bercinta telah bergerak kedepan.
Delapan belas orang ahli pemanah dari perguruan panah bercinta itu masing-masing
melancarkan dua buah panah kilat untuk menghadang pengejaran dari sekawanan jago
persilatan itu.
"Hei, orang-orang dari perguruan panah bercinta, dengarkan baik-baik! Kalian
menginginkan Lencana pembunuh naga" Ataukah menginginkan selembar jiwanya?"
Ketika Ji Cin peng berpaling tampak lengan Si Tiong pek telah mencengkeram urat nadi
pada pergelangan kiri Gak Lam-kun, sementara ujung lengan kirinya yang kutung
menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung pemuda tersebut.
"Besar amat nyalimu!" bentak Ji Cin peng dengan gusar, jika kau berani mengusik
seujung rambutnya pun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat!"
0000O0000 Si Tiong Pek tak mau kalah, sambil tertawa dingin iapun balas mengancam, "Jika kau
berani maju selangkah lagi, aku segera hancurkan isi perutnya"."
Barusan, para jago lihay yang hadir disana hanya tahu memusatkan semua perhatian
pada pertarungan, siapapun tak ada yang tahu kalau secara diam-diam Si Tiong pek telah
ngeloyor pergi dan membekuk Gak Lam-kun sebagai sandera.
Kiranya Si Tiong pek telah merasa bahwa ia sama sekali tak berkemampuan untuk ikut
memperebutkan Lencana pembunuh naga tersebut, sebagai seorang pemuda licik yang
memiliki tipu muslihat, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
Cinta kasih Ji Cin peng terhadap Gak Lam-kun telah menimbulkan suatu ide bagus
dalam benaknya, ia merasa asal pemuda tersebut berhasil dibekuknya niscaya Ji Cin peng
akan menyerahkan lencana pembunuh naga tersebut dengan begitu saja kepadanya.
Maka tanpa sepengetahuan semua orang, diam-diam ia menyusul diri Gak Lam-kun dan
berusaha membekuknya.
Tentu saja dengan keadaan Gak Lam-kun pada saat ini, dengan sangat mudah ia
berhasil mewujudkan maksud hatinya itu.
Tanpa membuang tenaga yang terlalu besar Si Tiong pek telah menundukkan Gak Lamkun
dan membawanya kearena.
Ki Li soat yang menyaksikan kejadian itu menjadi sedih sekali, serunya dengan lirih,
"Engkoh Si kau jangan berbuat demikian!"
Si Tiong pek tertawa dingin.
"Adik Soat, kau lebih baik berdiri saja disana tanpa bergerak, kau musti tahu apa yang
telah kuucapkan bisa pula kulakukan. Demi Lencana pembunuh naga, aku tak akan segansegan
melakukan tindakan macam apapun juga!"
Ki Li soat tidak berdiam diri, selangkah demi selangkah ia berjalan menghampiri Si
Tiong.pek katanya lagi dengan lembut, "Engkoh Si perbuatanmu itu terlalu rendah dan
memalukan hal mana akan sangat mempengaruhi nama baik dari perkumpulan Thi eng
pang kita!"
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan tahutahu
Han Hu hoa telah melambung ketengah udara lalu dengan menggunakan ikat
pinggangnya ia menyambar lengan Si Tiong pek.
Dengan cekatan Si Tiong pek melejit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian
ditariknya tubuh Gak Lam-kun kedepan tubuhnya.
"Perempuan rendah, cepat hentikan perbuatanmu!" bentaknya "kalau kau berani
bertindak satu jurus lagi jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji"
Terpaksa Han Hu hoa menarik kembali ikat pinggangnya, setelah tertawa dingin ia
berkata, "Jika kau berani membunuhnya, maka kaupun jangan harap bisa meninggalkan tempat
ini dengan selamat!"
Dalam pada itu Ji Cin peng tidak bisa banyak berkutik, sambil menggigit bibir dia hanya
bisa mengikuti jalannya peristiwa itu dengan mata melotot besar penuh kegusaran.
Sementara itu Ki Li soat telah berada satu kaki dihadapan Si Tiong pek, dengan suara
lembut ia lantas berkata, "Engkoh Si, kumohon kepadamu lepaskan dia"
Si Tiong pek tertawa dingin.
"Adik Ki, aku betul-betul merasa kuatir sekali bagi perbuatanmu yang "pagar makan
tanaman" ini, jika kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau segera kubunuh dirinya
secara mengerikan"."
Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun mendengus tertahan, kulit wajahnya segera
mengejang keras.
Tak terlukiskan rasa kaget Ki Li soat menghadapi kejadian tersebut, buru-buru ia
hentikan langkahnya dan menatap wajah si anak muda itu tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Mendadak terdengar Ji Cin peng berkata, "Delapan belas pemanah panah bercinta, jaga
mereka semua baik-baik, siapa yang berani menerjang kemari, panah dia sampai mampus.
Siau Nay nay, sekarang aku ingin memohon bantuanmu, apakah kau orang tua bersedia
memenuhi keinginanku?"
Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
"Aaai". serahkan saja Lencana pembunuh naga itu kepadanya!" ia berkata, "aku tak
tega menyaksikan ia dibunuh orang dengan isi perut yang hancur remuk."
Dengan wajah sedingin es Si Tiong pek memandang sekejap kearah kawanan jago
yang berada disekeliling tempat itu, kutungan lengan kirinya yang menempel diatas jalan
darah Mia bun hiat dipunggung Gak Lam-kun telah disaluri dengan tenaga dalam,
sementara sekulum senyuman dingin yang penuh perasaan bangga tersungging diujung
bibirnya. Pelan-pelan Ji Cin peng maju kedepan, kemudian sambil menatap wajah Si Tiong pek
katanya dengan dingin, "Bila kau berani menyelakainya secara diam-diam maka jangan
harap kau bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat!"
Dengan sigap Si Tiong pek menarik tubuh Gak Lam-kun dihadangkan dihadapannya lalu
sambil tertawa ia berkata, "Nona tak usah kuatir, aku cuma menginginkan Lencana
pembunuh naga!"
Ji Cin peng menggetarkan pergelangan tangannya, kotak kumala yang berada
ditangannya itu segera dibuang keatas tanah dua depa disisinya.
"Ambillah!" ia berkata.
Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang dua kali suara dentingan khim yang
memekikkan telinga.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat dengan cepat ia menggerakkan kaki kirinya
untuk mencungkil kotak berisi Lencana pembunuh naga itu dari atas tanah, kemudian
mengempitnya dengan ketiak.
Tapi pada saat itu juga Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sianseng Tang Bu kong
dan Kiu wi hou Kongsun Po telah berlompatan kedepan dengan kecepatan, bagaikan kilat.
Sreet! Sreet! Sreet".! Delapan belas pemanah dari perguruan panah bercinta, secepat
kilat membidikkan sebaris panah bercinta kearah kawanan jago persilatan itu.
Sekalipun panah-panah bercinta itu sangat lihay dan menyambar datang dengan
kecepatan Iuar biasa namun tiga orang tersebut merupakan jago-jago lihay dari dunia
persilatan. Menghadapi ancaman tersebut masing-masing segera melancarkan sebuah pukulan
dahsyat kearah panah-panah yang sedang menyambar tiba itu, begitu hujan panah
berhasil ditanggulangi, merekapun menerjang kearah pemanah-pemanahnya.
"Wees".! Wees".!" kembali mereka lancarkan pukulan dahsyat untuk menghantam
kedelapan belas pemanah tersebut.
Ternyata delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta itu cukup gesit
dan cekatan masing-masing orang segera membuyarkan diri kesamping untuk
menghindarkan diri.
Tapi dengan demikian maka ketiga orang jago lihay itupun langsung menerjang kearah
perempuan berambut putih, Jit poh toan hun Kwik To serta Lam ciang ceng kan kun
Siangkoan lt. "Delapan pemanah panah bercinta, cepat bubar!" tiba-tiba bentakan gusar
berkumandang memecahkan keheningan.
Sambil mengayunkan sepasang telapak tangannya, perempuan berambut putih atau
Siau Nay nay itu menerjang kemuka dan membabat tiga orang musuh yang telah tiba
didepan mata itu.
Seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki perempuan berambut putih itu sangat lihay,
sekalipun serangan yang ia lancarkan ini tampak enteng seperti sama sekali tidak
membawa kekuatan apa-apa, sesungguhnya itulah ilmu pukulan Boan yok ciang lip dari
kalangan Budha yang amat dahsyat.
Jika Hoa Kok khi, Tang Bu kong dan Kongsun Po berani menangkis serangan tersebut
niscaya ketiga orarg itu akan terpental oleh tenaga pantulannya yang maha dahsyat itu,
bahkan kemungkinan juga akan mengakibatkan juga mereka terluka.
Apalagi jika tenaga tangkisan mereka makin besar, maka tenaga pantulan yang
munculpun akan semakin hebat pula.
Rupanya Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi cukup mengetahui akan kelihayan pukulan dari
perempuan itu, segera teriaknya keras-keras, "Saudara Tong, saudara Kongsun, jangan
kalian sambut serangan tersebut dengan kekerasan"
Mendengar peringatan tersebut, Tang Bu kong serta Kongsun Po segera miringkan
badannya sambil mundur kebelakang dengan cepat mereka menghindarkan diri sejauh
satu kaki lebih.
Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berhasil menguasai ilmu
Tay Siu im khi yang sangat lihay, maka dia segera lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk
membendung datangnya terjangan dari tenaga pukulan Boan yok ciang lip tersebut.
"Blaaam".!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggelegar
diudara". Akibat dari tenaga benturan tersebut, baik Hoa Kok khi maupun perempuan berambut
putih itu sama-sama merasakan bahunya bergetar keras dan mundur tiga empat langkah,
terutama sekali Hoa Kok khi, paras mukanya sampai berubah menjadi pucat pasi.
Sekilas rasa kaget dan tercengang segera tampil diatas wajah perempuan berambut
putih itu, dari bentrokan yang barusan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama dibikin
terkejut oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, untuk sesaat mereka
tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah.
Dalam pada itu si gadis berbaju perak dari aIiran See thian san dengan diiringi See ih
sam ceng (tiga malaikat dari wilayah See ih) dan empat orang dayang cantik telah muncul
diarena, dengan cepat mereka berdiri tiga kaki dibelakang Si Tiong pek dan menghadang
jalan perginya.
Si Tiong pek memperhatikan sekejap sekeliling ternpat itu, kemudian sambil tertawa
dingin katanya kepada Ji Cin peng.
"Terpaksa aku orang she Si harus merepotkan nona dan anggota partai nona untuk
menghantarkan diriku meninggalkan tempat ini"
Ji Cin peng mendengus dingin, "Hmm".! Sekalipun kau kabur keujung langit toh sama
saja, pasti ada orang yang akan mengejarmu"
"Kau menyanggupi tidak?" tukas Si Tiong pek dengan dingin.
Rasa benci Ji Cin peng kepadanya saat ini sudah merasuk sampai ditularg, tapi oleh
sebab nyawa Gak Lam-kun berada dicengkeramannya, maka ia tak berani sembarangan
mengumbar hawa amarahnya.
Terpaksa sambil mengendalikan rasa geram dalam hatinya ia berkata, "Aku akan
berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungimu, tapi kaupun harus menyanggupi
pula untuk tidak melukai nyawanya walau dalam keadaan apapun"
Sejak kemunculan para jago dari aliran See thian san, Ji Cin peng sudah mulai was-was
dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, ia tahu jika sampai bekerja
sama dengan komplotan dari Hoa Kok khi untuk melancarkan sergapan, niscaya para
jagonya dari perguruan panah bercinta akan kewalahan untuk menghadapi serbuan
mereka. Dalam keadaan demikian, hal pertama yang paling menguatirkan hatinya adalah
tindakan Si Tiong pek bila sampai mencelakai jiwa Gak Lam-kun terlebih dulu.
Padahal perasaan Si Tiong pek ketika itu jauh lebih gelisah dibandingkan dengan Ji Cin
peng ia tahu ilmu silat yang dimiliki kawanan jago dari See thian san rata-rata amat tinggi
jika mereka sampai turun tangan, sekalipun ada pihak perguruan panah bercinta yang
melindunginya, belum tentu perlindungan mereka akan banyak membantu dirinya.
Berpikir sampai disitu, iapun tertawa dingin katanya.
"Seandainya kalian semua mau berusaha dengan sepenuh tenaga tentu saja kekuatan
mereka bisa dibendung, heehh". heehh". heehh". kalau tidak". hati-hati saja dengan
selembar nyawanya!"
Entah apa sebabnya tiba-tiba sekujur tubuh Gak Lam-kun gemetar keras kulit mukanya
mengejang keras, sepasang matanya melotot besar dan mukanya merah membara, sikap
semacam itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.
Menjumpai kejadian tersebut, dengan gusar Ji Cin peng segera membentak keras,
"Apakah kau telah mencelakainya?"
Padahal Si Tiong pek sendiripun tidak tahu, kenapa secara tiba-tiba Gak Lam-kun bisa
rnemperlihatkan kesakitan seperti itu.
Belum sempat dia memberikan jawabannya, dengan suara gemetar Gak Lam-kun telah
berkata, "Nona Bwe". ra". racun yang mengeram dalam tubuhku telah mulai kambuh".
jiwaku sebentar lagi pasti melayang, aku minta". aku minta kepadamu untuk turun
tangan dengan segera untuk merampas kembali Lencana pembunuh naga itu". jangan
biarkan benda itu dirampas orang". Lencana pembunuh naga itu kuperoleh dengan
taruhan nyawa, semoga kaupun bisa menghargai pula benda itu". kau". kau tak usah
memikirkan keselamatanku lagi"."
Remuk redam rasanya hati Ji Cin peng menyaksikan penderitaan yang dialami pemuda
tersebut, tak bisa dibendung lagi airmatanya jatuh bercucuran dengan deras.
Melihat, gelagat tidak menguntungkan, sambil tertawa Si Tiong pek segera berseru,
"Nona! Jika kau tidak menyanggupi permintaanku tadi, saat ini juga akan kubunuh
dirinya!" Kiranya Si Tiong pek kuatir kalau Gak Lam-kun keburu mati sehingga ia tak sempat
mempergunakan dirinya lagi, maka dia ingin menggunakan kesempatan dikala jiwanya
belum melayang, kalau bisa meloloskan diri dari kepungan tersebut dengan selamat.
Mendadak Gak Lam-kun mengayunkan tangan kirinya dan secepat kilat melancarkan
sebuah bacokan ketubuh Si Tiong pek.
Semenjak pertama kali tadi, Si Tiong pek memang telah mempersiapkan diri untuk
menghadapi serangan kilat dari Gak Lam-kun maupun usaha pemuda itu untuk bunuh diri,
maka dengan sama sekali tak gugup ia miringkan tubuhnya kesamping, setelah serangan
musuh dibiarkan lewat, cengkeraman pada tangan kirinya tiba-tiba diperkeras.
Dengusan tertahan bergema diangkasa, kepala Gak Lam-kun segera terkulai lemas
kebawah. Melihat itu, Ji Cin peng segera menjerit kaget teriaknya, "Kau si pembunuh kejam".!"
Hawa sakti yang telah dihimpun dalam telapak tangan kanannya segera diayunkan
kedepan". Dengan gerakan yang gesit dan lincah, Si Tiong pek menyeret tubuh Gak Lam-kun dan
bergeser sejauh enam depa lebih dari posisi semula, bentaknya, "Jangan bergerak kalau
aku tidak membuatnya tak sadarkan diri, ia akan bunuh diri"
Mendengar bentakan itu, buru-buru Ji Cin peng menarik kembali tenaga pukulan yang
telah dilontarkan itu.
Sesudah berhenti sebentar Si Tiong pek berkata lebih jauh, "Harap nona segera
membukakan jalan bagiku kalau kau masih sangsi juga, segera kuhancurkan isi
perutnya"."
Dalam keadaan seperti ini, tiada pilihan lagi buat Ji Cin peng kecuali menerima syarat
musuh, maka ujarnya dengan nyaring, "Siau Nay nay kalian bertugas membendung
pengejaran dari orang-orang itu"
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, suaranya merdu dan merayu
membuat orang terpesona rasanya.
Setelah itu katanya dengan merdu, "Barangsiapa merasa tak sanggup untuk melawan
pengaruh iblis dari irama khim, harap segera mundur dari sini"
Begitu ucapan dilontarkan, See ih sam seng serta empat orang dayang cantik dari
partai See thian san segera melayang mundur dari situ.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, perintahnya dengan cepat, "Nona cepat
halangi perempuan itu untuk memetik khimnya"
Pada saat ini, Ji Cin peng boleh dikata sudah berada dalam kekuasaan Si Tiong pek,
tanpa berpikir panjang ia lantas membentak, secepat kilat tubuhnya menubruk kearah
nona berbaju perak itu, sementara tangan kirinya diayun kedepan melepaskan sebuah
pukulan dahsyat langsung menerjang ketubuh nona berbaju perak itu.
Sekulum senyuman manis yang mempesonakan menghiasi wajah si nona berbaju perak
yang cantik, dengan gesit dia melejit kesamping dan meloloskan diri dari ancaman itu,
kemudian".
"Criing! Criing"."
Kelima jari tangan kanannya telah memetik senar tali khim dan berkumandanglah dua
dentingan nyaring yang membetot sukma.
Ji Cin peng merasakan hawa darah didalam dadanya segera bergelora keras, tenaga
pukulan yang telah dipersiapkan untuk dilancarkan, tiba-tiba membuyar dengan begitu
saja. Si Tiong pek pun merasakan kedua dentingan irama khim tersebut ibaratnya, dua
gulung desingan angin serangan yang tajam menyergap jalan darah dan urat-urat penting
disekujur tubuhnya, serta merta ia mundur dengan sempoyongan, cengkeramannya atas
pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun pun tiba-tiba mengendor.
Sesungguhnya jalan darah ditubuh Gak Lam-kun telah ditotok oleh Si Tiong pek, ia
berada dalam keadaan tak sadar waktu itu, tapi setelah mendengar irama khim tersebut,
tiba-tiba saja sepasang matanya terpentang lebar, menyusul kemudian ia mendengus
pelan"."
Mendadak telapak tangannya diayun kedepan, langsung menghantam tubuh Si Tiong
pek. Peristiwa ini sungguh diluar dugaan orang sambil tertawa dingin Si Tiong pek segera
berseru, "Bangsat, kau kepingin mampus?"
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan, segulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat langsung menggulung kedepan.
"Blaaang".!" benturan nyaring menggelegar diudara.
Ketika serangan dahsyat dari Si Tiong pek itu bersarang ditubuh Gak Lam-kun ternyata
pemuda itu hanya mundur tiga langkah, kemudian dengan wajah kosong ia
mendongakkan kepalanya memandang bintang dan rembulan diangkasa.
Si Tiong pek amat terkejut, ia tak mengira, kalau Gak Lam-kun yang telah kehilangan
tenaga dalamnya, ternyata masih mampu menerima serangan mautnya barusan. Janganjangan
tenaga dalamnya belum punah"." Atau mungkin".
Dia tidak berpikir panjang lagi, sambil tertawa dingin tubuhnya menerjang kemuka.
Tiba-tiba bayangan putih berkelebat lewat, Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa
telah melejit keudara, melewati atas kepala Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya.
"Kau masih berani bertindak keji?" bentaknya.
Si Tiong pek mendengus dingin, telapak tangannya segera diayunkan kemuka
melepaskan sebuah bacokan.
Sesungguhnya Ji Cin peng sendiripun merasa kaget bercampur tercengang ketika
melihat Gak Lam-kun sanggup menerima sebuah pukulan dari Si Tiong pek, apalagi ketika
dilihatnya pemuda itu berdiri termenung dengan wajah kosong, entah apa yang sedang
dipikirkan"
Walau begitu, diam-diam iapun merasa girang sekali, sebab paras muka Gak Lam-kun
menunjukkan sikap yang begitu tenang dan mantap, sedikitpun tidak mirip seseorang
yang lagi menderita penyakit parah.
Dengan gerakan yang amat licik Ji Cin peng menyingkir kesamping, lalu jari tangannya
disentilkan kedepan, segulung desingan angin tajam langsung saja menyergap nadi
penting ditubuh Si Tiong pek.
Sungguh amat dahsyat serangan tersebut dengan rasa kejut bercampur ngeri buruburu
Si Tiong pek melompat lima depa kebelakang kemudian memandang kearah gadis itu
dengan wajah terpesona.
Ternyata dia kenali serangan jari tersebut bukan lain adalah ilmu Tam ci ta hiat
(menyentil jari memukul jalan darah) yang merupakan sejenis ilmu jari paling sukar untuk
dipelajari didunia ini.
Sementara itu Ji Cin peng telah berpaling sambil berseru.
"Siau Nay nay, kalian cepat melindungi keselamatan Gak siangkong"."
Ditengah seruan tersebut, bahunya kembali bergerak, sambil menerjang kemuka secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Dengan gerakan yang aneh tapi sakti, Si Tiong pek berkelit kesana kemari meloloskan
diri dari ketiga buah serangan tersebut, kemudian telapak tangannya dibalik menyodok
kedepan dan seperti roda berputar tiba-tiba saja lengan tunggalnya itu membalas dengan
beberapa buah serangan.
Serangkaian pukulan berantai dari Si Tiong pek ini sungguh hebat dan ampuh, bahkan
Ji Cin peng yang berilmu silat sangat lihaypun seketika terdesak hingga berada diposisi
bawah angin. Tapi dua puluh gebrakan kemudian, Ji Cin peng mendapatkan kembali ketenangannya,
begitu serangan dari Si Tiong pek dilontarkan, ia segera mematahkannya dengan suatu
pukulan yang tak kalah hebatnya.
Ternyata Ji Cin peng telah nempergunakan ilmu Cing po sim hoat yang terhitung
sejenis kepandaian tingkat tinggi dari perguruan Lam hay.
Cing po sim hoat ini adalah sejenis ilmu tenaga dalam tingkat tinggi yang amat sulit
dipelajari, tapi bila telah berhasil dengan pelajaran tersebut, maka dengan
mempergunakan sim hoat tersebut, ia dapat menyalurkannya kedalam jurus-jurus
serangan dikala sedang terlibat dalam suatu pertarungan.
Oleh sebab itulah, sekalipun secara beruntun Si Tiong pek telah berganti dengan
belasan macam ilmu pukulan yang berbeda-beda, ia selalu kena dikuasai oleh gerakan Ji
Cin peng yang tenang, hal mana membuatnya tak sanggup melancarkan serangan
mematikan lagi.
Dalam pada itu, para jago dari See thian san serta Hoa Kok khi sekalian telah berdiri
kurang lebih tiga kaki disisi kalangan sambil menyaksikan kedua orang itu bertarung,
jurus-jurus aneh yang sama-sama dipergunakan kedua orang itu segera mendatangkan
rasa kaget dan heran dihati beberapa orang itu.
Perlu diketahui, bahwasanya beberapa orang yang hadir disekitar gelanggang saat ini
adalah jagoan kelas satu dari dunia persilatan, hal ini sudah tak bisa diragukan lagi,
dengan sendirinya pengetahuan yang mereka milikipun sangat luas sekali maka
terkesiapnya mereka setelah menyaksikan ilmu silat aneh yang digunakan kedua orang itu.
Ki Li soat merasa amat terkejut bercampur keheranan, ia tak habis mengerti sedari
kapankah ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek telah mencapai taraf setinggi ini, apalagi
setelah melihat dari jurus-jurus serangan yang dipergunakan, mana aneh, sakti lagi jelas
bukan ilmu silat yang diajarkan ayah angkatnya.
Dari sekian banyak orang yang hadir disekitar arena hanya Gak Lam-kun seorang yang
berdiri tenang sambil memandang angkasa dengan terpesona, entah apa yang sedang
dipikirkan, meskipun pertempuran yang berlangsung amat seru, dia tidak melihat maupun
menegur. Makin bertempur Si Tiong pek merasa makin takut, perduli jurus serangan apapun yang
ia gunakan ternyata semuanya berhasil dikuasai lawan, sadarlah dia bila tidak cepat-cepat
mencari kesempatan untuk melarikan diri, mungkin lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungan. Maka dia lantas membentak keras sesudah melancarkan dua buah serangan berantai
tiba-tiba tubuhnya melompat mundur sejauh satu kaki empat lima depa lebih.
Ji Cin peng tak rela musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil bertekuk pinggang
tubuhnya melambung kembali keudara, lalu seperti sesosok bayangan saja, ia menerjang
kedepan dan menyambar tubuh Si Tiong pek".
Sewaktu mengundurkan diri tadi, Si Tiong pek telah meloloskan pedang elang bajanya
maka menghadapi serangan musuh, dengan tenang ia putar senjata lalu seperti menotok
seperti juga membacok, ia menyerang pula kedepan dengan serangan aneh.
Berubah hebat paras muka Ji Cin peng setelah menyaksikan gerakan serangan lawan
ujung baju sebelah kirinya buru-buru dikebaskan, segulung tenaga dahsyat segera
memaksa serangan Si Tiong pek itu tertangkis kesamping, mempergunakan kesempatan
ini tubuhnya menerjang lagi kebawah.
Sungguh hebat dan sakti jurus-jurus pedang Si Tiong pek, tampak ia memutar
pergelangan tangannya, tiba-tiba dengan suatu tusukan kilat ia membacok lambung Ji Cin
peng. Akibat dari serangan ini, Ji Cin peng terdesak hebat dan mau tak mau dia harus
mundur. Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak, ia melejit kebelakang dan melayang sejauh dua
kaki lebih dari posisi semula.
Tiba-tiba dengusan dingin menggema diudara, lalu seseorang menegurnya, "Jangan
pergi dulu saudara Si, siaute harap kau tinggalkan dulu lencana pembunuh nagamu"
Entah sedari kapan tahu-tahu Gak Lam-kun sudah berdiri dihadapan Si Tiong pek dan
menghadang jalan perginya.
Terkesiap hati Si Tiong pek menghadapi kejadian tersebut, serunya tanpa terasa,
"Apa". apakah tenaga dalammu telah pulih kembali seperti sediakala".?"
Gak Lam-kun tertawa hambar.
"Sekalipun belum pulih kembali seperti sedia kala, akupun tak akan biarkan Lencana
pembunuh naga itu kau bawa pergi dengan begitu saja"
Si Tiong pek tertawa terkekeh-kekeh.
"Haaahh". haaahh". haaahh". bagus, bagus sekali, cuma andaikata saudara Gak
gagal untuk merampas lencana pembunuh naga tersebut dengan kepandaian sendiri
lantas bagaimana?"
"Bila aku gagal untuk merampasnya kembali, saat itu juga aku akan gorok leher bunuh
diri dihadapanmu!"
Si Tiong pek segera tersenyum.
"Oooh". bunuh diri sih tak perlu, aku cuma minta kepadamu andaikata kepandaian
silatmu tak bisa menangkan diriku maka tolong lindungilah aku meninggalkan tempat ini"
Seperti yang diketahui Si Tiong pek adalah seorang pemuda licik yang banyak akal
muslihatnya, ia tahu Ji Cin peng pasti akan melindungi keselamatan Gak Lam-kun matimatian,
karena itu seandainya Gak Lam-kun sampai tewas, sudah pasti dia tak akan lolos
dari kejarannya.
Diapun tahu tenaga dalam milik Gak Lam-kun belum pulih kembali seperti sedia kala, ia
yakin pasti dapat menangkan pemuda itu seandainya Gak Lam-kun bisa dipaksa untuk
melindunginya meninggalkan tempat itu, hal mana sama pula dengan ia telah meminjam
kekuatan perguruan panah bercinta untuk membantunya melawan musuh-musuh
tangguh. Ji Cin peng mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia
melompat kedepan dan menerjang kesamping Si Tiong pek, lalu sambil mendengus
serunya, "Kau tak usah memperhitungkan segala sesuatunya dengan seenak hatimu
sendiri, kalau kau bisa menangkan dulu diriku, aku akan biarkan kau tingalkan tempat ini!"
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, buru buru ia mundur lima depa, lalu ujarnya
kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, "Apakah saudara Gak hendak mengundurkan diri
dan digantikan oleh dia".?"
Gak Lam-kun segera tertawa dingin.
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". sebagai seorang laki-laki sejati, lebih baik hancur
sebagai kumala daripada utuh sebagai batu bata, kalau kau punya kepandaian, hayo
bunuhlah aku!"
Berbicara sampai disana, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sembari katanya, "Nona
Bwe, tolong pinjamkan pedangmu kepadaku!"
Ji Cin peng menghela nafas sedih, katanya dengan lirih.
"Luka dalammu sangat parah, tenaga dalammu belum pulih kembali seperti sedia
kala"."
Gak Lam-kun segera tersenyum.
"Mati hidup seseorang semuanya telah digariskan oleh takdir" ia menukas, "jika batas
usianya belum sampai, ingin matipun tidak bakal mati. Nona Bwe, kau menaruh budi
kebaikan yang sangat besar kepadaku, aku orang she Gak merasa tak sanggup untuk
membalasnya, semula aku ingin menghadiahkan Lencana pambunuh naga itu kepadamu,
tapi kena dirampas orang lain, karena itu bagaimanapun juga aku harus merampasnya
kembali dari tangannya, lalu akan kuhadiahkan kembali untuk nona"
Mendengar perkataan itu, Ji Cin peng merasa girang bercampur terharu, dari ucapan
yang pertama tadi dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah
pulih kembali, apalagi setelah menyaksikan kebulatan tekad pemuda itu, ia tahu
dinasehatipun tak ada gunanya, terpaksa ia harus putar otak untuk mencari sesuatu akal
guna membantunya.
Maka pedang Giok siang kiam tersebut diambil keluar dari sakunya dan diserahkan
kepada Gak Lam-kun.
"Soal perselisihan diantara kita, lebih baik diperhitungkan dikemudian hari saja, sedang
dalam pertarungan hari ini lebih baik disudahi setelah saling menutul, begitu menang
kalah diketahui pertarungan segera dihentikan. Seandainya siaute yang kalah nanti, tentu
saja akan kuserahkan Lencana pembunuh naga itu kepadamu, sebaliknya bila siaute yang
beruntung bisa menangkan pertarungan, maka aku terpaksa harus minta tolong kepada
saudara Gak untuk menghantarku pergi dari sini, entah bagaimanakah pendapatmu?"
Gak Lam-kun tidak menjawab, pelan-pelan ia menghampiri Si Tiong pek, kemudian
katanya, "Saudara Si, silahkan turun tangan!"
Si Tiong pek tidak mengalah lagi, ia menggetarkan pedangnya dan segera melancarkan
sebuah tusukan.
Gak Lam-kun berdiri tenang ditempat, pedang giok siang kiam pelan-pelan diangkat
keudara lalu dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im dan yang) dia paksa
mundur pedang Si Tiong pek.
Melihat itu, Si Tiong pek tertawa dingin, pedang elang bajanya berputar diudara
menciptakan selapis hawa tajam, kemudian menusuk keatas, tengah dan bawah tubuh
Gak Lam-kun, dalam sekejap mata tiga belas tusukan telah dilancarkan.
Terkejut juga Gak Lam-kun menghadapi serangan maut sedahsyat itu, ia miringkan
tubuhnya dan buru-buru mundur lima depa.
Siapa tahu belum lagi tubuhnya berdiri tegak pedang elang baja dari Si Tiong pek
dengan membawa desingan angin tajam telah menyambar kembali, sedemikian cepatnya
serangan itu hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, keanehan dan kehebatan jurus
serangannya betul-betul diluar dugaan orang.
Gak Lam-kun tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus mengayunkan
pedangnya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Tiba-tiba Si Tiong pek tertawa dingin ditengah jalan ia buyarkan serangan, pedangnya
bergoyang kencang dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan maut dengan
jurus-jurus Ya pan hong yan (asap tebal ditengah malam), Liu seng liok tee (bintang
luncur jatuh ketanah) serta Thian le tee wong (jaring langit jembatan bumi).
Seketika itu juga Gak Lam-kun merasakan empat arah delapan penjuru penuh dengan
bayangan pedang elang baja, hatinya merasa amat terkesiap ia tak berani menyongsong
ancaman tersebut dengan kekerasan dengan cekatan tubuhnya berkelebat kesana kemari
menghindarkan diri, tahu-tahu ia sudah terlepas dari kurungan cahaya pedang lawan.
Gerakan tubuh yang amat lihay tersebut tidak lain adalah gerakan tubuh Ji gi ngo heng
jit seng liong heng sin hoat.
Si Tiong Pek segera tertawa dingin, serunya, "Saudara Gak, cepat amat gerakan
tubuhmu itu!"
Ditengah pembicaraan tiba-tiba pedangnya digetarkan dan menusuk kembali kedalam
lawan. Tusukan tersebut dilancarkannya dengan mempergunakan jurus pedang ampuh yang
tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, meskipun sepintas lalu tampaknva biasa
tiada yang aneh, sesungguhnya dibalik serangan tersebut terkandung tiga jurus
perubahan yang luar biasa, perduli apakah Gak Lam-kun akan menangis dengan
pedangnya, atau melompat untuk menghindari, sulit baginya untuk meloloskan diri dari
kepungan jurus-jurus ampuh tersebut.
Siapa tahu ketika serangan itu sudah hampir mendekati tubuhnya, tiba-tiba Gak Lamkun
memutar badan, lalu dengan mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat dia
menyelinap kebelakang Si Tiong pek dan melancarkan sebuah tusukan.
Ketika serangannya mengenai sasaran kosong Si Tiong pek sudah tahu bahwa keadaan
bakal celaka, mempergunakan kesempatan itu dia lantas bertekuk pinggang dan melompat
maju sejauh sembilan depa, sebab itulah dengan mujur ia berhasil meloloskan diri dari
tusukan Gak Lam-kun itu.
Dengan kecepatan luar biasa kedua belah pihak saling bergebrak beberapa jurus, kedua
belah pihak sama-sama menjaga diri dan tak berani memandang enteng musuhnya lagi,
dengan memusatkan segenap perhatian dan melintangkan pedangnya kedepan dada
mereka berdiri sambil menantikan tibanya kesempatan yang menguntungkan.
Dalam pada itu Ji Cin peng baru merasa lega setelah menyaksikan pertarungan tersebut
berjalan seru, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali seperti
sedia kala, wajah yang semula menegangpun kini mengendor kembali.
Sebaliknya Gak Lam-kun merasakan juga kemajuan yang amat pesat dari kepandaian
silat yang dimiliki Si Tiong pek setelah berlangsungnya pertarungan, diam-diam ia berpikir,
"Dari sini terbuktilah sudah kalau tenaga dalamku telah pulih kembali seperti sedia kala,
bahkan tampaknya tenaga dalamku makin lama semakin sempurna". tapi jurus-jurus
pedang yang dipergunakan Si Tiong pek aneh juga, bahkan tenaga dalamnya telah
memperoleh pula banyak kemajuan, apakah didalam belasan hari yang amat singkat ini
dia telah menjumpai penemuan aneh"
Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, untuk bersiap sedia menghadapi serangan lawannya".
Sesudah kedua belah pihak sama-sama dibuat terperanjat oleh kelihayan ilmu lawan
mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah, kurang lebih
seperminuman teh kemudian, Si Tiong pek mulai habis kesabarannya, pelan-pelan ia
berjalan mendekati diri Gak Lam-kun.
Melihat musuhnya mendekat, Gak Lam-kun mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya
digetarkan keras, kemudian dengan jurus Thian heng peng lui (guntur dan salju diujung
langit) pedang pendeknya berkelebat menciptakan berlapis-lapis hawa dingin yang
membawa desingan angin tajam".
Sungguh dahsyat serangan ini, sampai-sampai Ji Cin peng yang dari samping arenapun
diam-diam terkejut oleh kemajuan pesat yang dicapainya didalam tenaga dalam.
Si Tiong pek tak berani memandang enteng terhadap datangnya ancaman itu, tenaga
dalamnya segera dihimpun, kemudian dengan jurus Peng hong thian san (salju
menyelimuti bukit thian san) salah satu serangan yang tercantum dalam Hay ciong kun
boh, ia sambut datangnya serangan tersebut.
Pedang Thi eng kiamnya diputar menciptakan satu lingkaran cahaya biru yang
menyilaukan mata, seluruh tubuhnya dengan cepat terlindung dibalik cahaya tersebut.
"Traang! Traang! Traang!" benturan demi benturan nyaring bergema memecahkan
kesunyian, secara beruntun sepasang pedang itu sudah saling membentur dengan
hebatnya. Si Tiong pek segera merasakan akibatnya dari bentrokan itu, oleh getaran tenaga
dalam yang sempurna dari Gak Lam-kun, seluruh pergelangan tangan kanannya menjadi
kaku dan kesemutan.
Betapa terkesiapnya dia, buru-buru pedangnya diputar dengan jurus Sin liong jut im
(naga sakti muncul dari mega), lalu ditusukkan kedepan".
Serangan ini sangat aneh dan mencengangkan hati, sasarannya adalah dada, tapi
ancamannya seperti juga tusukan seperti pula bacokan.
Gak Lam-kun tercengang, bahunya bergerak cepat dengan suatu gerakan manis ia
meloloskan diri dari sergapan itu.
Namun Si Tiong pek yang licik telah memperhitungkan sampai kesitu, walaupun
serangannya amat ganas tapi bisa dipakai untuk serangan tipuan, bisa juga untuk
serangan sungguhan, ia telah menduga kalau Gak Lam-kun tidak akan mempergunakan
pedangnya untuk menangkis serangan tersebut.
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia segera tertawa dingin, tidak menanti Gak Lam-kun sampai memutar pedangnya,
cepat-cepat ia sudah melompat mundur sejauh lima depa selapis hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, dengan dingin ia berkata, "Sungguh tidak kusangka kalau
secepat ini tenaga dalammu pulih kembali, rupanya dalam pertarungan ini, kalau bukan
kau yang harus mampus, akulah yang bakal mati?"
"Memandang pada persahabatan yang pernah kita jalani asal kau serahkan kembali
lencana pembunuh naga itu kepadaku malam ini"."
Si Tiong pek marah sekali ia tertawa dingin dan menukas, "Siapa menang siapa kalah
saja masih belum dapat diduga, buat apa kau musti omong besar".
Tidak sampai selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba tubuhnya telah menerjang lagi
kedepan. Bayangan manusia berkelebat lewat, hawa dingin menyelimuti angkasa, tiba-tiba ia
melancarkan enam buah tusukan berantai.
Hawa pedang segera membumbung diangkasa, bukan cuma serangannya saja yang
hebat, ternyata dikombinasikan pula dengan kelincahan gerak tubuh Si Tiong pek yang
sukar diduga sebelumnya, hal mana bukan mengakibatkan rasa terkejut bagi Gak Lam-kun
saja, Ki Li soat sendiripun ikut terkesiap.
Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, pedang pendeknya diputar
keras menciptakan selapis hawa pedang untuk melindungi badan serta merta ia bendung
keenam buah serangan kilat dari Si Tiong pek tersebut.
Pada waktu itu Gak Lam-kun merasakan hawa murni yang bergelora didalam tubuhnya
makin lama semakin menghebat, saking tak kuatnya mengendalikan golakan hawa murni
yang menumpuk itu, tiba-tiba ia membentak keras".
Sebuah tusukan maut secepat kilat dilontarkan kedepan".
Bentakannya itu sungguh amat nyaring bagaikan guntur yang membelah bumi disiang
hari bolong, segera semua jago merasakan hatinya bergetar keras".
Ditengah bentakan yang amat keras itu, secepat kilat Si Tiong pek melompat mundur
sejauh tujuh delapan depa untuk menyelamatkan diri, tapi".
"Breet!"
Tahu-tahu ujung baju sebelah kirinya sudah kena disambar kutung oleh hawa pedang
Gak Lam-kun yang amat tajam itu.
Kejut dan gusar Si Tiong pek menyaksikan kejadian ini, ia membentak nyaring sambil
maju ia melancarkan serangan balasan.
Pedangnya digerakkan seperti orang kalap, tubuhnya berputar kencang bagaikan
sedang terbang.
Inilah suatu pertempuran yang jarang ditemui dalam dunia persilatan kedua belah
pihak sama-sama mempergunakan gerakan tubuh yang cepat untuk berusaha saling
merobohkan, kejadian ini membuat para jago yang berada ditepi arena menjadi tertegun
dan melongo saking terpesonanya".
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun saat itu telah memperoleh kemaluan yang
amat pesat, setiap bacokan yang ia lancarkan segera membawa hawa pedang yang amat
dahsyat dan selalu berhasil memaksa Si Tiong pek mundur dengan kaget oleh karena
itulah walaupun Si Tong pek memiliki rangkaian jurus mematikan yang lihay, selalu saja
gagal untuk dikembangkan sebagaimana mestinya.
Sebenarnya kepulihan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun baru akan terjadi dua
puluh empat jam kemudian, tapi totokan keras dari Ji Cin peng yang diterimanya tadi
justru telah berhasil menembuskan kembali kebekuan yang mencekam nadi-nadi
pentingnya, oleh karena itu hawa murninya mengalir kembali kepusar jauh lebih cepat dari
jadwal yang telah ditentukan.
Sebagaimana diketahui, untuk menyadarkan Gak Lam-kun dari pingsannya, perempuan
gila berambut panjang Hay sim li telah beberapa kali mengerahkan tenaga murninya untuk
menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya untuk memasuki Tam thian
(pusar), sekalipun gagal usahanya waktu itu, tapi asal hawa murni dari Gak Lam-kun telah
terhimpun kembali, maka hawa murni yang pernah disalurkan Hay sim li itu segera akan
dilebur oleh kekuatannya dan dihisap semua.
Oleh karena itulah, Gak Lam-kun merasakan betapa makin lama tenaga dalamnya
makin kuat dan sempurna, hanya saja waktu itu dia sama sekali tidak memahami gejala
tersebut. Ditengah pertarungan sengit yang sedang berlangsung, tiba-tiba Gak Lam-kun
membentak keras, "Lepaskan pedangmu!"
"Cring!" tahu-tahu pedang Si Tiong pek sudah terjatuh ketanah, sedang pemuda itu
dengan wajah kaget bercampur ngeri mundur sejauh dua kaki lebih.
Gak Lam-kun melihat pedangnya didepan dada berdiri dengan wajah serius, sikapnya
mantap dan wajahnya berwibawa.
Tiba-tiba ia turunkan pedang pendek itu, lalu menghela napas panjang, katanya,
"Saudara Si, harap kau serahkan dulu Lencana pembunuh naga itu kepadaku". seorang
lelaki saja dapat membedakan mana budi mana dendam, jika saudara Si ingin
membalaskan sakit hati Ou Yong hu , lakukan saja dikemudian hari!"
oooooOooooo Sebelum terjadinya pertarungan antara Si Tiong pek melawan Gak Lam-kun tadi, ia
pernah membekuk Gak Lam-kun dengan mudah dan tanpa mengeluarkan sedikit
tenagapun, tak disangka olehnya setelah tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pulih
kembali bukan saja tenaga dalamnya jauh lebih sempurna darinya, bahkan iapun tak
sanggup menangkan lawannya itu.
Lencana pembunuh naga sebagai benda mustika yang digilai oleh jago persilatan dalam
dunia bahkan dengan pertaruhkan nyawapun berusaha untuk dimiliki tentu saja tak akan
ia serahkan kepada Gak Lam-kun dengan demikian saja apalagi Si Tiong pek pada
dasarnya memang seorang manusia licik.
Karena itu setelah termenung sejenak katanya kemudian sambil tertawa.
"Apa yang saudara Gak katakan memang benar, heehh". heehhh". heehhh". Lencana
pembunuh naga adalah benda mustika yang diinginkan oleh setiap umat persilatan dunia
ini, jika kau yang menyimpan benda tersebut, apakah tidak kuatir kalau akan dirampas
oleh orang lain"."
"Soal ini kau tak usah kuatir" tukas Gak Lam-kun dingin, "sekarang harap kau serahkan
kotak kumala itu dengan segera kepadaku"
Si Tiong pek tertawa dingin, ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kotak
kumala tersebut, kemudian katanya, "Kalau kau bersikeras menginginkan kotak ini lebih
dulu sebelum menyerahkannya kepadamu"
Gak Lam-kun menjadi teramat gusar, bentaknya, "Kenapa kau begitu tak memegang
janji?" Si Tiong pek tertawa hambar.
"Aku toh cuma mengabulkan untuk memberikan Lencana pembunuh naga ini
kepadamu. Sedari kapan aku menyanggupi untuk tidak menghancurkannya".?"
Ji Cin peng serta Gak Lam-kun segera membentak keras sambil tiba-tiba menerjang
kemuka". Si Tiong pek telah mempersiapkan diri, tiba-tiba ia melompat kebelakang sambil
membentak, "Bila kalian berani maju selangkah lagi, segera kumusnahkan lencana ini!"
"Hei jangan kau musnahkan lencana itu bila ada persoalan mari kita rundingkan secaia
baik-baik!" teriak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara lantang.
Bu sin Sian seng Tong Bu kong menghimpun hawa murninya lalu berpekik nyaring,
pedangnya dengan menciptakan selapis bianglala tiba-tiba melancarkan sebuah sergapan
kepunggung pemuda she Si itu.
Ki Li soat sepera membentak nyaring, ia sambut kedatangan Tong Bu kong dan secara
beruntun sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai dalam
waktu singkat ia telah melancarkan lima buah serangan yang memaksa Tong Bu kong
mundur terbirit-birit.
Dengan suatu gerakan cepat gadis itu meloloskan pedang bambu tipisnya dari atas
punggung, lalu sambil mendekati Si Tiong pek, ia berseru, "Engkoh Si, serahkan lencana
itu kepada Gak siangkong!"
"Adik Soat, lucu amat perkataanmu itu!" jengek Si Tiong pek segera sambil tertawa
dingin, "aku mau bertanya kepadamu, jauh-jauh dari ribuan li datang kemari sebenarnya
untuk apa sih kau ini?"
"Engkoh Si meskipun kita datang untuk mendapatkan Lencana mustika itu tapi apa pula
yang dipegang teguh oleh setiap umat persilatan" Apakah kau hendak mengingkari
janjimu sendiri dan melanggar peraturan perkumpulan".!"
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Si Tiong pek segera berubah hebat, tapi
sejenak kemudian sambil tertawa dingin katanya, "Asal bisa kudapatkan lencana mustika
ini sekalipun harus melanggar peraturan perkumpulan aku akan menggunakan
keberhasilanku ini untuk menebus dosa tersebut!"
"Bajingan tengik!" Ji Cin peng telah membentak pula, "Jika lencana pembunuh naga
tidak kauserahkan, hanya ada jalan kematian untukmu!"
Bayangan putih berkelebat lewat, sepasang telapak tangannya secara beruntun telah
melancarkan pukulan dahsyat".
Dua gulung angin pukulan yang sangat kuat, dengan cepatnya segera menggulung
tubuh Si Tiong pek.
Tiba-tiba Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya,
"Jangan takut Si lote, aku datang membantumu!"
Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan, segulung angin
pukulan berhawa dingin segera menyambar ketubuh Ji Cin peng".
Tong Bu kong serta Kiu wi hou Kongsun Po tidak ambil diam saja, merekapun
mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan yang amat dahsyat
kearah Ji Cin peng.
Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan orang-orang
perguruan panah bercinta.
Seperti diketahui golongan Hoa Kok khi adalah musuh bebuyutan dari perkumpulan Thi
eng pang jadi sama sekali tak terduga oleh mereka bahwa kedua kelompok kekuatan
tersebut bisa bersatu padu.
Gak Lam-kun membentak keras, pedangnya dialihkan ketangan kiri, sedangkan tangan
kanannya melepaskan sebuah bacokan.
Segulung angin pukulan yang keras segera menyambar kedepan, ketika saling
membentur dengan beberapa kekuatan lainnya, segera timbullah segulung angin
berpusing yang menerbangkan debu dan pasir serta menggetarkan pepohonan yang
berada disekeliling tempat itu.
Didalam pertarungan adu tenaga dalam semacam ini, masing-masing pihak tak nanti
bisa mencari kemenangan dengan mengandalkan kelicikan ataupun akal muslihat, maka
setelah Tong Bu kong dan Kongsun Po bersama-sama menerima sebuah tenaga gabungan
dari Gak Lam-kun serta Ji Cin peng, mereka segera rasakan sekujur tubuhnya bergetar
keras. Terutama sekali tenaga pukulan yang dilancarkan Gak Lam-kun, sedemikian kuat dan
hebatnya sehingga walaupun puncak dari kekuatan tersebut sudah digetarkan oleh
pukulan Tay siu im khi yang dilancarkan Hoa Kok khi, akan tetapi sisa kekuatannya masih
mampu untuk mendobrak segala-galanya.
Tenaga dalam yang dimiliki Tong Bu kong dan Kongsun Po terhitung paling lemah,
maka kekuatan gabungan dari Gak Lam-kun dan Ji Cin peng segera menerjang kearah
mereka berdua. Begitu merasakan keadaan tidak menguntungkan. Tong Bu kong dan Kongsun Po
segera berteriak keras, "Cepat mundur!"
Kedua orang itu bersama-sama melancarkan lagi beberapa buah pukulan, kemudian
cepat-cepat tubuhnya mundur sejauh tiga kaki lebih.
Pada saat itulah, Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi ibaratnya sukma gentayangan tahutahu
menerjang kesisi tubuh Si Tiong Pek tanpa menimbulkan suara, kemudian
mencengkeram pergelangan tangan kanannya.
Kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek sekarang telah peroleh kemajuan yang
pesat, lagipula diapun sadar bahwa bantuan dari Hoa kok khi tadi pasti terselip maksudmaksud
tertentu, maka baru saja cengkeraman orang menyambar tiba, ia sudah
menyingkir sejauh lima depa lebih dari posisi semula.
Si Tiong pek segera tertawa dingin, serunya, "Orang she Hoa, tidaklah kau merasa
bahwa caramu itu sedikit terlampau kasar?"
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". kalau begitu, anggap saja memang terlalu kasar!"
sahut Hoa Kok khi sambil tertawa licik.
Dalam pembicaraan itu, tiba-tiba ia melancarkan sebuah bacokan lagi dengan
kecepatan luar biasa.
Kiranya menggunakan kesempatan dikala tanya jawab itu sedang berlangsung, Hoa Kok
khi telah menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, jadi serangan yang kemudian
dilepaskan ini boleh dibilang merupakan sebuah pukulan yang disertai dengan segenap
tenaga yang dimilikinya".
Si Tiong pek tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus menghimpun pula hawa
murninya dan mengayunkan telapak tangan kanan untuk menerima datangnya ancaman
tersebut dengan kekerasan.
Siapa tahu, setelah pukulan itu dilancarkan, ternyata dari serangan lawan itu sedikitpun
tidak dijumpai daya perlawanan, karena tercengang, tanpa sadar ia menarik kembali
tenaga pukulannya itu".
Siapa sangka, pada saat itulah tiba-tiba ia merasa ada segulung hawa dingin ikut
menyusup masuk kedalam tubuhnya mengikuti tenaga dalamnya yang ditarik kembali tadi,
kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, buru-buru ia mengerahkan tenaga untuk
melindungi isi perut dan menutup semua jalan darah pentingnya dari ancaman hawa racun
musuh. Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
"Haahh". haahh". haaahh". kau telah terluka oleh pukulan Tay siu im khi ku,
sekalipun kau memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap bisa melewati tujuh
hari, kini hanya ada satu jalan kehidupan bagimu, yakni serahkan Lencana pembunuh
naga itu kepadaku".!"
Si Tiong pek tertawa dingin, ia memutar badannya dan segera melayang mundur
sejauh beberapa kaki.
"Mundur kau" tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar.
Cian seng (malaikat pukulan) Nian Eng hau dari pihak See thian san telah melepaskan
sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh Si Tiong pek.
Menyaksikan ancaman itu datangnya amat dahsyat, terpaksa Si Tiong pek harus
melayang mundur kembali kebelakang, belum lagi sepasang kakinya berdiri tegak, para
jago kembali sudah mengepungnya rapat-rapat.
Dengan keadaan tersebut, sadarlah Si Tiong pek bahwa tiada harapan lagi baginya
untuk melarikan diri".
Disaat yang kritis itulah tiba-tiba berkumandang gelak tertawa yang amat nyaring,
menyusul kemudian dari tengah udara meluncur datang belasan sosok bayangan manusia
yang berkelebat tiba, dalam sekejap mata mereka telah berada diluar lingkaran kepungan
kawanan jago tersebut.
Ketika semua orang berpaling kearah kawanan jago yang datang itu, bergetarlah hati
mereka semua, tampak Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong dipimpin
kedua orang thamcu serta kedelapan belas orang elang bajanya telah tiba disana.
Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh". haaahhh". haaahhh". selamat berjumpa, selamat berjumpa, kiranya kalian
semua telah tiba duluan daripada aku"
Ketika dilihatnya lengan Si Tiong pek kutung sebelah, dengan cepat ia melanjutkan,
"Pek ji, kenapa kau" Siapa yang telah melukaimu?"
Pertanyaan itu diajukan dengan penuh kasih sayang dan nada memperhatikan.
"Sungguh kebetulan sekali kedatangan suhu" kata Si Tiong pek cepat, "tecu sedang
dikejar-kejar mereka hingga tak ada jalan mundur lagi"."
Betapa tajamnya sepasang mata Oh Bu hong, dalam sekilas pandangan saja ia telah
melihat kotak kumala yang ditangan Si Tiong pek, diapun segera tahu bahwa lencana
pembunuh naga yang digilai orang telah berada ditangan muridnya.
Maka biji matanya segera mengerling sekejap memberi tanda, delapan belas orang
elang baja beserta Gin eng tamcu (thamcu elang perak) Kwan Kim ceng, dan Lan eng
thamcu Wan kiam ciau secepat kilat menyebarkan diri keempat penjuru sambil bersiap
sedia menghadapi serangan-serangan para jago yang bermaksud merampas kotak kumala
itu. Kemudian pelan-pelan Oh Bu hong berjalan masuk ketengah arena dan mendekati Si
Tiong pek. Seketika itu juga, suasana dalam gelanggang berubah jadi amat tegang hingga untuk
bernapaspun rasanya sesak, setiap jago yang hadir disitu sama-sama menghimpun tenaga
dalamnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Suatu pertempuran yang menentukan antara mati dan hidup segera akan berlangsung
didepan mata. Tiba-tiba Ji Cin peng mengayunkan tangannya kedepan, tiga biji Bodhi sian cu dengan
membelah angkasa segera menyambar kemuka dan secara berpisah mengancam tiga
buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong, sungguh cepat serangan tersebut hanya
dalam sekilas sambaran saja tahu-tahu sudah lenyap.
Agaknya Thi eng sin siu Oh Bu hong dibikin terpesona oleh kekuatan serta kehebatan Ji
Cin peng dalam melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu, tiba-tiba ia
berhenti, kemudian pedang Thi eng kiamnya diayunkan kemuka.
Seketika itu juga muncullah selapis angin serangan yang maha dahsyat, ketiga biji
Bodhi sian cu tersebut segera terpukul rontok.
Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwik Kim ceng membentak keras, telapak
tangan kanannya segera diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.
Karena serangan yang menggulung datang amat hebat dan dahsyat mau tak mau Ji Cin
peng harus memutar juga telapak tangannya sambil melepaskan sebuah pukulan.
Menggunakan kesempatan diatas pikiran Ji Cin peng sedang terpecah kearah lain, tibatiba
Oh Bu hong melompat kedepan dan langsung menerjang kesisi Si Tiong pek,
maksudnya dia hendak merampas kotak kumala tersebut.
Siapa tahu baik Gak Lam-kun maupun Thi kiam kuncu Hoa Kok khi telah
memperhatikan hal tersebut dengan seksama baru saja Oh Bu hong bergerak, dua orang
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu sudah membentak keras kemudian dari arah yang berlainan menubruk kedepan.
Betapa cepatnya gerakan tubuh kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka telah
tiba ditempat tujuan. Dalam keadaan demikian sekalipun Oh Bu hong berilmu tinggi mau
tak mau dia harus juga berusaha untuk menghindarkan diri.
Sambil tertawa terbahak-bahak, tongkat elang bajanya dengan jurus Hong sau cian kun
(menyapu rata selaksa prajurit) secepat kilat menyambut datangnya bacokan dari kedua
orang itu. "Blaang".!" suatu benturan keras segera menggelegar diudara, Gak Lam-kun dan Hoa
Kok khi masing-masing saling berhantaman dengan tongkat elang baja itu hingga suatu
adu tenagapun tak terhindarkan lagi.
Akibat dari benturan tersebut Gak Lam-kun serta Hoa Kok khi segera melayang turun
kembali ketanah.
Sebaliknya Thi eng sin siu Oh Bu hong kena digetarkan sehingga mundur tiga langkah
dengan sempoyongan.
Akibat bentrokan ini sangat mengejutkan hati Oh Bu hong ia tak menyangka kalau
tenaga dalam yang dimiliki kedua orang ini sedemikian sempurnanya.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil
tertawa katanya.
"Gak lote, jika kita berdua mau bekerja sama sudah pasti musuh tangguh itu bisa kita
atasi!" Mendengar perkataan itu, Oh Bu hong tertawa tergelak.
"Haaaahhh". haaahh". haaahhh". Hoa Kok khi, hampir saja lohu memandang enteng
dirimu." Ditengah pembicaraan, pedang Thi eng kiamnya sedemikian rupa melepaskan sebuah
serangan lagi dengan jurus Lip say ngogak (menyapu rata lima bukit)".
Hoa kok khi tertawa ringan, cepat-cepat dia melompat kebelakang untuk menghindar".
Tapi Gak Lam-kun bukannya mundur malahan maju, sekali lompat ia sudah berebut
menduduki tiang kiong.
Setelah tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat gerakan tubuh pemuda itu jauh
bertambah cepat, telapak tangan kirinya dibabat kemuka menangkis senjata lawan
kemudian tangan kanannya dengan jurus Pek thian khi hong (bianglala putih kilat
menyambar) menusuk dada musuh dengan pedang giok siang kiam.
Oh Bu hong merasa terperanjat, cepat ia melompat mundur kemudian menubruk maju
lagi bagaikan harimau kelaparan, pedang Thi eng kiam koaynya diputar sedemikian rupa
bagaikan angin ribut, tampaknya serangan tersebut dilancarkan dengan hawa amarah
yang meluap-luap.
Dalam waktu singkat bayangan senjata, desingan angin serangan telah menyelimuti
seluruh angkasa.
Gak Lam-kun tak mau kalah, dia pun kembangkan serangan pukulan dan bacokan
pedangnya untuk melepaskan serangkaian serangan ketat yang rapat dan hebat.
Untuk sesaat kawanan jago yang berada disekitar sana dibuat tertarik dan terpesona
oleh serangkaian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak.
Ji Cin peng amat menguatirkan keselamatan Gak Lam-kun ia kuatir pemuda itu
menderita kekalahan akibat lukanya yang baru sembuh, sepanjang pertarungan
berlangsung sepasang matanya mengawasi terus jalannya pertarungan tanpa berkedip.
Demikian pula kawanan jago dari Thi eng pang serentak mereka bergerombol ditepi
arena sambil bersiap sedia memberi pertolongan bilamana diperlukan.
Pada waktu itulah, Si Tiong pek yang licik secara diam-diam mengundurkan diri keluar
arena pertarungan".
Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin, tahu-tahu si nona berbaju perak dari
aliran See thian san telah menghadang dihadapannya.
Berjumpa muka dengan gadis tersebut, mau tak mau Si Tiong pek mengundurkan diri
sejauh tiga langkah dengan rasa jeri.
Sambil membopong alat petiknya, gadis berbaju perak itu tertawa manis, kemudian
katanya, "Berikanlah kotak kumala itu kepadaku!"
Menyaksikan senyumannya yang menawan hati itu, Si Tiong pek merasakan jantungnya
berdebar lebih keras, ditatapnya gadis itu dengan terpesona, pikirannya terasa kosong dan
sepasang matanya menatap keatas wajah nona itu lekat-lekat.
Harus diketahui disini, bahwa Si Tiong pek sudah sejak lama kagum dan terpikat oleh
kecantikan gadis tersebut, apalagi senyuman sang nona berbaju perak itu mengandung
daya sihir yang membetot sukma, otomatis semakin terpesona pemuda itu dibuatnya.
Pelan-pelan dengan tubuh yang lemah gemulai gadis berbaju perak itu maju kedepan
lalu tangannya bergerak mencengkeram kotak kumala ditangan Si Tiong pek".
Seperti baru sadar dari impian, Si Tiong pek terkejut dan cepat-cepat ia melompat tiga
depa kebelakang".
"Criing! Criing".!"
Berapa kali dentingan irama khim segera menyadarkan diri Gak Lam-kun dan Oh Bu
hong yang sedang terlibat dalam pertarungan.
Entah sedari kapan Si Tiong pek telah tergeletak lemas diatas tanah".
Dengan tanpa mengeluarkan banyak tenaga nona berbaju perak itu berhasil mengambil
kembali kotak kumala itu dari tangannya.
Sewaktu dentingan irama khim mulai berbunyi tadi, Gak Lam-kun telah memutar
tubuhnya, kebetulan saat itulah si nona berbaju perak baru akan memungut kembali kotak
kumala tersebut, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan kedepan menghantam
kotak tersebut".
Ilmu silat yang dimiliki nona berbaju perak itu terhitung juga berkepandaian kelas satu,
ia segera tertawa terkekeh-kekeh dan melompat kesamping untuk menghindar.
Gak Lam-kun menjadi tertegun menyaksikan gerakan tubuhnya itu, ternyata gerakan
tubuh yang dipergunakan olehnya untuk menghindarkan diri tadi adalah ilmu Liong heng
sin hoat miliknya, bahkan saat dipergunakan kecepatannya sama sekali tidak berada
dibawahnya. Sementara ia masih tertegun, sambil tertawa merdu nona berbaju perak itu sudah balik
kembali kerombongan See thian san.
Empat orang laki-laki elang baja dari perkumpulan Thi eng pang segera membentak
keras, serentak mereka melompat kemuka dan menghadang jalan perginya.
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghadapi kesulitan, dengan suatu gerakan
tubuh yang gesit, ia menerobos keluar dari antara bayangan pedang keempat orang itu,
lalu alat musik pi pa khimnya dituding kebelakang dan" beberapa dengusan tertahan
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ketika termakan oleh ayunan senjata Pie pa khim tersebut, keempat orang laki-laki
kekar itu segera tergetar keras hingga tubuhnya mencelat beberapa kaki kebelakang"
"Bruuuk!" ketika mencium tanah kembali, ternyata keempat orang itu tak berkutik lagi
untuk selamanya"
Empat orang laki-laki elang baja lainnya segera maju kembali menggantikan rekanrekannya
untuk melancarkan serangan.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu memutar balik telapak tangan kanannya, untuk kedua
kalinya empat orang laki-laki yang tinggi besar dan kekar itu mencelat kebelakang dan
tidak berkutik lagi diatas tanah"
Demonstrasi tenaga pukulan yang maha dahsyat itu segera menimbulkan rasa kaget
yang luar biasa dihati para jago, Ji Cin peng merasa tercengang juga, karena ia pernah
bertempur melawan gadis berbaju perak itu, meskipun ilmu silat yang ditampilkan olehnya
ketika itu termasuk ilmu pilihan, tapi bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk
membunuh delapan orang laki-laki kekar dalam sekali kebasan tangan, sudah tentu jauh
sekali bedanya.
Seperti yang diketahui delapan belas elang baja dari perkumpulan Thi eng pang bukan
terhitung manusia-manusia biasa, mereka semua rata-rata berilmu silat tinggi sekalipun Ji
Cin peng sendiri juga belum tentu sanggup untuk melukai delapan orang dalam waktu
singkat. Tapi kenyataannya sekarang hanya dengan dua kali kebasan yang sangat enteng, gadis
berbaju perak itu telah berhasil menaklukan kedelapan orang laki-laki kekar itu, ini semua
membuktikan bahwa nona itu sudah menggetar putus jantung kedelapan orang itu dengan
getaran tenapa dalamnya.
Sesudah melukai delapan orang jago lihay seperti tak pernah terjadi sesuatu hal, gadis
berbaju perak itu segera berpaling kearah Gak Lam kun dan tertawa manis"
Thamcu elang perak, Gak tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan Kim ceng ikut
merasa terkejut juga setelah menyaksikan kecepatan pukulan lawan yang belum pernah
didengar ataupun belum pernah dilihatnya ini, tanpa memikirkan kedudukan dan nama
baiknya lagi ia melompat kedepan dan secara tiba-tiba melancarkan sebuah serangan dari
belakang punggung lawan"
Begitu serangan sudah dilancarkan dia baru berteriak keras, "Bocah perempuan,
sambut dulu sebuah pukulan ini!"
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghindar maupun berkelit, ternyata ia
telah manfaatkan desingan angin pukulan yang membacok ketubuhnya itu untuk
melayang maju jauh kedepan.
Dalam pemikiran Can tiong Kwan Kim ceng waktu itu, sekalipun pukulan yang
dilepaskan gagal membinasakan gadis berbaju perak itu, paling tidak ia dapat memukulnya
sehingga terluka parah"
Siapa sangka gadis berbaju perak itu masih bersikap seolah-olah tidak merasakan
apapun, malahan sebaliknya ia telah manfaatkan tenaga pukulan itu untuk melayang
kemuka. Thi eng sin siu Oh Bu hong segera membentak keras, pedang Eng kiam koaynya diayun
kemuka menyapu tubuh si gadis berbaju perak itu.
Gadis berbaju perak itu segera mengayunkan ujung bajunya kedepan, kakinya sebelum
menepuk diatas tanah tahu-tahu sudah melambung kembali setinggi satu kaki lebih secara
manis ia berhasil meloloskan diri dari sapuan maut dari Oh Bu hong itu.
Thian san ciangbunjin Bu sin siangseng Tong Bu kong secepat kilat menerjang pula
kedepan, pedangnya dengan menciptakan sebuah bianglala berwarna putih langsung
meluncur kemuka"
Gadis berbaju perak itu segera melengkungkan sebagian tubuhnya kemudian
berjumpalitan diudara dengan suatu gerakan indah"
"Ciiit?" segulung desingan angin jari yang tajam berbalik menyerang kearah Tong Bu
kong. Menghadapi terjangan maut tersebut, terpaksa Tong Bu kong harus buyarkan kembali
serangan pedangnya dan melayang turun keatas tanah.
Dengan lompatan maut, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera maju kedepan telapak
tangan kirinya diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat, seketika itu juga
hawa pukulan yang tajam menyelimuti daerah seluas satu kaki disekeliling gadis berbaju
perak itu, rupanya ia berniat untuk menggetarkan musuhnya sehingga terjatuh kembali
keatas tanah. Siapa tahu seluruh tubuh gadis berbaju perak itu enteng bagaikan selembar bulu,
mengikuti hembusan angin pukulannya yang maha dahsyat itu, pelan-pelan tubuhnya
melambung empat lima kaki lagi ketengah udara"
Kemampuannya yang maha lihay itu, sekali lagi menimbulkan rasa kaget yang luar
biasa bagi kawanan jago lihay yang hadir disitu.
Haruslah diketahui, bila seseorang tidak menempel ditanah, sulit baginya untuk
berganti napas, sekalipun ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, toh diapun harus
melayang dulu kebawah sebelum bisa berganti napas lagi.
Seperti yang telah diketahui orang bisa melayang diudara, hal ini semua sesungguhnya
mengandalkan hawa murni didalam tubuhnya yang dihimpun dalam tubuh sambil menutup
napas, dengan cara itulah sang badan bisa melayang, melambung dan berkelebat
seenteng burung walet.
Namun demikian, sesempurnanya tenaga dalam seseorang, kecuali ia sanggup
menahan napas jauh lebih lama daripada orang lain, toh pergantian napas masih
diperlukan juga untuk tetap mempertahankan gerakan tubuhnya itu.
Tapi kenyataannya sekarang, hanya dengan meminjam tenaga pukulan orang untuk
berganti napas, gadis berbaju perak itu sanggup bertahan terus diudara sekian lamanya,
tak heran kalau semua orang menjadi tercengang dan tertegun dibuatnya.
Padahal darimana mereka bisa tahu kalau semenjak masih kecil gadis berbaju perak ini
telah melatih ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing yang maha lihay itu" Sudah lama jalan
darah penting Jin meh serta Tok mehnya telah berhubungan langsung dengan Im meh
serta Yang meh, otomatis dengan tertembusnya nadi-nadi penting tersebut,
kemampuannya untuk menahan napaspun berkali-kali lipat lebih hebat daripada orang
lain. Gak Lam kun yang menyaksikan demonstrasi ilmu sakti dari si nona berbaju perak itu,
pelbagai pertanyaan yang mengalutkan pikiranpun segera bermunculan memenuhi
benaknya. Dia tidak habis mengerti, kenapa dikala gadis berbaju perak itu sedang beradu
kepandaian dengan dirinya ternyata enggan mengeluarkan semua ilmu silat simpanannya
untuk mengalahkan dia" Ataukah mungkin ia sedang menuruti perintah dari ibunya untuk
menyerahkan Lencana tersebut kepadanya, kemudian baru merampasnya kembali dari
tangannya"
Sementara itu Ji Cin peng dengan alis mata berkernyit telah berkata pula dengan suara
lirih, "Tenaga dalam yang dimilikinya sangat lihay, sungguh tak kusangka seorang yang
belajar Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalamnya bisa mencapai taraf kelihayan
seperti ini"
Sesudah mendengar perkataan itu, Gak Lam kun baru seperti sadar dari impian, ia
berseru tertahan.
Kiranya secara tiba-tiba ia teringat kembali dengan perkataan gurunya, kata gurunya
barangsiapa bisa menguasai ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalam yang
dimiliki orang itu pasti akan mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga, meski
demikian hanya dia seorang yang mengerti ilmu Hian ing kok meh (irama maut melewati
nadi) itu berarti hanya orang yang bisa ilmu tersebut baru bisa pula membawa tenaga
dalamnya hingga mencapai tingkatan yang luar biasa dikolong langit"
Waktu itu, tubuh si nona berbaju perak itu sudah meluncur turun kebawah secara lurus
dari ketinggian lima enam kaki.
Oh Bu hong adalah seorang jago kawakan yang sudah terbiasa menghadapi
pertarungan meskipun hatinya merasa terperanjat oleh kehebatan musuhnya, bukan
berarti pikirannya ikut menjadi kalut.
Tongkat pedang Thi eng kiam koay nya kembali diayun kedepan melancarkan sapuan
kilat, desingan angin serangan yang amat tajam pun segera menderu-deru diudara.
Betul ilmu silat si nona berbaju perak itu amat lihay, namun timbul pula rasa ngeri dan
jeri sesudah menyaksikan sapuan tongkat pedang musuh yang sedemikian hebatnya itu, ia
tak berani bergerak maju lagi lebih kedepan, hawa murninya dibuyarkan dan tubuhnya
segera melayang turun keatas tanah.
Thamcu elang perak si pukulan batu karang segera membentak keras, ia melompat
keudara dan menubruk ketubuh sang nona tersebut.
Baru saja sepasang kaki gadis berbaju perak itu menempel ditanah, angin pukulan dari
Kwan Kiu ceng telah menyambar tiba.
Selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah gadis itu, senjata Pi pa khim
nya diayunkan kemuka.
"Criiing! Criiing! Criiing!" beberapa dentingan irama maut berkumandang membelah
angkasa. Seperti tiga gulung desingan angin tajam yang maha dahsyat dengan kecepatan luar
biasa serangan irama itu menyergap ketiga buah jalan darah penting ditubuh Kwan Kim
ceng" Si pukulan batu karang Kwan Kim ceng sangat terperanjat, terpaksa dia harus
menggunakan ilmu bobot seribu untuk mengelabui musuhnya dan melayang turun
kebawah, setelah itu ia melompat tujuh depa kesamping untuk meloloskau diri dari
ancaman. Detik itu juga bayangan manusia saling menyambar, tahu-tahu kawanan jago dari
aliran See thian san telah berlompatan datang secepat kilat dan melindungi gadis berbaju
perak itu. Tapi merekapun segera dikepung juga oleh para jago lainnya yang berada disekitar
arena. Dengan sikap yang tenang dan mantap gadis berbaju perak itu menyapu sekejap
kawanan jago yang berada disekeliling sana, tiba-tiba ia memperdengarkan suara tertawa
cekikikannya yang merdu merayu.
Oleh suara tertawa cekikikannya itu semua jago yang hadir dalam arena segera
merasakan hatinya bergetar keras"
Seperti diketahui paras muka gadis berbaju perak itu dasarnya memang cantik maka
ditambah pula senyumannya yang mempesonakan dengan cepat hal ini semakin
menambah daya pikatnya yang merangsang orang.
Jangankan lelaki, bahkan para gadis yang hadir diarenapun sampai tergetar hatinya
oleh kecantikan gadis tersebut.
Tiba-tiba Gak Lam kun membentak keras, "Apa yang sedang kau tertawakan?"
Bentakan tersebut amat keras bagaikan guruh yang membelah bumi, bukan saja
memekikkan telinga, kabutpun rasa-rasanya ikut dibuyarkan oleh bentakan tadi.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghentikan gelak tertawanya yang merangsang.
Dengan suara dingin Gak Lam kun berkata, "Hari ini para jago dari seluruh dunia telah
berkumpul semua disini, apakah kau anggap bisa pergi lagi dari sini dengan membawa
serta Lencana pembunuh naga itu?"
Waktu itu, paras muka si gadis berbaju perak itu dingin bagaikan es, sepasang matanya
memancarkan sinar tajam dan menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat.
Baik sedang tersenyum maupun sedang marah, perubahan dari gadis itu segera
menimbulkan getaran keras dihati semua orang, semua jago seakan-akan merasa bahwa
bila gadis itu sedang tersenyum maka udara serasa hangat bagaikan dimusim semi, tapi
jika sedang marah maka udara menjadi dingin bagaikan dimusim salju"
Mendadak gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, bisiknya, "Begitu bencikah
kau kepadaku?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Gak Lam kun menjadi tertegun dan berdiri termangumangu,
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia tak tahu apa yang dimaksudkan gadis tersebut"
Tiba-tiba sekulum senyuman kembali menghiasi wajah si nona yang dingin, tanyanya
pelan, "Kau bilang aku tak dapat membawa pergi Lencana pembunuh naga ini?""
Gak Lam kun mengerutkan dahinya lalu berkata lagi dengan dingin, "Dapatkah kau
mengembalikan Lencana pembunuh naga itu kepadaku?"
"Tentu saja!"
Jawaban si nona yang begitu cepat dan enteng segera menimbulkan keraguan dihati
Gak Lam kun untuk sesaat lamanya ia tak berani mempercayai perkataan tersebut.
Kembali gadis berbaju perak itu berkata.
"Boleh saja kuberikan kepadamu tapi kaupun harus menuruti perkataanku!"
"Perkataan apa?"
Sambil tersenyum jawab gadis berbaju perak itu.
"Kau tak boleh menghadiahkan Lencana pembunuh naga itu kepadanya!"
Sambil berkata dengan jarinya yang lembut ia tuding kearah Ji Cin peng.
Mendengar perkataan itu, dengan sepasang matanya yang memancarkan rasa cinta Ji
Cin peng segera menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat agaknya ia sedang menantikan
jawabannya. Sedingin salju selembar wajah Gak Lam kun katanya dengan ketus.
"Aku telah menyanggupi untuk menghadiahkan Lencana pembunuh naga ini
kepadanya, perkataan seorang lelaki sejati lebih berat dari sembilan bukit, aku tak bisa
mengingkari kembali janji ini!"
Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah hebat, dengan wajah dingin
katanya, "Kalau begitu, jangan harap kau bisa mendapatkan Lencana pembunuh naga
tersebut" "Kau anggap aku tak sanggup untuk merampasnya dari tanganmu?" tanya Gak Lam
kun hambar. Gadis berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Kau hendak merampasnya dari tanganku" dia mengejek "tapi aku justru sengaja akan
menyuruh kau untuk merebutnya dari tangan orang lain!"
Seraya berkata, tiba-tiba dia ayunkan tangannya kedepan sambil berseru, "Hei!
kukembalikan kotak kumala ini kepadamu!"
Tiba-tiba ia melemparkan kotak kumala tersebut kearah Si Tiong pek yang sedang
duduk bersila diatas tanah.
Tindakan dari gadis berbaju perak itu sama sekali diluar dugaan para jago yang hadir
disitu, dengan gerakan ringan dan pelan, kotak kumala tersebut segera melayang kearah
pangkuan Si Tiong pek.
Waktu itu, Thi eng pangcu Oh Bu hong berdiri paling dekat dengan Si Tiong pek, sekali
melompat ia telah menerjang kesisi tubuhnya.
Ketika Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan Oh Bu hong siap menyambar kotak
kumala tersebut serta merta dia melompat pula kedepan sambil menghadang jalan
perginya. Oh Bu hong memutar tongkat pedang Thi eng kiam koaynya untuk menyodok tubuh
musuh, serangan ini dilancarkan amat cepat dan disertai dengan tenaga serangan yang
maha dahsyat. Hoa Kok khi amat terperanjat, segera pikirnya, "Orang ini memiliki tenaga dalam yang
amat sempurna, kehebatannya benar-benar jarang dijumpai dalam dunia persilatan
sungguh tak disangka sebuah ayunan senjatanya saja ternyata mengandung tenaga
serangan sedemikian hebatnya"
Hoa Kok khi adalah seorang manusia berotak cerdik dan berakal banyak, tentu saja ia
tak berani gegabah menghadapi serangan lawan, tubuhnya segera berputar setengah
lingkaran untuk menghindari tusukan lawan, sesudah itu lengan kanannya diayunkan
kedepan dan melancarkan sebuah bacokkan kilat.
Oh Bu hong ingin cepat-cepat mendapatkan kotak kumala tersebut hawa murninya
segera dihimpun kedalam tangan kirinya, menanti serangan maut dari Hoa Kok khi hampir
mengenai dadanya, secepat kilat tangan kirinya diayun kedepan, lalu sambil membentak
keras disambutnya serangan tersebut dengan kekerasan.
Tenaga dalamnya yang amat sempurna amat membantu didalam pertarungan adu
kekerasan semacam ini, kontan saja Hoa Kok khi merasakan hawa darah didadanya
bergolak keras, tanpa sadar tubuhnya mundur setengah langkah kebelakang.
Pada detik itulah, jago lihay dari Thi eng pang ini telah mencukilkan ujung pedangnya
kedepan, kotak kumala tersebut segera melompat keudara dan disambarnya dengan
tangan kiri, sebelum musuh yang lain sempat tiba disana, benda tersebut buru-buru
dimasukkan kedalam sakunya.
Thian San ciangbunjin, Bu sin sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong
membentak keras pedangnya menyambar kedepan melepaskan tusukan.
Oh Bu hong memutar senjatanya sedemikian rupa untuk melindungi keselamatan
tubuhnya, kemudian ia membentak keras, "Semua anggota Thi eng pang menerjang
keluar dari kepungan dan menuju ketimur!"
Ditengah bentakan tubuhnya menerjang kemuka, tangan kirinya diayun berulang kali
dan menghajar dada orang dengan jurus Jin hui pie pa (mengayunkan Pie pa).
Bertarung dengan cara begitu merupakan suatu cara pertarungan yang langka terjadi
dalam dunia persilatan, sebab bukan saja seseorang harus memiliki tenaga dalam yang
sempurna, lagi pula diapun harus sanggup untuk membendung serangan senjata dari
lawan. Tong Bu kong tertawa dingin, dia miringkan badannya menghindarkan diri dari
serangan tersebut kemudian pergelangan tangan kanannya menekan kebawah,
pedangnya pun dibawa untuk menghindari sergapan senjata musuh, kemudian tangan
kanannya diayun kedepan, tiga titik cahaya bintang yang tajam secara terpisah
mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong.
"Suatu cara pertarungan yang amat kasar!" bentaknya.
Siapa tahu Oh Bu hong memang benar-benar memiliki ilmu silat yang melebihi orang,
ketika tongkat pedang Thi eng kiam koaynya sampai ditengah jalan, tiba-tiba ia
menariknya kembali dengan begitu saja, ternyata dengan tarikan serta dorongannya itu ia
berhasil membendung serangan dari Tong Bu kong.
Menyusul kemudian, ayunan cepat kembali dilancarkan, kali ini dia menyapu pinggang
lawan. Angin serangan yang tajam dan dahsyat, sungguh mengerikan bagi siapapun yang
melihatnya. Tong Bu kong cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki Thi
eng pangcu, ia tak berani menyambut secara gegabah, maka sambil mundur tiga langkah,
dengan suatu gerakan yang manis ia menghindarkan diri dari sapuan itu.
Dalam pada itu, Ji Cin peng telah menghampiri Gak Lam kun, lalu bisiknya lirih, "Untuk
sementara waktu, lebih baik kita jangan turun tangan lebih dulu, yang penting kita harus
menghimpun tenaga untuk menghadapi orang-orang See thian san!"
Gak Lam kun bukan seorang yang bodoh, tentu saja diapun tahu akan maksud tujuan
dari si nona berbaju perak itu.
Padahal bukan hanya dia seorang yang tahu tentang tipu muslihat ini, bahkan semua
jago yang hadir disitupun tahu, namun Lencana pembunuh naga tersebut mendatangkan
daya tarik yang terlampau besar, meskipun mereka sadar kalau termakan oleh tipu daya
orang, toh semua pihak berusaha untuk secepatnya mendapatkan mustika tersebut.
Dalam waktu yang teramat singkat ini, situasi dalam arena kembali terjadi perubahan
yang sangat besar, para jago dari pihak See thian san segera menyebarkan diri sejauh
sepuluh kaki dan membuat posisi pengepungan setengah lingkaran, secara kebetulan
berbentuk satu lingkaran pengepungan dengan pihak orang-orang perguruan panah
bercinta. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sin eng Tong Bu kong, Kui to Thian yu Cinjin, Kiu
wi hou Kongsun Po serta Say Khi pit yang telah kehilangan sebuah lengannya ternyata
telah mengepung para jago dari Thi eng pang ditengah arena.
Waktu semua orang telah menghentikan pertarungan, Hoa Kok khi diam-diam
memperhatikan gerak gerik pihak Thi eng pang, iapun mengawasi si nona berbaju perak
serta Ji Cin peng sekalian yang berada diluar lingkaran pengepungan, dia tahu jika
pertempuran sampai berkobar hari ini, menang kalah tak akan bisa diketahui sebelum
banjir darah menodai seluruh permukaan tanah.
Ketika mengawasi pula wajah para jago dari Thi eng pang, tampaklah raut muka
mereka diliputi keseriusan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah mereka,
tampaknya setiap orang telah bertekad untuk beradu jiwa, ini membuktikan bahwa
pertempuran yang bakal berlangsung pasti akan jauh lebih mengerikan daripada apa yang
diduganya semula.
Sekalipun semua pihak sudah mempersiapkan diri dengan baik, pembagian tugas untuk
menghadapi musuhpun sudah diatur, tapi karena setiap orang mempunyai maksud pribadi
sendiri, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi"
Asal dua orang saja diantara pihaknya mengambil keputusan untuk menarik diri
ditengah jalan, sudah bisa dipastikan pihaknya akan mengalami kekalahan total.
Itulah sebabnya, untuk beberapa waktu lamanya ia tak berani mengambil keputusan
apapun. 000o000 Thi eng pangcu Oh Bu hong menyapu sekejap kawanan jago yang hadir diarena,
kemudian mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Kalau didengar dari gelak tertawa Oh Bu hong yang penuh disertai hawa amarah itu,
suatu pertarungan sengitpun setiap saat bakal berkobar.
Terdengarlah suara gelak tertawa dari Oh Bu hong itu mulai dari rendah kian lama kian
meninggi, pantulan suaranya yang mendengung diangkasa membuat telinga menjadi
sakit, dalam waktu singkat seluruh perkampungan itu sudah dipenuhi dengan gelak
tertawa nyaring.
Thian san ciang bunjin Tong Bu kong paling tak sabar diantara sekian banyak jago,
pertama-tama ia yang berpekik panjang lebih dulu, kemudian bentaknya.
"Oh pangcu, sungguh amat sempurna tenaga dalammu, cuma setiap orang yang hadir
sekarang kebanyakan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan, aku rasa kau tak perlu
memamerkan ilmu silatmu lagi untuk menggertak hati orang"
Benar juga, Oh Bu hong segera menghentikan gelak tertawanya, ia berkata, "Mati atau
hidup suatu pertarungan tak dapat dihindari lagi, apa salahnya kalau kamu berlima
mencoba-coba dulu kelihayan dari perkumpulan Thi eng pang kami?"
Tong Bu kong mengayunkan pedangnya, kemudian menjawab, "Kalau memang begitu,
biar kami mencoba lebih dahulu sampai dimanakah kelihayan ilmu silat dari orang-orang
Thi eng pang?"
Selesai berkata, dengan pedang terhunus ia menerjang lebih dulu kedalam arena.
Hoa Kok khi, Thian yu Cinjin, Kongsun Po serta Say Khi pit serentak menggerakkan pula
senjatanya untuk menerjang maju kedepan, kiranya dalam waktu singkat para jago dari
Thi eng pang telah membentuk sebuah barisan.
Ketika Oh Bu hong memutar pedang Thi eng kiam koaynya keudara, sembilan orang
sisa dari delapan belas elang baja yang masih hidup itu mendadak bergerak saling
bersimpangan dan membentuk satu barisan, masing-masing berjaga disuatu sudut
tertentu, sementara Ki li Soat, Oh Bu hong, Cian seng khi su Wan Kiam ciu serta Gan tiong
ciang Kwan Kim ceng masing-masing berdiri disudut timur, barat utara dan selatan.
Tong Bu kong bergerak paling dulu, gerakan tubuhnya paling cepat pula, secepat
sambaran kilat pedangnya sudah menyambar kedepan menusuk tubuh Ki li Soat.
Tiba-tiba Ki li Soat mundur kebelakang, secepat kilat dari sisi tubuhnya menyambar
datang sebatang toya pedang yang menangkis datangnya tusukan tersebut, sedemikian
cepat dan kuatnya serangan itu, hampir saja membuat pedangnya tergetar lepas dari
cekalan. Hal mana segera membuat Tong Bu kong menjadi tertegun.
Dalam sekejap mata itulah, serangan balasan lawan telah berada didekat tubuhnya,
toya pedang itu dengan membawa desingan angin tajam langsung menyambar
kepinggangnya. Kiranya sewaktu Ki li Soat mundur kebelakang tadi, bersamaan waktunya Oh Bu hong
sudah maju kedepan menggantikan kedudukan gadis tersebut, kerja sama mereka
ternyata amat rapat dan luar biasa, sedikitpun tidak meninggalkan peluang yang bisa
dimanfaatkan oleh musuh untuk melukai mereka.
Termakan oleh tangkisan toya pedang dari Oh Bu hong sehingga pedangnya hampir
terlepas, Tong Bu kong merasa amat terperanjat, cepat-cepat ia melompat mundur sejauh
lima depa kesamping kanan sambil pikirnya.
"Dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Oh Bu hong berilmu
tinggi dan berkekuatan mengejutkan hati orang, tampaknya berita tersebut bukan berita
kosong belaka, aku tak boleh beradu kekuatan lagi dengannya, lebih baik kumanfaatkan
kelincahan untuk mencari kemenangan?"
Setelah mengambil keputusan, ia mempersiapkan kembali pedangnya, ia bermaksud
menggunakan beberapa jurus sakti dari ilmu pedang Ciat mia kiam hoat aliran Thian san
untuk mencoba ilmu silat lawan.
Tapi sebelum hal itu dilakukan, tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat lewat,
posisi barisan lawan kembali mengalami perubahan.
Terdengar seseorang tertawa dingin lalu berseru, "Sambut dulu sebuah pukulan Gan
tiong ciang ku ini."
Selesai berkata, tiba-tiba terasa segulung angin pukulan yang dingin dan lembut
menyergap tiba dengan kekuatan yang betul-betul mengerikan sekali.
Tong Bu kong adalah ketua dari perguruan Thian san pay, kesempurnaan tenaga dalam
yang dimilikinya boleh dibilang sejajar dengan kepandaian ketua sembilan partai besar,
ketika merasakan datangnya angin pukulan yang sangat aneh, buru-buru ia mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, kemudian disambutnya serangan dari Kwan
Kim ceng tersebut dengan keras lawan keras.
Ilmu pukulan Gan tiong ciang dari Kwan Kim ceng termasuk suatu ilmu pukulan yang
beraliran lain, serangannya mengandung tenaga pukulan yang bersifat dingin dan lunak,
sama sekali tidak membawa desingan angin tajam, tapi begitu mengena disasaran, tenaga
getarannya luar biasa sekali.
Akibat dari tangkisan Tong Bu kong yang melakukan pertarungan keras lawan keras itu,
seketika itu juga tubuhnya tergetar keras sehingga mundur tiga langkah kebelakang.
Walaupun demikian, tenaga getaran yang terpancar keluar dari tubuhnya sempat pula
menggetarkan lengan Kwan Kim ceng hingga terasa kaku dan kesemutan.
Kenyataan ini segera membuat kedua belah pihak sama-sama merasa terperanjat,
keangkuhan dan kejumawaan merekapun berkurang banyak.
Sementara itu serangan gabungan dari Hoa Kok khi berlima sudah mulai beraksi.
Dalam waktu singkat, angin pukulan menderu-deru bagaikan hembusan angin puyuh,
cahaya golok berkilauan, hawa pedang membumbung keangkasa, bayangan manusia
saling menyambar kian kemari, keadaan betul-betul mengerikan"
Pertarungan ini merupakan pertempuran tingkat tinggi yang melibatkan sekawanan
jago persilatan yang berilmu tinggi, sedemikian serunya pertarungan itu berlangsung,
membuat para penonton merasakan matanya menjadi berkunang-kunang.
Sudah sekian lama Hoa Kok khi berlima bersama-sama melancarkan serangan
gabungan namun kenyataannya, bukan saja barisan dari Thi eng pang tak berhasil
ditembusi, bahkan oleh gerakan para jago Thi eng pang yang bersimpang siur dan selalu
berganti posisi ini, kekuatan gabungan mereka berlima itu segera kena ditekan dan
terkendalikan, dari posisi bertahan kini Thi eng pang mengambil alih pucuk pimpinan dan
mulai melancarkan serangkaian serangan balasan.
Terutama sekali Oh Bu hong, keampuhan dan keberaniannya betul-betul mengerikan,
sapuan-sapuan toya pedangnya tak pernah disambut lawan dengan kekerasan.
Sambil melancarkan serangkaian serangan gencar Hoa Kok khi mulai meninjau kembali
situasi yang sedang dihadapinya.
Ia saksikan pihak Thi eng pang selalu mengandalkan perubahan barisannya yang sakti
dan tangguh untuk setiap saat berganti kedudukan sambil mengatasi keadaan, tiba-tiba
mereka menyerang dengan kekerasan, tiba-tiba pula mereka bertahan dari sergapan.
Sebaliknya orang-orang dari pihaknya harus berjuang mati-matian untuk melawan
serangan dari tiap penjuru yang datang secara bertubi-tubi, sistim pertarungan ini paling
banyak membuang tenaga, terutama Say Khi pit yang baru sembuh dari lengannya yang
kutung, ia paling kepayahan dan keteter hebat.
Ia mulai sadar bila keadaannya sudah mulai payah dan menunjukkan tanda-tanda
keletihan, pihak lawan pasti akan membuka serangan terbuka dengan pengerahan
segenap tenaga yang dimilikinya, itu berarti keadaan pihaknya akan bertambah gawat.
Menyadari akan hal tersebut, Hoa Kok khi mulai memutar otaknya untuk mencari akal
guna mengatasi situasi yang serba tidak menguntungkan ini.
Tapi, walau otaknya sudah diperas sampai habis belum juga ia menemukan cara terbaik
untuk menanggulangi kesulitan itu, ia mulai gelisah bercampur cemas, peluh dingin mulai
bercucuran membasahi sekujur badannya.
Haruslah diketahui, Oh Bu hong adalah seorang jagoan yang pintar dan cerdas baik
dalam ilmu silat maupun dibidang sastra, ia memiliki kemampuan yang melebihi orang
lain. Sampai saat ini ia belum juga melancarkan serangan dahsyat yang mematikan lawan,
ini bukan disebabkan ia tak mampu, melainkan ia tahu jika gabungan dari kelima orang ini
berhasil dirobohkan, niscaya musuh berikut yang harus dihadapi adalah pihak Thian san
pay atau mungkin juga Ji Cin peng serta Gak Lam kun.
Waktu itu posisinya yang lebih lemah pasti akan terdesak ditawan angin, bahkan
kemungkinan besar dapat dihancurkan oleh musuh bila pihak Gak Lam kun sampai bekerja
sama dengan pihak si nona berbaju perak.
Itulah sebabnya sebelum ia berhasil mendapatkan cara paling tepat untuk menghadapi
kelompok nona berbaju perak, Ji Cin peng serta Gak Lam kun ia ingin menghancurkan
gabungan dari Hoa Kok khi berlima secara tergesa-gesa, sehingga ia kehilangan
kesempatan baik untuk mempertahankan diri.
Agaknya Ki li Soat dapat membaca jalan pemikiran dari Oh Bu hong, cepat ia berpurapura
mengikuti perubahan dari gerak barisan itu untuk menyelinap kesamping ketuanya
setelah itu bisiknya lirih, "Gihu (ayah angkat) mengulur waktu terus menerus bukan suatu
cara yang paling sempurna, lebih baik kita berganti barisan dan berjalan sambil bertarung,
asal kita sudah mundur dari perkampungan ini posisi kita akan lebih menguntungkan."
Ditengah pertarungan tiba-tiba Oh Bu hong berpekik nyaring toya pedangnya berputar
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu lingkaran diatas kepalanya, posisi barisanpun seketika mengalami perubahan besar.
Kali ini masing-masing berdiri dengan punggung menghadap kedalam, wajah
menghadap keluar, sambil bertempur membendung serangan musuh, mereka mulai
menerjang maju kedepan.
Tapi Ji Cin peng, Gak Lam kun serta si nona berbaju perak yang berada diluar
gelanggangpun segera ikut menggeserkan pula kepungan mereka mengikuti setiap
pergeseran yang terjadi.
Mendadak" pada saat itulah Ki li Soat mulai unjukkan kelihayannya, ia loloskan pedang
bambunya lalu dengan sistim membabat, menotok, membacok dan menyapu ia
menghamburkan serangkaian serangan yang benar-benar amat dahsyat, hawa pedang
yang tajam dan dingin menggidikkan hatipun segera menyebar keempat penjuru.
Keadaan itu ibaratnya seekor naga sakti yang keluar dari awan, kelihayannya susah
dibendung secara gampang.
Permainan toya pedang Thi eng kiam koay dari Oh Bu hong lebih dahsyat lagi, dimana
angin toya itu menyambar, segera terasalah hembusan angin serangan yang dahsyat
bagaikan gulungan ombak yang menghantam karang.
Termakan serangan-serangan dahsyat dari Oh Bu hong dan Ki li Soat yang amat
mengerikan itu. Kongsun Po, Say khi pit dan Tong Bu kong terdesak hebat sehingga harus
mundur berulangkali kebelakang, keadaan ini menambah kritisnya keadaan dari Say khi
pit, tampaknya asal diserang beberapa jurus lagi, niscaya dia akan terluka parah.
Sesungguhnya waktu itu Hoa Kok khi sedang menyerang sayap kiri, ketika dijumpainya
Tong Bu kong bertiga tak sanggup membendung tenaga gabungan dari Oh Bu hong serta
Ki li Soat tiba-tiba ia berpekik panjang, pedang bajanya segera diloloskan, kemudian
teriaknya, "Saudara Tong, jangan gugup, siaute datang membantu"
Pedang bajanya diayunkan berulangkali melancarkan tiga buah serangan kilat, dalam
waktu singkat hawa pedang menyelimuti seluruh gelanggang bagaikan awan hitam
diangkasa Cian seng khi su Wan Kiam ciu kontan terdesak mundur selangkah.
Berhasil dengan serangannya, ia segera melejit keudara" lalu dengan jurus Ku ing
heng hui (Burung manyar terbang sendiri), ia melompat sejauh satu kaki keudara, belum
lagi kakinya mencapai permukaan tanah, pedang bajanya secepat kilat telah menyambar
kebawah mengancam jalan darah Thian leng hiat diubun-ubun Oh Bu hong.
Ketika itu Oh Bu hong sedang mempersiapkan pedang toya Thi eng kiam koaynya
untuk mendesak Iong Bu kong, sewaktu merasakan tibanya sergapan angin pedang dari
atas kepala, mau tak mau dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu, toya pedangnya
segera diputar dan langsung menyapu kearah batok kepala Hoa Kok khi.
Hoa Kok khi cukup mengetahui betapa dahsyatnya sapuan toya tersebut, ia tak berani
menyambut dengan kekerasan, mendadak pedangnya ditarik kembali, kemudian tubuhnya
melayang turun ketanah"
Begitu kakinya menempel ditanah, kali ini dia menyerang diri Ki li Soat"
Menggunakan kesempatan itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras dan
menerjang kemuka, Wees! Wees! Wees! pukulan gencar dilepaskan untuk membendung
gerak maju Oh Bu hong, sementara senjata Hudtimnya melancarkan tiga buah sapuan.
Sementara itu, Ki li Soat yang menyaksikan Hoa Hok khi menyerang tiba sambil
mengayunkan pedangnya, dengan cepat menghimpun tenaga dalamnya kedalam lengan
kiri, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan jurus ampuh Liok jit cay shia (Pelangi
indah dikala senja) untuk mendesak mundur Kongsun Po, tendangan yang berantai
memaksa Say Khi pit melompat kesamping, kemudian pedang ditangan kanannya yang
telah dipersiapkan, segera ditusukkan kedada Hoa Kok khi begitu musuhnya mendekat.
Bukan begitu saja, dengan menyerempet bahaya ia menerjang maju lebih kedepan,
pedangnya ditempelkan kebadan sambil badannya berputar, begitu tiba disisi Hoa Kok khi,
pedang bambu ditangan kanannya sama sekali tak bergerak, hawa murni dengan cepat
dihimpun kedalam senjata itu.
Jari tengah dan telunjuk tangan kiri Ki li Soat tiba-tiba menyambar kemuka menotok
jalan darah Im bun hiat di bahu kanan Hoa Kok khi, kaki kanannya menyusul kemudian
melancarkan sebuah tendangan menghajar jalan darah tok pit hiat dipersendian tulang
lutut kaki kiri lawan.
Hoa Kok khi sangat terkejut, segera pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki gadis ini betulbetul
jauh berbeda dengan kepandaian yang lain"
Tangan kirinya segera balas melancarkan sergapan menotok jalan darah Tee khi hiat
dikaki kanan Ki li Soat, badannya berjongkok menghindari sepasang jari tangannya musuh,
bahu kanannya dengan kekuatan besar ditumbukkan kejalan darah Koat hun hiat ditubuh
sang gadis. Kedua orang itu sama-sama merupakan jago persilatan paling top dalam dunia
persilatan dewasa ini, kecepatan gerak mereka sungguh cepat sekali, setiap serangan
maupun serangan balasan semuanya tertuju kejalan darah penting ditubuh lawan.
Ki li Soat sama sekali tidak menyangka kalau serangan balasan dari lawan dilancarkan
dengan kecepatan serta keganasan yang luar biasa, tendangan kaki kanannya tiba-tiba
miring kesamping menghindari serangan tangan kiri lawan yang menghantam kebawah,
lalu menyapu keatas kaki kanan Hoa Kok khi yang sedang menghantam tiba.
Sekalipun demikian, Ki li Soat termakan juga oleh tumbukan bahu Hoa Kok khi yang
cepat itu persis diatas lengan kirinya.
Masing-masing pihak segera mundur kebelakang sambil berbisik dihati, "Sungguh
berbahaya!"
Sedemikian tegang dan berbahayanya pertarungan jarak dekat yang berlangsung
antara kedua orang itu, membuat Oh Bu hong serta si tosu setan Thian yu Cinjin lupa
untuk meneruskan pertarungan mereka.
Menanti kedua orang itu sama-sama sudah melompat mundur, Oh Bu hong baru
menggerakkan lengannya untuk melancarkan sebuah totokan ketubuh Thian yu Cinjin.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang secara tibatiba,
ia terdesak hingga terpaksa memutar badan sambil menjatuhkan diri ketanah,
kemudian menggelinding sejauh tiga empat depa kesamping kanan.
Untung Tong Bu kong dan Kongsun Po segera maju sambil melancarkan serangan
sehingga Thian yu Cinjin lolos dari bahaya, seandainya Oh Bu hong memanfaatkan
kesempatan itu untuk mengejar lebih jauh, walaupun Thian yu Cinjin bisa lolos dari
sergapannya, paling tidak ia akan dipaksa hingga berada dalam keadaan mengenaskan.
Hoa kok khi tertegun sejenak, kemudian membentangkan kembali pedangnya sambil
melancarkan serangan.
Ki li Soat segera menyambut ancaman itu dengan ayunan pedang bambunya yang
tajam. Suatu pertarungan sengit kembali berkobar, kali ini masing-masing pihak telah sadar
bahwa mereka sudah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai
sebelum ini, mereka tak berani bertindak gegabah, kedua belah pihak segera
mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk saling merobohkan, pertarungan
berlangsung seru, semua ancamanpun tertuju pada tempat-tempat mematikan ditubuh
lawan. Sedemikian sengitnya pertarungan itu berlangsung, tanpa disadari Ki li Soat telah
melepaskan diri dari barisan dan membentuk suatu pertarungan satu lawan satu yang
tersendiri. Dengan kepandaian silat mereka yang seimbang untuk beberapa waktu keadaan
berlangsung seri, menang kalahpun sukar ditentukan.
Dipihak lain, pertarungan antara si Tosu setan Thian yu Cinjin melawan Oh Bu hong
telah masuk pula kebabak yang paling menegangkan.
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng bertempur melawan Bu seng siangseng Tong Bu
kong, sastrawan aneh seribu bintang Wan Kiam ciu bertarung melawan Kongsun Po serta
Say Khi pit. Dia yang musti bertarung melawan empat tangan sekaligus tampak keteter sehingga
mundur terus kebelakang, untung saja delapan orang laki-laki elang baja setiap kali selalu
membantu, sehingga mara bahaya selalu berhasil diatasinya.
Dalam pada itu, Si Tiong pek yang duduk bersila diatas tanah mendadak melompat
bangun, wajahnya tampak segar kembali, tidak seperti sewaktu terkena pukulan Tay siu
im khi dari Hoa Kok khi tadi.
Kiranya setelah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi Si Tiong pek yang
cerdik segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak hawa jahat itu kepelbagai
nadi penting, kalau tidak demikian hawa racun dingin itu niscaya akan langsung
menyerang kedalam isi perutnya.
Setelah melewati sekian waktu, dengan ilmu penyembuhan rahasia yang tercantum
dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, setelah mengatur pernapasan sejenak, akhirnya
tenaga dalam yang dimiliki telah pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan sepasang matanya yang tajam dia awasi sekejap sekeliling arena, diiringi
kilatan cahaya tajam yang menyilaukan mata, secepat kilat Si Tiong pek melancarkan
sebuah sergapan kilat kepunggung Say Khi pit"
Tusukan itu dilancarkan dengan kecepatan tinggi dan menyergap dari belakang,
agaknya tak mungkin buat Say Khi pit untuk menyelamatkan diri lagi dari serangan
tersebut. "Traaang"!" tiba-tiba terdengar suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga,
dengan pedang Giok siang kiam yang tajam Gak Lam kun telah menangkis tusukan Si
Tiong pek yang ditujukan kejalan darah Hong gan hiat dipunggung Say Khi pit itu.
Begitu Gak Lam kun turun tangan, delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan
bilah pedangnya segera menyerbu pula kedepan.
Ji Cin peng kuatir Gak Lam kun mendapat celaka, sambil membentak nyaring dia ikut
menyerbu pula kedalam gelanggang pertarungan, Weess! Weess..!
Dua pukulan dahsyat yang membawa serangan angin puyuh segera menggulung
kemuka. Delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera merubah
posisi mereka, dalam sekejap mata cahaya tajam yang berkilauan bagaikan bendungan
sungai yang jebol, dengan dahsyatnya menghantam ketubuh Ji Cin peng.
Menyaksikan kejadian ini Ji Cin peng mengerutkan dahinya, lalu membentak keras,
"Manusia yang tak tahu diri, kau anggap aku tak berani melukai orang..?"
Selesai berkata, secepat kilat ia menyerbu kedalam barisan pedang, dimana jari
tangannya berkelebat, dua orang laki-laki elang baja segera roboh terkapar ketanah.
Si Tiong pek menjadi amat mendongkol ketika dilihatnya Gak Lam kun menangkis
pedangnya, sambil tertawa dingin ia berkata, "Saudara Gak, kau terlalu menghina orang"
"Aku tidak rela musuh besarku mati diujung pedang orang lain" kata Gak Lam kun
dingin. Si Tiong pek segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Bagus sekali! Tidak kusangka kau begitu keras kepala?"
Pedangnya segera diayunkan melepaskan sebuah bacokan kilat.
Gak Lam kun tahu bahwa ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan pesat, ia tak berani
memandang enteng, pedang segera diputar melepaskan serangan balasan, pertarungan
sengit segera berkobar.
Begitu pertarungan antara kedua orang ini berlangsung, diam-diam Oh Bu hong merasa
terperanjat. Semua gerakan pedang yang dilancarkan Si Tiong pek rata-rata adalah gerak serangan
aneh yang sukar diduga sebelumnya, jelas jurus-jurus pedang itu bukan ajarannya sendiri,
gerakan tubuhnya yang lincah dan gesit, enteng bagaikan hembusan angin membuat ia
terheran-heran, ia tak tahu darimana pemuda itu mempelajari ilmunya.
Ketika memperhatikan gerak tubuh Gak Lam kun, ternyata jauh lebih ampuh lagi,
bagaimanapun sempurna dan saktinya gerakan pedang Si Tiong pek, asal ia
menggerakkan sedikit tubuhnya, serangan tersebut segera berhasil dihindari.
Terutama sekali dua serangan balasan yang kemudian dilancarkan Gak Lam kun,
ternyata disertai dengan tenaga dalam yang kesempurnaannya sangat mengerikan.
Tiba-tiba terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan"
Dengan perasaan terperanjat, Oh Bu hong berpaling"
Tampak kedelapan orang laki-laki elang bajanya telah dihajar oleh Ji Cin peng sehingga
kocar kacir tak karuan.
Waktu itu si Tosu setan Thian yu Cinjin sedang mengerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya untuk menyerang Oh Bu hong, tiba-tiba ia berpekik nyaring, toya pedang Thi
eng kiam koaynya menyapu kedepan dengan tenaga dahsyat disamping angin tajam
terasa memekikkan telinga.
Thian yu Cinjin terkesiap, pikirnya, "Begini dahsyat serangan toya pedang ini, benarbenar
tak pernah kujumpai sebelumnya"
Sambil membuang tubuhnya kebelakang ia melompat mundur sejauh delapan depa
lebih. Setelah berhasil mendesak mundur Thian yu Cinjin, menggunakan kesempatan itu Oh
Bu hong melejit keudara dan menerkam Ji Cin peng, berada ditengah udara pedang toya
Thi eng kiam koaynya diputar menciptakan selapis bayangan senjata yang memenuhi
seluruh angkasa, diiringi suara guntur yang memekikkan telinga segera menghantam
keatas kepalanya.
Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan musuh yang ibaratnya bukit Thaysan
menindih kepala itu, Ji Cin peng tak ingin beradu kekerasan dengannya, cepat ia
menyelinap beberapa kaki kesamping untuk menghindarkan diri.
Sesudah kakinya menempel ditanah, Oh Bu hong tertawa dingin, lalu tegurnya, "Kami
perkumpulan Thi eng pang belum pernah berselisih atau bermusuhan dengan perguruan
anda, sesungguhnya apa maksud nona dengan melukai anggota perkumpulan kami?"
"Dalam suatu pertarungan, yang luka atau yang mati tak dapat dihindari, jika Oh
pangcu menegur aku pada saat seperti ini hmm" hmm" sungguh membuat aku sukar
untuk menjawab"
Tak terlukiskan rasa gusar Oh Bu hong ketika didengarnya pihak lawan malah
menyindir dirinya, dengan dingin ia menukas, "Masih begitu muda bermain kayu
didepanku, hmm! Kau anggap kami orang-orang Thi eng pang betul-betul takut
kepadamu?"
"Peristiwa yang terjadi hari ini jauh berbeda dengan peristiwa dimasa lalu" kata Ji Cin
peng dengan dingin, "meskipun antara perkumpulanmu dengan perguruanku tiada ikatan
dendam atau perselisihan, tapi yang kita perebutkan sekarang adalah Lencana pembunuh
naga, seandainya Oh pangcu bersedia mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu?"
Oh Bu hong segera tertawa dingin, tukasnya, "Dengan mengandalkan kekuatan dari
perguruan panah bercinta kalian ingin memaksa lohu mempersembahkan Lencana
pembunuh naga itu?"
Mendadak toyanya diputar dan menyapu ketubuh Ji Cin peng dengan kecepatan
bagaikan kilat.
Dengan sepasang alis mata berkenyip, Ji Cin peng melompat kesamping untuk
menghindarkan diri"!
Gak Lam kun segera membentak keras, serunya, "Oh pangcu, sungguh hebat tenaga
seranganmu itu!"
Telapak tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk memukul mundur Si
Tiong pek, setelah itu badannya melompat kedepan, pedangnya diputar dengan jurus Ki
hong teng ciat (burung hong terbang ular membelit) kemudian langsung ditusukkan
kedepan. Oh Bu hong merasa amat terperanjat, ia saksikan tusukan pedang dari Gak Lam kun itu
segera menciptakan selapis jaringan pedang yang amat rapat, sedemikian rapatnya
sehingga burung gereja sukar melewati, ikan diair pun sukar menyeberangi.
Dengan cepat ia mengerahkan tenaga dalamnya sambil membentak keras, "Ilmu
pedang bagus!"
Toyanya dengan cepat diputar menciptakan selapis bayangan toya yang melindungi
seluruh badan. "Traang! Trang! Traang!" suara benturan-benturan nyaring yang memekikkan telinga
segera berkumandang tiada hentinya.
Percikan bunga api menyebar keempat penjuru, bayangan sinar yang menyilaukan
mata memancar kemana-mana"
Dalam bentrokan itu, kedua belah pihak sama-sama merasa bahwa tenaga dalam yang
dimiliki musuhnya sungguh jarang ditemui didunia ini seandainya tidak menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, sungguh amat sulit untuk dipercayai, darah didalam dada
segera terasa bergetar keras.
Seandainya bentrokan ini terjadi beberapa hari berselang niscaya Gak Lam kun sudah
dibikin terluka oleh getaran tenaga dalam Oh Bu hong yang sempurna, tapi kini tenaga
dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat, sekalipun tubuhnya dipaksa mundur
tiga langkah akan tetapi isi perutnya sama sekali tidak terluka.
Oh Bu hong maju selangkah kedepan, telapak tangan kirinya tiba-tiba diayun kedepan
membacok tubuh Gak Lam kun, pedang Thi eng kiam koay ditangan kanannya menusuk
kejalan darah Tam thian hiat dilambung, sedangkan kaki kanannya melayang kedepan
menendang jalan darah Hu hau hiat dikaki kirinya.
Sambil bergerak maju, s
Duel 2 Jago Pedang 3 Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Pendekar Laknat 2
rapa milimeter saja, nyaris saja gadis itu terhajar telak.
Sementara Ji Cin peng baru saja melayang turun empat kaki jauhnya dari posisi
semula, para jago dari perguruan panah bercinta telah bergerak kedepan.
Delapan belas orang ahli pemanah dari perguruan panah bercinta itu masing-masing
melancarkan dua buah panah kilat untuk menghadang pengejaran dari sekawanan jago
persilatan itu.
"Hei, orang-orang dari perguruan panah bercinta, dengarkan baik-baik! Kalian
menginginkan Lencana pembunuh naga" Ataukah menginginkan selembar jiwanya?"
Ketika Ji Cin peng berpaling tampak lengan Si Tiong pek telah mencengkeram urat nadi
pada pergelangan kiri Gak Lam-kun, sementara ujung lengan kirinya yang kutung
menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung pemuda tersebut.
"Besar amat nyalimu!" bentak Ji Cin peng dengan gusar, jika kau berani mengusik
seujung rambutnya pun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat!"
0000O0000 Si Tiong Pek tak mau kalah, sambil tertawa dingin iapun balas mengancam, "Jika kau
berani maju selangkah lagi, aku segera hancurkan isi perutnya"."
Barusan, para jago lihay yang hadir disana hanya tahu memusatkan semua perhatian
pada pertarungan, siapapun tak ada yang tahu kalau secara diam-diam Si Tiong pek telah
ngeloyor pergi dan membekuk Gak Lam-kun sebagai sandera.
Kiranya Si Tiong pek telah merasa bahwa ia sama sekali tak berkemampuan untuk ikut
memperebutkan Lencana pembunuh naga tersebut, sebagai seorang pemuda licik yang
memiliki tipu muslihat, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
Cinta kasih Ji Cin peng terhadap Gak Lam-kun telah menimbulkan suatu ide bagus
dalam benaknya, ia merasa asal pemuda tersebut berhasil dibekuknya niscaya Ji Cin peng
akan menyerahkan lencana pembunuh naga tersebut dengan begitu saja kepadanya.
Maka tanpa sepengetahuan semua orang, diam-diam ia menyusul diri Gak Lam-kun dan
berusaha membekuknya.
Tentu saja dengan keadaan Gak Lam-kun pada saat ini, dengan sangat mudah ia
berhasil mewujudkan maksud hatinya itu.
Tanpa membuang tenaga yang terlalu besar Si Tiong pek telah menundukkan Gak Lamkun
dan membawanya kearena.
Ki Li soat yang menyaksikan kejadian itu menjadi sedih sekali, serunya dengan lirih,
"Engkoh Si kau jangan berbuat demikian!"
Si Tiong pek tertawa dingin.
"Adik Soat, kau lebih baik berdiri saja disana tanpa bergerak, kau musti tahu apa yang
telah kuucapkan bisa pula kulakukan. Demi Lencana pembunuh naga, aku tak akan segansegan
melakukan tindakan macam apapun juga!"
Ki Li soat tidak berdiam diri, selangkah demi selangkah ia berjalan menghampiri Si
Tiong.pek katanya lagi dengan lembut, "Engkoh Si perbuatanmu itu terlalu rendah dan
memalukan hal mana akan sangat mempengaruhi nama baik dari perkumpulan Thi eng
pang kita!"
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan tahutahu
Han Hu hoa telah melambung ketengah udara lalu dengan menggunakan ikat
pinggangnya ia menyambar lengan Si Tiong pek.
Dengan cekatan Si Tiong pek melejit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian
ditariknya tubuh Gak Lam-kun kedepan tubuhnya.
"Perempuan rendah, cepat hentikan perbuatanmu!" bentaknya "kalau kau berani
bertindak satu jurus lagi jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji"
Terpaksa Han Hu hoa menarik kembali ikat pinggangnya, setelah tertawa dingin ia
berkata, "Jika kau berani membunuhnya, maka kaupun jangan harap bisa meninggalkan tempat
ini dengan selamat!"
Dalam pada itu Ji Cin peng tidak bisa banyak berkutik, sambil menggigit bibir dia hanya
bisa mengikuti jalannya peristiwa itu dengan mata melotot besar penuh kegusaran.
Sementara itu Ki Li soat telah berada satu kaki dihadapan Si Tiong pek, dengan suara
lembut ia lantas berkata, "Engkoh Si, kumohon kepadamu lepaskan dia"
Si Tiong pek tertawa dingin.
"Adik Ki, aku betul-betul merasa kuatir sekali bagi perbuatanmu yang "pagar makan
tanaman" ini, jika kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau segera kubunuh dirinya
secara mengerikan"."
Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun mendengus tertahan, kulit wajahnya segera
mengejang keras.
Tak terlukiskan rasa kaget Ki Li soat menghadapi kejadian tersebut, buru-buru ia
hentikan langkahnya dan menatap wajah si anak muda itu tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Mendadak terdengar Ji Cin peng berkata, "Delapan belas pemanah panah bercinta, jaga
mereka semua baik-baik, siapa yang berani menerjang kemari, panah dia sampai mampus.
Siau Nay nay, sekarang aku ingin memohon bantuanmu, apakah kau orang tua bersedia
memenuhi keinginanku?"
Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
"Aaai". serahkan saja Lencana pembunuh naga itu kepadanya!" ia berkata, "aku tak
tega menyaksikan ia dibunuh orang dengan isi perut yang hancur remuk."
Dengan wajah sedingin es Si Tiong pek memandang sekejap kearah kawanan jago
yang berada disekeliling tempat itu, kutungan lengan kirinya yang menempel diatas jalan
darah Mia bun hiat dipunggung Gak Lam-kun telah disaluri dengan tenaga dalam,
sementara sekulum senyuman dingin yang penuh perasaan bangga tersungging diujung
bibirnya. Pelan-pelan Ji Cin peng maju kedepan, kemudian sambil menatap wajah Si Tiong pek
katanya dengan dingin, "Bila kau berani menyelakainya secara diam-diam maka jangan
harap kau bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat!"
Dengan sigap Si Tiong pek menarik tubuh Gak Lam-kun dihadangkan dihadapannya lalu
sambil tertawa ia berkata, "Nona tak usah kuatir, aku cuma menginginkan Lencana
pembunuh naga!"
Ji Cin peng menggetarkan pergelangan tangannya, kotak kumala yang berada
ditangannya itu segera dibuang keatas tanah dua depa disisinya.
"Ambillah!" ia berkata.
Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang dua kali suara dentingan khim yang
memekikkan telinga.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat dengan cepat ia menggerakkan kaki kirinya
untuk mencungkil kotak berisi Lencana pembunuh naga itu dari atas tanah, kemudian
mengempitnya dengan ketiak.
Tapi pada saat itu juga Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sianseng Tang Bu kong
dan Kiu wi hou Kongsun Po telah berlompatan kedepan dengan kecepatan, bagaikan kilat.
Sreet! Sreet! Sreet".! Delapan belas pemanah dari perguruan panah bercinta, secepat
kilat membidikkan sebaris panah bercinta kearah kawanan jago persilatan itu.
Sekalipun panah-panah bercinta itu sangat lihay dan menyambar datang dengan
kecepatan Iuar biasa namun tiga orang tersebut merupakan jago-jago lihay dari dunia
persilatan. Menghadapi ancaman tersebut masing-masing segera melancarkan sebuah pukulan
dahsyat kearah panah-panah yang sedang menyambar tiba itu, begitu hujan panah
berhasil ditanggulangi, merekapun menerjang kearah pemanah-pemanahnya.
"Wees".! Wees".!" kembali mereka lancarkan pukulan dahsyat untuk menghantam
kedelapan belas pemanah tersebut.
Ternyata delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta itu cukup gesit
dan cekatan masing-masing orang segera membuyarkan diri kesamping untuk
menghindarkan diri.
Tapi dengan demikian maka ketiga orang jago lihay itupun langsung menerjang kearah
perempuan berambut putih, Jit poh toan hun Kwik To serta Lam ciang ceng kan kun
Siangkoan lt. "Delapan pemanah panah bercinta, cepat bubar!" tiba-tiba bentakan gusar
berkumandang memecahkan keheningan.
Sambil mengayunkan sepasang telapak tangannya, perempuan berambut putih atau
Siau Nay nay itu menerjang kemuka dan membabat tiga orang musuh yang telah tiba
didepan mata itu.
Seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki perempuan berambut putih itu sangat lihay,
sekalipun serangan yang ia lancarkan ini tampak enteng seperti sama sekali tidak
membawa kekuatan apa-apa, sesungguhnya itulah ilmu pukulan Boan yok ciang lip dari
kalangan Budha yang amat dahsyat.
Jika Hoa Kok khi, Tang Bu kong dan Kongsun Po berani menangkis serangan tersebut
niscaya ketiga orarg itu akan terpental oleh tenaga pantulannya yang maha dahsyat itu,
bahkan kemungkinan juga akan mengakibatkan juga mereka terluka.
Apalagi jika tenaga tangkisan mereka makin besar, maka tenaga pantulan yang
munculpun akan semakin hebat pula.
Rupanya Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi cukup mengetahui akan kelihayan pukulan dari
perempuan itu, segera teriaknya keras-keras, "Saudara Tong, saudara Kongsun, jangan
kalian sambut serangan tersebut dengan kekerasan"
Mendengar peringatan tersebut, Tang Bu kong serta Kongsun Po segera miringkan
badannya sambil mundur kebelakang dengan cepat mereka menghindarkan diri sejauh
satu kaki lebih.
Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berhasil menguasai ilmu
Tay Siu im khi yang sangat lihay, maka dia segera lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk
membendung datangnya terjangan dari tenaga pukulan Boan yok ciang lip tersebut.
"Blaaam".!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggelegar
diudara". Akibat dari tenaga benturan tersebut, baik Hoa Kok khi maupun perempuan berambut
putih itu sama-sama merasakan bahunya bergetar keras dan mundur tiga empat langkah,
terutama sekali Hoa Kok khi, paras mukanya sampai berubah menjadi pucat pasi.
Sekilas rasa kaget dan tercengang segera tampil diatas wajah perempuan berambut
putih itu, dari bentrokan yang barusan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama dibikin
terkejut oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, untuk sesaat mereka
tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah.
Dalam pada itu si gadis berbaju perak dari aIiran See thian san dengan diiringi See ih
sam ceng (tiga malaikat dari wilayah See ih) dan empat orang dayang cantik telah muncul
diarena, dengan cepat mereka berdiri tiga kaki dibelakang Si Tiong pek dan menghadang
jalan perginya.
Si Tiong pek memperhatikan sekejap sekeliling ternpat itu, kemudian sambil tertawa
dingin katanya kepada Ji Cin peng.
"Terpaksa aku orang she Si harus merepotkan nona dan anggota partai nona untuk
menghantarkan diriku meninggalkan tempat ini"
Ji Cin peng mendengus dingin, "Hmm".! Sekalipun kau kabur keujung langit toh sama
saja, pasti ada orang yang akan mengejarmu"
"Kau menyanggupi tidak?" tukas Si Tiong pek dengan dingin.
Rasa benci Ji Cin peng kepadanya saat ini sudah merasuk sampai ditularg, tapi oleh
sebab nyawa Gak Lam-kun berada dicengkeramannya, maka ia tak berani sembarangan
mengumbar hawa amarahnya.
Terpaksa sambil mengendalikan rasa geram dalam hatinya ia berkata, "Aku akan
berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungimu, tapi kaupun harus menyanggupi
pula untuk tidak melukai nyawanya walau dalam keadaan apapun"
Sejak kemunculan para jago dari aliran See thian san, Ji Cin peng sudah mulai was-was
dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, ia tahu jika sampai bekerja
sama dengan komplotan dari Hoa Kok khi untuk melancarkan sergapan, niscaya para
jagonya dari perguruan panah bercinta akan kewalahan untuk menghadapi serbuan
mereka. Dalam keadaan demikian, hal pertama yang paling menguatirkan hatinya adalah
tindakan Si Tiong pek bila sampai mencelakai jiwa Gak Lam-kun terlebih dulu.
Padahal perasaan Si Tiong pek ketika itu jauh lebih gelisah dibandingkan dengan Ji Cin
peng ia tahu ilmu silat yang dimiliki kawanan jago dari See thian san rata-rata amat tinggi
jika mereka sampai turun tangan, sekalipun ada pihak perguruan panah bercinta yang
melindunginya, belum tentu perlindungan mereka akan banyak membantu dirinya.
Berpikir sampai disitu, iapun tertawa dingin katanya.
"Seandainya kalian semua mau berusaha dengan sepenuh tenaga tentu saja kekuatan
mereka bisa dibendung, heehh". heehh". heehh". kalau tidak". hati-hati saja dengan
selembar nyawanya!"
Entah apa sebabnya tiba-tiba sekujur tubuh Gak Lam-kun gemetar keras kulit mukanya
mengejang keras, sepasang matanya melotot besar dan mukanya merah membara, sikap
semacam itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.
Menjumpai kejadian tersebut, dengan gusar Ji Cin peng segera membentak keras,
"Apakah kau telah mencelakainya?"
Padahal Si Tiong pek sendiripun tidak tahu, kenapa secara tiba-tiba Gak Lam-kun bisa
rnemperlihatkan kesakitan seperti itu.
Belum sempat dia memberikan jawabannya, dengan suara gemetar Gak Lam-kun telah
berkata, "Nona Bwe". ra". racun yang mengeram dalam tubuhku telah mulai kambuh".
jiwaku sebentar lagi pasti melayang, aku minta". aku minta kepadamu untuk turun
tangan dengan segera untuk merampas kembali Lencana pembunuh naga itu". jangan
biarkan benda itu dirampas orang". Lencana pembunuh naga itu kuperoleh dengan
taruhan nyawa, semoga kaupun bisa menghargai pula benda itu". kau". kau tak usah
memikirkan keselamatanku lagi"."
Remuk redam rasanya hati Ji Cin peng menyaksikan penderitaan yang dialami pemuda
tersebut, tak bisa dibendung lagi airmatanya jatuh bercucuran dengan deras.
Melihat, gelagat tidak menguntungkan, sambil tertawa Si Tiong pek segera berseru,
"Nona! Jika kau tidak menyanggupi permintaanku tadi, saat ini juga akan kubunuh
dirinya!" Kiranya Si Tiong pek kuatir kalau Gak Lam-kun keburu mati sehingga ia tak sempat
mempergunakan dirinya lagi, maka dia ingin menggunakan kesempatan dikala jiwanya
belum melayang, kalau bisa meloloskan diri dari kepungan tersebut dengan selamat.
Mendadak Gak Lam-kun mengayunkan tangan kirinya dan secepat kilat melancarkan
sebuah bacokan ketubuh Si Tiong pek.
Semenjak pertama kali tadi, Si Tiong pek memang telah mempersiapkan diri untuk
menghadapi serangan kilat dari Gak Lam-kun maupun usaha pemuda itu untuk bunuh diri,
maka dengan sama sekali tak gugup ia miringkan tubuhnya kesamping, setelah serangan
musuh dibiarkan lewat, cengkeraman pada tangan kirinya tiba-tiba diperkeras.
Dengusan tertahan bergema diangkasa, kepala Gak Lam-kun segera terkulai lemas
kebawah. Melihat itu, Ji Cin peng segera menjerit kaget teriaknya, "Kau si pembunuh kejam".!"
Hawa sakti yang telah dihimpun dalam telapak tangan kanannya segera diayunkan
kedepan". Dengan gerakan yang gesit dan lincah, Si Tiong pek menyeret tubuh Gak Lam-kun dan
bergeser sejauh enam depa lebih dari posisi semula, bentaknya, "Jangan bergerak kalau
aku tidak membuatnya tak sadarkan diri, ia akan bunuh diri"
Mendengar bentakan itu, buru-buru Ji Cin peng menarik kembali tenaga pukulan yang
telah dilontarkan itu.
Sesudah berhenti sebentar Si Tiong pek berkata lebih jauh, "Harap nona segera
membukakan jalan bagiku kalau kau masih sangsi juga, segera kuhancurkan isi
perutnya"."
Dalam keadaan seperti ini, tiada pilihan lagi buat Ji Cin peng kecuali menerima syarat
musuh, maka ujarnya dengan nyaring, "Siau Nay nay kalian bertugas membendung
pengejaran dari orang-orang itu"
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, suaranya merdu dan merayu
membuat orang terpesona rasanya.
Setelah itu katanya dengan merdu, "Barangsiapa merasa tak sanggup untuk melawan
pengaruh iblis dari irama khim, harap segera mundur dari sini"
Begitu ucapan dilontarkan, See ih sam seng serta empat orang dayang cantik dari
partai See thian san segera melayang mundur dari situ.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, perintahnya dengan cepat, "Nona cepat
halangi perempuan itu untuk memetik khimnya"
Pada saat ini, Ji Cin peng boleh dikata sudah berada dalam kekuasaan Si Tiong pek,
tanpa berpikir panjang ia lantas membentak, secepat kilat tubuhnya menubruk kearah
nona berbaju perak itu, sementara tangan kirinya diayun kedepan melepaskan sebuah
pukulan dahsyat langsung menerjang ketubuh nona berbaju perak itu.
Sekulum senyuman manis yang mempesonakan menghiasi wajah si nona berbaju perak
yang cantik, dengan gesit dia melejit kesamping dan meloloskan diri dari ancaman itu,
kemudian".
"Criing! Criing"."
Kelima jari tangan kanannya telah memetik senar tali khim dan berkumandanglah dua
dentingan nyaring yang membetot sukma.
Ji Cin peng merasakan hawa darah didalam dadanya segera bergelora keras, tenaga
pukulan yang telah dipersiapkan untuk dilancarkan, tiba-tiba membuyar dengan begitu
saja. Si Tiong pek pun merasakan kedua dentingan irama khim tersebut ibaratnya, dua
gulung desingan angin serangan yang tajam menyergap jalan darah dan urat-urat penting
disekujur tubuhnya, serta merta ia mundur dengan sempoyongan, cengkeramannya atas
pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun pun tiba-tiba mengendor.
Sesungguhnya jalan darah ditubuh Gak Lam-kun telah ditotok oleh Si Tiong pek, ia
berada dalam keadaan tak sadar waktu itu, tapi setelah mendengar irama khim tersebut,
tiba-tiba saja sepasang matanya terpentang lebar, menyusul kemudian ia mendengus
pelan"."
Mendadak telapak tangannya diayun kedepan, langsung menghantam tubuh Si Tiong
pek. Peristiwa ini sungguh diluar dugaan orang sambil tertawa dingin Si Tiong pek segera
berseru, "Bangsat, kau kepingin mampus?"
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan, segulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat langsung menggulung kedepan.
"Blaaang".!" benturan nyaring menggelegar diudara.
Ketika serangan dahsyat dari Si Tiong pek itu bersarang ditubuh Gak Lam-kun ternyata
pemuda itu hanya mundur tiga langkah, kemudian dengan wajah kosong ia
mendongakkan kepalanya memandang bintang dan rembulan diangkasa.
Si Tiong pek amat terkejut, ia tak mengira, kalau Gak Lam-kun yang telah kehilangan
tenaga dalamnya, ternyata masih mampu menerima serangan mautnya barusan. Janganjangan
tenaga dalamnya belum punah"." Atau mungkin".
Dia tidak berpikir panjang lagi, sambil tertawa dingin tubuhnya menerjang kemuka.
Tiba-tiba bayangan putih berkelebat lewat, Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa
telah melejit keudara, melewati atas kepala Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya.
"Kau masih berani bertindak keji?" bentaknya.
Si Tiong pek mendengus dingin, telapak tangannya segera diayunkan kemuka
melepaskan sebuah bacokan.
Sesungguhnya Ji Cin peng sendiripun merasa kaget bercampur tercengang ketika
melihat Gak Lam-kun sanggup menerima sebuah pukulan dari Si Tiong pek, apalagi ketika
dilihatnya pemuda itu berdiri termenung dengan wajah kosong, entah apa yang sedang
dipikirkan"
Walau begitu, diam-diam iapun merasa girang sekali, sebab paras muka Gak Lam-kun
menunjukkan sikap yang begitu tenang dan mantap, sedikitpun tidak mirip seseorang
yang lagi menderita penyakit parah.
Dengan gerakan yang amat licik Ji Cin peng menyingkir kesamping, lalu jari tangannya
disentilkan kedepan, segulung desingan angin tajam langsung saja menyergap nadi
penting ditubuh Si Tiong pek.
Sungguh amat dahsyat serangan tersebut dengan rasa kejut bercampur ngeri buruburu
Si Tiong pek melompat lima depa kebelakang kemudian memandang kearah gadis itu
dengan wajah terpesona.
Ternyata dia kenali serangan jari tersebut bukan lain adalah ilmu Tam ci ta hiat
(menyentil jari memukul jalan darah) yang merupakan sejenis ilmu jari paling sukar untuk
dipelajari didunia ini.
Sementara itu Ji Cin peng telah berpaling sambil berseru.
"Siau Nay nay, kalian cepat melindungi keselamatan Gak siangkong"."
Ditengah seruan tersebut, bahunya kembali bergerak, sambil menerjang kemuka secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Dengan gerakan yang aneh tapi sakti, Si Tiong pek berkelit kesana kemari meloloskan
diri dari ketiga buah serangan tersebut, kemudian telapak tangannya dibalik menyodok
kedepan dan seperti roda berputar tiba-tiba saja lengan tunggalnya itu membalas dengan
beberapa buah serangan.
Serangkaian pukulan berantai dari Si Tiong pek ini sungguh hebat dan ampuh, bahkan
Ji Cin peng yang berilmu silat sangat lihaypun seketika terdesak hingga berada diposisi
bawah angin. Tapi dua puluh gebrakan kemudian, Ji Cin peng mendapatkan kembali ketenangannya,
begitu serangan dari Si Tiong pek dilontarkan, ia segera mematahkannya dengan suatu
pukulan yang tak kalah hebatnya.
Ternyata Ji Cin peng telah nempergunakan ilmu Cing po sim hoat yang terhitung
sejenis kepandaian tingkat tinggi dari perguruan Lam hay.
Cing po sim hoat ini adalah sejenis ilmu tenaga dalam tingkat tinggi yang amat sulit
dipelajari, tapi bila telah berhasil dengan pelajaran tersebut, maka dengan
mempergunakan sim hoat tersebut, ia dapat menyalurkannya kedalam jurus-jurus
serangan dikala sedang terlibat dalam suatu pertarungan.
Oleh sebab itulah, sekalipun secara beruntun Si Tiong pek telah berganti dengan
belasan macam ilmu pukulan yang berbeda-beda, ia selalu kena dikuasai oleh gerakan Ji
Cin peng yang tenang, hal mana membuatnya tak sanggup melancarkan serangan
mematikan lagi.
Dalam pada itu, para jago dari See thian san serta Hoa Kok khi sekalian telah berdiri
kurang lebih tiga kaki disisi kalangan sambil menyaksikan kedua orang itu bertarung,
jurus-jurus aneh yang sama-sama dipergunakan kedua orang itu segera mendatangkan
rasa kaget dan heran dihati beberapa orang itu.
Perlu diketahui, bahwasanya beberapa orang yang hadir disekitar gelanggang saat ini
adalah jagoan kelas satu dari dunia persilatan, hal ini sudah tak bisa diragukan lagi,
dengan sendirinya pengetahuan yang mereka milikipun sangat luas sekali maka
terkesiapnya mereka setelah menyaksikan ilmu silat aneh yang digunakan kedua orang itu.
Ki Li soat merasa amat terkejut bercampur keheranan, ia tak habis mengerti sedari
kapankah ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek telah mencapai taraf setinggi ini, apalagi
setelah melihat dari jurus-jurus serangan yang dipergunakan, mana aneh, sakti lagi jelas
bukan ilmu silat yang diajarkan ayah angkatnya.
Dari sekian banyak orang yang hadir disekitar arena hanya Gak Lam-kun seorang yang
berdiri tenang sambil memandang angkasa dengan terpesona, entah apa yang sedang
dipikirkan, meskipun pertempuran yang berlangsung amat seru, dia tidak melihat maupun
menegur. Makin bertempur Si Tiong pek merasa makin takut, perduli jurus serangan apapun yang
ia gunakan ternyata semuanya berhasil dikuasai lawan, sadarlah dia bila tidak cepat-cepat
mencari kesempatan untuk melarikan diri, mungkin lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungan. Maka dia lantas membentak keras sesudah melancarkan dua buah serangan berantai
tiba-tiba tubuhnya melompat mundur sejauh satu kaki empat lima depa lebih.
Ji Cin peng tak rela musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil bertekuk pinggang
tubuhnya melambung kembali keudara, lalu seperti sesosok bayangan saja, ia menerjang
kedepan dan menyambar tubuh Si Tiong pek".
Sewaktu mengundurkan diri tadi, Si Tiong pek telah meloloskan pedang elang bajanya
maka menghadapi serangan musuh, dengan tenang ia putar senjata lalu seperti menotok
seperti juga membacok, ia menyerang pula kedepan dengan serangan aneh.
Berubah hebat paras muka Ji Cin peng setelah menyaksikan gerakan serangan lawan
ujung baju sebelah kirinya buru-buru dikebaskan, segulung tenaga dahsyat segera
memaksa serangan Si Tiong pek itu tertangkis kesamping, mempergunakan kesempatan
ini tubuhnya menerjang lagi kebawah.
Sungguh hebat dan sakti jurus-jurus pedang Si Tiong pek, tampak ia memutar
pergelangan tangannya, tiba-tiba dengan suatu tusukan kilat ia membacok lambung Ji Cin
peng. Akibat dari serangan ini, Ji Cin peng terdesak hebat dan mau tak mau dia harus
mundur. Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak, ia melejit kebelakang dan melayang sejauh dua
kaki lebih dari posisi semula.
Tiba-tiba dengusan dingin menggema diudara, lalu seseorang menegurnya, "Jangan
pergi dulu saudara Si, siaute harap kau tinggalkan dulu lencana pembunuh nagamu"
Entah sedari kapan tahu-tahu Gak Lam-kun sudah berdiri dihadapan Si Tiong pek dan
menghadang jalan perginya.
Terkesiap hati Si Tiong pek menghadapi kejadian tersebut, serunya tanpa terasa,
"Apa". apakah tenaga dalammu telah pulih kembali seperti sediakala".?"
Gak Lam-kun tertawa hambar.
"Sekalipun belum pulih kembali seperti sedia kala, akupun tak akan biarkan Lencana
pembunuh naga itu kau bawa pergi dengan begitu saja"
Si Tiong pek tertawa terkekeh-kekeh.
"Haaahh". haaahh". haaahh". bagus, bagus sekali, cuma andaikata saudara Gak
gagal untuk merampas lencana pembunuh naga tersebut dengan kepandaian sendiri
lantas bagaimana?"
"Bila aku gagal untuk merampasnya kembali, saat itu juga aku akan gorok leher bunuh
diri dihadapanmu!"
Si Tiong pek segera tersenyum.
"Oooh". bunuh diri sih tak perlu, aku cuma minta kepadamu andaikata kepandaian
silatmu tak bisa menangkan diriku maka tolong lindungilah aku meninggalkan tempat ini"
Seperti yang diketahui Si Tiong pek adalah seorang pemuda licik yang banyak akal
muslihatnya, ia tahu Ji Cin peng pasti akan melindungi keselamatan Gak Lam-kun matimatian,
karena itu seandainya Gak Lam-kun sampai tewas, sudah pasti dia tak akan lolos
dari kejarannya.
Diapun tahu tenaga dalam milik Gak Lam-kun belum pulih kembali seperti sedia kala, ia
yakin pasti dapat menangkan pemuda itu seandainya Gak Lam-kun bisa dipaksa untuk
melindunginya meninggalkan tempat itu, hal mana sama pula dengan ia telah meminjam
kekuatan perguruan panah bercinta untuk membantunya melawan musuh-musuh
tangguh. Ji Cin peng mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia
melompat kedepan dan menerjang kesamping Si Tiong pek, lalu sambil mendengus
serunya, "Kau tak usah memperhitungkan segala sesuatunya dengan seenak hatimu
sendiri, kalau kau bisa menangkan dulu diriku, aku akan biarkan kau tingalkan tempat ini!"
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, buru buru ia mundur lima depa, lalu ujarnya
kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, "Apakah saudara Gak hendak mengundurkan diri
dan digantikan oleh dia".?"
Gak Lam-kun segera tertawa dingin.
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". sebagai seorang laki-laki sejati, lebih baik hancur
sebagai kumala daripada utuh sebagai batu bata, kalau kau punya kepandaian, hayo
bunuhlah aku!"
Berbicara sampai disana, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sembari katanya, "Nona
Bwe, tolong pinjamkan pedangmu kepadaku!"
Ji Cin peng menghela nafas sedih, katanya dengan lirih.
"Luka dalammu sangat parah, tenaga dalammu belum pulih kembali seperti sedia
kala"."
Gak Lam-kun segera tersenyum.
"Mati hidup seseorang semuanya telah digariskan oleh takdir" ia menukas, "jika batas
usianya belum sampai, ingin matipun tidak bakal mati. Nona Bwe, kau menaruh budi
kebaikan yang sangat besar kepadaku, aku orang she Gak merasa tak sanggup untuk
membalasnya, semula aku ingin menghadiahkan Lencana pambunuh naga itu kepadamu,
tapi kena dirampas orang lain, karena itu bagaimanapun juga aku harus merampasnya
kembali dari tangannya, lalu akan kuhadiahkan kembali untuk nona"
Mendengar perkataan itu, Ji Cin peng merasa girang bercampur terharu, dari ucapan
yang pertama tadi dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah
pulih kembali, apalagi setelah menyaksikan kebulatan tekad pemuda itu, ia tahu
dinasehatipun tak ada gunanya, terpaksa ia harus putar otak untuk mencari sesuatu akal
guna membantunya.
Maka pedang Giok siang kiam tersebut diambil keluar dari sakunya dan diserahkan
kepada Gak Lam-kun.
"Soal perselisihan diantara kita, lebih baik diperhitungkan dikemudian hari saja, sedang
dalam pertarungan hari ini lebih baik disudahi setelah saling menutul, begitu menang
kalah diketahui pertarungan segera dihentikan. Seandainya siaute yang kalah nanti, tentu
saja akan kuserahkan Lencana pembunuh naga itu kepadamu, sebaliknya bila siaute yang
beruntung bisa menangkan pertarungan, maka aku terpaksa harus minta tolong kepada
saudara Gak untuk menghantarku pergi dari sini, entah bagaimanakah pendapatmu?"
Gak Lam-kun tidak menjawab, pelan-pelan ia menghampiri Si Tiong pek, kemudian
katanya, "Saudara Si, silahkan turun tangan!"
Si Tiong pek tidak mengalah lagi, ia menggetarkan pedangnya dan segera melancarkan
sebuah tusukan.
Gak Lam-kun berdiri tenang ditempat, pedang giok siang kiam pelan-pelan diangkat
keudara lalu dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im dan yang) dia paksa
mundur pedang Si Tiong pek.
Melihat itu, Si Tiong pek tertawa dingin, pedang elang bajanya berputar diudara
menciptakan selapis hawa tajam, kemudian menusuk keatas, tengah dan bawah tubuh
Gak Lam-kun, dalam sekejap mata tiga belas tusukan telah dilancarkan.
Terkejut juga Gak Lam-kun menghadapi serangan maut sedahsyat itu, ia miringkan
tubuhnya dan buru-buru mundur lima depa.
Siapa tahu belum lagi tubuhnya berdiri tegak pedang elang baja dari Si Tiong pek
dengan membawa desingan angin tajam telah menyambar kembali, sedemikian cepatnya
serangan itu hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, keanehan dan kehebatan jurus
serangannya betul-betul diluar dugaan orang.
Gak Lam-kun tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus mengayunkan
pedangnya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Tiba-tiba Si Tiong pek tertawa dingin ditengah jalan ia buyarkan serangan, pedangnya
bergoyang kencang dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan maut dengan
jurus-jurus Ya pan hong yan (asap tebal ditengah malam), Liu seng liok tee (bintang
luncur jatuh ketanah) serta Thian le tee wong (jaring langit jembatan bumi).
Seketika itu juga Gak Lam-kun merasakan empat arah delapan penjuru penuh dengan
bayangan pedang elang baja, hatinya merasa amat terkesiap ia tak berani menyongsong
ancaman tersebut dengan kekerasan dengan cekatan tubuhnya berkelebat kesana kemari
menghindarkan diri, tahu-tahu ia sudah terlepas dari kurungan cahaya pedang lawan.
Gerakan tubuh yang amat lihay tersebut tidak lain adalah gerakan tubuh Ji gi ngo heng
jit seng liong heng sin hoat.
Si Tiong Pek segera tertawa dingin, serunya, "Saudara Gak, cepat amat gerakan
tubuhmu itu!"
Ditengah pembicaraan tiba-tiba pedangnya digetarkan dan menusuk kembali kedalam
lawan. Tusukan tersebut dilancarkannya dengan mempergunakan jurus pedang ampuh yang
tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, meskipun sepintas lalu tampaknva biasa
tiada yang aneh, sesungguhnya dibalik serangan tersebut terkandung tiga jurus
perubahan yang luar biasa, perduli apakah Gak Lam-kun akan menangis dengan
pedangnya, atau melompat untuk menghindari, sulit baginya untuk meloloskan diri dari
kepungan jurus-jurus ampuh tersebut.
Siapa tahu ketika serangan itu sudah hampir mendekati tubuhnya, tiba-tiba Gak Lamkun
memutar badan, lalu dengan mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat dia
menyelinap kebelakang Si Tiong pek dan melancarkan sebuah tusukan.
Ketika serangannya mengenai sasaran kosong Si Tiong pek sudah tahu bahwa keadaan
bakal celaka, mempergunakan kesempatan itu dia lantas bertekuk pinggang dan melompat
maju sejauh sembilan depa, sebab itulah dengan mujur ia berhasil meloloskan diri dari
tusukan Gak Lam-kun itu.
Dengan kecepatan luar biasa kedua belah pihak saling bergebrak beberapa jurus, kedua
belah pihak sama-sama menjaga diri dan tak berani memandang enteng musuhnya lagi,
dengan memusatkan segenap perhatian dan melintangkan pedangnya kedepan dada
mereka berdiri sambil menantikan tibanya kesempatan yang menguntungkan.
Dalam pada itu Ji Cin peng baru merasa lega setelah menyaksikan pertarungan tersebut
berjalan seru, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali seperti
sedia kala, wajah yang semula menegangpun kini mengendor kembali.
Sebaliknya Gak Lam-kun merasakan juga kemajuan yang amat pesat dari kepandaian
silat yang dimiliki Si Tiong pek setelah berlangsungnya pertarungan, diam-diam ia berpikir,
"Dari sini terbuktilah sudah kalau tenaga dalamku telah pulih kembali seperti sedia kala,
bahkan tampaknya tenaga dalamku makin lama semakin sempurna". tapi jurus-jurus
pedang yang dipergunakan Si Tiong pek aneh juga, bahkan tenaga dalamnya telah
memperoleh pula banyak kemajuan, apakah didalam belasan hari yang amat singkat ini
dia telah menjumpai penemuan aneh"
Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, untuk bersiap sedia menghadapi serangan lawannya".
Sesudah kedua belah pihak sama-sama dibuat terperanjat oleh kelihayan ilmu lawan
mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah, kurang lebih
seperminuman teh kemudian, Si Tiong pek mulai habis kesabarannya, pelan-pelan ia
berjalan mendekati diri Gak Lam-kun.
Melihat musuhnya mendekat, Gak Lam-kun mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya
digetarkan keras, kemudian dengan jurus Thian heng peng lui (guntur dan salju diujung
langit) pedang pendeknya berkelebat menciptakan berlapis-lapis hawa dingin yang
membawa desingan angin tajam".
Sungguh dahsyat serangan ini, sampai-sampai Ji Cin peng yang dari samping arenapun
diam-diam terkejut oleh kemajuan pesat yang dicapainya didalam tenaga dalam.
Si Tiong pek tak berani memandang enteng terhadap datangnya ancaman itu, tenaga
dalamnya segera dihimpun, kemudian dengan jurus Peng hong thian san (salju
menyelimuti bukit thian san) salah satu serangan yang tercantum dalam Hay ciong kun
boh, ia sambut datangnya serangan tersebut.
Pedang Thi eng kiamnya diputar menciptakan satu lingkaran cahaya biru yang
menyilaukan mata, seluruh tubuhnya dengan cepat terlindung dibalik cahaya tersebut.
"Traang! Traang! Traang!" benturan demi benturan nyaring bergema memecahkan
kesunyian, secara beruntun sepasang pedang itu sudah saling membentur dengan
hebatnya. Si Tiong pek segera merasakan akibatnya dari bentrokan itu, oleh getaran tenaga
dalam yang sempurna dari Gak Lam-kun, seluruh pergelangan tangan kanannya menjadi
kaku dan kesemutan.
Betapa terkesiapnya dia, buru-buru pedangnya diputar dengan jurus Sin liong jut im
(naga sakti muncul dari mega), lalu ditusukkan kedepan".
Serangan ini sangat aneh dan mencengangkan hati, sasarannya adalah dada, tapi
ancamannya seperti juga tusukan seperti pula bacokan.
Gak Lam-kun tercengang, bahunya bergerak cepat dengan suatu gerakan manis ia
meloloskan diri dari sergapan itu.
Namun Si Tiong pek yang licik telah memperhitungkan sampai kesitu, walaupun
serangannya amat ganas tapi bisa dipakai untuk serangan tipuan, bisa juga untuk
serangan sungguhan, ia telah menduga kalau Gak Lam-kun tidak akan mempergunakan
pedangnya untuk menangkis serangan tersebut.
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia segera tertawa dingin, tidak menanti Gak Lam-kun sampai memutar pedangnya,
cepat-cepat ia sudah melompat mundur sejauh lima depa selapis hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, dengan dingin ia berkata, "Sungguh tidak kusangka kalau
secepat ini tenaga dalammu pulih kembali, rupanya dalam pertarungan ini, kalau bukan
kau yang harus mampus, akulah yang bakal mati?"
"Memandang pada persahabatan yang pernah kita jalani asal kau serahkan kembali
lencana pembunuh naga itu kepadaku malam ini"."
Si Tiong pek marah sekali ia tertawa dingin dan menukas, "Siapa menang siapa kalah
saja masih belum dapat diduga, buat apa kau musti omong besar".
Tidak sampai selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba tubuhnya telah menerjang lagi
kedepan. Bayangan manusia berkelebat lewat, hawa dingin menyelimuti angkasa, tiba-tiba ia
melancarkan enam buah tusukan berantai.
Hawa pedang segera membumbung diangkasa, bukan cuma serangannya saja yang
hebat, ternyata dikombinasikan pula dengan kelincahan gerak tubuh Si Tiong pek yang
sukar diduga sebelumnya, hal mana bukan mengakibatkan rasa terkejut bagi Gak Lam-kun
saja, Ki Li soat sendiripun ikut terkesiap.
Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, pedang pendeknya diputar
keras menciptakan selapis hawa pedang untuk melindungi badan serta merta ia bendung
keenam buah serangan kilat dari Si Tiong pek tersebut.
Pada waktu itu Gak Lam-kun merasakan hawa murni yang bergelora didalam tubuhnya
makin lama semakin menghebat, saking tak kuatnya mengendalikan golakan hawa murni
yang menumpuk itu, tiba-tiba ia membentak keras".
Sebuah tusukan maut secepat kilat dilontarkan kedepan".
Bentakannya itu sungguh amat nyaring bagaikan guntur yang membelah bumi disiang
hari bolong, segera semua jago merasakan hatinya bergetar keras".
Ditengah bentakan yang amat keras itu, secepat kilat Si Tiong pek melompat mundur
sejauh tujuh delapan depa untuk menyelamatkan diri, tapi".
"Breet!"
Tahu-tahu ujung baju sebelah kirinya sudah kena disambar kutung oleh hawa pedang
Gak Lam-kun yang amat tajam itu.
Kejut dan gusar Si Tiong pek menyaksikan kejadian ini, ia membentak nyaring sambil
maju ia melancarkan serangan balasan.
Pedangnya digerakkan seperti orang kalap, tubuhnya berputar kencang bagaikan
sedang terbang.
Inilah suatu pertempuran yang jarang ditemui dalam dunia persilatan kedua belah
pihak sama-sama mempergunakan gerakan tubuh yang cepat untuk berusaha saling
merobohkan, kejadian ini membuat para jago yang berada ditepi arena menjadi tertegun
dan melongo saking terpesonanya".
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun saat itu telah memperoleh kemaluan yang
amat pesat, setiap bacokan yang ia lancarkan segera membawa hawa pedang yang amat
dahsyat dan selalu berhasil memaksa Si Tiong pek mundur dengan kaget oleh karena
itulah walaupun Si Tong pek memiliki rangkaian jurus mematikan yang lihay, selalu saja
gagal untuk dikembangkan sebagaimana mestinya.
Sebenarnya kepulihan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun baru akan terjadi dua
puluh empat jam kemudian, tapi totokan keras dari Ji Cin peng yang diterimanya tadi
justru telah berhasil menembuskan kembali kebekuan yang mencekam nadi-nadi
pentingnya, oleh karena itu hawa murninya mengalir kembali kepusar jauh lebih cepat dari
jadwal yang telah ditentukan.
Sebagaimana diketahui, untuk menyadarkan Gak Lam-kun dari pingsannya, perempuan
gila berambut panjang Hay sim li telah beberapa kali mengerahkan tenaga murninya untuk
menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya untuk memasuki Tam thian
(pusar), sekalipun gagal usahanya waktu itu, tapi asal hawa murni dari Gak Lam-kun telah
terhimpun kembali, maka hawa murni yang pernah disalurkan Hay sim li itu segera akan
dilebur oleh kekuatannya dan dihisap semua.
Oleh karena itulah, Gak Lam-kun merasakan betapa makin lama tenaga dalamnya
makin kuat dan sempurna, hanya saja waktu itu dia sama sekali tidak memahami gejala
tersebut. Ditengah pertarungan sengit yang sedang berlangsung, tiba-tiba Gak Lam-kun
membentak keras, "Lepaskan pedangmu!"
"Cring!" tahu-tahu pedang Si Tiong pek sudah terjatuh ketanah, sedang pemuda itu
dengan wajah kaget bercampur ngeri mundur sejauh dua kaki lebih.
Gak Lam-kun melihat pedangnya didepan dada berdiri dengan wajah serius, sikapnya
mantap dan wajahnya berwibawa.
Tiba-tiba ia turunkan pedang pendek itu, lalu menghela napas panjang, katanya,
"Saudara Si, harap kau serahkan dulu Lencana pembunuh naga itu kepadaku". seorang
lelaki saja dapat membedakan mana budi mana dendam, jika saudara Si ingin
membalaskan sakit hati Ou Yong hu , lakukan saja dikemudian hari!"
oooooOooooo Sebelum terjadinya pertarungan antara Si Tiong pek melawan Gak Lam-kun tadi, ia
pernah membekuk Gak Lam-kun dengan mudah dan tanpa mengeluarkan sedikit
tenagapun, tak disangka olehnya setelah tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pulih
kembali bukan saja tenaga dalamnya jauh lebih sempurna darinya, bahkan iapun tak
sanggup menangkan lawannya itu.
Lencana pembunuh naga sebagai benda mustika yang digilai oleh jago persilatan dalam
dunia bahkan dengan pertaruhkan nyawapun berusaha untuk dimiliki tentu saja tak akan
ia serahkan kepada Gak Lam-kun dengan demikian saja apalagi Si Tiong pek pada
dasarnya memang seorang manusia licik.
Karena itu setelah termenung sejenak katanya kemudian sambil tertawa.
"Apa yang saudara Gak katakan memang benar, heehh". heehhh". heehhh". Lencana
pembunuh naga adalah benda mustika yang diinginkan oleh setiap umat persilatan dunia
ini, jika kau yang menyimpan benda tersebut, apakah tidak kuatir kalau akan dirampas
oleh orang lain"."
"Soal ini kau tak usah kuatir" tukas Gak Lam-kun dingin, "sekarang harap kau serahkan
kotak kumala itu dengan segera kepadaku"
Si Tiong pek tertawa dingin, ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kotak
kumala tersebut, kemudian katanya, "Kalau kau bersikeras menginginkan kotak ini lebih
dulu sebelum menyerahkannya kepadamu"
Gak Lam-kun menjadi teramat gusar, bentaknya, "Kenapa kau begitu tak memegang
janji?" Si Tiong pek tertawa hambar.
"Aku toh cuma mengabulkan untuk memberikan Lencana pembunuh naga ini
kepadamu. Sedari kapan aku menyanggupi untuk tidak menghancurkannya".?"
Ji Cin peng serta Gak Lam-kun segera membentak keras sambil tiba-tiba menerjang
kemuka". Si Tiong pek telah mempersiapkan diri, tiba-tiba ia melompat kebelakang sambil
membentak, "Bila kalian berani maju selangkah lagi, segera kumusnahkan lencana ini!"
"Hei jangan kau musnahkan lencana itu bila ada persoalan mari kita rundingkan secaia
baik-baik!" teriak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara lantang.
Bu sin Sian seng Tong Bu kong menghimpun hawa murninya lalu berpekik nyaring,
pedangnya dengan menciptakan selapis bianglala tiba-tiba melancarkan sebuah sergapan
kepunggung pemuda she Si itu.
Ki Li soat sepera membentak nyaring, ia sambut kedatangan Tong Bu kong dan secara
beruntun sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai dalam
waktu singkat ia telah melancarkan lima buah serangan yang memaksa Tong Bu kong
mundur terbirit-birit.
Dengan suatu gerakan cepat gadis itu meloloskan pedang bambu tipisnya dari atas
punggung, lalu sambil mendekati Si Tiong pek, ia berseru, "Engkoh Si, serahkan lencana
itu kepada Gak siangkong!"
"Adik Soat, lucu amat perkataanmu itu!" jengek Si Tiong pek segera sambil tertawa
dingin, "aku mau bertanya kepadamu, jauh-jauh dari ribuan li datang kemari sebenarnya
untuk apa sih kau ini?"
"Engkoh Si meskipun kita datang untuk mendapatkan Lencana mustika itu tapi apa pula
yang dipegang teguh oleh setiap umat persilatan" Apakah kau hendak mengingkari
janjimu sendiri dan melanggar peraturan perkumpulan".!"
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Si Tiong pek segera berubah hebat, tapi
sejenak kemudian sambil tertawa dingin katanya, "Asal bisa kudapatkan lencana mustika
ini sekalipun harus melanggar peraturan perkumpulan aku akan menggunakan
keberhasilanku ini untuk menebus dosa tersebut!"
"Bajingan tengik!" Ji Cin peng telah membentak pula, "Jika lencana pembunuh naga
tidak kauserahkan, hanya ada jalan kematian untukmu!"
Bayangan putih berkelebat lewat, sepasang telapak tangannya secara beruntun telah
melancarkan pukulan dahsyat".
Dua gulung angin pukulan yang sangat kuat, dengan cepatnya segera menggulung
tubuh Si Tiong pek.
Tiba-tiba Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya,
"Jangan takut Si lote, aku datang membantumu!"
Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan, segulung angin
pukulan berhawa dingin segera menyambar ketubuh Ji Cin peng".
Tong Bu kong serta Kiu wi hou Kongsun Po tidak ambil diam saja, merekapun
mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan yang amat dahsyat
kearah Ji Cin peng.
Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan orang-orang
perguruan panah bercinta.
Seperti diketahui golongan Hoa Kok khi adalah musuh bebuyutan dari perkumpulan Thi
eng pang jadi sama sekali tak terduga oleh mereka bahwa kedua kelompok kekuatan
tersebut bisa bersatu padu.
Gak Lam-kun membentak keras, pedangnya dialihkan ketangan kiri, sedangkan tangan
kanannya melepaskan sebuah bacokan.
Segulung angin pukulan yang keras segera menyambar kedepan, ketika saling
membentur dengan beberapa kekuatan lainnya, segera timbullah segulung angin
berpusing yang menerbangkan debu dan pasir serta menggetarkan pepohonan yang
berada disekeliling tempat itu.
Didalam pertarungan adu tenaga dalam semacam ini, masing-masing pihak tak nanti
bisa mencari kemenangan dengan mengandalkan kelicikan ataupun akal muslihat, maka
setelah Tong Bu kong dan Kongsun Po bersama-sama menerima sebuah tenaga gabungan
dari Gak Lam-kun serta Ji Cin peng, mereka segera rasakan sekujur tubuhnya bergetar
keras. Terutama sekali tenaga pukulan yang dilancarkan Gak Lam-kun, sedemikian kuat dan
hebatnya sehingga walaupun puncak dari kekuatan tersebut sudah digetarkan oleh
pukulan Tay siu im khi yang dilancarkan Hoa Kok khi, akan tetapi sisa kekuatannya masih
mampu untuk mendobrak segala-galanya.
Tenaga dalam yang dimiliki Tong Bu kong dan Kongsun Po terhitung paling lemah,
maka kekuatan gabungan dari Gak Lam-kun dan Ji Cin peng segera menerjang kearah
mereka berdua. Begitu merasakan keadaan tidak menguntungkan. Tong Bu kong dan Kongsun Po
segera berteriak keras, "Cepat mundur!"
Kedua orang itu bersama-sama melancarkan lagi beberapa buah pukulan, kemudian
cepat-cepat tubuhnya mundur sejauh tiga kaki lebih.
Pada saat itulah, Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi ibaratnya sukma gentayangan tahutahu
menerjang kesisi tubuh Si Tiong Pek tanpa menimbulkan suara, kemudian
mencengkeram pergelangan tangan kanannya.
Kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek sekarang telah peroleh kemajuan yang
pesat, lagipula diapun sadar bahwa bantuan dari Hoa kok khi tadi pasti terselip maksudmaksud
tertentu, maka baru saja cengkeraman orang menyambar tiba, ia sudah
menyingkir sejauh lima depa lebih dari posisi semula.
Si Tiong pek segera tertawa dingin, serunya, "Orang she Hoa, tidaklah kau merasa
bahwa caramu itu sedikit terlampau kasar?"
"Haaahhh". haaahhh". haaahhh". kalau begitu, anggap saja memang terlalu kasar!"
sahut Hoa Kok khi sambil tertawa licik.
Dalam pembicaraan itu, tiba-tiba ia melancarkan sebuah bacokan lagi dengan
kecepatan luar biasa.
Kiranya menggunakan kesempatan dikala tanya jawab itu sedang berlangsung, Hoa Kok
khi telah menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, jadi serangan yang kemudian
dilepaskan ini boleh dibilang merupakan sebuah pukulan yang disertai dengan segenap
tenaga yang dimilikinya".
Si Tiong pek tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus menghimpun pula hawa
murninya dan mengayunkan telapak tangan kanan untuk menerima datangnya ancaman
tersebut dengan kekerasan.
Siapa tahu, setelah pukulan itu dilancarkan, ternyata dari serangan lawan itu sedikitpun
tidak dijumpai daya perlawanan, karena tercengang, tanpa sadar ia menarik kembali
tenaga pukulannya itu".
Siapa sangka, pada saat itulah tiba-tiba ia merasa ada segulung hawa dingin ikut
menyusup masuk kedalam tubuhnya mengikuti tenaga dalamnya yang ditarik kembali tadi,
kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, buru-buru ia mengerahkan tenaga untuk
melindungi isi perut dan menutup semua jalan darah pentingnya dari ancaman hawa racun
musuh. Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
"Haahh". haahh". haaahh". kau telah terluka oleh pukulan Tay siu im khi ku,
sekalipun kau memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap bisa melewati tujuh
hari, kini hanya ada satu jalan kehidupan bagimu, yakni serahkan Lencana pembunuh
naga itu kepadaku".!"
Si Tiong pek tertawa dingin, ia memutar badannya dan segera melayang mundur
sejauh beberapa kaki.
"Mundur kau" tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar.
Cian seng (malaikat pukulan) Nian Eng hau dari pihak See thian san telah melepaskan
sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh Si Tiong pek.
Menyaksikan ancaman itu datangnya amat dahsyat, terpaksa Si Tiong pek harus
melayang mundur kembali kebelakang, belum lagi sepasang kakinya berdiri tegak, para
jago kembali sudah mengepungnya rapat-rapat.
Dengan keadaan tersebut, sadarlah Si Tiong pek bahwa tiada harapan lagi baginya
untuk melarikan diri".
Disaat yang kritis itulah tiba-tiba berkumandang gelak tertawa yang amat nyaring,
menyusul kemudian dari tengah udara meluncur datang belasan sosok bayangan manusia
yang berkelebat tiba, dalam sekejap mata mereka telah berada diluar lingkaran kepungan
kawanan jago tersebut.
Ketika semua orang berpaling kearah kawanan jago yang datang itu, bergetarlah hati
mereka semua, tampak Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong dipimpin
kedua orang thamcu serta kedelapan belas orang elang bajanya telah tiba disana.
Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh". haaahhh". haaahhh". selamat berjumpa, selamat berjumpa, kiranya kalian
semua telah tiba duluan daripada aku"
Ketika dilihatnya lengan Si Tiong pek kutung sebelah, dengan cepat ia melanjutkan,
"Pek ji, kenapa kau" Siapa yang telah melukaimu?"
Pertanyaan itu diajukan dengan penuh kasih sayang dan nada memperhatikan.
"Sungguh kebetulan sekali kedatangan suhu" kata Si Tiong pek cepat, "tecu sedang
dikejar-kejar mereka hingga tak ada jalan mundur lagi"."
Betapa tajamnya sepasang mata Oh Bu hong, dalam sekilas pandangan saja ia telah
melihat kotak kumala yang ditangan Si Tiong pek, diapun segera tahu bahwa lencana
pembunuh naga yang digilai orang telah berada ditangan muridnya.
Maka biji matanya segera mengerling sekejap memberi tanda, delapan belas orang
elang baja beserta Gin eng tamcu (thamcu elang perak) Kwan Kim ceng, dan Lan eng
thamcu Wan kiam ciau secepat kilat menyebarkan diri keempat penjuru sambil bersiap
sedia menghadapi serangan-serangan para jago yang bermaksud merampas kotak kumala
itu. Kemudian pelan-pelan Oh Bu hong berjalan masuk ketengah arena dan mendekati Si
Tiong pek. Seketika itu juga, suasana dalam gelanggang berubah jadi amat tegang hingga untuk
bernapaspun rasanya sesak, setiap jago yang hadir disitu sama-sama menghimpun tenaga
dalamnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Suatu pertempuran yang menentukan antara mati dan hidup segera akan berlangsung
didepan mata. Tiba-tiba Ji Cin peng mengayunkan tangannya kedepan, tiga biji Bodhi sian cu dengan
membelah angkasa segera menyambar kemuka dan secara berpisah mengancam tiga
buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong, sungguh cepat serangan tersebut hanya
dalam sekilas sambaran saja tahu-tahu sudah lenyap.
Agaknya Thi eng sin siu Oh Bu hong dibikin terpesona oleh kekuatan serta kehebatan Ji
Cin peng dalam melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu, tiba-tiba ia
berhenti, kemudian pedang Thi eng kiamnya diayunkan kemuka.
Seketika itu juga muncullah selapis angin serangan yang maha dahsyat, ketiga biji
Bodhi sian cu tersebut segera terpukul rontok.
Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwik Kim ceng membentak keras, telapak
tangan kanannya segera diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.
Karena serangan yang menggulung datang amat hebat dan dahsyat mau tak mau Ji Cin
peng harus memutar juga telapak tangannya sambil melepaskan sebuah pukulan.
Menggunakan kesempatan diatas pikiran Ji Cin peng sedang terpecah kearah lain, tibatiba
Oh Bu hong melompat kedepan dan langsung menerjang kesisi Si Tiong pek,
maksudnya dia hendak merampas kotak kumala tersebut.
Siapa tahu baik Gak Lam-kun maupun Thi kiam kuncu Hoa Kok khi telah
memperhatikan hal tersebut dengan seksama baru saja Oh Bu hong bergerak, dua orang
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu sudah membentak keras kemudian dari arah yang berlainan menubruk kedepan.
Betapa cepatnya gerakan tubuh kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka telah
tiba ditempat tujuan. Dalam keadaan demikian sekalipun Oh Bu hong berilmu tinggi mau
tak mau dia harus juga berusaha untuk menghindarkan diri.
Sambil tertawa terbahak-bahak, tongkat elang bajanya dengan jurus Hong sau cian kun
(menyapu rata selaksa prajurit) secepat kilat menyambut datangnya bacokan dari kedua
orang itu. "Blaang".!" suatu benturan keras segera menggelegar diudara, Gak Lam-kun dan Hoa
Kok khi masing-masing saling berhantaman dengan tongkat elang baja itu hingga suatu
adu tenagapun tak terhindarkan lagi.
Akibat dari benturan tersebut Gak Lam-kun serta Hoa Kok khi segera melayang turun
kembali ketanah.
Sebaliknya Thi eng sin siu Oh Bu hong kena digetarkan sehingga mundur tiga langkah
dengan sempoyongan.
Akibat bentrokan ini sangat mengejutkan hati Oh Bu hong ia tak menyangka kalau
tenaga dalam yang dimiliki kedua orang ini sedemikian sempurnanya.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil
tertawa katanya.
"Gak lote, jika kita berdua mau bekerja sama sudah pasti musuh tangguh itu bisa kita
atasi!" Mendengar perkataan itu, Oh Bu hong tertawa tergelak.
"Haaaahhh". haaahh". haaahhh". Hoa Kok khi, hampir saja lohu memandang enteng
dirimu." Ditengah pembicaraan, pedang Thi eng kiamnya sedemikian rupa melepaskan sebuah
serangan lagi dengan jurus Lip say ngogak (menyapu rata lima bukit)".
Hoa kok khi tertawa ringan, cepat-cepat dia melompat kebelakang untuk menghindar".
Tapi Gak Lam-kun bukannya mundur malahan maju, sekali lompat ia sudah berebut
menduduki tiang kiong.
Setelah tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat gerakan tubuh pemuda itu jauh
bertambah cepat, telapak tangan kirinya dibabat kemuka menangkis senjata lawan
kemudian tangan kanannya dengan jurus Pek thian khi hong (bianglala putih kilat
menyambar) menusuk dada musuh dengan pedang giok siang kiam.
Oh Bu hong merasa terperanjat, cepat ia melompat mundur kemudian menubruk maju
lagi bagaikan harimau kelaparan, pedang Thi eng kiam koaynya diputar sedemikian rupa
bagaikan angin ribut, tampaknya serangan tersebut dilancarkan dengan hawa amarah
yang meluap-luap.
Dalam waktu singkat bayangan senjata, desingan angin serangan telah menyelimuti
seluruh angkasa.
Gak Lam-kun tak mau kalah, dia pun kembangkan serangan pukulan dan bacokan
pedangnya untuk melepaskan serangkaian serangan ketat yang rapat dan hebat.
Untuk sesaat kawanan jago yang berada disekitar sana dibuat tertarik dan terpesona
oleh serangkaian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak.
Ji Cin peng amat menguatirkan keselamatan Gak Lam-kun ia kuatir pemuda itu
menderita kekalahan akibat lukanya yang baru sembuh, sepanjang pertarungan
berlangsung sepasang matanya mengawasi terus jalannya pertarungan tanpa berkedip.
Demikian pula kawanan jago dari Thi eng pang serentak mereka bergerombol ditepi
arena sambil bersiap sedia memberi pertolongan bilamana diperlukan.
Pada waktu itulah, Si Tiong pek yang licik secara diam-diam mengundurkan diri keluar
arena pertarungan".
Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin, tahu-tahu si nona berbaju perak dari
aliran See thian san telah menghadang dihadapannya.
Berjumpa muka dengan gadis tersebut, mau tak mau Si Tiong pek mengundurkan diri
sejauh tiga langkah dengan rasa jeri.
Sambil membopong alat petiknya, gadis berbaju perak itu tertawa manis, kemudian
katanya, "Berikanlah kotak kumala itu kepadaku!"
Menyaksikan senyumannya yang menawan hati itu, Si Tiong pek merasakan jantungnya
berdebar lebih keras, ditatapnya gadis itu dengan terpesona, pikirannya terasa kosong dan
sepasang matanya menatap keatas wajah nona itu lekat-lekat.
Harus diketahui disini, bahwa Si Tiong pek sudah sejak lama kagum dan terpikat oleh
kecantikan gadis tersebut, apalagi senyuman sang nona berbaju perak itu mengandung
daya sihir yang membetot sukma, otomatis semakin terpesona pemuda itu dibuatnya.
Pelan-pelan dengan tubuh yang lemah gemulai gadis berbaju perak itu maju kedepan
lalu tangannya bergerak mencengkeram kotak kumala ditangan Si Tiong pek".
Seperti baru sadar dari impian, Si Tiong pek terkejut dan cepat-cepat ia melompat tiga
depa kebelakang".
"Criing! Criing".!"
Berapa kali dentingan irama khim segera menyadarkan diri Gak Lam-kun dan Oh Bu
hong yang sedang terlibat dalam pertarungan.
Entah sedari kapan Si Tiong pek telah tergeletak lemas diatas tanah".
Dengan tanpa mengeluarkan banyak tenaga nona berbaju perak itu berhasil mengambil
kembali kotak kumala itu dari tangannya.
Sewaktu dentingan irama khim mulai berbunyi tadi, Gak Lam-kun telah memutar
tubuhnya, kebetulan saat itulah si nona berbaju perak baru akan memungut kembali kotak
kumala tersebut, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan kedepan menghantam
kotak tersebut".
Ilmu silat yang dimiliki nona berbaju perak itu terhitung juga berkepandaian kelas satu,
ia segera tertawa terkekeh-kekeh dan melompat kesamping untuk menghindar.
Gak Lam-kun menjadi tertegun menyaksikan gerakan tubuhnya itu, ternyata gerakan
tubuh yang dipergunakan olehnya untuk menghindarkan diri tadi adalah ilmu Liong heng
sin hoat miliknya, bahkan saat dipergunakan kecepatannya sama sekali tidak berada
dibawahnya. Sementara ia masih tertegun, sambil tertawa merdu nona berbaju perak itu sudah balik
kembali kerombongan See thian san.
Empat orang laki-laki elang baja dari perkumpulan Thi eng pang segera membentak
keras, serentak mereka melompat kemuka dan menghadang jalan perginya.
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghadapi kesulitan, dengan suatu gerakan
tubuh yang gesit, ia menerobos keluar dari antara bayangan pedang keempat orang itu,
lalu alat musik pi pa khimnya dituding kebelakang dan" beberapa dengusan tertahan
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ketika termakan oleh ayunan senjata Pie pa khim tersebut, keempat orang laki-laki
kekar itu segera tergetar keras hingga tubuhnya mencelat beberapa kaki kebelakang"
"Bruuuk!" ketika mencium tanah kembali, ternyata keempat orang itu tak berkutik lagi
untuk selamanya"
Empat orang laki-laki elang baja lainnya segera maju kembali menggantikan rekanrekannya
untuk melancarkan serangan.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu memutar balik telapak tangan kanannya, untuk kedua
kalinya empat orang laki-laki yang tinggi besar dan kekar itu mencelat kebelakang dan
tidak berkutik lagi diatas tanah"
Demonstrasi tenaga pukulan yang maha dahsyat itu segera menimbulkan rasa kaget
yang luar biasa dihati para jago, Ji Cin peng merasa tercengang juga, karena ia pernah
bertempur melawan gadis berbaju perak itu, meskipun ilmu silat yang ditampilkan olehnya
ketika itu termasuk ilmu pilihan, tapi bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk
membunuh delapan orang laki-laki kekar dalam sekali kebasan tangan, sudah tentu jauh
sekali bedanya.
Seperti yang diketahui delapan belas elang baja dari perkumpulan Thi eng pang bukan
terhitung manusia-manusia biasa, mereka semua rata-rata berilmu silat tinggi sekalipun Ji
Cin peng sendiri juga belum tentu sanggup untuk melukai delapan orang dalam waktu
singkat. Tapi kenyataannya sekarang hanya dengan dua kali kebasan yang sangat enteng, gadis
berbaju perak itu telah berhasil menaklukan kedelapan orang laki-laki kekar itu, ini semua
membuktikan bahwa nona itu sudah menggetar putus jantung kedelapan orang itu dengan
getaran tenapa dalamnya.
Sesudah melukai delapan orang jago lihay seperti tak pernah terjadi sesuatu hal, gadis
berbaju perak itu segera berpaling kearah Gak Lam kun dan tertawa manis"
Thamcu elang perak, Gak tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan Kim ceng ikut
merasa terkejut juga setelah menyaksikan kecepatan pukulan lawan yang belum pernah
didengar ataupun belum pernah dilihatnya ini, tanpa memikirkan kedudukan dan nama
baiknya lagi ia melompat kedepan dan secara tiba-tiba melancarkan sebuah serangan dari
belakang punggung lawan"
Begitu serangan sudah dilancarkan dia baru berteriak keras, "Bocah perempuan,
sambut dulu sebuah pukulan ini!"
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghindar maupun berkelit, ternyata ia
telah manfaatkan desingan angin pukulan yang membacok ketubuhnya itu untuk
melayang maju jauh kedepan.
Dalam pemikiran Can tiong Kwan Kim ceng waktu itu, sekalipun pukulan yang
dilepaskan gagal membinasakan gadis berbaju perak itu, paling tidak ia dapat memukulnya
sehingga terluka parah"
Siapa sangka gadis berbaju perak itu masih bersikap seolah-olah tidak merasakan
apapun, malahan sebaliknya ia telah manfaatkan tenaga pukulan itu untuk melayang
kemuka. Thi eng sin siu Oh Bu hong segera membentak keras, pedang Eng kiam koaynya diayun
kemuka menyapu tubuh si gadis berbaju perak itu.
Gadis berbaju perak itu segera mengayunkan ujung bajunya kedepan, kakinya sebelum
menepuk diatas tanah tahu-tahu sudah melambung kembali setinggi satu kaki lebih secara
manis ia berhasil meloloskan diri dari sapuan maut dari Oh Bu hong itu.
Thian san ciangbunjin Bu sin siangseng Tong Bu kong secepat kilat menerjang pula
kedepan, pedangnya dengan menciptakan sebuah bianglala berwarna putih langsung
meluncur kemuka"
Gadis berbaju perak itu segera melengkungkan sebagian tubuhnya kemudian
berjumpalitan diudara dengan suatu gerakan indah"
"Ciiit?" segulung desingan angin jari yang tajam berbalik menyerang kearah Tong Bu
kong. Menghadapi terjangan maut tersebut, terpaksa Tong Bu kong harus buyarkan kembali
serangan pedangnya dan melayang turun keatas tanah.
Dengan lompatan maut, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera maju kedepan telapak
tangan kirinya diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat, seketika itu juga
hawa pukulan yang tajam menyelimuti daerah seluas satu kaki disekeliling gadis berbaju
perak itu, rupanya ia berniat untuk menggetarkan musuhnya sehingga terjatuh kembali
keatas tanah. Siapa tahu seluruh tubuh gadis berbaju perak itu enteng bagaikan selembar bulu,
mengikuti hembusan angin pukulannya yang maha dahsyat itu, pelan-pelan tubuhnya
melambung empat lima kaki lagi ketengah udara"
Kemampuannya yang maha lihay itu, sekali lagi menimbulkan rasa kaget yang luar
biasa bagi kawanan jago lihay yang hadir disitu.
Haruslah diketahui, bila seseorang tidak menempel ditanah, sulit baginya untuk
berganti napas, sekalipun ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, toh diapun harus
melayang dulu kebawah sebelum bisa berganti napas lagi.
Seperti yang telah diketahui orang bisa melayang diudara, hal ini semua sesungguhnya
mengandalkan hawa murni didalam tubuhnya yang dihimpun dalam tubuh sambil menutup
napas, dengan cara itulah sang badan bisa melayang, melambung dan berkelebat
seenteng burung walet.
Namun demikian, sesempurnanya tenaga dalam seseorang, kecuali ia sanggup
menahan napas jauh lebih lama daripada orang lain, toh pergantian napas masih
diperlukan juga untuk tetap mempertahankan gerakan tubuhnya itu.
Tapi kenyataannya sekarang, hanya dengan meminjam tenaga pukulan orang untuk
berganti napas, gadis berbaju perak itu sanggup bertahan terus diudara sekian lamanya,
tak heran kalau semua orang menjadi tercengang dan tertegun dibuatnya.
Padahal darimana mereka bisa tahu kalau semenjak masih kecil gadis berbaju perak ini
telah melatih ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing yang maha lihay itu" Sudah lama jalan
darah penting Jin meh serta Tok mehnya telah berhubungan langsung dengan Im meh
serta Yang meh, otomatis dengan tertembusnya nadi-nadi penting tersebut,
kemampuannya untuk menahan napaspun berkali-kali lipat lebih hebat daripada orang
lain. Gak Lam kun yang menyaksikan demonstrasi ilmu sakti dari si nona berbaju perak itu,
pelbagai pertanyaan yang mengalutkan pikiranpun segera bermunculan memenuhi
benaknya. Dia tidak habis mengerti, kenapa dikala gadis berbaju perak itu sedang beradu
kepandaian dengan dirinya ternyata enggan mengeluarkan semua ilmu silat simpanannya
untuk mengalahkan dia" Ataukah mungkin ia sedang menuruti perintah dari ibunya untuk
menyerahkan Lencana tersebut kepadanya, kemudian baru merampasnya kembali dari
tangannya"
Sementara itu Ji Cin peng dengan alis mata berkernyit telah berkata pula dengan suara
lirih, "Tenaga dalam yang dimilikinya sangat lihay, sungguh tak kusangka seorang yang
belajar Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalamnya bisa mencapai taraf kelihayan
seperti ini"
Sesudah mendengar perkataan itu, Gak Lam kun baru seperti sadar dari impian, ia
berseru tertahan.
Kiranya secara tiba-tiba ia teringat kembali dengan perkataan gurunya, kata gurunya
barangsiapa bisa menguasai ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalam yang
dimiliki orang itu pasti akan mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga, meski
demikian hanya dia seorang yang mengerti ilmu Hian ing kok meh (irama maut melewati
nadi) itu berarti hanya orang yang bisa ilmu tersebut baru bisa pula membawa tenaga
dalamnya hingga mencapai tingkatan yang luar biasa dikolong langit"
Waktu itu, tubuh si nona berbaju perak itu sudah meluncur turun kebawah secara lurus
dari ketinggian lima enam kaki.
Oh Bu hong adalah seorang jago kawakan yang sudah terbiasa menghadapi
pertarungan meskipun hatinya merasa terperanjat oleh kehebatan musuhnya, bukan
berarti pikirannya ikut menjadi kalut.
Tongkat pedang Thi eng kiam koay nya kembali diayun kedepan melancarkan sapuan
kilat, desingan angin serangan yang amat tajam pun segera menderu-deru diudara.
Betul ilmu silat si nona berbaju perak itu amat lihay, namun timbul pula rasa ngeri dan
jeri sesudah menyaksikan sapuan tongkat pedang musuh yang sedemikian hebatnya itu, ia
tak berani bergerak maju lagi lebih kedepan, hawa murninya dibuyarkan dan tubuhnya
segera melayang turun keatas tanah.
Thamcu elang perak si pukulan batu karang segera membentak keras, ia melompat
keudara dan menubruk ketubuh sang nona tersebut.
Baru saja sepasang kaki gadis berbaju perak itu menempel ditanah, angin pukulan dari
Kwan Kiu ceng telah menyambar tiba.
Selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah gadis itu, senjata Pi pa khim
nya diayunkan kemuka.
"Criiing! Criiing! Criiing!" beberapa dentingan irama maut berkumandang membelah
angkasa. Seperti tiga gulung desingan angin tajam yang maha dahsyat dengan kecepatan luar
biasa serangan irama itu menyergap ketiga buah jalan darah penting ditubuh Kwan Kim
ceng" Si pukulan batu karang Kwan Kim ceng sangat terperanjat, terpaksa dia harus
menggunakan ilmu bobot seribu untuk mengelabui musuhnya dan melayang turun
kebawah, setelah itu ia melompat tujuh depa kesamping untuk meloloskau diri dari
ancaman. Detik itu juga bayangan manusia saling menyambar, tahu-tahu kawanan jago dari
aliran See thian san telah berlompatan datang secepat kilat dan melindungi gadis berbaju
perak itu. Tapi merekapun segera dikepung juga oleh para jago lainnya yang berada disekitar
arena. Dengan sikap yang tenang dan mantap gadis berbaju perak itu menyapu sekejap
kawanan jago yang berada disekeliling sana, tiba-tiba ia memperdengarkan suara tertawa
cekikikannya yang merdu merayu.
Oleh suara tertawa cekikikannya itu semua jago yang hadir dalam arena segera
merasakan hatinya bergetar keras"
Seperti diketahui paras muka gadis berbaju perak itu dasarnya memang cantik maka
ditambah pula senyumannya yang mempesonakan dengan cepat hal ini semakin
menambah daya pikatnya yang merangsang orang.
Jangankan lelaki, bahkan para gadis yang hadir diarenapun sampai tergetar hatinya
oleh kecantikan gadis tersebut.
Tiba-tiba Gak Lam kun membentak keras, "Apa yang sedang kau tertawakan?"
Bentakan tersebut amat keras bagaikan guruh yang membelah bumi, bukan saja
memekikkan telinga, kabutpun rasa-rasanya ikut dibuyarkan oleh bentakan tadi.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghentikan gelak tertawanya yang merangsang.
Dengan suara dingin Gak Lam kun berkata, "Hari ini para jago dari seluruh dunia telah
berkumpul semua disini, apakah kau anggap bisa pergi lagi dari sini dengan membawa
serta Lencana pembunuh naga itu?"
Waktu itu, paras muka si gadis berbaju perak itu dingin bagaikan es, sepasang matanya
memancarkan sinar tajam dan menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat.
Baik sedang tersenyum maupun sedang marah, perubahan dari gadis itu segera
menimbulkan getaran keras dihati semua orang, semua jago seakan-akan merasa bahwa
bila gadis itu sedang tersenyum maka udara serasa hangat bagaikan dimusim semi, tapi
jika sedang marah maka udara menjadi dingin bagaikan dimusim salju"
Mendadak gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, bisiknya, "Begitu bencikah
kau kepadaku?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Gak Lam kun menjadi tertegun dan berdiri termangumangu,
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia tak tahu apa yang dimaksudkan gadis tersebut"
Tiba-tiba sekulum senyuman kembali menghiasi wajah si nona yang dingin, tanyanya
pelan, "Kau bilang aku tak dapat membawa pergi Lencana pembunuh naga ini?""
Gak Lam kun mengerutkan dahinya lalu berkata lagi dengan dingin, "Dapatkah kau
mengembalikan Lencana pembunuh naga itu kepadaku?"
"Tentu saja!"
Jawaban si nona yang begitu cepat dan enteng segera menimbulkan keraguan dihati
Gak Lam kun untuk sesaat lamanya ia tak berani mempercayai perkataan tersebut.
Kembali gadis berbaju perak itu berkata.
"Boleh saja kuberikan kepadamu tapi kaupun harus menuruti perkataanku!"
"Perkataan apa?"
Sambil tersenyum jawab gadis berbaju perak itu.
"Kau tak boleh menghadiahkan Lencana pembunuh naga itu kepadanya!"
Sambil berkata dengan jarinya yang lembut ia tuding kearah Ji Cin peng.
Mendengar perkataan itu, dengan sepasang matanya yang memancarkan rasa cinta Ji
Cin peng segera menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat agaknya ia sedang menantikan
jawabannya. Sedingin salju selembar wajah Gak Lam kun katanya dengan ketus.
"Aku telah menyanggupi untuk menghadiahkan Lencana pembunuh naga ini
kepadanya, perkataan seorang lelaki sejati lebih berat dari sembilan bukit, aku tak bisa
mengingkari kembali janji ini!"
Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah hebat, dengan wajah dingin
katanya, "Kalau begitu, jangan harap kau bisa mendapatkan Lencana pembunuh naga
tersebut" "Kau anggap aku tak sanggup untuk merampasnya dari tanganmu?" tanya Gak Lam
kun hambar. Gadis berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Kau hendak merampasnya dari tanganku" dia mengejek "tapi aku justru sengaja akan
menyuruh kau untuk merebutnya dari tangan orang lain!"
Seraya berkata, tiba-tiba dia ayunkan tangannya kedepan sambil berseru, "Hei!
kukembalikan kotak kumala ini kepadamu!"
Tiba-tiba ia melemparkan kotak kumala tersebut kearah Si Tiong pek yang sedang
duduk bersila diatas tanah.
Tindakan dari gadis berbaju perak itu sama sekali diluar dugaan para jago yang hadir
disitu, dengan gerakan ringan dan pelan, kotak kumala tersebut segera melayang kearah
pangkuan Si Tiong pek.
Waktu itu, Thi eng pangcu Oh Bu hong berdiri paling dekat dengan Si Tiong pek, sekali
melompat ia telah menerjang kesisi tubuhnya.
Ketika Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan Oh Bu hong siap menyambar kotak
kumala tersebut serta merta dia melompat pula kedepan sambil menghadang jalan
perginya. Oh Bu hong memutar tongkat pedang Thi eng kiam koaynya untuk menyodok tubuh
musuh, serangan ini dilancarkan amat cepat dan disertai dengan tenaga serangan yang
maha dahsyat. Hoa Kok khi amat terperanjat, segera pikirnya, "Orang ini memiliki tenaga dalam yang
amat sempurna, kehebatannya benar-benar jarang dijumpai dalam dunia persilatan
sungguh tak disangka sebuah ayunan senjatanya saja ternyata mengandung tenaga
serangan sedemikian hebatnya"
Hoa Kok khi adalah seorang manusia berotak cerdik dan berakal banyak, tentu saja ia
tak berani gegabah menghadapi serangan lawan, tubuhnya segera berputar setengah
lingkaran untuk menghindari tusukan lawan, sesudah itu lengan kanannya diayunkan
kedepan dan melancarkan sebuah bacokkan kilat.
Oh Bu hong ingin cepat-cepat mendapatkan kotak kumala tersebut hawa murninya
segera dihimpun kedalam tangan kirinya, menanti serangan maut dari Hoa Kok khi hampir
mengenai dadanya, secepat kilat tangan kirinya diayun kedepan, lalu sambil membentak
keras disambutnya serangan tersebut dengan kekerasan.
Tenaga dalamnya yang amat sempurna amat membantu didalam pertarungan adu
kekerasan semacam ini, kontan saja Hoa Kok khi merasakan hawa darah didadanya
bergolak keras, tanpa sadar tubuhnya mundur setengah langkah kebelakang.
Pada detik itulah, jago lihay dari Thi eng pang ini telah mencukilkan ujung pedangnya
kedepan, kotak kumala tersebut segera melompat keudara dan disambarnya dengan
tangan kiri, sebelum musuh yang lain sempat tiba disana, benda tersebut buru-buru
dimasukkan kedalam sakunya.
Thian San ciangbunjin, Bu sin sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong
membentak keras pedangnya menyambar kedepan melepaskan tusukan.
Oh Bu hong memutar senjatanya sedemikian rupa untuk melindungi keselamatan
tubuhnya, kemudian ia membentak keras, "Semua anggota Thi eng pang menerjang
keluar dari kepungan dan menuju ketimur!"
Ditengah bentakan tubuhnya menerjang kemuka, tangan kirinya diayun berulang kali
dan menghajar dada orang dengan jurus Jin hui pie pa (mengayunkan Pie pa).
Bertarung dengan cara begitu merupakan suatu cara pertarungan yang langka terjadi
dalam dunia persilatan, sebab bukan saja seseorang harus memiliki tenaga dalam yang
sempurna, lagi pula diapun harus sanggup untuk membendung serangan senjata dari
lawan. Tong Bu kong tertawa dingin, dia miringkan badannya menghindarkan diri dari
serangan tersebut kemudian pergelangan tangan kanannya menekan kebawah,
pedangnya pun dibawa untuk menghindari sergapan senjata musuh, kemudian tangan
kanannya diayun kedepan, tiga titik cahaya bintang yang tajam secara terpisah
mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong.
"Suatu cara pertarungan yang amat kasar!" bentaknya.
Siapa tahu Oh Bu hong memang benar-benar memiliki ilmu silat yang melebihi orang,
ketika tongkat pedang Thi eng kiam koaynya sampai ditengah jalan, tiba-tiba ia
menariknya kembali dengan begitu saja, ternyata dengan tarikan serta dorongannya itu ia
berhasil membendung serangan dari Tong Bu kong.
Menyusul kemudian, ayunan cepat kembali dilancarkan, kali ini dia menyapu pinggang
lawan. Angin serangan yang tajam dan dahsyat, sungguh mengerikan bagi siapapun yang
melihatnya. Tong Bu kong cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki Thi
eng pangcu, ia tak berani menyambut secara gegabah, maka sambil mundur tiga langkah,
dengan suatu gerakan yang manis ia menghindarkan diri dari sapuan itu.
Dalam pada itu, Ji Cin peng telah menghampiri Gak Lam kun, lalu bisiknya lirih, "Untuk
sementara waktu, lebih baik kita jangan turun tangan lebih dulu, yang penting kita harus
menghimpun tenaga untuk menghadapi orang-orang See thian san!"
Gak Lam kun bukan seorang yang bodoh, tentu saja diapun tahu akan maksud tujuan
dari si nona berbaju perak itu.
Padahal bukan hanya dia seorang yang tahu tentang tipu muslihat ini, bahkan semua
jago yang hadir disitupun tahu, namun Lencana pembunuh naga tersebut mendatangkan
daya tarik yang terlampau besar, meskipun mereka sadar kalau termakan oleh tipu daya
orang, toh semua pihak berusaha untuk secepatnya mendapatkan mustika tersebut.
Dalam waktu yang teramat singkat ini, situasi dalam arena kembali terjadi perubahan
yang sangat besar, para jago dari pihak See thian san segera menyebarkan diri sejauh
sepuluh kaki dan membuat posisi pengepungan setengah lingkaran, secara kebetulan
berbentuk satu lingkaran pengepungan dengan pihak orang-orang perguruan panah
bercinta. Thi kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sin eng Tong Bu kong, Kui to Thian yu Cinjin, Kiu
wi hou Kongsun Po serta Say Khi pit yang telah kehilangan sebuah lengannya ternyata
telah mengepung para jago dari Thi eng pang ditengah arena.
Waktu semua orang telah menghentikan pertarungan, Hoa Kok khi diam-diam
memperhatikan gerak gerik pihak Thi eng pang, iapun mengawasi si nona berbaju perak
serta Ji Cin peng sekalian yang berada diluar lingkaran pengepungan, dia tahu jika
pertempuran sampai berkobar hari ini, menang kalah tak akan bisa diketahui sebelum
banjir darah menodai seluruh permukaan tanah.
Ketika mengawasi pula wajah para jago dari Thi eng pang, tampaklah raut muka
mereka diliputi keseriusan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah mereka,
tampaknya setiap orang telah bertekad untuk beradu jiwa, ini membuktikan bahwa
pertempuran yang bakal berlangsung pasti akan jauh lebih mengerikan daripada apa yang
diduganya semula.
Sekalipun semua pihak sudah mempersiapkan diri dengan baik, pembagian tugas untuk
menghadapi musuhpun sudah diatur, tapi karena setiap orang mempunyai maksud pribadi
sendiri, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi"
Asal dua orang saja diantara pihaknya mengambil keputusan untuk menarik diri
ditengah jalan, sudah bisa dipastikan pihaknya akan mengalami kekalahan total.
Itulah sebabnya, untuk beberapa waktu lamanya ia tak berani mengambil keputusan
apapun. 000o000 Thi eng pangcu Oh Bu hong menyapu sekejap kawanan jago yang hadir diarena,
kemudian mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Kalau didengar dari gelak tertawa Oh Bu hong yang penuh disertai hawa amarah itu,
suatu pertarungan sengitpun setiap saat bakal berkobar.
Terdengarlah suara gelak tertawa dari Oh Bu hong itu mulai dari rendah kian lama kian
meninggi, pantulan suaranya yang mendengung diangkasa membuat telinga menjadi
sakit, dalam waktu singkat seluruh perkampungan itu sudah dipenuhi dengan gelak
tertawa nyaring.
Thian san ciang bunjin Tong Bu kong paling tak sabar diantara sekian banyak jago,
pertama-tama ia yang berpekik panjang lebih dulu, kemudian bentaknya.
"Oh pangcu, sungguh amat sempurna tenaga dalammu, cuma setiap orang yang hadir
sekarang kebanyakan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan, aku rasa kau tak perlu
memamerkan ilmu silatmu lagi untuk menggertak hati orang"
Benar juga, Oh Bu hong segera menghentikan gelak tertawanya, ia berkata, "Mati atau
hidup suatu pertarungan tak dapat dihindari lagi, apa salahnya kalau kamu berlima
mencoba-coba dulu kelihayan dari perkumpulan Thi eng pang kami?"
Tong Bu kong mengayunkan pedangnya, kemudian menjawab, "Kalau memang begitu,
biar kami mencoba lebih dahulu sampai dimanakah kelihayan ilmu silat dari orang-orang
Thi eng pang?"
Selesai berkata, dengan pedang terhunus ia menerjang lebih dulu kedalam arena.
Hoa Kok khi, Thian yu Cinjin, Kongsun Po serta Say Khi pit serentak menggerakkan pula
senjatanya untuk menerjang maju kedepan, kiranya dalam waktu singkat para jago dari
Thi eng pang telah membentuk sebuah barisan.
Ketika Oh Bu hong memutar pedang Thi eng kiam koaynya keudara, sembilan orang
sisa dari delapan belas elang baja yang masih hidup itu mendadak bergerak saling
bersimpangan dan membentuk satu barisan, masing-masing berjaga disuatu sudut
tertentu, sementara Ki li Soat, Oh Bu hong, Cian seng khi su Wan Kiam ciu serta Gan tiong
ciang Kwan Kim ceng masing-masing berdiri disudut timur, barat utara dan selatan.
Tong Bu kong bergerak paling dulu, gerakan tubuhnya paling cepat pula, secepat
sambaran kilat pedangnya sudah menyambar kedepan menusuk tubuh Ki li Soat.
Tiba-tiba Ki li Soat mundur kebelakang, secepat kilat dari sisi tubuhnya menyambar
datang sebatang toya pedang yang menangkis datangnya tusukan tersebut, sedemikian
cepat dan kuatnya serangan itu, hampir saja membuat pedangnya tergetar lepas dari
cekalan. Hal mana segera membuat Tong Bu kong menjadi tertegun.
Dalam sekejap mata itulah, serangan balasan lawan telah berada didekat tubuhnya,
toya pedang itu dengan membawa desingan angin tajam langsung menyambar
kepinggangnya. Kiranya sewaktu Ki li Soat mundur kebelakang tadi, bersamaan waktunya Oh Bu hong
sudah maju kedepan menggantikan kedudukan gadis tersebut, kerja sama mereka
ternyata amat rapat dan luar biasa, sedikitpun tidak meninggalkan peluang yang bisa
dimanfaatkan oleh musuh untuk melukai mereka.
Termakan oleh tangkisan toya pedang dari Oh Bu hong sehingga pedangnya hampir
terlepas, Tong Bu kong merasa amat terperanjat, cepat-cepat ia melompat mundur sejauh
lima depa kesamping kanan sambil pikirnya.
"Dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Oh Bu hong berilmu
tinggi dan berkekuatan mengejutkan hati orang, tampaknya berita tersebut bukan berita
kosong belaka, aku tak boleh beradu kekuatan lagi dengannya, lebih baik kumanfaatkan
kelincahan untuk mencari kemenangan?"
Setelah mengambil keputusan, ia mempersiapkan kembali pedangnya, ia bermaksud
menggunakan beberapa jurus sakti dari ilmu pedang Ciat mia kiam hoat aliran Thian san
untuk mencoba ilmu silat lawan.
Tapi sebelum hal itu dilakukan, tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat lewat,
posisi barisan lawan kembali mengalami perubahan.
Terdengar seseorang tertawa dingin lalu berseru, "Sambut dulu sebuah pukulan Gan
tiong ciang ku ini."
Selesai berkata, tiba-tiba terasa segulung angin pukulan yang dingin dan lembut
menyergap tiba dengan kekuatan yang betul-betul mengerikan sekali.
Tong Bu kong adalah ketua dari perguruan Thian san pay, kesempurnaan tenaga dalam
yang dimilikinya boleh dibilang sejajar dengan kepandaian ketua sembilan partai besar,
ketika merasakan datangnya angin pukulan yang sangat aneh, buru-buru ia mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, kemudian disambutnya serangan dari Kwan
Kim ceng tersebut dengan keras lawan keras.
Ilmu pukulan Gan tiong ciang dari Kwan Kim ceng termasuk suatu ilmu pukulan yang
beraliran lain, serangannya mengandung tenaga pukulan yang bersifat dingin dan lunak,
sama sekali tidak membawa desingan angin tajam, tapi begitu mengena disasaran, tenaga
getarannya luar biasa sekali.
Akibat dari tangkisan Tong Bu kong yang melakukan pertarungan keras lawan keras itu,
seketika itu juga tubuhnya tergetar keras sehingga mundur tiga langkah kebelakang.
Walaupun demikian, tenaga getaran yang terpancar keluar dari tubuhnya sempat pula
menggetarkan lengan Kwan Kim ceng hingga terasa kaku dan kesemutan.
Kenyataan ini segera membuat kedua belah pihak sama-sama merasa terperanjat,
keangkuhan dan kejumawaan merekapun berkurang banyak.
Sementara itu serangan gabungan dari Hoa Kok khi berlima sudah mulai beraksi.
Dalam waktu singkat, angin pukulan menderu-deru bagaikan hembusan angin puyuh,
cahaya golok berkilauan, hawa pedang membumbung keangkasa, bayangan manusia
saling menyambar kian kemari, keadaan betul-betul mengerikan"
Pertarungan ini merupakan pertempuran tingkat tinggi yang melibatkan sekawanan
jago persilatan yang berilmu tinggi, sedemikian serunya pertarungan itu berlangsung,
membuat para penonton merasakan matanya menjadi berkunang-kunang.
Sudah sekian lama Hoa Kok khi berlima bersama-sama melancarkan serangan
gabungan namun kenyataannya, bukan saja barisan dari Thi eng pang tak berhasil
ditembusi, bahkan oleh gerakan para jago Thi eng pang yang bersimpang siur dan selalu
berganti posisi ini, kekuatan gabungan mereka berlima itu segera kena ditekan dan
terkendalikan, dari posisi bertahan kini Thi eng pang mengambil alih pucuk pimpinan dan
mulai melancarkan serangkaian serangan balasan.
Terutama sekali Oh Bu hong, keampuhan dan keberaniannya betul-betul mengerikan,
sapuan-sapuan toya pedangnya tak pernah disambut lawan dengan kekerasan.
Sambil melancarkan serangkaian serangan gencar Hoa Kok khi mulai meninjau kembali
situasi yang sedang dihadapinya.
Ia saksikan pihak Thi eng pang selalu mengandalkan perubahan barisannya yang sakti
dan tangguh untuk setiap saat berganti kedudukan sambil mengatasi keadaan, tiba-tiba
mereka menyerang dengan kekerasan, tiba-tiba pula mereka bertahan dari sergapan.
Sebaliknya orang-orang dari pihaknya harus berjuang mati-matian untuk melawan
serangan dari tiap penjuru yang datang secara bertubi-tubi, sistim pertarungan ini paling
banyak membuang tenaga, terutama Say Khi pit yang baru sembuh dari lengannya yang
kutung, ia paling kepayahan dan keteter hebat.
Ia mulai sadar bila keadaannya sudah mulai payah dan menunjukkan tanda-tanda
keletihan, pihak lawan pasti akan membuka serangan terbuka dengan pengerahan
segenap tenaga yang dimilikinya, itu berarti keadaan pihaknya akan bertambah gawat.
Menyadari akan hal tersebut, Hoa Kok khi mulai memutar otaknya untuk mencari akal
guna mengatasi situasi yang serba tidak menguntungkan ini.
Tapi, walau otaknya sudah diperas sampai habis belum juga ia menemukan cara terbaik
untuk menanggulangi kesulitan itu, ia mulai gelisah bercampur cemas, peluh dingin mulai
bercucuran membasahi sekujur badannya.
Haruslah diketahui, Oh Bu hong adalah seorang jagoan yang pintar dan cerdas baik
dalam ilmu silat maupun dibidang sastra, ia memiliki kemampuan yang melebihi orang
lain. Sampai saat ini ia belum juga melancarkan serangan dahsyat yang mematikan lawan,
ini bukan disebabkan ia tak mampu, melainkan ia tahu jika gabungan dari kelima orang ini
berhasil dirobohkan, niscaya musuh berikut yang harus dihadapi adalah pihak Thian san
pay atau mungkin juga Ji Cin peng serta Gak Lam kun.
Waktu itu posisinya yang lebih lemah pasti akan terdesak ditawan angin, bahkan
kemungkinan besar dapat dihancurkan oleh musuh bila pihak Gak Lam kun sampai bekerja
sama dengan pihak si nona berbaju perak.
Itulah sebabnya sebelum ia berhasil mendapatkan cara paling tepat untuk menghadapi
kelompok nona berbaju perak, Ji Cin peng serta Gak Lam kun ia ingin menghancurkan
gabungan dari Hoa Kok khi berlima secara tergesa-gesa, sehingga ia kehilangan
kesempatan baik untuk mempertahankan diri.
Agaknya Ki li Soat dapat membaca jalan pemikiran dari Oh Bu hong, cepat ia berpurapura
mengikuti perubahan dari gerak barisan itu untuk menyelinap kesamping ketuanya
setelah itu bisiknya lirih, "Gihu (ayah angkat) mengulur waktu terus menerus bukan suatu
cara yang paling sempurna, lebih baik kita berganti barisan dan berjalan sambil bertarung,
asal kita sudah mundur dari perkampungan ini posisi kita akan lebih menguntungkan."
Ditengah pertarungan tiba-tiba Oh Bu hong berpekik nyaring toya pedangnya berputar
Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu lingkaran diatas kepalanya, posisi barisanpun seketika mengalami perubahan besar.
Kali ini masing-masing berdiri dengan punggung menghadap kedalam, wajah
menghadap keluar, sambil bertempur membendung serangan musuh, mereka mulai
menerjang maju kedepan.
Tapi Ji Cin peng, Gak Lam kun serta si nona berbaju perak yang berada diluar
gelanggangpun segera ikut menggeserkan pula kepungan mereka mengikuti setiap
pergeseran yang terjadi.
Mendadak" pada saat itulah Ki li Soat mulai unjukkan kelihayannya, ia loloskan pedang
bambunya lalu dengan sistim membabat, menotok, membacok dan menyapu ia
menghamburkan serangkaian serangan yang benar-benar amat dahsyat, hawa pedang
yang tajam dan dingin menggidikkan hatipun segera menyebar keempat penjuru.
Keadaan itu ibaratnya seekor naga sakti yang keluar dari awan, kelihayannya susah
dibendung secara gampang.
Permainan toya pedang Thi eng kiam koay dari Oh Bu hong lebih dahsyat lagi, dimana
angin toya itu menyambar, segera terasalah hembusan angin serangan yang dahsyat
bagaikan gulungan ombak yang menghantam karang.
Termakan serangan-serangan dahsyat dari Oh Bu hong dan Ki li Soat yang amat
mengerikan itu. Kongsun Po, Say khi pit dan Tong Bu kong terdesak hebat sehingga harus
mundur berulangkali kebelakang, keadaan ini menambah kritisnya keadaan dari Say khi
pit, tampaknya asal diserang beberapa jurus lagi, niscaya dia akan terluka parah.
Sesungguhnya waktu itu Hoa Kok khi sedang menyerang sayap kiri, ketika dijumpainya
Tong Bu kong bertiga tak sanggup membendung tenaga gabungan dari Oh Bu hong serta
Ki li Soat tiba-tiba ia berpekik panjang, pedang bajanya segera diloloskan, kemudian
teriaknya, "Saudara Tong, jangan gugup, siaute datang membantu"
Pedang bajanya diayunkan berulangkali melancarkan tiga buah serangan kilat, dalam
waktu singkat hawa pedang menyelimuti seluruh gelanggang bagaikan awan hitam
diangkasa Cian seng khi su Wan Kiam ciu kontan terdesak mundur selangkah.
Berhasil dengan serangannya, ia segera melejit keudara" lalu dengan jurus Ku ing
heng hui (Burung manyar terbang sendiri), ia melompat sejauh satu kaki keudara, belum
lagi kakinya mencapai permukaan tanah, pedang bajanya secepat kilat telah menyambar
kebawah mengancam jalan darah Thian leng hiat diubun-ubun Oh Bu hong.
Ketika itu Oh Bu hong sedang mempersiapkan pedang toya Thi eng kiam koaynya
untuk mendesak Iong Bu kong, sewaktu merasakan tibanya sergapan angin pedang dari
atas kepala, mau tak mau dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu, toya pedangnya
segera diputar dan langsung menyapu kearah batok kepala Hoa Kok khi.
Hoa Kok khi cukup mengetahui betapa dahsyatnya sapuan toya tersebut, ia tak berani
menyambut dengan kekerasan, mendadak pedangnya ditarik kembali, kemudian tubuhnya
melayang turun ketanah"
Begitu kakinya menempel ditanah, kali ini dia menyerang diri Ki li Soat"
Menggunakan kesempatan itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras dan
menerjang kemuka, Wees! Wees! Wees! pukulan gencar dilepaskan untuk membendung
gerak maju Oh Bu hong, sementara senjata Hudtimnya melancarkan tiga buah sapuan.
Sementara itu, Ki li Soat yang menyaksikan Hoa Hok khi menyerang tiba sambil
mengayunkan pedangnya, dengan cepat menghimpun tenaga dalamnya kedalam lengan
kiri, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan jurus ampuh Liok jit cay shia (Pelangi
indah dikala senja) untuk mendesak mundur Kongsun Po, tendangan yang berantai
memaksa Say Khi pit melompat kesamping, kemudian pedang ditangan kanannya yang
telah dipersiapkan, segera ditusukkan kedada Hoa Kok khi begitu musuhnya mendekat.
Bukan begitu saja, dengan menyerempet bahaya ia menerjang maju lebih kedepan,
pedangnya ditempelkan kebadan sambil badannya berputar, begitu tiba disisi Hoa Kok khi,
pedang bambu ditangan kanannya sama sekali tak bergerak, hawa murni dengan cepat
dihimpun kedalam senjata itu.
Jari tengah dan telunjuk tangan kiri Ki li Soat tiba-tiba menyambar kemuka menotok
jalan darah Im bun hiat di bahu kanan Hoa Kok khi, kaki kanannya menyusul kemudian
melancarkan sebuah tendangan menghajar jalan darah tok pit hiat dipersendian tulang
lutut kaki kiri lawan.
Hoa Kok khi sangat terkejut, segera pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki gadis ini betulbetul
jauh berbeda dengan kepandaian yang lain"
Tangan kirinya segera balas melancarkan sergapan menotok jalan darah Tee khi hiat
dikaki kanan Ki li Soat, badannya berjongkok menghindari sepasang jari tangannya musuh,
bahu kanannya dengan kekuatan besar ditumbukkan kejalan darah Koat hun hiat ditubuh
sang gadis. Kedua orang itu sama-sama merupakan jago persilatan paling top dalam dunia
persilatan dewasa ini, kecepatan gerak mereka sungguh cepat sekali, setiap serangan
maupun serangan balasan semuanya tertuju kejalan darah penting ditubuh lawan.
Ki li Soat sama sekali tidak menyangka kalau serangan balasan dari lawan dilancarkan
dengan kecepatan serta keganasan yang luar biasa, tendangan kaki kanannya tiba-tiba
miring kesamping menghindari serangan tangan kiri lawan yang menghantam kebawah,
lalu menyapu keatas kaki kanan Hoa Kok khi yang sedang menghantam tiba.
Sekalipun demikian, Ki li Soat termakan juga oleh tumbukan bahu Hoa Kok khi yang
cepat itu persis diatas lengan kirinya.
Masing-masing pihak segera mundur kebelakang sambil berbisik dihati, "Sungguh
berbahaya!"
Sedemikian tegang dan berbahayanya pertarungan jarak dekat yang berlangsung
antara kedua orang itu, membuat Oh Bu hong serta si tosu setan Thian yu Cinjin lupa
untuk meneruskan pertarungan mereka.
Menanti kedua orang itu sama-sama sudah melompat mundur, Oh Bu hong baru
menggerakkan lengannya untuk melancarkan sebuah totokan ketubuh Thian yu Cinjin.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang secara tibatiba,
ia terdesak hingga terpaksa memutar badan sambil menjatuhkan diri ketanah,
kemudian menggelinding sejauh tiga empat depa kesamping kanan.
Untung Tong Bu kong dan Kongsun Po segera maju sambil melancarkan serangan
sehingga Thian yu Cinjin lolos dari bahaya, seandainya Oh Bu hong memanfaatkan
kesempatan itu untuk mengejar lebih jauh, walaupun Thian yu Cinjin bisa lolos dari
sergapannya, paling tidak ia akan dipaksa hingga berada dalam keadaan mengenaskan.
Hoa kok khi tertegun sejenak, kemudian membentangkan kembali pedangnya sambil
melancarkan serangan.
Ki li Soat segera menyambut ancaman itu dengan ayunan pedang bambunya yang
tajam. Suatu pertarungan sengit kembali berkobar, kali ini masing-masing pihak telah sadar
bahwa mereka sudah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai
sebelum ini, mereka tak berani bertindak gegabah, kedua belah pihak segera
mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk saling merobohkan, pertarungan
berlangsung seru, semua ancamanpun tertuju pada tempat-tempat mematikan ditubuh
lawan. Sedemikian sengitnya pertarungan itu berlangsung, tanpa disadari Ki li Soat telah
melepaskan diri dari barisan dan membentuk suatu pertarungan satu lawan satu yang
tersendiri. Dengan kepandaian silat mereka yang seimbang untuk beberapa waktu keadaan
berlangsung seri, menang kalahpun sukar ditentukan.
Dipihak lain, pertarungan antara si Tosu setan Thian yu Cinjin melawan Oh Bu hong
telah masuk pula kebabak yang paling menegangkan.
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng bertempur melawan Bu seng siangseng Tong Bu
kong, sastrawan aneh seribu bintang Wan Kiam ciu bertarung melawan Kongsun Po serta
Say Khi pit. Dia yang musti bertarung melawan empat tangan sekaligus tampak keteter sehingga
mundur terus kebelakang, untung saja delapan orang laki-laki elang baja setiap kali selalu
membantu, sehingga mara bahaya selalu berhasil diatasinya.
Dalam pada itu, Si Tiong pek yang duduk bersila diatas tanah mendadak melompat
bangun, wajahnya tampak segar kembali, tidak seperti sewaktu terkena pukulan Tay siu
im khi dari Hoa Kok khi tadi.
Kiranya setelah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi Si Tiong pek yang
cerdik segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak hawa jahat itu kepelbagai
nadi penting, kalau tidak demikian hawa racun dingin itu niscaya akan langsung
menyerang kedalam isi perutnya.
Setelah melewati sekian waktu, dengan ilmu penyembuhan rahasia yang tercantum
dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, setelah mengatur pernapasan sejenak, akhirnya
tenaga dalam yang dimiliki telah pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan sepasang matanya yang tajam dia awasi sekejap sekeliling arena, diiringi
kilatan cahaya tajam yang menyilaukan mata, secepat kilat Si Tiong pek melancarkan
sebuah sergapan kilat kepunggung Say Khi pit"
Tusukan itu dilancarkan dengan kecepatan tinggi dan menyergap dari belakang,
agaknya tak mungkin buat Say Khi pit untuk menyelamatkan diri lagi dari serangan
tersebut. "Traaang"!" tiba-tiba terdengar suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga,
dengan pedang Giok siang kiam yang tajam Gak Lam kun telah menangkis tusukan Si
Tiong pek yang ditujukan kejalan darah Hong gan hiat dipunggung Say Khi pit itu.
Begitu Gak Lam kun turun tangan, delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan
bilah pedangnya segera menyerbu pula kedepan.
Ji Cin peng kuatir Gak Lam kun mendapat celaka, sambil membentak nyaring dia ikut
menyerbu pula kedalam gelanggang pertarungan, Weess! Weess..!
Dua pukulan dahsyat yang membawa serangan angin puyuh segera menggulung
kemuka. Delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera merubah
posisi mereka, dalam sekejap mata cahaya tajam yang berkilauan bagaikan bendungan
sungai yang jebol, dengan dahsyatnya menghantam ketubuh Ji Cin peng.
Menyaksikan kejadian ini Ji Cin peng mengerutkan dahinya, lalu membentak keras,
"Manusia yang tak tahu diri, kau anggap aku tak berani melukai orang..?"
Selesai berkata, secepat kilat ia menyerbu kedalam barisan pedang, dimana jari
tangannya berkelebat, dua orang laki-laki elang baja segera roboh terkapar ketanah.
Si Tiong pek menjadi amat mendongkol ketika dilihatnya Gak Lam kun menangkis
pedangnya, sambil tertawa dingin ia berkata, "Saudara Gak, kau terlalu menghina orang"
"Aku tidak rela musuh besarku mati diujung pedang orang lain" kata Gak Lam kun
dingin. Si Tiong pek segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Bagus sekali! Tidak kusangka kau begitu keras kepala?"
Pedangnya segera diayunkan melepaskan sebuah bacokan kilat.
Gak Lam kun tahu bahwa ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan pesat, ia tak berani
memandang enteng, pedang segera diputar melepaskan serangan balasan, pertarungan
sengit segera berkobar.
Begitu pertarungan antara kedua orang ini berlangsung, diam-diam Oh Bu hong merasa
terperanjat. Semua gerakan pedang yang dilancarkan Si Tiong pek rata-rata adalah gerak serangan
aneh yang sukar diduga sebelumnya, jelas jurus-jurus pedang itu bukan ajarannya sendiri,
gerakan tubuhnya yang lincah dan gesit, enteng bagaikan hembusan angin membuat ia
terheran-heran, ia tak tahu darimana pemuda itu mempelajari ilmunya.
Ketika memperhatikan gerak tubuh Gak Lam kun, ternyata jauh lebih ampuh lagi,
bagaimanapun sempurna dan saktinya gerakan pedang Si Tiong pek, asal ia
menggerakkan sedikit tubuhnya, serangan tersebut segera berhasil dihindari.
Terutama sekali dua serangan balasan yang kemudian dilancarkan Gak Lam kun,
ternyata disertai dengan tenaga dalam yang kesempurnaannya sangat mengerikan.
Tiba-tiba terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan"
Dengan perasaan terperanjat, Oh Bu hong berpaling"
Tampak kedelapan orang laki-laki elang bajanya telah dihajar oleh Ji Cin peng sehingga
kocar kacir tak karuan.
Waktu itu si Tosu setan Thian yu Cinjin sedang mengerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya untuk menyerang Oh Bu hong, tiba-tiba ia berpekik nyaring, toya pedang Thi
eng kiam koaynya menyapu kedepan dengan tenaga dahsyat disamping angin tajam
terasa memekikkan telinga.
Thian yu Cinjin terkesiap, pikirnya, "Begini dahsyat serangan toya pedang ini, benarbenar
tak pernah kujumpai sebelumnya"
Sambil membuang tubuhnya kebelakang ia melompat mundur sejauh delapan depa
lebih. Setelah berhasil mendesak mundur Thian yu Cinjin, menggunakan kesempatan itu Oh
Bu hong melejit keudara dan menerkam Ji Cin peng, berada ditengah udara pedang toya
Thi eng kiam koaynya diputar menciptakan selapis bayangan senjata yang memenuhi
seluruh angkasa, diiringi suara guntur yang memekikkan telinga segera menghantam
keatas kepalanya.
Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan musuh yang ibaratnya bukit Thaysan
menindih kepala itu, Ji Cin peng tak ingin beradu kekerasan dengannya, cepat ia
menyelinap beberapa kaki kesamping untuk menghindarkan diri.
Sesudah kakinya menempel ditanah, Oh Bu hong tertawa dingin, lalu tegurnya, "Kami
perkumpulan Thi eng pang belum pernah berselisih atau bermusuhan dengan perguruan
anda, sesungguhnya apa maksud nona dengan melukai anggota perkumpulan kami?"
"Dalam suatu pertarungan, yang luka atau yang mati tak dapat dihindari, jika Oh
pangcu menegur aku pada saat seperti ini hmm" hmm" sungguh membuat aku sukar
untuk menjawab"
Tak terlukiskan rasa gusar Oh Bu hong ketika didengarnya pihak lawan malah
menyindir dirinya, dengan dingin ia menukas, "Masih begitu muda bermain kayu
didepanku, hmm! Kau anggap kami orang-orang Thi eng pang betul-betul takut
kepadamu?"
"Peristiwa yang terjadi hari ini jauh berbeda dengan peristiwa dimasa lalu" kata Ji Cin
peng dengan dingin, "meskipun antara perkumpulanmu dengan perguruanku tiada ikatan
dendam atau perselisihan, tapi yang kita perebutkan sekarang adalah Lencana pembunuh
naga, seandainya Oh pangcu bersedia mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu?"
Oh Bu hong segera tertawa dingin, tukasnya, "Dengan mengandalkan kekuatan dari
perguruan panah bercinta kalian ingin memaksa lohu mempersembahkan Lencana
pembunuh naga itu?"
Mendadak toyanya diputar dan menyapu ketubuh Ji Cin peng dengan kecepatan
bagaikan kilat.
Dengan sepasang alis mata berkenyip, Ji Cin peng melompat kesamping untuk
menghindarkan diri"!
Gak Lam kun segera membentak keras, serunya, "Oh pangcu, sungguh hebat tenaga
seranganmu itu!"
Telapak tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk memukul mundur Si
Tiong pek, setelah itu badannya melompat kedepan, pedangnya diputar dengan jurus Ki
hong teng ciat (burung hong terbang ular membelit) kemudian langsung ditusukkan
kedepan. Oh Bu hong merasa amat terperanjat, ia saksikan tusukan pedang dari Gak Lam kun itu
segera menciptakan selapis jaringan pedang yang amat rapat, sedemikian rapatnya
sehingga burung gereja sukar melewati, ikan diair pun sukar menyeberangi.
Dengan cepat ia mengerahkan tenaga dalamnya sambil membentak keras, "Ilmu
pedang bagus!"
Toyanya dengan cepat diputar menciptakan selapis bayangan toya yang melindungi
seluruh badan. "Traang! Trang! Traang!" suara benturan-benturan nyaring yang memekikkan telinga
segera berkumandang tiada hentinya.
Percikan bunga api menyebar keempat penjuru, bayangan sinar yang menyilaukan
mata memancar kemana-mana"
Dalam bentrokan itu, kedua belah pihak sama-sama merasa bahwa tenaga dalam yang
dimiliki musuhnya sungguh jarang ditemui didunia ini seandainya tidak menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, sungguh amat sulit untuk dipercayai, darah didalam dada
segera terasa bergetar keras.
Seandainya bentrokan ini terjadi beberapa hari berselang niscaya Gak Lam kun sudah
dibikin terluka oleh getaran tenaga dalam Oh Bu hong yang sempurna, tapi kini tenaga
dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat, sekalipun tubuhnya dipaksa mundur
tiga langkah akan tetapi isi perutnya sama sekali tidak terluka.
Oh Bu hong maju selangkah kedepan, telapak tangan kirinya tiba-tiba diayun kedepan
membacok tubuh Gak Lam kun, pedang Thi eng kiam koay ditangan kanannya menusuk
kejalan darah Tam thian hiat dilambung, sedangkan kaki kanannya melayang kedepan
menendang jalan darah Hu hau hiat dikaki kirinya.
Sambil bergerak maju, s
Duel 2 Jago Pedang 3 Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Pendekar Laknat 2