Pencarian

Lencana Pembunuh Naga 11

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 11


ecara beruntun ia lancarkan tiga jurus serangan yang secara
beruntun mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh lawan.
Gak Lam kun merasakan juga kelihayannya, buru-buru ia mempergunakan ilmu langkah
Liong heng sin hoat yang sakti itu untuk berkelit kesamping, pedang pendek Giok siang
kiamnya menyambar kebawah lalu membacok kaki kanan Oh Bu hong yang sedang
melancarkan tendangan.
Kaki kanan Oh Bu hong yang sedang melancarkan tendangan itu tiba-tiba berubah
menjadi sapuan melintang, begitu terhindar dari bacokan pedang lawan, kembali ia
menyapu tubuh Gak Lam kun.
Sedangkan telapak tangan kirinya ditarik kembali, sambil berganti jurus ia totok jalan
darah Sin hong hiat didada Gak Lam kun.
Dari serangan lurus dibuyarkan menjadi melintang, sambil menghindar melancarkan
serangan balasan, semua serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa,
perubahannya sungguh sukar diduga, kelihayannya tiada tandingannya.
Gak Lam kun merasa amat terperanjat, pedang pendeknya segera diputar dan
membabat tubuh Oh Bu hong.
Dengan cepat Oh Bu hong memandang pergelangan tangannya kebawah sambil
berubah jurus, dari totokan berubah menjadi pukulan telapak tangan, segulung angin
pukulan tak berwujud segera dipancarkan keluar.
Gak Lam kun membentak keras, mendadak pedangnya dipindahkan ketangan kiri,
sementara kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar dan mencengkeram
kedepan. Sreeet..! Sreeet..! Lima gulung desingan angin tajam yang berhawa dingin dari ilmu
Tok liong ci jiau segera memancar keluar dan menyambar kemuka.
Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, ia telah
mengalihkan pedang toya Thi eng koay kiamnya ketangan kiri, sedangkan tangan
kanannya mengepal kencang dan disodokkan kedepan.
"Blaaam..!" suatu ledakan keras yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan
kesunyian. Baik Oh Bu hong maupun Gak Lam kun sama-sama tergetar keras oleh benturan
tersebut sehingga masing-masing mundur empat lima langkah kebelakang, rasa kaget dan
terkesiap segera menghiasi wajahnya.
"Uuaaak..!" tak bisa dicegah kedua orang itu muntah darah segar.
Oh Bu hong tertawa hambar serunya, "Suatu ilmu cengkeraman jari Tok liong ci jiau
sinkang yang amat lihay..!"
Gak Lam kun mendengus dingin katanya pula, "Suatu ilmu pukulan Jit gwat it sian kun
(pukulan matahari dan rembulan satu garis) yang mengerikan.
Tiba-tiba Oh Bu hong merogoh kesakunya dan mengeluarkan kotak kumala itu
kemudian sambil diletakkan diatas tangan kirinya, dengan sinar mata memancarkan hawa
napsu membunuh, ia tertawa dingin, pelan-pelan katanya, "Jika kau sanggup menerima
sebuah pukulan Jit gwat it sian kun ku lagi maka dengan sukarela aku orang she Oh akan
menyerahkan Lencana pembunuh naga ini kepadamu, dan kami orang-orang Thi eng pang
berjanji tak akan ikut memperebutkannya lagi"
Gak Lam kun tertawa dingin.
"Bagus sekali!" serunya, "kalau begitu sambut dulu sebuah pukulanku ini"
Ji Cin peng yang mendengar perkataan itu menjadi amat terperanjat, segera teriaknya,
"Tunggu sebentar, biar aku saja yang menyambut serangannya itu!"
Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" perduli siapapun, asal dapat merampas kotak kumala
ini dari tanganku, Thi eng pang segera akan mengundurkan diri dari sini"
Gak Lam kun tidak memperdulikan jeritan dari Ji Cin peng, pelan-pelan ia berjalan
mendekati kearah Oh Bu hong.
Oh Bu hong tertawa angkuh kepalan tangan kanannya ditujukan kearah Gak Lam kun
sepasang matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati dengan sorot mata tajam
diawasinya Gak Lam kun dan Ji Cin peng yang selangkah demi selangkah berjalan
mendekati itu tanpa berkedip.
Langkah kaki Gak Lam kun lambat sekali, setiap melangkah setindak kedepan, segera
muncullah sebuah bekas telapak kaki sedalam setengah inci diatas permukaan tanah
berumput. Kiranya menggunakan kesempatan maju kedepan, setiap langkah ia maju tenaga
dalamnya segera dihimpun satu bagian lebih hebat, ia telah bersiap sedia menggunakan
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menerima pukulan dahsyat Jit gwat it sian kun
dari Oh Bu hong itu.
Mendadak Si Tiong pek melompat kesamping Oh Bu hong seraya berkata dengan
nyaring, "Suhu, untuk sementara waktu serahkan saja kotak kumala itu kepada tecu!"
Dengan suatu gerakan yang aneh tangan kanannya segera menyambar kearah kotak
kumala yang berada ditangan kiri Oh Bu hong itu.
Mimpipun Oh Bu hong tidak menyangka kalau Si Tiong pek begitu berani merampas
kotak kumala tersebut dari tangannya, lagipula gerakan menyambar yang dilakukan itu
memakai suatu gerakan yang sangat aneh dan belum pernah dijumpainya sebelum itu, Oh
Bu hong merasakan hatinya bergetar amat keras.
Tahu-tahu kotak kumala yang berada ditangan kirinya itu sudah kena disambar oleh Si
Tiong pek. Kelicikan dan kebusukan hati Si Tiong pek betul-betul sukar diduga sebelumnya, ketika
Lencana Pembunuh naga itu berhasil dirampasnya, ia segera mempergunakan suatu
gerakan tubuh yang cepat untuk berjumpalitan sejauh empat lima kaki dari posisi semula.
Ji Cin peng serta Gak Lam kun segera membentak bersama, "Berhenti!"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat, kedua orang itu bersama-sama melompat
kedepan sejauh empat lima kaki lebih.
Begitu dua orang itu bertindak, kawanan jago lainnya baru seperti sadar dari impian
masing-masing segera melakukan pengejaran pula dari belakang.
Thi eng pangcu Oh Bu hong, Ki li Soat, Kwan Kim ceng serta Wan Kiam ciu masingmasing
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya segera meluncur kedepan"
Gerakan tubuh dari Si Tiong pek sungguh teramat cepat, tampak bayangan biru
berkelebat lewat dalam waktu sekejap mata ia sudah berada empat lima kaki jauhnya,
dalam keadaan demikian sulitlah buat kawanan jago lainnya untuk mengejar lebih
mendekat. Ji Cin peng serta Gak Lam kun mengejar paling depan, meski begitu jaraknya dengan Si
Tiong pek pun masih ada tujuh delapan kaki jauhnya.
Tampaknva Si Tiong pek segera akan berhasil membawa kabur Lencana pembunuh
naga itu! Tiba-tiba dari antara kawanan jago itu melompat keudara sesosok bayangan manusia
dengan kecepatan yang luar biasa.
"Siapakah orang itu?"
Dia bukan lain adalah Siu Nay nay, perempuan beramhut putih dari perguruan panah
bercinta, tubuhnya bergerak kemuka dengan melintas diudara kecepatan geraknya
bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dalam waktu singkat ia telah berada
dibelakang tubuh Si Tiong pek.
Hoa Kok khi yang mempunyai pengetahuan amat luas, begitu menyaksikan ilmu
gerakan tubuh yang digunakan si perempuan berambut putih itu kontan saja merasa amat
terkesiap, teriaknya tak tertahan, "Ilmu meringankan tubuh maha sakti Thian ti leng gong
(tangga langit menjulang diangkasa yang amat luar biasa, hari ini aku benar-benar sempat
menyaksikannya sendiri!"
Karena teriakan tertahannya itu, kawanan jago lainnya menjadi tertegun dan samasama
mengalihkan sorot matanya kedepan.
Karena pikirannya bercabang itulah, Si Tiong pek serta perempuan berambut putih itu
sudah berada tujuh delapan belas kaki lebih kedepan.
Ketika berhasil menyusul dibelakang tubuh Si Tiong pek, perempuan berambut putih itu
segera mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah bacokan.
Agaknya Si Tiong pek tahu bahwa saat itu jiwanya berada diujung tanduk, hawa
murninya telah dipersiapkan semenjak tadi, maka begitu perempuan berambut putih itu
melepaskan bacokan, ia segera meningkatkan kewaspadaannya, tiba-tiba ia berpaling,
telapak tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan balasan.
Perempuan berambut putih itu tertawa dingin, ejeknya, "Suatu ilmu pukulan yang luar
biasa!" Hawa murninya disalurkan kebawah, begitu kakinya mencapai permukaan tanah
telapak tangan kanannya kembali diayunkan kedepan.
Serangan yang dilancarkan Si Tiong pek itu bisa berupa serangan sungguhan, bisa pula
sebagai serangan tipuan, selesai melancarkan pukulan tadi, tiba-tiba ia membuyarkannya
ditengah jalan, pedang Thi eng kiam yang tersoren dipunggung pun dengan suatu
kecepatan luar biasa dicabut keluar kemudian membacok kedepan dengan suatu gerakan
aneh. Berbarengan itu pula, tangan kirinya menyusul tiba dari arah samping dengan suatu
gerakan aneh. Menyaksikan kelihayan musuhnya, perempuan berambut putih itu merasa amat
terperanjat, bentaknya, "Suatu ilmu serangan Hay ciong tui hun kiam ciang yang amat
lihay?" Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya menyerang kedepan sambil menyapu
punggung pedang, hawa murninya segera dihimpun kemudian menyentil ujung pedang
tersebut dengan jari telunjuk serta jari tengahnya, sementara telapak tangan kirinya
dengan jurus soat hong wu soh (salju menutup kabut mengunci) ia bendung kebasan
tangan kiri Si Tiong pek sehingga serangannya terbendung keluar.
Ketika Si Tiong pek mendengar perempuan berambut putih itu berhasil menyebutkan
nama ilmu pedangnya, ia merasa terperanjat sekali, belum lagi ingatan kedua sempat
berkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan tangan kanannya sudah terasa menjadi kaku,
dan pedang Thi eng kiam itupun terlepas dari tangannya.
Didalam melancarkan pukulan maupun serangan pedang itu, Si Tiong pek telah
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tak terlukiskan rasa terperanjatnya
setelah menyaksikan pedangnya mencelat dan pukulannya mengenai sasaran yang
kosong. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera melompat kemuka dan kabur kedalam bangunan
gedung yang berjumlah delapan buah itu.
Gedung dimana ia datangi tersebut, bukan lain adalah tempat yang paling berbahaya
dan paling mengerikan dari seluruh bangunan gedung itu.
Empat penjuru merupakan bangunan berloteng yang bersusun-susun, setiap bangunan
semuanya diatur dan disusun menurut suatu sistim, menurut ilmu barisan yang sangat
lihay?" Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat cepat, perempuan berambut putih itu
menyusul kesana, tapi setelah memandang sekejap bangunan gedung yang terbentang
didepan mata, hatinya kontan saja merasa bergetar keras, pikirnya, "Alat rahasia yang
disusun dalam gedung itu amat banyak dan berlapis-lapis, setiap batang rumput dan
benda yang berada disana, sudah cukup untuk merenggut nyawa orang, bila Si Tiong pek
dibiarkan kabur kedalam sana, bukan saja aku tak akan berhasil membekuknya, sekalipun
orang lain juga jangan harap bisa mendapatkan lagi Lencana pembunuh naga itu?"
Ia saksikan tubuh Si Tiong pek makin lama pergi semakin jauh, jaraknya dengan
bangunan gedung yang misterius itupun tinggal beberapa langkah saja.
Ia segera menggerakkan tubuhnya sambil menyusul kedepan, bentaknya keras-keras,
"Disitu terdapat banyak sekali alat rahasia, kau lebih baik mundur saja dari sana daripada
menyesal!"
Sambil berseru, dengan jurus Long li che hoa (percikan bunga ditengah ombak) ia
cengkeram punggung Si Tiong pek dengan suatu gerak serangan yang luar biasa.
Si Tiong pek merasakan hatinya bergetar keras, sepanjang jalan dia hanya tahu kabur
terus ia sama sekali tidak berniat mendatangi gedung yang misterius itu dengan sengaja,
tapi kini sekalipun ia hendak menghentikan gerakkan tubuhnya juga sudah terlambat.
Begitu merasakan datangnya desingan angin tajam dari belakang tubuhnya, ia segera
mengebaskan telapak tangan kanannya sambil membentak keras, "Kau menyusahkan
diriku terus menerus, terhitung jagoan lihay darimanakah kau ini!"
"Praaak!" ketika sepasang telapak tangan saling membentur kedua orang itu samasama
bergetar keras, Si Tiong pek segera manfaatkan kesempatan itu untuk meluncur
masuk lebih kedalam.
ooooooo Perempuan berambut putih itu mendengus dingin.
"Hmm! Tinggalkan Lencana pembunuh naga itu aku akan memberi sebuah jalan
kehidupan untukmu!"
Si Tiong pek mendengus berat, ia malahan semakin mempercepat gerakan tubuhnya
untuk meluncur kedepan.
Perempuan tua berambut putih itu menjadi sangat marah, sambil membentak keras,
sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan kedepan.
"Hari ini sekalipun kau kabur keujung langit, aku tetap akan membekukmu hiduphidup!"
bentaknya dengan penuh kebencian.
Si Tiong pek segera tertawa seram.
"Haaahh" haaahh" haaahh" bagus, sekali, kalau begitu mari kita langsungkan
pertarungan itu didalam bangunan gedung tersebut..!"
Sehabis berkata itu ia lantas melompat masuk kedalam bengunan gedung itu, dalam
sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata"
Ternyata perempuan tua berambut putih itu tak berani mengejar lebih lanjut buru-buru
ia menghentikan gerakan tubuhnya sambil berpikir.
"Tempat ini sangat berbahaya dan tak bisa diduga akibatnya, apabila aku menerjang
masuk secara gegabah, niscaya akan termakan oleh jebakan rahasia tempat itu, atau
paling tidak akan disergap secara licik olehnya, lebih baik aku menyusun rencana yang
lebih matang lebih dulu, sebelum masuk kedalam"
Sementara ia masih termenung, dari belakang tubuhnya, secara beruntun melayang
datang lima enam sosok bayangan hitam"
Belum lagi menghentikan gerakan tubuhnya Ji Cin peng telah bertanya dengan suara
lantang, "Siau Nay nay, apakah Si Tiong pek telah menerobos masuk kegedung itu?"
"Betul, ia telah menerobos masuk kedalam gedung itu!" jawab perempuan tua
berambut putih itu dengan wajah berubah.
Mendengar jawaban tersebut, selapis perasaan murung dan sedih segera menyelimuti
wajah Ji Cin peng, ia menghela napas sedih dan diliriknya sekejap diri Gak Lam kun tanpa
berbicara, entah bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu"
Saat itulah tiba-tiba terdengar Thi kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
Haaahhh" haaahhh" haaahhh" saudara Thian yu, kita harus berangkat selangkah
lebih duluan! serunya.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram pula.
"Benar, benar sekali, kita semua memang tak boleh berdiri melulu disini sambil
menghirup angin barat laut!"
Seraya berkata, secepat sambaran petir kedua orang itu segera meluncur masuk
kedalam bangunan gedung itu.
Tong Bu kong yang menjumpai kejadian tersebut menjadi amat terperanjat, segera
teriaknya, "Hey, saudara berdua, siaute bersedia mengekor dibelakang kalian..!"
Dengan kelicikan dan kecerdasan otaknya, setelah mempertimbangkan sejenak untung
ruginya, ia lantas menghimpun tenaga dan mengikuti dibelakangnya.
Tak lama kemudian Kongsun Po serta Say Khi pit menyusul kemudian memasuki
gedung bangunan itu.
Triiing..! Triiing..! dua kali suara dentingan berkumandang memecahkan keheningan.
Sambil tertawa cekikikan terdengar si nona berbaju perak itu berkata lembut, "Gak Lam
kun Lencana pembunuh naga milikmu selamanya tak akan dapat direbut kembali!"
Gak Lam kun mendengus dingin.
"Hmmm! Selama aku tak bisa mendapatkannya kaupun jangan harap bisa
mendapatkan pula!"
Nona berbaju perak itu tertawa merdu.
"Benarkah itu.." Hiiihhh" hiiihhh" hiiihh" apa salahnya kalau kita mencoba lebih
dulu." Sambil berkata, dengan lemah gemulai dia berjalan kedepan, diikuti oleh See ih sam
seng dibelakangnya, segera merekapun berangkat memasuki gedung yang misterius itu,
malahan sebelum pergi ia sempat melemparkan sekulum senyuman kepada Gak Lam kun.
Lirikan mata itu terlalu tajam dan mendebarkan hati orang yang melihat, tentu saja Gak
Lam kun tak berani beradu pandangan dengannya, buru-buru ia berpaling kearah lain
dengan perasaan yang amat gundah dan tak karuan"
Ji Cin peng yang menyaksikan kejadian itu segera merasakan api cemburunya
berkobar, diam-diam ia mendesis gusar sambil memaki, "Perempuan yang tak tahu malu!"
Sekalipun rasa cemburunya berkobar-kobar, bagaimanapun juga dia adalah seorang
ketua dari suatu perguruan besar, sikap gagah dan supelnya masih tercermin jelas diatas
wajahnya, cuma saja selapis senyuman dingin tersungging diujung bibirnya, hal mana
membuat orang segera tahu kalau gadis itu sudah dibuat gusar.
Sengaja gadis itu mempertinggi suaranya sambil berseru, "Siau Nay nay, bagaimana
caranya untuk merampas kembali Lencana mustika itu?"
Perempuan tua berambut putih itu termenung sebentar, kemudian jawabnya pelan,
"Satu-satunya jalan hanyalah memasuki pula gedung bangunan yang misterius itu!"
"Baik!" ucap Ji Cin peng sambil tersenyum, "mari kita segera memasuki gedung ini!"
Ia bisa diangkat sebagai ketua perguruan panah bercinta, karena gadis itu memang
memiliki suatu kelebihan yang melampaui orang lain.
Dia tahu dalam gedung bangunan tersebut penuh dengan alat jebakan yang sangat
berbahaya, bila terlalu banyak orang yang memasukinya justru malahan akan mempersulit
kedudukan sendiri, korban yang berjatuhanpun mungkin akan lebih banyak, maka buruburu
ia memberi tanda kepada kedelapan belas pemanah panah bercintanya agar
mengundurkan diri dari situ, sementara dia hanya membawa Jit poh toan hun Kwik To,
Siau Nay nay, Han Nio nio serta Siangkoan It berempat.
Keempat orang ini semuanya merupakan jago-jago paling top dari perguruan panah


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bercinta, mereka rata-rata merupakan seorang jagoan yang sanggup mengatasi sendiri
setiap perubahan situasi yang bakal terjadi, maka dengan hadirnya keempat orang ini,
otomatis pihak Thi eng pang tak berani memandang rendah kekuatan mereka lagi.
Ketika Thi eng pangcu Oh Bu hong menyaksikan ketua perguruan panah bercinta
menyusun kekuatannya begitu rupa, diam-diam merasa amat terkejut, buru-buru ia
berpesan kepada Ki li Soat dengan suara lirih, kemudian berangkat seorang diri
melanjutkan perjalanannya.
Pelan-pelan Ki li Soat berjalan mendekati Gak Lam kun, kemudian panggilnya pelan,
"Gak siangkong?"
Akan tetapi berhubung Ji Cin peng yang ada disampingnya melotot terus dengan sorot
matanya yang tajam dan menggidikkan, setelah menghela napas panjang dihatinya, Ki li
Soat buru-buru menelan kembali ucapannya yang hendak diutarakan itu.
Gak Lam kun agak tertegun, kemudian tegurnya, "Apakah nona Ki ada sesuatu
persoalan?"
Ki Li soat hanya menggelengkan kepalanya berulangkali, dengan hati yang sedih dan
murung ia menundukkan kepalanya kemudian pelan-pelan berjalan meninggalkan tempat
itu. Malam seraya bertambah sunyi dan sepi, bintang-bintang bertaburan diangkasa dan
memancarkan sinar yang redup"
oOo 00O00 00O00 Sambil memegang kencang-kencang Lencana pembunuh naganya, dengan suatu
gerakan cepat Si Tiong pek melayang masuk kedalam gedung bangunan itu.
Baru saja kakinya menempel diatas permukaan tanah, mendadak ia merasakan suasana
disekeliling tempat itu menjadi gelap gulita, kenyataan tersebut sangat membuat hatinya
tertegun. Tanpa terasa dengan perasaan keheranan ia bergumam, "Dengan jelasnya aku masih
ingat kalau saat ini hari masih terang benderang, kenapa secara tiba-tiba bisa berubah
menjadi gelap gulita sepekat ini?"
Cepat ia mendongakkan kepalanya untuk memeriksa keadaan cuaca, tampak udara
amat bersih, bintang-bintang tersebar diangkasa dan berkedip-kedip, rembulan dengan
sinarnya yang redup memancar keseluruh angkasa, kalau bukan malam telah menjelang
tiba, apa pula namanya itu.."
Si Tiong pek benar-benar merasa tercengang dan tidak habis mengerti, kalau
diperhatikan waktu itu maka bisa diperkirakan kentongan ketiga tengah malam sudah
menjelang tiba, tapi bukankah ia baru tiba belum lama" Mengapa sedemikian cepatnya
cuaca berubah dari siang menjadi malam"
Semakin berpikir ia merasa hatinya semakin terkejut, sehingga untuk sesaat lamanya
menjadi termangu.
Tiba-tiba ia menyaksikan sesosok bayangan hitam sedang bergerak maju kedepan
sana. Si Tiong pek amat terkejut, sambit mempersiapkan pukulannya, ia membentak, "Siapa
disitu?" Orang itu segera menghentikan gerakan tubuhnya lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan
seramnya. "Heeehhh" heeehhh" heeehhh" kau sudah terjerumus dalam istana rembulan, itu
berarti selama hidup jangan harap kau bisa melihat matahari lagi!"
Si Tiong pek semakin terperanjat, bentaknya keras-keras, "Apa kau bilang?"
Kembali orang itu tertawa seram.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" aku yakin kau seorang bocah muda masih belum
mempunyai pengetahuan seluas itu, istana Kiu ciong kiong sudah amat tersohor dalam
dunia persilatan, sekalipun kau memiliki Lencana pembunuh naga juga jangan harap bisa
keluar dari istana ini, selama hidup kau akan selalu terkurung dalam istana rembulan ini!"
Kiranya bangunan gedung ini bernama istana Kiu ciong kiong, semuanya terbagi
menjadi sembilan ruangan yang terdiri dari Gwat kiong (istana rembulan), Jit kiong (istana
matahari), Kiam kiong (istana emas), Gin kiong (istana perak), Sik kiong (istana batu), Im
kiong (istana Im), Leng kiong (istana dingin), Sui kiong (istana air), dan Hwee kiong
(istana api). Semua istana tersebut dibangun dengan letak yang beraturan mengikuti kedudukan
bintang, arsiteknya adalah Ku yang cu, pemilik istana Kiu ciong kiong itu sendiri.
Sedemikian hebatnya bangunan tersebut, membuat barangsiapa yang terjerumus
kedalam istana itu, maka selama hidup jangan harap bisa meninggalkan istana tersebut
dengan selamat.
"Jadi kau sendiripun terjebak pula didalam istana Gwat kiong..?"
"Benar!" jawab manusia itu sambil tertawa seram, "sekalipun nasib kita sama namun
ada pula perbedaannya, lohu datang kemari lebih duluan serta mengetahui cara untuk
meninggalkan tempat ini, sebaliknya kau" heeehh" heeehh" heeehh?"
Si Tiong pek menjadi amat penasaran setelah mendengar perkataan itu, diapun tertawa
dingin. "Aku tidak percaya kalau ruangan ini sedemikian lihaynya!"
Selesai berkata ia lantas melompat kedepan dan meluncur dari situ dengan kecepatan
luar biasa. Tapi baru saja tubuhnya bergerak maju, mendadak dirasakan hawa murni dalam
tubuhnya tersendat-sendat, seakan-akan telah menjumpai daya tekanan suatu kekuatan
yang amat besar dan menggetarkannya sehingga balik kembali ketempat semula.
Tapi begitu ia mundur ketempat tadi tenaga tekanan itupun lenyap dengan sendirinya,
Kenyataan ini membuat Si Tiong pek merasa amat terperanjat, ia menjadi gugup dan tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Menyusul kemudian ia mencobanya kembali beberapa kali, tapi apa yang dialaminya
ternyata sama dan tak jauh berbeda, sekarang dia baru tahu lihay dan tertunduk sedih
dengan kening berkerut.
Terdengar orang itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" bagaimana" Tidak salah bukan perkataanku tadi?"
Si Tiong pek adalah seorang yang suka menyembunyikan kelihayan sendiri, mengetahui
kalau istana Gwat kiong mempunyai suatu keanehan yang tersendiri, satu ingatan dengan
cepat melintas dalam benaknya, ia tertawa tergelak-gelak hingga suaranya memantul
ketempat yang jauh sekali.
Selesai tertawa, dia maju kedepan dan berkata, "Cianpwe, siapa namamu" Terimalah
salam hormat dari boanpwe?"
Belum habis dia berkata, orang itu sudah berkata kembali dengan suara yang dingin,
"Si Tiong pek, secara tiba-tiba kau bersikap begitu menghormat kepadaku, bukankah kau
mengandung maksud tertentu?"
Suaranya dingin, kaku dan tak berperasaan, bahkan kedengaran begitu sinis dan
mengandung nada menghina.
Si Tiong pek terkesiap, segera pikirnya, "Siapakah orang ini" Kenapa ia bisa mengetahui
namaku?" Berpikir sampai disitu, diapun lantas tertawa seram seraya menjawab, "Saudara,
seorang manusia sejati tak akan menyembunyikan indentitas sendiri, kenapa aku tak bisa
teringat siapa gerangankah dirimu itu?"
Meskipun istana Gwat kiong diterangi sinar rembulan yang menyorot keempat penjuru,
tapi oleh karena orang itu menyembunyikan diri dibalik kegelapan, maka sulitlah baginya
untuk mengenali raut wajah orang itu, secara lamat-lamat dia hanya menyaksikan sesosok
bayangan tubuh manusia yang berwarna hitam belaka"
Orang itu segera tertawa seram, katanya, "Siapakah diriku, aku rasa kau tak perlu tahu,
cuma?" Diam-diam Si Tiong pek mendengus dingin tiba-tiba ia membentak sangat keras.
"Saudara benar-benar terlalu menghina orang!"
Dengan kelicikan serta kebusukan hatinya menggunakan kesempatan dikala ia
membentak keras itu, mendadak tubuhnya bergerak maju kedepan, telapak tangan
kanannya direntangkan lebar-lebar, kelima jari tangannya dengan membawa desingan
angin tajam langsung mencengkeram kearah tubuh orang itu.
"Heeehhh" heeehhh" heeehhh" rupanya kau ingin mampus..!" seru orang itu sambil
tertawa seram. Ditengah kegelapan, tidak nampak bagaimana caranya ia menghimpun tenaga, tahutahu
segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah dilontarkan kedepan menyambar
datangnya serangan dari Si Tiong pek yang sedang menerjang tiba itu.
Belum lagi tubrukan Si Tiong pek mencapai sasarannya, ia sudah merasakan segulung
tenaga pukulan yang sangat kuat dan dahsyat menyergap kearah tubuhnya, diam-diam ia
merasa terperanjat, buru-buru gerak majunya ditahan dan tubuhnya segera melompat
kesamping untuk menghindarkan diri"
Orang itu kembali tertawa seram.
"Lebih baik jangan turun tangan secara sembarangan, kepandaian silat yang kau miliki
itu masih selisih jauh sekali dari puncak kesempurnaan..!"
Semenjak mempelajari ilmu pedang dan ilmu pukulan dari kitab pusaka Hay ciong kun
boh, tenaga dalam yang dimiliki Si Tiong oek telah memperoleh kemajuan yang amat
pesat, dengan kepandaian tersebut ia sudah dapat terhitung sebagai seorang jagoan lihay
kelas satu dalam dunia persilatan.
Siapa tahu serangan Ngo ci tian goan yang dipergunakannya tadi, bukan saja tidak
menghasilkan apa-apa malahan sebaliknya kena dipaksa mundur oleh lawannya.
Buat seorang yang ahli, begitu pertarungan berlangsung itu segera akan diketahui lihay
atau tidaknya seseorang, maka dari serangan yang barusan dilakukan, Si Tiong pek segera
menyadari bahwa ia masih bukan tandingan orang itu, terutama sekali terhadap tenaga
pukulannya jauh begitu sempurna, jelas ia masih selisih jauh sekali.
Maka sambil tertawa seram, katanya, "Kepandaian yang kumiliki memang masih jauh
ketinggalan ketimbang kepandaian anda, cuma?"
Orang itu segera mendegus dingin.
"Hmmm! Jika kau masih kurang puas, silahkan saja untuk melancarkan serangan
berikutnya!"
Si Tiong pek tertawa seram.
"Heeeehhh" heeehhh" heeehhh" aku memang merasa sangat tidak puas, tapi
sekarang bukanlah saatnya untuk turun tangan, bagaimana kalau pertarungan dilanjutkan
setelah aku keluar dari istana Gwat kiong ini?"
"Hmmmm" kau anggap bisa keluar dari sini dengan gampang?" ejek orang itu sambil
tertawa seram. Si Tiong pek balas tertawa dingin.
"Heeehh" heeehh" heeehh" didunia ini tiada persoalan yang sulit, yang ada hanya
orang yang tidak berniat, asal aku mau melakukan pemeriksaan yang seksama dan teliti,
pada suatu hari toh akhirnya aku bisa keluar juga dari sini!"
Orang itu menghela napas panjang, sampai lama sekali ia membungkam dalam seribu
bahasa. Si Tiong pek menjadi tercengang dan keheranan ketika dilihatnya orang itu tiba-tiba
membungkam diri, pikirnya, "Asal usul orang ini sukar diduga, dengan jelas dia tahu kalau
Lencana pembunuh naga itu berada ditanganku, mengapa ia tidak mencobanya untuk
merampas dariku" Sebaliknya malahan bersedia mengulur waktu denganku disini" Apakah
kedatangannya kemari bukan lantaran Lencana pembunuh naga" sebaliknya oleh karena
sebab-sebab tertentu?"
Semakin dipikir ia merasa semakin curiga, akhirnya sambil tertawa katanya, "Apakah
kedatanganmu kepulau terpencil inipun dikarenakan Lencana pembunuh naga?"
Orang itu mendengus.
"Hmmm..! Kalau bukan karena Lencana pembunuh naga, memangnya lohu mau
melakukan perjalanan sejauh ini datang kemari" hmm..! Untungnya saja kedatanganku
tidak sia-sia, sebentar lagi Lencana pembunuh naga itu akan segera terjatuh
ketanganku?"
Mendengar perkataan itu Si Tiong pek merasakan hatinya seketika menjadi dingin
separuh, ternyata apa yang diduganya semula tak salah, orang itu memang datang untuk
mendapatkan Lencana pembunuh naga, padahal Lencana mustika itu berada disakunya,
itu berarti suatu pertarungan sengit untuk mempertahankan Lencana pembunuh naga itu
segera akan berlangsung kembali!
Berpikir sampai disitu, ia lantas tertawa dingin katanya, "Lencana pembunuh naga yang
kau cari-cari sekarang berada disakuku, kenapa kau masih belum juga turun tangan untuk
merampasnya?"
Orang itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh" haaahhhh" haaahhhh" sekalipun lohu tidak merampasnya, toh benda itu
pada akhirnya akan terjatuh pula ketanganku!"
"Mana mungkin?" seru Si Tiong pek tidak percaya.
Kembali orang itu tertawa seram.
"Heeehhhh" heeehhhh" heeehhhh" Istana Gwat kiong hanya ada jalan masuk tanpa
jalan keluar, kalau toh kau sudah masuk kemari maka jangan diharapkan bisa keluar lagi,
tempat ini kecuali rembulan yang bersinar sepanjang masa, hanya batu kerikil yang
melapisi permukaan tanah, coba bayangkan sendiri, seandainya kau terkurung sampai
delapan sepuluh hari, apa yang hendak kau makan?"
Setelah berhenti sebentar, katanya lebih lanjut, "Waktu itu kau akan kelaparan
sehingga tenaga untuk menggerakkan tanganpun tidak dimiliki, andaikata lohu hendak
mengambil Lencana pembunuh naga itu, bukankah ibaratnya merogoh saku sendiri" Coba
pikirkanlah, betul tidak perkataanku ini?"
Dari perkataan tersebut, Si Tiong pek segera menyadari bahwa kelicikan serta
kebusukan hati orang ini jauh melebihi dirinya.
Pepatah bilang: "Manusia adalah besi, nasi adalah baja, sekali tidak makan laparnya
bukan kepalang!"
Betul dia memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa, tapi kalau tidak makan
maka beberapa hari kemudian dirinya akan mati kelaparan disini, sekalipun Lencana
pembunuh naga dimilikinya juga apa pula gunanya.."
Berpikir sampai disitu, dia lantas mendengus dingin, katanya, "Caramu itu memang
suatu cara yang bagus dan sempurna, tetapi" haaahh" haahh" haaahhh" jika aku tidak
makan, apakah kau bisa..?"
Kembali orang itu tertawa seram.
"Heeehhh" heeehhh" heehhh" soal ini tak perlu kau kuatirkan, lohu sudah
mempersiapkan segala sesuatunya dengan komplit!"
Blaaam! Orang itu menepuk-nepuk sebuah kantong karung goni yang dibawanya,
kemudian merogoh kedalamnya dan mengeluarkan seekor ayam goreng yang besar dan
gemuk, bau harum semerbak segera tersiar sampai kemana-mana.
Si Tiong pek merasa amat terperanjat, diam-diam ia mengeluh, katanya dengan gemas.
"Dengan kepandaian yang kau miliki, sesungguhnya tak perlu berbuat demikian, jika
ingin merampas lencana pembunuh naga ini, rampas saja dengan kekerasan, buat apa"
Orang itu tertawa seram lagi.
"Menggunakan kesempatan lohu akan melatih semacam ilmu silat yang maha sakti,
menanti kau sudah kelaparan setengah mati dan ilmu saktiku telah selesai kulatih, maka
kau akan membawa lencana pembunuh naga itu untuk keluar dari sini?"
Mendadak ia merasa bahwa dirinya telah salah berbicara, cepat-cepat mulutnya ditutup
dan kata-kata yang belum selesai diucapkan segera ditelan kembali.
Mendadak terdengar suara tertawa yang tajam berkumandang datang memecahkan
keheningan. Dengan sekujur tubuh bergetar keras, Si Tiong pek segera berpaling kearah mana
berasalnya suara itu.
Tampaklah dari balik kegelapan muncul Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus
nyawa) Kwik To yang berwajah kuning kaku, ia berdiri disitu sambil tertawa dingin tiada
hentinya. Si Tiong pek menjadi amat terperanjat, buru-buru dia himpun segenap tenaga dalam
yang dimilikinya kedalam telapak tangan untuk bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan"
Kwik To kembali tertawa seram katanya, "Orang she Si, cepat serahkan Lencana
pembunuh nagamu kepadaku!"
Si Tiong pek tertawa dingin.
"Kau sedang mimpi rupanya"
Kwik To kembali mendengus dingin.
"Lohu, berani datang kemari, berarti aku mempunyai cara untuk membekuk batang
lehermu!" Mendadak seseorang tertawa panjang dengan suara yang dingin menyeramkan.
"Heeehh" heeehh" heeehh" Kwik To, kau berani merampas barang daganganku"
Hati-hati dengan senjata Jit poh lui sim cianku ini, aku bisa menyuruh kau mampus saat ini
juga" Ditengah kegelapan, orang itu mengangkat tangannya keatas, benar juga panah inti
geledek Jit poh lui sim ciam telah ditujukan ketubuh Jit poh toan hun Kwik To.
Setelah mendengar ancaman ini, Si Tiong pek merasa makin terperanjat, ia tidak
menyangka kalau orang itu adalah Lui Seng Thian.
Kwik To segera tersenyum katanya, "Oooh" rupanya saudara Lui yang berada disitu,
maaf kalau lohu tidak mengenalinya tadi!"
"Heeehhh" heeehhh" mana, mana" jawab Lui Seng Thian sambil tertawa aneh,
"asalkan saudara Kwik bersedia mengundurkan diri dari sini, lohu pasti tak akan
menyusahkan diri Kwik heng?"
Kwik To berpikir sebentar, kemudian jawabnya, "Sekalipun lohu mengundurkan diri dari
sini, belum tentu saudara Lui akan berhasil mendapatkan Lencana pembunuh naga?"
"Kenapa?" tanya Lui Seng Thian tertegun.
Kwik To tersenyum.
"Dewasa ini semua jago lihay dari segala penjuru dunia telah berkumpul semua disini,
sekalipun kau Lui Seng Thian mempunyai kegagahan yang luar biasa juga tak nanti bisa
mengangkangi benda itu sendirian, bukan saja perguruan panah bercinta bertekad untuk
mendapatkan Lencana pembunuh naga tersebut, sekalipun perguruan dan perkumpulan
lainnya juga sama saja"
Lui Seng Thian mendengus dingin menukas pembicaraannya yang belum selesai,


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya, "Soal ini tak perlu kaurisaukan, lohu yakin masih sanggup untuk mengatasi
persoalan ini?"
Setelah berhenti sebentar, bentaknya, "Saudara Kwik, harap kau segera mengundurkan
diri, kalau tidak panah inti geledek Jit poh lui sim ciamku tak akan mengenal belas kasihan
lagi..!" Jit poh toan hun Kwik To mendengus dingin.
"Hmm! Kalau begitu silahkan saja saudara untuk mencobanya!"
"Creeeet!" tiba-tiba kilatan cahaya api memancar dalam istana Gwat kiong, mengikuti
ayunan tangan kiri Jit poh toan hun, kabut hitam yang sangat tebal segera memancar
keempat penjuru, dalam waktu singkat seluruh istana Gwat kiong telah diselimuti oleh
asap berwana hitam itu.
Tiba-tiba sinar rembulan menjadi lenyap, empat penjuru hanya diliputi oleh kegelapan
yang pekat"
Tiba-tiba terdengar Kwik To tertawa seram, katanya, "Saudara Lui, coba lihatlah!
Bukankah panah inti geledek Jit poh lui sim ciam tak mampu mengapa-apakan diriku"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng Thian tidak menyangka kalau secara tiba-tiba Jit poh toan
hun Kwik To bakal melepaskan kabut hitam, melihat bayangan orang lenyap dari
pandangan, ia menjadi teramat gelisah.
"Saudara Kwik!" serunya sambil tertawa seram, "siasatmu Boan thian kok hay
(mengelabuhi langit menyeberangi samudra) ini tak akan berhasil membuat aku orang she
Lui menjadi terkecoh!"
Seraya berkata, panah inti geledek Jit poh lui sim ciam ditangannya pelan-pelan
dialihkan kearah luar.
Semangat Si Tiong pek kontan saja berkobar, dikala ia sedang merasa kepepet dan
merasa tak kuat menahan kejaran dari dua orang jago lihay, tahu-tahu Kwik To
mengeluarkan ilmu mengelabuhi orang yang sangat lihay itu dengan cepatnya pula dia
melemparkan tubuh sendiri keluar.
Mendadak" sebuah cakar raksasa yang bergerak lincah menyambar keatas tubuhnya.
Si Tiong pek merasa amat terkesiap, buru-buru ia membuang bahunya kesamping
sambil melayang kesebelah kiri, tapi belum lagi tubuhnya sempat berdiri tegak, bayangan
hitam itu sudah menyusul pula dari arah belakang.
Dalam gelisahnya ia lantas membentak, "Kwik To kau berani!"
Tiba-tiba tubuhnya bergeser keluar, secepat kilat telapak tangan kanannya melepaskan
sebuah pukulan dahsyat keatas dada orang itu.
Kwik To tertawa seram, ejeknya, "Kalau ingin tak mampus, serahkan saja Lencana
pembunuh naga itu kepadaku!"
Kelima jari tangannya yang terpentang lebar-lebar mendadak diayunkan ketengah
udara" dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan, tak bisa dihindari
lagi, Si Tiong pek sudah kena dicengkeram oleh Kwik To dengan ilmu cengkeramannya
yang maha lihay.
Karena kesakitan, si anak muda itu mendengus tertahan, secepat sambaran kilat
sebuah tendangan dilancarkan.
Waktu itu Jit poh lui sim ciam Lui Seng Thian sedang kesal mencari tempat
persembunyian Jit poh toan hun Kwik To, maka begitu mendengar suara bentakan dari Si
Tiong pek, tanpa terasa ia mengambil keputusan dihati, hawa napsu membunuhpun
segera menyelimuti seluruh wajahnya.
Terdengar ia tertawa dingin, lalu teriaknya, "Kalian berdua tak usah saling berebut
lagi!" "Blaaam..!"
Suatu ledakan keras menggelegar menggetarkan seluruh angkasa, percikan bunga api
tersebar kemana-mana, diantara kilatan cahaya emas, beberapa jalur panah berapi telah
meluncur keluar dengan cepatnya.
"Lui Seng Thian kau sungguh teramat keji!" teriak Kwik To dengan suara lantang.
Dalam keadaan demikian, tak sempat lagi baginya untuk merampas Lencana pembunuh
naga tersebut, dengan cepat ia melemparkan tubuh Si Tiong pek keluar, sementara ia
sendiri menjatuhkan diri ketanah dan bergelinding sejauh beberapa kaki dari tempat
semula" Sreet..! Sreeet..! Diantara desingan panah geledek, benda-benda penyebar maut itu
berseliweran diatas tubuh Kwik To yang masih mendekam ditanah itu.
Dalam pada itu, baru saja tubuh Si Tiong pek terlempar keudara oleh tenaga lemparan
Jit po toan hun Kwik To, dua jalur cahaya api secepat kilat meluncur datang kearahnya
dengan kekuatan yang mengerikan.
Pemuda itu menjadi amat terkesiap, bisiknya dihati.
"Habis sudah riwayatku kali ini..!"
Berhubung anak panah geledek menyambar datang dengan kecepatan yang luar biasa,
Si Tiong pek sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk berpikir panjang.
Dia tahu bila melompat keatas maka bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya
akan makin bertambah besar, satu-satunya jalan hanya bisa membuyarkan hawa murni
seraya meluncur turun kebawah.
"Criit..!" dua jalur sinar emas menyambar lewat dari atas kepalanya dengan membawa
desingan angin tajam, menanti ia membuka matanya kembali, tampaklah sinar bintang
berkilauan, setelah memandang sekejap sekeliling sana, pemuda itu baru sadar bahwa ia
telah terlepas dari kurungan istana rembulan.
Pelan-pelan rasa kaget dan rasa ngerinya mereda, tanpa sadar ia menghembuskan
napas panjang. Tapi belum lagi helaan napasnya selesai, mendadak dilihatnya berpuluh-puluh sosok
bayangan manusia berdiri tak jauh dari dirinya berada.
Tampak olehnya See ih samseng (tiga malaikat dari wilayah See ih) masing-masing
berdiri disatu arah yang berlawanan, sedangkan si nona berbaju perak dari Thian san
berada ditengah, waktu itu dia sedang memandang kearahnya sambil tersenyum manis.
Hal mana dengan cepat membuat Si Tiong pek berdiri tertegun.
Pelan-pelan gadis berbaju perak itu maju kedepan menghampirinya, lalu sambil tertawa
ringan katanya, "Kau baru saja keluar?"
Mendengar perkataan itu Si Tiong pek menjadi tertegun, pikirnya dengan cepat.
"Darimana dia bisa tahu kalau aku baru saja keluar dari istana rembulan" Nona ini
memiliki kecantikan yang tak terlukiskan oleh kata-kata, bila aku bisa kawin dan
memperistri dirinya, tidak sia-sia hidupku dalam dunia dewasa ini!"
Berpikir demikian, ia lantas tertawa lirih, sahutnya, "Kau telah mengetahui segala
sesuatunya"
"Tentu saja" jawab si nona baju perak sambil tertawa terkekeh-kekeh, "Ketika kau
terjerumus kedalam istana rembulan, lalu menerjang keluar secara paksa, semua kejadian
ini dapat kuikuti dengan jelas."
Tercekat perasaan Si Tiong pek oleh ucapan tersebut.
"Kalau segala sesuatunya dapat kau lihat, kenapa kau sendiri tidak masuk, kedalam?"
Kembali nona berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Dengan otak setanmu yang licin aku sudah tahu kalau istana rembulan tak akan
berhasil mengurung dirimu, telah kuperhitungkan bahwa kau pasti akan keluar dari tempat
ini." Si Tiong pek tahu bahwa gadis berbaju perak ini adalah satu-satunya ahli waris dari
aliran See Thian san, dengan dimilikinya Lencana pembunuh naga tersebut, sudah barang
tentu dia jauh lebih hapal terhadap tempat-tempat tersebut daripada orang lain, bahkan
segala gerak geriknya selama inipun tak dapat mengelabuhi dirinya"
Melihat pemuda itu hanya membungkam saja, nona berbaju perak itu berkata lagi
sambil tertawa, "Dapatkah kau serahkan kembali Lencana pembunuh naga itu
kepadaku..?"
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara datar lagi pelan, sama sekali tiada nada
paksaan atau suara bengis yang tak sedap didengar.
Si Tiong pek yang pada dasarnya memang sudah terpikat oleh kecantikan wajahnya itu,
kontan saja merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar ucapan tersebut"
Ucapan yang pelan dan lembut ibaratnya sebuah nyanyian merdu, bukan cuma
menggetarkan hatinya, bahkan menimbulkan pula pasang surut yang keras dalam hati
kecilnya" Tak sedikit gadis cantik yang pernah dijumpai selama ini, tapi belum pernah ia
kehilangan semangat seperti hari ini, ia merasa dirinya tidak memiliki alasan yang cukup
kuat untuk menampik permintaan orang, sekalipun Lencana pembunuh naga tak ternilai
harganya, tapi gadis cantik rupawan yang berada dihadapannya sekarang agaknya
mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi daripada Lencana pembunuh naga tersebut,
seluruh perasaannya mulai mabuk dan terbuai.
Tanpa ragu-ragu lagi ia merogoh kesakunya dan mengeluarkan kotak kumala tersebut,
kemudian sambil diangsurkan kehadapan gadis berbaju perak itu, katanya, "Ambillah
nona!" Gadis berbaju perak itu tertawa ringan, ia membuka sebentar kotak kumala tersebut
tapi segera menutupnya kembali, sambil tertawa katanya kemudian, "Terima kasih
banyak, lebih baik kau simpan sendiri benda itu secara baik-baik!"
Selesai berkata, dengan memimpin See ih sam seng, pelan-pelan ia berlalu dari situ.
Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek berdiri termangu ditempat tanpa mengetahui apa
yang musti dilakukan, nona itu hanya menerimanya sebentar lantas dikembalikan kembali
kepadanya, apa maksud sesungguhnya dari gadis tersebut" Sepintas lalu sikapnya tanpa
berperasaan tapi tampak pula seperti tak berperasaan, pikiran dan perasaannya segera
saja berubah menjadi makin kacau"
Dalam perasaan gundahnya tanpa sadar Si Tiong pek mulai bersenandung, ia tak tahu
bagaimanakah perasaan hatinya sekarang, dia hanya merasa bahwa gadis berbaju perak
itu merupakan gadis idaman hatinya"
Langkah si nona baju perak itu sangat lamban ia dapat mendengar pula suara
senandung Si Tiong pek, sambil tertawa serunya kemudian, "Orang goblok itu sungguh
amat romantis?"
Malaikat telapak tangan Nio Go hau yang berada disisinya segera tertawa seram.
"Sejak dulu sampai sekarang, orang yang selalu romantis hanya akan menerima
kekesalan, biarkan saja ia merasa gundah seorang diri!"
Malaikat racun Lo Kay seng terbahak-bahak pula.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" si nona, apakah kau telah berhasil menukar Lencana
pembunuh naga itu?"
Sambil tertawa gadis berbaju perak itu mengangguk.
"Tentu saja telah kutukar, sekarang Lencana pembunuh naga sudab muncul dua buah,
walaupun mereka berpengetahuan dan pengalaman amat luas, jangan harap bisa
mengetahui rahasia tersebut, biar saja mereka saling berebut benda yang salah?"
Malaikat pedang Pek Bong in tertawa terbahak-bahak pula.
"Haaahh" haaahh" haaahh" semua tempat dalam istana Kiu tiong kiong sudah kita
hapalkan diluar kepala, sekalipun tanpa lencana pembunuh naga kitapun bisa pergi
kemana-mana sambil memejamkan mata, buat apa nona menukarnya kembali..?"
"Aku harus menyerahkannya kepada Gak Lam kun!" jawab si nona baju perak itu
sambil mendengus.
Ucapan ini segera membuat tiga malaikat dari wilayah See ih menjadi tertegun mereka
tidak habis mengerti apa sebabnya nona berbaju perak itu berbuat demikian"
Sementara gadis berbaju perak itupun hanya tertawa misterius, dengan cepatnya ia
berlalu dari sana.
Sisa matahari telah tenggelam dilangit barat, senja mulai mencekam seluruh jagad"
Sambil memegang kotak kumala tersebut Si Tiong pek berdiri termangu-mangu sambil
mengawasi bayangan punggung si nona yang pergi jauh, akhirnya ia menghela napas
sedih. Mendadak" Sesosok bayangan hitam menubruk datang dari belakang tubuhnya dan secepat kilat
menyambar kotaK kumala yang berada ditangannya itu.
Si Tiong pek terkesiap, cepat-cepat ia menarik tangannya sambil berputar kian kemari,
secara beruntun kakinya telah berpindah dua posisi yang berbeda.
Tapi berhubung lengan kirinya sudah kutung, gerak geriknya menjadi kurang leluasa,
maka belum lagi tubuhnya sempat berhenti, segulung angin pukulan telah berhembus
datang. "Uaaak..!" tak bisa dicegah lagi Si Tiong pek muntah darah segar, dengan
sempoyongan tubuhnya mundur beberapa langkah berulangkali, sementara kotak kumala
tersebut lantaran terhajar oleh angin pukulan yang amat keras itu, segera mencelat
ketengah udara.
"Kiranya kalian?" teriak Si Tiong pek dengan gusarnya.
Setelah berhasil melukai Si Tiong pek dengan pukulan dahsyatnya, diam-diam terkesiap
juga hati Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sewaktu dilihatnya kotak kumala tersebut
mencelat ketengah udara, dengan suatu kecepatan luar biasa ia segera menerjang
kemuka dan menyambar kotak kumala tersebut.
Tampak bayangan manusia berkelebat menyusul kemudian terdengar si Tosu setan
Thian yu Cinjin tertawa seram sambil berseru.
"Haaahh" haaahh" haaahh" saudara Hoa, tak usah repot-repot, biar lohu yang
mewakilimu untuk mengambil kotak kumala tersebut?"
Ketika telapak tangan raksasanya diayunkan pelan ketengah udara, secepat kilat kotak
kumala tersebut sudah terjatuh ketangannya.
Terkesiap Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan kejadian itu, sambil tertawa
terkekeh katanya kemudian, "To heng, harap kau simpan benda itu untuk sementara
waktu, tapi jangan lupa benang seutas tak akan mampu menjadi kain, tanpa lohu pun
Lencana pembunuh naga tak lebih cuma sebuah benda yang tak berguna. Bukankah
begitu to heng."
ooooooo Tercekat juga perasaan si Tosu setan Thian yu cinjin sesudah mendengar perkataan itu,
pikirnya, "Rase tua ini sungguh amat lihay, aku tak boleh sampai menyalahi dirinya?"
Berpikir demikian, sambil tertawa terbahak-bahak sahutnya, "Haaahhh" haaahhh"
haaahhh" tentu saja, tentu saja kita toh sudah bertekad untuk bekerja sama, hidup
bersama matipun bersama, apalagi begitu banyak jago persilatan yang tersebar disini
dewasa ini, masih banyak hal yang harus membutuhkan bantuan dari saudara Hoa?"
Bukan hanya sekali saja Si Tiong pek menderita kerugian besar ditangan Thiat kiam
kuncu Hoa Kok khi, luka lama ditambah dengan luka baru, tak urung keadaan tersebut
membuatnya tak tahan juga, setelah mendengus tertahan kembali ia muntahkan darah
segar. Dengan penuh kebencian Si Tiong pek segera berseru, "Orang she Hoa, suatu ketika
hutang piutang diantara kita pasti akan kuperhatikan!"
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" mana, mana" jawab Thiat kiam kuncu, "membuat
perhitungan, setiap saat lohu pasti akan mengiringinya!"
Berbicara sampai disitu, selapis napsu membunuh yang mengerikan tiba-tiba
menyelimuti seluruh wajahnya, pelan-pelan ia berjalan menghampiri pemuda itu.
Si Tiong pek menjadi terkejut sekali.
"Hey! Mau apa kau?" teriaknya.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa dingin tiada hentinya.
"Api sekecil bintangpun sanggup membakar sebuah padang rumput yang luas, lohu tak
ingin terjadinya kebakaran besar yang akan memusnahkan sebuah padang rumput nan
luas, sebab itu satu-satunya jalan bagiku hanyalah memadamkan percikan api yang
mumpung belum membesar. Seharusnya kau tahu bukan, apa yang hendak kulakukan!"
Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram, katanya pula, "Kalau membabat rumput
tidak keakar-akarnya bila angin musim semi berhembus lewat, dia akan tumbuh kembali.
Tindakan dari saudara Hoa memang betul-betul suatu tindakan yang cerdik?"
Tampaknya kedua orang itu mempunyai niat yang sama, dengan cepat mereka berdiri
disudut timur dan barat serta mengawasi Si Tiong pek tanpa berkedip.
Diam-diam Si Tiong pek mengeluh ketika dilihatnya dua orang jago tangguh dari dunia
persilatan ini mengepung dirinya rapat-rapat, sekalipun ia telah menguasai seluruh
kepandaian yang tercantum dalam kitab pusaka Hay Ciong kun boh, tapi luka lama
ditambah luka baru yang dideritanya membuat ia tak sanggup untuk menghimpun kembali
tenaga murninya"
Dengan perasaan agak ngeri ia tertawa lalu katanya, "Jalan pemikiran kamu berdua
memang sungguh amat sempurna, baiklah kuserahkan selembar nyawaku ini untuk kalian
berdua!" Hawa murni yang masih tersisa segera dihimpun kedalam lengan kanannya, tampak
sekujur tubuhnya menggigil keras mukanya pucat pias seperti mayat, namun ia masih
berusaha keras untuk mempertahankan diri, hawa murni yang tersisa ditubuhnya dan
agak tersendat-sendat itu sekuat tenaga dihimpun menjadi satu.
Tosu setan Thian yu Cinjin yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa terbahakbahak,
ejeknya, "Si lote, kau masih begitu muda, tampan lagi, tidakkah merasa terlampau
sayang untuk mampus duluan?"
Si Tiong pek tertawa seram.
"Tidak mengapa, dua puluh tahun kemudian toh aku akan muncul lagi sebagai seorang
Hohan." Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi mendengus sinis.
"Manusia dari dunia persilatan, biar lohu sempurnakan keinginan hatimu itu!"
Weeess..! Segulung angin pukulan yang sangat kuat, bagaikan gelombang besar
disamudra langsung menghantam ketubuh Si Tiong pek.
Sebaliknya Si Tiong pek sendiripun pelan-pelan mengangkat pula telapak tangan
kanannya, lalu didorong kedepan.
"Enyah kau dari sini!" bentak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara yang dalam
dan berat. "Blaam?" suatu ledakan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang
memecahkan keheningan.
Bersamaan dengan terjadinya ledakkan tersebut, tubuh Si Tiong pek segera terlempar
keluar dari gelanggang.
Pada saat itulah, mendadak seorang membentak keras, "Siapa yang berani melukai
anak muridku?"
Menyusul bentakan itu, beberapa sosok bayangan manusia dipimpin langsung oleh Thi


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eng pangcu Oh Bu hong menerjang masuk kedalam arena.
Dengan suatu gerakan cepat Oh Bu hong menyambut tubuh Si Tiong pek yang
mencelat keudara itu, menyaksikan keadaannya yang parah, mendadak timbul suatu
perasaan sedih yang aneh dalam hatinya, sepasang matanya menjadi merah, hampir saja
dia akan melelehkan airmatanya.
Untung saja tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna, dalam waktu singkat ia
berhasil menguasai kembali perasaannya, setelah tertawa terbahak-bahak katanya, "Kalau
ingin menggebuk anjing, lihat dulu siapa pemiliknya, kalian berdua telah menghajar
muridku sampai terluka begini parah, tampaknya kalian memang berniat untuk
bermusuhan dengan diri lohu"
Sambil berkata dia lantas memberi tanda.
Ciang seng ki su (sastrawan aneh selaksa bintang) Wan Kiam ciu, Gan tiong cian
(pukulan batu karang) Kwan Kim ciang serta Ki Li soat serentak menggerakkan tubuhnya
menyebarkan diri keempat penjuru, dalam waktu singkat mereka telah mengurung Thiat
kiam kuncu Hoa Kok khi serta Tosu setan Thian yu Cinjin ditengah kepungan.
Wajah Si Tiong pek telah berubah menjadi kaku bagaikan kayu, sambil membuka
sedikit matanya yang mulai pudar, ia berbisik.
"Suhu, jangan melepaskan mereka berdua?"
"Tentu saja!" jawab Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong sambil
membaringkan tubuhnya keatas tanah, "suhumu tak akan membiarkan orang lain
menganiaya dirimu sekehendak hatinya sendiri!"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara lembut dia bertanya lagi, "Dimanakah Lencana
pembunuh naga tersebut?"
"Ditangannya!" jawab Si Tiong pek sambil menuding kearah Tosu setan Thian yu Cinjin.
Dengan sinar mata setajam sembilu kakek sakti elang baja Oh Bu hong menatap
sekejap wajah tosu setan Thian yu Cinjin.
Ditatap sekejap ini, tanpa terasa terkesiap juga hati Tosu setan Thian yu Cinjin karena
ngeri. Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyapu, sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
katanya, "Sebagai seorang jago persilatan, dia toh sudah tahu resikonya suatu
pertarungan" Siapa yang kuat dia tetap hidup, siapa lemah dia akan mampus, kalau ia
sampai terluka ini harus disalahkan pada ilmu silat sendiri yang kurang becus, kenapa kau
malahan menyalahkan diri kami berdua?"
Thi eng sin siu Oh Bu hong mendengus berat.
"Hmm! Enak betul kalau berbicara, kendatipun apa yang kau ucapkan benar, lohu
bukannya seorang manusia yang tak bisa mempertimbangkan keadaan, mendingan kalau
satu lawan satu" Heeehh" heeehh" heeehh" aku rasa bukan hanya saudara Hoa
seorang yang turun tangan?"
Berbicara sampai disitu dengan sorot mata sinis ia melirik sekejap kearah Kui to Thian
yu Cinjin. Ditatap seperti ini berkobarlah hawa amarah didalam hati Tosu setan Thian yu Cinjin,
dengan penuh kegusaran dia berteriak, "Saudara Oh, kau melototi diri lohu terus menerus,
apakah merasa tidak puas denganku?"
Oh Bu hong tertawa seram.
"Betul, betul, aku memang merasa tak leluasa menyaksikan tingkah lakumu yang
tengik, apalagi menyaksikan hawa sesat yang menyelimuti tubuhmu" Hmm! Jiwa
perampok selamanya tetap merampok, watak macam itu memang sangat memuaskan
hatiku. Bagaimanapun juga Tosu setan Thian yu Cinjin adalah seorang manusia yang berotak
cerdas dan berpengalaman luas, ia tahu Thi eng sin siu Oh Bu hong memang sengaja
hendak memanasi hatinya, andaikata Lencana pembunuh naga tidak berada disakunya,
dia pasti tak akan tahan menghadapi ejekan dan cemoohan tersebut, tapi keadaannya
sekarang sama sekali berbeda, maka diapun hanya tertawa saja.
Sambil tertawa ringan, katanya, "Saudara Oh betul-betul pandai bergurau, masa kau
menuduh lohu sebagai seorang perampok.
Agak kagum juga Oh Bu hong oleh ketebalan iman lawannya, dia tertawa sinis,
kemudian sambil berpaling katanya, "Pek ji, bagaimana kejadiannya sehingga kau
terluka?" Si Tiong pek pun seorang pemuda yang pintar! buru-buru jawabnya, "Untuk berhasil
merampas Lencana pembunuh naga itu dari tanganku, mereka berniat untuk membunuh
tecu agar menghilangkan bibit bencana dikemudian hari?"
Seraya berkata matanya melirik sekejap kearah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, sorot
mata itu penuh memancarkan api kegusaran yang bengis dan menggidikkan hati.
Agak tercekat perasaan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, ujarnya kemudian, "Saudara Si
pandai betul berbicara, yang melukai dirimu toh lohu seorang, kenapa kau hitung pula
saudara Kui to dalam perhitunganmu" Kalau berita ini sampai tersiar ditempat luaran,
apakah orang tak akan menuduh kami sebagai orang dewasa yang menganiaya anak
kecil?" Haruslah diketahui kecerdikan Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sedikitpun tidak berada
dibawah kecerdikan siapapun, ia sengaja melimpahkan tanggung jawab persoalan tersebut
keatas pundaknya dengan harapan bisa menggunakan kesempatan ini untuk menaklukkan
si Tosu setan Thian yu Cinjin.
Ia berharap dengan sikapnya yang gagah dan bijaksana ini bukan saja tosu setan akan
tunduk kepadanya, bahkan akan benar-benar takluk seratus persen, apalagi dia pun tahu,
dengan berkata demikian meski pada akhirnya pihak Thi eng pang akan mengerubutinya,
Thian yu Cinjin tak nanti akan berpeluk tangan belaka dengan membiarkan ia dikerubuti
seorang diri. Betul juga, si Tosu setan Thian yu Cinjin segera tertawa seram, lalu berkata, "Saudara
Hoa, sekalipun kau tidak menghitung serta, merekapun tak nanti akan melepaskan kita
berdua." "Kalau kalian berdua sudah mengetahui akan segala akibatnya lebih baik tinggalkan
saja nyawa kalian disini!" tukas Oh Bu hong sambil tertawa seram.
Begitu selesai berkata, tubuhnya segera menerjang kemuka, sebuah pukulan dahsyat
langsung dilontarkan keatas batok kepala Tosu setan Thian yu Cinjin.
Ngeri juga Thian yu Cinjin menghadapi serangan lawan, teriaknya kemudian, "Hmm!
Kau kira aku takut untuk menyambut seranganmu ini?"
Hawa murninya segera dihimpun kebalik sela-sela jari tangannya kemudian dilancarkan
sebuah pukulan yang tak kalah kuatnya menyongsong datangnya ancaman dari Thi eng
sin siu Oh Bu hong tersebut.
"Braaas..!" ketika sepasang telapak tangan saling beradu, terjadilah suatu desisan
tajam. Tosu setan Thian yu Cinjin kontan merasakan hatinya menjadi dingin separuh, separuh
bagian lengannya tiba-tiba menjadi kaku. hampir saja dia tak mampu untuk
mengangkatnya kembali.
Begitu melepaskan serangannya yang pertama, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera
menubruk maju kedepan.
Dengan cepat Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi meloloskan pedangnya, lalu sambil tertawa
terbahak bahak katanya, "To heng, biar lohu saja yang meminta petunjuk dari saudara
Oh. Kau mundur saja lebih dulu!"
Ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Kakek sakti elang baja Oh Bu hong teramat
sempurna, walaupun untuk sesaat tak mungkin Tosu setan Thian yu Cinjin akan menderita
kekalahan ditangannya, tapi dengan Lencana pembunuh naga tersebut ditangannya, dia
kuatir bila waktu berlangsung agak lama maka akhirnya benda mustika itu akan terampas
kembali oleh Oh Bu hong.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan benda mustika itu adalah membiarkan dirinya
yang menghadapi Thi eng sin siu Oh Bu hong, dengan begitu si Tosu setan Thian yu Cinjin
baru mempunyai kesempatan untuk meninggalkan tempat itu, kalau tidak demikian,
kuatirnya hari ini mereka berdua akan sama-sama terbunuh ditangan orang-orang
perkumpulan Thi eng pang.
Demikianlah menyusul seruan tersebut, dengan jurus Pek im jut siu (awan putih keluar
dari poros) pedangnya langsung menusuk kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Selama ini Ki li Soat tak berani turun tangan secara sembarangan sebelum mendapat
perintah dari Oh Bu hong, maka ketika dilihatnya Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi muncul
ketengah arena, tanpa terasa lagi ia tertawa dingin tiada hentinya.
Seraya mementangkan telapak tangannya, ia membentak, "Berhenti kau!"
Terdesak oleh serangan yang dilancarkan dari arah samping ini, terpaksa Thiat kiam
kuncu Hoa Kok khi menarik kembali gerakan tubuhnya yang sedang meluncur kemuka,
pedang bajanya diangkat keatas, kemudian bentaknya, "Lohu enggan bertarung
melawanmu, hayo cepat menyingkir dari sini!"
Jurus serangan ini meski hanya jurus Ciong hay kui cu (sisa mutiara didasar samudra)
yang amat sederhana tanpa sesuatu yang aneh, namun dibalik kesederhanaan tersebut
justru tersimpan pelbagai perubahan yang luar biasa.
Tampak cahaya pedang itu begitu meluncur kemuka, tiba-tiba saja ditariknya kembali.
Ki Li soat tertawa dingin katanya, "Kau tak usah takabur, hari ini juga aku hendak
meringkus dirimu?"
Tiba-tiba Cian seng kisu Wan Kiam ciu tampil kedepan, lalu serunya lantang.
"Nona Ki! harap mundur kebelakang, biar lohu yang menghadapi dirinya!"
Cian seng kisu Wan Kiam ciu termashur sebagai si juru pemikir dalam perkumpulan Thi
eng pang, bukan saja kepandaian silatnya amat lihay, kecerdasan otaknya juga
menakutkan, kebanyakan hasil-hasil cemerlang yang berhasil diraih Thi eng pang selama
ini adalah berkat hasil karyanya"
Oleh karena Cian seng kisu Wan Kiam ciu sifatnya tak suka menonjolkan diri, maka
sangat jarang orang perkumpulan yang tahu tentang asal usulnya, bahkan Thi eng pangcu
sendiripun tidak begitu tahu tentang asal usulnya yang sebetulnya.
Ketika Ki Li soat menyaksikan Cian seng kisu Wan Kiam ciu telah turun tangan, ia pun
merasa agak lega sedikit, ia tahu tak mungkin baginya untuk menangkan Thiat kiam kuncu
Hoa Kok khi, satu-satunya orang yang sanggup menghadapi jago lihay ini memang tak lain
adalah Cian seng Kisu Wan Kiam ciu.
Begitu terjun kearena pertarungan Cian seng kisu segera melancarkan serangkaian
serangan berantai yang maha dahsyat, ini semua memaksa Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi
terdesak mundur berulangkali, diam-diam ia merasa terkejut juga oleh keampuhan tenaga
dalam yang dimiliki Cian seng kisu Wan Kiam ciu.
"Saudara Wan" kata Hoa Kok khi kemudian, dengan perasaan tercekat, "kenapa kau
musti memusuhi lohu?"
Wan Kiam Ciu tertawa seram.
"Orang yang tidak segolongan tak mungkin berkomplot kaupun tak usah banyak
berbicara lagi!"
Pertarungan yang berlangsung antara kedua orang ini dilakukan dengan kecepatan
tinggi, dalam sekejap mata puluhan jurus sudah lewat tanpa terasa.
Pada saat itulah, mendadak terdengar Oh Bu hong membentak keras, "Kena!"
"Blaaam..!" suara benturan keras terjadi msnyusul kemudian Si Tosu setan Thian yu
Cinjin mundur lima enam langkah dengan sempoyongan.
Pucat pias seluruh wajah Thian yu Cinjin, agaknya luka yang dideritanya cukup parah,
serunya dengan geram, "Kau" kau terlalu kejam!"
Sepasang telapak tangannya diangkat sejajar dengan dada, sekujur tubuhnya menggigil
keras, ditatapnya wajah Oh Bu hong tanpa berkedip.
Menjumpai keadaan musuhnya itu, Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak, katanya.
"Serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku, maka akupun akan mengampuni
selembar jiwamu!"
Si Tosu setan Thian yu Cinjin segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" lebih baik kau tak usah bermimpi disiang hari
bolong!" "Itu berarti mencari jalan kematian buat diri sendiri!", bentak Oh Bu hong sambil
menerjang maju kedepan.
Tangan kirinya dengan jurus Ciong hay to ciau (membunuh naga ditengah samudra)
tiba-tiba menyergap kemuka, kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar lalu
mencengkeram dada Thian yu Cinjin dengan kecepatan luar biasa.
Merah berapi-api sepasang mata Thian yu Cinjin karena gusar, diapun membentak
keras, "Mari kita beradu jiwa!"
Berbareng dengan bentakan tersebut, bukan saja ia tidak menghindari datangnya
serangan jari tangan lawan, malahan sepasang telapak tangannya dengan cepat ditolak
kemuka dengan jurus Ji cu say hui (sepasang mutiara memancarkan sinar), sedangkan
kakinya mengikuti gerakan tersebut melancarkan sebuah tendangan kilat.
Pertarungan nekad yang mengajak saling beradu jiwa ini sedikit banyak mendatangkan
perasaan ngeri juga buat Oh Bu hong"
Pada saat itulah tiba-tiba dari tengah arena berkumandang suara dengusan dingin
Liong gin heng (dengusan naga sakti) yang menggetarkan sukma.
Menyusul dengusan naga Liong gin heng tersebut, tahu-tahu ditengah arena telah
bertambah dengan seorang manusia bertopeng muka naga, sepasang tangan
mengenakan sarung tangan cakar naga perenggut nyawa serta mengenakan jubah naga
berwarna kuning"
Siapa lagi orang itu kalau bukan Tok liong Cuncu yang ditakuti orang selama ini"
Belum lagi dengusan Liong gin hengnya selesai, Tok liong Cuncu telah membentak
keras, "Tahan!"
Berhubung munculnya Tok liong Cuncu secara mendadak, serentak pertarungan yang
sedang berlangsung diarena terhenti dengan segera.
Thi eng pangcu Oh Bu-hong tampak agak tertegun, dia tak habis mengerti kenapa Gak
Lam kun harus menyaru kembali dengan tampangnya yang begini menyeramkan"
Ketika Si Tosu Setan Thian yu Cinjin menyaksikan kemunculan Tok liong Cuncu,
mendadak sekujur tubuhnya menggigil keras, sekalipun ia tahu bahwa Tok liong Cuncu
yang berada dihadapannya sekarang kemungkinan besar adalah penyaruan dari Gak Lam
kun, namun oleh karena ia pernah berbuat keji terhadap Tok liong Cuncu dimasa lalunya,
maka kejadian tersebut selalu merupakan momok yang mengerikan hatinya selama ini.
Dengan wajah berubah hebat, dia berseru, "Saudara Hoa, coba kau lihat sobat tua kita
telah muncul kembali disini!"
"Betul, penagih hutang kita telah datang menjenguk kita!" sahut Thiat kiam kuncu Hoa
Kok khi dengan wajah memucat pula.
Dengan tatapan dingin dan menyeramkan Tok liong Cuncu memandang sekejap wajah
kedua orang itu, kemudian serunya, "Setelah berjumpa denganku, mengapa kalian belum
juga bunuh diri?"
Suara dingin bagaikan es, membuat siapapun yang mendengarnya merasakan bulu
kuduknya pada bangun berdiri"
Hoa Kok khi segera tertawa seram, ujarnya, "Setelah bertemu dengan Tok liong Cuncu
seharusnya kami berdua akan bunuh diri, tapi sayang saudara bukan?"
"Kenapa?" Tok liong Cuncu kelihatan agak tertegun, "masakah Tok liong Cuncu juga
ada yang palsu?"
Walaupun selama ini Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi serta Kui to Thian yu Cinjin juga
banyak mendengar kabar yang mengatakan, bahwa Tok liong Cuncu adalah hasil
penyaruan dari Gak Lam kun, tapi mereka sendiri tak berani mempercayainya dengan
begitu saja, maka setelah berjumpa sendiri dengan musuh bebuyutannya sekarang, diamdiam
mereka berdua mengeluh juga"
Kui to Thian yu Cinjin berusaha memberanikan diri, lalu sambil tertawa seram katanya,
"Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Tok liong Cuncu yang sering kali
muncul belakangan ini adalah hasil penyamaran dari muridnya, jangan-jangan kau adalah
muridnya yang dimaksudkan itu?"
Tok liong Cuncu segera tersenyum.
"Jadi kalau begitu, muridku juga berada diistana Kiu ciong kiong ini!" katanya.
Mendengar perkataan tersebut, kembali semua jago yang hadir diarena merasa
tertegun, perkataan dari Tok liong Cuncu ini sungguh membingungkan hati, jangan-jangan
dia adalah Tok liong Cuncu yang asli" Kalau tidak, kenapa ia tak tahu kalau Gak Lam kun
juga berada disini"
Tapi, ketika berada dibukit Hoa san tebing Yan po gan, bukankah Tok liong Cuncu
sudah terluka parah dan tak mungkin tertolong lagi" Bagaimana mungkin ia masih bisa
hidup sampai sekarang" Apalagi sebelum peristiwa tersebut ia sudah minum obat racun
menembus usus yang jahat sekali"
Siapa pula orang ini" Gak Lam kun" Ataukah Tok liong Cuncu"
Sementara itu, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Si Tosu setan Thian yu Cinjin lambat
laun sudah mulai merasakan seriusnya persoalan, walaupun mereka berdua memiliki
tenaga dalam yang sempurna namun tak berani sembarangan turun tangan.
Para jago lihay dari perkumpulan Thi eng pang juga mulai merasakan ketidak beresan
dari masalah ini, Oh Bu hong sadar kemunculan dari Tok liong Cuncu ini pasti dikarenakan
Lencana pembunuh naga, ia baru mulai merasa bahwa Lencana mustika itu mulai berada
dalam keadaan yang gawat dan menegangkan.
Mendadak Si Tiong pek melompat bangun dan berduduk serunya, "Gak Lam kun, buat
apa kau musti menyaru sebagai setan guna menakuti orang?"
Tok liong Cuncu memutar badannya lalu menjawab.
"Kau kenal dengan Gak Lam kun" Tampaknya kau adalah sahabat muridku..?"
Si Tiong pek mendengus dingin.
"Hmm..! Tahu akan dirinya bukan berarti aku musti adalah sahabat karibnya!"
Pada saat itulah, mendadak dari kejauhan sana berkelebat datang sesosok bayangan
manusia sambil berlarian mendekati teriaknya keras-keras, "Suhu!"
Tok liong berpaling lalu tertawa.
"Untung saja aku dapat berjumpa lagi denganmu!" ia berkata.
Tampaklah Gak Lam kun berlarian mendekat dengan wajah berseri dan penuh
kegembiraan, dia langsung menghampiri Tok liong Cuncu.
Apa yang sudah menjadi kenyataan, kini telah hancur berantakan kembali"
Ternyata Tok liong Cuncu bukan hasil penyamaran dari Gak Lam kun, lantas siapakah
dia" Kedatangan Gak Lam kun secara tiba-tiba ini membuktikan dugaan semua orang,
bahwa walaupun Gak Lam kun pernah menyaru sebagai Tok liong Cuncu, tapi kali ini Tok


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong Cuncu tersebut benar-benar bukan hasil penyaruannya.
Seketika itu juga paras muka Si Tosu setan Thian yu Cinjin berubah hebat, jangankan
tenaga untuk melakukan perlawanan, kekuatan untuk melarikan diripun sudah tidak
dimiliki lagi, sekujur badannya mengejang keras, wajahnya menunjukkan minta belas
kasihan. Paras muka Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi ikut berubah pula menjadi pucat pias seperti
mayat, saking takutnya ia hampir tak berani mendongakkan kepalanya, diam-diam hatinya
menciut, karena ketakutan setengah mati, otaknya diputar keras berusaha untuk mencari
jalan keluar guna melarikan diri dari pulau terpencil tersebut.
Selesai menjalankan penghormatan, Gak Lam kun berkata.
"Suhu, bukankah kau telah berjanji tak akan terjun kembali kedalam dunia persilatan"
Mengapa kali ini kau datang kemari dengan menempuh perjalanan yang begini jauh?"
Mukanya menunjukkan rasa bingung dan tidak habis mengerti, seolah-olah ia merasa
tidak memahami kenapa suhunya tiba-tiba bisa muncul ditempat itu.
Tok liong Cuncu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" kalau aku tidak datang, mana mungkin kau bisa
masuk kedalam istana Kiu ciong kiong?"
Belum habis ia berkata, tiba-tiba kepalanya didongakkan memandang ketempat
kejauhan. Tampaknya Ji Cin peng dari perguruan panah bercinta dengan membawa serta Kwik
To, Han Hu hoa serta nenek berambut putih berdatangan ketempat itu.
Ketika Jit poh toan hun Kwik To menyaksikan kemunculan Tok liong Cuncu disitu, ia
tampak agak tertegun, kemudian pikirnya, "Siapa pula orang ini" Jangan-jangan?"
Belum habis dia berpikir, Tok liong Cuncu telah membentak lebih duluan, "Kwik To,
kemari kau!"
Diam-diam Jit poh toan hun merasa terkesiap, tapi ia maju pula kedepan, sahutnya
sambil tertawa seram, "Naga beracun tua rupanya kau belum mampus!"
Perlu diketahui, dari tujuh belas orang musuh besar Tok liong cuncu yang tercatat
dalam buku catatan musuh besarnya Jit poh toan hun Kwik To dikenal sebagai seorang
ahli dalam mempergunakan obat-obatan beracun.
Atas racun penembus utus Cuan cong tok yok yang dibuatnya, ia menaruh kepercayaan
yang besar, ia tak pernah percaya kalau Tok liong cuncu dapat meloloskan diri dari
bencana tersebut.
Sambil tertawa seram Tok liong Cuncu lantas berkata, "Jika lohu sampai mati, maka
apa yang kalian harapkan bisa terpenuhi" Dan kini aku belum mati, itupun jauh diluar
dugaan kalian semua"yaaa, bagaimana lagi" Sebetulnya lohu suka mati saja, tapi selama
ini akupun tak tega untuk membawa budi kebaikan kalian kedalam liang kubur?"
Sorot matanya yang tajam bagaikan kilat, membawa pula kewibawaan yang besar.
Dalam pandangan para jago hal mana semakin mendatangkan perasaan bergidik bagi
siapapun yang melihatnya, diam-diam semua orang mulai menyusun rencana guna
melarikan diri dari situ.
Paras muka Kwik To seketika berubah juga, serunya, "Jadi kau hendak membalas
dendam?" Tok liong Cuncu tertawa seram.
"Tujuh belas tahun hidup sengsara dan menderita, tujuh belas tahun menahan dendam
berdarah sedalam lautan, sudah beribu-ribu hari aku harus menahan diri, hari seperti
inilah yang kunantikan selalu, siapapun jangan harap bisa menghalangi niatku untuk
menuntut balas?"
Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan cepat meloloskan pedang bajanya, kemudian
berkata, "Saudara Kwik, kalau toh orang lain sudah bertekad tak akan melepaskan kita,
rasanya kita banyak bicarapun tak ada gunanya!"
Kwik To mendengus dingin.
"Hmm, saudara Hoa, maksud baikmu biar kuterima dalam hati saja, lohu tak dapat
mengiringi keinginanmu?"
Sebenarnya Hoa Kok khi berhasrat untuk mengajak Kwik To dan si Tosu Setan Thian yu
Cinjin untuk bekerjasama menghadapi Tok liong Cuncu, meskipun belum tentu mereka
bisa menangkan penarungan itu paling tidak tak akan sampai kalah, siapa tahu ternyata
Kwik TO tidak bersedia untuk memenuhi keinginannya"
Setelah tertegun sejenak, katanya kemudian, "Saudara Kwik, rupanya nyalimu pecah!"
Jit poh toan hun (tujuh langkah pengejar nyawa) Kwik To hanya tertawa misterius,
sambil mengangkat bahu dia tidak berkata apa-apa"
Tok liong Cuncu segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat kemudian serunya,
"Gak Lam kun, beri pelajaran kepada manusia durjana yang tak tahu diri itu!"
"Baik!" buru-buru Gak Lam kun memberi hormat.
Dengan enteng tubuhnya berputar, lalu dengan langkah Ji gi ngo heng jit seng liong
heng poh dia berkelebat kesamping, lalu mengayunkan telapak tangannya melancarkan
lima buah pukulan dahsyat kearah Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi.
Kelima buah pukulan berantai itu semuanya merupakan serangan-serangan yang
berkekuatan cukup untuk menghancurkan batu karang, lagipula kecepatannya luar biasa
sekali. Untung sesaat Hoa Kok khi tak sanggup menghadapi serangan sedahsyat ini, oleh
ancaman yang beruntun itu ia terdesak hebat sehingga mundur berulangkali kebelakang.
Tok liong Cuncu tertawa seram, pelan-pelan ia maju kehadapan Tosu setan Thian yu
Cinjin, kemudian bentaknya, "Serahkan benda itu kepadaku!"
Semenjak mengetahui akan munculnya Tok liong Cuncu disitu, daya tempur si Tosu
setan Thian yu Cinjin yang luar biasa itu telah lenyap hingga tak berbekas, apalagi ketika
dilihatnya momok tersebut menghampirinya, ia semakin ketakutan sehingga sekujur
badannya terasa menjadi lemas, sukma serasa melayang meninggalkan raganya.
"Mau" mau apa kau?" serunya ketakutan.
Walaupun berada dalam keadaan ketakutan, tapi suruh ia menyerahkan Lencana
pembunuh naga tersebut masih merupakan suatu perbuatan yang memberatkan hatinya.
Tok liong Cuncu mendengus dingin, katanya.
"Cepat serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku untuk ditukar dengan selembar
nyawamu pada hari ini!"
Sekalipun Si Tosu setan Thian yu Cinjin merasa berat hati untuk menyerahkan benda
mustika itu kepada lawan, namun keselamatan jiwa memang lebih penting dari segalagalanya,
maka tanpa berpikir lebih jauh lagi ia keluarkan kotak kumala tersebut dari
sakunya. Ketika para jago dari Thi eng pang menyaksikan Thian yu tojin telah menyerahkan
Lencana pembunuh naga itu kepada Tok liong Cuncu, suasana menjadi amat gempar.
Dengan cepat Oh Bu hong meloloskan toya pedang bajanya, kemudian berseru,
"Cuncu, lohu yang tak becus bersedia untuk melakukan pertarungan melawan kau!"
Jilid 19 Tok Liong Cuncu segera meletakkan kotak kumala itu diatas telapak tangan kanannya,
kemudian menjawab, "Asal kau berniat dan punya kegembiraan untuk berbuat demikian,
silahkan datang kemari dan ambillah sendiri"
Kendatipun kerakusan menyelimuti seluruh wajah Thi eng sin siu Oh Bu hong, namun ia
tak berani terlalu gegabah untuk merampasnya dari tangan lawan, sebab dia tahu bahwa
Tok Liong Cuncu memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kalau ia tidak memiliki
kepandaian silat yang melebihi orang lain, tak nanti sikapnya begitu santai.
Untuk sesaat lamanya Oh Bu hong menjadi terkesiap dan pecah nyali, dia malahan tak
berani maju kedepan lagi, walau cuma selangkahpun.
Waktu itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin telah memutar tubuhnya, tiba-tiba ia berseru,
"Cuncu hari ini kau melepaskan lohu, dikemudian hari kebaikan ini pasti akan kubalas!"
Seusai berkata dia lantas menghimpun tenaga dalamnya dan kabur dari situ, dalam
waktu singkat bayangan tubuhnya sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat
semula. "Kembali!" bentak Tok liong Cuncu tiba-tiba, Tosu setan Thian yu Cinjin merasa
terkesiap, buru-buru ia menghentikan gerakan tubuhnya.
"Masih ada sesuatu persoalan yang lain?" tanyanya.
Sambil menghela napas panjang, kata Tok liong Cuncu, "Sekembalinya dari sini,
beritahu kepada kongsun Po, Say Khi pit serta Yan lo sat, katakan bahwa pun Cuncu telah
muncul kembali dalam dunia persilatan, tak selang beberapa hari lagi pasti akan kucari diri
mereka semua?"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, "Seandainya diantara beberapa orang ini
masih tetap berada dipulau ini, beritahu kepada mereka agar berhati-hati, jika sampai
kujumpai nyawa mereka pasti akan kukirim kembali keakhirat.
Tosu setan Thian yu Cinjin tertawa seram, "Baik!" katanya kemudian, "lohu pasti akan
menyampaikan kata-kata ini kepada mereka?"
Tok liong Cuncu kembali mendengus, katanya lebih lanjut, "Menggunakan kesempatan
ini, pun cuncu pun akan memperingatkan kepada kalian semua kecuali pun cuncu seorang
yang sanggup membongkar rahasia sekitar istana Kiu ciong kiong ini, orang yang lain tak
usah mempunyai angan-angan yang muluk lagi, bila ada diantara kalian berani
sembarangan bertindak, maka inilah contohnya..!"
"Kraaak" Blaaam!"
Ketika sebuah batu cadas yang beribu-ribu kati beratnya kena ditotok oleh ayunan
tangannya, diiringi ledakan keras hancurlah batu itu menjadi berkeping-keping dan
berhamburan kemana-mana.
"Tok liong Ci jiau (cakar maut naga beracun)!"
Setiap orang yang pernah berjumpa dengan Tok liong cuncu dimasa lalu, rata-rata
mengetahui jelas tentang ilmu cakar maut Tok liong ci jiau tersebut.
000O000 Betul kawanan jago yang berkumpul disitu waktu itu rata-rata adalah jago kelas satu
dari dunia persilatan namun tak seorangpun diantara mereka yang berkeyakinan bahwa
mereka mampu menyambut sebuah cengkeraman maut yang disertai dengan tenaga
maha dahsyat tersebut.
Untuk sesaat lamanya, suasana disekeliling tempat itu menjadi hening sepi, tak
kedengaran sedikit suarapun. Tak seorang manusiapun berani menghembuskan napas
panjang sesudah menyaksikan keampuhan dari tenaga cengkeraman itu, paras muka Oh
Bu hong yang sebelumnya tampak keren tiba-tiba berubah menjadi redup, ia tahu bila
ingin bertarung melawan Tok liong Cuncu dengan kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya
sekarang, rasanya hal ini tak mungkin bisa terpenuhi"
Si Tosu ?etan Thian yu Cinjin semakin ketakutan, peluh dingin bahkan sempat
membasahi jidatnya, tanpa membuang waktu lagi dia memutar badannya dan melarikan
diri terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Dipihak lain, pertarungan antara Thi kiam kuncu Hoa Kok khi melawan Gak Lam kun
pun telah terhenti, tampak wajahnya pucat pias seperti mayat, sorot matanya pudar dan
liar, otaknya berputar terus berusaha mencari akal bagus untuk melarikan diri dari situ.
Tapi Tok liong Cuncu adalah manusia paling aneh didunia ini, kemanakah dia akan
meloloskan diri"
Mendadak Tok liong Cuncu tertawa seram dan berpaling kearah Hoa Kok khi, Hoa Kok
khi merasa jantungnya tiba-tiba berdebar lebih keras, dengan cepat pedangnya diputar
untuk melindungi semua jalan darah penting disekujur tubuhnya.
"Kau juga enyah dari sini!" seru Tok liong Cuncu lagi dengan suara dingin, "tapi kau
musti ingat, hari ini bisa melepaskan dirimu besok aku dapat menangkapmu kembali,
semoga saja bila berjumpa lagi denganku dikemudian hari, kaburlah sejauh mungkin!"
Thi kiam Kuncu Hoa Kok khi mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh" haaahh" haaahh" baik, baik, anggap saja hari ini aku orang she Hoa jatuh
pecundang ditangan kalian, asal aku Hoa Kok khi masih bisa bernapas di kemudian hari
pasti akan berjumpa lagi dengan sobat lama!"
"Kalau memang begitu hal ini lebih bagus lagi" kata Tok liong Cuncu dingin, "asal
sejarah di tebing Yan po gan bisa terulang lagi, sekalipun pun cuncu harus mati juga tak
akan menyesal!"
"Heeehh" heeehh" heeehh" bagus, kalau begitu biar kuciptakan kembali peristiwa
Yan po gan untuk dipersembahkan kepadamu!"
Seusai berkata, dia lantas melompat kedepan dan berlalu dari tempat itu.
Gara-gara ucapan Hoa Kok khi hari ini hampir saja Gak Lam kun mengalami nasib yang
sama dengan gurunya dibukit Yan po gan tempo hari, cuma tentu saja kejadian itu
berlangsung di kemudian hari nanti"
Tok liong Cuncu tertawa mengejek kepada Oh Bu hong katanya kemudian, "Apakah
saudara masih bermaksud untuk merampas benda mustika ini dari tanganku?"
Ia sengaja mengangkat Lencana pembunuh naga itu tinggi-tinggi, sehingga sinar mata
semua jago dari Thi eng pang bersama-sama dialihkan kearah kotak kumala tersebut.
Oh Bu hong segera memberi tanda kepada kawanan jago yang berada dibelakangnya,
lalu berkata, "Thi eng pang kami berhasrat untuk mendapatkan benda itu walau apapun
resikonya, selama harapan tersebut belum lenyap, lohu beserta anak buah kami siap untuk
bertempur melawan Cuncu?"
Jelas ia telah bertekad untuk mempergunakan kekuatan dari Thi eng pang untuk saling
memperebutkan Lencana pembunuh naga dengan diri Tok liong Cuncu.
Menghadapi kejadian tersebut, Tok liong Cuncu segera tertawa ringan, katanya,
"Saudara suka berbuat bagaimana berbuatlah bagaimana, Pun Cuncu pasti akan melayani
keinginanmu itu?"
Gak Lam kun yang berada disampingnya segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" jika toa pangcu ada minat, aku pasti akan melayani
dirimu untuk bermain sebanyak beberapa gebrakan?"
Tok liong Cuncu berkata pula dengan cepat.
"Muridku telah memperoleh warisan dari pun cuncu, asal Oh pangcu sanggup
menangkan satu atau setengah jurus darinya, pun Cuncu bersedia pula untuk
menyerahkan Lencana pembunuh naga ini kepadamu?"
Pada saat itulah, mendadak Si Tiong pek melompat bangun dari atas tanah, kemudian
berseru. "Biar aku saja yang bermain-main dengan Saudara Gak!"
Sebelum Gak Lam kun sempat menjawab ia sudah menerjang maju kedepan lalu
dengan jurus Ciong hay kiu cu (mencari mutiara didasar samudra ia cukil sepasang mata
pemuda itu, jurus serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa.
Gak Lam kun tak tahu kalau jurus serangan itu berasal dari kitab pusaka Ciong hay kun
boh, ketika dilihatnya jurus serangan itu sangat tangguh, diam-diam terkesiap juga
hatinya, buru-buru dia melompat kesamping untuk menghindarkan diri.
"Saudara Si, sungguh pesat kemajuan yang kau capai dalam ilmu silatmu, katanya
sambil tertawa nyaring, "aku lihat jurus serangan yang kau pergunakan ini bukan berasal
dari ajaran gurumu!"
Bagi orang lain, perkataan itu tidak mendatangkan perasaan apa-apa, tapi bagi
pendengaran Thi eng pangcu Oh Bu hong justru sangat tak sedap.
Sebagaimana diketahui, ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek selama ini adalah hasil
ajarannya walaupun Si Tiong pek cerdas dan berhasil menguasai seluruh kepandaian
gurunya, namun kehebatannya tak pernah bisa melampaui yang lain.
Tapi semenjak ia kehilangan lengan kanannya, tiba-tiba Thi eng pangcu Oh Bu hong
menemukan bahwa ilmu silat muridnya mendapat kemajuan yang pesat, lagipula jurusjurus
serangannya jauh diluar dugaan, bukan cuma berbeda dengan jurus-jurus aliran
Tionggoan, bahkan banyak diantaranya yang belum pernah dijumpai selama ini.
Dalam sangsinya, beberapa kali ia sudah berusaha untuk mengamati gerakan jurus
serangan itu, sayang ia selalu tak berhasil dengan usahanya itu.
Begitulah setelah berhasil menghindarkan diri dari jurus serangan Ciong hay kiu cu
tersebut Gak Lam kun sama sekali tak berani menghentikan gerakan tubuhnya, buru-buru
ia mengerahkan tenaganya dan menerjang kemuka, jari tangannya langsung
mencengkeram kebahu lawan.
Pertarungan cara begini ini sungguh tangguh dan mengerikan, membuat Si Tiong pek
sendiripun merasa terkesiap, tapi dia cukup percaya dengan kemampuan jurus-jurus
serangan Hay ciong kun boh yang dimilikinya, maka ia cuma tersenyum.
Lengan kanannya segera ditekuk lalu direntangkan kedepan, sambil membuang bahu ia
bergeser kedepan, kali ini ia serang jalan darah Ci ti hiat tubuh Gak Lam kun.
Menggunakan kesempatan dikala Gak Lam kun melompat mundur, Si Tiong pek segera
membentak, "Suhu, kenapa kau belum juga?"
Oh Bu hong tahu kalau Si Tiong pek sedang memberi peringatan kepadanya agar
menggunakan kekuatan Thi eng pang yang ada sekarang untuk bersama-sama merampas
Lencana pembunuh naga itu dari tangan Tok liong Cuncu mumpung Gak Lam kun kena
dihadang olehnya.
Menyadari bahwa kesempatan baik segera akan berakhir, Oh Bu hong segera
membentak keras, "Cuncu maaf kalau lohu terpaksa harus bertindak kurang sopan
kepadamu!"
Toya bajanya diayunkan kedepan, menggunakan kesempatan itu tubuhnya melambung
beberapa kaki keudara lalu menubruk kebawah.
Ki Li soat, Cian seng ki su Wan Kiam ciu serta Gan tiong ciang Kwan Kim ceng serentak
meloloskan senjata tajam masing-masing lalu membentak keras, dengan suatu gerakan
yang bersamaan serentak mereka menyerang kearah Tok liong Cuncu.
Disaat yang amat kritis itulah, mendadak"
"Perguruan panah bercinta ikut ambil bagian dalam perebutan ini?" terdengar Ji Cin
peng membentak keras.
Tubuhnya yang ramping segera melompat kedepan, sebuah pukulan dahsyat langsung
dilontarkan keatas batok kepala Thi eng sin siu Oh Bu hong yang sedang menubruk
datang. Jit poh toan hun Kwik To ikut pula membentak keras, "Wan loji, biar lohu saja yang
menghadapi dirimu!"
Cian seng ki su Wan Kiam ciu tertawa seram, "Heeehhh" heeehhh" heeehhh" dalam
pertarungan kita pada sepuluh tahun berselang, belum ada hasil yang kita ketahui, hari ini
kita memang harus ulangi kembali pertarungan tersebut untuk mengetahui siapa yang
jauh lebih tangguh diantara kita berdua!"
Kedua orang itu tidak banyak berbicara lagi, masing-masing segera mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menghajar tempat mematikan ditubuh lawannya.
Dalam waktu singkat semua jago lihay Thi eng pang sudah terhadang semua oleh jagojago


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perguruan panah bercinta. Mimpipun Oh Bu hong tidak mengira kalau pihak
perguruan panah bercinta bakal membantu Tok liong Cuncu, tak terlukiskan rasa gusar
yang menggelora dalam dadanya.
Sikap dari Tok liong Cuncu sendiripun ternyata sangat aneh, dia tidak bertarung
melawan siapapun, sebaliknya malahan melayang naik keatas gundukan tanah berbukit
dan tertawa tergelak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" Oh pangcu, aku lihat perkumpulanmu menghadapi
ancaman bahaya maut kali ini!" serunya.
Oh Bu hong betul-betul merasa gusar bercampur mendongkol, teriaknya dengan sinis,
"Mentang-mentang Tok liong Cuncu, tak tahunya masih membutuhkan bantuan dari
anjing-anjing perguruan panah bercinta untuk bertarung" hmmm! Sungguh
memalukan?"
Belum habis perkataannya diucapkan, beberapa buah serangan dahsyat dari Ji Cin peng
telah meluncur tiba, terpaksa dia harus menghimpun tenaganya untuk menghadapi
serangan. Meski demikian, dalam hatinya berpikir terus, ia menduga antara Tok liong Cuncu
dengan pihak perguruan panah bercinta pasti sudah terjalin suatu hubungan rahasia.
Tiba-tiba terdengar Si Tiong pek berteriak kembali.
"Suhu, kalau kau tidak menitahkan semua orang untuk menghentikan pertarungan,
perkumpulan Thi eng pang bisa hancur berantakan ditangan mereka."
Meskipun sedang berbicara, namun gerakan tubuhnya sama sekali tak berhenti, ini
menunjukkan betapa sengitnya pertarungan antara dia melawan Gak Lam kun.
Terkesiap Oh Bu hong setelah mendengar teriakan itu, sambil bertarung terus, serunya
kembali, "Pek ji, apakah kau dapat melihatnya?"
Sementara itu, Cian seng ki su Wan kiam ciu yang bertempur melawan Jit poh toan hun
Kwik To, selalu merasa betapa aneh dan saktinya kekuatan lawan, bahkan tenaga
dalamnya beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan sepuluh tahun berselang.
Dengan julukannya sebagai sastrawan sakti selaksa bintang menunjukkan bahwa
otaknya memang cerdas dengan pelbagai akal muslihat yang licin, dengan cepat ia dapat
mengetahui pula akan gawatnya situasi, buru-buru tubuhnya melayang mundur
kebelakang. Melihat musuhnya kabur, Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa terbahak-bahak,
"Haaahh" haaahh" haaahh" sobat lama, kau ingin kabur kemana?"
Dengan dapat ia memutar tubuhnya dan menerjang dari belakang Cian seng ki su.
Sambil melarikan diri terbirit-birit, Cian seng ki su Wan Kiam ciu sempat berteriak keras,
"Pangcu apa yang diucapkan Si Tiong pek tidak salah, lebih baik kau cepat mengambil
keputusan!"
Mendengar itu Oh Bu hong mendengus dingin.
"Hmmm! Sungguhkah demikian serius?" ia berseru.
Tok liong Cuncu yang berada disamping segera tertawa dingin, katanya lirih, "Untuk
menghadapi perguruan panah bercinta saja kalian tak mampu kalau sampai pun Cuncu
ikut turun tangan, hmmm! Apa kalian tidak mampus sedari tadi?"
Setelah mendengar perkataan itu, Thi eng pangcu baru merasa terkejut, buru-buru
teriaknya, "Semua anggota Thi eng pang mundur!"
Menyusul bentakan itu, Si Tiong pek sekalian para jago lihay serentak menarik kembali
serangannya dan melarikan diri dari tempat itu.
Ternyata sikap para jago perguruan panah bercinta pun seolah-olah mempunyai suatu
rahasia besar, mereka sama sekali tidak melakukan pengejaran terhadap para jago Thi
eng pang yang sedang melarikan diri itu.
"Sungguh berbahaya!" diam-diam Gak Lam kun berbisik.
Pelan-pelan ia berjalan menghampiri Tok liong Cuncu dan berdiri disisinya, sementara
Tok liong Cuncu sendiri dengan sorot matanya yang tajam mengawasi terus wajah Kwik
To tanpa berkedip.
Kwik To yang ditatap seperti ini, segera merasakan hatinya bergetar keras, diam-diam
ia menduga-duga siapa gerangan orang ini"
"Tua bangka she Kwik!" seru Tok liong Cuncu tiba-tiba sambil tertawa dingin, "hari ini
pun cuncu hendak merenggut selembar nyawa anjingmu!"
Buru-buru Gak Lam kun maju kedepan sembari berseru.
"Suhu, Kwik To pernah menyelamatkan selembar jiwa tecu, hari ini?"
"Oh, kalau memang begitu biar kutitip nyawa Kwik To untuk tiga tahun lamanya,
setelah lewat tiga tahun pun cuncu baru akan merenggut kembali jiwanya!"
Ji Cin pengpun segera mengulapkan tangannya sambil berkata.
"Untuk sementara waktu kalian boleh mengundurkan diri lebih dahulu, aku serta Gak
siangkong hendak menyelidiki jejak Thiansan soat li?"
Si Nenek berambut putih, Han Hu hoa dan Siangkoan Ik segera mengiakan dan
mengundurkan diri dari situ, sedangkan Jit poh toan hun Kwik To setelah berdiri agak
lama disitu, akhirnya dengan wajah sedih berlalu pula dari tempat itu, tampaknya ia
sedang berusaha untuk mendapat tahu siapa gerangan Tok liong Cuncu yang
sesungguhnya"
Menanti disekeliling tempat itu sudah tiada orang lain, Gak Lam kun baru berkata
sambil tertawa, "Liong te, hari ini aku telah merepotkan dirimu!"
Tok liong Cuncu itu melepaskan topeng yang menutupi wajahnya hingga muncullah
wajah Ji Kiu liong. Ia menyahut.
"Yaa, siapa bilang tidak" Saking cemasnya tadi, peluh dingin telah membasahi seluruh
tubuhku" Ji Cin peng yang berada disisinya segera tertawa merdu, katanya, "Rahasia ini kecuali
kami bertiga tak mungkin ada orang yang tahu lagi kalau Tok liong Cuncu yang muncul
hari ini sesungguhnya adalah hasil penyaruan dari Liong te?"
Gak Lam kun termenung sejenak, kemudian katanya, "Ada kemungkinan Kwik To telah
menemukan sedikit tanda yang mencurigakan!"
"Tidak mungkin!" sahut Ji Cin peng dengan cepat sambil tertawa, senyumannya ibarat
angin musim semi yang membuyarkan awan hitam dan hujan gerimis.
Gak Lam kun yang menyaksikan mimik wajahnya itu menjadi tertegun, ia selalu merasa
bahwa Buncu dari perguruan panah bercinta ini, Bwe Li pek memiliki persamaan dengan
kekasihnya yang pertama dulu, bahkan senyuman maupun caranya berbicara tiada
satupun yang berbeda dengan Ji Cin peng.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia berkata kembali, "Lencana pembunuh naga
yang hilang kini bisa diperoleh kembali, kesemuanya ini adalah berkat perjuangan dari
Liong te, padahal sewaktu nona Bwe memberitahukan hal tersebut kepadaku, siaute masih
merasa sangsi dan tak menentu."
Ji Cin peng tertawa.
"Gurumu adalah manusia aneh dari kolong langit, sedang kawanan jago dari golongan
sesat itu betul merupakan jagoan setempat, tapi bagaimanapun juga nama besar Tok
liong Cuncu masih cukup punya kewibawaan untuk membuat keder mereka!"
Sementara itu, Ji Kiu liong telah melepaskan perlengkapan Tok liong Cuncu dan
menyerahkan Lencana pembunuh naga itu dengan Gak Lam kun.
"Toako, terimalah ini?", katanya.
"Nona Bwe!", ujar Gak Lam kun kemudian dengan kepala tertunduk, "siaute hadiahkan
kembali Lencana ini untukmu?"
Siapa tahu ketika Lencana pembunuh naga itu dibaliknya, kontan saja ia merasakan
hatinya bergetar keras, wajahnya seketika itu juga berubah hebat, lama sekali ia
membungkam dalam seribu bahasa, seolah-olah dalam benaknya telah dihadapkan
dengan suatu masalah serius yang membuatnya menjadi tegang.
Ji Cin peng ikut terperanjat, serunya, "Gak siangkong, kenapa kau?"
"Kita semua sudah tertipu!" seru Gak Lam kun dengan paras muka berubah hebat.
Mendengar seruan itu, Ji Cin peng maupun Ji Kiu liong menjadi tertegun dan berdiri
melongo. "Dengan nada kurang percaya Ji Kiu liong berkata, "Toako, kau tidak salah melihat
bukan!" Gak Lam Kun gelengkan kepalanya berulangkali.
"Tidak mungkin!" ia menjawab, "aku sudah pernah memeriksa Lencana pembunuh
naga yang asli, pada permukaan depan berlukiskan suatu gambaran aneh yang penuh
dengan guratan-guratan, sedangkan pada permukaan sebaliknya berlukiskan seorang
gadis yang cantik rupawan, hal mana masih berkesan mendalam dibenakku, tak nanti aku
bisa salah mengingat!"
"Lantas siapakah yang telah membuat Lencana pembunuh naga yang kedua ini?" tanya
Ji Kiu liong dengan wajah murung.
"Entahlah!" Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali.
"Mungkinkah hasil perbuatan dari Si Tiong pek?" tiba-tiba Ji Cin peng bertanya.
Seakan-akan Gak Lam kun telah mengambil suatu keputusan dalam hatinya, ia berseru
kemudian, "Perduli hasil karya siapakah itu, lebih baik kita temui dulu jago-jago dari Thi
eng pang!"
Mereka sudah bersiap-siap untuk berangkat meninggalkan tempat itu, ketika tiga
malaikat dari wilayah See ih mendadak muncul dari arah sebelah barat"
Paras muka Ji Cin peng segera berubah hebat, serunya tertahan, "Musuh tangguh kita
telah datang!"
Diam-diam Gak Lam kun merasa terkejut dihati, tapi segera ia menyongsong
kedatangan mereka sambil tertawa nyaring.
"Hay, kalian bertiga bukannya melindungi keselamatan majikan kalian, ada urusan apa
datang kemari?"
Malaikat pedang Ho Ban im tertawa terkekeh sahutnya, "Lohu mendapat perintah dari
majikan kami untuk mengundang Gak sauhiap agar suka berkunjung keistana api!"
"Apa yang terjadi dalam istana api?" tanya Gak Lam kun agak tertegun.
"Asal Gak sauhiap sudah kesana toh akan tahu dengan sendirinya, buat apa musti
banyak bertanya?" kata Malaikat racun Lo Kay seng sambil tertawa dingin.
"Lohu bertiga tak lebih hanya bertugas untuk menyampaikan pesan saja!"
Ji Kui liong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" mau pergi mari kita pergi bagaimanapun jua cepat atau
lambat akhirnya toh kita akan berduel juga dengan budak dari See thian san tersebut!"
Seusai berkata, tiba-tiba ia melompat keudara dan melayang maju kedepan.
Malaikat telapak tangan Nian Hau ing segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat,
katanya, "Majikan kami hanya mengundang Gak Lam kun seorang, lebih baik kau tetap
berada disini saja!"
Sebagai seorang jago persilatan yang termashur dalam dunia persilatan karena ilmu
pukulannya, meski melepaskan pukulan secara tergesa-gesa ternyata daya kekuatan yang
terkandung didalamnya luar biasa sekali.
Baru saja Ji Kiu liong menggerakkan tubuhnya, ia sudah kena dipaksa mundur kembali
oleh tenaga pukulan tersebut.
Ji Cin peng yang menyaksikan kejadian itu menjadi naik pitam, bentaknya penuh
kegusaran, "Lengcu kalian toh bukan manusia berkepala tiga berlengan enam, kenapa ia
begitu berlagak sok seakan-akan hanya dia seorang yang merupakan jagoan?"
Dengan mementangkan jari-jari tangannya, lima gulung desingan angin tajam yang
disertai dengan tenaga yang luar biasa segera memancar keluar mengancam lima buah
jalan darah penting ditubuh Malaikat pukulan Nian Hau ing.
Sreeet! Sreeet! Sreeet! Dalam waktu singkat sekujur tubuh Nian Hau ing sudah berada
didalam kurungan angin serangan tersebut.
Menghadapi ancaman semacam ini, Malaikat pukulan Nian Hau ing tak berani gegabah,
buru-buru ia berganti tempat kedudukan sambil mengulapkan tangannya.
"Gak siangkong, mari kita berangkat!"
Seusai berkata, tiga malaikat dari wilayah See ih itu berangkat lebih duluan menuju
kearah barat. Gak Lam kun segera berpaling dan tertawa, katanya, "Adik Liong, nona Bwe, kalian tak
perlu gelisah aku hanya pergi sebentar saja untuk segera kembali lagi kemari!"
"Tidak bisa" kata Ji Cin peng sambil tertawa sedih, "istana api terlalu berbahaya,
tempat itu merupakan istana yang paling lihay diantara kesembilan istana lainnya, kalau
ingin mati biar kita mati bersama, aku tak akan mengijinkan kau untuk menempuh bahaya
seorang diri?"
Ji Kiu liong tertawa getir pula, katanya, "Aku ingin hidup bersama toako, matipun
bersama toako, kalau hendak berangkat kesitu, biar kita berangkat bersama saja!"
Tapi dengan cepat Gak Lam kun gelengkan kepalanya berulangkali.
"Orang lain toh mengatakan cuma mengundangku seorang, kalau kalianpun ikut kesitu"
"Kita tak mau mengurusi begitu banyak persoalan" tukas Ji Cin peng sambil tertawa
getir, "lebih baik kita berangkat dulu kesana selanjutnya baru mengambil keputusan
menuruti keadaan yang dihadapi nanti!"
Sepanjang perjalanan ketiga orang itu hanya membungkam belaka, mereka mengintil
dibelakang tiga malaikat dari wilayah See ih itu dengan selisih jarak yang cukup jauh.
Bukit karang tampak menjulang tinggi ke angkasa, aneka warna bunga tumbuh subur
disekitar situ.
Dibelakang bangunan loteng persegi delapan itu tergantung delapan buah lentera
meski masih tengah hari namun lentera itu memancarkan cahayanya dengan redup.
Seorang gadis cantik berbaju perak sedang duduk diatas loteng ditepi pagar sambil
tiada hentinya memandang ketempat kejauhan.
Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan menghela napas sedih, gumamnya,
"Bayangan tubuhnya begitu tampak amat jelas, kenapa aku tak dapat melupakan
dirinya?" Menanti dilihatnya Gak Lam kun datang bersama Ji Cin peng berdua, sepasang alis
matanya kembali berkenyit, selapis rasa sedih murung segera menyelimuti wajahnya,
tanpa sadar ia mendengus dingin.
Entah mengapa" Setiap kali ia menyaksikan Gak Lam kun berada bersama gadis lain,
api amarah yang tak diketahui sumber asalnya selalu muncul dan berkobar dalam dadanya
apa sebabnya dapat begini" Karena cinta" Ataukah karena benci"
Pelan-pelan gadis berbaju perak itu bangkit berdiri lalu berjalan dengan lemah gemulai,
dibenahinya rambut yang kusut dan turun dari loteng, dari sana ia berputar menuju
kedepan sebuah gua raksasa yang berada dibelakang bangunan berloteng tersebut.
Dikala sinar matanya melirik kembali bangunan yang berbentuk segi delapan itu, tanpa
terasa ia terbayang kembali akan dongeng kuno yang menceritakan pertemuan cinta
antara Liang san pek dengan Cu ing tay.
Tiba-tiba timbul suatu lamunan didalam benaknya, ia merasa seakan-akan dirinya
adalah penitisan dari Ing tay, sedangkan Gak Lam kun penitisan dari Sampek, mereka
berdua berangkulan diatas loteng sambil menangis tersedu-sedu, meski hanya lamunan
namun cukup mendatangkan perasaan sedih dalam hati gadis berbaju perak ini.
Tiba-tiba suara seorang yang serak tua berkumandang disisi telinganya, "Siocia, Gak
Lam kun telah datang!"
Ketika lamunannya terbuyar, ketika kenangannya berantakan, gadis berbaju perak itu
merasa agak gusar, tapi dengan cepat senyuman muncul kembali diujung bibirnya, sambil
mengulapkan tangannya ia menitahkan kepada tiga malaikat dari See ih agar berdiri diluar
pintu gua. "Kau pasti merasa terkejut bukan!" sapa nona berbaju perak itu sambil tertawa manis.
Gak Lam kun tertawa ewa.
"Siapa yang bilang" Kejadian ini sudah berada dalam dugaanku!"
"Kau tahu karena persoalan apa aku mengundangmu kemari?", seru nona berbaju
perak lagi dengan wajah tertegun.
"Hmm, semua persoalan dapat kuketahui dengan jelas!"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa cekikikan.
"Aku ingin memberikan sedikit benda yang sama sekali tak mungkin kaudapatkan."
"Terima kasih banyak, aku merasa tak punya rejeki untuk memperolehnya?" kata Gak
Lam kun sambil memutar badannya siap pergi meninggalkan tempat itu.
Dengan suatu gerakan cepat gadis berbaju perak itu maju kedepan dan menghadang
jalan perginya, dengan dingin ia berseru, "Jika kau tidak menerima pemberianku ini,
selama hidup kau akan merasa menyesal!"
Suaranya yang memedihkan hati seakan-akan menunjukkan bahwa dia mempunyai
kesulitan yang tak biss diutarakan dengan kata-kata, sinar penuh pengharapan memancar
keluar dari balik matanya.
Gak Lam kun menjadi tertegun, tapi kemudian katanya sambil tertawa.
"Aaah masa seserius ini persoalannya?"
"Tentu saja!" kembali gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, "sewaktu gurumu
menyuruh kau datang menerima Lencana pembunuh naga ini apakah Tok liong cuncu
tidak memberitahukan kepadamu sifat serius yang terkandung didalam persoalan ini?"
Timbul keragu-raguan dalam hati Gak Lam kun, tanpa sadar dia lantas berpikir,
"Walaupun suhu tak pernah memberitahukan kepadaku bagaimana caranya
mempergunakan Lencana pembunuh naga tersebut, tapi aku dapat merasakan juga sifat
serius yang menyangkut masalah ini, kalau memang Thian san soat li berkata demikian,
jangan jangan didalam istana api benar-benar terdapat suatu benda yang tak kuketahui
sama sekali?"
Berpikir sampai kesitu, dia lantas tertawa nyaring, sahutnya, "Sekalipun suhuku tak
pernah memberitahukan duduk persoalan sebenarnya tentang persoalan ini namun beliau
menitahkan kepadaku agar merampas kembali lencana itu dari tanganmu, jika dalam
istana api ini terdapat masalah yang menyangkut persoalan perguruan sekalipun
pertaruhkan selembar nyawa, aku pasti akan memasuki juga!"
Berpicara sampai disitu dia lantas melirik sekejap kearah Ji Cin peng, dalam lirikan itu
jelas tampak sinar permohonannya yang besar.
Gadis berbaju perak itu tertawa, katanya kemudian, "Kalau begitu, ikutlah aku kedalam
gua ini, didalam sana terdapat peristiwa berdarah yang menyangkut masalah keperguruan
kalian kecuali kau dan aku, didunia ini sudah tiada orang ketiga yang bisa memecahkan
teka teki yang mana besar ini?"
Ji Cin peng segera mendengus dingin.
"Hmm, aku tidak percaya kalau didunia ini tiada orang ketiga yang bisa memecahkan
rahasia tersebut?"
Seraya berkata, dia lantas menarik tangan Ji Kiu liong untuk bersama-sama menyerbu
masuk kedalam istana api.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan suatu gerakan yang amat cepat, See ih sam seng segera bertindak cepat
dengan menyumbat mulut gua tersebut, enam buah mata yang memancarkan sinar tajam
menatap wajah Ji Cin peng dan Ji Kiu liong tanpa berkedip, tampaknya asal kedua orang
itu berani melakukan sesuatu tindakan maka mereka akan segera turun tangan untuk
menghalanginya.
Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang, kepada Gak Lam kun ujarnya, "Lebih
baik suruhlah mereka mengundurkan diri dari sini, persoalan ini menyangkut persoalan
perguruan kita berdua, campur tangan orang lain hanya akan menambah mendalamnya
kesalahan pahaman diantara perguruan kita berdua, maka jika ingin menyelesaikannya
secara baik-baik, hal ini akan semakin sulit lagi!"
Gak Lam kun merasa perkataan itu ada benarnya juga, buru-buru dia berseru, "Nona
Bwee, a Pukulan Naga Sakti 9 Pendekar Kembar Karya Gan K L Pendekar Cacad 10
^