Neraka Hitam 10
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 10
Dengan perasaan kalut ia berjalan mondar-mandir seorang
diri seperti semut dalam kuwali panas.
Semua kejadian yang berlangsung secara beruntun ini
memang panjang untuk diceritakan, pada hal sejak Hoa Inliong
pergi sampai kini, waktu hanya berlangsung beberapa
menit saja. Hoa In-liong yang menyaksikan semua kejadian tersebut
ditebing itu menjadi naik darah, sambil berpekik nyaring ia
segera menerjang kedalam arena pertarungan.
Tubuhnya masih berada ditengah udara, pedangnya telah
diloloskan dari sarung, kemudian dengan memantulkan sinar
putih bagaikan pelangi, dia menerjang tiba dengan kecepatan
luar biasa. 674 Semua orang yang sedang bertempur menjadi amat
terperanjat ketika secara tiba-tiba menyambar datang cahaya
pedang yang menusuk pandangan serta tenaga serangan
yang kuat bagaikan tindihan bukit Taysan, baik musuh
maupun teman segera mengangkat senjata masing-masing
untuk membendung datangnya serangan itu.
Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan keheningan. Ketika cahaya
pedang sirap kembali, kakek bersenjata toya baja itu sudah
tergeletak ditanah dengan bermandikan darah segar.
Seorang pemuda tampan berjubah perlente tahu-tahu
sudah berdiri muncul ditengah arena, pedangnya menuding
kelangit dengan wajah serius, wibawanya besar sekali
bagaikan malaikat yang baru turun dari kahyangan.
Semua orang segera menghentikan pertarungan dengan
perasaan bergetar keras, dengan mata terbelalak mereka
awasi wajah Hoa In-liong tanpa berkedip.
Setelah suasana hening sejenak, Hoa In-liong baru
menatap sekejap wajah semua orang, kemudian ujarnya
kepada Tnian Ik-cu.
"Thian Ik cianpwe harap kau bongkar batu hijau ditepi
pohon bwe itu, sulutlah sumbuhnya"
Dengan semangat berkobar kembali, Thian Ik-cu
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, benar juga
seratus kaki didepan sana tumbuh sebatang pohon bwe,
disisinya terdapat sebuah batu hijau yang besar bagaikan
baskom dan berkilat.
675 Bagi orang yang berpengalaman dalam sekilas pandangan
saja tentu akan tahu kalau sumbu mesiu terebut tentu
ditanam dibawah batu ini.
Sim Ciu adalah seorang manusia bengis yang telah terkenal
selama tiga jaman, pengalamannya luas pengetahuannya juga
cukup ketika mendengar perkataan dari Hoa In-liong tersebut
kebengisannya segera berkobar kembali, dia berpikir, "Hoa
Goan siupun sudah lohu jagal, masa seorang cucunya musti
kutakuti" Kalau cecunguk seperti inipun memecahkan nyaliku,
lebih baik aku bunuh diri saja"
Maka ketika dilihatnya Thian Ik-cu mulai bergerak, dengan
mata bengis melotot besar teriaknya seram, "Tua bangka
hidung kerbau, kau anggap pekerjaan tersebut bisa kau
lakukan seenaknya?"
Dengan kelima jari tangannya yang terpentang bagaikan
kaitan, ia cengkeram dada Thian Ik-cu.
Melihat datangnya ancaman tersebut, Thian Ik-cu berkerut
kening, pedangnya segera diputar untuk menyambut
datangnya ancaman tadi.
Tiba-tiba terdengar Hoa In-liong mendengus dingin, Sim
Ciu hanya merasakan matanya menjadi pedas karena silau
oleh cahaya merah, tahu-tahu bayangan hitam sudah melintas
didepan mata. Dengan perasaan terkesiap ia menarik kembali
serangannya sambil melompat kesamping untuk
menghindarkan diri.
Ketika ia berdiri tegak kembali, tampaklah Hoa In-liong
dengan sikap yang tenang bagaikan tak pernah terjadi apaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
676 apa telah berdiri kembali ditempat semula, seolah-olah
serangan tersebut bukan dia yang melancarkan.
Dalam kejut dan malunya, ia menjadi naik pitam, dengan
suara keras bentaknya.
"Bocah keparat, aku tidak percaya kalau kau memang
berilmu tinggi!"."
Sambil berpekik nyaring,ilmu Tay im sin jiau nya dengan
membawa suara pecahan bambu yang memekikkan telinga
segera menyambar ke tubuh Hoa In-liong.
Tujuh orang kakek yang lain kebanyakan bersenjatakan
senjata aneh, setelah terbunuh seorang, kini tinggal enam
orang. Sesungguhnya merekapun sudah dibikin terkejut oleh
kelihayan Hoa In-liong, maka ketika dilihatnya Sim Ciu sudah
turun tangan, merekapun tak berani berayal, senjata masingmasing
segera disiapkan untuk menyerang anak muda itu.
"Anjing laknat!" bentak Thia Siok-bi dengan marah.
Senjata kaitan kemalanya diputar, ia siap menerjang pula
ke depan. Gui Ci hong dengan cepat mengayunkan telapak tangannya
ke depan melepaskan sebuah pukulan hawa dingin yang
merasuk tulang, inilah pukulan Sui sim ciang (pukulan
penghancur hati) yang diandalkannya selama ini.
Barusan nyaris Thia Siok-bi tewas ditangannya oleh
pukulan tersebut, ketika dilihatnya orang itu kembali
melancarkan serangan dengan ilmu Sui sim ciang, ia
mendengus gusar, sambil berkelit ke samping, senjata hud
677 timnya menggulung ke depan dengan senjatanya mencukil
keatas melepaskan serangan balasan.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
sekali mengayunkan pedangnya seketika itu juga Hoa In-liong
telah mengu rung Sim Ciu ber-enam ke dalam lapisan hawa
pedangnya, ia segera berteriak nyaring, "Tootiang, cepat
pergi!" Setelah menyaksikan kehebatan Hoa In-liong didalam
melancarkan serangannya Thian Ik-cu menjadi berlega hati, ia
tahu meledakkan tanggul telaga lebih penting dari segalagalanya,
maka dengan cepat ia memutar badan dan lari
menghampiri pohon bwe tersebut.
Waktu itu hanya Kiong Hau berdua yang belum turun
tangan, menyaksikan perkembangan situasi tersebut dia lantas
berpikir, "Ilmu silat yang dimiliki bocah keparat ini sungguh
lihay sekali, lebih baik lohu jangan keburu-buru
menghalanginya, aku musti mencari akal untuk
menghancurkan sumbu-sumbu mesiu tersebut"
Sebagai orang yang berakal licik dan banyak tipu
muslihatnya, setelah berpikir sejenak, dia lantas membentak,
"Thian Ik-cu hidung kerbau, sambut peluru ini!"
Diantara getaran tangannya, sebutir peluru pek lek tan
segera disambit.
Dengan ilmu silat yang dimiliki Thian Ik-cu, peluru Pek lek
tan dari Kiong Hau tidak akan menyusahkan dirinya, karena itu
sewaktu didengarnya senjata rahasia Kiong Hau tersebut tidak
menyambar kearahnya, diapun tidak mengambil perduli akan
tibanya sambaran Pek lek tan yang nyambar lewat dari
samping itu. 678 Namun setelah diketahui Pek lek tan yang dilepaskan
tersebut mengarah pada batu hijau dimana sumbu mesiu
terdapat, ia menjadi terperanjat sekali, untuk mencegah jelas
sudah tak mungkin lagi.
Anak muridnya dan Thia Siok-bi juga tak sanggup berkutik
menghadapi kejadian ini, mereka hanya terbelalak dengan hati
terkejut. Jeritan kaget segera berkumandang memecahkan
keheningan, sementara para jago di buat terkejut oleh
peristiwa itu. Jin Hian dan konco-konconya menjadi bergirang
hati. Dengan gemas Go Tang cuan memaki, "Thian Ik-cu, goblok
kamu!" Dalam pada itu pedang Hoa In-liong sedang berputar
mengurung Sim Ciu beserta ke enam orang jago lainnya,
namun semua kejadian yang berlangsung seakan-akan tidak
terlepas dari pengamatannya, dalam situasi demikian, tiba-tiba
ia tertawa seraya berseru, "Kiong Hau, kau memang amat
cerdik!" Telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan,
segulung tenaga pukulan angin berpusing dengan cepat
membawa serangan dari Sim Ciu sekalian nyelonong
kesamping sedangkan tangan kanannya segera diputar
mengayunkan pedangnya ke depan.
Sesungguhnya peluru Pek lak tan itu menyambar duluan ke
depan, ternyata sebelum benda tadi menghancurkan batu
hijau dan melenyapkan harapan para jago untuk meloloskan
diri, pedang Hoa In-liong sudah keburu menyambar lebih
duluan, cahaya tajam berkelebat lewat, tahu-tahu benda itu
sudah tertumbuk sehingga tercebur kedalam telaga.
679 Padahal peluru Pek lek tan adalah semacam benda yang
mudah meledak bila tersentuh, tapi entah gerakan apa yang
telah digunakan Hoa In-liong, kenyataannya meski tersentuh
oleh pedang yang menyambar cepat, benda itu sama sekali
tidak sampai meledak.
Ketika pedang itu sudah menumbuk jatuh peluru Pek lek
tan, dengan kecapatan tinggi senjata itu segera menyambar
ke depan sana dan tampaknya segera akan terjatuh kedalam
lembah yang telah be rubah menjadi lautan api.
Siapa tahu, disaat yang terakhir itulah mendadak pedang
itu berputar satu lingkaran besar dan meluncur kembali ke tepi
tebing. Sambil tertawa nyaring Hoa In-liong melambung ke udara
dan menyambar kembali senjatanya.
Semua kejadian tersebut dapat diikuti oleh setiap orang
dengan amat jelasnya, paras muka Jin Hian segera berubah
hebat, sedangkan para jago yang berada dalam lembah
betempik sorak memuji kehebatan si anak muda itu.
Walaupun begitu, bukan berarti para jago itu bisa
mengikuti semua jalannya pertarungan dengan amat jelasnya,
diantara sekian banyak orang, boleh dibilang hanya Cho Thian
hua dan Goan cing taysu yang dapat mengikuti kejadian ini
paling jelas. Sambaran tangan Hoa In-liong yang berhasil
mengesampingkan serangan dari Sim Ciu sekalian itu ternyata
tak lain adalah jurus Lui tiong ban wu (menggetarkan selaksa
benda) dari ilmu pukulan Su siu hua heng kang yang maha
dahsyat itu. 680 Goan cing taysu yang menyaksikan kehebatan dari
perubahan jurus itu kontan saja bersorak memuji, meski dia
adalah seorang pendeta yang beriman tebal, kenyataannya
tak dapat membendung juga luapan emosi dalam hatinya.
"Anak bagus, kau memang tidak menyia-nyiakan
harapanku!" demikian gumamnya.
Tiba-tiba paras muka Cho Thian hua berubah hebat, sambil
berpaling ia lantas berseru, "Hwesio cilik, apakah bocah muda
itu yang kau maksudkan sebagai orang yang sanggup
menandingi lohu?"
"Betul!" jawab Goan cing taysu sambil tersenyum,
"bagaimana menurut pendapat lo sicu?"
Cho Thian hua segera mendengus dingin.
"Hmmm"..! Ilmu pedangnya memang lumayan, cuma ilmu
pukulannya masih ketinggalan jauh"
Goan cing taysu hanya tertawa hambar, ia tahu dari
jalannya pertarungan tersebut gembong iblis itu telah berhasil
mengetahui kalau ilmu pukulan yang digunakan Hoa In-liong
adalah hasil pelajar annya, sebab itu sengaja dia berkata
demikian. Sedikit banyak hati kecilnya merasa kagum juga oleh
ketajaman pandangan matanya.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Hoa In-liong
telah menyambar kembali pedangnya sambil melayang turun
kebawah, katanya dengan suara lantang;
"Saudara sekalian serahkan saja mereka semua kepadaku!"
681 Baru saja Thia Siok-bi hendak msnyerang dengan senjata
kaitan kemalanya, tahu-tahu Gui Gi hong telah terkurung oleh
hawa pedang Hoa In-liong, yang lebih hebat lagi, ternyata dia
yang berada dihadapannya tidak merasa bagaimana caranya
pemuda itu bertindak.
Kiong Hau serta Gui Gi hong lebih lebih kebingungan lagi,
mereka hanya merasakan serangan dari Hoa In-liong
menyambar datang, tahu-tahu tubuh mereka berdua sudah
terkurung oleh lapisan pedang lawan.
Dengan demikian Hoa In-liong seorang diri harus
bertempur melawan Sim Ciu sekalian delapan orang jago,
kenyataannya ia tak nampak ngotot ataupun tertekan, semua
gerak-geriknya bisa dilakukan dengan enteng, gesit dan
cekatan. Ketika harus bertarung melawan Gui Gi hong tadi, Thia
Siok-bi telah merasakan tekanan yang luar biasa hebatnya, ia
cukup menyadari akan kehebatan musuhnya, maka tak heran
kalau dia menjadi terkejut sekali setelah dilihatnya Hoa Inliong
harus bertarung melawan delapan orang musuh dengan
gerakan yang santai.
Padahal dia tahu, jangankan Sim Ciu serta Kiong Hau yang
berilmu dahsyat, keenam orang kakek inipun memiliki
kepandaian tidak berada dibawah Gui Gi hong, dari
kesemuanya ini terbuktilah sudah sampai dimanakah
kelihaiyan Hoa In-liong yang sesungguhnya.
Tak kuasa lagi semua kegagahan dan semangat tempurnya
hilang lenyap tak berbekas, pikirnya, "Aaaai" mulai sekarang
lebih baik aku Thia Siok-bi tidak membicarakan soal dunia
persilatan lagi".."
682 Dari sekian banyak jago yang terkurung didasar lembah,
pihak para pendekarlah yang paling gembira menyaksikan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adegan pertarungan itu.
Ciu Thian hau sekalian jago-jago tua merasa berlega hati
karena keturunan keluarga Hoa terbukti tangguh sekali, Hoa
Ngo berdiri dengan wajah berseri, sedangkan Bong Pay dan
Kho Thay saling berpandangan sambil tersenyum, semuanya
menyambut kehebatan pemuda itu dengan hati riang?"..
"Bocah ini".."gumam Tiang heng Tokoh.
Tiba-tiba ia merasakan kesedihan yang meluap, titik-titik air
mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Pui Che-giok maju menghampirinya sambil menggunakan
saputangan untuk menyeka air matanya, sedang tokoh
tersebut hanya berdiri kaku tanpa bermaksud
menghalanginya.
Jilid 17 Biau-nia Sam-sian paling tidak puas dengan keadaan itu,
mereka berteriak keras bersama-sama, "Anak Liong kenapa
musti sungkan-sungkan" Sikat saja sampai ludes?""
Sementara itu, ketika Hoa In-liong menyaksikan Sim Ciu
masih melakukan perlawanan dengan ganas, diam-diam
pikirnya dihati, "Tenaga dalam yang dimiliki orang ini sudah
mencapai puncak kesempurnaan, sekalipun bibi Jin berlatih
sepuluh tahun lagi juga belum tentu bisa menandinginya,
apalagi di masa lampau ia telah mencelakai kakekku, lebih
baik kubunuh saja bangsat ini!"
683 Berpikir sampai disitu, pedangnya segera diputar dan?"
"Sreet!" sebuah tusukan dengan telak bersarang didada Sim
Ciu. Termakan oleh totokan tersebut, Sim Ciu mendengus
tertahan, dalam keadaan terluka parah ini sifat buasnya
berkobar kembali, denpan sepuluh jari tangan terpentang
lebar ia menubruk ke depan sambil melepaskan cengkeraman
dengan dua belas bagian tenaga serangan Tay im ain jiau
miliknya. Hoa In-liong mendengus dingin, tubuhnya miring ke
samping, kaki kanannya segera menyambar ke muka.
Sreeet?"! Sreeet"..! Steeet?".! Tay im sin jiau dari Sim
Ciu tersebut menimbulkan sepuluh buah lubang besar diatas
tanah, tapi tubuhnya terlempar ke jurang dan terjatuh ke
dalam lautan api.
Manusia kejam yang sudah banyak melakukan kejahatan
ini, pada akhirnya tewas ditangan Hoa In-liong, dendam sakit
hati terbunuhnya sang kakek pun berhasil dituntut pula oleh
pemuda tersebut.
Coa Wi-wi paling bersemangat diantara sekian banyak
orang, mulutnya bercuwit-cuwit tiada hentinya menerangkan
situasi pertarungan seakan-akan kuatir kalau orang lain tidak
mengetahui akan kelihayan dari Hoa In-liong.
Coa Cong gi sekalian anak-anak muda pun menuding
kesana-kemari sambil berteriak-teriak memberi semangat.
Keadaan para jago di tebing sebelah timur yang paling
kocak, dasar bersifat perempuan, para jago dari Cian li kau
serta Kiong Gwat lan paling repot, sekali sebentar mereka
684 mengejek Jin Hian yang ada ditebing seberang, sebentar
memperhatikan keadaan para jago didasar lembah, sebentar
kemudian mencaci maki Hoa In-liong yang dikatakan tolol
sehingga salah memiliki tempat yang mengakibatkan mereka
tak dapat mengikuti jalannya pertarungan tersebut.
Mereka ingin pula menyusul ke medan pertarungan tapi
kuatir dihadang oleh Jin Hian dan komplotannya, sehingga
untuk sesaat mereka menjadi serba salah dibuatnya.
Cia In berusaha menasehati mereka agar tetap tenang,
ketika anjuran tersebut tidak digubris, terpaksa diapun hanya
tersenyum belaka sambil menyaksikan tingkah laku mereka.
Perasaan Bwe Su-yok paling serba salah, ketika
menyaksikan kelihayan Hoa In-liong ia merasa girang sekali,
tapi bila terbayang kembali akan tugas yang dibebankan
gurunya, dadanya kembali bergolak, ini membuat paras
mukanya berubah berulang kali.
Beribu-ribu orang jago persilatan mulai menari-nari dengan
riang gembira sedangkan para jago dari Kiu-im-kau, Hianbeng-
kau dan Seng-sut-pay hanya berdiri dengan wajah
terkejut. Kok See-piau merasa dendam bercampur marah, diamdiam
ia menyumpah dihati,
"Bocah busuk!"
Tapi ingatan lain segera melintas kembali dalam benaknya,
dia berpikir lagi.
Kehebatan keluarga Hoa apakah benar benar melebihi aku
Kok See-piau"
685 Thian sungguh tidak adil?".heee?"heee"..heeehh tapi
aku orang she Kok tak akan menyerah sampai disini saja!"
Berpikir sampai disini ia menggertak giginya kencangkencang
untuk mengendalikan golakan emosinya, rasa benci
dan dendamnya ternyata jauh melebihi Jin Hian.
Satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh
kemunculan Hoa In-liong mungkin hanya Go Tang cuan
seorang, ketika dilihatnya Thia Siok-bi munculkan diri diatas
tebing, ia merasa sedih bercampur girang.
Ia gembira karena istrinya telah muncul kembali disitu,
sedih karena terbayang kembali akan musibah yang menimpa
putrinya Wan Hong giok, dengan penuh kepedihan ia berpikir.
"Anak Giok". aku telah berbuat salah kepadamu, aku telah
membuat kau menderita.. ..
Makin dipikir ia merasa makin sedih, sehingga akhirnya ia
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Semua orang baik yang berada diatas tebing maupun
mereka yang berada dibawah tebing seakan akan lupa dengan
kobaran api yang sedang membara dengan hebatnya itu.
Mendadak terdengar ledakan dahyat yang memekakkan
telinga berkumandang memecahkan kesunyian, lamat-lamat
terdengar pula beberapa jeritan ngeri mengikuti ledakan
tersebut. Dalam keadaan seperti ini, siapapun tak ada yang
memperhatikan suara jeritan tersebut hanya Kok See-piau
seorang yang segera menyumpah dihati, "Setan-setan sialan,
mampus kau!"
686 Pada tebing sebelah tenggara tampak muncul sebuah celah
sebesar puluhan kaki yang merekah lebar, air telaga berikut
batu kerikil segera mengalir ke bawah dengan derasnya
menciptakan sebuah air terjun yang sangat lebar.
Tonjolan tebing dimana Hoa In-liong sedang bertarung
melawan Kiong Hau sekalian, tiba-tiba retak dan gugur ke
bawah akibat terkena getaran oleh gempa yang dihasilkan
oleh ledakan tersebut.
Dalam keadaan demikian, baik musuh mau pun teman
sama-sama menjerit tertahan karena kaget.
Jika orang biasa yang mengalami musibah semacam itu,
tipis harapan mereka untuk meloloskan diri, berbeda dengan
kawanan jago yang berada di atas tebing sekarang, kecuali
murid murid Thian Ik-cu yang terhitung lemah, semuanya
rata-rata terhitung jagoan kelas satu dalam dunia persilatan.
Dalam keadaan kritis, serentak mereka berlompatan
keudara dan mendaki keatas tebing baru yang tidak ikut
gugur".. Bu tim tojin serta dua orang sutenya berdiri dipaling ujung
di tebing tersebut, mereka agak terlambat untuk bertindak,
sekalipun sudah melonpat sejauh tiga empat kaki jauhnya,
jarak dengan tebing lain masih cukup jauh.
Melihat hal ini, mereka sama-sama menjerit kaget, sambil
memejamkan matanya bisiknya dihati!"
"Habis sudah riwayatku!"
Ketika itu Hoa In-liong sedang menghempit tubuh Thian Ikcu
yang berpelepotan darah dengan napas yaug lemah, ketika
menyaksikan kejadian itu, dia lantas berpikir, "Demi
687 menyelamatkan umat persilatan, Thian Ik-cu telah
mengorbankan dirinya, aku harus melindungi keselamatan
anak muridnya. Berpikir demikian, tiba- tiba ia melemparkan tubuh Thian
Ik-cu ke atas tebing sambil berseru, "Sambutlah ini!"
"Seorang murid Thian Ik-cu segera bertindak cepat dengan
menerima tubuh gurunya.
Dengan suatu gerakan cepat Hoa In-liong segera memutar
badan dan melayang ke arah tojin lainnya.
Tindakannya yang menyerempet bahaya ini segera
menimbulkan rasa gelisah dan cemas bagi semua orang yang
ada diatas tebing maupun dibawah lembah.
Murid-muridnya Thian Ik-cu yang selamat buru-buru
berteriak, "Hoa kongcu, cepat naik keatas!"
Sekalipun mereka menyadari akan bahaya yang
mengancam saudara seperguruannya, namun mereka lebih
rela mengorbankan rekan-rekannya daripada mengorbankan
pemuda itu. Biau-nia Sam-sian serta Hoa Ngo yang berada
didasar lembahpun ikut berteriak, "Jangan urusi persoalan
orang lain!"
Sayangnya teriakan mereka tak ada yang terdengar oleh
Hoa In lioag, sebab air telaga yang mengalir kebawah itu
menimbulkan suara gemuruh yang memekikkan telinga.
Dimana air itu melanda, kobaran api segera padam
seluruhnya. Kiu ci piat kiong, istana yang megah itu sudah terbakar
hangus sebagian besar ketika terjadi kebakaran tadi, sekarang
688 setelah diterjang oleh air bah tak bisa dicegah lagi ambruklah
bangunan yang berjuta-juta tail perak harganya itu hingga
hancur tak ber bekas.
Air bah turun dengan dahsyatnya, dalam waktu singkat
tinggi air sudah makin meningkat keatas.
Dalam keadaan demikian para jago dari golongan Hek to
maupun Pek to sama-sama bertahan diri dari gempuran air,
tapi sebagian besar masih mengikuti jalannya peristiwa
diudara dengan seksama, seakan-akan mereka tidak
menyadari akan datangnya air bah tersebut.
Tampaklah tubuh Hoa In-liong bagaikan seekor burung
raksasa menyambar ke belakang tubuh tosu itu, dengan
sebuah pukulan ia hantam kaki orang tersebut.
Ketika terdorong oleh segulung tenaga pukulan yang kuat,
tojin itu segera terlempar lagi keudara dan meluncur keatas
tebing. Hoa In-liong putar badannya mendekati orang kedua, ia
sambar tumit orang itu dan melemparkannya lagi keudara,
dengan tenaga lemparan yang kuat iman itupun berhasil
mencapai daratan dengan selamat.
Kini Hoa In-liong menyambar bahu kanan Bu tim lojin
sambil melemparkan pula tubuhnya ke udara, ia membentak,
"Naik!"
Tubuh Bu tim lojin yang tinggi besar itu bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur ke depan
yang mana segera ditolong oleh rekan- rekan seperguruan
nya. 689 Hoa In-liong sendiri, akibat dari usahanya menolong ketiga
orang itu, dengan sangat cepat badannya meluncur kebawah.
Sementara itu tubuhnya sudah berada sepuluh kaki lebih
dibawah permukaan tebing semua orang tahu, dengan tenaga
yang dimilikinya, tak mungkin pemuda itu akan menderita luka
meski terjatuh kebawah, tapi jika ia tidak berada diatas tebing,
maka Jin Hian pasti akan mempergunakan segala tipu
dayanya untuk mencelakai mereka semua.
Itulah sebabnya dengan perasaan kuatir dan cemas,
mereka sama-sama menantikan perkembangan selanjutnya.
Tiba-tiba Hoa In-liong mambuang pedangnya kebawah,
ujung kakinya dengan menutul diatas tubuh pedang itu,
sambil berpekik nyaring segera melambung kembali keudara.
Kejadian ini tidak seperti yang terdahulu setiap orang dapat
menyaksikannya dengan amat jelas. Mereka hanya
menyaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu pemuda itu sudah berada kembali diatas tebing.
Peristiwa ini hanya berlangsung dalam waktu singkat,
setelah Hoa In-liong tiba diatas tebing, semua orang baru
menghembuskan napas lega.
Sementara itu air bah telah menggenangi seluruh lembah
tersebut, banyak diantara mereka yang hingga terseret jauh
dari tempat semula, hanya mereka yang berilmu tinggi saja
tetap berdiri ditempat.
Untung lembah tersebut adalah lembah bebatu, sehingga
meski terseret air hingga membentur dinding, kecuali luka
lecet mereka tak sampai menderita luka parah atau kematian,
meski keadaan boleh dibilang mengenaskan sekali.
690 Berada dalam keadaan begini, sudah barang tentu ada
yang bersorak sorai, beberapa orang yang ingin bersorak pun
mengalami nasib yang mengenaskan, karena begitu mulut
dibuka, air segera masuk kemulut.
Dalam pada itu, Siu sim jiu (tangan sakti peng hancur hati)
Gui Gi bong yang berada ditebing telah bertindak nekad,
ketika tubuh Hoa In-liong masih berada diudara, mendadak
dia mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan. "Bajingan laknat!" bentak Thia Siok-bi dengan gusar,
Senjata kaitan kemalanya segera disambit ke depan, dengan
membawa kilatan cahaya hijau senjata tersebut kontan saja
menyambar punggung Gui Gi hong.
Siapa tahu Gui Gi hong sudah bertekad untuk beradu jiwa,
ia sama sekali tidak ambil perduli terhadap datangnya
sergapan tersebut, sepasang telapak tangannya didorong
kemuka, gulungan angin pukulan berhawa dingin yang
dahsyat dengan cepat menghantam tubuh Hoa In-liong.
Sesungguhnya, tanpa membuang senjata pun Hoa In-liong
masih sanggup untuk naik keatas, ia sengaja berbuat begitu
karena memang berjaga-jaga atas terjadinya peristiwa ini.
Cepat sepasang telapak tangannya ditekan kemuka,
tubuhnya kembali berjumpalitan dan melayang turun setelah
melewati kepala Gui Gi hong.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang
memecahkan keheningan, kaitan kemala yang tajam itu tahutahu
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah menembusi punggungnya hingga tembus di ulu
hatinya, dengan darah bercucuran tubuhnya segera roboh
terkapar ditanah.
691 Jin Hian yang berada ditebing seberang, segera menyadari
bahwa kesempatan baik baginya sudah hilang, dengan penuh
kebencian ia mendepakkan kakinya ke tanah.
Batu cadas segera berhamburan kemana-mana, sebuah
bekas telapak kaki sedalam empat lima inci segera muncul
disana dengan jelasnya.
Ia berpekik nyaring memanggil kembali semua anak
buahnya, kemudian dengan penuh kebencian berseru, "Orang
she Hoa, ku anggap kau yang menang kali ini, tapi persoalan
tak akan selesai sampai di sini, kita lihat saja perkembangan
selanjutnya"."
Sambil mengulapkan tangannya dengan memimpin sisa
anak buahnya buru- buru kabur meninggalkan tempat itu.
Hoa In-liong menghela napas panjang, ketika ia berpaling
kembali kesekeliling tempat itu dilihatnya Kiong Hau sekalian
sudah kabur tak berbekas.
Thian Ik-cu berbaring dibawah sebatang pohon, semua
muridnya sedang berdiri disekelilingnya sambil mengucurkan
air mata, melihat itu Hoa In-liong segera menjura kepada Thia
Siok-bi, kemudian tanpa mengucapkan sepatuh katapun dia
membangunkan Thian Ik-cu, menempelkan telapak tangannya
pada jalan darah Mia bun hiat serta me nyalurkan tenaga
dalam ketubuhnya.
Dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang Thian Ikcu
yang sesungguhnya sudah amat lemah itu dapat bernapas
kembali dengan lancar serta membuka kelopak matanya.
Bu tim totiang sekalian yang menyaksikan kejadian itu
segera bersorak-sorai, mereka mengira gurunya bakal
tertolong. 692 Sebaliknya Hoa In-liong sadar kalau nadi Thian Ik-cu sudah
putus, sekalipun ada Leng ci berusia seribu tahun atau benda
mestika lainnya, jangan harap jiwanya bisa tertolong,
seandainya tiada bantuan tenaga dalamnya, mungkin jiwanya
tak dapat diperpanjang beberapa saat lagi.
Maka ketika dilihatnya Thian Ik-cu telah membuka
matanya, dengan suara dalam ia lantas oerkata, "Cianpwe,
kau ada pesan apa?"
Wajah Thian lk cu ketika itu sudah berubah menjadi kuning
kepucat-pucatan, matanya redup tak bersinar, setelah
memperhatikan keadaan disitu sekian lama, pelan-pelan dia
baru dapat mengenali kembali orang-orang disekitar sana.
"Hoa kongcu!" bisiknya parau.
Bu tim tootiang sekali yang menyaksikan suhunya menjadi
begini lemah dan tak bertenaga, padahal dulunya begitu hebat
dan berilmu tinggi, tak bisa membendung air matanya lagi,
titik-titik air mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Napas Thian Ik-cu kembali memburu, agaknya ia sedang
menahan suatu penderitaan hebat, tapi senyunan segera
tersungging kembali dibibirnya, ia berkata, "Demi menolong
umat manusia, aku bersedia berkorban apapun, seharusnya
kalian ikut bergembira atas keberhasilanku ini, apalagi yang
musti ditangisi?"
"Suhu?""!" bisik Bu tim tojin dengan sedih.
Ia merasa tenggorokannya seperti tersumbat sehingga
kata-kata selanjutnya tak sanggup diutarakan lagi.
693 Ketika Thian Ik-cu menyaksikan muridnya menangis
melulu, sambil menarik muka segera berkata, "Apakah murid
Thian Ik-cu begini tak berguna?"
Dia adalah bekas seorang ketua dari suatu perkumpulan
besar, kewibawaannya memang melebihi siapapun, sekalipun
sudah terluka parah dan bicaranya lemah, namun dalam
menghadapi ajalnya tersebut ia masih mampu
memperlihatkan ke wibawaannya hingga membuat orang tak
berani membangkangnya"..
Buru-buru semua anak muridnya menyeka air mata dan
berusaha menahan isak tangisnya namun kadangkala masih
terdengar juga suara sesenggukan yang menambah harunya
suasana. Dengan perasaan apa boleh buat Thian Ik-cu menghela
napas panjang, katanya sambil berpaling, "Murid-murid pinto
memang berjiwa perempuan, harap Hoa kongcu dan toyu ini
jangan mentertawakan-nya"
Thian Siok-bi yang menyaksikan adegan tersebut tak kuasa
menahan rasa haru dihatinya, sambil tertawa paksa, ia
berkata, "Berpisah dikala masih hidup" . hal itu sudah
lumrah!" Sebetulnya ia hendak mengatakan kalau "perpisahan untuk
selama lamanya memang suatu hal yang berat", ketika
dirasakan perkataan itu kurang cocok, buru-buru ia menutup
kembali mulutnya.
Dengan air mata bercucuran Hoa In-liong berkata,
Sebenarnya orang yang hendak dicelakai Kok See-piau adalah
boanpwe, tidak seharusnya boanpwe suruh cingpwe yang
pergi menyulut sumbu bahan peledak tersebut, Thian Ik-cu
segara tertawa. Mati atau hidup sudah digariskan oleh takdir,
694 rejeki atau nasib semua ada ditangan Thi an, buat apa Hoa
kongcu harus menyalahkan diri sendiri?"
Setelah berhenti sejenak, dia lanjutkan, "Pinto dengan
tubuh yang lemah ini dapat mewakili konsen yang bermasa
depan cemerlang dan berjuang demi kepentingan umat
manusia untuk menerima kesemuanya itu, pinto justru merasa
amat bangga!"
Ketika mendengar perkataan itu, Hoa In-liong tak dapat
membendung air matanya lagi, Bu tim tojin sekalipun
menangis tersedu-sedu dengan sedihnya.
Thia Siok-bi dengan air mata mengembang dalam kelopak
matanya, diam-diam berpikir, "Beginilah Thong tian kaucu
yang pada dua puluh tahun berselang mempunyai nama
paling busuk dan jahat dalam dunia persilatan!"
Terdengar Thian Ik-cu telah berkata kembali. "Hoa kongcu
ada suatu hal ingin memohon bantuan mu"
"Katakan saja cianpwe, boanpwe pasti akan
melaksanakannya dengan bersungguh hati" jawabpe muda itu
serius. Mendengar perkataan itu, Thia Siok-bi kembali berpikir,
"Aiaaah?""..ternyata Thian Ik-cu mengharapkan sesuatu,
jiwa kaum sesatnya ternyata belum hilang seratus persen".."
Sementara Thia Siok-bi masih termenung, Thian Ik-cu telah
mendongakkan kepalanya memandang langit nan biru sambil
menghem buskan napas panjang, lama, lama sekali, ia baru
berkata, Kejadian masa lalu sudah lewat bagaikan asap,
semuanya tak akan kembali lagi, meski demikian pinto tak
pernah tak dapat melupakannya, setiap kali teringat akan
perbuatan keji vang pernah dilakukan perkumpulan Tong thian
695 kau, pinto merasa hatinya bagaikan dipagut oleh ular berbisa,
sungguh, tersiksa hatiku.
Perbuatan cianpwe pada hari ini telah melenyapkan semua
kebusukan yang lama!" kata Hoa In-liong Serius, "apalagi atas
pertolonganmu, beribu-ribu lembar jiwa manusia dapat
diselamatkan, jasamu tak terlukiskan dengan kata hati.
Thian Ik-cu tertawa hambar, tukasnya, "Semuanya ini
adalah Hoa kongcu seorang, pinto tak lebih hanya melaksakan
apa yang telah ada, siapa bilang aku yang berjasa"
Ia berhenti sejenak dengan napas tersenggal.
Sebetulnya Hoa In-liong ingin mencegah tosu itu berbicara
lebih banyak lagi, tapi bila teringat kalau nyawanya sudah
berada ditepi liang kubur, ia merasa tak tega untuk memotong
pesan-pesan terakhirnya itu.
Ia hanya merasa gemas kenapa obat Yau ti wan yang
mustajab itu tinggal sebutir belaka dan itupun telah dipakai
untuk mengobati para jago yang keracunan, kalau tidak, jiwa
Thian Ik-cu pasti akan tertolong.
Telapak tangannya segera ditempelkan kembali ke atas
jalan darah Leng tay hiat ditubuh Thian Ik-cu dan
menyalurkan tenaga dalam ketubuhnya.
Setelah menerima tenaga dalam itu, Thian Ik-cu merasakan
semangatnya berkobar kembali, pelan-pelan ia berkata, "Hoa
kongcu, ilmu silat ayahmu lihay sekali, nama besarnya
bagaikan matahari disiang hari, dialah tulang punggung dari
dunia persilatan?".."
ooooOoooo 696 57 Bu Tim tojin tidak tega membiarkan gurunya berbicara
terus, tak tahan ia lantas menukas, "Setelah menyaksikan
kehebatan kongcu hari ini, bisa dipastikan kaulah harapan
dunia persilatan yang akan menegakkan keadilan dan
kebenaran di dunia ini"
"Aku tak bisa apa-apa, tootiang tak perlu membicarakan
lagi" tukas Hoa In-liong.
Thian Ik-cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Inilah permintaan pinto", harap Hoa kongcu
mendengarkan dengan bersungguh-sungguh!"
Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Dalam
mengadakan pertemuan kali ini rupanya Kok See-piau berniat
membasmi semua umat persilatan yang ada di dunia ini, siapa
tahu hal tersebut telah dimanfaatkan Jin Hian, sedangkan Jin
Hian sendiri setelah kegagalan yang dihadapinya, ia pasti akan
kabur ke tempat terpencil untuk menyembunyikan diri, pihak
Kiu-im-kau dan Mo kau sukar melawan kekuatan para
pendekar. Hian-beng-kau meski tangguh, namun setelah kekalahan
yang dideritanya hari ini tentu mengalami pukulan berat yang
mengakibatkan mereka bubar sendiri, mulai sekarang selama
ayahmu masih hidup, gembong iblis yang bagaimanapun
lihaynya tak akan berani berkutik, sehari keluarga Hoa
bercokol dalam dunia persilatan, sehari pula dunia akan
damai, anak cucu keluarga Hoa pas ti dapat selalu memimpin
dunia persilatan untuk selamanya"
697 Setelah mengucapkan sekian banyak kata-kata, meskipun
ditunjang oleh hawa murni yang disalurkan Hoa ln liong, lelah
juga tosu tua itu hingga napasnya tersengkal.
Semua perkataannya yang panjang lebar, diutarakan
secara beraturan, jelas sudah lama disusun olehnya tapi orang
yang mendengarkannya menjadi kurang begitu mengerti
dengan maksud dan tujuan yaag sebenarnya?".
Tapi Hoa In-liong memang cerdik, setelah berpikir
sebentar, ia segera memahami apa pemintaan Thian lk cu,
dengan sikap yang hormat dia berkata, "Jangan kuatir
cianpwe sejak kini asal boanpwe bertemu dengan orang jahat,
bila bukan orang yang betul-betul laknat, pasti akan kuberi
tiga kali kesempatan baginya untuk bertobat, ajaran tootiang
tak akan kulupakan untuk selamanya"
Berbicara sampai disitu, dia lantas menyembah dengan
penuh rasa hormat, katanya nyaring, "Sejak kecil aku orang
she Hoa memang binal dan berjiwa sempit, bila sejak kini ada
kemajuan, semuanya ini berkat pelajaran dari cianpwe, harap
cianpwe bersedia menerima sebuah hormatku"
"Seharusnya pinto yang musti berterima kasih kepadi
kongcu atas kebijaksanaanmu" cepat-cepat Thian Ik-cu
menjawab. Sayang tubuhnya terlampau parah, karena ingin meronta
bangun, sekujur tubuhnya menjadi sakit sekali.
Dalam keadaan begini, tepaksa dia harus berpaling kearah
Bu tim tojin sambil berkata, "Cing lian, wakililah gurumu untuk
berterima kasih kepada Hoa kongcu?"..!"
"Baik!" jawab Bu tim tojin dengan hormat, ia segera
menjatuhkan diri berlutut keatas tanah.
698 Buru-buru Hoa In-liong membimbingnya bangun sambil
berseru, "Tootiang, kau tak boleh berbuat begini!"
Thia Siok-bi tidak menyangka kalau persoalan inilah yang
diminta oleh Thian Ik-cu, diam-diam ia lantas berpikir, "Tak
kusangka aku Thia Siok-bi telah menilai kebajikan seorang
kuncu dengan jalan pikiran orang siaujin"
Karena merasa malu sendiri, tiba-tiba ia maju ke depan
sambil memberi hormat kepada tosu itu, katanya dengan
serius, "Tootiang bisa meninggalkan kejahatan untuk kembali
kejalan benar, inilah keberuntungan buat kita umat persilatan,
silahkan menerima pula sebuah hormatku!"
Karena tak bisa membalas hormat, buru-buru Thian Ik-cu
berseru kembali, "Cing lian cepat wakili gurumu untuk
membalas hormat!"
Sekali lagi Bu tim tootiang memberi hormat ke pada Thia
Siok-bi. Dengan kening berkerut Hoa In-liong lantas berkata,
"Tootiang dengan perbuatanmu ini bukankah?" Belum habis
dia berkata, tiba-tiba sambil berpaling bentaknya, "Siapa?"
Baru saja semua orang merasa terkejut, terdengar gelak
tertawa berkumandang memecahkan keheningan, lalu seorang
berkata dengan suara parau tapi keras, "Liong ji, tenaga
dalammu benar-benar telah memperoleh kemajuan yang amat
pesat, sehingga kedatanganku pun tak berhasil mengelabuhi
dirimu?"."
Ditengah pembicaraan tersebut seseorang munculkan diri
dari balik sebatang pohon.
699 Orang itu adalah seorang kakek berjubah ungu dan
berambut uban, tapi wajahnya segar dan tampan dengan
sepasang mata yang memancarkan sinar tajam, tidak dijumpai
kerutan pada wajahnya hingga sepintas lalu seperti seseorang
yang baru berusia tiga puluh tahunan
Hoa In-liong segera berteriak kegirangan sambil
menyembah, serunya keras-keras, "Gwakong!"
Sampai disini, meskipun orang yang belum pernah
berjumpa dengan Sin-ki-pang kaucu dimasa lalu pun akan
segera mengetahui kalau pen datang tersebut adalah Pek si
hujin, atau kakek luar Hoa In-liong yang merupakan salah
seorang tokoh termashur dalam dunia persilatan, Pek Siauthian
adanya. Sambil tersenyum Pek Siau-thian munculkan dirinya sambil
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memayang bangun Hoa In-liong, katanya, "Hayo bangun,
bangun, kaupun terhitung juga jago kenamaan, kenapa masih
bersifat kekanak-kanakan?"
Sinar matanya pelan-pelan dialiakan kewajah Thian Ik-cu
kemudian berjalan menghampirinya.
Thian Ik-cu segera merasakan semangatnya berkobar
kembali, sambil tertawa katanya, "Saudara Pek, selamat
bertemu kembali!"
Ia lantas meronta dan berduduk dengan punggung
menyandar pada batang pohon, muridnya ingin
membimbingnya bangun tapi mesti sudah kritis keadaannya,
keangkuhan Thian Ik-cu masih utuh, ia segera mendorong
mereka ke samping.
Menyaksikan kejadian tersebut Pek Siau-thian tahu bahwa
saat ajalnya sudah hampir tiba, diam-diam ia berkerut kening
700 lalu katanya sambil tertawa, Hidung kerbau, sebelum bicara
sudah tertawa duluan, tampang kelicikanmu masih tetap
seperti sedia kala"
"Haaahhh"..haaa hhh"..hsaahhh?"ucapan Pek heng
selalu menyudutkan orang, kau memang pantas menjadi
pentolan bajingan" sahut Thian Ik-cu sambil tertawa terbahakbahak.
Setelah saling mengejek dan mencemooh, kedua orang itu
sama-sama bertepuk tangan sambil tertawa tergelak.
Hoa In-liong yang menyaksikan kejadian itu diam-diam ikut
tersenyum dihati, sedangkang Thia Siok-bi dan Bu tim tojin
sekalian malah dibikin tertegun kebingungan.
Selang sesaat kemudian Thian Ik-cu baru berkata lagi
dengan wajah bersedih hati, "Bila dalam hidupnya seorang
manusia bisa mendapatkan seorang teman akrab, maka
sekalipun mati juga tak menyesal, sudah setengah abad kita
saling bermusuhan, tak disangka Pek heng adalah sahabat
pinto, sayang disini tiada arak, kalau tidak tentu akan kuajak
Pek heng untuk minum sampai mabuk"
Pek Siau-thian ikut merasa sedih, tapi diluaran katanya
sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh?".haaahh?".haaahh?"".hidung kerbau, orang
bilang tahu diri sendiri tahu orang lain maka setiap
pertarungan akan berhasil dimenangkan, aku orang she Pek
kalau memang menjadi musuh bebuyutanmu masa tidak
mengetahui tentang dirimu?"
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya, "Baru begitu kau sudah
menantang aku untuk minum arak, tampaknya sekalipun kau
701 sudah bertapa menyucikan diri, kesucianmu masih belum bisa
dipertanggung jawabkan"
Thian Ik-cu tertawa geli oleh perkataan tersebut.
"Ucapan saudara Pek memang benar, sungguh
mengagumkan, sungguh mengagumkan!" Tiba-tiba diatas
wajahnya terlintas rasa kesakitan hebat.
In liong segera mengerutkan dahinya dan buru-buru maju
ke depan, telapak tangan nya dengan cepat ditempelkan
diatas jalan darah Hoa kay hiat ditubuh Thian Ik-cu sambil
mengerahkan kembali tenaga dalamnya.
Dengan suara lirih Thian Ik-cu segera berkata, "Pinto sudah
pasti mati, Hoa kongcu tak perlu menghamburkan tenaga
dalam dengan percuma"
"Tapi Hoa In-liong berlagak seakan-akan tidak mendengar,
hawa murninya pelan-pelan disalurkan kedalam tubun Thian
Ik-cu tanpa berhenti".
Mengunakan tenaga dalam untuk menyambung usia orang
sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang sangat
merugikan tenaga dalamnya, tapi dengan kemampuan yang
dimilikinya sekarang, ia tak perlu menguatirkan hal tersebut.
Tapi kenyataannya, sekalipun tenaga dalamnya sudah
tersalur ke dalam tubuhnya, seakan-akan batu yang
tenggelam didasar samudra, kekuatan tersebut seolah-olah
lenyap dengan begitu saja.
Sadarlah pemuda itu kalau Thian Ik-cu sudah tiada harapan
untuk hidup lagi, atau dengan perkataan lain, asal ia
menghentikan penyaluran hawa murninya, nyawa tosu tua itu
pasti akan melayang meninggalkan raganya.
702 Tak terlukiskan rasa sedih yang mencekam perasaan Hoa
In-liong ketika itu, sebab bagaimanapun juga keadaan yang
dialami Thian Ik-cu sekarang sebagian besar ada lah akibat
dari perintahnya.
Sementara itu terdengar Thian Ik-cu telah berkata kembali,
"Cing Lian, kalian tak boleh membalaskan dendam bagi
kematianku. kaupun tak boleh pergi mencari Kok See-piau!"
Ucapan tersebut segera membuat para murid Thian Ik-cu
sama-sama berdiri tertegun kemudian saling berpandangan
tanpa mengetahui bagaimana musti menjawab, malahan
mereka menaruh curiga kalau jalan pikiran suhunya sudah
tidak terang karena hampir mendekati ajalnya.
"Sudah jelas?" tanya Thian Ik-cu kembali.
Seorang murid Thian Ik-cu yang bernama It Tin tojin
dengan itu memberanikan diri segera bertanya, "Suhu, tecu
sekalian masih kurang begitu jelas!"
Thian Ik-cu menghela napas panjang, katanya, Sudah
banyak tahun kita bertapa mengasingkan diri rupanya kalian
masih juga tak dapat memahami jalan pikiranku.
Aaai?"kematian gurumu adalah karma, jika lantaran
persoalan ini sampai kalian melakukan pembalasan dendam,
coba sayangkan sendiri berapa banyak pula korban yang telah
mati dengan perkumpulan kita selama ini" Dosaku ini tak bisa
dibayar dengan apapun, meski tubuhku tercincang sampai
hancur juga belum bisa membayarnya"bila bunuh membunuh
di langsungkan terus-menerus, sampai kapankah hal ini baru
berakhir?"
Setelah berhenti sejenak dan mengatur napas, ia
menambahkan, "Tapi jika Kok See-piau masih melakukan
703 kejahatan terus, kalian boleh mendampingi Hoa kongcu untuk
membasmi kaum laknat, dari muka bumi, mengerti?"
"Tecu mengerti!" semua murid Thian Ik-cu segera
menyahut, Thian Ik-cu manggut pelan, sambil berpaling
katanya kemudian kepada Hoa In-liong.
"Setelah pinco meninggal nanti, jika diantara anggota
perguruanku ada yang berbuat kejahatan, harap kongcu
bersedia mewakiliku untuk menghukumnya"
"Locianpwe tak usah kuatir" jawab Hoa In-liong sedih,
"urusan yang dihadapi muridmu sama halnya dengan urusan
boanpwe" Thian Ik-cu merasa lega sekali setelah mendengar janji itu.
kekuatannya menjadi buyar dan tubuhnya makin melemah,
seketika itu juga daya tahannya menurun secara dratis,
napasnya kian melemah dan matanya mulai memejam.
Tapi secara tiba-tiba ia membuka matanya kembali,
seakan-akan teringat kembali suatu hal, serunya, "Hoa
kongcu!" "Boanpwe siap menerima petunjukmu"
Dengan kepayahan Thian Ik-cu berkata, "Pinto merasa
berterima kasih sekali kepada ayahmu yang mana telah?".
telah memberi ke".. kesempatan bua".. buat pinto untuk
ber".. bertobat, pinto". pinto merasa bersyukur sekali
daaa". dapat". per".pergi den ".. dengan hati yang tee ".
tenang".."
Tiba-tiba sepasang matanya terpejam, kepalanya terkulai
dan berangkat meninggalkan alam semesta dengan sekulum
senyuman dibibir.
704 Suara pembicaraannya itu kian lama kian bertambah lirih
apa lagi ucapan yang terakhir, boleh dibilang bagaikan bisikan
nyamuk, coba Hoa In-liong tidak memiliki ketajaman
pendengaran yang luar biasa, tak mungkin perkataan itu bisa
didengar. Air mata bercucuran membasahi pipi Hoa In-liong, dengan
sangat berhati-hati ia membaringkan jenasah Thian Ik-cu
diatas sebuah batu hijau, lalu setelah memberi hormat ia
mengundurkan diri ke samping.
Bu tiam tojin sekalian tertegun untuk sesaat, setelah
tersadar kembali dari lamunan, mereka segera mendekam
ditanah dan menangis tersedu-sedu, ada pula yang memukul
dada dan menyepak-nyepakkan kakinya ketanah, suasana
penuh diliputi keharuan.
Pek Siau-thian berdiri dengan wajah murung, sedang Thia
Siok-bi ikut melelehkan air mata seketika itu juga suasana
kesedihan menyelimuti hati setiap orang.
Tong thian kuncu, salah seorang dari tiga besar yarg
banyak melakukan kejahatan pada dua puluh tahun berselang,
akhirnya ia bertobat pada akhir usianya, bagaimanapun juga
akhirnya ia berhasil menebus dosa-dosanya yang telah
diperbuat pada dua puluh tahun yang lalu, boleh dibilang
kematiannya ini dilalui dengan perasaan yang tenang dan
puas. Setelah termenung sesaat lamanya, tiba-tiba Pek Siau-thian
berkata, "Hey hidung kerbau, melepaskan golok pembunuh
kembali menjadi murid Buddha, kau betul-betul berhasil
menebus dosa-dosamu, hari ini aku orang she Pek berdua
takluk kepadamu, kau pantas menerima penghormatanku!"
705 Jago lihay dari Sin-ki-pang ini segera berlutut didepan
jenasah Thian Ik-cu dan memberi penghormatan besar.
"Semua murid Thian Ik-cu buru-buru balas memberi
hormat. Dengar, air mata bercucuran Bu tim tojin berkata.
"Pemberian dari locianpwe sungguh merupakan suatu
kebanggaan buat perkumpulan kami.
Perlu diketahui, kedudukan Pek Siau-thian didalam dunia
persilatan tinggi sekali, orangnya tinggi hati dan tak pernah
tunduk kepada siapa pun, hampir setengah abad lamanya ia
bersama Thian Ik-cu dan Jin Hian menguasahi dunia serta
saling bermusuhan, kini se telah Thian Ik-cu wafat ternyata ia
mau berbuat demikian, meski dibilang yang mati adalah yang
besar, namun peristiwa semacam ini boleh dibilang
merupakan suatu kejadian aneh yang diluar dugaan.
Thian Siok-bi maju memberi hormat pula, murid-murid
Thian Ik-cu buru-buru balas memberi hormat lagi, tiba-tiba ia
mengebaskan hudtimnya dan membalikkan badan siap pergi
dari situ. Hoa In-liong segera berpikir
"Dengan kepergiannya, dikemudian hari pasti akan sulit
untuk menemukan jejaknya kembali"
Berpikir demikian, ia lantas berseru, "Cianpwe, harap
tunggu sebentar!"
Sambil menarik muka, dengan dingin Thia Siok-bi menegur,
"Ada urusan apa?"
706 Hoa In-liong agak termenung sejenak, kemudian ujarnya,
"Senjata kemala milik cianpwe telah hilang, harap tunggu
sejenak, boanpwe akan suruh orang untuk mencarikan
kembali "Tidak usah" tukas Thia Siok-bi, setelah kehilangan senjata
hari ini, pinni ada niat untuk meninggalkan dunia persilatan,
disimpan juga tak berguna, lebih baik hilang saja"
Jawaban ini diluar dugaan Hoa In Iiong, ia menjadi
tertegun ketika dilihat perempuan itu kembali bersiap-siap
akan pergi, segera serunya lagi dengan cemas, "Cianpwe,
bagaimana keadaan Hong giok sekarang?"
Thia Siok-bi tertawa dingin.
"Hmm! Kalian keluarga Hoa suka mempermainkan cinta
dan perasaan orang, buat apa kau menanyakan dirinya"
"Siapa bilang keluarga Hoa suka mempermainkan cinta dan
perasaan orang"..?" tiba-tiba Pek Siau-thian menegur.
Pelan-pelan Thia Siok-bi mengalihkan sinar matanya, lalu
menjawab dengan dingin."
"Aku yang berkata, Pek lo pangcu bermaksud hendak
membuat apa?"
Sambil mengelus jenggotnya Pek Siau-thian tertawa
tergelak. "Haaahhh ".haaahhh "haaahh".tampaknya kau masih
berangas sekali" katanya, aku lihat kau dengan Thian kiam sin
kau (pedang baja kaitan sakti) Thia Tay ci yang pernah
menggetarkan Tionggoan pada tiga puluh tahun berselang
707 sama-sama dari satu aliran, tolong tanya apa hubunganmu
dengannya?"
Sebenarnya Thia Siok-bi bermaksud melayani perkataan itu,
tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan
angkuh sahutnya, "Dia adalah mendiang ayahku!"
"Mendiang ayahmu?" Pek Siau-thian mengerutkan dahinya,
apakah Thia toako sudah berpulang kealam baka?"
Sesungguhnya Thia Siok-bi juga seorang perempuan yang
tinggi hati dan berangasan, ia sudah tak senang hati ketika
Pek Siau-thian muncul tanpa memandang sekejap pun
kepadanya, seandainya tidak memandang diatas wajah Hoa
In-liong dan kematian Thian Ik-cu, mungkin ia sudah angkat
kaki semenjak tadi.
Apalagi setelah mendengar perkataan Pek Siau-thian yang
angkuh, hampir meledak hawa amarah didalam dadanya.
Namun setelah mendengar ucapan yang terakhir, ia
menjadi terperanjat, pikirnya dengan cepat, "Apakah dia
adalah sahabat karib dari ayah?" Dalam hati ia berpikir
demikian, diluar ujarnya, "Mendiang ayahku belum pernah
menyinggungsoal Pek?""cianpwe adakah sesuatu yang bisa
kau gunakan sebagai bukti?"
Nada ucapan dibalik perkataan itu dengan sendirinya telah
berubah menjadi lebih lunak.
Pek Siau-thian segera tertawa tergelak.
"Haaahh?""haaahh?"..haaahh?""tak kusangka suatu
ketika aku orang she Pek dianggap juga oleh orang lain
sebagai seorang penipu". "
708 Merah padam selembar wajah Thian Siok-bi karena jengah,
padahal diapun tahu, dengan kedudukan serta nama baik Pek
Siau-thian, tak mungkin dia akan mengaku kenal kepada
orang lain apalagi tiada suatu kepentingan baginya untuk
berbuat demikian, yang benar adalah untuk sesaat ia merasa
malu untuk mengakui orang itu sebagai sahabat ayahnya.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terdengar Pek Siau-thian berkata kembali.
"Mungkin Thian heng terlalu dalam menyimpan rasa
sesalnya kepadaku, maka sampai mati ia tidak
memberitahukan kepadamu bahwa ia masih mempunyai
seorang sahabat semacam aku ini"
Setelah berhenti sejenak dan termenung, lanjutnya,
"Sesungguhnya tiada benda berharga yang tertinggal dari
hubungan persahabatan kami dua keluarga, yang ada cuma
sebuah giok bei belaka yang diberikan ayahku kepadanya
setelah ayahmu menolong jiwaku, aku pernah berpesan
kepadanya, bila dikemudian hari menjumpai kesulitan, asal
mengutus orang dengan membawa benda itu, sekalipun harus
terjun kelautan api aku pasti akan menyusul kesana, mungkin
benda itu belum hilang"..?"
"Macam apakah bentuk giok bei tersebut?"
Pek Siau lhian mengernyitkan alis matanya, lalu jawabnya
setelah tertawa, "Dipermukaan depan berlukiskan burung
hong dan kilin, sedangkan pada permukaan dibaliknya tertera
delapan huruf yang berbunyi Tong-sim ji lan, Ci lip toan kim.
Kau masih ada pertanyaan lain?"
Thia Siok-bi tak berani kurang hormat lagi, buru-buru
serunya sambil memberi hormat, "Tit li tidak tahu, harap
paman Pek bersedia memaafkan kesalahanku"
709 Selama ini Hoa In-liong hanya berdiri disamping tanpa ikut
berbicara, setelah melibatnya perempuan itu mengakui teman
ayahnya, diam-diam ia merasa bergirang hati.
Tiba-tiba Pek Siau-thian mengulapkan tangannya sambil
berseru. "Liong ji, tak ada gunanya kau tetap bercokol disini, yang
paling penting adalah selamatkan orang-orang itu"
Hoa In-liong tertegun, setelah memandang sekejap jenasah
Thian Ik-cu serta murid-muridnya yang sedang menangis
kesedihan, dia berkata agak sangsi, "Gwakong, Thian Ik
cianpwe?""
"Aku yang akan menyelesaikan persoalan disini, hayo cepat
pergi! tukas Pek Siau-thian.
Hoa In-liong segera berpikir lagi.
"Dengan kehadiran gwakong disini, tak mungkin Thia Siokbi
akan pergi tanpa pamit
Maka cepat-cepat dia memberi hormat dan segera berlalu
dari situ. Dalam waktu singkat dia sudah tiba ditempat tujuan, tapi
apa yang kemudian terlihat membuatnya tertegun.
Sebenarnya dia mengira setelah lewat sekian lama,
sebagian orang orang yang terkurung dalam lembah sudah
naik ke atas tebing, siapa tahu kecuali para anggota Cian li
kau, dan bersaudara Kiong dan huan Tong sekalian yang
sudah berada dipuncak tersebut, tak seorang manusiapun
yang naik kesitu.
710 Hoa In-liong segera menyelinap kesamping Huan Tong
seraya bertanya.
"Huan lo enghiong, apa yang terjadi?"
Huan Tong sekalian sedang memandang ke tengah lembah
dengan perasaan apa boleh buat, mendengar teguran itu ia
berpaling, betapa girangnya setelah mengetahui kalau Hoa Inliong
yang muncul. Kiong Gwat hui cepat cepat berseru lebih dulu, "Ketika kami
lihat api telah padam, maka tali-tali kami turunkan, siapa tahu
mereka yang berkumpul dibawah tebing sama-sama ingin naik
tapi tak tega bila orang lain naik lebih dulu, akibatnya
merekapun saling menunggu disitu"
"Pada mulanya masih ada bebera orang yang berbuat
untuk naik ke atas" ." demikian Huan Tong menyambung,
tapi baru sampai di tengah jalan, mereka sudah ditimpuk
dengan senjata rahasia sehingga terjatuh dengan demikian,
orang semakin takut untuk naik ke atas"
"Kami pun sudah menganjurkan, tapi orang tidak
menggubris perkataan kami, tak seorangpun yang menurut"
ujar Cia Yu cong pula.
"Sungguh berbahaya!" pikir Hoa In-liong dalam hatinya,
"seandainya Jin Hian memanfaatkan kesempatan ini untuk
melancarkan serangan, akibat dari keteledoranku niscaya akan
banyak korban yang kembali berjatuhan?".."
Salah seorang yang bernama Yu Cing san segera
menyambung, "Kini Hoa kongcu telah datang, hal ini jauh
lebih baik lagi"
711 "Biar aku mencoba untuk membujuk mereka!" kata Hoa Inliong
kemudian sambil tersenyum.
Ia berjalan ke tepi tebing dan berseru dengan lantang,
"Saudara-saudara sekalian, marabahaya hingga kini belum
hilang, saat ini bukan waktu yang tepat untuk melangsungkan
percekcokan, persoalan terutama adalah cepat-cepat
meninggalkan lembah ini, aku orang she Hoa menjamin,
sekalipun ada seorang manusia yang berhati busuk, atau
mempunyai dendam sakit hati dengan kami tak akan kami
lancarkan sergapan untuk mencelakainya, menunggu
semuanya sudah lolos dari mara bahaya, saat itulah bila ada
permusuhan bisa di selesaikan disini atau berjanji untuk
ketemu disaat lain, aku harap kalian suka berpikir dulu tiga
kali sebelum bertindak"
Oleh karena luas lembah itu jaub melebihi luat telaga diatas
tebing, maka sampai kering air telaga tersebut, dalamnya
permukaan air dalam lembah masih belum seberapa, apalagi
daerah sekitar dinding tebing cukup tinggi, air hanya
merendam sedada mereka, dengan demikian meski seseorang
tak pandai ilmu berenang juga tak akan kuatir mati
tenggelam. Waktu itu beribu-ribu orang jago dari golongan hitam
maupun putih yang bekumpul di bawah tebing, suasana yang
sebenarnya amat gaduh, seketika menjadi hening setelah
mendengar ucapan dari Hoa In-liong itu.
Bong Pay mengangkat tubuh Cu Tong yang terluka tinggitinggi
ke atas sehingga tak sampai terendam didalam air,
diam-diam ia berpikir, "Luka yang diderita supek amat parah
tak boleh terlalu lama berada disini"
Berpikir demikian, dia lantas berseru, "Saudara sekalian,
maaf aku orang she Hong tak bisa menunggu terlalu lama,
712 aku harus naik lebih dulu untuk menghantar yang terluka naik
ke atas" Sekali melompat tubuhnya sudah berada lima enam kaki
tingginya ke udara, dengan cepat ia menyambar tali yang
tergantung ke bawah, mengempit tubuh Cu Tong dengan
tangan kiri dan mulai merambat naik ke atas.
Tanpa berpikir panjang lagi, Pek Soh gi segera menyusul
dari belakangnya.
Ketika Biau-nia Sam-sian melihat ada orang sudah mulai
naik, tanpa berpikir panjang lagi mereka segera melompat ke
atas, masing-masing dengan menyambar seutas tali mulai
merambat pula naik ke atas.
Orang orang Hian-beng-kau, Kiu-im-kau serta Mo kau
mengetahui bahwa mereka adalah keluarga dekat dari
keluarga Hoa, apalagi Hoa In-liong berada diatas, tak
seorangpun diantara mereka yang berani turun tangan
melakukan sergapan.
Dalam waktu singkat suasana disana menjadi amat ramai,
orang pada berteriak dan saling berebut untuk bisa naik ke
atas. Tiba-tiba Goan cing taysu berseru memuji keagungan sang
Buddha, lalu serunya, "Saudara sekalian, harap memberi jalan
buat mereka yang terluka dan rendah ilmu silatnya untuk naik
keatas lebih dahulu"
"Betul, yang terluka harus didahulukan" sambung Cu Im
taysu. Dengan suara nyaring Bwe Su-yok segera berseru, "Semua
murid Kiu-im-kau perhatikan baik-baik, yang terluka boleh naik
713 lebih dahulu, bila tak bertenaga boleh minta bantuan seorang
rekannya untuk menggendong ke atas, tak usah saling
berebut, naik secara teratur pun-kaucu dan para huhoat serta
Tongcu akan naik belakangan, siapa berani melanggar akan
dihukum sebagai pembangkang!"
Setelah melirik sekejap sekeliling arena dengan biji
matanya yang jeli, ia berkata lebih jauh.
"Tali-tali itu jumlah seluruhnya ada tiga puluh sembilan
buah, pihak kami hanya ber jumlah sedikit, akan kami
gunakan lima buah tali dipaling kiri, ada usul lain dari k lian?"
Cara ini memang paling baik" seru Ciu Thian hau dengan
lantang, jumlah kami banyak sekali maaf kami butuh lima
belas buah tali yang berada disebelah kanan"
Para pemimpin golongan berpikir sejenak ketika dirasakan
kalau cara ini sangat baik, masing-masing jago lantas setuju.
Seng-sut-pay mendapat bagian empat buah tali ditengah,
sedangkan pihak Hian-beng-kau mendapat lima belas buah tali
disamping golongan para pendekar.
Setelah pembagian jatah dilakukan, orang-orang dari
keempat pihakpun mulai mengirim anggotanya yang terluka
naik keatas tebing,
Tiba-tiba Ko Thay berseru, "Siapa tahu dalam lembah
masih ada mereka yang terluka parah dan belum mati,
mungkin juga mereka tak mampu datang sendiri kemari, lebih
baik kalian mengutus orang untuk pergi mencarinya daripada
mati penasaran disini"
Hong Liong mendengus dingin.
714 "Hmm, orang she Ko, ucapanmu itu seperti anak kecil saja,
jangankan sudah diterjang air bah sekalipun tidak mati juga
telah mati, berbicara dari luasnya lembah ini kemana kita
harus mencari?"
Hoa Ngo tertawa dingin, serunya cepat. Ko toako, buat apa
kau musti berbicara dengan kawanan iblis" Pokoknya masingmasing
pihak mencari rekannya sendirikan beres, mereka
enggan mencari biarkan saja rekan mereka mati penasaran"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara lantang dia lantas
berseru, "Siapa yang bersedia untuk bersama-sama mencari?""
Yu Siau lam, Coa Cong gi dan Kongpeng sekalian segera
menyahut bersama, Kami bersedia!"
Setelah muncul pemimpin, maka para jago dari golongan
putih menyatakan bersedia, malah jago-jago seperti Tam Si
bin sekalian yang terluka parahpun bersedia turut serta.
Tapi hasil perundingan kemudian memutuskan bahwa
mereka yang terluka dilarang turut, mereka yang berilmu juga
tak boleh turut semua, untuk mencegah pemainan buruk dari
pihak tiga perkumpulan.
Itupun sisanya tinggal dua ratus orang lebih, maka
dipimpin oleh Cuin taysu, mereka menetapkan setengah jam
kemudian harus sudah kembali kesitu.
Dengan Suara lantang Kok See-piau berseru, "Anggota
perkumpulan kami lebih hapal dengan daerah disekitar sini,
dari sini sampai ujung selatan lembah biar dicari oleh anggota
perkumpulan kami"
Ia berlagak sosial padahal sebetulnya mempunyai maksud
pribadi, dengan menggeledah separuh bagian lembah
715 tersebut, berarti tempat itu mencakup pula tempat bekas
istana Kiu ci piat kiong berada.
Bwe Su-yok menanti sejenak, ketika dilihatnya pihak Sengsut-
pay tetap membungkam, sambil tertawa dingin ia
mengetuk tongkat kepala setannya, kemudian berseru kepada
Kek Thian tok, "Kek tengcu, kau pimpin anak murid kita
menggeledah lembah sebelah utara, bagai manapun hasilnya
sepertanak nasi kemudian harus sudah kembali ke sini"
Untuk sementara waktu pihak golongan putih dan golongan
hitam menghilangkan rasa permusuhan untuk menjadi
sahabat dan bersama-sama bekerja keras, Hanya pihak Sengsut-
pay tetap berada ditempat semula tanpa mengirim utusan
untuk turut dalam operasi ini.
Sudah barang tentu tindakan mereka ini segera memancing
caci makian banyak orang.
Kini suasana jauh lebih tertib dan teratur, suasana kalut
dimasa yang lalupun bisa teratasi.
Para jago lihay bersama-sama berdiri dibarisan belakang,
siapapun enggan untuk naik keatas lebih duluan.
Ketika Biau-nia Sam-sian berhasl mencapai atas tebing,
dilihatnya pek Soh gi sedang mempergunakan jarum-jarum
emasnya untuk mengeluarkan racun ditubuh Siau yau sian Cu
Tong sedangkan para gadis berkerumun disana sembari
menonton sembari melakukan pelindungan.
Sementara Hoa In-liong, Bong pay, Huan Tong dan Ciu Yu
cong sekalian berjaga-jaga ditepi tebing.
"Kokon bertiga baik-baikkah?" Hoa In-liong segera
menyapa. 716 "Apanya yang baik?" seru Ci wi siancu dingin "hampir saja
nyawa kami lenyap tak berbekas"
"Li hoa, Ci wi kalian berjaga-jaga diatas tebing" teriak Lan
hoa siancu lantang, "gembong iblis dari manapun yang berani
naik keatas, kita beri hadiah kabut kiu tok ciang untuk
mereka" "Bagus sekali!" sahut Li hoa siancu "kita mampusi Cho
Thian hua dan Kok See-piau, agar dunia aman sentosa"
"Itu masih belum cukup" seru Ci wi siancu. "pokoknya
semua anggota Hian-beng-kau, Kiu-im-kau dan Mo kau tak
boleh dibiarkan hidup, walau cuma seorangpun"
Lan hoa siancu segera tertawa terkekeh-kekeh
"Ucapan Ci wi memang tepat, bibit penyakit tersebut mesti
dibasmi seakar akarnya, Li hoa! Kau hadapi orang orang Kiuim-
kau, aku dan Ci wi akan melayani Hian-beng-kau serta Mo
kau" Hoa In-liong menjadi terkejut sekali setelah mendengar
perkataan itu, segera teriaknya, "Kokoh bertiga kalian tak
boleh berbuat demikian!"
"Aah, kau tak usah banyak ributt" tukas Ci wi siancu
"pokoknya kau membantu untuk menyikat musuh!"
Kebetulan seorang anggota Hian-beng-kau telah mencapai
atas tebing, sambil tertawa terkekeh- kekeh, Bi hoa siancu
segera berseru, "Ini dia orang pertama yang akan menghantar
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kematiannya. 717 Jari tangannya segera menyentil ke depan melancarkan
bubuk Mi hun san yang memabukkan.
Anggota Hian-beng-kau itu segera menjerit kaget, dalam
keadaan tak sadar ia lepas tangan dan terjatuh ke belakang.
Untung saja pada saat yang amit kritis itu, Hoa In-liong
melompat ke depan dan menyambar tubuh orang itu sehingga
tak sampai terjatuh kembali ke dalam jurang.
Kok See-piau yang mendengar suara itu segera
mendongakkan kepalanya, kemudian teriaknya dengan
lantang, "Orang she Hoa, ucapanmu sebagai kentut busuk
atau bukan"
"Kok See-piau, pokoknya aku orang she Hoa menjamin
keselamatan kalian, tak usah kuatir.
Suara apa tadi?" bentak Kok See-piau.
"Seorang anggotamu terpeleset dan hampir jatuh, aku
orang she Hosa telah menyelamatkan jiwanya, apa keliru?"
Sekalipun Kok See-piau agak curiga, tapi keadaan yang
dihadapinya membuat ia tak banyak berkutik, maka setelah
berpikir sejenak, katanya ssambil tertawa dingin, "Moga-moga
saja kau belum lupa bahwa kalianpun masih ada orang
dibawah sini"
"Aku orang she Hoa juga berharap kalian bisa naik dengan
hati-hati!" jawab Hoa In-liong di ngin.
Mendadak terdengar Li hoa siancu membentak keras, "Hey,
mau apa kau" Mau mengacau permainan kami?"
718 Sambil membaringkan anggota Hian-beng-kau yang
semaput itu keatas tanah, Hoa In-liong berkata sambil tertawa
dingin, "Keponakan mana berani berbuat lancang, cuma
keponakan sudah terlanjur memberi jaminan kepada Kok Seepiau
untuk tidak melukai orang-orangnya, aku mana boleh
melanggar janji?"
"Yang memberi jaminan toh kau sendiri apa sangkutpautnya
dengan kami"..?" kata Ci wi siancu.
Mendengar ucapan itu, para gadis dari Ciaw li kau segera
tertawa cekikikan karena geli, sedang yang lainpun ikut
tersenyum. Hoa In-liong betul-betul dibikin menangis tak bisa tertawa
pun sungkan, pikirnya, "Kokoh bertiga memang manusia yarg
paling tak tahu aturan didunia ini ". payah untuk berdebat
dengan mereka. Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kitapun masih ada orang yang tertinggal dibawah lembah,
apakah kokoh bertiga menginginnkan mereka beradu jiwa
dengan lawan?"
"Ngaco belo, telur busuk!" damprat Lan hoa siancu.
Kepandaian beracun dari kokoh bertiga tiada tandingannya
didunia ini, siapapun tak akan mampu untuk menghindarkan
diri" "Tak usah mengumpak. Kenapa tidak bicara terus terang
saja?" Hoa In-liong tersenyum, katanya, "Coba kokoh bertiga
pikirkan, jika pihak lawan mengetahui bahwa naik keataspun
tiada harapan untuk hidup apakah mereka bersedia untuk naik
keatas dan mengantar kematian"
719 "Bukankah hal ini lebih baik, kita kurung mereka sampai
mampus" kata Ci wi siancu.
Kembali Hoa In-liong tersenyum.
"Tapi Kok See-piau, Seng To cu dan Bwe Su-yok sekalian
tak mungkin mau mati dengan begitu saja, mereka pasti akan
menghalangi orang-orang kita untuk naik ke atas, merekapun
akan menghalangi bantuan dari atas, dengan demikian
bukankah kita akan sama-sama menderita kerugian besar?"
Biau-nia Sam-sian segera terbungkam dalam seribu bahasa,
setelah termenung sekian lama, tiba-tiba Ci wi siancu berkata,
"Liong ji, ilmu meringankan tubuhmu masih terhitung
lumayan, lebih baik setiap kali kita meracuni seorang, kau
menyeretnya naik ke tebing, asal orang dibawah sana tidak
merasa, bukankah hal ini bagus sekali?"
Hoa In-liong segera tertawa geli, sambil menggelengkan
kepalanya dia berseru, "Cara ini tidak baik. Kok See-piau
sekalian bukan orang bodoh, cara ini tak mungkin bisa
mengelabuhi mereka"
Li hoa siancu segera menggerutkan dahinya kencangkencang,
serunya kemudian, "Lantas menurut anggapanmu,
bagaimana baiknya?"
Hoa In-liong tersenyum dengan wajah serius dia berkata.
"Menurut pendapat keponakan, lebih baik biar kan saja
mereka naik kemari dengan selamat jika mereka masih
mencoba untuk melakukan kejahatan, aku rasa mereka tak
akan lolos dari tangan kita, entah bagaimana menurut
pendapat kokoh bertiga?"
720 Sementara pembicaraan berlangsung secara beruntun para
jago sudah mulai melompat naik keatas tebing.
Setelah dilihatnya tiada kemungkinan lagi bagi mereka
untuk turun tangan, dengan uring-uringan Lan hoa siancu
lantas berkata.
"Baik, kami menuruti perkataanmu, tapi kalau sampai telur
busuk itu mencelakai orang lagi setelah lolos dari sini akan
kulihat bagaimana pertanggungan jawabmu?"
Seraya berpaling serunya.
"Li hoa Ci wi mari kita pergi, lebih baik kita berpeluk tangan
belaka!" Buru-buru Hoa In-liong memberi hormat kepada ketiga
orang itu, lalu sambil tertawa paksa, ujarnya, "Kokoh bertiga
harap beristirahat sebentar nanti keponakan tentu akan
datang lagi untuk memohon maaf"
Biau-nia Sam-sian tidak ambil peduli, dengan mendongkol
mereka segera berjalan keluar dari arena.
Dari beberapa rombongan itu pihak Seng-sut-pay paling
sedikit jumlah anggotanya, tak lama kemudian mereka telah
berkumpul semua diatas tebing.
Seng To cu melompat naik paling belakangan setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia
mendengus dan melancarkan sebuah sergapan kepunggung
Hoa In-liong. Semua orang yang berada diatas tebing serentak menjerit
kaget. 721 Selama ini Hoa In-liong cuma berdiri terus ditepi tebing
untuk melihat keadaan, mendengar datangnya serangan tanpa
berpaling telapak tanganya segera ditolak ke belakang.
Serangan ini tampaknya enteng seperti sama sekali tak
bertenaga, tapi serangan Seng To cu yang begitu dahsyatnya
seperti gulungan ombak ditengah samudra itu seakan-akan
terhadang oleh semacam kekuatan yang sangat aneh, yang
membuat tenaga serangannya terhisap dan terguling
kesamping sehingga menerjang ke arah Lenghou ber saudara
serta Hong Liong"..
Tiga orang jago itu segera membentak keras, enam buah
telapak tangan diayunkan bersama untuk menyambut
datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
Ujung baju Hoa In-liong berkibar terhembus angin, seperti
tak pernah terjadi sesuatu apapun. Pelan-pelan ia
membalikkan badan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Seng To cu,
ditatapnya Hoa In-liong lekat-lekat, kemudian selang sejenak
kemudian katanya, " Bocah muda apa nama ilmu pukulan
yang kau pergunakan itu?"
Sambil tersenyum Hoa In-liong menjawab.
"Jurus serangan ini sudah pernah kau saksikan di kota Kim
leng, itulah jurus kedelapan dan ilmu pukulan Su siu huang
heng ci ang warisan Bu seng (malaikat ilmu silat) Im
locianpwe, yang dinamakan Ban wu kui kun (selaksa benda
berasal dari bumi)?".."
"Tapi Goan cing tidak mempergunakannya dengan gerakan
semacam ini!" seru Seng To cu agak tertegun.
722 "Yaa, itulah dikarenakan aku telah melakukan perubahan
dalam jurus serangan itu sahut Hoa In-liong sambil tersenyum
lagi. Sinar mata Seng To cu segera menjadi redup, setelah
termenung sekian lama, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
dan menghela napas panjang.
"Aai"..sudahlah! Sudahlah!"
Secara tiba-tiba usianya bagaikan lebih tua sepuluh tahun,
ia seperti merasa putus asa dan lenyap semua
kegembiraannya, sambil membalikkan badan ia memberi
tanda kepada jago-jago Seng-sut-pay seraya berkata, "Mari
kita pergi!"
Walaupun Hong Liong dan dua bersaudara Lenghau masih
tidak puas, tapi sebuas-buasnya mereka masih bukan
terhitung bodoh, mereka tahu bahwa tiada keuntungan yang
bisa diraih dalam keadaan seperti ini, maka setelah melotot
sekejap kearah Hoa In-liong dengan gemas, mereka berlalu
dari sana mengikuti dibelakang Seng To Cu.
"Song To cu, harap tunggu sebentar" tiba-tiba Hoa In-liong
berteriak keras,
Hong Liong membalikan badannya, kemudian berseru
dengan gusar, "Orang she Hoa, kau anggap Loya sekalian
benar-benar jeri kepadamu".."
Hoa In-liong tersenyum, jawabnya.
"Yang kucari bukan kau, buat apa musti gelisah?"
Pelan-pelan Seng To cu memutar badan lalu menegur
dengan suara dingin, "Ada apa kau mencari lohu?"
723 "Seng To cu, jumlah anggota Seng sat pay yang masuk
kedaratan Tionggoan berjumlah ribuan orang, tapi menghadiri
pertemuan ini cuma seratus dua ratus orang belaka, aku tidak
percaya kalau kau tak ta hu kemana perginya Tang Kwik-siu
dengan membawa jago-jago lainnya?"
"Kau bilang apa?" Seng To cu melototkan sepasang
majanya bulat bulat.
Hoa In-liong agak tertegun, kemudian katanya lagi, Kalau
benar-benar tak tahu, anggap saja Hoa In-liong sudah salah
berbicara, tanya sendiri kepada sutemu nanti!
Hong Liong yang mendengar perkataan itu menjadi
terkejut, diam-diam pikirnya, "Anak jadah ini betul- betul
berpendengaran tajam, tampaknya persoalan itupun berhasil
diselidiki olehnya, wah, gelagatnya kurang baik?"
Tampaklah Seng To cu dengan sorot mata tajam berpaling
ke arahnya, lalu dengan suara lantang membentak, "Hong
liong, apa yang dilakukan oleh gurumu?"
Hong Liong tak berani berbohong, setelah sangsi sejenak
sahutnya, "Toa supek, sebentar tecu akan melaporkan segala
sesuatunya kepadamu, mari kita pergi dulu"
"Hoa In-liong tertawa dingin, segera ujarnya.
"Kau enggan bicara, biar aku orang she Hoa yang berkata,
rupanya sudah semenjak lama sekali kalian menyelidiki
keadaan dalam dunia persilatan sejelas jelasnya, siapa-siapa
yang berada dalam tiap partai pun sekalian selidiki dengan
jelas, menggunakan kesempatan dikala semua enghiong dari
kolong langit menghadiri pertemuan disini, Tang Kwik-siu telah
memimpin anak buahnya untuk menyergap partai-partai besar
724 didunia, pertama bertujuan agar mereka yang kembali dari
pertemuan tiduk punya tempat tinggal lagi, kedua merekapun
ingin menyandera anggota keluarganya sebagai jaminan untuk
memaksa mereka takluk.
Wahai orang she Hong, perkataanku tidak salah bukan?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, suasana segera menjadi
gempar. Jilid 18 Dengan suara lantang Lan hoa siancu segera berseru,
"Bagus sekali Rupanya Tang Kwik-siu mengandung maksud
sekeji ini, sobat-sobat sekalian, hayo kita bereskan dulu nyawa
bajingan-bajingan ini, kemudian menyerbu ke Cong hay dan
membumi ratakan sarang Seng-sut-pay dengan tanah, biar
anak cucu iblis itu tersapu bersih dari muka bumi".."
Seketika itu juga seruan itu mendapat tanggapan dari
semua orang, caci maki dan dampratan sinis berkumandang
dari mana-mana, semua jago dari Seng-sut-pay dikepung
rapat-rapat, suara senjata yang beradu memecahkan
keheningan, rupanya ada orang yang sudah mulai turun
tangan. Tiba-tiba terdengar Bwe Su-yok berseru setelah tertawa
dingin. "Kiranya pihak Seng-sut-pay ada niat unuk menyapu rata
daratan Tionggoan, kalau begitu maaf"
725 Sementara itu semua jago dari pihak Kiu-im-kau telah naik
keatas tebing, mereka lantas menyingkir ketepi arena dan
bersikap masa bodoh"
Seng To cu yaa kaget yaa marah setelah mengetahui
kejadian ini, ia melotot sekejap ke arah dua bersaudara
Lenghou serta Hong Liong kemudian serunya dengan gusar,
"Kenapa tidak berunding dulu dengan aku?"
Toa suheng suka ketenangan maka"maka"." Lenghou Ku
menjadi gelagapan.
Semua usaha dan perjuangan perkumpulan kami hancur
berantakan di tangan kalian semua teriak Seng To cu dengan
gemas. Saking gemasnya sulit baginya untuk berbicara lebih lanjut,
tapi dia tahu bahwa Seng-sut-pay telah menjadi incaran setiap
orang, sekali salah bertindak bisa jadi semua anggotanya akan
tertumpas, bahkan lebih payah cousu-nya di daerah Cing hay
pun kemungkinan akan tersapu lenyap.
Maka ia tak tempat untuk menegur dua bersaudara
Lenghou serta Hong Liong lagi, sambil berpaling katanya
dengan suara dalam, "Hoa Yang, partai kami mengaku kalah,
jika kau hendak berduel, aku orang she Seng pasti akan
memberi keputusan untuk kalian, Hoa In-liong tertawa,
dengan lantang ia berseru, "Sobat-sobat sekalian, harap
jangan turun tangan lebih dulu, dengarkanlah perkataanku"
Didalam menghadapi serangan api dari Jin Huan kali ini,
seandainya tiada pertolongan dari Hoa In-liong, mungkin tak
seo rangpun diantara mereka yang bisa hidup sampai
sekarang, maka setelah ia membuka suara, serentak semua
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang menghentikan gerakkannya, hanya tiga empat orang
pemuda diantaranya yang belum juga mau berhenti.
726 Seorang kakek segera menyambar pergelangan tangan
salah seorang diantaranya, lalu berkata, Hoa kongcu pasti
dapat mencarikan keadilan untuk kita semua, kalian tak usah
turun tangan"
Tiga orang lainnya yang menyaksikan kejadian itu terpaksa
menghentikan pula tindakan mereka sambil mengundurkan
diri. Setelah dilihatnya tiada orang yang bertarung lagi, dengan
suara lantang Hoa In-liong berkata, "Kalian semua tak usah
kuatir, Tang Kwik-siu dengan anak buahnya yang melancarkan
sergapan telah dihadang oleh jago-jago lihay, mereka tak
akan mampu melaksanakan niat busuknya lagi,
tiba-tiba terdengar seseorang berseru lantang"
"Hoa kongcu, tolong tanya apakah ayahmu telah turun
gunung?" Hoa In-liong berpaling, sewaktu dilihatnya orang itu adalah
rekan sekampungnya Tio Ceng tang, sambil menjuara dia
lantas tertawa.
"Oooh"..rupanya Tio lo enghiong telah datang, selama
banyak tahun belakangan ini kepandaian silatmu tentu sudah
mendapat banyak kemajuan bukan?"
Tio Ceng tang buru-buru membalas hormat dengan rasa
kaget, Oh, rupanya Hoa kongcu masih teringat dengan lohu,
di masa lalu berkat kebaikan Hoa locianpwe aku berhasil
memperoleh resep rahasia dan memperoleh badan yang sehat
serta kemajuan yang pesat, tetapi soal anakku?".."
727 "Bila urusan telah selesai nanti pasti akan kusambangi
kalian lagi" tukas Hoa In-liong sambil tertawa, "sebagai
seorang putra, sudah sepantasnya kalau membantu ayah
untuk menyelesaikan kesulitan, aku tak becus dan mendapat
perintah untuk menyelesaikan persoalan ini, bagaimana
mungkin berani kuganggu ketenangan dia orang tua"
Tio Ceng tang segera mengiakan berulang kali. Terdengar
seseorang yang lain berkata kembali, "Aku rasa Hoa kongcu
pasti mempunyai persiapan yang matang, dapatkah kau
jelaskan jago-jago lihay siapa saja yang telah menghalangi
perbuatan Tang Kwik-siu itu?"
Hoa In-liong tertawa.
"Mereka adalah keturunan dari Bu seng Coa tayhiap
beserta sekawanan Bu lim cianpwe yang sebenarnya sudah
dikendalikan oleh racun jahat pihak Seng-sut-pay, diantaranya
terdapat Giok suan ni (singa kemala) Can Ki an long,
ciangbunjin keluarga Wi dari Seng ciu, Chia san it siu dan lainlainnya,
tentang soal ini kalian boleh berlega hati!"
"Hmm! Tok liong wan memabukkan perasaan Sin hui si sim
(ular berbisa menggigit hati) menguasahi badan, Kiu tok sian
ci pun di bikin kelabakan, dengan kemampuan kau si bangsat
cilik mana dapat memusnahkan kedua macam racun jahat
itu!" seru Hong Liong dengan nada seram.
Lan hoa siancu yang berada ditempat ke jauhan segera
tertawa dingin, serunya, "Orang she Hong, dengan
ketololanmu macam babi itu kauanggap kemampuan yang
dimiliki orang-orang Hu hiang kok bisa diduga dengan begitu
saja" Huuh "kepandaian beracun dari pihak Mo kau tak lebih
cuma permainan kanak-kanak"
728 Lenghou Yu segera tertawa seram, katanya pula,
"Sekalipun kau berhasil menyelamatkan setan-setan tua yang
sudah macam mayat hidup itu bila ingin menghalangi
kekuatan dari jaga-jago partai kami ibaratnya walang hendak
menahan pedati?"hancur sendiri"..
"Bukan aku orang she Hoa terlalu pandang rendah
ciangbunjin kalian, seandainya Coa tayhiap tidak terlalu
memegang teguh perintah leluhurnya sehingga tidak
melakukan perlawanan, tak mungkin ia bisa disekap oleh
kalian bila sampai sungguh-sungguh terjadi pertarungan
mungkin hanya toa suhengmu seorang yang masih sanggup
menghadapinya asal dia yang memimpin jago-jago kelas satu
itu, Tang Kwik-siu sudah pasti akan menderita kekalahan
total" "Kentut" dengus Hong liong amat gusar.
Sebelum hari ini, nama Coa Goan hau tak dikenal orang
sebaliknya kelihaiyan Tang Kwik-siu diketahui oleh setiap
orang. Sekalipun demikian, nama besar Bu seng tampil hari ini
masih dikenal orang apalagi ditinjau dari kepandaian silat yang
dimiliki Coa hujin dan putrinya, bisa diketahui kalau kelihaiyan
Coa Goan hau tak boleh dipandang remeh.
Sedangkan Cian sat it siu, Giok suan ni, Cau kiau long
sekalian adalah nama dari jago-jago yang sudah tenar
semenjak dulu, tentu orang kenal dengan mereka.
Disamping semuanya itu, Hoa In juga mustahil kalau berani
bicara sembarangan dalam menghadapi persoalan besar ini,
maka setelah mendengar jaminan darinya, diam-diam mereka
menghembuskan napas lega.
729 Orang-orang Seng-sut-pay hanya mengatakan tak percaya
dibibir, padahal hati kecil nya sudah kemat-kemit tak karuan.
Sesungguhnya mereka beranggapan meski dalam
pertemuan besar ini menderita kekalahan total, asal Tang
Kwik-siu berhasil dengan operasinya, mereka masih tetap bisa
bercokol dalam dunia persilatan beradu kekuatan dengan
keluarga Hoa, tapi selalu urusan menjadi begini mereka jadi
putus asa dan murung sekali.
Dalam pada itu, dari pihak kaum pendekar telah tiba, pada
giliran kaum muda untuk naik ke atas tebing.
00000O00000 58 Secara lamat-lamat Coa Wi-wi ikut mendengar pembicaraan
tersebut, ketika menyinggung soal ayahnya ia menjadi
berdebar, memanjat pun dipercepat, ketika masih berada
enam tujuh kaki dari puncak tebing, tak sabar lagi dia menarik
tali dan melambung keudara, dari situ segera serunya, "Jiko
kau telah bertemu dengan ayahku?"
Bagaikan seekor burung walet dia melayang turun disisi
tubuh Hoa In-liong.
Semua orang hanya merasakan pandangan matanya silau
tahu-tahu seorang gadis cantik telah muncul didepan mata.
Diam-diam semua orang membandingkannya dengan Bwe
Su-yok segera terasa oleh semua orang bahwa kecantikan
mereka berdua seimbang meski yang satu lincah sedang yang
lain dingin. 730 Gadis itu sama sekali tidak menggubris hal-hal yang lain,
dengan sepasang biji matanya yang jeli dia perhatikan Hoa Inliong
dari atas sampai kebawah, wajahnya menampilkan
perasaan yang kuatir sekali.
Hoa In-liong memutar biji matanya dan memandang gadis
itu sekejap, lalu sambil tersenyum berkata, "Adik Wi tak usah
kuatir, empok dalam keadaan sehat wal"afiat, beberapa hari
lagi kalian tentu akan saling bersama kembali"
Mereka saling berpandangan dan tertawa, semua rasa
rindu dan kangen yang tak akan habis diutarakan dengan
beribu kata-kata, ternyata telah tertebus dalam pandangan
tertebut. Tiba-tiba Bwe Su-yok mendengus, biji matanya yang jeli
segera dialihkan ke arah lain.
Sementara itu, Coa Cong gi, Kongsun peng dan lain-lainnya
secara beruntun telah naik ke atas dan berkumpul semua
disekeliling Hoa In-liong.
Kongsun peng sembari menyapa Hoa In-liong, tak tahan
dia berpaling uatuk mencari Kiong Gwat hui, kebetulan waktu
itu Kiong Gwat hui juga sedang memandang kearahnya,
pandangan mereka segera saling gemetar.
Dengan girang Kongsun Peng berseru, "Nona Kiong".."
Kiong Gwat hui mendengus dingin lalu melengos.
Merah padam selembar wajah Kongsun Peng lantaran
jengah, dengan wajah tersipu-sipu dia berjalan kembali ke sisi
Hoa In-liong. 731 Hoa In-liong menyaksikan kejadian itu, hatinya lantas
tergerak, segera pikirnya.
Saudara Kongsun memang merupakan pasangan yang ideal
untuk Kiong ji moay, sekalipun di wajahnya Kiong ji moay
bersikap tak ambil perduli, jelas hatinya sudah setuju, bukan
mustahil gara-gara pertarungan di kota Si ciu, mereka
mengikat diri menjadi suami istri, aku musti mencari
kesempatan untuk menjodohkan mereka, kalau tidak bukanlah
terlalu sayang?"
Berpikir sampai disini, dia lantas berpaling ke arah Seng To
cu seraya berkata, "Harap saudara mau tunggu sebentar:
Kemudian sambil memberi hormat kepada Bong pay yang
berada dibelakanugnya ia berkata, "Paman?"."
Aku tidak ada usul lain, terserah apa yang hendak kau
lakukan!" tukas Bong Pay sambil tertawa.
"Keponakan bermaksud menunggu sampai semua cianpwe
telah berkumpul semua, kemudian baru minta usul mereka
dalam tindakan selanjutnya"
Diam-diam Bong Pay berpikir, Bocah ini masih muda tapi
berjiwa besar, kalau aku berdiam diri saja mungkin dia akan
menunjukkan sikap tinggi hati, tapi kalau aku turut campur dia
akan ragu-ragu untuk bertindak?"yaa, Thian hong bisa
mempunyai seorang putra semacam dia, sesungguhnya tak
sia-sia belaka hidup didunia"
Berpikir demikian segera ujarnya. "Persoalan ini boleh kau
putuskan sendiri, aku pikir para cianpwe lainnya tak akan ada
usul lain cuma memang ada baiknya kalau menunggu sampai
semua orang naik keatas.
"Baik!" jawab Hoa In-liong dengan wajah serius.
732 Dia lantas berpaling kearah Seng To cu seraya berkata,
"Bagaimana pendapatmu?"
"Terserah keinginanmu!" jawab Seng To cu hambar.
Orang-orang Seng-sut-pay tahu bahwa usaha mereka
untuk menyerang pelbagai partai mengalami kegagalan total,
dalam keadaan demikian, Kok Se piau serta Bwe Su-yok pasti
akan berpeluk tangan belaka membiarkan piaknya dibasmi
oleh para pendekar.
Oleh sebab itu mereka bermaksud untuk menunggu saja
sambil berharap bisa terjadi perubahan situasi untuk mereka.
Dalam waktu singkat para jago dari pihak golongan putih
maupun dari golongan Hian-beng-kau telah tiba semua diatas
tebing. Pertemuan besar yang diadakan Hian-beng-kau kali ini
berlangsung pada tengah hari Pek cun, pertemuan itu
diadakan setelah lewat tengah hari sampai malam, lalu dari
pagi sampai senja, maka saat ini waktu kembali menunjukan
tanggal tujuh bulan lima, tengah malam buta.
Setelah mengalami pelbagai musibah, dari terserang oleh
api sampai diserang air bah, pakaian yang dipakai semua
orang boleh dibilang telah basah kuyup, keadaannya
mengenaskan sekali, ada yang bajunya koyak, ada yang
mukanya hitam kena hangus, jangan di bilang lagi mereka
yang terluka"..
Demikianlah setelah keluar dari lembah, pemandangan
terasa lebih segar dan nyaman, timbul kembali rasa gembira
dalam hati masing- masing, napsu membunuh dalam hati
mereka jauh berkurang sekali.
733 Dibawah sinar rembulan, terlihatlah manusia yang
berdesakan memenuhi puncak tebing.
Para jago dari golongan putih telah mengepung rapat-rapat
para jago dari pihak Seng-sut-pay, sebelah timur penuh
berkumpul para jago dari Hian-beng-kau, waktu itu Kok Seepiau,
Cho Thian hua dan Co Tang cuan sekalian sedang
berbisik-bisik merunding kan sesuatu, sebaliknya anak murid
Kiu-im-kau berada disebelah barat.
Banyak perubahan diluar dugaan yang terjadi dalam
pertemuan kali ini, mula-mula Jin Hian meledakkan bukit
untuk menyumbat mulut lembah, lalu melepaskan panah Lui
hwe Ciam untuk mengurung para jago dengan api, setelah
terjadi pertarungan sengit antara golongan putih dengan
golongan hitam yang mengakibatkan jatuh banyak korban,
banyak pula diantara kawanan jago yang tewas diserang oleh
batu-batu karang dan api.
Dari sekian banyak jago, anak murid baju putih dari Hianbeng-
kau serta para jago yang datang menonton meramaikan
terhitung paling lemah, korban diantara merekapun paling
parah, setiap orang boleh dibilang menaruh perasaan benci
yang merasuk tulang terhadap diri Jin Hian.
Cian pek jin dari Tiam cong pay serta Im san ji koay dari
pihak Hian-beng-kau telah tewas bersama. Lau Ik liong
dengan membopong jenasah sutenya berdiri dengan wajah
sedih, Yau Tiong in yang bertarung melawan Tang Bong liang,
sebuah pukulan kipasnya telah ditukar dengan sebuah pukulan
tangan, tak enteng pula luka parah yang dideritanya,
ditambah lagi hampir separuh bagian anak muridnya mati atau
terluka dalam pertarungan tersebut.
734 Sute dari Cia Bu liang yang bertarung bersama Coa hujin
pada saat yang terakhir termakan sebuah pukulan yarg cukup
dahsyat, akibatnya sekalipun tak sampai mampus paling tidak
dia baru beristirahat selama tiga empat bulan lamanya, ia
dibopong oleh Bu Beng san.
Para bekas anggota Sin-ki-pang rata-rata berilmu tinggi dan
berpengalaman luas setelah terjadi pertarungan sengit yang
mati tak sampai sepuluh orang sedang yang terluka pun baru
dua puluh orang lebih.
Diri pihak Kim Leng ngo congcu, Si Siong-peng dan Li Poseng
paling parah menderita luka, mereka ditolong oleh Coa
Cong gi serta Yu Siau lam setelah membunuh belasan orang
musuh, mereka masih tetap tidur, hal mana benar-benar
merupakan suata kemujuran.
Coa hujin dan Goan cing taysu telah naik pula ke atas
tebing, Coa Wi-wi segera melaporkan tentang ayahnya kepada
mereka.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekalipun Goan cing taysu adalah seorang pendeta yang
berilmu tebal, tak urung terpengaruh juga oleh berita itu
sehingga hatinya mengalami gejala keras.
Dengan air mata bercucuran. Coa hujin berkata, "Gwakong,
anak Sian ingin segera membawa Gi dan Wi untuk pergi
berjumpa dengan Goan hau"
Goan cing taysu segera tersenyum, sahutnya, "Cepat atau
lambat kalian pasti akan saling bersua, buat apa dan musti
gelisah?" "Tapi anak Sian sudah tak kuasa untuk menahan diri,
hatinya sama gelisah susah terkendali" seru Coa Hujin sambil
menangis sesenggukan.
735 "Anak Sian!" tukas Goan cing taysu, ajaran leluhur kita
menganjurkan agar kita lebih mengutamakan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi, selesai persoalan di sini
belum terlambat bagi kita untuk ke sana.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Coa hujin harus
mengendalikan perasaannya yang gelisah untuk menunggu
selesainya persoalan disini.
Sementara itu Hoa In-liong telah berpaling kepada Seng To
cu setelah meninggalkan beberapa pesan kepada para
cianpwe, katanya, "Coa tayhiap adalah seorang ksatria yang
berjiwa besar, sekalipun hampir belasan tahun ia tersekap
didalam perkumpulan kalian, dendam sakit hati ini tak pernah
dipikirkannya dalam hati, adapun maksudnya menghalangi
Tang Kwik-siu dan murid-muridnya tak lebih hanya ingin
memberi peringatan agar mereka jangan meneruskan
perbuatannya itu, sudah barang tentu terhadap sampah
masyarakat dari daratan Tionggoan, mereka tak akan
bertindak sungkan-sungkan"
Sementara itu Kok See-piau serta Bwe Su-yok dengan
memimpin masing-masing anak buahnya berkumpul
disamping arena tanpa turut campur dalam persoalan itu,
namun mereka tidak bermaksud pergi meninggalkan tempat
itu, agaknya mereka hanya ingin menyaksikan jalannya
pertarungan antara pihak pendekar dengan golongan Sengsut-
pay. Ci wi siancu yang mendengar perkataan dari Hoa In-liong
itu segera berpikir dalam hati, "Tidak beres, kalau didengar
dari pembicaraan tersebut, tampaknya dia bermaksud hendak
melepaskan kawanan iblis ini"
736 Berpikir demikian, dengan gusar dia lantas berseru, "Liong
ji, bagaimana dengan janji kita tadi?"
"Janji apa?" tanya Hoa In-liong tertegun
"Kita harus membasmi mereka sampai seakar-akarnya,
jangan menjadi bibit bencana lagi dikemudian hari"
Mendengar itu Hoa In-liong mengerutkan dahinya lalu
tertawa, jawabnya, "Kokoh bertiga buat apa kita musti
berbuat demikian, mengejar orang tak lebih hanya seratus
langkah" "Cis, kau suka mengampuni orang, apakah orang lain
bersedia menggampuni dirimu" seru Ci Wi siancu dengan
gusar, "kalau perbuatan tolol semacam itu mah aku tak sudi
untuk melakukannya"
Li hoa siancu segera menyambung.
Jika kau enggan untuk turun tangan, biar kami
melakukannya bagimu!"
Dia lantas berjalan lebih dulu menghampiri para jago dari
Seng-sut-pay. Semuaa orang segera menyingkir ke samping memberi
jalan lewat, tanpa terlibat apa yang di lakukan olehnya, tahutahu
dua orang anggota Mo kau yang mendengus tertahan,
lalu roboh ke tanah.
Menyaksikan kejadian itu paras muka Seng To cu sekalian
berubah hebat, mereka mau menuruti perkataan orang karena
didesak oleh keadaan, tapi bukan berarti mereka sudah tiada
kekuatan lagi untuk memberi perlawanan desakan dari BiauTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
737 nia Sam-sian yang bertubi-tubi ini membuat mereka menjadi
nekad. Para jago dari pihak Mo kau segera bersiap-siap untuk
turun tangan agaknya mereka berniat untuk beradu jiwa.
Gelisah sekali Hoa In-liong menyaksikan keadaan tersebut,
segera pikirnya dalam hati, "Sekalipun anggota Mo kau banyak
melakukan kejahatan namun mereka bukan manusia
sembarangan jika dibasmi seluruhnya hal mana itu, memang
harus dihadapkan pada seorang yang tak tahu aturan pula.
Setelah Biau-nia Sam-sian diajak pergi, diam-diam ia
menghembuskan napas lega, katanya kemudian, "Seng To cu,
apa yang hendak kau katakan" Apakah berharap Tang Kwiksiu
bisa merubah keadaan ini?"
Seng To cu berpaling dan memandang sekejap kearah dua
bersaudara Lenghou serta Hong Liong, lalu katanya, "Dalam
urusan ini, ciang hujin yang berkuasa ataukah aku yang
memutuskan?"
Tentu saja toa suheng!" sahut Lenghou bersaudara dengan
cepat dan lantang.
Hong Liong agak termenung sejenak, kemudian dengan
perasaan apa boleh buat dia berkata, Selama suhu tidak
berada, memang seharusnya toa supek yang mengambil
keputusan. Dengan pandangan dingin Seng To ci memandang sekejap
kearah Hong Liong, lalu katanya, "Sekarang aku bisa saja
mengambilkan keputusan, tapi setelah peristiwa ini apakah
suhumu mau mengikutinya?"
"Soal ini sulit, tak berani menjamin!"
738 "Kalau memang demikian, bukan semua perkataan itu
hanya ucapan yang tak berguna" seru Seng To cu dengan
suara keras. Hong Liong menundukkan kepalanya rendah-rendah dan
tidak berbicara lagi.
Seng To cu mendengus dingin, dia lantas berpaling seraya
katanya, "Sejak kini partai kami mengundurkan diri dari dunia
persilatan, mulai sekarang, selama keluarga Hoa masih berada
dalam dunia persilatan orang-orang Seng-sut-pay tak akan
melangkah masuk ke daratan Tionggoan, Hoa Yang, puaskah
kau dengan janjiku ini"
Ucapan tersebut kontan saja membuat para jago Seng-sutpay
merasa terperanjat, dua bersaudara Lenghou
menggetarkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu tapi
segera dibatalkan kembali.
"Toa supek, hal ini terlampau berat buat kita!" teriak Hoa
liong cepat dengan suara Keras.
Bersamaan itu pula, dari kawanan jago lainnya terdengar
pula teriakan-teriakan yang amat gaduh.
Terdengar Tio Ceng tang berseru, "Kalau berbuat demikian,
hal mana terlalu keenakan buat mereka, Hoa Kongcu, kau tak
boleh menerimanya!"
Huan Tong berseru pula dengan lantang, "Apa yang
diucapkan Seng To cu belum tentu akan diakui oleh Tang
Kwik-siu, Hoa kongcu harus meminta jaminan darinya!"
"Malah ada pula yang berteriak dengan lantang, "Orangorang
Mo kau paling tak pegang janji, ucapan mereka
739 ibaratnya kentut busuk lebih baik dibunuh saja sampai
mampus!" Menyaksikan kemarahan dari masa banyak, para jago dari
Seng sit pay menjadi murung dengan perasaan tak tenang,
meski Hong Liong terkenal karena buasnya namun dalam
keadaan demikian diapun tak berani banyak berbicara.
Seng To cu berusaha keras menenangkan hatinya, lalu
berkata, "Orang she Hoa, apakah pihak pendekar pun bisa
melakukan perbuatan rendah dengan melakukan pembantaian
secara besar-besaran?"
"Selamanya keluarga Hoa melakukan pekerjaan atas dasar
kebaikan, kami tak akan memperdulikan soal nama atau
tidak!" jawab Hoa In-liong dengan nada hambar.
Perasaan Seng To cu menjadi berat sekali, serunya.
"Kalau begitu"..
"Harap Seng ciampwe memberi jaminan dulu" tukas Hoa
In-liong, apakah janjimu" akan dituruti pula oleh Tang Kwiksiu?"
Seng To cu termenung agak lama, setelah menghela napas,
jawabnya, "Aaaai,.. . meskipun lohu sebagai Suhengnya, tapi
dia adalah seorang ciangbunjin, maaf kalau aku tak bisa
memutuskannya"
Hoa In-liong cuakup mengetahui akan keadaannya yang
serba susah, dia tak ingin menyaksikan kekuatan Seng-sut-pay
tertumpas disini, tapi perbuatan dari Tang Kwik-siu juga tak
bisa dikekang olehnya, maka setelah berpikir beberara kali, dia
mendongakkan kepalanya dan berkata dengan wajah serius,
Aku rasa dipihak sutemu itu juga tak mungkin bisa melakukan
740 banyak perbuatan lagi, memandang diatas wajah saudara,
Hoa Yang bersedia menerima usulmu itu, cuma terhadap para
jago yang sudah lama kalian sekap, paling tidak partai kalian
harus memberikan pertanggungan jawab?""
Setelah ucapan tersebut diucapkan, baik golongan putih
maupun golongan hitam sama-sama dibuat tercengang, sebab
keputusan tersebut jauh di luar dugaan mereka.
Seng To cu sendiripun agak tertegun lama lalu dia
mengganguk. "Kalau Hoa kongcu memang bersedia mengabulkan
permohonanku itu, partai kami pasti akan memberikan
pertanggungan jawab yang secukupnya"
Dengan serius Hoa In-liong berkata lagi.
"Bila partai anda bersedia untuk melepaskan soal dendam
dan sakit hati serta memikirkan soal kepentingan umat
banyak, aku rasa kalian pun tak perlu mengurung diri,".."
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu, tukas Seng To
cu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, sayang
sekali anggota kami terlampau bodoh dan liar, sulit rasanya
untuk menerima maksud baikmu itu"
"Yaa, tiap manusia memang ada cita-cita sendiri, aku tak
ingin terlalu memaksakan ke hendakku"
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh dengan suara
dalam, "Bila partai kalian merasa tak puas, setiap saat pintu
gerbang keluarga Hoa di bukit In tiong san terbuka untuk
kalian, silahkan saja datang untuk mengadu kekuatan, baik
menang atau kalah keluarga Hoa menjamin tak akan
mencelakai jiwanya, tetapi bila partai kalian sampai
741 menimbulkan kembali badai darah yang mengerikan, demi te
tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
terpaksa keluarga Hoa akan berkunjung langsung ke Sengsut-
pay untuk minta pertanggungan jawab"
"Soal ini, Seng To cu tentu akan berusaha keras untuk
memperingatkan anggota kami"
Hoa In-liong lalu memandang sekejap sekeliling arena,
kemudian pelan-pelan berkata.
Hoa Yang telah memberi keputusan terhadap pihak Sengsut-
pay, harap para enghiong dan cianpwe suka memaklumi,
entah adakah diantara kalian yang merasa tidak puas?"
Sekalipun semua orang merasa bahwa tindakan itu terlalu
menguntungkan orang-orang Mo kau, tapi penampilan Hoa Inliong
yang mencerminkan kegagahan serta kebijaksanaannya
ini membuat banyak orang merasa sungkan untuk
mengajukan keberatannya.
Apalagi membasmi rumput seakarnya merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan semangat seorang
ksatria, maka oleh karena semua orang tiada cara lain yang
lebih baik lagi, tak seorangpun yang buka suara.
Untuk sesaat suasana menjadi hening dan tak terdengar
sedikit suarapun.
Hoa In-liong dapat membaca suara hati semua orang, dia
menghela napas panjang, lalu berkata, "Para enghiong,
cianpwe sekalian, aku rasa kalian pasti sudah menyaksikan
sendiri bukan bagaimanakah perbuatan ksatria dari Thian Ik
locianpwe, bekas Tong thian kaucu yang baru saja meninggal
dunia itu" Siapa yang menduga kalau Thian Ik locianpwe
bersedia me-ngorbankan jiwanya demi menyelamatkan jiwa
742 orang banyak" Sebelum ajalnya tiba, Thian Ik loci anpwe pun
masih tak lupanya berharap agar semua orang jahat didunia
ini mau bertobat atas dosa-dosanya, oleb sebab itu aku
bertindak demikian kepada pihak Mo kau agar merekapun bisa
mencontoh diri Thian Ik locianpwe dengan bertobat dari
semua kesalahannya. Aaai?"! Tapi jika kalian belum juga
mau mengerti, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi"
Mendengar perkataan itu hati semua orang agak tergerak,
bahkan tak sedikit anggota dari tiga pekumpulan besar yang
diam-diam merasa amat terharu.
Ayah Kongsun Peng, Kongsun Yong cu dengan suara
gemetar segera berseru;
"Hoa kongcu kenapa berkata demikian" Yang ada dalam
hati kami cuma perasaan kagum, mana berani
memperlihatkan perasaan tak puas atas keputusan kongcu
itu?" Setelah ia buka suara semua orangpun segera memberikan
tanggapan pula sehingga suasana menjadi amat ramai.
Hoa In-liong segera menjura ke empat penjuru, katanya
dengan serius, "Terima kasih banyak atas kasih sayang dari
saudara sekalian, kalau memang kalian bersedia melepaskan
pihak Seng-sut-pay maka bagaimana kalau kalian memberi
jalan lewat agar mereka bisa meninggalkan tempat ini?"
Mendengar perkataan itu semua orang yang mengepung
disekeliling arena segera menyingkir ke samping memberi
jalan lewat. Bagaikan memperoleh pengampunan besar semua anggota
Seng-sut-pay segera angkat kaki dan melarikan diri cepatcepat,
rupanya mereka kuatir kalau para jago berubah pikiran.
743 Sebelum pergi, dengan ganas Hong Liong melotot sekejap
ke arah Hoa In-liong jelas terlihat betapa dendam dan
bencinya orang itu.
Seng To cu mendongakkan kepalanya lalu berkata, "Hoa
Yang, selama hidupku persoalan yaag paling menyesalkan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hatiku adalah bermusuhan dengan keluarga Hoa kalian"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. Tapi perisalan
yang paling menggembirakan hatiku juga bermusuhan dengan
keluarga Hoa kalian.
Ucapan ini membuat semua orang tertegun, mereka
merasa ucapannya yang pertama dengan kedua saling
bertentangan satu sama lainnya atau jangan-jangan
pikirannya sudah menjadi sinting atau kurang waras setelah
menderita kekalahan total"
Hoa In-liong segera menjura, sahutnya sambil tertawa,
"Akupun mempunyai perasaan yang sama, baik-baik dijalan,
maaf kalau aku tidak menghantarmu!"
Seng To cu memandang sekejap sekeliling tempat itu,
setelah menghela napas panjang dia mengebaskan ujung
bajunya dan beranjak dari sana untuk menyusul Hong Liong
sekalian. Pada saat pihak Mo kau pergi meninggalkan tempat itu,
Kok See-piau serta Bwe Su-yok masing-masing memimpin
pula anak buahnya meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kecepatan gerak mereka, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.
744 Oleh karena Hoi In liong telah menjamin keselamatan
mereka semua, maka semua orang tidak ada yang
menghalangi kepergian mereka, apalagi kekuatan dari kedua
perkumpulan itu masih utuh dan tangguh, di tambah lagi
hadirnya Cho Thian hua dipihak Hian-beng-kau, maka semakin
tak berani bertindak secara gegabah.
Pertemuan besar ini sudah mendekati akhir, semua
orangpun merasa sudah tiba waktunya bagi mereka untuk
pulang ke rumah.
Tiba-tiba dari tebing seberang sana terdengar suara
teriakan dari Kok See-piau, "Hey bocah muda dari keluarga
Hoa!" Dengan alis mata berkenyit Hoa In-liong berseru lantang,
"Mau apa Kau memanggil Hoa jiya mu?" Sambil berdiri diatas
tebing seberang, Kok See-piau berseru lagi, "Orang she Hoa,
meskipun kau yang menurunkan tali untuk menolong orang,
dan meledakkan telaga untuk memadamkan api tapi
perbuatan itupun setengahnya demi selamatkan sanak
keluargamu, coba kalau pun sinkun tidak memberitahukan
tempat disembunyikannya sumbu bahan peledak, belum tentu
kau bisa meledakkan telaga untuk memadamkan api,
seharusnya pun sinkun tidak berhutang apa-apa kepadamu
bukan?" "Kok See-piau kau betul-betul seorang manusia yang tak
tahu malu!" teriak Hoa Ngo dengan mendongkol.
Dengan suara lantang Hoa In-liong menjawab, "Yaa kau
memang tak berhutang apa-apa ke pada aku orang she Hoa,
tapi ingat kau masih hu tang seorang dengan selembar
nyawa" 745 Kok See-piau sepera tertawa. "Selama hidupku sudah
terlalu banyak nyawa yang pun sinkun hutangkan, tak menjadi
soal untuk berhutang selembar nyawa lagi, tapi coba katakan
dulu siapa yang kau maksudkan?"
"Thian Ik-cu!"
Gelak tertawa Kok See-piau segera terhenti, sesudah
termenung sejenak ia baru berkata, "Dendam sakit hati pun
sinkun dengan keluarga Hoa kalian lebih dalam dari samudra,
sudah sepantasnya kalau diatur jebakan untuk menggebuk
dirimu, jika kau sampai mati maka hal ini cuma bisa dibilang
kau kurang waspada, Thian Ik-cu telah mewakilimu mati, hal
ini tak bisa menyalahkan orang lain, tapi kalau hendak
mencatat dendam ini atas diriku juga tak apa!"
Ko Thay segera tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh..
..heehh"..heeehhh". memutar balikkan persoalan yang
sebetulnya, mencari menangnya sendiri, apa-apaan itu?"
Kok See-piau berlagak tidak mendengar, dengan suara
keras dia berseru, "Bocah cilik dari keluarga Hoa, kalau kau
beranggapan setelah markas besar perkumpulan kami musnah
maka pun sinkun ikut kehi langan pamornya, maka dugaanmu
itu keliru besar.
"Kalau begitu, kau masih hendak menciptakan bencana
buat umat persilatan dan melakukan kejahatan lagi?"
sambung Hoa In-liong dengan suara lantang.
"Heeehhh".heeehhh"..heeehhh"..itu kan ucapan dari
kalian orang-orang keluarga Hoa dengan komplotannya, Pun
sinkun tak pernah merasa bersalah, sampai matipun aku tak
akan menyesal"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
746 Terus terang kukatakan kantor kantor cabang perkumpulan
kami telah tersebar di mana-mana dan kini sudah didirikan
semua asal pun sinkun menurunkan perintah, dari gelapgelapan
mereka akan beralih menjadi terang terangan, dalam
waku yang bersamaan mereka bisa membuat keonaran
dimana-mana, Hmmm! Sekalipun tak mampu melenyapkan
manusia-manusia munafik macam kalian, paling tidak dunia
persilatan pasti akan kacau balau tak
karuan?""heehh?".heeehh?" heeeh?". waktu itu
kewibawaan bapakmu pasti akan sangat merosot"
"Terkesiap juga Hoa In-liong setelah mendengar perkataan
itu, pikirnya dengan cepat, "Sudah hampir belasan tahun
lamanya Kok See-piau menghimpun kekuatannya, jelas
kekuatan yang dimilikinya tidak cuma dihimpun dalam markas
besarnya ditebing Ui gou peng ini, bisa jadi apa yang
dikatakan bukan cuma gertak sambal belaka"
Dalam hati ia berpikir demikian, di mulut sahutnya, "Aku
orang she Hoa bisa mengundang rekan-rekan persilatan untuk
serentak menghancurkan kantor-kantor cabangmu itu, akan
kulihat apakah kalian masih sanggup menerbitkan keonaran
atau, tidak?"
"Haaahh. "haaahhh. "haaahhh".kalau ingin menumpas,
silahkan saja menumpas" ejek Kok See-piau sambil tertawa
tergelak. "Kantor cabang Hian-beng-kau tidak terhitung
jumlahnya, aku yakin kalian tak akan bernasil menemukan
jejak mereka dalam waktu singkat, tapi suatu ketika mereka
melakukan sergapan mendadak, tanggung kalian lah yang
akan di buat kalang kabut sendiri"
"Kok See-piau sesungguhnya apa maksudmu itu dengan
mengucapkan kata-kata itu?"
747 Kok See-piau tertawa dingin. "Sama sekali tiada maksud
apa-apa, aku cuma memberi tahu saja kepada kalian. Kini Jin
Hian sudah melarikan diri terbirit-birit setelah menghinah
kami, barat selatan luasnya mencapai puluhan laksa li dengan
rakyat yang amat banyak, jejaknya sukar ditemukan kembali.
Sedang di San see ada keluargamu, di Cing hay ada Mo kau,
di lain tempat ada Hu hang kok dan Kiu-im-kau, ia sudah
menerbitkan kemarahan orang.
Mana berani mencari jalan kematian sendiri, menurut
dugaan pun sinkun, hanya ada dua jalan saja yang bisa dia
tempuh" "Dua jalan yang mana?" tanya Hoi In liong dengan kening
berkerut. "Yan im merupakan bekas markas besar Hong im hwee, Jin
Hian pasti masih mempunyai komplotan yang menetap disitu
dan lagi bersembunyi disitu jauh lebih leluasa daripada
ditempat lain, apalagi dari sanapun bisa langsung kabur keluar
perbatasan, sedang jalan kedua adalah menuju ke Ci san,
lantas kelaut bebas, jarak dari situ hanya dua ratus li, besar
juga kemungkinan nya dia lari ke tengah samudra.
"Bila Jin Hian memilih naik perahu menuju samudra bebas
dan selamanya tak akan kembali lagi, apakah kau juga akan
mengikuti jejaknya?" tanya Hoa In-liong.
Harpa Iblis Jari Sakti 14 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Pendekar Gelandangan 11
Dengan perasaan kalut ia berjalan mondar-mandir seorang
diri seperti semut dalam kuwali panas.
Semua kejadian yang berlangsung secara beruntun ini
memang panjang untuk diceritakan, pada hal sejak Hoa Inliong
pergi sampai kini, waktu hanya berlangsung beberapa
menit saja. Hoa In-liong yang menyaksikan semua kejadian tersebut
ditebing itu menjadi naik darah, sambil berpekik nyaring ia
segera menerjang kedalam arena pertarungan.
Tubuhnya masih berada ditengah udara, pedangnya telah
diloloskan dari sarung, kemudian dengan memantulkan sinar
putih bagaikan pelangi, dia menerjang tiba dengan kecepatan
luar biasa. 674 Semua orang yang sedang bertempur menjadi amat
terperanjat ketika secara tiba-tiba menyambar datang cahaya
pedang yang menusuk pandangan serta tenaga serangan
yang kuat bagaikan tindihan bukit Taysan, baik musuh
maupun teman segera mengangkat senjata masing-masing
untuk membendung datangnya serangan itu.
Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan keheningan. Ketika cahaya
pedang sirap kembali, kakek bersenjata toya baja itu sudah
tergeletak ditanah dengan bermandikan darah segar.
Seorang pemuda tampan berjubah perlente tahu-tahu
sudah berdiri muncul ditengah arena, pedangnya menuding
kelangit dengan wajah serius, wibawanya besar sekali
bagaikan malaikat yang baru turun dari kahyangan.
Semua orang segera menghentikan pertarungan dengan
perasaan bergetar keras, dengan mata terbelalak mereka
awasi wajah Hoa In-liong tanpa berkedip.
Setelah suasana hening sejenak, Hoa In-liong baru
menatap sekejap wajah semua orang, kemudian ujarnya
kepada Tnian Ik-cu.
"Thian Ik cianpwe harap kau bongkar batu hijau ditepi
pohon bwe itu, sulutlah sumbuhnya"
Dengan semangat berkobar kembali, Thian Ik-cu
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, benar juga
seratus kaki didepan sana tumbuh sebatang pohon bwe,
disisinya terdapat sebuah batu hijau yang besar bagaikan
baskom dan berkilat.
675 Bagi orang yang berpengalaman dalam sekilas pandangan
saja tentu akan tahu kalau sumbu mesiu terebut tentu
ditanam dibawah batu ini.
Sim Ciu adalah seorang manusia bengis yang telah terkenal
selama tiga jaman, pengalamannya luas pengetahuannya juga
cukup ketika mendengar perkataan dari Hoa In-liong tersebut
kebengisannya segera berkobar kembali, dia berpikir, "Hoa
Goan siupun sudah lohu jagal, masa seorang cucunya musti
kutakuti" Kalau cecunguk seperti inipun memecahkan nyaliku,
lebih baik aku bunuh diri saja"
Maka ketika dilihatnya Thian Ik-cu mulai bergerak, dengan
mata bengis melotot besar teriaknya seram, "Tua bangka
hidung kerbau, kau anggap pekerjaan tersebut bisa kau
lakukan seenaknya?"
Dengan kelima jari tangannya yang terpentang bagaikan
kaitan, ia cengkeram dada Thian Ik-cu.
Melihat datangnya ancaman tersebut, Thian Ik-cu berkerut
kening, pedangnya segera diputar untuk menyambut
datangnya ancaman tadi.
Tiba-tiba terdengar Hoa In-liong mendengus dingin, Sim
Ciu hanya merasakan matanya menjadi pedas karena silau
oleh cahaya merah, tahu-tahu bayangan hitam sudah melintas
didepan mata. Dengan perasaan terkesiap ia menarik kembali
serangannya sambil melompat kesamping untuk
menghindarkan diri.
Ketika ia berdiri tegak kembali, tampaklah Hoa In-liong
dengan sikap yang tenang bagaikan tak pernah terjadi apaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
676 apa telah berdiri kembali ditempat semula, seolah-olah
serangan tersebut bukan dia yang melancarkan.
Dalam kejut dan malunya, ia menjadi naik pitam, dengan
suara keras bentaknya.
"Bocah keparat, aku tidak percaya kalau kau memang
berilmu tinggi!"."
Sambil berpekik nyaring,ilmu Tay im sin jiau nya dengan
membawa suara pecahan bambu yang memekikkan telinga
segera menyambar ke tubuh Hoa In-liong.
Tujuh orang kakek yang lain kebanyakan bersenjatakan
senjata aneh, setelah terbunuh seorang, kini tinggal enam
orang. Sesungguhnya merekapun sudah dibikin terkejut oleh
kelihayan Hoa In-liong, maka ketika dilihatnya Sim Ciu sudah
turun tangan, merekapun tak berani berayal, senjata masingmasing
segera disiapkan untuk menyerang anak muda itu.
"Anjing laknat!" bentak Thia Siok-bi dengan marah.
Senjata kaitan kemalanya diputar, ia siap menerjang pula
ke depan. Gui Ci hong dengan cepat mengayunkan telapak tangannya
ke depan melepaskan sebuah pukulan hawa dingin yang
merasuk tulang, inilah pukulan Sui sim ciang (pukulan
penghancur hati) yang diandalkannya selama ini.
Barusan nyaris Thia Siok-bi tewas ditangannya oleh
pukulan tersebut, ketika dilihatnya orang itu kembali
melancarkan serangan dengan ilmu Sui sim ciang, ia
mendengus gusar, sambil berkelit ke samping, senjata hud
677 timnya menggulung ke depan dengan senjatanya mencukil
keatas melepaskan serangan balasan.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
sekali mengayunkan pedangnya seketika itu juga Hoa In-liong
telah mengu rung Sim Ciu ber-enam ke dalam lapisan hawa
pedangnya, ia segera berteriak nyaring, "Tootiang, cepat
pergi!" Setelah menyaksikan kehebatan Hoa In-liong didalam
melancarkan serangannya Thian Ik-cu menjadi berlega hati, ia
tahu meledakkan tanggul telaga lebih penting dari segalagalanya,
maka dengan cepat ia memutar badan dan lari
menghampiri pohon bwe tersebut.
Waktu itu hanya Kiong Hau berdua yang belum turun
tangan, menyaksikan perkembangan situasi tersebut dia lantas
berpikir, "Ilmu silat yang dimiliki bocah keparat ini sungguh
lihay sekali, lebih baik lohu jangan keburu-buru
menghalanginya, aku musti mencari akal untuk
menghancurkan sumbu-sumbu mesiu tersebut"
Sebagai orang yang berakal licik dan banyak tipu
muslihatnya, setelah berpikir sejenak, dia lantas membentak,
"Thian Ik-cu hidung kerbau, sambut peluru ini!"
Diantara getaran tangannya, sebutir peluru pek lek tan
segera disambit.
Dengan ilmu silat yang dimiliki Thian Ik-cu, peluru Pek lek
tan dari Kiong Hau tidak akan menyusahkan dirinya, karena itu
sewaktu didengarnya senjata rahasia Kiong Hau tersebut tidak
menyambar kearahnya, diapun tidak mengambil perduli akan
tibanya sambaran Pek lek tan yang nyambar lewat dari
samping itu. 678 Namun setelah diketahui Pek lek tan yang dilepaskan
tersebut mengarah pada batu hijau dimana sumbu mesiu
terdapat, ia menjadi terperanjat sekali, untuk mencegah jelas
sudah tak mungkin lagi.
Anak muridnya dan Thia Siok-bi juga tak sanggup berkutik
menghadapi kejadian ini, mereka hanya terbelalak dengan hati
terkejut. Jeritan kaget segera berkumandang memecahkan
keheningan, sementara para jago di buat terkejut oleh
peristiwa itu. Jin Hian dan konco-konconya menjadi bergirang
hati. Dengan gemas Go Tang cuan memaki, "Thian Ik-cu, goblok
kamu!" Dalam pada itu pedang Hoa In-liong sedang berputar
mengurung Sim Ciu beserta ke enam orang jago lainnya,
namun semua kejadian yang berlangsung seakan-akan tidak
terlepas dari pengamatannya, dalam situasi demikian, tiba-tiba
ia tertawa seraya berseru, "Kiong Hau, kau memang amat
cerdik!" Telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan,
segulung tenaga pukulan angin berpusing dengan cepat
membawa serangan dari Sim Ciu sekalian nyelonong
kesamping sedangkan tangan kanannya segera diputar
mengayunkan pedangnya ke depan.
Sesungguhnya peluru Pek lak tan itu menyambar duluan ke
depan, ternyata sebelum benda tadi menghancurkan batu
hijau dan melenyapkan harapan para jago untuk meloloskan
diri, pedang Hoa In-liong sudah keburu menyambar lebih
duluan, cahaya tajam berkelebat lewat, tahu-tahu benda itu
sudah tertumbuk sehingga tercebur kedalam telaga.
679 Padahal peluru Pek lek tan adalah semacam benda yang
mudah meledak bila tersentuh, tapi entah gerakan apa yang
telah digunakan Hoa In-liong, kenyataannya meski tersentuh
oleh pedang yang menyambar cepat, benda itu sama sekali
tidak sampai meledak.
Ketika pedang itu sudah menumbuk jatuh peluru Pek lek
tan, dengan kecapatan tinggi senjata itu segera menyambar
ke depan sana dan tampaknya segera akan terjatuh kedalam
lembah yang telah be rubah menjadi lautan api.
Siapa tahu, disaat yang terakhir itulah mendadak pedang
itu berputar satu lingkaran besar dan meluncur kembali ke tepi
tebing. Sambil tertawa nyaring Hoa In-liong melambung ke udara
dan menyambar kembali senjatanya.
Semua kejadian tersebut dapat diikuti oleh setiap orang
dengan amat jelasnya, paras muka Jin Hian segera berubah
hebat, sedangkan para jago yang berada dalam lembah
betempik sorak memuji kehebatan si anak muda itu.
Walaupun begitu, bukan berarti para jago itu bisa
mengikuti semua jalannya pertarungan dengan amat jelasnya,
diantara sekian banyak orang, boleh dibilang hanya Cho Thian
hua dan Goan cing taysu yang dapat mengikuti kejadian ini
paling jelas. Sambaran tangan Hoa In-liong yang berhasil
mengesampingkan serangan dari Sim Ciu sekalian itu ternyata
tak lain adalah jurus Lui tiong ban wu (menggetarkan selaksa
benda) dari ilmu pukulan Su siu hua heng kang yang maha
dahsyat itu. 680 Goan cing taysu yang menyaksikan kehebatan dari
perubahan jurus itu kontan saja bersorak memuji, meski dia
adalah seorang pendeta yang beriman tebal, kenyataannya
tak dapat membendung juga luapan emosi dalam hatinya.
"Anak bagus, kau memang tidak menyia-nyiakan
harapanku!" demikian gumamnya.
Tiba-tiba paras muka Cho Thian hua berubah hebat, sambil
berpaling ia lantas berseru, "Hwesio cilik, apakah bocah muda
itu yang kau maksudkan sebagai orang yang sanggup
menandingi lohu?"
"Betul!" jawab Goan cing taysu sambil tersenyum,
"bagaimana menurut pendapat lo sicu?"
Cho Thian hua segera mendengus dingin.
"Hmmm"..! Ilmu pedangnya memang lumayan, cuma ilmu
pukulannya masih ketinggalan jauh"
Goan cing taysu hanya tertawa hambar, ia tahu dari
jalannya pertarungan tersebut gembong iblis itu telah berhasil
mengetahui kalau ilmu pukulan yang digunakan Hoa In-liong
adalah hasil pelajar annya, sebab itu sengaja dia berkata
demikian. Sedikit banyak hati kecilnya merasa kagum juga oleh
ketajaman pandangan matanya.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Hoa In-liong
telah menyambar kembali pedangnya sambil melayang turun
kebawah, katanya dengan suara lantang;
"Saudara sekalian serahkan saja mereka semua kepadaku!"
681 Baru saja Thia Siok-bi hendak msnyerang dengan senjata
kaitan kemalanya, tahu-tahu Gui Gi hong telah terkurung oleh
hawa pedang Hoa In-liong, yang lebih hebat lagi, ternyata dia
yang berada dihadapannya tidak merasa bagaimana caranya
pemuda itu bertindak.
Kiong Hau serta Gui Gi hong lebih lebih kebingungan lagi,
mereka hanya merasakan serangan dari Hoa In-liong
menyambar datang, tahu-tahu tubuh mereka berdua sudah
terkurung oleh lapisan pedang lawan.
Dengan demikian Hoa In-liong seorang diri harus
bertempur melawan Sim Ciu sekalian delapan orang jago,
kenyataannya ia tak nampak ngotot ataupun tertekan, semua
gerak-geriknya bisa dilakukan dengan enteng, gesit dan
cekatan. Ketika harus bertarung melawan Gui Gi hong tadi, Thia
Siok-bi telah merasakan tekanan yang luar biasa hebatnya, ia
cukup menyadari akan kehebatan musuhnya, maka tak heran
kalau dia menjadi terkejut sekali setelah dilihatnya Hoa Inliong
harus bertarung melawan delapan orang musuh dengan
gerakan yang santai.
Padahal dia tahu, jangankan Sim Ciu serta Kiong Hau yang
berilmu dahsyat, keenam orang kakek inipun memiliki
kepandaian tidak berada dibawah Gui Gi hong, dari
kesemuanya ini terbuktilah sudah sampai dimanakah
kelihaiyan Hoa In-liong yang sesungguhnya.
Tak kuasa lagi semua kegagahan dan semangat tempurnya
hilang lenyap tak berbekas, pikirnya, "Aaaai" mulai sekarang
lebih baik aku Thia Siok-bi tidak membicarakan soal dunia
persilatan lagi".."
682 Dari sekian banyak jago yang terkurung didasar lembah,
pihak para pendekarlah yang paling gembira menyaksikan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adegan pertarungan itu.
Ciu Thian hau sekalian jago-jago tua merasa berlega hati
karena keturunan keluarga Hoa terbukti tangguh sekali, Hoa
Ngo berdiri dengan wajah berseri, sedangkan Bong Pay dan
Kho Thay saling berpandangan sambil tersenyum, semuanya
menyambut kehebatan pemuda itu dengan hati riang?"..
"Bocah ini".."gumam Tiang heng Tokoh.
Tiba-tiba ia merasakan kesedihan yang meluap, titik-titik air
mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Pui Che-giok maju menghampirinya sambil menggunakan
saputangan untuk menyeka air matanya, sedang tokoh
tersebut hanya berdiri kaku tanpa bermaksud
menghalanginya.
Jilid 17 Biau-nia Sam-sian paling tidak puas dengan keadaan itu,
mereka berteriak keras bersama-sama, "Anak Liong kenapa
musti sungkan-sungkan" Sikat saja sampai ludes?""
Sementara itu, ketika Hoa In-liong menyaksikan Sim Ciu
masih melakukan perlawanan dengan ganas, diam-diam
pikirnya dihati, "Tenaga dalam yang dimiliki orang ini sudah
mencapai puncak kesempurnaan, sekalipun bibi Jin berlatih
sepuluh tahun lagi juga belum tentu bisa menandinginya,
apalagi di masa lampau ia telah mencelakai kakekku, lebih
baik kubunuh saja bangsat ini!"
683 Berpikir sampai disitu, pedangnya segera diputar dan?"
"Sreet!" sebuah tusukan dengan telak bersarang didada Sim
Ciu. Termakan oleh totokan tersebut, Sim Ciu mendengus
tertahan, dalam keadaan terluka parah ini sifat buasnya
berkobar kembali, denpan sepuluh jari tangan terpentang
lebar ia menubruk ke depan sambil melepaskan cengkeraman
dengan dua belas bagian tenaga serangan Tay im ain jiau
miliknya. Hoa In-liong mendengus dingin, tubuhnya miring ke
samping, kaki kanannya segera menyambar ke muka.
Sreeet?"! Sreeet"..! Steeet?".! Tay im sin jiau dari Sim
Ciu tersebut menimbulkan sepuluh buah lubang besar diatas
tanah, tapi tubuhnya terlempar ke jurang dan terjatuh ke
dalam lautan api.
Manusia kejam yang sudah banyak melakukan kejahatan
ini, pada akhirnya tewas ditangan Hoa In-liong, dendam sakit
hati terbunuhnya sang kakek pun berhasil dituntut pula oleh
pemuda tersebut.
Coa Wi-wi paling bersemangat diantara sekian banyak
orang, mulutnya bercuwit-cuwit tiada hentinya menerangkan
situasi pertarungan seakan-akan kuatir kalau orang lain tidak
mengetahui akan kelihayan dari Hoa In-liong.
Coa Cong gi sekalian anak-anak muda pun menuding
kesana-kemari sambil berteriak-teriak memberi semangat.
Keadaan para jago di tebing sebelah timur yang paling
kocak, dasar bersifat perempuan, para jago dari Cian li kau
serta Kiong Gwat lan paling repot, sekali sebentar mereka
684 mengejek Jin Hian yang ada ditebing seberang, sebentar
memperhatikan keadaan para jago didasar lembah, sebentar
kemudian mencaci maki Hoa In-liong yang dikatakan tolol
sehingga salah memiliki tempat yang mengakibatkan mereka
tak dapat mengikuti jalannya pertarungan tersebut.
Mereka ingin pula menyusul ke medan pertarungan tapi
kuatir dihadang oleh Jin Hian dan komplotannya, sehingga
untuk sesaat mereka menjadi serba salah dibuatnya.
Cia In berusaha menasehati mereka agar tetap tenang,
ketika anjuran tersebut tidak digubris, terpaksa diapun hanya
tersenyum belaka sambil menyaksikan tingkah laku mereka.
Perasaan Bwe Su-yok paling serba salah, ketika
menyaksikan kelihayan Hoa In-liong ia merasa girang sekali,
tapi bila terbayang kembali akan tugas yang dibebankan
gurunya, dadanya kembali bergolak, ini membuat paras
mukanya berubah berulang kali.
Beribu-ribu orang jago persilatan mulai menari-nari dengan
riang gembira sedangkan para jago dari Kiu-im-kau, Hianbeng-
kau dan Seng-sut-pay hanya berdiri dengan wajah
terkejut. Kok See-piau merasa dendam bercampur marah, diamdiam
ia menyumpah dihati,
"Bocah busuk!"
Tapi ingatan lain segera melintas kembali dalam benaknya,
dia berpikir lagi.
Kehebatan keluarga Hoa apakah benar benar melebihi aku
Kok See-piau"
685 Thian sungguh tidak adil?".heee?"heee"..heeehh tapi
aku orang she Kok tak akan menyerah sampai disini saja!"
Berpikir sampai disini ia menggertak giginya kencangkencang
untuk mengendalikan golakan emosinya, rasa benci
dan dendamnya ternyata jauh melebihi Jin Hian.
Satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh
kemunculan Hoa In-liong mungkin hanya Go Tang cuan
seorang, ketika dilihatnya Thia Siok-bi munculkan diri diatas
tebing, ia merasa sedih bercampur girang.
Ia gembira karena istrinya telah muncul kembali disitu,
sedih karena terbayang kembali akan musibah yang menimpa
putrinya Wan Hong giok, dengan penuh kepedihan ia berpikir.
"Anak Giok". aku telah berbuat salah kepadamu, aku telah
membuat kau menderita.. ..
Makin dipikir ia merasa makin sedih, sehingga akhirnya ia
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Semua orang baik yang berada diatas tebing maupun
mereka yang berada dibawah tebing seakan akan lupa dengan
kobaran api yang sedang membara dengan hebatnya itu.
Mendadak terdengar ledakan dahyat yang memekakkan
telinga berkumandang memecahkan kesunyian, lamat-lamat
terdengar pula beberapa jeritan ngeri mengikuti ledakan
tersebut. Dalam keadaan seperti ini, siapapun tak ada yang
memperhatikan suara jeritan tersebut hanya Kok See-piau
seorang yang segera menyumpah dihati, "Setan-setan sialan,
mampus kau!"
686 Pada tebing sebelah tenggara tampak muncul sebuah celah
sebesar puluhan kaki yang merekah lebar, air telaga berikut
batu kerikil segera mengalir ke bawah dengan derasnya
menciptakan sebuah air terjun yang sangat lebar.
Tonjolan tebing dimana Hoa In-liong sedang bertarung
melawan Kiong Hau sekalian, tiba-tiba retak dan gugur ke
bawah akibat terkena getaran oleh gempa yang dihasilkan
oleh ledakan tersebut.
Dalam keadaan demikian, baik musuh mau pun teman
sama-sama menjerit tertahan karena kaget.
Jika orang biasa yang mengalami musibah semacam itu,
tipis harapan mereka untuk meloloskan diri, berbeda dengan
kawanan jago yang berada di atas tebing sekarang, kecuali
murid murid Thian Ik-cu yang terhitung lemah, semuanya
rata-rata terhitung jagoan kelas satu dalam dunia persilatan.
Dalam keadaan kritis, serentak mereka berlompatan
keudara dan mendaki keatas tebing baru yang tidak ikut
gugur".. Bu tim tojin serta dua orang sutenya berdiri dipaling ujung
di tebing tersebut, mereka agak terlambat untuk bertindak,
sekalipun sudah melonpat sejauh tiga empat kaki jauhnya,
jarak dengan tebing lain masih cukup jauh.
Melihat hal ini, mereka sama-sama menjerit kaget, sambil
memejamkan matanya bisiknya dihati!"
"Habis sudah riwayatku!"
Ketika itu Hoa In-liong sedang menghempit tubuh Thian Ikcu
yang berpelepotan darah dengan napas yaug lemah, ketika
menyaksikan kejadian itu, dia lantas berpikir, "Demi
687 menyelamatkan umat persilatan, Thian Ik-cu telah
mengorbankan dirinya, aku harus melindungi keselamatan
anak muridnya. Berpikir demikian, tiba- tiba ia melemparkan tubuh Thian
Ik-cu ke atas tebing sambil berseru, "Sambutlah ini!"
"Seorang murid Thian Ik-cu segera bertindak cepat dengan
menerima tubuh gurunya.
Dengan suatu gerakan cepat Hoa In-liong segera memutar
badan dan melayang ke arah tojin lainnya.
Tindakannya yang menyerempet bahaya ini segera
menimbulkan rasa gelisah dan cemas bagi semua orang yang
ada diatas tebing maupun dibawah lembah.
Murid-muridnya Thian Ik-cu yang selamat buru-buru
berteriak, "Hoa kongcu, cepat naik keatas!"
Sekalipun mereka menyadari akan bahaya yang
mengancam saudara seperguruannya, namun mereka lebih
rela mengorbankan rekan-rekannya daripada mengorbankan
pemuda itu. Biau-nia Sam-sian serta Hoa Ngo yang berada
didasar lembahpun ikut berteriak, "Jangan urusi persoalan
orang lain!"
Sayangnya teriakan mereka tak ada yang terdengar oleh
Hoa In lioag, sebab air telaga yang mengalir kebawah itu
menimbulkan suara gemuruh yang memekikkan telinga.
Dimana air itu melanda, kobaran api segera padam
seluruhnya. Kiu ci piat kiong, istana yang megah itu sudah terbakar
hangus sebagian besar ketika terjadi kebakaran tadi, sekarang
688 setelah diterjang oleh air bah tak bisa dicegah lagi ambruklah
bangunan yang berjuta-juta tail perak harganya itu hingga
hancur tak ber bekas.
Air bah turun dengan dahsyatnya, dalam waktu singkat
tinggi air sudah makin meningkat keatas.
Dalam keadaan demikian para jago dari golongan Hek to
maupun Pek to sama-sama bertahan diri dari gempuran air,
tapi sebagian besar masih mengikuti jalannya peristiwa
diudara dengan seksama, seakan-akan mereka tidak
menyadari akan datangnya air bah tersebut.
Tampaklah tubuh Hoa In-liong bagaikan seekor burung
raksasa menyambar ke belakang tubuh tosu itu, dengan
sebuah pukulan ia hantam kaki orang tersebut.
Ketika terdorong oleh segulung tenaga pukulan yang kuat,
tojin itu segera terlempar lagi keudara dan meluncur keatas
tebing. Hoa In-liong putar badannya mendekati orang kedua, ia
sambar tumit orang itu dan melemparkannya lagi keudara,
dengan tenaga lemparan yang kuat iman itupun berhasil
mencapai daratan dengan selamat.
Kini Hoa In-liong menyambar bahu kanan Bu tim lojin
sambil melemparkan pula tubuhnya ke udara, ia membentak,
"Naik!"
Tubuh Bu tim lojin yang tinggi besar itu bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur ke depan
yang mana segera ditolong oleh rekan- rekan seperguruan
nya. 689 Hoa In-liong sendiri, akibat dari usahanya menolong ketiga
orang itu, dengan sangat cepat badannya meluncur kebawah.
Sementara itu tubuhnya sudah berada sepuluh kaki lebih
dibawah permukaan tebing semua orang tahu, dengan tenaga
yang dimilikinya, tak mungkin pemuda itu akan menderita luka
meski terjatuh kebawah, tapi jika ia tidak berada diatas tebing,
maka Jin Hian pasti akan mempergunakan segala tipu
dayanya untuk mencelakai mereka semua.
Itulah sebabnya dengan perasaan kuatir dan cemas,
mereka sama-sama menantikan perkembangan selanjutnya.
Tiba-tiba Hoa In-liong mambuang pedangnya kebawah,
ujung kakinya dengan menutul diatas tubuh pedang itu,
sambil berpekik nyaring segera melambung kembali keudara.
Kejadian ini tidak seperti yang terdahulu setiap orang dapat
menyaksikannya dengan amat jelas. Mereka hanya
menyaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu pemuda itu sudah berada kembali diatas tebing.
Peristiwa ini hanya berlangsung dalam waktu singkat,
setelah Hoa In-liong tiba diatas tebing, semua orang baru
menghembuskan napas lega.
Sementara itu air bah telah menggenangi seluruh lembah
tersebut, banyak diantara mereka yang hingga terseret jauh
dari tempat semula, hanya mereka yang berilmu tinggi saja
tetap berdiri ditempat.
Untung lembah tersebut adalah lembah bebatu, sehingga
meski terseret air hingga membentur dinding, kecuali luka
lecet mereka tak sampai menderita luka parah atau kematian,
meski keadaan boleh dibilang mengenaskan sekali.
690 Berada dalam keadaan begini, sudah barang tentu ada
yang bersorak sorai, beberapa orang yang ingin bersorak pun
mengalami nasib yang mengenaskan, karena begitu mulut
dibuka, air segera masuk kemulut.
Dalam pada itu, Siu sim jiu (tangan sakti peng hancur hati)
Gui Gi bong yang berada ditebing telah bertindak nekad,
ketika tubuh Hoa In-liong masih berada diudara, mendadak
dia mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan. "Bajingan laknat!" bentak Thia Siok-bi dengan gusar,
Senjata kaitan kemalanya segera disambit ke depan, dengan
membawa kilatan cahaya hijau senjata tersebut kontan saja
menyambar punggung Gui Gi hong.
Siapa tahu Gui Gi hong sudah bertekad untuk beradu jiwa,
ia sama sekali tidak ambil perduli terhadap datangnya
sergapan tersebut, sepasang telapak tangannya didorong
kemuka, gulungan angin pukulan berhawa dingin yang
dahsyat dengan cepat menghantam tubuh Hoa In-liong.
Sesungguhnya, tanpa membuang senjata pun Hoa In-liong
masih sanggup untuk naik keatas, ia sengaja berbuat begitu
karena memang berjaga-jaga atas terjadinya peristiwa ini.
Cepat sepasang telapak tangannya ditekan kemuka,
tubuhnya kembali berjumpalitan dan melayang turun setelah
melewati kepala Gui Gi hong.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang
memecahkan keheningan, kaitan kemala yang tajam itu tahutahu
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah menembusi punggungnya hingga tembus di ulu
hatinya, dengan darah bercucuran tubuhnya segera roboh
terkapar ditanah.
691 Jin Hian yang berada ditebing seberang, segera menyadari
bahwa kesempatan baik baginya sudah hilang, dengan penuh
kebencian ia mendepakkan kakinya ke tanah.
Batu cadas segera berhamburan kemana-mana, sebuah
bekas telapak kaki sedalam empat lima inci segera muncul
disana dengan jelasnya.
Ia berpekik nyaring memanggil kembali semua anak
buahnya, kemudian dengan penuh kebencian berseru, "Orang
she Hoa, ku anggap kau yang menang kali ini, tapi persoalan
tak akan selesai sampai di sini, kita lihat saja perkembangan
selanjutnya"."
Sambil mengulapkan tangannya dengan memimpin sisa
anak buahnya buru- buru kabur meninggalkan tempat itu.
Hoa In-liong menghela napas panjang, ketika ia berpaling
kembali kesekeliling tempat itu dilihatnya Kiong Hau sekalian
sudah kabur tak berbekas.
Thian Ik-cu berbaring dibawah sebatang pohon, semua
muridnya sedang berdiri disekelilingnya sambil mengucurkan
air mata, melihat itu Hoa In-liong segera menjura kepada Thia
Siok-bi, kemudian tanpa mengucapkan sepatuh katapun dia
membangunkan Thian Ik-cu, menempelkan telapak tangannya
pada jalan darah Mia bun hiat serta me nyalurkan tenaga
dalam ketubuhnya.
Dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang Thian Ikcu
yang sesungguhnya sudah amat lemah itu dapat bernapas
kembali dengan lancar serta membuka kelopak matanya.
Bu tim totiang sekalian yang menyaksikan kejadian itu
segera bersorak-sorai, mereka mengira gurunya bakal
tertolong. 692 Sebaliknya Hoa In-liong sadar kalau nadi Thian Ik-cu sudah
putus, sekalipun ada Leng ci berusia seribu tahun atau benda
mestika lainnya, jangan harap jiwanya bisa tertolong,
seandainya tiada bantuan tenaga dalamnya, mungkin jiwanya
tak dapat diperpanjang beberapa saat lagi.
Maka ketika dilihatnya Thian Ik-cu telah membuka
matanya, dengan suara dalam ia lantas oerkata, "Cianpwe,
kau ada pesan apa?"
Wajah Thian lk cu ketika itu sudah berubah menjadi kuning
kepucat-pucatan, matanya redup tak bersinar, setelah
memperhatikan keadaan disitu sekian lama, pelan-pelan dia
baru dapat mengenali kembali orang-orang disekitar sana.
"Hoa kongcu!" bisiknya parau.
Bu tim tootiang sekali yang menyaksikan suhunya menjadi
begini lemah dan tak bertenaga, padahal dulunya begitu hebat
dan berilmu tinggi, tak bisa membendung air matanya lagi,
titik-titik air mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Napas Thian Ik-cu kembali memburu, agaknya ia sedang
menahan suatu penderitaan hebat, tapi senyunan segera
tersungging kembali dibibirnya, ia berkata, "Demi menolong
umat manusia, aku bersedia berkorban apapun, seharusnya
kalian ikut bergembira atas keberhasilanku ini, apalagi yang
musti ditangisi?"
"Suhu?""!" bisik Bu tim tojin dengan sedih.
Ia merasa tenggorokannya seperti tersumbat sehingga
kata-kata selanjutnya tak sanggup diutarakan lagi.
693 Ketika Thian Ik-cu menyaksikan muridnya menangis
melulu, sambil menarik muka segera berkata, "Apakah murid
Thian Ik-cu begini tak berguna?"
Dia adalah bekas seorang ketua dari suatu perkumpulan
besar, kewibawaannya memang melebihi siapapun, sekalipun
sudah terluka parah dan bicaranya lemah, namun dalam
menghadapi ajalnya tersebut ia masih mampu
memperlihatkan ke wibawaannya hingga membuat orang tak
berani membangkangnya"..
Buru-buru semua anak muridnya menyeka air mata dan
berusaha menahan isak tangisnya namun kadangkala masih
terdengar juga suara sesenggukan yang menambah harunya
suasana. Dengan perasaan apa boleh buat Thian Ik-cu menghela
napas panjang, katanya sambil berpaling, "Murid-murid pinto
memang berjiwa perempuan, harap Hoa kongcu dan toyu ini
jangan mentertawakan-nya"
Thian Siok-bi yang menyaksikan adegan tersebut tak kuasa
menahan rasa haru dihatinya, sambil tertawa paksa, ia
berkata, "Berpisah dikala masih hidup" . hal itu sudah
lumrah!" Sebetulnya ia hendak mengatakan kalau "perpisahan untuk
selama lamanya memang suatu hal yang berat", ketika
dirasakan perkataan itu kurang cocok, buru-buru ia menutup
kembali mulutnya.
Dengan air mata bercucuran Hoa In-liong berkata,
Sebenarnya orang yang hendak dicelakai Kok See-piau adalah
boanpwe, tidak seharusnya boanpwe suruh cingpwe yang
pergi menyulut sumbu bahan peledak tersebut, Thian Ik-cu
segara tertawa. Mati atau hidup sudah digariskan oleh takdir,
694 rejeki atau nasib semua ada ditangan Thi an, buat apa Hoa
kongcu harus menyalahkan diri sendiri?"
Setelah berhenti sejenak, dia lanjutkan, "Pinto dengan
tubuh yang lemah ini dapat mewakili konsen yang bermasa
depan cemerlang dan berjuang demi kepentingan umat
manusia untuk menerima kesemuanya itu, pinto justru merasa
amat bangga!"
Ketika mendengar perkataan itu, Hoa In-liong tak dapat
membendung air matanya lagi, Bu tim tojin sekalipun
menangis tersedu-sedu dengan sedihnya.
Thia Siok-bi dengan air mata mengembang dalam kelopak
matanya, diam-diam berpikir, "Beginilah Thong tian kaucu
yang pada dua puluh tahun berselang mempunyai nama
paling busuk dan jahat dalam dunia persilatan!"
Terdengar Thian Ik-cu telah berkata kembali. "Hoa kongcu
ada suatu hal ingin memohon bantuan mu"
"Katakan saja cianpwe, boanpwe pasti akan
melaksanakannya dengan bersungguh hati" jawabpe muda itu
serius. Mendengar perkataan itu, Thia Siok-bi kembali berpikir,
"Aiaaah?""..ternyata Thian Ik-cu mengharapkan sesuatu,
jiwa kaum sesatnya ternyata belum hilang seratus persen".."
Sementara Thia Siok-bi masih termenung, Thian Ik-cu telah
mendongakkan kepalanya memandang langit nan biru sambil
menghem buskan napas panjang, lama, lama sekali, ia baru
berkata, Kejadian masa lalu sudah lewat bagaikan asap,
semuanya tak akan kembali lagi, meski demikian pinto tak
pernah tak dapat melupakannya, setiap kali teringat akan
perbuatan keji vang pernah dilakukan perkumpulan Tong thian
695 kau, pinto merasa hatinya bagaikan dipagut oleh ular berbisa,
sungguh, tersiksa hatiku.
Perbuatan cianpwe pada hari ini telah melenyapkan semua
kebusukan yang lama!" kata Hoa In-liong Serius, "apalagi atas
pertolonganmu, beribu-ribu lembar jiwa manusia dapat
diselamatkan, jasamu tak terlukiskan dengan kata hati.
Thian Ik-cu tertawa hambar, tukasnya, "Semuanya ini
adalah Hoa kongcu seorang, pinto tak lebih hanya melaksakan
apa yang telah ada, siapa bilang aku yang berjasa"
Ia berhenti sejenak dengan napas tersenggal.
Sebetulnya Hoa In-liong ingin mencegah tosu itu berbicara
lebih banyak lagi, tapi bila teringat kalau nyawanya sudah
berada ditepi liang kubur, ia merasa tak tega untuk memotong
pesan-pesan terakhirnya itu.
Ia hanya merasa gemas kenapa obat Yau ti wan yang
mustajab itu tinggal sebutir belaka dan itupun telah dipakai
untuk mengobati para jago yang keracunan, kalau tidak, jiwa
Thian Ik-cu pasti akan tertolong.
Telapak tangannya segera ditempelkan kembali ke atas
jalan darah Leng tay hiat ditubuh Thian Ik-cu dan
menyalurkan tenaga dalam ketubuhnya.
Setelah menerima tenaga dalam itu, Thian Ik-cu merasakan
semangatnya berkobar kembali, pelan-pelan ia berkata, "Hoa
kongcu, ilmu silat ayahmu lihay sekali, nama besarnya
bagaikan matahari disiang hari, dialah tulang punggung dari
dunia persilatan?".."
ooooOoooo 696 57 Bu Tim tojin tidak tega membiarkan gurunya berbicara
terus, tak tahan ia lantas menukas, "Setelah menyaksikan
kehebatan kongcu hari ini, bisa dipastikan kaulah harapan
dunia persilatan yang akan menegakkan keadilan dan
kebenaran di dunia ini"
"Aku tak bisa apa-apa, tootiang tak perlu membicarakan
lagi" tukas Hoa In-liong.
Thian Ik-cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Inilah permintaan pinto", harap Hoa kongcu
mendengarkan dengan bersungguh-sungguh!"
Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Dalam
mengadakan pertemuan kali ini rupanya Kok See-piau berniat
membasmi semua umat persilatan yang ada di dunia ini, siapa
tahu hal tersebut telah dimanfaatkan Jin Hian, sedangkan Jin
Hian sendiri setelah kegagalan yang dihadapinya, ia pasti akan
kabur ke tempat terpencil untuk menyembunyikan diri, pihak
Kiu-im-kau dan Mo kau sukar melawan kekuatan para
pendekar. Hian-beng-kau meski tangguh, namun setelah kekalahan
yang dideritanya hari ini tentu mengalami pukulan berat yang
mengakibatkan mereka bubar sendiri, mulai sekarang selama
ayahmu masih hidup, gembong iblis yang bagaimanapun
lihaynya tak akan berani berkutik, sehari keluarga Hoa
bercokol dalam dunia persilatan, sehari pula dunia akan
damai, anak cucu keluarga Hoa pas ti dapat selalu memimpin
dunia persilatan untuk selamanya"
697 Setelah mengucapkan sekian banyak kata-kata, meskipun
ditunjang oleh hawa murni yang disalurkan Hoa ln liong, lelah
juga tosu tua itu hingga napasnya tersengkal.
Semua perkataannya yang panjang lebar, diutarakan
secara beraturan, jelas sudah lama disusun olehnya tapi orang
yang mendengarkannya menjadi kurang begitu mengerti
dengan maksud dan tujuan yaag sebenarnya?".
Tapi Hoa In-liong memang cerdik, setelah berpikir
sebentar, ia segera memahami apa pemintaan Thian lk cu,
dengan sikap yang hormat dia berkata, "Jangan kuatir
cianpwe sejak kini asal boanpwe bertemu dengan orang jahat,
bila bukan orang yang betul-betul laknat, pasti akan kuberi
tiga kali kesempatan baginya untuk bertobat, ajaran tootiang
tak akan kulupakan untuk selamanya"
Berbicara sampai disitu, dia lantas menyembah dengan
penuh rasa hormat, katanya nyaring, "Sejak kecil aku orang
she Hoa memang binal dan berjiwa sempit, bila sejak kini ada
kemajuan, semuanya ini berkat pelajaran dari cianpwe, harap
cianpwe bersedia menerima sebuah hormatku"
"Seharusnya pinto yang musti berterima kasih kepadi
kongcu atas kebijaksanaanmu" cepat-cepat Thian Ik-cu
menjawab. Sayang tubuhnya terlampau parah, karena ingin meronta
bangun, sekujur tubuhnya menjadi sakit sekali.
Dalam keadaan begini, tepaksa dia harus berpaling kearah
Bu tim tojin sambil berkata, "Cing lian, wakililah gurumu untuk
berterima kasih kepada Hoa kongcu?"..!"
"Baik!" jawab Bu tim tojin dengan hormat, ia segera
menjatuhkan diri berlutut keatas tanah.
698 Buru-buru Hoa In-liong membimbingnya bangun sambil
berseru, "Tootiang, kau tak boleh berbuat begini!"
Thia Siok-bi tidak menyangka kalau persoalan inilah yang
diminta oleh Thian Ik-cu, diam-diam ia lantas berpikir, "Tak
kusangka aku Thia Siok-bi telah menilai kebajikan seorang
kuncu dengan jalan pikiran orang siaujin"
Karena merasa malu sendiri, tiba-tiba ia maju ke depan
sambil memberi hormat kepada tosu itu, katanya dengan
serius, "Tootiang bisa meninggalkan kejahatan untuk kembali
kejalan benar, inilah keberuntungan buat kita umat persilatan,
silahkan menerima pula sebuah hormatku!"
Karena tak bisa membalas hormat, buru-buru Thian Ik-cu
berseru kembali, "Cing lian cepat wakili gurumu untuk
membalas hormat!"
Sekali lagi Bu tim tootiang memberi hormat ke pada Thia
Siok-bi. Dengan kening berkerut Hoa In-liong lantas berkata,
"Tootiang dengan perbuatanmu ini bukankah?" Belum habis
dia berkata, tiba-tiba sambil berpaling bentaknya, "Siapa?"
Baru saja semua orang merasa terkejut, terdengar gelak
tertawa berkumandang memecahkan keheningan, lalu seorang
berkata dengan suara parau tapi keras, "Liong ji, tenaga
dalammu benar-benar telah memperoleh kemajuan yang amat
pesat, sehingga kedatanganku pun tak berhasil mengelabuhi
dirimu?"."
Ditengah pembicaraan tersebut seseorang munculkan diri
dari balik sebatang pohon.
699 Orang itu adalah seorang kakek berjubah ungu dan
berambut uban, tapi wajahnya segar dan tampan dengan
sepasang mata yang memancarkan sinar tajam, tidak dijumpai
kerutan pada wajahnya hingga sepintas lalu seperti seseorang
yang baru berusia tiga puluh tahunan
Hoa In-liong segera berteriak kegirangan sambil
menyembah, serunya keras-keras, "Gwakong!"
Sampai disini, meskipun orang yang belum pernah
berjumpa dengan Sin-ki-pang kaucu dimasa lalu pun akan
segera mengetahui kalau pen datang tersebut adalah Pek si
hujin, atau kakek luar Hoa In-liong yang merupakan salah
seorang tokoh termashur dalam dunia persilatan, Pek Siauthian
adanya. Sambil tersenyum Pek Siau-thian munculkan dirinya sambil
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memayang bangun Hoa In-liong, katanya, "Hayo bangun,
bangun, kaupun terhitung juga jago kenamaan, kenapa masih
bersifat kekanak-kanakan?"
Sinar matanya pelan-pelan dialiakan kewajah Thian Ik-cu
kemudian berjalan menghampirinya.
Thian Ik-cu segera merasakan semangatnya berkobar
kembali, sambil tertawa katanya, "Saudara Pek, selamat
bertemu kembali!"
Ia lantas meronta dan berduduk dengan punggung
menyandar pada batang pohon, muridnya ingin
membimbingnya bangun tapi mesti sudah kritis keadaannya,
keangkuhan Thian Ik-cu masih utuh, ia segera mendorong
mereka ke samping.
Menyaksikan kejadian tersebut Pek Siau-thian tahu bahwa
saat ajalnya sudah hampir tiba, diam-diam ia berkerut kening
700 lalu katanya sambil tertawa, Hidung kerbau, sebelum bicara
sudah tertawa duluan, tampang kelicikanmu masih tetap
seperti sedia kala"
"Haaahhh"..haaa hhh"..hsaahhh?"ucapan Pek heng
selalu menyudutkan orang, kau memang pantas menjadi
pentolan bajingan" sahut Thian Ik-cu sambil tertawa terbahakbahak.
Setelah saling mengejek dan mencemooh, kedua orang itu
sama-sama bertepuk tangan sambil tertawa tergelak.
Hoa In-liong yang menyaksikan kejadian itu diam-diam ikut
tersenyum dihati, sedangkang Thia Siok-bi dan Bu tim tojin
sekalian malah dibikin tertegun kebingungan.
Selang sesaat kemudian Thian Ik-cu baru berkata lagi
dengan wajah bersedih hati, "Bila dalam hidupnya seorang
manusia bisa mendapatkan seorang teman akrab, maka
sekalipun mati juga tak menyesal, sudah setengah abad kita
saling bermusuhan, tak disangka Pek heng adalah sahabat
pinto, sayang disini tiada arak, kalau tidak tentu akan kuajak
Pek heng untuk minum sampai mabuk"
Pek Siau-thian ikut merasa sedih, tapi diluaran katanya
sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh?".haaahh?".haaahh?"".hidung kerbau, orang
bilang tahu diri sendiri tahu orang lain maka setiap
pertarungan akan berhasil dimenangkan, aku orang she Pek
kalau memang menjadi musuh bebuyutanmu masa tidak
mengetahui tentang dirimu?"
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya, "Baru begitu kau sudah
menantang aku untuk minum arak, tampaknya sekalipun kau
701 sudah bertapa menyucikan diri, kesucianmu masih belum bisa
dipertanggung jawabkan"
Thian Ik-cu tertawa geli oleh perkataan tersebut.
"Ucapan saudara Pek memang benar, sungguh
mengagumkan, sungguh mengagumkan!" Tiba-tiba diatas
wajahnya terlintas rasa kesakitan hebat.
In liong segera mengerutkan dahinya dan buru-buru maju
ke depan, telapak tangan nya dengan cepat ditempelkan
diatas jalan darah Hoa kay hiat ditubuh Thian Ik-cu sambil
mengerahkan kembali tenaga dalamnya.
Dengan suara lirih Thian Ik-cu segera berkata, "Pinto sudah
pasti mati, Hoa kongcu tak perlu menghamburkan tenaga
dalam dengan percuma"
"Tapi Hoa In-liong berlagak seakan-akan tidak mendengar,
hawa murninya pelan-pelan disalurkan kedalam tubun Thian
Ik-cu tanpa berhenti".
Mengunakan tenaga dalam untuk menyambung usia orang
sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang sangat
merugikan tenaga dalamnya, tapi dengan kemampuan yang
dimilikinya sekarang, ia tak perlu menguatirkan hal tersebut.
Tapi kenyataannya, sekalipun tenaga dalamnya sudah
tersalur ke dalam tubuhnya, seakan-akan batu yang
tenggelam didasar samudra, kekuatan tersebut seolah-olah
lenyap dengan begitu saja.
Sadarlah pemuda itu kalau Thian Ik-cu sudah tiada harapan
untuk hidup lagi, atau dengan perkataan lain, asal ia
menghentikan penyaluran hawa murninya, nyawa tosu tua itu
pasti akan melayang meninggalkan raganya.
702 Tak terlukiskan rasa sedih yang mencekam perasaan Hoa
In-liong ketika itu, sebab bagaimanapun juga keadaan yang
dialami Thian Ik-cu sekarang sebagian besar ada lah akibat
dari perintahnya.
Sementara itu terdengar Thian Ik-cu telah berkata kembali,
"Cing Lian, kalian tak boleh membalaskan dendam bagi
kematianku. kaupun tak boleh pergi mencari Kok See-piau!"
Ucapan tersebut segera membuat para murid Thian Ik-cu
sama-sama berdiri tertegun kemudian saling berpandangan
tanpa mengetahui bagaimana musti menjawab, malahan
mereka menaruh curiga kalau jalan pikiran suhunya sudah
tidak terang karena hampir mendekati ajalnya.
"Sudah jelas?" tanya Thian Ik-cu kembali.
Seorang murid Thian Ik-cu yang bernama It Tin tojin
dengan itu memberanikan diri segera bertanya, "Suhu, tecu
sekalian masih kurang begitu jelas!"
Thian Ik-cu menghela napas panjang, katanya, Sudah
banyak tahun kita bertapa mengasingkan diri rupanya kalian
masih juga tak dapat memahami jalan pikiranku.
Aaai?"kematian gurumu adalah karma, jika lantaran
persoalan ini sampai kalian melakukan pembalasan dendam,
coba sayangkan sendiri berapa banyak pula korban yang telah
mati dengan perkumpulan kita selama ini" Dosaku ini tak bisa
dibayar dengan apapun, meski tubuhku tercincang sampai
hancur juga belum bisa membayarnya"bila bunuh membunuh
di langsungkan terus-menerus, sampai kapankah hal ini baru
berakhir?"
Setelah berhenti sejenak dan mengatur napas, ia
menambahkan, "Tapi jika Kok See-piau masih melakukan
703 kejahatan terus, kalian boleh mendampingi Hoa kongcu untuk
membasmi kaum laknat, dari muka bumi, mengerti?"
"Tecu mengerti!" semua murid Thian Ik-cu segera
menyahut, Thian Ik-cu manggut pelan, sambil berpaling
katanya kemudian kepada Hoa In-liong.
"Setelah pinco meninggal nanti, jika diantara anggota
perguruanku ada yang berbuat kejahatan, harap kongcu
bersedia mewakiliku untuk menghukumnya"
"Locianpwe tak usah kuatir" jawab Hoa In-liong sedih,
"urusan yang dihadapi muridmu sama halnya dengan urusan
boanpwe" Thian Ik-cu merasa lega sekali setelah mendengar janji itu.
kekuatannya menjadi buyar dan tubuhnya makin melemah,
seketika itu juga daya tahannya menurun secara dratis,
napasnya kian melemah dan matanya mulai memejam.
Tapi secara tiba-tiba ia membuka matanya kembali,
seakan-akan teringat kembali suatu hal, serunya, "Hoa
kongcu!" "Boanpwe siap menerima petunjukmu"
Dengan kepayahan Thian Ik-cu berkata, "Pinto merasa
berterima kasih sekali kepada ayahmu yang mana telah?".
telah memberi ke".. kesempatan bua".. buat pinto untuk
ber".. bertobat, pinto". pinto merasa bersyukur sekali
daaa". dapat". per".pergi den ".. dengan hati yang tee ".
tenang".."
Tiba-tiba sepasang matanya terpejam, kepalanya terkulai
dan berangkat meninggalkan alam semesta dengan sekulum
senyuman dibibir.
704 Suara pembicaraannya itu kian lama kian bertambah lirih
apa lagi ucapan yang terakhir, boleh dibilang bagaikan bisikan
nyamuk, coba Hoa In-liong tidak memiliki ketajaman
pendengaran yang luar biasa, tak mungkin perkataan itu bisa
didengar. Air mata bercucuran membasahi pipi Hoa In-liong, dengan
sangat berhati-hati ia membaringkan jenasah Thian Ik-cu
diatas sebuah batu hijau, lalu setelah memberi hormat ia
mengundurkan diri ke samping.
Bu tiam tojin sekalian tertegun untuk sesaat, setelah
tersadar kembali dari lamunan, mereka segera mendekam
ditanah dan menangis tersedu-sedu, ada pula yang memukul
dada dan menyepak-nyepakkan kakinya ketanah, suasana
penuh diliputi keharuan.
Pek Siau-thian berdiri dengan wajah murung, sedang Thia
Siok-bi ikut melelehkan air mata seketika itu juga suasana
kesedihan menyelimuti hati setiap orang.
Tong thian kuncu, salah seorang dari tiga besar yarg
banyak melakukan kejahatan pada dua puluh tahun berselang,
akhirnya ia bertobat pada akhir usianya, bagaimanapun juga
akhirnya ia berhasil menebus dosa-dosanya yang telah
diperbuat pada dua puluh tahun yang lalu, boleh dibilang
kematiannya ini dilalui dengan perasaan yang tenang dan
puas. Setelah termenung sesaat lamanya, tiba-tiba Pek Siau-thian
berkata, "Hey hidung kerbau, melepaskan golok pembunuh
kembali menjadi murid Buddha, kau betul-betul berhasil
menebus dosa-dosamu, hari ini aku orang she Pek berdua
takluk kepadamu, kau pantas menerima penghormatanku!"
705 Jago lihay dari Sin-ki-pang ini segera berlutut didepan
jenasah Thian Ik-cu dan memberi penghormatan besar.
"Semua murid Thian Ik-cu buru-buru balas memberi
hormat. Dengar, air mata bercucuran Bu tim tojin berkata.
"Pemberian dari locianpwe sungguh merupakan suatu
kebanggaan buat perkumpulan kami.
Perlu diketahui, kedudukan Pek Siau-thian didalam dunia
persilatan tinggi sekali, orangnya tinggi hati dan tak pernah
tunduk kepada siapa pun, hampir setengah abad lamanya ia
bersama Thian Ik-cu dan Jin Hian menguasahi dunia serta
saling bermusuhan, kini se telah Thian Ik-cu wafat ternyata ia
mau berbuat demikian, meski dibilang yang mati adalah yang
besar, namun peristiwa semacam ini boleh dibilang
merupakan suatu kejadian aneh yang diluar dugaan.
Thian Siok-bi maju memberi hormat pula, murid-murid
Thian Ik-cu buru-buru balas memberi hormat lagi, tiba-tiba ia
mengebaskan hudtimnya dan membalikkan badan siap pergi
dari situ. Hoa In-liong segera berpikir
"Dengan kepergiannya, dikemudian hari pasti akan sulit
untuk menemukan jejaknya kembali"
Berpikir demikian, ia lantas berseru, "Cianpwe, harap
tunggu sebentar!"
Sambil menarik muka, dengan dingin Thia Siok-bi menegur,
"Ada urusan apa?"
706 Hoa In-liong agak termenung sejenak, kemudian ujarnya,
"Senjata kemala milik cianpwe telah hilang, harap tunggu
sejenak, boanpwe akan suruh orang untuk mencarikan
kembali "Tidak usah" tukas Thia Siok-bi, setelah kehilangan senjata
hari ini, pinni ada niat untuk meninggalkan dunia persilatan,
disimpan juga tak berguna, lebih baik hilang saja"
Jawaban ini diluar dugaan Hoa In Iiong, ia menjadi
tertegun ketika dilihat perempuan itu kembali bersiap-siap
akan pergi, segera serunya lagi dengan cemas, "Cianpwe,
bagaimana keadaan Hong giok sekarang?"
Thia Siok-bi tertawa dingin.
"Hmm! Kalian keluarga Hoa suka mempermainkan cinta
dan perasaan orang, buat apa kau menanyakan dirinya"
"Siapa bilang keluarga Hoa suka mempermainkan cinta dan
perasaan orang"..?" tiba-tiba Pek Siau-thian menegur.
Pelan-pelan Thia Siok-bi mengalihkan sinar matanya, lalu
menjawab dengan dingin."
"Aku yang berkata, Pek lo pangcu bermaksud hendak
membuat apa?"
Sambil mengelus jenggotnya Pek Siau-thian tertawa
tergelak. "Haaahhh ".haaahhh "haaahh".tampaknya kau masih
berangas sekali" katanya, aku lihat kau dengan Thian kiam sin
kau (pedang baja kaitan sakti) Thia Tay ci yang pernah
menggetarkan Tionggoan pada tiga puluh tahun berselang
707 sama-sama dari satu aliran, tolong tanya apa hubunganmu
dengannya?"
Sebenarnya Thia Siok-bi bermaksud melayani perkataan itu,
tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan
angkuh sahutnya, "Dia adalah mendiang ayahku!"
"Mendiang ayahmu?" Pek Siau-thian mengerutkan dahinya,
apakah Thia toako sudah berpulang kealam baka?"
Sesungguhnya Thia Siok-bi juga seorang perempuan yang
tinggi hati dan berangasan, ia sudah tak senang hati ketika
Pek Siau-thian muncul tanpa memandang sekejap pun
kepadanya, seandainya tidak memandang diatas wajah Hoa
In-liong dan kematian Thian Ik-cu, mungkin ia sudah angkat
kaki semenjak tadi.
Apalagi setelah mendengar perkataan Pek Siau-thian yang
angkuh, hampir meledak hawa amarah didalam dadanya.
Namun setelah mendengar ucapan yang terakhir, ia
menjadi terperanjat, pikirnya dengan cepat, "Apakah dia
adalah sahabat karib dari ayah?" Dalam hati ia berpikir
demikian, diluar ujarnya, "Mendiang ayahku belum pernah
menyinggungsoal Pek?""cianpwe adakah sesuatu yang bisa
kau gunakan sebagai bukti?"
Nada ucapan dibalik perkataan itu dengan sendirinya telah
berubah menjadi lebih lunak.
Pek Siau-thian segera tertawa tergelak.
"Haaahh?""haaahh?"..haaahh?""tak kusangka suatu
ketika aku orang she Pek dianggap juga oleh orang lain
sebagai seorang penipu". "
708 Merah padam selembar wajah Thian Siok-bi karena jengah,
padahal diapun tahu, dengan kedudukan serta nama baik Pek
Siau-thian, tak mungkin dia akan mengaku kenal kepada
orang lain apalagi tiada suatu kepentingan baginya untuk
berbuat demikian, yang benar adalah untuk sesaat ia merasa
malu untuk mengakui orang itu sebagai sahabat ayahnya.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terdengar Pek Siau-thian berkata kembali.
"Mungkin Thian heng terlalu dalam menyimpan rasa
sesalnya kepadaku, maka sampai mati ia tidak
memberitahukan kepadamu bahwa ia masih mempunyai
seorang sahabat semacam aku ini"
Setelah berhenti sejenak dan termenung, lanjutnya,
"Sesungguhnya tiada benda berharga yang tertinggal dari
hubungan persahabatan kami dua keluarga, yang ada cuma
sebuah giok bei belaka yang diberikan ayahku kepadanya
setelah ayahmu menolong jiwaku, aku pernah berpesan
kepadanya, bila dikemudian hari menjumpai kesulitan, asal
mengutus orang dengan membawa benda itu, sekalipun harus
terjun kelautan api aku pasti akan menyusul kesana, mungkin
benda itu belum hilang"..?"
"Macam apakah bentuk giok bei tersebut?"
Pek Siau lhian mengernyitkan alis matanya, lalu jawabnya
setelah tertawa, "Dipermukaan depan berlukiskan burung
hong dan kilin, sedangkan pada permukaan dibaliknya tertera
delapan huruf yang berbunyi Tong-sim ji lan, Ci lip toan kim.
Kau masih ada pertanyaan lain?"
Thia Siok-bi tak berani kurang hormat lagi, buru-buru
serunya sambil memberi hormat, "Tit li tidak tahu, harap
paman Pek bersedia memaafkan kesalahanku"
709 Selama ini Hoa In-liong hanya berdiri disamping tanpa ikut
berbicara, setelah melibatnya perempuan itu mengakui teman
ayahnya, diam-diam ia merasa bergirang hati.
Tiba-tiba Pek Siau-thian mengulapkan tangannya sambil
berseru. "Liong ji, tak ada gunanya kau tetap bercokol disini, yang
paling penting adalah selamatkan orang-orang itu"
Hoa In-liong tertegun, setelah memandang sekejap jenasah
Thian Ik-cu serta murid-muridnya yang sedang menangis
kesedihan, dia berkata agak sangsi, "Gwakong, Thian Ik
cianpwe?""
"Aku yang akan menyelesaikan persoalan disini, hayo cepat
pergi! tukas Pek Siau-thian.
Hoa In-liong segera berpikir lagi.
"Dengan kehadiran gwakong disini, tak mungkin Thia Siokbi
akan pergi tanpa pamit
Maka cepat-cepat dia memberi hormat dan segera berlalu
dari situ. Dalam waktu singkat dia sudah tiba ditempat tujuan, tapi
apa yang kemudian terlihat membuatnya tertegun.
Sebenarnya dia mengira setelah lewat sekian lama,
sebagian orang orang yang terkurung dalam lembah sudah
naik ke atas tebing, siapa tahu kecuali para anggota Cian li
kau, dan bersaudara Kiong dan huan Tong sekalian yang
sudah berada dipuncak tersebut, tak seorang manusiapun
yang naik kesitu.
710 Hoa In-liong segera menyelinap kesamping Huan Tong
seraya bertanya.
"Huan lo enghiong, apa yang terjadi?"
Huan Tong sekalian sedang memandang ke tengah lembah
dengan perasaan apa boleh buat, mendengar teguran itu ia
berpaling, betapa girangnya setelah mengetahui kalau Hoa Inliong
yang muncul. Kiong Gwat hui cepat cepat berseru lebih dulu, "Ketika kami
lihat api telah padam, maka tali-tali kami turunkan, siapa tahu
mereka yang berkumpul dibawah tebing sama-sama ingin naik
tapi tak tega bila orang lain naik lebih dulu, akibatnya
merekapun saling menunggu disitu"
"Pada mulanya masih ada bebera orang yang berbuat
untuk naik ke atas" ." demikian Huan Tong menyambung,
tapi baru sampai di tengah jalan, mereka sudah ditimpuk
dengan senjata rahasia sehingga terjatuh dengan demikian,
orang semakin takut untuk naik ke atas"
"Kami pun sudah menganjurkan, tapi orang tidak
menggubris perkataan kami, tak seorangpun yang menurut"
ujar Cia Yu cong pula.
"Sungguh berbahaya!" pikir Hoa In-liong dalam hatinya,
"seandainya Jin Hian memanfaatkan kesempatan ini untuk
melancarkan serangan, akibat dari keteledoranku niscaya akan
banyak korban yang kembali berjatuhan?".."
Salah seorang yang bernama Yu Cing san segera
menyambung, "Kini Hoa kongcu telah datang, hal ini jauh
lebih baik lagi"
711 "Biar aku mencoba untuk membujuk mereka!" kata Hoa Inliong
kemudian sambil tersenyum.
Ia berjalan ke tepi tebing dan berseru dengan lantang,
"Saudara-saudara sekalian, marabahaya hingga kini belum
hilang, saat ini bukan waktu yang tepat untuk melangsungkan
percekcokan, persoalan terutama adalah cepat-cepat
meninggalkan lembah ini, aku orang she Hoa menjamin,
sekalipun ada seorang manusia yang berhati busuk, atau
mempunyai dendam sakit hati dengan kami tak akan kami
lancarkan sergapan untuk mencelakainya, menunggu
semuanya sudah lolos dari mara bahaya, saat itulah bila ada
permusuhan bisa di selesaikan disini atau berjanji untuk
ketemu disaat lain, aku harap kalian suka berpikir dulu tiga
kali sebelum bertindak"
Oleh karena luas lembah itu jaub melebihi luat telaga diatas
tebing, maka sampai kering air telaga tersebut, dalamnya
permukaan air dalam lembah masih belum seberapa, apalagi
daerah sekitar dinding tebing cukup tinggi, air hanya
merendam sedada mereka, dengan demikian meski seseorang
tak pandai ilmu berenang juga tak akan kuatir mati
tenggelam. Waktu itu beribu-ribu orang jago dari golongan hitam
maupun putih yang bekumpul di bawah tebing, suasana yang
sebenarnya amat gaduh, seketika menjadi hening setelah
mendengar ucapan dari Hoa In-liong itu.
Bong Pay mengangkat tubuh Cu Tong yang terluka tinggitinggi
ke atas sehingga tak sampai terendam didalam air,
diam-diam ia berpikir, "Luka yang diderita supek amat parah
tak boleh terlalu lama berada disini"
Berpikir demikian, dia lantas berseru, "Saudara sekalian,
maaf aku orang she Hong tak bisa menunggu terlalu lama,
712 aku harus naik lebih dulu untuk menghantar yang terluka naik
ke atas" Sekali melompat tubuhnya sudah berada lima enam kaki
tingginya ke udara, dengan cepat ia menyambar tali yang
tergantung ke bawah, mengempit tubuh Cu Tong dengan
tangan kiri dan mulai merambat naik ke atas.
Tanpa berpikir panjang lagi, Pek Soh gi segera menyusul
dari belakangnya.
Ketika Biau-nia Sam-sian melihat ada orang sudah mulai
naik, tanpa berpikir panjang lagi mereka segera melompat ke
atas, masing-masing dengan menyambar seutas tali mulai
merambat pula naik ke atas.
Orang orang Hian-beng-kau, Kiu-im-kau serta Mo kau
mengetahui bahwa mereka adalah keluarga dekat dari
keluarga Hoa, apalagi Hoa In-liong berada diatas, tak
seorangpun diantara mereka yang berani turun tangan
melakukan sergapan.
Dalam waktu singkat suasana disana menjadi amat ramai,
orang pada berteriak dan saling berebut untuk bisa naik ke
atas. Tiba-tiba Goan cing taysu berseru memuji keagungan sang
Buddha, lalu serunya, "Saudara sekalian, harap memberi jalan
buat mereka yang terluka dan rendah ilmu silatnya untuk naik
keatas lebih dahulu"
"Betul, yang terluka harus didahulukan" sambung Cu Im
taysu. Dengan suara nyaring Bwe Su-yok segera berseru, "Semua
murid Kiu-im-kau perhatikan baik-baik, yang terluka boleh naik
713 lebih dahulu, bila tak bertenaga boleh minta bantuan seorang
rekannya untuk menggendong ke atas, tak usah saling
berebut, naik secara teratur pun-kaucu dan para huhoat serta
Tongcu akan naik belakangan, siapa berani melanggar akan
dihukum sebagai pembangkang!"
Setelah melirik sekejap sekeliling arena dengan biji
matanya yang jeli, ia berkata lebih jauh.
"Tali-tali itu jumlah seluruhnya ada tiga puluh sembilan
buah, pihak kami hanya ber jumlah sedikit, akan kami
gunakan lima buah tali dipaling kiri, ada usul lain dari k lian?"
Cara ini memang paling baik" seru Ciu Thian hau dengan
lantang, jumlah kami banyak sekali maaf kami butuh lima
belas buah tali yang berada disebelah kanan"
Para pemimpin golongan berpikir sejenak ketika dirasakan
kalau cara ini sangat baik, masing-masing jago lantas setuju.
Seng-sut-pay mendapat bagian empat buah tali ditengah,
sedangkan pihak Hian-beng-kau mendapat lima belas buah tali
disamping golongan para pendekar.
Setelah pembagian jatah dilakukan, orang-orang dari
keempat pihakpun mulai mengirim anggotanya yang terluka
naik keatas tebing,
Tiba-tiba Ko Thay berseru, "Siapa tahu dalam lembah
masih ada mereka yang terluka parah dan belum mati,
mungkin juga mereka tak mampu datang sendiri kemari, lebih
baik kalian mengutus orang untuk pergi mencarinya daripada
mati penasaran disini"
Hong Liong mendengus dingin.
714 "Hmm, orang she Ko, ucapanmu itu seperti anak kecil saja,
jangankan sudah diterjang air bah sekalipun tidak mati juga
telah mati, berbicara dari luasnya lembah ini kemana kita
harus mencari?"
Hoa Ngo tertawa dingin, serunya cepat. Ko toako, buat apa
kau musti berbicara dengan kawanan iblis" Pokoknya masingmasing
pihak mencari rekannya sendirikan beres, mereka
enggan mencari biarkan saja rekan mereka mati penasaran"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara lantang dia lantas
berseru, "Siapa yang bersedia untuk bersama-sama mencari?""
Yu Siau lam, Coa Cong gi dan Kongpeng sekalian segera
menyahut bersama, Kami bersedia!"
Setelah muncul pemimpin, maka para jago dari golongan
putih menyatakan bersedia, malah jago-jago seperti Tam Si
bin sekalian yang terluka parahpun bersedia turut serta.
Tapi hasil perundingan kemudian memutuskan bahwa
mereka yang terluka dilarang turut, mereka yang berilmu juga
tak boleh turut semua, untuk mencegah pemainan buruk dari
pihak tiga perkumpulan.
Itupun sisanya tinggal dua ratus orang lebih, maka
dipimpin oleh Cuin taysu, mereka menetapkan setengah jam
kemudian harus sudah kembali kesitu.
Dengan Suara lantang Kok See-piau berseru, "Anggota
perkumpulan kami lebih hapal dengan daerah disekitar sini,
dari sini sampai ujung selatan lembah biar dicari oleh anggota
perkumpulan kami"
Ia berlagak sosial padahal sebetulnya mempunyai maksud
pribadi, dengan menggeledah separuh bagian lembah
715 tersebut, berarti tempat itu mencakup pula tempat bekas
istana Kiu ci piat kiong berada.
Bwe Su-yok menanti sejenak, ketika dilihatnya pihak Sengsut-
pay tetap membungkam, sambil tertawa dingin ia
mengetuk tongkat kepala setannya, kemudian berseru kepada
Kek Thian tok, "Kek tengcu, kau pimpin anak murid kita
menggeledah lembah sebelah utara, bagai manapun hasilnya
sepertanak nasi kemudian harus sudah kembali ke sini"
Untuk sementara waktu pihak golongan putih dan golongan
hitam menghilangkan rasa permusuhan untuk menjadi
sahabat dan bersama-sama bekerja keras, Hanya pihak Sengsut-
pay tetap berada ditempat semula tanpa mengirim utusan
untuk turut dalam operasi ini.
Sudah barang tentu tindakan mereka ini segera memancing
caci makian banyak orang.
Kini suasana jauh lebih tertib dan teratur, suasana kalut
dimasa yang lalupun bisa teratasi.
Para jago lihay bersama-sama berdiri dibarisan belakang,
siapapun enggan untuk naik keatas lebih duluan.
Ketika Biau-nia Sam-sian berhasl mencapai atas tebing,
dilihatnya pek Soh gi sedang mempergunakan jarum-jarum
emasnya untuk mengeluarkan racun ditubuh Siau yau sian Cu
Tong sedangkan para gadis berkerumun disana sembari
menonton sembari melakukan pelindungan.
Sementara Hoa In-liong, Bong pay, Huan Tong dan Ciu Yu
cong sekalian berjaga-jaga ditepi tebing.
"Kokon bertiga baik-baikkah?" Hoa In-liong segera
menyapa. 716 "Apanya yang baik?" seru Ci wi siancu dingin "hampir saja
nyawa kami lenyap tak berbekas"
"Li hoa, Ci wi kalian berjaga-jaga diatas tebing" teriak Lan
hoa siancu lantang, "gembong iblis dari manapun yang berani
naik keatas, kita beri hadiah kabut kiu tok ciang untuk
mereka" "Bagus sekali!" sahut Li hoa siancu "kita mampusi Cho
Thian hua dan Kok See-piau, agar dunia aman sentosa"
"Itu masih belum cukup" seru Ci wi siancu. "pokoknya
semua anggota Hian-beng-kau, Kiu-im-kau dan Mo kau tak
boleh dibiarkan hidup, walau cuma seorangpun"
Lan hoa siancu segera tertawa terkekeh-kekeh
"Ucapan Ci wi memang tepat, bibit penyakit tersebut mesti
dibasmi seakar akarnya, Li hoa! Kau hadapi orang orang Kiuim-
kau, aku dan Ci wi akan melayani Hian-beng-kau serta Mo
kau" Hoa In-liong menjadi terkejut sekali setelah mendengar
perkataan itu, segera teriaknya, "Kokoh bertiga kalian tak
boleh berbuat demikian!"
"Aah, kau tak usah banyak ributt" tukas Ci wi siancu
"pokoknya kau membantu untuk menyikat musuh!"
Kebetulan seorang anggota Hian-beng-kau telah mencapai
atas tebing, sambil tertawa terkekeh- kekeh, Bi hoa siancu
segera berseru, "Ini dia orang pertama yang akan menghantar
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kematiannya. 717 Jari tangannya segera menyentil ke depan melancarkan
bubuk Mi hun san yang memabukkan.
Anggota Hian-beng-kau itu segera menjerit kaget, dalam
keadaan tak sadar ia lepas tangan dan terjatuh ke belakang.
Untung saja pada saat yang amit kritis itu, Hoa In-liong
melompat ke depan dan menyambar tubuh orang itu sehingga
tak sampai terjatuh kembali ke dalam jurang.
Kok See-piau yang mendengar suara itu segera
mendongakkan kepalanya, kemudian teriaknya dengan
lantang, "Orang she Hoa, ucapanmu sebagai kentut busuk
atau bukan"
"Kok See-piau, pokoknya aku orang she Hoa menjamin
keselamatan kalian, tak usah kuatir.
Suara apa tadi?" bentak Kok See-piau.
"Seorang anggotamu terpeleset dan hampir jatuh, aku
orang she Hosa telah menyelamatkan jiwanya, apa keliru?"
Sekalipun Kok See-piau agak curiga, tapi keadaan yang
dihadapinya membuat ia tak banyak berkutik, maka setelah
berpikir sejenak, katanya ssambil tertawa dingin, "Moga-moga
saja kau belum lupa bahwa kalianpun masih ada orang
dibawah sini"
"Aku orang she Hoa juga berharap kalian bisa naik dengan
hati-hati!" jawab Hoa In-liong di ngin.
Mendadak terdengar Li hoa siancu membentak keras, "Hey,
mau apa kau" Mau mengacau permainan kami?"
718 Sambil membaringkan anggota Hian-beng-kau yang
semaput itu keatas tanah, Hoa In-liong berkata sambil tertawa
dingin, "Keponakan mana berani berbuat lancang, cuma
keponakan sudah terlanjur memberi jaminan kepada Kok Seepiau
untuk tidak melukai orang-orangnya, aku mana boleh
melanggar janji?"
"Yang memberi jaminan toh kau sendiri apa sangkutpautnya
dengan kami"..?" kata Ci wi siancu.
Mendengar ucapan itu, para gadis dari Ciaw li kau segera
tertawa cekikikan karena geli, sedang yang lainpun ikut
tersenyum. Hoa In-liong betul-betul dibikin menangis tak bisa tertawa
pun sungkan, pikirnya, "Kokoh bertiga memang manusia yarg
paling tak tahu aturan didunia ini ". payah untuk berdebat
dengan mereka. Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kitapun masih ada orang yang tertinggal dibawah lembah,
apakah kokoh bertiga menginginnkan mereka beradu jiwa
dengan lawan?"
"Ngaco belo, telur busuk!" damprat Lan hoa siancu.
Kepandaian beracun dari kokoh bertiga tiada tandingannya
didunia ini, siapapun tak akan mampu untuk menghindarkan
diri" "Tak usah mengumpak. Kenapa tidak bicara terus terang
saja?" Hoa In-liong tersenyum, katanya, "Coba kokoh bertiga
pikirkan, jika pihak lawan mengetahui bahwa naik keataspun
tiada harapan untuk hidup apakah mereka bersedia untuk naik
keatas dan mengantar kematian"
719 "Bukankah hal ini lebih baik, kita kurung mereka sampai
mampus" kata Ci wi siancu.
Kembali Hoa In-liong tersenyum.
"Tapi Kok See-piau, Seng To cu dan Bwe Su-yok sekalian
tak mungkin mau mati dengan begitu saja, mereka pasti akan
menghalangi orang-orang kita untuk naik ke atas, merekapun
akan menghalangi bantuan dari atas, dengan demikian
bukankah kita akan sama-sama menderita kerugian besar?"
Biau-nia Sam-sian segera terbungkam dalam seribu bahasa,
setelah termenung sekian lama, tiba-tiba Ci wi siancu berkata,
"Liong ji, ilmu meringankan tubuhmu masih terhitung
lumayan, lebih baik setiap kali kita meracuni seorang, kau
menyeretnya naik ke tebing, asal orang dibawah sana tidak
merasa, bukankah hal ini bagus sekali?"
Hoa In-liong segera tertawa geli, sambil menggelengkan
kepalanya dia berseru, "Cara ini tidak baik. Kok See-piau
sekalian bukan orang bodoh, cara ini tak mungkin bisa
mengelabuhi mereka"
Li hoa siancu segera menggerutkan dahinya kencangkencang,
serunya kemudian, "Lantas menurut anggapanmu,
bagaimana baiknya?"
Hoa In-liong tersenyum dengan wajah serius dia berkata.
"Menurut pendapat keponakan, lebih baik biar kan saja
mereka naik kemari dengan selamat jika mereka masih
mencoba untuk melakukan kejahatan, aku rasa mereka tak
akan lolos dari tangan kita, entah bagaimana menurut
pendapat kokoh bertiga?"
720 Sementara pembicaraan berlangsung secara beruntun para
jago sudah mulai melompat naik keatas tebing.
Setelah dilihatnya tiada kemungkinan lagi bagi mereka
untuk turun tangan, dengan uring-uringan Lan hoa siancu
lantas berkata.
"Baik, kami menuruti perkataanmu, tapi kalau sampai telur
busuk itu mencelakai orang lagi setelah lolos dari sini akan
kulihat bagaimana pertanggungan jawabmu?"
Seraya berpaling serunya.
"Li hoa Ci wi mari kita pergi, lebih baik kita berpeluk tangan
belaka!" Buru-buru Hoa In-liong memberi hormat kepada ketiga
orang itu, lalu sambil tertawa paksa, ujarnya, "Kokoh bertiga
harap beristirahat sebentar nanti keponakan tentu akan
datang lagi untuk memohon maaf"
Biau-nia Sam-sian tidak ambil peduli, dengan mendongkol
mereka segera berjalan keluar dari arena.
Dari beberapa rombongan itu pihak Seng-sut-pay paling
sedikit jumlah anggotanya, tak lama kemudian mereka telah
berkumpul semua diatas tebing.
Seng To cu melompat naik paling belakangan setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia
mendengus dan melancarkan sebuah sergapan kepunggung
Hoa In-liong. Semua orang yang berada diatas tebing serentak menjerit
kaget. 721 Selama ini Hoa In-liong cuma berdiri terus ditepi tebing
untuk melihat keadaan, mendengar datangnya serangan tanpa
berpaling telapak tanganya segera ditolak ke belakang.
Serangan ini tampaknya enteng seperti sama sekali tak
bertenaga, tapi serangan Seng To cu yang begitu dahsyatnya
seperti gulungan ombak ditengah samudra itu seakan-akan
terhadang oleh semacam kekuatan yang sangat aneh, yang
membuat tenaga serangannya terhisap dan terguling
kesamping sehingga menerjang ke arah Lenghou ber saudara
serta Hong Liong"..
Tiga orang jago itu segera membentak keras, enam buah
telapak tangan diayunkan bersama untuk menyambut
datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
Ujung baju Hoa In-liong berkibar terhembus angin, seperti
tak pernah terjadi sesuatu apapun. Pelan-pelan ia
membalikkan badan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Seng To cu,
ditatapnya Hoa In-liong lekat-lekat, kemudian selang sejenak
kemudian katanya, " Bocah muda apa nama ilmu pukulan
yang kau pergunakan itu?"
Sambil tersenyum Hoa In-liong menjawab.
"Jurus serangan ini sudah pernah kau saksikan di kota Kim
leng, itulah jurus kedelapan dan ilmu pukulan Su siu huang
heng ci ang warisan Bu seng (malaikat ilmu silat) Im
locianpwe, yang dinamakan Ban wu kui kun (selaksa benda
berasal dari bumi)?".."
"Tapi Goan cing tidak mempergunakannya dengan gerakan
semacam ini!" seru Seng To cu agak tertegun.
722 "Yaa, itulah dikarenakan aku telah melakukan perubahan
dalam jurus serangan itu sahut Hoa In-liong sambil tersenyum
lagi. Sinar mata Seng To cu segera menjadi redup, setelah
termenung sekian lama, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
dan menghela napas panjang.
"Aai"..sudahlah! Sudahlah!"
Secara tiba-tiba usianya bagaikan lebih tua sepuluh tahun,
ia seperti merasa putus asa dan lenyap semua
kegembiraannya, sambil membalikkan badan ia memberi
tanda kepada jago-jago Seng-sut-pay seraya berkata, "Mari
kita pergi!"
Walaupun Hong Liong dan dua bersaudara Lenghau masih
tidak puas, tapi sebuas-buasnya mereka masih bukan
terhitung bodoh, mereka tahu bahwa tiada keuntungan yang
bisa diraih dalam keadaan seperti ini, maka setelah melotot
sekejap kearah Hoa In-liong dengan gemas, mereka berlalu
dari sana mengikuti dibelakang Seng To Cu.
"Song To cu, harap tunggu sebentar" tiba-tiba Hoa In-liong
berteriak keras,
Hong Liong membalikan badannya, kemudian berseru
dengan gusar, "Orang she Hoa, kau anggap Loya sekalian
benar-benar jeri kepadamu".."
Hoa In-liong tersenyum, jawabnya.
"Yang kucari bukan kau, buat apa musti gelisah?"
Pelan-pelan Seng To cu memutar badan lalu menegur
dengan suara dingin, "Ada apa kau mencari lohu?"
723 "Seng To cu, jumlah anggota Seng sat pay yang masuk
kedaratan Tionggoan berjumlah ribuan orang, tapi menghadiri
pertemuan ini cuma seratus dua ratus orang belaka, aku tidak
percaya kalau kau tak ta hu kemana perginya Tang Kwik-siu
dengan membawa jago-jago lainnya?"
"Kau bilang apa?" Seng To cu melototkan sepasang
majanya bulat bulat.
Hoa In-liong agak tertegun, kemudian katanya lagi, Kalau
benar-benar tak tahu, anggap saja Hoa In-liong sudah salah
berbicara, tanya sendiri kepada sutemu nanti!
Hong Liong yang mendengar perkataan itu menjadi
terkejut, diam-diam pikirnya, "Anak jadah ini betul- betul
berpendengaran tajam, tampaknya persoalan itupun berhasil
diselidiki olehnya, wah, gelagatnya kurang baik?"
Tampaklah Seng To cu dengan sorot mata tajam berpaling
ke arahnya, lalu dengan suara lantang membentak, "Hong
liong, apa yang dilakukan oleh gurumu?"
Hong Liong tak berani berbohong, setelah sangsi sejenak
sahutnya, "Toa supek, sebentar tecu akan melaporkan segala
sesuatunya kepadamu, mari kita pergi dulu"
"Hoa In-liong tertawa dingin, segera ujarnya.
"Kau enggan bicara, biar aku orang she Hoa yang berkata,
rupanya sudah semenjak lama sekali kalian menyelidiki
keadaan dalam dunia persilatan sejelas jelasnya, siapa-siapa
yang berada dalam tiap partai pun sekalian selidiki dengan
jelas, menggunakan kesempatan dikala semua enghiong dari
kolong langit menghadiri pertemuan disini, Tang Kwik-siu telah
memimpin anak buahnya untuk menyergap partai-partai besar
724 didunia, pertama bertujuan agar mereka yang kembali dari
pertemuan tiduk punya tempat tinggal lagi, kedua merekapun
ingin menyandera anggota keluarganya sebagai jaminan untuk
memaksa mereka takluk.
Wahai orang she Hong, perkataanku tidak salah bukan?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, suasana segera menjadi
gempar. Jilid 18 Dengan suara lantang Lan hoa siancu segera berseru,
"Bagus sekali Rupanya Tang Kwik-siu mengandung maksud
sekeji ini, sobat-sobat sekalian, hayo kita bereskan dulu nyawa
bajingan-bajingan ini, kemudian menyerbu ke Cong hay dan
membumi ratakan sarang Seng-sut-pay dengan tanah, biar
anak cucu iblis itu tersapu bersih dari muka bumi".."
Seketika itu juga seruan itu mendapat tanggapan dari
semua orang, caci maki dan dampratan sinis berkumandang
dari mana-mana, semua jago dari Seng-sut-pay dikepung
rapat-rapat, suara senjata yang beradu memecahkan
keheningan, rupanya ada orang yang sudah mulai turun
tangan. Tiba-tiba terdengar Bwe Su-yok berseru setelah tertawa
dingin. "Kiranya pihak Seng-sut-pay ada niat unuk menyapu rata
daratan Tionggoan, kalau begitu maaf"
725 Sementara itu semua jago dari pihak Kiu-im-kau telah naik
keatas tebing, mereka lantas menyingkir ketepi arena dan
bersikap masa bodoh"
Seng To cu yaa kaget yaa marah setelah mengetahui
kejadian ini, ia melotot sekejap ke arah dua bersaudara
Lenghou serta Hong Liong kemudian serunya dengan gusar,
"Kenapa tidak berunding dulu dengan aku?"
Toa suheng suka ketenangan maka"maka"." Lenghou Ku
menjadi gelagapan.
Semua usaha dan perjuangan perkumpulan kami hancur
berantakan di tangan kalian semua teriak Seng To cu dengan
gemas. Saking gemasnya sulit baginya untuk berbicara lebih lanjut,
tapi dia tahu bahwa Seng-sut-pay telah menjadi incaran setiap
orang, sekali salah bertindak bisa jadi semua anggotanya akan
tertumpas, bahkan lebih payah cousu-nya di daerah Cing hay
pun kemungkinan akan tersapu lenyap.
Maka ia tak tempat untuk menegur dua bersaudara
Lenghou serta Hong Liong lagi, sambil berpaling katanya
dengan suara dalam, "Hoa Yang, partai kami mengaku kalah,
jika kau hendak berduel, aku orang she Seng pasti akan
memberi keputusan untuk kalian, Hoa In-liong tertawa,
dengan lantang ia berseru, "Sobat-sobat sekalian, harap
jangan turun tangan lebih dulu, dengarkanlah perkataanku"
Didalam menghadapi serangan api dari Jin Huan kali ini,
seandainya tiada pertolongan dari Hoa In-liong, mungkin tak
seo rangpun diantara mereka yang bisa hidup sampai
sekarang, maka setelah ia membuka suara, serentak semua
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang menghentikan gerakkannya, hanya tiga empat orang
pemuda diantaranya yang belum juga mau berhenti.
726 Seorang kakek segera menyambar pergelangan tangan
salah seorang diantaranya, lalu berkata, Hoa kongcu pasti
dapat mencarikan keadilan untuk kita semua, kalian tak usah
turun tangan"
Tiga orang lainnya yang menyaksikan kejadian itu terpaksa
menghentikan pula tindakan mereka sambil mengundurkan
diri. Setelah dilihatnya tiada orang yang bertarung lagi, dengan
suara lantang Hoa In-liong berkata, "Kalian semua tak usah
kuatir, Tang Kwik-siu dengan anak buahnya yang melancarkan
sergapan telah dihadang oleh jago-jago lihay, mereka tak
akan mampu melaksanakan niat busuknya lagi,
tiba-tiba terdengar seseorang berseru lantang"
"Hoa kongcu, tolong tanya apakah ayahmu telah turun
gunung?" Hoa In-liong berpaling, sewaktu dilihatnya orang itu adalah
rekan sekampungnya Tio Ceng tang, sambil menjuara dia
lantas tertawa.
"Oooh"..rupanya Tio lo enghiong telah datang, selama
banyak tahun belakangan ini kepandaian silatmu tentu sudah
mendapat banyak kemajuan bukan?"
Tio Ceng tang buru-buru membalas hormat dengan rasa
kaget, Oh, rupanya Hoa kongcu masih teringat dengan lohu,
di masa lalu berkat kebaikan Hoa locianpwe aku berhasil
memperoleh resep rahasia dan memperoleh badan yang sehat
serta kemajuan yang pesat, tetapi soal anakku?".."
727 "Bila urusan telah selesai nanti pasti akan kusambangi
kalian lagi" tukas Hoa In-liong sambil tertawa, "sebagai
seorang putra, sudah sepantasnya kalau membantu ayah
untuk menyelesaikan kesulitan, aku tak becus dan mendapat
perintah untuk menyelesaikan persoalan ini, bagaimana
mungkin berani kuganggu ketenangan dia orang tua"
Tio Ceng tang segera mengiakan berulang kali. Terdengar
seseorang yang lain berkata kembali, "Aku rasa Hoa kongcu
pasti mempunyai persiapan yang matang, dapatkah kau
jelaskan jago-jago lihay siapa saja yang telah menghalangi
perbuatan Tang Kwik-siu itu?"
Hoa In-liong tertawa.
"Mereka adalah keturunan dari Bu seng Coa tayhiap
beserta sekawanan Bu lim cianpwe yang sebenarnya sudah
dikendalikan oleh racun jahat pihak Seng-sut-pay, diantaranya
terdapat Giok suan ni (singa kemala) Can Ki an long,
ciangbunjin keluarga Wi dari Seng ciu, Chia san it siu dan lainlainnya,
tentang soal ini kalian boleh berlega hati!"
"Hmm! Tok liong wan memabukkan perasaan Sin hui si sim
(ular berbisa menggigit hati) menguasahi badan, Kiu tok sian
ci pun di bikin kelabakan, dengan kemampuan kau si bangsat
cilik mana dapat memusnahkan kedua macam racun jahat
itu!" seru Hong Liong dengan nada seram.
Lan hoa siancu yang berada ditempat ke jauhan segera
tertawa dingin, serunya, "Orang she Hong, dengan
ketololanmu macam babi itu kauanggap kemampuan yang
dimiliki orang-orang Hu hiang kok bisa diduga dengan begitu
saja" Huuh "kepandaian beracun dari pihak Mo kau tak lebih
cuma permainan kanak-kanak"
728 Lenghou Yu segera tertawa seram, katanya pula,
"Sekalipun kau berhasil menyelamatkan setan-setan tua yang
sudah macam mayat hidup itu bila ingin menghalangi
kekuatan dari jaga-jago partai kami ibaratnya walang hendak
menahan pedati?"hancur sendiri"..
"Bukan aku orang she Hoa terlalu pandang rendah
ciangbunjin kalian, seandainya Coa tayhiap tidak terlalu
memegang teguh perintah leluhurnya sehingga tidak
melakukan perlawanan, tak mungkin ia bisa disekap oleh
kalian bila sampai sungguh-sungguh terjadi pertarungan
mungkin hanya toa suhengmu seorang yang masih sanggup
menghadapinya asal dia yang memimpin jago-jago kelas satu
itu, Tang Kwik-siu sudah pasti akan menderita kekalahan
total" "Kentut" dengus Hong liong amat gusar.
Sebelum hari ini, nama Coa Goan hau tak dikenal orang
sebaliknya kelihaiyan Tang Kwik-siu diketahui oleh setiap
orang. Sekalipun demikian, nama besar Bu seng tampil hari ini
masih dikenal orang apalagi ditinjau dari kepandaian silat yang
dimiliki Coa hujin dan putrinya, bisa diketahui kalau kelihaiyan
Coa Goan hau tak boleh dipandang remeh.
Sedangkan Cian sat it siu, Giok suan ni, Cau kiau long
sekalian adalah nama dari jago-jago yang sudah tenar
semenjak dulu, tentu orang kenal dengan mereka.
Disamping semuanya itu, Hoa In juga mustahil kalau berani
bicara sembarangan dalam menghadapi persoalan besar ini,
maka setelah mendengar jaminan darinya, diam-diam mereka
menghembuskan napas lega.
729 Orang-orang Seng-sut-pay hanya mengatakan tak percaya
dibibir, padahal hati kecil nya sudah kemat-kemit tak karuan.
Sesungguhnya mereka beranggapan meski dalam
pertemuan besar ini menderita kekalahan total, asal Tang
Kwik-siu berhasil dengan operasinya, mereka masih tetap bisa
bercokol dalam dunia persilatan beradu kekuatan dengan
keluarga Hoa, tapi selalu urusan menjadi begini mereka jadi
putus asa dan murung sekali.
Dalam pada itu, dari pihak kaum pendekar telah tiba, pada
giliran kaum muda untuk naik ke atas tebing.
00000O00000 58 Secara lamat-lamat Coa Wi-wi ikut mendengar pembicaraan
tersebut, ketika menyinggung soal ayahnya ia menjadi
berdebar, memanjat pun dipercepat, ketika masih berada
enam tujuh kaki dari puncak tebing, tak sabar lagi dia menarik
tali dan melambung keudara, dari situ segera serunya, "Jiko
kau telah bertemu dengan ayahku?"
Bagaikan seekor burung walet dia melayang turun disisi
tubuh Hoa In-liong.
Semua orang hanya merasakan pandangan matanya silau
tahu-tahu seorang gadis cantik telah muncul didepan mata.
Diam-diam semua orang membandingkannya dengan Bwe
Su-yok segera terasa oleh semua orang bahwa kecantikan
mereka berdua seimbang meski yang satu lincah sedang yang
lain dingin. 730 Gadis itu sama sekali tidak menggubris hal-hal yang lain,
dengan sepasang biji matanya yang jeli dia perhatikan Hoa Inliong
dari atas sampai kebawah, wajahnya menampilkan
perasaan yang kuatir sekali.
Hoa In-liong memutar biji matanya dan memandang gadis
itu sekejap, lalu sambil tersenyum berkata, "Adik Wi tak usah
kuatir, empok dalam keadaan sehat wal"afiat, beberapa hari
lagi kalian tentu akan saling bersama kembali"
Mereka saling berpandangan dan tertawa, semua rasa
rindu dan kangen yang tak akan habis diutarakan dengan
beribu kata-kata, ternyata telah tertebus dalam pandangan
tertebut. Tiba-tiba Bwe Su-yok mendengus, biji matanya yang jeli
segera dialihkan ke arah lain.
Sementara itu, Coa Cong gi, Kongsun peng dan lain-lainnya
secara beruntun telah naik ke atas dan berkumpul semua
disekeliling Hoa In-liong.
Kongsun peng sembari menyapa Hoa In-liong, tak tahan
dia berpaling uatuk mencari Kiong Gwat hui, kebetulan waktu
itu Kiong Gwat hui juga sedang memandang kearahnya,
pandangan mereka segera saling gemetar.
Dengan girang Kongsun Peng berseru, "Nona Kiong".."
Kiong Gwat hui mendengus dingin lalu melengos.
Merah padam selembar wajah Kongsun Peng lantaran
jengah, dengan wajah tersipu-sipu dia berjalan kembali ke sisi
Hoa In-liong. 731 Hoa In-liong menyaksikan kejadian itu, hatinya lantas
tergerak, segera pikirnya.
Saudara Kongsun memang merupakan pasangan yang ideal
untuk Kiong ji moay, sekalipun di wajahnya Kiong ji moay
bersikap tak ambil perduli, jelas hatinya sudah setuju, bukan
mustahil gara-gara pertarungan di kota Si ciu, mereka
mengikat diri menjadi suami istri, aku musti mencari
kesempatan untuk menjodohkan mereka, kalau tidak bukanlah
terlalu sayang?"
Berpikir sampai disini, dia lantas berpaling ke arah Seng To
cu seraya berkata, "Harap saudara mau tunggu sebentar:
Kemudian sambil memberi hormat kepada Bong pay yang
berada dibelakanugnya ia berkata, "Paman?"."
Aku tidak ada usul lain, terserah apa yang hendak kau
lakukan!" tukas Bong Pay sambil tertawa.
"Keponakan bermaksud menunggu sampai semua cianpwe
telah berkumpul semua, kemudian baru minta usul mereka
dalam tindakan selanjutnya"
Diam-diam Bong Pay berpikir, Bocah ini masih muda tapi
berjiwa besar, kalau aku berdiam diri saja mungkin dia akan
menunjukkan sikap tinggi hati, tapi kalau aku turut campur dia
akan ragu-ragu untuk bertindak?"yaa, Thian hong bisa
mempunyai seorang putra semacam dia, sesungguhnya tak
sia-sia belaka hidup didunia"
Berpikir demikian segera ujarnya. "Persoalan ini boleh kau
putuskan sendiri, aku pikir para cianpwe lainnya tak akan ada
usul lain cuma memang ada baiknya kalau menunggu sampai
semua orang naik keatas.
"Baik!" jawab Hoa In-liong dengan wajah serius.
732 Dia lantas berpaling kearah Seng To cu seraya berkata,
"Bagaimana pendapatmu?"
"Terserah keinginanmu!" jawab Seng To cu hambar.
Orang-orang Seng-sut-pay tahu bahwa usaha mereka
untuk menyerang pelbagai partai mengalami kegagalan total,
dalam keadaan demikian, Kok Se piau serta Bwe Su-yok pasti
akan berpeluk tangan belaka membiarkan piaknya dibasmi
oleh para pendekar.
Oleh sebab itu mereka bermaksud untuk menunggu saja
sambil berharap bisa terjadi perubahan situasi untuk mereka.
Dalam waktu singkat para jago dari pihak golongan putih
maupun dari golongan Hian-beng-kau telah tiba semua diatas
tebing. Pertemuan besar yang diadakan Hian-beng-kau kali ini
berlangsung pada tengah hari Pek cun, pertemuan itu
diadakan setelah lewat tengah hari sampai malam, lalu dari
pagi sampai senja, maka saat ini waktu kembali menunjukan
tanggal tujuh bulan lima, tengah malam buta.
Setelah mengalami pelbagai musibah, dari terserang oleh
api sampai diserang air bah, pakaian yang dipakai semua
orang boleh dibilang telah basah kuyup, keadaannya
mengenaskan sekali, ada yang bajunya koyak, ada yang
mukanya hitam kena hangus, jangan di bilang lagi mereka
yang terluka"..
Demikianlah setelah keluar dari lembah, pemandangan
terasa lebih segar dan nyaman, timbul kembali rasa gembira
dalam hati masing- masing, napsu membunuh dalam hati
mereka jauh berkurang sekali.
733 Dibawah sinar rembulan, terlihatlah manusia yang
berdesakan memenuhi puncak tebing.
Para jago dari golongan putih telah mengepung rapat-rapat
para jago dari pihak Seng-sut-pay, sebelah timur penuh
berkumpul para jago dari Hian-beng-kau, waktu itu Kok Seepiau,
Cho Thian hua dan Co Tang cuan sekalian sedang
berbisik-bisik merunding kan sesuatu, sebaliknya anak murid
Kiu-im-kau berada disebelah barat.
Banyak perubahan diluar dugaan yang terjadi dalam
pertemuan kali ini, mula-mula Jin Hian meledakkan bukit
untuk menyumbat mulut lembah, lalu melepaskan panah Lui
hwe Ciam untuk mengurung para jago dengan api, setelah
terjadi pertarungan sengit antara golongan putih dengan
golongan hitam yang mengakibatkan jatuh banyak korban,
banyak pula diantara kawanan jago yang tewas diserang oleh
batu-batu karang dan api.
Dari sekian banyak jago, anak murid baju putih dari Hianbeng-
kau serta para jago yang datang menonton meramaikan
terhitung paling lemah, korban diantara merekapun paling
parah, setiap orang boleh dibilang menaruh perasaan benci
yang merasuk tulang terhadap diri Jin Hian.
Cian pek jin dari Tiam cong pay serta Im san ji koay dari
pihak Hian-beng-kau telah tewas bersama. Lau Ik liong
dengan membopong jenasah sutenya berdiri dengan wajah
sedih, Yau Tiong in yang bertarung melawan Tang Bong liang,
sebuah pukulan kipasnya telah ditukar dengan sebuah pukulan
tangan, tak enteng pula luka parah yang dideritanya,
ditambah lagi hampir separuh bagian anak muridnya mati atau
terluka dalam pertarungan tersebut.
734 Sute dari Cia Bu liang yang bertarung bersama Coa hujin
pada saat yang terakhir termakan sebuah pukulan yarg cukup
dahsyat, akibatnya sekalipun tak sampai mampus paling tidak
dia baru beristirahat selama tiga empat bulan lamanya, ia
dibopong oleh Bu Beng san.
Para bekas anggota Sin-ki-pang rata-rata berilmu tinggi dan
berpengalaman luas setelah terjadi pertarungan sengit yang
mati tak sampai sepuluh orang sedang yang terluka pun baru
dua puluh orang lebih.
Diri pihak Kim Leng ngo congcu, Si Siong-peng dan Li Poseng
paling parah menderita luka, mereka ditolong oleh Coa
Cong gi serta Yu Siau lam setelah membunuh belasan orang
musuh, mereka masih tetap tidur, hal mana benar-benar
merupakan suata kemujuran.
Coa hujin dan Goan cing taysu telah naik pula ke atas
tebing, Coa Wi-wi segera melaporkan tentang ayahnya kepada
mereka.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekalipun Goan cing taysu adalah seorang pendeta yang
berilmu tebal, tak urung terpengaruh juga oleh berita itu
sehingga hatinya mengalami gejala keras.
Dengan air mata bercucuran. Coa hujin berkata, "Gwakong,
anak Sian ingin segera membawa Gi dan Wi untuk pergi
berjumpa dengan Goan hau"
Goan cing taysu segera tersenyum, sahutnya, "Cepat atau
lambat kalian pasti akan saling bersua, buat apa dan musti
gelisah?" "Tapi anak Sian sudah tak kuasa untuk menahan diri,
hatinya sama gelisah susah terkendali" seru Coa Hujin sambil
menangis sesenggukan.
735 "Anak Sian!" tukas Goan cing taysu, ajaran leluhur kita
menganjurkan agar kita lebih mengutamakan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi, selesai persoalan di sini
belum terlambat bagi kita untuk ke sana.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Coa hujin harus
mengendalikan perasaannya yang gelisah untuk menunggu
selesainya persoalan disini.
Sementara itu Hoa In-liong telah berpaling kepada Seng To
cu setelah meninggalkan beberapa pesan kepada para
cianpwe, katanya, "Coa tayhiap adalah seorang ksatria yang
berjiwa besar, sekalipun hampir belasan tahun ia tersekap
didalam perkumpulan kalian, dendam sakit hati ini tak pernah
dipikirkannya dalam hati, adapun maksudnya menghalangi
Tang Kwik-siu dan murid-muridnya tak lebih hanya ingin
memberi peringatan agar mereka jangan meneruskan
perbuatannya itu, sudah barang tentu terhadap sampah
masyarakat dari daratan Tionggoan, mereka tak akan
bertindak sungkan-sungkan"
Sementara itu Kok See-piau serta Bwe Su-yok dengan
memimpin masing-masing anak buahnya berkumpul
disamping arena tanpa turut campur dalam persoalan itu,
namun mereka tidak bermaksud pergi meninggalkan tempat
itu, agaknya mereka hanya ingin menyaksikan jalannya
pertarungan antara pihak pendekar dengan golongan Sengsut-
pay. Ci wi siancu yang mendengar perkataan dari Hoa In-liong
itu segera berpikir dalam hati, "Tidak beres, kalau didengar
dari pembicaraan tersebut, tampaknya dia bermaksud hendak
melepaskan kawanan iblis ini"
736 Berpikir demikian, dengan gusar dia lantas berseru, "Liong
ji, bagaimana dengan janji kita tadi?"
"Janji apa?" tanya Hoa In-liong tertegun
"Kita harus membasmi mereka sampai seakar-akarnya,
jangan menjadi bibit bencana lagi dikemudian hari"
Mendengar itu Hoa In-liong mengerutkan dahinya lalu
tertawa, jawabnya, "Kokoh bertiga buat apa kita musti
berbuat demikian, mengejar orang tak lebih hanya seratus
langkah" "Cis, kau suka mengampuni orang, apakah orang lain
bersedia menggampuni dirimu" seru Ci Wi siancu dengan
gusar, "kalau perbuatan tolol semacam itu mah aku tak sudi
untuk melakukannya"
Li hoa siancu segera menyambung.
Jika kau enggan untuk turun tangan, biar kami
melakukannya bagimu!"
Dia lantas berjalan lebih dulu menghampiri para jago dari
Seng-sut-pay. Semuaa orang segera menyingkir ke samping memberi
jalan lewat, tanpa terlibat apa yang di lakukan olehnya, tahutahu
dua orang anggota Mo kau yang mendengus tertahan,
lalu roboh ke tanah.
Menyaksikan kejadian itu paras muka Seng To cu sekalian
berubah hebat, mereka mau menuruti perkataan orang karena
didesak oleh keadaan, tapi bukan berarti mereka sudah tiada
kekuatan lagi untuk memberi perlawanan desakan dari BiauTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
737 nia Sam-sian yang bertubi-tubi ini membuat mereka menjadi
nekad. Para jago dari pihak Mo kau segera bersiap-siap untuk
turun tangan agaknya mereka berniat untuk beradu jiwa.
Gelisah sekali Hoa In-liong menyaksikan keadaan tersebut,
segera pikirnya dalam hati, "Sekalipun anggota Mo kau banyak
melakukan kejahatan namun mereka bukan manusia
sembarangan jika dibasmi seluruhnya hal mana itu, memang
harus dihadapkan pada seorang yang tak tahu aturan pula.
Setelah Biau-nia Sam-sian diajak pergi, diam-diam ia
menghembuskan napas lega, katanya kemudian, "Seng To cu,
apa yang hendak kau katakan" Apakah berharap Tang Kwiksiu
bisa merubah keadaan ini?"
Seng To cu berpaling dan memandang sekejap kearah dua
bersaudara Lenghou serta Hong Liong, lalu katanya, "Dalam
urusan ini, ciang hujin yang berkuasa ataukah aku yang
memutuskan?"
Tentu saja toa suheng!" sahut Lenghou bersaudara dengan
cepat dan lantang.
Hong Liong agak termenung sejenak, kemudian dengan
perasaan apa boleh buat dia berkata, Selama suhu tidak
berada, memang seharusnya toa supek yang mengambil
keputusan. Dengan pandangan dingin Seng To ci memandang sekejap
kearah Hong Liong, lalu katanya, "Sekarang aku bisa saja
mengambilkan keputusan, tapi setelah peristiwa ini apakah
suhumu mau mengikutinya?"
"Soal ini sulit, tak berani menjamin!"
738 "Kalau memang demikian, bukan semua perkataan itu
hanya ucapan yang tak berguna" seru Seng To cu dengan
suara keras. Hong Liong menundukkan kepalanya rendah-rendah dan
tidak berbicara lagi.
Seng To cu mendengus dingin, dia lantas berpaling seraya
katanya, "Sejak kini partai kami mengundurkan diri dari dunia
persilatan, mulai sekarang, selama keluarga Hoa masih berada
dalam dunia persilatan orang-orang Seng-sut-pay tak akan
melangkah masuk ke daratan Tionggoan, Hoa Yang, puaskah
kau dengan janjiku ini"
Ucapan tersebut kontan saja membuat para jago Seng-sutpay
merasa terperanjat, dua bersaudara Lenghou
menggetarkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu tapi
segera dibatalkan kembali.
"Toa supek, hal ini terlampau berat buat kita!" teriak Hoa
liong cepat dengan suara Keras.
Bersamaan itu pula, dari kawanan jago lainnya terdengar
pula teriakan-teriakan yang amat gaduh.
Terdengar Tio Ceng tang berseru, "Kalau berbuat demikian,
hal mana terlalu keenakan buat mereka, Hoa Kongcu, kau tak
boleh menerimanya!"
Huan Tong berseru pula dengan lantang, "Apa yang
diucapkan Seng To cu belum tentu akan diakui oleh Tang
Kwik-siu, Hoa kongcu harus meminta jaminan darinya!"
"Malah ada pula yang berteriak dengan lantang, "Orangorang
Mo kau paling tak pegang janji, ucapan mereka
739 ibaratnya kentut busuk lebih baik dibunuh saja sampai
mampus!" Menyaksikan kemarahan dari masa banyak, para jago dari
Seng sit pay menjadi murung dengan perasaan tak tenang,
meski Hong Liong terkenal karena buasnya namun dalam
keadaan demikian diapun tak berani banyak berbicara.
Seng To cu berusaha keras menenangkan hatinya, lalu
berkata, "Orang she Hoa, apakah pihak pendekar pun bisa
melakukan perbuatan rendah dengan melakukan pembantaian
secara besar-besaran?"
"Selamanya keluarga Hoa melakukan pekerjaan atas dasar
kebaikan, kami tak akan memperdulikan soal nama atau
tidak!" jawab Hoa In-liong dengan nada hambar.
Perasaan Seng To cu menjadi berat sekali, serunya.
"Kalau begitu"..
"Harap Seng ciampwe memberi jaminan dulu" tukas Hoa
In-liong, apakah janjimu" akan dituruti pula oleh Tang Kwiksiu?"
Seng To cu termenung agak lama, setelah menghela napas,
jawabnya, "Aaaai,.. . meskipun lohu sebagai Suhengnya, tapi
dia adalah seorang ciangbunjin, maaf kalau aku tak bisa
memutuskannya"
Hoa In-liong cuakup mengetahui akan keadaannya yang
serba susah, dia tak ingin menyaksikan kekuatan Seng-sut-pay
tertumpas disini, tapi perbuatan dari Tang Kwik-siu juga tak
bisa dikekang olehnya, maka setelah berpikir beberara kali, dia
mendongakkan kepalanya dan berkata dengan wajah serius,
Aku rasa dipihak sutemu itu juga tak mungkin bisa melakukan
740 banyak perbuatan lagi, memandang diatas wajah saudara,
Hoa Yang bersedia menerima usulmu itu, cuma terhadap para
jago yang sudah lama kalian sekap, paling tidak partai kalian
harus memberikan pertanggungan jawab?""
Setelah ucapan tersebut diucapkan, baik golongan putih
maupun golongan hitam sama-sama dibuat tercengang, sebab
keputusan tersebut jauh di luar dugaan mereka.
Seng To cu sendiripun agak tertegun lama lalu dia
mengganguk. "Kalau Hoa kongcu memang bersedia mengabulkan
permohonanku itu, partai kami pasti akan memberikan
pertanggungan jawab yang secukupnya"
Dengan serius Hoa In-liong berkata lagi.
"Bila partai anda bersedia untuk melepaskan soal dendam
dan sakit hati serta memikirkan soal kepentingan umat
banyak, aku rasa kalian pun tak perlu mengurung diri,".."
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu, tukas Seng To
cu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, sayang
sekali anggota kami terlampau bodoh dan liar, sulit rasanya
untuk menerima maksud baikmu itu"
"Yaa, tiap manusia memang ada cita-cita sendiri, aku tak
ingin terlalu memaksakan ke hendakku"
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh dengan suara
dalam, "Bila partai kalian merasa tak puas, setiap saat pintu
gerbang keluarga Hoa di bukit In tiong san terbuka untuk
kalian, silahkan saja datang untuk mengadu kekuatan, baik
menang atau kalah keluarga Hoa menjamin tak akan
mencelakai jiwanya, tetapi bila partai kalian sampai
741 menimbulkan kembali badai darah yang mengerikan, demi te
tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
terpaksa keluarga Hoa akan berkunjung langsung ke Sengsut-
pay untuk minta pertanggungan jawab"
"Soal ini, Seng To cu tentu akan berusaha keras untuk
memperingatkan anggota kami"
Hoa In-liong lalu memandang sekejap sekeliling arena,
kemudian pelan-pelan berkata.
Hoa Yang telah memberi keputusan terhadap pihak Sengsut-
pay, harap para enghiong dan cianpwe suka memaklumi,
entah adakah diantara kalian yang merasa tidak puas?"
Sekalipun semua orang merasa bahwa tindakan itu terlalu
menguntungkan orang-orang Mo kau, tapi penampilan Hoa Inliong
yang mencerminkan kegagahan serta kebijaksanaannya
ini membuat banyak orang merasa sungkan untuk
mengajukan keberatannya.
Apalagi membasmi rumput seakarnya merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan semangat seorang
ksatria, maka oleh karena semua orang tiada cara lain yang
lebih baik lagi, tak seorangpun yang buka suara.
Untuk sesaat suasana menjadi hening dan tak terdengar
sedikit suarapun.
Hoa In-liong dapat membaca suara hati semua orang, dia
menghela napas panjang, lalu berkata, "Para enghiong,
cianpwe sekalian, aku rasa kalian pasti sudah menyaksikan
sendiri bukan bagaimanakah perbuatan ksatria dari Thian Ik
locianpwe, bekas Tong thian kaucu yang baru saja meninggal
dunia itu" Siapa yang menduga kalau Thian Ik locianpwe
bersedia me-ngorbankan jiwanya demi menyelamatkan jiwa
742 orang banyak" Sebelum ajalnya tiba, Thian Ik loci anpwe pun
masih tak lupanya berharap agar semua orang jahat didunia
ini mau bertobat atas dosa-dosanya, oleb sebab itu aku
bertindak demikian kepada pihak Mo kau agar merekapun bisa
mencontoh diri Thian Ik locianpwe dengan bertobat dari
semua kesalahannya. Aaai?"! Tapi jika kalian belum juga
mau mengerti, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi"
Mendengar perkataan itu hati semua orang agak tergerak,
bahkan tak sedikit anggota dari tiga pekumpulan besar yang
diam-diam merasa amat terharu.
Ayah Kongsun Peng, Kongsun Yong cu dengan suara
gemetar segera berseru;
"Hoa kongcu kenapa berkata demikian" Yang ada dalam
hati kami cuma perasaan kagum, mana berani
memperlihatkan perasaan tak puas atas keputusan kongcu
itu?" Setelah ia buka suara semua orangpun segera memberikan
tanggapan pula sehingga suasana menjadi amat ramai.
Hoa In-liong segera menjura ke empat penjuru, katanya
dengan serius, "Terima kasih banyak atas kasih sayang dari
saudara sekalian, kalau memang kalian bersedia melepaskan
pihak Seng-sut-pay maka bagaimana kalau kalian memberi
jalan lewat agar mereka bisa meninggalkan tempat ini?"
Mendengar perkataan itu semua orang yang mengepung
disekeliling arena segera menyingkir ke samping memberi
jalan lewat. Bagaikan memperoleh pengampunan besar semua anggota
Seng-sut-pay segera angkat kaki dan melarikan diri cepatcepat,
rupanya mereka kuatir kalau para jago berubah pikiran.
743 Sebelum pergi, dengan ganas Hong Liong melotot sekejap
ke arah Hoa In-liong jelas terlihat betapa dendam dan
bencinya orang itu.
Seng To cu mendongakkan kepalanya lalu berkata, "Hoa
Yang, selama hidupku persoalan yaag paling menyesalkan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hatiku adalah bermusuhan dengan keluarga Hoa kalian"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. Tapi perisalan
yang paling menggembirakan hatiku juga bermusuhan dengan
keluarga Hoa kalian.
Ucapan ini membuat semua orang tertegun, mereka
merasa ucapannya yang pertama dengan kedua saling
bertentangan satu sama lainnya atau jangan-jangan
pikirannya sudah menjadi sinting atau kurang waras setelah
menderita kekalahan total"
Hoa In-liong segera menjura, sahutnya sambil tertawa,
"Akupun mempunyai perasaan yang sama, baik-baik dijalan,
maaf kalau aku tidak menghantarmu!"
Seng To cu memandang sekejap sekeliling tempat itu,
setelah menghela napas panjang dia mengebaskan ujung
bajunya dan beranjak dari sana untuk menyusul Hong Liong
sekalian. Pada saat pihak Mo kau pergi meninggalkan tempat itu,
Kok See-piau serta Bwe Su-yok masing-masing memimpin
pula anak buahnya meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kecepatan gerak mereka, dalam waktu singkat
bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.
744 Oleh karena Hoi In liong telah menjamin keselamatan
mereka semua, maka semua orang tidak ada yang
menghalangi kepergian mereka, apalagi kekuatan dari kedua
perkumpulan itu masih utuh dan tangguh, di tambah lagi
hadirnya Cho Thian hua dipihak Hian-beng-kau, maka semakin
tak berani bertindak secara gegabah.
Pertemuan besar ini sudah mendekati akhir, semua
orangpun merasa sudah tiba waktunya bagi mereka untuk
pulang ke rumah.
Tiba-tiba dari tebing seberang sana terdengar suara
teriakan dari Kok See-piau, "Hey bocah muda dari keluarga
Hoa!" Dengan alis mata berkenyit Hoa In-liong berseru lantang,
"Mau apa Kau memanggil Hoa jiya mu?" Sambil berdiri diatas
tebing seberang, Kok See-piau berseru lagi, "Orang she Hoa,
meskipun kau yang menurunkan tali untuk menolong orang,
dan meledakkan telaga untuk memadamkan api tapi
perbuatan itupun setengahnya demi selamatkan sanak
keluargamu, coba kalau pun sinkun tidak memberitahukan
tempat disembunyikannya sumbu bahan peledak, belum tentu
kau bisa meledakkan telaga untuk memadamkan api,
seharusnya pun sinkun tidak berhutang apa-apa kepadamu
bukan?" "Kok See-piau kau betul-betul seorang manusia yang tak
tahu malu!" teriak Hoa Ngo dengan mendongkol.
Dengan suara lantang Hoa In-liong menjawab, "Yaa kau
memang tak berhutang apa-apa ke pada aku orang she Hoa,
tapi ingat kau masih hu tang seorang dengan selembar
nyawa" 745 Kok See-piau sepera tertawa. "Selama hidupku sudah
terlalu banyak nyawa yang pun sinkun hutangkan, tak menjadi
soal untuk berhutang selembar nyawa lagi, tapi coba katakan
dulu siapa yang kau maksudkan?"
"Thian Ik-cu!"
Gelak tertawa Kok See-piau segera terhenti, sesudah
termenung sejenak ia baru berkata, "Dendam sakit hati pun
sinkun dengan keluarga Hoa kalian lebih dalam dari samudra,
sudah sepantasnya kalau diatur jebakan untuk menggebuk
dirimu, jika kau sampai mati maka hal ini cuma bisa dibilang
kau kurang waspada, Thian Ik-cu telah mewakilimu mati, hal
ini tak bisa menyalahkan orang lain, tapi kalau hendak
mencatat dendam ini atas diriku juga tak apa!"
Ko Thay segera tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh..
..heehh"..heeehhh". memutar balikkan persoalan yang
sebetulnya, mencari menangnya sendiri, apa-apaan itu?"
Kok See-piau berlagak tidak mendengar, dengan suara
keras dia berseru, "Bocah cilik dari keluarga Hoa, kalau kau
beranggapan setelah markas besar perkumpulan kami musnah
maka pun sinkun ikut kehi langan pamornya, maka dugaanmu
itu keliru besar.
"Kalau begitu, kau masih hendak menciptakan bencana
buat umat persilatan dan melakukan kejahatan lagi?"
sambung Hoa In-liong dengan suara lantang.
"Heeehhh".heeehhh"..heeehhh"..itu kan ucapan dari
kalian orang-orang keluarga Hoa dengan komplotannya, Pun
sinkun tak pernah merasa bersalah, sampai matipun aku tak
akan menyesal"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
746 Terus terang kukatakan kantor kantor cabang perkumpulan
kami telah tersebar di mana-mana dan kini sudah didirikan
semua asal pun sinkun menurunkan perintah, dari gelapgelapan
mereka akan beralih menjadi terang terangan, dalam
waku yang bersamaan mereka bisa membuat keonaran
dimana-mana, Hmmm! Sekalipun tak mampu melenyapkan
manusia-manusia munafik macam kalian, paling tidak dunia
persilatan pasti akan kacau balau tak
karuan?""heehh?".heeehh?" heeeh?". waktu itu
kewibawaan bapakmu pasti akan sangat merosot"
"Terkesiap juga Hoa In-liong setelah mendengar perkataan
itu, pikirnya dengan cepat, "Sudah hampir belasan tahun
lamanya Kok See-piau menghimpun kekuatannya, jelas
kekuatan yang dimilikinya tidak cuma dihimpun dalam markas
besarnya ditebing Ui gou peng ini, bisa jadi apa yang
dikatakan bukan cuma gertak sambal belaka"
Dalam hati ia berpikir demikian, di mulut sahutnya, "Aku
orang she Hoa bisa mengundang rekan-rekan persilatan untuk
serentak menghancurkan kantor-kantor cabangmu itu, akan
kulihat apakah kalian masih sanggup menerbitkan keonaran
atau, tidak?"
"Haaahh. "haaahhh. "haaahhh".kalau ingin menumpas,
silahkan saja menumpas" ejek Kok See-piau sambil tertawa
tergelak. "Kantor cabang Hian-beng-kau tidak terhitung
jumlahnya, aku yakin kalian tak akan bernasil menemukan
jejak mereka dalam waktu singkat, tapi suatu ketika mereka
melakukan sergapan mendadak, tanggung kalian lah yang
akan di buat kalang kabut sendiri"
"Kok See-piau sesungguhnya apa maksudmu itu dengan
mengucapkan kata-kata itu?"
747 Kok See-piau tertawa dingin. "Sama sekali tiada maksud
apa-apa, aku cuma memberi tahu saja kepada kalian. Kini Jin
Hian sudah melarikan diri terbirit-birit setelah menghinah
kami, barat selatan luasnya mencapai puluhan laksa li dengan
rakyat yang amat banyak, jejaknya sukar ditemukan kembali.
Sedang di San see ada keluargamu, di Cing hay ada Mo kau,
di lain tempat ada Hu hang kok dan Kiu-im-kau, ia sudah
menerbitkan kemarahan orang.
Mana berani mencari jalan kematian sendiri, menurut
dugaan pun sinkun, hanya ada dua jalan saja yang bisa dia
tempuh" "Dua jalan yang mana?" tanya Hoi In liong dengan kening
berkerut. "Yan im merupakan bekas markas besar Hong im hwee, Jin
Hian pasti masih mempunyai komplotan yang menetap disitu
dan lagi bersembunyi disitu jauh lebih leluasa daripada
ditempat lain, apalagi dari sanapun bisa langsung kabur keluar
perbatasan, sedang jalan kedua adalah menuju ke Ci san,
lantas kelaut bebas, jarak dari situ hanya dua ratus li, besar
juga kemungkinan nya dia lari ke tengah samudra.
"Bila Jin Hian memilih naik perahu menuju samudra bebas
dan selamanya tak akan kembali lagi, apakah kau juga akan
mengikuti jejaknya?" tanya Hoa In-liong.
Harpa Iblis Jari Sakti 14 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Pendekar Gelandangan 11