Neraka Hitam 7
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 7
terjadi dimana-mana, wajah yang mirip bukannya suatu hal
yang tak mungkin terjadi tapi bila Kok See-piau sengaja
mencarinya, diapun belum tentu bisa menemukan"
Kiranya sejak kawin dengan Bang pay, Pek Soh-gi telah
melahirkan dua orang putra dan seorang putri.
Putra sulungnya Cong beng tahun ini telah berusia dua
puluh tahun, ia merupakan anak yang dipersiapkan untuk
meneruskan generasi keluarga pek.
Putra bungsunya Giok heng, tahun ini berusia lima belas
tahun, ia adalah anak yang dipersiapkan untuk meneruskan
generasi keluarga Bong.
Hanya seorang anak perempuannya yang paling dimanja
dengan nama kecil Siau yu, ketika belum genap berusia
setahun, ketika dibopong pelayan bermain-main di bukit Tay
pa san, kedua-duanya ternyata terjerumus ke dalam jurang
dan mati. Keesokan harinya Bong Pay suami istri telah melakukan
pencarian diseluruh lembah, akhirnya tidak berhasil
menemukan jenasah pelayan dan putrinya, hal mana tentu
saja amat menyedihkan hati Pek Soh-gi, hampir setengah
452 tahun lamanya ia bermuram durja dan murung sepanjang
hari. Kemudian lambat laun pun pikirannya terbuka kembali, ia
merasa ayahnya memang banyak melakukan kejahatan
dimasa lalu sehingga karmanya sekarang terkena pada cucu
perempuannya. Untuk mengatasi kesedihan tersebut, sepa sang suami istri
ini pun mempergiat usaha sosialnya menolong orang orang
lain. Untuk menghilangkan kenangan tersebut peristiwa ini sama
sekali tidak mereka wartakan kepada Hoa Thian-hong suami
istri, sebab itu Hoa In-liong pun tak tahu kalau ia sebenarnya
mempunyai seorang adik misan yang telah mati sebelum
genap berusia satu tahun.
Demikianlah, setelah peristiwanya berlangsung demikian,
tak tahan lagi Tam Si-bin dan Yau Tiong-in maju ke depan
menghampiri suami istri berdua.
"Bong tayhiap, masih ingatkah kau dengan si tua bangka
dari bukit Thian tay?"
Bong Pay memutar badannya dan berpikir sebentar,
kemudian sambil menjura ia berkata, "Oh, kiranya adalah Tam
cianpwe, dalam pertemuan Pak beng hwee"."
"Dalam pertemuan Pak beng hwee, beruntung sekali lohu
berhasil menyelamatkan diri, sejak itu aku mengasingkan diri
dari keramaian dunia untuk mendalami ilmu kui goan sinkang
dari partai kami, siapa tahu begitu berlatih puluhan tahun
telah lewat, coba kalau suteku tidak minta kembali kitab
pelajaran itu, entah sampai kapan aku baru munculkan diri,
453 yaa"..sampai-sampai dalam pertemuan Kian Ciau tay-hwee
pun aku tak sempat menyumbangkan tenaga, tindakan ini
pasti telah mengecewakan banyak sobat lama.
Bong Pay tersenyum, kemudian berpaling ke arah Yau
Tiong-in. Buru-buru Yau Tiong-in menjura sambil berkata.
"Yau Tiong-in dari partai Thiam cong merasa beruntung
sekali bisa berjumpa dengan Bong tayhiap suami istri"
Bong Pay merangkap tangannya membalas hormat, Pek
Soh-gi sendiri meski hatinya agak tergetar, toh ia membalas
hormat juga dengan sopan.
"Bong hujin!" Tam Si-bin berkata lagi sambil tertawa, "jika
Kok Gi-pek berdiri bersanding denganmu, maka siapa pun
akan menduga kalian berdua sebagai ibu dan anak"
Pek Soh-gi gelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya.
"Tam cianpwe, bagaimana tanggapanmu mengenai watak
nona Kok tersebut?"
Diam-diam Tam Si-bin berpikir dalam hati, "Kalau dilihat
dari sikapnya yang begitu memperhatikan Kok Gi-pek,
memang mirip sekali hubungan mereka seperti hubungan
antara ibu dengan anaknya"
Dalam hati berbicara demikian, diluar ujarnya, Menurut
pendapat lohu, meskipun nona itu tumbuh jadi dewasa dalam
kalangan sesat tapi watak nya termasuk baik, cuma sayang
rada angkuh dan mulutnya terlalu tajam"
454 "Aku lihat ia begitu lembut, halus dan menawan hati" ujar
Pek Soh-gi cepat dangan kening berkerut.
Itu kan terhadap hujin" sela Yau Tiong-in, "sikapnya
kepada orang lain justru tidak demikian, terus terang ku
beritahu kepada Bong hujin, sewaktu datang tadi aku orang
she You telah merasakan sindirannya yang panas itu"
Ketika berbicara sampai disini, keempat orang itu segera
merasakan hatinya agak bergerak, semua orang teringat
dengan ucapan yang berbunyi, antara ibu dan anak
mempunyai ikatan batin yang mendalam, hanya saja hal itu
tak sampai diutarakan keluar.
Tiba-tiba Kim Kui, Cui Huan dan dua orang pelayan lainnya
berjalan mendekat, lalu dipimpin oleh Kim Kui, kata mereka,
"Waktu magrib telah menjelang tiba, santapan malam tayhiap
sekalian telah disiapkan dalam pagoda air, apakah sekarang
juga akan bersantap?"
Keempat orang itu saling berpandangan sekejap lalu tanpa
banyak berbicara lagi mereka berjalan menuju ke pagoda air
dengan mengikuti dibelakan pelayan-pelayan tersebut.
Jika Tam Si-bin dan Yau Tiong-in, yang satu adalah jago
silat yang sudah lama mengasingkan diri, yang lain jarang
bergaul dengan masyarakat, tidak banyak kenalan yang
mereka punyai. Berbeda dengan Bong Pay suami istri yang hampir
mendekati dua puluh tahun lamanya dikenal orang sebagai
jago silat yang termashur, sekalipun banyak yang tidak
mereka kenal, tapi tak sedikit yang menyapa dan memberi
salam kepada mereka.
455 Sebab itulah meski jaraknya dekat, perjalanan ini memakan
waktu yang cukup lama.
Selang beberapa saat kemudian, tibalah mereka disebuah
pagoda air yang empat penjuru berjendela lebar, angin malam
berhembus lewat membawa kesejukan, membuat ruangan
yang terang benderang oleh sinar lampu itu terasa bertambah
segar. Dalam pagoda tiada orang lain, agaknya khusus disiapkan
untuk mereka berempat, begitu keempat orang tersebut
duduk, pelayan pun datang menghidangkan arak.
"Lebih baik kalian mengundurkan diri saja dari sini" tibatiba
Bong Pay berkata.
Sementara para pelayan itu masih tertegun, sambil
tersenyum Pek Soh-gi telah berkata, "Kami lebih suka makan
minum sendiri secara bebas, nona sekalian boleh pergi
beristirahat"
Cui Huan menjadi sangsi, bisiknya agak gelagapan.
"Terima perintah, cuma?".."
"Bukankah nona sekalian ditugaskan kembali untuk
melaksanakan perintah kami?" tukas Pek Soh-gi cepat, "inilah
perintah kami!"
Pelayan-pelayan itu masih kelihatan agak sangsi tapi
akhirnya mereka letakkan poci arak ke meja dan
mengundurkan diri dari pagoda tersebut, sebelum keluar
mereka sempat merapatkan pula pintu pagoda itu?""."
Pek Soh-gi melirik sekejap kearah suami nya, Bong Pay
segera mengangguk, maka diapun bangkit dan berjalan ketepi
456 jendela lalu balik kembali kemeja sekalian memadamkan api
lentera. Dengan padamnya lampu maka suasana dalam pagoda itu
hanya diterangi sinar rembulan yang memancar masuk lewat
jendela pagoda, sekalipun agak lamat-lamat namun bukan
halangan bagi beberapa orang jago tangguh tersebut.
Sambil mengangkat poci arak, Pek Soh-gi berkata sambil
tertawa, "Malam ini bulan bersinar purnama, minum arak
dalam pagoda air dalam suasana begini memang cukup
romantis, marilah ku penuhi cawan arak kalian berdua sebagai
tanda mohon maaf"
Sekalipun Tam Si-bin dan Yau Tiong-in merasa agak kesal,
namun mereka pun tahu bahwa perbuatan mereka pasti
mengandung maksud tertentu, oleh karena orang tidak
berkata, tentu saja merekapun enggan bertanya.
Sambil bangkit berdiri, buru-buru serunya, "Aaah, mana
berani menurunkan derajat hujin!"
Sambil tersenyum Pek Soh-gi memenuhi cawan arak,
ternyata ada lima cawan yang dipenuhi olehnya, hal mana
dengan cepat menyadarkan Tam Si-bin berdua bahwa mereka
sedang menunggu kehadiran orang dan tanda rahasia baru
saja dilepaskan.
Tiba-tiba Bong Pay berseru sambil tertawa, "Paman Ho,
bahkan cawan arak bagimu pun sudah dipenuhi oleh Toa
moay cu, hayo masuklah!"
Desingan angin berhembus lewat, dan tahu-tahu dalam
pagoda telah bertambah besar, orang itu bukan lain adalah
Boan thian jiu (si tangan sakti pembalik langit) Ho Kee-sian
adanya. 457 Sambil tertawa terbahak bahak ia berkata, "Koh-ya, tenaga
dalammu makin lama makin mengejutkan, lohu masih berada
pada jarak lima kaki, jejakku sudah kau ketahui!
Dengan langkah lebar ia menghampiri meja perjamuan dan
duduk. "Paman Ho, jangan buru-buru minum arak dulu, masih ada
dua orang lain yang belum kau jumpai" kata Pek Soh-gi.
"Tidak usah!" sahut Ho Kee-sian sambil tertawa, "dua
orang ini, yang satu pernah beradu pukulan denganku
sewaktu ada dalam pertemuan Pak beng hwee tempo hari,
sedang yang lain datang bersama seluruh anggota partainya,
tapi kurang rapat dalam merahasiakan jejaknya, Hian-bengkau
saja sudah tahu, tentu saja akupun tahu"
Merah padam selembar wajah Yau Tiong-in karena jengah.
Sedangkan Tam Si-bin sambil tertawa terbahak-bahak
segera berseru, "Saudara Ho, kapan aku baru ada kesempatan
untuk mencoba pukulan sakti pembalik langitmu?"
"Aah, apa susahnya, aku si Ho tua?"..
Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, Pek Sohgi
telah menyela lebih dulu.
"Paman Ho, bagaimana dengan persiapan kita" Apakah
diketahui pihak Hian-beng-kau?"
"Masa masih ada persoalan?" jawab Ho Kee-sian sambil
tertawa angkuh, "dari rekan-rekan lama siapakah yang tidak
memiliki ilmu yang tinggi dan pengalaman yang luas" Sampai
458 waktunya, mungkin Kok See-piau si anjing keparat itu masih
ada dalam impian"
00000O0000 51 Diam-diam Tam Si-bin dan Yau Tiong-in merasa malu
dengan sendirinya setelah mendengar perkataan itu.
Mereka tak menyangka kalau kedatangan Bong Pay suami
istri kesitu telah disertai dengan suatu rencana yang matang,
tidak seperti mereka berdua baru saja masuk kedalam lembah,
rahasianya su dah diketahui oleh orang lain, Bong Pay
rupanya tidak setuju dengan kata-kata Ho Kee-sian, segera
ujarnya, "Paman Ho, kau tak boleh terlalu gegabah, Kok Seepiau
yang sekarang bukan Kok See-piau yang dulu lagi,
kelicikkan dan kehebatannya tak bisa disamakan dengan
pretasinya dimasa lalu"
"Sekalipun demikian, toh ia pun tidak punya sesuatu yaag
patut dibanggakan"
Bong Pay mengernyitkan sepasang alis matanya yang tebal,
kemudian pelan-pelan berkata.
Tidak sedikit jumlah tokoh sakti yang bergabung dengan
pihak Hian-beng-kau, yang telah menampakkan diri sampai
sekarangpun rata-rata berilmu tinggi, apa lagi yang masih
belum muncul hingga seka-rang, entah sampai dimana taraf
kepandaian yang dimilikinya".."
Tiba-tiba Yau Tiong-in menimbrung.
Bong tayhiap, taukah kau kalau Jin Hian serta Tiangsun Poh
yang merencanakan penggalian atas harta pusaka dalam
459 istana Kiu ci kiong telah menggabungkan diri dengan pihak
Hian-beng-kau?"
Paras muka Bong Pay agak berubah, serunya dengan
cepat, "Haah masa terjadi peristiwa semacam ini" Dari mana
saudara Yau mendapat tahu?"
"Nona yang bernama Kok Gi-pek itulah yang
memberitahukan hal ini kepada kami, sahut Tam Si-bin.
Aaaah, tidak mungkin!" kata Pek Soh-gi dengan kening
berkerut, walaupun ada lima enam tahun paman Tiang-sun
tak pernah berkunjung kebukit Tay pa-san, tapi dia adalah
seorang laki-laki yang berjiwa lurus dan ksatria, mana ia sudi
bertekuk lutut oleh ancaman?"
"Jin Hian adalah pentolannya Hong-im hwee dimasa lalu"
kata Ho Kee-sian pula, "meski perkumpulan Hong im hwee
nya sekarang sudah bubar, dan ia dipaksa untuk
mengasingkan diri hingga mati hidupnya tak ketahuan, tapi
dengan kedudukannya sebagal seorang jago kawakan dari
dunia persilatan yang pernah menguasahi sepertiga dari dunia
persilatan, aku rasa tak mungkin ia rela diperintah oleh
seorang angkatan muda macam Kok See-piau"
Untuk sesaat suasana menjadi hening, mereka sama-sama
merenungkan kembali ada berapa bagian kemungkinan yang
memungkinkan Ji Hian dan Tiangsun poh diserap pihak Hianbeng-
kau. Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba Ho Kee-sian berkata,
Menurut dugaanku, ada delapan bagian Kok See-piau
merasakan lemahnya kekuatan sendiri, maka sengaja ia
tiupkan berita sensasi agar mengacaukan pikiran para jago,
bahkan Jin Huan sendiri siapa tahu kalau justru berada pada
posisi bermusuhan dengan mereka?"
460 "Perkataan dari saudara Ho ini memang ada betulnya juga
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka lebih baik jika kita selalu waspada sehingga tak sampai
termakan oleh siasat busuk dari Kok See-piau"
"Tapi aku tidak percaya kalau paman Tiangsun bersedia
membantu kaum durjana melakukan kejahatan" kata Pek Sohgi.
"Tiangsun cianpwe pribadi mungkin saja ksatria dan
seorang laki laki sejati" ucap Yau Tiong-in "tapi seandainya
Kok See-piau menyandera istrinya atau anaknya, bukankah
mau tak mau ia musti tunduk juga dibawah ancamannya?"
Ketika Pek Soh-gi merasa hal ini ada kemungkinannya juga,
ia menghela nafas panjang.
"Sayang dalam perjalanan menuju kemari aku tidak mampir
dulu kebukit Bu-gi, untuk menengok keadaan paman
Tiangsun, kalau tidak niscaya kecurigaan dan keraguan ini
dapat teratasi"
Tiba-tiba Bong Pay tertawa, ujarnya, "Besok adalah saat
dilangsungkannya upacara peresmian, sampai dimana
kekuatan sesungguhnya dari Hian-beng-kau, dengan
sendirinya akan kita ketahui juga pada waktunya, buat apa
kita musti main tebak secara ngawur dan membuang tenaga
dengan percuma?"
Yau Tiong-in manggut-manggut.
Perkataan saudara Bong memang betul, lebih baik kita
jangan gubris lagi persoalan itu.
461 Sampai disini, Bong Pay pun tersenyum, lalu sambil
mengalihkan pokok pembicaraan, serunya kepada Ho Keesian,
Sekarang Liong-ji berada dimana"
Ho Kee-sian tertegun, lalu pikirnya, "Kalau aku bicara terus
terang dengan mengatakan kalau dia dan Thian Ik-cu setelah
kebukit Ho san tiada kabar beritanya, mereka pasti akan amat
gelisah, lebih baik jangan kusinggung dulu untuk sementara
waktu." Sementara ia masih termenung, Pek Soh-gi telah bertanya
lagi dengan gelisah, "paman Ho, apakah keselamatan Liong ji
terancam?"
Buru-buru Ho Kee-sian tertawa.
"Memangnya nona tidak kenal dengan tabiat Liong sauya?"
ucapnya, "kepergiannya begitu tiba-tiba, sampai lohu
sendiripun tidak begitu jelas kemana ia telah pergi"
Hmm, bocah ini memang terlalu binal, masa menghadapi
masalah besarpun sikapnya masih acuh tak acuh"..
"Sifat binalnya memang belum hilang, tapi mungkin juga
ada sedikit persoalan yang hendak diselesaikannyaa sendiri,
siapa tahu kalau ia menang bermaksud membuat surprise?"
kata Pek Soh-gi lagi sambil tersenyum.
Tam Si-bin cepat menyambung pula sambil tertawa.
Hoa jin kongcu terkenal karena kecerdikan serta
keberaniannya, tindakan yang ia lakukan pasti mengandung
maksud tertentu, cuma ia memang gemar tertawa haha hihi
dalam mengerjakan tiap persoalan, sikapnya yang santai
tersebut memang cukup dikenal oleh setiap orang"
462 Bong Pay tersenyum.
Tam locianpwe terlalu menyanjung keponakanku itu, ia
masih muda, pengalamannya masih cetek, mana sanggup
menanggung tanggung jawab sebesar ini?"
"Lohu bukannya memuji dan menyanjung dia lantaran dia
adalah putra Thian cu kiam, tidak! Aku berbicara demikian
karena setiap umat persilatan merasa berpendapat demikian"
kata Tam Si-bin dengan wajah bersungguh-sungguh.
Hubungan Bong Pay dengan Hoa Thian-hong boleh dibilang
melebihi saudara sendiri, Pek Soh-gi pun kakak dari Pek Kun
gi, ibu Hoa In-liong, jadi hubungannya dengan keluarga Hoa
boleh dibilang erat sekali.
Dengan eratnya hubungan ini, maka boleh dibilang mereka
seringkali berkunjung ke perkampungan Liok soat san cong,
sementara angkatan muda dari keluarga Hoa pun setiap waktu
berkunjung ke tempat mereka, sebab itu pula dalam soal
hubungan keluarga maupun dalam hal pelajaran silat, kedua
keluarga ini berkaitan satu sama lain dengan eratnya, itulah
sebabnya empat jurus terakhir dari ilmu Ci yu jit Ciat dapat
berpindah pula ke dalam keluarga Hoa.
Jadi dalam anggapan Bong Pay suami istri, Hoa In-liong
sama pula dengan anak kandung mereka sendiri.
Justru lantaran itu Bong Pay suami istri berdua amat risau
menyaksikan watak Hoa In Hong yang suka bermain
perempuan disana sini dengan tabiatnya yang binal sukar
diurus, tapi ketika mengeta hui kalau diapun dipuji serta
dikagumi umat persilatan, hatinya kembali terasa lega dan
nyaman. 463 "Orang yang terlalu pintar dan suka bersikap acuh biasanya
kurang baik dalam melakukan pekerjaan!" kata Pek Soh-gi
tertawa. Tiba-tiba dari kejauhan sana lamat-lamat kedengaran suara
pertarungan yang tampaknya sedang berlangsung amat seru.
Dengan wajah tercengang Yau Tiong-in lantas berseru,
"Heran, siapa yang telah membuatr keonaran di dalam markas
besar Hian-beng-kau?"
Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tepi jendela,
beberapa orang lain pun ikut pula berpaling.
Sekeliling pagoda air itu merupakan jendela besar, jadi
tanpa meninggalkan tempat duduk pun bisa melihat ke tempat
kejauhan."
Terlihatlah pada sudut barat daya dari lembah itu berkobar
cahaya merah yang membumbung tinggi keangkasa, suara
pertarungan tersebut berlangsung dari tempat itu.
Dari balik bangunan bangunan lainpun segera bermunculan
bayangan manusia yang pada menengok keluar jendela, tapi
mereka hanya terbatas menengok belaka tanpa mendatangi
tempat kejadian tersebut, hal ini pertama untuk menghindari
kecurigaan orang, kedua suasana disekitar tempat kebakaran
itu pasti kalut, salah-salah mereka bisa menerima serangan
lawan malah?"".
Pek Soh-gi segera berpaling kearah Ho Kee-sian, kemudian
tanyanya, Paman Ho, mungkinkah ulah dari rekan-rekan bekas
seperkumpulanmu"
Pasti bukan rekan-rekan kami, sudah lohu pesankan
kepada mereka agar menyembunyikan diri diempat penjuru,
464 sebelum melihat tanda rahasia, mereka tak akan bertindak
sewenang-wenang.
Pek Soh-gi termenung sejenak, lalu katanya.
"Walaupun tiga perkumpulan besar telah berserikat, namun
sesungguhnya mereka tidak akur satu sama lainnya walaupun
begitu aku pikir kedua belah pihak lainnya tak mungkin akan
menimbulkan kesulitan bagi Hian-beng-kau sebelum
berlangsungnya upacara peresmian esok pagi"
Itu berarti dari pihak kaum luruslah yang bermaksud
hendak melenyapkan kaum besar dari muka bumi" sambung
Bong Pay, kita sebagai seorang manusia yang hidup didunia
ini hanya akan bertindak secara terus terang dan terbuka, tak
mungkin kaum hiap khek bersedia membakar rumah atau
menimbulkan kekalutan dengan cara demikian.
Pek Soh-gi berpikir sebentar, lalu ujarnya lagi, "Janganjangan
perbuatan dari Ngote atau anak Liong?"
Bong Pay kembali berpikir.
"Yaa, Hoa Ngo dan Liong ji memang memiliki sifat suka
mengaco orang, lagipula wataknya memang binal,
kemungkinan sekali mereka memang ada niat untuk membuat
malu Hian-beng-kau dihadapan para jago dari seluruh kolong
langit. Ketika makin dipikir ia merasa makin benar, sambil
melompat bangun segera serunya, "Biar kutengok sebentar
keadaan disana!"
Bagaikan seekor burung rajawali, secepat anak panah yang
terlepas dari busurnya ia meluncur ke luar jendela, kemudian
dengan meminjam daun teratai sebagai tempat berpijak,
465 dalam dua tiga lompatan saja tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Pek Soh-gi mau menghalangi kepergian suaminya, tapi tak
sempat, maka iapun cuma berdiam diri saja.
Menyusul kepergian Bong Pay, dari balik pagoda-pagoda air
lainnya segera bermunculan pula bayangan-bayangan hitam
lainnya, dalam waktu singkat ada dua tiga puluh orang yang
telah pergi. Tiba-tiba terdengar Yau Tiong-in bergumam.
"Aaah, bukankah itu adalah Suto susiok serta Ong dan Ko
sute berdua?".."
Buru-buru ia terpaling sambil berseru, "Akupun akan ikut
kesitu!" Sekali berkelebat ia telah menyusul kawanan jago lainnya
yang sedang memburu tempat kejadian itu.
Menyaksikan kesemuanya itu. Tam Si-bin tertawa terbahakbahak,
"Haaahh".. haaahh?"". haahh?""betul betul
sangat ramai, begini banyak orang telah menyusul kesana,
suasana pasti bertambah kalut, tak bisa disangkal lagi
kepergian mereka tentu akan membantu si pelepas api
tersebut" "Apakah locianpwe juga ingin menonton keramaian?" tanya
Pek Soh-gi sambil tersenyum.
Tam Si-bin segera tertawa terbahak-bahak.
466 Haaahh?""Haahh?"haaahh?"kenapa musti kesana
untuk menonton keramaian" Menyaksikan dari tempat inipun
tak mengurangi kegembiraan hatiku"
Pek Soh-gi tersenyum ia lantas berkata ke pada Ho Keesian,
"Setelah terjadinya peristiwa ini, pihak Hian-beng-kau
pasti akan memperketat penjagaannya, orang-orang yang kita
atur dalam lembah tampaknya sukar dipertahankan lebih jauh"
Ho Kee-sian berpikir sebentar, lalu kata nya, "Persoalan ini
memang cakup merisaukan cuma mereka semua rata-rata
adalah jago kawakan yang sudah berpengalaman selama
puluhan tahun semestinya merekapun tahu gelagat, siapa
tahu kalau telah mengundurkan diri keluar lembah"..
Sementara itu, kobaran api yang membumbung ke udara
tadi sudah padam dengan cepat, suara pertarungan yang
sedang berlangsungpun kini sudah tak kedengaran lagi.
Melihat itu, sambil tertawa Tam Si-bin berkata,
"Kepandaian si orang yang melepaskan api memang luar biasa
sekali, dalam waktu singkat ia dapat menimbulkan kebakaran
sebesar ini, mungkin yang digunakan adalah apotas dan
belerang sehingga begitu kena api lantas meledak. Cara Hianbeng-
kau memadamkan api pun tak kalah cepatnya, entah si
pelepas api itu berhasil ditangkap atau berhasil meloloskan
diri?" "Diatas bukit disebelah kiri lembah ini terdapat sebuah
telaga besar kata Ho Kee-sian, "asal air itu dialirkan ke bawah
maka tidak sulit untuk memadamkan api yang berkobar,
anggap saja nasib mereka masih mujur?"."
Mendadak tampak sesosok bayangan manusia secepat kilat
bergerak menuju ke gedung penerima tamu, Pek Soh-gi yang
467 bermata tajam segera mengenali siapa gerangan orang itu,
serunya tiba-tiba, "Ngo te!"
Sebenarnya bayangan manusia itu hendak bergerak
menuju kesamping pagoda, tapi setelah mendengar panggilan
itu, tanpa ragu-ragu lagi ia berubah arah dan menyusup
masuk kedalam. Tampaklah orang itu berkulit hitam pekat dengan rambut
yang kusut dan pakaian yang tak rapi, sepintas lalu usianya
tampak baru tiga puluh tahunan, ia menggendong seorang
pemuda berpakaian ringkas yang berwajah pucat dan
memejamkan matanya rapat-rapat, noda darah mengotori
ujung bibirnya, bila dilihat dari keadaannya jelas isi perutnya
telah menderita luka yang cukup parah.
Napasnya tersongkal-songkal jelas suatu pertempuran
sengit baru saja berlangsung, begitu masuk kedalam pagoda
meskipun melihat ada Ho Kee-sian dan Tam Si-bin berada
disitu, diapun tidak menyapa.
Dengan langkah tergesa-gesa ia baringkan pemuda itu
disebuah pembaringan bambu didekat jendela sana, lalu
serunya, "Enso, cepat kau periksa keadaan, apakah luka yang
diderita pemuda ini masih bisa ditolong?"
Pek Soh-gi sangat tenang, pelan-pelan ia berjalan
mendekati pembaringan dan memeriksa denyutan nadinya,
lalu kepada laki-laki itu katanya, "Kau masih saja bertingkah
seperti dulu saja, hayo cepat beristirahat dulu, minumlah
secawam dua cawan arak untuk menghilangkano rasa kaget,
serahkan pemuda ini kepadaku!"
Tiba-tiba Tam Si-bin berjalan mendekat seraya berkata,
"Pemuda ini bernama Yu Siau lam, dia adalah keponakan
468 muridku, entah kenapa bisa menderita luka disini, mari biar
lohu saja yang memeriksa keadaan lukanya?"
Dengan mata mendelik laki-laki setengah umur itu segera
berseru. "Sekalipun kau adalah supeknya, aku Hoa Ngo tidak
percaya kalau ilmu pertabibanmu jauh lebih hebat dari
kepandaian ensoku, sudahlah tak usah banyak urusan! Jangan
karena sopan santun mengakibatkan nyawa orang melayang!"
Waktu itu Pek Soh-gi sedang memeriksa denyutan nadi
pemuda tersebut, ketika mendengar ucapan itu, ia lantas
menengadah sambil menegur, "Ngo te, jangan kurang ajar,
dia adalah Tam Si-bin locianpwe dari bukit Thian tay!"
"Kalau memang dari Thian tay lantas kenapa" Aku hanya
membicarakan tentang persoalan bukan soal manusianya, aku
rasa ia memang sedikit tak tahu keadaan"
Pek Soh-gi tidak menyangka kalau makin bicara ia makin
tak karuan, dengan menarik wajahnya, ia berseru, "Ngo te,
kau terlalu kasar, apakah kau memang tidak memandang
sebelah matapun kepada enso-mu?"
"Siau te mana berani!" jawab Hoa Ngo cepat-cepat dengan
wajah agak takut.
"Kalau memang tidak berani, buat apa kau musti berdiri
terus disitu?""
Hoa Ngo ragu-ragu sejenak, akhirnya ia menjura kepada
Tam Si-bin, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, agaknya ia hendak minta maaf tapi tak tahu
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana musti berbicara.
469 Seperti diketahui sebenarnya dia adalah seorang anak
yatim piatu yang hidup gelandangan dalam kota Lok-yang,
sejak kecil ia sudah hidup sengsara dan sering kali merasa
kelaparan dan kedinginan.
Suatu kali ia berjumpa dengan Hoa Thian-hong serta kedua
orang hujinnya, karena merasa kasihan maka bocah itupun
mereka bawa pulang keperkampungan liok soat san ceng.
Betul, sejak itu dia dididik membaca, menulis dan belajar
silat, tapi wataknya yang binal sukar dikendalikan.
Hanya Pek Soh-gi seorang yang seringkali bersikap tegas
dan keras kepadanya, sebab itulah Hoa Ngo tidak begitu takut
kepada Bun Tay-kun sebaliknya malah takut dengan Pek Sohgi
yang halus dan lembut, kalau di bicarakan kembali, hal ini
memang lucu sekali.
Diam-diam Pek Soh-gi berpikir, "Dengan tabiat Ngo te,
untuk memberi hormat saja sudah sulitnya bukan kepalang
apalagi disuruh mengucapkan kata-kata minta maaf, tak heran
kalau ia tak sanggup memberi jawaban"
Harap Tam cianpwe suka memaafkan kesalahan ngote ku
ini, maklum dia memang agak berangasan dan kasar.
Untung imam Tam Si-bin cukup tebal, sekalipun merasa
agak susah juga, terpaksa iapun harus bersikap terbuka.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak dan mengelus
jenggotnya ia berkata, Hoa ngo hiap memang jujur dan
bersikap terbuka, tak heran kalau semua yang ingin diucapkan
segera diutarakan, memang ucapannya tak salah, ilmu
bertabiban Bong hujin memang tiada tandingannya didunia
ini" 470 Pek Soh-gi tersenyum.
Sedikit ilmu pertabiban yang tak seberapa hebat ini berhasil
kupelajari dari enci Chin, tentu saja dalam pandangan orang
lain kepandaianku ini masih jauh ketinggalan bila
dibandingkan dengan enci Wan hong"
Sebagaimana diketahui, Pek Soh-gi amat gemar menolong
orang, ia merasa kebanyakan orang miskin didunia ini
menderita akibat terserang oleh aneka macam penyakit yang
parah sebab itu ia merasa sangat tidak leluasa jika tidak
mengerti tentang ilmu pertabiban.
Untuk mewujudkan cita citanya untuk mengobati orang
itulah, maka ia belajar ilmu pertabiban dan ilmu tusuk jarum
dari Chin si hujin.
Dengan otaknya yang pintar, kemauannya yang besar
ditambah lagi ilmu pertabiban dari Chin si hujin memang
nomer satu didunia, tak heran kalau ilmu pertabiban yang
berhasil dipelajarinya terhitung hebat pula dalam dunia
persilatan dewasa ini.
Berhubung Pek Soh-gi suami istri sepanjang tahun
berkelana dan menolong orang, lambat laun namanya menjadi
jauh lebih tersohor daripada nama besar Chin si hujin, ratarata
para jago memuji kehebatan ilmu pertabibannya,
sekalipun dalam kenyataan memang masih kalah dengan Chin
wan hong, toh selisihnya tidak seberapa lagi.
Demikianlah, sambil berbicara ia lanjutkan pemeriksaannya
atas nadi pemuda itu, ketika hasilnya telah diketahui, diamdiam
iapun berkerut kening.
471 Tam Si-bin yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
amat cemas katanya, "Bong hujin, apakah keponakan muridku
masih bisa ditolong?"
"Bisa ditolong sih bisa" sahut Pek Soh-gi sambil tertawa,
"cuma kalau ditinjau dari keadaan lukanya, jelas
memperlihatkan bahwa ia sudah lama menyimpan rasa pedih,
hati dan paru parunya mengalami luka parah, ditambah lagi
dalam adu tenaga tadi, Tay yang hui keng dan Cui im sim pau
kengnya tadi, masih mendingan kalau ia muntahkan darahnya,
justru sikapnya menahan muntahan darah tersebut semakin
menambah parahnya luka yang diderita"
Kemudian sambil berpaling kearah Hoa Ngo, ujarnya lagi,
"Ngo te, ketika kau menolong dirinya tadi apakah kau telah
menotok jalan darah im bun dan tiang hu niatnya untuk
mencegah penjalaran luka yang dideritanya?"
Jilid 12 Hoa Ngo tertegun, lalu sahutnya, "Benar! Apakah keliru"
Kan to so yang mengajarkan aku berbuat demikian"..?"
Sebenarnya tidak salah, cuma tenaga dalam yang dimiliki
musuh agaknya jauh lebih lihay darinya, pihak lawan
tampaknya tidak bermaksud merenggut jiwanya tapi cuma
melukai isi perutnya belaka, mengakibatkan peredaran
darahnya mengalir balik dengan menyumbat Sau ha pit dan
Say yang sam-ciau ji kengnya, coba kalau waktu itu kau paksa
darah itu muntah keluar, kemudian menotok jalan darah Han
bun dan Thian cwan guna menantikan pengobatan, banyak
kesulitan yang tak diinginkan bisa dielakan.
472 Tam Si-bin yang mendengarkan penjelasan itu, diam-diam
berpikir, "Kalau didengar dari penuturannya barusan, ilmu
pertabiban yang dimilikinya memang sangat hebat."
Sementara itu Pek Soh-gi telah mengeluarkan sebuah botol
porselen dan mengambil tiga biji pil berwarna merah yang
harum semerbak, tapi pil itu tidak dimakankan ke Yu Siau lam,
sebaliknya sambil mengeluarkan segenggam jarum emas,
katanya, "Ngo te, bimbinglah ia bangun, bebaskan jalan
darahnya dan tembusi peredaran darah yang menembusi Sauim-
sim-keng dan Cui-im-sim-pao-keng yang ada ditangan
kanan-nya, kemudian nantikan perintahku selanjutnya"
Hoa Ngo menurut dan segera membebaskan jalan darah
im-bun dan tiong-hu niat ditubuh Yu Siau lam, lalu
menggenggam tangan kanannya dan diam-diam menyalurkan
hawa murninya ketubuh pemuda itu.
Pek Soh-gi mengayunkan tangannya berulang kali, belasan
batang jarum emas itu segera menancap didalam jalan darah
pada dada dan lambung Yu Siau lam, kemudian tanpa
berpaling ia berkata, "Bukankah Tam locianpwe telah berhasil
menguasahi ilmu Kui goan sinkang dari partai anda?"
Sambil tertawa Tam Si-bin gelengkan kepalanya berulang
kali. Yaa, sedikit ilmu simpananku ini tampaknya memang tak
bisa dirahasiakan lagi, pepatah bilang: Siapa yang tampaknya
hebat dia belum tentu hebat, harap hujin memberi perintah
saja. "Hei, Kui goan sinkang itu termasuk ilmu sakti macam
apaan?" tiba tiba Ho Kee-sian berseru sambil tertawa, "wah,
agaknya ilmu silat yang dimiliki Tam loji jauh diatas ke
pandaian lohu!"
473 Rasa ingin menangnya masih tertera jelas dibalik
ucapannya itu. Terdengar Pek Soh-gi berkata, "Locianpwe, harap kau
gunakan hawa murnimu untuk melindungi nadi Yu sauhiap!"
"Ngo te, gunakan tenaga sebesar tiga bagian untuk
memukul jalan darah Tiong tay Liatnya, hati-hati, kurang
sedikit saja bisa mengakibatkan hilangnya nyawa Yu sauhiap"
Koa Ngo menurut dan menepukkan telapak tangannya
diatas jalan darah Tiong tay hi-at?".
Yu Siau lam yang sadarkan diri, tiba-tiba muntahkan
segumpal darah kental berwarna merah kehitam-hitaman.
Dengan tanpa menggubris rasa kotor lagi, Pek Soh-gi
menjejalkan obat yang telah dipersiapkan itu ke dalam
mulutnya, kemudian sambil menghembuskan napas lega
katanya, "Setelah darah kental yang menyumbat peredaran
darah ini bisa dimuntahkan keluar, keadaan sudah tidak
berbahaya lagi, sekarang kalian berdua boleh menarik kembali
telapak tangan masing-masing"
Kemudian ia sendiripun mencabuti jarum-jarum emasnya.
Tiba-tiba terdengar Yu Siau lam merintih lalu gumamnya
dengan suara yang masih kabur, "Ayah?" ibu?""."
Pek Soh-gi merasa hatinya bergetar! pelan-pelan ia
menotok jalan darah tidurnya, maka terlelaplah Yu Siau lam
dalam tidur yang amat nyenyak.
Selesai melakukan pengobatan, mereka bertiga
membiarkan Yu Siau lam tetap terbaring diatas pembaringan,
474 sementara mereka sendiri kembali kemeja perjamuan. Tibatiba
Hoa Ngo berseru, "Toa so, ujung bajumu!"
Ketika Pek Soh-gi mengangkat ujung bajunya, maka
terlihatlah pada ujung bajunya yang putih bersih telah ternoda
oleh darah, saking memusatkan segenap perhatiannya untuk
memberi pengobatan, ternyata ia sampai tidak merasakan
akan hal itu. Maka sambil tersenyum ia merobek bajunya itu sambil
berkata, "Sekarang kita sebagai tamu orang, yaa, terpaksa
hanya bisa berbuat demikian saja" Diam-diam Tam Si-bin
merasa kagum, katanya sambil tertawa, "Sebagai sesama
rekan sealiran, rasanya lohu pun tak usah berterima kasih lagi
kepadamu!"
"Seharusnya memang demikian" kata Pek Soh-gi tertawa,
kemudian sambil berpaling ke arah Hoa Ngo katanya lebih
jauh, Ngo te aku tebak kaulah yang melepaskan api, ternyata
dugaanku tak keliru"
"Aaah?".masa enso masih menganggapku sebagai
seorang bocah cilik yang nakal?" ujar Hoa Ngo sambil tertawa.
"Kalau begitu anak Liong?"
Kembali Hoa Ngo gelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aku sama sekali tak tahu kemana perginya anak Liong.
Enso kau melihat aku pulang dengan membawa seorang yang
setengah mati, kenapa tidak kau duga kalau perbuatan ini
adalah hasil karyanya?"
Tam Si-bin menghela napas panjang, "Ayah ibu Yu sudah
kena culik oleh Hian-beng-kau" ujarnya, "aku pikir ia pasti
475 berusaha menolongnya dengan menggunakan kesempatan ini,
maka ia lepas api untuk membakar rumah, aaai?".nyali
bocah ini memang terlampau besar"
Hoa Ngo manggut-manggut ujarnya, "Ia beserta beberapa
orang anak muda lain yang menamakan dirinya sebagai Kim
leng ngo kongcu, dengan membawa beberapa orang pemuda
lagi yang bernama Kongsua Peng, Oh Keng bun, sekalian
beberapa orang, ternyata dengan amat berani menerbitkan
keonaran dalam markas besar perkumpulan Hian-beng-kau,
coba kalau bukan pihak Hian-beng-kau ingin menangkap
mereka hidup-hidup, sebelum aku dan Ko toako tiba, niscaya
mereka sudah tewas semenjak tadi. Mengingat dia adalah
seorang anak yang berbakti maka ketika melihat dia terluka
aku berusaha untuk menolongnya"."
Kemana perginya pemuda pemuda yang lain?" tukas Pek
Soh-gi. Hoa Ngo menghela napas panjang, sahutnya, "Setelah
menahan serangan mereka sejenak aku dan Ko toako lantas
memisahkan diri, ditengah jalan aku bertemu dengan Bong
toako yang menyuruh aku membopongnya datang kemari
untuk minta pengobatan dari toaso, jadi bagaimana kah nasib
yang lain, terpaksa harus menunggu sampai Bong toako
kembali nanti"
Selesai berkata ia mengangkat cawan dan menegak isinya
sampai habis, wajahnya murung dan kesal agaknya seperti
lagi menyesali ketidak becusan dirinya.
Dengan wajah sedih, Pek Soh-gi berbisik pula, "Kalau
dilihat perjuangan mereka untuk membela teman, jelas
pemuda-pemuda itu adalah kawanan pemuda berjiwa ksatria,
semoga saja mereka jangan sampai tertimpa musibah"
476 0000O0000 Setelah berjumpa dengan Hoa Ngo dan menitahkannya
berangkat keruang penerima tamu untuk mencari istrinya dan
menolong jiwa Yu Siau lam, Bong Pay melanjutkan
perjalanannya menuju ketempat kejadian.
Ketika makin mendekati tempat peristiwa, dibawah sinar
api yang terang benderang tampaklah para anggota Hianbeng-
kau berbaris sepuluh orang satu regu sedang berusaha
keras menanggulangi kebakaran yang sedang terjadi.
Yang menyimpan air menyiram, yang membongkar
reruntuhan membongkar, semuanya dilakukan secara tertib
dan teratur, sedikitpun tidak tampak kalut atau bingung.
Melihat hal mana, kembali ia berpikir, "Hian-beng-kau
memang suatu kelompok manusia yang terorganisir, agaknya
jika kelompok ini tidak teratasi sebaik-baiknya, dikemudian
hari pasti akan merupakan bibit bencana yang besar bagi
umat persilatan"
Disekeliling tempat kebakaran itu terjadi, bayangan
manusia bagaikan lautan, meteka terdiri dari orang-prang
Hian-beng-kau, Mokau, kui im kau serta para jago persilatan
yang datang memenuhi undangan, suasana hiruk pikuk dan
gaduh sekali. Tindakan yang dilakukan pihak Hian-beng-kau sungguh
amat cepat, apalagi sebagian besar terdiri dari jago-jago lihay,
pekerjaan yang mereka lakukan, puluhan kali lebih hebat
daripada orang lain.
Ternyata kebakaran itu terjadi diseleretan gudang barang,
dengan begitu korban manusia bisa dihindari. Dalam suatu
kerja sama yang erat, dalam waktu singkat kebakaran bisa
477 diatasi dan rumah yang belum terbakar pun bisa
diselamatkan. Ditepi tempat kebakaran itu berlangsung berdiri seorang
Imam tua berjubah panjang yang memelihara jenggot,
disisinya berdiri Toan bok See liang serta sekawanan jago dari
Hian-beng-kau, rupanya ia seba gai pemimpin rombongan
disitu. Setelah berpikir sejenak, Bong Pay segera mengenali orang
itu sebagai wakil kaucu dari Hian-beng-kau yang bernama Go
Tang cuan. Tampaklah disampingnya menggeletak tiga orang pemuda,
rupanya jalan darah mereka sudah tertotok, Bong Pay lantas
berpikir. "Mereka sudah pasti adalah satu komplotan dengan Yu Siau
lam, sebetulnya aku harus menolong mereka, tapi sekarang
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawanan jago lihay dari Hian-beng-kau perkumpulan semua
disini, lebih baik jangan dilakukan tindakan ceroboh yang bisa
mengakibatkan melukis harimau tidak jadi malah munculnya
anjing. Bila peristiwa ini berlangsung dimasa lampau, dengan
waktunya itu niscaya ia sudah menerjang kemuka kendatipun
tahu kalau perbuatan tersebut bisa mengakibatkan kematian,
tapi sekarang setelah termenung sebentar, ja bertekad untuk
mencari bantuan lebih dulu, kemudian baru memaksa pihak
Hian-beng-kau untuk melepaskan orang, bila mana perlu
pertarungan sengit pun boleh jadi akan dilangsungkan.
Setelah berpikir sampai disitu, sebenarnya ia siap
meninggalkan tempat tersebut, pada saat itulah tiba-tiba
muncul seorang pemuda tinggi besar yang bermata gede dari
balik hutan. 478 Begitu munculkan diri, dengan suara lantang segera
teriaknya, "Hei manusia she Go, hayo kita langsungkan
pertarungan lagi!"
Go Tang cuan berpaling, lalu mendengus dingin, jengeknya
sinis, "Bocah keparat, dengan susah payah kau berhasil
melarikan diri, mau apa datang kemari lagi" Cari mati?"
Toan bok See liang yang berada disampingnya, cepat-cepat
berbisik, "Hu kaucu, bocah keparat ini datang kemari pasti
dikarenakan ada yang mem "baking" dirinya"..
Go Tang cuan manggut-manggut. "Ehmm, memang bisa
jadi demikian" Sementara itu kawanan jago Hian-beng-kau tak
ada yang turun tangan karena belum mendapat perintah dari
Hu kaucunya. Dengan langkah lebar, pemuda itu lansung menuju
kehadapan Go Tang cuan dan berhenti lima kaki
dihadapannya, setelah berhenti, katanya, "Orang she Go, Coa
kongcu mu datang kemari khusus mencari kau, berani tidak
berduel denganku?"
Go Tang cuan tidak menggubris tantangan tersebut,
dengan sorot mata tajam ia menyapu sekejap kesekeliling
tempat itu, ketika menjumpai kehadiran Bong Pay, ia tertawa
dingin. Tiba-tiba muncul seorang pemuda berpakaian ringkas
warna hijau dari kerumunan para jago, kemudian bentaknya
keras-keras. "Coa Cong gi, rupanya kau sudah bosan hidup!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
479 Coa Conggi maju ke depan menyongsong datangnya
ancaman tersebut, katanya, "Bagus sekali! Membunuh kau Ciu
Hoa lo sam lebih dulupun sama saja!"
Telapak tangannya berputar kencang, dalam waktu singkat
kedua orang itu sudah bertarung puluhan jurus banyaknya.
Tiba-tiba Coa Cong gi membentak keras, kepalanya
langsung meninju ke depan.
Sodokan tinju yang menyambar ke depan secara tiba-tiba
ini, boleh dibilang merupakan suatu serangan yang indah dan
luar biasa sekali, karena tak sempat menghindarkan diri,
terpaksa Ciu Hoa losam harus menerima serangan tersebut
dengan keras lawan keras.
Coa Cong gi membentak keras, secara beruntun ia lepaskan
lima buah pukulan, bahkan pukulan yang satu lebih hebat
daripada pukulan yang lain.
Begitu kehilangan posisi baiknya, terpaksa Ciu Hoa losam
harus menyambut semua pukulan itu dengan keras lawan
keras. "Blang, blang, blang, Blang!" ditengah benturan-benturan
keras yang memekikkan telinga, Ciu Hoa losam terdesak
mundur berulang kali, peluh sebesar kacang membasahi
jidatnya, ia makin kepayahan untuk menghadapi ancaman
tersebut. Sekeliling gelanggang penuh dengan anggota Hian-bengkau,
tentu saja mereka tak senang melihat Coa Cong gi
menunjukkan kehebatannya, maka ketika dilihatnya Ciu Hoa
losam terdesak hebat dan sebentar lagi bakal kalah, seorang
480 jago lihay dari Hian-beng-kau segera terjun ke arena
sementara beberapa jago-jagonya mengadakan pengepungan.
Coa Cong gi sedikitpun tidak jeri, sambil melangsungkan
terus pertarungannya, ia mengejek sambil tertawa, Rupanya
pihak Hian-beng-kau mau mencari kemenangan dengan
mengandalkan jumlah banyak"
Waktu itu Bong Pay merasa jejaknya sudah konangan,
maka dia tampil ke depan secara terang-terangan, Sewaktu
dilihatnya Coa Cong gi memiliki watak yang mencocoki
seleranya, tak lama lagi segera serunya dengan lantang,
Saudara cilik, hantam terus!"
Dalam menghadapi pertarungan sengit semacam itu, Coa
Cong gi tak sempat untuk menengok ke samping, maka ia
bertanya, "Cianpwe, siapakah kau?"
"Bong Pay dari Hwi im!"
Go Tang cuan mendegus dingin, pelan-pelan ia maju ke
depan, lalu sambil ulapkan tangannya ia membentak,
"Semuanya mundur!"
Seluruh anggota perkumpulan Hian-beng-kau berikut
mereka yang sedang bertempur, bersama-sama
mengundurkan diri kebelakang.
"Hu kaucu, apakah kau hendak turun tangan sendiri" Bagus
sekali bentak Coa Cong gi dengan suara lantang.
Go Tang cuan tertawa dingin, ia menyapu sekejap
sekeliling gelanggang, kemudian katanya, "Kau adalah
manuusia rendah yang melepaskan api, manusia pengecut
seperti kau kenapa musti membicarakan lagi tentang soal
peraturan dunia persiltan?"
481 Ucapan sebut jelas ditunjukkan untuk didengar oleh semua
umat persilatan yang ada disekitar sana, setelah berhenti
sejenak, katanya kembali.
Hari ini lohu pasti akan membuat kau merasa puas, dalam
tiga puluh gebrakan aku akan menangkapmu hidup-hidup, jika
kau bisa melewatkan ketiga puluh gebrakan ini, kuanggap
nasibmu masih mujur dan kau boleh pergi dari sini.
Hmm! Apa kau bilang?" seru Coa Cong gi sambil melotot
besar, sebelum kau lepaskan empek Yu dan sahabatsahabatku,
sekalipun diusir, aku juga tak akan pergi!"
Go Tang cioa tertawa seram.
Hmm". apa sulitnya jika kau mengingginkan itu, cuma kau
musti menyambut dulu tiga puluh jurus seranganku"
"Baik, kita terpaksa dengan sepatah kata ini!" teriak Coa
Cong gi dengan lantang.
Bong Pay merasa kagum sekali dengan sang pemuda yang
ibaratnya anakan harimau yang tak punya rasa takut ini, tapi
iapun cukup mengetahui manusia macam apakah lawannya,
maka sambil melangkah ke depan dan terbahak bahak, ia
berkata, "Haaahhh".haaahhh?"haaahhh?"masa Hu kaucu
dari Hian-beng-kau yang punya nama besar beraninya cuma
menganiaya seorang boanpwe dari angkatan muda!"
Go Tong cuan segera tertawa dingin.
"Heehhh"..heehhh".heehhh".. jadi Bong tayhiap juga
ingin melibatkan diri didalam air keruh ini".."
482 "Anak Gi, besar amat nyalimu, hayo cepat mundur!" tibatiba
seorang perempuan menegur.
Ketika mendengar suara itu, tanpa terasa semua orang
berpaling ke arah mana berasalnya suara tersebut.
Dari balik hutan pohon siong, pelan-pelan muncul seorang
perempuan cantik setengah umur, wajahnya ayu dan sikapnya
anggun, membuat siapapun tak berani sembarangan
memandang kearahnya.
Selintas lalu nyonya setengah umur itu kelihatan seperti
lagi berjalan dengan pelan, tapi jarak antara hutan sampai ke
arena yang dua puluh kaki lebih itu ternyata hanya dilewati
dalam beberapa langkah saja.
Tahu-tahu ia sudah tiba dihadapan Go Tang cuan dengan
santai, padahal dengan jelas semua orang melihat perempuan
itu melangkah dengan amat lambatnya.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang sangat lihay itu,
kontan saja menggetarkan hati setiap orang yang ada dalam
arena, suara gaduh seketika sirap dan semua orang samasama
mengawasi perempuan cantik itu sambil menduga asal
usulnya. Terdengar Coa Cong gi berteriak dengan penuh
kegirangan, "Ibu, kenapa sampai sekarang kau baru tiba?"
Nyonya cantik itu hanya tersenyum, lalu memberi hormat
kepada Bong Pay, ia tidak berbicara pun tidak menjawab,
hanya sepasang matanya yang tajam menatap lekat-lekat
wajah Go Tang cuan.
Diam-diam terkesiap juga Go tang cuon setelah bertemu
dengan nyonya cantik itu, segera pikirnya, Ternyata dia adalah
483 ibunya Coa Cong gi, keluarga Coa ternyata memang musuh
tangguh dari perkumpulan kami, cuma". Hmm! Sekalipun
tenaga dalammu lebih hebatpun, pihak kami tetap punya cara
untuk membunuh kalian semua ditempat ini?"
Sementara dalam hati ia berpikir demikian, di luar ujarnya,
Oooh". kiranya Coa hujin yang telah datang, dengan
kemunculan dari keturunan Bu seng dalam dunia persilatan,
agaknya ada sesuatu karya besar yang hendak dilakukan"
Bersama dengan berkumandangnya ucapan tersebut, suara
bisik-bisik segera meramaikan suasana dalam arena, kian lama
suara bisik-bisik itu kian bertambah keras sehingga akhirnya
berubah menjadi suara pembicaraan yang gaduh.
Dengan suara hambar Coa hujin atau Swan Bun sian
segera berkata, Menurut peraturan keluarga, sebenarnya
keluarga kami sudah lama mengundurkan diri dari dunia
persilatan, kali ini terpaksa kami muncul kembali dalam dunia
persilatan, tak lain hanya ingin mencari jejak suami ku yang
sudah lama hilang, jadi berbicara sebenarnya, aku tidak
bermaksud untuk melakukan apa-apa"
Setelah berhenti sejenak, katanya kembali, "Dengan
memberanikan diri Swan Bun sian ingin mengajukan sebuah
permohonan kepadamu, entah bersediakah kau untuk
mengabulkannya?"
Go Tang cuan melirik sekejap ke arah tiga orang pemuda
yang bergeletak ditanah itu, kemudian sahutnya, "Apakah
persoalan yang menyangkut beberapa orang pelepas api
ini?"?"
Sengaka ia mengucapkan kata "si pelepas api" itu dengan
suara lantang, jelas ini bermaksud hendak menyindir.
484 Coa Hujin sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa
terhadap sindiran tersebut, hanya katanya, "Maaf kalau Swan
Bun sian hendak memberi keterangan, bahwasanya mereka
sampai berbuat demikian, sesungguhnya disebabkan karena
keadaan yang terpaksa"."
Go Tang cuan tidak memberi kesempatan kepada
perempuan itu untuk menyinggung masalah diculiknya Yu
Siang tek suami istri oleh perkumpulannya, dengan cepat ia
menukas, "Baiklah, memandang diatas wajah Coa hujin, dosa
mereka dalam membakar gedung kita, tak akan lohu tuntut
lebih jauh"
Coa hujin segera membungkukkan badan-nya memberi
hormat.. "Kalau begitu, Swan bun sian mengucapkan banyak banyak
terima kasih lebih dahulu"
Kemudian sambil berpaling, serunya, "Anak Ci, maju ke
depan dan bebaskan jalan darah dari tiga orang engkoh cilik
itu" Tiba-tiba Go Tang cuan berseru, "Tunggu sebentar hujin,
perkataan lohu belum selesai" Dengan kening berkerut, Coa
hujin ulapkan tangannya mencegah Coa Cong gi maju ke
depan, kemudian tanyanya, "Hu kaucu masih ada petunjuk
apa lagi?"
"Tolong tanya hujin, apakah gedung-gedung kami ini harus
dibakar dengan begitu saja tanpa ada pertanggungan jawab
dari mereka?" seru Go Tang cuan dengan ketus.
Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin sambil
menyindir, "Hemmm?"main tipu berotak licik, Hu kaucu
macam apaan itu?"?"
485 Go Tang cuan segera berpaling ke arah mana berasalnya
suara itu, terlihatlah dua orang kakek berjubah abu-abu yang
berjenggot panjang dan menyoren pedang dipunggungnya,
berdiri angker ditepi arena, orang yang berbicara adalah kakek
disebelah kanan.
Para anggota Hian-beng-kau melotot gusar kearahnya,
sedang Go Tang cuan berkata sambil tertawa, "Ciang Pek jin,
kalian tak usah terburu napsu, dalam upacara tengah hari
esok, perkumpulan kami pasti akan memberi kesempatan
terhadap partai Thian cong untuk mewujudkan keinginanya"
Dua orang kakek berjenggot perak ini adalah Tiam cong
siang kiam (sepasang pedang dari Ti-am cong) yang sulung
bernama Lau Gi tiong dan yang terakhir bernama Ciang Pek
jin, meskipun bukan saudara sekandung, hubungan mereka
melebihi saudara sendiri, selama berkelana dalam dunia
persilatan, mereka belum pernah berpisah dengan sepasang
pedang bajanya selama tiga puluh tahun, mereka menjaga
wilayah Thian lam.
Kami berdua akan menanti datangnya kesempatan itu!"
seru Cian Pek jin sinis.
Go Tang cuan tertawa dingin, ia tidak menggubris kedua
orang itu lagi, sepasang matanya kembali dialihkan kewajah
Coa hujin. Dengan serius Coa hujin menjawab. Itu mah soal gampang,
biar kami keluarga Coa yang membayar kerugian ini.
Walaupun Coa hujin berasal dari keluarga persilatan, tapi
keluarga persilatan Kim leng, sejak dari Cing Tong ti sampai
anak cucu keturunannya tak ada yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, merekapun jarang sekali melangkah
486 keluar dari rumah, oleh sebab itu tak heran kalau caranya
untuk menghadapi persoalan yang berbau dunia persilatan ini
terasa menjadi kaku dan lucu.
Sekalipun kata-kata yang diucapkan itu sesungguhnya
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merupakan pantangan bagi umat persilatan kenyataannya tak
seorangpun berani memandang rendah dirinya, malahan
semua orang merasa bahwa keputusannya itu memang tepat
sekali. Untuk sesaat Go Tang cuan menjadi tertegun tapi sebentar
kemudian ia telah berkata, "Walaupun perkumpulan kami
miskin tapi kerugian sekecil ini masih belum sampai kami
pikirkan, kalau sampai Coa hujin musti bayar ganti rugi,
apakah perbuatan ini tak akan ditertawakan oleh kawankawan
persilatan?"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan"
"Begini saja! Sudah lama lohu mengagumi akan kehebatan
ilmu silat dari Bu seng, sayang aku dilahirkan terlalu lambat
sehingga tidak berjodoh untuk berjumpa dengar mereka,
bagaimana kalau hujin unjukkan kepandaianmu sebagai ganti
rugi atas dilepaskannya ketiga orang pemuda ini?""
Baik mereka dari golongan lurus maupun yang berasal dari
golongan sesat, sama-sama ingin menyaksikan kehebatan dari
ilmu silat peninggalan Bu seng, oleh sebab itu perkataan dari
Go Tang cuan segera disambut dergan tempik sorak dari
segenap jago, beratus-ratus pasang matapun bersama sama
dialihkan ke wajah Coa hujin.
Waktu itu api yang membakar gedung su dah berhasil
dipadamkan, para jaga dari Hian-beng-kau pun telah berhenti
mengambil air untuk memadamkan api. suasana disekitar
tempat itu, jadi terasa lebih tenang dan hening?"
487 Coa hujin memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ia
tahu bila tidak memperlihatkan sedikit kepandaiannya, jelas
hal ini tak mungkin.
Sebab itu setelah berpikir sebentar, tiba-tiba ujung bajunya
dikebaskan ke arah kanan seraya ujarnya, "Baiklah,
kuperlihatkan sedikit kejelekanku!"
Sementara semua orang masih terkejut bercampur
keheranan tiba-tiba tiga orang pemuda yang tertotok jalan
darahnya itu menghembuskan napas panjang lalu melompat
bangun. Kiranya ia telah mendemonstrasikan ilmu membebaskan
jalan darah dengan udara kosong.
Kontan saja tempik sorak berkumandang memecahkan
keheningan disekeliling tempat itu.
"Suatu kepandaian yang sangat hebat!" pekik Hong Pay
didalam hati. Haruslah diketahui, walaupun kebasan tersebut
kelihatannya amat sederhana, sesungguhnya merupakan
suatu serangan yang sulit dilakukan, sang korban bukan cuma
berselisih jarak antara tiga kaki lebih, tidak di ketahui juga
jalan darah manakah yang tertotok, sebab itu kebasan yang
berhasil membebaskan totokan ketiga orang itu sungguh di
luar dugaan"..
Go Tang cuan paling terkejut dibandingkan dengan yang
lain, sebab totokan atas ketiga orang tersebut dilakukan
dengan suatu ilmu totokan tunggal, siapa tahu mereka
berhasil ditolong oleh Coa hujin dengan gerakan yang
demikian entengnya.
488 Setelah melompat bangun tiga orang pemuda yang
berpakaian ringkas itu melirik sekejap ke arah Coa hujin dan
Coa Cong gi, lalu dengan langkah lebar menuju ke arah
mereka. Saudara Siong-peng, saudara Keng bu, saudara Kiat kian,
kalian tidak terluka bukan?" seru Coa Cong gi dengan suara
lantang. Tiga orang pemuda itu tertawa dan bersama-sama
gelengkan kepalanya, kemudian masing-masing orang
memberi hormat kepada Coa hujin.
Cepat Coa hujin ulapkan tangannya menyuruh mereka
jangan banyak adat, setelah itu katanya, "Jika tak ada urusan
lagi, Swan si ingin mohon diri lebih dahulu!"
Go Tang cuan segera menjura.
"Sampai jumpa lagi dalam pertemuan besok!"
Coa hujin tersenyum, lalu ujarnya kepada Bong Pay,
"Anakku tak tahu diri, untung memperoleh bantuan
saudara".."
Sungguh menyesal Bong Pay tidak mengeluarkan tenaga
barang sedikitpun juga" tukas Bong Pay, justru hujin lah yang
sudah menolong mereka dengan ilmu yang maha dahsyat
itu".."
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Bila hujin tiada
urusan penting, kenapa tidak menjumpai dulu rekan-rekan
sealiran yang lain?"
489 Sementara Coa hujin masih termenung, Coa Cong gi sudah
berseru dengan tak sabar, "ibu?"!"
Coa hujin termenung sejenak, ia merasa setelah dirinya
tampil didalam dunia persilatan, memang tidak seharusnya
menjauhi kawanan jago lainnya, apalagi antara dia dengan
kedua orang hujin dari keluarga Hoa sudah ada persetujuan
secara diam-diam untuk banyak membujuk rekan-rekan
persilatan lainnya,
Ditambah lagi diapun tak tega menampik keinginan Coa
Cong gi yang kelihatan antusias sekali itu, maka setelah
menghela napas dihati, diapun manggut manggut.
"Kalau begitu, tolong bawalah kami kesitu!
Ia memutar badannya, lalu bersama Bong Pay berlalu dari
situ. Go Tang cuan yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam
berkerut kening, kemudian pikirnya, "Kalau dilihat dari
keadaan ini, tampaknya kedua orang musuh tangguh tersebut
memang sudah bekerja sama secara diam-diam" Tiba-tiba
serentetan suara bisikan yang lirih seperti suara nyamuk
berkumandang disisi telinganya, "Tang cuan, bubarkan anak
buahmu dengan cepat, tunggu kedatanganku dipuncak bukit
lembah sebelah timur"
Sekalipun ucapan itu diutarakan dengan ilmu
menyampaikan suara, tapi begitu mendengar suara tadi, Go
Tang cuan segera tahu siapakah dia. Sebab dalam kolong
langit de wasa ini, kecuali istri ke sayangannya tak ada orang
lain yang menyebut dirinya secara demikian.
Kontan saja hatinya bergolak keras.
490 Tak tahan lagi ia celingukan kesana-kemari, tampaklah
kawanan jago persilatan itu telah buyar semua dari situ, tapi
bayangan tubuh dari Thian Siok-bi tidak kelihatan juga.
Tentu saja Toan bok See liang menjadi keheranan ketika
dilihatnya Hu kaucu yang dihari-hari biasa selalu kelihatan
tenang itu, secara tiba-tiba celingukan dengan wajah
kebingungan. Hu kaucu"..! segara panggilnya dengan suara heran.
Go Tang cuan segera ulapkan tangannya sambil menukas.
Toan bok thamcu, harap kau perhatikan lembah kita baikbaik,
semua jago lihay kita dikerahkan untuk melakukan
penjagaan terutama ditempat-tempat yang sepi, kewaspadaan
perlu ditingkatkan, aku harap kejadian seperti ini jangan
sampai terulang kali, nah aku pergi sebentar!"
Selesai memberi pesan, tidak menunggu jawaban dari Toan
bok See liang lagi buru-buru dia kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya dan berlalu dari situ.
Disebelah timur lembah merupakan sebuah telaga seluas
beberapa li, pada bagian depan lembah terbuka sebuah mulut
dan dari situlah air mengalir turun sebagai sebuah air terjun
yang amat besar.
Dengan menelusuri jalan rahasia yang dibuat Hian-bengkau,
Goa Tang cuan bergerak naik ke puncak bukit, sepanjang
jalan tiada hentinya ia celingukan kesana-kemari meneliti
pepohonan Pak yang dijumpainya di tempat tersebut.
Tak lama kemudian, ia saksikan sesosok bayangan lain
sedang bergerak naik ke atas puncak.
491 Dengan ketajaman matanya, dalam sekilas pandangan ia
telah melihat bahwa bayangan manusia itu adalah seorang
tokoh berusia setengah umur yang berjubah pendeta dan
membawaj hud tim.
Siapa lagi tokoh setengah umur itu kalau bukan istrinya
yang telah berpisah hampir sepuluh tahun lamanya" Kecuali ia
telah mengenakan jubah pendeta, dandanan serta raut
wajahnya masih tetap seperti sediakala.
Kontan saja ia merasakan hatinya bergolak keras, teriaknya
tanpa terasa, "Siok-bi".-"
Cepat-cepat dia memburu ke depan.
Thia Siok-bi segera mengebaskan hud tim-nya seraya
membentak, "Berhenti!"
Bagaikan diguyur dengan air dingin, Go Tang cuan segera
menghentikan langkahnya lalu dengan wajah tertegun ia
berseru. "Kau?"?"
"Lebih baik kita bicarakan dulu secara baik, kalau tidak
cocok?""
"Bagaimana kalau tidak cocok?" tukas Go Tang cuan tidak
sabar lagi. "Lebih baik kita putus hubungan sampai disini!" jawab Thia
Siok-bi dengan tegas.
Go Tang cuan mengerutkan dahinya, lalu berkata, "Kalau
begitu katakanlah!"
492 Thia Siok-bi menggerakkan bibirnya ingin berbicara, tapi
niat tersebut kemudian dibatalkan, selang sesaat kemudian,
sambil menghela napas katanya, "Apa yang hendak
kukatakan, aku pikir kau tentu sudah menduganya, kenapa
mesti kukatakan lagi?"
Go Tang cuan tertawa hambar.
Memang, apa yang ingin kau katakan sudah Ih heng tebak
delapan sampai sembilan bagian, tapi Ih heng pun ada
beberapa patah kata yang ingin kugunakan kesempatan ini
untuk membicarakannya secara baik-baik"
Kalau begitu kau saja yang berkata!" Go Tang cuan
tersenyum. Pertama lama Ih heng hendak memberi tahukan kepadamu
bahwa sejak esok pagi, seluruh dunia akan menjadi milik Hianbeng-
kau!" "Heeeehh"heeehhh"..heeehh". apakah bukan siburang
pungguk yang merindukan rembulan?"
Senyuman masih menghiasi ujung bibir Go Tang cuan,
kembali ia berkata, Aku tahu kalau kau tak akan percaya tapi
kau pun musti tahu, jika perkumpulan kami tidak bersuara
keadaan tetap tenang tapi begitu bersuara, dunia akan
menjadi gempar, tunggu saja sampai esok pagi dunia akan
tahu sampai dimanakah kemampuan sesunguhnya yang
dimiliki perkumpulan Hian-beng-kau kami!"
Thia Siok-bi segera mendasis dingin.
"Hmm! Jangan dibilang kepandaian silat yang dimiliki Hoa
tayhiap tiada tandingannya dikolong langit, apa yang hendak
kau lakukan untuk menghadapi keturunan dari Bu seng"
493 Apalagi kalau berbicara dari segitu banyak jago persilatan
yang hadir, sekarang kauanggap Hian-beng-kau sanggup
untuk menghadapi mereka semua?"
Mendengar ucapan tersebut, Go Tang cuan segera tertawa
terbahak-bahak, sampai lama sekali, ia baru berkata dengan
lantang, "Haaahh"..haaahh?"haaah"..Siok-bi, jangan dikata
kawan jago yang menghadiri pertemuan sekarang cuma
sebangsa manusia kurcaci yang sekali hantaman lantas
hancur, sekalipun Hoa Thian-hong yang kau anggap manusia
nomer satu dalam dunia persilatanpun, perkumpulan kami
sudah mempunyai orang yang sanggup untuk
menghadapinya"
Diam-diam Thia Siok-bi mengamati wajah orang itu, ketika
diketahui kalau ucapan tersebut bukan cuma bohong belaka
hatinya menjadi tercekat, namun ketika dipikir kembali, diapun
tak merasa percaya. Maka akhirnya diam-diam dia berpikir.
"Ketika masih muda dulu, Hoa Thian-hong sudah sanggup
mengalahkan Tang Kwik-siu sekalian, selama dua puluh tahun
terakhir ini entah sampai dimana pula kemajuan yang berhasil
dicapainya dalam kepandaian silat, siapakah dalam dunia
dewasa ini yang sanggup menandinginya?"
Berpikir sampai disitu, tak tahan lagi dengan suara
menyelidik ia bertanya, "Siapakah orang itu" Apakah dia
adalah Sinkun kalian itu?" Go Tang cuan tersenyum.
"Sebenarnya tak jadi soal kalau cuma kuberikan kepadamu,
tapi kau pasti akan membocorkan rahasia ini kepada pihak
keluarga Hoa, jika sampai kabur, bukankah usaha Sinkun
untuk membalas dendam bakal menjumpai banyak kesulitan
lagi?" 494 Thia Siok-bi segera tertawa dingin,
"Heeehhh?"..heeehhh?""heeehh?"..aku lihat kau tak
sanggup mengalahkan orang tersebut dalam waktu singkat,
makanya sengaja mengarang sekenanya saja"
Go Tang cuan hanya tersenyum tidak menjawab.
Melihat ia tidak menyahut juga, diam-diam Thia Siok-bi
merasa semakin terperanjat, tapi diluar wajahnya ia masih
tetap tertawa-tawa.
"Kalau kudengar dari nada ucapanmu, tampaknya kau
memang tak sudi berpaling kembali" katanya, "Berpaling
kenapa?" "Kau sudah terlanjur terjerumus dalam kesesatan, hawa
jahat sudah merongrong pikiran dan perasaanmu, maka sulit
untuk diajak kembali lagi ke jalan yang benar" teriak Thia
Siok-bi marah. oooooOoooo 52 Sesungguhnya, tiada perbedaan antara yang lurus dan
yang sesat dalam dunia persilatan" kata Go Tang cuan dengan
suara hambar, "kalau toh sekarang ada, hal itu hanya buatan
dari manusia dunia itu sendiri, bayangkan saja, kalau toh kira
berhasil mempelajari serangkaian ilmu yang hebat, apakah
kita suka berkumpul jadi satu dengan kawanan manusia
kurcaci yang tak berkemampuan apa-apa?"
"Bagaimana pun juga, bersikap ksatria, berjiwa pendekar
dan menolong sesama toh lebih baik dari pada merugikan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang lain?"
495 kata Ih Siok-bi lagi dengan kening berkerut.
"Aaai?"..berbicara pulang pergi kau tetap tidak paham
dengan urusan dunia persilatan, Siok-bi! Kau adalah seorang
pendekar dari kaum wanita, tentu saja kau mempunyai
pandangan yang berbeda"
Thia Siok-bi merasa gusar sekali, sambil mendengus ia
putar badan dan siap berlalu lari situ, tapi secara tiba-tiba ia
berhenti lagi seraya bertanya.
"Engkau sudah tahu tertang peristiwa yang menimpa anak
Giok?" Mula-mula Go Tang cuan agak tertegun, menyusul
kemudian jawabnya, "Pihak Mokau telah minta maaf kepada
ku, Giok ji pun?"?"."
Thia Shiok bi segera tertawa dingin, tukasnya, "Kau tahu
Giok ji sebenarnya she apa?"
Go Tang cuan bisa menjabat sebagai wakil ketua dari Hianbeng-
kau, tentu saja baik dalam soal ilmu silat maupun dalam
hal kecerdasan melebihi orang lain, ketika mendengar kalau
dibalik ucapannya masih ada ucapan lain, diam-diam pikirnya,
"Wan Hong giok tentu saja she Wan, apa maksudnya?".."
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan
wajah berubah hebat dan suara gemetar ia lantas berseru,
Maksudmu?"."
"Giok ji adalah putrimu!"
Seperti disambar geledek disiang hari bolong, kontan saja
paras muka Go Tang cuan berubah menjadi pucat pias seperti
mayat. 496 Bagaikan seseorang yang baru sembuh dari sakit parah,
dengan lemas ia bersandar diatas pohon siong sambil
menghembuskan napas panjang, katanya kembali, "Giok-ji
tidak She Go, pun tidak she Thia?".. dapatkah kau terangkan
lebih jelas lagi?"
Jawab Thia Siok-bi sambil tertawa dingin, "Giok ji mengikuti
she dari neneknya, maksudku memang agar kau tidak akan
tahu tentang dirinya"
"Kau?" kau betul betul berhati kejam!" bisik Go Tang cuan
sambil menuding Thia Siok-bi dengan tangan gemetar.
Padahal Thia Siok-bi sendiripun merasakan hatinya sakit
seperti diiris-iris, tapi sekuat tenaga ia berusaha
mengendalikan diri, kembali katanya, "Yaa, aku memang
kejam, tapi ketika aku sedang mengandung, kau telah pergi
meninggalkan rumah tanpa memperdulikan nasehatku, apa
kau tidak terbilang kejam?"
Go Tang cuan tak sanggup menjawab lagi, dia hanya bisa
memandang ke langit dengan air mata bercucuran.
"Oooh"anak Giok, ayah telah berbuat salah kepadamu,
dengan dosa ayah, memang pantas mati".." guman-nya.
kemudian ia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram,
suaranya lebih tak sedap didengar daripada suara
tangisannya, setelah berhenti tertawa ia menggertak gigi
seraya serunya.
"Tang Kwik-siu, kalau orang she Go tidak membiarkan
kalian orang orang Seng sot pay musnah sebelum ucapan ini
lewat, didunia ini tak akan ada manusia yang bernama Go
Tang cuan lagi!"
497 "Anak orang lain kau anggap begitu tawar Go Tang cuan,
dimanakah Liang sim-mu?"
Tiba-tiba Go Tang cuan berdiri tegak, kemudian dengan
sinar mata yang penuh diliputi hawa membunuh katanya,
"Siapa yang telah memperkosa Giok ji?"
"Orang itu telah kubunuh!" sahut Thia Siok-bi, setelah
berhenti sejenak ia berkata lebih jauh, "Sekalipun kau bunuh
habis seluruh anggoto Mokau juga percuma, bagaimana
mungkin kau bisa membayar kerugian ini untuk Giok ji?"
"Apapun yang Giok ji minta, sekalipun menginginkan
bintang dilangit aku akan pertaruhkan nyawa tua ku ini untuk
memenuhi Keinginannya!
Jika Giok ji menginginkan kau mengasingkan diri, apakah
kau pun mewajudkan-nya?" ujar Thia Siok-bi dingin.
Go Tang cuan tertegun, lalu sahutnya dengan sangsi,
"Selewatnya ucapan besok".."
Tidak nanti ia menyelesaikan kata-katanya, dengan jengkel
Thia Siok-bi segera menukas, "Aku sudah tahu kalau kau tak
bisa ditolong lagi, coba kalau tidak memandang diatas wajah
Giok ji, pada hakekatnya aku enggan untuk bertemu
denganmu lagi, tampaknya aku memang harus beradu jiwa
denganmu" Selesai mengucapkan kata- kata tersebut mendadak ia
putar badan dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata
bayangan tubuhnya lenyap diatas puncak sana.
Go Tang cuan menggerakkan bibirnya seperti mau
memanggil, tapi niat itu tak pernah diwujudkan, dengan
498 termangu-mangu ia berdiri kaku disitu dengan sinar mata
sayu, keadaan tersebut tak ubahnya seperti seonggokan kayu
kering. Angin malam berhembus lewat, tiba-tiba ia merasakan
tubuhnya kedinginan, baru pertama kau ini ia merasakan
hatinya goncang, iapun merasa ragu apakah ambisinya bisa
terwujud atau tidak"
Malam mulai luntur, sinar sang surya pun mulai muncul
diufuk timur, saat itulah ia baru tersadar kembali dari
lamunannya, sambil menghela napas, pelan-pelan ia menuruni
bukit tersebut. Ia merasa meski waktu hanya terpaut
beberapa jam, tapi usianya sekarang dirasakan jauh lebih tua
sepuluh tahun. 000O000 000O000 000O000
Tengah hari belum lewat, istana Kiu Ci piat kiong yang luas
dengan barak-barak lebar yang didirikan dikedua belah
sampingnya telah penuh dengan kawanan jago dari kolong
langit. Barak sebelah timur dipenuhi oleh para jago dari Kiu-imkau
dan Seng-sut-pay, masing-masing menempati separuh
barak dengan bagian tengahnya dibiarkan kosong selembar
satu kaki, dengan begitu kedua golongan tersebut terpisahkan
secara jelas. Dibagian sebelah kiri ditempati pihak pihak Kiu-im-kau, Bwe
Su-yok dengan tongkat kebesarannya duduk ditengah barak
dengan dikedua belah sisinya diapit oleh Sik Ban-cian serta
dua orang kakek berambut putih yang telah berusia seratus
tahun lebih dan tidak diketahui namanya, setelah itu baru
duduk Kek Thian tok, Lei Kiu-it dan sekalian Tiamcu serta tiga
orang tongcu nya.
499 Sedangkan dipihak Seng-sut-pay dipimpin oleh Seng Tocu,
tapi tidak kelihatan Tang Kwik-siu hadir disitu, selanjutnya
hadir dua bersaudara Lenghou, Hu-yan Kiong, Hong Liong dan
lain-lainnya. Jumlah anggota perkumpulan yang hadir dari dua
kelompok tersebut di taksir berjumlah dua ratus orang lebih,
mereka semua rata-rata bermata tajam, berlangkah tegap dan
bertenaga dalam sempurna, jelas bukan manusia manusia
sembarangan. Pada barak disebelah barat, sebagian besar di tempati oleh
para jago dari golongan pandekar, mereka dipimpin oleh Bong
Pay serta Coa hujin, di tambah dengan jago-jago dari Thian
cong serta Thian tay, jumlahnya pun mencapai ratusan orang.
Suasana dibarak bagian tengah yang paling gaduh dan
ramai, tidak seperti barak-barak timur maupun barat yang
hening, sebagian besar jago yang berada dibarak tengah
adalah kawanan jago persilatan biasa, jumlah mereka paling
banyak, ditaksir ada dua tiga ribu orang lebih meskipun barak
itu cukup besar tapi hampir saja tidak cukup untuk
menampung mereka?"
Kawanan jago persilatan tersebut sering kali menuding
kearah barak timur maupun barak sebelah barat lalu berbisikbisik
seperti membicarakan sesuatu.
Pada bagian utama dari arena, berdiri panggung upacara,
waktu itu kain selubung yang menutupi meja upacara telah
dibuka sehingga tampaklah ditengah meja terdapat dua
tempat abu yang masing-masing tertuliskan, "Tempat abu dari
Bu liang san couso Li Bu-liang"
500 Sedang disebelah kanan bertuliskan, "Tempat abu Kiu ci
kiong cousu Seng Beng cit"
Selain alat sembahyangan, barang sesaji pun sudah
komplet tersedia disana.
Padahal tak seorangpun umat persilatan yang mengetahui
nama sebenarnya dari Kiu ci sinkun, maka setelah membaca
tempat abu itu mereka baru tahu nama aslinya.
Karena waktu itu adalah hari Toan yang, dari pihak Hianbeng-
kau menyediakan pula pelbagai jenis bakeang dan buahbuahan
untuk para tamunya tapi kecuali mereka yang berada
dibarak tengah boleh dibilang siapapun tidak boleh
mencicipinya. Mendekati lohor, tiba-tiba muncul kembali tiga orang jago
yang dipimpin oleh seorang touto berambut panjang dan
berjubah pendeta dengan bersenjata sekop.
Dua orang rekannya adalah laki-laki berusia setengah
umur, yang satu berkulit tubuh hitam dengan wajah lebar dan
bahu lebar, sedang yang lain adalah seorang laki-laki
berwajah bersih dan berjubah putih.
Menyaksikan kedatangan mereka, serentak kawanan jago
bangkit berdiri sambil menyapa, ternyata mereka adalah Cu
Im taysu, Ko Tay dan Haputule"..
Cu Im taysu menyapu sekejap ke arah barak, ketika tidak
menjumpai Tiang beng Tokoh hadir disitu, sepasang alis
matanya segera berkenyit.
Sambil menjura Bong Pay segera berkata, "Dalam keadaan
dan saat seperti ini, taysu terhitung orang yang paling
501 terhormat, sudah sepatas-nya kalau taysu menjadi pemimpin
dikelompok kita ini"
Cu Im taysu segera tersenyum.
"Kedatangan pinceng hanya untuk menyelesaikan suatu
masalah pembunuhan, tidak sepantasnya kalau tanggung
jawab berat ini kalian berikan kepadaku!"
Lalu sambil berpaling ke arah Coa Hujin, kembali ia
berkata, "Putrimu pergi bersama Giok teng hujin, apakah
sampai sekarang belum tiba disini?"
Coa hujin menjadi tertegun setelah mendengar ucapan
tersebut, bukannya menjawab, ia malah balik bertanya, "Lho,
anak Wi kok bisa berada bersamanya" Hoa tayhiap suami istri
sedang mencari-cari hujin itu!"
Cu Im taysu menghela napas panjang.
"Aaai"..! Kalau ia tak datang, itu berarti sudah
mengasingkan diri dari keramaian dunia. Padahal jagad begini
luas, kemanakah kita harus menemukan jejaknya?"
Kalau kejadian ini berlangsung dimasa lalu, sudah pasti Coa
Hujin hanya akan melongo saja sebab ia tak memahami
keadaan dunia persilatan, tapi semenjak kepergiannya ke
perkampungan Liok soat san ceng, bukan saja ia mendapat
tahu banyak masalah besar dalam dunia persilatan, bahkan
soal kejadian-kejadian ia mapun banyak pula diketahui
olehnya. Setelah mendengar perkataan itu, dengan cemas ia
berseru, "Musuh-musuh Giok teng hujin dimasa lalu amat
banyak, semoga saja jangan sampai berjumpa, entah
bagaimana dengan anak Wi?"
502 "Aduh celaka, jangan-jangan Kiu-im-kau yang telah turun
tangan lebih duluan?" kata Cu Im taysu sambil berpaling ke
arah barak seberang.
Haputule yang menjumpai kedua orang itu yang satu
menguatirkan keselamatan putrinya yang lain mencemaskan
keselamatan Giok teng hujin, dari tadi sampai sekarang ribut
terus tiada hentinya, sambil tertawa segera ia tersenyum,
"Taysu tak perlu kuatir, kalau aku tidak melihat kecerdikan
nona Coa luar biasa sehingga berhasil menasehati Giok teng
hujin untuk berubah pikiran, mana mungkin kubiarkan pergi
dengan hati yang lega?" Cu Im taysu manggut manggut.
"Yaa, memang pinceng terlalu gelisah dan tidak sabaran"
katanya kemudian, Haputule tersenyum, kepada Coa hujin
katanya kemudian, "Dengan ilmu silat yang dimiliki Coa serta
Giok teng hujin, rasanya mereka masih sanggup untuk
menghadapi pertarungan macam apapun, sekalipun tak bisa
memang, untuk mengundurkan diri rasanya masih bukan
menjadi persoalan, harap hujin jangan kuatir!"
Sementara Coa Hujin ingin bertanya lebih jauh, tiba-tiba
terdengar bunyi tambur dan lonceng berkumandang bersama,
rupanya tengah hari tepat menjelang tiba.
Dengan berkumandangnya bunyi tambur dan lonceng,
suasana seketika berubah menjadi hening dan serius, semua
perhatian ber sama-sama ditujukan ke tengah arena.
Bunyi lonceng dan tambur berkumandang amat
memekikkan telinga, lama sekali suara itu baru sirap.
Pelan-pelan pintu istana Kiu ci piat kiong yang indah dan
megah itu terbuka lebar lalu mumcul dua baris bocah berbaju
503 putih, ditangan masing-masing bocah itu membawa sebuah
dupa emas yang menyiarkan bau harum semerbak.
Mereka berjalan dari pintu istana menuju ke bawah
mimbar, melewati beranda depan istana dan menuruni anak
tangga batu panjangnya mencapai satu dua kaki lebih.
Setelah semua barisan bocah itu muncul dari pintu istana,
mereka bersama-sama berhenti lalu putar badan dan berdiri
dikedua belah sisi permadani merah.
Setiap satu kaki berdiri seorang bocah pembawa dupa,
padahal jumlah mereka mencapai dua tiga ratus orang lebih,
bisa dibayangkan betapa meriahnya suasana ketika itu.
Asap dupa menyebar keempat penjuru terhembus angin,
dalam waktu singkat seluruh tempat itu sudah diliputi selapis
asap dupa yang tipis.
Bunyi tambur dan lonceng kembali berkumandang, dari
dalam istana muncul kembali sekelompok laki-laki kekar
berbaju hitam yang berbaris keluar secara teratur, sehabis
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
barissn laki-laki berbaju hitam, menyusul laki-laki berbaju
hijau, kemudian disusul laki-laki berbaju putih dan akhirnya
laki-laki berbaju ungu, diantara kelompok terakhir ini lebih
banyak kakek yang tua-tua daripada kaum mudanya.
Setibanya didepan mimbar upacara, merekapun
memisahkan diri kedua belah samping dan bersama sama
menghadap kearah mimbar.
Dengan penyusunan kelompok demi kelompok ini, maka
yang berada pada lapisan yang paling dalam adalah kelompok
baju ungu, menyusul kemudian baju biru, baju putih, baju
hijau dan akhirnya baju hitam, jumlah mereka mencapai tujuh
504 delapan ratus orang lebih, hal mana sungguh menggetarkan
hati siapapun yang melihatnya.
Dengan kening berkerut Ko Tay segera berbisik, "Golongan
Liok lim merupakan golongan manusia yang paling susah
diatur apalagi dihimpun ke dalam suatu organisasi dengan
disiplin yang tinggi, aku rasa kecuali perkumpulan Sin-ki-pang
dimasa lalu, belum pernah ada kelompok lain yang sanggup
menandinginya"
Cu Im taysu menghela napas panjang.
"Aaaai?".sungguh tak disangka, dalam kehidupan pinceng
ternyata berkesempatan untuk mengikuti pertarungan antara
kaum lurus dengan kaum sesat untuk ketiga kalinya"
Dari perkataan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ia
sedang mengeluh atas napsu angkara murka manusia yang
suka berebut dan bertarung itu.
"Para anggota perkumpulan dari kelompok baju putih ke
bawah masih belum merupakan ancaman serius" ucap Bong
Pay, "tapi kelompok baju ungu rasanya tak boleh di anggap
enteng, sungguh tak disangka sementara Hian-beng-kau
menghimpun kekuatan secara diam-diam, kita semua masih
terbuai dalam impian"
Dengan dingin Haputule segera berseru, "Yang penting
sekarang adalah membangkitkan semangat untuk membunuh
beberapa orang manusia busuk lebih banyak, kata-kata
keluhan semacam itu lebih baik jangan disinggung kembali!"
Tiba-tiba bunyi lonceng kembali bergema lalu irama musik
merdu pun mengalun di udara, dari balik pintu istana muncul
dua baris muda mudi berpakaian warna warni.
505 Disebelah kiri adalah kelompok pemuda berbaju kuning
yang membawa pedang mustika, sedang disebelah kanan
adalah kelompok pemudi berdandan keraton yang rata-rata
berwajah cantik, mereka membawa sebuah Pek giok ji gi yang
ditempelkan didepan dada.
"Sialan!" sumpah Hoa Ngo, "kaum iblis sesatpun banyak
juga lagak tengiknya?"."
"Memang tidak sedikit jumlah manusia didunia yang gemar
segala keindahan!" sambung Tam Si-bin sambil tertawa.
Hoa Ngo mendengus dingin, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu tiba-tiba bunyi irama musik mengalun
kembali, kemudian pelan-pelan muncul kembali sekelompok
manusia. Orang dipaling depan mengenakan jubah lebar berwarna
merah dengan wajah yang putih dan memelihara jenggot
bercambang tiga, itulah Hian-beng-kaucu yang telah
menggetarkan dunia persilatan selama ini dan kini telah
merubah dirinya sebagai Kia ci sin kun Kok See-piau.
Sesudah tampil ke depan, Kok See-piau sedikit
mendongakkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya ke
depan. Dibelakang Kok See-piau, secara tertib menyusul wakil
ketuanya, Go Tang cuan, Lau san in siu, Ui Shia ling, Ci Soat
cu, Im san siang koay, thamcu markas pusat dan ketiga orang
thamcu bagian luarnya serta beberapa orang kakek berwajah
aneh yang seluruhnya berjumlah dua puluh lebih.
Tiba-tiba Cu Im taysu menghela napas, lalu mengeluh,
"Sungguh tak kusangka, beberapa orang gembong iblis itu
506 belum mati, agaknya dunia persilatan bakal terancam kembali
oleh suatu badai pembunuhan yang mengerikan"
Ketika didengarnya perkataan tersebut diucapkan dengan
wajah serius, Bong Pay buru-buru bertanya
"Siapa yang taysu maksudkan?"
"Sudah kau lihat orang kedua Serta kelima sampai ketujuh
dibelakang Kok See-piau itu?"
Bong Pay segera berpaling, dilihatnya orang dimaksudkan
Cu Im taysu adalah kakek kakek bertampang jelek semua,
bahkan ada pula diantara mereka yang cacad. Terdengar Cu
Im taysu menerangkan. "Orang kedua itu bernama Leng lam it
khi, wataknya berada sesat dan lurus, tapi mempunyai
hubungan persahabatan yang kental dengan Bu liang sinkun,
konon hubungan perahabatan itu dijalin setelah ter jadinya
pertarungan diantara merela berdua, mereka berdua
bertempur sengit sehari semalam dipuncak Bu liang san
sebelum akhirnya Leng-lam it khi (si aneh dari Teng lam) ini
kena dikalahkan dengan sebuah totokan"
"Kalau bisa bertarung selama sehari semalam melawan Bu
liang sinkun, berarti orang itu luar biasa sekali" pikir Bong Pay.
Dalam hati ia berpikir demikian, diluar tanyanya kembali,
"Lantas siapa pula ketiga orang itu?"
"Lantaran ketiga orang itu dilahirkan sudah cacad lagipula
mereka memang kejam dan berhati busuk, maka orang
menyebutnya sebagai Po cu sam jian (tiga cacad dari Po cu),
menurut urutannya mereka adalah Phoa Siu, Pi Ci liang dan
Kao Kiat" 507 Dengan penuh perhatian Bong Pay mengawasi orang-orang
itu, dilihatnya orang kelima cacad pada sepasang kakinya, ia
berjalan berkat tongkatnya, orang keenam tidak berlengan
kanan, sedangkan orang ketujuh tidak kelihatan cacad apaapa,
cuma muka tanpa kumis atau jenggot sehingga tampak
agak lucu. Terdengar Cu Im taysu berkata kembali, "Kao Kiat adalah
seorang laki laki, alat kelaminnya tidak bisa berfungsi sama
sekali, dari tiga orang tersebut ia terhitung paling buas dan
jahat. Sementara beberapa orang lainnya tidak kuingat
kembali, tapi aku rasa orang-orang itupun tak akan selisih
jauh lebih dibandingkan dengan ketiga orang itu"
Tiba-tiba terdengar Tiang Ji-san berkata, "Seingat lohu,
ketiga orang dan keempat adalah adik seperguruannya Li Bu
liang?" "Belum pernah kudengar kalau Li Bu liang punya kakak
seperguruan atau adik seperguruan" kata Ho Kee-sian sambil
berkerut kening.
"Sudah lama mereka saling tak akur, kedua orang sutenya
ini selalu bergerak disekitar perbatasan, tentu saja jarang
diketahui oleh umat persilatan"
"Sungguh tak disangka gembong-gembong iblis yang
dikabarkan sudah mati lama kini bisa muncul semua ditempat
ini" kata Tam Si-bin sambil mengernyitkan pula alis matanya,
"sedangkan dari pihak keluarga Hoa, tak seorangpun yang
datang malah Hoa ji-kongcu pun entah mengapa hingga kini
belum juga muncul disini"
Sambil tersenyum Coa hujin segera menukas, "Dengan
kecerdasan Hoa tayhiap, sudah pasti ia telah menyusun semua
508 persiapan yang diperlukan, buat apa kalian musti merisaukan
dirinya"..?"
Bong Pay merasa murung sekali, pikirnya, "Tak heran kalau
Kok See-piau begitu berambisi dan angkuhnya bukan
kepalang, ternyata ia berbasil menghimpun kembali semua
gembong-gembong iblis lama untuk berpihak semua
kepadanya, Tiba-tiba terdengar Pek Soh-gi menghembuskan
napas panjang sambil berkata lirih, "Diantara mereka tidak
terlihat paman Tiangsun ataupun Jin Hian?"
Sementara mereka sedang bercakap-cakap, diiringi irama
musik yang merdu dan dibimbing oleh kelompok muda mudi,
Kok See-piau sekalian telah menelusuri permadani merah,
melangkah turun ke serambi istana dan pelan-pelan menuju
ke mimbar upacara.
Para pemuda pembawa pedang dan pemudi pembawa Ji-gi
kemala ikut pula naik ke panggung mimbar dan berhenti
kedua belah sisi panggung tersebut.
Pada setiap tingkat berdirilah dua belas orang muda mudi,
dengan tiga tingkatan pada panggung, itu berarti ada tiga
puluh enam orang yang berdiri disana, agaknya lamat-tamat
hal itu diartikan sebagai kedudukan Thian kang.
Menanti Kok See-piau sekalian sudah tiba diatas panggung
upacara, irama musik segera terhenti dan suasana ditengah
lapangan yang luas itu pun segera tercekam dalam suatu
keheningan yang luar biasa.
"Menjumpai sinkun!" tiba- tiba anggota Hian-beng-kau
yang berada dibawah panggung mimbar bersama-sama
memberi hormat sambil berseru.
509 Sebagaimana diketahui jumlah anggota Hian-beng-kau
yang hadir saat itu mencapai tujuh delapan ratus orang lebih,
padahal tak sedikit diantara mereka yang berilmu tinggi, maka
seruan bersama yang gegap gempita itu segera menggeletar
di udara dan memekikkan telinga siapapun juga.
Berdiri diatas mimbar Kok See-piau memandang sekejap
sekeliling gelanggang dengan sepasang matanya yang tajam.
Walaupun orang-orang ditiga bagian barak berada jauh
sekali dari mimbar itu, tak urung tercekat juga oleh ketajaman
mata orang itu.
Pelan-pelan Kok See-piau mengulapkan tangan-nya, dan
pembawa acara pun berseru, "Para murid perkumpulan Hianbeng-
kau tak usah banyak adat"
Serentak semua jago dari Hian-beng-kau mengiyakan dan
berdiri kembali, semua gerakan dilakukan bersama-sama
sehingga meski beratus orang banyaknya, seolah-olah seperti
gerakan dari satu orang saja.
Dalam pada itu, Kok See-piau telah maju ke depan,
kemudian setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu,
katanya, "Kami Hian-beng-kau merasa berterima kasih sekali
atas kesudian para enghiong dan orang gagah dari segala
penjuru dunia yang sudi datang kemari serta menghadiri
upacara peresmian dari perumpulan kam"
Tiba-tiba Bwe Su-yok dari barak timur bangkit dan
menjawab, "Diresmikannya perkumpalan Hian-beng-kau
dalam dunia persilatan merupakan suatu peristiwa yang luar
biasa, seluruh anggota perkumpalan kami menyampaikan
selamat dan semoga sejahtera selalu"
510 Kok See-piau segera memberi hormat sambil berseru,
"Terima kasih kaucu!"
Menyusul kemudian, Seng Tocu dari Seng sit pay pun
berseru, "Partai kami mengucapkan selamat atas
diresmikannya perkumpulan anda".!"
Kembali Kok See-piau menjura tanpa banyak bicara, sinar
matanya dialihkan ke barak barat dimana para pendekar
golongan putih berkumpul".
Bong Pay melirik sekejap kesemua orang, sambil tertawa,
Coa hujin segera berkata, "Sudah lama Swan si mengasingkan
diri dalam dunia persilatan, aku tidak tahu menahu tentang
segala tata cara dunia persilatan, semua keputusan lebih baik
kalian saja yang ambil"
Cu Im taysu segera menyambung pula, Betul, kalau
memang dari pihak keluarga Hoa tak ada orang, dengan nama
dan kepandaian yang kau miliki, memang sudah sepantasnya
kalau kau yang tampilkan diri, buat apa musti sungkansungkan
lagi?" Pelan-pelan Bong Pay muncul keluar barak, lalu sambil
menjura kearah Kok See-piau katanya, "Perayaan semacam ini
memang patut dihadiri oleh Bong Pay sekeluarga, sayang
sekali kami tidak membawa sesuatu benda sebagai tanda
mata, maka ingin sekali kugunakan ujar-ujar sebagai
persembahan kami untuk kenang-kenangan kalian semua"
"Aku orang she Kok siap mendengarkannya!"
Kok See-piau segera menjura untuk membalas hormat.
511 "Sudah lama dunia persilatan berada dalam ketenangan,
buat apa umat persilatan musti mencari sengsara lagi dengan
saling gontok-gontokan?"
"Aku tahu kekuatan perkumpulan anda sangat tangguh,
lagipula baru saja didirikan, jika mau berbakti untuk
kepentingan umat banyak, hal itu pasti akan disambut oleh
segenap masyarakat persilatan dengan riang gembira,
pertikaian yang tak berartipun pasti akan tersingkirkan dengan
sendirinya"
Ucapan itu diutarakan dengan wajah serius dan nada yang
bersungguh- sungguh, banyak orang yang berkenan oleh
sikapnya itu, diam-diam banyak diantaranya yang merasa
gembira, sebab tidak sia-sia Pek lek sian bisa memiliki seorang
murid seperti dia, sukmanya dialam baka pun pasti akun
tersenyum setelan melihat hal ini.
Kok See-piau tersenyum.
"Maksud baik Bong tayhiap tentu mengagumkan segenap
umat persilatan, sayangnya keluarga Hoa dari Im tiong-san
sudah terlam pau lama merajai dunia persilatan, hal mana
sungguh tak menyenangkan hati kami"
Jelas sekali kalau perkataan itu merupakan suatu tantangan
untuk bertarung.
"Kalau memang demikian, Bong Pay pun tiada perkataan
lain yang bisa diucapkan lagi" ujar Bong Pay kemudian dengan
serius. Sambil menjura ia lantas balik kembali ke tempat
duduknya. 512 Tiba-tiba terdengar suara yang amat nyaring
berkumandang memecahkan keheningan.
"Anak baik, tepat sekali perkataanmu itu. Bagus sekali
ucapan itu?"."
Dengan tercengang semua orang mengalihkan sinar
matanya kearah mana berasalnya perkataan itu, mereka heran
siapa yang menyebut Bong Pay sebagai seorang anak, pada
hal usia pendekar itu sudah empat puluh tahun lebih.
Kiranya diatas barak ketika itu berdirilah orang kakek
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemuk pendek berkepala botak yang memiliki wajah merah
dan bibir yang lebar, ia mengenakan baju pendek dengan
membawa sebuah kipas berbentuk bulat.
Begitu mendengar suaranya Bong Pay segera mengetahui
siapa orangnya, dengan perasaan terharu ia berseru, "Cu
supek! Baik-baikkah kau orang tua selama ini?"
Kok See-piau yang menyaksikan kejadian tersebut, diamdiam
iapun berpikir, "Tak nyana kalau setan-setan tua inipun
masih hidup semua, kalau sampai terjadi pertarungan nanti,
sudah barang tentu sulit pula untuk merobohkan mereka"
Dalam pada itu Si dewa yang suka berpelancongan Cu
Thong telah tertawa terbahak-bahak seraya menjawab.
"Haaahh"..haaahh"..haaahh"..masih untung saja aku
belum mampus!"
Jilid 13 Di tengah jawaban itu dia melayang turun kebawah dan
langsung menyeberangi tanah lapang tersebut, dengan
513 melawati diatas kepala para anggota Hian-beng-kau yang
berada dibawah mimbar tersebut. Tindakannya yang
demonstratif dan sama sekali tidak menganggap orang lain
sebagai manusia ini, kontan saja menimbulkan kemarahan
yang meluap-luap bagi segenap anggota Hian-beng-kau, tapi
lantaran peraturan perkumpulan yang ketat, sebelum ada
perintah dari Kok See-piau maka tak seorangpun juga yang
turun tangan menghalanginya.
Tiba-tiba terdengar seseorang membentak dengan suara
yang tinggi melengking tak sedap didengar.
"Setan cebol, kau anggap ditempat seperti ini kau boleh
berbuat semaunya?"
Tampaklah dari atas panggung mimbar yang delapan
sembilan kaki tingginya itu melayang turun sesosok bayangan
manusia yang secepat kilat telah menghadang jalan pergi Cu
Thong. Orang itu bukan lain adalah Mao Kiat dari Po cu sam jian
(tiga manusia cacad dari Po cu).
Ketika para jago menyaksikan gerakan tubuhnya itu, diamdiam
mereka merata terperanjat, sebab terbukti sekarang
kalau nama besar tiga manusia cacad memang bukan nama
kosong belaka. Siau yau sian Cu Thong segera menghentikan gerakan
tubuhnya, kemudian tertawa terbahak bahak.
"Haaah?" haaah?" hahahh?".. kukira siapa yang
datang, eeeeh?" kiranya kau si orang cacad haaah"..
haaah".. panjang amat usiamu!"
514 Mao Kiat yang menderita cacad pada alat kelaminnya,
paling benci kalau mendengar ada orang menyebutnya
sebagai orang cacad, tak heran ia menjadi geram sehingga
menggertak gigi keras-keras sesudah mendengar perkataan
itu. "Setan tua she Cu!" sumpahnya, "kau jangan keburu
bangga lebih dulu, lohu bersumpah akan menyuruh kau
rasakan bagaimana jika empat anggota badanmu kutung dan
mati tak bisa hidup pun menderita"
"Hanya dengan mengandalkan kekuatan seorang cacad
seperti kau?" ejek Cu Thong.
Ucapan yang cacad, cacad terus menerus ini kontan aaja
mengobarkan sifat buas dari Mao Kiat, sudah sejak tadi ia tak
sanggup mengendalikan diri, maka sambil tertawa seram ia
pentangkan ke sepuluh jari tangannya, kemudian dengan
ganas menerjang ke arah Cu Thong.
Po cu sam jian sudah tersohor karena kebuasan nya, ilmu
silat yang dimilikipun amat lihay, ke tika kedua belah
tangannya masih berada tujuh delapan depa dari ujung jarinya
segera terasa munculnya desingan angin tajam yang amat
dahsyat, bahkan sekeliling tempat itu segera terendus bau
busuk mayat yang sangat memuakkan.
Jelaskan sekarang bahwa dibalik serangan jari dari Mao
Kiat tersebut, terseliplah suatu hawa racun yang amat jahat.
Cu Thong memang telah bersiap sedia semenjak tadi,
sambil tertawa terbahak-bahak kipasnya segera dikebaskan ke
arah Mao Kiat. Walaupun hanya kebasan dari sebuah kipas, namun dalam
genggaman Cu Thong yang berilmu tinggi, hekekatnya benda
515 itu telah berubah menjadi senjata penyerang yang luar biasa
dahsyat nya. Orang lain mengira dengan serangannya itu, Mio Kiat tentu
akan buyarkan serangan untuk berganti jurus.
Siapa sangka Mao Kiat yang jumawa dan kasar, apa lagi
memang ada dasar-dasar perselisihan lasa diantara mereka
berdua, dengan cepat segera berpikir, Ilmu Hu si ci (jari mayat
membusuk) mungkin akan mematikan korban dalam tiga
perempat menit jika tidak segera diberi obat pemunah,
hmmm" lebih baik aku menderita luka dalam dari pada
membiarkan setan tua ini berlagak terus dalam dunia
persilatan".."
Karena berpendapat demikian, ia sama sekali tidak
menggubris terhadap tibanya ancaman dari serangan kipas
lawas, malahan sepasang tangannya menyambar ke tubuh Cu
Thong dengan kecepatan yang lebih hebat.
Sudah puluhan tahun lamanya Sian yau sian Cu Thong
berkelana dalam dunia persilatan, tentu saja ia dapat
menebak maksud hati Mao Kiat, maka iapun dapat
menghindar ataupun berkelit, kipasnya segera dibuang, lalu
jari tangan kanan-nya ditegangkan bagaikan tombak dan
menggunakan jurus "menyerang sampai mati" ia melepaskan
sebuah serangan balasan yang mematikan.
Berbareng dengan dilancarkannya serangan tersebut, hawa
murninya disalurkan pula keseluruh badan untuk menutup
segenap jalan darah yang berada dalam tubuhnya.
Dengusan tertahan dan pekikan keras segera
berkumandang bersama tubuh Siau yau sian Cu Thong
mencelat beberapa kaki jauhnya kemudian mundur dua tiga
langkah sambil muntah darah segar.
516 Sebaliknya Mao Kiat tetap berdiri tegak ditempat semula,
cuma sorot matanya telah tak bersinar lagi sambil melotot
kearah Cu Thong, ia tertawa sedih, katanya, "Setan tua" kau
yang menang!"
Siau yau sian Cu Thong pun tertawa terpaksa. Jawabnya,
Mao Kiat, kau memang cukup keji, aku Cu Thong takluk
kepadamu"."
Mo Kiat kembali tertawa paksa, ia tertawa lebih jauh,
"Sekalipun aku orang she Mao harus mati ditanganmu, aku
mati dengan tidak menyesal?"."
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia muntah darah segar,
tubuhnya bergoncang keras, kemudian roboh terjengkang ke
tanah. Peristiwa ini terjadinya sungguh amat tiba-tiba. Kedua
belah pihak sama-sama tahu, bila berbicara dari kepandaian
silat yang di miliki kedua belah pihak, maka menang kalah
baru bisa ditentukan setelah bertarung dua tiga ratus jurus
kemudian. Siapa tahu, baru didalam satu gebrakan saja, kedua belah
pihak telah melakukan suatu pertarungan adu jiwa yang
berakibat sama-sama terluka, kejadian ini sedemikian
cepatnya berlangsung sehingga sama sekali tiada kesempatan
bagi orang lain untuk memberikan bantuannya.
Dalam kejut dan terkesiapnya, dari atas mimbar maupun
dari barak sebelah barat segera bermunculan bayangan
manusia yang langsung menghampiri Cu Thong maupun Mao
Kiat. 517 Bong Pay yang memang sudah keluar barak untuk
menyambut kedatangan kakek cebol itu, segera tiba lebih dulu
ditempat ke jadian, cepat ia menyambar tubuh Cu Thong.
Pho Siu dan Pi Ci liang dari Pa cu sam jian amat
menguatirkan keselamatan saudaranya, merekapun menyusul
tiba disitu dengan kecepatan tinggi.
Pi Ci-liang segera berjongkok untuk memeriksa denyut nadi
Moa kiat dengan lengan tunggalnya, setelah itu dengan wajah
berubah hebat serunya, "Sam-to sudah tamat riwayatnya!"
Paras muka Phoa Siau berubah menjadi hijau membesi,
kemudian ia tertawa dingin dengan suara yang mendirikan
bulu roma, sepasang tongkatnya ditekannya pada permukaan
tanah, tubuhnya segera melambung ke udara dan menerjang
ke arah Bong Pay serta Cu Thong dengan kecepatan luar
biasa, ketika masih diudara, tongkat sebelah kanannya
langsung diayun kebawah membacok ubun-ubun Cu Thong.
Bong Pay mengeryitkan alis matanya, baru saja akan
bertindak, Coa hujin telah keburu tiba, perempuan itu segera
membentak keras, ujung bajunya dikebaskan ke depan?".
Seperti terkena suatu serangan yang maha berat, Phoa Siu
kembali berjumpalitan diudara dan melayang turun tiga kaki
jauhnya dari gelanggang"..
Pi Ci liang bangkit berdiri, setelah mendengus penuh
kegusaran, lengan tunggalnya diayunkan ke depan menghajar
tubuh Cu Thong.
Dengan lengan kirinya Bong Pay memayang tubuh
supeknya, sementara telapak tangan kanannya dengan
mengandung tenaga geledek yang sangat dahsyat diayunkan
kemuka untuk menyongsong datangnya ancaman.
518 "Blaaaang!" suatu ledakan keras menggelegar diudara, Pi Ci
liang kontan merasakan tubuhnya bergoncang keras, kakinya
sampai melesak dalam-dalam diatas ubin hijau yang keras itu,
Bong Pay kuatir tenaga serangannya akan mempengaruhi
Cu Thong. iapun tak berani menyambut dengan keras lawan
keras, secara beruntun tubuhnya mundur lima langkah ke
beakang untuk punahkan sisa kekuatan yang masih ada, tiap
mundur selangkah, di atas ubinpun segera muncul bekas
telapak kaki yang beberapa inci dalamnya.
Pi Ci liang amat terperanjat, semula ia masih tidak pandang
sebelah matapun terhadap Bong Pay, siapa tahu ilmu silat
yang di miliki lelaki itu ternyata, masih sanggup untuk
menandingi kepandaian yang dimilikinya.
Dalam detik yang amat singkat itulah, Cu Im taysu, Leng
lam it-khi, Haputule, Ko Tay Im-san siang-koay dan lain
lainnya dari kedua belah pihak telah saling berhadapan
dengan wajah bermusuhan, jelas suatu pertarungan sengit
bakal segera berlangsung.
Tiba-tiba Kok See-piau berseru dengan lantang, "Harap
para tianglo kembali dulu kemari, dendam baru permusuhan
lama kita selesaikan bersama sehabis upacara nanti!"
Begitu seruan diutarakan, pertama-tama Leng lam it khi
yang pulang dulu ke mimbar. Phoa Siu dan Pi Ci liang meotot
sekejap ke arah Cu Thong dengan, penuh kebencian, lalu
sambil membopong mayat Mo Kiat, mere ka kembali ke
mimbar dengan uring-uringan.
Para jago kembali dibuat tertegun oleh kejadian ini,
siapapun tahu kalau Po cu sam jian adalah manusia-manusia
bengis yang jarang bisa ditundukkan, tapi sekarang, hanya
519 dengan sepatah kata yang ri ngan ternyata Kok See-piau
berhasil menangguhkan niat mereka untuk membalaskan
dendam bagi kematian saudaranya.
Sementara itu Siau yau sian Cu Thong dengan hawa hitam
menyelimuti wajahnya telah berada dalam keadaan tak sadar,
dipayang oleh Bong Pay, para jago dari golongan luruspun
kembali ke barak mereka.
Pek Soh-gi muncul menyongsong kedatangan suaminya,
kata Bong Pay kemudian, "Soh-gi, coba lihatlah bagaimana
dengan luka yang diderita Cu supek?"?"
Pek Soh-gi memandang sekejap ke wajah Cu Thong, lalu
menjawab, "Meskipun isi perutnya terluka parah, luka itu tidak
terlalu merisaukan, justru yang mencemaskan adalah racun
dari ilmu jari la wan"
"Bagaimana dengan racun itu?" tanya Bong Pay cemas.
Pek Soh-gi termenung sambil berpikir sejenak, setelah itu
jawabnya pelan, "Agaknya racun jari tangannya diperoleh
dengan menghisap racun pembusukan yang berada di tubuh
sesosok mayat, bila orang biasa yang terkena maka sekejap
mata kemudian sang korban akan tewas, kini aku tidak
membawa obat-obatan, yang ada hanya jarum emas untuk
mencegah menjalarnya racun, aku pikir dengan kesempurnaan
tenaga dalam yang dimiliki Cu supek, ia masih bisa bertahan
satu hari setengah lagi."
Bong Pay menghela napas panjang.
"Aaai?".terpaksapun kita musti berbuat demikian, kalau
begitu cepatlah turun tangan!"
520 Pek Soh-gi manggut-manggut, cepat ia mengeluarkan
jarum emas dan segera ditusukkan ke dada Cu Thong.
Walaupun Bong Pay amat risau, dalam keadaan
demikianpun terpaksa harus menyingkirkan dulu persoalan itu
dari benaknya, ia mengalihkan kembali sorot matanya ke arah
mimbar. Sementara itu asap dupa telah mengebul dari atas mimbar,
diiringi alunan musik yang merdu, Kok See-piau
bersembahyang dimeja abu dan membaca naskah sumpah,
setelah tu ia meneteskan beberapa titik darah dalam sebuah
hiolo emas. Yang lain pun segera mengikuti dibelakangnya melakukan
sumpah kesetiaan dan meneteskan darah untuk mengikat tali
persaudaraan. Diantaranya tampak pula kehadiran seorang kakek berbaju
hijau, dia hanya memberi hormat kepada meja abu Kiu ci
sinkun sedangkan terhadap yang lain-lainnya hampir tidak
dipandangnya barang sekejap pun.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu merasa
terkejut sekali, sebab didalam barisan yang muncul dan istana
tadi jelas tidak nampak adanya kakek berjubah hijau itu, dan
kenyataannya seka rang tak seorang jago pun yang
mengetahui sejak kapan dan dengan cara apakah ia muncul
diatas mimbar terus.
Dengan cepat kehadiran orang itu menimbulkan
kegemparan, masing-masing orang segera memper
hatikannya dengan seksama.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
521 Dia adalah seorang kakek berambut putih yang memelihara
jenggot sepanjang dada, matanya tajam seperti pisau, usianya
paling tidak sudah diatas seratus tahun lebih.
Siapa yang tahu siapa gerangan kakek berjubah hijau itu?"
tanya Cu Im taysu.
Para jago saling berpandangan dengan mulut
membungkam, ternyata tak seorangpun diantara mereka yang
tahu. Sesudah heing sejenak, tiba-tiba Ho Kee-sian berseru,
"Coba lihat!"
Agaknya pihak Kiu-im-kau dan Mokau juga dibuat terkejut
oleh kehadiran orang itu"
Ketika semua orang berpaling, betul juga waktu itu Seng
Tocu serta Bwe Su-yok sekalian sedang melirik ke arah
mimbar dengan wajah aneh, lalu berbisik-bisik membicarakan
sesuatu, bahkan ada pula diantara mereka yang menunjuk ke
arah kakek berjubah hijau tersebut.
Tiba-tiba Coa hujin berkata, "Tenaga dalam yang dimiliki
orang itu tampaknya jelas diatas kepandaian Kok See-piau!"
"Menurut taksiran hujin, tenaga dalam yang di milikinya itu
sudah mencapai ke tingkatan yang bagaimana tingginya?".?"
tanya Ko Tay dengan suara dalam.
Coa hujin termenung sambil berpikir sejenak, setelah itu
jawabnya dengan serius, "Swan si tak dapat menduganya, tapi
dapat ku katakan bahwa kepandaian silat orang itu jauh di
atas kepandaian Swan si!"
522 Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Agaknya hanya
Hoa tayhiap atau kakek luar ku yang sanggup menandingi
kelihayannya!"
Paras muka semua orang segera berubah hebat, malah ada
pula yang menunjukkan rasa tak percaya.
Ketika semua orang mengalihkan kembali sinar matanya ke
arah mimbar, terlihatlah Kok See-piau sedang memberi
hormat kepada kakek berjubah hijau itu, kemudian
membisikkan sesuatu dengan suara lirih. Kakek berjubah hijau
itu manggut-manggut, dia mengambil hiolo emas tersebut dari
atas meja dan membawanya menuju ke depan mimbar,
setelah memandang sekejap keseluruh gelanggang, pelanpelan
katanya! "Segenap anggota perkumpulan harap dengarkan baikbaik,
mulai hari ini Hian-beng-kau secara resmi dibuka, mulai
sekarang pintu perguruan kami terbuka lebar-lebar untuk
menerima murid baru serta mendirikan cabang disegenap
penjuru dunia, barang siapa yang ingin bersatu dengan kami
dengan senang hati kami akan ulurkan tangan untuk
menerimanya?""
Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba suaranya berubah
menjadi amat keren dan tegas, katanya lebih jauh, "Atas
permintaan dari kaucu, hari ini akan diadakan pengambilan
darah untuk mengangkat sumpah, segenap murid Hian-bengkau
akan berbakti sampai mati demi perkumpulan, barang
siapa berani timbul pi kiran menyeleweng, dia akan dibunuh
secara mengerikan!"
Sungguh dahsyat tenaga dalam yang dimiliki orang ini,
sekalipun musti berbicara untuk khalayak banyak, tanpa
berteriak pun bahkan hanya berbicara seperti orang biasa
523 segenap orang dapat mendengar ucapan tersebut bagaikan
sang pembicara berada disisinya saja.
Selesai berkata, hiolo emas yang berada ditangannya itu
tiba-tiba melesat keudara dan melayang sejauh dua kaki dari
atas mimbar, kemudian hiolo itu berbalik menuangkan isinya
yaitu arak bercampur darah kedalam sebuah hiolo lain yang
amat besar ditengah lapangan, ketika arak darah itu sudah
tertuang habis, tangan kanannya kembali di gerakkan dan
hiolo emas itupun melayang balik ketangan-nya.
Demonstrasi tenaga dalam yang dilakukan olehnya ini
benar-benar mengejutkan para jago baik dari golongan lurus,
maupun dari golongan Kiu-im-kau, Seng-sut-pay serta para
jago persilatan lainnya.
Sedangkan anggota Hian-beng-kau segera bersorak sorai
memuji kehebatan kakek berjubah hijau itu, begitu kerasnya
suara tempik sorak mereka hingga menggetarkan seluruh
bumi rasanya. Lau gi tiong dari Thiam cong siang kiam yang melihat itu
tiba-tiba menghela napas sambil berkata, "Siapakah manusia
didunia ini yang sanggup menyalurkan hawa murninya ke
dalam benda lain serta mengendalikannya menuruti ke-inginan
hati sendiri?""
Hoa Ngo yang kebetulan mendengar keluhan tersebut
segera mencibirkan bibirnya.
"Huuuh"..apanya yang aneh?" ia berseru, "buat Hoa toako,
itu mah cuma permainan kanak-kanak!"
"Yaa, meskipun demikian, toh Hoa tayhiap tidak datang
kemari!" kata Ciang Pek jin dengan cepat.
524 Hoa Ngo kembali mendengus. "Hmmm! Kenapa musti Hoa
toako yang tu run tangan" Sebentar aku Hoa Ngo yang
pertama-tama akan menghadapi setan tua itu"
"Banyak bicara apa pula artinya?" sela Ko Thay dengan
hambar, "yang penting datang serangan prajurit, kita bendung
dengan Prajurit, datang air bah kita bendung dengan tanah,
tak bisa dikarenakan musuh terlalu lihay maka kita mundur
terbirit birit"
"Aaai?"Thian bong kenapa begitu gegabah sehingga sama
sekali tidak memandang serius atas berdirinya Hian-beng-kau
dalam dunia persilatan?"?" keluh Cu Im taysu.
Ia berpaling ke arah Coa hujin, lalu tanyanya, "Bukankah
hujin datang dari Im tiong san" Apakah hujin tahu apa
rencana Bun Tay kun serta Thian hong?"."
Sambil tertawa getir Coa hujin menukas, "Sewaktu akan
berpisah, dua orang Hoa hujin pernah berkata bahwa Hoa
tayhiap itu dan anaknya telah mempunyai rencana lain, hanya
apakah rencana tersebut tidak dijelaskan, oleh karena
boanpwe merasa hal ini tak penting, waktu itupun tidak ku
tanyakan lebih jauh"
Tiba-tiba terdengar Bong Pay berpekik heran,
"Wwwouuuw?"aneh benar!"
Ketika semua orang berpaling, hampir seluruhya segera
tertawa tergelak karena kegelian.
Kiranya setelah kakek berjubah hijau itu menuang arak
darah dalam hiolo emas ke dalam hiolo raksasa tersebut,
karena dalam hiolo raksasa memang sudah disiapkan arak
sebagai arak darah pengangkatan sumpah oleh para petugas
525 arak itu diisikan ke dalam berpuluh puluh cawan perak dan
dibagikan kepada para anggotanya.
Siapa tahu baru saja isi arak tersebut diteguk, mendadak
mereka yang meneguk arak tersebut segera roboh ketanah
dan tak bisa bangun lagi.
Mendekati perintah penghentian minum arak darah
diturunkan, sudah ada tujuh delapan puluh orang jago yang
tergeletak tak berkutik, tentu saja hal ini segera mengejutkan
semua anggota Hian-beng-kau.
Go Tang cuan yang menyaksikan kejadian itu segera
membentak keras, Tenang, tenang! Petugas baju biru, segera
gotong semua murid kita yang jatuh korban ke dalam istana!"
Peraturan Hian-beng-kau memang cukup ketat, lagi pula
terdisiplin tinggi sekalipun terjadi peristiwa dan kalut untuk
sesaat, tapi sesaat kemudian suasana telah tenang kembali.
Dari bawah mimbar segera bermunculan puluhan orang
laki-laki baju biru yang dengan cepat menggotong pergi
Bentrok Para Pendekar 2 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Bentrok Rimba Persilatan 10
terjadi dimana-mana, wajah yang mirip bukannya suatu hal
yang tak mungkin terjadi tapi bila Kok See-piau sengaja
mencarinya, diapun belum tentu bisa menemukan"
Kiranya sejak kawin dengan Bang pay, Pek Soh-gi telah
melahirkan dua orang putra dan seorang putri.
Putra sulungnya Cong beng tahun ini telah berusia dua
puluh tahun, ia merupakan anak yang dipersiapkan untuk
meneruskan generasi keluarga pek.
Putra bungsunya Giok heng, tahun ini berusia lima belas
tahun, ia adalah anak yang dipersiapkan untuk meneruskan
generasi keluarga Bong.
Hanya seorang anak perempuannya yang paling dimanja
dengan nama kecil Siau yu, ketika belum genap berusia
setahun, ketika dibopong pelayan bermain-main di bukit Tay
pa san, kedua-duanya ternyata terjerumus ke dalam jurang
dan mati. Keesokan harinya Bong Pay suami istri telah melakukan
pencarian diseluruh lembah, akhirnya tidak berhasil
menemukan jenasah pelayan dan putrinya, hal mana tentu
saja amat menyedihkan hati Pek Soh-gi, hampir setengah
452 tahun lamanya ia bermuram durja dan murung sepanjang
hari. Kemudian lambat laun pun pikirannya terbuka kembali, ia
merasa ayahnya memang banyak melakukan kejahatan
dimasa lalu sehingga karmanya sekarang terkena pada cucu
perempuannya. Untuk mengatasi kesedihan tersebut, sepa sang suami istri
ini pun mempergiat usaha sosialnya menolong orang orang
lain. Untuk menghilangkan kenangan tersebut peristiwa ini sama
sekali tidak mereka wartakan kepada Hoa Thian-hong suami
istri, sebab itu Hoa In-liong pun tak tahu kalau ia sebenarnya
mempunyai seorang adik misan yang telah mati sebelum
genap berusia satu tahun.
Demikianlah, setelah peristiwanya berlangsung demikian,
tak tahan lagi Tam Si-bin dan Yau Tiong-in maju ke depan
menghampiri suami istri berdua.
"Bong tayhiap, masih ingatkah kau dengan si tua bangka
dari bukit Thian tay?"
Bong Pay memutar badannya dan berpikir sebentar,
kemudian sambil menjura ia berkata, "Oh, kiranya adalah Tam
cianpwe, dalam pertemuan Pak beng hwee"."
"Dalam pertemuan Pak beng hwee, beruntung sekali lohu
berhasil menyelamatkan diri, sejak itu aku mengasingkan diri
dari keramaian dunia untuk mendalami ilmu kui goan sinkang
dari partai kami, siapa tahu begitu berlatih puluhan tahun
telah lewat, coba kalau suteku tidak minta kembali kitab
pelajaran itu, entah sampai kapan aku baru munculkan diri,
453 yaa"..sampai-sampai dalam pertemuan Kian Ciau tay-hwee
pun aku tak sempat menyumbangkan tenaga, tindakan ini
pasti telah mengecewakan banyak sobat lama.
Bong Pay tersenyum, kemudian berpaling ke arah Yau
Tiong-in. Buru-buru Yau Tiong-in menjura sambil berkata.
"Yau Tiong-in dari partai Thiam cong merasa beruntung
sekali bisa berjumpa dengan Bong tayhiap suami istri"
Bong Pay merangkap tangannya membalas hormat, Pek
Soh-gi sendiri meski hatinya agak tergetar, toh ia membalas
hormat juga dengan sopan.
"Bong hujin!" Tam Si-bin berkata lagi sambil tertawa, "jika
Kok Gi-pek berdiri bersanding denganmu, maka siapa pun
akan menduga kalian berdua sebagai ibu dan anak"
Pek Soh-gi gelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya.
"Tam cianpwe, bagaimana tanggapanmu mengenai watak
nona Kok tersebut?"
Diam-diam Tam Si-bin berpikir dalam hati, "Kalau dilihat
dari sikapnya yang begitu memperhatikan Kok Gi-pek,
memang mirip sekali hubungan mereka seperti hubungan
antara ibu dengan anaknya"
Dalam hati berbicara demikian, diluar ujarnya, Menurut
pendapat lohu, meskipun nona itu tumbuh jadi dewasa dalam
kalangan sesat tapi watak nya termasuk baik, cuma sayang
rada angkuh dan mulutnya terlalu tajam"
454 "Aku lihat ia begitu lembut, halus dan menawan hati" ujar
Pek Soh-gi cepat dangan kening berkerut.
Itu kan terhadap hujin" sela Yau Tiong-in, "sikapnya
kepada orang lain justru tidak demikian, terus terang ku
beritahu kepada Bong hujin, sewaktu datang tadi aku orang
she You telah merasakan sindirannya yang panas itu"
Ketika berbicara sampai disini, keempat orang itu segera
merasakan hatinya agak bergerak, semua orang teringat
dengan ucapan yang berbunyi, antara ibu dan anak
mempunyai ikatan batin yang mendalam, hanya saja hal itu
tak sampai diutarakan keluar.
Tiba-tiba Kim Kui, Cui Huan dan dua orang pelayan lainnya
berjalan mendekat, lalu dipimpin oleh Kim Kui, kata mereka,
"Waktu magrib telah menjelang tiba, santapan malam tayhiap
sekalian telah disiapkan dalam pagoda air, apakah sekarang
juga akan bersantap?"
Keempat orang itu saling berpandangan sekejap lalu tanpa
banyak berbicara lagi mereka berjalan menuju ke pagoda air
dengan mengikuti dibelakan pelayan-pelayan tersebut.
Jika Tam Si-bin dan Yau Tiong-in, yang satu adalah jago
silat yang sudah lama mengasingkan diri, yang lain jarang
bergaul dengan masyarakat, tidak banyak kenalan yang
mereka punyai. Berbeda dengan Bong Pay suami istri yang hampir
mendekati dua puluh tahun lamanya dikenal orang sebagai
jago silat yang termashur, sekalipun banyak yang tidak
mereka kenal, tapi tak sedikit yang menyapa dan memberi
salam kepada mereka.
455 Sebab itulah meski jaraknya dekat, perjalanan ini memakan
waktu yang cukup lama.
Selang beberapa saat kemudian, tibalah mereka disebuah
pagoda air yang empat penjuru berjendela lebar, angin malam
berhembus lewat membawa kesejukan, membuat ruangan
yang terang benderang oleh sinar lampu itu terasa bertambah
segar. Dalam pagoda tiada orang lain, agaknya khusus disiapkan
untuk mereka berempat, begitu keempat orang tersebut
duduk, pelayan pun datang menghidangkan arak.
"Lebih baik kalian mengundurkan diri saja dari sini" tibatiba
Bong Pay berkata.
Sementara para pelayan itu masih tertegun, sambil
tersenyum Pek Soh-gi telah berkata, "Kami lebih suka makan
minum sendiri secara bebas, nona sekalian boleh pergi
beristirahat"
Cui Huan menjadi sangsi, bisiknya agak gelagapan.
"Terima perintah, cuma?".."
"Bukankah nona sekalian ditugaskan kembali untuk
melaksanakan perintah kami?" tukas Pek Soh-gi cepat, "inilah
perintah kami!"
Pelayan-pelayan itu masih kelihatan agak sangsi tapi
akhirnya mereka letakkan poci arak ke meja dan
mengundurkan diri dari pagoda tersebut, sebelum keluar
mereka sempat merapatkan pula pintu pagoda itu?""."
Pek Soh-gi melirik sekejap kearah suami nya, Bong Pay
segera mengangguk, maka diapun bangkit dan berjalan ketepi
456 jendela lalu balik kembali kemeja sekalian memadamkan api
lentera. Dengan padamnya lampu maka suasana dalam pagoda itu
hanya diterangi sinar rembulan yang memancar masuk lewat
jendela pagoda, sekalipun agak lamat-lamat namun bukan
halangan bagi beberapa orang jago tangguh tersebut.
Sambil mengangkat poci arak, Pek Soh-gi berkata sambil
tertawa, "Malam ini bulan bersinar purnama, minum arak
dalam pagoda air dalam suasana begini memang cukup
romantis, marilah ku penuhi cawan arak kalian berdua sebagai
tanda mohon maaf"
Sekalipun Tam Si-bin dan Yau Tiong-in merasa agak kesal,
namun mereka pun tahu bahwa perbuatan mereka pasti
mengandung maksud tertentu, oleh karena orang tidak
berkata, tentu saja merekapun enggan bertanya.
Sambil bangkit berdiri, buru-buru serunya, "Aaah, mana
berani menurunkan derajat hujin!"
Sambil tersenyum Pek Soh-gi memenuhi cawan arak,
ternyata ada lima cawan yang dipenuhi olehnya, hal mana
dengan cepat menyadarkan Tam Si-bin berdua bahwa mereka
sedang menunggu kehadiran orang dan tanda rahasia baru
saja dilepaskan.
Tiba-tiba Bong Pay berseru sambil tertawa, "Paman Ho,
bahkan cawan arak bagimu pun sudah dipenuhi oleh Toa
moay cu, hayo masuklah!"
Desingan angin berhembus lewat, dan tahu-tahu dalam
pagoda telah bertambah besar, orang itu bukan lain adalah
Boan thian jiu (si tangan sakti pembalik langit) Ho Kee-sian
adanya. 457 Sambil tertawa terbahak bahak ia berkata, "Koh-ya, tenaga
dalammu makin lama makin mengejutkan, lohu masih berada
pada jarak lima kaki, jejakku sudah kau ketahui!
Dengan langkah lebar ia menghampiri meja perjamuan dan
duduk. "Paman Ho, jangan buru-buru minum arak dulu, masih ada
dua orang lain yang belum kau jumpai" kata Pek Soh-gi.
"Tidak usah!" sahut Ho Kee-sian sambil tertawa, "dua
orang ini, yang satu pernah beradu pukulan denganku
sewaktu ada dalam pertemuan Pak beng hwee tempo hari,
sedang yang lain datang bersama seluruh anggota partainya,
tapi kurang rapat dalam merahasiakan jejaknya, Hian-bengkau
saja sudah tahu, tentu saja akupun tahu"
Merah padam selembar wajah Yau Tiong-in karena jengah.
Sedangkan Tam Si-bin sambil tertawa terbahak-bahak
segera berseru, "Saudara Ho, kapan aku baru ada kesempatan
untuk mencoba pukulan sakti pembalik langitmu?"
"Aah, apa susahnya, aku si Ho tua?"..
Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, Pek Sohgi
telah menyela lebih dulu.
"Paman Ho, bagaimana dengan persiapan kita" Apakah
diketahui pihak Hian-beng-kau?"
"Masa masih ada persoalan?" jawab Ho Kee-sian sambil
tertawa angkuh, "dari rekan-rekan lama siapakah yang tidak
memiliki ilmu yang tinggi dan pengalaman yang luas" Sampai
458 waktunya, mungkin Kok See-piau si anjing keparat itu masih
ada dalam impian"
00000O0000 51 Diam-diam Tam Si-bin dan Yau Tiong-in merasa malu
dengan sendirinya setelah mendengar perkataan itu.
Mereka tak menyangka kalau kedatangan Bong Pay suami
istri kesitu telah disertai dengan suatu rencana yang matang,
tidak seperti mereka berdua baru saja masuk kedalam lembah,
rahasianya su dah diketahui oleh orang lain, Bong Pay
rupanya tidak setuju dengan kata-kata Ho Kee-sian, segera
ujarnya, "Paman Ho, kau tak boleh terlalu gegabah, Kok Seepiau
yang sekarang bukan Kok See-piau yang dulu lagi,
kelicikkan dan kehebatannya tak bisa disamakan dengan
pretasinya dimasa lalu"
"Sekalipun demikian, toh ia pun tidak punya sesuatu yaag
patut dibanggakan"
Bong Pay mengernyitkan sepasang alis matanya yang tebal,
kemudian pelan-pelan berkata.
Tidak sedikit jumlah tokoh sakti yang bergabung dengan
pihak Hian-beng-kau, yang telah menampakkan diri sampai
sekarangpun rata-rata berilmu tinggi, apa lagi yang masih
belum muncul hingga seka-rang, entah sampai dimana taraf
kepandaian yang dimilikinya".."
Tiba-tiba Yau Tiong-in menimbrung.
Bong tayhiap, taukah kau kalau Jin Hian serta Tiangsun Poh
yang merencanakan penggalian atas harta pusaka dalam
459 istana Kiu ci kiong telah menggabungkan diri dengan pihak
Hian-beng-kau?"
Paras muka Bong Pay agak berubah, serunya dengan
cepat, "Haah masa terjadi peristiwa semacam ini" Dari mana
saudara Yau mendapat tahu?"
"Nona yang bernama Kok Gi-pek itulah yang
memberitahukan hal ini kepada kami, sahut Tam Si-bin.
Aaaah, tidak mungkin!" kata Pek Soh-gi dengan kening
berkerut, walaupun ada lima enam tahun paman Tiang-sun
tak pernah berkunjung kebukit Tay pa-san, tapi dia adalah
seorang laki-laki yang berjiwa lurus dan ksatria, mana ia sudi
bertekuk lutut oleh ancaman?"
"Jin Hian adalah pentolannya Hong-im hwee dimasa lalu"
kata Ho Kee-sian pula, "meski perkumpulan Hong im hwee
nya sekarang sudah bubar, dan ia dipaksa untuk
mengasingkan diri hingga mati hidupnya tak ketahuan, tapi
dengan kedudukannya sebagal seorang jago kawakan dari
dunia persilatan yang pernah menguasahi sepertiga dari dunia
persilatan, aku rasa tak mungkin ia rela diperintah oleh
seorang angkatan muda macam Kok See-piau"
Untuk sesaat suasana menjadi hening, mereka sama-sama
merenungkan kembali ada berapa bagian kemungkinan yang
memungkinkan Ji Hian dan Tiangsun poh diserap pihak Hianbeng-
kau. Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba Ho Kee-sian berkata,
Menurut dugaanku, ada delapan bagian Kok See-piau
merasakan lemahnya kekuatan sendiri, maka sengaja ia
tiupkan berita sensasi agar mengacaukan pikiran para jago,
bahkan Jin Huan sendiri siapa tahu kalau justru berada pada
posisi bermusuhan dengan mereka?"
460 "Perkataan dari saudara Ho ini memang ada betulnya juga
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka lebih baik jika kita selalu waspada sehingga tak sampai
termakan oleh siasat busuk dari Kok See-piau"
"Tapi aku tidak percaya kalau paman Tiangsun bersedia
membantu kaum durjana melakukan kejahatan" kata Pek Sohgi.
"Tiangsun cianpwe pribadi mungkin saja ksatria dan
seorang laki laki sejati" ucap Yau Tiong-in "tapi seandainya
Kok See-piau menyandera istrinya atau anaknya, bukankah
mau tak mau ia musti tunduk juga dibawah ancamannya?"
Ketika Pek Soh-gi merasa hal ini ada kemungkinannya juga,
ia menghela nafas panjang.
"Sayang dalam perjalanan menuju kemari aku tidak mampir
dulu kebukit Bu-gi, untuk menengok keadaan paman
Tiangsun, kalau tidak niscaya kecurigaan dan keraguan ini
dapat teratasi"
Tiba-tiba Bong Pay tertawa, ujarnya, "Besok adalah saat
dilangsungkannya upacara peresmian, sampai dimana
kekuatan sesungguhnya dari Hian-beng-kau, dengan
sendirinya akan kita ketahui juga pada waktunya, buat apa
kita musti main tebak secara ngawur dan membuang tenaga
dengan percuma?"
Yau Tiong-in manggut-manggut.
Perkataan saudara Bong memang betul, lebih baik kita
jangan gubris lagi persoalan itu.
461 Sampai disini, Bong Pay pun tersenyum, lalu sambil
mengalihkan pokok pembicaraan, serunya kepada Ho Keesian,
Sekarang Liong-ji berada dimana"
Ho Kee-sian tertegun, lalu pikirnya, "Kalau aku bicara terus
terang dengan mengatakan kalau dia dan Thian Ik-cu setelah
kebukit Ho san tiada kabar beritanya, mereka pasti akan amat
gelisah, lebih baik jangan kusinggung dulu untuk sementara
waktu." Sementara ia masih termenung, Pek Soh-gi telah bertanya
lagi dengan gelisah, "paman Ho, apakah keselamatan Liong ji
terancam?"
Buru-buru Ho Kee-sian tertawa.
"Memangnya nona tidak kenal dengan tabiat Liong sauya?"
ucapnya, "kepergiannya begitu tiba-tiba, sampai lohu
sendiripun tidak begitu jelas kemana ia telah pergi"
Hmm, bocah ini memang terlalu binal, masa menghadapi
masalah besarpun sikapnya masih acuh tak acuh"..
"Sifat binalnya memang belum hilang, tapi mungkin juga
ada sedikit persoalan yang hendak diselesaikannyaa sendiri,
siapa tahu kalau ia menang bermaksud membuat surprise?"
kata Pek Soh-gi lagi sambil tersenyum.
Tam Si-bin cepat menyambung pula sambil tertawa.
Hoa jin kongcu terkenal karena kecerdikan serta
keberaniannya, tindakan yang ia lakukan pasti mengandung
maksud tertentu, cuma ia memang gemar tertawa haha hihi
dalam mengerjakan tiap persoalan, sikapnya yang santai
tersebut memang cukup dikenal oleh setiap orang"
462 Bong Pay tersenyum.
Tam locianpwe terlalu menyanjung keponakanku itu, ia
masih muda, pengalamannya masih cetek, mana sanggup
menanggung tanggung jawab sebesar ini?"
"Lohu bukannya memuji dan menyanjung dia lantaran dia
adalah putra Thian cu kiam, tidak! Aku berbicara demikian
karena setiap umat persilatan merasa berpendapat demikian"
kata Tam Si-bin dengan wajah bersungguh-sungguh.
Hubungan Bong Pay dengan Hoa Thian-hong boleh dibilang
melebihi saudara sendiri, Pek Soh-gi pun kakak dari Pek Kun
gi, ibu Hoa In-liong, jadi hubungannya dengan keluarga Hoa
boleh dibilang erat sekali.
Dengan eratnya hubungan ini, maka boleh dibilang mereka
seringkali berkunjung ke perkampungan Liok soat san cong,
sementara angkatan muda dari keluarga Hoa pun setiap waktu
berkunjung ke tempat mereka, sebab itu pula dalam soal
hubungan keluarga maupun dalam hal pelajaran silat, kedua
keluarga ini berkaitan satu sama lain dengan eratnya, itulah
sebabnya empat jurus terakhir dari ilmu Ci yu jit Ciat dapat
berpindah pula ke dalam keluarga Hoa.
Jadi dalam anggapan Bong Pay suami istri, Hoa In-liong
sama pula dengan anak kandung mereka sendiri.
Justru lantaran itu Bong Pay suami istri berdua amat risau
menyaksikan watak Hoa In Hong yang suka bermain
perempuan disana sini dengan tabiatnya yang binal sukar
diurus, tapi ketika mengeta hui kalau diapun dipuji serta
dikagumi umat persilatan, hatinya kembali terasa lega dan
nyaman. 463 "Orang yang terlalu pintar dan suka bersikap acuh biasanya
kurang baik dalam melakukan pekerjaan!" kata Pek Soh-gi
tertawa. Tiba-tiba dari kejauhan sana lamat-lamat kedengaran suara
pertarungan yang tampaknya sedang berlangsung amat seru.
Dengan wajah tercengang Yau Tiong-in lantas berseru,
"Heran, siapa yang telah membuatr keonaran di dalam markas
besar Hian-beng-kau?"
Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tepi jendela,
beberapa orang lain pun ikut pula berpaling.
Sekeliling pagoda air itu merupakan jendela besar, jadi
tanpa meninggalkan tempat duduk pun bisa melihat ke tempat
kejauhan."
Terlihatlah pada sudut barat daya dari lembah itu berkobar
cahaya merah yang membumbung tinggi keangkasa, suara
pertarungan tersebut berlangsung dari tempat itu.
Dari balik bangunan bangunan lainpun segera bermunculan
bayangan manusia yang pada menengok keluar jendela, tapi
mereka hanya terbatas menengok belaka tanpa mendatangi
tempat kejadian tersebut, hal ini pertama untuk menghindari
kecurigaan orang, kedua suasana disekitar tempat kebakaran
itu pasti kalut, salah-salah mereka bisa menerima serangan
lawan malah?"".
Pek Soh-gi segera berpaling kearah Ho Kee-sian, kemudian
tanyanya, Paman Ho, mungkinkah ulah dari rekan-rekan bekas
seperkumpulanmu"
Pasti bukan rekan-rekan kami, sudah lohu pesankan
kepada mereka agar menyembunyikan diri diempat penjuru,
464 sebelum melihat tanda rahasia, mereka tak akan bertindak
sewenang-wenang.
Pek Soh-gi termenung sejenak, lalu katanya.
"Walaupun tiga perkumpulan besar telah berserikat, namun
sesungguhnya mereka tidak akur satu sama lainnya walaupun
begitu aku pikir kedua belah pihak lainnya tak mungkin akan
menimbulkan kesulitan bagi Hian-beng-kau sebelum
berlangsungnya upacara peresmian esok pagi"
Itu berarti dari pihak kaum luruslah yang bermaksud
hendak melenyapkan kaum besar dari muka bumi" sambung
Bong Pay, kita sebagai seorang manusia yang hidup didunia
ini hanya akan bertindak secara terus terang dan terbuka, tak
mungkin kaum hiap khek bersedia membakar rumah atau
menimbulkan kekalutan dengan cara demikian.
Pek Soh-gi berpikir sebentar, lalu ujarnya lagi, "Janganjangan
perbuatan dari Ngote atau anak Liong?"
Bong Pay kembali berpikir.
"Yaa, Hoa Ngo dan Liong ji memang memiliki sifat suka
mengaco orang, lagipula wataknya memang binal,
kemungkinan sekali mereka memang ada niat untuk membuat
malu Hian-beng-kau dihadapan para jago dari seluruh kolong
langit. Ketika makin dipikir ia merasa makin benar, sambil
melompat bangun segera serunya, "Biar kutengok sebentar
keadaan disana!"
Bagaikan seekor burung rajawali, secepat anak panah yang
terlepas dari busurnya ia meluncur ke luar jendela, kemudian
dengan meminjam daun teratai sebagai tempat berpijak,
465 dalam dua tiga lompatan saja tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Pek Soh-gi mau menghalangi kepergian suaminya, tapi tak
sempat, maka iapun cuma berdiam diri saja.
Menyusul kepergian Bong Pay, dari balik pagoda-pagoda air
lainnya segera bermunculan pula bayangan-bayangan hitam
lainnya, dalam waktu singkat ada dua tiga puluh orang yang
telah pergi. Tiba-tiba terdengar Yau Tiong-in bergumam.
"Aaah, bukankah itu adalah Suto susiok serta Ong dan Ko
sute berdua?".."
Buru-buru ia terpaling sambil berseru, "Akupun akan ikut
kesitu!" Sekali berkelebat ia telah menyusul kawanan jago lainnya
yang sedang memburu tempat kejadian itu.
Menyaksikan kesemuanya itu. Tam Si-bin tertawa terbahakbahak,
"Haaahh".. haaahh?"". haahh?""betul betul
sangat ramai, begini banyak orang telah menyusul kesana,
suasana pasti bertambah kalut, tak bisa disangkal lagi
kepergian mereka tentu akan membantu si pelepas api
tersebut" "Apakah locianpwe juga ingin menonton keramaian?" tanya
Pek Soh-gi sambil tersenyum.
Tam Si-bin segera tertawa terbahak-bahak.
466 Haaahh?""Haahh?"haaahh?"kenapa musti kesana
untuk menonton keramaian" Menyaksikan dari tempat inipun
tak mengurangi kegembiraan hatiku"
Pek Soh-gi tersenyum ia lantas berkata ke pada Ho Keesian,
"Setelah terjadinya peristiwa ini, pihak Hian-beng-kau
pasti akan memperketat penjagaannya, orang-orang yang kita
atur dalam lembah tampaknya sukar dipertahankan lebih jauh"
Ho Kee-sian berpikir sebentar, lalu kata nya, "Persoalan ini
memang cakup merisaukan cuma mereka semua rata-rata
adalah jago kawakan yang sudah berpengalaman selama
puluhan tahun semestinya merekapun tahu gelagat, siapa
tahu kalau telah mengundurkan diri keluar lembah"..
Sementara itu, kobaran api yang membumbung ke udara
tadi sudah padam dengan cepat, suara pertarungan yang
sedang berlangsungpun kini sudah tak kedengaran lagi.
Melihat itu, sambil tertawa Tam Si-bin berkata,
"Kepandaian si orang yang melepaskan api memang luar biasa
sekali, dalam waktu singkat ia dapat menimbulkan kebakaran
sebesar ini, mungkin yang digunakan adalah apotas dan
belerang sehingga begitu kena api lantas meledak. Cara Hianbeng-
kau memadamkan api pun tak kalah cepatnya, entah si
pelepas api itu berhasil ditangkap atau berhasil meloloskan
diri?" "Diatas bukit disebelah kiri lembah ini terdapat sebuah
telaga besar kata Ho Kee-sian, "asal air itu dialirkan ke bawah
maka tidak sulit untuk memadamkan api yang berkobar,
anggap saja nasib mereka masih mujur?"."
Mendadak tampak sesosok bayangan manusia secepat kilat
bergerak menuju ke gedung penerima tamu, Pek Soh-gi yang
467 bermata tajam segera mengenali siapa gerangan orang itu,
serunya tiba-tiba, "Ngo te!"
Sebenarnya bayangan manusia itu hendak bergerak
menuju kesamping pagoda, tapi setelah mendengar panggilan
itu, tanpa ragu-ragu lagi ia berubah arah dan menyusup
masuk kedalam. Tampaklah orang itu berkulit hitam pekat dengan rambut
yang kusut dan pakaian yang tak rapi, sepintas lalu usianya
tampak baru tiga puluh tahunan, ia menggendong seorang
pemuda berpakaian ringkas yang berwajah pucat dan
memejamkan matanya rapat-rapat, noda darah mengotori
ujung bibirnya, bila dilihat dari keadaannya jelas isi perutnya
telah menderita luka yang cukup parah.
Napasnya tersongkal-songkal jelas suatu pertempuran
sengit baru saja berlangsung, begitu masuk kedalam pagoda
meskipun melihat ada Ho Kee-sian dan Tam Si-bin berada
disitu, diapun tidak menyapa.
Dengan langkah tergesa-gesa ia baringkan pemuda itu
disebuah pembaringan bambu didekat jendela sana, lalu
serunya, "Enso, cepat kau periksa keadaan, apakah luka yang
diderita pemuda ini masih bisa ditolong?"
Pek Soh-gi sangat tenang, pelan-pelan ia berjalan
mendekati pembaringan dan memeriksa denyutan nadinya,
lalu kepada laki-laki itu katanya, "Kau masih saja bertingkah
seperti dulu saja, hayo cepat beristirahat dulu, minumlah
secawam dua cawan arak untuk menghilangkano rasa kaget,
serahkan pemuda ini kepadaku!"
Tiba-tiba Tam Si-bin berjalan mendekat seraya berkata,
"Pemuda ini bernama Yu Siau lam, dia adalah keponakan
468 muridku, entah kenapa bisa menderita luka disini, mari biar
lohu saja yang memeriksa keadaan lukanya?"
Dengan mata mendelik laki-laki setengah umur itu segera
berseru. "Sekalipun kau adalah supeknya, aku Hoa Ngo tidak
percaya kalau ilmu pertabibanmu jauh lebih hebat dari
kepandaian ensoku, sudahlah tak usah banyak urusan! Jangan
karena sopan santun mengakibatkan nyawa orang melayang!"
Waktu itu Pek Soh-gi sedang memeriksa denyutan nadi
pemuda tersebut, ketika mendengar ucapan itu, ia lantas
menengadah sambil menegur, "Ngo te, jangan kurang ajar,
dia adalah Tam Si-bin locianpwe dari bukit Thian tay!"
"Kalau memang dari Thian tay lantas kenapa" Aku hanya
membicarakan tentang persoalan bukan soal manusianya, aku
rasa ia memang sedikit tak tahu keadaan"
Pek Soh-gi tidak menyangka kalau makin bicara ia makin
tak karuan, dengan menarik wajahnya, ia berseru, "Ngo te,
kau terlalu kasar, apakah kau memang tidak memandang
sebelah matapun kepada enso-mu?"
"Siau te mana berani!" jawab Hoa Ngo cepat-cepat dengan
wajah agak takut.
"Kalau memang tidak berani, buat apa kau musti berdiri
terus disitu?""
Hoa Ngo ragu-ragu sejenak, akhirnya ia menjura kepada
Tam Si-bin, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, agaknya ia hendak minta maaf tapi tak tahu
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana musti berbicara.
469 Seperti diketahui sebenarnya dia adalah seorang anak
yatim piatu yang hidup gelandangan dalam kota Lok-yang,
sejak kecil ia sudah hidup sengsara dan sering kali merasa
kelaparan dan kedinginan.
Suatu kali ia berjumpa dengan Hoa Thian-hong serta kedua
orang hujinnya, karena merasa kasihan maka bocah itupun
mereka bawa pulang keperkampungan liok soat san ceng.
Betul, sejak itu dia dididik membaca, menulis dan belajar
silat, tapi wataknya yang binal sukar dikendalikan.
Hanya Pek Soh-gi seorang yang seringkali bersikap tegas
dan keras kepadanya, sebab itulah Hoa Ngo tidak begitu takut
kepada Bun Tay-kun sebaliknya malah takut dengan Pek Sohgi
yang halus dan lembut, kalau di bicarakan kembali, hal ini
memang lucu sekali.
Diam-diam Pek Soh-gi berpikir, "Dengan tabiat Ngo te,
untuk memberi hormat saja sudah sulitnya bukan kepalang
apalagi disuruh mengucapkan kata-kata minta maaf, tak heran
kalau ia tak sanggup memberi jawaban"
Harap Tam cianpwe suka memaafkan kesalahan ngote ku
ini, maklum dia memang agak berangasan dan kasar.
Untung imam Tam Si-bin cukup tebal, sekalipun merasa
agak susah juga, terpaksa iapun harus bersikap terbuka.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak dan mengelus
jenggotnya ia berkata, Hoa ngo hiap memang jujur dan
bersikap terbuka, tak heran kalau semua yang ingin diucapkan
segera diutarakan, memang ucapannya tak salah, ilmu
bertabiban Bong hujin memang tiada tandingannya didunia
ini" 470 Pek Soh-gi tersenyum.
Sedikit ilmu pertabiban yang tak seberapa hebat ini berhasil
kupelajari dari enci Chin, tentu saja dalam pandangan orang
lain kepandaianku ini masih jauh ketinggalan bila
dibandingkan dengan enci Wan hong"
Sebagaimana diketahui, Pek Soh-gi amat gemar menolong
orang, ia merasa kebanyakan orang miskin didunia ini
menderita akibat terserang oleh aneka macam penyakit yang
parah sebab itu ia merasa sangat tidak leluasa jika tidak
mengerti tentang ilmu pertabiban.
Untuk mewujudkan cita citanya untuk mengobati orang
itulah, maka ia belajar ilmu pertabiban dan ilmu tusuk jarum
dari Chin si hujin.
Dengan otaknya yang pintar, kemauannya yang besar
ditambah lagi ilmu pertabiban dari Chin si hujin memang
nomer satu didunia, tak heran kalau ilmu pertabiban yang
berhasil dipelajarinya terhitung hebat pula dalam dunia
persilatan dewasa ini.
Berhubung Pek Soh-gi suami istri sepanjang tahun
berkelana dan menolong orang, lambat laun namanya menjadi
jauh lebih tersohor daripada nama besar Chin si hujin, ratarata
para jago memuji kehebatan ilmu pertabibannya,
sekalipun dalam kenyataan memang masih kalah dengan Chin
wan hong, toh selisihnya tidak seberapa lagi.
Demikianlah, sambil berbicara ia lanjutkan pemeriksaannya
atas nadi pemuda itu, ketika hasilnya telah diketahui, diamdiam
iapun berkerut kening.
471 Tam Si-bin yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
amat cemas katanya, "Bong hujin, apakah keponakan muridku
masih bisa ditolong?"
"Bisa ditolong sih bisa" sahut Pek Soh-gi sambil tertawa,
"cuma kalau ditinjau dari keadaan lukanya, jelas
memperlihatkan bahwa ia sudah lama menyimpan rasa pedih,
hati dan paru parunya mengalami luka parah, ditambah lagi
dalam adu tenaga tadi, Tay yang hui keng dan Cui im sim pau
kengnya tadi, masih mendingan kalau ia muntahkan darahnya,
justru sikapnya menahan muntahan darah tersebut semakin
menambah parahnya luka yang diderita"
Kemudian sambil berpaling kearah Hoa Ngo, ujarnya lagi,
"Ngo te, ketika kau menolong dirinya tadi apakah kau telah
menotok jalan darah im bun dan tiang hu niatnya untuk
mencegah penjalaran luka yang dideritanya?"
Jilid 12 Hoa Ngo tertegun, lalu sahutnya, "Benar! Apakah keliru"
Kan to so yang mengajarkan aku berbuat demikian"..?"
Sebenarnya tidak salah, cuma tenaga dalam yang dimiliki
musuh agaknya jauh lebih lihay darinya, pihak lawan
tampaknya tidak bermaksud merenggut jiwanya tapi cuma
melukai isi perutnya belaka, mengakibatkan peredaran
darahnya mengalir balik dengan menyumbat Sau ha pit dan
Say yang sam-ciau ji kengnya, coba kalau waktu itu kau paksa
darah itu muntah keluar, kemudian menotok jalan darah Han
bun dan Thian cwan guna menantikan pengobatan, banyak
kesulitan yang tak diinginkan bisa dielakan.
472 Tam Si-bin yang mendengarkan penjelasan itu, diam-diam
berpikir, "Kalau didengar dari penuturannya barusan, ilmu
pertabiban yang dimilikinya memang sangat hebat."
Sementara itu Pek Soh-gi telah mengeluarkan sebuah botol
porselen dan mengambil tiga biji pil berwarna merah yang
harum semerbak, tapi pil itu tidak dimakankan ke Yu Siau lam,
sebaliknya sambil mengeluarkan segenggam jarum emas,
katanya, "Ngo te, bimbinglah ia bangun, bebaskan jalan
darahnya dan tembusi peredaran darah yang menembusi Sauim-
sim-keng dan Cui-im-sim-pao-keng yang ada ditangan
kanan-nya, kemudian nantikan perintahku selanjutnya"
Hoa Ngo menurut dan segera membebaskan jalan darah
im-bun dan tiong-hu niat ditubuh Yu Siau lam, lalu
menggenggam tangan kanannya dan diam-diam menyalurkan
hawa murninya ketubuh pemuda itu.
Pek Soh-gi mengayunkan tangannya berulang kali, belasan
batang jarum emas itu segera menancap didalam jalan darah
pada dada dan lambung Yu Siau lam, kemudian tanpa
berpaling ia berkata, "Bukankah Tam locianpwe telah berhasil
menguasahi ilmu Kui goan sinkang dari partai anda?"
Sambil tertawa Tam Si-bin gelengkan kepalanya berulang
kali. Yaa, sedikit ilmu simpananku ini tampaknya memang tak
bisa dirahasiakan lagi, pepatah bilang: Siapa yang tampaknya
hebat dia belum tentu hebat, harap hujin memberi perintah
saja. "Hei, Kui goan sinkang itu termasuk ilmu sakti macam
apaan?" tiba tiba Ho Kee-sian berseru sambil tertawa, "wah,
agaknya ilmu silat yang dimiliki Tam loji jauh diatas ke
pandaian lohu!"
473 Rasa ingin menangnya masih tertera jelas dibalik
ucapannya itu. Terdengar Pek Soh-gi berkata, "Locianpwe, harap kau
gunakan hawa murnimu untuk melindungi nadi Yu sauhiap!"
"Ngo te, gunakan tenaga sebesar tiga bagian untuk
memukul jalan darah Tiong tay Liatnya, hati-hati, kurang
sedikit saja bisa mengakibatkan hilangnya nyawa Yu sauhiap"
Koa Ngo menurut dan menepukkan telapak tangannya
diatas jalan darah Tiong tay hi-at?".
Yu Siau lam yang sadarkan diri, tiba-tiba muntahkan
segumpal darah kental berwarna merah kehitam-hitaman.
Dengan tanpa menggubris rasa kotor lagi, Pek Soh-gi
menjejalkan obat yang telah dipersiapkan itu ke dalam
mulutnya, kemudian sambil menghembuskan napas lega
katanya, "Setelah darah kental yang menyumbat peredaran
darah ini bisa dimuntahkan keluar, keadaan sudah tidak
berbahaya lagi, sekarang kalian berdua boleh menarik kembali
telapak tangan masing-masing"
Kemudian ia sendiripun mencabuti jarum-jarum emasnya.
Tiba-tiba terdengar Yu Siau lam merintih lalu gumamnya
dengan suara yang masih kabur, "Ayah?" ibu?""."
Pek Soh-gi merasa hatinya bergetar! pelan-pelan ia
menotok jalan darah tidurnya, maka terlelaplah Yu Siau lam
dalam tidur yang amat nyenyak.
Selesai melakukan pengobatan, mereka bertiga
membiarkan Yu Siau lam tetap terbaring diatas pembaringan,
474 sementara mereka sendiri kembali kemeja perjamuan. Tibatiba
Hoa Ngo berseru, "Toa so, ujung bajumu!"
Ketika Pek Soh-gi mengangkat ujung bajunya, maka
terlihatlah pada ujung bajunya yang putih bersih telah ternoda
oleh darah, saking memusatkan segenap perhatiannya untuk
memberi pengobatan, ternyata ia sampai tidak merasakan
akan hal itu. Maka sambil tersenyum ia merobek bajunya itu sambil
berkata, "Sekarang kita sebagai tamu orang, yaa, terpaksa
hanya bisa berbuat demikian saja" Diam-diam Tam Si-bin
merasa kagum, katanya sambil tertawa, "Sebagai sesama
rekan sealiran, rasanya lohu pun tak usah berterima kasih lagi
kepadamu!"
"Seharusnya memang demikian" kata Pek Soh-gi tertawa,
kemudian sambil berpaling ke arah Hoa Ngo katanya lebih
jauh, Ngo te aku tebak kaulah yang melepaskan api, ternyata
dugaanku tak keliru"
"Aaah?".masa enso masih menganggapku sebagai
seorang bocah cilik yang nakal?" ujar Hoa Ngo sambil tertawa.
"Kalau begitu anak Liong?"
Kembali Hoa Ngo gelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aku sama sekali tak tahu kemana perginya anak Liong.
Enso kau melihat aku pulang dengan membawa seorang yang
setengah mati, kenapa tidak kau duga kalau perbuatan ini
adalah hasil karyanya?"
Tam Si-bin menghela napas panjang, "Ayah ibu Yu sudah
kena culik oleh Hian-beng-kau" ujarnya, "aku pikir ia pasti
475 berusaha menolongnya dengan menggunakan kesempatan ini,
maka ia lepas api untuk membakar rumah, aaai?".nyali
bocah ini memang terlampau besar"
Hoa Ngo manggut-manggut ujarnya, "Ia beserta beberapa
orang anak muda lain yang menamakan dirinya sebagai Kim
leng ngo kongcu, dengan membawa beberapa orang pemuda
lagi yang bernama Kongsua Peng, Oh Keng bun, sekalian
beberapa orang, ternyata dengan amat berani menerbitkan
keonaran dalam markas besar perkumpulan Hian-beng-kau,
coba kalau bukan pihak Hian-beng-kau ingin menangkap
mereka hidup-hidup, sebelum aku dan Ko toako tiba, niscaya
mereka sudah tewas semenjak tadi. Mengingat dia adalah
seorang anak yang berbakti maka ketika melihat dia terluka
aku berusaha untuk menolongnya"."
Kemana perginya pemuda pemuda yang lain?" tukas Pek
Soh-gi. Hoa Ngo menghela napas panjang, sahutnya, "Setelah
menahan serangan mereka sejenak aku dan Ko toako lantas
memisahkan diri, ditengah jalan aku bertemu dengan Bong
toako yang menyuruh aku membopongnya datang kemari
untuk minta pengobatan dari toaso, jadi bagaimana kah nasib
yang lain, terpaksa harus menunggu sampai Bong toako
kembali nanti"
Selesai berkata ia mengangkat cawan dan menegak isinya
sampai habis, wajahnya murung dan kesal agaknya seperti
lagi menyesali ketidak becusan dirinya.
Dengan wajah sedih, Pek Soh-gi berbisik pula, "Kalau
dilihat perjuangan mereka untuk membela teman, jelas
pemuda-pemuda itu adalah kawanan pemuda berjiwa ksatria,
semoga saja mereka jangan sampai tertimpa musibah"
476 0000O0000 Setelah berjumpa dengan Hoa Ngo dan menitahkannya
berangkat keruang penerima tamu untuk mencari istrinya dan
menolong jiwa Yu Siau lam, Bong Pay melanjutkan
perjalanannya menuju ketempat kejadian.
Ketika makin mendekati tempat peristiwa, dibawah sinar
api yang terang benderang tampaklah para anggota Hianbeng-
kau berbaris sepuluh orang satu regu sedang berusaha
keras menanggulangi kebakaran yang sedang terjadi.
Yang menyimpan air menyiram, yang membongkar
reruntuhan membongkar, semuanya dilakukan secara tertib
dan teratur, sedikitpun tidak tampak kalut atau bingung.
Melihat hal mana, kembali ia berpikir, "Hian-beng-kau
memang suatu kelompok manusia yang terorganisir, agaknya
jika kelompok ini tidak teratasi sebaik-baiknya, dikemudian
hari pasti akan merupakan bibit bencana yang besar bagi
umat persilatan"
Disekeliling tempat kebakaran itu terjadi, bayangan
manusia bagaikan lautan, meteka terdiri dari orang-prang
Hian-beng-kau, Mokau, kui im kau serta para jago persilatan
yang datang memenuhi undangan, suasana hiruk pikuk dan
gaduh sekali. Tindakan yang dilakukan pihak Hian-beng-kau sungguh
amat cepat, apalagi sebagian besar terdiri dari jago-jago lihay,
pekerjaan yang mereka lakukan, puluhan kali lebih hebat
daripada orang lain.
Ternyata kebakaran itu terjadi diseleretan gudang barang,
dengan begitu korban manusia bisa dihindari. Dalam suatu
kerja sama yang erat, dalam waktu singkat kebakaran bisa
477 diatasi dan rumah yang belum terbakar pun bisa
diselamatkan. Ditepi tempat kebakaran itu berlangsung berdiri seorang
Imam tua berjubah panjang yang memelihara jenggot,
disisinya berdiri Toan bok See liang serta sekawanan jago dari
Hian-beng-kau, rupanya ia seba gai pemimpin rombongan
disitu. Setelah berpikir sejenak, Bong Pay segera mengenali orang
itu sebagai wakil kaucu dari Hian-beng-kau yang bernama Go
Tang cuan. Tampaklah disampingnya menggeletak tiga orang pemuda,
rupanya jalan darah mereka sudah tertotok, Bong Pay lantas
berpikir. "Mereka sudah pasti adalah satu komplotan dengan Yu Siau
lam, sebetulnya aku harus menolong mereka, tapi sekarang
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kawanan jago lihay dari Hian-beng-kau perkumpulan semua
disini, lebih baik jangan dilakukan tindakan ceroboh yang bisa
mengakibatkan melukis harimau tidak jadi malah munculnya
anjing. Bila peristiwa ini berlangsung dimasa lampau, dengan
waktunya itu niscaya ia sudah menerjang kemuka kendatipun
tahu kalau perbuatan tersebut bisa mengakibatkan kematian,
tapi sekarang setelah termenung sebentar, ja bertekad untuk
mencari bantuan lebih dulu, kemudian baru memaksa pihak
Hian-beng-kau untuk melepaskan orang, bila mana perlu
pertarungan sengit pun boleh jadi akan dilangsungkan.
Setelah berpikir sampai disitu, sebenarnya ia siap
meninggalkan tempat tersebut, pada saat itulah tiba-tiba
muncul seorang pemuda tinggi besar yang bermata gede dari
balik hutan. 478 Begitu munculkan diri, dengan suara lantang segera
teriaknya, "Hei manusia she Go, hayo kita langsungkan
pertarungan lagi!"
Go Tang cuan berpaling, lalu mendengus dingin, jengeknya
sinis, "Bocah keparat, dengan susah payah kau berhasil
melarikan diri, mau apa datang kemari lagi" Cari mati?"
Toan bok See liang yang berada disampingnya, cepat-cepat
berbisik, "Hu kaucu, bocah keparat ini datang kemari pasti
dikarenakan ada yang mem "baking" dirinya"..
Go Tang cuan manggut-manggut. "Ehmm, memang bisa
jadi demikian" Sementara itu kawanan jago Hian-beng-kau tak
ada yang turun tangan karena belum mendapat perintah dari
Hu kaucunya. Dengan langkah lebar, pemuda itu lansung menuju
kehadapan Go Tang cuan dan berhenti lima kaki
dihadapannya, setelah berhenti, katanya, "Orang she Go, Coa
kongcu mu datang kemari khusus mencari kau, berani tidak
berduel denganku?"
Go Tang cuan tidak menggubris tantangan tersebut,
dengan sorot mata tajam ia menyapu sekejap kesekeliling
tempat itu, ketika menjumpai kehadiran Bong Pay, ia tertawa
dingin. Tiba-tiba muncul seorang pemuda berpakaian ringkas
warna hijau dari kerumunan para jago, kemudian bentaknya
keras-keras. "Coa Cong gi, rupanya kau sudah bosan hidup!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
479 Coa Conggi maju ke depan menyongsong datangnya
ancaman tersebut, katanya, "Bagus sekali! Membunuh kau Ciu
Hoa lo sam lebih dulupun sama saja!"
Telapak tangannya berputar kencang, dalam waktu singkat
kedua orang itu sudah bertarung puluhan jurus banyaknya.
Tiba-tiba Coa Cong gi membentak keras, kepalanya
langsung meninju ke depan.
Sodokan tinju yang menyambar ke depan secara tiba-tiba
ini, boleh dibilang merupakan suatu serangan yang indah dan
luar biasa sekali, karena tak sempat menghindarkan diri,
terpaksa Ciu Hoa losam harus menerima serangan tersebut
dengan keras lawan keras.
Coa Cong gi membentak keras, secara beruntun ia lepaskan
lima buah pukulan, bahkan pukulan yang satu lebih hebat
daripada pukulan yang lain.
Begitu kehilangan posisi baiknya, terpaksa Ciu Hoa losam
harus menyambut semua pukulan itu dengan keras lawan
keras. "Blang, blang, blang, Blang!" ditengah benturan-benturan
keras yang memekikkan telinga, Ciu Hoa losam terdesak
mundur berulang kali, peluh sebesar kacang membasahi
jidatnya, ia makin kepayahan untuk menghadapi ancaman
tersebut. Sekeliling gelanggang penuh dengan anggota Hian-bengkau,
tentu saja mereka tak senang melihat Coa Cong gi
menunjukkan kehebatannya, maka ketika dilihatnya Ciu Hoa
losam terdesak hebat dan sebentar lagi bakal kalah, seorang
480 jago lihay dari Hian-beng-kau segera terjun ke arena
sementara beberapa jago-jagonya mengadakan pengepungan.
Coa Cong gi sedikitpun tidak jeri, sambil melangsungkan
terus pertarungannya, ia mengejek sambil tertawa, Rupanya
pihak Hian-beng-kau mau mencari kemenangan dengan
mengandalkan jumlah banyak"
Waktu itu Bong Pay merasa jejaknya sudah konangan,
maka dia tampil ke depan secara terang-terangan, Sewaktu
dilihatnya Coa Cong gi memiliki watak yang mencocoki
seleranya, tak lama lagi segera serunya dengan lantang,
Saudara cilik, hantam terus!"
Dalam menghadapi pertarungan sengit semacam itu, Coa
Cong gi tak sempat untuk menengok ke samping, maka ia
bertanya, "Cianpwe, siapakah kau?"
"Bong Pay dari Hwi im!"
Go Tang cuan mendegus dingin, pelan-pelan ia maju ke
depan, lalu sambil ulapkan tangannya ia membentak,
"Semuanya mundur!"
Seluruh anggota perkumpulan Hian-beng-kau berikut
mereka yang sedang bertempur, bersama-sama
mengundurkan diri kebelakang.
"Hu kaucu, apakah kau hendak turun tangan sendiri" Bagus
sekali bentak Coa Cong gi dengan suara lantang.
Go Tang cuan tertawa dingin, ia menyapu sekejap
sekeliling gelanggang, kemudian katanya, "Kau adalah
manuusia rendah yang melepaskan api, manusia pengecut
seperti kau kenapa musti membicarakan lagi tentang soal
peraturan dunia persiltan?"
481 Ucapan sebut jelas ditunjukkan untuk didengar oleh semua
umat persilatan yang ada disekitar sana, setelah berhenti
sejenak, katanya kembali.
Hari ini lohu pasti akan membuat kau merasa puas, dalam
tiga puluh gebrakan aku akan menangkapmu hidup-hidup, jika
kau bisa melewatkan ketiga puluh gebrakan ini, kuanggap
nasibmu masih mujur dan kau boleh pergi dari sini.
Hmm! Apa kau bilang?" seru Coa Cong gi sambil melotot
besar, sebelum kau lepaskan empek Yu dan sahabatsahabatku,
sekalipun diusir, aku juga tak akan pergi!"
Go Tang cioa tertawa seram.
Hmm". apa sulitnya jika kau mengingginkan itu, cuma kau
musti menyambut dulu tiga puluh jurus seranganku"
"Baik, kita terpaksa dengan sepatah kata ini!" teriak Coa
Cong gi dengan lantang.
Bong Pay merasa kagum sekali dengan sang pemuda yang
ibaratnya anakan harimau yang tak punya rasa takut ini, tapi
iapun cukup mengetahui manusia macam apakah lawannya,
maka sambil melangkah ke depan dan terbahak bahak, ia
berkata, "Haaahhh".haaahhh?"haaahhh?"masa Hu kaucu
dari Hian-beng-kau yang punya nama besar beraninya cuma
menganiaya seorang boanpwe dari angkatan muda!"
Go Tong cuan segera tertawa dingin.
"Heehhh"..heehhh".heehhh".. jadi Bong tayhiap juga
ingin melibatkan diri didalam air keruh ini".."
482 "Anak Gi, besar amat nyalimu, hayo cepat mundur!" tibatiba
seorang perempuan menegur.
Ketika mendengar suara itu, tanpa terasa semua orang
berpaling ke arah mana berasalnya suara tersebut.
Dari balik hutan pohon siong, pelan-pelan muncul seorang
perempuan cantik setengah umur, wajahnya ayu dan sikapnya
anggun, membuat siapapun tak berani sembarangan
memandang kearahnya.
Selintas lalu nyonya setengah umur itu kelihatan seperti
lagi berjalan dengan pelan, tapi jarak antara hutan sampai ke
arena yang dua puluh kaki lebih itu ternyata hanya dilewati
dalam beberapa langkah saja.
Tahu-tahu ia sudah tiba dihadapan Go Tang cuan dengan
santai, padahal dengan jelas semua orang melihat perempuan
itu melangkah dengan amat lambatnya.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang sangat lihay itu,
kontan saja menggetarkan hati setiap orang yang ada dalam
arena, suara gaduh seketika sirap dan semua orang samasama
mengawasi perempuan cantik itu sambil menduga asal
usulnya. Terdengar Coa Cong gi berteriak dengan penuh
kegirangan, "Ibu, kenapa sampai sekarang kau baru tiba?"
Nyonya cantik itu hanya tersenyum, lalu memberi hormat
kepada Bong Pay, ia tidak berbicara pun tidak menjawab,
hanya sepasang matanya yang tajam menatap lekat-lekat
wajah Go Tang cuan.
Diam-diam terkesiap juga Go tang cuon setelah bertemu
dengan nyonya cantik itu, segera pikirnya, Ternyata dia adalah
483 ibunya Coa Cong gi, keluarga Coa ternyata memang musuh
tangguh dari perkumpulan kami, cuma". Hmm! Sekalipun
tenaga dalammu lebih hebatpun, pihak kami tetap punya cara
untuk membunuh kalian semua ditempat ini?"
Sementara dalam hati ia berpikir demikian, di luar ujarnya,
Oooh". kiranya Coa hujin yang telah datang, dengan
kemunculan dari keturunan Bu seng dalam dunia persilatan,
agaknya ada sesuatu karya besar yang hendak dilakukan"
Bersama dengan berkumandangnya ucapan tersebut, suara
bisik-bisik segera meramaikan suasana dalam arena, kian lama
suara bisik-bisik itu kian bertambah keras sehingga akhirnya
berubah menjadi suara pembicaraan yang gaduh.
Dengan suara hambar Coa hujin atau Swan Bun sian
segera berkata, Menurut peraturan keluarga, sebenarnya
keluarga kami sudah lama mengundurkan diri dari dunia
persilatan, kali ini terpaksa kami muncul kembali dalam dunia
persilatan, tak lain hanya ingin mencari jejak suami ku yang
sudah lama hilang, jadi berbicara sebenarnya, aku tidak
bermaksud untuk melakukan apa-apa"
Setelah berhenti sejenak, katanya kembali, "Dengan
memberanikan diri Swan Bun sian ingin mengajukan sebuah
permohonan kepadamu, entah bersediakah kau untuk
mengabulkannya?"
Go Tang cuan melirik sekejap ke arah tiga orang pemuda
yang bergeletak ditanah itu, kemudian sahutnya, "Apakah
persoalan yang menyangkut beberapa orang pelepas api
ini?"?"
Sengaka ia mengucapkan kata "si pelepas api" itu dengan
suara lantang, jelas ini bermaksud hendak menyindir.
484 Coa Hujin sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa
terhadap sindiran tersebut, hanya katanya, "Maaf kalau Swan
Bun sian hendak memberi keterangan, bahwasanya mereka
sampai berbuat demikian, sesungguhnya disebabkan karena
keadaan yang terpaksa"."
Go Tang cuan tidak memberi kesempatan kepada
perempuan itu untuk menyinggung masalah diculiknya Yu
Siang tek suami istri oleh perkumpulannya, dengan cepat ia
menukas, "Baiklah, memandang diatas wajah Coa hujin, dosa
mereka dalam membakar gedung kita, tak akan lohu tuntut
lebih jauh"
Coa hujin segera membungkukkan badan-nya memberi
hormat.. "Kalau begitu, Swan bun sian mengucapkan banyak banyak
terima kasih lebih dahulu"
Kemudian sambil berpaling, serunya, "Anak Ci, maju ke
depan dan bebaskan jalan darah dari tiga orang engkoh cilik
itu" Tiba-tiba Go Tang cuan berseru, "Tunggu sebentar hujin,
perkataan lohu belum selesai" Dengan kening berkerut, Coa
hujin ulapkan tangannya mencegah Coa Cong gi maju ke
depan, kemudian tanyanya, "Hu kaucu masih ada petunjuk
apa lagi?"
"Tolong tanya hujin, apakah gedung-gedung kami ini harus
dibakar dengan begitu saja tanpa ada pertanggungan jawab
dari mereka?" seru Go Tang cuan dengan ketus.
Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin sambil
menyindir, "Hemmm?"main tipu berotak licik, Hu kaucu
macam apaan itu?"?"
485 Go Tang cuan segera berpaling ke arah mana berasalnya
suara itu, terlihatlah dua orang kakek berjubah abu-abu yang
berjenggot panjang dan menyoren pedang dipunggungnya,
berdiri angker ditepi arena, orang yang berbicara adalah kakek
disebelah kanan.
Para anggota Hian-beng-kau melotot gusar kearahnya,
sedang Go Tang cuan berkata sambil tertawa, "Ciang Pek jin,
kalian tak usah terburu napsu, dalam upacara tengah hari
esok, perkumpulan kami pasti akan memberi kesempatan
terhadap partai Thian cong untuk mewujudkan keinginanya"
Dua orang kakek berjenggot perak ini adalah Tiam cong
siang kiam (sepasang pedang dari Ti-am cong) yang sulung
bernama Lau Gi tiong dan yang terakhir bernama Ciang Pek
jin, meskipun bukan saudara sekandung, hubungan mereka
melebihi saudara sendiri, selama berkelana dalam dunia
persilatan, mereka belum pernah berpisah dengan sepasang
pedang bajanya selama tiga puluh tahun, mereka menjaga
wilayah Thian lam.
Kami berdua akan menanti datangnya kesempatan itu!"
seru Cian Pek jin sinis.
Go Tang cuan tertawa dingin, ia tidak menggubris kedua
orang itu lagi, sepasang matanya kembali dialihkan kewajah
Coa hujin. Dengan serius Coa hujin menjawab. Itu mah soal gampang,
biar kami keluarga Coa yang membayar kerugian ini.
Walaupun Coa hujin berasal dari keluarga persilatan, tapi
keluarga persilatan Kim leng, sejak dari Cing Tong ti sampai
anak cucu keturunannya tak ada yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, merekapun jarang sekali melangkah
486 keluar dari rumah, oleh sebab itu tak heran kalau caranya
untuk menghadapi persoalan yang berbau dunia persilatan ini
terasa menjadi kaku dan lucu.
Sekalipun kata-kata yang diucapkan itu sesungguhnya
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merupakan pantangan bagi umat persilatan kenyataannya tak
seorangpun berani memandang rendah dirinya, malahan
semua orang merasa bahwa keputusannya itu memang tepat
sekali. Untuk sesaat Go Tang cuan menjadi tertegun tapi sebentar
kemudian ia telah berkata, "Walaupun perkumpulan kami
miskin tapi kerugian sekecil ini masih belum sampai kami
pikirkan, kalau sampai Coa hujin musti bayar ganti rugi,
apakah perbuatan ini tak akan ditertawakan oleh kawankawan
persilatan?"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan"
"Begini saja! Sudah lama lohu mengagumi akan kehebatan
ilmu silat dari Bu seng, sayang aku dilahirkan terlalu lambat
sehingga tidak berjodoh untuk berjumpa dengar mereka,
bagaimana kalau hujin unjukkan kepandaianmu sebagai ganti
rugi atas dilepaskannya ketiga orang pemuda ini?""
Baik mereka dari golongan lurus maupun yang berasal dari
golongan sesat, sama-sama ingin menyaksikan kehebatan dari
ilmu silat peninggalan Bu seng, oleh sebab itu perkataan dari
Go Tang cuan segera disambut dergan tempik sorak dari
segenap jago, beratus-ratus pasang matapun bersama sama
dialihkan ke wajah Coa hujin.
Waktu itu api yang membakar gedung su dah berhasil
dipadamkan, para jaga dari Hian-beng-kau pun telah berhenti
mengambil air untuk memadamkan api. suasana disekitar
tempat itu, jadi terasa lebih tenang dan hening?"
487 Coa hujin memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ia
tahu bila tidak memperlihatkan sedikit kepandaiannya, jelas
hal ini tak mungkin.
Sebab itu setelah berpikir sebentar, tiba-tiba ujung bajunya
dikebaskan ke arah kanan seraya ujarnya, "Baiklah,
kuperlihatkan sedikit kejelekanku!"
Sementara semua orang masih terkejut bercampur
keheranan tiba-tiba tiga orang pemuda yang tertotok jalan
darahnya itu menghembuskan napas panjang lalu melompat
bangun. Kiranya ia telah mendemonstrasikan ilmu membebaskan
jalan darah dengan udara kosong.
Kontan saja tempik sorak berkumandang memecahkan
keheningan disekeliling tempat itu.
"Suatu kepandaian yang sangat hebat!" pekik Hong Pay
didalam hati. Haruslah diketahui, walaupun kebasan tersebut
kelihatannya amat sederhana, sesungguhnya merupakan
suatu serangan yang sulit dilakukan, sang korban bukan cuma
berselisih jarak antara tiga kaki lebih, tidak di ketahui juga
jalan darah manakah yang tertotok, sebab itu kebasan yang
berhasil membebaskan totokan ketiga orang itu sungguh di
luar dugaan"..
Go Tang cuan paling terkejut dibandingkan dengan yang
lain, sebab totokan atas ketiga orang tersebut dilakukan
dengan suatu ilmu totokan tunggal, siapa tahu mereka
berhasil ditolong oleh Coa hujin dengan gerakan yang
demikian entengnya.
488 Setelah melompat bangun tiga orang pemuda yang
berpakaian ringkas itu melirik sekejap ke arah Coa hujin dan
Coa Cong gi, lalu dengan langkah lebar menuju ke arah
mereka. Saudara Siong-peng, saudara Keng bu, saudara Kiat kian,
kalian tidak terluka bukan?" seru Coa Cong gi dengan suara
lantang. Tiga orang pemuda itu tertawa dan bersama-sama
gelengkan kepalanya, kemudian masing-masing orang
memberi hormat kepada Coa hujin.
Cepat Coa hujin ulapkan tangannya menyuruh mereka
jangan banyak adat, setelah itu katanya, "Jika tak ada urusan
lagi, Swan si ingin mohon diri lebih dahulu!"
Go Tang cuan segera menjura.
"Sampai jumpa lagi dalam pertemuan besok!"
Coa hujin tersenyum, lalu ujarnya kepada Bong Pay,
"Anakku tak tahu diri, untung memperoleh bantuan
saudara".."
Sungguh menyesal Bong Pay tidak mengeluarkan tenaga
barang sedikitpun juga" tukas Bong Pay, justru hujin lah yang
sudah menolong mereka dengan ilmu yang maha dahsyat
itu".."
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Bila hujin tiada
urusan penting, kenapa tidak menjumpai dulu rekan-rekan
sealiran yang lain?"
489 Sementara Coa hujin masih termenung, Coa Cong gi sudah
berseru dengan tak sabar, "ibu?"!"
Coa hujin termenung sejenak, ia merasa setelah dirinya
tampil didalam dunia persilatan, memang tidak seharusnya
menjauhi kawanan jago lainnya, apalagi antara dia dengan
kedua orang hujin dari keluarga Hoa sudah ada persetujuan
secara diam-diam untuk banyak membujuk rekan-rekan
persilatan lainnya,
Ditambah lagi diapun tak tega menampik keinginan Coa
Cong gi yang kelihatan antusias sekali itu, maka setelah
menghela napas dihati, diapun manggut manggut.
"Kalau begitu, tolong bawalah kami kesitu!
Ia memutar badannya, lalu bersama Bong Pay berlalu dari
situ. Go Tang cuan yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam
berkerut kening, kemudian pikirnya, "Kalau dilihat dari
keadaan ini, tampaknya kedua orang musuh tangguh tersebut
memang sudah bekerja sama secara diam-diam" Tiba-tiba
serentetan suara bisikan yang lirih seperti suara nyamuk
berkumandang disisi telinganya, "Tang cuan, bubarkan anak
buahmu dengan cepat, tunggu kedatanganku dipuncak bukit
lembah sebelah timur"
Sekalipun ucapan itu diutarakan dengan ilmu
menyampaikan suara, tapi begitu mendengar suara tadi, Go
Tang cuan segera tahu siapakah dia. Sebab dalam kolong
langit de wasa ini, kecuali istri ke sayangannya tak ada orang
lain yang menyebut dirinya secara demikian.
Kontan saja hatinya bergolak keras.
490 Tak tahan lagi ia celingukan kesana-kemari, tampaklah
kawanan jago persilatan itu telah buyar semua dari situ, tapi
bayangan tubuh dari Thian Siok-bi tidak kelihatan juga.
Tentu saja Toan bok See liang menjadi keheranan ketika
dilihatnya Hu kaucu yang dihari-hari biasa selalu kelihatan
tenang itu, secara tiba-tiba celingukan dengan wajah
kebingungan. Hu kaucu"..! segara panggilnya dengan suara heran.
Go Tang cuan segera ulapkan tangannya sambil menukas.
Toan bok thamcu, harap kau perhatikan lembah kita baikbaik,
semua jago lihay kita dikerahkan untuk melakukan
penjagaan terutama ditempat-tempat yang sepi, kewaspadaan
perlu ditingkatkan, aku harap kejadian seperti ini jangan
sampai terulang kali, nah aku pergi sebentar!"
Selesai memberi pesan, tidak menunggu jawaban dari Toan
bok See liang lagi buru-buru dia kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya dan berlalu dari situ.
Disebelah timur lembah merupakan sebuah telaga seluas
beberapa li, pada bagian depan lembah terbuka sebuah mulut
dan dari situlah air mengalir turun sebagai sebuah air terjun
yang amat besar.
Dengan menelusuri jalan rahasia yang dibuat Hian-bengkau,
Goa Tang cuan bergerak naik ke puncak bukit, sepanjang
jalan tiada hentinya ia celingukan kesana-kemari meneliti
pepohonan Pak yang dijumpainya di tempat tersebut.
Tak lama kemudian, ia saksikan sesosok bayangan lain
sedang bergerak naik ke atas puncak.
491 Dengan ketajaman matanya, dalam sekilas pandangan ia
telah melihat bahwa bayangan manusia itu adalah seorang
tokoh berusia setengah umur yang berjubah pendeta dan
membawaj hud tim.
Siapa lagi tokoh setengah umur itu kalau bukan istrinya
yang telah berpisah hampir sepuluh tahun lamanya" Kecuali ia
telah mengenakan jubah pendeta, dandanan serta raut
wajahnya masih tetap seperti sediakala.
Kontan saja ia merasakan hatinya bergolak keras, teriaknya
tanpa terasa, "Siok-bi".-"
Cepat-cepat dia memburu ke depan.
Thia Siok-bi segera mengebaskan hud tim-nya seraya
membentak, "Berhenti!"
Bagaikan diguyur dengan air dingin, Go Tang cuan segera
menghentikan langkahnya lalu dengan wajah tertegun ia
berseru. "Kau?"?"
"Lebih baik kita bicarakan dulu secara baik, kalau tidak
cocok?""
"Bagaimana kalau tidak cocok?" tukas Go Tang cuan tidak
sabar lagi. "Lebih baik kita putus hubungan sampai disini!" jawab Thia
Siok-bi dengan tegas.
Go Tang cuan mengerutkan dahinya, lalu berkata, "Kalau
begitu katakanlah!"
492 Thia Siok-bi menggerakkan bibirnya ingin berbicara, tapi
niat tersebut kemudian dibatalkan, selang sesaat kemudian,
sambil menghela napas katanya, "Apa yang hendak
kukatakan, aku pikir kau tentu sudah menduganya, kenapa
mesti kukatakan lagi?"
Go Tang cuan tertawa hambar.
Memang, apa yang ingin kau katakan sudah Ih heng tebak
delapan sampai sembilan bagian, tapi Ih heng pun ada
beberapa patah kata yang ingin kugunakan kesempatan ini
untuk membicarakannya secara baik-baik"
Kalau begitu kau saja yang berkata!" Go Tang cuan
tersenyum. Pertama lama Ih heng hendak memberi tahukan kepadamu
bahwa sejak esok pagi, seluruh dunia akan menjadi milik Hianbeng-
kau!" "Heeeehh"heeehhh"..heeehh". apakah bukan siburang
pungguk yang merindukan rembulan?"
Senyuman masih menghiasi ujung bibir Go Tang cuan,
kembali ia berkata, Aku tahu kalau kau tak akan percaya tapi
kau pun musti tahu, jika perkumpulan kami tidak bersuara
keadaan tetap tenang tapi begitu bersuara, dunia akan
menjadi gempar, tunggu saja sampai esok pagi dunia akan
tahu sampai dimanakah kemampuan sesunguhnya yang
dimiliki perkumpulan Hian-beng-kau kami!"
Thia Siok-bi segera mendasis dingin.
"Hmm! Jangan dibilang kepandaian silat yang dimiliki Hoa
tayhiap tiada tandingannya dikolong langit, apa yang hendak
kau lakukan untuk menghadapi keturunan dari Bu seng"
493 Apalagi kalau berbicara dari segitu banyak jago persilatan
yang hadir, sekarang kauanggap Hian-beng-kau sanggup
untuk menghadapi mereka semua?"
Mendengar ucapan tersebut, Go Tang cuan segera tertawa
terbahak-bahak, sampai lama sekali, ia baru berkata dengan
lantang, "Haaahh"..haaahh?"haaah"..Siok-bi, jangan dikata
kawan jago yang menghadiri pertemuan sekarang cuma
sebangsa manusia kurcaci yang sekali hantaman lantas
hancur, sekalipun Hoa Thian-hong yang kau anggap manusia
nomer satu dalam dunia persilatanpun, perkumpulan kami
sudah mempunyai orang yang sanggup untuk
menghadapinya"
Diam-diam Thia Siok-bi mengamati wajah orang itu, ketika
diketahui kalau ucapan tersebut bukan cuma bohong belaka
hatinya menjadi tercekat, namun ketika dipikir kembali, diapun
tak merasa percaya. Maka akhirnya diam-diam dia berpikir.
"Ketika masih muda dulu, Hoa Thian-hong sudah sanggup
mengalahkan Tang Kwik-siu sekalian, selama dua puluh tahun
terakhir ini entah sampai dimana pula kemajuan yang berhasil
dicapainya dalam kepandaian silat, siapakah dalam dunia
dewasa ini yang sanggup menandinginya?"
Berpikir sampai disitu, tak tahan lagi dengan suara
menyelidik ia bertanya, "Siapakah orang itu" Apakah dia
adalah Sinkun kalian itu?" Go Tang cuan tersenyum.
"Sebenarnya tak jadi soal kalau cuma kuberikan kepadamu,
tapi kau pasti akan membocorkan rahasia ini kepada pihak
keluarga Hoa, jika sampai kabur, bukankah usaha Sinkun
untuk membalas dendam bakal menjumpai banyak kesulitan
lagi?" 494 Thia Siok-bi segera tertawa dingin,
"Heeehhh?"..heeehhh?""heeehh?"..aku lihat kau tak
sanggup mengalahkan orang tersebut dalam waktu singkat,
makanya sengaja mengarang sekenanya saja"
Go Tang cuan hanya tersenyum tidak menjawab.
Melihat ia tidak menyahut juga, diam-diam Thia Siok-bi
merasa semakin terperanjat, tapi diluar wajahnya ia masih
tetap tertawa-tawa.
"Kalau kudengar dari nada ucapanmu, tampaknya kau
memang tak sudi berpaling kembali" katanya, "Berpaling
kenapa?" "Kau sudah terlanjur terjerumus dalam kesesatan, hawa
jahat sudah merongrong pikiran dan perasaanmu, maka sulit
untuk diajak kembali lagi ke jalan yang benar" teriak Thia
Siok-bi marah. oooooOoooo 52 Sesungguhnya, tiada perbedaan antara yang lurus dan
yang sesat dalam dunia persilatan" kata Go Tang cuan dengan
suara hambar, "kalau toh sekarang ada, hal itu hanya buatan
dari manusia dunia itu sendiri, bayangkan saja, kalau toh kira
berhasil mempelajari serangkaian ilmu yang hebat, apakah
kita suka berkumpul jadi satu dengan kawanan manusia
kurcaci yang tak berkemampuan apa-apa?"
"Bagaimana pun juga, bersikap ksatria, berjiwa pendekar
dan menolong sesama toh lebih baik dari pada merugikan
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang lain?"
495 kata Ih Siok-bi lagi dengan kening berkerut.
"Aaai?"..berbicara pulang pergi kau tetap tidak paham
dengan urusan dunia persilatan, Siok-bi! Kau adalah seorang
pendekar dari kaum wanita, tentu saja kau mempunyai
pandangan yang berbeda"
Thia Siok-bi merasa gusar sekali, sambil mendengus ia
putar badan dan siap berlalu lari situ, tapi secara tiba-tiba ia
berhenti lagi seraya bertanya.
"Engkau sudah tahu tertang peristiwa yang menimpa anak
Giok?" Mula-mula Go Tang cuan agak tertegun, menyusul
kemudian jawabnya, "Pihak Mokau telah minta maaf kepada
ku, Giok ji pun?"?"."
Thia Shiok bi segera tertawa dingin, tukasnya, "Kau tahu
Giok ji sebenarnya she apa?"
Go Tang cuan bisa menjabat sebagai wakil ketua dari Hianbeng-
kau, tentu saja baik dalam soal ilmu silat maupun dalam
hal kecerdasan melebihi orang lain, ketika mendengar kalau
dibalik ucapannya masih ada ucapan lain, diam-diam pikirnya,
"Wan Hong giok tentu saja she Wan, apa maksudnya?".."
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan
wajah berubah hebat dan suara gemetar ia lantas berseru,
Maksudmu?"."
"Giok ji adalah putrimu!"
Seperti disambar geledek disiang hari bolong, kontan saja
paras muka Go Tang cuan berubah menjadi pucat pias seperti
mayat. 496 Bagaikan seseorang yang baru sembuh dari sakit parah,
dengan lemas ia bersandar diatas pohon siong sambil
menghembuskan napas panjang, katanya kembali, "Giok-ji
tidak She Go, pun tidak she Thia?".. dapatkah kau terangkan
lebih jelas lagi?"
Jawab Thia Siok-bi sambil tertawa dingin, "Giok ji mengikuti
she dari neneknya, maksudku memang agar kau tidak akan
tahu tentang dirinya"
"Kau?" kau betul betul berhati kejam!" bisik Go Tang cuan
sambil menuding Thia Siok-bi dengan tangan gemetar.
Padahal Thia Siok-bi sendiripun merasakan hatinya sakit
seperti diiris-iris, tapi sekuat tenaga ia berusaha
mengendalikan diri, kembali katanya, "Yaa, aku memang
kejam, tapi ketika aku sedang mengandung, kau telah pergi
meninggalkan rumah tanpa memperdulikan nasehatku, apa
kau tidak terbilang kejam?"
Go Tang cuan tak sanggup menjawab lagi, dia hanya bisa
memandang ke langit dengan air mata bercucuran.
"Oooh"anak Giok, ayah telah berbuat salah kepadamu,
dengan dosa ayah, memang pantas mati".." guman-nya.
kemudian ia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram,
suaranya lebih tak sedap didengar daripada suara
tangisannya, setelah berhenti tertawa ia menggertak gigi
seraya serunya.
"Tang Kwik-siu, kalau orang she Go tidak membiarkan
kalian orang orang Seng sot pay musnah sebelum ucapan ini
lewat, didunia ini tak akan ada manusia yang bernama Go
Tang cuan lagi!"
497 "Anak orang lain kau anggap begitu tawar Go Tang cuan,
dimanakah Liang sim-mu?"
Tiba-tiba Go Tang cuan berdiri tegak, kemudian dengan
sinar mata yang penuh diliputi hawa membunuh katanya,
"Siapa yang telah memperkosa Giok ji?"
"Orang itu telah kubunuh!" sahut Thia Siok-bi, setelah
berhenti sejenak ia berkata lebih jauh, "Sekalipun kau bunuh
habis seluruh anggoto Mokau juga percuma, bagaimana
mungkin kau bisa membayar kerugian ini untuk Giok ji?"
"Apapun yang Giok ji minta, sekalipun menginginkan
bintang dilangit aku akan pertaruhkan nyawa tua ku ini untuk
memenuhi Keinginannya!
Jika Giok ji menginginkan kau mengasingkan diri, apakah
kau pun mewajudkan-nya?" ujar Thia Siok-bi dingin.
Go Tang cuan tertegun, lalu sahutnya dengan sangsi,
"Selewatnya ucapan besok".."
Tidak nanti ia menyelesaikan kata-katanya, dengan jengkel
Thia Siok-bi segera menukas, "Aku sudah tahu kalau kau tak
bisa ditolong lagi, coba kalau tidak memandang diatas wajah
Giok ji, pada hakekatnya aku enggan untuk bertemu
denganmu lagi, tampaknya aku memang harus beradu jiwa
denganmu" Selesai mengucapkan kata- kata tersebut mendadak ia
putar badan dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata
bayangan tubuhnya lenyap diatas puncak sana.
Go Tang cuan menggerakkan bibirnya seperti mau
memanggil, tapi niat itu tak pernah diwujudkan, dengan
498 termangu-mangu ia berdiri kaku disitu dengan sinar mata
sayu, keadaan tersebut tak ubahnya seperti seonggokan kayu
kering. Angin malam berhembus lewat, tiba-tiba ia merasakan
tubuhnya kedinginan, baru pertama kau ini ia merasakan
hatinya goncang, iapun merasa ragu apakah ambisinya bisa
terwujud atau tidak"
Malam mulai luntur, sinar sang surya pun mulai muncul
diufuk timur, saat itulah ia baru tersadar kembali dari
lamunannya, sambil menghela napas, pelan-pelan ia menuruni
bukit tersebut. Ia merasa meski waktu hanya terpaut
beberapa jam, tapi usianya sekarang dirasakan jauh lebih tua
sepuluh tahun. 000O000 000O000 000O000
Tengah hari belum lewat, istana Kiu Ci piat kiong yang luas
dengan barak-barak lebar yang didirikan dikedua belah
sampingnya telah penuh dengan kawanan jago dari kolong
langit. Barak sebelah timur dipenuhi oleh para jago dari Kiu-imkau
dan Seng-sut-pay, masing-masing menempati separuh
barak dengan bagian tengahnya dibiarkan kosong selembar
satu kaki, dengan begitu kedua golongan tersebut terpisahkan
secara jelas. Dibagian sebelah kiri ditempati pihak pihak Kiu-im-kau, Bwe
Su-yok dengan tongkat kebesarannya duduk ditengah barak
dengan dikedua belah sisinya diapit oleh Sik Ban-cian serta
dua orang kakek berambut putih yang telah berusia seratus
tahun lebih dan tidak diketahui namanya, setelah itu baru
duduk Kek Thian tok, Lei Kiu-it dan sekalian Tiamcu serta tiga
orang tongcu nya.
499 Sedangkan dipihak Seng-sut-pay dipimpin oleh Seng Tocu,
tapi tidak kelihatan Tang Kwik-siu hadir disitu, selanjutnya
hadir dua bersaudara Lenghou, Hu-yan Kiong, Hong Liong dan
lain-lainnya. Jumlah anggota perkumpulan yang hadir dari dua
kelompok tersebut di taksir berjumlah dua ratus orang lebih,
mereka semua rata-rata bermata tajam, berlangkah tegap dan
bertenaga dalam sempurna, jelas bukan manusia manusia
sembarangan. Pada barak disebelah barat, sebagian besar di tempati oleh
para jago dari golongan pandekar, mereka dipimpin oleh Bong
Pay serta Coa hujin, di tambah dengan jago-jago dari Thian
cong serta Thian tay, jumlahnya pun mencapai ratusan orang.
Suasana dibarak bagian tengah yang paling gaduh dan
ramai, tidak seperti barak-barak timur maupun barat yang
hening, sebagian besar jago yang berada dibarak tengah
adalah kawanan jago persilatan biasa, jumlah mereka paling
banyak, ditaksir ada dua tiga ribu orang lebih meskipun barak
itu cukup besar tapi hampir saja tidak cukup untuk
menampung mereka?"
Kawanan jago persilatan tersebut sering kali menuding
kearah barak timur maupun barak sebelah barat lalu berbisikbisik
seperti membicarakan sesuatu.
Pada bagian utama dari arena, berdiri panggung upacara,
waktu itu kain selubung yang menutupi meja upacara telah
dibuka sehingga tampaklah ditengah meja terdapat dua
tempat abu yang masing-masing tertuliskan, "Tempat abu dari
Bu liang san couso Li Bu-liang"
500 Sedang disebelah kanan bertuliskan, "Tempat abu Kiu ci
kiong cousu Seng Beng cit"
Selain alat sembahyangan, barang sesaji pun sudah
komplet tersedia disana.
Padahal tak seorangpun umat persilatan yang mengetahui
nama sebenarnya dari Kiu ci sinkun, maka setelah membaca
tempat abu itu mereka baru tahu nama aslinya.
Karena waktu itu adalah hari Toan yang, dari pihak Hianbeng-
kau menyediakan pula pelbagai jenis bakeang dan buahbuahan
untuk para tamunya tapi kecuali mereka yang berada
dibarak tengah boleh dibilang siapapun tidak boleh
mencicipinya. Mendekati lohor, tiba-tiba muncul kembali tiga orang jago
yang dipimpin oleh seorang touto berambut panjang dan
berjubah pendeta dengan bersenjata sekop.
Dua orang rekannya adalah laki-laki berusia setengah
umur, yang satu berkulit tubuh hitam dengan wajah lebar dan
bahu lebar, sedang yang lain adalah seorang laki-laki
berwajah bersih dan berjubah putih.
Menyaksikan kedatangan mereka, serentak kawanan jago
bangkit berdiri sambil menyapa, ternyata mereka adalah Cu
Im taysu, Ko Tay dan Haputule"..
Cu Im taysu menyapu sekejap ke arah barak, ketika tidak
menjumpai Tiang beng Tokoh hadir disitu, sepasang alis
matanya segera berkenyit.
Sambil menjura Bong Pay segera berkata, "Dalam keadaan
dan saat seperti ini, taysu terhitung orang yang paling
501 terhormat, sudah sepatas-nya kalau taysu menjadi pemimpin
dikelompok kita ini"
Cu Im taysu segera tersenyum.
"Kedatangan pinceng hanya untuk menyelesaikan suatu
masalah pembunuhan, tidak sepantasnya kalau tanggung
jawab berat ini kalian berikan kepadaku!"
Lalu sambil berpaling ke arah Coa Hujin, kembali ia
berkata, "Putrimu pergi bersama Giok teng hujin, apakah
sampai sekarang belum tiba disini?"
Coa hujin menjadi tertegun setelah mendengar ucapan
tersebut, bukannya menjawab, ia malah balik bertanya, "Lho,
anak Wi kok bisa berada bersamanya" Hoa tayhiap suami istri
sedang mencari-cari hujin itu!"
Cu Im taysu menghela napas panjang.
"Aaai"..! Kalau ia tak datang, itu berarti sudah
mengasingkan diri dari keramaian dunia. Padahal jagad begini
luas, kemanakah kita harus menemukan jejaknya?"
Kalau kejadian ini berlangsung dimasa lalu, sudah pasti Coa
Hujin hanya akan melongo saja sebab ia tak memahami
keadaan dunia persilatan, tapi semenjak kepergiannya ke
perkampungan Liok soat san ceng, bukan saja ia mendapat
tahu banyak masalah besar dalam dunia persilatan, bahkan
soal kejadian-kejadian ia mapun banyak pula diketahui
olehnya. Setelah mendengar perkataan itu, dengan cemas ia
berseru, "Musuh-musuh Giok teng hujin dimasa lalu amat
banyak, semoga saja jangan sampai berjumpa, entah
bagaimana dengan anak Wi?"
502 "Aduh celaka, jangan-jangan Kiu-im-kau yang telah turun
tangan lebih duluan?" kata Cu Im taysu sambil berpaling ke
arah barak seberang.
Haputule yang menjumpai kedua orang itu yang satu
menguatirkan keselamatan putrinya yang lain mencemaskan
keselamatan Giok teng hujin, dari tadi sampai sekarang ribut
terus tiada hentinya, sambil tertawa segera ia tersenyum,
"Taysu tak perlu kuatir, kalau aku tidak melihat kecerdikan
nona Coa luar biasa sehingga berhasil menasehati Giok teng
hujin untuk berubah pikiran, mana mungkin kubiarkan pergi
dengan hati yang lega?" Cu Im taysu manggut manggut.
"Yaa, memang pinceng terlalu gelisah dan tidak sabaran"
katanya kemudian, Haputule tersenyum, kepada Coa hujin
katanya kemudian, "Dengan ilmu silat yang dimiliki Coa serta
Giok teng hujin, rasanya mereka masih sanggup untuk
menghadapi pertarungan macam apapun, sekalipun tak bisa
memang, untuk mengundurkan diri rasanya masih bukan
menjadi persoalan, harap hujin jangan kuatir!"
Sementara Coa Hujin ingin bertanya lebih jauh, tiba-tiba
terdengar bunyi tambur dan lonceng berkumandang bersama,
rupanya tengah hari tepat menjelang tiba.
Dengan berkumandangnya bunyi tambur dan lonceng,
suasana seketika berubah menjadi hening dan serius, semua
perhatian ber sama-sama ditujukan ke tengah arena.
Bunyi lonceng dan tambur berkumandang amat
memekikkan telinga, lama sekali suara itu baru sirap.
Pelan-pelan pintu istana Kiu ci piat kiong yang indah dan
megah itu terbuka lebar lalu mumcul dua baris bocah berbaju
503 putih, ditangan masing-masing bocah itu membawa sebuah
dupa emas yang menyiarkan bau harum semerbak.
Mereka berjalan dari pintu istana menuju ke bawah
mimbar, melewati beranda depan istana dan menuruni anak
tangga batu panjangnya mencapai satu dua kaki lebih.
Setelah semua barisan bocah itu muncul dari pintu istana,
mereka bersama-sama berhenti lalu putar badan dan berdiri
dikedua belah sisi permadani merah.
Setiap satu kaki berdiri seorang bocah pembawa dupa,
padahal jumlah mereka mencapai dua tiga ratus orang lebih,
bisa dibayangkan betapa meriahnya suasana ketika itu.
Asap dupa menyebar keempat penjuru terhembus angin,
dalam waktu singkat seluruh tempat itu sudah diliputi selapis
asap dupa yang tipis.
Bunyi tambur dan lonceng kembali berkumandang, dari
dalam istana muncul kembali sekelompok laki-laki kekar
berbaju hitam yang berbaris keluar secara teratur, sehabis
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
barissn laki-laki berbaju hitam, menyusul laki-laki berbaju
hijau, kemudian disusul laki-laki berbaju putih dan akhirnya
laki-laki berbaju ungu, diantara kelompok terakhir ini lebih
banyak kakek yang tua-tua daripada kaum mudanya.
Setibanya didepan mimbar upacara, merekapun
memisahkan diri kedua belah samping dan bersama sama
menghadap kearah mimbar.
Dengan penyusunan kelompok demi kelompok ini, maka
yang berada pada lapisan yang paling dalam adalah kelompok
baju ungu, menyusul kemudian baju biru, baju putih, baju
hijau dan akhirnya baju hitam, jumlah mereka mencapai tujuh
504 delapan ratus orang lebih, hal mana sungguh menggetarkan
hati siapapun yang melihatnya.
Dengan kening berkerut Ko Tay segera berbisik, "Golongan
Liok lim merupakan golongan manusia yang paling susah
diatur apalagi dihimpun ke dalam suatu organisasi dengan
disiplin yang tinggi, aku rasa kecuali perkumpulan Sin-ki-pang
dimasa lalu, belum pernah ada kelompok lain yang sanggup
menandinginya"
Cu Im taysu menghela napas panjang.
"Aaaai?".sungguh tak disangka, dalam kehidupan pinceng
ternyata berkesempatan untuk mengikuti pertarungan antara
kaum lurus dengan kaum sesat untuk ketiga kalinya"
Dari perkataan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ia
sedang mengeluh atas napsu angkara murka manusia yang
suka berebut dan bertarung itu.
"Para anggota perkumpulan dari kelompok baju putih ke
bawah masih belum merupakan ancaman serius" ucap Bong
Pay, "tapi kelompok baju ungu rasanya tak boleh di anggap
enteng, sungguh tak disangka sementara Hian-beng-kau
menghimpun kekuatan secara diam-diam, kita semua masih
terbuai dalam impian"
Dengan dingin Haputule segera berseru, "Yang penting
sekarang adalah membangkitkan semangat untuk membunuh
beberapa orang manusia busuk lebih banyak, kata-kata
keluhan semacam itu lebih baik jangan disinggung kembali!"
Tiba-tiba bunyi lonceng kembali bergema lalu irama musik
merdu pun mengalun di udara, dari balik pintu istana muncul
dua baris muda mudi berpakaian warna warni.
505 Disebelah kiri adalah kelompok pemuda berbaju kuning
yang membawa pedang mustika, sedang disebelah kanan
adalah kelompok pemudi berdandan keraton yang rata-rata
berwajah cantik, mereka membawa sebuah Pek giok ji gi yang
ditempelkan didepan dada.
"Sialan!" sumpah Hoa Ngo, "kaum iblis sesatpun banyak
juga lagak tengiknya?"."
"Memang tidak sedikit jumlah manusia didunia yang gemar
segala keindahan!" sambung Tam Si-bin sambil tertawa.
Hoa Ngo mendengus dingin, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu tiba-tiba bunyi irama musik mengalun
kembali, kemudian pelan-pelan muncul kembali sekelompok
manusia. Orang dipaling depan mengenakan jubah lebar berwarna
merah dengan wajah yang putih dan memelihara jenggot
bercambang tiga, itulah Hian-beng-kaucu yang telah
menggetarkan dunia persilatan selama ini dan kini telah
merubah dirinya sebagai Kia ci sin kun Kok See-piau.
Sesudah tampil ke depan, Kok See-piau sedikit
mendongakkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya ke
depan. Dibelakang Kok See-piau, secara tertib menyusul wakil
ketuanya, Go Tang cuan, Lau san in siu, Ui Shia ling, Ci Soat
cu, Im san siang koay, thamcu markas pusat dan ketiga orang
thamcu bagian luarnya serta beberapa orang kakek berwajah
aneh yang seluruhnya berjumlah dua puluh lebih.
Tiba-tiba Cu Im taysu menghela napas, lalu mengeluh,
"Sungguh tak kusangka, beberapa orang gembong iblis itu
506 belum mati, agaknya dunia persilatan bakal terancam kembali
oleh suatu badai pembunuhan yang mengerikan"
Ketika didengarnya perkataan tersebut diucapkan dengan
wajah serius, Bong Pay buru-buru bertanya
"Siapa yang taysu maksudkan?"
"Sudah kau lihat orang kedua Serta kelima sampai ketujuh
dibelakang Kok See-piau itu?"
Bong Pay segera berpaling, dilihatnya orang dimaksudkan
Cu Im taysu adalah kakek kakek bertampang jelek semua,
bahkan ada pula diantara mereka yang cacad. Terdengar Cu
Im taysu menerangkan. "Orang kedua itu bernama Leng lam it
khi, wataknya berada sesat dan lurus, tapi mempunyai
hubungan persahabatan yang kental dengan Bu liang sinkun,
konon hubungan perahabatan itu dijalin setelah ter jadinya
pertarungan diantara merela berdua, mereka berdua
bertempur sengit sehari semalam dipuncak Bu liang san
sebelum akhirnya Leng-lam it khi (si aneh dari Teng lam) ini
kena dikalahkan dengan sebuah totokan"
"Kalau bisa bertarung selama sehari semalam melawan Bu
liang sinkun, berarti orang itu luar biasa sekali" pikir Bong Pay.
Dalam hati ia berpikir demikian, diluar tanyanya kembali,
"Lantas siapa pula ketiga orang itu?"
"Lantaran ketiga orang itu dilahirkan sudah cacad lagipula
mereka memang kejam dan berhati busuk, maka orang
menyebutnya sebagai Po cu sam jian (tiga cacad dari Po cu),
menurut urutannya mereka adalah Phoa Siu, Pi Ci liang dan
Kao Kiat" 507 Dengan penuh perhatian Bong Pay mengawasi orang-orang
itu, dilihatnya orang kelima cacad pada sepasang kakinya, ia
berjalan berkat tongkatnya, orang keenam tidak berlengan
kanan, sedangkan orang ketujuh tidak kelihatan cacad apaapa,
cuma muka tanpa kumis atau jenggot sehingga tampak
agak lucu. Terdengar Cu Im taysu berkata kembali, "Kao Kiat adalah
seorang laki laki, alat kelaminnya tidak bisa berfungsi sama
sekali, dari tiga orang tersebut ia terhitung paling buas dan
jahat. Sementara beberapa orang lainnya tidak kuingat
kembali, tapi aku rasa orang-orang itupun tak akan selisih
jauh lebih dibandingkan dengan ketiga orang itu"
Tiba-tiba terdengar Tiang Ji-san berkata, "Seingat lohu,
ketiga orang dan keempat adalah adik seperguruannya Li Bu
liang?" "Belum pernah kudengar kalau Li Bu liang punya kakak
seperguruan atau adik seperguruan" kata Ho Kee-sian sambil
berkerut kening.
"Sudah lama mereka saling tak akur, kedua orang sutenya
ini selalu bergerak disekitar perbatasan, tentu saja jarang
diketahui oleh umat persilatan"
"Sungguh tak disangka gembong-gembong iblis yang
dikabarkan sudah mati lama kini bisa muncul semua ditempat
ini" kata Tam Si-bin sambil mengernyitkan pula alis matanya,
"sedangkan dari pihak keluarga Hoa, tak seorangpun yang
datang malah Hoa ji-kongcu pun entah mengapa hingga kini
belum juga muncul disini"
Sambil tersenyum Coa hujin segera menukas, "Dengan
kecerdasan Hoa tayhiap, sudah pasti ia telah menyusun semua
508 persiapan yang diperlukan, buat apa kalian musti merisaukan
dirinya"..?"
Bong Pay merasa murung sekali, pikirnya, "Tak heran kalau
Kok See-piau begitu berambisi dan angkuhnya bukan
kepalang, ternyata ia berbasil menghimpun kembali semua
gembong-gembong iblis lama untuk berpihak semua
kepadanya, Tiba-tiba terdengar Pek Soh-gi menghembuskan
napas panjang sambil berkata lirih, "Diantara mereka tidak
terlihat paman Tiangsun ataupun Jin Hian?"
Sementara mereka sedang bercakap-cakap, diiringi irama
musik yang merdu dan dibimbing oleh kelompok muda mudi,
Kok See-piau sekalian telah menelusuri permadani merah,
melangkah turun ke serambi istana dan pelan-pelan menuju
ke mimbar upacara.
Para pemuda pembawa pedang dan pemudi pembawa Ji-gi
kemala ikut pula naik ke panggung mimbar dan berhenti
kedua belah sisi panggung tersebut.
Pada setiap tingkat berdirilah dua belas orang muda mudi,
dengan tiga tingkatan pada panggung, itu berarti ada tiga
puluh enam orang yang berdiri disana, agaknya lamat-tamat
hal itu diartikan sebagai kedudukan Thian kang.
Menanti Kok See-piau sekalian sudah tiba diatas panggung
upacara, irama musik segera terhenti dan suasana ditengah
lapangan yang luas itu pun segera tercekam dalam suatu
keheningan yang luar biasa.
"Menjumpai sinkun!" tiba- tiba anggota Hian-beng-kau
yang berada dibawah panggung mimbar bersama-sama
memberi hormat sambil berseru.
509 Sebagaimana diketahui jumlah anggota Hian-beng-kau
yang hadir saat itu mencapai tujuh delapan ratus orang lebih,
padahal tak sedikit diantara mereka yang berilmu tinggi, maka
seruan bersama yang gegap gempita itu segera menggeletar
di udara dan memekikkan telinga siapapun juga.
Berdiri diatas mimbar Kok See-piau memandang sekejap
sekeliling gelanggang dengan sepasang matanya yang tajam.
Walaupun orang-orang ditiga bagian barak berada jauh
sekali dari mimbar itu, tak urung tercekat juga oleh ketajaman
mata orang itu.
Pelan-pelan Kok See-piau mengulapkan tangan-nya, dan
pembawa acara pun berseru, "Para murid perkumpulan Hianbeng-
kau tak usah banyak adat"
Serentak semua jago dari Hian-beng-kau mengiyakan dan
berdiri kembali, semua gerakan dilakukan bersama-sama
sehingga meski beratus orang banyaknya, seolah-olah seperti
gerakan dari satu orang saja.
Dalam pada itu, Kok See-piau telah maju ke depan,
kemudian setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu,
katanya, "Kami Hian-beng-kau merasa berterima kasih sekali
atas kesudian para enghiong dan orang gagah dari segala
penjuru dunia yang sudi datang kemari serta menghadiri
upacara peresmian dari perumpulan kam"
Tiba-tiba Bwe Su-yok dari barak timur bangkit dan
menjawab, "Diresmikannya perkumpalan Hian-beng-kau
dalam dunia persilatan merupakan suatu peristiwa yang luar
biasa, seluruh anggota perkumpalan kami menyampaikan
selamat dan semoga sejahtera selalu"
510 Kok See-piau segera memberi hormat sambil berseru,
"Terima kasih kaucu!"
Menyusul kemudian, Seng Tocu dari Seng sit pay pun
berseru, "Partai kami mengucapkan selamat atas
diresmikannya perkumpulan anda".!"
Kembali Kok See-piau menjura tanpa banyak bicara, sinar
matanya dialihkan ke barak barat dimana para pendekar
golongan putih berkumpul".
Bong Pay melirik sekejap kesemua orang, sambil tertawa,
Coa hujin segera berkata, "Sudah lama Swan si mengasingkan
diri dalam dunia persilatan, aku tidak tahu menahu tentang
segala tata cara dunia persilatan, semua keputusan lebih baik
kalian saja yang ambil"
Cu Im taysu segera menyambung pula, Betul, kalau
memang dari pihak keluarga Hoa tak ada orang, dengan nama
dan kepandaian yang kau miliki, memang sudah sepantasnya
kalau kau yang tampilkan diri, buat apa musti sungkansungkan
lagi?" Pelan-pelan Bong Pay muncul keluar barak, lalu sambil
menjura kearah Kok See-piau katanya, "Perayaan semacam ini
memang patut dihadiri oleh Bong Pay sekeluarga, sayang
sekali kami tidak membawa sesuatu benda sebagai tanda
mata, maka ingin sekali kugunakan ujar-ujar sebagai
persembahan kami untuk kenang-kenangan kalian semua"
"Aku orang she Kok siap mendengarkannya!"
Kok See-piau segera menjura untuk membalas hormat.
511 "Sudah lama dunia persilatan berada dalam ketenangan,
buat apa umat persilatan musti mencari sengsara lagi dengan
saling gontok-gontokan?"
"Aku tahu kekuatan perkumpulan anda sangat tangguh,
lagipula baru saja didirikan, jika mau berbakti untuk
kepentingan umat banyak, hal itu pasti akan disambut oleh
segenap masyarakat persilatan dengan riang gembira,
pertikaian yang tak berartipun pasti akan tersingkirkan dengan
sendirinya"
Ucapan itu diutarakan dengan wajah serius dan nada yang
bersungguh- sungguh, banyak orang yang berkenan oleh
sikapnya itu, diam-diam banyak diantaranya yang merasa
gembira, sebab tidak sia-sia Pek lek sian bisa memiliki seorang
murid seperti dia, sukmanya dialam baka pun pasti akun
tersenyum setelan melihat hal ini.
Kok See-piau tersenyum.
"Maksud baik Bong tayhiap tentu mengagumkan segenap
umat persilatan, sayangnya keluarga Hoa dari Im tiong-san
sudah terlam pau lama merajai dunia persilatan, hal mana
sungguh tak menyenangkan hati kami"
Jelas sekali kalau perkataan itu merupakan suatu tantangan
untuk bertarung.
"Kalau memang demikian, Bong Pay pun tiada perkataan
lain yang bisa diucapkan lagi" ujar Bong Pay kemudian dengan
serius. Sambil menjura ia lantas balik kembali ke tempat
duduknya. 512 Tiba-tiba terdengar suara yang amat nyaring
berkumandang memecahkan keheningan.
"Anak baik, tepat sekali perkataanmu itu. Bagus sekali
ucapan itu?"."
Dengan tercengang semua orang mengalihkan sinar
matanya kearah mana berasalnya perkataan itu, mereka heran
siapa yang menyebut Bong Pay sebagai seorang anak, pada
hal usia pendekar itu sudah empat puluh tahun lebih.
Kiranya diatas barak ketika itu berdirilah orang kakek
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemuk pendek berkepala botak yang memiliki wajah merah
dan bibir yang lebar, ia mengenakan baju pendek dengan
membawa sebuah kipas berbentuk bulat.
Begitu mendengar suaranya Bong Pay segera mengetahui
siapa orangnya, dengan perasaan terharu ia berseru, "Cu
supek! Baik-baikkah kau orang tua selama ini?"
Kok See-piau yang menyaksikan kejadian tersebut, diamdiam
iapun berpikir, "Tak nyana kalau setan-setan tua inipun
masih hidup semua, kalau sampai terjadi pertarungan nanti,
sudah barang tentu sulit pula untuk merobohkan mereka"
Dalam pada itu Si dewa yang suka berpelancongan Cu
Thong telah tertawa terbahak-bahak seraya menjawab.
"Haaahh"..haaahh"..haaahh"..masih untung saja aku
belum mampus!"
Jilid 13 Di tengah jawaban itu dia melayang turun kebawah dan
langsung menyeberangi tanah lapang tersebut, dengan
513 melawati diatas kepala para anggota Hian-beng-kau yang
berada dibawah mimbar tersebut. Tindakannya yang
demonstratif dan sama sekali tidak menganggap orang lain
sebagai manusia ini, kontan saja menimbulkan kemarahan
yang meluap-luap bagi segenap anggota Hian-beng-kau, tapi
lantaran peraturan perkumpulan yang ketat, sebelum ada
perintah dari Kok See-piau maka tak seorangpun juga yang
turun tangan menghalanginya.
Tiba-tiba terdengar seseorang membentak dengan suara
yang tinggi melengking tak sedap didengar.
"Setan cebol, kau anggap ditempat seperti ini kau boleh
berbuat semaunya?"
Tampaklah dari atas panggung mimbar yang delapan
sembilan kaki tingginya itu melayang turun sesosok bayangan
manusia yang secepat kilat telah menghadang jalan pergi Cu
Thong. Orang itu bukan lain adalah Mao Kiat dari Po cu sam jian
(tiga manusia cacad dari Po cu).
Ketika para jago menyaksikan gerakan tubuhnya itu, diamdiam
mereka merata terperanjat, sebab terbukti sekarang
kalau nama besar tiga manusia cacad memang bukan nama
kosong belaka. Siau yau sian Cu Thong segera menghentikan gerakan
tubuhnya, kemudian tertawa terbahak bahak.
"Haaah?" haaah?" hahahh?".. kukira siapa yang
datang, eeeeh?" kiranya kau si orang cacad haaah"..
haaah".. panjang amat usiamu!"
514 Mao Kiat yang menderita cacad pada alat kelaminnya,
paling benci kalau mendengar ada orang menyebutnya
sebagai orang cacad, tak heran ia menjadi geram sehingga
menggertak gigi keras-keras sesudah mendengar perkataan
itu. "Setan tua she Cu!" sumpahnya, "kau jangan keburu
bangga lebih dulu, lohu bersumpah akan menyuruh kau
rasakan bagaimana jika empat anggota badanmu kutung dan
mati tak bisa hidup pun menderita"
"Hanya dengan mengandalkan kekuatan seorang cacad
seperti kau?" ejek Cu Thong.
Ucapan yang cacad, cacad terus menerus ini kontan aaja
mengobarkan sifat buas dari Mao Kiat, sudah sejak tadi ia tak
sanggup mengendalikan diri, maka sambil tertawa seram ia
pentangkan ke sepuluh jari tangannya, kemudian dengan
ganas menerjang ke arah Cu Thong.
Po cu sam jian sudah tersohor karena kebuasan nya, ilmu
silat yang dimilikipun amat lihay, ke tika kedua belah
tangannya masih berada tujuh delapan depa dari ujung jarinya
segera terasa munculnya desingan angin tajam yang amat
dahsyat, bahkan sekeliling tempat itu segera terendus bau
busuk mayat yang sangat memuakkan.
Jelaskan sekarang bahwa dibalik serangan jari dari Mao
Kiat tersebut, terseliplah suatu hawa racun yang amat jahat.
Cu Thong memang telah bersiap sedia semenjak tadi,
sambil tertawa terbahak-bahak kipasnya segera dikebaskan ke
arah Mao Kiat. Walaupun hanya kebasan dari sebuah kipas, namun dalam
genggaman Cu Thong yang berilmu tinggi, hekekatnya benda
515 itu telah berubah menjadi senjata penyerang yang luar biasa
dahsyat nya. Orang lain mengira dengan serangannya itu, Mio Kiat tentu
akan buyarkan serangan untuk berganti jurus.
Siapa sangka Mao Kiat yang jumawa dan kasar, apa lagi
memang ada dasar-dasar perselisihan lasa diantara mereka
berdua, dengan cepat segera berpikir, Ilmu Hu si ci (jari mayat
membusuk) mungkin akan mematikan korban dalam tiga
perempat menit jika tidak segera diberi obat pemunah,
hmmm" lebih baik aku menderita luka dalam dari pada
membiarkan setan tua ini berlagak terus dalam dunia
persilatan".."
Karena berpendapat demikian, ia sama sekali tidak
menggubris terhadap tibanya ancaman dari serangan kipas
lawas, malahan sepasang tangannya menyambar ke tubuh Cu
Thong dengan kecepatan yang lebih hebat.
Sudah puluhan tahun lamanya Sian yau sian Cu Thong
berkelana dalam dunia persilatan, tentu saja ia dapat
menebak maksud hati Mao Kiat, maka iapun dapat
menghindar ataupun berkelit, kipasnya segera dibuang, lalu
jari tangan kanan-nya ditegangkan bagaikan tombak dan
menggunakan jurus "menyerang sampai mati" ia melepaskan
sebuah serangan balasan yang mematikan.
Berbareng dengan dilancarkannya serangan tersebut, hawa
murninya disalurkan pula keseluruh badan untuk menutup
segenap jalan darah yang berada dalam tubuhnya.
Dengusan tertahan dan pekikan keras segera
berkumandang bersama tubuh Siau yau sian Cu Thong
mencelat beberapa kaki jauhnya kemudian mundur dua tiga
langkah sambil muntah darah segar.
516 Sebaliknya Mao Kiat tetap berdiri tegak ditempat semula,
cuma sorot matanya telah tak bersinar lagi sambil melotot
kearah Cu Thong, ia tertawa sedih, katanya, "Setan tua" kau
yang menang!"
Siau yau sian Cu Thong pun tertawa terpaksa. Jawabnya,
Mao Kiat, kau memang cukup keji, aku Cu Thong takluk
kepadamu"."
Mo Kiat kembali tertawa paksa, ia tertawa lebih jauh,
"Sekalipun aku orang she Mao harus mati ditanganmu, aku
mati dengan tidak menyesal?"."
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia muntah darah segar,
tubuhnya bergoncang keras, kemudian roboh terjengkang ke
tanah. Peristiwa ini terjadinya sungguh amat tiba-tiba. Kedua
belah pihak sama-sama tahu, bila berbicara dari kepandaian
silat yang di miliki kedua belah pihak, maka menang kalah
baru bisa ditentukan setelah bertarung dua tiga ratus jurus
kemudian. Siapa tahu, baru didalam satu gebrakan saja, kedua belah
pihak telah melakukan suatu pertarungan adu jiwa yang
berakibat sama-sama terluka, kejadian ini sedemikian
cepatnya berlangsung sehingga sama sekali tiada kesempatan
bagi orang lain untuk memberikan bantuannya.
Dalam kejut dan terkesiapnya, dari atas mimbar maupun
dari barak sebelah barat segera bermunculan bayangan
manusia yang langsung menghampiri Cu Thong maupun Mao
Kiat. 517 Bong Pay yang memang sudah keluar barak untuk
menyambut kedatangan kakek cebol itu, segera tiba lebih dulu
ditempat ke jadian, cepat ia menyambar tubuh Cu Thong.
Pho Siu dan Pi Ci liang dari Pa cu sam jian amat
menguatirkan keselamatan saudaranya, merekapun menyusul
tiba disitu dengan kecepatan tinggi.
Pi Ci-liang segera berjongkok untuk memeriksa denyut nadi
Moa kiat dengan lengan tunggalnya, setelah itu dengan wajah
berubah hebat serunya, "Sam-to sudah tamat riwayatnya!"
Paras muka Phoa Siau berubah menjadi hijau membesi,
kemudian ia tertawa dingin dengan suara yang mendirikan
bulu roma, sepasang tongkatnya ditekannya pada permukaan
tanah, tubuhnya segera melambung ke udara dan menerjang
ke arah Bong Pay serta Cu Thong dengan kecepatan luar
biasa, ketika masih diudara, tongkat sebelah kanannya
langsung diayun kebawah membacok ubun-ubun Cu Thong.
Bong Pay mengeryitkan alis matanya, baru saja akan
bertindak, Coa hujin telah keburu tiba, perempuan itu segera
membentak keras, ujung bajunya dikebaskan ke depan?".
Seperti terkena suatu serangan yang maha berat, Phoa Siu
kembali berjumpalitan diudara dan melayang turun tiga kaki
jauhnya dari gelanggang"..
Pi Ci liang bangkit berdiri, setelah mendengus penuh
kegusaran, lengan tunggalnya diayunkan ke depan menghajar
tubuh Cu Thong.
Dengan lengan kirinya Bong Pay memayang tubuh
supeknya, sementara telapak tangan kanannya dengan
mengandung tenaga geledek yang sangat dahsyat diayunkan
kemuka untuk menyongsong datangnya ancaman.
518 "Blaaaang!" suatu ledakan keras menggelegar diudara, Pi Ci
liang kontan merasakan tubuhnya bergoncang keras, kakinya
sampai melesak dalam-dalam diatas ubin hijau yang keras itu,
Bong Pay kuatir tenaga serangannya akan mempengaruhi
Cu Thong. iapun tak berani menyambut dengan keras lawan
keras, secara beruntun tubuhnya mundur lima langkah ke
beakang untuk punahkan sisa kekuatan yang masih ada, tiap
mundur selangkah, di atas ubinpun segera muncul bekas
telapak kaki yang beberapa inci dalamnya.
Pi Ci liang amat terperanjat, semula ia masih tidak pandang
sebelah matapun terhadap Bong Pay, siapa tahu ilmu silat
yang di miliki lelaki itu ternyata, masih sanggup untuk
menandingi kepandaian yang dimilikinya.
Dalam detik yang amat singkat itulah, Cu Im taysu, Leng
lam it-khi, Haputule, Ko Tay Im-san siang-koay dan lain
lainnya dari kedua belah pihak telah saling berhadapan
dengan wajah bermusuhan, jelas suatu pertarungan sengit
bakal segera berlangsung.
Tiba-tiba Kok See-piau berseru dengan lantang, "Harap
para tianglo kembali dulu kemari, dendam baru permusuhan
lama kita selesaikan bersama sehabis upacara nanti!"
Begitu seruan diutarakan, pertama-tama Leng lam it khi
yang pulang dulu ke mimbar. Phoa Siu dan Pi Ci liang meotot
sekejap ke arah Cu Thong dengan, penuh kebencian, lalu
sambil membopong mayat Mo Kiat, mere ka kembali ke
mimbar dengan uring-uringan.
Para jago kembali dibuat tertegun oleh kejadian ini,
siapapun tahu kalau Po cu sam jian adalah manusia-manusia
bengis yang jarang bisa ditundukkan, tapi sekarang, hanya
519 dengan sepatah kata yang ri ngan ternyata Kok See-piau
berhasil menangguhkan niat mereka untuk membalaskan
dendam bagi kematian saudaranya.
Sementara itu Siau yau sian Cu Thong dengan hawa hitam
menyelimuti wajahnya telah berada dalam keadaan tak sadar,
dipayang oleh Bong Pay, para jago dari golongan luruspun
kembali ke barak mereka.
Pek Soh-gi muncul menyongsong kedatangan suaminya,
kata Bong Pay kemudian, "Soh-gi, coba lihatlah bagaimana
dengan luka yang diderita Cu supek?"?"
Pek Soh-gi memandang sekejap ke wajah Cu Thong, lalu
menjawab, "Meskipun isi perutnya terluka parah, luka itu tidak
terlalu merisaukan, justru yang mencemaskan adalah racun
dari ilmu jari la wan"
"Bagaimana dengan racun itu?" tanya Bong Pay cemas.
Pek Soh-gi termenung sambil berpikir sejenak, setelah itu
jawabnya pelan, "Agaknya racun jari tangannya diperoleh
dengan menghisap racun pembusukan yang berada di tubuh
sesosok mayat, bila orang biasa yang terkena maka sekejap
mata kemudian sang korban akan tewas, kini aku tidak
membawa obat-obatan, yang ada hanya jarum emas untuk
mencegah menjalarnya racun, aku pikir dengan kesempurnaan
tenaga dalam yang dimiliki Cu supek, ia masih bisa bertahan
satu hari setengah lagi."
Bong Pay menghela napas panjang.
"Aaai?".terpaksapun kita musti berbuat demikian, kalau
begitu cepatlah turun tangan!"
520 Pek Soh-gi manggut-manggut, cepat ia mengeluarkan
jarum emas dan segera ditusukkan ke dada Cu Thong.
Walaupun Bong Pay amat risau, dalam keadaan
demikianpun terpaksa harus menyingkirkan dulu persoalan itu
dari benaknya, ia mengalihkan kembali sorot matanya ke arah
mimbar. Sementara itu asap dupa telah mengebul dari atas mimbar,
diiringi alunan musik yang merdu, Kok See-piau
bersembahyang dimeja abu dan membaca naskah sumpah,
setelah tu ia meneteskan beberapa titik darah dalam sebuah
hiolo emas. Yang lain pun segera mengikuti dibelakangnya melakukan
sumpah kesetiaan dan meneteskan darah untuk mengikat tali
persaudaraan. Diantaranya tampak pula kehadiran seorang kakek berbaju
hijau, dia hanya memberi hormat kepada meja abu Kiu ci
sinkun sedangkan terhadap yang lain-lainnya hampir tidak
dipandangnya barang sekejap pun.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu merasa
terkejut sekali, sebab didalam barisan yang muncul dan istana
tadi jelas tidak nampak adanya kakek berjubah hijau itu, dan
kenyataannya seka rang tak seorang jago pun yang
mengetahui sejak kapan dan dengan cara apakah ia muncul
diatas mimbar terus.
Dengan cepat kehadiran orang itu menimbulkan
kegemparan, masing-masing orang segera memper
hatikannya dengan seksama.
Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
521 Dia adalah seorang kakek berambut putih yang memelihara
jenggot sepanjang dada, matanya tajam seperti pisau, usianya
paling tidak sudah diatas seratus tahun lebih.
Siapa yang tahu siapa gerangan kakek berjubah hijau itu?"
tanya Cu Im taysu.
Para jago saling berpandangan dengan mulut
membungkam, ternyata tak seorangpun diantara mereka yang
tahu. Sesudah heing sejenak, tiba-tiba Ho Kee-sian berseru,
"Coba lihat!"
Agaknya pihak Kiu-im-kau dan Mokau juga dibuat terkejut
oleh kehadiran orang itu"
Ketika semua orang berpaling, betul juga waktu itu Seng
Tocu serta Bwe Su-yok sekalian sedang melirik ke arah
mimbar dengan wajah aneh, lalu berbisik-bisik membicarakan
sesuatu, bahkan ada pula diantara mereka yang menunjuk ke
arah kakek berjubah hijau tersebut.
Tiba-tiba Coa hujin berkata, "Tenaga dalam yang dimiliki
orang itu tampaknya jelas diatas kepandaian Kok See-piau!"
"Menurut taksiran hujin, tenaga dalam yang di milikinya itu
sudah mencapai ke tingkatan yang bagaimana tingginya?".?"
tanya Ko Tay dengan suara dalam.
Coa hujin termenung sambil berpikir sejenak, setelah itu
jawabnya dengan serius, "Swan si tak dapat menduganya, tapi
dapat ku katakan bahwa kepandaian silat orang itu jauh di
atas kepandaian Swan si!"
522 Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Agaknya hanya
Hoa tayhiap atau kakek luar ku yang sanggup menandingi
kelihayannya!"
Paras muka semua orang segera berubah hebat, malah ada
pula yang menunjukkan rasa tak percaya.
Ketika semua orang mengalihkan kembali sinar matanya ke
arah mimbar, terlihatlah Kok See-piau sedang memberi
hormat kepada kakek berjubah hijau itu, kemudian
membisikkan sesuatu dengan suara lirih. Kakek berjubah hijau
itu manggut-manggut, dia mengambil hiolo emas tersebut dari
atas meja dan membawanya menuju ke depan mimbar,
setelah memandang sekejap keseluruh gelanggang, pelanpelan
katanya! "Segenap anggota perkumpulan harap dengarkan baikbaik,
mulai hari ini Hian-beng-kau secara resmi dibuka, mulai
sekarang pintu perguruan kami terbuka lebar-lebar untuk
menerima murid baru serta mendirikan cabang disegenap
penjuru dunia, barang siapa yang ingin bersatu dengan kami
dengan senang hati kami akan ulurkan tangan untuk
menerimanya?""
Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba suaranya berubah
menjadi amat keren dan tegas, katanya lebih jauh, "Atas
permintaan dari kaucu, hari ini akan diadakan pengambilan
darah untuk mengangkat sumpah, segenap murid Hian-bengkau
akan berbakti sampai mati demi perkumpulan, barang
siapa berani timbul pi kiran menyeleweng, dia akan dibunuh
secara mengerikan!"
Sungguh dahsyat tenaga dalam yang dimiliki orang ini,
sekalipun musti berbicara untuk khalayak banyak, tanpa
berteriak pun bahkan hanya berbicara seperti orang biasa
523 segenap orang dapat mendengar ucapan tersebut bagaikan
sang pembicara berada disisinya saja.
Selesai berkata, hiolo emas yang berada ditangannya itu
tiba-tiba melesat keudara dan melayang sejauh dua kaki dari
atas mimbar, kemudian hiolo itu berbalik menuangkan isinya
yaitu arak bercampur darah kedalam sebuah hiolo lain yang
amat besar ditengah lapangan, ketika arak darah itu sudah
tertuang habis, tangan kanannya kembali di gerakkan dan
hiolo emas itupun melayang balik ketangan-nya.
Demonstrasi tenaga dalam yang dilakukan olehnya ini
benar-benar mengejutkan para jago baik dari golongan lurus,
maupun dari golongan Kiu-im-kau, Seng-sut-pay serta para
jago persilatan lainnya.
Sedangkan anggota Hian-beng-kau segera bersorak sorai
memuji kehebatan kakek berjubah hijau itu, begitu kerasnya
suara tempik sorak mereka hingga menggetarkan seluruh
bumi rasanya. Lau gi tiong dari Thiam cong siang kiam yang melihat itu
tiba-tiba menghela napas sambil berkata, "Siapakah manusia
didunia ini yang sanggup menyalurkan hawa murninya ke
dalam benda lain serta mengendalikannya menuruti ke-inginan
hati sendiri?""
Hoa Ngo yang kebetulan mendengar keluhan tersebut
segera mencibirkan bibirnya.
"Huuuh"..apanya yang aneh?" ia berseru, "buat Hoa toako,
itu mah cuma permainan kanak-kanak!"
"Yaa, meskipun demikian, toh Hoa tayhiap tidak datang
kemari!" kata Ciang Pek jin dengan cepat.
524 Hoa Ngo kembali mendengus. "Hmmm! Kenapa musti Hoa
toako yang tu run tangan" Sebentar aku Hoa Ngo yang
pertama-tama akan menghadapi setan tua itu"
"Banyak bicara apa pula artinya?" sela Ko Thay dengan
hambar, "yang penting datang serangan prajurit, kita bendung
dengan Prajurit, datang air bah kita bendung dengan tanah,
tak bisa dikarenakan musuh terlalu lihay maka kita mundur
terbirit birit"
"Aaai?"Thian bong kenapa begitu gegabah sehingga sama
sekali tidak memandang serius atas berdirinya Hian-beng-kau
dalam dunia persilatan?"?" keluh Cu Im taysu.
Ia berpaling ke arah Coa hujin, lalu tanyanya, "Bukankah
hujin datang dari Im tiong san" Apakah hujin tahu apa
rencana Bun Tay kun serta Thian hong?"."
Sambil tertawa getir Coa hujin menukas, "Sewaktu akan
berpisah, dua orang Hoa hujin pernah berkata bahwa Hoa
tayhiap itu dan anaknya telah mempunyai rencana lain, hanya
apakah rencana tersebut tidak dijelaskan, oleh karena
boanpwe merasa hal ini tak penting, waktu itupun tidak ku
tanyakan lebih jauh"
Tiba-tiba terdengar Bong Pay berpekik heran,
"Wwwouuuw?"aneh benar!"
Ketika semua orang berpaling, hampir seluruhya segera
tertawa tergelak karena kegelian.
Kiranya setelah kakek berjubah hijau itu menuang arak
darah dalam hiolo emas ke dalam hiolo raksasa tersebut,
karena dalam hiolo raksasa memang sudah disiapkan arak
sebagai arak darah pengangkatan sumpah oleh para petugas
525 arak itu diisikan ke dalam berpuluh puluh cawan perak dan
dibagikan kepada para anggotanya.
Siapa tahu baru saja isi arak tersebut diteguk, mendadak
mereka yang meneguk arak tersebut segera roboh ketanah
dan tak bisa bangun lagi.
Mendekati perintah penghentian minum arak darah
diturunkan, sudah ada tujuh delapan puluh orang jago yang
tergeletak tak berkutik, tentu saja hal ini segera mengejutkan
semua anggota Hian-beng-kau.
Go Tang cuan yang menyaksikan kejadian itu segera
membentak keras, Tenang, tenang! Petugas baju biru, segera
gotong semua murid kita yang jatuh korban ke dalam istana!"
Peraturan Hian-beng-kau memang cukup ketat, lagi pula
terdisiplin tinggi sekalipun terjadi peristiwa dan kalut untuk
sesaat, tapi sesaat kemudian suasana telah tenang kembali.
Dari bawah mimbar segera bermunculan puluhan orang
laki-laki baju biru yang dengan cepat menggotong pergi
Bentrok Para Pendekar 2 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Bentrok Rimba Persilatan 10