Pencarian

Anak Harimau 12

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 12


membuatnya menderita selama setahun lebih..
Di bawah sinar lentera, Lan See-giok pun menemukan
enci Cian nya tumbuh lebih tinggi, tapi wajahnya justru
lebih cantik ketimbang setahun berselang terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli, sungguh membuat hati
orang terpikat.
Berdebar keras hati Siau-cian setelah diamati secara
lekat-lekat oleh pemuda itu, agak malu tapi senang, gadis itu segera berseru:
"Adik Giok, sekarang kau lebih tinggi dari pada aku!"
Lan See-giok tertawa bodoh. lalu sahut nya agak tersipu-
sipu: "Dan kau lebih cantik dari pada dulu."
"Aaah. kau memang pandai bicara" gadis itu tertawa
jengah. Tanpa terasa dia menggerakkan tangannya dan meraba
bahu pemuda itu..
Rasa hormat Lan See giok terhadap Siau cian jauh
melebihi rasa cintanya, biarpun wajah cantik jelita itu
berada di depan dadanya, selembar bibirnya yang kecil
mungil hanya satu depa di depan bibirnya tapi ia tak berani menundukkan kepala untuk mengecupnya.
Dia tak lebih hanya bisa berdiri tenang sambi1
menikmati bau harum semerbak yang terpancar ke luar dari tubuh gadis itu dan mengendusnya dalam-dalam, sementara
sinar matanya mengamati bibirnya yang mungil tanpa
berkedip. Siau cian berdiri tepat dihadapan See-giok ia merasa
pemuda itu sama sekali telah dewasa, apalagi ketika ia
http://kangzusi.com/
mendongakkan kepalanya dia melihat senyumannya yang
manis, tiba-tiba gadis itu merasa bahwa adik Giok hendak mencium bibirnya.
Teringat akan ciuman, deburan hatinya kian lama kian
bertambah kencang, dia sangat berharap pemuda itu dapat
berbuat hal ini terhadapnya, Namun tak urung bisiknya
pula lirih "Adik Giok, ayo kita duduk sambil berbincang!"
Dengan lemah lembut dia membalikkan badan dan
duduk di tepi pembaringan.
Melihat Siau-cian menyingkir, tiba-tiba Lan See giok
seperti memperoleh keberanian, cepat-cepat dia mengejar, memegang lengan gadis itu dan duduk di sisinya, kemudian agak tersipu sipu, tapi lembut, ia berkata "Enci Cian, sewaktu berada dibukit Hoa san. saban hari aku selalu
merindukan diri mu!"
Siau cian merasakan hatinya hangat dan tanpa terasa
tertawa cekikikan, sambil mengawasi pemuda itu, ia
berseru: "Wajah bodoh, semuanya telah berubah, hanya bibirmu yang pandai bicara saja yang rasanya tak ikut berubah.."
Sambil berkata ia menuding dagu pemuda itu dengan jari
tangannya yang lentik.
Lan See giok kuatir Siau-cian tak percaya, dengan gelisah ia berseru lagi.
"Sungguh, aku benar-benar sangat rindu kepadamu, enci Cian bila kau tak percaya besok boleh tanyakan sendiri
kepada adik Soat.."
Begitu mendengar kata-kata "adik Soat", Siau-cian seperti teringat akan sesuatu, di antara kerutan dahinya
http://kangzusi.com/
segera muncul selapis kemurungan, namun di luar ia masih memaksakan diri untuk nampak gembira.
"Kau maksudkan nona Si?" tanyanya.
Sambil berkata, dengan suatu gerakan yang luwes dia
menarik kembali tangannya yang sedang digenggam
pemuda itu. Oleh karena sedang gembira, Lan See-giok sama sekali
tidak merasakan keanehan tersebut, tetap penuh kegirangan dia berkata lagi.
"Betul, dia telah pergi ke kampung nelayan, besok baru akan kemari untuk menjengukmu serta bibi Wan."
"Mengapa ia tidak kemari bersama sama kau?" tanya Siau cian lagi dengan kening berkerut.
"Ditengah jalan adik Soat tak enak badan. dia takut kau menertawakan kesayuannya, karena itu tidak ikut datang!"
Sambil berkata, tanpa terasa dia menggenggam sepasang
tangan Siau cian lagi.
Tapi begitu tangan si nona digenggam, Lan See giok
terkejut, wajahnya berubah, kalau tadi tangan si nona terasa hangat dan lembut, maka dalam waktu singkat telah
berubah menjadi dingin bagaikan salju. .
Ia segera mendongakkan kepalanya dan mengawasi
wajah Siau cian dengan perasaan tak mengerti, serunya
terkejut. "Enci Cian, kau."
Dengan cepat diapun menjumpai kerutan dahi gadis itu,
selapis kemurungan dan kesedihan menyelimuti seluruh
wajahnya. http://kangzusi.com/
Melihat sikap sang pemuda yang gugup dan kaget, Siau
cian segera berlagak tertawa geli, katanya dengan cepat:
"Persoalan apa sih yang membuat kau kaget setengah
mati?" Sekali lagi dia menarik tangannya dari genggaman
pemuda itu, lalu terusnya penuh perhatian.
"Kau belum bersantap malam bukan" Biar kusiapkan
untukmu" Ia lantas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke luar
ruangan, Lan See giok semakin termangu, perubahan yang
datangnya secara tiba-tiba ini membuat dia jadi kelabakan dan tidak habis mengerti.
Ia dapat merasakan, walaupun enci Cian sedang tertawa
namun, tertawanya kelewat dipaksakan, walaupun sepintas
lalu nampak gembira namun diantara kerutan dahinya
terselip kemurungan serta perasaan sedih.
Dengan suatu gerakan yang lembut Siau cian membuka
pintu, yang mana segera menyadarkan kembali Lan See-
giok dari lamunan. dengan cepat ia menenangkan hatinya.
kemudian berseru dengan gelisah:
"Enci Cian aku belum lapar, aku masih belum lapar!"
Buru-buru dia bangkit berdiri dan menyusul sampai di
luar ruangan. Tapi, Siau cian telah berjalan masuk ke dalam dapur.
Kembali Lan See giok mengejar sampai di situ, serunya
lebih jauh. "Aku masih belum lapar, cici Cian aku belum lapar!"
http://kangzusi.com/
Siau cian memandang sekejap wajah si anak muda itu,
kemudian sambil menyulut lentera, katanya lagi dengan
gembira. "Aku bisa menanakkan nasi dengan cepat adik Giok, bila kau ingin berbicara, lanjutkanlah kata katamu!"
Sesungguhnya Lan See-giok belum bersantap malam.
namun ia sama sekali tidak lapar, apa lagi setelah
menjumpai perubahan yang tak terduga itu, dia semakin tak tega untuk makan.
Dengan penuh keraguan dan perasaan tak habis
mengerti, ia berdiri di belakang Siau cian, dengan termangu mangu mengawasi gadis itu mempersiapkan hidangan
baginya Kalau tadi, enci Cian kelihatan begitu gembira dan riang, wajahnya yang cantik diliputi cahaya kegembiraan.
Maka sekarang ia berkerut kening dan penuh
kemurungan, meski ia masih memaksakan diri untuk
tertawa manis, namun sikap yang dipaksakan tersebut
hanya bisa berlangsung untuk sesaat.
Sebagai seorang pemuda yang pintar dengan cepat Lan
See giok merasa dimanakah letak kesalahan tersebut, ia
menyesal sekali mengapa membicarakan soal Si Cay soat,
ia memaki diri sendiri, menggerutu kepada diri sendiri,
tidak sepantasnya mempersoalkan adik Soat dalam keadaan
dan suasana seperti ini.
Tapi, besok kan Si Cay soat akan datang" Bagaimana
pula jadinya"
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa peluh bercucuran
dengan amat derasnya.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gugup dia, menengok enci Ciannya
yang cantik, perempuan yang selama ini dianggap sebagai
dewi suci dalam hati kecilnya, dia tak percaya enci Ciannya yang lemah lembut penuh keanggunan itu justru merupakan
seorang gadis yang sangat besar rasa cemburunya.
Namun kenyataan memang demikian. Siau-cian baru
menunjukkan sikap murung dan sedih setelah mendengar
soal Si Cay-soat, mengapa pula tangannya berubah menjadi dingin seperti es"
Tentu saja Lan See-giok tidak dapat memahami perasaan
Siau cian yang sesungguhnya, semenjak setengah tahun
berselang, dia telah mempunyai suatu ketetapan dihati
kecilnya..dia hendak mengorbankan diri agar Lan See giok bisa hidup berbahagia dengan Si Cay soat.
Di dalam anggapannya, bila ada dua orang gadis
bersama sama mencintai seorang lelaki, maka akhirnya
tentu akan tragis, terutama sekali ibunya Hu-yong siancu, ini merupakan suatu contoh yang nyata sekali..
Ia pun dapat membayangkan, selama setahun lebih ini
Lan See giok dan Si Cay soat selalu hidup bersama, main
bersama dan latihan bersama tak sedetikpun mereka
berpisah, benih cinta yang tumbuh diantara mereka
mungkin sudah mencapai pada titik puncaknya.
Mereka pasti sudah saling berpelukan, saling berciuman
dan saling bermesrahan, bahkan bisa juga jadi kehidupan
mereka sudah tak ubahnya seperti kehidupan suami istri-
Setiap tengah malam ia terbangun dari tidurnya dan
terbayang akan persoalan ini, gadis itu tak pernah bisa tidur lagi.
Ia pernah mendengar To Seng cu membicarakan soal Si
Cay soat kepada ibunya, dikatakan meski Si Cay soat
http://kangzusi.com/
adalah seorang gadis yang berbudi luhur, dengan kekerasan hatinya luar biasa, ditambah lagi rasa ingin menangnya
yang besar, dalam segala hal dia tak mau kalah ditangan
orang, karena itu dia merasa tak mungkin bisa bergaul
dengan manusia seperti ini.
Daripada diakhirnya nanti bentrokan diantara mereka
berdua menyebabkan Lan See giok tidak berhasil
memperoleh kebahagian, jauh lebih baik bila sekarang juga dia mengundurkan diri dan meninggalkan kenangan yang
indah. Tentu saja dia masih tetap mencintai adik Giok, cuma
dia ingin memendam rasa cinta nya itu dihati kecil, dia
ingin menemani ibunya yang kesepian dan hidup sepanjang
masa di sana. .
Kini Ciu Siau-cian mulai menyesal, apa sebabnya dia
harus menunjukkan perasaan hangat dan cintanya sewaktu
menyambut kedatangan Lan See-giok yang sudah berpisah
setahun lamanya itu.
Ia merasa semestinya dapat mempertahankan jarak dan
sikap dalam perjumpaan tadi, namun rasa rindu yang
meluap luap, rasa kangen yang dirasakan setiap malam,
mungkinkah bisa mengendalikan dia dalam menghadapi
situasi demikian"
Sekarang, untuk pertama kalinya ia harus merasakan
betapa menderitanya bila harus mengendalikan rasa cinta di dalam hati, apalagi bila terbayang bagaimana sepanjang
hidupnya kemudian harus dilalui dalam siksaan dan
kesepian, tiba-tiba perasaannya menjadi sedih, hampir saja titik air mata jatuh berlinang.
Masih untung ia berdiri membelakangi See giok,
sehingga air matanya dapat di kendalikan agar tidak
http://kangzusi.com/
meleleh ke luar, namun dia sendiri pun tahu, saat ini adik Giok tentu sedang menderita pula akibat dari sikapnya itu.
Dalam ruang dapur, selain suara nasi yang ditanak serta
bau harum dari hidangan, suasana terasa hening dan tak
kedengaran suara yang lain.
Seperti apa yang diduga gadis itu, Lan See giok memang
sedang terjerumus dalam penderitaan.
CIU SIAU CIAN merupakan gadis pertama yang
memasuki kehidupannya, dia pula merupakan Dewi cantik
yang dipuja dan di hormati selama ini. baginya, ia boleh melepaskan semua benda berharga yang dimilikinya selama
ini, namun tak mungkin bisa kehilangan enci Cian.
Saat itu dia hanya berdiri termangu -mangu di belakang
gadis tersebut, perasaan
gembira dan riang yang menyelimuti perasaannya tadi, kini telah berubah menjadi penderitaan dan kesedihan, dia tak tahu apa yang mesti
diperbuat agar bisa membangkitkan kembali kegembiraan
gadis tersebut.
Selesai mempersiapkan semacam sayur, Siau cian diam-
diam melirik sekejap kearah pemuda itu, menyaksikan sang pemuda yang pulang dengan penuh kegembiraan dan
semangat, kini justru berdiri termangu dengan kening
berkerut, hatinya terasa sakit bercampur pedih.
Ia tak dapat berbuat begini terus, diapun tak tega
menyiksa kekasih hatinya. maka setelah mendehem dan
memaksakan senyuman gembira, tegurnya: "Adik Giok . . .
mengapa kau hanya membungkam terus-?"
Sambil berkata ia membalikkan badan serta memandang
sekejap wajah anak muda itu dengan pandangan matanya
yang jeli. http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya bergolak keras,
menderita bukan kepalang, senyuman yang diperlihatkan
Siau-cian sekarang. ibaratnya orang dalam kegelapan yang tiba-tiba melihat sinar lentera, segera menampilkan kembali semangat dan keberanian di dalam hatinya.
Ia merasa inilah saatnya untuk mengucapkan kata-kata
pujian kepada gadis itu, diapun perlu menyampaikan
beberapa kata bagi Si Cay soat, agar pertemuan mereka
besok tidak dilewati dalam suasana yang serba kaku.
Setelah mendehem sejenak katanya kemudian.
"Enci Cian, adik Soat bilang jubah biru yang kau
jahitkan untukku itu dibuat dari ulat sutera langit.. "
"Ehmmm. betul" Siau cian mengangguk, "benda itu diperoleh ibu sewaktu dia mengikuti sucou Huan-in suthay belajar silat di Thian san barat dan menemukannya dalam
sebuah gua."
Dengan cepat Lan See-giok menjadi paham, rupanya
perguruan bibi Wan adalah Thian-san-pay.
Namun di dalam suasana begini, dia sama sekali tak
berniat untuk mencari tahu tentang masalah tersebut,
katanya lebih jauh.
"Adik Soat pun bilang, jahitanmu sangat indah lagi rapi, bila dibandingkan dengan hasil karyanya dia kalah jauh
sekali darimu."
Siau-cian pura-pura tertawa riang, sengaja dia berseru:
"Sayang sekali bukan hasil karyaku"
Sebelum gadis itu menyelesaikan kata-katanya, pemuda
itu segera membantah.
http://kangzusi.com/
"Kau tak usah membohongiku, aku sudah mengendus
pakaian yang kau berikan untukku itu. di atasnya masih
tersisa bau harum dari tanganmu"
Merah dadu selembar wajah Siau-cian karena jengah, ia
segera terbungkam dan tak mampu membantah lagi, namun
pemuda itu dapat melihat, di atas wajahnya yang merah
jengah, terselip rasa terhibur meski terdapat pula rasa
murung. Maka ia pun berkata lebih jauh:
"Selain itu, sarung pedang dan sepatu yang cici
hadiahkan untuk adik Soat. membuat adik Soat terkejut
bercampur kegirangan sedemikian gembiranya sampai dia
cuma bisa menyebut enci Cian berulang kali .."


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil tersenyum Siau-cian menyela.
"Ibu yang menyuruh aku menjahitkan buat nona Si.
sebab selama kau belajar silat di bukit Hoa-san, semua
kebutuhan hidup tergantung padanya.."
Ketika berbicara sampai disini, suaranya berubah
menjadi agak gemetar dan ia tak sanggup melanjutkan
kembali kata-katanya.
Lan See- giok merasa sedih sekali, dengan sinar mata
penuh rasa sesal dia menengok ke arah Siau cian, sedang
pembicaraanpun berhenti di tengah jalan.
Untuk menenangkan gejolak perasaan dalam hatinya.
serta untuk melenyapkan kemurungan serta kepanikannya,
ia segera memejamkan mata, mengerahkan tenaga dan
diam-diam mengatur pernapasan .,
Mendadak ia seperti mendengar ada orang sedang
berlarian mendekat. orang itu datang dari sebelah utara
dusun. http://kangzusi.com/
Dengan cepat ia membuka mata, kemudian berbisik lirih.
"Enci Cian, ada orang sedang bergerak menuju ke arah
kita!" Siau cian segera berhenti bekerja dan memasang telinga
untuk mendengarkan dengan seksama, akan tetapi ia tak
berhasil mendengar sesuatu apapun.
Akhirnya dengan kening berkerut dan nada penuh
keraguan ia bertanya.
"Adik Giok, apakah kau berhasil mendengarnya?"
Dengan sorot mata penuh rasa kaget dan keheranan, ia
menengok wajah pemuda tersebut.
Lan See giok mengerutkan dahinya lalu memasang
telinga dan mengamati sekali lagi dengan cepat dia manggut berulang kali.
"Yaa, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini sudah mencapai titik kesempurnaan. kecepatan geraknya
tidak seperti kawanan jago biasa . . ."
Ketika dilihatnya Sian cian masih belum percaya,
pemuda itu menambahkan lagi dengan wajah serius.
"Sungguh enci Cian, orang itu paling banter cuma
berjarak sepuluh kaki dari kita."
Melihat mimik wajah Lan See giok, mau tak mau Siau
cian harus percaya kepadanya maka diapun memasang
telinga kembali
Benar juga. tiba-tiba terdengar suara ujung baju
terhembus angin berkumandang datang, pengalaman
memberitahu kepadanya bahwa orang itu sudah berada di
luar pagar pekarangan.
http://kangzusi.com/
Namun setelah dipikir sebentar, hatinya segera tergerak, sambil tertawa cekikikan serunya cepat.
"Oooh, ibu telah pulang rupanya"
Sekali lagi Lan See giok memasang telinga, tak salah
lagi, orang itu memang melompat masuk dari luar pagar
halaman. maka serunya berulang kali.
"Bibi, bibi-. "
Sekali berkelebat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata.
Siau cian amat terkejut, sekarang dia baru sadar, rupanya kepandaian silat yang dimiliki adik Gioknya telah
mengalami kemajuan yang mengerikan sekali dalam
setahun ini. Setelah berhasil menenangkan hatinya, ia segera maju ke
depan untuk menyongsong kedatangan mereka.
Terdengar suara angin berhembus lewat ditengah
halaman. Hu-yong siancu dengan pakaian ringkas berwarna
ungu telah melayang turun dalam halaman.
Dengan air mata bercucuran Lan See giok segera
bersorak gembira, kemudian menubruk ke depan
Hu-yong siancu sendiripun terkejut bercampur gembira
sehingga hampir saja tak mampu mengendalikan diri
setelah melihat kemunculan Lan See-giok. Serunya:
"Anak Giok, rupanya kau telah tiba lebih dulu di
rumah." Tanpa sadar dia memeluk tubuh pemuda itu ke dalam
rangkulannya. lalu seperti setahun berselang dengan penuh kasih sayang membelai bahu serta lengan anak muda
tersebut. http://kangzusi.com/
Bagi Lan See giok, bibi Wan dipandang sebagai ibu
kandung sendiri. sebab dialah satu satunya orang yang dia anggap keluarga sendiri, tak heran kalau saking emosinya, dia sampai menjatuhkan diri berlutut.
Ketika membelai bahu dan kepala Lan See giok, di
dalam benak Hu-yong siancu seakan akan muncul
bayangan tubuh dari Lan Khong-tay semasa lagi muda itu,
air matanya, bagaikan mutiara yang putus benang, jatuh
bercucuran dengan derasnya.,
"Anak Giok. ayo bangun dan mari kita duduk di dalam rumah" akhirnya ia membisik sambil menyeka air mata di mata pemuda itu.
Dalam detik-detik demikian, Lan See giok sama sekali
terbuai di dalam kasih sayang ibu, semua penderitaan,
semua kesedihan terlupakan sama sekali.
Ia mendongakkan kepalanya, memandang bibi Wan
penuh hormat, kemudian bisiknya dengan air mata
berlinang. "Bibi, setiap hari anak Giok selalu merindukan kau!"
Hu-yong siancu mengucurkan air mata nya lalu tertawa
ramah, sahutnya seraya mengangguk.
"Setiap hari. aku dan cici Cian mu juga selalu berharap kau berhasil dalam pelajaran silat dan pulang secepatnya!"
Sambil berkata, dia membangunkan pemuda itu dari atas
tanah. Lan See giok segera terseret bangun namun bila teringat
bagaimana enci Cian nya tiba-tiba marah dan tidak senang hati, sekali lagi air matanya jatuh berlinang.
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu mengamati pemuda itu dengan seksama,
Ia merasa Lan See giok sudah jauh lebih tinggi daripada
dirinya, dengan penuh rasa gembira katanya kemudian.
"Anak Giok. kini kau sudah dewasa. Masa air matamu
masih berlinang" Apakah kau tidak takut ditertawakan enci Cianmu?"
Seraya berkata, dengan penuh keramahan ia melirik
sekejap ke arah Siau cian yang berdiri di depan pintu dapur.
Mendengar perkataan itu Lan See-giok berhenti
menangis. namun perasaannya justru bertambah berat.
Hu-yong siancu mengira hal ini di sebabkan gejolak
emosinya setelah lama berpisah, karenanya tidak begitu
menaruh perhatian, hanya ajaknya.
"Anak Giok: ayo kita duduk di dalam ruangan saja!"
Mendadak sinar matanya mengerling sekejap ke arah
kuda hitam Wu-wi kou yang berada di sudut halaman
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan, kemudian baru melangkah masuk ke ruangan.
Lan See-giok mengikuti di belakang bibinya, dia
mencoba mengerling sekejap ke arah Ciu Siau cian yang
berdiri sedih. namun Siau cian segera menundukkan
kepalanya sambil masuk ke dalam dapur.
Hu-yong siancu menyulut lentera di ruang depan dan
mengambil duduk berhadapan dengan pemuda itu, sekali
lagi dia amati wajah Lan See-giok dengan seksama,
kemudian baru tertawa gembira. tanyanya
penuh keramahan-., "Anak Giok. mengapa kau pulang seorang diri?"
"Tidak, anak Giok pulang bersama sumoay Si Cay-soat!"
"Mana nona Si" tanya Hu-yong siancu terkejut.
http://kangzusi.com/
"Dia telah pergi ke tempat tinggal Naga sakti pembalik sungai Thio loko!"
"Baru saja aku pulang dari kediaman si saga sakti
pembalik sungai, mengapa tidak kujumpai nona Si?" tanya Hu-yong siancu dengan kening berkerut.
"Mungkin dia belum sampai, anak Giok sendiripun
belum lama tiba di rumah."
Hu-yong siancu segera manggut-manggut
penuh pengertian dan tidak bertanya lebih jauh.
Dalam pada, itu Siau-cian telah menghidangkan sayur
dan nasi di atas meja.
Memandang sayur dan nasi yang dihidangkan. Lan See
giok sedikitpun tidak merasa lapar, dalam hatinya dia
hanya memikirkan terus ketidak senangan enci Cian nya.
Sebagai orang yang berpengalaman, Hu-yong siancu
segera tertarik akan keanehan kedua orang muda mudi itu, sewaktu diperhatikan lebih seksama, ia jumpai Lan See giok berkerut kening terus menerus, sementara sorot matanya
ditujukan kearah putrinya dengan keragu-raguan.
Sebaliknya, meski senyuman manis menghiasi wajah
Siau cian serta ia berusaha menunjukkan sikap gembira,
namun diantara kerutan dahinya sudah jelas terlintas
kemurungan. Hu-yong Siancu adalah seorang yang pernah mengalami
pahit getir dunia asmara, dalam sekilas pandangan saja dia telah menyimpulkan bahwa diantara Siau cian dengan See
giok pasti sudah terjadi sesuatu hal yang tidak
menyenangkan, di samping itu dengan cepat pula ia bisa
menduga bahwa persoalan ini pasti ada sangkut paut
dengan kehadiran Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Dengan berlagak seakan akan belum tahu Ia lantas
berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian. coba ambilkan seperangkat mangkuk dan
sumpit, akupun belum bersantap malam."
Siau cian mengiakan dengan hormat kemudian cepat-
cepat berlalu dari situ.
Sebenarnya Lan See giok hendak menampik hidangan
itu, tapi berhubung bibinya juga belum bersantap malam,
terpaksa dia harus menemani bibinya untuk makan.
Sementara Hu-yong siancu menemani Lan See giok
bersantap, Siau cian duduk menanti di samping.
Dengan kehadiran Hu-yong siancu, suasana di situ pun
terasa jauh lebih lunak.
Dalam kesempatan itu Lan See giok dengan sendirinya
mengisahkan pengalamannya semenjak naik ke bukit Hoa
san untuk belajar silat, namun ia tidak bercerita kalau, ia sempat membaca bait syair yang memedihkan hati di atas
dinding gua di bawah Giok li hong.
Menyusul kemudian ia pun bercerita pengalamannya
ketika belajar ilmu silat dari Tay lo hud bun pwe yap cin keng, malah secara khusus berkisah bagaimana Lam-hay lo
koay datang. Semenjak To Seng-cu menuju ke luar lautan
ketika membicarakan soal ini, diam-diam ia mengamati
perubahan wajah bibinya, tidak ditemukan sesuatu yang
aneh, maka tanyanya kemudian dengan perasaan tidak
habis mengerti:
"Bibi, sewaktu berangkat ke luar lautan apakah suhu datang menjumpai bibi ?"
Hu-yong siancu segera mengangguk:
http://kangzusi.com/
"Yaa, dia datang satu kali, tapi sama sekali tidak
menjelaskan alasan yang sebenarnya kepergiannya ke luar
lautan" Lan See giok dapat melihat bahwa Hu-yong siancu
enggan mengutarakan keadaan yang sebenarnya, namun
diapun tak mau mendesaknya lebih jauh.
Terdengar Hu-yong siancu berkata lebih jauh. "Mungkin si naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong mengetahui keadaan yang sejelasnya."
Sekali lagi Len See - giok merasakan hatinya, tergerak is teringat kembali dengan surat yang dikatakan sebagai surat gurunya meski dia tahu kalau surat itu palsu, namun tetap berharap dapat mengetahui alasan kepalsuannya.
Maka sekali lagi pemuda itu berkata.
"Bibi, musim panas tahun berselang si naga sakti
pembalik sungai Thio loko telah datang ke Hoa-san sambil membawa sepucuk surat dari suhu To Seng cu, konon surat
itu dibawa oleh Keng hian Sian tiang dari Bu-tong-pay.
padahal ketika anak Giok melewati bukit Bu tong, secara
kebetulan kubuktikan bahwa Keng hian Sian tiang sedang
mengasingkan diri dan sudah tiga tahun tak pernah turun
gunung. apakah bibi juga mengetahui akan peristiwa ini?"
Rasa sedih menghiasi wajah Hu-yong siancu, setelah
termenung sebentar sahutnya.
"Bila Thio lo enghiong berkata demikian. sudah pasti dia mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan!"
Lan See giok segera mengerti, biarpun ia mengajukan
pertanyaan lagi kepada bibi Wan, belum tentu dia akan
menjelaskan, tampaknya dia harus menunggu sampai
kembalinya si naga sakti pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, ia bertanya lagi:
"Bibi, ada urusan apa kau pergi mencari Thi loko" "
"Aku ke rumahnya karena ingin mencari kabar kapan
kau akan pulang."
Sekali lagi Lan See-giok merasakan hatinya, tergerak:
"Dia dan adik Thi gou telah pergi ke Pek ho cay ,
sewaktu bibi ke situ. apakah mereka telah pulang?"
Hu-yong siancu menggeleng:.
"Sewaktu aku kesana, hanya putra sulung nya Thio Tay keng yang ada di rumah, sedang Thio lo-enghiong sendiri
masih belum pulang"
"Darimana bibi tahu kalau Thio loko pergi ke Hoa san"
desak pemuda itu tak habis mengerti.
"Sebelum pergi ia telah membicarakan soal ini
denganku."
Kembali satu ingatan, melintas dalam benak Lan See
giok, tanyanya lebih jauh:
"Apakah bibi mengetahui apa alasannya Thio loko
hendak mengajak aku pulang?""
Rupanya Hu-yong siancu benar-benar tidak mengetahui,
sahutnya: "Tentang masalah seperti ini, kau mesti menunggu
sampai Thio lo enghiong pulang, baru akan jelas semuanya"
Lan See giok tahu kalau bibinya enggan membicarakan
persoalan itu lebih dulu. maka diapun tidak bertanya lebih jauh.
Menggunakan kesempatan mana ia menuturkan pengalamannya sejak turun gunung. pergi ke Pek ho cay,
http://kangzusi.com/
mendapat keterangan baru dari Gui Pak ciang lalu pergi ke Tay ang san mencari beruang berlengan tunggal Kiong Tek
ciong kemudian mendapat berita tentang Toan Ki tin dan Si Yu gi serta. lain lainnya.
Seusai mendengar penuturan itu. Hu-yong siancu
mengerutkan dahinya dengan sedih sampai lama kemudian


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia baru berkata:
"Bila ditinjau dari apa yang diucapkan Kiong Tek ciong, bisa jadi jejak ayahmu sudah diketahui oleh Si Yu gi,
sedangkan pembunuh yang sesungguhnya adalah Toan Ki
tin, atau Si Yu-gi, mengenai lorong rahasia baru tersebut, bisa jadi hasil galian Si Yu gi secara diam-diam "
"Tapi menurut apa yang anak Giok saksikan dengan
mata kepala sendiri Toan Ki tin masuk ke luar dari kuburan tersebut melalui jalanan yang ada, dari sini menunjukkan bahwa Si Yu-gi sendiripun tidak tahu "kata sang pemuda menerangkan.
Hu-yong siancu termenung berapa saat lamanya,
kemudian baru katanya lagi.
"Kini Si Yu-gi telah mati sehingga mustahil untuk
mengorek keterangan dari mulutnya aku rasa kita hanya
bisa bertanya kepada Manusia buas bertelinga tunggal Oh
Tin-san yang bersembunyi dibalik kegelapan, di samping itu kita harus mengorek keterangan darinya secara bagaimana
ia bisa mengetahui jejak ayahmu dan bagaimana caranya
dia memasuki kuburan kuno, semenjak kapan pula Si Yu gi
bersembunyi di kamar sebelah.."
Menyinggung soal Oh Tin- san, Lan See giok merasa
hatinya tergerak, kembali ia bertanya dengan perasaan tak habis mengerti:
http://kangzusi.com/
"Bibi. setelah Oh Tin-san suami istri dibuat lari ketakutan oleh kemunculan suhu To seng-cu pada malam itu,
pernahkah dia datang mengganggu dirimu lagi?"
"Tidak, ia tak pernah kemari lagi" Hu-yong siancu menggeleng, namun juga agak curiga, "cuma anehnya
dalam setahun belakangan ini, Oh Tin san suami istri juga tak pernah munculkan diri lagi di sekitar tempat ini. kalau bukan disebabkan merasa takut terhadap To Seng-cu
locianpwe, sudah pasti ia sedang menekuni sejenis ilmu silat yang sangat tangguh!"
Lan See giok berkerut kening, kemudian se akan-akan
memahami akan sesuatu katanya.
"Bibi, anak Giok pikir ingin menyusul Oh Li-cu yang baru pulang dari Tay ang san untuk menyelidiki Wi-lim-poo sekali lagi."
Ciu Siau cian yang selama ini hanya duduk
mendengarkan dengan
mulut membungkam, segera
mengerutkan dahinya begitu menyinggung masalah Oh Li-
cu. Namun sebelum ia sempat menimbrung, Hu-yong siancu
telah bertanya lebih dulu dengan wajah keheranan.
"Anak Giok. jadi kau telah bertemu lagi dengan nona Oh?"
Tadi, Lan See giok hanya menjelaskan tentang hasil yang
diperoleh dari Kiong Tek ciong tanpa menjelaskan
pengalamannya selama di Tay ang san secara terperinci,
setelah mendapat pertanyaan itu, dia baru menerangkan
bagaimana Tok Nio-cu menyusulnya sampai di kota Siang
yang, bagaimana bertemu dengan Oh Li-cu dan menuju
Tay ang san bersama sama. lalu bagaimana kedua kakak
beradik itu saling bertemu kembali..
http://kangzusi.com/
Tampaknya. Hu-yong siancu pernah mendengar tentang
Tok Nio-cu, ia segera memberi peringatan.
"Tok Nio-cu adalah seorang perempuan liar yang kurang wajar cara hidupnya, dengan mengandalkan senjata rahasia beracunnya, banyak sudah korban yang tewas di tangannya.
seorang perempuan muda yang genit ternyata memilih
nama julukan yang menggetarkan hati, anak Giok, di
kemudian hari kau harus lebih waspada."
Lan See giok segera mengiakan berulang kali, sebelum ia
menjelaskan bagaimana Tok Nio-cu menghadiahkan kuda,
menjadi petunjuk jalan dan mulai menunjukkan sikap welas kasihnya terhadap musuh, tiba-tiba terdengar Ciu Siau cian berkata dengan ketus:
"Kuda hitam yang berada di tengah halaman justru
merupakan hadiah dari Tok Nio-cu yang peramah itu.."
Merah padam selembar wajah Lan See giok karena
jengah, secara jujur dan terbuka ia segera menjelaskan
pengalamannya sampai mendapat hadiah kuda..
Setelah mendengar penuturan mana. Hu-yong siancu
mengangguk berulang kali sambil katanya:
"Asal pemberian kuda dilakukan dengan perasaan yang tulus dan jujur kita memang mesti menerimanya. Justru
yang dikuatirkan adalah bila dia mempunyai maksud tujuan tertentu!"
"Besok Tok Nio-cu dan Oh Li cu sudah akan tiba di sini, biarlah setelah bersua nanti anak Giok mengembalikan
kuda itu kepada mereka!" janji pemuda itu cepat-cepat.
Hu-yong siancu manggut-manggut,
kemudian ia bertanya lagi. http://kangzusi.com/
"Apakah nona Oh telah bercerita tentang ditotoknya
jalan darahnya pada malam dulu" "
"Tidak dia hanya bercerita bahwa bibi telah membicarakan soal terbunuhnya ayahku.."
Hu-yong siancu menghela napas panjang.
"Aai setelah kepergianmu pada malam itu Tok Seng cu locianpwe telah munculkan diri dari balik kegelapan
pertama tama dia serahkan dulu pedang Gwat hui kiam dan
sebuah kotak kecil kepada anak Cian, dengan pesan agar
aku membimbing enci Cianmu mempelajarinya, kemudian
setelah membebaskan totokan jalan darah Oh Li cu. Ia baru menyusul ke mana kau telah pergi."
Sejak enci Ciannya membuatkan sarung pedang untuk Si
Cay-soat, Lan See giok telah menduga besar kemungkinan
pedang Gwat hui kiam telah diserahkan oleh gurunya
kepada Ciu Siau cian. mendengar sampai di situ ia segera menjelaskan.
"Kedua bilah pedang mestika itu."
Tapi Hu-yong siancu segera menukas sebelum anak
muda itu melanjutkan kata katanya
"Suhumu telah memperkenalkan asal usul kedua bilah
pedang itu kepada kami, untung saja enci Cian mu tak
sampai menyia-nyiakan pengharapannya, cuma sayang
tenaga dalamnya masih ketinggalan jauh sehingga menuju
ke tingkat kesempurnaan pun masih jauh sekali"
Tergerak pikiran Lan See giok mendengar kata-kata itu,
dia segera teringat kembali dengan cairan Leng sik giok ji yang tersimpan dalam sakunya.
Dengan penuh kegembiraan ia segera berseru:
http://kangzusi.com/
"Biarpun tenaga dalam enci Cian agak ketinggalan. hal ini tak perlu dirisaukan. anak Giok masih menyimpan leng sik giok ji sebanyak tujuh delapan tetes dalam saku, harap bibi dan enci Cian sudi meneguknya beberapa tetes"
Dari sakunya ia mengeluarkan botol kecil itu dan
diserahkan ke tangan Hu-yong siancu.
Dengan perasaan terkejut, bercampur gembira Siau cian
segera maju menghampirinya.
Dengan wajah serius Hu-yong siancu menerima botol
kecil itu dan segera membuka penutupnya seketika itu juga seluruh ruangan dipenuhi bau harum semerbak.
Paras mukanya segera berubah, dengan wajah berseri
katanya kemudian sambil mengangguk.
"Yaa, benar, memang benda mestika yang mahal
harganya!"
Berbicara sampai di situ, keningnya kembali berkerut,
seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, kemudian dengan
nada tak habis mengerti tanyanya.
"Pada saat suhumu menyerahkan pedang kepada anak
Cian tahun berselang beliaupun menghadiahkan setetes
Leng-sik-giok-ji untuk encimu, konon cairan itu merupakan tetesan yang terakhir, dari mana kau bisa mendapatkan
begitu banyak_."
Secara ringkas pemuda itu segera menjelaskan bagaimana dia bersama Si Cay-soat menemukannya di
dalam sebuah celah gua, tentu saja soal adegan panas yang dilakukannya bersama Si Cay-soat sama sekali tidak
disinggung. Akhirnya dengan penuh kegembiraan dia berkata:
http://kangzusi.com/
"Isi botol ini paling tidak masih terdapat tujuh-delapan tetes, silahkan bibi den enci Cian membaginya untuk
berdua." Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa.
"Aku sudah pernah makan buah Cu-sian ko jadi tak
perlukan Leng-sik-giok-ji lagi .. "
Baru sekarang Lan See-giok mengerti, apa sebabnya bibi
Wan bisa awet muda sampai sekarang, bahkan seperti
seorang wanita yang baru berusia dua puluh enam-tujuh
tahunan, rupanya bibinya sudah pernah makan buah Cu-
sian ko yang berkhasiat awet muda.
Sementara dia berpikir, Hu-yong siancu telah mengambil
sebatang sumpit dari meja menggosoknya sampai bersih
betul, kemudian dimasukkan ke dalam botol itu:
Lalu kepada anak gadisnya dia berseru:
"Anak Cian, buka mulutmu lebar-lebar."
Merah jengah selembar wajah Ciu Siau cian, dengan
wajah berseri dia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian
menghisap sumpit dengan cairan putih itu.
Bau harum semerbak segera memenuhi bibirnya, cairan
putih itu segera meluncur ke dalam kerongkongan dan
masuk ke dalam perut
Dengan wajah gembira Lan See giok segera berseru.
"Bibi. berilah enci Cian setetes lagi!"
Hu-yong siancu segera menggeleng-
"Leng sik giok ji adalah benda mestika yang langka sekali di dunia ini. sudah sepantasnya kalau dihemat sedapatnya,
http://kangzusi.com/
bagi mereka yang bertenaga dalam agak rendah. paling baik kalau jangan makan kelewat banyak"
Kemudian kepada putri kesayangannya. ia berkata lagi
sambil tersenyum,
"Anak Cian, tenaga dalam yang kau miliki sekarang
paling tidak telah bertambah dengan dua puluh tahun hasil latihan. kau sudah seharusnya berterima kasih kepada adik Giok. dari sini membuktikan bagai mana besarnya
perhatian adik Giok mu kepadamu"
Merah dadu selembar wajah Siau-cian oleh kata-kata
tersebut, meski ia menundukkan kepalanya sambil tertawa, namun
diantara, kerutan dahinya masih terselip kemurungan dan kesedihan yang mendalam.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok mengetahui
perubahan aneh di wajah Siau cian tersebut, cepat-cepat ia berkata lagi, "Anak Cian, cepat pergi ke kamarku dan bersemedi lah dua tiga kali putaran, iringi hawa sakti yang dihasilkan Giok ji tersebut ke seluruh anggota badan,
dengan begitu akan semakin besar khasiat yang kau
peroleh." Kemudian kepada Lan See giok yang masih memandang
Siau cian dengan wajah termangu itu, katanya lagi sambil tersenyum:
"Anak Giok, sekarang tengah malam sudah lewat,
kaupun sepantasnya beristirahat di kamar anak Cian!"
sembari berkata, ia serahkan kembali botol porselen tersebut ke tangan Lan See-giok.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
menerima kembali botol porselen itu dan menyampaikan
selamat malam, dia beranjak dari tempat duduknya.
http://kangzusi.com/
Setelah melepaskan sepatu, ia berbaring di ranjang dan
memadamkan lentera.
Sementara itu malam semakin kelam. di luar pagar sana
hanya terdengar suara air telaga.
Berbaring di atas ranjang, tanpa terasa Lan See giok
membelai kasur milik enci Cian itu, bau harum yang
menusuk hidung membuat anak muda tersebut semakin tak
tenang, ia tak tahu sampai kapan baru bisa memeluk
encinya yang cantik itu serta mengajaknya tidur bersama.
Semakin kalut pikirannya, Lan See giok semakin tak
dapat tidur, terpaksa ia duduk bersila sambil mengatur
pernapasan. Tak lama kemudian semua kekusutan dan
kekalutan pikirannya dapat teratasi ..
Entah berapa lama sudah lewat, dalam semedinya
mendadak ia mendengar suara isak tangis seseorang yang
lirih dan berusaha keras dikendalikan.
Begitu suara tangisan itu tertangkap telinga Lan See giok.
saking terkejutnya hampir saja ia menjerit, ia tak tahu
mengapa Siau cian menangis sedih di tengah malam begini"
Sambil berusaha mengendalikan rasa sedih yang
mencekam perasaannya. ia mendengarkan lebih jauh.
Dengan cepat ia menangkap suara bisikan Hu-yong
siancu, sedemikian lirihnya suara tersebut sehingga hampir saja ia tak dapat mendengarkan dengan jelas.
"Cian ji kau tak boleh terlalu mengikuti napsu, aku sudah menyesal sepanjang hidupku, kau tak boleh mengikuti
sejarah kehidupanku-."
"Apalagi. coba kau lihat betapa cintanya anak Giok
kepadamu, perbuatan mu ini bisa jadi akan menghancurkan
lembaran hidupnya ."
http://kangzusi.com/
"Selama hidup anak Cian tak mau kawin, aku hendak
menemani ibu sampai akhir hayat!" kata Siau Cian
kemudian sambil terisak.
Dengan nada menegur, tapi juga menghibur Hu-yong
siancu segera berkata:
"Anak bodoh, asal kau sudah kawin dengan adik Giok, bukankah ibupun dapat selalu tinggal bersama kalian?"
"Ibu, bukankah kau pernah mengatakan, bila ada dua
orang gadis mencintai seorang lelaki, maka percintaan
tersebut akan berakhir dengan tragis?"
"Anak Cian, itu cuma pendapatku yang salah dimasa
muda dulu, aku telah mencelakai ayahnya dan ibunya
hingga menderita sampai saat terakhir, aku tak akan
membiarkan pikiranmu yang cuma menyebabkan kehidupan anak mereka hancur berantakan, anak Cian, kau
adalah seorang anak yang pintar dan tahu adat kesopanan, kau tidak boleh melakukan perbuatan bodoh seperti ini."
"Anak Cian, kau sudah mendengar . . . " Apalagi
kebanyakan orang lelaki memang mempunyai tiga istri
empat selir, malah seperti Siang lam tayhiap, Gi pak kiam kek, Cing im suseng, Siau you Gi su, semuanya mempunyai
tiga istri empat bini yang rata-rata berwajah cantik, malah mereka semua pun termasuk pendekar-pendekar wanita
yang memiliki ilmu silat sangat hebat . . . ."
"Ooh ibu, kau tak usah berbicara lagi, jangan kau
lanjutkan kata katamu itu . . . ." seru Siau cian agak menderita,
"Anak Cian" dengan sedikit merengek Hu-yong siancu berseru. "ibu sangat berharap kau dan adik Giok dapat hidup berdampingan hingga hari tua nanti, kau mesti
berbakti kepada ibumu, kau harus mengikuti perkataan ku"
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, sudah kau dengar perkataan ku ini ..?"
"Aai, beginilah nasib, ibupun tak akan membujukmu
lagi, di kemudian hari kau bakal menyesal sendiri!"
Suasana pun menjadi hening kembali, namun sepasang
mata Lan See giok justru semakin kabur.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Siau cian yang


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nampak lemah lembut dan amat menawan itu, sesungguhnya merupakan seorang gadis pencemburu yang
berhati keras bagaikan baja.
Dari Siau cian, diapun membayangkan Si Cay soat yang
ingin mencari menangnya sendiri, memang nampaknya
mustahil bagi kedua orang itu untuk hidup bersama sama.
Dalam hati kecilnya ia berterima kasih sekali kepada bibi Wan, ia merasa apakah enci Cian dan adik Soat dapat
hidup berdampingan, secara damai di kemudian hari, hal
tersebut tergantung pada bibinya.
Teringat akan bibi Wan, Lan See-giok merasa semua
kemasgulan dan ketidak tenangan tersapu bersih dari
dadanya, pikiran menjadi tenang kembali.
Ia berpendapat bahwa setiap kejadian tergantung pada
orangnya. asal ia sendiri bisa melakukan semua tindakan
secara hati-hati dan jujur, dia tidak kuatir enci Ciannya tak akan berubah pikiran.
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda bergema dari
balik halaman rumah.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
ia teringat kembali kuda Wu wi-kou yang berada ditengah
halaman, sewaktu berpaling ke jendela depan, setitik cahaya matahari nampak muncul di ufuk timur, pertanda hari
hampir terang tanah.
http://kangzusi.com/
Terbayang kalau kudanya belum diberi rumput setelah
melakukan perjalanan jauh, dihati kecilnya segera tumbuh perasaan menyesal, ia menyadari bahwa dirinya tak
mungkin dapat merawat kuda tersebut, dan lebih baik
secepatnya dikembalikan kepada Tok Nio-cu.
Dengan cepat pemuda itu melompat turun dari atas
pembaringan, mendekati pintu kamar dan menggunakan
tehnik lunak dalam tenaga dalamnya, secara pelan-pelan
dia menghisap pintu tersebut hingga terbuka sebuah celah.
kemudian ia menyelinap ke luar dari kamar dan bermaksud
membawa kudanya ke tanah lapang berumput:
Melihat kemunculan pemuda itu. si kuda hitam tersebut
segera menggoyangkan ekornya sambil meringkik pelan,
Kakinya di sepak-sepak kan ke atas tanah dan memperlihatkan sikap mesra.
Lan See giok kuatir gerakan nya itu akan mengejutkan
bibi dan enci Cian nya, maka ia menyusup ke depan kuda
kemudian dengan berhati hati sekali menuntun kuda
tersebut menuju ke pintu pekarangan.
Pada saat dia hendak membuka pintu pagar inilah,
mendadak dari belakang tubuh nya bergema suara teguran
Hu-yong siancu dengan nada gemetar.
"Anak Giok, mau kemana kau?"
Lan See-giok segera berpaling, dilihatnya Hu-yong
siancu dengan kening berkerut dan wajah sedih sedang
menatapnya tajam-tajam, sementara sepasang matanya
yang jeli mulai nampak berkaca kaca.
Ia tahu Hu-yong siancu tentu salah paham, sebelum ia
sempat memberi penjelasan, tampak bayangan manusia
kembali berkelebat, Siau cian dengan wajah pucat pias telah berdiri di sisi ibunya.
http://kangzusi.com/
Ketika melihat Lan See giok berdiri di depan pintu
halaman sambil menuntun
kuda. air mata yang mengembang dalam kelopak mata Siau cian segera
bercucuran dengan amat derasnya.
Sebenarnya Lan See giok berbuat demikian karena takut
perbuatannya akan mengganggu ketenangan bibinya. siapa
tahu akibatnya malah terjadi kesalahan pahaman.
Dalam keadaan begini, buru-buru dia berseru dengan
nada gelisah. "Semalaman suntuk kudaku ini belum di kasih rumput, anak Giok bermaksud akan membawanya ke halaman
belakang sana untuk mengisi perut .."
Belum selesai dia berkata, mendadak Siau cian menutup
wajahnya sambil menangis tersedu-sedu:
"Ibu, adik Giok tidak berbicara sejujurnya, kau tak boleh membiarkan dia pergi."
"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak melepaskan
pelana dari punggung kuda?" tanya Hu-yong siancu
kemudian agak gelisah.
Melihat enci Cian menangis begitu sedih, ia merasa
kasihan, sayang dan gembira, apalagi setelah dilihatnya bibi Wan maupun enci Cian semuanya menganggap dia hendak
minggat, timbul niatnya untuk menggunakan siasat tersebut untuk mengelabui mereka. siapa tahu kalau hal tersebut
justru akan menarik perhatian enci Cian untuk berubah
pikiran" Sementara dia ragu airmata yang meleleh ke luar dari
mata Hu-yong siancu semakin deras, sedangkan Siau cian
sudah menutupi wajahnya sambil menangis tersedu sedu.
http://kangzusi.com/
Jelas sudah, mereka percaya bahwa pemuda itu memang
berniat untuk minggat dari rumah mereka.
-ooo0dw0ooo- BAB 25 SESUNGGUHNYA Lan See giok tidak berniat sama
sekali untuk pergi tanpa pamit. kesalahan paham yang
terjadi sekarang boleh dibilang tak pernah diduga olehnya.
Menangisnya Ciu
Siau cian bukan saja tidak mengejutkan Lan See giok. sebaliknya malah menimbulkan
rasa gembira dan lega, sebab dari sini terbukti sudah kalau enci Cian masih mencintainya.
Tapi ketika melihat bibinya ikut melelehkan air mata,
dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia melepaskan tali les kudanya dan memburu ke depan, kemudian teriaknya
penuh kegelisahan.
"Bibi, bibi. anak Giok bernyali besarpun tak akan berani membohongi dirimu, sesungguhnya anak Giok memang
takut mengejutkan kalian, itulah sebabnya akan tidak
melepaskan pelana, kalau tak ada urusan apa-apa. mengapa anak Giok mesti pergi tanpa pamit?"
Melihat kegelisahan anak muda itu Hu-yong siancu
segera mengangguk berulang kali, air mata yang membasahi wajahnya cepat-cepat diseka.
Rupanya Siau cian mengetahui kalau tenaga dalam yang
dimiliki anak muda itu sudah mencapai tingkatan yang luar biasa. dia yakin pemuda itu pasti sudah menyadap
pembicaraannya dengan ibunya. karena itu dalam
gelisahnya. dia mengira Lan See giok hendak minggat
karena rasa marahnya.
http://kangzusi.com/
Tapi setelah menjumpai kegelisahan yang menyelimuti
wajahnya sekarang, gadis itu segera berpikir.
"Jangan-jangan dia memang sudah tertidur pulas?"
Berdiri di depan Hu-yong siancu, Lan See giok sebentar
memandang ke arah enci Cian dengan gelisah, kemudian
menengok pula ke arah bibinya dengan cemas, jelas hatinya tak tenang sehingga gerak geriknya serba salah.
Hu-yong siancu segera tersenyum, ujarnya dengan
tenang. "Anak Giok, sekarang turunkan pelana dan helalah kuda itu ke luar dari halaman!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap kearah Siau cian yang masih menutupi
wajahnya dengan penuh rasa kuatir, dia baru membalikkan
badan dan ke luar dari halaman sambil menghela kudanya.
Kembali Hu-yong siancu berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian, hari ini si nona Si akan berkunjung kemari, pergilah mengatur kamar untuknya. "
Siau cian menyeka air mata dari pipinya, setelah melirik sekejap ke arah Lan See giok yang sedang melepaskan
pelana dari punggung kuda. ia membalikkan tubuh dan
menuju ke dalam kamar.
Tiba di kamar sendiri, ditemukan selimut dan kasur -
kusut dan tak teratur, ini membuktikan kalau pemuda
tersebut sudah tertidur.
Karenanya dia lantas tertawa, menertawakan dirinya
yang dianggap kurang tahan uji sehingga akibatnya ibu
serta adik Giok nya menjadi tak tenang.
http://kangzusi.com/
Terburu buru Siau cian membereskan kamar tidurnya,
ketika ke luar kembali dari kamarnya, Lan See giok sudah pergi sambil menghela kudanya.
Sementara itu fajar sudah menyingsing, dari dusun pun
sudah kedengaran suara manusia berbicara, di telaga pun
sudah nampak perahu nelayan yang melaju..
Lan See giok membawa kudanya menuju ke arah
berumput di belakang rumah dan membiarkan binatang itu
bergerak bebas.
Sambil mengawasi kudanya makan rumput, ia berputar
otak tiada hentinya mencari akal bagaimana caranya
membuat enci Cian nya menjadi gembira.
Terbayang bahwa serentetan kejadian yang tidak
menyenangkan itu bersumber pada Si Cay soat, dia sampai
lama sekali memutar otak, dia merasa wajib untuk
mengatur suasana pertemuan hari ini dalam keadaan yang
menggembirakan.
Akhirnya dia berkesimpulan, bila ingin membuat mereka
semua gembira, maka pertama tama dia sendiri harus
gembira dulu. Berpikir sampai disini. dadanya terasa lega, diapun
membalikkan badan menuju ke halaman depan.
Muncul di halaman depan, pemuda itu segera tertegun,
dilihatnya Ciu Siau cian sedang membawa sapu berdiri di
situ dengan senyum dan kepala tertunduk, dia sedang
menyapu daun kering di halaman muka dengan wajah
riang. Lan See giok, merasa sangat keheranan. dia tak tahu
persoalan apakah yang membangkitkan kegembiraan gadis
itu. http://kangzusi.com/
Siau cian mengetahui See giok telah muncul, namun ia
berlagak seolah-olah tidak melihat, kepalanya malah
ditundukkan semakin rendah. sapuannya juga semakin
cepat, namun sepasang lesung pipi nya yang manis justru
kelihatan semakin nyata.
Karena Siau cian gembira, Lan See giok turut merasakan
hatinya lega, dari kejauhan ia lantas melancarkan sebuah sentilan udara kosong, segulung angin jari yang lembut dan sama sekali tak menimbulkan suara langsung meluncur ke
luar dari halaman dan menyambar bambu di sudut halaman
situ. Dimana angin jari menyambar lewat, daun bambu segera
berguguran mengotori permukaan tanah yang telah bersih
disapu. Siau cian tidak memperhatikan hal itu, dia segera
menyapu daun tadi, namun daun bambu berikutnya
kembali terjatuh ke tanah.
Berhubung yang rontok bukan daun kering, lama
kelamaan Siau cian merasakan keanehan tersebut, disaat
daun ketiga melayang jatuh ke tanah itulah Siau cian segera membentak sambil tertawa, dengan sapu panjangnya dia
menyambar pinggang pemuda itu.
Lan See giok tertawa terbahak bahak. dengan cekatan dia
melejit ke tengah udara dan melompat ke luar dari
halaman. Gagal dengan sapuannya, merah padam selembar wajah
Siau cian, baru saja dia hendak mengejar pemuda itu,
mendadak dari dapur kedengaran Hu-yong siancu berseru
keras: "Anak Cian, cepat siapkan hidangan untuk adik Giok!"
http://kangzusi.com/
Mendengar itu dengan senyum manis di kulum Siau cian
melirik sekejap kearah Lan See-giok, kemudian sambil
membuang sapu ke tanah, buru-buru dia masuk ke dapur.
Dengan tenang Lan See-giok berdiri di depan pintu. dia
dapat merasakan bahwa sapuan yang dilakukan Siau-cian
tadi mirip sekali dengan jurus serangan dalam ilmu pedang Tong- kong-kiam-hoat, namun bila diamati lebih seksama,
terasa pula perbedaannya.
Sementara dia masih berpikir, Siau-cian sudah muncul
membawa sarapan, ketika dilihatnya pemuda itu termangu
di depan pintu, sambil tersenyum segera tegurnya.
"Hai. mengapa cuma termangu" Ayo cepat, bantu aku
membawa hidangan."
Lan See giok segera tertawa, namun sebelum dia
melangkah maju, Hu-yong siancu sudah muncul membawa
sayur. Mereka bertigapun duduk sarapan Hu-yong siancu
berada di tengah sementara Lan See giok dan Siau cian
duduk di kedua belah sisinya.
Teringat akan ilmu pedang Tong-kong kiam-hoat, Lan
See-giok terbayang pula akan sifat ingin menang sendiri dari Si Cay soat, bisa jadi dia akan memanfaatkan kesempatan
itu untuk menantang Siau-cian beradu kepandaian.
Sampai dimanakah taraf ilmu pedang yang dimiliki Si
Cay soat, Lan See giok pernah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri, boleh dibilang ilmu pedangnya sudah
mencapai puncak kesempurnaan.
Sebaliknya Siau-cian, karena situasi dan kondisi yang
terbatas, mungkin ilmu pedangnya tak sesempurna Si Cay
soat, bukan dia pilih kasih, namun dia selalu beranggapan
http://kangzusi.com/
bahwa kepandaian dari Si cay soat harus seimbang dengan
Siau-cian. Karena berpendapat demikian, maka ujarnya kepada Ciu
Siau cian. "Enci Cian, apakah kau juga berlatih ilmu pedang Tong kong kiam hoat.."
Siau cian menatap wajah Pemuda itu lekat-lekat,
Kemudian mengangguk berulang kali.
Dengan kening berkerut pemuda itu berkata lagi:
"Menurut sapuan yang kau pergunakan tadi, tampaknya mirip sekali dengan jurus menyapu putus sungai besar dari ilmu pedang Tong kong kiam hoat, tapi jika kuamati lebih seksama lagi, rasanya sedikit rada berbeda"
Tampaknya Hu-yong siancu sudah melihat kalau
pemuda itu mempunyai tujuan lain, kepada Siau cian
katanya kemudian:
"Selesai bersantap nanti, keluarkan kitab ilmu pedang, biar anak Giok teliti dimanakah letak perbedaan itu"
Siau cian tahu, Lan See giok adalah seorang pemuda
yang cerdas, dengan kemampuan melebihi orang lain, siapa tahu dengan bantuan pemuda tersebut, dia akan menjumpai
banyak intisari dari ilmu pedang tersebut"
Karenanya dia mengangguk dengan gembira. bahkan
melemparkan satu kerlingan ke arah pemuda itu.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Hu-yong siancu maupun Siau cian tak ada
yang menyangka kalau Si Cay soat bakal manfaatkan
kesempatan tersebut untuk menantang Siau cian beradu
kepandaian. Selesai bersantap, Lan See giok dan Siau cian bersama
sama masuk ke ruang dalam, karena Siau cian tidak
http://kangzusi.com/
membicarakan tentang peristiwa pagi tadi. tentu saja
pemuda itu pura tak menyinggung soal apa yang telah
disadapnya semalam.
Hu-yong siancu sendiri hanya mengawasi bayangan
punggung Lan See giok serta Siau cian dengan pandangan
murung dan sedih. kemudian masuk kembali ke kamar
tidur. ia sangat berharap sepasang muda mudi itu dapat
saling bercinta.
Sementara itu Sian cian telah mengeluarkan sebuah
kotak kecil dari dalam almari. kemudian dengan gembira
duduk bersama See giok di tepi pembaringan, ketika kotak dibuka, dalamnya berisikan sejilid kitab kulit berwarna
coklat. Melihat bentuk dari kitab pusaka tersebut, Lan See giok
menemukan bahwa bentuknya mirip sekali dengan milik Si
Cay soat, di atas kulit buku yang berwarna coklat tertulis enam huruf yang mirip sekali dengan bentuk gagang
pedang, ke enam huruf itu adalah:
"TONG KONG-KIAM HOAT KIAM BOH"
Sewaktu halaman pertama dibuka, maka dalamnya
hanya tercantum dua huruf emas yang berbunyi.
"Ek- Ki"
Melihat hal tersebut, Lan See giok yang berada di
samping Siau cian segera berkata:
"Enci Cian kitab ini nyatanya berbeda sekali dengan milik adik Soat.."
Tergerak hati Siau cian, dia segera mendongakkan
kepalanya ,memandang Lan See giok, kemudian tanyanya:
"Lantas kitab yang manakah yang asli?"
http://kangzusi.com/
Namun Lan See giok tidak menjawab, sepasang matanya
mengawasi terus wajah Siau cian, karena saat itu dia baru menemukan bahwa di atas wajah si nona yang cantik
terdapat kulit yang halus dan lembut, putih bagaikan susu.
pipinya merah seperti buah tho yang matang, ia tak tahu
apakah hal tersebut dikarenakan semalam ia tak sempat
melihat dengan jelas di bawah cahaya lentera ataukah hal ini berkembang setelah gadis itu menelan dua tetes cairan mestika Leng sik giok-ji.
Merah jengah selembar wajah Siau cian setelah
dipandang secara begitu oleh Lan See giok, sambil
mendorong pemuda itu, serunya lirih "Ayo cepat katakan, dimana sih perbedaannya?"
Lan See giok belum dapat menenangkan pikirannya,
terpaksa ia menjawab sekenanya: "Sepasang pipimu
nampak lebih merah dari pada semalam, sorot matamu jauh
lebih bersinar daripada kemarin."
Siau cian segera mengayunkan tangannya siap memukul
Lan See giok, serunya sambil berpura pura marah. "Hei.
apa sih yang sedang kau ngocehkan" Kenapa tidak sepatah
katapun yang bersungguh-sungguh .."
Ketika berbicara, sepasang pipinya menjadi merah,
kemudian sambil moncongkan bibirnya yang mungil diam-
diam ia menunjuk kearah kamar tidur ibunya.
Biarpun Lan See giok merasa sikapnya sudah khilaf,
namun ia tak mengacuhkan hal ini. melihat wajah enci
Cian yang tersipu, dia malah tertawa semakin riang, bahkan sambil menempelkan bibirnya di sisi telinga Siau cian, ia berbisik
"Bibi amat menyayangi diriku. aku tidak takut!"
http://kangzusi.com/
Melihat pemuda itu hanya cengar cengir tanpa perasaan
takut barang sedikitpun. Siau-cian kuatir pemuda itu
melangkah lebih jauh, maka sambil menarik muka dan
berpura pura marah dia berseru.
"Jika kau tak mau diajak serius, aku pergi saja .. " Sambil berkata dia lantas bangkit berdiri dan berlagak hendak
meninggalkan tempat itu.
Lan See giok menjadi gugup. saking takutnya dia sampai
meminta maaf berulangkali, ujarnya lirih. "Baik, baik, mari kita memeriksa bersama, cuma kau harus duduk lebih
dulu!" Sambil berkata dia lantas menarik ujung baju nona
tersebut. Siau cian berusaha menahan rasa gelinya, kemudian
duduk kembali di samping pemuda itu
Menunggu Siau cian sudah duduk, Lan See giok baru
membalik kitab pusaka itu. suasana dalam ruangan pun
untuk sesaat dicekam keheningan.
Ketika Siau cian menjumpai Lan See giok sedang
memusatkan segenap pikirannya untuk membaca kitab
pusaka mana, ada kalanya dia berkerut kening, ada kalanya pula termenung. untuk beberapa waktu ia tak berani banyak komentar.
Tak lama kemudian terdengar Lan See- giok memuji:
"Waah, dua jilid kitab pusaka ini, betul-betul berkaitan dan saling mengisi, ibaratnya matahari dan rembulan,
cahaya masing-masing saling mengisi untuk menerangi
jagad." "Lantas dimana sih letak perbedaan dari kedua jilid kitab pedang itu?" tanya Siau cian tidak mengerti.
http://kangzusi.com/
"Bila dua orang yang membawa pedang Jit boa kiam dan Gwat hui kiam sama-sama mempelajari ilmu pedang Tong
kong kiam boat, maka bila kedua orang itu saling bertarung untuk beradu kepandaian, selama hidup jangan harap bisa
diketahui siapa yang lebih unggul dan siapa lebih lemah.
sebab setiap jurus serangan yang dipelajari masing-masing hanya berguna bila digunakan saling mengisi .."
Seperti memahami akan sesuatu, Siau cian segera
berkata. "Tampaknya si pendekar pedang yang menciptakan ilmu pedang tersebut kuatir bila orang yang mempelajari, hasil karyanya kemudian saling bermusuhan, maka dengan susah
payah dia menciptakan jurus-jurus serangan yang saling
mengisi- - "
Tidak sampai Siau cian menyelesaikan kata katanya. Lan
See giok segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan begitu, menurut apa yang tercantum dalam kiam boh sepasang pedang yang digunakan bersama akan
memancarkan sinar seperti matahari dan rembulan, atas
bawah menyerang bersama, biar naga biar burung hong
akan terpaksa semuanya secara mudah, hal ini bisa
disimpulkan bahwa penggunaan sepasang pedang secara
bersama sama justru akan menimbulkan daya kekuatan
yang jauh lebih mengerikan!"
"Kalau memang demikian, mengapa To Seng cu
locianpwe sama sekali tidak menjelaskan kelebihan tersebut disaat memberikan pedang itu kepadaku-?" tanya si nona sambil berkerut kening.
"Aku rasa hal itu hanya disebabkan singkatnya waktu yang tersedia, bukankah waktu itu suhu bermaksud
melindungi siaute secara diam-diam sehingga pergi secara
http://kangzusi.com/
tergesa gesa" Mungkin inilah yang menyebabkan ia tak
sempat memberi penjelasan yang sejelas jelasnya."
Agaknya Siau cian masih tetap memikirkan masalah
kerja sama serta saling mengisi itu, mendadak dia bertanya:
"Adik Giok, apakah kau juga pernah mempelajari ilmu pedang Tong kong kiam hoat?"
"Siaute tidak mempelajarinya, tapi aku masih ingat
beberapa jurus serangan diantaranya" sahut sang pemuda sambil menggeleng.
Dengan wajah riang gembira Siau cian segera berseru:
"Adik Giok, gunakanlah senjata gurdi emasmu sebagai pengganti pedang, mari kita mainkan bersama-sama, coba
kita buktikan apakah memang benar jurus serangan pedang
itu harus saling mengisi?"
"Tapi halaman ini terlalu kecil" sahut pemuda itu ragu.
"Kita boleh mencobanya di tempat aku belajar pedang!"
Len See giok tidak tahu dimanakah Siau cian berlatih
ilmu pedangnya dihati hari biasa, sehingga dia bertanya,
"Berapa jauh letaknya dari sini?"
"Di dalam hutan belakang dusun situ?" jawab gadis tersebut sambil bangkit berdiri.
Tanpa terasa pemuda itu segera memandang sekejap
cahaya matahari yang sudah memenuhi jendela depan, dia
masih ingat Si Cay soat sebentar lagi akan tiba di situ.
Namun sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Hu-
yong siancu yang berada di kamar seberang telah
memperingatkan:
"Anak Cian, bukankah hari ini nona Si akan datang
kemari.. ,?"
http://kangzusi.com/
Siau cian segera mendusin, karena itu dia tidak
mendesak lebih jauh, cuma di atas wajahnya segera terlintas sikap kecewa serta perasaan apa boleh buatnya.
Lan See giok kuatir gadis itu tak senang hati, dia pun
menganggap watak si Cay goat susah diatur, demi
kegembiraan enci cian nya, kepada Hu-yong siancu segera
serunya: "Bibi, jika adik Soat datang. bibi boleh mengajaknya ke sana, kita sekalian mempraktekkan ilmu pedang tersebut
bersama sama, aku yakin adik Soat tentu akan merasa
gembira sekali."
Hu-yong siancu nampak ragu sejenak, namun sahutnya
kemudian. "Baiklah, bila nona Si datang aku akan membawanya ke situ, cuma kalian berdua lebih baik selekasnya pulang
kembali." Lan See giok mengiakan dan segera masuk kan kembali
kitab kiam boh tersebut ke dalam kotak kecil.
Siau cian mengembalikan kotak tersebut ke dalam
almari, kemudian mengambil pedang Gwat hui kiam nya.
Lan See giok menjumpai sarung pedang Gwat hui kiam
telah diberi selapis sarung kuning dengan bulu kuning dan pegangan berwarna kuning, suatu perpaduan warna yang
sangat serasi. Setelah menggembol pedang di pinggang Siau cian baru
berkata dengan gembira.
"Belakang dusun sana merupakan tempat yang terpencil dan jarang ada manusia yang berlalu lalang di situ, tidak akan menimbulkan perhatian orang, ayo kita lewat halaman belakang saja! "
http://kangzusi.com/
Lan gee giok segera mengangguk sambit mengiakan,
Mendadak mereka jumpai Hu-yong siancu berjalan ke
luar dari dalam kamar.
Dari sikap gembira dari Lan See giok. Hu-yong siancu
menyimpulkan kalau pemuda itu tak sempat menyadap
pembicaraan mereka semalam, kemudian ketika melihat
putri kesayangannya memperlihatkan wajah yang cerah,
sikap yang wajar, seakan akan sudah melupakan keputusan
yang diambinya semalam, ia segera tertawa lega.
"Di tengah hari bolong begini. lebih baik kalian berdua jangan bertindak kelewat gegabah!" pesannya
Lan See giok dan cian mengiakan bersama kemudian
membuka jendela belakang dan bersama-sama melompat ke
luar. setelah yakin tiada orang yang di seputar situ, mereka baru melayang ke luar dari pagar pekarangan.
Kuda hitam yang sedang makan rumput di situ, segera
meringkik pelan setelah melihat kemunculan anak muda
itu. Lan See giok dengan penuh senyuman membelai rambut
si kuda, kemudian sambil menarik tangan Siau cian
berangkatlah mereka menuju ke luar dusun
Mendadak. Dari kejauhan sana terdengar suara ringkikan kuda yang
bergema datang secara lamat-lamat, suara itu muncul dari arah sebelah utara.
Kuda Wu wi kou yang mendengar ringkikan tersebut
seolah-olah merasa gembira sekali. ia segera balas
meringkik dengan suara yang keras sekali.
Dengan cepat Lan See giok menghentikan langkahnya,
kemudian sambil berpaling katanya.
http://kangzusi.com/
"Tentu adik Soat telah datang."
Mendengar Si Cay soat datang, Siau cian juga nampak
gembira sekali, ia memang berharap bisa selekasnya
mengamati hubungan cinta antara Si Cay soat dengan adik
Giok nya telah mencapai taraf yang bagaimana sebab hal
tersebut menyangkut keputusannya nanti, apakah harus
mengundurkan diri atau tidak
Dengan senyum dikulum dan wajah berseri, Siau cian
segera berkata:
"Kalau memang sudah datang, mari kita pulang saja!"
Sambil berkata. dia membalikkan badan dan balik ke
pagar pekarangan sebelah muka.
Tiba di depan pagar, dia segera melompat masuk ke
halaman belakang
Selama ini Hu-yong siancu berdiri di belakang kebun
sambil mengawasi gerak gerik Lan See giok dan Siau cian, melihat kedua orang itu pulang kembali, ia pun membuka
pintu daun jendela lebar-lebar.
Secara beruntun Lan See giok dan Siau cian masuk
melewati jendela, pertama-tama Lan See giok yang berseru lebih dulu.
"Bibi, bisa jadi Soat sumoay telah datang."
"Kalau begitu kau bersama anak Cian segera menyambut kedatangan nona Si!" perintah Hu-yong siancu sambil
tertawa ramah. Buru-buru Lan See giok mengiakan, kemudian menarik
tangan Siau cian menuju ke luar.
Melihat tingkah laku pemuda itu makin lama semakin
berani, bahkan dihadapan ibunya pun ia berani menarik
http://kangzusi.com/
tangannya, merah dadu selembar wajahnya, sementara ia
meronta untuk melepaskan diri dari cekalan orang.
Lan See giok tertegun lalu berpaling, ia saksikan bibinya sedang memandang ke arah mereka sambil tersenyum riang
karena itu seperti memahami sesuatu buru-buru ia berjalan menuju ke luar pintu.
Baru tiba di depan pintu, suara derap kaki kuda yang
amat ramai telah berkumandang semakin nyata.
Dengan perasaan terkejut Siau cian segera berseru.
"Waah, cepat amat lari kudanya!"
Seraya berkata, mereka berdua membuka pintu dan
menuju ke halaman luar. ketika di lihat dari arah sebelah utara situ terlihat ada segulung bayangan putih diantara titik merah sedang menelusuri tanggul telaga menuju kemari.
Melihat perbuatan gadis itu dengan kening berkerut Lan
See giok segera berguman.
"Wah, nampaknya kepandaian adik Soat dalam ilmu
menunggang kuda kian lama kian bertambah cekatan!"
Sementara itu, kuda putih yang sedang berlari mendekat
tampaknya sudah melihat Lan See giok diiringi suara
ringkikan panjang, ia langsung menerjang datang..
Pucat pias wajah Siau cian melihat hal ini, ia berseru
kaget. Sedangkan Lan See giok segera berteriak keras
memperingatkan "Hati-hati adik Soat!"
Ditengah seruan tersebut, derap kaki kuda bergerak
semakin keras, diantara debu yang berterbangan tampak
http://kangzusi.com/
sesosok bayangan hitam meluncur datang dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat.
Setelah mendengar peringatan dari Lan See giok,
agaknya Si Cay soat baru sadar kalau ia sudah sampai di
tempat tujuan, buru-buru tali les kudanya ditarik.
Sekali lagi kuda putih meringkik panjang tiba-tiba kaki
depannya diangkat tinggi-tinggi .
Bentakan nyaring berkumandang, bayangan merah
melejit meninggalkan punggung kuda, lalu dengan jurus
daun kering terhembus angin, dia melayang turun
dihadapan pemuda See giok,
Orang itu memang tak lain adalah Si Cay soat.
Begitu mencapai permukaan tanah, gadis itu segera


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berseru kepada Lan See giok dengan penuh kegembiraan.
"Andaikata kau tidak menegurku, aku malah tak tahu
kalau sudah sampai, tampik nya si kuda putih tahu kalau
aku hendak mencarimu setelah ke luar dari dusun. dia
berlarian terus dengan kencang. wah, benar-benar
menakutkan!".
Lan See giok tertawa riang, sambil menunjuk kearah
Siau cian yang berada di sisinya dia perkenalkan.
"Dia adalah enci Cian!"
Senyuman yang menghiasi wajah Si Cay goat makin
cerah. dia maju ke muka dan serunya penuh kegembiraan.
"Baik baikkah kau enci Cian", Terima kasih banyak
untuk sulaman sarung pedang serta sepatu untukku coba
kau lihat, aku telah mengenakannya"
Sembari berkata
ia segera perlihatkan sepasang
sepatunya. http://kangzusi.com/
Setelah menyaksikan ilmu menunggang kuda Si Cay soat
yang menggetarkan sukma. kemudian melihat cara gadis itu berbicara, Siau cian segera membuktikan bahwa ucapan To
Seng cu memang benar, Si Cay soat memang termasuk
seorang gadis yang jujur polos dan terbuka.
Ketika mendengar perkataan dari Si Cay soat, merah
padam selembar wajahnya, buru-buru dia merendah.
"Aaah, buatanku kasar dan jelek, harap adik Soat jangan menertawakan!"
Tak terlukiskan rasa gembira Lan See giok setelah
melihat kedua orang itu saling menyebut saudara, ia segera tertawa terbahak bahak,
"Haaahhh. haaaahhh. haaahhh. haaahhh. adik Soat, ayo cepat masuk, bibi sedang menunggumu di dalam halaman!"
Sembari berkata, dia masuk lebih dulu ke dalam
halaman. Sebenarnya Si Cay soat bermaksud mengutarakan
beberapa patah kata merendah, namun ketika mendengar
Hu-yong siancu hendak bertemu dengannya, cepat-cepat
dia masuk ke dalam halaman.
Sementara itu, Hu-yong siancu dengan senyuman
dikulum dan wajah penuh kasih sayang, sedang menantikan
kedatangan mereka di muka pintu rumah.
"Dia adalah bibi Wan." sambil tersenyum Lan See giok segera memperkenalkan.
Si Cay soat tertegun, coba pemuda itu tidak
memperkenalkan mereka, ia tak akan percaya kalau nyonya
muda yang anggun dan cantik di depan pintu itu adalah
Hu-yong siancu yang termasyhur namanya di dunia
persilatan. http://kangzusi.com/
Sesudah menenangkan hatinya, buru-buru dia maju ke
depan sambil memberi hormat, kemudian mengikuti
sebutan yang dipakai Lan See giok. katanya dengan hormat.
"Soat-ji memberi salam hormat untuk bibi!"
Cepat-cepat Hu-yong siancu membangunkan Si Cay
soat, kemudian ujarnya lagi dengan penuh kasih sayang,
"Tidak berani. tidak berani, harap nona Si bangun
berdiri." Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Si cay
soat dengan pandangan kagum, kembali ia berkata kepada
Lan See giok yang selama ini hanya berdiri menyengir.
"Anak Giok, cepat tuntun kuda nona Si menuju ke
belakang!"
See giok mengiakan dengan hormat dan berlalu, Siau
cian juga buru-buru ke dapur untuk menyiapkan air teh dan makanan kecil.
Hu-yong siancu dengan penuh kasih sayang menuntun Si
Cay soat masuk ke dalam ruangan.
Dengan perbedaan tua dan muda, mereka sama-sama
mengambil tempat duduk, tak lama Siau cian datang
menghidangkan air teh.
Sudah lama sekali Si Cay soat ingin bertemu dengan
Siau cian, sekarang setelah diamatinya dengan seksama, ia menjumpai Siau cian dengan gaun kuningnya nampak
lembut lagi anggun, terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli, penuh pancaran sinar kecerdasan.
TANPA terasa pikirnya:
"Tak heran kalau suhu selalu memuji dirinya"
http://kangzusi.com/
Ketika ia menjumpai pedang mestika yang tersoren
dipinggang Siau cian ternyata persis sekali bentuknya
dengan pedang Jit hui kiam yang berada di punggung
sendiri. dia lantas menyimpulkan bahwa benda itu tak lain adalah Gwat hui kiam pemberian gurunya.
Hanya saja, ia tak berani menanyakan hal tersebut secara langsung-Siau cian sendiripun berpendapat bahwa Si Cay soat
adalah seorang gadis yang lincah dan polos, seluruh gerak geriknya penuh dengan daya kehidupan, tak heran kalau
adik Gioknya selalu memanggil adik Soat, dalam hati
kecilnya dia berjanji, sejak kini dia akan bersikap lebih lincah agar bisa semakin menarik perhatian anak muda
tersebut. Berbeda sekali dengan jalan pemikiran Si Cay soat,
semenjak masih berada di puncak Giok li hong dibukit Hoa san, setiap kali menyinggung soal Ciu Siau cian, di atas wajah engkoh Giok nya selalu menunjukkan perubahan hal
tersebut membuat gadis ini bertekad hendak bersikap lebih lembut dan halus.
Menanti Siau cian telah menghidangkan air teh dan
makanan kecil, Hu-yong siancu baru bertanya kepada Si
Cay soat sambil tersenyum:
"Nona Si, pukul berapa kau tiba di perkampungan
nelayan semalam-?"
"Menjelang maghrib, menurut Thio Tay keng, bibi baru saja pulang."
Sambil tertawa Hu-yong siancu manggut-manggut:
"Yaa, aku pergi menengok Thio lo-enghiong, apakah dia sudah pulang ke rumah"
http://kangzusi.com/
Si Cay-soat termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya kembali:
"Menurut perhitungan, paling tidak besok selewatnya tengah hari mereka baru akan tiba disini, sebab mereka
harus berputar, dulu ke Pek-ho cay, ini berarti lebih jauh setengah harian perjalanan"
Baru selesai dia berkata, Lan See giok sudah masuk ke
dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa, sambil menuju ke dalam segera tanyanya dengan gelisah:
"Apakah Thio loko belum kembali?"
Dengan pandangan penuh kemesraan Si Cay soat
memandang sekejap kearah Lan See-giok, kemudian
menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Biarpun Thio loko bisa berjalan cepat, namun ditambah dengan kehadiran adik Thi-gou bisa jadi dia akan menjadi sangat lambat."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil
menengok ke arah Hu-yong siancu tanyanya agak terkejut.
"Sewaktu menunggang kuda datang ke mari tadi. Soat-ji menjumpai di permukaan telaga puluhan li di sebelah timur laut dusun berkumpul hampir ratusan buah perahu yang
sangat besar dengan panji-panji yang besar, cahaya senjata yang gemerlapan sudah pasti perahu itu bukan perahu
nelayan! "
Lan See giok yang mendengar ucapan tersebut, segera
menjelaskan dengan tawar:
"Oooh. sudah tentu kapal-kapal perang Wi-lim-poo. bisa jadi si manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin-san sedang mengadakan latihan perang-perangan di atas telaga"
http://kangzusi.com/
Siau-cian memang sangat berhasrat untuk menjajal ilmu
berenang yang dimiliki Si Cay soat tergerak hatinya setelah mendengar perkataan itu. sambil menoleh kearah Lan See
giok, ujarnya. "Bukankah adik Giok berniat untuk menyelidiki Wi-lim-poo" Bagaimana kalau malam nanti kita berangkat ke situ"
Si Cay-soat yang memang bersifat suka bergerak, waktu
itu memang berniat untuk melihat kemampuan Siau-Cian,
serta merta ia menyatakan persetujuannya.
Lan See giok sendiri juga berminat untuk menyaksikan
sampai dimanakah kelihaian
Bibi Wan nya yang pernah termasyhur dalam dunia
persilatan dimasa lalu. kepada Hu-yong siancu ia lantas
meminta. "Bibi, ikutilah kami pada malam nanti" Hu-yong-siancu tertawa.
"Bibi sudah banyak tahun tidak turun ke air."
Si Cay soat kuatir Hu-yong siancu enggan ikut mereka
dengan cepat dia menimbrung.
"Nama besar bibi pernah termasyhur di seluruh kolong langit dan menggetarkan dunia persilatan, Soat-ji sering mendengar suhu menceritakan soal ini. malah katanya ilmu berenang yang bibi miliki tak ada seorang manusiapun yang bisa menandingi, Soat-ji dan engkoh Giok sering kali
menunggu datangnya kesempatan untuk menyaksikan
kehebatan bibi, agar bisa menambah pengetahuan, kami
dari angkatan muda"
Hu-yong siancu tertawa lagi:
"Itu sih sudah merupakan kejadian pada banyak tahun berselang, padahal di dalam dunia persilatan sekarang,
http://kangzusi.com/
terdapat banyak sekali jago-jago persilatan yang mampu
menandingi ilmu berenang ku."
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Lan See giok.
ia melanjutkan.
"Kalau toh kalian akan pergi semua. aku juga kurang lega untuk tetap tinggal di rumah seorang diri. baik malam nanti aku akan menemani kalian!"
Lan See-giok dan Si Cay soat menjadi gembira setengah
mati sehingga hampir saja mencak-mencak.
Hu-yong siancu memandang sekejap keadaan cuaca, lalu
katanya kepada Siau- cian.
"Anak Clan turunkan pedang itu dan siapkan hidangan!"
Siau cian mengiakan seraya bangkit berdiri, kemudian
melepaskan pedangnya siap menuju ke ruang dalam.
Ketika Lan See giok melihat sorot mata Si Cay soat tiada hentinya ditujukan kearah pedang Siau cian, sambil
tersenyum ia menjelaskan:
"Adik Soat, pedang milik enci Cian adalah Pedang Gwat hui kiam pemberian suhu. sekarang telah disarungi dengan kain kuning serta bulu kuning oleh enci Cian."
"Siaumoay memang selalu menduga, sudah pasti suhu
menghadiahkan pedang Gwat hui kiam tersebut untuk enci
Cian" kata Si Cay soat seperti baru mengerti.
Kemudian sambil berpaling ke arah Hu-yong siancu
kembali katanya,
"Sebab suhu selalu memuji kecerdasan enci Cian yang melebihi siapapun, di kemudian hari kau pasti akan
menjadi seorang jagoan yang hebat di dalam penggunaan
pedang." http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Siau cian, cepat-cepat dia
berjalan masuk ke ruang dalam:
"Aaah, Cia locianpwe memang kelewat memanjakan
anak Cian" seru Hu-yong siancu sambil tertawa merendah.
"Tadi, sebenarnya enci Cian dan aku hendak berlatih pedang di dusun belakang sana, Eeeh tahunya kau datang"
seru Lan See giok kemudian.
Dengan gembira Si Cay-soat segera berseru:
"Selesai bersantap nanti, aku juga mau ikut, biar aku membantu dulu enci Cian menanak nasi !"
Sambil berkata dia lantas melepaskan pedang jit-hoa-
kiam dari punggungnya,
Hu-yong siancu memang sangat berharap Si Cay soat
bisa bergaul lebih akrab dengan Siau cian, tentu saja dia tidak bermaksud menghalangi niatnya, malah dia berseru.
"Nona Si, kau toh tamu. masa harus turun ke dapur?"
Lan See-giok yang ada di sampingnya segera
menimbrung. "Adik Soat sangat pandai membuat Ang sioo hi, hari ini kau mesti memperlihatkan kebolehanmu agar bibi pun ikut
mencicipi nya."
Merah padam selembar wajah Si Cay soat serunya cepat
kepada Hu-yong siancu.
"Bibi. kau jangan mendengarkan obrolan dari engkoh
Giok, anak Soat cuma bisa membantu cici Cian mencuci
sayur dan membersihkan beras.."
"Waah, kalau soal itu mah merupakan penderitaan
bagiku, mari kita masuk ke dapur bersama sama, biar bibi seorang beristirahat dengan tenang:"
http://kangzusi.com/
Siau cian yang berdiri di depan pintu tak tahan segera
tertawa cekikikan sesudah mendengar perkataan itu.
Menyaksikan ketiga orang muda mudi itu dapat
berkumpul dengan riang gembira, Hu-yong siancu turut
tertawa gembira pula, diam-diam ia berdoa kepada Thian,
semoga mereka bisa diberi kebahagian hidup, selalu
gembira dan tak sampai mengalami nasib setragis apa yang dialaminya.
Lan See-giok, Siau cian dan Si Cay soat sama-sama
menjadi sibuk di dapur, berhubung dapur nya kelewat kecil, semua orang menganggap See giok hanya mengganggu,
namun tiada yang mempersilahkan dia agar ke luar.
Walaupun waktu bergaul masih singkat, tapi Siau cian
sudah dapat melihat bagaimanakah watak yang sesungguhnya dari Si Cay soat, ia merasa tidak sulit untuk berkumpul dengan gadis yang polos dan lincah ini, namun
bukan berarti karena pandangan tersebut, dia lantas
berubah ingatannya semula.
Dengan kerja ketiga orang itu, hidangan siang dapat
dipersiapkan dalam waktu singkat.
Lan See giok yang melihat Si Cay soat dan Siau cian
meski baru berjumpa untuk pertama kalinya, namun
hubungan mereka begitu baik, hatinya menjadi gembira
sekali. Hu-yong siancu merasa hidangan yang di masak Si Cay
soat memang jauh berbeda, baik Siau cian maupun Si Cay
soat sama-sama merasa pihak lawan jauh lebih pandai
daripada dirinya.
Hidangan siang itu dilewatkan dalam suasana penuh
gembira . . . http://kangzusi.com/
Berhubung tengah hari sudah tiba, banyak orang yang
mulai berlalu lalang di dusun, maka Hu-yong siancu
memerintahkan Lan See giok bertiga agar merundingkan
soal ilmu pedang di dalam ruangan, agar tidak mengejutkan orang-orang dusun.
Selesai membicarakan soal ilmu pedang Si Cay soat baru
tahu kalau ilmu pedang Tong kong kiam-hoat lebih
berkhasiat bila digunakan dengan kerja sama yang saling
mengisi, hal tersebut membuat si nona segera menghapuskan niatnya untuk beradu kepandaian dengan
Ciu Siau cian. Tanpa terasa haripun menjadi gelap Lan See giok dan Si
Cay soat menuntun kuda mereka masuk ke halaman
rumah, sedangkan Hu-yong siancu pergi mempersiapkan
sampan kecil miliknya.
Diantara ke empat orang itu, Hu-yong siancu, Siau cian
serta Lan See giok mengenakan pakaian yang terbuat dari
ulat sutera langit. jadi tidak memerlukan pakaian renang dibalik bajunya.
Pedang Hu-yong kiam yang sudah lama tersimpan
semenjak mengundurkan diri dahulu, kini digunakan lagi
oleh Hu-yong siancu dengan menyorennya di pinggang.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah selesai mempersiapkan diri, mereka memadamkan lentera, mengunci pintu dan melompat ke
luar dari halaman rumah dengan langkah yang sangat
berhati hati. Sebagian besar kaum nelayan yang tinggal di dusun itu
memang hidup secara sederhana, begitu langit gelap,
merekapun banyak yang naik ke tempat pembaringan. .
http://kangzusi.com/
Tidak heran kalau suasana dalam dusun tersebut hening
dan sepi sekali meski kentongan pertama baru saja lewat, tiada kedengaran suara. tiada pula cahaya lentera.
Hu-yong siancu memeriksa sekejap sekeliling tempat itu.
kemudian baru bergerak menuju ke tanggul telaga.
Lan See-giok, Siau-cian serta Si Cay soat bergerak
mengikuti petunjuk dari Hu-yong siancu, oleh sebab itu
mereka selalu mengikuti di belakang perempuan itu.
Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan, dan santai
Hu-yong siancu bergerak cepat ke muka, kesempurnaan
ilmu meringankan tubuh dari perempuan membuat Si Cay-
soat, merasa kagum, bahkan Lan See-giok yang sangat lihay pun tanpa terasa ikut memuji.
Thian san pay memang bukan termasyhur karena ilmu
pedangnya saja yang hebat, ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki termasuk hebat sekali, apalagi Hu-yong siancu
pernah mengalami penemuan aneh semasa masih muda
dulu. ia boleh dibilang berbeda sekali dengan kemampuan
anggota Thian-san pay lainnya. Ketika tiba di atas tanggul.
Suasana di sekitar telaga sangat gelap, hanya suara ombak yang memecah di tepian bergema membelah keheningan
malam. Hu-yong siancu segera menunjuk kearah sampan kecil
yang terikat depan tanggul itu. kemudian bisiknya.
"Cepat naik ke sampan yang berada di tengah itu, kalian naik lah lebih dulu."
Sembari berkata, dia memeriksa sekali lagi keadaan di
sekeliling tempat itu, menanti Lan See giok sekalian bertiga sudah naik ke atas sampan, dia baru menyusul belakangan.
Tiba di atas sampan tersebut, Lan See giok menjumpai
sampan tersebut mungil tapi bersih, di kiri dan kanan
http://kangzusi.com/
masing-masing terdapat sebuah alat pendayung. Bentuknya
mirip sekali dengan sampan milik benteng Wi-lim-poo.
Dalam waktu singkat, sampan itu sudah meluncur ke
tengah telaga dengan kecepatan tinggi. jangan dilihat Siau cian adalah seorang gadis yang lemah lembut, ternyata dia ahli sekali di dalam mendayung sampan, hanya berapa saat saja sampan tersebut sudah meluncur ke tengah telaga..
Di dalam keheningan yang mencekam seluruh jagad
itulah, mendadak Hu-yong siancu berbicara memecahkan
keheningan. "Anak Giok, apakah kau sudah menguasai keadaan di
dalam benteng Wi-lim-poo?",
Buru-buru Lan See giok mengangguk.
"Secara garis besarnya aku tahu, Cuma lantaran waktu di situ terlampau singkat, maka anak Giok tidak begitu
menguasai tentang letak alat - alat. rahasia di dalam benteng serta posisi penjagaan, yang mereka atur.".
"Kalau kita memang bermaksud menyelidiki secara
diam-diam, alangkah baiknya bila kita menyusup masuk
lewat air," timbrung Si Cay soat tiba-tiba.
Hu-yong siancu sudah cukup berpengalaman di dalam
pertarungan dalam air, diapun telah banyak menjumpai
ancaman bahaya maut, sehingga boleh dibilang berpengalaman sekali tentang bergerak di air.
Ketika mendengar usul tersebut, dengan kening berkerut
segera ujarnya.
"Biarpun disini tanpa penjagaan. Namun alat rahasia yang dipasang tentu berlapis lapis. ini berbahaya sekali bagi suatu usaha penyusupan, sebaliknya bila kita menyusup
lewat atas permukaan, meski mudah melenyapkan pelbagai
macam rintangan, namun jejak kita juga lebih gampang
http://kangzusi.com/
diketahui, pokoknya kita bergerak menurut keadaan yang
paling menguntungkan. jadi tak usah harus berpegang teguh pada sebuah cara dan sistim belaka."
Si Cay soat dan Lan See giok segera mengangguk
berulang kali, sewaktu memandang lagi kearah tanggul. di situ sudah tak nampak setitik bayangan pun.
Sementara itu Siau cian masih mendayung sampan itu
tiada hentinya. Sampan bergerak maju dengan kecepatan
luar biasa. Makin memandang Lan See giok merasa semakin tak
tega, akhirnya dia berguman seorang diri.
"Benar-benar menyesal, sampai sekarang aku masih
belum dapat mendayung sampan"
Si Cay soat yang cerdas segera berkata pula sambil
tertawa. "Cici Cian, mari biar siau moay menggantikan
kedudukanmu."
Sambil berkata ia bangkit berdiri dan bermaksud menuju
ke arah buritan.
Siau cian mendongakkan kepalanya sambil tertawa
merendah, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.
"Aaah, aku tidak lelah. harap adik Soat tak usah kemari"
Tapi sebelum ia selesai berbicara, Si Cay soat telah
menyambut dayung itu dari tangannya.
Meskipun Hu-yong siancu tahu bahwa Siau cian tak
bakal lelah. namun dia kuatir hal tersebut akan
menimbulkan kecurigaan Si Cay soat, maka katanya
kemudian sambil tersenyum
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, biarlah adik Soat ikut mendayung sebentar, memang lebih baik kalau kalian berdua mendayung secara
bergilir,"
Siau-cian tidak membantah lagi, ia segera menyerahkan
sepasang dayung itu kepada Si Cay-soat.
Ketika ia bangkit berdiri untuk berpindah tempat,
mendadak matanya berkilat tajam, serunya dengan nada
terkejut bercampur keheranan.
"Ibu, cepat lihat, apakah tempat itu adalah Wi-lim-poo?"
Lan See giok yang mendengar perkataan itu segera
bangkit berdiri dan memandang ke depan, tapi dengan
terkejut ia segera berseru.
"Aaah, bukan, Wi-lim-poo terletak dibalik hutan bakau yang sangat luas ."
Sembari berkata, dia menunjuk ke arah hutan bakau
yang berada nun jauh di situ.
Si Cay-soat turut bangkit berdiri setelah mendengar
seruan itu, dari kejauhan sana ia saksikan titik cahaya
lentera berkedip persis seperti bintang di angkasa.
"Aaah, itu kan barisan perahu besar .yang kulihat tengah hari tadi.." serunya tertahan.
Tergerak hati Lan See giok, segera gumam nya
"Mengapa sampai waktu selarut malam ini mereka
belum juga kembali ke Wi-lim-poo", Anak Giok, mari kita
bergerak menuju ke sana" ajak Hu-yong siancu pelan.
Perkataan tersebut memang sesuai dengan keinginan Lan
See-giok. sebab dengan berlabuh nya, perahu-perahu perang dari Wi-lim-poo di luar benteng, maka bisa jadi si Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san juga berada di atas kapal perang tersebut.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san pernah menyembunyikan diri di dalam
kuburan kuno, itu berarti dia sudah melihat dengan jelas pembunuh ayahnya, mungkin orang itu adalah si setan
bengis bermata tunggal dari telaga Tong-ting, mungkin juga si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek-toh.
Kemudian diapun hendak bertanya kepada mereka,
darimana bisa tahu tempat persembunyian ayahnya serta
bagaimana ia memasuki kuburan, kuno dan akhirnya
membunuh si Makhluk bertanduk tunggal yang hampir
sekarat. Berpikir sampai di situ, Lan See giok segera berpaling
dan serunya kepada Si Cay soat yang berada di buritan
perahu. "Adik Soat arahkan perahu ini baik-baik, mari kubantu dengan mendorong pukulan ke atas permukaan." Sambil berkata. dia menyalurkan hawa murninya ke dalam telapak
tangan kanannya kemudian mendorongnya ke atas
permukaan air, segulung tenaga pukulan yang kuat segera
menghantam permukaan air dengan cepat sampan tersebut
meluncur ke depan bagaikan anak panah yang terlepas dari busur kecepatannya semakin bertambah..
Dalam keadaan demikian, fungsi pendayung tersebut
menjadi tak ada artinya lagi, maka Si Cay soat
mempergunakannya sebagai pengatur arah perahu.
Hu-yong siancu memang tahu bahwa tenaga dalam yang
dimiliki Lan See giok amat sempurna. akan tetapi dia tidak mengetahui sampai di taraf manakah kesempurnaan
tersebut. Melihat perbuatan pemuda tersebut dengan penuh rasa
kuatir ia segera berkata,
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, musuh tangguh berada di depan mata, kau jangan membuang tenaga dengan percuma."
Semalam, Siau cian telah menelan dua tetes Leng-sik
giok ji, ia merasa tenaga dalam yang dimilikinya telah
bertambah besar, oleh karena itu serunya kemudian dengan gembira. "Biar kubantu usaha adik Giok." Sambil berkata dia memutar telapak tangannya den segera disapu ke atas
permukaan telaga.,.
Ombak segera memecah ke empat penjuru, sampan kecil
yang sedang meluncur pun bergerak semakin kencang,
begitu hebatnya sehingga menimbulkan suara desingan
yang tajam. Si Cay soat terkejut sekali menyaksikan hal ini, ia tidak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki Ciu Siau cian sama sekali tidak berada di bawah kemampuannya,
Tak berapa lama kemudian, sampan itu sudah semakin
mendekati ratusan buah perahu besar itu, jaraknya paling banter tinggal dua li saja.
"Hu-yong siancu kuatir ke dua orang itu membuang
tenaga terlalu banyak, ditambah pula permukaan telaga
waktu itu sangat tenang, suara air yang memecah bisa
menimbulkan kecurigaan orang, karena itu segera
cegahnya. "Anak Giok, kita tak boleh maju dengan kecepatan yang terlampau tinggi."
Mendengar perkataan tersebut. Lan See giok, Siau cian,
sama-sama menarik kembali tenaga pukulannya.
Mereka jumpai ratusan buah kapal perang itu tersebar di
seputar telaga dalam suatu formasi yang aneh, tampaknya
menyerupai semacam ilmu barisan.
http://kangzusi.com/
Cahaya lentera menyinari seluruh permukaan hingga
terang benderang bagaikan di tengah hari, keadaannya
sangat mentereng.
Lambat laun sampan mereka bergerak memasuki
lingkaran cahaya yang mengitari permukaan telaga tersebut.
Hu-yong siancu sebagai orang yang berpengalaman luas,
setelah melihat keadaan tersebut segera memberi peringatan. "Anak Giok, kalian berdua cepat duduk. bila kita
bergerak maju lebih ke depan pihak mereka pasti akan
melepaskan tanda peringatan," Lan See giok dan Siau cian yang mendengar perkataan tersebut segera duduk kembali,
sementara sorot mata yang tajam tiada hentinya memeriksa keadaan di sekitar sana -
Untuk menghindari jejak mereka ketahuan musuh,
sekarang mereka semakin memperlambat gerakan sampannya. Hu-yong siancu memandang sekejap ratusan buah
perahu perang itu. kemudian bisik nya.
"Sudahkah kalian lihat formasi dari kapal perang itu ?"
Lan See giok yang bertenaga dalam sempurna dan
memiliki ketajaman mata yang luar biasa, segera berseru:
"Bibi, menurut pandangan anak Giok. formasi mereka
mirip sekali dengan formasi tanda salib"
Mendengar perkataan tersebut. Hu-yong siancu segera
tertawa rendah, katanya kemudian.
"Formasi semacam ini merupakan barisan terbaik untuk berlabuh, orang menyebutnya barisan empat gajah, mau
maju menyerang gampang, mundur bertahanpun tidak
sukar, bila ada musuh menyusup ke dalam, mudah pula
http://kangzusi.com/
untuk mengurungnya. begitu banyak perubahan yang
tercakup di dalamnya sehingga termasuk barisan yang
paling hebat dalam pertempuran air."
Sementara mereka masih berbincang-bincang, dari atas
permukaan air lebih kurang puluhan kaki di depan sana,
mendadak muncul dua orang manusia penyelam, dengan
suara yang keras mereka membentak nyaring:
"Hei, dari mana kalian berasal" Berani amat mendekati kapal perang kami, memangnya kalian tak punya mata?"
Si Cay-soat gusar sekali mendengar perkataan itu. ia
segera balas membentak.
"Hei, kalian kunyuk dari Wi-lim-poo, lebih baik tak usah takabur dan tahu adat sopan santun, hmmm, tampaknya
aku mesti memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepada
kalian malam ini"
Sembari berkata dia letakkan alat pendayung ke atas
sampan, kemudian merogoh ke dalam sakunya mengeluarkan sebatang peluru pemisah air yang terbuat
dari perak. Lan See-giok adalah pemuda yang berhati luhur,
ditambah pula dia sudah dua hari berdiam di Wi-lim-poo
serta mempunyai kesan yang cukup baik terhadap kawanan
pelaut itu, dia tak ingin membiarkan Si Cay-soat melukai orang.
Cepat-cepat cegahnya:
"Adik Soat, tak usah berurusan dengan mereka.."
Sementara pembicaraan berlangsung ia sudah melihat
dengan jelas bahwa kedua orang itu merupakan lelaki
berpakaian renang yang memiliki sebuah rakit. seorang
http://kangzusi.com/
membawa golok, yang lain membawa busur dan panah,
sorot mata yang tajam tertuju kearah mereka.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu sambil mengangkat
tangan kanannya, ia berseru lantang.
"Aku Lan See-giok, khusus datang kemari untuk
menjumpai lo-pocu."
Ke dua orang lelaki itu tertegun sambil berseru kaget.
kemudian terdengar mereka membentak lagi:
"Ayo cepat hentikan perahu kalian, tunggu pemeriksaan dari hiangcu penanggung jawab dari panji kami "
Lan See giok segera tertegun, dia tahu dengan jelas


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa pasukan kapal perang dari Wi-lim-poo terbagi dalam empat barisan. yakni barisan naga, barisan harimau
terbang, barisan singa jantan dan barisan macan kumbang, semenjak kapan telah dirubah menjadi panji?"
Setelah diamati lagi dengan seksama, pemuda itu makin
terkesiap, ternyata panji- panji yang berkibar di atas ratusan buah kapal perang yang berlabuh di depan situ bukan saja berbeda sekali dengan panji dari Wi-lim-poo, bentuk kapal perangnya pun berbeda jauh.
Cepat-cepat dia berpaling ke arah Hu-yong siancu dan
serunya dengan gelisah.
"Bibi, anak Giok menjumpai kapal-kapal perang ini
bukan kapal perang, dari Wi-lim-poo."
Hu-yong siancu segera berseru kaget. ia segera
memeriksa dengan seksama.
Benar juga, bentuk perahu tersebut memang berbeda
sekali dengan bentuk perahu yang pernah dijumpai tempo
hari, maka dia segera memberi tanda kepada Si Cay soat
http://kangzusi.com/
agar menghentikan laju perahunya, kemudian agak sangsi
dia berkata: "Jangan-jangan pasukan kapal perang dari Lim lo pah di telaga Tong-ting?"
Mendengar nama itu, Lan See-giok segera teringat
kembali dengan dendam kesumat terbunuhnya sang-ayah
tercinta, sepasang matanya segera memancarkan sinar
tajam, ditatapnya ratusan buah kapal perang itu tanpa
berkedip.. Sementara itu dari arah rakit tadi telah meluncur
segulung bunga api yang segera meledak di udara dan
memercikkan selapis bunga api yang berwarna warni. .
Pasukan kapal perang yang berada di kejauhan segera
melihat tanda itu, ditengah bentakan-bentakan keras, tiga buah kapal perang yang berada di sayap kiri pelan-pelan
bergerak meja ke depan.
Hu-yong siancu segera berbisik kepada Lan See-giok.
"Pihak lawan berada di posisi yang lebih tinggi, ini tidak menguntungkan buat kita, paling tidak, kita harus berusaha menguasai sebuah kapal mereka. kemudian baru bertindak
menurut keadaan."
Jika memang benar kapal perang dari Lim-lo-pah
pimpinan Toan Ki tin, kita harus berusaha menerobos ke
tengah barisan, hanya cara ini yang bakal menguntungkan
posisi kita. Sambil mengendalikan hawa marah yang berkobar di
dalam dadanya, Lan Lee giok mengiakan berulang kali. dia dapat mendengar suara bibinya sedikit agak gemetar,
mungkin ia teringat juga akan dendam kematian ayahnya.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mengendalikan sampan mereka agar tidak
bergerak lebih ke depan, sambil mengendalikan kemudi, dia menengok sekejap ke arah ketiga kapal perang yang mulai
bergerak mendekat itu, lalu serunya kurang percaya.
"Bibi, Phoa yang oh termasuk daerah kekuasaan Wi-lim-poo, mengapa mereka ijinkan kapal-kapal perang dari Lim
to pah menyerbu sampai di sini?"
Biarpun Lim-lo-pah dan Wi-lim-poo masing-masing
menjagoi sebuah telaga. namun mereka sering bentrok
sendiri di pintu masuk sungai Tiang-kang, semenjak lima
manusia cacad berdamai, pertarungan diantara mereka pun
agak mereda, aku sendiripun tak tahu apa yang
menyebabkan mereka ribut lagi.."
Belum selesai dia berkata, ke tiga buah kapal perang itu sudah mengambil posisi segi tiga, dua di depan satu di
belakang, makin lama semakin rapat mengepung sampan
kecil itu. Dengan jelas sekali Lan See giok dapat melihat, ratusan
buah lentera menyinari ke tiga buah kapal perang itu,
ratusan tombak dan tameng dengan lelaki-lelaki kekar,
sama-sama mengawasi sampan kecil mereka.
Di atas setiap perahu berkibar sebuah panji hitam dengan tiga buah lentera hitam di ujungnya. di atas lentera tadi terasa tertera tiga huruf besar yang dibuat dari cat putih berbunyinya:
LIM LO PAH Membaca ketiga huruf besar itu, Lan See giok merasakan
darah mendidih dalam dada nya, hawa napsu membunuh
segera berkobar dan sorot matanya memancarkan sinar
yang tajam. http://kangzusi.com/
Melihat sikap yang kurang wajar dari pemuda itu cepat
diketahui Hu-yong siancu, segera ia berbisik. "Anak Giok.
musuh besar sudah berada di depan mata, jangan terlampau gegabah sehingga merugikan diri sendiri"
Walaupun Lan See giok mengangguk berulang kali,
namun api kemarahan sudah berkobar di dalam dadanya,
Dalam pada itu, dua buah kapal perang yang datang dari
kiri dan kanan, sudah menjepit sampan kecil itu pada jarak tujuh delapan kaki, sedangkan kapal perang yang bergerak dari tengah semakin mendekati sampan tersebut. bentuk
kapal perang yang bergerak dari muka ini sama sekali
berbeda dengan bentuk kapal perang dari Wi-lim-poo, ujung kapal tingginya mencapai satu kaki setengah, lebar delapan depa dengan di tengahnya berukirkan sebuah kepala setan
besar yang sedang menyeringai seram dengan sorot melotot besar. bentuk itu hampir mirip dengan bentuk wajah Toan
Ki tin. si setan bengis bermata tunggal.
Puluhan orang lelaki pakaian ringkas berwarna hitam,
dengan senjata terhunus berdiri angkuh di ujung perahu.
sorot mata mereka yang buas dan wajah yang diliputi
kegusaran ditujukan ke arah sampan kecil tersebut.
Ditengah barisan berdiri seorang lelaki gemuk berpakaian ringkas warna hitam, usianya tiga puluh
tahunan. kepala gundul, muka bulat, mata besar, alis tebal, dalam genggamannya memegang sepasang martil besar
yang nampaknya berat sekali.
-ooo0dw0ooo- BAB 26 DENGAN senyuman dingin menghiasi bibirnya dan
sinar mata penuh kerakusan, lelaki gemuk berbaju hitam itu
http://kangzusi.com/
mengawasi wajah Hu-yong siancu, Si, Cay soat dan Siau
cian secara bergantian.
Akhirnya ketiga buah kapal perang itu berhenti dalam
posisi segi tiga, dengan demikian sampan kecil itu terjepit di tengah-tengah. keadaannya seperti selembar daun kering
yang terombang ambing ditengah samudra, mengenaskan
sekali keadaannya.
Hu-yong siancu kuatir kapal perang itu menumbuk
sampan mereka, semenjak tadi ia sudah memberi tanda
kepada semua orang agar bangkit berdiri dan mempersiapkan diri.
Di bawah sinar lentera yang terang benderang. kawanan
lelaki kekar yang berada di atas ketiga kapal perang itu dapat menyaksikan keadaan sampan tersebut dengan jelas,
mereka semua sama-sama tertegun. agaknya selama hidup
belum pernah mereka jumpai gadis-gadis yang begitu cantik bak bidadari dari kahyangan.
Sambil berusaha mengendalikan hawa amarahnya, Lan
See-giok mendongakkan kepalanya memandang lelaki
gemuk itu, kemudian ujarnya dengan lantang- "Aku Lan See giok, karena suatu persoalan datang menjumpai ketua
kalian, harap bawa kami menjumpainya atau memberi
kabar kepada pemimpin kalian agar datang berbicara."
Lelaki gemuk di atas perahu itu amat gusar melihat sikap angkuh dan tidak menaruh hormat dari Lan See giok,
dengan cepat dia tahu kalau kehadiran ke empat orang ini tidak bermaksud baik, maka sambil tertawa dingin, ujarnya dengan suara dalam.-
"Kalian ada urusan apa, katakan saja kepada aku si
martil baja Li San hiangcu sayap kiri dari panji hitam, bila masalahnya, memang besar dan penting, tentu saja aku
akan memberi laporan kepada pemimpin kami.."
http://kangzusi.com/
"Kecuali Toan Ki tin pribadi, tiada orang yang dapat menjawab pertanyaanku ini," seru Lan See giok semakin gusar.
Martil baja Li San turut naik pitam, dia membentur
benturkan sepasang senjatanya lalu membentak keras. .
"Tidak sulit bila kalian ingin berjumpa dengan pemimpin kami, cuma harus melalui dulu sepasang martil besiku ini.."
Si Cay soat yang tidak sabaran, semenjak tadi sudah tak
kuasa menahan emosi, sebelum Li San menyelesaikan kata
katanya dia telah membentak keras, pergelangan tangannya diayunkan,. sekilas cahaya tajam langsung menyambar
kepala Li San yang gundul.
Li San sama sekali tidak keder menghadapi serangan
tersebut, dengan tenangnya dia hanya berkerut kening.,
"Triiing!" Serangan bersarang telak di atas kepalanya, namun peluru perak itu malah mencelat ke tengah udara.
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang berdiri di
belakang si martil besi Li San serentak tertawa terbahak-bahak.
Lan See-giok, Siau cian serta Si Cay soat menjadi
tertegun melihat peristiwa tersebut mereka sama sekali tidak menyangka kalau batok kepala si martil baja Li San
ternyata sekeras baja.
Memandang Si Cay soat yang termangu mangu
keheranan, si martil baja Li San menggelengkan kepalanya berulang kali. kemudian ejeknya:
"Walaupun hari ini aku tak bisa mengecup bibirmu yang mungil itu, namun bau harum semerbak yang tertinggal di
atas senjata rahasia nona sudah cukup membuat aku
tergiur.."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata. ia mendongakkan kepalanya dan sekali
lagi tertawa terbahak bahak.
Lan See giok gusar sekali, dalam keadaan begini dia
seperti lupa dengan pesan dari bibinya. sambil membentak keras tubuhnya melejit ke udara dan meluncur beberapa
kaki, ke depan..
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang menyaksikan
hal ini segera membentak pula. sambil meloloskan senjata tajam, masing masing mengambil posisi.
Lan See giok yang melambung di angkasa, sewaktu
berada dua kaki dari ujung bajunya, dengan jurus naga sakti masuk ke sungai, dalam posisi kepala di bawah kaki di atas dia langsung menerkam si martil besi Li san..
Sesungguhnya si martil besi Li San sudah menduga
bahwa Lan See-giok berempat pasti memiliki kepandaian
silat yang sangat hebat. sebab tanpa kepandaian yang hebat mustahil mereka berani mendekati ratusan buah kapal
perang itu dengan sampan kecil.
Namun dia mengandalkan jumlah anggota nya yang
banyak, ditambah pula, bala bantuan yang berada di
belakang, terutama sekali sepasang senjata martil besarnya.
karena itu dia tak memandang sebelah mata pun atas
kehadiran ke empat orang itu.
Akan tetapi setelah menyaksikan kehebatan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok, diam-diam
ia merasa terkejut maka begitu dilihatnya pemuda itu
menerjang tiba, matanya segera melotot besar sambil
membentak dia melepaskan sapuan dengan martil bajanya .
. . Saat itu Lan See giok ingin selekasnya menyerbu ke
tengah barisan dan membunuh si setan bengis bermata
http://kangzusi.com/
tunggal, melihat datangnya sapuan martil besi itu. sepasang tangannya dikebaskan ke muka, kemudian tubuhnya melejit
lewat di atas kepala Li San dan melayang turun di
permukaan perahu di belakang tubuhnya.
Gagal dengan serangan martilnya, Li san sangat terkejut, ia membentak lalu memutar badannya secepat kilat. dengan martil besinya dia menyerang Lan See giok yang berada di belakang tubuhnya sekali lagi.
Lan See giok segera menjejakkan ujung kakinya ke atas
permukaan perahu, sekali lagi dia melejit setinggi lima
depa. Sapuan martil baja itu kembali menyambar persis
melalui bawah telapak kaki nya.
"Kawanan tikus, serahkan jiwamu . . . ." bentaknya kemudian keras-keras.
Ditengah bentakan itu. dengan jari tengah dan telunjuk
tangan kanannya dia lancar kan sebuah sentilan maut ke
depan. Hu-yong siancu menjadi sangat terkejut melihat kejadian
ini, serunya tak tahan.
"Anak Giok, jangan kau bunuh dirinya"
Sayang sekali seruan itu terlambat selangkah.
Tampak Li San menjerit kesakitan, batok kepalanya
segera pecah dan isi benaknya
bercampur darah
berhamburan kemana-mana tubuhnya mundur dengan
gontai lalu tergeletak di atas tanah dan tak berkutik lagi.
"Pluung . . . .
Tubuh Li San berikut senjata martilnya sama-sama
tercebur ke dalam telaga, darah segar dengan cepat
merubah permukaan tanah menjadi merah.
http://kangzusi.com/
Segenap lelaki kekar yang berada di atas ketiga perahu
besar itu menjadi tertegun saking kagetnya setelah terjadi peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu tahu bahwa gelagat tidak menguntungkan. ia sadar peristiwa ini segera akan
memancing datangnya tindak balasan lawan dengan
melepaskan serangan panah yang membabi buta.
Kepada Si Cay soat dan Ciu Siau cian buru-buru serunya
dengan lantang.
"Ayo cepat naik ke atas kapal"
Begitu selesai berseru, mereka bertiga segera melejit ke tengah udara, bagaikan tiga ekor burung walet. mereka
melompat naik ke atas perahu.
Bersamaan waktunya ketika ke tiga orang itu melejit ke
udara, dari atas perahu besar di sisi kiri dan kanan mereka, terdengar suara bentakan keras. menyusul hujan panah
berhamburan kearah sampan kecil mereka.
Keringat dingin segera bercucuran membasahi seluruh
tubuh Lan See giok setelah menyaksikan peristiwa ini,
menanti dia menengok lagi kearah sampan kecil itu, hanya di dalam sekejap mata saja beratus batang anak panah telah menembusi permukaan sampan itu.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah tiba di atas kapal
besar, dia segera membentak keras..
"Anak Giok cepat tawan orang dan rampas perahu besar itu .."
Belum habis dia berkata, puluhan lelaki yang berada di
atas perahu telah membentak keras dan bersama sama lari
ke geladak. http://kangzusi.com/
Dengan kening berkerut, mencorong sinar tajam dari
balik mata Lan See giok, sambil menerjang ke depan,
kesepuluh jari tangan nya disentilkan bersama ke muka,
seketika itu juga terdapat delapan orang lelaki kekar yang menjerit kesakitan kemudian roboh terjengkang ke atas
tanah. Puluhan orang lelaki bertameng yang berdiri di kedua sisi perahu serentak membentak sambil melompat turun dari
atas perahu. Dalam waktu singkat bayangan manusia berkelebat
lewat, air berhamburan ke mana-mana .suasananya sangat
ramai. Siau cian dan Cay soat segera meloloskan pedang Jit hoa
kiam dan Gwat hui kiam, namun di dalam sekejap mata
itulah selain delapan orang le1aki yang tertotok jalan
darahnya itu. sudah tak nampak sesosok bayangan
manusiapun. Mendadak. Suara desingan tajam bergema di udara. sebatang anak
panah dibidikkan dari atas sebuah kapal besar tujuh-delapan kaki di depan situ..
Lan See giok gusar sekali. baru saja dia hendak memukul
rontok serangan mana, mendadak tampak Hu-yong siancu


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membungkukkan badan dan secepat kilat menyambar
seorang lelaki berbaju hitam dari atas tanah dan
dipergunakan untuk menyongsong datangnya bidikan
tersebut. Lelaki itu segera menjerit kesakitan. ternyata anak panah tersebut persis menancap di atas pantatnya,
http://kangzusi.com/
Para pemanah yang berada di atas perahu di kiri dan
kanan mereka jadi ketakutan setengah mati, serentak semua orang menghentikan serangan masing-masing.
Lan See giok menjadi kagum sekali setelah menyaksikan
kejadian ini, kejadian itu menjadi peringatan yang paling baik bagi dia yang berhati penuh rasa kasihan. pelajaran tersebut adalah, dibalik kewelas kasihan. kadang-kala
seseorang perlu juga bertindak keji
Si Cay soat tat dapat menahan rasa geli nya lagi, dia
segera tertawa cekikikan. kemudian pujinya.
"Waah, tindakan yang dilakukan bibi memang tepat
sekali" Hu-yong siancu memandang sekejap anak panah yang
menancap di atas pantat lelaki itu, kemudian dengan wajah merah padam karena jengah, ujarnya sambil tersenyum:
"Mara bahaya di atas air masih kelewat sedikit yang kalian ketahui, sebetulnya anak panah itu bertujuan untuk memaksa kita menghindar atau berkelit, asal kita sudah
bergerak maka anak panah kedua den berikut nya akan
saling susul menyusul, tujuannya tak lain untuk memaksa
kita agar meninggal kan ujung perahu, bila mendapat
dukungan dari hujan panah yang datang dari kedua perahu
lain, sudah pasti usaha kita untuk merampas perahu ini
akan mengalami kesulitan besar."
Sembari berkata. dia lantas mengendorkan cekalannya
dan membuang lelaki itu ke atas tanah.
Si Cay-soat yang mendengar penjelasan tersebut,
senyuman yang semula menghiasi wajahnya segera hilang,
lenyap tak berbekas, dia menengok ke samping dan
sekeliling tempat itu, ternyata kecuali ke tiga batang kayu
http://kangzusi.com/
tiang layar di situ tidak ditemukan lagi tempat apapun yang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri.
Paras muka Lan See-giok berubah pula menjadi merah,
perasaan menyesal sempat menghiasi wajahnya, dia
menyesal mengapa tidak menuruti nasehat dari bibinya,
dimana dua kali bertindak secara gegabah, hampir saja
gara-gara perbuatannya. mereka
harus menghadapi ancaman bahaya yang besar sekali.
Bila dipikirkan kembali, perbuatannya itu memang
terlampau berbahaya..
Mendadak terdengar Hu-yong siancu berkata lagi.
"Anak Giok, bebaskan ja1an darah orang ini, biar bibi menanyakan maksud tujuannya datang kemari."
Lan See giok segera mengiakan, dia menuju ke hadapan
lelaki yang terluka di pantat itu serta menepuk bebas jalan darahnya yang tertotok ..
Lelaki itu segera menggerakkan tangannya. untuk
meluruskan anggota badannya, setelah mencabut anak
panah tersebut dari atas pantatnya, dengan tetap berbaring di tanah. ia mengawasi Hu-yong siancu berempat dengan
penuh penderitaan:
Sambil menarik muka, Hu-yong siancu segera menegur
Harpa Iblis Jari Sakti 9 Pedang Golok Yang Menggetarkan Karya Wo Lung Shen Cinta Bernoda Darah 15
^