Anak Harimau 3
Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 3
Melihat keadaan itu, Lan See giok menjadi gelisah sekali sampai mengucurkan keringat dingin, akhirnya dia berdiri termangu mangu dan tak tahu bagaimana caranya untuk
bisa menggerakkan sampan tadi menembusi hutan gelaga
tersebut. Sekarang permukaan air telaga telah tenang, warna
merah pun sudah makin tawar, tapi air telaga yang bocor ke dalam sampan itu sudah mencapai beberapa inci.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok yang berada dalam keadaan seperti ini
merasa gelisah bercampur gusar, dia takut berjumpa lagi
dengan perampok lain.
Pada saat itulah, mendadak terdengar suara air memecah
ke tepian bergema tiba dari kejauhan sana.
Lan See giok amat terperanjat, dia tahu lagi-lagi muncul perompak di tempat itu.
Makin lama suara itu bergerak makin mendekat,
agaknya suara itu berasal dari jalan air di sebelah kiri.
Dengan cepat dia mengalihkan sinar matanya ke kiri,
tampaklah pada ujung jalan air tersebut terdapat setitik bayangan abu-abu yang sedang bergerak mendekat,
kemudian muncullah sebuah sampan kecil.
Lan See giok kembali merasa gugup bercampur panik,
sekali lagi dia mencoba untuk mendayung dengan bambu
panjang, tapi sampan tersebut masih saja berputar putar di tempat.
Cepat sekali gerakan sampan kecil tersebut, hanya dalam
waktu singkat sampan itu sudah berada tujuh kaki di
hadapannya. . Sadarlah Lan See giok bahwa tiada harapan lagi baginya
untuk menyembunyikan diri, ia segera membuang bambu
itu dan meloloskan senjata gurdi emasnya, kemudian
sambil berdiri di ujung geladak, ia bersiap siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Lambat laun sampan itu makin dekat, sekarang dia dapat
melihat seorang gadis bertubuh langsing, berambut panjang dan menyoren sebilah pedang berdiri di ujung sampan itu.
Di buritan sampan duduk pula dua orang dayang
berpakaian ringkas yang memegang dayung, di antara
http://kangzusi.com/
percikan air telaga, sampan kecil itu meluncur tiba dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya. Dalam waktu singkat sampan kecil itu sudah berada
lebih kurang tiga kaki di hadapannya.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring:
"Kawanan tikus dari mana yang berani mendatangi
benteng Wi lim poo ditengah malam buta begini?"
Berbareng dengan suara bentakan tersebut, gadis yang
berada di sampan tersebut telah mengayunkan tangannya
ke depan. Setitik cahaya bintang yang disertai dengan suara
desingan angin tajam langsung meluncur ke tengah udara
dan mengancam tubuh Lan See giok.
Agaknya Lan See giok tidak menyangka kalau gadis itu
begitu tak tahu aturan, dia lantas menduga kalau gadis
itupun seorang perompak.
Serta merta dia melejit ke tengah udara dan meloloskan
diri dari sambitan senjata rahasia tersebut.
"Pluuung!" senjata rahasia tadi segera tercebur ke dalam air telaga beberapa kaki di belakang sampan.
Kembali terdengar suara bentakan nyaring sekali lagi
muncul beberapa buah titik cahaya tajam yang menyerang
tiba. Lan See giok gusar sekali, dia menggetarkan tangannya,
senjata gurdi emas itu segera menciptakan selapis cahaya tajam yang melindungi seluruh badannya.
"Traaang, traaang, traaang." benturan nyaring yang memekakkan telinga segera berkumandang tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
seluruh ancaman senjata rahasia tersebut berhasil dipatahkan semua.
Disaat Lan See giok sedang repot menghalau ancaman
senjata rahasia itulah ..
Mendadak sampan kecil itu menerjang ke hadapannya,
kemudian tampak selapis cahaya tajam menyambar ke
pinggang Lan See giok.
Tak terlukiskan rasa kaget anak muda itu menghadapi
datangnya ancaman, cepat tubuhnya melejit dan menjatuhkan diri ke dalam sampan:
Berbareng dengan menyambar lewatnya dari sisi sampan
kecil tersebut dan meleset sejauh dua kaki lebih.
Lan See giok tak berani berayal, cepat dia menghantam
pinggiran sampan lawan dengan ayunan telapak tangan
kirinya, kemudian dengan cekatan dia melompat bangun,
tapi tak urung bajunya basah kuyup juga oleh air telaga
yang telah menggenangi sampan kecil tersebut.
Dalam pada itu, kedua orang dayang tersebut telah
memutar sampannya dengan cekatan, kini sampan tersebut
meluncur datang lagi dengan kecepatan tinggi menerjang
sampannya. Lan See giok merasa cemas dan gusar menghadapi
kejadian seperti ini dengan sorot mata berkilat dia
menunggu datangnya terjangan dari sampan lawan.
Sekarang dia dapat melihat jelas kalau gadis itu berbaju putih, sedangkan dua orang dayangnya berwarna hijau
pupus. Gadis berbaju putih itu berusia delapan sembilan belas
tahunan, bermata besar berhidung mancung dan berbibir
http://kangzusi.com/
kecil berwarna merah, mukanya berbentuk kwaci dan kulit
badannya putih bersih . . . .
Belum habis Lan See giok mengamati gadis itu, sampan
lawan kembali telah menerjang tiba.
Gadis itu segera membentak keras, pedangnya dengan
jurus Gin-hoo-ci li ( menusuk ikan leihi di sungai ) langsung menusuk ke perut Lan See-giok, sementara sampan itu pun
langsung menerjang perahunya.
Lan See-giok amat terperanjat, dia
tak berani menyambut datangnya ancaman tersebut, buru-buru
tubuhnya melejit ke tengah udara . . . . .
"Blaaammm. .!" diantara suara benturan nyaring, air memercik ke empat penjuru, sampan tersebut sudah kena
tertumbuk sehingga terbalik.
Setelah berhasil dengan terjangannya, sampan kecil itu
meluncur lagi ke depan
Lan See giok yang berada di tengah udara dengan cepat
meluncur ke bawah dan melayang turun di atas sampan
yang terbalik itu.
Sekarang dia baru mengetahui kalau pada ujung sampan
lawan rupanya dilapisi dengan lempengan baja yang sangat kuat.
Gadis yang berada di atas sampan itu pun nampak
terkejut sekali, tampaknya dia tak mengira kalau lawannya yang paling banter baru berusia lima enam belas tahun itu sudah memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna. Tapi dengan cepat sekulum senyuman menghiasi ujung
bibirnya, agaknya baru sekarang dia dapat melihat kalau
Lan See giok berwajah bersih dan menarik, setelah dewasa
http://kangzusi.com/
nanti niscaya merupakan seorang pemuda tampan yang
menawan hati. Lan See giok juga agak tertegun, dia saksikan senyuman
gadis itu amat mempesonakan hati, terutama sepasang
matanya serasa membetot sukma, penuh dengan pancaran
sinar mempesona hati.
Tampak gadis berbaju putih itu memberi tanda kepada
kedua orang dayangnya dan sampan tersebut menerjang
lagi dengan kecepatan yang luar biasa.
Tergerak hati Lan See giok menghadapi keadaan seperti
ini, dia bertekad hendak membereskan kedua orang dayang
tersebut lebih dulu agar sampan itu tak ada yang
mendayung, setelah itu dia baru berusaha untuk
menaklukkan si nona baja putih dan berusaha melarikan
diri . . . Belum habis dia berpikir, sampan kecil itu sekali lagi
telah menerjang tiba.
Lan See giok tidak berdiam diri belaka, sebelum sampan
lawan mencapai sasaran, dia telah melejit dahulu ke tengah udara.
Ternyata gadis itu hanya merentangkan pedangnya saja
di depan dada, ia tidak nampak berniat untuk melancarkan tusukan. "Blaaammm-!" tubuh Lan See giok meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. ditengah percikan bunga
air, ujung kakinya telah menginjak di buritan sampan.
Kemudian sambil membentak keras dia lepaskan sebuah
tendangan kilat menghajar pinggang seorang dayang
berbaju hijau yang sedang mendayung perahu.
Agaknya dayang berbaju hijau itu sama sekali tidak
menyangka akan datangnya tendangan itu, saking kagetnya
http://kangzusi.com/
sambil membentak keras dia segera menceburkan diri ke
dalam air. Percikan bunga air memancar ke empat penjuru, dayang
itu tahu-tahu sudah tercebur ke air dan menjadi ikan
duyung. Lan See giok menjadi agak tertegun melihat hal itu, dia
tahu bakal celaka kali ini, dayang tersebut sudah pasti
pandai menyelam di dalam air..
Belum habis ingatan tersebut melintas, dayang berbaju
hijau lainnya telah mengayunkan dayungnya untuk
menghantam ke pinggangnya.
Dengan jurus Kim ciam teng hay (jarum emas tenangkan
samudra) Lan See-giok mengayunkan senjata gurdi
emasnya ke bawah menyapu dayung kayu itu.
"Blaaammm . .!" di tengah jeritan tertahan, dayung kayu di tangan dayang berbaju hijau itu terlepas dari genggaman dan mencelat ke tengah udara.
Baru saja Lan See-giok akan melepaskan tendangan lagi,
si gadis berbaju putih itu sudah membentak nyaring,
pedangnya secepat kilat menusuk datang.
Bersamaan itu pula, dayang yang berada di dalam air
mengayunkan pula senjata palu berantainya menyerang
pinggang Lan See -giok.
Menghadapi kerubutan dari depan dan belakang, Lan
See-giok tak sanggup melakukan perlawanan lagi, dengan
cepat dia melejit ke udara dan melayang kembali ke atas
sampan yang telah terbalik itu.
Melihat lawannya telah kabur ke sampan yang terbalik
dengan wajah girang gadis berbaju putih itu segera berteriak keras:
http://kangzusi.com/
"Tangkap dia! Bawa pulang ke benteng menunggu
keputusan dari pocu!"
Baru saja perintah diberikan, dayang berbaju hijau itu
sudah menyelam ke dalam air.
Dua orang dayang itu segera memisahkan diri ke kiri dan
ke kanan, kemudian bergerak mendekati sampan yang
terbalik itu dengan kecepatan luar biasa.
Lan See giok menjadi gugup setelah menyaksikan
kejadian ini, karena dia sama sekali tidak tahu akan ilmu berenang, asal sepasang kakinya menempel di air, niscaya badannya akan tenggelam.
Dengan cepat otaknya berputar, dia merasa satu satunya
jalan yang dimilikinya sekarang untuk kabur adalah
secepatnya menakluk kan gadis berbaju putih yang berada
di sampan itu, kemudian memaksa dua orang dayang
tersebut untuk menghantarnya ke luar dari sana.
Berpikir demikian, dia lantas melejit ke udara, dengan
gerakan Hay yan keng sui (burung manyar menyambar air)
dia terjang ke arah sampan lawan, sementara senjata gurdi emasnya dengan jurus Kim coat sim (ular emas
menjulurkan lidah) menusuk ke ulu hati lawan dengan
disertai kilatan cahaya emas.
Waktu itu, si nona berbaju putih itu sedang melamun di
ujung perahu, sebab itu dia tak mengira kalau Lan See giok bakal menerjang tiba sambil melancarkan serangan
Menanti dia sadar akan datangnya bahaya untuk turun
tangan sudah tak sempat lagi.
Maka sambil membentak keras, cepat-cepat dia
mengundurkan diri ke buritan sampan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok amat gembira, sambil membentak dia
menerjang lebih ke depan, senjata gurdi emasnya diputar
sedemikian rupa menciptakan beribu ribu bayangan gurdi
emas yang langsung mengurung seluruh badan gadis
tersebut- Padahal waktu itu ujung kaki si nona berbaju putih
tersebut baru saja mencapai tanah, melihat datangnya
cahaya emas yang mengurung tubuhnya dengan membawa
desingan angin dingin, ia menjerit keras karena kaget, lalu dengan jurus Jiau yan -huan-sin (walet lincah membalikkan badan) cepat-cepat dia kabur ke dalam air.
Sesungguhnya Lan See giok sama sekali tak berpengalaman dalam suatu pertarungan, ditambah lagi
pertarungan tersebut berlangsung di atas sampan, pada
hakekatnya dia tak pernah menduga kalau lawannya bakal
kabur ke dalam air.
Tahu-tahu pandangan matanya terasa kabur, dan
bayangan tubuh dari gadis berbaju putih itupun sudah
lenyap tak berbekas.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian seperti ini, sambil membentak keras sepasang
lengannya di putar kencang kemudian secepat kilat
tubuhnya meluncur ke bawah . . .
Meskipun gerakannya cukup cepat akibatnya tubuh itu
masih terlambat berapa depa untuk mencapai di atas
sampan. Tak ampun lagi ia segera tercebur pula ke dalam
telaga. "Byuuurrr-!" bunga air memercik setinggi beberapa depa, tubuhnya langsung tenggelam ke dasar telaga yang dingin.
Secara beruntun Lan See giok meneguk beberapa
tegukan air telaga, cepat-cepat dia menutup pernapasannya
http://kangzusi.com/
sambil berusaha keras untuk mengendorkan badannya, tapi
senjata gurdi emasnya dipegang kencang-kencang.
Sesaat sebelum tubuhnya tercebur ke dalam air tadi,
telinganya secara lambat-lambat mendengar dua kali
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
teriakan gembira dan sekali jeritan tertahan-
Baru saja badannya tenggelam, sebuah lengan tahu-tahu
sudah merangkul pinggang nya dan menyeretnya ke atas
permukaan air. Tak selang berapa saat kemudian, tubuhnya sudah
terseret ke luar, belum lagi membuka matanya, anak muda
itu sudah menghembuskan napas panjang-panjang.
Mendadak terdengar seseorang menjerit keras
"Nona, cepat ceburkan lagi, dia belum pingsan!"
Lan See-giok merasa amat terkejut, dia merasa menyesal
sekali setelah mendengar ucapan tersebut, dia menyesal
tidak seharusnya menarik napas panjang-panjang.
Tapi segera terdengar pula nona itu membentak keras:
"Hayo cepat sambut tubuhnya dan baring kan ke atas
sampan" Lan See giok baru tahu sekarang kalau orang yang
menyeretnya ke luar dari air adalah nona berbaju putih itu.
Baru saja ia mengendus baru harum semerbak, empat
tangan dari dua orang dara tersebut telah menyambut
tubuhnya. Kemudian diapun merasa jalan darah tidurnya ditotok
oleh gadis berbaju putih itu.
Lan See giok mengetahui maksud hati dari nona itu. .
maka dia pun segera berlagak, seakan-akan sudah tertidur pulas.
http://kangzusi.com/
Setelah ditegur oleh nonanya tadi, ternyata sikap kedua
orang dayang tersebut terhadap Lan See giok menjadi lebih sungkan, dengan cepat kedua orang itu membaringkan
tubuh pemuda itu ke dalam perahu.
"Bluuk-!" Lan See giok merasa pinggangnya agak sakit karena membentur ujung sampan, tapi dia menggertak
giginya keras-keras dan tidak membiarkan mulutnya
mengeluarkan suara.
Kembali terdengar seseorang membentak nyaring:
"Budak sialan, apakah tidak bisa pelan sedikit"!"
Tak berapa lama kemudian, sampan itu terasa bergoyang
keras, Lan See-giok tahu si gadis dan kedua orang
dayangnya telah naik ke atas perahu itu.
Tanpa terasa Lan See-giok membuka sedikit matanya
dan mengintip ke depan.
Kalau tidak melihat masih mendingan, begitu melirik,
jantungnya kontan berdebar keras, mukanyapun turut
berubah menjadi merah padam karena jengah.
Rupanya seluruh tubuh si nona berbaju putih maupun
kedua orang dayang itu sudah basah kuyup karena tercebur, dengan begitu pakaiannya menjadi melekat dengan badan
dan terlihatlah seluruh lekukan badan mereka.
Kedua orang dayang itu, yang seorang gemuk dan yang
lain kurus, tapi payudara mereka kelihatan montok dan
sudah matang. Sebaliknya gadis berbaju putih itu tampak memiliki
potongan badan yang indah, selain payudaranya besar dan
montok, pinggangnya amat ramping dengan pinggul yang
besar, potongan badannya benar-benar aduhai.
http://kangzusi.com/
Terutama puting susunya yang sudah matang di ujung
payudara, dibawah pakaian berwarna putih yang basah
kelihatan menonjol ke luar sangat menantang, diantara
dengusan napasnya terlihat naik turun menantang, cukup
bikin jantung orang berdebar keras.
Lan See-giok hanya melirik sekejap kemudian memejamkan matanya rapat-rapat, jangankan melirik lagi,
bahkan untuk bernapas lebih keraspun tidak berani.
Mendadak terdengar gadis itu berseru kembali:
"Cepat kembali ke benteng, saat ini mungkin Lo-pocu sudah kembali ke benteng!"
Kemudian terdengar suara air memecah ke tepian dan
perahu kecil itu bergerak cepat ke depan.
Lan See-giok berbaring di dalam sampan sambil
memejamkan matanya rapat-rapat, kadangkala dia membuka sedikit matanya untuk mencuri lihat keadaan di
luar sampan. Malam yang gelap mencekam seluruh jagat, bintang
bertaburan di angkasa, tapi tidak nampak cahaya rembulan sehingga praktis suasana di sekitar sana gelap gulita.
Kedua belah sisi jalan air penuh dengan tumbuhan
gelaga yang bergoyang menimbulkan suara gemerisik,
kecuali itu hanya suara air yang memecah ke tepian saja
yang terdengar memecahkan keheningan.
Walaupun Lan See giok masih menggenggam senjata
gurdi emasnya kencang-kencang, tapi ia tak berniat sama
sekali untuk melompat bangun dan melancarkan serangan
terhadap ke tiga orang gadis itu.
Ia cukup sadar, seandainya serangannya tidak berhasil
maka bukan mustahil jiwanya akan terancam.
http://kangzusi.com/
Padahal dia tak pandai mengemudikan sampan, diapun
tak mengerti ilmu berenang, bahkan arah mata angin pun
sudah dibikin kacau balau.
Maka satu-satunya jalan yang bisa dilakukannya
sekarang adalah bersabar untuk sementara waktu sambil
menantikan perubahan selanjutnya . . .
Mendadak terendus bau harum semerbak menusuk
penciuman pemuda itu.
Lan See giok merasakan hatinya berdebar keras, terasa
olehnya bau harum itu aneh sekali dan cukup membuat
jantung orang berdetak keras.
Baru saja dia akan melirik, sebuah sapu tangan basah
telah digunakan untuk menyeka jidatnya, kemudian dengan
lembut bergeser ke bawah untuk menyeka air di atas
wajahnya, selanjutnya dagunya, rambutnya, pipinya..
Lan See giok pura-pura tertidur nyenyak, napasnyapun
diatur sedemikian rupa agar gadis berbaju putih itu jangan sampai tahu kalau dia hanya pura-pura tidur, meski
demikian dalam perasaan tegang bercampur gugup, diapun
dapat merasakan sesuatu kehangatan yang nyaman.
Menurut dugaannya, orang yang menyeka wajahnya
sekarang tak lain adalah si nona berbaju putih itu.
Jari tangan si nona yang lembut seringkali menyentuh
pipinya yang halus, hal ini membuat Lan See-giok merasa
gatal tapi nyaman.
Tak lama kemudian terdengar gadis berbaju putih itu
berseru: "Siau lian, lepaskan tanda pengenal!"
Sampan yang sedang bergerak majupun segera melambat
dan akhirnya berhenti.
http://kangzusi.com/
Lan See giok pun merasa gadis berbaju putih itu bangkit
sambil maju ke depan, tahulah pemuda itu bahwa mereka
telah mendekati Benteng Wi lim Poo seperti apa yang
dikatakan si nona tadi.
Maka diam-diam dia melirik kembali ke sekitar sana,
ternyata di sekitar sampan sudah tidak nampak tumbuhan
gelaga lagi, mungkin mereka sudah berada di tengah hutan gelaga yang mendekati benteng Wi lim poo.
Tampak si dayang berbaju hijau itu membuat api lalu
memasang empat buah lentera kecil berwarna merah dan
digoyang goyang kan secara beraturan sekali.
Lan See giok tak berani mendongakkan kepalanya,
karena itu diapun tak dapat menyaksikan keadaan di depan sana serta berapa jauh lagi jaraknya dengan benteng Wi lim poo tersebut.
Tapi setelah budak berbaju hijau itu menggerakkan
lentera kecilnya, sampan kecil itu segera didayung kembali sehingga meluncur ke depan dengan cepat.
Tak selang berapa saat kemudian, tiba-tiba Lan See giok
merasakan matanya agak silau, ketika dia mencoba melirik tampaklah olehnya ada sebuah lampu lentera merah yang
amat besar tergantung di tengah angkasa dan memancarkan
cahaya ke empat penjuru.
Di atas lentera itu tertera huruf besar dari kertas putih, tapi berhubung jaraknya kelewat jauh, sehingga Lan See
giok tak dapat melihat dengan jelas.
Kurang lebih tujuh delapan depa dari lentera merah yang
pertama, terdapat pula lampu lentera yang kedua, di atas lentera inipun tertera huruf besar yang terbuat dari kertas putih.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, muncul pula lampu lentera merah
yang ke tiga - Sebuah bangunan benteng yang tinggi dan kokoh muncul
jauh di belakang lentera merah yang ke tiga, di samping itu Lan See giok juga dapat melihat jelas ke tiga huruf besar di atas lampu lentera merah tersebut yang berbunyi.
WI LIM POO. Dengan suatu gerakan cepat, sampan kecil itu
menembusi bayangan pintu gerbang benteng wi lim poo
tersebut. Lamat lumat Lan See giok mendengar suara teriakan
keras dari para penjaga di atas benteng, kemudian terdengar pula suara pintu benteng yang berat pelan-pelan dibuka.
Sampan kecil itupun makin melamban, sekarang pemuda
itu baru merasa kalau mereka sudah berada tak jauh dari
benteng tersebut.
Pintu benteng yang lebarnya delapan depa dan tingginya
satu kaki dua depa itu terbuat dari kayu besar, sewaktu
dibuka pintu terangkat ke atas dan bila menutup pintu
bergerak ke bawah.
Dinding benteng maupun bangunan loteng terbuat dari
batu-batu cadas yang besar dan kuat, selain kokoh juga
mendatangkan suasana seram bagi yang melihatnya.
Lan See giok yang mencoba melirik ke arah depan,
segera merasa kagum sekali, dia tak habis mengerti
bagaimana caranya membangun benteng yang begitu kokoh
di dalam telaga yang begitu luas.
Sementara dia masih termenung, sampan kecil itu sudah
meluncur ke bawah pintu gerbang benteng itu.
http://kangzusi.com/
Berpuluh-puluh orang lelaki kekar, dengan hormat
berdiri di kedua belah sisi bangunan benteng, mereka rata-rata bermata besar, beralis tebal dan membawa senjata
garpu yang memancarkan cahaya tajam.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See giok segera sadar
bahwa dia yang baru lolos dari gua harimau kini sudah
terjerumus lagi ke dalam sarang naga, untuk melarikan diri dari benteng sekokoh ini nampaknya tidak lebih mudah dari pada melarikan dari dusun nelayan.
Ketika puluhan lelaki kekar itu menyaksikan si nona den
kedua orang dayangnya berada dalam keadaan basah
kuyup, paras muka mereka segera berubah hebat, mereka
tahu kalau ke tiga orang gadis itu telah menjumpai jago
lihai di tengah telaga.
Padahal mereka tahu kalau ilmu silat yang dimiliki
nonanya sangat lihay, bila nona yang lihay pun bisa dipaksa tercebur ke dalam air, dari sini dapat diketahui kalau
kepandaian silat yang dimiliki orang itu pasti lihay sekali.
Tapi setelah mereka saksikan Lan See giok yang
tergeletak dalam sampan, puluhan orang lelaki kekar itu
kembali dibuat tidak habis mengerti, tiada orang yang
percaya kalau nona mereka telah dipaksa terjun ke dalam
air oleh seorang bocah yang baru berusia lima enam belas tahun tersebut.
Tiba-tiba terlihat nona berbaju putih itu memberi tanda, sampan kecil itu pun segera berhenti.
Lan See giok sadar bahwa dia bakal celaka, setelah
sampai di dalam benteng, niscaya dia akan diserahkan
kepada kawanan lelaki kekar itu untuk dijebloskan ke dalam penjara air.
http://kangzusi.com/
Sambil bertolak pinggang gadis berbaju putih itu
memandang sekejap sekeliling arena, puluhan orang lelaki itupun cepat-cepat menundukkan kepalanya dengan
ketakutan. "Apakah Lo-pocu telah kembali?" gadis itu segera menegur dengan suara dalam.
Seorang lelaki bercambang segera menyahut dengan
kepala tertunduk dan sikap hormat:
"Lapor nona, Lo pocu belum kembali!"
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, gadis
berbaju putih itu berkerut kening, kemudian tanyanya lebih jauh:
"Tengah hari tadi, Be congkoan telah mengutus siapa untuk menyambut kedatangan Lo pocu?"
"Tui-keng-kui (setan pengejar ikan paus). Yau Huang, salah seorang diantara tiga setan!" kembali lelaki
bercambang itu menjawab dengan sikap yang sangat
menghormat. Kemudian setelah memandang sekejap ke pintu
belakang, lelaki itu menambahkan:
"Barusan, Be congkoan telah mengirim pula dua setan lainnya untuk menyambut pocu!"
Tampaknya nona berbaju putih itu merasa agak lega
setelah mendengar ucapan itu, dia lantas mengangguk dan
memerintahkan sampan untuk bergerak maju.
Tiba-tiba terdengar lelaki bercambang itu bertanya
dengan sikap hormat:
"Nona, apakah mata-mata itu perlu ditahan di sini untuk diperiksa?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa terkejut sekali, tanpa terasa dia
menggenggam senjata gurdi emasnya kencang-kencang.
"Tidak usah, aku masih ada persoalan yang hendak
ditanyakan kepadanya!" tukas nona itu dengan suara
dalam. Selesai berkata, sampan kecil itu sudah bergerak
melewati pintu benteng tersebut.
Lan See giok menjadi lega kembali setelah perahu itu
meneruskan perjalanan.
Entah berapa lama sampan kecil itu bergerak maju
menembusi jalan air di dalam benteng, di sekeliling tempat itu penuh dengan bangunan rumah dan loteng yang terbuat
dari batu hijau, meski di tengah kegelapan namun suasana tetap terang benderang, sebab setiap berapa kaki tampak
sebuah lampu lentera.
Bangunan benteng Wi lim poo itu benar-benar luas
sekali, setelah melalui jalan air yang menembusi berapa
rumah besar, akhirnya mereka baru memasuki sebuah pintu
air, menyeberangi jembatan berbentuk bulan dan berhenti di depan sebuah pintu gerbang berwarna merah.
Apa yang terlihat di sepanjang perjalanan, membuat Lan
See giok merasa putus asa. karena dia merasa harapannya
untuk melarikan diri tipis sekali.
Tempat apakah benteng Wi lim poo ini" sarang
perampok kah" Atau suatu markas besar dari suatu
perkumpulan besar dalam dunia persilatan" Atau mungkin
tempat pertapaan seorang jago persilatan yang mengasingkan diri" selama ini, belum pernah ia mendengar ayahnya menyinggung tentang hal ini.
http://kangzusi.com/
Tapi ada satu hal yang bisa diduga olehnya, Lo pocu dari benteng wi lim poo ini sudah pasti adalah seorang kakek
yang berilmu silat sangat tinggi.
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dia
teringat kembali akan dendam sakit hati ayahnya, maka
pikirnya lebih jauh:
"Kalau toh lo-pocu dari benteng ini merupakan jago silat yang berilmu tinggi, mengapa aku tidak mengangkatnya
menjadi guruku -?"
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya
dia merasa tubuhnya telah digotong oleh dua orang dayang.
Kemudian senjata gurdi emas itupun di ambil oleh si
nona berbaju putih tersebut.
Dengan cepat Lan See giok tersadar kembali dari
lamunannya, kembali dia berpikir:
"Jiwaku sendiripun belum tentu bisa di dipertahankan.
buat apa aku mesti berkhayal yang bukan-bukan-?"
Tiba-tiba ia mendengar gadis berbaju putih itu sedang
menegur dengan suara nyaring:
"Siau ci, apakah kau tak dapat mengangkat kepala itu lebih ke atas sedikit?"
Lan See giok merasa kepalanya segera terangkat lebih
tinggi sehingga terasa nyaman sekali, tapi bersamaan itu pula Lan See giok merasa kebingungan, dia tak habis
mengerti apa sebabnya nona itu bersikap begitu baik
terhadap dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara sorak sorai yang penuh
kegembiraan berkumandang datang:
"Nona telah datang, nona telah pulang!" Oleh karena nona berbaju putih itu berjalan di samping Lan See giok,
http://kangzusi.com/
maka bocah itu tak berani membuka matanya, secara lamat-
lamat dia hanya merasa dirinya di bawa masuk ke dalam
sebuah pintu berbentuk bulat.
Suara langkah dan sorak gembira mendadak terhenti,
sekelompok pelayan yang datang menyambut segera
berhenti dan menjadi hening, agaknya mereka sedang
dibuat tercengang oleh kehadiran Lan See giok yang
digotong Siau lian serta Siau ci.
Kemudian ia mendengar pula nona berbaju putih itu
berseru cepat: "Kalian segera menyiapkan air untuk membersihkan
badan dan hidangan malam.."
Suara langkah yang ramai kembali terdengar, kali ini
pelayan-pelayan tersebut pergi menjauh.
Kemudian ia merasa digotong masuk menaiki undak
undakan dan memasuki sebuah ruangan.
Kembali terdengar gadis itu berseru:
"Letakkan dulu di atas tempat duduk bersulam!"
Lan See giok tidak tahu bagaimanakah bentuk tempat
duduk bersulam itu, ia hanya merasakan badannya
dibaringkan di atas tempat yang empuk dan nyaman di
mana tangannya menyentuh terasa tempat itu empuk sekali.
Kemudian kedengaran nona itu berkata lagi dengan
suara yang jauh lebih lembut:
"Sekarang kalian berdua boleh pergi membersihkan
badan dan berganti pakaian!"
Dua orang dayang itu mengiakan lalu berlalu dari situ.
Cahaya lampu dalam ruangan itu terang benderang
membuat Lan See giok merasa agak silau. Lambat-lambat
http://kangzusi.com/
diapun mendengar suara bisik bisikan lirih di kejauhan
sana. Tapi Lan See giok tahu kalau tak jauh dari situ masih
berdiri beberapa orang dan ia pun tahu kalau si nona
berbaju putih itu telah pergi.
Tak selang berapa saat kemudian, suara lirih tadi
kedengaran makin mendekat, tampaknya seperti berjalan ke arahnya. .
". . . kenapa dia masih tidur terus. . .?"
"Mungkin jalan darahnya ditotok oleh nona. . ."
" . . oooh, tampan sekali wajahnya . ."
"Siau-ho, jangan sentuh dia. hati-hati kalau kulitmu disayat oleh nona . . . "
Serombongan pelayan mengerumuni tempat itu sambil
berbincang tiada hentinya, Lan See giok segera merasakan seluruh badannya bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum.
Mendadak suasana menjadi hening, lalu pelayan-pelayan
itu membubarkan diri dengan cepat sesaat kemudian
kedengaran lagi suara langkah manusia yang mendekat.
Ditinjau dari sikap gugup dan tegang dari pelayan-
pelayan itu, Lan See giok lantas menduga kalau nona
berbaju putih itu telah balik kembali ke situ.
Benar juga, segera terendus bau harum semerbak yang
merangsang hati, disusul sebuah tangan menghantam pelan
di atas jalan darah Mia-bun-hiat di tubuhnya.
Lan See-giok tahu kalau si nona sedang membebaskan
jalan darahnya, maka dia berpura-pura menghembuskan
napas panjang, menggeliat dan pelan-pelan membuka
matanya. http://kangzusi.com/
Tapi sinar mata yang silau segera membuat sepasang
matanya terpejam kembali..
Ketika biji matanya berputar dia saksikan nona berbaju
putih itu masih tetap mengenakan pakaiannya yang basah,
sedang di tangannya membawa beberapa stel pakaian, dia
sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum manis..
Lan See-giok pura-pura terkejut, cepat-cepat dia
melompat turun dari atas tempat duduk, lalu dengan tangan kiri melindungi muka, tangan kanan melindungi dada, dia
bersikap dalam posisi siap siaga.
Sementara sepasang matanya yang jeli berlagak
memandang nona berbaju putih itu dengan tegang.
Tindakan Lan See-giok yang sangat tiba-tiba ini, kontan
saja membuat beberapa orang dayang tersebut menjadi
tertegun dan gelagapan dibuatnya.
Si nona berbaju putih itu sendiri masih tetap bersikap
tenang, malah sekulum senyuman segera menghiasi
bibirnya setelah menyaksikan ketegangan Lan See-giok, ini membuat sepasang payudaranya turut bergoncang keras
mengikuti suara tertawa cekikikannya.
ooo0dw0ooo BAB 6 PEMILIK BENTENG WI-LIM-PO
DENGAN sepasang matanya yang genit dan menggiurkan nona berbaju putih itu. memandang sekejap
ke arah Lan See giok, kemudian katanya sambil tertawa
cekikikan: http://kangzusi.com/
"Bocah dungu, hayo cepat membersihkan badan dan
tukar pakaian."
Seraya berkata dia segera berjalan lebih dulu di depan.
Sekalipun Lan See giok merasa kurang senang atas
panggilan itu, tapi dia tak berani bersikap kelewat keras karena dia takut akan terbongkar rahasianya sehingga
menyulitkan diri sendiri.
Karena itulah setelah tertegun sejenak, dia pun
mengikuti di belakang gadis tersebut.
Menelusuri ruangan dalam, ia saksikan semua perabot
yang ada di situ rata-rata indah dan mahal harganya,
lantainya dilapisi permadani merah sedang lentera keraton menghiasi mana-mana, benar-benar suatu dekorasi yang
indah sekali. Beberapa orang dayang yang berada di sana rata-rata
berusia empat lima belas tahunan, mereka mengenakan
pakaian berwarna merah, kuning, hijau dan biru, saat itu mereka semua sedang berdiri di depan pintu berbentuk
bulat dengan wajah keheranan.
Baru pertama kali ini Lan See giok menyaksikan
dekorasi yang begini indahnya, setiap macam benda yang
ada di sana menimbulkan rasa ingin tahunya, untung saja ia masih sanggup untuk mengendalikan gejolak perasaan
dalam hatinya. Setelah menembusi ruangan dalam, akhirnya gadis
berbaju putih itu mengajaknya menuju ke depan sebuah
pintu kecil di mana tampak ada dua orang dayang berbaju
bunga berdiri di situ.
Lan See giok tahu bahwa tempat itulah tempat untuk
membersihkan badan . . .
http://kangzusi.com/
Benar juga, nona berbaju putih itu segera berhenti dan
katanya sambil tertawa:
"Cepat masuk, setelah membersihkan badan gantilah
dengan pakaian ini.."
Sembari berkata dia lantas menyodorkan beberapa stel
pakaian itu kepada Lan See giok.
Si anak muda itupun tidak sungkan-sungkan, dia segera
menerima pakaian tersebut dan masuk ke dalam ruangan.
Dua orang dayang yang berada di luar dengan cepat
menutupkan pintu ruangan.
Dengan wajah ingin tahu, Lan See giok memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu dia lihat di ujung ruangan terdapat sebuah rak pakaian, lalu di bagian tengah terdapat sebuah bak mandi terbuat dari kayu, isi bak itu setengah penuh dan mengepalkan uap panas, seluruh ruangan terasa
harum semerbak.
Ia tahu kamar untuk membersihkan badan ini mungkin
merupakan kamar mandi pribadi si nona berbaju putih itu, ia menjadi berpikir pikir, kenapa nona berbaju putih itu bersikap istimewa kepadanya.
Selesai membersihkan badan, untuk sementara waktu dia
terpaksa harus mengenakan pakaian pemberian gadis itu.
Ternyata pakaian itu terdiri dari jubah biru dengan
celana hijau, pakaian dalam putih, sepatu model busa . . . .
Semua bahan pakaian terbuat dari bahan sutera yang
sangat halus dan mahal harga nya, tanpa terasa Lan See
giok berkerut kening.
Meski usianya masih kecil, namun dia merasa tak
terbiasa mengenakan pakaian yang berwarna warni seperti
itu. http://kangzusi.com/
"Aaaah, tak apalah" akhirnya dia berpikir "toh pakaian ini kupakai untuk sementara waktu . . ."
Pakaian dalamnya persis, tapi celananya. kelewat
panjang, sepatunya kelewat sempit, pakaian luarnya agak
kedodoran, walaupun kurang necis, tapi dapat terlihat
betapa tampannya pemuda itu.
Selesai berdandan, dia lantas celingukan lagi ke sana ke mari untuk mencari air guna mencuci pakaian sendiri . . .
Pada saat itulah, pintu diketuk orang secara tiba-tiba,
kemudian terdengar pelayan itu bertanya:
"Kongcu, sudah selesaikah mandimu?"
Kongcu" Lan See-giok merasa asing sekali terhadap
panggilan itu, tapi dia tahu panggilan tersebut ditujukan kepadanya.
Maka diapun membalikkan badan sambil membuka
pintu. kemudian melangkah ke luar dari ruangan itu.
Dua orang dayang itu nampak tertegun untuk sesaat,
agaknya baru pertama kali ini mereka jumpai seorang
pemuda yang begitu tampan.
Sedang Lan See giok
mengira mereka sedang mentertawakan pakaiannya yang kedodoran, tanpa terasa
dengan wajah berubah menjadi merah padam tanyanya
sambil tertawa "Adik kecil berdua, tolong carikan air sedikit . ."
Sekali lagi kedua orang dayang itu tertegun, tapi setelah berpikir sebentar mereka segera memahami jalan pemikiran pemuda itu, kontan saja mereka tertawa cekikikan.
Salah seorang dayang yang berusia agak tua segera
berkata sambil tersenyum ramah:
http://kangzusi.com/
"Kongcu, pakaianmu akan budak cucikan, silahkan
kongcu bersantap malam lebih dulu!"
Dengan sopan Lan See giok mengucapkan terima kasih,
kemudian berjalan menuju ke ruang depan.
Tiba di ruang muka sebuah meja perjamuan telah
disiapkan, mangkuk piring yang terbuat dari perak telah
dihidangkan secara lengkap.
Beberapa orang dayang berdiri penuh hormat di sudut
ruangan, sedang nona berbaju putih itu masih belum
nampak. Lan See-giok memang merasa amat lapar, apalagi setelah
menyaksikan hidangan malam yang lezat, perutnya merasa
semakin lapar. Di atas meja tersedia dua perangkat mangkuk sumpit, itu
berarti bukan disiapkan buat dia seorang saja, karena itu dengan sabar dia pun menantikan kemunculan si nona
tersebut. Sambil menundukkan kepala dia pun berjalan kian
kemari, sementara otaknya berputar terus untuk menemukan cara yang baik untuk meloloskan diri dari situ.
Pemandangan malam di luar ruangan nampak sangat
indah, bintang-bintang berkerlipan di tengah angkasa yang gelap, seluruh benteng Wi lim poo berada dalam keadaan
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Beberapa orang pelayan berdiri membungkam di tempat,
sementara sorot mata mereka yang jeli mengikuti gerak
gerik Lan See giok berjalan kian kemari.
Membayangkan kembali pengalamannya selama dua
hari belakangan ini, Lan See giok merasa seakan akan
sudah melewati waktu selama satu dua bulan, meski
http://kangzusi.com/
demikian dia merasa hatinya lega dan nyaman, sebab ia
dapat lolos dari cengkeraman To oh cay jin (si manusia
cacad telinga) Oh Tin san.
Kini dia memutuskan untuk tidak terburu buru
mengunjungi bibi Wan, dia harus menunggu sampai kelima
manusia cacad dari tiga telaga berlalu dan meninggalkan
tempat tersebut jauh-jauh karena merasa sadar bahwa
harapan mereka amat tipis, kemudian barulah berusaha
untuk pergi ke sana.
Ia beranggapan bersembunyi di dalam benteng Wi lim
poo merupakan tempat persembunyian yang paling rahasia,
mimpipun ke lima manusia cacad serta kakek berjubah
kuning itu tak akan menduga kalau dia berada di sini.
Bila teringat kembali kejadian yang dialami malam tadi,
hingga sekarang jantungnya masih terasa berdebar keras,
pertempurannya melawan si perompak yang mati tertusuk
di air serta pertarungannya melawan gadis-gadis itu hampir saja membinasakan dirinya di dalam air telaga.
Membayangkan kembali kesemuanya itu, tanpa terasa
Lan See giok terbayang kembali akan kepandaian sakti yang dimiliki si nona berbaju putih sewaktu berada dalam air, dia memutuskan untuk mempelajari kepandaian tersebut secara
baik-baik. Siapa tahu dalam sepanjang sejarah hidupnya dia akan
menjumpai bencana banjir" Atau mungkin akan bertemu
perompak dan mengalami musibah kapalnya karam" Tanpa
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibekali ilmu dalam air yang sempurna biarpun ilmu silat yang dimiliki cukup hebatpun jangan harap bisa
mempertahan kan hidupnya dengan baik
Sementara ia masih melamun sampai di situ, mendadak
terdengar suara dentingan nyaring berkumandang datang.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera menghentikan langkah nya seraya
berpaling, tampak dua orang dayang cilik lari masuk ke
dalam ruangan dengan wajah tergopoh gopoh.
Kemudian setibanya di depan pintu, ke dua orang
dayang itu memisahkan diri dan berdiri di kiri dan kanan.
Tak lama kemudian suara dentingan tadi makin
mendekat dan akhirnya tirai disingkap orang.
Agak berkilat sepasang mata Lan See giok setelah
melihat apa yang tertera di depan mata, seorang gadis
cantik rupawan dengan perawakan yang ramping dan indah
tahu tahu sudah muncul di depan mata.
Rambut si nona cantik itu disanggul tinggi dengan mutu
manikam menghiasi mahkota nya, ia berwajah potongan
kwaci, alis matanya indah dengan bibir yang mungil,
gaunnya berwarna putih dengan pakaian warna hijau
pupus, suatu perpaduan yang membuat wajahnya nampak
lebih cantik dan menawan hati.
Setelah diamati beberapa saat, Lan See giok baru
mengenali kalau si nona anggun yang berbadan indah ini
ternyata tak lain adalah si nona berbaju putih tadi.
Gadis cantik itu berdiri tertegun pula di depan pintu
sepasang matanya yang jeli mengawasi juga wajah Lan See
giok yang baru selesai membersihkan badan dengan
termangu. Ia benar-benar terkejut sampai tertegun, tak terlukiskan rasa girang dan gembira yang berkecamuk di dalam
dadanya. Lan See giok yang selesai membersihkan badan dan
berganti pakaian, nampak begitu tampan dan gagah,
wajahnya yang memerah tambah dilihat tambah menarik
hati. http://kangzusi.com/
Ia berdoa semoga Lan See giok bukan seorang bocah
berusia lima enam belas tahun, dia berharap pemuda itu
sudah termasuk seorang pemuda dewasa, sebab tahun ini
dia sendiri telah berumur sembilan belas tahun.
Setelah termangu sesaat, sambil tertawa manis gadis,
berbaju putih itu maju mendekat, katanya sambil menunjuk ke arah meja:
"Ayo silahkan, jangan kau tunda lebih lama lagi"
Lan See giok memang memutuskan untuk berdiam
sementara waktu di dalam benteng Wi lim-poo sampai
suasana menjadi aman kembali, maka sambil tertawa dia
manggut-manggut, pertanda kalau dia tidak berniat
bermusuhan. Sewaktu si nona mempersilahkan Lan See giok duduk di
kursi utama, tanpa sungkan pemuda itu mengikutinya.
Mendadak, dari luar pintu berkumandang suara langkah
kaki manusia yang tergesa-gesa.
Lan See giok segera berpaling, tampak seorang dayang
berbaju kuning sedang berlarian masuk ke dalam ruangan
dengan wajah gugup bercampur tegang.
Dengan kening berkerut si nona segera menegur:
"Apa yang terjadi di tempat hujin sana?"
"Lapor nona" kata dayang itu cepat-cepat, "Lo pocu telah pulang, entah mengapa dia sedang marah-marah di
ruang tamu."
"Aaaah, tahukah kau apa yang menyebabkan lo pocu
marah-marah?" sela si nona sambil menjerit kaget.
"Menurut laporan dari Be-congkoan kepada nyonya. Tui keng hi ( Setan pengejar ikan paus ) yang diutus untuk
http://kangzusi.com/
menjemput lo-pocu ditemukan tewas tertusuk dalam air
telaga, mayatnya sudah terapung di atas permukaan air.
Lan See giok amat terkejut setelah mendengar laporan
itu sehingga tanpa terasa wajahnya berubah, pikirnya:
"Jangan-jangan si setan pengejar ikan paus adalah orang yang mati kutusuk tadi?"
Tapi ia segera merasa jalan pemikirannya tidak benar,
bukankah si setan pengejar ikan paus ditugaskan untuk
menjemput Lo pocu-nya, bukan orang yang ditugaskan
mencari dia"
"Aaaah, pasti orang itu hanya seorang perompak air . . .
!" akhirnya dia menyimpulkan.
Berpikir sampai di situ, hatinya yang tak tenang pun
segera menjadi tenang kembali.
Maka sambil memandang si nona berbaju putih yang
termangu, selanya:
"Tolong tanya nona, kecuali benteng kalian, apakah di sekitar telaga ini masih terdapat markas besar dari
perkumpulan atau perguruan lain-."
Sekulum senyuman sinis dan angkuh segera melintas di
wajah nona berbaju putih itu, sahutnya:
"ikan dan udangpun tak berani berenang mendekati
benteng Wi lim poo, apa lagi perguruan atau perkumpulan
lain, masa mereka berani mendirikan markasnya di sekitar ini?"
Lan See giok memang bukan anak bodoh, dari sikap
angkuh si nona berbaju putih itu, ia sudah menyimpulkan
kalau tiada orang luar yang berani mendekati daerah telaga tersebut.
http://kangzusi.com/
Terdengar si nona berbaju putih itu bertanya lagi kepada si dayang berbaju kuning:
"Mayat si setan pengejar ikan paus ditemukan di daerah air sebelah mana?"
Dayang itu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Budak tidak tahu, sewaktu hujin bertanya lo-pocu
sendiri tidak menjawab, maka budak lihat lebih baik nona saja yang mencoba membujuk lo pocu- "
Gadis berbaju putih itu segera mengerutkan dahinya,
seakan akan merasa segan untuk pergi, tapi setelah
termenung sejenak akhirnya ia berkata.
"Pergilah dulu, bilang saja aku akan segera menyusul !".
Dayang berbaju putih itu mengiakan dengan hormat,
kemudian membalikkan badan dan terburu buru meninggalkan tempat tersebut.
Sepeninggal si dayang, nona berbaju putih itu baru
berpaling kearah Lan See giok sambil berkata:
"Dalam benteng kami terdapat tiga orang jago yang
disebut tiga setan, di antara ke tiga orang ini, si setan pengejar ikan paus termasuk orang yang berilmu paling
tinggi, ilmunya di dalam airpun paling sempurna, biarpun bertemu jago lihay, semestinya tak mungkin ia akan
tertusuk mati di dalam air . . . ." setelah berhenti sejenak, tergerak hatinya, cepat dia berguman lebih jauh:
"Jangan-jangan sudah bertemu dengan Huan kang ciong liong ( naga sakti Pembalik sungai)?"
Dari pembicaraan
itu kembali Lan See -giok menyimpulkan bahwa antara pihak Wi lim Poo dengan si
http://kangzusi.com/
naga sakti pembalik sungai pasti terdapat perselisihan, cuma dia tak berani banyak bertanya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata nona
berbaju putih itu, ia segera berpaling ke arah Lan See giok, kemudian tanyanya:
"Mengapa kau mendatangi telaga Lu wi-tong kami
malam ini" Di tengah jalan tadi apakah kau telah bersua
dengan seorang lelaki setengah umur berbaju hitam, beralis tebal dengan mata yang jeli" Atau mungkin sudah terjadi
pertarungan diantara kalian?"
"Sejak memasuki telaga ini, tak sesosok bayangan
manusiapun yang kujumpai, mana mungkin bisa terlibat
dalam suasana pertarungan?" sahut pemuda tanpa ragu.
Gadis berbaju putih itu cukup memahami kalau Lan See-
giok tidak mengerti ilmu dalam air, jadi mustahil ia dapat membunuh si setan pengejar ikan paus yang lihay dalam
soal ilmu berenang di dalam air, maka dengan kening
berkerut dan nada tak mengerti gumamnya lebih jauh:
"Lantas, mengapa kau memasuki telaga Lu-wi tong?"
Tak terkirakan rasa mendongkol Lan See- giok tiba-tiba
teriaknya dengan marah:
"Kapan sih aku bilang mau datang ke mari" Semalam toh aku cuma tertidur di dalam perahu, sewaktu mendusin
perahuku sudah terbawa arus hingga sampai di dalam
wilayah Lu-wi tong, padahal aku tak mengerti ilmu
berenang, aku pun tak pandai mendayung.."
Melihat kemarahan sang pemuda yang kian lama kian
menjadi, nona berbaju putih itu semakin yakin kalau di
balik kesemuanya ini masih terdapat hal-hal lain, namun
tampaknya diapun enggan untuk bertanya lebih jauh, maka
sambil, tersenyum katanya:
http://kangzusi.com/
"Arus dari telaga ini menang sering kali berubah ubah, ada kalanya angin telaga dapat membawa sampan kecil
menuju ke arah yang lain, kejadian semacam ini umum dan
tiada sesuatu yang aneh, ayo cepat bersantap!"
Sembari berkata dia mengambil sumpit perak.
Melihat gadis berbaju putih itu tidak bertanya lebih jauh dan kebetulan hal ini memang sesuai dengan keinginannya, maka diapun mulai bersantap.
Baru saja hidangan akan dimasukkan ke mulut,
mendadak tampak seorang dayang berlari masuk dengan
tergesa gesa, lalu berbisik lirih:
"Nona, lo-pocu datang!"
Berubah wajah si nona berbaju putih itu. ia tahu pastilah si dayang berbaju kuning yang melaporkan kepada ayahnya
kalau di situ hadir seorang pemuda tampan.
Cepat-cepat dia bangkit dan lari ke luar untuk
menyambut kedatangan ayahnya.
Sementara itu dari ruang tengah terdengar suara langkah
kaki manusia, yang bergema semakin mendekat, lalu
terdengar gadis berbaju putih itu berseru memanggil:
"Ayah. . ."
Meminjam cahaya lentera yang memancar ke luar dari
ruangan Lan See giok ikut memandang ke depan, tapi
dengan cepat seluruh badannya gemetar keras, wajahnya
berubah hebat, hidangan yang baru saja di antar ke mulut pun segera terjatuh kembali ke atas tanah.
Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau lo pocu dari
benteng Wi lim poo ternyata adalah si manusia cacad
telinga Oh Tin san yang baru saja berhasil dihindari..
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san sendiri pun nampak
terkejut bercampur gembira setelah mengetahui pemuda
yang duduk di ruangan tak lain adalah Lan See giok.
Cepat-cepat Lan See giok berusaha menenangkan
hatinya, satu ingatan segera melintas dalam benaknya,
segera dia melepaskan sumpitnya dan menangis tersedu
sedu. Kemudian dengan suara keras teriaknya:
"Empek- "
Ia lari ke depan menyongsong orang itu.
Perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ini bukan
saja membuat semua dayang menjadi tertegun. bahkan
gadis berbaju putih sendiripun sampai berdiri melongo.
Dengan cepat Lan See giok menubruk dan memeluk si
manusia cacad telinga erat-erat lalu meledaklah isak
tangisnya. Hawa amarah yang semula berkobar dalam dada
manusia cacad telinga Oh Tin san seketika lenyap tak
berbekas, ia tak bisa mengendalikan rasa girangnya lagi dan mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Begitu keras, suara tertawanya sehingga menggetarkan
seluruh benteng Wi lim poo.
Setelah termangu beberapa saat, gadis berbaju putih itu
segera berteriak keras.
"Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Manusia cacad telinga Oh Tin san menghentikan gelak tertawanya,
sambil membelai tubuh Lan See giok dengan penuh rasa
gembira ia berkata:
"Anak bodoh, jangan menangis lagi, ini rumahmu, kau adalah satu satunya sau pocu dari benteng ini"
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil mendorong sang bocah, tanyanya lagi
sambil tertawa senang:
"Anak bodoh, coba kau lihat siapakah budak yang cantik itu?"
Sembari berkata dia menunjuk ke arah si nona berbaju
putih yang sementara itu dari rasa kaget dan tercengangnya telah berubah menjadi luapan kegembiraan.
Lan See giok sendiripun segera menyadari akan masalah
yang sedang dihadapi dengan berpura-pura terkejut
bercampur gembira teriaknya keras-keras:
"Kau adalah enci Cu!"
Di tengah sorak gembiranya dia lari ke depan dan
memeluk pinggang nona berbaju putih itu kencang-kencang
kemudian serunya tiada hentinya:
"Enci Cu, enci Cu. . . ."
Meskipun nona berbaju putih Oh Li cu terhitung seorang
gadis jalang yang cabul, toh ia dibuat malu dan tersipu-sipu oleh pelukan Lan See giok tersebut, wajahnya segera
berubah menjadi merah padam bagai kepiting rebus.
Apalagi perawakan tubuh Lan See giok sudah sejajar
dengan ketinggian tubuhnya.
Biarpun Oh Tin-san yang licik dan keji berakal bulus dan berpengalaman luas, tak urung semua kecurigaannya lenyap tak berbekas setelah menyaksikan sikap gembira dari Lan
See giok. Pemuda Lan See-giok memang pintar sekali, setelah
memeluk tubuh Oh Li cu yang bahenol erat-erat, mendadak
dia berlagak tersipu-sipu dan buru-buru melepaskan
pelukannya, kemudian dengan wajah jengah menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Oh Tin san.
http://kangzusi.com/
Biarpun Oh Tin san licik dan hebat, hilang lenyap semua
kecurigaannya sekarang. malah tak tertahankan lagi ia
tertawa terbahak-bahak.
"Bocah bodoh, mengapa malu?" tegurnya dengan
gembira, "cepat, beritahu kepada empek, cantik kah enci Cu?"
"Enci Cu amat cantik!" sahut pemuda itu dengan kepala tertunduk rendah-rendah.
Merah dadu selembar wajah Oh Li-cu karena jengah,
napsu birahinya segera terangsang dan sinar matanya
memancarkan napsu birahi yang amat tebal.
Memandang Lan See giok yang berada dihadapannya,
manusia cacad telinga 0h Tin san merasa seolah-olah kotak kecil itu sudah berada di dalam genggamannya, tak terlukis kan rasa gembiranya waktu itu.
Serunya kemudian sambil menepuk bahu Lan See giok
dengan tangannya yang kurus kering:
"Jika enci Cu memang cantik, bagaimana kalau empek
jodohkan enci Cu untuk menjadi istrimu!"
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Li cu merasakan
timbulnya aliran hawa panas dari antara pahanya terus
meluncur ke atas, buru-buru serunya dengan manja:
"Ayah, Cu ji tak bisa berbakti lagi kepadamu di
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian hari. . ."
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat ia berpaling ke arah Oh Tin san lalu sambil tertawa manggut tiada
hentinya. Sekali lagi Oh Tin san mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Asal aku si manusia cacad telinga memperoleh kotak kecil itu, sudah pasti dunia berada di bawah telapak
kakiku!" Pada saat itulah..
Mendadak dari belakang beberapa orang itu berkumandang suara teguran seorang perempuan setengah
umur dengan nada terkejut:
"Tin san, persoalan apa sih yang membuat kau tertawa terbahak bahak . . . ?"
Lan See giok turut berpaling, ia saksikan di depan pintu telah berdiri seorang nyonya tua bersanggul tinggi,
berkeriput mukanya dan berbedak serta gincu amat tebal.
Biarpun usianya sudah tua, namun nyonya itu masih
tetap "hot" dengan anting-anting model dakocan yang amat besar menghiasi telinganya, ia memakai gaun hijau pupus
dikombinasikan baju berwarna merah darah, sepatunya
berwarna merah juga, ini menunjukkan kalau perempuan
ini biar sudah tua namun seorang yang suka pesolek.
Melihat tampang perempuan tua itu, Lan See giok segera
menduga kalau dia adalah bininya si manusia cacad telinga.
Benar juga, Oh Li cu segera lari menyongsong
kedatangan perempuan itu sambil berseru manja:
"Ibu, ayah menganiaya Cu ji!"
Sambil berseru dia menjatuhkan diri ke dalam pelukan
nyonya tua tersebut.
Walaupun nyonya tua itu masih dihiasi dengan
senyuman, agaknya diapun dibuat tidak habis mengerti oleh sikap Oh Tin san yang sebentar gusar sebentar tertawa
senang itu. http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san mendorong tubuh Lan
See giok ke depan nyonya tua itu, kemudian tanyanya
dengan bangga: "Ci hoa, coba lihat siapakah dia?"
Sambil berkata ia tertawa licik dan memutar biji matanya berulang kali, jelas ia sedang memberi tanda kepada nyonya tua tersebut:
"Say nyoo-hui" atau Tandingan - nyoo-hui Ki Ci hoa adalah seorang perempuan yang sudah berpengalaman luas
di dalam dunia persilatan, ia pandai sekali melihat gelagat dan menilai perasaan hati orang, begitu menyaksikan sorot mata Oh Tin san, dengan kening berkerut dia pun
mengamati Lan See giok dari atas hingga ke bawah.
Namun dia tak berani berbicara lebih lanjut karena tidak memahami maksud tujuan suaminya, maka dengan nada
tidak pasti katanya:
"Ehmmm-rasanya sih seperti pernah di kenal.."
Sejak memandang wajah nyonya tua pesolek ini, dalam
hati kecil Lan See giok sudah tumbuh perasaan muak dan
bencinya, sekalipun demikian dia toh memandang juga ke
arah perempuan tersebut sambil berlagak seakan akan tidak mengerti.
Oh Tin san segera tertawa terkekeh-kekeh buru-buru
serunya: "Bocah ini adalah satu-satunya kongcu keturunan adik Khong-tay, coba lihat, sepuluh tahun tak bersua, bocah ini sudah tumbuh menjadi begitu gagah dan tampan, makin
dewasa pasti makin perkasa keadaannya"
http://kangzusi.com/
Nyonya tua itu berkerut kening kemudian berlagak
seakan akan baru memahami, ia berseru tertahan dan segera serunya sambil tertawa:
"Yaa, betul, memang agak mirip adik Khong-tay"
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Tin san menjadi
gugup, sebab raut wajah Lan See giok lebih mirip ibunya
dari pada ayah-nya, maka cepat-cepat katanya lagi:
"Jelek amat ketajaman matamu, bocah ini lebih mirip dengan istri adik Khong-tay!"
Sekali lagi nyonya tua itu memandang wajah Lan See
giok sambil manggut-manggut memuji, kemudian setelah
mendorong Oh Li cu, dia menghampiri pemuda itu sambil
tegurnya ramah:
"Nak, siapa namamu?"
"Dia bernama, Lan See giok!" Oh Tin san menerangkan, sedang kepada sang bocah, katanya pula:
"Dia adalah bibimu Ki Ci hoa, orang menyebutnya
sebagai Tandingan Nyoo-hui, dulu dia termasuk seorang
perempuan cantik yang termasyhur namanya "
Lalu sambil tertawa terbahak bahak, ia menepuk bahu
Lan See giok sembari berseru lagi:
"Ayo cepat memanggil bibi!"
Sambil menahan kobaran hawa amarahnya Lan See giok
memanggil dengan hormat:
"Bibi . . . . !"
Ki Ci hoa nampak semakin gembira lagi setelah
mendengar panggilan itu, ia tertawa terkekeh tiada hentinya dengan mata setengah terpejam.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san sendiripun tertawa terbahak bahak, kepada
kawanan dayang di sisi ruangan serunya kemudian:
"Cepat siapkan arak, mungkin sau poocu sudah lapar
sedari tadi, malam ini aku akan minum arak sampai
mabuk!" Orang menjadi sibuk untuk menyiapkan segala hidangan
dan meja perjamuan.
Kemudian dengan senyum dikulum, Ki Ci hoa
menggandeng putrinya di tangan kiri, menarik Lan See-giok di tangan kanan bersama sama menuju ke luar ruangan.
Oh Tin san sengaja berjalan di paling belakang,
menggunakan kesempatan tersebut dia menarik seorang
dayang dan membisikkan sesuatu ke sisi telinganya. lalu
dengan cepat dia menyusul kembali istrinya bertiga.
Setelah mendengar bisikan Oh Tin-san, dayang itu
nampak agak gugup dan buru-buru lari pergi dari situ.
Setelah masing-masing mengambil tempat duduk, Ki Ci
hoa masih saja menggenggam tangan Lan See giok dengan
hangat, kemudian menanyakan usianya, ilmu silat, ilmu
sastra dan lain-lain dengan penuh perhatian.
Oh Li cu berdiri di belakang ibunya dengan senyuman
dikulum, matanya yang jeli mengamati terus wajah Lan See giok yang tampan tanpa berkedip, rupanya ia benar-benar
sudah terpukau dibuatnya.
Oh Tin san duduk di bangku lain sambil mengawasi
istrinya berusaha mengorek keterangan dari mulut pemuda
itu dengan taktiknya, sedang otaknya berputar terus
berusaha mencari akal bagaimana caranya menghadapi Lan
See giok sehingga kotak kecil yang diincar bisa diperoleh kembali dan bagaimana pula caranya untuk menghindari
http://kangzusi.com/
perjumpaannya dengan Huan kang ciong liong serta kakek
berjubah kuning.
Tak selang berapa saat kemudian hidangan sudah
disiapkan, maka perjamuanpun segera dilangsungkan.
Sepanjang perjamuan dilangsungkan, Oh Tin san selalu
merasa kuatir tentang keadaan Lan See giok setelah diajak menuju ke dusun nelayan tadi, dia ingin tahu apa saja yang telah dikatakan kakek tersebut kepada bocah itu, karena hal ini penting baginya di dalam usahanya untuk menguasai
Lan See giok di kemudian hari.
Maka setelah menghabiskan tiga cawan arak, dengan
suara yang lembut dan ramah tapi penuh nada perhatian
Oh Tin san bertanya:
"Giok ji, mengapa sih kakek berjubah kuning itu
menangkapmu den membawanya ke dalam dusun?"
Lan See giok memang sudah menduga Oh Tin san akan
mengajukan pertanyaan tersebut, maka tak heran kalau dia sudah mempersiapkan jawabannya sedari tadi.
Dengan kening berkerut ujarnya kemudian:
"Kakek berjubah kuning itu benar-benar tak tahu aturan, begitu berjumpa denganku, dia lantas, menegur mengapa
kemarin aku menghajar muridnya Thi Gou.."
Oh Tin san memang pernah melihat dari balik hutan
muncul seorang bocah perempuan berbaju merah serta
seorang bocah lelaki berkulit hitam berbaju hitam, dia tahu Thi Gou yang dimaksudkan Lan See giok tentulah si bocah
lelaki tersebut.
Terdengar Lan See giok berkata lebih jauh:
"..aku tahu empek sedang menungguku di luar dusun
oleh sebab itu tanpa sungkan-sungkan kusahut kepadanya:
http://kangzusi.com/
"Tidak tahu," siapa sangka dia lantas membentak dan menotok jalan darahku."
Walaupun si Manusia cacad telinga Oh Tin san dapat
merasa kalau di balik masalah tersebut mustahil duduknya persoalan begitu sederhana, namun berhubung apa yang
diucapkan Lan See giok pada dasarnya memang sama
seperti apa yang dilihatnya, terpaksa dia manggut-manggut sambil bertanya lebih jauh:
"Bagaimana selanjutnya?"
Secara ringkas Lan See giok mengisahkan kembali
keadaannya setelah masuk ke dalam dusun nelayan tersebut dan akhirnya dia menyinggung juga tentang tidak
ditemukan nya si manusia cacad telinga di tanggul telaga.
Dalam hal ini, dengan nada tak senang hati dia menegur.
"Bukankah empek sendiri bilang sebelum bertemu tak
akan bubar, namun ketika aku sampai di tepi telaga, tidak kujumpai dirimu berada di sekitar sana"
Agak memerah paras muka Oh Tin san lantaran jengah,
dia tertawa kering dan nampaknya merasa puas dengan
penuturan dari Lan See giok tersebut.
Berdasarkan kisah yang amat singkat itu diapun dapat
menyimpulkan bahwa kakek berjubah kuning itu tak nanti
telah menyampaikan sesuatu kepada Lan See giok.
Di samping itu, dari kegelapan ia pun dapat melihat
betapa gugup dan gelisahnya Lan See giok ketika mencari
jejaknya, hal tersebut membuat manusia licik ini menaruh percaya seratus persen.
Maka setelah tertawa kering katanya:
http://kangzusi.com/
"Dari kejauhan sebetulnya empek melihat kedatanganmu, cuma berhubung aku kuatir kakek berjubah
kuning itu datang menyusul, maka . . ."
Tiba-tiba tergerak hati Lan See giok dengan nada tak
mengerti dia bertanya.
"Mengapa sih empek begitu takut terhadap si kakek
berjubah kuning tersebut?"
Berubah paras muka si Manusia cacad telinga Oh Tin
san setelah mendengar ucapan mana, serunya gusar:
"Omong kosong, empek sebagai seorang pemilik benteng yang menjagoi seputar telaga ini belum pernah takut kepada orang lain."
Ketika mengutarakan ucapan tersebut, alis matanya
berkerut, matanya melotot wajahnya menyeringai seram,
agaknya ia benar-benar sedang diliputi hawa amarah.
Selama ini Say nyoo-hui Ki Ci hoa cuma membungkam
diri belaka, berhubung dia memang tak tahu duduknya
persoalan di samping kuatir salah berbicara.
Namun setelah melihat Oh Tin san menjadi gusar karena
jengah, buru-buru selanya:
"Tin san, bocah kecil tahu apa sih" Masa kata katanya kau masukan dalam hati hingga membuatnya menjadi
marah?" Sembari berkata dia mengerling sekejap ke arah Oh Tin
san. Oh Li cu pun merasa tidak puas dengan sikap ayahnya,
dengan nada tak senang hati serunya pula.
"Ayah memang jelek dalam hal ini, sedikit-sedikit jadi marah!"
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Oh Tin-san merupakan seorang manusia
licik yang pandai mengendalikan perasaan sendiri, namun
berhubung perkataan dari Lan See giok tadi telah
menyinggung aib yang pernah dijumpainya dan justru
mengena pada penyakit hatinya, tak heran kalau hawa
amarahnya segera meledak.
Namun setelah digerutui istrinya dan putrinya menunjukkan wajah tak senang hati, buru-buru dia
mengendalikan emosinya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaah . . haaah . . haaah . . . . bayangkan saja aku Oh Tin san adalah seorang tokoh silat yang nama nya sangat
menggetarkan telaga Phoan yang oh, dengan ilmu Hun sui
ciang hoat (ilmu pukulan pemisah air) yang kumiliki
puluhan tahun belum pernah bersua dengan musuh
tangguh, manusia-manusia
golongan putih maupun golongan hitam dari dunia persilatan pada jeri tiga bagian kepadaku, bayangkan saja betapa tidak marah aku setelah
dituduh takut dengan kakek berjubah kuning tersebut".
Kemudian setelah tertawa terbahak bahak kembali,
katanya lebih jauh kepada Lan See giok.
"Sebenarnya empek tidak menampakkan diri waktu itu
karena aku tak ingin mencari urusan yang tak berguna
dalam keadaan begitu"
Dalam hati kecilnya Lan See giok tertawa dingin, ia tahu jawaban dari Oh Tin san ini tidak jujur, sedangkan
mengenai keterangan Wi lim poo dalam dunia persilatan, ia pun masih tanda tanya besar sebab belum pernah hal ini di dengar dari ayahnya.
Dalam hati kecilnya sekarang cuma ada satu masalah
saja yang perlu diketahui secepatnya, yakni asal usul dari si kakek berjubah kuning tersebut.
http://kangzusi.com/
Maka dengan perasaan tak habis mengerti dia bertanya.
"Empek, sebenarnya siapa sih kakek berjubah kuning
itu?" Oh Tin san mendengus dingin.
"Hmmm! Empek cuma tahu kalau dia bukan orang baik-
baik, sedangkan tentang siapa namanya dan dari mana asal usulnya, belum pernah kudengar tentang hal ini . . ."
Lan See giok pura-pura merasa kaget dan tercengang,
katanya kemudian:
"Aku lihat ilmu silat yang dimiliki kakek berjubah kuning itu lihay sekali, mestinya kedudukannya dalam dunia
persilatanpun amat tinggi . . . "
"Darimana kau tahu?" belum habis Lan See giok berkata, Oh Tin san telah menukas dengan perasaan dalam.
Tanpa ragu-ragu sahut Lan See giok:
"Aku dengar kakek bercambang yang bernama naga sakti pembalik sungai itu selalu membahasai kakek berbaju
kuning itu sebagai locianpwe . . ."
Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata-katanya,
Oh Tin san dengan mata melotot dan menggertak gigi telah berseru lebih dulu:
"Thio-Lok-heng, manusia tak tahu malu, ia bermoral
bejad, suka merendahkan derajat sendiri . . "
Lan See giok sama sekali tidak menggubris ocehan dari
Manusia cacad telinga tersebut, dia berkata lebih jauh:
"Kepandaian silat yang dimiliki kakek berjubah kuning itu memang amat lihay, sewaktu ia membentak kemarin,
padahal tubuhnya masih berada berapa kaki dariku, tapi
jalan darahku tahu-tahu sudah kena ditotok olehnya."
http://kangzusi.com/
Ketika selesai mendengar perkataan dari Lan See giok
ini, Oh Tin san tak bisa me-ngendalikan hawa amarahnya
lagi, ia segera berseru keras.
"Bocah bodoh, ilmu silat itu tiada batas batasnya, dan beraneka ragam jenisnya, masing-masing kepandaian
memiliki keistimewaan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berbeda beda, masih
mendingan kalau kakek berbaju kuning itu tidak datang ke benteng Wi lim poo ku ini. bila ia sampai berani datang
kemari, hmm. . . aku pasti akan menyuruh si anjing tua ini merasakan enaknya air Phoan yang oh!"
Lan See giok segera merasakan semangat nya bangkit
kembali, dengan nada gembira dia berseru.
"Empek tua, kau sebagai seorang pocu yang namanya
termasyhur di seantero dunia, ilmu dalam airmu tentu lihay sekali, mulai besok aku ingin menyuruh empek untuk
mengajarku ilmu dalam air . ."
Mendapat pujian dari Lan See-giok, paras muka Oh Tin-
san yang semula suram segera berubah menjadi cerah
kembali, ia tertawa bangga dan menganggukkan kepalanya
berulang kali: "Baik, baik, asal kau bersedia untuk mempelajarinya secara tekun, empek akan mewariskan segenap kepandaian
yang empek miliki untukmu. . ."
Lan See-giok berlagak kegirangan, dia melompat-lompat
dan segera menjura dalam-dalam, serunya dengan girang:
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu kepada empek . . !"
Oh Tin san yang licik den banyak tipu muslihatnya ini
mengira rencana kejinya berhasil dengan sukses, tanpa
terasa ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak
bahak. http://kangzusi.com/
Say-nyoo-hui yang selama ini cuma membungkam,
sekarang turut berseru pula dengan nada girang.
"Nak, asal kau bersedia untuk belajar, beberapa jurus ilmu Cau hong jiu (ilmu sakti menggapai lebah) yang
kumilikipun akan kuwariskan juga kepadamu!" .
Lan See giok sama sekali tidak bertanya apakah ilmu
yang dimaksudkan sebagai Cau hong jiu tersebut, cepat-
cepat dia membalik kan badan dan menjura dalam-dalam,
lalu serunya dengan naga girang.
"Terima kasih banyak bibi!"
Kemudian dia membalikkan badan dan duduk kembali
ke kursi semula . . .
Waktu itu Oh Tin san sudah dibikin kegirangan sehingga
sedikit tak dapat mengendalikan diri, matanya yang jalang mengerling sekejap ke arah Oh Li cu yang sedang berseri, kemudian ujarnya sambil tersenyum.
"Mulai besok, biar enci Cu mu yang mewakiliku
mengajarkan dasar ilmu di dalam air kepadamu, bila dasar dasarnya sudah kau ketahui baru aku yang mengajarkan
langsung kepadamu!"
Mendengar perkataan ini Lan See giok tertawa, kali ini
suara tertawanya benar-benar timbul dari hati sanubarinya.
Sebab diantara lima cacad dari tiga telaga, tak
seorangpun yang paling dicurigai, berdasarkan julukan yang mereka miliki paling tidak dari lima cacad ada tiga yang bercokol di atas air, oleh sebab itu kepandaian berenang boleh dibilang merupakan kepandaian yang paling penting
baginya. Oh Li cu yang mendengar ayahnya memerintahkan
kepadanya untuk mengajar kan ilmu berenang kepada Lan
http://kangzusi.com/
See giok, kontan saja hatinya menjadi kegirangan, sebab hal tersebut memang sesuai dengan kehendak hatinya, tak
tahan lagi ia tersenyum genit.
Pada saat itulah dari luar ruangan muncul seorang
dayang berbaju hijau yang menghampiri Oh Tin san dengan
langkah tergesa gesa, setelah memberi hormat katanya:
"Lapor lo pocu, Be congkoan, Thio Gi si dan Li Tok cay datang mohon bertemu!"
Mendengar laporan tersebut paras muka Say nyoo-hui
dan Oh Li cu berubah hebat, dengan pandangan terkejut
mereka berpaling ke arah Oh Tin San.
Perlu diketahui, di hari-hari biasa kecuali Oh Tin San
suami istri, orang lain belum pernah mengunjungi tempat
kediaman dari Oh Li cu, tapi malam ini tiga orang
congkoan yang berkedudukan di bawah Oh Tin san telah
datang, ini menunjukkan kalau di dalam benteng telah
terjadi suatu peristiwa yang maha besar.
Menyaksikan keterkejutan Say nyoo-hui dan Oh Li cu,
Lan See giok merasa terperanjat sekali, apalagi saat ini menunjukkan
kentongan ke empat, hal tersebut membuatnya makin terkesiap.
Oh Tin San memang sudah mengetahui hal ini, tapi di
luar dia berlagak seolah-olah kaget dan tercengang, sambil mengerutkan dahinya ia berseru.
"Silahkan mereka masuk!"
Dayang itu mengiakan dengan hormat kemudian
membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
Say nyoo-hui maupun Oh Li cu memandang ke arah Oh
Tin san dengan pandangan terkesiap, tanyanya kemudian
dengan nada tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Ada apa sih" Masa hari begini juga datang
menghadap?"
Oh Tin san tidak menjawab dengan segera, hanya
matanya yang sesat mengawasi depan pintu dengan
termangu, seolah-olah sedang memikirkan persoalan
tersebut. Tak selang berapa saat kemudian, terdengar suara
langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan. Meminjam cahaya yang memancar ke luar dari balik
ruangan, Lan See giok dapat melihat ada tiga sosok
bayangan manusia sedang melangkah masuk ke dalam
ruangan dengan langkah tergesa-gesa.
Orang yang berada ditengah berperawakan kecil dan
pendek, dia adalah seorang kakek bungkuk bermata segi
tiga, beralis tebal dan memelihara jenggot kambing,
tampangnya menunjukkan kelicikan, mengenakan jubah
panjang warna putih yang kedodoran, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam yang berkilauan, membuat
kakek ini tampak mengerikan.
Sedangkan orang yang berada di sebelah kanan
berperawakan tinggi langsing, berusia antara tiga puluh
tahunan, berjubah hitam dengan celana gombrang,
tampangnya kurus macam monyet dengan hidung yang
melengkung seperti hidung betet, matanya yang bulat
memancarkan juga cahaya tajam.
Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang
pemuda berusia dua puluh lima-enam tahunan, tubuhnya
kekar dengan alis mata yang tebal, tapi matanya kecil,
hidungnya agak mancung dan bibirnya terasa amat tebal.
http://kangzusi.com/
Ia mengenakan topi model seorang busu, telinganya
dihiasi anting-anting besar, pakaiannya ringkas dan ikat pinggangnya merah, diantara rekan rekannya dia memang
kelihatan lebih tampan.
Di antara ke tiga orang ini, seorang bertampang licik,
seorang lagi bertampang keji dan pemuda ini meski masih
muda namun wajahnya memancarkan pula hawa sesat dan
hawa kecabulan.
Lan See giok segera menduga kalau ke tiga orang ini
adalah para anggota penting dari benteng Wi-lim-poo.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ruangan, enam buah sorot mata mereka yang jeli
mengawasi wajah Lan See giok yang sedang duduk
dihadapan Oh Li cu itu dengan pandangan terkejut.
Terutama sekali pemuda berpakaian ringkas tersebut, ia
nampak berkerut kening setelah menyaksikan ketampanan
wajah Lan See giok serta kegagahannya.
Biarpun Lan See giok hanya seorang bocah berusia lima
enam belas tahunan, tapi dalam pandangannya bocah itu
sudah terhitung seorang pemuda yang amat ganteng.
Oleh sebab itulah sebelum melangkah ke dalam ruangan,
keningnya sudah berkerut dan wajahnya diliputi hawa
napsu membunuh.
Menyaksikan wajah cemburu yang terpancar dari wajah
pemuda tersebut, senyuman yang semula menghiasi wajah
Oh Li cu kini telah berubah menjadi dingin seperti es.
Perubahan wajah Oh Li cu, kontan saja semakin
mengobarkan api cemburu yang berkobar di dalam dada
pemuda berpakaian ringkas tersebut.
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin San maupun Say-nyoo-
hui Ki-Ci-hoa menyaksikan perubahan wajah ke dua orang
itu dengan jelas, akan tetapi mereka berlagak seolah-olah tidak memperhatikan.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ke dalam ruangan, lalu dengan hormat mereka menjura
seraya berkata:
"Mengunjuk hormat buat Lo pocu, hujin dan nona!"
Say nyoo-hui dan Oh Li cu segera membalas hormat
sambil tersenyum . . .
Hanya Lan See giok seorang yang masih tetap duduk tak
bergerak, karena dia memang tidak kenal dengan ke tiga
orang ini, terhadap sorot mata permusuhan dari pemuda
berpakaian ringkas tersebut, diapun pada hakekatnya tidak memandang sebelah matapun.
Setelah meletakkan cawan araknya, berlagak tidak
mengerti Oh Tin San segera bertanya:
"Malam-malam begini kalian bertiga datang ke sini,
entah ada urusan apa?"
Kakek bungkuk tersebut segera menjura, sahutnya
dengan sikap yang sangat menghormat:
"Hamba sekalian mendengar Lo pocu marah-marah yang
mungkin disebabkan peristiwa terbunuhnya si setan
pengejar ikan paus, oleh sebab itu hamba sekalian khusus datang ke mari untuk melaporkan kejadian yang
sebenarnya".
Lelaki setengah umur berwajah
monyet segera menyambung pula dengan hormat.
"Setelah menerima laporan, hamba langsung memeriksa sendiri di tempat kejadian, di sekitar sana ditemukan sebuah
http://kangzusi.com/
sampan nelayan dalam keadaan terbalik, di dasar sampan
dijumpai sebuah lubang yang persis sebesar luka mematikan di tubuh si setan pengejar ikan paus "
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat mendongkol, dia merasa kejadian tersebut
perlu diterangkan sejelas-jelasnya kepada semua orang . . .
Belum habis ia berpikir, tiba-tiba pemuda berpakaian
ringkas itu sudah berdiri dengan kening berkerut, tiba-tiba serunya dengan penuh kegusaran.
"Menurut hasil penyelidikan atas sumber dari sampan tersebut, diketahui perahu itu milik dusun nelayan
setempat, hamba yakin perbuatan ini pasti hasil karya si naga sakti pembalik sungai, kini segenap saudara dari
benteng sudah diliputi emosi dan gusar sekali, kami merasa belum puas sebelum dapat mencuci dusun nelayan itu
dengan darah . . . ."
Ucapan itu menggusarkan Lan See giok, ia jadi lupa
kalau dirinya berada di mulut harimau, dengan kening
berkerut dia siap melompat bangun.
Belum lagi hal tersebut dilakukan, Oh Tin San sudah
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
Gelak tertawa ini langsung membungkam kan pemuda
berpakaian ringkas itu, agak termangu ia mengawasi
pocunya, sementara hatinya keheranan dan tidak habis
mengerti apa sebabnya Oh Tin San tertawa tergelak..
Lan See giok, Say-nyoo-hui serta Oh Li cu juga
mengawasi Oh Tin San dengan perasaan tidak habis
mengerti. Setelah menghentikan gelak tertawanya, Oh Tin san
berkata dengan lantang:
http://kangzusi.com/
"Kukira ada kejadian besar apa, oooh. rupanya hanya masalah sekecil ini, biarpun sampan tersebut milik dusun nelayan setempat, namun aku percaya si setan pengejar ikan paus bukan tewas di tangan si Naga Sakti pembalik sungai."
Berbicara sampai di situ, matanya yang sesat
memandang sekejap ke arah Lan See-giok, kemudian
sambil berpura pura gembira katanya dengan suara lantang:
"Persoalan ini tak usah kita bicarakan dulu untuk
sementara waktu, ayo kuperkenalkan dulu kalian bertiga
dengan sau poocu kalian Lan See giok."
Seraya berkata dia menunjuk ke arah pemuda Lan.
Kecuali kakek bungkuk, dua orang lainnya nampak
tertegun, terutama sekali pemuda berpakaian ringkas
tersebut, paras mukanya segera beruban hebat.
Lan See giok masih tetap bersikap tenang, senyum
hambar menghiasi ujung bibirnya, matanya bersinar tajam, oleh karena Oh Tin san telah bangkit berdiri, maka dia pun turut beranjak.
la cukup tahu bahwa kesemuanya ini merupakan bagian
dari perangkap Oh Tin san, tapi mengapa" ia kurang jelas, namun ada satu hal dia merasa yakin, bisa jadi hal ini akan semakin membantu usahanya untuk melarikan diri.
Dalam pada itu si kakek bungkuk itu sudah maju ke
depan dengan senyuman di kulum, sembari menjura
katanya dengan hormat:
"Congkoan dari benteng Wi-lim-poo, Be-Siong-pak
memberi hormat buat sau pocu."
Buru-buru Lan See giok membalas hormat, sahutnya
sambil tersenyum ringan:
http://kangzusi.com/
"Aku masih muda dan berpengetahuan rendah, untuk di kemudian hari masih banyak membutuhkan petunjuk dari
Be lo-enghiong"
Betapa gembiranya Be Siong-pak ketika Mendengar Lan
See giok membahasai diri sendiri sebagai Be lo-enghiong, buru-buru dia membungkukkan badan dan berkata sambil
tersenyum: "Hamba tidak berani, hamba tidak berani"
Sambil tersenyum Oh Tin san segera menimbrung dari
samping. "Bocah bodoh, Be congkoan sudah amat berpengalaman
di dalam dunia persilatan kecerdasan otaknya seperti
Khong-Beng yang menjelma kembali, dialah otak dari
empek mu, semua masalah dan pekerjaan merupakan hasil
kerjanya, di kemudian hari kau memang perlu minta
banyak petunjuk dari Be congkoan."
Lan See giok menganggukkan kepalanya berulang kali
sementara hatinya bergetar keras, ia tahu Be Siong pak
merupakan perintang utama bagi usahanya melarikan diri
di kemudian hari.
Umpakan dari Oh Tin san itu kontan membanggakan
hati Be Siong-pak, saking senangnya dia sampai
mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak bahak,
katanya berulang kali:
"Aaah, lo-pocu terlalu memuji!"
Lelaki setengah umur berwajah seperti monyet itu segera
maju pula ke depan, kata nya kepada Lan See giok dengan
hormat: "Hamba Thio-Wi-kang, memberi hormat buat Sau
pocu." http://kangzusi.com/
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sembari berkata dia membungkukkan badan sambil
menjura dalam-dalam . ..
Melihat hal ini Oh Tin-san kembali berkata:
"Dia adalah Thio-Wi-kang, orang menyebutnya sebagai Sam-ou kau-ong (Raja monyet air dari tiga telaga),
kepandaian dalam airnya tiada tandingan, saat ini dia
termasuk seorang tokoh yang amat menonjol namanya
dalam dunia persilatan."
"Selamat bersua, selamat bersua!" seru Lan See giok berulang kali sambil menjura.
Pemuda berpakaian ringkas yang berada di belakang,
dengan dahi berkerut dan mulut mencibir menunjukkan
sikap angkuh tetap berdiri di tempat, hanya ujarnya ketus:
"Lin Ci cun menjumpai sau pocu!"
Tapi dikala menyaksikan senyuman seram menghiasi
ujung bibir Oh Tin san, matanya berkilat tajam, kontan
hatinya bergetar keras. sehingga terburu buru
ia membungkukkan badannya memberi hormat.
Agaknya Oh Tin san merasa tak senang hati terhadap
sikap angkuh yang dipancarkan Li Ci cun di hadapannya,
maka diapun memberi penjelasan secara ringkas.
"Dia adalah Li Ci cun, orang menyebutnya Long Ii hu tiap (kupu-kupu di tengah ombak)."
Lan See giok tidak menyangka kalau penjelasan Oh Tin
san sedemikian ringkasnya, maka setelah termenung
sejenak, ia baru berkata sambil tersenyum.
"Selamat bersua, selamat bersua!"
Kupu-kupu dibalik ombak Li-Ci-cun merasa sangat tidak
puas, di samping itu diapun dapat menyadari kalau
manusia cacad telinga yang termasyhur sebagai manusia
http://kangzusi.com/
licik yang berhati keji ini menaruh perasaan tak puas
terhadapnya, kesemuanya itu membuat perasaannya
dicekam rasa kaget.
Akan tetapi setelah menyaksikan Oh Li cu, kekasihnya
yang selama ini hidup bagaikan suami istri dengannya sama sekali tidak berpaling ke arahnya, walaupun sudah sedari tadi ia muncul di situ, kontan saja api cemburunya makin lama semakin berkobar.
Dalam pada itu, Lan See-giok telah berkata kepada Oh
Tin sari sambil tersenyum.
"Empek, persilahkan Be lo enghiong bertiga turut
menghadiri perjamuan ini !"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, Oh Li cu segera
menarik wajahnya sambil cemberut.
Agaknya kakek bungkuk itu amat berkenan dihati atas
sebutan Be to-enghiong dari Lan See giok tersebut, dengan wajah berseri ia berkata:
"Tidak usah sau pocu, besok hamba masih ada urusan
yang mesti diselesaikan sehingga tak berkesempatan untuk menemani sau pocu bersantap, tapi untung saja waktu di
kemudian hari masih panjang, toh tak usah terburu napsu
bukan?" Selesai berkata kembali ia tertawa terbahak bahak,
agaknya ia belum bisa menduga asal usul Lan See giok yang sesungguhnya.
Sesungguhnya Oh Tin san memang berniat mempersilahkan ke tiga orang bawahannya untuk
menghadiri perjamuan tersebut, namun setelah menyaksikan ketidak senangan putrinya, apalagi Be Siong
pak juga telah beralasan masih ada urusan lain, maka
sembari mengulapkan tangannya ia berkata:
http://kangzusi.com/
"Baiklah, lain waktu saja kita minum bersama sama!"
Si kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun tahu
bahwa mereka sudah seharusnya pergi, maka serentak ke
tiga orang itu memberi hormat dan mohon diri.
Baru ke luar dari pintu ruangan, mendadak terdengar Oh
Tin san berseru lagi dengan suara dalam dan bertenaga.
"Be congkoan, sebelum fajar besok harap siapkan semua kapal perang yang kita miliki, kumpulkan segenap anggota kita di lapangan air, setiap pasukan harus berpakaian
lengkap dan panji kebesaran kita kibarkan di setiap tiang perahu, nah pergilah!"
Lan See-giok terkejut oleh ucapan tersebut, sementara
Say nyoo-hui serta Oh Li cu dibuat tertegun.
Kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun
nampak agak tertegun pula, tapi kemudian dengan
semangat berkobar serentak ia mengiakan dan berlalu
dengan langkah terburu buru.
Kejut dan gusar perasaan Lan See giok waktu itu, dia
tahu bisa jadi Oh Tin san berniat membasmi kampung
nelayan tersebut dengan kekerasan.
Maka setelah merenung sejenak, dengan kening berkerut
katanya dengan gusar:
"Empek, si setan pengejar ikan paus . ."
Setelah menurunkan perintah tadi tampaknya Oh Tin
san mulai berpikir kalau taruhan yang dilakukan olehnya
kali ini kelewat besar, mendingan kalau berhasil meraih
keuntungan, jika kalah, bukankah urusan bakal berabe"
Perasaannya tiba-tiba saja menjadi gugup dan sangat tak
tenang. http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya sebelum Lan See giok menyelesaikan
perkataannya, dengan tak sadar ia menyela:
"Siapa suruh si setan pengejar ikan paus mencari
kematian sendiri, waktu itu aku sudah memperingatkan dia, dasar kepandaian silatnya masih jauh di bawah mu
sekarang. . ."
"Empek" tukas Lan See giok tak puas, "mengapa kau menitahkan kepadanya agar diam-diam mendorongku,
bahkan sekalipun sudah di dorong sampai ke tengah telaga pun belum jua menampakkan diri untuk memberi
penjelasan?"
Agaknya Oh Tin san sudah dapat menenangkan hatinya
sekarang, katanya sambil tertawa hambar:
"Waktu itu aku mengira kau sudah semaput lantaran
kaget, karena sejak bersembunyi di dalam sampan tak
pernah menampakkan diri kembali, maka kuperintah kan
kepada si setan pengejar ikan paus agar mendorongmu ke
mari secara diam-diam, bila pembicaraan dilakukan waktu
itu, niscaya hal mana akan menarik perhatian si kakek
berjubah kuning"
Belum habis dia berkata, bayangan manusia nampak
berkelebat lewat di depan pintu.
Be Congkoan, si kakek bungkuk yang belum lama
meninggalkan ruangan kini sudah melompat masuk
kembali ke dalam ruangan dengan wajah gugup dan pucat
pias. Kemunculannya yang sangat mendadak ini tentu saja
sangat mengejutkan Lan See giok sekalian, serta merta
mereka melompat bangun.
http://kangzusi.com/
Para dayang yang berdiri berjajar di kedua belah pintu
pun sama-sama memperdengar kan jeritan kaget yang
melengking. Sebagai manusia yang berwatak licik dan pandai
membawa diri, Oh Tin san cukup tahu bila Be Siong pak
yang tersohor karena kecerdasan otaknya pun menunjukkan
sikap kaget dan gugup seperti ini, berarti di dalam
bentengnya sudah terjadi suatu peristiwa yang luar biasa sekali.
Maka sambil berusaha untuk mengendalikan perasaan
gugup dan kalut dalam pikirannya dia menegur.
"Ada urusan apa?"
Be Siong pak menunjukkan sikap kaget dan cemas, peluh
sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya,
dengan tergesa gesa dia menghampiri majikannya kemudian membisikkan sesuatu di sisi
telinganya. Mengikuti komat kamitnya mulut Be Siong pak, paras
muka Oh Tin san pun turut berubah ubah juga, dari gugup, takut sampai pucat pias dan matanya memancarkan sinar
ketakutan. Begitu Be congkoan menyelesaikan kata katanya, tak
tahan lagi dia bertanya dengan gelisah.
"Sekarang -sekarang dia berada di mana?"
Kakek bungkuk itu semakin tegang, setelah menghembuskan napas panjang sahutnya:
"Sekarang dia berada di ruang tamu!"
Jawaban ini segera menggetarkan perasaan si manusia
cacad telinga Oh Tin san seluruh tubuhnya gemetar keras,
http://kangzusi.com/
matanya terbelalak dan ia benar-benar tertegun saking kaget dan takutnya.
Dari sikap tegang, takut dan gugup yang diperlihatkan
Oh Tin san maupun kakek bungkuk tersebut, Lan See giok
segera menduga kalau di dalam benteng tersebut pasti
sudah kedatangan seorang musuh yang sangat lihay.
Bukan saja kepandaian silat yang dimiliki pendatang
tersebut hebat sekali, sudah pasti tangannya amat keji dan membunuh orang tanpa berkedip, kalau tidak mustahil Si
manusia cacad telinga Oh Tin San akan menunjukkan rasa
takut yang begitu hebat.
Agaknya Say-nyoo-hui Ki-Ci-hoa juga dapat merasakan
betapa seriusnya masalah tersebut. sambil menarik ujung
baju Oh Tin San, bisiknya lirih:
"Tin San siapa sih yang telah datang?"
Seperti baru mendusin dari kagetnya Oh Tin San tak
sempat lagi menjawab pertanyaan dari Ki-Ci-hoa, buru-
buru serunya kepada Be congkoan:
"Ayo, kita segera berangkat."
Buru-buru mereka berdua melompat ke luar dari ruangan
tersebut dan melejit ke atas atap rumah, kemudian dalam
beberapa kali lompatan saja bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan mata.
Sepeninggal ayahnya dan Be Congkoan, Oh Li cu baru
berpaling ke arah ibunya sambil bertanya dengan perasaan tak habis mengerti:
"Ibu, menurut pendapatmu siapa sih yang telah datang?"
ooo0dw0ooo http://kangzusi.com/
BAB 7 SAY-NYOO-HUI Ki-Ci-hoa memandang sekejap ke
arah Lan See giok yang masih tetap duduk dengan tenang,
kemudian sambil berkernyit dahi katanya seraya tertawa
paksa: "Ayahmu selalu dapat mengendalikan diri bila menjumpai sesuatu persoalan, padahal masalah nya bukan
sesuatu yang luar biasa"
Oh Li cu tidak setuju dengan pendapat itu, ujarnya
dengan wajah bersungguh sungguh.
"Be congkoan orangnya cerdik dan sangat pandai
menghadapi masalah, dia pun termasyhur sebagai Khong-
Beng yang menitis kembali, bila dilihat dari sikapnya yang gugup dan kelabakan.."
Melihat putrinya tak tahu keadaan, dengan kening
berkerut Say nyoo-hui segera menegur:
"Betapa pun besarnya persoalan yang di hadapi, asal ayahmu sudah ke situ niscaya urusan akan beres dengan
sendirinya, berdasarkan kelihaian ilmu silat dari ayahmu serta pamornya yang besar, siapa sih yang berani mencabut gigi dari mulut harimau?"
Lalu setelah mengerling sekejap ke arah Oh Li cu penuh
arti, sambungnya lebih jauh:
"Lagi pula kita Wi-lim-poo sudah lama menjagoi di
seputar telaga ini, sekeliling benteng dilingkari air telaga, di luar ada hutan gelaga yang lebat, di dalam ada ranjau air, jago lihay yang tinggal disinipun tak terhitung jumlahnya, bahkan hampir semuanya pandai ilmu berenang, di dalam
air ada penjaga, di atas benteng ada pengawal, jangan lagi perahu sampan, biar burungpun sukar untuk terbang lewat
http://kangzusi.com/
tanpa ketahuan, dibandingkan dengan Lok ma oh dimasa
lalu, benteng tersebut paling-paling cuma begitu saja .."
Makin berbicara Say nyoo-hui semakin bersemangat,
sedangkan Lan See giok makin lama semakin terkejut, ia
tak tahu benarkah benteng Wi-lim-poo mempunyai
penjagaan sedemikian ketatnya, bisa juga perempuan tua itu sedang mengibul.
Sementara dia masih termenung, terdengar Say nyoo-hui
telah berkata lebih jauh.
"Kalau dilihat dari kegugupan ayahmu tadi, bisa jadi mata-mata kita yang di tugaskan di luar telah pulang
dengan membawa berita besar yang luar biasa, sebab
seandainya ada orang luar yang masuk ke mari, mengapa
dari pihak loteng penjaga tidak dikeluarkan tanda
peringatan , . , ?"
Ketika berbicara sampai di situ, nampak semangat Say
nyoo-hui berkobar kembali, sikap angkuhnya menghiasi
wajahnya. Mendengar ucapan dari ibunya, Oh Li cu segera
merasakan semangatnya turut berkobar, perasaan tak
tenang yang semula mencekam perasaannya pun kini bilang
lenyap tak berbekas.
Sebaliknya Lan See giok yang mendengar ucapan
tersebut, kian lama hatinya kian bertambah berat, walaupun di luaran ia masih tetap mempertahankan ketenangan nya.
Sedangkan Say nyoo-hui sendiri, sesungguhnya amat
menguatirkan pula keselamatan dari Oh Tin san, apalagi
kalau dilihat dari sikap gugup dan takut yang menghiasi
wajah suaminya, namun sebisa nya ia berusaha untuk
mengendalikan diri.
Kembali ujarnya sambil tertawa paksa:
http://kangzusi.com/
"Anak Cu. sekarang aku sudah kenyang, temanilah adik Giok mu untuk minum beberapa cawan lagi, aku hendak
menengok dulu keadaan di sana."
Sambil berkata ia beranjak dan menuju ke luar ruangan.
Buru-buru Lan See giok berseru dengan hormat:
"Silahkan bibi, akupun sudah kenyang."
Bersama Oh Li cu mereka bangkit berdiri dan
menghantar Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa sampai di luar pintu.
Pelayan pun segera membereskan hidangan dari atas
meja perjamuan-
Setibanya di depan pintu, Say nyoo-hui menitahkan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedua orang itu agar berhenti.
Lan See giok dan Oh Li cu menurut perintah dan
berhenti, mereka berdiri di situ hingga bayangan tubuh
perempuan tua tersebut melangkah ke luar dari pintu
halaman. Mendadak berkilat sepasang mata Oh Li cu, seakan akan
teringat akan sesuatu, buru baru serunya:
"Ibu, tunggu dulu!"
Sambil berseru dia memburu ke luar pintu dan
menghampiri ibunya.
Menyaksikan kejadian itu, tergeletik hati Lan See giok,
cepat dia menarik napas panjang, berpaling sekejap
memperhatikan sekeliling tempat itu kemudian melejit ke
arah pintu dan menyembunyikan diri di balik pintu
halaman. Sementara itu dari luar halaman terdengar Say nyoo-hui
sedang bertanya dengan nada tak mengerti.
"Ada apa anak Cu?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu nampak agak sangsi dan sukar untuk
menjawab, sampai lama kemudian ia baru menyahut agak
tergagap. "Ibu, aku ingin meminjam sebentar bangau kecil Siau sian hok terbuat dari emas itu"
Belum habis Oh Li cu berkata, Say nyoo-hui telah
menukas dengan nada terkejut:
"Apa" Kau-kau menghendaki dupa lebah bermain di
putik bunga-?"
Lan See giok yang menyadap pembicaraan tersebut
menjadi tak habis mengerti, dia tak tahu apa yang
dinamakan "dupa lebah bermain di putik bunga" itu"
Maka pikirnya kemudian:
"Aaah, mungkin dupa untuk mengharumkan tubuh Oh
Li cu ..?"
Tapi setelah dipikir kemudian ia merasa hal tersebut
kurang begitu cocok ..
Selanjutnya ia tidak mendengar jawaban dari Oh Li-cu,
mungkin gadis itu sedang manggut-manggut.
Terdengar kemudian Say nyoo-hui berkata lagi.
"Terus terang kukatakan, sekarang dia masih kecil, tak mungkin akan memberi kepuasan kepadamu.."
Tapi sebelum Say nyoo-hui menyelesaikan kata-katanya,
Oh Li cu telah berseru kembali agak ngotot.
"Tidak, tidak.."
Selang berapa saat, akhirnya dengan nada apa boleh buat
Say nyoo-hui berkata lagi:
"Baiklah, mari ikuti aku sekarang!"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian terdengar suara langkah kaki
manusia yang makin lama semakin menjauhi tempat
tersebut. Lan See giok merasa sangat kebingungan oleh
pembicaraan itu, dia mencoba untuk mengintip ke luar,
dilihatnya Oh Li cu telah mengikuti ibunya berjalan sejauh beberapa puluh kaki dan menuju ke depan sebuah pintu
halaman bercat merah.
Ketika berpaling lagi ke ruang dalam, di lihatnya para
dayang masih sibuk bekerja, maka diapun berlagak seolah-
olah tak ada urusan, sambil bergendong tangan balik
kembali ke dalam ruangan.
Kentongan ke empat sudah lewat, suasana waktu itu
amat gelap, kecuali lentera merah yang tergantung di
puncak loteng benteng, segala sesuatunya berada dalam
keadaan gelap gulita dan sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun.
Lan See giok memandang lagi ke arah depan, di situ
terbentang sebuah lorong air yang lebarnya beberapa kaki, di bawah undak undakan tetap tertambat sampan kecil yang ditumpangi Oh Li cu tadi.
Di depan lorong air terdapat sederet bangunan yang
berupa pagoda air, sedang di sebelah kanan terbentang pula sebuah lorong air yang agak sempit dan tampaknya
langsung menuju ke pintu gerbang benteng, tapi berhubung di sekitarnya berderet bangunan rumah maka pemandangan
tak dapat terlihat lurus ke depan.
Menelusuri tepi tanggul, pelan-pelan Lan See giok
berjalan pula menuju ke arah Say nyoo-hui dan Oh Li cu
berlalu. http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Say nyoo-hui serta Oh Li cu sudah
masuk ke dalam bangunan bercat merah tersebut, namun ia
tak berani mempercepat langkahnya. kuatir gerak geriknya diawasi orang secara diam-diam . .
Setelah maju beberapa kaki, di depan sana ditemukan
sebuah jembatan bambu yang lebarnya hanya dua depa dan
melingkar ke arah kanan, di sebelah kanan bangunan
tunggal tampak pula sebuah pagoda berbentuk bulat, dari
balik jendela yang berada di empat penjuru nampak cahaya lentera mencorong ke luar.
Tergerak hati Lan See-giok, pelan-pelan dia berjalan
menelusuri jembatan bambu itu, agar tidak menarik
perhatian, sambil berjalan ia berlagak seolah-olah sedang menikmati pemandangan di sekelilingnya.
Tiba di mulut jembatan, dia saksikan jembatan bambu
itu membentang terus ke depan dan menghubungi sebuah
bangunan tinggi yang besar dan luas di tengah telaga.
Bangunan itu terdiri dari tiga tingkat, dasar bangunan
hampir menempel pada permukaan air, daun-daun bunga
teratai yang lebar dan berwarna hijau hampir menutupi
seluruh permukaan telaga, terpantul cahaya lentera dari
balik bangunan, tampak daun-daun itu memantul kan
cahaya yang berkilauan.
Memandang keadaan bangunan tersebut, Lan See giok
segera tahu bisa jadi bangunan tinggi ini adalah tempat
tidur dari si Manusia cacad telinga Oh Tin san.
Sejak melihat kegugupan dan kebingungan dari Oh Tin
san, Lan See giok memang sudah diliputi perasaan ingin
tahu yang meluap luap, dia ingin tahu sebenarnya manusia lihay macam apakah yang telah berkunjung ke situ sehingga membuat Oh Tin san yang keji dan licikpun dibuat
ketakutan setengah mati.
http://kangzusi.com/
Sementara otaknya masih berputar, tubuhnya sudah
menelusuri jembatan bambu kecil itu, secepat mungkin dia mempersiapkan diri sebaik baiknya untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan, biarpun di luaran ia berusaha untuk berjalan sesantai mungkin.
Baru saja hampir sampai di ujung jembatan, mendadak
ia mendengar suara Oh Tin san yang sedang menyahut
dengan nada yang amat menaruh hormat.
Dari nada suara itu, Lan See giok tahu. bahwa
dugaannya tak salah . . malam ini benteng Wi-lim-poo
betul-betul sudah kedatangan seorang manusia yang
berkedudukan amat tinggi di dalam dunia persilatan dewasa ini.
Setelah maju lagi beberapa langkah, dari ujung tikungan
jembatan kecil itu secara kebetulan sekali dapat menyaksikan seluruh keadaan di dalam pagoda tersebut.
Seandainya tidak melihat masih mendingan, begitu
menyaksikan keadaan yang terbentang di depan mata, rasa
kaget yang di alami Lan See giok saat ini sama sekali tidak berada di bawah To oh cay-jin sendiri.
Mimpipun dia tak menyangka kalau orang yang duduk
di depan meja bundar dalam pagoda tersebut ternyata tak
lain adalah si kakek berjubah kuning tersebut.
Kakek berjubah kuning itu masih tetap nampak ramah
dan lembut, sorot matanya memancarkan pula cahaya
tajam yang memikat sambil mengelus jenggotnya dia seperti lagi merenungkan sesuatu.
Sedangkan Oh Tin san berdiri lima langkah di
hadapannya dengan sikap yang munduk-munduk dan
menghormat sekali, sepasang tangannya menjulur ke bawah
sedangkan sepasang mata sesatnya hampir boleh dibilang
http://kangzusi.com/
tak berani saling beradu pandangan dengan kakek berjubah kuning itu.
Be congkoan, si kakek bungkuk apakah turut hadir
dalam pagoda tersebut, sayang tak sempat dilihat oleh Lan See giok, setelah menyaksikan sikap munduk-munduk dari
Oh Tin san tersebut, Lan See giok segera teringat kembali dengan ucapan sesumbar yang dikatakan sewaktu ada
dalam perjamuan tadi:
"Masih mendingan kalau kakek berjubah kuning itu tidak datang ke benteng Wi-lim-poo kami, bila berani, hmm
hmmm. . aku pasti akan menyuruh anjing tua itu mencicipi rasanya air telaga Huan yang oh."
Tapi kenyataannya sekarang" Tak sepatah katapun dari
ucapan sesumbar Oh Tin san yang diwujudkan dengan
tindakan, rupanya dia cuma pandai omong besar saja
ketimbang melaksanakannya . . .
Mendadak . . . Sepasang mata si kakek berjubah kuning yang tajam
bagaikan sembilu itu diarahkan ke wajah See giok
Seketika itu juga Lan See-giok merasakan tubuhnya
gemetar keras, saking kagetnya sepasang kaki sampai terasa lemas tak bertenaga, cepat-cepat ia berpegangan tiang
jembatan. Detak jantungnya turut berdebar keras karena tegang,
saking ngerinya nyaris dia membalikkan badan untuk
melarikan diri.
Sekarang ia merasa menyesal sekali, menyesal karena
telah menelusuri jembatan kecil tersebut hingga tiba di situ .
. . http://kangzusi.com/
Mendadak terdengar kakek berjubah kuning itu bertanya
kepada Oh Tin-san dengan suara dalam
"Oh pocu. benarkah Lan See giok si bocah itu tidak
berada dalam bentengmu?"
"Lapor locianpwe." sahut Oh Tin-san munduk-munduk,
"Lan See-giok betul-betul tiada dalam benteng kami, masa boanpwe berani membohongi locianpwe?"
Lan See giok menjadi mendongkol sekali, ia tidak
menyangka kalau Oh Tin san begitu berani ngotot dengan
mengatakan ia tidak berada dalam bentengnya.
"Baiklah" demikian ia berpikir, "biar aku masuk ke dalam dan tunjukkan diriku di depan kakek berjubah
kuning itu . . "
Namun sebelum dia beranjak maju ke depan. kembali
terdengar kakek berjubah kuning itu berkata.
"Oh pocu, kau harus tahu, sudah hampir sepuluh tahun lamanya aku mencari Lan Khong-tay, lantaran apa pasti
kau lebih mengerti dari pada diriku, dan sekarang soal kitab pusaka Tay loo hud bun pay yap-cinkeng hanya diketahui
Lan See giok seorang, akupun tak ingin kelewat mendesak
dirimu, aku harap kau suka mengutus beberapa orang untuk mencari jejaknya di empat penjuru, bila jejak Lan See giok telah ditemukan, kau harus mengantarnya ke rumah
kediaman Huan kang ciong liong (naga sakti pembalik
sungai) Thio-Lok-heng di dusun nelayan sana, aku akan
menunggu di situ.."
Betapa gusar dan mendongkolnya Lan See giok sehabis
mendengar perkataan itu. dia mendengus gusar dan
membalikkan badan berlalu dari sana, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Hmm, jangan harap kalian bisa peroleh kitab pusaka Tay lo hud bun cinkeng tersebut, biar aku matipun tak nanti akan ku serahkan kepada kalian manusia - manusia jahat".
Baru saja ia berjalan turun dari jembatan kecil itu,
kembali terdengar manusia berjubah kuning itu berkata lagi:
"Baiklah kita tentukan dengan sepatah kata ini, sekarang aku hendak pergi dulu"
Lan See giok amat terkejut di samping merasa
keheranan. . padahal jarak antara pagoda tersebut dengan tepi kolam sudah mencapai puluhan kaki, namun
kenyataan nya suara pembicaraan dari kakek jubah kuning
itu masih dapat kedengaran dengan jelas.
Ketika ia berpaling kembali, tampak olehnya Oh Tin san
sedang berjalan ke luar dari pintu pagoda
dan membungkukkan badannya memberi hormat seraya
berkata: "Boanpwe Oh Tin san menghantar keberangkatan
locianpwe. . ."
Lan See giok segera memandang sekejap sekeliling
tempat itu, namun dengan cepat hatinya merasa terperanjat, sebab selain jembatan kecil tersebut tiada jalan lain yang menghubungkan pagoda air itu dengan daratan, namun
kenyataannya kakek berjubah kuning tersebut telah hilang lenyap dengan begitu saja dalam waktu singkat.
Tampak Oh Tin san membungkukkan badannya
beberapa saat. . kemudian baru menegakkan kembali
tubuhnya. Lan See giok takut jejaknya ketahuan, dengan cepat dia
menyelinap ke balik tempat kegelapan untuk menyembunyikan diri, kemudian dengan menelusuri
http://kangzusi.com/
jembatan batu dia balik kembali ke rumah kediaman Oh Li
cu. Dengan sekuat tenaga pemuda ini berusaha mengendalikan gejolak perasaannya, kemudian dengan
langkah sesantai mungkin maju ke depan, kini dia mulai
merasa agak curiga, mengapa tidak nampak jejak penjaga di sekeliling tempat itu.
Baru tiba di pintu gedung, kebetulan Oh Li cu sedang lari ke luar dengan wajah gugup dan terburu napsu.
Lan See giok sangat terkejut, cepat dia menyingkir ke
samping memberi jalan lewat buat Oh Li cu hampir saja
mereka berdua saling bertumbukan.
Dengan cepat Oh Li cu menghentikan gerakan tubuhnya,
kemudian dengan perasaan gelisah tanyanya:
"Adik Giok. kau tidak boleh meninggalkan tempat ini secara sembarangan, berbahaya sekali bagimu!"
Lan See giok tertawa hambar:
"Aaah, aku tidak pergi terlalu jauh, hanya jalan-jalan mencari angin saja di sekitar sini!"
Oh Li cu tidak berniat menanyakan ke mana pemuda itu
telah pergi, dengan penuh perhatian kembali katanya.
"Kau telah semalam suntuk tidak tidur, sekarang pasti lelah sekali, sekarang pergilah tidur dulu, besok kau mesti belajar ilmu berenang !"
Sambil berkata dia lantas menarik tangan pemuda itu
dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Lan See giok sama sekali tidak menampik, dia
membiarkan dirinya ditarik Oh Li cu masuk ke dalam,
sementara bau harum semerbak yang aneh menerpa tiada
hentinya di sekitar tubuh pemuda itu.
http://kangzusi.com/
Mengendus bau harum mana, tanpa terasa Lan Se giok
berkerut kening, ia mendongak kan kepalanya kembali,
ternyata Oh Li cu telah berdandan kembali dengan rapi,
sedang bau harum itu tak lain berasal dari bau tubuhnya.
Setelah masuk ke dalam kamar, suasana di sana terasa
gelap, sedang Oh Li-cu pun segera menutup kembali pintu
kamar tersebut rapat-rapat.
Lan See-giok sungguh tidak habis mengerti dengan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keadaan ini, di pandangnya gadis itu penuh tanda tanya.
Oh Li-cu tertawa genit, sambil menghampiri anak muda
tersebut, katanya kemudian dengan lembut:
"Kamar tidur ini langsung berhubungan dengan kamar
tidur cici, maka sengaja kukunci pintu kamar ini."
Biarpun dari ayahnya Lan See-giok pernah mendapat
pendidikan yang mengatakan bahwa muda mudi kaum
persilatan tak perlu kelewat memperhatikan adat istiadat, namun ia merasa tidak seharusnya adat istiadat dilanggar seperti ini, tanpa terasa timbul suatu kesan muak dalam hati kecilnya, dia merasa sebagai gadis yang baik, tidak
sepantasnya kalau sikap Oh Li-cu kelewat jalang.
Belum sempat melihat jelas keadaan di luar ruangan, ia
telah diajak memasuki sebuah pintu kecil berbentuk bulat.
Suasana di ruang dalam lebih redup lagi, disitupun
dipenuhi oleh bau harum yang hampir sama dengan bau
harum yang keluar dari tubuh Oh Li-cu.
Cuma saja perabot yang dipersiapkan disini amat mewah
dan indah, pembaringan gading dengan kelambu serta
seprei yang putih bersih, di samping pembaringan terdapat sebuah meja kecil dengan sebuah lentera kecil berwarna
merah. http://kangzusi.com/
Pokoknya seluruh perabot dalam kamar itu terasa serasi
dan penuh dengan suasana syahdu.
Menyaksikan keadaan ruangan tersebut, tiba-tiba saja
Lan See-giok merasakan timbulnya suatu perasaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata..
"Adik Giok" tiba-tiba Oh Li-cu berkata sambil tertawa,
"puaskah kau dengan suasana dalam kamar ini?"
"Ehmmm, bagus sekali." Lan See-giok manggut-manggut dengan kening berkerut.
Sambil menuding ke arah sebuah pintu bulat kecil di
bagian dalam sana, kembali gadis itu berkata lembut.
"Di balik pintu sana adalah kamar tidur cici, apakah kau ingin masuk untuk me1ihatnya?"
Tanpa ragu Lan See giok segera menggelengkan
kepalanya berulang kali:
"Tidak usah, hari ini sudah terlalu malam biar besok saja"
Jawaban tersebut segera menimbulkan setitik kekecewaan yang segera menghiasi wajah Oh Li cu, namun
dengan cepat dia telah memutar biji matanya dan berkata
lagi sambil tertawa riang:
"Adikku, kalau begitu cepatlah tidur, kita berjumpa lagi besok pagi. . ."
Kemudian setelah mengerling sekejap ke arah Lan See
giok dengan penuh pancaran cinta, dia masuk ke dalam
kamar sendiri. Sepeninggal Oh Li cu, Lan See giok merasakan hatinya
seperti dicekam beban yang sangat berat, entah mengapa
semenjak ia tahu kalau Oh Li cu adalah putri Oh Tin san,
http://kangzusi.com/
kesan baik yang semula timbul dalam hatinya segera
berubah menjadi perasaan muak dan benci.
Setelah melepaskan pakaian luarnya dia, menjatuhkan
diri berbaring di atas ranjang, memandang langit-langit
ruangan pikirannya kembali terombang ambing tidak
menentu, kacaunya bukan buatan, dia tak tahu apa yang
mesti dilakukannya sekarang.
Terutama sekali bayangan tubuh Oh Li- cu yang terus
menerus muncul di dalam benaknya, kesemuanya itu
sungguh membuat dia semakin tak dapat tidur.
Mendadak terdengar suara gemerisik dari kamar sebelah,
agaknya Oh Li cu sedang melepaskan busananya.
Menyusul kemudian, terendus bau harum yang amat
menggairahkan napsu memenuhi seluruh ruangan.
Menjumpai kesemuanya ini, pikiran dan perasaan Lan
See giok semakin tak dapat tenang lagi.
Namun akibatnya diapun semakin terbayang kembali
kehidupannya yang tenang selama tiga hari di rumah
bibinya tempo hari..
Bibi Wan adalah seorang perempuan cantik yang anggun
dan penuh kasih sayang, sepintas lalu dia seperti baru
berusia dua puluh tujuh delapan tahunan, namun ia telah
mempunyai seorang putri yang telah menginjak usia enam
belas tahun . . . Cui Siau cian namanya.
Teringat akan Cui Siau cian, terbayang kembali wajah
seorang gadis yang halus, lembut, penuh sopan santun dan daya tarik..
Wajahnya yang cantik, alisnya yang lembut dengan mata
yang jeli, hidung yang mancung dengan dua belah bibir
http://kangzusi.com/
yang kecil mungil, semuanya itu menciptakan suatu
perpaduan yang menawan hati.
Tanpa terasa pikiran dan perasaan Lan See giok terbuai
kembali dalam lamunan, dia seolah-olah merasakan dirinya terbawa kembali dalam sebuah rumah berpagar bambu yang
terpencil letaknya . .
Rumah itu hanya rumah bambu yang sederhana dengan
tiga ruangan serta sebuah dapur kecil, ditengah halaman
penuh tumbuh aneka bunga yang berwarna warni, sedang
pagar rumah terdiri dari susunan bambu yang diatur secara artistik sungguh menawan hati.
Dari ke tiga ruang bambu itu, sebuah adalah kamar tidur
enci Cian, sebuah adalah kamar tidur bibi Wan, sedang
tengah adalah ruang tamu.
Semua perabotannya sederhana tapi bersih dan teratur
sehingga mudah menimbulkan suasana nyaman bagi
siapapun yang melihatnya.
Tiga malam dia menginap di sana, tidur di kamar enci
Cian nya, sedang enci Cian tidur sekamar dengan bibi Wan.
Kamar enci Cian amat bersih dan teratur boleh dibilang
tak setitik debupun yang menempel di situ, sepreinya selalu menimbulkan bau harum yang aneh, bau harum yang jelas
bukan berasal dari bau bedak.
Sebab bau itu sangat lembut, bau yang khas dari tubuh
enci Cian, seindah dan secantik wajahnya yang syahdu.
Cui Siau cian jarang sekali bergurau dengannya, namun
amat memperhatikan dirinya, setiap malam dia pasti akan
pergi memeriksa selimutnya, apakah sudah dipakai secara
baik atau tidak.
http://kangzusi.com/
Setiap kali dia memandang wajah, enci Ciannya yang
cantik, dalam hati kecilnya selalu timbul suatu perasaan gembira dan nyaman yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Seringkali dia melamunkan gadis itu, membayangkan
potongan badannya yang ramping, langkahnya yang ringan
dan gerak gerik yang lembut . . .
Setiap kali dia sedang mengawasi wajah enci Cian, tak
pernah bibi Wan mengusiknya, dia seperti selalu memberi
kesempatan kepadanya untuk menikmati sampai puas.
Setiap malam Cui Siau cian datang memeriksa
selimutnya, diapun selalu merasa kan suatu keinginan yang aneh serta suatu gejolak perasaan yang sukar dikendalikan, dia sangat ingin bisa memegang tangan enci Ciannya yang
lembut dan halus serta meremasnya.
Tapi setiap kali ia tak berani berbuat demikian karena
Bentrok Rimba Persilatan 13 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Ular Mas 5
Melihat keadaan itu, Lan See giok menjadi gelisah sekali sampai mengucurkan keringat dingin, akhirnya dia berdiri termangu mangu dan tak tahu bagaimana caranya untuk
bisa menggerakkan sampan tadi menembusi hutan gelaga
tersebut. Sekarang permukaan air telaga telah tenang, warna
merah pun sudah makin tawar, tapi air telaga yang bocor ke dalam sampan itu sudah mencapai beberapa inci.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok yang berada dalam keadaan seperti ini
merasa gelisah bercampur gusar, dia takut berjumpa lagi
dengan perampok lain.
Pada saat itulah, mendadak terdengar suara air memecah
ke tepian bergema tiba dari kejauhan sana.
Lan See giok amat terperanjat, dia tahu lagi-lagi muncul perompak di tempat itu.
Makin lama suara itu bergerak makin mendekat,
agaknya suara itu berasal dari jalan air di sebelah kiri.
Dengan cepat dia mengalihkan sinar matanya ke kiri,
tampaklah pada ujung jalan air tersebut terdapat setitik bayangan abu-abu yang sedang bergerak mendekat,
kemudian muncullah sebuah sampan kecil.
Lan See giok kembali merasa gugup bercampur panik,
sekali lagi dia mencoba untuk mendayung dengan bambu
panjang, tapi sampan tersebut masih saja berputar putar di tempat.
Cepat sekali gerakan sampan kecil tersebut, hanya dalam
waktu singkat sampan itu sudah berada tujuh kaki di
hadapannya. . Sadarlah Lan See giok bahwa tiada harapan lagi baginya
untuk menyembunyikan diri, ia segera membuang bambu
itu dan meloloskan senjata gurdi emasnya, kemudian
sambil berdiri di ujung geladak, ia bersiap siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Lambat laun sampan itu makin dekat, sekarang dia dapat
melihat seorang gadis bertubuh langsing, berambut panjang dan menyoren sebilah pedang berdiri di ujung sampan itu.
Di buritan sampan duduk pula dua orang dayang
berpakaian ringkas yang memegang dayung, di antara
http://kangzusi.com/
percikan air telaga, sampan kecil itu meluncur tiba dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya. Dalam waktu singkat sampan kecil itu sudah berada
lebih kurang tiga kaki di hadapannya.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring:
"Kawanan tikus dari mana yang berani mendatangi
benteng Wi lim poo ditengah malam buta begini?"
Berbareng dengan suara bentakan tersebut, gadis yang
berada di sampan tersebut telah mengayunkan tangannya
ke depan. Setitik cahaya bintang yang disertai dengan suara
desingan angin tajam langsung meluncur ke tengah udara
dan mengancam tubuh Lan See giok.
Agaknya Lan See giok tidak menyangka kalau gadis itu
begitu tak tahu aturan, dia lantas menduga kalau gadis
itupun seorang perompak.
Serta merta dia melejit ke tengah udara dan meloloskan
diri dari sambitan senjata rahasia tersebut.
"Pluuung!" senjata rahasia tadi segera tercebur ke dalam air telaga beberapa kaki di belakang sampan.
Kembali terdengar suara bentakan nyaring sekali lagi
muncul beberapa buah titik cahaya tajam yang menyerang
tiba. Lan See giok gusar sekali, dia menggetarkan tangannya,
senjata gurdi emas itu segera menciptakan selapis cahaya tajam yang melindungi seluruh badannya.
"Traaang, traaang, traaang." benturan nyaring yang memekakkan telinga segera berkumandang tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
seluruh ancaman senjata rahasia tersebut berhasil dipatahkan semua.
Disaat Lan See giok sedang repot menghalau ancaman
senjata rahasia itulah ..
Mendadak sampan kecil itu menerjang ke hadapannya,
kemudian tampak selapis cahaya tajam menyambar ke
pinggang Lan See giok.
Tak terlukiskan rasa kaget anak muda itu menghadapi
datangnya ancaman, cepat tubuhnya melejit dan menjatuhkan diri ke dalam sampan:
Berbareng dengan menyambar lewatnya dari sisi sampan
kecil tersebut dan meleset sejauh dua kaki lebih.
Lan See giok tak berani berayal, cepat dia menghantam
pinggiran sampan lawan dengan ayunan telapak tangan
kirinya, kemudian dengan cekatan dia melompat bangun,
tapi tak urung bajunya basah kuyup juga oleh air telaga
yang telah menggenangi sampan kecil tersebut.
Dalam pada itu, kedua orang dayang tersebut telah
memutar sampannya dengan cekatan, kini sampan tersebut
meluncur datang lagi dengan kecepatan tinggi menerjang
sampannya. Lan See giok merasa cemas dan gusar menghadapi
kejadian seperti ini dengan sorot mata berkilat dia
menunggu datangnya terjangan dari sampan lawan.
Sekarang dia dapat melihat jelas kalau gadis itu berbaju putih, sedangkan dua orang dayangnya berwarna hijau
pupus. Gadis berbaju putih itu berusia delapan sembilan belas
tahunan, bermata besar berhidung mancung dan berbibir
http://kangzusi.com/
kecil berwarna merah, mukanya berbentuk kwaci dan kulit
badannya putih bersih . . . .
Belum habis Lan See giok mengamati gadis itu, sampan
lawan kembali telah menerjang tiba.
Gadis itu segera membentak keras, pedangnya dengan
jurus Gin-hoo-ci li ( menusuk ikan leihi di sungai ) langsung menusuk ke perut Lan See-giok, sementara sampan itu pun
langsung menerjang perahunya.
Lan See-giok amat terperanjat, dia
tak berani menyambut datangnya ancaman tersebut, buru-buru
tubuhnya melejit ke tengah udara . . . . .
"Blaaammm. .!" diantara suara benturan nyaring, air memercik ke empat penjuru, sampan tersebut sudah kena
tertumbuk sehingga terbalik.
Setelah berhasil dengan terjangannya, sampan kecil itu
meluncur lagi ke depan
Lan See giok yang berada di tengah udara dengan cepat
meluncur ke bawah dan melayang turun di atas sampan
yang terbalik itu.
Sekarang dia baru mengetahui kalau pada ujung sampan
lawan rupanya dilapisi dengan lempengan baja yang sangat kuat.
Gadis yang berada di atas sampan itu pun nampak
terkejut sekali, tampaknya dia tak mengira kalau lawannya yang paling banter baru berusia lima enam belas tahun itu sudah memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna. Tapi dengan cepat sekulum senyuman menghiasi ujung
bibirnya, agaknya baru sekarang dia dapat melihat kalau
Lan See giok berwajah bersih dan menarik, setelah dewasa
http://kangzusi.com/
nanti niscaya merupakan seorang pemuda tampan yang
menawan hati. Lan See giok juga agak tertegun, dia saksikan senyuman
gadis itu amat mempesonakan hati, terutama sepasang
matanya serasa membetot sukma, penuh dengan pancaran
sinar mempesona hati.
Tampak gadis berbaju putih itu memberi tanda kepada
kedua orang dayangnya dan sampan tersebut menerjang
lagi dengan kecepatan yang luar biasa.
Tergerak hati Lan See giok menghadapi keadaan seperti
ini, dia bertekad hendak membereskan kedua orang dayang
tersebut lebih dulu agar sampan itu tak ada yang
mendayung, setelah itu dia baru berusaha untuk
menaklukkan si nona baja putih dan berusaha melarikan
diri . . . Belum habis dia berpikir, sampan kecil itu sekali lagi
telah menerjang tiba.
Lan See giok tidak berdiam diri belaka, sebelum sampan
lawan mencapai sasaran, dia telah melejit dahulu ke tengah udara.
Ternyata gadis itu hanya merentangkan pedangnya saja
di depan dada, ia tidak nampak berniat untuk melancarkan tusukan. "Blaaammm-!" tubuh Lan See giok meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. ditengah percikan bunga
air, ujung kakinya telah menginjak di buritan sampan.
Kemudian sambil membentak keras dia lepaskan sebuah
tendangan kilat menghajar pinggang seorang dayang
berbaju hijau yang sedang mendayung perahu.
Agaknya dayang berbaju hijau itu sama sekali tidak
menyangka akan datangnya tendangan itu, saking kagetnya
http://kangzusi.com/
sambil membentak keras dia segera menceburkan diri ke
dalam air. Percikan bunga air memancar ke empat penjuru, dayang
itu tahu-tahu sudah tercebur ke air dan menjadi ikan
duyung. Lan See giok menjadi agak tertegun melihat hal itu, dia
tahu bakal celaka kali ini, dayang tersebut sudah pasti
pandai menyelam di dalam air..
Belum habis ingatan tersebut melintas, dayang berbaju
hijau lainnya telah mengayunkan dayungnya untuk
menghantam ke pinggangnya.
Dengan jurus Kim ciam teng hay (jarum emas tenangkan
samudra) Lan See-giok mengayunkan senjata gurdi
emasnya ke bawah menyapu dayung kayu itu.
"Blaaammm . .!" di tengah jeritan tertahan, dayung kayu di tangan dayang berbaju hijau itu terlepas dari genggaman dan mencelat ke tengah udara.
Baru saja Lan See-giok akan melepaskan tendangan lagi,
si gadis berbaju putih itu sudah membentak nyaring,
pedangnya secepat kilat menusuk datang.
Bersamaan itu pula, dayang yang berada di dalam air
mengayunkan pula senjata palu berantainya menyerang
pinggang Lan See -giok.
Menghadapi kerubutan dari depan dan belakang, Lan
See-giok tak sanggup melakukan perlawanan lagi, dengan
cepat dia melejit ke udara dan melayang kembali ke atas
sampan yang telah terbalik itu.
Melihat lawannya telah kabur ke sampan yang terbalik
dengan wajah girang gadis berbaju putih itu segera berteriak keras:
http://kangzusi.com/
"Tangkap dia! Bawa pulang ke benteng menunggu
keputusan dari pocu!"
Baru saja perintah diberikan, dayang berbaju hijau itu
sudah menyelam ke dalam air.
Dua orang dayang itu segera memisahkan diri ke kiri dan
ke kanan, kemudian bergerak mendekati sampan yang
terbalik itu dengan kecepatan luar biasa.
Lan See giok menjadi gugup setelah menyaksikan
kejadian ini, karena dia sama sekali tidak tahu akan ilmu berenang, asal sepasang kakinya menempel di air, niscaya badannya akan tenggelam.
Dengan cepat otaknya berputar, dia merasa satu satunya
jalan yang dimilikinya sekarang untuk kabur adalah
secepatnya menakluk kan gadis berbaju putih yang berada
di sampan itu, kemudian memaksa dua orang dayang
tersebut untuk menghantarnya ke luar dari sana.
Berpikir demikian, dia lantas melejit ke udara, dengan
gerakan Hay yan keng sui (burung manyar menyambar air)
dia terjang ke arah sampan lawan, sementara senjata gurdi emasnya dengan jurus Kim coat sim (ular emas
menjulurkan lidah) menusuk ke ulu hati lawan dengan
disertai kilatan cahaya emas.
Waktu itu, si nona berbaju putih itu sedang melamun di
ujung perahu, sebab itu dia tak mengira kalau Lan See giok bakal menerjang tiba sambil melancarkan serangan
Menanti dia sadar akan datangnya bahaya untuk turun
tangan sudah tak sempat lagi.
Maka sambil membentak keras, cepat-cepat dia
mengundurkan diri ke buritan sampan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok amat gembira, sambil membentak dia
menerjang lebih ke depan, senjata gurdi emasnya diputar
sedemikian rupa menciptakan beribu ribu bayangan gurdi
emas yang langsung mengurung seluruh badan gadis
tersebut- Padahal waktu itu ujung kaki si nona berbaju putih
tersebut baru saja mencapai tanah, melihat datangnya
cahaya emas yang mengurung tubuhnya dengan membawa
desingan angin dingin, ia menjerit keras karena kaget, lalu dengan jurus Jiau yan -huan-sin (walet lincah membalikkan badan) cepat-cepat dia kabur ke dalam air.
Sesungguhnya Lan See giok sama sekali tak berpengalaman dalam suatu pertarungan, ditambah lagi
pertarungan tersebut berlangsung di atas sampan, pada
hakekatnya dia tak pernah menduga kalau lawannya bakal
kabur ke dalam air.
Tahu-tahu pandangan matanya terasa kabur, dan
bayangan tubuh dari gadis berbaju putih itupun sudah
lenyap tak berbekas.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian seperti ini, sambil membentak keras sepasang
lengannya di putar kencang kemudian secepat kilat
tubuhnya meluncur ke bawah . . .
Meskipun gerakannya cukup cepat akibatnya tubuh itu
masih terlambat berapa depa untuk mencapai di atas
sampan. Tak ampun lagi ia segera tercebur pula ke dalam
telaga. "Byuuurrr-!" bunga air memercik setinggi beberapa depa, tubuhnya langsung tenggelam ke dasar telaga yang dingin.
Secara beruntun Lan See giok meneguk beberapa
tegukan air telaga, cepat-cepat dia menutup pernapasannya
http://kangzusi.com/
sambil berusaha keras untuk mengendorkan badannya, tapi
senjata gurdi emasnya dipegang kencang-kencang.
Sesaat sebelum tubuhnya tercebur ke dalam air tadi,
telinganya secara lambat-lambat mendengar dua kali
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
teriakan gembira dan sekali jeritan tertahan-
Baru saja badannya tenggelam, sebuah lengan tahu-tahu
sudah merangkul pinggang nya dan menyeretnya ke atas
permukaan air. Tak selang berapa saat kemudian, tubuhnya sudah
terseret ke luar, belum lagi membuka matanya, anak muda
itu sudah menghembuskan napas panjang-panjang.
Mendadak terdengar seseorang menjerit keras
"Nona, cepat ceburkan lagi, dia belum pingsan!"
Lan See-giok merasa amat terkejut, dia merasa menyesal
sekali setelah mendengar ucapan tersebut, dia menyesal
tidak seharusnya menarik napas panjang-panjang.
Tapi segera terdengar pula nona itu membentak keras:
"Hayo cepat sambut tubuhnya dan baring kan ke atas
sampan" Lan See giok baru tahu sekarang kalau orang yang
menyeretnya ke luar dari air adalah nona berbaju putih itu.
Baru saja ia mengendus baru harum semerbak, empat
tangan dari dua orang dara tersebut telah menyambut
tubuhnya. Kemudian diapun merasa jalan darah tidurnya ditotok
oleh gadis berbaju putih itu.
Lan See giok mengetahui maksud hati dari nona itu. .
maka dia pun segera berlagak, seakan-akan sudah tertidur pulas.
http://kangzusi.com/
Setelah ditegur oleh nonanya tadi, ternyata sikap kedua
orang dayang tersebut terhadap Lan See giok menjadi lebih sungkan, dengan cepat kedua orang itu membaringkan
tubuh pemuda itu ke dalam perahu.
"Bluuk-!" Lan See giok merasa pinggangnya agak sakit karena membentur ujung sampan, tapi dia menggertak
giginya keras-keras dan tidak membiarkan mulutnya
mengeluarkan suara.
Kembali terdengar seseorang membentak nyaring:
"Budak sialan, apakah tidak bisa pelan sedikit"!"
Tak berapa lama kemudian, sampan itu terasa bergoyang
keras, Lan See-giok tahu si gadis dan kedua orang
dayangnya telah naik ke atas perahu itu.
Tanpa terasa Lan See-giok membuka sedikit matanya
dan mengintip ke depan.
Kalau tidak melihat masih mendingan, begitu melirik,
jantungnya kontan berdebar keras, mukanyapun turut
berubah menjadi merah padam karena jengah.
Rupanya seluruh tubuh si nona berbaju putih maupun
kedua orang dayang itu sudah basah kuyup karena tercebur, dengan begitu pakaiannya menjadi melekat dengan badan
dan terlihatlah seluruh lekukan badan mereka.
Kedua orang dayang itu, yang seorang gemuk dan yang
lain kurus, tapi payudara mereka kelihatan montok dan
sudah matang. Sebaliknya gadis berbaju putih itu tampak memiliki
potongan badan yang indah, selain payudaranya besar dan
montok, pinggangnya amat ramping dengan pinggul yang
besar, potongan badannya benar-benar aduhai.
http://kangzusi.com/
Terutama puting susunya yang sudah matang di ujung
payudara, dibawah pakaian berwarna putih yang basah
kelihatan menonjol ke luar sangat menantang, diantara
dengusan napasnya terlihat naik turun menantang, cukup
bikin jantung orang berdebar keras.
Lan See-giok hanya melirik sekejap kemudian memejamkan matanya rapat-rapat, jangankan melirik lagi,
bahkan untuk bernapas lebih keraspun tidak berani.
Mendadak terdengar gadis itu berseru kembali:
"Cepat kembali ke benteng, saat ini mungkin Lo-pocu sudah kembali ke benteng!"
Kemudian terdengar suara air memecah ke tepian dan
perahu kecil itu bergerak cepat ke depan.
Lan See-giok berbaring di dalam sampan sambil
memejamkan matanya rapat-rapat, kadangkala dia membuka sedikit matanya untuk mencuri lihat keadaan di
luar sampan. Malam yang gelap mencekam seluruh jagat, bintang
bertaburan di angkasa, tapi tidak nampak cahaya rembulan sehingga praktis suasana di sekitar sana gelap gulita.
Kedua belah sisi jalan air penuh dengan tumbuhan
gelaga yang bergoyang menimbulkan suara gemerisik,
kecuali itu hanya suara air yang memecah ke tepian saja
yang terdengar memecahkan keheningan.
Walaupun Lan See giok masih menggenggam senjata
gurdi emasnya kencang-kencang, tapi ia tak berniat sama
sekali untuk melompat bangun dan melancarkan serangan
terhadap ke tiga orang gadis itu.
Ia cukup sadar, seandainya serangannya tidak berhasil
maka bukan mustahil jiwanya akan terancam.
http://kangzusi.com/
Padahal dia tak pandai mengemudikan sampan, diapun
tak mengerti ilmu berenang, bahkan arah mata angin pun
sudah dibikin kacau balau.
Maka satu-satunya jalan yang bisa dilakukannya
sekarang adalah bersabar untuk sementara waktu sambil
menantikan perubahan selanjutnya . . .
Mendadak terendus bau harum semerbak menusuk
penciuman pemuda itu.
Lan See giok merasakan hatinya berdebar keras, terasa
olehnya bau harum itu aneh sekali dan cukup membuat
jantung orang berdetak keras.
Baru saja dia akan melirik, sebuah sapu tangan basah
telah digunakan untuk menyeka jidatnya, kemudian dengan
lembut bergeser ke bawah untuk menyeka air di atas
wajahnya, selanjutnya dagunya, rambutnya, pipinya..
Lan See giok pura-pura tertidur nyenyak, napasnyapun
diatur sedemikian rupa agar gadis berbaju putih itu jangan sampai tahu kalau dia hanya pura-pura tidur, meski
demikian dalam perasaan tegang bercampur gugup, diapun
dapat merasakan sesuatu kehangatan yang nyaman.
Menurut dugaannya, orang yang menyeka wajahnya
sekarang tak lain adalah si nona berbaju putih itu.
Jari tangan si nona yang lembut seringkali menyentuh
pipinya yang halus, hal ini membuat Lan See-giok merasa
gatal tapi nyaman.
Tak lama kemudian terdengar gadis berbaju putih itu
berseru: "Siau lian, lepaskan tanda pengenal!"
Sampan yang sedang bergerak majupun segera melambat
dan akhirnya berhenti.
http://kangzusi.com/
Lan See giok pun merasa gadis berbaju putih itu bangkit
sambil maju ke depan, tahulah pemuda itu bahwa mereka
telah mendekati Benteng Wi lim Poo seperti apa yang
dikatakan si nona tadi.
Maka diam-diam dia melirik kembali ke sekitar sana,
ternyata di sekitar sampan sudah tidak nampak tumbuhan
gelaga lagi, mungkin mereka sudah berada di tengah hutan gelaga yang mendekati benteng Wi lim poo.
Tampak si dayang berbaju hijau itu membuat api lalu
memasang empat buah lentera kecil berwarna merah dan
digoyang goyang kan secara beraturan sekali.
Lan See giok tak berani mendongakkan kepalanya,
karena itu diapun tak dapat menyaksikan keadaan di depan sana serta berapa jauh lagi jaraknya dengan benteng Wi lim poo tersebut.
Tapi setelah budak berbaju hijau itu menggerakkan
lentera kecilnya, sampan kecil itu segera didayung kembali sehingga meluncur ke depan dengan cepat.
Tak selang berapa saat kemudian, tiba-tiba Lan See giok
merasakan matanya agak silau, ketika dia mencoba melirik tampaklah olehnya ada sebuah lampu lentera merah yang
amat besar tergantung di tengah angkasa dan memancarkan
cahaya ke empat penjuru.
Di atas lentera itu tertera huruf besar dari kertas putih, tapi berhubung jaraknya kelewat jauh, sehingga Lan See
giok tak dapat melihat dengan jelas.
Kurang lebih tujuh delapan depa dari lentera merah yang
pertama, terdapat pula lampu lentera yang kedua, di atas lentera inipun tertera huruf besar yang terbuat dari kertas putih.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, muncul pula lampu lentera merah
yang ke tiga - Sebuah bangunan benteng yang tinggi dan kokoh muncul
jauh di belakang lentera merah yang ke tiga, di samping itu Lan See giok juga dapat melihat jelas ke tiga huruf besar di atas lampu lentera merah tersebut yang berbunyi.
WI LIM POO. Dengan suatu gerakan cepat, sampan kecil itu
menembusi bayangan pintu gerbang benteng wi lim poo
tersebut. Lamat lumat Lan See giok mendengar suara teriakan
keras dari para penjaga di atas benteng, kemudian terdengar pula suara pintu benteng yang berat pelan-pelan dibuka.
Sampan kecil itupun makin melamban, sekarang pemuda
itu baru merasa kalau mereka sudah berada tak jauh dari
benteng tersebut.
Pintu benteng yang lebarnya delapan depa dan tingginya
satu kaki dua depa itu terbuat dari kayu besar, sewaktu
dibuka pintu terangkat ke atas dan bila menutup pintu
bergerak ke bawah.
Dinding benteng maupun bangunan loteng terbuat dari
batu-batu cadas yang besar dan kuat, selain kokoh juga
mendatangkan suasana seram bagi yang melihatnya.
Lan See giok yang mencoba melirik ke arah depan,
segera merasa kagum sekali, dia tak habis mengerti
bagaimana caranya membangun benteng yang begitu kokoh
di dalam telaga yang begitu luas.
Sementara dia masih termenung, sampan kecil itu sudah
meluncur ke bawah pintu gerbang benteng itu.
http://kangzusi.com/
Berpuluh-puluh orang lelaki kekar, dengan hormat
berdiri di kedua belah sisi bangunan benteng, mereka rata-rata bermata besar, beralis tebal dan membawa senjata
garpu yang memancarkan cahaya tajam.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See giok segera sadar
bahwa dia yang baru lolos dari gua harimau kini sudah
terjerumus lagi ke dalam sarang naga, untuk melarikan diri dari benteng sekokoh ini nampaknya tidak lebih mudah dari pada melarikan dari dusun nelayan.
Ketika puluhan lelaki kekar itu menyaksikan si nona den
kedua orang dayangnya berada dalam keadaan basah
kuyup, paras muka mereka segera berubah hebat, mereka
tahu kalau ke tiga orang gadis itu telah menjumpai jago
lihai di tengah telaga.
Padahal mereka tahu kalau ilmu silat yang dimiliki
nonanya sangat lihay, bila nona yang lihay pun bisa dipaksa tercebur ke dalam air, dari sini dapat diketahui kalau
kepandaian silat yang dimiliki orang itu pasti lihay sekali.
Tapi setelah mereka saksikan Lan See giok yang
tergeletak dalam sampan, puluhan orang lelaki kekar itu
kembali dibuat tidak habis mengerti, tiada orang yang
percaya kalau nona mereka telah dipaksa terjun ke dalam
air oleh seorang bocah yang baru berusia lima enam belas tahun tersebut.
Tiba-tiba terlihat nona berbaju putih itu memberi tanda, sampan kecil itu pun segera berhenti.
Lan See giok sadar bahwa dia bakal celaka, setelah
sampai di dalam benteng, niscaya dia akan diserahkan
kepada kawanan lelaki kekar itu untuk dijebloskan ke dalam penjara air.
http://kangzusi.com/
Sambil bertolak pinggang gadis berbaju putih itu
memandang sekejap sekeliling arena, puluhan orang lelaki itupun cepat-cepat menundukkan kepalanya dengan
ketakutan. "Apakah Lo-pocu telah kembali?" gadis itu segera menegur dengan suara dalam.
Seorang lelaki bercambang segera menyahut dengan
kepala tertunduk dan sikap hormat:
"Lapor nona, Lo pocu belum kembali!"
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, gadis
berbaju putih itu berkerut kening, kemudian tanyanya lebih jauh:
"Tengah hari tadi, Be congkoan telah mengutus siapa untuk menyambut kedatangan Lo pocu?"
"Tui-keng-kui (setan pengejar ikan paus). Yau Huang, salah seorang diantara tiga setan!" kembali lelaki
bercambang itu menjawab dengan sikap yang sangat
menghormat. Kemudian setelah memandang sekejap ke pintu
belakang, lelaki itu menambahkan:
"Barusan, Be congkoan telah mengirim pula dua setan lainnya untuk menyambut pocu!"
Tampaknya nona berbaju putih itu merasa agak lega
setelah mendengar ucapan itu, dia lantas mengangguk dan
memerintahkan sampan untuk bergerak maju.
Tiba-tiba terdengar lelaki bercambang itu bertanya
dengan sikap hormat:
"Nona, apakah mata-mata itu perlu ditahan di sini untuk diperiksa?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa terkejut sekali, tanpa terasa dia
menggenggam senjata gurdi emasnya kencang-kencang.
"Tidak usah, aku masih ada persoalan yang hendak
ditanyakan kepadanya!" tukas nona itu dengan suara
dalam. Selesai berkata, sampan kecil itu sudah bergerak
melewati pintu benteng tersebut.
Lan See giok menjadi lega kembali setelah perahu itu
meneruskan perjalanan.
Entah berapa lama sampan kecil itu bergerak maju
menembusi jalan air di dalam benteng, di sekeliling tempat itu penuh dengan bangunan rumah dan loteng yang terbuat
dari batu hijau, meski di tengah kegelapan namun suasana tetap terang benderang, sebab setiap berapa kaki tampak
sebuah lampu lentera.
Bangunan benteng Wi lim poo itu benar-benar luas
sekali, setelah melalui jalan air yang menembusi berapa
rumah besar, akhirnya mereka baru memasuki sebuah pintu
air, menyeberangi jembatan berbentuk bulan dan berhenti di depan sebuah pintu gerbang berwarna merah.
Apa yang terlihat di sepanjang perjalanan, membuat Lan
See giok merasa putus asa. karena dia merasa harapannya
untuk melarikan diri tipis sekali.
Tempat apakah benteng Wi lim poo ini" sarang
perampok kah" Atau suatu markas besar dari suatu
perkumpulan besar dalam dunia persilatan" Atau mungkin
tempat pertapaan seorang jago persilatan yang mengasingkan diri" selama ini, belum pernah ia mendengar ayahnya menyinggung tentang hal ini.
http://kangzusi.com/
Tapi ada satu hal yang bisa diduga olehnya, Lo pocu dari benteng wi lim poo ini sudah pasti adalah seorang kakek
yang berilmu silat sangat tinggi.
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dia
teringat kembali akan dendam sakit hati ayahnya, maka
pikirnya lebih jauh:
"Kalau toh lo-pocu dari benteng ini merupakan jago silat yang berilmu tinggi, mengapa aku tidak mengangkatnya
menjadi guruku -?"
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya
dia merasa tubuhnya telah digotong oleh dua orang dayang.
Kemudian senjata gurdi emas itupun di ambil oleh si
nona berbaju putih tersebut.
Dengan cepat Lan See giok tersadar kembali dari
lamunannya, kembali dia berpikir:
"Jiwaku sendiripun belum tentu bisa di dipertahankan.
buat apa aku mesti berkhayal yang bukan-bukan-?"
Tiba-tiba ia mendengar gadis berbaju putih itu sedang
menegur dengan suara nyaring:
"Siau ci, apakah kau tak dapat mengangkat kepala itu lebih ke atas sedikit?"
Lan See giok merasa kepalanya segera terangkat lebih
tinggi sehingga terasa nyaman sekali, tapi bersamaan itu pula Lan See giok merasa kebingungan, dia tak habis
mengerti apa sebabnya nona itu bersikap begitu baik
terhadap dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara sorak sorai yang penuh
kegembiraan berkumandang datang:
"Nona telah datang, nona telah pulang!" Oleh karena nona berbaju putih itu berjalan di samping Lan See giok,
http://kangzusi.com/
maka bocah itu tak berani membuka matanya, secara lamat-
lamat dia hanya merasa dirinya di bawa masuk ke dalam
sebuah pintu berbentuk bulat.
Suara langkah dan sorak gembira mendadak terhenti,
sekelompok pelayan yang datang menyambut segera
berhenti dan menjadi hening, agaknya mereka sedang
dibuat tercengang oleh kehadiran Lan See giok yang
digotong Siau lian serta Siau ci.
Kemudian ia mendengar pula nona berbaju putih itu
berseru cepat: "Kalian segera menyiapkan air untuk membersihkan
badan dan hidangan malam.."
Suara langkah yang ramai kembali terdengar, kali ini
pelayan-pelayan tersebut pergi menjauh.
Kemudian ia merasa digotong masuk menaiki undak
undakan dan memasuki sebuah ruangan.
Kembali terdengar gadis itu berseru:
"Letakkan dulu di atas tempat duduk bersulam!"
Lan See giok tidak tahu bagaimanakah bentuk tempat
duduk bersulam itu, ia hanya merasakan badannya
dibaringkan di atas tempat yang empuk dan nyaman di
mana tangannya menyentuh terasa tempat itu empuk sekali.
Kemudian kedengaran nona itu berkata lagi dengan
suara yang jauh lebih lembut:
"Sekarang kalian berdua boleh pergi membersihkan
badan dan berganti pakaian!"
Dua orang dayang itu mengiakan lalu berlalu dari situ.
Cahaya lampu dalam ruangan itu terang benderang
membuat Lan See giok merasa agak silau. Lambat-lambat
http://kangzusi.com/
diapun mendengar suara bisik bisikan lirih di kejauhan
sana. Tapi Lan See giok tahu kalau tak jauh dari situ masih
berdiri beberapa orang dan ia pun tahu kalau si nona
berbaju putih itu telah pergi.
Tak selang berapa saat kemudian, suara lirih tadi
kedengaran makin mendekat, tampaknya seperti berjalan ke arahnya. .
". . . kenapa dia masih tidur terus. . .?"
"Mungkin jalan darahnya ditotok oleh nona. . ."
" . . oooh, tampan sekali wajahnya . ."
"Siau-ho, jangan sentuh dia. hati-hati kalau kulitmu disayat oleh nona . . . "
Serombongan pelayan mengerumuni tempat itu sambil
berbincang tiada hentinya, Lan See giok segera merasakan seluruh badannya bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum.
Mendadak suasana menjadi hening, lalu pelayan-pelayan
itu membubarkan diri dengan cepat sesaat kemudian
kedengaran lagi suara langkah manusia yang mendekat.
Ditinjau dari sikap gugup dan tegang dari pelayan-
pelayan itu, Lan See giok lantas menduga kalau nona
berbaju putih itu telah balik kembali ke situ.
Benar juga, segera terendus bau harum semerbak yang
merangsang hati, disusul sebuah tangan menghantam pelan
di atas jalan darah Mia-bun-hiat di tubuhnya.
Lan See-giok tahu kalau si nona sedang membebaskan
jalan darahnya, maka dia berpura-pura menghembuskan
napas panjang, menggeliat dan pelan-pelan membuka
matanya. http://kangzusi.com/
Tapi sinar mata yang silau segera membuat sepasang
matanya terpejam kembali..
Ketika biji matanya berputar dia saksikan nona berbaju
putih itu masih tetap mengenakan pakaiannya yang basah,
sedang di tangannya membawa beberapa stel pakaian, dia
sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum manis..
Lan See-giok pura-pura terkejut, cepat-cepat dia
melompat turun dari atas tempat duduk, lalu dengan tangan kiri melindungi muka, tangan kanan melindungi dada, dia
bersikap dalam posisi siap siaga.
Sementara sepasang matanya yang jeli berlagak
memandang nona berbaju putih itu dengan tegang.
Tindakan Lan See-giok yang sangat tiba-tiba ini, kontan
saja membuat beberapa orang dayang tersebut menjadi
tertegun dan gelagapan dibuatnya.
Si nona berbaju putih itu sendiri masih tetap bersikap
tenang, malah sekulum senyuman segera menghiasi
bibirnya setelah menyaksikan ketegangan Lan See-giok, ini membuat sepasang payudaranya turut bergoncang keras
mengikuti suara tertawa cekikikannya.
ooo0dw0ooo BAB 6 PEMILIK BENTENG WI-LIM-PO
DENGAN sepasang matanya yang genit dan menggiurkan nona berbaju putih itu. memandang sekejap
ke arah Lan See giok, kemudian katanya sambil tertawa
cekikikan: http://kangzusi.com/
"Bocah dungu, hayo cepat membersihkan badan dan
tukar pakaian."
Seraya berkata dia segera berjalan lebih dulu di depan.
Sekalipun Lan See giok merasa kurang senang atas
panggilan itu, tapi dia tak berani bersikap kelewat keras karena dia takut akan terbongkar rahasianya sehingga
menyulitkan diri sendiri.
Karena itulah setelah tertegun sejenak, dia pun
mengikuti di belakang gadis tersebut.
Menelusuri ruangan dalam, ia saksikan semua perabot
yang ada di situ rata-rata indah dan mahal harganya,
lantainya dilapisi permadani merah sedang lentera keraton menghiasi mana-mana, benar-benar suatu dekorasi yang
indah sekali. Beberapa orang dayang yang berada di sana rata-rata
berusia empat lima belas tahunan, mereka mengenakan
pakaian berwarna merah, kuning, hijau dan biru, saat itu mereka semua sedang berdiri di depan pintu berbentuk
bulat dengan wajah keheranan.
Baru pertama kali ini Lan See giok menyaksikan
dekorasi yang begini indahnya, setiap macam benda yang
ada di sana menimbulkan rasa ingin tahunya, untung saja ia masih sanggup untuk mengendalikan gejolak perasaan
dalam hatinya. Setelah menembusi ruangan dalam, akhirnya gadis
berbaju putih itu mengajaknya menuju ke depan sebuah
pintu kecil di mana tampak ada dua orang dayang berbaju
bunga berdiri di situ.
Lan See giok tahu bahwa tempat itulah tempat untuk
membersihkan badan . . .
http://kangzusi.com/
Benar juga, nona berbaju putih itu segera berhenti dan
katanya sambil tertawa:
"Cepat masuk, setelah membersihkan badan gantilah
dengan pakaian ini.."
Sembari berkata dia lantas menyodorkan beberapa stel
pakaian itu kepada Lan See giok.
Si anak muda itupun tidak sungkan-sungkan, dia segera
menerima pakaian tersebut dan masuk ke dalam ruangan.
Dua orang dayang yang berada di luar dengan cepat
menutupkan pintu ruangan.
Dengan wajah ingin tahu, Lan See giok memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu dia lihat di ujung ruangan terdapat sebuah rak pakaian, lalu di bagian tengah terdapat sebuah bak mandi terbuat dari kayu, isi bak itu setengah penuh dan mengepalkan uap panas, seluruh ruangan terasa
harum semerbak.
Ia tahu kamar untuk membersihkan badan ini mungkin
merupakan kamar mandi pribadi si nona berbaju putih itu, ia menjadi berpikir pikir, kenapa nona berbaju putih itu bersikap istimewa kepadanya.
Selesai membersihkan badan, untuk sementara waktu dia
terpaksa harus mengenakan pakaian pemberian gadis itu.
Ternyata pakaian itu terdiri dari jubah biru dengan
celana hijau, pakaian dalam putih, sepatu model busa . . . .
Semua bahan pakaian terbuat dari bahan sutera yang
sangat halus dan mahal harga nya, tanpa terasa Lan See
giok berkerut kening.
Meski usianya masih kecil, namun dia merasa tak
terbiasa mengenakan pakaian yang berwarna warni seperti
itu. http://kangzusi.com/
"Aaaah, tak apalah" akhirnya dia berpikir "toh pakaian ini kupakai untuk sementara waktu . . ."
Pakaian dalamnya persis, tapi celananya. kelewat
panjang, sepatunya kelewat sempit, pakaian luarnya agak
kedodoran, walaupun kurang necis, tapi dapat terlihat
betapa tampannya pemuda itu.
Selesai berdandan, dia lantas celingukan lagi ke sana ke mari untuk mencari air guna mencuci pakaian sendiri . . .
Pada saat itulah, pintu diketuk orang secara tiba-tiba,
kemudian terdengar pelayan itu bertanya:
"Kongcu, sudah selesaikah mandimu?"
Kongcu" Lan See-giok merasa asing sekali terhadap
panggilan itu, tapi dia tahu panggilan tersebut ditujukan kepadanya.
Maka diapun membalikkan badan sambil membuka
pintu. kemudian melangkah ke luar dari ruangan itu.
Dua orang dayang itu nampak tertegun untuk sesaat,
agaknya baru pertama kali ini mereka jumpai seorang
pemuda yang begitu tampan.
Sedang Lan See giok
mengira mereka sedang mentertawakan pakaiannya yang kedodoran, tanpa terasa
dengan wajah berubah menjadi merah padam tanyanya
sambil tertawa "Adik kecil berdua, tolong carikan air sedikit . ."
Sekali lagi kedua orang dayang itu tertegun, tapi setelah berpikir sebentar mereka segera memahami jalan pemikiran pemuda itu, kontan saja mereka tertawa cekikikan.
Salah seorang dayang yang berusia agak tua segera
berkata sambil tersenyum ramah:
http://kangzusi.com/
"Kongcu, pakaianmu akan budak cucikan, silahkan
kongcu bersantap malam lebih dulu!"
Dengan sopan Lan See giok mengucapkan terima kasih,
kemudian berjalan menuju ke ruang depan.
Tiba di ruang muka sebuah meja perjamuan telah
disiapkan, mangkuk piring yang terbuat dari perak telah
dihidangkan secara lengkap.
Beberapa orang dayang berdiri penuh hormat di sudut
ruangan, sedang nona berbaju putih itu masih belum
nampak. Lan See-giok memang merasa amat lapar, apalagi setelah
menyaksikan hidangan malam yang lezat, perutnya merasa
semakin lapar. Di atas meja tersedia dua perangkat mangkuk sumpit, itu
berarti bukan disiapkan buat dia seorang saja, karena itu dengan sabar dia pun menantikan kemunculan si nona
tersebut. Sambil menundukkan kepala dia pun berjalan kian
kemari, sementara otaknya berputar terus untuk menemukan cara yang baik untuk meloloskan diri dari situ.
Pemandangan malam di luar ruangan nampak sangat
indah, bintang-bintang berkerlipan di tengah angkasa yang gelap, seluruh benteng Wi lim poo berada dalam keadaan
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Beberapa orang pelayan berdiri membungkam di tempat,
sementara sorot mata mereka yang jeli mengikuti gerak
gerik Lan See giok berjalan kian kemari.
Membayangkan kembali pengalamannya selama dua
hari belakangan ini, Lan See giok merasa seakan akan
sudah melewati waktu selama satu dua bulan, meski
http://kangzusi.com/
demikian dia merasa hatinya lega dan nyaman, sebab ia
dapat lolos dari cengkeraman To oh cay jin (si manusia
cacad telinga) Oh Tin san.
Kini dia memutuskan untuk tidak terburu buru
mengunjungi bibi Wan, dia harus menunggu sampai kelima
manusia cacad dari tiga telaga berlalu dan meninggalkan
tempat tersebut jauh-jauh karena merasa sadar bahwa
harapan mereka amat tipis, kemudian barulah berusaha
untuk pergi ke sana.
Ia beranggapan bersembunyi di dalam benteng Wi lim
poo merupakan tempat persembunyian yang paling rahasia,
mimpipun ke lima manusia cacad serta kakek berjubah
kuning itu tak akan menduga kalau dia berada di sini.
Bila teringat kembali kejadian yang dialami malam tadi,
hingga sekarang jantungnya masih terasa berdebar keras,
pertempurannya melawan si perompak yang mati tertusuk
di air serta pertarungannya melawan gadis-gadis itu hampir saja membinasakan dirinya di dalam air telaga.
Membayangkan kembali kesemuanya itu, tanpa terasa
Lan See giok terbayang kembali akan kepandaian sakti yang dimiliki si nona berbaju putih sewaktu berada dalam air, dia memutuskan untuk mempelajari kepandaian tersebut secara
baik-baik. Siapa tahu dalam sepanjang sejarah hidupnya dia akan
menjumpai bencana banjir" Atau mungkin akan bertemu
perompak dan mengalami musibah kapalnya karam" Tanpa
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibekali ilmu dalam air yang sempurna biarpun ilmu silat yang dimiliki cukup hebatpun jangan harap bisa
mempertahan kan hidupnya dengan baik
Sementara ia masih melamun sampai di situ, mendadak
terdengar suara dentingan nyaring berkumandang datang.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera menghentikan langkah nya seraya
berpaling, tampak dua orang dayang cilik lari masuk ke
dalam ruangan dengan wajah tergopoh gopoh.
Kemudian setibanya di depan pintu, ke dua orang
dayang itu memisahkan diri dan berdiri di kiri dan kanan.
Tak lama kemudian suara dentingan tadi makin
mendekat dan akhirnya tirai disingkap orang.
Agak berkilat sepasang mata Lan See giok setelah
melihat apa yang tertera di depan mata, seorang gadis
cantik rupawan dengan perawakan yang ramping dan indah
tahu tahu sudah muncul di depan mata.
Rambut si nona cantik itu disanggul tinggi dengan mutu
manikam menghiasi mahkota nya, ia berwajah potongan
kwaci, alis matanya indah dengan bibir yang mungil,
gaunnya berwarna putih dengan pakaian warna hijau
pupus, suatu perpaduan yang membuat wajahnya nampak
lebih cantik dan menawan hati.
Setelah diamati beberapa saat, Lan See giok baru
mengenali kalau si nona anggun yang berbadan indah ini
ternyata tak lain adalah si nona berbaju putih tadi.
Gadis cantik itu berdiri tertegun pula di depan pintu
sepasang matanya yang jeli mengawasi juga wajah Lan See
giok yang baru selesai membersihkan badan dengan
termangu. Ia benar-benar terkejut sampai tertegun, tak terlukiskan rasa girang dan gembira yang berkecamuk di dalam
dadanya. Lan See giok yang selesai membersihkan badan dan
berganti pakaian, nampak begitu tampan dan gagah,
wajahnya yang memerah tambah dilihat tambah menarik
hati. http://kangzusi.com/
Ia berdoa semoga Lan See giok bukan seorang bocah
berusia lima enam belas tahun, dia berharap pemuda itu
sudah termasuk seorang pemuda dewasa, sebab tahun ini
dia sendiri telah berumur sembilan belas tahun.
Setelah termangu sesaat, sambil tertawa manis gadis,
berbaju putih itu maju mendekat, katanya sambil menunjuk ke arah meja:
"Ayo silahkan, jangan kau tunda lebih lama lagi"
Lan See giok memang memutuskan untuk berdiam
sementara waktu di dalam benteng Wi lim-poo sampai
suasana menjadi aman kembali, maka sambil tertawa dia
manggut-manggut, pertanda kalau dia tidak berniat
bermusuhan. Sewaktu si nona mempersilahkan Lan See giok duduk di
kursi utama, tanpa sungkan pemuda itu mengikutinya.
Mendadak, dari luar pintu berkumandang suara langkah
kaki manusia yang tergesa-gesa.
Lan See giok segera berpaling, tampak seorang dayang
berbaju kuning sedang berlarian masuk ke dalam ruangan
dengan wajah gugup bercampur tegang.
Dengan kening berkerut si nona segera menegur:
"Apa yang terjadi di tempat hujin sana?"
"Lapor nona" kata dayang itu cepat-cepat, "Lo pocu telah pulang, entah mengapa dia sedang marah-marah di
ruang tamu."
"Aaaah, tahukah kau apa yang menyebabkan lo pocu
marah-marah?" sela si nona sambil menjerit kaget.
"Menurut laporan dari Be-congkoan kepada nyonya. Tui keng hi ( Setan pengejar ikan paus ) yang diutus untuk
http://kangzusi.com/
menjemput lo-pocu ditemukan tewas tertusuk dalam air
telaga, mayatnya sudah terapung di atas permukaan air.
Lan See giok amat terkejut setelah mendengar laporan
itu sehingga tanpa terasa wajahnya berubah, pikirnya:
"Jangan-jangan si setan pengejar ikan paus adalah orang yang mati kutusuk tadi?"
Tapi ia segera merasa jalan pemikirannya tidak benar,
bukankah si setan pengejar ikan paus ditugaskan untuk
menjemput Lo pocu-nya, bukan orang yang ditugaskan
mencari dia"
"Aaaah, pasti orang itu hanya seorang perompak air . . .
!" akhirnya dia menyimpulkan.
Berpikir sampai di situ, hatinya yang tak tenang pun
segera menjadi tenang kembali.
Maka sambil memandang si nona berbaju putih yang
termangu, selanya:
"Tolong tanya nona, kecuali benteng kalian, apakah di sekitar telaga ini masih terdapat markas besar dari
perkumpulan atau perguruan lain-."
Sekulum senyuman sinis dan angkuh segera melintas di
wajah nona berbaju putih itu, sahutnya:
"ikan dan udangpun tak berani berenang mendekati
benteng Wi lim poo, apa lagi perguruan atau perkumpulan
lain, masa mereka berani mendirikan markasnya di sekitar ini?"
Lan See giok memang bukan anak bodoh, dari sikap
angkuh si nona berbaju putih itu, ia sudah menyimpulkan
kalau tiada orang luar yang berani mendekati daerah telaga tersebut.
http://kangzusi.com/
Terdengar si nona berbaju putih itu bertanya lagi kepada si dayang berbaju kuning:
"Mayat si setan pengejar ikan paus ditemukan di daerah air sebelah mana?"
Dayang itu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Budak tidak tahu, sewaktu hujin bertanya lo-pocu
sendiri tidak menjawab, maka budak lihat lebih baik nona saja yang mencoba membujuk lo pocu- "
Gadis berbaju putih itu segera mengerutkan dahinya,
seakan akan merasa segan untuk pergi, tapi setelah
termenung sejenak akhirnya ia berkata.
"Pergilah dulu, bilang saja aku akan segera menyusul !".
Dayang berbaju putih itu mengiakan dengan hormat,
kemudian membalikkan badan dan terburu buru meninggalkan tempat tersebut.
Sepeninggal si dayang, nona berbaju putih itu baru
berpaling kearah Lan See giok sambil berkata:
"Dalam benteng kami terdapat tiga orang jago yang
disebut tiga setan, di antara ke tiga orang ini, si setan pengejar ikan paus termasuk orang yang berilmu paling
tinggi, ilmunya di dalam airpun paling sempurna, biarpun bertemu jago lihay, semestinya tak mungkin ia akan
tertusuk mati di dalam air . . . ." setelah berhenti sejenak, tergerak hatinya, cepat dia berguman lebih jauh:
"Jangan-jangan sudah bertemu dengan Huan kang ciong liong ( naga sakti Pembalik sungai)?"
Dari pembicaraan
itu kembali Lan See -giok menyimpulkan bahwa antara pihak Wi lim Poo dengan si
http://kangzusi.com/
naga sakti pembalik sungai pasti terdapat perselisihan, cuma dia tak berani banyak bertanya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata nona
berbaju putih itu, ia segera berpaling ke arah Lan See giok, kemudian tanyanya:
"Mengapa kau mendatangi telaga Lu wi-tong kami
malam ini" Di tengah jalan tadi apakah kau telah bersua
dengan seorang lelaki setengah umur berbaju hitam, beralis tebal dengan mata yang jeli" Atau mungkin sudah terjadi
pertarungan diantara kalian?"
"Sejak memasuki telaga ini, tak sesosok bayangan
manusiapun yang kujumpai, mana mungkin bisa terlibat
dalam suasana pertarungan?" sahut pemuda tanpa ragu.
Gadis berbaju putih itu cukup memahami kalau Lan See-
giok tidak mengerti ilmu dalam air, jadi mustahil ia dapat membunuh si setan pengejar ikan paus yang lihay dalam
soal ilmu berenang di dalam air, maka dengan kening
berkerut dan nada tak mengerti gumamnya lebih jauh:
"Lantas, mengapa kau memasuki telaga Lu-wi tong?"
Tak terkirakan rasa mendongkol Lan See- giok tiba-tiba
teriaknya dengan marah:
"Kapan sih aku bilang mau datang ke mari" Semalam toh aku cuma tertidur di dalam perahu, sewaktu mendusin
perahuku sudah terbawa arus hingga sampai di dalam
wilayah Lu-wi tong, padahal aku tak mengerti ilmu
berenang, aku pun tak pandai mendayung.."
Melihat kemarahan sang pemuda yang kian lama kian
menjadi, nona berbaju putih itu semakin yakin kalau di
balik kesemuanya ini masih terdapat hal-hal lain, namun
tampaknya diapun enggan untuk bertanya lebih jauh, maka
sambil, tersenyum katanya:
http://kangzusi.com/
"Arus dari telaga ini menang sering kali berubah ubah, ada kalanya angin telaga dapat membawa sampan kecil
menuju ke arah yang lain, kejadian semacam ini umum dan
tiada sesuatu yang aneh, ayo cepat bersantap!"
Sembari berkata dia mengambil sumpit perak.
Melihat gadis berbaju putih itu tidak bertanya lebih jauh dan kebetulan hal ini memang sesuai dengan keinginannya, maka diapun mulai bersantap.
Baru saja hidangan akan dimasukkan ke mulut,
mendadak tampak seorang dayang berlari masuk dengan
tergesa gesa, lalu berbisik lirih:
"Nona, lo-pocu datang!"
Berubah wajah si nona berbaju putih itu. ia tahu pastilah si dayang berbaju kuning yang melaporkan kepada ayahnya
kalau di situ hadir seorang pemuda tampan.
Cepat-cepat dia bangkit dan lari ke luar untuk
menyambut kedatangan ayahnya.
Sementara itu dari ruang tengah terdengar suara langkah
kaki manusia, yang bergema semakin mendekat, lalu
terdengar gadis berbaju putih itu berseru memanggil:
"Ayah. . ."
Meminjam cahaya lentera yang memancar ke luar dari
ruangan Lan See giok ikut memandang ke depan, tapi
dengan cepat seluruh badannya gemetar keras, wajahnya
berubah hebat, hidangan yang baru saja di antar ke mulut pun segera terjatuh kembali ke atas tanah.
Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau lo pocu dari
benteng Wi lim poo ternyata adalah si manusia cacad
telinga Oh Tin san yang baru saja berhasil dihindari..
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san sendiri pun nampak
terkejut bercampur gembira setelah mengetahui pemuda
yang duduk di ruangan tak lain adalah Lan See giok.
Cepat-cepat Lan See giok berusaha menenangkan
hatinya, satu ingatan segera melintas dalam benaknya,
segera dia melepaskan sumpitnya dan menangis tersedu
sedu. Kemudian dengan suara keras teriaknya:
"Empek- "
Ia lari ke depan menyongsong orang itu.
Perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ini bukan
saja membuat semua dayang menjadi tertegun. bahkan
gadis berbaju putih sendiripun sampai berdiri melongo.
Dengan cepat Lan See giok menubruk dan memeluk si
manusia cacad telinga erat-erat lalu meledaklah isak
tangisnya. Hawa amarah yang semula berkobar dalam dada
manusia cacad telinga Oh Tin san seketika lenyap tak
berbekas, ia tak bisa mengendalikan rasa girangnya lagi dan mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Begitu keras, suara tertawanya sehingga menggetarkan
seluruh benteng Wi lim poo.
Setelah termangu beberapa saat, gadis berbaju putih itu
segera berteriak keras.
"Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Manusia cacad telinga Oh Tin san menghentikan gelak tertawanya,
sambil membelai tubuh Lan See giok dengan penuh rasa
gembira ia berkata:
"Anak bodoh, jangan menangis lagi, ini rumahmu, kau adalah satu satunya sau pocu dari benteng ini"
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil mendorong sang bocah, tanyanya lagi
sambil tertawa senang:
"Anak bodoh, coba kau lihat siapakah budak yang cantik itu?"
Sembari berkata dia menunjuk ke arah si nona berbaju
putih yang sementara itu dari rasa kaget dan tercengangnya telah berubah menjadi luapan kegembiraan.
Lan See giok sendiripun segera menyadari akan masalah
yang sedang dihadapi dengan berpura-pura terkejut
bercampur gembira teriaknya keras-keras:
"Kau adalah enci Cu!"
Di tengah sorak gembiranya dia lari ke depan dan
memeluk pinggang nona berbaju putih itu kencang-kencang
kemudian serunya tiada hentinya:
"Enci Cu, enci Cu. . . ."
Meskipun nona berbaju putih Oh Li cu terhitung seorang
gadis jalang yang cabul, toh ia dibuat malu dan tersipu-sipu oleh pelukan Lan See giok tersebut, wajahnya segera
berubah menjadi merah padam bagai kepiting rebus.
Apalagi perawakan tubuh Lan See giok sudah sejajar
dengan ketinggian tubuhnya.
Biarpun Oh Tin-san yang licik dan keji berakal bulus dan berpengalaman luas, tak urung semua kecurigaannya lenyap tak berbekas setelah menyaksikan sikap gembira dari Lan
See giok. Pemuda Lan See-giok memang pintar sekali, setelah
memeluk tubuh Oh Li cu yang bahenol erat-erat, mendadak
dia berlagak tersipu-sipu dan buru-buru melepaskan
pelukannya, kemudian dengan wajah jengah menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Oh Tin san.
http://kangzusi.com/
Biarpun Oh Tin san licik dan hebat, hilang lenyap semua
kecurigaannya sekarang. malah tak tertahankan lagi ia
tertawa terbahak-bahak.
"Bocah bodoh, mengapa malu?" tegurnya dengan
gembira, "cepat, beritahu kepada empek, cantik kah enci Cu?"
"Enci Cu amat cantik!" sahut pemuda itu dengan kepala tertunduk rendah-rendah.
Merah dadu selembar wajah Oh Li-cu karena jengah,
napsu birahinya segera terangsang dan sinar matanya
memancarkan napsu birahi yang amat tebal.
Memandang Lan See giok yang berada dihadapannya,
manusia cacad telinga 0h Tin san merasa seolah-olah kotak kecil itu sudah berada di dalam genggamannya, tak terlukis kan rasa gembiranya waktu itu.
Serunya kemudian sambil menepuk bahu Lan See giok
dengan tangannya yang kurus kering:
"Jika enci Cu memang cantik, bagaimana kalau empek
jodohkan enci Cu untuk menjadi istrimu!"
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Li cu merasakan
timbulnya aliran hawa panas dari antara pahanya terus
meluncur ke atas, buru-buru serunya dengan manja:
"Ayah, Cu ji tak bisa berbakti lagi kepadamu di
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian hari. . ."
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat ia berpaling ke arah Oh Tin san lalu sambil tertawa manggut tiada
hentinya. Sekali lagi Oh Tin san mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Asal aku si manusia cacad telinga memperoleh kotak kecil itu, sudah pasti dunia berada di bawah telapak
kakiku!" Pada saat itulah..
Mendadak dari belakang beberapa orang itu berkumandang suara teguran seorang perempuan setengah
umur dengan nada terkejut:
"Tin san, persoalan apa sih yang membuat kau tertawa terbahak bahak . . . ?"
Lan See giok turut berpaling, ia saksikan di depan pintu telah berdiri seorang nyonya tua bersanggul tinggi,
berkeriput mukanya dan berbedak serta gincu amat tebal.
Biarpun usianya sudah tua, namun nyonya itu masih
tetap "hot" dengan anting-anting model dakocan yang amat besar menghiasi telinganya, ia memakai gaun hijau pupus
dikombinasikan baju berwarna merah darah, sepatunya
berwarna merah juga, ini menunjukkan kalau perempuan
ini biar sudah tua namun seorang yang suka pesolek.
Melihat tampang perempuan tua itu, Lan See giok segera
menduga kalau dia adalah bininya si manusia cacad telinga.
Benar juga, Oh Li cu segera lari menyongsong
kedatangan perempuan itu sambil berseru manja:
"Ibu, ayah menganiaya Cu ji!"
Sambil berseru dia menjatuhkan diri ke dalam pelukan
nyonya tua tersebut.
Walaupun nyonya tua itu masih dihiasi dengan
senyuman, agaknya diapun dibuat tidak habis mengerti oleh sikap Oh Tin san yang sebentar gusar sebentar tertawa
senang itu. http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san mendorong tubuh Lan
See giok ke depan nyonya tua itu, kemudian tanyanya
dengan bangga: "Ci hoa, coba lihat siapakah dia?"
Sambil berkata ia tertawa licik dan memutar biji matanya berulang kali, jelas ia sedang memberi tanda kepada nyonya tua tersebut:
"Say nyoo-hui" atau Tandingan - nyoo-hui Ki Ci hoa adalah seorang perempuan yang sudah berpengalaman luas
di dalam dunia persilatan, ia pandai sekali melihat gelagat dan menilai perasaan hati orang, begitu menyaksikan sorot mata Oh Tin san, dengan kening berkerut dia pun
mengamati Lan See giok dari atas hingga ke bawah.
Namun dia tak berani berbicara lebih lanjut karena tidak memahami maksud tujuan suaminya, maka dengan nada
tidak pasti katanya:
"Ehmmm-rasanya sih seperti pernah di kenal.."
Sejak memandang wajah nyonya tua pesolek ini, dalam
hati kecil Lan See giok sudah tumbuh perasaan muak dan
bencinya, sekalipun demikian dia toh memandang juga ke
arah perempuan tersebut sambil berlagak seakan akan tidak mengerti.
Oh Tin san segera tertawa terkekeh-kekeh buru-buru
serunya: "Bocah ini adalah satu-satunya kongcu keturunan adik Khong-tay, coba lihat, sepuluh tahun tak bersua, bocah ini sudah tumbuh menjadi begitu gagah dan tampan, makin
dewasa pasti makin perkasa keadaannya"
http://kangzusi.com/
Nyonya tua itu berkerut kening kemudian berlagak
seakan akan baru memahami, ia berseru tertahan dan segera serunya sambil tertawa:
"Yaa, betul, memang agak mirip adik Khong-tay"
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Tin san menjadi
gugup, sebab raut wajah Lan See giok lebih mirip ibunya
dari pada ayah-nya, maka cepat-cepat katanya lagi:
"Jelek amat ketajaman matamu, bocah ini lebih mirip dengan istri adik Khong-tay!"
Sekali lagi nyonya tua itu memandang wajah Lan See
giok sambil manggut-manggut memuji, kemudian setelah
mendorong Oh Li cu, dia menghampiri pemuda itu sambil
tegurnya ramah:
"Nak, siapa namamu?"
"Dia bernama, Lan See giok!" Oh Tin san menerangkan, sedang kepada sang bocah, katanya pula:
"Dia adalah bibimu Ki Ci hoa, orang menyebutnya
sebagai Tandingan Nyoo-hui, dulu dia termasuk seorang
perempuan cantik yang termasyhur namanya "
Lalu sambil tertawa terbahak bahak, ia menepuk bahu
Lan See giok sembari berseru lagi:
"Ayo cepat memanggil bibi!"
Sambil menahan kobaran hawa amarahnya Lan See giok
memanggil dengan hormat:
"Bibi . . . . !"
Ki Ci hoa nampak semakin gembira lagi setelah
mendengar panggilan itu, ia tertawa terkekeh tiada hentinya dengan mata setengah terpejam.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san sendiripun tertawa terbahak bahak, kepada
kawanan dayang di sisi ruangan serunya kemudian:
"Cepat siapkan arak, mungkin sau poocu sudah lapar
sedari tadi, malam ini aku akan minum arak sampai
mabuk!" Orang menjadi sibuk untuk menyiapkan segala hidangan
dan meja perjamuan.
Kemudian dengan senyum dikulum, Ki Ci hoa
menggandeng putrinya di tangan kiri, menarik Lan See-giok di tangan kanan bersama sama menuju ke luar ruangan.
Oh Tin san sengaja berjalan di paling belakang,
menggunakan kesempatan tersebut dia menarik seorang
dayang dan membisikkan sesuatu ke sisi telinganya. lalu
dengan cepat dia menyusul kembali istrinya bertiga.
Setelah mendengar bisikan Oh Tin-san, dayang itu
nampak agak gugup dan buru-buru lari pergi dari situ.
Setelah masing-masing mengambil tempat duduk, Ki Ci
hoa masih saja menggenggam tangan Lan See giok dengan
hangat, kemudian menanyakan usianya, ilmu silat, ilmu
sastra dan lain-lain dengan penuh perhatian.
Oh Li cu berdiri di belakang ibunya dengan senyuman
dikulum, matanya yang jeli mengamati terus wajah Lan See giok yang tampan tanpa berkedip, rupanya ia benar-benar
sudah terpukau dibuatnya.
Oh Tin san duduk di bangku lain sambil mengawasi
istrinya berusaha mengorek keterangan dari mulut pemuda
itu dengan taktiknya, sedang otaknya berputar terus
berusaha mencari akal bagaimana caranya menghadapi Lan
See giok sehingga kotak kecil yang diincar bisa diperoleh kembali dan bagaimana pula caranya untuk menghindari
http://kangzusi.com/
perjumpaannya dengan Huan kang ciong liong serta kakek
berjubah kuning.
Tak selang berapa saat kemudian hidangan sudah
disiapkan, maka perjamuanpun segera dilangsungkan.
Sepanjang perjamuan dilangsungkan, Oh Tin san selalu
merasa kuatir tentang keadaan Lan See giok setelah diajak menuju ke dusun nelayan tadi, dia ingin tahu apa saja yang telah dikatakan kakek tersebut kepada bocah itu, karena hal ini penting baginya di dalam usahanya untuk menguasai
Lan See giok di kemudian hari.
Maka setelah menghabiskan tiga cawan arak, dengan
suara yang lembut dan ramah tapi penuh nada perhatian
Oh Tin san bertanya:
"Giok ji, mengapa sih kakek berjubah kuning itu
menangkapmu den membawanya ke dalam dusun?"
Lan See giok memang sudah menduga Oh Tin san akan
mengajukan pertanyaan tersebut, maka tak heran kalau dia sudah mempersiapkan jawabannya sedari tadi.
Dengan kening berkerut ujarnya kemudian:
"Kakek berjubah kuning itu benar-benar tak tahu aturan, begitu berjumpa denganku, dia lantas, menegur mengapa
kemarin aku menghajar muridnya Thi Gou.."
Oh Tin san memang pernah melihat dari balik hutan
muncul seorang bocah perempuan berbaju merah serta
seorang bocah lelaki berkulit hitam berbaju hitam, dia tahu Thi Gou yang dimaksudkan Lan See giok tentulah si bocah
lelaki tersebut.
Terdengar Lan See giok berkata lebih jauh:
"..aku tahu empek sedang menungguku di luar dusun
oleh sebab itu tanpa sungkan-sungkan kusahut kepadanya:
http://kangzusi.com/
"Tidak tahu," siapa sangka dia lantas membentak dan menotok jalan darahku."
Walaupun si Manusia cacad telinga Oh Tin san dapat
merasa kalau di balik masalah tersebut mustahil duduknya persoalan begitu sederhana, namun berhubung apa yang
diucapkan Lan See giok pada dasarnya memang sama
seperti apa yang dilihatnya, terpaksa dia manggut-manggut sambil bertanya lebih jauh:
"Bagaimana selanjutnya?"
Secara ringkas Lan See giok mengisahkan kembali
keadaannya setelah masuk ke dalam dusun nelayan tersebut dan akhirnya dia menyinggung juga tentang tidak
ditemukan nya si manusia cacad telinga di tanggul telaga.
Dalam hal ini, dengan nada tak senang hati dia menegur.
"Bukankah empek sendiri bilang sebelum bertemu tak
akan bubar, namun ketika aku sampai di tepi telaga, tidak kujumpai dirimu berada di sekitar sana"
Agak memerah paras muka Oh Tin san lantaran jengah,
dia tertawa kering dan nampaknya merasa puas dengan
penuturan dari Lan See giok tersebut.
Berdasarkan kisah yang amat singkat itu diapun dapat
menyimpulkan bahwa kakek berjubah kuning itu tak nanti
telah menyampaikan sesuatu kepada Lan See giok.
Di samping itu, dari kegelapan ia pun dapat melihat
betapa gugup dan gelisahnya Lan See giok ketika mencari
jejaknya, hal tersebut membuat manusia licik ini menaruh percaya seratus persen.
Maka setelah tertawa kering katanya:
http://kangzusi.com/
"Dari kejauhan sebetulnya empek melihat kedatanganmu, cuma berhubung aku kuatir kakek berjubah
kuning itu datang menyusul, maka . . ."
Tiba-tiba tergerak hati Lan See giok dengan nada tak
mengerti dia bertanya.
"Mengapa sih empek begitu takut terhadap si kakek
berjubah kuning tersebut?"
Berubah paras muka si Manusia cacad telinga Oh Tin
san setelah mendengar ucapan mana, serunya gusar:
"Omong kosong, empek sebagai seorang pemilik benteng yang menjagoi seputar telaga ini belum pernah takut kepada orang lain."
Ketika mengutarakan ucapan tersebut, alis matanya
berkerut, matanya melotot wajahnya menyeringai seram,
agaknya ia benar-benar sedang diliputi hawa amarah.
Selama ini Say nyoo-hui Ki Ci hoa cuma membungkam
diri belaka, berhubung dia memang tak tahu duduknya
persoalan di samping kuatir salah berbicara.
Namun setelah melihat Oh Tin san menjadi gusar karena
jengah, buru-buru selanya:
"Tin san, bocah kecil tahu apa sih" Masa kata katanya kau masukan dalam hati hingga membuatnya menjadi
marah?" Sembari berkata dia mengerling sekejap ke arah Oh Tin
san. Oh Li cu pun merasa tidak puas dengan sikap ayahnya,
dengan nada tak senang hati serunya pula.
"Ayah memang jelek dalam hal ini, sedikit-sedikit jadi marah!"
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Oh Tin-san merupakan seorang manusia
licik yang pandai mengendalikan perasaan sendiri, namun
berhubung perkataan dari Lan See giok tadi telah
menyinggung aib yang pernah dijumpainya dan justru
mengena pada penyakit hatinya, tak heran kalau hawa
amarahnya segera meledak.
Namun setelah digerutui istrinya dan putrinya menunjukkan wajah tak senang hati, buru-buru dia
mengendalikan emosinya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaah . . haaah . . haaah . . . . bayangkan saja aku Oh Tin san adalah seorang tokoh silat yang nama nya sangat
menggetarkan telaga Phoan yang oh, dengan ilmu Hun sui
ciang hoat (ilmu pukulan pemisah air) yang kumiliki
puluhan tahun belum pernah bersua dengan musuh
tangguh, manusia-manusia
golongan putih maupun golongan hitam dari dunia persilatan pada jeri tiga bagian kepadaku, bayangkan saja betapa tidak marah aku setelah
dituduh takut dengan kakek berjubah kuning tersebut".
Kemudian setelah tertawa terbahak bahak kembali,
katanya lebih jauh kepada Lan See giok.
"Sebenarnya empek tidak menampakkan diri waktu itu
karena aku tak ingin mencari urusan yang tak berguna
dalam keadaan begitu"
Dalam hati kecilnya Lan See giok tertawa dingin, ia tahu jawaban dari Oh Tin san ini tidak jujur, sedangkan
mengenai keterangan Wi lim poo dalam dunia persilatan, ia pun masih tanda tanya besar sebab belum pernah hal ini di dengar dari ayahnya.
Dalam hati kecilnya sekarang cuma ada satu masalah
saja yang perlu diketahui secepatnya, yakni asal usul dari si kakek berjubah kuning tersebut.
http://kangzusi.com/
Maka dengan perasaan tak habis mengerti dia bertanya.
"Empek, sebenarnya siapa sih kakek berjubah kuning
itu?" Oh Tin san mendengus dingin.
"Hmmm! Empek cuma tahu kalau dia bukan orang baik-
baik, sedangkan tentang siapa namanya dan dari mana asal usulnya, belum pernah kudengar tentang hal ini . . ."
Lan See giok pura-pura merasa kaget dan tercengang,
katanya kemudian:
"Aku lihat ilmu silat yang dimiliki kakek berjubah kuning itu lihay sekali, mestinya kedudukannya dalam dunia
persilatanpun amat tinggi . . . "
"Darimana kau tahu?" belum habis Lan See giok berkata, Oh Tin san telah menukas dengan perasaan dalam.
Tanpa ragu-ragu sahut Lan See giok:
"Aku dengar kakek bercambang yang bernama naga sakti pembalik sungai itu selalu membahasai kakek berbaju
kuning itu sebagai locianpwe . . ."
Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata-katanya,
Oh Tin san dengan mata melotot dan menggertak gigi telah berseru lebih dulu:
"Thio-Lok-heng, manusia tak tahu malu, ia bermoral
bejad, suka merendahkan derajat sendiri . . "
Lan See giok sama sekali tidak menggubris ocehan dari
Manusia cacad telinga tersebut, dia berkata lebih jauh:
"Kepandaian silat yang dimiliki kakek berjubah kuning itu memang amat lihay, sewaktu ia membentak kemarin,
padahal tubuhnya masih berada berapa kaki dariku, tapi
jalan darahku tahu-tahu sudah kena ditotok olehnya."
http://kangzusi.com/
Ketika selesai mendengar perkataan dari Lan See giok
ini, Oh Tin san tak bisa me-ngendalikan hawa amarahnya
lagi, ia segera berseru keras.
"Bocah bodoh, ilmu silat itu tiada batas batasnya, dan beraneka ragam jenisnya, masing-masing kepandaian
memiliki keistimewaan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berbeda beda, masih
mendingan kalau kakek berbaju kuning itu tidak datang ke benteng Wi lim poo ku ini. bila ia sampai berani datang
kemari, hmm. . . aku pasti akan menyuruh si anjing tua ini merasakan enaknya air Phoan yang oh!"
Lan See giok segera merasakan semangat nya bangkit
kembali, dengan nada gembira dia berseru.
"Empek tua, kau sebagai seorang pocu yang namanya
termasyhur di seantero dunia, ilmu dalam airmu tentu lihay sekali, mulai besok aku ingin menyuruh empek untuk
mengajarku ilmu dalam air . ."
Mendapat pujian dari Lan See-giok, paras muka Oh Tin-
san yang semula suram segera berubah menjadi cerah
kembali, ia tertawa bangga dan menganggukkan kepalanya
berulang kali: "Baik, baik, asal kau bersedia untuk mempelajarinya secara tekun, empek akan mewariskan segenap kepandaian
yang empek miliki untukmu. . ."
Lan See-giok berlagak kegirangan, dia melompat-lompat
dan segera menjura dalam-dalam, serunya dengan girang:
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu kepada empek . . !"
Oh Tin san yang licik den banyak tipu muslihatnya ini
mengira rencana kejinya berhasil dengan sukses, tanpa
terasa ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak
bahak. http://kangzusi.com/
Say-nyoo-hui yang selama ini cuma membungkam,
sekarang turut berseru pula dengan nada girang.
"Nak, asal kau bersedia untuk belajar, beberapa jurus ilmu Cau hong jiu (ilmu sakti menggapai lebah) yang
kumilikipun akan kuwariskan juga kepadamu!" .
Lan See giok sama sekali tidak bertanya apakah ilmu
yang dimaksudkan sebagai Cau hong jiu tersebut, cepat-
cepat dia membalik kan badan dan menjura dalam-dalam,
lalu serunya dengan naga girang.
"Terima kasih banyak bibi!"
Kemudian dia membalikkan badan dan duduk kembali
ke kursi semula . . .
Waktu itu Oh Tin san sudah dibikin kegirangan sehingga
sedikit tak dapat mengendalikan diri, matanya yang jalang mengerling sekejap ke arah Oh Li cu yang sedang berseri, kemudian ujarnya sambil tersenyum.
"Mulai besok, biar enci Cu mu yang mewakiliku
mengajarkan dasar ilmu di dalam air kepadamu, bila dasar dasarnya sudah kau ketahui baru aku yang mengajarkan
langsung kepadamu!"
Mendengar perkataan ini Lan See giok tertawa, kali ini
suara tertawanya benar-benar timbul dari hati sanubarinya.
Sebab diantara lima cacad dari tiga telaga, tak
seorangpun yang paling dicurigai, berdasarkan julukan yang mereka miliki paling tidak dari lima cacad ada tiga yang bercokol di atas air, oleh sebab itu kepandaian berenang boleh dibilang merupakan kepandaian yang paling penting
baginya. Oh Li cu yang mendengar ayahnya memerintahkan
kepadanya untuk mengajar kan ilmu berenang kepada Lan
http://kangzusi.com/
See giok, kontan saja hatinya menjadi kegirangan, sebab hal tersebut memang sesuai dengan kehendak hatinya, tak
tahan lagi ia tersenyum genit.
Pada saat itulah dari luar ruangan muncul seorang
dayang berbaju hijau yang menghampiri Oh Tin san dengan
langkah tergesa gesa, setelah memberi hormat katanya:
"Lapor lo pocu, Be congkoan, Thio Gi si dan Li Tok cay datang mohon bertemu!"
Mendengar laporan tersebut paras muka Say nyoo-hui
dan Oh Li cu berubah hebat, dengan pandangan terkejut
mereka berpaling ke arah Oh Tin San.
Perlu diketahui, di hari-hari biasa kecuali Oh Tin San
suami istri, orang lain belum pernah mengunjungi tempat
kediaman dari Oh Li cu, tapi malam ini tiga orang
congkoan yang berkedudukan di bawah Oh Tin san telah
datang, ini menunjukkan kalau di dalam benteng telah
terjadi suatu peristiwa yang maha besar.
Menyaksikan keterkejutan Say nyoo-hui dan Oh Li cu,
Lan See giok merasa terperanjat sekali, apalagi saat ini menunjukkan
kentongan ke empat, hal tersebut membuatnya makin terkesiap.
Oh Tin San memang sudah mengetahui hal ini, tapi di
luar dia berlagak seolah-olah kaget dan tercengang, sambil mengerutkan dahinya ia berseru.
"Silahkan mereka masuk!"
Dayang itu mengiakan dengan hormat kemudian
membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
Say nyoo-hui maupun Oh Li cu memandang ke arah Oh
Tin san dengan pandangan terkesiap, tanyanya kemudian
dengan nada tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Ada apa sih" Masa hari begini juga datang
menghadap?"
Oh Tin san tidak menjawab dengan segera, hanya
matanya yang sesat mengawasi depan pintu dengan
termangu, seolah-olah sedang memikirkan persoalan
tersebut. Tak selang berapa saat kemudian, terdengar suara
langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan. Meminjam cahaya yang memancar ke luar dari balik
ruangan, Lan See giok dapat melihat ada tiga sosok
bayangan manusia sedang melangkah masuk ke dalam
ruangan dengan langkah tergesa-gesa.
Orang yang berada ditengah berperawakan kecil dan
pendek, dia adalah seorang kakek bungkuk bermata segi
tiga, beralis tebal dan memelihara jenggot kambing,
tampangnya menunjukkan kelicikan, mengenakan jubah
panjang warna putih yang kedodoran, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam yang berkilauan, membuat
kakek ini tampak mengerikan.
Sedangkan orang yang berada di sebelah kanan
berperawakan tinggi langsing, berusia antara tiga puluh
tahunan, berjubah hitam dengan celana gombrang,
tampangnya kurus macam monyet dengan hidung yang
melengkung seperti hidung betet, matanya yang bulat
memancarkan juga cahaya tajam.
Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang
pemuda berusia dua puluh lima-enam tahunan, tubuhnya
kekar dengan alis mata yang tebal, tapi matanya kecil,
hidungnya agak mancung dan bibirnya terasa amat tebal.
http://kangzusi.com/
Ia mengenakan topi model seorang busu, telinganya
dihiasi anting-anting besar, pakaiannya ringkas dan ikat pinggangnya merah, diantara rekan rekannya dia memang
kelihatan lebih tampan.
Di antara ke tiga orang ini, seorang bertampang licik,
seorang lagi bertampang keji dan pemuda ini meski masih
muda namun wajahnya memancarkan pula hawa sesat dan
hawa kecabulan.
Lan See giok segera menduga kalau ke tiga orang ini
adalah para anggota penting dari benteng Wi-lim-poo.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ruangan, enam buah sorot mata mereka yang jeli
mengawasi wajah Lan See giok yang sedang duduk
dihadapan Oh Li cu itu dengan pandangan terkejut.
Terutama sekali pemuda berpakaian ringkas tersebut, ia
nampak berkerut kening setelah menyaksikan ketampanan
wajah Lan See giok serta kegagahannya.
Biarpun Lan See giok hanya seorang bocah berusia lima
enam belas tahunan, tapi dalam pandangannya bocah itu
sudah terhitung seorang pemuda yang amat ganteng.
Oleh sebab itulah sebelum melangkah ke dalam ruangan,
keningnya sudah berkerut dan wajahnya diliputi hawa
napsu membunuh.
Menyaksikan wajah cemburu yang terpancar dari wajah
pemuda tersebut, senyuman yang semula menghiasi wajah
Oh Li cu kini telah berubah menjadi dingin seperti es.
Perubahan wajah Oh Li cu, kontan saja semakin
mengobarkan api cemburu yang berkobar di dalam dada
pemuda berpakaian ringkas tersebut.
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin San maupun Say-nyoo-
hui Ki-Ci-hoa menyaksikan perubahan wajah ke dua orang
itu dengan jelas, akan tetapi mereka berlagak seolah-olah tidak memperhatikan.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ke dalam ruangan, lalu dengan hormat mereka menjura
seraya berkata:
"Mengunjuk hormat buat Lo pocu, hujin dan nona!"
Say nyoo-hui dan Oh Li cu segera membalas hormat
sambil tersenyum . . .
Hanya Lan See giok seorang yang masih tetap duduk tak
bergerak, karena dia memang tidak kenal dengan ke tiga
orang ini, terhadap sorot mata permusuhan dari pemuda
berpakaian ringkas tersebut, diapun pada hakekatnya tidak memandang sebelah matapun.
Setelah meletakkan cawan araknya, berlagak tidak
mengerti Oh Tin San segera bertanya:
"Malam-malam begini kalian bertiga datang ke sini,
entah ada urusan apa?"
Kakek bungkuk tersebut segera menjura, sahutnya
dengan sikap yang sangat menghormat:
"Hamba sekalian mendengar Lo pocu marah-marah yang
mungkin disebabkan peristiwa terbunuhnya si setan
pengejar ikan paus, oleh sebab itu hamba sekalian khusus datang ke mari untuk melaporkan kejadian yang
sebenarnya".
Lelaki setengah umur berwajah
monyet segera menyambung pula dengan hormat.
"Setelah menerima laporan, hamba langsung memeriksa sendiri di tempat kejadian, di sekitar sana ditemukan sebuah
http://kangzusi.com/
sampan nelayan dalam keadaan terbalik, di dasar sampan
dijumpai sebuah lubang yang persis sebesar luka mematikan di tubuh si setan pengejar ikan paus "
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat mendongkol, dia merasa kejadian tersebut
perlu diterangkan sejelas-jelasnya kepada semua orang . . .
Belum habis ia berpikir, tiba-tiba pemuda berpakaian
ringkas itu sudah berdiri dengan kening berkerut, tiba-tiba serunya dengan penuh kegusaran.
"Menurut hasil penyelidikan atas sumber dari sampan tersebut, diketahui perahu itu milik dusun nelayan
setempat, hamba yakin perbuatan ini pasti hasil karya si naga sakti pembalik sungai, kini segenap saudara dari
benteng sudah diliputi emosi dan gusar sekali, kami merasa belum puas sebelum dapat mencuci dusun nelayan itu
dengan darah . . . ."
Ucapan itu menggusarkan Lan See giok, ia jadi lupa
kalau dirinya berada di mulut harimau, dengan kening
berkerut dia siap melompat bangun.
Belum lagi hal tersebut dilakukan, Oh Tin San sudah
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
Gelak tertawa ini langsung membungkam kan pemuda
berpakaian ringkas itu, agak termangu ia mengawasi
pocunya, sementara hatinya keheranan dan tidak habis
mengerti apa sebabnya Oh Tin San tertawa tergelak..
Lan See giok, Say-nyoo-hui serta Oh Li cu juga
mengawasi Oh Tin San dengan perasaan tidak habis
mengerti. Setelah menghentikan gelak tertawanya, Oh Tin san
berkata dengan lantang:
http://kangzusi.com/
"Kukira ada kejadian besar apa, oooh. rupanya hanya masalah sekecil ini, biarpun sampan tersebut milik dusun nelayan setempat, namun aku percaya si setan pengejar ikan paus bukan tewas di tangan si Naga Sakti pembalik sungai."
Berbicara sampai di situ, matanya yang sesat
memandang sekejap ke arah Lan See-giok, kemudian
sambil berpura pura gembira katanya dengan suara lantang:
"Persoalan ini tak usah kita bicarakan dulu untuk
sementara waktu, ayo kuperkenalkan dulu kalian bertiga
dengan sau poocu kalian Lan See giok."
Seraya berkata dia menunjuk ke arah pemuda Lan.
Kecuali kakek bungkuk, dua orang lainnya nampak
tertegun, terutama sekali pemuda berpakaian ringkas
tersebut, paras mukanya segera beruban hebat.
Lan See giok masih tetap bersikap tenang, senyum
hambar menghiasi ujung bibirnya, matanya bersinar tajam, oleh karena Oh Tin san telah bangkit berdiri, maka dia pun turut beranjak.
la cukup tahu bahwa kesemuanya ini merupakan bagian
dari perangkap Oh Tin san, tapi mengapa" ia kurang jelas, namun ada satu hal dia merasa yakin, bisa jadi hal ini akan semakin membantu usahanya untuk melarikan diri.
Dalam pada itu si kakek bungkuk itu sudah maju ke
depan dengan senyuman di kulum, sembari menjura
katanya dengan hormat:
"Congkoan dari benteng Wi-lim-poo, Be-Siong-pak
memberi hormat buat sau pocu."
Buru-buru Lan See giok membalas hormat, sahutnya
sambil tersenyum ringan:
http://kangzusi.com/
"Aku masih muda dan berpengetahuan rendah, untuk di kemudian hari masih banyak membutuhkan petunjuk dari
Be lo-enghiong"
Betapa gembiranya Be Siong-pak ketika Mendengar Lan
See giok membahasai diri sendiri sebagai Be lo-enghiong, buru-buru dia membungkukkan badan dan berkata sambil
tersenyum: "Hamba tidak berani, hamba tidak berani"
Sambil tersenyum Oh Tin san segera menimbrung dari
samping. "Bocah bodoh, Be congkoan sudah amat berpengalaman
di dalam dunia persilatan kecerdasan otaknya seperti
Khong-Beng yang menjelma kembali, dialah otak dari
empek mu, semua masalah dan pekerjaan merupakan hasil
kerjanya, di kemudian hari kau memang perlu minta
banyak petunjuk dari Be congkoan."
Lan See giok menganggukkan kepalanya berulang kali
sementara hatinya bergetar keras, ia tahu Be Siong pak
merupakan perintang utama bagi usahanya melarikan diri
di kemudian hari.
Umpakan dari Oh Tin san itu kontan membanggakan
hati Be Siong-pak, saking senangnya dia sampai
mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak bahak,
katanya berulang kali:
"Aaah, lo-pocu terlalu memuji!"
Lelaki setengah umur berwajah seperti monyet itu segera
maju pula ke depan, kata nya kepada Lan See giok dengan
hormat: "Hamba Thio-Wi-kang, memberi hormat buat Sau
pocu." http://kangzusi.com/
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sembari berkata dia membungkukkan badan sambil
menjura dalam-dalam . ..
Melihat hal ini Oh Tin-san kembali berkata:
"Dia adalah Thio-Wi-kang, orang menyebutnya sebagai Sam-ou kau-ong (Raja monyet air dari tiga telaga),
kepandaian dalam airnya tiada tandingan, saat ini dia
termasuk seorang tokoh yang amat menonjol namanya
dalam dunia persilatan."
"Selamat bersua, selamat bersua!" seru Lan See giok berulang kali sambil menjura.
Pemuda berpakaian ringkas yang berada di belakang,
dengan dahi berkerut dan mulut mencibir menunjukkan
sikap angkuh tetap berdiri di tempat, hanya ujarnya ketus:
"Lin Ci cun menjumpai sau pocu!"
Tapi dikala menyaksikan senyuman seram menghiasi
ujung bibir Oh Tin san, matanya berkilat tajam, kontan
hatinya bergetar keras. sehingga terburu buru
ia membungkukkan badannya memberi hormat.
Agaknya Oh Tin san merasa tak senang hati terhadap
sikap angkuh yang dipancarkan Li Ci cun di hadapannya,
maka diapun memberi penjelasan secara ringkas.
"Dia adalah Li Ci cun, orang menyebutnya Long Ii hu tiap (kupu-kupu di tengah ombak)."
Lan See giok tidak menyangka kalau penjelasan Oh Tin
san sedemikian ringkasnya, maka setelah termenung
sejenak, ia baru berkata sambil tersenyum.
"Selamat bersua, selamat bersua!"
Kupu-kupu dibalik ombak Li-Ci-cun merasa sangat tidak
puas, di samping itu diapun dapat menyadari kalau
manusia cacad telinga yang termasyhur sebagai manusia
http://kangzusi.com/
licik yang berhati keji ini menaruh perasaan tak puas
terhadapnya, kesemuanya itu membuat perasaannya
dicekam rasa kaget.
Akan tetapi setelah menyaksikan Oh Li cu, kekasihnya
yang selama ini hidup bagaikan suami istri dengannya sama sekali tidak berpaling ke arahnya, walaupun sudah sedari tadi ia muncul di situ, kontan saja api cemburunya makin lama semakin berkobar.
Dalam pada itu, Lan See-giok telah berkata kepada Oh
Tin sari sambil tersenyum.
"Empek, persilahkan Be lo enghiong bertiga turut
menghadiri perjamuan ini !"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, Oh Li cu segera
menarik wajahnya sambil cemberut.
Agaknya kakek bungkuk itu amat berkenan dihati atas
sebutan Be to-enghiong dari Lan See giok tersebut, dengan wajah berseri ia berkata:
"Tidak usah sau pocu, besok hamba masih ada urusan
yang mesti diselesaikan sehingga tak berkesempatan untuk menemani sau pocu bersantap, tapi untung saja waktu di
kemudian hari masih panjang, toh tak usah terburu napsu
bukan?" Selesai berkata kembali ia tertawa terbahak bahak,
agaknya ia belum bisa menduga asal usul Lan See giok yang sesungguhnya.
Sesungguhnya Oh Tin san memang berniat mempersilahkan ke tiga orang bawahannya untuk
menghadiri perjamuan tersebut, namun setelah menyaksikan ketidak senangan putrinya, apalagi Be Siong
pak juga telah beralasan masih ada urusan lain, maka
sembari mengulapkan tangannya ia berkata:
http://kangzusi.com/
"Baiklah, lain waktu saja kita minum bersama sama!"
Si kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun tahu
bahwa mereka sudah seharusnya pergi, maka serentak ke
tiga orang itu memberi hormat dan mohon diri.
Baru ke luar dari pintu ruangan, mendadak terdengar Oh
Tin san berseru lagi dengan suara dalam dan bertenaga.
"Be congkoan, sebelum fajar besok harap siapkan semua kapal perang yang kita miliki, kumpulkan segenap anggota kita di lapangan air, setiap pasukan harus berpakaian
lengkap dan panji kebesaran kita kibarkan di setiap tiang perahu, nah pergilah!"
Lan See-giok terkejut oleh ucapan tersebut, sementara
Say nyoo-hui serta Oh Li cu dibuat tertegun.
Kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun
nampak agak tertegun pula, tapi kemudian dengan
semangat berkobar serentak ia mengiakan dan berlalu
dengan langkah terburu buru.
Kejut dan gusar perasaan Lan See giok waktu itu, dia
tahu bisa jadi Oh Tin san berniat membasmi kampung
nelayan tersebut dengan kekerasan.
Maka setelah merenung sejenak, dengan kening berkerut
katanya dengan gusar:
"Empek, si setan pengejar ikan paus . ."
Setelah menurunkan perintah tadi tampaknya Oh Tin
san mulai berpikir kalau taruhan yang dilakukan olehnya
kali ini kelewat besar, mendingan kalau berhasil meraih
keuntungan, jika kalah, bukankah urusan bakal berabe"
Perasaannya tiba-tiba saja menjadi gugup dan sangat tak
tenang. http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya sebelum Lan See giok menyelesaikan
perkataannya, dengan tak sadar ia menyela:
"Siapa suruh si setan pengejar ikan paus mencari
kematian sendiri, waktu itu aku sudah memperingatkan dia, dasar kepandaian silatnya masih jauh di bawah mu
sekarang. . ."
"Empek" tukas Lan See giok tak puas, "mengapa kau menitahkan kepadanya agar diam-diam mendorongku,
bahkan sekalipun sudah di dorong sampai ke tengah telaga pun belum jua menampakkan diri untuk memberi
penjelasan?"
Agaknya Oh Tin san sudah dapat menenangkan hatinya
sekarang, katanya sambil tertawa hambar:
"Waktu itu aku mengira kau sudah semaput lantaran
kaget, karena sejak bersembunyi di dalam sampan tak
pernah menampakkan diri kembali, maka kuperintah kan
kepada si setan pengejar ikan paus agar mendorongmu ke
mari secara diam-diam, bila pembicaraan dilakukan waktu
itu, niscaya hal mana akan menarik perhatian si kakek
berjubah kuning"
Belum habis dia berkata, bayangan manusia nampak
berkelebat lewat di depan pintu.
Be Congkoan, si kakek bungkuk yang belum lama
meninggalkan ruangan kini sudah melompat masuk
kembali ke dalam ruangan dengan wajah gugup dan pucat
pias. Kemunculannya yang sangat mendadak ini tentu saja
sangat mengejutkan Lan See giok sekalian, serta merta
mereka melompat bangun.
http://kangzusi.com/
Para dayang yang berdiri berjajar di kedua belah pintu
pun sama-sama memperdengar kan jeritan kaget yang
melengking. Sebagai manusia yang berwatak licik dan pandai
membawa diri, Oh Tin san cukup tahu bila Be Siong pak
yang tersohor karena kecerdasan otaknya pun menunjukkan
sikap kaget dan gugup seperti ini, berarti di dalam
bentengnya sudah terjadi suatu peristiwa yang luar biasa sekali.
Maka sambil berusaha untuk mengendalikan perasaan
gugup dan kalut dalam pikirannya dia menegur.
"Ada urusan apa?"
Be Siong pak menunjukkan sikap kaget dan cemas, peluh
sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya,
dengan tergesa gesa dia menghampiri majikannya kemudian membisikkan sesuatu di sisi
telinganya. Mengikuti komat kamitnya mulut Be Siong pak, paras
muka Oh Tin san pun turut berubah ubah juga, dari gugup, takut sampai pucat pias dan matanya memancarkan sinar
ketakutan. Begitu Be congkoan menyelesaikan kata katanya, tak
tahan lagi dia bertanya dengan gelisah.
"Sekarang -sekarang dia berada di mana?"
Kakek bungkuk itu semakin tegang, setelah menghembuskan napas panjang sahutnya:
"Sekarang dia berada di ruang tamu!"
Jawaban ini segera menggetarkan perasaan si manusia
cacad telinga Oh Tin san seluruh tubuhnya gemetar keras,
http://kangzusi.com/
matanya terbelalak dan ia benar-benar tertegun saking kaget dan takutnya.
Dari sikap tegang, takut dan gugup yang diperlihatkan
Oh Tin san maupun kakek bungkuk tersebut, Lan See giok
segera menduga kalau di dalam benteng tersebut pasti
sudah kedatangan seorang musuh yang sangat lihay.
Bukan saja kepandaian silat yang dimiliki pendatang
tersebut hebat sekali, sudah pasti tangannya amat keji dan membunuh orang tanpa berkedip, kalau tidak mustahil Si
manusia cacad telinga Oh Tin San akan menunjukkan rasa
takut yang begitu hebat.
Agaknya Say-nyoo-hui Ki-Ci-hoa juga dapat merasakan
betapa seriusnya masalah tersebut. sambil menarik ujung
baju Oh Tin San, bisiknya lirih:
"Tin San siapa sih yang telah datang?"
Seperti baru mendusin dari kagetnya Oh Tin San tak
sempat lagi menjawab pertanyaan dari Ki-Ci-hoa, buru-
buru serunya kepada Be congkoan:
"Ayo, kita segera berangkat."
Buru-buru mereka berdua melompat ke luar dari ruangan
tersebut dan melejit ke atas atap rumah, kemudian dalam
beberapa kali lompatan saja bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan mata.
Sepeninggal ayahnya dan Be Congkoan, Oh Li cu baru
berpaling ke arah ibunya sambil bertanya dengan perasaan tak habis mengerti:
"Ibu, menurut pendapatmu siapa sih yang telah datang?"
ooo0dw0ooo http://kangzusi.com/
BAB 7 SAY-NYOO-HUI Ki-Ci-hoa memandang sekejap ke
arah Lan See giok yang masih tetap duduk dengan tenang,
kemudian sambil berkernyit dahi katanya seraya tertawa
paksa: "Ayahmu selalu dapat mengendalikan diri bila menjumpai sesuatu persoalan, padahal masalah nya bukan
sesuatu yang luar biasa"
Oh Li cu tidak setuju dengan pendapat itu, ujarnya
dengan wajah bersungguh sungguh.
"Be congkoan orangnya cerdik dan sangat pandai
menghadapi masalah, dia pun termasyhur sebagai Khong-
Beng yang menitis kembali, bila dilihat dari sikapnya yang gugup dan kelabakan.."
Melihat putrinya tak tahu keadaan, dengan kening
berkerut Say nyoo-hui segera menegur:
"Betapa pun besarnya persoalan yang di hadapi, asal ayahmu sudah ke situ niscaya urusan akan beres dengan
sendirinya, berdasarkan kelihaian ilmu silat dari ayahmu serta pamornya yang besar, siapa sih yang berani mencabut gigi dari mulut harimau?"
Lalu setelah mengerling sekejap ke arah Oh Li cu penuh
arti, sambungnya lebih jauh:
"Lagi pula kita Wi-lim-poo sudah lama menjagoi di
seputar telaga ini, sekeliling benteng dilingkari air telaga, di luar ada hutan gelaga yang lebat, di dalam ada ranjau air, jago lihay yang tinggal disinipun tak terhitung jumlahnya, bahkan hampir semuanya pandai ilmu berenang, di dalam
air ada penjaga, di atas benteng ada pengawal, jangan lagi perahu sampan, biar burungpun sukar untuk terbang lewat
http://kangzusi.com/
tanpa ketahuan, dibandingkan dengan Lok ma oh dimasa
lalu, benteng tersebut paling-paling cuma begitu saja .."
Makin berbicara Say nyoo-hui semakin bersemangat,
sedangkan Lan See giok makin lama semakin terkejut, ia
tak tahu benarkah benteng Wi-lim-poo mempunyai
penjagaan sedemikian ketatnya, bisa juga perempuan tua itu sedang mengibul.
Sementara dia masih termenung, terdengar Say nyoo-hui
telah berkata lebih jauh.
"Kalau dilihat dari kegugupan ayahmu tadi, bisa jadi mata-mata kita yang di tugaskan di luar telah pulang
dengan membawa berita besar yang luar biasa, sebab
seandainya ada orang luar yang masuk ke mari, mengapa
dari pihak loteng penjaga tidak dikeluarkan tanda
peringatan , . , ?"
Ketika berbicara sampai di situ, nampak semangat Say
nyoo-hui berkobar kembali, sikap angkuhnya menghiasi
wajahnya. Mendengar ucapan dari ibunya, Oh Li cu segera
merasakan semangatnya turut berkobar, perasaan tak
tenang yang semula mencekam perasaannya pun kini bilang
lenyap tak berbekas.
Sebaliknya Lan See giok yang mendengar ucapan
tersebut, kian lama hatinya kian bertambah berat, walaupun di luaran ia masih tetap mempertahankan ketenangan nya.
Sedangkan Say nyoo-hui sendiri, sesungguhnya amat
menguatirkan pula keselamatan dari Oh Tin san, apalagi
kalau dilihat dari sikap gugup dan takut yang menghiasi
wajah suaminya, namun sebisa nya ia berusaha untuk
mengendalikan diri.
Kembali ujarnya sambil tertawa paksa:
http://kangzusi.com/
"Anak Cu. sekarang aku sudah kenyang, temanilah adik Giok mu untuk minum beberapa cawan lagi, aku hendak
menengok dulu keadaan di sana."
Sambil berkata ia beranjak dan menuju ke luar ruangan.
Buru-buru Lan See giok berseru dengan hormat:
"Silahkan bibi, akupun sudah kenyang."
Bersama Oh Li cu mereka bangkit berdiri dan
menghantar Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa sampai di luar pintu.
Pelayan pun segera membereskan hidangan dari atas
meja perjamuan-
Setibanya di depan pintu, Say nyoo-hui menitahkan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedua orang itu agar berhenti.
Lan See giok dan Oh Li cu menurut perintah dan
berhenti, mereka berdiri di situ hingga bayangan tubuh
perempuan tua tersebut melangkah ke luar dari pintu
halaman. Mendadak berkilat sepasang mata Oh Li cu, seakan akan
teringat akan sesuatu, buru baru serunya:
"Ibu, tunggu dulu!"
Sambil berseru dia memburu ke luar pintu dan
menghampiri ibunya.
Menyaksikan kejadian itu, tergeletik hati Lan See giok,
cepat dia menarik napas panjang, berpaling sekejap
memperhatikan sekeliling tempat itu kemudian melejit ke
arah pintu dan menyembunyikan diri di balik pintu
halaman. Sementara itu dari luar halaman terdengar Say nyoo-hui
sedang bertanya dengan nada tak mengerti.
"Ada apa anak Cu?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu nampak agak sangsi dan sukar untuk
menjawab, sampai lama kemudian ia baru menyahut agak
tergagap. "Ibu, aku ingin meminjam sebentar bangau kecil Siau sian hok terbuat dari emas itu"
Belum habis Oh Li cu berkata, Say nyoo-hui telah
menukas dengan nada terkejut:
"Apa" Kau-kau menghendaki dupa lebah bermain di
putik bunga-?"
Lan See giok yang menyadap pembicaraan tersebut
menjadi tak habis mengerti, dia tak tahu apa yang
dinamakan "dupa lebah bermain di putik bunga" itu"
Maka pikirnya kemudian:
"Aaah, mungkin dupa untuk mengharumkan tubuh Oh
Li cu ..?"
Tapi setelah dipikir kemudian ia merasa hal tersebut
kurang begitu cocok ..
Selanjutnya ia tidak mendengar jawaban dari Oh Li-cu,
mungkin gadis itu sedang manggut-manggut.
Terdengar kemudian Say nyoo-hui berkata lagi.
"Terus terang kukatakan, sekarang dia masih kecil, tak mungkin akan memberi kepuasan kepadamu.."
Tapi sebelum Say nyoo-hui menyelesaikan kata-katanya,
Oh Li cu telah berseru kembali agak ngotot.
"Tidak, tidak.."
Selang berapa saat, akhirnya dengan nada apa boleh buat
Say nyoo-hui berkata lagi:
"Baiklah, mari ikuti aku sekarang!"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian terdengar suara langkah kaki
manusia yang makin lama semakin menjauhi tempat
tersebut. Lan See giok merasa sangat kebingungan oleh
pembicaraan itu, dia mencoba untuk mengintip ke luar,
dilihatnya Oh Li cu telah mengikuti ibunya berjalan sejauh beberapa puluh kaki dan menuju ke depan sebuah pintu
halaman bercat merah.
Ketika berpaling lagi ke ruang dalam, di lihatnya para
dayang masih sibuk bekerja, maka diapun berlagak seolah-
olah tak ada urusan, sambil bergendong tangan balik
kembali ke dalam ruangan.
Kentongan ke empat sudah lewat, suasana waktu itu
amat gelap, kecuali lentera merah yang tergantung di
puncak loteng benteng, segala sesuatunya berada dalam
keadaan gelap gulita dan sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun.
Lan See giok memandang lagi ke arah depan, di situ
terbentang sebuah lorong air yang lebarnya beberapa kaki, di bawah undak undakan tetap tertambat sampan kecil yang ditumpangi Oh Li cu tadi.
Di depan lorong air terdapat sederet bangunan yang
berupa pagoda air, sedang di sebelah kanan terbentang pula sebuah lorong air yang agak sempit dan tampaknya
langsung menuju ke pintu gerbang benteng, tapi berhubung di sekitarnya berderet bangunan rumah maka pemandangan
tak dapat terlihat lurus ke depan.
Menelusuri tepi tanggul, pelan-pelan Lan See giok
berjalan pula menuju ke arah Say nyoo-hui dan Oh Li cu
berlalu. http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Say nyoo-hui serta Oh Li cu sudah
masuk ke dalam bangunan bercat merah tersebut, namun ia
tak berani mempercepat langkahnya. kuatir gerak geriknya diawasi orang secara diam-diam . .
Setelah maju beberapa kaki, di depan sana ditemukan
sebuah jembatan bambu yang lebarnya hanya dua depa dan
melingkar ke arah kanan, di sebelah kanan bangunan
tunggal tampak pula sebuah pagoda berbentuk bulat, dari
balik jendela yang berada di empat penjuru nampak cahaya lentera mencorong ke luar.
Tergerak hati Lan See-giok, pelan-pelan dia berjalan
menelusuri jembatan bambu itu, agar tidak menarik
perhatian, sambil berjalan ia berlagak seolah-olah sedang menikmati pemandangan di sekelilingnya.
Tiba di mulut jembatan, dia saksikan jembatan bambu
itu membentang terus ke depan dan menghubungi sebuah
bangunan tinggi yang besar dan luas di tengah telaga.
Bangunan itu terdiri dari tiga tingkat, dasar bangunan
hampir menempel pada permukaan air, daun-daun bunga
teratai yang lebar dan berwarna hijau hampir menutupi
seluruh permukaan telaga, terpantul cahaya lentera dari
balik bangunan, tampak daun-daun itu memantul kan
cahaya yang berkilauan.
Memandang keadaan bangunan tersebut, Lan See giok
segera tahu bisa jadi bangunan tinggi ini adalah tempat
tidur dari si Manusia cacad telinga Oh Tin san.
Sejak melihat kegugupan dan kebingungan dari Oh Tin
san, Lan See giok memang sudah diliputi perasaan ingin
tahu yang meluap luap, dia ingin tahu sebenarnya manusia lihay macam apakah yang telah berkunjung ke situ sehingga membuat Oh Tin san yang keji dan licikpun dibuat
ketakutan setengah mati.
http://kangzusi.com/
Sementara otaknya masih berputar, tubuhnya sudah
menelusuri jembatan bambu kecil itu, secepat mungkin dia mempersiapkan diri sebaik baiknya untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan, biarpun di luaran ia berusaha untuk berjalan sesantai mungkin.
Baru saja hampir sampai di ujung jembatan, mendadak
ia mendengar suara Oh Tin san yang sedang menyahut
dengan nada yang amat menaruh hormat.
Dari nada suara itu, Lan See giok tahu. bahwa
dugaannya tak salah . . malam ini benteng Wi-lim-poo
betul-betul sudah kedatangan seorang manusia yang
berkedudukan amat tinggi di dalam dunia persilatan dewasa ini.
Setelah maju lagi beberapa langkah, dari ujung tikungan
jembatan kecil itu secara kebetulan sekali dapat menyaksikan seluruh keadaan di dalam pagoda tersebut.
Seandainya tidak melihat masih mendingan, begitu
menyaksikan keadaan yang terbentang di depan mata, rasa
kaget yang di alami Lan See giok saat ini sama sekali tidak berada di bawah To oh cay-jin sendiri.
Mimpipun dia tak menyangka kalau orang yang duduk
di depan meja bundar dalam pagoda tersebut ternyata tak
lain adalah si kakek berjubah kuning tersebut.
Kakek berjubah kuning itu masih tetap nampak ramah
dan lembut, sorot matanya memancarkan pula cahaya
tajam yang memikat sambil mengelus jenggotnya dia seperti lagi merenungkan sesuatu.
Sedangkan Oh Tin san berdiri lima langkah di
hadapannya dengan sikap yang munduk-munduk dan
menghormat sekali, sepasang tangannya menjulur ke bawah
sedangkan sepasang mata sesatnya hampir boleh dibilang
http://kangzusi.com/
tak berani saling beradu pandangan dengan kakek berjubah kuning itu.
Be congkoan, si kakek bungkuk apakah turut hadir
dalam pagoda tersebut, sayang tak sempat dilihat oleh Lan See giok, setelah menyaksikan sikap munduk-munduk dari
Oh Tin san tersebut, Lan See giok segera teringat kembali dengan ucapan sesumbar yang dikatakan sewaktu ada
dalam perjamuan tadi:
"Masih mendingan kalau kakek berjubah kuning itu tidak datang ke benteng Wi-lim-poo kami, bila berani, hmm
hmmm. . aku pasti akan menyuruh anjing tua itu mencicipi rasanya air telaga Huan yang oh."
Tapi kenyataannya sekarang" Tak sepatah katapun dari
ucapan sesumbar Oh Tin san yang diwujudkan dengan
tindakan, rupanya dia cuma pandai omong besar saja
ketimbang melaksanakannya . . .
Mendadak . . . Sepasang mata si kakek berjubah kuning yang tajam
bagaikan sembilu itu diarahkan ke wajah See giok
Seketika itu juga Lan See-giok merasakan tubuhnya
gemetar keras, saking kagetnya sepasang kaki sampai terasa lemas tak bertenaga, cepat-cepat ia berpegangan tiang
jembatan. Detak jantungnya turut berdebar keras karena tegang,
saking ngerinya nyaris dia membalikkan badan untuk
melarikan diri.
Sekarang ia merasa menyesal sekali, menyesal karena
telah menelusuri jembatan kecil tersebut hingga tiba di situ .
. . http://kangzusi.com/
Mendadak terdengar kakek berjubah kuning itu bertanya
kepada Oh Tin-san dengan suara dalam
"Oh pocu. benarkah Lan See giok si bocah itu tidak
berada dalam bentengmu?"
"Lapor locianpwe." sahut Oh Tin-san munduk-munduk,
"Lan See-giok betul-betul tiada dalam benteng kami, masa boanpwe berani membohongi locianpwe?"
Lan See giok menjadi mendongkol sekali, ia tidak
menyangka kalau Oh Tin san begitu berani ngotot dengan
mengatakan ia tidak berada dalam bentengnya.
"Baiklah" demikian ia berpikir, "biar aku masuk ke dalam dan tunjukkan diriku di depan kakek berjubah
kuning itu . . "
Namun sebelum dia beranjak maju ke depan. kembali
terdengar kakek berjubah kuning itu berkata.
"Oh pocu, kau harus tahu, sudah hampir sepuluh tahun lamanya aku mencari Lan Khong-tay, lantaran apa pasti
kau lebih mengerti dari pada diriku, dan sekarang soal kitab pusaka Tay loo hud bun pay yap-cinkeng hanya diketahui
Lan See giok seorang, akupun tak ingin kelewat mendesak
dirimu, aku harap kau suka mengutus beberapa orang untuk mencari jejaknya di empat penjuru, bila jejak Lan See giok telah ditemukan, kau harus mengantarnya ke rumah
kediaman Huan kang ciong liong (naga sakti pembalik
sungai) Thio-Lok-heng di dusun nelayan sana, aku akan
menunggu di situ.."
Betapa gusar dan mendongkolnya Lan See giok sehabis
mendengar perkataan itu. dia mendengus gusar dan
membalikkan badan berlalu dari sana, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Hmm, jangan harap kalian bisa peroleh kitab pusaka Tay lo hud bun cinkeng tersebut, biar aku matipun tak nanti akan ku serahkan kepada kalian manusia - manusia jahat".
Baru saja ia berjalan turun dari jembatan kecil itu,
kembali terdengar manusia berjubah kuning itu berkata lagi:
"Baiklah kita tentukan dengan sepatah kata ini, sekarang aku hendak pergi dulu"
Lan See giok amat terkejut di samping merasa
keheranan. . padahal jarak antara pagoda tersebut dengan tepi kolam sudah mencapai puluhan kaki, namun
kenyataan nya suara pembicaraan dari kakek jubah kuning
itu masih dapat kedengaran dengan jelas.
Ketika ia berpaling kembali, tampak olehnya Oh Tin san
sedang berjalan ke luar dari pintu pagoda
dan membungkukkan badannya memberi hormat seraya
berkata: "Boanpwe Oh Tin san menghantar keberangkatan
locianpwe. . ."
Lan See giok segera memandang sekejap sekeliling
tempat itu, namun dengan cepat hatinya merasa terperanjat, sebab selain jembatan kecil tersebut tiada jalan lain yang menghubungkan pagoda air itu dengan daratan, namun
kenyataannya kakek berjubah kuning tersebut telah hilang lenyap dengan begitu saja dalam waktu singkat.
Tampak Oh Tin san membungkukkan badannya
beberapa saat. . kemudian baru menegakkan kembali
tubuhnya. Lan See giok takut jejaknya ketahuan, dengan cepat dia
menyelinap ke balik tempat kegelapan untuk menyembunyikan diri, kemudian dengan menelusuri
http://kangzusi.com/
jembatan batu dia balik kembali ke rumah kediaman Oh Li
cu. Dengan sekuat tenaga pemuda ini berusaha mengendalikan gejolak perasaannya, kemudian dengan
langkah sesantai mungkin maju ke depan, kini dia mulai
merasa agak curiga, mengapa tidak nampak jejak penjaga di sekeliling tempat itu.
Baru tiba di pintu gedung, kebetulan Oh Li cu sedang lari ke luar dengan wajah gugup dan terburu napsu.
Lan See giok sangat terkejut, cepat dia menyingkir ke
samping memberi jalan lewat buat Oh Li cu hampir saja
mereka berdua saling bertumbukan.
Dengan cepat Oh Li cu menghentikan gerakan tubuhnya,
kemudian dengan perasaan gelisah tanyanya:
"Adik Giok. kau tidak boleh meninggalkan tempat ini secara sembarangan, berbahaya sekali bagimu!"
Lan See giok tertawa hambar:
"Aaah, aku tidak pergi terlalu jauh, hanya jalan-jalan mencari angin saja di sekitar sini!"
Oh Li cu tidak berniat menanyakan ke mana pemuda itu
telah pergi, dengan penuh perhatian kembali katanya.
"Kau telah semalam suntuk tidak tidur, sekarang pasti lelah sekali, sekarang pergilah tidur dulu, besok kau mesti belajar ilmu berenang !"
Sambil berkata dia lantas menarik tangan pemuda itu
dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Lan See giok sama sekali tidak menampik, dia
membiarkan dirinya ditarik Oh Li cu masuk ke dalam,
sementara bau harum semerbak yang aneh menerpa tiada
hentinya di sekitar tubuh pemuda itu.
http://kangzusi.com/
Mengendus bau harum mana, tanpa terasa Lan Se giok
berkerut kening, ia mendongak kan kepalanya kembali,
ternyata Oh Li cu telah berdandan kembali dengan rapi,
sedang bau harum itu tak lain berasal dari bau tubuhnya.
Setelah masuk ke dalam kamar, suasana di sana terasa
gelap, sedang Oh Li-cu pun segera menutup kembali pintu
kamar tersebut rapat-rapat.
Lan See-giok sungguh tidak habis mengerti dengan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keadaan ini, di pandangnya gadis itu penuh tanda tanya.
Oh Li-cu tertawa genit, sambil menghampiri anak muda
tersebut, katanya kemudian dengan lembut:
"Kamar tidur ini langsung berhubungan dengan kamar
tidur cici, maka sengaja kukunci pintu kamar ini."
Biarpun dari ayahnya Lan See-giok pernah mendapat
pendidikan yang mengatakan bahwa muda mudi kaum
persilatan tak perlu kelewat memperhatikan adat istiadat, namun ia merasa tidak seharusnya adat istiadat dilanggar seperti ini, tanpa terasa timbul suatu kesan muak dalam hati kecilnya, dia merasa sebagai gadis yang baik, tidak
sepantasnya kalau sikap Oh Li-cu kelewat jalang.
Belum sempat melihat jelas keadaan di luar ruangan, ia
telah diajak memasuki sebuah pintu kecil berbentuk bulat.
Suasana di ruang dalam lebih redup lagi, disitupun
dipenuhi oleh bau harum yang hampir sama dengan bau
harum yang keluar dari tubuh Oh Li-cu.
Cuma saja perabot yang dipersiapkan disini amat mewah
dan indah, pembaringan gading dengan kelambu serta
seprei yang putih bersih, di samping pembaringan terdapat sebuah meja kecil dengan sebuah lentera kecil berwarna
merah. http://kangzusi.com/
Pokoknya seluruh perabot dalam kamar itu terasa serasi
dan penuh dengan suasana syahdu.
Menyaksikan keadaan ruangan tersebut, tiba-tiba saja
Lan See-giok merasakan timbulnya suatu perasaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata..
"Adik Giok" tiba-tiba Oh Li-cu berkata sambil tertawa,
"puaskah kau dengan suasana dalam kamar ini?"
"Ehmmm, bagus sekali." Lan See-giok manggut-manggut dengan kening berkerut.
Sambil menuding ke arah sebuah pintu bulat kecil di
bagian dalam sana, kembali gadis itu berkata lembut.
"Di balik pintu sana adalah kamar tidur cici, apakah kau ingin masuk untuk me1ihatnya?"
Tanpa ragu Lan See giok segera menggelengkan
kepalanya berulang kali:
"Tidak usah, hari ini sudah terlalu malam biar besok saja"
Jawaban tersebut segera menimbulkan setitik kekecewaan yang segera menghiasi wajah Oh Li cu, namun
dengan cepat dia telah memutar biji matanya dan berkata
lagi sambil tertawa riang:
"Adikku, kalau begitu cepatlah tidur, kita berjumpa lagi besok pagi. . ."
Kemudian setelah mengerling sekejap ke arah Lan See
giok dengan penuh pancaran cinta, dia masuk ke dalam
kamar sendiri. Sepeninggal Oh Li cu, Lan See giok merasakan hatinya
seperti dicekam beban yang sangat berat, entah mengapa
semenjak ia tahu kalau Oh Li cu adalah putri Oh Tin san,
http://kangzusi.com/
kesan baik yang semula timbul dalam hatinya segera
berubah menjadi perasaan muak dan benci.
Setelah melepaskan pakaian luarnya dia, menjatuhkan
diri berbaring di atas ranjang, memandang langit-langit
ruangan pikirannya kembali terombang ambing tidak
menentu, kacaunya bukan buatan, dia tak tahu apa yang
mesti dilakukannya sekarang.
Terutama sekali bayangan tubuh Oh Li- cu yang terus
menerus muncul di dalam benaknya, kesemuanya itu
sungguh membuat dia semakin tak dapat tidur.
Mendadak terdengar suara gemerisik dari kamar sebelah,
agaknya Oh Li cu sedang melepaskan busananya.
Menyusul kemudian, terendus bau harum yang amat
menggairahkan napsu memenuhi seluruh ruangan.
Menjumpai kesemuanya ini, pikiran dan perasaan Lan
See giok semakin tak dapat tenang lagi.
Namun akibatnya diapun semakin terbayang kembali
kehidupannya yang tenang selama tiga hari di rumah
bibinya tempo hari..
Bibi Wan adalah seorang perempuan cantik yang anggun
dan penuh kasih sayang, sepintas lalu dia seperti baru
berusia dua puluh tujuh delapan tahunan, namun ia telah
mempunyai seorang putri yang telah menginjak usia enam
belas tahun . . . Cui Siau cian namanya.
Teringat akan Cui Siau cian, terbayang kembali wajah
seorang gadis yang halus, lembut, penuh sopan santun dan daya tarik..
Wajahnya yang cantik, alisnya yang lembut dengan mata
yang jeli, hidung yang mancung dengan dua belah bibir
http://kangzusi.com/
yang kecil mungil, semuanya itu menciptakan suatu
perpaduan yang menawan hati.
Tanpa terasa pikiran dan perasaan Lan See giok terbuai
kembali dalam lamunan, dia seolah-olah merasakan dirinya terbawa kembali dalam sebuah rumah berpagar bambu yang
terpencil letaknya . .
Rumah itu hanya rumah bambu yang sederhana dengan
tiga ruangan serta sebuah dapur kecil, ditengah halaman
penuh tumbuh aneka bunga yang berwarna warni, sedang
pagar rumah terdiri dari susunan bambu yang diatur secara artistik sungguh menawan hati.
Dari ke tiga ruang bambu itu, sebuah adalah kamar tidur
enci Cian, sebuah adalah kamar tidur bibi Wan, sedang
tengah adalah ruang tamu.
Semua perabotannya sederhana tapi bersih dan teratur
sehingga mudah menimbulkan suasana nyaman bagi
siapapun yang melihatnya.
Tiga malam dia menginap di sana, tidur di kamar enci
Cian nya, sedang enci Cian tidur sekamar dengan bibi Wan.
Kamar enci Cian amat bersih dan teratur boleh dibilang
tak setitik debupun yang menempel di situ, sepreinya selalu menimbulkan bau harum yang aneh, bau harum yang jelas
bukan berasal dari bau bedak.
Sebab bau itu sangat lembut, bau yang khas dari tubuh
enci Cian, seindah dan secantik wajahnya yang syahdu.
Cui Siau cian jarang sekali bergurau dengannya, namun
amat memperhatikan dirinya, setiap malam dia pasti akan
pergi memeriksa selimutnya, apakah sudah dipakai secara
baik atau tidak.
http://kangzusi.com/
Setiap kali dia memandang wajah, enci Ciannya yang
cantik, dalam hati kecilnya selalu timbul suatu perasaan gembira dan nyaman yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Seringkali dia melamunkan gadis itu, membayangkan
potongan badannya yang ramping, langkahnya yang ringan
dan gerak gerik yang lembut . . .
Setiap kali dia sedang mengawasi wajah enci Cian, tak
pernah bibi Wan mengusiknya, dia seperti selalu memberi
kesempatan kepadanya untuk menikmati sampai puas.
Setiap malam Cui Siau cian datang memeriksa
selimutnya, diapun selalu merasa kan suatu keinginan yang aneh serta suatu gejolak perasaan yang sukar dikendalikan, dia sangat ingin bisa memegang tangan enci Ciannya yang
lembut dan halus serta meremasnya.
Tapi setiap kali ia tak berani berbuat demikian karena
Bentrok Rimba Persilatan 13 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Ular Mas 5