Pencarian

Anak Harimau 4

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 4


kelembutan dan keanggunan enci Cian menimbulkan suatu
kewibawaan yang membuat orang lain tak berani
mengusiknya secara kasar.
Wajah Cui Siau cian selalu dihiasi dengan senyuman
yang manis, belum pernah gadis itu menunjukkan sikap
dingin atau ketus kepadanya.
Kadangkala, ketika Ciu Siau cian lewat dihadapannya, ia
tak tahan ingin memanggilnya, namun Cui Siau cian selalu membalas panggilannya dengan senyuman yang manis,
kerdipan mata yang indah dan gerak gerik yang
mempesona. Kini, perasaan Lan See giok sudah terbuai, terbawa ke
sisi tubuh enci Cian nya, dia seolah-olah merasa lupa
dimanakah ia berada sekarang. . .
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih melamun, mendadak terdengar
suara rintihan lirih berkumandang datang dari balik
kelambu. Lan See giok segera tersadar kembali dari lamunannya
dan kembali ke hadapan kenyataan.
la merasa mendongkol sekali dengan suara rintihan dari
Oh Li cu tadi, tanpa terasa ditatapnya pintu kamar nona itu dengan penuh kegemasan.
Dengan terbayangnya kembali diri Cui Siau cian, tanpa
terasa dia pun memperbandingkan gerak gerik maupun cara
berbicara kedua orang gadis tersebut.
Tapi dengan cepat dia telah menemukan perbedaan yang
besar dan menyolok diantara kedua orang itu.
Sekarang dia baru mengetahui bahwa Oh Li-cu adalah
seorang gadis jalang yang genit dan pandai merayu kaum
lelaki untuk terjatuh ke dalam pelukannya.
Dia memiliki tubuh yang bahenol, memiliki payudara
yang besar dan bundar, senyuman yang merangsang,
kerlingan mata yang memikat dan tubuh yang montok serta
matang.. Mendadak.. Napsu birahinya terasa bergelora di dalam tubuhnya,
jantung terasa berdebar keras, suatu aliran hawa panas yang aneh muncul dari perut bagian bawahnya dan menyebar ke
seluruh badan dengan cepat..
Sekali lagi dia
mendengar suara
rintihan lirih berkumandang dari balik kamar Oh Li-cu.
Perasaan Lan See-giok semakin tak karuan lagi, suatu
keinginan yang aneh tiba-tiba saja menyelimuti perasaannya. http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut dia melompat bangun, belum
pernah dia rasakan gejolak perasaan yang demikian aneh
seperti apa yang dialaminya hari ini.
Dia merasa sepasang pipinya panas sekali, napasnya
memburu dan hatinya berdebar semakin keras..
Ia mencoba untuk mengawasi keadaan di sekeliling
tempat itu, selain cahaya lentera yang redup, semua benda dalam
ruangan hanya terlihat secara lamat-lamat, semuanya itu menambah merangsangnya napsu di dalam
tubuhnya. Akhirnya sepasang mata Lan See-giok berhenti di suatu
tempat, mencorong sinar tajam dari balik matanya, karena dia menyaksikan sebuah benda berbentuk burung bangau
kecil terbuat dari emas diletakkan di bawah lentera kecil tersebut.
Selapis asap putih yang lembut dan sukar diketahui,
menyembur keluar tiada hentinya dari ujung mulut burung
bangau emas tersebut..
Ia mencoba untuk mengendus beberapa kali, dengan
cepat disadari bahwa bau harum aneh yang selama ini
memenuhi ruangan tersebut tak lain berasal dari benda
tersebut. Dan justru bau asap dupa yang harum inilah yang
membuat hatinya gelisah, pikirannya kalut dan tak tenang..
Memandang burung bangau kecil tersebut mendadak
tergerak hati Lan See-giok, dia seperti menyadari akan
sesuatu, segera teringat olehnya akan semua pembicaraan
antara Say Nyoo-hui dengan Oh Li-cu.
Teringat akan kesemuanya itu, tanpa terasa lagi si anak
muda tertawa dingin tiada hentinya.
http://kangzusi.com/
Rasa gusar yang kemudian muncul dan menguasai
seluruh perasaannya membuat gejolak perasaan aneh yang
semula sudah menguasai dirinya itu seketika menjadi
tenang dan mereda kembali.
Cepat-cepat dia menjatuhkan diri bersila dan mengatur
napas, tak selang berapa saat kemudian pemuda itu sudah
berada dalam keadaan lupa diri.
Tak selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba pemuda itu
mendengar suara gemerisik lirih bergema dari depan
pembaringannya.
Lan See-giok segera terjaga kembali dari semedinya
setelah mendengar suara tersebut, namun apa yang
kemudian terlihat hampir saja membuatnya menjerit keras
saking kagetnya.
Oh Li-cu dengan pakaian sutera tipis berwarna merah
telah berdiri di depan pembaringannya, begitu tipis kain sutera tersebut sehingga bukan cuma sepasang payudaranya yang montok, besar, padat dan berisi itu kelihatan jelas, bahkan pinggangnya yang kecil, pinggulnya yang montok,
kulit badannya yang putih serta bagian terahasia dari
seorang gadis terlihat semua dengan nyata, pada
hakekatnya gadis itu seperti lagi bugil saja di hadapannya.
Waktu itu, Oh Li-cu sedang mengawasi wajah Lan See-
giok dengan pandangan terkejut dan kening berkerut,
mukanya penuh diliputi perasaan bingung dan tidak habis
mengerti. Tampaknya gadis itu benar-benar sudah dibuat tertegun
saking kagetnya atas ketenangan serta daya kemampuan
pemuda tersebut untuk mengendalikan diri.
Ia masih ingat dengan perkataan ibunya, setiap lelaki di dunia ini pasti akan menjadi gila setelah mengendus bau
http://kangzusi.com/
harumnya dupa lebah bermain di kuncup bunga tersebut,
bahkan akan menerkam setiap perempuan yang dijumpainya seperti seekor harimau kelaparan.
Sekembalinya ke dalam kamarnya tadi, Oh Li cu benar-
benar merasa tak sabar untuk menunggu lebih lama, yang
lebih membuatnya keheranan adalah apa sebabnya Lan See
giok tidak menerkam tubuhnya yang bugil itu seperti
harimau kelaparan.
Jangan-jangan dia masih berusia muda sehingga belum
mengerti untuk merasakan sorga dunia tersebut"
Tapi ingatan lain segera melintas di dalam benaknya, dia curiga benda yang diberikan ibunya Say nyoo-hui
kepadanya itu bukan barang asli, kalau tidak, seorang
hwesio tua berusia seratus tahun yang mengendus bau dupa tersebut pun akan terangsang napsu birahinya, Lan See giok yang masih muda belia sama sekali tidak terpengaruh"
Tak mungkin daya tahannya melebihi seorang hwesio
tua" Sementara berpikir, dia sudah tiba di depan pembaringan, ketika dilihatnya Lan See giok sedang
mengawasinya dengan mata terbelalak, dia tertawa jalang, lalu tegurnya:
"Adik Giok, mengapa kau belum tidur?"
Sementara itu Lan See giok sudah berhasil mengendalikan perasaannya, dia sudah sadar kalau Oh Li
cu memang sengaja mengatur kesemuanya itu untuk
menjebaknya, agar dia terangsang oleh napsu birahi
sehingga melakukan perbuatan yang amoral.
Bisa dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya anak
muda tersebut diperlakukan demikian, tapi dia tak berani mengumbar amarahnya, dia tahu keadaan seperti ini harus
http://kangzusi.com/
dihadapi secara luwes dan halus, sebab dia sudah
terjerumus ke mulut harimau.
Pelan-pelan dia memejamkan matanya dengan cepat
dalam hatinya mengambil suatu keputusan, yang penting
dia harus bersikap wajar sehingga
tidak sampai menimbulkan amarah Oh Li cu karena malunya:
Maka sambil tersenyum ujarnya kemudian:
"Aku sudah tertidur sedari tadi . ."
Sewaktu berbicara, sikapnya amat biasa dan seolah-olah
tidak pernah terjadi sesuatu apapun, kendatipun dia
berusaha keras untuk meredakan detak jantungnya yang
berdenyut keras.
Terutama sekali terhadap tubuh bugil yang begitu
merangsang dibalik kain sutera yang terpampang di depan
matanya. Tertegun juga Oh Li-cu sesudah menyaksikan kemampuan Lan See-giok untuk mengendalikan perasaan,
napsu birahi yang semula telah menguasai benaknya kini
hilang lenyap tak berbekas, sambil duduk termenung di sisi pembaringan sambil mengawasi wajah Lan See-giok,
sampai lama sekali dia tidak mengucapkan sepatah
katapun.. Lan See-giok juga membungkam dalam seribu bahasa,
karena dia mesti mengendalikan kobaran api birahinya,
apalagi Oh Li-cu yang duduk disisinya selalu menghembuskan bau harum semerbak yang aneh dan
mengilik-ilik hatinya.
Yang terutama adalah sepasang payudaranya yang
begitu montok, begitu besar dan putih di balik kain
suteranya, yang tampak bergetar merangsang, lelaki mana
yang tidak tergiur menyaksikan adegan seperti ini."
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Lan See-giok, ia merasa
darah yang mengalir di dalam tubuhnya bergolak kencang,
perasaan aneh yang dirasakan tadi kini muncul kembali
serta menyebar ke seluruh badan, dia tak tahu bagaimana
mesti menghadapi situasi demikian.
Mencorong sinar terang dari balik mata Oh Li-cu setelah
menyaksikan keadaan ini, ia segera tertawa genit,
sementara tubuhnya bergeser semakin mendekati tubuh
pemuda itu. Dengan selembar bibirnya yang merah membara seperti
api dan nyaris menempel di atas bibir Lan See-giok, dia
berbisik lembut:
"Adikku, bagaimanakah perasaanmu sekarang?"
Hampir meledak denyutan jantung Lan See-giok, untung
saja kesadaran otaknya masih tetap ada, dia mengerti apa yang dibutuhkan olehnya sekarang.
Suatu kobaran api napsu birahi kembali mengembang
dalam tubuhnya, ia merasa begitu berharap dapat memeluk
tubuh Oh Li-cu serta mencomot payudaranya, tapi diapun
ingin menghajar perempuan jalang ini hingga mampus.
Namun dia tidak berbuat apa-apa, kesadarannya belum
lagi runtuh seluruhnya, ia masih sadar bahwa dirinya
berada di depan mulut harimau, dia harus berusaha
menahan segala siksaan dan penderitaan agar bisa
membalaskan dendam bagi kematian ayahnya.
Terbayang kembali kematian yang menimpa ayahnya,
kobaran api birahi dalam dada Lan See-giok seketika
menjadi padam bagaikan tercebur ke gudang salju, sekujur tubuhnya gemetar keras sementara sepasang matanya
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
"Sekarang aku merasa baik sekali." jawabnya dengan suara hambar.
Oh Li-cu tertegun dan kaget setengah mati, tapi dia dapat mengendalikan diri dengan cepat, sedikit malu bercampur
marah tanyanya:
"Dahulu, pernahkah kau mengalami suatu peristiwa?"
"Peristiwa" Peristiwa apa?" tanya Lan See-giok tidak habis mengerti.
"Misalkan saja pil dewa, obat mustajab atau teratai salju, rumput lengci.."
"Ooh itu yang kau maksudkan." kata Lan See-giok seperti menjadi paham kembali, ia tertawa geli. "Yaa, empek tua pernah memberi pil penguat badan, pelenyap
racun dan penambah tenaga untukku, menurut si empek tua
tersebut, dengan menelan sebutir pil itu berarti tenaga
dalamku bertambah sebesar puluhan tahun hasil latihan."
Kata "pelenyap racun" yang diucapkan lebih nyaring itu kontan mengecewakan Oh Li-cu, ia menjadi masgul sekali:
"Waaah.. makanya kau bisa memiliki daya tahan yang
begitu ampuh.."
Belum habis dia berkata, sekujur tubuhnya telah gemetar
keras, wajahnya menjadi pucat pias dan tiba-tiba ia teringat kalau ayahnya belum pernah memiliki obat semacam ini.
"Apakah pil yang kau makan adalah pil hitam sebesar kelereng baunya amis dan memuakkan?" buru-buru dia
bertanya. Berkerut kening Lan See-giok menyaksikan kepanikan
orang, ia manggut-manggut.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul, menurut empek tua, saban bulan mesti menelan sebutir, kalau tidak aku bisa muntah darah dan mati."
http://kangzusi.com/
Terbelalak lebar sepasang mata Oh Li cu karena kaget,
mulutnya melongo lebar dan diawasinya Lan See giok
tanpa berkedip, lama, lama kemudian ia baru berguman:
"Ke . . kenapa begitu" . ke . . kenapa harus begitu . . ?"
Sembari berkata dia mengawasi alis mata Lan See giok
tanpa berkedip, sementara air matanya jatuh bercucuran
dengan deras. Lan See giok semakin tak habis mengerti, tanyanya
kemudian: "Enci Cu, adakah sesuatu yang kurang beres?"
Bukan mereda keadaannya, Oh Li cu malah menangis
semakin keras lagi, sambil lari masuk ke dalam kamarnya
dia menangis dan menjerit-jerit.
"Aku tidak mau begitu, aku tidak mau begitu.."
Menyusul kemudian dengan suara penuh amarah dia
berteriak: "Siau ci! Siau lan! cepat bantu aku mengenakan
pakaian.."
Berikutnya kedengaran suara orang yang berlarian
mendekat dari luar ruangan dengan langkah gugup dan
terburu buru. Lan See giok hanya bisa duduk sambil melongo,
pandangannya yang kosong mengawasi kamar Oh Li cu
tanpa berkedip, ia benar-benar dibuat bodoh, pada
hakekatnya dia tidak habis mengerti apa gerangan yang
sesungguhnya telah terjadi.
Hanya satu kesimpulan yang berhasil diraihnya, yakni
baik Oh Li cu maupun Oh Tin san tempo hari, buru-buru
mengawasi alis matanya setelah mendengar dia menelan pil berwarna hitam yang bau tersebut.
http://kangzusi.com/
Selang beberapa saat kemudian, hatinya bergetar keras,
dengan perasaan terkejut dia berpikir:
"Jangan-jangan pil hitam yang baunya amis itu adalah obat beracun atau sebangsa nya?"
Sekuat tenaga dia mengendalikan hatinya yang gugup
dan kalut, secara pelan-pelan semua kejadian yang pernah dialaminya bersama Oh Tin san dianalisa kembali. . .
Tak lama kemudian ia pun menjadi faham, sudah pasti
pil hitam itu adalah sejenis obat beracun yang lambat daya kerjanya.
Jelas Oh Tin san bermaksud untuk mengendalikannya
dengan obat beracun, agar dia tak berani menghianatinya, selama hidup menjadi budak Oh Tin san menuruti
perintahnya, bahkan bisa jadi dia akan memper-gunakan
keselamatan jiwanya untuk memaksa dia memberitahukan
tempat tinggal bibi Wan nya.
Boleh jadi dia enggan menyebutkan alamat dari bibi
Wan nya, namun akibat dari perbuatannya itu, dalam satu
bulan kemudian ia tentu mati akibat keracunan, kecuali Oh Tin san, waktu itu pasti tiada orang ke dua yang
mengetahui jejak kotak kecil tersebut lagi.
Betul masih ada orang ke tiga yang mengetahui tentang
jejak kotak kecil itu yakni si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi, namun orang tersebut akhirnya tewas di sergap oleh Oh Tin san.
Ada satu hal yang belum dipahami juga oleh Lan See
giok, yaitu bila pil hitam yang ditelan adalah obat beracun, apa sebabnya tenaga dalam yang diperoleh malah mendapat
kemajuan yang sangat pesat"
Mendadak satu ingatan melintas lewat, ia teringat
kembali tatkala baru sadar dari semedinya dulu, bukan bau
http://kangzusi.com/
amis yang di endus melainkan bau harum semerbak yang
menggairahkan tubuhnya.
Hal ini kembali menimbulkan rasa heran di dalam
hatinya. Berdasarkan sikap Oh Tin san yang segera memeriksa
alis matanya begitu memandang terkejut ke arahnya setelah mengetahui kemajuan pesat yang diperolehnya di bidang
tenaga dalam, tak bisa disangkal lagi pil berwarna hitam itu adalah sejenis obat racun yang mempunyai sifat lamban
daya kerjanya. Tapi siapa pula yang telah menyelamatkan jiwanya.."
Pada saat itulah.
Tiba-tiba berkumandang suara tambur yang dibunyikan
bertalu-talu dari tempat kejauhan sana.
Diam-diam Lan See giok merasa terkejut ia segera
teringat kembali akan perintah Oh Tin san untuk
mempersiapkan segenap perahu perang yang ada untuk
berkumpul. Buru-buru dia mengenakan sepatu dan membuka pintu
kamarnya, ternyata hari sudah terang tanah.
Dua orang pelayan telah siap menanti di luar pintu,
tatkala melihat Lan See giok membuka pintu, serentak
mereka mempersiapkan air untuk cuci muka.
Di dalam keadaan cemas, gelisah dan gusar tentu saja
Lan See giok tidak berniat lagi untuk cuci muka, dia harus mencari Oh Tin san secepatnya dan mencegah mereka
membantai orang-orang di dusun nelayan-
Tergesa-gesa dia membuka pintu dan lari ke luar dari
halaman tersebut.
http://kangzusi.com/
Baru tiba di depan pintu, dia bertemu Oh Li cu yang
sedang berlari masuk ke dalam halaman dengan mata
merah dan bibir tertutup rapat, Berjumpa dengan Lan See
giok, Oh Li cu segera menegur:
"Mau ke mana kau?"
Biarpun Lan See giok sedang diliputi hawa amarah,
namun dia tetap menjawab dengan suara dalam:
"Aku hendak mencari ayahmu."
"jangan, jangan pergi" seru Oh Li cu sambil menarik tangannya, "Ayah dan Be Congkoan bertiga sedang
merundingkan masalah penting . . ."
Lan See giok tidak dapat menahan kobaran amarahnya
lagi, dia segera berteriak keras.
"Aku justru hendak mencari mereka berempat"
Sekuat tenaga dia mengebaskan tangan Oh Li cu,
kemudian melanjutkan perjalanan-nya dengan langkah
lebar. Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Oh Li cu
sudah menghadang kembali di depan Lan See giok sambil
serunya dengan gugup.
"Percuma kau kesana, segenap anggota benteng dan
kapal perang, telah berkumpul dan bersiap sedia, kau harus mengerti ayahku berbuat demikian adalah demi kebaikan
dirimu." "Demi kebaikanku" Kebaikan apa?" Lan See giok
tertegun dan mengawasi Oh Li cu dengan pandangan tak
habis mengerti.
Menyaksikan sikap anak muda tersebut, Oh Li cu tak
dapat menahan rasa gelinya lagi, ia segera tertawa
cekikikan. http://kangzusi.com/
"Anak bodoh, ayah sengaja mengumpulkan semua
anggota benteng dan kapal perang karena dia ingin
menyelenggarakan suatu upacara perkenalan bagi Sau pocu
nya kepada semua anggota."
Lan See giok semakin berdiri bodoh lagi setelah
mendengar perkataan itu.
Oh Li cu tertawa cekikikan, katanya lagi sambil menarik
tangan Lan See giok.
"Ayo jalan, cepat kembali, cici masih ingin berbicara denganmu"
Seraya berkata dia menarik Lan See giok secara paksa
menuju ke kamarnya.
Lan See giok berjalan mengikuti di belakang Oh Li cu, ia tak
habis mengerti apa sebabnya Oh Tin san menyelenggarakan pertemuan seperti itu, rencana busuk
apa pula yang sedang disusun olehnya- "
Oh Li cu membawa Lan See-giok menuju ke ruang
kamarnya, kemudian memerintahkan pemuda itu duduk
dan bertanya dengan serius:
"Adik Giok, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Lan See giok tertegun, ia tidak mengerti apa maksud
pertanyaan tersebut, terpaksa katanya sambil mengangguk :
"Aku merasa baik sekali!"
Oh Li cu mengerti kalau anak muda tersebut tidak
memahami maksudnya, maka tanyanya lebih jelas:
"Maksudku dikala sedang mengatur pernapasan, apakah kau merasakan aliran tenaga dalammu tersumbat, dan tidak dapat menuruti kehendak hati?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok baru paham setelah mendengar kata-kata
ini, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang
kali "Aku tidak merasakan gejala demikian, aku hanya
merasa tenaga dalamku seperti memperoleh kemajuan yang
sangat pesat setelah menelan pil hitam pemberian empek
tua!" Mendengar perkataan mana. Oh Li cu mendengus gusar
mulutnya sampai cemberut saking mendongkolnya, dia
menganggap Lan See giok tidak cukup jujur terhadap
dirinya. Melihat hal ini Lan See giok tertawa hambar, ia seperti
ingin mengatakan sesuatu, tapi suara tambur yang
memekakkan telinga telah berkumandang lagi, bahkan
suaranya kali ini kedengaran lebih berat dan santar.
Berubah paras muka Oh Li cu, sambil berseru tertahan
dia bangkit berdiri, lalu katanya cepat:
"Tambur kedua telah dibunyikan, itu berarti semua kapal perang telah berkumpul di depan pintu benteng."
Sambil berkata, cepat-cepat dia mengeluarkan sebuah
botol kecil dari dalam sakunya dan diserahkan kepada Lan See giok seraya ujarnya lagi:
"Di dalam botol ini berisikan tiga butir pil Cing hiat ciat tok wan (pil pencuci darah pelenyap racun), bila kau
rasakan aliran tenaga dalammu seperti tersumbat, cepatlah telan sebutir".
Kemudian tergesa-gesa dia lari masuk ke dalam kamar
sendiri. Memandang bayangan si nona yang menjauh, tanpa
terasa Lan See giok tertawa dingin, pikirnya.
http://kangzusi.com/
"Bapaknya licik, putrinya cabul, tak nanti aku Lan See giok akan terjebak oleh siasat kalian."
Sambil tertawa dingin ia lantas membuka penutup botol
itu dan memeriksa isinya.
Dalam waktu singkat bau harum semerbak memancar ke
mana-mana, seketika itu juga semangatnya terasa bangkit
kembali. Lan See giok menjadi tertegun, karena obat tersebut
sama sekali berbeda dengan pil hitam yang diberikan Oh
Tin san kepadanya tempo hari.
TANPA terasa ia mengerling sekejap ke kamar nona itu
sementara botol tadi di masukkan kembali ke dalam
sakunya, kini dia benar-benar tak habis mengerti, dia tak tahu mengapa Oh Li cu memberi obat penawar racun
kepadanya. Kenyataan ini tentu saja disambut gembira olehnya,
perasaan simpatik yang semula memang tumbuh dalam
hatinya terhadap Oh Li cu, kini mulai tumbuh kembali.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak Oh Li cu
berjalan ke luar dari kamarnya dengan langkah tergesa gesa, di punggungnya bertambah dengan sebilah pedang, di
tangannya menggenggam senjata gurdi emas Cing kim kong
luan cui milik Lan See giok.
Tergerak hati Lan See giok setelah menyaksikan kejadian
itu, buru-buru dia bangkit berdiri, lalu memandang gurdi emas di tangan Oh Li cu itu dengan termangu, dia tak habis mengerti apa sebab nya gadis itu menggembol senjata.
Dengan cepat Oh Li cu sudah berjalan mendekat, katanya
dengan wajah serius:
http://kangzusi.com/
"Kau harus membawa serta senjata andalanmu ini,
karena seusai upacara perkenalan nanti, bisa jadi benda
tersebut di perlukan."
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak mengerti.
"Biasanya seusai upacara perkenalan, akan muncul
orang-orang yang berwatak ingin menang sendiri untuk
mencoba kepandaian dari anggota baru, mereka akan
manfaatkan kesempatan mana untuk memamerkan kepandaiannya di hadapan pocu dengan harapan bisa
memperoleh pujian atau kedudukan yang jauh lebih baik."
Lan See giok segera tertawa, memanfaatkan peluang itu
dia sambut senjata gurdi emasnya dan diselipkan di
pinggang. Tampaknya Oh Li cu dipenuhi banyak pikiran, setelah
memandang sekejap dandanan Lan See giok yang
mengenakan pakaian kedodoran, dia bertanya dengan
kuatir: "Apakah kau perlu ikat pinggang untuk meringkaskan
pakaianmu?"
"Aaah tidak usah, masa benar-benar ada orang yang
begitu berani hendak merebut kursi sau pocu ini dari
tanganku?"
Selesai berkata, dia berpura pura tertawa gembira.
Melihat pemuda itu gembira, Oh Li cu turut gembira
pula, katanya kemudian sambil tertawa:
"Kalau begitu, mari kita segera berangkat!"
Sementara itu matahari sudah tinggi di angkasa, seluruh
benteng Wi-lim-poo dilapisi cahaya keemas emasan.
Ketika Lan See giok dan Oh Li cu berjalan ke luar dari
halaman, di tepi sungai telah parkir sebuah perahu naga
http://kangzusi.com/
yang agak nya dipersiapkan untuk menjemput Oh Tin san,
Be congkoan dan lain lainnya.
Perahu naga panjangnya empat kaki dan terdiri dari dua
tingkat, seluruh tubuhnya berwarna kuning emas, bangunan perahunya pun sangat indah dan mempesona hati.
Di ujung buritan perahu tampak beberapa orang lelaki
berpakaian ringkas warna perak dengan tubuh yang tinggi
tegap berdiri kekar di situ, wajah mereka rata-rata bengis, beralis tebal dan bermata besar, namun sikapnya munduk-munduk dan hormat.
Ketika Oh Li cu berjalan mendekat, serentak semua
lelaki kekar itu membungkuk kan badannya memberi
hormat, tapi ketika mendongakkan kepalanya kembali,
mereka segera mengawasi Lan See giok dengan pandangan
agak terkejut. "Adikku." kata Oh Li cu kemudian sambil tertawa angkuh. "inilah perahu naga emas milik ayah yang khusus untuk mengangkut ayah dan ibu saja."
Lan See giok hanya tertawa hambar sambil manggut-
manggut, melihat sikap sang pemuda yang acuh tak acuh,
Oh Li cu segera menambahkan lagi:
"Kau adalah sau-pocu, tentu saja selanjutnya kau boleh menumpang perahu ini juga, kau pun boleh memakai
perahu ini untuk berpesiar ke mana-mana."
Berkilat sepasang mata Lan See giok, seketika itu juga


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia teringat untuk melarikan diri, tanpa terasa semangatnya berkobar kembali, katanya dengan gembira:
"Sungguhkah itu" Aku benar-benar boleh menumpang
perahu ini untuk berpesiar?"
http://kangzusi.com/
Melihat pemuda itu gembira, Oh Li cu turut tertawa
cekikikan, sambungnya dengan cepat:
"Aaah, masa enci bakal membohongi diri mu?"
Belum habis tertawanya, dari balik pintu gedung
berwarna merah telah bergema datang suara langkah kaki
manusia. Ternyata mereka adalah si kakek bungkuk Be congkoan
Thio-Wi-kang, Li Ci cun yang berjalan mengikuti di
belakang Oh Tin san serta Say nyoo-hui.
Kali ini Oh Tin san mengenakan pakaian perlente yang
halus dan mahal harganya dengan mengenakan topi model
hartawan. sepatunya indah, gayanya dibuat buat, persis
seperti tampang seorang tuan tanah.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa pun telah berganti pakaian baru,
wajahnya yang telah keriputan dihiasi dengan bedak yang
tebal, agaknya jauh lebih tebal daripada kemarin.
Ketika Oh Tin san dan Ki-Ci-hoa menyaksikan Lan See
giok berdiri berdampingan dengan putri mereka, ke dua
orang itu segera tertawa gembira.
Buru-buru Lan See giok dan Oh Li cu maju ke depan
sambil memberi hormat.
Sambil tertawa gembira Oh Tin san segera berkata:
"Anak Giok, hari ini empek tua akan memperkenalkan
kau kepada segenap komandan dan saudara-saudara kita
yang ada di dalam benteng, mulai hari ini kau sudah kami ang-kat menjadi sau pocu -benteng Wi-lim-poo."
Say-nyoo-hui tertawa pula sambil menarik tangan Lan
See-giok, sengaja ujarnya:
"Anak Giok, kenapa kau tidak cepat-cepat berterima
kasih kepada empek Oh mu?"
http://kangzusi.com/
Demi keberhasilannya melarikan diri, demi berhasil
mempelajari ilmu berenang dan demi keberhasilannya
membalaskan dendam ayahnya, terpaksa Lan See giok
harus mengesampingkan semua masalah, biarpun harus
menganggap bajingan sebagai ayah dia mau tak mau harus
menahan diri. Maka kepada Oh Tin san katanya lagi sambil menjura:
"Terima kasih banyak empek tua!"
Oh Tin san segera tertawa terbahak bahak dengan
bangganya. Be congkoan dan Thio-Wi-kang pun secara beruntun
maju ke depan untuk menyapa Lan See giok dan Oh Li cu.
Lain halnya dengan si kupu-kupu ditengah ombak Li Ci
cun, sejak menyaksikan sikap mesra Oh Li cu terhadap Lan See giok, dia sudah menarik mukanya, menunjukkan sikap
tak senang hati, apalagi setelah dilihat nya gadis itu tak pernah memandang sekejap matapun ke arahnya, api
amarahnya semakin berkobar.
Namun ia terpaksa harus mengekang rasa gusarnya
setelah menyaksikan Be congkoan dan Thio-Wi-kang telah
maju menyapa, dia segera maju pula ke depan sambil
memberi hormat.
Begitulah, dengan Oh Tin san berjalan di depan, Say
nyoo-hui dan Oh Li cu mengapit Lan See giok di tengah, Be congkoan sekalian bertiga menyusul di belakang, mereka
bersama sama naik ke atas perahu naga emas.
Sepanjang perjalanan, Oh Li cu tak pernah meninggalkan Lan See giok barang selangkahpun, begitu
mesra dan hangatnya hubungan mereka tak ubahnya seperti
sepasang pengantin baru.
http://kangzusi.com/
Oh Tin san dan Say nyoo-hui yang menyaksikan adegan
itu menjadi amat gembira senyuman lebar tidak hentinya
menghiasi bibir mereka-
Benteng Wi-lim-poo memang luas sekali, mereka
berlayar hampir seperti minum teh lamanya sebelum
mencapai sebuah jalur air yang cukup lebar di depan pintu benteng yang tinggi dan kokoh.
Waktu itu pintu benteng sudah terbentang lebar, aneka
lentera menghiasi seluruh bangunan benteng, ketika
terhembus angin bola-bola lentera itu bergoyang tiada hentinya.
Enam orang lelaki bercelana biru berbaju merah, berdiri
berjalan di atas loteng, di tangan masing-masing orang
tampak membawa terompet panjang yang dihiasi bendera
warna warni. Begitu perahu naga berlayar memasuki lorong benteng,
serentak ke enam lelaki itu meniup terompetnya keras-
keras. Menyusul kemudian suara tambur dan genderang
dibunyikan bertalu talu, mengiringi gerakan sang perahu
yang semakin cepat.
ooo0dw0ooo BAB 8 DENGAN wajah serius pelan-pelan Oh Tin san bangkit
berdiri, kemudian didampingi Say nyoo-hui mereka
beranjak ke luar dari ruangan perahu.
Oh Li cu segera menarik tangan Lan See giok dan
menyusul di belakang ke dua orang tuanya.
http://kangzusi.com/
Biarpun Lan See giok tahu kalau semua yang
dipersiapkan oleh Oh Tin san termasuk bagian dari rencana busuknya, tak urung hatinya merasa tegang juga setelah
menyaksikan kesemuanya itu terutama sekali suara tambur
yang dibunyikan bertalu talu, membikin hatinya semakin
tak tenang. Berpaling ke belakang, keningnya segera berkerut
kencang, dia menyaksikan si kupu-kupu di tengah ombak Li Ci cun yang berdiri di belakangnya sedang menyeringai
seram sambil melotot ke arahnya penuh kebencian.
Lan See giok sungguh tak habis mengerti, dia tak
mengerti apa sebabnya Li Ci cun menunjuk sikap yang
begitu tak bersahabat dengan dirinya.
Mendadak satu ingatan melintas lewat, ia lantas teringat kembali dengan peringatan dari Oh Li cu, pikirnya:
"Waah, jangan-jangan sehabis upacara perkenalan nanti, Li Ci cun akan menantangku untuk bertarung?"
"Aaah, mustahil." demikian pikirnya kemudian, "hal ini tak masuk di akal, siapa yang berani merebut kedudukan
sau-pocu denganku-?"
Sementara dia masih melamun, perahu telah berlabuh di
sisi kanan pintu gerbang, menyusul kemudian beberapa
orang itu turun dari perahu dan menelusuri undak undakan batu yang besar menuju ke bangunan loteng di atas benteng.
Sekarang Lan See giok baru berkesempatan untuk
melihat jelas lagi, dinding benteng itu luasnya mencapai delapan depa, selain tebal dan panjang, nampaknya amat
kokoh. Setibanya di atas loteng, beberapa orang itu langsung
menuju ke atas mimbar di depan loteng, di depan mimbar
http://kangzusi.com/
tersedia sebuah meja panjang beralas kain merah, mungkin disitulah terletak mimbar kehormatan.
Dalam pada itu suara tambur telah berhenti, kecuali
suara ombak yang memecah di kaki benteng, sama sekali
tak kedengaran sedikit suarapun.
Lan See giok mengikuti di belakang Oh Tin san langsung
menuju ke atas mimbar kehormatan.
Sesampainya di depan meja kehormatan dan melongok
ke bawah, pemuda itu kontan merasakan matanya silau, ia
betul-betul dibuat terkejut sampai tertegun untuk se-saat.
Rupanya pada permukaan telaga di luar dinding benteng,
terlihat kapal perang berlabuh berderet deret, tiang perahu yang menjulang angkasa dengan aneka bendera yang
berwarna warni, cahaya go1ok dan tameng yang
gemerlapan, menimbulkan suasana yang amat mengerikan
hati. Biarpun begitu banyak perahu berderet-deret di sana,
ternyata suasana begitu hening dan sepi sehingga boleh
dibilang tak kedengaran sedikit suarapun.
Lan See-giok coba mengamati dengan lebih seksama,
ternyata perahu-perahu perang itu lebarnya beberapa kaki, waktu itu sepanjang anjungan perahu berderet deret lelaki kekar bergolok yang menyandang busur dan tameng.
Jumlah kapal perang itu mencapai ratusan buah, sedang
lelaki-lelaki kekar itu mencapai dua ribu orang lebih, namun mereka
semua berdiri dengan tenang, sedemikian
tenangnya sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
Kapal perang itu terdiri dari empat pasukan dengan
membentuk posisi empat persegi panjang, semuanya
berlabuh di atas permukaan telaga di muka benteng dengan rapinya.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok menjumpai kalau lambang
dari setiap pasukan tersebut berbeda beda, pakaian seragam yang di kenakan masing-masing pasukan pun tidak sama
satu dengan lainnya.
Pada pasukan yang berada di sebelah kiri, pada ujung
perahunya terpancang sebuah panji bergambar kepala naga
yang sedang mementangkan cakar, anggotanya berseragam
warna hijau. Pasukan kedua mempunyai lambang harimau terbang,
baju seragamnya kuning.
Pasukan ke tiga berlambang seekor singa baju
seragamnya abu-abu muda.
Sedangkan pasukan ke empat berlambang macan
kumbang hitam, semua anggotanya berseragam hitam.
Di ujung tiang bendera masing masing pasukan
terpancang bendera dari masing-masing regu.
Belum habis Lan See giok melihat, Oh Tin-san dan Say
nyoo-hui telah berdiri berjajar di depan panggung
kehormatan tersebut.
Menyusul kemudian dari arah belakang berkumandang
suara terompet yang di bunyikan nyaring.
Dua ribu orang lelaki kekar yang berada di sisi kapal
perang, serentak mengangkat tombak masing-masing sambil
bersorak sorai.
Dengan wajah serius dan pancaran sinar sesat dari balik
matanya, pelan-pelan Oh Tin-san mengangkat tangan
kanannya ke atas sambil memandang ke kiri dan kanan,
bunyi terompet segera berhenti, sorak sorai turut berhenti, segenap lelaki kekar itu bersama sama menurunkan kembali tombak masing-masing.
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See-giok merasa terkejut menyaksikan
keadaan seperti ini, agaknya daya pengaruh dari Wi-lim-
poo memang tak boleh dipandang enteng.
Dengan suara nyaring pelan-pelan Oh Tin san berkata:
"Saudara sekalian, hari ini aku sengaja mengumpulkan kalian
semua di tempat ini karena aku ingin memperkenalkan seorang warga baru dari benteng kita."
Lalu sambil menuding Lan See-giok yang berdiri di
sisinya, dia berkata lebih jauh:
"Dia adalah keturunan satu satunya dari Kim lui gin tan (Gurdi emas peluru perak) Lan tayhiap yang sesungguhnya
adalah sahabat karibku, sejak hari ini dia Lan See-giok akan menjadi sau pocu kalian, dan dia pula yang akan menjadi
satu satunya penerus kedudukanku ini."
Begitu perkataan tersebut selesai diutarakan, kembali
suara tempik sorak yang gegap gempita berkumandang
memecahkan keheningan.
Bersama itu pula, tombak di angkat ke atas hingga
berkilauan terpantul cahaya mentari, suasana betul-betul mengerikan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See-giok merasakan
darah panas di dalam dadanya bergolak keras. tapi ia
berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaannya,
pelan-pelan dia melambaikan tangannya untuk menyambut
tempik sorak dari kawanan jago di ratusan perahu perang
tersebut. Detik itu juga dia merasa semangatnya berkobar
kembali, timbul tekadnya untuk memanfaatkan kekuatan
yang ada untuk membalaskan dendam bagi kematian ayah-
nya, dia pun hendak menggunakan kekuatan tersebut untuk
http://kangzusi.com/
memunahkan perompak dan perampok yang seringkali
mengganggu kaum nelayan.
Sementara itu, Oh Tin san telah mengangkat tangannya
kembali, suasana segera menjadi hening kembali, suara
tempik sorak yang gegap gempita tadi kini menjadi sirap
sama sekali. "Sekarang, aku hendak memperkenalkan setiap pasukan kepada sau pocu kalian yang baru, nah harap masing-masing pasukan memberi hormat kepada sau pocu."
Kemudian sambil berpaling ke arah pasukan kapal
perang pertama yang berlambang naga dia berseru:
"Pasukan naga sakti .."
Menyusul teriakan itu, segenap lelaki kekar yang berada
di atas kapal perang Naga sakti bersama sama mengangkat
tongkatnya sambil menengok ke arah loteng benteng.
Lan See giok segera mengangkat tangan kanannya dan
dilambai lambaikan ke arah pasukan tersebut
Oh Tin san beralih memandang ke arah pasukan kedua,
teriaknya pula:
"Pasukan harimau terbang."
Kembali semua anggota pasukan harimau terbang
mengangkat tombaknya sambil menengok ke arah benteng.
Sekarang Lan See giok baru menemukan bahwa di
dalam setiap pasukan, tentu terdapat sebuah kapal perang yang berada di paling depan, di ujung geladak berdiri
seorang manusia yang mengenakan pakaian berwarna sama
namun berbeda bahannya. di belakang orang itu masih
berdiri pula beberapa orang lelaki kekar, mungkin itulah komandan dari masing-masing pasukan.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian Oh Tin san memperkenalkan
pasukan singa jantan dan pasukan macan kumbang hitam.
Sementara itu Say nyoo-hui, Oh Li cu serta Be congkoan
sekalian mendapat kesan kalau Lan See giok seakan akan
telah berubah jauh lebih matang hanya dalam sekejap saja, seakan akan berubah menjadi seorang lelaki dewasa yang
berpengalaman. Tampak pemuda itu berdiri tegap dengan mata berkilat .
. . dan senyuman menghiasi ujung bibirnya, dalam keadaan demikian, ia kelihatan begitu gagah dan perkasa.
Menyaksikan ketampanan serta kegagahan anak muda
tersebut, tanpa terasa Oh Li cu tertawa serta merta dia
menyikut tubuh ibunya Say nyoo-hui.
Say nyoo-hui sendiri hanya termenung dengan wajah
serius, tampaknya dia sedang dibebani oleh suatu pemikiran yang mendalam atau bisa jadi dia telah mengetahui asal
usul Lan See-giok yang sesungguhnya.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kupu-kupu dibalik ombak Li Ci-cun mengawasi
kesemuanya ini dari belakang, ketika menyaksikan Lan See-giok memperoleh kedudukan begitu tinggi tanpa bersusah
payah, tanpa sadar rasa bencinya terhadap pemuda itu
merasuk sampai ke tulang sum-sum.
Seandainya tiada kehadiran Lan See giok, sudah pasti ia
telah menjadi suami istri dengan Oh Li cu, apalagi Oh Tin san dan Say nyoo-hui sudah lama menyetujui hubungan
mereka, ini berarti kedudukan sau pocu dari benteng Wi-
lim-poo tentu akan menjadi miliknya.
Tapi kini dari tengah jalan muncul seorang Lan See giok.
bukan saja Oh Li cu menjadi berubah hati, bahkan Oh Tin-
san mengumumkan di depan umum bahwa dia telah
http://kangzusi.com/
mengangkat Lan See giok sebagai ahli waris kedudukannya
sebagai seorang pocu.
Kini dia bukan hanya membenci Lan See giok dan Oh
Li-cu, bahkan terhadap Oh Tin-san pun menaruh perasaan
benci yang luar biasa.
Diliriknya sekejap ke empat manusia yang berada di
panggung kehormatan itu dengan penuh kebencian, lalu
sekulum senyuman yang menggidikkan hati menyungging
di ujung bibirnya, pikirnya kemudian:
"Bocah keparat she Lan, kau jangan keburu sombong
dulu. sebentar aku pasti akan membuatmu tergeletak di
tanah dengan bermandikan darah kental."
Sementara itu upacara perkenalan telah selesai, suasana
di seluruh arena masih tetap diliputi keheningan yang luar biasa.
Tiba-tiba Oh Tin san berpaling dan memandang sekejap
ke arah Lan See giok kemudian dengan sikapnya yang
angkuh dan penuh rasa bangga ia berkata:
"Bocah bodoh, sampaikanlah beberapa pesan kepada
segenap saudara kita yang hadir di sini."
Sebetulnya Lan See giok tak ingin banyak urusan,
namun terdorong oleh ambisi di dalam hatinya, dia merasa berkewajiban untuk menyampaikan beberapa patah kata.
Maka dia maju ke depan, menghimpun hawa murninya
dan memandang sekejap ke seluruh arena, kemudian
dengan kening berkernyit ujarnya dengan lantang.
"Saudara sekalian, setelah kusaksikan senjata kalian yang bergemerlapan, barisan kalian yang rapat, kapal perang
yang perkasa serta semangat kalian yang berkobar, aku
http://kangzusi.com/
merasa benar-benar bangga dan gembira bisa berkumpul
dengan kalian semua."
Setelah berhenti sejenak dan sekali lagi memandang
sekejap wajah orang-orang itu, dia berkata lebih jauh:
"Wi-lim-poo bisa menjagoi telaga Huan yang oh,
menggetarkan sungai besar dan tersohor di seantero jagad, semua keberhasilan ini sesungguhnya berkat kemampuan
dari toa pocu serta semangat saudara sekalian yang perkasa dan berani mati, itu berarti semua kejayaan dari Wi-lim-poo sesungguhnya adalah milik saudara sekalian . . ."
Belum habis perkataan itu diutarakan suara tempik sorak
yang gegap gempita telah berkumandang memecahkan
keheningan, tampaknya perkataan dari si anak muda
tersebut telah membangkitkan rasa gembira dari masing-
masing orang, sebab selama banyak tahun ini, belum
pernah mereka mendengar suatu nasehat dan anjuran yang
bersemangat seperti ini.
Melihat reaksi spontan dari semua anggota benteng, Lan
Se giok merasa terkejut, dia kuatir Oh Tin san iri sehingga usahanya akan menemui kegagalan total, maka cepat-cepat
dia mengangkat tangannya untuk meredakan suasana.
Setelah suasana menjadi tenang kembali, Lan See-giok
berkata lebih jauh.
"Lo-pocu kita adalah seorang manusia yang cerdas dan seorang angkatan tua yang berkedudukan tinggi, beliau
dihormati dan disanjung semua umat persilatan, bayangkan saja kemajuan yang berhasil dicapai Wi-lim-poo kita
sekarang, tanpa pimpinan dari Lo pocu, kecerdasan otak
hujin dan bantuan perencanaan dari Be to-enghiong
sekalian bertiga, mana mungkin bisa mencapai keadaan
demikian". Maka kuanjurkan kepada saudara sekalian agar
http://kangzusi.com/
lebih ketat menjaga peraturan benteng kita dan membangun bersama kejayaan benteng kita.."
Sekali lagi tempik
sorak yang gegap gempita berkumandang memenuhi angkasa, bahkan sorak sorai
yang terdengar kali ini jauh lebih nyaring ketimbang tadi.
Tak terlukiskan rasa gembira Oh Tin san setelah
mendengar pujian dari Lan See giok itu, wajahnya segera
berseri-seri, dia merasa taruhan yang dilakukan kali ini pasti akan menghasilkan kemenangan di pihaknya.
Menyusul kemudian Be Siong pak dan Thio-Wi-kang
datang memberi selamat kepada Oh Tin san dan Lan See
giok, sambil bersyukur karena pocu mereka berhasil
mendapatkan ahli waris yang baik.
Sebaliknya paras muka si kupu-kupu di balik ombak Li
Ci cun berubah menjadi pucat pasi seperti mayat, hatinya gugup dan panik. dia tidak menyangka kalau Lan See giok
dengan usianya yang begitu muda ternyata sanggup
menarik simpatik dari segenap anggota benteng dengan
beberapa patah katanya.
Sadarlah dia sekarang bahwa kemampuan yang
dimilikinya masih jauh ketinggalan bila dibandingkan
dengan kemampuan Lan See giok, ini berarti dia tak akan
pernah bisa berebut kedudukan dengan pemuda tersebut.
Berpikir demikian, diapun mengikuti di belakang Be
congkoan den Thio-Wi-kang untuk menyampaikan selamat
kepada Oh Tin san, tapi dia tidak berkata apa-apa kepada Lan See giok.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa yang jauh lebih licik ketimbang
Oh Tin san segera merasakan pula betapa cerdik dan
berbakatnya Lan See giok, bukannya merasa gembira, dia
justru merasa hatinya makin lama semakin berat.
http://kangzusi.com/
Namun ketika melihat kegembiraan yang dialami Oh Tin
san, maka diapun ikut tertawa lebar.
Oh Li cu yang merasa paling gembira, sambil bersandar
di sisi tubuh ibunya, sorot matanya yang berkilat tak pernah bergeser dari tubuh Lan See giok, dalam anggapannya, Lan See giok adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah,
seorang calon suami yang paling ideal baginya.
Dalam gembiranya, Oh Tin san segera menitahkan
kepada Be congkoan untuk menyiapkan pesta di ruang Kit
oh ting tengah hari nanti, semua komandan kapal perang
diundang untuk menghadiri pesta, sedangkan segenap
anggota lainnya dipersilahkan minum arak di tempat
masing-masing sepuasnya.
Kupu-kupu dibalik ombak Li Ci-cun yang sebenarnya
telah menyiapkan rencana busuk dengan menyuruh jikui
(setan kedua) dari Po - tiong - sam kui untuk menantang
Lan See giok sehabis upacara perkenalan ini menjadi
kecewa sekali, sebab dengan terjadinya perubahan tersebut berarti semua rencananya akan mengalami kegagalan total
Tapi harapannya
segera timbul kembali setelah
mendengar akan diselenggarakannya pesta tengah hari
nanti, suatu rencana keji kembali telah melintas di dalam benaknya.
Ketika Oh Tin san sekalian sudah kembali ke dalam
rumah, Say nyoo-hui yang cukup memahami jalan
pemikiran putrinya segera, berkata kepada mereka berdua.
"Kalian berdua boleh kembali ke kamar, untuk
beristirahat!"
Oh Li cu menyambut seruan itu dengan penuh
kegirangan ia segera menarik tangan Lan See giok kembali ke kamarnya.
http://kangzusi.com/
Sudah sedari tadi dia mesti menahan diri untuk
mengekang gejolak napsu birahinya, semenjak masih
berada di panggung kehormatan tadi dia sudah tak tahan
ingin memeluk Lan See giok, sebab dalam anggapannya,
kini Lan See giok sudah menjadi suaminya.
Lan See giok sendiri tetap bersikap wajar, seakan akan
tidak memahami jalan pemikiran orang, senyum manis
tetap menghiasi ujung bibirnya, padahal dalam hati
kecilnya dia merasa muak dan bosan, sebab gerak gerik dari Say-nyoo-hui tadi telah menimbulkan perasaan was-was
bagi dirinya. Dalam perjalanan masuk ke ruangan dalam, tiba-tiba ia
menyaksikan Li Ci cun sedang berdiri di luar pagar rumah sambil mengawasi ke arahnya dengan pandangan penuh
kegusaran dan menggigit bibir menahan rasa dendam.
Melihat hal ini Len See-giok menjadi paham kembali apa
sebabnya Li Ci cun begitu membencinya, ternyata hal ini
disebabkan hubungannya yang terlampau mesra dengan Oh
Li cu. Belum habis jalan pikiran tersebut melintasi lewat, tiba-tiba pemuda itu merasa tubuhnya telah dipeluk erat-erat
oleh Oh Li cu, menyusul kemudian terdengar gadis itu
berseru dengan lembut:
"Ooh adikku, cici pingin sekali melalap kau si bocah bodoh dan menelannya ke dalam perut."
Kemudian dia menghantar bibirnya yang merah merekah
itu ke depan dan mendaratkan beberapa kali ciuman mesra
ke wajah dan bibir Lan See-giok.
Lan See-giok benar-benar tidak menyangka Oh Li cu
akan bersikap begitu tak tahu malu, tapi dia pun tak berani menolak ciuman tersebut terlalu kasar, apalagi bau harum
http://kangzusi.com/
yang begitu tebal sudah membikin kepalanya terasa pusing tujuh keliling.
Mendadak . . . Mencorong sinar tajam dari balik mata Lan See giok,
rupanya dia telah menyaksikan munculnya sesosok
bayangan hitam dari belakang jendela sana.
Maka cepat-cepat dia mendorong tubuh Oh Li cu sambil
menuding ke arah jendela sebelah belakang . .
Waktu itu Oh Li cu sedang dipengaruhi oleh kobaran
napsu birahi, ia sedang terbuai dalam suasana yang begitu hangat dan syahdu ketika tubuhnya didorong secara tiba-tiba oleh pemuda tersebut.
Dengan cepat dia berpaling ke arah yang ditunjuk, apa
yang terlihat olehnya membuat gadis ini naik pitam, sambil membentak keras, tangan kanannya segera diayunkan ke
depan melepaskan sebilah pisau terbang.
Serentetan cahaya tajam segera berkelebat lewat
menembusi jendela. . .
Bayangan manusia di luar jendela itu lenyap tak
berbekas, tapi kemudian terdengar seseorang membentak
secara kasar: "Manusia rendah yang tak tahu malu, kau berani
memaksa menciumi nona. ." serahkan nyawa anjingmu."
Paras muka Oh Li cu kontan berubah menjadi merah
membara, hawa napsu membunuhnya dengan cepat
menyelimuti seluruh benaknya, sebuah pukulan dahsyat
dengan cepat meluncur ke depan menghajar jendela
belakang itu sehingga hancur lebur.
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, kali ini
menerobos ke luar dari jendela luar.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yakin kalau orang yang bersembunyi di
belakang jendela tadi pasti adalah si kupu-kupu di balik ombak Li Ci cun, tapi oleh sebab dia kuatir Oh Li cu
mendapat celaka, buru-buru dia menutul permukaan tanah
dan secepat kilat berkelebat ke depan menyusul di belakang gadis tersebut.
Tiba di tempat kejadian, pemuda itu melongo, ternyata
Oh Li cu dengan muka hijau membesi, alis mata berkernyit dan pedang terhunus sedang berhadapan dengan seorang
lelaki berbaju ungu, di sekitar sana sama sekali tidak
nampak bayangan tubuh dari Li Ci cun.
Lelaki berbaju ungu itu memiliki perawakan tubuh yang
kekar, alis mata yang tebal, mata yang bulat penuh
bercambang tapi berwajah pucat, matanya penuh diliputi
sinar kaget dan melihat tanpa berkedip dia mengawasi
ujung pedang Oh Li cu, sementara tubuhnya selangkah
demi selangkah mundur terus.
Sementara itu di ruang depan telah berdatangan dua tiga
puluhan sampan kecil yang mengangkut para komandan
pasukan yang datang mengikuti perjamuan, malah ada yang
sudah naik ke atas punggung mimbar.
Oh Li cu berdiri dengan hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, ia sama sekali tidak
berpaling ke arah para komandan pasukan yang sementara
itu berdatangan dengan penuh tanda tanya. sorot matanya
mengawasi lelaki itu lekat-lekat, kemudian dengan nada
penuh kebencian pelan-pelan ia berkata:
"Say-li-kui (setan ikan leihi) siapa yang memerintahkan kau mengintip kami" Ayo cepat menjawab dengan
sejujurnya. Aku yakin kalau kau sendiri tak akan
mempunyai keberanian sebesar ini. Hmm! Jika kau enggan
http://kangzusi.com/
menjawab, jangan salahkan kalau ketajaman pedang
nonamu akan membacok tubuhmu menjadi dua bagian".
Si setan ikan leihi sangat gugup dan ketakutan, sekujur
badannya gemetar keras, sementara butiran keringat sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
sambil mundur berulang kali rengeknya ketakutan.
"Nona. ti. tidak ada yang memberi perintah. hamba-
hamba tidak sengaja ..tidak sengaja. tidak sengaja lewat di depan jendela.."
Oh Li cu semakin naik darah, di dalam anggapannya si
setan ikan leihi ini tak mau mengaku, kembali hardiknya:
"Tutup mulut. . . . bila kau tetap membungkam, nona akan membuat tubuh mu tercincang di tempat ini juga!"
Setan ikan leihi semakin ketakutan, bibirnya sudah
bergetar pucat, hatinya mulai goyah.
Sementara itu, para komandan yang ikut dalam
perjamuan telah berdatangan semua, hampir seluruhnya
berkerumun di sekitar sana dan mengawasi Oh Li cu serta
setan ikan leihi dengan pandangan kaget bercampur
keheranan. Menyusul kemudian Be Siong pak dan Thio-Wi-kang
berdatangan pula, walaupun kedua orang ini tidak mengerti masalah apakah yang telah terjadi, namun tak seorangpun
berani membuka suara.
Oh Li cu sudah merasa kalau setan ikan leihi mulai
goyah, hatinya dan bersedia mengaku, maka dengan
memperhalus suara nya ia berkata.
"Katakan saja, asal kau bersedia mengaku, nona tak akan membunuhmu"
http://kangzusi.com/
Mendadak pada saat itulah dari kejauhan sana terdengar
seseorang berseru keras:
"Lo pocu dan hujin tiba"
Dengan bergemanya suara itu, serentak suasana di
sekeliling tempat itu berubah menjadi hening, sepi dan amat serius.
Lan See giok berpaling, ia lihat Oh Tin san bersama Say
nyoo-hui datang bersama, wajah Oh Tin san yang kurus
memanjang diliputi hawa dingin dan kelicikan yang tebal.
Dengan mata sesatnya Oh Tin san menyapu sekejap
sekeliling tempat itu, lalu kepada Oh Li cu ia bertanya:
"Anak Cu, apa yang terjadi?"
Dengan wajah merah bercampur hijau membesi, Oh Li
cu memandang ke arah Setan ikan leihi dengan pedangnya.
lalu berseru penuh amarah:
"Ia berani mengintip dari belakang jendela!"
Oh Tin san berkerut kening lalu manggut, sorot mata
sesatnya memandang sekejap ke wajah setan ikan leihi,
kemudian sekulum senyuman menyeringai menghiasi ujung


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bibirnya. Si Setan ikan leihi segera sadar kalau bencana besar telah berada di depan mata, dengan penuh ketakutan buru-buru
dia membela: "La. lapor lo .. lo pocu.. hamba-hamba hanya tanpa
sengaja melihat sau pocu mencium nona dengan paksa. . . .
." Begitu ucapan tersebut diutarakan, sorot mata semua
orang yang hadir bersama sama dialihkan ke wajah Lan See giok.
http://kangzusi.com/
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Lan See giok,
keningnya segera berkerut, matanya berkilat kilat dan
sekujur tubuhnya gemetar keras, ia merasa percuma saja
banyak membantah dalam suasana begini. Oh Li cu
sendiripun nampak sangat marah dengan wajah merah
membara dia membentak nyaring lalu menusuk tubuh lelaki
itu. Biarpun dalam keadaan kaget bercampur ketakutan, ilmu
silat yang dimiliki setan ikan leihi memang cukup tangguh, dia segera mengigos ke samping.
Begitu tusukan pedang dari Oh Li cu mengenai sasaran
kosong, ia segera mundur dengan gugup, matanya
terbelalak lebar dan menengok kesana kemari dengan
terkejut, seakan akan sedang mencari seseorang.
Pada saat itulah-
"Anak Cu, tunggu sebentar" Oh Tin san berseru dengan suara dalam.
Berada di depan umum, tentu saja Oh Li cu tak berani
membangkang perintah ayah-nya, ia segera menarik
kembali pedangnya sambil mundur setelah mendengar
perkataan itu, cuma bibirnya yang semula merah kini telah berubah menjadi pucat.
Suasana menjadi amat hening dan sepi, wajah semua
orang diliputi ketegangan, bahkan banyak di antara mereka yang menyadari bahwa selembar nyawa si setan ikan leihi
tak akan bisa melewati hari ini.
Oh Tin san memandang ke arah setan ikan leihi sambil
tertawa dingin, seperti lagi berbicara terhadap dia seorang, seperti juga lagi berbicara terhadap para hadirin di situ, ujarnya dengan suara dingin:
http://kangzusi.com/
"Lan See giok adalah sau pocu, dia merupakan ahli waris dari benteng kita, ia adalah keponakanku, juga menantuku, soal cium mencium bagi mereka adalah urusan pribadi
antara suami istri, soal tersebut tak ada sangkut pautnya dengan siapa saja. . . . ."
Lan See giok tertegun, dia tidak menyangka kalau si
manusia bertelinga tunggal Oh Tin san bakal mengumumkan di depan umum kalau dia adalah calon
suami Oh Li cu.
Sementara itu Oh Li cu yang semula berdiri dengan
wajah hijau membesi, sekarang berubah menjadi merah
dadu dan tersenyum simpul, diam-diam ia mengerling
sekejap ke arah Lan See giok.
Ketika selesai berbicara, Oh
Tin san kembali memandang sekejap seluruh arena dengan pandangan sesat,
lalu teriaknya keras-keras:
"Di mana pengawas Li?"
"Hamba di sini!" diantara kerumunan orang banyak, kedengaran Li Ci cun menjawab dengan suara gemetar.
Lan See giok terkejut, cepat ia berpaling ternyata Li Ci cun munculkan diri dari kerumunan orang banyak orang
tak jauh di belakang tubuhnya dan sebelum ini ternyata ia tak melihat kehadiran orang tersebut.
Li Ci cun munculkan diri dengan wajah hijau membesi.
alis matanya yang tebal berkernyit, matanya yang kecil
memancarkan sinar buas yang berapi api, setelah muncul
dari kelompok manusia, ia melirik sekejap ke arah Lan See giok dengan penuh kebencian, kemudian baru meneruskan
perjalanan-nya ke depan Oh Tin san.
http://kangzusi.com/
Oh Tin san memandang ke arah Li Ci cun lalu sambil
menuding ke arah Setan ikan leihi, serunya dengan suara
dalam: "Binasakan dia!"
Li Ci cun seperti tertegun sesudah mendengar perintah
itu, sedangkan si ikan leihi semakin amat ketakutan sampai wajahnya turut berubah menjadi pucat pias.
Mendadak- Sambil menggertak gigi Li Ci cun menjejakkan kakinya
ke tanah, kemudian dengan gaya tubrukan yang buas dan
nekad ia terjang tubuh Lan See-giok.
Kejadian ini sama sekali di luar dugaan semua orang,
kontan saja suasana menjadi gempar.
Oh Li cu membelalakkan pula matanya lebar-lebar,
mulutnya melongo, saking terkejutnya ia sampai termangu.
Dalam pada itu Li Ci cun sudah tiba di hadapan Lan See
giok, sambil membentak sebuah bacokan maut langsung
dilontarkan olehnya ke wajah Lan See giok.
Selama ini pandangan mata Lan See giok tak pernah
beralih dari tubuh Li Ci cun sejak musuh menerjang tiba. ia telah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya.
Begitu musuh datang, ia melejit ke samping dan mundur
sejauh satu kaki lebih.
Kupu-kupu ditengah ombak Li Ci cun merasakan
pandangan matanya menjadi silau, tahu-tahu ayunan
telapak tangan kanannya telah mengenai sasaran kosong,
agaknya dia tidak menyangka kalau serangannya bakal
menemui kegagalan.
"Tahan .." mendadak Oh Tin san membentak nyaring.
http://kangzusi.com/
Sejak si kupu-kupu ditengah ombak Li Ci cun
mendengar Oh Tin san mengumumkan kepada umum
bahwa Lan See giok adalah calon suami Oh Li cu, ia telah bertekad untuk beradu jiwa.
Karena itu, sekalipun dia segera menghentikan gerak
serangannya setelah mendengar bentakan tadi namun
orangnya masih tetap berdiri garang di sana, berdiri sambil melototi Lan See giok dengan penuh kegusaran. .
Lan See giok sendiri berdiri ditengah arena dengan
senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya, ia memandang
sinis ke arah musuhnya tersebut.
Berbicara yang sebenarnya, Oh Tin san tahu dengan jelas
sebab musabab yang mengakibatkan Li Ci cun bersikap
demikian, tapi ia toh menegur juga dengan suara dalam:
"Li Ci cun, mau apa kau?"
"Aku hendak menantang keparat she Lan itu untuk
berduel. . ." jawab kupu-kupu di tengah ombak dengan kalap.
Say nyoo-hui yang selama ini membungkam dalam
seribu bahasa tiba-tiba memutar biji matanya, kemudian
menyela. "Bila kau sanggup mengungguli Lan See giok, aku akan mengambilkan keputusan bagi anak Cu untuk dijodohkan
denganmu!"
Oh Li cu gusar sekali setelah mendengar perkataan itu,
berkilat sepasang matanya, dengan marah ia berkata:
"Tidak susah bila kau ingin kawin denganku. tapi
menangkan dulu pedang mestika di tanganku ini".
http://kangzusi.com/
Seraya berkata pedangnya segera diayunkan ke tengah
udara, di bawah cahaya matahari siang, terbias sekilas
bayangan tajam yang berkilauan.
Lan See giok hanya berdiri sambil tertawa sinis selama
ini, sedang dalam hatinya:
"Dasar sesarang manusia-manusia yang tak tahu malu."
"Baiklah. . ." tiba-tiba terdengar Oh Tin san berkata sambil tertawa dingin, "kalau Lan See giok tidak diberi kesempatan untuk memperlihatkan kelihaiannya kalian
memang selalu tak mau takluk.!"
Berbicara sampai di situ, dia menengok ke arah Li Ci cun sembari bertanya:
"Kau ingin bertarung dalam tangan kosong atau ingin beradu senjata tajam?"
Kupu-kupu di tengah ombak Li Ci cun tahu bahwa ilmu
silat Lan See giok cukup tangguh terutama dalam ilmu
gurdi emas yang tiada tandingannya, karena itu dia tak
berani beradu senjata tajam melainkan berharap bisa
mencari kemenangan dengan andalkan tangan kosong,
ditambah pula Say nyoo-hui telah mengutarakan dihadapan
umum. bila ia sanggup mengungguli Lan See giok, maka
Oh Li cu akan dikawinkan dengannya. Itulah sebabnya
sesudah ragu sejenak, dengan wajah hijau membesi tapi
bersikap hormat dia menyahut:
"Dalam suatu pertarungan, senjata tak bermata, hamba bersedia mempergunakan sepasang tangan kosong untuk
mencoba berapa ampuh dari Lan See giok!"
Mendengar jawaban tersebut, sekulum senyuman
menyeringai segera menghiasi ujung bibir Oh Tin san,
katanya kemudian sambil manggut-manggut.
http://kangzusi.com/
"Baiklah, harap kau suka berhati hati"
Selesai berkata, ia bersama Say nyoo-hui segera mundur
beberapa langkah.
Para komandan pasukan yang semula mengitari tempat
tersebutpun serentak mengundurkan diri.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Oh Li cu,
menggunakan kesempatan tersebut dia mengundurkan diri
dan secara diam-diam mendekati si setan ikan leihi dari
arah lain. Dalam pada itu Li Ci cun telah mengepal tinjunya sambil
maju dengan dada dibusungkan, ia berjalan ke hadapan Lan See giok dan berhenti enam tujuh langkah di hadapannya,
setelah menjura, katanya dengan angkuh:
"Sudah lama kudengar ilmu silat yang di miliki Lan
Khong-tay sangat hebat dan namanya termasyhur dalam
dunia persi1atan, lama sudah kukagumi namanya hanya
sayang selama ini belum ada jodoh untuk menjumpainya.
Lan siauhiap, kini masih muda lagi berbakat, aku yakin kau telah mewarisi kepandaian ayahmu. Mumpung hari ini ada
kesempatan, ingin sekali kumanfaatkannya untuk minta
berapa petunjuk ilmu sakti dari siauhiap."
Sementara berbicara dengan mata berkilat dia mengamati Lan See giok tiada hentinya, sikapnya begitu
jumawa sehingga memuakkan.
Lan See giok merasa sikap maupun gerak gerik Li Ci can
tak ubahnya seperti kalangan si1at kampungan, sejak tadi ia sudah habis kesabarannya, maka sambil tertawa dingin
katanya: "Kalau ingin beradu silat, lebih baik beradu secepatnya, buat apa banyak ngebacot yang tidak-tidak!"
http://kangzusi.com/
Li Ci cun yang sudah marah semakin naik darah lagi
setelah melihat cara Lan See giok berdiri, seakan akan
pemuda tersebut sama sekali tidak memandang sebelah
matapun terhadap dirinya.
Begitu selesai mendengarkan perkataan Lan See giok,
dengan amarah yang meledak ledak ia membentak keras
kemudian menerjang ke muka, tangan kirinya diayunkan ke
muka mendorong tubuh musuh, sementara tangan
kanannya membacok wajah Lan See giok.
Lan See giok sendiripun cukup sadar, seandainya dia tak
mampu mengalahkan Li Ci cun, jangan harap dia bisa
angkat kepala di dalam benteng Wi-lim-poo, dihati kecilnya dia telah mengambil keputusan untuk menyambut serangan
lawan dengan kekerasan.
Dengan senyuman hambar menghiasi ujung bibirnya
secara diam-diam ia menghimpun hawa murninya, ketika
musuh melancarkan bacokan, tiba-tiba kaki kanannya
mundur setengah langkah, kemudian sambil miringkan
badan ia menangkis dengan le-ngan kirinya
"Cari mampus.." umpat Li Ci cun dengan gusar.
Telapak tangan kanannya yang melepaskan bacokan,
segera ditambahi lagi dengan tenaga sebesar dua bagian. Ia bertekad akan mematahkan lengan kiri Lan See giok
tersebut. "Blaammm!"
Ditengah benturan nyaring, suara dengusan tertahan
bergema memecahkan kebisingan, dengan alis berkernyit
dan menggigit bibirnya kencang. secara beruntun dia
mundur sampai sejauh empat langkah lebih.
Tempik sorak segera bergema memenuhi seluruh arena
pertarungan . . .
http://kangzusi.com/
Sepasang bahu Lan See giok bergetar keras, diam-diam
ia menggertak gigi menahan diri, meskipun lengan kirinya amat sakit bagaikan disayat pisau, namun sepasang kakinya sama sekali tidak bergerak mundur barang setengah
langkahpun. Li Ci cun memegangi pergelangan tangan kanannya
yang kesakitan sambil menyeringai, rasa malu bercampur
gusar membuat wajahnya berubah menjadi merah padam,
dengan sepasang mata yang melotot besar bagaikan gundu.
dia pelototi wajah Lan See giok penuh kebuasan, sedang
pernapasannya diatur secara diam-diam.
Dalam pada itu, para komandan pasukan yang
berkumpul di situ diam-diam pada berbisik membicarakan
persoalan tersebut, sedang sorot mata yang tertuju kearah Lan See giok pun penuh dengan pancaran sinar
kekaguman, hampir semuanya tercengang oleh kelihaian
anak muda tersebut.
Dalam pada itu, disaat perhatian semua orang sedang
terpusat pada pertarungan antara Lan See giok melawan Li Ci cun, ujung pedang Oh Li cu secara diam-diam telah
ditempelkan di belakang pinggang setan ikan leihi.
Dengan cepat setan ikan leihi dapat merasakan hal
tersebut, dengan cepat ia berpaling, tapi apa yang kemudian terlihat membuat ia merasa terkejut sekali, sukma serasa melayang meninggalkan raganya . . .
Oh Li cu dengan kening berkerut dan mata melotot,
sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya dan
wajah diliputi hawa napsu membunuh telah berdiri tegak di belakangnya.
Tak terlukiskan rasa kaget setan ikan leihi setelah
menyaksikan kejadian tersebut, peluh dingin bercucuran
deras. setengah merengek katanya:
http://kangzusi.com/
"Oooh nona, ampunilah hambamu!"
Dengan diutarakannya rengekan tersebut, para komandan pasukan yang berada di sekitar sana segera
berpaling dan memandang ke arah mereka dengan
pandangan terkejut.
"Siapa" Siapa yang memerintahkan kepadamu untuk
melakukan pengintipan?" bentak Oh Li cu segera dengan suara dalam.
Setan ikan leihi merasa jiwanya jauh lebih berharga
daripada masalah lain, dia sadar enggan berbicarapun tak ada gunanya, maka dengan suara gemetar sahutnya.
"Li..Li Ci cun yang memerintahkan aku!" Oh Li cu memang sengaja berbuat demikian agar orang tuanya turut
mendengar, sengaja ia mempertinggi suaranya sambil
membentak keras.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa" Katakan dengan lantang!"
Sambil berkata pedangnya ditekan lebih ke depan hingga
masuk ke tubuh setan ikan leihi sedalam berapa inci, darah segar segera bercucuran ke luar dengan amat derasnya.
Sementara itu, Oh Tin san, Say nyoo-hui, Be congkoan
dan Thio-Wi-kang serta segenap komandan yang berada di
sekitar sana telah mengalihkan pandangan mereka ke arah
kedua orang tersebut.
Lan See giok merasa perbuatan yang dilakukan Oh Li cu
itu sesungguhnya kelewat batas, karenanya dia melirik
sekejap kearah nya dengan wajah muak, tapi tiada orang
yang tahu dengan pasti sikap muak tadi sebenarnya tertuju untuk Oh Li cu ataukah terhadap lelaki berbaju ungu itu.
Li Ci cun berpaling, melihat apa yang terjadi wajahnya
segera berubah hebat peluh dingin segera bercucuran saking
http://kangzusi.com/
kagetnya. dia tahu asal setan ikan leihi mengatakan hal
yang sebenarnya, Oh Tin san pasti akan mencabut jiwanya
seketika itu juga.
Kebetulan sekali disaat Li Ci cun berpaling tadi si setan ikan leihi sedang menuding ke arahnya dengan tangan
gemetar. Kupu-kupu di tengah ombak Li ci cun segera mengerti
bahwa riwayatnya sudah habis. Dalam keadaan demikian
timbullah niat jahatnya, mendadak ia membalikkan badan
secepat kilat, lalu sepasang telapak tangannya didorong ke muka sepenuh tenaga-Segulung angin pukulan yang sangat keras dengan
membawa debu yang sangat tebal segera menyambar ke
arah Lan See giok.
Tindakan ini boleh dibilang sangat licik dan rendah,
kontan saja para komandan pasukan yang berada di seputar arena berteriak teriak marah.
Oh Li cu menjerit lengking. saking kagetnya dia
sendiripun turut, berdiri bodoh
Pada saat itulah-
Lan See giok berkerut kening, kemudian sambil
membentak keras ia kerahkan tenaga dalamnya sebesar
sepuluh bagian ke telapak tangan kanan, kemudian dengan
sepenuh tenaga, diayunkan ke depan.
Segulung angin puyuh yang sangat kuat langsung
menggulung ke depan dan menyongsong datangnya angin
pukulan dari Li Ci cun.
"Blaammm!"
Benturan keras menggelegar di angkasa, debu dan pasir
segera menyambar ke mana-mana.
http://kangzusi.com/
Paras muka Li Ci cu berubah menjadi hijau membesi,
keningnya berkerut kencang, dengan sempoyongan ia
mundur sampai berulang kali . .
Paras muka Lan See-giok sendiripun berubah menjadi
pucat pias. tubuhnya bergetar keras, tapi sambil menggertak gigi dia berusaha keras agar tubuhnya tidak sampai mundur barang setengah langkah pun.
Segenap komandan pasukan yang berada di arena sama-
sama tertegun saking kagetnya:
Be congkoan, Thio-Wi-kang semuanya gemetaran
karena terperanjat, dalam anggapan mereka semula, Lan
See-giok pasti akan terhajar hingga terluka parah, siapa sangka Li Ci cun sendiri yang dibikin sampai mengenaskan keadaannya.
Oh Tin san berdiri dengan wajah dingin sinis dan
pandangan tajam, sekali lagi ia teringat kembali akan pil hitam yang dicekokkan ke dalam perut Lan See giok, dia
tak habis mengerti mengapa pilnya malahan menambah
tenaga dalam anak muda itu hingga peroleh kemajuan yang
begitu pesat. Say nyoo-hui sendiripun berkerut kening, tanpa terasa
dia melirik sekejap ke arah Oh Tin san, seakan akan dia
sedang berkata be-gini:
"Darimana datangnya tenaga dalam yang begitu
sempurna dari bocah keparat ini?"
"Blaammm!"
Akhirnya Li Ci cun tak sanggup berdiri tegak lagi, ia
terperosok dan jatuh terduduk di atas tanah.
Pada mulanya, Oh Li cu dibikin tertegun karena
sergapan dari Li Ci cun tersebut menyusul kemudian ia
http://kangzusi.com/
berdiri termangu oleh tenaga pukulan Lan See giok yang -
maha dahsyat, sampai Li Ci cun jatuh terduduk, ia baru
mendusin kembali dari rasa kagetnya.
Sewaktu menundukkan kepalanya, kebetulan ia saksikan
Li Ci cun terduduk dihadapannya, hal ini segera
membangkitkan hawa napsu membunuhnya.
Suatu bentakan keras tiba-tiba menggelegar, pedangnya
memancarkan sinar pelangi berwarna keperak perakan dan
sekuat tenaga dibacokkan ke tubuh Li Ci cun yang sedang
terduduk sambil terengah engah di hadapannya.
Dimana cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan.
Tubuh Li Ci cun sejak dari bahunya sampai ke arah iga
telah terbabat menjadi dua bagian, percikan darah segar
bersama isi perut berhamburan ke mana-mana, seketika itu juga ia tewas.
Peristiwa ini terjadi sangat tiba - tiba, lagi pula jarak mereka amat dekat, menanti Oh Tin San dan Say nyoo-hui
mengetahui kejadian tersebut dan ingin menghalanginya,
keadaan sudah tidak mengijinkan . . . .
Segenap komandan pasukan yang berke-rumun di
sekeliling arena menjadi pucat pias seperti mayat, semuanya membungkam dalam seribu bahasa..
Be Siong pak maupun Thio-Wi-kang turut merasa amat
terkejut, dengan pandangan kaku mereka hanya bisa
memandang tubuh Li Ci -cun yang terkapar di atas
genangan darah dengan mulut tertutup rapat-rapat.
Lan See giok sendiripun turut berdiri bodoh, ia
memandang kearah Oh Li cu dengan wajah kaget
bercampur tercengang, sekarang ia baru tahu, rupanya gadis
http://kangzusi.com/
ini selain jalang dan cabul. hatinya kejam dan jauh lebih jahat daripada kalajengking.
Atas terjadinya peristiwa ini, ia segera meningkatkan
kewaspadaannya terhadap perempuan itu, dia tahu bila
dirinya masih berada dalam benteng Wi-lim-poo, lebih baik jangan mencoba-coba untuk mengusik Oh Li cu.
Pada saat itulah kembali terdengar jeritan kaget bergema memecahkan keheningan.
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya, ia
saksikan si setan ikan leihi sedang berlarian seperti orang kalap, ia mendesak desak orang yang berkerumun di sekitar sana dan melarikan diri ke arah saluran air sungai.
Oh Li cu sangat gusar melihat hal ini, sambil membentak
nyaring ia mengejar dari belakangnya.
Para komandan pasukan yang berkerumun di sekitar
sana kontan saja pada bubar, mereka berlarian mengundurkan diri sambil berseru kaget.
"Byuuur. . .!" percikan bunga air memancar ke mana-mana, si setan ikan leihi tahu-tahu sudah terjun ke dalam air dan menyelam ke dasarnya.
Ou Li cu tidak berpeluk tangan dengan begitu saja, dia
mengejar sampai di tepi sungai lalu sambil mengangkat
pedangnya, dia menangkap bayangan tubuh si setan ikan
leihi yang menyelam dalam air serta siap untuk
menimpuknya. "Anak Cu, biarkan dia pergi!" bentak Oh Tin San tiba-tiba.
Sebenarnya Oh Li cu hendak mengatakan "tidak" tapi berhubung si setan ikan leihi sudah berenang entah ke mana
http://kangzusi.com/
terpaksa dia menarik kembali senjatanya dan berjalan
menuju ke depan ibunya.
Oh Tin san memandang sekejap para komandan pasukan
yang masih berdiri dengan wajah kaget bercampur ngeri,
lalu kepada Be Siong pak katanya.
"Be congkoan, apakah perjamuan telah disiapkan?"
"Lapor lo-pocu, perjamuan telah siap silahkan masuk ke dalam ruangan."
"Baiklah, kita segera mulai dengan perjamuan!" Oh Tin san manggut-manggut.
Be Siong pak segera mendongakkan kepalanya dan
memandang sekejap ke wajah semua orang, lalu serunya
dengan lantang:
"Silahkan saudara semua menempati meja perjamuan
masing-masing. . . ."
Dengan suasana yang hening para komandan pasukan
memasuki ruangan serta menempati kursi masing-masing.
Kembali Oh Tin san berkata kepada Thio-Wi-kang:
"Thio-Wi-kang, kirim orang untuk membersihkan
jenazah tersebut dari situ!"
Thio-Wi-kang mengiakan dengan hormat dan buru-buru
berlalu dari sana.
Sementara Lan See giok sendiri mengikuti di belakang
Oh Tin san dengan mulut membungkam, mereka langsung
menuju ke ruang tengah.
Dalam perjalanan itu dia sempat melirik sekejap ke arah
Oh Li cu yang berjalan di samping Say nyoo-hui, ternyata gadis itu tetap tenang, wajahnya berseri, seakan akan
http://kangzusi.com/
terhadap peristiwa berdarah, yang baru saja dilakukannya itu sudah lupa.
Oh Tin san sendiri sama sekali tidak menegur
perbuatannya, Say nyoo-hui juga tidak mengumpat
kekejamannya, seakan akan mereka semua beranggapan
bahwa membunuh orang adalah suatu kejadian yang sangat
wajar. Sementara masih berpikir, mereka telah memasuki
ruangan tengah, sementara para komandan pasukan juga
telah menempati tempat masing-masing, semuanya terdiri
dari puluhan meja perjamuan.
Ketika Oh Tin san dan Lan See giok berlima masuk ke
dalam ruangan, serentak para komandan pasukan bangkit
berdiri sambil hormat.
Walaupun senyuman menghiasi wajah setiap orang, tapi
jelas terlihat kalau senyuman itu terlalu dipaksakan.
Pada meja bagian tengah, duduk empat orang lelaki
kekar berbaju ringkas warna hijau, kuning, abu-abu dan
hitam, usianya rata-rata tiga puluh delapan sembilan
tahunan. Lan See giok tahu ke empat orang tersebut pastilah
komandan dari ke empat pasukan kapal perang.
Setelah melangkah masuk ke dalam ruangan, Oh Tin san
memandang seluruh penjuru ruangan dengan mata berkilat
dan tersenyum, tangan kanannya yang kurus diulapkan
beberapa kali, suasana dalam ruangan segera menjadi
hening kembali.
Say nyoo-hui duduk pada kursi ke dua, Oh Li cu berdiri
di sini Lan See-giok sedang Be congkoan berdiri di sisi kiri Oh Tin san, di depan mereka adalah ke empat komandan
pasukan kapal perang.
http://kangzusi.com/
Pertama-tama Oh Tin san menyilahkan semua orang
duduk kembali, kemudian baru memperkenalkan Lan See
giok kepada para hadirin.
Diluar wajahnya Lan See giok tetap bersikap tenang dan
tersenyum, padahal dalam hati kecilnya merasa amat
mendongkol. Dia tidak berhasrat untuk mengingat ingat wajah serta
nama dari ke empat komandan kapal perang itu, dia hanya
mengingat baik-baik komandan pasukan naga adalah
komandan Ciang, komandan pasukan harimau dari marga
Ong, komandan pasukan Singa jantan dari marga Seng
sedang komandan pasukan macan kumbang dari marga
Nyoo. Selesai upacara perkenalan, Thio-Wi-kang juga telah tiba kembali, ia duduk di sisi Be congkoan tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Tak lama kemudian perjamuanpun dimulai, arakpun
dibagi bagikan secara berlimpah.
Tak lama kemudian, berbondong bondong para
komandan pasukan berdatangan untuk menghormati Oh
Tin san serta Lan See- giok dengan secawan arak.
Pada dasarnya takaran minum arak dari Lan See giok
memang terbatas, ditambah pula hatinya lagi risau dan
resah, tak lama kemudian ia sudah berada dalam keadaan
setengah mabuk.
Oh Li cu yang menjumpai begitu banyak komandan
datang menghormati Lan See giok dengan secawan arak,
hatinya merasa girang bercampur gelisah, tanpa terasa dia meneguk beberapa cawan lebih banyak . .
Perjamuan makin lama berlangsung makin ramai, guci
arak pun satu demi satu di gotong naik.
http://kangzusi.com/
Biarpun Lan See giok sudah mabuk, tapi dia berusaha
keras untuk tetap mempertahankan diri sebab perjamuan itu diselenggarakan
baginya, tentu saja
ia tak boleh mengundurkan diri di tengah jalan . . .
Oh Li cu dapat melihat kalau Lan See -giok sudah
setengah mabuk, sedang dia sendiri pun mulai sadar
merasakan kepalanya pening, maka berulang kali dia minta ijin kepada Say nyoo-hui untuk mengundurkan diri, tapi
keinginannya selalu ditampik oleh Lan See giok.
Akhirnya perjamuan pun berakhir Lan See giok
mengikuti di belakang Oh Tin San suami istri menumpang
perahu naga emas untuk kembali ke rumah.
Walaupun Oh Li cu sendiripun sedikit terpengaruh oleh
arak, tapi ia masih berusaha keras untuk menjaga Lan See giok, mereka berdua duduk di kursi dan gadis tersebut
membiarkan Lan See giok berbaring di dalam pelukannya.
Say nyoo-hui yang menyaksikan hal tersebut segera
mengerling sekejap ke arah Oh Tin San, seolah-olah ia
sedang berkata begini:
"Hei rase tua, lihat sekarang, putri kesayanganmu sudah betul-betul terpikat oleh bocah tersebut."
Sebaliknya Oh Tin San tertawa hambar, wajahnya
kelihatan agak bangga, pikirnya pula dalam hati:
"Asal kotak kecil itu berhasil kudapatkan dan aku
berhasil pula menguasai ilmu yang tercantum dalam kitab
Tay lo hud bun cinkeng, apa artinya mengorbankan seorang putri?"
Lan See giok benar-benar mabuk ketika itu, berbaring
dalam pelukan Oh Li cu dengan lemas, sementara
kepalanya persis berbaring di atas sepasang payudara yang
http://kangzusi.com/
montok dan padat berisi, rasa hangat dan empuk membuat
ia semakin terbuai. . .
Perahu menentang ombak, angin silir semilir berhembus
lembut ditengah dentingan bunyi lonceng yang merdu,
akhir nya Lan See giok tertidur nyenyak.
Entah berapa lama sudah lewat. . .
Tiba-tiba saja ia tersadar kembali dari tidurnya karena
mendengar suara pembicaraan seseorang yang keras.
"Anak Cu, apakah adik Giok mu belum sadar dari
mabuknya?"
"Belum!" terdengar Oh Li cu menjawab dengan suara lirih, "tapi aku telah mencekoki kuah Liam sim-tong kepadanya."
Kemudian terdengar Say nyoo-hui berkata pula:
"Bocah ini memang minum arak kelewat banyak,
bagaimana mungkin ia dapat menandingi kawanan setan


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arak tua tersebut?"
Lan See giok terkejut sekali setelah mendengar
pembicaraan itu, pikirnya dengan cepat.
"Berada di mana aku sekarang?"
Ketika membuka matanya, ia saksikan ruangan penuh
bermandikan cahaya, ternyata ia berada di dalam kamar
sendiri, sedang Oh Tin san dan Say nyoo-hui duduk di
sudut pembaringan.
Oh Li cu duduk dengan kening berkerut dan wajah
sangat gelisah, begitu melihat Lan See giok sudah
mendusin, ia segera bertanya dengan penuh perhatian.
"Adik Giok, bagaimana rasamu sekarang?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak menjawab, sebaliknya dia malah
bertanya. "Sudah jam berapa sekarang?"
"Sudah mendekati kentongan pertama, wah, nyenyak
amat tidurmu kali ini!" seru Say nyoo-hui sambil tertawa.
Lan See giok segera melompat bangun, lalu sambil
menengok ke arah Oh Tin san tanyanya dengan nada
terkejut. "Benarkah itu empek?"
Oh Tin san tertawa riang, ia manggut-manggut dan
sahutnya dengan lembut:
"Anak bodoh, minum arak merupakan suatu kebiasaan
yang mencerminkan seorang pendekar sejati, di dalam
bidang ini kau perlu banyak berlatih lagi di kemudian hari, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Lan See giok tahu perhatian yang berlebihan dari Oh Tin
san suami istri terhadapnya disertai dengan maksud
tertentu, hanya saat ini dia belum dapat menebak maksud
tujuannya, maka dia berlagak sakit kepala. sambil
memegangi kepala sendiri serunya penuh penderitaan.
"ADUUUH, SAKIT KEPALAKU . . ."
Tidak sampai Lan See giok selesai berbicara, dengan
gelisah dan penuh perhatian Oh Li cu segera bertanya:
"Kalau memang sakit kepala, kenapa harus duduk" Ayah dan ibu toh bukan orang luar."
Sambil berkata, ia membaringkan kembali Lan See giok
ke atas pembaringan.
Lan See giok tidak membantah, dengan kening berkerut
dia menghembuskan napas panjang.
http://kangzusi.com/
"Anak bodoh." kata Oh Tin san kemudian sambil
meraba jidat Lan See giok, tenangkan hatimu dan
beristirahatlah selama beberapa hari ini. Toh berapa waktu belakangan ini kau tidak usah terbaru buru pergi ke bibi Wan mu."
Mendengar ucapan mana, Lan See giok tertawa dingin di
dalam hati, tapi di luar dia berlagak kaget bercampur
tercengang, serunya dengan cepat.
"Kenapa empek?"
"Anak bodoh, kau harus mengerti, kau pernah melukai Thi Gou murid dari si kakek berjubah kuning itu . . .
"Aku sama sekali tidak melukai Thi Gou", bantah Lan See giok. "aku hanya menotok jalan darah Hek-ki-hiat nya .
. . " Oh Tin san tidak membiarkan Lan See -giok
menyelesaikan perkataannya, ia menggoyangkan tangannya
mencegah pemuda itu melanjutkan kata katanya, setelah itu katanya.
"Walaupun begitu, namun dengan perbuatanmu itu
paling tidak sama artinya telah mempercundangi si kakek
berjubah kuning serta si naga sakti pembalik sungai.."
Padahal Lan See giok sudah tahu kalau Oh Tin san
kuatir kakek berjubah kuning itu mengetahui dirinya berada dalam
benteng Wi-lim-poo maka sengaja tidak memperkenankan pergi, maka sengaja ia berlagak gelisah
sambil serunya.
"Empek tua, aku kuatir si beruang berlengan tunggal dan si setan bermata tunggal akan sampai di rumah bibi Wan
lebih duluan.."
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Tin san, dengan wajah
berubah hebat ia berseru kaget:
"Kenapa" "
Sekarang Lan See giok sudah memastikan bahwa Oh Tin
san adalah orang yang menghajarnya sampai tak sadarkan
diri tempo hari, itu berarti disimpannya kotak kecil di
rumah bibi Wannya sudah bukan menjadi rahasia lagi
baginya. Maka setelah berpura-pura ragu-ragu sejenak, ia baru
sengaja menjawab.
"Kotak kecil yang empek katakan sebagai mestika, dari dunia persilatan itu sudah dikirim ke rumah bibi Wan atas perintah ayah.."
Oh Tin san mengiakan lirih, wajah yang semula menjadi
tegangpun segera menjadi tenang kembali, katanya
kemudian dengan sikap acuh tak acuh.
"Aaah, aku pikir mereka tak bakal tahu."
Belum habis perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari luar jendela bergema suara tertawa dingin yang rendah dan
menggidikkan hati..
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras, suara
tertawa dingin itu seperti guntur yang membelah bumi
disiang hari bolong, ia berseru tertahan sementara peluh dingin jatuh bercucuran.
Oh Tin san sendiri sudah melompat bangun sambil
membentak nyaring, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
ke jendela bagian belakang- -
"Blaammm!"
http://kangzusi.com/
Ditengah benturan yang sangat nyaring, debu dan pasir
beterbangan ke mana-mana. dengan suatu gerakan secepat
sambaran kilat Oh Tin san melompat ke luar dari jendela.
Lan See giok segera memusatkan perhatian nya dengan
menyilangkan telapak tangan kanannya di depan dada,
kemudian dengan jurus burung walet menembusi tirai dia
melompat ke luar dari ruangan tersebut melalui jendela.
Udara amat bersih waktu itu, sinar rembulan
memancarkan cahayanya ke empat penjuru, tapi suasana di
sekeliling tempat itu amat hening dan tak kelihatan sesosok bayangan manusia pun.
Dengan kening berkerut Lan See giok berpikir dihati.
"Waah, cepat amat gerakan tubuh orang ini, agaknya Oh Tin san pun tak boleh di anggap enteng, dalam waktu
sedemikian singkat ia sudah pergi hingga tak berbekas."
-ooo0dw0ooo- BAB 9 MENDADAK dari arah belakang terdengar seseorang
membentak dengan suara rendah.
"Ayo cepat naik ke atap rumah dan lakukan pencarian!"
Di tengah bentakan, Say nyoo-hui serta Oh Li cu telah
melompat ke luar dari jendela, kemudian tanpa berhenti
mereka melambung ke tengah udara . . .
Lan See giok memutar badannya ditengah udara dan
segera menyusul pula di belakang, lebih kurang belasan kaki di depan wuwungan rumah sana ia saksikan Oh Tin San
dengan sorot mata yang tajam sedang celingukan kian ke
mari. http://kangzusi.com/
Maka dengan mengikuti di belakang tubuh Say nyoo-hui
berdua, mereka meluncur ke arah mana Oh Tin San berada.
Tiba di situ, merekapun tetap membungkam dalam
seribu bahasa, hanya sorot matanya yang gugup bercampur
gelisah celingukan ke sana kemari tiada hentinya
Paras muka Oh Tin san pucat pias, mata sesatnya
berkilat kilat, bibirnya terkatup rapat dan tiada hentinya menggigit bibir, wajahnya nampak jelas sedang gemetar
keras. Siapa saja dapat melihat kalau Oh Tin san sedang
diliputi gejolak emosi, dibalik kemasgulannya terselip pula perasaan ngeri dan seram.
Berapa saat kemudian, dengan kening berkerut Oh Tin
san baru berbisik lirih.
"Lebih baik kalian semua kembali untuk beristirahat!"
Say nyoo-hui segera memberi tanda kepada Oh Li cu
agar mengajak Lan See giok berlalu dari sana.
Lan See giok membungkam pula, melihat kemasgulan
Oh Tin san, ia merasa tidak leluasa untuk bertanya banyak, terpaksa bersama Oh Li cu mereka kembali ke dalam
ruangan. Kendaripun demikian, agaknya Oh Tin san sudah
mengetahui siapakah orang yang telah mencuri dengar dan
tertawa dingin itu.
Ketika mereka berdua tiba kembali di ruang sebelah
timur, sekawanan pelayan sedang membersihkan debu dan
hancuran kaca yang berserakan di seputar sana.
Begitu masuk ke dalam pintu, Lan See giok segera
marah-marah: http://kangzusi.com/
"Kalian menggambarkan benteng Wi-lim-poo kokoh
bagaikan berdinding baja, siapa yang berani masuk kemari ibarat masuk ke dalam neraka, tapi kenyataannya sekarang orang lain bisa masuk dengan sekehendak hati sendiri,
malah menyadap pembicaraan kita. . ."
Waktu itu Oh Li cu sendiripun sedang di liputi perasaan
terkejut bercampur mendongkol, amarahnya
segera meledak setelah mendengar perkataan tersebut.
Dengan kening berkerut dan tertawa dingin tiada
hentinya ia berseru dengan suara dalam:
"Berapa banyak lagi yang hendak kau katakan?"
Walaupun Lan See giok telah melihat kalau Oh Li cu
sedang marah, tapi bila teringat bagaimana rahasia tentang kotak kecil itu berhasil dicuri dengar orang lain, amarahnya semakin berkobar lagi, dengan alis mata berkernyit ia
menggembor semakin keras.
"Tentu saja aku harus berbicara!"
Kawanan dayang yang sedang membersihkan lantai di
sana menjadi ketakutan setengah mati, wajah mereka
berubah dan hampir semuanya mandi keringat dingin
menguatirkan keselamatan Lan See giok.
Sebagaimana diketahui, sejak kecil Oh Li cu sudah
terbiasa dimanja, wataknya jelek dan amat berangasan,
boleh dibilang belum pernah dia dihadapi dengan cara
seperti ini Jangan lagi orang lain, Oh Tin san dan Say nyoo-hui
sendiripun harus mengalah tiga bagian kepadanya, bisa
dibayangkan bagaimana perasaannya setelah dibentak
bentak secara kasar oleh Lan See giok sekarang.
http://kangzusi.com/
Saking mendongkolnya, sekujur badan gadis tersebut
sampai gemetar keras.
Lan See giok segera sadar kalau perbuatannya tidak
menguntungkan posisi nya, ia sadar keadaan bakal celaka, tapi setelah terlanjur berbicara, diapun enggan tunduk
kepada orang lain dengan begitu saja, akibatnya ia semakin menarik wajahnya.
Oh Li cu membelalakkan sepasang matanya yang jeli
dan mengawasi Lan See giok dengan termangu, agaknya ia
tak mengira kalau wajah tampan yang begitu memukau dari
pujaan hatinya itu kini berubah menjadi dingin dan hijau membesi.
Dalam sekejap mata inilah ia benar-benar ditaklukkan
oleh kegagahan serta kejantanan lawan, keangkuhan serta
api amarahnya tiba-tiba memudar, ia menjadi sedih sekali tak terbendung air matanya segera jatuh bercucuran.
Semua pelayan berdiri melongo, mereka pun tidak
percaya kalau si nona mereka yang di hari-hari biasa begitu tinggi hati, sedikit-dikit lantas turun tangan membunuh
orang, sekarang bersikap begitu lemah dan menge-naskan,
bahkan sempat menangis tersedu sedu.
Lan See giok menyesal sekali dengan kecerobohan
sendiri, ia kuatir gara-gara urusan kecil itu berakibat semua masalah besar menjadi terbengkalai.
Begitu melihat Oh L! cu sudah menangis, ia menjadi tak
tega, buru-buru dia mendekati nona tadi dan berbisik
dengan wajah penuh rasa sesal.
"Enci Cu, tak usah menangis . . "
Hanya kata-kata tersebut yang sempat dia ucapkan,
karena ia tak tahu apa lagi yang mesti dikatakan olehnya sekarang.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu jarang sekali mendengar Lan See giok
menyebutnya "cici" atau bahkan belum pernah sama sekali.
Panggilan ini menghangatkan kembali hatinya, seperti anak kecil yang diberi gula-gula, ia menubruk ke dalam pelukan anak muda itu kemudian menangis semakin menjadi.
Lan See-giok kelabakan setengah mati, ia amat menyesal
dengan perbuatannya tadi, perbuatan yang sama sekali
tanpa perhitungan, sekarang setelah nasi menjadi bubur, ia baru merasa bingung dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat. Kawanan pelayan yang menyaksikan kejadian tersebut
sama-sama berubah wajahnya, kemudian satu demi satu
secara diam-diam mengundurkan diri sana
Oh Li cu menyandarkan diri di atas bahu Lan See-giok
sambil menangis tersedu, dengan suara yang lemah ia
berkata: "Orang toh tidak melarang kau berbicara, apa salahnya kalau berbicara setelah menunggu mereka pergi semua?"
"Sudah, sudahlah" buru-buru Lan See-giok berseru,
"mereka sudah pergi semua, sekarang kita boleh berbicara."
Dengan wajah masih basah oleh air mata Oh Li cu
melirik sekejap ke arah ruangan, betul juga semua pelayan yang berada dalam ruangan telah mengundurkan diri, maka
katanya kemudian dengan sedih.
"Sekarang kau harus berbicara dulu!"
Sambil berkata, dengan wajah tak senang hati ia
mendorong tubuh Lan See giok kemudian duduk sendiri di
bangku, sementara sapu tangannya berulang kali digunakan untuk menyeka air mata.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang semula merasa gusar kini menjadi
murung bercampur gelisah, untuk berapa saat dia tak tahu apa yang mesti dibicarakan, maka setelah memandang
sekejap jendela belakang yang hancur, ujarnya murung.
"Menurut penilaianku sendiri setelah menyaksikan
kekuatan kapal perang yang di miliki benteng ini, bukan
pekerjaan yang gampang bagi orang luar untuk memasuki
Wi-lim-poo ini, tapi kenyataannya orang tersebut dapat
bersembunyi di luar jendela tanpa di ketahui jejaknya, dari sini dapat diketahui kalau penjagaan dalam benteng sangat mengendor, kurang disiplin dan kelewat ceroboh."
Dengan suara tak puas Oh Li cu segera membantah:
"Aaah, mana mungkin, benteng Wi-lim-poo dikelilingi air, setiap sepuluh langkah boleh dibilang terdapat satu pos penjagaan.."
"Baik, baiklah, aku sudah tahu" tukas Lan See giok tidak sabar, "aku cuma ingin bertanya, orang itu bisa memanjati tembok benteng dan masuk ke ruang dalam, untuk hal
mana berapa lebarkah jalan air yang mesti ditempuh"
Beberapa banyak pos penjagaan yang harus dilalui" dalam
hal ini pernahkah kau bayangkan?"
Oh Li cu yang dihadapkan dengan pertanyaan tersebut
menjadi tertegun, dia hanya bisa mengerdipkan sepasang
matanya dengan mulut membungkam.
Dengan kening berkerut Lan See giok berjalan bolak
balik lagi di dalam ruangan, katanya lebih jauh:
"Kecuali kepandaian ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki oleh orang ini sudah mencapai tingkatan yang
sempurna, kalau tidak, mustahil dia dapat melewati tempat-tempat yang berpenjagaan ketat semudah itu, bisa jadi dia
http://kangzusi.com/
sudah hapal sekali dengan keadaan di dalam ruangan


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benteng ini."
Baru selesai dia berkata, mencorong sinar tajam dari
balik mata Oh Li cu, dia segera berbisik:
"Adik Giok, aku rasa bisa jadi orang tersebut adalah anggota benteng sendiri?"
Mendengar ucapan tersebut, Lan See giok segera teringat
kembali akan Be Siong pak serta Thio-Wi-kang, hanya saja ia tak berani sembarangan berbicara.
"Bagaimana kau bisa berkata begitu?" tanyanya
kemudian. Oh Li cu kembali termenung, agaknya ia sedang
mempertimbangkan kembali pelbagai kemungkinan dari
dugaannya tersebut, akhirnya ia berkata.
"Aku rasa kecuali beberapa orang saja yang sering datang ke gedung bagian belakang ini, jarang ada yang tahu kalau gedung ini kosong"
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, tanpa terasa ia bertanya:
"Apa kau bilang" Gedung belakang ini tak berpenghuni?"
Kembali nampak keraguan di wajah Oh Li cu, dia
merasa rahasia ini kelewat awal untuk diberitahukan
kepada Lan See giok sekarang sebab itu dia hanya manggut-manggut.
Dengan cepat Lan See giok menjadi paham, tak heran
kalau tiada orang yang menegur di sekitar sana sewaktu ada orang menyusup ke tempat tersebut.
Meskipun demikian, dia toh tak berani menuduh
siapapun secara gegabah, tanyanya kemudian dengan nada
tidak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Di hari biasa siapa saja yang sering kemari, dan siapa pula yang mengetahui rahasia dari gedung belakang ini?"
Agaknya Oh Li cu masih tetap menaruh keraguan
terhadap dugaan itu, karenanya sambil memperendah
suaranya dia menyahut.
"Be congkoan, Thio-Wi-kang, tiga setan dari benteng.."
"Kau mencurigai si setan ikan leihi?" Lan see giok segera memotong.
Oh Li cu segera mendengus menghina, katanya dengan
bangga: "Nyali anjingnya sudah pecah sedari tadi, jangan kata berani memasuki ruang dalam, mendengar kata "nona" saja tubuhnya sudah gemetaran keras . . " "
Paras muka Lan See giok segera berubah menjadi
terkejut bercampur keheranan, bisiknya kemudian.
"Kau maksudkan Be . . . "
"Ssst!" cepat-cepat Oh Li cu menempelkan ujung jarinya ke atas bibir memberi tanda agar tutup mulut, setelah
mengerling sekejap ke ruang sebelah belakang, ia berbisik lagi:
"Aku rasa kecuali mereka berdua, tidak ada orang ke tiga yang berani memasuki daerah sekitar tempat ini."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu, ia pun berbisik:
"Apakah mereka tidak berdiam di tempat ini"
Oh Li cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Tidak, mereka berdiam di gedung tunggal di seberang sana."
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa Lan See-giok mendongakkan kepalanya
memandang ke gedung seberang, suasana di sana sangat
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, di bawah
cahaya rembulan, ia melihat jelas tiada penjaga di sekitar sana.
"Sungguh aneh," serunya kemudian dengan nada tidak mengerti, "mengapa tidak kujumpai penjagaan di sekitar wilayah ini?"
Oh Li cu kembali berkerut kening sambil menunjukkan
keraguan, setelah itu baru ujarnya.
"Memang di sekitar gedung ini dan gedung di seberang sana tidak disertai dengan penjagaan."
"Mengapa?", tanya Lan See giok lagi tidak habis mengerti.
"Entahlah. . ." Oh Li cu menggelengkan kepalanya berulang kali, "ayah yang suruh demikian!"
Lan See-giok tahu bahwa Oh Li cu enggan berbicara,
tentu saja diapun merasa kurang leluasa untuk mengajukan pertanyaan, maka sambil memandang bangunan di
seberang sana, pikirnya di dalam hati.
"Aneh, masa benar-benar ada orang yang berani
menyadap pembicaraan kami dari luar jendela"
Tiba-tiba Oh Li cu bangkit berdiri, lalu bisiknya.
"Biar aku menengok ke sana!"
Lan See giok kembali merasakan hatinya tegang, dengan
cepat ia berbisik.
"Kau harus bersikap lebih berhati hati, paling baik kalau membawa serta Siau ci dan Siau lian berdua"
Oh Li cu manggut-manggut.
http://kangzusi.com/
"Aku tahu, aku bisa menghadapi mereka dengan sebaik baiknya"
Seusai berkata, buru-buru dia masuk ke bilik pintu bulat, sekalipun Lan See giok tidak begitu menyukai Oh Li cu,
bagaimana-pun juga ia toh menguatirkan juga ke selamatan dari perempuan tersebut. karena tindakan yang diambil
olehnya jelas merupakan suatu tindakan yang menyerempet
bahaya. Terutama sekali selama dia berada dalam benteng Wi-
lim-poo, ia butuh sekali bantuan dari Oh Li cu, selama ia berada di sana berarti lebih menguntungkan bagi usahanya untuk melarikan diri.
Dengan penuh kegelisahan dia berjalan mondar mandi
dalam ruangan agar pihak lawan tak sampai mengawasi
gerak geriknya secara jelas, diapun sengaja memadamkan
semua lentera yang berada dalam ruangan tersebut.
Suara dayung membelah air kedengaran berkumandang
ditengah keheningan itu.
Cepat-cepat Lan See giok menuju ke jendela belakang
dan melongok ke luar, sebuah sampan kecil sedang
meluncur ke luar dari tempat tersebut.
Oh Li cu berdiri tegak di ujung sampan, sebilah pedang
tersoren di punggungnya, sedang Siau ci dan Siau lian
membawa dayung duduk di belakang.
Entah mengapa, Lan See giok merasakan hatinya
berdebar keras, andaikata orang yang menyadap pembicaraan mereka tadi benar-benar adalah Be Siong pak
serta Thio-Wi-kang, jelas kepergian Oh Li cu kali ini
mengandung resiko yang amat berat.
http://kangzusi.com/
Sampan itu sudah hampir tiba di seberang sana, tiba-tiba ia saksikan Oh Li cu berpaling ke arahnya, sorot matanya berkilat seperti bintang timur.
Lan See giok segera menggapai ke arahnya, sementara
hatinya berdebar makin keras, dalam sekejap itulah ia
seolah-olah mendapatkan suatu firasat jelek.
Dia ingin memanggil pulang Oh Li cu, tapi kuatir hal
tersebut malah berakibat merugikan, sementara ia masih
sangsi Oh Li cu serta Siau lian sudah naik ke daratan
seberang dan menuju ke jalan tembus, sementara Siau ci
tetap menanti di atas sampan.
Lan See giok berdiri di depan jendela dengan perasaan
yang sangat kalut, sorot matanya yang tajam mengawasi
perkembangan situasi tanpa berkedip.
Kurang lebih seperminuman teh lamanya sudah lewat,
akan tetapi suasana di seberang sana masih tetap hening . . .
Berapa waktu kemudian, belum juga nampak Oh Li cu
menampakkan diri . .
Lan See giok semakin gelisah, pikirnya:
"Wah, jangan-jangan orang yang menyadap pembicaraan tadi benar-benar adalah Be Siong pak serta
Thio-Wi-kang?"
Ia tak berhasil menebak dengan pasti mengapa Be Siong
pak dan Thio-Wi-kang menyadap pembicaraan pribadi
pocu nya, jangan-jangan Oh Tin san telah membongkar
pula rahasia sekitar kotak kecil tersebut di hadapan mereka berdua"
Tentang rahasia mestika tersebut, kecuali terhadap Say
nyoo-hui, Oh Tin san boleh dibilang tak pernah
membicarakannya kepada Oh Li cu, jadi seharusnya
http://kangzusi.com/
mustahil kalau dia membocorkan pula kepada kedua orang
itu.. Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
suara keleningan kecil berkumandang dari kejauhan sana.
Tapi suara tersebut hanya bergema singkat, agaknya
genta tersebut cepat-cepat dipegang orang hingga tak
sampai bersuara.
Suara keleningan tersebut mirip sekali dengan suara
keleningan yang berkumandang dari perahu naga emas
milik Oh Tin san.
Tiba-tiba Siau ci yang berada di sampan seberang
berpaling ke arah pintu air.
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat dia melompat
ke luar pula dari dalam ruangan.
Tiba di pintu halaman, benar juga ia lihat perahu naga
emas telah berlabuh di depan pintu gedung persegi, semua cahaya lentera di atas perahu telah padam, beberapa orang lelaki berpakaian ringkas berdiri di buritan, salah seorang diantaranya sedang menggenggam lonceng kecil itu.
Sekali lagi Lan See giok berpikir dihati:
"Dalam suasana begini, masa Oh Tin san akan ke luar benteng" Ke mana dia hendak pergi?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Oh Tin san
dan Say nyoo-hui sudah nampak muncul dari balik gedung
dengan langkah tergesa gesa.
Oh Tin san masih tetap mengenakan jubah abu - abunya,
sedangkan Say nyoo-hui telah berganti dengan sebuah
pakaian ringkas, sepasang golok burung hongnya tersoren
dipunggungnya tergantung sebuah kantung kulit.
http://kangzusi.com/
Setibanya di depan pintu, ke dua orang itu segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melompat naik ke
atas perahu naga emas.
Setibanya di perahu, Oh
Tin San cepat-cepat mengulapkan tangannya setelah itu bersama sama Say
nyoo-hui masuk ke ruang perahu.
Beberapa orang lelaki kekar yang sudah siap dengan
cepat mendayung perahu itu berlalu dari sana, dalam waktu singkat perahu naga emas itu sudah melaju pergi.
Lan See giok yang menyaksikan semua peristiwa tersebut
menjadi bingung bercampur gelisah, ia tidak mengerti
mengapa Oh Tin san suami istri pergi dengan langkah
tergesa gesa, tapi yang pasti hal ini tentu ada sangkut
pautnya dengan si penyadap pembicaraan mereka tadi.
Dalam keadaan yang begini, ia mulai menguatirkan
keselamatan dari bibi Wan serta enci Ciannya, kalau tadi berniat meninggalkan benteng Wi-lim-poo, maka sekarang
dia bertekad akan berusaha melarikan diri dari situ.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sampan
kecil Oh Li cu telah didayung kembali. Oh Li cu yang
berdiri di geladak sedang mengawasi perahu naga emas
yang berlalu tanpa berkedip.
Cepat-cepat Lan See giok menenangkan hatinya
kemudian maju menyongsong, lalu sambil menarik Oh Li
cu naik ke atas darat ia berbisik lirih:
"Bagaimana" Apakah mereka berada di situ"
Dengan wajah riang Oh Li cu menunjuk ke arah pintu
halaman, sebagai pertanda masuk dulu kemudian baru
berbicara, tapi dengan nada tak mengerti ia toh bertanya juga kepada Lan See giok:
http://kangzusi.com/
"Agaknya ayahku sekalian barusan pergi?"
Dengan cepat Lan See giok berkerut kening, karena ia
mengendus bau arak dari mulut Oh Li cu, ini yang
membuat nya tidak mengerti, maka diapun manggut-
manggut sambil mengiakan belaka.
Mereka berdua masuk ke ruang dalam, sambil
memasang lampu lentera Lan See -giok segera bertanya:
"Bagaimana dengan mereka?"
"Mereka sedang membicarakan tentang diri mu!" ucap Oh Li cu dengan wajah berseri.
Nada suaranyapun kedengaran penuh dengan kegembiraan, Lan See giok merasa kan hatinya bergetar
keras, tanyanya lagi dengan gelisah:
"Apa yang sedang mereka bicarakan?"
Setelah lentera disulut, ia pun dapat melihat Oh Li cu
berdiri sambil memandang arahnya dengan pandangan
cinta, senyum manis menghiasi ujung bibirnya, pipinya
semu merah. Oh Li cu tertawa genit, sahutnya merdu:
"Mereka semua mengatakan kau tampan dan gagah, di
kemudian hari pasti akan menjadi seorang pemimpin yang
disegani setiap orang.."
Alangkah kecewanya Lan See giok setelah mendengar
perkataan ini, tapi untuk berhasil melepaskan diri dari sana.
Ia pura-pura bertanya lagi dengan wajah gembira.
"Apa lagi yang mereka bicarakan tentang diriku?"
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah membara,
lama kemudian ia baru berkata tersipu sipu:
http://kangzusi.com/
"Mereka masih memuji ketajaman mata ayahku yang
bisa mendapatkan seorang menantu gagah seperti kau,
sudah pasti dia akan banyak rejeki di kemudian hari."
Berbicara sampai di situ, tidak tahan lagi dia tertawa
cekikikan . . .
"Aaah, mungkin aku yang tidak sesuai untuk enci?"
Sengaja Lan see giok merendah.
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah, cepat-
cepat dia membantah.
"Adik Giok terlalu sungkan, sesungguhnya enci lah yang merasa tidak sesuai untukmu, cuma Be congkoan toh
sempat memuji kita berdua sebagai sepasang sejoli yang
amat serasi, diapun berkata pula demikian".
"Adik adalah pemuda gagah dan enci adalah gadis
cantik, bila kita berdua berjalan bersama, entah berapa
banyak manusia lain yang akan merasa kagum"
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
tersebut, dengan gembira ia segera berseru:
"Sungguh" Enci Cu, mari kita bermain ke telaga Oh
peng, aku ingin lihat bagaimana para nona-nona nelayan
yang bermuka bengkak, berwajah kurus memandang kagum
kepadamu. . ."
Waktu itu Oh Li cu sedang merasa gembira sekali,
ditambah pula rasa ingin menangnya, terpengaruh pula oleh beberapa cawan arak, tanpa berpikir panjang ia menyahut:
"Baik, besok kita pergi bersama!"
Ketika Lan See giok menyaksikan paras muka Oh Li cu
makin lama semakin bertambah merah, dengan penuh
perhatian dia pun bertanya:
"Cici, kau telah minum arak?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tertawa, ditatapnya anak muda tersebut dengan
pandangan penuh cinta kasih, kemudian katanya.
"Sewaktu kesana, mereka berdua lagi minum arak demi merayakan cici yang berhasil mendapatkan kekasih tampan


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti kau, Be congkoan dan Thio-Wi-kang, masing-
masing telah menghormati tiga cawan arak kepadaku."
"Kalau begitu cici sudah mabuk. " seru Lan See giok gugup "cepatlah pergi tidur, besok kita hendak berpesiar."
Dengan cepat Oh Li cu menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Cici tidak mabuk, pergilah tidur lebih duluan, aku harus menitahkan Siau lian untuk memberitahukan kepada
komandan pasukan harimau terbang agar menyiapkan
sebuah kapal perang dan kuda untuk kita berdua."
Terkejut Lan See giok mendengar ucapan ini, segera
pikirnya. "Kalau aku mesti berpesiar dalam keadaan seperti ini, jelas hal tersebut akan sangat mempengaruhi usahaku untuk melarikan diri, wah- rencana ini mesti kucegah."
Berpikir demikian. cepat-cepat dia berseru
"Urusan pribadi kita berdua mengapa harus merepotkan orang lain . .?"
Tidak sampai Lan See giok berbicara lagi, dengan nada
meyakinkan Oh Li-cu berkata lebih jauh:
"Besok kita harus menunggang kuda, tahukah betapa
gagahnya kita berkuda!"
Dia mengerling sekejap ke arah si nona dengan
pandangan penuh cinta kasih dan masuk ke dalam
kamarnya dan berpesan lagi dengan mesra.
http://kangzusi.com/
"Cepatlah tidur, besok kita akan berangkat pagi-pagi!"
Tiba-tiba satu ingatan melintasi kembali dalam benak
Lan See giok, sambil berlagak resah ia berkata.
"Tapi aku tak pandai menunggang kuda.."
"Besok cici akan mengajar kepadamu, tanggung sekali belajar segera akan bisa"
Selesai berkata, dia lantas beranjak pergi dari situ.
Diam-diam Lan See giok mengeluh, hatinya amat
gelisah, dalam keadaan begini ia tahu keadaan tak tertolong lagi, terpaksa dia harus bekerja menurut situasi besok.
Berbaring di atas ranjang, bagaimanapun ia berusaha
tidur, matanya terasa tak mau terpejam.
Sekarang ia dapat memastikan kalau orang yang mencuri
dengar rahasia kotak kecilnya adalah orang lain namun hal tersebut semakin memperbesar tekadnya untuk melarikan
diri. Dengan seksama dan berhati hati sekali dia mulai
merancang rencananya untuk melarikan diri, ia telah
persiapkan beberapa macam jawaban. Mempersiapkan
bagaimana caranya menciptakan kesempatan, apa yang
harus diperbuat untuk menghindari pengejaran dari Oh Li
cu serta bagaimana selanjutnya menyusup ke rumah
kediaman bibi Wan nya
Sampai dia beranggapan bahwa rencana nya betul-betul
matang dan sempurna, ia baru terlelap tidur-
Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya suara langkah
kaki manusia menyadarkan Lan See giok dari tidurnya.
Ketika membuka mata, sinar fajar telah mencorong
masuk lewat jendela, seorang dayang kecil telah muncul
http://kangzusi.com/
sambil membawa keperluan membersihkan mulut dan
muka. Lan See giok segera melompat bangun, kemudian
bisiknya kepada pelayan itu:
"Tolong ambilkan pakaian milikku sendiri!"
Baru selesai ia berkata, dari kamar seberang sudah
kedengaran suara Oh Li cu lagi menegur:
"Adik giok, kau telah bangun?"
"Benar cici!" sahut Lan See giok dengan perasaan terkejut.
"Apakah kau merasa pakaian itu kurang serasi dibadan?"
tanya Oh Li cu lagi dengan nada tidak mengerti.
"Betul enci Cu, pakaian ini kelewat kedodoran"
"Aku masih mempunyai satu stel baju kongcu berwarna biru, tahun berselang baru selesai dibuat, biar kucarikan untukmu!"
Untuk menghindari kecurigaan perempuan tersebut, Lan
See giok tak berani bersikeras meminta kembali pakaian
lamanya, terpaksa dia hanya mengiakan.
Tak lama kemudian, tirai kelambu tersingkap dan Lan
See giok merasakan pandangan matanya menjadi silau.
Oh Li cu muncul dengan dandanan yang sangat
mentereng, jauh berbeda dengan dandanannya semalam,
kali ini dia nampak anggun, cantik dan menawan hati.
Sambil membawa sebuah jubah panjang, ia muncul
kembali dengan wajah berseri.
Memandang dandanan perempuan ini, diam-diam Lan
See giok turut merasa gembira, sebab sudah jelas tak
mungkin akan membawa senjata tajam atau senjata rahasia
http://kangzusi.com/
itu, berarti rencananya untuk melarikan diri sudah berhasil separuh.
Karenanya dengan nada gembira dia berseru.
"Aaah enci Cu, kalau kau berjalan jalan di tepi telaga dalam dandanan seperti ini, jangan-jangan nona dusun akan mengira dewi sianggo turun dari rembulan .."
Oh Li cu merasa girang sekali dengan umpakan tersebut,
ia tertawa semakin bangga
"Nah, ambillah dan cepat kenakan!"
Sambil berkata dia melemparkan jubah panjang tersebut
ke arah Lan See giok.
Lan See giok menyambut jubah panjang itu dan
mengenakannya, ternyata potongan pakaian itu persis sekali dengan bentuk badannya. kalau tidak bisa dikatakan cocok sekali.
Oh Li cu tertawa puas setelah melihat adik Giok nya
nampak lebih tampan setelah mengenakan jubah biru itu, ia yakin hanya dirinya yang pantas mendampingi seorang
pemuda ganteng macam dirinya.
Ketika sarapan mereka berdua sama-sama membungkam
dengan pikiran masing-masing
Oh Li cu bersantap dengan lahap, dia sedang
mengkhayalkan bagaimana para gadis dusun mengagumi
kecantikan dan keanggunannya.
Sebaliknya Lan See giok tak sanggup menelan nasi yang
disuapnya, pikirannya sangat resah bila memikirkan
rencana pelariannya nanti-
Selesai bersantap, mereka berdua naik ke sampan, dan
melaju menembusi aliran sungai dengan Siau ci serta Siau lian yang memegang dayung.
http://kangzusi.com/
Setelah melewati benteng air yang tinggi dan menembusi
dua buah saluran air, pintu gerbang telah berada di depan mata.
Di kedua belah sisi pintu gerbang berdiri puluhan orang
lelaki berbaju kuning, ada yang menyandang golok, ada
yang membawa busur, sewaktu melihat sampan yang
ditumpangi Lan See giok dan Oh Li cu lewat. bentakan
nyaring menggelegar dan pintu gerbang segera dipentangkan lebar- lebar.
Pedang Berkarat Pena Beraksara 4 Kuda Binal Kasmaran Serial Tujuh Senjata Karya Gu Long Pendekar Sakti Suling Pualam 1
^