Pencarian

Anak Harimau 5

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 5


Tatkala sampan kecil itu lewat, puluhan orang lelaki
kekar itu serentak memberi hormat dengan wajah serius,
ketika memandang wajah Lan See giok, rata-rata mereka
tunjukkan sikap menghormat.
Sedangkan mereka yang melihat sikap alim dan lembut
dari Oh Li cu, rata-rata segera berpikir di dalam hati:
"Waah, nona berubah seratus delapan puluh derajat."
Ke luar dari pintu gerbang, Lan See giok merasakan
matanya silau, rupanya di kiri pasukan harimau dan
pasukan naga. Setiap kapal perang berlabuh rapi, panji berkibar
terhembus angin dua puluhan lelaki kekar berbaju kuning
dengan tombak dan tameng di tangan berdiri serius di atas geladak.
Begitu sampan yang ditumpangi Lan See -giok sekalian
muncul, terompet dibunyikan dan serentak semua lelaki-
lelaki kekar itu menengok ke arah mereka.
Komandan pasukan harimau serta komandan pasukan
naga telah menantikan kedatangan mereka di perahu
pertama. http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berlagak sangat gembira, dengan
wajah berseri dia mengulapkan tangannya ke arah kawanan
pasukan yang berada di kiri kanannya
Ketika menyaksikan wajah menghormat dan sorot mata
kagum yang terpancar dari wajah orang-orang itu, Lan See-giok malu sendiri, dia yakin orang-orang itu tak ada yang tahu kalau sekarang ia sedang berusaha untuk melarikan
diri. Sampan itu didayung langsung menuju ke kapal perang
pertama, setelah mendekat, pemuda itu baru tahu kalau di situ tidak di sediakan tangga untuk naik, padahal tinggi perahu mencapai dua kaki lebih, apalagi tinggi geladak
yang delapan depa lebih tinggi.
Kedengaran dua orang komandan pasukan itu berseru
dari atas geladak dengan hormat:
"Perahu dan kuda sudah dipersiapkan, silahkan sau pocu dan nona naik ke atas perahu".
Karena tidak disediakan tangga, Lan See -giok tahu
kalau dia diharuskan melompat naik dengan mengandalkan
ilmu meringankan tubuh, maka sambil berpaling ke arah
Oh Li cu yang berada di belakangnya, ia berkata seraya
tertawa. "Nona, silahkan kau naik dulu!"
Oh Li cu tersenyum dan manggut-manggut, ia melejit ke
udara setinggi tiga kaki, lalu ditengah udara dia
menggunakan jurus burung Hong masuk sarang untuk
melayang ke atas perahu.
Tempik sorak bergema gegap gempita, semua anggota
pasukan yang berada di sekitar sana berteriak memuji untuk menyambut keindahan gerak tubuh nona mereka.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berkerut kening, dia tahu Oh Li cu
sengaja hendak memamerkan kehebatannya dihadapannya.
Maka sambil tertawa hambar dia melompat ke atas,
tingginya tidak seberapa dimana sepasang kakinya persis
menginjak di tepi perahu, hal ini membuat orang mengira
dia tak bertenaga penuh,
Disaat ujung kaki Lan See giok hampir menempel di sisi
perahu itulah, tubuhnya nampak gontai dan bergetar keras, sementara tubuh bagian atasnya tahu-tahu terpelanting ke luar kapal.
Jeritan kaget kontan saja berkumandang dari sana sini,
beratus - ratus lelaki kekar itu sama - sama tertegun karena kaget, sedang kan Siau ci dan Siau lian yang berada di
sampan kecil malah sempat menjerit lengking:
Mendadak. . Lan See giok mengibaskan ujung baju kanannya, lalu
badannya yang terlempar keluar perahu tadi berputar ke
sebelah kiri, setelah itu dengan tubuh lurus seperti pena ia berdiri di ujung perahu dengan mantap.
Menyaksikan demonstrasi ini, ke dua orang komandan
kapal perang itu jadi melongo dan termangu beberapa saat, sementara suasana di sekitar situpun dicekam dalam
keheningan. "Memalukan, sungguh memalukan!" akhirnya Lan See giok memecahkan keheningan tersebut.
Komandan pasukan harimau dengan cepat berhasil
menguasai diri, serunya kemudian dengan suara lantang:
"Saudara sekalian, demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang baru saja akan dipertunjukkan sau pocu adalah ilmu
meringankan tubuh yang disebut "Angin menggoyangkan
http://kangzusi.com/
pohon liu," pengetahuan kalian tentu akan semakin terbuka dengan diperlihatkannya ilmu kepandaian itu"
Sesudah ucapan tersebut diutarakan, tempik sorak yang
gegap gempita baru berkumandang memecahkan keheningan. Lan See giok segera mengulapkan tangan nya untuk
menenangkan suasana, kemudian setelah menyampaikan
rasa terima. kasih kepada ke dua orang komandan pasukan, bersama Oh Li cu yang dihiasi senyum di kulum mereka
bersama sama masuk ke ruang kapal.
Tak lama kemudian, perintah diturunkan dan perahu
pun bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Makin lama perahu dijalankan semakin cepat, sepanjang
jalan hanya suara ombak yang memecah kesepian
memainkan suasana.
Lan See giok duduk di ruang dalam, ia seperti tidak
berniat untuk menyaksikan keadaan di luar perahu dan
nampaknya hal ini justru amat cocok dengan keinginan Oh
Li cu. Dalam ruang perahu, Oh Li cu dan Lan See giok duduk
bersanding, gadis itu kelihatan sangat gembira, ia seringkali mengajak pemuda itu membicarakan soa1 pemandangan
alam, meski Lan See-giok dibebani pelbagai masalah, toh
dia harus menghadapi dengan berhati hati . .
Ketika kapal perang itu meninggalkan hutan gelugu,
matahari telah muncul di ufuk timur, cahaya keemas-
emasan memancar ke permukaan telaga dan memercikkan
cahaya yang menyilaukan mata.
Sekarang Lan See giok baru tahu bahwa perahu mereka
diarahkan ke barat daya, ketika memandang jauh ke muka,
lebih kurang tujuh delapan li di depan sana kelihatan
http://kangzusi.com/
sebuah garis hijau, agaknya disitulah kampung nelayan itu berada.
Sebagaimana diketahui, sewaktu datang ia sama sekali
tidak tahu arah mata angin, tentu saja saat inipun ia tak tahu dimanakah letak benteng Wi-lim-poo, apalagi masih
berapa jauh jaraknya dengan kampung nelayan itu.
la juga takut kalau sampai bertemu dengan si naga sakti
pembalik sungai, terutama sekali dengan si kakek berjubah kuning maka ia beranggapan setelah turun dari perahu
nanti, ia harus berusaha secepatnya meninggalkan tempat
itu. Semakin mendekati daratan, Lin See giok merasa
hatinya semakin tegang.
Akhirnya perahupun merapat dengan pantai, dua orang
lelaki kekar segera menurunkan papan dan menarik ke luar dua ekor kuda putih dari atas perahu.
Menyaksikan kuda yang kurus dan lemah apalagi
nampak begitu jinak tersebut. kontan saja Lan See giok
berkerut kening, "Kalau kudanya saja begitu kurus dan lemah, bagaimana mungkin bisa berlari cepat?" demikian ia berpikir dengan perasaan gelisah.
Tiba-tiba terdengar Oh Li cu bertanya kepada si lelaki
penghela kuda itu.
"Apakah dua ekor kuda tua itu?"
Kedua orang lelaki itu segera mengiakan dengan hormat.
Lan See giok menjadi sangat mendongkol, dengan nada
tak puas dia bertanya:
"Mengapa kau memilih dua ekor kuda tua?"
http://kangzusi.com/
"Sebab kau tak pandai berkuda", jawab Oh Li cu sambil tertawa manja, "oleh sebab itu cici sengaja berpesan agar dipersiapkan dua ekor kuda tua yang tidak binal lagi!"
Diam-diam Lan See giok mengeluh, tahu begini
semalam dia tak akan beralasan tak pandai menunggang
kuda. Turun dari perahu, merekapun mendekati kedua ekor
kuda tua tersebut.
Lan See giok merasa sedikit gugup, sebab berbicara yang
sesungguhnya, baru pertama kali ini ia menunggang kuda.
Setelah diberi petunjuk ringkas oleh Oh Li cu,
merekapun menunggang kuda dan menjalankannya menelusuri tanggul.
Sepanjang jalan Lan See giok berlagak tegang,
pandangannya selalu tertuju ke depan, seolah-olah kuatir kalau tubuhnya terjengkang ke belakang.
Oh Li cu amat geli melihat sikap kaku nya, sambil
tertawa getir ia berseru.
"Hei, kalau menunggang kuda lebih baik angkat saja
kepalamu, luruskan pandangan ke muka!"
Lan See giok mengiakan sambil memandang ke muka,
tapi apa yang terlihat membuat badannya gemetar keras,
hampir saja ia terjerembab dari atas kuda.
Diantara pepohonan siong yang terbentang di depan situ,
berdiri sebuah bangunan rumah yang mungil, ternyata
rumah itu bukan lain ada1ah rumah bibi Wan serta enci
Ciannya. Oh Li cu yang melihat pemuda itu gemetar dan
wajahnya berubah, disangkanya ia sedang ketakutan, cepat serunya dengan kuatir.
http://kangzusi.com/
"Tak usah takut, bila perlu kempitkan kaki pada perut kuda, dengan demikian kau tak akan sampai jatuh, pegang
tali les kuda erat-erat, asal tubuhmu tak sampai terlempar ke udara, niscaya jiwamu tak akan bahaya."
Lan See giok merasa kalau ia telah khilaf, cepat-cepat
perhatiannya dipusatkan jadi satu dan manggut manggut
kearah Oh Li cu dengan perasaan terima kasih.
Sementara itu, kuda mereka sedang lewat di muka pintu
rumah, Lan See giok sudah melihat jelas pintu ruangan bibi Wan nya.
Sekarang ia hanya bisa berdoa, semoga Thian
melindunginya dan jangan sampai mempertemukan dia
dengan bibinya.
Ketika kuda mereka maju lebih ke depan semua
pemandangan dalam halaman rumah itu dapat terlihat
jelas. Tiba-tiba Lan See giok merasa hatinya bergetar keras,
jantungnya berdebar begitu keras sehingga hampir saja akan melompat ke luar dari mulutnya.
Ternyata enci Cian nya sedang berdiri di dalam halaman
dengan punggung menghadap ke luar, dalam keadaan
begini ia kuatir sekali Ciu Siau cian atau enci Cian nya akan menyapa dia.
Agaknya Oh Li cu juga telah melihat gadis tersebut,
menurut penaksirannya kalau di tinjau dari rambut panjang dan perawakan tubuh gadis berbaju kuning itu. dia
semestinya berwajah cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan. Api cemburu Oh Li cu seketika berkobar ketika ia
saksikan Lan See giok tiada henti nya melirik kearah gadis
http://kangzusi.com/
dalam halaman tersebut, dengan rasa cemburu yang amat
tebal ia lantas berseru:
"Adik giok, apakah kau menganggap gadis yang berada di dalam halaman itu lebih cantik dari pada cici?"
Terkejut Lan See giok mendengar pertanyaan ini. dia
bukan takut Oh Li cu menjadi gusar, tapi yang jelas takut kalau jejak nya sampai ketahuan Ciu Siau cian.
Betul juga, ketika mendengar ada suara pertanyaan
bergema di situ, Ciu Siau cian segera berpaling.
Betapa rikuh dan tersipu-sipunya Lan See giok waktu itu, andaikata sekitar sana ada lubang niscaya ia telah
menyembunyikan diri di sana, baru saat ini dia dapat
merasakan, bagaimanakah perasaan seseorang yang punya
mulut namun tak dapat mengutarakan kesulitan sendiri.
Sementara itu Oh Li cu berdiri tertegun lantaran kaget,
setelah melihat paras cantik lawan, tiba-tiba saja timbul perasaan rendah diri pada dirinya, dia memang tak berani percaya kalau dalam dusun nelayan terdapat gadis yang
berparas begitu cantik.
Gadis berbaju kuning itu berkulit putih, bermata bening.
hidung mancung dengan bibir yang kecil mungil, sekalipun dia hanya mengenakan pakaian yang amat sederhana,
namun tidak mengurangi sikap anggun dan daya tariknya.
Terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli sungguh
menawan hati. Agak berubah wajah Oh Li cu setelah menyaksikan paras
muka gadis berbaju itu, wajahnya menjadi murung dan
timbu1 perasaan yang amat tak sedap di hati.
Tanpa disadari akhirnya dia berseru:
"Dia memang benar-benar sangat cantik!"
http://kangzusi.com/
"Aaah, dia kan gadis dusun yang tak tahu adat, biar cantik, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan cici
yang berasal dari keluarga persilatan?" tukas Lan Se giok tiba-tiba.
Setelah mendengar perkataan tersebut, rasa rendah diri
yang semula menyelimuti perasaan Oh Li cu segera hilang
lenyap tak berbekas. . .
Apalagi setelah melihat gadis berbaju kuning itu segera
tertunduk malu sehabis mendengar perkataan dari Lan See
giok tadi, tanpa terasa ia tertawa bangga.
Lan See giok tak berani memandang wajah Ciu Siau
cian, hatinya tak terlukiskan gelisahnya, ia tak tahu apakah enci Cian nya telah mendengar perkataan tersebut atau
tidak. Dalam keadaan begini, dia cuma berharap selekasnya
bisa meninggalkan tempat itu, apa mau dikata kuda tua
tersebut larinya lamban sekali.
Beberapa kali Lan See giok mencoba untuk melarikan
kudanya, sayang kuda tersebut kelewat tua, setelah lari
beberapa langkah kembali jalannya melamban.
Nampaknya gerak gerik dari pemuda tersebut tak dapat
membendung rasa geli Oh Li cu, tak tahan ia tertawa
cekikikan. Merasa dirinya ditertawakan, Lan See giok amat gusar,
saking mendongkolnya tiba-tiba saja ia menendang perut
kuda itu keras-keras.
Ringkikan panjang yang amat memekikkan telinga
segera berkumandang memecah kan keheningan, mungkin
lantaran kesakitan, tiba-tiba saja kuda tersebut kabur
secepat cepatnya ke muka.
http://kangzusi.com/
Bisa dibayangkan betapa kagetnya Lan See giok waktu
itu, badannya menjadi gontai dan nyaris terjerembab ke
tanah, dengan gugup ia memegang tali les kuda nya
kencang-kencang.
Oh Li cu terkejut juga melihat kejadian ini, dengan
gelisah ia menjerit:
"Aduh celaka, kudanya kaget, kudanya kaget"
Lan See giok semakin gugup, dia tahu bahaya sehingga
tanpa sadar kakinya mengempit, perut kuda itu semakin
kencang, tangannya yang memegang tali les juga di
perkencang. Mimpi pun Oh Li cu tak pernah menyangka kalau kuda
tua yang di hari-hari biasa sangat penurut dan jinak,
mendadak saja menjadi sewot dan gila menyaksikan
kegugupan Lan See giok di atas punggung kuda itu, ia


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi gelisahnya bukan kepalang, sampai- sampai telapak tangannya menjadi basah oleh keringat dingin.
Dalam keadaan begini, dia mencoba untuk melarikan
kudanya untuk mengejar, apa mau dibilang kudanyapun
sudah kelewat tua. setelah lari beberapa langkah, diapun melamban kembali.
Dalam waktu singkat kuda sewot yang di tunggangi Lan
See giok sudah kabur jauh ke depan, yang tersisa hanya
debu dan pasir yang beterbangan menutupi pemandangan.
Hampir menangis Oh Li cu menyaksikan kejadian itu, ia
melihat jelas bagaimana Lan See giok menggenggam
kencang tali les kudanya dengan wajah tegang.
"Adik Giok-adik Giok..cepat bungkukkan tubuhmu di
atas pelana, cepat bungkukkan tubuhmu di atas pelana .."
jeritnya kemudian setengah menangis.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang gugup bercampur tegang, bisa
mendengar jerit tangis Oh Li cu tersebut dengan jelas, tanpa berpikir panjang ia segera menuruti nasehat tersebut dengan membungkukkan badannya di atas punggung kuda.
Hutan demi hutan, pepohonan demi pepohonan dilalui
dengan cepat, Lan See giok tidak tahu berapa jauh ia sudah dibawa kabur, peluh telah membasahi tubuhnya maupun
tubuh sang kuda, lambat laun lari si kuda sewotpun kian
melamban. Di depan sana terbentang kini sebuah lapangan rumput
yang luas, karena kudapun sudah mulai melamban larinya,
Lan See giok mulai dapat mengingat ingat kembali
pelajaran yang diberikan Oh Li cu kepada nya bila
menjumpai bahaya.
Cepat ia menekan kuda itu dengan telapak tangan
kanannya, begitu tubuhnya
melejit ke udara, ia berjumpalitan beberapa kali kemudian melayang turun ke
atas tanah berumput.
Dengan lenyapnya daya beban dari kuda tua itu,
binatang tadipun menghentikan larinya.
Baru pertama kali Lan See giok mencoba naik kuda,
namun akibatnya harus menjumpai pengalaman yang
mendebarkan hati akibatnya rasa tegang yang mencekam
perasaannya tidak juga bisa ditenangkan.
Sambil duduk di tanah lapang dengan napas terengah, ia
memandang kuda putih di kejauhan sana sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya:
"Menunggang
kuda tua bangkotan saja sudah mendebarkan hati, apalagi kalau menunggang kuda liar,
bagaimana jadinya?"
http://kangzusi.com/
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, kejut
dan gembira ia segera melompat bangun dan mencak-
mencak kegirangan, gumamnya seorang diri:
"Kalau sekarang tidak kabur, harus kutunggu sampai
kapan lagi" Yaa, inilah kesempatan paling baik yang belum tentu bisa kujumpai lagi.!"
Berpikir begitu, cepat-cepat dia melompat naik lagi ke
punggung kuda tua dan mencoba untuk meneruskan
perjalanan sayang kuda tua itu sudah kelewat lelah,
bagaimanapun ditarik, dibetot, kuda tadi tetap berdiri tegak di tempat semula.
Lan See-giok gelisah sekali, dia kuatir Oh Li cu keburu
menyusul ke mari, karenanya terpaksa ia melompat turun
dari kuda tua itu dan melarikan diri menuju ke gundukan
bukit kecil di depan situ.
Tengah hari sudah lama lewat, Lan See -giok mulai
merasa perutnya sangat lapar, tapi sejauh mata memandang hanya hutan belantara belaka, ke mana ia harus pergi untuk bersantap"
Untung saja tak lama kemudian ia sudah tiba di sebuah
pegunungan, di atas pegunungan itu penuh pepohonan li
yang buahnya mulai memasak. tidak sungkan-sungkan lagi
Lan See giok memetik buah buahan tersebut dan
melahapnya dengan rakus . . .
Entah berapa saat kemudian. tiba-tiba ia mendengar
suara derap langkah kuda yang amat ramai bergema secara
lamat-lamat dari arah tanggul telaga sana.
Lan See giok sangat terkejut, ia memasang telinganya
baik-baik dan mendengarkan dengan penuh perhatian, betul juga derap kaki kuda itu sangat ramai. tampaknya ada
http://kangzusi.com/
serombongan manusia berkuda sedang melalui tempat
tersebut. Makin lama suara derap kaki kuda itu semakin nyaring
dan mendekat, suaranya
bagaikan gemuruh yang menggelegar menjelang datangnya hujan deras.
Tergerak hati Lan See giok ia segera bangkit berdiri dan lari ke depan sebuah pohon besar di puncak bukit.
Dari sana ia memanjat ke pucuk pohon dan
menyembunyikan diri di balik dedaunan yang lebat.
Dikejauhan sana, pada wilayah antara tanggul dengan
tanah padang berumput, kelihatan debu dan pasir
beterbangan ke ang-kasa, tampak dua tiga puluhan ekor
kuda sedang dilarikan mendekat dengan kecepatan luar
biasa, Mendadak.. Rombongan itu memecahkan diri bagaikan bunga api
yang meletuk dengan berbentuk seperti kipas, rombongan
kuda tadi menyebarkan diri serta mengepung lapangan
rumput tersebut rapat-rapat.
Lan See giok sangat keheranan setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan perasaan tidak mengerti dia celingukan kian kemari, tapi selain padang rumput yang luas, pada
hakekatnya tidak dijumpai sesuatu apapun yang mencurigakan. Ketika diamati dengan lebih seksama, pemuda kita
segera gemetar karena kaget, ternyata penunggang kedua
tiga puluh ekor kuda itu adalah lelaki-lelaki kekar
berpakaian ringkas warna kuning, kalau diperhatikan baju seragamnya, jelas mereka adalah anggota benteng Wi-lim-poo.
http://kangzusi.com/
Tapi ingatan lain membuat pemuda ini menjadi ragu,
seingatnya dalam kapal perang yang ditumpanginya hanya
memuat dua ekor kuda tua, lantas darimana datangnya
kuda sebanyak itu"
Walaupun Oh Li cu bisa kirim orang untuk memberi
laporan ke benteng, itu pun paling cepat malam nanti
pasukan mereka baru akan tiba di sini.
Sementara itu, ke dua tiga puluh ekor kuda tadi sudah
berdiri berjajar di sepanjang garis padang rumput.
Tiba-tiba Lan See giok jadi melongo, ternyata orang yang berada di punggung kuda berwarna merah dimuka barisan
adalah Oh Li cu sendiri.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaan Lan
See giok sekarang, ia tidak berminat untuk menyaksikan
adegan tersebut lebih jauh, dengan cepat dia melompat
turun dari atas pohon, kemudian kabur ke dalam hutan
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya. Sambil melarikan diri, dihati kecilnya tiada hentinya
merasa keheranan, ia benar-benar tak mengerti mengapa
pasukan dari Wi-lim-poo bisa secepat itu tiba di tempat
kejadian. Dalam beberapa saat saja hutan lebat sudah ditembusi,
kini dihadapannya terbentang padang rumput yang sangat
luas. Lan See giok semakin gelisah, dia tahu berlarian di
padang rumput berbahaya sekali, sebab tiada tempat untuk menyembunyikan diri, ia harus secepatnya memasuki
daerah yang lebat dengan pepohonan yang luas.
Matanya yang jeli segera mengamati sekejap sekeliling
tempat itu, pada jarak tiga empat li di sebelah kanan, ia
http://kangzusi.com/
jumpai sebuah dusun, dan tempat tersebut merupakan
daerah yang terdekat dengan dirinya berada.
-ooo0dw0ooo- BAB 10 IA tak berani berayal lebih jauh, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, ia segera kabur menuju kearah dusun tersebut, badannya meluncur bagaikan segulung asap saja.
Ketika hampir mencapai di depan dusun. pemuda itu
berpaling sekejap. Diam-diam ia menjadi gembira sebab
pasukan dari Wi-lim-poo belum muncul dari hutan tadi.
Tapi setelah ia berpaling kembali memandang ke depan,
pemuda Itu segera menghentikan perjalanannya dan berdiri tertegun, ternyata di depannya terbentang sebuah sungai
besar yang lebarnya mencapai sepuluh kaki lebih.
Dengan gelisah ia berpaling kembali, untung pasukan
dari Wi-lim-poo belum menyusul sampai di situ, ia pikir
masih punya waktu untuk mencapai perahu, maka dengan
cepat ditelusurinya sungai tersebut:
Tapi dengan cepat ia menjadi putus asa, arus sungai
kelewat deras, jangan lagi perahu, bayangannya saja tidak dijumpai.
Dengan putus asa dia menelusuri tepi sungai, makin ke
depan sungai tersebut menikung semakin ke dalam, daerah
tikungan tadi merupakan sebuah tanah perbukitan.
Mendadak ia mendengar suara
ringkikan kuda berkumandang datang, Lan see giok amat terperanjat dan
cepat berpaling, apa yang kemudian terlihat segera
membuat keringat dingin bercucuran.
http://kangzusi.com/
Rupanya beberapa ekor kuda sedang berlarian menelusuri tepi sungai menuju kearah nya, sedang lelaki
kekar yang berada di punggung kuda dengan sorot matanya
yang tajam bagaikan sembilu mengawasi tepi seberang
sungai. Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok, ia
membalikkan badan dan segera melarikan diri.
Tapi belum berapa langkah, dari seputar hutan di tanah
gundukan depan muncul pula beberapa puluh ekor kuda.
Lan See giok tahu keadaan bakal runyam, ini berarti
pantai sungai tak mungkin bisa dipakai untuk menyembunyikan diri lagi, secepatnya ia kembali ke pesisir dan menyelusuri air, ia kabur ke sebelah kanan sungai
tersebut. Dalam pelarian tersebut, tiba-tiba Lan see giok
menemukan sebuah sampan kecil yang tergeletak di tepi
pesisir, pemuda itu bagai-kan menemukan bintang penolong saja segera berlarian menuju kearah situ.
Tapi, ia segera kecewa setelah dekat dengan perahu tadi, ternyata perahu yang nampak utuh dari luar, dasarnya
sudah jebol dan berantakan.
Pada saat itulah-
Dari depan situ bergema lagi suara ringkikan kuda.
bersamaan itu juga dari ke jauhan situ berkumandang suara derap kaki kuda yang amat keras.
Lan See giok benar-benar amat gugup, bila ia sampai
tersusul saat ini, jelas tiada alasan yang dapat digunakan, satu satunya jalan hanya bertarung sampai titik darah
penghabisan: http://kangzusi.com/
Menyaksikan arus sungai yang begitu deras, ia teringat
kembali ilmu berenang yang belum sempat dipelajari, tak
tahan lagi pikirnya setelah menghela napas:
"Betapa senangnya bila ilmu berenang kukuasai, saat ini mungkin aku sudah tiba di dusun pantai seberang-."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sekali lagi terdengar suara ringkikan panjang yang bergema dari
tempat tak jauh dari situ.
Lan See giok amat terkejut, tanpa disadari ia meraba
senjata gurdi emas Cin kim kong luan jui yang melilit, di pinggangnya.
Dalam pada itu suara ringkikan kuda sudah semakin
mendekat, suara tersebut bergema pula dari kiri dan kanan tubuhnya.
Sekarang Lan See giok berada dalam posisi yang
berbahaya sekali, tak terlukiskan rasa gelisah hatinya, biar dia tahu perahu bobrok itu tak mungkin bisa dipakai untuk bersembunyi, namun terdesak oleh keadaan mau tak mau
dia menerobos juga ke dalam perahu bobrok itu.
Pada saat Lan See giok baru saja melompat naik ke atas
perahu bobrok dan menyembunyikan diri, suara derap kaki
kuda yang amat gencar telah bergema datang dari sisi
sebelah kanan. Menyusul kemudian beberapa ekor kuda berlarian
mendekat bagaikan gemuruh angin puyuh.
Lan See giok menahan napas sebisa mungkin, hatinya
berdebar keras, diam-diam ia bersyukur karena tempat
persembunyian nya tidak sampai ketahuan.
Suara bentakan-bentakan keras bergema kemudian,
agaknya pasukan yang datang dari sebelah kiri telah
http://kangzusi.com/
berpapasan dengan pasukan yang telah datang dari sebelah kanan, kemudian berhenti tak jauh dari kapal bobrok itu
berada . . . Mendadak terdengar seseorang menegur dengan suara
yang serak dan tua.
"Apakah kalian telah melihat sau pocu?"
Diam-diam Lan See giok terkesiap, ia mengenali suara
tersebut sebagai suaranya Be Siong pak, manusia yang
mempunyai banyak akal muslihat.
"Lapor congkoan" beberapa orang lelaki itu segera menjawab
dengan hormat, "hamba
sekalian tidak melihatnya"
Diam-diam Lan See giok merasa keheranan juga,
pikirnya. "Aneh, mengapa Be Siong pak bisa memimpin pasukan
untuk melakukan pengejaran.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena dorongan rasa ingin tahunya, ia segera mengintip
dari celah-celah perahu bobrok itu.
Be Siong pak yang duduk di punggung kuda tampak
sedang berkerut kening dengan wajah resah, sorot matanya yang tiada henti-nya dialihkan ke pantai seberang sungai tersebut.
Paras muka belasan lelaki berbaju kuning pun kelihatan
amat serius, mereka memegang tali les kuda masing-masing dengan kencang, sementara peluh membasahi tubuh-tubuh
mereka maupun tubuh kuda-kuda tersebut..
Sementara itu dari arah pantai berkumandang kembali
suara derap kaki kuda yang sangat ramai.
http://kangzusi.com/
Seorang lelaki yang berada di sisi Be Siong pak segera
berpaling dan memandang sekejap ke arah pantai,
kemudian serunya dengan nada gelisah,
"Congkoan, nona telah datang. . . !"
MENDENGAR Oh Li cu telah tiba pula di tempat
kejadian, Lan See giok merasakan hatinya semakin tegang.
Be Siong-pak segera mencemplak kudanya dengan
memimpin puluhan anak buahnya maju menyongsong ke
tepi sungai. Derap kaki kuda dan suara ringkikan kuda yang ramai
akhirnya berhenti di belakang perahu bobrok persis di sisi pesisir sungai, debu dan pasir tampak beterbangan
memenuhi angkasa.
Menyusul kemudian seekor kuda merah yang tinggi
besar muncul pula di tempat tersebut . . .
Lan See giok yang mengintip ke luar kembali merasakan
tubuhnya gemetar keras, ternyata orang yang duduk di atas kuda merah yang tinggi besar itu tak lain adalah Oh Li cu.
Paras muka Oh Li cu telah basah oleh air mata, matanya
merah membengkak, rambut nya sedikit kusut dan cahaya
mukanya hampir pudar . . .
Dengan pandangan mata gelisah bercampur cemas dia
menengok sekejap ke arah pantai seberang, lalu kepada Be Siong pak yang menyongsong kedatangannya, ia bertanya
cemas: "Apakah kalian tidak menemukannya?"
"Di kedua belah pesisir sungai sama sekali tidak dijumpai bayangan tubuh dari sau pocu!" jawab Be Siong pak.
http://kangzusi.com/
Sekali lagi air mata Oh Li cu jatuh bercucuran, ia
menutupi muka sendiri dan berkata sambil menangis
tersedu-sedu: "Sebenarnya ia tak pandai menunggang kuda, akulah
yang memaksanya naik, apa mau dikata kuda tua itu
kaget!" Lelaki kekar berkuda hitam yang tampak nya komandan
dari pasukan tersebut segera berkata dengan hormat:
"Kuda tua itu sudah berhenti di tanah lapang, sekujur badannya telah basah oleh keringat darah rupanya sudah
kehabisan tenaga, ini menunjukkan kalau binatang tersebut telah berlari kencang sepanjang jalan, bila sau-pocu
memang tak pandai menunggang kuda, bisa jadi ia sudah
terjatuh ditengah jalan!"
Be Siong pak segera melototkan matanya bulat-bulat,
serunya dengan suara dalam:
"Tenaga dalam yang Sau pocu miliki amat sempurna,
bagaimana mungkin ia bisa terjatuh dari kuda?"
Tidak sampai Be Siong pak menyelesaikan kata katanya,
sambil menangis Oh Li cu sudah mengomel:
"Semuanya ini kau lah yang salah, mengapa sewaktu aku datang ke tempatmu semalam kau tidak mengatakan kalau
pocu sudah menurunkan perintah bahwa setiap orang
dilarang ke luar benteng, bila di dalam benteng ada urusan harus dirundingkan dulu dengan Sau pocu-?"
Sambil berkata, dia menangis tiada henti nya, seolah-
olah seorang kanak-kanak yang kehilangan mainan
kesayangannya. Dengan wajah menyesal dan murung Be Siong pak
menjawab: http://kangzusi.com/
"Yaa. memang hambalah yang teledor serta tidak
berpikir sempurna, tidak kusangka lo pocu sama sekali tidak memberi kabar kepada nona serta sau pocu ketika hendak
berangkat, coba kalau hamba tidak mendengar suara tampik sorak pagi tadi sehingga segera mengutus orang untuk
mencari berita, mungkin hingga sekarang pun belum
kuketahui kalau nona dan Sau pocu telah berpesiar ke
pantai telaga!"
"Apa pula gunanya kau menyusul sampai di sini?"
kembali Oh Li cu menangis tersedu sedu, coba kalau kau
bertindak cepat semalam dengan menurunkan perintah itu
kesemua penjaga pintu benteng, hari ini kami tak akan bisa ke luar dan tak mungkin akan terjadi peristiwa di luar
dugaan seperti ini."
"Yaa, kesemuanya ini memang kesalahan hamba" Be Siong pak mengangguk berulang kali, "hamba memang
pantas mati, hamba memang pantas mati, sekembalinya lo
pocu nanti, hamba memang tentu akan minta hukuman
sendiri!" Setelah berhenti sejenak, serta memandang sekejap
semua orang yang berada di seputar tempat itu, dengan
nada menghibur dia berkata lagi:
"Walaupun kita sudah mengerahkan kekuatan sedemikian besarpun belum berhasil juga menemukan
kembali sau-pocu, itu berarti besar kemungkinannya sau-
pocu telah diculik oleh si kakek berjubah kuning tapi nona tak usah kuatir, sau pocu berbakat bagus dan berwajah
cerah, sekalipun menghadapi bencana, semua bencana akan
berubah menjadi rejeki, biar sekarang agak tersiksa dan
menderita, toh akhirnya akan kembali juga ke Wi-lim-poo
dengan selamat"
http://kangzusi.com/
Dalam suasana gelisah bercampur marah mana ada niat
dari Oh Li cu untuk mendengarkan obrolannya, dengan
cepat ia menurunkan kembali tangannya dari atas wajah,
lalu sambil melotot ke arah Be Siong pak bentaknya:
"Obrolan busuk. siapa yang mau mendengarkan
ucapanmu itu, Hmm! bencana bisa berubah jadi rejeki . . .
orangnya di mana sekarang?"
"Pokoknya bila tidak kau temukan kembali Lan See giok hari ini, kau sendiri pun tak usah kembali ke Wi-lim-poo"
Sambil berkata ia segera mencemplak kembali kudanya
dan melarikan binatang tersebut meninggalkan tempat
tersebut. Be Siong pak termangu melihat kemarahan nonanya,
tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Nona. tunggu dulu, nona, tunggu dulu hati-hati kalau sampai terjatuh dari kuda!"
Sembari berteriak, dengan gugup dia melarikan pula
kudanya untuk menyusul dari belakang.
Kawanan lelaki lainnya serentak membentak dan
melarikan kuda masing-masing dalam waktu singkat kedua
tiga puluhan kuda tersebut telah berlalu semua mengikuti di belakang Oh Li cu.
Lan See giok menghembuskan napas panjang, perasaan
tegang yang sempat mencekam perasaannya kinipun
berkurang, diam-diam ia melompat ke luar dari perahu!
Sepanjang pesisir dijumpainya penuh dengan bekas kaki
kuda, melihat itu dia baru mengerti apa sebabnya Oh Li cu tidak mengirim orang untuk memeriksa perahu bobrok
tersebut. http://kangzusi.com/
Agaknya perahu itu kelewat bobrok dan mustahil bisa
dipakai untuk bersembunyi, ditambah pula seputar pesisir sudah penuh dengan bekas telapak kaki kuda dia mengira
pasukan sebelumnya telah melakukan pemeriksaan di sana.
Apalagi Be Siong pak serta Oh Li cu pada hakekatnya tidak mengetahui kalau dia berniat melarikan diri ..
Sedang maksud Oh Tin san suami istri pergi tanpa pamit
semalam, di mana dia hanya memberitahukan kepada Be
Siong-pak dan melarangnya memberitahukan kepada Oh Li
cu. jelas hal ini untuk mencegah putrinya pergi ke luar, dan tentu saja takut kalau dia menggunakan kesempatan
tersebut melarikan diri.
Kalau didengar berdasarkan pembicaraan Be Siong pak
dengan Oh Li cu, ia yakin kedua orang tersebut masih
belum mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya, diapun
percaya Oh Tin san tak bakal membicarakan rahasia
tentang kotak kecil tersebut dengan mereka.
Kelancaran yang diperolehnya dalam usaha melarikan
diri kali ini benar-benar berkembang di luar dugaan, apa yang direncanakan semalam boleh dibilang semuanya tidak
berguna, karena tak satupun yang terpakai saat ini.
Berpikir sampai ke situ, tanpa terasa ia menggelengkan
kepalanya sambil tertawa, pikirnya:
"Yaa, siapa yang bisa menduga perubahan yang bakal
terjadi di dunia ini?"
la berjalan menuju ke pantai depan sana dan
mendongakkan kepalanya, udara amat bersih, di kejauhan
sana hanya kedengaran suara derap kaki kuda yang makin
menjauh. http://kangzusi.com/
Dengan cepat pemuda itu menelusuri pantai menuju ke
arah timur laut, sebelum malam tiba dia harus sudah tiba di rumah kediaman bibi Wan- nya.
Sementara itu matahari sudah tenggelam di langit barat
Lan See giok merasa lapar, dahaga, gelisah pula, kalau
dapat dia ingin secepatnya tiba di rumah kediaman bibinya.
Sesudah menembusi hutan dan mendaki sebuah bukit
kecil, dari kejauhan sana mulai nampak tanggul telaga
Huan yang oh. Lan See giok percepat langkahnya menuju ke muka . . .
Dari puncak bukit kecil, ia saksikan di bawah lembah
sana masih nampak puluhan ekor kuda mondar mandir
melakukan pencarian, pada dermaga telaga tiga buah kapal perang berlabuh di situ.
Lan See giok tak berani meneruskan perjalanannya,
terpaksa dia harus berhenti di situ dan menunggu sampai
kapal-kapal perang dari Wi-lim-poo tersebut berlalu
sebelum meneruskan perjalanannya,
Senja lewat, malam haripun tiba, suasana remang-
remang telah mulai menyelimuti seluruh angkasa.
Cahaya lentera mulai berkelap-kelip di arah dusun
nelayan sana. Di atas ke tiga kapal perang pun telah dikerek naik
sembilan buah lentera besar berwarna merah.
Beberapa saat kemudian ditengah kegelapan yang mulai
mencekam seluruh angkasa, lamat-lamat kedengaran suara
orang menghardik dan ringkikan kuda.
Lan See giok tahu, pihak Wi-lim-poo sudah mulai
menarik pasukannya kembali ke kapal, oleh sebab itu dia
pun membayangkan kembali keadaan Oh Li cu entah
http://kangzusi.com/
bagaimanakah perasaan perempuan itu kini" la teringat pula cinta kasih serta perhatian dari Oh Li cu terhadapnya
selama berapa hari belakangan ini, terutama sekali
usahanya untuk mencarikan obat penawar racun baginya,
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka terhadap
cinta kasihnya itu. Ia terbayang pula bagaimana Oh Li cu menangis karena sedih dan gelisah, kesemuanya ini
membuat hatinya terharu, betul ia tidak terlalu menyukainya, tapi perhatian dan kasih sayangnya tak
mungkin bisa dilupakan dengan begitu saja.
Diam-diam ia bersumpah di dalam hati, bila di kemudian
hari Oh Li cu membutuhkan sesuatu kepadanya, ia bersedia mengabulkan permintaan nya demi membayar semua
kebaikannya selama ini.
Namun permintaan mana tidak termasuk memperistri
dirinya, sebab di kemudian hari dia ingin mempersunting
enci Ciannya sebagai istri, sekalipun ia tidak tahu apakah enci Cian mencintainya atau tidak..
Teringat kembali enci Ciannya, Lan See giok segera
mengerahkan kembali ilmu meringankan tubuhnya dan
menuruni bukit tersebut dengan cepat.
Ia dapat melihat ke sembilan lentera merah diarah telaga sudah mulai bergerak pelan- pelan, agaknya kapal perang
dari Wi-lim-poo tersebut sudah mulai berangkat pulang.
Dengan perasaan lega Lan See giok mempercepat
langkahnya berlarian ditengah kegelapan.
Berapa waktu kemudian, ia telah tiba di belakang dusun
kecil tempat kediaman bibi Wan nya, suasana dalam dusun
itu amat hening, cuma satu dua buah rumah saja yang
masih bersinar.
http://kangzusi.com/
Sampai di situ, mau tak mau Lan See giok harus
meningkatkan kewaspadaannya, lama sekali ia berdiri tegak sambil memperhatikan keadaan di sekitar situ adakah
sesuatu yang mencurigakan, kemudian pelan-pelan ia baru
menuju ke rumah kediaman bibi Wan nya
Waktu itu udara sangat gelap, tiada rembulan, hanya
beberapa biji bintang yang berkelipan, angin malam yang
berhembus lewat membawa suara deburan ombak dari
tanggul telaga.
Dalam perjalanan, ia saksikan cahaya lentera dalam
kamar enci Cian nya masih terang benderang, dia
keheranan, semalam ini mengapa enci Ciannya belum juga
tidur Padahal biasanya sudah naik ke atas pembaringannya.
Dengan meningkatkan kewaspadaannya dia maju terus
ke depan, sementara telinga nya dipasang lebar-lebar,
namun betapa terkejutnya dia setelah mendengar suara isak tangis dari enci Ciannya yang lamat-lamat bergema datang dari kamar tidurnya.
Dengan perasaan terkejut dia melejit ke udara dan segera melayang masuk ke dalam pekarangan.
Baru saja kakinya menempel di atas tanah-
Mendadak dari dalam kamar tak bersinar di sisi kamar
enci Cian nya bergema suara teguran yang lembut.
"Anak Giok kah yang datang?"
Seperti anak yatim piatu yang tiba-tiba mendengar suara
panggilan ibunya, air mata segera bercucuran membasahi
wajah Lan See giok, namun ia tetap menjaga kewaspadaan
nya terhadap keadaan lingkungan, setelah memanggil "bibi"
dengan lirih, ia menerjang masuk ke arah jendela.
http://kangzusi.com/
Jendela belakang terbuka dan wajah bibinya muncul dari
balik tirai, dipandangnya Lan See giok dengan terkejut lalu bisiknya:
"Ayo cepat masuk!"
Sambil berusaha keras mengendalikan rasa pedih di
dalam hatinya, Lan See giok melompat terus masuk ke
dalam ruangan, sedang bibi Wan melirik sekejap ke
sekeliling halaman dengan seksama, kemudian cepat-cepat
menutup kembali daun jendelanya.
"Anak Giok. apakah selama beberapa hari ini kau tidak kembali ke kuburan kuno?"
Lan See giok segera menubruk ke dalam pangkuan
bibinya dan menangis tersedu, tapi hanya sebentar saja.
karena dengan cepat isak tangisnya berubah menjadi
sesenggukan belaka
Tampaknya bibi Wan sudah merasakan firasat jelek,
dengan gelisah ia bertanya.
"Anak Giok, dimana ayahmu?"
Lama sekali Lan See giok sesenggukan sebelum sahutnya
amat pedih.

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayah telah dibunuh orang!"
Untuk sesaat suasana dalam ruangan menjadi hening,
dengan jelas Lan See giok dapat mendengar debaran
jantung bibi Wan yang semakin bertambah kencang.
Cahaya api berkilat, ruangan segera menjadi terang
benderang- Ketika Lan See giok berpaling, dilihatnya enci Cian
sedang menyulut sebuah lentera dengan wajah gugup, di
bawah sinar lentera, terlihat jelas wajah Ciu Siau cian basah oleh air mata, sepasang matanya merah membengkak,
http://kangzusi.com/
agaknya paling tidak ia sudah menangis setengah harian
lamanya. Ketika ia berpaling lagi ke arah bibi Wan, tampak wajah
bibinya pucat pias, keningnya berkerut dan dua baris air mata mengalir ke luar membasahi bibirnya yang gemetar.
Dengan pandangan kosong ia mengawasi sudut ruangan,
agaknya sedang merenungkan sesuatu . . .
Lan See giok tahu bibi Wan sedang amat sedih saat itu,
tanpa terasa serunya sambil menangis:
"Oooh . . bibi. bibi . "
Tiada hentinya dia menggoyang-goyangkan lengan bibi
Wannya. Bibi Wan menyeka air matanya dengan ujung baju,
kemudian berkata lagi agak sesenggukan:
"Aku telah memperingatkan kepadanya, kalau toh
barang tersebut tak berguna, lebih baik dikembalikan
secepatnya daripada memancing datangnya bibit bencana!"
Ketika berbicara, butiran air mata kembali jatuh
bercucuran membasahi wajahnya.
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
menarik kesimpulan kalau hubungan antara bibi Wan
dengan ayahnya pasti luar biasa, Karena itu sekali lagi dia berseru:
" Oooh. . . bibi!"
"Anak Giok, duduklah," kata bibi Wan sambil
mengawasi wajah Lan See giok yang basah oleh air mata,
"beritahu kepada bibi, siapakah musuh besar kita?"
"Ketika anak Giok pulang tempo hari ayah telah
meninggal dunia. . ."
http://kangzusi.com/
Secara ringkas dia pun menceritakan kembali semua
peristiwa yang disaksikan maupun dialaminya dalam
kuburan kuno tempo hari..
Bibi Wan serta enci Cian masing-masing duduk di kursi
bulat dan mendengarkan penuturan tersebut dengan
seksama. Cerita Lan See giok sangat jelas, terutama mengenai
dandanan, potongan wajah serta ciri khas dari lima
manusia cacad dari tiga telaga. . .
Sewaktu bercerita tentang si kakek berjubah kuning,
bersinar terang sepasang mata bibi Wan, tanpa terasa ia
berbisik lirih:
"Apakah diantara alis mata kakek berjubah kuning itu terdapat sebuah tahi lalat merah?"
Lan See giok termenung sebentar, kemudian menggeleng. "Anak giok tidak memperhatikan soal ini!"
Bibi Wan berkerut kening lalu manggut-manggut,
pertanda dia diminta melanjutkan ceritanya.
Sewaktu Lan See giok bercerita tentang si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san menangisi jenazah lalu
bagaimana mencuri pedang dan sebagainya, kembali bibi
Wan menukas. "Menilai seseorang jangan berdasarkan wajah saja, tapi jangan pula dinilai dari sikapnya dan caranya berbicara
manis, biarpun kaum laknat pandai berbicara, toh akhirnya bakal
salah berbicara juga, asal kau bersedia memperhatikan dengan seksama, tidak sulit untuk
mengetahui baik tidaknya seseorang, seperti manusia
bangsa Oh Tin san, kenyataannya kau dapat dikibuli
http://kangzusi.com/
dengan begitu mudah. hal ini membuktikan kalau
pikiranmu tersumbat waktu itu karena kesedihan yang
berlebihan"
Kemudian sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Untung saja kau mudah dikibuli ketika itu. coba kalau tidak, mungkin kita tak akan bisa berjumpa muka lagi"
Lan See giok mengiakan dengan wajah jengah, ia pun
melanjutkan kembali cerita nya.
Tatkala bibi Wan mendengar Lan See giok mencurigai si
naga sakti pembalik sungai Thio Lok-heng sebagai otak dari ke lima manusia cacad, dengan nada tidak puas, ia segera berkata:
"Si naga sakti pembalik sungai Thio-Lok-heng serta naga emas pengaduk samudra Li Ci-san dari telaga tong ting oh termasyhur dalam dunia persilatan karena ilmu dalam
airnya, kedua orang itu dijuluki Sui sang siang hiong
(sepasang jagoan dalam air) oleh umat persilatan, Thio-
Lok-heng orangnya jujur dan polos, sedang Li Ci-san
orangnya terbuka dan berjiwa besar, kedua orang tersebut merupakan pendekar yang dihormati umat persilatan baik
dari golongan putih maupun dari golongan hitam, jadi tak bisa dibanding kan mereka dengan kelima manusia cacad
tersebut. Bila kau berjumpa lagi dengan mereka di
kemudian hari, harus kau hormati kedua orang itu sebagai angkatan tua, jangan bersikap kasar atau kurang ajar
sehingga merosotkan pamor dari mendiang ayahmu."
Lan See giok mengiakan berulang kali, kemudian dia
melanjutkan kisahnya bagaimana memasuki benteng Wi-
lim-poo, ketika bercerita tentang On Li cu, Ciu Siau cian yang duduk di sampingnya segera nyelutuk dengan nada
cemburu. http://kangzusi.com/
"Apakah dia adalah gadis yang menunggang kuda
bersama-sama kau hari ini?"
Selesai berkata dengan wajah bersemu merah karena
jengah dia melirik sekejap ke arah ibunya, kemudian
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Paras muka Lan See giok ikut berubah menjadi merah
dadu. ia mengiakan cepat-cepat, setelah itu meneruskan
ceritanya bagaimana kudanya kaget, kemudian bagaimana
dia manfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
Sebagai akhir kata dia menambahkan.
"Oh Tin-san pernah memerintahkan kepada putrinya
memberi pelajaran berenang, kepada, anak Giok sejak hari ini, andaikata semalam tiada orang yang mencuri dengar
tentang rahasia kotak kecil di luar jendela anak Giok berniat be)ajar ilmu berenang lebih dulu sebelum datang kemari
menengok bibi dan enci Cian!"
Tanpa terasa dia mencuri lihat sekejap lagi ke arah Ciu
Siau cian. Mendengar perkataan tersebut sambil tertawa Ciu Siau
cian segera berkata:
"Ibu adalah Hu-yong siancu (dewi Hu-yong) yang amat termasyhur dalam dunia persilatan, ilmu berenang siapakah di kolong langit saat ini yang bisa menandingi Han Sin
wan" Selain mengalahkan naga sakti pembalik sungai
pernah juga mengungguli si naga emas pengaduk samudra-
ada suhu lihay tak mau minta pelajaran, kau malahan"
Belum habis perkataan itu diutarakan, Han Sin wan telah
menegur putrinya.
"Anak Cian, lagi-lagi kau usil mulut!"
http://kangzusi.com/
Kejut dan girang Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, ia menjadi tertegun, kemudian setelah
berhasil menenangkan pikiran nya dia berseru dengan
gembira. "Ilmu berenang dari bibi rupanya hebat sekali dan
ternyata anak Giok tidak mengetahui sama sekali, bibi, kau harus mengajarkan ilmu kepandaian tersebut kepada anak
Giok, dari kelima manusia cacad, ada tiga diantaranya
menjagoi telaga, bila anak Giok tidak menguasai ilmu
dalam air, usahaku untuk membalas dendam bagi ayahku
tak akan lancar."
Berbicara soal membalas dendam, suasana dalam
ruangan kembali dicekam keresahan.
Setelah lewat berapa saat, Hu-yong siancu Han Sin Wan
baru berkata lagi.
"Anak Giok, kalau ditinjau dari penuturanmu tadi,
kelima manusia cacad tersebut memang mencurigakan
semua, diantaranya meski si iblis buas bermata tunggal dan beruang berlengan tunggal yang mencurigakan, namun
manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san terhitung
manusia paling mencurigakan . . "
"Atas dasar apa bibi mengatakan Oh Tin san paling
mencurigakan?" sela Lan See -giok tidak mengerti.
Hu-yong-siancu Han Sin wan menghela napas sedih.
"Oh Tin san merupakan seorang manusia yang kejam
dan berhati buas, yang paling mencurigakan dari
perbuatannya adalah ia tidak membunuhmu melainkan
menghajarmu sampai pingsan, lalu menggunakan kesempatan tersebut membinasakan si binatang bertanduk
tunggal." http://kangzusi.com/
"Yaa, bisa jadi dia takut si binatang bertanduk tunggal membocorkan rahasia kotak kecil itu, sebab sebelum
peristiwa itu berlangsung si binatang bertanduk tunggal
memang bersembunyi pula di tempat kegelapan !"
"Justru karena si binatang bertanduk tunggal bersembunyi dalam kegelapan itulah, Oh Tin San baru
turun tangan membunuhnya" ucap Han Sin wan dengan
bersungguh sungguh, "siapa tahu hal ini disebabkan dia kuatir si binatang bertanduk tunggal akan membocorkan
rahasia kotak kecil, atau mungkin juga kuatir kalau si
binatang bertanduk tunggal akan menuding Oh Tin San
sebagai pembunuh sesungguhnya .."
Lan See giok berkerut kening, lalu dengan wajah tak
mengerti ia bertanya:
"Selama ini lima manusia cacad menguasai wilayah yang berbeda, mengapa mereka bisa muncul bersama sama
dalam kuburan kuno pada malam itu .."
Sekilas perasaan sedih segera menghiasi wajah Hu-yong
siancu, ujarnya sedih.
"Sudah banyak tahun bibi bersembunyi di tepi telaga, sedikit sekali masalah dunia persilatan yang kuketahui,
sedang tokoh-tokoh lima manusia cacad pun baru muncul
berapa tahun belakangan ini. seperti misalnya si tongkat besi berkaki tanggal Gui-Pak-ciang yang kau maksudkan,
dulunya ia lebih dikenal sebagai Kun lui koay (tongkat
geledek) yang merajai wilayah Soa lam, apa sebabnya
mereka bisa berkumpul pada malam yang sama, bibi
sendiripun kurang jelas."
Berbicara sampai di situ, dia melirik sekejap ke arah putri kesayangannya, lalu sambil mengulumkan senyuman,
lanjutnya: http://kangzusi.com/
"Sedangkan mengenai belajar ilmu berenang, bibi sudah
kelewat tua sehingga tak mungkin bisa mengajarkan sendiri kepadamu. . . ."
"Apa" Bibi sudah tua?" Lan See giok melongo.
Memandang wajah kaget yang menghiasi wajah Lan See
giok, tanpa terasa Ciu Siau cian menutupi bibirnya sambil tertawa.
Benar, di mata Lan See giok paling banter bibinya baru
berusia dua puluh enam tujuh tahunan, dia masih nampak
muda, cantik, anggun, halus dan lembut, bagaimana
mungkin bisa dibilang telah tua" Tak heran kalau dia
menjadi tertegun saking kagetnya.
Hu-yong siancu tersenyum, dia tidak menanggapi
pertanyaan Lan See giok tersebut, hanya terusnya:
"Mulai besok, kau boleh minta kepada enci Cian mu agar mengajarkan ilmu berenang. . "
Lan See giok girang sekali, hal ini memang merupakan
pucuk dicinta ulam tiba baginya. maka sambil melompat
bangun dan menjura kepada Ciu Siau cian, katanya dengan
gembira: "Kalau begitu siaute ucapkan banyak terima kasih dulu kepada cici Cian."
Siapa tahu Ciu Siau cian segera menghindar ke samping
sambil berseru:
"Aaah, aku tak lebih hanya gadis dusun yang tak tahu soal adat, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan
enci Cu yang pandai, ilmu berenang lagi pula terhitung
keturunan keluarga persilatan yang terhormat . . ."
http://kangzusi.com/
Lan See giok menjadi gugup, dia memang tidak
menyangka kalau enci Cian nya yang lemah lembut
ternyata mempunyai rasa cemburu yang begitu besar.
Sambil tertawa paksa, katanya kemudian dengan gugup.
"Oooh, cici! Mengapa kau masih mengingat ingat kata lelucon tersebut" Dalam situasi dan kondisi siaute waktu itu, mau tak mau harus kusanjung dirinya agar tidak curiga, harap cici jangan mengingatnya terus dihati"
Sambil berkata, sekali lagi dia menjura dalam-dalam, kali ini dia menjura dalam sekali hingga sepasang tangannya
hampir menempel di atas tanah.
Ciu Siau cian yang terbayang kembali bagaimana ia
merasa kecewa, menderita dan malu serta pelbagai perasaan lain yang bercampur aduk, tak tahan lagi katanya dengan
hambar "Aku tahu kalau diriku ini rendah dan tak mungkin bisa menandingi si nona terhormat dari keturunan keluarga
ternama, oleh sebab itulah aku tak berani menerima
permintaan dari ibu untuk memberi pelajaran kepadamu. ."
Memandang wajah Lan See giok yang merah membara
karena gelisah. Hu-yong siancu tersenyum, segera ujarnya:
"Siau cian, bagaimanakah posisi adik Giok mu waktu itu tentunya sudah kau ketahui, buat apa sih mesti menyiksa
dia. . ." Mendengar bibinya membelai dia, dari murung Lan See
giok menjadi gembira, memanfaatkan kesempatan itu
ujarnya sambil tertawa:
"Siaute berani bersumpah kepada langit, selama hidup aku tak berani lagi membuat cici marah, bila cici sampai
http://kangzusi.com/
dibuat marah, siaute bersedia untuk berlutut di depan cici dan menerima hukuman."
Mendengar perkataan itu, tanpa terasa Han Sin wan
melirik sekejap ke arah putrinya sambil tertawa riang,
wajahnya bersinar cerah ujarnya kemudian sambil
tersenyum. "Nah, anak Cian, apa lagi yang hendak kau katakan
sekarang?"
Ciu Siau cian malu sekali, mukanya merah sampai ke
telinga, sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan
manja serunya: "Sungguh mendongkolkan, sungguh mendongkolkan"
Sekali lagi Lan See giok berdiri melongo sikap enci Cian dan sikap bibinya boleh dibilang merupakan dua reaksi
yang berbeda, sambil memandang ke arah bibinya ia pun
berkata agak tersipu sipu:


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak tahu apakah kembali salah berbicara, dulu kalau anak Giok telah melakukan kesalahan, ayah selalu
menyuruh anak Giok berlutut sebagai hukuman."
"Anak Giok, itukan menghadapi orang tua atau
angkatan yang lebih tua" seru bibi Wan sambil tertawa geli.
Belum habis perkataan tersebut, dengan wajah bersemu
merah Ciu Sian cian segera menimbrung:
"Ibu, anak Cian bukan enggan memberi pelajaran kepada adik Giok, cuma kurasa disini terlalu banyak mata-mata,
kalau orang melihat gerak gerikku, mereka bisa salah
sangka.." Hu-yong siancu segera memahami maksud putrinya,
sambil tertawa ujarnya lagi.
http://kangzusi.com/
"Tentu saja pelajaran tak boleh diberikan disiang hari, sebab dengan begitu akan menarik perhatian orang banyak, tempat persembunyian kita di tempat inipun akan segera
tersebar luas pula dalam dunia persilatan, apalagi dengan kaburnya adik Giok mu, pihak Wi-lim-poo pasti tak akan
melepaskan pengejarannya. apalagi si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san bertekad akan mendapatkan
kotak kecil itu.."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, tanyanya tanpa terasa:
"Bibi, mereka bilang kotak kecil itu berisikan kitab pusaka Tay lo hud bun tiap yap cinkeng, benarkah itu?"
Bibi Wan tidak langsung menjawab, tiba-tiba saja dia
memasang telinga dan mendengarkan dulu keadaan di
sekeliling tempat tersebut . . .
Suasana di luar halaman amat hening, selain angin
malam yang berhembus lewat menggoyangkan dedaunan
serta ranting dan suara ombak telaga yang memecah di
tepian tanggul, tak kedengaran suara yang lain.
Dengan wajah serius diapun manggut-manggut,
sahutnya dengan suara lirih:
"Betul, kitab pusaka tersebut benar-benar merupakan mestika dunia persilatan yang diidam idamkan setiap umat persilatan, tapi sedikit sekali yang tahu dimanakah ilmu sakti tersebut tercatat, oleh sebab itu mereka yang tidak mengetahui rahasianya, mendapatkan benda tersebut sama
artinya dengan memperoleh benda rongsokan!"
Lan See giok sendiripun sangat berharap bisa
mempelajari kepandaian sakti yang tercantum dalam kitab
pusaka itu, tanpa terasa tanyanya dengan gelisah.
http://kangzusi.com/
"Apakah bibi mengetahui bagaimana cara nya membaca
kitab pusaka tersebut?"
Hu-yong siancu menghela napas sedih:
"Aai, seperti juga ayahmu, bibi bukan orang yang
berjodoh dengan Buddha, tak mampu kupahami arti dari
pelajaran tersebut"
Betapa kecewanya Lan See giok setelah mengetahui hal
ini, bukankah kejadian tersebut sama artinya dengan
ayahnya telah mengorbankan selembar jiwanya demi suatu
benda "rongsokan?" Apakah hal ini tidak kelewat tidak berharga"
Sementara dia masih termenung, terdengar bibi Wan
kembali berkata:
"Bibi pernah menasehati ayahmu, kalau toh tak
dipahami rahasia dari kitab pusaka tersebut, lebih baik
segera dikirim kembali saja."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu. buru-buru ia bertanya:
"Bibi, darimanakah ayah peroleh kotak kecil itu?"
Sorot mata bibi Wan menjadi redup, seakan akan
terbayang kembali kisah dimasa silam, lama kemudian dia
baru berkata: "Bibi hanya tahu, ayahmu telah berjumpa dengan
kekasihnya yang telah menikah di bawah puncak Giok-li-
hong di bukit Hoa san dan secara kebetulan juga
mendapatkan kotak kecil itu, sedang keadaan yang
sebenarnya tidak bibi ketahui."
Lan See giok hanya ingin cepat-cepat mengetahui kisah
ayahnya sampai mendapatkan kotak kecil itu, karenanya ia tidak terlalu memperhatikan perubahan wajah bibinya.
http://kangzusi.com/
Saat ini satu ingatan tiba-tiba melintas di dalam
benaknya, dengan nada memohon segera ujarnya:
"Bibi, bersediakah kau mengeluarkan kotak kecil itu agar giok ji periksa" Sekarang hari sudah malam, siapa tahu
dengan tenaga pikiran giok ji, bibi dan enci Cian kita akan berhasil memahami rahasia kitab pusaka tersebut?"
"Baiklah," sahut Hu-yong siancu tanpa ragu-ragu,
"malam ini, mari kita lihat sampai di manakah rejekimu?"
Ia beranjak menuju ke jendela belakang dan mengintip
sekejap keadaan di sekitar sana dengan cekatan, kemudian tubuhnya melompat ke luar dan sekejap kemudian sudah
lenyap dari pandangan.
Ketika Lan See giok turut menengok ke depan, rembulan
nampak bersinar cerah, daun dan ranting bergoyang
lembut, sedang bintang berkedip kedip memancarkan
cahaya nya, tengah malam sudah lewat.
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, bibi Wan
dengan jurus walet lincah menerobos tirai sudah melayang masuk kembali ke ruangan, gerakan tubuhnya ringan dan
sama sekali tidak menimbulkan suara.
Lan See giok menutup jendela dengan cepat kemudian
berpaling, ternyata di tangan bibi Wan telah bertambah
dengan sebuah kotak kecil berwarna kuning yang empat
inci lebarnya. Berhubung Lan See giok sudah tahu kalau isi kotak
tersebut berisikan sejilid kitab pusaka, maka dalam hati kecilnya timbul perasaan hormat.
Biarpun bibi Wan nya terhitung seorang pendekar wanita
yang namanya menggetar kan dunia persilatan, setelah
memegang kotak kecil berisi kitab pusaka itu, toh
http://kangzusi.com/
terpengaruh juga oleh emosi, wajahnya berubah menjadi
serius dan sepasang tangannya turut gemetar.
Dengan hormat sekali Lan See giok menerima kotak
kecil itu kemudian setelah melepaskan kain kuningnya,
pelan-pelan ia membuka penutup kotak itu.
Di dalam kotak itu berisikan tiga buah daun emas yang
panjangnya beberapa inci, sinar gemerlapan segera
memancar ke mana-mana.
Lama sekali Lan See giok memperhatikan benda tersebut
namun gagal untuk menemukan sesuatu yang mencurigakan, apalagi ke tiga lembar daun emas itu tidak beraksara tidak pula bergambar, polos dan halus sekali.-
Hu-yong siancu serta Ciu Siau cian berdiri membungkam
di belakang Lan See giok, mereka pun berusaha
memusatkan segenap perhatiannya untuk turut memeriksa
ke tiga lembar daun emas tadi, namun apa yang ditemukan
tak lebih cuma daun emas biasa.
Untuk beberapa saat lamanya, suasana di sekeliling
tempat itu dicekam dalam keheningan yang luar biasa.
sedemikian hening nya sampai masing-masing dapat
mendengar detak jantung lawannya..
Mendadak.. Dari arah tepi telaga sana, lamat-lamat kedengaran suara yang amat lirih.
Pertama tama Hu-yong siancu yang merasakan lebih
dulu, dengan cepat dia mengebaskan tangannya untuk
memadamkan lentera, seketika itu juga suasana dalam
ruangan dicekam kegelapan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok sangat terkejut, cepat-cepat dia menutup
kembali kotak tersebut dan menyerahkannya kembali
kepada bibi Wan.
Sedangkan Ciu Siau cian memasang telinga baik-baik
sembari mengerdipkan matanya, lalu dengan nada kaget ia
berbisik: "Ibu, seperti ada perahu yang merapat di tepi telaga!"
Dengan langkah terburu buru dia menuju ke luar,
membuka pintu rumahnya sedikit lalu mengintip ke luar
segulung angin dingin berhembus masuk, udara terasa
sedikit dingin.
Lan See giok menyusul di belakang Ciu Siau cian,
mereka bersama sama berdiri di belakang pintu.
Ketika Ciu Siau cian mengetahui adik Gioknya
menyusul, dengan cepat ia memberi tanda, lalu menarik
tangan pemuda itu dan diajaknya menuju ke pintu
pekarangan. Ketika Lan See giok merasa tangannya digenggam oleh
tangan enci Cian nya yang halus dan lembut seakan akan
tak bertulang, segulung hawa panas yang segar dengan
cepat menyusup ke dalam lubuk hatinya.
Mengikuti di belakang gadis tersebut sekarang, dia
seperti sudah melupakan segala ketegangan yang dirasakan hanya semacam perasaan aneh yang tak terlukiskan dengan
kata-kata, dan perasaan ini dapat membikin jantungnya
berdebar keras dan wajahnya bersemu merah, tubuhnya,
seolah-olah melayang di atas awan.
Tanpa terasa ia bersama Ciu Siau cian telah berjongkok
di bawah pagar pekarangan, bau harum semerbak yang
berhembus lewat membuat hatinya berdebar semakin keras.
http://kangzusi.com/
Diantara bau harum itu, terselip pula bau harum khas
dari enci Ciannya, dan bau tadi membuat ia merasa
gembira dan sangat nyaman.
Sudah lama dia mimpikan menggenggam tangan enci
Ciannya yang lembut, dan kini harapannya telah menjadi
kenyataan, tanpa disadari ia menggenggam tangan Ciu Siau cian semakin kencang.
Ciu Siau cian tidak menolak sebab ia sedang
memusatkan semua perhatiannya untuk mengintip melalui
celah-celah pagar pekarangan, sebaliknya Lan See giok
malah termangu - mangu oleh kecantikan wajah kekasih
hatinya ini. Dalam keadaan begini, dia tidak berhasrat untuk
memikirkan hal lain lagi, dia cuma berharap bisa bersama dengan enci Ciannya untuk selama lamanya . . .
Mendadak Ciu Siau cian menyikutnya pelan, Lan See
giok segera tersadar kembali dan mengalihkan pandangannya ke arah telaga.
Dari bawah tanggul telaga tampak ada tiga sosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat, di bawah
cahaya rembulan mereka hanya sempat melihat potongan
badannya saja. Mendingan kalau Lan See giok tidak melihat. begitu
diintip dia menjadi kagetnya setengah mati, bahkan hampir saja menjerit tertahan, rupanya ke tiga sosok manusia yang baru saja melompat turun dari tanggul telaga itu adalah si manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san, Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa serta Oh Li cu yang cantik tapi genit itu.
Tanpa terasa dia lantas menggenggam tangan Ciu Siau
cian kencang-kencang.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian segera merasakan akan hal itu, dengan
cepat dia berbisik.
"Siapakah mereka" Apakah perempuan yang bernama
Oh Li cu?"
Suara yang halus, udara yang hangat dan harum,
sungguh merupakan suatu rangsangan yang luar biasa,
hanya sayang Lan See giok yang tegang sehingga dia sama
sekali tidak merasakan akan hal tersebut.
Lan See giok mengangguk dengan gelisah sahutnya
dengan nada gelisah.
"Bukan hanya Oh Li cu seorang, kedua orang lainnya
adalah orang tua mereka, Oh Tin san serta Say nyoo-hui."
Sewaktu Ciu Siau cian mendengar perkataan itu dia
seperti agak terkejut pula, cepat-cepat dia mengangguk dan kemudian mengalihkan kembali sorot matanya ke arah tepi
telaga. Dalam pada itu Oh Tin San dan Say nyoo-hui sedang
memberi gerakan tangan kepada Oh Li cu, agaknya dia
sedang menanyakan kejadian yang dialaminya hari ini
kalau di tinjau dari wajah Oh Tin san tampaknya dia amat gusar.
Tiba-tiba Oh Li cu menuding ke muka, mengikuti
tudingan itu, Oh Tin san dan Say nyoo-hui segera
mengalihkan sorot mata mereka yang tajam bagaikan
sembilu ke arah depan.
Menyaksikan sorot mata mereka, Lan See giok
merasakan tubuhnya gemetar keras, tak tahan dia berpaling ke arah pintu rumah mohon bantuan.
http://kangzusi.com/
Baru berpaling, dia telah menyaksikan bibi Wan berdiri
di belakang pintu pagar dengan wajah tenang, agaknya dia pun sedang mengawasi gerak gerik Oh Tin san bertiga.
Betapa leganya Lan See giok setelah melihat bibinya
munculkan diri, meski demikian rasa tegang toh belum
mereda, tanpa terasa bisiknya lirih:
"Bibi, Oh Tin san.."
"Ssst-!" Hu-yong siancu menempelkan jari tangannya ke atas ujung bibir melakukan gerakan melarang berbicara,
setelah itu dia menuding ke tepi telaga.
Lan See-giok memahami maksudnya dan berpaling
kembali, ternyata Oh Tin san bertiga sedang berbisik bisik seperti merundingkan sesuatu, ke enam mata mereka yang
tajam dialihkan kemari tiada hentinya.
Mendadak . . . Ke tiga orang itu bersama sama memberi tanda,
kemudian berjalan mendekati bangunan rumah mereka.
Peluh dingin dengan cepat bercucuran membasahi tubuh
Lan See-giok, cepat dia berpaling, bibi Wan nya memberi
tanda kepadanya agar kabur secepatnya, maka dia menarik
tangan Ciu Siau cian dan bersama sama kembali ke dalam
kamar. Hu-yong siancu mengikuti di belakang mereka dengan
sikap yang tenang, pintu rumah sekalian ditutup rapat, lalu memberi tanda kepada Lan See giok agar bersembunyi di
ruang dalam, diperingatkan sebelum dipanggil agar jangan munculkan diri.
Lan See giok mengangguk dengan gugup kemudian
berjalan masuk ke dalam kamar tidur bibinya, disaat dia
http://kangzusi.com/
hendak melangkah ke dalam kamar dilihatnya enci Cian
sedang dibisiki sesuatu oleh ibunya.
Dalam suasana begini, dia tidak berhasrat lagi untuk
mendengarkan apa yang dibicarakan bibi Wan nya, dengan
gugup dia menyandarkan diri dekat jendela depan, lalu
membuat sebuah lubang kecil pada kertas jendela tadi.
Dari situ kembali dia mengintip ke muka, kali ini Oh Tin san suami istri serta Oh Li cu telah berdiri di luar pagar sambil menengok ke dalam rumah, waktu itu mereka
sedang berbisik bisik sambil menuding ke sana ke mari.
Sorot mata sesat kelihatan mencorong ke luar dari balik
mata Oh Tin San, dengan wajah penuh amarah dia
mengawasi Oh Li cu, sementara tangannya yang kurus
kering menuding kesana ke mari seperti lagi menanyakan
sesuatu.

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rambut Oh Li cu sangat kusut, keningnya berkerut dan
bibirnya cemberut, sementara sepasang matanya telah
merah membengkak karena kebanyakan menangis.
Saat ini dia mengenakan pakaian ringkas berwarna
merah, sebilah pedang tersoren di punggungnya.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa berkerut kening juga, sekalipun
dia sayang anak tapi berhubung masalahnya menyangkut
suatu urusan besar, maka dia seakan-akan tak sanggup lagi untuk membendung amarah Oh Tin San terhadap putrinya.
Sementara itu, Oh Li cu telah mengangguk dengan pasti,
dia menuding ke arah pepohonan ditengah halaman.
Tanpa banyak membuang waktu, Oh Tin san segera
melejit ke udara dan melayang turun ke dalam halaman,
sedangkan Say nyoo-hui serta Oh Li cu mengikuti di
belakangnya. http://kangzusi.com/
Baru saja mereka bertiga menginjakkan kakinya ke atas
tanah. "Kraak. . .!"
Tahu-tahu pintu depan terbuka lebar.
Hu-yong siancu dengan wajah yang anggun dan tenang
telah berdiri angker di depan pintu.
Kemunculan tuan rumah yang amat tiba-tiba ini sangat
mengejutkan Oh Tin San suami istri, agaknya kejadian
tersebut sama sekali di luar dugaan, tapi hanya sebentar saja paras muka mereka segera pulih kembali seperti sedia kala dan menunjukkan sikap angkuh.
Hu-yong siancu tidak menunjukkan sikap apapun, malah
dengan senyum dikulum dia melangkah ke luar dari dalam
ruangan. Paras muka Oh Tin san suami istri berubah hebat,
setelah berseru tertahan mereka mundur setengah langkah, tapi dalam waktu singkat mereka berhasil menguasai
kembali keadaan, senyum dingin segera menghiasi lagi
ujung bibir mereka.
Setelah berdiri tegak, sambil tertawa hambar Hu-yong
siancu berkata:
"Selama ini kalian menjagoi dunia persilatan dengan bercokol di benteng Wi-lim-poo, nama besarnya sudah
termasyhur sampai di seantero dunia. kami ibu dan anak
beruntung sekali bisa hidup bertetangga dengan kalian
dengan mendirikan gubuk reyot di tepi telaga" Kemudian setelah memandang sekejap kearah Oh Li cu, dia
melanjutkan. "Kini, malam sudah larut, entah ada persoalan apa
kalian suami istri bersama putri kalian berkunjung ke mari"
http://kangzusi.com/
Gubuk kami reyot. bila tidak keberatan silahkan masuk ke ruangan untuk minum teh dulu. ."
Merah padam selembar wajah Oh Tin san dia
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
sahutnya sambil tertawa nyaring:
"Hu-yong siancu adalah seorang pendekar wanita yang namanya sudah menggemparkan lima telaga dan sekarang
hidup menyendiri di tepi telaga untuk mencari kehidupan
yang aman damai, kami suami istri berdua tak lebih hanya manusia kasar. bila lihiap tidak berbohong, tentunya sudah kau ketahui bukan apa maksud kunjungan kami pada
malam ini"
Hu-yong siancu berkerut kening, kemudian gelengkan
kepalanya dengan tidak mengerti, ujarnya hambar.
"Entah apa maksudmu?"
Paras muka Oh Tin san berubah, setelah tertawa dingin
katanya dengan suara dalam.
"Bila kau mengaku tak tahu, tak ada salahnya aku
berbicara secara blak- blakan. malam ini sengaja kami
datang untuk mengambil kembali kitab pusaka Tay lo tiap
yap cinkeng, sebagai manusia yang berpengalaman,
tentunya kau tahu bukan sepasang tangan susah melawan
empat tangan, biarpun kami bertiga sadar bukan tandingan lihiap, tapi untuk membela diri, terpaksa kami akan
mengerubuti lihiap"
Dengan wajah berlagak kaget bercampur keheranan Hu-
yong siancu segera berseru.
"Kotak kuning itu diserahkan oleh Gurdi emas peluru perak Lan tayhiap kepadaku agar disampaikan kepada
seorang cianpwe, aku seperti tak pernah mendengar harus
menyerahkannya kepada mu"
http://kangzusi.com/
Berubah paras muka Oh Tin san setelah mendengar
ucapan itu, tak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata katanya, ia sudah bertanya dengan wajah kaget.
"Siapakah ciancu itu?"
Hu-yong siancu menggelengkan kepala nya berulang
kali: "Di dalam suratnya Lan tayhiap tidak menjelaskan
siapakah manusia tersebut, hanya diterangkan ia memakai
jubah kuning, berambut perak dan berjenggot panjang,
selain itu dia pun mempunyai sebuah ciri yang sangat khas .
." Setelah berhenti sejenak dia memandang sekejap ke arah
Oh Tin san yang wajahnya mulai memucat serta Say nyoo-
hui yang berkerut kering, setelah itu melanjutkan:
"Adapun ciri khas dari manusia berjubah kuning itu
adalah pada keningnya terdapat sebuah tahi lalat yang
berwarna merah!"
Sekujur badan Oh Tin san gemetar keras, peluh dingin
jatuh bercucuran dengan amat deras, tapi toh bertanya juga dengan nada tidak mengerti.
"Lan Khong-tay memerintahkan kepadamu harus
menyerahkan kotak kecil itu kepada si manusia aneh
tersebut pada saat kapan?"
"Tengah hari tadi!" jawab Hu-yong siancu tanpa ragu.
Oh Tin san suami istri serta Oh Li cu bertiga merasakan
hatinya bergetar keras, tanpa terasa mereka saling
berpandangan sekejap, sebab mereka serentak teringat
kembali dengan Lan See giok yang hilang lenyap.
Say nyoo-hui memutar biji matanya, kemudian
menimbrung. http://kangzusi.com/
"Di tempat mana?"
Hu-yong siancu menggerakkan alis mata nya, lalu sambil
menuding ke belakang rumah sahutnya,
"Di atas bukit sana. . . ."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Say nyoo-hui
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, suaranya
tinggi melengking persis seperti suara kucing kawin.
Selain Hu-yong siancu sendiri yang di bikin tak mengerti oleh suara tertawa lengking itu, sekalipun Oh Tin san serta On Li cu sendiripun dibuat keheranan.
Selesai tertawa, Say nyoo-hui kembali berkata dengan
suara dingin: "Kau siluman rase cilik yang tak tahu diri, kendatipun kau cerdas dan lihay, toh tampak juga kecerobohan mu itu, aku tidak percaya dengan segala obrolanmu tersebut".
Kemudian dengan mata melotot dan tertawa seram, ia
menghardik: "Siapa yang berada di dalam ruangan?"
Sambil membentak dia menuding kearah pintu kamar.
Agaknya Hu-yong siancu tidak menyangka kalau Say
nyoo-hui bakal berubah sikap sedemikian cepatnya, meski
begitu dia tetap bersikap tenang, ditatapnya wajah Say
nyoo-hui yang sedang menyeringai itu lembut, kemudian
jawabnya dingin:
"Dia adalah putraku Siau cian!"
Say nyoo-hui melototkan matanya, makin besar,
mencorong sinar tajam dari balik matanya, kemudian
setelah tertawa seram dia berkata:
"Aku tidak percaya."
http://kangzusi.com/
"Jika tidak percaya lantas kau mau apa!" Hu-yong siancu segera menarik mukanya dengan gusar.
"Lonio akan menggeledah!"
Sembari berkata, tiba-tiba sepasang tangannya berputar
dan sepasang goloknya sudah diloloskan dari sarung.
Sementara itu keberanian Oh Tin san pun nampaknya
semakin menjadi, tenaga dalamnya dihimpun ke dalam
telapak tangan, lalu dia bersiap siap untuk menerkam ke
muka. "Criing!" cahaya tajam berkilauan, Oh Li cu telah meloloskan pula pedangnya.
Berubah hebat paras muka Lan See giok yang mengintip
dari balik jendela, dia benar-benar tak menduga kalau
situasi di dalam halaman akan mengalami perubahan
sedemikian cepatnya.
Karena kaget dan cemas, dan gugup anak muda itu
melompat turun dari pembaringan lalu melompat ke jendela belakang dan membukanya dengan cepat.
Tapi..seperti disambar guntur disiang hari bolong, Lan
See giok tertegun lalu melongo, sekalipun dia ternganga
karena kagetnya, untung tiada suara yang terpancar ke luar.
Si kakek berjubah kuning yang berwarna halus dan
lembut itu tahu-tahu sudah muncul di luar jendela dengan senyuman dikulum.
Memandang si kakek berjubah kuning yang berdiri di
luar jendela itu, Lan See giok termangu mangu, kepalanya terasa pusing tujuh keliling, hampir saja ia roboh tak
sadarkan diri karena terkejutnya.
Mimpi pun ia tak pernah mengira bakal menjumpai
kakek berjubah kuning itu di rumah bibi Wan nya.
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih termangu, tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, kakek berjubah kuning itu sudah melompat masuk ke dalam ruangan dengan enteng tanpa
menimbulkan sedikit suarapun,
Diam-diam Lan See giok amat terkejut, kendatipun dia
sudah tahu kalau si kakek berjubah kuning itu memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, tapi ilmu meringankan tubuh yang demikian sempurnanya ini pada hakekatnya
belum pernah di dengar atau dilihat olehnya.
Sementara ia masih termenung, kakek berjubah kuning
itu telah menepuk nepuk bahunya dengan lembut wajahnya
sangat ramah penuh senyuman, sesudah memberi tanda
agar jangan berisik, dia berjalan menuju ke pintu gerbang.
Dalam pada itu suara bentakan gusar dari Hu-yong
siancu telah berkumandang lagi dari tengah halaman.
"Oh Tin-san, kuanjurkan segera kau ajak istri dan putri mu untuk pergi meninggalkan tempat ini, jangan mencari
penyakit di tempat ini, jangan lagi Lan See giok telah diajak tokoh silat itu belajar silat di pegunungan terpencil,
sekalipun ia berada dalam rumah, bayangkan saja, apakah
kalian sanggup melewati diriku sebelum dapat memasuki
ruangan ini?"
Oh Tin san termasuk manusia licik yang banyak curiga.
betul juga, kecurigaannya segera timbul setelah mendengar perkataan itu. terutama setelah mendengar kalau Lan See
giok telah diterima tokoh silat itu sebagai muridnya, dia merasa kepalanya seperti dipukul dengan tongkat besar.
Dengan buas penuh kebencian Say nyoo-hui melotot
sekejap kearah Hu-yong siancu, lalu setelah tertawa dingin katanya.
http://kangzusi.com/
"Hmm, sekalipun kau sudah bercerita yang aneh-aneh, sayang sekali aku tidak percaya kalau dalam dunia ini
terdapat kejadian yang begitu kebetulan, Hu-yong siancu
memang termasyhur sebagai perempuan cantik, tapi
sekalipun kepandaian silatmu lebih hebatpun jangan harap bisa menandingi kami bertiga . . . "
Tergetar juga perasaan Hu-yong siancu, tidak sampai Say
nyoo-hui menyelesaikan kata katanya, dia telah menyela
dengan dingin. "Ki-Ci-hoa, kau tak usah bersilat lidah, kalau toh kau yakin gabungan tenaga kalian bertiga sanggup mengatasi
diriku, silahkan dicoba, asal satu diantara kalian bertiga sanggup melewati diriku dan memasuki ruangan, bukan
saja aku Han Sin wan akan serahkan Lan See giok kepada
kalian, kitab pusaka Tay loo hud bun-pwee yap cinkengpun akan kupersembahkan ke pada kalian bertiga!."
-ooo0dw0ooo- BAB 11 PARAS muka Oh Tin san suami istri sama-sama
berubah, di hati kecil mereka merasa amat terkejut, sebab ucapan tersebut kelewat tekebur, dengan pamor Hu-yong
siancu di dalam dunia persilatan, tentu saja ia bukan hanya gertak sambal belaka.
Oleh sebab itu tanpa sadar mereka berdua menghubungkan kejadian tersebut dengan kepandaian sakti
yang tercantum-dalam kitab cinkeng, jangan-jangan Hu-
yong siancu telah berhasil mempelajari berapa diantara nya"
Kalau tidak, masa ia berani berbicara membual ."
Begitu terbayang kemungkinan besar kepandaian silat
Hu-yong siancu telah meningkat lebih hebat. rasa iri dan
http://kangzusi.com/
marah kembali berkobar di dalam dada Say nyoo-hui,
sambil menggertak gigi menahan dendam ia berseru
kembali: "Terus terang kuucapkan kedatangan kami pada malam
ini adalah bertujuan untuk merebut kitab Tay lo-pwee yap cinkeng, sedang soal Lan See giok, bagi kami bukan
menjadi masalah yang serius, bila kau bersedia serahkan
pula kepada kami, tentu saja kami akan membawanya pula
" Baru saja perkataan itu sudah diucapkan dengan wajah
berubah Oh Li cu telah menimbrung.
"Ibu, kau tak boleh berkata begini . ."
Api amarah dan rasa iri sedang membara di dalam dada
Say nyoo-hui, begitu mendengar perkataan dari Oh Li cu
amarah yang semula tak terlampiaskan kontan saja meletus dengan mata melotot besar, bentaknya penuh amarah.
"Tutup mulut, urusan jadi kacau gara-gara ulahmu,
sekarang kau masih punya muka untuk banyak ngebacot
lagi di sini" Bila Lan See giok benar-benar berada di sini, mungkin bapak ibumu sendiri juga tak akan kau akui!"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, Oh Li cu sudah
melejit ke tengah udara dan kabur menuju ke luar halaman .
. . Oh Tin san menjadi gugup, teriaknya tanpa terasa:
"Anak Cu, balik!"
Tapi suasana di luar halaman sangat hening, yang
terdengar hanya ujung baju terhembus angin yang makin
menjauh. Oh Tin san memandang sekejap ke arah Say nyoo-hui
yang tampaknya mulai menyesal dengan pandangan
http://kangzusi.com/
gelisah, seolah-olah dia sedang bertanya: Bagaimana
sekarang" Tergerak hati Hu-yong siancu, dia merasa kesempatan
baik ini tak boleh disia-siakan dengan begitu saja, segera ujarnya dengan suara hambar:
"Kepergian putri kalian dalam gusar, bisa jadi akan mengambil jalan pendek, lebih baik kalian berdua cepat-cepat menyusul putri kesayangan kalian saja. sedang
masalah kitab pusaka Tay lo hud bun pwee tiap cinkeng
telah kuserahkan kepada kakek berjubah kuning, bila kalian masih saja bersikeras akan menggeledah rumah, terpaksa
aku akan mencoba pula ilmu baru yang baru kupelajari dari kitab Hud bun cinkeng tersebut."
Dalam keadaan demikian ini, posisi Oh Tin san serta Say
nyoo-hui benar-benar serba salah, mereka berdua segera
saling berpandangan sekejap, agaknya mereka sudah
bertekad hendak menyerbu ke dalam ruangan.
Tapi sewaktu mereka berdua mendongakkan kembali
kepalanya, wajah mereka berubah hebat, sambil menjerit
kaget mereka mundur tiga langkah sorot matanya penuh
rasa kaget dan ngeri, selangkah demi selangkah mereka
mundur terus ke belakang.
Hu-yong Siancu yang menyaksikan peristiwa ini tentu
saja menjadi tertegun, keningnya berkerut sedang hati
kecilnya keheranan, tapi kemudian dia seperti memahami


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesuatu, dengan cepat dia berpaling pula ke ruangan.
Tapi, pintu rumah masih terbuka lebar, keadaan di situ
tiada perubahan, tanpa terasa dia melirik pula ke depan
jendela putrinya, di jumpai putri kesayangannya masih
bersembunyi pula di situ.
http://kangzusi.com/
Maka dia berpaling lagi, ternyata Oh Tin san suami istri sudah melarikan diri terbirit birit.
Sadarlah Hu-yong siancu, pasti ada sesuatu yang tak
beres, dia berlari masuk ke rumah, Ciu Siau cian telah
menyongsong pula dari kamarnya, serunya kemudian
dengan gembira.
"Ibu, Cian ji kagum sekali kepadamu, coba lihat, mereka telah dibikin kabur oleh perkataanmu."
Hu-yong siancu datang amat gelisah, dia tak berniat
menjawab perkataan dari putrinya, ketika tidak dijumpai
Lan See giok turut ke luar, buru-buru ia menegur:
"Mana adik Giokmu?"
Sambil bertanya cepat-cepat dia masuk ke kamar sendiri,
tapi jendela sudah terbuka Lan See giok juga lenyap tak
berbekas. "Celaka." pekik Hu-yong siancu panik, ia melompat ke luar jendela dan naik ke atap rumah.
Suasana amat hening, hanya rembulan bersinar di langit
barat, tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak.
Dari gerak gerik ibunya yang gugup, Ciu Siau cian tahu
kalau gelagat tidak beres, cepat-cepat dia menyusul ke luar jendela, baru saja akan menyusup ke atas atap rumah, Hu-yong siancu telah melayang turun
Cepat-cepat Ciu Siau cian menyusulnya sambil bertanya:
"Ibu, apa yang telah terjadi" Mana adik Giok?"
Dengan wajah pucat pias Hu-yong siancu menuding ke
jendela bagian belakang kemudian mereka berdua bersama -
sama kembali ke dalam ruangan.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian menutup daun jendelanya rapat-rapat, ia
saksikan ibunya sedang mengeluarkan sebuah kotak kecil
berkain kuning dari bawah pembaringan.
Agak lega perasaan Hu-yong siancu setelah melihat
kotak itu masih tetap utuh, ketika penutupnya dibuka
tampak daun emas tersebut masih tetap seperti sedia kala.
rasa cemas yang semula mencekam perasaannya kini
menjadi lega kembali.
Kendaripun demikian, kedua orang tersebut tetap merasa
tak habis mengerti, kenapa Lan See giok bisa lenyap dari situ"
Sementara itu, Lan See giok telah dibawa si kakek
berjubah kuning itu berlarian di tengah tanah pegunungan, gerakan tubuh kakek itu cepat, sekali bagaikan sambaran
kilat, mereka langsung menuju ke sebuah puncak bukit.
Lan See giok yang berlarian mengikuti kakek, tersebut
dapat merasakan angin tajam menderu deru di sisi
telinganya, dia merasa kakinya seolah-olah tidak menginjak tanah. melainkan melayang diantara awan.
Berhubung kemunculan kakek berjubah kuning itu
berhasil membuat Oh Tin san 1ari ketakutan, ditambah
pula dia tidak menuntut kotak kecil itu, perasaan gelisah dan cemas yang semula menyelimuti perasaan Lan See
giok, kini sudah mereda kembali
Ia pernah berpikir, jangan - jangan hal tersebut hanya
merupakan sebuah taktik merebut hati dari kakek berjubah kuning tersebut, tapi setelah berpikir lebih jauh, dia merasa pemikiran tersebut tidak benar, dengan kepandaian sakti
yang di miliki kakek berjubah kuning itu, bila dia ingin melarikan kocak kecil tersebut, hal tersebut seharusnya bisa dia lakukan semudah merogoh barang dalam saku sendiri.
http://kangzusi.com/
Apalagi masalah ke lima manusia cacad serta siapa
gerangan pembunuh sebenarnya. yang telah menghabisi
nyawa ayahnya perlu diketahui dan di tanyakan pula dari
kakek berjubah kuning ini-
Sementara dia masih termenung, tubuhnya terasa sudah
melambung ke atas puncak tebing itu.
Ketika kakek berjubah kuning itu mengebaskan ujung
bajunya, tubuh merekapun berhenti bergerak.
Lan See giok segera berpaling, ia saksikan kakek
berjubah kuning itu dengan senyuman ramah dikulum dan
sorot mata yang berkilat kilat sedang memandang ke
arahnya penuh belas kasih, dia hanya tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Sikap yang begitu belas kasih dan ramah ini dengan
cepat menggetarkan perasaan pemuda kita, apalagi bila
terbayang sikap hormat dari si naga sakti pembalik sungai terhadap orang itu.
Tanpa terasa diapun menjura seraya berkata dengan
hormat: "Boanpwe Lan See-giok menyampaikan salam untuk
locianpwe"
Seraya berkata dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat..
Kakek berjubah kuning itu mengangkat kepalanya dan
tertawa terbahak bahak, suaranya nyaring bagaikan pekikan burung hong, nadanya penuh kegembiraan. Kemudian
dengan suara lembut dia berkata:
"Nak, waktu yang tersedia bagi kita tidak banyak, ayo cepat bangun dan duduk. kita harus berbicara banyak."
http://kangzusi.com/
SAMBIL berkata dia lantas membangunkan pemuda
tersebut dari atas tanah.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, dijumpainya
bukit itu sangat datar, rumput tumbuh amat subur, puluhan kaki di seputar sana tidak dijumpai pepohonan pinus
ataupun bambu, juga tiada batuan cadas.
Boleh dibilang tempat semacam ini merupakan sebuah
tempat yang ideal sekali untuk bercakap-cakap.
Dengan kepandaian maha sakti yang di miliki kakek
berjubah kuning itu, jatuhnya bunga atau daun pada jarak sepuluh kaki di seputar sana pun bisa ditangkap olehnya
dengan nyata, jelas tak mungkin ada orang yang bisa
menyadap pembicaraan mereka tanpa ketahuan jejaknya.
Mereka berduapun duduk di atas tanah berumput, tanah
yang amat lembut bagai-kan busa.
Kemudian kakek berjubah kuning itu bertanya dengan
ramah: "Nak, tidakkah kau merasa keheranan, mengapa aku
datang mencarimu malam-malam begini?"
Lan See giok memang berperasaan demikian, maka dia
mengiakan dengan hormat.
Kakek berjubah kuning itu kembali tertawa terbahak
bahak. "Haaahhh- haaahhh.. haaahhh, terus terang kukatakan kepadamu nak, sejak aku masuk ke dalam benteng Wi-lim-poo, selama ini aku, tak pernah meninggalkan Oh Tin san, oleh sebab itu mereka dapat menemukan kau, akupun dapat
pula menemukan dirimu "
http://kangzusi.com/
"Locianpwe" tanya Lan See giok tidak habis mengerti,
"dari mana Oh Tin san bisa mengetahui tempat tinggal dari bibi Wan-?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya hanya secara kebetulan saja, ketika Oh Tin san suami istri kembali ke benteng, Oh Li cu menangis sambil mengadukan peristiwa lenyapnya
kau kepada orang tua mereka. Say nyoo-hui segera
menuduh kau berusaha melarikan diri, tapi Oh Li-cu
berusaha-keras membelaimu."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak seakan akan sedang memikirkan sesuatu lalu dengan tidak mengerti ia
bertanya. "Pernahkah kau bercerita kepada Oh Tin san bahwa bibi Wan mu mempunyai seorang putri berusia enam tujuh
belas tahunan?"
Mendengar pertanyaan itu Lan See giok segera menjadi
menyesal sekali, dia manggut-manggut.
Kakek berjubah kuning itupun melanjutkan kembali
ceritanya. "Tatkala Oh Li cu bercerita ada seorang gadis berbaju kuning
yang berusia enam tujuh belas tahunan menunjukkan perubahan wajah dan nampak amat sedih
sekali setelah bertemu kau, Oh Tin san segera menaruh
curiga kalau rumah ini bisa jadi adalah tempat kediaman
bibi Wan mu, akhirnya mereka putuskan untuk melakukan
penyelidikan, ketika mereka ketahui bibi Wan mu ternyata adalah Hu-yong siancu Han Sin -wan yang sudah lama
mengasingkan diri, maka semua duduknya persoalanpun
menjadi jelas."
Lan See giok pernah menaruh curiga, kepergian Oh Tin
san ditengah malam buta tanpa pamit tempo hari adalah
http://kangzusi.com/
untuk pergi mencari bibi Wan nya, maka kembali ia
bertanya: "Tahukah locianpwe, apa sebabnya Oh Tin san suami
istri meninggalkan rumah secara tergesa gesa ditengah
malam buta?"
"Walaupun Oh Tin san orangnya buas dan kejam,
namun ia tak bisa menguasai diri bila menghadapi suatu
persoalan, malam berselang kalian membicarakan lagi soal kotak kecil itu- "
Mendengar sampai disini, Lan See giok pun menjadi
paham kembali, tanpa terasa serunya cemas.
"Anak Giok tahu sekarang, orang berdiri di luar jendela semalam itu adalah locianpwe?"
Sambil tertawa ramah kakek berjubah kuning itu
manggut-manggut.
"Nak, seharusnya kau bisa menduga akan diriku, Di
dalam benteng Wi-lim-poo banyak terdapat kapal perang
yang berlabuh, di luar dikelilingi telaga yang luas,
penjagaan dan pengintaian tersebar di mana-mana,
memang tidak gampang bagi orang luar untuk menyelundup masuk, untung saja penjagaan di dalam
benteng tidak ketat sehingga banyak memberi keleluasaan
bagiku.." Lan See giok segera teringat akan sesuatu rahasia yang
tidak diketahui olehnya, dengan nada tak mengerti kembali dia bertanya:
"Tahukah locianpwe di dalam gedung bagian pusat
benteng Wi-lim-poo kenapa tidak diberi penjagaan?"
Kembali kakek berjubah kuning itu termenung sebentar,
lalu sahutnya: http://kangzusi.com/
"Oh Tin-san adalah seorang manusia yang gampang
menaruh curiga, bisa jadi dia menganggap penjagaan di luar bentengnya sudah sekokoh dinding baja lantai tembaga dan mustahil ada orang menyusup ke dalam, maka kuatir
rahasia pribadi dalam ruangannya ketahuan orang lain,
maka dia sengaja tidak mengatur penjagaan di seputar sana, hal ini bisa dibuktikan pula dengan tiadanya orang yang
berdiam di seputar situ."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
tersebut, seakan akan memahami sesuatu, dia bertanya
kembali. "Locianpwe bilang malam berselang kau berdiri di luar jendela, kemudian Oh Tin san ke luar dari ruangan setelah mendengar suara, tapi nyatanya tidak ditemukan sesosok
bayangan manusiapun, waktu itu apakah locianpwe sudah
masuk ke ruang belakang?"
Kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak bahak:
"Haah . . haah . . haaahhh . . . justru kebalikannya, aku cuma bersembunyi di bawah lantai batu di depan jendela
pagoda air, sewaktu kau ke luar dari jendela, asal kau
tundukkan kepalamu, niscaya akan kau jumpai jejakku. tapi kenyataannya kalian semua malah naik ke atap rumah."
Mendengar penjelasan tersebut, diam-diam Lan See giok
memuji akan keberanian kakek berjubah kuning tersebut,
dia merasa tindakan semacam ini sungguh kelewat
menyerempet bahaya.
Terdengar kakek berjubah kuning itu melanjutkan
kembali ceritanya:
"Waktu itu Oh Tin san pun berpendapat akulah yang
telah menyadap pembicaraan tentang rahasia kotak kecil
tersebut, karena nya ia menjadi gugup dan ketakutan.
http://kangzusi.com/
akhirnya diputuskan untuk berangkat pada malam itu juga
mencari si naga sakti pembalik sungai dan menjelaskan
masalah kotak kecil itu kepadaku.."
"Tapi locianpwe toh tidak berada di kampung nelayan itu.." tukas Lan See giok kuatir.
Kakek berjubah kuning itu tertawa ramah.
"Sekalipun aku berada di situpun, si naga sakti pembalik sungai akan mengatakan aku telah pergi!"
Lan See giok semakin tidak mengerti, baru saja dia
hendak minta penjelasan lebih jauh, dari kejauhan sana
kedengaran suara ayam jago mulai berkokok-
Kakek berjubah kuning itu segera merasa waktu sudah
siang, setelah memandang sekejap keadaan langit, diapun
berkata. "Nak. sekarang sudah mendekati kentongan ke lima, kau harus kembali sebelum fajar menyingsing kalau tidak, bibi Wan mu pasti akan sangat gelisah dan tidak tenang, apakah kau masih ada urusan lain yang hendak ditanyakan
kepadaku?"
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok menjadi
sangsi, karena pertanyaan yang akan diajukan kelewat
banyak, sehingga untuk sesaat dia tak tahu pertanyaan
manakah yang hendak diajukan lebih dahulu-
Tampaknya kakek berjubah kuning itu bisa menduga
jalan pemikiran Lan See giok, maka dia berkata kemudian.
"Sekarang, apakah kau sudah memahami sebab musabab
yang mengakibatkan kematian ayahmu?"
Lan See giok mengangguk, katanya dengan perasaan
sedih. http://kangzusi.com/
"Hanya sampai kini anak Giok belum mengetahui
siapakah pembunuh sebenarnya dari ayahku."
Sambil mengelus jenggotnya dan termenung sejenak,
kakek berjubah kuning itu berkata kemudian.
"Kalau ditinjau dari segi-segi yang ada sekarang, kelima manusia cacad itu sama-sama mencurigakan, kita harus
menyelidiki secara seksama lebih dulu sebelum bisa
menentukan siapakah pembunuh yang sebenarnya.
Teringat akan julukan-julukan yang istimewa dari kelima
manusia cacad itu, Lan See giok segera memohon:
"Dapatkah locianpwe menjelaskan asa1 usul dari kelima manusia cacad dari tiga telaga itu" Mengapa kelima orang itu sama-sama memiliki julukan yang mengandung kata
"tunggal?" Darimana mereka bisa tahu kalau ayahku berdiam di kuburan kuno serta apa sebabnya ke lima
manusia cacad yang berdiam di pelbagai wilayah bisa
berkumpul di tempat yang sama pada malam yang sama"
"Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata
katanya. kakek berjubah kuning itu telah menggoyangkan
tangannya mencegah pemuda itu melanjutkan kembali kata
katanya, dia menimbrung.
"Pertanyaan mu yang beruntun tersebut bila kujawab
dengan memerlukan waktu yang amat panjang, mustahil
semua masalah bisa dijelaskan dalam waktu singkat,
sekarang aku hanya bisa memberitahukan kepadamu,
sebenarnya julukan semula dari ke lima orang tersebut tidak disertai kata "tunggal", pada mulanya mereka pun bukan manusia yang cacad telinga, mata atau kaki, sedang soal
dari mana mereka bisa tahu ayahmu berdiam dalam
kuburan kuno itu. hal tersebut baru dapat diketahui setelah kita datangi kelima manusia tersebut, nah hari ini aku
http://kangzusi.com/
hanya bisa menjelaskan sampai di sini, lain kali tentu akan kujelaskan lebih jauh!"
Selesai berkata diapun beranjak siap-siap meninggalkan
tempat tersebut.
Lan See giok memandang sekejap ke ufuk timur di mana


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matahari telah memancarkan sinarnya yang keemas
emasan, dia tahu kakek berjubah kuning itu hendak pergi
sebelum fajar menyingsing.
Buru-buru ia bertanya lagi:
"Locianpwe, tahukah kau darimana ayahku bisa
mendapatkan kotak kecil itu?"
"Dia mendapatkan secara kebetulan di bawah Giok li
hong bukit Hoa san."
Lan See giok ingin sekali mempelajari ilmu silat maha
sakti yang tercantum dalam cinkeng itu, maka kembali dia bertanya.
"Konon tiga lembar daun emas yang berada dalam kotak kecil itu berisikan semacam kitab pusaka ilmu silat yang memuat kepandaian silat maha sakti, benarkah perkataan
tersebut?"
Tanpa ragu barang sedikit pun jua kakek berjubah kuning
itu mengangguk.
"Benar, cuma orang yang tidak mengetahui rahasianya, meskipun mendapatkan pusaka tersebut pun sama artinya
dengan mendapatkan benda rongsokan."
Sekali lagi tergerak hati Lan See giok, selanya.
"Pernah locianpwe membaca isi kitab tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu segera memperlihatkan paras
serba salah, katanya kemudian.
http://kangzusi.com/
"Meskipun aku tahu bagaimana cara membacanya, tapi
hanya aku seorang diri tak mungkin bisa membacanya"
Lan See giok sangat tidak mengerti atas perkataan itu,
keningnya berkerut, kemudian tanyanya bimbang:
"Kalau toh locianpwe sudah mengetahui cara untuk
membaca rahasia kepandaian silat tersebut mengapa kau
tidak membaca nya seorang diri?"
Kakek berjubah kuning itu memandang sekejap kearah
Lan See giok, lalu tertawa penuh arti.
"Untuk membaca isi kitab pusaka tersebut, harus ada seorang yang bertenaga dalam sempurna menggenggam
daun emas tadi kemudian mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya ke dalam daun emas tadi sedang si pembaca harus berlutut di hadapannya sambil baca, cuma
orang inipun harus memiliki bakat yang sangat bagus dan
memiliki daya ingat yang tajam, dengan begitu kepandaian tersebut biru dapat dikuasai olehnya."
Menjadi termangu Lan See giok sehabis mendengar
perkataan itu, lama kemudian ia baru bertanya:
"Locianpwe siapakah yang memiliki tenaga dalam
sedemikian sempurnanya sehingga dapat memaksa daun
emas tersebut memperlihatkan catatannya?"
"Hanya si pemilik semula dari kotak tersebut" jawab kakek berjubah kuning itu tanpa ragu.
Lan See giok menjadi amat gembira, tanyanya cepat:
"Locianpwe, anak Giok tidak becus tapi percaya
memiliki daya ingat yang cukup baik, dimanakah pemilik
kotak tersebut sekarang" Dapatkah anak Giok pergi
mencarinya dengan membawa kotak kecil tersebut?"
http://kangzusi.com/
"Menurut apa yang kuketahui, orang itu berdiam di
bawah kaki puncak giok Ii hong di bukit Hoa san, kaki
bukit yang mana tidak kuketahui, tapi menurut cerita orang, banyak yang ingin menyambanginya tapi sebagian besar
harus pulang dengan kecewa, tapi ada pula yang memasuki
lembah tersebut sambil menyebutkan namanya serta
berhasil menjumpai wajah asli orang tersebut. Tentang
apakah kau berhasil menjumpainya, hal ini tergantung papa tekad, kesungguhan mu serta rejekimu.."
Walaupun Lan See giok merasa sulit tapi ia bersedia
untuk mencobanya, dengan cepat ia bertanya:
"Locianpwe, siapakah tokoh sakti tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu termenung sejenak. kemudian
dengan nada tidak pasti katanya.
"Konon orang itu bernama To seng-cu!"
Gemetar keras sekujur badan Lan See -giok, paras
mukanya berubah hebat, serunya tanpa sadar.
"To . . to. . . to-seng cu" Dia. . . diapun memakai gelar kata "tunggal" . . ?" ,
Tanpa terasa dia menjadi terbayang kembali keadaan
ayahnya yang terkapar di atas genangan darah, waktu itu
tangan kanannya dengan menggunakan sisa tenaga yang
dimilikinya hanya sempat mengukir kata.
"To" atau tunggal di atas tanah..
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya. Jangan-
jangan orang yang membunuh ayahnya adalah To seng cu
ini" Siapa tahu To seng cu menaruh dendam kepada ayahnya
karena kotak kecil tersebut tidak dikembalikan kepadanya,
http://kangzusi.com/
maka setelah menelusuri jejak ayahnya selama banyak
tahun, akhirnya tempat kediaman ayahnya ditemukan"
Semakin dipikir Lan See giok merasa semakin masuk
diakal, sebab hanya manusia berkepandaian sangat lihay
seperti To seng cu saja yang mampu menghabisi nyawa
ayahnya di dalam sekali pukulan.
Membayangkan kesemuanya ini, berkobarlah api marah
dalam dadanya, hawa napsu membunuh pun segera
menyelimuti seluruh wajahnya yang tampan.
Sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajah kakek
berjubah kuning itu lekat-lekat, dia bertanya.
"Locianpwe, dengan tenaga dalam yang kau miliki
sekarang dapatkah kau menampilkan tulisan di atas daun
emas tersebut?"
Kembali kakek berjubah kuning itu menunjukkan sikap
serba salah, lama kemudian dia baru menjawab:
"Kecuali To seng cu seorang, mungkin dalam dunia
persilatan dewasa ini sudah tiada orang kedua yang
memiliki tenaga dalam seperti dia lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan menghela napas,
katanya lebih jauh:
"Terus terang saja anak Giok, aku sudah banyak tahun mencari ayahmu di mana-mana, setiap orang mempunyai
kepentingan pribadi masing-masing, tentu saja akupun
berharap bisa membawa kotak kecil itu pergi menghadap
To seng cu serta menjadi orang yang paling tangguh dalam dunia persilatan. tapi sejak aku bertemu dengan kau dan
menemukan kau adalah manusia yang berbakat bagus
untuk belajar ilmu silat, apalagi jika kau berhasil
mempelajari kepandaian sakti dalam pusaka Pwee yap-
Cinkeng tersebut sudah pasti kau bisa menjadi tangguh dan
http://kangzusi.com/
keadilan serta kebenaran di dunia ini bisa ditegakkan, itulah sebabnya kuberikan kesempatan yang sangat baik ini
kepadamu, biarpun aku mengetahui kotak kecil itu
disembunyikan di bibi Wan mu dikolong ranjang, tapi aku
tidak mengambilnya. Nah anak Giok, semoga kau tidak
sampai menyia-nyiakan harapanku!"
Betapa terharunya Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, dia semakin menaruh hormat kepada kakek
berjubah kuning itu, katanya dengan hormat:
"Locianpwe tak usah kuatir, anak Giok bertekad tak
akan menyia nyiakan harapan kau orang tua, bila aku
menyangkal dari ucapanku, biar langit menghukumku!"
Dengan penuh kegembiraan kakek berjubah kuning itu
tertawa terbahak bahak, kemudian serunya:
"Kau memang anak yang penurut dan bisa diberi
pelajaran.."
Setelah mengebaskan ujung bajunya, diapun beranjak
pergi meninggalkan tempat tersebut.
Lan See giok tahu bahwa kakek berjubah kuning itu
hendak pergi, cepat dia turut melompat bangun sambil
berseru dengan cemas.
"Locianpwe, anak giok masih ada satu persoalan yang tidak mengerti!"
"Bila ada persoalan, katakan saja berterus terang"
"Bila anak Giok berhasil menjumpai To seng cu serta mempelajari kepandaian silat maha sakti yang tercantum
dalam kitab pusaka Pwee yap cinkeng tersebut. apakah
tenaga dalamku bisa melampaui To seng cu "
Dengan wajah bersungguh sungguh kakek berjubah
kuning itu segera berkata.
http://kangzusi.com/
"Hal ini tergantung dirimu sendiri, apakah kau berniat sungguh-sungguh
serta bersedia tekun mempelajari kepandaian itu, jika kau rajin berlatih, sekalipun To seng cu terhitung jagoan nomor satu dikolong langit dewasa ini,
mungkin kemampuannya waktu itu masih di bawah
kemampuanmu"
Mendengar sampai di sini, Lan See giok segera
menjatuhkan diri berlutut di atas tanah, lalu katanya
dengan hormat. "Harap locianpwe suka menjaga diri baik-baik, anak
Giok akan pergi dulu, bila aku sudah kembali dengan
belajar ilmu, pasti akan kubalas budi kebaikan dari kau
orang tua!"
Kembali kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak
bahak. Setelah membangunkan Lan See giok dari atas
tanah, katanya dengan amat ramah:
"Anak Giok, dalam perjalananmu kali ini, sepanjang
jalan kau mesti berhati-hati karena membawa mestika,
jangan kelewat memamerkan diri, dan yang paling penting
tak boleh mencari gara-gara, fajar sudah hampir
menyingsing cepatlah pergi!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, lalu ditatapnya
kakek itu sekejap titik air mata hampir saja jatuh berlinang, setelah berpamitan lagi dengan kakek itu, dia baru
membalikkan badan dan turun dari bukit tersebut.
Sementara itu fajar mulai menyingsing di langit timur
kabut tipis menyelimuti permukaan tanah, kecuali suara
ayam berkokok dari arah kampung nelayan itupun sudah
mulai kedengaran suara manusia.
http://kangzusi.com/
Membayangkan betapa cemas dan gelisah nya bibi Wan
serta enci Cian nya waktu itu, dia mempercepat langkahnya menuju ke depan.
Ketika tiba di dusun, langit sudah terang, kabut pagi pun terasa semakin tebal, setelah melewati pepohonan siong
yang lebat, dalam waktu singkat dia telah tiba di halaman belakang rumah bibi Wan nya.
Dari kejauhan ia sudah melihat enci Cian duduk di
belakang jendela dengan wajah murung. sepasang matanya
memandang sebatang pohon di hadapannya dengan
termangu, seakan akan ia sedang melamun.
Dengan cepat Lan see giok melompati pagar dan
melayang turun di depan jendela, segera serunya lirih.
"Enci Cian! Enci Cian!"
Ciu Siau cian sadar kembali dari lamunan, melihat
pemuda itu sudah muncul di hadapannya, mencorong sinar
terang dari balik matanya, kejut dan girang ia berseru lirih:
"Ayo cepat masuk!"
Dengan cepat dia menarik tangan pemuda itu.
Meminjam tenaga tarikan tadi, Lan See giok melayang,
masuk ke dalam ruangan.
Ciu Siau cian memperhatikan sekejap keadaan
sekelilingnya. lalu merapatkan pula daun jendelanya,
setelah itu sambil menggenggam tangan pemuda itu,
omelnya dengan penuh rasa kuatir:
"Bagaimana sih kau ini" Mengapa pergi selama ini" Bikin hati orang gelisah saja."
Sambil berkata dia mengangguk pemuda itu duduk di
depan pembaringan, sementara sepasang matanya yang jeli
http://kangzusi.com/
dengan perasaan tak tenang dan gelisah mengawasi pemuda
itu tiada hentinya.
Tak terlukiskan rasa haru, berterima kasih dan hangatnya perasaan Lan See giok melihat perhatian enci Cian
terhadapnya, katanya kemudian sambil tertawa:
"Cici jangan marah, aku diajak kakek berjubah kuning itu untuk bercakap cakap."
"Kakek berjubah kuning yang mana?" tanya Ciu siau cian tidak mengerti.
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok baru
teringat kalau tadi ia lupa menanyakan nama kakek
tersebut, dengan wajah memerah terpaksa ujarnya.
"Yaa kakek berjubah kuning itu!"
Meski Ciu Siau cian bisa memahami, tak urung dia toh
tertawa cekikikan juga.
"Enci Cian, mana bibi?" tiba-tiba pemuda itu teringat akan Hu-yong siancu.
Ciu Siau cian menarik kembali senyuman nya, lalu
sambil sengaja menarik muka dia berkata:
"Ke mana lagi" Tentu saja pergi mencari mu, siapa suruh kau tidak meninggalkan pesan ketika pergi."
"Bukan siaute tidak ingin memberi pesan, aku takut Oh Tin san dan Say nyoo-hui mendengar suara panggilanku
sehingga menambah kesulitan, aku memang berniat
menghindar untuk sementara waktu ke luar dusun sana "
Ciu Siau cian menganggap perkataan itu ada benarnya
juga, maka diapun mengangguk. kemudian setelah melihat
sekejap matahari di luar jendela, katanya dengan penuh
perhatian. http://kangzusi.com/
"Kau sudah bergadang semalaman suntuk, sekarang
beristirahatlah sebentar."
Setelah beberapa malam tak tidur, Lan See giok memang
merasa agak lelah, tapi dia kuatir dengan keselamatan
bibinya, segera serunya:
"Enci Cian aku tidak lelah, aku hendak menunggu
sampai bibi kembali."
"Coba kau lihat, fajar telah menyingsing sekarang,
ibupun segera akan pulang" kata Ciu Siau cian sambil menuding ke luar jendela, tidurlah dulu. bila ibu pulang, aku akan memanggilmu lagi!"
Sambil berkata ia menekan bahu pemuda itu agar
membaringkan diri.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lan See giok
membaringkan diri sambil memejamkan mata, namun bau
harum semerbak yang terpancar dari pembaringan tersebut
semakin membuat pemuda ini tak dapat tidur.
Oleh karena itu meski kelopak matanya telah
dipejamkan, namun masih bergetar tiada hentinya.
Tersenyum Ciu Siau cian setelah melihat kejadian ini,
tiba-tiba ia menotok jalan darah Hek-si-hiat di tubuh
pemuda itu, hanya menotok dengan pelan kemudian
beranjak ke luar dari ruangan.
Lan See giok membuka matanya melirik sekejap ke arah
enci Cian nya yang tersenyum dengan muka merah, melihat
jalan darah tidurnya ditotok hampir saja ia tertawa geli.
Pada saat itulah dari luar jendela kedengaran suara pintu pekarangan dibuka orang.
Menyusul kemudian kedengaran suara enci Cian nya
berseru: http://kangzusi.com/
"Ibu, adik Giok telah pulang!"
"Oya" Di mana ia sekarang?" tanya Hu-yong siancu kejut bercampur gembira.
Mendengar perkataan itu Lan See giok segera melompat


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangun dan siap ke luar- -
Tapi tiba-tiba saja terdengar Ciu Siau cian berkata. "Adik Giok sudah tertidur ibu, dia hendak menunggumu sampai
pulang, akulah yang telah menotok jalan darahnya sebelum ia tertidur "
Lan See giok yang mendengar perkataan Itu segera
teringat kalau jalan darahnya sudah tertotok, cepat-cepat dia membaringkan kembali badannya ke atas ranjang.
Untuk sesaat suasana dalam halaman menjadi hening,
lalu terdengar bibi Wan nya tertawa geli.
Lan See giok segera tahu keadaan runyam, pasti bibinya
tahu kalau dia telah belajar ilmu menggeser jalan darah
kepada enci Ciannya.
Benar juga. terasa ada angin berdesir lewat, bayangan
manusia muncul di depan mata, Ciu Siau clan dengan
wajah cemberut telah berdiri di depan pembaringan.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok melompat
bangun, lalu tanyanya sambil tertawa.
"Cici, apakah bibi telah pulang?"
Melihat Lan See giok sudah tahu masih pura-pura
bertanya, Ciu Siau cian merasa makin mendongkol ia
bersiap siap mengumbar hawa amarahnya.
Tiba-tiba terdengar Hu-yong siancu bertanya:
"Anak Giok, kau belum tertidur?"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dari luar muncul seseorang yang
masih basah oleh embun pagi,
Lan See giok segera melompat turun dari pembaringan,
lalu katanya dengan hormat.
"Sebelum bibi pulang, anak Giok merasa tak tenang
untuk memejamkan mata".
Sambil berkata dia mengerling sekejap ke arah enci
Ciannya yang masih tersipu sipu, kontan saja sikapnya
menjadi sangat tak tenang . . .
Menyaksikan keadaan adik Gioknya yang mengenaskan,
tanpa terasa Ciu Siau cian tertawa cekikikan.
Dengan tertawanya gadis itu, perasaan tidak tenang yang
semula mencekam perasaan Lan See giok pun segera
menjadi lega kembali, ia pun turut tertawa.
Memandang sepasang muda mudi yang amat lucu itu,
Hu-yong siancu turut merasa gembira, segera ujarnya
dengan ramah: "Anak Giok, duduklah, coba kau ceritakan kisah
perjumpaanmu dengan kakek berjubah kuning itu."
Setelah semua orang mengambil tempat duduk masing-
masing, Lan See giok mulai menceritakan bagaimana
pengalamannya bertemu dengan kakek berjubah kuning itu
sampai dia pulang kembali.
Akhirnya pemuda itu menambahkan.
"Bibi, anak Giok bertekad akan mencari To-seng cu, aku rasa bisa jadi dialah pembunuh yang sebenarnya dari
ayahku." Paras muka Hu-yong siansu amat serius, ia tidak segera
menjawab, sampai lama kemudian baru tanyanya.
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, apakah kau berhasil melihat tahi lalat besar di kening kakek tersebut pada perjumpaan kali ini?"
Bergetar keras perasaan Lan See giok mendengar
pertanyaan itu, mukanya menjadi merah padam karena
jengah, sambil menundukkan kepalanya ia menjawab:
"Berhubung waktu yang amat singkat, anak Giok cuma
teringat persoalan-persoalan yang dihadapi, karenanya aku lupa untuk memeriksanya dengan teliti."
Hu-yong siancu tidak menegur pemuda itu, sorot
matanya dialihkan ke luar jendela memandang matahari
yang memancarkan sinar keemas emasan, ia seperti sedang
melamunkan sesuatu.
Lama-lama kemudian ia baru berkata agak tergagap:
"Jangan-jangan dia adalah si kakek yang dijumpai
Khong-tay tempo hari- "
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, selanya tiba-tiba.
"Bibi, siapakah yang telah berjumpa dengan ayahku?"
Hu-yong siancu segera sadar atas kekhilafan sendiri,
katanya kemudian sambil tertawa hambar.
"Kalian masih kanak-kanak, sekarang belum saatnya
untuk mengetahui persoalan-persoalan tersebut"
Dengan cepat paras mukanya telah pulih kembali seperti
Lambang Naga Panji Naga Sakti 6 Elang Pemburu Karya Gu Long Senyuman Dewa Pedang 3
^