Pencarian

Perguruan Sejati 11

Perguruan Sejati Karya Khu Lung Bagian 11


Ia menjadi bingung dan heran, karena sewaktu jatuh kedalam jurang, telah membayangkan bagaimana tubuhnya akan hancur terkena batu-batu cadas yang tajam. Tapi sekarang ini kenapa dirinya berada dilubang tanah " Mimpikah ia ?"
Sruk ! Sruk ! ada tanah meluruk ketubuhnya. Lamunannya jadi hiloang, ia mencoba mencelat bangun, tapi tak bisa, karena punggungnya terasa ia teraduh-aduh sendiri".
"Tia tia, kudengar orang dibawah ini merintih-rintih," terdengar suara orang diatas lubang tanah itu.
"Ah ngaco saja. Kita sudah menunggu tig ahari tiga malam ia tetap tak bergerak-gerak, napasnya sudah tak ada. Mungkin itu hanya perasaanmu saja ! Lekas kubur jangan berpikir yang bukan-bukan !"
"Ingin kuperiksa dulu, sebab kudengar ia merintih. Diatas lubang kuburan terlihat seorang anak berusia lima belas tahun, melongok-longok kedalam liang. "Tia tia coba lihat, matanyapun melek ! Ia belum mati !"
"Heran ! Coba kulihat !"
Kini Tiong Giok melihat seorang tua, mengawasi dirinya dengan wajah keheran-heranan.
"Pan aku"aku"."
"Thian Sek lekas angkat dia nak !" seru orang tua itu.
Anak tanggung yang bernama Thian Sek itu, cepat-cepat melemparkan sekopnya dan turun kedalam lubang. Dibopongnya tubuh Tiong Giok dan dibawa lompat dari liang kuburan itu.
Tiong Giok memandang sekeliling, ia mendapatkan dirinya benar-benar berada didalam jurang maut yang menyeramkan itu. Disitu berdiri seorang tua yang berkaki satu, didekatnya berdiri sebuah kuburan baru yang bertulisan.
Disini tempat mengaso Liok Jie Hui untuk selama-lamanya.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
395 Orang tua itu rambutnya riap-riapan, usianya sekitar tujuh puluhan. Lengannya mengempit tongkat untuk berdiri, sedngkan kedua matanya berkilat-kilat tajam. Menandakan bahwa orang tua ini memiliki ilmu silat yang sangat tinggi.
Dengan cermat dan seksama orang tua itu memegang urat nadi Tiong Giok, wajahnya tiba-tiba menunjukkan keheranan, "Bawa pulang, ia belum mati !"
Anak tanggung itu berlari seperti terbang, dlam sekejap ia sudah sampai dibawah tebing curam, dari sini ia mencelat keatas setinggi belasan meter. Terus hinggap disebuah cegakan tebing, tubuhnya membungkuk masuk kedalam sebuah gua yang gelap gulita. Mulut gua agak kecil, semakin masuk semakin luas. Disitu terdapat perabotan kkasar yang berupa ranjang dan bangku, semuanya terbuat dari batu. Yang paling mengherankan disitupun terdapat pelita sebagai penerangan gua.
Anak tanggung itu merebahkan Tiong Giok diatas ranjang batu, seiring dengan itu, orang tua berkaki satupun telah berada didalam gua.
"Aku haus, tolonglah ambilkan air !" ratap In Tiong Giok.
Thian Sek cepar mengambil air, tapi dicegah siorang tua itu. "Lukanya sangat berat, jika ia minum mudah menimbulkan pendarahan sebaiknya kau petik dedaunan obat bawa kemari cepat !"
Thian Sek berlalu keluar gua. Sedang siorang tua menghampiri Tiong Giok, jerijinya segera menotok, mengunci jalan darah agar tak mengalir terus. "Aku ingin bertanya kepadamu," kata orang itu.
"Sebetulnya tidak pantas aku bertanya disaat ini, tetapi karena soalnya teramat penting maka aku tanya juga. Kuharap engkau berlaku jujur."
"Terima kasih atas pertolonganmu pak, tanyalah aku?"
"Tak usah menghaturkan terima kasih, kami tak menolongmu, semua ini dikarenakan
Hokkiemu keelewat besar, boleh-boleh terjatuh kedalam pukat burungku, barusan kalau engkau tidak cepat siuman, mungkin sudah aku kubur hidup-hidup. Sekarang beritahu siapa namamu ?"
"Namaku In Tiong Giok."
"Apa hubunganmu dengan Thian Liong Bun ?"
"Aku adalah Ciang bun jin dari Thian Liong Bun."
Orang tua itu merasa kaget, sepasang matanya mengawasi kepada Tiong Giok sambil
bertanya lagi : "Engkau yang semuda ini sebagai Ciang bun jin ?"
"Ya, dikarenakan secara kebetulan"."
"Aku Bok Tiong mempunyai mata seperti buta," kata siorang tua sambil memberi hormat.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
396 "Apakah Bok Lo Cianpwee sebagai anggota Thian Liong Bun juga ?"
"Biarpun bukan anggota Thian Liong Bun tetapi mempunyai hubungan yang erat sekali dengan perguruan itu, majikanku adalah murid Pek King Hong dari Thian Liong Bun."
"Oh".bolehkah kutahu majikanmu itu ?"
Diparas Bok Tiong tampak tanda-tanda duka, ia menarik napas sebelum berkata : "Majikanku adalah seorang pendekar yang sama-sama kesohornya dengan Tiat Giok Lin, ia bernama Ang Ek Fan mereka mempunyai julukan Sin kiam siang eng?"
"Oh".kiranya Lo Cianpwee ini mengabdi pada Ang Tayhiap."
"Benar," jawab Bok Tiong, ia merogo sakunya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dan meletakkan disisi tubuh Tiong Giok.
"Karena Siau Hiap sebagai ketua dari Thian Liong Bun sama dengan majikanku juga. Aku harapkan maafmu atas kekurang ajaranku tadi. Sekarang silahkan Siau Hiap beristirahat."
"Ini bungkusan apa ?" tanya In Tiong Giok. Bok Tiong tersenyum. "Ini bungkusan dari benda yang kau bawa-bawa. Karena selama tiga hari tiga malam engkau tidak sadarkan diri aku anggap sudah meninggal dunia, maka itu kuambil barang-barang ini diantaranya ada Kumala ungu dan sepotong baju berdarah, soal ini membuat kami curiga dan menanyakan kepadamu, sekarang segala syakwasangka sudah hilang, maka kukembalikan lagi."
Saat ini Thian Sek sudah kembali membawa dedaunan dan akar obat-obatan. Bok Tiong menerima ramuan obat itu, lalu mengunyahnya sampai lembut. Ia pun menyediakan air pula.
"Disini sukar mencari obat-obat seperti dikota, akan tetapi ramuan ini manjur sekali untuk luka luar. Waktu dipakai bisa mendatangkan rasa nyeri yang sangat"."
"Biar nyeri akan kutahan asal bisa sembuh."
Bok Tiong menyuruh Thian Sek membalikkan tubuh Tiong Giok, setelah tengkurap ia
mencuci tempat luka dengan air, membersihkan darah-darah kotor". Tiba-tiba Bok Tiong jadi tertegun, karena disamping luka-luka yang baru dipunggung Tiong Giok didapati bekas tanda luka. "Apakah punggungmu ini menderita luka juga ?"
"Benar, luka itu kudapati sejak kuingat menjadi manusia, menurut orang tuaku, luka itu berasal dari bacokan musuh sewaktu aku berusia setahun."
"Benarkah begitu " Siapa musuh itu ?"
"Kejadian yang sesungguhnyapun kurang jelas, sebab usiaku masih terlalu kecil. Tapi belakangan kudapat tahu, setelah terbacok ada seorang yang baik hati, menaruhkan disebuah kas kayu menghanyutkan kesungai, sehingga aku tertolong ayah angkatku dan bisa hidup sampai sekarang."
"Apakah sepotong baju yangberdarah itu adalah baju yang kau pakai sewaktu dibacok orang
?" Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
397 "Benar !"
"Jika begitu engkau bukan she In !"
"She In kudapat dari ayah angkatku, soal she yang sebenarnya sampai sekarang aku tak tahu,"
jawab Tiong Giok, "Lo Cianpwee kenapa bisa tahu begitu banyak soal diriku ini ?"
Bok Tiong tidak menjawab, kelopak matanya tergenang air yang tiba-tiba berderai turun.
"Kalau begitu engkau adalah putra dari majikanku !"
"Apa ?" Tiong Giok menegasi.
"Waktu kulihat baju berdarah itu aku sudah berpikir kearah itu tapi engkau mengaku she In, maka itu tak berani mengatakan hal itu. Sekarang baiklah kujelaskan".dua puluh tahun yang lalu sebagai pengawal ayahmu, pada suatu ketika aku mengantar ibumu pergi ke Tiat Po. Tak kira ditengah perjalanan dihadang orang-orang bertopeng. Disitu terjadi perkelahian hebat.
Aku berjuang mati-matian melindungi ibumu dan dirimu sendiri. Penjahat itu mengejar-ngejar terus, sesampainya didekat hutan bamboo dekat sebuah sungai, ibumu sudah kepayahan sekali, ia menyerahkan dirimu kepadaku sambil memesan: "Aku sudah tak kuat lagi, lekaslah bawa anakku ini, jika selamat, nama keluarga Ang masih punya keturunan dibelakang hari."
"Aku tak mau meninggalkan ibumu dalam keadaan setengah mati, sikap ini membuatnya marah-marah. Kepaksa kugendong dirimu yang masih kecil, lalu berpisah dengan ibumu itu.
Sedangkan kawanan penjahat masih mengejar-ngejar terus. Aku berlari-lari terus. Sewaktu sampai disebuah bukit aku merasa aman dan mengaso. Tak kira disitupun ada lima penjahat bersembunyi. Aku dikurung dan dikerubuti, dengan mati-matian kuhadapi mereka."
"Aku berhasil merobohkan tiga musuh, sebaliknya aku menderita empat bacokan dan jatuh dari bukit itu, menggelinding kesebuah sungai. Saat itu kulihat engkaupun terkena bacokan, napasmu sudah senen kemis, melihat ini aku sangat berduka cita sekali"..tapi apa mau dikata lagi dalam keadaan luka parah itu, musuh masih membayangi diriku, aku tak berdaya untuk melindungimu lagi jiwamu itu. Dasar masih panjang umurmu, disungai itu kulihat kas kayu.
Tak pikir panjang lagi, kuletakkan dirimu disitu kuhanyutkan".aku sendiri bersembunyi dipinggiran sungai, setelah musuh-musuh pergi baru berani keluar."
"Saat itu pertama-tama yang hendak kulakukan memberi kabar kepada Ang Tayhiap, tak kira diperjalanan kudengar soal tragedy di Tiat Po, dimana Tiat Giok Lim meninggal dunia dengan mendadak, soal hidup matinya majikanku belum jelas. Tak selang lama kudengar pula Giok liong po yakni tempat tinggal kami sudah dibumi ratakan kawanan musuh. Kabar ini membuatku kaget dan sedih".tapi apa yang bisa kulakukan " Kepaksa aku berkelana didunia Kang Ouw dalam beberapa bulan itu. Pada suatu hari sampailah aku dikota Lam
Ciong".dasar lagi sial kedatangan ini rupanya diketahui kawanan penjahat. Waktu aku tidur nyenyak ditengah malam buta mereka mengurungku. Mati-matian kuhadapi mereka dan
memecahkan kepungan dan terus kulari dan lari, sedangkan mereka mengejar-ngejar terus.
Satu hari satu malam aku dikejar-kejar, akhirnya sampailah ditempat ini. Aku sangat letih sekali sudah tak berdaya menghadapi mereka, kepaksa terjun kedalam jurang ini."
Mungkin belum takdirnya harus mati, biarpun jatuh dari tempat tinggi itu, aku hanya patah kaki, dan bisa hidup sampai sekarang. Tempat ini terkurung tebing-tebing yang curam, terpisah dari dunia luar. Untuk hidup terus aku memukat burung, memakan dedaunan, dan Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
398 tinggal didalam gua. Sepuluh tahun aku hidup seorang diri. Sedangkan Thian Sek adalah anak yang terjatuh sepuluh tahun yang lalu ke jurang ini, ia tak mati karena menyangkut dijala burungku. Tak kira tiga hari yang lalu Thian mempertemukan Siau cu jin denganku."
Sambil berbicara Bok Tiong telah selesai mengobati Tiong Giok, penuturan yang dilakukan membuat yang diobati tidak merasa nyeri.
"Thian Sek lekaslah kau haturkan hormat kepada Siau cu jin," kata Bok Tiong.
Thian Sek tanpa disuruh kedua kali telah memberi hormat.
"Tak usah terlalu memakai peradatan," cegah Tiong Giok. "Kehidupan ini memang aneh, tidak disangka-sangka aku bisa bertemu kalian disini. Thian Sek atau Kurnia Allah , namamu bagus dan sesuai dengan apa yang dialaminya."
"Tadinya bukan Thian Sek, tapi sejak tergelincir kejurang ini Gie hu memberi nama Thian Sek !"
"Waktu kau masuk kejurang ini masih kecil betul".ada lima tahun ?"
"Menurut Gie hu waktu itu usiaku ya lebih kurang sebegitu !"
"Sepuluh tahun engkau menemani Bok Lo cianpwee disini, jasamu sangat besar sekali. Kalau kita bisa keluar dari sini, maukah engkau menjadi murid dari Thian Liong Bun ?"
"Bocah tolol lekas engkau haturkan terima kasih atas kebaikan Siau cu jin, kau harus tahu ilmu silat dari Thian Liong Bun luar baisa sekali, bila mana engkau paham tiga empat jurus saja sudah cukup untuk malang meolintang didunia Kang Ouw."
Thian Sek segera berlutut sebagai tanda bersedia menjadi murid, Tiong Giok membiarkan anak itu menjalankan peraturan dan menerimanya dengan tersenyum.
"Sekarang sebaiknya Siau cu jin beristirahat," kata Bok Tiong.
Tiong Giok menganggukkan kepala.
Entah sudah beberapa lama berlalu, Tiong Giok tertidur dengan nyenyak sekali. Waktu ia bangun, cuma melihat pelita kecil, sedangkan Bok Tiong dan anaknya tidak terlihat. Ia tidak tahu waktu ini siang atau malam. Ia mencoba membalik badan, rasa sakit dipunggungnya seperti hilang, ia menjadi girang. Dengan bantuan kedua tangannya ia mencoba bangun, saat inilah Thian Sek masuk kedalam gua dan mencegahnya dengan segera : "Siau cu jin lukamu belum sembuh betul, lebih baik jangan banyak bergerak."
Jilid 20 ..... "Kurasakan agak mendingan dan ingin duduk," kata Tiong Giok sambil tersenyum. "Mana ayahmu ?"
"Ayahku menjaga dimulut gua ia kuatir ada orang jatuh kejurang."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
399 "Masakan ditempat begini bisa didatangi orang ?"
"Sejak Siau cu jin jatuh kesini, setiap hari ada orang yang menyelidiki tempat ini. Ayahku kuatir diantara mereka ada yang jatuh, maka setiap hari bersiap sedia dimulut gua."
"Apakah sewaktu kujatuh tak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam itu banyak orang menyelidiki jurang ini ?"
"Benar."
"Apakah sekarang ada yang datang ?"
"Sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin mereka sudah pergi," kata Thian Sek, "sungguhpun begitu ayahku masih kuatir dan tetap saja menjaga-jaga diluar."
"Oh, kalau begitu mereka menganggap aku sudahmati dan berlalu"." Kata Tiong giok dengan perlahan.
"Apakah Siau cu jin tahu orang-orang itu siapa ?"
In Tiong Giok hanya tersenyum meringis tanpa memberikan jawaban, ia jadi terpekur, ia memikirkan banyak soal, misalnya Pek Kiam Hong dan Tiat Siau Bwee setelah terlepas dari bahaya maut akan pergi kemana " Ciu Kong dan lain-lain akan berbuat apa setelah
kehilanganku " Bagaimana ibunya dan Wan Jie yang masih didalam hotel " Betapa kaget dan kecewa mereka, tatkala mendengar berita, aku tergelincir kedalam jurang, semua kejadian yang rumit ini biar bagaimana dijelaskan Thian Sek sukar mengerfti, maka itu Tiong Giok diam terus walaupun ditanya lagi.
"Siau cu jin sebaiknya istirahat lagi, aku mau memanggil ayah pulang," kata Thian Sek setelah melihat Tiong Giok terpekur terus,
"Aku tak merasa letih barang sedikitpun, sebaiknya marilah kita mengobrol," ajak Tiong Giok.
Dari percakapan singkat Tiong Giok mengetahui sejak Thian Sek jatuh kedalam jurang mendapat pelajaran silat dari Bok Tiong, seingat ia mempunyai pelajaran dasar yang kuat selama sepuluh tahun.
"Engkau telah pandai bersilat, kenapa tak berusaha meninggalkan tempat ini ?"
"Sebenarnya aku jatuh kesini sudah sepantasnya mati konyol, akan tetapi berkat pertolongan ayah angkatku, aku bisa hidup sampai sekarang. Maka itu aku sudah bertekad bilamana tidak bersama-sama ayah keluar dari jurang ini, lebih baik aku mati tua disini !"
"Itu adalah rasa baktimu kepada orang tua yang berlebih-lebihan, kenapa engkau tidak amenyelidiki keadaan disini dan berusaha mencari jalan keluar ?"
"Jurang ini mulutnya kecil dasarnya luas sekelilingnya adalah tebing yang buntu. Hanya gua ini yang menembus kedalam perut gunung, disitu terdapat mata air yang jernih berupa kolam, dalamnya entah bebreapa meter belum pernah dijajaki, menurut ayah kolam itu adalah sungai Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
400 didalam tanah yang berkemungkinan bisa menembus keluar. Ayah sudah pincang maka itu tak bisa menyelam, karena itu tak pernah mencobanya."
"Dimana kolam itu ?"
"Didalam gua ini, lebih kurang satu lie dari sini."
"Coba ajak aku kesana !" kata Tiong Giok.
"Nanti saja setelah Siau cu jin baik betul baru kesana," kata Thian Sek.
"Oh luka luar ini tidak berbahaya, juga sudah baikkan," kata Tiong Giok memaksa. "Aku hanya ingin melihat kolam itu, siapa tahu ada kemungkinan jalan keluar dari lembah ini."
Thian Sek tidak banyak bercerita lagi, diambilnya pelita dan dipayangnya Tiong Giok.
"Tak usah aku bisa berjalan sendiri," kata Tiong Giok. Yang terus jalan perlahan-lahan sambil memegangi dinding gua.
Dibelakang gua, benar-benar terdapat sebuah terowongan yang luas, berliku-liku menembus lambung gunung. Diujung terowongan benar-benar terdapat sebuah kolam ukuran lima meter.
Air kolam terlihat bergelora dan mengalir deras.
Dalam penyelidikan pertama, Tiong Giok merebahkan diri mendengari aliran air. "Tak salah ini adalah sungai dibawah tanah, satu-satunya jalan keluar dari lembah mati ini. Namun didalamnya entah berapa meter dan berapa panjang ditanah sukar diketahui."
"Manurut perkiraan Siau cu jin, bisakah seorang melalui sungai ini pergi keluar ?"
"Andaikata sungai ini hanya lima lie berada didalam tanah, bisa saja dilalui"..tapi kalau lebih dari itu, aku tak bisa mengatakan bisa atau tidak, itu tergantung pada nasib. Nasib bagus ya bisa, nasib buruk ya mati."
Waktu mereka bicara, tiba-tiba Bok Tiong datang tergesa-gesa, yang terus menegur anaknya.
"Waduh, kenapa engkau bawa-bawa Siau cu jin kesini, jatuh belum sembuh betul, kalau terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab ?"
"Bok Lo Cianpwee jangan gusar, aku yang mendesaknya mengantar kemari dan bukan dia."
"Mungkin Siau cu jin pun tak bisa menduga sungai inilah satu-satunya jalan keluar dari lembah mati, tapi bahayanya sampai ditaraf apa belum bisa kuselidiki. Kupikir setelah Siau cu jin sembuh betul baru menyelidikinya"."
"Memang dalam hal ini kita harus sabar dan hati-hati, tergesa-gesa tidak ada gunanya," kata Tiong Giok.
Sekembalinya kedepan gua, In Tiong Giok membaringkan diri sambil terpekur, sedangkan Bok Tiong sedang sibuk menyediakan makanan. Sungguhpun tidak ada ayam atau itik, Bok Tiong dengan pukatnya berhasil menangkap dua ekor elang, setelah diolah daging elang itu cukup lezat bagi mereka.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
401 Sambil makan daging elang, Tiong Giok mengerutkan kening dan mengawasi pada Bok
Tiong. "Lo Cianpwee mengikuti ayahku sudah lama, tentu mengetahui juga hubungannya dengan Tiat Pocu sangat intim sekali bukan " Akan tetapi dibalik itu ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu !"
"Silahkan Siau cu jin bertanya, apa yang kutahu akan kujelaskan," jawab Bok Tiong.
Tiong Giok terpekur sejenak. "Menurut berita, sewaktu ayah mengunjungi Tiat Po kena disemprot dan dimaki habis-habisan oleh tuan rumah. Setelah itu Tiat Giok Lin membunuh diri dengan jarum beracun, apakah engkau tahu soal ini ?"
"Dari siapa Siau cu jin mendengar berita ini ?" tanya Bok Tiong sambil mengawasi dengan tajam.
"Siau siang Lie hiap sendiri yang mengatakannya kepadaku."
"Menurut keyakinanku ayahmu adalah seorang berbudi luhur, bagaimanapun ia tak bisa menjual teman. Sebaliknya adalah orang-orang dari Tiat Po yang berlaku tidak bersahabat kepada ayahmu !"
"Apa alasanmu mengatakan begitu ?"
"Sudah terang ada alasannya," jawab Bok Tiong perlahan, "dengan mata kepala sendiri kusaksikan bahwa yang menghadang kami diperjalanan adalah orang-orang dari Tiat Po !"
"Benarkah begitu ?"
"Ini bukan soal main-main, aku takberani membohong!" kata Bok Tiong dengan serius, ia tertegun sejenak sambil menelan ludah. Lalu melanjutkan ceritanya penuh emosi. "Orang yang menghadang kami satupun tidak ada yang kukenal, merekapun tidak mengenal aku maupun ibumu. Begitu menghadang mereka pura-pura menanyakan ibumu berada dikereta yang mana. Setelah ditunjukkan, tiba-tiba saja mereka melakukan serangan sambil memaki-maki. Bunuh keluarga bangsat she Ang ini, ia menjual teman sendiri demi keuntungan peribadinya, mari kita tuntut balas darinya."
"Waktu mendengar ini, ibumu menjadi kaget dan mengatakan bahwa ia akan pergi ke Tiat Po.
Segala urusan yang bagaimana hebatpun dapat diselesaikan disana."
"Penghadang-penghadang itu bukan saja tidak mendengar perkataan ini, merekapun segera turun tangan dengan bengis. Ibumu dan aku melakukan perlawanan mati-matian, karena tidak percaya bahwa orang Tiat Po bisa berlaku sekeji dan serendah itu, tak kira setelah kulolos dari bahaya. Kudengar bahwa Tiat Pocu telah meninggal dunia. Didunia Kang Ouw tersebar luas dari mulut ke mulut bahwa ayahmu karena ingin mengangkangi Keng thian cit su, sampai mencelakakan Tiat Giok Lin, dari sudut inilah aku berani mengatakan bahwa yang
menghadang dijalan itu adalah orang-orangnya Tiat Pocu".."
"Tebakanmu itu meleset, soal yang menghadang kuyakin dari Tiat Po, sebaliknya kita dan Tiat Po lah yang kena diadu domba dan dicelakakan. Semua ini siasat dari Pok Thian Pang yang sekali panah dua burung."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
402 "Pok Thian Pang " Apa itu ?" tanya Bok Tiong keheranan.
Tiong Giok tidak heran kalau orang tua itu tidak pernah tahu soal Pok Thian Pang, maka dengan tekun ia menjelaskan keadaan dunia persilatan selama dua puluh tahun belakangan ini dengan panjang lebar dan jelas.
Membuat Bok Tiong manggut-manggut mendengarkan verita itu, dan mengetahui kini, apa sebenarnya Pok Thian Pang itu, "Jika begitu biang berengsek didunia Kang Ouw adalah Pok Thian Pang ?"
"Ya dapat dikatakan begitu !" kata Tiong Giok, "jika lolos dari sini, pasti perserikatan itu akan kugempur !"
"Sudah jangan berpikir terlalu jauh dulu, saat ini yang penting Siau cu jin harus banyak istirahat dulu untuk memulihkan kesehatan dulu. Nah istirahatlah baik-baik, aku akan mencari obat-obatan lagi untukmu !"
Keadaan Tiong Giok kiam hari kian baikan, untuk menghilangkan kesal ia mempelajari ilmu Liap hun hoat dari It Piau Taysu. Dikarenakan dasar ilmunya sudah baik, ia bisa mengikuti pelajaran itu dengan baik.
Waktu berlalu denganb cepat, dalam sekejap mata sepuluh hari telah dilalui Tiong Giok didalam gua. Berkat perawatan Bok Tiong dan Thian Sek luka yang dideritanya telah sembuh seperti sediakala. Kesehatanm tubuhnya ini mendatangkan harapan besar baginya untuk mencari jalan keluar dari gua itu, tak heran ia menyelidiki kesetiap pelosok lembah itu, kalau-kalau ada jalan keluar lain. Sementara jalan yang dicari belum didapat, kedua pedang pusaka yang jatuh bersama-sama Liok Jie Hui dapat diketemukan. Ingin ia menggunakan ketajaman pedang itu untuk menggali dinding tebing, terus naik keatas seperti tangga. Tapi ia menjadi kecewa, karena tebing itu tidak semuanya keras, ada bagian-bagian yang tidak padat, begitu digali tanahnya segera meluruk. Akhirnya ia thau jalan keluar bagaimanapun harus melalui kolam didalam gua itu. Ia pun tahu bilamana rencananya ini dibicarakan, Bok Tiong pasti akan mencegahnya. Jika tidak dibicarakan, ia membutuhkan pembantu, tanpa pembantu usahanya takkan berhasil. Setelah membulatkan tekad, dicarinya Bok Thian Sek, dan diajaknya ketempat sunyi diluar tahu Bok Tiong. Kandungan hatinya dibicarakan pada pemuda itu.
"Tempo hari, waktu kuantarkan Siau cu jin kekolam itu, ayah marah betul. Maka itu dlam hal ini aku harus memberi tahu dulu pada ayah"."
"Jika ayahmu sampai tahu, apa gunanya kubicarakan hal ini kepadamu ?" kata Tiong Giok.
"Pikirku mau mencoba keluar dari sini melalui kolam itu, sebab lain jalan tidak ada lagi. Lagi pula belum tentu berbahaya, tak perlu membuat orang tua itu cemas atau kuatir."
"Siau cu jin tentu tahu tabiat ayahku," kata Thian Sek. "Biar tidak berbahaya, asal dia tahu pasti tidak ada ampun bagi diriku !"
"Jangan kuatir aku bisa bertanggung jawab atas hal ini."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
403 "Ayahku tak bisa berbuat apa-apa pada Siau cu jin, tapi aku bagaimana " Kupikir biar bagaimana harus memberi tahu dulu padanya."
Tiong Giok tahu dengan membujuk tidak ada gunanya, maka dengan wajah serius ia
menggertak. "Hm, engkau sebagai murid dari Thian Liong Bun, sedangkan aku sebagai ketuanya apa yang dikatakan seorang ketua harus kau patuhi bilamana tidak hukumannya adalah penggal kepala."
Bok Thian Sek menjadi melengak dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
"Sekarang kuperintahkan dirimu menyediakan rotan yang panjang, dan bawa ketepi kolam !
Soal ini tidak boleh diketahui ayahmu !"
"Baik ! Tapi kalau ayah tahu"."
"Jangan banyak bicara lagi, lekas pergi !"
Bok Thian Sek tidak berani berkata apa-apa lagi, cepat ia mencari rotan dan membawanya kedalam gua. Tiong Giok menantikan sejenak, ia celingukan keempat penjuru, setelah yakin Bok Tiong tidak ada disitu, cepat-cepat ia menyusul Thian Sek kedalam gua.
Sesampainya didalam gua, dengan cepat Tiong Giok mengikat dirinya dengan rotan, ujungnya diberikan pada Thian Sek. "Aku ingin mengetahui kolam ini berapa dalamnya".jika ada bahaya aku bisa menarik tiga kali, engkau harus cepat-cepat menarik diriku."
Thian Sek menganggukkan kepala. "Siau cu jin sebagai Ciang bun jin dari Thian Liong Bun sebaiknya akulah yang turun kedalam kolam ini."
"Kepandaianmu masih rendah, tak tahan lama didalam air, sedangkan aku sudah mempelajari ilmu dalam yang bisa menutup pernapasan agak lama, mengertikah ?" kata Tiong Giok sambil menepuk-nepuk bahu pemuda itu. Diambilnya dua pedang pusaka, lalu terjun ketengah-tengah kolam.
Arus air sangat deras, sukar untuk seseorang selam kedalam. Tiong Giok menutup
pernapasannya dan menjalankan ilmu Cian kin tui"..tubuhnya mulai masuk kedalam
air".sepuluh meter"..dua puluh meter, akhirnya sampailah didasar kolam itu. Arus air semakin keras ia menempelkan dirinya didinding kolam sambil mengawasi situasi dan keadaan disitu. Kini ia mendapat tahu bahwa kolam itu merupakan huruf "X" terbalik. Dan ia pun bisa membedakan bahwa air masuk dari sebelah kanan dan keluar kearah kiri. Setelah itu kakinya menjejak dasar kolam merapung keatas.
Bok Thian Sek sedang terpekur ketengah-tengah kolam sambil memegangi ujung rotan, begitu melihat Tiong Giok timbul ia menjadi girang. "Bagaimana " Adakah jalan keluar ?"
"Kuyakin ada ! Sekarang ingin kucoba lagi, tapi tidak usah memakai rotan ini !"
"Mana boleh begitu, kalau ada bahaya bagaimana ?"
"Jangan kuatir, aku berani berbuat begini karena ada sebabnya," kata Tiong Giok. "Kesatu kolam melainkan sebagian permukaan air dari sebuah sungai yang melalui tanah. Kedua Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
404 sungai ini tentu mempunyai bagian hulu atau hilir yang tidak melalui tanah. Ketiga sudah kuselidiki bagian kanan hulu bagian kiri adalah hilir. Artinya sungai ini mengalir dari bagian kanan ke bagian kiri."
"Bilamana dugaan Siau cu jin benar, dapatkah kita ketahui berapa jauh sungai ini melalui tanah ?"
"Mana bisa kutahu," jawab Tiong Giok. "Inilah yang harus kucoba !"
"Andaikata bagian sungai yang ditanah ini sungai panjang, bagaimana " Bukankah berbahaya
?" "Itu terserah kepada takdir !" jawab Tiong Giok. "Mungkin bagian yang berada didalam tanah ini, satu lie panjangnya, mungkin seratus lie"pokoknya harus kucoba !"
"Bagaimanapun aku tak bisa mengijinkan Siau cu jin menempuh bahaya ini, sebelum
memberitahu pada ayah"."
"Diam terus didalam gua ini akan mati juga, jika sampai mati karena tak berusaha aku merasa tak puas. Sebaliknya aku akan merasa puas bilamana mati karena berusaha mencari hidup !"
"Bagaimanapun Siau cu jin tak boleh pergi," kata Thian Sek seraya membentangkan tangan mau merangkul Tiong Giok.
Dengan kecepatan kilat, Tiong Giok membalikkan tangan, membuat Thian Sek tertotok dan tak berdaya. "Terpaksa kutotok dirimu ! Ingatlah jika aku tak kembali lagi, berarti mati terbenam didalam sungai ini. Kalian tak perlu mencoba lagi jalan ini. " Sehabis berkata ia menyerahkan Thian Liong Giok Hu pada Thian Sek. "Jika aku tidak kembali lagi, engkaulah yang menjadi Ciang bun jin dari Thian Liong Bun. Ingatlah jika disuatu hari engkau bisa keluar dari lembah ini, datanglah ke Ciu cing san dan untuk menerima jabatan Ciang bun jin secara resmi."
Thian Sek tidak dapat bergerak, tapi apa yang dibicarakan Tiong Giok terdengar jelas olehnya. Ia menjadi sedih, air matanya membasahi pipi.
"Tak usah bersedih hati ! Kehidupan dasarnya adalah penderitaan. Lambat atau cepat aku akan mati dan berpisah dengan dunia fana ini ! Bilamana belum takdirnya mati, bahaya yang bagaimanapun hebatnya bisa dilalui dengan selamat. Buktinya, aku terjatuh dari atas bukit itu dengan ayah angkatmu, maupun engkau sendiri, tapi sampai sekarang masih tetap hidup, karena belum takdirnya mati ! Sekarang akan kuterjang bahaya ini bilamana belum takdirnya mati, tetap akan selamat. Totokan ini akan punah sendiri selang satu jam, ingatlah pesanku tadi !" kata Tiong Giok yang segera terjun kedalam air.
Arus air yang keras, tanpa mengeluarkan tenaga lagi, tubuhnya terhanyut cepat didalam terowongan sungai. Dengan memasang mata, ia melewati beberapa tikungan berbahaya.
Kepandaiannya telah tinggi, ia bisa menggunakan ilmu dalam menyimpan pernapasan, sehingga bisa bertahan berjam-jam didalam air.
Arus air yang keras, dalam beberapa menit telah menghanyutkan dirinya beberapa ratus meter jauhnya dari gua tadi. Ia tetap menggunakan kekuatan air membiarkan dirinya hanyut. Tapi Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
405 setelah beberapa menit lagi berlalu, arus air menjadi kendor. Terowongan tidak penuh berisi air seperti semula. Ia jadi girang, karena memudahkan baginya bernapas. Kini ia berenang dan berenang untuk keluar dari terowongan itu, hatinya menjadi girang, karena tak lama kemudian bisa melihat sinar terang masuk kedalam terowongan. Ia tahu jalan hidup sudah terbentang didepan mata. Dengan cepat ia menggerakkan kaki tangannya agar cepat-cepat sampai diluar, akan tetapi sebelum ia sampai diluar tampak berkelebatan sesosok bayangan masuk kedalam terowongan. Ia menjadi kaget, sebelum sempat berbuat apa-apa, tubuhnya telah tertangkap.
Bayangan itu memiliki kepandaian luar biasa didalam air, tenaganya luar biasa. Tiong Giok dibuatnya tak berdaya, dan mandah saja dikempit dan dibawa keluar !
"Dapat ! Dapat !" teriak yang mengempit Tiong Giok itu sekeluarnya dari dalam terowongan.
Tiong Giok menjadi girang, karena bisa melihat jelas, orang yang mengempit dirinya itu adalah Toa Gu sitolol itu. Dimulut terowongan tampak Yauw Kian Cee dan Ciu Kong. Begitu mereka melihat Tiong Giok, segera memberi hormat sambil memanggil "Siau cu jin" dengan suara parau. Sedangkan mata mereka tergenang air dan berkaca-kaca bahwa girangnya.
"Eh".katanya ingin betul bertemu dengan Siau cu jin, dan menyuruhku masuk kedalam gua air untuk mencarinya, kini sudah bertemu kenapa berlagak sedih ?" kata Toa Gu.
Mendengar ini Tiong Giok tersenyum juga, cepat ia membalas hormat kedua orang tua itu sambil berkata. "Apa yang diucapkan Toa Gu adalah benar, pertemuan ini sangat
menggirangkan bukan, untuk apa bersedih ?"
"Waktu Siau cu jin jatuh kedalam jurang, kami tidak berdaya memberikan pertolongan.
Untung Tuhan maha adil, melindungi Siau cu jin dari bahaya maut. Bilamana tidak, rasa sesal kami ini bisa terbawa mati !"
"Sudahlah," kata Tiong Giok. "Eh"kalian kenapa bisa berada disini ?"
"Biarpun Siau cu jin sudah jatuh, kami masih tetap bertekad untuk menemukan, maka itu dalam beberapa hari, kami menyelidiki keadaan disekitar ini, menjadi curiga, maka itu kusuruh Toa Gu menyelidikinya. Tak kira begitu dicoba, berhasil menemukan Siau cu jin !"
Tiong Giok menuturkan dengan ringkas keadaan dirinya sehabis jatuh dari atas bukit itu.
Bagaimana keadaan Wan Jie dan ibuku ?" tanya Tiong Giok.
"Tak perlu kuatir, mereka meneruskan perjalanan ke Kiu Yang Shia dibawah perlindungan Pek Kiam Hong dan Tiat Siau Bwee," jawab Ciu Kong.
"Oh".Pek Kiam Hong dan Tiat Siau Bwee, mau mereka kesana ?"
"Karena pertolongan dari Siau cu jin, Pek Kiam Hong memohon sendiri untuk mengantarkan ibumu kesana, kami tak bisa mencegah dan membiarkannya pergi. Sedangkan kami terus berada disekitar sini, untuk mencari jalan menemui Siau cu jin," kata Yauw Kian Cee.
"Apakah Wan Jie dan Ceng Ceng turut juga kesana ?"
"Ini".ya mereka turut juga kesana?" kata Ciu Kong agak gugup.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
406 "Siau cu jin"." Kata Toa Gu yang terus membungkam lagi, karena dienterap Yauw Kian Cee. "Toa Gu, Siau cu jin tentu masih letih sekali lekaslah ambil arak dan makanan, bawa kesini."
Toa Gu kepaksa tak bisa melanjutkan pertanyaan, cepat ia pergi menjalankan perintah Yauw Kian Cee.
Tiong Giok bukan manusia bodoh, ia kenal betul sifat polos dari Toa Gu, maka sambil tersenyum ia berkata : "Ada apa sih yang dirahasiakan kepadaku ?"
"Siau cu jin jangan berkata begitu, sedikitpun tidak ada yang kamu rahasiakan," kata Yauw Kian Cee.
"Memang kuharapkan demikian adanya, tapi kenapa Yauw Lo Cianpwee mencegah apa yang hendak diucapkan Toa Gu ?"
Yauw Kian Cee dan Ciu Kong menundukkan kepala, yang aneh dari mata tunggalnya Ciu Kong meneteskan air mata.
"Apa yang sudah terjadi, jelaskanlah !" kata Tiong Giok ingin mengetahui penjelasan.
"Keadaan Siau cu jin baru lepas dari bahaya, maka segan untuk menuturkan secara jujur, nanti saja".." kata Yauw Kian Cee.
"Tidak !" kata Tiong Giok, "Kuminta penjelasannya sekarang juga !" katanya lagi.
Yauw Kian Cee dan Ciu Kong tetap membungkam. Saat ini Toa Gu sudah kembali dengan arak dan makanan. Begitu ia mengetahui kehendak Tiong Giok segera ia tertawa. "Aku tak bisa berdusta, sejak tadipun sudah ingin kukatakan."
"Nah, katakanlah lekas !" seru Tiong Giok.
"Dua Lo Cianpwee ini membohongi Siau cu jin ! Karena Wan Kounio dan Ceng Ceng tidak ikut ke Kiu Yang Shia, mereka"..ng".ng".ng" Toa Gu dengan mendadakan menangis dan tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi.
"Katakan ! Katakan ! Apa yang terjadi pada mereka ?" teriak In Tiong Giok.
"Wan Kounio ditangkap kaum Pok Thian Pang, Ceng Ceng melindungi, tapi tak berdaya, menderita luka parah".hampir"mati"ng".ng"."
Tiong Giok menarik napas, "Apakah betul ?"
Yauw Kian Cee menganggukkan kepala.
"Kini Ceng jie berada dimana ?"
"Disebuah gua yang tak seberapa jauh dari sini".." kata Ciu Kong.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
407 "Antarkan aku menemuinya," kata Tiong Giok. Segera ia berjalan, tapi baru beberapa langkah, ia berhenti dengan tiba-tiba. "Toa Gu memiliki kepandaian di air yang luar biasa, kutugaskan untuk menolong Bok Tiong dan anaknya." Diterangkannya dengan jelas keadaan terowongan air, dan letaknya kolam didalam gua dimana Bok Tiong berada. Disamping itu iapun menugaskan Yauw Kian Cee menjaga dimulut terowongan, sedangkan Ciu Kong
diajaknya pergi untuk menemui Ceng Ceng.
"Hm, gara-garamu membuat Siau cu jin berduka," kata Yauw Kian Cee setelah berada berduaan dengan Toa Gu.
"Apa yang kukatakan semuanya benar, apa salahnya ?"
"Jangan ngomong saja, lekaslah masuk keair!"
Toa Gu segera terjun kedalam air untuk menjalankan tugasnya.
Sementara itu dengan cepat Ciu Kong telah mengajak Tiong Giok memasuki sebuah gua. Gua itu tidak lembab karena diserapi jerami-jerami kering, disitu terdapat persediaan makanan yang cukup. Agaknya mereka telah beberapa hari berdiam didalam gua itu.
Disalah satu sudut gua terdapat tumpukan jerami yang tebal, diatasnya tampak tergeletak tubuh Ceng ceng. Rambutnya riap-riapan wajahnya pucat sekali. Melihat sigadis yang biasa lincah dan bersemangat menjadi semacam ini, Tiong Giok menjadi pedih. Dan cepat dipegang pergelangan si gadis, setelah memeriksa hatinya menjadi legaan, karena sigadis belum mati.
"Ceng Ceng ! Ceng Ceng !" panggilnya dengan perlahan.


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ceng Ceng seperti mendengar perkataan itu, tampak ia memaksakan diri membuka matanya.
Ia berhasil melihat, tetapi sepasang matanya yang tajam seperti rabun dan hilang kesegarannya, kuyu dan mati, sedikitpun tidak bersinar. Bibirnya seolah-olah ingin bergerak, tapi tak sepatah katapun yang keluar.
Tanpa terasa Tiong Giok mencucurkan air mata, dengan suara parau tersumbat isak tangisnya ia berkata : "Kenapa ia bisa menderita begini macam ?"
"Waktu melindungi Wan Kounio kena dilukai seseorang yang berkepandaian tinggi, sehingga isi perutnya berubah hebat"disamping itu dalam beberapa hari kami sibuk mencari Siau cu jin, membuatnya kurang terawat benar," kata Ciu Kong.
"Ceng Ceng memiliki kepandaian yang amat tinggi, jarang orang di Pok Thian Pang yang bisa menandingi kepandaiannya, aneh"siapa yang bisa melukainya begini macam ?"
"Benar, orang biasa tak melukai Ceng Ceng tapi orang itu berkepandaiannya luar biasa sekali.
Kekuatanku berdua Yauw Kian Cee baru bisa mengimbanginya, maka tak heran Ceng Ceng kena dilukai macam begini"."
"Ya, siapa orang itu ?"
"Kami tidak mengenalnya," kata Ciu Kong. "Tapi Wan Kounio memanggilnya Lo Cucong, mukanya tertutup kain cagas, sehingga tak terlihat wajah aslinya."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
408 "Oh".kiranya dia, tak sangka sampai iapun turun tangan sendiri," kata In Tiong Giok dengan kaget.
"Apakah Siau cu jin kenal dengannya ?"
In Tiong Giok menganggukkan kepala, tetapi dengan cepat menggelengkannya lagi. "Aku hanya mengetahui orang itu sebagai pemimpin tertinggi kaum Pok Thian Pang, biasa dipanggil Lo Cucong, seorang misterius yang berbahaya sekali, aku pernah melihat bayangannya sekali tapi belum pernah melihat parasnya."
"Lo Cucong kepandaiannya tinggi sekali, dengan mudah ia menciduk Wan Kounio, Ceng Ceng segera memberi pertolongan, tapi hanya sekali kebut, budak ini menderita luka parah.
Yauw Kian Cee bersamaku segera menyerang ia memberi tangkisan keras, kami dibikin mundur dua langkah"pada detik itulah Wan Kounio kena dibawa lari."
"Bilamana hal ini terjadinya ?"
"Yakni waktu Siau cu jin pergi mencari Liok Jie Hui, mereka datang menyerang. Untung kami keburu sampai dan berhasil menyelamatkan ibumu dan Tio Ma. Maka dikarenakan halangan itu, kedatangan itu, kedatangan agak terlambat dan tak berhasil menolong Siau cu jin"."
"Oh kalau begitu di siang hari bolong ia melakukan penangkapan itu ?"
"Benar !" kata Ciu Kong. "Setelah mereka pergi, kami segera datang ketempat Siau cu jin bertemu dengan Liok Jie Hui, kami melihat Siau cu jin terjatuh kedalam jurang".kami menjadi cemas sekali ! Untung Pek Kiam Hong dan Tiat Kounio menampilkan diri untuk mengajak ibumu ke Kiu Yang Shia sedangkan kami terus mencari Siau cu jin."
"Dengan adanya Pek dan Tiat yang mengantar kedua orang tua itu, aku merasa lega, yang penting sekarang juga harus menolong Ceng Ceng. Sekarang juga aku akan mengobati Ceng Ceng dengan tenaga dalam, kuminta Ciu Lo Cianpwee menjaga diluar gua. Setelah Ceng Ceng sembuh, kita harus pergi kemarkas Pok Thian Pang untuk menolong Wan Jie."
"Siau cu jin baru sembuh dari sakit, mana boleh sembarang menghamburkan tenaga sejati.
Dalam hal ini biarlah aku dan Yauw Kian Cee yang mengerjakan."
"Pokoknya kuminta Ciu Lo Cianpwee menurut apa yang kukatakan?"
"Janganlah untuk budak ini sampai merusak dirimu".."
"Jangan kuatir, paling lama dua hari dua malam, kujalankan pengobatan ini. Kuminta Ciu Lo Cianpwee menunggu didepan gua, bilamana Yauw Lo Cianpwee telah kembali, suruhlah mereka menantikan didepan. Lekaslah !"
Ciu Kong tidak bisa membangkang lagi, dengan seddih ia menuju keluar.
Dua puluh empat jam terhitung satu hari satu malam. Keadaan didalam maupun diluar gua begitu sunyi sekali. Seolah-olah tidak ada kehidupan di dalam kesunyian yang mencekam perasaan itu.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
409 Sinar surya perlahan-lahan bergeser terus, begitu lama dan menyebalkan. Akhirnya sampailah disenja hari kedua. Tiong Giok belum pula selesaikan melakukan pengobatan. Sedangkan Yauw Kian Cee disaat inilah baru terlihat muncul bersama Toa Gu, Bok Tiong dan Bok Thian Sek. Ciu Kong segera menyambut kedatangan mereka dan menceritakan pula apa yang
dikerjakan Tiong Giok.
"Siau cu jin baru sembuh dari lukanya, dan baru pula keluar dari tempat bahaya, kenapa Ciu heng tidak mencegahnya ?" Yauw Kian Cee menyesali kawannya.
"Sudah kucegah, tapi tabiatnya yang kukuh membuatku tak berdaya !"
"Kejadian ini sebenarnya tidak patut Siau cu jin mengetahuinya, sekarang, tapi gara-gara Toa Gu yang tolol dan goblok ini membuat urusan berengsek ! " gerendeng Yauw Kian Cee.
Wajah Toa Gu menjadi merah matang, ia menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Kejadian ini sudah begini maunya, tak perlu saling menyesalkan, yang penting, kita harus menjaga keselamatan Siau cu jin," kata Bok Tiong.
"Benar," kata Ciu Kong. "Sewaktu menjalankan pengobatan dengan ilmu dalam Siau cu jin tidak boleh terganggu oleh apapun. Maka itu kita harus melakukan penjagaan yang ketat. Dua anak muda ini kita tempatkan diluar, sedangkan kita menjaga disini !"
"Dengar tidak ?" tanya Yauw Kian Cee pada Toa Gu. "Berlakulah hati-hati, kalau ada bahaya lekas beri laporan."
"Mengerti," jawab Toa Gu singkat.
"Tapi jangan sembarangan membuka mulut sebab suaramu itu bisa membuat Siau cu jin celaka."
Bok Tiong mengulapkan tangan kepada anaknya : "Ikutlah dengannya, dan berhati-hatilah !"
Thian Sek menganggukkan kepala, terus membuntuti Toa Gu dari belakang.
Dalam sekejap mereka telah sampai disuatu tempat yang tinggi, sejauh seratus meter dari gua.
Toa Gu masih mendongkol, begitu melihat Thian Sek menghampiri dirinya segera
menggebahnya : "Jangan dekatku, aku lagi sial ! Nanti dirimu kebawa-bawa !"
"Tempat ini adalah yang paling cocok untuk berjaga, dari sini bisa melihat keadaan sekeliling bukan ?" kata Thian Sek. "Lagi pula berjaga-jaga seorang diri sangat sepi, maka apa salahnya sebagai sute menemani orang suheng ?"
"Ha " Aku Suheng " Tapi engkau tidak tahu, sejak aku masuk sebagai anggota Thian Liong Bun, diajari apa oleh Yauw Lo Ya itu ?"
"Tentu ilmu yang tinggi-tinggi !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
410 "Hm, engkau salah ! Ia hanya pandai memaki-makiku, goblok tolol".belajar cara begini biar seratus tahun tidak ada hasilnya"."
"Kenapa bisa begitu ?"
"Sebab ia menganggapku goblok sekali dan memberikan pelajaran tidur !"
"Tidur ?"
"Ya, tidur ! Pikirlah apa gunanya belajar tidur ?" kata Toa Gu dengan gemes. "Sekarang baru kutahu, ia kuatir terkalahkan olehku, baru berbuat begini macam, betul tidak ?"
"Yang kutahu seorang guru mengharapkan muridnya pandai, maka dugaanmu itu salah besar
!" "Hm, rupanya engkau tak percaya !" kata Toa Gu. "Baiklah kujelaskan pelajaran tidur itu kepadamu Thian Sek, tiduran diatas sebuah batu lalu mengatakan cara-carfanya yang didapat dari Yauw Kian Cee pada Thian Sek."
Thian Sek menurut saja apa yang diajari Toa Gu. Ia menjadi kaget, karena setelah menjalankan ilmu ajaran Toa Gu, peredaran darah maupun napas menjadi lambat dan kendur.
Tak selang lama sekujur badannya menjadi lemas, rasa kantukpun menyerang dengan
hebatnya. Sungguhpun begitu terasa pula bdan menjadi nyaman sekali.
"Bagaimana rasanya " Mengantuk dan ingin tidur bukan " Pikirlah ilmu macam ini apa gunanya ?"
Keadaan Thian Sek sedang berada dialam tiada aku, apa yang diucapkan Toa Gu sedikitpun tidak terdengar. Membuat sitolol tersenyum-senyum, "Ha ha ha budak ini berbakat sekali, begitu diajari lantas pulas ! Pelajaran macam ini cocok baginya, tapi tidak untukku !"
Pada saat inilah telinganya mendengar suara orang berkata, "Anak tolol apakah engkau tidak tahu inilah pelajaran Hoan poo poi kui cin untuk melatih ilmu dalam dari Thian Liong Bun yang terkenal lihay " Bukan ilmu tidur seperti yang kau katakan !"
Toa Gu segera berpaling. Dibawah sinar rembulan yang redup, ia melihat sesosok tubuh kurus. Dengan memberanikan diri ia menegur. "Engkau siapa ?"
Si tubuh kurus itu menghampiri, lalu tersenyum kepadanya. "Manusia polos, kenalkah denganku ?"
Toa Gu tanpa terasa membuka mata semakin lebar, sedang tubuh kurus yang dihadapi tetap kurus. Cuma ia bisa tahu orang kurus itu berkepala botak dan mengenakan baju kasa, ia seorang Hweesio. Ia seperti kenal tetapi tidak ingat dimana ia pernah bertemu. Hweesio itu tetap tersenyum menantikan jawaban.
"Aku kenal".tapi lupa lagi dimana pernah bertemu !"
"Ingat-ingatlah, siapa aku ini !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
411 "Engkau Hweesio !"
"Benar ! Aku Hweesio ! Namun dimana kita pernah bertemu " Mungkinkah engkau lupa sama sekali ?" kata si Hweesio kurus itu.
Toa Gu mencoba mengingat-ingat, tapi tidak berhasil, ia membanting-banting kaki dengan gemes, atas daya ingatnya yang buruk itu.
"Orang polos"..dasar polos"."
Perkataan polos ini mendatangkan ingatan padanya. "Aku ingat !" serunya dengan tiba-tiba.
"Engkau Hweesio yang keluar dari gua di Hoay Giok san".kuingat engkau mengatakan aku orang polos dan bernafsu mengangkat diriku menjadi murid tapi aku tidak mau".betul tidak
?" "Bagus ! Nyatanya kau masih ingat kepadaku, ya akulah It Piau !"
"Benar ! Engkau It Piau !" kata Toa Gu. "Waktu itu seberlalunya engkau Siau cu jin mengatakan engkau adalah seorang aneh berkepandaian tinggi, aku dikatakan tolol tidak mau diangkat murid"..ha ha ha, tak kira sekarang aku bertemu lagi denganmu."
"Aku kebetulan sedang lewat disini," kata It Piau, "aku mendengar suaramu dan melihat bagaimana caranya engkau memberikan pelajaran "tidur" kepada kawanmu. Ha ha ha engkau harus tahu ini pelajaran sejati dari Thian Liong Bun tahu " Mana Ciang Bun Jinmu ?"
"Ada".ada"..ada"."
"Baikkah ?"
"Baik".baik".sangat baik".eh tidak, sedikitpuntidak baik ! Kami sedang sial berulang-ulang mendapat kenaasan kini engkau datang, kuras tepat betul ! Tentu engkau bisa membantu Siau cu jin kami, karena engkau lihay bukan ?"
"Apa yang terjadi atas diri In Siau hiap ?"
"Siau cu jin baik-baik, yang mendapat kecelakaan adalah Ceng Ceng. Sebenarnya Siau cu jinpun pernah celaka tapi sudah selamat."
"Beritakanlah yang baik, aku bingung mendengar keteranganmu yang berbelit-belit macam itu."
"Aku orang bodoh maka tak bisa bercerita dengan baik, beginilah : tunggu disini
kupanggilkan Yauw dan Ciu Lo yacu, mereka pasti dapat menjelaskan dengan terang dan membuatmu puas."
"Siapa itu Yauw dan Ciu Lo yacu ?"
"Ha ha ha masakan engkau lupa " Mereka pernah engkau robohkan dengan ilmu gaibmu di Hoay Giok san."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
412 "Oh kiranya mereka, dimana sekarang mereka berada ?"
"Tuh disana, tidak seberapa jauh !"
"Ajaklah aku kesana menemui mereka."
"Tidak mau ! Siau cu jin tidak bias menerima tamu, kedatanganmu kesini harus kuberi tahhu dulu pada mereka, kalau datang-datang bertemu dengan mereka, aku bisa dicaci maki !"
"Lekaslah beri tahu mereka, akan kutunggu disini !"
Toa Gu segera berlalu, tapi cepat-cepat balik lagi. "Ia adalah suteeku, jika ia bangun"."
Katanya sambil menunjuk pada Thian Sek diatas batu.
"Jangan kuatir aku telah membantunya pulas benar-benar, dalam waktu sekejap ia tak mungkin bangun, pergilah lekas !"
"Kalau begitu gantikan aku jaga sebentar, jangan lupa bilamana ada orang yang mencurigakan jangan ribut-ribut, harus cepat-cepat memberi laporan kepadaku."
"Ya aku mengerti, lekaslah, aku tak mempunyai banyak waktu nongkrong terus disini !"
Dengan cepat Toa Gu telah sampai didepan gua, ia melihat Yauw dan Ciu sedang bersila didepan gua sedangkan Bok Tiong yang berkepandaian agak rendah berada disebelah dalam gua. Begitu mereka melihat Toa Gu datang, menjadi kaget tak keruan, dan cepat-cepat bangun dari tempat silanya.
"Ada apa membuatmu tergesa-gesa ?" tanya Yauw Kian Cee.
"Lo Yacu lekas kesini, ada orang"."
"Siapa yang datang " Ada berapa orang ?"
"Hanya seorang Hweesio, ia bergelar It".Pi Hweesio"."
"It Pi Hweesio"apakah Yauw heng kenal dengannya ?" tanya Ciu Kong.
"Tidak !" jawab Yauw Kian Cee.
"Sungguhpun Lo Yacu tidak kenal namanya tapi pernah bertemu dengannya, bahkan pernah pula dirugikan."
"Siapa sebenarnya Hweesio itu ?" Yauw Kian Cee menegasi dengan kaget.
"Hai"..masakan daya ingat Lo Yacu lebih payah dariku"Hweesio yang di Hoay Giok San itu"..yang membuat Lo Yacu tidur pulas"ingat tidak ?"
"Aapakah yang kau maksud itu salah satu jago daari Kong bun sam kiat yang bernama It Piau Taysu ?" tanya Yauw Kian Cee.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
413 "Benar dia !"
"Kenapa kau katakan It Pi " Membingungkan orang saja !" kata Yauw Kian Cee.
"It Piau Taysu seorang manusia aneh yang memiliki kepandaian tinggi, bagaimanapun kita harus menyambutnya dengan baik. Tapi tugas kita menjaga Siau cu jin belum selesai, sebaiknya engkau saja Toa Gu yang mengundang dia kemari," kata Ciu Kong.
"Sabar dulu !" seru Yauw Kian Cee.
"Apa lagi ?" tanya Ciu Kong.
"Bagaimanapun kita tidak bisa meraba kandungan hati seseorang, sebaiknya kita tanyakan dulu apa maksudnya datang kemari," kata Yauw Kian Cee.
"Kalau begitu jagalah baik disini, aku pergi menemuinya," kata Ciu Kong.
"Bukan kata pikiranku sempit, tapi dalam keadaan begini mau tak mau harus bercuriga.
Kuharap sebelum Ciu heng mengetahui maksud kedatangannya yang sebenarnya, berlaku hati-hatilah."
"Aku mengerti," kata Ciu Kong. Yang terus mengajak Toa Gu menemui It Piau Taysu.
Sesampainya disana mereka melihat It Piau sedang bersila disamping Thian Sek yang masih tidur diatas batu.
Ciu Kong menghentikan kaki dalam jarak sepuluh meter dari tempat It Piau. "Yang rendah Ciu Kong memberi hormat kepada Taysu," katanya sambil merangkapkan tangan memberi hormat.
Dengan tersenyum It Piau membuka mata lalu berkata : "Bagaimana keadaan Sicu, baik-baik sajakah ?"
Begitu pandangan Ciu Kong beradu dengan sinar mata It Piau, ia menjadi kaget, cepat-cepat menundukkan kepala dan berkata : "Atas sikap kami yang ceroboh sewaktu di Hoay Giok San, harap Taysu maafkan"."
"Ha ha ha ha itu soal lama".lagi pula yang salah adalah Lona sendiri, Sicu tak perlu berkata begitu".kini Sicu berdiri begitu jauh dariku, apakah masih kuatir pada diriku " Apakah masih mengingat terus kejadian di Hoay Giok San ?"
"Taysu jangan berkata begitu aku bukan manusia yang berpikiran cupet"."
"Oh kalau begitu baiklah, mari duduk dekatku"."
Ciu Kong segera menghampiri.
"Lona kebetulan lewat disini, bisa bertemu dengan teman-teman lama, merasa girang sekali".tapi kegirangan ini mendadak hilang"." "Pikirlah dari sini kedalam gua itu hanya Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
414 seratus meter lebih, biar kepandaianku tak seberapa besar, jarak ini tidak berarti apa-apa bagi diriku"."
Ciu Kong mengerti bahwa Hweesio itu telah mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan Yauw Kian Cee tadi. Ia menjadi jengah sendiri. "Taysu kalau sudah tahu apa yang kami bicarakan tadi adalah baik ! Kenapa kami bisa berlaku curiga, semua ini demi keselamatan Siau cu jin kami. Atas ini kami mohon maaf kepadamu !"
It Piau tersenyum-senyum. "Kalian adalah orang-orang yang jujur dan setia, tapi kurang berpikir ! Pikirlah, andai kata aku bermaksud kurang baik kepada Siau cu jin kalian, siang-siang sudah kulakukan di Hoay Giok San, kenapa harus menunggu sampai sekarang ?"
"Sekali lagi kami minta maaf atas sikap kami yang terlalu curiga itu," kata Ciu Kong.
"Marilah kita kegua dan bicara disana."
"Tak usah, yang perlu jelaskanlah kesulitan In Siau hiap dewasa ini kepadaku !"
"Soalnya anak angkatku menderita luka parah, sekarang sedang menerima pengobatan dari In Siau hiap, maka itu kami menjaganya siang dan malam agar usahanya itu tidak terganggu !"
"Apakah puterimu itu seorang gadis enam belas tahun " Yang senang mengenakan pakaian serba hitam dan pernah bertemu denganku sewaktu di Hoay Giok San ?"
"Benar, dialah Ceng Ceng !"
"Dibagian mana ia menderita luka, dan siapa yang melukainya ?"
"Ia menderita luka dibagian dadanya, yang melukainya adalah Lo Cucong !"
"Puterimu itu sudah berkepandaian tinggi, siapa itu Lo Cucong ?"
"Maaf, kami hanya tahu namanya tidak tahu siapa orangnya."
"Bolehkah aku memeriksa keadaan luka puterimu ?"
"Ini"..ini".."
"Hm, lukanya didada bukan " Itu tidak apa-apa ! Lona seorang Hweesio yang sudah tua, mungkin masih".."
"Taysu jangan salah mengerti, soalnya bukan disitu ! Soalnya saat ini Siau cu jin sedang menjalankan pengobatan kepada anakku itu, dan baru selesai besok sore !"
"Oh".kalau begitu baiklah kutunggu sampai besok sore !"
Ciu Kong tidak bicara lagi, lantas memberi hormat dan kembali lagi kegua.
It Piau Taysu melihat Toa Gu tidak turut kembali, maka dipanggilnya : "Hei orang polos, kemari kau ! Mari kita ngobrol !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
415 Toa Gu menghampiri, wajahnya cemberut, "Ngobrol memang menyenangkan, tapi janganlah engkau memanggilku "polos", aku tak senang dianggap sebagai manusia polos !"
"Kenapa tidak senang ?"
"Pokoknya tidak senang saja !" jawab Toa Gu.
"Begitupun baiklah," kata It Piau. "Ibarat sebuah batu kumala yang belum terasah, tidak memancarkan sinar indah, melainkan serupa dengan batu biasa. Toa Gu engkau tidak senang mempelajari ilmu dari Thian Liong Bun bukan " Maukah menjadi muridku dan mempelajari ilmuku ?"
"Tidak mau !"
"Kenapa ?"
"Aku sudah menjadi murid dari Thian Liong Bun, bagaimana bisa menjadi muridmu lagi ?"
"Jika kuminta In Siau hiap menyerahkan dirimu, untuk kujadikan murid, bagaimana ?"
"Hm, ini bukan soal dagang, pokoknya aku manusia dan bukan barang, biar Siau cu jinku meluluskan permohonanmu, kalau aku tak setuju, engkau bisa apa ?"
"Sayang bakat yang baik ini tidak bisa kupupuk. Baiklah, dengan waktu yang singkat ini, kubantu dirimu !" Sehabis berkata, lengannya dengan kecepatan kilat menotok kedada Toa Gu. Membuat yang disebut belakangan tidak bisa berkutik lagi. "Ah"Hweesio apa yang hendak kau perbuat pada diriku ?" tanya Toa Gu yang masih bisa bebas berkata-kata.
It Piau tidak menjawab, lengannya bergerak lagi, tubuh Toa Gu seperti kena magnit, menempel ditangannya, tak bisa berkutik barang sedikitpun, tubuh itu diletakkan diatas batu, lalu ditotok jalan darahnya. Setelah itu It Piau mengeluarkan sebuah kotak kumala, begitu tutup kotak dibuka, bertebaran hawa harum yang sejuk. Kotak itu berisi sebuah kolesom yang sudah tua sekali. Bentuknya seperti orang, biasa dianggap mustika dunia Kang Ouw. It Piau membuka mulut Toa Gu dan menjejalkan kolesom itu tak ubahnya seperti tepung halus.
Begitu kena air ludah sitolol, terus masuk kedalam perut dengan mudahnya. Berbareng dengan ini It Piau menepak-nepak sekujur tubuh sitolol. Dalam sekejap tampak perubahan hebat pada Toa Gu, perutnya turun naik dengan cepat, dan keringatnya mengucur deras seperti air hujan. Sesudah hal itu berlangsung sejam lebih, Toa Gu menjadi pulas dengan tenangnya.
Bintang mulai menyepi, malampun menjadi hilang. Pagi telah datang, dengan seorang diri It Piau Taysu datang kegua. "Waktunya sudah sampai dapatkah Lona menemui In Siau hiap ?"
Yauw Ciu dan Bok dengan serempak memberikan hormat pada Hweesio itu.
"Sungguhpun waktunya sudah sampai, tapi Siau cu jin kami belum selesai dengan
pengobatannya harap Taysu bersabar sejenak." It Piau Taysu mengangguk, sungguhpun begitu ia menghampiri mulut gua telinganya ditempelkan pada dinding gua. Sejenak wajah Hweesio itu berubah dengan mendadak: "Sam wie benar-benar lalai lekaslah berikan bantuan pada In Siau hiap, yang hampir kehabisan tenaga !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
416 Ciu Kong bertiga ragu-ragu atas keterangan Hweesio itu. Tapi dengan cepat mereka menjadi kaget, karena dari dalam gua terdengar suara bluk perlahan, seperti suara tubuh orang jatuh ketanah. Serentak pula wajah mereka berubah pucat setelah menyaksikan keadaan didalam.
Terlihat Ceng Ceng menggeletak, wajahnya yang pucat telah menjadi semu dadu, tetap belum sadarkan diri. Lengan kirinya Tiong Giok masih menempel diubun-ubun gadis itu. Sedangkan lengan kanannya, menempel kedinding gua, menunjang tubuhnya yang telah bermandi
keringat. Agaknya ia telah jatuh sekali, karena kehabisan tenaga, kini terlihat lengannya itu bergetar keras".
Ciu Kong dan Yauw Kian Cee dengan cepat mengeluarkan sebuah lengannya, menunjuang pinggang Tiong Giok sambil menyalurkan tenaga dalamnya.
Bok Tiong tak bisa berbuat apa-apa, dalam bingungnya ia mendengar It Piau berkata dengan perlahan : "Lekaslah ambil secawan air bening ! Ia terlalu menforsir tenaganya sampai habis-habisan, takmudah tertolong dengan cara begini !"
Bok Tiong dengan cepat keluar dan kembali lagi dengan air bening.
It Piau Taysu mengeluarkan sebuah peles kecil dari lengan bajunya, lalu memasukkan kedalam cawan. Setelah obat itu diaduk rata dengan jarinya, diserahkan lagi pada Bok Tiong.
"Siap sedialah dengan obat ini ! Perhatikan baik-baik, begitu Lona menarik lengan kirinya In Siau hiap, sicu harus memberikan obat ini, waktunya harus tepat, tidak boleh kecepatan atau kebelakangan !"
"Ya, silahkan Taysu bekerja !"
It Piau Taysu dengan hati-hati, meletakkan lengan kirinya kekening Ceng Ceng, sedangkan lengan kanannya memegang lengan Tiong Giok. "Kasih obat !" katanya dengan perlahan, sambil menarik lengan kiri pemuda kita.
"Sing" terdengar suara halus seperti balon kemps, keluar dari lengan kiri Tiong
Giok.Berbareng dengan itu tubuhnyapun jatuh kebelakang. Bok Tiong dengan tangkas membuka mulut si pemuda dan mencekoki obat dalam waktu yang bersamaan dengan
perintah It Piau Taysu.
Sambil menarik napas panjang It Piau mengeluarkan lagi dua pil, satu dimasukkan kemulut Tiong Giok, sebutir lagi kemulut Ceng Ceng. "Untung aku kembali ke Tibet dan membawa obat-obatan ini, bilamana tidak entah bagaimana jadinya dengan In Siau hiap dan Ceng Ceng ini."
"Atas pertolongan ini, aku sibudak tua mengucapkan banyak terima kasih kepada Taysu,"
kata Bok Tiong.
"Budak " Apakah engkau pegawai dari keluarga In Siau hiap ?"
"Ya, aku Bok Tiong pegawai dari keluarga In Siau hiap !"
"Itu pemuda she Bok yang berada diluar pernah apa dengan sicu ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
417 "Ia adalah anak angkatku," berkata sampai disini, tiba-tiba Bok Tiong ingat bahwa anaknya itu dan Toa Gu bersama-sama Hweesio ini diluar gua, kenapa sampai saat ini tidak kelihatan mata kepalanya. Berpikir sampai disini cepat ia memberi hormat. "Silahkan Taysu istirahat sejenak, aku keluar !"
"Silahkan !" kata It Piau.
In Tiong Giok belum sadar, ia masih dibantu terus oleh Yauw Kian Cee dan Ciu Kong, sedangkan Ceng Ceng seperti tidur pulas. Perlahan-lahan It Piau mendekati lengannya terlihat menyingkap baju sigadis, sepasang buah dada yang begitu indah berada didepan matanya, ia memeriksa dengan seksama. Tampaklah sebuah telapak tangan yang berwarna merah tertanda yang berada dikulit si gadis itu. Melihat ini It Piau menjadi kaget sekali. "Hiat ciu ing"
(telapak tangan darah) ! Kiranya dia !" Suaranyapun bergetar penuh kecemasan. Dan cepat ia mengeluarkan jerijinya dan menggoreskan ke dinding gua, setelah itu iapun berlalu tanpa pamit lagi".waktu Bok Tiong kembali kedalam gua, bayangan It Piau sudah tiada lagi.
Pada saat inilah Ceng Ceng mendusin dari tidurnya, begitu ia melek dan melihat bajunya yang tersingsing dan lalu bangun merapikan pakaiannya.
"Nona apakah engkau melihat kemana perginya Hweesio itu ?"
"Hm, aku tak perduli dengan Hweesio itu, tapi ingin kutanya, engkau manusia macam apa tua-tua tidak tahu diri ?"
"Kenapa nona bertanya begitu, aku salah apa ?"
"Hm, pura-pura gila, nih rasakan dulu hajaranku !" seru Ceng Ceng yang terus menggerakkan tangan. Serangannya begitu cepat sekali, sebelum Bok Tiong bisa berbuat apa-apa, lengannya telah dipelintir !"
"Nona apa-apa"..aduuuuh"." teriak Bok Tiong.
"Hm, kuhabiskan kau tua bangka tidak tahu diri, yang berani mengganggu perempuan baik-baik !"
Bok Tiong tidak bisa berbuat apa-apa, nampaknya ia akan celaka ditangan Ceng Ceng yang sedang marah itu.
"Ceng Ceng jangan semberono, lepaskan dia !" tiba-tiba terdengar suara halus memberikan pertolongan pada Bok Tiong. Tampak Yauw Kian Cee dengan mandi keringat telah bangun dan mencegah Ceng Ceng mencelakakan Bok Tiong. Menyusul terlihat In Tiong Giok dan Ciu Kong sudah bangun juga dengan mandi keringat pula seperti Yauw Kian Cee.
Tampaknya mereka letih sekali dan lemas. Ceng Ceng melepaskan Bok Tiong dan menubruk kepada Tiong Giok. "Siau cu jin, tidakkah aku sedang bermimpi ?"
Tiong Giok membiarkan dirinya dipeluk si gadis, karena ia bisa memaklumi kegirangan gadis itu. Dengan tersenyum diusap-usap rambut gadis itu. "Inilah kenyataan bukan impian !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
418 "Hei budak tolol, lekas haturkan terima kasih kepada Siau cu jin, ialah yang menolong jiwamu dari kematian !" bentak Ciu Kong.
Si gadis menekuk lutu, tapi cepat-cepat dibanguni Tiong Giok. Mereka ini saling tatap, penuh girang dan terharu. "Akulah yang harus berterima kasih kepadamu, untuk menolong Wan Jie engkau menderita begini macam."
Ceng Ceng segera menjawab. "Siau cu jin jangan gusar, karena kepandaianku yang rendah ini, tak mampu melindungi Wan Kounio."
"Engkau telah berusaha mati-matian, tapi mau dikata apa kalau takdir maunya begitu," hibur Tiong Giok. Ia berpaling pada Bok Tiong yang masih kesakitan dan mengurut-urut
lengannya, bekas dipelintir Ceng Ceng.
"Apa yang terjadi barusan " Kenapa engkau menyerang Bok Lo Cianpwee ?"
Ceng Ceng menundukkan kepala dan menjawab dengan perlahan. "Aku tak kenal
dengannya".tapi".ia berani membuka bajuku?"
Mendengar ini Yauw Ciu dan In Tiong Giok menjadi kaget, mereka dengan tajam
memandang Bok Tiong seorang. Kasihan orang tua ini, ia menjadi bingung mendapat tuduhan semacam ini. Muka tuanya menjadi matang biru, lengannya segera digoyang-goyangkan.
"Pikirlah aku sudah setua ini, mana bisa berlaku semacam ini".aku baru kembali dari luar dan datang mencari It Piau Taysu kemari, Hweesio tidak kutemui, sebaliknya mmebuat Ciu Kounio bangun"tahu-tahu aku diserangnya"."
"Ha ha ha," Ciu Kong tertawa geli, karena ia ingat bahwa Hweesio itu pernah mengatakan mau melihat tempat luka Ceng Ceng. Dan tentu hal ini dilakukan, sedangkan Bok Tiong yang tidak tahu apa-apa ketiban sial membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.
Yang lain menjadi heran, dan terus memandang jago tua bermata satu itu dengan tanda tanya.
"Apa yang ayah tertawakan ?" tanya Ceng Ceng.
"Aku tertawakan kesialan dari Bok heng !" jawab Ciu Kong sambil menjelaskan kandungan hatinya.
"Kini kemana perginya Hweesio itu ?" tanya Ceng Ceng.
"Entahlah !" kata Bok Tiong. "Bukan saja ia membuka bajumu, Toa Gu dan Thian Sek pun dibikin tidur, sehingga belum pernah mendusin sampai sekarang !"
"Kapan dia datang kemari ?" tanya Tiong Giok.
Ciu Kong segera menuturkan kedatangan Hweesio itu dengan jelas.
"It Piau Taysu seorang bulim yang luar biasa, pasti tindak tanduknya takkan bisa merugikan Toa Gu maupun Thian Sek. Dan iapun segera pergi setelah memeriksa luka Ceng Ceng,"
Tiong Giok berhenti bicara dan terus menunjuk kedinding gua. "Bukankah itu tulisannya ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
419 Dengan serentak sekalian yang berada disitu memandang kearah yang ditunjuk, benar saja didinding gua itu terlihat tulisan yang berbunyi : Suatu firasat buruk membuatku cemas dan pergi tanpa pamit pedang pusaka kupinjam untuk membasmi kejahatan.
Jilid 21 ..... Benar saja salah satu pedang pusaka yang bernama Lie hwe kiam sudah hilang dari
tempatnya. "Hweesio itu sangat aneh, ia pergi tanpa pamit dan membawa pedang untuk apa
?" kata Yauw Kian Cee.
"Mungkin firasat buruknya itu dikarenakan ia melihat luka Ceng Ceng," kata Ciu Kong.
"Tapi Toa Gu dan Thian Sek sampai sekarang belum bangun, hal ini mendatangkan firasat buruk bagiku !" kata Bok Tiong.
"Jika begitu sebaiknya Lo Cianpwee coba tengok mereka, jika belum bangun gotong saja kemari !" kata In Tiong Giok.
"Bolehkah aku menemani Lo yacu keluar ?" tanya Ceng Ceng.
Tiong Giok tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ceng Ceng cepat-cepat mengikuti Bok Tiong keluar gua, dalam sejenak ia membuat kesan baik pada orang tua itu, sehingga salah paham tadi hilang dalam waktu sekejap.
Seberlalunya kedua orang itu, Tiong Giok berpaling pada Yauw Kian Cee dan berkata dengan serius : "Kuminta Yauw Lo Cianpwee memcapaikan diri pergi ke Siau sa san untuk menemui Hek pek siang yauw, dan mohon pada mereka sepuluh orang yang pandai berenang lengkap dengan alat-alat selamnya. Dan suruh mereka menantikan di Chin San sia dalam minggu ini juga." Ia pun menyerahkan pedang Hong siat kiam pada Yauw Kian Cee. "Jika mereka tak yakin, perlihatkanlah pedang sebagai bukti.." Disamping itu ia pun menyerahkan Thian Lui tiap pada Ciu Kong.
"Kuminta Lo Cianpwee memcapaikan diri membawa buku ini sebagai benda kepercayaan untuk menyambangi Tong Cian Lie di Kiu Yang Shia. Katakan kepadanya aku menghaturkan terima kasih atas kesediaannya menerima ibuku disamping itu minta pula kepadanya untuk menahan Pek Kiam Hong dalam waktu setengah bulan, jangan sampai meninggalkan Kiu Yang Shia."


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yauw Kian Cee dan Ciu Kong saling tatap, dengan wajah guram. Akhirnya Yauw Kian Cee bertanya dengan heran:"
Apakah Siau cu jin sudah bertekad untuk menolong Wan Kounio dari cengkeraman kaum Pok Thian Pang ?"
"Benar ! Tapi niatku pergi kesana semata-mata bukan karena urusan Wan Kounio saja, masih ada yang lebih penting lagi dari itu !"
"Bolehkah kutahu hal yang penting itu ?" tanya Ciu Kong.
"Niatku pergi kemarkas kaum Pok Thian Pang disamping untuk menolong Wan Kounio, yang terpenting untuk menemui orang tua di dalam penjara tanah itu !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
420 "Apakah Siau cu jin tahu siapa orang itu ?"
"Menurut dugaanku, orang tua itu bukan lain dari pada ayahku sendiri !"
Ciu Kong dan Yauw Kian Cee menundukkan kepala tanpa berkata-kata lagi. Setelah itu dengan berbareng mereka merangkapkan tangan. "Kalau begitu sekarang juga kami pergi !"
"Baik, lebih cepat lebih baik !" kata Tiong Giok yang terus mengantar kedua orang tua itu keluar gua.
Baru Yauw dan Ciu berlalu, tampak Bok Tiong bersama-sama Ceng Ceng, Toa Gu dan Thian Sek kembali ke gua. Diantara mereka tampak Thian Sek paling gembira: "Siau cu jin mungkin engkau takkan percaya dalam waktu semalam aku dapat memahami ilmu Samadhi dari Thian Liong Bun !"
"Betulkah " Siapa yang mengajarimu ?" tanya Tiong Giok.
Thian Sek menunjuk pada Toa Gu. "Oey Suheng yang mengajari !"
Keruan saja Tiong Giok dibikin melengak karena ia tahu sendiri Toa GU sendiri sangat goblok dan tak bisa memahami ilmu itu, apalagi mengajari orang lain. "Ha ha ha ha betul-betulkah dia yang mengajarimu ?"
Toa Gu merasa jengah sendiri. "Aku tak mengajari apa-apa, hanya menyuruhnya tidur ! Tapi ia mengatakan memperoleh hasil yang luar biasa sekali ! Sebaliknya akupun tidur, dan benar-benar merasakan ada kemajuan ! Tubuh rasanya melar mau meledak saja ! Kalau dipikir lebih mendalam membuatku seram".jangan-jangan tempat ini angker dan kami kemasukan
sesuatu jin atau iblis, bisa begitu tidak ?"
Tiong Giok tertawa tergelak-gelak, disamping itu ia memperhatikan pada si tolol itu memang beda kelihatannya dari kemarin-kemarin. Sinar matanya begitu tajam, menandakan ilmu dalamnya sudah tinggi. "Ya mungkin kemasukan roh halus, sehingga membuatmu kuat dan gagah ! Coba kau hajar dinding gua itu !"
"Aku tak berani !" kata Toa Gu.
"Takut sakit ?" tanya Tiong Giok.
"Bukan ! Kutakut dinding itu roboh !"
"Hi hi hi hi ngomong seenaknya ! Apa kebiasaanmu bicara sesombong itu ?" ejek Ceng Ceng.
"Lihatlah !" seru Toa Gu dengan sengit, karena dipandang enteng. "Hut" angin pukulan terlepas dari tangannya. Melihat ini Tiong giok menjadi kaget, cepat ia menarik Ceng Ceng dan Thian Sek keluar, sedang Bok Tiong pun mengikuti keluar. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi keras, dari ambruknya dinding gua, nyatanya pukulan Toa Gu membuat dinding itu roboh.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
421 Ceng Ceng menjadi cemas dan menyesalkan dirinya sendiri. "Siau cu jin akulah yang mencelakakannya, ia mati teruruk dinding yang roboh itu."
"Adikku yang baik tak perlu cemas, aku tak bisa mati !" tiba-tiba terdengar suara Toa Gu dari gua. Nyatanya dengan kekuatan tangannya ia membuat batu-batu yang menyumbat gua itu berterbangan keluar. Ia sangat kebal, batu-batu yang menimpa dirinya tidak membuat luka cuma bajunya pecah-pecah.
"Toa Gu engkau sangat lihay !" puji Tiong Giok waktu melihatnya keluar dari gua. "Sejak saat ini bukan saja tahan pukul, bahkan bisa memukul juga !" "Mari kita berangkat !"
"Beangkat kemana ?" tanya Toa Gu.
"Memukul orang yang pantas dipukul !" kata Tiong Giok yang terus meninggalkan tempat itu, diikuti yang lain-lain dari belakang.
Ciu San shia letaknya dekat pegunungan, merupakan pedesaan yang tidak seberapa ramai.
Sungguhpun begitu jalannya cukup besar dan sangat bersih, banyak kaum pelancong yang bertamasya kedaerah itu. Atau melewatkan waktu liburan dengan bermalam dipenginapan-penginapan yang terdapat disitu. Diantara penginapan-penginapan yang terkenal adalah penginapan Bwe Kie. Letaknya diarah selatan jalan raya. Gedungnya terdiri dari tiga wuwungan, halamannya luas dan indah.
Didepan gedung terdapat tempat menambat dan mengombongi kuda.
Tangga-tangga batu yang berundak-undak menghubungi jalan raya halaman gedung.
Sedangkan merek penginapan terpancang sanagt megahnya diatas pintu, dari jauh orang bisa melihatnya.
Pegawai-pegawai yang bekerja dipenginapan itu lebih kurang empat puluh orang lebih, kebanyakan mereka menganggur sekali. Sebab pada hari-hari biasa jarang ada tamu yang datang kesitu, kebanyakan menggunakan kelas dua yang murah harganya.
Biarpun begitu pegawai yang bekerja disitu tetap dipakai dan tidak pernah ada yang diberhentikan dengan dalih sepi ataupun alasan yang lain. Hal ini mengherankan dan membingungkan kaum pedagang, sebab terang-terang mereka melakukan usaha rugi !
Tapi untuk yang mengetahui rahasia penginapan itu sedikitpun tidak merasa heran. Karena penginapan itu milik kaum Pok Thian Pang ! Dan dijadikan pos penghubung markas pusat mereka. Lama kelamaan orang pun tahu bahwa penginapan itu hanya pelabi saja dan tidak ada yang mau lagi bermalam atau mampir disitu. Tapi sungguh aneh dalam hari-hari belakangan ini penginapan ini banyak tamunya ! Tamu-tamu itu bukan orang-orang biasa, mereka adalah jago-jago Kang Ouw yang berpakaian serba ringkas dan menyoren senjata. Keadaan
penginapan menjadi ramai, tapi tiga hari kemudian tamu itu semuanya pergi, tinggallah seorang tua saja yang masih selalu menginap disitu. Orang tua itu tampaknya ia sangat gagah sekali, biarpun usianya diantara tujuh puluh tahun. Pipinya merah sehat, dan sering tersenyum-senyum dengan ramahnya bila bertemu seseorang yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Ia menyewa kamar kesatu dibagian rumah yang berwuwungan paling belakang Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
422 kerjanya kebanyakan mengunci pintu kamar, sampai makanan dan minuman setiap harinya dibawakan oleh pemilik penginapan itu yang lazim dipanggil Ciang kui..
Ciang kui itu seorang pertengahan umur yang kurus kecil, matanya sipit tapi tajam, tak ubahnya dengan mata tikus, demikian pula dengan kumisnya yang jarang menyerupai tikus juga. Anak buahnya biasa memanggilnya Sun Ciang kui.
Hari ini dijalan raya yang sepi dikota pedesaan Cin San shia terlihat seorang laki-laki mengendarai kudanya dengan kerasnya. Ia menuju kepenginapan Bwee Kie. Begitu ia melalui tangga batu, tubuhnya segera terjungkel dari tunggangannya. Ia mencoba bangun dengan terhuyung-huyung sambil menekan perutnya.
Dua pegawai penginapan cepat-cepat memberi pertolongan, laki-laki itu dipapahnya dari kiri dan kanan dan terus dibawa masuk kedalam penginapan.
Sun Ciang kui menghampiri tamu itu, ia menjadi kaget, karena diperutnya tampak sebuah luka besar yang mengalirkan darah dengan hebatnya.
Dengan napas tersengal-sengal laki-laki itu membuka mulut : "Da"..dari"..ca"..bang"..
Jiau ciu"."
"Mana tanda pengenalmu ?"
Laki-laki itu menunjuk-nunjuk sakunya, setelah itu kepalanya segera terkulai napasnya terhenti. Ia mati.
Sun Ciang kui memeriksa sakunya laki-laki itu, ia mendapatkan sebuah kantong kulit yang berlepotan darah. Ia membuka kantong itu dan mengambil isinya, setelah itu melangkah masuk kedalam sambil memesan anak buahnya : "Kuburlah jenazah ini baik-baik !"
Wajah pucat Sun Ciang kui semakin pucat setelah membaca habis isi surat. Cepat-cepat ia berlari-lari kebelakang. Terus masuk kekamar siorang tua bermuka merah tanpa mengetuk pintu. Orang tua itu sedang semedi, gangguan ini membuatnya tak senang, dengan mendelik ia menegur : "Ada apa membuatmu kelabakan tak keruan ?"
"Cabang di Jiauw cu habis disapu musuh, ketua cabang dan sekalian anak buahnya mati terbunuh !"
"Darimana kau dapat berita ini ?"
"Seorang informan yang menyampaikan, tapi ia sendiri luka parah dan sudah mati !"
"Musuh itu dari golongan mana ?"
"Silahkan To Futhoat baca surat ini !"
Orang tua itu segera menyambut surat dari Sun Ciang kui dan membacanya dengan cepat.
"Heran kenapa Hek pek siang yauw bisa lakukan hal ini " Ia berani menentang Pok Thian Pang dengan cara yang berani, secara terang-terangan, sungguh luar biasa sekali !"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
423 Dikembalikannya surat itu pada Sun Ciang kui. "Segera laporkan dengan kilat ke markas pusat, biar Lo Cucong sendiri yang mengambil keputusan !"
Sun Ciang kui mengangguk dan membalik badan untuk berlalu, tapi menjadi urung karena orang tua itu menanyakan lagi. "Ada berita dari Kiu kiang atau tidak ?"
"Belum," jawab Sun Ciang kui. "Kuyakin bocah she In itu tidak mempunyai keberanian sebesar yang kita duga".."
Orang tua itu menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Engkau jangan memandang enteng kepadanya, kalau ia tahu Wan Jie kena tangkap, jangan kata ke markas Pok Thian Pang keujung langit pun pasti ia datang !"
"Apakah ia berani menempuh bahaya guna menolong Wan Jie ?"
"Kalau ia takut namanya bukan In Tiong Giok, bocah itu tabiatnya keras, nyalinya besar, dibenaknya tak ada bahaya atau takut !"
"Aku menjadi anggota Pok Thian Pang belum berapa lama, sehingga kurang mengetahui riwayat bocah itu ! Tapi untuk menghadapi bocah semacam itu, tak usah terlalu repot-repot !
Andaikata ia datang, belum tentu ia bisa melewati cabang-cabang kita untuk apa repot-repot menyiapkan jago-jaggo kelas berat, menghadapi bocah saja ?"
"Engkau belum menghadapi sendiri bocah itu, tak heran berani membuka mulut seenakmu, tapi kalau sudah bertemu".."
"Kalau sudah bertemu, hm".akan kubeset kulitnya !"
"Jangan-jangan mulutmu yang kena dibeset !" kata orang tua itu, "Sudahlah jangan banyak omong !"
Sun Ciang kui segera mengangguk dan terus keluar. Dipanggilnya anak buahnya yang cekatan dan disuruhnya mengantarkan surat dari Jiauw Ciu itu kemarkas pusat mereka.
Waktu sore, Sun Ciang kui seperti biasa membawakan makanan untuk orang tua yang tinggal dikamar belakang. Baru pula ia mau kesana, dari luar terdengar suara berisik beberapa orang, ia mengawasi sambil menunda niatnya kebelakang. Tampak empat laki-laki dan seorang gadis. Satupun tidak ada yang dikenalnya. Ia menjadi bingung demikian pula dengan anak buahnya, sehingga kedatangan tamu itu tidak ada yang menyambut.
"Ini penginapan bukan Lo heng ?" tanya tamu itu kepada pelaytan sambil tersenyum.
"Benar ! Benar !" sahut salah seorang pelayan yang lebih cerdik. "Saudara-saudara dapat bermalam dan sekalian makan dipenginapan ini."
"Bila begitu kami tidak salah masuk !" kata tamu tadi sambil tersenyum-senyum, "kami mau bermalam".adakah kamar yang bersih ?"
"Banyak ! Banyak ! Mari masuk !" kata Sun Ciang kui, sambil berkata ia mengerlingkan matanya pada anak buahnya, untuk mengajak para tamu masuk kedalam.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
424 "Aku masih ingat betul pernah bermalam dipenginapan ini, dan mengambil tempat diruangan paling belakang"." kata salah seorang tamunya.
"Oh rupanya saudara tahu, bahwa ruangan paling belakang lebih jauh dari jalan besar dan lebih tenang keadaannya bukan ?"
"Benar ! Disamping itu, dapat bermalam lagi ditempat lama lebih enak dan membangkitkan kenangan manis !"
Pelayan itu agak bingung karena ia tahu diruangan belakang ada siorang tua berwajah merah, maka ia menjadi sangsi".. Saat inilah Sun Ciang kui datang dan terus membentak anak buahnya ! "Sebagai pengusaha kita harus mengikuti kehendak para tamu ! Engkau ini kenapa tidak kenal etika sekali " Kalau semua pegawai semacammu, bisa-bisa usaha ini gulung tikar
!" kata Sun Ciang kui tandas sekali.
Sipelayan cepat-cepat mengundurkan diri tanpa mengatakan barang sepatah katapun. Sedang Sun Ciang kui dengan cepat tersenyum kepada para tamunya. Saudara-saudara mari ikut denganku !" dan terus diajaknya kebelakang.
"Bolehkah kutahu nama Lo heng ?" tanya tamu itu.
"Oh"namaku biasa disebut Sun Ciang kui. Dan siapa nama saudara ?"
"Namaku In Tiong Giok"."
"In Tiong Giok ?"
"Benar ! Memang kenapa ?"
"Tidak ! Tidak kenapa-napa ! Hanya saja pernah kudengar di dunia Kang Ouw ada seorang jago muda yang telah menjadi ketua salah satu perguruan silat bernama persis seperti saudara"."
"Saudara Sun sebagai pengusaha rupanya memperhatikan juga keadaan dunia Kang Ouw bukan ?"
"Oh"karena banyaknya tamu-tamu dipenginapan ini, sedikit banyak kudengar juga perihal kejadian didunia Kang Ouw?"
Sambil berkata tanpa terasa mereka telah berada didepan kamar si orang tua berwajah merah.
In Tiong Giok tiba-tiba berhenti sebentar dan mengawasi kedalam kamar.
"Kamar ini sudah berisi?" kata Sun Ciang kui.
"Oh?" kata Tiong Giok yang melangkah lagi kekamar lain.
Akhirnya mereka berlima menyewa empat kamar, Bok Tiong dan Thian Sek memakai
sekamar, Toa Gu dan Ceng Ceng masing-masing sekamar, demikian pula dengan Tiong Giok.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
425 Sun Ciang kui secara ramah tamah dan telaten melayani para tamunya, setelah semuanya beres baru mengundurkan diri. Tapi dengan tiba-tiba Tiong Giok memanggilnya lagi. "Sun Ciang kui bolehkah kutahu siapa-siapa yang mendiami kamar tadai itu ?"
"Kulupa, harus kulihat lagi daftar tamu?" jawab Sun Ciang kui.
"Tak usah memeriksa lagi," cegah Tiong Giok. "Kumohon bantuanmu untuk menyampaikan terima kasihku kepadanya ! Karena ia mengirim orang-orangnya emnyambut kami di Kiu Kiang ! dalam hal ini kami tidak menyalahkan dirinya, hanya saja kuharapkan mulai hari ini tanpa seijinku, orang itu tidak boleh keluar dari kamarnya !"
"Baik ! Baik !" jawab Sun Ciang kui sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dan terus berlari keluar memberi laporan kepada orang berwajah merah itu.
"Hei ! Kenapa ?" tanya si orang tua itu keheranan melihat paras gugup dari Sun Ciang kui.
"Celaka ! Celaka !" kata Sun Ciang kui sambil menuturkan apa yang dikehendaki In Tiong Giok pada orang tua berwajah merah itu.
"Barusan kudengar langkah-langkah kaki diluar kamar, apakah mereka adanya ?"
"Benar !" jawab Sun Ciang kui. "Nyatanya bocah itu sangaat lihay ! Kita sudah mengirim beberapa penyelidik untuk mengetahui jejak mereka, tak tahunya mereka sudah datang kemari tanpa diketahui barang sedikitpun. Bahkan dengan berani mengadakan Show of dorce disini, tindakannya itu benar-benar keterlaluan sekali !"
"Ha ha ha, yang kukuatirkan tidak mendapat tahu jejak mereka, kini sebagai ikan mereka masuk kedalam bubu, tidak ada yang lebih baik dari jalan ini ! Berapa jumlah mereka semua
?" "Seorang tua berkaki satu, dua pemuda kasar, seorang gadis berbaju hitam, bersama In Tiong Giok sendiri, berjumlah lima orang !"
"Siapa orang tua berkaki satu itu ?"
"Entahlah sejak masuk kesini tidak berkata barang sepatahpun, agaknya kepandaiannya tinggi sekali, perlukah hal ini dilaporkan kemarkas ?" tanya Sun Ciang kui pada kawannya.
"Kejadian terlalu cepat berubahnya, harus aku sendiri yang pulang melaporkan hal ini kepada Lo Cucong !"
"Tapi In Tiong Giok telah memesan, bilamana kamu hendak keluar dari kamar ini harus seijinnya dulu".."
"Ha ha ha, kau kira aku ini manusia macam apa yang bisa ditakut-takuti " Pokoknya asal kumau keluar dari kamar ini siapapun tidak bisa melarang !"
"Kamu bisa pergi, tapi bagaimana denganku sendiri ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
426 "Ha ha ha rupanya engkau ketakutan sekali bukan " Kau toh sebagai pengusaha penginapan ini bukan " Tak mungkin mereka membuatmu susah ! Lagi pula kepulanganku paling lama dua hari, setelah itu orang-orang dipusat bisa membereskan hal disini !"
"Baiklah"."
"Sediakan makan malam secepatnya, setelah itu siapkan seekor kuda, malam ini juga aku mau berangkat !"
Tanpa berkata lagi Sun Ciang kui keluar dari kamar untuk menyediakan makanan orang tua itu. Begitu datang malam cepat ia memerintahkan anak buahnya menyediakan kuda, ia sendiri membawa makanan itu kekamar siorang tua. Tak kira ditengah jalan ia dirintangi laki-laki tegap yang bukan lain dari Toa Gu adanya. "Oh".saudara belum tidur ?"
"Belum," jawab Toa Gu tersenyum. "Entah apa yang kau bawa ini ?"
"Makanan untuk dikamar itu !" jawab Sun Ciang kui sejujurnya.
"Ha ha ha kebenaran sekali perutku lagi lapar, bolehkah kumakan dulu bagiannya tamu itu ?"
kata si pemuda penghadang itu.
"Tidak bisa, ini pesanannya. Jika kau mau boleh kubikin lagi, tapi yang ini tidak boleh !"
Toa Gu jadi mendelik, dengan cepat makanan itu dirampasnya. "Aku sudah lapar, mana bisa menahan terlebih lama lagi, bisa-bisa cacing-cacing diperutku mengamuk semua !"
Sun Ciang kui tidak mau ribut, kepaksa ia mengalah dan terus berlalu sambil menggelengkan kepala.
Saat ini si orang tua berwajah merah sedang mondar mandir didalam kamarnya, sayup-sayup ia mendengar langkah yang semakin dekat kekamarnya. Begitu langkah itu berhenti didepan kamarnya segera ia menegur. "Siapa ?"
"Aku mengantarkan makanan untukmu !" jawab dari luar. Berbareng dengan itu pintupun terbuka dan Toa Gu menyelonong kedalam.
"Oh ! Kiranya engkau !" kata siorang tua.
"Eh Tok Kay Pong kukira siapa, kenapa engkau ngeram terus didalam kamar ?" jawab Toa Gu.
Orang tua itu memang Tok Kay Pong adanya, ia kenal Toa Gu sewaktu terjadi perebutan pedang mustika di Hoay Giok San.
Toa Gu dengan tersenyum-senyum meletakkan makanan diatas meja. "Aku disuruh Siau cu jin datang kemari untuk menyampaikan pesannya, yakni tanpa seijin dia engkau tak boleh keluar dari kamar ini, mengerti " Jika engkau tahu diri dan dengar kata tidak diapa-apakan, sebaliknya kalau engkau membandel kami akan menindak tanpa kasihan, jelas tidak ?"
Selesai berkata Toa Gu nyelonong lagi keluar. Kelakuannya itu kasar sekali, seenaknya keluar Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
427 masuk kekamar orang, tanpa ijin dan permisi. Keeruan saja membuat Tok Kay Pong menjadi gusar, sungguhpun begitu ia diam saja tidak mencegah apa yang dilakukan Toa Gu.
"Eh, selanjutnya jangan seperti gadis pingitan, diam saja didalam kamar".." kata Toa Gu dari luar.
"Eh, babi, kemari !" teriak Tok Kay Pong dengan sengitnya.
"Siapa yang memakiku babi ?" teriak Toa Gu tidak kurang kalapnya.
"Aku ! Kau babi tak tahu diri, mencari mati sendiri !" bentak Tok Kay Pong. Berbareng dengan itu ia mengcengkeram pada sitolol dengan lima jarinya.
"Orang tua tolol, nyatanya kau sendiri yang cari penyakit sendiri !" kata Toa Gu tanpa berkelit sedikitpun menghadapi serangan musuhnya.
Keruan saja cengkeraman Tok Kay Pong dengan empuk mengenai pundak Toa Gu, anehnya bagaimanapun ia mengeraskan cengkeraman itu, sedikitpun tidak membuat lawannya berasa.
Jika diganti orang lain, cengkeramannya itu sedikitnya akan membuat korban pingsan.
"Bagaimana sudah kau pakai tenaga penuh apa belum ?" tanya Toa Gu. "Nah, rasakan juga lenganku ini." Benar-benar ia menebaskan tangannya kepinggang musuh.
Tok Kay Pong adalah jago tua yang cukup berpengalaman, begitu cengkeramannya tidak membuat musuh roboh, sadar menghadapi seorang yang memiliki ilmu kebal. Maka itu dengan cepat ia menghindarkan diri dari serangan lawannya, sambil melompat. Ruangan kamar tidak seberapa besar, begitu ia lompat serangan Toa Gu menghajar tembok. Segera terdengar bunyi keras, tembok itu gugur.
Serangan Toa Gu dilancarkan berulang-ulang, membuat kamar itu tergetar, dan ambruk !
Sedangkan Tok Kay Pong siang-siang keluar dari dalam kamar. Sedikitpun ia tidak menduga seorang bocah tolol, memiliki kepandaian sebegitu hebat, tapi jago tua itu sedang bernasib buruk, begitu ia lompat dari kamar dan hinggap dibumi, kakinya terjirat tambang dan terus jatuh.
Kiranya Bok Thian Sek siang-siang sudah menantikannya diluar, begitu dilihatnya Tok Kay Pong keluar, ia menjiret dengan tambang dan terus melakukan totokan. Kasihan salah astu jago dari bulim Cap sah kie diciduk bocah-bocah ingusan secara mudah.
"Suheng ! Kemari, babi ini sudah kubekuk !" teriak Bok Thian Sek.
"Hm, kukira ia lihay sekali, nyatanya kepandaiannya begini-begini saja, tahu begini seorang diripun aku sanggup menciduknya !" kata Toa Gu.
"Jangan pandang enteng kepadanya. Barusan jika tidak kugunakan cara menangkap kelinci barang kali ia sudah lolos !"
"Mari kita bawa kedalam !" kata Toa Gu.
Kasihan Tok Kay Pong sudah tak berdaya, masih diseret lagi.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
428 Tok Kay Pong dibawa kesebuah kamar yang terang benderang, disitu ada In Tiong Giok dan Bok Tiong, rupanya ia sudah menantikan agak lama juga.
Toa Gu dan Bok Thian Sek dengan seenaknya menggabrukkan Tok Kay Pong yang sudah
mati kutu. "Jangan berlaku kurang ajar, bebaskan totokan Tok Lo Cianpwee dan sediakan kursi untuknya duduk !" kata In Tiong Giok.
Ciu Ceng Ceng segera menyediakan kursi, sedangkan Bok Thian Sek mendudukan Tok Kay Pong keatas sambil membebaskan dari totokan.
Begitu ia bebas Tok Kay Pong segera bangun dan berkata dengan gusar : "Hm, kau kira aku kena digertak dengan kekerasan " Bocah bukalah matamu aku ini siapa ?"
"Tok Lo Cianpwee setelah kubebaskan dari ikatan dan totokan ini, tidak berarti bebas untuk pergi semaumu, mengerti ?" kata In Tiong Giok.
"Aku tak percaya"." Baru pula ia berkata sampai disini, pandangan matanya bentrok dengan sinar mata In Tiong Giok. Ia merasakan sinar mata si pemuda itu tak ubahnya seperti seperti luasnya lautan, begitu indah dan hangat, menghilangkan segala rasa gusar, danberbalik tenang penuh kedamaian. Tok Kay Pong menjadi kaget, ia tidak bisa meneruskan kata-katanya karena otaknya seperti juga mabuk dan merasakan dirinya merapung-rapung disebuah dunia khayal.
"Tok Lo Cianpwee percayakah atas kata-kataku ?" Tiong Giok menegasi.
Sungguh aneh dengan waktu sebentar, pendirian Tok Kay Pong jadi berubah, ia
menganggukkan kepala sambil menjawab : "Ya aku percaya !"
"Kalau percaya ya baik !" kata In Tiong Giok. "Aku sebagai manusia yang mempunyai perasaan, aku tak bisa melupakan kebaikanmu sewaktu dimarkas pusat Pok Thian Pang, dan tidak pula menghilangkan kebaikan saudaramu Kam Kong ditebing Bukit, karena inilah aku tak mau menimbulkan suatu bencana pembunuhan pada sesama manusia."
Tok Kay Pong hanya menganggukkan kepala berulang-ulang kali tanpa membantah atau mengeluarkan perkataan.
"Baiklah hal ini tidak dibicarakan sekarang. Pokoknya engkau harus mengerti bahwa pembalasan untuk kaum Pok Thian Pang sudah diambang pintu. Aku mengharapkan
bantuanmu berikut kedua saudaramu itu ! Lekaslah mengundurkan diri dari dunia kejahatan untuk kembali kedunia baik. Bilamana kalian bisa menjalankan permintaanku ini, segala permusuhan yang terjadi diantara kita berarti habis sampai disini. Bagaimana apakah permintaanku ini Cianpwee setujui ?"
Saat ini keadaan Tok Kay Pong sudah terpengaruh ilmu Liap hun toa hoat dari Tiong Giok, tentu saja disamping mengiakan apa yang dikatakan si pemuda tidak ada jawaban lain darinya.
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
429 "Jika begitu, sebelumnya kuhaturkan banyak terima kasih," kata Tiong Giok sambil tersenyum. "Disamping itu, penginapan ini yang jelas sebagai pos penghubung kaum Pok Thian Pang, maka akan kuambil alih. Agar hubungan pusat Pok Thian Pang dan cabang-cabangnya terputus, jika hal ini aku yang lakukan, mungkin akan mengakibatkan jatuhnya banyak korban, maka itu kuminta bantuanmu untuk mengurusnya dalam beberapa hari !"
"Baik !" kata Tok Kay Pong dengan spontan.
"Jika begitu kuminta Lo Cianpwee menyerahkan tanda pengenal dari Pok Thian Pang," kata In Tiong Giok.
Saat ini Tok Kay Pong menurut terus apa yang dikehendaki Tiong Giok. Ia merogoh saku mengeluarkan tanda pengenal untuk keluar masuk markas pusat Pok Thian Pang pada Tiong Giok.
Setelah menerima tanda pengenal itu, Tiong Giok menyuruh Thian Sek memanggil Sun Ciang kui, tak selang lama Sun Ciang kui masuk kedalam kamar. Begitu ia masuk menjadi
melengak melihat keadaan didalam kamar itu. Karena ia melihat Tok Kay Pong diam saja, sedangkan Tiong Giok memainkan tanda pengenal dari Pok Thian Pang. "Tak usah kaget,"
kata In Tiong Giok. "Aku sudah berunding dengan Tok Futhoat yakni mulai detik ini, penginapan ini kuambil alih !"
"Apa " Kongcu mau mengambil alih penginapan ini ?" Sun Ciang kui semakin kaget.
"Benar ! Tapi engkau tak perlu cemas, biarpun sudah kuambil alih, engkau sendiri tetap sebagai pengurus, pokoknya dalam segala hal berlakulah seperti biasa".kami hanya menggunakan tempat ini kurang lebih tujuh hari saja. Akan tetapi selama tujuh hari ini, siapapun tidak kuperkenankan mengadakan hubungan dengan Pok Thian Pang ! Bilamana diwaktu itu orang-orang dari markas pusatmu itu datang kemari, harus diciduk dan ditahan.
Barang siapa berani melanggar peraturan ini, kupaksa harus dibunuh ! Kalian harus tahu bahwa Pok Thian Pang adalah perserikatan sesat yang jahat, maka itu sekarang datang kesempatan baik untuk kalian memperbaiki diri. Ini sudah kubicarakan dengan Tok Fut hoat dan telah mendapat restunya !"
Sun Ciang kui keheranan, ia memandang kepada Tok Kay Pong dengan tanda tanya. Melihat ini Tiong Giok menjadi tersenyum. "Tok Lo Cianpwee bukankah maksudmu seperti
kukatakan tadi ?"
"Benar !" jawab Tok Kay Pong sambil menganggukkan kepala.
"Nah, kalau begitu perintahkanlah pada Sun Ciang kui ini untuk menjalankan tugasnya !"
"Hei, jalankan perintah kongcu ini sebaik-baiknya !" seru Tok Kay Pong.
"Ya ! Ya ! Segera kujalankan !" jawab Sun Ciang kui sambil memutar diri keluar dari kamar.
"Sabar dulu," tahan Tiong Giok.
"Apa lagi yang kongcu kehendaki ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
430 "Kulihat engkau sebagai orang cerdik yang memiliki ilmu tinggi, kenpa bisa bekerja untuk Pok Thian Pang ?"
"Karena terpaksa !"
Tiong Giok menganggukkan kepala. "Mungkin kami masih perlu mendapat bantuanmu,
sekarang maupun dikemudian hari !"
Sun Ciang kui menganggukkan kepala smbil memberi hormat dan ngeloyor pergi.
In Tiong Giok menghantar kepergian orang dengan pandangan matanya yang tajam setelah itu disuruhnya pula Ceng Ceng untuk membayangi Sun Ciang kui. "Perhatikan dia, berilmu tinggi !"
Ceng Ceng menganggukkan kepala dan terus berlalu menjalankan tugas.
Tok Kay Pong masih tetap duduk seperti arca. Tiong Giok menghampirinya dan menepuk pundak orang tua itu sambil berkata : "Sudah malam, tidurlah !"
"Ya sudah jauh malam, harus tidur," jawab Tok Kay Pong yang terus saja celentang dan pulas dalam sekejap.
"Toa Gu letakkan tubuhnya diatas pembaringan," kata Tiong Giok, "sudah itu kalianpun boleh mengaso !"
Toa Gu mengangkat tubuh Tok Kay Pong dan meletaakkan dipembaringan.
"Kalau dia bangun dan kabur bagaimana ?" tanyanya perlahan.
"Jika tidak kubanguni, dalam waktu tujuh hari tujuh malam ia tak bisa bangun," jawab Tiong Giok.
"Kalau begitu dia dengar kata betul ya ?" tanya Toa Gu.
"Ya," jawab Tiong Giok.
Pada saat inilah dengan tiba-tiba Ceng Ceng masuk kedalam.
"Bagaimana ?" tanya Tiong Giok.
"Sun Ciang kui menjalankan perintah Siau cu jin dengan baik, setelah itu ia masuk kekamar dan tidur," kata Ceng Ceng.
"Heran, biasanya penglihatanku tidak ngawur, aku yakin Sun Ciang kui itu bukan orang sembarangan".Apakah ia tahu kau buntuti ?"
"Berani kupastikan ia tidak melihat !" jawab Ceng Ceng.
Tiong Giok terpaksa menganggukkan kepala. Tapi rasa curigaku dalam sekali pada Sun Ciang kui itu"..beginilah : Kita harus mengawasi terus gerak geriknya selama tujuh hari ini."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
431 "Jika Siau cu jin merasa curiga, gunakan saja Liap hun toa hoat kepadanya"." Kata Bok Tiong.
"Oh tidak bisa, karfena ia diperlukan untuk menjaga penginapan ini, agar orang-orang Pok Thian Pang yang datang dari berbagai cabang maupun ranting tidak merasa curiga, bahwa penginapanj ini telah kita kuasai. Pokoknya awasilah dengan ketat, agar rencana kita tidak gagal !"
Waktu berjalan dengan cepat, beberapa hari telah berlalu, sedikitpun tidak ada kejadian apa-apa dipenginapan Bwee Kie. Sedangkan Sun Ciang kui menjalankan pekerjaan seperti biasa, bedanya sekarang ini ia dibantu oleh orang tua berkaki satu yakni Bok Tiong yang bertugas mengawasinya.
Tapi satu hal yang mengherankan, semua tamu yang masuk penginapan itu, setelah diterima oleh Sun Ciang kui dan dihadapkan pada Tiong Giok. Entah bagaimana jadi doyan tidur.
Mereka baru bangun untuk makan jika Tiong Giok membanguni, setelah itu tidur lagi.
Hari seperti biasa, Sun Ciang kui dan Bok Tiong berada didepan, tak selang lama datang empat penunggang kuda. Begitu Bok Tiong melihat tamu-tamu ini, hatinya menjadi girang, cepat-cepat ia menyongsong keluar rumah. "Yauw heng, saat ini baru datang ?"
Memang tamu yang baru datang itu adalah Yauw Kian Cee, sedangkan yang lain adalah Hek pek siang yauw dan Siau Lam Siong.
"Bagaimana dengan Siau cu jin ?" tanya Yauw Kian Cee.
"Ada didalam !"
"Laporkan pada Siau cu jin bahwa Na Toako dan Toaso serta Siau heng sudah datang dari pulau hiu."
Bok Tiong cepat mengajak para tamunya masuk kedalam, sekalian menyuruh salah seorang pelayan melaporkan pada In Tiong Giok.
Selang tidak lama Tiong Giok muncul dan segera memberi hormat : "Waduh, kami hanya minta bantuan orang-orang Lo Cianpwee, tak kira Lo Cianpwee sendiri yang datang, benar-benar merepotkan saja !"
"Sudah kukatakan asal In Siau hiap menghendaki bantuan kami, bair kelautan api akan kulayani. Lebih-lebih hal ini adalah untuk mendatangkan suatu keramaian, biar tidak diundang pun aku harus menghadiri juga," kata Na Beng Sie sikecil mungil yang pandai bicara.
Sekali lagi Tiong Giok menghaturkan banyak terima kasih dan terus mengajak tamunya masuk keruang dalam. "Sebenarnya kami hanya memerlukan orang yang pandai berenang sudah cukup, kenapa Lo Cianpwee mencapaikan diri saja ?"
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
432 "Omongan begini tak usah diucapkan lagi !" kata Lauw Siu Kim. "Yang penting tontonan ini harus kusaksikan !"
Tiong Giok tidak bisa mengatakan itu lagi, ia memperkenalkan kawan-kawannya pada tamunya itu. Dan diadakan penyambutan dengan makanan dan hidangan yang lezat. Mereka duduk mengelilingi meja. Setelah minum beberapa cawan, Na Beng Sie bertanya : "Aku dengar tempat Pok Thian Pang itu cukup berbahaya apakah In Siau hiap sudah membuat rencana guna menggempurnya ?"
"Dalam beberapa hari ini, aku telah menyelidiki keadaan Pok Thian Pang. Soal bagaimana masuk kemarkas mereka tak usah dibicarfakan lagi. Yang penting bilamana kita sudah masuk dan menyerang mereka, jangan sampai aada seorang pun yang lolos !"
"Mungkinkah engkau telah mempunyai rencana yangbaik masuk kedalam markas Pok Thian Pang itu ?" tanya Lauw Siu Kim.
"Biarpun belum direncanakan sebagai mana mustinya, tapi tidak sulit asal berani menempuh bahaya !"
"Dapatkah kutahu caranya ?" tanya Siu Kim.
"Situasi dan keadaan markas Pok Thian Pang berada dilereng gunung, jika dilihat sepintas lalu hanya ada jalan dari depan saja melalui tangga baja yang bisa dikerek turun naik. Lain dari itu seperti tidak ada jalan lagi. Akan tetapi jika diperhatikan air terjun dari bukit yang terjun kedanau sepanjang tahun tak hentinya. Jika dikaji terlebih dalam air danau itu biasa bukan " Anehnya air itu belum pernah meluap membuat banjir untuk ketiga pulau yang berada ditengahnya. Karena itu aku menduga tentu ada mendapatkan jalan keluar dari air itu sama dengan jalan masuk kemarkas Pok Thian Pang tak jadi soal lagi !"
"Apa yang kau katakan memang betul, tapi jalan keluar dari air itu sukar untuk ditemukan bukan " Andaikata diketemukan sukar pula dilaluinya".apa hal ini sudah dipikirkan juga ?"
kata Na Beng Sie.
"Air tentu mengalir dari atas kebawah, bila mana dibagian bawah terdapat sungai yang dekat dengan pegunungan itu, sudah dapat dipastikan beasal dari danau yang diatas itu. Kita bisa mengikuti sungai itu untuk mencapai sumbernya ! Soal kesulitan lainnya, bagaimanapun dapat saja kita atasi asal ada kemauan !"
"Oh".kiranya engkau membutuhkan sepuluh orang ahli diair ini untuk mencari sumber air itu ?" kata Lauw Siu Kim.
"Benar !" jawab Tiong Giok. "Disamping itu masih ada juga jalan lain, yakni pintu depan !"
"Pintu depan ?" tanya Na Beng Sie.
"Begini, pintu depan itu dijaga seorang Korea yang bertabiat kaku dan keras, namanya Kim Tak Can. Ia berilmu cukup tinggi, tapi sedikit bodoh. Asal kita gunakan akal bisa mengelabuinya ! Dulu pernah ia dihajar sampai luka parah oloeh Cian bin sin kay, sehingga pintu itu dijaga oleh orang lain"."


Perguruan Sejati Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
433 "Kalau sudah dijaga oleh orang lain untuk apa menyebut-nyebut namanya lagi ?" kata Lauw Siu Kim.
"Tapi belakangan ini katanya ia sudah sembuh dan bertugas menjaga lagi pintu itu," kata Tiong Giok.
"Kalau begitu apa sudahnya lagi ?" tanya Lauw Siu Kim.
"Ia manusia kasar yang kaku dan bodoh. Setiap yang mau masuk kedalam harus mempunyai tanda pengenal, ia tidak perduli siapa asal mempunyai tanda pengenal ini diijinkan masuk.
Asal kita mendapatkan tanda-tanda pengenal itu dan menyamar sebagi orang-orang Pok Thian Pang bukankah bisa masuk melalui pintu ini ?"
"Mungkin tanda pengenal bisa kita palsukan tapi bagaimana harus menyamar ?" kata Lauw siu Kim. "Jika Cian bin sin kay ada disini soalnya gampang."
Belum sempat Tiong Giok berkata lagi, tampak Bok Thian Sek masuk. "siau cu jin Sun Ciang kui mau bertemu denganmu !" katanya perlahan.
"Ada urusan apa ?"
"Katanya ada orang dari markas pusat Pok Thian Pang"."
"Siapa dia ?" tanyanya sedikit kaget.
"Katanya seorang Futhoat bernama Tay Cin Tojin," jawabnya menjelaskan.
"Dia ?" kata Tiong Giok sedikit heran. Sedangkan yang lainnya menjadi turut heran. Ia menganggukkan kepala. "Suruh Sun Ciang kui menantikan diruangan tengah, aku segera menemuinya," setelah itu Tiong Giok meminta diri kepada tamunya dan terus keluar.
Yauw Kian Cee memberikan isyarat kepada Ceng Ceng. Sigadis berkata itu ini segera keluar membuntuti Siau cu jinnya. Toa Gu tanpa disuruhpun mengikuti keluar. Namun niatnya menjadi batal, karena si gadis mendelik kearahnya. Herannya Toa Gu yang tidak takut langit dan bumi begitu melihat delikan si gadis menjadi kuncup.
Dan tanpa pikir lagi untuk membantunya, Toa Gu diam dan kembali lagi kedalam.
Begitu Tiong Giok tiba diruangan tengah, Tay Cin Tojin sambil bergelak-gelak menyapanya secara berguyon. "Eh".manusia ini aneh dimanapun bisa bertemu, In Siau hiap selamat bertemu lagi !"
"Akan tetapi pertemuan ini beda dengan dulu !" jawab Tiong Giok. " yang terus mengambil tempat duduk, sedangkan Ceng Ceng dengan siap berdiri disampingnya sebagai pengawal yang setia. Bok Tiong yang bertugas didepan kini sudah ada disitu juga dan ia mengambil tempat duduk disamping pintu.
"Tak usah berlaku begini," kata Tiong Giok pada pengikutnya. "Kedatangan Lo Cianpwee ini adalah sebagai tamu, dan kita harus baik-baik memperlakukan seorang tamu."
Perguruan sejati > Oleh : Khu Lung > ceritasilat
434 "Apa yang Siau hiap katakan memang benar, pertemuan unu lain dengan dulu. Dulu
penginapan Bwee Kie ini dikuasai Pok Thian Pang sekarang dikuasai olehmu. Dulu dengan kedudukan sebagai Futhoat di Pok Thian Pang pelayan-pelayan akan meny7ambut dan
memperhatikanku dengan telaten sekali. Sehingga rasa gagah dan bangga memenuhi rongga dadaku, tak kira kini dianggap sepi semacam ini dan terkurung tak keruan sekali, Siau hiap memberikan perintah tulang tuaku bisa dikeroyok hancur".didunia ini aneh, antara senang dan susah ini datang bergiliran diluar kehendak kita."
Pendekar Super Sakti 21 Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Naga Naga Kecil 6
^