Pencarian

Riwayat Lie Bouw Pek 10

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 10


Lantas saja anak muda ini menjadi masgul dan bingung, ia
duduk menjublek seorang diri. ketika ia angkat kepalanya,
ditembok ia lihat dua pedangnya tergantung. Melihat pedang,
ia jadi ingat Siauw Jie.
"Siauw Jie benar beradat keras?" pikir ia. "Kenapa aku kasi
diriku dilihat secara begini" Apa aku bukannya laki laki"
Kenapa aku tidak mampu tulad kekerasan hati Siauw Jie ?"
Contohnya Siauw Jie kelihatannya berpengaruh juga
Ya aku mesti tolak Jie Sioe Lian karena terpaksa!" ia coba
ambil putusan. "Aku tak usah perdulikan ia datang atau tidak,
setelah hadapi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku harus
berlalu dari sini."
Setelah ambil putusan demikian, Bouw Pek lemparkan
suratnya Tek Siauw Hong keatas meja Sorenya ia keluar buat
bersantap diwarung arak, kapan ia telak pulang kembali ia terus naik
tidur. Pada waktu tengah malam ia mendusin, kupingnya
lantas dengar suara angin musim Cioe yang menderu deru
diluar jendela. Jauh, dengan samar, ia dengar suara
kentongan. Dalam kesunyian, ia merasa kesepian dan iseng.
Ia jadi ingat Coei Siam, yang bersengsara, dan ia bayangkan
Sioe Lian, dengan sepasang golok sebagai kawan, lagi lakukan
perjalanan menuju ke Pakkhia. Akhirnya ia menghela napas
seorang diri. Setelah pagi mendatang, ia berbangkit dari
pembaringan dan pargi kelatar akan latih diri dengan
pedangnya. Buat pasang omong ia pergi kedalam gereja,
untuk cari hweeshio disitu. sebisa bisa ia hendak lupai
urusannya Siam Nio dan Sioe Lian.
Adalah diwaktunya bersantap tengah hari, Siauw Jie
datang, maka Bouw Pek menjadi girang tak kepalang.
"Kau datang saudara, bagus " ia berseru. "Mari, mari coba
dulu pakaian yang aku beli uatukmu"
Ia ambil seperangkat pakaian itu.
"Dengan tidak sungkan sungkan Siauw Jie coba pakaian
itu. yang nyata cocok bagi tubuhnya. Iapun lihat kopiah dan
sepatu baru Ia tahu Bouw Pak telah belikan semua itu untuk ia
Air mukanya berobah sedikit, tetapi ia tidak kata apa.
Bouw Pek jumput turatnya Siauw Hong dari atas meja.
"Lihat, saudara, Tek Siauw Hong telah kirim surat padaku,"
Bouw Pek berkata pula "Siauw Hong biang dalam suratnya ini
bahwa Sin thio Yo Kian Tong akan datang ke Pakkhia ......" ia
merandek sebsntar dan bersenyum murung ....... Dalam satu
hal, Siauw Hong telah main gila!......."
Siauw Jie manggut, tetaoi matanya berada diatas kertas, ia
membaca dengan penuh perhatian. kemudian tampak
perobahan pada wajahnya yang perok, sedang giginya, bibir ia
gigit keras dan rapatkan, sampai gigi itu menerbitkan suara
keretakan. Membaca itu, ia manggut manggut dan paksakan
diri bersenyum.
"Inilah bagus" la kata, seraya terus tepok pundaknya anak
muda kita. "Paling dulu, toako, aku harus haturkan selamat
padamu " Tapi Bouw Pek tidak bergirang menerima pemberian
selamat itu, bahkan tercengang.
"Tapi kau lihat, hiatee," barkata ia, "Bagaimana aku bisa
terima baik main gilanya Siauw Hong itu " Juga nona Sioe Lian
sendiri belum tentu akan terima itu....."
"Kenapa tidak?" kata Siauw Jie dengan sungguh2. "Kau
telah pieboe dengan Sioe Lian untak meminang dia. Kau juga
telah tolong ia beberapa kali, seperti ditengah jalan kau bantu
si nona dan ayabnya loloskan dri dari bahaya, bagaimana kau
bantu nona itu mengubur mayat ayahnya, akan kemudian kau
antar si nona dan ibunya dalam perjalanan jauh ke SoanhoaTiraikasih
Website http:kangzusi.com/
hoe Budi kau itu, toako, dalam laksana lautan, tinggi laksana
gunung. Difihak lain, Beng Sioe Ciauw, sudah tinggalkan rumahnya,
ia telah sia siakan bakal isterinya, terhadap siapa sedikitpun ia
tak punya budi kebaikan, maka andaikata ia bisa muncul lagi,
apa ia berani bilang?"
Siauw Jie bicara dengan sungguh sekali, suaranya tetap
dan tenang, ia seperti paksa supaya Bouw Pek terima dan
menikah Sioe Lian.
Bouw Pek heran melihat sikap ini. Memang ia sudah asah
otaknya, ia sudah berdaya, ia tetap tak mampu pecahkan
kecurigaannya. Tapi sekarang, dalam haluya Sioe Lian, bujang
istal ini bersikap luar biasa, hingga menuruti akan kembali
kecurigaannya anak muda kita. la lihat orang bersenyum
tetapi itu bukan senyum sewajarnya. Mendadak ia sadar.
seperti sadar dari tidurnya yang nyenyak. Dengan sekonyongkonyong,
diluar dugaannya Siauw Jie, ia samber iengannya
dan memegangnya dengan keras. lapun tertawa berkakakan!
"Hal, hiantee, kau anggap aku Lie Bouw Pek orang macam
apa kata ia sembari berseru. "Apakah kau kira aku Lie Bouw
pek adalah simanusia keparat, yang karena paras elok menjadi
lupa daratan. Ha saudara, kau sekarang jangan kelabui aku
lebih lama pula! Aku telah ketahui, siapa kau ini! Kau adalah
orang yang sekian lama aku terus cari. Kau adalah Beng Soe
Ciauw Dan sekarang nona Jie akan datang, inilah bagus, inilah
bagus!......"
Siauw Jie kaget, mendengar orang berkata demikian,
parasnya sampai berobah, mendadak ia kipaskan tangannya
akan lepaskan diri dan lari keluar.
Bouw Pek tertawa geli.
"Kau lari, saudara, kenapa ?" borkata ia, yang terus
mengejar keluar. Ketika ia sampai diluar bio Siauw Jie sudah
berada di mulut jalan sebelah utara, dan kapan la telah
msnyusul sampai disitu, anak muda itu sudah tidak kelihatan
sekalipun bayangannya saja.
Berdiri ditengah jalan besar, Bouw Pek celingukan, ia
bingung dan sibuk.
"Apa benar2 Siauw Jie kabur?" pikir ia "Rasanya tidak" Ia
laki2, kendati adatnya keras, dan kendati ia hanya bujang istal
kalau ia pergi, tentu ia akan pamitan lebih dulu. Tapi, andai
kata ia toh pergi dengan diam, mana ia bisa pergi jauh.... Ia
tidak punya uang....."
Bouw Pek lantas lari pulang, buat ambil kopiah, kemudian
keluar pula, dengan sewa kereta ia pergi ke Pweelek hoe.
"Baru sekarang aku merasa puas..." pikir Bouw Pek selagi
ia bercokol diatas kereta "Begitu lama aku bekerja untuk Sioe
Lian akan cari tunangannya, baru sekarang aku berhasil.
Nyata Soe Ciauw pemuda cakap dan gagah, ia pantas buat
jadi pasanganya Sioe Lian. Sekarang ia kabur, tidak apa. Ia
tentu tidak berani nikah Sioe Lian. sebab ia anggap dirinya
miskin Lantaran ia keliru menyangka halnya perhubunganku
dengan si nona. Rupanya ia tidak tega buat bikin aku berkecil
hati, karena dengan adanya dia aku tidak bisa nikah Sioe Lian
perasaan yang belakangan ini keliru. Ia nyata belum kenal
hatiku. Ia mau berkorban untuk aku, terang ia tidak bisa lupai
sinona. Lihatlah, Sampaipun buat robah she dan nama, ia
tidak pakai she lain hanya she Jie! bukankah Jie itu berarti Jie
dari dirinya sendiri. Jie dari Beng Jie Siauwya" Tidaklah itu
menyatakan tentang perihal rasa hatinya yang sejati?"
Ingat demikian, Bouw Pek ingin betul bisa temukan anak
muda itu. sampai Siauw Hong dan Sioe Lan datang supaya
mereka berdua bisa dinikahkan. Dengan mereka menikah, ia
juga berbareng bisa lupakan Sioe Lian.
"Lekasan sedikit!" ia lalu kata pada tukang kereta.
Kapan sebentar kemudian lantas sampai ke Pweelek hoe
paling dulu la pergi ke istal akan cari Siauw Jie, tetapi seorang
bujang beritahukan, bahwa Siauw Jie. telah pergi sedari tadi
dan belum kembali.
"Aku sekarang mnu keremui Jie ya." Bouw Pek pesan
bujang itu, kalau sebentar Siauw Jie pulang kau jangan kasih
ia pergi lagi, kau lekas2 kasih tau padaku"
Setelah pesan begitu. Bouw Pek masuk ke dalam.
Beruntung beginya, Tiat Pweelek kebetulan ada dirumah,
pangeran itu sambut ia dengan luar biasa gembira ia girang
hingga kegirangan itu terpeta nyata pada wajah mukanya.
"Aku lihat cahaya mukamu sangat terang rupanya kabar
girang telah datang padamu " Tiat Pweelek menegor lebih
dulu. Bouw Pek heran, hingga ia melongo.
"Apa artunya ini, Jie ya?" ia tanya.
"Kemarin aku telah terima suratnya Tek Siauw Hong"
pangeran itu jawab sambil tertawa. "Ia bilang ia akan lekas
pulang. barsama Sin Chio Yo Kian Tong dan nona Jie Sioe
Lian! Ia bilang juga dalam suratnya itu, bahwa sinona Jie
adalah nona gagah dari jaman kita ini, bahwa kau dulu pernah
pieboe dengan ia untuk merangkap perjodohan Siauw Hong
bilang, si nona sekarang datang ke Pakkhia untuk cari kau,
maka Siauw Hong berniat, begitu lekas mereka sudah sampai
disini, akan rangkap jodoh kau berdua, supaya kau bisa
dirikan rumah tangga yang beruntung!
Bouw Pek teitawa, tetapi kemudian ia menghela napas.
"Jieya tidak ketahui, urusan sebenarnya ada lakonnya yang
panjang" ia berkata. "Dan sekarang aku datang pada Jie ya
justru dengan maksud mohon bantuan kau untuk bereskan
urusannya nona Jie itu."
Mendengar demikian, Tiat Pweelek berhenti bersenyum.
"Cobalah jelaskan," ia kata
Anak muda kita lantas berikan keterangannya, mula2
tentang pamili Jie itu, kemudian perihal bagaimana ia
didustakan oleh sobatnya hingga ia pieboe dengan nona Jie,
hingga ia jadi kecete. sebab sinona sudah punya tunangan,
lantaran malu ia jadi berangkat kekota raja. Ia juga ceritakan
perihal musuh pamili jie, bagaimana perkelahian telah
menjadi, bagaimana ia bantu pamili itu sampai ia
mengantarkan sampai di soanhoa Segala apa ia menutur
dengan jelas, begitupun tentang lenyapnya Bcng Soe Ciauw,
hingga ia turut membantu akan cari anak muda itu.
Tiat Pweelek tertarik hatinya, apabila ia sudah dengar
semua ia sampai menghela napas.
"kalau begitu, peruntungan nona Jie malang sekali" ia kata.
"Dan kau mencinta melulu mencinta, wujudnya tak ada,
aku harus menyatakan menyesal terhadap kau...."
Tapi Bouw Pek segera unjuk roman sungguh
"Tidak demikian, Jieya" ia berkata. "Kelihatannya Jieya
masih belum mengerti betul tentang aku. Benar tadinya aku
mengharap dan menyintai nona Jie, tetapi begitu lekas aku
ketahui ia sudah tidak merdeka, aku lantas lupai dia. Melulu
karena kami telah berkenalan dan aku ingat nasibnya yang
malang itu, aku selalu masih suka perhatikan ia. Beng Su
Ciauw itu katanya pemuda gagah, aku ingin cari ia, supaya ia
bisa menikah nona Jie. Sejak sampai di Pakkhia ini, aku sudah
dengar keterangan, aku sudah minta bantuan disana sini
untuk cari dia. Setengah tahun hampir lewat sejak daya
upayaku itu, adalah baru hari ini aku dapat cari Beng Su Ciauw
itu" Tiat Pweelek menjadi sangat tertarik.
"Jadinya Bsng Su Ciauw itu berada di Pakkhia ini?" ia
tegaskan. "Bagaimana tentang bugeenya?"
Bugee adalah yang pangeran ibi tanya paling dulu !
"Beng Su Ciauw lebih muda dua tahun dariku, tetapi
bugeenya tinggi, lebih ilmu pedangnya" bouw Pek kasi tahu.
"Aku pernah piebu dengan Beng Su Ciauw, aku telah
keluarkan seantero kepandaianku, kesudahanaya kami
berimbang. Aku rasa ilmu Lweekangnya barangkali lebih tinggi
dari aku, Ringkasnya, Beng Su Chuw adalah tandingan
satu2nya yang aku pernah ketemukan sejak aku mengembara.
M?ka kalau ia datang pada nona Jie. mereka adalah pasangan
yang sembabat!"
Bukan main tertariknya panteran Boan ini.
"Kau telah dapat cari ia, kenapa kau tidak mau undang ia
untuk datang kemari?" ia kata. "Aku ingin sekali menyaksikan
kepandaiannya. Dan kalau nanti Tek Siauw Hong datang
bersama nona Jie, kita boleh atur hingga mereka bepdua
menikah, dengan begitu berdua maksud mereka kesampaian,
dan kita telah lakukan suatu perbuatan yang baik sekali!"
Bouw Pek tertawa buat dengar dan lihat tingkahnya orang
bangsawan ini. "Aku telah dapat cari Beng Su Cauw aku telab cekal ia,
namun ia bisa loloskan diri dan lari" ia terangkan
Tiat Pweelek mengawasi dengan tajam, ia sangka oraug
hendak permainkan ia. Ia unjuk roman yang menyatakan tidak
puas tapi Bouw Pek torus bersenyum.
"Coba tebak, Jieya, siapa Beng Su Ciauw itu?" ia tanya.
Tapi sebelum dapat jawaban, ia sudah melanjutkan: "Dia itu
bukan lain daripada Jieya punya Siauw Jie"
Mau tidak mau, Tiat Siauw Fweelek menjadi melengak.
"Apa" Siauw Jie berkepandaian demikian tinggi?" ia tanya
kemudian. "Benar, Jieya !" Bouw Pek pastlkan "Ia memang punya
kepandaian tinggi, terhadap Jieya aku tidak berani mendusta
atau omong main2. Dengan sebenarnya, orang sebagai Beng
Su Ciauw, melainkan aku seorang yang sanggup layani ka!au
manusia bangsa Oey Kfe Pok mereka itu mesti rubuh!"
Sampai disitu, Bouw Pek jelaskan bagaimana malam itu ia
telah pieboe dengan Siauw Jie, yang datang dengan
menyamar untuk mencuri pedang, sedang lebih dulu dari pada
itu ia memang sudah tertarik paia Siauw Jie, yang berani
campur mulut selagi ia layani pwealek itu pieboe, hingga
seterusnya ia cari tahu hal ihwalnya. Ia unjuk, bagaimana
malam itu Siauw Jie kabur tapi besoknya datang pula
memulangkan p?dang, bagaimana Siauw Jie rawat ia selama
ia sakit hingga selanjutnya mereka jadi sobat
"Selama itu aku tetap tidak ketahui rahasianya" Bouw Pek
menutur lebih jauh "Aku telah minta ia robah cara hidupnya
supaya ia tidak lagi jadi bujang istal, aku hendak tudaya
menolong ia, tapi ia menam pk malah ia pesan aku agar aku
tidak omong suatu apa tentang ia terhadap Jieya ia kata ia
tidak ingin namanya jadi terkenal, ia kuatir nanti terbit onar
yang tak diinginkan. Tadi ketika ia ketahui nona Jie akan
datang, ia telah bujuk aku buat nikah nona itu, sedang difihak
lain ia nyatakan, bahwa ia mau pergi keselatan dan untuk
selamanya ia tidak niat kembali ke Utara ini. Dari sikapnya ini
aku justeru jadi curigai ia semakin keras. Dengan tiba2 aku
cekal ia dan Beng soe Ciauw, apamau ia loloskan dir1 dan
kabur, barusan aku susul ia diistal, katanya ia belum kembali.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah maka sekarang aku datang pada Jieya. maksudku
minta bantuan Jieya guna tahan ia supaya kita bisa recoki
perjodohannya dengan nona Jie..."
Setelah dengar keterangan Itu, buat sesaat Tiat pweelek
melongo, mukanya lantas berobah menjadi merah bahna
jengah. "Benar benar aku punya mata, tetapi tidak ada bijinya! ia
akui kemudian. "Sudah hampir satu tahun Siauw Jie tinggal
sama aku, kenapa aku tidak ketahui ia sebenarnya pemuda
gagah" Coba orang luar ketahui ini ,apa orang tidak akan
tertawai aku dan katakan aku sudah tidak pandang mata pada
orang pandai?"
"Duduknya hal yang sebenarnya bukannya demikian, Jieya,
"Bouw Pek menghibur. "Sebenarnya bukan Jieya yang tidak
mampu melihat orang, hanya adalah Beng Soe Ciauw yang
sangat pandai selimuti diri! Bagaimana Jieya bisa menduga,
yang didalam istal bisa ada orang pandai seperti ia?"
Tiat Pweelek manggut":
"Aku mengerti omongan kau" kata ia "Kau dan Beng Soe
Ciauw tidaklah kecewa menjadi orang orang gagah sejati.
yang bisa memandang jauh. Msnurut aku, Beng Soe Ciauw
kabur dari Soanhoa boe bukan melulu disebabkan
kekuatirannya terhadap musuh-masuhnya, itu hanya
disebabkan oleh soal lain. yang masih gelap bagi kita. Mustahil
orang gagah seperti ia mesti takut musuh sampai mesti
umpatkan diri, tukar she dan nama" Kenapa ia mesti siksa diri
bersembunyi diistal dan menuntut penghidupan demikian
sengsara" Bahwa ia telah menyingkir dari kau, itulah tentu
disebabkan ia ketahui adanya perhubungan diantara kau dan
nona Jie dan ia menyangka perhubungan kau itu sudah
mendalam, maka ia mau mengalah. Tentu ia mengalah sebab
ia tidak mampu menikahi nona itu dan agar hatimu tidak
menjadi terluka. Dimana kau telah ketahui rahasinya, aku
percaya ia tidak akan balik lagi kesini. Maka aku pikir bila nanti
nona Jie sampai disini, baiklah kau terima ia dan menikah
Anggaplah Beng Soe Ciauw sudah mengalah dan kau yang
gantikan ia. Menurut aku, kejadian ini tidak melanggar
aturan." Bouw Pek dengar ucapan itu dengan unjuk senyuman
tawar. "Melanggar adat sih tidak, tetapi pada liangsim, bagaimana
aku bisa pertahankan itu?" ia bilang. "Aku telah kenal Beng
Soe Ciauw dengan baik, ia telah tolong aku selama aku sakit,
bagaimana sekarang, bukannya aku berdaya buat balas budi
itu, aku justru rampas tunangannya" Sekalipun aku binatang,
tidak nanti aku lakukan perbuatan tidak pantas seperti itu !
Maka sekarang Jieya tidak bisa tidak, aku mesti cari Soe Ciauw
sampai depat, atau kalau nanti nona Jie sampai disini, aku
tidak ketemui dia!"
Tiat Pweelek goyang goyang kepala dengan berbareng
merasa kagum. Beng Soe Ciauw keras kepala dan aneh tetapi
juga anak muda ini tidak kurang koekoaynya.
"Sekayang baiklah kita tunda dahulu semua hal. mari aku
berdaya akan cari Siauw Jie" ia bilang akhirnya sambil tertawa
"Aku tidak nyana Siauw Jie bisa bodohi aku begitu lama! Kalau
nanti aku dapati dia, aku ingin saksikan sampai dimana
liehaynya boegeenya"
Pangeran ini lantas perintah Tek Lok pergi keistal buat
pesan semua bujang, kalau Siauw Jie pulang, tukang roskam
itu jangan dikasi pergi kemana mana kecuali kalau dia sudah
ketemu padanya, dan sesuatu bujang lainnya ditanya, siapa
yang tahu Siauw Jie suka pergi kemana, supaya dia lekas
dicari buat dipanggil pulang
Selama menantikan, Tiat Pweelek ajak Bouw Pek omong
hal lainnya, seperti urusannya Oey Kie Pok, Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. Sampai sekian lama Siauw Jie belum juga
muncul. Tiat Pweelek mau beristirahat, ia pergi kedalam dan
tamunya diminta terus duduk sendirian akan menunggui
Oleh karena soak Bouw pek ambil buku dan kitab buat
dilihatnya, tapi sampai lama juga masih saja Siauw Jie belum
kembali dan kabar dari bujang lainnya juga tidak ada, hingga
ia jadi tidak sabar.
Raja muda ini dapat lihat orang tidak sabar.
"Bouw Pek, jangan kau ibuk tidak karuan" menghibur raja
muda ini. "Unpama kata Siauw Jie benar benar pergi dan tidak
kembali, kau juga tidak usah buat pikiran. Kalau si nona Jie
nanti sampai disini, suruh saja dia sendiri cari tunangannya
itu. Bouw Pek berdiam, ia menghela napas. Sekarang ia
menyesal, kenapa pada Siauw Jie ia omong halnya Sioe Lian
serta kasi lihat surat Siauw Hong, hingga sekarang
menyebabkan onar semacam ini. Ia bingung bagaimana ia
harus menjawab andai kata Sioe Lian telah sampai dan
tanyakan ia tentang tunangan itu Menjawab dengan mendusta
ia malu, tapi ia tidak memberi keleterangan pun salah juga......
Tiat Pweelek tahan lebih jauh anak muda ini, ia perintah
koki lekas sediakan barang hidangan dia bsrsama sama sianak
muda ia duduk bersantap.
Menurut Tiat Pweelek, urusannya Beng Soe Ciauw dan Jie
Sioe Lian mudah cuma aneh, tetapi dimatanya Bouw Pek
urusan itu sangat sulit dan memusingkan kepala, maka juga
tidak heran, kendati barang makanan lezat semua, makannya
tidak bernapsu.
Sampai maghrib, Tek Lok yang pergi ke istal telah balik
dengan warta: "Siauw Jie benar benar tidak pulang"
"Aku lihat betul betul anak itu tidak akan kembali!" kata
Tiat Pweelek akhirnya. sambil tertawa, tangannya mengangkat
cawan arak. "Biarlah ia pergi! Kau jangan banyak pikir, sudah
cukup bagimu yang kau telah lakukan kewajibanmu untuk
mereka berdua......."
Bouw Pek manggut, ia tidak bilang apa2 karena ucapannya
pangeran itu tidak bisa hiburkan ia, hingga ia bisa merasa
lega. Tidak lama mereka berhenti dahar dan minum tapi tuan
rumah masih layani tamunya duduk minum the beromong
omong lebih jauh,
Sedikitnya Tiat Pweelek sudah terkena pengaruh air kata.
"Bouw Pek" kata ia akhirnya, "malam ini kau tidak usah
pulang, kau nginap saja disini"
Tapi anak muda kita menolak.
?Tidak bisa, Jieya" ia menyahut "aku perlu pulang. Siapa
tahu kalau Beng Su Ciauw telah menantikan aku digereja"
"Bila demikian, baiklah kau boleh pulang, tetapi besok kau
mesti kembali kemari," berkata Pweelek itu. "Disini kau jangan
kuatir, kalau Bang Su Ciauw kembali, aku pasti akan tahan
dia" Setelah kata begitu, Tiat Pweelek menguap, tubuhnya
disenderkan dipambaringan.
Bouw Pek tahu yang pangeran itu sudah ngantuk. maka ia
lantas pamitan Ketika ia keluar dari istana, langit sudah
berobah menjadi gelap. Ia pulang dengan sewa kereta. Kapan
ia masuk dlpekarangan bio ia lihat daun2 rontok berarakan, ia
bertindak ke kamarnya, ia harap Beng Su Ciauw ada didalam
sedang menantikannya, siapa tahu ia hanya masuk dalam
kamar yang gelap dan kosong. Ia lantas pasang api. Tatkala ia
melihat ketembok, ia terperanjat, karena pedangnya tinggal
satu, yang hilang adalah pedang mestika dari Tiat Pweelek,
yang Su Ciauw pinjam secara mencuri tapi segera diantarkan
pulang kembali. Dan kapan ia memandang keatas meja, ia
lihat pit, bak dan bakhie malang melintang, diantara itu ada
sepucuk surat. Ia segera sambar surat itu, buat baca
bunyinya, seperti berikut:
"Toako Bouw Pek "
Sekeluarnya kau dari kamar ini, aku lantas kembali dan
ambil sebuah pedang dan segera dihari itu juga aku berangkat
meninggalkan Pakkhia Aku minta taako tidak usah mensiakan
ketika aku pergi susul atau cari aku.
Bertahun tahun aku merantau dan terlunta lunta, sekarang
aku akan mulai lagi penghidupan itu, Aku punya ayah dan ibu,
tetapi dengan mareka itu aku tidak bisa ketemu lagi. Apakah
artinya penghidupan macam ini"
Diantara nona Jie dan aku memang ada perhubungan
perjodohan, tapi jodoh tinggal jodoh, untuk mewujudkan itu
tidak ada. Maka, toako, andai kata kau cintai nona itu,
silahkan kau lamar ia dan menikah. bagiku tidak ada halangan
suatu apa. Dengan kepergianku ini barangkali aku tidak akan kembali
ke Utara. Umpama masih ada jodoh diantara kita dilain waktu
bisalah kita bertemu pula. Maka itu dengan jalan inii aku ambil
selamat berpisah dari toako. Terimalah hormatnya
Jie Jie" Bouw Pek jadi mendongkol.
"Beng Su Ciauw, kau seperti juga permainkan aku!" kata ia
dalam hatinya. "Apakah kau anggap aku Lie Bouw Pek
bukannya laki2, bukannya hoohan?"
Ia lempar surat itu, lalu duduk bingung.
Dengan jalan memutar dan umpatkan diri, Siauw Jie
menghilang dari matanya pemuda itu, setelah ia lihat pemuda
itu menuju ke pweelekhu, ia segera balik ke kamarnya buat
ambil pedang kuno itu dan tulis suratnya, yang ia tinggalkan
diatas meja. Coba ia punya uang, pasti ia sudah lantas
tinggalkan Pakkhia. Tapi karena sakunya kosong ia terpaksa
menunggu sampai malam, pada kira jam empat ia pergi ke
Pweelekhu, dimana ia telah lakukan suatu perbuatan yang
berani. Tiat Siauw Pweelek sudah menikah banyak tahun dan ia
juga punya seorang gundik, meski demikian ia tidak terlalu
suka berdiam dikamar isteri atau gundiknya itu, ia lebih suka
tidur sendirian dikamar tulis.
Demikian hari itu, lantaran dapat Lie Bouw Pek sebagai
kawan, ia sudah minum sampai agak sinting. Ia susah pulas.
Diluar jendela, suara angin terdengar nyata, bawa udara
dingin. Untuk besarkan api, Tiat Pweelek berbangkit, kemudian ia
lihat jam, yang telah mengutarakan pukul tiga lewat. Tiba2 ia
ingat halnya Siauw Jie, sebagaimana tadi siang Bouw Pek
ceritakas padanya,
"Entah sekarang sudah pulang atau belum ......" demikian
ia pikir, ..menurut ceritanya Lie Bouw Pek, ia benar2 seorang
luar biasa Andai kata ia benar2 gagah, seharusnya ia tinggal
padaku sebagai kauwsu atau pahlawan, aku pasti tidak akan
perlakukan ia secara sembarangan. Biarlah dua hari lagi Siauw
Hong datang bersama2 si Nona Jie aku nanti recoki jodoh
mereka, supaya mereka menikah. Kenapa ia dan Bouw pek
main saling mengalah" Kenapa ia hendak jauhkan diri"
Kenapa ia umpatkan diri, tukar she dan nama dan tidak mau
angkat muka dihadapan orang banyak" Rahasia apa yang ia
sembunyikan" Kenapa ia tidak mau menikahi Nona Jie dan
lebih suka mengalah terhadap Bouw Pek?" ia curigai anak
muda itu, karena Bouw Pek pernah pieboe dengan si nona dan
antarkan sinona dalam suatu perjalanan jauh, hingga ia kuatir
di antara Nona Jie dan pemuda itu ada perhubungan
kecintaan Kecurigaan semacam ini memang bisa timbul....
Apakah oleh karena kecurigaan ini maka ia mau menyauhkan
kaki diluar kamar.
Pangeran ini menduga duga dengan tidak ada hasilnya
Justeru ia sedang berpikir terus tiba2 kupingnya dapat
tangkap suara tindakan kaki diluar kamar.
"Apa Tek Lok disitu?" ia menanya, karena ia duga
hambanya mendusin.
Tidak ada jawaban, kendati juga teguran itu diulangkan
dua kali. Tentu saja pangeran ini jadi heran dan curiga, maka
ia lompat turun dari pembaringannya dan sambar pedangnya.
Ia berniat keluar akan melongok.
Belum sampai orang bangsawan ini bertindak masuk.
Orang ini puoya roman cakap dan gagah, terutama sepasang
matanya tajam. Mula2 Tiat Pweelek terperanjat, tetapi lekas juga ia
kenalkan Siauw Jie, maka ia terkejut berbareng girang luar
biasa. Hingga sambil tertawa ia mendului menegor.
"Siauw Jie kau datang, bagus" demikian serunya. "Satu hari
lamania aku dan Bouw Pek telah tunggui kau! Duduklah dan
dengarkan aku bicara Jangan kau nampaknya kesusu.
Sekarang aku ketahui kau adalah Beng Su Ciauw, kau boleh
penrcaya aku, kesukaran apa juga kau hadapi, aku sanggup
bantu kau Setelah kata begitu, pangenran ini menunjuk kurdi
dipinggiran. Sikapnya manis, suaranya sabar.
Siauw Jie unjuk hormatnya sambil tertawa ia mendului
menegor, tetapi ia tidak mau duduk, hanya berdiri disamping
dengan Sikap merendah:
"Jieya aku sekarang mau pargi" ia berkata. "Aku hendak
pinjam seekor kuda, dari itu aku tidak bisa tidak memberi tahu
pada Jieya"
Sehabis kata begitu, ia balik tubuhnya hendak berlalu.
Tiat Pweelek. yang sudah duduk duluan, lekas berbangkit,
tangannya ia ulurkan pegang tangannya anak muda itu.
"Jangan kau pergi" ia kata. "Aku hendak omong banyak
padamu" Tapi Beng Su Ciauw dengan cepat sudah berada, diluar
kere. "Apa yang Jieya mau bilang, semuanya aku sudah dapat
tahu" ia kata. "Tapi sekarang aku mesti pergi, tidak bisa lain"
Tiat Pweelek tidak mau lepaskan bujang istal ini, ia
memburu keluar, tepi kapan ia sampai diluar, Bang Su Ciauw
sudah lenyap berikut bayangannya, cuma angin dingin yang
menyambar orang bangsawan ini.
Tiat Pweelek dongak kegenteng ia memandang dengan
melongo. Ia ketahui Beng Soe Ciauw sudah menghilang
diwuwungan rumah dan ia sudah tidak mampu ilmu loncat
tinggi dan ilmu entengkan tubuh. Mata kesudahannya ia jadi
masgul dan mendongkol sendiri.
"Belum pernah aku ketemu orang aneh seperti dia...." ia
kata dalam hatinya sambil menghela napas. Dengan lesu ia
bertindak masuk. Diluar kamar ia lihat Tek Lok sedang
meringkuk dangan nyenyak.
"Tek Lok, Tek Lok?" ia memanggil bangun. "Ada penjahat
masuk kedalam kamar, tapi kau enakkan tiiur saja!
Tek Lok merayap bangun matanya kesap kesap.
"Ada apa ada apa?" ia taaya berulang ulang.
"Lekas bangun!" berseru pangeran itu yang jadi


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendongkol, hingga ia sentil kuping orang "Kenapa kau tidur
seperti bangkai hidup?"
Baru sekarang Tek Lok bangun dengan kelabakan, sembari
pakai bajunya, ia kata
"Masih belum terang tanah, kenapa Jieya sudah bangun?"
"Ada arang!" menyahut raja muda ini. "Tadi ada orang
tidak dikenal diatas genteng, aku mendusin karena dengar
suara apa" rupanya ia seperti Siauw Jie. maka pergi kau
keistal, lihat Siauw Jie ada disana atau tidak! Periksa juga apa
ada yang hilang. Tapi ingat, kau tidak boleh bikin banyak
ramai" Tek Lok menurut dengan terpaksa dengan melawan hawa
dingin ia pergi keistal, tetapi didalam hatinya ia tidak habisnya
merasa heran: "Jie ya aneh" demikian ia pikir. "Tadi siang Seantero hari
Jieya ibuk mencari Siauw Jie sekarang sudah tidur, sudah
malam, ia masih tidak bisa lupai tukang roskam itu. Apa bisa
jadi Jieya sedang mimpi dan masih belum sadar" Apa perlunya
Siauw Jie datang kemari dan apa perlunya malam Jieya cari
dia?" Sesampainya diluar, Tek Lok banguni dua kawan, buat
mereka itu temankan ia pergi keistal.
Tiat Pweelek telah masuk kedalam kamarnya dengan
perasaan masgul. Ia terus pikirkan halnya Beng Su Ciauw Jie
atau Jie Jie. Setelah lewat sekian lama, barulah Tek Lok balik dengan
tersipu, dengan napas memburu.
"Jieya, benar2 aneh" ia berseru begitu lekas ia sampai
didepan majikannya. "Siauw Jie tidak kembali, tetapi pintu
istal telah terbuka, begitu juga pintu pekarangan dan kuda
hitam Jieya telah lenyap ......"
Tiat Pweelek unyuk senyuman dingin, ia tidak menjadi
kaget, kendati ia tetap merasa heran.
"Mari" kata ia dan segera berbangkit
Tek Lok siap dengan lenteranya buat antarkan majikannya
ini, yang mau pergi sendiri keistal, kemudian, setelah dapat
kepastian dari lenyapnya kudanya, ia lantas kasi bangun
semua cintengnya dan beberapa bujang lain.
"Pergi kau keperbagai pintu kota!" demikian ia menitah,
"Justeru pintu kota belum dibuka, kau mesti susul dan cari
Siauw Jie, siapa dapat menyandak, ia mesti bawa pulang
Siauw Jie bersama kudanya"
Semua cinteng dan bujang merasa heran, tetapi karena
titah itu penting, dengan tidak banyak omong lagi. Mereka
bawa lentera dan pergi dalam rombongan berdua atau
bertiga. Mereka menuju ke berbagai pintu kota, dengan lawan
serangannya hawa dingin.
Seterusnya sampai pagi Tiat Pweelek tidak tidur lagi.
Sesudahnya terang tanah, semua cinteng dan bujang telah
pulang dengan beruntun, laporan mereka serupa, yaitu Siauw
Jie dan kudanya tidak dapat dicari, sedang waktu pintu kota
dibuka, pemeriksaan dilakukan dengan bantuan penjaga kota,
tetap tiada hasilnya.
Pangeran Boan ini menjadi sangat heran.
"Apakah bisa jadi sampai sekerang ia belum keluar dari
kota" " ia pikir. Ia hampir penasaran dan hendak kasi titah
supaya gerbang pintu kota dijaga keras, baiknya ia baca
berpikir lebih jauh: "Ah, sudahlah, biarlah kuda itu aku kasi
persen padanya"
Tidak jadi monyusul Beng Su Ciauw, ia perintah orang pergi
undang Lie Bouw pek.
Anak muda kita datang tak lama kemudian, ia banting kaki
apabila telah diterangkan tentang Siauw Jie datang dan pergi
dengan pinjam kuda secara paksa.....
"Benar2 hebat " berkata ia dengan menyesal .Ketika
kemarin aku susul kemari, ia justeru balik dan masuk
kekamarku akan tulis surat dan ambil pedang kuno yang Jie
ya berikan kepadaku, aku tidak sangka, bahwa ia akan datang
kemari untuk pinjam kuda. Ia sudah punya kuda dan pedang
ia pasti kabur jauh hingga tidak ada harapan lagi akan kita
bisa cari atau susul dia......"
"Tentang kuda itu aku tidak pikir lagi" Tiat Pweelek kata,
"aku hanya tidak habis pikirkan kelakuan Su Ciauw yang aneh
itu! Ketika tadi malam ia datang, aku tidak sangka. bahwa ia
akan hendak ajak ia omong banyak, supaya ia jelaskan
kesukaran atau kesulitannya padaku, siapa tahu, dengan tidak
memberitahukan Su Ciauw yang aneh lantas angkat kaki....."
Bouw Pek kerutkan alis.
"Tatkala aku berada di Soanhoanhu, aku juga dengar yang
putera kedua dari Beng Loo piaow tauw beradat kukoay,
sekarang aku teiah buktikan kebenarannya keterangan itu"
berkata ia. "Ia sekarang sudah kabur, jikalau aku tidak
sanggup cari bagaimana nanti aku memberi keterangan pada
nona Oyie Siu Lian?"
Tiat Pweelek turut menjadi bingung dan masgul, tetapi
kemudian ia kata :
"Aku kasi nasehat padamu, supaya urusan ini kau jangan
pikir pula banyak" Oleh karana sudah pasti kau tidak berniat
menikahi nona Jie, orang lain niscaya tidak bisa paksakan itu
padamu, kalau nanti nona Jie datang, kau boleh ceritakan
padanya semua kejadian yang sebenarnya, bahwa Beng Su
Ciauw lari bukannya lantaran desakan kau. niscaya nona Jie
tidak bisa sesalkan atau persalahkan kau. Sekarang yang
penting adalah halnya Teng-couw hie Biauw Cin San dan kim
chio Thio Giok Kin. Kau harus pikir biar matang, kau
sebenarnya sanggup layani mereka itu atau tidak.... kau mesti
ingat, sekarang kau baru saja sembuh dan tenagamu
mestinya masih belum balik pulang semuanya jikalau karena
kalah tenaga kau menjadi kena dikalahkan, tidak saja
pamormu menjadi jatuh, juga muka terangku akan turut2
monjadi guram ...."
Mendengar demikian, Bouw Pek unjuk sikapnya yang
garang. "Tentang ini aku minta supaya Jieya jangan buat kuatir!" ia
kata dengan sungguh2. Bukannya aku tekebur, tetapi Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin itu aku sama sekali tidak pandang
sebelah matapun. Aku hanya menyesal yang Beng Su Ciauw
sudah pergi dari sini. jikalau ia ada dan membantu aku,
sekalipun ada delapan atau sepuluh Biauw Cin San berikut
Thio Giok Kin, aku tidak jetih barang sedikit juga!"
Tiat Pweelek bsrsenyum kapan ia dengar itu dan lihat sikap
orang yang keren tetap jumawa.
"Bouw Pek benar gagah dan berani...." berpikir ia. "Aku
harap supaya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin lekas datang,
agar aku bisa saksikan pertempuran mereka ..."
Lie Bouw Pak tidak berdiam lama sama Tiat Pweelek, oleh
karena pikirannya kusut sekali, ia pamitan dan pulang ke Hoat
Beng Sie Ia sangat berduka. Memikir Beng Su Ciauw, ia
masgul bsrbareng mendongkol dan kagum. Ia mendongkol
karena ia ditinggal mentah2, la masgul lantaran mesti
berpisah, dan ia kagum buat keberanian dan kekerasan hati
orang. "Kalau nanti Siu Lian sampai disini, aku tidak bisa ketemui
dia" ia berpikir lebih jauh.
Sementara itu, sore itu Cia Loo mama, yalah ibunya Siam
Nio, telah datang mencari anak muda kita. kabarnya adalah
sakitnya Ciu Siam bertambah berat, bahwa si nona setiap
waktu menangis saja....
Kabar ini mendukakan anak muda kita, akan tetapi ia tidak
kentarakan itu.
"Itulah hasil perbuatan kau sendiri, aku tidak berdaya untuk
menolong." ia kata. la hanya menghela napas. "Sekarang
terimalah dua puluh taii perak dari aku, kau pakai itu
sepertinya, aku sendiri tidak bisa pergi lagi akan ketemui
ia.....- Benar Bouw Pek ambil dua puluh tail dan serahkan itu pada
si nyonya. "Sekarang lekaslah kau pulang, kau panggil thabib atau beli
obat untuk cui Siam, aku lagi ruwat pikiran, aku tidak bisa
omong banyak" ia kata.
Cia Mama. terima uang itu, ia menghaturkan terima kasih.
Dasar doyan omong, masih saja ia mau ngoce buat unjuk
bahwa pemuda itu berhati murah tapi Bouw pek tidak mau
meladeni, hingga akhirnya nyonya itu pergi sendirinya. Adalah
setelah orang berlalu, baru ia menghela napas berulang-ulang,
beberapa kali ia banting kaki...
"Terang selama satu tahun ini, kesulitan saja yang aku
hadapi .... " ia kata seorang diri dengan masgul. "Selagi
ketemu Siu Lian, selagi ketemu Cui Siam, selagi ketemu Beng
Su Ciauw. semua itu ada kesukaran belaka.... Kalau aku tidak
tengok Cui Siam aku sebenarnya keterlaluan, tetapi apabila
aku peigi padanya, bagaimana andaikata aku
kena terlibat pula"... Aku telah berikan uang, aku rasa aku
telah cukup lakukan kewajibanku ....."
Benar Bouw Pek bisa keraskan hati akan tidak tengok Cui
Siam Sementara itu, selang beberapa hari, tentang Beng Su
Ciauw tetap tidak ada kabar ceritanya, begitupun perihal
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin yang katanya diundang oleh
Moh Po Kun, sedang piauwsu itu tidak terkabar sudah pulang
ke piauw tiamnya
Seantero hari nganggur saja, setiap saat pikirannya kusut
Bouw Pek jadi lenyap kegembiraannya, hingga akhirnya ia
pikir baik berlalu saja dari kota raja. Dari pamannya pun ia
tidak dengar kabar apa2 perihal pekerjaan yang ia cari.
"Baiklah aku pergi papaki Biauw Cin San dan Thio Giok Kin"
demikian ia ngelamun akhirnya.
Tapi, sebelum pikiran ini diwujudkan, tiba2 Tek Siauw Hong
pulang dari perjalanannya bersama2 ketua dari Coan Him
Piauw Tiam dari Yankeng, yaitu Sio chio Yo Kian Tong, sedang
seorang kawan lainnya adalah tunangan Beng Su Ciauw,
orang yang dibuat kenangan Bouw Pek, yalah nona Jie Siu
Lian, hingga anak muda ini menjadi ibuk sendirinya......
Sioe Lian terus hadapkan kesukaran dan kedukaan dengan
berdiam dirumah keluarga Beng, sudah ia dukai ayahnya yang
telah meninggal dunia secara kecewa, sekarang ia kuatirkan
ibunya, yang terus terganggu kesehatannya sedang dipihak
lain, ia masgul kapan ingat tunangannya yang tidak ketahuan
kamana parannya, sementara tentang "kaburnya" tunangan
itu ia sukar peroleh keterangan yang jelas. Sebenarnya ia
tertarik oleh Bouw Pek, hal ihwal siapa yang pertama kali
datang pieboe untuk memasang ia kata hui dengan jelas. la
dapat kenyataan, kecuali gagah, Bouw Pek cakap dan hatinya
mulia. Difihak lain, pemuda itu telah melepas banyak budi
terhadap pamili Jie. Tapi kendati adanya semua itu, sebagai
seorang yang insyaf ia tidak bisa serahkan hatinya pada orang
she Lie itu. la sudah tidak merdeka dan mesti tunggu Beng
Soe Ciaw tidak pcrduli tunangan itu telah hilang lenyap entah
kemana. Demikian kesukarannya Sioe Lian, demikian juga bersusah
hatinya nyonya Jie. Ia memang telah dirongrong oleh
penyakitnya yang lama, yang suka kumat, sekarang ia mesti
dukai suaminya, ia mesti pikirkan nasib gadisnya, ia mesti
ingat juga hari kemudiannya Ia menyesal kapan mengetahui
bakal mantunya lenyap tak keruan, ia sedihkan peruntungan
tipis dari anak daranya itu. Bagaimana juga, ia tidak bisa
merasa tenteram menumpang pada besannya, sebab anaknya
masih belum menikah.
Didalam rumah tumpangan Ini, kecuali merawat ibunya,
Sinona Lian juga mesti bantu mertua perempuannya dan
layani ipar perempuan atau po'emnya. Ia berkecil hati buat
ketahui mertua perempuan itu cuma pegangi insbo dan
membaca doa guna memohon pulangnya anaknya kedua yang
hilang, sedang sang ipar, yaitu Ouw ie, isterinya Beng Soe
Ciang, nyata seorang yang hatinya dengki. Ia ini mula2 masih
berpura pura baik, akan selewatnya beberapa hari ia berani
perlakukan nona kita sebagai bujang ...."
Sioe Lian biasa hidup merdeka, meski bukan gadisnya
hartawan, ia toh hidup cukup makan dan pakaian, sedang ia
terpalajar sempurna, maka mana ia bisa bekerja sebagai
bujang" Akan tetapi sekarang, dalam keadaan seperti itu,
selagi ibunia menderita sakit, ia terpaksa mesti sabarkan hati
dan terima nasibnya itu. Maka juga setiap hari, setiap saat ia
harap harap kembalinya Lie Bouw Pek bersama sama Beng
Soe Ciauw, agar tentang dirinya bisa terdapat kepastian, agar
tidak lebih lama ia hidup superti tersiksa. Tapi, sudah
berselang setengah bulan sejak perginya Bouw Pek, soe Ciauw
tidak nampak pulang.
Sementara itu Beng Soe Ciang. anak sulung dari Beng Eng
Siang, toapenya, telah pulang dari bepergian. Ia punya tubuh
tinggi dan besar, mukanya hitam dan brewokan. Ia heran
kapan lihat nona kita dan ibunya apa pula mereka ini
berkakung, dengan tidak banyak pikir lagi, dengan suaranya
yang keras, ia kata pada isterinya:
"Dasar keluarga kita yang sial dangkalan! Kenapa sekarang
datang dua orang perempuan dengan pakaian berkabung"
Kenapa sih mereka tidak bawa barang sedikit juga" Aku kuatir,
siang atau malam perusahaan kita akan ambruk Kemudian ia
tambahkan dengan kejam: "Si loojie sudah pergi lama sekali,
turut katanya Sin chio Yo sam ya, ia sudah mampu diluaran,
sekarang datang bakal isteri dan mertua perempuannya,
bagaimana ini?"
Atas itu sang isteri berikan jawabannya, yang tidak kurang
hebatnya. Ia ini kata:
"Kenapa kau banyak mulut terhadap aku" Orang she Jie
itu, ibu dan anak, datang kemari bukan aku yang undang!
Adalah keluargamu sendiri yang kesudian terima datangnya
sibinatang macan putih, kenapa ngaco belo pada kami?"
Dengan "bintang macan putih" Pek houw chee ia
maksudkan bintang sial.
Didalam kamarnya Sioe Lian dengar pembicaraannya suami
isteri itu, yang jadi toape dan toa oeynya, ia gusar bukan
main, sempai tubuhnya gemetaran, tetapi kapan ia juga
dengar ibunya merintih, hawa amarahnya ia bisa tahan,
apapula ibu itu, yang yang lihat anaknya gusar, dengan sangat
telah nasehatkan ia untuk bersabar. Hanya mendengar
keterangannya Yo Sam ya, seperti katanya Beng Soe Ciang, ia
terperanjat. Apakah warta itu benar bahwa Beng Soe Ciauw
sudah menutup mata"
Tidak bisa ditahan lagi, air matanya nona ini turun barketel


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katel.... Lagi beberapa hari telah lewat, lantas Sioe Lian ketahui
jelas perihal keadaannya keluarga Beng ini.
Beng Eng Siang berharta, perusahaannya maju tetapi
selama itu kekuasaan semua ada ditangan anak sulung dan
anak kedua. Yang bungsu diperlakukan berat sebelah, maka
juga kajadian berbareng dengan terbitnya onar, Beng Soe
Ciang telah kabur dan tidak mau balik kembali. Beng Soe
Ciang sebaliknya berkepala besar dan berani adatnya keras
dan kasar, hingga ayah dan ibunya juga "malui" dia. Berterang
Soe Ciang tidak berani usir ibu dan anak itu akan tetapi
didalam kamarnya bersama isterinya, ia suka bikin banyak
ramai, ia sindir sana dan sindir sini pada dua tamu itu.
suaranya sengat tidak manis buat didengar oleh kuping ibu
dan anak itu. Penyakitnya Jie Loo thaythay terus bertambah berat, tapi
pamili Beng tidak taruh perhatian, syukur lagi ibu dan anak
itu, disitu ada Toa Kim kong Lauw Keng, yang mau tolongi si
nyonya tua pergi panggil thabib dan belikan obat.
Sioe Lian rawat ibunya dengan sungguh ia
mendampinginya siang dan malam.
Kira2 satu bulan lebih telah lewat.
Pada suatu hari, Jie Loo thaythay meninggal dunia, Sioe
Lian menjadi sedih bukan main, layonnya nyonya tua itu telah
diurus sampai masuk dalam peti mati dan dititipkan dalam
gereja Hok Sioe Sie dalam kota Soanhoa. Pada Toan kim kong
Sioe Lian kata ingin berlalu dari Soanhoa hoe untuk
pergi ke tempat lain Ia unjuk, bahwa tak menyenangkan
untuk ia tinggal lebih lama didalam rumah pamili Beng.
"Keadaan kau memang sulit, nona" ia kata. "Tapi diluaran
kau tidak punya sanak dan kadang, kemana kau hendak
pergi?" "Aku punya sepasang golok yang bisa lindungkan aku,
kemana juga aku pergi aku tidak takuti"
"Aku tahu kau mengerti boegee, nona" ia berkata. "Aku
tahu, kemana kau pergi tidak nanti ada orang bisa ganggu
kau. Tapi aku bukan bicara tentang keselamatanmu aku
maksudkan penghidupan kau. Sesudah berada ditempat lain.
apa yang kau hendak kerjakan?"
Ditanya begitu, mukanya Sioe Lian menjadi merah.
"Aku mau pergi mencari tahu halaya Soe Ciauw," ia
aku"Kabarnya ada Sin chio Yo Sam ya yang kenal dia. aku
hendak minta keterangan dari orang she Yo itu"
Lauw Kang menghela napas.
"Aku minta nona jangan percaya obrolannya toa ciangkoei"
ia berkata. Dengan toa ciangkoei, ia maksudkan Soe Ciang
"Sin chio Yo Sam ya itu adalah piauwtauw Yo Kian Tong di
Yankeng, ia benar pernah dua kali bertemu jie
Siauwctiangkoei, tetapi mereka tidak bersobat kekal. Dulunya,
setelah ketahui kaburnya siauwciangkui. kami pernah pergi ke-
Yankeng minta keterangan dari Yo Sam ya. tetapi Yo Sam ya
bilang ia tidak pernah ketemu siauw ciangkoei Adalah baru
sekarung mendadak toa ciangkui kata, bahwa Siauw ciangkui
telah menutup mata, ia tidak omong langsung, hanya ia bawa
namanya Yo Sam ya. Siapa mau percaya itu" Buat omong
terus terang Toan-kim kong tambahkan, kaburnya siauw
ciangkui adalah disebabkan dua hal: pertama tama untuk
menyingkir dari ancaman bahaya, sebagai akibat keonaran
yang ia terbitkan, dan kedua guna menyingkir dari engko dan
ayahnya yang perlakukan ia secara dingin, beda dan
keterlaluan. Apabila nona tetap hendak cari siauw ciangkui,
menurut aku baik nona cari ia di Kauw gwa, karena disana ia
punya banyak sobat dan kenalan"
Siu Lian manggut2.
JILID KE l6 BERSELANG lagi dua hari Siu Lian kembali kerumah pamili
Beng, buat terus dengan diam bersiap untuk bikin perjalanan.
Tapi berbareng dengan itu ia lagi-lagi mesti mengalami
kejadian yang bikin ia naik darah dan menyesal itu adalah
tingkahnya Beng Soe Ciang, si toape. Ia ini sejak
meninggalnya Jie Loo thaythay, tidak lagi unjuk roman bengis,
angkuh atau dengki, sebaliknya setiap kali ia bertemu atau
berpapasan dengan nona kita, lantas pada mukanya yang
hitam tertampak senyuman manis Siu Lian menduga orang
kandung maksud buruk, ia tidak suka meladeni. Inipun salah
satu pendorong kenapa ia jadi ambil putusan getas untuk
selekas mungkin angkat kaki dari rumah pamili itu.
Demikian pada suatu hari, nona Jie pergi ketemui Beng Eng
Siang buat kasih tau maksudnya untuk bepergian, sebagai
alasan ia kata ia hendak tengok kuburan ayahnya di Jie sie tin
di Beng touw. "Kau baik bersabar" berkata Beng Eng siang "tunggu lagi
beberapa bulan, setelah aku sediakan uang, kau pergi kesana
bawa peti layon ayahmu pulang ke Kie lok uutuk dikubur
ditanah dengan baik. Lagian, dengan kau pergi sendiri, aku
kuatir...."
Sioe Lian ketahui orang menahan ia dengan berpura pura,
tetapi ia terpaksa menggunai akal maka ia menjawab bahwa
ia suka menunggu. Disebetah itu dengan diam ia telah
bermufakat dengan Lauw Keng, demikian pada satu pagi,
diluar tahunya ia apa juga, dengan gendol buntalannya, Sioe
Lan keluar dari Piauwtiaw. Ditempat yang dljanjikan, Lauw
Keng telah tunggu, ia dengan kudanya siap sedia.
"Lauw Toako, sampai ketemu" berkata nona kita setelah ia
lompat naik keatas kuda itu.
"Sampai ketemu soemoay," Lauw Keng jawab. "Aku harap
kau berhati hati diluaran Andaikata ada terjadi sesuatu apa
aku minta kau lekas kirim kabar padaku"
"Terima kasih, toako!"
Sioe Lian segera kas! kudanya lari meninggalkan kota
Soanhoa hoe, menuju ketimur
Nona Jie berdandan serba hijau beju dan celana yang
ringkas. Sepasang golok siangtoo menambah besarnya
hatinya, malah bisa dibilang, karenanya ia menjadi kepala
besar. Itu adalah senjata yang ia telah pakai bertempur. Ia
anggap. kecuali Lie Bouw Pek, tidak ada orang lain lagi yang ia
boleh pandang tinggi!
Sekarang ini Jie Sioe Lian bikin perjalanan untuk cari
tunangannya berbareng mengharap keterangan musuhnya
umpama Thio Giok Kin, Tio Cit Houw dan lain2 untuk
membikin pembalasan, oleh karena mereka itu orang yang
mendesak dan menyebabkan kematian ayahnya.
Dalam perjalanan in;, dengan tak mendapat kesukaran
nona Jie telah sampai di Yankeng, malam itu segera dapat
bertemu dengan Sin khio Yo Kian Tong. hingga piauwtauw
heran melihat ia dikunjungi oleh seorang nona muda dan elok.
yang datang sendirian dengan berpakaian singsat dnn
membekal senjata. Adalah setelah pembicaraan, baru ia
ketahui yang ia sedang berhadapan dengan puterinya
almarhum Tiat cie tiauw Jie Hiong Wan atau tunangannya
Beng Soe Ciaaw.
"Beng Eng Siang Loo piauw-tauw adalah sobatku dari
banyak tahun." ia berkata, untuk menerangkan hal dirinya
lebih jauh" dan dengan dua saudara Soe Ciang dan Soe
Ciauw, beberapa kali aku telah pernah bertemu, hanya, halnya
Soe Ciauw sejak ia meninggalkan rumahnya aku tidak ketahui
sama sekali Tentang Soe Ciauw, pada siapapun aku tak
pernah menerangkan bahwa ia teiah menutup mata"
Sioe Lan menyesal mendengar keterangan itu, tetapi
berbareng ia merasa lega bati, karena sekarang terbukti
obrolan palsu dari Soe Ciang.
Ia sebenarcya sudah mau pamitan, ketika seorang lain,
yang berada bersama-sama ia selagi ia bicara pada Yo
Piauwtauw, berbangkit dan campur mulut.
Orang ini, dar usia pertengahan, bertubuh kate, tetapi
pakaiannya manyatakan ia seorang yang hidup mewah. Itulah
tidak heran, oieh karena ia adalah Tek Siauw Hong yang sejak
kena diancam dipakkhia, sudah terima tugas baru, untuk
sekalian menyingkir dari ancaman bahaya, ia telah selesai
kerja di Jathoa dari sana, dalam perjalanan pulang, ia mampir
di Yankeng Sinkhio Yo Kian Tong, sahabat karibnya dari
banyak tahun. Disini Siauw Hong mampir, seperti kita ketahui
pertama untuk sambangi sobat lama itu dan kedua guna
tunggu Lie Bouw Pek.
Sin khio Yo Kian Tong juga telah dapat namanya pemuda
kita. ia girang waktu ia dengar pemuda itu hendak datang
maka kedatangaanya ia harapkan, siapa tahu sampai sekian
lama Bouw Pek masih belum muncul Siauw Hong tentu saja
tidak ketahui sebab kelambatannya Bouw Pek, hingga ia jadi
heran. "Inilah aneh" ia nyatakan pada suatu hari. "Kenapa Bouw
Pek masih belum juga datang" Bukankah disana ada Tiat
Pweelek, yang tolong dia" Apakah perkaranya itu mempunyai
ekor atau menyebabkan onar lain?"
"Aku kira perkaranya tidak mempunyai ekor dan ia tentu
telah keluar dari penjara" Yo Kiaa Tong utarakan dugaannya
"Aku lebih lebih percaya, yang ia telah ditahan oleh Tiat
Pweelok. Maka aku pikir sekarang baik diatur begini kita
tunggu lagi beberapa hari, andaikata ia tetap tidak datang,
aku nanti kawani kau pergi Pakhhia. Disana aku sekalian
hendak tengok Khoe Kong Ciauw dan terus beberapa hal lain"
Tek Siauw Hong setujui pikiran itu, ia malah merasa girang
jago tua ini suka menjadi kawannya dalam perjalanan. Ia
sebenarnya tidak ketahui yang Yo Kiam Tong menduga,
bahwa Bouw Pek bisa jadi tidak luka datang ka Yankeng
Itulah sebabnya kenapa sampai sebegitu jauh Siauw Hong
masih belum pulang. Maka kebetulan sekali, justru Yo Kian
Teng asik bersiap untuk bikin perjalanan ke Pakkhia, hari ini
Jie Sioe Lian datang. Melainkan piawtauw itu tidak puas yang
Beng Soe Ciang bawa namanya dengan bilang ialah yang kata
bahwa Soe Ciauw telah binasa.
Selagi Yo Kian Tong bicara pada nona Jie. Siauw Hong
diam diam telah perhatikan nona itu. Ia girang bukan main
bisa ketemu nona ini. ia lihat orangnya elok, maka ia merasa
pantaslah Lie Boow Pek tidak bisa lupai nona ini.
"Soe Ciauw dibilang, barangkali ia tidak dapat diketemukan
Lagi baiklah aku rangkap jodohnya dengan Bouw Pek"
demikian Siauw Hoog pikir. Dengan begini aku akau bikin
Bouw Pek puas dan tidak akan bertingkah lagi.
Begitulah, selagi si nona mau pamitan Siauw Hong segera
perkenalkan diri dan unjuk, bahwa ia sobatn Bouw Pek. bahwa
ia mendengar Bouw Pek sebut namanya sinona yang dibuat
kagum dan diharap harapannya
Warta halnya Bouw Pek diterima dengan girang oleh Sioe
Lian yang tidak sangka disitu ia bisa dengar haln|a penolong
yang gagah dan berhati baik itu. Air mukanya berobah
menjadi merah mendengar perkataannya siauw Hong tetapi ia
toh tidak menjadi likat.
"Lie Bouw Pek itu adalah in hengku " ia kata. Ia sebut
Bouw pek sebagai in heng atau saudara, pada siapa ia
berhutang budi. "Ketika ayahku menutup mata, ialah yang
bantu urus perguburannya, sedang waktu ibu dan aku pergi
ke Soanhoa hoe, ia juga yang antarkan. Aku memang berniat
cari ia di Pakkhia
"Nona mau pergi ke Pakkhia, itulah bagus" kata Siauw
Hong dengan girang. "Kita boleh pergi bersama sama Belum
setengah tahun Lie Bouw Pek berada dikota raja ia sudah
angkat namanya ia telah takluki Km too Phang Bouw, telah
kalahkan Hoa thyio Phang Liong Sioe Bie too Oey Kie Pok dan
orang kosen lain lagi Sekarang ini ia punya banyak sobat,
maka bila nona cari ia dan minta bantuannya, aku percaya,
perkara bagaimana besarpun ia mestinya sanggup urus"
Sioe Lian girang mendengar keterangan itu. Ia memang
lagi bigung, tidak tahu kemana ia mesti menuju. sekarang ia
ketahui Bouw Pek ada di Pakkhia dan namanya terkenal, inilah
kebetulan. Iapun mau pencaya Tek Siauw Hong, roman siapa
baik, sedang orang Boan ini dari Lweeboe hoe dan jadi sobat
kekalnya Yo Kian Tong dan Bouw Pek juga.
"Baiklah" ia jawab "Aku suka pergi bersama2. Kapan tuan
hendak berangkat?"
Tek Siauw Hong tunjuk Yo Kian Tong.
"Yo Shako ini juga mau pergi ke Pakkhia, kita baik
berangkat bsrsama sama." ia bilang. "Sekarang Yo Shako
sedang bikin persiapan, baik nona bersabar dan menunggu
dua hari disini"
Sioe Lian nyatakan setuju, ia menghaturkan terima kasih.
Yo Kian Tong sebenarnya masih sangsi dan ia kuatir,
dengan si nona bersama sama mereka, nanti bisa terbit suatu
dan lain hal. akan tetapi karena Tek Siauw Hong sudah ambil
putusan, ia tidak kata apa lagi selainnya menurut saja.
Begitulah Sioe Lian jadi menumpang di Coan Him Piauw
Tiam, dimana ia berkumpul dengan ibunya Yo Kian Tong,
sementara Yo Kian Tong sendiri sudah cepatkan persiapannya,
antaranya ia mengantar beberupa kereta piauw.
Tek Siauw Hong girang bukan main, ia telah tulis dua
pucuk surat dan telah upahkan orang bawa suratnya itu ke
Pakkhia. Itu adalah surat2 yang Bouw Pek dan Tiat Pweelek
terima, dengan kemudahan Bouw Pek menjadi bingung, Tiat
Pweelek menjadi girang.
Pada hari yang telah ditetapkan, Yo Kian Tong berangkat
meninggalkan Yankeng, Siauw Hong bersama ia, begitupun
nona Jie Siu Lian. Dua2 kawan ini gembira ! Siu Lian ingin
lekas sampai supaya ia bisa ketemu Lie Bouw Pek dan Tek
Siauw Hong ingin lekas sampai agar ia bisa rangkap jodobnya
kedua anak muda itu.
Selama dalam perjalanan sering2 Siauw Hong curi pandang
nona Jie, setiap kalinya, ia manggut dengan puas, ia puji mata
Bouw Pek yang awas.
Memang orang mesti menyesal seumur hidupnya jikalau ia
tidak mampu dapati nona ini sebagai isteri" demikian ia
memikir. "Adalah siorang she Beng yang peruntungannya
buruk, dari kecil sudah kabur dari rumah, mati atau hidup
tidak ketentuan, hingga ia bikin nasibnya si nona turut malang
sebagai ia.... Apakah tidak kasihan akan lihat nona ini mesti
menderita untuk mencari ia
Yo Kian Tong duduk anteng diatai kudanya Yang bawa
tumbak mestikanya "sin-khio" adalah muridnya bernama Tan
Kim Po. Piauwnya telah diiring oleh lima piauwsunya,
antaranya Sun Cit dan Lauw Gouw. ia tidak merasa kesepian,
karena jumlah mereka cukup besar.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tek Siauw Hong sendiri selalu diiringi oleh Siu Jie yang
senantiasa siap deagan cui-hunnya.
Kertas piauw dipasang bendera dan kelenengan,
disepanyang jalan kelenengan itu saban2 berbunyi, hingga
suaranya membikin orang tidak menjadi lesu......
Selang dua hariy rombongan ini sudah sampai di Kieyongkwan.
"Pada beberapa bulan yang lalu adalah di sini kita bertemu
Lie Bouw Pek" kata piauwsu Sun Cit dan Lauw Gauw dan
mereka segera tuturkan bagaimana caranya orang she Lie itu
telah hajar orangnya Gui Hong Siang.
"Berhubung dengan itu, ketika Lie Bouw Pek sampai di
Seehooshia, aku lihat sendiri bagaimana Gui Hong Siang telah
susul ia " Tek Siauw Hong tambahkan. "Gui Hong Siang tidak
mau mengerti, ia tantang Lie Bouw Pek, tetapi kapan mereka
bertempur, dengan mudah ia kena dibikin keok. Adalah sejak
itu, aku jadi kenal Lie Bouw Pek dan kami selanjutnya menjadi
sahabat!" "Rupanya sejak kekalahannya itu, Gui Hong Siang sudah
berlalu dari Kieyong kwan Sin," Sun Cit meneruskan "Pastilah
itu disebabkan ia malu dan mendongkol Sekarang ini diatas
gunung masih ada bebarapa bega1, tetapi mereka bskerja
dikalangan yang ciut. mereka tidak berani ganggu pelancong
yang berombongan besar"
Yo Kian Tong tertarik mendengar pembicaraan itu.
"Kalau begitu, nama besar dari Lie Bouw Pek serupa
dengan kegagahannya," ia pikir. "Kalau nanti sampai di
Pakkhia, aku mesti cari ia untuk belajar kenal dan menjadi
sahabatnya. Sungguh besar faedahnya bagi Piauw tiamku,
andaikata Siauw Hong bisa bantu omong hingga ia suka
bekerja sama aku, ia pasti akan menjadi tangan kananku yang
sangat berharga"
Juga Sioe L!an puas dengar cerita tentang Lie Bouw Pek
itu. Ia ngelamun kalau saja bisa menjadi isterinya Bouw
Pek...... Kieyong kwan telah dilewatkan dengan tidak kurang suatu
apa, maka setelah melalui lagi tiga hari, rombongan ini telah
tiba di Pakkhia.
Yo Kian Tong sudah lantas urus beres piauwnya lebih
dahulu, sesudah itu ia ajak semua orangnya pergi ambi1
kamar dihotel Thian Hok diluar pintu Tiian-mui sedang Tek
Siauw Hong langsung ajak Jie Siu Lian ke Tang Su-tian tiauw,
kerumahnya sendiri.
Nyonia Tek yang tua, yalah ibunya Siauw Hong, apabila
ketahui hal ihwalnya si nona yang sebatang kara ini, sambut si
nona dengan girang dan hormat, karena ia merasa kasihan
lantaran peruntungannya yang malang, dalam usia begitu
muda mesti jadi yatim piatu dan menderita demikian hebat.
Juga Tek Nay-nay merasa girang sekali kedatangan tamu
sebagai nona kita, yang cantik manis dan halus budi
pekertinya, ia menyambut dan melayani dengan manis seperti
mana mertuanya. Dan ketika Siauw Hong tuturkan hubungan
apa ada diantara si nona dan Bouw Pek, ia juga setuju, malah
ia ingin lekas jodoh itu bisa dirangkap dengan syah......
"Biarlah aku lantai omong sama sinona" kata isteri ini
"Sabar jangan dulu " mencegah sang suami, "kita tidak
boleh terburu napsu, kita mesti bertindak dengan pelahan.
Pertama kita mesti dapat kepastian tentang Beng Su Ciauw, ia
benar sudah mati atau masih hidup. Kita mesti dapat
kepastian yang hatinya sinona sudah mati terhadap
tunangannya itu. Kedua kita juga mesti cari tahu pikirannya
Lie Bodw Pek, ia sabar, tapi adatnya kukuh, jangan kita keliru
bertindak nanti segala apa menjadi gagal dan kacau balau"
Tek Naynay setuju pendapat suaminya itu.
Hari itu juga Tek Siauw Hong berangkat ke Hoat Beng Sie
akan cari Lie Bouw Pek, justeru anak muda kita waktu itu
sedang berada diistananya Tiat Pweelek, maka ia perintah Hok
Cu bawa kendaraannya ke Pweelekhu. Tatkala ia sampai,
selagi matahari sudah mendekati tengah langit, justeru Tiat
Pweelek baru habis temani Lie Bouw Pek bersantap dan
mereka sedang duduk pasang omong peyihal Beng Su Ciauw.
Siauw Hong paling dulu unjuk hormat pada tuan rumah,
kemudian dengan Lie Bouw Pek ia saling mengasi hormat.
Keduanya gembira sekali.
"Menyesal aku tidak bisa lantas susul kau, toako" kata
Bouw Pek kemudian. Ia kasi tahu apa sebabnya, yalah
larangan buat meninggalkan Pakkhia dan sakit. "Sekarang
juga ada hal lain lagi, yang bikin aku mesti tunda lebih jauh
perjalananku menyusul kau" Dan ia ceritakan hal bakal
kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, melulu atas
bisanya Oey kie Pok yang licin dan jahat Untuk tidak unjuk
kelemahan aku mesti tunggui mereka itu Syukur sekarang
toako sudah pulang...."
Siauw Hogn manggut2.
"Aku telah mengerti sama saudara, " ia berkata. "Akupun
telah dengar halnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin itu.
Kalau mereka datang kita tidak usah takut. Kau tahu, aku
telah dapat undang dua pembantu yang berharga untuk kau
yang satu adalah Sin khio Yo Kian tong. Namanya hampir
tiada orang yang tidak ketahui sedang ilmu tumbak dari Khoe
Kong Ciauw udalah buah pimpinannya. Aku percaya, ia akan
sanngup layani Kim khio Thio Giok Kin. Ysng kedua adalah
orang tentang siapa aku lebih dahulu sudah tulis surat
kepadamu yaitu nona Jie Sioe Lian. Ia sekarang berada
dirumahku."
Lantai Siiuw Hong ceritakan bagaimana selama menunggu
di Yankeng dirumahnya Yo Kian Tong, kebetulan datang si
nona itu, yang mau pergi cari Beng Soe Cinuw, yang akhirnya
suka ikut ke Pakkhia. apabila ia itu dengar v pamyYi *h' L:o
ada dikota raja. Setelah kisi t*hu, yang iSunyt nona Jie sudah
msautui mite, Siauw Hoag lantas utarakan, maksud ha tinya.
Bouw Pak 'erlnru ?k?i dsigar meiiaggal nya Dnetnythty
yeng bi k budi itu. Iapun terharu dan kasihan pada S u L;an,
yang io karang di y a d i piatu. Ia menghela napas.
"Toako," kemudian ia kata pada Siauw Hong, didepan Jie
ya. buat omong terus terang, aku mesti sesalkan kau. Kenapa
kau berlaku begini sembrono" Jie Siu Lian seorang perempuan
yang sudah ada suaminya dalam hal ini, tunangannya. Difihak
lain, aku telah tolong ia dalam kedudukanku sebagai semacam
saudara angkat. Maka coba kau pikir, jikalau aku mesti
menikahi dia, apa itu tidak lucu?"
Siauw Hong tidak puas dengan ucapan ini "Kau main gila,
sobat" pikir ia. "Dulu dirumahku, selagi duduk minum, kau
sebut Siu Lian, yang kau rindukan, kenapa didepan Pweelek
sekarang kau berpura" menjadi satu kuncu" Oa, sobat, kau
terlalu!.......
Meski ia berpikir demikian tapi ia tak berani tegor sobat ini.
"Kau masih belum ketahui, toako" Bouw Pek kata pula
sambil menghela napas. "Setelah hari itu kau berangkat, kami
disini mengalami lagi suatu kejadian luar biasa. Dengan Jieya
baru saja aku bicarakan urusan aneh itu......"
Bouw Pek lantas certakan bagaimana ia ketemu Beng Soe
Ciauw yalah tunangannya Jie Sioe Lian, Ia tuturkan lelakonnya
Soe Ciaaw alias Siauw Jie dengan panjang lebar, sampai
paling belakang sikapnya anak muda berobah, sebab ia telah
baca suratnya orang she Tek ini, bahwa akhirnya Soe Ciauw
kabur dengan bawa pedang kuno dan pinjam kudanya Tiat
Pweelek. yang sekarang kita tidak ketahui, kemana ia ada....." kata
Bouw Pek akhirnya.
Lagi2 ia menghela napas
Siauw Hong bingung apabila ia sudah dengar semua
penuturannya itu, iapun heran.
"Ya, benar benar sayang....." akhirnya ia kata.
Bouw Pek sementara itu telah bicara lebih jauh.
"Untuk singkirkan kecurigaan, guna kebaikanku, aku tak
ingin ketemui nona Jie" demikian ia kata.
Siauw Hong menjadi bingung.
Tiat pweelek yang heran karena sikapnya Beng Soe Ciauw,
telah utarakan pula keheranannya dan menyatakan
sayangnya. "Kalau begini duduknya hal percuma saja aku kegirangan
buat saudara Bouw Pek" kata Siauw hong akhirnya pada tuan
rumah. Tapi ia bersenyum ,Sekarang tidak ada jalan lain, kita
mesti cari Beng Soe Ciauw, kendati juga dengan pelahan"
"Kelihatannya kita memang cuma bisa perbuat demikian"
sahut Tiat Pweelek, yang lalu utarakan keinginannya bertemu
dengan Yo Kian Tong
"Sebenarnya Yo Kian Tong sendiri sudah lama ingin
menemui Jie ya" Siauw Hong kasi tahu. "tetapi karena ia tahu
dirinya itu ia orang dari kalangan piauwhang dan tidak punya
urusan langsung, ia jadi tidak berani sembarangan kunjungi
Jie ya" "Itulah bukaanya soal." Tiat Pweelek ter tawa. "Aku juga
tidak pangku pangkat! Maka terbilang orang boleh punya
perkenalan atau perhubungan padaku, apapula Yo Kian Tong
yang terkenal bukan baru setengah atau satu tahun"
"Jikalau begitu, baik besok saja dibikin pertemuan" Siauw
Hong bilang "Besok aku akan adakan peryamuan sekedarnya,
untuk saudara Bouw Pek dan Yo Kian Tong, aku minta
Jieya sudi berbuat baik terhadap aku deagan turut
mengunjungi perjamuan itu. Bagaimana Jieya pikir?"
"Baiklah, besok aku nanti hadir!" jawab Tiat Pweelek sambil
tertawa. "Aku pikir kau baik undang juga Khoe Kong Ciauw"
Siauw Hong kerutkan alis kapan ia dengar nama itu.
"Sebetulnya aku jarang berhubungan dengan Khoe Kong
Ciauw" ia kasi tahu. "Ia sobat kekal dari Oey Kie Pok, kalau
kita undang ia, apa ia tidak akan duga bahwa kita lagi berdaya
akan pengaruhi ia mengenai Kie Pok itu" Aku kuatir ia tidak
mau datang......
"Kau keliru" Tiat Pweelek kata "Memang Khoe Kong Ciauw
dan Oey Kie Pok bersobat rapat, akan tetapi semua
perbuatannya Kie Pok, Kong Ciauw tidak setujui, malah ketika
Kong Ciauw ketahui Kie pok mengirim orang buat undang
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, dua kali Kong Ciauw sudah
cari Kie Pok untuk ditegor. Karena itu berdua mereka hampir
kebentrok dan putus perhubungan. Aku tahu Khoe Kong
Ciauw dan Yo Kian Tong punya perhubungan rapat, jikalau
kau undang ia bersama Yo Kian Tong, ia pasti akan datang"
Siauw Hong akhirnya nyatakan setuju. "Baiklah, aku akan
undang ia" ia bilang.
Lie Bouw Pek girang dengan perjamuan yang akan
diadakan itu, ia memang ingin ketemui Khoe Kong Ciauw,
yang ia baru dengar namanya saja.
Setelah itu mereka bicara lagi urusan lain sampai akhirnya
Siauw Hong pamitan dengan diturut oleh Lie Bouw Pek.
Sesampainya diluar Siauw Hong ajak Bauw Pek sama sama
naik keretanya untuk pergi kerumahnya, tetapi anak muda ini
menampik. "Hari ini aku tidak bisa pergi" ia kata. Besok aku tentu akan
datang, akan sekalian tengok pehbo dan enso. Kalau sebentar
toako sampai dirumah, jagalah supaya nona Jie tidak datang
mencari aku digereja, bujuklah ia supaya ia suka tinggal
dengan sabar dirumah toako. Aku harap tidak lama lagi aku
bisa cari Beng Soe Ciauw buat diajak pulang."
Setelah kata begitu, dengan air muka berduka Bouw Pek
lantas ngeloyor pergi.
Siauw Hong goyang kepala melihat kelakuannya sobat itu,
tetapi ketika sisobat sudah pergi jauh, ia tertawa sendirinya ia
anggap sobat itu lucu
"Apakah artinya ini?" demikian ia kata seorang diri. Ia naik
keretanya dan berjalan pulang. Sesampainya dirumah, ia
masuk langsung kedalam
"Apa hari ini nona Jie tidak pergi kemana2?" ia tanya
isterinya. "Tidak" Tek Naynay menyahut.
"Aku lihat ia tenang"
Siauw Hong melihat kesekitarnya, lalu ia kata dengan
perlahan2 "Aku tadinya anggap Beng Soe Ciauw tidak akan dapat
dicari, lantaran itu aku berani pikir dan berdaya untuk rangkap
jodohnya Bouw Pek dengan si nona Jie, tetapi hari ini aku
dapat kenyataan anggapanku itu keliru, Barusan di Pweelek
hoe aku ketemu Bouw Pek, mendengar ia, urusan ternyata
telah berobah secara hebat"
"Apakah itu?" tanya Tek N?ynay yang merasa heran dan
jadi tertarik hatinya.
Siauw Hong tuturkan halnya Soe CiauW, sebagaimana ia
dengar dari Bouw Pek.
Mendengar itu Tek Naynay goyang goyang kepala, iapun
agaknya menyesal
"Urusan benar sulit" Kata Siauw Hong akhirnya. "Aku lihat,
akhirnya urusan tidak akan jadi menyenangkan. Ketika Bouw
Pek sakit, Siauw Jie rawat ia. Bouw Pek masih belum tahu,
Siauw Jie adalah Soe Ciauw, tidak heran apabila ia omong
segala apa, sampai halnya nona Jie. Rupanya Bouw Pek
omong perihal pieboenya dengan nona Jie dan ia utarakan
kekagumannya, barangkali juga rasa hatinya. hingga Soe
Ciauw jadi dapat anggapan keliru dan menyangka diantara
mereka ada menyelip percintaan lantaran mana, untuk tidak
membikin Bouw Pek kecele dan hati sakit, Soe Ciauw lantas
mengalah dan pergi, bahwa ia akan tidak mampu nikah nona
Jie, maka la menjadi nekat. Selain ambil pedangnya Bouw
Pek, iapun pinjam kudanya Tiat Pweelek, dengan apa ia pergi
m^nyingkirkan diri, terang untuk mengalah, supaya nona Jie
bisa diserahkan pada Bouw Pek. Kalau ia cemburu, dengki hati
atau gusar, tidak nanti ia pergi, hanya pasti ia terang Bouw
Pek "Apakah itu bisa jadi ?" tanya Tek Naynay, yang heran
bukan main. "Tidak bisa lain," Siauw Hong bilang.
"Sekarang Bouw Pek juga mau menyingkir dari kecurigaan,
ia tidak niat ketemu si nona Jie apakah ini tidak sukar"
Keinginan dari Bouw Pek ini aku sendiri pasti tidak bisa
sampaikan pada nona Jie..."
"Biarlah aku yang sampaikan, nanti kita lihat bagaimana
sikapnya si nona" kata Tek Naynay setelah berpikir sebentar
"Kalau kau sudah kasi tabu kau mesti bisa bujuk dan hibur
dia" Siauw Hong pesan. "Jagalah supaya ia tidak jadi hilang
sabar. Mungkin dalam dua hari ini dari Holam akan datang dua
orang yang berniat seterukan Bouw Pek bila urusan sudah
beres, kita akan cari Beng Soe Ciauw dengan bsrpencaran,


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku percaya kita akan berhasil. Nona Jie mesti dijaga hati hati,
sebab bila kejadian ia kabur inilah sulit bukan main.
"Aku lihat nona Jie sabar dan teliti, barangkali tidak akan
kejadian ia angkat kaki." Tek Naynay bilang.
Tek Siauw Hong manggut sesudah pesan pula isterinya, ia
pergi mencari Yo Kiau Tong akan piauwsoe ini pergi ke Hoat
Beng Sie akan kunjungi Lie Bouw Pek, maka didalam gereja
dua orang itu telah saling bertemu dan berkenalan
Siauw Hong dan Bauw Pek bicara banyak tentang segala
kejadian sesudah perpisahan mereka paling belakang Bouw
Pek tuturkan hal terbunuhnya Poan LdW Sam dan Cie Sielong
dan tentang keadaannya Siam Nio paling belakangan
Orang Boan itu menghela napas, satu tanda ia berduka
mendengar semua ttu.
Kemudian Siauw Hong bicarakan halnya jamuaunya yang
hendak diadakan besok dan ia minta persetujuannya Yo Kian
Tong untuk undang Khoe Kong Ciauw.
Piauwsoe dari Yankeng itu tidak berkeberatan, maka soal
itu telah beres.
Hari Itu Siauw Hong pulang diwaktu sore, ia baru sampai
didalam dan duduk, Tek Naynay sudah lantas datang
menemuinya. "Setelah kau pergi tadi, aku lantas bicara pada nona Jie,
berkata isteri ini, ia sangat berduka hingga kucurkan air mata.
Slnona kata ia ingin ketemukan kau, agar ia bisa menanya
lebih jelas"
Siauw Hong kerutkan alis.
"itulah aku sudah duga" ia menyahut. "Tapi tentang soal
Beng Soe Ciauw itu sedikit juga aku tidak mengetahui! Ia mau
minta keterangan, ia sebenarnya harus cari Bouw Pek. Tetapi
Bouw Pek tidak ingin ketemui ia..... Bagaimana Kau lihat, uru
tan betu|2 sulit!"
la menghela napas berulang2.
Tek Naynay juga berpikir, ia diam saja
Selagi meieka saling bungkam, seorang bujang bertindak
masuk. "Looya, nona Jie minta ketemu" ia kata.
Siauw Hong segera berbangkit
Je Sioe Lian sudah lantas bertindak masuk.
Tek Naynay berbangkit buat minta sinona duduk, tetapi
Sioe Lian tidak ambil kursi, ia hanya hadapi Siauw Hong. Air
mukanya guram, tanda dari sedihnya hati.
"Ngoko, tentang Soe Ciauw, aku telah dengar dari Ngoso,"
berkata ia, dengan perlahan. Ia panggil Ngoko pada Siauw
Hong dan Ngoso pada Tek Naynay, darimana ternyata
perhubungan antara mereka telah menjadi rapat dengan
cepat. "Kenapa Soe Ciauw pergi justru setelah ia ketahui aku
akan datang" Inilah aku tidak mengerti. Sebenarnya, apa yang
Ngoko dengar dari Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong awaskan nona itu. Ia benar2 merasa sukar
akan menjawab Diiuar keinginannya, keringat mengucur
dijidat. ..Aku dengar apa yang benar" akhirnyi ia menyahut juga.
"Yang menjadi soal adalah adat yang aneh luar biaia dari
Saudara Su Ciauw......"
Tapi si nona geleng kepala.
"Itulah bukan soalnya!" berkata ia. "Aku percaya disini
mesti ada keterangan dari toako Lie Bouw Pek!"
"Saudara Bouw Pek tinggal di gereja, kurang leluasa buat
nona kunjungi dia" kata Siauw Hong. "Lain dari itu, sekarang
sudah Yam 1...."
Diantara sinar lampu, Siauw Hong coba pandang nona itu.
Siu Lian pakai baju dan kun hijau, ia nampaknya berduka,
tapi wajahnya menunjukkan rasa tidak puas atau mendongkol.
Siauw Hong serba salah. Ia sebenarnya pandai bicara, tetapi
sekarang, terhadap nona gagah itu, ia jadi bungkam.
Beberapa kali ia menghela napas.
Siu Lian duduk dikursi disamping, dengan sapu tangan ia
susut air matanya. Terang nona ini sangat berduka.
"Jangan terlalu banyak pikir nona" Siauw Hong coba
membujuk. "Besok aku akan bikin perjamuan kecil, aku telah
undang Tiat Pweelek, Khu Kong Ciauw dan Lie Bouw Pek
bersama Yo Kian Teng. maka kita besok ramai2 akan bantu
pikir dan berdaya dalam urusan kau ini. Aku harap kita akan
berhasil mencari saudara Su Ciauw, hingga ia Disa diajak
pulang..."
"Kau baik sekali, Ngoko, terima kasih" kata Siu Lian. "Paling
benar adalah besok aku bisa ketemu dengan Lie Bouw Pek"
"Pasti nona bisa ketemui ia," kata Siauw Hong dengan
cepat. "Kalau besok ia datang, lebih dulu aku akan ajak ia
masuk ke dalam"
Siu Lian puas dengan jawaban itu, maka ia tidak kata apa2
lagi, ia berbangkit dan undurkan diri.
Sekeluarnya si nona, Siauw Hong saling memandang
dengan isterinya. Lagi2 ia menghela napas.
"Juga Bouw Pek aneh! Ia tidak mau ketemui nona Jie,
mana itu bisa jadi?" kata ia.
Siu Lian belum yalan jauh, ia dengar perkataan itu, hingga
ia merandek, tapi ketik ia pasang kupingnya, ia tidak dengar
apa apa lagi, maka ia terus menuju kekamarnya sendiri. Disini
ia duduk sambil mengawasi api.
"Perginya Su Ciauw mesti ada hubungannya dengan Lie
Bouw Pek" ia pikir. Tapi, kenapa Lie Bouw Pek tidak suka
ketemui aku?"
Ia tidak bisa curigai orang sho Lie secara bukan2, ia tahu
hatinya baik, tatapi ia merasa heran sekali dengan sikap orang
itu. "Kenapa Su Ciauw kabur, selagi ia ketahui aku datang dan
cari dia?" ia juga memikir. "Apakah ia tidak punya perasaan?"
SIU LIAN BERPIKIR KERAS DAN menangis Ia telah ambil
putusan akan besok ketemui Lie Bouw Pek. untuk minta
keterangan yang jelas.
Sementara Siauw Hong malam itu sudah berikan titahnya
buat besok orang siap dengan barang makanan guna
perjamuan, supaya thia dibikin bersih dan diatur untuk
perjamuan itu. Yang akan datang adalah Tiat Pweelek dan ia
tidak berani sembarangan.
Maka juga besoknya, pagi2 sakali orang sudah repot.
Dari sekian tamu, Yo Kian Tong adalah yang datang paling
pagi dan paling dulu, ia datang sekalian dengan satu kabar
penting. Ia kata pada tuan rumah
"Aku dengar kabar, Moh Po Kun telah berhasil mengundang
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, mereka akan lekas sampai di
Po-teng" Siauw Hong terima kabar itu dengan hati bercekat, karena
ia ketahui dengan baik meskipun dua orang itu datang untuk
cari Bouw Pek, tapi sedikitnya mereka punya sangkutan
dengan ia sendiri. Dalam beberapa bulan ini siapa tidak
ketahui, yang ia adalah sobat paling kekal dari Lie Bouw Bek"
Kalau nanti Biauw Cin San dan Thio Giok Kin berhasil
mengalahkan Lie Bouw Pek, mustahil mereka tidak akan terus
cari dia juga?"
Meskipun demikian ia bisa hiburkan diri dan lupai urusan
itu. Ia merasa puas yang perjamuannya adalah untuk orang
besar, yalah yang satu seorang pangeran dan yang lain
seorang bangsawan turun temurun. Itu adalah tamu yang
orang lain tak gampang bisa diundang.
Belum lama Siauw Hong temani Yo Kian Tong pasang
omong, Lie Bouw Pek lalu muncul. Lantas saja tuan rumah
kasi tahu tamunya itu, bagaimana Siu Lian telah desak ia dan
si nona Ingin sekali ketemu dengan anak muda itu.
Bouw Pek goyang kepala, ia menghela napas, terang ia
merasa sukar. "Sebenarnya aku tidak ingin ketemu nona Jie," berkata ia.
"Taruh kata aku bertemu dengannya keterangan apa aku bisa
berikan" Mana aku bisa jelaskan sebabnya, kenapa Soe Ciauw
angkat kaki dari sini" Aku sebenarnya harap2 lekas datangnya
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, agar aku bisa segera tempur
mereka dan dapat keputusan. Kecuali aku binasa, aku berniat
pegi merantau, guna cari Beng Soe Ciauw, buat paksa ia
ketemu nona Jie"
Siauw Hong juga berduka.
"Aku pikir lebih baik kau ketemui juga nona Jie ia kasih
pikiran. "Nona itu mengerti aturan dan adatnyapun tidak
keras, akan tetapi, diwaktu bicara, adakalanya ia berkukuh.
Bicara terus terang, lauwtee, aku sebenarnya jerih terhadap
nona itu....."
Bouw Pek bersenyum mendengar pengakuan itu, tetapi
lagi2 ia menarik napas.
"Kalau aku ketemu Sioe Lian, apa aku mesti bilang?"
demikian ia terbenam dalam kesangsian.
Menampak kelakuannya dua orang itu ,Yo Kian Tong
akhirnya turut bicara.
"Tidak bisa tidak. nona Jie itu perlu diketemui," ia bilang,
cuma untuk sementara ini, ia perlu dikelabui. Dipihak lain kita
mesti bisa cari jalan buat bisa cari Beng Soe Ciauw sampai
dapat" Bouw Pek manggut.
"Memang ini jalan satu2nya" ia aku coba tidak ada
urusannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin niscaya aku
siang2 sudah berlalu dari Pakkhia ini"
Siauw Hong tidak bilang apa2 ia cuma goyang kepala.
"Bagaimana Soe CiauW bisa disusul dan dicari?" kata ia
dalam hatinya. Pria muda dan sebatang kara, ia menunggang
kuda, ia sudah sampai dimana......Negara begini luas......."
Justeru itu Sioe Jie masuk, dengan warta hal sampainya
Khoe Siauw Houwya. Tetapi hampir berbareng dengan itu,
orang itu sudah lantas muncul, karena ia tidak mau menunggu
diuar lama" dan tidak kasih ketika orang mengabarkan pada
Tek Siauw Hong buat keluar menyambutnya, ia sudah
menerobos terus, hingga Sioe Jie sendiri hampir kesusul.
Gin thio ciangkoen Khoe Kong Ciauw baru berusia dua
puluh tujuh atau delapan, tahun ia beroman cakap dan gagah
sebagaimana tubuhnya kekar dan keren. Ia pakai baju biru
dilapis mahkota hitam Ia pakai kopiah biasa, terapi mukanya
kopiah itu ditabur dengan intan, Begitu ia bertindak masuk
dithia. suaranya sudah lantas terdengar:
"Yang mana tuan Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong bertiga lekas berbangkit buat menyambut.
kemudian tuan rumah tunjuk pemuda kita, maka keduanya
saling memberi hormat Graf itu tidak angkuh, sebaliknya
dengan manis ia kata: "Sudah lama aku dengar nama besar
Lie ya." Kong Ciauw pun awasi anak muda kita, roman siapa
membikin ia kagum.
"Silahkan duduk. kouw ya," Siauw Hong segera
mengundang. Ia berlaku hormat dan manis. Ia tunjukkan kursi
dinas untuk tamu bangsawan itu.
Gin Khio Ciangkoen berlaku sungkan, tetapi akhirnya ia toh
duduk ditempat yang sudah disediakan itu, buat mana ia
menghaturkan terima kasih.
Yo Kian Tong dan graaf itu pernah guru dan murid meski ia
bukannya orang bangsawan, ia toh tidak berlaku seejie.
"Kong Ciauw" ia kata kemudian, sesudahnya semua
terduduk, "kau sobat kekal dari Oey Soe. ia sudah perintah si
orang she Moh pergi mengundang teng Couw hie Biauw Cin
San dan Kim thyio Thio Giok Kin, melulu buay seterukan Lie-ya
ini, dan mereka itu akan lekis datang apa kau kiranya tidak
bisa campur tahu urusan itu"
Ditanya begitu Khoe Koong Ciauw kelihatannya jengah, ia
menghela napas.
"Dalam hal itu aku tak berdaya" ia aku. "Tatkala pertama
kali aku dapat dengar hal, aku sudah tanya Oey Kie Pok, aku
telah kasi nasehat padanya supaya ia jangan Lanjutkan
tindakannya itu Tapi, apakah ia bilang" [a telah menyangkal Ia
kata dingin Lie ya ia tidak bermusuhan, ia tidak kenal orang
she Moh, dan hal kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin dengar pun tidak, katanya. Lantaran sangkalannya itu
hampir kami jadi kebenterok"
"khoe heng dan 0ey Kie pok adalah sobat kekal dari banyak
tahun, aku minta janganlah karena urusanku kau jadi
berselisihan" Bouw Pek berkata.
"tidak demikian, saudara Lie" berkata Khoe Kong Ciauw
"Kalau benar Oey Kie Pok pengaruh uangnya buat undang
orang dari propinsi lain dataag kemari melulu untuk
musnahkan kita, aku tidak takut yang aku kebentrok padanya!
Percaya aku, aku akan tempur Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, untuk lindungi kehormatannya sobatku yang berada di
Pakkhia ini Bouw Pek kagum mendengar suara itu sedang Khoe Kong
Ciaiw telah bicara dengan sikap gagah. Ia tidak sangka Graaf
ini adalah laki2, yang sangat junyung tinggi keadilan.
"Akur, Kong Ciauw " nimbrung Yo Kian Tong. "Begitu
memang seharusnya kau bertindak! Orang lain aku tidak
perduli tetapi Kim Khio Thio Giok Kin kita mesti coba, jikalau
tidak bukan saja kau punya Gin khio, juga aku punya Sin Khio
akan tidak bisa dipakai buat melihat orang lagi "
Nyata jago tua ini tidak merasa senang pada Giok Kin. yang
pakai julukan Kim khio Tumbak Emas. sejak Khoe Kong Ciauw
pakai gelar Gin Khio atau Tumbak Perak dan ia sendiri Sin
khio, tumbak Malaikat
Siauw Hong jadi gembira hingga berseru
"Bagus Aku sekarang justeru ingin mereka itu lekas datang
Aku ingin saksikan Kim khio Thio Giok Kin dan liehaynya
tumbak kau"
kong Ciauw dan Kian Tong senang dengan ucapan tuan
rumah itu. Adalah disaat itu Siu Jie muncul dengan kabar, bahwa Tiat
Pweelek telah datang maka berempat mereka keluar
menyambut undang pangeran ku kedalam dan duduk. Buat
raja muda ini, sebuah kursi lain sudah disediakan.
"Apakah kau dengar Teng couw hie Biauw Cin San dan Kim
Thyio Thio Gok Kin sudah lewati Poteng " berkata pangeran ini
setelah mereka sudah duduk. "Mereka tidak datang berdua
saja, katanya mereka berkawan dengan Tiat teh Ho Sam
Houw, Khie lian kui Ho Kiam Go dan lain2 lagi Barangkali lagi
dua atau tiga hari, mereka akan sudah tiba disini! Sekarang ini
Oey Kie Pok terus2an umpatkan diri didalam rumah, akan
tetapi ia punya banyak kaki tangan yang setiap waktu
menyampaikan berbagai kabar padanya, sedang dipihak lain,


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia upahkan banyak buaya darat buat ruwarkan cerita diwarung
warung teh dan tempat umum lain, katanya Lie Bouw Pek
bersama Tek Siauw Hong akan celaka, karena dari Holam
akan datang sejumlah orang gagah, yang akan bikin mereka
rubuh Katanya juga bahwa Lie bouw Pak pasti akan binasa
dan Tek Siauw Hong akan rudin"
Oleh karena yang sampaikan berita adalah Tiat Pweelek,
Bouw Pek mau percaya obrolan itu maka itu, bahna mendelu
mukanya menjadi merah, matanya jadi melotot.
Siauw Hong mendongkol, tetapi ia bersenyum ewah.
"Aku tidak tahu apa salahku, maka Oey kie Pok hendak
bikin aku rudin?" ia kata dengan sengit "Tentu saja aku tidak
takut, aku tidak sayangi andai kata hartaku ludas Disini aku
punya banyak sobat, yang bersedia bantu aku, maka masih
mesti disangsikan akhirnya yang menjangan akan binasa
ditangan siapa! Aku sebaliknya kuatir Siu Bie too Oey Suya
sekarang ini akan jatuh pamornya, hingga aku ingin saksikan
apa selanjutnya ia masih punya muka kau ketemukan
sobatnya dikota Pakkhia ini"
Khu Kong Ciauw merasa tidak enak sendirinya mendengar
ucapannya Siauw Hong itu, karena ia adalah sobat kekal dari
Oey Kie Pok. Memang benar, kalau gagal, Kie Pok tidak akan
punya muka buat tinggal lebih lama lagi dikota raja. Dipihak
lain andaikata rombongan jagonya Kie Pok menang juga
pamornya sendiri akan terganggu oleh mereka itu, sebab
mereka pastilah tidak mau mengalah atau antapkan nama gin
khio Ciangkun berada diatasan mereka. Maka itu ia menjadi
ibuk sendirinya.
Sekarang tamu telah kumpul semua, Siauw Hong lantas
perintah supaya barang hidangan segera disajikan, kemudian
ia sandiri bantu tuangkan arak kedalam semua cawan dan
anjurkan semua tamu minum dan dahar. Sebagai tuan rumah,
ia berlaku manis dan telaten sekali. Disini ia dapat kesempatan
untuk perkenalkan Yo Kian Tong dengan pangeran itu. hingga
selanjutnya dua orang itu menjadi sobat.
"Mereka itu terdiri atas Thio Giok Kin , Biauw Cin San, Ho
Sam Houw, Ho Cit Houw dan Ho Kiam Go" kata Siauw Hong
sembari main2, "kita disini kecuali aku ada Bouw Pek, Kong
Ciauw dan Yo Sam ya, aku lihat bahwa jumlah kita cukup
untuk layani mereka sayang Beng Su Ciauw tidak ada disini,
tenaga siapa merupakan pembantu yang sangat berharga bagi
saudara Bouw Pek ......"
"Siapa itu Beng Su Ciauw ?" tanya Khu Kong Ciauw. Ia
tidak kenal nama itu.
"ia adalah Siauw Jie, tukang roskam kudaku...." kata Tiat
Pweelek sambil tertawa. "Ia Ia bicafa sambil angkat cawan
araknya, tetipi mendadak mulutnya bungkam.
Dengan tiba2 pangeran itu lihat semua orang berbangkit,
dengan semua unjuk roman terperanjat atau heran, semua
mata ditujukan keluar, kepintu. Maka ia pun segera
menoleh..... Dari luar thia tamu bertindak masuk seorang perempuan
muda yang berkonde dan pakai tusuk konde perak, mukanya
tidak pakai pupur atau yancie, tetapi muka itu elok, tubuhnya
langsing, gerakannya halus tetapi tampaknya sebat dan segar.
Ia pakai baju dan celana hijau, tepatunya putih yang
menambah keheranan adalah tangannya si nona memegang
sepasang golok.
Sesampainya dithia, nona ini manggut pada semua orang
kemudian ia awasi Lie Bouw Pek, pada siapa ia datang lebih
dekat. Mukanya telah berobah menjadi merah sendirinya
"Lie Toako" menegor ia, "apa yang barusan dibicarakan
oleh semua tuan2 disini aku telah dengar semua. Nyata Beng
Su Ciauw sudah pergi dan sekarang ia tidak ketahuan berada
dimana! kim khio Thio Giok Kin mau datang kemari bersama
Ho Sam Houw, Ho Iyit Houw dan Ho Kiam Go, itulah bagus
Mereka semua musuhku, merekalah yang hendak bikin celaka
ayahku, hingga ayah menyingkir dari Kie lok, hingga
kesudahannya belum setengah tahun ayah mesti menutup
mata" tiba2 air matanya sinona mengucur hingga Bouw Pek
jadi terharu bukan main. Kendati begitu, nona ini bisa bicara
terus: "Tuan2, Tolong kasi tahu aku, dimana beradamu thio
Giok Kin sekalian, aku hendak balas sakit hatinya ayahku.
Tentang Beng Su ciauw ...."
Ia berhenti dan menangis sesenggukan.
Siauw Hong semua mengawasi dengan melongo, mereka
terharu berbareng tercengang. Mereka saling memandang
dengan mulut bungkam.
Siu Lian maju lebih jauh pada Lie Bouw Pek.
"Toako, kau seperti engko kandungku, maka itu,
bagaimana juga, aku minta kau kasi tahu aku, kenapa Beng
Su Ciauw berlalu dari sini" ia kata. "Apakah bisa jadi ia berlalu,
oleh karena ia dapat kabar yang aku akan datang kemari ?"
Masih saja si nona menangis, kakinya ia banting, ujung
goloknya mengenai batu sampai menerbitkan suara nyaring.
Lie Bouw Pek seorang gagah, ia tidak takut ancamannya
Thio Giok Kin sekalian, tetapi sekarang, menghadapi Siu Lian,
ia kewalahan. Mukanya menjadi merah, sebab ia tidak tahu
bagaimana harus meajawabnya.
Syukur sementara itu Tiat Pweelek datang menolong.
Pangeran Boan ini berbangkit, pada Siu Lian ia angkat
ktdua tangannya.
"Nona, sabar" ia berkata dengan manis. "Kau jangan
berduka. Mari kita bicara pelahan2...." Ia menunjuk pada
sebuah kursi beralas sulaman disamping. "Silaukan duduk,
nona silahkan" ia mengundang.
Siu Lian letakkan goloknya diatas meja, ia susut air
matanya. la angkat kepalanya akan awaskan orang yang ajak
ia bicara. "Kau siapa, tuan?" ia tanya, suaranya halus.
Tiat Pweelek angkat pula kedua tangannya.
"Aku Tiat Siauw Pweelek" ia menyahut. "Beng Su Ciauw
yang kau tanyakan telah tinggal padaku hampir satu tahun
lamanya Baru sekarang Siu Lian tahu ia sedang berhadapan dengan
Siauw Hong Jiam Tiat Jie ya, ia lekas memberi hormat,
kemudian ia duduk dikursi yang ditunjuk.
Lie Bouw Pek dan yang lain2 pun lantas pada kembali
kekursi mereka.
"Sabar, nona" Yo Kian Tong membujuk.
"Kau dengar aku hendak memberikan keterangan jelas
pada nona berkata Tiat Pweelek kemudian, ia menoleh pula
pada Siu Lian buat terus mulai dengan keterangannya.
"Tentang kepergiannya Beng Su Ciauw, siapa juga tidak bisa
disesalkan," demikian katanya "Kalau toh ada orang yang
mesti disesalkan itulah aku sendiri. Aku sudah berlaku sangat
sembarangan, terlalu tidak mau penhatikan, hingga aku tidak
dapat lihat bahwa ia seorang yang berkepandaian tinggi. Pada
tahun yang baru lalu, seorang paderi Lhama she Tio, yang jadi
sobatku, telah pujikan Beng Su Ciauw padaku. Watu itu Su
Ciauw tidak bilang apa2, ia hanya kata ia datang untuk cari
sesuap nasi, bahwa pekerjaan apa saja ia suka terima. Aku
lihat ia masih muda sedang waktu itu aku kebetulan tidak
perlukan tenaga lagi, supaya ia tak sampai tertolak, aku lantas
suruh ia tinggal diistal buat bantu roskam kuda. Buat
pekerjaannya itu, kecuali setiap hari ia dapat dua kali makan
setiap waktu yang tentu akupun berikan ia uang dua atau tiga
tail perak. Aku lihat ia betah ditempat pekerjaannya itu,
selanjutnya aku tidak perhatikan dia lagi. Adalah setelah pada
saat ia angkat kaki, baru Lie Bouw Pek beritahukan aku bahwa
ia bukannya Siauw Jie, bahwa ia Beng Su Ciauw. putera kedua
dari Beng Loo piauwtauw dari Soanhoahu yang berkepandaian
silat tinggi. Mengetahui itu, aku jadi malu sendiri aku jadi
sangat menyesal. Kenapa" Sebab guru2 silat dan cintengku
sendiri termasuk golongan kantong nasi, sebaliknya pemuda
gagah yang berharga aku sia-siakan dikandang kuda Satu
tahun lamanya ia mengeram diistal, aku tidak dapat libat
bahwa ia seorang luar biasa, tentu sekali karena itu aku telah
perlakukan ia tidak selayaknya. Setelah itu aku pikir buat cari
dia Aku pikir, andaikata ia punya kesukaran, aku hendak bantu
dia. Selanjutnya aku hendak angkat ia menjadi sobatku. Siang
itu ia tidak kembali, adalah malamnya diluar dugaanku, selagi
aku tidur ia telah datang padaku. Ia masuk kedalam kamarku
diluar tahunya siapa juga, tahu2 ia sudah berada didalam. Ia
tidak omong banyak padaku, ia kata ia hendak pergi dan
minta pinjam seekor kuda.
Aku bangun hendak tahan ia dan tidak kasi pergi, siapa
tabu ia sangat sebat dan gesit, dengan satu gerakan tubuh ia
bisa loloskan diri dan lompat keluar kamar, dimana ia
menghilang diatas genteng Aku segera perintah orang periksa
istal, disana benar telah lenyap seekor kuda hitam. Tidak
tunggu sampai terang tanah, aku perintah belasan orangku
pergi kesemua pintu kota akan menyusul dan ajak ia kembali.
tapi sehingga siang, semua orangku pulang dengan tangan
kosong. Ia tidak dnpat disusul, tidak ketahuan kapan ia berlalu
dari kota. Seterusnya, sampai sekarang, kami tidak dengar
satu apa perihal Beng Su ciauw. Menurut aku, Beng Su Ciauw
adalah pemuda gagah yang adatnya tinggi dan keras, ia lebih
suka menderita kesengsaraan daripada minta atau dapat
pertolongan orang. Kenapa ia tidak sudi ketemukan kau,
nona" Sebabnya, mungkin karana adatnya tinggi dan keras
sekali. ia merasa dirinya tak berguna dan dari itu malu buat
ketemukan kau, maka dengan paksakan diri ia angkat kaki,
Aku percaya, dibelakang hari, apabila diluaran ia bisa angkat
dirinya, pasti ia akan kembali mencari kau, nona, itu adalah
adat biasa dari kebanyakan anak muda. Maka sekarang aku
minta sukalah nona tetap berdiam sama Tekngoya, lewat lagi
Beberapa hari kami akan kirim orang berpencaran akan cari
Beng su Ciauw, aku merasa pasti kami akan berhasil mencari
ia. Perihal nona sendiri hendak cari Thio Giok Kin sekalian dan
menyusul Beng Su Ciauw, itu aku tidak mufakat, kami tidak
dapat luluskan. Kami tahu nona gagah, tetapi apabila terjadi
satu hal yang tak diinginkan, apa kata kami nanti terhadap
Beng Su Ciauw" kami pasti akan dapat malu!......"
Tiat Pwaelek bicara dengan lancar, suaranya menarik hati,
hingga Sui Lian jadi terharu. ia tidak kata apa2 tetap ia
manggut Beberapa kali ia lepas air matanya
Siauw hong dan Yo Kian Tang kembali bantu membujuk
dan menghiburkan cuma Khu Kong Ciauw yang diam saja dan
BouW Pek yang terus bungkam.
Bicara lebih jauh, Tiat Pweelek sekalian telah berikan janji
bahwa dalam tempo satu bulan mereka akan dapat cari Beng
Su Ciauw. Melihat sikap orang banyak itu, Siu Liaa Suka mengalah.
"Baiklah" ia kata akhirnya Ia kasi hormat pada orang
banyak seraya haturkan terima kasih, kemudian ia undurkan
diri dengan bawa siangtoonya.
Begitu lekas nona gagah Ini sudah berlalu, mereka orang
menghela napas lega.
Yo Kian Tong puji Tiat Pweelek karena omongannya yang
tajam itu. "Aku benar2 takut terhidap nona itu," Siauw Hong aku.
"Tadi malam ia terusan tanya dan desak aku. Bagaimana aku
bisa omong hal yang sebenarnya?"
"Sebenarnya urusan sederhana, hanya buka mulut yang
sukar" kata Yo Kian Tong. "Lagian si nona nampaknya beradat
keras, jikalau ia ketahui tunangannya kabur lantaran curigai
saudara Bouw Pek cintakan ia, mungkin ia jadi nekat."
"Buat sampai begitu jauh, aku rasa tidak" Tiat Pweelek
bilang. "Aku lihat nona Jie seorang yang sadar. Asal kita
sanggup cari Beng Su Ciauw dan ajak ia kembali, urusan akan
segera beres......"
Khu Kong Ciauw ingin ketahui halnya si nona dan Bouw
Pek, ia minta keterangan dari Siauw Hong, apabila ia sudah
ketahui, ia maanggut2. Iapun mengerti sulitnya urusan itu.
Dalam perjamuan, orang terus bicara dan menduga duga,
adalah Bouw Pek sendirian Yang merasa tidak leluasa, hingga
mukanya sebentar merah, sebentar pucat. Kalau ingat halnya,
ia menyesal duluan ia kena justakan oleh Sek Tiong Hauw,
hingga lantaran piebu dengan Siu Lian, urusan jadi berbelit
begini rupa Khu Kong Ciauw dan Tek Siauw Hong bicara dengan asyik,
sesudah orang bangsawan itu dengar halnya Jie Siu Lian
mereka lalu omongkan perkara Poan Louw Sam dan Cie
Sielong mendengar mana Bouw Pek jadi ingat Cui Siam ia juga
menyesal yang ia punya hubungan ruwet, hingga sekarang si
nona mesti tersiksa dan sengsara
"Jangan2 selama dua hari ini ia telah menutup mata ...." ia
berpikir. Akhirnya, karena serba salah, masgul dan menyesal dia
mendongkol juga Bouw Pek segera berbangkit.
"Jie ya saudara Khu. silahkan kau duduk minum terus" ia
berkata. "Aku rasa kepalaku pusing, ijinkanlah aku pulang
lebih dulu...."
Ia tidak tunggu jawaban, ia sembari hormat pada orang
banyak, lantas berlalu.
Siauw Hong bangun, ia samperkan anak muda itu, tangan
siapa ia cekal Ia kelihatao tidak puas.
"Lauwtee" berkata ia, "hari ini aku telah Undang Jieya dan
Khoe Siauw Houwya, tetapi sebelumnya perjamuan berakhir
kau sudah mau pulang, bagaimana itu bisa jadi" Apa kau tidak
senang padaku?"
"Toako, jangan kau pikir sampai disitu" enak muda kita
bilang. "yang sebenarnya kepalaku sakit"
"Kalau kau sakit kepala, tidak apa, pergilah kau kekamar
tulis dan rebahkan diri disana," berkata pula tuan rumah. "Aku
nanti panggilkan thabib supaya ia periksa kau dan kasi obat
aku yang nanti masakkan obatnya"
Mendengar perkataan itu, Bouw Pek diam malu hati buat
berangkat terus.
"Ya, baiklah kau beristirahat disini saja" kata Yo Kian Tong
dan Kho Kong Ciauw
Tiat Pweelek bisa mengerti kesukaran hati. Bouw Pek, ia
anggap daripada paksa anak muda itu berdiam disitu, lebih
baik ia pulang, maka sembari kedipkan mata pada siauw
Hong, ia campur bicara.
"Kalau benar Bouw Pek sakit kepala" ia kata, "Siauw Hong,
pergi kau perintah sediakaa keretamu dan antarkan ia pulang"
Siauw Hong tetap tidak puas tetapi karena Tiat Pweelek
kata begitu, ia tidak mau membantah. Ia perintah Hok Coe


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sediakan kereta dan antarkan Bouw Pek pulang.
Anak muda kita dengan tidak banyak omong lagi dan tidak
berlaku malu2 lantas pamitan dan pulang.
Siauw Hong awasi orang pergi, ia menghela napas.
"Urusannya Bouw Pek bikin aku bingung" ia kata kemudian,
"umpama kata ada sobat yang bakal jadi orang perantara dan
bisa kasi mengerti nona Jie, mereka berdua sebenarnya boleh
menikah, habis perkara. Tapi ia pikirkan, ia menolak, kendati
demikian, apabila ia lihat nona Jie lantas berduka pula. Apa
begini semua sifatnya anak2 muda" Didalam hal ini aku tidak
puas terhadap Bouw Pek, ia terlalu aneh"
Untuk menghibur diri, Siauw Hong isikan cawan arak dan
undang semua tamunya minum.
Tiat Pweelek tertawa melihat kelakuannya tuan rumah itu.
"Siauw Hong, kita semua toh sudah pernah menikah dan
punya anak" ia berkata, "Bagi kita, cinta telah menjadi soal
lumrah, tetapi bagi Bouw Pek, yang muda dan gagah.
itulah lain. ia tidak mampu hindarkan diri! Dalam segala
hal, sebagai sobat, kita bisa membantu melulu dalam halnya
rindu kita tidak mampu undang thabib untuk mengobati dia
...." Tek Siauw Hong jadi tertawa.
Yo Kian Tong dan Khoe Kong Ciauw turut tertawa.
Begitu dengar Byuw Pek menjadi bulan-bulanan, mereka
minum dan dahar dengan gembira. Sebaliknya Bouw Pek,
dalam kereta yang dikendarai oleh Hok Coe, sedang menuju
ke Lim shia Kota Selatan.
Hok Coe kenal baik pemuda itu, yang ia anggap seorang
yang baik hatinya.
"Lie Toaya, demikian katanya "kabarnya si nona Jie adalah
sanakmu dan ia pandai boegee, apakah itu benar?"
Bouw Pek memang sedang matgul dan pusing kepala
karena uraiannya Sioe Lian, siapa tahu. kusir ini justru tanya ia
tentang nona itu.
"Jangan kau omong sembarangan" ia kata. "Diantara aku
dan si nona tidak ada ikatan persanakan, aku hanya kenal
ayahnya. Aku juga tak ketahui nona Jie itu mengerti boegee
atau tidak"
Hok Cee terperanjat, karena dengar suara itu, tanda dan
tidak senangnya hati.
"Aku dengar ha! ini dsri Sioe Jie" ia bilang. Kemudian ia
tukar pokok pembicaraan. "Selama majikanku tidak ada
dirumah, Lie Toaya, kau tentunya juga tidak pernah pergi ke
Po Hoa Pan di Han kee toa....
Mendengar ini, kembali kepalanya Bouw Pek jadi sakit. Itu
urusan lain lagi, yang bikin ia pusing. ia manggut dan
menghela napas, tetapi ia tidak jawab kusir itu.
Hok Iyoe heran yang ini kali tidak mendapat maka, tetapi ia
tidak berani banyak omong, maka dengan cambuknya ia bikin
keretanya lari lebih keras. Untuk hiburkan diri, ia bersuit,
hingga suara bersuitnya itu bercampur jadi satu dengan
suaranya roda2 kereta yang ramai........
Tidak antara lama meraka telah sampai di Sinsiang Hotong.
Hok Coe berhentikan kendaraannya didepan Hoat Beng Sie.
Bouw Pek lompat turun dengan tindakan lesu ia masuk
kedaiam pekarangan. Tapi baru saja ia mendekati kamarnya,
tiba2 seorang samperkan ia.
"Lie Toaya, banyak baik?" orang itu menegor seraya unjuk
hormatnya. Anak muda kita angkat kepalanya. Ia lihat ia lagi
berhadapan dengan seorang kurus dan muka kuning. Ia tidak
kenal orang ini, meskipun rasanya ia pernah lihat, entah
dimana, ia tidak ingat.
"Kau siapa?" ia tanya. "Ada urusan apa kau cari aku ?"
Orang itu tertawa.
"Aku she Gouw toaya, tetapi orang panggil aku Siauw Gia
kang, si Kila Kecil" ia menyahut. "Toaya tentu tidak ingat aku.
aku sering berada diwarung arak, dimana aku sering ketemu
toaya Ada seorang yang baru datang, toaya, ia lagi tunggui
kau diluar Tiang gie moei, toaya diminta lekas bawa pedang
dan turut aku pergi aku keluar kota akan ketemui orang itu,
katanya ada urusan sangat penting"
Bouw Pek heran, hingga ia awaskan si Kala Kecil itu.
"Siapa itu yang sedang tunggui aku diluar kota?" ia
tegaskan. "Jikalau kau sudah pergi, toaya kau akan ketahui sendiri"
jawab Siauw Gia kang. "Sekarang lekasan toaya ikut aku!"
?Apakah bisa jadi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin sudah
sampai" Bouw Pek menduga dan ia segera ingat bakal musuh
itu. "Atau bisa jadi Beng Soe Ciauw sedang tunggui aku
disana?" Tapi ia tidak dapat memastikan.
"Baiklah. aku akan turut kau" kata ia akhirnya Ia. bertindak
dengan cepat menuju kekamarnya, buat ambil pedannya
"Sekalian bawa uang, toaya!" kata pula si Cow, sambil
tertawa. Bouw Pek berang, hingga ia merandek.
"Bawa uang" Buat apa ah?" ia tanya.
Siauw Gia kang tertawa, ketika ia menjawab suaranya
perlahan sekali. Tapi mendengar itu, anak muda kita kaget tak
kepalang ia tercengang dengan air muka berobah. Tapi segera
ia masuk kekamarnya buntal pauwhoknya dan sambar
pedangnya "Mari" kata ia setelah tutup pintu kamarnya.
Siauw Gia kang manggut ia bertindak buat sama2 menuju
ke Ciang gee moei. tapi Bouw Pek jalan begitu cepat, ia sukar
kecandak, orang suruhan ini jadi ketinggalan, hingga untuk
menyusul ia ini mesti jalan separoh lari.
Akhirnya, mereka sampai juga diluar kota
Didepan sebuah warung teh kecil di Koan siang ditempat
tambatan, ditambat dua ekor kuda hitam.
"Lie Toaya sudah sampai!" berseru si Gouw dengan napas
memburu. ia telah mesti berlari lari terus, akan susul anak
muda ini" Dengan tidak mengaso lagi, ia ajak anak muda kita
bertindak kepintu warung itu.
Baru saja Bouw Pek mau bertindak masuk atau dari dalam
kelihatan keluar seorang yang berpakaian baju sutera hijau
dengan kopia bijau juga, tangannya memegang dua batang
cambuk, dengan daging mukanya bergerak, sambil tertawa ia
mengawasi muka orang
"Lie Toaya!" orang ini segera menegor. "Baru beberapa hari
kita tidak bertemu, aku lihat kau, telah jadi segar banyak"
Buat sesaat, Bouw Pek bingung. Orang itu bukan lain
daripada Soe Poan coe si Gemuk atau Pa san coa Soe Cian,
pemilik warung arak dimulut Sinsan Hotong yang jadi sahabat
karibnya, yalah orang aneh yang kabur setelah membunuh
Poan Louw Sam si Terokmok dan Cie Sielong situa bangka
yang doyan daun muda.
"Jadinya Siauw Jie terluka?" ia segera tanya.
Su Poan cu manggut. la tidak tertawa lagi. "Begitu lekas ia
meninggalkan kota raja, Siauw Jie langsung menuju keselatan,
maksudnya adalah buat pegat Teng couw hie Biauw Cin San
dan Kim-khio Thio Giok Kin. Tatkala sampai di Tok ciu, ia telah
katemu dengan aku. Aku ajak ia singgah dirumahnya sobatku,
satu hari lamanya. Ia nyatakan, bahwa ia mau pergi ke
Selatan, berkata kata padaku
"Aku suka berkorban dan binasa untuk satu orang yang
mengenal aku satu tahun lamanya aku tinggal di Pweelekhu,
tidak satu orang yang ketahui aku, adalah Lie Bouw Pek, baru
saja kita ketemu satu kali, ia segera mendapat tahu yang aku
mengerti ilmu silat Maka itu, untuk sobat sebagai Lie Bouw
Pek, meskipun mesti binasa aku puas dan ridlah, kematianku
ada harganya. Sekarang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin
datang buat menyatrukan Lie Bouw Pek. Benar mereka ini
orang2 tersohor dikalangan Sungai Telaga, akan tetapi bila Lie
Bouw Pek sampai rubuh ditangan mereka, itulah sayang,
kecewa sekali Maka juga sekarang aku mau pergi keselatan,
buat pegat mereka, selaku rintangan yang pertama"
Baru saja Bouw Pek dengar begitu, ia jadi terharu
JILID 17 TATKALA itu aku berada dirumahnya sobatku dengan tidak
punya pekerjaan apa2 maka aku lantas ikut Siauw Jie" Soe
Poan cu manutur lebih jauh. "Akupun memikir buat ketemui
Biauw Cin San dan thio Giok Kin itu. Diluar dugaan kami, baru
saja sampai di Kho yang, ditengah jalan kami telah
berpapasan dengan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. Aku
mesti sesalkan Siauw Jie, buat kasemberonoannya Begitu
ketahui siapa mereka itu dengan tidak kata apa apa lagi Siauw
Jie hunus pedangnya dan menerjang, hingga pertempuran
tidak dapat dicegah lagi. Aku lihat Siauw Jie benar benar
pandai ilmu silat dan gagah, Ia bukan hanya hadapi Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin berdua, ia lawan 5 orang, oleh karena 5
orang itu berkawan dengan tiga orang lain. semuanya she Ho,
yaitu Ho Sam Houw sekalian.
Mereka gagah, pertempuran sangat hebat. Setelah
bertarung lama juga, dengan pedangnya Siauw Jie berlukai
lengan kiri dari Ho Cit Houw. Apa mau selagi musuh banyak
senjata rahasia Biauw Cin San pun lihay. Diluar sangkaan, iga
kirinya Siauw Jie terkena sebatang piauw dari Teng couw Hie
Ikan Lodan atas mana gerakannya jadi kendor dengan lantas,
tidak heran kalau goloknya Ho Sam Houw kegera mengenai
pundak kanannya. Menampak demikian aku tidak berayal lagi,
aku teriaki orang polisi untuk minta pertolongan. Atas itu,
Biauw Cin San batalkan kehendaknya akan bunuh Siauw Jie.
mereka lantas singkirkan diri. Bersama orangku, aku bawa
Siauw Jie kerumah penginapan, aku belikan ia obat luka,
sayang lukanya hebat. Sekujur tubuhnya lantas menjadi
panas. Berulang ia nyatakan ia mau ketemu kau, Lie Toaya, ia
bilang ia hendak bicarakan suatu urusan penting.
Darahnya Bouw Pek meluap mendengar Siauw Jie menjadi
korban keroyokan, tetapi air matanya lantas mengucur
mengetahui sobatnya yang jujur dan gagah itu terluka parah,
Ia gagah dan berhati keras, tetapi ia tak dapat mencegah air
matanya turun bercucuran
"Maka itu, toaya, dengan tidak berayal lagi aku terus
tunggang kudaku dan kaburkannya ke kota raja." Soe Poau
coe meneruskan keterangannya. Tapi aku tidak berani masuk
kedalam kota. Kebetulan sekali aku dapat cari sobatku thio
Gouw ini maka aku minta pertolongannya supaya ia cari kau
dan sampaikan kabar dari aku, aku sendiri menunggu disini
dengan dua ekor kuda. Aku girang, yang saudara Gouw telah
bcrhasil mengadakan kau datang kemari Toaya, hayo lekas
naik kuda, mari kita memburu ke Kho yang aku kuatir, apabila
kita terlambat, kau tidak akan ketemu lagi Siauw Jie selagi ia
masih hidup!........"
Sembari kata begitu Soe Poai coe bertindak kekuda
mereka, akan buka tambatan dia binatang tunggangan itu.
"Mau, toaya, lekas!" ia mendesak ia sendiri mendului
lompat naik keatas kudanya Ia terokmok, tetapi ia bisa loncat
dengan gesit "Selama ini aku memang lagi tunggui Biauw Cin San
sekalian " kata Bouw Pek seraya dengan sengit menusuk
tanah dengan pedangnya, "jikalau tidak, niscaya sedari siang
aku sudah tinggalkan Pakkhia buat susul dan cari Siauw Jie.
Kalau sekarang aku ikut kau, apakah orang tidak akan sangk
aku kabur karena takut terhadap Biauw Cin San itu?"
Ia bersangsi sesaat apabila ia ingat soal ini
See Poan coe goyang kepala.
"Tidak !" kata tukang warung arak ini. "juga Thio Giok Kin
dan Biauw cin San sekalian tidak akan sampai di Pakkhia
dalam waktu yang cepat. Aku tahu betul, dari thio yang
mereka lebih dulu telah menuju ke Poleng. Lie Toaya hayolah
naik atas kudamu, mari kita pergi ke Kho yang aku lihat Jie ya
sedang rebah dirumah penginapan, dengan napas tinggal
sekali dan sekali tarik, ia asyik tunggui kau ........"
Bauw Pek lantas kertak giginya.
"Baiklah ia manggut" Mari kita pergi " Tapi ia menoleh pada
Siauw Gia Kang, pada siapa ia kata: Aku minta kau suka pergi
pula kekota. ke Tong su tam tiauw, kerumah Tek Ngo ya,
tolong kau beritahukan bahwa aku telah tinggalkan Pakkhia
buat cari Beng Soe Ciauw, Bilang juga bahwa paling banyak
dalam tempo belasan hari aku akan sudah kembali Tapi ingat,
jangan kau kasih tahu aku pergi sama siapa dan juga bahwa
aku pergi ke Kho yang"
Baik, toaya," sahut si Kala kecil yang Cerdik ini.
Tapi Soe Poan coe terperanjat mendengar nama yang asing
itu. "Siapa itu Beng Soe Ciauw?" ia tanya.
"Beng Soe Ciauw adalah Siauw Jie." Bouw Pek jawab. "Ia
seorang yang mempunyai riwayat luar biasa, nanti di
sepanjang jalan aku akan ceritakan padamu"
Sembari kata begitu, Bouw Pek contelkan pedangnya diatas
sela , setelah singsatkan bajunya ia lompat naik atas kuda itu.
Soe Poan coe menoleh pada si Gouw, ia tersenyum:
"Gouw Hiatee, sampai ketemu pula ia kata.
Sampai ketemu!" kata kawan itu.
Sekejab saja dua ekor kuda telah dikasih diri meninggalkan
Kwan siang dan Ciang gie moei, mereka lerat dijalan besar
dengan angin musim Cin menyampok nyampok mereka.
tuyuan mereka adalah barat daya
Siauw Gia Kang lihat orang telah pergi jauh ia masuk
kewarung teh buat minta air dan dahar dua mangkok mie,
setelah itu dengan tidak buang tempo lagi ia kembali ke kota
raja, kerumahnya Tek Siauw Hong, guna sampaikan warta
pesanannya Bouw Pek.
Si Kala Keiyil ini adalah orang she Gouw dan biasa dipanggil
Gouw Toa, ia seorang penjahat kecil, satu kali di Ekcioe ia
telah hadapi bahaya dari seorang dengan siapa ia berbentrok,
ia tentu sudah dibunuh mampus jkalau tidak kebetulan datang
Soe Poan coe yang telah tolongi dia, maka tu mengingat
budinya si Gemuk ia bsrsedia akan lakukan segala macam
titahnya Ph san coe Soe Kian dengan sungguh Ketika
belakangan Soe Poan coe pindah kekota raja dan buka
warung arak, ia juga menyuju ke Pakkhia. Ia hidup tak keruan
kapan ia sedang apes ia suka datang kewarung akan tangsal
perutnya, buat mana Soe Kian tidak pernah minta bayaran,
hingga akhirnya Soe Poan coe sering perintah ia cari kabaran,
hingga segala macam kejadian tukang warung arak ini bisa
mendapat tahu. Demikian segala halnya Lie Bouw Pek dan Tek


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Hong, semua itu Soe Poan coe mendapat tahu karena
pandainya si Kala Kecil ini mencari kabar. Begitu diuga segala
Pedang Golok Yang Menggetarkan 9 Pendekar Jembel Karya Liang Ie Shen Sepasang Pedang Iblis 25
^