Pencarian

Riwayat Lie Bouw Pek 12

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 12


Matahari dari timur menyoroti rambutnya yang hitam
mengkilat.... Serangka goloknya yang kebentur-bentur kasih dengar
suara. Pagi itu angin dingin sekali.
Tak antara lama, Sioe Lian sudah sampai di Hoen pong
Lioe-lie kay. ia menampak pintu rumah yang bobrok dari Cia
Mama tertutup rapat. Ia turun dari kudanya dengan cambuk
Ia ketuk pintu.
Tidak lama dari dalam terdengar suaranya Ie Jie
"Siapa?"
"Aku, si orang she Jie," sahut Sioe Lian
Ie Jie kenal suara si nona, ia lantas membuka pintu,
rambutnya masih kusut, tubuhnya dikerobongi baju butut.
mukanya masih bertanda bekas aniaya kemarin.
"Pagi2 kau sudah datang, kouwnio" la menegor dengan
kegirangan, "Silahkan duduk didalam! Cia Mama dan anaknya
masih tidur, nanti aku bangunkan mereka....."
"Tidak, tidak usah" nona Jie mencegah. "Aku mau tanya
kau, kemarin sepergiku ada terjadi apa disini?"
"Ada, tetapi tidak apa" sahut le Jie. "Nona pergi belum
lama, Biauw Cin San kirim orang pula buat mengganggu,
baiknya datang dua hamba negeri, dengan begitu mereka
tidak berani berbuat jahat. Mereka tanya nona pergi kemana,
aku jawab tidak tahu"
Sioe Lian borsenyum ewah.
"Tidak usah mereka cari aku, aku sendiri akan cari
mereka?" ia kata. Lantas ia tanya letaknya Keng in Tiam di
Coe kee Tiauw. Kapan Ie Jie telah berikan penjelasan, ia
lantas naik atas kudanya. "Sekarang juga aku hendak cari
mereka itu!" ia kata. Kudanya ia kasih jalan kejurusan timur.
Ketika sampai dimulut Coe kee kauw, ia kasih kudanya jalan
dengan pelahan. Rambutnya ia sinkap naik.
Tidak lama nona kita sudah sampai didepan hotel Keng In
Tiam. Didepan itu, berhadapan ada sebuah warung teh. Disitu
kebetulan ada Ho Cit Houw yang sedang minum teh.
Lengannya yang dilukai oleh Beng Soe Ciauw, masih dibalut.
Ia bangun dan keluar waktu lihat beberapa orang yang duduk
didekat pintu pada berbangkit dan menubruk keluar, katanya
untuk lihat satu nona yang tunggang kuda" Tentu saja ia
menjadi kaget kereta ia segera kenalkan puterinnya Tiat Cie
tiauw, lekas2 ia lari pulang kehotel untuk memberi kabar pada
kawanya. Dimuka Keng In Tiam beberapa orangnya Biauw Cin San
pun lagi tonton si nona, yang lewat didepan hotel.
"Apa yang kau tonton?" Ho Cit Houw menegor "Dia itu
sibudak perempuan she Jie, yang tidak boleh dibuat
permainan!" Ia lari terus kedalam, tapi lekas juga ia
berpapasan dengan Biauw Cin San, yang sedang bertindak
cepat, tangannya menyekal golok, pinggangnya menggendol
kantong piauw, dan mukanya yang terluka ditempeli kauwyoh.
Ia unjuk roman gusar.
"Biauw Toasiok. coba lihat" Cit Houw kasih tahu. "Akan
perempuannya Tiat Cia tiauw Jie Hiong Wan ada didepan
hotel" "Aku memang mau lihat dia, dia orang macam bagaimana,
maka kau begitu jerih terhadap ia" berkata Teng Couw hie
secara menyindir. Ia cepatkan tindakannya, ia ajak dua
pengikutnya yang beroman bengis.
Sioe Lian lewat ketimur tidak jauh, lantai ia balik kembali.
Kapan Biauw Cin San lihat roman elok dan tubuh ceking
langsing itu, hawa amarahnya buyar dengan lantas! Sambil
urut kumisnya, ia malah tertawa, romannya girang bukan
main. Ia kata pada kedua pengikutnya:
"Kau kata ia galak seperti siluman, siapa tahu ia begini
elok! Aku nanti bikin ia takluk, buat dibawa pulang ke Holam
sebagai gundikku!....."
Ia perintah orang ambil kudanya, setelah ancap goloknya
dipinggir kuda, ia loncat naik keatas binatang tunggangan itu
dan kasih kudanya lari akan sambut si nona.
"Hai adik kecil, kau jangan main2 dihadapanku, siorang she
Biauw" ia lantas kasih dengar suara, "Sedari siang2 aku sudah
ketahui siapa kau! Hayo, adiku, lekas turun dari kudamu, mari
ikut aku masuk kedalam rumah penginapan, temani aku
minum arak"
D kiri kanan orang tertawa mendengar kata2 itu.
Jie Sioe Lian dapat dengar itu, menampak orang begitu
kurang ajar ia jadi sangat mendongkol, hingga ia ayun
cambuknya dan hajar kepala Wangwee itu.
Biauw Cin San tertawa berkakakan, meski ia rasai
cambukan. "Sungguh liehay" ia berseru sambil main "Kau berani
cambuk aku eh?"
Ia hendak rampas cambuk itu. Tapi Sioe Lian sebat, ia tidak
kasih cambuknya dirampas, sebaliknya, lagi beberapa kali ia
menyabat. Maka akhirnya Teng couw hie, si Ikan Lodan,
naenjadi murka, hingga urat dijidadnya pada timbul, kumisnya
seperti bangun berjingkrak
"Perempuan celaka, kau benar tidak tahu diri!" ia segera
mendamprat. Tapi balum sampai tutup rapat mulutnya Sioe Lian yang
telah berada dekatnya, sudah joroki ia dengan tiba2, hingga ia
jatuh dari kudanya, sedang binatang tunggangan itu lantas
loncat kepinggir, hampir saja ia kena ferinjak.
Sioe Lian niat cabut goloknya buat bunuh okpa itu, tetapi
niatan ini ia batalkan, karena orangnya Biauw Cin San, yang
nonton. sudah memburu kejurusannya sambil berteriak teriak,
mereka semua membawa senjata. Ia tidak mau layani mereka
itu, ia keprak kudanya dikasi lari ketimur.
Biauw Cin San gusar bukan main, ia loncat bangun, dengan
pakaian penuh debu ia loncat naik atas kudanya mengejar si
nona "Budak she Jie, jangan kau lari" ia berteriak Kemudian ia
memaki kalang kebutan, karena sinona tidak gubris ia dan lari
terus. Sebenarnya Sioe Lian pun gusar sekali dan niat berikan
hajaran pada okpa yang bermulut kotor itu, tetapi ia ingat
bahwa didalam kota raja ia tidak boleh bertindak
sembarangan, ia tahan sabar dan terus larikan kudanya. Ia
hanya menoleh, dengan mengejek sembari bersenyum ia
kata; "Kau jangan memaki tidak keruan. Kalau kau bernyali
besar, mari susul aku"
Dasar pemogor, Biauw Cin San toh puas melihat senyuman
itu, sambil urut jenggotnya, ia tertawa dan menyahut:
"Tidak usah kau sebut nyali besar" Hari ini, kemana juga
kau pergi, Biauw Thayya akan susul kau! Ketahuilah senyuman
kau telah bikin semangatku terbang!...."
"Cis!" Sioe Lian berludah seraya cambuk kudanya. Ia terus
menuju ketimur.
Biauw Cin San buktikan perkataannya, ia mengejar terus.
Ia tidak ambil perduli, yang disepanjang jalan orang telah
mengawasinya dengan terheran heran. Didalam hatinya ia
kata: "Aku mau lihat nona manis, ke mana kau hendak
pergi....."
Segera juga Sioe Lian sudah lewatkan See koo moei, masih
saja ia menuju ketimur.
Sebagai juga bayangan Biauw Cin San lewatkan pintu kota
itu, cuma ia menjadi ibuk, karena ia dapat kenyataan, diluar
kota ini kudanya nampaknya tidak sanggup candak si nona,
kuda siapa bisa lari dongan pesat dan tetap. Tiba tiba ia depat
pikiran, dengan sebelah tangan menahan les kudanya,
nampaknya tidak sanggup candak sinona kuda siapa bisa lari
dengan pesat dan tetap. Tiba ia dapat pikiran, dengan sebelah
tangan menahan les kudanya, sebelah tangan lagi merabah
piauw, dengan apa ia timpuk binatang tunggangan Siu Lian
Serangan itu tidak mengenai sasarannya, bukan karena
Teng-couw Hie tidak gapah hanya jarak diantara mereka
terlalu jauh. Maka sembari siapkan sebatang piauw lain Biauw
Cin San keprak kudanya akan mengejar pula!
JILID 19 Siu Lian mendapat tahu orang telah timpuk ia dengan
piauw, karena si okpa mendadak tahan kudanya dan sekarang
mengejar pula, lantaran ini ia lantas waspada. Ia memang
tahu, jago Holam itu adalah ahli piauw yang liehay.
Biauw Cin San tunggu ketikanya, lantas ia menimpuk untuk
kedua kallnya "Jatuhlah kau" ia membarengkan berseru.
Sekarang nona Jie sudah siap, selagi ia dengar seruan, ia
menoleh kebelakang justru piauw hendak menyambernya, ia
ulur tangannya menangkap!
Biauw Cin San terperanjat berbareng gusar, hatinya panas!
Begitu dekat, tapi gagal, sedang ia tahu kepandaiannya.
Sambil mengejar terus, ia siapkan piauw yang ketiga, bahna
gusar, ia pusatkan perhatiannya hanya pada piauwnya itu.
Tapi selagi tangannya belum ditarik keluar dari kantong pinuw,
mendadak ia rasai dadanya sangat sakit, sampai ia menjerit,
dengan kepala pusing ia rubuh dari kudanya! Apa celaka
baginya, sebelum ia ketahui apa2, kedua kaki belakang dari
kudanya telah injak pinggangnya, maka ia rebah ditanah
dengan pingsan Jie Sioe Lian balik dengan lekas, setelah lihat musuh rubuh
musuh yang ia hajar dengan piauw yang tadi ia sambuti,
sesudah datang dekat, ia membacok dua kali dengan sengit
pada kedua paha lawannya Lantaran okpa itu sedang pingsan,
ia tidak menjerit karena dua bacokan itu, melainkan pahanya
lantas mandi darah.....
Dari kejauhan ada orang lagi mendatangi, Sioe Lian lantas
larikan kudanya kejalan cabang hingga kira2 dua puluh lie,
sesudah itu barulah ia berhenti ditengsh jalan. Ia merasa
puas, karena ia penyaya, Bauw Cin San mesti telah binasa
karena piauw dan bacokannya itu.
"Tapi jangan2 karena ini aku menyebabkan Tek Siauw
Hong hadapi kesulitan" ia pikir lebih jauh. Ia melihat
kesekitarnya. Ia tampak sawah2 dan tanah tegalan. Disebelah
barat daya ada sebuah sialauw atau ranggon pintu kota. Ia
lantas dapat tahu dari tenggara ia sudah lari ketimur laut
keluar kota. Ia lantas berpikir pula.
"Aku mesti kembali kerumahnya Tek Siauw Hong" akhirnya
ia ambil putusan. Ia lalu loncat turun dari kudanya akan
periksa binatang itu dan pakaiannya. Ia berhati lega, kapan ia
dapatkan tidak ada yang keryipratan darah. Dengan tuntun
kuda itu, ia jalan perlahan, supaya kudanya dapat
menghilangkan lelahnya. Adalah setelah melalui kira2
setengah lie, ia loncat naik pula atas binatang tunggangannya.
Ia menuju kepintu kota Tong tit moei, disini ia masuk kedalam
setelah tanya orang jalan yang ke Sam thuw Hotong, ia
menuju kegang itu. Ia ambil jalan kecil. Maka ia telah sampai
luar biasa cepat.
Sioe Lian sedang memandang keliling didepan pintu,
apabila ia lihat nona kita, ia nampaknya girang sekali.
"Kau baru pulang, kouwnio" ia menyambut. Lekas masuk,
Looya baru saja pulang, tempo ia dengar kau pergi dengan
menunggang kuda, ia jadi ibuk tak karuan, pengawal pintu
didamprat kalang kabutan.
S?u L'an bsrsenyum, ia loncat turun dari kudanya, setelah
turunkan siangtoonya, ia serahkan binatang itu pada si budak,
ia sendiri terus masuk kedalam. Lebih dahulu ia taruh
goloknya dikamarnya, la lekas pakai ci-pao, kemudian ia
bertindak kekamarnya Tek Siauw Hong.
Tuan dan nyonya rumah sedang duduk berhadapan dengan
roman bingung, kapan Siauw Hong mendapat lihat tamunya ia
lantas kata: "Jie Kouwnio, lain kali kau jangan ke luar pula sendirian
Kau harus ketahui, apa bila terjadi suatu apa. andaikata Beng
Jie Siauwya dapat dicari dan ia balik kemari, aku tentu tidak
berani ketemu dia.
Barusan akupun ditegor oleh loothaytay" Tek Naynay juga
berkata. "Aku d1katakan sudah teledor, adikku. Kau katanya
adalah gadis remaja, kau tinggal sama kami sekarang kau
keluar sendirian, diluar banyak orang jahat, bila terjadi suatu
apa, bagal mana nantinya......."
Siu Lian terbaru apabila dengar suami isteri itu, tidak saja
mereka itu, juga si nyonya tua, sangat perhatikan ia.
"Ngo ko dan enso baiklah jangan kuatirkan aku" ia berkata.
"Baiklah, lain kali aku berlaku hati2. Sekarang aku mau
ketemui loo thaythay"
Sembari menambahi ucapannya itu ia pergi kedalam.
Siauw Hong masih saja bingung, ketika la berbangkit ia
banting2 kaki. "Aku lihat akhirnya nona ini akan terbitkan onar" kata ia,
yang tidak percaya janji itu. "Lie Bouw Pek pargi, Beng Su
Ciauw tidak kembali, bagaimana"..."
"Apa tidak baik kalau kita antar ia palang ke Soanhoa hoo
?" Tek Naynay tanya.
"Aku rasa memang tidak ada jalan lain" sahut sang suami
setelah berpikir. "Aku sebenarnya harap betul baliknya Beng
Su Ciauw agar mereka berdua bisa menikah"
Selagi Tak Naynay diam saja, Siu Jie masuk dengan warta
"Yo Toaya datang"
Siauw Hong menjadi heran.
"Heran, hari ini Yo Kian Tong datang pagi2 "..." ia kata.
Tapi ia terus pergi keluar, Dithia ia lihat Sin-chio beroman
beda dari biasanya dan disebelah baju luar yang gerombongan
ia Umpak pakaiannya yang ringkas Piauwsu itu pun datang
bersama piauwsu Sun Cit dan pengikut yang pegang
tumbaknya tumbak yang berbatang putih dan berunce hitam.
Yo Kian Tong pun awasi tuan rumsh yang masih pakai
pakaian kapangkatannya.
"Ngo ko, kau masih belum tukar pakaian" tamu itu
mendului menanya. "Lekas kau salin, kita mesti siap,
barangkali Kim chio Thio Giok Kin akan lantas cari kita untuk
balaskan sakit bati engkunya"
Piauwsu ini bicara dengan berapi2, dudukpun ia sampai
tidak mau! Siauw hong heran, hingga ia bingung saja. Selang sesaat
baru ia berkata
"Kenapa nampaknya ibuk sekali ?" ia tanya "Apa yang
sudah terjadi?"


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang Yo Kian Tong lah yang kelihatannya heran.
"Jadi kau masih belum tahu?" ia tegaskan. "Coba bilang,
nona Jie sudah pulang atau belum
Siauw Hong kaget, sampai mukanya menjadi pucat.
"Apa" " ia tanya, dengan hampir berbisik. "Apakah bisa jadi
nona Jie telah binasakan Teng couw hie Biauw Cin San ?"
Yo Kian Tong menghela napas.
"Heran" ia kata. "Nona Jie tinggal di rumahmu, tetapi apa
yang ia lakukan, kau tidak ketahui" Kemudian ia tambahkan :
"Kemarin di Hunpong Liu liekay, didepan rumahnya, Cia Mima,
nona Jie telah hajar dua orangnya Biauw Cin San. Tadinya
mereka tidak ketahui siapa adanya si nona, sampai datangnya
Moh Po Kun, yang kenal nona itu. Moh Po Kun lantas ajak
kawannya pulang. Rupanya hari itu Biauw Cin San sedang
mabok arak, ia tidak lantas datang cari nona Jie. Thio Giok Kin
pernah datang bersama dua orangnya, tetapi ia tidak
ketemukan si nona, lantaran didepan rumahnya Cia Mama ada
dua hamba negeri. ia tidak berani lakukan apa2. Tadi pagi
nona Jie, dengan tunggang kuda dan membawa golok, sudah
pergi kerumah panginapan Keng In Tiam di cu kee kauw,
katanya ia menantang. Rupanya Biauw Cin San gusar, atau ia
barangkali kandung maksud busuk, ia sudah susul nona Jie,
yang kaburkan kudanya keluar pintu See ko moei. Sekian lama
mereka berdua tidak tertampak kembali.
Kemudian, ketika orangnya Biauw Cin San pergi menyusul,
mereka dapatkan orang she Biauw itu rebah dengan terluka
ditepi jalan, napasnya empas empis, tatkala ia digotong
pulang kcdalam kota napasnya itu lantas berhenti jalan
Kejadian itu katanya membikin Kim chio Thio Giok Kin menjadi
sangat gusar, ia sudah lantas himpunkan Oey Kie Pok, Moh Po
Kun dan yang lain2, guna bicarakan urusan membikin
pembalasan. Mereka mau cari tahu dimana adanya nona Jie
untuk disatroni.
Mendengar itu, Siauw Hong kaget berbareng girang,
akhirnya ia tertawa.
"Biauw Cin San seperti raja iblis, dengan piauwnya entah ia
telah binasakan berapa banyak orang, siapa nyana sekarang ia
mampus ditangannya nona Jie" ia kata hampir bersorak.
"Nona Jie benar2 liehay, pantas Lie Bouw Pek puji bugeenya"
"Lekaslah bilang, nona Jie sudah pulang atau belum ?" Yo
Kian Tong meneror sambil bersenyum.
"Ia sudah pulang, belum lama," akhirnya Siauw Hong
jawab. "Setelah terjadi begini, kita tidak boleh pakai terlalu banyak
adat peradatan!" kata Yo Piauw-tauw. "Ngo-ko, hayo undang
nona Jie keluar, kita perlu ajak la berdamai untuk bersiap akan
hadapi Thio Giok Kin"
Siauw Hong manggut2, ia anggap itu benar. Lantas ia
masuk sendiri kedalam buat undang Siu Lian keluar, kekamar
tamu Begitu melihat si nona, Yo Kian Tong lantas berikan
pujiannya buat perbuatannya nona itu selama dua hari ini.
Siu Lian tidak kata apa2, ia melainkan bersenyum
"Aku telah binasakan Biauw Cin San, akan tetapi aku masih
belum puas," kata ia ketika akhirnya ia bicara juga. "Biauw Cin
San hanya seorang okpa, ia bukannya musuhku. Ayahku
binasa dibawah ancamannya Thio Giok Kin dan persaudaraan
Ho, aku mesti dapat bunuh mereka itu, barulah sakit hati
ayahku terbalas! Aku telah bunuh Biauw Cin San, andaikan
terjadi perkara, aku akan tanggung jawab sendiri, aku tidak
mau Ngo ko dan Yo Shako, turut tersangkut. Mika, Ngo ko,sha
ko aku minta jangan kau menghalangi aku lagi"
"Thio Giok Kin adalah enghiong dar1 Holam, kawannya
semua bukannya orang baik2, aku percaya mereka tidak akan
tarik dengannya pembesar negeri" Yo Kian Tong kata. "Aku
lihat perkara ini mesti diakhirkan dengan pertempuran juga,
tidak bisa lain"
"Kita tidak takut pada Thio Giok Kin" kata Siauw Hong yang
dahului si nona, "aku tadinya kuatirktn piauwnya Biauw Cin
San. Sekarang Biauw Cin San sudah disingkirkan oleh nona
Jie, kita tidak usah takuti mereka itu. Sendirian saja aku berani
layani Oey Kie Pok dan Moh Po Kun. maka mustahil kau. Kian
Tong, bersama2. Nona Jie, tidak sanggup pukul rubuh Thio
Giok Kin ?"
"Meski demikian" sabut Kian Tong yang hati2, jugalah
mereka besar, kita tidak boleh alpa......"
"Yang lain2nya tidak menjadi soal, tidak perduli berapa
jumlahnya mereka" kata Siu Lian.
Yo Kian Tong masih mau bicara ketika kelihatan pengawal
masuk dengan sikap tersipu2.
"Looya, diiuar ada Kim chio Thio Giok Kin" ia mengasi
warta. "Ia datang bersama beberapa kawannya, semuanya
bawa golok dan tumbak, ia minta bicara dengan looya,
katanya ada urusan penting,"
Siauw Hong kaget menerima kabar itu. Tapi Siu Lian sudah
lantas saja bsrbangkit dan terus bertindak keluar.
"Aku nanti ketemukan mereka!" ia kata dengan sengit.
Yo Kian Tong lompat kepintu dan mencegah.
"Nona, sabar" ia kata. "Kau baik jangan keluar dulu, biarlah
aku dan Ngo ko yang ketemui mereka, kalau nanti sudah
waktunya buat gunai tenaga, baru kau keluar dan bantu kita."
"Benar, nona," Siauw Hoog pun bilang. "Silahkan kau
tunggu didalam"
Setelah kata begitu. Siauw Hong ajak Kian Tong pergi
keluar. Siu Lian mengikuti sampai dikamar tamu. Ia tahu Thio Giok
Kin tentu cari ia untuk balaskan sakit batinya Biauw Cin San,
maka ialah yang mesti ketemui jago Holam itu, tetapi kapan ia
ingat ia tamunya Siauw Hong dan dirumahnya Siauw Hong ini
ia tidak boleh sembarangan terbitkan onar dan kuatir nanti
orang Boan itu terbawa bawa dan mendapat susah oleh
karenanya, ia menjadi lebih sabar. Maka ia mengintip saja.
Dari sini ia lihat banyak orang, tetapi suara tidak ramai,
menandakan persetorian tidak terjadi.
Tak antara lama, Siu Jie kelihatan masuk.
"Bagaimana ?" ia tanya pelayannya Siauw Hong itu. "Apa
orang she Thio itu hendak serang looya ?"
"Kelihatannya tidak akan sampai terjadi begitu" Siu Jie
jawab. "Sekarang mereka masih bicara terus...."
Siu Lian jadi seperti putus asa.
"Apakah bisa jadi Thio Giok Kin takut berkelahi ?" ia
menduga2. Baru saja ia mau keluar akan mencari tahu, lantas ia
dengar suaranya banyak tindakan kemudian ia dengar
suaranya Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong, yang
mendatangi sambil tertawa.
"Apa kabar ?" ia mendahului menanya. "Apa Thio Giok Kin
sudah pergi ?"
"Ia sudah pergi " sabut Siauw Hong sambit tertawa.
Kemudian ia menoleh pada Yo Kian Tong seraya meneruskan,
"Bukankah kau telah dengar omongannya " Menurut aku,
sudah terang Sioe Bie teo Oey Kie Pok adalah yang menjadi
biang keladi"
Sembari bicara mereka bertindak terus ke kamar tamu tadi.
Siu Jie sudah lantas menyuguhkan teh setelah mereka itu
berduduk. Siauw Hong irup tehnya dua kali, baru mulai bicara.
"Tadi kita bicara didepan pintu dengan Thio Giok Kin," ia
kata. "Orang she Thio itu bukannya seorang terlalu kasar,
yang tidak bisa diajak berunding. Ia telah ketahui Biauw Cin
San telah binasa ditanganmu, kouwnio. Tapi Oey Kie Pok telah
tuduh aku, ia kata akulah yang undang kauwnio datang dari
Yankeng, melulu untuk memusuhi mereka Tuduhan itu aku
tidak ambil perduli, aku tidak mau rewelkan, aku hanya bicara
langsung dengan Thio Giok Kin sendiri. Kim chio bilang ia mau
adu jiwa dengan kouwnio, tapi karena tidak merdeka
bertempur didalam kota raja, ia janjikan satu tempat, yalah
lusa pagi diperapatan Sam-kak-tee di luar pintu kota Cee-hoamui.
Atas nama kau, kouwnio, aku telah terima haik janjinya
itu" "Bagus " berseru Siu Lan. "Lusa pagi aku nanti pergi keluar
Cee-hoa-mui akan ke temui dia ! Umpama kata ia tidak mau
adu jiwa dengan aku, aku sendiri pasti akan serang dia, untuk
balaskan sakit hati ayahku"
"Lusa bersama2 Kian Tong aku akan ikut kau, kouwnio !"
Tek Siauw Hong bilang. "Menurut penglihatanku. Kim chio
Thio Giok Kin adalah laki2, ia tidak miripnya dengan Biauw Cin
San yang jahat, maka bila nanti kouwnio tempur ia, asal sudah
menang, sudah cukup, jagan kau berlaku keterlaluan terutama
jangan kau benar bunuh dia"
"Sudah terang ia bantu kawannya mengganggu Jie Loo pe"
Kian Tong pun berkata, "tetapi ia tidak dapat wujudkan
maksud hatinya dan Jie Loope lelah menutup mata dengan
baik2, maka aku anggap, permusuhan itu tidak terlalu
hebat...."
Siu Lian bernapsu yang lusa ia akan tempur musuhnya,
sekarang ia dengar omongannya dua orang itu, antaranya
ayahnya disebut2 dengan lantas ia jadi berduka.
"Dikalangan Sungai Telaga orang selamanya tidak boleh
bertindak keterlaluan" Yo Kian Tong berkata pula. "bila tidak
demikian, permusuhan melulu akan jadi bertambah bebat,
hingga turun temurun tidak akan ada akhirnya. Urusanmu
dengan Thio Giok Kin adalah urusan kecil, yang penting adalah
mencari Beng Jie Siauw-ya, agar ia bisa diketemukan......
Siu Lian tidak mau menentang orang she Yo itu, yang ia
anggap terlalu jujur dan omongannya beralasan juga, ia diam
saja. Siauw Hong kuatir orang gusar atau menangis, ia kedipkan
mata pada kawannya.
"Sekarang baiklah kouWnio mengaso" ia kemudian kata.
Sioe Lian menurut, ia lalu undurkan diri
"Kau sebenarnya tidak boleh sebut2 Jie Loopiauwtauw dan
Beng Soe Ciauw" Siauw Hong sesalkan sobatnya, "Kau tidak
ketahui kedukaannya si nona"
Kian Tong tertawa.
"Apakah halnya Beng Soe Ciauw tidak boleh disebut2 lagi
untuk seterusnya" ia tanya "Apakah nona Jie akan tinggal
tetap dirumah kau?"
"Buat ia tinggal tetap dlrumahku. meski aku tak
berkeberatan nampaknya kurang sempurna" sabut Siauw
Hong. "Ia gadis ada belum tentu betah tinggal terus disini.
Aku pikir, bila nanti urusan Thio Giok Kin sudah beres dan Lie
Bouw Pak telah kembali, aku mau berdamai dengan orang she
Lie itu umpama kata Beng Soe Ciauw tetap tak dapat dicari
lebih baik kita antarkan si nona ke Soanhoa hoe"
Yo Kian Tong manggut, ia berpendapat memang tidak ada
jalan lain lagi.
Setelah itu berdua mereka bersantap tengah hari,
kemudian sesudan suruh Soen Cit dan orangnya pulang lebih
dulu, Kian Tong bersama Siauw Hong naik kereta pergi
sambangi Khoe Kong Ciauw. Mereka disambut dengan girang oleh
orang bangsawan itu, yang lukanya agak baik banyak, cuma ia
masih duduk diatas pembaringan.
Dalam pcmbicaraan, Siauw Hong ceritakan hal
kebinasaannya Biauw Cin San ditangannya Jie Sioe Lian dan
bahwa lusa si nona hendak tempur Thio Giok Kin. Mendengar
itu, Khoe Kong Ciauw puas sekali.
"Biauw Cin San, jahat, ia bisa gunai senjata rahasia,
sekarang ia terima pembalasannya" ia kata. "Oey Kie Pok
undang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin supaya mereka ini
rubuhkan orang gagah di Pakkhia, agar setelah nanti mereka
ini berangkat pergi. Sioe bie too sendiri yang menjagoi disini,
sekarang ternyata maksudnya sudah gagal sebagian, ia
sekarang pasti sangat masgul..."
setelah kata begitu, Kong Ciauw pandang dua sobatnya
sambil bersenyum. Tapi lekas juga ia menghela napas.
"Buat beberapa tahun aku telah mendapat nama di kota
raja ini" ia tambahkan, "siapa nyana, dengan datangnya Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin, aku kena dilukai dari sini ternyata
yang kepandaianku masih belum berarti maka. melihat Jie
Sioe Lian aku mesti malu sendiri....."
"Itulah pemandangan yang keliru" Siauw Hong menghibur
"Saudara Kong Ciauw, kau telah kalah, tetapi itu bukannya
kekalahan yang sebenarnya, karena kau telah dibokong
dengan senjata rahasia. Andaikata kau lawan Thio giok Kin
satu sama satu, kesudahannya masih belum dapat dibilang"
"Kong Ciauw. kau jangan ambil pemandangan demikian
merendahkan diri sendiri" kata Yo Kian Tong, si guru. "Lusa
Jie Siu Lian akan tempur Thio Giok Kin, aku hendak saksikan.
Kalau kejadian nona Jie menang, kita tidak harus kemplang
harimau yang sudah mati, tetapi andaikata sebaliknya yaitu
Thio Giok Kin yang rebut kemenangan, pasti sekali aku tidak
akan ijinkan ia berlalu dengan begitu saja aku akan tempur ia,
untuk memastikan siapa yang lebih pandai diantara kami"
Kong Ciauw bersenyum
"Kalau lusa aku bisa turun dari pembaringan, aku pun mau
pergi menyaksikan, akan bantu gembirakan si nona" ia kata.
Siauw Hong dan Kian Tong masin bicarakan urusan2 lain,
tapi kemudian, melihat tuan rumah sudah lelah, mereka
segera pamitan. Kian Tong ingin langsung pulang, tetapi
Siauw Hong menahan.
"Sudah sekalian keluar, mari kita berkunjung pada Tiat Jie
ya," kata ia ini. "Tiat Jieya perlu dikabarkan dan dikasih
keterang. Satu jiwa sudah melayang, siapa tahu besok?"
"Tidak. Aku mau pulang, baik kau pergi sendiri saja" Kian
Tong bilang. Melihat orang menolak, Siauw Hong tidak mau memaksa.
"Baiklah" ia bilang.
Dengan sebuah kereta sewaan, Yo Kian Tong pulang ke
hotelnya, dan Siauw Hong dengan keretanya menuju ke
Pweelek noe. Ia perintah turunkan tenda, ia tidak mau nanti
dapat dilibat oleh Thio Giok Kin atau kawannya. Dengan
berada sendirian saja, ia tidak ingin dapat gangguan tidak
lama ia telah sampai diistananya pweelek, ia dipimpin ke
kamar tulis, ia duduk belum lama, tuan rumah kelihatan
muncul. Belum sampai ia buka mulutnya, atau Tiat Pweeiek,
dengan roman sungguh2 mendahului;
"Siauw Hong, kau telah bikin urusan tambah hebat"
demikian raja muda ini "Dengan Oey Kie Pok kau boleh


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bentrok dengan Thio Giok Kin kau boleh pieboe, semua muanya
boleh, tetapi hari ini, perkara jiwa telah terjadi. Baru saja aku
antar pulang Kioeboen Tetok Mo Tayjin"
Siauw Mong terperanjat, itu adalah tegoran yang ia tidak
sangka. Tapi ia bcrsenyum
"Sebenarnia aku telah menahan sabar luar biasa" ia
berkata. "Setiap hari, sehabis jalankan kewajiban, aku tidak
pernah keluar kemana-mana, maka adalah di luar
sangkaanku, bahwa urusan telah menjadi hebat begini rupa.
Betul" aku tidak sanggup tilik nona Jie Sioe Lian, dalam dua
hari ia telah terbitkan onar...... Meski demikian, urusan ini
tidak ada artinya Biauw Cin San telah binasa, tetapi Thio Giok
Kin tidak tarik perkara itu kemuka pengadilan, ia cuma janji
nona Jie buat lusa adu kepandaian diluar pintu kota Cee hoa
moei......"
Tiat Pweelek mendongkol, tetapi ia bersenyum.
"Sungguh gila !" berkata ia. "Nona Jie tinggal dirumahmu,
kenapa kau antapkan ia keluar menunggang kuda dengan
bawa senjata dan terbitkan onar itu " Kau harus ketahui ini
kota raja dan kau sendiri orang berpangkat......"
Mendengar ini, Siauw Hong sangat malu "Pweelekya benar
juga," ia pikir. "Mestinya Jie Sioe Lian disuruh pergi dari
rumahku dan diluaran ia boleh berbuat sesukanya
sendiri. Tetapi aku yang bawa ia ke Pakkhia dengan
maksud buat rangkap jodohnya pada Lie Bouw Pek tetapi
setelah terbit urusan ini, mana aku boleh lepas tangan"
Karena Lie Bouw Pek, aku jadi bermusuhan Oey Ke Pok dan
Thio Giok Kin sekalian maka, kalau aku mau bersobat, aku
mau bersobat dari bermula hingga diakhirnya.
Mungkin aku mesti obral harta dan jiwaku untuk bantu
nona Jie........"
Siauw Hong hendak utarakan pikirannya itu tetapi Tiat
Pweeiek sudah mendahului berkata pula:
"Barusan Mo Teetok sengaja mengunjungi aku, ia bilang
urusan kau telah jadi terlalu besar, hingga ia anggap berhak
buat campur tahu. Ia pun dengar kabar, bahwa Jie Sioe Lian
adalah isterinya Lie Bouw Pek, bahwa Lie Bouw Pek sekarang
masih tetap berada dikota ini sedang umpatkan diri. Mo
Teetok bilang juga, kebinasaannya Cie Sielong dan Poan Louw
Sam adalah porbuatanaya Lie Bouw Pek semua.
Siauw Hong kaget, hingga ia berseru!
"Itulah tidak benar ! Ketika Cie Siolong dan Poan Louw Sam
mati, Lie Bouw Pek sedang rebah karena sakit dan aku
bersama Jie Soe Lian masih berada di Yankeng!..."
Tiat Pweeiek ulapkan tangan, akan mencegah orang bicara
terus. "Kematian mereka tetap suatu rahasia, hal itu baik jangan
disebut lagi" ia kata. "Hal hubungan diantara Lie Bouw Pek
den Jie Sioe Lian, pada Mo Teetok aku telah berikan
keterangan, ia tidak kata apa , ia melainkan minta aku
sampaikan pada kau supaya selanjutnya kau tidak terbitkan
gara2 lain lagi. Mo Teetok telah beritahukan aku, dalam tempo
setengah harian ini ia hendak usir Thio Giok Kin dan
rombongannya dari kota raja"
Mendengar omongaanya Pweelek ini, Siauw Hong lantas
dapat menduga. "Sudah terang Oey Kie Pok putus harapan dan sekarang ia
gunai pengaruh dan tenaganya Mo Teetok buat usir Thio Giok
Kin semua" demikian dugaannya. "Dengan jalan ini, secara
diam2 ia hendak cuci tangan. "ia benar licin, dengan kirim Mo
Teetok pada tiat pweelek ia hendak pengaruhi kita"
"Jieya ketahui sendiri" ia lalu kata "sudah sejak dua bulan
aku telah berlaku sabar luar biasa. Bukankah sudah terus
datangnya Biauw Cin San dan rombongannya karena
undangannya Oey Ke Pok. Karena pesanan dari Mo Teetok ini,
baiklah mulai besok aku tidak pergi ketempat pekerjaanku,
aku akan selalu berdiam dirumah, menjagai nona Jie 5ioe
Lian, supaya ia tidak keluar menerbitkan onar pula! Umpama
kata Kira chio Thio Giok Kin datang cari aku dan menantang,
aku akan tetap kunci pintu rumahku, aku tidak akan ladeni dia
......" Tiat Pweeiek manggut.
"Baiklah, sekarang kau boleh pulang dan jaga baik2 nona
Jie" ia bilang. "Kalau sampai terbit onar pula, aku tidak
berdaya lagi...."
Tek Siauw Hong berikan janjinya, lantas dia pamitan dan
berangkat pulang. Duduk didalam keretanya ia merasa girang.
"Kembali Oey Kie Pok nampak kegagalan!" kata ia dalam
hatinya "Ia sudah gunai uang dan banyak tempo mengundang
rombongan Byauw Cin San, sekarang ternyata Lie Bouw Pek
tidak dapat dicari, aku tidak kena ganggu. Benar ia berhasil
bisa lukai Khoe Kong Ciauw, tetapi sebaliknya ia mesti
kehilangin jiwanya Biauw cin San! Bila kejadian Mo Teetok usir
Thio Giok Kin semua, aku ingin lihat, apa ia masih bisa angkat
kepala" apa ia masih bisa ketemui orang" Tapi Kie Pok sangat
licin ia dan banyak akalnya, apa benar ia merasa puas "
Baiklah aku tetap berlaku hati2....."'
Ketika itu kereta sudah sampai di Tang Soe pak Toa-kay,
itu berarti sudah dekat rumahnya, mendadak Hok Coe sambil
singkap tenda kata padanya.
"Looya, itu didepan apakah keretanya 0ey Soaya ?"
Ditanya begitu, Siauw Hong segera singkap tendanya dan
melongo keluar. -
Sebuah kereta yang baru dan bagus, ditarik oleh kaledai,
dengan cepat menuju ke selatan Kereta itu benar kepunyaan
Oay Kie Pok. Ia heran.
"Terang Kie Pok sedang repot" pikir ia, Kemana ia mau
pergi?" Selagi orang Boan ini masih berpikir terus keretanya sudah
sampai didepan rumah. Ia lekas turun, pada pengawal pintu ia
pesan: "Siapa juga datang carl aku, kecuali sanak dan sobat karib,
bilang bahwa aku tidak dirumah"
Sesampaiaya didalam, Siauw Hong lebih dulu tulis surat
pada Yo Kian Tong dan perintah orang bawa itu, kemudian ia
ketemu Siu Lian, akan tuturkan hal pembicaraannya dengan
Tiat Pweelek, yang tidak sukai adanya pertempuran.
SEJAK datangnya Biauw Cin San, setiap hari Oey Kie Pok
repot saja, lebih2 hari itu, karena ia telah ketahui
kebinasaannya jagonya. Ia telab menyambangi kehotel akan
unjuk hormat pada jenazahnya jago itu. Ia dengar hal Thio
Giok Kin hendak diusir dari Pakkhia, dengan naik keretanya ia
masuk kekota, akan atur bagaimana baiknya untuk
kepeatingannya sendiri. Asal mulanya memang ia sendiri yang
berdaya supaya la bisa cuci tangan dari urusan sulit itu.
Dengan binasanya Biauw Cin San ia sudah hilang harapan.
Kendati begitu, didepan Thio Giok Kin ia masih bawa aksi, ia
ingin bikin Kim-chio jadi gusar dan kalap sampai tak mau
perdulikan lagi segala apa, supaya si Tumbak Emas lakukan
kekerasan terhadap Tek Siauw Hong. Iapun telah lihat
keretanya Siauw Hong, dalam hatinya sembari tertawa ia kata
: "Tek Ngo, kau boleh atur segala apa" Permusuhan kita tetap
permusuhan kita !"
Kie Pok pergi ke Lham shia, ke Cun Goan Piauw Tiam,
disitu ia minta pertolongannya Hoa chio Phang Liong akan
undang Thio Giok Kin, ketika jago Holam itu datang, ia
berpura2 berduka.
"Aku pergi ke Teetok gee mui, aku tidak ketemui Teetok
Tayjin," kata ia dengan lesu. "Katanya teetok pergi keluar, tapi
terang ia sengaja tidak mendumpakan aku.."
Dengan banting kakinya, ia damprat Siauw Hong. Ia
tambahkan: "Semua ini bisanya Tek Siauw Hong seorarg. Pasti sekali
dia yang perintahkan sinona Jie untuk celakai Biauw Wan gwe,
sedang difihak lain, dikantor ia gunai pengaruh uang buat usir
kau orang, yang dikatakannya orang gelap ! Tidak salah lagi,
kalau dayanya sudah berhasil, ia akan panggil pulang Lie
Bouw Pek, supaya seterusnya ia bisa tetap menjagoi disini !"
Dan ia tambahkan pula : "Menurut aku, si rona yang
menumpang sama dia adalah seorang gelap Entah apa yang
mereka akan dayakan lebih jauh !"
Thio Giok Kin berlaku tenang mendengar semua ocehan itu,
ia tidak menjadi gusar atau kelabakan, malah mendengar
halnya Siu Lian dikatakan orang gelap dengan sabar ia kata:
"Jie Siu Lian bukannya seorang gelap. Ia dan ayahnya
adalah musuh kami, dimana saja kami bertemu, kami bisa
mengadu jiwa, mana itu atas kebinasaannya engku aku tidak
berduka, aku tidak sesalkan Jie Siu Lian. Hanya Tek Siauw
Hong, dimataku ia itu seorang rendah! Tadi aku pergi ke Tang
sie sam tiauw, dimana aku ketemui ia dan Yo Kian Tong, la
berlaku hormat dan sungkan tentu saja itu adalah hormat
palsu. Ketika aku majukan usul akan piebu dengan Jie Siu
Lian, ia sudah lantas menerima baik, malah ia yang tetapkan
tempat dan tanggalnya, yatah lusa disam kak tee diluar Cee
hoa mui. Waktu itu aku sangka ia seorang jujur, siapa tahu ia
hanya berpura pura, karena difihak lain ia telah atur daya
dengan fihak kantor akan ganggu aku"
Diwaktu mengucap demikian, nyata sekali mendongkolnya
Giok Kin. Menampak demikian, Kie-jin dan Lwee-boe-hoe" ia
adalah ketika yang ia barap2. Ia lalu ketok besi selagi masih
panas ! "Tek Siauw Hong itu adalah Kie jin dari Lwee-boe Hoe" ia
kasih tahu, "Ia punya banyak uang dan berpengaruh, hingga
orang tidak berani main gila dengan dia. Sudah begitu ia juga
piara Lie Bouw Pek dan Yo Kian Tong dan nona she Jie itu
selaku tukang2 pukul, hingga orang makin takuti dia Thio
Lauwse, bilamana kau berlalu dari Pakkhia, aku juga tidak bisa
tinggal dengan tenteram lagi disini, aku hendak cari tempat,
kemana sku bisa pergi menyungkirkan diri.... Jikalau tidak,
dapat dipastikan, aku mesti mendapat malu dari dia !"
Ucapan berbisa ini mengasi hasil.
Thio Giok Kin loncat bangun dengan gusarnya.
"Jangan kira Tek Siauw Hong bisa besenang senang !" ia
kata dengan sengit, Meski kami akan berlalu dari sini, aku
tidak nanti kasih ampun padanya "
Lantas Thio Giok Kin ajak Oey Kie Pok pergi keluar buat
diajak bicara diluar tahunya dua saudara Phang, sesudah itu ia
pamitan pulang, mayatnya Biauw Cin San sudah selesai
dimasukan kedalam peti. Ia rasakan hatinya sakit, kendati ia
tidak kentarakan itu pada wajah mukanya, bagaimana ia tidak
bersedih, sebab Biauw Cin San adalah sanaknya, mereka telah
bergaul buat banyak tahun dan sekarang ini mereka datang
sama atas undangan Oey Kie Pok. siapa nyana. Lie Bouw Pek
yang dicari tidak didapatkan sebaliknya Teng couw hie mesti
serahkan jiwa pada Jie Sioe Lian. lapun benci sekali pada Tek
Siauw Hong. Ia tidak ketahui, yang ia sudah kena hasutannya
Sioe Bie to yang bermulut manis tapi hatinya berbisa. Maka ia
telah ambil putusan akan unjuk kekejaman.
Tiga saudara Ho dan orang mereka orangnya Biauw Cin
San semua sangat gusar sampai mereka tidak bernspsu dahar.
"Bukankah kau dengar sendiri apa yang polisi bilang" "kata
Ho Sam Houw pada kawan2nya. "Kita hanya dikasih tempo
dua hari akan mesti menggelinding pergi dari sini kalau tidak,
kita akan ditangkap dan dihukum ! Celaka betul ! Kiranya
disini orang lebih2 tidak pakal aturan. Apakah bisa jadi yang
Biauw Toasiok mesti antarkan jiwanya secara percuma begini
dan kita mesti menyerah saja yang orang telah bikin kita
terguling?"
Ucapan itu mengasi pengaruh hingga orang dari
mendongkol menjadi gusar sekali.
"Mari kita cari Tek Siauw Hong, dan Jie Sioe Lian "
beberapa orang berseru Semua pada cari senjata mereka!
Thio Giok Kin mencegah semua kawan itu,
"Dikota raja ini kita tidak bisa tempur Siauw Hong" ia kasih
tahu. "Kita mesti bersabar Aku telah dapatkan satu daya....."
lalu dengan berbisik ia beritahukan niatnya itu.
Ho Sam Houw sekafan anggap daya itu boleh dijalankan
mereka bisa bersabar.
Sorenya datang Toakoankee Goe tauw hok Sam si Kepala
Kerbau atas titahnya Oey Kie Pok ia membawa uang, katanya
untuk ongkos jalan bagi sekalian jago itu.
Thio Giok Kin terima uang itu dengan tidak banyak omong
lagi. "Sekarang semua mesti siap. besok pagi2 kita akan
berangkat dari sini! ia kata pada kawannya.
Kemudian Thio Giok Kin perintah orang cari Moh Po Koen
yang diminta datang buat diajak bicara. Tapi piauwtauw yang
licik ini ketika dengar kematiannya Biauw Cin San, sudah
lantas umpatkan diri, hingga ia tidak dapat dicari
Semalaman itu Thio Giok Kin semua mesti telan
kemendongkolan dan kegusaran, kapan sang pagi datang,
diwaktu masih saja mereka sudah berangkat dengan sewa
kereta untuk bawa jenazahnya Biauw Cin San. Mereka keluar
dan Ciang gie moei.
Oey Kie Pok sudah siap. ia perintah Hek Sam dan beberapa
bujang lainnya siapkan barang2 hidangan di koan siang untuk
. sembahyang, maka juga Thio Giok Kin sekalian jadi sangat
bersyukur dan mereka anggap Sioe Bie too adalah seorang
baik yang boleh dijadikan sobat.
Sehabis sembahyang beberapa kereta dan belasan ekor
kuda itu serta sekalian penunggangnya sudah lantas lanjutkan
perjalanan mereka. Kira2 tengah hari Thio Giok Kin segera
pisahkan diri. Ia ajak Ho Sam Houw dan seorang pengikut Ho
Ciat Houw, Ho Kiam Go dan yang lain ia perintah berangkat
terus mengiringi layonannya Biauw Cin San. Bertiga ia kembali
kekota, dengan ambil jalan dari Cee hoa moei, 4disini mereka
cari hotel. Sama sekali tidak ada orang perhatikan mereka.
Sambil menunggui sang malam mereka sekap diri dihotel
Begitu lekas sudah bersantap sore, dengan bekal senjata
Thio Giok Kin ajak Ho Sam Houw keluar dari hotel menuju ke
Tang Soe sam tiauw.
Disini mereka melihat2 sekian lama, lantas mampir
disebuah warung teh kecil untuk tunggu sang waktu. Sembari
minum pelahan2, mereka mendengar centanya si tukang
cerita. Tek Siauw Hong sementara itu merasa lega hati kapan ia
dengar Thio Giok Kin yang diusir dan kota raja sudah
berangkat pergi, dengan begitu dengan sendirinya pieboe di


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luar Cee hoa moei menjadi batal. Ia seperti terlepas dari
ikatan, hingga sekarang tinggal urusannya Jie Soei Lian
seorang. Tek Naynay merasa girang melihat sikap suaminya telah
berobah, ia lantas ajak omong banyak pada suami itu. Dua
anaknya laki, duduk bersama sama, masing2 berumur tiga
belas dan delapan tahun.
"Permusuhanku dengan Oey Kie Pok telah mendalam, dua
anakku ini perlu belajar silat untuk jaga diri, kalau tidak,
dibelakang hari mereka bisa jadi korbannya orang jahat yang
licin itu" demikian ia pikir. Dan pikirannya ini ia utarakan pada
isterinya. "Apa Oey Kie Pok bisa bikin ?" tanya Tek Naynay dengan
penasaran. "Mustahil ia bisa bunuh dua anak kita ini?" ia tidak
setujui pikirannya suami itu.
"Kau tidak tahu" Siauw Hong kata sambil geleng kepala.
"Oey Kie Pok seorang sangat licin, sekarang dengan berterang
ia tidak dapat ganggu kita, siapa tahu apabila dibelakang hari
ia gunai akal akan celakai anak kita " Kita ini dari golongan Kie
jin, sesudah besar anak2 kitapun akan bekerja pada negeri
seperti aku sendiri, mesti demikian mereka perlu diperintah
yakinkan ilmu silat, guna menjagoi supaya orang tidak hina
mereka "Bila demikan, selagi senggang kau boleh didik mereka"
kata Tek Naynay akhirnya. "Bukankah kau yang bilang, buat
belajar silat orang mesti mulai sedari masih kecil?"
Siauw Hong manggut, tetapi ia lantas tertawa.
"Apakah kau kira kepandaianku ada artinya?" ia balik
menanya. "Guru mereka setidaknya mesti berkepandaian
seperti Lie Bouw Pek atau Jie Sioe Lian. Maka aku harap
sangat Lie Bouw Pek dan Jie Sioe Lian bisa menikah, supaya
mereka berdua bisa tinggal tetap di Pakkhia, dengan begitu
anak anak kita jadi bisa belajar di bawah pimpinan mereka "
Siauw Hong gembira sekali selagi ia mengucap demikian.
Tapi pembicaraan mereka terputus waktu seorang bujang
perempuan menyingkap kereta datang muncul.
Nona Jie datang !" kata bujang ini.
Suami isteri itu lekas berbangkit, hampir berbareng mereka
lihat munculnya Jie Sioe Lian, yang tetap pakai bajunya yang
hijau dan panjang. Siauw Hong awasi mukanya, ia kuatir si
nona dapat dengar omongannya barusan hal dia itu dan Bouw
Pek. Tapi ia dapat kenyataan nona itu tidak lagi berduka
seperti kemarinnya.
"Silahkaa duduk, kouwnio" kata Siauw Hong. Dan isterinya
pun turut mempersilahkan.
Soe Lian duduk setelah ucapkan dua tiga patah seraya
merendah. "Ngo ko, bagaimana besok ?" la tanya. "Apa kita jadi keluar
kota ?" "Kita tidak usah pergi" Siauw Hong jawab. "Kemarin Thio
Giok Kin sudah diusir oleh pembesar negeri dan tadi pagi pagi
mereka sudah berlalu dengan bawa mayatnya
Biauw Cin San"
Siauw Hong tertawa, tangannya merebah coeihoan, yang ia
terus sedot bentang"
"Thio Giok Kin semua sdalah orang2 dari kalangan Sungai
Telaga yang paling takut terhadap pembesar negeri" ia kata
pula. "Mereka semua mestinya pernah lakukan beberapa
pelanggaran. Lihat saja. Biauw Cin San telah binasa, mereka
tidak berani mendakwa kita, Sekarang mereka diusir, menurut
penglihatanku, ini mesti biasanya dari buah hasil kelicinannya
Oey Kie Pok ! Kie Pok undang mereka, hasilnya tidak ada,
dengan binasanya Biauw Cin San tinggal Thio Giok Kin
seorang tenaga mereka jadi tiada artinya, maka itu mana Kie
Pok mau mengongkosi mereka lebih lama pula " Buat tolak
tamu, Kie Pok tidak berani, sekarang apa akal " Ia gunai jalan
halus, dengan pinjam tangannya polisi. Dengan mereka sudah
pergi, ia boleh cuci tangan. Thio Giok Kin sudah pergi, aku
percaya bagi kita babaya tidak ada lagi dari ia itu. Aku hanya
kuatirkan fihaknya Oey Kie pok. ia tentu tetap tidak puas,
cuma mestinya ia akan musuhkan aku seorang, bukan
kouwnio" Sioe Lian manggut dan diam saja sampai sekian lama,
mendadak ia kata:
"Ngo ko, aku pikir sebentar aku hendak berangkat
meninggalkan kota raja Pertama Cama aku hendak pergi ke
Jie sie tin untuk tengok kuburan ayahku, akan bakar kertas
disana, sesudah itu aku hendak tengok rumahku di Kielok....."
Tek Naynay kaget mendengar pengutaraan itu.
"Kau hendak berangkat, adikku?" ia menegasi. "Apa
kemudian kau mau kembali kemari?"
Sioe Lian pandang nyooya rumah, ia menghela napas.
Tek Siauw Hong lihat orang hendak sahuti isterinya, ia
memegat. "Kau hendak berangkat, kouwnio, aku tidak bisa
mencegah" ia kata. "Cuma aku pikir, baiklah kau tunggu
sampai Bouw Pek sudah kembali. Bouw Pek dan kau bersobat,
Bouw Pek pernah ketemu Beng Jie siauwya, kalau ia kembali
barangkali ia bisa bawa kabar baik. Laginya, kemana kau
hendak pergi, kau baik ketemui ia dahulu dan bicara padanya,
agar ia dapat tahu. Kalau sekarang kouwnio pergi dan
kemudian terjadi suatu apa, aku malu akan ketemui Bouw Pek
dan Jie Siauwya......."
Sioe Lian bersusah hati mendengar disebutnya nama Lie
Bouw Pek dan Beng Soe Ciauw, sampai ia tidak bisa kata apa2
Ia duduk pula sebentar, lantas balik kekamarnya, kamar tulis,
adalah kecil dan terawat rapi, segala apa tersedia, sudah
setengah bulan ia berdiam disitu. Biauw Cin San sudah mati,
Thio Giok Kin sudah pergi, ia anggap tidak ada gunanya ia
berdiam lebih lama pula di Pakkhia. Bukankah Lie Bouw Pek
pun tidak ada dan Beng Soe Ciauw telah pergi entah kemana "
Siapa ia mesti tunggui lagi " Iapun merasa tidak enak akan
ucapannya Siauw Hong barusan, yang inginkan ia tunggui
Bouw Pek atau Soe Ciauw.......
Duduk sendirian didalam kamarnya itu, melainkan lampu
sebagai kawannya, Sioe Lian jadi banyak pikir dan ngelamun
Ia bersedih akan nasibnya yang buruk. Tiba2 ia ingat Thio
Giok Kin sekalian, bangsa kaum Sungai Telaga itu.
"Apa benar" mereka mau berlalu dengan hati puas ?" ia
tanya dirinya. "Siapa tabu jikalau malam mereka datang
kemari dan bokong aku dan bunuh semua orang dari keluarga
Tek ini " Kelihataanya aku tidak boleh alpa......
Ia berbangkit kepembaringan, akan hunus siangtoonya,
yang ia bawa kembali kemeja, diantara sinar lampu sambil
berduduk ia awasi senjata yang tajam itu. Itu adalah sepasang
golok, yang pada tiga tahun yang lalu ayahnya bikinkan
khusus untuk ia. Baru saja kemarin ia pakai goloknya ftu
membacok Biauw Cin San, hingga ia seperti masin rasakan
baunya darah dari okpa itu......
"Boegeeku kecuali Bouw pek, belum pernah ada yang
tandingi" demikian ia ngelamun. Ingat anak muda itu ia jadi
kagum dan puas, akan akhirnya berduka.......
Sioe Lian ngelamun terus, ia tidak merasa sang malam
sang waktu, berjatan terus dengan tidak gubris padanya.
Tahu2 sudah jam tiga. Ia berbangkit akan kunci pintu
kamarnya dan masuk tidur. Minyak pada lampu juga sudah
mulai mau kering, penerangan ia hendak padamkan, tetapi
tiba2 satu jeritan terdengar jeritan orang perempuan,
keluarnya dari kamarnya Tek Siauw Hong ! Itulah suaranya
Tek Naynay Kemudian jeritan itu disusul dengan suara riuh
kalang kabutan dari terbaliknya kursi meja, antaranya ada
suara senjata beradu dan lekas sekali terdengar juga
seruannya Tek Siauw Hong: Aku si orang she Tek akan
pertaruhkan jiwaku terhadap kau semua "
Meski ia kaget, Sioe Lian tidak berayal akan loncat keluar,
apa pula ketika itu siang too sudah siap ditangannya. Cahaya
rembulan suram, tetapi ia masih bisa melihat dengan nyata.
Dipekarangan dalam tiga orang
kelihatan asik bertempur dua lawan satu dan yang satu itu
adalah tuan rumah "Tek Ngoko, mundur " Sioa Lian segera
berseru. "Kasilah aku bunuh mereka"
Siauw Hong sedang terdesak hebat, napasnya sudah
memburu, karena rangsakan kedua musuhnya yang gagah
dan ganas, Maka mendengar suaranya nona Jie ia merasa lega
bukan main. Tidak tempo lagi ia lakukan tangkisan dan loncat
mundur, kemudian ia lari terus kedalam kamarnya akan
tengok isterinya.
Tek Naynay masih sembunyi dikolong meja, mejanya telah
samplek bekas bacokan musuh. Theekoan dan cangkir, pot
kembang dan lain senua telah jatuh kelantai. Kursi pun
malang melintang.
"Apa kau terluka" ia tanya lsterinya.
Tek Naynay goyang kepala, tubuhnya masih gemetar tidak
lampias. "Sudah, jangan takut" kata Siauw Hong Tapi ia pasang
kuping. Diluar terdengar terus suara beradunya senjata, kemudian
terdengar juga suara seruan saya arang jahat
"Tidak " ia menyahut dengan
"Aku mesti bantui Jie Kouwnio" kata ia, yang mau
memburu keluar. Tapi Tek Naynay tarik tangannya, hingga ia
tidak tega akan melongok keluar jendela, hatinya ibuk bukan
main. Didepanpun segera terdengar teriakan berulang ulang:
"Tangkap orang jahat !"
Akhirnya dari jendela Siauw Hong berteriak teriak:
"Thio Giok Kin ! Jikalau kau laki2, hayo berhenti Aku Tek
Siauw Hong nanti keluar akan layani kau ! Mari kita bertempur
secara terang, tetapi jangan seperti sekarang, seperti bangsat
saja" Siauw Hong belum tutup rapat mulutnya, ketika diatas
genteng ia dengar suara ramai, hingga kaca dan kertas
jendela turut berbunyi berkeresekan, ia lantas dongak, tetapi
suara itu segera lenyap. Kemudian sampai sekian lama suara
ramai itu lenyap seanteronya.
Tek Naynay lepaskan cekalan pada suaminya, sang suami
menghela napas lega.
Waktu itu Sioe Jie dan beberapa bujang, dengan bawa
lentera, datang masuk.
Siauw Hong lepaskan goloknya, ia keluar dari kamar.
"Tidak apa2, kau jangan ribut" ia kasi tahu, "jangan bikin
Loo thay thay kaget"
Ibunya Siauw Hong sudah tuli, ia tidak dengar suara riuh
itu. Pun dua siauwya, karena dijaga oleh babu, tidak
mendusin. Siauw Hong segera periksa rumahnya, kecuali kekalutan
didalam kamar tidak ada barang yang hilang Ia merasa lega.
Ia sekarang pikirkan Sioe Lian, yang belum kembali, rupanya
si nona kejar orang2 jahat Sesudah perintah orang meronda
disekitar rumah ia duduk dengan bingung.
Sekarang Tek Naynay telah dapat pulang ketenteraman
hatinya, tetapi ia ibuk juga menampak sikap suaminya itu.
"Siapa sebenarnya dua orang jahat itu ?" ia tanya.
"Yang pertama menerjang rusuk adalah Kim thyio Thio Giok
kin Siauw Hong menjawab. "Baiknya aku keburu berkelit dan
telah siap dan itu golokku. kalau tidak, tentu
sekarang aku telah binasa....." Ia menunjuk pada bekas
bacokan diatasnya. "Lihat, itu tanda dari kejamnya si orang
jahat Tek Nayaay bsrgidik kalau ia ingat bahaya yang tadi
mengancam. Baru saja ia mau nasehatkan suaminya, supaya
selanjutnya jangan tanam permusuhan lagi, diluar kedengaran
teriakannya Sioe Jie: , Awas ! Diatas genteng ada orang"
Siauw Hong terperanjat, tetapi ia segera sambar goloknya,
ia mau menerjang keluar.
"Jangan ibuk. aku !" demikian suara dari atas yang lemah
lembut. Dengan bawa lentera, apa yang sedang kau cari ?"
"Nona Jie. apa kau berhasil menangkap orang jahat begitu
terdengar pula suaranya Sioe Jie.
"Tidak apa2, kau boleh pergi tidur " demikian jawabnya si
nona setelah loncat turun. Ia bertindak masuk kedalam.
Siauw Hong tak jadi keluar, ia sambut si nona dan
menanyakan "Kau baru kembali, kouwnio?" ia tanya. Ia lihat orang pakai
baju dan celana hijau yang ringkas, dua golok disebelah
tangan, rambut kusut bekas kesampok sugin.
"Aku kejar mereka sampai d luar Cee-hoa-moei," kata Sioe
Lian. "Mereka kabur dengan naik kuda, lantaran mereka
sambit aku dengan batu, aku tidak mengejar lebih jauh. Ilmu
golok mereka tidak berarti, gerakan mereka pun lambat,
sayang mereka berdua, jikalau satu sama satu aku tentu siang
siang bisa bekuk dia "
Hatinya Siauw Hong lega mendengar keterangan itu, pun
kagum terhadap sinona yang bisa usir penjahat. Dipihak lain,
ia malu sendiri, karena ia tidak berdaya menghadapi dua
musuh itu......
"Tadi aku belum tidur, ketika mereka dupak pintu kamarku
dan menerjang masuk tiba?" ia lalu kasi tahu, "Syukur aku
siap dengan golokku, dengan begitu aku tidaklah sampai
nampak bencana " Ia tunjuk tampak golok dimeja, lantas ia
tambahkan. "Orang yang lebih tinggi adalah Kim chio Thio
Giok Kin. Terang mereka belum berlalu dari kota, mereka
sengaja menguarkan cerita sudah pergi buat bikin kita tidak
curiga dan alpa ! Aku tidak sangka Thio Giok Kin begitu jahat"
"Maaf, semua ia adalah gara2ku," kata Sioe Lian. Ia lalu
ketemui Tek Naynay akan hiburkan nyonya rumah itu.
"Syukur ada kau, adikku," ksta nyonya itu, "bila sendirian
saja, mana ia bisa lawan orang2 jahat itu " Dengan "ia", ia
maksudkan suaminya.
"Enso jangan kuatir aku tanggung penjahat tidak akan
datang pula" Sioe Lian menghibur. "Buat sementara ini aku
juga tidak mau berangkat dari sini."
Ucapau yang belakangan ini bikin sangat lega hatinya
Siauw Hong dan nyonya.
Siauw Hong lantas pergi keluar akan perintah orangnya
jaga pintu baik2, setelah itu ia pergi kekamarnya, ia antapkan
isterinya pasang omong terus dengan sinona Jie, Tapi Sioe
Lian pun tidak omong lama, ia lalu kembali kekamarnya.
Malam itu sampai pagi, Siauw Hong tidak pernah terpisah
dari gotoknya, pagi2 ia melaporkan pada pembesar negeri


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perihal semalam ia didatangi orang2 jahat yang bersenjata.
Atas ini pembesar negeri lalu kirim dua orang hamba negeri
kerumabnya Siauw Hong untuk menjaga. Tiga hari lewat
dengan cepat, gangguan benar tidak datang lagi, Siauw Hong
dan isterinya girang. Sioe Lian, dipihak lain ibuk, hingga Siauw
Hong mesti bujuki dan nasehati ia untuk bersabar. Iapun malu
buat pergi jalan2, malah buat menolong Cia Mama dan
anaknya, yang ia kirimkan uang, ia suruh bujang saja bawa
uang itu. Sekarang ia tidak kerja apa apa, ia jadi iseng. Setiap
hari ia berharap", dan yang diharapi adalah Lie Bouw Pek
Sioe Lian harap Bouw Pek pulang, supaya anak muda itu
bisa ceritakan ia segala halnya Beng Soe Ciauw. Ia juga mau
minta pikiran, kalau nanti ia berlalu dari rumahnya Tek Siauw
Hong, kemana ia mesti menuju. Ia ingin dapatkan tempat
dimana ia bisa berdiam dengan segala kepastian.
Tek Naynay suka temani sinona pasang omong, tetapi
sinona sendiri kehilangan kegembiraan ia lebih suka rebahan
atau duduk bingung mengawasi lampu. Nona itu terus pikirkan
hari kemudiaanya. Diwaktu malampun ia sukar dapat tidur
nyenyak. Selang dua hari Yo Kian Tong mengunjungi Tek Siauw
Hong buat pamitan, karena ia mau pulang ke Yankeng dengan
ajak semua pengikutnya. Maka itu, selagi Bouw Pek belum
juga kembali, Siauw Hong jadi tidak tenteram pikiran. Ia juga
tetap kuatirkan daya upaya busuk dari Oey Kie Pok.
Tatkala itu hawa udara telah berobah menjadi dingin,
didalam rumah setiap waktu dinyalakan perapian.
Malam itu, sehabis bersantap, Siauw Hong dari isterinya
duduk berkumpul bersama anak mereka, tidak lama Sioe Lian
pun muncul Sioe Lian mau beritahukan Siauw Hong bahwa ia niat
meninggalkan Pakkhia, ketika Sioe Jie mendadak muncul
dengan warta "Lie Toaya pulang !"
Sekejap saja suasana lantai berobah. Dalam kegetnya
Siauw Hong memburu kejendela.
"Lie Toaya yang mana 7" ia tegaskan pengikutnya.
"Lie Toaya Lie Bouw Pek"
Siauw Hong lompat berjingkrak bahna girangnya.
"Ah ! Kenapa, baru sekarang toaya ini pulang!" ia berseru.
Dan ia lantas keluar dari kamarnya
Sioe Lian juga girang, ia sudah berbangkit mau ikut Siauw
Hong keluar, tetapi kapan ia libat Tek Naynay pandang ia
sambil bersenyum, ia jadi malu hati, ia lantas duduk pula.
Siauw Hong berlari lari keluar sampai dikamar tamu, disana
ia lihat Bouw Pek duduk sendiri dengan bingung Tetapi
melihat tuan rumah, anak muda iia berbangkit dengan segera
"Toako "ia mendahului memanggil Apa kau baik ?"
Siauw Hong cekal keras tangan tamunya "
"Ah, hiatee, kemana saja kau pergi ?" ia kata separo
menyesalkan. "Kau tidak ketahui sepergi kau dari sini telah
terjadi onar, seperti juga langit terbalik dan bumi ambruk"
Sembari kata begitu orang Boan ini pandang muka orang,
hingga akhirnya ia heran. ia tampak Bouw Pek berlepotan
debu, mukanya sedikit perok. romannya sangat kucel, sedang
bajunya yang panjang. bagian ujung tangannya, bagian
kancingnya, sudah pada pecah.
"Apakah kau baru saja masuk kekota ?" ia lalu tanya pula.
Bouw Pek manggut dengan pelahan
"Baru saja aku masuk, selagi cuaca berobah gelap dengan
lekas" ia menyahut. "Aku tunggang kuda, kudaku itu aku telah
bawa kegereja, dengan tidak cuci muka lagi atau pakaian aku
sewa kereta dan langsung menuju kemari......." ia menghela
napas. Dalam beberapa hari ini aku senantiasa berada dalam
kedukaan, Aku telah dengar, yang Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin telah datang kemari mencari aku tetapi aku tidak
berdaya akan memecah tabuhku menjadi dua !"
Siauw Hong menjadi tidak sabar.
"Sebenarnya kemana kau telah pergi?" ia tegaskan. "Kau
berhasil menemui Beng Soe Ciauw atau tidak ?"
Bouw Pek menoleh ke jendela. agaknya ia kuatir ada orang
lain disitu. Siauw Hong mengerti, ia kasi tanda buat Sioe Jie berlalu.
Keduanya sekarang berduduk berhadapan. Bouw Pek
membelakangi lampu, sebelah tangannya menunjaDg janggut.
Hari ini aku baru kembali dari Kho yang," berkata ia,
suaranya pelahan. "Beng Soe Ciauw berada di Kho yang
dengan luka parah, ia telah dilukai hebat oleh Biauw Cin San
dan rombongannya, yang mengerubuti ia. Baru dua hari yang
lalu ia menutup mata......
Siauw Hong terperenjat. ia mau menanya, tapi si anak
muda dului ia. Penuturannya Bouw Pek sebagai berikut:
Hari itu, bersama Soe Poan coe, Bouw Pek telah sampai di
Kho yang, oleh karena kuda mereka sudah dibedal terus.
Beng Soe Ciau rebah dengan lukanya, orangnya Su Poan
coe yang merawati. Bouw Pek terharu bukan main apabila ia
lihat keadaan pemuda dari Soa hoa-hoe ini.
Saudaraku, kau telah terlalu turutkan suara hatimu ia
berkata dengan manyesalkan "Sebenarnya, apa juga adanya
kesukaranmu, kita bisa damaikan itu. Kenapa kau bawa
pedangku dan pinjam kudanya Tiat Jieya dan berangkat
seorang diri keluar kota " Kenapa dengan sendirian saja kau
lancang lawan Biauw Cin San dan rombongannya ?"
Beng Soe Ciauw bersenyum tawar mendengar ucapan itu,
yang terang ia tidak setujui. Ia ingin bicara, apa mau lukanya
begitu hebat, hingga ia tidak mempunyai tenaga akan
wujudkan itu Celakanya di Khoyang tidak ada thabib pandai yang bisa
mengobati luka bekas senjata, yang diandali adalah obat luka
dari Soe Poan-coe Luka itu bukan jadi sembuh, scbaliknya ja
di tambah hebat.
Dalam bukunya Bouw Pek minta Soe Poan coe pergi ke
Poteng akan undang thabib dari kota itu. tetapi karena sudah
terlambat, thabib itu tidak bisa menolong banyak.
Adalah karena kepergiannya ke Poteng itu disana Soe Poan
coe telah dapat dengar halnya rombongan dari Biauw Cin San,
bagaimana mereka ini sesudah mengganas beberapa
hari telah berangkat ke Pakkhia, warta ini ia beritahukan
pada Lie Bouw Pek hingga anak muda kita jadi bingung sekali,
ia niat menyusul ke Pakkhia guna tempur Biauw Cin San
semua, untuk sekalian balaskan sakit hatinya Beog Soe Ciauw,
tetapi ia tidak bisa tinggalkan pemuda ini, yang napasnya
sudah empas empis dengan luka parah, malah beberapa kali
Soe Ciauw begitu kesakitan sampai ia pingsan. Bouw Pek mau
sewa kereta guna angkat Soe Ciauw, agar sobat ini bisa
berobat dikota raja, tetapi Soe Poan coe mencegah.
"Apakah Lie Toaya tidak lihat keadaannya yang hebat?"
kata Pa San coa. "Kalau ia dipaksa dibawa pergi, aku percaya
ia bisa binasa ditengah jalan, disini kita masih mengharap
perlindungan dari Thian. Diatas kereta ia akan tcrkocok,
terbanting-banting"
Alasan ini kuat, Lie Bouw Pek tidak berani memaksa.
Karena bingung dan berduka memikirkan sobat itu, pun
berkuatir buat keselamatannya, Bouw Pek jadi tidak enak
makan dan sukar tidur, ia terus mendampingi dengan tidak
berdaya. Obat tetap dipakai seadanya saja
Satu hari itu, mendadak Beng Soe Ciauw mendusin dalam
keadaan lebih segar.
"Lukaku tidak bisa meajadi sembuh, tidak usah kau repot
mengundang thabib lain lagi" ia berkata, ia pandang Bouw
Pek, dan teruskan berkata : "Lie Toako, kau telah datang,
inilah bagus. Aku memang ingin bicara padamu.... Sesudah
menutur, kendati kau mesti taat, aku puas "
Sampai diaitu Beng Su Ciauw lantas tuturkan tentang
dirinya. Diwaktu masih kecil benar benar Su Ciauw pernah kabur
dari rumahnya, kabur ke Kauw gwa diluar Ban Lie Iyiang Shia,
dimana ia hidup merantau diberbagai tempat, dimanapun
berbareng ia telah, peroleh ilmu silat. Satu waktu ia pulang
kem bali. Beng Eng Siang sayang anaknya ini, tetapi
kesayangan itu tidak demikian besar seperti yang
ditumpahkan kepada enak sulungnya, Su Ciang. Sebaliknya Su
Ciang angkuh, kejam dan tidak jujur, malah ia kandung
pikiran, kapan nanti ayahnya sudah menutup mata, akan
kangkangi semua harta benda. Karena ini terhadap adiknya ia
ambil sikap mendesak, seperti memusuhi. Su Ciauw lihat
kedudukannya yang tidak bagus itu, sedang buat
memperebutkan harta ia tidak mau. Ia telah dapat ingatan
akan kabur lagi, niatan ini ia batalkan kapan ia ingat hal
tunangannya, Jie Siu Lian, yang katanya elok gagah. Ia tahan
sabar. Ia pikir, kalau nanti sudah menikah dengan Siu Lian
temponya hanya lagi dua tahun ia mau pergi, akan berusaha
diluaran. Apa mau, selagi ia menahan sabar, suatu kejadian
bikin ia tidak sanggup wujudkan rencananya itu.
Dimusim Coen dari tahun Yang lalu, okpa dari Soanhoa,
Thio Ban Teng namanya, sudah rampas isteri orang. Kapan
Beng Su Ciauw ketahui kejadian itu, yang orang lain tidak
berani urusi, ia jadi gusar. Dengan bawa pedangnya ia satroni
okpa itu dirumahnya. Omongan sabar tidak mengasi hasil
maka sebagai kesudahan Su Ciauw bacok kedua kaki orang
itu. Setelah itu, dengan tidak bawa uang barang satu chie, ia
buron dari Soanboa Maka lagi2 ia hidup dalam perantauan Ia
tidak bergaul luas dengan orang2 kalangan Sangai Telaga ia
pun benci kejahatan, lantaran itu ia hadapi kesukaran. Kettka
ia merantau sampai di Pakkhia kebetulan disitu ia ketemu
padri Lhama, bekas kenalannya di Kauw gwa. Lhama inipun
ketahui perbuatannya di Soanhoa.
"Thio Ban Teng, yang kau bacok kedua kakinya telah
msnjadi seorang tapadaksa " kata padri ini. "Ia telah bikin
pengaduan pada pembesar negeri dan pembesar negeri
berdaya tangkap kau. Thio Ban Teng itu punya paman yang
menjadi thaykam didalam istana, katanya ia jadi toa
congkoan, pengaruhnya besar, kalau paman ini turun tangan
dan kau kena ditangkap, itu berbahaya sekali. Baik kau lari
cepat sembunyi buat dua atau tiga tahun, apabila nanti
perkara sudah mulai orang lupakan, baru kau keluar kembali"
Beng Su Ciauw suka turut pikirannya Lhama itu, maka ia
sudah lantas tukar she dan nama, dan dengan pertolongannya
Lhama itu ia dikirim ke Pwee lek hoe, hingga kejadian ia
bekerja sebagai tukang istal. Ia tidak mau banyak omong, ia
malah tidak mau banyak omong, ia malah tidak mau kasi tahu
ia mengerti silat sedang Tiat Pweelek gemar bugee maka
justeru pakaiannya butut, Tiat Pweelek tidak perhatikan dia. Ia
terpaksa diterima bekerja, sebab Tiat Pweeiek tidak ada
lowongan. Ia beradat keras, melihat Tiat Pweelek tidak kenal
orang. ia makin umpatkan diri. Ia sudah pikir buat sekap diri,
kalau nanti ia keluar lagi ia niat berusaha dan nikah Siu Lian.
Apamau hari itu datang Lie Bouw Pek, bugee siapa ia kagumi,
maka selagi Bouw Pek dan Tiat Pweelek piebu, diluar
keingmannya ia sudah terlepas omong, Lie Bouw Pek segera
ketahui ia itu orang macam apa. Maka itu ia jadi makin
hargakan orang she Lie itu. Demikian, seperti kita ketahui,
keduanya segera menjadi sahabat karib.
Beng Su Ciauw sudah pikir akan perkenalkan dirinya pada
Lie Bouw Pek, siapa nyana, selagi ia belum buka mulut. Bouw
Pek sudah mendahului bicara tentang Siu Lian. Ia tahu Bouw
Pek sudah lepaskan harapan pada nona itu, yang menjadi
tunangannya, tetapi ia pikir lain. Ia anggap sayang kalau
Bouw Pek tidak menikah dengan Siu Lian karena mereka
sudah berkenalan dan Bouw Pek telah melepas begitu banyak
budi. Sebaliknya ia sendiri, kendati ia tunangannya Siu Lian,
belum pernah lakukan apa2, malah lihat sinona pun belum.
Lain dari itu nasibnya pun belum ketahuan bagaimana nanti.
"Maka lebih baik aku mengalah, kasi Siu Lian menikah pada
Bouw Pek, mereka mestinya pasangan yang sembabat"
demikian ia pikir. "Melulu karena ada aku sebagai rintangan,
jodoh mereka itu tidak bisa dirangkap
Pikiran ini jadi tetap ketika kemudian ia dapat baca
suratnya Tek Siauw Hong.
Justeru itu diluar dugaannya, Bouw Pek yang telah curigai
ia, mendadak buka rahasianya, maka bahna malu ia terus saja
kabur. Ia menduga pasti, bahwa Bouw Pek akan rangkap
jodohoya pada Sioe Lian, meski ia sendiri akan berduka
karenanya. Ia lantas cari pedang, bawa kabur kudanya Tiat
Pweelek dan angkat kaki dari Pakkhia, ia menuju ke Khoyang
buat cegat Biauw Cin San dan berkorban untuk Lie Bouw Pek.
Kesudahannya sebab nekat ia mesti rubuh sebagai korban
piauw dari Biauw Cin San Baiknya la bertemu Soe Poan-coe
maka akhirnya Bouw Pek bisa dikabarkan dan datang
menyusul. Setelah menutur tentang dirinya kendati ia lelah, Beng Soe
Ciauw bersenyum. Beuw Pek merasa lega melihat senyum itu
"Lie Toako," demikian ia kata pula, orang gagah mesti
gagah juga perbuatannya terus terang yalah apa yang bisa
dikerjakan harus dikerjakan, Jangan sekali kita bersangsi
sangsi. seperti tingkah lakunya anak sekolah yang lemah.
Toako Sioe Lian dan aku telah bertunangan, tetapi itu
namanya saja. wujudnya tidak, karena terang
kami tidak berjodoh. Umpama kata aku terus hidup, aku
toh tidak punya tenaga akan ikat ia, apapula sekarang, selagi
aku mendekati ajalku. Toako, kau telah lepas banyak budi
terhadap ia, maka kalau nanti Tek Siauw merecoki jodoh kau
dengan jodohnya kau harus terima baik! Dengan nikah Sioe
Lian, kau bikin ia dapat orang yang dibuat andalan hidupnya.
Tentang aku, kau harus tetap pandang aku sebagai Siauw Jie.
tukang istal Pweelek-hoe, kau jangan anggap aku sebagai
Beng Soe Ciauw!......"
Bukan main terharunya Bouw Pek, ucapannya Soe Ciauw
menusuk hatinya sampai air matanya mengembang dengan
tiba2. Ia heudak beber rasa hatinya, bahwa benar tadinya ia
harapi Sioe Lian, tapi bahwa ia robah pikiran setelah ketahui
Siu Lian sudah bertunagan, Tetapi niatan ini ia batalkan,
kapan ia ingat Soe Ciauw berhati keras. Kalau Soe Ciauw
gusar, kegusaran itu bisa membahayakan jiwanya sebaliknya
kalau tidak bicara, ia tidak puas. Sebab ia bingung, ia jadi
membungkam. Soe Poan-coe turut bingung saja, ia pun tidak bisa kata
apa2. Sehabis bicara begitu banyak Soe Ciauw meramkan mata,


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam saja. Soe Poan coe tarik tangannya Bouw Pek buat ajak pemuda
itu keluar. "Aku kagum terhadap Beng Soe Ciauw, berkata Soe Kian
sesudah mereka berada berduaan. "Ia laki2 tulen ia sobat
sejati Barusan ia telah bicara terus terang"
Bouw Pek hendak kasih keterangan. Tapi Soe Kian pegat ia.
"Aku mengerti kau, Lie Toaya, kaupun ada kesukaranmu ia
kata "tetapi sekarang kau tidak boleh ngotot terhadapnya, ia
sangat lemah. Sekarang kita cuma mengharap ia tidak mati.
kalau ia sudah sembuh, waktu itu kita masih punya tempo
akan bicara lebih jauh!"
Bouw Pek mengerti si Gemuk ini, ia tidak jadi bicara. Ia
bertindak masuk.
Soe Poan coe mengawasi orang pergi, ia goyang2 kepala.
"Satu anak muda begitu gagah siapa nyana ia punya
kesukaran didalam hati" kata ia dalam hati. "Duluan aku
sangka, Coei Siam sdalah jiwanya kedua. Untuk dapat
pulangkan si nona kepadanya, aku telah mampusi Cie Sielong
dan Poan Louw Sam, siapa tahu sekarang ada nona Jie Sioe
Lian. Sekaraog aku mesti hadapi yang satu tinggal matinya,
yang lain korban rindunya, maka tenaga apa aku punya akan
tolong mereka berdua......."
Lagi2 si Gemuk geleng kepala, berulang ulang ia menghela
napas. Kemudian ia hiburkan diri dengan berpikir "Baiknya aku
seorang gemuk terokmok. dengan romanku ini tidak ada
nona2 yang bisa jatuh cinta padaku, kalau tidak, aku juga bisa
diserang penyakit rindu yang hebat,
Dengan di sambar sambar angin, Soe Poan coe masih
berdiri saja, mengawasi repotnya jongos dan tamu2.
"Rupanya dasar aku sial juga, kenapa aku berkawan
dengan dua anak muda" ....."
ia ngelamun "Tapi bagaimana juga mereka orang baru atau
orang lama, adalah sobat2ku, maka aku tidak boleh diam saja
peluk tangan"
Ngelamun sampai disitu ia bersenyum sendirinya.
Ketika itu terdengar rintihannya Beng Soe Ciauw, si Gemuk
lantas lari kedalam. Soe Ciauw merintih dan menggelisah.
Tiba2 ia buka matanya.
"Biauw Cin San, kau jahat " mendadak ia berseru. "Kenapa
kau gunai senjata rahasia" Apakah dengan begitu kau hoohan
?" Ia berdiam akan merintih pula. Ia pandang anak muda kita,
kelihatannya ia menahan sa kit. "Lie Toako......" ia kata.
"Ada apa saudara" Bouw Pek aegera menghampirkan
Matanya Su Ciauw mengeluarkan air. tetapi mulutnya tetap
tertutup. Satu kali tubuhnya bergerak, mulutnya berkemik,
tapi ia masih tidak bisa bicara, hanya matanya yang
sekonyong2 terbalik.
Bouw Pek terperanjat, ia cekal tangannya. Tangan itu
dingin, ia rasai menjadi adem enyam dan keras..... Maka ia
lantas saja menangis.
Su Poan cu berdiri dengan goyang kepala, ia tepas air
matanya, kemudian ia betot bangun Lie Bouw Pek
didepannya. "Lie Toaya, sekarang bukan waktunya untuk menangis" ia
kata "menangis adalah perbuatannya Cui Siam atau Siu Lian
Kita kangouw hoohan, kalau kita menangis, orang nanti
tertawai kita ! Beng Jie Siauwya sudah meninggal dunia, mari
kita beli peti mati, akan urus mayatnya. Kita mesti lekas
kembali, disana ada Biauw Cin San, dengan siapa kita mesti
adu jiwa" Deugan tidak tunggu jawaban lagi, Soe Kian panggil
orangnya, akan ikut ia pergi membeli peti mati dan barang2
lain yang diperlukan.
Bouw pek terus lesu. sampai Su Kian kembali ia masih
tatap berduka. Su Poan-cu berlaku sebat, dengan dibantu oleh
pengikutnya dan jongos, begitu juga beberapa kuli yang
gotong peti, ia sudah lantas urus mayatnya Beng Su Ciauw
sebagai mana mestinya. Segala api serba sederhana maka
cepat sesaat mereka selesai.
Bouw Pek bekalkan pedangnya pedang dari Tiat Pweelek.
yang Su Ciauw ambil dari pada sobat itu.
Tuan rumah telah dipanggil, untuk diminta bantuannya
mencari tempat dimana peti mati bisa dikubur Ia pergi
bersama sama Su Poan cu. Setelah hampir satu hari. tuan
rumah itu kembali dengan berhasil. Mereka dapat tempat
disebelah selatan kota, yang dipanggil Hong touw po, dikaki
bukit ada sawah, ada rumah sanaknya si tuan rumah, seorang
she Coe, yang sudi korbankan sedikit tanahnya. Tapi Bouw
Pek berikan kerugian beberapa tail perak. Esoknya upacara
penguburan dilakukan dengan sederhana sekali. Tapi dimuka
kuburan Bouw Pek perintah tancap sepotong bongpay kecil
dan pendek untuk peringatan. Ia masih menangis saja, sampai
Su Poan cu tarik ia, buat diajak pulang kebotel.
"Lie Toaya " kata si Gemuk. "Orang yang mati tak akan
hidup pula jangan kau terlalu bersusah hati. Juga tentang
halnya nona Jie Siu Lian, kita tidak usah sebut2 Tapi Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin serta rombonganya, sekarang mereka
tentu sudah sampai di Pakkhia, kalau disana mereka tidak
dapatkan kau, mereka pasti akan katakan kau takut mereka
dan lari menyingkir ! Inilah hebat Maka itu baiklah kau lekas
kembali kekota raja akan susul dan tempur mereka itu, untuk
sekalian balaskan sakit hatinya Beng Jie lauwya !"
Si Gemuk harap, dengaa perkataannya itu, ia bisa bikin
bangun semangatnya si anak muda, siapa tahu, Bouw Pek
tetap duduk diam, mulutnya terus tertutup. Karena ia sedang
pikir, bagaimana ia mesti berurusan dengan Siu Lian, hingga
ia kesampingkan dulu urusannya Biauw Cin San-
Su Poan cu masih saja bicara sekian lama dan si anak
muda tetap tidak bergeming, ia berbangku dengan tidak
sabar, agaknya ia mendongkol juga. Ia gelung lengan bajunya
buat kasi lihat lengannya yang besar dan kasar.
Lie Toaya, sebenarnya bagaimanakah pikiranmu?" kata ia
akhirnya, suaranya keras. "Beng Jie Siauwya telah tempur
Biauw Cin San untuk kau, karena itu ia sampai terima
kebinasaannya ! Ia betul sudah binasa, tapi ia tetap satu
hoohan, semua orang kagum dan puji dia ! Kalau kau mau
tetap tinggal diam, buat jagai kuburannya Beng Jie Siauwya,
aku tak akan menentang, tetapi aku sendiri mau pergi. Biar
aku si Su Poan cu saja, aku toh mau kembali ke Pakkhia, aku
hendak tempur Biauw Cin San semua Pendeknya, Lie Toaya,
kau nanti lihat Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya
siap buat berangkat kekota raja.
Jilid 20 MENDADAK Lie Bouw Pek berbangkit dan menolak tubuh
Su Poan cu yang gemuk, yang mengadang dihadapannya,
biarpun tubuh itu besar, tidak urung si Gemuk terpelanting
sampai membentur tembok!
"Kau seperti juga main gila terhadap aku!" ia berseru.
"Kalau Lie Bouw Pek bekerja, ia bekerja menurut pikirannya
sendiri! Apa kau kira aku bisa mengekor saja padamu ?"
Su Poan-cu nyender ditembok, ia awasi anak muda itu, ia
tertawa cekikikan.
"Kalau begitu, Lie Toaya, kau hendak kembali ke Pakkhia
atau tidak ?" ia tanya dengan membandel.
"Kenapa aku tidak kembali ?" sahut Bouw Pek dengan
bersenyum ewah. "Di Pakkhia aku masih punya banyak urusan
yang mesti dibereskan" Ia bertindak menghampirkan si gemuk
itu, akan tepok-tepok pundaknya. "Lauw Su, kau ini sobat
sejati" ia kata. "Aku si orang she Lie memang sudah tahu.
Tapi, sekarang ini aku hendak minta satu hal darimu, yaitu
didalam urusanku ini, jangan kau mengadu biru, Kau bisa
terima atau tidak ?"
Su Poan cu tertawa berkakakan.
"Aku mengadu biru ?" ia tegaskan. "Kita sobat2 baik, eh ?"
Bouw Pek menghela napas, ia manggut.
"Kau memang sobatku, dan aku tahu kau bermaksud baik,"
berkata ia, "tetapi urusanku ini sulit, tidak sedemikian
sederhana sebagaimana kau kira!"
Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya Su Poan-cu
siapkan kudanya Beng Su Ciauw, sementara ia sendiri sudah
lantas betulkan pakaiannya dan benahkan pauwhoknya.
Su Poan-cu anggap Lie Bouw Pek benar. Menurut ia, ia
ingin Lie Bouw Pek kabur dari penjara, ia bunuh Cie Stelong
dan Poan Louw Sam, lantas ia mau ambil Cui Siam, buat
dinikahkan pada anak muda ini lantas semua menjadi beres !
Tapi sekarang ternyata, tindakannya Lie Bouw Pek lebih
benar, perkara tidak usah menjadi lebih ruwet. Cuma
bedanya, perkara sebenarnya masih sulit ! Kenapa sekarang
muncul Jie Siu Lian " Tentang si nona Jie ini, ia memang tidak
ketahui suatu apa, kecuali belakangan.
"Kalau begini jalannya, pengharapan Beng Jie Siauwya
tentu sukar kesampaian yaitu Bouw Pek dan nona Jie tidak
akan gampang2 menikah satu pada lain....."
Meskipun otaknya berpikir demikian, ia toh terus
mengawasi dengan sikap adem pada anak muda kita, pada
tampangnya ada senyuman tawar........
Bouw Pek telah siap dengan cepat. Ia menoleh pada Pasan-
coa, si Ular Gunung.
"Lauw Su" katanya, "sekarang juga aku mau kembali ke
Pakkhia ! Kalau urusanku di Pakkhia sudah beres, aku mau
pergi ke Selatan, aku niat pulang ke Lamkiong! Lauw Su, jika
kau tidak mau lekas2 berlalu dari sini, tunggulah aku beberapa
hari, sampai aku kembali, waktu itu kita nanti bertemu pula !"
Su Poan-cu goyang kepala.
"Belum berketentuan aku pergi kemana," ia jawab. "Nah.
sampai kita ketemu pula !"
"Baiklah," Bouw Pek manggut. "Dalam satu bulan aku pasti
akan kembali ke Lam-kiong, jikalau kau ada urusan apa2, kau
boleh cari aku di Lamkiong saja !"
Su Poan-cu manggut, ia tertawa.
"Baik, baik!" kata ia berulang-ulang. "Memang Lie Toaya,
dibelakang hari aku mesti perlu minta bantuan kau "
Kemudian ia tambahkan : "Semua ongkos hotel disini kau
tidak usah perdulikan. Aku hendak tinggal disini dua hari lagi,
nanti aku yang perhitungkan semua"
Ia ketahui si Gemuk ini bukannya seperti ia atau Beng Su
Ciauw, yang kantongnya kempes.
"Baiklah, terima kasih !" ia jawab.
Ketika itu pengikutnya Su Poan-cu telah balik dan
memberitahukan, bahwa kuda sudah disiapkan, maka Bouw
Pek segera bawa pauwhok dan pedangnya dan bertindak
keluar. Ia terus lompat naik atas kuda itu, yalan kuda hitam,
yang Beng Su Ciauw ambil dari istal Pweelekhu.
Su Poan-cu dan pembantunya mengantar sampai diluar.
Diatas kuda Bouw Pek memberi hormat selamat berpisah
dengan air muka sedih.
"Sampai ketemu !" ia kata dengan pelarian.
Su Poan-cu balas hormat itu.
"Sampai ketemu, sampai ketemu pula ! Mudah2an kau
berhasil, Lie Toaya !"
Su Poan-cu mengawasi sampai otang sudah pergi jauh ia
lantas menoleh pada pengikutnya, air mukanya berseri-seri.
"Muridku hayo siap, kita berdua juga mau berangkat "
BOUW PEK sampai di Pakkhia ketika sudah magrib dan
terus saja masuk kedalam kota. Ia pulang ke Hoat Beng Sie
sesudah taruh pauwhok dan tambat kudanya, dengan sewa
kereta ia pergi kerumahnya Tek Siauw Hong, sebagaimana ia
sudah disambut dengan terheran heran oleh si orang Boan.
Pada sobat baik ini ia tuturkan halnya Beng Su Ciauw atau
Siauw Jie, yang hembuskan napasnya yang terakhir di depan
ia. Ia cerita dengan suara pelahan, ia kuatir Siu Lian dapat
dengar. Siauw Hong menghela napas dan berulang ulang goyang
kepala. "Beng Su Ciauw seorang aneh" ia kata dengan masgul "Ia
juga terlalu beradat keras. Kenapa ia berangkat sendirian ke
Khoyang tempur Biauw Cin San sekalian dan adu jiwanya "
Sekarang ia telah binasa secara demikian menyedihkan dan
Nona Jie ia sia-siakan dirumahku ini bagaimana kemudian "
Bouw Pek tidak apa2, ia tetap sangat berduka, hingga
nampaknya tidak suka bicara.
Tapi Siauw Hong mendadak tertawa romannya jadi gembira
sekali. "Saudara Bouw Pek, aku hendak kasi tahu kau satu hal"
demikian ia berkata hampir berseru. Inilah yang dibilang wan
wan siang po, atau balas membalas coba kau tebak?"
Meskipun ia majukan pertanyaan, selagi orang memandang
ia, Siauw Hong toh sudah menjawab pertanyaannya sendiri. Ia
kata: "Biauw Cin San sudah sampai di Pakkhia, tetapi belum
beberapa hari, ia sudah mampus terbunuh ditangannya nona
Jie! Dengan begini bisalah dibilang bahwa nona Jie sudah
balaskan sakit hatinya tunangannya itu !"
Bouw Pek memang tidak ketahui urusan itu, ia nampaknya
heran. "Duduknya hal begini" kata pula Siauw Hong, yang segera
bercerita hal keganasannya Biauw Cin San. lapun sebut,
bahwa Siam Nio adalah gundiknya okpa dari Holam itu. Ia
tutup ceritanya sampai Thio Giok Kin satroni ia diwaktu
malam, tetapi maksud jahat itu gagal karena rintangan dari
nona Jie Bagaimana juga, Bouw Pek mendengar penuturan itu
dengan kekaguman.
"Siu Lian bisa bunuh Biauw Cin San, ia bisa pecundangi
Thio Giok Kin, terang boegeenya sudah maju banyak" ia pikir.
"Sayang tunangannya telah menutup mata dan nasibnya
sendiri buruk.... Aku tidak nyana Cui Siam adalah gundik
orang, pantas ia seperti rahasiakan suatu apa dan benci orang
kalangan sungai Telaga, rupanya ia benci Biauw Cin San dan
lantas menyamakan semua orang seolah2 jahat seperti okpa
itu....." Siauw Hong cari huncweenya dan sedot itu.
"Hiantee, apa kau sudah makan ?" akhirnya ia tanya.
Bouw Pek geleng kepala.
"Sekarang ini aku tidak bisa dahar" ia menyahut. "Satu hari
aku lakukan perjalanan, aku belum cuci muka, coba kau
tolong perintah orang sediakan air."


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Hong teriaki Siu Jie buat suruh pelayan itu lekas
ambil air sekalian pesan orang didapur akan sediakan dua tiga
rupa barang santapan.
Siu Jie berlalu tetapi ia lekas kembali dengan air, maka
Bouw Pek lantas bersihkan mukanya, sebentar kemudian ia
seperti salin rupa, tetapi ia masih duduk diam dengan roman
berduka. Selama itu Siauw Hong duduk dipinggiran, ia sedot
huncwee sambil terus mengawasi anak muda ini. Rupanya ia
juga berpikir bagaimana harus hiburkan ini sobat
Sebentar kemudian, nasi dan temannya telah disajikan,
berikut arak. "Hiantee, coba kau minum," kata Siauw Hong. "Kau dahar
seadanya. Masih siang kau jangan pikir buat lekas2 pulang,
disini kita boleh bicara. Aku ingin ajak kau berdamai...."
Bouw Pek pun bingung dalam hal bagaimana ia harus
bertindak terhadap Jie Siu Lian, maka tawaran itu ia tidak
tampik lagi. Paling dulu ia tenggak secawan arak.
"Aku sudah pikir bagaimana aku harus bertindak" ia kata
kemudian. "Besok aku hendak kunjungi Tiat Jieya, begitupun
piauwceku, aku pamitan dari mereka, sesudah itu aku mau
pulang ke Lamkiong!"
Siauw Hong melengak mendengar pengutaraan itu.
"Kau mau pulang ?" ia tanya. "Kapan kau hendak kembali?"
"Jikalau tidak ada halangan, aku tentu akan sering tengok
kau toako," Bouw Pek jawab. "Sudah setengah tahun aku
berada dikota raja ini, benar maksud kedatanganku belum
tercapai, akan tetapi aku girang yang disini aku telah dapatkan
banyak sobat, apa pula toako sendiri. Toako telah banyak
bantu aku, aku sangat berterima kasih."
Siauw Hong goyang kepala, ia tersenyum tawar.
"Hiantee, aku minta kau jangan mengucap begini padaku."
ia bilang. "Dalam persobatan kita, aku tidak ingin kau sebut2
banyak bantuan dan berterima kasih. Adalah kebiasaanku
bersobat dengan bersungguh sungguh hati apa lagi
terhadapmu, seperti kau ketahui, aku berani pertanggungkan
rumah tangga dan jiwaku!"
Anak muda kita tampaknya sangat terharu, beberapa kali ia
menarik napas. "Hiantee, aku harap kau mengerti aku dengan baik," Siauw
Hong kata pula. "Aku bicara begini rupa bukannya aku
inginkan pembalasan budi darimu. Aku juga punya
kesukaranku. Nona Jie Siu Lian ..." ia berhenti dengan tiba2 ia
merasa yang ia telah omong terlalu keras. Ia lalu melanjutkan
dengan pelahan: "Sebenarnya, aku tadinya tidak kenal nona
itu, bahwa aku telah ajak ia kemari, melulu karena aku ingin ia
bisa ketemu padamu, tetapi kau senantiasa menyingkir dari ia,
hingga ia akhirnya mesti berdiam sama aku."
"Lantaran ia tinggal padaku, hampir2 aku tersangkut
perkara. Sudah begitu, mengenai urusan sinona itu dan aku,
kau tidak tahu, kau tidak ambil peihatian. Dibelakang hari
bagaimana aku harus berbuat" Mustahil ia mesti berdiam terus
sama aku" Itu tokh tidak bisa jadi ! Apa mesti di antap ia pergi
kemana ia suka, atau kita minta ia pergi" Ia sudah tidak punya
ayah dan ibu, tunangannya tidak ketahuan kemana parannya
sekarang ternyata tunangan itu telah binasa ! Dirumah
mertuanya ia tidak bisa tinggal, dirumahnya sendiri sudah
tidak ada orang lain, bagaimana " Ia adalah satu nona, umur
baru tujuh alau delapan belas tahun, meski benar ia pandai
bugee dan tidak takut orang jahat, ia toh tidak bisa dibiarkan
hidup sendirian dalam perantauan !"
Bouw Pek diam. Ucapannya Siauw Hong benar semuanya.
Iapun merasakan seperti sobat itu. Tapi ia tidak punya daya
akan pecahkan kesulitan itu. Dengan cara bagai mana Siu Lian
harus dipernahkan " Beberapa kali ia menarik napas. Siauw
Hong mulai merasa tidak puas, hingga dalam hati nya ia
berkata: "Kau laki2, kenapa kau tidak bisa berlaku terusterang,
akan bereskan halnya si nona ini, supaya sobatmu jadi
lega pikirannya?"
Oleh karena memikir demikian dengan sungguh2 ia kata
pula : "Hiantee, Biauw Cin San sudah binasa. Thio Giok Kin sudah
diusir pergi, disini tidak ada musuhmu lagi, seharusnya kau
boleh bertenang hati ! Sekarang mari kita bicara secara
terbuka. Kelakuan dan bugee nona Jie Siu Lian, kau ketahui
sendiri, kau kagumi. Kau sendiri duluan, dimusim panas, telah
kasih tahu aku bahwa kau sangat menyesal yang nona Jie
sudah punya tunangan, hingga kau tidak bisa menikah dia,
bahwa kau tidak bisa lupai idamanmu. Karena itu kau jadi
berduka, kegembiraanmu lenyap. Tapi sekarang lain, sekarang
ada jalan buat kau obati luka pada hatimu itu. Beng Su Ciauw
telah menutup mata ini satu soal. Jie Siu Lian sudah
bertunangan, itu baru namanya saja, sedang sebenarnya
berdua mereka belum pernah ketemu muka, maka kalau
sekarang ia menikah pada orang lain, itu bukannya perbuatan
yang melanggar kesucian dirinya. Kau sendiri tidak punya
rintangan, kau sebenarnya boleh lantas menikah dengan dia.
Setelah menikah kau boleh lantas bantu ia bawa jenazah ayah
bundanya. Sesudah itu terserah pada kau, kau hendak tinggal
di kampungmu atau dikota raja. Dengan begitu nona Jie akan
berketentuan hidupnya, kau sendiri akan kesampaian citacitamu.
Kalau seorang laki-laki bertindak, ia mesti ingat juga
orang lain, kau tidak turut adat sendiri dan bikin rugi atau
celaka orang lain, Asal saja kau manggut hiatee, urusannya
nona Jie sendiri kau boleh serahkan padaku ! Perayaan untuk
nikah, urusan rumah dan lainnya semua toakomu ini yang
nanti tanggung beres !"
Siauw Hong bersenyum, ia pandang anak muda itu. Dalam
hatinya ia pikir: "Aku telah bicara, mustahil kau masih tidak
memandang padaku ".... Tapi Bouw Pek, kendati telah dengar
semua dan mengerti, tetap masih menolak.
"Hal ini tidak bisa dilakukan !" kata ia dengan bersenyum
tawar. "Jikalau tadinya aku tidak kenal Beng Su Ciauw, jikalau
Beng Su Ciauw tidak korbankan jiwanya untuk aku, urusan
masih bisa didamaikan. Sekarang.... ia menarik
napas, romannya duka sekali. "Beng Su Ciauw sangka aku
cintai nona Jie, ia mengalah dan menyingkir, lantaran untuk
kebaikanku ia korbankan jiwanya .... Sekarang, selagi
tulang2nya masih belum kering, aku nikah nona tunangannya,
apakah dunia tidak akan tertawai aku " Lagian hal itu sangat
menusuk liangsimku...."
"Ah, kau terlalu berkukuh !" kata Siauw Hong dengan putus
asa. "Sekarang apa kau pikir tentang hari kemudiannya nona
Jie Siu Lian " Kau kenal baik ayahnya almarhum, malah kau
ada bertetangga daerah, maka dengan adanya semua itu kau
berkewajiban untuk perhatikan nona yatim piatu yang harus
dikasihani itu. Bagaimana kau pikir?"
"pasti sekali aku mesti bantu ia dengan sesungguhnya"
Bouw Pek jawab. "Turut apa yang aku ketahui, Jie Loo piauwtauw
punya milik serta beberapa murid di Kielok, aku nanti
cari murid itu supaya mereka datang kemari, akan papak
sumoay mereka. Mereka itu harus berdamai buat antarkan
nona Jie, ke Soanhoa atau ke Kielok .
Bouw Pek anggap pikirannya ini sempurna. Ia percaya,
yang Sun Ceng Lee dan saudara2 angkatnya tentu akan bisa
mengatur bagaimana baiknya. Karena pamili Jie terkenal di
Kielok, pamili ini mesti punya sanak atau kenalan, yang mesti
akan sudi taruh perhatian pada sinona.
Siauw Hong bersenyum dingin. Ia anggap dengan jalan itu,
Bouw Pek melulu hendak bersihkan diri.
"Sudah, urusan dibelakang tinggal di belakang" akhirnya ia
kata. "Sekarang halnya Beng Su Ciauw. la telah menutup
mata, hal ini kita tidak bisa sembunyikan terhadap nona Jie.
Aku pikir kita baik panggil nona itu akan tuturkan semua hal,
agar ia mendapat tahu."
Ia lantas berbangku dan mau bertindak masuk.
Bouw Pek tidak ingin ketemu dengan Siu Lian, sikapnya
Siauw Hong bikin ia bingung. Ia pun berbangkit.
"Toako, tahan" ia mencegah. "Kenapa kau berlaku begini
terburu?" Kalau nona Jie ketahui kematiannya Beng Su Ciauw
ia tentu sangat bersedih dan menangis. Aku bilang aku mau
berangkat tetapi itu akan kejadian sedikitnya lagi satu atau
dua hari selama itu aku tentu akan bertemu dengan nona Jie,
maka waktu itu aku nanti kasi keterangan jelas padanya...
Pemuda ini kasi lihat roman begitu berduka, hingga Siauw
Hong jadi terharu.
"Hiantee, kau benar2 bikin aku bingung" kata ia sambil
banting kaki "Persahabatan kita sudah hampir satu tahun,
tetapi rapatnya adalah melebihi daripada itu! Gangguannya
persaudaraan Phang. Biauw Cin San, Oey Kie Pok, tidak bikin
aku ibuk se perti ini, yang membikin kepalaku pusing. Heran,
Beng Su Ciauw telah dapat dicari, kenapa sekarang ia
binasa"..."
Siauw Hong lempar diri dikursi, ia menarik napas panjang
pendek. Bouw Pek tahu baik kejujurannya Siauw Hong, melihat
keadaannya sobat itu ia berduka bukan main. Tapi apa mau
sobat int tidak ketahui hatinya.
"Toako, mari minum" ia kemudian kata. Ia isikan cawan
sobatnya. "Hiantee, kau dengarlah aku," kemudian Siauw Hong kata
pula, "Bila kau menikah nona Jie, urusan lantas jadi beres dan
sempurna. Aku nanti pecah rumahku ini, supaya kau berdua
bisa tetap tinggal disini dan seterusnya kita orang bisa
berdampingan. Sesudah nona Jie dapat dipernahkan urusan
kau berdua mudah sekali. Aku nanti atur supaya kau bisa
dapat pekerjaan. Umpama kata kau mau jadi piauwsu berdua
isterimu, kau boleh buka piauwkok. Andainya kau ingin
bekerja pada negeri, dahan aku nanti dayakan bersama2, tiat
Pweelekya, yang tentu akan berhasil...
Terhadap bujukan itu hatinya Bouw Pek tidak tergerak.
Ketika itu ia telah tenggak susu macan banyak juga, kepalanya
sedikit pusing, maka setelah bicara lagi sebentar, ia pulang.
"Besok aku nanti datang pula, besok kita akan bicara lebih
jauh." ia kata.
Siauw Hong awasi sobat itu.
"Suruh sediakan kereta," ia kata pada Siu Jie.
"Tidak usah, hari belum terlalu malam, aku bisa jalan
pelahan2" Bouw Pek mencegah.
Siauw Hong tidak memaksa, ia antar sobatnya sampai
diluar, dengan bingung ia awasi orang bertindak pergi.
Bouw Pek jalan dengan tindakan berat, ia keluar dari mulut
gang Tiang-Su-sam-tiauw. Ia tetap berduka, kepalanya ia
rasai pusing, dadanya sedikit sakit. Waktu itu kira2 jam dua,
awan banyak, tapi tidak terlalu gelap. Kapan ia dongak
kelangit, ia rasai benda cair halus sekali menimpah ia, seperti
gerimis halus atau embun... Angin dingin menyambar2, tapi ia
tidak perdulikan. Dijalan besar masih kedapatan kereta yang
mundar-mandir, maka ia sewa sebuah yang bawa ia keluar
Lamshia. Tukang kereta telah gunai cambuknya ambil isap huncwee
pendek. "Hawa begini dingin, salyu sudah turun," ia ngoce sendirian
Bouw Pek melongok keluar jendela ia lihat cahaya hijau
gelap. Dipinggir kereta ada lentera merah, cahayanya mengasi
lihat salju yang sedang turun dengan terbang melayang2.
"Aku perlu pulang," pikir anak muda ini "Sudah setengah
tahun aku berlalu dari rumah, dua kali pamanku telah tulis
surat padaku, tidak pernah aku balas suratnya itu..
Kereta menuju terus ke Lamshia salju turun makin lebat
Mendadak Bouw Pek ingat, duluan di musim panas ia
pernah keluar dari rumahnya Siauw Hong dengan terus
ditimpah hujan, lantaran mana ia pergi ke Po Hoa Pan, dan
sebab hujan terus turun makin besar ia jadi menginap pada
Cui Siam. "Itu adalah suatu kekeliruan dari aku" ia pikir "tetapi Cui
Siam benar2 berlaku baik terhadap aku, sedang ia tahu aku
tidak punya pekerjaan dan tidak punya banyak uang. Adalah
malam itu aku dapati pisau belatinya, hingga aku menduga ia
simpan rahasia apa. Aku telah minta keterangan, ia tidak mau
memberitahukan aku. Sekarang ternyata pisau itu ia simpan
untuk jaga diri, untuk membalas sakit hati pada Biauw Cin
San. Siapa nyana ia asal gundik yang minggat" Syukur
baginya, selagi menghadapi Biauw Cin San, Siu Lian datang
menolong dia. Siam Nio harus dikasihani, aku hendak berlalu
dari Pakkhia, aku harus tengok dia, taruh kata ia kemudian
sembuh benar, aku toh tak akan bertemu pula dengan ia..."
Ketika itu kereta justeru sampai di Houw-pang-ciang.
"Tahan !" ia perintahkan tukang kereta hentikan
kendaraannya. Kapan roda 2 kereta sudah berhenti, ia loncat turun, ia
bayar sewaannya, dengan lawan sang salyu ia bertindak
masuk ke gang Hunpong Liu-liekay yang gelap. Jalanan becek.
Kapan ia sampai didepan pintu yang bobrok, ia lihat pintu itu
tertutup rapat. Segera ia mengetok pintu beberapa kali.
"Siapa?" demikian jawaban setelah sekian lama.
"Aku orang she Lie, aku mau lihat nyonya Cia dan
anaknya." sahut Bouw Pek.
Pintu lantas dibuka dan seorang lelaki muncul dengan
tubuh merengkat. Ia adalah Ie Jie, yang segera kenalkan
tamunya. "Oh, Lie Toaya dari Sinsiang Hotong!" kata ia.
"Benar," anak muda kita manggut "Tadi baru saja aku
kembali. Aku dengar dalam beberapa hari ini ada orang
hinakan Siam Nio, sekarang aku mau lihat dia."
"Benar, toaya. Beberapa hari ini Siam Nio sangat
bersengsara, baiknya ada nona Jie yang menolongi ia, hingga
si harimau Biauw tidak berani datang pula Sekarang ini sakitnya Siam
Nio bertambah hebat. Silahkan masuk!"
Lantas ia mendahului bertindak dari jendela ia memanggil
"Enso Cia, enso Cia, Lie Bouw Pek Lie Toaya datang "
Suaranya Cia Mama terdengar menyahuti disusul dengan
rintihannya Siam Nio. Didalam kamar segera tertampak aba
api. Kemudian Cin Mama muncul dimuka pintu.
"Oh, Lie Looya !" berseru nyonya ini, "kami ibu dan anak
sangat harapkan kedatanganmu! Lekas masuk! Lambat sedikit
saja, kau tidak akan lihat si Siam lagi !"
Bouw Pek merasa sebal berbareng kasihan melihat nyonya
ini, yang batinnya sudah rusak. Ia tidak menyahuti, ia hanya


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertindak masuk. Dengan lantas ia diserang bau yang tidak
sedap dari dalam kamar. Api kelak-kelik, kamar sangat dingin,
perapian tidak ada.
Siam Nio rebah dipembaringan, ia tahu Bouw Pek datang,
ia singkap selimut hingga kelihatan rambutnya yang kusut,
muka yang pucat dan sangat perok.
"Lie Toaya, kau baru datang" kata ia dengan lemah
"Napasku tinggal sekali hembus saja, aku ingin tengok kau.."
Cia Mama berdiri disamping, airmatanya mengucur dengan
deras, tapi ketika ia hendak ceritakan halnya Biauw Cin San
sampai si nona Jie datang menolongi dengan ulapkan tangan
Bouw Pek mencegah.
"Tidak usah kau ceritera, aku sudah ketahui semua" anak
muda ini memotong, "Tek Ngoya sudah beritahukan segala
apa padaku. Bagaimana dengan sakitnya Siam Nio" Kau sudah
panggil thabib atau belum ?"
Cia Mama menangis.
"Mana kami punya uang buat panggil thabib?" ia
menyahuti. "Uang yang duluan Lie Looya berikan pada kami
semua sudah terpakai habis... Siam Nio akan mati karena
kelaparan! kim Mama sekarang tidak mau pedulikan kami,
malah ia hendak mengusir kami..."
Bouw Pek kerutkan alis. Lagi2 ia hadapi kesulitan.
"Lie Toaya terdengar suaranya Siam Nio yang lemah"aku
minta, janganlah kau tanya apa2 lagi tentang kami....."
Penyakitku sudah tidak ada harapan akan sembuh,
kematianku tidak ada artinya.... Ibu belum terlalu tua, ia
masih bisa bekerja, atau ia pergi mengemis..."
Cia Mama menangis sesenggukkan apabila ia dengar
perkataan gadisnya itu.
Bouw Pek kuatkan hati tetapi ia tetap berduka dan terharu.
"Jangan bilang demikian" ia kata "kau baru berusia dua
puluh lebih. Rawat saja dirimu, kalau kau sudah sembuh, kau
boleh pikir untuk cari penghidupanmu... Biauw Cin San sudah
mati, tidak ada lagi orang lain yang nanti ganggu kau..."
Siam Nio pandang anak muda kita dengan matanya yang
penuh air mata. Memangnya, sinar matanya sudah lemah...
"Lie Toaya, duluan aku telah beranggapan telah keliru.."
kata ia. "Sudah jangan sebut itu, aku sudah mengerti!" Bouw Pek
potong. Ia bisa duga maksudnya. "Sekarang ini menyesalpun
sudah tiada gunanya. Aku datang ke Pakkhia belum ada satu
tahun, tetapi pengalaman yang aku dapatkan banyak sekali.
Apa yang tak bisa terjadi, toh terjadi juga. Maka dihari depan,
segala perbuatan gila aku tidak akan lakukan lagi..."
Siam Nio diam, hatinya jadi seperti beku, melainkan air
matanya yang masih terus mengalir keluar.
"Keadaanku sekarang harus lebih dikasihani daripada
kau..." kata Bouw Pek kemudian sambil menghela napas
"Kejadian kejadian telah membikin hatiku menjadi hancur.
Dalam satu dua hari ini aku mau berlalu dari Pakkhia,
selanjutnya aku tidak mau datang lagi kesini. Maka itu dalam
hal perkenalan kita, malam ini adalah malam pertemuan yang
penghabisan.....
Kau sekarang sedang sakit, aku tidak berdaya akan tolong
kau, kendati begitu aku masih bisa kasi pinjam lagi. Besok
tengah hari ibumu boleh datang kegerejaku, aku akan
sediakan dua puluh tail perak, dengan itu kau bisa berobat
sampai sembuh, kemudian kau orang berdaya akan cari
penghidupanmu...
Setelah kata begitu Bouw Pek mau berlalu,
Cia Mama tadinya kaget dengar si anak muda mau
tinggalkan Pakkhia, tapi kapan ia dengar mereka akan dikasi
pinjam uang, ia jadi girang dengan lantas. Tapi lain daripada
itu adalah Siam Nio agak tidak senang
"Lie Toaya, baiklah !" kata ia. "Lie Toaya, pergilah kau
dengan hari kemudianmu yang penuh harapan. Tentang aku
kau tidak usah buat pikiran! Akupun tidak perlu uang, uang itu
kau boleh pakai untuk ongkos perjalananmu ! Malam ini kita
masih bisa bertemu muka, itu adalah bukti bahwa tidaklah
percuma yang kita pernah saling berkenalan!..."
Meski ia kata demikian, Siam Nio toh menangis tersedu2,
hingga ia bikin Bouw Pek berdiri tercengang. Anak muda ini
mendongkol dengan berbareng hatinya seperti ditusuk2. Ia
mendongkol karena kepala besar itu...
"Ah, kenapa aku mesti layani dia. ia pikir akhirnya sambil
menghela napas. Tapi toh ia kata: Cui Siam, jikalau kau
anggap aku bukannya manusia, baiklah, aku tidak mau
membantah. Tentang diriku, kau boleh pikir perlahan2 saja...
Sekarang aku pergi!...
Ia bertindak keluar dengan cepat, angin yang dingin
sambar ia. Ia lihat, cuaca telah jadi jauh lebih gelap.
Ie Jie mengikuti akan membuka pintu"
"Toaya mau pulang... berkata ia.
Dengan tindakan yang berat Bouw Pek injak salju yang
memenuhi jalanan. Ia jawab ie Jie hanya dengan "Ya" Tapi
belum bertindak jauh tatkala ia dengar jeritannya Cia Mama
didalam rumah: "Oh, Thian ! Oh, anak kau benar2 tinggalkan
aku!" Setelah itu nyonya itu lantas menangis menggerung2
Bahna kaget pemuda ini balik kembali kedalam.
Diatas pembaringan Siam Nio telah mandi darah.
Rambutnya kusut, kedua tangannya ada didadanya. Ia lagi
bergelisahan sambil merintih2 Disamping pembaringan
menggeletak pisau belati yang berlepotan darah ! Cia Mama,
sambil menangis, peluki anaknya itu...
Bouw Pek tarik nyonya itu, diantara cahaya lampu yang
kelak-kelik ia tampak pemandangan yang hebat dan
mengerikan! Kim Mama muncul dengan lantas, pakaiannya masih kusut.
Ia rupanya mendusin dari tidurnya dengan kaget dan sudah
lantas datang memburu. Kapan ia lihat pemandangan yang
mengerikan itu, ia tuding Cia Mama.
"Apakah bukan terang" kau hendak bikin aku celaka?" ia
menjerit. "Sudah aku kasi kau orang menumpang percuma,
sekarang kau orang lakukan kejahatan ini! Lihat, kamarku jadi
kotor" Cia Mama mau dirangsang, baiknya Bouw Pek keburu
mencegah. "Kau jangan ribut!" ia tegor nyonya rumah itu. "Semua
kerugianmu aku nanti ganti! Siam Nio luka karena ia tikam
dirinya, sekarang ia perlu ditolong, kau jangan ganggu!"
Melihat Bouw Pek yang keren Kim Mama jadi kuncup. Ia
tahu, itu adalah si jago muda, yang pernah hajar Poan Louw
Sam, yang bikin semua buaya darat di Pakkhia jadi ciut
nyalinya. Ia lantas berdiam saja.
Setelah tarik Kim Mama, Bouw pek menoleh pula pada
Siam Nio, tapi ia menjadi kaget waktu ia dapati tubuhnya
sudah berhenti bergerak, suara rintihannya telah lenyap.
Kapan ia rabah tangannya, tangan itu menjadi dingin dengan
lekas. Tidak terasa lagi air maianya mengembang, hingga ia
bingung saja. Cia Mama panggil anaknya yang diam saja, ia ambil pelita
akan menyuluhi. Kapan ia ketahui apa yang telah terjadi, ia
taruh pelita dimeja, ia tubruk tubuh anaknya dan menangis
menggerung2. Mukanya Kim Mama pun menjadi pucat.
"Sudah habis !... kata la. "Sekarang lekas sediakan peti
mati, atau melapor pada polisi....."
Bouw Pek susut air matanya.
"Siapakah yang mau bikin perkara?" ia tegor nyonya itu.
"Siam Nio bunuh diri."
Ie Jie turut berduka bukan main, tetapi ia bujuki Cia Mama.
"Hari sudah larut, salyu sedang turun hebat, peti mati dan
pakaian tidak bisa dibeli sekarang. kata ia. "Lagian,
mana ada uangnya"...." ia lantas awasi Bouw Pek : "Lie
Toaya, kau kenal Siam Nio, sekarang kami cuma mengharap
belas kasihanmu...... Mayat Siam Nio perlu diurus dan dikubur...
Bouw Pek manggut.
"Itu seharusnya saja. Aku tidak nyana ia mati secara
begini... ia tarik napas panjang. "Cia Mama, besok pagi kau
boleh cari aku di bio, aku nanti sediakan uang beberapa puluh
tail...." Cia Mama sedang menangis, airmatanya lagi mengalir, tapi
kapan ia dengar perkataannya anak muda itu ia lekas
menoleh. "Baik looya" ia menyahut.
Bouw Pek tidak mau saksikan pemanandangan itu lebih
lama, ia pun merasa pepat berdiam lama2 didalam kamar itu,
ia balikkan badannya buat berlalu. Tapi tiba2 ia ingat pisau
belati itu. Ia tahu, diwaktu kalap Cia Mama bisa nekat dan
gunai pisau itu, maka sebelumnya jalan terus ia balik lagi akan
jumput pisau itu, yang ia bawa pergi.
"Aku pergi!.." ia kata sambil menghela napas pula.
"Harap datang pula besok, Lie Toaya," Kim Mama masih
bisa pesan. "Buat sanakku ini, aku telah cukup keluarkan uang
dan tenaga, sekarang aku tidak sanggup menolong lagi....."
"Jangan takut, aku nanti tanggung semua !" sahut Bouw
Pek, yang sangat mendongkol. "Cuma satu hal aku pesan,
selanjutnya kau jangan ganggu mereka lagi ! Awas
Anak muda ini berjalan terus, Ie Jie mengikutinya lagi.
"Kau hati2 jaga Cia Mama, jangan sampai ia nekat," ia
pesan. "Baik, toaya" sahut tetangga yang baik itu, yang terus kunci
pintu. Dengan melawan angin dan salju yang sangat dingin, Bouw
Pek bertindak dijalan yang becek dan sunyi sebab sang malam
itu, hatinya pun sama dinginnya dengan barang cair yang
putih meletak. Ia jalan seperti tanpa tujuan. Dijalan sudah
tidak ada orang atau kereta. Ia merandak sebentar, dengan
tangannya yang seperti kaku ia sekah kedua matanya. Si air
mata telah menjadi beku. Ia bertindak pula mengikuti jalan
besar, menuju kebarat.
Dijalanan tidak ada orang, tetapi seekor ajing ikuti ia sambil
mengonggong2 terus......
Binatang itu rupanya mencium bau amis dari darahnya
Siam Nio yang nempel dipisau.....
Bouw Pek jalan terus dengan tindakan yang berat. Ketika
sampai didepan Hoat Beng Sie, anjing itu tetap kuntit ia,
hingga ia jadi sengit. Ia rabab pisaunya Siam Nio, ia niat tikam
anjing itu, tetapi tatkala ia rasai darah yang sudah mulai beku,
ia berdiam, hatinya bekerja.
"Sudah malam begini, kenapa aku ketemu Siam Nio"
Kenapa melulu karena sedikit perselisihan, begini rupa
kesudahannya" Kenapa dulu aku kesasar kerumah pelesiran "
Kenapa aku tidak berhenti sesudahnya Cie Sielong terbunuh
dan Siam Nio sedang sakit " Sekarang Siam Nio lolos dari
tangan kejamnya Biauw Cin San, siapa nyana ia tidak lolos
dari tangannya sendiri yang lemah. Dan ia binasa justeru
dihadapanku...."
Bouw Pek hampir ngelamun terus, baiknya ia ingat akan
ketok pintu. Sang salju melayang turun, menimpah ia, selagi
ia menunggu pintu dibuka. Rupanya hawa dingin bikin orang
tidur nyenyak, hingga ketokan pada pintu tidak segera
terdengar. Sampai lama juga baru terdengar suara didalam :
"Siapa?"
"Aku, Lie Bouw Pek " sahut pemuda kita dengan cepat dan
nyaring. "Oh, Lie Toaya " kata suara didalam, setelah mana pintu
dibuka. "Toaya, kudamu aku telah belikan rumput dan piara"
"Terima kasih" menyahut Bouw Pek "Aku baru pulang,
tetapi aku akan pergi pula. Nanti saja, sekalian mau
berangkat, aku haturkan terima kasihku pada kau suhu "Tidak
apa, toaya. Terima kasih," kata hweesbio yang baik budi itu,
Bouw Pek bertindak masuk, si hweeshio kunci pintu dan
balik kekamarnya.
Kapan Bouw Pek sedang mendekati kudanya yang berada
ditambatnya, binatang itu berdongkrak dan berbunyi tidak
berhentinya. Kuda itu seperti ingat sahabatnya, Beng Su
Ciauw, dan mau cari sahabat itu....
Masuk kedalam kamarnya, Bouw Pek segera pasang lampu,
sesudah itu ia duduk bercokol dikursi dengan tidak tahu apa ia
mesti berbuat. Ia terbenam dalam kedukaan dan keruwetan
pikiran, Maka akhirnya ia padamkan api dan naik atas
pembaringannya. Ia tidak bisa lantas tidur pulas. Diluar ia
masih dengar suara kuda berbareng dan anjing
menggonggong. Ia rasakan hawa dikamarnya itu sangat
dingin. "Kalau aku pergi, apa bisa jadi Tek Siauw Hong tidak akan
beritahukan Siu Lian perihal Beng Su Ciauw telah meninggal
dunia?" ia berpikir. "Dan kalau Siu Lian ketahui itu, bukankah
dengan bejal kudanya, dengan lawan angin dan salju, ia akan
susul aku" Bagaimana aku mesti jawab ia jikalau ia mendesak
meminta keterangan " Sebenarnya tidak ada rahasia sama
sekali ! Cuma apa aku mesti bilang andaikata ia tanya, kenapa
Beng Su Ciauw menyingkir dari ia" Apa aku mesti jelaskan
salah mengerti dari Su Ciauw, tentang kecurigaannya terhadap
adanya perhubungan antara aku dan ia" Dan apa aku mesti
sampaikan segala ucapan terakhir dari Su Cauw " Apa aku
bisa bicara terus-terang " Bagaimana kalau terjadi salah
mengerti dan Siu Lian pun kabur" Bila sampai terjadi
demikian, itu adalah kedosaanku.
Semua itu menyebabkan satu malam terus Bouw Pek tidak
bisa pulas. Pagi2 ia sudah turun dari pembaringan, ia buka
pintu kamarnya dan bertindak keluar. Salju tebal dan jagat
telah menjadi seperti perak. Malah diudara masih kelihatan,
salju yang sedang terbang melayang2.....
Dengan lantas Bouw Pek ingat halnya Siam Nio dan
janjinya pada Cia Mama akan memberikan pinjaman uang. Ia
segera masuk akan cuci muka, akan kemudian keluarkan buku
keuangan Siauw Hong dengan bawa itu ia pergi ketoko uang
guna tukarkan lima puluh tail. Uang ini ia bawa kembali
kegereja Baru saja ia sampai di pekarangan depan, satu
hweeshio yang sedang menyapu salju berkata padanya :
"Ada nyonya tua cari kau, toaya.
Bouw Pek cepatkan langkahnya kedalam didepan kamarnya
ia lihat Cia Mama sedang menantikan, tubuhnya
menggelendot pada meja, tubuh itu menggigil bahna
kedinginan, kedua matanya nyonya ini merah dan bengul. Ia


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaknya lebih kurus dan pucat.
"Kau telah datang mama" kata anak muda ini. "Aku baru
saja ambil uang. Nah, kau terimalah ini. Semua ini berjumlah
lima puluh tail, kecuali untuk ongkos, selebihnya kau boleh
pakai secara irit untuk melewatkan hari. Lebih baik kalau kau
bisa berdaya mencari pekerjaan Kau mesti ingat, selanjutnya
tidak akan ada orang lagi yang bisa menaruh belas kasihan
terhadap kau...... Untuk keperluan Cui Siam, dua puluh tail
pun sudah cukup"
Cia mama ulur kedua tangannya yang bergemetaran, akan
sambuti uang itu yang terus dimasukkan dedalam sakunya. Air
matanya kelihatan mengalir dengan deras
Ketika tadi ia mau pergi dari rumahnya, Kim Mama sudah
anjurkan ia supaya ia peras Bouw Pek, agar ia bisa terima
lebih banyak daripada mestinya, tetapi sekarang, apabila ia
lihat jumlah begitu banyak liangsimnya terbangun, lupakan
Pukulan Naga Sakti 5 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Memanah Burung Rajawali 20
^