Pencarian

Tujuh Pedang Tiga Ruyung 11

Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Bagian 11


Segera Siu Su memejamkan mata, tidak mengelak. Siapa tahu sampai sekian lamanya pukulan
Buyung Siok-sing belum juga dilontarkan.
Waktu Siu Su membuka mata, tertampak si nona telah berpaling kesana, seperti tidak suka air
mukanya dilihat Siu Su.
"Hm, jika aku tidak kau bunuh, hendaklah kau lepaskan diriku, jika tetap kau siksa diriku cara
begini, bagiku akan lebih baik mati saja." jengek Siu Su.
"Boleh kau bunuh diri jika ingin mati." ucap Siok-sing tanpa menoleh.
"Huh, tubuhku ini adalah pemberian ayah-bunda, seoran lelaki sejati mana boleh membunuh
diri?" "Jika begitu hendaknya kau tutup mulut, bila menemukan Bun-ki tentu kulepaskan dirimu."
"Kalau selama hidup tidak dapat menemukan dia, lalu bagaimana?"
"Selama hidup pula takkan kulepaskanmu!" jengek Buyung Siok-sing tanpa menoleh.
Siu Su jadi melenggong. Mendadak ia menengadah dan bergelak tertawa, "Hahahaha! Aku
tahu, haha, tahulah aku! Kiranya maksudmu supaya selama hidupku dapat mendampingimu."
Tubuh Buyung Siok-sing seperti gemetar sedikit, damperatnya, "Apa katamu?"
"Hahahaha!" Siu Su tetap tertawa, "Ku tahu, mukamu terlalu jelek, sukar mencari suami, maka
kau gunakan akal ini untuk mencari seorang lelaki untuk menemanimu, pantas sengaja kau
tahan diriku, rupanya. . . . ."
Belum habis ucapannya mendadak Buyung Siok-sing membalik tubuh, sebelah tangan terus
menampar, "plak", dengan keras muka Siu Su tergampar.
Dengan gusar Siu Su membentak dan balas menghantam. Akan tetapi urat nadinya
tercengkeram sehingga sukar mengeluarkan tenag, sedikit Siok-sing menarik, kembali
pergelangan tangannya tercengkeram erat lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Karena tak bisa berkutik, Siu Su terus mencaci maki, "Setan alas, perempuan buruk, siluman
jelek! Aku tidak kau bunuh, juga tidak kau lepaskan, lantas mau apa jika bukan untuk dijadikan
lakimu" Huh, sepanjang hari hanya memegangi tangan seorang lelaki, tidurpun tidak kau
lepaskan, huh, perempuan tidak tahu malu begini juga menghendaki kutemanimu selama hidup,
jangan mimpi. . . ."
Sebenarnya Siu Su bukan pemuda yang bermulut kotor, biasanya dia tenang dan sabar, marah
atau senang tidak begitu kelihatan. Tapi lantaran sudah sekian lama dia ditawan oleh Buyung
Siok-sing, hidup tersiksa sehingga sukar menahan rasa gemasnya sekarang.
Sudah digunakan macam-macam akal, dengan halus, dengan kasar, dengan membujuk,
dengan memancing dan mengadu domba, namun tetap Buyung Siok-sing tidak mau
melepaskan dia. Saking tidak tahan, akhirnya semua kata-kata kotor dihamburkannya.
Tentu saja Buyung Siok-sing merasa pedih, air mata berlinang dan badan gemetar, serunya,
jangan. . . jangan kau. . . ."
Namun Siu Su masih terus mencaci maki.
"Tutup mulut!" bentak Siok-sing mendadak.
"Aku justru tidak mau tutup mulut, kau perempuan bermuka buruk, tak laku kawin. . . ."
Belum lanjut makian Siu Su, mendadak Buyung Siok-sing menanggalkan kedoknya sambil
berteriak, "Memangnya kau kira aku tidak laku kawin?"
Sekilas pandang, seketika tubuh Siu Su tergetar dan berdiri melongo.
Ternyata yang berdiri didepannya bukan seorang nona bermuka buruk apa segala melainkan
seorang perempuan secantik bidadari, sungguh sukar dibayangkan perempuan secantik ini,
dengan kata dan istilah apa pun sukar melukiskan kecantikannya.
Biarpun banyak perempuan cantik didunia ini, tapi kalau dibandingkan dia, perempuan cantik
lain menjadi tidak ada artinya.
Bila kecantikan orang lain cuma mempesona maka kecantikan Buyung Siok-sing bisa membuat
orang gila. Kecuali orang yang paling berdekatan dengan dia, siapa pun tidak pernah melihat kecantikan
wajahnya. Tapi lelaki yang pernah melihat kecantikannya sudah sama mati gila.
Rupanya ia pun menyadari kecantikannya bisa mendatangkan bencana bagi orang lain dan
juga bagi dirinya sendiri, sebab itulah mukanya selalu ditutupi selapis kedok yang buruk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Setelah dia bersumpah pantang membunuh, dia terlebih enggan wajahnya dilihat orang. Ia tidak
ingin orang lain gila lantaran dia, ia pun tidak suka melihat orang lain mati gila.
Dan sekarang, karena marahnya, saking tidak tahan mendadak ia membuka kedoknya. Tubuh
gemetar, jantungnya juga berdetak.
Ia mengertak gigi dan sekuatnya menahan gejolak perasaan sendiri, teriaknya, "Sekarang tentu
kau tahu apa yang kulakukan ini adalah demi Bun-ki." ia menghela napas panjang, lalu
menyambung, "Sebab itulah kupaksa dirimu menemui dia, ingin kuselesaikan permusuhan
kalian yang sebenarnya bukan kesalahan kalian melainkan akibat perbuatan orang tua masingmasing,
aku tidak dapat melepaskan dirimu, sebab. . . .sebab aku. . . ."
Sampai disini Buyung Siok-sing tidak melanjutkan lagi, mukanya menjadi merah. Siu Su
melenggong, sungguh ia tidak mengerti isi hati orang, hati perempuan memang sukar diraba.
Kedua orang sama bungkam sampai sekian lamanya, mendadak api lilin padam seluruhnya,
suasana menjadi gelap.
Akhirnya Siu Su berkata, "Mereka sudah pergi, tempat rahasia ini pun tidak diketahui orang luar,
kukira lebih baik kita keluar saja dan mencari ketempat lain."
Tapi Buyung Siok-sing menjawab, "Jelas dia meninggalkan surat disini, pasti ada orang lain lagi
akan datang kemari."
Siu Su tidak membantah lagi, ia membuat api dan menyalakan sepotong sisa lilin lain. Katanya,
"Jika harus menunggu, entah harus menunggu sampai kapan."
Setelah menaruh lilin pada tatakannya, lalu Siu Su menarik kedua dipan agar rapat, ia sendiri
lantas duduk diujung dipan sebelah kiri, dipan lain diberikan kepada Buyung Siok-sing.
Nona itu diam saja menyaksikan perbuatan Siu Su, tiba-tiba matanya memancarkan cahaya
aneh, sebab apa yang dilakukan Siu Su biasanya adalah pekerjaan Buyung Siok-sing
sepanjang perjalanan.
Selang sejenak pula, mendadak Siu Su bertanya, "Sudah seharian kita tidak makan minum,
apakah engkau tidak lapar?"
Siok-sing menunduk dan menjawab, "Ya, lapar juga. . . ."
Padahal sepanjang perjalanan ini meski Siu Su kenyang tersiksa, tapi juga cukup merepotkan
Buyung Siok-sing, sebentar2 Siu Su minta ini dan itu, tiba-tiba mengeluh lapar, lain saat bilang
haus, mendadak tak mau jalan lagi karena lelah katanya.
Dengan sendirinya semua perbuatan Siu Su itu disengaja karena panasaran, meski terkadang
Buyung Siok-sing tidak menghiraukannya tapi lebih sering dituruti segala kehendaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Siapa tahu sekarang Siu Su malah tanya dia lapar atau tidak, perubahan ini sangat besar dan
aneh, tanpa terasa Siok-sing menunduk rikuh.
Siu Su juga gegetun melihat sikap likat orang. Dia berubah sebanyak ini lantaran mendadak
disadari dirinya adalah seorang lelaki, kalau berada bersama seorang perempuan adalah wajib
melindungi perempuan itu.
Padahal sepanjang perjalanan Siu Su belum pernah memandang Buyung Siok-sing sebagai
perempuan, ia merasa orang sedemikian galak, bengis, mendadak marah-marah, lain saat main
bentak segala. Tapi sekarang dirasakan olehnya kegalakan si nona juga membawa semacam
kelembutan yang pantas dikunyah kembali.
Sepanjang perjalanan mereka entah sudah berapa kali mereka tidur sekamar, tapi sekali ini
dirasakan oleh mereka jauh berbeda daripada yang sudah-sudah.
Lilin semakin pendek, sang waktu lalu dengan cepat. . . . .
Mendadak Buyung Siok-sing mengangkat kepala dan berkata dengan dingin, "Jangan lupa,
engkau masih juga tawananku, selanjutnya jangan tanya ini dan itu. Bila kulapar tentu dapat
kucari makanan sendiri."
"Aku cuma bermaksud baik. . . ."
"Tidak perlu berlagak baik." jengek Siok-sing, "Sepanjang jalan engkau selalu membikin repot
padaku, sekarang mendadak hatimu berubah sebaik ini, jangan kau kira aku. . . ." dia
mengerling dan tidak melanjutkan.
"Ka kira aku mau apa" Kenapa tidak kau katakan?" tanya Siu Su.
Sampai sekian lama Buyung Siok-sing termenung, katanya kemudian dengan bengis, "Bila suka
dapat kukatakan, tidak suka tentu tidak kukatakan, kau berani memerintah diriku?"
Siu Su mendengus, "Huh, sungguh perempuan galak!" Lalu ia melengos dan tidak memandang
lagi. Biarpun dia memandangnya juga takkan mengetahui betapa perasaan Buyung Siok-sing,
terlebih takkan tahu betapa pedih dan bertentangan batinnya, sebab semua itu sudah
disembunyikannya di dalam lubuk hatinya.
Ketika Siu Su memandang kearah lain, tiba-tiba dilihatnya ditepi dipan ada sebuah kantung
sutera. Kantung ini mestinya berada dibawah dipan, lantaran dipan digeser sehingga kantung
sutera itu pun kelihatan.
Segera ia mengambil kantung itu, tertampak ada sulaman bunga peoni, ditengah bunga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tersulam pula dua hati yang lengket menjadi satu. Sulamannya indah dan berbau harum.
Tergerak hati Siu Su, pikirnya, "Jangan-jangan ini barang milik Bun-ki?"
Ia coba membuka kantung sutera itu, mendadak dari dalam jatuh keluar satu biji kancing kain
dan dua comot rambut.
Ia ingat kancing ini adalah kancing bajunya yang terlepas pada waktu dalam perjalanan
bersama Bun-ki dahulu, lalu Bun-ki membetulkannya dengan kancing baru. Tak tersangka
kancing lama ini masih disimpannya sekarang.
Jika kancing ini masih disimpannya, jelas rambut ini juga rambutnya. Siu Su pandang sulaman
hati pada kantung itu, timbul perasaan bimbangnya.
"Barang-barang ini asalnya kepunyaanmu bukan?" terdengar Buyung Siok-sing lagi bertanya.
Tanpa melihat Siu Su menjawab, "Entah, mungkin betul."
"Apakah kau tahu sebab apa dia menyimpan barangmu sebaik ini?"
"Dari mana kutahu urusannya?"
"Sedemikian besar cintanya padamu, masakah engkau pura-pura tidak tahu?" damperat Sioksing
dengan gusar. "Jika engkau punya perasaan, tidak pantas kau lukai lagi hatinya."
"Peduli dia suka padaku atau kepada siapa, memangnya siapa yang menentukan aku harus
menyukainya juga?" teriak Siu Su sambil berpaling.
"Aku yang menentukan." jengek Buyung Siok-sing.
"haha, berdasarkan apa engkau berhak menentukan perasaan orang lain?" tanya Siu Su.
"Biarlah kukatakan padamu bahwa antara aku dan dia biarpun tidak ada rasa permusuhan,
paling-paling juga kupandang dia sebagai adik perempuan belaka."
"Jika demikian, mengapa kau biarkan cintanya padamu semakin tumbuh?"
"Dia sendiri mau begitu, kenapa menyalahkan diriku?" jengek Siu Su. "Jika ada seorang pria
suka padamu, tapi engkau tidak membalas kebaikannya, apa ini pun salahmu?"
Buyung Siok-sing jadi melenggong, katanya kemudian, "Dia bilang padaku, dahulu kau pun
sangat baik padanya, mengapa sekarang. . . . ."
"Terus terang, waktu itu tujuanku hanya ingin mengorek rahasia ayahnya," sela Siu Su. "Jadi
tujuanku adalah untuk membikin susah Mao Kau. Betapa mendiang ayahku telah dicelakai oleh
Mao Kau, cara pembalasannya juga akan kugunakan dengan cara yang keji, ini namanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
'dengan gigi bayar dengan gigi, dengan darah bayar dengan darah', tahu?"
Dia bicara dengan penuh rasa dendam sehingga membuat Buyung Siok-sing mengkirik juga.
Selang agak lama barulah Siok-sing berkata pula, "Yang ada permusuhan denganmu ialah Mao
Kau, dia sendiri kan tidak salah."
Siu Su terdiam, katanya kemudian, "Ya, sebab itulah kemudian kubebaskan dia. . . ."
Sampai disini, mendadak diluar bergema suara kaki orang, kedua orang sama terperanjat,
cepat mereka tutup mulut. Suara melangkah diluar segera juga berhenti.
Pelahan Buyung Siok-sing berbangkit, di luar seorang lantas memanggil, "Suhu!"
Suaranya masih agak jauh, agaknya pendatang ini belum masuk keruangan pertama.
Tiba-tiba Siu Su menahan suaranya dan menjawab, "Masuk kemari!"
Selang sejenak pula, suara orang itu berkata lagi, "Apakah Suhu sudah tidur" Tecu Tiangsun
Jik ingin melapor."
Sekarang suaranya kedengaran berada dikamar sebelah.
"Ah, kiranya anak muridnya, anggota Giok-kut-sucia." pikir Siu Su. Segera ia berdehem
menirukan suara Mao Kau dan berkata, "Baik, bicara saja dari situ."
Buyung Siok-sing memandangnya sekejap dengan sorot mata memuji. Semula ia bermaksud
menawan Tiangsun Jik dan kemudian memaksanya bicara, tapi sekarang Siu Su telah
menirukan suara Mao Kau dan menyuruhnya bicara sendiri.
Maka terdengar Tiangsun Jik lagi bicara, "Sesuai perintah Suhu. Tecu telah mengantar sisa
tulang Siu Tok ketempat Toh-susiok, maka Toh-susiok minta Tecu menyampaikan kepada Suhu
bahwa beliau sudah menerima dengan baik."
Mendengar "sisa tulang belulang Siu Tok", seketika darah Siu Su bergolak, ia mengertak gigi
dan sedapatnya menahan rasa gusarnya, katanya pula, "Lalu apa lagi yang dikatakan Toh
Tiong-ki?"
Kening Tiangsun Jik bekernyit, dia sudah mulai sangsi ketika sang guru tidak keluar, sekarang
dia tambah curiga, pikirnya, "Biasanya Suhu tidak pernah langsung menyebut nama Toh-susiok,
mengapa sekarang. . . .Ah, jangan-jangan orang yang bicara ini bukan Suhu melainkan
samaran orang lain?"
Diantara kesepuluh anggota Giok-kut-sucia, Tiangsun Jik ini terhitung paling cerdik, tindaktanduknya
juga sangat hati-hati, sebab itulah Mao Kau selalu menyerahkan tugas penting
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kepadanya. Maka ia pun berlagak tidak tahu dan menjawab, "Tecu disuruh Toh-susiok untuk menyampaikan
kepada Suhu bahwa ke-dua belas pedang dan golok pusaka yang dititipkan Suhu kepadanya
telah diatur dengan baik."
Sembari bicara ia mengeluarkan sebuah poci perak mini dan memandang kearah tabir.
"Lantas apa lagi?" terdengar suara dibalik tabir bertanya pula.
Diam-diam Tiangsun Jik mendengus, "Hm, sekarang ketahuan juga belangnya. Mana Suhu
mempunyai dua belas pedang dan golok pusaka segala, Hm, berani kau palsukan suara Suhu
untuk menipuku, sekarang biar kau tahu kelihaianku."
Pelahan ia memutar tutup poci mini itu, ia sendiri lantas memakai tutup hidung, lalu poci mini
yang sudah terbuka itu dipegang terbalik, lamat-lamat kelihatan asap tipis teruar keluar dari poci
mini itu. Asap tipis itu melayang masuk kebalik tabir sana, Tiangsun Jik pura-pura bicara lagi, "Tohsusiok
bekerja keras bagi Suhu, beliau telah mengumpulkan dua puluh tujuh tokoh terkemuka
daerah Kwan-gwa, diantaranya termasuk pendekar pedang dari Thian-san-pai dan Tiang-pekpai,
juga ada. . . . ."
Dia bicara asal bicara saja, tapi Siu Su benar-benar dibikin kaget. Sama sekali tak terpikir
olehnya bahwa dari luar Tiangsun Jik telah mengeluarkan obat bius maha lihai yang disebut
"Jian-jit-cui-hun-hiang" atau dupa pembius mabuk seribu hari.
Malahan Siu Su jadi ingin mengorek lebih banyak kekuatan Mao Kau yang lebih lengkap,
segera ia tanya pula, "Dan siapa lagi?"
Tiangsun Jik menyambung, "Ada lagi jago-jago kelas tinggi daerah Siamsai dan Kamsiok juga
sudah dihubungi Toh-susiok, orang-orang ini memang sudah lama dendam terhadap Siu Tok,
maka dengan gampang saja Toh-susiok mendapatkan janji bantuan mereka. Bahkan Kiong-sin
Leng Liong dari Kai-pang juga telah berhasil dibeli oleh Toh-susiok dengan janji upah sepuluh
laksa tahil perak."
Makin tak masuk akal dia membual, makin membikin kejut Siu Su, dan diluar sadarnya dia
lantas terkena dupa bius yang digunakan Tiangsun Jik itu.
Hanya sekejap kemudian, Siu Su merasakan kepala pening dan mata ber-kunang2 selagi ia
mengeluh bisa celaka, mendadak dirasakan pegangan Buyung Siok-sing padanya juga
mengendur. Waktu ia memandang kesana, nona itu juga kelihatan seperti orang mengantuk
dan badan tampak lemas.
Karuan Siu Su kaget, tahulah dia telah terperangkap, cepat ia menahan napas dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
mengerahkan segenap sisa tenaga pada sebelah tangannya. Namun tubuh sudah tak tahan
dan terkulai. Jian-jit-cui-hun-hiang adalah semacam tumbuhan beracun yang cuma terdapat dipegunungan
Thian-san tidak berwarna dan tidak berbau, bila terhisap sedikit saja segera tubuh terasa lemas
lunglai, namun pikiran tetap jernih.
Obat bius ini adalah ciptaan Sai-jik-hong seorang bandit cabul di Thian-san, obat bius ini
digunakannya untuk membius kaum wanita yang diperkosanya. Perempuan yang terbius akan
merasa lemas lunglai tak bertenaga, namun pikiran tetap sadar, dalam keadaan demikian jadi
sama sekali tidak dapat melawan meski tahu jelas dirinya diperlakukan tidak senonoh oleh Saijik-
hong. Dalam keadaan tidak berdaya demikian, tentu saja rasa pedih perempuan yang digarap Sai-jikhong
sukar diceritakan. Sebaliknya bila melihat korbannya menderita, Sai-jik-hong justru
tambah senang dan semakin bersemangat. Entah sudah berapa banyak korban yang telah
dinodainya berkat obat bius yang ampuh itu.
Dengan sendirinya orang Bu-lim sangat benci kepada perbuatan Sai-jik-hong itu. Maka beramai2
beberapa tokoh Kwan-gwa telah menggunakan Bi-jin-keh atau akal perempuan cantik,
yakni menggunakan perempuan cantik sebagai umpan untuk menjebaknya sehingga akhirnya
Sai-jik-hong dapat dibinasakan.
Dengan sendirinya resep obat bius itu lantas tersebar diantara tokoh-tokoh terkemuka didaerah
Kwan-gwa, selama ini obat bius itu sering digunakan menjebak musuh yang tangguh, tapi pada
umumnya tidak pernah disalah-gunakan.
Begitulah Tiangsun Jik jadi girang demi mendengar suara orang jatuh terkulai dibalik tabir, ia
tahu orang didalam sudah terjebak olehnya.
Namun dia memang suka bekerja cermat, ia tunggu lagi sekian lama baru kemudian
menyingkap tabir dan masuk kesitu. Dilhatnya dua orang telah menggeletak tanpa bisa berkutik.
"Hm, nasib kalian memang tidak jelek." jengek Tiangsun Jik, "Suhu menyuruhku mencari Jianjit-
cui-hun-hiang ini untuk menghadapi bocah she Siu itu, tapi sekarang kalian berdua telah
mendapat prioritas utama untuk mencicipinya."
Kiranya obat bius mabuk seribu hari ini sengaja diminta Toh Tiong-ki dari sahabatnya yang
tinggal di Kwan-gwa, tujuannya adalah untuk menghadapi Siu Su.
Rupanya tadi Tiangsun Jik bilang "ada juga", maksudnya adalah obat bius ini juga telah
diperolehnya dari Toh Tiong-ki.
Dengan suara bengis ia lantas mendamperat, "Hm, besar juga nyali kalian, berani memalsukan
diri sebagai Suhuku, rasanya harus kuberi hukuman setimpal kepada kalian, kemudian baru


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kutanyai kalian."
Tiba-tiba ia menatap tajam wajah Siu Su berdua, lalu mendengus, "Hah, kiranya kalian juga
memakai kedok segala. Baik, akan kulihat bagaimana bentuk kalian yang sebenarnya."
Segera ia melompat maju, lebih dulu ia menarik Buyung Siok-sing.
Karena pikirannya masih cukup sadar, karuan Buyung Siok-sing merasa cemas, malu dan juga
gusar, Ia lebih suka terbunuh saja daripada kedoknya dibuka orang.
Maklumlah, ia tahu bilamana pemuda ini melihat wajah aslinya, tidak bisa tidak pasti akan
timbul nafsu birahinya. Padahal keadaan sendiri lemas lunglai, tidak mampu meronta, juga tidak
sanggup melawan, akibatnya pasti celaka.
Dalam pada itu Tiangsun Jik telah berjongkok dan merangkul pundaknya dan diangkat keatas,
jengeknya tiba-tiba, "Huh, sedemikian halus dan lunak tubuhmu, rasanya seperti seorang
perempuan Haha, bila benar kau perempuan cantik, mungkin akan kubikin senang hati lebih
dulu baru nanti. . . ."
Sembari bicara tangan yang lain terus menarik kedok Buyung Siok-sing dan begitu kedok
tersingkap, seketika dia melongo kesima dan tidak sanggup bersuara lagi.
Sungguh mimpi pun tak tersangka olehnya dibalik kedok adalah seraut wajah secantik ini, dan
perempuan secantik bidadari ini kini justru berada dalam rangkulannya.
Seketika perasaannya menjadi terombang-ambing seperti orang mabuk, nafsu birahinya juga
membakar, segera tangannya meraba. . . .
Melihat pandangan Tiangsun Jik yang jalang itu sudah diketahui Buyung Siok-sing apa yang
terpikir oleh anak muda itu, apalagi sekarang tangan orang mulai beraksi, sungguh ia menjadi
malu dan juga gusar setengah mati.
Tapi apa daya, ia tidak bisa berkutik. Terpaksa ia memejamkan mata dan membatin dengan
pedih, "O, Siu Su, tahu akan terjadi begini, seharusnya sejak dulu kuberitahukan isi hatiku yang
sesungguhnya kepadamu, bahwa engkaulah satu2nya pemuda yang pernah menimbulkan
cintaku. . . ."
Tengah berpikir, tangan Tiangsun Jik sudah menyentuh dadanya, "bret", mendadak baju
dadanya terobek. . . .
Mata Tiangsun Jik menjadi merah beringas serupa binatang buas, tapi sebelum dia berbuat
lebih lanjut, sekonyong-konyong Siu Su menubruk maju dan menghantam sekuatnya.
Rupanya sebelum terkulai tadi Siu Su telah menghimpun segenap sisa tenaga pada sebelah
tangannya, maksudnya akan memberi pukulan terakhir kepada lawan, dan bila gagal terpaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
harus pasrah nasib. Untuk itu dia berharap Tiangsun Jik akan mendekat dan membuka
kedoknya, siapa tahu yang didekati Tiangsun Jik justru adalah Buyung Siok-sing.
Dapat dilihatnya kecemasan nona itu dari sinar matanya, diam-diam Siu Su juga kuatir dan
gusar, ketika dilihatnya Tiangsun Jik akan berbuat tidak senonoh, tanpa pikir lagi Siu Su
meronta dan menubruk kesana sebisanya dan menghantam.
Pukulan dengan segenap sisa tenaganya itu sungguh sangat dahsyat, "blang", tubuh Tiangsun
Jik terpental dan tumpah darah, seketika pun binasa.
Siu Su sendiri juga tidak mampu menguasai tubuhnya lagi, ia jatuh terkapar dan tepat bertindih
diatas dada Buyung Siok-sing.
Waktu nona itu membuka mata, dilihatnya mata hidung Siu Su hanya sejengkal saja
disebelahnya, dada anak muda itu mendempel diatas dadanya.
Sekejap itu kedua orang sama dapat merasakan detak jantung pihak lain yang begitu keras,
napas juga terengah. Kedua orang lantas memejamkan mata dan tak berani lagi beradu
pandang. Siu Su cuma mencium bau harum yang menggetar sukma, dengus napas yang pelahan tambah
memabukkan perasaannya.
Ia tidak tahu apakah semua ini memang sudah takdir, perubahan kejadian ini sungguh
sedemikian aneh dan kebetulan. Ia tidak berani membuka mata, sebab ia tidak dapat menerka
bagaimana perasaan si nona.
Rasa cinta memang sesuatu yang ajaib. Tanpa disadari Siu Su bahwa rasa gemasnya terhadap
Buyung Siok-sing sepanjang perjalanan ini hanya dalam sekejap pada saat nona itu
menanggalkan kedoknya itu telah berubah menjadi rasa cinta.
Perubahan yang cepat dan aneh ini memang belum diketahuinya sendiri. Ia pun tidak percaya
Buyung Siok-sing yang sebentar marah dan sebentar membentaknya itu juga bisa jatuh hati
padanya. Tak diketahuinya perasaan Buyung Siok-sing itu timbul secara pelahan, yaitu berasal dari rasa
benci berubah menjadi cinta.
Akan tetapi setelah pengalaman sepanjang perjalanan, dirasakannya Siu Su adalah pemuda
yang berperasaan, hanya saja perasaan halusnya telah tertutup oleh rasa dendamnya yang
membara. Juga ditemukan sifat ke-kanak2an pada diri Siu Su, sifat kekanakan itu secara naluri
menimbulkan kasih sayang seorang ibu padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Maka setelah berkumpul bersama sekian lama, hati Buyung Siok-sing jadi tambah goyah.
Selama dua puluhan tahun ini dia hampir tidak sudi melirik barang sekejap terhadap lelaki mana
pun, akan tetapi sekali perasaan yang sudah terpendam sekian lama itu meledak, maka sukar
lagi untuk diatasi.
Tapi demi Mao Bun-ki, sekuatnya ia tahan perasaan yan bergolak itu, lantaran itu juga,
pertentangan batinnya itu telah banyak juga mempengaruhi tingkah laku dan tutur katanya.
Maka sifatnya yang sebenarnya tenang dan sabar itu lantas berubah menjadi judes, girang dan
marah tidak menentu.
Kini suasana jagat raya ini sunyi senyap se-akan2 cuma tersisa mereka berdua saja.
Setelah mengalami bahaya yang menentukan mati dan hidup, biasanya perasaan manusia
mutlak menjadi lemah. Cinta kasih antara lelaki dan perempuan juga paling mudah tumbuh
pasa saat-saat demikian.
Entah selang berapa lama lagi, mendadak Siu Su membuka mata. Hampir pada saat yang
sama Buyung Siok-sing juga membuka mata. Tapi hanya beradu pandang sekejap itu,
keduanya lantas memejamkan mata lagi. Lalu kejap lain sama-sama membuka mata pula, dan
seterusnya tidak mau terpejam lagi.
Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang bergerak. . . .Dari pandangan masing-masing dapat
dibaca pujian pada cinta, dapat mendengar nyanyian cinta, juga dapat mencium bau harum
bunga. . . . Sungguh keadaan yang aneh dan perpaduan yang lucu, diatas wajah yang maha cantik itu
adalah wajah Siu Su yang buruk karena memakai kedok.
Detak jantung dan dengus napas mulai normal kembali. Tenanglah pergolakan perasaan kedua
orang, mereka menikmati kemesraan dengan diam.
Ditengah suasana yang hening dan adegan aneh itu, se-konyong2 dari luar melayang masuk
sesosok bayangan orang. Sekilas melihat keadaan yang aneh ini, seketika pendatang ini berdiri
melenggong. Kedua orang yang berbaring itu masih saling pandang, sama sekali mereka tidak tahu bahwa
didalam ruangan sudah bertambah seorang dengan wajahnya yang pucat dan agak kurus,
nyata dia inilah Mao Bun-ki.
Dengan melenggong Bun-ki memandang mereka, bilamana sorot matanya dapat bicara, maka
apa yang akan diucapkan entah betapa duka, betapa benci dan murka. Sebab sekali pandang
segera dapat dikenalinya orang yang rebah diatas tubuh kakak seperguruannya itu ialah Siu Su,
sang jantung hati yang tidak berperasaan itu.
Pelahan ia mendekati tempat tidur, mendadak ia berteriak histeris, diraihnya kantung sutera dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kancing kain diatas tempat tidur itu dan dirobeknya hingga hancur.
Karena teriakan kalapnya itu telah menyadarkan Siu Su dan Buyung Siok-sing dari buaian
asmaranya. Hati mereka tergetar ketika tahu-tahu terlihat Mao Bun-ki sudah berada disitu.
Setelah merobek hancur kantung sutera dan kancing kain itu, Bun-ki terus membantingnya dan
meng-injak2nya dengan gemas sambil berteriak, "Persetan!. . . .Mampus kau!. . . ."
Untuk mengambil kantung sutera yang ketinggalan ini dia kembali lagi kesini, tak tersangka
olehnya disini akan dilihatnya adegan yang membuat hancur perasaannya.
Siu Su dan Siok-sing tidak dapat bicara, dalam keadaan demikian mereka pun tidak tahu apa
yang mesti diucapkannya.
Mendadak Bun-ki melompat kedepan Siu Su berdua dan tertawa pedih dan ngeri, serupa
tertawa hantu. Dengan suara melengking ia berseru, "Suci yang baik, kau bilang hendak menyelesaikan
permusuhanku dengan dia, kau katakan akan menariknya untuk bergabung denganku, cara
yang kau gunakan ternyata sedemikian hebat."
Dia terkekeh-kekeh lagi, lalu menyambung, "Dan kau, Siu-kongcu, seharusnya engkau
berterima kasih padaku. Tanpa diriku mana kalian dapat berada bersama seperti ini. Kau harus
berterima kasih padaku."
Dalam keadaan tidak dapat bicara dan tidak bisa bergerak, juga tidak mampu memberi
penjelasan, terpaksa Siu Su dan Siok-sing hanya mendengarkan suara tertawa dan nistanya
saja. Lengking tawa serupa hantu itu menusuk hulu-hati mereka, menyakiti lubuk hatinya.
Setelah berhenti tertawa, mendadak Bun-ki menjerit parau, "Mengapa kalian tidak bersuara?"
Segera ditariknya Siu Su, dilepaskan kedoknya, diguncang-guncangkan tubuh anak muda itu
sambil berteriak, "Sungguh pemuda yang cakap, pantas Suci tergila-gila padamu."
Habis berteriak ia terus melepaskan pegangannya sehingga Siu Su jatuh terkapar lagi.
Bun-ki jadi melengak, "Hah, kenapa jadi begini" Mengapa tubuh kalian selemas ini" Ehm, ya,
kalian tidak perlu memberi penjelasan, kutahu. . . .Ya, kutahu, dapat kulihat tadi, kalian saling
tatap dengan begitu mesra, pada waktu itu biarpun kepala kalian akan dipenggal orang juga
takkan kalian rasakan, cuma sayang, pada saat demikian aku justru muncul disini. . . . ."
Mendadak ia menampar muka sendiri dua kali dan berseru pula, "Salahku, salahku sendiri,
mengapa kudatang kemari dan menggagalkan perbuatan kalian. Namun kalian. . . .kalian pun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
jangan menyesal, pasti akan kuganti rugi kepada kalian."
Lalu ia berjongkok, digesernya Siu Su sehingga muka berhadapan muka diatas tubuh Buyung
Siok-sing, dia membetulkan posisi mereka dengan hati-hati sehingga tepat hidung beradu
hidung dan mulut beradu mulut.
Kemudian ia berkeplok dan berseru, "Hah, bagus, begini baru bagus. . . . ."
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, sambungnya lagi, "Ah, tidak baik, begini kurang baik. Harus
kubikin kalian tidak terpisahkan selama hidup, Eh, Suci yang baik, betul tidak?"
Kekuatan cinta memang sangat besar, tapi bilamana cinta berubah menjadi benci, tenaganya
terlebih dahsyat sehingga dapat membuat Mao Bun-ki yang serupa malaikat itu berubah
menjadi setan iblis.
Mendadak ia berlari kesamping tempat tidur, dikeluarkannya sebungkus barang, lalu berlari
balik kedepan Siu Su berdua, katanya dengan terkekeh, "Diam saja sayang, jangan bergerak!"
Isi bungkusan itu ternyata jarum dan benang. Dikeluarkan alat jahit itu, benang dimasukkan
kelubang jarum, dengan tangan kanan memegang jarum, tangan lain menarik pergelangan
tangan Siu Su dan Buyung Siok-sing, lalu jarum terus ditubleskan ke pergelangan tangan kiri
Siok-sing. Darah segar merembes keluar, rasa sakit menyerang lubuk hati Buyung Siok-sing, namun rasa
jasmani jauh daripada rasa sakit rohani.
Terdengar lengking tawa Bun-ki bergema lagi, katanya, "Coba kau lihat, aku kan sangat baik,
telah kuikat kalian menjadi satu."
Segera jarumnya menusuk terlebih dalam sehingga menembus lagi pergelangan tangan Siu Su,
lalu ditarik keatas dan ditubleskan lagi dan beitu pula pada tangan yang lain.
Sesudah menjahit kedua tangan orang dengan erat akhirnya Bun-ki mengikat tali pati, habis itu
baru berkata, "Nah, sekarang kalian takkan berpisah lagi untuk selamanya."
Darah segar bertetesan melumuri pergelangan tangan kedua orang itu.
"Coba lihat," Bun-ki terkekeh pula, "Pada tubuhmu sudah ada darahnya dan pada tubuhnya
juga sudah ada darahmu. Apakah kalian tidak berterima kasih padaku?"
Mendadak dia seperti ingat sesuatu hal lagi, cepat ia menegluarkan setengah potong gelang
baja, dirabanya sejenak, lalu mengeluarkan setengah gelang baja yang lain, gelang baja
sebesar jari dan bersinar mengklat.
"Tring", Bun-ki mengetuk kedua belah gelang baja itu, Pada gelang baja sebelah kiri terdapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
pula rantai kecil.
Air muka Buyung Siok-sing berubah seketika demi melihat gelang baja itu. Air mukanya sejak
tadi memang sudah pucat, sekarang tambah seram tampaknya.
Bun-ki tetap tertawa ngekek, "Suci yang manis, tentu kau kenal barang ini bukan" Namun. . . ."
ia memandang Siu Su dan menambahkan, "Apakah Siu-kongcu juga kenal barang ini"
Ketahuilah barang ini bernama Tok-liong-goan (gelang naga berbisa) buatan Suhuku dengan
baja murni, semula dibuat beliau untuk membelenggu sejenis binatang yang paling aneh,
asalkan kedua belah gelang ini tercakup, maka takkan terpisah lagi untuk selamanya, pedang
pusaka atau golok mestika apa pun tetap tak dapat menabasnya patah."
Bila kedua belah gelang itu dicakup, besar lingkarannya cuma sebesar cangkir.
Mendadak kedua tangan Bun-ki bekerja "krak", kedua belah gelang itu dipasang dipergelangan
tangan Siu Su dan Buyung Siok-sing sehingga tulang tangan mereka serasa mau patah.
Sejauh itu Siu Su tetap tidak pentang matanya, namun sekarang keringat dingin telah menghiasi
dahinya. Tetesan keringat menitik ke pipi Buyung Siok-sing.
Bun-ki menengadah dan tertawa latah, "Hahaha, bagus, sungguh bagus, benang dapat
diputuskan, tapi Tok-liong-goan ini takkan terpatahkan untuk selamanya dan kalianpun takkan
berpisah untuk selamanya."
Habis itu mendadak ia termenung. Pelahan ia duduk dilantai dan memandang Siu Su dan
Buyung Siok-sing dengan terbelalak, tampaknya dia sedang memikirkan apa-apa.
Dia seperti lagi merenung dengan cara apa yang lebih keji dan lebih gila untuk menyiksa Siu Su
berdua yang telah melkai hatinya ini. Ia merasa harus menyiksa mereka barulah rasa pedih dan
iri sendiri dapat dikurangi.
Cinta yang mendadak berubah menjadi benci yang dahsyat sungguh semacam perasaan yang
mengerikan. . == ooo OO ooo ==
Di luar kota Tinkang sebelah timur terdapat tiga bukit, yaitu Jiau-san, Siang-san dan Kim-san.
Disebelah barat kota adalah lereng pegunungan yang jauh membentang ke wilayah Kangling.
Hujan baru reda, sinar matahari memenuhi angkasa.
Dijalan pegunungan ini mendadak muncul tujuh orang pengemis dengan baju yang dekil,
perjalanan mereka tampak terburu-buru.
Rombongan pengemis ini terdiri dari berbagai usia, yang menjadi kepala rombongan masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sangat mudah, sinar matanya tajam, mukanya yang agak kurus menampilkan semacam sifat
dingin. Setiba dijalan pegunungan yang sepi ini, segera pengemis muda ini berkata, "Lekas, bila kurang
cepat mungkin akan terlambat!"
Sembari bicara ia lantas mendahului mengeluarkan ginkangnya dan berlari kedepan.
Gerakannya gesit dan cepat, meski keenam orang yang lainnya juga memiliki ginkang lumayan,
tapi selisih jauh bilamana dibandingkan pengemis muda ini.
Pengemis muda ini tampak gelisah, jelas ada urusan penting tapi dia juga sering berhenti untuk
menunggu keenam kawannya.
Setiba disuatu tempat lereng bukit itu, mendadak pengemis muda itu bersuit, suara suitan
melengking nyaring berkumandang hingga jauh.
Begitu mendengar suara suitan, dari beberapa lekuk lereng sana serentak muncul likuran
bayangan orang dan berlari kesini, semuanya lelaki kekar berbaju rombeng dan berdandan
sebagai pengemis.
"Sudah datang semua?" tanya pengemis muda tadi segera sesudah berhadapan.
Seorang lelaki berewok menjawab dengan hormat, "Sudah, hanya saudara keluarga Tan dari
Hwe-keh-san minta mengundurkan diri dan mengembalikan uang yang telah diterimanya. . . . ."
Air muka pengemis muda itu tampak prihatin, katanya, "Kurang ajar, berani amat! Dimana
mereka sekarang?"
"Disana," jawab lelaki kekar tadi.
Waktu pengemis muda itu memandang kearah yang ditunjuk, dilihatnya dua pengemis kekar
lain telah melompat keatas sepotong batu karang, keduanya lantas menarik sehingga dari balik
batu terseret keluar dua sosok mayat yang kelihatan babak-belur dan anggota badan sudah
terkutung, jelas keduanya mati karena teraniaya berat.
"Baik, cara yang bagus!" seru pengemis muda tadi dengan tersenyum, "Gantung mereka diatas
pohon agar ditonton setiap orang, inilah contohnya manusia khianat yang tidak setia pada
sumpah persekutuan."
Semua orang terkesiap dan sebagian besar sama menunduk.
Pengemis muda itu menyapu pandang mereka sekeliling, mendadak ia mendekati seorang
pengemis kekar yang berdiri pada ujung kiri sana.
Serentak pengemis kekar itu berdiri tegak menjulurkan telapak tangannya. Sekilas pandang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sipengemis muda dapat melihat jari kelingking orang sudah putus sebatas pangkal jari.
"Bagus!" pengemis muda itu mengangguk. Lalu ia mendekat orang kedua, dengan sendirinya
orang ini juga tidak punya jari kelingking.
Dan begitu seterusnya, pengemis muda itu melakukan inspeksi, telapak tangan setiap orang
diperiksanya semua, diantara ke-dua puluh tujuh lelaki kekar ini ternyata ada delapan orang
tanpa jari kelingking.
"Bagus sekali!" seru si pengemis muda sambil memberi tanda.
Segera kedua puluh tujuh lelaki kekar itu menarik tangan dan disembunyikan didalam saku.
Lalu pengemis muda itu angkat bicara dengan sikap kereng, "Pertemuan hari ini sangat
berbahaya dan sukar diramalkan hidup dan mati setiap peserta. Maka kalau diantara kalian ada
yang takut dan ingin mengundurkan diri, saat ini masih belum terlambat."
Akan tetapi Ke-dua puluh tujuh orang itu serentak berseru, "Mati atau hidup tidak menjadi soal,
kami siap melaksanakan tugas."
Melihat contoh yang sudah tergantung diatas pohon, mana ada yang berani lagi menyatakan
akan mengundurkan diri"
Pengemis muda itu tersenyum, "Jika kalian memang sedemikian setia kawan, segera juga kita
akan berangkat. Tapi setiba disana setiap orang harus bertindak dengan hati-hati dan tenang,
tanpa perintah tidak boleh sembarangan bertindak."
Serentak semua orang mengiakan.
"Sekarang keluarkan karung masing-masing dan melaksanakan tugas menurut rencana." seru


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula sipengemis muda.
Suasana menjadi gaduh, orang-orang itu berlari kian-kemari menuju ke gua dan mengeluarkan
setumpukan karung, ada yang lima buah, ada yang tujuh buah.
Pengemis muda itu membawa karung terbanyak, dia memegang sembilan buah dan disandang
dipunggung. "Sekarang tutup mulut dan berjalan secara teratur!" serunya.
Hendaknya maklum, karung yang tersandang dipunggung setiap pengemis itu menunjukkan
kedudukan masing-masing didalam Kai-pang, sedikit pun tidak boleh keliru, kalau keliru bisa
mendatangkan maut bagi yang bersangkutan.
Pengemis biasa umumnya cuma membawa sebuah karung, itu pun sudah terhitung kepala
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kelompok pengemis setempat. Pengemis yang memiliki tiga buah karung biasanya juga tidak
banyak. Tapi pengemis yang masih muda ini ternyata menyandang sembilan buah karung, hal ini sudah
menandakan kedudukannya adalah calon Pangcu.
Lelaki yang lain semuanya kekar tegap, juga tidak mirip kaum pengemis umumnya meski
dandanan mereka serupa anggota Kai-pang, malahan semua membawa karung yang
menandakan kedudukan yang cukup tinggi, sungguh hal yang aneh.
Segera pengemis muda itu mendahului melangkah kelereng sana, lalu melayang turun
kebagian yang landai dengan bersemangat.
Lelaki yang lain tidak ada yang bersuara dan mengikut dibelakang pengemis muda itu dengan
tenang. Tidak lama kemudian, tertampak didepan ada sebuah selat yang diapit tebing gunung dikanankiri,
lebar selat itu lebih dari setombak, tapi panjangnya pada beberapa pluh tombak.
Pengemis muda itu memberi tanda, katanya sambil menoleh, "Sudah sampai, inilah
tempatnya!"
Air muka orang-orang tadi serentak berubah, semuanya memandang selat itu dengan sorot
mata tajam, sikap mereka menjadi bersemangat dan agak tegang.
Segera pengemis muda itu mendahului berjalan pula kedepan, baru saja tiba diujung selat,
mendadak terdengar suara orang membentak berkumandang dari atas, "Berhenti pendatang
itu!" Menyusul dari atas tebing yang rimbun tetumbuhan itu lantas melayang turun dua sosok
bayangan, keduanya juga pengemis yang berbaju rombeng.
Satu diantaranya menyandang sebuah karung berwarna merah, dalam karung penuh terisi
bambu runcing berwarna-warni.
Pengemis muda tadi tersenyum dan menyapa, "Apakah kalian petugas menyambut tamu
pertemuan ini."
Pengemis berkarung merah itu tampak ragu sejenak, sahutnya kemudian, "Betul, entah kalian
datang dari mana?"
Sipengemis muda menarik muka, katanya, "Jika benar murid penyambut tamu, setelah bertemu
denganku kenapa tidak lekas berlutut?"
Sembari bicara ia setengah berputar tubuh untuk memperlihatkan ujung karung yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
disandangnya. Air muka pengemis berkarung merah berubah, cepat ia berlutut dan menyembah, "Ampun, Tecu
tidak tahu kedatangan Locianjin (calon pejabat)."
Pengemis yang lain berwajah pucat kuning seperti orangt sakit-sakitan, pada tangannya
membawa sejilid buku, dia mengamat-amati pengemis muda ini dengan cermat, lalu bertanya
dengan membungkuk tubuh, "Mohon tanya siapa nama Locianjin yang mulia dan datang dari
mana?" "Untuk apa engkau banyak bertanya dan tidak lekas menyembah?" bentak si pengemis muda.
Bersambung ke-19.
Jilid 19 "Nanti setelah Tecu mencocokkan daftar anggota, bila benar tentu akan kulakukan
penghormatan sebagaimana mestinya," jawab si pengemis muka kuning.
Mendadak lelaki berewok tadi melompat maju dari belakang sipengemis muda dan
membentak "sungguh budak yang tidak tahu aturan, masakah tidak kau kenal Ci-locianjin?"
"Ci-locianjin". ..." pengemis muka kuning menegas dan bingung, pelahan ia membuka buku
yang dipegangnya, lalu menyambung, "Coba akan kucocokkan dulu....."
Tiba-tiba si pengemis muda memberi isyarat kedipan mata dan sileiaki berewok lantas
berkata, "Disini, pada nomor urut ini. . . . ." Sembari bicara ia terus mendekati pengemis muka
kuning. "Nomor berapa". ..." tanya pengemis muka kuning.
"Nomor se. . . ." belum lanjut ucapannya, mendadak si berewok menyerang, sebelah tangan
mendekap mulut si Pengemis muka kuning, tangan yang lain terus menelikung tangan orang
dan lehernya terus dipiting lagi, "krek", kontan tulang leher pengemis muka kuning itu terjerat
patah- Pengemis berkarung merah terkejut, cepat ia menubruk maju sambil membentak, "Kurang
Tujuh Pedang Tiga Ruyung A Diceritakan Oleh; Gan K.L A A A A Bagian 19
"Nanti setelah Tecu mencocokkan daftar anggota, bila benar tentu akan kulakukan
penghormatan sebagaimana mestinya," jawab si pengemis muka kuning.
Mendadak lelaki berewok tadi melompat maju dari belakang sipengemis muda dan
membentak "sungguh budak yang tidak tahu aturan, masakah tidak kau kenal Ci-locianjin?"
"Ci-locianjin". ..." pengemis muka kuning menegas dan bingung, pelahan ia membuka buku
yang dipegangnya, lalu menyambung, "Coba akan kucocokkan dulu....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tiba-tiba si pengemis muda memberi isyarat kedipan mata dan sileiaki berewok lantas
berkata, "Disini, pada nomor urut ini. . . . ." Sembari bicara ia terus mendekati pengemis muka
kuning. "Nomor berapa". ..." tanya pengemis muka kuning.
"Nomor se. . . ." belum lanjut ucapannya, mendadak si berewok menyerang, sebelah tangan
mendekap mulut si Pengemis muka kuning, tangan yang lain terus menelikung tangan orang
dan lehernya terus dipiting lagi, "krek", kontan tulang leher pengemis muka kuning itu terjerat
patah- Pengemis berkarung merah terkejut, cepat ia menubruk maju sambil membentak, "Kurang
ajar! Berani kau.
Belum lenyap suaranya si pengemis muda lantas melompat maju, secepat kilat ia tutuk hoatto
didada orang, tangan lain terus merampas karung merah yang disandangnya.
Tapi pengemis karung merah segera menggeser kesamping, berbareng sebelah kakinya
lantas mendepak dan berteriak, "Ada orang. ..."
Namun sebelum lanjut suaranya, si berewok sudah sempat menghantam kepalanya
sehingga batok kepalanya hancur dan darah berhamburan.
"Telapak baja Si |_i ternyata tidak bernama kosong," seru si pengemis muda dengan
tersenyum. Si lelaki berewok yang bernama Li Thi-ciang atau telapak baja si Li itu lantas melepaskan
karung merah dari pinggang orang, mayat itu didepaknya kepinggir, lalu berkata dengan
tertawa, "Haha, sekalipun kepala banteng juga dapat kuhancurkan dengan sekali pukul! '
Dengan tersenyum mengemis muda menerima karung merah itu, bambu runcing yang
terdapat dalam karung itu dibagikan kepada kawan-kawannya, waktu ia periksa, tertampak
pada setiap bambu runcing itu terdapat nomor dan ukiran huruf yang berbunyi; "Untuk ulang
tahun Pangcu, satu bambu satu tahil."
Pengemis muda tertawa, katanya, "lak tersangka si tua bangka Leng Liong merayakan ulang
tahun juga sekaligus mengeduk keuntungan." Ditengah gelak tawa orang banyak, rombongan
mereka lantas masuk menyusuri selat itu.
Waktu mereka menengadah, tertampak diatas cuma selarik sinar saja, tempat ini sungguh
sangat berbahaya-
Pengemis muda itu menghela napas, "Tempat ini sungguh sangat strategis, bilamana si tua
Leng Liong menambah beberapa penjaga disini, betapapun sukar bagi kita untuk
menembusnya."
Belum habis ucapannya, tiba-tiba tertampak bayangan orang berkelebat diujung selat sana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tertampak enam orang pengemis berikat pinggang kain biru berbaris dikedua sisi selat, si
pengemis muda anggap tidak melihat mereka, dengan langkah lebar ia terus lalu dengan
pongahnya. Seorang pengemis berikat pinggang biru itu berseru, "Saudara datang dari jauh, Pangcu
tidak sempat mengadakan penyambutan, kami disuruh- - . . -" Mendadak terhenti ucapannya
ketika dilihatnya jumlah karung yang tersandang dipunggung pengemis muda itu-
"Dimulut selat tadi sudah dicocokkan dengan buku daftar, apakah kalian perlu tanya lagi
asal-usulku?" jengek sipengemis muda-
Keenam pengemis berikat pinggang biru sama memberi hormat dan menjawab, "0, tidak
berani, silakan Locianjin meneruskan perjalanan dengan ikut kami."
Hendaknya diketahui bahwa anggota Kai-pang tersebar sangat luas, meski keenam anggota
Kai-pang itu merasa sangsi, namun tidak berani bertanya lagi, dengan sikap hormat mereka
lantas membawa rombongan pendatang ini keSana.
Sekeluar dari selat itu, tertampak disebelah kiri sana dibangun sebuah gapura yang tinggi,
diatas gapura berkibar berpuluh lanjur kain berwarna-warni.
Pada puncak gapura terPampangg sehelai kain merah dengan tulisan; "Pesta perayaan
ulang tahun pangcu yang ke_60".
Setelah melewati gapura itu, terdengarlah suara hiruk pikuk orang banyak. Ternyata ditanah
lapang sana telah bergerombol beberapa ratus kaum jembel, semuanya duduk bersila ditanah
dengan ganjal karung, didepan masing.2 terdapat dua buah piring rusak.
Piring yang satu berisi macam-macam makanan ikan, piring yang lain berisi arak- Bau arak
yang harum teruar menusuk hidung, bau sedap ikan dan daging juga merangsang selera.
Kawanan jembel itu duduk menghadapi sebuah panggung bambu yang dibangun setinggi
lebih setombak dari permukaan tanah, luas panggung ada empat-lima tombak, di kanan-kiri
Panggung terdapat kursi bambu dan berduduk belasan pengemis.
Ditanah luang didepan panggung ada dua orang pengemis sedang melawak sehingga
menimbulkan gelak tertawa disana-sini.
Keenam murid Kai-pang berikat pinggang biru tadi tidak berani sembrono, mereka membawa
rombongan si pengemis muda kedepan panggung, begitu berhenti ia lantas memberi hormat
dan berkata, "Silakan Locianjin menunggu sebentar disini, biar Tecu lapor dulu kepada Pangcu
agar diadakan penyambutan seperlunya."
"Ah, tidak perlu," sahut si pengemis muda dengan tersenyum.
Mendadak ia melompat keatas panggung dengan gaya yang indah tanpa menimbulkan
suara. Kedua pengemis yang sedang melawak itu kaget, serentak mereka berhenti main.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Kiong-sin Leng Liong duduk diatas panggung, mendadak ia berpaling, "Main terus!"
Berbareng ia lantas berbangkit dan mendekati si pengemis muda, dipandangnya orang dari
atas kebauiah dan sebaliknya dengan kening bekernyit, tiba-tiba ia tertawa nyaring dan
berkata, "Wah, agaknya mata orang she Leng sudah mulai kabur sehingga tidak dapat
mengenali asal-usul saudara ini. Numpang tanya sedikit, tingkatan sembilan karung ini saudara
peroleh dari mana?"
Pandangan Leng Liong memang tajam, sekali lihat saja ia tahu pengemis muda ini bukanlah
anak murid Kai-pang, sebab jelas diketahuinya diantara anggota Kai-pang tidak terdapat tokoh
sembilan karung semuda ini-
Pengemis muda itu balas mendengus, "Hm, karung tanda tingkatan Pangcu biasanya datang
darimana, dari situ pula kudapat karung tanda tingkatan ini?"
Dia lantas mengebaskan lengan bajunya dan mencari sebuah kursi bambu yang kosong dan
duduk disitu tanpa permisi.
Para lelaki berdandan sebagai pengemis yang ikut datang itu serentak juga melompat keatas
panggung dengan sikap garang dan siap berkelahi.
Dengan sendirinya pengemis yang sedang melacak tadi tidak dapat meneruskan lagi
permainannya. Para pengemis baik yang diatas panggung maupun yang dibawah juga sama
melengak, semuanya diam, suasana gembira seketika berubah menjadi tegang.
Dengan tenang Leng Liong lantas menjawab, "Kesembilan karung tanda tingkatan yang
kupepoleh menuput peraturan leluhur Pang kita, dan ditambah satu demi satu atas usul para
saudara dalam Pang kita."
Mendadak nada ucapannya berubah bengis dan bertanya, "Sahabat ini bkan anggota Kaipang,
darimana kau dapat karung tanda tingkat ini?"
Pengemis muda itu tetap tenang juga, jengeknya, "Siapa bilang aku bukan anggota Kaipang"
Aku ini orang rudin, hidup dari minta-minta, setiap orang menyebut diriku pengemis,
sebaliknya engkau bilang aku bukan anggota perkumpulan pengemis. Jika demikian, apakah
kau sangka aku ini orang kaya?"
Para pengemis kekar yang ikut datang bersama dia serentak tertawa geli. Bahkan si berewok
yang bernama Li Thi-ciang itu tertawa paling keras, serunya, "Setiap peminta adalah pengemis,
setiap pengemis adalah anggota Kaipang, dalih ini cukup sederhana, masakah Leng-pangcu
sendiri malah tidak mengerti?"
Dengan dingin si pengemis muda lantas menyambung, "Aku justru lagi heran dari mana dia
mendapatkan kedudukan Pangcu ini" Bila Pangcu dipilih oleh para anggota pengemis, kenapa
kita sama sekali tidak tahu menahu?"
"Betul, tampaknya dia terpilih dengan cara yang curang, untuk adilnya harus diulangi
kembali pemilihan Pangcu." sambung Li Thi-ciang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Begitulah keduanya lantas tanya jawab sendiri se-oiah2 tidak ada orang lain, seketika timbul
suara teriakan penasaran orang banyak, para pengemis yang berada diatas panggung juga
lantas berbangkit dengan marah.
Mendadak Leng Liong bergelak tertawa, serunya, "Haha, bagus sekali! Kiranya kedatangan
kalian memang sengaja hendak mencari perkara- Memangnya aku lagi merasakan pertemuan
hari ini kurang semarak, sekarang kalian datang untuk membikin keramaian, sungguh sangat
kebetulan."
Sampai disini mendadak ia menarik muka dan menyambung dengan bengis, "Hah, cara
bagaimana kalian ingin menyelesaikan perkara ini, silakan bicara dan pasti akan kulayani."
Serentak para pengemis diatas dan dibauiah panggung bersorak gemuruh menyatakan
dukungannya. Pengemis muda itu tetap duduk tenang dikursinya, jengeknya kenudian, "Kita ini adalah
kaum jembel yang patuh pada peraturan, orang miskin yang sopan, kita sama sekali tidak
paham urusan tetek-bengek dunia Kangouw, prihal main bunuh dan main pukul yang
merupakan tindak kasar kaum bandit itu sama sekali tidak dikenal oleh kaum jembel kita.
Tapi sekarang sengaja kau laksanakan Peraturan yang menyerupai tingkah laku kaum
penjahat, betapapun kami harus mewakili leluhur kita untuk menumpas dirimu."
Kawan pengemis yang ikut datang bersama dia serentak berteriak, "Betul kita minta
pemilihan pangcu baru....."
Mendadak seorang pengemis bermata besar dan beralis tebal yang duduk diatas panggung
melompat maju sambil membentak. "Siapa yang minta pemilihan pangcu boleh coba tanya dulu
kepada aku Thi Tai-lik!"
"Baik, aku saja yang tanya padamu," bentak Li Thi-ciang mendadak, kontan ia menghantam
dada Thi Tai-lik alias Thi si tenaga raksasa.
Thi Tai-lik tidak mengelak juga tidak menghindar, sebaliknya ia sambut pukulan orang
dengan pukulan yang sama, "biang", kedua kepalan beradu dengan telak-
Li Thi-ciang tergetar mundur setindak, tapi segera dia berdiri tegak lagi, ia meludahi kepalan
sendiri satu kali, lalu bergelak tertawa dan berseru, "Nah. siapa yang ingin coba-coba lagi?"
Kiranya Li sitenaga raksasa telah terpukul mencelat kebawah panggung, tulang pergelangan
tangannya patah, bahkan tumpah darah dan jatuh kelengar-
Keruan kawanan jembel menjadi gempar, Leng Liong juga terkesiap, segera ia membentak,
"Keparat, sambut pukuianku ini!"
Siapa tahu belum lagi dia melancarkan pukulan, mendadak sipengemis muda telah
melompat maju, sekali jambret ia cengkeram leher baju Li Thi-ciang dan membentak, "Berlutut!"
Li Thi-ciang melenggong, ia tidak berani membangkang, cepat ia bertekuk lututTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan muka kelam si pengemis muda mendamperat, "Kedatangan kita ini adalah ingin
bicara secara beraturan, siapa yang suruh kau main kekerasan"
"Ya, TeCu salah," jawab Li Thi-ciang dengan menunduk-
Si pengemis muda mendengus, "Hm, sembarangan menyerang orang dan akan kau tebus
dengan mengaku salah begitu saja?"
Mendadak dia angkat sebelah kakinya, kontan Li Thi-ciang ditendang kebawah panggung,
tanpa ampun Li Thi-ciang juga tumpah darah dan menggeletak tak bisa berkutik, tampaknya
lukanya terlebih parah daripada Thi Tai-lik.
Kawanan jembel mestinya sudah kalap dan berbondong-bondong berkerumun disekitar
panggung, tapi demi menyaksikan tindakan pengemis muda ini, rasa murka mereka lantas
hilang, sebaliknya malah memuji tindakan Pengemis muda yang bijaksana dan adil ini.
Leng Liong menyapu pandang kaum penyatron ini dengan kening bekernyit, pikirnya,
"pemuda ini sedemikian tabah, tindakannya juga semantap ini, rasanya sangat sukar dihadapi.
Jika dia mau berkelahi begitu saja rasanya tidak perlu ditakuti, tapi dia justru
bertindak seaneh ini, jelas kedatangannya ini berencana dan mempunyai tujuan tertentu-ii
Pejabat ketua Kai-pang yang sudah berpuluh tahun berkecimpung didunia Kangouw ini
menjadi sangsi dan diam-diam memikirkan cara bagaimana harus menghadapi lawan yang
masih muda itu-
Tertampak pengemis muda itu mengangkat tangannya dan menuju kedepan Panggung,
teriaknya, "Kita sesama anggota Kai-pang dan merupakan kekuatan kaum jembel yang terpuji
didunia Kangouw, adapun kedatanganku hari ini tidak lain hanya ingin memohon sesuatu. ..."
dia merandek sejenak, lalu mengacungkan tinju keudara dan berteriak pula, "yaitu semoga
kalian dapat menegakkan keadilan dan kebenaran. Kalian semua adalah lelaki yang berdarah
panas, kuyakin permohonanku pasti akan diterima dengan baik."
Dia bicara dengan singkat dan langsung menuju kepersoalannya secara terus terang, anak
murid Kai-pang yang pada umumnya adalah lelaki yang polos dan berdarah panas itu sama
tertarik dan terpengaruh. Banyak diantaranya serentak mengangkat tangan dan berteriak,
"Asalkan urusan yang menyangkut keadilan dan kebenaran, kami pasti setuju."
Tambah rapat Leng Liong mengernyitkan keningnya. Semakin cemerlang cara bicara
pengemis muda ini, semakin membuat hatinya tidak enak. ia merasakan dibalik kata-kata yang


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gilang gemilang itu pasti tersembunyi sesuatu intrik yang besar. Tapi dalam keadaan dan
tempat ini dia justru tidak mampu membongkar kepalsuan orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dilihatnya pengemis itu memperlihatkan rasa senang, serunya pula, "Sudah sekian ratus
tahun Kai-pang kita berdiri, yang kita lakukan ini meski bukan pekerjaan yang mendatangkan
harta benda, namun biasanya setiap tindak-tanduk kita selalu dilakukan secara blak-blakan
tanpa mengingkari hati nurani, jauh berbeda dengan perbuatan mereka yang main bunuh dan
ramp0k segala, juga tidak sama dengan golongan yang suka berebut wilayah, semua ini pantas
menjadi kebanggaan Kai-pang kita, kupercaya saudara-saudara sekalian juga sama merasa
bangga untuk ini."
Karena ucapan orang memang beralasan, serentak kawanan pengemis sama
membenarkannya.
Tapi pengemis muda itu lantas menarik muka dan berkata dengan khidmat, "Namun akhirakhir
ini mendadak kutemukan Pang kita telah jauh berkurang kadarnya, telah luntur, suka
berebut nama dan keuntungan serupa juga golongan dan aliran lain, sering bergebrak dan
bermusuhan dengan orang."
Tambah lantang suaranya, sambungnya lagi dengan mengangkat tangannya keatas,
"Perbuatan demikian itu sungguh melanggar ajaran leluhur pimpinan pang kita, lantaran itulah
kutampil kemuka dan hadir disini, tujuanku adalah meminta agar saudara-saudara suka taat
kepada ajaran leluhur, jangan ikut campur urusan permusuhan dan bunuh membunuh didunia
Kangouw, ingin kubawa saudara sekalian kembali kejalan yang benar, kembali kepada tujuan
suci yang diajarkan leluhur pimpinan Pang kita.
Karena apa yang diuraikan itu adalah demi kebaikan Kai-pang, kawanan jembel menjadi
percaya ia pasti tokoh Kai-pang yang tidak suka menonjol dan selama ini mengasingkan diri.
Sebaliknya Kiong-sin Leng Liong lagi berpikir, "Apa tujuannya dia bicara bertele-tele begini?"
pada saat itulah mendadak seorang memanggilnya dari belakang. "Pangcu. ..."
Waktu Leng Liong berpaling, dilihatnya seorang pengemis bermuka buruk berdiri
dibeiakangnya dan menyodorkan secark kertas padanya, lalu tinggal pergi-
Tergerak hati Leng Liong, cepat ia membuka lipatan kertas dan dibaca, disitu tertulis, "Orang
ini adalah murid Mao Kau, namanya Thi-tah-sUcia Ci Tok, orang-orang yang ikut
datang semuanya juga antek Mao Kau.
Tulisan surat ini kelihatan kurang rajin, ditulis dengan arang, jelas ditulis secara terburu-buru.
Tapi dari tulisan ini telah disampaikan sebuah rahasia besar yang membuat intrik Mao Kau
gagal berantakan.
Dalam keadaan demikian Leng Liong tidak sempat lagi memikirkan siaPa yang menulis surat
ini, waktu ia pandang kesana, dilihatnya si pengemis muda alias ci Tok asyik berpidato.
= Dengan tipu muslihat apa Mao Kau dan anak buahnya akan mengacau dan memecahbelah
kekuatanA A A Kai-pang"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
= Siapa pemberi info kepada Leng Liong tentang intrik Mao Kau itu" ===A Bacalah jilid
lanjutannya^ ===
"Maka dari itu, saudara-saudara," demikian Ci Tok lagi berseru dengan bersemangat, "Demi
hari depan Kai-pang kita yang cemerlang, aku mengusulkan agar Pang kita mengadakan
pemilihan umum baru untuk mengangkat seorang Pangcu yang bijaksana dan tidak memimpin
dengan kekerasan. ..."
"Sudah selesai bicaramu, Ci Tok?" bentak Leng Liong mendadak.
Pengemis muda alias Thi-tah-sucia ci Tok melengak, tapi ia masih berlagak Pilon dan
menjawab, "Kau bilang apa?"
"Hm, tidak perlu berlagak bodoh," jengek Leng Liong, "SUdah kuketahui intrik Mao Kau yang
bermaksud merajai dunia Kangouw, diam-diam dia berusaha memupuk kekuatan sendiri dan
mengadu domba diantara sesama kawan Kangouw, kedatanganmu ini juga untuk urusan ini,
bukan?" Serentak kawanan pengemis menjadi gempar karena ucapan Leng Liong ini.
Pengemis muda itu menjadi gugup karena kedoknya terbongkar, sambil membentak ia lantas
menubruk maju dan menghantam, teriaknya, "Ngaco belo! Demi membersihkan anasir jahat
didalam Kai-pang, terpaksa kubereskan kau!"
"Hm, kau ingin bergebrak denganku, masih selisih jauh," jengek Leng Liong sambil
mengelak. Dalam sekejap saja kedua orang sudah bergebrak dua_tiga jurus. Kebanyakan anggota Kaipang
masih belum jelas duduknya perkara sehingga mereka ragu, maka semuanya cuma
menonton saja pertarungan itu.
Ditengah keributan, sekonyong-konyong terdengar suara kuda lari datang secepat terbang.
Dua ekor kuda gagah menarik sebuah kereta besar menerjang ketengah kerumunan orang
banyak dengan mulut berbusa. Diatas kereta terpancang dua helai panji yang berkibar tertiup
angin- Tertampak salah sebuah panji itu ada tulisan "Buyung Siok-sing" dan pada panji yang
lain tertulis "Siu Su".
Dibeiakang kereta terseret beberapa ikat ranting kayu, golok dan pedang, juga kaki kursi dan
meja patah, semuanya terseret ditanah sehingga menimbulkan suara gemuruh dan
mengepulkan debu.
Memangnya suasana agak kacau, kini muncul lagi kereta kuda yang unik ini dengan panjinya
yang tercantum dua nama orang yang mengejutkan itu.
Kereta kuda itu masih terus membedal langsung menuju kedepan panggung dan lari kuda
tampak seperti kesetanan dan sukar ditahan.
Sekilas melirik |_eng Liong juga terkejut, pikirnya, "Tindak-tanduk Siu Su biasanya memakai
perhitungan, yang berada didalam kereta pasti bukan dia, jelas semua ini permainan Mao Kau."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Maka cepat ia berseru, "Tahan kereta itu dan seret kepinggin"
Serentak dua orang melayang turun dari atas panggung, Seorang adalah anggota Kai-pang,
seorang lagi adalah lelaki dengan jari putus yang datang bersama Ci Tok. Begitu melayang
turun, masing-masing hinggap diatas salah seekor kuda itu-
Kuda dengan mulut berbuih itu seperti kesurupan setan dan hampir saja panggung bambu
diterjang. Untunglah anggota Kai-pang itu keburu menarik tali kendali sehingga kuda meringkik
dan menegak, namun dapatlah ditahan mentah-mentahi
Lelaki putus jari itupun bermaksud menahan kuda yang lari cepat itu, namun dia terlambat
sekejap sehingga kuda yang satu berhenti mendadak dan kuda yang lain masih membedal
kedepan, akibatnya laju kereta menjadi kehilangan keseimbangan, seketika kereta miring dan
akan terguling.
"Serahkan padaku saja!" jengek si anggota Kai-pang.
"Hm. memangnya aku tidak bisa" 1 jawab lelaki putus jari dengan gusar, mendadak ia
hantam punggung kuda. kerena kaget dan kesakitan, kuda lantas meringkik dan berjingkrak,
kontan lelaki itu terperosot kebawah dan terlindas roda kereta. Terdengar jeritan ngeri, lengan
kanannya telah terlindas putus.
Namun orang ini sungguh nekat, mendadak ia melompat bangun lagi. tangan lain terus
mengambil segenggam senjata rahasia dan dihamburkan seluruhnya ketubuh kuda.
Senjata rahasia itu semua bersarang ditubuh kuda, kembali kuda meringkik kesakitan dan
kepala menumbuk panggung bambu, lalu roboh binasa.
Dengan sendirinya kereta yang ditariknya itu berguncang keras dan akhirnya juga terguling.
Anggota Kai-pang tadi cepat melompat turun, ia tuding orang dan memaki, "Keparat, kenapa.
. . ?" Meski lengan putus dan kesakitan setengah mati, tapi lelaki itu memang bandel dan juga
tangkas, segera ia melompat maju dan membentak, "Tong-san-hou Le-toaya memang berwatak
begini, memangnya kau mau apa" Jika penasaran, boleh kau coba. . . .
"Tutup mulut!" bentak si pengemis muda mendadak.
Tong-san-hou atau si harimau dari gunung timur melengak, baru sekarang teringat olehnya
kedatangannya ini mengemban tugas rahasia, tanpa sadar dia telah membocorkan asalusulnya
sendiri. Melihat wajah pengemis muda yang gusar itu, tanpa terasa kakinya menjadi
lemas terus berlutut.
Lelaki gagah perkasa ini ternyata sangat takut terhadap pengemis muda ini.
Tentu saja hal ini membuat kawanan pengemis sama melenggong. Segera Leng Liong
bergelak tertawa dan berteriak, "Haha, Tong-san-hou, bagus Tong-san-hou, hanya seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
bandit kecil juga berani menyaru sebagai anggota berkantung tujuh Pang kita, Hm, tangkap
dia!" Anggota Kai-pang dapat melihat jelas pada punggung Tong-san-hou memang tersandang
tujuh buah karung, tentu saja mereka menjadi gusar, serentak mereka membanjir maju.
Maklumlah, sembarangan menyandang karung yang menandakan tingkatan setiap anggota
Kai-pang adalah pantangan besar bagi kawanan pengemis itu.
Tong-san-hou menjadi jeri melihat membanjirnya anggota Kai-pang, cepat ia berseru, "Cisiauhiap.
..." karena gugupnya tanpa terasa dia menyebut nama asli pengemis muda itu.
Pengemis ini memang betul murid utama Mao Kau, Thi-tah-sucia Ci Tok, cocok seperti info
yang diterima Leng Liong tadi.
Tentu saja Ci Tok menjadi gugup juga, dengan murka ia mendamperat, "Goblok!"
Berbareng tangannya bergerak, selarik sinar hitam lantas menyambar kedada Tong-san-hou.
Namun Leng Liong sempat melompat maju dan menyampuk jatuh senjata rahasia orang,
dalam pada itu anggota Kai-pang juga telah menerjang maju dan membekuk Tong-san-hou yang
ketakutan itu. "Tangkap hidup-hidup!" seru Leng Liong. Lalu ia membalik menghadapi Ci Tok sambil
mendengus, "Hm, orang she Ci, apa yang dapat kau katakan lagi?"
Muka Ci Tok tampak kelam, sampai sekian lama ia tak mampu bicara- Mendadak ia tertawa
latah dan berseru. "Betul, aku ini memang Ci Tok, salahku sendiri membawa pengiring goblok
itu, memangnya kau mau apa jika siapa diriku sudah kau ketahui?"
"Bagus, memang lelaki gagah, kalah pun cemerlang," seru Leng Liong-
"Siapa bilang aku kalah?" jengek Thi-tah-sucia Ci Tok, ia memberi tanda, para lelaki yang
berdandan sebagai pengemis dan ikut datang bersama dia serentak mengeluarkan senjata
masing-masing yang tersembunyi didalam baju dan didalam karung.
Seketika terdengar dering nyaring dan gemilap sinar senjata tajam, suasana menjadi panas
diliputi ketegangan-
"Hm, dalam keadaan begini masih berani juga kalian melawan?" jengek Leng Liong.
"Memangnya kau kira kami mandah dijagai begitu saja." Ci Tok balas menjengek, "Jangan
kau kira jumlah kalian lebih banyak dan pasti akan menang, jangan lupa setiap kawan yang
datang bersamaku ini adalah jago pilihan. . " ."
"Tidak Perlu banyak omong, habisi saja- ..." mendadak terdengar teriakan anggota Kai-pang
yang tidak sabar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Thi-tah-sucia Ci Tok memang tidak malu disebut Thi_ta atau si-nyali baja, menghadapi
suasana genting begini dia tetap tabah, serunya Pula, "Sabar dulu, kawan~kauian> dengarkan
keteranganku. ..."
"Keterangan apa!" teriak orang banyak. "Tidak perlu lagi engkau mengoceh, tidak nanti kami
mau percaya lagi. Pendek kata hari ini jangan kau harap akan pergi lagi dari sini."
"Betul, kepung dia dan bekuk dia|" teriak yang lain disebelah sana. Seketika suara teriakan
gusar sahut menyahut disana~sini.
Namun Ci Tok tetap tenang saja, dengusnya, "Hm, jika kalian tidak mau mendengarkan
keteranganku, sebentar lagi pasti akan terjadi banjir darah. Sekalipun kami tak bisa lolos dari
sini? Pihak Kai-pang kalian pasti juga akan jatuh korban tidak sedikit, untuk itu berarti kekuatan
Kai-pang kalian sukar dipulihkan dalam waktu singkat. Kalau kalian tidak percaya, boleh silakan
coba-coa."
Serentak kawanan lelaki putus jari yang berdiri dibelakangnya memutar senjata masingmasing
sehingga menerbitkan cahaya kemilau.
Seketika kawanan pengemis sama terkesiap dan tidak berani sembarangan bertindak.
Ci Tok menyapu pandang dengan pongahnya, lalu berseru pula, "Sebenarnya kedatanganku
ini tidak berniat jahat. ..."
"Tidak berniat jahat, memangnya handak mengcapkan selamat ulang tahun padaku?" jengek
Leng Liong. Thi-tah-sucia berlagak tidak mendengar ejekan orang, katanya Pula, "Waktu kudengar Kaipang
mengadakan rapat disini dan sekaligus merayakan ulang tahun Leng-pangcu, bergegas
aku lantas menuju kemari, tapi kuatir ditolak untuk menghadir, terpaksa kami menyamar. . . .
"Hm, jika kau tambah menyandang beberapa buah karung lagi, kan pengemis tua harus
menyembah padamu?" sela Leng Liong pula dengan bergelak tertawa. "Dan apakah itu yang
kau katakan tidak berniat jahat kedatanganmu ini?"
"Kubilang tidak bermaksud jahat, sebab kedatangan kami sesungguhnya ingin mengajak
kerja sama pihak Kai-pang." jawab Thi-tah-sucia, Bilamana selanjutnya Kai-pang tidak ikut
campur urusan Leng-coa-bun kami, maka Leng-coa-bun kami bersedia mengikat
Persaudaraan dengan kalian."
"Hm, kala kami menoiak?" tanya Leng Liong dengan ketus.
"Leng-pangcu," ucap Ci Tok dengan pelahan, "Meski orang Leng-coa-bun yang datang
sekarang cuma beberapa puluh orang saja. tapi semuanya jago pilihan dengan pengalaman
tempur yang luas, seorang sanggup menandingi lima atau sepuluh orang Kai-pang. ..."
"Kentut busuk!. . . . Omong kosong!....." teriak anak murid Kai-pang mendadak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Cepat Leng Liong memberi tanda dan berkata. "Biarlah dia bicara dulu!"
Dengan bengis Thi-ta-sucia lantas berteriak, "Kecuali itu, bila guruku mau tampil kemuka dan
berseru, dalam sehari saja pasti dapat menghimpun beberapa ratus tokoh terkemuka untuk
menghadapi Kai-pang kalian. Sebab itulah ingin kuperingatkan agar sebelum bertindak sesuatu
hendaknya Leng-pangcu menimbangnya dengan masak-masak."
"Menimbang apa?" jengek Leng Liong.
"Akan menjadi kawan atau lawan, hal ini bergantung pada keputusan Leng-pangcu dalam
sekejap saja, bagaimana akibatnya juga bergantung kepada keputusanmu ini."
"Bicara kian kemari, jadi tujuanmu ingin minta Kai-pang kami jangan ikut campur urusanmu,
begitu?" tanya Leng Liong.
"Ya, begitulah-" jawab Ci Tok.
"memangnya dalam urusan apa kau minta Kai-pang tidak ikut campur persoalan
perguruanmu?"
"Pertama adalah mengenai permusuhan orang pribadi dengan Leng-coa-bun kami." tutur Ci
Tok. "Untuk itu setiap orang Kangouw dilarang ikut campur, termasuk juga pihak Kai-pang
kalian. "Rupanya maksud kedatanganmu adalah ingin minta Kai-pang kami berpeluk tangan saja
dan menyaksikan Leng-coa-bun kalian berkomplot dan memupuk kekuatan, membunuh lawan
dan menyingkirkan kawan untuk kemudian merajai dunia persilatan, akhirnya Kai-pang kami
juga akan kalian depak kepinggir."
"Yang kumaksudkan pada urusan pertama adalah mengenai permusuhan pribadi, masakah
Leng-pangcu tidak mendengar jelas"
"Huh, permusuhan pribadi apa, paling-paling urusan yang menyangkut Siu-siansing itu-" seru
Leng Liong dengan tertawa.
"Asal Leng-pangcu tahu saja." ujar Ci jok.
"Hm, untuk apa Kai-pang kami ikut campur urusan itu, melulu Siu Su seorang saja sudah
cukup membuat kalian kepala pusing, buat apa orang lain melibatkan diri?"
"Hm, Siu Su"!" jengek Ci Tok, "Memangnya dia itu apa?"
"Usia orang ini masih muda belia, namun menguasai kungfu maha sakti dengan kecerdasan
yang tidak ada taranya, bila kesepuluh Giok-kut-sucia perguruan Leng-coa bertemu dengan dia,
kukira akan serupa setan ketemu raja akhirat. Memangnya kau sendiri belum pernah bertemu
dengan dia?"
"Hm, untung baginya." jengek Thi-tah-sucia Ci jok.
"Apa betul belum pernah kau lihat dia?" Leng Liong menegas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Jika dia bertemu denganku, saat ini mungkin sudah pergi menghadap raja akhirat*"
"Huh, paling-paling engkau cuma membual saja dibelakangnya." ujar Leng Liong. "Tapi ingin
kuperingatkan padamu, kau perlu hati-hati sedikit, anak muda itu maha sakti, bukan mustahil
sekarang juga dia berada dibelakangmu dan telah mendengar ocehanmu."
Seketika ci Tok terkesiap, tanpa terasa ia menoleh.
Leng Liong tertawa geli, serunya, Hahaha, nyali baja Thi-tah-sucia ternyata tidak lebih
daripada ini saja."
Dari malu Ci Tok menjadi gusar, teriaknya, "Hm, jika benar sekarang dia berada disini, tentu
segera ku. . . . ."
Belum lanjut ucapannya, mendadak terdengar orang meraung gusar disertai suara letusan.
Kereta yang ambruk dibawah panggung tadi mendadak pecah meledak, Papan kabin kereta
bertebaran dan hancur berkeping-keping.
Ditengah berhamburnya papan kayu dua sosok bayangan orang terus melompat keluar,
seorang lantas membentak menyambut ucapan Ci Tok tadi, "Lantas akan kau apakan". ..."
Tadinya Leng Liong mengira kereta ini cuma tipuan pihak Leng-coa_bun untuk main gertak
saja dan didalamnya tidak berisi seorang penumpang pun, maka sama sekali tidak
diperhatikannya lebih lanjut. Siapa tahu mendadak bisa terjadi Perubahan begini, karuan semua
orang sama terkejut.
Bayangan kedua orang itu pun meloncat dengan cepat sehingga seketika tidak dikenali
siapa mereka"
.AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Kiranya tempo hari setelah Mao Bun-ki memergoki Siu Su dan Buyung Siok-sing
menggeletak tak bisa berkutik diruang bawah tanah itu, dia menjadi beringas.
Dari sorot mata si nona dapatlah Siu Su dan Buyung Siok-sing merasakan gelagat tidak
enak, mereka sama menduga Bun-ki pasti akan mencari jalan untuk menyiksa mereka.
Diam-diam Buyung Siok-sing membatin, "Tak tersangka Sumoai dapat membenci diriku
sedemikian hebat, ai, kuharap dia. . . dia merusak saja wajahku dan seterusnya aku pun tidak
perlu banyak urusan lagi."
Dalam pada itu Siu Su melihat Bun-ki telah mengeluarkan sebilah pisau kecil, mau-tak-mau
tergetar juga perasaannya, pikirnya, "Jangan-jangan dia akan menyayat muka kami. Tidak
menjadi soal jika wajahku dirusak olehnya, tapi kalau dia menggores muka Siok-sing sedikit
saja pasti takkan kuampuni dia."
Terlihat Bun-ki berdiri termangu, lalu bergumam, "Aku tak dapat membandingi. . . .tak dapat
membandingi dia. . . ."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain timbul rasa irinya yang menggila, dengan sendirinya timbul juga rasa menyesal dan
benci pada diri sendiri. Dari bungkusan jarum dan benang tadi dikeluarkannya sebuah cermin,
dipandangnya wajah Buyung Siok-sing, lalu memandang wajah sendiri dalam cermin,
sekonyong-konyong ia mengangkat pisau. ....
Tentu saja Siu Su dan Buyung Siok-sing terkesiap, tapi sungguh diluar dugaan. Bun-ki tidak
menyayat muka siaPa-siapa melainkan muka sendiri yang diirisnya.
Seketika darah segar merembes keluar dari wajahnya yang cantik itu. Karuan Siu Su dan
Buyung Siok-sing sama terperanjat. Bilamana mereka dapat bersuara pasti mereka akan
menjerit. Bilamana mereka sekarang dapat bergerak, mereka pasti akan merampas pisau yang
dipegang Bun-ki itu.
Akan tetapi sekarang mereka sama sekali tidak berdaya, mereka cuma dapat menyaksikan
anak perempuan yang khilaP ini lagi mengamuk kepada dirinya sendiri, dengan pisau berulangulang
sedang menyayat mukanya sendiri.
Dengan suara memilukan anak dara itu meratap, "Mao Bun-ki, Oo, Mao BUn-ki, mengapa. . .
mengapa mukamu tidak dilahirkan lebih cantik sedikit. . . .Kubenci padamu, kubenci. . .
"kubenci pada mukaku ini, kubenci, mengapa. . . .mengapa mukaku seburuk ini
Ditengah ratap tangisnya yang memilukan itu, wajahnya yang cantik molek dan putih mulus
itu dalam sekejap telah menjadi hancur.
Tak terperikan perasaan Siu Su, juga Buyung Siok-sing tidak tahan menyaksikan adegan
mengerikan itu, kontan dia jatuh pingsan.
Mendadak Bun-ki melemparkan pisau dan cermin itu, lalu berdiri tertegun sampai sekian
lamanya. Siu Su tidak sampai hati untuk memandangnya dan memejamkan mata.
Tiba-tiba Bun-ki tertawa seperti orang tidak waras, teriaknya, "Suci yang baik, selanjutnya
aku takkan kalah lagi dibandingkan dirimu, engkau adalah gadis paling cantik didunia ini, aku
juga perempuan paling jelek didunia, kita sama-sama nomor satu didunia."
Dia tertawa terkekeh dan berkata pula, "Kalian jangan takut, tidak nanti kubunuh kalian, aku
cuma ingin membuat kalian selalu bersama agar setiap orang tahu bagaimana bentuk kalian!"
Mendadak ia mengangkat tubuh Siu Su berdua terus dibawa lari keluar dari lorong ba^ah
tanah. Dimulut lorong sana menanti sebuah kereta. Kusir kereta juga anak buah kepercayaan Mao
Kau, tentu saja ia terkejut melihat keadaan Bun-ki yang mengerikan itu, saking kagetnya dia
jatuh terperosot kebauiah kereta, serunya dengan suara gemetar, "o, nona, engkau. . . .engkau.
. . .' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Bun-ki terkekeh, katanya, "Hehe, sekarang aku tambah cantik bukan" Haha, dapatkah kau
terka bagaimana bakal suamiku bila melihat keadaanku ini" Sengaja hendak kubikin dia kaget?
maka aku berbuat demikian."
Kusir itu menggigil sehingga tidak sanggup bicara lagi.
Segera Bun-ki memasukkan Siu Su dan Buyung Siok-sing kedaiam kereta, ia berdiri
termenung sejenak, mendadak ia membentak, "Jaga mereka, berani kau ganggu mereka
segera kubinasakan kau."
Kusir itu gemetar ketakutan. Bun-ki lantas berlari masuk lagi kedaiam ruangan tadi,
dikumpulkannya senjata, kaki meja kursi yang patah dan benda lain, lalu dibungkus dengan
kain seprei. Kemudian dia mendapatkan alat tulis, kain seperti yang lain dirobeknya menjadi dua,
ditulisnya diatas kain nama Buyung Siok-sing dan siu Su, lalu dibawa kembali ketempat
kereta tadi. Kain seprei bertulisan itu digunakan sebagai bendera dan dipancangkan diatas
kereta. Akhirnya kain seprei pembungkus senjata dirobek menjadi belasan lonjor dan digunakan
sebagai tali pengikat macam-macam barang itu serta diikat dibelakang kereta.
Dipandangnya hasil karyanya sendiri dengan tertawa bangga, gumamnya, "Dengan cara
demikian tentu kalian akan tambah terkenal, Barang siapa melihat kereta ini tentu akan
menaruh perhatian dan bila orang sama melihat keadaan kalian, hahaha. ..."
Dia tertawa geli hingga menungging, setelah puas tertawa, mendadak ia berkata pula,
"Sepanjang jalan ini bila tidak ada orang membunuh kalian, pada hari pernikahanku kelak
hendaknya kalian hadir untuk minum arak, jangan lupa!"
Habis berucap tiba-tiba ia gunakan pisaunya menusuk pantat kedua ekor kuda itu, karena
kesakitan, kuda lantas lari seperti kesetanan.
Karena tak bisa berkutik, Siu Su dan Buyung Siok-sing didalam kereta hanya mendengarkan
saja suara tertawa latah Bun-ki yang semakin jauh dan akhirnya tak terdengar lagi. Keduanya
lantas memejamkan mata dan pasrah nasib.
Mereka tahu banyak orang Kangouw yang ingin membekuk mereka, perbuatan Mao Bun-ki
ini tiada ubahnya serupa mengantarkan mereka kejalan kematian. Umpama ditengah jalan tidak
kepergok musuh, tapi Pasti ada orang yang tertarik oleh kereta yang lari tanpa pengemudi
ini, dan bila ada yang menghentikan kereta ini dan melihat keadaan mereka, betapapun pasti
akan menimbulkan akibat yang sukar dibayangkan-
Siapa tahu kereta ini terus membedal sepanjang jalan tanpa rintangan, kebanyakan orang
yang melihatnya segera menyingkir, sementara orang Kangouw ketika melihat kedua Panji itu
juga cepat menghindar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan sendirinya mereka tidak tahu keadaan Siu Su dan Buyung Siok-sing sekarang sama
sekali tidak bisa berkutik, tapi kedua nama itu cukup membuat rontok nyali orang yang
melihatnya, mana ada yang berani mencari perkara kepada mereka.
Kuda yang kesetanan itu terus berlari kelereng gunung dan secara kebetulan masuk keselat
sempit tempat berkumpul orang Kai-pang itu.
Jika kedua orang yang menjaga mulut selat belum mati tentu kereta takkan dapat lewat
begitu saja. Juga keenam jago Kai-pang yang berjaga diujung selat itu kalau belum pergi tentu
takkan membiarkan kereta itu masuk kedaiam selat.
Tapi semua ini sungguh sangat kebetulan dan seakan-akan telah diatur oleh yang Maha
Kuasa, tanpa halangan kereta itu dapat mencapai tanah mangkuk dibalik selat. Tatkala mana
Leng Liong justru tidak percaya didalam kereta ada penumpang sehingga tidak
menaruh perhatian sama sekali. Akhirnya kereta menumbuk panggung dan terbalik.
Karena guncangan keras itu, mendadak Siu Su merasakan kaki dan tangannya sudah dapat
bergerak, disangkanya setelah berselang sekian lama pengaruh obat bius Jian-jit-cui-hun-hiang
telah punah. Namun Buyung Siok-sing yang lebih berat terbius itu masih tetap lemas tak bertenaga.
Dengan rasa syukur Siu Su menghela napas juga, mendadak dirasakan pada ujung mulut
sendiri ada setitik rasa asin dan anyir, rupanya karena guncangan kereta yang terguling tadi,
tanpa sengaja membikin luka Pergelangan tangannya berdarah lagi, darah menetes kemulut
dan masuk tenggorokan, cuma lantaran dalam keadaan panik tadi, maka tidak dirasakannya.
Seketika timbul pikrannya, "Jangan-jangan tetesan darah segar ini yang memunahkan
pengaruh obat bius?"
Waktu ia berpaling, dilihatnya Buyung Siok-sing juga sedang memandangnya dengan kejut
dan heran, tapi begitu beradu pandang, Buyung Siok-sing lantas memejamkan mata lagi.
Siu Su sendiri bingung dan tidak tahu apa yang dirasakannya. Ia termenung sejenak, lalu
pelahan menyodorkan pergelangan tangan yang terjahit menjadi satu itu ketepi mulut
Buyung Siok-sing.
Mendadak Buyung Siok-sing membuka mata, namun darah segar sudah merembes masuk
tenggorokannya, ia tergetar, sejenak kemudian anggota badannya yang kaku mulai hilang dan
dapatlah bergerak-
Kiranya darah segar memang benar merupakan obat penawar dari obat bius itu.
Ketika kedua orang beradu pandang pula, sekuatnya Buyung Siok-sing mendorong Siu Su,
meski tenaganya belum pulih seluruhnya, tapi dorongannya cukup kuat sehingga membikin Siu
Su terbalik. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"He, ken. . . kenapa- ..." seru Siu Su bingung.
Karena waktu itu diluar sedang kacau, maka suara mereka tidak didengar orang.
"Aku benci padamu, jangan kau sentuh lagi diriku," teriak Buyung Siok-sing dengan gemas.
"Jika bukan lantaran. . . .lantaran kau, mana aku. . . tentu Bun-ki takkan gila begitu. Engkau
manusia tidak berbudi, juga tidak. . . .tidak tahu malui" Belum habis ucapannya air matanya
lantas bercucuran.
Dari mana Siu Su tahu pertentangan batin orang, maka ia menjawab dengan gusar, "Dalam
hal apa aku tidak tahu malu"!1'
"Kau. . . kau memang tidak tahu malu. ..." Makin deras air mata Buyung Siok-sing, padahal ia
sendiri tidak tahu mengapa ia menangis.
Siu Su termenung bingung, pikirnya dengan mendongkol, "Jelas kau suka padaku, mengapa
sikapmu sedingin ini pula" Justru lantaran dirimu maka kita terikat menjadi satu seperti ini,
kenapa aku yang disalahkan" Mengapa sikapmu padaku sebentar panas sebentar dingin" Dari
cemburu Bun~ki menjadi kalap, apakah hal ini juga salahku?"
Makin dipikir makin gemas, akhirnya ia pun memejamkan mata dan menghimpun tenaga.
Karena tenaga belum pulih seluruhnya, ia merasa belum waktunya untuk keluar dari kereta itu.
Dengan menangis Buyung Siok-sing juga sedang membatin, "Sudah jelas kau tahu
perasaanku kepadamu, aku juga sudah menderita bagimu, sampai Sumoaiku tercinta juga
berubah benci padaku, semua ini gara-gara dirimu. Tapi bagaimana dengan kau" Kau tidak
mau mengerti akan diriku, kau tak berbudi, hanya memikirkan diri sendiri, sungguh kejam kau.
..." Dengan gemas akhirnya ia pun memejamkan mata untuk menghimpun tenaga.
Dasar latihan mereka sudah sangat kuat, sebab itulah dengan cepat dapatlah tenaga dalam
dipulihkan. Dalam pada itu diluar sedang terjadi pertengkaran antara Leng Liong dan Ci
Tok. Memangnya hati Siu Su lagi mendongkol dan tak terlampiaskan, demi mendengar caci maki
ci Tok yang dialamatkan kepadanya, ia tidak tahan lagi, serentak ia memukul dan menendang.
Betapa hebat tenaga pukulan dan tendangannya, dengan sendirinya kabin kereta itu tidak
tahan dan pecah meledak, berbareng Siu Su terus melompat keluar. Dengan sendirinya Buyung
Siok-sing juga terseret keluar.
"Memangnya akan kau apakan diriku?" demikian Siu Su menanggapi ucapan Ci Tok tadi
sambil hinggap didepan lawan.
Leng Liong mengucek-ucek matanya dan berseru girang, "Hah, ternyata benar Siu-kongcu,
mengapa engkau bisa muncul disini?""
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Disamping girang ia pun kejut dan heran, sungguh ia tidak percaya kepada pandangannya
sendiri. Kawanan pengemis juga tercengang dan gembira demi mendengar pemuda yang mendadak
muncul dari dalam kereta yang hancur itu ialah Siu Su.
Sebaliknya Thi-ta-sucia Ci Tok menjadi kaget, serunya tanpa terasa, "Jadi engkau inilah
Siu Su?" "Betul!" jawab Siu Su dengan menahan raSa gusarnya- Suaranya keras menggelegar
laksana bunyi guntur dan memekak anak telinga.
"Hahaha! Makanya jangan suka memaki orang dibelakang yang bersangkutan, sekarang
tahu-tahu orangnya muncul, coba apa yang akan kau katakan lagi?" kata Leng Liong dengan
tertawa. Sedapatnya ci Tok berlagak tenang, katanya dengan dingin, "Sudah lama kudengar
namamu, sungguh beruntng bisa bertemu sekarang!"
"Kukira tidak beruntung bagimu," jengek Siu Su. Sembari bicara ia pun mendesak maju satu
langkah. Dengan sendirinya terpaksa Buyung Siok-sing juga ikut melangkah maju.
Sekilas pandang, mendadak sorot mata Ci Tok berhenti pada wajah Buyung Siok-sing. Saat
itu hampir semua orang juga sama tertarik oleh Buyung Siok-sing yang maha cantik itu.
"Eh, siapakah nona ini, rasanya belum pernah kenal?" tanya Ci Tok.
"Untuk apa kau tanya-tanya." jengek Buyung Siok-sing.
'Soalnya kulihat nona dan Siu-kongcu ini maju dan mundur selalu bersama serupa dua
menjadi satu, sebab itulah kutanya, bila nona tidak suka bicara. " . . ."
"Siapa yang dua menjadi satu dengan dia" Kalau bicara hendaknya tahu aturan." damperat
Siok-sing. Saking gusarnya ia pun mendesak maju selangkah. Mau-tak-mau Siu Su terpaksa ikut
melangkah maju juga.
Pergelangan mereka sama tertutup oleh lengan jubah sendiri sehingga orang lain cuma
melihat mereka maju mundur selalu bersama, tapi tidak tahu apa sebabnya.
Biji mata Ci Tok berputar, mendadak ia tertawa, "Haha, bagus, bagus. ..."
"Bagus apa"!" bentak Siu Su dengan gusar. Dia bergerak dan bermaksud menubruk maju,
siapa tahu Buyung Siok-sing justru berdiri melengket diatas tanah tanpa bergerak. Maka baru
saja kaki Siu Su terangkat, kontan dia hinggap kembali ketempat semula.
Dilihatnya Buyung Siok-sing lantas memutar kesamping dan melangkah kebawah PanggungTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Terpaksa Siu Su ikut menggeser langkah dan bertanya, "Kau mau apa
"Aku mau pergi! ' jawab Siok-sing ketus. "Tidak, aku tidak mau pergi." teriak siu Su.
"Kebanyakan orang disini tidak kukenai, urusan disini juga bukan urusanmu, yang jelas aku
harus angkat kaki dari sini."
Siu Su sangat mendongkol. "Mau pergi silakan pergi!"
Mendadak ia bertahan ditempatnya tanpa bergerak, dengan sendirinya Buyung Siok-sing
tidak dapat menyeretnya secara Paksa. Melihat kejadian aneh dan lucu itu, semua orang
tambah tercengang-
"Siu-k0ngcu, sesungguhnya ada- . - ada apa?" tanya Kiong-sin Leng Liong dengan heran.
Siu Su jadi melenggong dan tidak tahu cara bagaimana harus menjawab. "Haha, bagus, bagus
sekali. ..." mendadak Ci Tok terbahak.
"Masa benar engkau tidak pergi?" tiba-tiba Buyung Siok-sing berpaling dan menegur. Muka
Siu Su tampak Pucat, dengan menahan rasa dongkol ia menjawab. "Mati pun aku tidak
pergi! "Baik!" ucap Siok-sing dengan gemas, mendadak ia berpaling dan tersenyum kepada salah
seorang lelaki sambii menggapai, "Eh, kemarilah!"
Melihat senyum manisnya, sukma lelaki itu hampir terbang keauiang-auiang, seperti orang
linglung ia mendekati Siok-sing sambil cengar-cengir, tanyanya, "Ada urusan aPa, nona?"
"Kemarilah lebih dekat!" seru Siok-sing pula dengan senyum yang lebih mengiurkan.
Jangankan lelaki ini, biarpun orang lain juga selama hidup tidak pernah melihat Perempuan
secantik Buyung Si0k-sing, maka dengan mata terbelalak orang itu melangkah maju seperti
kehilangan ingatan, berulang-ulang biji lehernya naik turun menelan air liur, katanya, "Nona. . . .
." Tak terduga mendadak Buyung Siok-sing menarik muka, senyum manisnya lenyap seketika,
berbareng tangan kiri secepat kilat terus meraih, tahu-tahu golok yang dipegang lelaki itu sudah
terampas. Kelinglungan lelaki itu belum lagi hilang, serunya dengan terkejut, "He, ada apa, nona. ii
Belum lanjut perkataannya, kaki Buyung Siok-sing sudah melayang tiba, kontan ia
tertendang mencelat. Hampir pada saat yang sama Buyung Siok-sing juga menggunakan golok
rampasan itu untuk menahas tangan kanan sendiri.
Karuan semua orang terperanjat, Siu Su juga kaget setengah mati, cepat ia menahan tangan
Siok-sing yang memegang golok itu, sekali dicengkeram dengan keras, gol0k lantas jatuh
ketanah. "Lepaskan tidak?" bentak Siok-sing sambil mengentak kaki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Boleh kau tabas tanganku saja, kenapa mesti kau bikin cacat diri sendiri?" jawab Siu Su
dengan suara agak gemetar.
Bersambung ke-20.
Jilid 20 "Aku justru ingin membikin cacat diri sendiri, mati pun tidak ada sangkut-pautnya denganmu."
teriak Siok-sing pula, belum habis ucapannya air mata lantas bercucuran.
Tentu saja semua orang sama terheran-heran sampai Kiong-sin Leng Liong yang sudah
kenyang asam garam kehidupan Kangouw juga merasa bingung akan hubungan kedua orang
yang aneh itu. otak Thi-ta-sucia Ci Tok terus berputar, diam-diam ia menyurut mundur dua-tiga tindak dan
memberi tanda. Segera tiga orang begundalnya mendekatinya.
"Turun tangan" desis Ci Tok sambil memberi tanda kearah siu Su. Serentak ketiga orang itu
merogoh saku, jelas hendak mengambil senjata rahasia.
Dalam pada itu semua orang lagi memperhatikan Siu Su dan Buyung Siok-sing, sehingga
tidak ada yang menghiraukan mereka.
Buyung Siok-sing tampak menangis sedih, sedangkan Siu Su berdiri termenung
memandangi Buyung Siok-sing, katanya kemudian dengan menyesal, "Sesungguhnya apa
kehendakmu, katakan saja...."
"Jangan.. .Jangan- kau peduli diriku...." Siok-sing menunduk dengan terguguk.
Mendadak Siu Su menjadi nekat, dijemputnya golok yang jatuh itu, sekali ayun segera ia
tabas tangan sendiri.
Siapa tahu sebelum golok menurun kebawahi tahu-tahu tangannya juga dipegang oleh
Buyung Siok-sing.
" Untuk apa kau siksa diriku, jika kau mau menabas boleh menabas tanganku saja," ratap
Siok-sing. "Bilakah kusiksa dirimu." kata siu su dengan suara tersendat.
"Tapi engkau sendiri"
"Akulah yang salah, boleh kau bunuh saja diriku," ujar siok-sing.
Menyaksikan semua itu, diam-diam dapat dirasakan oleh Leng Liong bahwa diantara kedua
orang itu, pasti telah terjadi cinta kasih yang mendalam, soalnya karena ada salah paham,
sebab itulah keduanya sekarang lagi uring-uringan. Dia merasa geli dan sengaja tidak mau ikut
campur. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
siapa tahu pada saat itu juga mendadak terjadi hujan senjata rahasia, berpuluh bintik tajam
berhamburan mengarah siu su, sebaran senjata rahasia itu sangat cepat, tapi cuma
menerbitkan suara yang sangat pelahan.
Karena lagi dirundung kekesalan emosi, siu su menjadi lengah dan tidak merasakan
datangnya bahaya.
Leng Liong terkejut, cepat ia hendak menolong, namun sudah terlambat. Bahaya yang
mengancam itu sungguh hanya terjadi dalam sedetik saja, mendadak dilihatnya Buyung sioksing
membalik keatas tubuh siu su sambil berteriaki
"Rebah"


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan baru saja mereka menjatuhkan diri, berpuluh sinar hitam mengilap itu lantas menyambar
lewat diatas kepala mereka, dan Buyung siok-sing tetap terlambat selangkah, dirasakan pundak
kesemutan jelas keserempet senjata rahasia.
"Bangsat tidak tahu malu" bentak Leng Liong dengan murka, ia berputar terus menghantam
Ci Tok- Cepat ci Tok mengelak, tiga orang lantas menubruk maju, tiga batang golok mereka serentak
menyerang dari tiga jurusan. Kiong-sin Leng Liong tidak gentar, sambil menghindar ia balas
memukul dan menendang kian kemari sehingga ketiga lawan terdesak mundur. segera
kawanan pengemis dibawah panggung sama berteriak,
"Pangcu sudah turun tangan, kita mau menunggu apa lagi?"
Belum lenyap suaranya, mendadak dari kerumunan orang banyak itu menyambar setitik
sinar perak secepat kilat langsung mengarah dada seorang lelaki putus jari diatas panggung.
Kontan lelaki itu mengerang dan jatuh tersungkur dengan darah muncrat. Cucuran darah
juga merangsang kebuasan kawanan lelaki itu seketika suasana berubah menjadi kacau
ditengah raungan murka orang banyak- Berpuluh orang anggota Kai-pang segera menyerbu
keatas panggung, belasan orang lelaki putus jari juga menerjang kebawah panggung. Maka
terjadilah pertempuran terbuka dan berlangsung dengan sengit.
Mestinya Kiong-sin Leng Liong tidak menghendaki terjadi banjir darah pada saat ini dan
ditempat begini, tapi kemarahan umum sudah timbul, betapa pun sukar baginya untuk meng
atasinya. Ditengah pertempuran gaduh itu, tiba-tiba siu su dan Buyung siok-sing sama berbangkit.
Keduanya saling pandang, siu su berucap dengan tergagap, "Teri... terima kasih....."
"Ahi terima kasih apa?" jawab siok-sing lirih dengan mengerling lembut.
segala pertentangan dan salah paham awkara kedua orang seakan-akan memperoleh
pengertian dan terhibur oleh ucapan dua kata yang singkat itu, keduanya saling pandang sekian
lamanya sampai lupa pada kekacauan yang terjadi disekitarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sekonyong-konyong sinar golok berkelebat, dua batang golok menyambar dari belakang siu
su, membacok kepala anak muda itu.
siu su tidak berpaling, ia masih tetap memandang Buyung siok-sing, tapi sebelah tangannya
lantas terayun kebelakang, "trang-trang" dua kali, kedua golok yang menyambar tiba itu tergetar
jatuh ketanah. Kedua lelaki yang menyergap itu jadi melenggong, mereka tidak mengerti cara bagaimana
Siu Su membikin senjata mereka terlepas, mereka cuma merasakan pergelangan tangan
tergetar kesemutan, lalu golok terpental.
selagi kedua orang itu melongo heran dan juga jeri, mendadak terdengar oran membentak
dibawah panggung.
"TUrun"
Berbareng itu dua utas tali melayang tiba dari bawah panggung, pada ujung tali tersimpul
lingkaran jeratan dan tepat menjerat pada leher kedua lelaki itu, sekali tali ditarik dan jeratan
mengencang, kedua orang itu cuma sempat bersuara tertahan, lalu terseret terjungkal kebawah
panggung. "Haha, bagus" teriak anggota Kai-pang yang lain. segera ia pun melemparkan lasso untuk
menjerat leher Thi-tah-sucia Ci Tok.
Permainan lasso juga termasuk kepandaian khas kawanan pengemis anggota Kay-pang,
menjerat manusia dan binatang atau benda lain dalam jarak beberapa meter boleh dikatakan
hampir tidak pernah meleset, seratus kali jerat seratus kali kena. Terlihat lasso pengemis itu
dengan tepat telah menjerat dileher ci Tok, siapa sangka mendadak Ci Tok membentak malah,
"Naik kemari"
sebelah tangannya meraih tali lasso, menyusul terus disendai dengan kuat, kontan anggota
Kai-pang itu mencelat keudara dan jatuh terbanting diatas panggung. Cepat Ci Tok melompat
maju dan memberi bacokan dengan telapak tangan. Tanpa menoleh lalu ia memutar tangannya
kebelakang dan tepat menghantam seorang pengemis lain yang menubruk tiba, kontan
pengemis itu mencelat kebawah panggung.
suasana ditanah mangkuk pegunungan ini tambah kacau dan hiruk-pikuk dengan suara
teriakan, bentakan dan jeritan ngeri disana-sini serta suara nyaring beradunya senjata.
Darah segar pun berceceran diatas panggung dan menggenangi tanah dibawah.
Mendadak Kiong-sin Leng Liong bersuit panjang dan mengapung keudara, ditinggalkannya
lelaki yang bergebrak dengan dia setelah mendesaknya mundur dengan suatu pukulan dahsyat,
lalu ia menerjang kearah Thi-tah-sucia Ci Tok. Pukulan dengan mengapung diatas udara
tambah dahsyat, Ci Tok tidak berani gegabah, cepat ia mengelak kesamping, tapi sebilah golok
panjang lantas menabas dari sebelahnya, namun dia sempat mendoyongkan tubuh sambil
menendang dengan sebelah kaki sehingga golok yang menyergap itu terdepak lepas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tiba-tiba bayangan orang berkelebat, Siu Su dan Buyung siok-sing juga telah melayang
kedepannya. Pada saat hampir sama Leng Liong juga hinggap disebelahnya, kedua orang
mengapit ci Tok dari kanan kiri-
"Hm, apakah kalian ingin main kerubut" Ayolah, silakan mulai saja" jengek Ci Tok dengan
lagak takabur. "Huh, hanya menghadapi dirimu saja perlu main kerubut?" jawab Leng Liong dengan gusar.
Tapi sebelum dia bertindaki siu su telah memberi tanda, katanya,
"Tunggu sebentar, Leng-pangcu."
sekilas Leng Liong memandang mayat telah bergelimpangan disana-sini, banjir darah sudah
terjadi, tak tertahankan lagi rasa murkanya, teriaknya, "untuk apa banyak bicara lagi dengan
dia" Binasakan saja dia lebih dulu"
"Hanya jiwanya saja masakah berharga?" ujar siu su dengan suara tertahan,
"Buat apa kita menimbulkan korban lebih banyak secara sia-sia diantara saudara Kay-pang
kita." selagi Leng Liong tertegun, segera siu su berseru kepada ci Tok,
"Jika engkau ingin hidup, hendaknya Lekas kau perintahkan begundalmu berhenti
bertempur"
"Buat apa kusuruh mereka berhenti" Melihat orang lain mencucurkan darah kan tontonan
yang menarik?" ujar Ci Tok dengan tertawa-
"Memangnya jiwamu sendiri juga tidak kau pikirkan lagi?" jengek siu su dengan menahan
rasa gusar. Ci Tok tampak ragu, katanya kemudian.
"Jika kuberi perintah gencatan senjata, apakah kalian menjamin keselamatan kami untuk
mengundurkan diri dari sini?"
"Baik, kami menjamin keamananmu." jawab Leng Liong.
"Umpama dia tidak mau menjamin, akulah yang menjamin." sela Buyung siok-sing.
Betapapun sebagai anak perempuan dia ngeri menyaksikan pertempuran sengit itu, suara
jeritan ngeri benar-benar telah membuat kusut pikirannya,
Ci Tok menyapu pandang sekejap keadaan medan tempur, katanya kemudian sambil
menggeleng, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Korban yang jatuh dari kedua pihak sudah sangat besar, semua orang yang bertempur itu
sudah kadung khilap dan nekat, umpama kuberikan perintah berhenti bertempur juga belum
tentu mereka mau menurut."
"Habis bagaimana?" tanya Buyung siok-sing.
"Apa boleh buat, terpaksa membiarkan mereka bertempur hingga mati semuanya." jawab
Thi-ta-sucia dengan muka kelam.
Waktu Leng Liong memandang kesana, medan tempur memang kacau, yang bertempur
tampak sama nekadnya, semuanya kelihatan seperti binatang buas yang sukar dikendalikan
lagi. Kawanan lelaki putus jari yang sudah sumpah berani mati dan datang bersama Ci Tok itu
memang manusia-manusia nekat dunia Kangouw, meski jumlah mereka jauh lebih sedikit
dibandingkan anggota Kay-pang, tapi mereka kumpul ditengahi anggota Kai-pang yang
mengerubut mereka terpaksa berjubel, malahan yang berada dibelakang tidak mampu ikut
memberi bantuan apa pun, dalam keadaan demikian kawanan pengemis sendiri menjadi
tambah kacau malah.
Melihat anak buahnya banyak jatuh korban, Leng Liong merasa kasihan juga, katanya,
"Bagaimana kalau kita memberi perintah gencatan senjata bersama?"
"Boleh juga jika mau dicoba," jawab Thi-tah-sucia Ci Toksegera
Leng Liong mendahului berteriak.
"Berhenti bertempur, anak murid Kai-pang Berhenti"
Thia-ta-sucia juga membentak dengan lantang,
"Berhenti dulu, saudaraku"
Ia pun dapat melihat gelagat, ia tahu untuk bisa mundur dengan selamat, jalan paling baik
adalah gencatan senjata, kalau tidaki terpaksa dia harus mati bersama begundalnya yang pada
dasarnya memang tidak takut mati itu.
sebab itulah sesungguhnya ia sendiri jauh lebih besar keinginannya untuk berhenti
bertempur daripada siapa pun, cuma dia memang licik, segala sesuatu tidak terlihat pada
luarnya- Karena teriakan pimpinan kedua pihak, orang yang bertempur itu sudah mulai mereda.
"Berhenti dulu, anak murid Kai-pang" Leng Liong mengulangi seruannya- Maka anak murid
Kai-pang sudah sebagian menyurut mundur, sebagian lagi menyingkir kesamping.
Kawanan lelaki putus jari mendapat kesempatan untuk ganti napas, mereka juga tidak
mendesak maju lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
siapa duga, pada saat pertempuran itu hampir berhenti seluruhnya, tiba-tiba ditengah
gerombolan kaum pengemis ada orang berteriaki
"sudah sekian banyak saudara kita menjadi korban, jika kita tidak menuntut balas bagi yang
telah mati, apakah hati nurani kita dapat tentram terhadap saudara kita yang gugur itu?"
"Betul, serbu saja, binasakan mereka seluruhnya untuk membalas dendam bagi saudara kita
yang gugur" teriak lagi seorang yang lain.
Suara mereka yang seram dan mengharukan itu merangsang lagi semangat tempur
kawanan pengemis, serentak mereka berteriak bergemuruh.
Melihat gelagat tidak beres, cepat Leng Liong membentak dengan bengis,
"siapa itu yang sembarangan berteriak?"
Tapi segera terlihat dua sosok anggota anggota Kai-pang menerjang maju kearah seorang
lelaki putus jari, sekali sinar golok berkelebat, kontan nyawa seorang melayang-
Kawanan lelaki putus jari yang lain menjadi murka, teriak mereka,
"Keparat yang tidak pegang janji, ayolah kita labrak mereka lagi"
serentak mereka berteriak histeris dan menyerbu pula- seorang anggota Kai-pang agak ayal,
kontan perutnya didodet oleh senjata lawan dan menimbulkan jeritan ngeri-Kawanan pengemis
yang lain lantas berteriak,
"serbu Balaskan sakit hati saudara kita"
suasana menjadi panik lagi, pertempuran sengit berbangkit kembali-
Melihat keadaan sukar dikendalikan lagi, Ci Tok berkata dengan kurang senang,
"yang melanggar janji adalah pihak Kai-pang sendiri, tidak dapat menyalahkan pihak kami."
Kiong-sin Leng Liong juga merasa wibawanya telah dilanggar, dengan gusar ia membentaki
"Berhenti anak murid Kai-pang Barang siapa melanggar perintah pasti akan diberi hukuman
setimpal" Mendadak siu su mendengus,
"Hm, yang melanggar perintah bukanlah anak murid Kai-pang-"
Tentu saja Ci Tok menjadi gusar, bantahnya,
"Fakta membuktikan apa yang terjadi, memangnya pihak kami yang tidak taat kepada
perintah jika bukan orang Kai-pang?"
"Yang melanggar perintah itu bukan orang Kai-pang danjuga bukan anak buahmu." kata
Leng Liong dan ci Tok sama melengak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Memangnya siapa dia?" tanya Kiong-sin Leng Liong.
Pedang Ular Mas 4 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Perjodohan Busur Kumala 3
^