Pencarian

Tujuh Pedang Tiga Ruyung 12

Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Bagian 12


siu su menuding kesana dan berkata,
"Coba kalian lihat ketiga orang yang paling tangkas itu, ketiga orang yang bermuka hitam
dan berdandan sebagai pengemis dengan baju rombeng warna kuning itu, perhatikan gerakgerik
mereka" Waktu semua orang memandang kearah yang ditunjuki benar juga ditengah kekacauan sana
terlihat ada tiga orang berdandan sebagai anggota Kai-pang dengan gerak-gerik yang sangat
lincah dan tangkas, jelas kungfu mereka jauh lebih tinggi daripada yang lain.
"Ya, betul juga... ." ucap Leng Liong dengan suara tertahan.
Tiba-tiba tergerak hatinya, teringat olehnya pengirim info rahasia tadi, ia yakin pasti salah
seorang diantara mereka ini, keruan ia tambah curiga.
Dari atas terlihat ketiga orang itu sebentar melompat maju lain saat menyusup mundur
kebelakang. Tiba-tiba salah seorang membacok secara diam-diam sehingga seorang Kai-pang
dirobohkan. Habis itu dia lantas meraung dan menerjang lagi lelaki putus jari seperti orang yang benarbenar
nekat. Karena kedua pihak sedang bertempur dengan sengit, suasana kacau sehingga tidak ada
orang yang memperhatikan gerak-gerik ketiga orang itu. Namun orang yang menonton dari atas
panggung dapat mengikuti setiap kejadian itu.
"siapakah orang ini?" tanya Leng Liong dengan gusar.
"siapa dia masakah Leng-pangcu belum tahu?" kata siu su.
"Dia pasti musuh Kai-pang, juga memusuhi pihak Leng-coa-bun Mao Kau, sebab itulah diamdiam
mereka menyusup ketengah Kai-pang untuk mengadu domba kedua pihak kalian, bila
terjadi pertempuran sengit seperti ini, tidak peduli pihak mana yang menang dan kalah, yang
menarik keuntungan jelas adalah mereka. Bilamana kedua pihak sama-sama runtuh, tentu saja
tambah menyenangkan bagi mereka. Karena itulah mereka tetap berusaha agar pertempuran
sengit ini terus berlangsung.
Baru sekarang Leng Liong menyadari duduknya perkara, ucapnya,
"ya, memang betul sungguh bangsat yang berhati keji....."
Thi-tah-sucia Ci Tokjuga terkesiap, ucapnya dengan kening bekernyit,
" orang yang bermusuhan dengan kedua pihak kita berdua sangat sedikit didunia persilatan
ini, kita harus melihatnya sesungguhnya sebenarany siapakah ketiga orang ini?"
Baru selesai ucapannya, serentak ia melompat kebawah panggung menerjang kearah ketiga
musuh yang misterius itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Kiong-sin Leng Liong juga tidak mau ketinggalan, cepat ia menyusul kesana- siu su sendiri
malah berdiri diam saja diatas panggung dan mengawasi suasana dibawah.
"Engkau yang menemukan rahasia mereka itu, mengapa engkau tidak turut membekuk
mereka?" ucap Buyung Siok-sing dengan suara lembut.
"Kukuatir engkau ngeri melihat darah yang berceceran dibawahi maka....."
"Ayolah pergi saja, kemanapun tetap ku... -ku... ." Buyung siok-sing tidak meneruskan
ucapannya, sebab mendadak mukanya menjadi merah, lalu menunduk-seketika semangat siu
su terbangkit, timbul jiwa kesatrianya, serunya,
" Ayo pergi" Berbareng mereka bergerak dan melayang turun kesana.
saat itu agaknya ketiga orang berbaju kuning itu pun merasakan gelagat kurang eNak, diamdiam
mereka hendak mengeluyur pergi, akan tetapi tahu-tahu Leng Liong dan Ci Tok sudah
menghadang didepan mereka.
Mendadak Leng Liong berteriaki
"Dengarkan anak murid Kai-pang, ketiga orang inilah biang-keladi daripada pertempuran
berdarah ini jangan membiarkan mereka kabur" segera Ci Tok juga berseru, "Kepung mereka,
saudara-saudaraku"
Ketiga orang itu saling pandang sekejap serta saling memberi tanda, serentak mereka
hendak meloncat pergisiapa
tahu, belum lagi mereka bergerak keatas tahu-tahu dua sosok bayangan orang
melayang turun dari atas dengan membawa angin pukulan yang dahsyat sambil membentaki
"Turun"
Karena damparan angin pukulan itu, ketiga pengemis gadungan itu sama tergetar kebawah
lagi. yang melayang tiba ini adalah siu su dan Buyung siok-sing, sebelum hinggap kepermukaan
tanah, lengan baju mereka mengebas sehingga tubuh mereka sempat mengapung lagi sejenak
diudara, dengan suara lantang siu su berteriak,
"Barang siapa berani bergerak lagi, segera akan menerima ganjaran setimpal"
Dengan jelas kawanan pengemis beserta lelaki putus jari itu menyaksikan siu su dan Buyung
siok-sing melayang diudara serupa malaikat yang turun dari langit, semuanya sama tercengang,
dengan sendirinya tiada seorang pun berani bergerak lagi.
Ketika berhadapan dengan siu su dan Buyung Siok-sing, ketiga pengemis gadungan itu
sama menunduk dan tidak berani bertatap muka.
Waktu siu su mengawasi mereka dengan teliti, nyata pada muka mereka telah dipoles
dengan hangus sehingga wajah asli mereka sukar dikenali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan suara tertahan siu su berkata kepada Leng Liong,
"Leng-pangcu, ketiga orang ini sama memoles muka masing-masing dengan hangus,
agaknya mereka harus dibekuk hidup,hidup untuk dimintai keterangan sejelasnya,
kemudian....."
Belum habis ucapan siu su, sekonyong-konyong satu diantara ketiga pengemis gadungan itu
mengikik tawa dan berseru,
"Tidak perlu bertindak segala....."
Air muka siu su berubah, tanyanya,
"siapa kau?"
orang itu masih tertawa, suara tertawanya nyaring merdu, lalu mengangkat kepala dan
berkata, "Eh, adik cilik, masa engkau sudah pangling kepada Cici?"
Ucapan ini membuat semua orang melengaki mereka sama memandang siu su dan ingin
tahu apa jawabnya.
Ci Tok lantas mendengus, "Hm, bagus sekali, kiranya dia ini adalah saudara siu-kongcu kita."
Pengemis gadungan yang bicara itu lantas menyingsing lengan bajunya untuk mengusap
muka sendiri, hangus yang terpoles pada wajahnya lantas hilang dan tertampaklah kulit
mukanya yang putih halus.
Semua orang sama melongo- Sebera juga ada yang mengenalnya sebagai Pekitiohihui-hoa
Lim Ki-ceng. "Hahi kau Lim Ki-ceng" seru siu su.
Lim Ki-ceng tertawa ngikiki katanya kemudian,
"Ai, sesudah punya kekasih baru lantas melupakan yang lama, ya?"
seketika air muka Buyung siok-sing juga berubah.
Dengan tertawa genit Lim Ki-ceng berucap pula,
"Wahi cantik amat adik ini- Eh, siapakah namamu" Cara bagaimana engkau berkenalan
dengan adikku ini" Maukah kau ceritakan padaku" "
"Tutup mulutmu" bentak siu su dengan gusar.
Lim Ki-ceng menghela napas menyesal, katanya, "ai, mengapa engkau jadi begini galak
padaku" Masa kau lupa tempo hari betapa mesra kau panggil cici padaku, waktu itu hatiku bisa
luluh bila mendengar panggilanmu yang mesra itu, tapi sekarang.... sekarang... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dia menghela napas panjang dan menunduk seperti orang yang sangat kecewa dan
menyesal. Muka Buyung siok-sing sebentar merah sebentar pucat, katanya dengan suara agak
gemetar, "siu su, se.. sebenarnya....."
Tidak kepalang dongkol dan gusar siu su sehingga mukanya merah padam, tapi apa daya,
siapa pun, lelaki perkasa macam apapun bila menghadapi perempuan yang suka aleman dan
tidak tahu malu begini pasti juga akan mati kutu.
Karena itu, suasana menjadi gempar lagi, semua orang kasak-kusuk membicarakan hal ini.
Leng Liong berpikir dengan cepat, mendadak ia membentak-
"Bekuk dulu ketiga orang ini dan urusan diselesaikan belakang"
"Betul" seru siu su-
Mendadak Lim Ki-ceng berteriaki "Aku ini kakak siu-kongcu dan bibi guru Thi-ta-sucia ci Tok,
siapa diantara kalian yang berani mengusik diriku?"
Ci Tok lantas mendengus,
"Hm, tidak cuma seorang bibi guru saja, malahan masih ada dua orang paman guruku,
bukan?" Kedua pengemis gadungan yang lain serentak menjawab,
"ya, betul"
segera mereka pun mengusap wajah masing-masing sehingga terlihat muka aslinya Jelas
mereka juga samaran tokoh diantara jit-kiam-sam-pian (tujuh pedang dan tiga ruyung), yaitu Cojiu-
sin-kiam Ting Ih dan ong It-beng.
Kiranya ketiga orang ini kabur dari-pertemuan besar para kesatria yang diadakan Mao Kau di
Hangciu tempo hari, mereka lantas berkumpul menjadi satu. Cuma seketika mereka pun tidak
berhasil menemukan jejak Mao Kau yang kemudian terus bersembunyi itu.
sampai suatu hari mereka mendengar kawanan pengemis dari Kai-pang hendak
mengadakan pesta ulang tahun bagi Liong-sin Leng Liong ditanah mangkuk pegunungan ini,
maka mereka lantas berusaha menyusup ketengah kawanan pengeimis, untuk ini jalan terbaik
bagi mereka adalah menyamar sebagai pengemis.
Mestinya mereka bermaksud mengadakan kontak dengan pihak Kai-pang untuk bersamasama
menghadapi Mao Kau, tapi ketika mereka melihat Thi-ta-sucia Ci Tok juga muncul disitu
dengan begundalnya, segera rencana mereka berubah-
Lim Ki-ceng yang mengusulkan agar berusaha mengadu domba antara Kai-pang dengan
pihak ci Tok, bilamana kedua pihak sudah jatuh korban dan susut tenaga intinya, lalu dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kekerasan mereka akan mengancam Leng Liong aaar menuruti kehendak mereka untuk
menghadapi Mao Kau.
Biasanya Co-jiu-sin-kiam Ting Ih selalu menuruti setiap kehendak Lim Ki-ceng, dalam
demikian ong It-beng juga cuma menurut saja, maka mereka lantas sengaja mengirim info
rahasia kepada Leng Liong untuk membongkar kedok Ci Toksiapa
tahu urusan lantas berubah lagi, mendadak siu su muncul, biarpun samaran mereka
sangat misterius, tapi pandangan siu su yang tajam tetap dapat membongkar tipu-muslihat
mereka- Begitulah setelah samaran mereka terbongkar Lim Ki-ceng lantas mengeluarkan
kemahirannya lagi dengan main memikat dan mengadu domba, dengan mengerling genit ia
berkata pula. "Jika kalian hendak bertindak kepadaku, agaknya perlu kalian minta izin dulu kepada siukongcu
dan Thi-ta-sucia."
Tapi Ci Tok lantas mendengus, "Hm, sudah lama kalian mengkhianati guruku, memangnya
kau kira kami tidak tahu?"
Tergetar juga hati Lim Ki-ceng, tapi dia tertawa terlebih manis, katanya kepada siu su,
"Itu dia, dengar tidaki adik su" Demi membela dirimu, banyak kawan karibku telah berubah,
dari kawan berubah menjadi lawan. Tapi engkau malah bersikap garang padaku. masakah tidak
kau bela diriku?"
Tiba-tiba timbul sesuatu pikiran siu su, tanyanya,
"Dan bagaimana dengan Ting Ih dan ong It-beng?"
"Tentang mereka----" Lim Ki-ceng bicara dengan tertawa genit, mendadak ia membalik tubuh
dan menghantam tepat mengenai dada Co jiu-sin-kiam Ting Ih.
Keruan Ting Ih kaget, mimpi pun tak terpikir olehnya akan diserang Lim Ki-ceng, ketika mau
mengelak sudah terlambat, ia tergetar mundur dua-tiga tindak dan tumpah darah, serunya
dengan suara gemetar,
"Ke. - - keji amat kau"
ong It-beng juga kaget, teriaknya dengan gusar, "
Prempuan hina, demi keselamatan sendiri lantas hendak kau jual kawan?"
Mendadak ia menengadah dan bergelak tertawa, suaranya berubah menjadi pedih, serunya,
"Baiklahi apa yang dapat kukatakan lagi, biarlah orang she ong menyempurnakan
kehendakmu."
Tiba-tiba ia menggorok leher sendiri dengan pedangnya, seketika darah berhamburan dan
robohlah dia terkapar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Rupanya dia menyadari keadaan yang tidak menguntungkan, betapa pun sukar lolos dari
kepungan musuhi maka sekalian dia membunuh diri saja dan habis perkara. Co jiu-sin-kiam
Ting Ih meraba dada yang terpukul Lim Ki-ceng tadi, ucapnya dengan tersenyum pedih,
"Hm, bagus, bagus kau. Sekarang baru sekarang kukenal sesungguhnya siapa kau?"
Mendadak ia menggreget, ia menggigit ujung lidah sendiri hingga putus, ia meraung dan
menyemburkan lidah putus dan darah kemuka Lim Ki-ceng, lalu roboh terguling.
Adegan membunuh diri yang mengerikan ini sungguh membuat semua orang terkesiap,
sampai Kiong-sin Leng Liong juga menghela napas, katanya,
"sungguh lelaki gagahi kematian yang gemilang"
Dengan suara tandas ci Tokjuga berkata. "Jelek-jelek mereka ternyata tidak malu sebagai
anggota Jit-kiam-sam-Pian"
sinar matanya berputar, kembali ia mengalihkan pandangnya kepada Lim Ki-ceng.
Dengan lengan bajunya Lim Ki-ceng membersihkan darah yang melumuri wajahnya, biarpun
hatinya berbisa, melihat kematian Ting Ih dan ong It-beng yang gagah berani itu, mau-tak-mau
ia pun ngeri- Namun dia tetap tertawa genit dan berucap pula,
"Adik cilik, coba kau lihat, lantaran membela dirimu, aku....."
"Diam" bentak siu su dengan muka masam,
"Takkan kubunuh dirimu, jika kubunuh dirimu kan cuma membikin kotor tanganku saja."
"Tidak, Saudara siu," bentak Leng Liong mendadaki
"Perempuan hina-dina dan beracun seperti ini harus kita cincang dia- "
" Hahhh" Lim Ki-ceng menjerit ngeri.
Mendadak terbayang olehnya adeganpada sembilan belas tahun yang lalu disuatu tempat
pegunungan, dimana seorang pendekar muda gagah perkasa dengan sekujur badan
berlumuran darah sedang merintih dan meronta karena dicencang orang. Tubuhnya
bergemetar, mendadak ia menubruk kearah siu su sambil berteriak dengan rasa ngeri,
"Tolong....."
Tapi sebelum orang mendekat, lengan baju siu su lantas mengebas sambil membentaki
"Enyah"
Kontan Lim Ki-ceng tergetar mundur beberapa tindak dan jatuh terduduki Disampingnya
itulah menggeletak mayat Co-jiu-sin-kiam Ting Ih. Meski sudah mati, namun kedua mata Ting Ih
tampak mendelik, jelas mati dengan penasaran, menanggung benci dan duka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Melihat wajah Ting Ih yang sudah tak bernyawa itu, mendadak Lim Ki-ceng menangis sedih,
ia menubruk keatas mayat Ting Ih sambil meratap,
"o, Ting-toako, aku... aku berdosa padamu..."
Dengan ketus Thi-tah-sucia Ci TOk menjengeki "Hm, baru sekarang merasa menyesal,
bukankah sudah terlambat?"
Dalam pada itu kawanan pengemis Kai-pang telah mendesak maju.
"Tidak perlu kalian membunuhku, aku dapat membunuh diri sendiri" seru Lim Ki-ceng sambil
melompat bangun mendadak-
"Hm, membunuh diri" Kan terlalu murah bagimu" jengek kawanan pengemis dengan gusar,
serentak mereka mendesak maju lagi.
"Siapa berani mendekat?" teriak Lim Ki-ceng sambil menarik dada baju sendiri.
Meski dia sudah tergolong setengah umur, namun kulit badannya masih tetap putih mulus,
halus terpelihara, dadanya yang masih cukup montok itu tampak berjumbul naik-turun mengikuti
getar napasnya.....
semua orang sama melenggong dan menyurut mundur. Wajah Buyung siok-sing tampak
pucat, pelahan ia melengos.
Lim Ki-ceng tertawa pedih, serunya kemudian, "Tapi sebelum kumati, ada beberapa patah
kata ingin kukemukakan."
"Lekas bicara?" bentak Leng Liong dengan tak sabar-
Lim Ki-ceng membalik tubuh menghadapi siu su, lalu berteriaki " Kutahu engkau sangat
benci terhadap jit-kiam-sam-pian, kutahu engkau sangat menginginkan kematian mereka, kalau
bisa hendak kau bunuh sekaligus....."
siu su tidak mau memandang dada orang, ia menengadah dan mendengus, "Hm, Jit-kiamsam-
pian adalah musuhku yang tak terampuni, ucapanmu memang tidak salah-"
"ya, betul, harus kuakui bahwa memang jit-kiam-sam-pian yang membunuh ayahmu," kata
Lim Ki-ceng dengan menyesal, mendadak suaranya berubah sedih, "Namun... apakah kau tahu
sesungguhnya siapa yang membunuh ayahmu?" siu su jadi melenggong, tanyanya,
"Siapa?"
Dengan tandas Lim Ki-ceng bertutur, "Pikirkan saja, waktu itu adalah masa jaya ayahmu, dia
sedang malang melintang di dunia Kangouw tanpa tandingan, sebaliknya tatkala mana
kepandaian jit-kiam-sam-pian belum lagi mencapai taraf seperti sekarang ini...."
"Hm, biar pun sekarang juga cuma begini saja."jengek Kiong-sin Leng Liong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Lim Ki-ceng berlagak tidak mendengar sindirannya, ia menyambung ceritanya, "Kalau cuma
kepandaian jit-kiam-sam-pian waktu itu, biarpun sepuluh lawan satu juga bukan tandingan siusiansing,
mana bisa mereka membunuhnya dan mencencangnya-"
"Habis siapa yang membunuh ayah?" teriak siu su dengan suara gemetar. Lim Ki-ceng
sengaja berdiam sejeNak, habis itu mendadak berteriaki
"Ibumu"
"Hahh Kentut" bentak siu su kaget dan gusar, segera ia bermaksud memburu maju untuk
memberi hajaran padanya.
Tapi Lim Ki-ceng lantas berteriak pula,
"Tentu saja engkau tidak percaya. Tapi hendaknya kau tahu, aku sudah akan mati, untuk apa
aku memfitnah ibumu sendiri"Jika kau mau tahu duduk perkara yang sebenarnya, hendaknya
kau dengarkan dulu ceritaku lebih lanjut."
siu su tidak jadi melangkah maju, dengan tubuh bergemetar katanya kemudian,


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Co... -coba jelaskan"
semua orang juga tercengang oleh cerita yang luar biasa ini, seketika keadaan menjadi
sunyi, semuanya pasang telinga ingin mendengarkan duduk perkara peristiwa ngeri yang terjadi
pada sembilan belas tahun yang lalu itu.
Maklumlah, meski peristiwa lama itu pernah menggemparkan dunia Kangouw, tapi tidak ada
seorang pun tahu bahwa dibalik tragedi itu masih menyangkut sesuatu rahasia lain. Kiong-sin
Leng Liong juga kelihatan prihatin dan tidak ikut bicara lagi.
"Pada waktu sebelum lit-kiam-sam-isian menggerubuti siu Toki ibumu sudah ada hubungan
intim dengan ayahmu, atas suruhan Mao Kau, yaitu kakak ibumu, pada saat siu TOk sedang
berlatih kungfu, secara mendadak ibumu menutuk hiat-to kelumpuhan ayahmu sehingga
mengakibatkan kelumpuhan setengah badan ayahmu, kalau tidaki berdasarkan kepandaian Jitkiam-
sam-pian saja mana mampu membunuhnya?" Tambah terkesiap semua orang oleh
keterangan luar biasa ini.
"Kau... -kau bohong" teriak siu su dengan gemetar.
Lim Ki-ceng menggeleng, ucapnya dengan pelahan, "Tidaki aku tidak bohong. Apa yang
kukatakan ini semuanya benar dan kejadian yang sesungguhnya. Mao Kau sengaja
menggunakan Bi jin-keh (akal memperalat perempuan cantik) untuk menjebak ayahmu, yaitu
dengan mengorbankan adik perempuannya, siapa tahu sesudah menutuk ayahmu, ibumu jadi
menyesal, sebab dia telah benar-benar jatuh cinta kepada siu Tok"
Dia berhenti sejeNak, lalu dengan suara bengis berseru, "Nah, maka kalau betul kau mau
menuntut balas, maka yang harus kau bunuh lebih dulu ialah ibumu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sungguh keterangan ini sangat mengguncangkan isi kiranSiu Su, seketika ia menjadi
bingung dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
semua orang juga sama bersuara heran oleh berita ini, dengan suara bengis Leng Liong
membentaki "Dan mengapa baru sekarang kau ceritakan hal ini?"
"ya, memang rahasia ini sudah tersimpan selama dua puluh tahun didalam hatiku." tutur Lim
Ki-ceng pula, "Kecuali jit-kiam-sam-pian memang tidak ada oran lain yang tahu. Tapi demi kehormatan,
demi gengsi jit-kiam-sam-pian sendiri, dengan sendirinya rahasia ini tidak mau disiarkan, baru
sekarang----baru sekarang kubeberkan rahasia ini,tujuanku supaya kau tahu sesungguhnya
siapa musuhmu?"
= Apa daya dan apa yang akan dilakukan siu su setelah diketahuinya kematian ayahnya juga
akibat komplotan ibunya dengan Mao Kau" =
= Bagaimana nasib Mao Bun-ki yang telah merusak wajah sendiri" =
= = = Bacalah terus jilid selanjutnya = = =
setelah menutur, Lim Ki-ceng menunduki sejenak kemudian mendadak ia angkat kepala dan
berteriak lagi, "Nah, setelah kau tahu jelas siapa yang membunuh ayahmu, jika benar engkau
bertekad akan membalas dendam ayah, mengapa tidak kau bunuh ibumu dulu."
Ia menggreget, lalu menyambung,
"Memang betul, Mao Kau bersalah dan pantas mati, Thia Hong juga pantas mati, kami
semua memang pantas mati- Tapi sebelum kau bunuh Mao Kau dan lain-lain mengapa tidak
kau-.. ." "Sudahlah, jangan bicara lagi" bentak siu su dengan suara pedih-
"Tidaki harus kutanya" seru Lim Ki-ceng,
"Ingin kutanya lagi padamu, apakah kau tahu siapa yang menulis peringatan 'sepuluh tahun
kemudian, darah dibayar dengan darah'?"
Pertanyaan ini membuat semua orang melengak dan sama pasang telinga lebih cermat.
"Akulah yang menulisnya" teriak Lim Ki ceng sambil menuding hidung sendiri. selagi semua
orang tercengang, mendadak Lim Ki-ceng menyambung pula,
"Bahkan Mao Kau yang menyuruhku menulisnya"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Karuan semua orang terkejut, "Hahi apakah Mao Kau sudah gila" Masakah dia yang
menyuruhmu menulis kata peringatan itu?" tanya Leng Liong.
"sudah tentu ada alasannya" sambung Lim Ki-ceng.
"Dia kuatir setelah siu Tok mati, lalu jit-kiam-sam-pian akan tercerai-berai. Demi memperkuat
pengaruh sendiri, supaya diantara jit-kiam-sam-pian tetap bersatu, maka dia sengaja menulis
kata peringatan itu."
Ia menghela napas, kemudian ia sambung pula,
"setelah membaca kata peringatan itu, benar juga timbul rasa takut pada jit-kiam-sam-pian,
kuatir keturunan siu Tok akan menuntut balas kepada mereka, maka secara sadar atau tak
sadar mereka pun rela diperalat Mao Kau."
Diam-diam Leng Liong menghela napas menyesal dan mengakui rencana Mao Kau itu
memang keji, benar-benar gembong iblis yang lihai-
"Nah, apa kehendakmu sekarang setelah kubeberkan segala rahasiaku," kata Lim Ki-ceng
dengan tersenyum pedih.
"Pergilah" siu su memberi tanda-
"Aku tidak sudi membunuhmu lagi-.. ."
Pandangan Lim Ki-ceng beralih kepada Leng Liong, pengemis tua itu berkata,
"Baik, aku pun tidak ada komentar....."
Thi-ta-sucia juga bungkam dan tidak ada maksud hendak merintanginya.
Lim Ki-ceng berdiri termangu, mendadak ia tertawa keras dan berteriaki "Kalian tidak sudi
membunuhku lagi, tapi aku sendiri sudah bosan hidup,"
semua orang melenggong, dilihatnya perempuan itu telah menjemput sebatang pedang,
dengan kedua tangan memeaang tangkai pedang terus ditubleskan kedalam perut sendiri
sambil meratap,
"Ting Ih, jangan kau benci diriku, tunggu sebentar, akan kutemani kau."
Darah segera muncrat, tubuh Lim Ki-ceng lantas ambruk diatas mayat Ting Ih.
Terharujuga semua orang, seketika tidak ada yang bicara, lewat sekian lama barulah Leng
Liong berseru, "Ci Toki kau pun boleh pergi saja"
Cahaya senja indah, akan tetapi cahaya yang indah ini takkan tahan lama.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
ci Tok memandangi cahaya senja dengan termenung, katanya kemudian, "Lantaran urusan
ini, dunia persilatan telah terlanjur banjir darah, entah berapa orang yang telah menjadi korban
peristiwa ini, sekarang biarpun ingin menyudahi urusan inijuga sudah terlambat... ."
Ia bicara dengan nada pedih, sambungnya kemudian,
"umpama diriku, sekarang pun kasip untuk lepas tangan begini saja, diantara kesepuluh
saudaraku sebagian besar sudah mati ditanganmu, sebagai kepala Cap-toa-sucia mau-tak-mau
harus menuntut balas padamu."
sampai disini, mendadak ia menambahkan dengan suara keras, "Maka dari itu, supaya tidak
mendatangkan bencana bagimu kelaki mestinya sekarang tidak kau lepaskan aku pergi"
Mendadak siu su menatapnya dengan tajam. Cahaya senja menyinari wajah kedua orang
yang berubah kemerahan, keduanya sama tahu pihak lawan bukanlah lawan yang empuk
-"Pergilah" Akhirnya siu su berucap dengan menghela napas pelahan.
Thi-ta-sucia memandang semua orang sekejap, lalu berucap pula,
"Kejadian tadi sudah cukup mengerikan, tapi tidak sampai sebulan lagi didunia Kangouw
masih akan berjangkit tragedi yang terlebih kejam dan menyedihkan. Aku dan kaupun akan
menjadi peranan dalam tragedi itu, akhirnya siapa yang akan hidup atau mati biarlah kita tunggu
dan lihat saja tanggal mainnya"
Ia mengangkat kedua tangannya memberi salam dan berseru,
"sampai bertemu lagi" segera ia melangkah keluar, kawanan lelaki putus jari juga ikut
kepergiannya. suasana sunyi, hanya langkah mereka yang berderap menggetar perasaan
orang. Semua orang masih termenung ditempat masing-masing, ucapan ci Tok sebelum pergi
seakan-akan masih terngiang ditelinga mereka.
sampai lama barulah Leng Liong menghela napas dan berkata,
"Permusuhan dendam dan menuntut balas, mengapa dunia persilatan ini penuh permusuhan
dan balas dendam melulu?"
Pelahan ia menyapu pandang mayat yang menggeletak disekitarnya itu, sekian banyak jiwa
yang berguna kini telah berubah menjadi mayat yang tak berIaedah, sebab musebabnya tidak
lebih cuma satu kata yang singkat saja, yaitu permusuhan.
Mendadak ia berpaling menghadapi siu su dan berseru, siu-heng, semoga sejarah hidupmu
nanti kecuali permusuhan dan banjir darah masih ada juga welas-asih dan pengampunan."
siu su termenung bimbang, gumamnya,
" Welas-asih"- - "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
" Pengampunan"...."
"Betul." tukas Leng Liong.
"Hendaknya kau gunakan welas-asih dan suka mengampuni untuk menghadapi musuhmu,
dengan begitu roh ayahmu dialam baka pasti juga akan membenarkan tindakanmu dengan
tersenyum."
Mendadak siu su bergelak tertawa keras, katanya. Jika kuperlakukan orang dengan welasasih
dan mengampuni kesalahan mereka, adakah orang lain juga menaruh welas-asih dan
mengampuni kesalahanku?"
Dengan sorot mata tajam mendadak Leng Liong menuding mayat yang berlumuran darah itu
dan berkata, "Apakah kau tahu orang-orang ini mati bagi siapa?" Berubah juga air muka siu su.
"Bagimu, tahu?" teriak Leng Liong mendadak penuh emosi-
" orang-orang ini semuanya mati bagimu, umpama mereka dapat mengampunimu, mereka
tak dapat lagi mengeluh kepadamu, juga tak dapat menuntut balas padamu. Lantas apa yang
akan kau lakukan terhadap mereka."
Tergetar tubuh siu su, ia menunduk dan tidak berani memandang mayat itu lagi.
Didengarnya Leng Liong menghela napas pula dan berkata,
"Menghadapi urusan rumit ini, sungguh sukar untuk dibedakan antara budi dan benci, antara
kawan dan lawan, semuanya serba ruwet, sudah berpuluh tahun pengemis tua berkecimpung
didunia Kangouw, tapi belum pernah menghadapi persoalan sesulit ini."
sampai lama siu su menunduk dan tidak bicara. Buyung siok-sing yang sejak tadi juga cuma
diam saja sekarang mendadak berkata,
"Meski urusan ini maha ruwet, tapi tetap ada orang yang dapat menyelesaikannya."
"siapa?" tanya Leng Liong ragu.
"Dia- " Buyung siok-sing menuding siu su.
"Aku?" tanya siu su dengan bingung sambil mengangkat kepalanya.
"Betul, hanya engkau sendiri yang dapat menyelesaikan persoalan ini." kata Buyung sioksing,
"Asalkan engkau mau mengambil keputusan tegas, dapat menggunakan pedang tajam untuk
memotong segala benang kusut yang melibatkan budi dan benci, antara cinta dan permusuhan,
maka segalanya akan beres dan dunia Kangouw pun akan terhindar dari banjir darah lebih
banyak lagi."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
siu su termenung memandang sisa cahaya senja yang hampir lenyap itu, gumamnya
bimbang, "Dapatkah aku?" Pelahan dia menuju kebawah karang dimulut lembah sana memandangi
jalan sempit yang membentang jauh kesana, memandang jalan yang sempit dan berliku serupa
jalan kehidupan manusia yang penuh rintangan ini....
Buyung siok-sing menyusul pelahan kesampingnya dan melampaui didepannya. siu su
memandang bayangan samping si cantik, garis tubuh yang indah dan profil yang mempesona,
seketika timbul rasa bimbang dan rasa hampanya, segera hatinya diliputi pula rasa duka yang
tebal. Diam-diam ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Apa betul hanya aku saja yang dapat
menyelesaikan urusan ini"jika aku mati....."
Ia memejamkan mata dan tidak berani membayangkan lebih lanjut. Entah selang berapa
lama, tiba-tiba dari belakangnya berkumandang suara kidung yang mengharukan. semula cuma
suara seorang saja yang pelahan terbawa angin, lalu bergema suara orang banyaki suara duka
yang memilukan.
Ia tahu inilah suara kidung kaum pengemis yang lagi mengenangkan kawan-kawannya yang
mati, dan sedang mengubur kawan-kawannya yang gugur tadi-
Dia tidak berani berpaling untuk memandang gapura yang bertulisan pesta gembira itu. Hc.ri
yang seharusnya gembiara ria kini telah berakhir dengan duka nestapa-semua itu karena siapa
dan untuk apa"
Hari sudah gelap, siu su berpaling, ditanah mangkuk sana sudah bertambah banyak
gundukan api unggun, disamping setiap api unggun terdapat pula kuburan baru. gapura pesta
sudah dibongkar, Leng Liong berdiri d iba wah panggung menghadapi api unggun yang
gemerdep. suasana sunyi, seram dan mengharukan.
siu su menunduk dan tidak merasakan sejak tadi Buyung siok-sing terus mengawasi gerakgeriknya
dan ingin menyelami perasaannya.
Pada saat itulah dua anggota Kai-pang mendekatinya dan menyapa, "siu-kongcu, Pangcu
mohon bicara denganmu."
"Baik, memang kuingin sembahyang atas arwah saudara kita yang telah meninggal," kata siu
su dengan khidmat.
setelah berada lagi ditengah kerumunan orang Kai-pang, siu Su melihat setiap setiap
anggota Kai-pang sama memandangnya dengan cemas serta sorot mata seakan-akan
memohon kepadanyaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
siu su tidak tahu apa kehendak orang, bersama Buyung siok-sing mereka lantas berlutut dan
memberi hormat kepada makam kawanan pengemis yang gugur sambil berdoa, lalu ia
berbangkit dan menyatakan tekadnya,
"Selanjutnya asalkan ada sesuatu permintaan kawan Kai-pang, tanpa syarat pasti akan
kukerjakan, terjun kelautan api pun takkan kutolak-"
Dengan wajah prihatin Leng Liong mendekatinya dan berkata,
"siu-kongcu, Kai-pang hanya ingin mohon sesuatu pada mu-"
"silakan bicara saja," jawab siu su- Ia merasa hutang budi terhadap Kai-pang, meski
kawanan pengemis itu tidak dibunuh olehnya, tapi mati karena dia, maka dia berharap akan
dapat mengerjakan sesuatu untuk Kai-pang.
Didengarnya Leng Liong berkata pula,
"Kita telah sama menyaksikan betapa ngerinya banjir darah, demi kedamaian, Kai-pang kita
memohon siu-kongcu agar suka mengakhiri permusuhan ini dan jangan lagi menerbitkan bunuh
membunuh berdarah didunia Kangouw..."
Hati siu su tergetar dan berdiri termenung.
"siu-kongcu." seru Leng Liong pula. Jiwa manusia ciptaan Tuhan, hidup manusia
dipermukaan bumi ini sama derajatnya, janganlah lantaran dendam kematian seorang harus
mengorbankan pula jiwa orang banyak secara sia-sia. Permohonan kami hanya semoga siukongcu
sudi mengakhiri permusuhan yang berlarut ini dan jangan menerbitkan korban lagi,
maka biarpun di-alam baka saudara kita ini pasti juga akan tidur dengan tenang." siu su
menunduk dan berkata,
"Akan... .akan kupertimbangkan...."
Mendadak seorang anggota Kai-pang berteriaki "Sebelum siu-kongcu menerima
permohonan kami, setiap saudara Kai-pang akan tetap berlutut dan takkan meninggalkan
tempat ini."
serentak anggota Kai-pang yang lain berteriak setuju.
Hati siu su tergetar pula, segala apa yang pernah dilakukannya selama ini memang cuma
lantaran balas dendam saja, apa yang dipikirkannya melulu usaha menuntut balas belaka,
sekarang kalau dia disuruh menghentikan seaala usaha dan permusuhan ini, sungguh hal ini
membuatnya serba susahi tapi dalam keadaan demikian dapatkah dia menolak permintaan
orang banyaksuasana
berubah hening, setiap orang sama menantikan jawaban siu su, pandangan semua
orang sama tertuju kepadanya-
Akhirnya siu su menghela napas panjang, ucapnya pelahan, "Kuterima permintaan kalian....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
serentak bersoraklah kawanan pengemis, tapi siu su lantas menyambung pula dengan
lantang, "Tapi tidak kuketahui cara bagaimana harus kuterima permintaan kalian ini?"
Kembali semua orang melengaki keadaan menjadi hening lagi.
siu su mengangkat kepala dan menyapu pandang sekelilingnya sekejap, lalu berseru pula,
"Dalam hati setiap orang pada umumnya mempunyai sesuatu kesulitan yang sukar terbuka,
dan kesulitanku ini adalah soal permusuhan, untuk ini kuharap dapat diberi kelonggaran satudua
hari agar dapat kupikirkan dengan tenang....."
Belum selesai ucapannya, sekonyong-konyong terdengar suitra gemuruh yang berkumanda
dari mulut lembah sana, suara menggelegar bergema hingga lama diangkasa
-ooo00000ooo- Menyusul diatas tebing sekeliling tanah mangkuk ini lantas berjangkit suara teriakan orang
banyak yang siap menyerbu.
Berbareng itu dari atas lantas berhamburan bola api yang terbuat darijerami dan rumput
kering yang dibakar.
Kawanan pengemis sama terkesiap, namun tidak ada seorang pun yang bergeraki semuany
tetap berlutut disitu dan mengharapkan jawaban tegas siu su.
Dengan kuatir anak muda itu berseru,
"Ayolah saudara-saudara.. - lekas menghadapi musuh- "
Buyung siok-sing menghela napas pelahan, katanya, "Sebelum kau terima permintaan
mereka, mati pun mereka tidak mau berbangkit-"
Belum lenyap suaranya, dari atas tebing berhamburan pula panah berapi, seketika api
berkobar dimana-mana, panggung dan barak bambu juga terbakar, tanah mangkuk yang tidak
terlalu luas ini menjadi lautan api.
Dengan mengepal tinjunya erat-erat, Leng Liong memandang siu su tanpa berkedip-
Api sudah berkabar disamping setiap orang, malahan ada sebagian ujung bajunya sudah
terjilat api, namun mereka masih tetap diam saja, tidak ada yang bergerak, apalagi berbangkit.
Bersambung Jilid 21 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ai, buat apa sampai begini, Leng-pangcu....." ucap Siu Su pedih.
Dengan air muka prihatin Leng Liong menjawab,
"Setiap anggota Kai-pang adalah lelaki yang keras hati, selama Siu-kongcu tidak menerima
permintaan kami, mati pun kami takkan bangun, biarlah segenap anggota Kai-pang yang btrnein
disini ikut terkubur ditengah lautan api bersamamu."
Buyung Siok-sing mencucurkan air mata terharu. Tak tersangka olehnya kawanan jembel ini
mempunyai hati seteguh ini dan berdarah panas.
Mendadak Siu Su berteriak dan melompat bangun,
"Selanjutnya Siu Su tidak akan mengungkit lagi tentang permusuhan segala"
Meledaklah sorak-sorai kawanan pengemis, bayangan manusia berlompatan ditengah api
yang mulai berkobar itu. Sorak gemuruh itu membuat darah Siu Su bergolak, cepat ia berteriak
pula, "Awas, sekeliling pasti sudah dijaga musuh, mundur dulu kemulut lembah, baru nanti kita
bertindak menurut keadaan-"
Leng Liong menepuk pundaknya dan berseru, "Bagus, saudaraku"
Segera ia memberi tanda sehingga kawanan jembel itu sama mundur kemulut lembah sana.
Pelahan Buyung Siok-sing mendekati Siu Su, tiba-tiba dikecupnya pipi anak muda itu dan
berucap, "Terima kasih"
Berguncang juga perasaan Siu Su, "Kau... .kau...."
Dengan air mata berlinang Buyung Siok-sing berkata dengan terharu, "Kutahu kepedihan
hatimu saat ini, aku berterima kasih padamu bahwa engkau telah mengambil keputusan secara
bijaksana dan menerima permintaan mereka, baru... baru sekarang kutahu hatimu."
Betapa hangat perasaan siu su, ucapnya lirihi "Aku pun berterima kasih kepadamu."
Ditengah berkobarnya api lelatu cinta pun mulai membara- Mereka tidak merasa asing, tidak
merasa jauh lagi- segala salah paham dan jarak yang tersisa diantara mereka sekarang, setelah
mengalami berbagai ujian antara mati dan hidup, semua rintangan itu kini telah lenyap
seluruhnya. siu su tidak merasa sendiri lagi, seketika tumbuh gairah hidupnya, serunya lantang,
"Ayo, terjang keluar dari sini" serentak mereka melompat kemulut lembahsementara
itu api belum menjalar sampai dimulut lembah- Kawanan pengemis sudah
berkumpul disitu- Akan tetapi selat sempit itu kini telah disumbat oleh tumpukan batu yang tinggi
sehingga sukar dipanjatTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Ditepi selat gelap gulita dan entah berapa banyak musuh yang sudah menunggu disitu.
Dengan muka kelam Leng Liong berkata,
"Selat sempit ini sebenarnya sangat strategis, akan tetapi karena kelalaian kita, sekarang
berbalik telah dipergunakan musuh. ai, mungkin... mungkin kita sulit menerjang keluar."
"Kita harus berusaha, Thian tidak membikin buntu jalan manusia...." seru siu su-
"Menghadapi kejadian ini, sungguh aku menjadi malu dan menyesal akan sikap kami
terhadap dirimu, siu-kongcu." kata Leng Liong dengan gemas,
"Kami minta siu-kongcu memperlakukan mereka dengan welas-asih dan budi kebaikan, tapi
cara yang kita tempuh ini tenyata tidak berlaku bagi kawanan binatang buas ini. Akhirnya
terpaksa berlaku juga dengan gigi bayar gigi, dengan darah bayar darah dan tidak ada
kompromi lagi, sedikit lengah kita sendiri akan dimakan musuh."
Mendadak ia membalik tubuh dan berteriak.
"Ayo terjang, saudara"
serentak kawanan pengemis menyambutnya dengan sorak gemuruh terus menerjang
keatas. Namun sebelum mereka mendekat, dari balik timbunan batu sudah terjadi hujan panah.
seorang anggota Kai-pang segera terjungkal kena panah.
siu su melompat maju dan berteriak.
"orang she Mao, apakah engkau berada diatas?"
Tampak bayangan orang bergerak diatas tebing dan seorang menjawab,
"Mao-toaya tidak berada disini"
"siapa pemimpin kalian, suruh tampil untuk bicara." seru siu su.
"Apakah yang bicara dibawah ialah sahabat siu su?" terdengar seorang menegur.
Dari suaranya siu su mengenali siapa dia, teriaknya, "Ci TOki betapapun engkau engkau
juga seorang lelaki gagahi mengapa kau gunakan cara licik ini untuk menjebak orang"----"
yang bicara diatas tebing memang betul Thi-ta-sucia Ci Tok adanya, ia menjengeki "Hm,
seorang lelaki harus berani mengambil keputusan tegas, kita berdiri dipihak berlawanan, setiap
kesempatan harus kugunakan, kalau aku tidak turun tangan lebih dulu tentu aku akan mati
ditanganmu."
Leng Liong memburu maju dan mendamperat,
"orang she Ci, engkau bangsat yang tidak tahu malu. Kalau orang Kai-pang tidak berlaku
murah hati padamu, apakah saat ini jiwamu bisa dipertahankan" ya, salahku sendiri
melepaskan kau pergi, tapi engkau ternyata tidak tahu malu dan masih berani membual disini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Thi-ta-sucia bergelak tertawa, "Hahi memangnya siapa yang minta kau lepaskan diriku"
setiap permusuhan tidak kenal ampun, kalau tidak berani bertindak tegas dan keji, akhirnya
pasti menjadi korban keganasan pihak lawan. Maka apa gunanya baru sekarang engkau
menyesal?"
Ia tertawa bangga, lalu menyambung, "Tempat ini memang sudah kami kepung, begitu
kukeluar dari selat ini segera kukerahkan segenap kekuatan kami, sekarang kalian sudah
terkurung rapat, bersayap juga sukar terbang keluar lagi."
sambil berteriak murka, segera Leng Liong bermaksud menerjang keatas, tapi siu su keburu
menahannya dan berkata, "Sabar dulu Leng-pangcu. Keadaan klta jelas d iba wah angin dan
tidak menguntungkan jika melawannya dengan kekerasan."
"Tidak dapat melawannya terpaksa harus mengadu jiwa" teriak Leng Liong murka.
"Jiwa kita sendiri tidak menjadi soal, tapi bagaimana dengan jiwa beberapa ratus anggota
Kai-pang?" ujar siu su dengan menyesal.
Leng Liong memandang anak buahnya sekejap, lalu menghela napas, memang tidak sulit
bagi dirinya bersama siu su dan Buyung siok-sing untuk menerjang keluar kepungan musuhi
tapi nasib beberapa ratus kaum jembel ini pasti akan menjadi korban keganasan musuh.
Dalam pada itu terdengar Ci Tok lagi berseru pula dengan tertawa,
"Ha h a, setiap percaturan, salah satu langkah saja akan mengakibatkan kalah totol, maka
sebaiknya kalian menyerah dan terima kematian saja-"
Mendadak siu Su berteriak. "Ci TOki sebagai murid utama Mao Kau, adalah pantas jika
engkau berusaha dengan segala daya-upaya untuk membinasakan diriku. Tapi ada
permusuhan apa antara kalian dengan orang Kai-pang, mengapa mereka juga akan kau
binasakan secara keji"-"
"Kai-pang berkomplot denganmu, dengan sendirinya kuanggap musuh juga." seru Thi-tasucia.
Jika kau mau membebaskan segenap anggota Kai-pang yang berada disini, aku rela
menyerah untuk diperlakukan sesukamu." teriak siu su,
"Kalau tidak....."
"Dan aku pun ikut bersamamu" tukas Buyung siok-sing tegas.
Kedua orang saling pandang sekejap, tampaknya tidak gentar menghadapi maut.
Terdengar Ci Tok berteriak diatas,
" Kalau tidak lantas bagaimana?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kau tahu sendiri, dengan kepandaianku dan siok-sing juga Leng-pangcu, memangnya kami
tidak mampu mendaki keatas untuk melabrak kalian dan apakah kalian pasti dapat menawan
kami?" seru siu su-
"Jika sasaran yang kalian tuju cuma diriku seorang, untuk apa mesti banyak menimbulkan
korban tak berdosa?"
Diatas tebing terhening sejenak, tapi d iba wah lembah lantas gempar, kawanan pengemis
sama berteriak. "Tidak bila siu-kongcu mati biarlah kami pun ikut binasa-"
Kemudian terdengar jawaban ci Tok dari atas, "Memang tujuan kami ialah dirimu dan tidak
ada sangkut-pautnya dengan orang lain. Tapi apa yang kau katakan apakah dapat dipercaya"
Engkau akan pegang janji?"
"Tentu saja kupegang janji" teriak siu su.
"Tidak-" mendadak Leng Liong membentak-
"Leng-pangcu....."
Belum lanjut ucapan siu su, dengan gusar Leng Liong memotong lagi,
"Caramu bicara ini bukankah menganggap segenap anggota Kai-pang kami sebagai
manusia pengecut" kami lebih suka gugur semua disini juga takkan membiarkan engkau mati
sendirian. Apalagi kejadian hari ini juga tidak seluruhnya tanggung jawabmu."
"Habis apa kehendak Leng-pangcu?" tanya siu su
"Terjang keluar saja kalau bisa, kalau tidak bisa biarlah mati bersama disini, betapa pun rasa
setia kawan harus kita junjung tinggi." teriak Leng Liong, serentak anggota Kai-pang berteriak
setuju, segera Leng Liong memberi tanda,
"Ayolah saudara, terjang keatas"
Ia sambut sebelah golok yang disodorkan seorang anak buahnya dan segera mendahului
melompat keatas, dia bergerak dengan cepat dan gesit, dalam sekejap saja sudah mencapai
pinggang tebing.
Terdengar Thi-ta-sucia membentak diatas,
"Tua bangka, kau cari mampus"
sekali dia memberi komando, terjadilah hujan panah.
Leng Liong memutar goloknya dengan kencang untuk melindungi sekujur badan, tapi panah
yang berhamburan itu sungguh sangat mengejutkan, karena menahan sambaran panah. untuk
menerjang keatas jadi terhalang.
Panah yang dibidikkan dari atas itu tidak dilakukan oleh pemanah biasa, melainkan oleh jago
silat yang tangguhi maka kekuatannya juga luar biasa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sebaliknya kungfu kawanan pengemis tidak terlalu tinggi, namun semangat tempurnya
menyala-nyala. Mereka tidak seluruhnya bersenjata, tapi dengan bertangan kosong mereka
tetap menerjang keatas sambil berteriak murka.
Hujan panah dari atas terus berlangsung diselingi pula dengan batu. Ditengah suara teriakan
dan bentakanjuga terseling jeritan.
sudah berpuluh orang Kai-pang terguling kebawah sebelum mencapai pinggang tebing,
namun orang yang dibawah tidak patah semangat, berturut-turut mereka menerjang keatas
tanpa gentar. siu su menggeleng kepala sambil melirik kesamping. Buyung siok-sing juga sedang
memandang padanya dan berkata,
"Ayolah terjang saja" serentak kedua orang melompat keatas.
Dalam pada itu sepotong batu sebesar gentong lagi melayang turun menghantam kepala
Leng Liong dengan dahsyat, waktu itu Leng Liong sudah hampir mencapai tebing, terpaksa ia
angkat golok menahan tindihan batu besar itu. Terdengar suara "kreks, golok patah menjadi
dua. sekuatnya sebelah tangan Leng Liong menyampuk pula sehingga batu itu tertolak
kebelakang, "blang", batu itu terus tergelincir kebawah menimbulkan suara gemuruh.
Namun Leng Liong sendiri juga tidak mampu hinggap dipinggir tebing, ia ikut tergelincir.
Lebih celaka lagi hujan panah masih berhamburan, ia sempat menangkis dua-tiga batang
panah. tapi panah yang lain telah menembus bahunya, Ia tidak tahan lagi dan terguling
kebawah. Kawanan pengemis sama menjerit kuatir, untuk menolongnya jelas sangat sukar, syukurlah
pada detik berbahaya itu mendadak dua sosok bayangan melayang tiba dari samping,
keduanya sempat meraih tangan Leng Liong dan dibawa melayang turun kebawah dengan
enteng. Kedua penolong ini adalah siu su dan Buyung siok-sing. Terlihat panah menancap cukup
dalam dibahu Leng Liong, muka pengemis tua itu pucat pasi, dahi penuh butiran keringat, jelas
menahan rasa sakit.
Namun orang tua ini tidak menghiraukan lukanya, dengan mengertak gigi ia berseru,
"Jangan urus diriku, terjang saja kalian, labrak mereka"
sebagian anggota Kai-pang sama berkerumun untuk memeriksa luka sang Pangcu, karena
seruan ini, serentak mereka berteriak.
"Ayo serbu, bunuh musuh untuk membalas dendam bagi Pangcu"
Tiba-tiba siu su berteriak. "Nanti dulu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Siu-kongcu ada pesan apa?" tanya beberapa pimpinan Kai-pang-
"Kalian tidak membawa sesuatu alat pelindung, cara menyerbu musuh juga tidak pakai
siasat, kalau menerjang cara begini saja tentu akan mati konyol," kata siu su,
"Maka sebaiknya istirahat sebentar sambil berusaha mencari benda sebangsa kayu atau
bambu untuk dianyam menjadi tameng, lalu mencari senjata tajam lain untuk membunuh
musuh-" salah seorang jembel menanggapi dengan menyesal,
"sayang, senjata kita sudah terlanjur dikubur bersama jenazah kawan-kawan yang gugur.
Maklumlah waktu itu kita sudah bersepakat tidak akan bunuh membunuh lagi, siapa tahu-..
.siapa tahu bisa terjadi demikian lagi"
siusu merasa gegetun juga, segera ia berkata pula,
"Biarpun tidak punya senjata tajam, dapat juga kita potong bambu untuk dijadikan pedang
dan kayu dijadikan golok daripada bertangan kosong. Ayolah saudara, pergilah berusaha"
setelah memberi petunjuk, segera ia angkat Leng Liong dan mundur ketempat yang
terlindung. Dilihatnya api tidak menjalar sampai didekat mulut lembah ini, sebab dibagian sini tidak
tumbuh rumput, sedangkan angin meniup kearah sana.
Meski untuk sementara mereka dapat terlindung dari bahaya, tapi menghadapi jalan buntu,
tidak terbakar mati tentujuga akan mati kelaparan dan kehausan jika terkurung lama disini.
Bilamana keadaan sudah payah, tentu pihak musuh akan menyerbu kebawah, dalam
keadaan lemah mereka juga akan terbunuh.
Makin dipikir makin ngeri siu su, namun diluar ia tetap berlagak tenang. Betapapun ia harus
menegakkan semangat tempur orang Kai-pang.
Pelahan ia menaruh tubuh Leng Liong dan bermaksud mencabut panah yang bersarang
ditubuh pengemis tua itu.
Namun Buyung siok-sing lantas mencegahnya.
"Jangan dicabut, disini tidak tersedia obat luka, juga tidak ada air bersih, bila panah dicabut,
bisa jadi lukanya akan membusuk dan tangan Leng-pangcu akan menjadi....."
Ia menghela napas dan tidak melanjutkan.
Sedih juga Siu Su melihat luka Leng Liong, ucapnya rawan, "Leng-pangcu, sebelum ini
pernah aku membual bahwa sama sekali tidak mengharapkan bantuan Kai-pang, tentu... -tentu
Pangcu masih ingat kata-kataku itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Leng Liong tersenyum pedih, katanya, "Waktu itu kubongkar asal-usulmu, dengan sendirinya
engkau marah padaku."
"Dan siapa tahu pada saat diriku terpencil dan menghadapi kesukaran, justru saudara dari
Kai-pang yang telah membantuku dan mengadu jiwa bagiku-.. ." karena terharu, siu su tidak
sanggup meneruskan ucapannya.
"Sudahlah, dalam keadaan demikian janganlah bicara soal ini lagi." bujuk Buyung siok-sing.
Dalam pada itu sekawanan pengemis telah mendapatkan segebung bambu dan kayu,
senjata tajam sebangsa pedang dan golok cuma ditemukan beberapa buah saja, perisai juga
dapat dibuat beberapa buahsalah
seorang pengemis menyodorkan dua batang pedang bambu kepada siusu dan Buyung
siok-sing, katanya,
"Siu-kongcu, meski pedang bambu ini sangat enteng, tapi sudilah engkau menerimanya
untuk digunakan, semoga dengan pedang bambu ini siu-kongcu dapat membalaskan dendam
Pangcu" Dengan tersenyum siu Su menerima pedang bambu itu dan mengucapkan terima kasih.
setelah istirahat, kawanan pengemis lantas mendesak siu su memberi perintah serangan lagi-
"Cayhe masih terlalu muda, mana berani kupegang pimpinan terhadap hRuoiPYfi Kai-pang
yang jauh lebih berpengalaman." kata siu su.
Mendadak Leng Liong membuka mata dan berucap, "Keadaan sangat mendesaki aku pun
terluka parahi masakah siu-kongcu tidak mau menggantikan diriku untuk memimpin saudara
kita dalam pertempuran ini?"
Merasa besar sekali tanggung jawab ini, siu su termenung sejenaki, akhirnya berkata dengan
ikhlas, "Baik, terpaksa kuturut kehendak Pangcu." segera ia berdiri dan mengawasi keadaan
anak buah Kai-pang.
Malam berkabut, sisa api unggun disana-sini yang belum terpadamkan tampak gemerdep.
Kawanan pengemis itu sudah berkerumun didepannya dan siap mendengarkan perintahnya
untuk bertempur.
Lebih dulu siu su memberi perintah agar berbaris rapi dan menghitung jumlah anggota
barisan. segera bergema suara berhitung "satu" dan seterusnya, seluruhnya ternyata berjumlah 147-
orang. Tapi diam-diam siu su menyuruh anggota barisan nomor satu agar segera menyambung
hitungan terakhir bilamana suara hitungan pada ekor barisan berhenti-
Maka terjadilah ulangan berhitung dua kali I47, suaranya bergema nyaring, penuh semangat
dan juga mengharukan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Nyata siu su sengaja menggunakan siasat menambah jumlah anak buah untuk mengelabui
musuh dalam kegelapan malam.
Tentu saja musuh yang berada diatas tebing sana terkesiap, jika benar jumlah anggota Kaipang
masih sekian banyaknya berarti dalam pertempuran tadi korban pihak Kai-pang hampir
tidak ada artinya.
Namun Thi-ta-sucia Ci Tok memang bukan anak kemarin yang gampang dikibuli, dia berbalik
menjengek dan berteriak.
"Huh, memangnya kau kira dengan siasatmu ini dapat kau gertak diriku" orang lain mungkin
dapat kau tipu, tapijangan harap akan dapat mengelabuiku jika hitunganmu dikurangi mungkin
aku akan percaya, tapi hitunganmu terlampau banyak, apakah orang Kai-pang semuanya orang
baja dan tidak bisa mati sehingga pertempuran tadi tidak jatuh korban sama sekali?"
Mendengar suara Ci Tok itu, diam-diam siu su mendongkol, mau-tak-mau ia pun mengakui
kehebatan orang ini.
segera ia mengatur lagi dengan suara tertahan ia memberi aba-aba, "147- orang pun sudah
cukup, bagi setiap sepuluh orang menjadi satu regu sehingga seluruhnya ada 14 regu, sisa


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tujuh orang boleh tinggal disini untuk menjaga Leng-pangcu."
"Tidak perlu." Leng Liong berusaha meronta bangun, "Tinggalkan satu orang saja, yang lain
boleh ikut pergi bersama siu-kongcu."
serentak anggota Kai-pang bersorak gemuruh dan membentuk regu masing-masing. Lalu
siusu memberi perintah lagi,
"Ke-empat belas regu siap untuk menyerbu, gerak serangan harus terpencar-pencar dan
jangan bergerombolan disuatu tempat." Kawanan pengemis sama mengiakan.
"Ayo ikut padaku" bentak siu su, segera ia mendahului berlari kedepan diikuti oleh Buyung
siok-sing. Maka serangan kedua seoera terjadi lagi dengan lebih dahsyat.
Meski serbuan mereka sangat berani, namun apa mau dikatakan lagi, kedudukan tempat
kurang menguntungkan, penjagaan musuh sangat ketat dan diatas lagi, setiap sebuan keatas
berarti harus membayar dengan sangat mahal.
Panah beterbangan seperti belalang, batu berhamburan seperti hujan, yang hidup berteriak
dan membentaki yang terluka merintih dan meratap.
siu su dan Buyung siok-sing berlari kian kemari menolong anak murid Kai-pang, tapi dimanamana
mereka juga menghadapi hujan panah dan batu.
Karena tangan mereka terikat menjadi satu, gerak-gerik mereka memang kurang leluasa,
apalagi mereka harus menjaga keselamatan orang Kai-pang, jelas serangan mereka gagal
pulaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Anggota Kai-pang sudah banyak yang roboh lagi, mati dan terluka, bila serbuan diteruskan,
umpama akhirnya dapat membobol kepungan musuhi sisa orang Kai-pang tentu juga tinggal
sekian orang saja. Belum lagi Leng Liong yang masih tertinggal didasar lembah itu.
Dalam sekejap itu terpaksa ia harus mengambil keputusan tegas lagi, cepat ia memberi abaaba
mundur. Dua pedang bambu berputar kian kemari melindungi anak buah KaU-pang.
serangan mereka telah gagal total.
Mayat tambah banyak bergelimpangan, hati bertambah pedih- siu su dan siok-sing berdiri
ditengah remang kabut malam memandangi mayat dan darah yang berceceran.
suasana sunyi pula, hanya terdengar rintih anggota Kai-pang yang terluka serta engah napas
orang yang kelelahan.
Leng Liong duduk bersandar dipangkuan seorang anggota Kai-pang dengan wajah pucat
seperti mayat, matanya merah penuh garis-garis berdarah, mendadak ia menarik napas
panjang dan berteriak. "Siu-kongcu, nona Buyung....."
Habis itu ia terus tak sadarkan diri- Tentu saja anggota Kai-pang sama panik, semuanya
kelab akan dan khawatir.
"Tidak apa-apa, Leng-pangcu cuma pingsan saking marah dan duka, tidak berhalangan,"
kata siu su pedih.
"siu-kongcu," seru seorang pimpinan Kai-pang,
"daripada bertahan menanti ajal, akan lebih baik bertempur matikan saja. Biar cuma satu
orang saja lolos dari sini kan juga ada harapan untuk menuntut balas kelak, kalau tidak- - -
kalau tidak----"
suaranya menjadi tersendat dan tidak mampu meneruskan lagi, namun apa maksudnya
sudah cukup dipahami orang banyak-
Diam-diam siu su menghela napas, namun sikapnya semakin teguhi ucapnya,
"Pada waktu subuh, penjagaan musuh musuh pasti akan kendur, tatkala mana aku akan
coba menyerbu lagi, sekarang hendaknya kalian istirahat dulu, jangan ragu dan bingung....."
"Maksud siu-kongcu akan... akan menerjang sendirian dan kami ditinggalkan disini?" seru
anggota Kai-apng tadi dengan melengak-
"Betul," kata siu Su tegas.
"Jika kalian ikut menerjang hanya akan mati konyol belaka, biarlah kucoba sendirian dan
mungkin akan berhasil. Asalkan dapat kubobol kepungan musuhi tentu akan kuganggu barisan
panah mereka, dalam keadaan kacau barulah kalian menerjang keatas."
"Tapi- - - tapi kalau siu-kongcu juga... juga gagal... ."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Jika aku gagal, dengan kematianku tentu mereka pun takkan membikin susah kalian lagi,
bisa jadi kalian akan dilepaskan, paling tidak korban lebih banyak akan dapat dihindarkan?"
Kawanan pengemis menjadi gempar pula, teriak mereka,
"Kalau mau terjang biarlah kita terjang bersama, kami tidak- - - -"
"Diam" bentak siusu,
"Kuberikan perintah selaku wakil Pangcu kalian, masa kalian berani membangkang perintah
pimpinan" Ayolah lekas mencari tempat istirahat, Fajar sudah hampir menyingsing."
suaranya tegas dan koreng sehingga kawanan pengemis tidak berani ribut lagi.
Waktu siu su berpaling, dilihatnya muka Buyung siok-sing pucat kurus, sinar matanya juga
buram, tanpa terasa ia menghela napas, ucapnya haru, "Aku... aku telah bikin susah padamu. "
Buyung siok-sing tersenyum pedih, ucapnya,
"Dapat mati bersamamu, bahagia rasa hatiku... ." Pelahan ia mendekatkan tubuhnya dan
menyandarkan kepalanya dibahu siu su.
Dalam keadaan demikian, segala tata adat sudah tidak dihiraukannya lagi, tidak pantang
diketahui orang pula, segenap perasaan kasih-sayangnya telah dicurahkan pada gerak-gerik
dan tutur katanya.
Hanya pada saat tertimpa malang, terutama pada waktu menghadapi antara hidup dan mati
manusia lebih mudah mengutarakan isi hatinya yang murni, setelah mengalami beberapa kali
bahaya maut, pengertian antar siu su dan Buyung siok-sing bertambah mendalam.
sekarang mereka saling pandang dengan mesra.
Pada saat itulah se-konyong-konyong terdengar orang berteriak diluar lembah sana,
"siapa itu yang berkumpul diatas, apakah pertemuan Kai-pang diadakan disini?"
Mendengar suara itu, seketika semangat siu su terbangkit.
Terdengar seorang lagi berseru,
"Inilah Ciok-Lin, Cu Pek ih dan Hoa-san-gin ho yang berkunjung kemari"
siu su kegirangan, desisnya, "Itulah suara Toan bok Hong-cing, ayolah kita menyongsongnya
kesana" segera terdengar juga bentakan Thi-ta-sucia ci Tok "Jalan disini sudah tertutup, barang siapa
berani sembarangan menerobos kesini harus menanggung resiko kemungkinan akan mati"
suara Cu Pek ih diluar lembah lantas mendamperat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kentut anjing Tuanmu mau datang bisa segera datang, mau pergi boleh segera pergi, siapa
yang berani merintangi kami?"
Dalam pada itu siu su dan Buyung siok-sing lantas melompat kesana sambil berteriak.
"Toan bok-heng, siu su terkurung disini"
"Hahi jadi siu-heng terkurung didalam?" terdengar Toan Bok Hong-cing berseru kaget diluar
lembah- "Betul, kami terkurung dan Leng-pangcu terluka, mohon Toan Bok-heng suka membantu."
seru siu su. "Jangan kuatir, siu-heng, segera kami datang" teriak Toan Bok Hong-cing.
segera siu su memutar pedang bambu mendahului menerjang kedepan dan segera Buyung
siok-sing juga membuntutinya, setiap kali siu su berebut dibagian depan untuk menghadapi
hujan panah dan batu yang dihamburkan musuh.
sekali ini anak muda itu terlebih gagah berani lagi tanpa memikirkan mati dan hidup, seperti
kesetanan ia menerjang keatas-
Dibalik tebing sana juga ramai suara bentakan dan makian orang. Agaknya Cu Pek-ih, Hoasan-
gin-ho, Ciok Lin dan Toan Bok Hong-cing berempat juga mulai melancarkan serangan.
"Penjagaan dibalik tebing sana memang lebih lemah, tempatnya juga tidak curam seperti
sebelah tanah mangkuk sini. Maka dengan tidak terlalu susah hanya sebentar saja Toan Bok
Hong-cing dan Hoa-san-gin-ho sudah mendahului menerjang keatas timbunan batu yang
menyumbat jalan selat itu. Tertampak dua jalur sinar pedang berputar kian kemari, hanya
sekejap saja para penjaga disitu sudah dihalau hingga kocar-kacir, sambil membentak siu su
terus meloncat lebih keatas lagi. Terdengar Ci Tok berteriak. "Lepaskan panah. yang lari mati"
sekali pukul ia binasakan seorang anak buahnya yang berusaha kabur, yang lain menjadi jeri
dan tidak berani mundur lagi, cepat anak panah dihamburkan pula-
Baru saja siu su menerjang sampai diatas tumpukan batu, tiba-tiba sinar golok berkelebat
dan menyambar kepalanya, dari belakang terdengar juga suara mendesing ramai, entah berapa
banyak anakpanah menyambar tiba pula-
Jika ia menghindar golok tentu tidak dapat mengelakkan panah. jika mengelak sambaran
panah berarti sukar menghindari golok-
Melihat bahaya yang mengancam siu su itu, Hoa-san-gin-ho terperanjat-Jaraknya paling
dekat dengan siu su, segera ia angkat pedang dan bermaksud memburu maju untuk
menolongnya. Tapi baru saja pedang bergeraki mendadak timbul sesuatu pikirannya, "Dia adalah putra
musuh pembunuh ayahku, sekalipun aku tidak menuntut balas padanya, mana boleh kutolong
dia pula?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Karena pikiran ini segera ia urung bergerak- Dilihatnya siu su lagi mengayun pedang bambu,
lebih dulu menangkis golok yang menyambar tiba, berbareng itu pedang bambu terus menyabet
kebelakang sehingga panah tersampuk rontok-
Pada saat itujuga, batu dan panah juga berhamburan kearah Hoa-san-ginho, sebaliknya dia
sedang mengelamun dan tidak merasakan bahaya yang mengancam.
Disebelah sana Cu Pek Ih, Ciok Lin dan Toan Bok Hong-cing sedang menerjang musuhi
mereka terkejut melihat Hoa-san-gin-ho terancam maut, ingin menolong pun tidak keburu lagi.
Hanya jarak siu su dengan Hoa-san-gin-ho paling dekat, cepat anak muda itu melompat maju
dan menariknya mundur sambil berteriak. "Turun"
Karena ingin menolong orang lain, ia lupa pergelangan tangan sendiri terikat bersama
tangan Buyung siok-sing, karena menarik Hoa-san-gin-ho, tangan sendiri menjadi kesakitan
dan Buyung siok-sing ikut terseret roboh kebelakang-
Lebih celaka lagi sepotong batu kebetulan menimpa tiba menyerempet tulang pundak Hoasan-
gin-ho- Jago Hoa-san itu menjerit kaget, pedangnya berputaran kebelakang merontokkan hujan
panah. tubuh sendiri juga ikut anjlok kebelakang.
Memangnya siu su dan Buyung siok-sing tidak dapat berdiri tegak lagi, mereka pun terseret
jatuh dan berguling kebawah timbunan batu.
Hujan batu dan panah masih terus berlangsung dan tampaknya mereka bisa terkubur oleh
longsoran batu.
Tentu saja Cu Pek Ih, Toan Bok Hong-cing serta Ciok Lin terkejut, cepat mereka berusaha
menolong, pedang mereka berputar kencang menghalau hujan panah-
Ditengah keributan itu, mendadak siu su membentaki "Pergi" sepotong batu yang
menggelinding tiba didepaknya terpental.
Kesempatan itu segera digunakan Hoa-san-gin-ho untuk melompat bangun, dengan pedang
berputar untuk melindungi tubuh dari hujan panah, tangan lain ia tarik siu su berikut Buyung
siok-sing dan melompat mundur dua-tiga tombak jauhnya, segera Cu Pek Ih, Ciok Lin dan Toan
Bok Hong-cing juga menyusul tiba.
Hujan panah dan batu masih terjadi, tapi rombongan siu su sempat menyingkir ketempat
yang terlindung, sejenak kemudian serangan dari atas itu baru berhenti-Keenam orang sama
menarik napas lega dan saling pandang dengan melenggong.
Dengan tenaga gabungan mereka berenam mestinya mereka dapat menerjang keatas
tebing, jika sudah demikian, musuh yang berjaga diatas mana bisa melawan kungfu mereka
berenam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tapi lantaran pikiran sesat Hoa-san-gin-ho yang timbul sekilas itu telah membikin usaha
mereka gagal berantakan.
Hoa-san-gin-ho berdiri termangu sejenak, katanya kemudian dengan menyesal, " Akulah
yang salah, maaf, aku telah membikin susah kalian"
"Sebenarnya juga tidak dapat menyalahkan Toheng." ujar Toan Bok Hong-cing dengan
gegetun, "jika aku menjadi dirimu, mungkin pedangku tadi sudah kutabaskan pada tubuh siu-heng."
Ciok Lin juga menghela napas, "Ai, dendam selama dua puluh tahun, siapa pun sukar
menghapusnya.Jika Toheng mau bertindak bijaksana begini sudah harus dipuji- Maka untuk
urusan ini tak perlu Toheng menyesali diri sendiri, kami dapat memahami perasaanmu-"
Ketika berada di kelenteng bobrok ditengah hujan badai tempo hari Siu su telah mendengar
permusuhan ayahnya dengan Hoa-san-gin-ho, sekarang ia pun merasa menyesal dan tidak
dapat memberi komentar.
"Sudahlah, jika kalian masih menyesali kejadian tadi, kukira kalian telah salah sangka." seru
Cu Pek Ih dengan tertawa,
"Kalau tidak ada kejadian tadi, mana bisa Gin-ho Toheng bergandengan tangan bersama
siu-siauhiap-"
Waktu mereka memandang kesana, benar juga tertampak Hoa-san-gin-ho masih
memegangi tangan siu su dan keduanya lagi saling pandang, segala ganjalan hati seketika pun
buyar tanpa bekas-
"siu-heng," ucap Hoa-san-gin-ho dengan menyesal,
"segala kejadian yang lalu biarlah lalu, permusuhan orang tua juga biarkan saja lampau-"
siu su merasa terharu dan berterima kasihi ucapnya dengan tersendat, "Totiang sungguh
bijaksana dan berbudi luhur. Aku-.. akujadi- - - -"
"Ahi masakah perlu dipuji lagi." seru Cu Pek Ih dengan tertawa,
"jika dia tidak bijaksana dan berbudi luhur mana dapat berkawan dengan kita."
Tiba-tiba Buyung siok-sing berkata dengan terharu kepada siu su.
"setelah segala urusanmu terselesaikan, seharusnya engkau dapat berlapang dada."
Baru sekarang semua orang memperhatikan Buyung siok-sing, melihat perempuan secantik
ini, biarpun cu Pek Ih dan lain-lain adalah kesatria gagah perkasa juga melenggong terkesima.
segera siu su memperkenalkan mereka, semua orang bertambah kejut dan heran setelah
mengetahui siapa Buyung siok-sing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Toan Bok Hong-cing tertegun sejenaki mendadak ia tertawa dan berkata,
"Sungguh tak tersangka, sungguh peristiwa yang mengejutkan, semula aku dan ciok-heng
berkuatir bagimu, siapa tahu kalian malah sudah. "
Ditengah gelak tertawanya ia tidak melanjutkan ucapannya, namun wajah Buyung siok-sing
lantas merah jengah.
sama sekali tokoh-tokoh ini tidak menyangka Buyung siok-sing adalah gadis secantik ini,
mereka pun ikut senang melihat hubungan mesra antara siu su dan nona cantik ini.
seketika mereka seperti lupa berada dalam keadaan bahaya. Anak murid Kai-pang juga
bersemangat melihat mereka bersenda gurau, apalagi kedatangan bala bantuan empat tokoh
kelas tinggi, sudah lama mereka dengar nama kebesaran pendekar pedang ini, dengan
kedatangan mereka jelas bahaya mereka akan sangat berkurang.
Dalam pada itu terdengar Cu Pek Ih lagi berkata, "Tinggal lebih lama disini bukan cara yang
baik, ayolah kita menrejang lagi keatas, biarpun penjagaan masih cukup ketat. dengan tenaga
gabungan kita masakah tidak mampu membobolnya?"
siapa tahu, belum lenyap suaranya tiba-tiba dari atas berkumandang suara jengekan
seorang, "Hm, sekarang jangan harap lagi kalian mampu membobol kepungan lagi, jika tidak percaya
boleh saja dicoba" suaranya serak tua, penuh nada mengejek-Air muka siu su berubah,
serunya, "Hahi itu dia Leng-coa Mao Kau"
"Betul, inilah orang she Mao-" dengus suara diatas tebing.
Beramai- siu su dan lain-lain melompat kemulut selat, waktu mereka memandang keatas,
tertampak bayangan orang berjajar memenuhi puncak tebing, beratus orang pemanah telah
siap dengan busurnya.
Mao Kau tampak berdiri ditengah barisan dan lagi berteriak. "Inilah barisan pemanah kami
yang sudah terlatih, inilah kekuatan inti pengepungan ini, biarpun kalian punya sayap juga
jangan harap akan mampu terbang keluar"
"Hehe, juga belum tentu" jengek Kim-kiam-hiap Toan Bok Hong-cing.
"Kalau tidak percaya, kenapa tidak kau coba?" ejek Mao Kau.
"Kenapa aku tidak berani mencoba?" bentak Toan Bok Hong-cing, segera ia putar pedang
hendak menerjang keatas. Mendadak Mao Kau berteriak malah, "Nanti dulu" Ia memberi tanda,
segera dua orang lelaki yang berdiri disebelahnya masing-masing mengangkat sebuah karung
keatas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Nah, kalian lihat jelas"jengek Mao Kau, "isi karung ini adalah belirang dan obat pasang,
apabila kalian berani sembarangan bergeraki seketika jiwa kalian akan melayang dengan badan
hancur lebur."
Para kesatrua sama terkesiap oleh Ancaman itu, Toan Bok Hong-cing juga menyurut mundur
ketempat semula.
"Hahaha, kalian tahu, barang perenggut nyawa kalian ini sudah lama kami siapkan, soalnya
cuma menunggu kedatanganku saja, sebab itulah sejak tadi belum dipergunakan," Leng-coa
Mao Kau mengejek pula,
"Dan sekarang, haha, sudah tiba saatnya kalian dikirim menghadap raja akhirat"
"Tua bangka, jangan semberang" teriak Cu Pek Ih dengan tertawa.
"Huh, meski diluar kau bicara tanpa gentar, tapi didalam hati sebenarnya ketakutan setengah
mati."jengek Mao Kau.
Meski lahirnya para kesatria tetap tenang saja, tapi didalam hati masing-masing memang
mulai gelisah- Dalam keadaan demikian, cara bagaimana pun mereka menerjang memang tidak
ada jalan lolos dan tampaknya pasti akan hancur dibawah obat ledak musuh.
Tiba-tiba Mao Kau berteriak pula dengan tertawa gembira,
"Hahaha, cuma kalian pun tidak perlu gugup dulu, sebab untuk sementara ini kalian masih
diberi kesempatan hidup sebentar lagi...." ia sengaja berhenti sejenaki lalu menyambung,
"Nah, apakah kalian mendengar suara apa yang bergema diluar lembah sana"
Waktu semua orang mendengar dengan cermat, terdengar diluar selat sempit sana bergema
suara roda kereta yang ramai disertai ringkik kuda, diantaranya terseling pula suara palu
dipukulkan, agaknya seperti orang lagi membangun rumah dan memasang barak.
"orang she Mao, sesungguhnya sandiwara apa yang sedang kau mainkan?" teriak Cu Pek Ih
tak tahan. "Hahahaha" Mao Kau terbahak-bahaki "Betapa pun kalian pasti tidak dapat menerkanya,
saat ini diluar selat, ditanah lapang yang agak landai itu sedang dibangun barak besar yang


Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatur tempat duduki disitu akan diadakan pesta pora dan pesta besar."
"Pesta pora?"
"Pesta apa?" tanya Cu Pek Ih dengan heran.
Watak orang ini paling lugas, juga suka tertarik oleh sesuatu urusan, dimana dan kapan saja
sukar berubah siIatnya itu, biarpun menghadapi pertarungan antara mati dan hidup seperti
sekarang juga siIatnya yang ingin tahu sesuatu tidak pernah hilang.
Dengan tertawa Mao Kau lantas berkata,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Pesta pora tentu saja karena ada sesuatu perayaan, yakni perayaan pernikahan"
"Pernikahan?" cu Pek Ih menegas,
"siapa yang akan menikah" Memangnya sudah tua bangka seperti dirimu masih akan ambil
bini muda" Hehe, bisa jadi sebelum masuk kamar pengantin kau harus menulis surat wasiat
dulu bagi binimu."
"Huh, kematian sudah didepan mata, masih berani bermulut kotor," jengek Mao Kau,
"Jika kau ingin tahu perayaan pernikahan siapa, haha, boleh juga kuberitahukan terus
terang. Hari ini tak lain tak bukan adalah hari bahagia putriku Bun-ki, hari pernikahannya
dengan Tio Kok-beng, murid pujaan Kun-lun-pai... ."
semua orang sama melengaki siu su saling pandang dengan Buyung siok-sing, entah
terkejut atau heran, entah suka atau duka.
"Tak tersangka dia masih mau menikah dengan orang lain...." ucap Buyung siok-sing dengan
gegetun. Dalam pada itu terdengar Mao Kau lagi berteriak.
"Nah, untuk lebih meriahkan pesta nikah putriku, bila tiba saatnya, sebentar beberapa puluh
karung obat peledak yang telah kami siapkan ini sebagai mercon segera akan kami pasang.
Pada waktu upacara nikah putriku berlangsung, pada saat yang sama kalian pun akan hancurlebur."
Kembali semua orang terkejut dengan jantung berdebar dan juga sangat gusar.
Mendadak terdengar pula roda kereta berdetak ramai, beberapa buah kereta masuk lagi
kelembah situ. Menyusul beberapa orang berlari keatas tebing, seorang diantaranya berseru,
"Mempelai baru sudah tiba, apakah suhu perlu mengatur sesuatu, disini biar Tecu
menggantikan terjaga dan tentu takkan terjadi sesuatu."
"Baik," kata Mao Kau, lalu ia berteriak lagi kebawah dengan tertawa,
"Haha, karena hari ini aku terlalu sibuk menghadapi upacara bahagia terpaksa tak dapat
kutemui lebih lama. Tapi kalian jangan kuatir akan kesepian, sebentar bila tiba saatnya masih
akan kutemui kalian untuk terakhir kalinya." Ditengah gelak tertawanya ia lantas tinggal pergi.
Tidak kepalang gemas Cu Pek Ih, berulang ia mengentak kaki dan menggurutu.
"Waktunya sudah mendesak-" kata Toan Bok Hong-cing dengan prihatin,
"apa pun juga kita harus menerjang mati-matian daripada terkubur konyol disini-"
Ciok Lin meraba pedangnya dan mengangguk setuju, seketika semangat semua orang
terbangkit dan siap tempur.
"Tunggu sebentar" tiba-tiba Buyung siok-sing berkata dengan tersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kukira saat inijuga bintang penolong kita sudah tiba-" semua orang melengak-
"siapa yang kau maksudkan?" tanya siu su heran.
"Masakah kau lupa kepada kedua murid Mao Kau yang telah berganti haluan itu?" ujar
Buyung siok-sing dengan tertawa.
siu su jadi teringat kepada apa yang didengarnya dikelenteng bobrok waktu hujan lebat
tempo hari, serunya dengan tertawa,
"Aha, betul"
Belum habis ucapannya, tiba-tiba terdengar serentetan suara jeritan diatas tebing, belasan
sosok tubuh serentak terlempar kebawah, menyusul seorang berseru diatas,
"Ayolah, lekas kalian menerjang keatas" Tanpa ayal lagi para kesatria bergerak dan
menerjang keatas.
suasana diatas tebing sudah mulai kacau, walaupun ada juga terjadi hujan panah juga sukar
menahan terjangan beberapa tokoh Bu-lim kelas satu ini.
Kiranya beberapa anak murid Mao Kau yang berkhianat, yaitu Thi Peng, Auyang Beng, Utti
Bun dan Pang Kin baru sekarang mulai bergerak.
Thi Peng telah memancing Mao Kau dan ci Tok kebawah tebing, lalu mereka menyergap
penjaga diatas tebing dan dilempar kebawah.
Kecuali keempat murid Mao Kau itu, ada lagi beberapa orang yang dihasut mereka dan ikut
berontak- Kawanan lelaki putus jari yang pernah bersumpah setia kepada Mao Kau menjadi
kaget, seketika mereka menjadi bingung dan tidak tahu apa yang terjadisebenarnya
dilembah sana sudah dibangun barak darurat untuk pesta, meja kursi juga sudah
diatur, Mao Bun-ki telah berdandan sebagai pengantin baru dengan cadar sutera merah dan
duduk termenung didalam barak.
Tio Kok beng alias Kong-yu Taisu juga sudah berdandan rapi dan asyik mengobrol
membicarakan upacara yang akan berlangsung sebentar lagi.
siapa tahu mendadak terjadi pemberontakan anak buahnya, keruan Mao Kau kaget dan
berteriak. "He, Thi Peng, apakah kalian sudah gila?"
Belum lenyap suaranya, tahu-tahu Cu Pek Ih sudah melayang tiba sambil bergelak tertawa,
"Haha, orang she Mao, janganlah engkau bergembira dulu, entah siapa yang akan berpesta
pora sebentar nanti?" secepat terbang cu Pek Ih menubruk tiba sampai didepan Mao Kau,
pedang terus menusuk dada musuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Cepat Mao Kau mengelak dan menyurut mundur, pada saat itulah MaoBun-ki yang kelihatan
duduk termenung itu mendadak melompat bangun sambil meloloskan pedang merah dari balik
baju pengantinnya.
Pedang merah itu hampir tidak pernah berpisah dengan dia, biarpun akan menikah juga
tetap membekal senjata, segera ia membentak nyaring,
"siapa berani mencelakai ayahku?"
"Menyingkir, budak liar" bentak Cu Pek-ihi berbareng pedang lantas menabas.
Tanpa bicara Bun-ki menangkis dengan pedang merehnya, kedua pedang beradu, kontan
tubuh Cu Pek Ih bergetar seperti terkena arus listrik-
Pada saat itu juga pedang cu Pek Ih pun terlepas dari pegangan, sebaliknya Bun-ki lantas
menabas pula denganpedang merah-sambil melompat mundur cu Pek Ih berteriak.
"Aneh.. aneh"
Dalam pada itu para kesatria juga sudah memburu tiba, Toan Bok Hong-cing lagi perang
tanding dengan Tio Kok-beng dan sukar ditentukan kalah menang dalam waktu singkat.
orang lain sama terkesiap juga melihat satu kali gebrak saja Cu Pek Ih lantas kecundang,
seketika tidak ada yang berani menggantikannya-
Maklumlah Jing-hong-kiam Cu Pek Ih terkenal sebagai pendekar pedang terkemuka, betapa
lihai ilmu pedangnya jarang ada bandingannya, tapi hanya satu jurus saja dia dikalahkan Mao
Bun-ki, dengan sendirinya orang lain menjadi jeri-
"siapa berani maju lagi?" tantang Bun-ki sambil berdiri disamping sang ayahsegera
siu su bermaksud menubruk maju, tapi Buyung siok-sing lantas berkata,
"Masakah sudah kau lupakan janjimu kepada orang Kai-pang dan hendak- - - -"
" Umpama tidak kubunuh dia, sedikitnya harus kupunahkan ilmu silatnya supaya tidak
membikin susah orang lain, tujuanku bukan membalas dendam melainkan untuk menumpa:
kejahatan bagi umum." kata siu su dengan gusar.
Buyung siok-sing tidak dapat membantah lagi, tanpa kuasa ia ikut lari kesana.
"Hm, bagus, kalian belum lagi mampus" jengek Bun-ki, berbareng pedang merah berputar
terus menusuk siu su. Meski sudah pernah merasakan kelihaian pedang merah si nona, tapi
dalam keadaan demikian tanpa pikir siu su terus menangkis dengan pedang bambunya.
Menyaksikan itu, diam-diam Cu Pek Ih mengeluh bisa celaka.
siapa tahu ketika kedua pedang beradu, tahu-tahu pedang pusaka Mao Bun-ki tergetar lepas
dari pegangannya oleh tenaga murni siu su.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Hal ini tidak cuma membuat kaget Cu Pek Ih dan lain-lain, bahkan siu su dan Bun-ki sendiri
juga terperanjat, siu su juga tidak menyangka pedang bambunya mempunyai daya tempur
sehebat ini, hanya Buyung siok-sing saja diam-diam tahu duduknya perkara.
Teringat oleh cerita gurunya bahwa pedang wasiat merah itu hanya dapat dikalahkan oleh
pedang terbuat dari bambu kuning loreng, sekarang Hou-pek sin-kiam andalan Bun-ki itu benarbenar
tak berdaya terhadap pedang bambu siu su.
Mengapa pedang merah yang mengandung semacam arus listrik itu bisa dikalahkan oleh
sebatang pedang bambu, dalil ini kalau diuraikan sebenarnya sangat sederhana.
Kiranya pada sarung pedang Hou-pek sin-kiam itu berlapiskan kulit kucing, bila terjadi
pergesekan antara pedang dan sarung pedang akan menimbulkan maknit. Tanpa sengaja Toliong-
siancu telah menemukan rahasia pedang merah ini, maka dia lantas membuat lapisan
kulit kucing pada sarung pedang sehingga daya penarik pedang itu selalu timbul bila digunakan.
Dalam keadaan biasa, senjata lawan kalau beradu dengan pedang merah akan bergetar oleh
tenaga maknit yang timbul itu, pihak lawan akan merasa seperti tergetar oleh arus listriksekarang
pedang bambu yang digunakan siu su adalah benda tak tembus maknit, benda
isolasi listrik, ilmu pengetahuan ini dengan sendirinya dipandang sebagai mujizat dijaman
dahulu. Begitulah serentak para kesatria bersorak gembira melihat kemenangan siu su itu.
ThiPeng lantas berteriak. "Wahai para kawan potong jari, riwayat Mao Kau sudah tamat
sampai disini, apakah kalian tetap akan menjual nyawa baginya?"
Kawanan lelaki potong jari saling pandang dengan bingung. Hanya. Tio Kok-beng yang
menempur Toan Bok Hong-cing dengan sengit, sedangkan ci Tok dan Bun-ki menjaga dikanankiri
Mao Kau. Dalam keadaan begini siapa pun dapat melihat gelagatnya riwayat Mao Kau pasti akan
tamat, serentak kawanan lelaki potong jari sama membuang senjata dan tidak sudi bertempur
lagi. Wajah Mao Kau kelihatan pucat pasi, teriaknya murka,
"Kawanan budak yang khianat, rasakan pukulanku"
segera ia bermaksud menerjang bekas anak buahnya itu,. Tapi Hoa-san-gin-ho segera
menghadangnya, Ci Tok juga lantas menerjang kearah Cu Pek Ih-
"Biarlah aku mengadu jiwa dengan kalian." Bun-ki juga membentak sambil menubruk kearah
siu su dan Buyung siok-sing.
"Bun-ki...." seru siok-sing.
siu su lantas membentak juga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Takkan kubikin susah ayahmu lagi, boleh kalian pergi saja"
Namun Bun-ki seperti sudah kalap dan segera menyerang serabutan.
Tapi baru saja dia menubruk maju, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara seruling yang
sendu, seketika Bun-ki berdiri terpaku dan tubuh rada gemetar. Tanpa terasa semua orang juga
terpengaruh oleh suara seruling yang aneh itu, semuanya ikut berhenti bertempur.
setelah tertegun sejenaki mendadak Mao Bun-ki melayang kesana, pelahan ia tepuk pundak
Toan Bok Hong-cing, selagi orang melenggong, tahu-tahu ia sudah berada didepan Tio Kokbeng.
Terpengaruh oleh suara seruling yang sendu itu, patahlah semangat tempur semua orang,
semuanya berdiri terkesima.
Mendadak Bun-ki membuka kain kerudungnya. Karuan Tio Kok-beng kaget melihat wajah si
nona, serunya, "Hahi engkau....."
Rupanya Mao Kau sengaja merahasiakan hal Bun-ki merusak wajah sendiri, dengan
sendirinya Tio Kok-beng tambah terkejut sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
segera Bun-ki melolos belatinya yang pernah digunakan untuk menyayat wajah sendiri itu,
sekali belati berkelebat, langsung ia menikam dada Tio Kok-beng.
Kontan Tio Kok-beng menjerit dan menyurut mundur sambil memegangi belati yang
menancap didada kirinya, hanya sejenak segera roboh terkapar. "Bun-ki" teriak Mao Kau.
Tapi si nona seperti tidak menghiraukannya, segera ia berlari kearah datangnya suara
seruling. "suhuku datang" kata Buyung siok-sing. "sumoai terpengaruh oleh suara seruling pengisap
sukma suhu dan melakukan perintah beliau sesuai gelombang suara yang telah dibisikkan
kepadanya.. ."
Belum habis ucapannya, mendadak tertampak selarik sinar perak menyambar tiba mengarah
dada Buyung siok-sing, tapi sekali meraih dapatlah siok-sing menangkapnya. Kiranya sebilah
golok pusaka. Selagi semua orang terkesiap, dikejauhan suara orang bergema pula, "Sebagai anak murid
Kun-lun-pai Tio Kok-beng telah menipu barang tanda pengenalku, untuk dosanya itu telah
kuwakilkan perguruannya membunuhnya melalui anak Ki. Untuk ketenangan anak Ki
selanjutnya akan kubawa dia pulang kegunung untuk istirahat. Adapun golok pusaka To-liong-to
kuhadiahkan kepada Siok-sing, golok ini dapat memotong gelang yang mengikat pergelangan
tanganmu dengan pemuda she Siu itu, kuberi cuti selama tiga tahun untuk urusan pribadimu,
sesudah itu bolehlah pulang kegunung menemuiku. Hai-thian-ko-yan adalah orang tua yang
kuhormati, sepulangnya ke pulau sana hendaknya Siu-kongcu menyampaikan salamku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kepadanya, Soal Mao Kau, meski kejahatannya telah kelewat takaran, tapi kalau Siu-kongcu
dapat menimbang secara bijaksana, jika dapat mengampuni dia hendaknya diampuni. . . ."
Suaranya makin jauh, namun setiap kata terdengar dengan jelas.
Semua orang sama tertegun, mereka tahu itulah suara tokoh ajaib To-liong-siancu.
Buyung Siok-sing sendiri telah berlutut dan menyembah menerima pesan sang guru tadi.
Sejenak kemudian suasana sunyi senyap. Melihat sekeliling telah dikepung anggota Kaipang,
mendadak Thi-ta-sucia Ci Tok berseru, "Suhu, Tecu tidak becus membela Suhu, biarlah
Tecu berangkat lebih dulu."
Habis bicara mendadak ia angkat senjata memotong leher sendiri, seketika ia menggeletak
binasa. Melihat anak murid dan pengikutnya sudah sama tercerai-berai, Mao Kau menghela napas
putus asa, tak terduga seorang mendadak membentak dibelakangnya, "Siu-kongcu dapat
menmgampunimu, akulah yang tak mau mengampuni!"
Ditengah bentakan pedangnya telah menembus punggung Mao Kau, dalam kagetnya Mao
Kau cuma sempat mengerang dan membalik tubuh, teriaknya dengan gemetar, "Hah, ken. .
.kenapa kau. . . ."
Rupanya sekali serang Thi Peng telah berhasil, ucapnya dengan parau, "Apakah engkau
sudah lupa atas perbuatanmu membunuh segenap keluarga Thi yang membuka Piaukok di
Tinkang dahulu, aku inilah keturunannya dan sekarang telah kubalaskan sakit hati ayahbundaku!"
"Ah. . .bagus, bagus!. . ." hanya ini saja ucapan Mao Kau dan segera roboh terkapar.
Melihat gembong iblis itu mati dengan mengenaskan, semua orang sama tercengang juga.
Thi Peng lantas meratap, "O, ayah dan ibu, anak sudah membalaskan sakit hati kalian, tapi
anak juga telah berdurhaka membunuh guru sendiri, biarlah anak menyusul ayah-ibu di-alam
baka saja!"
Habis bicara ia pun membunuh diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Auyang Beng berteriak kaget sambil memburu maju, mayat Thi peng diangkatnya dan
dibawa pergi. Begitu pula Utti Bun dan Peng Kin juga cepat menyusul kesana.
Karena kejadian yang mengenaskan ini, semua orang tidak tahu disitu sudah bertambah lagi
beberapa orang, mereka adalah Song Leng-kong dan Liu Hok-beng. Orang lain tidak kenal
mereka lagi, hanya Leng Liong saja yang dipapah anak muridnya lantas menegur, "Sudah dua
puluh tahun tak berjumpa, tak tersangka kalian masih sehat walafiat."
"Kami hidup tiada ubahnya seperti sudah mati, hanya karena inilah. . . ." kata Song Lengkong
sambil memperlihatkan bungkusan kain hitam yang dibawanya.
"Hah, jangan-jangan inilah abu tulang jenazah Siu-siansing". . . ." seru Leng Liong dengan
rada gemetar. Serentak Siu Su memburu maju mendekap bungkusan yang dipegang Song Leng-kong itu
sambil menjerit, "Ayah. . . ."
"Permusuhan dua puluh tahun yang lalu sampai sekarang barulah impas, setelahkuserahkan
sisa tulang jenazah ayahmu ini, aku pun. . . ." Song Leng-kong menghela napas dan tidak dapat
melanjutkan saking terharunya.
Waktu ia berpaling, dilihatnya Toan Bok Hong-cing berdiri disebelah sana dan sedang
tersenyum padanya, dikenalinya itulah pendekar muda Kim-kiam-hiap yang dijumpainya di
Hangciu tempo hari.
Pada saat itu juga jauh disebelah sana berdiri juga dua orang tua seorang pendek dan yang
lain jangkung, keduanya sama menggeleng kepala dan bergumam, "Terlambat. . . sudah
terlambat. . . ."
Ditengah barak yang baru dibangun anak buah Mao Kau tadi sudah tersedia meja
sembahyang, Siu Su membawa bungkusan abu jenazah ayahnya kesana didampingi Buyung
Siok-sing, kedua muda-mudi saling pandang dan membayangkan hari depan mereka yang
gemilang dan bahagia. . . . .
=== T A M A T ===
Pendekar Sakti Suling Pualam 8 Legenda Kematian Karya Gu Long Pedang Dan Kitab Suci 7
^