Pencarian

Golok Sakti 10

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 10


pengalamannya dengan Li-losat Ie Ya, si iblis cantik yang juga
ada menyintai dirinya. Karena kalau ia menyebut nama Ie Ya
dan diceritakan pengalamannya dalam kuil Kong Beng Sie,
sudah tentu Seng Giok Cin akan merasa tidak enak hatinya
dan cemburuan. Setelah mendengar ceritanya Ho Tiong Jong, Seng Giok Cin
angguk-anggukan kepalanya dengan berlinang-linang air
mata. "Allah selamanya memberkahi orang baik-baik." katanya,
sambil menyeka air matanya yang mulai mengalir membasahi
pipinya yang botoh. Ho Tiong Jong terkejut Seng Giok Cin
menangis. "Adik Gok. kenapa kau menangis ?"
"Inilah ada sebabnya."
"Sebabnya, apa ?"
"Girang, karena jiwamu sudah terluput dari bahaya
kematian-..."
Ho Tiong Jong tergerak hatinya. Duduknya menggeser
lebih dekat, kemudian tangan-tangannya memegang kedua
tangannya si nona dan dibawa kepipinya, matanya menatap
wajah si nona yang elok dengan sepasang matanya yang jeli
jernih, yang saat itu balas menatap kepadanya, bibirnya yang
merah semringah dan kecil mungil bergerak-gerak seolah-olah
yang menantang dicium. Hatinya Ho Tiong Jong bergoncang.
Ingin ia mencium bibir yang merah semringah itu, ingin ia
menyentuh pipi yang putih halus laksana kapas itu dengan
hidungnya tapi pikiran sehat tak mengijinkan ia berbuat
demikian- Seng Giok Cin masih belum resmi menjadi miliknya.
Ia malah seketika itu merasa jengah, apabila ia mengingat
pada waktu yang lampau ia sudah mencuri mencium pipinya si
gadis karena pikirnya saat itu ada saat yang penghabisan
pertemuannya dengan si nona, karena ia akan menghadapi
kematian karena racun yang ada dalam dirinya.
Maka ia hanya dapat mencium jidatnya si nona dan
mengusap usap pipinya yang botoh.
"Adik Giok...^ katanya berbisik, "kau...kau..."
"Aku kenapa, Engko Jong,.,." "tanya si gadis pelahan, yang
sementara itu merasakan hangat ciuman mesra sipemuda
pada jidatnya. "Kau... kau adalah jiwaku yang kedua, adik Giok."
"oo....yaaa..." jawabannya Seng Giok Cin dapatkan dari
pelukannya sipemuda yang hangat.
oh bahagialah dua merpati itu.
Seng Giok cin sambil senderkan kepalanya didadanya Ho
Tiong Jong melamun pada saat-saat yang bakal datang,
bagaimana ia akan hidup penuh bahagia disampingnya Ho
Tiong Jong, pemuda yang menjadi buah kalbunya itu.
Terbenam dalam lamunan kebahagian hidup, tampak
bibirnya bergerak-gerak bersenyum. Ho Tiong Jong sebaliknya
melamun bagaimana nasibnya nanti"
Ia mencintai Seng Giok Cin, tapi disamping itu, ia juga tak
dapat melupakan cintanya Kim Hong Jie dengan sepasang
sujen nya yang memikat hati dan Li losat Ie Ya si iblis cantik
yang berkali-kali menolong dirinya, yang juga ada menyintai
dirinya dengan segenap hatinya.
Dua-dua melamun berbeda-beda, yang satu penuh bahagia
dan yang lainnya penuh dengan keragu-raguan.
Siapa yang akan memiliki Ho Tiong Jong pemuda cakap.
gagah dan tinggi ilmu silatnya" itulah sang nasib yang akan
menetapkan pada kelak kemudian hari.
"Adik Giok." bisik sipemuda dengan tiba-tiba. "bagaimana
dengan pengalamanmu ketika aku tinggalkan dalam rumah
penginapan?"
Mendengar pertanyaan ini, tiba-tiba saja awan kebahagiaan
yang meliputi Seng Giok cin seolah-olah ditiup angin keras dan
tak meninggalkan bekas. Ia berontak pelahan dan meloloskan
diri dari pelukannya sipemuda. Kemudian mengawasi Ho Tiong
Jong sejenak. mukanya berubah guram.
"Engko Jong, pengalamanku sangat getir," katanya sambil
menghela napas, "Sekarang aku tidak diijinkan pulang
kerumah, karena aku sudah diusir oleh ayahku, lantaran-.."
Seng Giok Cin tundukkan kepalanya, dari sela-sela matanya
kontan butiran-butiran air mata laksana mutiara, ia tak dapat
melampiaskan ceritanya.
"Adik Giok, lantaran apa?" tanya Ho Tiong Jong.
"Lantaran aku dituduh membantu kau men..."
"Hei, bicara sedikit terang, adik Giok."
"Dituduh membantu kau mencuri salah satu benda
pusakanya yang paling disayangi." Ho Tiong Jong tercengang,
Sampai disini kita ajak pembaca untuk mengetahui
pengalaman Seng Giok cin yang katanya ada sangat getir.
seperti pembaca tahu, Seng Giok Cin ditinggalkan oleh Ho
Tiong Jong dalam rumah penginapan dalam keadian tertotok
urat tidurnya, hingga si nona jadi tidur pulas, si pemuda
berbuat demikian, karena tidak ingin Seng Giok Cin akan
menderita kesedihan hebat disebabkan menyaksikan
kematiannya karena racun.
Pada waktu itu, Ho Tiong Jong meninggalkan kamarnya
dengan pikiran ling-lung, sedih dan bercucuran air mata
mengingat akan nasibnya yang malang, hingga ia lupa
merapatkan pula pintu kamar dan memadamkan lampunya.
Satu bayangan dikala itu tampak berkelebat begitu Ho
Tiong Jong sudah meninggalkan kamarnya agak jauh.
Bayangan itu menyelinap masuk kedalam kamar yang
pintunya tidak dirapatkan tadi.
Bayangan itu tenyata ada kira kira umur tiga puluh tahun,
pengawakannya kurus tinggi dan wajahnya lumayan juga
tidak termasuk dalam golongan jelek.
orang itu ketika sudah berada dalam kamar, meminjam
penerangan lampu, ia lihat diatas pembaringan ada rebah
wanita cantik luar biar biasa sedang pulas. Ia berlndap-indap
menghampiri pembaringan-
"Ho Tiong Jong si bocah tolol itu, apa-apaan menotok
orang punya urat tidur" Ha-ha ha... dasar ikan bagian aku,
sayang sekali kalau aku menolaknya." Demikian orang itu
berkata kata sendirian dengan suara pelahan-
Ditepi pembaringannya ia duduk mengawasi kecantikan
Seng Giok cin, tubuhnya yang langsing ceking menggiurkan
hatinya dengan mendadak saja napsu jahatnya berontak.
Tangannya diulur untuk mengusap- usap pipi si nona yang
halus. "Nona Seng, betul-betul kau cantik laksana bidadarl..." ia
memuji, setelah matanya menatap dengan beringas pada
wajahnya Seng Giok Cin sekian lamanya. Kelihatannya ia
mengagumi sekali kecantikannya Seng Giok Cin.
ow, kalau saja sinona sadar dengan mendadak melihat ada
lelaki asing duduk ditepi pembaringannya, niscaya ia akan
lompat bangun dan menyerang tanpa ampun lagi. Tapi justeru
si nona dalam tidur, dalam pulas, tidak ingat keadaan
disekitarnya, hingga sangat leluasa untuk orang berbuat jahat
atas dirinya. Demikianlah yang terjadi dengan si lelaki tadi, setelah
memandang puas wajah orang dan lengannya mengusap usap
pipi si nona, lantas tanganya menggerayang lebih jauh.
"Nona Seng, siapa suruh kau begini cantik..." katanya
seraya tangannya membukai kancing baju sinona.
Saat itu sudah sebagian kancing bajunya sinona terbuka,
hatinya lelaki jahat itu sudah dakdik, duk. Pikirnya nona Seng
puterinya Seng Pocu yang akan menjadi "makanan" lezatnya,
tapi . . . Tiba-tiba saja satu bayangan orang tinggi besar telah
masuk melalui jendela kamar, hingga bikin orang jahat itu
menjadi lompat mundur dari pembaringan sambil mengawasi
siapa yang datang.
Hatinya bukan main kagetnya, karena ia kenali siapa yang
datang itu. orang yang baru masuk dari jendela tadi ketawa
dingin. "Teng Leng" bentaknya, "Betul-betul kau berani mati, Kau
tahu siapa nona yang kau hendak ganggu itu ?"
"Dia Seng Giok cin putrinya Seng Pocu."
"Nah, kau sudah tahu kenapa kau begitu berani mati
hendak mengganggunya " Si penjahat yang ternyata bernama
Teng Leng membangkang.
"Kau sebenarnya ada satu Penjahat pemetik bunga, entah
sudah berapa banyak perempuan baik-baik yang telah menjadi
korbanmu. DiSeng-keepo aku sudah mengenali kau, ketika
mana aku sudah ingin membunuh padamu. Tapi aku harus
bersabar, karena aku masih pandang mukanya tuan rumah,
Seng Pocu. Disini kau ketemu aku,jangan harap kau dapat
meloloskan diri..."
"orang she Kim, jangan banyak bacot, apa sih
kepandaianmu?" memotong Teng Leng dengan sikap jumawa.
"Ha ha ha..." tertawa orang yang dipanggil orang she Kim,
ia ternyata bukan lain dari Kim Toa Ki, murid kesayangan dari
ketua oei-sanpay dan akan menjadi calon ciangbun-jin (ketua)
dari partainya menggantikan ceng coe Goan, ayahnya nona
ceng li yang pada saat itu masih memegang tampuk
pimpinan- "Kau tertawakan apa?" bentak Teng Leng.
"Aku tertawakan kau, bangsat tolol"
"Bagaimana kan bisa mengatakan aku tolol?"
"Kau menguntit Ho Tiong Jong dan Seng Giok Cin akan
tetapi diri sendiri dikuntit orang tidak berasa ha ha ha..."
Teng Leng berubah wajahnya, ia merasa malu sebagai
penjahat tukang menggerayangi orang perempuan, ia terkenal
sangat gesit dan sukar dicari jejaknya, karena ia sangat licin.
Tempatnya tidak menentu.
Dilain pihak, sebenarnya merasa jerih terhadap Kim Toa Ki,
yang sudah merebut nama dalam kalangan Kang-ouw karena
ilmu pedangnya. Kalau ia sudah unjuk sikap jumawa dan
ucapannya yang dikeluarkan seperti yang tidak takuti Kim Toa
Ki, itulah karena ia paksakan- Pikirnya, kalau ia tidak unjuk
kelemahannya, Kim Toa Ki niscaya tidak begitu memandang
rendah padanya.
"orang she Kim..."
Baru ia mengucapkan demikian, lantas ia seakan angin
serangan telapakan tangan telah mengarah dadanya,
Itulah serangan Kim Toa Ki yang tidak mau mengasih
ketika si bangsat ngoceh lebih lama, jago dari oey-san-pay itu
memang sangat benci Teng Leng, pengrusak kesucian kaum
wanita. Di Seng keepo sebenarnya ia sudah hendak turun
tangan, kalau ia tidak mengingat perbuatannya itu kurang baik
terhadap dirinya tuan rumah.
Sejak meninggalkan Seng- keepo Kim Toa Ki terus
menguntit penjahat cabul itu, tanpa disadari. Kebetulan sekali
ketika penjahat perempun itu memasuki kamarnya Ho Tiong
Jong diikuti Kim Toa Ki dan lantas mengintai perbuatannya
dalam kamar. Ketika ia melihat penjahat itu membukai kancing bajunya
Seng Giok Cin, hatinya gusar bukan main tanpa menunggu
lagi ia sudah menerjang masuk melalui jendela yang mana
tidak terkunci. Ternyata penjahat cabul itu sangat gesit, sebab
serangannya Kim Toa Ki dapat dipunahkan dengan
kegesitannya. Kemudian ia mengebut dengan lengan bajunya dan saat itu
lampu menjadi padam, Keadaan dalam kamar menjadi gelap.
pintu tampak terbuka dan si penjahat meloloskan diri,
kemudian lompat kegenteng hendak melarikan diri lebih jauh.
Tapi ia tidak menyangka sama sekali, kalau Kim Toa Ki
gerakannya ada lebih gesit lagi, karena belum berapa langkah
ia lari, Kim Toa Ki sudah menyandak dan mengirim serangan
dahsyat dengan angin pukulannya, hingga si penjahat
terpental tubuhnya dan menggelundung jatuh lagi ketanah.
Dengan kesakitan ia bangun dan lekas-lekas mau
menghilang, tapi Kim Toa Ki sudah berada lagi didepannya,
Kini ia tanpa dapat ditangkis oleh si terjahat cabul, pukulan
geledek dari Kim Toa Ki sudah bersarang didadanya, seketika
itu juga Teng Leng terhuyung-huyung sambil memuntahkan
darah segar dari mulutnya.
Kemudian ia rubuh dan-.. jiwanya melayang menemui raja
akherat untuk beruntungan akan dosanya yang sudah berbuat
banyak kejahatan didalam dunia. Demikian ada bagiannya si
penjahat cabul yang dikutuk oleh masyarakat.
Kim Toa Ki datang mendekati ia memeriksa dan dapat
kenyataan memang Teng- Leng sudah tidak bernyawa lagi, ia
kemudian meninggalkan sang korban dan masuk ke dalam
kamarnya Seng Giok Cin, ia menyalakan lampu, lalu
menghampiri sinona yang sedang rebah tidak ingat keadaan
disekitarnya. ia mendadak melihat badannya Seng-Giok Cin yang
bajunya sudah terbuka separuh. cepat-cepat ia bertindak
keluar dan rapatkan lagi pintu kamar. Dengan tindakan lebar
ia pulang ketempat penginapannya sendiri. ia mengetuk
kamar disebelah kanan yang ia sewa.
"Sumoy, sumoy, bangun... Ada urusan penting yang
memerlukan pertolonganmu. Lekas bangun sebentar."
demikian sambil mengetuk pintu, Kim Toa Ki telah
membanguni sumoaynya ceng Ie yang tidur dikamar tersebut.
"Aaaa... ada apa suheng?" tanya ceng ie dari sebelah
dalam, suaranya marah-marahan-
"Bangun sebentar, ada urusan penting perlu dikerjakan-"
"Ah, suheng sebaiknya itu dilakukan besok pagi saja, aku
ngantuk...."
Kim Toa Ki tak berdaya, ia kenal baik tabiatnya sang sumoy
kalau sudah tidur tak mau dibangunkan meskipun ada
kejadian apa juga.
Setelah ia terpekur sejenak. mendadak ia mendapat serupa
pikiran yang dianggapnya akan membikin sang sumoy dapat
bangunia lalu mengetuk lagi dan berkata. "Sumoy si penjahat
memetik bunga hampir-hampir saja masuk..."
"Haaa.... dia" terdengar ceng ie lompat bangun dari tempat
tidurnya. Dilain saat tampak pintu kamar terbuka dan ceng ie sudah
berdiri dipintu dengan pakaian untuk jalan malam, "Mana dia
suheng" Kurang ajar, aku sebelum dapat membunuh mati
orang cabul itu hatiku belum merasa puas." katanya dengan
bengis, hingga Sang suheng ketawa nyengir karena akalnya


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil. "Hampir masuk bukan kekamarmu sumoy, dia hampir
kekamarnya seorang wanita dilain tempat penginapan- mari
kita kesana, untuk mengepung dirinya, Masa iya dia bisa lolos
dari tangan kita?" kata Kim Toa Ki.
ceng ie tanpa diminta kedua kalinya, dengan lantas
merapatkan pintu kamarnya dan mengikuti pada suhengnya
yang jalan dimuka menuju ketempat penginapannya Seng
Giok Cin. XXXII LENCANA RAHASIA TUHAN.
NONA ceng di bawa ketempat di mana Teng Leng
menggeletak dalam keadaan tidak bernyawa, dari jauh ceng ie
dapat melihat ada orang menggeletak ditanah, lalu menanya
pada suhengnya, "Hei, suheng, didepan itu ada orang yang
menggeletak. siapa dia ?"
"Dia adalah penjahat yang barusan kuberitahukan padamu,
sumoy." "Kan bilang kita akan mengepung penjahat, sekarang dia
sudah menggeletak dalam keadaan tidak bergerak. buat apa
mesti dikepung lagi ?" ceng ie melirik pada suhengnya sambil
monyongkan mulutnya.
Kim Toa Ki ketawa nyengir "mari kita lihat dia " Dilain saat
keduanya sudah berdiri dekat tubuhnya Teng Leng.
"Dia sudah mampus, siapa yang membunuh dia." tanya
ceng ie "Aku sendiri yang membunuhnya."
"celaka tiga belas." menggerendeng ceng ie sambil putar
tubuhnya dan hendak kembali ke tempat penginapannya.
"Eh, eh nanti dahulu, sumoy...." kata Kim Toa Ki gugup,
sambil pegang lengannya si- nona, hingga si nona terpaksa
merandek. "Kau ada apa lagi, penjahat sudah kau bunuh, apa kau
kurang puas dan sekarang hendak mengganggu
ketentramanku diwaktu tidur?" Si nona berkata, wajahnya
cemberut, rupanya mendongkol diapusi oleh suhengnya.
"Bukan begitu, sumoy. Kau jangan marah dahulu, dengar
aku cerita. Nah, disana itu ada kamarnya wanita yang si
penjahat hendak satroni, Dia keburu aku bunuh, hinga tak
dapat melakukan kerjaannya yang busuk..."
"Hahh, sekarang kau mau apa?" memotong si nona.
"Aku minta pertolonganmu."
"Pertolongan apa, sih?"
"Tolong kau masuk kedalam kamar itu dan lihat bagaimana
keadaannya siwanita dalam kamar itu, apakah dia masih
pingsan karena ketakutan ?"
ceng ie jebikan bibirnya. "Hmmm...." katanya, "ada-ada
saja suheng mengasih kerjaan diwaktu aku enak tidur..."
Meskipun mulutnya berkata demikian, tapi kakinya terus
jalan menghampiri kamarnya Seng Giok Cin. Dalam kamar
lampu dipasang terang, maka ketika ia masuk dan mendekati
pembaringan lantas saja ia kenali wanita yang sedang tidur itu
ada nona Seng, putrinya Seng Pocu.
Hatinya ceng ie terkejut "Kenapa Seng Giok Cin berada
disini?" Pikirnya, "benar-benar penjahat itu berani mati, beraniberani
membentur putrinya seng pocu yang sangat
berpengaruh dalam dunia Kang ouw." Terdengar ia meneriaki
suheng. "Suheng, apa kau tidak tahu atau dalam kamar ini ada
Seng Giok Cin ?"
"Mana aku tahu, sebab aku tidak masuk kedalam." jawab
Kim Toa Ki, dalam hati diam-diam ia merasa geli.
"celaka betul, bagaimana kau bilang dalam kamar ini ada
perempuan kalau kau tak dengan mata sendiri melihatnya ?"
"Sudah, jangan banyak rewel, Tolong sadarkan dia dari
pingsannya. habis perkara, setelah sadar, kau boleh
meninggalkannya sumoy. Kita harus buru-buru pulang..."
"Hmmm...." sumoy perdengarkan suara di-hidung.
ceng Ie datang dekat pada nona Seng, lalu ulur tangannya
membuka totokan pada urat tidurnya, sebentar lagi sinona
mengucek-ngucek matanya, kemudian menangis sedih hingga
ceng Ie menjadi heran.
"Adik seng, kenapa kau menangis?" tanya nya.
Seng Giok cin sambil susut air matanya yang bercucuran
telah mengawasi pada nona ceng.
"Hei, enci ceng ada disini?" ia balik menanya.
"Aku disini, karena gara-garanya suhengku yang
mengganggu orang tidur-"
"Enci ceng, kenapa begitu?" tanya nona Seng heran.
Pikirnya, mesti ada kejadian yang tidak beres, makanya Kim
Toa ci dan ceng Ie mendadak ada disitu, ia kuatirkan Ho Tiong
Jong, Karena salah paham, dua orang oei-san pay itu yang
menduga Ho Tiong Jong mau berbuat jelek terhadap dirinya,
telah menghajar Ho Tiong Jong hingga kabur dari situ.
"Kalau tidak ada suhengku, niscaya kau akan menjadi
korban orang jahat." kata ceng Ie. "Untung saja ada suhengku
yang keburu turun tangan . . ."
"Enci ceng, siapa orang jahat itu?" memotong Giok Cin
dengan pikiran gelisah. Pikirnya, tentu tidak bisa salahi Kim
Toa Ki salah mengerti dan mengira Ho Tiong Jong ada orang
jahat. "orang itu yang hendak berbuat jahat atas dirimu sekarang
sudah mampus." Seng Giok Cia kaget bukan main-
Hampir saja keterlepasan dari mulutnya menyebut nama
Ho Tiong Jong. Tapi perkataan "Ho" yang hampir meluncur dari mulutnya
telah ditelannya lagi.
"Enci ceng, siapa orang jahat itu yang telah dimampusi oleh
suheng ?" ceng Ie tertawa, "Suhengku sangat berjasa sudah turun
tangan sebelum kau dijadikan korbannya." kata ceng Ie, ia
seperti juga yang hendak menggoda nona Seng, tidak lantas
menjawab langsung pertanyaannya Seng Giok Cin.
Seng Giok Cin tidak sabaran, dalam hati diam-diam sangat
mendongkol. "Kau tahu, siapa orang jahat itu?" tanya ceng ie.
Seng Giok Cin geleng-geleng kepala.
"Dia adalah si tukang petik bunga diwaktu malam yang
tersohor bernama Teng Leng. penjahat paling kurang ajar dan
entah sudah berapa banyak wanita yang menjadi korban
kebusukannya itu. Hmm baiknya dia hanya ketemu suhengku,
coba kalau dia berhadapan dengan aku, pasti kematiannya
Tidak tinggal utuh, sedikitnya kepalanya akan terpisah dari
tubuhnya" Kaget bukan main Seng Giok Cin mendengar penuturan
nona ceng. "terima kasih, memang aku dalam keadaan pulas lupa
daratan, mana dapat berdaya membela diri kalau penjahat itu
hendak berbuat jahat" Sukur, sukur, dan aku mengucapkan
terima kasih kepada suheng mu yang sudah dapat mencegah
kejahatannya itu atas diriku. Mana suheng mu sekarang?"
"Suhengku ada diluar, mungkin dia sekarang sudah kembali
kerumah penginapan- Nah, sekarang kau sudah tersadar dan
aku pun sudah tidak diperlukan lagi pertolongannya, maka aku
permisi berlalu saja, adik seng."
Seng Giok cin turun dari pembaringannyadan memberi
hormat pada ceng ie sambil berkata, "Enci ceng, tolong kau
sampaikan pada suhengmu aku punya terima kasih atas
perlolongannya itu. juga kepadamu yang sudah membuka
totokan urat tidurku, aku juga tidak lupa menghaturkan
banyak banyak terima kasih." ceng ie repot juga menerima
penghormatan dari nona Seng,
Dilain saat Seng Giok Cin sudah berada sendirian lagi, ceng
ie sudah pergi menyusul suhengnya, yang pada keesokan
harinya mereka telah meneruskan perjalananya ke oey-san.
Seng Giok Cin saat itu memikirkan Ho Tiong Jong. Kemana
perginya pemuda itu sehingga dirinya dalam keadaan tidak
ingat orang hampir-hampir saja menjadi korbannya Teng
Leng, yang ia sudah dengar penjahat itu sangat busuk
kelakuannya. Ia tidak mengerti akan perbuatannya Ho Tiong Jong yang
telah menotok urat tidurnya kemudian ditinggalkan sendirian-
Kapan ia ingat akan kejadian dirinya hampir menjadi
mangsanya Teng Leng, si penjahat cabul yang mesum itu
hatinya Seng Giok Cin menjadi tawar terhadap dirinya Ho
Tiong Jong. Pikirnya, pemuda itu benar-benar tak setulusnya
menyinta pada dirinya karena buktinya ia telah meninggalkan
dirinya. Tapi kemudian ia ragu ragu dalam hatinya sendirian-
Kenapa Ho Tiong Jong sudah meninggalkan ia sendirian"
Kemana dia sudah pergi" Apakah dia sudah mati karena racun
dalam tubuhnya.
Pelahan-lahan ia rapihkan pakaiannya, puyeng ia
memikirkan halnya Ho Tiong Jong. Sementara itu cuaca juga
sudah mulai terang tanah.
Dengan hati sedih Seng Giok Cin meninggalkan rumah
penginapan itu, kembali pulang ke rumahnya, karena ia tidak
ungkulan untuk mencari jejaknya Ho Tiong Jong.
Ia jalankan kudanya dengan pelahan-lahan, Pikirannya
kusut betul, saban-saban tampak ia kerutkan alis dan bibirnya
menjadi seperti yang merasa cemas sekali. Inilah karena
pikirannya tidak bisa melupakan pada Ho Tiong Jong,
Pemuda itu sudah demikian ihlas meninggalkan dirinya
dalam keadaan tertotok, apa- maksudnya" Apakah dengan
maksud hendak membuat dirinya celaka" Ah, tidak bisa jadi.
Demikian dalam otaknya bergulat pikiran yang hendak menilai
kewalitetnya Ho Tiong Jong dalam urusan asmara.
Ketika sang matahari sudah mulai naik tinggi, ia terpaksa
pecut kudanya untuk dilarikan karena ia merasa kepanasan
juga. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di rumah.
Setelah menyerahkan kudanya kepada pelayannya, lantas
ia masuk ke dalam kamarnya, ia menukar pakaian yang
barusan penuh debu, kemudian mencari ayahnya dalam
ruangan kamar tempat bekerjanya.
Pada saat itu, ia melihat ayahnya sedang duduk
menghadapi meja tulisnya sambil termenung-menung dan
saban-saban tangannya mengurut- urut kumis dan jenggot
yarg panjang, Air mukanya seperti yang sangat berduka
sekali, hingga Seng Giok Cin merasa sangat kasihan-
Tiba-tiba saja ia telah menubruk ayahnya sambil berseru.
"Ayah."
Tapi seng Eng ternyata sikapnya ada lain dari biasa. Kalau
biasanya ia suka menyambut pelukannya sang puteri yang
manja dengan penuh kasih, kini ia telah menolak tubuhnya si
gadis, sehingga Seng Giok cin jatuh meloso dilantai.
"Ayah..." Seng Giok Cin sambil merayap bangun.
"Kau jangan menyentuh pula tubuhku, aku sudah bukan
ayahmu lagi..."
Seng Giok Cin buka lebar matanya, karena merasa sangat
kaget akan sikapnya dan perkataannya sang ayah yang
demikian asing untuk telinganya. "Ayah, kau kenapa?"
tanyanya ketika sudah berdiri lagi.
"Hmm...Budak hina, kau sudah berikan golok Lam tian-to
kepada Tiong Jong" jawab." sang ayah membentak dengan
amat gusar. Seng Giok cin anggukkan kepalanya, Seng Eng sangat
murka, Alisnya berdiri, kumis dan jenggotnya juga hampir
pada berdiri, bahwa menahan amarahnya yang besar, "Budak
hina, kalau begitu tentukan yang sudah kasih lolos Tiong Jong
yang itu malam menyaru sebagai pengemis. Betul?"
Seng Giok cin perih hatinya. Air mata-nya tanpa terasa
mengucur deras, sambil anggukkan kepalanya perlahan-lahan
ia menjawab "Ayah, Tiong Jong sudah mati, untuk apa ayah
sampai begini marahnya?"
"Mati" Apa aku tidak tahu, ketika di Liu-soa kok kau tidak
ikut pulang, selanjutnya kau kabur dengan anak gendeng itu?"
"Memang benar aku bersama Tiong Jong berjalan bersamasama
tapi selama itu aku bergaul dengannya tidak melanggar
batas kesopanan-"
"Bagus Bagus!!! Tidak melanggar batas kesopanan-"
"Kau kenapa ayah" Tiong Jong ada satu pemuda baik-baik
bagaimana ayah bagitu marah kepadanya."
"Baik, baik, itulah dalam anggapanmu yang sudah mabok
cinta, Budak hina, kau pulang apa maksudmu?"
"Aku pulang kerumah hendak menemui ayah "
"Kau pulang hendak membikin aku muntah darah dan lekas
mati, bukan?"
Seng Giok Cin melengak, ia melihat ayahnya saking marah
suaranya hampir terdengar ditenggorokan, kemudian
mengucurkan air mata.
Seng Eng ada satu jago yang terkenal dalam kalangan
putih dan hitam, tidak berkedip membinasakan jiwa manusia
dan tidak menyesal akan segala perbuatannya yang salah, apa
lagi mengeluarkan air mata.
Tapi kali ini, menghadapi puterinya, yang dianggapnya
sudah nyeleweng dan membantu pada pemuda bukan
komplotannya, bukan main perihnya dan tanpa terasa ia
mengucur kan air mata.
Menyaksikan keadaannya sang ayah demikian, cepat Seng
Giok cin jatuhkan diri berlutut.
"Ayah" katanya sambil menangis tersedu-sedu, "apakah
kesalahan Giok Jie Yang membuat ayah begini marah" oh...
kalau saja ibu masih ada, tentu Giok Jie akan memeluk
kakinya untuk minta perlindungan dari kemarahan ayah yang
begini rupa..."
Seng Eng semakin sedih mendengar puterinya menyebutnyebut
ibunya yang sudah lama meninggal dunia.
Perlahan-lahan dari lengan bajunya ia mengeluarkan badibadi
kecil dan dilemparkan kedepan Seng Giok Cin sambil
berkata, "Budak hina, kau sudah bikin malu ayahnu, hanya
kematian saja yang dapat menebus dosamu.. Nah, terimalah
ini dan kau boleh habiskan jiwamu di depanku.."
Seng Giok Cin bukan main kagetnya, inilah ada perlntah
ayahnya yang tidak bisa ditawar lagi. Sudah menjadi
kebiasaan ayahnya, kalau hendak menghukum orangorangnya
paling dekat, ia melemparkan badi-badi kecilnya
untuk orang itu membunuhi diri. Tak ada pengampunan lagi.
Dilihat dari sikap orang tua itu. Seng Giok Cin sudah tidak
diberi ampun lagi.
Pikirnya Seng Giok Cin, pemuda yang menjadi idamidamannya
sudah mati karena racun maka ia hidup lama-lama


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga tidak ada gunanya. Kini ada jalan, ayahnya telah
menyuruh ia mati didepannya, Maka ia sudah tidak
menyayangi pula jiwanya. Ia lalu menubruk kaki ayahnya dan
menangis sesenggukan
"Ayah..." katanya dengan suara memilukan- "Giok Jie ada
satu anak yang tidak berbakti, telah membikin ayah kesal dan
marah, maka biarlah setelah nanti Giok jie sudah tidak
bernapas harap ayah suka mengampuni dosa Giok jie menjadi
bergembira lagi sebagaimana biasa . . ."
Ia hentikan kata-katanya sejenak. tangannya pelan-lahan
memungut badi badi yang dilemparkan ayahnya tadi.
Saat itu Seng Eng melihat kelakuannya sang putri yang
sangat dikasihinya itu, bukan main pilu hatinya, ia seolah-olah
ingin menangis menggerung- gerung dan ia tidak tega
menyaksikan keadaan putrinya demikian menderita.
Ia lihat, setelah badi-badi berada ditangan nya, sambil
acungkan itu diarahkan ke tenggorokannya, Seng Giok Cin
dengan berlinang-linang air mata telah berkata.
"Tiong Jong, kau sudah jalan lebih dulu, tunggulah aku
akan menyusul padamu..."
seketika itu, tangannya digerakan hendak menubles
tenggorokannya sendiri, akan tetapi diluar dugaan kakinya
Seng Eng dengan cepat telah menendang tangan si nona,
hingga badi badi itu telah terlempar jauh.
"Budak jelek." kata Seng Eng dengan hati pilu, "Apa-benar
Ho Tiong Jong sudah mati" Lekas jawab?"
Seng Eng sama sekali tidak menduga kalau Seng Giok Cin
begitu setia membela kekasihnya hingga dengan tabah
hendak mengorbankan dirinya menyusul rokhnya Ho Tiong
Jong. Keadaan Sang puteri membuat Seng Eng berubah
wajahnya pucat seketika, dengan gugup barusan ia
menendang dengan kakinya si nona hendak tancapkan badi
badi nya yang tajam ditenggorokannya .
"Ayah. . ."jawab Seng Giok Cin. "Tiong Jong semalam
sudah mati karena racun yang ada dibadannya. Dimana
mayatnya sekarang berada, Giok Jie, aku sendiri tidak tahu,
Karena ayah begitu marah kepadanya maka Giok Jie pikir
biarlah jiwa Giok Jie berkorban untuk menghilangkan
kebencian ayah, Ayah, dia ada seorang baik, Giok Jie
menyinta kepadanya."
Mendengar putrinya dengan terang-terangan membuka
rahasia hatinya, Seng Eng sangat gusar selalu. Bahna gemas,
saat itu kakinya melayang menendang putrinya, sehingga
tubuhnya Seng Giok Cin terlempar bergulingan dua tumbak.
Seng Eng masih marah, ia terus menghampiri puterinya dan
berkata dengan keras.
"Budak hina, budak tak berbudi, kamu ini dengan matimatian
membela Ho Tiong Jong dan melupakan ayah yang
membesarkan dan mendidik kau sampai dua puluh tahun
lamanya. Kau tidak ingat budi orang tua, apa kau ini boleh
dihitung manusia?"
Seng Giok Cin menangis sedih sekali.
Seumurnya, baru kali ini ia mengalami periakuan yang
demikian tak enak dari sang ayah, seingatnya, ia sangat
dimanja oleh ayahnya dan dianggapnya ia puteri tunggalnya
yang sangatjempolan- Tapi kali ini karena sangat membenci
Ho Tiong Jong, Seng Eng demikian marah terhadap puterinya.
"Ayah..." kata Seng Giok Cin, "perlu apa menyebut-nyebut
orang yang sudah mati. Semalam jam tiga racun dalam
tubuhnya bekerja, dan merenggut jiwanya, Pada saat ia
meninggalkan Giokjle ia telah menotok urat tidurnya Giokr jie
sehingga tidak tahu ke mana ia sudah pergi . ."
"Bagus.." memotong sang ayah, "Kau ditotok dan kau tidak
tahu kenapa Tiong Jong sudah pergi, Hm Dalam hal ini kalau
bukan kau yang mendustai aku, adalah kau yang membohongi
Ho Tiong Jong, kau mengerti."
"Ayah mengapa kau berkata demikian?"
"Lencana Rahasia Tuhan telah hilang.."
"Ayah . . ."
"Kalau bersekongkol mencuri lencana itu, kau membohongi
aku, tapi kalau kau tidak tahu hal Lencana itu, Tiong Jong
telah menipu padamu."
"Tapi, ayah . . ."
"Heran." kata Seng Eng. "Tiong Jong menemukan
kematiannya, kenapa ia tidak menyerahkan kembali Lencana
itu kepadamu, Lencana itu sudah tentu masih ada pada Tiong
Jong ketika ia menarlk napasnya yang penghabisan.."
Seng Giok Cin sangat terkejut mendengar cerita ayahnya,
dengan suara lemah ia ber-kata.
"Tapi, ayah, lencana itu pasti dicuri orang lain- Buat Tiong
Jong yang melakukan itu tidak bisa jadi, Giokjie kenal betul
hatinya yang jujur. Tak bisa jadi Ho Tiong Jong melakukan itu
karena dia tidak tahu akan nilai harganya. Lencana Rahasia
Tuhan itu, ia sama sekali tidak tahu kalau dalam Perserikatan
Benteng perkampungan ada pertikaian dan keretakan. Betul,
dia tidak tahu."
Seng Eng tertawa getir, "Anak bodoh, kau tahu apa" Anak
tolol itu telah menipu pada mu kau tidak berasa. Kau tahu,
lencana itu Selainnya dia tidak ada siapa lagi yang
mengambilnya. Dia dengan co Kang cay sudah berdiam dalam
gudang benda benda pusaka, bekas- bekas jejaknya mereka
tampak tegas. Diluar gudang harta, bekas bekas kakinya itu
telah dihapus oleh mereka, rupanya supaya jangan diketahui
orang." Seng Giok Cin gelisah hatinya.
Ia sama sekali tidak perCaya, kalau Ho Tiong Jong telah
mencuri lencana pusaka ayahnya itu. Kalau benar ia
pencurinya benar benar anak muda itu cinta kasih terhadap
dirinya palsu belaka.
Dengan begitu tentu Ho Tiong Jong tidak mati sedang
racun yang dikatakan ada dalam tubuhnya dan akan
merenggut jiwanya tentu itu hanya karangan Tiong Jong saja.
Mengingat pada yang barusan disebut, Seng Giok Cin,
keretak gigi wajahnya berubah bengis, tangannya dikepalkepalkan,
se-olah-olah yang sangat gemas sekali.
Melihat kelakuannya sang puteri, Seng Eng menarlk
kesimpulan bahwa Seng Giok Cin benar tidak tahu menahu
soal lencana pusaka itu. Pasti adalah Ho Tiong Jong yang telah
mencurinya. seng Eng berduka mengingat putrinya sudah terbenam
dalam lautan asmara.
Ho Tiong Jong cakap dan gagah, ia tidak bisa menyaksikan
anaknya meny intai pemuda seperti Ho Tiong Jong yang
menjadi idam-idaman gadis yang mana juga.
cuma saja ia sangat menyesal, karena terlibat oleh asmara
itu, putrinya telah melupakan dirinya yang menjadi ayahnya
dan yang mendidiknya sedari kecil.
Seng Eng benar-benar sangat berduka, bagaimana ia harus
mengambil putusannya kepada putrinya yang sangat
dikasihinya itu" Kembali ia mengucurkan air mata.
Sambil menyusut air matanya yang mengalir dikedua
pipinya, orang tua itu telah berjalan masuk kedalam dan
sebentar kemudian keluar lagi, dengan membawa satu
bungkusan kecil yang segera dilemparkan pada Seng Giok Cin
berkata. "Dalam bungkusan itu ada barang permata berharga,
paling sedikit harganya tidak kurang dari seratus sembilan rlbu
tail perak,cukup buat ongkos hidupmu, Mulai saat ini kita
putus hubungan antara anak dan ayah, maka kau pergilah dari
siul, jangan kau menginjak pula rumah ini. Kalau kau
melanggar putusanku ini, aku akan membakar rumah ini, dan
akan membunuh kau dan aku juga akan menyusul rokhmu."
"Ayah." seru Seng Giok Cin, kembali ia menubruk kaki
ayahnya, Akan tetapi Seng Eng dengan keras hati sudah
menendang sang puteri hingga ia bergulingan dilantai sambil
menangis gegerungan-
"Kau tentu kenal baik adatku." katanya, "Sekali
menetapkan keputusan tak dapat dilanggar oleh siapapun.
Nah, segera sekarang ku akan mengabarkan kepala gurumu,
Kok Lo lo di Tay pek san, supaya dia tidak menerima
kedatanganmu kesana karena perbuatanmu yang menghianati
ayah sendiri, Kok Lo lo tentu akan menerima baik
permintaanku, sebab dia memang paling benci kepada orang
yang berhianat, kau boleh hidup kemana saja, jangan
mengaku lagi aku sebagai ayahmu. Nah, jalanlah lekas
meninggalkan tempat ini "
"Ayah, oh, kau... ke.." lagi-lagi ia menubruk kaki ayahnya,
kali ini juga tubuhnya si nona telah terlempar jauh-jauh kena
di tendang oleh Seng Eng yang segera meninggalkan putrinya
sedang menangis gegerungan. Dilain saat Seng Eng sudah
tidak kelihatan dalam ruangan itu, sementara Seng Giok cin
juga sudah jatuh pingsan bahna sedihnya, Ketika ia mendusin
hari sudah menjelang magrlb.
Ia sangat berduka, kembali ia menumpahkan air mata
mengingat akan nasibnya entah bagaimana nanti.
Setelah melampiaskan kesedibannya, sambil menyeka air
mata yang membasahi kedua pipinya, Seng Giok cin pelahanlahan
merangkak dan memungut bungkusan kecil tadi yang
dilemparkan oleh ayahnya. isinya memang ada barang
permata yang sangat berharga dan cukup untuk bekal selama
melewatkan hidupnya. Tapi apa artinya hidup untuk dia tanpa
Ho Tiong Jong disampingnya"
Penghidupan untuknya menjadi tawar, lebih-lebih lagi
karena ia dilarang untuk menjumpai gurunya di Tay-pek san-
Memang orang tua dalam rumah es di Tay peh-san itu, mudah
saja akan menerima pengaduan-nya sang ayah danakan
membenci padanya, pikirnya tidak berguna ia pergi menemui
gurunya untuk meminta keadilan-
Mengingat akan kata-kata ayahnya bahwa Tiong Jong tentu
sudah menipu dirinya dan ia kena dibohongi oleh pemuda itu,
pikirnya Tiong Jong tentu belum mati dan ia akan mencari
orang muda untuk bikin perhitungan atas perbuatannya yang
telah membuat putus hubungan antara ia dengan ayahnya^
Semangatnya lantas bangun.
Lantas ia bangkit berdiri, kemudian berjalan masuk
kedalam kamarnya.
Dalam kamarnya tidak terlihat dua pelayannya yang biasa
menyambutnya. Kemana mereka itu "
Pikirnya, sudah tentu ayahnya yang sudah menggebah dua
pelayannya itu.
Hatinya sakit sekali, sambil menggigit bibirnya ia buka
lemari dan bereskan pakaiannya yang perlu dibawa sekalian
juga beberapa barang permata yang menjadi kesukaannya ia
bawa, pedangnya yang disangkutkan pada tiang pembaringan
juga tidak lupa ia bawa.
Setelah beres, dengan pedang tersoren di pinggang, ia
berjalan keluar.
Tidak seorangpun ia ketemukan dalam rumah itu, se-olaholah
semuanya sudah dilarang oleh ayahnya untuk menjumpai
dan melayani padanya.
Seng Giok Cin gigit bibirnya sampai berdarah, iailah saking
ia menahan pilu hatinya, ia sebagai satu puteri yang sangat
dimanja kini diusir begitu kejam.
Ia tahu tabiat ayahnya, sekali ia bilang putih harus putih,
maka sekali ia mengusir ia sudah harus angkat kaki dari
rumahnya, Kalau tidak. benar benar orang tua itu akan
membuktikan perkataannya akan membakar rumahnya,
membunuh ia dan kemudian membunuh diri sendiri.
Demikianlah dengan hati sangat sedih ia meninggalkan
rumahnya. Saban-saban tampak ia menoleh kebelakang seakan-akan
yang mengucapkan selamat tinggal kepada itu pohon-pohonan
yang bagus, kepada itu taman bunga dan kolam indah permai,
dimana ia bisa bermain dengan gembira.
Sang waktu sudah malam, maka ia tahu mencari suatu
rumah penginapan unmk melewatkan sang malam.
Dalam rumah penginapan ia minta disediakan makanan,
untuk menangsal perutnya yang sudah keroncongan, ia
sebenarnya tidak bernapsu makan, akan tapi ia paksakan juga
karena kuatir masuk angin dan nanti mendapat halangan
dalam perjalanannya mencari Ho Tiong Jong.
Mengingat akan dirinya Ho Tiong Jong saban-saban si gadis
kertak gigi dan kepal-kepalkan tangannya, ia sangat gemas,
karena dirinya sudah ditipu oleh kecintaanya yang palsu,
demikian pikirnya.
Ia mengharap lekas-lekas ia akan menjumpai pula pemuda
itu dan akan membuat perhitungan untuk perbuatannya yang
palsu. Untuk membikin supaya dirinya tidak dikenali orang
makanya ia sudah menyaru sebagai lelaki dalam
perjalanannya. Malah kali ini, ia sudah menutup wajahnya
dengan sepotong kain kuning, yang dibagian matanya ia
lubangi. Demikianlah dalam pakaian itu, ia telah melakukan
perjalanan beberapa hari, tapi penyelidikannya tentang Ho
Tiong Jong tidak juga ia dapat selentingan apa-apa.
Dengan cara kebetulan sekali, pada itu malam penyerbuan
ke kuil Kong beng-si oleh Khoe cong dan kawan-kawannya,
seng Giok cin justru berada dalam kuil tersebut, baru saja
bertindak masuk untuk minta meneduh karena kemalaman-
Ia mendengar orang berteriak menyebut nama Ho Tiong
Jong, hatinya lantas terkesiap dan ia kenali bahwa yang
berseru itu ada Siauw-pocu Khoe cong.
Pikirnya, tidak bisa salah lagi tentu dalam kelenteng itu ada
bersembunyi Ho Tiong Jong, orang yang sedang ia cari.
Seng Giok Cin mengerti kedatangannya Khoe cong mencari
Ho Tiong Jong niscaya tidak bermaksud baik. Khoe cong
datang tentu bukan sendirian, masih ada lagi kawankawannya
yang akan menyusul belakangan.
Melihat kekejamannya Khoe cong yang menerjang masuk
dengan menggunakan pukulan-pukulan yang ganas, hatinya
Seng Giok Cin tidak tega mendengar hweshlo muda yang
menjadi korbannya pada berteriak menyayatkan hati.
Lantas Ho Tiong Jong dam kamar yang dijaga kuat oleh
Kong Goan hweshlo itu sedang berbuat apa" ia tidak ingin
pemuda itu jatuh ditangan kawanan orang kejam, ia harus
ambil pihaknya Ho Tiong Jong untuk menolak mundur mereka,
kalau sudah selamat barulah nanti ia sendiri membuat
perhitungan dengan si pemuda.
Setelah mengambil keputusan tetap. maka ia sudah
menyerbu dalam perkelahian ketika Khoe cong sedang


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membasmi kawanan kepala gundul yang tidak seberapa
kepandaiannya dari pada menganggap Khoe cong itu ada satu
tamu lihay ilmu silatnya.
Selanjutnya adalah seperti pembaca mengetahui, maka
sekarang kita kembali menceritakan pertemuannya Ho Tiong
Jong dan Seng Giok Cin. Melihat Ho Tiong Jong melengak,
Seng Giok Cin berkata.
"Engko Jong, meskipun cintamu terhadapku tidak dengan
setulusnya, aku sendiri tak dapat melupakan padamu. Aku
akan pergi kesuatu kuil yang jarang dikunjungi manusia,
dimana aku akan cukur rambutku dan masuk menjadi
nikow..." Ho Tiong Jong kaget, sambil cekal tangan si gadis dan
digoyangkan ia menanya. "Adik Giok, kau mengambil
keputusan itu sudah dipikir matang-2"
Seng Giok Cin tundukan kepalanya dan sejenak tak dapat
menjawab. "Bagaimana, apa kau sudah pikir dengan matang?" si
pemuda ulangi pertanyaannya.
"Ya, sudah..." jawabnya pelahan-
"Sebabnya, kenapa kau mau menjauhkan diri dari aku ?"
Si nona tak dapat menjawab ia tundukkan kepalanya
dengan pikiran kusut.
"Kau mengambil tindakan itu karena menyesal sudah
bergaulan dengan aku, hingga kau diusir oleh ayahmu
bukan?" ". . . bukan begitu engko . . .Jong..."
"Habis, apa?"
"Kau tidak tahu kesulitan hatiku, Apa kau tidak paham
dengan perkataanku barusan bahwa meskipun kau tidak
menyinta aku dengan setulusnya, aku sendiri tetap tidak akan
melupakan padamu. "
"Kesulitan karena lencana pusaka itu?"
"Ya. Karena hilangnya lencana itu, ayahku akan
mengalamkan kesulitan dari kawan-kawan seperjuangannya
yang semuanya ada mempunyai tanda demikian-"
"Adik Giok apa kau menyangka aku yang mencurinya."
"Aku tidak menuduh padamu, hanya menurut katanya ayah
dalam kamar harta ada kedapatan bekas-bekas kakimu dan co
Kang cay." Ho Tiong Jong tidak enak hatinya. Sesaat lamanya
mereka membisu.
"Adik Giok, ayahmu tidak keliru mendapatkan bekas bekas
kaki kami dalam kamar harta itu, akan tetapi aku tidak
mencuri lencana yang dimaksud itu. Aku hanya mengambil
beberapa butir mutiara untuk diberikan kepada co Kang cay..."
"Kenapa kau berbuat begitu?"
"Karena aku pikir co Kang cay sudah disekap oleh ayahmu
dua puluh tahun lamanya, ada lebih dari pantas kalau dia
mendapat keuntungan sedikit untuk ongkos hidup melewatkan
hari tuanya. Aku kasihan dia...."
Sampai disini, si pemuda seperti ingat sesuatu" Ketika ia
berada dalam kamar harta dan ketarlk hatinya oleh sesuatu
benda dari gading, yang ia masukkan kedalam kantongnya
tanpa disadari bahwa itu ada maksud perbuatan mencuri.
"Eh Adik Giok. Bukankah ini barangnya yang kau
maksudkan?" sembari keluarkan benda yang terbikin dari
gading itu diserahkan pada tangannya si gadis. seng Giok Cin
terbelalak matanya melihat benda itu.
"Engko Jong, benar ini dia.." katanya sambil terus diperiksa
benda itu. WAJAHNYA yang barusan sangat berduka, kini telah
berubah dengan tiba-tiba- ia begitu girang, hingga mulutnya
tak berhenti menyungging senyuman-
Ho Tiong Jong yang melihat kekasihnya demikian gembira
ia merasa puas dan lega hatinya. ia berkata pada Seng Giok
Cin. "Adik Giok. harap kau jangan salah paham dan suka
dimaafkan perbuatannya, Benda itu telah aku masukkan
kedalam kantongku dengan tak mengandung maksud lain dari
pada aku merasakan sangat ketarik olehnya dan tanpa
disadari aku mengambilnya. Aku berani bersumpah kalau..."
Seng Giok Cin menubruk si pemuda, tangannya yang
mungil menekap mulutnya yang hendak meneruskan
ucapannya, "Aku percaya, aku percaya, Engko Jong," kata Seng Giok
Cin dengan berseri-seri manis.
Ho Tiong Jong memeluk tubuhnya si nona yang langsing,
matanya berlinangkan air mata, "Adik Giok hanya kau seorang
didunia ini yang dapat mempercayai diriku, Adik Giok kau
adalah jiwaku yang kedua..."
Seng Giok Cin terharu, ia juga tak tahan kalau tak
mengucurkan air mata, karena hatinya sangat kasihan pada
pemuda sebatang kara ini.
"Aku selalu percaya akan kejujuranmu, Engko Jong."
Si gadis berkata sambil mengeluarkan sapu tangannya yang
wangi semerbak. dipakai menyeka air matanya si pemuda
yang berlinang dipipinya yang cakap.
Keduanya dengan perasaan lega dan girang lalu pada
duduk lagi diatas batu besar dan Seng Giok Cin telah menanya
pada sipemuda. "Engko Jong, apakah kau tahu riwayatnya benda ini yang
dinamai "Lencana Rahasia Tuhan?"
Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala, "Aku tak tahu
riwayatnya, aku baru melihatnya lebih tegas juga sekarang
setelah kau kenali dia ada benda yang dicarinya." Seng Giok
Cin angguk-anggukan kepalanya sambil berseri seri,
"inilah memang aku sudah menduga," sahutnya dengan
suara merdu, "Engko Jong baiklah aku akan bercerita padamu
hal riwayatnya benda pusaka ini, yang begitu jauh aku
mendapat tahu dari ayahku, yang dalam tempo senggangnya
suka mendongeng kepadaku sukalah kau mendengarkannya
?" "Adik Giok. asal kau yang bercerita, biarpun bermalammalam
aku akan mendengarkannya dengan penuh perhatian.
" "Kalau orang lain?" Memotong sigadis sambil
mengerlingkan matanya yang jeli, yang kontan menusuk
hatinya si pemuda hingga berdebaran. Ho Tiong Jong ketawa
nyengir. "Kalau yang lain bagaimana ?" mengulangi Seng Giok Cin.
XXXIII. KEMBALI BERPISAHAN.
"Kalau yang lain aku ngantuk dibuatnya."
"Hii..." Seng Giok Cin sambil ulur tangannya yang halus
hendak mencubit lengannya si pemuda akan tetapi ia
urungkan ketika mengingat tempo hari ia mencubit seperti
iuga mencubit papan besi.
"Kenapa tidak jadi adikku ?" menggoda si-pemuda.
Seng Giok Cin deliki matanya, tapi sudah tentu dibarengi
dengan senyuman mesra. Keduanya gembira bersenda gurau.
Kemudian Seng Giok Cin menuturkan riwayatnya, "Lencana
Rahasia Tuhan itu seperti berlkut, Leluhur dari "Perserikatan
Benteng Perkampungan," ada berjumlah sembilan orang.
Mereka semuanya ada berkepandaian ilmu silat tinggi dan
masing-masing ada mempunyai kepandaian simpanannya
yang istimewa. Semuanya sangat terkenal dalam kalangan
rlmba persilatan dan rata-rata pada belum punya istri.
Mereka itu ada menjagoi dalam kalangan putih, ada juga
yang menjagoi dalam kalangan hitam. Pendeknya rata-rata
mereka malang melintang dalam kalangan Kangouw jarang
menemukan tandingan, oleh karenanya mereka jadi sangat
bangga dengan kepandaiannya dimilikinya.
Berbareng pada masa itu, ada muncul juga seorang jago
silat tua yang menamakan dirinya in Kie Lojin, Kepandaiannya
dalam soal ilmu silat, tenaga dalam dan lain-lain, sangat tinggi
sukar diukur berapa tingginya.
Satu demi satu sembilan jagoan ketemu dengan in Kie Lojin
dan satu demi satu sudah pernah dikalahkan oleh In-Kie Lojin.
Mereka merasa kurang puas dengan kelakuannya itu. Apa
mau, pada suatu waktu mereka bisa berkumpul bersama-sama
dan masing-masing pada menceritakan pengalamannya kena
dijatuhkan oleh In Kie Lojin.
Mereka dengan serentak lalu menganggap bahwa In Kie
Lojin itu sebagai musuh mereka bersama.
Untuk menebus kekalahan, mereka telah menggabungkan
tenaga hendak mencari in Kie Lojin. Tapi sebelumnya, mereka
ingin minta petunjuk dari Beng Hie Sanjin, yang menurut
kabar ada susioknya in Kie dan benci kepada sutitnya itu.
Satu diantaranya sembilan jago itu telah mengutarakan
pikirannya, kalau hendak mencari Beng Hie Sanjin tempatnya
dibelakang Sian-hoa digunung oeisan. Sebab sering orang
melihat orang tua itu ada muncul digunung oei san-
Mereka lantas berunding dan telah diambil keputusan untuk
pergi kebelakang puncak Lian hoa, mencari orang tua yang
telah mengasingkan diri itu.
Betul saja, mereka sudah bisa menemui Beng Hie Sanjin
ditempat yang disebutkan oleh salah satu kawannya. Mereka
dengan berterus terang telah menceritakan bahwa mereka
penasaran tempo hari telah dipecundangi oleh In Kie Lojin dan
kedatangan mereka adalah hendak minta petunjuk bagaimana
caranya supaya bisa mengalahkan in Kie Lojin. Beng Hie
Sanjin ketawa mendengar permohonannya sembilan orang itu.
Ia kata. benar ia ada susioknya in Kie Lojin.
Dahulu ketika suhunya masih hidup, ia belajar bersamasama
dengan suhengnya. Tapi dalam pelajaran itu ternyata
dibeda-bedakan, suhengnya telah mendapat pelajaran ilmu
tenaga dalam yang istimewa, akan tetapi ia sendiri tidak. Maka
ketika suhunya meninggal ia bangkit bangkit suhunya yang
menyayangi muridnya pilih kasih, selalu mengeloni suhengnya.
Sang suheng dengan ketawa menghibur pada sutenya,
supaya ia jangan salah mengerti karena dalam anggapan
suhunya sang sute ita tabeatnya masih belum ada ketentuan,
di kuatirkan kalau sudah mempunyai ilmu yang hebat
perjalanannya akan menyeleweng.
Keterangan mana membuat Beng Hie Sanjin tidak tenang
dan bertengkar dengan suheng yang selalu mengalah
kepadanya. Kemudian sang sute sudah meninggaikan suhengnya, yang
jadi sangat berduka ketika melihat kepergiannya sang sute
yang tak dapat ditahan. Malah Beng He Sanjin saat itu telah
sesumbar, bahwa kelak, kemudian ada satu hari ia akan
kembali dan mengunjukkan kepandaian yang lebih mahir dari
suhengnya. Suhengnya hanya menyambut sesumbarnya sang sute
dengan ketawa getir.
Lama sejak itu mereka tidak ketemu, ketika pada suatu hari
Beng Hie San-jin pulang hendak menemui suhengnya ternyata
sang suheng sudah meninggal dunia.
Itulah pada tiga puluh tahun berselang, sejak Beng Hie
Sanjin meninggaikan suhengnya.
Ia dapat kenyataan bahwa ilmu gaib dari kitab, "Kumpulan
ilmu silat sejati," telah diwariskan kepada in Kie Lojin. Hal
yang membuat hatinya sangat tidak senang dan mencaci maki
pada in Kie Lojin, yang dikatakan tidak berhak menerima
warisan kepandaian dari suhengnya.
Mereka bertengkar mulut, akhirnya urusan hanya
dipusatkan dengan kepalan, Maka keduanya lantas mengukur
tenaga kepandaiannya, akan tetapi ternyata Beng Hie Sanjin
masih bukan tandingannya in Kie Lojin, ia akhirnya dikalahkan
dengan sangat malu sekali ia lantas mencari suatu tempat
untuk menyepi dan meyakinkan lebih jauh kepandaian yang
kiranya dapat menjatuhkan in Kie Lojin.
Ia telah menciptakan suatu tin (barisan) yang istimewa,
terdiri dari beberapa orang untuk menempur ln Khie Lojin,
karena kalau mengandaikan kepandaian satu dua saja untuk
menempur in Kie Lojin masih bukan tandingannya. Kebetulan
sembilan orang itu datang berkunjung.
Waktu itu in Kie Lojin masih belum rampung meyakinkan
semua ilmu dalam kitab pusaka itu, jikalau in Kie Loiin sudah
satu tahun meyakinkannya, jangan harap sembilan orang itu
dapat merubuhkannya. Tapi justeru waktu itu masih ada tiga
bulan dan baru in Kie Lojin tamat mempelajari kitab gaib itu.
Sembilan orang itu ketarik dengan penuturannya Beng Hie
San jin tentang kitab Kumpulan ilmu silat sejati, mereka ingin
memilikinya, maka mereka telah mendesak kepada orang tua
itu supaya memberikan pelajarannya tentang barisan.
Beng Hie san-jin berkata kepada mereka, bahwa tempo ada
demikian singkat, yaitu jikalau sebelumnya tiga bulan mereka
dapat belajar dengan mahir pasti ada harapan dapat menang,
dan in Kie Lojin, sebaliknya kalau sampai belajar lewat tiga
bulan mereka belum mahir dengan ilmu barisan ini, jangan
harap bisa menempur in Kie Lojin yang ilmunya sangat tinggi.
In Kie Lojin setelah dia mahir dengan segala ilmu silat yang
tersebut dalam kitab "Kumpulan ilmu silat sejati" tentu ia akan
menjadi jago tanpa tandingan dalam kalangan rlmba
persilatan- Sembilan orang itu merengek-rengek minta diajari ilmu
barisan ( tin ) itu dari si orang tua, mereka berjanji akan
belajar sungguh-sungguh supaya dapat mengalahkan in Kie
Lojin dan merampas kitab pusaka itu untuk dijadikan milik
mereka. Demikian, akhirnya mereka punya permintaan diluluskan,
Mereka belajar dengan tekan ilmu barisan itu, yang kemudian
di namai "barisan Naga Emas dan Kuda sembrani di empat
penjara angin", Disebabkan mereka belajar dengan sangat
tekun, maka dalam tempo dua bulan mereka sudah lulus di uji
oleh Beng Hie Sanjin-Mereka kemudian mencari in Kle Lo-jin
untuk membuat perhitungan-
Sembilan orang itu terdiri dari sembilan she, mulai she Kim
co, Seng, Khoe, Lauw, IHui, cong dan ciauw. Dalam
pertemuan dengan In Kie Lojin, mereka minta disaksikan oleh
orang-orang dari kalangan Kang-ouw pengeroyokannya atas
dirinya in Kie Lojin.
Sedang pada in Kie Lojin mereka telah menetapkan syarat,
ialah kalau mereka kalah, mereka disuruh apa saja oleh In Kie
Lojin, tegasnya mereka menyerah dibawa kekuasaannya In
Kie Lojin. Tapi sebaliknya, jikalau mereka menang, mereka tak
menginginkan lain dari pada in Kie Lojin suka menyerahkan
kitab pusakanya yang sangat mengilarkan hati mereka.
in Kle Lojin mendengar syarat itu, telah mengerutkan
alisnya dan diam-diam berpikir. "ia sudah mahir atau apal


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diluar kepala akan isinya kitab "Kumpulan ilmu silat sejati",
kalau ia kalah bertanding, tidak ada halangan melukiskan
petunjuk diatas sesuatu benda untuk mereka mencari sendiri
dimana disimpannya buku pusaka itu."
Kalau mereka berjodo, sudah tentu dengan mudah
didapatkan oleh mereka berdasarkan petunjuk yang dilukiskan
olehnya, akan tetapi kalau mereka tidak mempunyai jodo
sudah tentu buku itu tak dapat diketemukan-
Akhirnya in Kie Lojin telah menyanggupi syarat yang
diajukan oleh mereka.
Begitulah, mereka telah mengatur barisannya dengan
lantas dan kemudian mengundang untuk In Kle Lojin datang
memukul pecah barisannya.
In Kie Lojin agak terkejut juga menyaksikan barisan yang
belum pernah ia lihat dalam pengalamannya. Tapi, sebagai
jago ulung, ia pantang mundur dan menyerbu pada barisanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dengan dikepalai orang she Kim, sembilan orang itu telah
mengurung dan jalankan ilmunya dengan sangat hati-hati dan
cepat sekali. Setelah lama in Kle Lojin terputar-putar tidak juga dapat
memecahkan barisan tersebut, maka ia telah menyerah kalah
dan meluluskan permintaannya mereka.
Ia minta supaya sembilan orang itu mundur tiga puluh lie
dari tempat tinggalnya.
Dalam tiga hari mereka akan mendapat pengunjukan dari
jago kawasan itu perihal dimana ditaruhnya buku wasiat itu.
Mereka memang jerih untuk berurusan lebih jauh dengan in
Kie Lojin, maka perjanjiannya itu telah diterima saja dengan
sangat terpaksa.
Demikianlah dalam tempo tiga hari in Kie Lojin telah
melukis pada sembilan buah lencana dari gading, yang
mengunjukkan dimana disimpannya buka pusaka itu.
Kalau orang dapat membaca dan mengerti maksudnya,
yang terlukis pada sembilan lencana gading itu, sudah tentu
akan dapat mengambil kitab yang diliarkan itu.
Tempo tiga hari sangat cepat dalam anggapannya in Kie
Lojin, akan tetapi lama untuk sembilan orang yang menantinantikan
kedatangannya jago ulung itu.
Tidak sampai mereka mengeluh kekesalan karena in Kie
Lojin memegang betul janjinya. Pada waktunya ia telah
menemukan sembilan orang itu dan menyerahkan pada
mereka masing-masing satu lencana yang dan diberitahukan
bagaimana mereka harus gunakan sembilan lencana itu
sebagai pengunjuk jalan ketempatnya kitab "Kumpulan ilmu
silat sejati" disimpan-
Kala itu sudah malam, maka mereka setelah satu persatu
menerima lencana gading itu telah kembali ke tempat
penginapannya, semalaman mereka tidak bisa tidur, karena
masing-masing pada kuatir kalau lencananya nanti akan
dirampas oleh kawannya sendiri.
Mereka kemudian telah angkat saudara, akan tetapi
perbuatan itu tak menghilangkan rasa curiganya masingmasing
akan kecurangan dari kawannya sendiri.
Dalam tempo lima tahun mereka gentayangan mencari
kitab pusaka itu, akan tetapi tidak mendapatkan hasilnya,
karena belum paham benar apa yang tersebut pada sembilan
lencana itu. Akhirnya satu persatu merayap pada suatu
tempat, sehingga mati mereka tidak saling berjumpa lagi.
Kemudian turunannya membentuk perserikatan yang
dinamai "Perserikatan Benteng perkampungan" dengan tujuan
mempererat hubungan, tapi belakangan ini mereka telah
ngalamkan keretakan, Satu dengan lain saling curiga
mencurigai dan masing-masing pada mengambil jalannya
sendiri-sendiri mengumpulkan kawan yang gagah gagah untuk
nanti menjagoi diantara kawan-kawannya perserikatan.."
Ho Tiong Jong setelah mendengar riwayat sembilan
lencana tersebut, lalu angguk-anggukkan kepalanya,
kemudian menyekal tangannya si gadis, katanya.
"Adik Giok. bagaimana kalau kita sama-sama berusaha
mengumpulkan lencana itu, hingga berjiwalah lengkap
sembilan dan kita sama-sama memahamkannya arti dalam
lencana itu" Aku tidak percaya kalau kita tidak paham dan
mendapatkan pedang pusaka itu. Bagaimana pikiranmu?"
Giok cin bersenyum manis, diam-diam merasa bahagia atas
perhatian pemuda pujaannya itu dan tangan yang menyekal
tangannya itu rasanya hangat dan mesra.
"Adik Giok. kau sudah diusir oleh ayahmu, rasanya tidak
ada halangannya kau mengikuti aku merantau bukan?" tanya
si pemuda, ketika melihat Seng Giok Cin diam saja.
"Aku girang bila dapat menyertai kau merantau, tapi
bukannya sekarang."
"Kenapa begitu?"
"Namamu jelek dipemandangan ayah, karena dituduh
dengan sengaja kau mencuri benda pusakanya. Aku diusir
juga lantaran dituduh sekongkol dengan kau. Hal ini perlu
dibersihkan karena kau bukan sengaja membawa benda
pusakanya dan aku juga bukan Sekongkolanmu. Maka perlu
aku menemui ayahku untuk menyerahkan benda ini dan
menerangkan bahwa kau membawanya dengan tidak
disengaja, Bukan ini baik?"
Ho Tiong Jong tidak menjawab, hanya kerutkan alisnya.
"Jadi, kau tak mau ikut aku merantau?"
"Bukannya begitu Engko Jong."
"Habis bagaimana maksudmu?" Ho Tiong Jong seperti yang
agak mendongkol karena kekasihnya menolak diajak bersamasama
merantau, sebaliknya hendak kembali kerumah ayahnya.
"Kasih, aku pulang dahulu untuk menemui ayahku, untuk
membereskan salah paham lencana pusaka yang dibawa
olehmu ini." kata Seng Giok Cin sambil menunjukkan benda
pusaka yang mengakibatkan kesulitan itu. "Kau tak usah ikut
aku mungkin ada meminta tempo juga untuk aku membikin
ayahku mengerti dan memaafkan pada kita, Kau boleh
menantikan aku disuatu tempat untuk kita berjumpa lagi...."
"Berapa lama kau pulang ke rumah?" tanya si pemuda.
"sebaiknya kau kasih tempo lamaan sedikit, paling lama
tiga bulan dah."
"Baik, baik, aku akan menanti kau."
"Dimana sebaiknya kau menanti aku untuk kita bertemu
pula?" Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya, seakan-akan yang
berpikir. "Aku kira dirumahnya co Kang cay di Yang-ce ada tempat
yang paling baik untuk kita bertemu muka kembali, Disana
aku sekalian dapat menyelidiki..."
"Menyelidiki apa?" memotong Seng Giok Cin.
Ho Tiong Jong lantas menyeritakan ceritanya co Kang cay
dalam penjara air perihal baskom ajaib dan patung kumala
yang mempunyai khasiat luar biasa.
Benda benda itu terdapat dalam gunung-gunungan yang
telah dapat diselidiki jalan masuknya oleh co Kang cay didalam
dua puluh tahun lamanya. la sudah berjanji dengan orang tua
itu akan bersama-sama menyelidiki dua benda wasiat itu.
Setelah mendengar penuturan sang kekasih. "sebaiknya
kau jangan terlalu memikirkan yang bukan-bukan. orang
semakin berilmu semakin dibuat iri hati oleh sesamanya. Maka
paling baik kita jadi orang sederhana saja, selamat dan aman
bukanlah ini ada lebih baik?"
Si nona menutup matanya sambil mengerlingkan matanya
dan bersenyum manis. Ho Tiong Jong tersenyum
menyambutnya. Kemudian ia angguk-anggukan kepalanya, tandanya ia
setuju dengan perkata anyasi Nona. Tiba-tiba IHo Tiong Jong
ingat sesuatu, ia merogoh kantongnya sambil berkata.
"Adik Giok kurasa kitab pusaka yang dimaksudkan dalam
sembilan lencana itu ada jilid ke-1, sebab jilid kedua aku
sudah punya. Nah, ini dianya."
Ho Tiong Jong menyerahkan pada si nona buku yang
tempo hari di bawa-bawa oleh si-pengemis beracun Kang
ciong, Seng Giok Cin terkejut, ia lantas menyambuti dan
memeriksa buku itu, ternyata tidak salah itu jilid ke dua.
"Engko Jong, kau dapat dari mana kitab berharga itu?"
tanya si nona heran.
Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan rlngkas
pengalamannya dengan Tok-ka y Kang Ciong dan ia peroleh
buku itu diatas sebuah pohon yang sedang dipatokin burung.
Kitab mana telah di sambitkan oleh si pengemis beracun itu
dan nyangkut dipohon.
"Kau simpanlah baik baik, Engko Jong." kata sigadis setelah
habis memperhatikan, seraya diserahkan kepada sipemuda
lagi. "Aku ingin, setelah kita dapatkan yang ke satu, kitab ini
menjadi lengkap dan kita bisa bersama sama mempelajarlnya
disuatu tempat pegunungan-"
"Kau ingin mengasingkan diri, Engko Jong?" menyelak si
gadis, "Memang maksudku demikian, asal kau selalu berada
disampingku . . ."
Seng Giok Cin mengerlingkan matanya yang jeli, penuh
dengan rasa bahagia dan kasih. sebelum ia membuka mulut,
Ho Tiong Jong telah berkata lagi.
"Adik Giok. asal kita sudah memahamkan dengan mahir
isinya kitab ajaib itu pasti kita akan merupakan pasangan
pendekar dalam dunia Kangouw tanpa tandingan-"
"Bagus, bagus, kau boleh melamun muluk-muluk. Nah,
sekarang aku hendak pergi."
"Nanti dulu, adikku." mencegah Ho Tiong Jong sambil
tangannya menyamber pinggang yang langsing itu, ditarlk dan
dipeluknya dengan hangat.
"Adik Giok . ."
"Engko Jong ..."
Dua pasang mata beradu denganpenuh kasih sayang, itulah
ada saat-saat yang sangat bahagia bagi sepasang merpati itu.
Mulutnya tak dapat mengucapkan kata-kata, akan tetapi
sorot mata dari kedua pihak cukup menyatakan seribu kata isi
hatinya, Lama mereka saling berpelukan, "Engko Jong, aku
hendak pergi..." terdengar suara si nona pelahan, ia pelahanlahan
meloloskan diri dari pelukan lengan yang kuat itu.
"Adik Giok aku tidak ingin kau tinggalkan..." sambil
memeluk makin erat, hampir si nona tak berkutik.
"Engko Jong, hanya untuk sementara waktu saja kita
berpisah."
"Kau akan ikut aku merantau bukan?"
"Tentu, pasti aku akan ikut kau. Eh, kenapa kau menangis."
Si nona kaget menampak IHo Tiong Jong berlinang-linang
air mata. cepat-cepat ia mengeluarkan setangannya dipakai
menyusuti air mata kekasihnya.
"Engko Jong, kau jangan menangis. Kau kenapa?" sambil
menyeka air matanya.
"Adik Giok . ." sahut sipemuda dengan suara d iteng
gorokan, "hidupku matang dalam penghinaan, hanya kau adik
Giok ... hanya kau seorang yang memperhatikan aku dan
menyayang diriku. Kau adalah jiwaku yang kedua..."
Lengannya memeluk makin erat, seng Giok Cin sampai
hampir tak bernapas, tapi ia rela dan biarkan diri dipeluk
demikian rupa oleh pemuda pujaannya yang hendak
melampiaskan rasa duka hatinya, mencari kehangatan dari
orang yang mengasihinya. sebentar lagi pelukan sipemuda
mengendur. Seng Giok gunakan ketika ini untuk melepaskan diri, sambil
berkata. "Nah, Engko Jong, lepaskan aku, untuk menemui ayah
membikin bersih namamu yang dituduh tanpa atasan,
lepaskan Engko Jong ...."
Agak tidak rela si pemuda melepaskan si nona yang
bertubuh kecil langsing tapi lincah dan gesit sekali.
Dilain saat kelihatan Ho Tiong Jong mengawasi berlalunya
Seng Giok Cin sambil berdiri terbengong-bengong,
semangatnya seolah-olah terbawa oleh bayangannya Seng
Giok cin yang telah menghilang tidak lama kemudian-Ketika ia
tersadar dari lamunannya, semangatnya terbangun.
Ia sudah berkeputusan pasti, bahwa Seng Giok cinlah yang
akan menjadi pasangannya yang setimpal. Meski ia ada
puterinya seorang Pocu yang kaya raya anak yang dimanja
sejak kecil, ternyata ia dapat menyesuaikan dirinya untuk
menyinta dan dicinta oleh seorang miskin seperti dirinya.
Ia memperhatikan sikap dan kelakuan si nona terhadap
dirinya, begitu ramah dan telaten, ia mengingat akan kebalkan
Seng Giok Cin yang berulang kali menolongnya. Semua ini
seolah-olah merupakan "meterai" pada hatinya akan tidak
mencintai gadis lagi, kecuali si jelita Seng Giok Cin.
Demikian ia melanjutkan perjalanannya dengan melamun-
Tidak lama, ia sudah sampai dirumahaya co Kang cay di
Yang-ce. Ketika ia mengetuk pintu rumah, yang membukanya
adalah si cantik Ie Ya.
Ho Tiong Jong agak tertegun menampik si iblis cantik ada
dirumahnya co Kang cay sebelum ia membuka mulut telah
didului oleh Ie Ya.
"Adik Jong, aku memang sudah menduga kau akan datang
lagi kesini, cuma saja begini cepat benar ada diluar
dugaanku."
Ie Ya berkata sambil menyilahkan Ho Tiong Jong masuk.
seraya berjalan masuk Ho Tiong Jong menanya. "Encie le,
kenapa kau ada di sini?"
"Kenapa, apa tak boleh aku berada disini"
"Bukannya begitu, hanya aku merasa heran saja"
"ow, kau heran, kau baik sekali enci le." kata Ho Tiong Jong
tersenyum Ie Ya mengerlingkan matanya yang galak. tiba-tiba ia ingat
akan kelakuannya sendiri ketika menghadapi sipemuda dalam
pingsan- ia telah mencium Ho Tiong Jong dengan berlinanglinang,
oh, bagaimana bahagianya ia dapat menyentuh pipi
orang yang menjadi impiannya itu. justru ia ingat itu, maka
selembar mukanya menjadi merah dan ia tundukkan
kepalanya ketika Ho Tiong Jong mengawasi kepadanya.
Diam-diam Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, karena ia
tahu benar, bahwa iblis cantik ini ada jatuh hati kepadanya.
Bagaimana ia dapat menyambut cintanya si cantik karena
hatinya sudah ditempati oleh Seng Giok Cin, gadis pujaannya
yang kecil langsing, yang pandai dalam bun dan bu (sastra
dan silat).

Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk membuat nona Ie tidak lebih menjadi lengket pula
kepadanya, maka Ho Tiong Jong sebisa bisa unjukkan sikap
tawar, ia terus berjalan masuk menemui co Kang cay yang
saat itu datang menyambut dengan jalan dingkluk-dingkluk
pakai tongkat. Ie Ya tidak enak hatinya melihat sikap sipemuda tetapi ia
bisa bersabar dan mengikuti dibelakangnya masuk ke dalam.
"Aaa, Tiong Jong, selamat ketemu lagi..." co Kang cay
berkata dengan gembira.
"Selamat, selamat co lopek.,." sambut Ho Tiong Jong
gembira. Keduanya saling bergandengan jalan masuk
keruangan tetamu.
Li lo-sat ie Ya tidak turut masuk. karena ia anggap mereka
baru ketemu lagi, sudah tentu keduanya merasa kangen untuk
dapat berCakap cakap berduaan saja.
Memang juga dugaannya ie Ya tidak meleset, sebab
mereka terus bercakap cakap dengan sangat gembira
agaknya. Terutama si orang tua she co nyerocos terus.
Setelah masing-masing basahkan tenggorokannya dengan
teh hangat, co Kang cay berkata pada Ho Tiong Jong.
"Tiong Jong, bagaimana dengan maksud kita tempo hari?"
"Urusaa apa itu co lopek?"
"Ah, kau ini suka kelupaan, apa kau sudah lupa dengan
baskom ajaib dan si cantik yang hebat khasiatnya."
Ho Tiong Jong terkejut ia diam-diam saja, tidak lantas
menjawab, hingga si orang tua tidak sabaran dan menanya
pula. "Tiong Jong kau kenapa" Apa ada hal-hal yang menghalang
kau turut aku melakukan penyelidikan kesana?" Ho Tiong Jong
anggukkan kepalanya.
"Hei, bukankah kau sudah berjanji akan kita bersama-sama
menyelidikinya?"
"Tadinya memang begitu, tapi sekarang hatiku merasa
tawar." "Tawarnya" Apa sebabnya, Tiong Jong?"
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, "co lopek," katanya
kemudian, menurut katanya adik Giok penyelidikan itu kita
jangan terus kan, karena banyak bahayanya."
"Ah, Tiong Jong, Sudah dua puluh aku membuat
penyelidikan bagaimana aku dapatkan rahasianya jalan masuk
ke gunung-gunungan itu, dan sekarang aku sudah yakin benar
theorlku itu akan berhasil. Tapi dengan mendadak kau
berubah pikiran, apa kau mau membikin aku muntah darah
karena kekesalan?"
Ho TiongJoug tercengang mendengar bicaranya si orang
tua yang diucapkan dengan sungguh-sungguh, ia lalu
menghiburi. "co lopek, kau bersabar dahulu sebaiknya kau pikir matangmatang
jangan sampai kita menyesal dibelakang hari"
"Aku sudah yakin benar bahwa aku akan berhasil
menyelidikinya, keuntungan toh bukannya untuk aku tapi
untuk kau sendiri bukan ?"
Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia memikirkan kata katanya
Seng Giok Cin, yang tidak menyetujui ia ikut ikutan menyelidiki
benda ajaib itu.
"Nah, sekarang begini saja," katanya, "Urusan itu baik kita
tunda dahulu, Lain kali kita bicarakan pula. Sekarang aku
membutuhkan bantuan lopek."
"Bantuan apa ?" tanya si orang tua heran-
"Suheng lopek itu sekarang ada tinggal di mana ?"
co Kang cay gelengkan kepala, "Aku tak dapat mengatakan
alamatnya Tiong Jong"
"Lopek, bukankah kau menyayang pada Tiong Jong"
Kenapa mau menyembunyikan tempat suheng mu ?"
"Untuk apa kau hendak mengetahui tempat tinggalnya ?"
"Penting. Aku ingin mengetahui rumahnya, sebab aku ingin
pergi kesana "
"Kau kau . . ." kata co Kang cay seperti yang ketakutan-
Ho Tiong Jong ketawa. "Kau jangan ketakutan, co lopek.
Bukankah kau pernah mengatakan rejekiku besar dan
belakang hari akan menjadi orang ternama?"
"Betul, tapi kenapa kau hendak mencari suhengku?"
"itulah ada sebabnya." sahut Ho Tiong Jong tenang,
"Aku tahu sekarang, memang benar kepandaiannya suheng
lopek ada sangat di segani dikalangan Kang-ouw, tapi
sekarang sudah mengasingkan diri, Tidak ingin mencampuri
urusan dunia lagi, Hal mana, sebenarnya sungguh dibuat
sayang kalau dia pasti meninggal dunia tidak menurunkan
kepandaiannya kepada salah seorang yang ia penuju untuk
menjadi akhli warisnya.?"
"Kau menebak jitu sekali, lopek"
"Ha ha ha..." co Kang cay tertawa, "Pengharapanmu sia-sia
saja, dia tidak suka dirinya dikenali orang lagi, Aku takut
memperkenalkan kau kepadanya."
"Kapan rejekiku besar, untuk apa kau takuti padanya?"
co Kang cay terkejut, Diam diam ia berpikir memang kalau
dilihat tampang mukanya Ho Tiong Jong rejekinya besar dan
di kemudian hari akan menjadi orang ternama. Mungkin tidak
ada bahayanya kalau nanti ketemu dengan suhengnya.
Tiba-tiba ia seperti menemukan jalan untuk membikin
suhengnya suka menemui Ho Tiong Jong, Maka dengan girang
ia berkata. "Tiong Jong suhengku itu tak mau menemui orang, Tapi
aku ada satu akal untuk ia keluar dari sarangnya. Kau pergi
kesana, dengan sengaja membuat onar, membikin rusak apaapa
dalam kampungnya, pasti dia akan keluar menemui kau,
Kalau dengan sengaja kau minta-minta ketemu padanya,
jangan harap dia bisa keluar menemui padamu, bagaimana
kau pikir?"
Ho Tiong Jong lerkejut, "Lopek mana bisa aku berbuat
demikian" Bisa-bisa aku nanti diganyang oleh suheng mu."
"Kapan rejekimu besar, apanya yang ditakuti, bukan?"
Si orang tua ketawa nyengir, sementara Ho Tiong Jong
berubah wajahnya seperti yang sakit gigi.
Ternyata omongannya tadi dapat dibuat pentungan oleh si
orang tua. Akhirnya ia ketawa juga dan menyetujui pikirannya
co Kang cay. Selagi mereka uplek berunding. tiba-tiba muncul Li lo sat ie
Ya. Dengan muka berseri-seri ia berkata. "Hei, kalian berdua
begitu asyik berunding, apa sih yang dibicarakan yang begitu
gembira" Ajak aku boleh tidak?"
ie Ya berkata sambit menghampiri kursi, diatas mana ia
duduk tanpa dipersilahkan pula oleh dua orang yang sedang
berunding itu. Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, kalau terus berlaku
tawar kepada ie Ya, sebab biar bagaimana juga, iblis cantik ini
ada menjadi salah satu tuan penolongnya. Maka ketika Ie Ya
mengambil tempat duduk sambit ketawa ia berkata.
"Ah, encie Ie, tidak ada apa-apa yang penting
dirundingkan. Hanya kita dapat bertemu lagi, rasa girang telah
ditumpahkan oleh masing-masing."
"Ouw, begitu" Bagaimana tentang perjalananmu setelah
meninggaikan kuil Kong beng si" Betul-betul hebat kepandaian
adik Jong, apalagi setelah kau digembleng oleh Tay-Hong
Hosiang..."
"Encie Ie..." memotong Ho Tiong Jong, tapi ia tidak dapat
melanjutkan kata-katanya karena merasa sangat sedih
mendengar disebutnya nama Tay Hong Hosiang. co Kang cay
melihat sikapnya Ho Tiong Jong telah salah anggapan-
Dikiranya pemuda itu ada kata-kata penting untuk di
sampaikan kepada ie Ya, tak dapat dilampiaskan karena
adanya ia disitu, Maka sambil berbangkit dari duduknya ia
berkata. "Tiong Jong, dan kau nona Ie, aku mohon diri karena aku
ada urusan lain . . ." ia berkata sambil angkat kakinya
ngeloyor. Kali ini ia tidak dibentak "jangan bergerak" oleh Ie Ya
seperti temjo hari, hanya kepergiannya itu diawasi oleh si
Nona dengan bersenyum manis. Setelah orang tua itu berlalu
ie Ya telah menanya pula pada Ho Tiong Jong.
"Adik Jong, bagaimana oh, sungguh kejam sekali kawanan
gadis itu, mereka telah membakar kuil, sehingga rata dengan
tanah, Sungguh mengerikan sekali waktu itu ketika aku
mendengar jeritan dari hweshio yang tak dapat melarikan diri
menjadi mangsanya si raja merah yang mengamuk tanpa
dapat ditahan-"
"Enci ie, bagaimana dengan Tay Hong Hosiang.... ?"
"Aku sendiri tidak tahu, sebab sewaktu api hendak menjilat
lebih luas, aku sudah meninggalkan Kong Goan suhu dan
menyelamatkan diri. Kau tahu sendiri aku tak dapat dengan
terang-terangan membantu pihaknya kawanan hweshio itu
karena aku terikat dengan sumpahku kepada Khoe Pocu."
Ho Tiong Jong menundukan kepala, sepasang matanya
sejenak tampak beringas, "Aku akan membalas dendam
kepada orang orang kejam itu Harus, harus aku membalaskan
sakit hati atas kematiannya Tay Hong Hosiang yang baik
budi...." Demikian ia terdengar bicara sendirian, Ie Ya yang paling
tidak takuti segala apa, sejenak ketika Ho Tiong Jong
beringas, bulu romanya pada bangun juga, ia tidak
menyangka si pemuda yang tampan dan murah ketawanya itu
dapat mengunjukkan sikap yang demikian menakuti.
"Memang menjemukan perbuatannya itu," kata Ie Ya. "tapi
waktu itu kau terus ke- mana" Apa kau menyusul itu orang
berkedok kuning" siapakah dia?"
XXXIV SI CANTIK DARI KEBUN SAYUR
Ho Tiong Jong terkejut mendengar disebutnya si kedok
kuning. "Habis kau terus pergi kemana?"
"Aku pikir, kau berlaku nekad-nekadan, tak ada faedahnya.
Akhirnya aku akan dikepung oleh banyak musuh. Maka aku
sudah meninggalkan mereka dengan maksud pada suatu hari
aku akan mengunjungi pusatnya Perserikatan Benteng
perkampungan untuk menuntut balas atas kekejaman mereka
di Kong-beng si. Tapi aku tidak mengira kalau kekejaman
mereka tidak hanya sampai pada membunuhi padri-padri
disitu saja, tapi juga mereka sudah membakarnya kuil Kong
beng-si yang dibangun oleh Tay Hong Hosiang dengan susah
payah. Ie Ya tertawa tawar "Kekejaman demikian untuk mereka
sudah biasa, Tapi yang mengherankan aku itu orang berkedok
kuning, dengan mati-matian telah bertempur dipihak kita, ilmu
pedangnya sangat hebat. Tidak gampang orang itu menemui
tandingan yang setimpat. Khoe cong yang ganas, boleh dikata
tidak nempilpada kepandaiannya." Ho Tiong Jong membisu.
"Hei, kenapa kau tidak bicara" Apa kau tidak tertarik oleh
pertolongannya si kedok kuning?"
"Enci ie, justru aku sedang memikirkan dirinya. Aku
sebenarnya pada waktu itu betul sudah menguber pada si
kedok kuning, hanya sayang aku tak dapat menyandak, dia
sungguh hebat ilmu mengentengi tubuhnya. Dia rupanya tidak
ingin menerima pengucapan terima kasihku."
"Aku menyesal, sebab aku juga kepingin tahu siapa adanya
orang itu sudah kesudian turun tangan membela kita, kau
rupanya membohongi aku, Adik Jong ?"
"Bagaimana enci dapat berkata begitu?"
Li-losat Ie Ya tertawa getir, "Adik Jong, aku percaya kau
sudah menyandak dirinya si kedok kuning ber..."
"Enci ie.." memotong Ho Tiong Jong.
"Aa, kau jangan mendustai encimu. Si kedok kuning itu ada
hubungan erat denganmu, betul tidak tebakanku ?"
Ho Tiong Jong gaga-gugu, ia sebenarnya tidak mau
menyakiti hatinya le Ya, yang ia tahu benar ada menyintai
dirinya, sebab kalau ia omong terus terang bahwa si kedok
kuning ada Seng Giok Cin tentu hatinya nona Ie menjadi
kecewa. Tapi, sekarang di tebak demikian oleh si iblis cantik Ho
Tiong Jong jadi kebingungan bagaimana ia harus
menjawabnya. "Adik Jong." kata Ie Ya dengan suara agak tidak lancar,
"aku tak perlu menyebutkan namanya si kedok kuning, karena
dari sikapmu diam-diam kau sudah mengakui tepatnya
tebakanku atas dirinya, Aku tidak harus menyampuri
urusanmu dengan dia. hanya dalam urusan pembakaran Kong
beng si bagaimana juga harus aku turut menginsafi
semangatmu yang tenggelam dalam lautan asmara." Ho Tiong
Jong merah selebar mukanya.
"Adik Jong." kata pula le Ya. "Tay Hong Hosiang sudah
demikian baik hati terhadap dirimu. Dia telah mengorbankan
tenaga dalam untukmu sehingga dia binasa dalam lautan api,
ini harus kau ukir dalam otakmu benar-benar. Satu waktu kau
harus cari orang yang telah bersalah, yang menyebabkan kuil
Kong beng si terbakar dan menjadikan kematiannya orang
terhadap siapa kau ada berhutang budi."
Ho Tiong Jong merah matanya. Butiran air mata tanpa
dirasa telah menerjang keluar dari kelopak sepasang matanya.
Pemuda gagah itu melepas air matanya dengan pikiran
sangat kalut. Ia memang berhutang budi pada Tay Hong Hosiang tapi
siapa mau dikata, orang yang baik terhadap dirinya itu kini
sudah berada ditempat baka. Baginya, tidak jalan lain, untuk
membuat rochnya ditempat baka merasa senang, adalah
mencari orang yang membakar kuil Kong-beng-si untuk
membalaskan sakit hatinya.
"Enci ie...." jawab Ho Tiong Jong dengan suara parau,
"perkataanmu tidak salah, terima kasih atas perhatianmu. Aku
ingat betul akan nasehatmu ini."
"Aku tidak perlu dengan terima kasihmu. Asal kau selalu
ingat diriku, aku sudah merasa girang dan bahagia..."
Ho Tiong Jong terkejut, matanya menatap pada nona Ie
yang cantik, kecantikan dalam bentuk lain dan Seng Giok Cin
kekasihnya itu. nona Ie ada mempunyai kecantikan dan daya
penarik lain, hingga ketika matanya kebentrok dengan sorot
mata Ie Ya yang haus dengan cinta pemuda impiannya itu,
membuat hatinya Ho Tiong Jong tergetar.
Tapi untung ia lekas sadar. Pikirnya dengan menimbulkan
urusan asmara baru dengan si iblis cantik dirinya akan
menemui kesulitan berlarut-larut, ia tak dapat melupakan
gadis yang telah menempati hatinya terlebih dahulu, maka
matanya yang tadi memandang dengan mesra telah berubah
dan cepat-cepat ia tundukkan kepalanya.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li-lo sat Ie Ya bersenyum getir, ia mengerti anak muda itu
tak dapat ia miliki. Hatinya sudah kena direbut oleh Seng-Giok
Cin. Terdengar ia menghela napas panjang, Ho Tiong Jong
rasakan hatinya pilu, ia mengerti bahwa Ie Ya seperti yang
putus asa hendak merebut hatinya yang ia sudah berikan pada
Seng Giok Cin. la tidak tahu saat itu bagaimana ia harus berbuat, untung
ketolongan dengan munculnya co Kang cay yang mengundang
Ho Tiong Jong dan Ie Ya datang diruangan makan, dimana
sudah tersedia hidangan untuk mereka.
"Tiong Jong, hidangan sudah siap untukmu. Mari kita
makan, nona Ie mari kita makan-.." demikian tuan rumah
mengundang dengan ramah.
"co lopek, kau terlalu memperhatikan padaku." kata Ho
Tiong Jong. "Kau habis melakukan perjalanan dari tempat jauh,
seharusnya kau lekas-lekas menangsel perutmu. Anak muda,
mari kita makan .... ha ha..." co Kang cay berkata sambil
menggandeng Ho Tiong Jong.
Ie Ya kesal hatinya dengan munculnya si orang tua, tapi ia
pikir lagi, memang benar juga Ho Tiong Jong datang dari
tempat jauh seharusnya ia menemukan hidangan terlebih
dahulu, baru bercakap-cakap dengan gembira.
Maka ia dengan tidak berkata apa apa telah mengikuti dua
orang itu berjalan ke ruangan makan, sesampainya disitu Ho
Tiong Jong berkata.
"co lopek perutku memang sudah minta diisi, tapi badannya
rasanya lengket dengan debu diperjalanan maka aku permisi
mandi dahulu saja..." Pemuda itu berkata dengan Jenaka.
"Tentu, tentu . . IHei. cin Siang mari sini" ia memanggil
pelayannya, yang segera menyamperi, "kau bawa Ho Siauw ya
kekamar mandi. Terlebih dulu kau bawa kekamarnya yang lalu
sudah ku beritahukan padamu, baru kau antar kekamar
mandi, Kau baik-baik melayani Siauw ya ya "
Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia melirik pada ia Ya dan
berkata. "Enci le, kau turut co lopek dulu menghadapi hidangan. Tak
usah menantikan aku, makan saja lebih dahulu."
Ie Ya hanya mesem, Kemudian ia mengikuti co Kang cay
masuk keruangan kamar makan, disana ia bercokol
menghadapi hidangan, Tapi ia tak mau makan sendirian, ia
nantikan sampai Ho Tiong Jong datang supaya dapat makan
bersama-sama. Lama juga Ho Tiong Jong pergi mandi
sehingga si Nona kekesalan-
"nona Ie, kau makan saja lebih dahulu, jangan tunggu
Tiong Jong mungkin dia lama dikamar mandi."
"Biar, biarlah aku menantikan dia."
co Kang cay tidak berkata apa-ala lagi, ia agaknya jerih
kepada ini nona galak.
sebentar lagi, Ho Tiong Jong muncul juga di ambang pintu.
Ia melihat keduanya membungkam, hidangan masih belum
ada yang ganggu, rupanya mereka menanti kedatangannya,
Maka cepat-cepat ia masuk dan mengambil tempat duduk
sambil berkata.
"co lopek. enci Ie, kenapa kalian belum makan" Mari kita
makan-" Ho Tiong Jong tanpa sungkan-sungkan lagi sudah kerjakan
sumpitnya menyumpit daging ayam yang empuk lalu
dimasukan kedalam mulutnya, kemudian disusul dengan nasi,
ia makan dengan lahapnya. Dalam beberapa saat ia sudah
menyikat tiga mangkok nasi. selama makan Ho Tiong Jong
tidak banyak bicara.
Ie Ya yang menunggu-nunggu Ho Tiong Jong bercerita
ternyata kecele, ia terhadang timbulkan soal sebagai bahan
pembicaraan, akan tetapi Ho Tiong Jong menjawab dengan
"Ya" atau anggukkan kepala saja.
Setelah mereka selesai makan, Ho Tiong Jong omongomong
sebentaran dengan co Kang cay dan ie Ya, kemudian
permisi tidur siang-siang dengan alasan badannya sangat
lelah. Kembali Ie Ya merasa kecewa, ia juga kemudian telah
masuk tidur, Dalam kamarnya, Ho Tiong Jong tidak dapat
tidur, pikirannya bekerja, Menurut pengunjukkan co Kang cay
suhengnya itu ada bertempat tinggal tidak jauh dari pintu kota
sebelah timur, Mereka ada muridnya In Kay, yang di
maksudkan In Kay tentu In Kie Lojin-
Dari otaknya yang cerdik, ia menduga pasti bahwa Sim Pek
Hian, suhengnya co Kang cay itu bukan lain daripada akhli
waris In Kie Lojin yang termasyhur ia telah menyembunyikan
dirinya dalam sebuah tempat yang sunyi dengan penduduk
beberapa gelintir saja, ia memperkenalkan namanya sebagai
seorang she Sim.
Dengan berbuat demikian ia tidak mengalami kesulitan dari
pihaknya orang-orang Perserikatan Benteng perkampungan
yang mengarah kitab "Kumpulan ilmu silat sejati" yang ia
sembunyikan pada suatu tempat rahasia.
Meskipun sudah berjalan berpuluhan tahun tidak
kedengaran orang-orang dari Perserikatan Benteng
perkampungan menyelidiki akan kitab pusaka itu, akan tetapi
ia selalu waspada, ia tidak ingin kitab wasiat itu jatuh
ketangan orang sembarangan yang akan membuat huru-hara
dalam dunia Kang ouw. Ho Tiong Jong gulak gulik
dipembaringannya.
Pikirnya, "bagaimana ia harus bertindak untuk menghadapi
jago tua yang merahasiakan dirinya itu" ia harus memilih jalan
sangat hati-hati, kalau tidak, niscaya maksudnya untuk minta
diterima jadi muridnya si orang tua itu akan gagal."
Ho Tiong Jong merasa kepandaiannya belum sempurna, ia
harus belajar lagi kepada orang pandai itu, yang memiliki kitab
pusaka jilid ke satu, yang didalamnya ada dilukiskan berbagai
ilmu silat yang sangat tinggi.
cara ilmu silat berbagai cabang bagaimana dipraktekkannya
ada ditulis dengan lengkap dalam kitab itu, Dalam jilid kedua,
yang demikian itu tidak ada.
Hanya tertulis komentarnya saja dan sedikit petunjukpetunjuk
bagaimana orang memelihara badannya supaya jadi
kuat dan mempunyai tenaga dalam yang mahir.
Demikianlah, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ho
Tiong Jong sudah bangun, setelah cuci muka, lantas ia keluar
pergi ketoko untuk membeli barang yang akan diberikan
kepada jago tua itu sebagai bingkisan perkenalan. Ie Ya
tatkala mana masih belum bangun dari tidurnya.
Ho Tiong Jong setelah membeli barang-barang yang perlu
sebagai bingkisan itu, tidak kembali kerumahnya co Kang cay,
tapi langsung menuju kepintu kota sebelah timur untuk
mencari Sim Pek Hian akhli waris dari in Kie Lojin.
Mulutnya mudah bertanya, maka tidak heran ia sudah
dapat pertunjukan yang diingini. Mula-mula ia menemukan
jalannya yang buruk. disana ada berdiri kira-kira sepuluh
rumah yang jelek. pada setiap sampingnya rumah-rumah itu
ada pekarangan yang lebar dan kebun sayur.
Ia berjalan sampai dirumah yang di ujung sekali, pintunya
tertutup rapat dan sepi keadaan disitu, ia melihat kebun sayur
yang terbentang disitu luasnya kira kira tiga bu sekitarnya
dipagar oleh pohon-pohon berduri amat rapat, tingginya kirakira
satu tumbak. Ditengah-tengah kebun sayur itu ada
sebuah rumah kecil, mencil sendiri. Pikirnya, apakah dia itu
rumahnya Sim-Pek Hian"
Diam-diam ia menghela napas. orang pandai dalam dunia
persilatan sampai mengumpat dalam rumah demikian kecil,
tidak lain, karena maksudnya untuk melindungi kitab pusaka
yang dimilikinya itu.
Ia berjalan masuk kedalam kebun sayur itu, Tidak jauh dari
ia berjalan ia mendapat lihat ada tanah sedikit muncul sebuah
kuburan, Sekitarnya dikitari oleh kira-kira dua puluh pohon
Tho. Kemudian ia menghampiri rumah kecil itu, justru ia hendak
mengetuk pintunya, tiba-tiba sudah dibuka dari sebelah dalam
dan tampak satu gadis remaja yang cantik sekali berjalan
keluar. Ho Tiong Jong terpesona oleh kecantikan si nona.
Dua pasang mata kebentrok, si nona sambil bersenyum
telah tundukkan kepalanya dan meneruskan perjalanannya
lagi. Mulutnya sudah terbuka hendak menanya, akan terapi
urung, karena si nona tampak jalannya cepat-cepat saja, Ho
Tiong Jong tidak berani mengetuk pintu, hanya ia keluar lagi
dari kebun sayur itu, ia menghampiri seorang wanita tua yang
sedang menjemur pakaian-
Dengan laku hormat ia menanyakan rumah dalam kebun
sayur itu siapa penghuninya" Benar seperti apa yang ia duga
semula rumah kecil itu ada tempat tinggalnya Sim Pek Hian
Ia seorang tua, dan sudah tinggal disitu sepuluh tahun
lamanya-Ho Tiong Jong berjalan lebih jauh. Di depannya salah
satu rumah ia lihat ada duduk seorang anak lakl-laki berumur
kira-kira dua belas tiga belas tahun sedang asyik membaca
buku. Rupanya ia sangat tekun dengan pelajarannya, Ho
Tiong Jong berhenti dan menanya.
"Adik kecii, kau kelihatan sangat tekun dengan
pelajaranmu, sehingga melupakan keadaan disekitarmu, Siapa
namamu adik kecil?"
Anak laki-laki itu tak lantas menjawab- hanya ia mengawasi
pada Ho Tiong Jong beberapa saat, "kau siapa" Aku bernama
Kioe Kie Hok." jawabnya kemudian,
Ho Tiong Jong tertawa, "Aku mencari teman" katanya, "tadi
tak ketemu. Adik kecil, kalau kau suka terimalah bingkisan ini
supaya aku tak berabe membawa pulang lagi."
Ho Tiong Jong berkata sambil menyerahkan bingkisan yang
dibawanya, akan tetapi anak itu tak mau menerimanya.
"Tidak- tidak- aku tidak mau nerima." katanya, sambil
tangannya ditaruh ke belakang lucu sekali kelihatannya.
"Kenapa kau tak mau terima, adik kecil?" tanya Ho Tiong
Jong. Tapi sebelum anak itu menjawab, tiba-tiba ada suara
memanggil nama anak itu.
"Kie Hok. Kie Hok. lekas masuk kedalam" demikian
terdengar suara merdu dari sebelah dalam rumah. Tidak lama
kemudian orang yang memanggil tadi telah unjukkan dirinya
dan bukan lain kiranya ada si nona yang barusan Ho Tiong
Jong lihat dirumahnya Sim Pek Hian.
"Enci, ini koko mau kasih bungkusan padaku, tapi aku telah
menolaknya ..." kata Kho Kie Hok. sambil menunjuk pada Ho
Tiong Jong. Si nona memandang pada si pemuda dengan melototkan
matanya. Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, ia kuatir si nona
menduga yang tidak-tidak bahwa ia dengan memberikan
bangkusan itu hendak membuat jahat pada anak kecil itu.
"Nona harap kaujangan salah paham. Aku memberikan
bungkusan ini dengan setulus hati. Sebab orang yang kucari
tidak ketemu, aku pikir dari pada aku bawa kembali
bungkusan ini lebih baik diberikan pada adik kecil ini."
"Kie Hok. hayo masuk kedalam " memerintah sang enci,
sinona ternyata tidak menghiraukan Ho Tiong Jong.
"Nona apa kau tidak percaya atas perkataanku barusan ?"
si nona yang hendak berjalan masuk kedalam mengikuti
adiknya, telah baliki badannya dan berkata, "Siapa yang
berkata pada mu tidak percaya " Kau bilang begitu sendiri,
mungkin bicaramu tidak benar."
Ho Tiong Jong melongo, ia tidak menduga sama sekali si
nona akan berkat demikian-Hatinya sangat tidak enak. ia tak
berjaya untuk melayani nona yang ketus dingin ini,
kemungkinan besar, kalau diajak bicara lebih lama akan
menimbulkan salah paham lebih hebat lagi.
Ho Tiong Jong jadi serba salah. Untuk meninggalkan begitu
saja, ia pikir kurang pantas, maka ia berdiri menjublek sekian
lama. Tapi ia akhirnya berlalu juga dari depan rumah itu,
ketika melihat sinonapun tinggal membisu saja. Tapi belum
berjalan berapa langkah ia mendengar gerutuannya sinona.
"Hm.. Masih baik kau tahu diri, kalau tidak sudah kuhajar
kau." Ho Tiong Jong merandek dan balik badannya menatap
wajahnya si gadis, Si nona ada dari familie Kho. Gadis remaja
yang cantik jelita. entah dengan siapa ia tinggal ditempat itu.
Ketika melihat dirinya diawasi, ia balas memandang pada Ho
Tiong Jong. Wajah si pemuda yang tampan menawan dan
pengawakannya yang tegap dan gagah, agaknya membuat
tergetar juga hatinya si gadis cantik dari kebun sayur. Selebar
mukanya menjadi merah, kemudian ia tundukkan kepalanya.
Terdengar Ho Tiong Jong tertawa perlahan. ia berpendapat
bahwa gadis ini hanya diluarnya galak. sedang hatinya ada
lemah. Tertawanya si pemuda justeru menimbulkan salah paham
pada nona Kho. Air mukanya tampak cemberut, dengan suar
galak ia menanya.
"Kau tertawakan apa " Hm Kau tentu mentertawakan aku,
ya ?" "Aku tertawakan kau juga bukan bermaksud jelek."
"Habis apa maksudnya ?"
Ho Tiong Jong kembali tertawa.
"Kau jangan main gila dengan nonamu, ya ?"
"Waduh galaknya. Kalah harimau..."
Wajahnya nona Kho cemberut-cemberut ketawa,
mendengar si pemuda berkelakar.
"Niiih... harimau " bentaknya, seraya menyerang dengan
tangannya yang halus.
"Eee... kok nyerang" Apa nona mau berkelahi dengan aku?"
si pemuda menggoda seraya berkelit dari serangan sinona.
Gemas hatinya nona Kho, sebab giginya sampai
bercatrukan. Ia tidak menyangka, serangannya yang hebat tadi dengan
mudah saja dapat diegoskan oleh pemuda tampan didepannya
itu. Nona Kho sebenarnya tidak ingin mengumbar napsu
marahnya, karena biar bagaimana juga, barusan hatinya
sudah kena ketusuk panah asmaranya Ho Tiong Jong, tapi
karena keterlanjur barusan ia sudah menyerang, ia harus
lanjutkan tindakannya.
"Lelaki tolol.jangan banyak omong" nona Kho membentak


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas menyerang lagi pada Ho Tiong Jong dengan gerakan
yang gesit sekali. Kembali serangannya menemui tempat
kosong. Ho Tiong Jong yang diserang, bukan saja dapat
menghindarkan serangan, tapi seperti setan saja dengan
mendadakan sudah berada disampingnya si nona.
"Hei, nona, kau benar-benar ganas..." terdengar suara
berbisik, nyelusup ke telinganya nona Kho yang saat itu
sedang kebingungan kehilangan lawannya.
NONA Kho kaget bukan main, ketika nampak dirinya Ho
Tiong Jong berada disampingny siapa kalau mau dengan
mudah saja menyamber pinggangnya yang ceking langsing,
cepat melompat menjauhkan diri.
"orang liar kau berani main-main dengan nonamu" Barusan
aku lihat gerak-gerikmu didepan rumahnya Sim loya, aku
sudah tahu kau ini bukannya orang baik-baik."
"Nona, kau jangan berkata sembarangan."
"Kalau bukannya orang liar, kenapa kau datang mengacau
disini ?" "Aku datang juga ada maksudnya."
"Maksud apa" Hendak mencuri barang, atau sengaja
hendak mempersulit orang?"
Ho Tiong Jong tidak senang dikatakan hendak mencuri
barang dan mempersulit orang, karena kedatangannya kesitu
adalah dengan hati yang sujud hendak menemui orang
pandai. Dengan sungguh-sungguh ia berkata.
"Nona, aku hampir tidak percaya seorang nona cantik jelita
seperti kau ini dapat mengeluarkan kata-kata yang tak enak
bagi orang yang mendengarnya."
"Habis, kau mau apa?" tanyanya galak. Ho Tiong Jong
membisu. "Kau tidak senang dikata-katai demikian, apa urusanmu.
Kau boleh membela dirimu kalau ada mempunyai kepandaian-
Kini sudah berhadapan dengan nonamu, jangan harap ka
dapat lolos sebelumnya mendapat tanda mata atas
perbuatanmu yang lancang."
"Baiklah, aku ingin lihat kepandaianmu sampai dimana."
Nona Kho ketawa ngikik, kepalannya yang kecil diayun
menyerang si pemuda, tapi lagi-lagi menemui tempat kosong,
Meskipun begitu telah mengejutkan juga si pemuda yang tidak
mengira sama sekali kalau nona yang demikian sederhana ada
mempunyai tenaga dalam yang mahir.
Angin serangannya berkesiur mendampar seolah-olah
gelombang laut. Dengan tenang Ho Tiong Jong meladeni si
nona bertempur Rupanya nona Kho sangat penasaran akan
serangannya yang sudah dilakukan sampai tiga kali, tapi tidak
ada satu yang dapat menyentuh Ho Tiong Jong, meski hanya
ujung bajunya saja, Si nona bergerak dengan lincah,
menyerang dan membela diri dengan bagus sekali hingga
diam-diam Ho Tiong Jong merasa sangat kagum.
Pasti si nona sudah mendapat didikan orang pandai kalau
tidak, dalam usia demikian muda mana bisa ia sudah
mempunyai kemahiran dalam tenaga dalam"
Mengingat bahwa dirinya datang kesitu bukannya hendak
mencari musuh, mengingat juga bahwa sinona ketika pertama
kali sepasang matanya kebentrok dengan sorot matanya
seperti yang tertarik olehnya, maka perlawanan Ho Tiong Jong
tidak dengan sungguh-sungguh, malah kasihkan dirinya
dicecer dengan tidak memberikan perlawanan apa-apa. Hal
mana membuat nona Kho jadi heran.
"Hei, orang liar Lekas keluarkan kepandaianmu untuk
dipertontonkan didepan nonamu, Aku mau lihat apa kau ada
harganya untuk menjadi lawan dari nonamu ?"
Biar bagaimana Ho Tiong Jong berdaya sebisanya menahan
sabar, kini ia mendengar kata-kata si nona yang jumawa,
hatinya merasa panas juga.
"Nona sombong, aku she orang she Ho tidak mempunyai
kepandaian-" Jawabnya, berbareng ia merubah cara
bersilatnya. Kim-ci Gin-ciang dikombinasi dengan Tok liong
ciang-hoat. Tubuhnya berkelebat gesit seka1i hingga si nona yang
barusan menang diatas angin, dalam sedikit tempo saja jadi
kelab akan- Sebentar-bentar ia merasa ditowel bahunya,
kupingnya dan lengannya, semua itu menyatakan bahwa ilmu
silatnya si nona bukan tandingannya si pemuda.
Tapi nona Kho masih terus membandel dan memberikan
perlawanan dengan gigihnya.
Lama kelamaan ia kena dipermainkan Ho Tiong Jong
menjadi gemas juga. Dari gemas menjadi marah dan dari
marah menjadi sedih, akhirnya ia lompat dari kalangan
berkelahi sambil banting-banting kaki seperti hendak
menangis ia berkata.
"orang she Ho, kau jangan kira ilmumu sudah tinggi
hendak menghina pada seorang wantia. Betul-betul kau orang
liar ini tidak tahu malu."
"Aku bukannya hendak menghina padamu, nona. Maaf atas
semua perbuatanku tadi sebab memang juga bukannya
menjadi aku punya maksud untuk bertempur dengan seorang
wanita." "Tutup mulutmu " bentak si nona, "Kalau kau benar satu
laki-laki, jangan kita bertempur disini, mari ikut aku kekebun
sayur, disana nanti kita akan mendapat kepastian siapa yang
lebih unggul kepandaiannya."
Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala.
"Aku tidak berani bertempur lagi dengan kau?" kata pula si
pemuda. "Kenapa, apa kau takut" Hm Pengecut memang selalu
merasa jerih hatinya."
Kembali Ho Tiong Jong dibikin panas hatinya oleh kata-kata
si nona. "Apa kau kira aku takut padamu?" katanya lagi
kemudian- "Kalau tidak takut, kenapa jerih untuk berkelahi di kebun
sayur?" "Baik, silahkan kau jalan lebih dulu."
Si nona tanpa menjawab lagi, lantas enjot tubuhnya
melesat dan sebentar saja sudah menghilang dari
pemandangannya, Ketika Ho Tiong Jong sampai dikebun
sayur, ia celingukan mencari si nona ternyata dia masih belum
kelihaian- Tidak lama kemudian ia lihat pintu rumah kecil yang ada
ditengah-tengah kebun sayur itu sudah terbuka dan nona Kho
kelihatan keluar dengan muka berseri-seri.
"Aaa.... dia tentu sudah lapor pada Sim Pek Hian untuk
minta bantuan-" pikir Ho-Tiong Jong, "itu memang lebih baik,
aku jadi dapat bertemu dengan orang pandai yang tak mau
menemui tetamunya. Ha ha ha.." ia ketawa geli dalam
hatinya. Tapi diam-diam ia memperhatikan kalau-kalau si tua
ada ikut keluar dengan nona Kho.
Ternyata Sim Pek Hian tidak unjukkan batang hidungnya,
malah pintu rumah telah dirapatkan lagi oleh nona Kho,
kemudian ia menghampiri si pemuda yang sudah berada di
lapangan kebun sayur,
Tampak air mukanya yang cantik mengunjukkan senyuman
mengejek. "orang liar, dengan kepandaianmu yang tidak seberapa
rupanya kau sengaja hendak menghina kaum perempuan,
sekarang kau menghinakan aku di tengah jalan, tentu
perbuatanmu ini bukannya kali ini saja. Entah sudah berapa
banyak nona-nona yang sudah diperhina olehmu. Nah,
sekarang nonamu akan membalas dendam untuk
perbuatanmu yang tidak senonoh itu."
"Nona. . ." menyelak Tiong Jong. "kau jangan sembarangan
berkata. Aku bukannya itu lelaki yang kau maksudkan- Kalau
aku mau menghinamu. barusan untuk apa berlaku baik hati
mengampuni kau. Aku siang-siang sudah menotok kau rubuh
dan sekarang kau tak usah mengobralkan katamu yang
menyakiti hati itu."
Nona Kho tak dapat menjawab, pikirnya benar juga katakatanya
si pemuda itu. Mungkin ia bukannya orang jahat, kalau ia sudah mencaci
demikian karena ia menuruti napsu gemasnya saja kepada
pemuda gagah itu.
"Nona kalau aku berbuat salah, aku dengan senang hati
memohon maaf dengan kau tapi kalau kau menuduh yang
bukan-bukan benar-benar aku tak dapat menerima." kata Ho
Tiong Jong lagi dengan roman serius.
Nona Kho mengawasi si pemuda, tanpa berkata-kata untuk
sesaat lamanya.
Ho Tiong Jong menduga sinona sudah dapat dibikin
mengerti dan menyesal akan bicaranya yang sembarangan itu
maka melihat si nona diam saja ia tidak berkata-kata lagi,
hanya menantikan apa jawabannya sinona nanti.
"Aaaa. . . kata-katamu boleh juga." kata nona Kho. "Untuk
mendapat maaf dari aku mudah saja, aku minta kau berdiri
tegak dan aku akan tempiling pipimu, barulah aku merasa
puas dan memaafkan padamu, Kau tidak boleh membalas
atau menyerang aku karena kalau berbuat demikian kau bisa
celaka. Nah, jagalah sekarang aku menyerang"
Ho Tiong Jong mendongkol, ia tak mau diperhina orang
perempuan maka ia sudah bersiap ketika sinona menyerang.
Nona Kho ternyata telah melancarkan serangan dengan
tangan kanannya hanya berpura-pura saja, sebab yang
sebenarnya memukul ada tangan kiri mengarah mukanya.
Bukan main si pemuda kagetnya, karena serangan yang
dilakukan si nona ada demikian cepat dan tak diduga-duga
hingga ia kena diakali.
Selebar mukanya menjadi merah karena menahan marah.
Ketika tangannya si nona hampir memukul mukanya, ia lantas
mendongakkan kepalanya, berbareng tangannya bekerja
mengirim serangan, hingga nona Kho sempoyongan terdorong
oleh dahsyatnya angin pukulan Ho Tiong Jong.
Nona Kho kaget dan ia tak berani menyerang lagi.
"Ha ha ha.,." terdengar Ho Tiong Jong ketawa, "Terima
kasih atas seranganmu dan sekarang terimalah pembalasan
seranganku."
Sambil berkata Ho Tiong Jong menyerang dengan ilmu
serangan berantai, sehingga nona Kho menjadi kelab akan
menangkis. Tapi dengan pelahan-lahan nona Kho dapat melayani si
pemuda dengan ilmunya yang sukar diterobosi serangan
musuh, tangannya diputar membuat suatu lingkaran-
Ilmu lingkaran tangan itu mengandung angin keras, hingga
Ho Tiong Jong bingung juga bagaimana caranya memecahkan
ilmu itu. ia lantas menggunakan beberapa tipu pukulan dari
Tok liong ciang-hoat untuk melayaninya.
Sayang tipu-tipu istimewa dari Tok- liong ciang-hoat
warisan Tok-kay itu tak dapat menembusi pertahanan si nona,
yang dengan gigihnya menangkis dan terkadang ia
melancarkan serangan istimewa yang membuat Ho Tiong Jong
bingung juga menghindarinya.
Pada suatu saat tiba-tiba Ho Tiong Jong lompat keluar dari
kalangan berkelahi,
seolah-olah hendak menyudahi pertempuran yang belum
ada keputusannya itu.
Terdengar nona Kho tertawa dingin. "ow kiranya kau
belajar lompat juga" Sejak tadi aku tak bergerak..." sambil
berkata ia melangkah mundur dan berdiri diatas galangan
kebun sayur "orang liar, kau berani bertempur disini, mari kesini. Kita
bertanding di sini siapa yang melangkah keluar dari galangan
dia dinyatakan kalah, bagaimana akur?"
Ho Tiong Jong tidak menjawab. Hatinya panas, seketika itu
ia melesat dan dilain saat ia sudah berdiri didepan nona Kho.
Si nona menyambut kedatangannya si pemuda, setelahnya
berdiri tegak dengan jurus serangan kedua oleh tangan kanan
dan ke-arah muka dengan serangan tangan kiri.
Meski agak gugup, ternyata serangan-serangan itu dapat
dihindarkan oleh Ho Tiong Jong.
Kemudian ia membuka serangan membalas, pertandingan
diatas galangan kebun sayur ternyata sangat menarik hati,
mereka kelihatan bertempur dengan sungguh-sungguh dan
masing-masing pada keluarkan ilmu simpanannya.
Malah kali ini Ho Tiong Jong dibuat heran, sebab kalau tadi
di jalanan ia menempur si gadis dengan mudah dapat
mempermainkannya, menowel kuping, menyentuhnya
bahunya dan lengannya, kini ternyata si gadis sangat gesit
dan ia merasa kewalahan untuk meladeninya, ia kagum
dengan kepandaiannya si nona yang sempurna.
Pikirnya, "mungkin si nona tadi sudah mendapat
pengunjukan dari si orang tua yang tak mau menemui
tamunya, makanya nona Kho kali ini sangat lihay."
Dengan muridnya saja rasanya sudah kewalahan
bertempur, bagaimana nanti kalau melayani gurunya nona
Kho" Pikiran ini mengaduk dalam otaknya Ho Tiong Jong.
Sebaliknya nona Kho juga berpikir, kalau semua
serangannya selalu luput, bagaimana nanti kesudahannya.
Ho Tiong Jong perhebat serangan-serangannya, ia
menyecar dari segala jurusan, akan tetapi si nona tetap
dengan pembelaannya lingkaran tanganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Lama-lama karena hatinya gentar juga rasanya badan
sudah mulai letih, maka sinona sambil bertanding terus
mundur saja, Akhirnya ia kabur dan menghilang diantara
pepohonan- Kelakuan mana membuat Ho Tiong Jong
tertegun, ia tidak mengira bahwa sinona akan meninggalkan ia
demikian saja. Apakah sinona sudah tidak tahan oleh serangannya" Tidak,
nona Kho masih tahan kalau ia mau terus bertempur. Tapi
kenapa dia sudah melarikan diri" Rupa-rupa pikiran mengaduk
otaknya Ho Tiong Jong.
Ia ingin sekali dapat menemui sim Pek-Hian gurunya sinona
tentu Pikir ia sudah sampai disitu, karena kalau tidak sampai
menemui orang pandai itu sayang sekali.
Selagi ia melamun sambil saban-saban mengawasi angkasa
yang luas, tiba-tiba ia mendengar suara nona Kho yang
merdu, ia cepat menoleh, ternyata si gadis sedang berdiri
disampingnya salah satu pohon. Kini ia berdandan rapih,
rupanya barusan ia habis tukaran, kelihatannya sangat elok
hingga Ho Tiong Jong berdiri menjublek menyaksikan
keelokan wanita yang seperti bidadari itu.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, kau jangan bengong mengawasi saja, dengarlah aku
bicara" menegur sinona,
sambil menekap mulutnya yang mungil menahan gelinya.
Ho Tiong Jong seperti tersadar dari lamunannya.
cepat-cepat in berdiri tegak dan balas tersenyum, kemudian
berkata. "Nona, ada pesan apa untukku?"
"Kau pasang kuping baik-baik dan dengarlah aku bicara."
nona Kho berkata lagi dengan suara sungguh-sungguh.
"Baik nona, aku sudah siap" jawab Ho Tiong Jong, sambil
berdiri tegak menghadap si nona. Lagaknya lucu sekali, hingga
mau tidak mau nona Kho yang tadi sudah mulai serius
bicaranya sudah ketawa dibuatnya.
"orang edan, jangan main sandiwara didepan nonamu. Aku
akan bicara sungguh-sungguh, kau harus mendengarnya
supaya dirimu tidak sampai binasa."
"celaka tiga belas kenapa aku harus binasa?"
"Kau dengar dahulu bicaraku, nanti tahu apa sebabnya."
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya, "Nah, lihat disana
ada kuburan keramat," kata si nona lagi, sambil menunjuk
pada tanah yang muncul yang merupakan kuburan-
"Sekali-kali kau tak boleh coba-coba mendekatinya. Kalau
melanggar ini. akibatnya jiwamu akan melayang, ini ada pesan
yang pertama, kau mengerti ?"
XXXV. ILMU LINGKARAN BUMI LANGIT.
HO Tiong Jong anggukkan kepalanya. "Dan yang kedua,
peringatan apakah itu?" tanyanya.
"Yang kedua kau harus perhatikan- Tempat ini ada tempat
keramat, kalau sebentar kau mau keluar dari kebun sayur itu
tak mempunyai daya, janganlah kau berlaku tolol dengan
membabi buta tabrak sana dan tabrak sini merusak kebunan.
Kau harus bersumpahyalah setelah kau keluar dari tempat
ini kau tak boleh mengatakan pada orang lain tentang
pengalamanmu disini, barulah aku akan melepaskan padamu."
Ho Tiong Jong geli dalam hatinya.
Pikirnya, "kebun yang tidak seberapa luas itu, mana dapat
menahan dirinya dan ia bisa linglung untuk keluarnya. Tak
bisa jadi. Ah, ini nona rupanya mau menggertak ia saja supaya
ketakutan-"
"Dan yang ketiga?"
"Terserah pada pikiranmu, mau mentaati peringatanmu
atau tidak. sebab yang bakal mengalami kebinasaan bukannya
aku." "Dan yang keempat?"
"Kau, kau... harus bisa jaga diri."
Ho Tiong Jong melengak mendengar kata-katanya si gadis
paling belakang.
Dalam kata-katanya itu seperti mengandung kasih sayang
yang mesra. Entahlah, apa gadis cantik jelita itu juga jatuh
hati padanya" Ah. sungguh runyam sekali kalau ia mesti
dicintai oleh satu gadis lagi, Tapi gadis Seng Giok Cin, Kim
Hong Jie, Ie Ya dan tak terhitung ceng ie, sudah membuat ia
mabuk untuk memilihnya, semuanya ada cantik-cantik,
masing-masing membawa gaya dan tingkah laku yang khusus
untuk membuat lelaki terpikat. Hebat ia tidak berani
memikirkan pula si nona dari kebun sayur itu.
Ketika pikirannya tersadar dari tertegunnya, ia lantas
memandang kearah sigadis berdiri, akan tetapi ternyata nona
Kho sudah menghilang, entah sedari kapan ia sudah
meninggalkan tempat itu.
Ia celingukan mencarinya, akan tetapi tidak kelihatan gadis
cantik itu. Pikirnya, "si nona mengatakan bahwa tempat kuburan itu
keramat, mungkin ia tidak berdusta, ingin ia menemui Sim Pok
Hian yang berkepandaiannya sangat tinggi, jikalau ia harus
mati rasanya rela, peringatan si nona harus ditaati, karena
perkataannya itu bukan perkatan mustahil akan menimbulkan
kematian atas dirinya, kalau ia melanggar peringatan itu. .
Dengan pelahan-lahan ia meninggalkan tempat itu,
pikirannya terus melayang layang ingin menemui sim Pek
Hian- Ketika ia sampai pada pintu kebun. lantas ia menerobos
keluar, tapi alangkah kagetnya ketika mengetahui bahwa
sesuatu yang bermula ia apal betul kini tampaknya sudah
berubah dan ia tak tahu harus jalan kemana buat bisa keluar
dari tempat itu.
Ia coba lompat melesat kesana sini tapi tidak juga
menemui jalan keluar, ia sangat heran- Ketika diteliti pintu
kebun sekarang kelihatan seperti sudah dipindahkan kelain
tempat,yalah kesebelah belakang bagian kanan, ia terus
mencari jalanan keluar, tapi ia terputar putar dan merasakan
jalan sudah sangat jauh, tapi herannya itu kuburan kalau ia
menengok kebelakang masih tetap saja berada tidak jauh dari
padanya. Keadaan disitu makin lama makin membingungkan.
Meskipun ia menggunakan ilmunya meng entengi tubuhnya
yang sudah mahir, tidak menolong juga untuk mencari jalan
keluar dari situ, ia sudah coba jalan sejauhnya bisa, tapi
penghabisannya sampai disitu-situ juga.
Tempat itu rupanya merupakan satu tin (barisan) yang
membingungkan yang memang dengan sengaja dibuat oleh si
kakek Sim Pek Hian untuk melindungi kitab pusakanya.
orang yang masuk kedalam kebun sayur itu tidak gampanggampang
bisa keluar, kecuali dengan pertolongannya si kakek
atau orangnya yang mengantarkan ia keluar. Ho Tiong Jong
diam-diam mengakui kebenarannya perkataan si gadis.
Tadinya ia memandang rendah, kebun sayur yang demikian
mana bisa menahan dirinya tapi kenyataanya sekarang ada
demikian maka ia jadi teringat pada si cantik yang
mengucapkan kata-katanya paling belakang suruh ia menjaga
diri. Apakah ia akan menolong dirinya" Kalan sampai begitu
kembali ia akan berhutang budi kepada seorang perempuan,
ia berhutang budi kepada Seng Giok Cin. Ie Ya dan Kim Hong
Jie, kini ia akan berhutang budi lagi kepada si cantik dari
Kebun Sayur rupanya, memikir kesini diam diam ia jadi
menghela napas.
Setetah ia termenung-menung sebentaran, lalu
memalingkan kepalanya memandang ke-tempat yang ada
kuburannya yang dikitari oleh pohon-pohon tho. pikirnya
sudah lupa akan peringatannya nona Kho, maka dengan
pelahan-lahan ia datang menghampiri dan melihat lihat
keadaan kuburan itu.
Tiba-tiba matanya melihat pada papan yang ada tulisannya.
KUBURAN KERAMAT SIAPA YANG MENGINTAI RAHASIANYA
AKAN BINASA. Ho Tiong Jong seram juga membacanya, Lain papan yang
terdapat disitu ada bertulisan. PINTU KELUAR DI DEKAT
MATA. Kini hatinya girang, karena mendapat pengunjukan itu
untuk keluar dari kebun sayur itu, ia tidak mengganggu
kuburan keramat itu, dengan sangat hormat ia meninggalkan
tempat itu. ia kembali berjalan terputar-putar hasilnya terupa
saja ia disitu-situ juga. Kali ini ia menemui sebuah batu nisan
yang bertulisan.
XXXVI KUBURAN RAHASIA LANGIT DAN BUMI.
Hatinya heran, ia ingin menyelidiki lebih mendalam kuburan
itu, maka ia lantas lompat ke atas kuburan-
Tiba-tiba ia dibikin kaget dengan berkelebatnya bayangan
orang diantara pohon pohon tho, sebentar kemudian keluar
dari balik salah satu pohon seorang tua berpengawakan tinggi
besar dan kekar sekali hanya sayang agaknya dia itu bongkok.
Matanya bersinar, menandakan bahwa tenaga dalamnya
sangat tinggi. Ho Tiong Jong cepat lompat turun lagi dari atas kuburan
dan menyambut kedatangan orang itu seraya menjura dalamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
dalam, "cianpwee, harap suka maafkan perbuatanku yang
tidak becus. Apakah cianpwee ini ada Sim Pek Hian
Locianpwee ?" orang tua itu kerutkan alisnya yang putih.
"Bocah, aku tidak menyalahkan kau, hanya aku ingin
menanya kenapa kau telah menghina anak pungutku?" tanya
orang tua itu. Ho Tiong Jong kaget, ia terus menduga bahwa yang
dikatakan anak pungutnya itu tentu ada sinona cantik yang
bertempur dengannya.
"Siapa namamu?" tanya si kakek, sebelum Ho Tiong Jong
sempat membuka suara.
"ow..... aku bernama Ho Tiong Jong." jawabnya "Tapi
cianpwe aku tidak merasa sudah menghina kau punya anak
pungut. Karena salah paham kita jadi bertengkar, mana berani
aku menghina orang perempuan " Bolehkah aku meniapat
tahu nama cianpwe yang terhormat?" orang tua itu menguruturut
jenggotnya. "seperti yang kau katakan semula, itulah ada namaku."
jawabnya. Ho Tiong Jong terkejut. cepat-cepat ia menjura lagi
dengan hormatnya dan berkata.
"Aku Ho Tiong Jong sudah berlaku tidak hormat didepan
cianpwee, harap cianpwee tidak menjadi kecil hati dan suka
memaafkannya." Sim Pek Hian tertawa tergelak- g elak.
"Bocah, kau pintar sekali membawa diri, Aku Sim Pek Hian
sudah tinggal disini mengasingkan diri sepuluh tahun tidak lagi
menyampuri urusan Kang-ouw, tentu saja tidak mengenal
siapa aku. Kau rupanya dalam kalangan Kang-ouw ada sedikit
nama juga, makanya kau pandang rendah semua orang." Kini
dia berkata telah memanggil nona Kho.
"Siujie, ayo lekas keluar, Dan keluarkan lagi beberapa ilmu
mu untuk dipertonton-kan didepan bocah jumawa ini."
Ho Tiong Jong bingung menghadapi sikapnya Sim Pek
Hian, tapi ia tidak takut, ia sebenarnya ingin membantah katakatanya
si orang tua, tapi sebelum ia buka mulut sudah
didahului oleh nona Kho yang merdu menyahuti panggilannya
Sim Pek Hian kemudian dirinyapun segera muncul dari balik
pohon- Ia menghampiri si orang tua dan dengan lagak kolokan ia
berkata. "Gihu, kau panggil aku bertempur dengan dia, mana aku
Pedang Golok Yang Menggetarkan 24 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Kitab Pusaka 2
^