Pencarian

Golok Sakti 4

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 4


ia boleh menghadapi Taycu sendiri dalam lima belas gebrakan.
Kalau dalam lima belas gebrakan itu dapat bergebrak seri saja
tak usah menang, yang tersangkut akan mendapat hadiah
sebagai tanda kenang-kenangan berupa uang atawa kain
sutra yang indah.
Menghadapi Taycu orang boleh bertanding dengan pakai
senjata atau senjata rahasia, tidak ada larangan asal diadakan
perjanjian dahulu sebelumnya bergebrak. sehari dua Taycu
yang melakukan tugas-nya, yalah bagian pagi dan bagian
sore. Pada saat itu yang menjadi wakil Taycu ada seorang she
Kwee nama Hoei, dalam kalangan kang ouw ia terkenal
dengan ilmu mencengkramnya yang hebat. Ia sekarang
sebagai Pocu dari propinsi Ho-pak bagian she co dan
merupakan partai tersendiri.
Dalam "Perserikatan Benteng Perkampungan- yang
dahulunya akur dan dapat bekerja sama, belakangan ini
kelihatan mulai- retak. Masing-masing pada berebut pengaruh
dan mendirikan partai sendiri. Perserikatan tersebut sekarang
sudah merupakan tiga buah partai, yalah kesatu Kim-Hon-po
bagian kira Seng kee-po, kedua Kioe keepo Lauw kee- Chung
Hul- ke- Chung, ketiga adalah In- ke- Chung chong ke- Chung
ciauw- ke- Chung.
Masing-masing partainya pada mengumpulkan orang-orang
gagah, mereka sudah berusaha dengan segala daya dan
upaya supaya orang-orang gagah itu yang ulung suka masuk
dalam partainya terutama terhadap orang-orang pandai yang
sudah mengasingkan diri ada sangat disukainya dan sebisanya
mereka itu membujuknya supaya dapat memperkuat
partainya. Berhubung dengan tindakan mereka itu maka dalam dunia
persilatan orang-orang sangat kuatirkan ada terjadi
penumpahan darah kelak dikemudian hari karena tiga partai
itu sudah tentu akan berebut pengaruh satu sama lain untuk
berdiri sama jago.
Kita balik pada Ho Tiong Jong telah mengikuti jalannya
acara dengan tenang. Ketika Kwe Hoei habis bicara, ia lihat
ada seorang naik keatas luitay. ia kenali itu ada Soe coe Liang
yang tempo hari ada makan bersama sama satu meja
dengannya, la ada satu pejabat kaliber besar dibagian selatan-
Soe coe Liang lantas berhadapan dengan Kwee Hoei
sebagai wakil Tayeu. Ternyata menghadapi Kwee Hoei ia tidak
bisa berbuat banyak. Meskipun Soe coe Liang sudah keluarkan
simpanannya, cuma dalam beberapa gebrakan saja ia sudah
dipukul terpelanting jatuh kebawah panggung yang
memalukan sekali.
---ooo0dw0ooo---
XI. DI ATAS LUITAY UNJUK KEPANDAIAN.
KWE HOEI gembira dapat menjatuhkan lawannya demikian
cepat, maka ia lalu menjura kepada penonton dan berkata.
"Aku Kwei Hoei tidak punya kepandaian istimewa, cuma
lantaran kebetulan saja sudah dapat mengalahkan saudara
Soe, maka jikalau diantara hadirin ada yang berminat naik
panggung aku akan merasa girang sekali."
Belum habis bicaranya, lantas kelihatan lompat naik keatas
panggung seorang yang bertubuh jangkung kurus. Ia
menghampiri Kwee Hoei memberi hormat.
"Saudara Kwei, bagus sekali ilmu silatmu barusan- Hanya
dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat mengalahkan
lawan- Aku Kwie Boen Peng ingin coba-coba mengunjukan
kepandaiannya yang rendah, harap saudara Kwee tidak
mencelanya." Kwee Boen ceng yang bertubuh kurus itu mana
dipandang mata oleh Kwee Hoei.
Setelah perdengarkan suara dingin "Marilah, kita jangan
buang tempo." lantas saja melancarkan serangannya.
Si jangkung kurus menghindari serangan dahsyat lawan,
kemudian mainkan ilmu pukulannya yang lelompatan kesana
sini, rupanya ia meyakinkan iimu pukulan kera.
Tapi rangsekannya Kwee Hoei hebat sekali, hampir tidak
mengasih kesempatan untuk menancapkan kakinya dengan
tetap. Tidak heran, diserang dengan cara demikian KweoBoen
ceng dalam sedikit tempo saja sudah harus menyerah kalah,
tubuhnya kena dicengeram dan di lemparkan kebawah
panggung. suara tampik sorak riuh sekali menyambut kemenangannya
Kwee Hoei. Diantara tampik suara riuh itu tampak melompat
kepanggung Kiauw Yang kawannya soe coe Liang yang telah
dipecundangi. Tanpa banyak cerita lagi, Kwee Hoei sudah melayani
penjahat kaliber besar ini. Pertandingan ramai juga. cuma
sayang hanya memakan tempo tidak lama. Hanya lima belas
jurus saja mereka bertempur, Kiauw Yang sudah kena
dilemparkan ke bawah panggung.
Melihat saudara sekomplotannya kembali dijatuhkan, Ho
Yang naik darah, lantas enjot tubuhnya melayang naik keatas
luitay. "Saudara Kwee, kau benar-benar lihay, dua saudaraku
sudah dipukul jatuh, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu
silat mu yang tinggi."
"Silahkan, silahkan- menyelak Kwee Hoei dengan paras
dingin hingga Ho Yang tak dapat meneruskan kata-katanya.
Sebagai gantinya ia harus cepat cepat menangkis serangan
Kwei Hoei yang dilancarkan dengan cepat kembali dan
mengandung tenaga yang hebat.
"Betul-betul hebat pantasan dua saudara-ku kena
dijatuhkan mentah-mentah " demikian Ho Yang diam-diam
berkata dalam-hatinya.
Tapi ia tak dapat kesempatan untuk berpikir banyakbanyak.
karena serangan Kwee Hoei yang dilancarkan saling
susul membuat ia kepepet ketepi panggung dan akhirnya,
seperti dengan dua saudara yang sudah ia juga kena
dilemparkan mentah-mentah.
Sungguh memalukan, tiga jago dikalangan hitam yang
sudah terkenal namanya dengan secara mudah saja sudah
dijatuhkan satu persatu.
Kwee Hoei merasa puas hatinya ia tahu bahwa tiga saudara
dari kalangan rimba hijau itu adalah gara-gara sangat
sombong. Kini mereka mendapat bagiannya yang setimpal
dimukanya orang banyak.
Tapi sebelumnya Kwee Hoei dapat membanggakan
kemenangannya, tiba-tiba kembali seorang berpengawakan
kurus muncul d i- depannya. Ia perkenalkan dirinya bernama
Kie cin. Menghadapi orang kurus kali ini Kwee Hoei tidak segalak
seperti menghadapi lawan-lawannya terlebih dahulu, karena
Kie cin meskipun berbadan kurus kecil ia sangat gesit dan
lincah sekali. ilmu pukulannya tangan kosong juga cukup
mahir, ia sama sekali tidak takuti menghadapi Kwee Hoei yang
mempunyai pukulan berat dan terus menerus coba mendesak
pada dirinya. Pertandingan berjalan dengan ramai sekali.
Rupanya Kwee Hoei sudah kecapaian atau memang
musuhnya sangat ulet yang meminta ia mengerahkan banyak
tenaga untuk melayaninya, maka jurus demi jurus telah dilalui
akhirnya sampai pada jurus ke tiga puluh batasannya dari
pertandingan babak pertama. Pertandingan babak pertama ini
dinyatakan serie. Sekarang di mulai dengan pertandingan
menggunakan senjata. Dalam pertandingan menggunakan
senjata ternyata Kwee Hoei kalah setingkat.
Biar bagaimana wakil Taycu yang kosen itu
mempertahankan dirinya, tapi akhirnya ia harus menyerah
kalah kepada lawannya yang lebih pandai. Kwee Hoei terdesak
dan lompat turun dari luitay.
Melihat kekalahan ini, Beng Siong Tojin yang mendapat
giliran menjadi Taycu saat itu. telah mendelikkan matanya.
Entah bagaimana tosu licik itu telah gerakan tubuhnya tahutahu
sudah berada dihadapanya Kie cin.
Kie cin kaget juga menghadapi Ban Siong Tojin yang sudah
terkenal, sedang penontonpun kelihatan merasa kuatir dengan
turunnya tosu telengas itu, menguatirkaa Kie cin sebagai
lawannya akan mendapat celaka.
Memang betul berat bagi Kie cin menghadapi Taycu ini tapi
ia masih coba pertahankan dirinya jangan sampai cuma dua
tiga gebrakan sudah kalah. Ban Siong Tojin melihat dalam
lima jurus masih juga kelihatan Kie cin alot dijatuhkan, hatinya
sudah menjadi jengkel. Wajahnya tampak menghitam hingga
penonton kaget. Hanya dalam tiga jurus kemudian saja Kie cin
dibikin jatuh dari atas luitay.
Tapi belum lama Ban Siong Tojin menikmati
kebanggaannya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin
dari arah sebelah timur panggung, yang dengan suara keras
berkata. "Hmmmm Lo cit yang namanya terkenal sebagai pendekar
pada masa tiga puluh tahun yang lampau di dua propinsi oawlam
dan ouw pak. tidak tahunya kepandaiannya cuma
sebegitu saja. IHei, Lo cit apakah masih kenali pada aku ini
Beng Siang?"
Sambil berkata Beng siang berbangun dari duduknya,
menghampiri kepanggung luitay, kemudian lompat naik keatas
luitay menghadapi Ban siong Tojin-Si tosu kaget juga melihat
Beng Siang yang naik.
"orang she Lo," kata Beng Siang sambil menjura lucu
kepada Ban Siong Tojin- "Tiga puluh tahun kita tak bertemu,
aku tidak menyangka kau sudah berubah menjadi imam. kau
tentu masih kenali aku Beng Siang, bukan" Ha ha ha..."
Ban Siong Tojin ketawa dingin.
"Beng sicu, tentu saja aku kenali kau. Apakah kau hendak
menagih kekalahanmu tempo hari" Bagus."
Antara dua orang ini kira-kiranya ada yang mempunyai
ganjalan-ganjalan pada tiga puluh tahun yang lampau. Pada
masa itu Ban Siong Tojing masih bernama Lo cit, terkenal
sebagai jagoan dalam kalangan rimba hijau (kawanan
penjahat) dalam dua propinsi oaw lam dan oew-pak.
Selagi ia menjalankan operasinya dalam dua propinsi itu
telah ketemu dengan Beng Siang, yang pada saat itu masih
muda baru berusia tujuh belas tahun dan belum lama bekerja
menjadi piauwsu (pelindung antaran). Beng Siang tidak mau
menyerahkan barang yang dihubungnya hendak di ganggunya
oleh Lo cit, maka mereka lantas bertempur.
BENG SIANG hanya tahan di dalam dua puluh gebrakan
saja lantas sudah dilemparkan oleh lawannya. Sejak mana ia
masih penasaran kepada Lo cit, yang sekarang sudah tukar
bulu menjadi imam bernama Ban Siong Tojin.
Beng Siang belakangan telah menceburkan diri juga
kalangan hitam, kepandaian ilmu silatnya bertambah tinggi,
hingga merebut nama harum dikalangan kang-ouw. Kini
dikalangan pendekar berjalan hitam, ia merupakan salah satu
jago yang dimalui.
Seng Pocu tidak tahu ganjalan diantara dua orang itu,
diam-diam merasa heran melihat mereka berhadapan seakanakan
hendak menyelesaikan urusan lama. Sambil menguruturut
jenggotnya ia perdengarkan tertawanya bergelak-gelak.
Suara tertawa yang penuh mengandung teka-teki untuk
orang yang tahu siapa "Seng-Eng", tapi untuk mereka yang
tidak tahu riwayatnya Seng Pocu menganggap ketawanya itu
sebagai tertawanya tuan rumah yang gembira dan berdiri
tidak kesana kemari (netral). Terdengar Beng Siang berkata
lagi. "Lo cit, eh, totiang, aku bukan saja hendak menagih, tapi
juga mau tau apa kau bisa melemparkan diriku lagi atau tidak"
Aku lihat kau tadi begitu mudah mengalahkan lawan,
membuat hatiku ketarik untuk mencoba kepandaianmu yang
tinggi..." ia berkata sambil mengeluarkan senjatanya dua belas
belati yang berbentuk senapan berbendera warna merah satu
set senjata aneh yang belum dilihat pada sebelumnya.
"Bagus" kata Ban Siang Tojin- "Tapi Beng Sicu harap sabar
dahulu, sebab kau harus mengalahkan wakil Taycu baru
ketemu dengan aku...."
"Hm ...." Beng Siang memotong. "Silahkan kau turun dan
lantas panggil wakil Taycu itu naik panggung." Ia kelihatan
sangat mendongkol pada musuhnya, yang ia anggap takut
untuk menghadapi ia.
Belum lama Ban Siong Tojin turun, lantas naik panggung
seorang pemuda dengan mata jahat dan wajah yang bengis.
Banyak penonton tidak kenali siapa orang itu, akan tetapi Ho
Tiong Jong lantas kenali ia ada Song Boe Ki, muridnya
Sisiluman Khoe Tok yang mempunyai julukan si Tangan
Telengas. Ho Tiong Jong diam diam girang melihat Boe Ki akan
mempertunjukkan kepandaiannya diatas lutay, sebab ia nanti
akan dapat mengukur sampai dimana tingginya murid kepala
dari Khoe Tok yang kejam itu.
sebaliknya hatinya tidak enak. karena saat itu ia tidak
melihat Khoe Kie, sahabat karibnya yang sangat baik
kepadanya. Ho Tiong Jong pikir, mungkin Khoe Kie karena saking
banyak musuhnya ia tidak berani menongolkan dirinya disitu.
Penonton kebanyakan menganggap Song Boe Ki hanya
mencari mati melawan Beng Siang yang sudah terkenal
namanya. "Sahabat aku bernama Song Boe Ki. Seorang tidak
ternama, tapi dengan kemurahan Seng Pocu aku telah
diangkat menjadi wakilnya Taycu. Maaf, kalau kau tidak begitu
bernapsu melayani aku, orang tidak ternama." demikian Song
Boe Ki membuka mulut ketika sudah berhadapan dengan Beng
siang. Beng Siang sejenak tidak memberi jawaban, matanya
mengawasi pada sipemuda di depannya yang berparas bengis
dan mata jahat seperti maling.
tidak kenal siapa adanya pemuda muka jahat ini, muridnya
siapa dia"
Tapi hatinya sudah marah, tak dapat berpikir lama-lama.
lantas berkata singkat.
"Silahkan!!"
Inilah tanda tantangan buat lawan turun tangan
Song Boe Ki tidak sungkan-sungkan lagi. lantas gerakan
tangannya mengibas. Angin keras dari kibasan tangan ini,
hingga Beng Siang kaget juga karena tak menduga pemuda
itu ada mempunyai tenaga demikian kuat. la geser kakinya


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelit, kemudian balas menyerang dengan sampokan
tangannya yang dinamai "Menyapu ribuan tentara". kiranya
serangan Song Boe Ki hanya serangan pura-pura saja maka
Beng siang menjadi amat marah. Ia lalu menyerang hebat
sekali. Song Boe Ki tidak keder. ia keluarkan ilmunya tiga belas
jalan menyembah pada Tuhan, ilmu pukulannya yang ajaib
yang ia sangat andalkan.
Pertandingan segera sudah sampai pada jurus ke tiga
puluh, inilah ada limit dari pertandingan pertama dan boleh
dirubah dengan pertandingan menggunakan senjata dalam
pertandingan kedua yang ditetapkan dalam dua puluh
gebrakan. song Boe Ki keluar dari kalangan pertandingan
dengan berseru.
"Saudara Beng, pertandingan pertama sudah habis
sekarang boleh dimulai dengan pertandingan babak kedua
menggunakan senjata." Tidak ada penggantian wakil Taycu,
song Boe Ki lagi yang maju dalam pertandingan peng gunakan
senjata. Banyak penonton yang mengutuk kelakuannya Song
Boe Ki itu. Tanpa Beng siang mengeluarkan dua belas senjata yang
berbentuk senapan berbendera warna merah. Sedang Song
Boe Ki menggunakan satu set senjata lingkaran yang dinamai
"cu-bo ciang-gun".
Penonton tahan napas menunggu pertandingan ini
dilakukan. Ho Tiong Jong sambil menonton orang mengadu
kepandaiannya sambil matanya mencari-cari nona Seng,
perlunya hendak melaporkan tentang kematiannya Tok-kay,
kemudian ia akan lantas meninggalkan tempat itu.
Hatinya gelisah tidak keruan- Tiba-tiba ia melihat Soe coe
Liang menarik-narik tangannya Ho Yang dan Kiuw Yang diajak
meninggalkan tempat itu. Ketika mereka berjalan, Ho Yang, ia
melambai-lambaikan tangan nya sambil berjalan mengampiri.
Mereka bercemn dengan gembira dan bercakap-cakap.
dengan begitu Soe coe Liang dengan dua kawannya tidak jadi
meninggalkan tontonan itu dan pada menonton lagi bersamasama
Ho Tiong Jong. Beng Siang dan Song Hee Ki bertarung dengan seru sekali.
Keduanya sama tandingan, hingga senjata kedua pihak tak
dapat berbuat banyak untuk mendesak musuhnya.
Masing-masing telah mengeluarkan ilmu simpanannya.
Hanya ilmu istimewanya Beng Siang tidak mau keluarkan,
perlunya ilmu istimewanya ini untuk digunakan dalam
pertempuran nanti melawan Ban Siong Tojin, musuh lamanya
itu. Jurus demi jurus telah dilewatkan cepat sekali, segera dua
puluh jurus sudah berakhir. Pertandingan lantas dinyatakan
seri dan Beng Siang boleh maju lagi melawan Taycu, Belum
lama Song Bee Ki turun dari luitay sudah tertampak
dihadapannya beng Siang berdiri Ban Siong Tojin, yang tidak
banyak mengambil tempo lagi setelah Song Boe Ki turun telah
enjot tubuhnya melayang keatas luitay.
"Bagus." kata Beng Siang. "kita ada kenalan lama, sembari
aku mau menagih kekalahan kita boleh meramaikan
pertemuan ini. ayototiang, keluarkanlah senjatamu untuk
main-main dengan kupunya besi karatan ini" Beng Siang
sambil unjukkan senjatanya.
"Baik," Ban Siong Tojin memotong, sambil keluarkan
senjata kebutannya.
Ketika senjata itu dikebutkan, segera pula berdiri lempeng
bulu-bulunya satu tanda bahwa kekuatan lweekangnya Ban
Siong Tojin yang hebat telah disalurkan pada senjatanya
Beng Siang terkejut juga melihatnya. ia cepat siap-siap
dengan senjata yang aneh untuk menangkis serangannya Ban
Siong Tojin. Dua musuh lama ini perlahan-lahan sudah mulai
saling menyerang. Kepulan dari dua belas bendera saling
samber, indah sekali kelihatannya.
Senjata Ban Siong Tojin lihay sekali, beberapa kali
menyerang bagian-bagian jalan darah terpenting pada tubuh
musuhnya, hingga Beng Siang tampak kewalahan dan ia
hanya bisa menjaga tapi tak dapat balas menyerang.
Beng Siang mengeluarkan ilmu istimewanya yang tadi tidak
diperlihatkan melawan Son Boe Ki. Ia melontarkan dua
senjatanya sekaligus menyerang musuh punya badan bagian
kiri dan kanan, tapi Ban Siong Tojin sekali menggetarkan
kebutannya dua senjata Beng Siang itu sudah kena digulung.
Hanya saking kuatnya tenaga serangan dua senjata tadi
membuat Ban Siong Tojin sampa mundur selangkah dan
berdiri tegak lagi.
Beng Siong berubah wajahnya menjadi pucat. Ia heran
kepandaian istimewanya tak menemui sasarannya. Kembali ia
menyerang dengan dua buah senjatanya berbareng, tapi Ban
siong Tojin sambil lompat tinggi mengebut dengan senjatanya
pada senjata yang mengarah dirinya itu, hingga keduanya
terpukul jatuh kebawah luitay.
Dua lagi senjata Beng Siang menyusul menyerang ketika
badannya Ban Siong Tojin masih terapung diudara, tapi
dengan indahnya dua senjata itu pun dapat dipunahkan oleh
Ban siong Tojin dengan jalan menarik perutnya kempes dan
dua senjatanya berbahaya itu persis lewat beberapa dim saja
dari perutnya. Setelah kakinya menginjak papan panggung lagi. Ban Siong
Tojin tidak dikasih ketika untuk bergerak dan telah diserang
lagi. Kali ini untuk meluputkan diri Ban Siong Tojin telah
merebahkan dirinya diatas papan-
Berbahaya sekali kalau senjata-senjata itu menemui
sasarannya. Penonton tahan napas menyaksikan Ban siong Tojin
diberondong dengan senjata ampuh dari Beng Siang. Ternyata
imam itu tinggi kepandaiannya. Meskipun dicecar berulangulang,
ia dengan bagus dapat meluputkan dirinya.
Sorak ramai gemuruh seketika masing-masing pada
mundur karena pertandingan saat itu sudah berjalan lima
belas gebrakan sebagaimana sudah ditetapkan-Pertandingan
ini jadi dianggap seri, tidak ada yang kalah dan menang.
Ketika mereka lompat turun dari panggung dengan berseriseri
Seng Eng datang menyambut, berkata pada Beng Siang.
"Beng losu, selamat. Ilmumu istimewa, membuat banyak
pendekar di sini yang menonton merasa kagum. Maka sekedar
untuk kenang-kenangan, aku akan menghadiahkan kau dua
blok kain sutra dan sejumlah uang, harap Beng toyu tidak
menampik."
la berkata sambil suruh orangnya membawa barang hadiah
dan uang untuk diterimakan kepada Beng Siang, yang telah
menerima itu dengan mengucapkan banyak terima kasih.
Kemudian ia berjalan menghampiri tempat duduknya lagi
dipinggiran ia melihat pada Song Boe Kie yang berdiri sambil
ketawa nyengir, hatinya gusar sekali, tapi tidak dapat
melampiaskan amarahnya itu lantaran malu hati kepada tuan
rumah. Waktu itu masih belum waktunya istirahat, maka Seng Eng
lalu mengumumkan padapara hadirin bahwa kali ini yang
keluar sebagai wakil Taycu ada dua saudara oet ti-Kang dan
oetti Koen dengan Pek Boe taysu sebagai Taycu." PeK Boe
Taysu ada sahabat karibnya Seng Eng.
Para penonton pa dakasak-kusuk siapa adanya mereka
yang menjadi wakil Taycu itu"
Yang mengetahui mereka ada seperguruannya Song Boe Ki
telah memberitahukan pada yang tidak tahu, hingga disitu
ramai orang bercakap-cakap.
Ho Tiong Jong sudah diberitahukan oleh Kho Kie siapasiapa
yang hadir disitu, ia tidak perlu mencari tahu lagi hanya
matanya terus mengharap- harap dapat melihat wajahnya
nona Seng. Tiba-tiba matanya Kim Hong Jin selagi bercakap-cakap
dengan Li-lo sat Ie Ya, saban-saban tampak ia bersenyum
manis dan begitu menyolok sekali cirinya dua sujen dipipinya
yang botak. Lantas saja Ho Tiong Jong pikirannya melayang
pada lima tahun yang lampau peristiwa ia menolong
mengambilkan bonekanya Kim Hong Jie yang jatuh disawah.
Bagaimana ia diajak kerumahnya diberi pelajaran ilmu
golok keramat oleh engkongnya Kim Hong Jie. Bagaimana
Jenakanya Kim Hong Jie yang ketika itu masih menjadi satu
nona cilik dan baik sekali terhadap dirinya.
Nona cilik yang nakal, lincah dan cerdas itu sekarang
merupakan satu gadis berparas cantik luar biasa. Bagaimana
kalau satu waktu ia ketemu sinona, apa ia akanjawab kalau
sinona menanyakan kenapa ia tidak datang lagi kerumahnya,
yang telah dipesan oleh engkongnya dalam tempo setahun
sudah harus kembali kerumahnya" Dengan tanpa merasa
parasnya berubah merah.
Ho Tiong Jong menjadi bengong memikirkan itu semua.
Kelakuannya ini telah ditertawakan oleh Soe coe Liang dan
dua kawannya, mereka mengocok Ho Tiong Jong katanya
mudah terbawa semangatnya oleh sepasang sujennya Kim
Hong Jie. Mereka agak keras mentertawakan Ho Tiong Jong
hingga Kim Hong Jie dan Li sat Ie Ya pada menengok kearah
mereka. Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya karena merasa malu
Kim Hong Jie melihat-pada Ho Tiong Jong, tapi ia tidak
mengenali pemuda itu adalah itu pemuda yang telah
menolong mengambilin bonekanya dulu, tetapi le Ya dapat
mengenalinya pemuda tampan itu.
Begitu Ho Tiong Jong tundukan kepalanya ketika ia
mendongak lagi dan mengawasi ke tempat duduknya Kim
Hong Jie, ia melihat bahwa Li-lo sat, le Ya sedang bercakapcakap
dengan pemuda hidung pesek Khoe cong, ialah pemuda
yang tempo hari ia ketemukan di tengah hutan main petak
dangan Li lo-sat Ie Ya.
Ketika matanya beralih kesamping mereka dilihatnya disitu
sudah ada lain gadis lagi yang sedang duduk membelakangi
ia. Siapa gadis itu" Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran keras,
ketika gadis itu berpaling sebentaran kebelakang, wajah
dikenal oleh Ho Tiong Jong ia itu ada nona Seng, putrinya
Seng pocu dari Seng-kee-po.
la menyesal Seng Giok cin tidak mau mengarahkan
pandangannya kepadanya, hingga ia tak dapat memberi
isyarat apa-apa untuk menyampaikan laporannya tentang
kematiannya Tok-kay Kan ciong. ia gelisah sendirinya, dan
cara bagaimana ia dapat menyampaikan laporan itu" Pikirnya,
setelah beres melaporkan ia ingin segera meninggalkan
tempat itu. Li-losat Ie Ya tiba-tiba berdiri dari duduknya. Maksudnya ia
berdiri supaya Ho Tiong Jong dapat melihat pada dirinya, tapi
akibatnya, menjadi tidak enak. Sebab, sekali ia berdiri
dianggapnya ada orang yang hendak naik keatas luitay untuk
mengadu kepandaian-
Semua mata ditujukan padanya, hina gadengan apa boleh
buat ia menghampiri panggung dan enjot. turunnya naik
keatas. Setelah berada di atas ia berkata kepada para
penonton- "Sekalian hadirin, berhubung dengan belum adanya wanita
yang naik panggung, maka aku sekarang yang jadi pelopor
menunjukan sedikit kejelekanku hanya sekedar untuk
membuktikan, bahwa dikalangan wanita juga tidak kalah
perhatiannya dari kaum laki untuk naik keatas panggung ini "
Parasnya yang cantik tampak berseri-seri memikat.
Oet-ti Keng dan oet-ti Koen melihat itu jadi saling pandang.
oet-ti Koen yang berangasan tabiatnya sudah tidak
sabaran- segera mencelat naik menghadapi Li losat le Ya.
Sebetulnya oet-ti Koen mau jadi wakil Tay-cu bermaksud
hendak mempertontonkan kepandaiannya kepada nona Seng,
sebab hatinya telah tertarik betul oleh kecantikan dan gerakgeriknya
si cantik. Tidak tahunya, bukan lelaki yang naik tapi Li lo-sat le Ya
perempuan- "Aku oet-ti Koen wakil Taycu boleh main-main dengan
kau," katanya dengan suara dingin dan memandang rendah
kepada le Ya. Li lo-sat Ie Ya hanya tersenyum. Tanpa banyak kata-kata
lagi mereka lantas bergerak.
Li- lo-sat membuka serangannya dengan gerak tipu ganas
sekali, hingga oet-ti Koen sangat terperanjat menghindarkan
dirinya. Lantas ia membalas dengan tipu pukulan Kui-eng Pek
sat atau "Raja setan mengibaskan kipasnya." Ilmu pukulan ini
mengeluarkan angin santar mengarah musuh, tapi Li lo sat
dengan tenang memunahkan pukulan hebat itu.
Lalu balas menyerang dengan ganas dan kejam, meskipun
tidak mengenakan sasarannya dengan telak. angin pukulannya
cukup menyerempet lengan baju kirinya oet-ti Koen, hingga ia
ini jadi kaget sekali.
Meskipun setiap serangannya ada hebat, tapi Li- lo-sat le
Ya tidak mendesak musuhnya, maka oet-tie Koen jadi dapat
melayani tanpa mundur.
Melihat serang-serangan musuh makin lama makin ganas
oet ti Koen lalu keluarkan tipu pukulan nya tiga belas gaya
menyembah Tuhan, tiap serangannya berubah- rubah dan
berbahaya sekali, hingga le Ya ke teter dan melayani
musuhnya berputar-putar sekeliling panggung.
Sebentar saja sudah berjalan dua puluh enam jurus, tinggal
tiga jurus lagi pertandingan berakhir seri dan Ie- Ya sedang
memikirkan jalan untuk balas menyerang pada musuhnya tibatiba
oet ti Koen telah menarik serangannya dan berkata
padanya. "Ya, nona le, ilmu silatmu memang tinggi, aku tak dapat
menang darimu."
le Ya mengerti oet-ti Koen ingin mengakhiri pertandingan
itu, tapi bagaimana jalannya" Sedangnya mereka buntu jalan
untuk mencari penyelesaian, tiba-tiba ada seorang lompat dari
bawah panggung mencegah mereka melanjutkan
pertempurannya.
"Kalian berdua berhenti dahulu bertempur, aku ada berita
penting untuk disampaikan kepada kawan-kawan dalam rimba
persilatan-" katanya.
Kiranya orang itu ada Seng Pocu sendiri setelah berkata
demikian ia lalu menghadapi para hadirin berkata.
"Sekalian saudara-saudara aku mengabarkan berita penting
kepada kalian, yalah Tok kay yang membunuhnya pada
kemarin malam dalam sebuah kuil yang letaknya tidak berapa


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh dari sini. Dengan begitu, pengemis kejam itu tidak akan
meneruskan kekejaman dan kejahatannya lagi dalam dunia
ini. Kematiannya itu entah siapa yang melakukannya." Seng
Eng berkata demikian, matanya berbareng menyapu pada
sekalian tetamunya.
Tiba-tiba matanya melihat Ho Tiong Jong mendadakan saja
sudah mendelik, hingga orang banyak yang mengikuti
pandangan-nya sudah pada mengarahkan perhatiannya pada
Ho Tiong Jong. Tiba-tiba Song Boe Ki yang mengenali Ho Tiong Jong sudah
berteriak. "Aaa.. itu dia Ho Tiong Jong, achli waris dari San-yu
Loreng Khong Teng Sho?" Kenapa Song Bee Ki berteriak
demikian keras"
Itulah karena ia sudah dapat dengar, bahwa Seng Eng ada
bermusuhan dengan San-yu Lo tong Khong Teng Shoe dan
sudah sesumbar akan membasminya musuh itu berikut semua
murid- muridnya .
Soe coe Liang, Kiauw Jang dan Ko Jang yang melihat
matanya Seng Eng beringas mengawasi kearahnya sudah
menjadi ciut nyalinya, dengan perlahan-lahan telah
mengendurkan diri dan meninggalkan Ho Tiong Jong berdiri
sendirian-sekarang semua mata ditujukan pada Ho Tiong
Jong. Seng Pocu sudah marah betul, tapi ia bisa kendalikan
amarahnya itu, karena mengingat diseputarnya banyak
tetamu. Ia berteriak menegur. "Hai, Tiong Jong, kau semalam ada
bersama-samanya dengan Tok kay, sebetulnya Tok kay telah
dibunuh oleh siapa" Kau tentu mengetahuinya, lekas katakan"
Ho Tiong Jong tampak tidak keder menghadapi Seng Pocu,
malah ia ketawa dingin. Dengan suara keras ia menjawab.
"Seng Pocu, kalau kau mau tahu, orang itu telah ditabas
lehernya olehku dengan golokku sendiri."
Seng Eng terperanjat. Tidak terkecuali dengan semua
tetamu yang hadir, karena untuk membunuh Tok- kay yang
berkepandaian sangat tinggi, kecuali Seng Eng yang
berkepandaian tinggi orang sembarangan tidak gampang
membunuhnya. Semua orang bingung dengan pengakuannya
Ho Tiong Jong. oet-ti Koen saat itu ada perhatikan Seng Giok Cin dan Kim
Hong Jie yang kelihatan perhatiannya sangat tertarik oleh Ho
Tiong Jong. ia jadi cemburu dari atas luitay ia berteriak.
"Ho Tiong Jong, kau jangan omong gede disini. Kau ini
sebangsa pengecut, siapa yang mau percaya kau membunuh
Tok-kay." Ho Tiong Jong marah sekali, ia berkata pada Seng Eng.
"Seng Pocu, ijinkanlah aku naik ke luitay."
Belum habis bicaranya, orangnya sudah melayang dan
hinggap diatas luitay menghadapi oei-ti Koen yang sedang
petangtang-petingting melembungkan dada.
"Hei oet ti Koen, bagaimana aku harus berbuat supaya kau
percaya." kata Ho Tiong Jong gemas.
oet-ti Koen tertawa bergelak-gelak.
Lagaknya sombong sekali, seolah-olah orang dihadapannya
itu sudah tentu akan menjadi pecundangnya. ia memikir
demikian memang tidak salah sebab tempo hari Ho Tiong
Jong sudah jadi pecundangnya. Tapi ia tentu saja tidak
menyangka, kalau Ho Tiong Jong yang tempo hari bersama
Ho Tiong Jong yang sekarang ada lain tingkat kepandaiannya.
"Tiong Jong, Tiong Jong," katanya dengan lagaknya yang
tengik, "sekarang begini saja, coba kau menyerang aku dan
aku yang menangkisnya. Kita bertempur satu gebrakan saja,
akur" Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong sudah tidak tahan melihat lagak tengik oet ti
Koen, maka ia lalu menghadap pada Seng Eng.
"Seng Pocu ijinkan aku main-main sebentar di luitay
melayani ini orang gagah she oet-ti." kemudian ia balik
menghadapi Li lo sat le Ya. "Nona le, kau mengaso sebentar,
biarkan aku yang kasih hajaran pada bedebah ini "
le Ya anggukkan kepalanya sambil kasih lihat senyumannya
yang memikat. Setelah le Ya lompat turun dari luitay, oet-ti Koen berkata
lagi. "Hei Tiong Jong, apa kau tahu pertempuran ini ditetapkan
tiga puluh jurus untuk menentukan menang kalahnya" Tapi,
tidak apa, aku boleh potong lima belas jurus untuk melayani
kau, sebab dalam lima belas jurus sudah tentu kau jadi
pecundang, bukan?"
oet-ti Koen ada demikian memandang rendah kepada Ho
Tiong Jong, akan tetapi sebaliknya dengan Seng Eng. Pocu
dari benteng Seng keepo ini merasa kuatir oet-ti Koen bukan
tandingannya Ho Tiong Jong, maka ia berteriak pada oet-ti
Koe n supaya peraturan yang sudah di tetapkan tiga puluh
jurus itu tidak boleh dilanggar.
oet-ti Koen mendongkol hatinya. "Hmm... Pocu tentu takut
aku menyesal, bukan " Kau legakan hatimu, Pocu. oet-ti Koen
tidak akan membuat malu kepada Seng Pocu."
Seng Eng kewalahan menghadapi kebandelannya oet-ti
Koen, tapi ia tetap menasehati supaya oet ti Koen tetap
memegang peraturan- Diam-diam ia memberi isyarat kepada
kawan karibnya Pek Boe Tay-su, supaya ia siap-siap turun
rangan melindungi oet-ti Koen dan mengambil jiwanya Ho
Tiong Jong. Pek Boe Tay-su seperti sudah paham akan maksudnya
Seng Eng. maka ia sudah anggukkan kepalanya. Tapi hatinya
ia sungkan berbuat curiga begitu malu terhadap jago jago tua
yang hadir disitu.
Ketika pertandingan sudah hendak dimulai, terdengar suara
sangat tajam dan keras menanya kepada Ho Tiong Jong.
"Hei, Tiong Jong, apakah kau itu ada akhli warisnya San yu
Lo long Khong Teng shoe?" Kiranya yang mempunyai suara
demikian hebat ada IHan Goat Tojin dari golongan Liong-bun.
"Hm. aku bukan muridnya," jawab Ho Tiong Jong, tapi ia
berpikir sebaliknya dirinya sudah tidak lama lagi hidup didunia
karena racunnya Tok- kay, maka sebaiknya semua
permusuhan dengan Kho Kie itu ia sendiri saja yang
menanggungnya. Maka setelah memikir demikian, ia
menyambung kata-katanya. "tapi, apabila totiang mau
menuntut balas urusan yang bersangkutan dengan San-yu Lolong
Khong Teng Shoe totiang boleh perhitungkan diatas
diriku saja."
"Bagus, bagus." kata Han Goan Tojin sambil
mengacungkan jempolnya, "kau memang ada satu laki-laki
sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab. sebentar aku
akan minta pelajaran darimu."
Mendengar bicaranya Han Goat Tojin, semua orang hampir
percaya bahwa pemuda ini akan mempunyai kepandaian luar
biasa. Sementara itu oet-ti Koen yang melihat suasana seperti
menguntungkan Ho Tiong Jong sudah semakin jelus saja
hatinya. "Hmm.... TiongJoag, Tiong Jong sebelum lima belas
gebrakan semua orang akan mencari kau ke Giam- lo-ong Ha
ha ha..." demikian oet-ti Koen mengejeknya.
"Bedebah, tutup mulutmu. Kau buktikan sendiri,
perkataanmu itu benar akan menjadi suatu kenyataan apa
akan menjadi sebaliknya" Kaulah yang nanti pergi menghadap
Giarm lo ong, apa kau sudah pesan tempat disana?" Ho Tiong
Jong balas mengejek. oet-ti Koen marah betul. Tanpa banyak
rewel lagi ia menyerang dengan hebat.
Ho Tiong Jong tidak gentar. ia menyalurkan kekuatan
tenaga dalamnya pada kedua telapakan tangannya.Jari-jari
tangan kirinya dibuka. Telapakan tangan kanannya menangkis
serangan, sedang jari-jari tangan kirinya secepat kilat
mengancam jalan darah ditubuh oet ti Koen yang berbahaya.
Inilah ada ilmu serangan istimewa, yalah Kim-ci Gin ciang
jari emas telapakan tangan ilmunya Khong Teng Shoe yang
diturunkan pada Ho Tiong Jong melalui Khoe Kie, muridnya
orang tua petani dari gunung San cu itu.
Hebat ilmu Kim-ci Gi Ni ciang iru, telapakan tangan kanan
danjari-jari tangan kiri menyerang berbareng, membuat
lawannya jadi gelagapan menangkisnya. Tidak heran kalau
oet-ti Koen menjadi kaget. ia rubah posisi nya dan menyerang
dengan dahsyat sekali maksudnya supaya sekaligus dapat
membinasakan musuhnya.
Ho Tiong Jong menyambuti dengan tidak keder sedikitpUn.
Kedua kekuatan tenaga beradu. satu suara wut" yang keras
terdengar tampak oet ti Koen mundur satu tindak dan lengan
bajunya sobek^ Penonton sudah dapat memperhitungkan oet-ti Koen bukan
tandingan Ho Tiong Jong yang hanya dengan serangan jarinya
saja sudah menang anginoet-
ti Koen melihat lengan bajunya sobek karena serangan
tadi, lantas saja kalap dan berteriak-teriak katanya lengan
baju itu sobek bukan lantaran Ho Tiong Jong, tapi bekas
barusan ia bertempur dengan Li-losat le Ya.
Tapi teriakannya itu mana ada orang percaya, sebab
mereka dengan mata kepala sendiri melihat kejadian itu, maka
mereka hanya tertawa bergelak- gelak saja.
oet-ti Kang melihat adiknya berada dibawah angin
mulutnya tidak bisa diam memaki maki pada Ho Tiong.
"Hei, kau jangan banyak bacot " kata Ho Tiong Jong." Itu
malam kalian bertiga mengeroyok aku seorang diri masih
belum ada penjelasan- Nah, sekarang kalian bertiga boleh
maju berbareng "
Semua penonton kaget melihat kata-kata-itu Ho Tiong
Jong, mereka percaya Ho Tiong Jong telah dikerubuti tiga dan
semakin percaya bahwa ilmu silatnya anak muda itu betulbetul
lihay. Oet-ti Koen telah mengerahkan semua tenaganya ia
keluarkan tipu pukulannya yang sangat diandalkan yalah tiga
belas gaya menyembah Tuhan. Ho Tiong Jong masih terus
mainkan Kim ci GiNi ciang yang hanya tiga jurus, tapi lihaynya
bukan main- Telapakan tangan dan jari-jarinya Ho Tiong Jong
terus-terusan mengancam bagian-bagian yang berbahaya
pada tubuh musuhnya, hingga oet-ti Koen menjadi kewalahan
dan ia main mundur saja kedesak.
Semua penonton dibikin kagum oleh kepandaiannya Ho
Tiong Jong, apalagi Ban Siong To jin. ia melongo karena ia
tidak menyangka anak muda itu ada menpunyai ilmu yang
demikian baiknya, tenaganya juga hebat sekali, tidak sama
dengan semalam ketika ia menghadapi padanya dalam kuil
ceng-in-si. Ho Tiong Jong makin bertempur makin gagah. setelah
berjalan dua puluh jurus tiba-tiba ia merubah cara
menyerangnya. Jari jari tangan kirinya menyerang, sedang
telapakan tangannya seperti ditarik tapi sebenarnya
menyerang .Jalannya penyerangan kelihatan sangat aneh,
hingga membuat kagum penontonnya.
Pelajaran yang ia dapat dari Tok-kay. yalah Tok-liong ciang
hoat, yang semuanya ada tiga belas jurus, telah ia
pertontonkan dengan baik sekali dalam pertempuran itu.
Ilmu Tok- kay merupakan malapetaka untuk oet-ti Koen
yang sombong karena dengan memainkan ilmu yang lihay itu
membuat oet-ti Koen benar-benar tidak berdaya.
Jurus-jurus yang kedua puluh enam adalah babak yang
menentukan Terdengar bentakan Ho Tiong Jong yang keras,
oet ti Koen, jadi tidak dapat maju dan mundur. Terpaksa ia
memiringkan badannya untuk menyingkir dari gempuran
musuh. Tiba-tiba terdengar suara " bra aak" tubuhnya oet-ti Koen
seperti la y angan putus terpental beberapa tumbak tingginya
danjatuh pula diatas luitay. Pelahan-lahan ia masih bisa
merangkak bangun dan lompat turun dari luitay dengan amat
malunya. oet-ti Kang melihat adiknya dalam detik-detik berbahaya,
sebenarnya sudah lompat ke atas luitay sambil menghunus
pedangnya Cit Seng-kiam (pedang tujuh bintang) tapi
terlambat karena adiknya bukan sudah kena tendangan telak
dan badannya nampung keudara.
Ia menyesal tidak waktunya turun tangan mencegah
kekalahan adiknya, tapi ia terhibur juga karena adiknya tidak
sampai melayang jiwanya.
oet-ti-Kang dengan pedang telanjang menghampiri Ho
Tiong Jong yang tinggal tenang-tenang saja setelah menyepak
terbang oet ti Koen.
"Pengecut keluarkan senjatamu" oet-ti Kang menantang.
oet-ti Kang mengira Ho Tiong Jong hanya ilmu silatnya
bertangan kosong saja yang ampuh, tapi tidak begitu kalau ia
menggunakan senjata. ia tahu betul Ho Tiong Jong hanya
mampu menjalankan yang kedua belas jurus ilmu golok
keramatnya, terhadap ini ia tidak takut dan memastikan akan
kemenangannya. Ho Tiong Jong yang mendengar tantangan oetti Kang
dengan tenang ia menjawab.
"Hmm... oet-ti Kang. Kau boleh menggunakan senjatamu,
aku sendiri tidak perlu kalau hanya menghadapi orang
semacam kau saja." oet ti Kang panas hatinya.
Kim Hong Jie yang menyaksikan, tanpa merasa ia sudah
nyeletuk. "Hmm orang itu sangat sombong, entahlah dia
kepandaiannya sampai dimana?"
Kho cong yang mendengar kata-kata itu, sambil nyengir
mengiyakan pendapatnya si jelita. "Memang orang itu
kepandaiannya boleh juga, cuma lagaknya sombong betul,
hingga orang yang menyaksikannya tidak menaruh simpati
kepadanya."
Seng Giok Cin sementara itu sudah bisa mengenali ketika
Ho Tiong Jong bertempur dengan oet-ti Koen telah mainkan
pukulan Tok kay. ialah Tok-liong ciang-hoat" Ia diam-diam
merasa heran Ho Tiong Jong dapat warisan ilmu silatnya Tokkay,
sedang menurut pengakuannya Tok- kay telah binasa
ditangannya. Betul-betul ini merupakan soal-soal ruwet dan ia baru dapat
memecahkannya manakala ia sudah bisa bertemu dengan si
pemuda untuk menanyakannya. Tapi bagaimana jalannya ia
dapat menemui Ho Tiong Jong"
Kalau Seng Giok Cin terbenam dalam teka-teki adalah oet-ti
Kang yang sudah jadi panas mendengar kata-kata yang
sombong dari Ho Tiong Jong sudah berteriak keras, katanya, "
orang she Ho, kau cabut golokmu baru aku oet-ti Kang mau


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanding dengan kau, sebab kau dengan tangan kosong
menandingi aku sama saja ketimun melawan duren. mana
bisa menang" juga taruh kata aku menang, aku juga tidak
mempunyai muka untuk menghadapi sekalian tetamu, sebab
kemenanganku itu tentu saja karena aku menggunakan
senjata dan kau bertangan kosong. Maka, hayolah kau cabut
golokmu, keluarkan kau punya ilmu golok keramat yang kau
banggakan"
Ho Tiong Jong pikir, ini oet-ti Kang kalau tidak dikasih
hajaran tentu ia akan memandang enteng padanya, buktinya
barusan ia mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hati,
maka baiklah ia melayani dengan goloknya, bagaimana oet-ti
Kang nanti bisa tahan atau tidak dengan kepandaiannya yang
sekarang ia miliki"
Segera ia mencabut golok bajanya, golok bukan
sembarangan dan hadiah dari nona Seng, terhadap siapa ia
sangat berhutang budi.
"Kalau kau memaksa juga untuk aku mengeluarkan
golokku, tidak ada halangannya, cuma saja rasanya kau tak
dapat bertahan-lama kalau aku menggunakan senjata tajam.
Ha ha ha, oet-ti Kang, mari cepat maju."
Ia berkata sambil lintangkan goloknya didada, siap untuk
menghadapi musuhnya yang ia tahu betul ada pandai sekali
menggunakan pedangnya Cit-seng kiam yang tajam.
"Kau tak usah banyak menjual lagak" teriak oet-ti Kang
seraya menyerang dengan pedangnya, tapi serangan itu
dengan satu kelitan manis, sudah menemui sasaran kosong,
hingga oet-ti Kang semakin naik hawa amarahnya.
Tiga kali lagi ia melancarkan serangan, semuanya hanya
diegoskan dan dikelit dengan indah sekali, tanpa Ho Tiong
Jong mengirim serangan balasan- Hal mana, telah
mengagumkan para penonton, serentak terdengar tampik
sorik sorai yang gemuruh. Kemarahannya oet ti Kang semakin
menjadi jadi. "orang she Ho, hari ini. kalau aku oet-ti Kang tak dapat
mengirim kau menghadap ke Giam lo ong, benar benar aku
bisa mati karena penasaran-"
omongannya belum lampias sudah menjadi berhenti
sendiri, karena ia sangat kaget, IHo-Tiong Jong yang
dianggapnya takut terhadapnya tiba-tiba telah mengirim
serangan hebat dengan goloknya.
Dikiranya Ho Tiong Jong hanya mengganda berkelit saja
takut menghadapi ia punya ilmu pedang, padahal Ho Tiong
Jong sebenarnya mau menguji kepandaiannya dihadapan
orang banyak bagaimana ia melepaskan serangan lawan yang
tangguh. Ternyata kegesitannya sudah cukup boleh dibuat
bangga. Setelah ia merasa puas tiba tiba mendengar kata-katanya
oet-ti Kan yang bukan-bukan dengan mendadak saja hatinya
sudah jadi sangat panas dan lantas menyerang kepada oet-ti
Kang yang sedang mengumbar hawa amarahnya dengan
keluarkan kata-kata yang tidak sedap untuk didengar oleh
telinganya sang lawan-
Serangan Ho Tiong Jong ditangkis dengan pedangnya diam
diam oetti Kang merssa sangat heran, sebab tenaganya Ho
Tiong Jong tenyata bukan tenaganya Ho Tiong Jong yang
tempo hari yang ketakutan sama bayangan putih.
Berpikir begitu, maka oet-ti Kang sudah memberikan
perlawanan sangat hati hati pada pemuda yang mulai
mengangkat nama itu. Dengan begitu pertandingan jadi seruh
sekali. Pedang berkilau-kilau menyamber dengan ganas, dilain
pihak golok berkelebatan dengan tidak kurang ganasnya.
Masing-masing telah mengeluarkan tipu silat simpanannya.
Ho Tiong Jong mainkan goloknya semakin lama semakin
bagus hingga penonton merasa sangat kagum oleh
kepandaiannya pemuda itu.
Diantaranya Kim Hong Jie yang jadi terpesona dengan tibatiba.
"Itulah ilmu golok yaya-ku..." ia berkata dalam hatinya.
Lantas saja pikirannya telah melayang ke masa lima tahun
yang lampau, ketika ia ketemu dengan Ho Tiong Jong dan
pemuda itu telah mendapat hadiah dua belas jurus ilmu golok
keramat dari yayanya. Seharusnya ia menerima delapan belas
jurus, tapi entah pemuda itu lantas tidak muncul lagi
kerumahnya. la tidak menyangka, bahwa di benteng seng-keepo ini ia
dapat melihat lagi pemuda yang telah menolong
mengambilkan bonekanya yang kecemplung kedalam sawah.
Sementara itu pertandingan telah berjalan dengan seru
sekali^ Kim Hong Jie kagum dengan ilmu golok yang diperlihatkan
oleh Ho Tiong Jong "Dia hebat dan tampan parasnya" katanya
dalam hati sendiri. Matanya tidak berkesiap mengawasinya
keatas panggung, dimana dua jago muda sedang mengukur
tenaga dengan sungguh-sungguh .
oet ti Kang diam diam mengeluh, kenapa lawan-lawannya
kini sangat sulit dirobohkan dan saban-saban tipu goloknya
hampir saja mengenakan sasarannya. ia menjadi lebih
waspada ketika melihat Ho Tiong Jong yang dihadapi sekarang
ada lain dengan Ho Tiong Jong yang tempo hari. Pantasan
pikirnya adikku dapat dikalahkan mentah-mentah.
Tapi oet-ti Kang tak usah menunggu lama-lama, karena
babak yang menentukan sudah lantas tertampak, ketika
dengan tiba-tiba Ho Tiong Jong membentak. "Kena." ia jadi
gelagapan dan lompat mundur.
Tapi keadaannya sudah menjadi memalukan, rambutnya
terpapas sebagian, sedang pedang ditangannya tinggal
sepotong saja. Kutungan yang lainnya sudah jatuh dipapan
panggung. Mukanya tampak membisu dan mengawasi
musuhnya yang tinggal berdiri tegak dengan wajah
bersenyum-senyum.
Ho Tiong Jong tahu lawannya sudah kalah, ia tidak perlu
menyerang lagi. sementara itu tampik sorak sorai dibawah
panggung riuh sekali.
Penonton dibikin kagum oleh serangan Ho Tiong Jong yang
paling belakang, mereka tidak tahu entah dengan cara
bagaimana pemuda itu bergerak dan menyabetkan goloknya,
karena tahu-tahu setelah membentak "kena" oet-ti Kang
lompat mundur dan rambutnya terpapas, sedang pedangnya
yang sangat dibanggakan cit-seng-kiam telah menjadi doa
potong. Kim Hong Jie juga merasa sangat heran-
"Dia bergerak aneh sekali, entah dengan- ilmu silat apa ia
telah mengalahkan lawan nya?" demikian Kim Hong Jie
menanya pada dirinya sendiri. Betul-betul ia mengagumi
pemuda tampan dan hebat ilmu silatnya itu.
Kalau dahulu ia begitu akrab pada Ho Tiong Jong dalam arti
menyinta pada seorang kakak tapi kini entah bagaimana
dengan mendadakan hatinya berdebaran dan tidak enak.
Parasnya yang putih dan ramai dengan senyuman sejenak
telah menjadi bersemu merah, seperti yang merasa jengah.
Perlahan-lahan ia pegang dadanya sendiri yang
berdebaran, ia ingin menghentikan debaran itu, tapi tidak
bisa. Entah bagaimana, saat hatinya seperti berbicara. Apa
kau tidak ingin menemui pemuda tampan itu ?"
Suaranya sang hati membuat paras mukanya menjadi
merah jengah. sementara itu Ho Tiong Jong diatas panggang, dengan
merendahkan dan hormat ia menjura kepada penonton,
seakan-akan yang mengucapkan terima kasih atas sambutan
yang meriah bagi kemenangannya tadi. Diam diam ia merasa
bangga, ia berpikir. "Beginilah rasanya kalau menjadi orang
ternama...."
Ia seperti ingat sesuatu, matanya lantas celingukan kan
memandang ke tempatnya nona seng Justru Seng Giok Cin
saat itu sedang memandang kepadanya, hingga dua pasang
mata kebentrok. Nona Seng bersenyum, kemudian tundukkan
kepalanya. Tinggal Ho Tiong Jong yang dak dik duk hatinya.
Bagaimana ia tidak dak dik duk hatinya dilirik dan dilempari
senyuman oleh seorang gadis yang paling cantik diantara
sekian banyak nona nona cantik yang hadir disitu. Bagaimana
Ho Tiong Jong peroleh kemenangan yang mengagumkan itu"
Sebenarnya ilmu goloknya, seperti diketahui, hanya dua
belas jurus saja. Setelah ini habis di mainkannya, habis juga
perlawanannya pemuda itu, kecuali ia mengulangi
permainannya itu.
Pada saat ilmu golok keramatnya jurus yang dua belas
dikeluarkan semua, ia agak kebingungan juga. Tapi lantas ia
mengingat akan ilmunya Tok- kay. Tok liong Ciang hoat, maka
ia sudah sambung ilmu goloknya dengan ilmunya Tok-kay itu.
Benar-benar hebat sebab begitu ilmu itu dimainkan kontan
Oet ti Kang keteter dan akhirnya menemui kekalahannya yang
memalukan. ---ooo0dw0ooo---
XII. TOTOKAN NONA SENG YANG MELUMPUHKAN
Ho Tiong Jong alihkan pandangannya ke-tempat Kim Hong
Jie. Gadis bersujen memikat ini melambai-lambaikan
tangannya, sambil bersenyum-senyum ramai diwajahnya
hingga Ho Tiong Jong kembali berdebaran hatinya. Wajah Kim
Hong Jie tidak bisa terluputkan dalam ingatannya.
Sebagai nona cilik yang baik kepadanya sekarang setelah
menjadi nona dewasa agaknya Kim Hong Jie tidak melupakan
pada dirinya. Ia sebenarnya ingin turun untuk menghampiri si nona, akan
tetapi ia masih belum boleh turun, karena harus menghadapi
Taycu lagi sebagai babak terakhir ia memukul luitay. Sebagai
gantinya ia balas melambai-lambaikan tangannya.
Khoe cong yang berada didekatnya Kim Hong Jie menjadi
mengira melihat kemesraan dua orang itu. ia memang naksir
pada nona Kim dan sebisa- bisa ia mendekati Kim Hong Jie
supaya perhatiannya lebih tertarik kepadanya, ia melupakan
wajahnya yang tidak dapat menarik gadis yang mana juga.
Melihat hidungnya yang pesek maka saja seorang gadis
cantik sungkan mendekatinya. Karena ia berpengaruh,
ayahnyapun terkenal sebagai jagoan yang dimalui dalam
kalangan Kangouw, maka masih juga ada gadis-gadis yang
suka bicara berhadap-hadapan dengannya meskipun dalam
hatinya tentu diam-diam merasa sebal melihat mukanya yang
jelek. Kemenangan Ho Tiong Jong yang aneh membikin jago-jago
tua pada berdiri dari duduknya, seperti Han San dan Han Goat
dari golongan Llongbun, Kauw Seng Ngo dari Kun lun-pay, cie
Kauw, Pek Boe Taysu dan Seng Eng Pocu dari Seng keepo.
diantaranya Song Boe Ki yang kelihatan paling penasaran
karena dua saudara seperguruannya kena dikalahkan mentahmentah
oleh Ho Tiong Jong.
la berkeputusan untuk turun tangan mengalahkan orang
sho Ho itu. juga dua saudara she Kong yang dijuluki Im-yang Siang
kiam tidak ketinggalan, mereka anggap Ho Tiong Jong yang
telah memperlihatkan ilmunya Kim-ci Gin ciang adalah akhli
warisnya San-cu Lo-long Khong-Teng Shoe musuh besarnya
darl partainya ialah Ngo bie-pay. Terdengar Seng Eng
membuka suara. "Saudara sekalian, setelah pertandingan dua wakil Tayeu
selesai, sekarang adalah gilirannya Taycu sendiri yang akan
maju...." Pek Boe Taysu, yang mendapat giliran-menjadi Tay-cu,
tampak berbangkit dari duduknya dan bersenyum-senyum.
Ketika ia hendak mengangkat langkahnya menghampiri luitay.
tiba-tiba puterinya Seng Pocu muncul, berkata pada Pek Boe
Taysu. "Harap locianpwee menyerahkan tugas Tay cu kepada aku
yang tidak berguna, aku ingin membereskan orang she Ho
yang sombong itu."
Pek Bo Taysu melengak mendengar kata-katanya sinona,
matanya melirik pada Seng Eng, seolah-olah mau menanya
pikirannya bagaimana.
Seng Eng melihat putrinya hendak turun tangan, pikirnya
sang putri tentu ada mempunyai maksud untuk keuntungan
pihaknya lagi pula ia tahu benar kepandaiannya sang putri
sampai dimana, maka ia tak berkeberatan.
"Taycu, biarkan anakku yang mewakili." katanya sambil
ketawa dan mengurut-urut jenggotnya.
Pek Boe Taysu juga tidak keberatan.
"Baiklah," katanya "harap nona diatas panggung suka
berlaku hati-hati, karena lawan itu tak boleh anggap enteng
kepandaiannya."
"Terima kasih, aku dapat menjaga diriku sendiri" jawab
sinona, berbareng ia menghampiri luitay. Dengan sekali enjot
tubuhnya sudah melayang dan hinggap di atas panggung.
Pek Boe Taysu melihat sinona sudah hinggap diatas luitay,
ia balik kembali kekursi-nya. ia kini sudah berumur tujuh puluh
tahun. Pada lima puluh yang lampau ia bernama Koan Pek
ciak. dengan julukan "Tangan Besi", tabiatnya bukan main
bengisnya. sekali kena ia marah ia dapat membunuh orang
tanpa berkesip matanya. ia menjadi muridnya To Hoei Taysu
dari Siauw-lim-si.
Karena ia suka membunuh orang, banyak orang
melaporkan perbuatannya kepada pemimpin gereja siauw-limsi
hingga To Hoei Taysu mendapat teguran dari atasannya.
To Hoei Taysu lalu keluar sendiri mencari Koan Pek ciak.
Mengingat perhubungan diantara murid dan guru biar
bagaimanapun ada menyelip perasaan tidak teganya, maka To
Hoei Taysu hanya memberi teguran pedas pada Koan Pek ciak
dan dilarang datang lagi ke Siauw-lim-si.
Setelah diusir dari perguruan, Koan Pek ciak menunrut
penghidupan dikalangan hitam (penjahat). Perbuatanperbuatannya,
yang ganas membuat orang merasa takut
kepadanya, bukan sedikit orang mengantar harta kepadanya,
sehingga ia jadi hartawan- Barulah keganasannya mereda
setelah ditimbun dengan kekayaan-
Seng Eng dapat bersahabat karib dengannya ialah melalui
pertempuran dahsyat yang memakan waktu sehari semalam,
Koan Pek ciak hanya kalah seurat oleh Seng Eng, sejak mana
keduanya telah menjadi sahabat kekal.
Entah mengapa, pada suatu hari Koen Pak ciak pulang ke
Siauw-lim si, Pada waktu itu kedudukannya To Hoei Taysu
sudah tinggi. Kepada gurunya ini Koan Tok Pek ciak minta
ampun dan ia rela kepalanya digunduli masuk menjadi


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hweshio. To Hoei Taysu dan memang menyintai pada muridnya,
telah mengampuni dirinya dan sejak ia menjadi padri telah
menukar namanya menjadi Pek Boe.
Sejak itu orang tidak melihat lagi Koan Pek ciak yang ganas
kejam, dikiranya ia sudah mati, tidak tahunya ada
mengasingkan diri didalam gereja Siauw-lim si.
Pada suatu hari ia keluar dari gerejanya ada urusan dikota
See-an, ia telah berjumpa dengan beberapa penjahat. Karena
kawanan penjahat itu menghina dirinya, maka telah timbul
amarahnya dan tabiatnya yang suka membunuh orang.
seketika itu ia telah membunuh beberapa penjahat
diantaranya. Setelah melakukan perbuatan demikian ia rupanya sangat
menyesal. Kuatir ditegur dan mendapat hukuman kalau ia
kembali ke Siauw lim si, maka ia terus mencari Seng Eng
sahabat karibnya.Justru dengan kebetulan sekali Seng Eng
waktu itu sedang mengumpulkan orang gagah untuk mengadu
kepandaianla disambut dengan ramah tamah oleh Seng Eng dan
diminta bantuannya mengatur pertemuan- Mengadu silat
mengumpulkan sahabat yang ia selenggarakan dengan
maksud tertentu. Pek Boe Taycu yang pikirannya sudah
kembali ketabeatnya yang dahulu, tidak merasa keberatan dan
terima baik permintaannya sang kawan-Kita balik kepada Seng
Giok Cin yang naik keatas luitay.
Ho Tiong Jong melengak karenanya, sebab ia tidak
menduga kalau si nona yang maju sebagai lawannya dalam
pertandingan berikutnya. Ia berseri seri menyambutnya.
Tapi heran, muka yang berseri-seri itu telah disambut
dengan wajah yang dingin oleh Seng Giok Cin.
Ho Tiong Jong merasa heran- Tadi sinona dibawah
panggung bersenyum kepadanya, akan tapi mendadak
sekarang wajahnya jadi cemberut dingin. Apa ia tadi berlaku
kurang sopan kepadanya, hingga sinona menjadi marah.
Meskipun hatinya tidak enak. ia menyapa juga kedatangannya
Seng Giok Cin. "Nona Seng, sungguh aku sangat berterima kasih atas
kebaikanmu. Sampai mati juga aku tidak akan melupakanbudimu
yang besar itu. Aku tidak nyana, bahwa pemuda
pelajar yang aku ketenukan diterang bulan adalah putrinya
Pocu dari Seng-kee-po yang berbudi luhur dan-.."
"Haii,..." terdengar si Nona memotong perkataannya Ho
Tiong Jong. "Aku tidak ada tempo untuk membicarakan tetek
bengek, mari lekas bertempur Aku ingin lihat kepandaianmu
sampai dimana "
Ho Tiong Jong melengak. ia menjublek memikirkan
sikapnya nona Seng yang demikian rupa. ia sebenarnya
datang kesitu juga hendak menemui sinona, mengabarkan hal
kematiannya Tok-kay, setelah mana ia akan angkat kaki lagi
karena ia bakalan mati oleh pengaruhnya racun Tok-kay yang
ada dibadannya.
"Hei, kenapa kau bengong saja" Lekas keluarkan
kepandaianmu" tegur si nona.
"Nona Seng, harap maafkan aku. Dengan sejujurnya aku
betul-betul tidak mengerti dengan sikapmu ini. Apakah aku
pernah bersalah kepadamu" Kalau aku bersalah, sekarang aku
minta maaf"
"Jangan banyak rewel, aku tidak memerlukan kau punya
permohonan maaf"
"Kalau begitu, kau memaksa juga hendak bertempur
dengan aku, biarlah aku mengaku kalah saja. Nah, selamat
tinggal." Ia berbareng mau melompat turun dari luitay, akan tetapi
nona Seng sudah dengan gesitnya menghadap di hadapannya.
"Keluarkan dahulu kepandaianmu, kalau kau sudah dapat
menjatuhkan aku. barulah kau turun daripanggang ini." kata
Seng Giok Cin dengan suara ketus.
"Aku aku..." katanya gugup, sebab tidak diberi kesempatan
bicara dan diserang dengan hebat oleh Seng Giok Cin
la kelabakan sebentar. Kemudian ia terpaksa melayani
sinona bertempur, ia telah mengeluarkan ilmunya warisan
Tok-kay yalah Tok-licng cianghoat yang ampuh
Tampak telapakan tangan kirinya sedikit didorong uutuk
menangkis serangan si nona sedang tangan kanannya dengan
gaya "Kay-thian Pit-tee" atau membuka langit dan bumi, ia
balas menyerang.
Tapi serangannya tidak di teruskan, di ganti dengan gaya
"Kim-paw Lok tiauw (Macan tutul emas perlihatkan
cakarnya).Jari tangannya dibuka sebagai gaetan terus hendak
mencengkeram sikutnya si nona.
Seng Giok Cin tahu bahwa tenaganya si-pemuda ada
sangat kuat. Pikirnya, bertempur lima belas jurus saja belom
pasti ia peroleh kemenangan- ia harus menggunakan
kecerdasan diwaktu Ho Tiong Jong lengah, barulah dapat
merebut kemenangan.
Serangan si pemuda di tangkis dengan telapakan tangan
kanan dan telapakan tangan kirinya balas menyerang. Kaki
kanannya di geser maju, sedang yang kiri ditarik mundur. Ia
coba menyambuti serangan lawan, akan terapi ia kalah tenaga
dan terus terdesak mundur oleh serangannya Ho Tiong Jong.
Dalam tempo sebentaran saja mereka sudah bertempur
lima jurus. Diam-diam Ho Tiong Jong mengeluh dalam hati. Pikirannya,
ia tak lama lagi tokh akan mati, untuk apa ia merebut
kemenangan" Apa perlunya untuknya Maka lebih baik ia
mengalah dan kasihkan dadanya dihajar si nona sampai
binasa. ia rela mati ditangannya orang yang pernah
membuang budi padanya. Lagi pula, dengan berbuat demikian
ia sudah memberi muka kepada si nona didepannya orang
banyak. Ho Tiong Jong ingin si nona turun tangan betul-betul, maka
ia berkata. "Nona Seng kau boleh menyerang, jangan pakai sungkansungkan
lagi, aku akan melayani kau dengan betul" Nah
keluarkanlah ilmu simpananmu."
Seng Giok Cin diam-diam merasa gemas juga mendengar
kata-katanya pemuda tampan itu, ia perhebat seranganserangannya.
Dilain pihak Ho Tiong Jong keluarkan ilmunya
Kim ci gin-ciang menyerang dengan telapakan tangan dan
menotok dengan jari-jarinya yang kuat, hingga sinona lagi-lagi
ke-teter dan hatinya ada sedikit keder juga. Ho Tiong Jong
terus mendesak dengan totokannya yang berbahaya.
Dalam keadaan terdesak. Seng Giok Cin menggunakan
kegesitannya untuk meloloskan diri dengan melesat tinggi,
diudara badannya berputaran sebentar, kemudian meluncur
turun lagi, tahu-tahu sudah berada dibelakangnya Ho Tiong
Jong. Sebelumnya sipemuda dapat membaliki badannya, jarijarinya
sinona yang halus telah menotok jalan darah dibagian
pinggangnya hingga seketika itu juga ia jatuh lemas.
Kegalakannya yang barusan diunjuk menyerang sinona
bertubi-tubi, telah lenyap tanpa bekas.
Segera seketika itu terdengar tampik sorak yang riuh sekali
menyambut kemenangannya Seng Giok Cin. Tapi sinona tidak
menjadi bangga oleh karena kemenangannya itu, malah
wajahnya tampak dingin ketika membalas hormat atas
samburan yang meriah. Seng Giok Cin suruh orang-orangnya
angkut Ho Tiong Jong turun dari luitay.
Seng Eng sementara itu, dengan muka berseri-seri telah
mengumumkan bahwa pertandingan dihentikan dan
beristirahat dahulu.
Setelah habisan makan dipelataran yang di tanami banyak
bunga-bunga terletak dibelakang rumah, kelihatan ada
berkumpul beberapa orang ialah- Seng Eng, Kim Hong Jie, Pek
Boe Taysu, Ban Siang Tojin, Siluman Khoe Tok dengan tiga
muridnya dan si Rajawali Botak Ie Yong, yang menyolok sekali
kepalanya botak.
Mereka berunding tentang Ho Tiong Jong yang sudah kena
ditangkap. bagaimana harus diambil tindakan terhadapnya.
Dua saudara oet-ti dengan ditunjang oleh song Boe Kie
mengusulkan agar jiwanya pemuda itu dibereskan saja,
supaya jangan jadi bibit penyakit di kemudian hari.
Pek Boe Taysu menyatakan pikirannya, sebaiknya Ho Tiong
Jong ditahan saja dahulu jangan dibunuh sebab siapa tahu
kalau ia muncul disitu bukan sendirian dan ada tulang
punggungnya yang berkepandaian amat tinggi.
Ban Siang Tojin mufakat pemuda itu dibunuh mati, sebab
ini berarti pihak Seng Pocu sudah menyingkirkan akhli waris
Sanju Lo-Iong Khong Teng Shoe musuhnya golongan Liong
Bun, hingga bisa diharapkan golongan Liong Bun akan tunduk
kepada pihak Seng keepo. Seng Eng sendiri belum dapat
memutuskan bagai mana baiknya.
KARENA tidak ada keputusan, maka Ho Tiong Jong terus
ditahan, dalam suatu kamar tahanan yang gelap tak dapat
melihat sinar matahari sepanjang hari. la dalam Keadaan tidak
berdaya, karena masih tertotok.
Seng Eng telah meninggalkan kawan-kawannya untuk
beristirahat dirumah belakang.
Belum lama orang tua itu berada didalam kamarnya pintu
kamarnya terdengar diketuk dan kelihatan masuk Seng Giok
cin dengan wajah berseri-seri manja.
"Hei, kau pergi kemana" Kenapa tidak menghadiri
pertemuan kita ?" tanya sang ayah ketika nampak siapa yang
masuk kedalam kamarnya.
Seng Giok cin ketawa. "Aku ada di kamar sembahyang ibu
bagaimana dengan keputusan Ho Tiong Jong?" ia menanya.
"Semua orang mufakat dibunuh mati," jawab sang ayah.
" Dibunuh mati?" Seng Giok Cin menegasi.
"Ya. Kalau ia dibunuh lantas golongan Liong- bun menyerah
pada kita, tidak apa, aku bisa mufakat diambilnya tindakan
itu." "Tapi ayah, belum mengambil tindakan demikian, kata
Seng Giok Cin " Lebih baik kita jangan berhubungan lagi
dengan golongan Liong bun, aku lihat mereka licik dan bisa
membujuk Ho Tiong Jong supaya dia membantu pada kita.
Kasih saja ia memangku jabatan penting dalam benteng kita,
aku lihat ilmu silatnya bukan sembarangan ?" Seng Eng tidak
menjawab, matanya mengawasi pada wajahnya sang putri
yang cantik. "Tapi. biarlah aku nanti coba yang membujuk dia. Kalau
benar-benar dia mau menjadi orang kita. lantas kita boleh
mengatakan pada para tetamu bahwa dia sudah melarikan diri
berbareng kita pura-pura mengirim orang untuk mengejarnya.
Barusan aku tidak menghadiri perundingan oleh karena aku
hendak bicarakan dengan ayahaku punya pendapatan ini."
Seng Eng kembali tidak menjawab, tapi dari paras mukanya
tampak seperti ia setuju dengan pikirannya sang anak yang
berakal ini. Terdengar Seng Giok cin berkata lagi.
"Menurut pikiranku, kita hanya permainkan soal Ho Tiong
Jong perlahan-lahan dapat melumpuhkan mereka. Sekarang
usaha ayah, mengumpulkan banyak orang dari berbagai partai
dengan maksud mengetahui sampai dimana masing-masing
punya kepandaian, tapi kita tak dapat membasmi mereka
guna apa" Kita terang-terangan membunuh mereka tidak bisa,
maka kita harus menggunakan akal, bukan" coba ayah pikir
benar tidak?"
"Hei akalmu baik sekali cin Jie." tiba-tiba Seng Eng berkata
dengan muka girang. "Kalau nanti berhasil, pihak kita
menjagoi dikalangan persilatan, kaulah ada satu satunya
orang yang berjasa besar." seng Giok cin tertawa.
Sementara itu Seng Eng lalu keluar dan memerintahkan
pada Ie Yang supaya Ho Tiong Jong dipindahkan tempat
tahanannya, ialah ketempat tahanan yang berair.
Ketika Ie Yong masuk kekamar tahanan Ho Tiong Jong.
kelihatan pemuda ini sedang rebah ditempat tidur dengan
badan lemas tidak bisa bergerak karena tertotok. Tapi pikiran
dan matanya tetap terang. Ketika Ie Yong mengatakan dirinya
akan dipindahkan ia tidak berkata apa-apa.
Ia melihat ada dua orang yang membawa usungan keatas
ia kemudian direbahkan dan dibawa keluar kamar itu.Jalan
yang dilalui ada berliku liku dan melewati beberapa pintu, ia
sangat kaget dirinya akan dibawa kemana sih"
Diam-diam ia berpikir, " Kenapa aku masih belum juga
dibunuh. Aku mau dibawa ke mana sebenarnya" Kenapa
totokan pada jalan darahku masih juga belum dibuka." orang
menyiksa aku sampai begini ada perlunya.
Dalam menanya nanya pada dirinya sendiri, tiba ia melihat
ada berkelebat sesosok bayangan orang, Ketika ia tegasi
bukan lain dari nona Seng. Mulutnya bergerak-gerak seperti
yang hendak bicara padanya akan tetapi Seng Giok Cin
sebentar lagi sudah melenyapkan pada dirinya.
Ho Tiong Jong tidak ambil pusing.
Ia tenang tenang saja orang menggotong dirinya ia mau
tahu sebenarnya orang mau bawa ia kemana" Pada suatu saat
tiba-tiba orang-orang yang menggotong padanya berhenti,
tampak Ie Yong menghampiri satu alat rahasia yang terdapat
pada sebuah gambar yang melukiskan pemandangan alam
tergantung didinding.
Setelah diputar beberapa kali, lantas terdengar suara
"krekek" tiba-tiba telah terbuka sebuah pintu sempit. ie Yong
mengasih tanda pada yang membawa usungan, supaya Tiong
Jong digotong masuk ke dalam kamar kecil itu..
Setelah berada didalam Ho Tiong Jong lihat dibawa turun
melewati tangga batu, jalanan disitu sangat sempit kira-kira
lebar tiga kaki dan tinggi satu tumbak. Setelah berjalan kira
kira tiga tombak. telah diliwati empat belokan disitu keadaan
ada terang karena ada dipasang lampu. Tampak ada beberapa
lubang hawa. Melihat keadaan kamar dibawah tanah ini, Ho Tiong Jong
menduga, kamar itu tentu memang disediakan untuk
keperluan pemiliknya mengumpat disitu kalau menghadapi
bahaya tak dapat diatasi.
Mereka tidak berhenti sampai disitu, karena usungan
digotong terus, tiba-tiba mereka berjalan dijalanan yang
sangat sempit, kemudian membiluk dan disitulah terdapat
sebuah kamar batu, yang dinding dan pintunya semua terbuat
daripada besi. Dibagian atas pintu ada kedapatan lubang sebesar
setengah kaki tapi ditutupi dengan besi juga. Lubang ini dapat


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sendirinya terbuka dan tertutup,
Kamar itu ada mempunyai empat pintu. Ie Yong telah
membuka pintu yang sebelah kiri masuk kedalam kamar itu
kira-kira hanya satu tombak persegi, bahkan tempat ini amat
rendah. "Hei, orang kasar, sebenarnya aku mau diapakan sih?"
tanya Ho Tiong Jong pada ie Yong dengan tiba-tiba.
Ho Tiong Jong rupanya sudah sangat jengkel, Karena
diusung orang sampai sudah sekian lamanya belum mendapat
kepastian mau diapakan dirinya.
"Kau jangan banyak rewel, aku melakukan ini hanya
menurut perintah." jawab Ie Yong dengan dingin.
"Apa kau mau membunuh aku mati."
"Siapa yang hendak membunuhmu" Kecuali kau banyak
rewel" Ho Tiong Jong jadi sengit, ia berteriak
"Kepala botak. lekas kau katakan orang mau berbuat apa
atas diriku, kalau tidak, sebentar kalau aku sudah merdeka
awas dengan kepala botakmu"
Ie Yong paling jengkel kalau dikatakan kepala botak.
sekarang ia mendengar Ho Tiong Jong memakinya demikian,
bukan main marahnya.
"Manusia, tidak kenal mampus" teriaknya. "Kau berani
memaki aku begitu, awas aku bikin remuk kepalamu, kau tahu
?" "Hm mana kau ada kemampuan untuk berbuat demikian ?"
Ie Yong jadi naik darah. ia cepat menghampiri Ho Tiong
Jong yang tak berdaya, tangannya diangkat dan hendak
memukul dengan hebatnya, tapi terdengar suara halus
berkata. "Ie congkoan, kau tak dapat berbuat demikian."
Si kepala botak menjadi kaget, tangannya yang sudah
diangkat telah ditarik kembali dan berpaling kearah suara tadi.
Kiranya yang berkata tadi ada nona Seng, yang telah
mengunjukkan dirinya sekelebatan, kemudian menghilang lagi.
Ho Tiong Jong juga akan dapat melihat berkelebatnya
tubuh yang langsing dari nona akan tetapi ia tampaknya acuh
tak acuh. "Hm " terdengar ie Yong menggeram sendirianla
melihat kearahnya Ho Tiong Jong. tampaknya sipemuda
sedang menertawakan padanya. bukan main mendongkolnya,
akan tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa,
Didalam kamar tahanan itu Ho Tiong Jong diletakan
dilantai, tangan dan lehernya di ikat dengan rantai besi. Disitu
ada mengalir air yang keluar dari sumbernya. Ketika Ho Tiong
Jong dirantai air mengalirkan tingginya hanya satu kaki saja,
tapi air itu mengalir terus memenuhi ruangan hingga sebentar
saja sudah naik setinggi mulut
Kematian baginya tjdak menjadi soal. Mati disitu dan di
mana saja ia tokh akan menemui ajalnya karena pengaruh
racun dari Tok kay, akan tetapi ia tidak tahan merasakan
kakinya yang kerendam air seperti digerumuti semut hingga ia
berteriak-teriak seperti orang kalap.
Tiba-tiba ia hentikan berteriaknya, ketika mendengar
seperti seorang tua berkata kepadanya. Suara itu datangnya
dari sebelah kanan dinding kamar tahanan-
"Hei. bocah, untuk apa kau ribut-ribut" Diamkan saja. nanti
juga sudah menjadi biasa lagi kau tidak akan merasakan apaapa."
Ho Tiong Jong merasa malu mendapat teguran tadi.
Memang tidak semestinya ia berteriak-teriak seperti kebakaran
jenggot disebabkan merasa seperti digerumuti semut saja
kakinya. Mungkin karena pengaruhnya air, yang sebentar lagi
kalau sudah biasa kakinya terendam disitu akan tidak
dirasakan pula yang demikian itu.
la celingukan mencari dari mana datangnya suara tadi. ia
tahu benar datangnya dari samping sebelah kanan, akan
tetapi tidak kelihatan disitu mata hitungnya manusia. Adakah
setan penunggu disitu yang berkata-kata tadi" Demikian ia
menanya pada dirinya sendiri.
"Kau siapa?" tiba-tiba ia menanya, setelah mencari
orangnya sia-sia saja.
"Ha ha ha " kedengaran orang tadi tertertawa "aku disini
ditahan dikamar sebelah kau. Aku ditahan disini sudah dua
puluh tahun lamanya. Aku tahu sudah banyak orang yang
ditahan ditempatmu itu, akan tetapi di tahan tidak lama, maka
aku percaya kaupun tidak akan mengalami penahanan yang
lama." Ho Tiong Jong lega hatinya, karena suara tadi suaranya
manusia, bukannya setan seperti yang diduga semula. Tapi,
diam diam ia merasa heran, sebab apa orang itu ditahan disitu
hingga sudah dua puluh tahun lamanya"
Sementara itu ia merasakan air naik semakin tinggi, ia
menanya. "Lopek aku disini kerendam air sampai dipaha,
apakah dikamarmu juga kerendam?"
"Tadinya betul ketika aku masih ditahan ditempat tahanan
lain suka kerendam air akan tetapi sejak aku dipindahkan
kesini, aku tidak mengalami lagi kerendam. Hanya saja kakiku
sudah kena penyakit reumatik sehingga sukar digerakkan-
Kalau sampai kini aku masih hidup terus, karena aku masih
berpengharapan suatu hari aku dapat keluar dari kamar
tahapanmu dan melihat lagi sinarnya matahari yang terang
benderang." Ho Tiong Jong berduka hatinya mendengar
perkataannya si orang tua tadi.
Pikirnya, orang tua itu yang ditahan sudah dua puluh tahun
lamanya masih memikirkan mau hidup, tapi dirinya sendiri
bagaimana" Dalam tempo tiga hari setelah terkena racunnya
Tok kay jiwanya akan melayang, mana ia berani
mengharapkan hidup"
Ia menghela napas beberapa kali, mukanya menjadi pucat
dengan tiba-tiba. Terdengar orang tua tadi berkata lagi.
"Bocah, kau ini berbuat kesalahan apa sehingga ditahan
ditempat ini?"
"Ya, aku sendiri tidak tahu mengapa orang menahan aku
disini" jawab Ho Tiong Jong dengan suara sedih.
"Bocah. kau ini rupanya terlalu banyak pikir hingga tidak
tahu apa-apa. Tapi, ia, memang didunia ini banyak peristiwa
yang tak dapat dijawab dan banyak kejadian yang tak dapat
diusut sebab musababnya."
Ho Tiong Jong setengah mengerti, separuh tidak atas katakatanya
si orang tua tadi. Ia menanya.
"Nah, lopek sendiri juga sebabnya apa ditahan disini,
mengapa sampai ditahan begitu lama duapuluh tahun-"
Terdengar slorang tua menghela napas.
"Aku, aku..." jawab dengan suara getir. "ditahan disini ada
sebab. Mungkin aku akan ditahan seumur hidupku disini,
mereka tidak akan melepaskan aku lagi. Sampai aku mati
disini..."
"Kau kenapa, apakah kau ada bermusuhan dengan Seng
Pocu?" "oh bukan. Aku tidak punya permusuhan apa apa dengan
Seng Pocu."
"Habis mengapa kau ditahan sampai begitu lama belum
juga dikeluarkan-"
Terdengar orang tua itu menghela napas lagi.
Sesaat lamanya keadaan menjadi sunyi, si orang tua belum
memberikanjawa bannya. sedang Ho Tiong Jong tinggal
menantikan dengan perasaan heran-Terdengar orang tua tadi
berkata lagi. "Bocah, kau tahu, aku ini ada satu akhli bangunan yang
tersohor. Bangunan bangunan seperti benteng benteng,
jembatan-jembatan dan lain-lainnya yang indah dan tersohor
adalah aku yang membikinnya. juga rahasia banteng disini aku
yang merencanakannya, justru lantaran mereka kuatir aku
dapat membocorkan rahasia, maka mereka telah menghukum
aku disini sampai puluhan tahun- Usiaku sekarang sudah tujuh
puluh tahun, sedang benteng ini sudah dibangun setengah
abad lamanya."
"oh, begitu ...?" menyelak Ho Tiong Jong.
"Ya, sebenarnya dalam benteng ini tidak ada rahasia apaapa
yang berarti akan tetapi karena mereka takut oleh
bayangannya sendiri telah menyekap aku sampai sudah dua
puluh tahun lamanya. Sayang aku tidak berkepandaian silat,
kalau ndak. hmm... orang orang macam itu dengan ilmu silat
tidak seberapa tinggi juga sudah dapat dijatuhkan- Suhuku
yang mengajar ilmu bangunan sebenarnya ada berilmu silat
sangat tinggi, betul-betul sayang aku tidak belajar
kepadanya."
Orang tua itu agaknya merasa sangat menyesal terdengar
helaan napasnya beberapa kali, sehingga Ho Tiong Jong diamdiam
ia merasa tahu juga.
"Tapi, bocah," orang tua itu berkata lagi, "kau jangan putus
asa, karena dilihat dari air mukamu, kau ini dibelakang hari
akan menjadi orang ternama. Apa yang dialami- mu sekarang,
itu hanya sekedar melewati masa sialmu saja. Kau tentu
mengerti, buat menjadi orang ternama, orang harus
mengalami pahit getir dahulu, barulah mendapat nama yang
termashyur."
Mendengar perkataannya si orang tua, Ho Tiong Jong
geleng-geleng kepala dan hatinya sangat berduka mengingat
akan jiwanya yang dapat hidup tidak lama lagi.
"Hmm... " ia menggeram duka. "kau mana tahu aku akan
menjadi orang termasyhur" Sekarang saja aku sudah susah
untuk meloloskan diri .Jangan lagi aku, sedang kau yang akhli
dalam pembangunan tidak berdaya apa-apa. Jadi perkataan
tentang orang harus bersusah payah dahulu baharu mendapat
nama tersohor, semua itu hanya omong kosong saja...."
Ho Tiong Jong tekankan suaranya paling belakang begitu
terharu. orang tua tadi terdengar tertawa, tapi padanya seperti yang
sangat sedih. Setelah hening beberapa lamanya, Ho Tiong
Jong menanya. "Apa lopek ada murid satu satunya dari akhli
silat dan bangunan itu.
"oh, tidak. tidak. Guruku ada mempunyai dua murid.
Saudara seperguruanku bernama Sam Pek Sin, ia berguru
dalam ilmu silat, sedang aku sendiri dalam ilmu bangunan."
"Lopek siapa namanya?"
"Aku co Kang cay."
"Dan guru lopek sendiri siapa namanya?"
"Suhu bernama In Kay."
Keadaan terdiam lagi beberapa lamanya.
Terdengar sicrang ini yang mengaku bernama co Kang cay
berkata lagi. "Bocah, suhuku itu ilmunya sangat tinggi."Ia berilmu dua
macam siiat dan bangunan-Suhengku Sam Pek Sin mendapat
warisannya silat yang sangat tinggi sedang aku sendiri yang
belajar ilmu bangunnya juga sudah menjadi akhli yang
rasanya sukar mencari ke duanya, kecuali suhuku sendiri."
Ho Tiong Jong terbelalak matanya mendengar co Kang cay
memuji dirinya sendiri punya kepandaian-
"Begitu jempol"^ nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Bocah, aku bukan bicara besar, tapi memang itu sudah
menjadi kenyataan, Akhli-akhli bangunan lain, tidak ada yang
ketika diajak masuk misalnya kedalam satu bangunan benteng
dapat mengetahui lantas keadaannya disitu. Tapi aku sendiri
begitu masuk dan memeriksa sebentara n keadaannya lantas
mendapat tahu apa apa yang ada dalam bangunan itu, seperti
umpamanya ruangan atau jalanan dibawah tanah dan lainlainnya,
yang dirahasiakan oleh pemiliknya."
Ho Tiong Jong tertarik hatinya, ia angguk-anggukkan
kepalanya. "Aku mau ceritakan padamu suatu rahasia." melanjutkan co
Kang cay, "apakah, kau suka mendengarnya ?"
"Silahkan cerita." jawab Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu.
"Disatu kota bernama Yang co ada satu bangunan gunung.
Kalau dilihat sepintas lalu seperti gunung kecil saja, puncaknya
ada sangat lancip. Disitu ubin-ubinnya dari batu marmer yang
serupa kembangnya. Indah sekali dan mengherankan-
Bentuknya gunung ini segi empat, panjang lima tumbak. lebar
lima tumbak dan tingginya juga lima tumbak. Di tengahtengahan
ini kosong, keadaan sebelah dalamnya dihias sangat
menarik hati dan di situ ditempatkan sebuah peti mati dari
batu." "Siapa punya peti mati ?" nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Kau jangan potong ceritaku, kau dengarkan dahulu," kata
Co Kang Cay. Ho Tiong Jong nyengir dan anggukan
kepalanya. Co Kang Cay meneruskan ceritanya seperti berikut.
"Bagunan gunung itu kiranya dibangun oleh seorang
hartawan pada jaman akhirnya dinasti Sui. Untuk
mengongkosi bangunan itu, si orang hartawan telah
menghamburkan kekayaannya lebih dari separuhnya.
Pada waktu bangunan itu sudah selesai tiba-tiba tidak
kelihatan lagi akhli- akhli yang membangunnya. Menurut
dugaan orang mereka telah dibunuh oleh seorang hartawan
bernama Kim Pek Ban karena diatas gunung itu ada
kedapatan dua mayat. orang menduga dua mayat itu adalah
akhli- akhli bangunan yang tidak munculkan dirinya pula.
Kedalam bangunan rahasia itu belum pernah ada orang
yang- dapat masuk, karena dinding batu gunung itu tebalnya
tidak kurang diti satu tumbak dari atas sampai kebawah tidak
kedapatan barang satu lobang, sedang fondamennya, sedalam
tujuh delapan tumbak.
Bagaimana Kim Pek Ban menjadi seorang hartawan,
menurut orang cerita katanya ia ada mempunyai dua benda
ajaib. Yang satu berupa baskom. Barang apa saja yang ditaruh
dalam baskom ini akan penuh sebaskom.
Misalnya satu gram emas ditaruh dalam baskom itu akan
menjadi sebaskom emas, dengan begitu mana Kim Pek Ban
tidak menjadi seorang hartawan"
Yang satu lagi ada sebuah benda merupakan patungnya
satu nona cantik dan elok bahannya terbikin dari batu kumala
yang bersifat hangat, batu ini didapat dari luar negri dalam
gunung dewa, namanya Ban nian oen-giok (batu kumala yang
hangat puluhan ribu tahun) Khasiatnya patung nona cantik
dari bahan batu kumala hangat ini, adalah lebih aneh lagi.
Patung itu lemas seperti juga tubuhnya satu gadis cantik,
kalau dipeluk hawa hangatnya lebih dari nona cantik yang
hidup, Keajaibannya bukan sampai disitu saja lantas keesokan
harinya rasa letih dan tidak bernapsu menjadi hilang, terganti
dengan rasa segar dan bersemangat.
orang yang berkepandaian ilmu silat. jikalau tidur
dengannya bukan hanya dapat hasil seperti disebut barusan
saja, tapi semakin lama tidur dengannya semakin merasakan


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perubahan bagi dirinya. Urat-urat dan tulang-tulangnya
menjadi kuat dan awet muda."
Ho Tiong Jong sangat ketarik dengan ceritanya co Kang
cay. Ia jadi ngelamun, apakah benar didunia ada dua benda
yang demikian ajaibnya"
Kalau benar patung sicantik itu dapat membikin orang awet
muda dan tidak bisa mati. mengapa Kim Pek Ban akhirnya
mati juga"
Memikir kesana, ia lalu menanya.
"Co lopek patung itu dapat membikin-orang terus muda,
tapi mengapa Kim Pek Ban tokh menemui kematiannya juga
?" Co Kang Cay tertawa terbahak-bahak.
"Bocah, memang kalau tidak tahu duduknya perkara yang
akan mengadukan pertanyaan seperti barusan-"
Ho Tiong Jong membisu. Co Kang Cay kemudian,
memberikan keterangan seperti berikut tentang dirinya Kim
Pek Ban- "Tentang Kim Pek Ban ada mempunyai dua benda ajaib itu
telah sampai dikupingnya raja Sui yang-tek. Keinginan untuk
memilikinya lantas timbul sebegitu lekas sang raja mendapat
kabar itu. Karena kalau terang-terangan melakukan perampasan
dirumahnya Kim Pek Ban ada kurang baik di pemandangan
rakyat, maka dengan diam-diam raja sui yang-setelah
mengirim beberapa orangnya untuk menangkap Kim Pek Ban-
Kerajaan Sui yang-tepada waktu itu sudah bobrok, rakyat
sudah tidak takut lagi kepada rajanya. Maka ketika orangorangnya
raja datang, dengan diam-diam Kim Pek Ban telah
menyuruh jago-jagonya yang melindungi dirinya membasmi
orang-orangnya raja dan mayatnya semua ditanam dengan
cara rahasia. Kejadian ini lama-lama diketahui oleh raja, maka beliau
mengirim lagi beberapa orangnya yang berkepandaian silat
tinggi, akan tetapi tidak juga berhasil, malah bukan sedikit
orang-orangnya yang telah menemui ajalnya. Karena mana,
Sui-yang-tee menjadi sangat marah, beliau lantas mengirim
sepasukan tentara untuk membasmi KimPek Ban sekeluarga.
Tapi justru waktu itu Kim Pek Ban sudah selesai dengan
bangunan gunung- gunungannya, maka dengan membawa
benda wasiatnya ia telah masuk kedalam bangunan itu dan
mulai tidak ada kabar beritanya lagi.
"Tapi co lopek ada akhli bangunan yang jempolan, tentu
sudah tahu disebelah mana jalanan masuknya kesitu, bukan?"
nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Bocah, memang mestinya begitu Tapi apa mau dikata,
meskipun aku sudah mempelajari sekian lamanya hal
bangunan itu masih belum mendapat tahu kunci jalan
masuknya kedalam bangun itu."
co Kang cay tidak meneruskan bicaranya, karena tiba-tiba
mendengar ada suara tindakan kaki mendatangi, kemudian
disusul dengan suara ketawanya dari orang perempuan-Pada
saat itu air telah merendam Ho Tiong Jong sudah setinggi
dadanya dan betul betul ia merasa kecewa kalau nanti mati
konyol dengan cara begitu.
Ia menduga yang datang itu tentu Seng Giok Cin maka ia
pura-pura memejamkan matanya, tidak mau melihat pada si
nona. Yang datang itu menang betul nona Seng.
Ia menghampiri Ho Tiong Jong dan memegang rantai yang
mengikat lehernya si pemuda, apa mau bau harum dari si
nona yang menusuk hidungnya Ho Tiong Jong telah membikin
pemuda itu tak tahan untuk tidak membuka matanya yang
dipejamkan tadi. Hatinya berdebar juga ketika melihat sinona
hanya dalam jarak setengah kaki saja daripadanya,
pandangan mata muda mudi itu telah kebentrok. Wajahnya si
nona yang cantik jelita saat itu kelihatan menyungging
senyuman yang tak mudah dilupakan oleh Ho Tiong Jong yang
merasa menanggung budi besar pada si nona.
Untuk menekan debaran hatinya, Ho Tiong Jong tundukan
kepala sambil melempangkan kakinya yang sudah jadi
kepegalan sedari tadi direndam dalam air.
"oh, kau direndam dalam air" Kasian..." terdengar si nona
berkata sambil bersenyum menggiurkan.
Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya tundukkan
kepalanya saja.
"Hei, kau sudah bisu. kenapa tidak menjawab orang
berkata-kata?" tegur sinona.
-oo0dw0oo- XIII. KIM HONG JIE SI LINCAH NAKAL
Ho Tiong Jong masih tetap membisu dengan tundukan
kepala, seakan-akan ia lebih suka memandang bayangannya si
nona dimana air daripada melihat wajah aslinya. Hal mana
membuat si nona tidak sabaran, tangannya yang halus dan
menyiarkan bau harum telah memegang janggutnya si
pemuda didongaki.
"Hai kau jangan begini macam Lihat aku, kita dapat
berunding bagaimana baiknya..."
"Berunding dalam hal apa?" memotong Ho Tiong Jong.
"Ayah sebenarnya hendak membunuh kau," jawab si nona,
"tapi aku sudah mencegahnya, sebab aku ada mempunyai lain
maksud terhadap kau."
"Bagaimana dengan Kho toako?" si pemuda menyimpang
dari pembicaraan Seng Giok Cin mendelu juga hatinya, tapi ia
terpaksa menjawabnya.
"Hmm Peristiwa Kho Kie dengan pelayanku Kang cice in
sebenarnya agak mengherankan.
Pelayanku amat cinta kepada Kho Kie yang bertubuh lucu
itu. Berdua sudah sama-sama terbang meninggalkan
rumahku, Pada saat Cioe in dengan Kho Kie hendak
meninggalkan rumahku, aku telah memberi banyak uang
kepada Cioe in. Aku tidak tahu mereka itu sudah terbang
kemana." "Aaaa itu baik sekali" mengejek Ho Tiong Jong, "Kho toako
seumur hidupnya sendirian saja, sekarang sudah
mendapatkan jodonya, betul-betul aku mimpipun tidak
menyangka akan kejadian itu. Tapi aku sudah berjanji dalam
tempo tiga hari akan berjumpa dengannya."
"Kau jangan memikirkan diri lain orang pikirkan dirimu
sendiri saja."
"Rasanya, aku sendiri tidak akan kawin Aku akan hidup
seperti Tok kay..."
"Hei, apa hubunganmu dengan Tok kay?"
"Ya, sebenarnya aku tidak enak hati terhadap Tok-kay itu.
ia sudah mengajari aku ilmu silat yang istimewa, tapi aku
masih membunuhnya juga. Aiii..."
Kata-katanya dipotong oleh nona Seng. "Aiii, kenapa sih?"
"Baiknya aku sudah menanam mayatnya sebagai perasaan
terima kasihku." Seng Giok Cin bersenyum urung mendengar
bicaranya Ho Tiong Jong. "Sekarang hatiku sudah merasa
lega." katanya.
"Lega lantaran apa?" tanya si pemuda heran.
"Lega karena sekarang aku mendapat kepastian kau ada
seorang pembasmi kejahatan dan kekejaman- Tadi pagi,
hampir-hampir saja aku membunuh kau karena aku melihat
gaya seranganmu seperti ilmu serangannya Tok kay, musuh
suhuku." Ho Tiong Jong menatap wajah si gadis dengan tidak
berkata-kata. "Kau tahu..." kata pula si nona. " lantaran gara-gara
kematian Tok kay telah menyeret dua orangku menemukan
ajalnya." "Bukan mayatnya aku sudah tanam, bagaimana bisa
menyeret dua orangmu?" tanya Ho Tiong Jong heran-
"Itulah karena si Ular Kumbang Tham Kek yang konangan-"
jawab si gadis. "Kami ada mengirim orang ke kuil dimana kau
berdua, dibawah pimpinannya Si Ular Kumbang, yang telah
memberitahukan kepada kami halnya Tok- kay dengan kau
ada disitu. Tidak tahunya kau dengan Tok-kay sudah tidak ada
pula dalam kuil itu, hanya yang terlihat oleh si Ular Kumbang
darah berceceran di lantai. Dalam penyelidikannya lebih jauh
kedapatan olehnya satu kuburan disamping kuil tampaknya
baru saja orang mengubur mayat didalamnya. si Ular
Kumbang dengan orang-orangnya untuk membongkar kembali
kuburan itu. dan ia dapatkan mayatnya Tok-kay dengan
kepalanya yang sudah terpisah ..." Ho Tiong Jong tampak
kerutkan alisnya mendengar penuturan si nona.
"Setelah si Ular Kumbang kaget sebentaran," meneruskan
sinona, "dilihat olehnya senjata bandringan Tok-kay yang
seperti bola. ia lalu ambil benda itu dan dikocok-kocok di
dekatkan kekupingnya. Tidak terdengar apa-apa isinya. Dalam
penasaran ia sudah kocok kocok pergi datang lagi benda itu
hingga terbuka sebuah lubang, ia lihat didalamnya seperti
tidak ada apa-apa. Dasar dia harus mati, bolehnya dia ini
sudah memasukkan sebuah jarinya kedalam lubang tadi.
Berbareng jarinya dimasukkan matanya tampak terbelalak dan
menjerit perlahan, kemudian telah rubuh dengan tidak ingat
lagi dirinya untuk selama-lamanya. la telah mati disitu juga...."
Si nona berhenti sampai disini dan mengawaskan wajah Ho
Tiong Jong yang tampan menawan, dua pasang mata telah
kebentrok lagi. Dua-duanya berdebar hatinya.
"Lantas bagaimana?" Ho Tiong Jong menanya. Seolah-olah
dengan pertanyaan itu ia hendak menekan debaran hatinya.
Setelah mengerlingkan matanya dan bersenyum memikat,
Seng Giok Cin meneruskan ceritanya.
"Salah satu anak buahnya melihat si Ular Kumbang rubuh,
sudah lantas turun tangan hendak menolonginya, tapi... ketika
tangannya menyentuh tubuhnya dia pun lantas membelalakan
matanya dan kemudian rubuh mati."
"Itulah tentu karena racun ularnya Tok-kay yang berbisa."
nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Ya, rupanya begitu. Maka, setelah melihat kejadian
berbahaya itu, yang lain-lainnya tidak berani menyentuh
badannya dua korban itu dan lalu melaporkan kerumah. Kami
lalu mengirim si Rajawali Botak Ie Yong ke-sana untuk
mengurusnya." Ho Tiong Jong terdengar menghela napas.
"Kalau dipikir, perbuatanku membunuh Tok kay memang
kejam, akan tetapi kalau mengingat bahwa perbuatanku itu
untuk membebaskan sesama manusia dari keganasannya aku
tidak merasa menyesal. Dia sudah mati tapi toch meminta dua
orang korban, sungguh kematiannya itu tentu membawa
penasaran"
la berkata demikian teringat akan dirinya sendiri yang tidak
lama lagi juga akan meninggalkan dunia yang fana ini. karena
racun berbisa dari Tok-kay.
Tampak mukanya muram dan berduka sekali. Seng Giok
Cin melihat Ho Tiong Jong berduka dikiranya ia merasa cemas
direndam di situ, maka ia lalu berkata.
"Kau sabar saja dahulu. Kabar tentang kau ditahan dalam
tahanan disini telah kami uwarkan, nanti diam diam ada orang
yang menyaksikan kau disini, setelah itu nanti aku akan
melepaskan padamu."
"Hei, dari sebab apa kau mau melepaskanku?"
" Karena kami perlu memakai tenagamu." Ho Tiong Jong
geleng-gelengkan kepala.
"Meskipun jiwaku hanya tinggal semalam lagi, aku tidak
mau mengerjakan urusan kalian, ah..."
Ia tak dapat melampiaskan kata-kata. Sebenarnya ia
hendak berkata bahwa nona Seng memang seorang yang
baik, tapi ada seorang jahat. Tidak mau diperalat oleh seorang
jahat. Hanya saja ia tidak mau berterus terang pada Seng Giok
Cin kuatir kalau nona itu menjadi berduka.
"Kau jangan kuatir, Ayahku tak nanti menyuruh kau
berbuat..."
Ho Tiong Jong menggeleng gelengkan kepala saja, seolaholah
ia sudah menolak dengan pasti keinginannya orang yang
hendak memperalat dirinya. Seng Giok Cin kecewa
kelihatannya. Parasnya menjadi berubah sungguh-sungguh. "Nah, kalau
begitu aku tidak hendak minta pertolonganmu lagi. Aku
sekarang pergi, harap saja aku dapat menengoki kau lagi
disini selekasnya."
Sambil berkata Seng Giok Cin melepaskan rantai yang
dipegangnya tadi dan mendorong pundak si pemuda, seolah
olah yang ngambil karena kehendaknya.
Sebentar lagi si jelita sudah lenyap dari pemandangan Ho
Tiong Jong, setelah lebih dulu terdengar suaranya pintu besi
yang ditubruk. Ho Tiong Jong menghela napas. "IHm.... sebenarnya dia
mau suruh aku bekerja apa?" ia menggerendeng sendirian.
Terdengar suaranya Co Kang Cay berkata.
"Hei, bocah, kau tak perlu bersusah hati. Nona itu
kelihatannya mau memperalat kau. tapi kau juga sebaliknya
dapat memperalat mereka " Ho Tiong Jong terkejut sejenak.
"Hm..... kau orang tua mana tahu urusan- ku." jawabnya
kemudianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Urusan apa ?"
"Aku karena nona Seng telah membunuh Tok-kay."
" Kenapa karena nona Seng, kau membunuh orang yang
telah menurunkan pelajaran padamu?"
Ho Tiong Jong meughela napas.
"Co lopek kau tidak tahu, Nona Seng itu hatinya sangat
baik, beberapa kali dia telah mengulurkan pertolongan
padaku. Maka untuk membalas budinya, aku tak dapat
menolak permintaannya. Cuma saja, aku tidak ingin diperalat
oleh ayahnya yang jahat. Bagaimana aku harus berbuat"
Kalau untuk nona Seng, sekalipun aku harus mengorbankan
diriku, aku rela untuk membalas budinya yang besar."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau
membunuh Tok-kay."
"Ya, aku membunuh dia karena pertama hendak
melenyapkan kekejamannya terhadap sesama manusia dan
kedua ingin membantu nona Seng menyingkirkan musuhnya."
"ow, begitu" Sayang kau tak dapat menggeserkan
tubuhnya untuk mendekati aku disini, aku masih ada
mempunyai cerita yang akan membikin kau kagum."
Ho Tiong Jong tidak perhatikan bicaranya Co Kang Cay,
sebab pikirannya melayang kepada nona Seng, si cantik jelita
yang telah membuang budi kepadanya. pikirnya, "ayah nona
Seng benar-benar hendak memperalat dirinya, maka juga
jiwanya dikasih tinggal hidup, Melihat sendiri macam apa


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya si nona itu, ia yakin dirinya akan dipakai untuk
melakukan kejahatan, la merasa cemas. nona yang begitu
baik budi mempunyai ayah yang demikian jahat..."
Dilain pihak. semua tetamu memikirkan jiwanya Tiong
Jong. Entah siapa yang membocorkan, semua orang telah tahu
bahwa Ho Tiong Jong ditahan dalam kamar tahanan yang
berair. Kim Hong Jie yang memang sehaluan dengan Seng
Giok Cin sudah tahu dimana Ho Tiong Jong ditahan, ialah
diberitahu oleh yang disebut belakangan. Hanya saja Seng
Giok Cin tidak memberitahukan hal yang sebenarnya mengapa
Ho Tiong Jong ditahan" tidak di bunuh.
Sementara itu si Rajawali Botak Ie Yong sudah kembali dari
perjalanannya membereskan kematiannya si Ular Kumbang. ia
kembali dengan membawa senjata bandringannya Tok kay.
ialah bola yang didalamnya ada tersimpan ular berbisa yang
telah menggigit jarinya si Ular Kumbang hingga binasa.
Benda ini ada sangat berbahaya, maka setelah diperiksa
oleh Seng Pocu, sesuai dengan usulnya si Rajawali Botak.
benda berbahaya itu ditanam ditempat yang jarang dilalui
orang. sekarang kita ajak pembaca menengok keramaian orang
pukul luitay. Pada waktu itu yang menjadi wakil Tay-cu ada orang she
Ho bernama Yaa. ia seorang berpengawakan tinggi besar dan
gagah sekali, ditambah dengan mukanya yang penuh berewok
tampaknya ia beroman bengis, ia perkenalkan namanya pada
sekalian tetamu Kemudian menyilahkan orang yang berminat
naik keatas luitay.
Lama tidak ada orang yang menyambut undangannya itu,
tiba-tiba seorang pemuda yang berpengawakan tegap dan
gagah bangkit dari duduknya dan jalan menghampiri ke
panggung luitay itu.
Kiranya ada, Hoan Siang Jie, seorang jago pemuda dari
kun-lunpay. Ia jalan melewati Seng Giok Cin dan Kim Hoan Jie duduk
menonton dan bersenyum kearah dua nona elok ini, yang
telah disambut dengan senyuman juga hingga membikin
hatinya Hoan Siang Jie sangat girang.
Matanya tampak menatap pada Seng Giok Cin saja sambil
terus bersenyum.
"Nah dia terus-terusan melihat kau saja encie Giok." kata
Kim Hong Jie sambil mengutik lengan sang kawan-
"Seharusnya jangan lupa kau sembahyang supaya dia peroleh
kemenangan"
Sujennya semakin menyolok saja memikat hati jika nona
Kim sedang tertawa. Nona Seng yang digodai sang kawan
pelototkan matanya.
"Adik Llong, kau nakal." kata Seng Giok Cin sambil
mencubit pelahan lengannya Kim Hong Jie.
"IHei, kau kenapa mencubit aku," teriak nona Kim pelahan
sambil tangannya mengusap-usap lengan yang dicubit
barusan seperti yang kesakitan-
"Sebentar aku akan suruh dia membalas mencubitmu."
"dia siapa, adik Hong?"
"Dia, janih, nah kau lihat dia sudah lompat naik keatas
panggung."
Kembali Seng Giok Cin hendak mencubit adik hong-nya
yang nakal, tapi Kim Hong Jie sudah mengegos sambil ketawa
cekikikan- "Awas ya, ada satu waktu aku nanti bikin perhitungan
denganmu," kata Seng Giok Cin sambil bersenyum.
Kedua gadis elok yang merupakan kembangnya diantara
semua gadis yang ada disitu, terus bercanda sambil ketawaketawa.
Hoan Siang Jie yang sudah berada diatas panggung melihat
mereka sudah menjadi senang hatinya karena mengira bahwa
dua gadis itu ada ketarik pada dirinya. Ho Yan menyambut
kedatangannya Hoan Siang Jie dengan hormat.
Meskipun ia tahu bahwa Hoan Siang Jie masih mudah belia,
akan tetapi karena tahu anak muda itu ada dari partai Kunlun-
pay, tidak berani sembarangan memandang rendah. "Aku
girang saudara Hoan ada minat untuk naik diatas panggung,"
demikian katanya ketika Hoan Siang Jie sudah berhadapan
dengannya. "Saudara IHo, harap kau nanti tidak mencela kejelekannya
kalau sebentar aku perlihatkan padamu. "
Demikianlah, keduanya setelah mengucapkan perkataan
perkataan sungkan, lantas mulai bergerak dengan tangan
kosong. Hoan Siang Jie tahu lawannya bertenaga sangat kuat, maka
ia tidak berani keras lawan keras. Serangan-serangan Ho Yan
hebat dan menakutkan, karena anginnya saja sudah begitu
kuat menyambernya. Meskipun begitu ia berkelahi dengan
hati-hati, karena tahu lawannya bukan lawan sembarangan-
Demikian keduanya saling serang dengan seru. Tampak Ho
Yan mendesak lawannya dan tidak memberikan kesempatan
untuk membalas menyerang, tapi Hoan Siang Jie telah beri
perlawanan yang tenang sekali, ia kelihatan sangat gesit dan
lincah sekali, badannya terputar-putar mengelilingi panggung
untuk membebaskan diri dari serangan Ho Yan yang lihay.
Caranya ia beraksi sangat menarik perhatian hingga banyak
penonton yang bersimpati kepadanya. Kim Hong Jie gembira
nampak jalannya pertandingan yang meski kelihatannya hebat
dan seru tapi tidak telengas dan menggiurkan jiwa. Maka ia
berkata dengan pelahan pada Seng Giok Cin. "Enci Giok, ini
baru yang dinamakan mengadu kepandaian mengumpulkan
sahabat yang sejati..."
Khoe Cong yang melihat mereka kasak-kusuk mata alap
alapnya mengawasi saja pada si cantik Seng Giok Cin.
"Hmm, pertandingan apa ini tidak menggerakan semangat
sama sekali " demikian ia menyela.
Seng Giok Cin mendelu hatinya mendengar perkataannya
Khoe Cong, apalagi melihat ia terus-terusan mengawasi
dirinya sudah makin jemu saja. Dengan tidak mengambil
perduli kepadanya, nona Seng berkata pada Kim Hong Jie.
"Adik Hong, kau benar.. Coba lihat dia punya bermainan
silat, benar-benar Kun lun-pay tidak sembarangan mendidik
orang-orangnya. Dia gagah dan lincah. Kalau sebentar dia
mengeluarkan kepandaiannya betul-betul rasanya HoJan tidak
sampai tiga puluh jurus sudah kena dikalahkan olehnya."
"Enci Giok. pandanganmu tepat sekali, biar kita lihat
bagaimana kesudahannya dua jago itu bertanding."
Khoe Cong mendengar dua gadis itu pada memuji dirinya
Hoan Siang Jie, cepat tarik pulang celaannya tadi dan berkata.
. "Memang betul, ilmu silatnya orang she Hoan itu tinggi dan
bagus sekali."
la berkata demikian untuk membikin senang hatinya dua
gadis elok itu, karena ia sangat naksir kepala mereka. Hanya
saja ia tidak mengingat akan mukanya yang buruk dan
tingkahnya yang menyebalkan, hingga gadis mana juga jemu
kepadanya. Diatas panggung, Hoan Siang Jie dapat kesimpulan bahwa
lawannya seperti yang menghendaki pertandingan sampai tiga
puluh jurus, kemudian diganti dengan pertandingan
menggunakan senjata. Oleh sebab mana, ia tidak balas
menyerang lawannya, hanya berkelit berputaran diatas
panggung. Benar saja akhirnya pertandingan dinyatakan seri setelah
melewatkan tiga puluh jurus. Mereka tampak ketawa tawa dan
saling memberi hormat. Kemudian pertandingan dilanjutkan
dengan menggunakan senjata.
Ho Yan menggunakan senjata sepasang pentungan, selang
Hoan Siang Jie sebilah pedang untuk mempertahankan
kehormatannya. Ketika Ho Yan mencoba sepasang pentungannya.
kedengaran suara "wut wat" suatu tanda bahwa tenaga
dalamnya orang she Ho tak boleh dipandang enteng. juga
Hoan Siang Jie mencoba kibas kibaskan pedangnya, jugalelah
perdengarkan suara nyaring dan angin santar.
Jago Kun lun-pay iiu berdiri tegak dengan pedang
dirapatkan pada sikutnya, kemudian sendai pedang
dimiringkan mengacung ia mempersilahkan lawannya
menyerang terlebih dahulu. Dalam pertandingan ini Hoan
Siang Jie menggunakan ilmunya yang dinamai "Tanduk naga
menggempur, yang mempunyai dua daya guna, yalah
menjaga diri dan menyerang. Satu ilmu yang sangat
diandalkan dalam partainya. juga kun-lun-pay ada
menurunkan pada anak muridnya ilmu yang dinamai Thian
liong IHeng kang atau Berjalannya tenaga naga sakti suatu
ilmu serangan yang dahsyat sekali.
Ho Yan tidak berani sembarangan menyerang, ia
menggunakan sepasang pentungannya dengan sangat hatihati.
Belum beberapa lama bergebrak lantas terdengar suara
"tang" kilaunya sebilah pedang.
Hoan Siang Jie, telah menyontek pentungan lawan-
Gerakan itu tampaknya sederhananya, akan tetapi
mengandung tenaga kekuatan yang tidak diduga-duga, sebab
pentungannya ho Yan yang tersontek hampir saja terlepas dari
cekalan- Tidak heran kalau siorang she Ho menjadi kaget
dibuatnya. Seng Giok Cin kagum melihat gerakan Hoan Siang Jie itu,
maka ia berkata kepada Kim Hong Jie. "Adik Hong kau lihat,
apa salah kalau pandanganku dia akan merupakan pendekar
ternama dikemudian hari" Lihat dia punya mata, semangat
dan kemasan digunakan serentak dalam penyerangannya,
betul-betul hebat...."
Kim Hong Jie kerutkan alisnya yang lentik menarik. "Ya,
katanya, kalau sontekan demikian saja tidak dapat
memainkannya, mana dapat dia masuk dalam rimba
persilatannya ?"
Ho Yan sudah keteter, untung baginya gwakang (tenaga
luar) cukup mahir, hingga menggunakan pentungannya untuk
menjaga diri terus-terusan- Biarpun bagaimana hebat
serangan lawan, ternyata tak dapat menembusi
pertahanannya. Ia dapat mewaraskan dirinya pada pertandingan
persahabatan, tidak mau berlaku nekad-nekadan yang tidak
ada perlunya. Hoan Siang Jie berdasarkan latihan Iwee-kang amat
memperhatikan musuhnya punya gerak-gerik, kalau musuh
menyerang pasti ia balas menyerang dengan kontan, tapi
kalau lawannya diam ia nya hentikan serangannya.
Diantara tetamu yang menonton, banyak yang menilai
bahwa Ho Yan bukan tandingannya Hoan Siang Jie. Penonton
kini hanya tinggal menunggu, bagaimana sebentar kalau
orang she Hoan itu menghadapi Pek Boe Taysu yang
mendapat gilirannya menggantikan Ho Yan, apakah ia
sanggup menandinginya atau tidak.
Pek Boen Taysu juga kelihatan sudah bersiap-siap bangkit
dari duduknya. Seng Eng yang melihat sahabat karibnya hendak naik
panggung sudah berkata.
"Taysu. orang itu benar bagus ilmu silatnya. Apakah Taysu
hendak menempurnya?"
Pek Boe Taysu sudah hendak menjawab, tapi urung karena
melihat keatas panggung berkelahi tampak Ho Yan sedang
marah marah katanya. "Aku sudah menerima pelajaran
istimewa dari Kun-lunpay. Ilmu silatmu tinggi. Aku mulai hari
ini tidak akan melupakan untuk pelajaranmu ini."
Ho Yan berkata sambil lompat turun dari luitay.
Rupanya Hoan Siang Jie keterlaluan mengocok Ho Yan
yang sudah tidak berdaya, maka telah membikin orang she Ho
itu marah dan mengucapkan kata katanya tadi.
Kauw Sang Ngo, susioknya Hoan Siang Jie melihat kejadian
tersebut telah mengkerutkan alisnya dengan tidak berkita apaapa.
Seng Giok Cin melihat Pek Boe Taysu yang akan naik
panggung diam-diam dalam hatinya mengeluh. Hoan Siang Jie
mana dapat melayani Pek Boe Taysu yang ilmunya tinggi"
Maka ia tidak bernapsu untuk menontonnya, lalu bangkit dari
duduknya berjalan pulang kerumah.
Kim Hong Jie tidak membiarkan nona Seng pergi begitu
saja, maka ia sudah lompat mengejar.
"Enci Giok. kau mau kemana?" tanyanya sambil memegangi
lengan orang. Seng Giok Cin tidak menjawab.
"Aaa, aku tahu." katanya lagi Kim Hong Jie, "kau tentu mau
menengoki Tiong Jong dalam kamar tahanan berair, bukan?"
seng Giok Cin bersenyum.
"Aku ikut," Kata Kim Hong Jie.
Seng Giok Cin anggukkan kepalanya. Mereka kemudian
jalan sama-sama menuju ke-tempat tahanan Ho Tiong Jong.
Tidak berapa lama mereka sudah sampai ketempat
tujuannya. Sambil menunjuk pada pintu besi, Seng Giok Cin berkata.
"Nah, didalam kamar itulah Ho Tiong Jong ditahan-"
"Mari kita masuk." Kim Hong Jie mengajak seraya menarik
tangannya Seng Giok Cin menghampiri pintu besi tadi.
Pintu dibuka, mereka berjalan mnsuk dan melihat dari atas
tangga kebawah HoTiong Jong kelihatan sama sekali tidak
takut mati. la masih berdiri tegak di rendam dengan air hingga
dadanya. "Adik Hong, tuh dianya Ho Tiong Jong" kata Seng Giok Cin
sambil menunjuk dengan jarinya.
Kim Hong Jie mengawsi kearah yang ditunjukkan, benar
saja Ho Tiong Jong ada disana.
"Mari kita turun" nona Kim mengajak.
"Dia suka marah-marah, kalau nanti di marahi dan angkar
kaki, aku tanggung jawab, ia" jawab seng Giok Cin. Kim Hong
Jie kerutkan alisnya bersenyum.
"Kalau betul dia berani berbuat begitu kepadaku awas, aku
nanti tinju mukanya, baru dia tahu rasa." katanya dengan
jenaka sekali. Seng Giok Cin yang merasa geli dengan kelakuannya sang
kawan telah menekap mulutnya yang mungil menahan
ketawanya. Mereka lalu turun kebawah, tapi Seng Giok tidak turut
menghampiri ketika Kim Hong Jie nyelonong terus mendekati
Ho Tiong Jong. Ho Tiong Jong kenali sang dara, ada Kim Hong Jie, tapi ia
pura-pura tidak tahu, ia tinggal diam saja.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar Kim Hong Jie menegur.
"Hei, kau ini apa bukannya yang bernama Ho Tiong Jong."
"Betul aku Ho Tiong Jong. Kau siapa?"
"Aku Kim Hong Jie" jawabnya bersenyum sepasang
sujennya memain karenanya. Ho Tiong Jong menatap wajah si
gadis sebentar lalu tundukkan kepalanya.
"Aku mau tanya kau, apa kau takut mati tidak?" Kim Hong
Jie menanya lagi. Ho Tiong Jong membisu.
"Hei, aku tanya kau, apa kau tuli tidak menjawab?"
Ho Tiong Jong mendelu hatinya, tapi ketika menatap
parasnya si nona yang ramai dengan senyuman amarahnya
lumer seketika.
"Ya," jawabnya, "aku bukannya orang luar biasa, mana
tidak takut mati?"
Pikirnya Ho Tiong Jong, dengan menjawab begitu si nona
akan membukai rantai dan totokan pada tubuhnya, kemudian
ia bisa merdeka lagi. la rela untuk membantu nona
disampingnya yang dahulu pernah berbuat baik kepadanya.
Tapi ia tidak tahu pikirannya Kim Hong Jie ada lain- si nona
pikir, kalau Ho Tiong Jong menjawab "tidak takut mati" ia
akan membuktikan matanya menghajar pemuda itu. Keduanya
menjadi salah paham dalam anggapannya masing-masing.
si nona tiba tiba unjuk roman serius, ia mendekati Ho Tiong
Jong. tangannya diangkat seakan akan yang hendak
menghajar muka si anak muda itu. Ho Tiong Jong melihat
kelakuannya Kim Hong Jie telah tertawa.
"Nona Kim." katanya, "Kalau kau mempunyai keberanian
teruskanlah tanganmu memukul diriku. Aku tak dapat menipu
dan berkata bohong kepadamu."
Kim Hong Jie melengah ia tarik pulang tangannya
sebentara n akan kemudian secepat kilat tangannya
digerakkan memukul lehernya.
Seng Giok Cin yang menyaksikan itu sudah menjadi sangat
kaget. Cepatlah ia menghampiri dan menarik tangannya Kim
Hong Jie diajak berlalu dari situ. Dengan tergesa-gesa mereka
naik tangga dan kemudian menggabruti pintu tahanan-
Kiranya pukulan tadi dari nona Kim bukannya pukulan yang
membinasakan sekali-pun kelihatannya dilakukan dengan
hebat sekali. Pukulan itu justeru yang membuka totokan pada
jalan darahnya sipemuda. Ho Tiong Jong tidak menyangka
akan kejadian itu, hingga diam-diam bukan main girangnya.
Kiai ia sudah bisa gerakkan lagi tubuhnya dengan leluasa.
Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie setelah berada diluar,
telah membicarakan halnya Khoe Cong punya kelakuan dan
pertandingan Hoa Siang Jie dengan Pek Boe Taysu bagaimana
kesudahannya. Kelakuannya Khoe Cong sangat ceriwis, mata nya yang
seperti alap-alap selalu mengawasi orang, hanya muka tidak
bosan bosannya, maka keduanya telah mengambil keputusan
untuk seberapa bisa menjauhkan diri dari Khoe Cong dan tidak
mau mengajak bicara pula.
Selagi mereka sedang enaknya berjalan hendak ke tempat
pertandingan pula, tiba-tiba ada satu bayangan meluncur
datang. Kiranya bayangan itu ada Khoe Cong yang mereka
sangat benci. "Hei, nona-nona kemana saja kalian pergi?" tanyanya
sambil cengar-cengir.
Menurut keputusan mereka berdua, memang sudah tidak
kepinginan lagi bicara dengan orang ceriwis ini, akan tetapi
karena ingin mengetahui kesudahannya pertandingan Pek Boe
Taysu dengan Hoan Siang Jie, maka Kim Hong Jie terpaksa
tekan rasa ditemuinya dan menanyakan pada orang she Khoe
itu halnya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang
Jie. "Hmm...." jawabnya, dengan nada suara tidak enak. "Benar
Pek Boe Taysu sudah bertempur dengan Hoan Siang Jie. akan
tetapi kelihatannya ia menempur lawannya secara main-main
saja." Seng Giok Cin mendengar itu, dalam hatinya berpikir,
mungkin kesudahan itu atas pesan ayahnya, yang tidak ingin
melukai hatinya Kun- lun-pay, jangan menambah musuh lagi
yang tidak ada perlunya.
Demikian, Seng Giok Cin lalu mengajak kawan-kawannya
untuk pergi ke lapangan adu silat untuk menyaksikan
pertandingan selanjutnya.
Ketika mereka lewat ditempatnya Hoan Sian Jie, nona Seng
bersenyum dan manggut-kan kepalanya, yang telah disambut
dengan gembira oleh pemuda kosen itu
Tapi Khoe Cong yang melihatnya merasa cemburu, lantas
saja keluarkan perkataannya yang mengejek. "Siauwhiap
benar benar jempol ilmu silatnya Kun- lun-pay tak usah malu
diwakili olehmu. Nah sutera yang indah itu yang didapatkan
sebagai hadiah tadi kini boleh diterimakan kepada nona Seng."
Hoan siang Jie memang ada menantikan nona Seng. maka
ia tidak mengubris kata-katanya Khoe Ciong tadi ia hanya
menerimakan sutera hadiah dari kemenangan dalam
pertandingan kepada nona Seng.
Kong Soe Jin, yang tertua dari Im yang Siang-kiam, tibatiba
telah mendengarkan suaranya berkata.
"Ya, aku Khong Soe Jin, juga hendak naik panggung untuk
mendapat segeblok kain sutera yang akan ku hadiahkan
kepada nona Seng ha ha ha..."
Para tetamu yang mendengarnya menjadi melengak.
Perkataannya Kong soe Jin itu sungguh kasar sekali sebab
tidak seharusnya ia berkata demikian kalau memang hatinya
ada niatan untuk memikat hatinya putri dari Seng Pocu.
Kelakuannya dengan otomatis tampak menjemukan-Matanya
terus menerus mengawasi pada siJelita Seng Giok Cin
Kim Hong Jie sebal melihatnya, ketika ia melirik pada Khoe
Cong, tampak pemuda muka buruk ini unjuk sikap yang gusar
sekali" Wabahnya berubah bengis dan menakutkan matanya
bersinar buas mengawasipada Hoan Siang Jie yang tengah
menerimakan geblokan sutra kepada nona Seng.
Diam-diam Kim Hong Jie menghela napas.
Pikirnya, karena banyak pemuda yang setolol Khoe Cong
ini, maka didunia sering terbit keonaran yang tidak diingini.
Perkataan Kong Soe Jin dibuktikan dengan melompat
naiknya ia keatas panggung, hingga si hati Khoe Cong
melototkan matanya lebar-lebar, kemudian ia anjurkan
kawannya bernama Hui Seng Kang untuk melayani Kong Soe
Jin. Hui Seng Kang lalu minta permisi pada Seng Pocu untuk ia
melayani Kong Soe Jin, untuk mana Seng Pocu tidak
berkeberatan- "KAU juga ingin naik panggung, boleh saja," kata Seng
Pocu sambil mengurut- urut jenggotnya, "tapi aku harap kalian
berdua akan mengunjukkan ilmu silat yang sebaik-baiknya
supaya penonton merasa puas. Nah, pergilah kau layani dia..."
"Terima kasih atas perkenan Pocu." kata Hui Seng yang
lantas menghampiri panggung luitay. Dengan sekali enjot saja
badannya telah melayang dan sebentar lagi ia sudah
berhadapan dengan Kong Soe Jin dengan mata melotot.
Kong Soe Jin lihat wajahnya Hui Seng Kang yang hitam
legam ditambah dengan mata yang kejam dan licik, maka
pikirannya ia harus berhati-hati melayaninya orang ini. Setelah
ia bersedia, lantas mempersilahkan lawannya menyerang.
Hui Seng Kang tidak sungkan-sungkan lagi, lantas gerakkan
tangannya menyerang.
Betul hebat tenaga dalamnya orang she Hui itu, karena
serangan dengan telapakan tangannya itu telah perdengarkan
suara "wut wut" yang hebat sekali.
Kong Soe Jin tidak mengira bahwa tenaga dalam dan
luarnya sang lawan ada demikian lihay, maka ia berikan
perlawanan dengan hati-hati, supaya dalam sepuluh gebrakan
saja ia sudah dapat menjatuhkan lawan-lawannya.
Hui Seng Kang melihat Kong Soe Jin tak berani menyambut
keras lawan keras, maka ia terus melancarkan serangan yang
bertubi-tubi, hingga penontonnya dibikin kagum oleh ilmu
silatnya yang lihay.
Kong Soe Jin terus didesak. Kelihatannya dengan susah
payah ia dapat menangkis serangan lawannya. Hal mana telah
membikin hatinya sang adik Kong soe Tek, berdebaran
melihatnya. Ia sangat menguatirkan kekalahan engkonya.
Khoe Cong yang duduk tidak jauh dari Kong Soe Tek sudah
keluarkan ejekannya dan menghina. " orang she Kong itu
hanya sebegitu saja kepandaiannya, aku kira tidak sampai
tiga puluh jurus ia sudah harus mencium papan sedikitnya
kalau tidak terpental jatuh kebawah luitay, ha ha ha..."
Kong soe Tek merasa tertusuk hatinya oleh kata kata Khoe
Cong yang menghina, akan tetapi ia tidak sempat meladeni
orang she Khoe itu karena perhatiannya dibikin gelisah oleh
pertandingan diatas panggung.
Engkonya kelihatan terus-terusan di desak oleh lawannya,
hingga ia hanya dapat menangis tetapi tidak dapat membalas
menyerang. Kong soe Tek diam diam merasa heran bahwa
engkonya hari ini bertanding telah unjukkan kepandaiannya
yang jelek sekali. Apakah sang engko itu tidak enak badan,
entahlah tapi ia diam-diam sudah menyiapkan dirinya kalau
kiranya yang saudara tua itu dikalahkan oleh Hui Seng Kang,
Sepasang Pedang Iblis 20 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Hati Budha Tangan Berbisa 10
^