Golok Sakti 3
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 3
Ho Tiong Jong bersenyum, tampak ia gembira sekali, tapi
berhenti kata-katanya sampai disitu, hingga membikin Kho Kie
jadi tidak sabaran.
"Tapi, apa lekas katakan, aku sebagai sahabatmu tentu
akan merasa senang dan bangga mendengarnya." Demikian ia
mendesak si anak muda.
"Tapi sesudah aku menelan itu dua pil mustajab, dengan
mendadakan kekuatanku telah tambah berlipat ganda,
Reaksinya ada luar biasa terhadap lweekang yang ada padaku
yang sekian lama tidak bekerja.
Dengan menggunakan gaya pukulan "Kim ci Gini clang
yang didapat dari toako, aku tempur mereka dengan hebat
sekali. Telapakan tanganku berkesiur mengandung angin
dahsyat, totokanku meluncur bertubi-tubi, sehingga mereka
kewalahan- Mereka bersenjata, sedang aku bertangan kosong, tapi
mereka tidak berani datang mendekati karena ngeri dengan
serangan totokan dan telapakan tanganku yang hebat luar
biasa, Ha ha ha, toako aku harus mengucapkan terima kasih
atas untuk ilmu pukulan yang kau telah turunkan padaku."
Ho Tiong Jong tutup kata-katanya sambil menjura dalamdalam,
mukanya berseri-seri gembira, hingga Kho Kie yang
melihatnya menjadi terlongong- longgong.
"Hai, apakah benar ada kejadian demikian?" akhirnya Kho
Kie dapat membuka mulut berkata.
"Memang begitu kenyataannya toako" juwab Ho Tiong Jong
bersenyum-senyum.
Kho Kie menjublek sekian lama, seperti juga ia sedang
berkutat dengan pertanyaan, apakah mungkin kenyataannya
ada demikian seperti pengakuannya Ho Tiong Jong"
"Kho toako mari kita mencari nona Seng," kata Ho Tiong
Jong tiba-tiba.
Kho Kie terkejut, ia menatap wabahnya si-anak muda.
"Mencari nona Seng, untuk apa" apa kau menyintai dia?"
tanya Kho Kie. "Hayo, toako, kau jangan bergurau, sebentar kalau si
pengemis Beracun itu kembali lagi, kita bisa mendapat susah
karenanya,"
"Susah apa?" jawab Kho Kie tenang. "Tapi, eh, tunggu
dahulu, kita tanam dua bangkai ini dahulu, baru bicara
tentang urusan kita melarikan diri."
Ho Tiong Jong anggap bicaranya Kho Kie memang benar,
maka ia dengan kawannya lantas bekerja, Tiba-tiba mereka
dibikin kaget melihat pakaiannya dua mayat itu semuanya
hangus, gara-gara kena terpegang oleh tangannya Tok-kay
Kang ciong yang beracun. "Lihay, lihay..." menggerutu Kho Kie
sambil anggukkan kepala,
Kemudian dengan ilmunya nerobos tanah, Kho Kie telah
membikin dua lobang untuk mengubur mayatnya "Sepasang
orang ganas" yang tamat riwayat ditangan Ho Tiong Jong
yang semula yang bermula sangat dipandang rendah.
Setelah selesai mengubur mereka lalu berjalan
meninggalkan tempat itu. Terdengar Kho Khie berkata pada
Ho Tiong Jong. "Ho laote, kau membunuh mereka berdua dengan ilmu Kim
ci Gi Ni Ciang sudah meninggalkan tanda bekas dibadannya
mereka itu, itu pengemis tua yang melihatnya, tentu akan
menyangka bahwa perbuatan itu dilakukan olah guruku."
Ho Tiong Jong kaget kaget, mukanya berubah seketika ia
tidak memikir sampai disitu, maka ia lantas berkata.
"Kalau begitu aku harus mengejar pengemis jahat itu untuk
membunuhnya."
Kho Kie terkejut.
"Ho laote, katanya, " memang betul ilmu silatmu sudah
bagus, tapi bagaimana juga tidak dapat menempur orang
yang berilmu tinggi, yang latihannya sudah mencapai lima
puluh tahun dengan susah payah. Apa lagi kalau pengemis tua
itu melihat kau menggunakan ilmu pukulan Kim-ci Ginclang
sudah tentu dia akan mengetahui bahwa yang membunuh
mati "sepasang orang ganas" adalah kau orangnya." Ho Tiong
Jong jadi bengong mendengar kata-katanya sang kawan-
"Nah, kalau begitu sebaiknya aku tidak unjukan diri didepan
umum sebab mereka tokh sudah memandang yang aku Ho
Tiong Jong sudah mati, seandainya mereka tahu aku hidup
lagi, ada sulit aku mempertanggungjawabkan soal kematianku
bukan?" "Ya itu betul, Memang sudah lama aku memikirkan hal itu,
cara bagaimana dapat mengatasinya." Keduanya terdiam
sebentar. "Eh Kho toako," kata Ho Tiong Jong, "jadi aku mendapat
dengar Tok kay ada bermusuhan dengan keluarga Seng, Aku
ini sudah menerima budi kebaikannya nona Seng, bagaimana
juga aku harus membelanya. Soal menang kalah itulah ada
urusan lain, aku tidak memikirkannya, asal aku dapat
menunjukkan bahwa aku Ho Tiong Jong ada menjunjung
tinggi budi kebaikannya orang." Kho Kie menghela napas.
---ooo0dw0ooo---
VII. MELAWAN JAGO KELAS WAHID.
KALI ini Kho Kie berkata-kata dengan serius, tidak
sebagaimana biasanya ia suka bergurau dan lagaknya sangat
Jenaka mengitik urat ketawa.
"Ho laote." Kata pula Kho Kie "Bicara terus terang, dengan
lain orang aku suka bersenda gurau dengan tidak mau tahu
urusannya, Tapi terhadap kau ada lain, aku hargakan kau
sebagai sahabat yang jujur dan berbudi. Buktinya, kau
mendapat setetes budi saja terus akan membalasnya sampai
rela mengorbankan jiwamu, ini memang tidak salah, kau
punya pikiran betul. Tapi kalau kau dengan begitu saja hendak
menerjang bahaya maut, apakah tidak sayang."
Ho Tiong Jong menatap wajahnya sahabat karibnya ini, tapi
ia tidak memotong ketika Kho Kie melanjutkan bicaranya.
"Kau main membela dengan membabi buta saja, tanpa
mencari tahu keluarga Seng itu ada orang macam apa"
Memang betul nona Seng punya budi tak dapat kau lupakan,
ia mungkin ada satu nona yang berhati mulia, tapi ayahnya..."
"Ayahnya kenapa?" menyelak Ho Tiong Jong.
"Hmm..." Kho Kie berkata lagi." Ayahnya punya riwayatnya
hidup memalukan- Andaikata batang lehernya harus dipenggal
agaknya masih belum lunas menebus dosanya. Semua kepalakepala
dari Perserikatan Benteng perkampungan satu persatu
harus digantung mati sebagai hukuman atas perbuatanperbuatannya
yang tidak benar."
Ho Tiong Jong berdebar hatinya mendengar cerita Kho Kie
yang diucapkan dengan sungguh-sungguh, Diam-diam dalam
hatinya menanya. Kenapa ayahmu harus dipenggal" Dan
kepala kepala dari Perserikatan Benteng perkampungan
kenapa harus digantung mati" Apa sebenarnya yang mereka
telah perbuat sehingga harus menebus dosanya dengan
kematian. Meskipun ia berpikir deikian, ia tidak memotong dan
menanyakan apa-apa kepada Kho Kie yang kelihatannya
sangat bernapsu untuk menginsafi pikirannya Ho Tiong Jong
yang hendak menerjang bahaya secara membabi buta.
"Ho laote," berkata pula Kho Kie dengan serius, Andaikata
nona Seng ada mengandalkan ayahnya punya keangkeran,
aku amat menentang kau membela mati-matian kepada nona
Seng" Ho Tiong Jong tertawa mendengar kata-katanya sang
kawan, ia berterima kasih untuk perhatian yarg besar itu atas
dirinya, Pikirnya, mungkin ia tidak mendapatkan yang
keduanya lagi sahabat karib macam Kho Kie yang jujur ini.
Maka sambil tertawa ia berkata kepadanya.
"Kho toako, legakan hatimu, Kau jangan kuatir, aku dapat
menimbang dengan kepala dingin akan tindakanku yang
kuambil soalnya Tok-kay itu, aku hendak mengambil jiwanya
bukan karena dari sebab dia bermusuhan dengan keluarga
Seng saja, tapi dia sudah terlalu banyak menumpuk dosa
membikin susah pada rakyat jelata." Kho Kie menghela napas.
Ia tidak berdaya untuk mencegah maksudnya anak muda
yang keras ini, yang kukuh hendak mengejar juga Tok kay
Kang ciong yang berilmu tinggi.
"Ho laote, baiklah, aku tidak dapat menghalang-halangi
maksudmu yang mulia, hanya aku pesan sukalah kau menjaga
diri hati-hati sebab orang yang kau hendak bereskanjiwa nya
itu ada seorang yang berilmu tinggi. Kau bukan tandingannya.
Nah terimalah ini sedikit uang perak untuk bekal kau
diperjalanan, Tiga hari kemudian boleh kita ketemu lagi disini
untuk saling menukar kabar."
Ho Tiong Jong terima pemberian uang Kho Kie itu dengan
perasaan sangat terharu.
"Terima kasih, semoga dengan berkat doa restu toako kita
akan berjumpa h pula nanti dalam keadaan selamat..."
Kho Kie kemudian menceritakan keadaan dalam ruangan
perjamuan, dimana ada hadir banyak sekali tetamu yang
hendak turut ambil bagian dalam dibuian diselenggarakan oleh
Seng Eng dari Seng-kee-po.
Ho Tiong Jong tidak ketarik dengan beberapa nama orangorang
gagah yang disebut oleh Kho Kie, sebab hatinya masih
terus melayang akan mengejar Tok-kay, bagaimana ia dapat
menjatuhkan pengemis tua yang berilmu tinggi itu.
Tapi ketika sang kawan menyebutkan adanya seorang nona
bernama Kim Hong Jie dengan wajah cantik luar biasa dan
saban ketawa tampak sujennya yang memikat hati, ia
membuka lebar matanya dan mengawasi pada Kho Kie
"Hei, laote, kau kenapa?" tanya Kho Kie ketawa ketika
melihat arak muda itu tiba-tiba saja berubah wajahnya ketika
mendengar ia menyebut namanya Kim Hong Jie.
"Tidak usah, dia ada satu gadis cantik lincah, puterinya
majikan dari benteng Kim-Hong-po....."
"Apa ia hadir bersendirian saja?" memotong Ho Tiong Jong.
"Aku tidak tahu, kau kenapa laote " Apa kau kenal dengan
nona jelita itu ?"
Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran-
Ia ingat akan pengalamannya pada lima tahun yang
lampau, dengan perantaran sinona cilik yang bersujen
memikat itu ia telah melatih Iweekang dibawah pengunjukan
engkong nya. Bagaimana baik dan besar perhatian nona cilik
itu terhadap dirinya, sampai sekarang ia tidak dapat
melupakannya. Dia... dia sekarang sudah dewasa, entah
bagaimana cantik wajahnya dia"
Ia sebenarnya ingin melihat Kim Hong Jie setelah menjadi
satu nona, sebagai satu gadis cantik, apakah adat dan
tabiatnya masih tetap ramah dan jenaka seperti dahulu kala"
Ah, pikirnya, ia tidak seharusnya memikirkan hal nona Hong
Jie itu, sebab ia kini hendak menjalankan tugas membunuh
Tok-kay Kang ciong. Entah ia dapat kembali dengan selamat
atau ia nanti mengorbankan jiwanya, itulah masih merupakan
satu pertanyaan
Melayangkan pikirannya sampai disini, tiba-tiba ia
disadarkan oleh Kho Kie yang menegur padanya .
"Ho laote, kau ngelamun jauh sekali rupanya, makanya kau
menjublek sekian lama, apa kau tak pergi mengejar Tok kay
dan hendak kembali ke perjamuan?"
"Sudahlah..." jawabnya lesu, "Mari kita berpisahan-"
Kho Kie tidak banyak rewel lagi, ia menyerahkan goloknya
Ho Tiong Jong untuk menjaga diri diperjalanan-
Senjata mana disambut oleh pemiliknya dengan ketawa
lesu. Setelah saling berjabat sekali lagi akan bertemu kembali
ditempat itu, keduanya lalu berpisahan-
Sambil menyoren goloknya Ho Tiong Jong terus berjalan
kearah mana Tok-kay Kang ciong
telah pergi, sepanjang jalan pikirannya kusut, ia
memikirkan tentang kepandaiannya yang hanya enam-belas
dari delapan belas jurus ilmu golok keramat ditambah oleh
tiga jurus ilmu pukulan "Kim-ci Gini clang" ajarannya Kho Kie,
apakah dengan itu saja sudah cukup dapat menjatuhkan si
pengemis beracun yang iihay"
La ragu-ragu akan kemampuannya jikalau ambil jalan
kekerasan, maka ia harus mencari jalan menggunakan siasat,
menggunakan jalan halus untuk dapat mengambil jiwanya
orang kejam itu.
Tapi bagaimana akal halus itu yang ia akan ambil.
Berjalan sambil berpikir tanpa terasa lagi ia sudah melalui
perjalanan lima-enam lie. Kini badannya dirasakan sudah jauh
bedanya dari pada sebelumnya ia makan dua pilnya nona
Seng, ia kini dapat berjalan dengan menggunakan ilmu lari
cepat yang tidak usah kalah dengan mereka yang sudah
mendapat latihan puluhan tahun.
Memikir akan perubahan pada tubuhnya yang tidak
terduga-duga, membikin ia jadi bersemangat. Saat itu sudah
jam dua malam, ia jalan melewati rimba dan gunung-gunung.
Perutnya mendadak dirasakan lapar sekali, ia bingung,
dimana ia dapat mencari tempat untuk menangsal perut" Ia
jalan lagi beberapa lie, dilihatnya disebelah depannya ada
bangunan seperti kuil, hatinya bukan main gembira, pikirnya
disitu ia dapat makanan gratis ia boleh memberi uang pada
hweshio pengurus dapurnya supaya tidak banyak rewel.
Untuk membunuh Tok-kay dengan jalan mengadu
kepandaian sekarang bukan waktunya, ia harus mencari guru
dahulu yang pandai untuk memperdalam kepandaian silatnya
sendiri. Untuk sekarang, pikirnya ia hanya hendak
menggunakan akal kalau-kalau nanti berhasil.
Disekitar tempat itu ada tiga buah kuil, yang satu bernama
Giok san-kuan, kedua Biauw-hoat-si dan ke tiga ceng in si.
Tok-kay Kang ciong masuk kedalam kuil Biauw-hoat-si,
setelah ia pergi meninggalkan bangkainya "sepasang orang
ganas." Ketika masuk kedalam, Tok-kay lihat penerangan sangat
terang, Berjalan sampai diruangan sembahyang tiba-tiba
matanya melihat ada seorang yang sedang duduk pada satu
buntalan tengah sedang makan bubur.
Orang itu seperti anak kecil, rambutnya dikepang umurnya
diantara lima belas " enam belas tahun.
Tapi ketika ia menegasi, hatinya terkejut bukan mainsebab
ia bukannya anak kecil, hanya sahabatnya sendiri oen
cie yang bergelar Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin) dan
kedatangannya Tok kay itu bukannya tidak diketahui, tapi oen
ci pura-pura tidak mengetahuinya terus saja menyikat
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buburnya. "Hei, kau ini kapan datang?" tiba tiba itu Tok kay berteriak.
Oen ci menaruh mangkok buburnya, sambil
menggoyangkan rambut kepangnya ia berkata dengan suara
dingin- "Hm Apa aku tidak boleh datang kemari ?"
Perkataannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat
kehadapan Tok kay, Tangan-nya yang kirinya diangkat seperti
yang hendak menyerang, saat itu telapakan tangannya merah
membara. Hingga Tok-kay terkejut dan mundur beberapa
tindak^ baru berkata.
"Kau jangan menyerang, Sudah dua puluh tahun kita tak
berjumpa, adatmu masih seperti dahulu kala saja tak
ubahnya." Oen cie menurunkan tangannya, Terdengar ia tertawa
dingin dan berkata.
"Hmm... orang macam kau ini, selama dua puluh tahun ini
semakin banyak berbuat dosa. Dosamu sekarang sudah
bertumpuk-tumpuk. Sekarang kau bertemu denganku, apakah
kau kira aku tak dapat memusnahkan racunmu."
Tok-kay mendongkol mendengar kata-katanya oei ci.
La tertawa terpaksa "Oei ci." Katanya: Jikalau kau memang
sengaja datang hendak mencari aku, terserah kepadamu, kau
boleh berbuat sesukamu untuk melayani aku." Inilah suatu
tantangan- oei ci perdengarkan suara tertawa yang aneh.
"Aku tidak mencari kau, tapi tunggulah, nanti ada satu
waktu ada orang yang mencari untuk mengambil jiwamu yang
sudah penuh dengan dosa. Percayalah pada kata-kataku
sekarang."
Tok-kay tidak menjawab, hanya ia menatap wajahnya oei ci
yang masih tetap ketawa seperti yang mengejek kepadanya.
Hong-hwe Tong-cu oen ci adalah salah satu dari "Lima
Tokoh dalam dunia persilatan dijaman itu, maka tidak heran
kalau Tok-kay tidak berani sembarangan bertanding
dengannya. Terdengar oen ci berkata lagi.
"Bicara terus terang, memang harus diakui ilmu yang
dinamai "Telapakan Tangan Berdarah" telah mendapat
kemajuan selama dua puluh tahun ini, aku dapat mengatasi
ilmunya itu. Akupun tak tahu, mengapa aku bisa berkenalan
dengan kau dan menjadi sahabat karib, sedang kau ada
seorang jahat yang sukar diperbaiki."
Matanya Tok-kay mendelik mendengar kata-katanya sang
sahabat yang paling belakangan ini, akan tetapi ia tak berani
bergerak dan diam saja ketika Honghwee Tong-cu oen cie
meneruskan bicaranya.
"Kau tahu, sutitku yang sekarang menjadi ciang nasehati
kau untuk menghentikan kejahatanmu. Menginsafkan padamu
bahwa perbuatan jahat itu tak membawa berkah selamat.
Seperti ilmu kau "Telapak Tangan Berdarah" itu, kau yakinkan
dengan kekejaman yang tidak ada caranya, Banyak wanita
hamil yang telah menjadi korbannya, banyak orang yang
dicelakai olehmu, setelah kau mendapatkan ilmu itu lantas
menyembunyikan diri, takut pembalasan atas perbuatanmu
yang sangat keji itu. Ha ha ha... kau keliru sebab Tuhan tak
melepaskan makhluknya yang telah menumpuk dosa, kemana
kau lari musti orang pada satu hari akan membinasakan
dirimu." Tok kay tundukkan kepalanya, Meskipun demikian, diamdiam
ia mencaci oen ci yang banyak rewet dalam urusannya
orang lain, Ketika ia dong akan kepalanya terdengar oen ci
meneruskan pula kata-katanya yang tajam.
" Dengan kekejaman dan kejahatanmu yang diperbuat
terus menerus, mana aku bisa tinggal peluk tangan saja
melihatnya" Meskipun diandaikan kau ada menjadi anaknya
juga aku tak dapat mengampuni kau dan pasti akan
membunuhnya, kau mengerti?"
Tok-kay mendelik matanya, ia tidak mendebat kata-katanya
oen-ci, hanya ia menanya. "Mana muridku?"
"Hmm..." oen cin menggeram, "Dua muridmu yang manis
itu, jangan takut hilang kemana, mereka tidak tahu aku ini
siapa, dengan secara kurang ajar telah memegang-megang
rambut kepangku. Perbuatan ini ada pantangan bagiku, maka
dua muridmu yang manis itu aku sudah lemparkan keluar kuil,
mereka sekarang mungkin ada di kuil ceng-in-si." Tok-kay
gusar sekali, matanya mendelik bengis.
"Bagus perbuatanmu itu" katanya "Ada satu hari aku tentu
akan mencari kau ke Bu-tong-san. Nah sekarang terima
dahulu persekotnya."
Ia tutup bicaranya sambil menyerang dengan telapakan
tangannya yang mengeluarkan angin dan hawa panas yang
dapat membikin hangus yang terkena sasarannya.
Oen ci menjadi marah melihat dirinya di serang, maka ia
juga lantas mengeluarkan ilmunya menangkis dan balas
menyerang lawan, Dua telapakan tangannya disodorkan
kedepan, yang sebelah kiri mengeluarkan angin dahsyat dan
yang kanan mengeluarkan hawa panas seperti api berkobarkobar.
Inilah ilmu "Hong- hwe Sin- kang" (tenaga sakti angin dan
api) yang membuat namanya oen ci terkenal dan dimalui oleh
lawan maupun kawan- ilmu yang dilatih selama dua puluh
tahun lamanya ini ada sangat lihay, hingga Tok-kay kewalahan
dan mundur beberapa tindak.
Mengetahui dirinya bakal mendapat kerugian kalau
meladeni oen ci, maka ia sudah memilih jalan yang selamat,
"Lari"
Seketika itu juga ia lari meninggalkan oen cijago angin dan
api itu tidak mengejar, hanya dengan ketawa dingin memberi
nasehat. "Kau lekas perbaiki dirimu, buang kejahatan dan balik
menjadi orang baik, Kalau tidak, percayalah padaku, ada satu
waktu kau akan binasa dengan kecewa..."
Hong-hweTong cu oen ci ini sebenarnya sudah sedari kecil
berkawan dengan Tok-kay.
Mereka bersahabat karib. Apa mau setelah masing-masing
menginjak usia dewasa, perbuatan Tok kay itu banyak
nyeleweng, lebih-lebih ketika ia meyakinkan ilmunya "Telapak
Tangan Berdarah" banyak membunuh- bunuhi wanita hamil,
membuat hatinya oen ci sebagai kawannya sedari menjadi
sangat cemas dan mengutuk perbuatannya Tok-kay, ia
sebenarnya ingin menyingkirkan jiwanya Tok-kay, tapi
perasaan keakraban mereka berkawan diwaktu kecil,
membuat ia ragu-ragu dan tidak tega.
Ilmu tenaga dalamnya oen ci sangat mahir, dengan mana
ia sudah dapat memelihara wajahnya menjadi tinggal tetap
muda seperti anak yang baru berumur lima belas " enam
belas tahunan saja, keistimewaannya, adalah ia paling suka
makan- Makanan apa ia tidak menampik asal makan, Tabiatnya itu
seperti anak kecil, maka ia telah mendapat julukan Tong-tju
(anak) julukan mana digabung dengan ilmunya Hong hwa
sinkang maka menjadi Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin Api).
Sementara itu, Ho Tiong Jong juga sudah masuk kedalam kuil
Biauw hoat-si. Ia tidak masuk keruangan sembahyang, hanya langsung
mencari dapur masak kuil itu, untuk minta dibagi makanan
menangsel perutnya yang sudah sangat lapar.
Diatas meja tampak ada semangkok besar bubur yang
masih panas, mengepul mulutnya sudah mengiler, Ketika ia
hendak ulur tangannya, tiba-tiba mendengar ada tindakan
kaki. Ia cepat mengumpat d ibalik pintu Ternyata yang datang
ada satu hweshio pengurus dapur rupanya, yang hendak
mengambil semangkok bubur tadi.
Ketika tangannya hampir menyentuh mangkok, hweshio itu
menjadi sangat kaget ketika merasa bahunya ada yang
menepuk- ia cepat menoleh, kiranya yang menepuk itu ada
orang muda tampan,seperti bukannya orang jahat. Hatinya
hweshio itu menjadi lega.
"Suhu, maaf, bolehkah aku menanya, apa bubur ini mau
dibawah untuk Tok-kay?" tanya Iho Tiong Jong.
Hweshio itu itu membuka matanya lebar-lebar.
"Tok-kay....?" ia seperti berkata sendirian- "Bukan, bukan
untuk Tok-kay."
"Habis untuk siapa?"
"Tok-kay sudah diusir pergi dari sini."
"Siapa yang mengusirnya" "
"Orang yang mau makan bubur ini." Ho Tiong Jong terkejut
pikirannya locianpwe yang manakah sudah datang kesitu dan
dapat mengusir begitu mudah kepada si pengemis beracun
yang tinggi ilmunya"
"Tapi suhu," kata pula Ho Tiong Jong "apa kau bisa tolong
aku?" "Kau siapa" Aku harus menolongmu dalam hal apa?" tanya
si hweshio. "Tolong bagi semangkok bubur, perutku sudah lapar, untuk
mana aku tentu tidak melupakan suhu punya budi untuk
mengganti kerugiannya."
"ow, tidak bisa," jawab si hweshio.
"Kenapa tidak bisa" Semangkok bubur tokh apa artinya,
sedang aku sendiri hendak menggantinya dengan uang?"
Hwehsio itu tidak mau meladeni Ho Tiong Jong ia sudah
hendak ngeloyor keluar dari dapur itu, tapi mendadak ada
bayangan berkelebat, ia adalah Ho Tiong Jong yang
menghadang didepannya.
"Minggir" bentak si hweshio seraya menerobos.
Ia tidak tahu kalau tenaganya si anak muda ada besar
sekali, mana dapat ia menerobos dengan mudahnya. Tidak
heran, kalau ia terpental mundur ketika menubruk Ho Tiong
Jong dan mangkok bubur menjadi jatuh dari tangannya,
buburnya tumpah di lantai. Mukanya hweshio itu berubah
menjadi pucat. "Kau, kau...." katanya melotot, tapi ia tidak berani
menerjang pada Ho Tiong Jong yang kini ia anggap tidak
boleh dibuat sembarangan, meskipun masih demikan muda, ia
akhirnya lompat keluar meninggalkan Ho Tiong Jong.
Sementara itu oen ci sudah datang kedapur, maksudnya
mau menegur hweshio yang mengurus dapur itu, kenapa
sudah begitu lama tidak membawa bubur untuknya. Ia melihat
Ho Tiong Jong dan bubur yang tumpah dilantai, Tiba-tiba ia
tertawa dingin dan mengawasi pada Ho Tiong Jong.
Melihat dari sikapnya, tiba-tiba Ho Tiong Jong ingat, inilah
orangnya tentu yang mau makan bubur. Sekarang buburnya
sudah tumpah dilantai, bagaimana" Ia lalu menghampiri oen
ci, sambil merogoh sakunya mengeluarkan uang, ia berkata.
"Saudara kecil, harap jangan marah. Terimalah uang ini
sebagai ganti kerugiannya."
"Hmm..." oan ci memotong, "Enak saja kau ngomong,
makananku sudah dibikin tumpah begitu rupa. Kau berderajat
apa memanggil aku saudara kecil?"
Ho Tiong Jong bengong melihat sikapnya oen ci yang tidak
memandang mata padanya.
Sementara itu hweshio tadi sudah datang kembali dan
mengadu kepada oen ci, bagaimana Ho Tiong Jong sudah
menghadang di depannya dan mau merebut semangkuk
bubur itu sehingga tumpah.
Oen ci tidak meladeni pengaduannya si hwesio yang
dilebih-Iebihi dan juga tidak memperdulikan Ho Tiong Jong
yang berdiri menjublek. Hanya ia mengawasi pada bubur yang
tumpuk dilantai.
Tiba-tiba ia mengangakan mulutnya, bubur yang tumplek
dilantai tiba-tiba tersedot dan masuk kedalam mulutnya, itulah
ada demontrasi lweekang (tenaga dalam) yang hebat sekali.
Ho Tiong Jong dan si hwesio terpesona oleh kejadian yang
disaksikannya. Kalau oen ci ngagah untuk menyedot bubur kedalam
mulutnya, kemudian ditelannya, adalah Ho Tiong Jong
menganga mulutnya saking heran dan kagum oleh kekuatan
lweekang oen ci yang demikian tingginya.
Dalam hati diam-diam berkata, "Pantasan ia bisa mengusir
Tok-kay. Demikian tinggi dan mahir kekuatan Iweekangnya,
entah bagaimana tingginya kepandaian ilmu silatnya."
Lantas terlintas dalam otaknya suatu pikiran baik orang ini
begitu tinggi ilmunya, maka cari siapa lagi untuk ia angkat
sebagai guru" Kesempatan yang baik inijangan dikasih lewat
begitu saja. OEN ci sendiri sebenarnya Sangat mendongkol pada Iho
Tiong Jong, ia mati memberi hajaran kalau menurutinya
hatinya Cuma saja ia pandang Ho Tiong Jong masih begitu
muda dan bukannya orang jahat, maka ia dengan hati
mendongkol sudah hendak meninggalkan tempat itu.
Ho Tiong Jong jadi gelagapan, buru-buru, ia berkata,
"Hei, saudara kecil, tunggu dulu. Aku masih ada yang
hendak ditanyakan padamu."
"Hmm... Siapa yang menjadi saudara kecilmu?"
menggerendeng oen ci.
Ho Tiong Jong sebenarnya mendongkol mendengar katakatanya
oen ci ini, akan tetapi karena ia ada mempunyai
maksud tertentu, maka amarahnya telah ditelan begitu saja.
Wajahnya yang tadi sudah beringas menjadi tenang kembali.
"Ia, baiklah aku memanggil kauw Siauw-hiap. Numpang
tanya, apa yang mengusir Tok-kay ituSiauw-hiap adanya?"
demikian menanya Ho Tiong Jong.
"Kau siapa?" tanya oen ci.
"Aku bernama Ho Tiong Jong."
"Kau datang kesini mencari siapa?"
"Mencari Tok-kay."
"Bagus, bagus, nah, sekarang kau boleh kejar Tok-kay
yang kau cari." Ho Tiong Jong jadi melongo.
Diam-diam Ho Tiong Jong berpikir, orang ini ilmu silatnya
tinggi tak dapat diukur, tapi kenapa sikapnya ada sangat
eneh" Apa katanya orang ini, benar juga. Demikian pikirnya.
Sebelum ia dapat membuka mulut, oen ci sudah berkata lagi.
"Meskipun kau tidak dapat menempur dia dengan
kepandaianmu yang tinggi, tapi untuk mendekatinya ada
mudah sekali kau lakukan, sekarang aku kasih petunjuk
padamu, dengarlah baik-baik."
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Kau dari sini jalan lempeng saja ke arah barat kira kira
seperjalanan tiga lie kau nanti akan menemukan satu kuil
dengan merek ceng in-si. Tok-kay sekarang ada disana.
Kalau kau sudah berjumpa padanya, boleh mengatakan
banwa kau ini diperhina olehku, aku menolak mengambil kau
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai murid. Kalau ia mendengarnya, pasti timbul
amarahnya padaku dan akan menerima kau sebagai muridnya.
Tapi ingat betul-betul. Dia meskipun ilmu silatnya amat tinggi,
tetapi ia ada seorang jahat, maka kau harus tahu sendiri."
"Apa dia mau menerima aku sebagai muridnya?" tanya Iho
Tiong Jong. Oen ci melihat Ho Tiong Jong seperti belum mengerti akan
maksudnya yang dikatakan barusan, maka ia hanya
anggukkan kepalanya, kemudian telah meninggalkan kuil
Biauw-hoat-si. Ho Tiong Jong berdiri menjublek sekian lama setelah oen ci
yang sempurna sekali tenaga dalamnya (lweekang.)
Setelah tersadar dari lamunannya, Iho Tiong Jong pergi
menemui hweshio pengurus dapur lagi. Kali ini secara damai,
Iho Tiong Jong mendapat bagian bubur.
Setelah cukup menangsel perutnya, orang muda itu lalu
meninggalkan kuil dan menuju kearah yang ditunjuk oleh
Hong hwe Tong-cu oen-ci.
Dalam perjalanannya ia putar otaknya. Pikirnya, kalau ia
sampai dapat berdekatan dengan Tok-kay, ia bermaksud
membunuhnya. Perbuatan mana selainnya membalas dendam
musuh keluarga Seng, juga berarti ia sudah menyingkirkan
iblis masyarakat yang kejam Betul saja ia menemui kuil pada
tempat yang diunjuk oleh oen-ci,
Waktu itu sudah jam tiga malam, keadaan sangat gelap.
Pintu kuil ternyata masih terpentang, tapi heran tidak ada
seorang hweshlo kelihatan- Dimuka kuil ada lapangan yang
luas, tengah-tengahnya ada jalanan yang dikedua
pinggirannya ditanami pohon siong yang amat indah. Di kanan
kirinya kuil ada bangunan rumah-rumah kecil mungil. Iho
Tiong Tong bertindak masuk kedalam, di mana ia nampak
ruangan ada besar sekali.
Selagi ia langak- longok. Tiba-tiba terdengar suara tindakan
kaki mendatangi dari dalam. Dilihatnya ada seorang hweslo
yang muncul, siapa telah melihat padanya dan menghampiri
dirinya. "Sicu malam-malam datang kesini ada urusan apa?"
"Aku bernama Ho Tiong Jong," si pemuda memperkenalkan
namanya. "Aku datang hendak mencari seorang she Kang, apa
dia ada disini?"
"ow, dia ada tinggal di ruangan sana," jawab hweslo tadi,
sambil jarinya menunjuk kelain ruangan-
"Apa boleh aku menemui dia?" tanya Ho Tiong Jong.
"Tentu saja, silahkan," jawabnya.
Ho Tiong Jong sembari berjalan pikirannya berdebaran
bagaimana nanti ia akan bicara dengan Tok-kay Kang ciong"
Tapi perlahan-lahan debaran itu hilang dan hatinya mulai
mantap setelah masuk keruangan dimana Tok-kay ada ambil
tempat. Ho Tiong Jong lihat ruangan disitu besar dan lampunya pun
sangat terang. Patung-patung dicanang dengan rapih.
Didepan meja sembahyang kelihatan ada pintu. Meskipun ada
orang masuk. Tampak tak dihiraukan oleh mereka.
Dilihat caranya berlutut, kelihatan mereka seperti yang
tidak rela berbuat demikian-Ketika diteliti, kiranya dua
tubuhnya dua pengemis ini sudah kaku. Iho Tiong Jong heranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Pikirnya, Tok-kay yang sudah biasa membunuh orang
dengan mata tidak berkesip. Mana dapat menjadi pemeluk
Buddha " Mengapa itu ada murid-muridnya Tok kay, kenapa
tidak bisa bergerak" Apa mereka kena ditotok jalan darahnya"
Siapa orangnya begitu berani"
Ia merasa ragu ragu untuk mendekati dua pengemis itu.
Perlahan-lahan ia bertindak mundur menghampiri pintu dan
memutar sedikit kepinggiran ruangan. Mendadak mata nya
melihat keluar, samping ruangan ada bayangan berkelebat.
Bayangan itu cepat sekali sudah meluncur dan menghilang
dibalik-nya pohon-
Diam-diam ia menanya pada dirinya sendiri, apakah orang
itu ada musuhnya Tok-kay" Kalau benar demikian, tentu orang
itu ada mempunyai kepandaian yang sangat tinggi. Ia akan
belajar kepadanya, setelah berkepandaian tinggi baru ia
mencari Tok kay. Pikirnya, inilah ada saatnya yang paling baik
untuk ia menemui orang pandai itu.
Maka setelah berpikir, secepat kilat ia lompat melesat
kebelakang pohon tadi, disitu ia melihat tak ada orang, hanya
ada sehelai kere yang menutupi pintu kecil kealingan pohon
Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu lagi terus masuk kedalam
pintu kecil tadi.
Ternyata disebelah dalamnya ada terdapat pelataran yang
lebar. Masuk kesebelah dalamnya lagi belum juga ia ketemu
orang. Ia heran, terus jalan kebelakang. Disini ia menemui
tempat sembahyang, tapi herannya disini pun tak ada
orangnya. Matanya celingukan mencari orang. Ia melihat dari sebuah
kamar ada penerangannya menyorot keluar. Cepat ia
menghampiri dan membukanya kamar ini, tapi tidak ada orang
juga. Disini hanya kedapatan sebuah meja persegi, diatasnya
ada sebuah lampu yang guram sinarnya.
Matanya Ho Tiong Jong menyapu kesekitarnya kamar.
Tiba-tiba dari suatu sudut yang gelap telah muncul seorang,
yang ketika ditegasi ternyata ada satu tosu (imam) dengar
jenggot dan rambut putih semuanya tapi semangatnya bagus
dan sehat. Ia muncul dengan kebutan ditangannya.
Ho Tiong Jong diam-diam pikir, apakah kuil ini ada tempat
tosu ini mengasingkan dirinya.
Selang dalam berpikir mendadak ia disadarkan oleh
perkataannya si tosu dengan suara dingin-
"Hmm " Dimalam yang gelap gulita ini kau berani berani
masuk kesini, seharusnya aku memberi hukuman atas
kelancanganmu."
Ho Tiong Jong pikir, memang benar katanya tosu ini, maka
dengan cepat ia memberi hormat. "Harap totiang tidak
menjadi kecil hati, aku memang salah ketarik oleh bayangan
yang berkelebat masuk kesini. Maka aku lupa bahwa
perbuatanku masuk kesini tanpa permisi ada tidak benar. Lagi
sekali aku harap totiang suka memberi maaf banyak-banyak. "
Tosu itu mengawasi pada Ho Tiong Jong sejenak, ketika ia
hendak membuka mulut Ho Tiong Jong sudah mendahului.
"Maaf, siapakah totiang punya nama yang mulia?" Tosu itu
setelah berpikir sejenak. Sambil bersenyum menjawab.
"Aku bernama Ban Siang. Sudah tiga puluh tahun lebih aku
mengasingkan diri digunung cui-hui-san ini. Aku sudah tidak
campur urusan duniawi lagi, tapi sungguh sayang menurut
ftrasatku malam ini aku harus membuka pantangan
membunuh. Betul-betul hatiku amat menyesal."
Ho Tiong Jong terkejut. "Sebab apa totiang harus berbuat
demikian?" tanyanya. Ban Siang Tojin tidak menjawab.
Tampak Binar matanya yang kejam. Dilihat dari air
mukanya tos u ini tentu bukannya orang baik-baik, maka Ho
Tiong Jong dengan pelahan-lahan telah mundur.
"Hmmm...." berkata pula Ban Siang Tojin- "itulah karena
didunia ini orang tidak saling mengetahui diri sendiri dan suka
berbuat sewenang-wenang, Nah. Aku misalkan seperti
sekarang ini, aku akan mengikat kau. Sementara menanti
keputusannya kawan karibku dahulu, apakah kau rela diikat
tubuhmu?" "Totiang, kenapa aku harus diikat" Tentu pandanganmu
salah paham atas diriku."
Ban Siang Tojin angkat tangannya digoyang-goyang seperti
melarang anak muda itu banyak membantah.
"Aku tadi sudah berkata aku akan membuka larangan
membunuh, bukan" Nah, kalau kau tidak mengerti tunggulah
saja itu orang datang baru aku bicara lagi." Ho Tiong Jong
tidak puas. "Totiang, kau tidak boleh sembarangan mengikat orang,
bukan?" "Hai, kaujangan banyak rewel kau bikin susah sendiri saja.
Kalau tidak tunduk lihatlah ini buktinya."
Ban Siong Tojin setelah berkata lantas menunjukkan
kebutannya kearah lampu yang menyalah diatas meja, segera
api lampu tadi menjadi kecil dan panjang seperti terkena oleh
tenaga yang tidak kelihatan, arahnya pun tampak berbalik.
Jarak antara api dengan Ban Siang Tojin ada satu tombak
lebih. Ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya si tosu hebat
juga, karena kalau tidak, tak dapat api itu dibalik kearah
kebalikannya dan kecil memanjang.
Ketika ia menarik pulang kebutannya, lantas api lampu tadi
menjadi biasa lagi seperti bermula terangnya.
"Nah, sekarang kau lihat sendiri. Kau mau takluk tidak" Apa
mau tidak diikat?"
Ho Tiong Jong memang tunduk terhadap. Ilmunya yang
tinggi tadi, akan tetapi ia tidak mau tunduk dengan aturannya
yang bukan-bukan. Maka dengan gusar ia menjawab.
"Totiang. Kau bicara tidak menurut aturan- Apa boleh
orang berbuat sesuka hatinya saja?"
"Aku tidak ada tempo untuk bicara dengan kau." Jawab
Ban Siong Tojin dengan marah melotot.
"Hmm...." Ho Tiong Jong menggeram "Boleh coba-coba
mengikat aku, memangnya aku sebuah patung?"
Ban Siong Tojm melengak. Ia tidak nyana anak muda
didepannya itu ada sangat tabah hatinya. Ia mundur tiga
tindak. "Bocah," katanya "apa barusan kau tidak lihat ilmu tenaga
dalamku sampai dimana. Ah, benar-benar kau ini tidak sadar
dengan bahaya di-hadapan mata. Ha ha ha..."
"Tak usah banyak perkataan yang tidak perlu, marilah kita
mencoba-coba siapa yang nanti akan diikat," tantang Ho Tiong
Jong. Pemuda itu berkata sambil menghunus goloknya.
Ban Siong Tojin tertawa bergelak gelak, "Bocah, kau mau
apa " Lihat nih tambang apa?" ia sembari mengunjukkan
seutas tambang. "Tambang ini untuk mengikat binatang liar
dan sebentar kau rasakan bagaimana ia akan mengikat
dirimu." "Totiang, jangan banyak rewel, silahkan"
Demikian Ho Tiong Jong menantang, sambil palangkan
goloknya didadanya siap untuk mengadu jiwa dengan tosu
jumawa itu. "Bocah benar-benar kau tidak tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi. Kau menantang untuk bertempur denganku"
Ha ha ha."
Ho Tiong Jong tidak takut. Ia tertawa bergelak gelak
seolah-olah mau menyaingi sitosu ketawa yang menggema
diangkasa. "Hmm " tiba tiba terdengar Ban Siong Tojin berkata pula,
"Bocah, kalau kau tahan sepuluh gebrakan saja melawan aku,
akan kuijinkan kau pergi begitu saja dari sini, kau mengerti ?"
"ow, hanya sepuluh gebrakan apa susahnya?" jawab Ho
Tiong Jong girang, "Hanya yang aku kuatirkan kau akan repot
menangkis seranganku."
Ban Siong Tojin tidak menjawab. Ia gerakan senjata
kebutannya menerjang pada Ho Tiong Jong. Benar serangan
kebutannya itu amat lihay. Mengandung tenaga yang kuat
sekali, hingga Ho Ting Jong terpaksa lompat mundur setengah
tombak untuk menghindarkan serangan tadi.
Sebentar lagi tampak ia sudah putar goloknya, ilmu golok
delapan belas jurus dimainkan dengan bagus sekali, hingga
diam-diam Ban Siang Tojin memuji. Ia mengerti bahwa ilmu
silat golok demikian tidak mudah diterobos.
Tampak Ho Tiong Jong mainkan ilmu golok kramatnya
makin lama makin kuat dan sampai hebat sekali, angin golok
bajanya menyambar-nyambar. Ban Siang Tojin kerutkan
alisnya Dia gusar, sampai rambut dan jenggotnya pada berdiri.
Mukanya juga berubah menjadi hitam, satu tanda bahwa ia
telah mengerahkan tenaganya Betul-betul untuk mengambil
jiwanya si anak muda.
Menyolok sekali tanda kekurangan latihannya Ho Tiong
Jong. Menghadapi jago kelas wah id, Ho Tiong Jong merasa
kewalahan- Kebutannya sang lawan menyamber-nyamber
seperti bayangan anginnya dahsyat sekali seolah-olah
menekan dadanya hingga hampir sukar bernapas. Tapi ia
sudah nekad dan melawan terus.
Belakangan ia rubah bersilatnya dengan ilmu Kim-ci GiNi
ciang. Hingga Ban Siang Tojin menjadi kaget juga. Tapi dasar
ia satu jago ulung, pelahan-lahan ia sudah dapat
mengunjukkan keunggulannya dalam pengalaman bertempur.
"Bocah goblok. Apa kau masih bisa bertahan berapa lama
lagi?" Ho Tiong Jong tidak menjawab. Ia terus mengerahkan
tenaganya untuk menangkis tekanan tenaga kebutan musuh.
Ia kelihatan nekad, tidak mau kalah oleh lawannya.
Yang membikin ia heran tekanan Ban Siang Tojin sebentar
berat dan sebentar ringan-
Entah apa maksudnya, jago kelas wahid itu tidak mau
sekaligus, menekan lawannya hingga tidak berdaya"
Ban Siong Tojin kelihatan mukanya sudah menjadi berubah
hitam menakutkan dan terus merangsek musuh. Dalam
kenekadan-nya Ho Tiong Jong menyabetkan goloknya sambil
membentak. "Tosu siluman, kenapa kau menggunakan ilmu
sihirmu secara pengecut?" Tapi serangan Ho Tiong Jong dapat
dihindarkan- Ban Siong Tojin merangsek lagi tangannya diangkat.Jari
jarinya yang runcing hitam dan beracun kelihatan
menyengkeram bahunya Iho Tiong Jong. Tapi heran, ketika
sudah dekat menyentuh sasarannya, tiba-tiba jari-jarinya
berhenti setengah jalan dan membentak pada lawannya.
"Hei, bocah goblok, apa yang kau katakan tadi?"
Ho Tiong Jong tidak lantas menjawab. Ia mengerti bahaya
maut mengancam dirinya melihat jari-jarinya sang lawan yang
runcing dan beracun sudah dekat menyentuh bahunya. Tanpa
terasa, keringat dingin telah membasahi badannya. Tapi
hatinya masih keras tidak mau tunduk kepada musuhnya ia
menjawab pertanyaannya Ban Siong Tojin tadi.
"Hmmm Kau ini bukannya manusia, tapi siluman- Kau
barusan sudah menggunakan ilmu siluman, Hmm manusia
siluman" "Ha ha ha" Ban Siong Tojin tertawa, bergelak gelak. "Bocah
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
goblok, kau ini masih belum tahu lebarnya langit dan tebalnya
bumi, kau mana tahu ilmuku yang istimewa. Ilmuku itu dilatih
berdasarkan rokh-nya burung dari jaman purba. Kau ini caricari
itu dua pengemis apa gunanya, mereka sudah mengaku
kalah kepadaku. Ha ha ha." Ho Tiong Jong sebal melihat
lagaknya si tosu yang tengaL
Ia sampai terlupa akan maksudnya mencari guru yang
pandai, hingga sudah melewatkan kesempatan yang baik
untuk mengangkat Bang Siong Tojin menjadi gurunya.
Hatinya diliputi kemendongkolan- Kata-kata si tosu yang
mengejek dibalas kontan dengan ejekan pula .
Dalam keadaan kepepet demikian, Ho Tiong Jong, tiba-tiba
mendengar ada suara tindakan orang mendatangi. Ban Siong
Tojin kagit. "Siapa," tegurnya keras.
"Aku Siong Hoat," jawabnya, segera kelihatan muncul
seorang hweshio dengan muka pucat dan romannya seperti
yang ketakutan-
Kiranya ia ada hweshio dari kuil ceng-in si. Ketika ia sudah
berhadapan dengan Ban Siong Tojin telah berkata. "Lo to ya,
celaka itu dua pengemis sudah bisa bergerak lagi. Aku
sebenarnya tidak berani masuk kesini, tapi... Hii, tidak bisa
jadi dua manusia tolol itu dapat bergerak lagi "
Ban Siong Tojin tidak meneruskan kata-katanya, karena
kaget, pada saat itu Siong Hoat sudah jatuh rubuh dan tidak
bernapas lagi. Ketika diperiksa, ternyata pada punggungnya ada
kedapatan tanda bekas telapakan tangan yang berwarna
merah darah. Ban Siong Tojin beringas setelah melihat itu" Cepat ia
bangkit berdiri membawa senjata kebutannya ngeloyor keluar.
Ho Tiong Jong melihat musuhnya sudah pergi, hatinya
merasa lega, Sambil menyeka peluh didahinya diam-diam
berpikir. "Aku sudah menelan pil Siauw hoan tan tenagaku
sudah sebat sekali, tapi menghadapi seorang jago ulung
benar-benar aku tidak berdaya. Perlu apa aku mencari ilmu
lagi, membuang-buang tempo saja. Habislah pengharapanku.
Aku lebih baik binasa saja seperti ini hweshio daripada hidup
menderita kesusahan saja^..."
Dengan pikiran kalut ia keluar dari situ, pergi kepelatarandimana
ia lihat Ban Siong Tojin sedang celingukan mencari
dua pengemis yang dikatakan telah bisa bergerak lagi dan
telah membunuh Siong Hoat hweshio demikian kejamnya.
Terdengar si imam menantang sendirian-
"Pengemis bangkotan, kau hanya namanya saja termashur
dikalangan kangouw, tapi setelah ketemu orang yang tak
mudah dibikin celaka olehmu sudah lantas menyembunyikan
diri seperti kura-kura?"
Tidak terdengar jawaban, malah keadaan makin sunyi
setelah suaranya menghilang. Tidak kelihatan ada gerakan
apa-apa. Ho Tiong Jong yang melihat Ban Siong Tojin kesanakemari
beringas-beringas mencari mangsanya, dalam hati
masih penasaran dan ingin menempur kembali pada lawannya
itu. Tidak memikir lama, ia sudah lantas menghampiri Ban
Siong Tojin dan gerakkan ia punya golok menyerang pada si
imam tosu. Tapi serangannya mendapat tangkisan yang tepat
sekali dari pihak lawan-
Ho Tiong Jong menyerang dengan menggunakan sepenuh
tenaga, tidak heran kalau serangan itu ada berat sekali,
hingga diam-diam Ban Siong Tojin merasa kagum.
Dalam hatinya berkata "Bocah ini benar nekat, baru saja
mengasoh sebentar tenaganya sudah pulih kembali begitu
cepat " "Tosu siluman-" bentak Ho Tiong Jong. "Perbuatanmu
sewenang-wenang mau mengikat siauwyamu yang tidak
bersalah dosa membikin orang jadi penasaran sekali. Nah,
keluarkanlah kepandaianmu sekarang "
Ho Tiong Jong tutup bicaranya dengan serangan golok
kedada orang, tapi dengan gesit Bin Siong Tojin lompat
mundur beberapa tindak.
Sebagai jago kawakan Ban Siong Tojin sudah merangsek
lagi musuhnya. Pertempuran menjadi berjalan seru, sudah golok berkelebat
melawan kebutan yang seperti menari-nari.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin dari atas tembok
pekarangan- "Hei, hidung kerbau, kau beraninya dengan anak
yang masih ingusan saja. Tidak tahu malu. Apa perbuatanmu
ini dapat mengangkat namamu telah termashyur lagi" Ha ha
ha ha." Berbareng kelihatan melompat turun sesosok
bayangan dari atas tembok pekarangan-
Kiranya ia ada Tok-kay Kang ciong. La jalan menghampiri,
tampak senjata bandringannya yang aneh berupa bola saja
bergoyang-goyang dipinggangnya.
Ban Siong Tojin dan Ho Tiong Jong sementara itu sudah
menghentikan pertempurannya dan mengawasi
kedatangannya si pengemis tua beracun.
Ban Siong Tojin melihat datangnya musuh berat hatinya
rada keder, dengan suara berat jawabnya. "Pengemis
bangkotan" kau sudah lama datang" Apa kau sudah
memeriksa isi-nya kuil disni?"
Tok-koay Kang ciong tertawa bergelak- gelak.
"Hmm " terdengar ia, menggeram. " Untuk apa diperiksa
lagi, semua penghuninya delapan puluh hweshio lebih sudah
kukirim ketempatnya Giam-lo-ong."
" celaka " seru Ban Siong Tojin, matanya beringas tajam
mengawasi Tok-kay Kang ciong. Si pengemis beracun hanya
tertawa nyengir.
Bagaimana Ban Siong Tojin tak menjadi kaget, sebab
dalam kuil itu ada berdiam tak kurang dari delapan puluh
hweshio. dikatakan oleh si pengemis beracun semuanya sudah
di kirim ketempatnya raja akherat (Giam-lo-ong).
---ooo0dw0ooo---
VIII. SIAPA SENG ENG DARI SENG KEE-PO"
Ho Tiong Jong pun kesima mendengar pembunuhan yang
besar-besaran itu. Diam-diam dalam hatinya mengutuk: "Tokkay
ini benar-benar kejam. hweshio yang sebegitu banyaknya
yang tak bersalah telah dibunuhnya, Betul-betul
kekejamannya sudah melewati takaran-Tidak ada obatnya
untuk orang sekejam ini kecuali dibunuh mati."
Meskipun hatinya gusar bukan main, tapi ia tidak
kentarakan diwajahnya. ia terus mendengarkan apa yang
dikatakan lebih jauh oleh dua jagoan ulung itu. Ban Siong
Tojin meluap-luap amarahnya ia berteriak-teriak kalap.
"Meskipun binatang, pengemis keji. Seumur hidupmu
kerjanya hanya membunuh- bunuhi orang saja. Sekujur
badanmu sudah jadi bau amisnya darah manusia. Dosamu
sudah bertumpuk-tumpuk. Nah, malam ini aku Ban Siong pasti
akan mengirim jiwamu ke akherat untuk kau bikin perhitungan
dengan korban-korbanmu didepannya Giam-lo-ong." Ban
Siong Tojin hampir tak dapat melampiaskan kata-katanya
saking marahnya.
Si pengemis tua hanya ganda ketawa nyengir saja, seolaholah
yang mengejek. pada Ban siong Tojin yang sedang kalap.
ia seperti mau membikin tosu itu mati berdiri di sebabkan
kegusarannya . Kemudian terdengar ia menyindir. "Hidung kerbau, kau
jangan coba-coba mempertaruhkan jiwamu berlaku nekad.
Aku masih ada perkataan untuk disampaikan padamu...."
"Pengemis iblis, jangan banyak rewel. Katakanlah"
"Aku ingin mengatakan padamu..."
"Kenapa kau berhenti, teruskan, kau mau mengatakan
apa?" Tok-kay Kang ciong tertawa nyengir. "Hidung kerbau,"
katanya kemudian- "apa yang aku katakan, aku merasa malu
melihat kau pura-pura jadi orang budiman. Kuanjurkan kau
jangan lama-lama hidup di dunia ini, lekas kau bunuh diri ada
lebih baik, sebab..." Mukanya Ban Siong Tojin berubah
menyeramkan- Kalau orang wajahnya merah dalam keadaan
marah, adalah si tosu wajahnya menjadi hitam dan
menakutkan- Sebelum ia menegur lawannya. Tok kay Kang ciong sudah
meneruskan kata katanya, "...sebab, kalau tidak ada kau yang
timbulkan huru-hara menghina dua muridku, mana ada
kejadian semua hweshio penghuni kuil ini melayang jiwanya,
coba kau pikir saja sendiri."
"Tutup bacotmu, pengemis kejam Kau boleh rasakan
senjata...." Berbareng ia kerjakan kebutannya menghajar
musuhnya. Tok-kay Kang ciong angkat tangannya, telapakan tangan
kirinya yang merah membara di dorongkan darimana telah
menghembus angin dahsyat menangkis serangan musuh.
Tangan kanannya meloloskan bandringan dipinggangnya,
itulah ada senjata bandringan istimewa berupa sebuah bolabola
sebesar buah beligo. Setelah siap ia tidak terus
menyerang hanya berkata lagi pada lawannya.
"Hidung kerbau, aku mau bertanya dahulu padamu..."
"Kau mau bertanya apa" Hm bertanya kalau sudah mati
bangkaimu harus di tanam dimana" Hmm...Jangan kuatir, aku
nanti carikan tempat yang baik..."
"Hidung kerbau," Tok-kay memotong, "bukan demikian
maksudku. Aku ingin menanya padamu, katanya dalam agama
yang kau anut dikatakan ada semacam ilmu untuk menolong
roh manusia yang sudah mati yang disebut emas kayu, api,
air, tanah dan entah apa lagi."
"Betul, kau mau apa?" bentak Ban Siong Tojin tidak
sabaran Tok kay Kang ciong perdengerkan tertawanya yang
aneh^ "Hidung kerbau sekarang aku hendak menanya padamu,
kalau sebentar kau binasa oleh senjata bandringan itu,
rokhmu akan termasuk dalam salah satu yang mana ?" Ban
Siong Tojin mendelik matanya.
Sementara Ho Tiong Jong yang mendengarnya sipengemis
seperti yang berkelakar dan memancing kegusaran lawannya
secara yang lucu sekali, diam-diam telah tertawa geli.
Anak muda itu melihat Ban Siong Tojin wajahnya sudah
menjadi hitam legam. layang meyakinkan ilmu hitam, jika
sedang mengerahkan tenaga dalamnya membuat sekujur
badannya berubah hitam.
Wajahnya benar benar sangat bengis dan menakutkan-
Tok kay Kang ciong dilain pihak wajahnya memerah seperti
arang membara, menyiarkan bau amis yang membuat orang
yang mengendusnya mual dan mau muntah.
Dua jago dari kelas tinggi berhadapan, tentu saja tidak
sembarangan mengukur tenaganya. Mereka tak bertanding
rapat, tapi dari jarak jauh. Masing-masing menggunakan
tenaga dalamnya.
Mereka menyerang dengan angin telapakan tangannya
yang dahsyat. Telapakan tangannya Ban Siong Tojin hitam,
sedang Tok-kay merah membara.
Beberapa gebrakan sudah lewat, ternyata masih belum
kelihatan siapa yang bakal menjadi pecundangnya .
Kelihatan mereka masing-masing mundur beberapa tindak,
lalu mengerahkan tenaga dalamnya yang istimewa dari latihan
puluhan tahun- Tampak diudara ada dua sinar hijau dan merah saling
gempur, itulah sinar-sinar yang dikendalikan oleh tenaga
dalamnya Ban siong dan Tok-kay.
Dua sinar itu indah sekali, kelihatannya tampaknya seperti
yang menari-nari, tapi sebenarnya saling gempur dengan
hebat. Kekuatan Iweekang (tenaga dalam) yang demikian
tingginya, jarang sekali terdapat di antara pendekar-pendekar,
meskipun yang sudah dapat dikatakan ulung. Ho Tiong Jong
berdiri bengong menonton pertempuran yang langka itu.
Diam-diam ia sudah mengambil keuntungan, ialah
memperhatikan jalannya pertempuran dengan seksama.
Ia coba asah otaknya untuk dapat memecahkan
kelemahannya, dua jago kuat itu, tapi sia-sia saja. Sayang
pikirnya kalau ia tahu kelemahannya Tok kay Kang ciong, saat
itu ia bisa turun tangan untuk menyingkirkan jiwanya dari
dunia ini. la menghela napas bila ia ingat dirinya masih belum mampu
bertanding melawan Ban Siong Tojin yang tinggi ilmu
kepandaiannya. Matanya terus diarahkan pada jalannya pertandingan, ia
mengharap dapat memiliki keandalan dari dua orang kuat itu,
untuk kelak ia dapat gunakan melawan musuh.
Lama mereka berkutat dengan sikapnya masing-masing
kemudian keputusan dicari dengan pertandingan
menggunakan senjatanya masing-masing.
Sekarang tampak bandringan lawan kebutan yang
dimainkan oleh dua jago kelas wahid, tentu saja pertandingan
ini disaksikan oleh Ho Tiong Jong dengan hati terpesona.
Diam-diam ia sangat girang sekali, sebab dari pertandingan itu
ia bisa menarik pelajaran untuk dirinya yang berkepandaian
masih banyak kurang.
Serangan-serangan Tok kay ada lebih lihay, hingga tidak
lama kemudian Ban Siong Tojin terdesak. Satu kali ia sedikit
lengah, topinya berikut rambut kepalanya kena ke-sabet
bandringan Tok- kay.
Bukan saja Ban Siong Tojin sendiri sangat kaget, tapi Ho
Tiong Jong yang melihatnya berdebaran hatinya. Pikirnya, ia
tidak boleh tinggal diam saja, ia harus turun tangan untuk
membantu pada Ban Siong Tojin menyingkirkan si kejam. Tapi
ketika ia mau menyeburkan dirinya Tok- kay berteriak.
"Bocah, kau mundur. Aku tidak perlu dengan bantuanmu."
Demikian dengan Ban Siong Tojin juga berkata, supaya Ho
Tiong Jong mundur jangan turut campur, sebab jiwanya bisa
melayang. Ho Tiong Jong mundur lagi dan berdiri dengan pikiran-
Bagaimana sebenarnya pandangan dari kedua orang tua itu
terhadap dirinya.
Tengah pertempuran dilakukan dalam detik-detik yang
menentukan tiba-tiba terdengar suara orang ketawa dari atap
rumah, kemudian berkata.
"Hei Ban Siong Tojin, kau ini sudah puluhan tahun
mengasingkan diri, tapi tabiatmu yang sombong masih seperti
dahulu kala saja. Dan ini si pengemis tua Kang ciong, dosamu
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah bertumpuk-tumpuk apa masih belum mau menyerahkan
kepalamu untuk di penggal?"
Tok kay Kang ciong mendengar orang memaki padanya
sudah menjadi sangat gusar. Dengan suara bengis ia
menjawab. "Dari mana datangnya manusia liar tidak tahu malu " Kau
berani menghina aku" Lekas turun dan boleh mengerubuti aku
seorang diri. Aku tanggung dalam beberapa gebrakan jiwamu
akan sudah melayang menghadap Giam- lo-ong." Terdengar
orang di atas atap rumah tertawa dingin.
"Hm.." Ia menggeram. "Lohu sudah sampai begini tua,
belum tahu ada orang mengatakan " manusia liar", baru kali
ini ia mendengarnya."
Tok- kay alih kan pandangannya kearah suara tadi, hatinya
tiba-tiba sangat terkejut.
Kiranya yang datang itu ada Pocu dari Seng-kee-po yang
namanya terkenal dalam rimba persilatan, ialah Seng Eng.
Lalu Tok-kay melihat pada Ho Tiong Jong anak muda ini
tinggal tenang tenang saja. Hatinya Tok-kay memuji
ketabahannya, akan tetapi ia tidak tahu kalau Ho Tiong Jong
tidak kenal pada orang yang baru datang itu.
"Hei, bocah, lekas kau naik- keatas. Lihat, masih ada
beberapa orang lagi yang menyembunyikan dirinya."
Ho Tiong Jong tanpa disuruh untuk kedua kalinya sudah
lantas enjot tubuhnya melesat keatas atap rumah. Seng Eng
menyaksikan lompatan Ho Tiong Jong yang bagus, diam-diam
dalam hatinya menanya, sejak kapan pengemis kejam ita
mendapat murid yang begitu pandai ilmu mengentengi
tubuhnya" Ho Tiong Jong sendiri heran, kenapa waktu itu telah
menuruti saja perintahnya Tok- kay tadi. Tapi sekarang ia
sudah berada di atas rumah, terpaksa ia harus memeriksa
keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba ia mendapat lihat diluar
tembok peka rangan ada berkelebat bayangan orang.
Pikirannya sangsi apakah ia kasih tahu pada Tok-kay atau
jangan" Saat itu tiba-tiba terdengar suaranya Seng Eng lagi.
"Hei, pengemis tua, biasanya kau sangat sombong,
memandang aku sangat rendah. Nah, sekarang aku datang
hendak membuat perhitungan dengan jiwa anjingmu. Tentang
penyimpanan harta bendamu yang besar itu, lebih baik kau
angkat pemuda itu sebagai akhli warismu" Ha ha ha ... "
Ho Tiong Jong mendengar kata-kata seng Eng menjadi
marah. Semula ia mengira Seng Eng ada satu pendekar budiman
mencari Tok kay untuk membasmi kejahatan- Tidak tahunya
bahkan mereka berdua iiu ada setali tiga uang. Dua-dua ada
satu kwalitet, apa yang mereka pertengkarkan hanya berkisar
pada kejahatan- la jadi ingat akan kata-katanya Kho Kie,
bahwa benggolan-benggolan dari Seng kee-po seharusnya
digantung mati.
Diam-diam hatinya pemuda itu tidak puas. Apa yang
dikatakan oleh Kho Kie itu memang beralasan, setelah ia
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri sekarang. Seng
Eng dan Tok- kay perlu dibasmi." demikian pikirnya. Tiba-tiba
terdengar Tok kay berkata.
"Seng Pocu, kau kasih harga terlalu mahal, aku tidak dapat
membayarnya..." Ho Tiong Jong makin kaget mendengar Tok
kay berkata demikian-la terus pasang telinganya dengan
pikiran melamun-
Hatinya merasa cemas jika melihat sepak terjangnya Seng
Eng, ayah nona Seng ini.
Nona Seng sudah melepas budi padanya, pantas ia
membelanya mati-matian, tapi ia kecewa menemui ayahnya
bukannya orang baik-baik. Dugaannya ayahnya nona Seng
ada seorang pendekar ternama dan budiman, ternyata kecele.
Terbenam dalam soalnya keluarga Seng Imembuat ia tidak
tahu kalau diam-diam ada dua orang mendekati padanya.
Mereka itu ada si Ular Kembang Tham Kek dan si Rajawali
Botak le Yong, dua orangnya Seng Eng yang sangat
diandalkan. Mereka heran ketika sudah datang dekat Ho Tiong Jong
seolah-olah tak menghiraukan-Tok-kay terlaki Ho Tiong Jong
supaya lekas melarikan diri.
Ketika tersadar dari lamunannya, pemuda itu sudah lantas
lompat mundur dan hendak melarikan diri, tapi sudah keburu
di terkam oleh dua orang dari seta dan memperhatikan gerakgeriknya.
Melihat Ho Tiong Jong di halang halangi.
Tok- kay kembali dari larinya hendak memberikan
pertolongan, akan tetapi Seng Eng sudah melancarkan
serangan kepadanya. Terpaksa Tok-kay harus melayanijago
dari Seng keepo ini.
Hatinya Tok kay gelisah ketika melihat Ho Tiong Jong
hendak dicengkeram oleh Ie Yong yang mengeluarkan
ilmunya Eng-jiauw-kang.
Suatu cengkeraman yang berbahaya sekali. ia
mengerahkan tenaganya dan mengirimkan serangan
telapakan tangan yang mengandung angin keras, maksudnya
supaya dapat memukul mundur Seng Eng. Sementara itu
mulutnya berteriak-teriak supaya Ho Tiong Jong lekas
melarikan diri Ho Tiong Jong ketika sadar dirinya diserbu orang lantas
menegasi siapa adanya mereka itu. kiranya ada Si Ular
Kumbang dan si Rajawali Botak yang ia kenal ketika di Seng
kee-po. "Hei, dua saudara ini kenapa hendak menangkap aku?"
tanyanya heransi
Rajawali Botak dan si Ular Kumbang menjadi kemekmek
melihat yang akan dijadikan mangsanya itu ada Ho Tiong Jong
yang mereka tahu betul pemuda itu sudah mati.
Yang tersebut duluan menarik miring cengkeramannya.
selain yang tersebut belakangan juga sudah cepat menarik
kembali serangannya yang sudah hampir dilancarkan-"Kau...
kau..." katanya hampir berbareng. Matanya terbelalak
mengawasi Ho Tiong Jong.
Menggunakan kesempatan mereka sedang terbelalak
bengong. Ho Tiong Jong sudah lari meninggalkan mereka.
Seng Eng melihat ia sendiri telah gagal menangkap Tok
kay, sedang dua orangnya juga tidak berhasil menangkap
lawannya, sudah menjadi marah-marah kepada dua orangnya.
" Kalian namanya saja jagoan, tapi menyerang saja pada
pemuda itu tidak berani. Apa kegunaannya kalian" Hmm ..."
"Aaa Pocu nanti dahulu, aku mau beri laporan- orang itu
aku kenal bernama Ho Tiong jong " demikian ie Yong
memberitahukan kepada majikannya.
"Kau kenal padanya, tapi kenapa kau tidak berani
melancarkan serangan?"
"Pocu.... orang itu sudah mati. Aku melihat dengan mata
kepala sendiri."
Seng Eng mendelik matanya. "Kau lihat dimana ?"
tanyanya^ "Di Seng-kee-po."
"Hm " menggeram Seng Eng. "Jadi kalian mengira telah
melihat setan, bukan?"
Tham Kek dan Ie Yong saling pandang satu sama lain,
batinya mereka risau sekali, sebab mereka tahu adatnya sang
Pocu yang kejam, dalam marahnya ia bisa membunuh mati
kepada mereka berdua.
Dalam keadaan demikian tiba-tiba ie Yong ingat sesuatu, ia
lantas berkata.
"Ya, Pocu, aku terus terang bicara pada Pocu, bahwa
kematiannya orang itu ada bersangkutan dengan nona Seng.
Diwaktu magrib nona Seng menyuruh aku menguburkan
orang itu. Tapi lantaran peti mati belum sedia maka mayatnya
lantas ditaruh dahulu di kuil Po-im-yan- Menurut
pemeriksaanku, memang orang itu sudah mati..."
"Ya, sudahlah." memotong sang majikan- Seng Eng hatinya
mendadak lunak, ketika mendengar disebutnya sang putri
yang amat dimanjakan itu ada tersangkut. "Tapi apakah betul
orang itu ada orang yang kau katakan sudah mati" Karena
orang ada yang pengawakan dan wajahnya serupa, kau
jangan salah lihat. Sekarang begini saja, kau pulang dan lihat
di kuil Po im-yan masih ada atau tidak" Kalau ia masih
kedapatan disana melintang, awas, aku akan cabut nyawamu"
Ie Yong danTham Kek menjadi melongo Badannya
bergemetaran dan keringat dingin keluar membasahi
tubuhnya. setelah berkata pada mereka Seng Eng berpaling pada Ban
Siong Tojin, berkata.
"Hmm... Sifatmu ini selalu tak dapat dirubah, sayang aku
tidak membawa Pek Boe Taysu kalau tidak. mereka mana
dapat meloloskan diri dari tangan kita" Tapi tidak apa, ada
satu waktu mereka akan terjatuh juga ditangan kita."
"Aku sebenarnya merasa cemas sekali." memotong Ban
Siong Tojin, "Aku sudah beberapa tahun melatih Tenaga
cerdasnya Burung", Supaya dapat melawan ilmu Telapakan
Tangan Berdarah musuh, tapi..."
Ban Siong Tojin tidak meneruskan perkataannya, karena
diselak oleh tertawanya Seng Eng yang bergelak-gelak.
"llmu Telapakan tangan berdarah" orang itu dilatih sampai
sekarang, entah sudah menelan berapa banyak jiwa. Kau
mana dapat menandinginya. Nah, sekarang lebih baik kita
pulang dahulu Besok pagi, kau yang menjadi Taysu di luitay."
Mereka berempat lalu meninggalkan tempat itu.
Ketika mereka berjalan sampai ditempat Ho Tiong Jong
membereskanjiwanya "Sepasang orang ganas" ada orang
melaporkan tentang ditanamnya dua mayat disitu. Mereka
ketarik hatinya, lantas kuburan "Sepasang orang ganas"
dibongkar, kiranya dua orang itu ada dua penjahat ulung.
Tanda-tanda bekas pukulan menunjukan kematian mereka
terkena pukulannya ilmu Kim ci Gin ciang, ilmu istimewa Sanyu
Lo-long Kong Teng Shoe.
Mereka kemudian pergi ke kuil Po-im-yan, disitu tidak
kedapatan mayatnya Ho Tiong Jong, dari sini kenyataan
bahwa Ho Tiong Jong sudah melarikan diri. Si Raja wali Botak
Ie Yong menduga-duga akan duduknya perkara.
Ho Tiong Jong mungkin ada permusuhan dengan
"Sepasang orang ganas" mereka telah berjumpa bertempur
dengan kesudahan yang tersebut belakangan menemui
ajalnya, melihat lukanya si Raksasa lu Goei, juga tentu ada
perbuatannya Ho Tiong Jong yang menggunakan ilmu. Pasir
Terbang telah melukai matanya, hingga sekarang orang punya
mata menjadi tinggal satu.
Mungkin, karena ketakutan banyak golongan partai marah
kepadanya, karena perbuatannya itu, maka ia sudah purapura
mati dan kemudian melarikan diri.
Demikian pikiran ie Yong yang diberitahukan kepada sang
majikan, tapi ia tidak menerangkan halnya nona Seng punya
perlakuan terhadap Ho Tiong Jong bertempur dengan
sepasang orang ganas karena hendak membelai nona Seng.
Walaupun demikian, Seng Eng sebagai ayah yang
menyintai anaknya tentu sudah dapat mengetahui dan
memahami hatinya sang puteri.
Meskipun dalam kata kata. "Mengadu silat mengumpulkan
sahabat ada tersembunyi maksud tertentu, tapi biar
bagaimana tujuannya pertemuan itu adalah untuk memilih
pemuda yang dirasa cocok untuk dijadikan mantunya
pemimpin dari benteng Seng kee po.
Riwayat dan kepandaian Ho Tiong Jong meskipun wajahnya
cakap dan pengawakannya tak tercela, tidak setimpal untuk
menjadi kawan seumur hidupnya nona Seng. Kini Ho Tiong
Jong sudah melarikan diri, memang itu ada baiknya.
Memikir sampai disini. ie Yong merasa sungkan untuk
membocorkan rahasianya nona Seng kepada majikannya,
sebab ini kalau diketahui dalam kalangan kangouw ada tidak
baik. juga tentang dirinya yang takut dengan setan tentu akan
menjadi buah tertawaan di kalangan kangouw manakala
diketahuinya. Kalau sampai begitu, dimana ia akan menaruh mukanya
lagi" Mengingat akan hal ini, maka dengan ketawa nyengir ia
berkata pada majikannya.
"Ya Pocu. aku harap halnya kami takut dengan setan
sukalah tidak disiarkan terlebih jauh, untuk mana kami
mengucapkan banyak banyak terima kasih."
Seng Eng kerutkan alisnya sejenak. kemudian menjawab.
"Hm Kau masih ada muka untuk minta dilindungi hal demikian
?" Pocu dari benteng Seng-kee-po tampak marah betul.
"Nah, sekarang begini saja. Diantara kalian berdua siapa
yang berani mengejar dia." Si Ular Kumbang Tham Kek susah
hatinya, dari setadian ia tundukkan kepalanya. Mendengar
perkataannya sang majikan, ia lalu angkat kepalanya dan
berkata. "Pocu, biarlah aku menebus dosaku, akan kucari dia
dimana tempatnya. Begitu Pocu memberi izin aku akan segera
mencarinya." Seng Pocu hatinya girang, parasnya berubah
lunak lagi. "Ya, karena kalian sudah mengaku kesalahannya," kata
Seng Eng. "aku juga tidak mau mengungkat-ungkat lagi
urusan ini. Nah Ban Siong Totiang, lihatlah mukaku harap kau
juga bisa menyimpan rahasia urusan ini." Ban Siong Tojin
tertawa terbahak bahak.
"Jangan kuatir," katanya, "aku akan tepati pesan ini. Mana
aku berani tidak menyetujui sebab kalau kebentrok dengan
mereka berdua mana bisa aku mengasingkan diri d angan hati
tentram... "
"Sudahlah," Seng Eng memotong, "Kau jangan banyak
bicara, sekarang lekas lekas mengatur orang yang boleh
dipercaya untuk menyelidiki sekitar tempat seratus li luasnya.
"Kalau perlu, boleh juga menyuruh bajingan bajingan ditempat
ini untuk bantu menyelidikinya. Harus menggunakan akal
untuk menghadapmya dan boleh bertempur sesuka hati kalian
mengerti."
Berempat lalu berpisahan, masing-masing hendak
mengatur tugasnya.
---ooo0dw0ooo---
IX. KISAH ASMARA PENGEMIS KEJAM.
Diceritakan Ho Tiong Jong ketika siular sudah mencapai
lima-enam lie, lantas perlambat larinya sambil matanya
menyapu kesekelilingnya tempat. Tiba-tiba ia melihat sesosok
bayangan. Ketika ditegasi, bayangan itu ternyata ada Tok kay
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sedang berdiri dibawah pohon dengan semangkok bubur
ditangan- "Ha ha ha " ia tertawa pada Ho Tiong Jong.
Matanya si pemuda mengawasi pada si pengemis kejam,
tapi tidak mengutarakan kebencian diwajahnya, ketika ia
datang dekat pada Tok kay, yang tersebut belakangan
berkata. "Bocah, kau baru sampai" Barusan aku juga baru sampai
habis minta-minta bubur pada orang. Apa kau tidak merasa
lapar" Kalau tidak merasa kotor ini, mari kita makan-makan
sama-sama ?"
Ho Tiong Jong yang memang sudah sangat lapar tidak
sungkan-sungkan lagi lantas menemani Tok-kay duduk diatas
rumput dan makan bubur bersama-sama.
Selagi mereka asik makan dengan gembira, tiba-tiba ada
muncul seekor binatang serigala menghampiri mereka. Diamdiam
Tok-kay memungut batu kecil, dengan sekali sentil batu
itu meluncur lebih cepat dari peluruh dan kena tepat dibagian
tabuhnya yang mematikan- Terdengar raungannya yang
mengerikan, setelah berkelejatan, serigala itu telah habis
nyawanya. Ho Tiong Jong kerutkan alisnya.
"Kau kenapa membunuh padanya?" ia menanya dengan
nada tidak puas.
"Karena ia akan merebut makanan kita." jawabnya.
"Kau terlalu kejam...." kata pula Ho Tiong Jong menghela
napas. Tok-kay Kang Hlong hanya tertawa nyengir. "Bocah, mari
aku ceritakan riwayat hidupku, apa kau suka mendengarnya ?"
Ho Tiong Jong girang hatinya, memang ia kepingin tahu
asal usulnya orang kejam ini. la tidak menjawab, hanya
kepalanya dianggukkan-
Setelah menyeka mulutnya dengan lengan bajunya yang
kotor, pengemis tua itu telah menceritakan kisahnya seperti
berikut. Kiranya ia dalam usia dua belas tahun sudah menjadi
pengemis. Pada waktu itu ibunya telah meninggal beberapa tahun. Ia
jadi dibawah penilikan ayahnya yang bengis terhadapnya.
Belakangan sang ayah telah menikah lagi, ia jadi mempunyai
ibu tiri. Maklumlah, ibu tiri itu selalu tidak dapat akur dengan anak
tirinya. Ia juga mendapat perlakuan yang bengis dari ibu
tirinya itu. Pada suatu hari dalam sekehendak ia telah dihajar oleh
kawannya yang lebih besar sehingga mukanya matang biru.
Ketika pulang kerumah, bukannya dimenangkan oleh ayahnya
malah ia ditambah dengan pukulan hebat. Maka sejak itu ia
insaf, bahaya manusia hidup didunia ini, baru dapat hidup
merdeka kalau dapat hidup dengan tenaga sendiri.
Pada hari kedua ia dari rumah bawa buku-buku mau pergi
sekolah tapi sebenarnya ia tidak masuk sekolah hanya pergi
pada satu pengemis tua untuk main-main dan mengobrol.
Ia tahu bahwa pengemis tua ini suka menangkapi binatang
binatang berbisa seperti kelabang, kalajengking dan
sebangsanya yang beracun, kemudian dijual dan uangnya
dipakai membeli arak untuk diminum.
Diantara binatang binatang berbisanya itu terdapat satu
kalajengking besar yang disimpan dalam sebuah bumbung
bambu. Katanya binating itu sangat berbisa siapa yang kena
disengat olehnya akan binasa.
Pada satu hari ia telah mencuri sepotong perakan dari
ayahnya dan diberikan pada pengemis tua itu untuk membeli
araknya. Pengemis tua itu kegirangan, setelah membeli arak
lalu diminumannya dirumah sampai ia makan dan tidur pulas.
Menggunakan kesempatan itu, ia sudah curi
kalajengkingnya yang beracun itu.
Ia bawa itu kesekolahnya dan ditaruh disatu lubang batu
dibelakang rumah sekolah, diatasnya bumbung ia taruhi uang
dan dua buah. Kemudian pada hari itu ia traktir makan pada
teman-temannya, tidak terkecuali anak yang tempo hari telah
memukuli mukanya hingga bengkak.
Anak itu menanyakan dari mana ia mendapat uang, dengan
berbisik ia ceritakan bahwa ia dapat uang dibawahnya lubang
batu dibelakang rumah sekolah. Hal mana sudah tentu
mengherankan. Anak itu ketarik hatinya untuk mendapatkan uang dari
dalam lubang. Dijanjikan oleh Kang ciang akan diantarkan
kesana kalau sebentar sekolahan sudah bubaran-
Demikian anak yang besaran itu diantar olehnya ketempat
dimana disimpan kalajengking berbisa. Ia yang mula mula
mengulurkan tangannya kedalam lubang mengambil uang,
berbareng ia sudah membuka lubang bumbung bambu
binatang kalajengking itu.
Ketika ia unjukkan uang yang didapati dari lubang, anak
yang memukul padanya telah timbul keserakahannya dan
menendang padanya sampai bergulingan ditanah. Kemudian
anak itu sendiri telah memasukkan tangan-nya kedalam
lubang batu untuk mengambil uang, tidak tahunya ia telah
diantuk oleh kalajengking sehingga ia keluarkan jeritan
tertahan. Tidak lama kemudian mukanya menjadi biru dan hitam, la
meringis-ringis merasa kesakitan, kemudian ia rubuh
terbinasa. Kang ciang balas menendangnya dengan sengit
sebagai bayar hutang untuk tendangan anak yang mati tadi
lakukan kepadanya.
Setelah itu ia lalu kabur kerumahnya si pengemis tua dan
menceritakan kejadian dalam sekolahannya, lantaran mana
pengemis tua itu menjadi ketakutan dan ajak ia kabur
bersama-sama. Pengemis ini belakangan menjadi gurunya dan
yang memberi pelajaran ilmu silat kepadanya.
Ketika ia sudah berumur dua puluh tahun baru ia tahu
kalau pengemis itu hanya menurunkan sepuluh persen saja
kepandaian ilmu silatnya kepadanya, la tahu bahwa pengemis
tua itu ada menyimpan buku tentang ilmu silat yang lihay.
Sampai disini Ho Tiong Jong mendengarkan ceritanya Tokkay,
diam-diam dalam hatinya berkata. Pantas Tok-kay ini
kejam, karena sudah sejak kecil ia jahat tukang mencelakai
orang. Meskipun berpikir kesitu, ia tidak takut dan terus
mendengarkan, riwayatnya Tok-kay yang ia sangat kepingin
tahu. Tok kay cerita selanjutnya.
Setelah mengetahui suhunya ada mempunyai kitab ilmu
silat pusaka yang dinamai kitab " Kumpulan Ilmu Silat Sejati",
ia telah minta diajari ilmu silat berdasarkan dari buku itu. Tapi
suhunya berkata.
"Kitab ini hanya satujilid saja. tapi lengkap dengan berbagai
ilmu silat dari banyak partai yang terkenal. Satu saja kau
dapat mempelajari dari banyak ilmu pukulan dalam- buku itu,
kau sudah dapat menjagoi di kalangan Kangouw.
Sayang kau terlalu jahat dan suka membunuh orang,
makanya aku tidak mau menurunkan pelajaran itu kepadamu.
Selanjutnya, jika kau tidak mau merubah sifatmu yang jahat
itu, terpaksa aku akan turun tangan membunuhmu untuk
kepentingan rakyat yang tidak berdosa.
Mendeagar kata-katanya sang suhu yang terus terang,
bukannya ia mengerti dan dapat merubah tabeatnya yang
jahat, malah ia sudah meracuni suhunya sampai binasa dan ia
lalu memiliki kitab yang ia sangat idam-idamkan itu.
Mendengar ceritanya Tok-kay sampai disini, Ho Tiong Jong
berkata dalam hatinya ada sangat jahat, aku harus
membunuhmu" "Saat itu Tok-kay juga sedang melayanglayang
pikirannya kemasa lampau, kepada satu wanita cantik
pujaannya, hingga bubur yang disuapkan kemulutnya ia telan
tanpa merasa. Ho Tiong Jong pikir saat itu ada disuapkan
kemulutnya ia telan tanpa meraba-Ho Tiong Jong pikir saat itu
ada waktunya yang baik untuk turun tangan, ia lalu
mengulurkan tangannya kebahu orang, akan tapi Tok kay
miringkan badannya untuk menghindarkan tepukan Ho Tiong
Jong. "Bocah kau hendak menyerang aku?" tanyanya heran-
"oh. bukan, bukan, aku hanya hendak menepuk binatang
tawon yang ada dipundak mu." jawab Ho Tiong Jong dengan
sedikit gugup, Tok-kay dengan ragu-ragu anggukkan
kepalanya. Untuk menyampingkan perhatiannya Tok-kay Ho Tiong
Jong menanya. "Malam ini aku pikir tidur dilapangan lebih
baik" PADA pagi harinya Ho Tiong Jong terbangun dari tidurnya,
ia melihat Tok-kay telah berjalan meninggalkan dirinya dengan
menggunakan ilmu lari cepatnya, dan Ho Tiong Jong tetap
mengintil dibelakang nya. Tok-kay merasa heran, meski ia
sudah jalan lebih dahulu dan mengerahkan ilmunya yang
sangat ia andalkan, Ho Tiong Jong masih tetap mengintilnya.
Ho Tiong Jong sambil mengikuti lari. otak nya bekerja.
Pikirnya, pengemis tua ini sangat jahat, kalau dibiarkan tinggal
hidup entah berapa banyak korban lagi akan binasa
ditangannya. Baik ia mengikuti jejaknya, sebentar dalam kuil
kalau ia mau menurunkan pelajarannya ia akan terima, tapi ia
tetap menghendaki jiwanya manakala ia mendapat
kesempatan untuk membunuhnya.
Tidak lama mereka sudah sampai disuatu tempat dimana
ada berdiri sebuah kuil tua yang sudah rusak. Tok-kay ajak Ho
Tiong Jong masuk. ia telah menyalakan lilin- Keadaan disitu
ada bersih, mereka berdua kemudian pada duduk diatas tikar
dan bercakap-cakap. Tiba-tiba Ho Tiong Jong timbulkan
keinginan untuk belajar katanya^
"ln, locianpwe sudilah kiranya kau memberi beberapa
pelajaran ilmu silat padaku" Aku meski pandai dari kecil sudah
belajar lweekang, tapi hanya dapat menggunakan dua belas
jurus saja ilmu golok setelah habis ini aku tidak punya
kemampuan lagi untuk menandingi lawan-"
"Hmm aku sudah lihat caramu menyerang musuh tadi,"
memotong Tok-kay. "Memang gerakanmu masih terbatas
sekali. Meskipun Iweekangmu baik, tapi belum dapat
diandalkan untuk bertempur. Pada waktu kau menyerang
dengan golokmu, aku lihat gerakan itu ada pelajaran dari
Thian-san-pay yang amat lihat yang dinamai Jan-cong cansoat
(burung belibis menerjang salju). Aku tidak menduga
kalau kau mendapatkan pelajaran tanpa guru. Belajar tanpa
guru tidak mungkin kita mendapat kepandaian, yang mahir,
kau tahu?" Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Aku bersedia untuk menurunkan kepandaianku padamu,
jikalau kau menghendakinya, tapi..."
Si pengemis beracun merandak disitu, matanya mengawasi
pada si pemuda. Ho Tiong Jong yang haus dengan pelajaran
ilmu silat menjadi tidak sabaran-
"Tapi kenapa?" tanyanya.
"Tapi ada syaratnya." si pengemis telengas kata sambil
tertawa nyengir.
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, entah syarat apa yang
diminta oleh pengemis jahat tapi lihay ini "
"Locianpwee coba kau jelaskan syaratnya bagaimana?" ia
menanya. "Syaratnya, ialah dalam tempo sepuluh tahun kau harus
menurut segala perintahku, meskipun aku menyuruh kau
membunuh orang atawa membakar rumah kau harus
menuruti perintahku. Bagaimana, kau sanggup?"
Ho Tiong Jong dibikin melongo oleh perkataan Tok kay
yang seram. "Tapi Locianpwee..." Ho Tiong Jong berkata gugup dan
tidak lampias. "Ha ha ha...." Tok-kay tertawa. "Boleh kau tahu hatiku
amat ketarik olehmu. Entah apa sebabnya, aku sendiri tidak
tahu dan merasa sangat heran. Tentang riwayat hidupku
selainnya kau ada seorang lagi yang mengetahuinya, yalah
salah satu dari lima tokoh yang namanya menonjol dalam
rimba persilatan pada dewasa ini. Ha ha ha ...."
Ho Tiong Jong diam-diam merasa heran, bagaimana orang
yang begini kejam bisa mempunyai hati meny intai kepada
sesamanya misalnya kepada dirinya seperti yang dikatakan
tadi oleh si pengemis tua"
"Locianpwee, orang itu siapa namanya?" tanya Ho Tiong
Jong, yang ingin mengetahui siapa orangnya yang telah
mengetahui riwayat hidupnya si pengemis tua.
" orang itu adalah pemilik rumah es di Taypek san Kok Lolo
(nenek Kok)."
Ho Tiong Jong terkejut. Ia tahu bahwa nenek pemilik
rumah es di Tay pek-san itu ada gurunya nona Seng yang
kepandaiannya sukar diukur.
GOLOK SAKTI Karya: chin Yung
Bagian o8 Ia menatap wajahnya Tok-kay, yang saat itu tampak
seperti yang penasaran sekali. Ia hendak membuka mulutnya
menanya, tapi Tok-kay sudah menyambung lagi bicaranya,
setelah ia menghela napas.
"Kau tahu, Kok Lo-lo pada tiga puluh tahun yang lampau
merupakan satu gadis yang cantik jelita sukar dicari keduanya.
Pada waktu ilmu silatku belum pandai betul, tapi karena
keberanianku suka membunuh orang dan menggunakan
racun, maka dikalangan kangouw orang telah memberi
julukan padaku Tok-kay (pengemis beracun)." Si pengemis tua
bicara sampai disitu kelihatan merasa bangga sekali.
Selanjutnya ia mengisahkan pertemuannya dengan Kok Lo
lo dikaki gunung Tay-pekssan dan jatuh cinta kepada Kok Lolo,
yang pada masa itu merupakan gadis yang luar biasa
cantiknya. Tanpa merasa kakinya telah mengikuti jejaknya
nona Kok yang sedang naik gunung.
Ditengah jalan nona Kok berhentikan tindakannya,
menantikan ia datang dekat dan lalu menanya.
"Aku tidak tahu. semangatku telah terbawa olehmu."
jawabnya. Nona Kok bersenyum manis menggiurkan, hingga hatinya
Tok-kay menjadi berdebaran keras. Diam diam ia berpikir.
"Kau biar bagaimana harus menjadi milikku"
" Engkau tidak seharusnya mengikuti seorang gadis yang
tidak dikenal " kata pula nona Kok. " Kalau kau masih terus
mengintil aku akan marah."
Suaranya si nona demikian merdu merayu, bagaimana Tokkay
tidak jadi tertegun dan berdiri seperti kakinya terpaku.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia tidak bisa menjawab kata-katanya nona Kok. hanya
matanya saja yang dapat bicara menatap terus pada wajahnya
sinona yang cantik menarik. Nona Kok segera meninggalkan ia
setelah mengerlingkan matanya yang jeli.
Sebenarnya Tok-kay tidak akan tinggal diam mendapat
perlakuan demikian, kalau saja ia menghadapi lain gadis.
Terhadap nona Kok ia harus membawa kelakuan yang sopan
santun, seberapa bisa menutup kekasarannya, agar sinona
ketarik dan menyerah kepadanya tanpa paksaan- la ingin
hidup dengan sinona penuh kebahagiaan-
Setelah nona Kok berlalu sampai tak kelihatan
bayangannya pula, Tok kay lalu duduk diatas batu besar diam
dengan termenung-menung.
Ia kelelap didalam lamunannya sampai tidak merasa kalau
sang malam telah dilewati olehnya dengan hanya duduk terus
diatas batu. Pagi-pagi sekali tampak nona Kok turun gunung.
Hatinya Tok kay berdebaran, ia tidak tahu harus bagaimana
ia membawa dirinya supaya disuka oleh nona pujaannya itu
Ia diam saja tidak menegur. Berpura-pura. Seperti mana
sedang menanggung kesal, ia tundukkan kepalanya pada saat
nona Kok lewat didepannya.
"Hei, kau masih ada disini?" tanya nona Kok tiba-tiba.
Tok-kay angkat kepalanya dan melirat nona Kok berdiri
didepannya seperti juga bidadari yang baru turun dari
kayangan- ia begitu cantik begitu menarik dan bergoncanglah
hatinya To kay karenanya.
"Ya, aku masih ada disini..." jawab Tok-kay perlahan-
"Hei, kenapa begitu?"
"Nona, aku mohon belas kasihanmu. Janganiah kau sia
siakan perasaan hatiku telah jatuh cinta dengan setulus hati
padamu." Parasnya nona Kok bersemu merah mendengar katakatanya
yang tidak pakai tedeng aling aling, tapi ia masih bisa
bersenyum manis.
"Apa kau teras bercokol disini, tidak pernah berlalu sejak
kemarin kita bertemu?" tanya nona Kok.
"Ya," jawabnya sambil anggukkan kepala.
"Betul." si nona menegasi.
"Langit dan bumi menjadi saksinya. Sejak kemarin kau
meninggalkan aku sendirian di-sini, aku tak pernah berlalu
barang sedikit-pun dari sini."
"Kenapa begitu?"
"Ah nona, apa kau masih belum mengerti pengakuanku
yang terus terang tadi?"
Nona Kok tertawa. "Aku tidak menduga kau bisa berlaku
demikian," katanya.
"Nona, sekali sukmaku tertawan, olehmu, tak gampang
gampang aku menariknya pulang."
Kembali Nona Kok unjuk senyumnya yang manis.
"Nah baiklah," katanya. "Kalau kau memang bersungguhsungguh
hendak hidup bersama sama aku, akupun tidak
keberatan- Asal saja..."
Tok-kay gelisah hatinya, ketika melihat si nona tidak
meneruskan kata katanya.
Ketika ia mau membuka mulut, nona Kok sudah berkata
lagi. "asal saja kau dapat memenuhi dua syarat... "
"Katakan lekas syaratmu itu," memotong Tok-kay tidak
sabaran- Nona Kok berpikir sebentar.
"Syarat yang kesatu," katanya dengan sungguh-sungguh.
"kau yang banyak melakukan perbuatan berdosa, harus
menebus dosamu itu dengan merubah diri dari orang jahat
menjadi orang baik-baik dan menjalankan penghidupan dalam
kalangan kangouw sebagai pendekar untuk membela keadilan
dan menumpas kejahatan, bagaimana kau sanggup?"
"Sanggup, sanggup "jawab Tok-kay tanpa pikir pikir lagi.
"Bagus." kata lagi nona Kok. "Dan sekarang syarat yang
kedua, jalan lelaki yang menjadi suamiku harus ilmu silatnya
ada letih tinggi dan pada aku sendiri. Kalau kau dapat
memenuhkan dua syarat ini aku tidak keberatan untuk
menjadi isterinya." Tok-kay tertawa terbahak-bahak.
Ia pikir dua syarat itu terlalu ringan. Untuk merobah dirinya
menjadi orang baik-baik, apa susahnya" juga untuk
membuktikan ia ada lebih unggul, apa - sukarnya.
Nona Kok ada begitu lemah- lembut, yang kata peribahasa
kes amber angin juga akan sempoyongan, bagaimana ia bisa
tahan ilmu silatnya yang sudah dilatih banyak tahun " Maka
ketika itu juga, setelah ia menghentikan tertawanya kemudian
ia berkata kepada nona Kek.
"Nona, dua syarat itu aku terima baik. Supaya lebih cepat
kita mencapai buktinya, apa tidak lebih baik kalau kita mulai
dengan syarat yang kedua dahulu ?"
Nona Kok bersenyum. "Baik, itu bagus...." jawabnya.
Tok-kay tidak pandang mata kepandaiannya si gadis, maka
begitu ke duanya sudah siap bertempur, ia mendahului
berkata pada nona Kok. "Nona. silahkan kau menyerang lebih
dulu." Nona Kok bersenyum manis. Ia tidak sungkan-sungkan
lantas turun tangan menyerang.
Diluar dugaan sama sekali Tok kay, bahwa kepandaian
sinona ada sangat tinggi, sebab selanjutnya ia menempur si
nona telah menjadi keteter. Meskipun seluruh kepandaiannya
ia telah keluarkan, akan tetapi sia-sia saja.
Akhirnya, setelah dengan susah payah Tok-kay melayani si
nona puluhan jurus, pada jurus ke lima puluh entah
bagaimana nona Kok bergerak. tahu-tahu ia sudah terpental
sampai beberapa tombak dan rubuh ditanah sebagai
pecundang. Sampai disini Tok-kay Kang ciong menutur telah berhenti
sebentar, untuk menarik napas. Parasnya seperti yang
mengandung penuh penasaran-
Ho Tiong Jong yang terus mendengari penuturannya
sipengemis beracun yang panjang lebar, saat itu juga hatinya
tergerak untuk menyingkirkan pengemis jahat ini di-waktu ia
terbenam dalam lamunannya mengenangkan masa yang
lampau. Tapi heran tangannya tak dapat bergerak. rasanya
berat sekali. Inilah karena hatinya merasa tidak tega,
mengingat seorang yang begitu jahat seperti Tok-kay Kang
ciong masih punya perasaan cinta dan hendak memperbaiki
dirinya menjadi orang baik-baik" Tiba tiba Ho Tiong Jong
tertawa. "Hei, kau tertawai apa bocah?" tegur Tok kay.
"Aku tertawakan locianpwee, karena buat apa dimiliki itu
kitab Kumpulan Ilmu "Silat Sejati, kalau tidak dipelajari
sungguh-sungguh untuk mengalahkan lawan-"
"Haiii " seru Tok-kay seperti yang baru tersadar dari
tidurnya, berbareng ia memukulkan telapakan tangannya
kearah tanah, hingga berbunyi wut" dan tampak tanah serta
batu berhamburan diatas tanah tampak bekas telapakan
tangan yang memerah seperti darah.
Ho Tiong Jong sangat terkejut, ia tidak mengira reaksi dari
perkataannya tadi ada demikian hebatnya, Sementara ia
terbengong-bengong, Tok-kay telah berkata.
"Hei. bocah, apa kau sudah lihat barusan" Yang barusan itu
adalah ilmu Telapakan Tangan Berdarah yang termasuk dalam
ilmu hitam. Kau tahu bagaimana dahysatnya ilmu itu, entah
sudah berapa banyak jiwa melayang oleh karenanya, menurut
pendapatku ilmuku itu hanya orang yang berkepandaian
sangat tinggi saja baru menjadi lawanku yang pantas"
Ho Tiong Jong melihat, meskipun dimulut Tok kay
membanggakan pukulannya yang dahsyat, tapi diparas
mukanya tampak seperti yang mengandung penasaran-
"Locianpwe, ilmumu itu memang sangat hebat tapi heran,
aku seperti melihat diwajah locianpwee seperti yang
mengandung penasaran, kenapa?" Tok-kay anggukan
kepalanya. "Betul, aku memang ada mengandung penasaran" katanya.
"Penasaran dalam urusan apa ?"
"Penasaran karena meskipun aku sudah dengan sungguhsungguh
menarik pelajaran dari kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati belum juga aku dapat mencapai pada puncaknya
kemahiran. Buktinya saban kali aku berjumpa dengan Kok Lo
lo dan mengukur tenaga, penghabisannya aku kalah seketika.
Aku terus menjadi pecundangnya itu penghuni rumah es di-
Tay pek-san "
Tok-kay berkata-kata merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan sebuah kantong dari sutra indah, panjangnya
kira-kira lima dim, lebarnya tiga dim dan tebalnya setengah
dim. Mulut kantong diikat dengan seutas tali halus. Ketika
dikeluarkan isinya, ternyata ada kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati. Buku itu tampak dibakal main ditangan-nya Tok-kay, Tibatiba
parasnya kelihatan beringas, ia berkata dengan penuh
kekuasaan- "Hmm Bukan inilah yang membuat seumur hidupku
menjadi celaka"
Ho Tiong Jong melihat Tok-kay apa sedemikian marahnya,
takut ia akan membikin hancur kitab ilmu silat yang berharga
itu maka ia sudah berkata menghibur.
"Ia, locianpwe, mungkin Kok locianpwe tidak memberi
kesempatan karena locianpwe belum menurunkan syarat yang
pertamanya yang lelah locianpwe sanggupi ..."
"Hei, bocah, kau jangan kata begitu. Aku sudah delapan
tahun teluh mengubah perbuatanku yang lama. Selama itu
bukan saja aku tidak berbuat jahat, malah membunuh juga
seolah-olah pantangan untuku. Aku terus berubah semua ini
menjadi pendekar budiman, banyak orang aku telah tolong
dan menyebarkan budi kebaikan. Tapi hmm. perbuatan bukan
mendapat perhatian selayaknya dari Kok Lo lo, sebaliknya aku
mendapat kabar dia telah menikah dengan seorang piauwsu
bernama Lo Teng Kok di propinsi Ha pak. Tiga hari tiga malam
aku terus memikirkan kejadian itu, akhirnya hatiku yang panas
tak dapat dikendalikan lagi. Terus aku mencari Kok Lo lo
ketempat asalnya di Tay-pek-san, kemudian ke Ho pak. tapi
aku tak dapat menemuinya. Setelah enam bulan aku mencari
barulah aku menemuinya dan waktu itu dia masih memegang
janjinya untuk bertempur dengan aku. Waktu aku sudah jadi
sangat gemas, segera kita sudah bertempur hebat sekali.
Tapi, ya, apa mau dikata. Setelah bertempur ramai seratus
jurus lebih, kembali aku dikalahkan-.."
"Sayang..." Ho Tiong Jong nyeletuk.
"Bukan sayang lagi." kata Tok-kay, "sejak kekalahanku
paling belakang itu aku telah bersumpah jikalau ilmu silatku
sudah mahir betul aku akan mencari lagi dia dan bukan
mustahil kalau aku akan membunuh, dia karena aku merasa
sakit hati. setelah membunuh dia. pikirku, baru aku
membunuh suaminya..."
"Habis bagaimana, apa locianpwee berhasil memperdalam
ilmu dan mengalahkan Kok locianpwee?" menyelak Ho Tiong
Jong yang sudah tidak sabaran mendengarkan ceritanya.
"Bocah kau diam, dengarkan dahulu aku menutur." kata
Tok-kay sambil deliki matanya, seperti yang kurang senang
sedang enaknya cerita deselak orang.
---ooo0dw0ooo---
X. BAGAIMANA TOK-KAY MENEMUKAN AJALNYA"
Ho TIONG JONG ketawa nyengir. "Tapi dasar nasib,"
melanjutkan Tok-kay, setelah sepuluh tahun aku
memperdalam ilmuku, aku merasa aku masih belum dapat
menjatuhkan penghuni rumah es di Tay-pek-san, yang aku
tahu betul dia ada keluaran dari Hoa-san-pay dilihat dari ilmu
silatnya yang telah diperlihatkan dalam pertempuran
denganku. Pada suatu hari tiba-tiba aku mendengar bahwa dia sudah
bercerai dengan suaminya dan kembali ke gunung Tay-peksan
untuk tinggal dirumah es disana. Setelah mendapat kabar
ini, aku lantas mencari Lo Teng Kok untuk aku bunuh mati,
sayang aku tak dapat menemukannya. Setelah sekian lama
aku mencari dengan sia-sia, lantas dikalangan kang-ouw ada
tersiar kabar tentang kematiannya Lo Teng Kok.
Sejak mana sampai sekarang aku belum pernah menyatroni
rumah es di Tay-pek-san lagi. Tapi, hmm ada satu hari nanti
aku akan menjumpai dia dan membunuhnya mati, kemudian
aku beset-beset kulitnya nenek Kok itu, barulah hatiku merasa
puas. Ha ha ha..." -.^
Ia tertawa sambil menggerakkan tangannya. Segera terlihat
satu benda meluncur ke angkasa, kemudian jatuh nyangkut di
pohon yang tumbuh disamping kuil. Kiranya yang
diterbangkan tadi adalah kitab pusaka " Kumpulan Ilmu Silat
sejati" Meskipun waktu itu suasana ada gelap. tapi Ho TiongJeng
yang tajam matanya dapat melihat tegas meluncurnya kitab
tadi dan nyangkut diatas cabang pohon.
PiKirnya Tok-kay ini sudah menjadi gila, kitab pusaka yang
begitu berharga dilontarkan begitu saja, seperti juga ia
membuang sampah. Ia tak dapat didekati lebih jauh dan ia
hendak menyingkir daripadanya.
"Locianpwe, biarlah aku ambil kitab yang kau lontarkan
tadi." katanya sambil menggerakkan kakinya hendak berjalan,
maksudnya yang sebenarnya adalah ia hendak meninggalkan
pengemis gila itu
"Hei, bocah," menyegah Tok-kay." kau tak perlu mengambil
kitab sialan itu yang membikin seumur hidupku menjadi celaka
saja. Bukan sedikit karenanya aku menderita kecewa. Ada
satu hari aku nanti bikin musnah kitab celaka itu.
Ho Tiong Jong tidak menjawab. Diam-diam ia berpikir. Tokkay
ini sudah hampir gila, otaknya sudah mulai miring.
Sifatnya tak dapat dirubah, dalam alam pikirannya hanya
kejahatan dan kekejaman saja yang berbayang, seolah-olah
perbuatan itu sudah menjadi satu hoby kesenangan baginya.
Malam ini kalau aku tak dapat menbunuh dia, entah berapa
banyak lagi manusia tidak betdosa akan binasa di tangannya"
Dalam keadaan berpikir demikian, tiba-tiba terdengar Tok-kay
berkata lagi. "Bocah sekarang aku tidak akan menanya asal usulmu dan
juga aku tidak akan membikin celaka atau membunuhmu. Kini
kau boleh sebutkan minta pelajaran apa dari aku akan aku
turunkan pelajaran yang aku tahu kepadamu."
Ho Tiong Jong melengak mendengar perkataannya
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengemis yang ia sudah anggap gila ini. Entah apa sebabnya
Tok-kay ada demikian baik terhadapnya maka ia setelah
mengawasi sejenak lalu menanya.
"Locianpwee, sebab apa kau begitu baik terhadapku dan
tidak hendak membikin celaka" Sungguh aku yang rendah tak
mengira sama sekali, untuk kebaikan dan perhatian lo cianpwe
aku menghaturkan banyak terima kasih." Tok kay Kang ciong
tertawa bergelak geli.
"Bocah aku sendiri juga tidak tahu apa sebabnya aku jatuh
hati padamu. Rupanya itu memang sudah jodoh. Tabeatku
memang aneh. terhadup orang yang aku penuju dan
mencocoki hatiku, selalu aku ingin berbuat baik dan manis,
sebisanya aku ini ingin bikin ia senang dan gembira. Untuk
dia, orang yang mencocoki hatiku, aku rela mengurbankan
jiwaku. Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong merasa terharu juga mendengar katakatanya
sipengemis beracun, tapi dipikir lagi orang sekejam
dan sejahat Tok-kay ini seumur hidupnya tak akan berubah
sifatnya suka membunuh dan mencelakai orang. Memikir
kesitu, perasaan terharunya telah tersapu lenyap.
"Locianpwee," tiba-tiba ia berkata, "aku girang sekali kalau
locianpwee suka menurunkan kepadaku ilmu silat yang tinggi,
untuk aku menyakinkannya."
"Bocah, kau pintar bicara, hi ha ha..."
"Bukan pintar bicara, sebab kalau locianpwee menurunkan
ilmu kepalang tanggung aku kuatir akan memalukan nama
locianpwee. sebab sudah tentu orang akan mengetahui bahwa
aku mendapat pelajaran dari locianpwe." Tok kay Kang ciong
angguk anggukan kepalanya.
"Baiklah," katanya. "Selama tiga puluh tahun aku
menggodok macam-macam ilmu silat yang istimewa dan
menciptakan ilmu silat sendiri yang dinamai Tok-liong cianghoat
(ilmu telapakan tangan naga berbisa) Sememara hanya
tiga belas jurus, dapat digunakan bertanding dengan tangan
kosong atau pakai senjata. Hebatnya bukan main sayang
waktu aku bertanding dengan Kok Lo-lo baru saja aku
mainkan jurus- ketujuh keburu dijatuhkan olehnya sehingga
aku jumpalitan dan malunya bukan main."
Tok-kay bicara sambil memberi petunjuk. bagnimana
memainkan iimu silat lihay itu kepada Ho Tiong Jong. la kasih
demontrasi menjalankan ilmu itu sampai tiga belas jurus
kemudian minta Ho Tiong Jong coba meniru gerakannya:
Pemuda itu amat cerdas otaknya setelah tadi
memperhatikannya dengan cermat, ketika disuruh memainkan
sendiri apa yang diperhatikan tadi, ia dapat menjalankan
dengan baik meskipun ada sedikit kekurangan disana sini.
Dengan beberapa petunjuk perbaikan dari Tok kay, Ho
Tiong Jong sudah dapat menangkap dan dicatat dlotaknya
ilmu silat. "Tok Hong ciang-hoat" yang ampuh itu, warisannya
sipengemis beracun. Ia hanya tinggal menjalankan latihannya
saja supaya menjadi gagah memainkannya .
Diam-diam Ho Tiong Jong merasa kagum akan lihaynya
ilmu yang dipelajarinya itu. Menyerang dengan tenaga lunak
akan mengakibatkan binasanya musuh tanpa ampun- cara
menangkis serangan lawan dapat digunakan dengan terangterangan
atau tidak kelihatan, hingga membingungkan musuh.
Tok-kay yang menyaksikan Ho Tiong Jong begitu cerdas,
dalam tempo pendek sudah dapat menangkap inti sarinya,
malah sudah dapat mempertunjukkan beberapa jurus yang
dipelajari barusan, bukin main girang hatinya.
Ia belum pernah menemui pemuda yang demikian baik
otaknya. "Bocah, otakmu boleh juga" katanya tiba-tiba. "coba mari
ikut aku sekali lagi menjalankan dulu-dulu yang kau sudah
dapat catat diotakmu tadi."
Ho Tiong Jong anggukkan kepala lantas mengikuti
dibelakang Tok-kay, mengikuti segala gerak- gerakannya.
Tiba-tiba dalam hatinya timbul maksudnya yang semula
mendekati Tok-kay. Pikirnya saat itu ada satu kesempatan
baik untuk ia membokong sipangemis beracun dari belakang.
Begitu berpikir begitu ia ambil putusan, tangannya diurut
untuk menotok jalan darah pada punggungnya sipengemis
beracun, Terdengar Tok-kay bersuara. " Heh e" kemudian rubuhnya
rubuh ditanah. Ho Tiong Jong setelah menotok rubuh Tok kay hatinya
bukan main menyesal. Kenapa ia membunuh Tok kay yang
telah menurunkan ilmunya yang ampuh kepada dirinya" ia jadi
turut jatuh lemas disamping tubuhnya Tok-kay.
Ia menghela napas, ia menyesal, tapi jika dipikir sebaliknya
perbuatannya itu memang harus dilakukan untuk menolong
orang banyak dari kebinasaan ditangan Tok-kay. Pengemis
beracun itu perlu disingkirkan jiwanya siang-siang, sebab
dosanya sudah luber dari takaran-
Menghilangkan satu jiwa untuk menolong banyak jiwa,
itulah ada perbuatan yang harus dilakukan Ho Tiong Jong
menghibur dirinya sendiri.
Tapi biar bagaimana juga, batinya yang mulia tidak tega
melihat Tok kay dalam keadaan tidak bergerak menggeletak di
tanah, gara-gara perbuatannya tadi.
"Locianpwe harap kau maafkan perbuatanku ini. Aku
membunuhmu bukan karena aku jahat dan serakah, hanya
apa yang kuperbuat atas dirimu disebabkan untuk menolong
orang banyak dari kejahatan dan keganasan mu Semoga
arwahmu dalam baka tidak menyesalkan perbuatanku " Ho
Tiong Jong menangis, tak dapat ia menahan rasa terharunya.
Tiba-tiba ia rasakan tangannya yang berdekatan dengan
tangannya Tok-kay seperti di gigit nyamuk. ia menoleh pada
Tok-kay. Dilihatnya tubuhnya sipengemis beracun sudah kaku
dengan paras pucat pasi, kukunya sudah berubah berwarna
hijau ungu menakutkan. Ho Tiong Jong lantas bangkit berdiri.
Pikirannya kusut. Kemana ia harus pergi" Balik kembali ke
Seng-kee-po" Tidak mungkin, pikirnya karena hatinya merasa
jemu terhadap Pocu dari banteng itu yang kejahatannya
mungkin tidak lebih rendah dari Tok-kay yang sesarang
tengah menggeletak dihadapannya dengan tubuh kaku.
Ia menghela napas. Terdengar ia berkata sendirian-
"Dunia begini luas, tapi heran tidak ada tempat untuk aku
menarah kaki."
Ia dengan perlahan-lahan mengangkat kakinya
meninggalkan kuil yang akan merupakan kenangan tak mudah
dilupakan dalam riwayat hidupnya selanjutnya.
Ketika ia sampai dihalaman muka kuil tiba-tiba ia seperti
melihat ada bayangan orang yang berkelebat. Hatinya
tercekat, la tahu benar bahwa dalam kuil ini hanya ia dengan
si pengemis berdua, apakah ada orang ketiga disitu"
Bayangan itu seperti menyelinap dibalik pohon, akan tetapi
ketika ia menyelidiki, ternyata disitu tidak kedapatan manusia.
Ia penasaran, lalu balik masuk lagi kedalam kuil.
Hatinya terkejut, tatkala ia mendekati Tok kay, sipengemis
beracun kedapatan sedang berduduk seperti yang sedang
mengumpulkan ingatannya.
Mayat hidup, pikir Ho Tiong Jong. Ia pernah dengar orang
cerita memang ada mayat hidup, dapat mengejar orang, akan
tetapi larinya lurus (tidak dapat membiluk), maka kalau benar
Tok-kay menjadi mayat hidup dan menguber padanya, ia
sudah siap sedia untuk melompat kesamping supaya Tok kay
menyelonong lurus.
Mungkin Tok-kay menjadi mayat hidup disebabkan
kematiannya sangat penasaran kena dibokong olehnya.
Matanya Ho Tiong Jong terus mengawasi kepada Tok-kay,
siapa perlahan-lahan telah bangun berdiri.
Tiba-tiba matanya mengawasi kearah Ho Tiong Jong
tampak bengis sekali, menakutkan siapa yang lihat, tapi Ho
Tiong Jong sebisa nya telah menabahkan hatinya. Ho Tiong
Jong jadi kemekmek bengong. ketika mendengar Tok-kay
berkata. "Hei, bocah, benar-benar nyalimu kasar sekali. Aku yang
sudah puluhan belajar ilmu, mana dapat dibunuh olehmu
begitu mudah?" Kelihatan Tok-kay berkata seperti yang
merasa cemas. Tidak heran kalau ia merasa cemas, karena dalam dunia
yang luas ini tidak seorangpun yang dapat menyintai dirinya.
Ho Tiong Jong, pemuda yang menarik hatinya dan dengan
rela ia menurunkan ilmunya bukannya membalas budinya
bahkan ia coba membunuhnya. ia merasa tidak mengerti
sikapnya anak muda itu, maka ia menanya.
"Bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku demikian
kejamnya?"
Ho Tiong Jong menatap wajahnya Tok kay tanpa memberi
jawaban. "Hei, bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku?" tegur
lagi Tok-kay bengis.
Ho Tiong Jong bukannya takut terhadap Tok kay, hanya ia
marasa terharu dengan tegurannya Tok kay itu, sebab
perbuatannya memang tidak berbudi.
Tok kay seperti merasakan juga keharuan anak muda itu, ia
tak mendesak. hanya menanti apa jawabannya si anak muda.
Tak lama, Ho Tiong Jong telah memberikan jawabannya
dengan tenang. "Locianpwee, memang aku telah menerima kebaikanmu
yang besar sekali. Perbuatanku yang barusan itu memang tak
sepantasnya. sebab itu menandakan aku seorang yang tak
mengenal budi. Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan-
Tapi, ya aku berbuat demikian saking terpaksa... "
"Terpaksa?" Tok-kay nyeletuk, matanya berputaran galak
sekali. "Ya, aku terpaksa melakukan itu" jawab Ho Tiong Jong.
"sebab apa kau terpaksa" sebabnya, lekas kau katakan-"
"Sebabnya kau terlalu jahat "
"Hmm.."
"Ya, aku membunuhmu karena untuk kepentingan orang
banyak. menyingkirkan bencana disebabkan oleh tanganmu
yang ganas dan kejam, dengan lenyapnya kau dari dunia
lenyaplah sudah bencana bagi mereka yang tidak berdosa..."
Ho Tiong Jong tidak melanjutkan kata-katanya, karena
diselakoleh tertawanya si pengemis beracun yang bergolakgelak
menyeramkan. "Bocah, dengar aku berkata. Sejak suhuku mati, akulah
yang meneruskan memelihara ular beracunnya. Dalam tempo
sepuluh tahun belakangan ini dengan susah payah aku sudah
bisa simpan bisanya ular itu dalam kukuku. orang yang
terkena kukuku dalam tempo tiga hari orang itu akan
merasakan reaksinya racunku badannya akan kegatalan tak
terhingga dan racunku itu dapat menyerang pada jantung
sang korban- Dalam tempo tiga hari orang itu akan
menemukan ajal nya dengan mengenaskan. Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya...
"Apa hubungan apa racun dikukumU itu denganku?"
tanyanya. "Bocah, apa kau tidak merasa tadi ketika tanganmu
berdekatan dengan tanganku kau merasa seperti tanganmu
digigit nyamuk" Itulah racunku yang mematuk. bukannya
nyamut yang menggigit. Ha ha ha . . ."
Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya Tokkay.
Kiranya sipengemis tadi bukannya rubuh sewajarnya, hanya
berpura-pura saja.
Betul-betul Tok-kay sangat lihay, ditotok jalan darahnya
yang penting masih bisa menangkis dan dapat berpura-pura
seperti yang mati. Ya, apa daya" Sekarang sudah ketela njur,
usahanya gagal membunuh sipengemis beracun, sekarang
tentu Tok kay tidak mengerti dan akan mengambil jiwanya
juga. Ia menghela napas. "Locianpwe," katanya "aku sudah
berbuat salah terhadapmu, aku telah menerima kebinasaan
karena racunmu itu bahkan kalau perlu locianpwe boleb
penggal batang leherku sekarang juga."
Tok-kay dibikin kagum juga menghadapi keberanian si
pemuda. Diam-diam ia merasa sayang, Ho Tiong Jong tak dapat
dibikin taluk olehnya dan menjadi muridnya yang tersayang. ia
ingin mencoba hatinya Ho Tiong Jong apakah niatan
membunuh padanya benar-benar dengan tidak menyayangi
dirinya sendiri" "Hei, bocah, kau datang dekat kemari "
katanya. Ho Tiong Jong tidak takut, ia datang dekat pada
sipengemis. "sekarang cabut golokmu ?"
Ho Tiong Jong melengak. tapi tokh ia menurut juga
menghunus goloknya.
Diam-diam dalam hatinya merasa heran, kenapa ia selalu
menurut saja perintahnya ini pengemis kejam" Tapi" Tidak
bisa, Tok-kay terlalu tinggi ilmu silatnya. Jalan paling baik
memang ia selain menuruti saja perintahnya Tok-kay mau
tahu Tok-kay akan berbuat apa terhadapnya.
Tok kay setelah melihat semua penntah-nya dituruti saja,
diam-diam dalam hatinya menduga anak muda itu tentu tidak
tega akan membunuh lagi padanya yang kedua- kalinya maka
ia lalu berkata.
"Bocah, kau sekarang sudah terkena racun ku, selainnya
obatku sendiri yang dapat menyembuhkan racun dalam
dirimu, adalah si Dewi Racun Kong Jat Si yang dapat
menolong dirimu. Tapi sangat mustahil dalam tempo tiga hari
kau akan menemukan dirinya si tua bangka itu.
Sekarang begini, aku mau suruh kau memilih, apakah kau
benar-benar mengingini jiwaku tanpa menghiraukan
Kegiatanmu atau kau mau hidup sebagai pendekar jempolan
dengan mendapat seluruh kepandaianku."
"cara bagaimana memilihnya?" nyeletuk Ho Tiong Jong.
" caranya memilih itu diputuskan dengan hitungan dari satu
sampai tiga puluh."
"Aku masih belum mengerti."
"Hmm, bocah, kau sudah berkali kali mau mengambil
jiwaku karena menurut alasan untuk menghindarkan bencana
orang banyak karena perbuatanku. Aku lihat golokmu ini
tajam sekali, tentunya bukan golok sembarangan dan aku rela
mati dibawh golok ini kalau memang aku punya nasib ada
demikian akhirnya."
"Locianpwee. kau....kau..." Ho TlongJong menyelak gugup,
Ia merasa tidak tega dan terharu dengan kata-katanya
pengemis beracun itu.
"Hmm... kau jangan menyelak bicaraku bukankah kau mau
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu caranya memilih dua soal yang aku katakan tadi."
Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia tundukkan kepalanya
dengan perasaan tidak karuan, hingga Tok-kay juga tergentar
hatinya melihat keadaannya anak muda itu.
"Bocah, kau dengar." katanya kemudian, "dongakkan
mukamu menghadap kearahku dan siap dengan golokmu yang
tajam itu. Sementara kau bersikap demikian, aku akan
menghitung dari satu sampai tiga puluh kalau hitunganku
cukup tiga puluh kau tidak bergerak, artinya boleh hidup
terus. Aku akan mengobati racun dalam dirimu, mengangkat
kau menjadi muridku yang tersayang. Seluruh kepandaianku
akan kuturunkan semua dan menjadikan kau sebagai satu
pendekar jempolan dalam kalangan kang-ouw. Kau sudah
mengerti sekarang ?"
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Nah, mari kau mulai?"
Tok-kay Kang ciong menatap wajahnya anak muda di
hadapannya yang sudah siap dengan golok tajamnya, ia
tampak bersenyum-senyum. Seakan-akan sudah rela untuk
mati dibawah benda senjatanya Ho Tiong Jong.
la percaya anak muda ini hatinya tidak tega menyabetkan
goloknya pada lehernya, kalau mengingat dengan berbuat
demikian ia berarti menolong jiwanya sendiri dari kematian.
Tegasnya kalau Tok-kay tidak mati, racun yang ada dalam
tubuhnya anak muda itu kukunya Tok-kay yang berbisa akan
mendapat obat pemuna h nyadan ia akan diangkat menjadi
muridnya yang tersayang dari pengemis tua yang kejam dan
telengas itu. Ia mulai menghitung.
"....satu dur- tiga empat...."
Selama Tok kay menghitung, otaknya Ho Tiong Jong
bekerja. Ia pertimbangkan antara kepentingan dirinya pribadi dan
orang banyak punya keselamatan- Hitungan sampai "delapanmasih
belum ada kesiapan- otaknya terus bekerja, akhirnya....
akhirnya... Belum lagi suara "las^ keluar dari mulutnya, goloknya Ho
Tiong Jong terayun dan tubuhnya Tok-kay sudah rubuh
dengan kepala terpisah.
Kepentingan orang banyak dapat kemenangan dalam
penimbangannya Ho Tiong Jong, maka ia sudah ayunkan
goloknya menabas batang lehernya pengemis kejam itu. Siapa
sebenarnya dapat menyingkirkan diri dari sabetan golok Ho
Tiong Jong, akan tetapi Tok-kay kali ini rupanya rela mati di
tangannya anak muda yang mencocokkan hatinya itu maka ia
tidak berkelit dan manda lehernya ditabas, sehingga darah
segar menyembur keluar dari lehernya sementara batok
kepalanya terjatuh ketanah.
Sampai disini berakhirlah riwayatnya pengemis beracun-
Tok-kay Kang ciong, yang namanya menggetarkan dunia
persilatan baik dikalangan hitam maupun putih. Ilmunya
Telapakan Tangan Berdarah yang diyakinkan dengan
menggunakan entah berapa banyak wanita hamil, sangat
hebat dan ganas, yang membuat lawan dan kawan segan
berurusan dengannya. Tidak dinyana kematiannya itu hanya
demikian, mudah saja.
Ho Tiong Jong setelah membunuh Tok-kay menjadi kesima
sendirinya, ia sendiri menjublek sekian lamanya mengawasi
tubuh nya Tok-kay yang menggeletak dengan kepala berpisah.
Tanpa terasa ia telah mengucurkan air mata, ia sedih karena
tahu Tok-kay ada demikian baik terhadapnya tapi ia sudah
membunuhnya juga karena dorongan jiwa kesatriyanya lebih
mementingkan orang banyak daripada dirinya sendiri.
Ia mengerti bahwa dengan matinya Tok-kay. jiwanya
sendiri tidak akan tertolong lagi karena bekerjanya racun
dalam tubuhnya, tapi ia rela menghadapi kematiannya itu asal
dapat menyingkirkan seorang yang paling jahat dan kejam
dalam dunia seperti Tok-kay itu.
Setelah sadar dari lamunannya, tanpa ragu-ragu Ho Tiong
Jong angkat mayatnya Tok kay dibawa kesamping kuil
diletakkan dibawahnya sebuah pohon, kemudian balik lagi
mengambil kepalanya.
Sebentar lagi ia sudah membikin lubang kuburan, dengan
hati-hati ia kubur mayatnya Tok kay dengan kepalanya
ditempelkan pada lehernya. Ia bekerja cepat, sebentar saja ia
sudah selesai mengubur mayatnya si pengemis jahat.
Sambil berdiri dengan hati terharu menghadapi kuburannya
Tok-kay, kelihatan Ho Tiong Jong kemak kemik mulutnya, ia
berkata- "Locianpwe, harap arwahmu dialam baka tidak
menjadi penasaran karena perbuatanku, sebab apa yang aku
sudah perbuat bukan karena serakah dan mempunyai
ganjalan hati terhadapmu adalah semata-mata di sebabkan
hendak menyelamatkan orang banyak yang akan
mengalamkan kebinasaan ditangan-mujikalau engkau terus
tinggal dikasih hidup, Kalau kau masih penasaran, baik
tunggulah kedatanganku dialam baka, karena racunmu yang
ada dalam tubuhku tidak lama lagi akan mengantarkan aku
kesana menjumpai kau...."
Setelah mengucapkan kata-katanya yang tidak kedengaran
itu tampak parasnya tidak begitu berduka lagi. Ia
mendongakkan mukanya kelangit, seakan-akan hendak
mengucapkan terima kasihnya ia sudah dapat menyingkirkan
seorang yang paling jahat dan kejam dalam dunia untuk
keselamatannya orang banyak.
Tiba tiba matanya kebentrok dengan kitab Kumpulan Ilmu
Silat Sejati, yang menyangkut pada cabang pohon, hatinya
berpikir. "Aku tidak lama lagi tokh akan mati buat apa aku
mengambil kitab pusaka itu?" la lalu duduk didekat kuburan
Tok-kay untuk mengasoh, sebentar lagi hari sudah mulai
terang. Ketika dia mendongakkan pula mukanya, ia lihat kitab
pusaka diatas pohon sedang dipatokin burung-burung. Saat
itu hatinya berbalik pikir, ia harus ambil kitab itu, sebab kalau
sampai jatuh ditangan-nya orang jahat ada sangat berbahaya.
Maka seketika itu lalu ia memanjat pohon dan mengambil
kitab berharga itu, terus dimasukkan dalam sakunya tanpa
dilihat lagi. Setelah berada dibawah lagi. pikirannya melayanglayang.
Kemana ia harus pergi" Merantau" Tak mungkin, karena
dalam tempo pendek jiwanya sudah melayang karena
pengaruhnya racun dari Tok-kay yang mengeram dalam
tubuhnya. Habis, kemana "
Akhirnya terlintas dalam pikirannya, sebaik nya ia pulang ke
Seng kec-po, untuk melaporkan kematiannya Tok kay kepada
nona Seng yang telah melepaskan dengan banyak budi
kepadanya, sekalian menemui saudara Kho Kie, sahabat
karibnya, akan tetapi ia tak mau memberitahukan pada Kho
Kie bahwa dirinya tidak lama lagi akan mati, supaya hati
sahabat karibnya itu tidak menjadi duka karenanya.
Demikian, setelah mengambil keputusan ia telah gerakan
kakinya menuju ke seng-kee-po. Belum lama ia jalan, ia telah
menemui sebuah kali yang jernih airnya, ia menghampiri dan
membersihkan mukanya yang kecipratan darah Tok kay tadi.
Tidak lama kemudian Ho Tiong Jong sudah sampai
dilapangan, dimana ada didirikan luitay (panggung berkelahi),
dimukanya sekali terdapat gedung tempat para tetamu
menginap. Disekelilingnya ada tempat duduk untuk orang menonton.
Bagian depan hanya dipergunakan bagi orang orang yang
ilmu silatnya sudah dikenal saja, sedangkan mereka yang ilmu
silatnya kepalang tanggung ditaruh disebelah belakang. Disitu
sudah banyak orang berkumpul yalah hari pertama dibukanya
pertemuan- Mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat.
Tampak yang duduk disebelah timur adalah angkatan tua
kebanyakan seperti hweshio, nikouw, jago-jago tua dari
kalangan hitam yang dahulunya ada ternama dikalangan kang
ouw. Dilain bagian tampak banyak pemuda pemudi yang
tampan-tampan dan cantik-cantik mereka kelihatan sangat
gembira bercakap-cakap. juga tidak ketinggalan kelihatan
Seng Pocu duduk diantara banyak tetamunya dengan wajah
berseri-seri. Hati Ho Tiong Jong berdebar ketika matanya melihat
diantara nona-nona yang hadir ada satu nona yang wajahnya
ramai dengan senyuman, kecantikannya menonjol diantara
yang lainnya. Sujennya yang menjadi kalau ia bersenyum atau
ketawa membikin yang melihatnya tak mudah melupakannya.
"Dia tentu ada adik Hong." Ho Tiong Jong pikir dalam
hatinya, dia benar-benar sangat cantik, entah apakah
kenakalannya masih biasa setelah ia sekarang sudah menjadi
gadis" Banyak nona-nona cantik lainnya, seperti cong Ie dari oeysan.
Lo lo sat Ie Ya. Lauw Hong In dari Lauw kechung di Kimleng,
ciauw Soe Soe dari ciauw- ke- Chung dan lain-lainnya,
tapi kelihatan kecantikan mereka tidak ada yang nempil pada
kecantikannya Kim Hong Jie.
Ho Tiong Jong menyelinap dan menonton dengan
sembunyi-sembunyi diantara orang-orang penjaga rumahnya
Seng Pocu yang matanya semua ditujukan ke panggung
berkelahi, maka tidak mengetahui kalau ada Ho Tiong Jong
diantara mereka.
Semua tetamu juga tak menggubris kedatangannya Ho
Tiong Jong, karena perhatiannya lebih penting ditujukan
kepanggung luitay bercakap-cakap diantara kawannya.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong lihat ada melesat naik keatas luitay
seorang yang berbadan tinggi besar. Siapa setelah menjura
kepada para penonton, lantas mengumumkan syarat-syarat
mengadu silat diatas luitay yaitu pertama menghadapi wakil
Taycu kesatu dalam tiga puluh gebrakan, bertanding dengan
tangan kosong, babak ke dua. dua puluh gebrakan melawan
wakil Taycu kedua boleh menggunakan senjata.
Kalau orang dapat melewati dua wakil Taycu ini, kemudian
Hikmah Pedang Hijau 17 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Amarah Pedang Bunga Iblis 1
Ho Tiong Jong bersenyum, tampak ia gembira sekali, tapi
berhenti kata-katanya sampai disitu, hingga membikin Kho Kie
jadi tidak sabaran.
"Tapi, apa lekas katakan, aku sebagai sahabatmu tentu
akan merasa senang dan bangga mendengarnya." Demikian ia
mendesak si anak muda.
"Tapi sesudah aku menelan itu dua pil mustajab, dengan
mendadakan kekuatanku telah tambah berlipat ganda,
Reaksinya ada luar biasa terhadap lweekang yang ada padaku
yang sekian lama tidak bekerja.
Dengan menggunakan gaya pukulan "Kim ci Gini clang
yang didapat dari toako, aku tempur mereka dengan hebat
sekali. Telapakan tanganku berkesiur mengandung angin
dahsyat, totokanku meluncur bertubi-tubi, sehingga mereka
kewalahan- Mereka bersenjata, sedang aku bertangan kosong, tapi
mereka tidak berani datang mendekati karena ngeri dengan
serangan totokan dan telapakan tanganku yang hebat luar
biasa, Ha ha ha, toako aku harus mengucapkan terima kasih
atas untuk ilmu pukulan yang kau telah turunkan padaku."
Ho Tiong Jong tutup kata-katanya sambil menjura dalamdalam,
mukanya berseri-seri gembira, hingga Kho Kie yang
melihatnya menjadi terlongong- longgong.
"Hai, apakah benar ada kejadian demikian?" akhirnya Kho
Kie dapat membuka mulut berkata.
"Memang begitu kenyataannya toako" juwab Ho Tiong Jong
bersenyum-senyum.
Kho Kie menjublek sekian lama, seperti juga ia sedang
berkutat dengan pertanyaan, apakah mungkin kenyataannya
ada demikian seperti pengakuannya Ho Tiong Jong"
"Kho toako mari kita mencari nona Seng," kata Ho Tiong
Jong tiba-tiba.
Kho Kie terkejut, ia menatap wabahnya si-anak muda.
"Mencari nona Seng, untuk apa" apa kau menyintai dia?"
tanya Kho Kie. "Hayo, toako, kau jangan bergurau, sebentar kalau si
pengemis Beracun itu kembali lagi, kita bisa mendapat susah
karenanya,"
"Susah apa?" jawab Kho Kie tenang. "Tapi, eh, tunggu
dahulu, kita tanam dua bangkai ini dahulu, baru bicara
tentang urusan kita melarikan diri."
Ho Tiong Jong anggap bicaranya Kho Kie memang benar,
maka ia dengan kawannya lantas bekerja, Tiba-tiba mereka
dibikin kaget melihat pakaiannya dua mayat itu semuanya
hangus, gara-gara kena terpegang oleh tangannya Tok-kay
Kang ciong yang beracun. "Lihay, lihay..." menggerutu Kho Kie
sambil anggukkan kepala,
Kemudian dengan ilmunya nerobos tanah, Kho Kie telah
membikin dua lobang untuk mengubur mayatnya "Sepasang
orang ganas" yang tamat riwayat ditangan Ho Tiong Jong
yang semula yang bermula sangat dipandang rendah.
Setelah selesai mengubur mereka lalu berjalan
meninggalkan tempat itu. Terdengar Kho Khie berkata pada
Ho Tiong Jong. "Ho laote, kau membunuh mereka berdua dengan ilmu Kim
ci Gi Ni Ciang sudah meninggalkan tanda bekas dibadannya
mereka itu, itu pengemis tua yang melihatnya, tentu akan
menyangka bahwa perbuatan itu dilakukan olah guruku."
Ho Tiong Jong kaget kaget, mukanya berubah seketika ia
tidak memikir sampai disitu, maka ia lantas berkata.
"Kalau begitu aku harus mengejar pengemis jahat itu untuk
membunuhnya."
Kho Kie terkejut.
"Ho laote, katanya, " memang betul ilmu silatmu sudah
bagus, tapi bagaimana juga tidak dapat menempur orang
yang berilmu tinggi, yang latihannya sudah mencapai lima
puluh tahun dengan susah payah. Apa lagi kalau pengemis tua
itu melihat kau menggunakan ilmu pukulan Kim-ci Ginclang
sudah tentu dia akan mengetahui bahwa yang membunuh
mati "sepasang orang ganas" adalah kau orangnya." Ho Tiong
Jong jadi bengong mendengar kata-katanya sang kawan-
"Nah, kalau begitu sebaiknya aku tidak unjukan diri didepan
umum sebab mereka tokh sudah memandang yang aku Ho
Tiong Jong sudah mati, seandainya mereka tahu aku hidup
lagi, ada sulit aku mempertanggungjawabkan soal kematianku
bukan?" "Ya itu betul, Memang sudah lama aku memikirkan hal itu,
cara bagaimana dapat mengatasinya." Keduanya terdiam
sebentar. "Eh Kho toako," kata Ho Tiong Jong, "jadi aku mendapat
dengar Tok kay ada bermusuhan dengan keluarga Seng, Aku
ini sudah menerima budi kebaikannya nona Seng, bagaimana
juga aku harus membelanya. Soal menang kalah itulah ada
urusan lain, aku tidak memikirkannya, asal aku dapat
menunjukkan bahwa aku Ho Tiong Jong ada menjunjung
tinggi budi kebaikannya orang." Kho Kie menghela napas.
---ooo0dw0ooo---
VII. MELAWAN JAGO KELAS WAHID.
KALI ini Kho Kie berkata-kata dengan serius, tidak
sebagaimana biasanya ia suka bergurau dan lagaknya sangat
Jenaka mengitik urat ketawa.
"Ho laote." Kata pula Kho Kie "Bicara terus terang, dengan
lain orang aku suka bersenda gurau dengan tidak mau tahu
urusannya, Tapi terhadap kau ada lain, aku hargakan kau
sebagai sahabat yang jujur dan berbudi. Buktinya, kau
mendapat setetes budi saja terus akan membalasnya sampai
rela mengorbankan jiwamu, ini memang tidak salah, kau
punya pikiran betul. Tapi kalau kau dengan begitu saja hendak
menerjang bahaya maut, apakah tidak sayang."
Ho Tiong Jong menatap wajahnya sahabat karibnya ini, tapi
ia tidak memotong ketika Kho Kie melanjutkan bicaranya.
"Kau main membela dengan membabi buta saja, tanpa
mencari tahu keluarga Seng itu ada orang macam apa"
Memang betul nona Seng punya budi tak dapat kau lupakan,
ia mungkin ada satu nona yang berhati mulia, tapi ayahnya..."
"Ayahnya kenapa?" menyelak Ho Tiong Jong.
"Hmm..." Kho Kie berkata lagi." Ayahnya punya riwayatnya
hidup memalukan- Andaikata batang lehernya harus dipenggal
agaknya masih belum lunas menebus dosanya. Semua kepalakepala
dari Perserikatan Benteng perkampungan satu persatu
harus digantung mati sebagai hukuman atas perbuatanperbuatannya
yang tidak benar."
Ho Tiong Jong berdebar hatinya mendengar cerita Kho Kie
yang diucapkan dengan sungguh-sungguh, Diam-diam dalam
hatinya menanya. Kenapa ayahmu harus dipenggal" Dan
kepala kepala dari Perserikatan Benteng perkampungan
kenapa harus digantung mati" Apa sebenarnya yang mereka
telah perbuat sehingga harus menebus dosanya dengan
kematian. Meskipun ia berpikir deikian, ia tidak memotong dan
menanyakan apa-apa kepada Kho Kie yang kelihatannya
sangat bernapsu untuk menginsafi pikirannya Ho Tiong Jong
yang hendak menerjang bahaya secara membabi buta.
"Ho laote," berkata pula Kho Kie dengan serius, Andaikata
nona Seng ada mengandalkan ayahnya punya keangkeran,
aku amat menentang kau membela mati-matian kepada nona
Seng" Ho Tiong Jong tertawa mendengar kata-katanya sang
kawan, ia berterima kasih untuk perhatian yarg besar itu atas
dirinya, Pikirnya, mungkin ia tidak mendapatkan yang
keduanya lagi sahabat karib macam Kho Kie yang jujur ini.
Maka sambil tertawa ia berkata kepadanya.
"Kho toako, legakan hatimu, Kau jangan kuatir, aku dapat
menimbang dengan kepala dingin akan tindakanku yang
kuambil soalnya Tok-kay itu, aku hendak mengambil jiwanya
bukan karena dari sebab dia bermusuhan dengan keluarga
Seng saja, tapi dia sudah terlalu banyak menumpuk dosa
membikin susah pada rakyat jelata." Kho Kie menghela napas.
Ia tidak berdaya untuk mencegah maksudnya anak muda
yang keras ini, yang kukuh hendak mengejar juga Tok kay
Kang ciong yang berilmu tinggi.
"Ho laote, baiklah, aku tidak dapat menghalang-halangi
maksudmu yang mulia, hanya aku pesan sukalah kau menjaga
diri hati-hati sebab orang yang kau hendak bereskanjiwa nya
itu ada seorang yang berilmu tinggi. Kau bukan tandingannya.
Nah terimalah ini sedikit uang perak untuk bekal kau
diperjalanan, Tiga hari kemudian boleh kita ketemu lagi disini
untuk saling menukar kabar."
Ho Tiong Jong terima pemberian uang Kho Kie itu dengan
perasaan sangat terharu.
"Terima kasih, semoga dengan berkat doa restu toako kita
akan berjumpa h pula nanti dalam keadaan selamat..."
Kho Kie kemudian menceritakan keadaan dalam ruangan
perjamuan, dimana ada hadir banyak sekali tetamu yang
hendak turut ambil bagian dalam dibuian diselenggarakan oleh
Seng Eng dari Seng-kee-po.
Ho Tiong Jong tidak ketarik dengan beberapa nama orangorang
gagah yang disebut oleh Kho Kie, sebab hatinya masih
terus melayang akan mengejar Tok-kay, bagaimana ia dapat
menjatuhkan pengemis tua yang berilmu tinggi itu.
Tapi ketika sang kawan menyebutkan adanya seorang nona
bernama Kim Hong Jie dengan wajah cantik luar biasa dan
saban ketawa tampak sujennya yang memikat hati, ia
membuka lebar matanya dan mengawasi pada Kho Kie
"Hei, laote, kau kenapa?" tanya Kho Kie ketawa ketika
melihat arak muda itu tiba-tiba saja berubah wajahnya ketika
mendengar ia menyebut namanya Kim Hong Jie.
"Tidak usah, dia ada satu gadis cantik lincah, puterinya
majikan dari benteng Kim-Hong-po....."
"Apa ia hadir bersendirian saja?" memotong Ho Tiong Jong.
"Aku tidak tahu, kau kenapa laote " Apa kau kenal dengan
nona jelita itu ?"
Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran-
Ia ingat akan pengalamannya pada lima tahun yang
lampau, dengan perantaran sinona cilik yang bersujen
memikat itu ia telah melatih Iweekang dibawah pengunjukan
engkong nya. Bagaimana baik dan besar perhatian nona cilik
itu terhadap dirinya, sampai sekarang ia tidak dapat
melupakannya. Dia... dia sekarang sudah dewasa, entah
bagaimana cantik wajahnya dia"
Ia sebenarnya ingin melihat Kim Hong Jie setelah menjadi
satu nona, sebagai satu gadis cantik, apakah adat dan
tabiatnya masih tetap ramah dan jenaka seperti dahulu kala"
Ah, pikirnya, ia tidak seharusnya memikirkan hal nona Hong
Jie itu, sebab ia kini hendak menjalankan tugas membunuh
Tok-kay Kang ciong. Entah ia dapat kembali dengan selamat
atau ia nanti mengorbankan jiwanya, itulah masih merupakan
satu pertanyaan
Melayangkan pikirannya sampai disini, tiba-tiba ia
disadarkan oleh Kho Kie yang menegur padanya .
"Ho laote, kau ngelamun jauh sekali rupanya, makanya kau
menjublek sekian lama, apa kau tak pergi mengejar Tok kay
dan hendak kembali ke perjamuan?"
"Sudahlah..." jawabnya lesu, "Mari kita berpisahan-"
Kho Kie tidak banyak rewel lagi, ia menyerahkan goloknya
Ho Tiong Jong untuk menjaga diri diperjalanan-
Senjata mana disambut oleh pemiliknya dengan ketawa
lesu. Setelah saling berjabat sekali lagi akan bertemu kembali
ditempat itu, keduanya lalu berpisahan-
Sambil menyoren goloknya Ho Tiong Jong terus berjalan
kearah mana Tok-kay Kang ciong
telah pergi, sepanjang jalan pikirannya kusut, ia
memikirkan tentang kepandaiannya yang hanya enam-belas
dari delapan belas jurus ilmu golok keramat ditambah oleh
tiga jurus ilmu pukulan "Kim-ci Gini clang" ajarannya Kho Kie,
apakah dengan itu saja sudah cukup dapat menjatuhkan si
pengemis beracun yang iihay"
La ragu-ragu akan kemampuannya jikalau ambil jalan
kekerasan, maka ia harus mencari jalan menggunakan siasat,
menggunakan jalan halus untuk dapat mengambil jiwanya
orang kejam itu.
Tapi bagaimana akal halus itu yang ia akan ambil.
Berjalan sambil berpikir tanpa terasa lagi ia sudah melalui
perjalanan lima-enam lie. Kini badannya dirasakan sudah jauh
bedanya dari pada sebelumnya ia makan dua pilnya nona
Seng, ia kini dapat berjalan dengan menggunakan ilmu lari
cepat yang tidak usah kalah dengan mereka yang sudah
mendapat latihan puluhan tahun.
Memikir akan perubahan pada tubuhnya yang tidak
terduga-duga, membikin ia jadi bersemangat. Saat itu sudah
jam dua malam, ia jalan melewati rimba dan gunung-gunung.
Perutnya mendadak dirasakan lapar sekali, ia bingung,
dimana ia dapat mencari tempat untuk menangsal perut" Ia
jalan lagi beberapa lie, dilihatnya disebelah depannya ada
bangunan seperti kuil, hatinya bukan main gembira, pikirnya
disitu ia dapat makanan gratis ia boleh memberi uang pada
hweshio pengurus dapurnya supaya tidak banyak rewel.
Untuk membunuh Tok-kay dengan jalan mengadu
kepandaian sekarang bukan waktunya, ia harus mencari guru
dahulu yang pandai untuk memperdalam kepandaian silatnya
sendiri. Untuk sekarang, pikirnya ia hanya hendak
menggunakan akal kalau-kalau nanti berhasil.
Disekitar tempat itu ada tiga buah kuil, yang satu bernama
Giok san-kuan, kedua Biauw-hoat-si dan ke tiga ceng in si.
Tok-kay Kang ciong masuk kedalam kuil Biauw-hoat-si,
setelah ia pergi meninggalkan bangkainya "sepasang orang
ganas." Ketika masuk kedalam, Tok-kay lihat penerangan sangat
terang, Berjalan sampai diruangan sembahyang tiba-tiba
matanya melihat ada seorang yang sedang duduk pada satu
buntalan tengah sedang makan bubur.
Orang itu seperti anak kecil, rambutnya dikepang umurnya
diantara lima belas " enam belas tahun.
Tapi ketika ia menegasi, hatinya terkejut bukan mainsebab
ia bukannya anak kecil, hanya sahabatnya sendiri oen
cie yang bergelar Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin) dan
kedatangannya Tok kay itu bukannya tidak diketahui, tapi oen
ci pura-pura tidak mengetahuinya terus saja menyikat
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buburnya. "Hei, kau ini kapan datang?" tiba tiba itu Tok kay berteriak.
Oen ci menaruh mangkok buburnya, sambil
menggoyangkan rambut kepangnya ia berkata dengan suara
dingin- "Hm Apa aku tidak boleh datang kemari ?"
Perkataannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat
kehadapan Tok kay, Tangan-nya yang kirinya diangkat seperti
yang hendak menyerang, saat itu telapakan tangannya merah
membara. Hingga Tok-kay terkejut dan mundur beberapa
tindak^ baru berkata.
"Kau jangan menyerang, Sudah dua puluh tahun kita tak
berjumpa, adatmu masih seperti dahulu kala saja tak
ubahnya." Oen cie menurunkan tangannya, Terdengar ia tertawa
dingin dan berkata.
"Hmm... orang macam kau ini, selama dua puluh tahun ini
semakin banyak berbuat dosa. Dosamu sekarang sudah
bertumpuk-tumpuk. Sekarang kau bertemu denganku, apakah
kau kira aku tak dapat memusnahkan racunmu."
Tok-kay mendongkol mendengar kata-katanya oei ci.
La tertawa terpaksa "Oei ci." Katanya: Jikalau kau memang
sengaja datang hendak mencari aku, terserah kepadamu, kau
boleh berbuat sesukamu untuk melayani aku." Inilah suatu
tantangan- oei ci perdengarkan suara tertawa yang aneh.
"Aku tidak mencari kau, tapi tunggulah, nanti ada satu
waktu ada orang yang mencari untuk mengambil jiwamu yang
sudah penuh dengan dosa. Percayalah pada kata-kataku
sekarang."
Tok-kay tidak menjawab, hanya ia menatap wajahnya oei ci
yang masih tetap ketawa seperti yang mengejek kepadanya.
Hong-hwe Tong-cu oen ci adalah salah satu dari "Lima
Tokoh dalam dunia persilatan dijaman itu, maka tidak heran
kalau Tok-kay tidak berani sembarangan bertanding
dengannya. Terdengar oen ci berkata lagi.
"Bicara terus terang, memang harus diakui ilmu yang
dinamai "Telapakan Tangan Berdarah" telah mendapat
kemajuan selama dua puluh tahun ini, aku dapat mengatasi
ilmunya itu. Akupun tak tahu, mengapa aku bisa berkenalan
dengan kau dan menjadi sahabat karib, sedang kau ada
seorang jahat yang sukar diperbaiki."
Matanya Tok-kay mendelik mendengar kata-katanya sang
sahabat yang paling belakangan ini, akan tetapi ia tak berani
bergerak dan diam saja ketika Honghwee Tong-cu oen cie
meneruskan bicaranya.
"Kau tahu, sutitku yang sekarang menjadi ciang nasehati
kau untuk menghentikan kejahatanmu. Menginsafkan padamu
bahwa perbuatan jahat itu tak membawa berkah selamat.
Seperti ilmu kau "Telapak Tangan Berdarah" itu, kau yakinkan
dengan kekejaman yang tidak ada caranya, Banyak wanita
hamil yang telah menjadi korbannya, banyak orang yang
dicelakai olehmu, setelah kau mendapatkan ilmu itu lantas
menyembunyikan diri, takut pembalasan atas perbuatanmu
yang sangat keji itu. Ha ha ha... kau keliru sebab Tuhan tak
melepaskan makhluknya yang telah menumpuk dosa, kemana
kau lari musti orang pada satu hari akan membinasakan
dirimu." Tok kay tundukkan kepalanya, Meskipun demikian, diamdiam
ia mencaci oen ci yang banyak rewet dalam urusannya
orang lain, Ketika ia dong akan kepalanya terdengar oen ci
meneruskan pula kata-katanya yang tajam.
" Dengan kekejaman dan kejahatanmu yang diperbuat
terus menerus, mana aku bisa tinggal peluk tangan saja
melihatnya" Meskipun diandaikan kau ada menjadi anaknya
juga aku tak dapat mengampuni kau dan pasti akan
membunuhnya, kau mengerti?"
Tok-kay mendelik matanya, ia tidak mendebat kata-katanya
oen-ci, hanya ia menanya. "Mana muridku?"
"Hmm..." oen cin menggeram, "Dua muridmu yang manis
itu, jangan takut hilang kemana, mereka tidak tahu aku ini
siapa, dengan secara kurang ajar telah memegang-megang
rambut kepangku. Perbuatan ini ada pantangan bagiku, maka
dua muridmu yang manis itu aku sudah lemparkan keluar kuil,
mereka sekarang mungkin ada di kuil ceng-in-si." Tok-kay
gusar sekali, matanya mendelik bengis.
"Bagus perbuatanmu itu" katanya "Ada satu hari aku tentu
akan mencari kau ke Bu-tong-san. Nah sekarang terima
dahulu persekotnya."
Ia tutup bicaranya sambil menyerang dengan telapakan
tangannya yang mengeluarkan angin dan hawa panas yang
dapat membikin hangus yang terkena sasarannya.
Oen ci menjadi marah melihat dirinya di serang, maka ia
juga lantas mengeluarkan ilmunya menangkis dan balas
menyerang lawan, Dua telapakan tangannya disodorkan
kedepan, yang sebelah kiri mengeluarkan angin dahsyat dan
yang kanan mengeluarkan hawa panas seperti api berkobarkobar.
Inilah ilmu "Hong- hwe Sin- kang" (tenaga sakti angin dan
api) yang membuat namanya oen ci terkenal dan dimalui oleh
lawan maupun kawan- ilmu yang dilatih selama dua puluh
tahun lamanya ini ada sangat lihay, hingga Tok-kay kewalahan
dan mundur beberapa tindak.
Mengetahui dirinya bakal mendapat kerugian kalau
meladeni oen ci, maka ia sudah memilih jalan yang selamat,
"Lari"
Seketika itu juga ia lari meninggalkan oen cijago angin dan
api itu tidak mengejar, hanya dengan ketawa dingin memberi
nasehat. "Kau lekas perbaiki dirimu, buang kejahatan dan balik
menjadi orang baik, Kalau tidak, percayalah padaku, ada satu
waktu kau akan binasa dengan kecewa..."
Hong-hweTong cu oen ci ini sebenarnya sudah sedari kecil
berkawan dengan Tok-kay.
Mereka bersahabat karib. Apa mau setelah masing-masing
menginjak usia dewasa, perbuatan Tok kay itu banyak
nyeleweng, lebih-lebih ketika ia meyakinkan ilmunya "Telapak
Tangan Berdarah" banyak membunuh- bunuhi wanita hamil,
membuat hatinya oen ci sebagai kawannya sedari menjadi
sangat cemas dan mengutuk perbuatannya Tok-kay, ia
sebenarnya ingin menyingkirkan jiwanya Tok-kay, tapi
perasaan keakraban mereka berkawan diwaktu kecil,
membuat ia ragu-ragu dan tidak tega.
Ilmu tenaga dalamnya oen ci sangat mahir, dengan mana
ia sudah dapat memelihara wajahnya menjadi tinggal tetap
muda seperti anak yang baru berumur lima belas " enam
belas tahunan saja, keistimewaannya, adalah ia paling suka
makan- Makanan apa ia tidak menampik asal makan, Tabiatnya itu
seperti anak kecil, maka ia telah mendapat julukan Tong-tju
(anak) julukan mana digabung dengan ilmunya Hong hwa
sinkang maka menjadi Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin Api).
Sementara itu, Ho Tiong Jong juga sudah masuk kedalam kuil
Biauw hoat-si. Ia tidak masuk keruangan sembahyang, hanya langsung
mencari dapur masak kuil itu, untuk minta dibagi makanan
menangsel perutnya yang sudah sangat lapar.
Diatas meja tampak ada semangkok besar bubur yang
masih panas, mengepul mulutnya sudah mengiler, Ketika ia
hendak ulur tangannya, tiba-tiba mendengar ada tindakan
kaki. Ia cepat mengumpat d ibalik pintu Ternyata yang datang
ada satu hweshio pengurus dapur rupanya, yang hendak
mengambil semangkok bubur tadi.
Ketika tangannya hampir menyentuh mangkok, hweshio itu
menjadi sangat kaget ketika merasa bahunya ada yang
menepuk- ia cepat menoleh, kiranya yang menepuk itu ada
orang muda tampan,seperti bukannya orang jahat. Hatinya
hweshio itu menjadi lega.
"Suhu, maaf, bolehkah aku menanya, apa bubur ini mau
dibawah untuk Tok-kay?" tanya Iho Tiong Jong.
Hweshio itu itu membuka matanya lebar-lebar.
"Tok-kay....?" ia seperti berkata sendirian- "Bukan, bukan
untuk Tok-kay."
"Habis untuk siapa?"
"Tok-kay sudah diusir pergi dari sini."
"Siapa yang mengusirnya" "
"Orang yang mau makan bubur ini." Ho Tiong Jong terkejut
pikirannya locianpwe yang manakah sudah datang kesitu dan
dapat mengusir begitu mudah kepada si pengemis beracun
yang tinggi ilmunya"
"Tapi suhu," kata pula Ho Tiong Jong "apa kau bisa tolong
aku?" "Kau siapa" Aku harus menolongmu dalam hal apa?" tanya
si hweshio. "Tolong bagi semangkok bubur, perutku sudah lapar, untuk
mana aku tentu tidak melupakan suhu punya budi untuk
mengganti kerugiannya."
"ow, tidak bisa," jawab si hweshio.
"Kenapa tidak bisa" Semangkok bubur tokh apa artinya,
sedang aku sendiri hendak menggantinya dengan uang?"
Hwehsio itu tidak mau meladeni Ho Tiong Jong ia sudah
hendak ngeloyor keluar dari dapur itu, tapi mendadak ada
bayangan berkelebat, ia adalah Ho Tiong Jong yang
menghadang didepannya.
"Minggir" bentak si hweshio seraya menerobos.
Ia tidak tahu kalau tenaganya si anak muda ada besar
sekali, mana dapat ia menerobos dengan mudahnya. Tidak
heran, kalau ia terpental mundur ketika menubruk Ho Tiong
Jong dan mangkok bubur menjadi jatuh dari tangannya,
buburnya tumpah di lantai. Mukanya hweshio itu berubah
menjadi pucat. "Kau, kau...." katanya melotot, tapi ia tidak berani
menerjang pada Ho Tiong Jong yang kini ia anggap tidak
boleh dibuat sembarangan, meskipun masih demikan muda, ia
akhirnya lompat keluar meninggalkan Ho Tiong Jong.
Sementara itu oen ci sudah datang kedapur, maksudnya
mau menegur hweshio yang mengurus dapur itu, kenapa
sudah begitu lama tidak membawa bubur untuknya. Ia melihat
Ho Tiong Jong dan bubur yang tumpah dilantai, Tiba-tiba ia
tertawa dingin dan mengawasi pada Ho Tiong Jong.
Melihat dari sikapnya, tiba-tiba Ho Tiong Jong ingat, inilah
orangnya tentu yang mau makan bubur. Sekarang buburnya
sudah tumpah dilantai, bagaimana" Ia lalu menghampiri oen
ci, sambil merogoh sakunya mengeluarkan uang, ia berkata.
"Saudara kecil, harap jangan marah. Terimalah uang ini
sebagai ganti kerugiannya."
"Hmm..." oan ci memotong, "Enak saja kau ngomong,
makananku sudah dibikin tumpah begitu rupa. Kau berderajat
apa memanggil aku saudara kecil?"
Ho Tiong Jong bengong melihat sikapnya oen ci yang tidak
memandang mata padanya.
Sementara itu hweshio tadi sudah datang kembali dan
mengadu kepada oen ci, bagaimana Ho Tiong Jong sudah
menghadang di depannya dan mau merebut semangkuk
bubur itu sehingga tumpah.
Oen ci tidak meladeni pengaduannya si hwesio yang
dilebih-Iebihi dan juga tidak memperdulikan Ho Tiong Jong
yang berdiri menjublek. Hanya ia mengawasi pada bubur yang
tumpuk dilantai.
Tiba-tiba ia mengangakan mulutnya, bubur yang tumplek
dilantai tiba-tiba tersedot dan masuk kedalam mulutnya, itulah
ada demontrasi lweekang (tenaga dalam) yang hebat sekali.
Ho Tiong Jong dan si hwesio terpesona oleh kejadian yang
disaksikannya. Kalau oen ci ngagah untuk menyedot bubur kedalam
mulutnya, kemudian ditelannya, adalah Ho Tiong Jong
menganga mulutnya saking heran dan kagum oleh kekuatan
lweekang oen ci yang demikian tingginya.
Dalam hati diam-diam berkata, "Pantasan ia bisa mengusir
Tok-kay. Demikian tinggi dan mahir kekuatan Iweekangnya,
entah bagaimana tingginya kepandaian ilmu silatnya."
Lantas terlintas dalam otaknya suatu pikiran baik orang ini
begitu tinggi ilmunya, maka cari siapa lagi untuk ia angkat
sebagai guru" Kesempatan yang baik inijangan dikasih lewat
begitu saja. OEN ci sendiri sebenarnya Sangat mendongkol pada Iho
Tiong Jong, ia mati memberi hajaran kalau menurutinya
hatinya Cuma saja ia pandang Ho Tiong Jong masih begitu
muda dan bukannya orang jahat, maka ia dengan hati
mendongkol sudah hendak meninggalkan tempat itu.
Ho Tiong Jong jadi gelagapan, buru-buru, ia berkata,
"Hei, saudara kecil, tunggu dulu. Aku masih ada yang
hendak ditanyakan padamu."
"Hmm... Siapa yang menjadi saudara kecilmu?"
menggerendeng oen ci.
Ho Tiong Jong sebenarnya mendongkol mendengar katakatanya
oen ci ini, akan tetapi karena ia ada mempunyai
maksud tertentu, maka amarahnya telah ditelan begitu saja.
Wajahnya yang tadi sudah beringas menjadi tenang kembali.
"Ia, baiklah aku memanggil kauw Siauw-hiap. Numpang
tanya, apa yang mengusir Tok-kay ituSiauw-hiap adanya?"
demikian menanya Ho Tiong Jong.
"Kau siapa?" tanya oen ci.
"Aku bernama Ho Tiong Jong."
"Kau datang kesini mencari siapa?"
"Mencari Tok-kay."
"Bagus, bagus, nah, sekarang kau boleh kejar Tok-kay
yang kau cari." Ho Tiong Jong jadi melongo.
Diam-diam Ho Tiong Jong berpikir, orang ini ilmu silatnya
tinggi tak dapat diukur, tapi kenapa sikapnya ada sangat
eneh" Apa katanya orang ini, benar juga. Demikian pikirnya.
Sebelum ia dapat membuka mulut, oen ci sudah berkata lagi.
"Meskipun kau tidak dapat menempur dia dengan
kepandaianmu yang tinggi, tapi untuk mendekatinya ada
mudah sekali kau lakukan, sekarang aku kasih petunjuk
padamu, dengarlah baik-baik."
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Kau dari sini jalan lempeng saja ke arah barat kira kira
seperjalanan tiga lie kau nanti akan menemukan satu kuil
dengan merek ceng in-si. Tok-kay sekarang ada disana.
Kalau kau sudah berjumpa padanya, boleh mengatakan
banwa kau ini diperhina olehku, aku menolak mengambil kau
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai murid. Kalau ia mendengarnya, pasti timbul
amarahnya padaku dan akan menerima kau sebagai muridnya.
Tapi ingat betul-betul. Dia meskipun ilmu silatnya amat tinggi,
tetapi ia ada seorang jahat, maka kau harus tahu sendiri."
"Apa dia mau menerima aku sebagai muridnya?" tanya Iho
Tiong Jong. Oen ci melihat Ho Tiong Jong seperti belum mengerti akan
maksudnya yang dikatakan barusan, maka ia hanya
anggukkan kepalanya, kemudian telah meninggalkan kuil
Biauw-hoat-si. Ho Tiong Jong berdiri menjublek sekian lama setelah oen ci
yang sempurna sekali tenaga dalamnya (lweekang.)
Setelah tersadar dari lamunannya, Iho Tiong Jong pergi
menemui hweshio pengurus dapur lagi. Kali ini secara damai,
Iho Tiong Jong mendapat bagian bubur.
Setelah cukup menangsel perutnya, orang muda itu lalu
meninggalkan kuil dan menuju kearah yang ditunjuk oleh
Hong hwe Tong-cu oen-ci.
Dalam perjalanannya ia putar otaknya. Pikirnya, kalau ia
sampai dapat berdekatan dengan Tok-kay, ia bermaksud
membunuhnya. Perbuatan mana selainnya membalas dendam
musuh keluarga Seng, juga berarti ia sudah menyingkirkan
iblis masyarakat yang kejam Betul saja ia menemui kuil pada
tempat yang diunjuk oleh oen-ci,
Waktu itu sudah jam tiga malam, keadaan sangat gelap.
Pintu kuil ternyata masih terpentang, tapi heran tidak ada
seorang hweshlo kelihatan- Dimuka kuil ada lapangan yang
luas, tengah-tengahnya ada jalanan yang dikedua
pinggirannya ditanami pohon siong yang amat indah. Di kanan
kirinya kuil ada bangunan rumah-rumah kecil mungil. Iho
Tiong Tong bertindak masuk kedalam, di mana ia nampak
ruangan ada besar sekali.
Selagi ia langak- longok. Tiba-tiba terdengar suara tindakan
kaki mendatangi dari dalam. Dilihatnya ada seorang hweslo
yang muncul, siapa telah melihat padanya dan menghampiri
dirinya. "Sicu malam-malam datang kesini ada urusan apa?"
"Aku bernama Ho Tiong Jong," si pemuda memperkenalkan
namanya. "Aku datang hendak mencari seorang she Kang, apa
dia ada disini?"
"ow, dia ada tinggal di ruangan sana," jawab hweslo tadi,
sambil jarinya menunjuk kelain ruangan-
"Apa boleh aku menemui dia?" tanya Ho Tiong Jong.
"Tentu saja, silahkan," jawabnya.
Ho Tiong Jong sembari berjalan pikirannya berdebaran
bagaimana nanti ia akan bicara dengan Tok-kay Kang ciong"
Tapi perlahan-lahan debaran itu hilang dan hatinya mulai
mantap setelah masuk keruangan dimana Tok-kay ada ambil
tempat. Ho Tiong Jong lihat ruangan disitu besar dan lampunya pun
sangat terang. Patung-patung dicanang dengan rapih.
Didepan meja sembahyang kelihatan ada pintu. Meskipun ada
orang masuk. Tampak tak dihiraukan oleh mereka.
Dilihat caranya berlutut, kelihatan mereka seperti yang
tidak rela berbuat demikian-Ketika diteliti, kiranya dua
tubuhnya dua pengemis ini sudah kaku. Iho Tiong Jong heranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Pikirnya, Tok-kay yang sudah biasa membunuh orang
dengan mata tidak berkesip. Mana dapat menjadi pemeluk
Buddha " Mengapa itu ada murid-muridnya Tok kay, kenapa
tidak bisa bergerak" Apa mereka kena ditotok jalan darahnya"
Siapa orangnya begitu berani"
Ia merasa ragu ragu untuk mendekati dua pengemis itu.
Perlahan-lahan ia bertindak mundur menghampiri pintu dan
memutar sedikit kepinggiran ruangan. Mendadak mata nya
melihat keluar, samping ruangan ada bayangan berkelebat.
Bayangan itu cepat sekali sudah meluncur dan menghilang
dibalik-nya pohon-
Diam-diam ia menanya pada dirinya sendiri, apakah orang
itu ada musuhnya Tok-kay" Kalau benar demikian, tentu orang
itu ada mempunyai kepandaian yang sangat tinggi. Ia akan
belajar kepadanya, setelah berkepandaian tinggi baru ia
mencari Tok kay. Pikirnya, inilah ada saatnya yang paling baik
untuk ia menemui orang pandai itu.
Maka setelah berpikir, secepat kilat ia lompat melesat
kebelakang pohon tadi, disitu ia melihat tak ada orang, hanya
ada sehelai kere yang menutupi pintu kecil kealingan pohon
Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu lagi terus masuk kedalam
pintu kecil tadi.
Ternyata disebelah dalamnya ada terdapat pelataran yang
lebar. Masuk kesebelah dalamnya lagi belum juga ia ketemu
orang. Ia heran, terus jalan kebelakang. Disini ia menemui
tempat sembahyang, tapi herannya disini pun tak ada
orangnya. Matanya celingukan mencari orang. Ia melihat dari sebuah
kamar ada penerangannya menyorot keluar. Cepat ia
menghampiri dan membukanya kamar ini, tapi tidak ada orang
juga. Disini hanya kedapatan sebuah meja persegi, diatasnya
ada sebuah lampu yang guram sinarnya.
Matanya Ho Tiong Jong menyapu kesekitarnya kamar.
Tiba-tiba dari suatu sudut yang gelap telah muncul seorang,
yang ketika ditegasi ternyata ada satu tosu (imam) dengar
jenggot dan rambut putih semuanya tapi semangatnya bagus
dan sehat. Ia muncul dengan kebutan ditangannya.
Ho Tiong Jong diam-diam pikir, apakah kuil ini ada tempat
tosu ini mengasingkan dirinya.
Selang dalam berpikir mendadak ia disadarkan oleh
perkataannya si tosu dengan suara dingin-
"Hmm " Dimalam yang gelap gulita ini kau berani berani
masuk kesini, seharusnya aku memberi hukuman atas
kelancanganmu."
Ho Tiong Jong pikir, memang benar katanya tosu ini, maka
dengan cepat ia memberi hormat. "Harap totiang tidak
menjadi kecil hati, aku memang salah ketarik oleh bayangan
yang berkelebat masuk kesini. Maka aku lupa bahwa
perbuatanku masuk kesini tanpa permisi ada tidak benar. Lagi
sekali aku harap totiang suka memberi maaf banyak-banyak. "
Tosu itu mengawasi pada Ho Tiong Jong sejenak, ketika ia
hendak membuka mulut Ho Tiong Jong sudah mendahului.
"Maaf, siapakah totiang punya nama yang mulia?" Tosu itu
setelah berpikir sejenak. Sambil bersenyum menjawab.
"Aku bernama Ban Siang. Sudah tiga puluh tahun lebih aku
mengasingkan diri digunung cui-hui-san ini. Aku sudah tidak
campur urusan duniawi lagi, tapi sungguh sayang menurut
ftrasatku malam ini aku harus membuka pantangan
membunuh. Betul-betul hatiku amat menyesal."
Ho Tiong Jong terkejut. "Sebab apa totiang harus berbuat
demikian?" tanyanya. Ban Siang Tojin tidak menjawab.
Tampak Binar matanya yang kejam. Dilihat dari air
mukanya tos u ini tentu bukannya orang baik-baik, maka Ho
Tiong Jong dengan pelahan-lahan telah mundur.
"Hmmm...." berkata pula Ban Siang Tojin- "itulah karena
didunia ini orang tidak saling mengetahui diri sendiri dan suka
berbuat sewenang-wenang, Nah. Aku misalkan seperti
sekarang ini, aku akan mengikat kau. Sementara menanti
keputusannya kawan karibku dahulu, apakah kau rela diikat
tubuhmu?" "Totiang, kenapa aku harus diikat" Tentu pandanganmu
salah paham atas diriku."
Ban Siang Tojin angkat tangannya digoyang-goyang seperti
melarang anak muda itu banyak membantah.
"Aku tadi sudah berkata aku akan membuka larangan
membunuh, bukan" Nah, kalau kau tidak mengerti tunggulah
saja itu orang datang baru aku bicara lagi." Ho Tiong Jong
tidak puas. "Totiang, kau tidak boleh sembarangan mengikat orang,
bukan?" "Hai, kaujangan banyak rewel kau bikin susah sendiri saja.
Kalau tidak tunduk lihatlah ini buktinya."
Ban Siong Tojin setelah berkata lantas menunjukkan
kebutannya kearah lampu yang menyalah diatas meja, segera
api lampu tadi menjadi kecil dan panjang seperti terkena oleh
tenaga yang tidak kelihatan, arahnya pun tampak berbalik.
Jarak antara api dengan Ban Siang Tojin ada satu tombak
lebih. Ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya si tosu hebat
juga, karena kalau tidak, tak dapat api itu dibalik kearah
kebalikannya dan kecil memanjang.
Ketika ia menarik pulang kebutannya, lantas api lampu tadi
menjadi biasa lagi seperti bermula terangnya.
"Nah, sekarang kau lihat sendiri. Kau mau takluk tidak" Apa
mau tidak diikat?"
Ho Tiong Jong memang tunduk terhadap. Ilmunya yang
tinggi tadi, akan tetapi ia tidak mau tunduk dengan aturannya
yang bukan-bukan. Maka dengan gusar ia menjawab.
"Totiang. Kau bicara tidak menurut aturan- Apa boleh
orang berbuat sesuka hatinya saja?"
"Aku tidak ada tempo untuk bicara dengan kau." Jawab
Ban Siong Tojin dengan marah melotot.
"Hmm...." Ho Tiong Jong menggeram "Boleh coba-coba
mengikat aku, memangnya aku sebuah patung?"
Ban Siong Tojm melengak. Ia tidak nyana anak muda
didepannya itu ada sangat tabah hatinya. Ia mundur tiga
tindak. "Bocah," katanya "apa barusan kau tidak lihat ilmu tenaga
dalamku sampai dimana. Ah, benar-benar kau ini tidak sadar
dengan bahaya di-hadapan mata. Ha ha ha..."
"Tak usah banyak perkataan yang tidak perlu, marilah kita
mencoba-coba siapa yang nanti akan diikat," tantang Ho Tiong
Jong. Pemuda itu berkata sambil menghunus goloknya.
Ban Siong Tojin tertawa bergelak gelak, "Bocah, kau mau
apa " Lihat nih tambang apa?" ia sembari mengunjukkan
seutas tambang. "Tambang ini untuk mengikat binatang liar
dan sebentar kau rasakan bagaimana ia akan mengikat
dirimu." "Totiang, jangan banyak rewel, silahkan"
Demikian Ho Tiong Jong menantang, sambil palangkan
goloknya didadanya siap untuk mengadu jiwa dengan tosu
jumawa itu. "Bocah benar-benar kau tidak tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi. Kau menantang untuk bertempur denganku"
Ha ha ha."
Ho Tiong Jong tidak takut. Ia tertawa bergelak gelak
seolah-olah mau menyaingi sitosu ketawa yang menggema
diangkasa. "Hmm " tiba tiba terdengar Ban Siong Tojin berkata pula,
"Bocah, kalau kau tahan sepuluh gebrakan saja melawan aku,
akan kuijinkan kau pergi begitu saja dari sini, kau mengerti ?"
"ow, hanya sepuluh gebrakan apa susahnya?" jawab Ho
Tiong Jong girang, "Hanya yang aku kuatirkan kau akan repot
menangkis seranganku."
Ban Siong Tojin tidak menjawab. Ia gerakan senjata
kebutannya menerjang pada Ho Tiong Jong. Benar serangan
kebutannya itu amat lihay. Mengandung tenaga yang kuat
sekali, hingga Ho Ting Jong terpaksa lompat mundur setengah
tombak untuk menghindarkan serangan tadi.
Sebentar lagi tampak ia sudah putar goloknya, ilmu golok
delapan belas jurus dimainkan dengan bagus sekali, hingga
diam-diam Ban Siang Tojin memuji. Ia mengerti bahwa ilmu
silat golok demikian tidak mudah diterobos.
Tampak Ho Tiong Jong mainkan ilmu golok kramatnya
makin lama makin kuat dan sampai hebat sekali, angin golok
bajanya menyambar-nyambar. Ban Siang Tojin kerutkan
alisnya Dia gusar, sampai rambut dan jenggotnya pada berdiri.
Mukanya juga berubah menjadi hitam, satu tanda bahwa ia
telah mengerahkan tenaganya Betul-betul untuk mengambil
jiwanya si anak muda.
Menyolok sekali tanda kekurangan latihannya Ho Tiong
Jong. Menghadapi jago kelas wah id, Ho Tiong Jong merasa
kewalahan- Kebutannya sang lawan menyamber-nyamber
seperti bayangan anginnya dahsyat sekali seolah-olah
menekan dadanya hingga hampir sukar bernapas. Tapi ia
sudah nekad dan melawan terus.
Belakangan ia rubah bersilatnya dengan ilmu Kim-ci GiNi
ciang. Hingga Ban Siang Tojin menjadi kaget juga. Tapi dasar
ia satu jago ulung, pelahan-lahan ia sudah dapat
mengunjukkan keunggulannya dalam pengalaman bertempur.
"Bocah goblok. Apa kau masih bisa bertahan berapa lama
lagi?" Ho Tiong Jong tidak menjawab. Ia terus mengerahkan
tenaganya untuk menangkis tekanan tenaga kebutan musuh.
Ia kelihatan nekad, tidak mau kalah oleh lawannya.
Yang membikin ia heran tekanan Ban Siang Tojin sebentar
berat dan sebentar ringan-
Entah apa maksudnya, jago kelas wahid itu tidak mau
sekaligus, menekan lawannya hingga tidak berdaya"
Ban Siong Tojin kelihatan mukanya sudah menjadi berubah
hitam menakutkan dan terus merangsek musuh. Dalam
kenekadan-nya Ho Tiong Jong menyabetkan goloknya sambil
membentak. "Tosu siluman, kenapa kau menggunakan ilmu
sihirmu secara pengecut?" Tapi serangan Ho Tiong Jong dapat
dihindarkan- Ban Siong Tojin merangsek lagi tangannya diangkat.Jari
jarinya yang runcing hitam dan beracun kelihatan
menyengkeram bahunya Iho Tiong Jong. Tapi heran, ketika
sudah dekat menyentuh sasarannya, tiba-tiba jari-jarinya
berhenti setengah jalan dan membentak pada lawannya.
"Hei, bocah goblok, apa yang kau katakan tadi?"
Ho Tiong Jong tidak lantas menjawab. Ia mengerti bahaya
maut mengancam dirinya melihat jari-jarinya sang lawan yang
runcing dan beracun sudah dekat menyentuh bahunya. Tanpa
terasa, keringat dingin telah membasahi badannya. Tapi
hatinya masih keras tidak mau tunduk kepada musuhnya ia
menjawab pertanyaannya Ban Siong Tojin tadi.
"Hmmm Kau ini bukannya manusia, tapi siluman- Kau
barusan sudah menggunakan ilmu siluman, Hmm manusia
siluman" "Ha ha ha" Ban Siong Tojin tertawa, bergelak gelak. "Bocah
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
goblok, kau ini masih belum tahu lebarnya langit dan tebalnya
bumi, kau mana tahu ilmuku yang istimewa. Ilmuku itu dilatih
berdasarkan rokh-nya burung dari jaman purba. Kau ini caricari
itu dua pengemis apa gunanya, mereka sudah mengaku
kalah kepadaku. Ha ha ha." Ho Tiong Jong sebal melihat
lagaknya si tosu yang tengaL
Ia sampai terlupa akan maksudnya mencari guru yang
pandai, hingga sudah melewatkan kesempatan yang baik
untuk mengangkat Bang Siong Tojin menjadi gurunya.
Hatinya diliputi kemendongkolan- Kata-kata si tosu yang
mengejek dibalas kontan dengan ejekan pula .
Dalam keadaan kepepet demikian, Ho Tiong Jong, tiba-tiba
mendengar ada suara tindakan orang mendatangi. Ban Siong
Tojin kagit. "Siapa," tegurnya keras.
"Aku Siong Hoat," jawabnya, segera kelihatan muncul
seorang hweshio dengan muka pucat dan romannya seperti
yang ketakutan-
Kiranya ia ada hweshio dari kuil ceng-in si. Ketika ia sudah
berhadapan dengan Ban Siong Tojin telah berkata. "Lo to ya,
celaka itu dua pengemis sudah bisa bergerak lagi. Aku
sebenarnya tidak berani masuk kesini, tapi... Hii, tidak bisa
jadi dua manusia tolol itu dapat bergerak lagi "
Ban Siong Tojin tidak meneruskan kata-katanya, karena
kaget, pada saat itu Siong Hoat sudah jatuh rubuh dan tidak
bernapas lagi. Ketika diperiksa, ternyata pada punggungnya ada
kedapatan tanda bekas telapakan tangan yang berwarna
merah darah. Ban Siong Tojin beringas setelah melihat itu" Cepat ia
bangkit berdiri membawa senjata kebutannya ngeloyor keluar.
Ho Tiong Jong melihat musuhnya sudah pergi, hatinya
merasa lega, Sambil menyeka peluh didahinya diam-diam
berpikir. "Aku sudah menelan pil Siauw hoan tan tenagaku
sudah sebat sekali, tapi menghadapi seorang jago ulung
benar-benar aku tidak berdaya. Perlu apa aku mencari ilmu
lagi, membuang-buang tempo saja. Habislah pengharapanku.
Aku lebih baik binasa saja seperti ini hweshio daripada hidup
menderita kesusahan saja^..."
Dengan pikiran kalut ia keluar dari situ, pergi kepelatarandimana
ia lihat Ban Siong Tojin sedang celingukan mencari
dua pengemis yang dikatakan telah bisa bergerak lagi dan
telah membunuh Siong Hoat hweshio demikian kejamnya.
Terdengar si imam menantang sendirian-
"Pengemis bangkotan, kau hanya namanya saja termashur
dikalangan kangouw, tapi setelah ketemu orang yang tak
mudah dibikin celaka olehmu sudah lantas menyembunyikan
diri seperti kura-kura?"
Tidak terdengar jawaban, malah keadaan makin sunyi
setelah suaranya menghilang. Tidak kelihatan ada gerakan
apa-apa. Ho Tiong Jong yang melihat Ban Siong Tojin kesanakemari
beringas-beringas mencari mangsanya, dalam hati
masih penasaran dan ingin menempur kembali pada lawannya
itu. Tidak memikir lama, ia sudah lantas menghampiri Ban
Siong Tojin dan gerakkan ia punya golok menyerang pada si
imam tosu. Tapi serangannya mendapat tangkisan yang tepat
sekali dari pihak lawan-
Ho Tiong Jong menyerang dengan menggunakan sepenuh
tenaga, tidak heran kalau serangan itu ada berat sekali,
hingga diam-diam Ban Siong Tojin merasa kagum.
Dalam hatinya berkata "Bocah ini benar nekat, baru saja
mengasoh sebentar tenaganya sudah pulih kembali begitu
cepat " "Tosu siluman-" bentak Ho Tiong Jong. "Perbuatanmu
sewenang-wenang mau mengikat siauwyamu yang tidak
bersalah dosa membikin orang jadi penasaran sekali. Nah,
keluarkanlah kepandaianmu sekarang "
Ho Tiong Jong tutup bicaranya dengan serangan golok
kedada orang, tapi dengan gesit Bin Siong Tojin lompat
mundur beberapa tindak.
Sebagai jago kawakan Ban Siong Tojin sudah merangsek
lagi musuhnya. Pertempuran menjadi berjalan seru, sudah golok berkelebat
melawan kebutan yang seperti menari-nari.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin dari atas tembok
pekarangan- "Hei, hidung kerbau, kau beraninya dengan anak
yang masih ingusan saja. Tidak tahu malu. Apa perbuatanmu
ini dapat mengangkat namamu telah termashyur lagi" Ha ha
ha ha." Berbareng kelihatan melompat turun sesosok
bayangan dari atas tembok pekarangan-
Kiranya ia ada Tok-kay Kang ciong. La jalan menghampiri,
tampak senjata bandringannya yang aneh berupa bola saja
bergoyang-goyang dipinggangnya.
Ban Siong Tojin dan Ho Tiong Jong sementara itu sudah
menghentikan pertempurannya dan mengawasi
kedatangannya si pengemis tua beracun.
Ban Siong Tojin melihat datangnya musuh berat hatinya
rada keder, dengan suara berat jawabnya. "Pengemis
bangkotan" kau sudah lama datang" Apa kau sudah
memeriksa isi-nya kuil disni?"
Tok-koay Kang ciong tertawa bergelak- gelak.
"Hmm " terdengar ia, menggeram. " Untuk apa diperiksa
lagi, semua penghuninya delapan puluh hweshio lebih sudah
kukirim ketempatnya Giam-lo-ong."
" celaka " seru Ban Siong Tojin, matanya beringas tajam
mengawasi Tok-kay Kang ciong. Si pengemis beracun hanya
tertawa nyengir.
Bagaimana Ban Siong Tojin tak menjadi kaget, sebab
dalam kuil itu ada berdiam tak kurang dari delapan puluh
hweshio. dikatakan oleh si pengemis beracun semuanya sudah
di kirim ketempatnya raja akherat (Giam-lo-ong).
---ooo0dw0ooo---
VIII. SIAPA SENG ENG DARI SENG KEE-PO"
Ho Tiong Jong pun kesima mendengar pembunuhan yang
besar-besaran itu. Diam-diam dalam hatinya mengutuk: "Tokkay
ini benar-benar kejam. hweshio yang sebegitu banyaknya
yang tak bersalah telah dibunuhnya, Betul-betul
kekejamannya sudah melewati takaran-Tidak ada obatnya
untuk orang sekejam ini kecuali dibunuh mati."
Meskipun hatinya gusar bukan main, tapi ia tidak
kentarakan diwajahnya. ia terus mendengarkan apa yang
dikatakan lebih jauh oleh dua jagoan ulung itu. Ban Siong
Tojin meluap-luap amarahnya ia berteriak-teriak kalap.
"Meskipun binatang, pengemis keji. Seumur hidupmu
kerjanya hanya membunuh- bunuhi orang saja. Sekujur
badanmu sudah jadi bau amisnya darah manusia. Dosamu
sudah bertumpuk-tumpuk. Nah, malam ini aku Ban Siong pasti
akan mengirim jiwamu ke akherat untuk kau bikin perhitungan
dengan korban-korbanmu didepannya Giam-lo-ong." Ban
Siong Tojin hampir tak dapat melampiaskan kata-katanya
saking marahnya.
Si pengemis tua hanya ganda ketawa nyengir saja, seolaholah
yang mengejek. pada Ban siong Tojin yang sedang kalap.
ia seperti mau membikin tosu itu mati berdiri di sebabkan
kegusarannya . Kemudian terdengar ia menyindir. "Hidung kerbau, kau
jangan coba-coba mempertaruhkan jiwamu berlaku nekad.
Aku masih ada perkataan untuk disampaikan padamu...."
"Pengemis iblis, jangan banyak rewel. Katakanlah"
"Aku ingin mengatakan padamu..."
"Kenapa kau berhenti, teruskan, kau mau mengatakan
apa?" Tok-kay Kang ciong tertawa nyengir. "Hidung kerbau,"
katanya kemudian- "apa yang aku katakan, aku merasa malu
melihat kau pura-pura jadi orang budiman. Kuanjurkan kau
jangan lama-lama hidup di dunia ini, lekas kau bunuh diri ada
lebih baik, sebab..." Mukanya Ban Siong Tojin berubah
menyeramkan- Kalau orang wajahnya merah dalam keadaan
marah, adalah si tosu wajahnya menjadi hitam dan
menakutkan- Sebelum ia menegur lawannya. Tok kay Kang ciong sudah
meneruskan kata katanya, "...sebab, kalau tidak ada kau yang
timbulkan huru-hara menghina dua muridku, mana ada
kejadian semua hweshio penghuni kuil ini melayang jiwanya,
coba kau pikir saja sendiri."
"Tutup bacotmu, pengemis kejam Kau boleh rasakan
senjata...." Berbareng ia kerjakan kebutannya menghajar
musuhnya. Tok-kay Kang ciong angkat tangannya, telapakan tangan
kirinya yang merah membara di dorongkan darimana telah
menghembus angin dahsyat menangkis serangan musuh.
Tangan kanannya meloloskan bandringan dipinggangnya,
itulah ada senjata bandringan istimewa berupa sebuah bolabola
sebesar buah beligo. Setelah siap ia tidak terus
menyerang hanya berkata lagi pada lawannya.
"Hidung kerbau, aku mau bertanya dahulu padamu..."
"Kau mau bertanya apa" Hm bertanya kalau sudah mati
bangkaimu harus di tanam dimana" Hmm...Jangan kuatir, aku
nanti carikan tempat yang baik..."
"Hidung kerbau," Tok-kay memotong, "bukan demikian
maksudku. Aku ingin menanya padamu, katanya dalam agama
yang kau anut dikatakan ada semacam ilmu untuk menolong
roh manusia yang sudah mati yang disebut emas kayu, api,
air, tanah dan entah apa lagi."
"Betul, kau mau apa?" bentak Ban Siong Tojin tidak
sabaran Tok kay Kang ciong perdengerkan tertawanya yang
aneh^ "Hidung kerbau sekarang aku hendak menanya padamu,
kalau sebentar kau binasa oleh senjata bandringan itu,
rokhmu akan termasuk dalam salah satu yang mana ?" Ban
Siong Tojin mendelik matanya.
Sementara Ho Tiong Jong yang mendengarnya sipengemis
seperti yang berkelakar dan memancing kegusaran lawannya
secara yang lucu sekali, diam-diam telah tertawa geli.
Anak muda itu melihat Ban Siong Tojin wajahnya sudah
menjadi hitam legam. layang meyakinkan ilmu hitam, jika
sedang mengerahkan tenaga dalamnya membuat sekujur
badannya berubah hitam.
Wajahnya benar benar sangat bengis dan menakutkan-
Tok kay Kang ciong dilain pihak wajahnya memerah seperti
arang membara, menyiarkan bau amis yang membuat orang
yang mengendusnya mual dan mau muntah.
Dua jago dari kelas tinggi berhadapan, tentu saja tidak
sembarangan mengukur tenaganya. Mereka tak bertanding
rapat, tapi dari jarak jauh. Masing-masing menggunakan
tenaga dalamnya.
Mereka menyerang dengan angin telapakan tangannya
yang dahsyat. Telapakan tangannya Ban Siong Tojin hitam,
sedang Tok-kay merah membara.
Beberapa gebrakan sudah lewat, ternyata masih belum
kelihatan siapa yang bakal menjadi pecundangnya .
Kelihatan mereka masing-masing mundur beberapa tindak,
lalu mengerahkan tenaga dalamnya yang istimewa dari latihan
puluhan tahun- Tampak diudara ada dua sinar hijau dan merah saling
gempur, itulah sinar-sinar yang dikendalikan oleh tenaga
dalamnya Ban siong dan Tok-kay.
Dua sinar itu indah sekali, kelihatannya tampaknya seperti
yang menari-nari, tapi sebenarnya saling gempur dengan
hebat. Kekuatan Iweekang (tenaga dalam) yang demikian
tingginya, jarang sekali terdapat di antara pendekar-pendekar,
meskipun yang sudah dapat dikatakan ulung. Ho Tiong Jong
berdiri bengong menonton pertempuran yang langka itu.
Diam-diam ia sudah mengambil keuntungan, ialah
memperhatikan jalannya pertempuran dengan seksama.
Ia coba asah otaknya untuk dapat memecahkan
kelemahannya, dua jago kuat itu, tapi sia-sia saja. Sayang
pikirnya kalau ia tahu kelemahannya Tok kay Kang ciong, saat
itu ia bisa turun tangan untuk menyingkirkan jiwanya dari
dunia ini. la menghela napas bila ia ingat dirinya masih belum mampu
bertanding melawan Ban Siong Tojin yang tinggi ilmu
kepandaiannya. Matanya terus diarahkan pada jalannya pertandingan, ia
mengharap dapat memiliki keandalan dari dua orang kuat itu,
untuk kelak ia dapat gunakan melawan musuh.
Lama mereka berkutat dengan sikapnya masing-masing
kemudian keputusan dicari dengan pertandingan
menggunakan senjatanya masing-masing.
Sekarang tampak bandringan lawan kebutan yang
dimainkan oleh dua jago kelas wahid, tentu saja pertandingan
ini disaksikan oleh Ho Tiong Jong dengan hati terpesona.
Diam-diam ia sangat girang sekali, sebab dari pertandingan itu
ia bisa menarik pelajaran untuk dirinya yang berkepandaian
masih banyak kurang.
Serangan-serangan Tok kay ada lebih lihay, hingga tidak
lama kemudian Ban Siong Tojin terdesak. Satu kali ia sedikit
lengah, topinya berikut rambut kepalanya kena ke-sabet
bandringan Tok- kay.
Bukan saja Ban Siong Tojin sendiri sangat kaget, tapi Ho
Tiong Jong yang melihatnya berdebaran hatinya. Pikirnya, ia
tidak boleh tinggal diam saja, ia harus turun tangan untuk
membantu pada Ban Siong Tojin menyingkirkan si kejam. Tapi
ketika ia mau menyeburkan dirinya Tok- kay berteriak.
"Bocah, kau mundur. Aku tidak perlu dengan bantuanmu."
Demikian dengan Ban Siong Tojin juga berkata, supaya Ho
Tiong Jong mundur jangan turut campur, sebab jiwanya bisa
melayang. Ho Tiong Jong mundur lagi dan berdiri dengan pikiran-
Bagaimana sebenarnya pandangan dari kedua orang tua itu
terhadap dirinya.
Tengah pertempuran dilakukan dalam detik-detik yang
menentukan tiba-tiba terdengar suara orang ketawa dari atap
rumah, kemudian berkata.
"Hei Ban Siong Tojin, kau ini sudah puluhan tahun
mengasingkan diri, tapi tabiatmu yang sombong masih seperti
dahulu kala saja. Dan ini si pengemis tua Kang ciong, dosamu
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah bertumpuk-tumpuk apa masih belum mau menyerahkan
kepalamu untuk di penggal?"
Tok kay Kang ciong mendengar orang memaki padanya
sudah menjadi sangat gusar. Dengan suara bengis ia
menjawab. "Dari mana datangnya manusia liar tidak tahu malu " Kau
berani menghina aku" Lekas turun dan boleh mengerubuti aku
seorang diri. Aku tanggung dalam beberapa gebrakan jiwamu
akan sudah melayang menghadap Giam- lo-ong." Terdengar
orang di atas atap rumah tertawa dingin.
"Hm.." Ia menggeram. "Lohu sudah sampai begini tua,
belum tahu ada orang mengatakan " manusia liar", baru kali
ini ia mendengarnya."
Tok- kay alih kan pandangannya kearah suara tadi, hatinya
tiba-tiba sangat terkejut.
Kiranya yang datang itu ada Pocu dari Seng-kee-po yang
namanya terkenal dalam rimba persilatan, ialah Seng Eng.
Lalu Tok-kay melihat pada Ho Tiong Jong anak muda ini
tinggal tenang tenang saja. Hatinya Tok-kay memuji
ketabahannya, akan tetapi ia tidak tahu kalau Ho Tiong Jong
tidak kenal pada orang yang baru datang itu.
"Hei, bocah, lekas kau naik- keatas. Lihat, masih ada
beberapa orang lagi yang menyembunyikan dirinya."
Ho Tiong Jong tanpa disuruh untuk kedua kalinya sudah
lantas enjot tubuhnya melesat keatas atap rumah. Seng Eng
menyaksikan lompatan Ho Tiong Jong yang bagus, diam-diam
dalam hatinya menanya, sejak kapan pengemis kejam ita
mendapat murid yang begitu pandai ilmu mengentengi
tubuhnya" Ho Tiong Jong sendiri heran, kenapa waktu itu telah
menuruti saja perintahnya Tok- kay tadi. Tapi sekarang ia
sudah berada di atas rumah, terpaksa ia harus memeriksa
keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba ia mendapat lihat diluar
tembok peka rangan ada berkelebat bayangan orang.
Pikirannya sangsi apakah ia kasih tahu pada Tok-kay atau
jangan" Saat itu tiba-tiba terdengar suaranya Seng Eng lagi.
"Hei, pengemis tua, biasanya kau sangat sombong,
memandang aku sangat rendah. Nah, sekarang aku datang
hendak membuat perhitungan dengan jiwa anjingmu. Tentang
penyimpanan harta bendamu yang besar itu, lebih baik kau
angkat pemuda itu sebagai akhli warismu" Ha ha ha ... "
Ho Tiong Jong mendengar kata-kata seng Eng menjadi
marah. Semula ia mengira Seng Eng ada satu pendekar budiman
mencari Tok kay untuk membasmi kejahatan- Tidak tahunya
bahkan mereka berdua iiu ada setali tiga uang. Dua-dua ada
satu kwalitet, apa yang mereka pertengkarkan hanya berkisar
pada kejahatan- la jadi ingat akan kata-katanya Kho Kie,
bahwa benggolan-benggolan dari Seng kee-po seharusnya
digantung mati.
Diam-diam hatinya pemuda itu tidak puas. Apa yang
dikatakan oleh Kho Kie itu memang beralasan, setelah ia
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri sekarang. Seng
Eng dan Tok- kay perlu dibasmi." demikian pikirnya. Tiba-tiba
terdengar Tok kay berkata.
"Seng Pocu, kau kasih harga terlalu mahal, aku tidak dapat
membayarnya..." Ho Tiong Jong makin kaget mendengar Tok
kay berkata demikian-la terus pasang telinganya dengan
pikiran melamun-
Hatinya merasa cemas jika melihat sepak terjangnya Seng
Eng, ayah nona Seng ini.
Nona Seng sudah melepas budi padanya, pantas ia
membelanya mati-matian, tapi ia kecewa menemui ayahnya
bukannya orang baik-baik. Dugaannya ayahnya nona Seng
ada seorang pendekar ternama dan budiman, ternyata kecele.
Terbenam dalam soalnya keluarga Seng Imembuat ia tidak
tahu kalau diam-diam ada dua orang mendekati padanya.
Mereka itu ada si Ular Kembang Tham Kek dan si Rajawali
Botak le Yong, dua orangnya Seng Eng yang sangat
diandalkan. Mereka heran ketika sudah datang dekat Ho Tiong Jong
seolah-olah tak menghiraukan-Tok-kay terlaki Ho Tiong Jong
supaya lekas melarikan diri.
Ketika tersadar dari lamunannya, pemuda itu sudah lantas
lompat mundur dan hendak melarikan diri, tapi sudah keburu
di terkam oleh dua orang dari seta dan memperhatikan gerakgeriknya.
Melihat Ho Tiong Jong di halang halangi.
Tok- kay kembali dari larinya hendak memberikan
pertolongan, akan tetapi Seng Eng sudah melancarkan
serangan kepadanya. Terpaksa Tok-kay harus melayanijago
dari Seng keepo ini.
Hatinya Tok kay gelisah ketika melihat Ho Tiong Jong
hendak dicengkeram oleh Ie Yong yang mengeluarkan
ilmunya Eng-jiauw-kang.
Suatu cengkeraman yang berbahaya sekali. ia
mengerahkan tenaganya dan mengirimkan serangan
telapakan tangan yang mengandung angin keras, maksudnya
supaya dapat memukul mundur Seng Eng. Sementara itu
mulutnya berteriak-teriak supaya Ho Tiong Jong lekas
melarikan diri Ho Tiong Jong ketika sadar dirinya diserbu orang lantas
menegasi siapa adanya mereka itu. kiranya ada Si Ular
Kumbang dan si Rajawali Botak yang ia kenal ketika di Seng
kee-po. "Hei, dua saudara ini kenapa hendak menangkap aku?"
tanyanya heransi
Rajawali Botak dan si Ular Kumbang menjadi kemekmek
melihat yang akan dijadikan mangsanya itu ada Ho Tiong Jong
yang mereka tahu betul pemuda itu sudah mati.
Yang tersebut duluan menarik miring cengkeramannya.
selain yang tersebut belakangan juga sudah cepat menarik
kembali serangannya yang sudah hampir dilancarkan-"Kau...
kau..." katanya hampir berbareng. Matanya terbelalak
mengawasi Ho Tiong Jong.
Menggunakan kesempatan mereka sedang terbelalak
bengong. Ho Tiong Jong sudah lari meninggalkan mereka.
Seng Eng melihat ia sendiri telah gagal menangkap Tok
kay, sedang dua orangnya juga tidak berhasil menangkap
lawannya, sudah menjadi marah-marah kepada dua orangnya.
" Kalian namanya saja jagoan, tapi menyerang saja pada
pemuda itu tidak berani. Apa kegunaannya kalian" Hmm ..."
"Aaa Pocu nanti dahulu, aku mau beri laporan- orang itu
aku kenal bernama Ho Tiong jong " demikian ie Yong
memberitahukan kepada majikannya.
"Kau kenal padanya, tapi kenapa kau tidak berani
melancarkan serangan?"
"Pocu.... orang itu sudah mati. Aku melihat dengan mata
kepala sendiri."
Seng Eng mendelik matanya. "Kau lihat dimana ?"
tanyanya^ "Di Seng-kee-po."
"Hm " menggeram Seng Eng. "Jadi kalian mengira telah
melihat setan, bukan?"
Tham Kek dan Ie Yong saling pandang satu sama lain,
batinya mereka risau sekali, sebab mereka tahu adatnya sang
Pocu yang kejam, dalam marahnya ia bisa membunuh mati
kepada mereka berdua.
Dalam keadaan demikian tiba-tiba ie Yong ingat sesuatu, ia
lantas berkata.
"Ya, Pocu, aku terus terang bicara pada Pocu, bahwa
kematiannya orang itu ada bersangkutan dengan nona Seng.
Diwaktu magrib nona Seng menyuruh aku menguburkan
orang itu. Tapi lantaran peti mati belum sedia maka mayatnya
lantas ditaruh dahulu di kuil Po-im-yan- Menurut
pemeriksaanku, memang orang itu sudah mati..."
"Ya, sudahlah." memotong sang majikan- Seng Eng hatinya
mendadak lunak, ketika mendengar disebutnya sang putri
yang amat dimanjakan itu ada tersangkut. "Tapi apakah betul
orang itu ada orang yang kau katakan sudah mati" Karena
orang ada yang pengawakan dan wajahnya serupa, kau
jangan salah lihat. Sekarang begini saja, kau pulang dan lihat
di kuil Po im-yan masih ada atau tidak" Kalau ia masih
kedapatan disana melintang, awas, aku akan cabut nyawamu"
Ie Yong danTham Kek menjadi melongo Badannya
bergemetaran dan keringat dingin keluar membasahi
tubuhnya. setelah berkata pada mereka Seng Eng berpaling pada Ban
Siong Tojin, berkata.
"Hmm... Sifatmu ini selalu tak dapat dirubah, sayang aku
tidak membawa Pek Boe Taysu kalau tidak. mereka mana
dapat meloloskan diri dari tangan kita" Tapi tidak apa, ada
satu waktu mereka akan terjatuh juga ditangan kita."
"Aku sebenarnya merasa cemas sekali." memotong Ban
Siong Tojin, "Aku sudah beberapa tahun melatih Tenaga
cerdasnya Burung", Supaya dapat melawan ilmu Telapakan
Tangan Berdarah musuh, tapi..."
Ban Siong Tojin tidak meneruskan perkataannya, karena
diselak oleh tertawanya Seng Eng yang bergelak-gelak.
"llmu Telapakan tangan berdarah" orang itu dilatih sampai
sekarang, entah sudah menelan berapa banyak jiwa. Kau
mana dapat menandinginya. Nah, sekarang lebih baik kita
pulang dahulu Besok pagi, kau yang menjadi Taysu di luitay."
Mereka berempat lalu meninggalkan tempat itu.
Ketika mereka berjalan sampai ditempat Ho Tiong Jong
membereskanjiwanya "Sepasang orang ganas" ada orang
melaporkan tentang ditanamnya dua mayat disitu. Mereka
ketarik hatinya, lantas kuburan "Sepasang orang ganas"
dibongkar, kiranya dua orang itu ada dua penjahat ulung.
Tanda-tanda bekas pukulan menunjukan kematian mereka
terkena pukulannya ilmu Kim ci Gin ciang, ilmu istimewa Sanyu
Lo-long Kong Teng Shoe.
Mereka kemudian pergi ke kuil Po-im-yan, disitu tidak
kedapatan mayatnya Ho Tiong Jong, dari sini kenyataan
bahwa Ho Tiong Jong sudah melarikan diri. Si Raja wali Botak
Ie Yong menduga-duga akan duduknya perkara.
Ho Tiong Jong mungkin ada permusuhan dengan
"Sepasang orang ganas" mereka telah berjumpa bertempur
dengan kesudahan yang tersebut belakangan menemui
ajalnya, melihat lukanya si Raksasa lu Goei, juga tentu ada
perbuatannya Ho Tiong Jong yang menggunakan ilmu. Pasir
Terbang telah melukai matanya, hingga sekarang orang punya
mata menjadi tinggal satu.
Mungkin, karena ketakutan banyak golongan partai marah
kepadanya, karena perbuatannya itu, maka ia sudah purapura
mati dan kemudian melarikan diri.
Demikian pikiran ie Yong yang diberitahukan kepada sang
majikan, tapi ia tidak menerangkan halnya nona Seng punya
perlakuan terhadap Ho Tiong Jong bertempur dengan
sepasang orang ganas karena hendak membelai nona Seng.
Walaupun demikian, Seng Eng sebagai ayah yang
menyintai anaknya tentu sudah dapat mengetahui dan
memahami hatinya sang puteri.
Meskipun dalam kata kata. "Mengadu silat mengumpulkan
sahabat ada tersembunyi maksud tertentu, tapi biar
bagaimana tujuannya pertemuan itu adalah untuk memilih
pemuda yang dirasa cocok untuk dijadikan mantunya
pemimpin dari benteng Seng kee po.
Riwayat dan kepandaian Ho Tiong Jong meskipun wajahnya
cakap dan pengawakannya tak tercela, tidak setimpal untuk
menjadi kawan seumur hidupnya nona Seng. Kini Ho Tiong
Jong sudah melarikan diri, memang itu ada baiknya.
Memikir sampai disini. ie Yong merasa sungkan untuk
membocorkan rahasianya nona Seng kepada majikannya,
sebab ini kalau diketahui dalam kalangan kangouw ada tidak
baik. juga tentang dirinya yang takut dengan setan tentu akan
menjadi buah tertawaan di kalangan kangouw manakala
diketahuinya. Kalau sampai begitu, dimana ia akan menaruh mukanya
lagi" Mengingat akan hal ini, maka dengan ketawa nyengir ia
berkata pada majikannya.
"Ya Pocu. aku harap halnya kami takut dengan setan
sukalah tidak disiarkan terlebih jauh, untuk mana kami
mengucapkan banyak banyak terima kasih."
Seng Eng kerutkan alisnya sejenak. kemudian menjawab.
"Hm Kau masih ada muka untuk minta dilindungi hal demikian
?" Pocu dari benteng Seng-kee-po tampak marah betul.
"Nah, sekarang begini saja. Diantara kalian berdua siapa
yang berani mengejar dia." Si Ular Kumbang Tham Kek susah
hatinya, dari setadian ia tundukkan kepalanya. Mendengar
perkataannya sang majikan, ia lalu angkat kepalanya dan
berkata. "Pocu, biarlah aku menebus dosaku, akan kucari dia
dimana tempatnya. Begitu Pocu memberi izin aku akan segera
mencarinya." Seng Pocu hatinya girang, parasnya berubah
lunak lagi. "Ya, karena kalian sudah mengaku kesalahannya," kata
Seng Eng. "aku juga tidak mau mengungkat-ungkat lagi
urusan ini. Nah Ban Siong Totiang, lihatlah mukaku harap kau
juga bisa menyimpan rahasia urusan ini." Ban Siong Tojin
tertawa terbahak bahak.
"Jangan kuatir," katanya, "aku akan tepati pesan ini. Mana
aku berani tidak menyetujui sebab kalau kebentrok dengan
mereka berdua mana bisa aku mengasingkan diri d angan hati
tentram... "
"Sudahlah," Seng Eng memotong, "Kau jangan banyak
bicara, sekarang lekas lekas mengatur orang yang boleh
dipercaya untuk menyelidiki sekitar tempat seratus li luasnya.
"Kalau perlu, boleh juga menyuruh bajingan bajingan ditempat
ini untuk bantu menyelidikinya. Harus menggunakan akal
untuk menghadapmya dan boleh bertempur sesuka hati kalian
mengerti."
Berempat lalu berpisahan, masing-masing hendak
mengatur tugasnya.
---ooo0dw0ooo---
IX. KISAH ASMARA PENGEMIS KEJAM.
Diceritakan Ho Tiong Jong ketika siular sudah mencapai
lima-enam lie, lantas perlambat larinya sambil matanya
menyapu kesekelilingnya tempat. Tiba-tiba ia melihat sesosok
bayangan. Ketika ditegasi, bayangan itu ternyata ada Tok kay
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sedang berdiri dibawah pohon dengan semangkok bubur
ditangan- "Ha ha ha " ia tertawa pada Ho Tiong Jong.
Matanya si pemuda mengawasi pada si pengemis kejam,
tapi tidak mengutarakan kebencian diwajahnya, ketika ia
datang dekat pada Tok kay, yang tersebut belakangan
berkata. "Bocah, kau baru sampai" Barusan aku juga baru sampai
habis minta-minta bubur pada orang. Apa kau tidak merasa
lapar" Kalau tidak merasa kotor ini, mari kita makan-makan
sama-sama ?"
Ho Tiong Jong yang memang sudah sangat lapar tidak
sungkan-sungkan lagi lantas menemani Tok-kay duduk diatas
rumput dan makan bubur bersama-sama.
Selagi mereka asik makan dengan gembira, tiba-tiba ada
muncul seekor binatang serigala menghampiri mereka. Diamdiam
Tok-kay memungut batu kecil, dengan sekali sentil batu
itu meluncur lebih cepat dari peluruh dan kena tepat dibagian
tabuhnya yang mematikan- Terdengar raungannya yang
mengerikan, setelah berkelejatan, serigala itu telah habis
nyawanya. Ho Tiong Jong kerutkan alisnya.
"Kau kenapa membunuh padanya?" ia menanya dengan
nada tidak puas.
"Karena ia akan merebut makanan kita." jawabnya.
"Kau terlalu kejam...." kata pula Ho Tiong Jong menghela
napas. Tok-kay Kang Hlong hanya tertawa nyengir. "Bocah, mari
aku ceritakan riwayat hidupku, apa kau suka mendengarnya ?"
Ho Tiong Jong girang hatinya, memang ia kepingin tahu
asal usulnya orang kejam ini. la tidak menjawab, hanya
kepalanya dianggukkan-
Setelah menyeka mulutnya dengan lengan bajunya yang
kotor, pengemis tua itu telah menceritakan kisahnya seperti
berikut. Kiranya ia dalam usia dua belas tahun sudah menjadi
pengemis. Pada waktu itu ibunya telah meninggal beberapa tahun. Ia
jadi dibawah penilikan ayahnya yang bengis terhadapnya.
Belakangan sang ayah telah menikah lagi, ia jadi mempunyai
ibu tiri. Maklumlah, ibu tiri itu selalu tidak dapat akur dengan anak
tirinya. Ia juga mendapat perlakuan yang bengis dari ibu
tirinya itu. Pada suatu hari dalam sekehendak ia telah dihajar oleh
kawannya yang lebih besar sehingga mukanya matang biru.
Ketika pulang kerumah, bukannya dimenangkan oleh ayahnya
malah ia ditambah dengan pukulan hebat. Maka sejak itu ia
insaf, bahaya manusia hidup didunia ini, baru dapat hidup
merdeka kalau dapat hidup dengan tenaga sendiri.
Pada hari kedua ia dari rumah bawa buku-buku mau pergi
sekolah tapi sebenarnya ia tidak masuk sekolah hanya pergi
pada satu pengemis tua untuk main-main dan mengobrol.
Ia tahu bahwa pengemis tua ini suka menangkapi binatang
binatang berbisa seperti kelabang, kalajengking dan
sebangsanya yang beracun, kemudian dijual dan uangnya
dipakai membeli arak untuk diminum.
Diantara binatang binatang berbisanya itu terdapat satu
kalajengking besar yang disimpan dalam sebuah bumbung
bambu. Katanya binating itu sangat berbisa siapa yang kena
disengat olehnya akan binasa.
Pada satu hari ia telah mencuri sepotong perakan dari
ayahnya dan diberikan pada pengemis tua itu untuk membeli
araknya. Pengemis tua itu kegirangan, setelah membeli arak
lalu diminumannya dirumah sampai ia makan dan tidur pulas.
Menggunakan kesempatan itu, ia sudah curi
kalajengkingnya yang beracun itu.
Ia bawa itu kesekolahnya dan ditaruh disatu lubang batu
dibelakang rumah sekolah, diatasnya bumbung ia taruhi uang
dan dua buah. Kemudian pada hari itu ia traktir makan pada
teman-temannya, tidak terkecuali anak yang tempo hari telah
memukuli mukanya hingga bengkak.
Anak itu menanyakan dari mana ia mendapat uang, dengan
berbisik ia ceritakan bahwa ia dapat uang dibawahnya lubang
batu dibelakang rumah sekolah. Hal mana sudah tentu
mengherankan. Anak itu ketarik hatinya untuk mendapatkan uang dari
dalam lubang. Dijanjikan oleh Kang ciang akan diantarkan
kesana kalau sebentar sekolahan sudah bubaran-
Demikian anak yang besaran itu diantar olehnya ketempat
dimana disimpan kalajengking berbisa. Ia yang mula mula
mengulurkan tangannya kedalam lubang mengambil uang,
berbareng ia sudah membuka lubang bumbung bambu
binatang kalajengking itu.
Ketika ia unjukkan uang yang didapati dari lubang, anak
yang memukul padanya telah timbul keserakahannya dan
menendang padanya sampai bergulingan ditanah. Kemudian
anak itu sendiri telah memasukkan tangan-nya kedalam
lubang batu untuk mengambil uang, tidak tahunya ia telah
diantuk oleh kalajengking sehingga ia keluarkan jeritan
tertahan. Tidak lama kemudian mukanya menjadi biru dan hitam, la
meringis-ringis merasa kesakitan, kemudian ia rubuh
terbinasa. Kang ciang balas menendangnya dengan sengit
sebagai bayar hutang untuk tendangan anak yang mati tadi
lakukan kepadanya.
Setelah itu ia lalu kabur kerumahnya si pengemis tua dan
menceritakan kejadian dalam sekolahannya, lantaran mana
pengemis tua itu menjadi ketakutan dan ajak ia kabur
bersama-sama. Pengemis ini belakangan menjadi gurunya dan
yang memberi pelajaran ilmu silat kepadanya.
Ketika ia sudah berumur dua puluh tahun baru ia tahu
kalau pengemis itu hanya menurunkan sepuluh persen saja
kepandaian ilmu silatnya kepadanya, la tahu bahwa pengemis
tua itu ada menyimpan buku tentang ilmu silat yang lihay.
Sampai disini Ho Tiong Jong mendengarkan ceritanya Tokkay,
diam-diam dalam hatinya berkata. Pantas Tok-kay ini
kejam, karena sudah sejak kecil ia jahat tukang mencelakai
orang. Meskipun berpikir kesitu, ia tidak takut dan terus
mendengarkan, riwayatnya Tok-kay yang ia sangat kepingin
tahu. Tok kay cerita selanjutnya.
Setelah mengetahui suhunya ada mempunyai kitab ilmu
silat pusaka yang dinamai kitab " Kumpulan Ilmu Silat Sejati",
ia telah minta diajari ilmu silat berdasarkan dari buku itu. Tapi
suhunya berkata.
"Kitab ini hanya satujilid saja. tapi lengkap dengan berbagai
ilmu silat dari banyak partai yang terkenal. Satu saja kau
dapat mempelajari dari banyak ilmu pukulan dalam- buku itu,
kau sudah dapat menjagoi di kalangan Kangouw.
Sayang kau terlalu jahat dan suka membunuh orang,
makanya aku tidak mau menurunkan pelajaran itu kepadamu.
Selanjutnya, jika kau tidak mau merubah sifatmu yang jahat
itu, terpaksa aku akan turun tangan membunuhmu untuk
kepentingan rakyat yang tidak berdosa.
Mendeagar kata-katanya sang suhu yang terus terang,
bukannya ia mengerti dan dapat merubah tabeatnya yang
jahat, malah ia sudah meracuni suhunya sampai binasa dan ia
lalu memiliki kitab yang ia sangat idam-idamkan itu.
Mendengar ceritanya Tok-kay sampai disini, Ho Tiong Jong
berkata dalam hatinya ada sangat jahat, aku harus
membunuhmu" "Saat itu Tok-kay juga sedang melayanglayang
pikirannya kemasa lampau, kepada satu wanita cantik
pujaannya, hingga bubur yang disuapkan kemulutnya ia telan
tanpa merasa. Ho Tiong Jong pikir saat itu ada disuapkan
kemulutnya ia telan tanpa meraba-Ho Tiong Jong pikir saat itu
ada waktunya yang baik untuk turun tangan, ia lalu
mengulurkan tangannya kebahu orang, akan tapi Tok kay
miringkan badannya untuk menghindarkan tepukan Ho Tiong
Jong. "Bocah kau hendak menyerang aku?" tanyanya heran-
"oh. bukan, bukan, aku hanya hendak menepuk binatang
tawon yang ada dipundak mu." jawab Ho Tiong Jong dengan
sedikit gugup, Tok-kay dengan ragu-ragu anggukkan
kepalanya. Untuk menyampingkan perhatiannya Tok-kay Ho Tiong
Jong menanya. "Malam ini aku pikir tidur dilapangan lebih
baik" PADA pagi harinya Ho Tiong Jong terbangun dari tidurnya,
ia melihat Tok-kay telah berjalan meninggalkan dirinya dengan
menggunakan ilmu lari cepatnya, dan Ho Tiong Jong tetap
mengintil dibelakang nya. Tok-kay merasa heran, meski ia
sudah jalan lebih dahulu dan mengerahkan ilmunya yang
sangat ia andalkan, Ho Tiong Jong masih tetap mengintilnya.
Ho Tiong Jong sambil mengikuti lari. otak nya bekerja.
Pikirnya, pengemis tua ini sangat jahat, kalau dibiarkan tinggal
hidup entah berapa banyak korban lagi akan binasa
ditangannya. Baik ia mengikuti jejaknya, sebentar dalam kuil
kalau ia mau menurunkan pelajarannya ia akan terima, tapi ia
tetap menghendaki jiwanya manakala ia mendapat
kesempatan untuk membunuhnya.
Tidak lama mereka sudah sampai disuatu tempat dimana
ada berdiri sebuah kuil tua yang sudah rusak. Tok-kay ajak Ho
Tiong Jong masuk. ia telah menyalakan lilin- Keadaan disitu
ada bersih, mereka berdua kemudian pada duduk diatas tikar
dan bercakap-cakap. Tiba-tiba Ho Tiong Jong timbulkan
keinginan untuk belajar katanya^
"ln, locianpwe sudilah kiranya kau memberi beberapa
pelajaran ilmu silat padaku" Aku meski pandai dari kecil sudah
belajar lweekang, tapi hanya dapat menggunakan dua belas
jurus saja ilmu golok setelah habis ini aku tidak punya
kemampuan lagi untuk menandingi lawan-"
"Hmm aku sudah lihat caramu menyerang musuh tadi,"
memotong Tok-kay. "Memang gerakanmu masih terbatas
sekali. Meskipun Iweekangmu baik, tapi belum dapat
diandalkan untuk bertempur. Pada waktu kau menyerang
dengan golokmu, aku lihat gerakan itu ada pelajaran dari
Thian-san-pay yang amat lihat yang dinamai Jan-cong cansoat
(burung belibis menerjang salju). Aku tidak menduga
kalau kau mendapatkan pelajaran tanpa guru. Belajar tanpa
guru tidak mungkin kita mendapat kepandaian, yang mahir,
kau tahu?" Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Aku bersedia untuk menurunkan kepandaianku padamu,
jikalau kau menghendakinya, tapi..."
Si pengemis beracun merandak disitu, matanya mengawasi
pada si pemuda. Ho Tiong Jong yang haus dengan pelajaran
ilmu silat menjadi tidak sabaran-
"Tapi kenapa?" tanyanya.
"Tapi ada syaratnya." si pengemis telengas kata sambil
tertawa nyengir.
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, entah syarat apa yang
diminta oleh pengemis jahat tapi lihay ini "
"Locianpwee coba kau jelaskan syaratnya bagaimana?" ia
menanya. "Syaratnya, ialah dalam tempo sepuluh tahun kau harus
menurut segala perintahku, meskipun aku menyuruh kau
membunuh orang atawa membakar rumah kau harus
menuruti perintahku. Bagaimana, kau sanggup?"
Ho Tiong Jong dibikin melongo oleh perkataan Tok kay
yang seram. "Tapi Locianpwee..." Ho Tiong Jong berkata gugup dan
tidak lampias. "Ha ha ha...." Tok-kay tertawa. "Boleh kau tahu hatiku
amat ketarik olehmu. Entah apa sebabnya, aku sendiri tidak
tahu dan merasa sangat heran. Tentang riwayat hidupku
selainnya kau ada seorang lagi yang mengetahuinya, yalah
salah satu dari lima tokoh yang namanya menonjol dalam
rimba persilatan pada dewasa ini. Ha ha ha ...."
Ho Tiong Jong diam-diam merasa heran, bagaimana orang
yang begini kejam bisa mempunyai hati meny intai kepada
sesamanya misalnya kepada dirinya seperti yang dikatakan
tadi oleh si pengemis tua"
"Locianpwee, orang itu siapa namanya?" tanya Ho Tiong
Jong, yang ingin mengetahui siapa orangnya yang telah
mengetahui riwayat hidupnya si pengemis tua.
" orang itu adalah pemilik rumah es di Taypek san Kok Lolo
(nenek Kok)."
Ho Tiong Jong terkejut. Ia tahu bahwa nenek pemilik
rumah es di Tay pek-san itu ada gurunya nona Seng yang
kepandaiannya sukar diukur.
GOLOK SAKTI Karya: chin Yung
Bagian o8 Ia menatap wajahnya Tok-kay, yang saat itu tampak
seperti yang penasaran sekali. Ia hendak membuka mulutnya
menanya, tapi Tok-kay sudah menyambung lagi bicaranya,
setelah ia menghela napas.
"Kau tahu, Kok Lo-lo pada tiga puluh tahun yang lampau
merupakan satu gadis yang cantik jelita sukar dicari keduanya.
Pada waktu ilmu silatku belum pandai betul, tapi karena
keberanianku suka membunuh orang dan menggunakan
racun, maka dikalangan kangouw orang telah memberi
julukan padaku Tok-kay (pengemis beracun)." Si pengemis tua
bicara sampai disitu kelihatan merasa bangga sekali.
Selanjutnya ia mengisahkan pertemuannya dengan Kok Lo
lo dikaki gunung Tay-pekssan dan jatuh cinta kepada Kok Lolo,
yang pada masa itu merupakan gadis yang luar biasa
cantiknya. Tanpa merasa kakinya telah mengikuti jejaknya
nona Kok yang sedang naik gunung.
Ditengah jalan nona Kok berhentikan tindakannya,
menantikan ia datang dekat dan lalu menanya.
"Aku tidak tahu. semangatku telah terbawa olehmu."
jawabnya. Nona Kok bersenyum manis menggiurkan, hingga hatinya
Tok-kay menjadi berdebaran keras. Diam diam ia berpikir.
"Kau biar bagaimana harus menjadi milikku"
" Engkau tidak seharusnya mengikuti seorang gadis yang
tidak dikenal " kata pula nona Kok. " Kalau kau masih terus
mengintil aku akan marah."
Suaranya si nona demikian merdu merayu, bagaimana Tokkay
tidak jadi tertegun dan berdiri seperti kakinya terpaku.
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia tidak bisa menjawab kata-katanya nona Kok. hanya
matanya saja yang dapat bicara menatap terus pada wajahnya
sinona yang cantik menarik. Nona Kok segera meninggalkan ia
setelah mengerlingkan matanya yang jeli.
Sebenarnya Tok-kay tidak akan tinggal diam mendapat
perlakuan demikian, kalau saja ia menghadapi lain gadis.
Terhadap nona Kok ia harus membawa kelakuan yang sopan
santun, seberapa bisa menutup kekasarannya, agar sinona
ketarik dan menyerah kepadanya tanpa paksaan- la ingin
hidup dengan sinona penuh kebahagiaan-
Setelah nona Kok berlalu sampai tak kelihatan
bayangannya pula, Tok kay lalu duduk diatas batu besar diam
dengan termenung-menung.
Ia kelelap didalam lamunannya sampai tidak merasa kalau
sang malam telah dilewati olehnya dengan hanya duduk terus
diatas batu. Pagi-pagi sekali tampak nona Kok turun gunung.
Hatinya Tok kay berdebaran, ia tidak tahu harus bagaimana
ia membawa dirinya supaya disuka oleh nona pujaannya itu
Ia diam saja tidak menegur. Berpura-pura. Seperti mana
sedang menanggung kesal, ia tundukkan kepalanya pada saat
nona Kok lewat didepannya.
"Hei, kau masih ada disini?" tanya nona Kok tiba-tiba.
Tok-kay angkat kepalanya dan melirat nona Kok berdiri
didepannya seperti juga bidadari yang baru turun dari
kayangan- ia begitu cantik begitu menarik dan bergoncanglah
hatinya To kay karenanya.
"Ya, aku masih ada disini..." jawab Tok-kay perlahan-
"Hei, kenapa begitu?"
"Nona, aku mohon belas kasihanmu. Janganiah kau sia
siakan perasaan hatiku telah jatuh cinta dengan setulus hati
padamu." Parasnya nona Kok bersemu merah mendengar katakatanya
yang tidak pakai tedeng aling aling, tapi ia masih bisa
bersenyum manis.
"Apa kau teras bercokol disini, tidak pernah berlalu sejak
kemarin kita bertemu?" tanya nona Kok.
"Ya," jawabnya sambil anggukkan kepala.
"Betul." si nona menegasi.
"Langit dan bumi menjadi saksinya. Sejak kemarin kau
meninggalkan aku sendirian di-sini, aku tak pernah berlalu
barang sedikit-pun dari sini."
"Kenapa begitu?"
"Ah nona, apa kau masih belum mengerti pengakuanku
yang terus terang tadi?"
Nona Kok tertawa. "Aku tidak menduga kau bisa berlaku
demikian," katanya.
"Nona, sekali sukmaku tertawan, olehmu, tak gampang
gampang aku menariknya pulang."
Kembali Nona Kok unjuk senyumnya yang manis.
"Nah baiklah," katanya. "Kalau kau memang bersungguhsungguh
hendak hidup bersama sama aku, akupun tidak
keberatan- Asal saja..."
Tok-kay gelisah hatinya, ketika melihat si nona tidak
meneruskan kata katanya.
Ketika ia mau membuka mulut, nona Kok sudah berkata
lagi. "asal saja kau dapat memenuhi dua syarat... "
"Katakan lekas syaratmu itu," memotong Tok-kay tidak
sabaran- Nona Kok berpikir sebentar.
"Syarat yang kesatu," katanya dengan sungguh-sungguh.
"kau yang banyak melakukan perbuatan berdosa, harus
menebus dosamu itu dengan merubah diri dari orang jahat
menjadi orang baik-baik dan menjalankan penghidupan dalam
kalangan kangouw sebagai pendekar untuk membela keadilan
dan menumpas kejahatan, bagaimana kau sanggup?"
"Sanggup, sanggup "jawab Tok-kay tanpa pikir pikir lagi.
"Bagus." kata lagi nona Kok. "Dan sekarang syarat yang
kedua, jalan lelaki yang menjadi suamiku harus ilmu silatnya
ada letih tinggi dan pada aku sendiri. Kalau kau dapat
memenuhkan dua syarat ini aku tidak keberatan untuk
menjadi isterinya." Tok-kay tertawa terbahak-bahak.
Ia pikir dua syarat itu terlalu ringan. Untuk merobah dirinya
menjadi orang baik-baik, apa susahnya" juga untuk
membuktikan ia ada lebih unggul, apa - sukarnya.
Nona Kok ada begitu lemah- lembut, yang kata peribahasa
kes amber angin juga akan sempoyongan, bagaimana ia bisa
tahan ilmu silatnya yang sudah dilatih banyak tahun " Maka
ketika itu juga, setelah ia menghentikan tertawanya kemudian
ia berkata kepada nona Kek.
"Nona, dua syarat itu aku terima baik. Supaya lebih cepat
kita mencapai buktinya, apa tidak lebih baik kalau kita mulai
dengan syarat yang kedua dahulu ?"
Nona Kok bersenyum. "Baik, itu bagus...." jawabnya.
Tok-kay tidak pandang mata kepandaiannya si gadis, maka
begitu ke duanya sudah siap bertempur, ia mendahului
berkata pada nona Kok. "Nona. silahkan kau menyerang lebih
dulu." Nona Kok bersenyum manis. Ia tidak sungkan-sungkan
lantas turun tangan menyerang.
Diluar dugaan sama sekali Tok kay, bahwa kepandaian
sinona ada sangat tinggi, sebab selanjutnya ia menempur si
nona telah menjadi keteter. Meskipun seluruh kepandaiannya
ia telah keluarkan, akan tetapi sia-sia saja.
Akhirnya, setelah dengan susah payah Tok-kay melayani si
nona puluhan jurus, pada jurus ke lima puluh entah
bagaimana nona Kok bergerak. tahu-tahu ia sudah terpental
sampai beberapa tombak dan rubuh ditanah sebagai
pecundang. Sampai disini Tok-kay Kang ciong menutur telah berhenti
sebentar, untuk menarik napas. Parasnya seperti yang
mengandung penuh penasaran-
Ho Tiong Jong yang terus mendengari penuturannya
sipengemis beracun yang panjang lebar, saat itu juga hatinya
tergerak untuk menyingkirkan pengemis jahat ini di-waktu ia
terbenam dalam lamunannya mengenangkan masa yang
lampau. Tapi heran tangannya tak dapat bergerak. rasanya
berat sekali. Inilah karena hatinya merasa tidak tega,
mengingat seorang yang begitu jahat seperti Tok-kay Kang
ciong masih punya perasaan cinta dan hendak memperbaiki
dirinya menjadi orang baik-baik" Tiba tiba Ho Tiong Jong
tertawa. "Hei, kau tertawai apa bocah?" tegur Tok kay.
"Aku tertawakan locianpwee, karena buat apa dimiliki itu
kitab Kumpulan Ilmu "Silat Sejati, kalau tidak dipelajari
sungguh-sungguh untuk mengalahkan lawan-"
"Haiii " seru Tok-kay seperti yang baru tersadar dari
tidurnya, berbareng ia memukulkan telapakan tangannya
kearah tanah, hingga berbunyi wut" dan tampak tanah serta
batu berhamburan diatas tanah tampak bekas telapakan
tangan yang memerah seperti darah.
Ho Tiong Jong sangat terkejut, ia tidak mengira reaksi dari
perkataannya tadi ada demikian hebatnya, Sementara ia
terbengong-bengong, Tok-kay telah berkata.
"Hei. bocah, apa kau sudah lihat barusan" Yang barusan itu
adalah ilmu Telapakan Tangan Berdarah yang termasuk dalam
ilmu hitam. Kau tahu bagaimana dahysatnya ilmu itu, entah
sudah berapa banyak jiwa melayang oleh karenanya, menurut
pendapatku ilmuku itu hanya orang yang berkepandaian
sangat tinggi saja baru menjadi lawanku yang pantas"
Ho Tiong Jong melihat, meskipun dimulut Tok kay
membanggakan pukulannya yang dahsyat, tapi diparas
mukanya tampak seperti yang mengandung penasaran-
"Locianpwe, ilmumu itu memang sangat hebat tapi heran,
aku seperti melihat diwajah locianpwee seperti yang
mengandung penasaran, kenapa?" Tok-kay anggukan
kepalanya. "Betul, aku memang ada mengandung penasaran" katanya.
"Penasaran dalam urusan apa ?"
"Penasaran karena meskipun aku sudah dengan sungguhsungguh
menarik pelajaran dari kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati belum juga aku dapat mencapai pada puncaknya
kemahiran. Buktinya saban kali aku berjumpa dengan Kok Lo
lo dan mengukur tenaga, penghabisannya aku kalah seketika.
Aku terus menjadi pecundangnya itu penghuni rumah es di-
Tay pek-san "
Tok-kay berkata-kata merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan sebuah kantong dari sutra indah, panjangnya
kira-kira lima dim, lebarnya tiga dim dan tebalnya setengah
dim. Mulut kantong diikat dengan seutas tali halus. Ketika
dikeluarkan isinya, ternyata ada kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati. Buku itu tampak dibakal main ditangan-nya Tok-kay, Tibatiba
parasnya kelihatan beringas, ia berkata dengan penuh
kekuasaan- "Hmm Bukan inilah yang membuat seumur hidupku
menjadi celaka"
Ho Tiong Jong melihat Tok-kay apa sedemikian marahnya,
takut ia akan membikin hancur kitab ilmu silat yang berharga
itu maka ia sudah berkata menghibur.
"Ia, locianpwe, mungkin Kok locianpwe tidak memberi
kesempatan karena locianpwe belum menurunkan syarat yang
pertamanya yang lelah locianpwe sanggupi ..."
"Hei, bocah, kau jangan kata begitu. Aku sudah delapan
tahun teluh mengubah perbuatanku yang lama. Selama itu
bukan saja aku tidak berbuat jahat, malah membunuh juga
seolah-olah pantangan untuku. Aku terus berubah semua ini
menjadi pendekar budiman, banyak orang aku telah tolong
dan menyebarkan budi kebaikan. Tapi hmm. perbuatan bukan
mendapat perhatian selayaknya dari Kok Lo lo, sebaliknya aku
mendapat kabar dia telah menikah dengan seorang piauwsu
bernama Lo Teng Kok di propinsi Ha pak. Tiga hari tiga malam
aku terus memikirkan kejadian itu, akhirnya hatiku yang panas
tak dapat dikendalikan lagi. Terus aku mencari Kok Lo lo
ketempat asalnya di Tay-pek-san, kemudian ke Ho pak. tapi
aku tak dapat menemuinya. Setelah enam bulan aku mencari
barulah aku menemuinya dan waktu itu dia masih memegang
janjinya untuk bertempur dengan aku. Waktu aku sudah jadi
sangat gemas, segera kita sudah bertempur hebat sekali.
Tapi, ya, apa mau dikata. Setelah bertempur ramai seratus
jurus lebih, kembali aku dikalahkan-.."
"Sayang..." Ho Tiong Jong nyeletuk.
"Bukan sayang lagi." kata Tok-kay, "sejak kekalahanku
paling belakang itu aku telah bersumpah jikalau ilmu silatku
sudah mahir betul aku akan mencari lagi dia dan bukan
mustahil kalau aku akan membunuh, dia karena aku merasa
sakit hati. setelah membunuh dia. pikirku, baru aku
membunuh suaminya..."
"Habis bagaimana, apa locianpwee berhasil memperdalam
ilmu dan mengalahkan Kok locianpwee?" menyelak Ho Tiong
Jong yang sudah tidak sabaran mendengarkan ceritanya.
"Bocah kau diam, dengarkan dahulu aku menutur." kata
Tok-kay sambil deliki matanya, seperti yang kurang senang
sedang enaknya cerita deselak orang.
---ooo0dw0ooo---
X. BAGAIMANA TOK-KAY MENEMUKAN AJALNYA"
Ho TIONG JONG ketawa nyengir. "Tapi dasar nasib,"
melanjutkan Tok-kay, setelah sepuluh tahun aku
memperdalam ilmuku, aku merasa aku masih belum dapat
menjatuhkan penghuni rumah es di Tay-pek-san, yang aku
tahu betul dia ada keluaran dari Hoa-san-pay dilihat dari ilmu
silatnya yang telah diperlihatkan dalam pertempuran
denganku. Pada suatu hari tiba-tiba aku mendengar bahwa dia sudah
bercerai dengan suaminya dan kembali ke gunung Tay-peksan
untuk tinggal dirumah es disana. Setelah mendapat kabar
ini, aku lantas mencari Lo Teng Kok untuk aku bunuh mati,
sayang aku tak dapat menemukannya. Setelah sekian lama
aku mencari dengan sia-sia, lantas dikalangan kang-ouw ada
tersiar kabar tentang kematiannya Lo Teng Kok.
Sejak mana sampai sekarang aku belum pernah menyatroni
rumah es di Tay-pek-san lagi. Tapi, hmm ada satu hari nanti
aku akan menjumpai dia dan membunuhnya mati, kemudian
aku beset-beset kulitnya nenek Kok itu, barulah hatiku merasa
puas. Ha ha ha..." -.^
Ia tertawa sambil menggerakkan tangannya. Segera terlihat
satu benda meluncur ke angkasa, kemudian jatuh nyangkut di
pohon yang tumbuh disamping kuil. Kiranya yang
diterbangkan tadi adalah kitab pusaka " Kumpulan Ilmu Silat
sejati" Meskipun waktu itu suasana ada gelap. tapi Ho TiongJeng
yang tajam matanya dapat melihat tegas meluncurnya kitab
tadi dan nyangkut diatas cabang pohon.
PiKirnya Tok-kay ini sudah menjadi gila, kitab pusaka yang
begitu berharga dilontarkan begitu saja, seperti juga ia
membuang sampah. Ia tak dapat didekati lebih jauh dan ia
hendak menyingkir daripadanya.
"Locianpwe, biarlah aku ambil kitab yang kau lontarkan
tadi." katanya sambil menggerakkan kakinya hendak berjalan,
maksudnya yang sebenarnya adalah ia hendak meninggalkan
pengemis gila itu
"Hei, bocah," menyegah Tok-kay." kau tak perlu mengambil
kitab sialan itu yang membikin seumur hidupku menjadi celaka
saja. Bukan sedikit karenanya aku menderita kecewa. Ada
satu hari aku nanti bikin musnah kitab celaka itu.
Ho Tiong Jong tidak menjawab. Diam-diam ia berpikir. Tokkay
ini sudah hampir gila, otaknya sudah mulai miring.
Sifatnya tak dapat dirubah, dalam alam pikirannya hanya
kejahatan dan kekejaman saja yang berbayang, seolah-olah
perbuatan itu sudah menjadi satu hoby kesenangan baginya.
Malam ini kalau aku tak dapat menbunuh dia, entah berapa
banyak lagi manusia tidak betdosa akan binasa di tangannya"
Dalam keadaan berpikir demikian, tiba-tiba terdengar Tok-kay
berkata lagi. "Bocah sekarang aku tidak akan menanya asal usulmu dan
juga aku tidak akan membikin celaka atau membunuhmu. Kini
kau boleh sebutkan minta pelajaran apa dari aku akan aku
turunkan pelajaran yang aku tahu kepadamu."
Ho Tiong Jong melengak mendengar perkataannya
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengemis yang ia sudah anggap gila ini. Entah apa sebabnya
Tok-kay ada demikian baik terhadapnya maka ia setelah
mengawasi sejenak lalu menanya.
"Locianpwee, sebab apa kau begitu baik terhadapku dan
tidak hendak membikin celaka" Sungguh aku yang rendah tak
mengira sama sekali, untuk kebaikan dan perhatian lo cianpwe
aku menghaturkan banyak terima kasih." Tok kay Kang ciong
tertawa bergelak geli.
"Bocah aku sendiri juga tidak tahu apa sebabnya aku jatuh
hati padamu. Rupanya itu memang sudah jodoh. Tabeatku
memang aneh. terhadup orang yang aku penuju dan
mencocoki hatiku, selalu aku ingin berbuat baik dan manis,
sebisanya aku ini ingin bikin ia senang dan gembira. Untuk
dia, orang yang mencocoki hatiku, aku rela mengurbankan
jiwaku. Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong merasa terharu juga mendengar katakatanya
sipengemis beracun, tapi dipikir lagi orang sekejam
dan sejahat Tok-kay ini seumur hidupnya tak akan berubah
sifatnya suka membunuh dan mencelakai orang. Memikir
kesitu, perasaan terharunya telah tersapu lenyap.
"Locianpwee," tiba-tiba ia berkata, "aku girang sekali kalau
locianpwee suka menurunkan kepadaku ilmu silat yang tinggi,
untuk aku menyakinkannya."
"Bocah, kau pintar bicara, hi ha ha..."
"Bukan pintar bicara, sebab kalau locianpwee menurunkan
ilmu kepalang tanggung aku kuatir akan memalukan nama
locianpwee. sebab sudah tentu orang akan mengetahui bahwa
aku mendapat pelajaran dari locianpwe." Tok kay Kang ciong
angguk anggukan kepalanya.
"Baiklah," katanya. "Selama tiga puluh tahun aku
menggodok macam-macam ilmu silat yang istimewa dan
menciptakan ilmu silat sendiri yang dinamai Tok-liong cianghoat
(ilmu telapakan tangan naga berbisa) Sememara hanya
tiga belas jurus, dapat digunakan bertanding dengan tangan
kosong atau pakai senjata. Hebatnya bukan main sayang
waktu aku bertanding dengan Kok Lo-lo baru saja aku
mainkan jurus- ketujuh keburu dijatuhkan olehnya sehingga
aku jumpalitan dan malunya bukan main."
Tok-kay bicara sambil memberi petunjuk. bagnimana
memainkan iimu silat lihay itu kepada Ho Tiong Jong. la kasih
demontrasi menjalankan ilmu itu sampai tiga belas jurus
kemudian minta Ho Tiong Jong coba meniru gerakannya:
Pemuda itu amat cerdas otaknya setelah tadi
memperhatikannya dengan cermat, ketika disuruh memainkan
sendiri apa yang diperhatikan tadi, ia dapat menjalankan
dengan baik meskipun ada sedikit kekurangan disana sini.
Dengan beberapa petunjuk perbaikan dari Tok kay, Ho
Tiong Jong sudah dapat menangkap dan dicatat dlotaknya
ilmu silat. "Tok Hong ciang-hoat" yang ampuh itu, warisannya
sipengemis beracun. Ia hanya tinggal menjalankan latihannya
saja supaya menjadi gagah memainkannya .
Diam-diam Ho Tiong Jong merasa kagum akan lihaynya
ilmu yang dipelajarinya itu. Menyerang dengan tenaga lunak
akan mengakibatkan binasanya musuh tanpa ampun- cara
menangkis serangan lawan dapat digunakan dengan terangterangan
atau tidak kelihatan, hingga membingungkan musuh.
Tok-kay yang menyaksikan Ho Tiong Jong begitu cerdas,
dalam tempo pendek sudah dapat menangkap inti sarinya,
malah sudah dapat mempertunjukkan beberapa jurus yang
dipelajari barusan, bukin main girang hatinya.
Ia belum pernah menemui pemuda yang demikian baik
otaknya. "Bocah, otakmu boleh juga" katanya tiba-tiba. "coba mari
ikut aku sekali lagi menjalankan dulu-dulu yang kau sudah
dapat catat diotakmu tadi."
Ho Tiong Jong anggukkan kepala lantas mengikuti
dibelakang Tok-kay, mengikuti segala gerak- gerakannya.
Tiba-tiba dalam hatinya timbul maksudnya yang semula
mendekati Tok-kay. Pikirnya saat itu ada satu kesempatan
baik untuk ia membokong sipangemis beracun dari belakang.
Begitu berpikir begitu ia ambil putusan, tangannya diurut
untuk menotok jalan darah pada punggungnya sipengemis
beracun, Terdengar Tok-kay bersuara. " Heh e" kemudian rubuhnya
rubuh ditanah. Ho Tiong Jong setelah menotok rubuh Tok kay hatinya
bukan main menyesal. Kenapa ia membunuh Tok kay yang
telah menurunkan ilmunya yang ampuh kepada dirinya" ia jadi
turut jatuh lemas disamping tubuhnya Tok-kay.
Ia menghela napas, ia menyesal, tapi jika dipikir sebaliknya
perbuatannya itu memang harus dilakukan untuk menolong
orang banyak dari kebinasaan ditangan Tok-kay. Pengemis
beracun itu perlu disingkirkan jiwanya siang-siang, sebab
dosanya sudah luber dari takaran-
Menghilangkan satu jiwa untuk menolong banyak jiwa,
itulah ada perbuatan yang harus dilakukan Ho Tiong Jong
menghibur dirinya sendiri.
Tapi biar bagaimana juga, batinya yang mulia tidak tega
melihat Tok kay dalam keadaan tidak bergerak menggeletak di
tanah, gara-gara perbuatannya tadi.
"Locianpwe harap kau maafkan perbuatanku ini. Aku
membunuhmu bukan karena aku jahat dan serakah, hanya
apa yang kuperbuat atas dirimu disebabkan untuk menolong
orang banyak dari kejahatan dan keganasan mu Semoga
arwahmu dalam baka tidak menyesalkan perbuatanku " Ho
Tiong Jong menangis, tak dapat ia menahan rasa terharunya.
Tiba-tiba ia rasakan tangannya yang berdekatan dengan
tangannya Tok-kay seperti di gigit nyamuk. ia menoleh pada
Tok-kay. Dilihatnya tubuhnya sipengemis beracun sudah kaku
dengan paras pucat pasi, kukunya sudah berubah berwarna
hijau ungu menakutkan. Ho Tiong Jong lantas bangkit berdiri.
Pikirannya kusut. Kemana ia harus pergi" Balik kembali ke
Seng-kee-po" Tidak mungkin, pikirnya karena hatinya merasa
jemu terhadap Pocu dari banteng itu yang kejahatannya
mungkin tidak lebih rendah dari Tok-kay yang sesarang
tengah menggeletak dihadapannya dengan tubuh kaku.
Ia menghela napas. Terdengar ia berkata sendirian-
"Dunia begini luas, tapi heran tidak ada tempat untuk aku
menarah kaki."
Ia dengan perlahan-lahan mengangkat kakinya
meninggalkan kuil yang akan merupakan kenangan tak mudah
dilupakan dalam riwayat hidupnya selanjutnya.
Ketika ia sampai dihalaman muka kuil tiba-tiba ia seperti
melihat ada bayangan orang yang berkelebat. Hatinya
tercekat, la tahu benar bahwa dalam kuil ini hanya ia dengan
si pengemis berdua, apakah ada orang ketiga disitu"
Bayangan itu seperti menyelinap dibalik pohon, akan tetapi
ketika ia menyelidiki, ternyata disitu tidak kedapatan manusia.
Ia penasaran, lalu balik masuk lagi kedalam kuil.
Hatinya terkejut, tatkala ia mendekati Tok kay, sipengemis
beracun kedapatan sedang berduduk seperti yang sedang
mengumpulkan ingatannya.
Mayat hidup, pikir Ho Tiong Jong. Ia pernah dengar orang
cerita memang ada mayat hidup, dapat mengejar orang, akan
tetapi larinya lurus (tidak dapat membiluk), maka kalau benar
Tok-kay menjadi mayat hidup dan menguber padanya, ia
sudah siap sedia untuk melompat kesamping supaya Tok kay
menyelonong lurus.
Mungkin Tok-kay menjadi mayat hidup disebabkan
kematiannya sangat penasaran kena dibokong olehnya.
Matanya Ho Tiong Jong terus mengawasi kepada Tok-kay,
siapa perlahan-lahan telah bangun berdiri.
Tiba-tiba matanya mengawasi kearah Ho Tiong Jong
tampak bengis sekali, menakutkan siapa yang lihat, tapi Ho
Tiong Jong sebisa nya telah menabahkan hatinya. Ho Tiong
Jong jadi kemekmek bengong. ketika mendengar Tok-kay
berkata. "Hei, bocah, benar-benar nyalimu kasar sekali. Aku yang
sudah puluhan belajar ilmu, mana dapat dibunuh olehmu
begitu mudah?" Kelihatan Tok-kay berkata seperti yang
merasa cemas. Tidak heran kalau ia merasa cemas, karena dalam dunia
yang luas ini tidak seorangpun yang dapat menyintai dirinya.
Ho Tiong Jong, pemuda yang menarik hatinya dan dengan
rela ia menurunkan ilmunya bukannya membalas budinya
bahkan ia coba membunuhnya. ia merasa tidak mengerti
sikapnya anak muda itu, maka ia menanya.
"Bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku demikian
kejamnya?"
Ho Tiong Jong menatap wajahnya Tok kay tanpa memberi
jawaban. "Hei, bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku?" tegur
lagi Tok-kay bengis.
Ho Tiong Jong bukannya takut terhadap Tok kay, hanya ia
marasa terharu dengan tegurannya Tok kay itu, sebab
perbuatannya memang tidak berbudi.
Tok kay seperti merasakan juga keharuan anak muda itu, ia
tak mendesak. hanya menanti apa jawabannya si anak muda.
Tak lama, Ho Tiong Jong telah memberikan jawabannya
dengan tenang. "Locianpwee, memang aku telah menerima kebaikanmu
yang besar sekali. Perbuatanku yang barusan itu memang tak
sepantasnya. sebab itu menandakan aku seorang yang tak
mengenal budi. Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan-
Tapi, ya aku berbuat demikian saking terpaksa... "
"Terpaksa?" Tok-kay nyeletuk, matanya berputaran galak
sekali. "Ya, aku terpaksa melakukan itu" jawab Ho Tiong Jong.
"sebab apa kau terpaksa" sebabnya, lekas kau katakan-"
"Sebabnya kau terlalu jahat "
"Hmm.."
"Ya, aku membunuhmu karena untuk kepentingan orang
banyak. menyingkirkan bencana disebabkan oleh tanganmu
yang ganas dan kejam, dengan lenyapnya kau dari dunia
lenyaplah sudah bencana bagi mereka yang tidak berdosa..."
Ho Tiong Jong tidak melanjutkan kata-katanya, karena
diselakoleh tertawanya si pengemis beracun yang bergolakgelak
menyeramkan. "Bocah, dengar aku berkata. Sejak suhuku mati, akulah
yang meneruskan memelihara ular beracunnya. Dalam tempo
sepuluh tahun belakangan ini dengan susah payah aku sudah
bisa simpan bisanya ular itu dalam kukuku. orang yang
terkena kukuku dalam tempo tiga hari orang itu akan
merasakan reaksinya racunku badannya akan kegatalan tak
terhingga dan racunku itu dapat menyerang pada jantung
sang korban- Dalam tempo tiga hari orang itu akan
menemukan ajal nya dengan mengenaskan. Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya...
"Apa hubungan apa racun dikukumU itu denganku?"
tanyanya. "Bocah, apa kau tidak merasa tadi ketika tanganmu
berdekatan dengan tanganku kau merasa seperti tanganmu
digigit nyamuk" Itulah racunku yang mematuk. bukannya
nyamut yang menggigit. Ha ha ha . . ."
Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya Tokkay.
Kiranya sipengemis tadi bukannya rubuh sewajarnya, hanya
berpura-pura saja.
Betul-betul Tok-kay sangat lihay, ditotok jalan darahnya
yang penting masih bisa menangkis dan dapat berpura-pura
seperti yang mati. Ya, apa daya" Sekarang sudah ketela njur,
usahanya gagal membunuh sipengemis beracun, sekarang
tentu Tok kay tidak mengerti dan akan mengambil jiwanya
juga. Ia menghela napas. "Locianpwe," katanya "aku sudah
berbuat salah terhadapmu, aku telah menerima kebinasaan
karena racunmu itu bahkan kalau perlu locianpwe boleb
penggal batang leherku sekarang juga."
Tok-kay dibikin kagum juga menghadapi keberanian si
pemuda. Diam-diam ia merasa sayang, Ho Tiong Jong tak dapat
dibikin taluk olehnya dan menjadi muridnya yang tersayang. ia
ingin mencoba hatinya Ho Tiong Jong apakah niatan
membunuh padanya benar-benar dengan tidak menyayangi
dirinya sendiri" "Hei, bocah, kau datang dekat kemari "
katanya. Ho Tiong Jong tidak takut, ia datang dekat pada
sipengemis. "sekarang cabut golokmu ?"
Ho Tiong Jong melengak. tapi tokh ia menurut juga
menghunus goloknya.
Diam-diam dalam hatinya merasa heran, kenapa ia selalu
menurut saja perintahnya ini pengemis kejam" Tapi" Tidak
bisa, Tok-kay terlalu tinggi ilmu silatnya. Jalan paling baik
memang ia selain menuruti saja perintahnya Tok-kay mau
tahu Tok-kay akan berbuat apa terhadapnya.
Tok kay setelah melihat semua penntah-nya dituruti saja,
diam-diam dalam hatinya menduga anak muda itu tentu tidak
tega akan membunuh lagi padanya yang kedua- kalinya maka
ia lalu berkata.
"Bocah, kau sekarang sudah terkena racun ku, selainnya
obatku sendiri yang dapat menyembuhkan racun dalam
dirimu, adalah si Dewi Racun Kong Jat Si yang dapat
menolong dirimu. Tapi sangat mustahil dalam tempo tiga hari
kau akan menemukan dirinya si tua bangka itu.
Sekarang begini, aku mau suruh kau memilih, apakah kau
benar-benar mengingini jiwaku tanpa menghiraukan
Kegiatanmu atau kau mau hidup sebagai pendekar jempolan
dengan mendapat seluruh kepandaianku."
"cara bagaimana memilihnya?" nyeletuk Ho Tiong Jong.
" caranya memilih itu diputuskan dengan hitungan dari satu
sampai tiga puluh."
"Aku masih belum mengerti."
"Hmm, bocah, kau sudah berkali kali mau mengambil
jiwaku karena menurut alasan untuk menghindarkan bencana
orang banyak karena perbuatanku. Aku lihat golokmu ini
tajam sekali, tentunya bukan golok sembarangan dan aku rela
mati dibawh golok ini kalau memang aku punya nasib ada
demikian akhirnya."
"Locianpwee. kau....kau..." Ho TlongJong menyelak gugup,
Ia merasa tidak tega dan terharu dengan kata-katanya
pengemis beracun itu.
"Hmm... kau jangan menyelak bicaraku bukankah kau mau
Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu caranya memilih dua soal yang aku katakan tadi."
Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia tundukkan kepalanya
dengan perasaan tidak karuan, hingga Tok-kay juga tergentar
hatinya melihat keadaannya anak muda itu.
"Bocah, kau dengar." katanya kemudian, "dongakkan
mukamu menghadap kearahku dan siap dengan golokmu yang
tajam itu. Sementara kau bersikap demikian, aku akan
menghitung dari satu sampai tiga puluh kalau hitunganku
cukup tiga puluh kau tidak bergerak, artinya boleh hidup
terus. Aku akan mengobati racun dalam dirimu, mengangkat
kau menjadi muridku yang tersayang. Seluruh kepandaianku
akan kuturunkan semua dan menjadikan kau sebagai satu
pendekar jempolan dalam kalangan kang-ouw. Kau sudah
mengerti sekarang ?"
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Nah, mari kau mulai?"
Tok-kay Kang ciong menatap wajahnya anak muda di
hadapannya yang sudah siap dengan golok tajamnya, ia
tampak bersenyum-senyum. Seakan-akan sudah rela untuk
mati dibawah benda senjatanya Ho Tiong Jong.
la percaya anak muda ini hatinya tidak tega menyabetkan
goloknya pada lehernya, kalau mengingat dengan berbuat
demikian ia berarti menolong jiwanya sendiri dari kematian.
Tegasnya kalau Tok-kay tidak mati, racun yang ada dalam
tubuhnya anak muda itu kukunya Tok-kay yang berbisa akan
mendapat obat pemuna h nyadan ia akan diangkat menjadi
muridnya yang tersayang dari pengemis tua yang kejam dan
telengas itu. Ia mulai menghitung.
"....satu dur- tiga empat...."
Selama Tok kay menghitung, otaknya Ho Tiong Jong
bekerja. Ia pertimbangkan antara kepentingan dirinya pribadi dan
orang banyak punya keselamatan- Hitungan sampai "delapanmasih
belum ada kesiapan- otaknya terus bekerja, akhirnya....
akhirnya... Belum lagi suara "las^ keluar dari mulutnya, goloknya Ho
Tiong Jong terayun dan tubuhnya Tok-kay sudah rubuh
dengan kepala terpisah.
Kepentingan orang banyak dapat kemenangan dalam
penimbangannya Ho Tiong Jong, maka ia sudah ayunkan
goloknya menabas batang lehernya pengemis kejam itu. Siapa
sebenarnya dapat menyingkirkan diri dari sabetan golok Ho
Tiong Jong, akan tetapi Tok-kay kali ini rupanya rela mati di
tangannya anak muda yang mencocokkan hatinya itu maka ia
tidak berkelit dan manda lehernya ditabas, sehingga darah
segar menyembur keluar dari lehernya sementara batok
kepalanya terjatuh ketanah.
Sampai disini berakhirlah riwayatnya pengemis beracun-
Tok-kay Kang ciong, yang namanya menggetarkan dunia
persilatan baik dikalangan hitam maupun putih. Ilmunya
Telapakan Tangan Berdarah yang diyakinkan dengan
menggunakan entah berapa banyak wanita hamil, sangat
hebat dan ganas, yang membuat lawan dan kawan segan
berurusan dengannya. Tidak dinyana kematiannya itu hanya
demikian, mudah saja.
Ho Tiong Jong setelah membunuh Tok-kay menjadi kesima
sendirinya, ia sendiri menjublek sekian lamanya mengawasi
tubuh nya Tok-kay yang menggeletak dengan kepala berpisah.
Tanpa terasa ia telah mengucurkan air mata, ia sedih karena
tahu Tok-kay ada demikian baik terhadapnya tapi ia sudah
membunuhnya juga karena dorongan jiwa kesatriyanya lebih
mementingkan orang banyak daripada dirinya sendiri.
Ia mengerti bahwa dengan matinya Tok-kay. jiwanya
sendiri tidak akan tertolong lagi karena bekerjanya racun
dalam tubuhnya, tapi ia rela menghadapi kematiannya itu asal
dapat menyingkirkan seorang yang paling jahat dan kejam
dalam dunia seperti Tok-kay itu.
Setelah sadar dari lamunannya, tanpa ragu-ragu Ho Tiong
Jong angkat mayatnya Tok kay dibawa kesamping kuil
diletakkan dibawahnya sebuah pohon, kemudian balik lagi
mengambil kepalanya.
Sebentar lagi ia sudah membikin lubang kuburan, dengan
hati-hati ia kubur mayatnya Tok kay dengan kepalanya
ditempelkan pada lehernya. Ia bekerja cepat, sebentar saja ia
sudah selesai mengubur mayatnya si pengemis jahat.
Sambil berdiri dengan hati terharu menghadapi kuburannya
Tok-kay, kelihatan Ho Tiong Jong kemak kemik mulutnya, ia
berkata- "Locianpwe, harap arwahmu dialam baka tidak
menjadi penasaran karena perbuatanku, sebab apa yang aku
sudah perbuat bukan karena serakah dan mempunyai
ganjalan hati terhadapmu adalah semata-mata di sebabkan
hendak menyelamatkan orang banyak yang akan
mengalamkan kebinasaan ditangan-mujikalau engkau terus
tinggal dikasih hidup, Kalau kau masih penasaran, baik
tunggulah kedatanganku dialam baka, karena racunmu yang
ada dalam tubuhku tidak lama lagi akan mengantarkan aku
kesana menjumpai kau...."
Setelah mengucapkan kata-katanya yang tidak kedengaran
itu tampak parasnya tidak begitu berduka lagi. Ia
mendongakkan mukanya kelangit, seakan-akan hendak
mengucapkan terima kasihnya ia sudah dapat menyingkirkan
seorang yang paling jahat dan kejam dalam dunia untuk
keselamatannya orang banyak.
Tiba tiba matanya kebentrok dengan kitab Kumpulan Ilmu
Silat Sejati, yang menyangkut pada cabang pohon, hatinya
berpikir. "Aku tidak lama lagi tokh akan mati buat apa aku
mengambil kitab pusaka itu?" la lalu duduk didekat kuburan
Tok-kay untuk mengasoh, sebentar lagi hari sudah mulai
terang. Ketika dia mendongakkan pula mukanya, ia lihat kitab
pusaka diatas pohon sedang dipatokin burung-burung. Saat
itu hatinya berbalik pikir, ia harus ambil kitab itu, sebab kalau
sampai jatuh ditangan-nya orang jahat ada sangat berbahaya.
Maka seketika itu lalu ia memanjat pohon dan mengambil
kitab berharga itu, terus dimasukkan dalam sakunya tanpa
dilihat lagi. Setelah berada dibawah lagi. pikirannya melayanglayang.
Kemana ia harus pergi" Merantau" Tak mungkin, karena
dalam tempo pendek jiwanya sudah melayang karena
pengaruhnya racun dari Tok-kay yang mengeram dalam
tubuhnya. Habis, kemana "
Akhirnya terlintas dalam pikirannya, sebaik nya ia pulang ke
Seng kec-po, untuk melaporkan kematiannya Tok kay kepada
nona Seng yang telah melepaskan dengan banyak budi
kepadanya, sekalian menemui saudara Kho Kie, sahabat
karibnya, akan tetapi ia tak mau memberitahukan pada Kho
Kie bahwa dirinya tidak lama lagi akan mati, supaya hati
sahabat karibnya itu tidak menjadi duka karenanya.
Demikian, setelah mengambil keputusan ia telah gerakan
kakinya menuju ke seng-kee-po. Belum lama ia jalan, ia telah
menemui sebuah kali yang jernih airnya, ia menghampiri dan
membersihkan mukanya yang kecipratan darah Tok kay tadi.
Tidak lama kemudian Ho Tiong Jong sudah sampai
dilapangan, dimana ada didirikan luitay (panggung berkelahi),
dimukanya sekali terdapat gedung tempat para tetamu
menginap. Disekelilingnya ada tempat duduk untuk orang menonton.
Bagian depan hanya dipergunakan bagi orang orang yang
ilmu silatnya sudah dikenal saja, sedangkan mereka yang ilmu
silatnya kepalang tanggung ditaruh disebelah belakang. Disitu
sudah banyak orang berkumpul yalah hari pertama dibukanya
pertemuan- Mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat.
Tampak yang duduk disebelah timur adalah angkatan tua
kebanyakan seperti hweshio, nikouw, jago-jago tua dari
kalangan hitam yang dahulunya ada ternama dikalangan kang
ouw. Dilain bagian tampak banyak pemuda pemudi yang
tampan-tampan dan cantik-cantik mereka kelihatan sangat
gembira bercakap-cakap. juga tidak ketinggalan kelihatan
Seng Pocu duduk diantara banyak tetamunya dengan wajah
berseri-seri. Hati Ho Tiong Jong berdebar ketika matanya melihat
diantara nona-nona yang hadir ada satu nona yang wajahnya
ramai dengan senyuman, kecantikannya menonjol diantara
yang lainnya. Sujennya yang menjadi kalau ia bersenyum atau
ketawa membikin yang melihatnya tak mudah melupakannya.
"Dia tentu ada adik Hong." Ho Tiong Jong pikir dalam
hatinya, dia benar-benar sangat cantik, entah apakah
kenakalannya masih biasa setelah ia sekarang sudah menjadi
gadis" Banyak nona-nona cantik lainnya, seperti cong Ie dari oeysan.
Lo lo sat Ie Ya. Lauw Hong In dari Lauw kechung di Kimleng,
ciauw Soe Soe dari ciauw- ke- Chung dan lain-lainnya,
tapi kelihatan kecantikan mereka tidak ada yang nempil pada
kecantikannya Kim Hong Jie.
Ho Tiong Jong menyelinap dan menonton dengan
sembunyi-sembunyi diantara orang-orang penjaga rumahnya
Seng Pocu yang matanya semua ditujukan ke panggung
berkelahi, maka tidak mengetahui kalau ada Ho Tiong Jong
diantara mereka.
Semua tetamu juga tak menggubris kedatangannya Ho
Tiong Jong, karena perhatiannya lebih penting ditujukan
kepanggung luitay bercakap-cakap diantara kawannya.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong lihat ada melesat naik keatas luitay
seorang yang berbadan tinggi besar. Siapa setelah menjura
kepada para penonton, lantas mengumumkan syarat-syarat
mengadu silat diatas luitay yaitu pertama menghadapi wakil
Taycu kesatu dalam tiga puluh gebrakan, bertanding dengan
tangan kosong, babak ke dua. dua puluh gebrakan melawan
wakil Taycu kedua boleh menggunakan senjata.
Kalau orang dapat melewati dua wakil Taycu ini, kemudian
Hikmah Pedang Hijau 17 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Amarah Pedang Bunga Iblis 1