Pencarian

Golok Sakti 6

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 6


reaksi yang menyolok tapi diam-diam dalam hatinya hanya
tuhan saja yang tahu.
Ho Tiong Jong meski bukannya satu anak hartawan, satu
kongcu tapi tingkah lakunya yang polos dan jujur, serta
wajahnya yang cakap menarik membuat nona Seng tidak bisa
melupakannya, ia ingin menarik pemuda ini kedalam
komplotannya mau menggunakan tenaganya dalam usahanya
sang ayah yang hendak menjagoi dalam kalangan persilatan-
Akan tetapi ternyata pemuda itu ada keras hati dan menolak
keras ketika ia hubungi dan membujuknya. Anak muda itu
sekarang sudah mati, Apakah benar dia sudah mati"
Nona Seng masih menyaksikan anak muda itu pendek
umur, apalagi kalau ia ingat ketika bertemu dengannya, ia
kelihatan segar bugar.
Banyak pemuda-pemuda cakap dari tingkatannya, tidak ada
satu yang dapat merebut hatinya Seng Giok Cin. Tapi
terhadap Ho Tiong Jong sekali ia pernah ketemu dibawah
terang bulan ketika ia menyamar sebagai pemuda pelajar,
lantas hatinya sudah jatuh dan tak dapat melupakannya.
"Dia mati..." demikian ia berkata sendirian, ia terbengong
sesaat lamanya, kemudian terdengar pelahan napasnya .
Matanya yang jeli tiba-tiba melihat ada bayangan dibalik
pohon. Diam-diam dalam hatinya berpikir, "Malam-malam begini
ada orang yang cari mampus."
Ia pura-pura tidak mengetahui ada orang di balik pohon itu
dengan maksud hendak mencekuk orang tadi.
Ketika si nona sudah datang dekat, orang itu berkelebat
dan sembunyikan diri lagi di balik pohon lain.
Diam-diam Seng Giok Cin merasa kaget juga, karena
kegesitannya orang itu ada diluar dugaannya, ia ragu-ragu
apakah ia sebentar berhasil mencekuk batang lehernya"
Ia masih tetap berpura-pura tidak mengetahui dan
menghampiri pohon dibalik mana orang itu mengumpat. Kirakira
dua tumbak jaraknya dari pohon itu, tiba-tiba Seng Giok
Cin membentak. "Penjahat bernyali besar, jangan lari, nonamu akan bekuk
batang lehermu" berbareng ia melancarkan serangan kepada
orang itu, yang saat mana rapanya hendak melarikan diri lagi.
orang tahu dirinya diserang, orang itu berbalik dan
menyambuti serangan Seng Giok cin bukan enteng, sebab ia
mengerahkan tenaganya hampir delapan bagian, tapi heran,
orang ini menyambuti serangannya dengan seenaknya saja,
sedikitpun tidak bergeming dari tempat berdirinya.
"Penjahat, kau siapa?" tanya nona Seng, ketika melihat
serangan dahsyatnya tidak membawa pengaruh apa-apa.
Tapi orang itu tidak menyahut hanya lalu gerakkan kakinya
hendak lari lagi, Seng giok cin jadi sengit " orang jahat lihat
nonamu akan mengambil jiwa anjingmu" ia membentak.
berbareng melancarkan serangannya yang kedua kali dengan
tipu Pek-pok ciang-it atau Bangau putih mengibaskan
sayapnya."
Serangan ini ada berat, karena tenaga yang dikerahkan
oleh si nona hampir sepuluh bagian, tapi herannya, lagi-lagi
orang itu dapat menyambuti serangannya dengan seenaknya
saja. Malah kali ini ia membalas menyerang dengan
mengibaskan lengan bajunya yang mengeluarkan angin keras,
hingga si nona terpotong mundur.
Kesempatan ini digunakan oleh orang itu untuk enjot
tubuhnya melesat melarikan diri. Tapi si nona tidak tinggal
diam, ia mengejar dengan gesit sekali.
"Nona Seng, kaujangan salah paham. Kedatanganku
bukannya bermaksud jahat." demikian sinona mendengar
orang itu berkata, yang membikin seketika itu ia hentikan
mengejarnya dan orang itu pun lantas lenyap dari
pemandangannya. Nona Seng berdiri menjublek sekian
lamanya. "dia, apa benar dia....?" akhirnya ia menanya pada diri
sendiri seketika itu lantas terbayang pemuda tampan dan polos
didepan matanya. "kalau begitu dia tidak mati, oh, benar
barusan ada suaranya dia..."
Seng Giok Cin berkata-kata sendirian, ia seperti
mengenangkan seseorang dan orang itu pun bukan lain Ho
Tiong Jong adanya.
Memang orang tadi ada Ho Tiong Jong. Karena gelap dan
jaraknya pun ada sedikit jauh, maka Seng Giok Cin tak dapat
mengenali dengan tegas, Hanya dari suaranya ia kenali betul,
itu adalah suaranya Ho Tiong Jong, pemuda yang memikat
hatinya. Dalam bengong memikir hatinya si pemuda tampan itu.
Seng Giok Cin kalang- kadang tampak menyungging
senyuman- "Aku tidak sangsikan, benar dia... dia tidak mati..." kembali
terdengar si nona berkata kata sendiri, "Tapi, dia sudah
datang mengapa sudah lari lagi" Apa maksud kedatangannya
kesini." Si nona jadi meragukan kelakuannya Ho Tiong Jong.
Tapi biar bagaimana, hatinya sudah merasa lega karena
kini seolah-olah ada angin mujijad yang menyapu
kedukaannya tadi, ia mengenakan akan kematiannya si anak
muda. Perlahan lahan ia berjalan masuk kerumah dan didalam
kamarnya ia duduk termenung-menung. Tidak lama, ia
memeriksa keadaan kamarnya. Ia menduga jangan-jangan Ho
Tiong Jong sudah masuk kekamarnya, karena kedatangannya
anak muda itu kesitu tentu mencari dirinya.
Ketika matanya menyapu pada dinding tembok^ hatinya
berdebaran, karena disitu sudah tidak kelihatan lagi golok
pusakanya, sebagai gantinya ada secarik kertas menempel
disitu ia lalu menghampiri dinding itu dan jumput secarik
kertas tadi, yang ia baca bunyinya, "Nona Seng, aku harap
kau rela meminjamkan golokmu padaku, karena seperti kau
tahu, aku paling suka menggunakan senjata golok. Tapi ada
suatu hari, aku nanti akan kembalikan padamu dengan tidak
kurang suatu apa"
Meskipun secarik kertas itu tidak ada tanda tangannya,
Seng Giok Cin tahu bahwa itu ada tulisannya Ho Tiong Jong.
Kembali Seng Giok Cin bengong, secarik kertas ditangannya
tanpa dirasa telah diremas-remas, sejenak romannya tampak
seperti yang geregetan, Memang ia gemas pada pemuda
pujaannya itu, karena itu, karena dia datang dengan cara
sembunyi-sembunyi, tidak mau terang-terangan menemui ia,
yang sebenarnya ada kesempatan yang baik malam itu
mereka berjumpa dalam taman bunganya yang indah.
---ooo0dw0ooo---
XVII. LOLOS DARI TAHANAN.
MENGAPA Ho Tiong Jong tidak mau menemui Seng Giok
Cin" Mari kita tuturkan keadaan pemuda itu, setelah ia diperiksa
oleh Kim Toa Lip dan co Tong Kang yang dianggapnya sudah
mati. Dengan kecerdikannya Ho Tiong Jong tatkala itu telah
dapat melebihi dua tokoh kawakan dalam Perserikatan
Benteng Perkampungan- Ia sebenarnya tidak mati,
Tok kim-chi dari ceng ciauw Nikow sudah kena ia gigit,
kemudian dibuang kedalam air yang merendam dirinya, tanpa
dilihat oleh co Tong Kang yang terus menganggap bahwa
senjatanya si nikow mengenakan dengan telak pada mulutnya
Ho Tiong Jong, ia telah menggunakan kepandaiannya
istimewa untuk membikin dirinya tidak bernapas seperti orang
mati, kepalanya teklok dan tubuhnya lemas. Kalau saja ia
tidak dirantai pada tiang batu, terang ia bisa rubuh dan
tenggelam dalam air.
Kepandaian istimewa itu telah membuat Kim Toa Lip dan co
Tong Kang kena dikibuli mentah-mentah .
Tatkala ia melihat dua orang itu berlalu meninggalkan
dirinya, lantas ia menyelesaikan pekerjaannya mengikir rantai
dan tidak lama kemudian ia sudah merdeka. Kebetulan sekali
waktu ia bekerja itu tidak ada orangnya Seng Eng yang
melongok dirinya.
Bukan main girangnya Ho Tiong Jong setelah merdeka, ia
lalu berdamai dengan co Kang cay bagaimana mereka bisa
keluar dari "neraka" itu.
Si orang tua she co, yang mengetahui betul selak-beluknya
bangunan penjara air itu lantas menunjukkan jalan keluar,
yalah melalui got yang menyalurkan keluar air dalam penjara
itu kalau sudah tak diperlukan lagi.
Dengan mengikuti petunjuk co Kang cay tidak sukar Ho
Tiong Jong sudah dapat keluar dan penjara air itu dengan
melalui got tersebut.
Sampai diluar, ia girang dapat menyedot lagi hawa udara
yang segar. Pikirnya, ia hendak menemui nona Seng, minta penjelasan
sebenarnya untuk apa ia di tahan dalam penjara air itu"
Keadaan waktu itu sudah malam.
Bulan sabit tampak selulup timbul saja di balik awan yang
tebal. Dengan menggunakan kepandaiannya dalam sekejapan
saja ia sudah sampai di rumahnya Seng Eng, saat itu sudah
malam, tentu Seng Giok Cin berada dlkamarnya, ia mau pergi
kesana, tapi ia tidak tahu dimana letaknya.
Tiba-tiba sedang ia kebingungan dapat melihat ada pelayan
perempuan mendatangi kearahnya, ia cepat mengumpat
ditempat yang gelap. ketika pelayan itu datang dekat ia sudah
sergap dengan tiba-tiba.
Pelayan itu hendak berteriak. tapi keburu diancam oleh Ho
Tiong Jong akan dibunuh kalau berani beterlak. maka ia jadi
ketakutan setengah mati dan minta ampunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dari mulutnya pelayan itu Ho Tiong Jong dapat tahu
dimana letak kamarnya nona Seng, maka setelah menotok si
pelayan itu jangan dapat bergerak. Ia lantas pergi ke kamar
Seng Giok Cin- Dari jendela yang terbuka ia mengintip. ternyata di dalam
tidak ada nona Seng. Kemana dia" Demikian tanyanya dalam
hati. Matanya tiba-tiba memandang pada golok pusaka yang
tergantung didinding dekat tempat tidurnya sinona. Hatinya
sangat ketarik, maka tanpa dirasa ia sudah manjat dan masuk
kedalam melalui jendela tadi.
Dalam kamar keadaannya sangat mewah perabotannya,
bau harum menusuk kehidung-nya, hingga Ho Tiong Jong
menghela napas, kapan mengingat nasibnya yang buruk.
Ia ambil golok yang menarik hatinya itu lalu dihunusnya
dan ia dapat kenyataan itulah ada golok pusaka yang luar
biasa tajam. Mengingat dalam perjalanannya ia memerlukan golok.
maka ia menulis di sepotong kertas dan ditempelkan sebagai
gantinya dimana golok tadi tergantung, ia percaya Seng Giok
Cin tidak akan marah goloknya itu dipinjam, mengingat tempo
hari si nona dengan suka rela telah menghadiahkan
kepadanya golok berikut kudanya sekali untuk ia pesiar
dipegunungan Hui cui-san.
Ia keluar lagi dengan pikiran masgul tidak menemui si
jelita. Tiba tiba ia lewat di taman bunga ia nampak ada bayangan
orang yang sebentar duduk dan sebentar berdiri, jalan
mundar-mandir dengan saban-saban menarik napas seakanakan
ada yang dipikirkan dalam-dalam oleh orang itu.
Kapan ia datang lebih dekat, kiranya orang itu ada Seng
Giok Cin sendiri, yang justeru ia sedang cari. Apa itu yang
sedang dipikirkan oleh si nona ia tidak tahu, ia hendak
menghampiri dan menegur, tapi tiba-tiba dalam otaknya
berkelebat suatu pikiran yang mencegah ia berbuat
sebagaimana dimaksud semula.
Ia jadi menghela napas dengan diam-diam, Kenapa Ho
Tiong Jong tidak berani menemui nona Seng.
Itulah karena pemuda itu pikir, percuma saja, ia banyak
bicara, karena tokh jiwanya bakal binasa dalam satu dua
malam ini karena pengaruh racun Tok-kay.
Ia tahu si nona ada menaruh hati padanya, ia tahu si nona
sangat memperhatikan diri- nya, akan tetapi ia takut bicara
terus terang pada nona Seng tentang dirinya terkena racunnya
Tok-kay, karena ia tidak mau membikin orang berduka
hatinya. oleh sebab itu, ia jadi mengumpet dibalik pohon mengawasi
gerak-geriknya nona Seng, sehingga perbuatannya itu
dipergoki dan terjadilah saling serang seperti dituturkan di
sebelah atas. Ho Tiong Jong setelah meninggalkan Seng Giok Cin, lantas
masuk pula kedalam penjara air melalui saluran dari mana ia
semula keluar. Mukanya berseri-seri, tampaknya ia seperti
kegirangan- Ho Tiong Jong girang" Memang benar, anak muda itu
kegirangan, karena ia sekarang sudah mempunyai golok
pusaka miliknya keluarga Seng.
Dengan golok ini, pikirnya ia dapat menggempur kamar
tahanan Co Kang Cay dan menolong keluar orang tua itu
untuk diajak ke kota Yangclo melihat bangunan gununggunungan
yang aneh yang riwayatnya sangat menarik
hatinya. Pikirnya, kalau saja ia ada jodoh bisa mendapatkan dua
benda ajaib itu yang berupa baskom gaib dan patung kumala
hangat si cantik, ia selainnya menjadi seorang wangwee
(hartawan) yang dermawan, juga ilmu silatnya akan mendapat
kemajuan dan mungkin sukar mendapatkan tandingannya.
Demikianlah, dengan penuh pengarapan ia telah mulai
menggempur batu kokoh yang mengurung Co Kang cay
didalamnya, Perlahan tapi tentu ia sudah bisa membobok
tembok batu yang konon yang kuat itu berkat bantuan golok
pusaka, akan tidak lama kemudian Ia sudah dapat membikin
sebuah lubang dan masuk kedalamnya.
Disitu ia dapatkan siorang tua sedang rebah, parasnya
mengunjukkan ketakutan-"Aaaa, lopek" kata Ho Tiong Jong,
"akhir nya aku dapat masuk juga kekamarmu."
"Tapi, ah, kau..." orang tua itu terputus bicaranya.
"Kau kenapa lopek?" tanya Ho Tiong Jong.
"Tapi, kau sebenarnya tidak seharusnya membongkar


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamar tahananku, nanti kalau Seng Pocu tahu, celakalah
diriku." "Dari sebab itu, kita harus lekas-lekas dapat keluar dari
sini" jawab Ho Tiong Jong "mari, kita lekas keluar."
"Tiong Jong, mana dapat kau berbuat begitu, aku sudah
tua, tak ada gunanya sekalipun kau dapat menolongnya
keluar. Umurku juga sudah tidak seberapa lagi, Paling celaka,
manakala aku nanti kena ditangkap lagi diriku akan disiksa,
Seng Eng tentu tidak akan membiarkan aku pergi, ia akan
mencarinya sampai dapat."
"Lopek, kau jangan banyak berpikir kesitu. Bukankah kau
pernah berkata bahwa satu waktu kau ingin melihat lagi
sinarnya matahari?" orang tua itu terdiam.
"Lopek. disana diluar kamar tahanan ada menantikan
matahari yang akan menyinari dirimu lagi. Dua puluh tahun
kau dikeram disini tanpa dapat melihat lagi sinar matahari pagi
dan sore, tidak heran kalau kau sangat merindukannya,
bukan?" Kembali co Kang Kay tidak memberikan jawabannya.
"Kau tidak mau ikut aku menyingkir dari neraka dunia ini?"
tanya Ho Tiong Jong. co Kang cay geleng geleng kepala, "Aku
takut, betul-betul aku takut..." katanya.
"Baiklah, kalau begitu peryakinanmu yang sudah dua puluh
itu akan percuma saja. Pengharapanmu selama duapuluh
tahun itu akan sia-sia..."
"Hai, urusan apa yang kau maksudkan ?" menyelak si
orang tua. "Ha ha ha, lopek, apa kau sudah lupa tempo hari ada
berkata padaku, bahwa kau ingin melihat itu bangunan
gunung-guuungan yang mengandung rahasia ajaib" Apa
bukannya kau yang tadi berkata, bahwa kau sudah yakin akan
dapat memecahkan jalanan rahasia di-sana menurut theorimu
yang sudah kau yakinkan banyak tahun itu ?"
"Kau maksudkan guuung-gunungan dikota Jang co ?"
"Bagus kalau kau masih ingat."
Co tiang cay tergerak batin ya, Memang ia berpengharapan
ada satu waktu ia bisa keluar dari tempat tahanan itu dan
mengunjungi bangunan aneh itu untuk membuktikan apakah
theorinya betul akan mendapatkan jalanan rahasia masuk
kedalamnya gunung-gunungan itu yang membawa riwayat
aneh luar biasa, ia ingin pergi kesana, hatinya gembira, tapi
lantas padam lagi kegembiraannya itu bila mengingat keadaan
dirinya waktu itu.
Ia jadi menghela napas dengan paras lesu, "Lopek, kau
kenapa berduka?" tanya Ho Tiong Jong.
"Kau tidak tahu, Tiong Jong meskipun aku dapat keluar dari
sini, cuma membikin kau berabe saja, sebab aku sekarang
sudah tidak bisa bergerak leluasa seperti dahulu, Lengan
tangan dan kakiku rasanya susah digerakan, ah...,. . nasib."
Orang tua itu sangat berduka, ia seperti kepingin nangis,
tapi air matanya sudah kering.
Maka hanya terdengar beberapa kali ia menghela napas.
"Lopek. kau jangan kesal." menghibur Ho Tiong Jong, "aku
sanggup membawa kau keluar dari sini."
"Tiong Jong, kau sangat berbudi. Semoga Allah selalu
melindungimu....." kata co Kang cay dengan penuh rasa
terima kasih. Perlahan-lahan ia bangkit dari rebahannya dan coba berdiri,
sebelum ia mencoba kakinya untuk berjalan, Ho Tiong Jong
sudah menyamber tubuhnya dan dibawa keluar dari kamar "
neraka" itu.
Sambil menggendong co Kang cay, pemuda yang berbudi
luhur itu, jalan sepanjang got untuk membuang air, yang
cukup luas untuk mereka lewat tanpa mendapat halangan
apa-apa. Tiba-tiba mereka mendengar dari arah depan ada kaki
orang berjalan masuk. Mereka jadi kaget, siapakah orang itu"
ia bukan lain dari Seng pocu yang gedang muncul sendiri.
Seng Eng ketika mendapat laporan dari co Tong Kang,
bahwa mayatnya Ho Tiong Jong dilarikan orang dalam hati
sangat cemas, Maka lantas pergi kekamar bukunya dan dari
tempat yang rahasia ia mengambil keluar segulung peta dari
bangunan penjara air. ia meneliti dengan seksama jalanannya
saluran air itu sampai dimana ternyata sampai dibelakang
rumahnya di kebun bunga.
Lalu dari ini ada lagi jalan melalui satu tutupan dari besi
yang dapat terbuka dan tertutup sendiri, yalah jikalau air
dalam kamar tahanan meluap dapat mendorong itu tutupan
menjadi terbuka, jikalau sedang air surut tutup itu tertutup
sendirinya. Dilihat dari keadaan dua jalan membuang air, itu yang
tersebut duluan adalah jalanan yang paling gampang
ditempuh untuk orang melarikan diri dari penjara air.
Meskipun demikian menurut pikirannya Seng pocu adalah
tidak gampang diketahui oleh orang orang tawanan, jikalau
tidak mengetahui dengan betul jalanan itu, yang memang ada
dirahasiakan- Pembangunan jalanan air itu Seng Eng telah borongkan
pada satu pemborong she le, tapi orang ini bersama-sama
anak buahnya setelah selesai membikin saluran rahasia itu
telah dibunuh mati semuanya, inilah tindakan kejam, tapi
Seng Eng anggap itu ada satu keharusan ia lakukan untuk
menutup rahasia jalanan itu jangan sampai diketahui oleh
orang luar. Orang shw ie itu sudah mati, tapi sekarang bagai mana
orang dapat mengetahui jalanan rahasia saluran air itu" Seng
Eng jadi bingung. orang-orang penting dari "Perserikatan
Benteng Perkampungan" memang mengetahui hal itu, akan
tetapi mereka semua sudah bersumpah untuk tidak
membocorkannya.
Seng Eng mengingat akan kawan-kawannya yang
mengetahui hal itu, hatinya timbul ragu-ragu, apakah
diantaranya ada yang mengingkari sumpahnya"
Maka pada malam itu, setelah ia memeriksa peta tersebut,
lalu mengambil senjatanya ci Jit pian (cambukjari matahari),
suatu senjata cambuk pusaka dari keluarga Seng, panjangnya
satu tumbak, besarnya sebesar jari kelingking, bersinar
berkilauan- Pada ujung pegangannya diperlengkapi dengan
dua puluh dua butir mutiara merah sebesar senjata
rahasianya. Dengan membekal senjata pusaka ini, Seng Eng telah bikin
pemeriksaan dan masuk juga kedalam lobang got, dimana
secara kebetulan ia sudah berpapasan dengan Ho Tiong Jong
yang sedang hendak keluar melalui jalanan itu.
Ho Tiong Jong telah turunkan co Kang cay dari
gendongannya, lalu menghunus goloknya untuk siaga
menghadapi kemungkinan.
Berdua telah mencoba untuk sebisa- bisa menahan
napasnya, jangan sampai terdengar oleh orang disebelah
depan, tapi apa mau telinganya Seng Eng sangat tajam, suara
tarikan napas mereka tidak terlolos sebagaimana yang diharap
oleh merek berdua. Dengan pelahan-lahan Seng Eng jalan
menghampiri mereka.
Ho Tiong Jong cepat menggendong co Kang cay balik
masuk. kemudian mengumpat dibalik kamar tahanan-
Sebentar lagi tampak Seng Eng sudah lewat didepannya.
siapa lantas melakukan pemeriksaan didalam situ, justeru
kesempatan ini digunakan oleh Ho Tiong Jong untuk lari
nerobos melalui got tadi lagi.
Gerakannya tidak terluput dari perhatian nya Seng Eng,
sebab ia lantas balikkan tubuhnya dan menguber. Ho Tiong
Jong sudah berada diluar, Seng Eng juga cepat sudah
menyusulnya . "co lopek, kau tunggu sebentar, aku akan tempur
padanya,." kata Ho Tiong Jong, sambil turunkan orang tua
dari gendongannya dibawah sebuah pohon-Sebentar lagi Seng
Eng sudah berada didepannya, membentak dengan suara
keras "Hei, siapa kau, berani mati masuk bikin onar
ditempatku ?"
Matanya berbareng melirik pada co Kang cay, hatinya
sangat mendelu, sebab pemuda didepannya ini rupanya
hendak membawa lari pada orang she co yang ia sudah
kurung selama dua puluh tahun lamanya
Seng Eng tidak mengenali Ho Tiong Jong yang mukanya
kotor hitam. Memang sengaja Ho Tiong Jong bikin mukanya yang
tampan dilapis dengan lumpur, supaya orang tidak mengenali
dirinya, yang dianggapnya sudah mati Bentakan Seng Eng tak
mendapat jawaban
Tentu Seng Eng Pocu menjadi marah, ia belum pernah
mendapat sambutan acuh tak acuh dari seseorang yang
ditegurnya. Maka ia lalu menyerang dengan angin kepalannya,
tapi pemuda itu dengan seenaknya saja telah mengegos dan
serangan Seng Eng telah mengenai sasaran kosong.
Kembali Seng Eng melancarkan serangan hebat, tapi juga
seperti yang pertama tidak mendapatkan maksudnya. Hal
mana membikin jago benteng Seng kee-po itu menjadi heran
lawannya hanya mengandalkan kegesitannya sudah dapat
mengegoskan dua serangannya ya tidak sembarangan orang
dapat meloloskan diri dari pukulannya itu
Mengetahui lawanan berat, maka Seng Eng keluarkan
cambuknya yang dibuat andalan dalam hidupnya malang
melintang di rimba persilatan
Lawannya telah mengeluarkan goloknya yang berkilauan
kena kesoroti rembulan.
Hatinya Seng Eng terkejut, karena ia seperti mengenali
golok itu ada golok miliknya yang tergantung dalam
kamarputerinya.
"orang liar, lekas katakan, kau dapat curi darimana golok
itu?" ia membentak.
Tapi lawannya tidak menjawab, hanya menyerang dengan
senjatanya, hingga Seng Eng sangat mendongkol, ia pun
lantas gerakkan senjata cambuknya, hingga lawan itu dalam
sekejapan saja sudah bertarung ramai sekali.
Co Kang cay menonton dibawah pohon dengan hati kuatir,
diam-diam ia berdoa supaya Tiong Jong diberi kekuatan dapat
mengalahkan Seng Pocu yang kejam.
Ho Tiong Jong membikin bingung lawannya, sebentar ia
mainkan tipu-tipu serangan keluaran Hoa-sanpay, lalu Siauwlim-
pay, kemudian Bu tong-pay. Terutama permainan golokkeramatnya
yang membikin Seng Eng sangat kagum.
Dari mana datangnya anak liar ini" Demikian diam-diam
Seng Eng menanya pada diri sendiri, sementara itu serangan
yang gencar dari pihak lawan yang menggunakan tenaga im
(lemas) dan yang (keras) membuat Seng Eng tak tetap
menyerang dengan senjata cambuk pasakanya.
Sebagai sat ujago kawakan, yang sudah mempunyai nama
dalam kalangan kangouw, terang Seng Pocu tidak mau
mengalah terhadap lawannya yang masih sangat muda. Tapi
bagaimana juga ia ngotot, kenyataannya ia bukan tandingan
sang lawan- Beberapa kali goloknya lawan hendak mampir ditubuhnya,
akan tetapi tidak jadi, rupanya sang lawan seolah-olah
menaruh belas kasihan-
Perbuatan mana bukannya tidak diketahui oleh Seng Eng,
maka juga diam-diam hatinya mulai gentar menghadapi
lawannya yang lihay. Sebenarnya, baru kali ini ia menghadapi
lawan berat. Satu kali cambuknya sudah dapat mendekati tubuh lawan,
tapi goloknya musuh ada sangat cepat dengan satu sontekan
yang oleh ujung golok, senjatanya Seng Eng telah dibikin
terbang melayang-layang.
Seng Eng kaget, cepat ia melesat menyambuti cambuknya,
kemudian ia hadapi lagi pemuda lihay itu. ia sebenarnya
keder, tapi sebagai satu jago kenamaan ia tidak mau
menyerah kalah mentah-mentah.
Apalagi hatinya sangat panas bila melihat co Kong cay
pikirnya, kalau bisa ia akan membunuh dua orang itu.
Kembali pertempuran telah berlangsung dengan ramai
sekali. Cambuknya Seng Eng menari dan mengurung Ho Tiong
Jong, akan tetapi anak muda itu dengan tenang putar
goloknya yang tajam.
Sungguh indah sekali kelihatannya dua senjata itu
dimainkan oleh dua orang yang mahir menggunakannya.
Dua-dua mengeluarkan ilmu serangannya yang hebat,
maka tidak heran kalau kejadian itu telah membikin co Kang
cay melongo, sekalipun ia sebenarnya tidak tahu apa-apa
dalam hal ilmu silat, Hatinya merasa lega, karena melihat
"jagonya" seperti berada diatas angin.
Meskipun cambuknya Seng Eng mengulung, tidak dapat
berbuat banyak. Tubuhnya Ho Tiong Jong sangat gesit, ia
pergi datang menyingkir dari sabetan pecut yang lihay,
sementara goloknya berkelebatan seolah-olah malaikat elmaut
hendak meminta korban, Berbagai tipu silat simpanan sudah
dikeluarkan oleh seng Eng, tapi tetap lawannya yang masih
sangat muda dapat melayaninya dengan bagus sekali. "
celaka?" Demikian ia menghela dalam hatinya.
Ia kerahkan seluruh tenaganya untuk mendesak mundur
lawannya, kemudian merogoh sakunya mengeluarkan senjata
rahasianya sebuah mutira merah sebesar buah lengkeng,
dengan mana ia menyambit.
Mutiara merah ini mengenakan dengan jitu pada dadanya si
anak muda, akan tetapi heran, lawannya tidak rubuh. Malah,
sekali ia bersiul nyaring lantas menyambar tubuhnya co Kang
cay dibawah lari terbang.
Seng Eng kaget betul-betul, ia jadi bengong sejenak.
Hatinya mulai jerih dangan tiba-tiba itulah tidak heran, karena
Seng-Eng selama menjagoi dalam kalangan rimba persilatan
senjata gelapnya itu belum pernah meleset kalau ia gunakan,
korbannya akan rubuh dengan luka berat paling sedikit kalau
tidak binasa seketika itu juga.
Tapi kali ini korbannya yang terkena jitu senjata rahasianya
itu tidak apa apa, malah dapat melarikan diri demikian
gesitnya, siapa yang tidak jadi kaget oleh karenanya"
Tapi ketika Ho Tiong Jong sudah berada tiga tumbak
jauhnya, ia baru sadar dan paksakan menguber, cuma saja
mengubernya tidak sungguh karena direm oleh perasaan takut
kalau-kalau pemuda itu balik lagi dan menempur dirinya
dengan kesudahan ia menjadi pecundangnya .
Setelah mengejar melewati beberapa tikungan, Seng Eng


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hentikan kakinya, ia tidak mau spekulasi dengan jiwanya, apa
lagi kalau ingat tempat rahasia dari mana ia mengeluarkan
peta saluran air d ipenjara air itu masih belum ia tutup rapih.
Oleh karenanya, ia balikkan tubuhnya dan kembali ke kamar
bacanya, dimana ia menutup rapih-rapih tempat rahasia itu.
Setelah ia mengasoh sebentaran, lalu pergi keruan-gan
tempat berkumpul.
Ia menyuruh orangnya untuk panggil beberapa kaki
tangannya dan sebentar lagi dalam ruangan itu sudah
berkumpul PekBoe Taysu, Kim Toa Lip. co Tong Kang, Ban
Slong Tojin, song Boe Kie, dua saudara oet-ti dan co Goen
Tiong. Rapat kilat ini membikin mereka heran, tapi mengerti Seng
Kee Po sudah kedatangan musuh kuat, makanya Seng Pocu
demikian repot kelihatannya.
Apa yang mereka duga memang tak salah, ketika sebentar
lagi Seng Eng menerangkan adanya seorang pemuda yang
lihay telah melarikan orang tawanan yang sudah dua puluh
tahun lamanya ditahan dalam penjara air.
Ia bicara sengit dan minta supaya mereka dengan sungguh
bikin penjagaan dan menangkap orang yang mengacau itu.
"Dia sangat lihay, meski orangnya masih sangat muda.
Maka, kalau orang begini memusuhi kita dan tidak dapat
dibekuk siang-siang niscaya kedudukan kita akan ambruk oleh
karenanya, Maka itu, aku minta sekali lagi, haraplah sekalian
saudara dengan sepenuh hati menjaga benteng kita dan
menangkap padanya."
Demikian Seng Eng tutup bicaranya, ia tidak menceritakan
yang ia barusan sudah bertanding dengan pemuda itu dan
hampir menjadi pecundangnya.
Diantara mereka tidak ada yang majukan pertanyaan apaapa,
hanya menerima perintah dan melakukan penjagaan
terpencar. Setelah mereka berlalu, Seng Eng tinggal termenungmenung
sendirian-Terdengar beberapa kali ia menghela
napas. "Ayah." tiba-tiba ia mendengar suara halus menyelusup
dalam telinga. Itulah suara puterinya, yang masuk keruangan
menghampiri padanya. Seng Eng hanya mengawasi puterinya
tidak mengucapkan apa-apa.
"Ayah, kau sudah mengadakan sidang kilat malam-malam
begini apa sebenarnya yang telah terjadi ?" si nona menanya
dengan laku yang sangat manja.
Sang ayah tinggal membisu, seolah-olah ingatannya masih
belum kumpul. "Ayah, mengapa kau sampai begitu terpengaruh ?"
"Giok-jie. kau . . . kau . . ."
"Kau apa" Ada apa dengan giokjie ?"
"Kau tidak tahu, benteng kita sudah kemasukan satu
pemuda yang lihay ilmu silatnya. Dia sudah menculik co Kang
cay, tawanan kita yang sudah dua puluh tahun lamanya
sungguh celaka sekali, kalau co Kang cay dapat meloloskan
diri dari sini. ia tahu banyak tentang keadaan benteng kita,
kalau ia membocorkan pada musuh kita dengan mudah
mereka dapat membuat bentengan kita ambruk
pertahanannya dan ludeslah sekali angan-angan kita untuk
menjadi jago dalam rimba persilatan-"
"Ayah, bagai mana kau tahu pemuda itu sangat lihay?" si
nona memotong. "giok-jie, benar-benar dia sangat lihay, cambuk ayahmu
yang telah mengangkat namaku dalam rimba persilatan tidak
ada gunanya dihadapkan kepadanya, malah.... malah senjata
rahasia ayahmu mutiara merah yang ampuh luar biasa tidak
mempan menembusi dadanya yang terkena telak betul, Ah,
dia.... dia memang lihay..." Seng giok cin bingung juga melihat
kelakuan ayahnya.
Adatnya sang ayah sangat angkuh, tidak gampanggampang
memuji kepandaian orang.
Kalau kini ia sampai memiiji-muji demikian rupa, sudah
tentu pemuda itu bukan main lihaynya.
"Apa pemuda itu bukannya dia?" ia tanya dirinya sendiri.
Sedang pikirannya melayang layang, tiba-tiba dibikin kaget
oleh pertanyaan ayahnya.
"Giok-Jie, aku ada mencurigakan senjatanya."
"Senjata apa dia gunakan?"
"Golok pusaka .... kita..."
"Ayah..." hanya ini yang keluar dari mulutnya yang mungil,
dadanya berdebaran seketika itu, parasnya yang pucat agak
kemerah-merahan-
Sang ayah menatap parasnya sang putri sekian lama,
hingga Seng Giok cin tundukan kepalanya.
"Betulkah itu golok pusaka kita?" tegurnya.
" . . . mungkin. . . " jawabnya perlahan.
Puterinya yang biasa lancar bicara dan sangat tangkas
mengatur sesuatu urusan, kini kelihatan agak gugup seolaholah
yang mempunyai kesulitan, membuat Seng Pocu menjadi
heran dan mau mendesak puterinya tapi urung ketika satu
pikiran berkelebat dalam otaknya.
Kalau melihat kelakuan pemuda lihay itu dan anaknya
sekarang, seperti ada mempunyai hubungan apa-apa yang ia
tidak tahu. Tadi ketika ia bertempur, beberapa kali goloknya si pemuda
hampir berhasil melukai dirinya, tapi heran tidak diteruskan,
seolah-olah sengaja tidak ingin melukainya.
Kalau benar-benar pemuda itu bertempur dengan maksud
membunuh, tadi rasanya tidak sukar mengambil jiwanya,
Mungkin pemuda itu ada memandang pada dirinya, maka
telah mengasih kelonggaran yang tidak diduga-duga.
Seng giok cin ada puteri tunggalnya, ia sangat sayang pada
si nona yang otaknya sangat cerdik dan banyak akalnya, Maka
melihat anaknya seperti mempunyai kesukaran untuk
menuturkan kepadanya soal golok pusaka itu, ia tidak mau
mendesak lebih jauh, hanya simpangkan pembicaraan kelain
jurusan. "Sudahlah Giok-jie mari ikut aku membantu mereka
menangkap pemuda itu." kita Seng Eng, sambil berbangkit
dari duduk nya dan berjalan keluar diikuti oleh seng Giok Cin
dengan tundukkan kepala.
Selama mengikuti ayahnya, pikirannya terkenang pada
pemuda pujaannya.
Ia tidak mengira sama sekail, kalau Ho Tiong Jong ada
mempunyai kepandaian yang tinggi, dapat mengalahkan
ayahnya yang tersohor mempunyai kepandaian jarang
tandingannya. Barusan, ketika bertempur dengan Ho Tiong dengan acuh
tak acuh memberikan perlawanannya. Sebab kecuali anak
muda itu memang tidak bermaksud jahat padanya, juga
menang benar-benar kepandaiannya telah meningkat diluar
dugaannya. Tapi kenapa Ho Tiong Jong tidak mau
menemuinya. Pertanyaan ini adalah yang mengaduk dalam otaknya.
Ia paham Ho Tiong Jong tentu mengerti bahwa ia ada
mencintai padanya, tapi kenapa pemuda itu tidak terangterangan
menemui padanya" Malah ia sudah menculik Co
Kang Cay hendak dibawa keluar benteng, apakah maksudnya
itu" Rupa-rupa pertanyaan mengaduk dalam otaknya akan
tetapi sulit ia dapat memecahkannya, Tindakkannya pemuda
she Ho itu seolah-olah merupakan teka-teki yang sukar
ditebaknya. Kini ia dihadang oleh jago-jago kenamaan, apakah Ho
Tiong Jong dapat meloloskan diri sambil membawa beban
yang berupa dirinya Co Kang Cay.
Seng giok cin baru tersadar dari lamunan nya ketika
mendengar ayahnya berkata.
"giok Jie, kau menjaga disini. Awas jangan kasih dia lolos,
Kalau mereka lolos berarti membahayakan pada kedudukan
kita, kau mengerti?"
"Aku mengerti ayah" jawab si nona seperti yang masih
linglung. Dengan cepat Seng Eng sudah melesat ke lain jurusan dan
menghilang ditempat gelap.
Tempat yang ditugaskan untuk Seng giok cin juga adalah
jalanan penting untuk orang dapat keluar dari Seng Kee Po.
Meskipun ia mencurigai anaknya, tapi Seng Eng percaya
puterinya tak akan menghianati ayahnya sendiri.
Kita kembali melihat Ho TioagJong, Pemuda itu setelah lari
meninggalkan Seng Eng atas petunjuk co Kang cay telah
mengumpat dalam satu bangunan di bawah tanah
Sebelumnya masuk ia turunkan co Kang cay dari
gendongannya dibawah suatu pohon yang rindang,
Ia memeriksa goloknya, diam diam ia merasa terkejut
ketika melihat goloknya gompal karena tadi dipakai menahan
senjata rahasianya Seng Eng.
Ia mengerti hebatnya senjata rahasia mutiara merah itu,
kalau saja tidak golokrya barusan yang menalangi merangkis
nya, jiwanya tentu bisa melayang saat itu.
"Lihay .... " ia menggerendeng sambil menghela napas.
Pikirnya mengalami bahaya maut tadi tidak sampai mati,
apakah nasibnya tidak jadi mati karena racunnya Tok kay
didalam tubuhnya"
Setelah sekali lagi ia menghela napas lalu pondong tubuh
co Kang cay masuk kedalam bangunan rahasia tadi, dimana
mereka sembunyi untuk sementara waktu dari kejarannya
Seng Eng, setelah mengasoh beberapa lama, Ho Tiong Jong
ajak Co Kang Cay ke luar lagi, supaya malam itu juga mereka
bisa meloloskan diri dari kekuasaannya Seng Eng dan kawankawannya.
Tapi ia tidak jadi keluar mengambil jalanan masuk tadi,
karena ketika ia mengintip keluar mendapat lihat ada si muka
merah Kim Toa Lip yang sedang menjaga.
"Lopek, bagaimana sekarang kita bertindak" Semua tempat
rupanya sudah dijaga oleh orang orang kuat dari Seng Kee Po,
apakah lopek tidak punya jalanan lain untuk kita keluar dari
sini dengan selamat?" tanya Ho Tiong Jong Co Kang Cay.
"Tiong Jong, kau jangan kuatir. Masih banyak jalanan untuk
kita bisa keluar dari sini dengan selamat," jawab sikakek
lumpuh. Hatinya Ho liongJong lega mendengar perkataannya sang
kawan tua. "Bagus," katanya,"kita berusaha, kita mencoba, bagaimana
juga harus kita berhasil meninggalkan tempat terkutuk ini."
Mereka lalu pergi ke lain bagian keluar, disini baru saja Ho
Tiong Jong menongolkan kepalanya lantas melihat ada dijaga
oleh seorang yang bersenjatakan bendera segi tiga.
Sipemuda kenali ia ada Co Tong Kang, salah satu orang
lihay dalam Perserikatan Benteng perkampungan yang ia
saksikan sendiri kepandaiannya ketika Co Tong Kang
bertempur dengan Ceng Ciauw Nikow. IA kembali pada Co
Kang cay dan berkata padanya.
"Lopek jalanan ini juga tidak aman- Diluar ada dijaga oleh
Co Tong Kang, sulit kita melewatkan dia tanpa ada
pertempuran yang hebat." Co Kang cay berpikir sejenak.
kemudian ia berkata.
"Masih ada jalanan lain, entah disana dijaga oleh siapa,
mari kita kesana ?"
Ho Tiong Jong lalu pondong lagi si kakek jalan mengikuti
jalanan yang berbiluk-biluk, kemudian ia letakkan si kakek dan
ia sendiri menghampiri tutup lubang yang merupakan pintu
jala n keluar untuk mengintip siapa yang jaga disitu.
Hatinya tiba-tiba berdebar, karena ia melihat satu
bayangan kecil langsing yang sedang menjaga dibagian itu. ia
bukan lain tentu nona Seng, pikirnya.
Harapan dapat lolos dengan mendadak muncul dalam
otaknya, ia paham akan besarnya cinta Seng giok cin atas
dirinya, maka ia percaya si nona tidak ingin melihat ia
mengalamkan kesulitan dan tentu akan memberi jalan
kepadanya untuk keluar dari tempat itu. ^
Maka tanpa ragu-ragu ia telah gendong co Kang cay diajak
keluar dari bangunan dibawah tanah itu, Ketika ia hendak
menghampiri sinona telah dibikin merandek melihat ada
bayangan seseorang yang mendatangi menghampiri si nona,
cepat-cepat Ho Tiong Jong menyelingkar dibalik pohon besar.
Terdengar orang tadi berkata. "giok-jie, apakah kau tidak
melihat apa-apa?"
"Ah, dia Seng Pocu" pikir Ho Tiong Jong dibalik pohon-
"Tidak. ayah." jawab si nona ringkas.
"Hati-hatilah kau menjaga, jangan sampai bocah itu lolos
membawa co Kang cay. Aku banyak urusan mengontrol tidak
lama-lama menemani kau. Nah, perhatikan apa yang ayahmu
kata barusan-.."
Omongannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat
menghilang dari pemandangan-
Diam-diam Ho Tiong Jong bersyukur dirinya tidak sampai
dipergoki oleh kepala benteng yang kejam telengas itu.
Setelah keadaan sudah aman untuk ia menghampiri si
nona, maka dengan perlahan-lahan sambil menggendong Co
Kang Cay ia datang pada Seng Giok Cin-
Nona Seng terkejut melihat seseorang dengan
menggendong orang datang menghampiri padanya tapi lekas
hatinya menjadi tenang lagi ketika mengetahui bahwa orang
itu bukan lain ada Ho Tiong Jong.
Ia menanti serangan Ho Tiong Jong, tapi heran pemuda itu
tidak menyerang, sebaliknya malah mendekati padanya dan
berkata, "Nona Seng, aku mohon kemuliaan hatimu supaya
memberi jalan lolos kepada kami, untuk pertolongan mana
kami seumur hidup tidak akan melupakannya . "
Seng Giok Cin hatinya berdebaran mendengar suara itu
yang ia kenali betul.
"Hai, kau ini siapa?" si nona pura-pura menanya.
"Aku Ho Tiong Jong," jawabnya.
"Hai, bukan Ho Tiong Jong sudah mati?"
"Giam-lo ong masih belum mau menerima aku."
Si nona menekap mulutnya yang mungil menahan
ketawanya mendengar jawaban Ho Tiong Jong yang lucu.
"Nona Seng, aku harap sekali pertolonganmu itu," kata pula
si pemuda, yang jadi mesem melihat kelakuannya si nona
terasa geli sambil menekap mulutnya. Tiba-tiba ia rasakan
tangannya dicekal si nona.
"Tiong Jong, "kata si nona, "kau ini bukankah sudah mati
dibawah senjata rahasianya ceug ciauw Nikow yang dinamai


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tok kim-chi" cara bagaimana kau bisa hidup. Selain dari itu,
apa maksudmu kau hendak pergi dari sini dengan membawabawa
orang tua ini?" sambil menunjuk pada co Kang cay yang
digendong. "Tidak. malam ini juga kau harus datang
dikamarku."
Ho Tiong Jong terkejut, Dalam hatinya berpikir kalau ia
tidak menurut permintaannya si nona, sudah pasti ia tidak bisa
keluar dari situ, Untuk dirinya sendiri tidak menjadi soal,
hanya kasian kepada co Kang cay yang sudah dua puluh
tahun lamanya belum pernah melihat matahari lagi, Ia cepat
mengambil putusan, jawab nya. "Ya, baiklah nona Seng,
sebentar jam tiga aku akan datang ketempatmu."
Seng giok ceng girang mendengar janjinya si anak muda,
maka ia lalu berkata. "Nah, sekarang cepat-cepat kau
melarikan diri "
Ho Tiong Jong mengucapkan terima kasih, kemudian
meninggalkan tempat itu menuju kekuil bokbrok yang tempo
hari ia dengan Tok-kay pernah meneduh dan telah membunuh
pengemis beracun itu.
Ia lalu menurunkan co Kang cay dari gendongannya.
Berdua duduk diatas lantai, berCakap cakap akan bertindak
selanjutnya. Selama itu pikirannya si pemuda kalut, karena memikirkan
nasibnya yang hanya sampai besok malam temponya jam tiga,
jiwanya pasti melayang karena racun jahatnya Tok kay.
Pikirnya, orang telah mengetahui dirinya telah binasa dibawah
Tok-kim-chi ceng ciauw Nikow, sekarang hidupnya dalam
rahasia sudah bocor diketahui orang juga.
Untuk apa sebenarnya hidupnya yang sesingkat waktu itu"
Sambil menghela napas ia berkata pada Co Kang Cay
"Co Lopek. baru sekarang aku ingat bahwa pekerjaanku
menolong kau akan terlantar setengah jalan-.."
"Hei, kenapa kau bilang begitu?" memotong Co Kang Cay
kaget. kembali Ho Tiong Jong menghela napas, "Lopek." katanya
lesu", sebenarnya badanku sudah terkena racunnya Tok kay.
Besok jam tiga malam racun itu akan bekerja dalam tubuhku.
Kecualinya sebelum jam tiga itu aku ketemu dengan si Dewa
obat Kong Jat Sin yang dapat menolongku, jiwaku tidak
melayang karenanya, Aku menyesal tidak bisa melanjutkan
tugasku menolong dirimu sampai ditempat yang aman-"
Co Kang Cay kaget bukan main mendengar bicaranya Tiong
Jong. Mukanya menjadi pucat seketika.
"Hai, bagaimana baiknya ini?" katanya gugup, "Kakiku
sudah tak dapat berjalan, kalau nanti dapat diketemukan oleh
Seng Eng tentu dia akan menyiksa diriku dengan lebih kejam
lagi daripada yang sudah."
Ho Tiong Jong yang berhati budiman, merasa terharu dan
kasihan pada si kakek yang jadi gelabakan ketakutan-
Perkataannya Co Kang Cay memang beralasan- Ditempat
itu, malah disekitarnya sejauh ratusan li masih dibawah
kekuasaannya Seng Eng, mana mereka dapat bersembunyi
disitu, apalagi kalau Co Kang Cay ditinggal sendirian, terang ia
akan ditemukan lagi oleh Seng Eng.
"Tiong Jong, kalau begitu baik kau bawa lagi aku ke
tempatnya Seng Eng," kata co Kang cay dengan tiba-tiba.
Ho Tiong Jong kaget dan mengawasi si kakek dengan
perasaan tidak mengerti.
"Tiong Jong, kau jangan kaget," kata si kakek nyengir, "kau
tidak tahu, kita sembunyi ditempatnya Seng Eng ada lebih
aman, karena disaaa ada banyak tempat yang rahasia dan aku
sendiri yang mengetahuinya, jikalau kita masuk dalam salah
sebuah kamar yang kiranya tidak akan menjadi perhatian
mereka, tentu kita sembunyi dengan selamat kau pikir
bagaimana?"
Ho Tiong Jong pikir jalan itu memang ada berbahaya, tapi
karena sudah tidak ada jalan lain, pikirnya jalan itu baik
ditempuh- nya. "Tapi, bagaimana kita balik kesana, apa tidak akan
dipergoki oleh mereka?" tanyanya sangsi.
"Kaujangan kuatir, turut saja petunjukku kau jalan akan
selamat" jawab si kakek yang sudah tahu betul selak seluknya
tempat di benteng Seng-kee Po itu.
---ooo0dw0oo---
XVIII. TOTOKAN SI CANTIK IE YA
DEMIKIAN setelah mereka mengasoh sebentar lantas Ho
Tiong Jong menggendong si kakek dan dia akan sendiri, Maka
nya semuanya ada tujuh koper penuh dengan isi nya emas
semua, Betul-betul dalam seumur hidupnya Ho Tiong Jong
baru mengalami melihat harta dunia yang demikian hebatnya,
Mustahil maka berapa harganya emas itu dapat dibayangkan
bawa kembali ke tempatnya Seng Eng. Betul saja, dengan
melalui jalanan yang jarang dilalui orang atas pengunjukan co
Kang cay, akhirnya Ho Tiong Jong dapat membawa si kakek
kembali ke-tempatnya Seng Eng dengan tidak menemui
rintangan apa-apa.
Dengan mengikuti petunjuk Co Kang cay ia menggendong
masuk keluar kamar-kamar batu rahasianya" Akhirnya mereka
memasuki sebuah kamar batu yang lebarnya dua tombak dan
tingginya enam kaki, pintunya dapat didorong dan menutup
sendiri. Inilah ada kamar yang merupakan pusatnya dari sekalian
kamar batu lainnya, di atasnya kamar ini ada kamar tempat
tidurnya Seng Eng, penerangan disini terpancar dari dua buah
batu mustika. Co Kang Cay memilih kamar ini dianggapnya tempat yang
aman, karena jarang di datangi oleh Seng Eng. Kamar-kamar
batu rahasia disitu, merupakan gudang hartanya Seng Eng.
Atas pengunjukan Co Kang cay supaya si pemuda dapat
menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana besar
hartanya Seng Eng.
Ho Tiong Jong pergi ke kamar sebelahnya dimana benar
saja terdapat harta benda yang tak ternilai harganya. Di atas
meja panjang ia lihat ada tersebut barang mustika, mutiara
dan sebagainya yang sangat berharga.
Lebih jauh ia lihat ada tujuh buah koper besi, ia
membukanya koper itu isinya ada barang barang yang terbikin
dari bahan emas. Ditaksir timbangan koper itu ada puluhan
ribu. Setelah puas melihat-lihat dalam kamar harta itu, Ho Tiong
Jong balik lagi kekamar dimana Co Kang cay ada menantikan
padanya. "Bagaimana ?" tanya Co Kang cay ketika melihat si pemuda
menghampiri padanya. Sambil ambil tempat duduk. l Ho Tiong
Jong menjawab. "Ya, betul-betul aku seumur hidupku baru
melihat harta yang demikian besarnya, Tujuh buah koper
penuh dengan emas sedang diatas meja ada berserakan
benda-benda mustika, berlian, batu kumala, mutiara dan
sebagainya. Betul-betul Seng Pocu ada satu hartawan
besar..." Ia berkata sambil menghela napas.
"Hei, kenapa kau menghela napas?" tanya co Kang cay.
"Ya." katanya lesu, "kalausaja aku tidak merasa hutang
budipada nona seng, aku pasti akan mencari akal untuk
mengambil harta benda itu dan kemudian dibagi-bagikan
kepada orang yang melarat supaya mereka dapat bernapas
legahan dalam penghidupannya yang serra sempit."
"Bagus, Tiong Jong," kata sikakek sambil mengelus- elus
jenggotnya, kau yang begini muda mempunyai pikiran begitu
dermawan, kelak di kemudian hari kau akan mendapat
pembalasannya. Memang benar, kalau harta kekayaan itu kita
bagi-bagikan kepada orang miskin, tentu mereka merasa
sangat berterima kasih dan akan membalas budi pada kita..."
"Tidak. lopek" memotong Ho Tiong Jong, "bukan maksudku
untuk menerima pembalasan budi, Aku kalau sampai dapat
membagi harta kepada pihak si miskin, aku sudah merasa
puas dan tidak mengharap akan pembalasan budinya
mereka." Demikian mereka melamun, jikalau menguasai harta akan
dibagi bagikan kepada rakyat miskin-
Selagi si kakek tersenyum-senyum sambil mengurut- urut
jenggotnya, tiba tiba ia seperti kaget dan berkata pada Ho
Tiong Jong. "Tiong Jong, bukankah kau sudah berjanji dengan nona
Seng" Kini sudah dekat jam tiga, kau harus pergi kesana,
Harap kau lekas pergi dan cepat kembali, aku disini kesepian
di tinggal sendirian."
"Tidak apa," jawab Ho Tiong Jong bersenyum, " lambatlambatan
sedikit tidak menjadi soal, asal aku pergi
menemuinya. Kau jangan kuatir, aku pergi dan tidak lama
akan balik kembali."
Ia lalu meninggalkan Co Kang Cay, tapi di luar ia merandek
dan memikirkan halnya Sikakek yang sudah dua puluh tahun
ditahan sungguh tersia sia kepintarannya selama dua puluh
tahun itu tak dapat digunakan-
Pikirnya, baik sekali kalau ia masuk pula ke gua harta tadi
dan mengambil beberapa potong emas dan mutiara untuk
diberikan kepada Co Kang Cay, ia sudah tua dan tak dapat
bekerja berat lagi maka emas dan mutiara itu ada untuk
ongkos hidup selanjutnya.
Setelah mengambil putusan, ia lalu mampir lagi keg udang
harta tadi, dimana ia mengambil potong emas dua, dua puluh
butir matiara. Ketika ia hendak kembali kekamar Co Kang Cay,
ia melihat disitu ada patung tembaga yang besar, yang
bermula ia datang kesitu tidak diperhatikan-
Kini ia perhatikan patung tembaga yang besar itu. Pikirnya,
patung beginian apa gunanya ditaruh dalam gudang harta ini"
ia lalu menghampiri dan merabah patung tembaga itu dari
kepala sampai kebawah. Dilihatnya dibawahnya ada satu
bantalan, ia iseng dan menggosok-gosok bantalan ini tiba-tiba
bantalan itu mengeluarkan cahaya dan terbuka. Didalamnya
pun ada sebuah perisai gading lebarnya tiga jari dan
panjangnya tiga dim, pada gading itu ada benang merah,
mulai dari sudut atas bagian kiri terus berputar-putar
ketengahnya dan sampai ditengah-tengah sebelah kanan
benang itu Sudah-putus, ia tidak mengerti apa rahasianya
benda itu, kemudian ia benahi lagi seperti sedia kala, ia balik
lagi ketempatnya Co Kang Cay. orang tua itu heran sianak
muda balik kembali.
"Kau balik kembali, kenapa, apa tidak jadi menemui nona
Seng ?" tegurnya.
"Aku balik kembali membawa ini. "jawab si pemuda sambil
menunjukkan emas dan mutiara yang dibawanya dari kamar
harta, "Untuk apa kau bawa bawa yang demikian?" tanya si
kakek. "Kau sudah ditahan disini sudah dua puluh tahun lebih,
maka lebih dari pantas kalau kau dapat bagian ini. Maka harap
lopek terima ini." sambil diberikan pada si kakek. Co Kang Cay
tertawa bergelak-gelak pelahan sambil menerima barang
tersebut. "Hmm.... Tiong Jong memang betul katamu tadi, Aku harus
mendapat kerugian untuk tempoku yang ditahan disini. Tapi
aku tidak mau harta ini, aku mau tempoku itu, Nah, karena
sudah ketelanjur kau membawanya, maka kita bagi seorang
separuh saja. Kau perlu gunakan untuk diperjalananmu kelak,
untukku separph sudah cukup,"
Ho Tiong Jong menolak. tapi setelah dipaksa ia hanya
menerima lima butir saja, yang ia anggap itu ada pemberian
Co Kang Cay bukannya harta haram.
"Nah, sekarang sudah saatnya aku pergi menemui nona
Seng, Aku sudah paham dengan jalanan rahasia disini, maka
aku tidak sampai salah jalan- Harap kau baik-baik menantikan
disini." Ho Tiong Jong segera meninggalkan tempat itu sebentar
saja ia sudah sampai dikamarnya nona Seng. ia lalu mengetuk
jendelanya sampai dua kali, tapi tak kedengaran reaksi apaapa
dari dalam. Ia sudah hendak meninggalkan tempat itu, tapi di
pikirannya tak baik ia mengingkari janji, maka ia lalu
mengetok pula sekali. Tapi tak juga mendapat jawaban, Ketika
ia hendak pasang kupingnya meneliti, ia mendengar suara
mengorok disebelah dalam. Kapan ia menyelidiki dari
renggangannya jendela, ia dapat kenyataan yang tidur ngorok
itu ada satu pelayan perempuan.
Ia sudah putar tubuhnya hendak kembali, tiba-tiba ia
melihat ada berkelebat bayangan orang menuju kepinggir
rumah, dimana ia menghilang.
Ho Tiong Jong bercekat hatinya, Apa ia Seng Eng"
Badannya kurus dan ilmu mengentenGi tubuhnya bagus sekali.
Tertarik oleh penglihatannya, maka ia lantas mengejar,
tidak jadi kembali kekamar rahasianya, ia melihat bayangan
orang itu lompat melewati tembok pekarangan, maka ia juga
menyusul lompati tembok tadi.
Diluar tembok pekarangan itu ternyata ada lapangan, dan
sawah, sedang orang tadi entah kemana perginya tidak
kelihatan bayangan-nya. Tapi ia terus mengejar pula beberapa
li, tiba-tiba ia hentikan tindakannya karena mendengar seperti
ada orang yang sedang bertempur.
Dari suara bentakan-bentakan, ia kenali suaranya Li-lo sat
Ie Ya, "Apakah Ie Ya terjebak disini?" tanyanya dalam hati
sendiri. cepat-cepat ia pergi ketempat pertempuran disana,
dibelakangnya kebun buah, ia melihat ada tiga orang sedang
bertempur. Dua lelaki melawan satu perempuan-
Perempuan yang dikerubuti itu ia kenali betul ada Li lo-sat
Ie Ya, sedang yang mengeroyoknya juga ia kenali ada oet-ti
Kang dan oet-ti Koen.
Dilihat jalannya pertandingan kelihatan tak menguntungkan
untuk le Ya. ia ini menggunakan selendang sutra sebagai
senjata, sebenarnya ada meminta banyak tenaga karena
orang yang menggunakannya harus menyalurkan tenaga
dalamnya ke selendang sutra itu, barulah selendang itu dapat
digunakan dengan sesuka hatinya.
Maka Ho Tiong Jong pikir, lama lama le Ya akan kewalahan
dan kalah melawan dua musuhnya yang bukan lemah
kepandaiannya. Mengingat le Ya pernah menolong dirinya tempo hari maka
perasaan hendak membalas kebaikan orang timbul seketika
dalam hatinya. Tambahan ia merasa gemas, seorang
perempuan dikeroyok oleh dua lelaki pantes. Tidak ayal lagi ia


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas menyerbu dalam pertempuran membantu Li-Iosat le Ya.
Co Tong Kang yang juga ada disitu telah keluarkan
bentakan nyaring. "Hei, kau manusia liar dari mana berani
mengacau ditempatnya Seng Pocu"
Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya putar
goloknya menyerang kepada dua saudara oet-ti yang
mengerubuti le Ya.
Oet-ti Kang sambil berkelit dari sambaran goloknya Ho
Tiong Jong, telah meneruskan serangan pedangnya kepala Lilo-
sat le Ya. Oet-ti Koen telah menangkis serangan hebat Ho Tiong Jong
pedangnya membentur golok sampai lelatu api. Ketika
dilihatnya, oet-ti Koen merasa sangat terlihat berduka, karena
pedang cit seng-kiamnya telah menjadi gompal karenanya.
le Ya dilain pihak ketika pedang cit-Seng kiam Oet-ti Kang
mengarah dirinya lantas gunakan selendang suteranya dengan
tipu Sin liong cut hay (Naga sakti keluar dari laut), ia
menggulung senjatanya lawan.
Oetti Kang kerahkan tangannya menarik pulang
pedangnya, tapi selendang suteranya Ie Ya terus menyerang
kearah jalan dari seorang yang penting, Untung co Tong Kang
itu waktu keburu menyelak. menggunakan senjata benderanya
menahan serangan selendang suteranya Ya, hingga oet-ti
Kang terhindar bahaya kena ketotok.
Ho Tiong Jong tidak tinggal diam, dengan gaya co imSuyang
(tiba-tiba lunak berubah keras) yang telah menangkis
benderanya co Tong Kang, Golok dengan Panji Api telah
beradu, serangan im (lunak) dari Ho Tiong Jong telah berubah
menjadi yang (keras) membikin co Tong Kang sangat terkejut,
sampai ia mundur dua tindak.
oet-ti Kan mengenali golok yang digunakan Ho Tiong Jong
ada golok pusaka, maka ia berteriak.
"Hei, kau jangan berlaku pengecut Kau ini pendekar dari
mana, lekas katakan, aku tidak ingin bertempur dengan segala
orang yang tidak punya nama." Ho Tiong Jong tidak
menjawab, ia hanya tertawa dingin.
Ie Ya sekarang sudah mundur, menonton penolongnya
bertempur dengan co Tong Kang, Diam diam ia heran sebab
apa pemuda tidak dikenal ini telah turun tangan
membantunya. Ho Tiong Jong sebenarnya menyerbupada saat mereka
bertempur, maksudnya supaya Ie Ya lekas-lekas melarikan
diri, tapi kenyataannya tidak demikian, Ie Ya daripada angkat
kaki malah diam menonton dipinggiran, Hatinya jadi gelisah.
Ho Tiong Jong dikeroyok co Tong Kang dan oet-ti Koen,
tapi pemuda itu dengan tenang telah memberikan
perlawanannya. Tipu-tipu golok seperti "Bulan keluar bintang
lenyap dan Dimana hati melewati perbatasan gunung telah
dimainkan oleh si anak muda dengan bagus sekali.
Tenaganya besar, hingga tekanan golok dirasakan oleh co
Tong Kang sangat berat, Maka ia tidak berani menangkis
goloknya Ho Tiong Jong dengan keras lawan keras, hanya ia
mengandalkan kegesitannya untuk menyingkir dari serangan
sang lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dengan gaya Thian lie San-hoa, (Bidadari menyebar bunga)
Ho Tiong Jong, menyalakan api membakar langit.
oet-ti Koen yang melihat saudara tuanya tertindih, kuatir
pedangnya akaa mengalami nasib seperti pedangnya sendiri
gompal, maka ia lalu menyerbu memberikan bantuannya Kini-
Ho Tiong Jong jadi dikerubuti bertiga.
Li lo-sat Ie Ya terbengong menyaksikannya pemuda itu
sangat gagah dikerubuti bertiga masih tidak kelihatan merasa
keder, justru ia sedang bengong, mendadak lihat pemuda itu
mendorongkan tangannya kearahnya, angin keras telah
menyampok dirinya hingga ia terpental beberapa tumbak
jauhnya. Ie Ya bermula heran, tapi kemudian ia mengerti maksudnya
pemuda itu, yalah supaya ia lekas lekas menyingkir dari
tempat itu, Maka seketika itu ia telah menyembunyikan diri
dibaliknya rimba pepohonan yang jauhnya beberapa tumbak
dari tempat pertempuranoet-
ti Koen yang biasa suka sekali membentak ia telah
menyerang dengan pedang gompalnya, Apa mau tangkisan
golok bukan main beratnya, hingga tangannya tergetar dan ia
sendiri telah sempoyongan mundur beberapa tindak.
Lihay Demikian pikirnya, nyalinya seketika itu telah menjadi
ciut. oet-ti Kang jugapelan pelan telah menarik serangannya,
karena ia tahu betul ia bukan tandingannya musuh. Kalau ia
memaksa meneruskan pertandingan niscaya kerugian akan
dialamkan olehnya.
Tinggal sekarang co Tong Kang, si bayangan kurus yang
dikejar oleh Ho Tiong Jong tadi, masih ngotot melayani Ho
Tiong Jong, meskipun sudah tahu bahwa ia juga bukan
tandingannya si anak muda yang lihay.
Ho Tiong Jong mengerti dua saudara oet-ti itu sudah ciut
nyalinya dan tidak berani mengeroyok lagi, maka untuk
membikin keder satu lawannya yang masih ngotot ini, pemuda
itu telah mengeluarkan tipu tipu serangan bergabung antara
partay-partay Siao lim, Bu-tong dan Kun-lun-
Memang dengan tekanan ilmu gabungan itu co Tong Kang
kelihatan kewalahan-
Diam-diam ia merasa keder akan lawannya yang tangguh
itu. Goloknya berkelebatan menakutkan, hingga dua saudara
oet tilang menonton dipinggiran menjadi terkejut dan
menguatirkan jiwanya co Tong Kang.
Di waktu sudah keteter, co Tong Kang telah keluarkan
ilmunya Thian-bee Heng-gong atau Kuda semberani melayang
diangkasa, suatu tipu serangannya yang paling ampuh dan
sedikit sekali orang yang dapat meloloskan diri dari
serangannya itu.
Badannya co Tong Kang tiba-tiba melesat ke angkasa, dari
atas ia menukik, menyerang dengan kaki dan tangannya
kepada bahu orang.
co Tong Kang sudah kegirangan, musuhnya tentu bakal
kena dikalahkan, bahkan kena ditangkap hidup hidup juga dua
saudara oet ti sudah bersiap-siap untuk bantu menangkapnya
. Siapa tahu kenyataannya ada di luar dugaan, Tiba-tiba Ho
Tiong Jong bersiul nyaring, badannya mendadak
kemudianjumpalitan kebelakang, akan selanjutnya mencelat
keatas dan melayang turun dalam gerombolan pohon, hingga
sekejapan saja ia sudah menghilang dari pemandangan
mereka. oet-ti Kang dan oet ti Koen menjadi melongo karenanya.
Sedang co Tong Kang yang mendapat sasaran kosong, juga
tidak kurang kurang kagetnya menyaksikan kepandaian yang
luar biasa dari pemuda lawannya itu.
"Hei, bagaimana orang itu bisa meloloskan dirinya" " oet-ti
Koen nyeletuk setelah rasa kagetnya hilang. co Tong Kang
geleng-geleng kepalanya.
"Aku juga sangat heran," katanya, "orang itu gerakannya
sukar dibade, Tadi dia belum habis menjalankan ilmu
goloknya, ketika dia melihat aku melesat dan hendak
menyerang dengan gaya oei liong (Naga kuning) tidak diduga
gayanya itu telah memunahkan serangan tendanganku.
sungguh lihay orang itu, entah dia dari golongan mana karena
ilmu silatnya yang campur aduk itu dari beberapa partay, Tapi
biar bagaimana juga dia adalah musuh yang sangat berat bagi
kita dan perlu kita waspada untuk kedatangannya yang kedua
kali." Dua saudara oet ti diam-diam bergidik mendengar katakatanya
co Tong Kang bahwa orang itu akan datang kedua
kalinya, ia tidak sanggup menandinginya.
Mereka telah menarik kesimpulan, orang muda tadi adalah
seorang gagu, karena berka lokali ditanya tak memberikan
penyahutan- Sementara itu, Ho Tiong Jong yang masuk dalam
gerombolan pepohonan, terus lari hendak balik ke tempat
rahasianya. Belum lama ia tari, tiba-tiba mendengar suara
bentakan merdu." Berhenti "
Dari bilik sebuah pohon besar lompat keluar seorang wanita
yang cantik. Ho Tiong Jong kaget juga mendengar bentakan itu, maka
ia hentikan larinya dan mengawasi kepada wanita cantik yang
keluar dari balik pohonTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kiranya dia ada Li lo sat Ie Ya. Dengan wajah berseri-seri
menggiurkan Ie Ya menghampiri Ho Tiong Jong yang sedang
kemekmek. Ie Ya tidak kenali anak muda itu, karena ia masih tetap
melebur menjadi hitam dan kumel pakaiannya juga tidak
karuan- persis seperti juga seorang pengemis yang sudah
beberapa bulan tidak menemukan air untuk mandi.
"Anak muda, kau baik sekali sudah membantu aku
barusan" kata ie Ya, seraya menghampiri sianak muda lebih
dekat. "Kau siapa?"
Dengan kecepatan bagai kilat ie Ya telah menotok jalan
darahnya Ho Tiong Jong yang membuat si anak muda jatuh
lemas. Anak muda itu tidak menyangka ie Ya akan membokong
dengan totokannya, maka ia tak berjaga-jaga. Apa maksudnya
ia menotok Ho Tiong Jong, bukankah tadi ia dibantu si anak
oleh muda itu" Kalau saja barusan tidak cepat Ho Tiong Jong
turun tangan membantu, pasti Ie Ya sudah kena ditangkap
oleh musuh musuhnya.
Tapi mengapa ia bukannya mengucapkan terima kasih
malah sebaliknya telah menotok orang sehingga lemas
mendeplok ditanah.
" Hi hi hi..." terdengar ie Ya ketawa agak menyeramkan
tapi air mukanya tetap ramai dengan senyuman- "Anak muda
kau terlalu pandang rendah diriku, begitu lancang turun
tangan membantu aku. Meskipun maksudmu baik, tapi aku Li
lo-sat Ie Ya dalam setiap pertempuran belum pernah dibantu
orang. Dengan turun tangannya kau tadi, tidakkah kau
membuat namaku menjadi gurem" Hm... anak liar dari mana
begitu lancang campur urusanku" siapa kau?"
Ho Tiong Jong diam saja, cuma matanya kedap kedip
menatap wanita cantik didepan-nya. Hatinya merasa sangat
heran atas kelakuannya ie Ya.
Anak muda itu tidak menjawab untuk sekian lamanya,
hingga Ie Ya marah dan mau mengayun tangannya menabok
Ho Tiong Jong, akan tetapi tiba-tiba pikiran sehat berkelebat
diotaknya. Ia urungkan telapakannya jalan-jalan dimuka Ho Tiong
Jong. "Ah, aku yang salah." demikian ia menggerendeng
sendirian, ia bersenyum manis, jarinya yang halus kembali
menotok si anak muda dua kali, satu totokan membuat yang
korban tidak bisa bergerak. yang satu lagi membuka totokan
pada urat gagunya sehingga anak muda itu kini dapat
membuka mulutnya menjawab.
Kiranya barusan makanya Ho Tiong Jong membisu saja
karena urat gagunya yang tertotok belum dibuka, Makanya Ie
Ya cepat menarik pulang tangannya yang hendak mampir
dipipinya sianak muda, karena ia ingat bahwa ia keliru, mana
anak muda itu dapat menjawab pertanyaannya sedang
totokan pada urat gagunya belum dibuka"
"Nah, sekarang jawablah pertanyaanku barusan." Kata pula
Ie Ya. "Enci le aku... aku..."
"Hei, kau... kau..." Ie Ya memotong karena ia kenali itu ada
suaranya Ho Tiong Jong, Tersipu-sipu ia mengulur jari
tangannya membuka totokan pada jalan darahnya si pemuda
yang tadi tertotok.
"Enci ie, kau bikin semangatku menjadi terbang" Ho Tiong
Jong bergurau. "Siapa suruh kau diam saja," sahut si nona ketawa manis.
"Siapa suruh kau menotok urat gaguku." jawab Ho Tiong
Jong menatap wajahnya yang ayu. Keduanya jadi ketawa geli.
"Adik Jong," kata nona ie. " kabarnya kau sudah mati kena
dihajar senjata Tok kim chi ceng ciauw Nikouw tapi
kenyataannya kau masih segar bugar begini."
"Memang benar senjata rahasianya nikouw mampir
dimulutku, tapi tidak terus masuk ketenggorokan. "
"Sebabnya?"
"Mana dapat senjatanya lewati giginya^"
"Ah, adik Jong, apa benar?"
"Kalau tidak percaya mana dapat aku sekarang berdiri di
hadapanmu?"
Li lo-sat ie Ya geleng-geleng kepalanya. "Adik Jong, betulbetul
aku tidak nyana kau dalam beberapa hari saja tak
ketemu kepandaianmu sudah begitu tinggi, seperti dapat
mengalahkan co Tong Kang, salah satu tokoh terkuat dalam
"Perserikatan Benteng Perkampungan" kalau saja itu tersiar
diluar, namamu akan naik tinggi dengan mendadak dalam
dunia Kang ouw. Aku seharusnya mengaturkan selamat
kepadamu, adik Jong"
"Enci le, kau berkelebihan," sahut Ho Tiong Jong rendah,
"kepandaianku masih cetek dan masih memerlukan didikan
orang pandai lebih jauh, orang bagaimana aku sekarang dapat
pujian begitu muluk dari enci."
"Tapi sebenarnya kau dapat pelajaran dari mana sih?"
tanya si nona penasaran-
"Ah, itu hanya dengan cara kebetalan saja. Tapi biarlah lain
kali aku nanti menuturkan padamu, sekarang enci mau pergi
kemana?" "Aku mau pergi dari sini."
"Apa kau tak kuatir nanti dicegat dijalanan?"
"Mereka tidak berani lagi, Barusan kalau mereka dapat
menangkap aku, mungkin susah akan aku dapat meloloskan
diri." Ho Tiong Jong merasa heran, ia menanyakan dari sebab
apa si nona kena dikeroyok oleh dua saudara oet ti. Dari
roman mereka kelihatannya begitu gemas dan seperti mau
menelan si nona.
Ie Ya bersenyum-senyum, "Kau tidak tahu meskipun
kelihatannya akur dalam "Perserikatan Benteng
perkampungan- sebenarnya telah retak. Sudah terpecah


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi tiga partai, masing-masing berusaha memperkuat
partainya sendiri untuk kelak dapat menjagoi dikalangan rimba
persilatan- Dua saudara oet-ti itu tidak termasuk dalam
komplotanku, mereka telah menerima perintah dari atasannya,
sekarang setelah mereka gagal, buat sementara aku dapat
berlalu dari tempat ini dengan--selamat. Lain urusannya kalau
dikemudian hari kita berjumpa pula."
"Ooh begitu," nyeletuk Ho Tiong Jong.
Kembali Ie Ya memperlihatkan ketawa nyayang manis
menarik. "Adik Jong, kau kenapa sampai sekarang masih
belum juga berlalu dari sini?"
"Enci Ie, kau mau suruh aku pergi ke-mana" kau tahu
kekuasaannya Seng Pocu ada sangat luas dalam daerahnya
ini, kalau tidak dengan pelahan-lahan menggunakan akal
mana aku dapat lolos dari kejarannya, Lain dari itu, juga aku
masih ada urusan-..."
"Hm urusan-.." menggerenden Gie Ya.
Mukanya yang tadi ramai dengan senyuman mendadak
menjadi dingin-"Aku, tahu tentu urusannya..."
"Urusan apa " Bagaimana kau tahu ?"
"Urusan nona Seng tentu, Kau sudah kejiret keelokannya,
maka kau tidak maupergi dari sini, dia sedang keluar."
"Keluar kemana?" Ho Tiong Jong memotong.
Ie Ya mendelu hatinya, ia sebenarnya ada cemburuan dan
merasa tidak puas melihat sikapnya Ho Tiong Jong seperti
yang lebih memperhatikan dirinya Seng giok cin daripada
dirinya. Maka ia tidak lantas menjawab atas pertanyaan si pemuda,
kalau tidak Ho Tiong Jong ulangi lagi pertanyaannya tadi.
"Dia sudah pergi menyusul Kim Hong Jie yang pergi ke
lembah Lui soa-kok."
"Hei, ada itu perkara " Apa maksud Kim Hong Jie pergi
kesana ?" "Ya, Kim Hong Jie pergi kesana dengan cu coan Liang,
menyusul tiga orang gila yang bertaruhan mengambil batu
Hwe-giok disana?"
"Ada pertaruhan apa encie Ie" sukalah kau menceritakan
padaku" Dan siapa mereka yang barusan encie katakan tiga
orang gila?"
Ie Ya sebenarnya mendelu hatinya, ia tidak mau orang
banyak tanya lagi dan sudah hendak meninggalkan tempat
icn, kalau tidak Ho Tiong Jong dengan separuh menatap minta
diceritakan halnya Seng giok cin, Kim-Hong Jie dan lainlainnya.
"Soalnya sederhana saja," kata Ie Ya "lantaran saling
kepingin disebut jagoan, maka Khoe Tiong, Tie Kie Song dan
Kong soe Tek bertiga telah pergi ke lembah Lui soa kok untuk
mengambil batu Hwe-giok di goa Pek cong tong..."
"Untuk apa itu Hwe-giok?" sipemuda menyelak.
" Untuk si nona manis Kim Hong Jie"-" jawab ie Ya separuh
menjebi bibirnya.
" Kenapa jadi untuk Kim Hong Jie?"
" Kau tidak tahu, itu Hoan Sian Jie dan Kong Soe Jin
setelah menang bertanding di atas luitay, hadiah peblokan
sutera yang diterimanya, telah diserahkan pada nona Seng.
Rupanya nona Seng tidak enak kalau hanya ia sendiri saja
yang peroleh hadiah itu maka telah mengusulkan pemudapemuda
lainnya bertanding dan mendapatkan hadiah untuk
diserahkan kepada Kim Hong Jie."
"Ada apa hubungan batu Hwe-giok dengan goblogan sutera
itu?" kembali Ho Tiong Jong menyelak
Li lo sat Ie Ya pelototkan matanya, "Kau dengar dahulu
orang ngomong, jangan saban-saban memotong, Mana kau
mengerti kalau belum aku habis menutur." kata Ie Ya.
Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia berasa salah, maka ia
lalu berkata, "lya, iya dah, aku salah. Teruskan ceritamu enci
Ie Ya yang baik."
Kembali ie Ya pelototkan matanya, hanya kali ini matanya
melotot tapi mulutnya yang mungil menyungging senyuman
geli. "Makanya, kau dengar dulu aku cerita." katanya, "tiga
pemuda itu sebenarnya hendak mengadu kepandaian diatas
luitay, tapi tiba-tiba itu si Goen menyelak dan mengatakan
bahwa pertandingan adu silat sudah bosan mendapat hadiah
sutera sudah bukan model baru, paling baik, katanya,
bertaruh pergi kegoa Pek-cong-tong mengambil Hwe-giok
untuk dihadiahkan pada nona Kim Hong Jie. Barulah itu ada
harganya." katanya.
"Mereka yang mau main jago-jagoan, lantas saja bersedia
untuk melakukan pertaruhan itu, meskipun mereka tau bahwa
orang yang pergi kesana bukannya tidak berbahaya."
Sampai disini nona ie berhenti sebentar. Matanya yang
bagus menatap mesra pemuda didepannya, " kenapa kau
tidak menyelak?" tanyanya.
Ho Tiong Jong melengak, "Bukankah enci bilang aku
dengan menyelak?" tanyanya. Ie Ya menekap mulutnya,
menahan ketawa nya melihat kelakuan Ho Tiong Jong.
"Betul- betul kau bisa pegang janji," si nona kata sambil
tersenyum. Ho Tiong Jong juga tersenyum. suatu senyuman yang
membuat hatinya ie Ya berduka sebaiknya dari bergembira,
Kenapa" itulah karena diam-diam ia berpikir.
"Pemuda ini dicintai oleh Giok Cin dan Hong Jie sepasang
jelita yang sukar mendapat tandingan kecantikannya maupun
ilmu silatnya, Aku yang dikenal sebagai Kepala iblis Wanita,
apakah ada harapan menempati hatinya pemuda ini" oh,
kejadian itu mungkin hanya bisa terjadi dalam impian belaka."
Berpikir demikian maka wajahnya yang barusan ramai
dengan senyuman lantas berubah duka dan dingin.
"Hei, kau kenapa, enci Ie?" tanya Ho Tiong Jong heran
melihat perubahan itu. Si nona menghela napas,
"Tidak. " jawabnya, "Nah, Dengarlah aku cerita terus."
Ie Ya lantas menceritakan ceritanya tentang tiga pemuda
yang pergi ketempat berbahaya itu telah menimbulkan rasa
kuatir di- kalangan jago-jago tua dan muda, Mereka kuatirkan
keselamatan tiga pemuda itu terhadap si kakek aneh souw Kie
Han yang ganas, penghuni dari goa Pek-cong tong.
Kim Hong Jie yang turut memikirkan halnya tiga pemuda
itu, yang telah pergi kesana karena gara-gara dia juga,
merasa tidak enak hati diluar tahunya jago jago tua dalam
Seng kee-po itu, dengan mengajak co Goan Liang telah
menyusul kesana.
Sebagai penutup ceritanya, ie Ya berkata "Seng Giok cin
dan Kim Hong Jie ada satu komplotan, tidak heran kalau Giok
Cin hatinya merasa tidak enak mendengar kepergiannya Hong
Jie dan iapun telah menyusul kesana. Karena itu,
kedatanganmu untuk menemui Giok cin jadi kecele... hi hi
hi..." Ho Tiong Jong jadi melongo mendengar keterangannya ie
Ya. "Habis, apa kepergian mereka itu dibiarkan saja." tanyanya,
ketika tersadar dari melongonya
"Sudah tentu tidak- tolol. Kawanan- kawanan tiga orang
gila itu, yang mahir ilmu silatnya sudah pada menyusul
pertandingan adu kepandaian diatas luitay dengan sendirinya
dihentikan, karena Seng Pocu dan kambratnya pada menyusul
juga." Ho Tiong Jong menjublek. pikirnya melayang kepada Seng
giok cin dan Kim Hong Jie, pikirnya orang tua aneh dari goa
Pek cong-tong memang sangat kejam dan telengas kabarnya
tapi disamping itu juga disana pun dipelihara banyak kutu,
ular, dan lainnya binatang berbisa, kalau tak sampai terbinasa
ditangannya kakek aneh Souw Kie Han, mereka disana pasti
akan menemui kematiannya karena diantuk oleh binatangbinatang
beracun. Belum kembali ingatannya mendadak ia
mendengar Ie Ya berkata.
"Adik Jong aku mengucapkan banyak terima kasih atas
pertolonganmu barusan, memang harus aku akui kalau kau
tidak datang, entah bagaimana dengan diriku kena dikeroyok
oleh mereka itu. Aku masih ada urusan, maka sampai disini
saja kita berpisahan-"
Ho Tiong Jong melihat si gadis sehabis-nya mengucapkan
kata-katanya dengan segera mengangkat kakinya hendak
berlalu cepat-cepat ia mencegah.
"Eh, encie le tunggu dulu"
Si nona merandek dan menoleh pada Ho Tiong Jong.
"Ada apa lagi?" tanyanya.
"Boleh kah aku minta pertolongan encie?"
"Dalam hal apa?"
"Aku ada mempunyai sahabat seorang tua, yang belum
lama aku tolong keluarkan dari rumah penjara berair, Dia
sudah dua puluh tahun disiksa dalam penjara, aku kasihan, ia
merindukan melihat matahari lagi dalam usia tuanya."
"Siapa orang tua itu, sampai tahan disekap begitu lama ?"
Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan ringkas halnya co
Kang cay dan ie Ya yang mendengarnya telah anggukkan
kepalanya, Setelah ia kerutkan alisnya yang lentik halus, seperti ia
sedang menimbang-nimbang lalu berkata.
"Aku harus menbiwa ia kemana?"
"Bagaimana kalau ke Yang-co apa tidak kejauhan?" tanya
Ho Tiong Jong bersenyum.
"Jauh atau dekat, kalau memang mau menolong tidak
menjadi soaL" jawab si nona sambil melirikan matanya yang
jeli dan bersenyum menggiurkan.
"Terima kasih, kau baik sekali enci, Aku sebenarnya tidak
ingin membuat berabe encie. kalau saja aku ungkulan untuk
menerjang keluar dari tempat ini. Barusan aku ketemu encie,
lantas mendapat pikiran untuk menyelamatkan orang tua itu,
tidak ada jalan lain yang lebih sempurna dari pada minta
pertolongan encie, Dengan dimasukkan dalam kereta encie,
orang tua itu akan selamat dari tempat mereka disini, Nah,
encie tunggu sebentar, aku akan ambil orang tua itu kemari."
Ie Ya angguk kan kepalanya.
Ho Tiong Jong lantas berlalu, Dengan kepandaiannya
mengelilingi tubuh dalam tempo sebentaran saja ia sudah
kembali dalam kamar rahasianya, di mana co Kang cay sedang
menanti-nantinya .
"Tiong Jong, kau sudah balik" sungguh kesepian
ditinggalkan olehmu." kata co Kang cay dengan muka berseri
seri. "co Lopek sungguh kebetulan sekali aku ketemu dengan
encie ie. Dengan pertolongannya, kau dapat pulang
ketempatmu di Yang-co." kata Ho Tiong Jong dengan muka
berseri-seri girang.
co Kang cay masih belum mengerti duduk -nya, tapi setelah
ia diberi keterangan tentang Ie Ya hendak menyelamatkan
dirinya sampai ditempatnya di Yang co, orang toa itu
kegirangan- Sambil mengurut-urut jenggotnya ia berkata,
"Tiong Jong, aku betul-betul merasa girang mempunyai
sahabat seorang muda seperti kau ini. Aku harap- setelah kau
disini membereskan kewajibanmu, kau lekas-lekas menyusulku
kesana." Ho Tiong Jong ketawa sambil anggukan kepala.
"co lopek. asal saja aku masih bernyawa pasti aku akan
menyusul kau kesana dan...."
"Tiong Jong." menyelak si kakek, "kau jangan berkata
begitu di lihat dari air muka-mu, kau ini bukan macam orang
yang pendek umur. Rejekimu besar meskipun kau
mengalamkan banyak bayangan dalam perjalanan hidupnya
akhirnya kau akan menjadi seorang yang ternama. percayalah
pada aku si orang tua."
Sebelum orang tua itu berkata habis, Ho Tiong Jong sudah
tidak memberi ketika lagi, dengan cepat ia meny amber
tubuhnya dan di gendong keluar dari tempat rahasia itu.
sebentar saja mereka sudah berada ditempat, dimana Li lo sat
Ie Ya sudah menanti dengan keretanya.
Kusirnya berbadan tegap. tinggi besar. umurnya kirakiranya
tiga puluh tahun-
Roda-roda kereta telah dibungkus, rupanya supaya jangan
menerbitkan suara berisik keluar dari tempat itu.
Ie Ya membantu Ho Tiong Jong memasukkan co Kang cay
kedalam kereta, setelah selesai Ho Tiong Jong berkata pada Ie
Ya. "Enci ie, kau sudah bermusuhan dengan-.."
"Aku dapat pergi" jawab Ie Ya bersenyum manis,
"Aku kuatirkan-..." Ho Tiong Jong belum lampias bicara
sudah dipotong oleh Ie Ya katanya.
"Kau kuatirkan aku mendapat celaka dari pihaknya Seng
Pocu" IHm... mereka tidak membuat susah padaku, asal saja
aku tidak tertangkap malam ini. Kita akan berhadapan sebagai
sahabat meskipun dalam hati masing-masing ada mempunyai
rencana sendiri.
Kau jangan kuatir, Tiong Jong, kita berpisah sampai disini,
tidak lupa aku mengucapkan sekali lagi terima kasih atas
bantuanmu barusan-." Ie Ya tutup bicaranya dengan
mengerlingkan matanya yang memikat.
Tiong Jong hatinja berdebar sejenak. Tapi lekas ia dapat
menetapkan ketenangannya kembali "Encie ie, selamat
berpisah. Semoga kau selamat dan dilain ketika dapat
berjumpa kembali, tapi..."
Ho Tiong Jong mengelah napas dengan tiba-tiba hingaa ie
Ya jadi terperanjat. "Kau kenapa. Tiong Jong?" tanyanya.
"oh. tidak apa apa, selamat tinggal.... harap saja encie
dapat mengantar co lopek sampai ditempatnya dengan tidak
kurang apa2, Dan co lopek kini kita berpisah." ia meneruskan
kata-katanya pada co Kang cay "Harap saja kau baik baik
dapat menjaga diri.."
Ie Ya sudah membuka mulutnya hendak berkata, akan
tetapi badannya si pemuda sudah melesat sejauh beberapa
tumbak, akan kemudian menghilang dari pemandanganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ho Tiong Jong tidak menceritakan terus terang bahwa
dirinya bakal mati gara-gara racun Tok kay, maka bicaranya
sampai, tapi..." telah terputus.
Ie Ya memandang bayangan si pemuda sampai hilang, lalu
menghela napas, terus naik keretanya dan perintah kusirnya
untuk segera menjalankan keretanya.
---ooo0dw0oooo---
XIX. CUBITAN YANG MENIMBULKAN KENANGAN.
KITA ikuti Ho Tiong Jong. setelah berpisah dengan ie Ya
lantas ia lari kegunung Hul-cui-san- dari tempat mana ia


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang ia bisa memandang lembah Liu soa kok dipagi
hari. Dibawahnya sinar mata hari pagi tampak padang pasir
yang putih mengasih pemandangan yang indah. Dalam
hatinya merasa gelisah memikirkan Kim Hong Jie yang ada
kesana, di goa Pek cong-tong tempatnya si kakek aneh yang
terkenal ganas dan kejam.
Tiba-tiba ia melihat dua bayangan orang yang naik kuda
dikaki gunung sedang menuju ketempat Seng Eng. Lantas saja
Ho Tiong Jong mengenali satu diantaranya ada Seng Giok cin,
Dalam hati berpikir, apakah Giok Cin sudah kembali dari sana"
Mungkin Hong Jie sudah menemukan ajalnya disana, maka
Giok Cin sudah kembali dengan tangan kosong" pikirnya tentu
tidak ada gunanya ia lama lama dalam goa kakek aneh itu,
karena Kim Hong Jie tokh sudah mati. Rupa-rupa pikiran saat
itu telah mengaduk dalam otaknya si anak muda.
Bayangap nona Kim yang cantik menarik dengan dua
sujennya dikedua belah pipinya yang halus botoh memikat
hati, membuat Ho Tiong Jong melamun kennasa yang lampau,
dimana ia telah menerima banyak budi dari gadis cilik (Hong
Jie) itu, selama ia belajar silat dua belas jurus ilmu golok
keramat- dari engkong nya.
Tanpa disadari dengan pelahan-lahan ia bertindak. Belum
lama ia berjalan, ia mendengar disebelah depan ada orang
bicara, cepat-cepat ia menghampiri lalu menyelingkar di balik
pohon ketika ia sudah datang dekat kepada orang orang yang
bicara tadi, yang bicara tadi, yang ternyata bukan lain
daripada Hui Siauw ceng yang mukanya kasar dan kakaknya si
Hui Sang Kang bersama-sama dengan nona Lauw Hong In-
Pada saat itu tampak nona Lauw air mukanya muram, yang
dikesalkan, apa mungkin ia memikirkan perginya Kim Hong Jie
ke-tempatnya si kakek aneh, yang belum diketahui bagaimana
nasibnya si nona disana" Terdengar Hui Song Kang berkata, "
itu putrinya Seng Pocu, Seng Giok cin semalaman suntuk
gentayangan tidak berani meneruskan perjalanannya, betulbetul
dia bikin kita celaka"
Hui Siauw ceng mengerutkat alisnya "Ya, memang ditempat
ini ada sangat berbahaya" katanya. "pasir berjalan (Liu soa)
yang harus dilewati sangat angker setiap orang yang berjalan
diatas pasti menemukan bahaya yang tidak diingini."
"semua-mua ada gara garanya co Goan Tiong," nyeletuk
Lauw Hong in. "orang she co itu telah membunuh musuh
dengan meminjam tangannya lain orang, Betul-betul terkutuk
perbuatannya itu..." Hui Siauw ceng tidak berkata apa-apa.
Matanya tampak mengawasi disekitarnya. Tiba-tiba ia
berkata. "Seng Kang, coba keluarkan tambang panjang yang
digemblok di punggungmu aku hendak mencoba-coba pasir
berjalan ini."
Hui Seng Kang terbelalak matanya mengawasi ayahnya.
"Ayah . . ." katanya gugup,
"Kau kenapa," tanya sang ayah.
"Jangan kita coba-coba menempuh bahaya sendiri Ayah,
coba lihat itu gerombolan Seng Pocu, semuanya juga ada
membawa tambang, akan tetapi mereka masih belum berani
turun tangan"
"Terserah sama mereka," memotong sang ayah dengan
mata melotot, " mereka mana dapat menandingi ayahmu,
Lekas keluarkan jangan banyak rewel ?"
Hong Tiong Jong kini tahu kalau Hui Siauw ceng itu kiranya
ada cungcu dari keluarga Hui, pantasan ia ada demikian
sombong dan angkuh, pikirnya
Hui Seng Kang melihat ayahnya berkeras, ia tidak dapat
membantah, dangan apa boleh buat menurunkan tambangnya
kira kira tiga puluh tumbak. Nona Lauw juga menurunkan
tambangnya, diberikan pada Hui Seng Kang untuk disambung
menjadi lebih panjang, kemudian diberikan pada Hui Siauw
ceng. Lalu diatur gulungan tambang supaya beres untuk dibawa
terbang oleh sijago tua. Tampak Hui Siauw ceng, sambil
memegangi ujung lambang yang dibelitkan pada
pergelangannya, telah mengerahkan tenaga dalamnya, ia
menarik napas dalam-dalam seketika lamanya, tiba-tiba ia
enjot tubuhnya melesat seperti- juga anak panah cepatnya
meluncur kira-kira dua puluh tumbak jauhnya.
"Adik In" ia berkata "sukalah kau bantu menolong ayahku
jangan sampai dia mengalamkan kecelakaan-.."
Belum habis bicaranya, hatinya kaget bukan main ketika
mendengar ayahnya berteriak, " celaka..."
Hai Suuw ceng tampak bergulat dengan pasir, yang hendak
menarik masuk ia kedalam. Tampak ia sudah amblas sehingga
pinggangnya. Bukan main gelisahnya Hui Seng Kang, sambil berteriak
supaya nona Lauw bantu turun tangan, ia memegangi
kencang-kencang tambang dan coba menarik ayahnya keluar
dari dalam pasir yang sudah menelan ia sehingga pinggang.
Nona Lauw juga kelihatan kaget, Ia membantu sungguh
sungguh pada Hui Seng Kang dan sebentar lagi tampak
tambang tercetar.
Kiranya Hui Siauw ceng dengan menggunakan ilmu
mengentengi tubuhnya dibantu dengan lambang, ia beruntung
dapat lolos dari cengkeraman malaikat elmaut.
Hui Seng Kang menarik napas lega melihat ayahnya kini
sudah berdiri ditempat yang aman- Rupanya diatas pasir
berjalan itu ada bagian-bagian yang berbahaya dan yang
tidak, yang berbahaya ialah yang telah dipasangi alat rahasia
oleh si kakek aneh souw Kie Han yang dikendalikan dari dalam
goanya, Kini Hui Siauw ceng berdiri dibagian yang tidak
berbahaya. Tidak lama ia sudah enjot tubuhnya dan balik lagi
berkumpul dengan anaknya dan nona Lauw. Dengan air muka
masih pucat Hui Siauw ceng berkata.
"Aiyaa... betul-betul berbahaya, Baiknya aku yang
mencoba, sehingga dapat menghindarkan diri dari
cengkramannya pasir ajaib itu. Kita sekarang sudah tahu
berbahayanya, maka tidak usah kita tergesah-gesah
menyeberangi pasir berjalan ini."
"Tapi, Hui sickhu, bagaimana baiknya dengan toako Khoe
cong yang sudah dua hari lamanya disana?" nyeletuk nona
Lauw. "Adik Lauw." Hui Seng Kang menalangi ayahnya menjawab,
"apa kau tidak lihat bagaimana berbahayanya ayah barusan"
Maka kita tidak boleh tergesa-gesa harus kita berunding dulu
bagaimana baiknya untuk menolong mereka yang ada disana."
Lauw Hong In bungkam, tapi diam-diam hatinya merasa
kurang puas. "Ya, kau tak perlu gelisah." kata Hui Siauw ceng. "Giok cin
yang cerdik tidak berani sembarangan menempuh bahaya,
Yang perlu sekarang, sebaiknya kita kesampingkan dahulu
kepentingan sendiri harus kita bersatu dalam tujuan hendak
menolonGi orang. Dengan demikian barulah bisa diharap kita
dapat mengatasi kesulitan dan usaha kita dapat berjalan
dengan aman-"
Kemudian, mereka bertiga sambil pasang omong, telah
meninggalkan tempat itu.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan Hui Siauw ceng punyai
ilmu mengentengi tubuh demikian mahir, sehingga dapat
meloloskan diri dari terkamannya pasir ajaib diam-diam
mengagumi pada orang tua itu.
Kini melihat mereka sudah meningalkan tempat itu diamdiam
mereka berpikir, tapi tidak tahu siapa-siapa diantaranya
pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan
itu yang berani menempuh bahaya terlebih dahulu"
"Ya, sebaiknya aku mencari tempat sembunyi, supaya
mereka tidak mengetahui aku ada disini." ia lalu meneliti
disekitarnya tempat itu. Tidak jauh dari tempat ia berdiri
kelihatan ada satu batu besar ia menghampiri dan ternyata
dibawahnya ada sebuah goa.
"Aaaa... ini ada tempat yang aman-" pikirnya, maka ia
sudah lantas masuk kedalamnya dan disitu ia duduk
bersemedi, ia sudah beberapa malam tidak tidur, tidak heran
kalau ia sudah kepulasan dan tidur nyenyak.
Tahu-tahu, ketika sinar matahari merah menyoroti tempat
itu, membuat ia kaget dan cepat cepat lompat bangun dan
keluar dari goa, gunakan ilmu lari cepatnya masuk kedalam
rimba yang banyak pepohonannya.
Ia putar otaknya untuk mencari jalan bagaimana ia bisa
menyeberangi lembah pasir berjalan itu dengan selamat"
Mendadak ia mendapat suatu cara, Lekas ia gunakan
goloknya menebang dua cabang pohon yang kokoh, ia bikin
dua batang cabang itu macam tongkat ia gunakan sepasang
tongkat itu sebagai gantinya pengunjuk jalan untuk mencari
bagian-bagian jalanan yang tidak berbahaya.
Perlahan-lahan ia sudah berjalan diatas pasir ternyata ia
tidak mendapat halangan apa apa, Hatinya ia semakin besar,
maka ia percepat jalannya dan tidak lama kemudian benar
saja ia sudah berada disebrang dibawahnya puncak gunuug
Si-ban-leng. Diam-diam ia bersenyum ewa mengingat percobaan yang
dilakukan oleh Hui Siauw ceng yang tidak berhasil. Pikirnya, ia
ada lebih pandai menggunakan akal dan sudah bisa sampai
dengan selamat ditempat tujuan- Tapi Ho Tiong Jong tidak
tahu, bahwa ia bisa selamat menyebrangi lembah pasir
berjalan karena alat rahasianya tidak dikerjakan oleh Souw Kie
Han- Kakek aneh itu pada saat Ho Tiong Jong menyebrangi
padang pasir yang angker itu, sedang nyenyaknya tidur,
karena terus-terusan dua hari dua malam tidak tidur karena
mendapat gangguan dari orang-orangnya Seng Kee Po.
coba kalau sikakek dalam sadar, tentu tidak begitu mudah
Ho Tiong Jong dapat melalui padang pasir berjalan itu, kalau
tidak sampai ia mengalami celaka karena ditelan oleh pasir
seperti kejadian dengan Khoe cong dan kawan-kawannya.
Ho Tiong Jong setelah berdiri sejenak. mengawasi padang
pasir yang ia telah lewati barusan, lantas membuang sepasang
tongkat kayunya.
Anak muda itu bukannya takut mati ditelan pasir, ia
makanya ingin selamat sampai disebrang, karena hatinya ingin
menolongi Kim Hong Jie.
Untuknya, kematian tidak memjadi soal, karena ia tahu ia
tokh bakalan mati karena racunnya Tokskay. ia ingin
sebelumnya mati ia dapat menolong dahulu orang yang ia
hargakan tinggi kebaikannya.
Dilain saat Ho Tiong Jong sudah naik ke puncak gunung, ia
lihat banyak sekali terdapat goa-goa, entah betapa banyaknya
ia tidak dapat menghitungnya. BELUM berapa tombak ia jalan,
tiba-tiba ia berhenti disebuah batu besar.
Ketika matanya memeriksa keadaan disitu, ia melihat
dibatu besar itu ternyata ada sebuah goa. orang tidak mudah
melihatnya karena kealingan oleh batu besar tadi, Selainnya
ini, Ho Tiong Jong dapatkan disana-sini diatas batu-batu ada
liurnya dari binatang berbisa yang sudah menjadi kering
karena kesorotan matahari. Hatinya berdebar mengingat
kemungkinan Kim Hong Jie sudah binasa menjadi mangsanya
binatang berbisa.
Ia lalu berjalan masuk kedalam goa, Ternyata dalam goa
itu amat bersih, diatas jalannya hanya kedapatan pasir putih,
tidak kedapatan sebutir batupun, Mulut goa besar dan tinggi,
dinding sekelilingnya ada dari batu kumala putih, begitupun
lantainya hingga tampaknya terang dan resik.
Dilihat keadaannya goa ini seperti juga tempatnya orang
yang mengasingkan diri, memang membuat orang merasa
betah menempati goa ini, keadaannya tentram dan sunyi, jauh
sekali bedanya kalau dibandingkan dengan goa yang barusan
Ho Tiong Jong masuki dan bersemadi kepulasan, dalam goa
yang terdahulu itu selain tempatnya kecil sempit, juga banyak
kutu-kutu dan lain-lain binatang berbisa.
Selagi ia terpesona menyaksikan keadaan dalam goa itu,
tiba-tiba hidungnya mengendus bau harum. Hatinya heran,
karena ditempat itu dimana ada tanaman bunga karena tidak
ada sebatang rumputpun yang hidup disitu. Terdorong oleh
perasaan kepingin tahu.Ho Tiong Jong telah memasuki goa itu
lebih dalam lagi.
Berjalan tidak lama ia menemui sebuah kamar batu yang
terang, Keadaannya kosong tidak ada perabotan apa-apa, ia
hanya melihat ada satu pot bunga besar yang digantung
setinggi lima kaki pada dinding kamar.
Ketika diperiksa dalampot itu ada ditanami bunga degan
pasir sebagai tanahnya, Tampak bunga itu hidup subur dan
menyiarkan bau harum sebagaimana yang dapat diendus
olehnya tadi Pot itu berbentuk patkwa delapan persegi makin didekati
harumnya bunga makin keras hingga Ho Tiong Jong tidak
tahan dan keluar dari kamar itu.
Tidak jauh dari kamar tersebut ada kamar pula, Kamarkamar
batu itu dibangun dengan indahnya dan seperti ada
mengandung rahasia. Ho Tiong Jong penasaran lalu keluar
goa lagi, dimulut goa ada pintu bikinan alam yang kokoh kuat,
Depan mulut goa tanahnya berpasir halus dan empuk ketika ia
coba coba berjalan diatasnya, pikirannya didalam goa itu pasti
ada penghuninya yang tinggi ilmunya. Apakah ia ada kakek
Souw Kie Han yang dimaksudnya.
Dengan menemui kakek itu, pikirnya, ia akan dapat tahu
perihal keadaannya Kim Hong Jie apakah si nona masih dalam
selamat atau sudah binasa diantuk binatang beracun yang
banyak berkeliaran disitu"
Memikir kesitu, lantas Ho Tiong Jong putar lagi badannya
memasuki pula goa tadi, Dengan goloknya ia ketok ketok
disekitar dinding, seolah-olah ia ada mencari alat rahasianya.
Tapi ia tidak mendapatkan apa apa selamanya suara membalik
dari ketokan goloknya itu berbunyi mengaung.
Ia masih panasaran, lalu masuk kedalam kamar tadi yang
ada pot bunganya.
Setelah memeriksa disekitar kamar tidak ada apa apa yang
mencurigakan tangannya iseng sadah mendorong dorong pot
berbentuk patkwa itu kekiri, sedikitpun tidak bergerak akan
tetapi ketika didorong kekanan mendadak ia mendengar suara
berkelelek danpot itu menggeser tiga dim.
"Aaaa.... ini tentu kuncinya untuk masuk kekamar rahasia"
pikirnya.

Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia lalu yang menggoyang goyangkan pot itu, segera
terdengar seperti suara terbukanya pintu. Benar saja Ho Tiong
Jong lihat pada dinding kamar batu itu ada terbuka sebuah
pintu. Ho Tiong Jong menjadi girang lalu ia memasuki pintu
tadi, kiranya disitu juga ada sebuah kamar.
Tapi kamar disitu beda dari yang sudah sudah karena
terlihatlah diperlengkapi dengan perabotan yang indah-indah
seperti meja kursi dan tempat tidur.
Batu kumala putih yang melapis dinding dan lantai tampak
berkilat terang, hingga keadaan disini ada lebih terang dari
kamar lainnya. Diatas pembaring Ho Tiong Jong lihat ada satu kakek kurus
kering sedang bersemedi. cepat-cepat Ho Tiong Jong
mendekati dan menjura memberi hormat, katanya.
"Harap cianpwee suka memaafkan Boan-pwee yang sudah
lancang masuk kedalam tempat istirahat cianpwee disini
karena tidak mengetahui kalau dalam kamar ini ada
penghuninya."
Ho Tiong Jong beberapa saat menanti jawaban, tapi tidak
juga ia mendengar suara si kakek yang bersender didinding
batu. "Harap cianpwee suka memberi maaf, supaya boanpwee
meninggalkan ruangan ini dengan lega." demikian Ho Tiong
Jong berkata pula.
Tapi lama ditunggu, jaga tidak mendengar orang tua itu
membawa suara. Diam-diam anak muda itu mendongkol dalam hatinya,
kenapa pikirnya sombong benar orang tua itu, ia sudah
merendah sampai begitu rupa, akan tetapi dianggap sepi saja
seolah-olah suaranya itu tak dapat didengar.
Kini Ho Tiong Jong membuka matanya lebih lebar
mengawasi kepada orang tua itu, hatinya tiba-tiba bercekat,
Dengan pelahan-lahan ia menghampiri lebih dekat dan ketika
diteliti, kiranya orang tua itu sudah menjadi mayat, pantasan
tidak menjawab omongannya tadi.
Entah sudah beberapa lama kakek ini sudah menjadi
mayat, keadaannya masih tetap seperti orang hidup yang
sedang bersemedi
Tangannya tampak sedang memegangi patung kecil
ditempelkan pada dadanya, agaknya seperti yang sangat
menyayangi benda itu.
Ho Tiong Jong iseng tangannya lalu mengambil patung itu
dan dilihatnya. Astaga... patung itu bagus sekali, di buat dari
bahan batu kumala putih.
Patung itu merupakan bentuk badan wanita yang
sempurna, kecantikannya yang luar biasa, hingga Ho Tiong
Jong terpesona dan tangannya menggetar memegangnya.
Saat itu lantas berbayang air muka cantik jelita dari dua
nona didepan matanya, Mereka itu bukan lain dari Seng Giok
Cin dan Kim Hong Jie, Ho Tiong Jong seperti juga sedang
membanding-bandingkan keelokannya dua nona itu dengan
patung yang ada ditangannya. Lama dia dalam keadaan
demikian, tiba tiba terdengar ia menghela napas dan berkata
pada diri nya sendiri.
"Ya masing-masing ada membawa kecantikkannya sendiri,
siapa lebih unggul sukar ditentukan, Giok Cin dan Hong Jie
kelihatannya ada menaruh hati padaku, tapi... ah sayang aku
seorang miskin, mana pantas aku menjadi pasangannya."
Ho Tiong Jong jadi ngelamun. Dewi asmara agaknya mulai
mengadu biru dalam hatinya yang masih kosong.
Tapi sang Dewi tak berhasil mendobrak hatinya, karena
adanya pikiran rendah diri, bahwa ia bukan pasangannya dari
nona-nona tingkatan atas itu.
Dekat pembaringan itu terdapat satu meja kecil, diatasnya
Ho Tiong Jong lihat ada batu kumala yang warnanya kemerahmerahan,
hatinya tertarik dan lalu memegangnya, tiba tiba ia
rasakan hawa hangat nyelusup masuk keseluruh badannya
keluar dari batu tadi.
Hatinya sangat heran, ia tidak tahu itulah ada batu kumala
api(Hwee-giok) yang menjadi benda buruan dari tiga pemuda
Khoe-cong, Kong Soe Tek dan in Kie seng datang
ketempatnya si kakek Souw Kie IHan yalah benda yang akan
dihadiahkan kepada Kim Hong Jie.
Ketarik oleh keajaibannya batu kumala api itu, tanpa
merasa, ia sudah bakal main ditelapakan tangannya,
kemudian dimasukkan kedalam sakunya.
Kemudian ia memandang lagi patung wanita cantik tadi,
ketika diteliti kiranya pada patung itu ada ukiran tulisan yang
berbunyi. "cay in sudah pulang kealam baka, tak dapat hidup
kembali. Hatiku menjadi kosong oleh karenanya, dunia yang
luas bagaikan menjadi sempit. Tidak ada kebahagiaan lagi
dalam dunia, maka aku menyusul dia ketempat baka. catatan
CIE KENG. Ho Tiong Jong berdiri bengong setelah membaca ukiran
tulisan tersebut.
Pikirnya, orang tua itu bernama cie Keng yang membuat
patung wanita cantik bernama cay in. ia membuat itu sebagai
kenangan akan istrinya yang sangat dicintainya itu yang
mendahului ia pulang kealam baka.
Kebahagiaan hidup karenanya menjadi musnah dan
hidupnya cie Keng selanjutnya menjadi tidak ada artinya,
Akhirnya ia mengambil putusan untuk menyusul sang istri
ketempat baka. Kesian.
"Ya cie lopek ..." terdengar Ho Tiong Jong berkata
sendirian, "kau masih beruntung boleh dikata, karena kau
sudah mengalami masa kebahagiaan hidup dan
mengenangkan orang yang dicintai, tapi seperti aku... aku
bernasib buruk. Hanya bahaya kematian saja yang dihadapi
olehku sepanjang hidupku. Terlunta-lunta hidupku, dimana
dan siapa orang tuaku, aku juga tidak tahu."
Setelah berkata kata demikian tampak wajahnya muram ia
sangat berduka.
Dengan sangat hati-hati ia telah taruh- lagi patung batu
kumala tadi ditempat asalnya itulah benda miliknya si kakek,
tak dapat dibawa dari situ.
Kemudian setelah mereda dari dukanya, Ho Tiong Jong
keluar dari goa itu setelah terlebih dahulu menutup kembali
kamar batu rahasia itu sebagaimana asalnya. Ia berjalan
dengan tundukan kepala.
Belum lama kakinya bertindak. tiba-tiba ia mendengar
suara seorang wanita memanggil namanya, ia menjadi
celingukan mencari dari mana datangnya suara itu.
"Tiong Jong" kembali ia mendengar orang memanggil
Suaranya merdu halus, tapi seperti mengandung sedih,
tidak heran kalau Ho Tiong Jong menjadi tidak sabaran.
Pikirnya tentu wanita itu dalam keadaan sulit makanya
suaranya ada demikian sedih.
Tapi siapakah dia" Sebab yang mengetahui bahwa dirinya
sudah hidup kembali hanya seng Giok Cin dan Li lo-sat Ie Ya.
Ketika untuk kesekian kalinya suara memanggil tadi
terdengar, Ho Tiong Jong berteriak "Hei, kau ini siapa dan
dimana adanya" Apakah kau ada encie Ie ?"
"oh, bukan, aku she Kim." jawab suara tadi.
Hatinya Ho Tiong Jong terkejut tapi dibarengi oleh rasa
girang, sebab orang itu tentu tidak lain daripada Kim Hong Jie
adanya. Saat itu seperti keluar dari tumpukan batu, maka cepat
cepat ia menghampiri tempat itu. Memang benar keluarnya
dari sini, orang tidak tahu bahwa disini terdapat sebuah goa
karena kealingan oleh tumpukan batu yang tinggi.
Betul saja tampak nona Kim yang elok sedang berdiri
mengawasi kepadanya dengan bersenyum, memperlihatkan
sepasang sujen-nya yang memikat.
Ho Tiong Jong buru buru menghampiri dan sambil
mencekal tangan si nona yang halus ia berkata. "oh, Tuhan,
terima kasih... terima kasih, akhirnya aku dapat menemukan
kau juga disini, adik Hong..."
"Engko Jong" hanya ini saja yang meluncur dari mulutnya
sigadis yang mungil saking terharunya dapat bertemu pula
dengan pemuda pujaannya itu.
"Adik Hong, kau..."
Belum usai bicaranya, telah dipotong oleh Kim Hong Jie.
"Engko Jong, barusan kau menyebut namanya encie Ie Ya,
apakah sebenarnya memang kau datang kesini hendak
mencari padanya ?"
Si nona menanya dengan sungguh, agaknya seperti yang
menaruh cemburu. Ho Tiong Jong bingung, tak dapat
memberi jawaban lantas.
"Adik Hong, nanti aku akan menceritakan duduknya. Yang
penting sebaiknya aku lekas lekas menolong dirimu keluar dan
tempat ini, apa memangnya kau betah tinggal terus-terusan
disini?" Kim Hong Jie deliki matanya yang jeli sambil mesem.
"Hmm....siapa kesudian tinggal terus disini. Tapi kau lihat,
apa aku bisa pergi begitu saja?" kata sinona sambil perlihatkan
tangan kirinya yang dirantai dengan rantai halus dan
dicancang menembus ke dinding goa.
Ho Tiong Jong terkejut melihatnya. "Ah, adik Hong,
bagaimana kau bisa diperlukan begini rupa " Tapi jangan
kuatir, aku nanti putuskan rantai sekecil itu."
Berbareng ia coba gunakan dua tangannya dan
mengerahkan tangannya untuk memutuskan rantai kecil ini,
tapi tidak berhasil biar bagaimana Ho Tiong Jong berdagingan
juga, ia jadi penasaran lalu mencabut goloknya dengan
senjata ini ia mencoba membacok putus, tapi hasilnya serupa
saja tidak bisa putus.
Masin penasaran, anak muda itu lalu pakai batu sebagai
tatakan untuk membacok pitus rantai itu, tapi juga tidak
berhasil, Ho Tiong Jong bukan main herannya, entah dengan
bahan apa rantai yang demikian halusnya itu dibikin sehingga
tidak dapat diputuskan oleh tenaga manusia dan bacokannya
golok" Kim Hong Jie melihat Ho Tiong Jong menjadi
kebingungan, lantas berkata.
"Engko Jong, sebaiknya kita bercakap-cakap saja, jangan
menghiraukan rantai yang mengikat tanganku ini.."
"Habis apa kau mau terus-terusan dirantai begini saja"
"menyelak Ho Tiong Jong.
Si nona bersenyum getir, "Engko Jong, kita sudah lima
tahun lamanya berpisah dan tidak bercakap-cakap. selama
tempo itu tentu kau ada mengalamkan banyak kejadian dalam
perjalanan hidupmu, maka sukalah kau memberitahukan
padaku?" Ho Tiong Jong geleng-geleng kepalanya "Adik Hong,"
katanya, "sejak kita btrpisahan aku lantas bekerja dalam
perusahaan piauw kiok, Dalam masa ini, kalau aku ceritakan
benar benar aku merasa sedih, Tapi, ah, bagaimana dengan
adik Hong sendiri?"
Kim Hong Jie bersenyum, sepasang sujen nya memain
menarik hati. "Engko Jong, aku ingin menanyakan kau satu perkara."
" Urusan apa, kau tanyalah," menyelak si pemuda.
"Kau keluar masuk di Seng Kee Po, apakah untuk pertama
kalinya kau melihat aku lagi, apakah kau kenali itu gadis cilik
yang menangis dipinggir sawah karena bonekanya
kecemplung?" tanya si gadis sambil tersenyum manis.
Ho Tiong Jong tertegun. ia tidak pernah menyangka si nona
akan majukan pertanyaan ini, setelah saling pandang sejenak
dengan penuh kenangan lama si pemuda menjawab. "Adik
Hong, masa aku sampai tak dapat mengenal kau si nakal."
"Engko Jong, kau kau..." si gadis nyeletuk sambil menyubit
tangannya si pemuda.
"Aduh..." teriak Ho Tiong Jong pura-pura kesakitan sambil
mengusap-usap tangan yang kena cubitan halus dari si jelita.
"Sakit" Hmmm... sekali lagi kau berani mengatakan si
nakal, aku cubit lebih keras lagi dari barusan," sipengancam
dengan wajah agak cemberut.
Ho Tiong Jong ketawa, ia mengawasi si cantik dengan sorot
mata lain daripada lima tahun berselang, diwaktu Kim Hong
Jie masih anak-anak umur dua belas tahun. Kini
pandangannya penuh dengan rasa mesra dari seorang
pemuda terhadap seorang gadis pujaannya, dahulu hanya
merupakan pandangan kasih sayang dari seorang kakak
terhadap adiknya saja.
Si gadis bukannya tidak tahu perobahan ini, maka dari
cemberut tadi wajahnya sudah lantas berubah bersenyumsenyum
yang bikin orang melamun. Keduanya saling pandang,
keduanya saling untuk menyatakan isi hatinya.
"adik Hong..." Ho Tiong Jong memecahkan.
"Engko Jong...." jawab sigadis pelahan.
Kembali sunyi, dan pasang mata saling pandang dengan
penuh arti. "Adik Hong." kata si pemuda, "cubitanmu jauh bedanya
dengan dahulu."
"Dulu bagaimana dan sekarang bagaimana."
"Dahulu kasar dan sakit."
"sekarang?"
"Halus seperti yang dielus."
Kim Hong Jie tundukkan kepalanya, wajahnya kemerahmerahan.
Memang ia sendiri tahu, bahwa cubitannya Engko
Jong dahulu dan sekarang jauh bedanya.
Dahulu sebagai anak nakal ia mencubit betul-betul, tapi
sekarang setelah dewasa dan memandang Ho Tiong Jong
sebagai pemuda pujaannya, cubitannya halus seolah-olah
bergurau mengenangkan masa yang lampau. Suatu cubitan
yang menimbulkan kenangan lama. Si pemuda berdiri
bengong dengan penuh lamunannya.
Lama mereka terbenam dalam masing-masing lamunannya.
Ho Tiong Jong baru sadar ketika Hong Jie perlihatkan
sujennya yang memain dan matanya mengerling kepadanya.
"Engko Jong kau masih belum meneruskan ceritamu
mengenai aku." si gadis berkata pelahan.
"Adik Hong," jawab sipemuda "ketika pertama kali kau
diSeng-Kee Po, aku merasa berat untuk menegur kau karena
aku merasa bahwa diriku seorang lantang lantung yang tidak
berguna, mana adik Hong mau mengenalinya lagi?"
"Engko Jong...." nyeletuk si gadis.
Ho Tiong Jong tersenyum getir, "Adik Hong memang aku
keliru, sebab ternyata kau ada seorang nona yang berhati
mulia, kau sudah menolong membuka totokan pada jalan


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

darahku dan memberikan sebuah kikir untuk aku mengikir
putus rantai, yang membelenggu diriku, oh, sungguh mulia
hatimu semoga Tuhan memberkahimu selamanya."
" Engko Jong, jangan berkata begitu."
"Maka, adik Hong." Kata pula Ho Tiong Jong, "ketika aku
mendengar kau dalam bahaya, dengan melupakan diri sendiri
yang berkepandaian rendah, sudah lantas datang kesini
dengan penuh pengharapan dapat menolong dirimu."
"oh. kau baik sekali Engko Jong, Tapi kenapa mula-mula
kau menyebut enci le?"
"Adik Hong, kaujangan salah mengerti. Aku sebenarnya
dianggap sudah mati oleh semua orang di Seng Kee Po,
kecuali adik Giok dan enci le yang mengetahui bahwa aku
sebelumnya belum mati, Maka selainnya mereka berdua, tentu
siapa lagi yang mengenali padaku?"
"oh, begitu" Maaf untuk pertanyaanku yang tidak
beralasan, Engko Jong?"
Keduanya bersenyum mesra.
Kim Hong Jie yang sangat kegirangan- Pikirnya, pemuda
pujaannya ini benar-benar datang kesini dengan menerjang
bahaya adalah untuk menolong dirinya, bukan untuk
menolong orang lain, Dasar hatinya saja yang penuh cemburu,
membuat barusan berulang kali ia kepingin diterangkan
kenapa si pemuda menyebut enci le bukannya adik Hong"
Kini ia sudah dapat penjelasan- cintanya terhadap pemuda
pujaannya itu sudah semakin tebal saja.
"Tapi adik Hong, bagaimana sekarang baik nya?" tiba-tiba
Ho tiong Jong berkata.
"Urusan apa?" tanya si nona kaget.
" Dirimu, bagaimana dapat lolos dari rantai yang ulet itu"
siapa sebenarnya yang telah merantai kau, adik Hong?"
Kim Hong Jie menghela napas, "Sudah tentu bukan lain
dari tua bangka itu yang merantaiku."
"Tua bangka yang mana?"
"Julukannya si Kakek Aneh dan namanya Siaw Kie Han,
suhengnya Kong Yat Sin si Dewa obat, Dia sangat hebat ilmu
kepandaiannya, ayahku dengan kawan kawannya tak sanggup
menghadapinya .
Kini umurnya sudah hampir satu abad, tapi masih kuat dan
sehat badannya, ia sangat kejam, siapa yang melanggar
daerahnya akan mendapat hukuman dari padanya. Begitulah,
aku yang lancang melanggar daerahnya telah mendapat ini
perlakuan-"
si nona yang unjukkan tangannya yang dirantai.
"Adik Hong, dimana adanya dia" Aku ingin menemuinya
untuk minta maaf supaya kau dapat dimerdekakan dan
kembali dapat berkumpul dengan ayahmu." Kim Hong Jie
terharu mendengar kata-katanya Ho Tiong Jong. "Engko Jong,
dia ada di..."
XX JARUM MAUT. NONA KIM belum lampias bicaranya, tiba tiba berhenti
karena mendengar suara orang berdehem dan ia kenali itulah
ada suaranya kakek aneh yang tenaga dalamnya sangat
hebat. "Tunggu, aku lihat siapa diluar," kata Hong Tiong Jong,
sambil bertindak keluar goa. Sampai diluar ia celingukan
mencari orang yang berdehem tadi.
Tiba-tiba dari balik batu besar tampak muncul seorang
tindakannya gesit dan semangatnya bagus, Ho Tiong Jong
yang melihat nya lantas sudah dapat menebak siapa oiang tua
itumaka ia lantas menjura memberi hormat katanya.
" cianpwee, bolehkah boanpwee menumpang tanya apakah
boanpwee berhadapan dengan cianpwee Sauw Kie Han?"
orang tua itu tidak menyahut, hanya anggukan kepalanya.
"Bagus," kata pula Ho Tiong Jong, "tempat disini ada begitu
luas, sukar kalau boa npwee sengaja mencari pada cianpwee.
Kebetulan boanpwee ketemu cianpwee disini."
"Siapa kau." tanya orang tua itu kasar. "Kan mencari lohu
untuk apa" Dan kau masuk golongan mana."
"Maafkan boanpwee berlaku berani, Boenpwee mencari
cianpwee maksudnya hendak minta pertolongan supaya nona
Kim Hong Jie yang dirantai oleh cianpwee dapat diberi
kebebasan, karena dia dengan boanpwee ada hubungan
dekat." "Hmm. Bebaskan dia" Kau harus tahu, lohu disini sudah
sepuluh tahun lebih telah mengadakan peraturan, barang
siapa yang berani menginjak daerah lohu, bisa masuk tidak
bisa keluar lagi, siapakah kau?"
"Boanpwee bernama Ho Tiong Jong, tidak punya suhu.
Mohon belas kasihan cianpwee supaya nona Kim dibebaskan."
orang tua itu ketawa aneh.
"Lohu sudah tidak lantas ambil tindakan untuk
kelancanganmu datang kemari sudah kelewat bagus, sekarang
kau minta kebebasan tawanan lohu, betul betul lucu..."
orang tua itu berkata dengan sifat mengejek memandang
rendah kepada pemuda dihadapannya, sehingga Ho Tiong
Jong yang melihatnya menjadi hilang sabar.
"cianpwee, andai kata gunung ini sudah menjadi cianpwee,
seharusnya disuatu tempat yang tertentu diberi pengumuman
tidak boleh melanggar wilayah cianpwee, baru orang
mengerti. Meskipun begitu kalau sekiranya ada orang yang
kesasar masuk. rasanya masih dapat pembebasan dan tidak
mendapat hukuman mati, bukan ?"
Souw Kie Han tidak menjawab mendengar perkataannya
Ho Tiong Jong yang beralasan, Selainnya itu, juga lidahnya
sudah mulai kaku, karena sudah puluhan tahun ia
mengasingkan diri dipuncak Si-ban-leng belum pernah ia
ketemu orang dan bercakapan-Akhirnya sikakek menjadi
uring-uringan- "Bocah." kata sikakek, "lohu tidak perlu dengan
peraturanmu, yang lohu tetapkan, barang siapa yang berani
masuk kedaerahku ini bisa masuk tak bisa keluar lagi, habis
perkara." Ia bicara dengan satu serangan hebat pada Ho Tiong Jong,
Itulah serangan dengan telapakan tangan, Ho Tiong Jong
tak takut, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menangkis.
Dua kekuatan tenaga dalam segera saling bentur dengan
mengeluarkan tenaga keras.
Si kakek bergoyang-goyang badannya, sedang Ho Tiong
Jong terdorong mundur dua tindak.
Ho Tiong Jong kaget bukan main, ia tak pernah menyangka
bahwa serangan si kakek ada demikian dahsyat. Dila in pihak,
si kakek juga merasa gegetun menyaksikan kekuatan tenaga
dalam Ho Tiong Jong. Meskipun masih demikian muda, tapi
sudah termasuk golongan kelas satu tenaga dalamnya.
Si kakek lantas menyerang lagi, tapi Ho Tiong Jong kali ini
tidak mau menyambuti keras lawan keras, karena barusan
sudah tahu sampai dimana kekuatannya sikakek. ia
menggunakan tenaga lunak untuk melayaninya dan
menyimpan tenaga pada siku lengannya menanti kesempatan
baik lantas dapat digunakan-
Si kakek tahu maksudnya Ho Tiong Jong maka ia lantas
tarik pulang serangan telapakan tangannya dan diganti
dengan serangan lengan baju, ia mengebutkan lengan
bajunya yang gerombonganpergi datang, tapi Ho Tiong Jong
masih dapat mengelakan dirinya dari bahaya.
Tiba-tiba dari kebutan lengan ba Ju Itu, Ho Tiong Jong
dapat mengendus bau amis. Hatinya bercekat, maka ia lantas
menghunus goloknya untuk melayani. Si kakek tawa gelakgelak
melihat Ho Tiong Jong menghunus goloknya.
"Hai bocah" bentaknya "Kau mengeluarkan golok Lam tian
to dari keluarga Seng bisa berbuat apa terhadap lohu" Ha ha
ha... " terus ia melancarkan serangan dengan lengan bajunya
yang ampuh. Dua lengan baju berseleweran, kelihatannya bagus sekali
seperti juga si kakek sedang menari-nari tapi sebenarnya ia
sedang mencecar Ho Tiong Jong dengan serangan-serangan
yang mengarah jalan darah yang berbahaya sekali.
Satu kali Tiong Jong hampir kena disapu mukanya oleh
lengan bajunya Souw Kie Han, tapi ia sudah dapat
menyingkirkan diri dengan melompat mundur. Kemudian
dengar tertawa dingin ia berkata.
"Hei, kakek, ada apa itu didalam lengan bajumu" Kau
dengan menyembunyikan senjata gelap dalam lengan baju
untuk mencelakai musuh, apakah itu terhitung seorang gagah
dalam kalangan Kang ouw?"
Souw Kie Han terkejut mendengar tegurannya Ho Tiong
Jong. Diam-diam dalam hatinya berpikir, kenapa penuda ini
mendapat tahu bahwa dalam lengan bajunya ada tersembunyi
senjata rahasia" Pertandingan dihentikan sebentar.
"Bocah," kata si kakek, "sedari dahulu lohu bertempur
menggunakan telapakan tangan dan sepasang lengan bajuku
yang di namai Lengan Baju Besi dengan dua senjata lohu
sudah malang melintang dikalangan Kang ouw. Belakangan
lohu dapat melatih ular kecil yang cerdik sebagai senjata
rahasia yang disembunyikan didalam lengan baju. Ular ini
dapat ditenangkan dan menggigit musuh. Banyak pendekar
ulung yang telah mati dibawah senjata rahasia lohu ini.
Tiap-tiap orang yang sudah mengetahui senjata lohu, harus
menemukan kematiannya, Nah, sekarang lohu mau tanya, dari
sebab apakan bisa mengetahui bahwa didalam lengan baju
lohu ada menyimpan senjata rahasia?"
Ho Tiong Jong mengetahui rahasia itu, karena dahulu ia
ketika diserang oleh Tok-kay (si pengemis beracun) ada
mengendus bau amis semacam itu. Pikirnya, kalau ia berterus
terang kepada si kakek, nanti si kakek akan mencari segala
daya akan menyingkirkan jiwanya, maka ia sudah menjawab
dengan singkat saja.
"Aaaaa,,., hal itu tidak heran, Sebab siapapun tentu akan
dapat menebaknya perbuatanmu itu."
Soaw Kie Han marah tidak mendapat jawaban yang
semestinya, maka ia mulai segera menyerang lagi dengan
lengan bajunya yang mempunyai banyak perubahan serangan,
Ho Tiong Jong setelah membentak lalu memainkan goloknya
untuk melayaninya.
Pemuda itu telah mainkan ilmu golok keramatnya dengan
bagus sekali, hingga serangan sikakek tidak dapat menembusi
benteng pembelaannya.
Diam-diam si kakek merasa amat heran bertanding dengan
Ho Tiong Jong tak dapat menjatuhkannya .
Souw Kie Han lantas merubah serangannya, ia mendesak
Bukit Pemakan Manusia 16 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Pendekar Kidal 20
^