Pencarian

Golok Sakti 8

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 8


"Tidak halangan kau membunuh aku, asal kau bisa insaf
akan perbuatan yang jahat dan kembali menjadi o ... "
Bicaranya tidak sampai lampias, sebab satu tendangan
dahsyat mampir lagi pada tubuhnya, hingga ia melayanglayang
diudara, Sesudahnya jumpalitan sebentar ia sudah
jatuh kedalam jurang yang curam.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan kejadian itu dengan
kecepatan kilat sudah melesat dan menjambret si hweshio
sebelum tubuhnya nyungsep dijurang yang curam.
Si orang tua baju kuning tidak melihat perbuatannya Ho
Tiong Jong karena saat itu ia sedang menundukkan kepalanya
dan berpikir akan perbuatannya yang kejam itu.
Semakin dipikir hatinya menjadi pilu, ia bersaudara kembar
dengan sihwesio kakaknya, kenapa ia yang menjadi adik
demikian kejamnya" Apalagi mengingat usia mereka yang
sudah sama-sama tua. membikin hatinya sangat menyesal dan
mengembang air mata.
Justru ia sedang berdiri menjublek memikirkan
perbuatannya yang tidak selayaknya terhadap saudaranya
yang hendak bermaksud baik, tiba-tiba dihadapannya muncul
Ho Tiong Jong sambil memayang tubuhnya si hweshio yang
sudah jadi mayat.
" Locianpwee, aku menyerahkan saudara kandungmu ini."
kata Ho Tiong Jong dengan sangat hormat.
Matanya si orang tua baju kuning terbelalak dan menatap
wajahnya sianak muda yang tampan dan gagah.
Tapi ia tidak sempat untuk menanya siapa anak muda itu
karena hatinya yang sangat berduka, ia maju dua tindak
menyambut mayatnya sang kakak dari tangannya Ho Tiong
Jong, sambil bercucuran air mata.
Ia peluki mayat saudara tuanya itu, dengan suara
ditenggorokan ia berkata, "Engko, adikmu sangat berdosa...
oh perbuatanmu sangat baik, tahan sengsara karena
perlakuan adikmu yang tidak berbudi, Semua itu kau hendak
meng insafkan adikmu supaya kembali kejalan yang benar,
Tapi ah... adikmu yang tidak berbudi sebaliknya sadar telah
membuat kau menderita dan sekarang oh sekarang kau sudah
mati... mati tidak bisa hidup kembali, oh, engko..."
Si orang tua baju kuning telah menangis meng gerunggerung.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan telah te-turutan
mengucurkan air mata, karena tidak tahan merasa pilu
hatinya. Melihat si baju kuning terus-terusan nangis tidak
menghiraukan kehadirannya di situ, maka Ho Tiong Jong
sudah meninggaikan tempat itu. Tapi siorang tua sambil
memayang tubuh kakaknya terus mengejar padanya dan
minta ia hentikan langkahnya.
Sipemuda hentikan tindakannya dan ketika sudah
berhadapan, orang tua tadi menanya, "Laote, kakak lohu tidak
sampai jatuh kejurang, cara bagaimana kau dapat
menolongnya, oh, kau baik sekali sudah menolongnya."
"Ah, itu boanpwe hanya keluarkan sedikit kepandaian yang
tidak berarti."
" Kenapa kau menolong dia ?"
"Karena boanpwee mendengar pembicaraan kedua
cianpwee dan tahu bahwa kakak cian-pwee ada seorang yang
berhati mulia, maka dengan melupakan kepandaian boanpwee
yang rendah sudah coba menolongnya jangan sampai
tubuhnya menjadi hancur lebur jatuh ke- dalam jurang."
Orang tua baju kuning itu memandang wajahnya sipemuda.
"Laote perbuatanmu itu sungguh membuat lohu sangat
berterima kasih, sebab kalau tidak kau datang menolong
niscaya mayatnya kakak lohu kini sudah menjadi makanannya
binatang liar."
"Ah, itu tidak ada artinya, pertolongan boanpwee itu hanya
disebabkan merasa simpati kepada kakak cianpwee dan
boanpwee beruntung sudah dapat menolong dirinya, hati
boanpwee sudah merasa sangat girang, Boanpwee tidak
mengharap cianpwee punya ucapan terima kasih, Tapi
boanpwee ingin juga tahu sedikit urusannya, kenapa cianpwee
berbuat demikian kejam kepada saudara sendiri"
si orang tua baju kuning unjukkan roman sedih.
"Lohu bernama Ie Boen Hoei," orang tua itu menutup
"Pada duapuluh tahun yang lampau lohu sangat akur dengan
kakak. tapi setelah lohu mendapatkan ilmu yang dinamai
"Diluar kemauan hati sejati" tabeat lohu berubah menjadi
penjahat besar sangat ditakuti.
Kecuali lima tokoh, dalam rimba persilatan semua jago
dikalangan hitam maupun putih jerih terhadap lohu. Nama
lohu dalam dua puluh tahun belakangan ini menjadi sangat
busuk. Kakak lohu yang mendengarnya merasa tidak tega
saudaranya melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan jahat,
maka dia sudah berulang kali datang menasehati pada lohu
dan terus-terusan berdoa supaya lohu kembali menjadi orang
baik-baik. Hal mana membuat lohu menjadi jemu dan akhirnya
dia mendiamkan kematian ditangan lohu menjadi adiknya
yang tidak berbudi."
Ho Tiong Jong diam-diam mengutuk perbuatan si orang tua
baju kuning. Lalu terdengar pula Ie Boen IHoei berkata, "Laote, lohu
sangat menyesal atas perbuatan lohu tadi, Kakak lohu
sebenarnya ada calon kepala dari gereja Siauw lim sie, tapi dia
tidak mau memangku jabatan itu karena terus-terusan dia
mengikuti lohu sebagai bayangan, maksudnya yalah hendak
mengincarkan perbuatan lohu yang tidak punyaperi
kemanusiaan- syukur sebelumnya dia mati, dia tahu bahwa
lohu sudah menyesal."
"Ya, tidak apa," menyelak Ho Tiong Jong "cianpwe
sekarang sudah menyesal, maka kakak Cianpwee juga
abahnya tentu sudah merasa senang dialam baka."
"Lote, perkataanmu tepat betul. Kau sebenarnya hendak
kemana" Kalau tidak keberatan marilah mampir dahulu
dirumah lohu." demikian mengundang Ie Boen IHoei.
Waktu itu keadaan sudah lewat tengah malam, Pikirnya,
semestinya jam sembilan tadi jiwanya sudah melayang, tapi
kenapa sampai sekarang ia belum mati "
Ho Tiong Jong terima baik undangannya si orang rua baju
kuning. Sesampainya didalam rumah, tampak mukanya Ho
Tiong Jong sangat pucat. Ia merasakan terus terusan eneg
kepingin muntah.
Ie Boen Hoei yang melihat demikian lantas menanya, "IHei,
laote, wajahmu kelihatan pucat sekali, kenapa apa kau kurang
enak badan ?"
Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepala, ia sudah tidak
tahan kepingin muntah tapi tidak berani muntah dalam orang
punya rumah, kelakuannya itu membuat Ie Boan Hoei merasa
heran, maka ia setelah meletakan mayat kakaknya
dipembaringan, lantas menghampiri sianak muda dan
dipandangnya dengan teliti, Diam-diam ia merasa kaget, tanpa
berkata baa biii bu lagi, lantas saja menyekal baju Ho Tiong
Jong dibagian tengkuk dan sebelah bawah pinggangnya,
kemudian diangkat ditunggingi,
celaka pikir Ho Tiong Jong ia menyaksikan kekejaman si
orang tua baju kuning ini, pikirnya, mungkin saat itu ia sudah
timbul hati jahatnya dan hendak membunuh dirinya, makanya
ia angkat tubuhnya diterbaliki demikian.
oleh karena itu, maka sipemuda itu sudah berontak- rontak,
Kakinya menendang tangannya menyerang dengan hebat,
Tiba-tiba Ie Boan Hoei membentak. lantas tubuhnya si
pemuda dilempaikan keluar rumah hingga jatuh duduk. Bukan
main sakit pantatnya, matanya dirasakan berkunang-kunang.
Ia merangkak bangun lagi, ketika ia terdiri dihadapannya
sudah berdiri Ie Boan Hoei dengan muka bengis. Kemudian ia
merasakan mau muntah tapi ia terus menahannya. Pikirnya,
sebelumnya mati ia hendak menunjukkan kepandaiannya yang
istimtwa kepada orang tua dihadapannya. maka seketika itu ia
telah mencabut goloknya "Maen-tian-to". Dengan senjata
mana ia lantas bergerak menyerang pada Ie Boen Hoei.
Ilmu golok keramat yang dua belas jurus telah
diperlihatkan oleh si pemuda, akan tetapi ternyata tidak dapat
menyentuh meskipun ujung bajunya saja si orang tua.
Ternyata kepandaiannya sangat lihay, semua gerakan
goloknya seperti yang sudah diketahui lebih dahulu kemana
arahnya. Ho Tiong Jong menjadi jengkel, makanya rasa "nak"
semakin menjadi jadi saja, ia lantas keluarkan ilmunya "Tokliong
ciang-hoat" warisan Tok-kay Kang clong, ilmu ini sangat
bagus dimainkan olehnya, akan tetapi sayang sekali ia tidak
tahan lama bertempur. Karena rasa "nak" semakin tak
tertahan dan akhirnya ia muntah-muntah.
Menggunakan kesempatan ia sedang muntah, Ie Boen
IHoei menghampiri dan menepuk punggungnya dan satu
benda segede kepalan keluar dari mulutnya.
"Ha ha ha..." demikian terdengar Ie Boen IHoei ketawa,
"Selamat, selamat, kau kini sudah baik dari penyakitnya."
Ho Tiong Jong terbelalak matanya. ia heran melihat
kelakuannya Ie Boen Hoei sebab tadi melek-melek ia melihat
orang tua itu demikian beringas dan menyerang kepadanya
dengan tanpa sungkan-sungkan dalam pertempuran barusan,
tapi kini mendadak saja sudah berubah sikapnya menjadi
ramah tamah sebagai seorang sahabat. Ie Boen Hoei mengerti
apa yang dipikirkan oleh sipemuda maka ia lalu berkata.
"Laute, maafkan lohu sengaja seperti yang benar- benar
mau mengambil jiwa mu, supaya kau dengan sungguhsungguh
menempur lohu. Dengan begitu perasaan "nak"
kepingin muntah lebih hebat lagi, ini ada maksud lohu supaya
oleh karena racun yang mengeram dalam tubuhmu dapat
terdorong keluar.
Barusan, ia sudah hendak keluar kau masih mau tahanmesti
lohu jadi tidak sabaran dan menepuk punggungmu
sehingga ia mencelat juga keluar. Kau tahu itu benda yang
bergumpal dari mulutmu itu ada racun yang sangat berbisa,
yang membuat dan jadi merasa hidupmu."
Mendengar keterangan ini, barulah Ho Tiong Jong mengerti
sikapnya siorang tua baju kuning yang sebenarnya bermaksud
baik untuk dirinya.
Berbareng ia rasa "nak" hilang, malah seluruh badannya
dirasakan sangat segar dan bukan main bersemangat setelah
benda yang bergempal sebesar kepalan tadi sudah dikeluarkan
dari mulutnya. "cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee
dapat menyatakan terima kasih baonpwee atas pertolongan
Cianpwe ini." kata Ho Tiong Jong hormat.
Ie Boan Hoei tertawa bergelak-gelak.
"Laote." katanya, "seperti barusan kau bilang, pertolongan
pada kakak lohu tidak memerlukan terima kasih, maka lohu
juga tidak perlu terima kasihmu, Lohu merasa senang telah
berbuat suatu untuk kebaikanmu."
Ho Tiong Jong melongo. orang tua ini benar-benar kocak.
masih ingat saja perkataannya tadi. Kemudian dengan
bersenyum ia menanya.
"cianpwe, cara bagaimana cianpwee tahu bahwa dalam
tubuh boanpwee ada mengeram racun?"
"Laote, itu mudah sekali, Lohu yang sudah banyak
pengalaman dalam kalangan kangouw sekali lihat saja
keadaanmu, lantas sudah dapat menebak seratus persen apa
yang diderita olehmu, Tadi, kalau lohu mengatakan terus
terang, tentu kau tidak akan percaya, maka juga lohu sudah
berpura-pura seperti orang jahat menghendaki jiwamu, hingga
kau menempur lohu dengan mati-matian.
Ini perlu karena dengan keluarkan banyak tenaga, rasa
kepingin muntah semakin menjadi-jadi dan akan mendorong
racun lebih lekas keluar. Buktinya kau lihat sendiri barusan-..."
Ho Tiong Jong kembali membuka mulutnya hendak
mengucapkan terima kasih, akan tetapi urung, karena si orang
baju kuning geleng-gelengkan kepala sambil goyang
tangannya. "cianpwee, boanpwee sudah menerima budimu," demikian
Ho Tiong Jong rubah perkataan yang mau diucapkan tadi,
"biar bagaimana boanpwee tidak akan melupakannya. Nah
sampai disini kita berpisahan, karena ada mempunyai urusan
lain yang meminta perhatian boanpwee."
orang tua itu tidak bisa menduga karena urusan Ho Tiong
Jong itu, hanya ia memesan kalau seandainya Ho Tiong Jong
ada urusan apa apa yang memerlukan pertolongan lupa
datang kepadanya di gereja Siauw lim-sie di gunung Ko-san.
"Terima kasih." jawab Ho Tiong Jong. "boanpwee akan
perhatikan ini."
Kemudian dia angkat kaki berlalu, tapi belum berapa
tmdak. mendadak dipanggil balik oleh Ie Boen Hoei dan
kemudian diajak masuk pula kedalam rumah.
Ie Boen IHoei menghampiri mayatnya sang kakak. dari
sakunya ia mengeluarkan sebuah gelang dari batu kumala
berwarna hijau, lalu disertakan kepada Ho Tiong Jong sambil
berkata. "Laote, kau terimalah ini barang wasiat sebagai warisan
dari kakek lohu yang sudah meninggal dunia. Sejak kakek
sebagai murid Siauw lim sie, menerima gelang kumala hijau ini
terus-terusan dibawa di badan-nya. Gelang ini merupakan
benda kepercayaan dari Siauw lim pay, siapa saja orang-orang
dari Siauw lim-pay melihat ini akan tunduk dan menghormat
seperti juga ketemu dengan ketuanya."
Benda kepercayaan ini ada berbagai warna, yang termulia
adalah warna putih, lalu merah, kemudian hijau, hitam dan
lainnya. Semua ada lima warna untuk membedakan tingkatan,
sekarang dikalangan hweshio Siauw lim-pay yang memegang
benda kepercayaan itu, kecuali kakak lohu adalah Beng Ti
Taysu, seorang yang berilmu silat tinggi dan ilmu Budha-nya
juga sangat dalam...."
"Beng Ti Tay-su ada mempunyai gelang warna hitam, dia
ada sutit (keponakan murid) dari kakak lohu, Yang memiliki
gelang batu kumala tingkatannya paling atas, lainnya gelang
demikian terbikin dari emas, perak dan selanjutnya. Semua
ada benda benda kepercayaan yang harus di hormati."
Ho Tiong Jong pandang bulak-balik gelang dari batu
kumala hijau itu.
"cianpwee, benda ini ada miliknya Taysu yang telah
meninggal tidak seharusnya berada pada boanpwee, juga
boanpwee tidak memerlukan, maka boanpwee harap


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cianpwee suka menyimpannya saja,"
"Kau keliru, laote " jawab Ie Boen Hoei, " Dalam kalangan
Kang ouw itu, tidak sedikit bahayanya. Soal sedikit bisa ditiuptiup
menjadi besar maka dalam perjalananmu sebagai seorang
Kang-ouw yang masih belum berpengalaman perlu memiliki
benda serupa itu. Bukan saja lohu, tapi kakak lohu yang sudah
jadi orang halus tentunya akan merasa senang memberikan
itu untuk melindungi dirimu. Misalnya dalam bentrokan karena
salah paham, kau tak dapat mengatasinya karena lawan ada
jauh lebih kuat, mudah saja kau perlihatkan benda itu kepada
Beng Ti Taysu dari gereja Siauw-lim si, bilang padanya kau
dapat itu dari kakak lohu, pasti dia akan membuang waktunya
untuk mengurus urusanmu. Kalau kau ada dipihak betul, kau
akan mendapat perlindungan dari semua orang Siauw limpay."
Sebagai jago muda yang belum berpengalaman menuruti
hatinya yang polos, maka tadi Ho Tiong Jong sudah mau
mengembalikan barang berharga itu kepada Ie Boen IHoei.
Kini setelah mendengar keterangannya si erang tua baju
kuning, bagaimana berharganya benda itu ada dalam
badannya, maka hatinya sangat kegirangan
Ia tahu Sauw- lim-pay ada satu partai terbesar diantara
partai-partai lainnya, orangnya sangat banyak dan ilmu
silatnya juga sangat tinggi termashur dalam duni persilatan.
Kalau dalam menjelajah dunia kangouw, berbuat banyak
kebenaran, ia tidak usah kuatirkan dirinya, pasti mendapat
perlindungan partai besar itu.
Sambil memasukan benda berharga itu ke dalam
kantongnya ia berkata pada Ie Boen Hoei, "cianpwee, terima
kasih, Nah, sampai ketemu lagi..."
Setelah berkata Ho Tiong Jong sudah hendak bertindak
keluar, akan tetapi kembali telah di cegah oleh Ie Boen Hoei
yang menanya kepadanya. "Eh, laote sudah lama kita bicrp.
tapi lohu lupa menanyakan namamu ?"
"ouw, boanpwee bernama Ho Tiong Jong."
"Siapa suhumu yang mulia."
"Boanpwee tidak mempunyai suhu."
"Tapi ilmu silatmu barusan boleh juga, malah kau ada
keluarkan itu ilmu golok delapan belas jurus dari Siauw- limTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pay. Hanya sayang kau cuma dapat meyakinkan dua belas
jurus saja, enam jurus lagi kau tidak yakinkan-"
"Betul, memang boanpwee hanya belajar dua belas jurus
saja." "Dari siapa kau belajar?"
"Maaf, boanpwee tidak bisa kasih tahu namanya siapa?"
Ie Boan Hoei, sebagai murid dari siauw- lim-pay, tentu saja
tahu ilmu golok termasyhur itu dari partay ia, maka tadi ketika
Ho Tiong Jong mencecar padanya dengan golok Lam thian to,
sama sekali tidak dapat menemui sasarannya karena Ie Boan
Hoei sudah yakin dengan bagaimana memusnahkannya.
"Sayang." kata Ie Boen Hoei setelah sejenak ia terdiam,
"Kalau kau mendapat didikannya seorang pandai seperti In Kie
Lojin, kau pasti akan menjadi jago tanpa tandingan dalam
kalangan Kangouw, Kau ada mempunyai bakat yang baik
sekali, dengan meyakinkan ilmu dari kitab " Kumpulan ilmu
silat sejati."
"Eh, cianpwe," menyelak Ho Tiong Jong.
"Ada apa?" tanya siorang tua.
"Itu kitab yang barusan cianpwe sebut ada pada
boanpwee." sambil mengeluarkan kitab tersebut dari saku
babunya. Ie Boen Hoei menyambuti dan periksa.
"lni benar ada kitabnya, kau dapat dari mana?" tanyanya.
"Boanpwe dapat dari Tok-kay Kang ciong" jawabnya.
Ia menuturkan dengan singkat pertemuannya dengan Tok
kay dikuil bobrok dan kitab itu sudah disambit nyangkut diatas
pohon dan kemudian diambil olehnya karena merasa sayang
kitab itu dipatuki burung.
Sambil mendengarkan Ho Tiong Jong cerita Ie Boen Hoei
telah bulak balik lembarannya kitab tersebut, "Ini memang
kitab tulen, hanya sayang bagian kedua yang menceritakan
keistimewaannya berbagai ilmu silat, sedang pelajarannya dan
bagaimana mempraktikkan ilmu silat yang tersebut
didalamnya tidak ada, sebab itu dimuat dalam jilid kesatu.
Sayang, tapi dalam buku ini juga ada disebut ilmu yang lohu
yakinkan yalah "Diluar kemauan hati sejati" sayang kau tidak
memiliki yang ke satu."
IHo Tiong Jong berpikir sejenak. setelah mendengar
bicaranya si orang tua baju kuning. "cianpwee," katanya,
"kitab itu boleh cianpwee ambil, boanpwee senang kasih,
cuma boanpwee mohon bantuan cianpwee suka menurunkan
ilmu golok keramat Siauw-lim-sie. semuanya ada delapan
belas jurus, boanpwee hanya paham dua belas jurus saja,
yang enam jurus lagi ini yang boanpwee mohon cianpwee
suka menurunkan pelajarannya untuk mana boanpwee merasa
sangat berterima kasih sekali." Ie Boen Hoei ketawa ngakak
mendengar perkataannya si pemuda.
"Ho Laote," katanya gembira sekali, "permohonanmu aku
terima dengan baik, tapi buku ini kau terima kembali saja,
sebab ada pada lohu juga tidak ada gunanya. Lohu sudah tua,
otaknya sudah macet untuk belajar ilmu kepandaian lebih
tinggi lagi, apalagi dalam buku ini semua yang tertulis dari
berbagai partai punya ilmu silat rasanya lohu sudah cukup
paham. Kau simpan saja, untuk kau ada gunanya, diwaktu ada
tempo lowong kau boleh meyakinkannya, lohu percaya otak
mu yang encer dapat belajar dengan sempurna."
Ho Tiong Jong tidak menyangka bahwa orang tua itu
menolak dikasih kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati." Ketika ia
ulangi lagi maksudnya hendak memberikan kitab dengan
setulus hati ditolak. maka ia lalu sisipkan lagi dalam sakunya.
"Mari, kau boleh belajar itu enam jurus lagi dari ilmu
golokmu." Ie Boen Hoei mengajak sipemuda hingga Ho Tiong
Jong bukan main girangnya.
Ie Boen Hoei telah menurunkan kepandaiannya dengan
sungguh-sungguh, tambahan otaknya Ho Tiong Jong mudah
menerima pelajaran yang orang berikan dengan beberapa
pengujuknya saja, maka enam jurus kekurangannya itu Ho
Tiong Jong sudah dapatkan, Dengan mana ilmu golok
keramatnya Ho Tiong Jong sekarang sudah menjadi lengkap
delapan belas jurus. saking tekunnya ia belajar hingga lupa
sama sang waktu, tahu-tahu hari sudah menjelang pagi.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong hentikan latihannya dan berdiri
bengong. Hal mana membuat Ie Boen Hoei menjadi heran, ia
lalu menanya, "Laote kenapa kau" Apakah ada apa-apa yang
tiada beres lagi?"
Ho Tiong Jong bengong berdiri, karena saat itu sudah
hampir pagi, tapi kenapa racun dalam tubuhnya belum juga
bekerja dan merenggut jiwanya" inilah yang ia buat pikiran
tidak habis mengerti, maka ia sudah berdiri bengong. "
cianpwee, memang ada yang tidak beres, aku telah kena
keracunan..."
Selanjutnya ceritakan tentang kena racun Tok kay,
kemudian ceng ciauw Nikouwpunya Tok-kim-chi, lalu paling
belakang jarum mautnya sikakek aneh dari Liu soa- kok juga
tentang hubungan Seng Glok cin dan Kim Hong Jie, ia telah
ceritakan dengan terang kepada Ie Boan Hoei.
Dengan tenang siorang tua baju kuning mendengarkan
ceritanya Ho Tiong Jong.
"Boanpwe heran, kenapa racun itu sampai sekarang belum
ada reaksinya?" tanya Ho Tiong Jong sebagai penutup
ceritanya. Terdengar Ie Boan Hoei tertawa terbahak-bahak.
"Ho laote, kau benar-benar ada seorang yang sangat
beruntung, Dua jelita sudah berbareng sudah menyintai
dirimu, rasanya tak akan sia-sia pengharapannya . . . ."
" cianpwee, boanpwee bakalan mati, bagai mana bisa
bilang demikian ?"
"Anak muda," kata pula Ie Boan Hoei dengan ketawa
girang, "kau kini sudah selamat, kesananya kau hanya akan
menempuh bahagia saja..."
" cianpwe, kenapa bisa begitu?"
"Barusan, ketika lohu menepuk punggungmu dan kau
memuntahkan benda sebesar kepalan, itulah ada racun yang
bergempal dan akan membinasakan dirimu kalau saja tidak
bisa dikeluarkan dari perutmu. Kini ia sudah keluar, maka
dalam tubuhmu sudah tidak ada racun lagi. Umurmu bisa jadi
seratus tahun, percayalah kepada lohu" Ho Tiong Jong
terbengong mendengarkan keterangan si orang tua baju
kuning. " Laote." kata pula Ie Boan Hoei, " lohu sudah banyak
pengalaman dalam dunia Kang ouw, kejadian apa saja sudah
tahu, Bahwa dalam dirimu akan mengeram racun lohu juga
sudah tahu siang-siang, Melihat air mukamu, lohu tidak perca
yakau bisa mati karena racun. Kau mestinya panjang umur,
bukan mustahil kau nanti mengangkat namamu termashur
dalam rimba persilatan-"
Ho Tiong Jong kegirangan mendengar kata-katanya si
orang tua baju kuning.
Tidak dinyana ia bisa sembuh dari keracunan dengan cara
kebetulan ketemu Ie Boen IHoei, ia percaya omongannya si
orang tua karena ia merasakan sendiri tubuhnya merasa
sangat segar dan kuat sekali, pertolongan gaib.
" Laote," Ie Boen Hoei berkata pula. " racun ketemu racun
dalam tubuhmu telah berhantam dan saling bergempal, sukur
kau ketemu lohu, kalau tidak rasanya sukar ketolongan
jiwamu kalau tidak ada si Dewa obat Kong Jat Sin yang
memberikan pertolongan dengan obatnya yang istimewa. Tapi
Laote, lohu sudah mendapat keyakinan, bahwa ilmu tenaga
dalammu sangat hebat sekarang, jalannya darah sudah ncrmal
kembali, semangatmu juga sudah berubah, bagaimana apa
kau tidak merasakan itu semua?"
Mau tidak mau Ho Tiong Jong telah anggukan kepalanya,
memang benar apa yang di katakan oleh orang tua itu
Dengan suara terharu saking berterima kasih dan
kegirangan Ho Tiong Jong telah berkata. " cianpwee,
boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee harus membalas
budi cianpwee yang sangat besar ini, hingga jiwa boanpwee
terluput dari kematian-"
"Ho laote." memotong Ie Boen Hoei, "pertolongan yang
keluar dari hati yang tulus tidak memerlukan terima kasih,
bukankah kau ada mengatakan demikian?"
Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, hanya matanya
memandang si orang tua dengan mengembang air mata
terima kasih. Dilain saat Ho Tiong Jong sudah riang gembira. Mereka
satu dengan lain cocok pikiran, maka tidak heran mereka telah
mengikat tali persahabatan-
Ketika sudah terang tanah, Ho Tiong Jong dan Ie Boan
Hoei jalan sama-sama sampai sepuluh li jauhnya, kemudian
mereka berpisahan, Ie Boan Hoei meneruskan perjalanannya
ke barat daya dengan membawa jenazah nya sang kakak.
selang Ho Tiong Jong telah mengambil jurusan lain-
Sepanjang jalan Ho Tiong Jong pikirkan, sekarang ia harus
menuju kemana" Menemui Seng Giok cin" Menyambangi Kim
Hong Jie" Dua nona yang sekaligus menyintai dirinya sungguh ia
harus merasa bangga, tapi ia tidak berani untuk mengunjungi
salah satu diantara nya.
Pikirnya, sekarang masih belum waktunya, paling baik
sekarang ia menuju ke Yang-ce untuk menemui sahabat
tuanya co Kang cay. Siapa tahu orang tua sudah bersiap-siap
dengan rencananya untuk menyelidiki gunung-gunungan yang
mengandung riwayat istimewa ialah didalamnya ada tersimpan
baskom ajaib yang bisa membuat uang yang sedikit ditaruh
didalamnya bisa berubah banyak dan satu patung wanita
cantik, kalau dapat tidur bsrsama-sama dengannya akan
merasakan kehangatan dan semangat segar serta kekuatan
tenaga dalam juga dapat bertambah.
Demikianlah setelah mengambil keputusan, ia telah
membeli pakaian baru dan seekor kuda untuk perjalanannya.
Dalam pakaian yang baru, tentu saja Ho Tiong Jong punya
paras yang tampan semakin menyolok saja.
Roman cakap. pengawakan gagah, dengan sebilah golok
digantung diatas kuda. Ho Tiong Jong telah menarik banyak
orang yang mengagumi dirinya. Setelah menangsel perutnya,
pemuda gagah itu telah melanjutkan perjalanannya.
Disepanjang jalan ia mengenangkan dua jelita, yang saat
itu entah bagaimana keadaannya, karena mereka
menganggap dirinya akan mati karena racun, sekarang ia
tidak sampai mati maka seandainya ketemu dengan mereka,
bagaimana girangnya mereka itu, sukar untuk dapat
dibayangkan- Rumahnya co Kang cay ada dalam sebuah desa termasuk
bilangan kota jang-ce.
Jauh juga perjalanan yang ditempuh oleh Ho Tiong Jong,
akhirnya ia sampai juga ke-desanya co Kang cay. Kebetulan
sekali ketika ia sampai, didepan sebuah rumah tampak berdiri
seorang tua dan ia bukan lain dari co Kang cay sendiri.
Sambil melambai-lambaikan tangannya orang tua itu
agaknya hendak menyongsong kedatangannya belum leluasa
dan masih pakai tongkat, maka Ho Tiong Jong agak terkejut.
Ia bedal kudanya dan sebentar saja sudah berada di muka
rumahnya co Kang cay. cepat-cepat ia turun dari kudanya dan
menubruk si sahabat tua. Mereka saling peluk dengan penuh
kegirangan. "co lopek. memang tidak salah dugaanku, kau sedang
membangun rumah" kata Ho Tiong Jong dengan roman
girang. "Tiong Jong, kita bicara didalam." kata co Kang cay, sambil
menarik tangannya si pemuda.
"Eh, nanti dahulu, bagaimana dengan kudaku?" kata Ho
Tiong Jong Jenaka.
"Ah, itu mudah saja, kasihkan saja orangku yang urus."
co Kang cay berkata demikian sambil panggil orangnya,
disuruh merawat kudanya Ho Tiong Jong. Mereka kemudian
berjalan masuk kedalam rumah.
"Kan bagaimana tahu aku selang membangun rumah?"
tanya co Kang cay. ketika mereka sudah pada ambil tempat
duduk di-pertengahan rumah.
"Ah, lopek mudah saja. Tadi aku melihat banyak orang
yang mengangkuti batu ke rumah lopek."
"Kau pintar menebak, Tiong Jong. Memang tidak hentinya


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku berusaha membangun rumah tapi sama sekali tidak
menduga kalau penemuan kita kembali ada begini cepat,
sungguh menggirangkan sekali hatiku."
co Kang cay ajak sahabatnya melihat rumah yang sedang
dibangun. Masih tinggal dindingnya saja dalam taraf penyelesaian,
lainnya boleh dikatakan rumah co Kang cay sudah beres,
Rumah itu besar dan lebar, cuma tidak mewah, hanya seperti
rumah biasa saja rumah desa.
"Lopek, kau benar lihay, Rumahmu dibangun dengan
sederhana sekali. Meskipun ada besar dan luas. Bagus, karena
dengan demikian tidak menyolok dan membangunkan orang
punya rasa curiga."
co Kang cay ketawa nyengir dipuji si anak muda.
orang tua itu memang membangun rumahnya selain
sederhana juga ada banyak rahasianya disebelah dalam, inilah
untuk menyelamatkan dirinya dari cengkeramannya orangorang
dari Perserikatan Benteng Perkampungan yang
menghendaki jiwanya.
Setelah diajak melihat-lihat kebeberapa bagian, dimana
jalannya berbulak biluk membingungkan, lalu Ho Tiong Jong
dibawa ke ruang tetamu yang cukup lebar, tinggi dan
menyenangkan hati.
" Lopek benar-benar kau sudah siap sedia menghadapi
mereka, sebab bicara terus terang kalau orang tidak diberi
pengunjukan, masuk kedalam banyak ruang tadi, bisa masuk
orang tidak bisa keluar lagi."
"Ha ha ha..." orang tua itu tertawa bergelak-gelak.
Mereka lalu pada mengambil tempat duduk.
" Lopek setelah kau mengalami banyak penderitaan
memang seharusnya kau hidup dengan tentrem dan bahagia,
Bagaimana dengan kakimu yang separuh lumpuh apakah
sudah sembuh?"
XXV. SIKAP ANEH DARI IBLIS CANTIK..
"KARENA pertolonganmu Tiong Jong, sehingga aku dapat
selamat, Belum tahu budi ini aku dapat balasnya dengan
apa?" "Lopek tidak ada soal budi diantara kita, kita berdua
mengalami satu nasib dalam penjara Seng Eng, apa
halangannya kalau kita satu sama lain saling tolong, bukan?"
"Ya, tentang kakiku, meskipun tidak sembuh betul, aku
masih bisa jalan dengan menggunakan tongkat, Tapi, eh,
Tiong Jong bagaimana dengan racun yang mengeram dengan
dirimu, apa sudah dapat disembuhkan?""
Ho Tiong Jong ketawa, ia lalu tuturkan dengan ringkas
pada sang sahabat tua, tentang pengalamannya sejak mereka
berpisahan. Pertolongan pada Kim Hong Jie, diinjeksi dengan jarum
mautnya si kakek aneh, perjalanannya dengan Seng Giok Cin.
Tapi soal mencium bibir orang tentu saja tidak menceritakan.
Pertemuannya dengan Ie Boen Hoei satu penjahat ulung
yang sadar dari kejahatannya setelah membunuh kakaknya
sendiri. oleh siapa ia telah disembuhkan keracunan didalam
tubuhnya diluar dugaan-
Setelah mendengar habis bicaranya si pemuda, co Kang cay
tampak kerutkan alis.
"Tiong Jong, aku sangat girang tentang dirimu sudah
sembuh dari bahaya kematian karena racun racun yang
mengeram dalam tubuhmu, akan tetapi kau sudah berbuat
gegabah dengan meninggalkan nona Seng dalam keadaan
tertotok dipenginapan-" Ho Tiong Jong terkejut.
"Tapi totokanku itu hanya untuk sementara waktu saja dan
akan terbuka sendirinya." katanya pada sahabat.
"Ya, itu betul. Tapi harus curiga juga, dalam keadaan pulas
demikian kalau ada orang jahat masuk kedalam kamarnya,
bagaimana" Haa, kalau kehormatannya kena dicemarkan
orang" Nona Seng tentu tidak mau mengerti terhadapmu dan
akan mencari kau untuk mencuci malunya"
"Lopek. ah, masa sampai ada kejadian begitu?" menyelak
Ho Tiong Jong dalam terkejutnya, mukanya seketika telah
berubah pucat dan dadanya berombak keras, karena pikirnya,
memang ada kemungkinan ada kejadian demikianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Ya, mudah-mudahan tidak sampai ada kejadian demikian,"
menghibur si orang tua.
Ho Tiong Jong tidak menjawab, Diam-diam dia memikirkan
juga akan dirinya nona yang dicintanya itu. Kalau benar
seperti katanya si orang tua kejadian, celaka sama juga ia
mencelakakan dirinya si gadis pujaannya itu.
Tengah ia menjublek. Co Kang cay sudah berkata pula
dengan air muka berseri seri. "Ah, Tiong Jong, itu hanya
dugaan saja. Tapi masa bisa jadi, nona Seng ilmu silatnya
tinggi. Tentu dalam sedikit waktu ia sudah bisa mendusin. Lagi
pula ia ada puterinya Seng Eng, Pocu dari benteng Seng-keepo
yang sangat ditakuti, betul tidak" Nah, mari, kita minum
teh." co Kang cay suguhkan secangkir teh pada kawan mudanya
itu, sambil berkata pula. "Tiong Jong legakan hatimu, apa
yang aku kata barusan hanya dugaan saja dan rasanya tak
mungkin kejadian-" Kembali si orang tua.
Ho Tiong Jong merasakan, tapi kejadian sudah berjalan
begitu rupa, ia kobarkan hatinya dengan kata-kata si orang
tua tadi. Hatinya mulai lega dan tak percaya si nona akan
mengalamkan malapetaka yang tidak enak atas dirinya.
Dengan begitu, pembicaraan diantara dua sahabat yang
senasib tempo hari dalam penjara air, kini dapat berjalan
dengan gembira.
"co lopek, bagaimana halnya dengan gunung-gunungan itu,
apakah kau sudah dapat menemukan kuncinya untuk masuk
kedalamnya?" tanya Ho Tiong Jong sewaktu ia ingat akan
riwayat menarik dari gunung-gunungan di kota Jang-ce itu.
"Belum." jawab Co Kang cay, " rumah ku baru saja jadi,
mana aku ada tempo untuk pergi kesana" Kebetulan kau
sudah datang di sini, maka baiklah kau beristirahat saja
dahulu dalam rumahku dua tiga hari, nanti kita bersama-sama
kesana, bagaimana kau pikir."
"ow, tentu saja aku dengan senang hati ikut melihatnya."
jawab Tiong Jong,
"Bagus, bagus . . ."
Bicaranya co Kang cay belum lampias, sudah dibuat
berhenti dengan muncul satu pelayannya yang mengabarkan
bahwa diluar ada seorang nona yang hendak ketemu dengan
Ho Tiong Jong. "Seorang nona?" kata co Kang cay, "Eh Tiong Jong apa kau
ada membawa teman perempuan kesini?"
"Tidak." -jawab Ho Tiong Jong.
"Tapi katanya ada satu nona yang ingin ketemu denganmu
bagaimana pikiranmu?" Ho Tiong Jong terdiam sejenak.
"Baik, silahkan dia masuk ketemu aku," akkirnya ia berkata.
co Kang cay tampak berduka romannya, ia kuatirkan bahwa
yang datang itu ada orangnya Perserikatan Benteng
perkampungan yang hendak mencari onar. Ho Tiong Jong
mengerti akan kedukaan nya si orang tua, maka ia lalu
menghibur. "co Lopek, kau jangan kuatir, Aku bukannya sombong, asal
ada orang datang hendak mengganggu ketentramanmu, aku
si orang she Ho yang nanti akan mengusirnya. Legakan
hatimu, dan percayalah padaku^"
"Ya aku juga tidak takut. cuma saja kalau benar nanti
terjadi pertempuran pasti akan mengambil banyak korban
jiwa. inilah yang membikin aku tidak tega hati." jawab si kakek
sambil menghela napas.
Sebentar lagi tampak sipelayan muncul mengantarkan si
nona tetamu masuk diruangan tamu.
"Hei, enci Ie." seru Ho Tiong Jong, ketika melihat
tetamunya itu masuk. Memang benar ada Li-lo-sat ie Ya yang
datang. "Ya, aku yang datang." jawab si nona sambil kerllingkan
matanya yang tajam.
"Enci ie. bagaimana kau tahu perjalananku dan datang
kesini, silahkan duduk." mengundang Ho Tiong Jong, sambil
menyodorkan sebuah kursi.
Kemudian sipemuda berkata pada co Kang cay. "co lopek.
apa kau sudah tidak mengenali lagi pada nona ie?"
"Siapa dia, Tiong Jong?" siorang tua balik menanya.
"Enci ie masa kau lupa" Dengan pertolongannya pada itu
malam, selamatlah kau sampai di kota Yang cie. Kalau
bukannya enci Ie yang menolong, niscaya sampai sekarang
kau masih nyantel saja di Seng kee-po. Ha ha ha..." co Kang
cay kini baru sadar, maka ia buru-buru minta maaf.
"Nona ie, maafkan lohu yang sudah kurang terang
matanya, tambahan malam itu ada gelap. hingga aku
melupakan wajahmu.Maafkan, nona dan terima kasih atas
pertolonganmu itu,"
co Kang cay tutup kata-katanya sambil menjura memberi
hormat, tapi ie Ya cepat-cepat mencegah. " Lopek jangan
pakai banyak peradatan didepanku. Aku paling benci sama
segala peradatan yang mengikat kemerdekaan bergerak."
co Kang cay urungkan maksudnya tapi ia dengan sangat
hormat sekali telah menyilahkan si nona ambil tempat duduk.
Setelah si nona berduduk. Ho Tiong Jong menanya. "Enci,
kau sungguh baik sekali, selamanya aku merasa berhutang
budi padamu. cuma, bagaimana tentang kedatanganmu ini,
ada urusan apa, enci ie?""
Ie Ya tertawa tawar. Wajahnya dingin, mengawasi pada Ho
Tiong Jong dengan sorot mata memandang rendah.
"Tiong Jong kedatanganku ini boleh dianggap teman dan
juga boleh diangap akan menjadi lawan, Kejadian antara kita
yang sudah tidak perlu diingat-ingat lagi." Ho Tiong Jong
heran mendengar kata-katanya ie Ya.
Ia memandang parasnya si nona yang cantik dan botoh,
yang biasanya menawan hati, kini tampak beringas dan
wajahnya seperti yang memandang hina padanya.
"Enci ie, aku penasaran menghadapi sikapmu yang tidak
biasanya ini, Kau kenapa" Apkah aku si orang she Ho pernah
berbuat kesalahan terhadap dirimu?"
"Kesalahan terhadapku tidak. tapi kau sudah berbuat salah
terhadap orang lain-"
"Aku sudah berbuat salah apa?"
"Hmm...." ie Ya menggeram. "Kau ini dimukanya saja
seperti orang jujur dan polos, tapi tidak tahunya hatimu lain
dari wajahmu, Kenapa kau masih belum terus terang
kesalahanmu, kalau hendak mengaku aku ini encimu?" Ho
Tiong Jong bingung mendengar bicaranya Ie Ya.
Sikapnya yang luar biasa dan kata-katanya yang dingin
seperti es, membuat ia sangat penasaran, Sebab apa si nona
cantik ini menjadi marah-marah terhadap dirinya dan
mengatakan ia sudah berbuat kesalahan terhadap orang lain"
Siapa itu orang lain" Dan apa salahnya"
Sementara itu, co Kang cay yang melihat suasana buruk.
diam-diam ia angkat kaki hendak menyembunyikan dirinya,
karena ia tidak berkepandaian silat. Tapi tidak disangka, Ie Ya
dengan mata melotot membentak padanya. "Hentikan
langkahmu. jangan meninggalkan ruangan ini"
Ho Tiong Jong tidak senang dengan ucapanya si nona.
Pikirnya, betul betul si nona membentak seorang tua, hingga
oleh karenanya menjadi menggigil tubuhnya dan hampir
hampir jatuh lemas.
"Enci Ie," kata sipemuda dengan suara heran, "hati-hatilah
sedikit dengan perkataanmu. Meskipun aku bukannya satu
pendekar tapi aku tidak ijinkan orang menghinakan
sesamanya didepanku, apalagi orang yang dihinakan itu ada
seorang yang ketahuan jujur dan baik hatinya, Dapat orang
berbuat demikian, tapi harus..."
"Harus apa?" Menyelak Ie Ya.
"Harus membunuh dahulu aku" jawab Ho Tiong Jong tegas.
"Hihihi..."si wanita telengas tertawa. Meskipun tertawanya
merdu, tapi romannya menyeramkan, karena kelihatan ia
seperti sedang mendongkol sekali. "Tiong Jong, apa kau kira
kau seorang gagah tanpa tandingan?" tanyanya.
"Bukannya maksudku untuk menonjolkan diri sebagai
jagoan, tapi aku tidak senang kau perlakukan co lopek
semacam itu."
"Habis kau mau apa?"
"Aku akan membelanya."
Li-lo sat Ie Ya kertak gigi. ia gemas sekali terhadap si anak
muda, sebab pikirnya, ia sudah banyak membuang budi
menolongi anak muda itu, akan tetapi Tiong Jong saban-saban
membela orang lain saja. Ia perdengarkan tertawa dingin.
"Tiong Jong," katanya. "sekali aku marah tidak seorangpun
yang berani menghalang-halangi maksudku, maka sekarang
kau mau apa."
Ie Ya sambil berkata menyerang co Kang cay hingga ia ini
ketakutan setengah mati. Tapi sebelumnya tangan Ie Ya
menyentuh dirinya, Ho Tiong Jong dengan gesit sudah lompat
dan menangkis, hingga Ie Ya terhuyung-huyung mundur.
Bukan main marahnya si iblis Wanita, dengan muka bengis
ia sekarang menyerang pada Ho Tiong Jong. Tangan dan
kakinya bergerak dengan berbareng, tepisi pemuda hanya
mengegos dan berkelit saja dari semua serangan Ie Ya, tidak
mau balas menyerang.
Hatinya tidak tega, sebab ia banyak hutang budi kepada
perempuan galak ini, Biar bagai mana ia diserang hebat, selalu
Ho Tiong Jong dapat mengegoskan dirinya dengan mudahnya.
Tapi melihat serang-serangan Ie Ya mengarah bagian yang
tidak mematikan, seolah-olah tak memikirkan
persahabatannya pada waktu yang lampau, diam-diam si
pemuda merasa tidak senang. Pikirnya, jikalau ia minta
penjelasan juga tak ada gunanya Karena si nona sedang
sengit dan marahnya.
Segera ia merobah gerakannya, kini ia mencoba menyerang
dengan angin pukulan telapakan tangannya ternyata si nona
tidak tahan, ia mundur sampai empat enam tindak
"Gila kau" bentak nona Ie, sambil menyender pada dinding.
Tiong Jong hanya bersenyum, Amarahnya si nona makin
memuncak. maka ia sudah gerakan tubuhnya lompat keatas
dan menyerang dari arah ini kebatok kepalanya Ho Tiong
Jong, tapi si pemuda dengan gesit sudah menghindarkan
dirinya, kemudian ia menyusul melesat dan mereka saling


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang diudara kosong, akhirnya Ie Ya tak tahan juga.
Ia jatuh kelantai, sebelumnya ia bergerak Ho Tiong Jong
sudah menekan bahunya dan kemudian menotok jalan
darahnya, hingga si nona jatuh lemas.
"orang she Ho." kata sinona gemas. "Kalau kau menghina
aku, nanti akan kucaci maki habis-habisan-"
Si nona sangat gemas, bicaranya yang seperti hendak
menangis karena tidak berdaya untuk mengatasi
kepandaiannya Ho Tiong Jong, yang tidak sangka-sangka
sama sekali dalam tempo pendek saja ada demikian hebat
ilmu silatny^ Ho Tiong Jong melihat sinona seperti mau
mewek merasa tidak tega.
Rambutnya menjadi kusut bekas tadi bertarung, dalam
keadaan seperti hendak menangis dan mengawaskan
sipemuda dengan sorot mata panasnya, tampaknya Ie Ya
yang memang cantik wajahnya ada lebih cantik berlipat
ganda. Pertama kali Ho Tiong Jong melihat kecantikannya si nona
sudah menggetarkan hatinya, kini untuk kedua kalinya ia
menyaksikan dengan tegas kecantikannya orang bagaimana ia
coba menekan debarannya tiang hati ternyata tidak menolong.
Maka dengan cepat ia menarik tangannya yang menekan
orang punya pundak yang halus lunak seperti kapas dan
membuka totokannya. Parasnya agak jengah, kemudian
berkata dengan hormat, "Enci Ie, bukannya maksudku berlaku
kurang ajarpada enci, Dari sebab kau menyerang keterlaluan
mengarah bagian yang berbahaya, maka terpaksa aku
membela diri dari seranganmu yang bertubi-tubi tadi."
Si pemuda menutup bicaranya dengan bersenyum manis.
Wajah si pemuda yang tampan menawan dan
pengawakannya yang gagah menimbulkan rasa suka, memang
sudah lama menjadi kenangan wanita telengas.
cuma ia tidak bisa mengikat hatinya sipemuda itu, karena
kelihatannya Ho Tiong Jong hatinya sudah jatuh pada Seng
Gick ciu dan Kim Hong Jie, dua gadis jelita dan putri dari dua
orang ternama, yalah putri dari Seng-keepo dan Kim-Liong-po"
Meskipun demikian, satu tempo ia suka melamun dan
merasa dirinya tidak kalah dalam kecantikan maupun dalam
ilmu silat dari dua dara itu, hanya bedanya dirinya sudah
terkenal sebagai iblis, maka ia merasa sangsi apakah Ho Tiong
Jong dapat dipincuk oleh gaya tarik kecantikannya kalau
mengingat kedudukannya ada kurang harum.
co Kang cay dilain pihak merasa heran kepada Ho Tiong
Jong yang dengan tiba-tiba saja dapat berbicara begitu halus
dan sopan santun-Melihat sicantik diam saja, maka Ho Tiong
Jong berkata pula.
"Enci ie, coba tolong ceritakan dari sebab apa kau marahmarah
terhadapku dan tak memberi kesempatan untuk aku
membela diri."
"Hmm" menyahut nona ie, masih kelihatan sombong
sifatnya. Tapi Ho Tiong Jong ganda dengan penuh kesabaran-
"Sekarang begini," kata Ie Ya, "aku mau tanya kau
bagaimana perlakuannya adik Seng terhadapmu ?"
Ho Tiong Jong terkejut Tapi lantas menjawab dengan
sejujurnya. "Baik, baik sekali, Adik Giok sangat baik dan berbudi
terhadapku, untuk mana sukar aku melukiskannya."
Hati cemburunya Ie Ya meluap dengan tiba-tiba, maka
wajahnya berubah lantas cemberut setelah mendengar
jawabannya si nona.
"Hu..." kata si nona sambiljebikan bibirnya, "Sangat baik,
sukar dilukiskan, sekarang aku mau tanya kau, dia ada begitu
baik terhadapmu tapi apa balasmu terhadap kebaikannya itu?"
Ho Tiong melongo. Diam-diam ia bergidik, pikirnya,
"apakah adik Giok mengalami kejadian seperti yang
dibayangkan oleh co lo-pek?" Sebelumnya ia membuka mulut,
ie Ya berkata lagi.
"Jawab, jawab pertanyaanku apa balasnya kau atas
kebaikan adik Giok?"
"Enci ie, aku masih belum paham akan bicaramu ini."
"Hmm... belum paham..." ie Ya menjebikan bibirnya, " Kau
tentu tidak berani berterus terang padaku, Nah, biarlah aku
sendiri tidak bisa berbuat apa apa padamu, tapi nanti ada lain
orang yang akan membereskan jiwamu." setelah berkata ie Ya
lantas berjalan keluar.
Tapi seperti angin saja cepatnya Ho Tiong Jong sudah
menghadang dipintu keluar, maka ketika ie Ya bertindak ia
sudah dihalang-halangi, Ie Ya tertawa dingin melihat
kelakuannya Ho Tiong Jong. "Kau ingin menahan aku disini,
bukan?" tanyanya gemas sekali.
"Bukan, aku tidak berani menahanmu."
"Nah, kasih jalan buat aku berlalu dari sini."
Ho Tiong Jong tidak berdaya, Melihat sikapnya ie Ya yang
dingin dan saban-saban unjuk sikap yang mengandung
amarah, maka ia tidak berani menanyakan lagi soal yang ia
masih belum mengerti dari kata-katanya Ie Ya tadi.
Si pemuda jadi berdiri menjublek sambil mengawasi ie Ya
naik kuda berlalu, sampai tidak kelihatan bayangannya.
"Tiong Jong, kau kenapa berdiri bengong saja?" tanya co
Kang Cay, yang seketika itu telah menyusul keluar.
Ho Tiong Jong kaget mendapat teguran sahabat tua.
"Tidak apa-apa, aku hanya belum mengerti apa maksudnya
perkataan Ie Ya tadi."
"Kalau dilihat dari pembicaraannya, dapat dipastikan ada
banyak orang yang akan mencari dirimu, Entah, lantaran apa
kau bisa dicari mereka. Apakah mereka itu ada orang-orang
dari Perserikatan Benteng perkampungan" "
Menyebut nama Perserikatan Benteng Perkampungan tanpa
merasa Co Kang Cay badannya menjadi menggigil seperti
yang kedinginan.
IHo Tiong Jong yang menyaksikan itu merasa kasihan pada
si kakek. Pikirnya, orang boleh mencari dirinya dan membuat
perhitungan dengannya, tapi jangan mengganggu pada
dirinya si orang tua, jangan mengaduk-ngaduk rumahnya
yang barusan saja selesai di bangun, ia sangat kasihan pada
orang tua itu, yang disiksa sampai dua puluh taihun lamanya
oleh Seng Eng dan baru saja mendapat kemerdekaannya lagi,
lantas nanti dapat ditangkap kembali.
Ia tidak lepaskan Ie Ya sebab ie Ya tentu akan
mengundang banyak kawannya yang datang kesitu, maka
juga seketika itu ia lantas lompat melesat kekandang kuda,
dimana kudanya ada dipelihara.
Cepat-cepat ia pasang pelananya dan lantas lompat naik di
atasnya, kemudian membedal lesnya supaya sang kuda lari
keras menyusul Ie Ya yang sudah lama pergi.
Co Kang Cay berteriak-teriak, seperti mau memesan apaapa,
akan tetapi Ho Tiong Jong tidak perduli, iapesatkan
kudanya dan dilarikan sekencangnya supaya bisa menyusul si
iblis cantik yang telah datang kepadanya dengan membawa
teka-teki. Tidak lama ia kaburkan kudanya, tampak
didepannya Ie Ya sedang larikan kudanya. Si nona juga
mendengar kerapan kaki kuda, ia menduga pasti bahwa
dibelakangnya Ho Tiong Jong yang menguber padanya, Maka
ia sudah siap sedia dengan senjata ikat pinggangnya untuk
menempursi pemuda.
Ketika sudah datang dekat, Ho Tiong Jong berkata.
"Enci ie, harap kau suka terangkan kedatanganmu tadi.
Apakah kau datang membawa bala bantuan untuk membikin
susah pada Co lopek?"
Ie Ya tak menjawab, hanya ia menyerang dengan ikat
pinggangnya yang panjang.
si nona memang sangat mahir memainkan senjata itu, ia
menyalurkan tenaga dalamnya ke ikat pinggang sehingga
kelihatan seperti sedang menari-nari diatas kuda.
Kelihatannya bagus sekali, sedang Ho Tiong Jong yang
saban-saban disatroni oleh ikat pinggang itu telah berkelit
kesana-sini menggunakan kelincahan kudanya, Tapi ternyata
ia tak dapat mencegah ketika ikat pinggangnya Ie Ya melibat
dirinya sampai sepuluh libatan, hingga ia tidak berdaya.
Ie Ya kegirangan, pikirnya kali ini Tiong Jong akan
menyaksikan kelihayannya.
Tapi dibalik rasa bangga itu, iapikir juga apakah, Ho Tiong
Jong kena dilibatoleh ikat pinggangnya itu hanya pura pura
kalah saja"
Tapi biar bagaimana ia harus selesaikan kemenangannya
itu, maka sebentar lagi ia mengentak ikat pinggangnya dan
tubuhnya Ho Tiong Jong mencelat dari tunggangannya
melayang kedekat si cantik.
cepat Cepst Ie Ya turun dari kudanya dan menghampiri Ho
Tiong Jong yang masih tidak berdaya, ia telah memberikan
totokan pada jalan darahnya, tapi alangkah herannya ketika ia
merasakan jarinya yang halus ditusukkan pada tubuhnya Ho
Tiong Jong seperti juga ia menusuk papan baja.
Ie Ya menjadi jerih, Pikirnya. Ho Tiong Jong sekarang
bukan tandingannya, maka sebelum Ho Tiong Jong berdaya
lebih baik ia cepat-cepat melarikan diri. Maka seketika itu,
tanpa menghiraukan ikat pinggangnya lagi ia sudah lompat
pula keatas kudanya dan kabur dari sana dengan kecepatan
kilat. Ho Tiong Jong melihat Ie Ya meninggaikan ikatpingganya
yang panjangnya tujuh-delapan tumbak melibat tubuhnya,
sudah lantas hendak memutuskan dengan kekuatan tenaga
dalamnya yang dahsyat, tetapi urung karena dipikir lagi kalau
ia berbuat demikian Ie Ya tentu tidak senang hatinya, ikat
pinggang yang sangat disayangnya itu, jika ia putuskan pasti
Ie Ya tentu tidak senang hatinya, tidak mandang muka
pemiliknya. Dari sebab itu, maka ia sudah menggunakan ilmu
mengkeratkan tubuh untuk meloloskan diri dari gubetan ikat
pinggang. Setelah mana, lalu ia gulung lagi dengan baik baik barang
si cantik, kemudian ia bawa naik kuda mengejar si nona,
Pikirnya, ie Ya melarikan kuda tentu akan mengundang
teman-temannya untuk membikin susah Co Kang Cay.
Maka hatinya merasa cemas, ketika kudanya hanya dapat
sepuluh li saja dan telah mogok. karena kakinya terluka,
Terpaksa IHo Tiong Jong turun dan kudanya. ia berdiri
celingukan mencari cari Ie Ya, tapi orang yang dicari tidak
kelihatan mata hidungnya,
Tidak tahunya ie Ya sudah masuk kedalam rimba untuk
menghindarkan diri kecandak Ho Tiong Jong.
Dalam hatinya ie Ya berpikir, bahwa seumur hidupnya
belum pernah jadi pecundang dan diuber-uber oleh lelaki.
Baru kali ini ia mengalaminya, jadi sangat malu.
Meskipun Ho Tiong Jong tidak menaruh cinta padanya,
akan tetapi ia sangat mengagumi akan tenaga dalamnya Ho
Tiong Jong sekarang ini. Entah dari mana Ho Tiong Jong
sudah belajar ilmu kepandaian sedemikian tinggi, sehingga ia
sudah bisa menutup jalan darahnya tidak dapat ditotok orang.
Sedang ia jalankan kudanya sambil ngelamun, tiba-tiba
mendengar orang menguber padanya dengan menggunakan
ilmu jalan cepat yang hebat. Ketika ia mencleh, dilihatnya itu
bukan lain dari Ho Tiong Jong.
Ia jadi gemas dan nekad, maka ia lantas hentikan kudanya
dan turun menantikan kedatangannya IHo Tiong Jong.
Tatkala mereka sudah berhadapan dengan suara dingin Ie
Ya menanya. "Tiong Jong, kau terus terusan menguber-ku,
apa maksudmu ?"
"ow, aku tidak berani mengganggu enci, Aku menyesal enci
tidak mau menceritakan duduknya urusan sehingga aku
menjadi bingung, Tapi, tidak apalah, hanya aku minta
pertolongan enci, setelah kembali berkumpul dengan orangorang
dari Perserikatan Benteng perkampungan harap enci
tidak menceritakan tentang tempat tinggalnya co lopek, Aku
tidak tahu apakah selainnya enci masih ada lain orang pula
yang mengetahui tempat tinggalnya co lopek..?"
"Kenapa kau begitu sungguh-sungguh melindungi orang
tua itu?" memotong si nona.
"Ya, enci, seperti tempo hari aku pernah cerita, bahwa co
lopek sudah dua puluh tahun lamanya disiksa oleh Seng Eng.
sekarang dia sudah dapat kemerdekaannya pula dan dengan
susah payah dapat membangun rumah-nya, sepantasnya dia
dapat kebahagiaannya dalam melewati sisa hidupnya yang
sudah tua."
"Selainnya aku, masih ada lagi seorang yang tahu, tapi dia
orangnya sembarangan, aku kuatir dia tak dapat memegang
rahasia." "Siapa dia, enci ie "
"Aku tak bisa mengatakan padamU, karena kaU tentu akan
membunuh dia sekeluarga bukan ?"
"Tak mungkin aku akan berlaku sekejam demikian ?"
"Tapi Tiong Jong, aku heran sekali, kau mau korbankan diri
untuk co Kang cay, tapi kenapa berlaku demikian terhadap
adik Giok cin...?"
Hatinya IHo Tiong Jong curiga, Pikirnya, tentu ada kejadian
yang tidak beres dengan dirinya Seng Gick Cin. Makanya ie Ya
saban-saban timbulkan nama si nona yang menjadi
kekasihnya itu.
"Enci ie," katanya, "sejak tadi kau menuduh aku bersalah
saja. sebenarnya ada kejadian apa dengan adik Giok" sudilah
enci yang baik memberitahukan kepadaku yang rendah."
Ho Tiong Jong bergurau sembari mesem, ia mengambil
tindakan itu, dengan pengharapan nona ie akan ceritakan
duduknya urusan karena dengan sikap serius ada ia menanya
tidak juga mendapat keterangan yang tidak di ingini.
Mendengar kata katanya sipemuda, mau tidak mau Li lo sat
ie Ya ketawa juga, "Kau ini pengecut aku benci benar,"
katanya, "di hadapanku kau masih berpura-pura tidak tahu
saja. Kau boleh mengelabuhi adik Seng Gick Cin dan Hong Jie,
tapi aku hm..."
Ho Tiong Jong betul-betul kewalahan menghadapi Ie Ya
yang masih terus terputar-putar bicaranya, tidak mau diajak
berunding kelihatannya, Apalagi mendengar dirinya dikatakan
pengecut, hatinya Ho Tiong Jong merasa sangat perih.
Ia tidak menjawab kata-katanya Ie Ya tadi, hanya sebentar
lagi terdengar ia mengelah napas dan tundukan kepalanya.
Untuk membuka mulut lagi, rasanya tidak ada harapan
nona ie akan cerita duduknya perkara, maka pikirnya lebih
baik ia balik lagi saja kerumahnya Co Kang Cay, sahabat


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tuanya itu. Mengingat si orang tua kedudukannya ada berbahaya,
karena tempatnya sudah ketahuan maka ia mengambil
putusan minta si orang tua menyingkir dari gangguannya
pihak Seng Eng. setelah mana ia akan mencari tahu hal nya
Giok Cin, sebab ada kemungkinan besar si nona sedang
ngalamkan kesusahan, jikalau dilihat kata-katanya ie Ya yang
selalu menyesalkan padanya karena tidak menaruh perhatian
kepada nona Seng.
Setelah kembali ia mengelah napas, lalu putar tubuhnya
balik kerumahnya co Kang cay, sambil tundukan kepala
denganpikiran kusut. Ie Ya melihat kelakuannya si pemuda
merasa kasihan juga.
Sebenarnya ia sudah cukup mengocok si pemuda yang
terus menghadapi teka teki karena kata-katanya yang selalu
tidak ada juntrungannya.
Ia berjalan kira-kira sepuluh lie, tiba-tiba ia mendengar dari
sebelah belakangnya ada suara kaki kuda yang dilarikan.
Keruan ia menoleh itulah kuda putih yang dinaiki Ie Ya.
Ketika Ie Ya hentikan larinya sang tunggangan dan
memandang pada Ho Tiong Jong yang terus berjalan dengan
tunduka n kepala, seolah-olah ia tidak menghiraukan pada si
iblis cantik yang jalan disisinya.
"Waduh, lagi ngambek nih?" kata ie Ya dengan suara
merdu. Ho Tiong Jong tinggal terus berjalan tanpa
menolehkan mukanya.
Ie Ya melihat sikapnya Ho Tiong Jong tidak menghiraukan
padanya, tidak menjadi marah, malah ia berkata lagi. "Aku
tidak kira si orang she Ho yang berparas tampan menawan
gede ambeknya...."
Ho Tiong Jong kini menoleh pada si iblis cantik, setelah
memandang paras Ie Ya yang bersenyum-senyum memikat,
lalu tundukan lagi dan berjalan terus.
Ie Ya merasa menyesal telah berlaku keterlaluan kepada
pemuda ini, yang parasnya cakap dan pengawakannya yang
kokoh kuat selalu merupakan bayangan didepan matanya.
Mungkin si pemuda tidak bersalah, kenapa ia terus-terusan
mendesak dan menyalahkan padanya" ia memang tidak kasih
kesempatan kepada Ho Tiong Jong untuk membela diri,
karena hatinya merasa gemas atas perbuatannya Ho Tiong
Jong yang disangkanya telah membalas budi kebaikannya
Seng Giok Cin dengan kejahatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Tiong Jong, kan jangan marah, apa kau ingin tahu
duduknya urusan?" Ho Tiong Jong masih terus berjalan tanpa
menoleh. "Tiong Jong, betul-betul kau marahan sama encimu?" tanya
Ie Ya dengan suara merdu.
Baru si pemuda menoleh kepadanya, sambil tertawa getir ia
berkata, "Enci ie, sebaiknya kau jangan ganggu aku lagi.
Pergilah kau mengundang kawan kawanmu."
"Ngaco" kata Ie Ya. "Siapa yang hendak mengundang
kawan" Aku mengundang kawan-kawan untuk apa ?"
"Untuk mencelakakan Co lopek."
"Hi hi hi...." Ie Ya tertawa, "Aku yang bergelar Li lo-sat,
kalau mau, tak usah mengundang kawan-kawan, Co Kang Cay
sudah lama celaka ditanganku, Kenapa mesti menanti
kedatanganmu dahulu ?"
IHo Tiong Jong melengak, perkataannya Ie Ya benar juga,
kalau memang ia hendak membikin susah kepada Co Kang
Cay tidak perlu menanti kedatangannya.
"Tapi kenapa barusan kau hendak menyerang Co lo-pek
dan perlakukan padanya dengan tidak mengenal aturan?" ia
menanya. "Itulah karena menuruti hatiku yang sedang angin-anginan,
aku gemas padamu dan situa bangka yang jadi sasaran-.."
"Hei, enci le, kau gemas padaku, kenapa co lopek dibuat
sasaran?" Ie Ya membungkam wajahnya kemerah-merahan-
"Kenapa enci ie?" tegur s i pemuda.
"Karena aku..."
"... tidak tega, bukan?"
"Oh, kau Tiong Jong..."
XXVI. MASUK PERANGKAP
SAMBIL berkata seraya turun dari kudanya dan kini dengan
menuntun tunggangan-nya ie Ya berjalan di sisinya sianak
muda. Ho Tiong Jong sambil berjalan matanya melirik- lirik pada si
cantik dengan wajah bersenyum-senyum karena merasa geli
dalam hatinya. Ia tahu, bahwa iblis cantik ini ada jatuh hati kepadanya,
beberapa kali ia sudah mengulurkan pertolongannya, tentu
bukan tidak ada sebab musababnya. Dan ini dapat dipahami
oleh Ho Tiong Jong, cuma saja ia tak dapat membagikan
cintanya kepada wanita ketiga, ia tidak ingin Ie Ya menjadi
cemas dalam cita-citanya sebab ia menghadapi dua jelita Giok
Cin dan Hong Jie saja sudah cukup memusingkan kepalanya,
Dua dua ada besar cintanya terhadap dirinya, ia tak dapat
memilih yang satu dan mengabaikan yang lainnya, sebab itu
berarti akan parahnya orang punya hati juga untuk mengambil
dua-duanya, ia merasa ragu ragu akan keikhlasan masingmasing,
kalau ia melihat Giok Cin ada begitu besar
cemburunya ketika di Po-kay-san-
Disamping tabeatnya yang jujur dan polos wajahnya yang
tampan dan pengawakannya yang kuat tegap Ho Tiong Jong
orangnya Jenaka, suka membanyol dan bikin orang ketawa.
oleh karenanya Giok Cin dan Hong Jie menjadi lengket
padanya. Ie Ya juga sebenarnya sudah lama menaruh hati pada si
pemuda, cuma ia tidak mempunyai kesempatan untuk
mengutarakan isi hatinya dan lagi ia merasa bahwa dirinya
ada lebih tua dari Ho Tiong Jong.
Cuma, bagaimana juga wajahnya Ho Tiong Jong yang
cakap dan kelakuannya yang Jenaka, tak dapat ia singkirkan
dalam lamunannya mencicipkan kebahagiaan hidup.
Demikianlah ketika berjalan berendeng, Ie Ya melihat IHo
Tiong Jong saban-saban ketawa kepadanya seperti yang
merasa geli hatinya, lantas menegur. "Hei, Tiong Jong, kenapa
kau cengar-cengir saja?"
"Tidak apa apa, hanya aku merasa geli, kau marah padaku
tapi yang menjadi korban mengapa orang lain"
"Habis bagaimana?"
"Kau harus hajar aku."
"AKU, aku. ..ti... ."
"....dak tega, bukan" Kalau kau menghajar aku dengan
telengas, tentu saja bisa bikin aku semaput. kau
menghajarnya harus..."
"Harus apa..?" memotong Ie Ya dengan senyuman mesra.
"Harus menggigit..."
"Gigit apanya?"
". . . . pipinya, .."
"Gila kau...." Ie Ya melotot matanya, tapi mulutnya yang
mungil menyungging senyuman-Diam-diam hatinya nona le
merasa bahagia dengan banyolan si pemuda. Dilain pihak Ho
Tiong Jong tertawa ngakak enak sekali.
"Aduh. . . " tiba tiba ia menjerit, sambil usap-usap
tangannya "Kok encie Ie nyubit?"
"Enak, ya" ini baru cubitan sementara."
"Kalau cubitan aseli."
"Mulutmu akan Kucubit kalau kau berani lagi kau omong
ngaco." "sakit nanti encie Ie?"
"Aku tidak perduli..."
"Aduh .. .. kejamnya . . . ."
"Nih, Kejam, .. . " Ie Ya ulur tangannya hendak mencubit
lagi. Ho Tiong Jong berkelit sambil ketawa ngakak. Ie Ya juga
teturutan ketawa, mereka kini adalah baik lagi dan bercakapcakap
dengan gembira dalam perjalanannya.
Bagaimana bahagia hatinya Ie Ya berjalan berendeng dan
bercakap-cakap dengan pemuda pujaan-nya itulah dapat kita
bayangkan sendiri.
Tiba tiba Ie Ya seperti ingat sesuatu, "Eh Tiong Jong, mari
kita berhenti sebentar duduk meneduh diatas batu itu
dibawahnya pohon, aku hendak cerita yang penting padamu.
Mari, mari..." sinona seraya tuntun tangannya si pemuda.
Ho Tiong Jong menurut saja dituntun oleh sicantik,
sebentar lagi mereka sudah pada duduk diatas batu
dibawahnya pohon yang rindang.
"Ada kabar apa enci ie?" tanya si pemuda.
"Dari halnya adik Giok"
"Dia kenapa, enci le ?"
"Tiong Jong, aku mau tanya padamu, apa benar benar kau
tidak berbuat yang menyusahkan adik Giok."
Ho Tiong Jong geleng gelengkan kepala, "Adik Giok sangat
baik, aku merasa hutang budi kepadanya, bagaimana aku
dapat berbuat yang memuaskan dirinya."
"Ya, adik Giok telah mengalamkan kesulitan dari ayahnya
sendiri. Ketika aku meninggalkan tempatnya adik Giok masih
belum apa-apa, entah sekarang bagaimana nasibnya"
Ayahnya sangat kejam, dalam murkanya bukan mustahil ia
bisa membunuh mati anaknya yang sangat dimanjanya itu."
Ho Tiong Jong kaget bukan main, "Enci ie, dari sebab apa
Seng Eng sampai begitu marah." tanyanya.
" Dalam kamar hartanya dia kehilangan satu benda wasiat,
entah benda apa itu, Menurut pendapatan Seng Eng, hanya
adik Giok Cin yang dapat keluar masuk dalam kamar harta itu,
orang lain tak mungkin- oleh karenanya adik Giok yang
dituduh sudah menyunglap benda wasiat itu."
"Habis, apa katanya adik Giok?" tanya sipemuda sangat
gelisah, "Adik Giok tidak mengaku bahwa ia pernah membawabawa
benda wasiat itu, Katanya benar ia pernah jalan samasama
dengan kau dan ditotok urat tidurnya olehmu dalam
rumah penginapan, tapi dalam badannya tidak membawa
benda wasiat yang dimaksudkan itu."
"ow, lantaran kehilangan benda itu saja Seng Eng sampai
hati membunuh anaknya sendiri." kata Ho Tiong Jong sambil
kertak gigi. Ie Ya melihat kegelisahan Ho Tiong Jong, rasa cemburunya
hidup lagi. Sambil tertawa dingin berkata.
"Tiong Jong, kau jangan sampai begini gelisah akan
nasibnya adik Giok, mungkin dia sekarang sudah mati
ditangannya sang ayah."
Ho Tiong Jong beringas mendengar perkataan "mati".
Matanya melotot pada ie Ya hingga si nona tergetar hatinya,
karena merasa seram, ia belum pernah melihat sebelumnya
Ho Tiong Jong unjuk sikap yang demikian beringasan. Tibatiba
saja tubuh si pemuda melesat dan lari meninggaikan si
nona. Ie Ya kelabakan, ia berteriak teriak sambit menyusul
dengan naik kuda.
"Hei, kau hendak ke mana, Tiong Jong?"
"Aku hendak pergi membelah batok kepalanya Seng Eng,
itu ayah berhati binatang seorang ayah yang demikian kejam
terhadap anaknya, untuk apa dikasih tinggal enak-enakan
hidup didunia?" Ho Tiong Jong menjawab sambil terus lari
pesat. "Kau berhenti dahulu, aku akan kasih tahu kabar penting"
teriak Ie Ya. Ho Tiong Jong menurut dan telah hentikan larinya,
menunggu sampai kuda putihnya si nona datang dekal, Begitu
sampai Ie Ya lantas turun dan memburu pada Ho Tiong Jong.
sambil menyekal kedua tangannya.
"Ho Tiong Jong, tindakanmu sebagai seorang gagah aku
sangat bangga, Tapi, kau harus waspada. Menurut
keterangan, Seng Eng dengan mengepalai anak buahnya
sedang mendatangi kesini hendak mencari kau."
"Terima kasih, encie ie." jawab si pemuda, sambil
memegangi erat-erat kedua tangan yang putih halus dari si
cantik. "Kau tak perlu mengucapkan terima kasih kepada diriku
yang tidak berharga." jawab Ie Ya dengan suara tergetar "
Dengan menyampaikan hal ini kepadamu sebenarnya aku
sudah berarti berkhianat kepada Perserikatan, tapi tak apa, itu
aku tanggung sendiri..." Ie Ya berkata dengan kedua matanya
mengembeng air.
Hatinya Ho Tiong Jong pilu, ia merasa sangat berterima
kasih kepada nona ie, yang sangat ditakuti orang, sebab iblis
cantik telengas tapi terhadap dirinya ada sangat menyayang.
Ho Tiong Jong paham akan pengorbanannya Ie Ya itu
disebabkan cintanya yang besar kepada dirinya.
Ie Ya ada satu nona cantik, tubuhnya langsing dan
menggiurkan tidak heran kalau banyak yang tekuk lutut
padanya. Lain dari itu, kedudukannya sebagai kepala dari
golongan wanita iblis ada sangat tinggi. Tapi herannya, begitu
banyak pemuda yang tertarik hatinya dan bersedia
mengorbankan segala apa asal cintanya disambut oleh Ie Ya,
si nona ternyata tidak menghiraukan itu semua, seolah-olah
dianggap sepi saja.
Hanya terhadap dirinya kelihatan ada lain, Si cantik telah
jatuh cinta benar kepadanya, buktinya dari tempat yang jauh
ia datang khusus mencari dirinya untuk mengabarkan bahaya
yang mengancam padanya.
Ia ada seorang gelandangan, apakah pantas mendapat
cintanya satu nona yang demikian cantik menarik seperti Lilosat
Ie Ya" Tapi kenyataannya memang ada begitu.
Diam-diam ia merasa heran, kenapa dirinya ada demikian
beruntung dicintai oleh banyak wanita cantik" Entahlah, siapa
diantaranya yang nanti akan menjadi pasangannya seumur
hidup" Melihat kecintaannya Ie Ya yang demikian besar, Ho Tiong
Jong berduka dalam hatinya, karena ia tak dapat menyambut
dengan semestinya. Hatinya sudah ditempati oleh dua jelita
terlebih dahulu. Dengan menghela napas ia berkata pada si
nona. "Encie Ie, kau tidak boleh berkata demikian merendah. Aku
Ho Tiong Jong, sebegitu jauh masih bernapas tidak akan
melupakan budimu yang besar. Nah coba terangkan, Seng
Eng itu dengan anak buahnya berjalan kejurusan mana untuk
mengetahui tempatku" Harap enci Ie menjelaskan?"


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ie Ya sebenarnya tadi keterlepasan membuka rahasia,
hatinya agak menyesal, sukur, Ho Tiong Jong tidak
menanyakan hal-hal yang lebih penting. Kepalanya yang tadi
terus ditundukkan, tampak sekarang didongakan dan
memandang sipemuda dengan sorot mata mesra. Hatinya Ho
Tiong Jong tergetar ia tidak berani mengadu pandangan mata
dengan sijelita, karena takut akan menimbulkan urusan cinta
lagi yang runyam, maka ia sudah angkat kepalanya
mengawasi awan diangkasa.
"Tiong Jong, begitu kau muncul dikota, lantas anak
buahnya Seng Eng yang sangat banyak sudah mendapat tahu
jejakmu dan mengabarkan pada kepalanya..."
Ie Ya berkata sambil terus memandang pemuda
lamunannya yang berdiri didepannya, yang masih tetap
memegangi kedua tangannya, ia kelihatannya segan untuk
menarik tangannya yang dicekal erat-erat oleh sipemuda.
Kedua saling pegang dengan yang satu tidak mau
menariknya terlebih dahulu. Dua pasang mata kebentrok
ketika si cantik sambil mendengarkan keterangan tadi-Duadua
tergetar hatinya.
HO Tiong Jong mengelah napas, Sambil lepaskan
cekalannya pada tangan si nona, Ho Tiong Jong berkata.
"Pergilah kau jauh-jauh dahulu enci- sebentar aku
meninggalkan tempat ini untuk pergi ke Seng-kee-po bikin
huru-hara disana."
Ie Ya terkejut tercampur girang, ia terkejut karena
sipemuda hendak membuat huru bara di Seng-keepo, satu
perbuatan yang berbahaya sekali, sebab disana banyak orangorang
yang berilmu silat tinggi sedang Ho Tiong Jong hanya
sendirian. Ia girang, karena pikirnya, tidaklah sia-sia iapun sudah
payah datang kesitu mengisiki pada sipemuda, sebab Ho
Tiong Jong kelihatan ada memperhatikan ia punya
keselamatan. "Ya, Tiong Jong," kata Ie Ya dengan suara halus "aku tidak
berani pastikan adik Giok sekarang apa masih hidup apa
sudah mati, kau kesana jangan datang- datang bikin onar
saja, selidiki dulu tentang dirinya Giok Cin, kau jangan
sembarangan mencari urusan dengan anak buahnya Seng
Eng. Kalau adik Giok masih hidup sebaiknya kau serahkan saja
itu benda yang kau ambiL..."
"Kau keliru, enci Ie," memotong sipemuda dengan roman
muka kurang senang, "Aku sama sekali tidak pernah
mengambil benda itu. Aku menotok urat tidurnya adik Giok
dalam rumah penginapan karena aku tidak mau dia mengikuti
aku...." "Kenapa tidak mau diikuti Giok Cin?" menyelak Ie Ya
dengan heran. "Aku tidak mau dia bersusah hati menyaksikan aku
menemukan kematiannya."
Ho Tiong Jong selanjutnya lantas menuturkan dengan
ringkas, halnya ia jalan sama-sama dengan Seng Giok Cin
untuk mencari pemunah racun dalam dirinya, akan tetapi
ternyata gagal Karena kuatir si nona nanti terus-terusan
mengikuti padanya dan akan bersusah hati menyaksikan saat
ajalnya sampai, maka ia telah menotok urat tidur sinona.
Kemudian ia pergi meninggalkannya. Halnya benda yang
dimaksudkan itu betul betul ia tidak tahu sama sekali-
Ie Ya angguk-anggukan kepalanya "Ya, sebenarnya
mengherankan sekali, karena Seng pocu tetap menuduh kau
yang mengambilnya benda pusaka itu."
Ho Tiong Jong kertek gigi. Hatinya sangat gemas pada
orang tua itu, karena dirinya yang tidak dosa salah dituduh
mencuri benda pusaka.
"Nah baiklah, Biar aku nanti kesana untuk memberikan
keterangan agar mereka jelas bahwa aku bukan pencurinya
benda pusaka itu. Kalau aku tidak datang sendiri kesana, siapa
yang dapat menerangkannya bukan?"
"Tiong Jong, kau tak dapat kesana."
"Kenapa begitu?"
"Sebab kau mengambil benda itu. keteranganmu itu hanya
aku sendiri yang percaya penuh, sedang mereka itu orangorang
tua kejam, mana mau mengerti dengan keteranganmu.
Kau datang kesana, sama saja ular mencari penggebuk. Mana
mereka mau melepaskannya lagi" jangan kau jangan kesana."
"Putusan sudah tetap enci Ie, biarkan aku harus menerjang
goa harimau dan gunung golok, aku sedikitpun tidak merasa
gentar?"jawab Ho Tiong Jong dengan ketawa getir. Ie Ya
menjadi kewalahan.
Akhirnya mereka berdua balik dahulu ke rumahnya Co Kang
Cay untuk memesan pada si orang tua, supaya ia menjaga diri
baik-baik. jangan sembarangan keluar, paling baik berdiam
saja sembunyi didalam kamar rahasia, sebab kini orangorangnya
Seng Eng tersebar luas untuk mencari jejaknya.
Kemudian muda-mudi itu telah berangkat kearah utara.
Ie Ya tahu bahwa orang-orang dari Perserikatan Benteng
Perkampungan sudah bersatu hati untuk mencari Ho Tiong
Jong yang disangkanya telah mencuri benda pusaka itu.
Pikirnya keadaannya Ho Tiong Jong sangat berbahaya,
meskipun ia berani dan berilmu silat tinggi, mana dapat
melawan banyak orang yang juga bukan orang-orang
berkepandaian rendah.
Ia mencari akal bagaimana baiknya untuk meringankan
bahaya yang mengancam atas dirinya Ho Tiong Jong, pemuda
yang menjadi impian itu"
Ia sendiri telah terikat dengan sumpah Ketika Ie Ya masuk
dalam komplotannya Khee Po-cu (Khee Ciang), telah
mengangkat sumpah bahwa ia akan bersetia terhadap
golongannya, tidak akan menyeleweng yang berakibat untuk
kerugian golongannya itu.
Oleh sebab itu, Ie Ya tak dapat menyertai Ho Tiong Jong
menyatroni Seng-keepo. Kesulitannya ini dijelaskan kepada Ho
Tiong Jong, dan anak muda itu telah mengasih nasehat,
memang sebaiknya Ie Ya jangan ikut campur urusannya,
karena nanti akan menempuh bahaya untuk membikin bersih
namanya Seng Giok Cin yang dituduh bersekongkol
dengannya sudah memberikan itu benda pusaka kepadanya.
Demikianlah, setelah melewati kota Yang-cie mereka lalu
berpisahan. Ho Tiong Jong sangat risau hatinya, cepat-cepat ingin
menemui Seng Giok Cin, gadis cantik jelita yang menjadi buah
hatinya. "Apa adik Giok masih hidup" Entahlah. Mungkin dia sudah
mati karena kekejaman ayahnya yang bersifat binatang itu.
Hmmm.." ia menggeram sendirian, tangannya dikepalkan eraterat
dan giginya kedengaran bercatrukan saking menahan
amarahnya. Dalam perjalanan ini, Ho Tiong Jong sangat
berhati-hati- Ia tidak berani sembarangan menyikat makanan
dan minum arak. Ia gunakan jarum perak untuk mengetahui
apakah makanan dan arak itu tidak ada racunnya. Kalau
misalnya ada mengandung racun, jarum perak itu berubah
hitam, Benda ini ia dapat dari Tok kay, semasa ia galanggulung
dengan Si pengemis berbisa itu.
Mampir di rumah penginapanpun ia tidak tidur nyenyak,
kuatir kena dibokong oleh orang-orangnya Seng Eng.
Terutama ia menjaga betul- betul terhadap kemungkinan
diserang dengan obat pulas, ia mengaso hanya sebentaran
didalam rumah penginapan sebab begitu letihnya hilangan,
sudah lantas meneruskan perjalanannya meskipun diwaktu
malam. la lakukan perjalanan dengan berkuda, Suatu malam
ia meninggalkan rumah penginapan, setelah menempuh
perjalanan tujuh puluh lie kira-kira, saat itu sudah jam tiga
malam. Keadaan sangat dingin, diwaktu terang tanah pikirnya
ia sudah akan sampai di rumahnya Seng Eng.
Selagi ia enak jalankan kudanya, tiba-tiba ia melihat sebuah
kuil, ia berpikir, kini sudah dekat dengan tempat tujuannya,
sebaiknya ia mampir mengaso dahulu dalam kuil ini, jejaknya
sudah tentu telah diketahui oleh anak buahnya Seng Eng dan
mereka tentu dengan menggunakan burung dara sudah
memberi kabar kepada ketuanya. ia ingin membuat anak
buahnya Seng Eng terkejut melihat ia ada masuk kedalam
kuil. Ketika ia sampai dipekarangan belakang kuil lantas turun
dari kudanya. Pikirnya ia mengasoh dibelakang kelenteng saja, supaya
jangan bikin repot pada kawan dari penghuninya. Tidak
tahunya setelah ia meninggalkan kudanya yang terus mencari
rumput,jalan belum berapa lama ia melihat ada seorang
hweshio yang sedang berlutut di bawah sebuah pohon yang
rindang. Cepat ia menghampiri. ia lihat orang sedang
bersujud, tak berani datang mengganggu hanya diam saja
berdiri disitu, Menunggu sampai si hweshio habisan
bersujudnya. Tapi ia tidak menunggu lama, karena si hweshio
sudah berlututnya dan ketika melihat dirinya lantas menanya.
"Ow, sicu malam-malam berkuda datang ke sini tentu
kesasar jalan, bukan" Mari, mari masuk kedalam...."
"Terima kasih suhu, Kedataaganku ini hanya membuat
repot suhu saja."
"Oo, tidak, tidak.... mari masuk, Tahu sendirilah, kami disini
tidak berpenghasilan apa-apa, mengandal orang punya
dermaan dan orang orang yang datang kesini membantu
sedikit untuk membeli minyak dan hio. Aku bernama Kong Ci,
kedatangan sicu membuat hatiku girang. Dan nama sicu, siapa
?" Ho Tiong Jong senang terhadap hweshio yang ramah
tamah ini. "Aku she Ho bernama Tiong Jong, "jawabnya.
"Bagus... Ho sicu jalanlah duluan." Ho Tiong Jong menurut,
diikuti dari belakangan oleh Kong Ci-
"Nah, ini harus waspada, Apa maunya dia mengikuti
dibelakang, bukannya jalan di depan?" Demikian pikirnya Ho
Tiong Jong. Tengah ia menduga-duga, tiba tiba mendengar si
hwesio berteriak.
"Sicu, awas itu ada ular berbisa."
Betul saja ada ular tidak jauh dari padanya sedang legatlegot
datang menghampiri. Belum Ho Tiong Jong bergerak,
ular itu sudah nyamber dan menggigit pahanya si anak muda.
Tapi heran, Ho Tiong Jong bukan saja tidak terluka, malah
si ular jahat tadi terpental dari tubuhnya.
Kenapa" inilah tidak herani selainnya daging Ho Tiong Jong
kuat seperti baja, juga kebanyakan kena racun tempo hari,
hingga si ular bukan saja tak dapat menggigit dagingnya ia
sendiri kaget bukan main hingga terpental sendirinya.
Racun ketemu racun, tak dapat berbuat suatu apa, seperti
yang ketakutan, ular tadi cepat-cepat telah mabur kedalam
pepohonan. Ular itu sangat berbisa, semacam ular belang. Orang yang
kena gigitnya bisa terus pingsan seketika itu juga dalam
tempo tujuh hari tak sadarkan diri. Kalau setelah siuman, tiga
hari lagi si korban menderita dari reakei racunnya terus mati
tidak ada obatnya lagi.
Ho Tiong Jong sendiri tidak takut ular tadi akan tetapi Kong
Ci kelihatan merasa jerih. Apa mau ular tadi seperti yang
penasaran telah muncul lagi dan kini coba menyambar pada
Kong Ci hingga si hweshio menjerit kaget.
Untung Ho Tiong Jong dapat lihat dengan satu kebutan
lengan bajunya saja ular itu sudah mental balik kegerombolan
tadi dan kini ia kabur serta tidak berani muncul lagi-
"Berbahaya..." terdengar si hwesio berkata, mukanya
tampak pucat. "Sukur ada sicu yang menolong, kalau tidak,
tentu aku akan menjadi makanan ular kurang ajar itu tadi,
Terima kasih Ho sicu."
"ltu tidak apa." kata Ho Tiong Jong merendah "Perbuatan
tadi hanya dengan cara kebetulan saja. Kalau tidak
mendengar jeritan suhu tentu aku juga tidak bisa berbuat
apa2." Diam-diam si hweshio mengagumi sipemuda yang bukan
saja kebal dagingnya, tapi juga kepandaian silatnya tentu ada
sangat tinggi. Dilain saat mereka sudah berada didalam kuil.
Kong Ci dengan hormat telah berkata. "Ho sicu, harap kau
beristirahat sebentar, aku hendak sembahyang pada sang
Buddha yang sudah melindungi aku tadi-"
Setelah berkata, dengan tersipu-sipu ia menghampiri
tempat sembahyang dan berlutut. Ho Tiong Jong yang melihat
kelakuannya si hweshio, tapi ia diam-diam merasa senang
karena Kong Ci sangat ramah tamah dan jujur kelihatannya.
Tanpa merasa ia sendiri menghampiri dan berlutut
bersama-sama Kong Ci- Kong Ci ketika berbangkit ia juga
mengikuti bangun berdiri, akan tetapi kepalanya dirasakan
sangat pening napasnya sesak dengan tiba-tiba.
"Kepala gundul." bentaknya, ketika ia rubuh lemas, "Kau
berani main gila pada tuan mudamu, awas kau" berbareng ia
hendak menyerang, tapi tenaganya sudah lemas. la tidak bisa
sekehendak hatinya yang sangat marah.
"Ha ha ha... Ho Tiong Jong, kan sudah terjatuh dalam
tanganku, ha ha ha..."
Bukan main marahnya Ho Tiong Jong, ia masih mencoba
merangkak mendekati bangku panjang, dengan sisa
tenaganya yang ada ia angkat bangku dilontarkan kepada
Kong Cisambil membentak. "Hweshio jahat, makan nih hasil
perbuatanmu." Bangku panjang meluncur dengan cepatnya
kearah Kong Ci-
"Hmm... Ho Tiong Jong, kau bisa berbuat apa?"
sambil tangannya diulur menyambuti bangku yang
diluncurkan sipemuda, ia tidak mengira tenaganya Ho Tiong
Jong istimewa, sekalipun ia dalam keadaaan lemas, masih
dapat meluncurkan bangku itu dengan kekuatan yang cukup
membikin tangannya Kong Ci tergetar dan merasa kesemutan
tubuhnya sendiri terdorong mundur terhuyung-huyung. Ia jadi
ketakutan setengah mati- apa lagi melihat Ho Tiong Jong
dapat berdiri dan jalan sempoyongan menghampiri padanya,
semangatnya sudah terbang, tapi untung sianak muda hanya
dapat melangkah beberapa tindak saja dan lantas rubuh.
Melihat kejadian ini, hatinya yang tadi ketakutan dan
semangatnya sudah terbang sekarang sudah berbalik
kegirangan dan semangatnya berkumpul kembali. Kini ia bisa
ketawa ngakak, perlahan lahan ia menghampiri tubuhnya
sipemuda yang telah pingsan, sambil tolak pinggang ia berdiri
didekat Ho Tiong Jong, berkata pada orang yang sedang tidak
ingat orang "Aku hweshio miskin maka tak dapat menolak uang hadiah


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang disediakan oleh Seng pocu, bagi siapa yang dapat
menangkap dirimu. Kini aku yang beruntung ah, uang
sebanyak sepuluh ribu tail entah bagai mana aku dapat
menggunakannya. Ha ha ha " ia tertawa bergelak-gelak. Uang
sepuluh ribu tail sudah berbayang didepan matanya. Kiranya
ia sudah dapat membikin rubuh Ho Tiong Jong dengan
menggunakan obat tidur yang tidak ada baunya sama sekali-
Pantasan sipemuda tidak curiga, hanya datang-datang ia
merasakan kepalanya pusing dan badannya merasa sangat
lemas. Demikianlah, meskipun bagaimana hati2-nya Ho Tiong
Jong, kalau sedang "apes" akhirnya ia kena juga dikerjai Kong
Ci Hweshio yang temaha itu.
Tengah ia enak ketawa, mendadak tubuh Ho Tiong Jong
bergerak dan mengirim pukulan dengan angin telapak
tangannya, sehingga si kepala gundul terpental sampai
setumbak jauhnya.
Ketika ia jatuh, ia tidak bergerak lagi pura-pura mati- takut
dikejar oleh Ho Tiong Jong dan jiwanya dihabisi.
Sebenarnya ia tak usah ketakutan, karena Ho Tiong Jong
sudah rubuh lagi dan tak ingat orang, karena pengaruhnya
obat tidur si kepala gundul masih bekerja.
Kong Ci setelah sesaat memperhatikan Ho Tiong Jong tidak
bergerak, hatinya mulai berani lagi- pelahan-lahan ia
menghampiri bantalan untuk orang sembahyang ia duduk
diatasnya bersemedi mengumpulkan pula jalan napasnya,
yang tadi merasa sesak kena angin pukulan Ho Tiong Jong
yang hebat. Ia terluka didalamnya, Diam-diam ia menghela
napas dan berkata sendiri.
"Ya, tidak begiru mudah untuk dapat sepuluh ribu talihampir-
hampir saja jiwaku melayang oleh Ho Tiong Jong."
Sambil berkata ia menelan pil untuk mencegah luka
didalam menjalar lebih luas. Apa mau, seiring ditelannya pil
dan menjalankan pernapasannya, tiba-tiba ada meluncur dua
buah batu kecil sebesar jari jempol menghantam ia punya
jalan darah Tay-ih hiat dan Thian su hiat, jalan pernapasan
menjadi mandek lagi- kemudian dirasakan seluruh badannya
gatal dan-... ia terus-terusan ketawa seperti yang dikitik-kitik
urat ketawanya. Karena kecapaian ketawa, tenaganya menjadi
habis dan ia jatuh pingsan-Sebentar lagi tampak ada dua
hweshio lain yang masuk kedalam ruangan itu, mereka
semuanya kena diserang obat tidur yang masih bekerja dalam
ruangan itu. Kiranya yang melontarkan batu tadi adalah Li-losat
Ie Ya. Ketika melihat ketiga hweshio sudah pada rubuh maka si
nona baru berani keluar dari tempat persembunyiannya.
Sambil menekap hidungnya dengan setangan, ia masuk
kedalam ruangan dan mengambil Ho Tiong Jong keluar
diletakkan disebuah pohon kecil yang terdapat disamping kuil
itu. Setelah mana ia balik lagi dan sembunyi dibaliknya pintu.
Tidak lama kemudian masuk satu hweshio tua diiringi oleh tiga
hweshio muda. Melihat keadaan Kong Ci dan dua orang
lainnya hweshio tua itu mengerutkan alisnya dan berkata pada
satu hweshio muda yang bernama Kong Goan.
"Kong Goan, mereka rupanya kena obat tidur, Kau angkat
suhengmu, Kong Ci, yang lainnya boleh menolong dua orang
lainnya di bawa kebelakang dan dikasih obat kita supaya
mereka pada sadar kembali- Entah apa yang terjadi dalam
ruangan ini-" Berkat ketajaman hidungnya, diam-diam si
hweshio tua sudah mendapat tahu bahwa didalam ruangan itu
ada disebar obat tidur bikinan gerejanya itu yang tidak dapat
dibade oleh sang korban, ia heran, karena senjata itu jadi
makan tuan, bukannya orang lain yang menjadi korbannya.
Tiga hweshio muda itu telah menjalankan tugasnya masingmasing.
Setelah dua saudara seperguruannya sadar lebih dahalu,
Kong Goan yang berbadan tinggi- telah mengangkat Kong Ci
hendak menyusul kawannya. Tapi tiba-tiba terdengar ia
menggerendeng sendirian-
"Apa benar suheng telah kena obat tidur" Tidak bisa jadi
kalau melihat keadaannya. Dia seperti telah berkelahi dengan
orang?" Gerendengannya Kong Goan dapat didengar oleh si
hweshio tua, siapa sekali lompat saja sudah berada
dihadapannya Kong Goan yang sedang hendak membawa
Kong-Ci kedalam.
"Tahan" katanya, sambil datang dekat dan memeriksa
keadaannya Kong Cie. hweshio tua itu telah geleng kepalanya
setelah memerikea keadaan muridnya.
"Memang tidak salah apa yang kau katakan, Kong Goan-"
katanya. Kemudian ia menepuk punggungnya Kong Cie tiga kalisegera
si hweshio temaha sudah siuman daripingsannya. ia
kembali tertawa-tawa tak sudahnya. cepat si hweshio tua
membuka totokan pada urat ketawaan-nya dan sekarang
Kong Cie dengan ketakutan telah menghadap gurunya.
"Kong Cie," kata si hweshio tua, "kau telah melanggar
larangan, dengan sembarangan telah menggunakan obat tidur
Lian hun hiong, Kau sebetulnya hendak membunuh siapa"
Lekas cerita terus terang, kalau berdusta sedikit saja, akan
menghukummu dengan hukuman paling berat, mengerti."
Kong Cie menggigil tubuhnya, ia takut benar kepada
gurunya yang bengis dan tak pernah mengampuni pada
muridnya yang nyeleweng dari peraturannya. Terdengar ia
mengalah napas, kemudian dengan suara lemah berkata.
"Suhu, tecu harap suhu jangan marah dulu, sebenarnya
tecu sangat menyesal sekali telah melakukan ini perbuatan
yang melanggar peraturan suhu."
"Lekas cerita, tak perlu berputar-putar" bentak si hweshio
tua dengan bengis.
"Duduknya urusan, yalah tecu ada mempunyai sahabat
bernama Lauw Tek Cong, yalah orang bawahannya Louw
Thungcu yang termasuk dalam Persekutuan Benteng
Perkampungan. Menurut katanya, Seng Pocu dari Seng-kee-po
ada kehilangan satu benda wasiat dan yang dituduh sebagai
pencurinya adalah seorang anak bernama Ho Tiong Jong. Dia
minta tecu membantunya. Karena katanya, kalau bisa
menangkap Ho Tiong Jong dalam keadaan hidup dan benda
wasiat itu bisa didapatkan kembali- maka orang yang
berpahala itu akan mendapat hadiah sepuluh ribu tail perak.
Tecu mendengar itu telah gelap mata dan janjikan pada Louw
Tek Cong akan membantu sehingga berhasil. Apa mau Ho
Tiong Jong telah datang sendiri kesini sebelumnya tecu
bersusah payah mencari- carinya.
"Karena Ho Tiong Jong ini ada berkepandaian sangat
tinggi- Saya tidak ungkulan menangkapnya dengan jalan
kekerasan maka tecu sudah pasangkan obat Liap hun hiong.
Tecu mohon belas kasihan suhu, mengingat akan
perhubungan kita antara guru dan murid sudah begitu lama,
memberi ampun kepada tecu dan tecu berjanji selanjutnya
tidak berani melanggar larangan suhu."
Kong Cie berkata sambil berbuat,jidatnya sampai
membentur lantai mengharap belas kasihan sang guru.
hweshio tua itu hatinya tergetar, merasa kasihan juga
melihat kelakuannya sang Murid yang memang sangat
disayang olehnya, Tapi ia tak dapat membebaskan murid yang
melanggar peraturan itu demikian saja. Untuk menjaga tata
tertib supaya dipegang teguh oleh murid- muridnya, maka
mau tidak mau harus ia menghukum Kong Ci- sebagai contoh
untuk yang lain-lainnya.
"Kong Ci- perbuatanmu sungguh tidak tepat dengan
namamu Kong Cie (menolong seluas-luasnya). Baiklah,
hukuman mati kau dapat bebas akan tetapi tak terluput dari
hukuman hidup" kemudian ia meneruskan kata katanya
kepada Kong Goan-"Kong Goan kau bawa suhengmu ini dan
jebloskan dalam tahanan lm mo teng, tiap hari boleh kasih
makan nasi jelek dua mangkok dan secangkir air putih. Biarlah
dia dalam tahanan dapat memikirkan kedosaannya dan
menjadi insaf."
"Terima kasih suhu, suhu sudah bermurah hati mengasih
tinggal hidup pada tecu yang berdosa ini." tiba-tiba Kong Ci
memotong bicaranya sang suhu, terus angguk-anggukan
kepalanya hingga jidatnya membentur lantai. Hatinya sang
guru tidak tega melihat muridnya yang tersayang itu akan
menjalani hukuman, tapi ya, apa boleh buat, ia harus ambil
tindakan tegas sebagai contoh untuk murid yang lainnya
. "Kong Ci, kau laki laki dalam tahanan memikirkan akan
dosamu dan insaf, supaya hukumanmu mendapat
keentengan." demikianlah katanya sang murid dibawa oleh
Kong Goan yang menjadi sutenya. Lie lo sat Ie Ya dibalik pintu
mendengar tegas pembicaraan diantara guru dan murid itu. ia
terkejut ketika mendengar disebutnya obat tidur Liap hunhiong,
karena ia tahu bahwa obat ajaib ini adalah bikinannya
Tay Hong Hosiang, satu hweshio yang gentayangan didalam
kalangan Kang-ouw di kenal termasuk golongan hitam
(golongan yang menjalankan kejahatan).
Ajaibnya obat itu karena kalau dibakar tidak memberi rasa
bau apa- apa. Setelah asap itu masuk kedalam hidung, tak
ampun lagi sang korban akan jatuh pingsan-
Tay Hong Hmtang berkepandaian sangat tinggi ia memiliki
ilmu silat rahasia dari Siauw limpay. Sayang dengan
kepandaiannya yang tinggi ini- karena ia tergolong seorang
murid murtad. Nona Ie heran apakah dalam kuil itu semua ada anak
muridnya Tay Hong Hosiang, makanya ada mempunyai obat
tidur Llap-hun-hiong yang manjur itu.
XXVII. IE YA UNJUK KEPANDAIAN
HATINYA nona Ie gelisah, ia ingin membawa Ho Tiong Jong
menyingkir dari situ, akan tetapi melihat sikap si hweshio
seperti yang mempunyai kepandaian yang tinggi- pikirnya
kapiran pekerjaannya itu, sebab tentu akan dikejar olehnya.
Tapi mengingat lagi- kalau tidak berani meneejang bahaya,
sampai kapan ia dapat meloloskan diri" Maka ia nekad dan
akan membawa sipemuda pergi kalau sudah ada kesempatan
baik. Kong Ci digiring oleh Kong Goan diikuti juga oleh
suhunya. Ketika mereka berjalan hendak melewati pintu belakang
mana ada bersembunyi Ie Ya, tiba-tiba Kong Ci berkata,
"Suhu, pada saat apa tecu boleh keluar dari hukuman?"
"Hmm.... bagus kau menanya demikian, tapi terlebih
dahulu tanya pada diri sendiri dahulu, apa kau katakan dalam
sumpahmu untuk tidak sembarangan menggunakan obat Liaphun-
hiong ?" Kong Ci berubah pucat mukanya, "Ya,"jawabnya, "suhu
sudah dapat mengampuni jiwa, mana tecu lupa akan katakata
dalam sumpah itu ialah, Menggunakan obat Llap hunhiong
tanpa ijin dari suhu, dengan rela hati menerima
hukuman mati-"
hweshio tua itu adalah Tay Hong Hongsiang, ia ingin
menjadi orang baik dan telah menjadi kepala dalam kuil itu,
muridnya banyak juga.
Tay Hong Hosiang setelah mendengar muridnya
mengatakan kata kata sumpahnya, lalu berkata pada sang
murid, "Kong Ci- kata-kata sumpah itu betul demikian
bunyinya. Kau dari sebab disayang olehku, masakau sudah
berani sembarangan menggunakannya obat tidur itu, kau
sama sekali tidak mengindahkan kata sumpahmu itu. Aku
tidak berani berdusta pada sang Budha. Kalau kau mau tahu,
saat apa kau boleh keluar dari hukuman, adalah pada saat
kematianku, inilah berarti- bahwa aku telah mewakili hukuman
matimu, kau mengerti ?"
Kong Ci kaget bukan main, badannya menggigil seperti
orang diserang penyakit panas dingin- Tapi Tay Hong Hosiang
tidak perduli perubahan itu hanya terus mendorong ia jalan
lebih jauh. Lie-lo sat Ie Ya mendengar bicaranya Tay Hong Hosiang
diam-diam berpikir, Kong Ci itu ada satu murid yang
nyeleweng, untuk apa dikasih tinggal hidup" Lebih baik dia di
hukum matipada waktu ia hendak meninggalkan tempa
tpersembunyiannya, ia dibikin kaget oleh kata- kata nya Tay
Hong Hosiang seperti yang sedang berdoa.
"Sahabat, jangan sembunyi-sembunyi unjukkanlah dirimu.
Aku Si padri tua selamanya menyambut tetamunya dengan
tidak ada kecualian tinggi rendahnya kedudukan yang
datang." Ie Ya terkejut dibelakang pintu, ia pikir hweshio tua ini
benar lihay lantas saja mendapat tahu ada orang sembunyi
dibalik pintu, ia lebih kaget lagi ketika Tay Hong Hosiang
menyambung perkataannya. "Aku menghukum muridku
dengan cara ini apakah itu termasuk mengeloni murid
sendiri?" Betul- betul Lie lo-sat Ie-Ya tidak habis mengerti dengan
kepandaiannya si hweshio tua yang bisa menebak apa yang
dipikirkannya barusan, ia seolah-olah dewa saja yang dapat
mengetahui orang punya isi hati-Karena mana, Ie Ya tak
dapat bersembunyi lebih lama, ia lantas unjukkan diri
dihadapannya Tay Hong Hosiang, yang saat ini ada bersamasama
dengan dua muridnya yang lain, yalah Kong Cie dan
Kong Goan di sampingnya si murid nyeleweng Kong Cie.
Kawanan hweshio itu kaget melihat yang muncul dari
belakang pintu ada satu wanita jelita yang jarang
tandingannya, Lincah dan gesit sekali ia lompat keluar dari
tempat sembunyinya, kemudian menjura pada Tay Hong
Hosiang sambil berkata. "Ie Ya dengan julukannya Lie lo sat
datang berjumpa dihadapan Taysu sekalian."
"Oh, kiranya nona Ie," kata Tay Hong Hosiang pelahan, tapi
kedengarannya seperti lonceng ditelinganya Ie Ya disebabkan
tenaga dalamnya yang hebat sekali-Ie Ya kaget, pikirnya.
"Hweshio tua ini tidak boleh dibuat gegabah, aku harus hatihati
untuk melayaninya supaya dapat membawa Ho Tiong
Jong keluar dari sini dengan selamat..."
Matanya Tay Hong Hosiang mengawasi dengan tajam, tapi
tidak mengandung maksud lain dari pada menakeir orang
punya kepandaian sampai dimana. Tapi sebaliknya dengan
Kong Ce si murid nyeleweng dan sute nya itu, begitu melihat
Ie Ya yang cantik jelita, lantas saja hatinya berdebaran,
Pikirannya, "cantik betul ini wanita telengas, tidak surup
dengan julukannya . "
Mereka suheng dan sute memang biasa diluaran suka main
perempuan dan main mabok mabokan, Sampai sebegitu jauh


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tay Hong Hosiang sebagai gurunya, bukannya tidak tahu
kelakuan dua muridnya ini- akan retapi karena mereka sangat
disayang si hweshio tua telah pura pura tidak tahu saja.
Cuma tempo-tempo dengan jalan memutar ia memberikan
nasehat supaya mereka yang sudah masuk kalangan agama
jangan melupakan kesujudannya, Tapi nasehat itu, masuk
dikuping kanan keluar di kuping kiri.
Mereka terus melakukan perbuatannya yang terkutuk, tapi
dengan yang lebih hati- hati pula jangan sampai kena
diketahui oleh gurunya.
Ie Ya mengerti kedua kelakuan dua hweshio cabul itu,
dilihat dari tingkah lakunya dan cengar cengir seperti monyet
kena terasi kata orang Jakarta. Ia sebal melihatnya, lalu
menanya pada Tay Hong Hosiang. "Numpang tanya, apakah
obat Liap hun-hiong itu bikinan Taysu?"
"Hahaha," terdengar sihweshio tua berkakakan ketawa,
"tidak salah pertanyaan nona barusan. Aku Tay Hong Hosiang,
sebenarnya sudah lama ingin kembali menjadi orang baik-baik
makanya juga telah mendirikan kelenteng disini. Cuma sayang
tabeat busukku masih terus saja melengket didadaku, Oleh
karena nya aku tidak dapat kembali ke Siauw lim-sie karena
aku kuatir ditertawakan oleh saudara-saudara disana."
"Tidak apa, kalau memang ada ingatan umuk kembali
kejalan yang baik, aku rasa dalam sedikit waktu lagi Taysu
akan berhasil dengan maksud Taysu."
"Mudah-mudahan perkataan nona itu mendapat perhatian
sang Buddha, Nah sekarang kita bicarakan apa yang terjadi
disini." "Urusan apa?" tanya si nona cepat,
"Barusan yang membuat onar dalam kuil ini tentu adalah
nona sendiri, Nona menggunakan muridku Kong Ci, ini sama
juga tidak memandang mata padaku."
Ie Ya kaget sekali mendengar kata-katanya si hweshio tua,
Pikirrya, celaka, ini kepala gundul bangkotan mau cari urusan
dengannya. Apakah ia ungkulan melayaninya, itulah masih
dalam pertanyaan. jikalau mengingat kegagahan dan
kemashuran nama Tay Hong Hosisng dalam kalangan
Kangouw. Dengan suara sabar dan tenang Ie Ya menjawab "Taysu,
kau ada seorang beragama yang sudah banyak tahun
membaca kitab suci tentunya juga tidak akan turun tangan
terhadapku seorang perempuan tidak ada gunanya."
"Sejak dahulu aku ada memegang peraturan, siapa saia
yang menghina muridku aku akan bikin perhitungan kesalahan
dari muridku, hanya aku saja sebagai gurunya yang dapat
menghukumnya tidak memperkenalkan orang lain mengacakacak
peraturanku. Maka sekarang, kau dengan sengaja datang
kemari membuat onar, harus kau berani mempertanggungjawabkan
perbuatanmu itu."
"Ooo,jadi Taysu tidak perkenankan aku berialu dari sini ?"
"Kecuali kalau kau tahan menyambuti sepuluh jurus
seranganku ?"
Ie Ya pikir, ia tidak dapat lolos sebelum unjuk sedikit
kepandaian maka ia berkata.
"Baiklah, kalau Taysu mau lihat seorang muda berlaku
kurang ajar didepan orang tua."
"Bagus,bagus..... memang sudah lama aku mendengar
munculnya seorang wanita bernama dengan gelar Li-losat,
yang beroperasi di sekitar Sungai Kuning, sekarang aku
beruntung menghadapinya dan dapat mencoba
kepandaiannya."
Ie Ya kertek gigi mendengar si hweshio tua berkata
demikian- "Silahkan Taysu menyerang" menantang, Ie Ya saat itu
sudah siap sedia memasang kuda-kudanya untuk menyambut
serangannya si hweshio tua.
"Awas, serangan pertama" teriak Tay Hong Hosiang.
Ia menyerang dengan telapakan tangannya yang kurus,
tapi Ie Ya menggunakan kelincahannya untuk menyingkir dari
serangan lawan.
"Bagus...." kata Tay Hong Hosiang, ketika melihat serangan
pertamanya dapat dihindarkan oleh si nona.
"Awas, serangan kedua " teriaknya pula.
Kali ini serangannya disambuti dengan telapakan tangan
juga, tampak telapakan tangan Ie Ya mengeluarkan sinar
hijau, yalah ilmu "Telapakan tangan Api Setan" yang ia
yakinkan sudah lama.
Itulah ada ilmu nyeleweng yang ampuh, maka Tay Hong
Hosiang yang sudah lama dalam kalangan Kaugouw tidak
berani gegabah untuk mengadukan telapakan tangannya
dengan api setan itu, maka ia menarik serangannya.
"Taysu, sudah dua jurus" teriak Ie Ya. Si hweshio tua
terkekeh-kekeh ketawa.
"Serangan ketiga, awas" teriaknya lagi.
Kali ini Tay Hong Hosiang telah menggunakan tenaga
dalamnya menyerang, tampak tangannya didorong
mengeluarkan angin hebat sekali, Ie Ya tidak mau kalah ia
coba kekuatan si hweshio tua menyambut dengan kedua
telapakan tangannya digabung menjadi satu. Kesudahannya
sungguh tidak enak bagi Ie Ya, sebab si iblis telengas sudah
terdorong tujuh-delapan tumbak.
Ie Ya merasakan dadanya seperti menyesak, tapi ia tahan
dan berdiam sejenak untuk memulihkan tenaganya. Kemudian
ia loloskan ikat pinggangnya, dengan senjata mana ia
menyerang hweshio tua itu.
Tapi ternyata Tay Hong Hosiang sangat tinggi
kepandaiannya susah diukur, sebab dengan mudah saja ia
telah berkelit kesana sini untuk menghindarkan serangan ikat
pinggang si nona yang sangat diandalkan sebagai senjatanya
yang ampuh dalam setiap pertempuran.
Untung Ie Ya dapat bertahan sampai sepuluh jurus dari
serangannya si hweshio tua kemudian ia melompat keluar dari
kalangan pertempuran ia menjura seraya berkata.
"Taysu, sudahlah Ie Ya mengaku kalah..."
Tay Hong Hosiang ketawa. "Bagus" katanya. "kau telah
dapat tahan sampai sepuluh jurus dari seranganku bukannya
urusannya yang mudah. Aku persilahkan kau boleh berlalu
dari sini. Nah pergilah..."
Tapi Ie Ya tinggal berdiri terpaku ditempatnya.
"Kenapa kau tinggal berdiri saja, bukannya lantas berlalu?"
tanya si hweshio itu,
ketika menyaksikan si nona berdiri menjublek. "Maaf Taysu,
aku baru mau pergi dari sini, kalau Taysu suka bermurah hati
untuk memberikan pemunah obat tidur bagi Ho Tiong Jong
yang menjadi korban murid Taysu ialah Kong Ci suhu."
Tay Hong Hosiang kerutkan alisnya. "Oo, itu tidak apa,
dalam tempo enam jam ia akan siuman sendirinya, obat itu
tak membikin luka apa apa pada tubuhnya Tiong Jong."
sampai disini ia berkata, ia memikir pula bahwa benar obat
itu akan membuat si korban siuman dengan sendirinya, akan
tetapi tenaga si korban akan hilang dan kaki tangannya
menjadi lumpuh, maka ia lalu menanya pada Ie Ya.
"Ya, nona Ie sebenarnya kau ini ada sangkut paut apa
dengan Tiong Jong, karena kelihatannya kau sangat
memperhatikan padanya?"
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia,"jawab Ie Ya
agak kikuk, "Aku pernah bersumpah dengan Khu Pocu, bahwa
aku tidak akan membuat nama jelek pada keluarga Khoe, tapi
sekarang aku telah menolong Tiong Jong, bagaimana baiknya
ya." Tay Hong Hosiang heran. Sedang Kong Ci yang
mendengarnya ketawa nyengir, pikirnya, "Hmmm.... sekarang
kau kebingungan. Kau menolong Tiong Jong bukan tidak ada
maksudnya, tentu kau menyintai dia."
Kemudian ia berkata pada gurunya "Suhu, perempuan ini
sangat tidak hormat kepada kita, maka sebaiknya tecu
memberi dia hajaran supaya dia tahu rasa"
"Oh, suhu jangan salah mengerti " Ie Ya buru-buru berkata
pada Kong Cie. "Aku terpaksa menolong dia karena tempo hari aku pernah
ditangkap olehnya. Tiong Jong sangat gagah, aku tak dapat
meIawannya. Maka itu waktu aku pernah bersumpah akan
melindungi dirinya dalam sepanjang perjalanannya, asal dia
mengampuni aku, Dia telah setuju, maka aku terpakea
melindungi dia. Suhu tentu bisa menimbang, bahwa dalam
kalangan Kang ouw bukankah aku si gagah dapat berkuasa
atas si lemah" Aku memang ada orang dari Perserikatan
Benteng (Perkampungan) ." Tay Hong Hosiang mendengar
keterangannya Ie Ya telah kerutkan alisnya dan berpikir
sejenak, kemudian berkata pada muridnya. "Hei Kong Goan,
kau ambil itu obat bubuk Hoti hun-sau (obat mengembalikan
jiwa), cepat cepat berikan kepada nona Ie."
Sambil menyuruh muridnya, ia berpaling kepada Ie Ya dan
berkata. "Nona Ie. obat bubukku itu meskipun tak dapat
memunahkan sekaligus racun Liap hun hiong, karena obat
pemunahnya yang aseli tapi boleh diharap dalam tempo satu
tahun Ho Tiong Jong akan sembuh kembali seperti semula..."
Li-lo-sat Ie Ya kelihatan kurang puas. Tapi dalam hatinya
pikir, lebih baik ia terima saat itu untuk membikin Tiong Jong
mendusin dahulu, selanjutnya bagaimana nanti akan dipikirkan
pula . Mengingat itu, maka ia tidak mengucapkan apa apa
kepada Tay Hong Hosiang.
Hal mana membuat Kong Cie Hweshio menjadi sangat
mendongkol hatinya ia lalu berkata pada gurunya, "Suhu,
perempuan ini tidak mengenal aturan, sebetulnya kita tak
usah ambil perduli kepadanya, Masa dikasih bantuan tidak
mengucapkan terima kasih, perempuan apa dia..."
Li-io sat Ie Ya mendelik matanya sejenak, tapi lantas putih
kembali wajahnya yang ramai dengan senyuman.
Ie Ya sebagai Ketua dari golongan wanita Iblis, telah
malang melintang di sekitar Sungai Kuning dengan tiada
seorangpun yang berani membentur padanya.Begitu galak
adanya ia, tapi dalam kelenteng ini ia dapat bersabar dan
menyesuaikan diri, karena kekuatannya kalah jauh.
Cuma saja si ceriwis Kong Tie kelakuannya yang tengik
membuat ia sebagai kepingin muntah, apalagi perkataannya
yang paling belakangan membuat Ie Ya menjadi hilang sabar.
Tampak ia tertawa manis sekali. Ie Ya sekali tertawa manis,
artinya ia sudah marah, lebih manis lagi- tertawanya lebih
meluap-luap amarahnya dan sedikit sekali orang yang tahu
akan tabeatnya yang aneh ini.
Kong Cie yang melihat si nona cantik di-depannya ketawa
manis, dikiranya takut padanya, maka lagaknya sudah
menjadi-jadi saja tengiknya.
"Hm....". Ie Ya menggeram, "Perkataanmu benar-benar
tidak ada sungkannya, kalau saja aku tidak memandang Lo
taysu, malam ini aku sudah hajar kau sampai tahu rasa. Kau
jangan keterlaluan ya "
"Memang kau tidak tahu aturan, siapa takut padamu?"
Menantang Kong Tie dengan jumawa dan membawa aksinya
yang tengik. Tay Hong Hosiang melihat muridnya ingin
menempur si nona, tampak mengkerutkan alisnya. Pikir Ie Ya.
"Mau apa ini si kepala gundul tua" Apa dia mau menangkap
aku" Gelagat kelihatannya tidak menguntungkan"
Terus ia berkata pada Tay Hong Hosiang, "Taysu, hal
bertanding sudah biasa dikalangan Kang ouw. Taysu juga
jangan sungkan-sungkan terhadapku. Tapi- nah itu dia Kong
Goan suhu datang membawa obat."
"Nona Ie. sebaiknya kau bertanding dulu memberi hajaran
pada muridku, supaya dia tahu rasa, setelah ia babak belur
kau barulah ia menerima obat, bagaimana?"
Li-lo sat lo Ya kerutkan alisnya yang lentik indah, cantik
sekali rupanya saat itu.
Ia mana takuti Kong Tie Hwesio yang ceriwis, hatinya
sudah benci, maka keelokan-nya makin menonjol saja.
Ketawanya malah makin manis menarik hati.
"Terima kasih, Taysu," katanya dengan tersenyum, "atas
perintah Taysu mana Ie Ya dapat menolak" Nah Kong Tie
suhu, marilah apa kau sudah siap sedia?"
Kong Tie memang dari setadian sudah siap sedia, ia pikir,
meskipun namanya Ie Ya sudah sangat tersohor, rasanya dia
ungkulan menjatuhkannya, Nanti, setelah ia peroleh
kemenangan barulah ia dapat mempengaruhi sinona jelita ini,
Siapa tahu muslihatnya akan berhasil dan dapati sicantik,
biarpun umurnya dipendeki beberapa tahun rasanya ia rela
asal dapatkan Ie Ya yang menggiurkan segala-galanya.
"Aku sudah siap sejak tadi, nona. Silahkan." kata Kong Tie
jumawa. Ie Ya tidak sabaran, lantas saja ia menyerang kearah
bahunya lawan. Tapi Kong Tie cukup gesit untuk menghindarkan diri, ia
sebenarnya sudah belajar silat dua puluh tahun lamanya,
makanya ia jadi sangat sombong.
Diantara muridnya Tay Hong Hosiang, ada tiga orang yang
tersayang dan dapat pelajaran tinggi, yalah pertama Kong Ci,
kedua Kong Tie dan ketiga Kong Goan. Antara tiga orang ini,
adalah Kong Goan yang tertinggi kepandaiannya.
Kong Ci dan Kong Tie karena suka main perempuan dan
main mabok-mabokan, maka tenaga dalamnya kurang
sempurna. Serangan susulan dari Ie Ya mengejutkan Kong Tie hingga
ia mundur tiga tindak.
Tay Hong Hosiang marah melihat murid-nya keteter, ia
sesalkan Sang muridnya tidak mau belajar dengan betul,
sehingga serangan Ie Ya yang mudah saja ditangkisnya
membuat ia mundur beberapa tindak.
Dalam bingungnya, Kong Tie dibikin terkejut ketika Ie Ya
telah perlihatkan serangan dengan telapak "Api Setan," yang
mengeluarkan sinar warna hijau, ia tidak berani menerjang
bahaya, karena serangan dengan telapakan tangan hebat itu,
bisa membuat jiwanya melayang menemui raja akherat, maka
sambil menangkis ia sambil mundur hingga gurunya yang
melihat kejadian itu menjadi sangat murka, wajahnya pucat
seketika dua mencaci muridnya.
"Hei, Kong Tie, murid busuk. Kau lantaran malas belajar
dan suka berfoya foya inilah hasilnya ketemu tandingan berat,
Kau rasakan sendiri. Hmmm... sayang aku punya nama yang
harum jatuh karena murid semacam kau yang tidak berguna
ini." Kong Tie semakin bingung mendengar gurunya memaki
kalang kabutan.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kong Tie." terdengar pula Tay Hong Hosiang memaki, "kali
ini, kalau kau tidak mati, aku akan jebloskan dirimu kedalam
tahanan Im mo tong untuk menemui suhengmu kau
mengerti?"
Perkataannya sang guru bukannya membuat semangatnya
terbangun. tapi ternyata ia berkelahi makin kacau. Tidak heran
kalau ia kedesak terus-terusan oleh Ie Ya yang tidak mengasih
kesempatan padanya .
Wajahnya Ie Ya sudah kelihatan pucat, karena menahan
amarahnya pada lawannya yang jumawa dan ceriwis itu.
Segera suatu pukulan kearah dada yang menentukan tak
dapat di tangkis olen Kong Tie, ia merasakan dadanya sesak
dan matanya berkunang-kunang. Hatinya ketakutan, karena
pikirnya ia sudah kena pukulan "Api Setan" dari telapakan
tangannya Ie Ya.
Tanpa malu-malu ia telah menjerit. "Oh, suhu tolongilah
jiwa murid mu akan melayang..." sambil sempoyongan
memegangi dadanya yang barusan kena dihajar Ie Ya. Sang
guru sama sekali tidak bergerak dari tempat berdirinya. Di lain
pihak Ie Ya geli melihat lawannya menjerit minta tolong. Ia
segera lompat mundur dan segera sudah berada ditempatnya
Tay Hong Hosiang.
"Taysu," katanya, "maafkan Ie Ya kurang hormat membuat
Kong Tie suhu barusan menjerit minta tolong."
Tay Hong Hosiang ketawa-tawa. "Nona Ie tidak
apa."jawabnya, "memang sepantasnya murid yang tidak
berguna itu mendapat pelajaran dari kau."
Saat itu tampil kemuka, Kong Goan Hweshio yang merasa
penasaran atas kelakuan Kong Tie, ia berkata pada suhunya.
"Suhu Biarlah tecu mau minta pelajarannya beberapa jurus
pada nona Ie...."
Tay Hong Hosiang memang tahu bahwa muridnya yang
lain, maka ia ingin juga menyaksikan bagaimana Kong Goan
akan menandingi Lie lo-sat Ie Ya yang termasyur namanya
maka ia menjawab. "Aku tidak keberatan kau maju, harap kau
suka hati-hati-" Ie Ya tidak menampik untuk bertanding
dengan Kong Goan-
"Silahkan mulai, suhu" katanya, ketika mereka sudah
berhadapan satu dengan lain-Kong Goan tak sungkan-sungkan
lagi telah turun tangan, Angin pukulannya ternyata ada sangat
hebat,jauh bedanya dengan Kong Tie. Lawan yang sekarang
lain gerakannya gesit dan lincah juga tenaganya ada jauh
lebih kuat, hingga sukar kalau dilawan keras dengan keras,
maka Ie Ya telah memberikan perlawanannya dengan sangat
hati-hati. Beberapa tipu pukulan dari Siauw-lim-pay telah
dikeluarkan oleh Kong Goan-Ie Ya menggunakan ilmu
mengentengi tubuhnya yang mahir, ia setiap kali
menghindarkan pukulan Kong Goan yang berat dengan bagus
sekali, hingga Tay Hong Hosiang yang melihatnya telah
angguk-anggukan kepalanya. Diam-diam dia mengakui bahwa
Lie lo sat Ie Ya kepandaiannya tak dapat dipandang enteng.
Beberapa jurus telah dilewati, Ie Ya masih tetap
memberikan perlawanan dengan roman yang tenang sekali,
hingga Kong Goan Hwesio mengeluh dalam hatinya.
Perempuan ini, kepandaiannya tinggi, pantasan banyak orang
sungkan mencari urusan dengannya, demikian pikir Kong
Goan. "Nona Ie." tiba-tiba Kong Goan berkata. "Kepandaianmu
benar-benar hebat, Nah permisi aku menaruh bungkusan obat
dahulu, kemudian kita bertempur lagi...." Kiranya Kong Goan
bertempur dengan sebelah tangan yalah tangan kanan, sebab
tangan kirinya mencekal bungkusan obat. Ia tadinya
memandang sangat enteng pada Ie Ya makanya juga ia
menempur dengan satu tangan saja, siapa kiranya wanita
yang dijadlkan lawannya itu bukannya wanita sembarangan
yang hanya tahu dua tiga jurus saja dari serangannya yang
dahsyat. Oleh karena itu ia minta pertandingan sebentar untuk
ia menaruh dulu bungkusannya. Ie Ya lompat mundur dan
berkata, "Silahkan"
Kong Goan setelah menaruh bungkusan obatnya, lantas
menghadapi pula Ie Ya.
"Suhu, sebaiknya kau boleh keluarkan senjatamu untuk
bertanding " kata Ie Ya dengan manis bersenyum. Kong Goan
mendelik matanya, ia merasa dipandang rendah oleh sinona.
"Baiklah" katanya, "Nah sekarang aku mau mencoba dahulu
dengan tangan kosong apakah aku bisa menjatuhkan nona
atau tidak?"
Ia berkata berbareng menyerang dengan gaya pukulan
yang banyak perubahannya,jari tangannya saban-saban
diulur, hendak menotok jalan darah yang berbahaya pada
tubuhnya Ie Ya.
Pelahan-lahan kelihatan Ie Ya seperti di kurung oleh gaya
pukulan Kong Goan- Kong Goan seperti yang sudah berlaku
nekad akan mengambil jiwanya si nona. Melihat jalannya
pertandingan Tay Hong Hosiang diam-diam merasa girang dan
kuatir. Girang karena menyaksikan muridnya benar-benar telah
meyakinkan pelajarannya dengan betul, ilmu pukulan pukulan
yang diwariskan tidak percuma, sebab Kong Goan dapat
menjalankan semua jurus jurus pelajarannya dengan baik
sekali- Kuatir, oleh karena ia sudah lama mensucikan diri untuk
menebus dosa, tidak bisa melihat Kong Goan itu membunuh
sasarannya, Pantangan membunuh ia sudah pegang lama,
selama ia berbalik pikir ingin menjadi orang baik-baik.
Kong Goan diatas angin, tapi karena terus-terusan ia
mengeluarkan tenaga keras, maka ia jadi lelah juga. Melihat
perubahan itu, Ie Ya mengambil over serangan. Dengan
tenaga lunak ia saban-saban menyerang lawannya.
Satu kali kedua kekuatan tenaga beradu, membuat Kong
Goan merasa kaget, sedang Ie Ya telah mundur dikiranya
kalah tenaga, maka dengan cepat ia memburu dan menyerang
dengan hebat. Ie Ya memutar badannya setengah lingkaran, menangkis
perlahan, kemudian berkelit hingga serangannya Kong Goan
mendapat tempat kosong.
Kong Goan hweshio tertawa dingin, pikirnya ia pasti
menang, maka ia sudah menyimpan separuh tenaganya. Tapi
tiba-tiba suhunya berteriak. "Kong Goan awas."
Belum sampai ia engah ternyata sudah teriambat, sebab Lie
lo sat sudah menyerang laksana kilat dengan telapakan
tangan, "Api Setan" Kong Goan mundur sempoyongan dua
tindak, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si nona, untuk
dengan kecepatannya yang luar biasa, ia sudah menyambar
obat bubuk tadi dan melesat keluar kuil.
Tapi Kong Goan juga tidak mau tinggal diam, ia melesat
menyusul, hingga si nona tidak sampai keburu melewati pintu
keluar. "Nona Ie." tegurnya. "Aku Kong Goan masih belum
kalah, kenapa kau kabur siang-siang?"
"Hmm." Ie Ya mengeram sambil tolak pinggang. "Aku
barusan sudah berlaku murah tidak turun tangan kejam, tapi
ternyata kau tidak tahu diri. Aku masih memandang mukanya
Taysu, kan tahu?"
"Ha ha ha..." Kong Goan tertawa, "kau jangan omong gede
nah lihat aku unjuk kepandaian."
Berbareng ia menyerang dua macam tipu pukulan- Tangan
kiri menyerang dengan gelak tipu "Pencarkan bunga dengan
cabang liu" dan tangan kanannya menyerang dengan tipu
"Orang sakti membunuh naga." Dua macam serangan yang
amat lihay dan dilakukan secepat kilat. Ie Ya agak gugup,
sebelumnya ia berdaya tahu-tahu bungkusan yang ada
ditahannya sudah kena dirampas kembali oleh Kong Goan
Hweshio. Si nona merasakan tangannya amat sakit.
Saat itu Ie Ya mundur tiga tindak dan memerikea sikunya
yang bertanda bekas tiga jari berwarna biru kehitam-hitaman
ia terkejut, kiranya lawannya mahir dengan ilmu pukulan
"Telapak tangan hitam", Baik juga lawannya tidak kejam,
kalau tidak jiwanya sudah melayang atau sedikitnya, sikunya
menjadi putus oleh serangan lawan yang demikian hebatnya.
Tiba-tiba ia mendengar suara tertawanya Tay Hong
Pendekar Super Sakti 10 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Kisah Pedang Bersatu Padu 14
^