Pencarian

Heng Thian Siau To 1

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Bagian 1


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Heng Thian Siau To
Lanjutan dari Naga Dari Selatan Lam Beng Tjiam Liong
Karya : Liang Ie Shen saduran : SD Liong
Penerbit : PUSTAKA SILAT - Semarang, 1962
Uploader : TAH di Indozone
Final Edit & Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ & http://kang-zusi.info/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Daftar Isi : Heng Thian Siau To
Daftar Isi : BAGIAN 01 : PENDAHULUAN
BAGIAN 02 : KEGANASAN KUKU GARUDA
BAGIAN 03 : MATI KEGIRANGAN
BAGIAN 04 : HUKUMAN MATI
BAGIAN 05 : SI LIMBUNG DAN SI LINGLUNG
BAGIAN 06 : SEBUAH PERTEMUAN
BAGIAN 07 : TERTANGKAP LAGI
BAGIAN 08 : ORANG ANEH DALAM GOA
BAGIAN 09 : MELOLOSKAN DIRI
BAGIAN 10 : PUKULAN MAUT
BAGIAN 11 : MENDAPAT ILMU
BAGIAN 12 : "GOLOK YANG MENGGUNCANG DUNIA"
(Kian-thian-it-gwan pik-li-to)
BAGIAN 13 : DI GUNUNG SERIBU
BAGIAN 14 : DI TOLONG CIAN BIN LONG KUN THE GO
BAGIAN 15 : SUKU THIAT TENG BIAU
BAGIAN 16 : TIO JIANG MENOLONG PUTRINYA
BAGIAN 17 : REMUK RENDAM
BAGIAN 18 : MENDAPAT PETUNJUK DARI ANG HWAT
CINJIN BAGIAN 19 : GEREJA KONG HIAU SI
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 20 : SIASAT SHIN HIAT JI
BAGIAN 21 : SAY HONG HONG BEK LIAN
BAGIAN 22 : PENYELIDIKAN THE GO
BAGIAN 23 : DI TOLONG THE GO
BAGIAN 24 : HONG-SIN-SAN . . . . . . OBAT ANJING
GILA BAGIAN 25 : TIO JIANG MENOLONG PUTRINYA
BAGIAN 26 : ILMU TALI CHENG-SI PENINGGALAN
ANG SIAN LIHIAP
BAGIAN 27 : TIO JIANG KERACUNAN . . . . . . DAN
MENGAMUK BAGIAN 28 : MEMBANTU MERINGKUS YANG
MENGAMUK DI BALAS TUDUHAN MENGADU DOMBA
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
BAGIAN 30 : AYAHKU
BAGIAN 31 : NYARIS TERBUKA KEDOKNYA
BAGIAN 32 : ILMU GOLOK KIAN-THIAN-IT-GWAN-TO-
HWAT BAGIAN 33 : BUKTI PENGHIANATAN
BAGIAN 34 : AKHIR SEBUAH PENGHIANATAN
(Oo0dwkz0TAHoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 01 : PENDAHULUAN
Bagaikan anak panah lepas dari busurnya, 4 ekor kuda
mencongklang pesat memecah kesunyian senja diperdesaan. Anak gembala yang naik diatas punggung
kerbau dan petani2 yang memanggul pacul pulang dari
medan kewajibannya, sama terkesiap kaget memandangnya. Penunggang yang berada paling depan
sendiri, adalah seorang anak muda sekira 20-an tahun
usianya, berparas cakap seperti seorang nona cantik.
Dibelakangnya mengikuti dua orang, yang satu berumur
30 tahun yang lain antara 17 tahun. Dari wajahnya yang
seperti pinang dibelah dua, terang mereka itu adalah dua
orang bersaudura Hanya saja si anak muda itu
mempunyai ciri yang istimewa yani biji matanya bersinar
violet (ungu), beda dengan kebanyakan orang.
Lebih aneh sendiri adalah yang paling belakang.
Wajah orang itu pucat lesi seperti mayat, tapi kuncirnya
yang menjulai dibelakang batok kepala hitam mulus
gilap. Dia hanya berkaki satu dan kaki itupun tak
dimasukkan kedalam besi pijakkan kuda. Sekalipun
begitu, dapatlah dia duduk tegak diatas pelana kuda
yang mencongklang dengan pesatnya. Tak berapa lama
kemudian, keempat penunggang kuda itu sudah tiba
dimulut desa. Tiba2 si kaki satu tadi bergeliat dan
menyentak kendalinya, maka melayanglah tubuhnya
tepat jatuh dibelakang salah seorang kedua saudara,
yakni yang kakaknya. Sudah tentu kejutnya bukan
kepalang. Tapi ketika dia menoleh dan dapatkan yang
bonceng dibelakangnya adalah si kaki satu, legahlah
hatinya. "Sin-heng, ada apa?" tanyanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ssst....., pe-lahan2 saja, Sin-heng" sahut sikaki satu,
"tempat tujuan sudah dekat, ingat, semua2nya harus
ditimpahkan pada anak she Tong itu, biar mereka
kelabakan. Kita harus pandai mainkan rol itul"
Adalah ketika dia mengatakan "anak she Tong itu",
tangan-nya menunjuk kearah anak muda yang berada
paling depan sendiri. Sehabis menyampaikan pesan,
tangannya menekan pe-lahan2 pada pelana dan
tubuhnya melayang pula kebelakang tepat jatuh diatas
pelana kudanya sendiri tadi pula. Pesat dan lincah sekali
gerakan sikaki satu itu hingga pemuda yang menunggang kuda paling depan sendiri tak mengetahui
sama sekali. Bahkan anak muda itu sedang membenam
diri dalam suatu lamunan indah:
"Kali ini tentu akan memperoleh pahala besar. Karena
kepandaian dangkal, selama ini aku tak dapat
menampilkan diri dikalangan mereka (perserekatan anti
penjajah Ceng). Ah....., rupanya Tuhan itu maha murah,
sehingga aku dapat berkenalan dengan ketiga orang itu.
Dengan kepandaian yang dimilik oleh ketiga sahabat itu,
tentulah akan disambut dengan girang utk menjadi
anggauta perserekatan. Juga Siau-beng-siang Tio Jiang,
tak nanti memandang remeh lagi padaku, dengan begitu
dapatlah aku bergaul rapat dengan nona Tio. Ah...., ia
tentu takkan memandang rendah lagi padakul"
Kini keempat penunggang kuda itu memasuki desa.
Sebuah jalan besar terbentang di-tengah2 desa itu.
Disana sini banyak sekali rumah2 dan gedung2. Si kaki
satu keprak kudanya menghampiri anak She Tong itu
seraya bertanya: "Sdr. Tong, apakah benar Siaubeng-
siang Tio Jiang tak berada dikampungnya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, dia pergi dengan isterinya, tapi lain2 saudara
berada dalam desa semua. Oleh karena pemerintah Ceng
melakukan tindakan keras, jadi segala sesuatu disini
serba rahasia. Begitu nanti sam-wi (kalian bertiga) tiba,
tentulah ada orang yang menyampaikan laporan pada
Siau-beng-siang Tio Jiangl"
Si kaki satu berpaling kebelakang sembari memberi
isyarat ekor mata pada kedua kawannya agar
memperlambat jalannya kuda. Kala itu adalah tahun ke
12 dari kaisar Kong Hi memegang tampuk pimpinan
kerajaan Ceng-tiau. Kerajaan Lam Beng (Beng pelarian
didaerah selatan) sudah hancur dan pemerintah Ceng
telah berhasil menguasai seluruh Tiongkok. Tapi
sebagian patriot2 negara tetap mengadakan gerakan
subversif untuk melakukan perlawanan. Usaha2 untuk
mengkoordineer (melakukan kerja sama) antara jaringan2 perlawanan rakyat, tetap dilakukan dengan
giat. Anti penjajah Ceng tetap dikobarkan diantara
rakyat, agar semangat mereka jangan sampai lumpuh.
GAMBAR 01 Empat penunggang kuda secepat anak panah terlepas
dari busurnya sedang dilarikan kearah pedesaan sana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Se-konyong2 sikaki satu yang paling belakang enjot
tubuhnya dari pelana kuda dan hinggap membonceng
diatas kuda kawannya yang berada dimukanya tanpa
diketahui sipemuda cakap yang paling depan.
Tapi fihak Cengpun tetap bersiaga. Penyebaran mata2
dan jagoan2 digiatkan se-luas2nya. Pembunuhan, razzia,
pengejaran dan penyelidikan, ya pendek sedikit saja ada
tanda2 adanya anasir perlawanan, tentu akan ditumpas
sampai habis. Bahwasanya dalam suasana negara yang
aman, tak jarang terbit pertempuran kecil atau
penumpahan darah karena terjadinya clash antara
rombongan anasir2 penyinta negeri dengan kaki tangan
pemerintah Ceng, adalah jamak terjadi.
Pemuda she Tong itu sebenarnya anak seorang petani
yang tinggal disekitar sungai See-kang. Dia berotak
cerdas. Ketika berumur 15 tahun, pernah ikut belajar
silat pada seorang guru silat dan dapat mempelajari
beberapa macam permainan silat pasaran. Sekalipun
begitu, dia mempunyai angan2 yang tinggi. Begitulah dia
tinggalkan kampung halaman berkelana dan berhasil
menggabung kan diri dalam perserekatan anti Ceng yang
dipimpin oleh Siau-beng-siang Tio Jiang. Gerakan yang
dipimpin oleh Tio Jiang itu, adalah merupakan kelanjutan
dari perserekatan Thian Te Hui yang dipimpin oleh
Suhunya, Ceng Bo sianjin. Thian Te Hui mengalami
kegagalan total, organisasinya porak poranda, tokoh2nya
banyak yang bubar menyembunyikan diri dari kejaran
pemerintah Ceng. Syukur tokoh2 inti gerakan itu seperti
Kui-ing-cu, Thaysan sin-tho Ih Liok, Nyo Kong-lim, Ceng
Bo, Kang Siang Yan, Tio Jiang, Yan-chiu dkk masih tetap
bersatu. Walaupun secara ber-sembunyi2, mereka dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghimpun kekuatan dan ternyata pengaruh mereka
terasa sekali didaerah Kwitang.
---oo-dwkz0tah-oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 02 : KEGANASAN KUKU
GARUDA Duapuluh tahun lamanya, hanya kulit tubuh mereka
yang berkerinyut dan rambut bertabur uban, namun
semangat perjoangan mereka masih tetap segar ber-
nyala2 laksana api abadi yang tak kunjung padam.
Banyak nian perobahan2 selama itu. Tio Jiang telah
menjadi suami isteri dengan Yan-chiu dan dikaruniai
dengan 3 orang anak, 2 lelaki 1 perempuan. Pusat
gerakan mereka terletak diperkampungan rakyat dikaki
gunung Lo-hu-san, sedang puncak Giok li-nia merupakan
markas agungnya.
Sejak Ceng Bo siangjin tinggalkan pimpinan untuk
belajar keluar negeri mencari bantuan, maka atas
persetujuan orang banyak, Tio Jianglah yang diserahi
menjadi pimpinan dibantu oleh para ciangpwe sebagai
pinisepuh (tetua) yang menjadi penasehat dan pelindung. Dari seorang pemuda, kini Tio Jiang telah menjadi
seorang ayah dari seorang anak yang berumur 20-an
tahun. Karena sifat2 jujur dan ksatrya dia telah dijuluki
sebagai Siau-beng-siang atau Beng Siang Kun kecil, Beng
Siang Kun adalah seorang tokoh yang jujur dan
bijaksana. Modal Tio Jiang selain ilmu silat, terutama
kejujurannya yang sangat menampil. Walaupun pemuda
Tong Ko masuk menjadi anggauta perserekatan, tapi
karena kepandaiannya dangkal dan belum memperoleh
suatu pahala apa2, jadi selama ini belumlah dia dapat
menampilkan diri. Kini dengan mengajak 3 orang kenalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baru yang berilmu tinggi itu, besar harapannya dia akan
mencapai yang di-idam2kan itu.
Tak antara berapa lama, Tong Ko menunjuk pada 3
buah perumahan rakyat.
"Sin enghiong, itulah tempat kediaman Siau-beng-
siang Tio Jiang sekeluargal" serunya memberitahu
kepada si kaki satu sembari turun dari kudanya. Memang
didepan pintu rumah itu tampak ada seorang nona
remaja berumur 16-an tengah bicara dan tertawa2
dengan seorang anak lelaki kecil berumur 6 atau 7
tahun.Tapi anehnya begitu melihat Tong Ko datang,
nona itu malah miringkan kepalanya pura2 tak melihat.


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona Tio, apakah Nyo-toa-cecu ada?" tanya Tong Ko.
Tiba2 belum lagi sinona menyahut, si kaki satu sudah
merebut ber-seru2 keras2: "Sdr. Tong, besar jasamu
membawa kami kemari!"
Habis mulutnya bersuara, tangannya bekerja, sret....,
sret...., sret..... belasan bunga api meletik diudara
menabur kearah sinona dan sibocah kecil. Gerakan itu
diluar dugaan orang dan dilakukan begitu cepat sekali
sehingga Tong Ko tak keburu membuka mulut. Cara
menimpukannya pun keliwat ganas sekali.
"Sin-heng........."
Hanya dua patah kata Tong Ko sempat meneriakkan,
tapi syukurlah nona itu pun sudah keburu terkejut.
Secepat kilat ia tarik sianak kecil terus dibawanya loncat
keatas sampai dua meteran. Plak...., plak...., plak....,
taburan benda bergemerlap yang bukan lain adalah 13
batang hui-to (passer pilau) lama menancap didinding
tembok rumah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sdr. Tong, mengapa tak lekas turun tangan?" seru si
kaki satu kepada Tong Ko sembari susuli lagsi dengan 13
batang hui-to. Kala itu sinona bersama adiknya tengah mengapung
diudara. Gerak timpukan si kaki satu tadi sangatlah keras
dan cepatnya hingga sampai menerbitkan suara auman
bergemuruh. Saking takutnya menjeritlah anak kecil itu.
menangis keras2. Tong Ko buru2 hendak gunakan
cambuk untuk menghadang hui-to2 itu, namun sudah tak
keburu lagi. Yang terdengar hanyalah jerit dan teriakan
ngeri dari sinona dan adiknya, disusul dengan gedebak-
gedebuk.... dari tubuh mereka menggelepar ditanah.
Tubuh anak kecil yg tak berdosa apa2 itu telah ditabur
dengan 6 atau 7 batang hui-to, sehingga seketika itu
juga putuslah nyawanya. Syukur sinona hanya kena
terpanggang sebatang pada bahunya. Dengan tangkasnya, ia segera memondong sang adik dibawa lari
masuk kedalam rumah sembari berteriak-teriak: "Paman
Nyo! Lekas keluarlah, Tong Ko membawa kawanan kuku
garuda kemari. Adikku telah dibinasakan mereka!"
Kuku garuda adalah istilah untuk menyebut kawanan
kaki tangan pemerintah Ceng. Si kaki satu dan kedua
saudara Shin tadi tak mau mengejar, hanya unjuk
tertawa menyeringai. Sebaliknya Tong Ko yang tak
menyangka bakal terjadi peristiwa itu, dengan murkanya
sudah mencabut pedang dan maju menghampiri si kaki
satu. "Orang she Sin, siapakah sebenarnya kau ini?"
bentaknya. Si kaki satu yang masih bercokol diatas pelana
kudanya, segera membungkuk kebawah sembari ulurkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua buah jari tangannya untuk menyepit ujung pedang
Tong Ko. Sekali sentak, tangan Tong Ko lemah lunglai
mengucurkan darah dan tahu2 pedangnya sudah direbut
si kaki satu. "Tuanmu besar ini digelari orang Tok-kak-han sin-mo
Sin Tok. Dan kedua sahabat ini adalah persaudaraan Sin,
Soh-hunciang Shin Leng-siau dan Cecing-long Shin Hiat-
ji!" sahut si kaki satu dengan tertawa sinis.
Tok-kak-han sin-mo berarti si Malaekat sakti berkaki
satu, Soh-hun-ciang artinya si Pukulan Maut, sedang Ce-
cing-long maknanya si Jejaka Mata Ungu. Mendengar
ketiga nama itu, tanpa terasa Tong Ko terhuyung
beberapa tindak kebelakang. Tapi tepat pada saat Itu,
dari dalam rumah terdengar suara berkerontangan keras,
disusul dengan suatu deru sambaran angin menghantam
punggungnya. Saking gugupnya Tong Ko cepat2 buang
dirinya ketanah dan bergelundungan sampai beberapa
meter. Bluk....., sebuah toya pendek menghantam keras
pada jalanan, hingga batu marmer yang menutupi
jalanan itu sampal hancur berantakan.
Ketika Tong Ko mendongak, didapatinya yang
menghantam itu adalah seorang tinggi besar gagah
perkasa sembari mencekal sebatang sam-ciat-kua (toya
berbuku 3). Hai, si kasar berangasan Nyo Kong-lim, itu
toa-cecu (pemimpin pertama) dari ke 72 markas gunung
Hoasan. Makanya datang2 dia sudah lantas hantam
kromo saja tanpa menyelediki lebih dahulu duduk
perkara yang sebenarnya.
"Nyo cecu, awas si kaki satu itu hendak membokongmu dari belakangl"
seru Tong Ko TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperingatkan si kasar tanpa mendendam apa yang
telah diterimanya dari toa-cecu Itu tadi.
Nyo Kong-lim berputar kebelakang dan tepat pada
saat itu si kaki satu sudah loncat dari kudanya sembari
mencekal sepasang suan-hua-pan-hou (kapak atau
beliung). Dengan memutar sam-ciatkun, Nyo Kong-lim
cepat menyambutnya. Walaupun kakinya hanya tinggal
satu, tapi gerakan orang she Sin itu lincah sekali. Untuk
sabatan sam-ciat-kun itu, tampaknya si kaki satu malah
maju memapakkan. Tapi begitu dekat, sret, tiba2 dia
loncat menghindar, sehingga Nyo Kong-lim menghantam
angin. Saking marahnya si kasar kedengaran menggerung keras, dia turunkan tangannya untuk
menghajar kepala lawan. Tapi lagi2 si kaki satu enjot
kakinya menyelinap kesarnping sembari hantamkan
sepasang kapaknya, tring, tring! Nyo Kong-lim memiliki
tenaga pembawaan yang luar biasa kuatnya, tapi pada
saat itu bahunya terasa kesemutan, sam-ciat-kun
tertindih ditanah, dia tak kuasa untuk mengangkatnya.
Dilain fihak, demi dilihatnya kedua orang itu sudah
bertempur Tong Ko lalu bangun dan ber-gegas2 lari
kedalam rumah. Tapi kedua saudara Shin itu sudah
kedengaran berseru se-keras2nya: "Sdr. Tong, bagusl
Masuklah lekas dan bunuh habis mereka semua!"
Tong Ko terkesiap kaget. tapi pada saat itu dari dalam
rumah kedengaran suara tangisan, maka tanpa
menghiraukan racun yang ditebarkan mulut kedua
saudara durjana itu, dia terus menobros kedalam. Disitu
dilihatnya sinona tengah menangis tersedu sedan,
meratapi adiknya yang sudah sekian lama meninggal
tadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hati Tong Ko seperti disayat sembilu rasanya. Ia
menghiburnya: "Nona Tio, jangan keliwat berduka..........."
Se-konyong2 sinona menoleh, sepasangnya matanya
tampak membara.
"Kau, seorang bangsatl" serunya sembari mencabut
pedang dan dibolang-balingkan terus menyerang kepada
tong Ko. Tong Ko seperti seorang gagu yang tak dapat
menyatakan kesusahannya. Jurus yang dimainkan sinona
itu adalah ilmu warisan yang diajarkan oleh ibunya si
Hui-lay-hong Liau Yan-chiu, hoan-kang-kiam-hwat atau
ilmu pedang membalikkan sungai. Nampaknya Tong Ko
tak berdaya menghindar apalagi memang kepandaiannya
masih cetek. "Nona Tio, harap jangan turunkan tangan ganas!"
serunya. Tapi tiba2 terdengar orang menyahutimya: "Sdr.
Tong, jangan takutl", dan menyusul dengan itu ada suatu
tenaga kuat mendorongnya kesamping sampai setengah
meter dan tring... tring, tring...., tring....., sinonapun
terdesak mundur oleh kilapan sinar bianglala.
Kiranya yang berseru dan menyerbu masuk membantu
Tong Ko itu adalah Ce-cing-long Shin Hiat-ji. Dia terjang
pedang sinona dengan sebatang jwanpian (ruyung
lemas) yang ber-kilau2-an cahayanya.
"Kecuali Giam-lo-ong (raja akhirat) mengeluarkan
amnesti (pengampunan), jangan harap hari ini kau dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hidup lagi" serunya sembari maju menyapukan jwan-
pian. Bahu nona itu tadi sudah terluka hui-to, ketambahan
pula ia gelisah mendukakan kematian adiknya, maka
dalam gugupnya ia hanya loncat keatas meja dengan
pontang panting. Shin Hiat-ji tak kenal ampun lagi. Dia
sabatkan jwan-pian pada kaki meja, setelah berhasil
melibat terus ditarik se-kuat2nya. Tapi tak kalah
sebatnya, sinona sudah enjot kakinya untuk melambung
keatas. la jambret sebuah tiang penglari untuk dibuat
menggelantung, kemudian dengan membolang-balingkan
pedangnya dalam jurus kut-ji-thou-kang. (Kut Gwan
ceburkan diri kedalam sungai), ia meluncur turun
menerjang lawan.
"Ha...... ha.......!" Hiat-ji tertawa menghina, "ilmu
pedang hoan-kang-kiam-hwat yang menggemparkan
dunia persilatan, kiranya hanya begitu saja!"
GAMBAR 02 Nyo Kong-lim merasa kewalahan kena didesak oleh
sepasang kapak besar Shin Hia-ji. Disebelah sana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawannya terus menyalahkan api membakar perumahan
pedesaan itu. Dia kebutkan jwan-pian untuk menyambut serangan.
Belum jwan-pian itu tiba, sinona sudah rasakan digempur
oleh suatu tenaga dorongan yang hebat, sehingga
membuatnya kaget bukan terkira. Semuda itu usianya,
ternyata anak muda she Shin itu sudah memiliki ilmu
lwekang yang sedemikian lihaynya. Adalah karena
mengagumi kepandaian lawan, telah membuat sinona
tertegun hingga konsentrasi (pemusatan) pikirannya
terpecah. Maka begitu kedua senjata, itu saling beradu,
terpelantinglah sinona sampai beberapa langkah jauhnya.
Tepat pada saat itu terdengarlah suara gempuran
yang dahsyat, disusul dengan robohnya segumpal pagar
tembok, sehingga batu merah dan puing sama
berterbangan kesana-sini. Untuk melindungi diri dari
tebaran batu dan puing itu, sinona putar pedangnya, tapi
berbareng itu ia rasakan betisnya sakit sekali karena
tersabat jwan-pian siorang she Shin itu. Dengan tahan
kesakitan, sinona loncat keluar rumah. Dilihatnya ada
seorang berumur 30-an tengah menggempur tembok
rumah dengan sebuah pukul besi raksasa. Tak berapa
lama kemudian, rubuhlah tembok itu.
Saat itu penduduk diperkampungan situ sudah sama
gempar terkejut. Tampak si tie-cing-long Shin-Hiat-ji
menobros keluar dan setelah memberi isyarat mata
kepada kakaknya si Shin-Leng-sian, mereka berdua lalu
menyerbu keperkampungan rakyat. Ada 3 orang lelaki
baru pulang dari sawah, terus menyongsong dengan
paculnya, tapi mana mereka dapat menandingi tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sakti dari Hiat-ji. Sekali memutar jwan-pian. 3 batang
pacul sama terlempar keudara. Dan sekali lagi jwanpian
berputar, ketiga orang itu menjerit keras rubuh ditanah.
Penduduk perkampungan sama gempar menyingkirkan
diri. Hiruk pikuk memecah kesunyian desa itu.
Nyo Kong-lim keripuhan menahan arus serangan
kapak si kaki satu. Saking marahnya, berulang kali si
kasar me-mekik2 seperti kuda meringkik. Tiba2
terdengar suatu seruan menggeledek diantara hiruk
pikuk itu: "Siapa yang berani mengadu biru jual
kebiadaban disinil"
Suara hiruk pikuk kepanikan itu sangatlah riuh
rendahnya, tapi suara orang itu melengking keras se-
olah2 dapat mengatasi kehirukan itu, menandakan
bahwa orang itu tentu mempunyai lwekang yang cukup
lihay. Kedua saudara Shin itupun menoleh dgn
terperanjat. Seorang lelaki setengah tua yang mukanya
garang berlari mendatangi dengan mencekal sebatang
jwan pian. "Apakah yang datang ini Kiau To, ji-ah-ko dari Thian
Te Hui?" tegur Hiat-ji.
"Tak salahlah!', sahut orang itu agak keheranan.
Shin Hiat-ji tertawa memanjang. "Sambutlah pianku
inil" serunya. Kini baru Kiau To mengetahui bahwa anak
muda yang belum cukup 20 tahun usianya, hidung tinggi
dahi lebar dan berwajah luar biasa itu, adalah musuh.
Segera diapun sambut serangan orang dengan liok-kin-
pian-hwat, ilmu ruyung ajaran gurunya, Cay Siang siansu
dari gereja Liok-yong-si di Kwiciu. Ruyung lawan ruyung,
wah, ramainya bukan buatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat tiada lain tokoh keras lagi, diam2 Soh-hun-
ciang Shin Leng-sian girang sekali. Dia yakin rencananya
kali ini tentu akan berhasil. Diambilnya korek geretan api,


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan dua tiga kali loncat, dia menghampiri tumpukan
kayu lalu menyulutnya. Kala itu adalah permulaan musim
dingin, angin keras benda2 kering merinting. Maka
sekejab saja, asap ber-gulung2 membubung tinggi, api
membubung dengan besarnya. Untuk mengipasinya, Shin
Leng-siau mainkan pukul besinya, hingga menerbitkan
angin men-deru2, meniup gelagah rumput berhamburan
ke-mana2. Perumahan rakyat yang terbuat dari atap,
cepat dijilat api. Rumah2 yang terletak ditepi jalan sudah
sama terbakar. Ber-bondong2lah rakyat pedesaan situ,
tua muda laki perempuan lari berserabutan macam
gabah ditampi. Jerit pekik memekakkan telinga.
"Sdr. Tong, tugas kita sudah berhasil bagus, ayuh kita
pergil" tiba2 Sin Leng-siau berseru lantang2.
Tok-kak-sin-mo Sim Tok dan Ce-cing-long Shin Hiat-ji
menangkap pertandaan itu. Setelah mendesak lawan,
mereka lalu angkat kaki, tapi Nyo Kong-lim tak mau
lepaskan pengacau itu. Tokkak-sin-mo atau si ibIis sakti
berkaki satu se-konyong2 loncat setombak tingginya, dari
situ dia berjumpalitan berdiri dibelakang Nyo Kong-lim.
Nyo Kong-lim hanya mengetahui bahwa tiba2 saja si
kaki satu itu menghilang, hiruk pikuk jeritan orang,
dentam dgn tiang dan bambu dimakan api serta tabir
asap yang menyelumbung suasana, telah menyebabkan
dia tak mengetahui bahw si kaki stau itu sudah berada
dibelakangnya. Tahu2 dari belakang terasa ada angin
menyambar, hendak dia menghindar tapi sudah
terlambat. Sekali si kaki satu ayunkan kapaknya, maka
bahu lengan dari si kasar telah kutung. Lengan kanan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kutung dan terlempar jatuh ditanah Itu masih erat2
mencekal sam-ciat-kun
Bagaimanapun "kerasnya" si kasar itu, namun kali itu
benar2 dia tak kuat menahan kesakitan lagi. Matanya
ber-kunang2, kepala pening dan rubuhlah dia tak ingat
diri. Darah mengalir laksana air mancur. Sejak sinona
menobros keluar darl belakang tadi, ia kesima melihati
pertempuran itu saja. Tapi kini serta tampak Nyo Kong-
lim terluka parah, ia segera lari menghamplri seraya
berteriak pilu: "Paman Nyo.....! Paman Nyo......!"
Saat itu api makin menjalar luas. Suara gerodakan dari
rumah2 yang rubuh membisingkan telinga. Hanya dalam
beberapa kejab saja, perdesaan situ berobah menjadi
sedemikIan rupa, telah menyebabkan sinona kehilangan
faham, tak tahu apa yang harus diperbuat, kecuali
menangis seperti anak kecil. Untunglah Kiau To yang
dapat mendengarkan jeritan nona itu tadi, segera
berhasil mencarinya. Cepat dia angkat tubuh Nyo Kong-
lim, lalu ditutuk jalan darah untuk menghentikan.
"Siau In, lekas ikut aku, atau kau nanti hangus
terbakar dlsinll" serunya kepada sinona sembari terus
memondong tubuh si kasar untuk dibawanya menobros
keluar dari lautan api.
Sinona mengikutinya dari belakang. Tapi baru kira 30-
an langkah, tiba2 ia teringat akan jenazah adiknya yang
masih ketinggalan berada didalam rumah.
"Paman Nyo, aku hendak menjemput adikku. Ayah
dan mamah sering mengatakan kalau engkohku tak
dapat diharapkan. Maka walaupun adikku sudah binasa,
aku tetap hendak mengambilnyal"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu Kiau To terperanjat, karena dia tak
mengetahui kalau adik sinona itu, putera Tio Jiang yang
bungsu, telah menjadi korban keganasan kaki tangan
penjajah yang sedemikian biadabnya. Masa seorang anak
kecil yang tak tahu apa, juga dibunuhnya. Bermula dia
hendak memberi persetujuan, tapi demi dilihatnya
kedahsyatan api yang membakar perkampungan itu,
buru2 dia mencegahnya: "Siau In, sudahlahl Jangan
sampai kau sendiri juga menjadi korban lagil"
Tapi ternyata hati nona itu seperti ayah bundanya,
keras tak mudah ditaklukkan. Tahu2 ia sudat memutar
tubuh dan memberosot lari sembari ber-teriak2:
"Biarlah!"
Kejut Kiau To bukan alang kepalang. Baru dia hendak
mengejarnya, berbondong2 penduduk lari kearahnya,
hingga terpegatlah jalannya dan kini sinona sudah
menyusup masuk kedalam lautan api. Saking gelisahnya.
Kiau To sampai banting2 kakinya: Begitu rombongan
orang2 itu sudah berlalu, segera Kiau To melihat dengan
jelas bahwa perkampungan itu sudah menjadi sebuah
lautan api. Sedang dalam pada itu, Nyo Kong-lim tetap
belum sadar, hingga diapun tak dapat berbuat apa2.
Sementara sinona tadi, begitu memasuki lingkaran laut
api, matanya segera terasa pedas dihamburi gulungan
asap tebal, hingga ia tak dapat melihat jelas suatu app
lebih jauh dari satu tombak jaraknya. Bagaikan seekor
anak rusa tersesat jalan, ia lari kesana sini dengan
membabi buta. Rambut dan pakaiannya, sebagian hesar
sudah termakan letikan api. Dengan susah payah barulah
ia berhasil menemukan rumah kediamannya. Tapi baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hendak menobros masuk, ia sudah diseret oleh
seseorang. "Nona Tio.....! In-moay......! Lekas menyingkir dari
sini.....!" seru orang itu.
Nona itu ternyata she Tio dan memakal nama-tunggal
In. Ia adalah puteri kesayangan dari Siau-beng-siang Tio
Jiang, tokoh yang dihormati oleh kaum persilatan patriot.
Demi diketahuinya bahwa orang itu adalah si "penjahat"
Tong Ko, ia segera mengirim dua buah tamparan kemuka
orang. Seketika itu juga kedua belah pipi Tong Ko
menjadi bengap matang biru. Tapi dari mundur, se-
baliknya anak muda itu malah mendekap tubuh sinona
untuk dibawanya lari.
Karena sejak kecil sudah mendapat latihan ilmu silat,
jadi kepandaian Tio In jauh lebih lihay dari Tong Ko.
Karena tak menduga, maka tadi ia sampai kena
dipondong Tong Ko. Kini iapun meranta se-kuat2-nya
dan mendupak lutut orang. Dupakan itu tepat sekali
mengenai mata lutut Tong Ko, hingga seketika itu juga
sinak muda mendeprok dan bergelundungan ditanah.
Bahwasanya Tong Ko mecintai Tio In, bukanlah terjadi
dalam sehari dua melainkan sudah sejak dia ceburkan
diri dalam pereserekatan orang gagah di Lo-hu-san situ.
Bahwa dia telah diperalat dan dijadikan tumpuan arus
(bulan2an kesalahan) oleh kawanan si kaki satu bertiga,
tentu sinona akan membencinya sampai mati. Ini sudah
diperkirakan. Tapi biar bagaimana tak nanti dia biarkan
nona yang dicintainya itu sampai mendapat kecelakaan
kalau menobros masuk kedalam rumah. Maka tanpa
hiraukan suatu apa lagi, dia segera loncat bangun terus
menubruk nona itu lagi, seraya berseru: "In-moay,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
turutlah omonganku, lekas tinggalkan neraka api ini dan
nanti kuterangkan lagil"
"Lepaskan aku, lekasl" seru sinona dengan hati yang
hancur. Berbareng pada saat itu ada segumpal asap
meniup datang. Hati Tio In direndam oleh kedukaan dan
kemarahan. Betapapun lihay kepandaiannya, namun ia
itu tetap seorang dara. Saking tak kuat menahan
rangsangan hawa luapan hatinya, ia jatuh pingsan.
Sebaliknya demi merasa nona itu tak meronta lagi,
Tong Ko segera memanggulnya untuk mencari jalan
lolos. Suatu perjalanan yang tak mudah bagi Tong Ko
yang dalam beberapa saat saja sudah menanggung
penderitaan bathin dan badan yang begitu hebat.
Dengan badan luka2 dan gosong2 terbakar, tenggorokan
kering dan mulut membara, akhirnya dapatlah dia
membawa Tio In keluar dari kepungan api. Berjalan
sampai setengah li jauhnya, dia berhenti sejenak untuk
menengok kebelakang. Dilihatnya perdesaan itu masih
tetap terbakar dimana nyala api sampai membuat langit
merah marong. Tong Ko ter-longong2 sampai beberapa saat. Benar
malapetaka itu ditimbulkan oleh keganasan ketiga kaki
tangan pemerintah Ceng, tapi karena ketiga durjana itu
timpahkan kesalahan pada dirinya, tentulah rakyat
perdesaan situ akan membuat perhitungan padanya. Tak
terasa, dia menghela napas dalam2. Setelah tersadar dari
lamunannya, dia pondong Tio In menuju kesebuah
sungai kecil. ---oo^dwkz0tah^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 03 : MATI KEGIRANGAN
Kala itu hari sudah gelap. Rembulan mulai muncul dari
ufuk timur. Setelah minum dua teguk air. Tong Ko
menampungkan tangan,mengambil air untuk disiramkan
ketubuh Tio In. Tak berapa. lama kemudian, sinona
mulai siuman. Tapi begitu didapatinya Tong Ko berada
disampingnya, dengan gemasnya ia mengirim sebuah
jotosan, bluk....., terjerembablah Tong Ko jatuh
kebelakang. "Bangsat macam kau ini! Sekalian saudara sama
mengira bahwa walaupun kepandaianmu cetek, tapi
kelakuanmu jujur. Malah ayahpun mengandung maksud
hendak mengambil murid padamu. Huh......, siapa tahu
kau seorang manusia yang berhati serigala, bersekongkol
dengan kawanan kuku garuda, membunuh orang
membakar desa................" sehabis memaki itu, air mata
sinona bercucuran.
Tong Ko coba berusaha untuk menggeliat bangun, tapi
karena luka2nya yang diderita tadi sedemikian rupa, dia
tak dapat berdiri. Dengan merayap dihampirinya Tio In,
lalu dengan menengadahkan muka, dia meratap: "Nona
Tio, bunuhlah aku, tak nanti aku penasaran. Tapi
kuminta janganlah kau mencap diriku sebagai manusia
berhati serigala! Se-kali2 aku bukan orang macam
begitul" Luka yang diderita Tio In pun tak ringan. Dengan
kerahkan semangat, ia coba loncat bangun, tapi
kepalanya serasa berat dan ter-huyung2 pulalah ia jatuh,
ketanah, Namun mulutnya masih penasaran dan
menghamburkan makian se-puas2nya: "Manusia berhati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serigala...! Manusia berhati serigala....! Manusia berhati
serigala........... !"
Pedih Tong Ko sukar dilukiskan Dengan kuatkan diri
dia merayap maju dua tindak, lalu ulurkan tangan untuk
mencapai bahu Tio In, tapi nona itu dengan gusarnya
menerkam tangan Tong Ko lalu dipelintir dengan gerak
toa-cwan-lun (roda berputar). Gerak ini menurutkan ilmu
mematahkan tulang yang disebut hun-kin-jokut (mengalihkan urat nadi melepas persambungan tulang).
Krek, tulang persambungan lengan kanan Tong Ko
menjadi lepas (keseleo). Buru2 Tong Ko menariknya
keras2 dan dapatlah dia memulihkan persambungan itu
lagi. Namun sakitnya bukan olah2, hingga nampai
kucurkan keringat dingin.
"In-moay, kau tak kenal peribadiku", Tong Ko
menghela napas.
"Huh, setan lanat, siapa yang sudi berbahasa koko-
moaymoay dgn kaul" Masih Tio In belum reda murkanya.
Serentak bangun, ia menendang Tong Ko hingga sampai
hampir jatuh kedalam sungai. Untunglah anak muda itu
cepat2 dapat berkutik lagi. Hanya dilihatnya Tio In
dengan langkah tak tetap tinggalkan tempat itu, hal
mana membuatnya gelisah.
---oo^dwkz0tah^oo---
Kira2 satu jam lamanya. Tong Ko rendam separoh
tubuhnya bagian bawah didalam air. Air dingin yang
merangsang kearah tulang belulang, telah membuat
semangatnya agak segar. Dia lalu hendak merayap naik,
tapi se-konyong2 dari kejauhan kedengaran derap kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kuda mendatangi. Kuda itu ternyata berhenti disitu juga.
Dia melongok dari sela2 gelagah dan didapatinya ada 3
ekor penunggang kuda tengah menghampiri ketepi anak
sungai. Dan untuk kekagetannya, ternyata ketiga orang
itu adalah 3 durjana yang mencelakai dirinya, yani Tok-
kak-sin-mo Sin Tok, murid tunggal dari raja iblis suku
Biau yang bergelar Ban-bok-sin-bu atau. Dukun sakti
selaksa mata. Sedang yang dua, adalah Shin Leng-siau
dan Shin Hiat-ji kakak beradik.
Buru2 Tong Ko menahan napas tak berani berkutik.
Begitu tiba ditepi sungai, ketiga durjana itu segera turun
dari kudanya dan biarkan binatang mereka minum air.
Ketika Tong Ko mengintip dari sela gelagah, dilihatnya
Cek-cing-long Shin Hiat-ji memanggul sebuah karung
kain yang besar. Karung itu kini diletakkan ditanah dan
kebetulan sekali hanya terpisah setengah meter dari
Tong Ko. Dengan hati2 sekali, Tong Ko ulurkan jarinya
untuk menyentuh dan dapatkan isi karung itu amat lunak
tapi entah benda apa.
"Shin-heng, budak ini adalah puteri kesayangan dari
Siau-beng-siang Tio Jiang. Kalau kita bawa keutara, Siau-
beng-siang tentu akan menyusulnya. Gerombolan
mereka itu memang sangat mengganggu keamanan
Kwitang. Dengan adanya tindakan kita ini, mereka tentu
akan marah seperti orang kebakaran jenggot. Apabila
kita dapat menjaringnya, tentu mudah untuk membasmi
seluruhnya. Ha...., ha.....!" tiba2 kedengaran si kaki satu
tertawa bangga.
"Kesemuanya itu karena mengandal kecerdasan Sin-
heng", sahut Shin Leng-siau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana terperanjatnya Tong Ko, dapat dibayangkan. Kiranya Tio In tadi telah berpapasan dgn
ketiga durjana itu dan dapat diringkusnya. Jadi yang
berada didalam karung itu, tentulah sinona. Saking
sibuknya, Tong Ko bergetar. Walaupun hanya sedikit,
tapi karena terendam dalam air, maka terdengarlah riak
air bergelombang. Buru2 dia berdiam diri lagi.
"Hai, mengapa air beriak" Jangan2 ada orang
bersembunyi! Hiat-ji," sianak mata ungu segera berseru.
"Siau Shin, kau ini bagaimana, kan kuda kita tengah
minum air, mana ada setan belang lagi?" si kaki satu
menertawai. Legalah hati Tong Ko, dan ketiga orang itupun tertawa
geli sendiri. Berkata Hiat-ji: "Kali ini Siau-beng-siang
tentu akan timpakan kemarahannya kepada Tong Ko
semua. Ah, kasihan Siaubeng-siang itu, Mimpipun tentu
tidak dia, kalau yang mencelakainya itu adalah puteranya
sendiri!" Tong Ko terbelalak kaget, hendak dia mendengari lagi
cerita Hiat-ji lebih lanjut, tapi anak itu ternyata sudah
alihkan pembicaraannya. Diam2 Tong Ko merenung.
Siau-beng-siang Tio Jiang hanya mempunyai 2 orang
anak lelaki. Yang bungsu sudah dibinasakan dengan 13
hui-to oleh si kaki satu Sin Tok. Putera sulung yang
bernama Tio Tay-keng, umurnya sebaya dengan dia
(Tong Ko), tapi rupanya telah mendapat warisan
pelajaran dari ayahnya. Sebulan yang lalu, pemuda itu
sudah diutus ayahnya pergi kewilayah Hunlam utk
mengadakan hubungan kerja sama dgn para tokoh
persilatan disana. Jadi mustahil kalau bersekongkel
dengan rombongan si kaki satu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GAMBAR 03 Diam2 Tong Ko mendengarkan percakapan ketiga
jagoan kaki-tangan pemerintah Ceng itu sambil pe-
lahan2 menyeret karung besar yang terapung diatas air
sungai itu kedekatnya.
Tapi mengapa mulut Hiat-ji menyebut hal itu" Hati
Tong Ko penuh -dengan tanda tanya.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang saja," kembali
kedengaran Shin Leng-siau berkata, "budak itu berat
juga lukanya, apalagi telah ditutuk jalan darahnya oleh
Sinheng. Lekas kita carl tempat yang sesuai untuk
mengobatinya. Untuk memancing ikan besar, haruslah
umpannya yang bagus juga!"
Mereka bertiga ter-bahak2 dan kedengaranlah suara
rumput tersingkap karena Hiat-ji hendak mengambil
karungnya lagi. Setelah yakin bahwa sang kecintaan
berada didalam karung, Tong Ko seperti semut diatas
kuali panas. Menolong atau tidak, serba salah. Kalau
hendak menolong, dirinya tentu akan kepergok dan
menjadi korban juga. Namun kalau berpeluk tangan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hatinya tak sampai. Hanya dia tak mempunyai banyak
waktu untuk menimbang lagi, karena derap kaki Hiat-ji
makin mendekati. A h, biar bagaimana juga andaikata dia
bakal binasa ditangan ketiga durjana itu, tetap dia harus
menolong Tio In. Soalnya bukan se-mata2 karena diri
sinona seorang, melainkan exces (kelanjutan) dari
peristiwa itu. Siau-beng-siang Tio Jiang tentu akan
menyusul kekota raja. Disana dia bakal tergencet oleh
kawanan jagoan2 pemerintah Ceng yang besar
jumlahnya. Apabila sampai Tio Jiang celaka, itu berarti
suatu kerugian besar dalam kubu2 gerakan menentang
penjajah Ceng didaerah Kwitang. Siapa tahu perserekatan itu mungkin berantakan nantinya. Jadi
mengapa dia (Tong Ko) begitu sayang akan jiwanya,
demi utk kepentingan gerakan yang mulia itu"
Dilihatnya sungai itu meskipun dangkal, tapi arusnya
cukup deras. Secepat dia memperoleh akal, secepat itu
pula loncat keatas untuk menyeret karung itu kedalam
air lalu didorongnya supaya dibawa arus. Ketika Hiat-ji
berjongkok hendak mengambil karung, ternyata karung
itu sudah tiada disitu. Dan selagi dia masih ter-longong2,
tahu2 Tong Ko sudah menyergapnya.
Umur Hiat-ji itu sebenarnya masih muda belia sekali.
Tapi karena sewaktu masih bayi, dia digondol oleh
seekor induk harimau dan dibesarkan oleh induk harimau
itu dengan darah binatang, maka tenaganya luar biasa
kuatnya. Baru ketika dia berumur 10-an tahun, dia telah
dapat ditolong oleh Shin Leng-siau (engkohnya). Sejak
itu dia berguru pada Gan Lay dari Thong-ting-ou, yani
seorang tokoh nomor satu dari dunia persilatan daerah
Oupak. Jadi ilmu kepandaiannya jauh lebih lihay dari
kakaknya Leng-siau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jadi serbuan Tong Ko itu sebenarnya seperti anai-anai
masuk kedalam api. Namun karena Hiat-ji itu keliwat ber-
hati2, jadi dia tak mau melihat dulu siapa penyerangnya
itu, tapi sudah cepat2 menghindar kesamping sembari
balas menghantam. Tong Ko seketika menjadi seperti
sebuah layang2 putus tali, gentayangan jatuh menggelepar. Juga si kaki satu yang cepat mengetahui adanya
suasana yang mencurigakan itu segera loncat menghampiri. Demi tubuh Tong. Ko melayang diudara
karena dihantam Hiat-ji tadi, si kaki satupun cepat
memungut sebuah batu kecil lalu ditimpukkan. Bluk.....,
jatuhlah Tong Ko tadi. Si kaki satu enjot tubuhnya loncat
memburu. Sekali ulurkan tangan, dia sudah dapat
meringkus Tong Ko. Keduanya kini sama meluncur jatuh
kedalam air. Tapi ternyata si kaki satu memiliki
kepandalan yang luar biasa. Baru menyentuh air, dia
sudah enjot kakinya melompat keatas daratan. Kemudian
dia enjot lagi kakinya melompati anak sungai selebar 2
tombak itu, lalu letakkan tubuh Tong Ko ketanah.
"Ho, kiranya saudara kami Tong Kol" serunya
menyeringai. Tepat pada saat itu, demi melihat si kaki
satu sudah turun tangan menghajar sipenyerang gelap,
Hiat-jipun segera apungkan tubuhnya dipermukaan air
sembari kait karung besar itu dengan ujung jwan-
piannya. Memang senjatanya itu luar biasa, dapat dijulur
surutkan sekehendak hatinya, ujungnya runcing macam
kait. "Sin-heng, siapa dia"'' serunya bertanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan sdr. Tong Ko. Biarkan saja dia
nanti melapor pada Siau-beng-siang, benar tidak?" sahut
si kaki satu. Se-konyong2 ada seorang wanita berseru: "Ai,
mengapa ada orang menyebut2 namamu"
"Entahlah, orang gagah dari mana yang kebetulan
lewat disini?" sahut seorang lelaki yang rupanya menjadi
kawan perjalanan wanita tadi. Walaupun mereka berdua
hanya ber-cakap2 seenaknya saja sebagai selingan
perjalanan, namun bagi pendengaran seorang achli tentu
mengetahui bahwa keduanya itu memiliki ilmu lwekang
yang tinggi. Orangnya masih jauh, tapi suaranya
melengking nyaring sekali.
Si kaki satu segera memberi isyarat agar Hiat-ji
membawa karungnya lagi naik keatas kuda. Sekejab lagi
terdengarlah derap kaki kuda mencongklang keras2. Si
kaki satu berada dibelakang kedua kawannya, begitu
diketahui ada dua sosok bayangan keluar dari hutan, dia
segera taburkan 13 hui-to. Kemudian dengan bersuit
nyaring, dia menerjang maju.
"Siau-beng-siang, kalau hendak mengambil anakmu
perempuan, datanglah kekota raja minta pada taylwe-ko-
cin (jago2 didalam keraton)!" serunya lantang2 sembari
conglangkan kudanya kaburkan diri diantara kepulan
debu, Memang kedua orang yang baru keluar dari dalam
hutan itu, bukan lain adalah Siau-beng-siang Tio Jiang
dan isterinya Hui-lay-hong Yan-chiu. Mereka baru datang
dari lain tempat dan belum mengetahui bencana yang
telah menimpah keluarganya. Tiba disitu didengarnya
ada orang menyebut2 nama "Siau-beng-siang", dikiranya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau ada sementara orang gagah yang hendak datang
berkunjung ketempat kediamannya. Siapa tahu, mereka
diserang dengan hujan hui-to dan ditantang datang
kekota raja. Meskipun kini sudah menjadi seorang ibu yang
berumur setengah tua, namun perangai Yan-chiu masih
seperti ketika gadisnya. Dengan sebat ia cabut
pedangnya terus diputar dalam jurus Kang-sim-poh-lo.
Tring..., tring..., tring..., ke 13 batang hui-to itu terpukul
jatuh semua. "Ayuh, siapa yang mau cari nyonyahmu besar ini!"
serunya. Tapi pada lain saat ia geli sendiri atas
ucapannya itu. "Yan-chiu, tadi kita lihat langit perdesaan kita marong
membara, orang2 tadi itu terang adalah kawanan kuku
garuda. Jangan2 Siau In dan saudara2 dirumah,
mengalami apa2 ini?" kata Tio Jiang.
"Masa ya" "bantah sang isteri seraya ayunkan langkah
kemuka. Tapi se-konyong2 terdengar ada orang ber-
teriak2: "Lekas.... ! Lekas.... !"
Yan-chiu berpaling dan dapatkan yang berteriak itu
Tong Ko adanya. Memang sebelum si kaki satu berlalu,
lebih dulu dibukanya jalan darah Tong Ko. Tapi karena
segala sesuatu tadi berjalan dalam beberapa kejab saja,
jadi anak muda itu bingung terlongong2 tak mengerti
apa yang telah terjadi. Baru lewat beberapa saat
kemudian, dia dapat berteriak tadi.
"Hai, bukantah kau ini si Tong Ko?" tegur Yan-chiu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Tong Ko tak menyahut pertanyaan orang,
melainkan angkat tangannya menuding kemuka: "Lekas...., lekas....! Nona Tio telah dibawa mereka!"
"Nona yang mana?" tanya Yan-chin dengan tertawa.
Kiranya baik Tio. Jiang maupun Yan-chiu sudah tahu
kalau anak muda itu "ngesir" (ada hati) pada puterinya.
Mereka menduga tentulah pemuda itu habis bertengkar
dengan Tio In, sehingga kini dia menjadi kelabakan
begitu, macam, maka Yan-chiupun tak begitu kaget
mendengar keterangan Tong Ko tadi.
"Nona In ditawan dan diculik kuku garuda!" saking
jengkelnya Tong Ko sampai banting2 kaki. Kebenaran
saat itu Tio Jiangpun sudah datang dan menanyainya:
"Mana bisa begitu, kemana saja Nyo dan Kiau toako?"
"Entahlah, nona In diculik kuku garuda, Siau Seng
dibunuh merekal"
Melihat anak muda itu bermandikan noda darah,
pakaian compang-camping rambut kusut masai dan
bicaranya begitu gugup, Tio Jiang mulai curiga dan buru2
menegas: "Apakah kebakaran itu berasal dari perkampungan kita" Mengapa kawanan kuku garuda
mengetahui tempat kediaman kita?"
Tong Ko tundukkan kepala dan menyahut dgn
sejujurnya: "Akulah .......yang membawanya!"
Penyahutan itu telah membuat Tio Jiang dan Yan-chin
terkesiap kaget. Bahwa puteranya bungsu telah binasa,
telah membuat hati Yan-chiu seperti disayat sembilu,
serentak ia menghardik "Tong Ko, siapakah diantara
saudara2 yang menyakiti hatimu hingga kau membalas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dendam membawa kuku garuda untuk mencelakai rumah
tanggaku?"
Malah habis menghardik, Yan-chiu sudah lantas
ayunkan pedang kuan-wi-kiam untuk menabas kepala
sianak muda. Tong Ko meramkan mata menanti ajal.
Bukannya takut, dia malah mengharap supaya Yan-chiu
cepat membunuhnya agar dengan demikian suami isteri
lekas2 bertindak menyusul Tio In.
Trang...., tiba2 terdengar berkerontangan suara
senjata beradu, disusul dengan seruan Yan-chiu: "Jiang-
ko, kau ini bagaimana" "
Ketika Tong Ko membuka mata, dilihatnya dengan
wajah keren Siau-beng-siang Tio Jiang hadangkan
pedangnya pada pedang sang isteri, lalu berkata: "Yan-
chiu, Tong Ko bukan manusia yang sampai hati


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerjakan perbuatan begitu!"
Hati Tong Ko tergerak. Diam2 dia mengakui mengapa
Tio Jiang sampai begitu mendapat perindahan dari kaum
persilatan, kiranya karena sifatnya yang lurus dan bijak.
Kini Yan-chiu melesat pergi, sembari berlari la berseru:
"Ayuh, kita lekas kejar merekal"
Sebelum mengikuti tindakan isterinya, lebih dahulu Tio
Jiang memberi pesanan pada Tong Ko supaya tetap
menunggu disitu karena perlu dimintai keterangan lebih
jauh. Tong Ko mengiakan dan memberitahukan bahwa
Tio In dimasukkan dalam sebuah karung oleh kawanan
kuku garuda itu. Setelah itu, barulah Tio Jiang menyusul
isterinya menghilang dalam kegelapan malam.
Tong Ko hanya sesalkan dirinya sendiri mengapa ilmu
kepandaiannya sangat dangkal hingga tak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melakukan pengejaran. Ucapan Tio Jiang tadi, telah
memulihkan kepercayaan pada dirinya lagi. Tapi dalam
pada itu, dia merasa cemas, jangan2 ketiga jagoan
pemerintah Ceng itu sudah jauh dan tak dapat disusul
oleh kedua suami isteri itu.
Kira2 setengah jam lamanya Tong Ko diombang-
ambingkan oleh kegelisahan dan kecemasan. Syukurlah
tak berapa lama kemudian, Siau-beng-siang Tio Jiang
sudah datang. Tong Ko tersipu2 menyongsongnya
dengan bertanya: "Apakah nona In sudah dapat
diketemukan?"
Dengan wajah besi Tio Jiang terkam lengan Tong Ko,
dengan mata beringas dia memandang lekat2 pada anak
muda itu. Sejak kecil mula tingkah laku Tio Jiang selalu
polos jujur sesuai dengan apa yang diadiarkan oleh
suhunya (Ceng Bo siangjin). Maka ketika dalam
pertengahan umur, dia memiliki wajah yang mengunjuk
perbawa. Kalau benar2 Tong Ko itu seorang yg berhati
culas, dipandang begitu rupa oleh seorang tokoh macam
Tio Jiang, dia pasti akan pucat dan hatinya kebat kebit.
Tapi oleh karena Tong Ko berhati bersih, bukannya takut
dia malah balas menatap.
Tukar pandangan itu berlangsung sampai beberapa
kejab, baru sejenak kemudian Tio Jiang membuka mulut:
"Tong Ko tadi kau mengatakan bahwa yang membawa
Tok-kak-sin-mo Sin Tok bertiga adalah kau, benarkah
itu?" Oleh karena merasa bahwa selama ini tak pernah
berbuat jahat, maka pikiran Tong Ko hanya pada Tio In
seorang saja. Bukannya menyahut, dia bahkan balas
bertanya: "Apakah nona In sudah tersusul?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio Jiang menggeram, serunya: "Ketiga durjana itu
sudah lari. Siau Inpun sudah ikut mamahnya kembali ke
Giok-li-nia, sekalian orang gagah dari berbagai daerahpun juga sudah berkumpul disana. Tong Ko,
ketika kau hendak masuk kedalam perserekatan kami,
ada orang yang mengatakan bahwa parasmu keliwat
cakap tentu tak boleh dipercaya. Tapi kuanggap karena
kau benar2 seorang manusia yang ingin berbakti kepada
negara, maka kululuskan kau kucurkan darahmu selaku
masuk perserekatan. Kau seharusnya percaya akan
diriku, kalau ada persoalan, hendaknya terus terang
memberitahukan padaku!"
Ucapan itu walaupun bernada rawan, tapi mempunyai
daya pengaruh sehingga setelah ter-longong2 sampai
sekian saat barulah Tong Ko menyahut: "Benar, memang
Sin Tok dan kedua saudara Shin itu aku yang
membawanya, tetapi .............. "
Baru mendengar kata2 Tong Ko yang dimuka itu, hati
Tio Jiang sudah mendelu sakit sekali. Tadi bersama Yan-
chiu dia gunakan ilmu berlari cepat untuk mengejar
ketiga jagoan itu. Dengan mengambil jalan pendek,
dapatlah dia mendahului mereka dan bersembunyi diatas
puhun. Begitu ketiga jagoan itu tiba, segera diserbunya.
Karena tak menduga sama sekali, karung yang dibawa si
Hiat-ji itu telah dapat dirampas Yan-chiu. Ketiga kaki
tangan pemerintah Ceng itu tak bernapsu untuk terlibat
dalam pertempuran lama, cepat mereka meloloskan diri.
Ketika dibuka ternyata isi karung itu adalah Tio In.
Setelah dibuka jalan darahnya, barulah Tio In dapat
menceritakan apa yang telah terjadi dikampung
halamannya: Dengan menangis tersedu sedan, nona itu
timpahkan kesalahan pada Tong Ko. Ter-mangu2 Tio
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jiang dan Yan-chiu saking getunnya. Yan-chiu segera
ajak puterinya balik ke Giok li-nia, sedang Tio Jiang
mencari Tong Ko. Bahwa Tong Ko ternyata mengakui dia
yang membawa pembunuh2 itu, telah membuat pikiran
Tio Jiang menjadi gelap dan baru saja mulut anak itu
mengucapkan kata2 "tetapi", Tio Jiang sudah memijat
lengannya kuat2.
"Paman Tio, harap lepaskan!" Tong Ko minta dgn
setengah meratap karena tak tahan sakitnya. Tio Jiang
kendorkan tangannya. Ditatapnya lekat2 muka anak itu
sampai beberapa jenak, baru kemudian dia berkata:
"Tong Ko, kau telah membunuh anakku bungsu, itu
masih belum seberapa. Tapi kau telah membongkar
markas rahasia kita, itulah dosa besar. Kini hendak
kubawamu ke Giok-li-nia. nanti para orang gagah
memutuskan hukumanmu, baru aku membuat perhitungan lagi padamu. Kau menurut tidak?"
Watak Tong Kopun tak kurang kerasnya. Dia anggap
ucapan Tio Jiang itu sudah cukup dalam batas2 keadilan
yang bijaksana, maka tanpa mengucap apa2 dia
mengangguk. Begitulah setelah hampir dua jam lamanya
menempuh perjalanan tanpa mengucap sepatah katapun, akhirnya tibalah mereka dipuncak Giok-li-nia.
Haripun sudah terang tanah, Bagi Siau-beng-siang Tio
Jiang perjalanan itu tak dirasakan sebrapa, tapi bagi
Tong Ko yang menanggung luka2 berat, tenaganyapun
habis sama sekali.
Keadaan dipuncak Giok-li-nia kala itu, jauh sudah
bedanya dengan 20 tahun berselang. Biara satu2nya
yang masih ada, hanya lah biara Cin Wan Kuan. Itu saja
pagar temboknya sudah rusak diganti pagar kayu, hingga
mirip merupakan sebuah san-ce (markas gunung). Juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perumahan disitu tiada 100 buah jumlahnya. Begitu
masuk kedalam san-ce (Cin Wan Kuan), terasalah suatu
suasana yang hening sunyi. Ber-puluh2 pasang mata
sama mengawasi pada Tong Ko. Dimuka peseban Ki-git-
thia tampak berkibar sebuah bendera warna putih.
"Siapa yang meninggal?" tanya Tio Jiang dengan
terkejut. Karena rasa kejutnya itu tanpa dia salurkan
Iwekangnya keatas, hingga ucapannya itu mengguntur
kedengarannya. Sampai Tong Ko yang berada disampingnya, telinganya menjadi kesakitan.
Dari dalam rombongan orang, tampil seseorang
sembari berseru: "Nyo toako!"
"Nyo Kong-lim?" Tio Jiang menegas.
Orang itu, yang ternyata Kiau To, menjawab dengan
pe-lahan2: "Benar. Dia bertempur dengan Sin Tok dikaki
gunung dan kena dibacok kutung lengannya. Ketika
kubawanya naik kemari, dia sudah kehabisan darah dan
tak dapat ditolong lagi!"
Diam khidmat mencekam hati sekalian orang gagah.
Terkenang akan peribadi Nyo Kong-lim yang walaupun
kasar tapi jujur ksatrya, sekalian orangpun sama2
kucurkan air mata. Se-konyong2 ditengah suasana
berkabung itu, menjeritlah Yan-chiu sembari berlari
keluar dari paseban Ki-gi-thia. Ketika masih gadis, ia
pernah minum mustika batu, ditambah dgn peyakinannya
selama 20-an tahun, ilmunya mengentengi tubuh benar2
sangat sempurna sekali. Hui-lay-hong atau si Cenderawasih terbang, digelarkan orang karena ilmunya
mengentengi tubuh yang sakti Itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu keluar, Yan-chiu segera enjot tubuhnya
melayang diatas kepala orang2 yang berkerumun itu, lalu
melayang turun di hadapan Tio Jiang dan Tong Ko. Suara
jeritannya tadi masih belum hilang kumandangnya, tapi
orangnya sudah tiba dimuka orang yang hendak
dirongrongnya. Dari sini dapat ditarik kesimpulan, sampai
ditingkat bagaimana ilmu mengentengi tubuh dari Hui-
lay-hong itu. Dalam jaman itu, sungguh sukar dicari
keduanya. Begitu berhadapan dengan Tio Jiang dan
Tong Ko tubuhnya sempoyongan dan terus menyongsong maju. Orang sama mengira tentu Yan-chiu
hendak melabrak Tong Ko yang menjadi pembunuh
anaknya itu, tapi ternyata ia menubruk kepada sang
suami dan pecahlah tangisnya mengirimkan sang air
mata. "Jiang-ko, kasihan Siau Seng hanya hidup 4 tahun,
kasihan Siauw Seng hanya menjadi manusia selama 4
tahun saja!"
Sekalian orangpun pilu mendengar ratap tangis
seorang Ibu yang kematian puteranya itu. Tong Ko juga
terketuk hati nuraininya. Benar kejadian itu diluar
pengetahuannya dan memang telah diatur oleh kawanan
kuku garuda itu, namun sadar atau tak sadar, dia anggap
dirinyalah yang bertanggung jawab. Dia merasa berdosa
besar. "Sudahlah jangan menangis! tiba2 dia berseru dengan
gagah, lalu menghampiri kearah orang banyak. Dari
salah seorang dia mencabut sebuah golok, terus hendak
disabatkan kebatang lehernya sendiri. Sekalian orangpun
tak mau mencegahnya, karena anggap dengan kedosaan
sebesar itu, sudah selayaknya Tong Ko berbuat begitu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi ketika mata golok menempel pada kulit lehernya,
se-konyong2 dari peseban Ki-gi-thia terdengar seseorang
berseru mencegahnya: "Tahan!" dan berbareng itu
terdengarlah sebuah benda mengaum diudara dan,
trang...., golok ditangan Tong Ko itu bukan melainkan
terlepas, pun kutung menjadi dua dan terlempar diudara.
Kejadian itu menggemparkan sekalian orang yang
melihatnya. Siapakah gerangan yang sedemikian saktinya, dari jarak 3 tombak dapat menimpukkan
senjata rahasia, hingga golok menjadi kutung dan
terlempar diudara"
Tiba2 terdengar pula suara deru angin meniup.
Seorang wanita tua yang mencekal sebatang tongkat
besi melayang diudara dan turun dihadapan Tong Ko.
Disitu wanita tua itu memandang lekat2 pada sianak
muda. "Subo, bilakah kau datang tadi?" Co Jiang dan Yan-ciu
serentak berseru.
Benar, wanita tua itu adalah subo (ibu guru) dari Tio
Jiang dan Yan-chiu, yakni pendekar wanita yang
namanya sangat menggetarkan seluruh gelanggang
persilatan pada jeman itu, Kang Siang Yan In Hong.
Kang Siang Yan tak menghiraukan sepasang suami
isteri itu, hanya memberi isyarat tangan supaya mereka
berdua mundur. la tetap mengawasi Tong Ko dari ujung
kaki sampai keatas kepala. Semasa mudanya, Kang Siang
Yan pernah meyakinkan ilmu lwekang sakti thay-im-lian-
seng didasar pulau karang Hay-sim-kau di bawah laut.
Setelah tua, sepasang matanya memancarkan sorot ber-
api2, sehingga Tong Ko serasa seperti di-iris2 dengan
pisau silet rasanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekalian orang tak tahu apa yang hendak dilakukan
oleh wanita sakti itu jadi merekapun menantikan dengan
berdiam diri. Lewat beberapa detik kemudian, barulah
kedengaran wanita lihay itu menegur dengan suara pe-
lahan2: "Nak, siapakah namamu?"
Sekalipun sudah lama Tong Ko mendengar kebesaran
wanita itu, namun baru pertama kali itu dia berhadapan
muka. Dia dapatkan dalam nada ucapan siwanita tua itu
terasa suatu pancaran kasih sayang yang tak terhingga.
Sebagai orang yang sudah mengambil keputusan utk


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati, heran juga dia dibuatnya mengapa ada seseorang
yang begitu menyayang kepadanya. Namun dijawabnya
juga pertanyaan wanita tua itu dengan sejujurnya.
Mulut Kang Siang Yan berulang kali mengulangi kata2
"Tong Ko".
Setelah merenung beberapa jenak, kembali ia ajukan
pertanyaan lagi: "Kau berasal dari mana?"
"Aku orang dari desa Sam-hua-chun kota Tay-li-cin
yang terletak didekat sungai Sekang".
Lagi2 Kang Siang Yan seperti menghafalkan tempat
itu, lalu bertanya lagi dengan suara lembut: "Nak,
apakah kau lahir disana juga?" .
Melihat orang menghujani pertanyaan yang tak ada
artinya, kesallah hati Tong Ko, maka dengan
sembarangan saja dia menyahut: "Tidak, aku seorang
anak yatim piatu. Sebenarnya aku berasal dari desa Nyo-
chun!" Begitu pelahan Tong Ko mengucapkan jawabannya
itu, hingga hanya Kang Siang Yan seorang yang dapat
mendengarinya. Se-konyong2 tubuh Kang Siang Yan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampak menggigil bergemetaran. Ketika ia angkat
tongkatnya, jelas kelihatan batang tongkat itu bergetaran. Sudah tentu tak mengerti sekalian orang
dibuatnya. Mereka hanya saling berpandangan satu sama
lain karena heran atas kejadian itu.
Sebaliknya Tong Ko rasakan ada sambaran angin
keras berasal dari tongkat yang diacungkan oleh wanita
tua itu, hingga dia tersurut sampal 3 tindak. Mendadak
Kang Siang Yan tertawa keras sampai 3 kali, hingga
sampai menggetar bumi dan meretakkan batu2 gunung.
"Aku......... aku......... akhirnya......... " serunya.........
ter-putus2, dan belum kata2 selanjutnya dapat
diucapkan, berhentilah detak jantung Kang Siang Yan,
Trang......., tongkang besi yang diacungkan itu terkulai
jatuh keatas tanah. Batu digunung situ sangatlah
kerasnya, tapi begitu kejatuhan tongkat lalu memuncratkan letikan api dan ujung tongkat itu
menyusup masuk sampai beberapa centi dalamnya.
Kembali suasana menjadi hening lelap. Ketika Tio
Jiang dan Yan-chiu buru2 menghampiri, didapatinya
wajah Kang Siang Yan bersenyum girang namun
sepasang matanya sudah pudar tak bersinar lagi. Tio
Jiang memeriksa pula (pergelangan tangan), ternyata
denyut darahnya sudah terhenti. Memang makin tinggi
ilmu kepandaian seseorang, makin besar bahaya yang
mengancam tubuhnya. Seorang tokoh yang telah
mencapai kesempurnaan macam Kang Siang Yan se-
waktu2 kalau lengah, dapat terjerumus dalam bencana,
kalau tidak putus uratnya menjadi seorang invalid tentu
putus jiwanya. Soalnya terletak pada orang itu sendiri,
harus pandai mengekang setiap getaran perasaan
hatinya. Menghadapi segala apapun, se-kali2 tak boleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keliwat bergirang atau keliwat berduka. Kalau sampai
berbuat begitu, tenaga lwekangnya yang bergelombang
keras, menghantam urat2 nadi. Akibatnya, urat2 nadi
dan jalan darah dapat putus dan binasalah tentu.
Kematian Kang Siang Yan secara mendadak sontak tadi,
pun disebabkan karena getaran perasaan yang me-luap2.
Tio Jiang sukar untuk menjatuhkan persangkaannya.
Kalau kematian subonya dikarenakan membenci Tong
Ko, mengapa wajahnya menyungging senyum kegirangan"
Tapi hal apakah yang menyebabkan sang subo begitu
kegirangan ini" Yan-chiu yang lebih cerdas segera
mengetahui bahwa dalam detik2 terakhir tadi sang subo
mengucapkan beberapa patah kata kepada Tong Ko.
Hanya karena keliwat pelahan jadi tiada seorangpun,
kecuali Tong Ko, yang mendengarnya.
"Tong Ko, pembicaraan apa yang kau lakukan dengan
subo tadi?" tanyanya kepada sianak muda.
Juga Tong Ko sendiri ter-heran2. Memang dia sudah
curiga mengapa baru saja pertama kali bertemu, wanita
tua itu sudah bersikap sedemikian menyayang terhadap
dirinya. Tadi dia hanya memberi penyahutan sekenanya
saja, tapi mengapa wanita itu sam pai begitu me-luap2
perasaannya hingga menemui ajal.
"Aku hanya mengatakan kalau aku kelahiran dari desa
Nyo-chun, lain tidak!" sahut Tong Ko.
---oo^dwkz0tah^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 04 : HUKUMAN MATI
"Ngaco! Masih berani berbohong ya"!" bentak Yan-
chiu dengan murka.
Tong Ko benar2 penasaran. Maju selangkah dia
berkata dengan gagah: "Aku, Tong Ko, kepala boleh
kutung darah boleh mengucur, tapi selama hidup tak
pernah aku berdusta, Harap Liau locianpwe mengerti
akan hal itul"
Nada kata2nya keras, wajahnya tak gentar. Benar2 dia
seorang anak muda yang berhati baja.
"Kau bilang kepalamu boleh kutung" Baiklah, memang
hari ini akan kukutungi kepalantu itu!" seru Yan-chiu
sembari cabut pedang pusakanya, lalu bertanya kepada
sekalian orang: "Saudara2 sekalian, harus tidak orang
begini ini dibunuh?"
Oleh karena sudah mengetahui duduk perkaranya,
maka sekalian orang segera berseru dengan serempak:
"Harus!".
Tapi Tong Ko pun tak jeri, malah lantas tonjolkan
kepalanya menantang: "Tabaslah!"
Sebaliknya Yan-chiu malah tertegun kaget. Benar
kedosaan anak itu tak dapat diampuni lagi, tapi
sebaliknya dari minta ampun dia malah menyuruh minta
ditabas, hal ini membuatnya (Yan-chiu) terpesona
sendiri. Adalah Tio Jiang yang mengerti isi hati sang isteri
segera berkata kepada Tong Ko: "Tong Ko, meskipun
dosa-mu itu pantas dihukum mati, tapi mengingat selama
ini kaupun kecil2 juga mempunyai jasa kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perserekatan, maka kuberi keringanan supaya kau habisi
jiwamu sendiri dengan loncat turun dari puncak gunung!"
"Kalau sampai tidak mati lalu bagaimana?" tanya Tong
Ko. Giok li-nia itu adalah sebuah puncak yang tingginya
ribuan meter. Loncat turun kebawah dan tak binasa,
adalah suatu hal yang mustahil dapat terjadi. Walaupun
ilmu kepandaiannya cetek, tapi Tio Jiang mengagumi
kejantanan anak muda itu. Maka tak ha. bislah herannya,
mengapa anak itu sampai menjadi penunjuk jalan
kawanan kuku garuda itu.
"Kalau tak mati, itulah peruntunganmu. Kuharap
selanjutnya kau dapat berobah menjadi orang baik!"
sahut Tia Jiang.
Mendengar itu, tertawalah Tong Ko dengan tawarnya.
"Kalau aku tak sampai binasa, kau adalah tuan
penolongku yang budiman, Tio pehpeh. Tapi maaf,
jangan tuduh aku tak kenal budi. Hinaan yang
dilemparkan isterimu kepadaku didepan sekian banyak
orang tadi, kelak aku pasti akan menuntut balas!"
Riuh rendahlah sekalian orang sama berisik. Yan-chiu
gontaikan pedangnya, dan ujung pedang itu sudah
melekat diulu punggung Tong Ko, namun anak muda itu
tetap bersikap tenang.
"Mah, ayah telah meluluskan dia untuk loncat dari atas
puncak, jangan kau turun tangan lagi!" tiba2 kedengaran
seorang nona berseru.
Tong Ko berpaling dan dapatkan nona itu adalah Tio
In, siapa dengan sepasang matanya yang bundar ber-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
linang2 tengah mengawasi kepadanya. Teringat akan
cita2 yang dikandungnya selama ini yang ternyata
berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan, hati Tong
Ko seperti diremas pedihnya. Cita2nya itu yalah agar dia
dapat diterima menjadi murid Siau-beng-siang Tio Jiang
d9n begitu dapatlah dia bergaul rapat dengan Tio In
untuk kemudian hari terangkap menjadi suami isteri yang
berbahagia. Walaupun dalam keadaan seperti saat itu, dimana
semua orang sama mendakwanya sebagai kaki tangan
rombongan kuku garuda, dan dia rela menebus
kesalahannya itu dengan jiwanya, namun kalau
membayangkan betapa berbahagia cita2 yang dikandungnya dahulu tapi yang kini ternyata hampa itu,
tak urung hatinya pilu juga.
Dengan pe-lahan2 dia ayunkan langkah ketepi batu
karang. Melongok kebawah, yang tampak hanyalah kabut
halimun yang menutup tebing curam. Fikirannya jauh
me-layang2 dan mulutnyapun menghela napas dalam2.
Kala dia hendak siap terjun, tiba2 dia teringat akan
sesuatu, pikirnya: "Walaupun sejak bertemu pertama kali
aku cinta pada nona Tio In, tapi karena, kepandaianku
begini dangkal, selama ini tak berani aku menyatakan Isi
hatiku kepadanya. Bukanlah kini aku sudah diambang
pintu kematian, mengapa tak menyatakan hal itu
kepadanya" Suara hatiku itu bersambut atau tidak, itu
bukan soal. Pokok, asal sudah kucurahkan, sebagal bekal
dialam bakal"
Ketika dia memutar tubuh, ternyata dibelakang sana
tampak ber-puluh2 pasang mata tengah mengawasi
kepadanya dengan pandangan heran. Tong Ko paksa
mulutnya tertawa, katanya kepada Tio Jiang: "Tio-peh,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebelum mati aku hendak menyampaikan beberapa
patah kata kepada nona In!"
Tapi sebelum Tio Jiang dan Tio In menyahut, Yan-chiu
sudah menyemprotnya: "Tong Ko, belum cukupkah kau
membunuh anakku bungsu hingga kini hendak mencelakai anak perempuanku lagi?" .
Tong Ko menghembuskan napas penasaran, ujarnya:
"Kalau memakai ukuran begitu memandang diriku,
sudahlah, kutarik saja permintaanku tadi!"
Baru Tong Ko hendak loncat kebawah, se-konyong2
ada sesosok tubuh loncat menghampiri dan berbareng itu
terdengar orang berseru "In-ji". Kiranya yang tiba
dihadapannya itu adalah Tio In, sedang yang
meneriakinya tadi adalah mamahnya. Dengan sepasang
mata yang bundar berlinang, nona itu menatap kearah
Tong Ko seraya berkata dengan suara berbisik: "Kalau
adikku tak sampai mengalaml nasib begitu mengenaskan,
mamah tentu takkan bersikap begitu kepadamu. Kau
hendak mengtakan apa, lekaslah nyatakan!"
Bahwa diantara sekian banyak orang yang sudah
membencinya, masih ada seorang Tio In yang tetap
memperhatikannya, telah membuat hati Tong Ko terhibur
sekali. Tapi oleh karena dia seorang pemuda yang tak
pandai merangkai kata2 muluk, jadi untuk beberapa saat
barulah dia dapat mengeluarkan perasaannya: "In-moay,
aku cinta padamu, apakah kau tak mengetahui?"
Mulut sinona berat untuk menyahut, melainkan
sepasang matanya yang berkicupan dan kepalanya
mengangguk, lalu loncat kebelakang lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, kirania ia juga suka padaku! Tapi apa gunanya,
sudah kasipl" kata Tong Ko didalam hati.
Oleh karena tampaknya dia ber-ayal2an tak mau
loncat turun kejurang, setengah orang pang beradat
keras segera memakinya: "Hai, binatang cilik, masih
sayang pada jiwamu ya"
Berbareng itu Tong Ko rasakan punggungnya dingin.
Ha, kiranya pedang pusaka kuan-wi-kiam milik Yan-ciu
sudah dilekatkan pada ulu punggungnya itu. Tong Ko
masih sempat melirik pada Tio In yang menelungkupi
sebuah batu, kedua bahu bergetaran karena tangisnya
meng-isak2 tubuh. Cepat dia dorongkan tangan
kebelakang untuk menghalau pedang Yan-chiu, serunya:
"Aku dapat loncat sendiri, tak usah didorong lagil"
Dengan wajah sedingin es. Yan-chiu bolang-balingkan
pedangnya menjadi suatu lingkaran sinar, hingga Tong
Ko cepat2 tarik pulang tangannya tadi itu. Namun jari
kelingking kirinya telah kena terpapas kutung. Ber-ketes2
darah segar menurun diatas batu gunung yang seputih
marmar warnanya.
"Ha...., ha...., ha....! Tak nyana bahwa Tong Ko yang
dianggap sebagai pengkhianat jahat, ternyata darahnya
juga merahl" seru Tong Ko sambil tertawa menengadah


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelangit. Habis itu dia segera ayunkan diri loncat
kebawah jurang.
Yan-chiu maju melongok dan dilihatnya anak muda itu
berjumpalitan 3 kali terus meluncur turun kebawah
jurang yang ter-tutup halimun itu. Kini barulah nyonyah
itu reda kemarahannya. Begitupun disana-sini orang
sama2 berisik membicarakan peristiwa itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah itu, mereka ramai2 mengangkat jenazah Kang
Siang Yan kedalam paseban. Semua orang sama bubaran
kecuali Tio In seorang yang masih tertinggal dipuncak
situ. Ia se-olah2 terpaku kakinya ditempat Tong Ko
loncat kejurang tadi. Butir2 air matanya bercucuran turun
tepat jatuh diatas batu yang ketetesan darah Tong Ko
tadi. Darah dan air mata tercampur menjadi satu.
"Engkoh Ko, mengapa kau tak siang2 menyatakan isi
hatimu itu kepadaku?" katanya seorang diri seperti orang
mengingau. Oleh karena saat itu tiada lain orang lagi
yang berada disitu, jadi ia biarkan air matanya turun se-
banyak2nya. Entah sudah berapa lama, nona itu berdiri terpaku
ditempat itu. Tahu sudah ia bahwa dengan berserekat
sama kawanan kuku garuda, Tong Ko telah mengakibatkan hancurkan pangkalan gerakan menentang pemerintah Ceng, Nyo Kong-lim dan adiknya
sendiri turut berkorban jiwa.
Namun cinta itu memang aneh dan berpengaruh
besar. Iapun menyintai anak muda itu. Ini bukan dalam
waktu sehari dua saja. Tapi selama itu ia tak mau
memperlihatkan tanda2 Itu, disebabkan karena:
pertama, kepandaian Tong Ko masih sedemikian
dangkalnya sehingga pemuda itu menjadi takut untuk
menyatakan karena tahu diri.
kedua, memang sengaja la (Tio In) bersikap getas
supaya Tong Ko malu dan meyakinkan ilmu kepandaian
yang lebih tinggi.
Ah......, siapa tahu kini urusan itu menjadi kacau
balau. Dan yang paling membuatnya gegetun, pada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saat2 terakhir baru anak muda itu menyatakan isi
hatinya. Hampir rembang petang, barulah Tio In ayunkan
langkahnya pe-lahan2 pulang. Oleh terjadinya peristiwa
yang menyedihkan itu. maka sekalian anggauta2
perserekatan Lo-hu-san menjadi lesu. Lebih2 Tio In, se-
malam2an tak dapat tidur. Bantalnya basah kuyup
dengan air mata. Tengah malam tiba2 didengarnya diluar
jendela ada orang memanggil dengan pe-lahan2: "In-
ji....! In-ji.....!"
Tahulah Tio In bahwa itu suara mamahnya, maka
dengan melipur getar bibir (menghapus kedukaan), la
buka pintu. Dan memang yang muncul itu adalah Yan-
chiu. "In-ji, sebelum meninggal apa yang Tong Ko katakan
padamu?" tanya Yan-chiu dengan muka berseri senyum.
Sebagai dimanjakan, pecahlah tangis Tio In, ia
merangkul dada mamahnya seraya menjerit: "Mah!"
Sebagai wanita yang sudah banyak makan asam
garam, sepatah itu saja sudah cukup bagi Yan-chiu untuk
mengetahui keadaan sang puteri. Di-belai2nya rambut
anaknya itu, lalu berkata dengan menghela napas: "In-ji,
jangankan dia sudah hinasa, andaikata masih hiduppun,
rasanya tak layak kau serahkan hatimu pada pemuda
macam begitul"
"Entahlah, mahl" sahut Tio In tengadahkan kepala.
"Ah, karena ayahmu dan aku terlalu memanjakan
hingga kau sampai tak dapat mengetahui kejahatan
didunia ini. Sudahlah, nak, tidur sana!" kemball Yan-chiu
menghela napas lalu tinggalkan ruangan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio In terbenam dalam kehampaan lagi. Tiba2 terkilas
daiam pikirannya. "Ah, apa yang mamah katakan itu
memang benar. Terhadap perbuatan semacam itu,
bagaimana aku dapat mecintainya" Tapi karena kini dia
sudah meninggal, karena toh sudah tak dapat berbuat
kejahatan lagi, mengapa aku tak meninjau keadaannya?"
Tio In berbangkit menghampiri pintu. Pada lain kilas,
pikirannya membayangkan bagaimana keadaan tubuh
Tong Ko yang pasti akan hancur lebur mayatnya. Tak
terasa ia menjadi ngeri. Akhirnya ia mengambil putusan
untuk turun gunung menengoknya.
---oo^dwkz0tah^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 05 : SI LIMBUNG DAN SI
LINGLUNG Sekarang marilah kita ikuti keadaan Tong Ko. Dikala
tubuhnya melayang turun kelembah curam, dia sudah
paserah nasib, sebab tentu mati. Tapi meluncur baru
beberapa tombak kebawah, diantara halimun lebat yang
menutup lembah itu terdengar ada dua orang tengah
bertengkar mulut, saling memaki dengan keras. Kiranya
tepat diatas sebuah batu raksasa yang menonjol
dilamping gunung situ, terdapat dua orang tengah
berkelahi. Yang satu seorang jangkung dan lawannya
seorang kate. Belum lagi Tong Ko dapat melihat dengan perdata,
atau se-konyong2 dirasakannya ada suatu tenaga
dahsyat, menyampok keatas, hingga membuat luncuran
tubuhnya itu menjadi tercegah.
Ketika Tong Ko memperhatikannya, ternyata tenaga
dahsyat Itu berasal dari sebuah hantaman yang
dilancarkan oleh siraksasa.
"Apakah ajalku ini belum sampai?" pikir Tong Ko. Dan
baru benaknya memikir begitu, atau sepasang kakinya
terasa dicengkeram keras2 oleh tangan orang yang
ternyata adalah sijangkung raksasa itu.
Batu besar itu tak kurang darI 5 tombak luasnya.
Wut....., tiba2 sikate melesat kesamping seraya
menggerutu: "Toa-ko-ji (anak gede), hem...., kau pintar
mencari senjata ya" Serumpun janggutku yang panjang
ini, bulan yang lalu telah kalah main. Kalau tidak, tentu
akan kusuruhmu melihatnyal"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siraksasa itu menggeram, maju setindak dia
hantamkan tubuh Tong Ko kearah sikate. Tong Ko
tenangkan perasaannya dan mencuri lihat kearah sikate.
Orang pendek Itu ternyata seorang tua, kepala gundul
pelontos dan janggutpun tiada barang selembar rambut.
Kalau bicara, mata dan hidungnya turut bergoyang naik
turun, aneh dan lucu sekali tampaknya. Dia ternyata tak
mau menghindar melainkan ulurkan tangannya untuk
mencengkeram lengan Tong Ko lalu ditarik kebelakang
se-kuat2nya. Tong Ko segera rasakan ditarik oleh suatu tenaga
dahsyat hingga lengannya serasa terlepas dari bahunya.
Saking sakitnya, dia sampai mengucurkan keringat
dingin. Dan lebih celakanya lagi siraksasa tadipun
menarik lengannya (Tong Ko) yang satu kebelakang, jadi
kini anak itu dibuat barang tarikan. Hampir saja tubuh
Tong Ko robek dibuatnya.
"Hai......, kalian lepaskan dulu akul" teriaknya
kebingungan. Rupanya kedua orang aneh itu sama
terkesiap kaget hingga saling lepaskan cekalannya.
Bum......, Tong Ko menggeIepar diatas batu, hampir
sedikit saja dia menggelundung kebawah jurang lagi.
"Astagafirullah......., kiranya kau ini seorang manusia
hidup, mengapa tak siang2 bersuara?" tanya sikate dan
sijangkung dengan .serentak.
Tong Ko berbangkit dan kedua orang aneh itupun
tertawa gelak2 melihatnya.
"Begitu meluncur tadi, kalian terus mementang
lenganku, mana aku dapat bersuara lagi?" sahut Tong
Ko. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sikate berjingkrak sampai beberapa kaki tingginya lalu
ber-tepuk2 tangan, serunya: "Huh, toa-ko-ji, tadi sudah
berjanji tak menggunakan senjata, mengapa kau
gunakan anak itu sebagai senjata, kau kalah artinyal"
Siraksasa terbeliak kaget, walaupun tak terima tapi
mulutnya tak dapat membela diri. Hanya selebar
mukanya yang merah seperti kepiting direbus.
"Bah senjata Itu tiba dari langit, mungkin lo-thian-
kong (Tuhan Allah) mau membantu aku, masa hal ini tak
dianggap biji. Nah, akulah yang menangl" jawab si
raksasa jangkung itu.
Mendengar kata2 mereka, tahulah Tong Ko bahwa kini
dia sedang berhadapan dengan orang limbung dan orang
linglung! "Toa-ko-ji, jangan ribut2. Kau bilang aku yang kalah
dan aku kata kau yang keok. Baik kita cari juri yang bisa
bicara adil!" seru sikate.
"Bagus!" sahut sijangkung, tapi pada lain saat dia
tampak kerutkan alis, ujarnya: "tetapi tempat ini
ditengah awang2, tidak dilangit bukan ditanah,
bagaimana akan mencari juri?"
Sikate tertawa mengekeh lalu menuding pada Tong
Ko: "Apa dia bukan?"
Tong Ko terkesiap kaget, dilihatnya mulut sikate itu
menyeringai men-desis2 sepertI tikus mencicit, namun
dengan jelas sekali telinganya dapat mendengar setiap
patah yang diucapkan. "Buyung, cukup sepatah kau
katakan aku yang menang, nanti kuberi suatu kebaikan
yang besar sekali kepadamu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekalipun kepandaian Tong Ko itu dangkal, tapi
pengalamannya cukup luas. Dilihatnya sijangkung tadi
masih ter-longong2 disamping, jadi terang kalau kata2
sikate tadi hanya dia sendiri yang dapat mendengarnya,
amboi, suatu ilmu lwekang coan-im-jipti (menyusupkan
suara) yang tiada taranya. Tapi dia heran memikirkan,
mengapa seorang tua yang sedemikian lihaynya, kok
limbung tak keruan begitu" Masakan dia disuruh jadi juri
tapi dlsuruh mengatakan dia yang menang!
Ya, mengapa kedua orang tak genah itu gasak2an"
Dan siapakah mereka itu" Tong Ko tak mau
sembarangan memberi penyahutan, karena dia merasa
namanya sudah jatuh. Tapi sebaliknya sikate itu
menunjukkan muka setan kepadanya, sikapnya berseri2
kegirangan. Baru Tong Ko hendak membuka mulut
menyatakan keberatan, siraksasa sudah ulurkan tangan
untuk memijat bahunya, hingga Tong Ko gentayangan
ngerusuk kedekatnya. Kiranya siraksasa itupun membisiki
kedekat telinganya: "Siaoko, jangan se-kali2 kau katakan
dia menang! Awas, nanti kulempar tubuhmu kebawah
lembah supaya hancur lebur! Ketahuilah, sikate itu tak
dapat menangkan aku, tak usah kau membantunya!"
Setelah itu, kembali sikate menyentakkan Tong Ko
kearahnya dan membisiki supaia mengatakan sijangkung
itu yang kalah. Benar2 Tong. Ko serba sulit
kedudukannya. Hendak mengatakan bagaimana dia
nantI" Apabila sijangkung telah melepaskan cekalannya,
maka kedua orang limbung itu serentak berseru:
"Buyung, katakanlah lekasl"
Diam2 Tong Ko menarik kesimpulan bahwa kedua
orang itu tentulah bukan orang baik, mereka tentu tak
mau kalah satu sama lain. Tapi menilik kedua orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
limbung semua, jadi tentulah tak dapat diajak bicara
genah. Tiba2 timbullah akal pada Tong Ko. Lebih dahulu
dia menyorong kedekat siraksasa dan berkata: "Sudah
tentu kaulah yang menang"
Saking girangnya sijangkung raksasa itu me-lonjak2,
sampai Tong Ko cemas sendiri melihatnya jangan2 nanti
tergelincir kebawah lembah. Tampak mata sikate
terbelalak, buru2 Tong Ko menghampiri dan berbisik pe-
lahan2: "Lo-cianpwe kau menangi Si jangkung itu bukan
tandinganmul"
Menjeritlah mulut sikate "buyung yang baik", dan lalu
me-nari2. Keduanya tak mengerti apa yang dikatakan
Tong Ko kepada. masing2 orang, tapi mereka sama
menganggap dirinyalah yang menang. Kala Tong Ko
masih heran memikirkan kelakuan aneh dari kedua orang
itu, tiba2 kedua belah lengannya terasa ditarik kencang.
Hal, celaka! Kiranya dia akan dibuat tarikan lagi oleh
kedua orang limbung itu. Sudah tentu kejutnya bukan
alang kepalang. Tapi belum lagi dia membuka mulut
mencegahnya, kedua orang itu terdengar berseru: "Kau
benar2 seorang anak yang baik!"
Berbareng pada saat itu, telapak tangan kiri dan
kanan, digenggam oleh tangan sikate dan suatu aliran
hawa hangat, menyalur dari telapak tangan keseluruh
tubuhnya. Dari takut Tong Kong berbalik menjadi
kegirangan luar biasa. Terang kalau sikate itu telah
memberi saluran lwekang untuk memperkuat lwekangnya (Tong Ko). Cara bantuan macam itu,
memang lekas sekali dapat memperkokoh yang
menerima tapi sebaliknya merugikan lwekang orang yang


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberinya. Menilik kelihayan sikate itu, buru2 Tong Ko
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pusatkan semangatnya untuk menyalurkan hawa didalam
tubuhnya. Dengan gembira ria berkatalah sikate kepada
sijangkung: '"Toa-ko-ji, ayuh kita bertanding lagi,
siapakah yang dapat membikin tenaga anak ini maju
pesat dalam waktu yang singkat" Kau tentu tak mampu,
lekas lepaskan tanganmu!"
Siraksasa jangkung keruntukan kening, serunya: "Bah,
bagaimana kau tahu aku tak mampu"l"
Dilihatinya luka pada jari kelingking kiri Tong Ko dan
berserulah si jangkung itu dengan kegirangan: "Ho......,
ho......, tak mampu?" Tiba2 digigitnya sendiri ujung
kelingkingnya, lalu kelingking itu ditusukkan pada luka
dijari Tong Ko. Aduh mah, sakitnya jangan dikata lagi.
Peluh didahi Tong Ko sampai meng-anak sungai
bercucuran. "Siauko, jangan takut sakit. Sewaktu kecil aku pernah
makan darah ikan kakap berumur ratusan sehingga
tenagaku luar biasa kuatnya. Kebetulan kau mempunyai
luka dan akan kuberikan sedikit darahku, tentu tenagamu
akan istimewa juga!" kata sijangkung.
Kembali Tong Ko terperanjat girang, ikan kakap
berumur ratusan adalah binatang yang jarang terdapat.
Kalau toa-ko-ji itu pernah meminum darahnya dan
ditambah pula dengan ber-tahun2 meyakinkan lwekang,
wah dia (Tong Ko) tentu akan mendapat manfaat yang
hebat sekali. Rasanya lebih hebat dari minum segala
macam obat kuat atau pil dewa.
Pernah dia mendengar tentang seorang tokoh dalam
dunia persilatan daerah Hokkian, dia seorang bernama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ciang Tay-lo, bergelar Soa-kim-kong (malaekat dungu).
Dia pernah mengikut Coxinga (The Seng Kong) melawan
pemerintah Ceng. Dengan menghancurkan pertahanan
musuh disungai Tiangkang, dia terus memimpin anak
buahnya maju sampai ke Tinkang, sehingga membuat
pemerintah Ceng kelabakan. Tapi akhirnya terpaksa
mundur ke Taiwan dan entah bagaimana kabar ceritanya
Iebih jauh. Kalau menilik dia itu menggunakan logat Hokkian,
jangan2 itu si Soa-kim-konglahl
"Adakah ciangpwe ini seperti yang digelari orang
sebagai Soa-kim-kong Ciang Tay-lo?" tanyanya ter-sipu2.
Siraksasa deliki mata kepada sikate, serunya: "Kate,
benar tidak kataku" Bocah semacam diapun kenal juga
namaku, apa katamu lagi?"
Sikate pelembungan pipinya lalu menyembur kata2
nyaring kepada Tong Ko: "Hoi, lekas katakan, siapa aku
ini?" Oleh karena Tong Ko tak pernah mendengar orang
persilatan bercerita tentang seorang tokoh yang
bertubuh kate, maka diapun tak dapat menyahut. Ujung
batok kepala sikate mengeluarkan keringat" lalu dengan
ilmu "coan-im-jip-bi", dia kisiki telinga Tong Ko: "Buyung,
aku ini adalah Sik Lo-sam yang termasyhur, tingkatanku
sejajar dengan guru dari kim-kong tolol itu. Huh, baru
saja kukehilangan janggut, kau sudah tak mengenali
lagi?" . "Ai, kiranya kau ini adalah Sik Lo-sam Sik locianpwe
yang namanya termasyhur itul" terpaksa Tong Ko
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berseru, namun tak mau dia menambahkan komentar
"sejajar dengan suhu dari soa-kimkong"
"Ho, bocah gede, apa katamu?" tanya sikate kepada si
raksasa. Yang belakangan ini tak dapat menyahut apa2
lagi. Dalam pada itu Tong Ko rasakan separoh badannya
yang sebelah kanan dan separoh yang sebelah kiri,
berlainan: Hawa tun-yang (positip murni) yang disalurkan
Sik Lo-sam melalui tangannya kanan, mengalir dengan
derasnya ketubuh. Tapi biar bagaimana juga tak dapat
mengalir keseparoh tubuhnya sebelah kiri. Jadi serasa
tubuh Tong Ko itu dibelah dua dan jadilah dia dua
macam manusia. Sebelah kiri darahnya panas, kekuatannya besar sekali. Hawa yang terputar pada
bagian tubuh sebelah itu, merupakan dasar lwekang
yang berlainan dari tubuh sebelah kanan. Dua macam
lwekang "memasak" tubuh Tong Ko, sehingga dia sendiri
tak tahu bakal celakakah atau untungkah" Apa boleh
buat, dia hanya paserah nasib saja!
Tak berapa lama kemudian, walaupun ujung
kelingking si Soakim-kong itu masih melekat pada luka
kelingking Tong Ko, namun sudah tak mengeluarkan
darah lagi. Seperti Sik Lo-sam, orang limbung yang
bertubuh tinggi besar itu menyalurkan Iwekangnya
kepada Tong Ko. Dua2nya sama ngotot tak mau sudah.
Haripun sudah menjelang petang. Jadi dalam setengah
harian itu, Tong Ko telah menerima "bantuan" yang
besar sekali. Kalau saja bermula dia sudah mempunyai
dasar Iwekang, dia tentu bagaikan seekor ikan yang
mendapat air. Sayangnya dia berkepandaian dangkal,
jadi lama kelamaan tak tahan menerimanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ji-wi, harap lepaskanl" serunya dengan gugup.
Sungguhpun kedua orang itu limbung pikirannia, tapi
dalam soal kepandaian mereka adalah tergolong tokoh
kelas utama. Mereka segera lepaskan cekalannya. Tong
Ko lalu duduk bersila diatas permukaan batu itu untuk
meyakinkan lwekangnya. Kini benar2 dia rasakan didalam
tubuhnya itu terdapat dua macam lwekang, begitu pula
tenaganyapun seperti terpecah menjadi dua. Yang satu
berpusat disebelah kiri dan yang lain disebelah kanan.
Sekalipun dapat digunakan berbareng, tapi dua2nya
mempunyai daya guna berlainan,
Tong Ko kaget tercampur girang. Kaget, karena
memikirkan adakah keadaan itu bakal berlangsung terus.
Kelak apabila dalam latihan, tidaklah kedua macam
lwekang itu kan berbenturan sendiri" Girang, sebab ilmu
kepandaian yang sedemikian luar biasanya itu, rasanya
dikolong langit ini hanya dia seorang yang memiliki.
Kalau saja hal itu tak menjadi halangan dan dapat dilatih
dengan sempurna bukantah akan merupakan suatu
keistimewaan besar"
Dia lanjuntukan latihannya itu sampal semalam
suntuk. Keesokan harinya tatkala mataharai terbit,
dilihatnya Sik Lo-sam dan Soa kim-kong masih saling
pencelengan (saling deliki mata). Wajah mereka saling
mengunjuk sikap tak mau kalah. Begitu melihat Tong Ko
membuka mata, serempak mereka bertanya: "Siapakah
yang lwekangnya lebih jempol?"
Dikarenakan kedua orang limbung itu saling mengukur
kepandaian, jadi dia bisa mendapat keuntungangan yang
sedemikian bagusnya. Hal itu sungguh jarang terdapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
didunia. Memikir sampai disitu, tak mau Tong Ko
mempermainkan mereka lagi, katanya:
"Oleh karena sekarang belum dapat diketahui siapa
kalah siapa menang, lebih baik diundur sampai setahun
lagi, nanti kita bertiga berjumpa lagi disini. Aku tentu
akan mengatakan yang se-adil2nya!"
"Tidak, kalau sampai waktunya kau tidak datang, kan
berabe! Kalau sekarang kau tak dapat mengatakan, kita
akan tunggui kau diatas batu ini sampal setahun untuk
menungkuli kau berlatih selama satu tahun!"
Tong Ko terkesiap. Setelah dapat kembali dari maut,
telah berapa banyak hal yang hendak dia kerjakan. Satu
tahun di "simpan", disitu, aduh mak, sakit rasanya. Tapi
menilik kesungguhan kata sikate tadi, dia tak berani
membantah. ---oo^dwkz0tah^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 06 : SEBUAH PERTEMUAN
Selagi Tong Ko kebingungan, tiba2 terdengar suatu
bunyi suitan yang nyaring bening, bagaikan kokok seekor
bangau. Suitan itu makin lama makin kuat, dia melongok
kebawah, tampak ada seorang pemuda tengah merayap
keatas dengan menggelantung pada tumbuhan rotan.
Begitu cepat cara dia merayap itu, hingga dalam
beberapa kejab saja setelah ayunkan tubuh, dapat dia
berdiri jejak diatas permukaan batu situ. Hai, kiranya dia
itu seorang anak sekolah yang parasnya cakap tapi agak
hitam manis kulitannya.
Pertama melihat, entah bagaimana, Tong Ko
mempunyai rasa symphati kepada anak muda itu.
Anehnya, kalau hendak naik keatas gunung mengapa
pemuda itu tak melalui jalanan gunung saja tetapi
memanjat cara begitu" Astaga, teringat dia sekarang
soalnya. Diatas, adalah puncak Giok-li-nia, markas utama
dari pusat anasir penentang penjajah Ceng. Ditilik
rupanya, pemuda itu tentu bukan orang baik,
kemungkinan besar dia tentu hendak menyelidiki markas
Giok-li-nia. Secepat mendapat dugaan itu, secepat itu pula Tong
Ko maju menyongsong kemuka, seraya menegurnya
dengan keras: "Sahabat, kalau naik keatas mengapa tak
mau ambil jalan digunung, tetapi menggunakan cara
monyet begitu?"
Pemuda itu terkesiap, sahutnya: "Aku sedang
mencoba ilmuku mengentengi tubuh, apakah mengganggu padamu" Mengapa kau ucapkan kata2 yang
melukai perasaan orang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapakah nama sahabat ini?" tanya pula Tong Ko
yang sudah tentu tak mau percaya begitu saja. Tetapi
rupanya pemuda itupun kurang senang dibuatnya.
"Aku tak mau mengatakan padamu, coba kau hendak
berbuat apa?" sahutnya. Makin keras dugaan Tong Ko
bahwa pemuda sekolahan itu tentu seorang jahat.
Tanpa ragu2 lagi dia kirim sebuah pukulan. Tapi dia
sendiri segera terkejut, ketika didapatinya bahwa hanya
dalam semalam saja kini daya pukulannya sudah berobah
sedemikian kerasnya. Ai...... kalau anak sekolah itu tak
kuat menahan, bukantah akan jauh kedalam lembah
sana" Buru2 dia tarik pulang pukulannya, tapi dalam
pada itu sipemudapun sudah menghindar dan tahu2 dia
mengambil sebuah senjata yang aneh bentuknya, dari
atas kepala. GAMBAR 04 Siapakah engkau sahabat" Tanya Tong Ko dengan
curiga sembari melontarkan pukulan. Akan tetapi si
pemudah sekolahan itu cepat mengeluarkan semacam
senjata aneh, senjata itu berbentuk kelintingan berduri
dan berantai. Dengan genggaman itu, dia terus balas
menyerang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiranya senjata itu adalah sebuah rantai halus
sepanjang satu meteran. Kedua ujungnya saling
menggandeng dan ditengahnya dicanteli sebuah kelinting, persis seperti mainan anak2 yang dipakai diatas
kopiah, hanya lebih besar dan diatas kelinting itu diberi
ujung yang tajam. Begitu disabatkan, ujung kelinting itu
mengancam telapak tangan Tong Ko. Coba tadi Tong Ko
tak menarik pulang tangannya, pastilah akan sudah
terjadi benturan yang menentukan pertempuran itu.
Adalah Soa-kim-kong Ciang Tay-lo dan Sik Lo Sam
yang melihat Tong Ko bertempur dengan anak muda itu,
segera sama2 berseru: "Kita mau ikut juga !"
Yang satu dari kiri dan yang lain dari kanan, serentak
sama menyerbu. Belum orangnya tiba, sambaran
anginnya sudah menyiak. Saking kagetnya sianak muda
itu mundur beberapa tindak dan lupalah seketika dia
kalau dibelakangnya itu adalah udara kosong. Tak ampun
lagi terjungkal dia kebawah lembah yang dalamnya
ratusan tombak itu...............
Tong Ko juga terperanjat sekali.
"Mengapa kalian berdua belum tahu hitam putihnya
sudah lantas mendorong orang jatuh kebawah?" serunya
dengan geram. Sik Lo-sam dan Soa-kim-kong deliki mata, menyahut:
"Hai, bukantah kau sendiri yang mengatakan kalau dia
itu orang busuk"!" Tong Ko bohwat (tobat) terhadap dua
orang limbung itu. Tak habis getunnya dia memikirkan
anak muda tadi. Dia sendiri belum tahu benar siapakah
orang itu. Ya, kalau dia itu memang seorang jahat itu sih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak mengapa, tapi kalau tidak, bukantah berarti dia yang
mencelakainya "
Kalau dia masih terbenam dalam keraguan, adalah
kedua orang limbung itu, sudah bertengkar lagi. Tong Ko
tak hiraukan mereka, melainkan melongok kebawah.
Tiba2 didengarnya ada suara orang mengerang. Rupanya
suara erangan sianak muda tadi. Tong Ko seorang anak
muda yang ber-sungguh2. Bukan melainkan wataknya
saja yang keras, tapipun terhadap segala apa dia tentu
mau tahu sampai jelas betul. Dia tetap merasa getun


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah menyebabkan anak muda tadi terperosok jatuh
kebawah. Menilik suara erangan tadi, jangan2 anak
muda itu masih belum binasa. Lain orang mungkin akan
mencari jalan untuk menolongnya, tapi beda halnya
dengan Tong Ko yang berpendapat begini: "Kalau dia tak
sampai terjatuh mati, masa aku dapat. Ah, seharusnya
aku menolongnya !"
Dan sehabis berpikir begitu, tanpa ditimbang lebih
jauh, dia segera ayunkan tubuh loncat kebawah. Kiranya
dalam lembah itu penuh diselimuti halimun tebal hingga
selebih pada jarak setombak, Tong Ko tak dapat melihat
apa2 lagi. Kira2 tiga empat tombak meluncur kebawah,
tiba2 tubuh Tong Ko kecantel oleh sebuah dahan puhun
siong. Dahan puhun itu me-lingkar2 kesamping sampai
beberapa tombak luasnya dan kebenaran sekali dapat
mengait tubuh Tong Ko tadi.
Tong Ko beranggapan bahwa tentulah pemuda itu
juga kecantel disitu, tapi entah dimana. Maka setelah
memulangkan napas, dia lalu berseru pe-lahan2:
"Sahabat, kau dimana ................. "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum habis Tong Ko menyerukan kata2nya, tring......,
kedengaran bunyi kelinting melayang disusul dengan
munculnya sianak sekolahan tadi yang menginjak pada
sebuah dahan kecil sebesar jari tangan. Tubuhnya lemah
gemulai, makin mengunjuk gerakannya sangat lincah.
Oleh karena Tong Ko tak keburu menghindar lagi,
maka dia terpaksa berjumpalitan, tangannya menyambar
sebuah dahan terus ayunkan tubuh diatas puhun.
Ah......, tak kira kalau dia dapat berbuat begitu. Kiranya
dalam semalam saja, kini ilmunya lwekang dan
mengentengi tubuh telah bertambah maju dengan pesat
sekali. Tapi anak sekolahan itu tak mau sudah. Setelah
meloncati dua buah dahan, dia susulkan lagi kim-leng
(kelinting) menghantam jalan darah lo-tong-hiat didada
Tong Ko. Rantai kelinting itu karena digerakkan dengan
lwekang, dapat menjadi lurus seperti sebatang pena.
Cukup dengan dorongan beberapa dim kemuka, dada
Tong Ko pasti tertusuk dengan kelinting berduri itu.
Syukur dia berhenti sampai disitu saja dan nanya
bertanya: "Kau ini orang apa, mengapa terus2an hendak
mengambil jiwaku" Aku sudah jatuh kebawah, masakan
kau masih mengejar kemari?"
Memang Tong Ko sendiri heran pada dirinya, mengapa
dia tak tega pada anak muda itu. Sebaliknya orang yang
dipikirkan itu. begitu bertemu lantas mendamprat, dikira
kalau mau dibunuh. Ah, tentu dia salah faham, pikir Tong
Ko. "Sahabat, kau salah terka. Karena kedua orang
limbung tadi telah mendesakmu jatuh kebawah, demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kudengar kau mengerang, hatiku tak enak lalu buru2
turun hendak menolongmul"
Tong Ko cepat2 menerangkan, sembari mengawasi lekat2 pada pemuda
sekolahan itu. Dilihatnya pakaian warna hijau dari anak
itu sudah banyak yang rompang ramping tertusuk
cabang puhun. Sampai pun pada bagian pundak kiri
kelihatan juga pakaiannya dalam.
Dilihati macam begitu, merah padam selebar muka
pemuda itu. "Mengapa kau mengawasi begitu rupa ............. oh,
jadinya kau ini berhati baik?"
Teringat Tong Ko akan dirinya yang sering dibuat
bulan2an orang, mengatakan dirinya itu cantik seperti
seorang gadis. Tapi diam2 dia memperhatikan gerak
gerik pemuda sekolahan itupun menyerupal seorang
gadis juga. Rasa symphatinya makin besar.
"Asal kau bukan kaki tangan pemerintah Ceng, aku
takkan kecewa datang kemari menolongmu," katanya.
"Amboi, kau salah duga. Aku ini seorang kaki tangan
Ceng, nah, kau mau apa?" ujar pemuda Itu dengan
tertawa. Tangannya menjulur dan duri kelintingpun
mengancam Tong Ko. Dalam gugupnya Tong Ko
suruntukan dada, tangannya kiri menabas. Tapi belum
pukulan tiba, bagaikan seekor burung bangau tersentak
kaget, pemuda itu sudah ayunkan tubuh hinggap pada
sebuah dahan lain, kira2 setombak jauhnya. Malah disitu
dia perdengarkan suaranya ketawa mengikik. Pukulan
Tong Ko tadi, hanya mematahkan sebuah dahan. Geram
Tong Ko bukan kepalang demi mendengar pemuda itu
seorang kaki tangan pemerintah Ceng. Teringat dia akan
"kopi pahit" yang ditelannya dari rombongan sikaki satu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin Tok, sehingga kini dirinya diasingkan oleh
perserekatan orang gagah. Dia siapkan tangan kiri, tanpa
hiraukan suatu apa lagi, dia terus menyerang lagi.
"Hai, mengapa kau juga seorang limbung?" tiba2
kedengaran pemuda itu berseru. Tapi katena tak
mendengarnya, tubuh dan pukulan Tong Ko tadi sudah
tiba malah dia susuli lagi dengan tangannya kanan. Dua
buah pukulan lwekang yang berlainan gayanya,
berbareng menghantam dan terpentallah kelinting orang
itu sampai setengah meter.
Sebenarnya Tong Ko hendak ganti serangan lagi
dengan lain jurus, tapi karena memangnya ilmu silatnya
masih dangkal, jadi sekalipun dia telah memperoleh ilmu
kesaktian yang mujijad namun temponya hanya dalam
semalam, jadi biar bagaimana dia tetap tak berdaya.
Maunya sih hendak merobah gerakan, tapi kakinya malah
terpeleset dan orangnyapun segera jatuh dihadapan
pemuda sekolahan itu.
Pemuda itu menjerit kaget. Jelas kelihatan oleh Tong
Ko bahwa kalau mau, sebenarnya pemuda itu dapat
menghantamkan kelinting durinya. Tapi untuk keheranannya, pemuda itu malah ulurkan lengan kiri
untuk menahan lengan Tong Ko supaya tak jatuh.
Seperti diketahui lengan kiri Tong Ko itu sudah
dihembus dengan saluran lwekang Soa-kim-kong, jadi
tenaganya kuat bukan kepalang. Kebetulan lengan
pemuda itu mencekal lengan kiri Tong Ko dan tanpa
disadari, Tong Ko telah memberi reaksi meronta. Begitu
dahsyat tenaga yang ditimbulkan oleh gerakan Tong Ko
itu, hingga terpaksa pemuda itu lepaskan niatnya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencekal. Dan oleh karena itu, Tong Ko tetap ngerusuk
menjatuhi pemuda itu.
Tong Ko mengetahui jelas, bahwa pemuda itu tak
bersikap bermusuhan. Kuatir kalau mencelakainya, buru2
Tong Ko pentang tangannya untuk merangkul, dan
terpeluklah pemuda itu didalam dadanya. Tiba2 pemuda
itu meronta se-kuat2nya. Karena kehilangan keseimbangan badan, mereka berdua sama jatuh
kebawah. Syukur Tong Ko dapat bergerak dengan
tangkas untuk menyambar sebuah dahan dibuat
gandulan. Demi dilihatnya pemuda sekolahan itu
meluncur disebelah bawahnya, buru2 dia turunkan
kakinya seraya berseru: "Lekas, cekal kakikul"
Pemuda Itupun menurut dan tepat dapat menangkap
kaki kiri Tong Ko. Dengan begitu, terhindarlah dia dari
jatuh kebawah lembah,
"Hai...... sungguh berbahaya!" serunya dengan lega.
Tong Ko pun kucurkan keringat dingin, ujarnya: "Kalau
tadi kau tak meronta se-kuat2 nya, tentu tak terjadi
begini". Kembali muka sipemuda itu merah jambu, sahutnya:
"Kalau tadi kau tak main peluk, tentu tak terjadi begini!"
Tiba2 tersadarlah Tong Ko bahwa pemuda yang
ditolongnya itu adalah seorang kaki tangan pemerintah
Ceng. Pemuda itu walaupun muda usianya, tapi memiliki
kepandaian yang bagus. Mungkin dia tersesat jalan,
salah pilih. Kalau dapat dia (Tong Ko) menginsyafkan,
alangkah baiknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sahabat, siapakah namamu" Mengapa dapat berhamba pada pemerintah Ceng?" tanyanya dengan
nada ber-sungguh2.
Sepasang biji mata pemuda itu ber-kicup2, sikapnya
aneh sekali. "Entahlah, aku tak tahu sendiri. Sekali tak ber-hati2
lalu menjadi anak cucu kuku garudal"
Tong Ko terbeliak. Masakan ada orang menyebut anak
cucu kuku garuda"
"Sebenarnya
bagaimanakah duduk perkaranya, bolehkah aku mengetahuinya?" tanyanya kemudian,
"Sudah tentu boleh. Ketika aku menuju ke Lo-hu-san
hendak mencari seseorang, dilamping gunung aku
berpapasan dengan dua orang lelaki gagah dan seorang
pendek yang limbung. Sipendek itu mengatakan aku
bukan orang baik. Nah, apa dayaku?" kata sipemuda
sambil tertawa.
Mendengar keterangan itu, berserulah Tong Ko
dengan gembira: "Ha, kiranya kau bukan seorang hamba
penjajah!"
"Biarpun bukan hamba Ceng, tapi dikatakan bukan
orang baik, juga sami mawon (serupa saja)!" sahut
sipemuda pula. "Tapi kau kan bukan kaki tangan pemerintah Ceng
benar2 toh?" Tong Ko balas tertawa. Dia malu sendiri,
mengapa saking keliwat ber-hati2 dia sudah menyangka
jelek pada orang baik. Ujarnya pula: "Sahabat, jangan
kau menertawaiku. Tadi aku sudah salah lihat, apalagi
baru saja aku mendapat fitnahan dari gerombolan taylwe
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ko-thyiu (jagoan lihay istana Ceng), si Tok-kak-sin-mo
Sin Tok dan-kawan2, makanya aku sampai kesalahan
padamu tadi."
Tanpa diminta, Tong Ko lalu tuturkan apa yang telah
dialaminya karena difitnah itu. Perkampungan rakyat
habis dibakar, Nyo Kong-lim dan putera bungsu Siau-
beng-siang Tio Jiang binasa dan akhirnya dia harus
menebus dosa disuruh loncat dari atas puncak gunung.
"Diantara sekian banyak orang, masakan tiada
seorangpun yang mempercayai kejujuranmu?" tanya
sipemuda dengan membelalakkan mata.
Tong Ko menghela napas, sahutnya: "Apa guna aku
berdebat" Siapa yang sudi percaya padaku?"
"Aku!" serentak pemuda itu menyahut tanpa ragu2.
Begitu tetap nada suaranya, hingga hati Tong Ko
tergerak. Diam2 dia memikir: "aku baru saja berkenalan
dengan dia, apalagi tadi hampir saja kucelakai dirinya,
tapi dia tetap percaya padaku. Ah....., sungguh jarang
terdapat orang macam begitu. Sedang Tio In yang
menyintai akupun rasanya belum tentu mau menaruh
kepercayaan padaku". "
"Kukuatir yang mau mempercayai diriku, hanya
saudara seorang sajalah!" buru2 Tong Ko menyanggapi.
"Ah, usah main sungkan. Ayuh, kita naik keatas
gunung atau turun. Kita harus lekas2 menetapkan
rencana tak boleh terus menerus ter-katung2 disini" kata
sipemuda. Memang pada saat itu, Tong Ko sendiripun sudah
rasakan boyoknya (pinggang) pegal karena diganduli
oleh sipemuda. Tapi tempat itu tepat ditengah angkasa,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
langit tidak bumipun bukan. Jadi dia sendiri tak tahu
bagaimana harus bertindak, Mereka berunding, tapi tetap
tak dapat menemukan cara yang baik untuk menghindarkan diri
Selagi keduanya dalam keputusan akal, tiba2
kedengaran ada suara cuwat-cuwit yang keras. Dalam
bebrapa kejab, entah ada berapa puluh ekor kera sama
loncat menghampiri. Pemuda itu mendadak tampak
kegirangan dan mulutnya tak henti2-nya bersuit nyaring.
Nada suitan itu menyerupai dengan cuwat-cuwit
kawanan kera tadi. Pada lain saat, kawanan kera itu
sama naik keatas puhun dan mengerumuni sipemuda.
Rupanya mereka sangat menyayanginya. Ada beberapa
ekor kera yang menggelandoti Tong Ko, hingga
membuatnya mendongkol sekali. Sudah hampir setengah
harian, dia bergelantungan pada dahan sembari kakinya
diganduli sipemuda, kini masih ditambahi beratnya lagi
dengan kera2 itu. Bukan saja makin berat, pun juga


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terasa keri (geli).
Berulang kali dia memaki2, namun kera2 itu tak
menghiraukannya. Sebaliknya sipemuda itu malah
tertawa riang. "Sahabat, rupanya kau dapat berbahasa kera,
mengapa tak lekas2 menghalau mereka?" akhirnya
saking tak kuat menahan kemengkalan hatinya, Tong Ko
menggerutu. "Ho, bukan saja tak menghalau malah hendak kusuruh
mereka makin dekat kemari. Kawaran kera itu adalah
piaraanku, coba kau lihat, menyenangkan tidak?" jawab
sipemuda itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko heran dibuatnya, masakan ada orang piara
sekian banyak kera. Diawasinya kawanan binatang itu
dengan perdata. Bulunya mengkilap ke-perak2an,
matanya berwarna merah, tangannya luar biasa
panjangnya. Jumlahnya tak kurang dari tujuh sampai
delapan puluh ekor.
"Kalau kau tak mau menghalau mereka, aku sungguh
tak kuat bertahan lagi lo!" serunya dengan berang.
Sipemuda kembali bersuit keras dan se-konyong2
melayanglah dua ekor kera besar setinggi manusia,
hinggap pada dahan situ. Begitu kedua binatang itu tiba,
kawanan kera kecil2 sama diam.
"Tay-gin, Siau-gin, lekas panggul aku dan sahabat itu
turun gunung!" seru sipemuda.
Salah seekor segera ulurkan lenngannya menyanggapi
tubuh sipemuda terus dipanggul dipunggungnya. Sedang
yang seekor lagi, hanya mengawasi Tong Ko saja tapi tak
mau mengapa-apakannya.
"Binatang kurang ajar, orang itu adalah sahabatku,
mengapa tak lekas dipanggul! Awas, nanti kuhajar kaul"
seru sipemuda sekolahan. Rupanya kera itu mengerti dan
unjuk rupa ketakutan. Sekali ulurkan tangan, Tong Ko
sudah segera berada dipunggung bintang itu.
Pemuda itu kembali bersuit lagi dan kawanan kerapun
sama cuwat-cuwit. Kedua ekor binatang besar itu,
walaupun memanggul orang, tapi gerakannya tetap
lincah sekal. Tong Ko hanya rasakan telinganya men-
deru2 tersambar angin dan dalam bebrapa kejab saja,
tibalah sudah mereka dibawah gunung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba, bukantah hebat kera piaraanku itu?" tanya
sipemuda setelah loncat turun dari gendongan.
"Konon kabarnya kera gin-si-kau (kera bulu perak)
hanya terdapat digunung Sip-ban-tay-san saja. Adakah
kau ini berasal dari daerah yang sejauh itu?" Tong Ko
balas bertanya.
"Ya, benar," sahut sipemuda dengan tertawa. Tong Ko
makin heran. "Cara bagaimana kau menempuh perjalanan dengan
membawa sekian banyak kera itu?" tanyanya pula.
"Ai, benar2 aku tak memikir sampai disitu, kiranya
tentu bakal merupakan suatu tamasya yang menggembirakan sekali. Kalini aku suruh mereka datang
kemari sendiri, sayang, sayang!"
"Tapi mengapa kau tak segera datang ke Giok-li-nia
dengan terang2an?" Tong Ko mengulang tanya.
"Giok-li-nia banyak terdapat para orang gagah
perwira, tapi tiada seorangpun dari mereka yang
berpikiran waras. Buktinya, tiada seorang yang mau
percaya akan penasaranmu. A h, aku tak sudi kesana!"
Hati Tong Ko tergerak, segera dia menjurah memberi
hormat, ujarnya: "Budi kebaikan anda itu, Tong Ko akan
ingat se-lama2nya!"
Tapi sebaliknya pemuda sekolahan itu malah ketawa
menggigil, sahutnya "Tingkah kecut, laku kecut!"
Tong Ko terkesiap. Adanya dia tadi mengunjuk sikap
sedemikian hormatnya karena mengingat pemuda itu
rupanya seperti anak sekolahan. Tapi mengapa dirinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dikatakan bertingkah laku kecut" Adakah dia itu bukan
seorang pelajar"
"Aku she The, bernama Ing." kata sipemuda setelah
puas ketawa. "Hai, mengapa seperti nama seorang anak perempuan
saja!" Tong Ko balas tertawa.
Tapi sipemuda itu hanya ganda tertawa juga lalu
alihkan pembicaraan, katanya: "Jika Tong-heng tak
mempunyai urusan apa2, mengapa tak ikut aku pesiar
kepegunungan Sip-ban-tay-san. Dengan membawa
sekawanan kera. itu dalam perjalanan, kita tentu
mendapat kegembiraan besar!"
Tong Ko memberi anjuran supaya pemuda The Ing itu
teruskan niatnya untuk menjumpai perserekatan orang
gagah dari Lohusan, tapi rupanya pemuda itu tak mau.
Malah dia segera merajuk hendak lanjuntukan
perjalanannya seorang diri, jika Tong Ko tak mau ikut.
Entah bagaimana, rasanya Tong Ko seperti ada ikatan
bathin dengan The Ing itu. Berat nian dia untuk berpisah.
"The-heng,
kegunung Sip-ban-tay-san
aku tak mempunyai hasrat. Kuberniat mencari suatu tempat
sunyi untuk meyakinkan ilmu kepandaian. Kelak hendak
kucari Tok-kak-sin-mo Sin Tok dan kedua saudara Shin
itu. Kalau aku dapat meringkus mereka untuk kubawa ke
Lo-hu-san, barulah aku dapat mencuci bersih namaku
lagi!" akhirnya Tong Ko berkata.
"Bagus, kita pergi saja kekota raja. Biarkan kawanan
kera Sip-ban-tay-san itu mendapat pengalaman dikota
raja!" diluar dugaan sipemuda itu malah bertepuk girang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko diam2 mengeluh, tapi apa boleh buat.
Begitulah mereka sembari berjalan sembari pasang
pembicaraan dengan asyik sekali.
Melintasi sebuah puncak gunung, tibalah mereka pada
sebuah puncak yang menjulang tinggi diangkasa. Sebuah
dataran sempit terbentang ditengah.
Ketika Tong Ko hendak nasehati supaya The Ing
jangan membawa kawanan kera itu, tiba2 didengarnya
ada derap kaki kuda mendatangi dan suara jeritan anak
perempuan. Suara itu makin lama makin dekat. Kawanan
kera sama menyongsong kebelakang, sedang kedua ekor
kera besar itu meringkik2 dengan suara yang aneh.
Kiranya sewaktu Tong Ko dan The Ing berpaling
kebelakang, disana tampak ada 3 ekor penunggang kuda
mencongklang dengan pesatnya. Penunggang iang
dimuka sendiri, bolang balingkan pian untuk menghantam kawanan kera gin-si-kau yang menghadangnya sehingga kera2 itu sama cuwat cuwit
lari bubar. Deru sambaran pian itu sangatlah serunya,
menandakan bahwa orang itu berilmu tinggi.
Tong Ko terkesiap kaget, demi diketahuinya bahwa
orang itu bukan lain adalah si Tok-kak-sin-mo Sin Tok,
musuh lama yang hendak dicarinya itu. Saking
girangnya, dia sampai lupa untuk mengajak The Ing, tapi
terus enjot tubuhnya lari menyerangnya.
Melihat ada seorang penyerang, Sin Tokpun menyambut dengan pian, tapi Tong Ko dengan beraninya
segera menyambar pian itu.
Kini jelaslah sudah sikaki satu Sin Tok bahwa
penyerangnya itu adalah Tong Ko. Hem......, gila anak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, masa berani menyanggapi pianku, pikir Sin Tok. Dia
segera kirim sebuah pukulan dan kebetulan pula tangan
kiri Tong Kopun maju menghantam. Plak......, ketika
kedua kepelan itu saling beradu, sikaki satu terkejut
bukan buatan. Didapatinya tenaga pukulan anak muda
itu hebat benar. Buru2 dia kerahkan lwekang dan karena
kurang latihan maka terpentallah Tong Ko sampai
setombak jauhnya.
Tadi The Ing masih belum mengetahui telah terjadi
hal apa. Tapi demi dilihatnya Tong Ko terpental jatuh,
buru-buru dia lari menghampiri. Tepat pada saat itu, dua
penunggang kuda yang dibelakang sikaki satupun sudah
lewat disitu. Kembali terdengar suara jeritan anak
perempuan yang kini jelas berasal dari arah penunggang
kuda yang paling belakang sendiri.
Demi Tong Ko mengawasi penunggang kuda itu,
ternyata itulah Ce-cing-long Shin Hiat-ji. Dengan sebelah
tangan memegang kendali, sebelah tangan anak Itu
mengepit seorang gadis. Ditilik dari nada jeritannya tadi,
pula dari bentuk tubuhnya, gadis itu tentulah Tio In
adanya ! Mengapa Tio In dapat dilarikan pula oleh rombongan
Hiat-ji, bukantah ia sudah dirampas balik oleh Tio Jiang
dan dibawa Yan-chiu ke Lo-hu-san " Untuk jelasnya
baiklah kita mundur dulu pada kejadian dua hari
berselang. Pada malam itu Tio Jiang dan Yan-chiu segera lakukan
pengejaran pada rombongan Sin Tok bertiga. Setelah
kesusul, sepasang suami isteri itu segera mainkan
pasangan ilmupedang to-hay-kiam-hwat dan hoan-kang-
kiam-hwat. Yan-chiu memapas kaki belakang dari kuda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji. Saking kagetnya Hiat-ji segera lempar karung
yang berisi Tio In kebelakang, hingga hampir saja ujung
pedang Yan-chiu mengenai puterinya seadiri. Syukurlah
Tio Jiang dapat berlaku sebat untuk menyambar karung
itu lalu loncat mundur jauh-jauh.
Adalah karena keayalan itu, sikaki satu dan kedua
saudara Shin dapat keprak kudanya untuk lolos. Tio Jiang
dapat menolong anaknya tapi tak berhasil menghadang
ketiga musuhnya itu. Sebagaimana telah dipaparkan
diatas, Yan-chiu segera bawa Tio In naik ke Lo-hu-san
sedang Tio Jiang lalu mencari Tong Ko.
Kini diceritakan halnya sikaki satu setelah lolos jauh.
Dia tak henti-hentinya sesalkan Hiat-ji mengapa dalam
beberapa gebrak saja sudah lemparkan Tio In yang
berarti kehilangan suatu umpan bagus untuk menjebak
Tio Jiang datang kekota raja. Sebagai anak muda, darah
Hiat-jipun panas. Apalagi sewaktu kecilnya dia telah
memperoleh keajaiban (dipiara induk harimau), tenaganya besar dan dapat pula meyakinkan ilmu silat
yang tinggi. Dengan memiliki andalan itu, dia memang
tak memandang pada orang lain lagi. Disesali oleh sikaki
satu, dia balas ketawa sinis, serunya mengejek : "Lo Sin,
mengapa kau sendiri tak mau balik bertempur tapi
sebaliknya lari tunggang langgang ?" Saking marahnya
sikaki satu sampai tak dapat berkata apa-apa.
Kalau tidak dipisah oleh Soh-hunciang Shin Leng-siau
mungkin dia sudah berkelahi dengan Hiat-ji. Tapi si Hiat-
ji tetap tak marah, tawar-tawar saja dia berseru : "Aku
tak percaya, hanya dikarenakan Siau-beng-siang Tio
Jiang seorang saja, kita harus ramai-ramai menangkapnya. Oleh karena mereka sama berkumpul di
Lo-hu-san, maka aku hendak pergi kesana seorang diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Andaikata tak berhasil menangkap Tio Jiang, sekurang-
kurangnya aku tentu berhasil menawan Tio In untuk
mengganti kerugianmu."
Habis berkata itu, dia terus cemplak kudanya dilarikan
sekeras-kera saya. Melihat adiknya hendak menerjang
kubangan naga sarang harimau di Lo-hu-san, Shin Leng-
siau buru-buru menyusul hendak mencegahnya. Juga Sin
Tok teringat bahwa kaisar Kong Hi, sangat sayang sekali
kepada anak luar biasa itu. Kalau sampai Hiat-ji
mengalami apa-apa dan dia pulang seorang diri kekota
raja, pasti sukarlah untuk memberikan pertanggungan
jawab kepada kaisar. Apa boleh buat, diapun bergegas-
gegas menyusulnya.
---odwkzo0otaho---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 07 : TERTANGKAP LAGI
Setiba dikaki gunung Lo-hu-san, Hiat-ji tak segera
mendaki ke Giok-li-nia. Demi dilihatnya puncak itu
menjulang dengan megahnya, demi teringat bahwa
dipuncak situ berkumpul sejumlah besar orang gagah,


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

timbul juga keragu-raguannya. Tapi tadi dia sudah
sumbar-sumbar dimuka Sin Tok untuk menawan Tio In.
Kalau saja hal itu tak terlaksana, bukantah dia tak
mempunyai muka untuk bertemu orang lagi "
Pikirnya nanti setelah hari gelap, dia hendak
mengadakan penyelidikan ke Giok-li-nia.
Diperhitungkannya bahwa apabila mengambil jalanan
besar, tentu akan berpapasan dengan kawanan regu
penjaga. Maka dia lalu mengitari puncak itu untuk coba-
coba mencarl sesuatu jalan pendek kepuncak sana. Tapi
ternyata keadaan puncak Giok-li-nia itu amat berbahaya
sekali. Hiat-ji sudah mengitari satu kali dan haripun
sudah gelap, tapi tetap dia belum menemukan jalan
pendek yang dikehendaki itu. Dengan uring-uringan dia
terpaksa duduk disebuah batu besar untuk memikirkan
daya. Malampun makin kelam. Hiat-ji sudah ambil putusan
untuk naik kepuncak dengan ambil jalan besar saja.
Sekonyong-konyong dalam kegelapan malam itu,
terdengarlah suara tangisan seseorang. Pada lain saat
tampak sesosok tubuh yang langsing berjalan mendatangi. Sembari berjalan, orang itu terisak-isak
menangis. Bermula Hiat-ji terperanjat sekali karena
mengira yang datang itu adalah seorang sakti dari
kalangan persilatan. Tetapi serta sudah dekat, girangnya
bukan buatan. Kiranya itulah si Tio In, jadi pucuk dicinta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ulam tiba namanya. (Pucuk yalah daun muda, ulam
adalah daun pupus yang lebih muda lagi. Kiasan ini
berarti, mendapat sesuatu, lebih dari apa yang
Pukulan Naga Sakti 24 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Perjodohan Busur Kumala 20
^