Pencarian

Heng Thian Siau To 2

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Bagian 2


diharapkan). Sebenarnya Hiat-ji sudah segera hendak ayun
tubuhnya menyergap anak gadis itu, tapi terkilas lain
pikiran padanya, jangan-jangan orang Lo-hu-san sudah
mengetahui gerak gerik kedatangannya dan kini tengah
memasang suatu perangkap untuk menangkapnya.
Terpaksa dia sabarkan diri untuk menunggu sebentar.
"Ko-ko...., Ko-ko....!" sembari berjalan menangis itu
Tio In tak henti2nya mengucapkan nama Tong Ko.
Sebentar2 ia celingukan kesana sini, se-olah2 seperti
hendak mencari orang.
Hiat-ji menguntit dibelakangnya. Dan oleh karena
selama itu tiada lain perkembangan lagi, nyalinya pun
besar. Serunya dengan halus: "Nona In!"
Seperti telah diceritakan, kala itu Tio In sedang
mencari jenazah Tong Ko yang dikiranya tentu sudah
binasa terjun dari atas puncak itu. la tak mengetahui
sama sekali bahwa saat itu sebenarnya Tong Ko berada
diatas batu datar, tengah dibuat rebutan oleh Soa-kim-
kong dan Sik Lo-sam. Sudah tentu Tio In tak dapat
menemukan jenazahnya. Maka kesana-sini ia mencarinya
terus, sembari menangis ter-lara2.
Sewaktu tiba2 mendengar orang menyebut "nona In",
bukan buatan girangnya. Itulah Tong Ko tentu, demikian
pikirnya sembari berpaling kebelakang. Perawakan Hiat-ji
hampir sama dengan Tong Ko, dalam kegelapan malam
yang pekat, Tio In yang diliputi oleh rasa girang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segera berseru: "Ko-ko.....!" sembari terus songsongkan
dirinya kedada Hiat-ji.
Hiat-ji memeluknya, tangannya ditaruh diatas pundak
Tio In untuk menekan jalan darah jip-tong-hiat, salah
satu jalan darah berbahaya dari tubuh manusia. Namun
tetap Tio In tak tersadar, malah susupkan kepalanya
kedada Hiat-ji seraya merajuk macam anak manja: "Ko-
ko, kukira dalam penghidupan sekarang ini kita tak dapat
berjumpa lagi, ah, tak nyana kalau masih dapat
mengalami seperti harini!"
Hiat-ji ingin lekas2 membawa pergi sang kijang,
karena dikuatirkan apabila dirinya ketahuan bukan Tong
Ko tentulah nona itu akan berontak. Benar dia tak kuatir
nona itu bakal lolos, tapi se-kurang2nya tentu
menghambat tempo juga.
Sementara itu walaupun sang "Tong Ko" tak
menyahut, tetap Tio In belum tersadar akan kekhilafannya, katanya pula: "Ko-ko, untuk sementara
waktu seyogyanya kau tinggalkan tempat ini dahulu
untuk mencari guru yang sakti. Kira2 nanti dua tahunan
lagi, kau kembalilah kemari untuk menebus kesalahan
dengan pahala..."
Berkata sampai. disini, Tio In tengadahkan kepalanya
dan betapalah terkejutnya, dapat pembaca bayangkan
sendiri. la ter-longong2 sampai sekian saat tak dapat
berkata apa2. "Kau...... kau ini siapa"'
Hiat-ji tertawa, sahutnya: "Harap nona jangan takut,
aku Shin Hiat-ji, orang menjuluki sebagai Ce-cing-long!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha......., jadi kau adalah penjahat yang turut
membinasakan adikku"I" tiba2 Tio In teringat akan nama
Itu. "Ah, kalau siang2 kami tahu nona seorang yang
berperasaan halus, pasti kami takkan begitu ganas!"
Cepat2 Tio In menyurut kebelakang, tapi jari tengah
tangan kiri Hiat-ji sudah melekat dijalan darah jip-tong-
hiatnya. Begitu ia mundur kebelakang, segera ia rasakan
bahunya kesemutan. Tahulah ia kini, kalau dirinya sudah
dikuasai musuh. Saking gusarnya, ia kalap menghantam
muka Hiat-ji se-kuat2nya. Tapi lagi2, siku tangannya
sudah dicengkeram Hiat-ji dengan jurus sian-kinna-chiu.
Kini Tio In tak berdaya lagi.
"Kau kau hendak bagaimana?"
"Hendak ajak nona pesiar kekota raja!" sahut Hiat-ji
tertawa. Saking geramnya, Tio In semburkan ludahnya kemuka
orang. Buru2 Hiat-ji tundukkan kepalanya untuk
melindungi muka, tapi karena jaraknya sangat dekat, jadi
ludah itu tepat mengenai batok kepalanya, malah hampir
saja tepat pada jalan darah peh-hui-hiat. Sudah sejak
kecil mula, Tio In belajar silat, jadi lwekangnyapun tinggi.
Semburan ludah tadi, ia iring dengan tiupan lwekang.
Sekalipun kepandaian Hiat-ji lebih tinggi darinya, tetapi
tak urung dia merasakan kesakitan juga. Sudah tentu dia
gusar sekali. "Siau-ya menghargakan dirimu, sebaliknya kau begitu
kurang ajar! Kalau masih melawan, tentu kuhabisi
jiwamu. Apa kau anggap aku ini tak lebih jempol dari
kekasihmu si Tong Ko itu?" bentaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Disamping mendapat latihan silat, pun Tio In dididik
ayahnya dengan budi perilaku yang luhur. A palagi dalam
se-hari2-nya ia selalu bergaul dengan para orang gagah
yang berwatak ksatrya, jiwa patriotnya sudah mendarah
daging dalam sanubarinya.
"Fui....., kau seorang budak Ceng yang tak punya
muka, perlu apa banyak bacot!"
Kalini Hiat-ji hanya mengangkat bahu, sahutnya
dengan mengejek: "Aneh bin ajaib, nona secerdas kau
mengapa bisa menyintai seorang Tong Ko. Apakah dia itu
tak sealiran dengan aku" Nona In, Tong Ko
berkepandaian dangkal, kalau dijajarkan dengan kau,
laksana lumpur dengan salju bedanya. Lebih baik kau
ikut aku kekota raja saja.. untuk menunggu kunjungan
ayah bundamu. Kalau mereka itu tahu diri, dapatlah kita
bersama menjadi menteri kerajaan. Bila mereka
membangkang itupun sudah takdir Ilahi, aku tetap akan
menyediakan diri agar kau tak mendapat suatu gangguan
apapun" Kata2 Hiat-ji makin melantur tak keruan, namun Tio In
tak dapat mencari jawaban. Tanpa menunggu jawaban
orang lagi. Hiat-ji terus ringkus Tio In untuk dikempitnya.
Tio In hendak meronta, tapi tak berdaya, karena jalan
darahnya sudah tertutuk.
Girang Hiat-ji me-luap2, sehingga saking kesusunya
dia sudah dapat mengetahui bahwa si kaki satu Sin Tok
dan Shin Leng-siau tengah menyusulnya. Begitu keluar
dari gunung, segera didengarnya dijalanan sana ada
suara senjata beradu. Letikan apinya jelas kelihatan
dimalam yang kelam itu. Rupanya ada orang bertempur
dengan seru. Hiat-ji memiliki mata yang luar biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tajamnya. Dalam tempat yang bagaimanapun gelapnya,
dia tetap dapat melihat dengan jelas.
Dia buru2 menghampiri dan didapatinya Tok-kak-sin-
mo Sin Tok tengah mainkan sepasang kapak, tengah
bertempur dengan seorang kate yang bergegaman golok.
Sedang Shin Leng-siau sedang dikeroyok oleh dua orang
muda, dan tampaknya sudah kewalahan. Keras dugaan
Hiat-ji, bahwa ketiga lawan itu tentulah orang persilatan
yang anti pemerintah Ceng, kemungkinan besar
anggauta perserekatan Lo-hu-san.
Sebenarnya sudah berpuluh tahun penjajah bangsa
Boan Ceng, menduduki wilayah Tiongkok. Rakyat
diseluruh negeripun sudah sama memelihara kuncir,
menuruti peraturan yang diundangkan oleh pemerintah
penjajah tersebut. Adalah untuk keleluasaan bergerak,
maka para kaum patriot terpaksa mengenakan juga
kuncir. Tapi apabila berada ditempat yang sepi, mereka
tentu menggulung rambut itu. Ketika orang itu tadipun
menghias rambutnya dengan cara begitu.
"Jangan takut, aku datang!" seru Hiat-ji sembari
lepaskan Tio In, lalu loncat menyerang. Belum orangnya
tiba, dia sudah gerakkan dua buah serangan. Salah
seorang pengeroyok kakaknya yang bersenjata golok,
telah kena direbut senjatanya terus ditendang keluar.
Kawannya dengan menggerung keras maju merangsang, tapi kena didesak mundur oleh Hiat-ji.
Dalam kesempatan itu, Hiat-ji melirik kearah sikaki satu
yang rupanya difihak unggul. Teringat akan olok2 si kaki
satu kemarin, timbullah kebenciannya. Segera dia putar
sepasang golok itu lalu dilemparkan diudara. Setelah
melingkar sebentar, golok itu meluncur kearah batok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepala si kaki satu. Pada saat itu si kaki satu sudah
diambang kemenangan, maka betapa kejutnya ketikz
tahu2 ada sepasang golok menyambar. Tring, tring,
buru2 dia menangkis dengan kapak, tapi diam2 dia
terkejut demi diketahui betapa dahsyat kekuatan golok
itu. Timbul dugaannya kalau2 Hiat-ji yang melakukan,
tapi oleh karena gerakan anak itu tak dilihatnya, jadi tak
berani menetapkan dakwaan. Namun tetap dia menaruh
kesangsian. Adalah karena sedikit renungan itu, gerakannya agak
ayal dan kesempatan itu digunakan oleh si kate untuk
menabasnya. Untunglah si kaki satu cukup lihay. Begitu
menggeliatkan tubuh, dia hantam tangkai golok
penyerangnya, trang....... si kate rasakan tangannya
panas kesakitan. Berbareng dengan itu, sikaki satu
teruskan membabat. Tak ampun lagi, rubuhlah sikate
tiada bernyawa lagi. Kedua orang muda tadipun segera
loncat untuk.... lari tunggang langgang.
Hiat-ji tak mau mengejarnya, melainkan menghampiri
Tio In untuk diambilnya. "Sin toako, anak perempuan Tio
Jiang, sudah berada disini!" Ujarnya dengan dingin.
Sin Tok mengawasi lekat2 dan memang benar seperti
yang dikatakan oleh anak itu. Dalam hati dia mengiri dan
mendongkol, namun lahirnya mau juga dia menghamburkan pujian. Demikian diam2 diantara kedua
orang itu terdapat jurang permusuhan gelap.
Shin Leng-siau yang hanya mendengari saja sejak
tadi, kini segera usulkan supaya lekas2 berangkat,
karena kedua orang muda yang lolos tadi tentu akan
melapor ke Lo-hu-san. Begitulah ketiganya segera
cemplak kuda dilarikan se-kencang2nya. Tapi karena tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
faham jalanan, maka semalam suntuk mereka melarikan
kudanya, ketika terang tanah didapatinya kalau masih
berada didaerah Lo-hu-san. Rupanya mereka tersesat
jalan. Makin cemas, makin tak dapat mereka menemukan
jalanan yang sebenarnya. Apa boleh buat, Tio In
terpaksa dibuka jalan darahnya dan disuruhnya
mengunjukkan jalan. Tetapi bukannya menerangkan
jalanan, sebaliknya nona itu malah men-jerit2 dengan
keras. Sudah tentu mereka jengkel dibuatnya, karena
biar bagaimana tak dapat membunuh "umpan" yang
berharga itu. Terpaksa nona itu diringkus, lalu dibawa kabur lagi.
Tiba2 disebelah muka sama tampak ada sekawanan kera.
Kesanalah mereka bertiga menerjangnya. Begitulah tadi,
sikaki satu berada paling depan sendiri, begitu berhasil
merubuhkan Tong Ko, dia terus keprak kudanya kemuka.
"Tong-heng, siapa ketiga orang itu, mengapa mereka
begitu kurang ajar?" tanya The Ing.
"Itu dianya si Tok-kak-sin-mo Sin Tok, ayuh lekas
kejari" sahut Tong Ko dengan gugup.
The Ing terperanjat, tapi ketiga orang itu sudah jauh.
Kecuali memiliki ilmu mengentengi tubuh yang lihay, tak
mungkin untuk mengejarnya.
"Ah, tak, mungkin mengejarnya, lebih baik kita susul
mereka kekota, raja!" serunya.
Wajah Tong Ko tampak ber-sungguh2, ujarnya: "The-
heng, memang kita harus mengejarnya. Entah bagaimana, nona In telah diculik lagi oleh si Ce-cing-long
Shin Hiat-ji!"
"Nona In" Siapa ia?" The Ing terkesiap kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam saat itu, Tong Ko tak mau menerangkan
panjang lebar, maka dengan ringkas saja dia menyahut:
"Sudah lama aku saling mencinta dengan dia, jadi tak
dapat kuberpeluk tangan melihatnya diculik orang!"
Se-konyong2 wajah The Ing berobah pucat dan ter-
mangu2 sampai sekian saat.
"Kita sendiri tak nanti dapat mengejar, kecuali
menyuruh si Toa-gin dan Siau-gin!" akhirnya dia berkata
dan lalu bersuit. Sekejab saja kedua ekor kera besar itu
melayang datang.
"Bawalah rombongan kera untuk mengejar ketiga
penunggang kuda itu! Ingat, jangan melukai nona itu!"
kata The Ing sembari menunjuk kemuka.
Kedua binatang itu meringkik nyaring, sekali tubuhnya


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergerak, mereka sudah berada tiga empat tombak
jauhnya. Rombongan kera kecilpun sama cuwat-cuwit
ber loncat2an lari dengan pesat sekali. Dalam sekejab
sadia, tampak disebelah muka ber-puluh2 letikan perak
berlincahan dan pada lain saat sudah menghilang tak
kalihatan lagi.
"Sekalipun ketiga orang tadi berkepandaian tinggi, tapi
dikejar oleh kawanan kera tentulah akan tertahan untuk
beberapa waktu. Ayuh, kita lekas2 susul mereka.
Hem....., jangan kuatir Tongheng, jantung hatimu tentu
takkan kena apa?"
Jelas tampak oleh Tong. Ko bahwa ketika mengucapkan kata2nya itu, wajah The Ing agak pucat
dan nadanya sember. Tetapi karena pentingnya urusan
itu, jadi tak sempat dia untuk menanyakan sebabnya.
Ketika keduanya tengah lari, tiba2 dari arah belakang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar orang berseru nyaring: "Siapa itu, harap
berhenti dahulu!"
Nada suaranya begitu menggema hingga sampai
berkumandang keseluruh penjuru, menandakan lwekang
orang itu telah mencapai tingkat kesempurnaan. Ketika
Tong Ko dan The Ing berpaling kebelakang, sesosok
tubuh telah melayang tiba dihadapan mereka. Hai,
kiranya seorang wanita dari pertengahan umur, mencekal
sebatang pedang yang berkeliau2an sinarnya. Tapi
begitu melihat Tong Ko, wanita itu segera membentaknya dengan murka: "Ho, kiranya kau,
bangsat!" Berbareng dengan dampratan itu, tangan siwanita
segera gerakkan pedang menyerang Tong Ko, siapa
sudah tentu menjadi terkejut sekali. Tetapi kala dia
hendak menghindar kebelakang, tring......, terdengarlah
benturan dua batang pedang. Ketika diawasi, ternyata
disitu terdapat pula seorang lelaki yang bukan lain Siau-
beng-siang Tio Jiang adanya. Sedang wanita tadi, yakni
Hui-lay-hong Yan-chiu.
"Tentu dialah yang mengajak kuku garuda untuk
menculik Inji. Mengapa lagi2 kau mencegati?" Yan-chiu
dengan merah padam menegur suaminya.
Belum Tio Jiang menyahut, The Ing sudah
mendahului: "Kalau tak salah kalian ini tentulah sepasang
suami isteri Siau-beng-siang Tio Jiang. Begitu harum
nama kalian dikalangan persilatan, disana sini orang
sama mengindahkan, tetapi sungguh tak nyana kalau
ternyata adalah orang yang tak dapat membedakan
hitam putih!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya bukan demikian watak perangkai Yan-
chiu. Adalah karena kehilangan putera kesayangannya, ia
sampai begitu rupa membenci Tong Ko. Ini dapat
dimaklumi bagi seorang ibu. Maka begitu melihat Tong
Ko, tanpa tanya ba atau bu lagi, ia terus menyerangnya.
Apalagi tadi mereka sudah hampir dapat mencandak
rombongan si kaki satu, atau tiba2 Tong Ko menghadang
di tengah jalan. Bahwasanya Tong Ko ternyata belum
binasa, telah mendorong Yan-chiu pada kesimpulan kalau
anak muda itulah yang mengadiak rombongan Sin Tok ke
Lo-hu-san lagi untuk melakukan penculikan.
Kata2 The Ing tadi makin menambah minyak pada api
kemarahan Yan-chiu. "Kau ini siapa?" tanyanya dengan
geram. "Kau katakan sendirilah!" sahut The lng sembari ter-
tawa2. "Telur busuk, siapa yang sudi kau ajak main tebak!"
dalam marahnya Yan-chiu terus balingkan pedangnya.
Melihat belum lagi wanita itu membuka serangan,
perbawanya sudah sedemikian garang apalagi pedang
yang dicekalnya itu terang bukan sembarang pedang,
maka menyurutlah The Ing dua tindak kebelakang.
"Ha, kiranya Hui-lay-hong benar2 seorang yang tak
kenal aturan. Keterangan Tong-heng tadi, memang tak
salah!" serunya dengan sengit.
"Huh, bangsa tikus buduk tentu saling mempercayai!"
balas Yan-chiu.
Melihat isterinya bertengkar, Tio Jiang segera berseru:
"Yan-chiu, sudahlah jangan buang waktu, ayuh kejar
kuku garuda yang membawa In-ji itu !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yan-chiu mengiakan. "Untuk sementara, kuberi
kemurahan berdua!" serunya kepada Tong Ko dan The
Ing, lalu melesat menyusul suaminya.
---oodwkz^0tah^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 08 : ORANG ANEH DALAM
GOA Saking marahnya wajah The Ing menjadi pucat lesi.
Dengan uring2an dia tumpahkan kemarahannya kepada
Tong Ko: "Hm...., karena gara2mu, aku telah dihina
orang. Apabila Toa-gin dan Siau-gin sampai terluka, akan
kuminta pertanggungan jawabmu!"
Tong Ko tak dapat menjawab. Lewat beberapa menit
kemudian baru dia dapat berkata: "The-heng, harap
jangan marah. Hui-lay-hong adalah kaum wanita,
mengapa kita harus berpikiran cupat seperti ia?"
The Ing tertawa, ujarnya : "Ia seorang perempuan,
apakah aku ini........" berkata sampai disini, ia seperti
kelepasan omong, lalu buru2 memandang kemuka,
serunya : "Hai, kedua suami isteri tadi sudah jauh, ayuh
kita lekas2 menyusulnya !"
Begitulah keduanya segera terbangkan kakinya. Benar
ilmu mengentengi tubuh mereka tak selihay Tio Jiang
dan Yan-chiu, namun merekapun dapat berlari dengan
pesatnya. Sekarang marilah kita ikuti Toa-gin dan Siau-gin yang
mengepalai rombongan kera kecil untuk mengejar sikaki
satu bertiga. Seharusnya kawanan bnatang itu tentu sudah dapat
menyusul rombongan Sin Tok, tapi anehnya sampai
hampir dua jam lebih Tong Ko dan The Ing berlari,
hingga sampai keluar daerah Lohu-san mereka tetap tak
menjumpai barang seorangpun jua. Dari sebuah jalanan
besar sampai kejalanan yang sempit kecil baik kawanan
kera maupun suami isteri Tio Jiang dan Yan-chiu, tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampak bayangannya. Heran Tong Ko dibuatnya. Jalanan
yang melintang dari lembah gunung itu hanya sebuah
saja, jadi tak mungkin kalau dia kesasar. Juga The Go
berpikiran serupa. Dia lalu bersuit se-keras2nya.
Suaranya melengking berkumandang, tetapi tiada
penyahutan sama sekali.
"Aneh, suitanku ini dapat terdengar sampai 7 atau 8 li
jauhnya, Toa-gin dan Siau-gin tentu mendengarnya dan
pasti akan kemari. Adakah mereka dicelakai si Tok-kak-
sin-mo", katanya sambil menatap kearah Tong Ko.
Teringat akan kata2 anak muda itu "kalau binatang itu
sampai terkena apa2, akan kuminta pertanggungan
jawabmu", Diam2 Tong Ko mengeluh. Bagaimana dia nanti akan
mengganti binatang itu"
"Kawanan kera gin-si-kau itu luar biasa tangkasnya,
rasanya pasti takkan terkena apa2," dia menghibur sang
kawan dan juga menghibur dirinya sendirl. Tiba2
terdengar suara cuwit dari arah belakang. Ketika
keduanya berpaling kebelakang, tampak ada sebuah
benda besar mengeluarkan cahaya perak tengah
mendatangi. "Siau-gin, kau terluka ?" seru The Ing dengan
terperanjat demi benda itu sudah dekat. Juga Tong Ko
tak kurang kagetnya. Memang benda Itu bukan lain
adalah Siau-gin, Itu salah seekor kera gin-si-kau yang
besar. Disana sini bulunya tampak rebah berdiri tak
teratur, penuh berlumuran darah. Darah itu masih
merah, jadi menandakan kalau luka itu masih baru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu melihat The Ing, binatang itu terus men-cuwit2
tak henti-hentinya seraya maju menghampiri. Sepasang
matanya meneteskan dua butir air mata. The Ing cepat
memeriksa lukanya dan serentak banting2 kaki, serunya
:"Siapa yang melukai kau ?"
"Siau-gin, telah terjadi apa saja, apa kalian sudah
dapat menyusul ketiga orang itu ?" The Ing ulangi lagi
pertanyaannya. Kera itu gerak-gerakkan kaki tangannya seraya
bercuwat-cuwit, menerangkan pada tuannya. Oleh
karena kepingin tahu; maka Tong Ko lalu menanyakan
halnya kepada The Ing.
"Kata Siau-gin, waktu mereka mengejar sampai
ditengah jalan telah dilasso oleh seorang aneh yang
memaksa mereka mengerjakan perintahnya. Toa-gin
membangkang, lalu digantung dan dirangket. Dia nekad
melarikan diri dengan berlumuran luka2 !"
"Kawanan kera itu luar biasa larinya, bagaimana dapat
ditangkap oleh orang itu ?" tanya Tong Ko.
"Akupun juga heran sendiri. Siau-gin, ayuh bawa kami
ketempat orang aneh itu I" kata The Ing kepada kera
besar itu. Kera itu berjalan kemuka, tapi baru bebrapa
tindak dia sudah berpaling kebelakang seraya cuwat-
cuwit. "Ngaco, biarpun malaekat dari langit, aku tetap akan
menemunya !" bentak The Ing pada piaraannya.
Kemudian The Ing menerangkan pada Tong Ko bahwa
turut kata Siau-gin, orang itu teramat lihay karena
mempunyai sebuah pian panjang (tiang-pian)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Luka2 dibadannya itu, disebabkan karena hajaran
pian orang Itu. Siau-gin lebih suka menderita daripada,
membawa kita ketempat bahaya itu," kata The Ing.
Tong Ko kagum juga atas kesetiaan binatang kera itu.
Sembari mengelus-elus bulu perak Siau-gin, dia bertanya
: "Siau-gin, jangan kuatir. Sekalipun kita terjerumus
dalam bahaya, tetap kita hendak mencarinya. Adakah
kau tahu kemana larinya ketiga orang itu ?"
Siau-gin membelalakkan matanya, lalu cuwat-cuwit
beberapa kali. Adalah The Ing yang menerangkan pada
Tong Ko bahwa belum berapa jauh kawanan kera itu
mengejar, tiba-tiba terpegat oleh siorang aneh itu.
"Heran, itu waktu kita tengah berbicara dengan Hui-
lay-hong Yan-chiu, biasanya kera itu buas sekali. Begitu
ada orang hendak menangkapnya, mereka tentu ber-
teriak2 riuh rendah. Tapi mengapa kita sama sekali tak
mendengarnya " Ah, sudahlah, Siau-gin, ayuh lekas
tunjukan kita kepada orang itu !"
Bermula kera itu tetap mengawasi kepada kedua anak
muda itu, seolah-olah dia enggan mengantarkan. Tapi
setelah didesak oleh The Ing, akhirnya terpaksa dia pergi
juga. Sejam lamanya berjalan, kiranya mereka menjurus
kejalan tadi, balik kembali kearah lembah. Tiba-tiba Siau-
gin membiluk kesebelah kanan dan menjurus kesebuah
lembah mati (buntu). Oleh karena Tong Ko sudah agak
lama tinggal dl Lo-hu-san, jadi dia ketahui juga kalau
jalanan itu buntu adanya.
"Siau-gin, kau salah jalan !" serunya.
Tapi binatang itu tak menghiraukan, tetap berjalan
kemuka. Dia langsung masuk kedalam sebuah gua yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tiba cukup untuk dimasuhi tubuh seseorang. Didalam
situ, ternyata dikelilingi oleh puncak2 gunung yang
tinggi. Hanya ditengah-tengahnya terdapat sebuah
dataran seluas beberapa tombak. Dataran itu penuh
ditumbuhi dengan bunga warna-warni yang aneh. Dari
atas salah sebuah karang tinggi, terdapat sebuah air
terjun yang mengalir kebawah. Air terjun itu tak
seberapa besarnya, alirannyapun tak deras. Tiba diair
terjun tersebut. Siau-gin lalu menuding kemuka dan
cuwat-cuwit tak keruan.
"Tong-heng, kata Siau-gin orang aneh itu berada
dibalik air terjun. Jangan2 ini merupakan goa Cui-lian-
tong dart gunung Hoa ko-san ?" kata The Ing.
Cui-lian-tong gunung Hoa-ko-san adalah tempat
kediaman simonyet sakti Kau Ce-thian dalam cerita See
Yu. "Ah, biarkan. Ayuh kita masuk sajalah !" seru Tong Ko.
Diambilnya dua buah batu sebesar kepalan tangan, lalu
bergantian tangan kanan dan kirinya melemparkan
kedalam air terjun. Air terjun yang terpecah dalam 3
pancuran itu, walaupun tak deras alirnya, tapi karena
tebaran airnya cukup tebal jadi apa yang terdapat
dibelakangnya, tak dapat kelihatan jelas.
Tong Ko memperhitungkan apabila dibalik air terjun
itu terdapat seseorang atau goanya, tentulah akan
menimbulkan sesuatu reaksi. Tapi ternyata sampai
sekian saat, keadaan tetap hening saja. Tapi selagi Tong
Ko dan The Ing keheranan, se-konyong2 dua buah batu
tadi melayang balik dari balik air. Bahkan melayangnya
jauh lebih dahsyat dari timpukan Tong Ko tadi, sehingga
waktu menobros air suaranya sangat keras sekali dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah meluncur keluar lalu pecah menjadi bebrapa


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

potong. Dan bagaikan mempunyai mata, batu2 itu
melayang kearah kedua anak muda itu.
Sudah tentu Tong Ko dan The Ing menjadi
terperanjat. Tahulah sudah mereka bahwa didalam air
terjun itu benar2 terdapat seseorang. Dengan gugupnya,
mereka berdua segera loncat menghindar. Anehnya
ketika bebrapa potong batu itu mengenai batu karang,
ternyata suaranya berat (tidak nyaring). Ketika diperiksa
oleh keduanya, astaga, batu2 itu sama menancap masuk
kedalam karang. Bagaimana lihay lwekang orang itu,
dapat dibayangkan.
"Hai...., lihay benar ! Tentulah seorang sakti yang
menghuni didalam goa. Dia tentu marah karena
lemparan batu tadi !" seru The Ing.
Tetapi sebaliknya Tong Ko kurang puas dengan
tindakan orang yang begitu ganas itu, walaupun dia
merasa tadi telah berlaku kurang sopan. Dia hanya
mengiakan keterangan The Ing itu.
"Maka kita harus menghaturkan karcis kunjungan!"
kata The Ing, lalu berpaling diri menghantam sebuah
dahan puhun. "The-heng, hendak apa kau?" "tanya Tong Ko dengan
heran. "Lihat sajalah!" sahut The Ing lalu memutus dahan itu
hingga menjadi setengah meter panjangnya. Dengan jari
telunjuk dia menggurat dahan itu dengan tulisan yang
berbunyi begini:
"Kita tak saling kenal, mengapa merampas kera,
mohon berkunjung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Ing. Kini baru tahulah Tong Ko. Oleh karena dia bukan
seorang yang takut urusan, maka dimintanya supaya
namanyapun ditulis juga.
"Apa kau tak takut?" tanya The Ing. Tong Ko tak
menyahut hanya menyambar potongan kayu ditangan
kawannya itu. Dilihatnya guratan pada kayu itu hampir
setengah dim dalamnya. Diapun menggurat dengan jari
telunjuk namania sendiri lalu disertai kata "menghaturkan
hormat". Tapi didapatinya guratan The Ing lebih dalam.
Diam2 dia kagumi kepandaian kawannya itu.
Melihat kata2 "menghaturkan hormat" itu, The Ing
tampak kerutukan kening. Tong Ko yang mengerti isi hati
kawannya itu segera memberi keterangan bahwa menilik
kepandaian orang didalam goa itu sedemikian saktinya,
tiada jeleknya kalau berlaku menghormat sedikit.
Begitu menyambuti potongan dahan itu, The Ing
mundur 3 langkah kebelakang. Setelah kerahkan
semangat, dia lempar dahan itu kearah air terjun.
Memang sewaktu baru melayang, dahan itu pesat sekali
layangnya. Tapi begitu tiba dimuka air, gayanya agak
tenang dan ketika menobros, air tidak tampak tepercik
sama sekali. Makin kagum Tong Ko melihat kepandaian
sang kawan itu, dan dia lalu tunjukkan jempolnya selaku
memuji. The Ing hanya ganda tersenyum saja. Tiada
berapa lama kemudian dari balik air terjun terdengar
suara seseorang berseru. Anehnya nada suaranya, lelaki
bukan perempuan tidak.
"Apakah kedua orang yang diluar itu, laki dan
perempuan?" lengking suara itu dengan nada yang
menusuk telinga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum The Ing menyahut, Tong Ko sudah mendahului:
"Tidak, kami berdua adalah kaum lelaki semua!"
"Kalau ada nyali, masuklah!" seru suara orang itu pula.
Tong Ko dan The Ing saling berpandangan. Tong Ko lalu
loncat dulu, diikuti oleh The Ing. Bermula mereka kira
kalau air terjun itu sukar diterobos, oleh karena luar
hanya kurang lebih setombak luasnya, tapi ternyata
tidak. Malah ketika sudah berada didalam dan menoleh
keluar, pemandangan diluar tampak dengan jelas.
Kiranya didalam situ terdapat sebuah goa yang tinggi
hampir tiga empat tombak dan cukup luas. Tapi disitu
tiada tampak barang seorangpun juga.
Waktu berada disitu, Siau-gin berhenti cuwat-cuwit
lalu lari kemuka. Tong Ko dan The Ing terpaksa
mengikutinya. Mereka lari sampai 30-an tombak jauhnya,
tiba2 disebelah muka tampak sebuah penerangan.
Kiranya disitu terdapat sebuah lubang pada puncak goa,
seluas 3 meteran. Dari situlah sinar matahari menobros
turun. Mendongak keatas, tampak diatas dinding goa,
tergantung sebuah jaring besar. Beratu-ratus ekor kera
kecil gin-si-kau, tampak untel2an (tumpang tindih)
didalam jaring itu.
Waktu tampak anak cucunya disiksa begitu, Siau-gin
cuwat-cuwit menggeram.
"Jangan ribut, kita temui tuan rumah!" bentak The Ing
Iagi. Entah terbuat dari apa jaring yang luar biasa besarnya
Itu. Kera2 gin-si-kau itu bertenaga besar, kukunyapun
tajam sekali. Pagar kayu yang bagaimana kuatnya, tak
nanti dapat mengurung mereka. Tapi anehnya kawanan
kera itu seperti tak berdaya didalam jaring. Disebelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jaring besar itu. tubuh tinggi besar dari Toa-gin tampak
digantung dengan kaki tangannia terikat dua buah tali
halus. Siau-gin segera lari keatas. Kedua ekor binatang
itu sama menjerit-jerit dengan pilu. Tampaknya diujung
goa situ, kecuali rombongan kera, tiada seorangpun jua.
Sudah sejak kecil The Ing berkawan dengan kawanan
kera itu. Jadi seolah2 sudah terjalin suatu persahabatan
yang akrab sekali. Lebih2 terhadap Toa-gin dan Siau-gin.
Maka demi melihat Toa-gin digantung begitu rupa, bukan
kepalang marahnya The Ing. Tanpa hiraukan suatu apa
lagi, dia enjot tubuhnya loncat keatas terus menarik tali
merah pengikat itu. Pikirnya, tali yang begitu halus
tentulah sekali tarik dapat diputuskan. Tapi diluar
dugaan, bukan saja tali tak putus bahkan kalau dia tak
cepat2 lepaskan cekalannya, tentulah tangannya tersayat
oleh tali. Ketika diperiksanya, ternyata telapak tangannya
pun tampak menggurat selarik.
"Tong-heng!" serunya dengan kaget. Tong Ko
mengiakan dan menghampiri tapi berbareng pada saat
itu, dari arah sudut goa terdengar suara orang ketawa
terbahak2 seraya berkata: "Nona kecil tangannya sudah
tergurat jaring ceng-si. Untuk keluar dari sini, sungguh
tak mudahl"
The Ing terkejut bukan kepalang, bukan saja karena
kata-kata jaring ceng-si (jaring percintaan) itu, pun juga
karena dirinya dipanggil "nona kecil" itu. Sebaliknya Tong
Ko, menjadi ter-mangu2. Heran dia dibuatnya adakah
didalam goa situ terdapat seorang nona" A tau Tio Inkah"
Begitu rupa perasaan hatinya kepada nona itu, hingga
sesuatu apa tentu dihubungkan dengan diri Tio In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua anak muda itu maju kemuka menuruntukan
arah datangnya suara. Amboi....., kiranya ditepi ujung
goa situ tampak duduk seseorang. Dia mengenakan
pakaian sederhana yang gerombyongan, tetapi bukan
pakaian jubah. Kepalanya memakai ikat kepala berwarna
kelabu. Hanya pada bagian mata yang dilubangi. Oleh
karena dia mengenakan dandanan, begitu macam, maka
warnanya hampir menyerupai dengan dinding goa hingga
hampir saja tak kelihatan tadi. Mungkin sedari tadi, orang
itu sudah berada disitu.
Sampai sekian saat Tong Ko dan The Ing mengawasi,
tetap mereka tak dapat menarik kesimpulan akan
kelamin orang itu, perempuan atau priakah" Terdorong
oleh keinginan tahu apa yang diserukan "nona ketiil"
mulut orang itu tadi, maka Tong Ko segera
memberanikan diri maju selangkah seraya membungkukkan badan memberi hormat, ujarnya:
"Cianpwe tadi mengatakan kalau disini terdapat seorang
nona, entah apa nona Tiokah itu?"
Orang itu tertawa getir, sahutnya: "Apa itu nona Tio?"'
"Tio In, puteri dari Siau-beng-siang Tio Jiang!"
Mendengar itu orang itu tampak merenung sejenak,
lalu katanya: "Anak perempuan si Tio Jiang" Apa dianya
itu anak perempuan Tio Jiang?"
Waktu mengatakan "dianya itu", tangan orang aneh
itu menunjuk kearah The Ing. Tong Ko memberi isyarat
kepada The Ing yang artinya mengisiki kalau siorang
aneh itu rupanya limbung (kurang beres otaknya alias
streep). Tapi untuk keheranan Tong Ko, wajah The Ing
tampak ber-sungguh2 dan kedengaran berkata: "Cianpwe mempunyai pandangan yang celi sekali. Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang she The, tiada sangkutan apa2 dengan Tio Jiang,
harap cianpwe suka lepaskan kera2 piaraanku itu. Nanti
apabila keluar dari goa sini, aku berjanji tak mengatakan
kepada barang siapapun juga!"
Tong Ko tak mengerti apa yang dipercakapkan dalam
tanya jawab kedua orang itu. Pada lain saat kedengaran
orang itu berkata pula dengan nada dingin: "Bukan
pandangan celi, melainkan pendengaran yang tajam!
Begitu masuk kedalam sini tadi, segera kudengar kalian
ini adalah seorang pemuda dan seorang pemudi. Tapi
soa-siau-cu (bocah tolol) itu tadi mengatakan kalau lelaki
semua, huh....., jangan2 dia "tercocok hidung" nya
(tertipu) !"
Pada hakekatnya Tong Ko bukan seorang tolol, maka
kata-kata orang aneh yang terakhir itu telah menyadarkannya.
"The-heng, adakah kau ini seorang wanita"!" tanya
sembari berpaling kearah The Ing. Dan mengangguklah
The Ing dengan wajah ke-merah2an.
Teringat Tong Ko sejak dia berkenalan dengan The
Ing, beberapa sudah "anak muda" itu mengunjukkan
tingkah laku yang aneh terhadapnya. Dat..., dit...., dut...,
demikian jantung Tong Ko berdetak2, namun tak tahu
dia harus berbuat apa. Dalam pada itu, tampak siorang
aneh itu pe-lahan2 berbangkit.
"Nona The, oleh karena kau telah menyentuh jaring
ceng-si, maka tiada halangan untuk melepaskan
piaraanmu gin-si-kau itu. Hanya saja kalian berdua harus
menunaikan sumpah yang telah kuikrarkan dahulul"
"Sumpah apa itu?" tanya The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa mengalun, nadanya amat rawan
sekali. Teristimewa didalam goa, suara itu menimbulkan
suatu suasana yang mengharukan sekali. Baik Tong Ko
maupun The Ing sama mengkirik bulu romanya.
Bahwa kini dirinya telah "ditelanjangi" oleh siorang
aneh, The Ing pun sudah tak malu2 lagi. Dia
menggelandot pada badan Tong Ko.
"Entah dahulu cianpwe mempunyai sumpah bagaimana" Kalau memerlukan tenaga bantuan hopwe
(aku), hopwe tentu sanggup melakukan?"
Begitu juga Tong Ko mengulangi tanya.
Dia mengira kalau semasa mudanya, orang aneh itu
pernah bersumpah hendak melakukan sesuatu yaag
sampai kini belum terlaksana, maka dia sudah beranikan
diri untuk mewakilinya.
Orang aneh itu tertawa sinis, ujarnya: "Ah, sederhana
saja sumpahku itu. Setiap muda mudi yang datang
kemari, harus tinggal disini selama 3 tahun baru boleh
keluarl" "Harap cianpwe jangan bergurau!" seru Tong Ko
dengan terperanjat. Sepasang mata orang aneh itu
tampak berkilau memancarkan cahaya tajam. Dia
mengadah keatas tertawa ter-bahak2.
"Siapa yang bergurau denganmu" Aku hendak
mengetahuinya, di bawah kolong langit yang sedemikian
luasnya ini, apakah masih ada apa yang disebut
"kecintaan" itu. Kalau ingin kuhapuskan sumpahku itu
pun mudah juga. Diantara kalian berdua, siapa yang sudi
binasa untuk satunya, maka yang masih hidup itu selain
boleh keluar dari goa ini pun akan memperoleh sesuatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dari aku yang luar biasa. Nah, kuberi kalian waktu
setengah jam untuk berpikir. Setelah mengambil
keputusan, kasihlah jawaban padakul"
Habis berkata begitu, orang aneh itu lalu mengatupkan kedua matanya dan duduk tepekur dengan
diam, laksana sebuah patung bisu yang terpasang
disudut goa. Barangsiapa yang tak meperdatakan tentu


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

takkan menyangkanya kalau dia itu seorang insan hidup.
Tong Ko dan The Ing sama terbenam dalam
kebimbangan. Adalah pada lain saat tampak The Ing
lepaskan kopiah pelajarnya dan menguraikan rambutnya
yang mengkilap bagus. Kedua belah pipinya bersemu
dadu, walaupun mengenakan pakaian pria, namun
nampak jelas akan kecantikan yang menampil. Diam2
Tong Ko gelisah dan tak habis herannya mengapa orang
aneh itu mengikrarkan sumpahnya yang sedemikian itu.
Dia sudah menghaturkan hatinya kepada Tio In,
bagaimana dapat dia menjadi suami isteri dengan The
Ing" Memikir sampai disitu, tak berani dia lama2
mengawasi pada The Ing.
Beberapa saat kemudian, terasa sisi badannya
tersembur oleh semacam hawa hangat. Waktu dia
menoleh, kiranya itulah wajah The Ing yang ke-
merah2an segar bagai sekuntum bunga tengah mekar,
sedang mengangakan mulut hendak mengatakan
sesuatu. "The............... "
Baru saja Tong Ko mengatakan begitu, The Ing sudah
menukasnya dengan tertawa: "Masih menyebut The-
heng (engkoh The) lagikah?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Kopun tertawa, katanya: "Nona The!"
The Ing tundukkan kepala sampai sekian saat, baru la
membuka mulut: "Ko-ko (engkoh Ko), apakah engkau
tiada suka?"
Tong Ko menghela napas, ujarnya: "Nona The, lama
sudah aku serahkan hatiku pada In-moay ......... "
"Tak usah kau ucapkan itu!" buru2 The Ing dekapkan
jarinya kemulut Tong Ko.
Habis itu ia lalu maju dua langkah kemuka. Setelah
berpaling kebelakang memandang sejenak pada Tong
Ko, baru ia berkata kepada orang aneh itu: "Hai,
bebaskan dia, biar aku yang tinggal, disini, terserah kau
hendak mengapakan dirikul"
"Nona The, mengapa kau berlaku demikian" Tong Ko
buru2 berseru dengan kagetnya, seraya maju menutupi
The Ing. Disitu dia memberi hormat kepada siorang
aneh, lalu berkata: "Maafkanlah, kami hendak berlalul"
Dia tarik tangan The ing terus dibawa lari keluar goa.
Tapi orang aneh itu secepat kilat sudah melesat
menghadang jalanan. "Mau berlalu?" tanyanya dengan
dingin. "Kami masih mempunyai lain urusan, sudah tentu
hendak pergi" sahut Tong Ko yang sudah ambil
keputusan menggunakan kekerasan apabila perlu.
Orang aneh itu kembali tertawa memanjang, se-
konyong2 ia tarik kerudung mukanya dan ..........
Bermula kedua anak itu mengira bahwa mereka akan
berhadapan dengan seorang yang bermuka buruk kejam,
tapi diluar dugaan, kiranya orang aneh itu adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang wanita cantik sekira berusia 40-an tahun. Bentuk
wajahnya yang bundar telur, sepasang matanya yang
indah ditaungi oleh sepasang alis tanggal muda,
menampilkan suatu refleksi (pancaran balik) dari suatu
kecantikan yang gilang gemilang dari masa mudanya
Sayang pancaran sinar matania itu sedemikian dinginnya,
ah......, andai kata sinar wajahnya itu berseri girang,
matanya memantulkan cahaya riang, rasanya dewi Siang
Go yang bertakhta dirembulan itu, masih kalah
cantiknya! Tong Ko tetap hendak menobros keluar. Setelah
memberi isyarat mata kepada The Ing, dia dorongkan
tangannya kanan sekuat2-nya kemuka. Tapi. baru
mendorong sampai setengah jalan, wanita itu ulurkan
lengannya menyambar siku Tong Ko. Tong Ko hendak
meronta, tetapi sikunya terasa sakit bukan kepalang,
seperti mau putus rasanya. Waktu dia menunduk untuk
memeriksanya, kiranya terlibat oleh tali sutera merah.
Masih Tong Ko hendak berontak lagi, tapi hanya dengan
menggerakkan lengannya wanita itu telah menjadikan
benang sutera itu mendiadi suatu tenaga dorongan yang
luar biasa kuatnya, hingga seketika itu tubuh Tong Ko
terjerembab kedalam goa lagi. Dan celakanya, tubuhnya
telah melanggar jaring ikan yang tergantunq diatas.
Jaring itu mempunyai daya lekat yang keras sekali,
begitu tangan Tong Ko menyentuhnya, lalu seperti
terpaku tak dapat digerakkan lagi. Tahu2 kini dia sudah
terperangkap dalam jaring itu.
"Kau hendak melarikan diri, hem......, rasakan dulu
siksaanku ini!" Wanita itu berseru geram seraya ayunkan
tangan. Sutera merah yang sehalus rambut ditangan
wanita itu melayang kearah Tong Ko. Separoh tubuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko yang sebelah kiri lebih kuat dari yang sebelah
kanan. Dia meronta se-kuat2-nya hendak menutupkan
tangannya kiri kearah mukanya. Tapi seketika itu
tangannya terasa sakit sekali. Bagian yang tersabet
benang sutera itu, tampak ada selarik guratan darah.
Sudah tentu gusar Tong Ko tak terhingga.
"Wanita busuk, kau punya peribudi tidak?" dampratnya. Wanita aneh itu menengadah tertawa sinis, ujarnya:
"Peribudi" Hm, dikolong langit ini siapakah yang
mempunyai peribudi?"
Dan benang suterapun melayang pula, tepat mengenai
lengan bawah Tong Ko. Kalini bahkan lebih berat dari
yang tadi, hingga lengan bajunya putus dan guratan
pada lengan itu sampai 3 dim dalamnya. Waktu ditarik,
lengan Tong Ko mengucurkan darah. keringat dingin
membasahi tubuh. Melihat itu The Ing tak tega, buru2
dia mencekal tangan wanita itu seraya meminta dengan
meratap: "Harap cianpwe berhenti mendera. Dia
memang seorang yang beradat keras, mulutnya tak
pernah mohon kasihan, hendaknya cianpwe sudi
memberi ampun !"
Tiba2 wanita itu menghela napas, ujarnya: "Nona
yang baik, begitu dalam kau tumpahkan hatimu
kepadanya, namun dia begitu tawar terhadapmu. Tiada
hal yang paling kubenci daripada terhadap seorang pria
yang men-sia2kan cinta kasih. Mengapa kau mintakan
ampun untuknya?"
Tong Ko bermula tak mengetahui kalau The Ing itu
seorang gadis, disamping itu sebelumnyapun Tong Ko
sudah saling menyinta dengan Tio In. Maka The Ing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat menerima alam pikiran Tong Ko dan tak dapat
mempersalahkannya.
"Cianpwe, dia tak men-sia2kan dirikul" ter-sipu2 ia
menerangkan. "Hm....., memang sudah wajar kalau seorang gadis
yang tengah dimabuk asmara itu selalu melindungi sang
kekasih. Saat ini kau dibutakan oleh cintamu, hingga
rasanya kau rela juga mati untuknya. Tapi coba
renungkan, walaupun dia cakap sekali parasnya, hatinya
bagaimana" Pada saat dia tak menyintaimu lagi, dia nanti
akan berbuat bagaimana, sudahkah kau membayangkannya?" habis menyadarkan pikiran sinona,
wanita itu kebutkan lagi benang suteranya sampai
beberapa kali. Dalam beberapa kejab saja, tubuh Tong
Ko telah menerima dera sampai tujuh delapan kali.
GAMBAR 05 Karena terjaring, Tong Ko tak berdaya menghindarkan
sabetan2 tali sutera wanita itu yang memaksanya
menikah dengan The Ing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kecuali menutupi mukanya dengan tangan, Tong Ko
tak dapat berbuat apa2 lagi dalam jaring itu. Tujuh
delapan kali dera hajaran itu, telah membuat seluruh
tubuhnya bertabur luka yang belumuran darah. Tapi
wanita itu bukannya sudah, malah dengan kertek gigi se-
olah2 sedang menghadapi seorang musuh besar, kembali
mengayunkan tangannya sampai beberapa kali pula.
Sampai disini, hati The Ing benar2 tak tahan.
"Sudahlah, kalau mau pukul, pukul aku sajalahl"
serunya sembari loncat kemuka menubruk jaring itu.
"Nona The, jangan gegabah. Lekas keluar dari goa
inil" Tong Ko menjadi terkejut dan sibuk. Tetapi The Ing
tak mau menghiraukan lagi. Dia enjot kakinya loncat
keatas, setelah menyisih seekor kera yang berada
didalam jaring situ, ia lalu masuk dan memeluk Tong Ko.
Air matanya membanjir turun, butir2 ketesannya waktu
menjatuhi luka2 ditubuh Tong Ko, telah membuat anak
muda itu meringis sakit.
Si wanita aneh menjadi terbeliak kaget melihat
perbuatan The Ing, serunya: "Siaucu (budak) dengarlah!
Nona itu sangat menyintaimu, kalau kau meluluskan
untuk melangsungkan pernikahan dengannya, kau tak
usah menderita dera siksaan lagi !"
"Ngaco......! Dalam urusan sepenting pernikahan itu,
mana boleh didasarkan paksaan" Coba andaikata kau
disuruh menikah dengan seorang yang tak kau cintai,
apakah kau mau?" Tong Ko menyanggahnya.
Mendengar argumen (bantahan) yang dilontarkan
Tong Ko itu, tangan siwanita yang tengah berada diatas,
lemas lunglai mengulai kebawah lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai, tapi
orang itu tak sudi padaku!" tanpa tersadar mulut wanita
itu mengingau. Tong Ko dan The lng heran sekali. Duapuluh tahun
berselang, siapakah insan dimaya pada yang dapat
menandingi kecantikan wanita itu" Ah, lelaki siapakah
yang begitu ganas menghancurkan hatinya"
---odwkzo0otaho----
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 09 : MELOLOSKAN DIRI
Watak perangai Tong Ko sekalipun keras, tapi
sebenarnya hati nuraninya sangat welas asih. Dia turut
belasungkawa akan nasib yang merundung wanita itu.
Tapi dipikir lebih panjang lagi, walaupun dia symphati
kepada wanita itu namun dia sendiripun berfaham
begitu, tak dapat "menukarkan" hati kepada lain orang.
Biar bagaimana, tak mungkin dia menuruti permintaan
wanita itu untuk mengawini The Ing.
"cianpwe sendiri telah mengalami bagaimana pahit
getirnya orang yang dichianati cintanya, tetapi mengapa
cianpwe berkeras mendesak aku supaya menghancurkan
hati nona In?" kembali Tong Ko lancarkan serangan lidah
yang tajam."
Tampak wajah wanita itu bermuram, ujarnya: "Huh,
apa nona In itu. Kalau benar2 kau menyintainya dengan
setulus hati, kau harus tinggal digoa sini tiap hari
menerima 81 kali cambukan. Kalau kau tahan sampai 81
hari lamanya, nah kau boleh bebas dari sini. He...., he....,
orang mengatakan bahwa demi cinta, jiwa dan raga rela
dikorbankan. Tapi aku tak percaya hal itu. Kalau benar
kau cinta pada nona In, seharusnya kau berani
menderita siksaan itu. Tapi jika tidak, haruslah kau
menurut peraturanku. Kecuali dengan jalan itu, jangan
mengharap aku suka merobah peraturanku itu.
Bagaimana, lekas katakan !"
Tanpa ragu2 lagi, Tong Ko serentak menyahut : "Tak
usah banyak bicara, hari ini juga kau boleh mulai
menyiksa diriku !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, coba saja berapa lama kau dapat bertahan !"
wanita itu tertawa dingin lalu loncat menghampiri untuk
menarik The Ing keluar dari dalam jaring. Dibawanya
nona itu kebagian perut gunung. Setelah melalui jalanan
yang berliku-liku akhirnya tibalah wanita itu pada sebuah
kamar batu yang tingginya hampir satu tombak. Sebuah
ciok-pay (papan batu) yang tebalnya hampir setengah
meter, menutup pintu kamar itu.
Cukup dengan sebelah tangan kanan, wanita itu sudah
dapat mendorong papan batu itu terbuka, lalu masukkan
The Ing kedalam kamar situ. Waktu hendak berlalu,
tampak oleh wanita itu kedua kera besar piaraan The Ing
sudah berada disitu. Tanpa banyak bicara, wanita itu
segera meringkus dan lemparkan kedua binatang itu
ketempat tuannya. Papan batu ditutupnya lagi rapat2,
lalu ia tinggalkan tempat itu.
The Ing menduga bahwa wanita itu tentu akan mulai
menyiksa Tong Ko. Dengan meratap ia berseru
memintakan ampun, tapi tiada penyahutan apa-apa.
Hendak The Ing mendorong papan batu itu, tapi
sedikitpun tak bergeming. Sejak kecil The Ing sangat
dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Walaupun mereka
hidup didalam gunung belantara, namun segala
keperluannya selalu tersedia. Pengalaman pahit yang
pertama kali dideritanya selama ini, yalah ditolak Tong
Ko dan dijebluskan dalam kamar tahanan oleh wanita
aneh itu. Maka saking gemas dan sedihnya, ia menangis
gerung2. Toa-gin dan Siau-gin menjaga disampingnya sembari
mengelus2 sang nona majikan, seolah-olah hendak
menghiburnya. The Ing tak dapat menumpahkan
kesedihan hatinya, maka dengan kuatkan hati ia


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencacahkan jumlah binatang piaraannya. Untuk
kegirangannya, ternyata kawanan kera itu seekorpun
tiada yang kurang. akhirnya ia ambil putusan, oleh
karena urusan sudah menjadi sedemikian rupa, daripada
menangis lebih baik ia kerahkan kawanan kera untuk
mendobrak papan batu itu. Biar bagaimana ia tetap ingin
mendampingi Tong Ko untuk menerima dera siksaan.
Untuk memulangkan semangatnya, lebih dahulu ia duduk
mengambil napas.
Diceritakan, wanita itu ber-gegas2 menuju ketempat
Tong Ko sembari membawa benang merah sepanjang 4
tombak. Begitu masuk kedalam, ia terus mulai
menghajar Tong Ko. Benar dalam sesingkat waktu yang
terakhir ini, peyakinan Tong Ko maju pesat, tapi terhadap
benang sutera yang luar biasa dari wanita itu, benar2 dia
tak berdaya. Setiap kali sutera tiba ditubuh dan ditarik
kebelakang, kulit tubuh Tong Ko tentu terbeset,
darahnya mengucur. Kalau kebetulan, sabetan itu jatuh
dibagian tubuh yang masih utuh (belum terluka)
walaupun sakit, tapi masih dapat ditahannya. Tapi kalau
sabatan itu tepat mengenai bagian yang sudah terluka,
aduh mak, nyerinya sampai menusuk ulu hati rasanya.
Pada sabatan yang ke 60, sebenarnya Tong Ko sudah
pingsan, tapi dikarenakan dia itu seorang jantan yang
keras hati, sepatahpun tak mau dia mengerang.
Sebaliknya wanita itu bagaikan kemasukan setan......... 61, 62, 63, mulutnya menghitung tangannya
menghajar. Tetapi waktu memasuki hitungan yang ke 70,
tiba2 dari arah luar terdengar suara seorang lelaki
berseru : "Ho......., kau mau melarikan diri " Goa ini
adalah buntu !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Huh........., kau takut tak dapat keluar dari sini ?"
sahut sebuah suara perempuan.
Sesosok bayangan, melesat masuk kedalam goa dan
menyusul tampak seorang lelaki mengejarnya. Wanita
aneh itu lepaskan Tong Ko, lalu gerakkan suteranya
menyabet kekaki perempuan yang masuk terdahulu tadi,
terus ditarik kedekatnya.
"Kau siapa "'
"Aku bernama Tio In." sahut nona itu.
"Siapa mamahmu ?"
Tio In terkesiap sejenak, lalu menjawab :"Hui-lay-hong
Liau Yan-chiu!"
Wanita aneh itu tertawa dingin, serunya :"Ho, kiranya
dial" Saat itu orang lelaki yang mengejar tadipun sudah tiba
disitu. Melihat wanita aneh itu, dia segera menegurnya.
Wanita aneh itu mendongak kemuka. Dilihatnya penegur
yang berdiri dihadapannya itu adalah seorang anak muda
yang berwajah luar-biasa. Matanya cekung kedalam,
hidungnya tinggi dan sepasang matanya berwarna ungu.
"Bagus, itulah memang seharusnya!" serunya.
"Tapi, setelah menikah harus tinggal disini dulu selama
3 tahun, baru nanti boleh keluarl"
Perangai Shin Hiat-ji amat congkak. Dasar dia sangat
dimanjakan sebagai anak emas oleh pemerintah ceng,
maka makin mangkaklah sikapnya. Dari girang dia
berobah menjadi murka besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perempuan busuk, jangan ngoceh tak keruan!"
serunya sembari menjotos. Tapi secepat kilat tampak
selarik sutera merah bergeliat menyambar sikunya.
Saking terperanjatnia, buru2 dia tarik pulang jotosannya,
namun tak urung jari kelingkingnya sudah kena tersabat,
sakitnya bukan kepalang.
Sret....., dia mundur sembari cabut jwan-pian. Mulut
menghambur makian, tangannya menyodokkan jwan-
pian lurus kemuka untuk menutuk jalan darah ki-bun-hiat
didada siwanita. Bahwa sabatan pertama tadi dapat
dihindar wanita itu memperoleh kesan, sekalipun anak itu
masih muda belia usianya tetapi kepandaiannia cukup
tinggi. Menampak datangnya jwan-plan Itu, wanita
tersebut hanya tertawa dingin, tanpa menghindar ia
gunakan jarinya untuk menutuk.
Wanita itu tergolong pertengahan umur (40-an tahun),
tapi jari tangannya itu masih segar membulu landak. Tapi
secepat itu, pula, Hiat-ji turunkan pian untuk menutuk
jalan darah thianki-hiat.
Memang gerakan pemuda itu luar biasa cepatnya. Dia
cepat, siwanita lebih sebat lagi se-olah2 sudah
mengetahui bahwa serangan pertama dari lawan tadi
adalah serangan kosong, maka jarinyapun sudah siap
menunggu disisi jalan darahnya thian-ki-hiat. Kali ini
dapat ia menutuk tepat ujung pian yang menyambar
datang itu. jwanpian terungkat keatas dan kaki Hat-ji
terhuyung menyurut kebelakang beberapa tindak. Dan
berbareng itu, sinar merah menyambar datang. Dalam
kedudukan dimana tubuhnya masih belum berdiri jejak,
sudah tentu Hiat-ji tak dapat menghindar. Tampak tubuh
wanita itu ber-gerak2 mengitari Hiat-ji beberapa kali dan
tangan serta kaki Hiat-jipun sudah terikat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bermula anak itu hendak meronta, tapi suatu
kesakitan yang hebat telah memaksa nya tak berani
berkutik lagi. "Kali ini aku mengaku kalah. Entah siapa namamu ini?"
akhrinya anak yang beradat tinggi itu mendongak
kemuka. "Usah tanyakan namaku. Mau tidak kau mengawini
nona itu dan tinggal disini sampai 3 tahun?" sahut
siwanita. Hiat-ji melirik kearah Tio In. Dilihatnya nona itu
membeliakkan sepasang matanya yang bundar besar,
seri wajahnya merah kecemasan. Tapi justeru hal itu
makin menambah semarak kecantikannya. Diam2 Hiat-ji
menimang, 3 tahun bukan waktu yang lama. Selain
cantik, Tio In adalah puteri kesayangan Siau-beng-siang
Tio jiang. Nanti apabila dia sudah mendiadi menantunya,
dapatlah dia membujuk Tio jiang suami isteri agar
menakluk pada pemerintah Ceng. Bukantah hal itu
seperti yang dikatakan orang "sekali tepuk dua lalat?".
"Baiklah, aku menurut!" kata Hiat-ji sambil mengangguk. "Ho, kau ternyata tahu diri!" ujar siwanita seraya
mengitari tubuh Hiat-ji untuk membuka ikatannya.
Sebaliknya pada saat itu, Tio In ter-mangu2 bagai
terpaku ditanah. la mencari jenazah Tong Ko dikaki Lo-
hu-san dan dapat diringkus Hiat-ji kemudian setelah
berjumpa dengan sikaki satu Sin Tok dan Shin Leng-siau,
ia (Tio In) hendak dijadikan umpan pemikat supaya Tio
jiang dan rombongan orang gagah Lo-hu-san mau
datang kekota raja. Tapi Hiat-ji jatuh hati kepada nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Oleh karena tak diikat, ditengah perjalanan Tio In
dapat melarikan diri.
Yang pertama mengetahui lolosnya nona itu adalah
Hiat-ji sendiri. Tanpa memberitahukan kepada kedua
kawannya, anak muda itu segera mengejarnya. Dalam
keputusan akal Tio In tampak disebelah muka ada.
sebuah air terjun. Kesitulah ia menobros dan masuk
kedalam goa tempat kediaman siwanita aneh. Hiat-ji tak
mau melepaskan dan ikut masuk. Sewaktu wanita itu
bertempur dengan Hiat-ji, Tio In diam2 bersyukur dalam
hati. Tapi serta didengarnya mulut siwanita itu maukan
supaya Hiat-ji menikah dengannya (Tio In), kejutnya tak
terkira. jangan kata Tong Ko belum meninggal, sekalipun
andaikata sang kekasih itu sudah tiada didunia lagi, tetap
ia tak sudi menikah dengan anak muda macam itu.
Demikian prasetya Tio In.
Maka kalau Hiat-ji menyetujui dengan girang, adalah
Tio In serentak mendamprat siwanita: "Ngaco!"
"Ho....., bagus! Pasangan yang tadi, silelaki yang tak
mau. Kali ini adalah giliran fihak perempuan yang
menolak! Nona ketiil, coba kau lihat, adakah yang
didalam jaring itu kekasihmu?" wanita aneh itu berpaling
kebelakang menghadapi Tio-In.
Sewaktu masuk kedalam goa situ tadi, Tio In berada
dalam keadaan gugup, jadi tak sempat ia memperhatikan
keadaan disitu. Sewaktu mendongak keatas dan
mengawasi dengan perdata siapa yang berada dalam
jaring itu, kalaupun orang itu pada saat tersebut se-olah2
merupakan manusia-darah, namun tak ragu2 lagilah Tio
In segera berseru dengan girangnya: "Ko-ko!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saat itu Tong Ko tengah berada dalam keadaan
remang pikiran, antara sadar tak sadar dari pingsannia.
Sewaktu mendengar namanya dipanggil orang, dia
paksakan matanya memandang dan ah....., kalau saja
badannya tak berada dalam jaring, mungkin dia akan
sudah lompat menyongsongnya.
"In-moay !" serunya sembari bergeliatan.
Tio In maju menghampiri, "Ko-ko, mengapa kau
berada disini?" tanyanya dengan mesra. Melihat adegan
itu, Hiat-ji ber-api2 kemarahannya. Dia maju hendak
menyeret Tio In, tapi tepat pada saat itu dari sebelah
dalam goa sana, terdengar suara berdebum yang
dahsyat sekali. Menyusul dengan itu, tampak ada ber-
puluh2 cahaya perak lari mendatangi kesitu.
Itulah The Ing dengan anak buahnya kawanan kera
gin-si-kau. Setelah dapat mendongkrak rubuh papan
batu, mereka datang menyerbu. Toa-gin dan Siau-gin
merangsang siwanita aneh. Benar wanita itu dapat
menghajar pontang-panting kawanan kera hingga dalam
beberapa kejab saja sudah ada tiga empat puluhan kera
yang terluka, namun bagai air bah (banjir), kawanan
kera gin-si-kau itu patah tumbuh hilang berganti. Mereka
berpantang surut, sepuluh rubuh, duapuluh maju. Wanita
itu benar2 kewalahan juga.
The Ing cepat menghampiri kedekat jaring. Disitu
didapati ada seorang nona tengah memandang lekat2
pada Tong Ko, siapa pun juga balas menatap wajah nona
itu. "Adakah nona ini nona Tio In?" tegur The Ing kepada
Tio In. Namun seperti belum puas, Tio In masih enak2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memandang sang kekasih, hingga tak mendengar
teguran itu. The Ing perih hatinya, namun ia tak mempunyai hati
sirik. cepat dilolosnya senjata kelinting kim-leng untuk,
menyerang Hiat-ji. Setelah dapat mengundurkan anak
itu, ia enjot tubuhnya menjambret Tong Ko terus
dilemparkan kepada Tio In, serunya: "Nona In, lekas
bawa dia keluar dari sini!"
Dilempar oleh The Ing tadi, saking sakitnya Tong Ko
segera pingsan lagi. Tio In dekap tubuh sang kekasih
erat2. Hatinya sangat menerima kasih The Ing.
"Siapakah nama cicl itu?" tanyanya.
The Ing tak henti2nya mendengar jerit pekik kawanan
kera yang mengerikan, tanda bahwa mereka itu tak
dapat mengurung siwanita lebih lama lagi. Dan pada saat
itu Hiat-jipun tampak hendak siap merangsang Tio In.
Suasana pada saat itu benar2 berbahaya.
"Sudahlah jangan banyak membuang waktu, lekas lari!
Kalau berayal, tentu celaka!" sembari menyahuti
pertanyaan Tio In, The Ing menyongsong kedatangan
Hiat-ji dengan rantai kelintingnya.
Tio Inpun insyaf akan keadaan yang seruncing itu.
"Budi cici itu, takkan kulupakan seumur hidup!" ia
berseru keras2 lalu pondong tubuh Tong Ko dibawa lari
keluar. Tak antara berapa lama, dapatlah ia menobros
keluar dari air terjun. Masih terdengar deru kumandang
air terjun itu menumpahkan airnya dan suara
gemerincing senjata beradu ditingkah dengan jeritan
ngeri dari kawanan kera. Namun Tio In tak berani
hentikan larinya. Setelah 3 li jauhnya, barulah ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhenti. Dicarinya sebuah batu besar untuk meletakkan
tubuh sang kekasih. Demi dilihatnya tubuh pemuda yang
menjadi tambatan hatinya itu bertaburan luka dan noda
darah, hati Tio In seperti disayat sembilu.
Pada lain saat, Tong Ko tersadar. Begitu tampak Tio In
disisinya, dia segera bertanya: "In-moay, bagaimana kita
dapat berada disini" Adakah aku ini sedang bermimpi"
Matikah sudah aku ini?"
Tio In tuturkan apa yang sudah terjadi barusan.
Mendengar itu, tiba2 wajah Tong Ko berobah pucat.
Serentak loncat bangun dia berseru: "In-moay, mengapa
kaulakukan perbuatan yang tak selayaknya ini?"
Tio In terkesiap, tanyanya "Kesalahan apa yang
kulakukan?"
"Nona The telah korbankan jiwanya untuk menolong
aku dan kau. Baginya, sudah tentu ia rela ikhlas, tetapi
apakah kita berpeluk tangan saja membiarkan penolong
kita dicelakai orang" Lekas balik kedalam goa sana,
lekas, lekasl Tong Ko beringas seperti orang kalap.
Tio In terbelalak, sahutnya: "Ko-ko, kalau kita balik
kesana, apakah tidak berarti mengantar kematian juga?"
Sewaktu Tong Ko dahulu masih berkepandaian cetek,
dia sudah memuja akan sifat ksatryaan dari tokoh2


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pahlawan setiap jaman. Apalagi dia memang memiliki
sifat2 peribadi begitu. Maka tak mengherankanlah
kiranya kalau dia begitu bersemangat kala mengetahui
pengorbanan yang luhur dari The Ing. Sesaat lupalah dia
akan diri Tio In dan membentak-bentaknia dgn marah.
Menilik sifat Tong Ko, dalam hal itu dapat dimaklumi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi dasar anak perempuan, Tio In tak dapat
memahami apa, yang terkandung dalam sanubari Tong
Ko tadi. la malah menduga yang tidak2.
"Ko-ko, kau suka pada nona The bukan" Ah, itu
mudah, kau tunggu disini, biar kukesana, nanti tentu
kuserahkan nona itu kepadamu lagil" kata Tio In serya
terus berputar diri mengayun langkah.
---oo>dwkz0tahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 10 : PUKULAN MAUT
Bahwa dalam saat dan tempat seperti itu sinona masih
main ngambek2an, sebenarnya Tong Ko kurang senang.
Namun terpaksa dia bergeliat bangun untuk mengejarnya
seraya berseru: "In-moay, In-moay, ah mengapa kau tak
mengerti isi hatiku?"
Melihat sang kekasih mengikutinya, Tio In tak tega
juga. Dengan menghela napas ia berputar balik lalu
memapah tubuh Tong Ko. Tapi baru mulutnya hendak
mengatakan sesuatu, se-konyong2 tak jauh dari situ
kedengaran orang berseru nyaring dengan nada kecil
melengking: "O, kekasihku, sedemikian perasaanku
kepadamu, mengapa dikau tak mengerti akan daku!".
Nyata2 ucapan itu ditujukan kepada Tong Ko berdua,
sehingga kedua anak muda itu tersentak kaget seperti
ditusuk jarum. Serta mendongak, dilihatnya diatas
sebuah puluh besar duduk dua orang yang bukan lain
adalah Soh-hun-ciang Shin Leng-siau dan Tok-kak-sin-mo
Sin Tok! Merah kedua mata Tong Ko seperti seekor kerbau gila,
kala dia melihat musuh bebuyutannya itu,
"In-moay, kau bukan tandingan kedua bangsat itu,
lekas lari!" bisik Tong Ko kedekat telinga Tio In.
Tapi Tio In enggan, sahutnya: "Tadi sewaktu
kutinggalan nona The untuk membawamu lari, kau telah
mendamprat aku habis2an, mana aku dapat meninggalkan kau lagi?"
Tong Ko tak dapat berkata apa2. Sedang dalam pada
itu sikaki satu Sin Tok tampak loncat turun dari puhun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan tertawa mengekeh berseru: "Nona In, saudara Tong,
kita ini benar2 berjodo!"
Kalau dapat, Tong Ko hendak telan kedua manusia itu
hidup2an. "Kalian mau apa lagi!" bentaknya dengan
murka. "Hai, mengapa sdr. Tong keluarkan tanduk" Meskipun
adik nona Tio binasa ditanganmu, tetapi ia masih tetap
cinta padamu, ai......, besar benar rejekimu!" Sin Tok
sikaki satu lepaskan lidah berbisa.
Cuh......., Tong Ko semburkan segumpal ludah seraya
membentak: "Ngaco!" Tangan Sin Tok mengebas dan serangkum
deru angin menyambar dengan dahsyatnya hingga ludah
Tong Ko itu berbalik makan tuan. Tong Ko tak sempat
menghindar lagi, jalan darah kian-ceng-hiatnya terkena,
bluk......, tubuhnya terjerembab rubuh.
Sin Tok tertawa gelak2, lalu dengan sebat hendak
menyambar Tio In. Ketika jatuh tadi, cepat2 Tong Ko
kerahkan semangatnya untuk membuka jalan darahnya
yang tertutuk itu. Kemudian dengan kerahkan seluruh
tenaganya, dia loncat bangun terus menubruk kaki si Sin
Tok yang tinggal satu itu. Oleh karena tak menduga, Sin
Tok dapat disergap basah, kakinya seraya dijepit
sepasang jepitan besi. Saking marahnya, Sin Tok angkat
tinjunya untuk menghantam umbun2 kepala Tong Ko.
"Tahan, kau menghendaki aku bagaimana?" sebelum
tinju sikaki satu itu meluncur turun. Tio In buru2
berteriak. Shin Leng-siau lompat menghampiri, serunya: "Hem,
masih berlagak pilon, ikut pada kita kekota raja!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tampak oleh Tio In tinju Sin Tok itu hanya terpisah
setengah meter dari batok kepala Tong Ko dan tetap
meluncur pe-lahan2. Apabila tinju itu mengenai
sasarannya, tak ampun lagi Tong Ko pasti habis
riwayatnya. Tio In tak mempunyai banyak waktu lagi
untuk me-mikir2 dan keputusan terakhir diambilnya
dengan cepat. "Baiklah, aku ikut padamu kekota raja, tapi jangan
mengganggu dia!" serunya.
Sin Tok tertawa mengejek, "Orang macam begini,
memang tak pantas membikin kotor tangankul" ujarnya
sembari gontakkan kakinya. Seketika itu dada Tong Ko
serasa sesak tak dapat bernapas, tangannya yang
merangkul kaki lawan tadi menjadi lemas terkulai dan
tubuhnya terlempar bebrapa langkah jauhnya.
Tio In hendak menghampiri, tapi cepat dihadang Shin
Leng-siau yang mengajaknya lekas berangkat. Terpaksa
Tio In menurut. Bebrapa kali Tio in berpaling kebelakang.
Dilihatnya Tong Ko merayap bangun. Dua pasang mata
saling bertemu dalam pandangan mengenaskan yang
mengandung ribuan patah kata2. Shin Leng-siau segera
naikkan Tio In keatas kuda dan dalam sekejab lagi,
menghilangkah mereka dalam kepulan debu. Saking
pedihnya, Tong Ko rubuh tak sadarkan diri.
Waktu membuka mata, Tong Ko dapatkan dirinya
berada dalam sebuah gubuk. Sakit pada tubuhnya sudah
tak terasa lagi. cuaca sudah gelap dan didalam pondok
situ hanya terdapat sebuah than (pelita) sebesar biji
kacang. Disisi than itu duduk seseorang yang
membelakanginya. Dari bentuk punggungnya, tak salah
lagi itulah Siau-beng-siang Tio jiang. Buru2 Tong Ko
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggeliat dan rupanya gerakan itu cukup mengejutkan
Tio jiang siapa lalu berputar kebelakang.
"Tong Ko, mengapa kau menderita luka sampai begitu
macam?" tanya Tio jiang dengan muka keren.
Tong Ko dapatkan seluruh tubuhnya yang bertaburan
luka itu sudah dipolesi (dilumuri) obat, Tahulah dia kalau
hal itu tentu Tio jiang yang melakukan, maka dia sangat
berterima kasih sekali. Tapi dari menyahuti pertanyaan
orang, sebaliknya dia menerangkan bahwa Tio In telah
ditawan oleh rombongan Sin Tok.
"Hal itu sudah kuketahui", sahut Tio jiang lalu berseru:
"Tay-keng....! Tay-keng....!"
Seorang pemuda mengiakan dan masuk. "Ayah, ada
urusan apa?" serunya. Tong Ko kenal pemuda itu sebagai
putera sulung darl Siau-beng-siang Tio jiang yang
bernama Tio Tay-keng. A nak muda itu telah memperoleh
seluruh pelajaran ilmu pedang to-hay-kiam-hwat dari
ayahnya. Dia tergolong seorang jago muda yang sangat
dimalui. Lama nian Tong Ko taruh perindahan pada anak
muda itu. Begitu tampak pemuda yang gagah itu, sebenarnya
mulut Tong Ko sudah hendak memberi salam. Tapi tiba2
dia teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu.
Malam itu ketika dia bersembunyi didalam sungai, datang
Sin Tok dan kedua saudara Shin. Dalam pembicaraan,
Sin Tok antara lain mengatakan bahwa Tio jiang tentu
tak menduga sama sekali kalau malapetaka itu adalah
perbuatan puteranya sendiri. Oleh karena putera bungsu
Tio jiang yaitu Siau Seng sudah binasa, maka yang
dimaksudkan oleh Sin Tok itu tentulah si Tay-keng.
Teringat pula tempo hari bahwa adanya dia (Tong Ko)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat berkenalan dengan Sin Tok bertiga itu pun karena
dianjurkan oleh Tay-keng.
Itu waktu Tay-keng mengatakan bahwa ada 3 orang
gagah yang rupanya hendak pergi ke Giok-li-nia,
sebaiknya dia (Tong Ko) mengikat persahabatan dengan
mereka, tentu akan besar manfaatnya.
Bukantah itu merupakan suatu perangkap yang
direncanakan lebih dahulu" Teringat sampai disini,
lupalah sudah Tong Ko untuk memberi salam teguran
tadi pada Tay-keng. Tapi sebaliknya Tay-keng malah
menghampiri dan menegurnya: "Hai, lukamu. sangat
parah, Tong-heng !"
Begitu mesra nada Tay-keng itu, hingga Tong Ko malu
sendiri mengapa dia berlaku begitu rendah untuk
menduga jelek pada orang. "Tay-keng-ko, banyak terima
kasih atas budi pertolongan kamu berdua kepadaku itu!"
sahutnya dengan rasa bersyukur.
Tay-keng tertawa riang lalu menanyakan sang ayah
ada urusan apa memanggilnya itu.
"Tay-keng,
naiklah ke Giok-li-nia untuk memberitahukan mamahmu kalau aku hendak mengejar
rombongan Sin Tok. Sebelum dapat mengejar, aku tak
mau berhenti. ya, sekalipun sampai kekota raja, tetap
aku hendak merampas balik In-ji. Nah, sekarang juga
aku hendak berangkat dan kau pergilah lekas kesana!"
kata Tio jiang.
"Baiklah, harap ayah baik2 menjaga diri!" sahut Tay-
keng. Tapi dalam pada itu, Tong Ko kedengaran berseru
dengan gelisah: "Kau seorang diri hendak pergi kesana
Tio-peh" Ah, janganlah ! Memang tujuan mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menculik In-moay itu adalah untuk menjebakmu supaya
datang kekota raja! Disamping itu, urusan disini sangat
memerlukan tenagamu"
"Tong Ko, apa maksudmu mencegah ayah mengejar
mereka" Apakah kau hendak membiarkan Tio In berada
ditangan orang jahat?" tiba2 Tay-keng menukas kata2
Tong Ko tadi. Tong Ko tak dapat bercuit lagi. Tio jiang berbangkit
lalu berjalan keluar sembari menggendong kedua
tangannya diatas bahu. Melihat itu Tong Ko paksakan diri
untuk mengikuti keluar, karena dia sangat cemas akan
keselamatan Tio jiang apabila benar2 mau pergi seorang
diri. Waktu melangkah keluar dia melirik pada Tay-keng
dan hai, mengapa wajah anak muda itu ber-seri2. Timbul
kecurigaan pada Tong Ko. Setelah dilihatnya ternyata Tio
jiang hanya mondar-mandir diluar sembari menggendong
tangan, Tong Ko lalu menyelinap kebelakang rumah. Dia
terus masuk dari pintu belakang dan melongok kedalam
dari sebuah jendela.
Dalam ruangan sebelah dalam situ, tampak Tay-keng
letakkan pedangnya diatas meja. Diatas meja situ
terdapat juga pedang pusaka yap-kun-kiam milik Tio
jiang. Tay-keng melolos pedang ayahnya itu sampai
beberapa dim, lalu cepat2 jajarkan pedang itu disisi
pedangnya sendiri tadi. Ternyata bentuk sarung kedua
pedang itu serupa satu sama lain. Tay-keng bersenyum
iblis, lalu diam sejenak untuk pasang pendengaran
kalau2 ada seseorang yang datang. Setelah yakin tiada
seorang pun yang terdapat diluar kamar situ, barulah dia
kembali ketempat duduknya semula. Dari naga2nya,
rupanya dia hendak menukarkan pedang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat gerak gerik Tay-keng itu, hati Tong Ko
berdebar keras. Pada lain saat, dilihatnya Tay-keng
menjemput pedang yap-kun-kiam dan dimasukkan
kedalam sarungnya sendiri, sedang pedangnya sendiri
tadi dimasukkan kedalam sarung pedang ayahnya.
Kejut Tong Ko bukan alang kepalang. Bukantah Tay-
keng mengetahui bahwa ayahnya hendak pergi
menempuh bahaya" Dengan membekal pedang macam
yap-kun-kiam bukantah ayahnya itu akan terpelihara
keselamatannya" Tapi mengapa dia main tukar begitu,
apa maksudnya"
Oleh karena tak dapat menerka, Tio jiang ambil
putusan untuk memberitahukan kepada Tio jiang saja.
Tapi se-konyong2 bahunya serasa seperti dicengkeram
jepitan tajam. Ketika berpaling, didapatinya yang
mencengkeram bahunya itu adalah Tio jiang.
"Tong Ko, semua orang sama mengetahui bahwa kau
telah bersekongkel denyan kawanan kuku garuda. Bahwa
setelah kau tak binasa loncat dari atas puncak itu,
seharusnya insyaf dan dapat merobah kesalahanmu.
Kulihat lukamu masih belum sembuh, tapi mengapa kau
main mengintai disini?" tanya Tio jiang.
Mendengar suara ayahnya dari arah rumah beIakang
itu, Tay-keng terbeliak kaget, serunya: "yah, siapa yang
mengintai dibelakang itu" Aku berada didalam sini
sedang mengemasi surat2 penting dari Hun-lam !"
Tio jiang berobah wajahnya. Dengan keras dia tarik
Tong Ko kebelakang. Teringat Tong Ko bahwa pada
bulan yang lalu, Tio jiang telah menyuruh Tay-keng pegi
ke Hun-lam. Pertama untuk menyusun kerja-sama
dengan para pejoang kemerdekaan didaerah Hun-lam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan kedua lainnya suruh Tay-keng menyelidiki desas
desus tentang diri Go Sam-kui. Karena jasa2nya yang
besar memimpin tentara Ceng masuk kedalam wilayah
Tiongkok, maka pemerintah Ceng telah menganugerahi
pangkat raja muda Peng-se-ong pada Go Sam-kui. Dia


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditugaskan untuk menjaga Hunlam. Menurut desas desus
dalam beberapa tahun terakhir ini Go Sam-kui
mempunyai minat hendak memberontak pada pemerintah Ceng. Untuk membuktikan kebenaran desas
desus inilah maka Tay-keng ditugaskan ayahnya. Apa
yang dimaksud "surat2 penting" oleh Tay-keng tadi,
tentulah hasil daripada pelawatannya kedaerah Hun-lam
itu. Terang itulah dokumen penting, maka tak heran
kalau Tio jiang sudah sedemikian marahnya dan menarik
Tong Ko sekuatnya.
"Siau-beng-siang harap lepaskan tangan. Adalah tadi
karena kulihat Tay-keng menukar pedangnya dengan
yap-kun-kiam, maka aku sampai ter-longong2. Tentang
surat penting apa, aku sama sekali tak mengetahuinya !"
bantah Tong Ko. Sudah tentu Tio jiang tak dapat
menerima alasan itu. Dengan gelisah Tong Ko segera
mempersilahkannya : "Masuk dan periksalah sendiri !"
Tio jiang angkat tangan kiri menjotos kedinding
tembok, bluk...... Benar tembok itu tak tergerak apa-apa,
tapi ketika Tio jiang tarik pulang tangannya terdengarlah
suara gemuruh puing tembok berguguran dan tampaklah
kini sebuah lubang. Kiranya tadi Tio jiang telah gunakan
lwekang, hingga tembok bagian dalam yang remuk
rendam. Tong Ko cukup mengenal peribadi Siau-beng-siang Tio
jiang. Tokoh itu mendapat perindahan besar dalam
kalangan persilatan bukan melainkan karena mempunyai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
watak peribadi yang lurus jujur, pun juga karena memiliki
suatu kepandaian yang jarang terdapat tandingannya.
Buktinya apa yang terjadi pada tembok setebal setengah-
an meter itu. Darl situ dapat ditilik sampai dimana tingkat
kepandaian Siau-beng-siang itu.
Menobros lubang itulah Tio jiang tarik Tong Ko untuk
masuk keruangan dalam.
"Tay-keng, apa kau tukar pedangku ?" serunya.
"Pedang apa, ayah"!" balas anak itu dengan terkejut.
Tong Ko mendongkol melihat sikap anak muda yang
berlagak pilon itu. Tadi dengan mata kepala sendiri
dilihatnya perbuatan menukar pedang itu, hem.....,
masakan masih pura2 tidak tahu !
Tanpa banyak bicara, Tong Ko maju kemuka meja dan
menjamah sarung pedang pusaka itu terus dicabutnya.
Astaga, hampir saja mulut Tong Ko berseru kaget demi
nampak batang pedang itu. Batang pedang itu
memancarkan cahaya hijau kemilau, matanya putih
mengkilap bagai salju. ya, tak salah lagi, itulah pedang
yap-kun-kiam. Mulut Tong Ko menganga, wajahnya
pucat lesu. Pada lain saat setelah tersadar, Tong Ko geram sekali
kepada Tay-keng. Terang dalam waktu sekejab tatkala
dia dan Tio jiang masuk tadi, Tay-keng telah menukar
kembali pedang itu seperti sediakala. Dengan murkanya
dia deliki mata kepada Tay-keng, tapi anak muda itu tak
mau memberi ampun pada Tong Ko. Sret....., dicabutnya
sarung pedang pada pinggangnya lalu diletakkan diatas
pedang yap-kun-kian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah, gerak-gerik bocah itu mencurigakan sekali,
jangan beri hati lagi padanya! Lebih baik kita habisi
jiwanya!" seru Tay-keng kepada ayahnya, sembari
menyamber pedangnya tadi.
Kala itu wajah Tio jiang semuram besi. Sedang Tong
Ko diam2 telah menghela napas. Kali ini tentu habislah
sudah riwayatnya. Tapi biar bagaimana, cara kematian
seperti itu, sungguh penasaran sekali. Adakah dia tak
dapat mempercayai indera penglihatannya tadi" ya,
karena kelicinan Tay-kenglah maka rahasia itu tak
sampai tertangkap basah.
Mati dan mati ada dua. Ada mati yang disebut seberat
gunung Thay-san, tapi ada pula kematian yang dikatakan
seperti rontoknya bulu angsa (artinya: tak berharga).
Kalau kali ini dia harus mati karena disiasati, itu artinya
suatu kematian yang tak berarti atau sama dengan
rontoknya bulu angsa. Diapun cukup tahu, penjelas an
yang bagaimanapun tentu takkan diterima oleh Siau-
beng-siang Tio jiang lagi. Dilihatnya Siau-beng-siang
tengah menatap dirinya tajam2. Asal tokoh itu
mengangguk, Tay-keng tentu akan menyerang. Ilmu
pedang to-hay-kiam-hwat sangatlah lihay, jadi sukar
untuk meloloskan diri darl bahaya maut. Ah, daripada
mati penasaran lebih baik dia mencari akal untuk
melarikan diri. Sebelum ajal berpantang maut dahulu.
Kelak tentu ada kesempatan lagi untuk menjeaskan
duduk perkara yang sebenarnya.
Setelah mengambil keputusan tetap, selagi Tay-keng
tak menduga bahwa kini Tong Ko telah menjadi seorang
"baru" yang memiliki dua macam lwekang istimewa se-
konyong2 dia sambar pedang yap-kun-kiam dari atas
meja, terus dibabatkan kearah pedang Tay-keng, tring....
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kutunglah pedang Tay-keng menjadi dua. Membarengi
itu dia tamparkan tangan kiri kekepala anak muda itu.
Mimpipun tidak Tay-keng kalau Tong Ko berani
berbuat senekad itu. Buru2 dia berkelit lalu timpukkan
kutungan pedangnya kepada Tong Ko. Tapi Tong Ko
siang2 sudah memperhitungkan hal itu. Dia tendang
meja hingga terjungkal dan seketika itu gelaplah seluruh
ruangan situ. yang terdengar hanya gerung kemurkaan
Tio jiang dan Tay-keng, diseling dengan deru sambaran
pukulan menghantam kalang kabut. Tapi Tong Ko sudah
menyelinap keluar. Dari situ dia memutar kebelakang
rumah. Dari lubang tembok bekas hantaman Tioc jiang
tadi, tampak olehnya dari dalam ruangan ada dua sosok
bayangan loncat keluar. Kedua ayah beranak itu tentu
mengira kalau Tong Ko lari, maka bergegas2 mereka
mengejarnya keluar dan lari kemuka.
Tapi ternyata Tong Ko lebih cerdik. Dia tahu kalau lari,
tentu bakal kesusul. Maka tadi dia mengitar kebelakang
rumah, melalui lubang dinding terus masuk lagi
keruangan dalam dan bersembunyi dibawah kolong
tempat tidur. Dan memang siasat itu cerdik sekali,
karena kini dia enak2 mendekam dibawah ranjang. Nanti
apabila ayah beranak itu. sudah pergi, dapatlah dia
tinggalkan tepat itu dengan selamat.
Benar sudah hampir sepuluhan Li Tio jiang dan Tay-
keng 'tancap gas', namun tak berhasil menjumpai
bayangan apa2. Apa boleh buat, terpaksa Tio jiang ajak
puteranya kembali kedalam pondok lagi. Derap kaki
mereka, telah membuat Tong Ko ketakutan setengah
mati sampai tak berani bernapas. Dan kuatir jangan2
yap-kun-kiam itu memancarkan cahaya keluar, buru2
ditindihnya pedang itu dibawah badannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah kau tak mengetahui kalau pada waktu
terakhir ini kepandaian Tong Ko maju dengan pesat
sekali" Mengapa kau se-lengah itu, kalau tak berada
disini mungkin kau telah celaka dibuatnya!" Tio jiang
sesali puteranya.
Tay-keng hanya ter-sipu2 mengiakan saja. Lewat
sekian saat baru kedengaran dia berkata: "yah, dengan
mendapat pedang yap-kun-kiam itu, dia pasti seperti.
seekor harimau yang tumbuh sayapnya. Lalu bagaimana
baiknya?" Tio jiang menghela napas, ujarnya: "Heran juga aku
dibuatnya. Waktu dia lari kitapun terus mengejarnya,
tetapi mengapa hilang tak berbekas" Tentunya ketika.
loncat kebawah lembah itu, dia telah beruntung
mendapatkan sesuatu kemujijadan, kalau tidak masakan
dalam beberapa hari saja dia sudah berobah sedemikian
lihaynya"! Hem....., mustahil benar!"
"yah, rasanya dia pasti belum jauh, bagaimana kalau
kita lakukan pengejaran yang seksama sekali lagi?"
"Apakah pengejaran tadi tak cukup cermat" Dengan
pedang ibumu Kuan-wi-kiam, pedang yap-kun-kiam itu
merupakan sepasang pedang pusaka yang disebut pit-i-
song-hong. Sejak kakek gurumu memberikan pedang itu
padaku, kini sudah 20 tahun lamanya. Hem...., tak nyana
kalau pedang itu terlepas dari tanganku secara begitu
gelo! Tio jiang ber-sungut2 dengan kesalnya. Pada lain
saat, dia berkata lagi kepada puteranya: "Tay-keng, lekas
kau naik ke Giok-li-nia. Biarkan tanpa yap-kun-kiam, aku
tetap hendak mengejar ketiga kuku garuda itu!"
Tong Ko jelas mendengar tindakan kaki Tay-keng
menuju keluar dan derap kaki kuda mencongklang pergi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini yang berada didalam ruangan situ han ya tinggal Tio
jiang seorang, yang mondar mandir kian kemari dalam
ruangan itu. Tiba2 kedengaran oleh Tong Ko suatu bunyi
benda diketuk "tuk..., tuk... ," lalu Tio jiang berkata
seorang diri: "Yap-kun-kiam.....
yap-kun-kiam......
Sarungmu masih, tapi kau menghilang dan ah....,
mengapa kau hilang pada saat2 aku membutuhkan
tenagamu!"
Mendengar itu tergerak hati Tong Ko hingga hampir
saja dia hendak memberosot keluar dari tempat
persembunyiannya. Tapi syukur dia dapat mengendalikan
diri. Kembali didengarnya Tio jiang menghela napas,
berbareng itu terdengar bunyi lembaran kertas di-
balik2kan. Pada saat itu, terjadi suatu pertentangan
bathin dalam hati Tong Ko. Sejak kecil dia sangat
mengindahkan sekali akan keperibadian Tio jiang, jadi
sudah tentu dia tak menghendaki Siau-beng-siang
sampai dcelakai orang. Turut kemauannya, seketika itu
juga hendak dia unjukkan diri dan serahkan pedang itu
pada yang empunya, kemudian mengikutnya ber-sama2
mengejar jejak penculik Tio In. Tapi pada lain saat
terkilas dalam ingatannya, bahwa Tio jiang, tentunya
menganggap dirinya (Tong Ko) sebagai salah seorang
anggauta dari kawanan kuku garuda. jadi bukan suatu
hat yang mustahil, begitu dia muncul dan belum sampai
serahkan pedang itu, Siau-beng-siang tentu akan sudah
menyerangnya. Taruh kata dia tak sampai binasa
ditangan Siau-beng-siang tapi dapat dipastikan kalu
dirinya tentu akan dikirim lagi ke Giok-li-nia untuk diadili.
Disana dia tentu akan binasa juga.
Memang apa yang direka dalam pikiran Tong Ko itu,
tepat semua. Maka walaupun besar hasratnya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerahkan kembali pedang itu, namun tak berani dia
bertindak dengan gegabah. Se-kali2 dia tak inginkan
Siau-beng-siang sampai dicelakai musuh. macam sikaki
satu Sin Tok yang ganas itu. Diapun kenal juga akan
watak Siau-beng-siang, apa yarg dikatakan tentu. akan
dijalankan. Yap-kun-kiam merupakan alat pelindung yang
berharga bagi keselamatan Tio jiang dan dengan
sendirinya juga bakal menjadi senjata sakti untuk
membebaskan Tio In. Dan adanya nona itu sampai
terculik sikaki satu, pun karena hendak menolong
jiwanya. Ah, untuk kepentingan tokoh pujaannya, demi
untuk menolong nona tambatan hatinya, mengapa dia
bersikap koukati (memikirkan kepentingan diri sendiri)"
Tiba pada kesimpulan ini, dia segera mengambil
keputusan tetap. Ketika didengarnya derap kaki Tio jiang
menuju keluar, dengan sekuat tenaga dia singkap
ranjang sampai mencelat keatas, lalu berseru keras2:
"Siau-beng-siang, Pedang........"
Belum lagi kata2 berikutnya "kukembalikan padamu"
sempat di ucapkan, waktu mendengar dari arah ruangan
terdengar suara gedebrukan keras, cepat sekali dia
sudah memutar tubuhnya kebelakang. Dan kala melihat
kilat cahaya yap kun-kiam didalam kegelapan, girang Tio
jiang me-luap2 sedemikian rupa hingga tanpa menghiraukan lagi apa yang dikatakan Tong Ko tadi,
wut...., wut...., dia sudah lancarkan dua buan hantaman
kearah Tong Ko. cepat dan dahsyat sekalilah gaya
serangan itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
GAMBAR 06 Karena Tak Tahan akan pertentangan batin, Tongko
melompat keluar hendak menyerahkan kembali pedang
pusaka itu. Tak disangka ......... mendadak Tio jiang
menghantamkan kedua tangannya.
Seketika itu Tong Ko rasakan disisi kanan kirinya
terdampar oleh suatu gelombang angin yang luar biasa
dahsyatnya sehingga tak kuat dia menahannya. Apa lagi
kala itu dia tengah menyodorkan pedang kemuka jadi
kedua tangannya terbuka. Hendak dia buru2 empos,semangatnya, namun sudah tak keburu lagi.
Begitu angin pukulan itu membentur tubuhnya, serasa
gelaplah pandangan mata Tong Ko dan rubuhlah dia
terjungkal. Buru2 dia terus hendak menyalurkan
semangatnya, tapi sesosok bayangan dalam gerakan kilat


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah menyambar yap-kun-kiam.
Tong Ko menghela napas dalam2. Maksudnya untuk
menyerahkan yap-kun-kiam sudah terlaksana, mengapa
dia jeri menghadapi resikonya" Semangat kejantanannya
serentak timbul dan dia meramkan kedua matanya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menanti pukulan Tio jiang yang terakhir. Dia berharap
selekasnya dirinya binasa, Siau-beng-siang lekas2
menyusul Tio In. Kalau hal itu terlaksana, sekalipun mati,
puaslah juga rasanya.
Tapi sampai sekian saat, ternyata pukulan Tio jiang itu
tak kunjung datang.
"Tong Ko, bukalah matamu!" kedengaran Slau-beng-
siang berseru. Tong Ko heran, namun diturutnya juga perintah itu.
Tampak wajah Siau-beng-siang berseri hampa.
"Tong Ko, menilik perbuatanmu selama ini, seharusnya kau tak pantas diberi hidup lagi. Tetapi dua
tiga kali aku selalu memberi ampun, apakah kau tahu
apa sebahnya?"
Tong Ko menggeleng.
"A...." Tio jiang menghela napas, "karena wajahmu
seperti pinang dibelah dua dengan satu orang.
Mengingat wajah itu, tak tegah aku menurunkan tangan
jahat. Tapi setelah kau menerima pukulan maut berupa
dua buah pukulanku tadi, kecuali bertemu dengan orang
yang lebih tinggi kepandaiannya dari aku, kau bakal
menjadi seorang tanpa guna. Benar jiwamu tak sampai
hilang, namun ilmu kepandaianmu ini akan hilang sirna.
Nah, selanjutnya jadilah seorang yang baik dan tuntutlah
penghidupan yang lurusl"
Halus nada suara itu diucapkan, namun isinya adalah
suatu nasehat yang tajam. Memang pada saat itu Tong
Ko rasakan Iwekang pada kedua sisi tubuhnya, pelahan2
merasa hilang. Sekalipun tak binasa, tapi dengan
punahnya ilmu itu, berarti dia seorang mati dalam hidup.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu, selanjutnya dia tak mempunyai harapan
lagi untuk mencuci bersih penasaran hatinya itu.
Memikir sampal disini, buru2 dia hendak mengatakan
apa-apa pada Siau-beng-siang, tapi tokoh itu ternyata
sudah ngaclr keluar.
Sampai beberapa saat, Tong Ko ter-mangu2 seperti
patung. ---oo0oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 11 : MENDAPAT ILMU
Menjelang terang tanah, tubuhnya serasa sakit bukan
kepalang. Saking tak kuatnya menahan, dia hendak
berbangkit. Tapi pada saat itu se-konyong2 terdengar
orang berseru: "Disinilah!"
Kejut Tong Ko seperti disambar petir. Kalau saja yang
datang itu Tay-keng, habislah sudah tentu riwayatnya.
Bum....., sesosok tubuh yang luar biasa tinggi dan
besarnya, dari atas wuwungan jatuh kedalam ruangan
situ. Dan berbareng pada saat itu seorang bertubuh kate
juga menobros masuk. Waktu masih melayang diudara
tangan sikate itu sudah lancarkan 3 buah serangan pada
sitinggi besar tadi.
Siraksasa itu menghindar kesana berkelit kesini. Tapi
dikarenakan ruangan situ sempit, jadi dia segera dapat
melihat Tong Ko disitu.
"Hai, kau juga berada disini"!"
Tengah dia berseru itu, sikate sudah menginjak lantai
dan buk, dia hantam pantat sibesar itu siapa dengan
berkuik kesakitan berseru keras2: "Bedebah, berani kau
menyerang orang secara membokong?"
Kini tahulah sudah Tong Ko siapa kedua orang yang
datang itu. Itulah Sik Lo-sam dan Soa-kim-kong. Diam2
dia merasa girang. Benar kepandaian kedua orang itu tak
terpaut banyak dengan Tio Jiang, tapi kalau mereka
berdua mau bersatu tentu hebat hasilnya.
"Jiwi cianpwe.......jangan berkelahi! Aku terluka berat,
lekas tolongi!" Tong Ko paksakan diri berseru. Terhadap
kedua orang limbung itu, tak perlulah kiranya dia main
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sungkan lagi. Dan benar juga kedua orang limbung itu
tertawa mengekeh.
"Ha...., ha......, bagus! Seorang separoh!" mereka
melangkah menghampiri dan tepat seperti tatkala diatas
batu besar dalam lembah, mereka masing2 lalu mencekal
tangan kanan dan kiri Tong Ko.
Terima kasih Tong Ko sukar dilukis. Diapun cepat2
kerahkan semangatnya. Hampir sehari semalam kedua
orang limbung itu menyalurkan lwekang masing2
ketubuh Tong Ko. Saking lelahnya tuhuh mereka sama
bersimbah peluh (mandi keringat). Tong Ko tak tega
melihatnya, lalu geliatkan sepasang tangannya untuk
berbangkit. Dia tak tahu sama sekali, karena ingin
dianggap menang, kedua tokoh limbung itu kerahkan
penyaluran lwekangnya, hingga hampir 7 bagian lwekang
mereka masuk ketubuh Tong Ko. Maka begitu Tong Ko
gerakkan tangannya tadi, kedua orang limbung itu
sama2 terjerembab jatuh.
Saking kagetnya Tong Ko sampai menjerit serta buru2
memapah mereka, tapi sitinggi dan sikate itu
goyang2kan tangannya seraya berseru: "Tak apa, coba
katakanlah, kepandaian siapa yang lebih unggul?"
"Cianpwe berdua sama2 memiliki ilmu yang sempurna,
hopwe sukar untuk memutusi!" sahut Tong Ko.
Kedua orang limbung itu saling berpandangan satu.
sama lain dengan melongo.
Tiba2 Soa-kim-kong Ciang Tay-lo menarik sebuah
jwan-pian warna merah dari pinggangnya: "Siaucu,
dengarlah! Pian ini adalah milik Yan-peng-gun-ong The
Seng Kong yang disebut Liong-kau-pian, lemas dan tahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segala tabasan. Kuserahkan ini padamu beserta imu
permainannya pat-siat-pian-hwat. Sikate itu tentu tak
dapat menandingi pemberianku ini!"
Serempak berdirilah Sik Lo-sam, serunya: "Bagus!"
Tanpa berkata apa2 lagi dia terus melesat pergi.
Bermula Tong Ko menolak pemberian Soa-kim-kong
itu, tapi setelah dipaksa oleh orang limbung itu, terpaksa
dia menerimanya juga.
"Nah...!, dengarlah: jurus pertama disebut ko-lo-ki-lo
(orang tua menunggang keledai) !" seru Sitinggi sembari
ayun tangannya. Tapi demi didapatinya tangannya sudah
kosong karena piannya sudah di berikan kepada Tong
Ko, dia meringis seperti monyet.
"Senjata pian meskipun hebat, tapi ilmu permainannya
jauh lebih berharga. Telah kukatakan kuberikan padamu,
tentu kuberikan sungguh2, huh....., mengapa kau tetap
memeganginya saja?" gerutu si Malaekat Tolol itu
panjang pendek. Tu! lihat, betapa limbung pikirannya.
Liong-kau-pian dia sendirl yang memberikannya kepada
Tong Ko, tapi kini persalahkan Tong Ko tipis
kepercayaannya.
Sudah tentu Tong Ko tak mau berbantah lalu serahkan
pian itu kepada silimbung. Begitulah sejurus demi sejurus
dia telah mainkan 8 buah jurus, yakni "Sian-cu-jui-siau";
"sian-kho-yan-hoa"; "kok-ciu-pang-wu", "thiat-kuay-may-cin"; "tun-yang-hui;kiam"; "ho-ho-te-lan" dan "ciong-li-hud-si".
Limbung orangnya, tapi ternyata si Malaekat Tolol itu
memiliki suatu ilmu kepandaian yang luar biasa. Apa
yang diunjukkan tadi, sungguh2 sakti. Setiap jurus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipecah lagi menjadi 8 bagian jadi semua jadi
mempunyai 8 x 8 gerak perobahan yang sukar diduga
orang. Jwan-pian atau ruyung lemas itu, ada kalanya
lemas lunglai macam dahan puhun liu yang menjulai, tapi
ada kalanya menderu2 laksana seekor hay-kau-liong
(naga bertanduk satu) muncul dari dalam laut. Tong Ko
sampai ter-longong2 mengawasi. Dua jam lamanya dan
haripun sudah terang tanah, barulah si Tolol itu
mengakhiri permainannya. Intisari rahasia permainan
pian itu, satu per satu diterangkannya kepada sianak
muda. "Ilmu permainan pian ini, kuperoleh semasa kumendapat pian liong-kau-pian itu. Suhuku, Cui-kui
(setan arak) Jui Wi, sengaja menciptakan ilmu permainan
pian itu hasil pengolahannya dari ilmu pukulan pat-sian-
ciang (pukulan 8 dewa). Hampir separoh hidupku
kugunakan untuk meyakinkan ilmu itu, maka jangan
pandang remeh padanya!" kata Soa-kim-kong.
Tong Ko menurut dan memainkan pula permainan itu
satu kali. Begitulah tak terasa, 3 hari terus menerus Tong
Ko dilatih Soa-kim-kong. Karena dasarnya cerdas,
fahamlah sudah Tong Ko akan permainan pian itu.
Hari itu sudah menjelang malam pula dan berkatalah
Ciang Toa-lo: "Ho... ho..., entah kemana perginya sikate
itu, tapi rasanya tak nanti dia dapat mengungkuli
hadiahku itu, benar tidak?"
Tong Ko masih tak percaya kalau seorang tokoh
macam Sik Lo-sam mau mengikari janji tak datang lagi.
Tapi menunggu sampai tengah malam dan Ciang Toa-
lopun habis kesabarannya; tetap sikate itu belum
muncul. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka lalu keluar pintu untuk melongok keluar. Hai,
apa itu" Nun jauh disana, tampak ada segulung sinar
ber-kilau2an laksana sebuah bola api. Teng-liong
(lampion)"
Bukan, tak mirip dengan teng-liong. Secepat kilat,
benda aneh itu makin mendekati dan cahayanyapun
makin gilang gemilang menyilaukan mata dan ketika
sudah tiba hampir2 mata Tong Ko tak kuat dibukanya.
Ha...., ha...., demikian gelak tertawa sikate dan
orangnyapun sudali tampak berdiri dihadapannya. Benda
bercahaya itu, kiranya dia yang membawa.
"Bocah gede, coba lihat apa ini?" tanyanya kepada
Soa-kim-kong. Ketika Tong Ko dan Soa-kim-kong mengawasinya,
kirania sikate itu telah membawa sebatang lian-to (golok
yang bentuknya macam sabit). Mata senjata itu putih
seperti perak yang ber-kilap2 cahayanya. Maka waktu
dimainkan oleh sikate tadi, telah menjadi segulung sinar
putih yang ber-kilau2an. Sudah tentu kedua orang itu
menjadi kaget tak terkira.
"Ay-ko-ji (kate), golok apa sih itu?" tanya si Tolol.
Sik Lo-san mendongok dengan wajah ke-bangga2-an
sambil menatap wajah yang murung dari lawannya itu.
"Inilah yang disebut It-thian-pi-lik-to !"
"Bagus, golok luar biasa! Ay-ko-ji, dari mana kau
peroleh golok itu?" mau tak mau si Soa-kim-kong
menghambur pujian.
"Huh, siapa sudi mengatakannya" sahut Sik Lo-sam
dengan wajah merah jengah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tampak perobahan wajah sikate, tahulah Tong Ko
bahwa menilik dari gerak geriknya yang aneh, tentulah
golok Itu berasal dari hasil mencuri.
"Tidak, harus mengatakan!" Ciang Tay-lo mendesak.
"ya...., ya...., bilang ya bilang," akhirnya Sik Lo-sam
mengalah, "golok ini pada 20 tahun yang lalu kucuri dari
kepala suku Thiat-theng-biau dipegunungan Sip-ban-tay-
san !" Memang dugaan Tong Ko tadi benar. Dari bentuknya
yang begitu kemilau, terang ketajaman golok itu. tak
dibawah pi-i-song-hong (sepasang pedang yap-kun-kiam
dan kuan-wi-kiam. Waktu Tong Ko menyambuti golok
mujijad itu dari tangan Sik Lo-sam, diluar dugaaan golok
itu ringan seperti tak mempunyai berat sama sekali.
Tangkai golok Itu berwarna hitam, ujung tangkai yang
diikat dengan sehelai benang sutera perak itu terdapat
beberapa tulisan yang. berbunyi "kian thian pik li to, ho
ping sam lian cu". Kian-thian pik-li-to artinya golok yang
menggoncang dunia; sedang Ho Ping sam lian cu
maksudnya dibuat pada tahun Ho Ping yang ke 3.
Ho Ping adalah perhitungan tahun pemerintahan
baginda Han Seng-te, maka menghitunglah Tong Ko,
hai......, kiranya golok itu usianya sudah 1600 tahun.
Namun keadaannya masih sedemikian gilang gemilang,
entah terbuat dari pada bahan logam apa".
"Ay-ko-ji, aku tak dapat menandingi golokmu itu. Kau
ajarkan sekalian ilmu permainannya kepada anak itu!"
akhirnya dengan ter-bata2 Soa-kim-kong Ciang Tay-lo
mengaku kalah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sik Lo-sam tertawa bangga, girangnya seperti putus
lotre. "Jadi kau mengaku kalah?"
"ya, aku kalah!" sahut Sce-kim-kong.
Maka bertepuklah Sik Lo-sam seperti orang getun
serunya: "Cialat, aku sendiripun tak tahu permainan
golok itu! Setelah mendapat golok itu, tak berani
kumenginjak Sip-ban-tay-san lagi. Suku Thiat-theng-biau
itu amat lihay, siapa yang berani main2 dengan merekal"
Tapi pada lain detik dia segera men-jerit2 seperti
orang gila: "Hurah...., aku menang! Aku menang......!"
Tanpa pamitan lagi, dia terus ngacir pergi, lari ber-
jingkrak2.

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciang Tay-lo menghela napas. "Golok luar biasa, ya
memang luar biasa sekali Coba pinjamkan padaku, biar
kuperiksanya!"
Tong Ko mengangsurkan dan begitu menyambuti
Ciang Tay-lo lalu menebas sebatang puhun kecil yang
berada didekat situ. Golok menobros ditengah batang
puhun, tapi lewat beberapa detik barulah puhun itu
bergoyang rubuh. Dari percobaan itu dapatlah diketahui,
betapa tajamnya golok pusaka itu.
Demi melihat Soa-kim-kong suka sekali akan golok itu,
tak ragu2 lagi Tong Ko segera hendak menyerahkannya:
"Kalau cianpwe menyukai, ambillah golok itu!"
"Sungguh?" sahut Soa-kim-kong dengan kegirangan.
"Masakan aku berani mempermainkan cianpwe!"
Beberapa kali Soa-kim-kong membolang-balingkan
golok pusaka itu untuk memeriksanya. Tapi pada lain
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saat tiba2 dia berkata: "Sungguhpun aku suka sekali
akan pusaka ini, namun tak dapat aku meminta benda
kepunyaanmu. Nah, ini kukembalikan dan selamat
tinggal!" Berbareng dengan lontarkan golok itu kearah Tong Ko,
orang Tinggi besar yang limbung itu angkat kaki seribu.
Tong Ko hendak mengejarnya, tapi toa-ko-ji atau si
Bocah Gede itu sudah tak kelihatan bayangannya lagi.
Apa boleh buat, terpaksa Tong Ko kembali. Setelah
disimpannya dengan hati2 golok itu, dia lalu masuk tidur.
Keesokan harinya ketika terbangun, tiba2 dia merasa
ada sesuatu yang luar biasa.
---o0o---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 12 : "GOLOK YANG
MENGGUNCANG DUNIA" (Kian-thian-it-
gwan pik-li-to)
Keesokan harinya ketika terbangun, tiba2 dia merasa
ada sesuatu yang luar biasa.
Kala itu hari masih belum begitu gelap, tetapi ketika
membuka mata didapatinya pada wuwungan rumah itu
tampak ada suatu cahaya yang terang benderang.
Bermula dikiranya kalau sinar rembulan yang menobros
dari lubang wuwungan, kemudian setelah di-amat2i
dengan seksama, astaga, itulah pik-li-to (golok sabit)
yang kemarin dengan hati2 ditindihinya kini berada
diatas tiang Penglari wuwungan itu. Seketika hilang rasa
kantuknya karena terperanjat. Sekali enjot tubuh, dia
loncat naik untuk mengambil golok pusaka itu. Dibalik
heran diapun merasa takjub akan kelihayan orang main2
dengannya itu. Bahwa orang telah dapat mengambil
golok pusaka yang ditindihi dibawah bantal tanpa
diketahuinya, adalah sangat mengejutkan. Tapi yang
lebih mengherankan lagi, mengapa orang lihay itu tak
mengambil golok itu saja dan hanya digantung ditiang
penglari. Apakah gerangan maksudnya"
Sampai terang tanah, tak dapat dia pecahkan kejadian
yang aneh itu. Dibungkus baik2 golok pusaka itu lalu dia
tinggalkan pondok situ. Menghadapi jalanan yang
membentang dihadapannya itu, timbullah keraguannya,
hendak kemana dia ayunkan langkah mengejar jejak Tio
In atau menuju ketempat The Ing"
Diperhitungkannya bahwa sudah 3-4 hari lamanya dia
berada didalam pondok situ, rasanya Siau-beng-siang Tio
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jiang tentu sudah sampai diperbatasan Kwitang. Untuk
menyusul, terang tak keburu lagi. Ah......, lebih baik dia
kembali kegua sana untuk menolong The Ing. Dengan
bantuan golok. pusaka: "Kian-thian-it-gwan pik-li-to" dan
ilmu ruyung " Pat-siat-pian-hwat"
yang baru diperlajarinya itu, kemungkinan besar dapat dia
membebaskan The Ing. Nona itu telah melepas budi
besar padanya, maka sudah lebih dari pantas kalau die
menolonginya. Kegua tempat wanita aneh itu, kini ayun kakinya
ditujukan. Ketika dahulu dia dipondong Tio In lari dari ke
gua itu, waktu itu dia tengah pingsan, jadi tak
mengetahui jalannya. Make hampir lewat tengah hari,
dan sudah melintasi dua buah puncak gunung, tetap dia
tak menemukan jejak penunjuk ketempat goa itu.
Terpaksa dia berhenti sebentar memulangkan napas.
Hai....., mengapa aku tak menuju dulu ke Giok-li-nia dan
dari sana lalu mencari goa itu" Demikian dia mendapat
pikiran., Tiba dikaki Giok-li-nia, terkilas pikirannya bahwa pada
saat itu dipuncak sana tentu para, orang gagah patriot
tengah merundingkan siasat perlawanan kepada pemerintah Ceng. Ingin benar dia menyumbangkan
tenaga, namun mereka tak mau mempercayai dirinya
lagi. Tiba pada lamunan itu, dia menghela napas dalam2.
Tiba2 pikirannya melayang akan perbuatan Tio Tay-keng
yang aneh mencurigakan itu. Ya, biar bagaimana juga,
kelak dia akan berusaha untuk menelanjangi rahasia
anak itu. Sembari merenung didalam pikirannya itu, tidak terasa
lagi kakinya sudah tiba pada jalanan dimana tempo hari,
dia bersama The Ing dan rombongan kera gin-si-kau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika memandang kebawah, tampak ada tetesan darah
berceceran diatas batu yang menuju kesebelah muka.
Dari keadaannya, terang noda darah itu masih belum
kering, jadi kalau. benar ada seseorang yang terluka,
tentulah belum lama berselang, kemungkinan besar baru
kemarIn malam. Disusurinya ceceran darah itu. Kira2 satu li jauhnya
disebelah muka, tampak ada 4 ekor kecra gin-si-kau
menggeletak ditanah, namun ceceran darah tadi masih
belum putus. sampai disitu. Kejut Tong Ko tak terkira.
Diayunkan langkahnya makin cepat untuk menyusur
kemuka. Disepanjang jalan itu, ternyata tak putus2nya
dia berjumpa dengan kera2 gin-si-kau yang sudah
menjadi bangkai. Tak lama kemudian, tibalah dia
dilembah gunung yang terdapat air terjun itu
Ya, tak salah lagi itulah tempat gua siwanita aneh.
Dengan Plan ditangan kiri dan golok ditangan kanan, dia
loncat menobros masuk kedalam air terjun. Berkat
cahaya benderang dari golok pusaka itu dapatlah dia
mengetahui keadaan dalam gua situ. Lagi2 dla disuguhi
dengan pemandangan yang aneh. Bukan saja dalam gua
situ kosong melompong tiada terdapat barang seorangpun, juga jaring ikan yang tergantung disitu,
lenyap entah kemana. Masih Tong Ko tak puas, lalu
menuju kesudut untuk mencari wanita aneh itu, tapi juga
wanita bekas bidadari dunia itu tak kelihatan
bayangannya. Lorong tikungan gua situ, amat banyak. Satu demi
satu. Tong Ko menyusurinya, kecuali beberapa kamar
batu, tiada barang sesuatu yang dijumpainya Didepan
sebuah kamar batu terhampar sebuah papan batu
(tempat The Ing dikurung tempo hari), dia menemukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebuah ikat kepala pelajar yang bukan lain adalah milik
The Ing. Tong Ko makin gelisah. Setelah sia2
mencarinya, terpaksa dia keluar lagi. Memandang kearah
air. mancur yang. mencuram dari atas karang itu, hati
Tong Ko amat gundah.
"Nona The dimana kau berada?" tanpa merasa dia
berkata seorang diri.
Sekonyong2 didengarnya ada suara berkeresekan dari
semak2 rumput disebelah. atas. Tatkala diawasinya
seperti ada dua sosok tubuh berbaring ditengah semak
rumput itu. Ber-gegas2 dia menuju kesana, dan astag, kirania
Toa-gin dan Siau-gin sedang meregang jiwa (sekarat).
Begitu tampak sianak muda, mata kedua binatang itu
ber-kicup2 tetapi tubuhnya tetap tak dapat berkutik.
Dada dan punggungnya, masing2 terdapat sebuah
lubang luka besar. Entah bekas kena senjata apa, tapi
yang nyata luka itu masih mengucurkan darah.
"Toa-gin, Siau-gin, dimana nona The Ing?" tanya Tong
Ko kepada kera2 yang dapat mengerti bahasa orang itu.
Dia harap dapatlah sekiranya kedua kera itu memberi
barang sedikit petunjuk, tapi kedua binatang itu hanya
membeliakkan matanya sejenak, lalu menutup lagi untuk
se-lama2nya. Tak tega Tong Ko melihat mayat binatang
itu terkapar begitu saja, mengingat bahwa sudah ber-
tahun2 lamanya menjadi piaraan The Ing. Maka
dibuatnya sebuah liang untuk menguburnya. Ketika
hendak diangkat kedalam liang, Tong Ko mendapatkan
tangan Toa-gin menggenggam secarik kain yang
dikenalnya sebagai robekan baju The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tatkala robekan kain itu dibentang, ternyata disitu
terdapat tulisan dari darah yang walaupun corak
hurufnya pencang-pencong, tapi terang adalah buah
tulisan The Ing.
"Perobahan besar timbul secara mendadak, urusan
menjadi gawat sekali. Kutahu kau pasti datang kemari.
Pergilah ke Sipban ......... beritahukan ayah bundaku,
hatiku telah menjadi milikmu" demikian bunyi tulisan itu.
Tak salah lagi, tulisan itu tentu untuknya.
Lepas darl pernyataan isi hati The Ing, Tong Ko adalah
seorang yang berbudi luhur.
Adakah The Ing Itu mencintainya atau hanya sebagal
sahabat biasa, namun Tong Ko tetap mengenang akan
budi yang dilepas nona itu dalam usaha menolong dirinya
tempo hari. Dari maksud tulisan itu, kemungkinan besar
The Ing tentu mengalami bencana. Tanpa terasa,
menangislah dia.
"Seorang lelaki tak mau sembarangan mengucurkan
air mata, betapapun penderitaan yang diterimanya".
Beberapa kali Tong Ko telah menelan hinaan dan mandi
penasaran bahkan dipaksa untuk bunuh diri, tetap dia
tak mengucurkan setetes air mata. Tapi kali ini, benar2
dia tak kuasa menahan arus air mata yang membanjir
keluar itu. Begitu sudah puas menumpahkan perasaannya, robekan baju The Ing disimpannya lalu
meneruskan penguburan Toa-gin dan Siau-gin. Setelah
itu dia menyelidiki sekitar tempat itu kalau2 dapat
menemukan jenazah The Ing. Tapi usahanya itu tak
berhasil. Dalam perjalanan meninggalkan lembah itu, Tong Ko
selalu terkenang akan The Ing. Orang satu2nya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dianggap sebagai orang sendiri (mengetahui perasaannya) adalah nona itu. Dalam waktu remang
petang dimana burung2 gagak sama beterbangan pulang
kesarangnya itu, hati Tong Ko makin terasa rawan. Untuk
melampiaskan kesesakan dadanya, hendak dia bersuit
keras2. Tetapl se-konyong2 dari balik gunung sana,
terdengar suara seseorang bergelak-tawa. Dari nadanya,
terang orang itu si Ce-cing-long Shin Hiat-ji adanya!
Tong Ko kaget tercampur girang. Kaget, karena dia
tak merasa ungkulan menghadapi Hiat-ji yang berkepandaian tinggi itu. Girang sebab dengan
beradanya anak itu, dapatlah dia menanyakan dirinya
The Ing. Begitu menyembunyikan golok didalam baju
dan mencekal liong-kau-pian, dia menuju kearah
datangnya suara itu.
Jauh disebelah sana tampak ada setumpuk api
unggun. Serangkum bau daging bakar yang wangi,
menyampok hidung Tong Ko. Oleh karena beberapa hari
tak merasakan daharan daging, air liur Tong Ko sampai
menetes dibuatnya. Dari cahaya api unggun, tampak
Shin Hiat-ji duduk disebelah situ tengah memberakoti
sepotong paha rusa dengan nikmatnya. Duduk dihadapannya adalah seorang

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tua kate yang mengenakan pakaian aneh sekali. Juga orang kate itu
tengah kemak-kemik gerahamnya mengunyah daging
rusa. Selain mereka berdua, tiada lain orang lagi. Hanya
disisi Hiat-ji terdapat setumpuk benda hitam yang
dikenali Tong Ko sebagai jaring ikan dari si wanita dari
gua itu. "Suhu, kalau kau orang tua tak keburu datang,
mungkin Tecu (murid) sudah celaka ditangan wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jahat itu! Ilmu kepandalannya hebat jugal" kedengaran
Hiat-ji berkata.
Sikate itu tertawa dengan nada yang memanja. Dalam
keadaan seperti itu, dia mirip sekali dengan Bi-lek-hud
(Budha) yang gendut perutnya.
"Suhu, adakah kau mengetahui siapa wanita jahat
itu?" tanya Hiat-ji pula. Sikate yang dibahasakan "Suhu"
(guru) itu goyang2 kepala, sahutnya: "Oleh karena baru
pertama kali ini aku melintasi sungai Tiangkang, maka
tentang tokoh2 persilatan didaerah Selatan sini, aku tak
paham!" Keterangan sikate itu hampir saja membuat Tong Ko
berjingkrak bahna kagetnya. Bukan saja suara sikate itu
sekeras guntur, tapi nadanya seperti anak kecil. Kalau
orang tak melihat mukanya, tentu akan mengira kalau
anak kecil yang bicara.
"Suhu, mengapa kau orang tua juga datang ke
Kwitang sini?" kembali Hiat-ji ajukan pertanyaan.
"Pemerintah
agung Ceng mengutus orang menyampaikan surat padaku, supaya turun gunung
membantunya. Walaupun aku seorang liar, tapi tahu juga
akan rasa terima kasih. Kudengar sepak terjang si Go
Sam-kui itu mencurigakan, mengunjuk sikap hendak
memberontak. Kwisay, Kwitang serta Hun-lam berbahaya
suasananya. Oleh karena kau berada di Kwitang, maka
segera aku datang kemari mencarimu"
"Suhu, dengan kesaktianmu itu, mengapa tak
menghajar saja ke Giok-li-nia, pusat berkumpulnya
kawanan pemberontak itu" Biar mereka tahu rasal" Seru-
Hiat-ji. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sampai disini tahulah sudah Tong Ko apa yang
dimaksudkan dengan tulisan "perubahan besar timbul
dengan mendadak" itu. The Ing tentu maksudkan
munculnya. siorang tua kate itu. Ditilik dari gelagatnya,
wanita aneh dari gua itu tentu bukan tandingan siorang
tua kate, maka sampai pusaka jaring kena dirampas.
Ilmu kepandaian wanita itu cukup tinggi, tak
sembarang tokoh persilatan dapat menandinginya. Kalau
in saja sampai kalah, terang kepandaian sikate itu bukan
main dan dengan begitu The Ing tentu sudah mengalami
kecclakaan. Menuruti getaran hati, seketika itu juga dia
sudah hendak menobros keluar untuk menghadapi
mereka, tapi tiba2 orang tua kate itu kedengaran
berkata: "Hiat-ji, adatmu masih seperti anak kecil saja.
Kau sudah lama berkelana didaerah Kwitang sini, apakah
pernah mendengar tentang golok pusaka Kian-thian-it-
gwan pik-li-to?"
Disinggungnya golok pusaka itulah yang membuat
Tong Ko hentikan langkahnya hendak keluar tadi.
"Belum pernah mendengarnya!" seru Hiat-ji dengan
terkejut. "Aneh," kedengaran sikate menyahut "malam lusa tak
berapa jauh dari gunung ini kulihat ada segulung sinar
gemilang yang rupanya mirip dengan golok pik-li-to.
Menurut cerita rakyat Tibet kami sewaktu Thio Cian-seng
dari ahala Han mengunjungi daerah itu, baginda Tay
Wan telah menghadiahkan golok pusaka Kian-gun-it-
guan pik-li-to yang terbuat daripada emas murni
keluaran daerah barat itu. Ai, sayang, gerakan
sipembawa golok pusaka itu sangat luar biasa cepatnya.
Waktu hendak kukejar, dia sudah menghilang. Hiat-ji,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar ilmu kepandaianmu sudah tinggi, tetapi belum
mencapai kesempurnaan. Asal kau dapat memperoleh
golok pusaka itu berikut ilmu permainannya yang tiada
tara saktinya, rasanya sekian banyak taylwe-ko-chiu
(jagoan istana Ceng) tak nanti dapat menandingimu"
"Suhu, dimana kau melihalnya" Ayoh, lekas kita cari !"
seru Hiat-ji sambil berjingkrak girang
Orang kate itu mengiakan Dia hanya kelihatan me-
nepuk2 pakaiannya dan entah bagaimana tiaranya
bergerak, tahu2 dia sudah melesat tiga empat tombak
jauhnya. Larinya bagai segulung asap, pesatnya bukan
kepalang. Tiba2 dia hentikan langkahnya, berpaling
kebelakang seraya berseru. "Jaring liok-i-bang dari
wanita itu juga termasuk senjata pusaka, terbuat
daripada sutera labah2 kim-cu. Jangan lupa membawanya?"
Hiat-ji mengiakan dan setelah mengemasi jaring itu,
dia lalu menyusul suhunya. Dalam sekejab saja kedua
orang itu sudah lenyap dalam kegelapan malam. Kini
baru Tong Ko berani unjukkan diri dari tempat
persembunyiannya. Lebih dahulu dia beresi sisa daging
rusa yang ada disitu untuk mengisi perutnya. Diam2 dia
mengagumi golok pusaka hadiah Sik Lo-sam itu. Kalau
saja dapat dia mempelajari ilmu permainannya, rasanya
dia bakal menjagoi dunia persilatan. Sik Lo-sam
mengatakan golok itu dicurinya dari gunung Sin-ban-tay-
san, tetapi tak tahu bagaimana ilmu permainannya. Ah,
kebenaran sekali kalau dia pergi kegunung itu. Pertama,
untuk menjumpai ayah-bunda The Ing dan kedua
kalinya, siapa tahu kalau awak mujur, tentulah dapat
menemukan rahasia permainan golok itu Dendam
penasarannya pasti terhimpas, namanya akan dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
direhabiliteer (dikembalikan) pula sebagai salah seorang
pahlawan yang gagah perwira.
Tengah dia dilamun oleh cita2nya yang membubung
itu, se-konyong2 ada serangkum angin puyuh meniup,
sehingga unggun api itu tertiup naik sampai beberapa
meter tingginya. Menyusul dengan itu, apipun padam
dan disekelilingnya menjadi gelap gelita. Terang api itu
tertiup padam oleh angin puyuh, tapi mengapa" Api
unggun itu sudah sekian lama berkobar nyalanya.
Sekalipun ada angin puyuh, yang bagaimana dahsyatnya
hingga memadamkan, tentu tiada semuanya padam.
Sekurang2nya pasti masih ada sisa lelatunya yang masih-
hidup. Tetapi mengapa api unggun itu padam serempak"
Tong Ko insyaf tentu ada sesuatu yang kurang wajar.
Baru saja dia berbangkit atau cari sebelah belakang
sudah terdengar deru sambaran senjata melayang
datang Tak kurang sebatnia, Tong Ko segera sabatkan
liong-kau-pian kebelakang dalam diurus "tunyang-hui-
kiam". Tapi sabetannya itu mengenai tempat kosong dan
dengan tangkasnya dia berputar lagi kebelakang.. Belum
sempat dia lancarkan serangannya yang kedua, terasa
ada angin meniup disisi nya. Rasanya seperti ada
sesosok tubuh menyamber disampingnya. Jurus kedua
"kok-ciu-ja-ho" dia hantamkan, namun lagi2 menyambar
angin saja. Kiranya deru angin itu sudah jauh, saat itu
tiada terdengar suara apa2 lagi.
Buru2 Tong Ko pasang geretan api. Hai, kiranya diatas
tumpukan unggun itu terdapat sebaran pasir halus,
makanya apinya sampai padam sama sekali. Waktu
sebaran pasir halus itu disingkirkan, apipun kembali
menyala. Tatkala dia menunduk untuk melakukan
pemasangan unggun itu, tiba2 dilihatnya robekan baju
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertulisan tadi jatuh diatas tanah. Robekan baju itu tadi
disimpannya dengan hati2, mengapa bisa jatuh" Memikir
hal itu teringatlah dia akan golok pusaka pik-li-to.
Tangannya meraba kedada dan astaga, ternyata golok
itu sudah tak ada lagi!
Baru saja dia mengetahui akan kesaktian golok itu
atau kini sudah hilang lenyap. Walaupun marah, namun
tak mau dia mengejar penyerang gelap itu, karena
menginsyafi dirinya bukan tandingan musuh yang
sedemikian saktinya itu. Hanya yang dia herankan
mengapa dengan mempunyai kepandaian yang sedemikian hebatnya itu, orang tersebut tak menyerangnya saja secara terang2an, tetapi secara
menggelap begitu" Rasanya bukan si Hiat-ji atau sikate
yang melakukan. Adalah Sik Lo-sam karena merasa
getun menyerahkan golok itu" Ah rasanya juga tidak.
Kemungkinan besar tentulah orang yang pada malam itu
pernah mengambil dan menggantung golok itu diatas
penglari wuwungan tempo harl. Tetapi siapa gerangan
orang aneh itu" Apa maksudnya"
Dalam kemasgulannya dia menghibur diri. Dalam
keadaan masih begitu rendah kepandaiarnnya, rasanya
lebih baik tak memiliki senjata pusaka itu daripada nanti
mengundang bahaya di-kejar2 oleh kaum persilatan yang
tentu sangat mengilerkan pusaka itu. Maka dipungutnya
lagi robekan baju tadi dan serentak seperti meng-iang2
pulalah kata2 yang tertera dalam pesan robekan-baju itu:
"Ko-ko, lekas pergi ke Sip-ban-tay-san memberitahukan
ayah bundaku! Lekas, lekaslah!"
Jika benar The Ing mengalami sesuatu yang tak
diinginkan, tentulah perbuatan siorang tua kate clan Shin
Hiat-ji. Tetapi Siapakah gerangan ayah-bunda The Ing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu" The Ing hanya pernah mengatakan dirinya
dibesarkan ditengah hutan belantara, lain tidak. Rasanya
orang tua The Ing Itu tentulah orang2 sakti yang
menyepikan diri dari pergaulan ramai.
Begitulah akhirnya dia ambil putusan menuju
kepegunungan itu.
---oo-dwkz+0+tah-oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 13 : DI GUNUNG SERIBU
Sekeluarnya dari Lo-hu-san dia membeli seekor kuda
Golok Halilintar 3 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Duri Bunga Ju 9
^