Pencarian

Istana Kumala Putih 11

Istana Kumala Putih Karya O P A Bagian 11


Kali ini suara itu dapat didengar lebih nyata, Kim Houw tidak bersangsi lagi ia lalu lompat
bangun dan berkata kepada Peng Peng.
"Itu suaranya Tie-kie......"
"Engko siapa dia....?" tanya Peng Peng sambil tarik tangannya Kim Houw.
Kim Houw ingat majikannya kuda itu, ia kuatirkan Peng Peng tidak memahami dirinya, maka
lantas menjawab: "Itu adalah kuda tunggangannya salah satu sahabatku, entah apa sebabnya
bisa datang kemari" Kau di sini tunggu sebentar aku akan pergi lihat."
Peng Peng tahu bahwa Kim Houw tidak akan tinggalkan padanya, apalagi di sini juga tidak ada
ancaman bahaya apa-apa, maka lalu menyahut: "Pergilah, tapi lekas kembali! Aku tunggu kau
makan bersama-sama."
Kim Houw tersenyum, lalu gerakan badannya, sekejap saja sudah menghilang dari depan
Peng Peng. Gwanswee tua dan ketiga ciangkun yang menyaksikan gerakan Kim Houw sudah menghilang
begitu cepat, semua pada kaget dan terheran-heran.
Peng Peng nampaknya sangat puas sambil ketawa dingin ia berkata kepada mereka:
"Kalian tahu siapa dia" Dia adalah satu pendekar jelmaan binatang macan putih dari
kahyangan. Kalau begitu menghina kita apakah kalian masih pikir bisa pertahankan jiwamu lebih
lama lagi?"
"Aaaa! nona tentunya juga dewi dari kahyangan yang menjelma jadi manusia. Ini.... bagaimana
baiknya" Dalam gedung kita ini kecuali itu rebung-rebung kering, yang dapat digunakan untuk
menjamu para tetamu kita, sudah tidak ada lain barang yang bisa disuguhkan." jawab sang
gwanswee sambil menggigil.
"Hm, kalian mempermainkan kita setengah harian, sudah tentu kita tidak bisa memberi ampun
secara mudah! Malam ini kalau kau dapat sediakan hidangan untuk kita, yah sudah, tapi kalau
tidak, hati-hati dengan batok kepalamu !"
Ucapan Peng Peng itu hanya sebagai gertakan saja, sudah tentu ia tidak akan buktikan.
Tidak nyana Gwanswee tua itu telah anggap benar-benar dengan suara setengah meratap ia
menjawab: "Nona, sekalipun kau binasakan jiwa kita serumah tangga, juga tidak bisa dapatkan sedikitpun
barang makanan."
Peng Peng yang mendapat jawaban begitu sungguh-sungguh hampir saja percaya
omongannya. Selagi hendak berlalu untuk mencari Kim Houw, hidungnya tiba-tiba mencium bau
binatang piaraan.
Ia masih belum tahu binatang piaraan apa yang dipiara oleh gwanswee tua itu, tapi dalam
hatinya berpikir: biarlah aku cari tahu dulu.
Tanpa banyak bicara, dengan meniru caranya Kim Houw, sebentar kemudian ia sudah lompat
keluar. Tiba di pekarangan belakang ia mencari ubek-ubekan, tapi tidak menemukan piaraan apa-apa.
Ia masih anggap karena perutnya lapar, maka hidungnya juga kesalahan mencium bau.
Mendadak sebuah batu kecil melayang turun dari atas rumah.
Peng Peng mengira Kim Houw yang sudah balik pulang, maka lantas lompat melesat ke atas,
tapi baru saja tancap kakinya segera mendapat cium bau piaraan ayam. Ia menjadi girang, dengan
cepat mendorong pintu kamarnya.
Ketika pintu terbuka, hampir saja Peng Peng lompat karena kagetnya. Ruangan kamar yang
sangat luas itu, ternyata penuh dengan isinya ayam hidup, besar kecil entah berapa ratus ekor
banyaknya. Peng Peng tidak perdulikan lagi, dengan cepat ia lompat masuk dan menangkap dua ekor.
Sungguh aneh, ayam-ayam itu semuanya seperti gagu tidak bersuara atau terbang lari.
Setelah menangkap ayam, Peng Peng balik lagi ke dapur, tapi di dapur ternyata kosong tidak
ada barang seorangpun. Selagi dalam keadaan tidak berdaya, mendadak lihat Hoan ciangkun
muncul di depan pintu.
"Nona aku datang hendak membantu kau tapi kau harus bagi aku sedikit, sepotong cakar saja
sudah cukup. Tadi kalau aku tidak melemparkan batu, kau juga tidak bisa menemukan dimana
adanya ayam ini, tambah lagi sepotong sayapnya barangkali nona juga tidak keberatan! Andaikata
aku bantu kau memotong dan memasak ayam ini, bolehlah bagi lagi kepalanya. Lagi pula, jika aku
Hoan ciangkun tidak antarkan masuk kemari, kau tentunya tidak dapat makan daging ayam, untuk
jasa-jasa itu, rasanya nona perlu membagi sedikit lagi......" katanya Hoan ciangkun dengan wajah
cengar cengir. "Baik, baiklah! Tak usah kau banyak bicara aku nanti tangkapkan seekor lagi untuk kau. Tapi
kau harus masakkan untuk aku, kalau salah hati-hati dengan kepalamu!"
Hoan ciangkun bukan main girangnya, ia lantas turun tangan memotong ayam.
Peng Peng benar saja menangkapkan satu ekor lagi untuk Hoan ciangkun, tapi ia paksa
padanya supaya masakkan dulu untuk dirinya, seekor dipanggang, seekor lagi direbus, Belum ada
setengah jam, dua ekor ayam sudah matang semua.
Mendadak di luar dapur terdengar suara orang memanggil "Peng Peng! Peng Peng!" tidak
henti-hentinya.
Peng Peng tahu bahwa Kim Houw sudah balik kembali, maka lalu berkata kepada Hoan
ciangkun: "Hoan ciangkun, kau keluar sebentar!"
Hoan ciangkun dapat cium baunya ayam matang yang wangi sekali, sudah kepingin makan
saja. Ketika mendengar perintah Peng Peng terpaksa ia menurut. Peng Peng juga menyusul
keluar. Hoan ciangkun menyaksikan Peng Peng keluar dengan tangan kosong, diam-diam merasa
girang dan segera balik kembali ke dapur.
Ia bongkar-bongkar seluruh dapur, tapi ia tidak dapat menemukan dua ekor ayam yang
barusan sudah matang.
Peng Peng keluar dari dapur, dari jauh sudah dapat lihat Kim Houw berdiri di dalam ruangan,
tengah memondong seorang wanita berbaju hijau. Mulutnya tidak henti-hentinya memanggil Peng
Peng, tapi Peng Peng merasa cemburu, hatinya merasa tidak enak.
Peng Peng sengaja berjalan seenaknya. Ketika Kim Houw menampak padanya, lantas lompat
menghampiri dan menegur :
"Peng Peng, kau mengapa" Aku panggil kau sekian lama, mengapa tidak menyahut " Kau
tidak tahu betapa cemas perasaanku ?"
"Perlu apa tergesa-gesa, sabar sedikit apa tidak boleh ?" jawab Peng Peng tenang.
Kim Houw rupanya dapat mengendus bau asam, tapi untuk kepentingan menolong jiwa orang,
ia sudah tidak mempunyai waktu untuk menjelaskan duduknya perkara kepada Peng Peng, maka
lantas berkata pula :
"Peng Peng, menolong jiwa orang ada sangat penting, mengapa sampai saat ini kau masih
memain ?" Tapi Peng Peng sedikitpun tidak berobah sikapnya, ia masih menjawab dengan dingin:
"Menolong jiwa orang " Siapakah yang harus ditolong " Jiwa sahabatmukah " Nampaknya
kau begitu cemas. Pantas begitu masuk rumah, kau masih pondong padanya begitu erat, agaknya
berat melepaskan !"
Kim Houw mengerti bahwa Peng Peng benar-benar sudah cemburuan.
"Peng Peng, kau jangan main-main lagi! Kau coba lihat, di sini mana ada tempat yang cukup
untuk memeriksa orang sakit " Dia kini sedang sakit keras !"
Tapi Peng Peng rupa-rupanya masih belum mau mengerti.
"Peng Peng aku terpaksa harus minta bantuanmu, karena kalian sama-sama wanita, tidak
perlu malu-malu. Aku dengan dia, biar bagaimana tokh merasa kikuk, apakah kau benar-benar
tidak mau membantu ?" tanya pula Kim Houw.
Mendengar keterangan Kim Houw, Peng Peng hatinya merasa lega. Diantara mereka masih
ada mempunyai perasaan kikuk, kalau begitu hubungan mereka masih belum terlalu akrab.
"Baiklah, mari kita cari tempat untuk memeriksa dia !" jawabnya.
Tanpa banyak bicara, Kim Houw lantas lari menuju ke ruangan belakang. Disitu gwanswee tua
dan lain-lainnya ternyata sudah tidak kelihatan bayangannya.
Kim Houw membuka pintu sebuah kamar, di situ ternyata cuma kedapatan sebuah
pembaringan yang terbikin dari kayu yang sudah tua, ia lalu letakkan dirinya wanita itu diatas
pembaringan kemudian berkata kepada Peng Peng :
"Peng Peng, dia sakit keras, sudah lama berada dalam keadaan pingsan, coba kau periksa
dulu...." "Aku mengerti, pergilah !" jawabnya Peng Peng agak ketus.
"Peng Peng, kau tidak usah kuatir, aku tidak akan tinggalkan kau. Kalau kau sudah tolong
padanya sehingga mendusin, aku nanti jelaskan hubunganku dengan dia." kata Kim Houw yang
lantas keluar dari kamar.
Ucapan Kim Houw ini merupakan obat tenang bagi Peng Peng. Tapi, ia masih tidak mau
unjukkan girangnya, bahkan masih berkata dengan suaranya yang agak ketus :
"Siapa ingin penjelasanmu. Lekas pergi, di dapur sudah kusediakan ayam, lekas makan, kalau
sudah kenyang lekas kembali."
Kim Houw sebetulnya sudah lupa rasa laparnya, mendengar ucapan Peng Peng bahwa di
dapur ada ayam, rasa laparnya segera bangkit kembali.
Tiba di dapur, Kim Houw lihat pintu dapur tertutup rapat. Ia coba dorong, ternyata tidak
terbuka. Mendadak dari dalam terdengar suara keresekan. Ia lalu mengintip, lantas dapat lihat
Hoan ciangkun dengan kedua tangan memegang seekor ayam panggang sedang hendak
digerogoti. Kim Houw mengira bahwa ayam panggang itu adalah yang dikatakan oleh Peng Peng tadi,
telah dicuri oleh Hoan ciangkun, maka ia tidak mau mengerti, dengan sekali dorong pintu lantas
terbuka. Hoan ciangkun terperanjat, tidak perduli siapa yang datang, ia lantas padamkan lampu
penerangan. Tidak nyana begitu keadaan gelap, ayam ditangannya lantas terbang entah diambil
siapa. Saat itu, Kim Houw sedang duduk diatas penglari rumah sambil makan daging ayamnya.
Baru saja ia makan sebagian, mendadak melihat berkelebatnya bayangan orang, sebentar
kemudian ia lihat dirinya Peng Peng, ia lalu bersuit perlahan, hingga Peng Peng segera
mengetahui dimana Kim Houw berada.
Dengan cepat ia lompat naik, setelah berada disampingnya, lalu berkata dengan suara agak
cemas: "Engko Houw, siapa sebetulnya nona itu?"
"Bagaimana" Apa sudah sadar?"
"Belum, aku hanya dapat mengetahui dia bukan saja berat penyakitnya, bahkan sedang
hamil!" Mendengar keterangan Peng Peng tentang hamil, Kim Houw terperanjat. Sudah tentu ia tidak
mempunyai hubungan tidak sopan dengan nona itu, maka tidak ada perlunya merasa takut. Cuma
ia merasa heran, nona itu yang bukan lain adalah Kie Yong Yong sendiri, hamil oleh siapa" Apa
benar dimana partai Ceng-hong-kauw ia sudah menjadi bakal isteri orang " Tapi mengapa ia
kabur" Apakah bakal suaminya ada seorang jelek yang tidak pantas menjadi suaminya"....
Serentetan pertanyaan mendadak timbul dalam otaknya Kim Houw, hingga Kim Houw lupa
menjawab pertanyaan Peng Peng. Untung saat itu Peng Peng tidak ambil perhatian terhadap
perobahan sikapnya, karena perhatiannya ditujukan kepada panggang ayam yang berada di
tangannya Kim Houw, dan ia sudah lantas merampasnya serta dijejalkan ke mulutnya sendiri.
"Engko Houw, masih ada seekor ayam rebus!" Peng Peng mendadak ingat ayamnya, maka
lantas beritahukan kepada Kim Houw.
Tapi Kim Houw memandang padanya dengan heran, ia anggap Peng Peng sedang mimpi.
Peng Peng sebaliknya mengira Kim Houw tidak mau mengambilkan untuk ia, maka lantas
berkata sambil ketawa:
"Biarlah aku ambil sendiri!"
Peng Peng lalu lompat turun. Di dapur ia telah menemukan Hoan ciangkun sedang duduk di
tanah sembari menangis. Dalam hati merasa heran sendiri, tapi ia tidak mau ambil pusing terus
mencari ayam rebusnya. Ketika ia melihat miliknya masih lengkap, ia lantas tahu apa sebabnya
Hoan ciangkun menangis, hingga dalam hati merasa geli.
Ia lalu ambilkan kaki dan sayapnya serta kepalanya, semua diberikan kepada Hoan ciangkun
sembari berkata:
"Nah, ini untuk jasa-jasamu, ambillah!"
Mendapat hadiah tiga rupa makanan itu Hoan ciangkun girangnya bukan kepalang, dengan
cepat lantas digerogoti. Meski semua itu merupakan tulang-tulang, tapi Hoan ciangkun makan
dengan lahapnya.
Peng Peng tidak perdulikan sikapnya Hoan ciangkun, dengan cepat balik lagi keatas penglari,
tapi disitu ternyata sudah tidak kelihatan bayangannya Kim Houw.
Ia mengira Kim Houw pergi tengoki si nona baju hijau, kembali timbul pikiran cemburuannya,
maka ia lantas pergi kekamar dimana rebah dirinya si nona baju hijau.
Siapa nyana nona baju hijau itu ternyata masih tetap dalam keadaan pingsan, di situ juga tidak
ada bayangannya Kim Houw.
Kemana sebetulnya Kim Houw telah pergi" Mengapa ia pergi secara diam-diam"
Mendadak suara kuda berbenger telah memecahkan suasana malam yang sunyi itu!
Nona baju hijau itu agaknya dibikin terkejut oleh suara kuda itu, tiba-tiba membalikkan
badannya. Begitu sadar ia lantas menjerit.
Jeritannya sangat lemah, tapi sudah cukup menandakan kekagetan dan ketakutannya. Sebab
saat itu ia telah mendapat kenyataan, meski baju luarnya tidak terbuka, tapi baju dalamnya seperti
pernah dibuka orang.
Peng-peng buru-buru menghampiri serta menghiburnya: "Enci, apa kau sudah merasa baikan"
Penyakitmu nampaknya agak berat."
Si nona baju hijau itu memang benar Kie Yong Yong. Ketika berpisahan dengan Kim Houw
tanpa pamit, lantas membedal kudanya dengan tanpa tujuan.
Entah berapa jauh ia sudah larikan kudanya, sampai kudanya sudah letih benar, ia baru
hentikan larinya.
Tapi selanjutnya akan kemana" Ia sendiri juga tidak tahu.
Hati Kie Yong Yong amat risau, ia sebetulnya mengharap supaya Kim Houw bisa mengajaknya
merantau di dunia Kang-ouw, siapa nyana kalau Kim Houw ternyata ada seorang berhati binatang.
Dalam hatinya Kie Yong Yong, Kim Houw telah mempermainkan dirinya, menodakan
kehormatannya dan kemudian mensia-siakan padanya dengan begitu saja. Ia mulai membenci
penghidupan, membenci Kim Houw, membenci nasibnya sendiri yang malang....
Hidup diliputi oleh segala macam kebencian, apa artinya hidup"
Karena putus harapan, satu ketika ia sudah ingin ambil keputusan nekad, ia ingin buang diri
dari sebuah bukit yang tinggi, tapi bagaimana kalau tidak mati"
Akhirnya, ia ambil keputusan hendak menggantung diri. Ia buka ikat pinggangnya, diikatkan di
atas sebatang pohon besar. Tapi dikala menghadapi saat terakhir bagi hidupnya itu, perasaan
sedih timbul secara tiba-tiba, air matanya lantas mengalir turun dari kelopak matanya.
Tepat pada saat itu, kuda tunggangannya agaknya dapat menebak maksud majikannya, ia
lantas berbenger dan melompat-lompat tidak henti-hentinya.
Tidak antara lama, selagi Kie Yong Yong hendak ikat pinggangnya, disekitarnya mendadak
berkumpul puluhan laki-laki, yang dipimpin oleh seorang pemuda berwajah cakap.
Dalam keadaan demikian, siapapun bisa menduga apa maksudnya Kie Yong Yong. Anak
muda itu lantas berkata: "nona manis, perlu apa harus membunuh diri" Apa tidak sayang dengan
jiwamu yang masih begitu muda" Kau ada kesulitan apa" Aku Ko Thian Seng dapat membantu
kau untuk membereskan. Dalam gunungku kebetulan membutuhkan Apee-hujin (istri penyamun).
Nona manis, mari ikut aku saja."
Kie Yong Yong menatap wajah Ko Thian Seng, siapa memang cukup tampan tidak kalah
dengan Kim Houw. Cuma sayang, hatinya sudah hancur luluh, sekalipun yang lebih cakap dari
pada Kim Houw juga tidak mampu menyembuhkan luka dalam hatinya.
Ko Thian Seng menampak si nona terus membungkam, lalu menghampiri, kemudian ulur
tangannya hendak menowel pipinya.
Terhadap kelakuan yang sangat ceriwis itu bagaimana Kie Yong Yong mau tinggal diam"
Belum sampai tangan Ko Thian Seng dapat meraba pipinya, Kie Yong Yong mendadak sambuti
dengan satu serangan yang amat telak hingga badan Ko Thian Seng terpental melayang sampai
tiga tombak jauhnya. Tangannya patah, orangnya lantas pingsan.
Beberapa puluh anak buahnya ketika menampak keadaan demikian, lantas pada menghunus
senjata masing-masing, menyerang Kie Yong Yong.
Si nona gusar, lalu menghunus pedangnya untuk menyambuti anak buahnya Ko Thian Seng.
Kepalanya sendiri begitu tidak berguna, apalagi anak buahnya" Sebentar saja, banyak yang
telah rubuh terluka parah atau binasa. Kie Yong Yong agaknya sangat benci terhadap orang laki,
maka ia turun tangan tidak tanggung-tanggung, hingga begitu banyak anak buahna Ko Thian
Seng, sebagian besar pada terluka atau binasa.
Mendadak diantara suara jeritan manusia itu terdengar suara orang menyebut Budha. Kie
Yong Yong terperanjat, ketika ia hentikan gerakannya untuk melihat siapa yang datang, entah
sejak kapan dalam medan pertempuran itu sudah berdiri seorang nikow tua.
Kie Yong Yong mengira bahwa nikow tua itu datang hendak membantu kawanan penyamun,
hingga tidak mau ambil pusing, kembali menghajar kawanan berandal yang hendak kabur.
Selagi hendak membinasakan salah satu kawanan berandal itu, mendadak ia rasakan ada
sambaran angin, pedang di tangannya terdengar bersuara "trang" kena disambit dengan batu
kecil, sehingga miring dan hampir saja terlepas dari tangannya.
Kie Yong Yong terkejut, kekuatannya sebuah batu kecil saja begitu besar, dapat dibayangkan
betapa hebat kekuatan tenaga lwekangnya orang yang menyambit tadi. Tapi Kie Yong Yong
sedikit pun tidak takut, ia sudah anggap kematian itu tidak ada artinya apa-apa, kalau tokh ia
sendiri tidak berhasil menghabisi jiwanya sendiri, apa salahnya pinjam tangan orang lain"
Maka Kie Yong Yong tanpa banyak bicara, lalu tinggalkan kawanan berandal yang hendak
dibunuh tadi, berbalik menyerang si nikow tua.
Entah bagaimana caranya bergerak, tahu-tahu nikow tua itu sudah melesat setombak lebih
jauhnya dan lantas berkata kepada Kie Yong Yong:
"Li-sicu, mengapa begitu ganas" Berbuatlah sedikit kebajikan terhadap sesama manusia, sicu
pandang jiwa manusia seperti barang permainan, bukankah itu ada melanggar kemauan Tuhan?"
Kie Yong Yong yang sedang gelap pikirannya, bagaimana bisa dengar perkataan nikow tua
itu" Dengan tidak banyak rewel, kembali ia putar pedangnya menyerang padanya.
Tapi kali ini nikow tua itu tidak mengelakkan lagi serangannya Kie Yong Yong. Ia kebutkan
lengan jubahnya untuk menahan pedangnya Kie Yong Yong.
Namun Kie Yong Yong juga bukan orang sembarangan, ketika ia merasakan sambaran angin
kuat, ia lantas buru-buru putar tubuhnya dan melakukan serangannya pula secara membalikkan
badannya. Nikow tua itu menampak Kie Yong Yong berulang kali melakukan serangannya begitu ganas,
dalam hati agak mendongkol, maka lantas putar lengan jubahnya, hendak memberi sedikit hajaran
terhadap nona yang bandel itu.
Nikow tua itu meski turun tangan melayani Kie Yong Yong, tapi sebenarnya tidak banyak


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan serangan, seolah-olah sengaja hendak menguji kekuatannya si nona, kemudian baru
turun tangan memberi hajaran.
Kie Yong Yong melancarkan serangannya bertubi-tubi, tapi semua telah dielakkan dengan
mudah oleh nikow tua itu. Ia tahu ada sukar untuk menandingi kekuatannya nikow tua itu, tapi ia
masih tetap tidak mau mundur, ia bermaksud handak mengeluarkan ilmu pedangnya yang paling
lihay: "How-ie-kiam" untuk merebut kemenangan.
Mendadak terdengar suara riuh:" Lo-cecu datang! Lo-cecu datang!"
Kie Yong Yong mendengar pihak berandal telah datang kepalanya sendiri, dengan cepat
undurkan diri, baru saja tancapkan kaki, dihadapannya sudah berdiri seorang tua yang
potongannya seperti kerbau. Orang itu memandang Kie Yong Yong sejenak, segera mengawasi si
nikow tua. Agaknya ia tidak memandang Kie Yong Yong sama sekali.
Tapi ketika matanya kebentrok dengan pandangan mata si nikow tua, ia lantas berkata sambil
tertawa dingin: "Hm! Kiranya adalah kau lagi!"
Nikow tua itu merangkap kedua tangannya memberi hormat, menjawab: "Cin cecu, sudah
banyak tahun kita tidak bertemu, mengapa mengatakan loni lagi?"
"Tahun lalu kau telah menghajarku dan melukai isteriku, hal ini aku masih belum lupa, kini
kembali kau telah melukai anakku, bagaimana aku tidak mengatakan kau lagi?"
Kie Yong Yong mendadak nyeletuk dari samping: "Orang yang melukai anakmu itu adalah aku,
ada urusan apa-apa kau cari saja padaku. Segala bocah ceriwis dan tidak tahu malu, jangan kata
baru dilukai, dimampusi juga tidak ada salahnya."
Saat itu Ko Thian Seng meski sudah terluka, tapi masih bisa berdiri dengan dibimbing oleh
seorang anak buahnya. Mendengar ucapan Kie Yong Yong, ia juga lantas turut campur mulut :
"Bagus sekali kelakuanmu ya, perempuan hina, kau sendiri yang mau mencari mampus dengan
jalan menggantung diri, adalah aku yang karena merasa kasihan telah menolongi jiwamu.
Sekarang sebaliknya kau mengatakan aku ceriwis. Ayah, dia telah membikin patah tangan
anakmu." Sang ayah sangat gusar, tapi Kie Yong Yong juga tidak kalahy gusarnya. Kedua pihak sudah
siap hendak melakukan pertempuran.
Mendadak nikow tua itu lompat ke sampingnya Kie Yong Yong: "Li-sicu, kau bukan
tandingannya, biarlah loni nanti yang menalangi." katanya.
Dari pembicaraan antara si orang tua dengan nikow tua, Kie Yong Yong tahu bahwa nikow tua
itu bukan konconya berandal itu. Namun ia masih belum mau menerima kebaikan sang nikow,
sebabnya ia sudah kepingin mencari jalan mati.
Sebelum nikow tua itu bertindak Kie Yong Yong sudah mendahului bergerak, dengan ujung
pedangnya ia menikam si orang tua. Kali ini ia tahu berhadapan dengan kepala berandal, maka
begitu turun tangan lantas menggunakan ilmu pedangnya yang paling lihay: Hoa-It-kiam. Ilmu
pedang ini cepat seperti kembang yang beterbangan dan rapat seperti jatuhnya air hujan.
Demikian, seperti air hujan yang terdiri dari beberapa butir air, ia menikam, sasarannya dada si
orang tua. Sang lawan menampak ilmu pedang Kie Yong Yong begitu rapat, segera mengetahui gayanya
ilmu pedang itu. Tapi ia masih bisa tertawa bergelak-gelak, tidak berkelit atau mengegos, juga
tidak balas menyerang.
Kie Yong Yong semakin gusar, pikirnya: "sekalipun kau mempunyai ilmu kebal, juga tidak nanti
mampu menyambuti serangan yang kulancarkan dengan kekuatan penuh tenaga lwekang."
begitu ia berpikir, ujung pedangnya segera meluncur mengarah dada lawan.
Orang tua itu kakinya masih tetap tidak bergerak, tapi ketika ujung pedang tiba di depan dada,
badannya bagian atas mendadak mengelak ke bekakang dengan demikian maka ujung pedang
Kie Yong Yong tidak mengenai sasarannya. Sebaliknya Kie Yong Yong yang menyerang terlalu
bernapsu, sukar untuk dapat menarik kembali serangannya.
Tiba-tiba ia dengar suaranya nikow tua: "Lie sicu hati-hati!"
Melihat sukar untuk menarik kembali serangannya, Kie Yong Yong sudah bermaksud hendak
melompat mundur, tapi mendadak dengan seruan nikow tua itu lantas berlaku nekad. Ia urungkan
maksudnya mundur, sebaliknya malah maju, pedangnya menyerang seperti jatuhnya hujan.
Apa mau sambaran angin yang sangat kuat telah menyerang padanya dari kanan dan kiri. Kie
Yong Yong hendak berkelit sudah tidak keburu, hingga oleh angin kuat tadi ia terpukul sampai
mental tiga tumbak lebih jauhnya.
Nikow tua yang menyaksikan kejadian itu terperanjat, lalu gerakan tangannya menyambuti
badannya Kie Yong Yong, kemudian di bawa kabur.
Si Kepala berandal berteriak-teriak sambil mengejar :
"Yaoni! Apa kau hendak kabur " Tinggalkan jiwamu dulu!"
Sang nikow melihat Kie Yong Yong pingsan, tidak berani menunda perjalanannya. Ia kerahkan
ilmu lari pesat dan lompat jauh, tapi, karena sembari memondong dirinya Kie Yong Yong, sudah
tentu agak lambat, sedangkan si orang itu sudah mengejar semakin dekat.
Nikow tua itu sebetulnya tidak takut si orang tua seperti kerbau, ia percaya masih mampu
menandingi, bahkan masih ada kemungkinan dapat merubuhkan padanya, cuma, pertarungan itu
sedikitnya tentu akan makan waktu dua ratus sampai empat ratus jurus.
Apa yang ia kuatirkan ialah dirinya Kie Yong Yong yang sudah pingsan. Kalau ia harus
bercampur melawan si kepala berandal itu, anak buahnya pasti turut campur tangan merebut
dirinya Kie Yong Yong. Dengan demikian maka keadaan Kie Yong YOng akan berbahaya sekali.
Selagi nikow tua itu merasa serba sulit, mendadak ia dengar suara kaki kuda, seekor kuda
hitam sudah lari menghampiri padanya.
Nikow tua itu sangat girang, dengan cepat lantas ia loncat di gegernya. Ia tadinya berpikir
hendak letakkan Kie Yong Yong di gegernya kuda itu, dan ia sendiri hendak menempur kepala
berandal. Tapi heran kuda hitam itu lantas unjuk ketangkasnnya, meski di atas gegernya ada
duduk dua orang, ia masih berlari seperti terbang.
Sebentar saja, si kepala berandal sudah ketinggalan jauh.
Nikow tua merasa sangat heran atas kegesitan dan kecerdikannnya kuda hitam itu.
Ketika Kie Yong Yong sadar dari pingsannya ternyata sudah satu hari satu malam.
Kie Yong Yong baru hendak bergerak ia merasakan badannya seperti terikat kencang,
bergerak sedikit saja sekujur badannya dirasakan sakit sekali.
Dalam kagetnya ia coba membuka matanya, tapi rasanya berat sekali.
Tiba-tiba ia dengar suara orang berkata : "Nona, kau telah terluka parah, harap jangan
bergerak sembarangan..... "
Kie Yong Yong sudah membuka matanya, dihadapannya ada seorang pemuda seperti anak
sekolah, sedang memandang padanya dengan sorot matanya yang tajam dan bening.
Ketika melihat anak muda itu, Kie Yong Yong bertambah heran.
"Siaoseng Kee Yong Seng," anak muda itu perkenalkan diri. "Nona telah di tolong oleh sukow
dan di antar kemari. Menurut keterangan sukow, luka nona sangat parah, meski sudah makan
obat mungkin dalam satu atau dua bulanan, barangkali masih belum bisa bergerak ....."
Mendengar keterangan itu, Kie Yong Yong dirasakan hancur, ia lantas menjerit dan pingsan
lagi! Ketika tersadar untuk kedua kalinya, ternyata hari itu sudah tengah malam. Sinar rembulan
menembus masuk ke dalam kamarnya, hingga keadaan dalam kamar nampak terang.
Kie Yong Yong buka matanya mengawasi isi kamar itu, ternyata ada satu kamar tidur yang
sangat rapi bersih. Ketika ia menengok ke bawah, ia lihat dekat tempat tidurnya ada rebah
seseorang. Bukan kepalang kagetnya Kie Yong Yong tapi ia tidak lihat tegas siapa sebetulnya orang yang
tidur di bawah dekat tempat tidur itu " Ia ingin bangun, tapi badannya dirasakan sakit sekali.
Ia pura-pura batuk, kepingin tahu reaksinya orang yang sedang tidur itu.
Reaksi itu ternyata ada di luar dugaannya. Ketika ia batuk-batuk, orang itu sudah lompat
bangun. Di lihat dari gerakannya, agaknya ia mengerti ilmu silat, bahkan mempunyai dasar cukup
baik. Kie Yong Yong mengira itu ada pemuda berdandan anak sekolah yang ia lihat tadi siang, siapa
nyana, setelah orang itu berdiri, ternyata ia ada seorang gadis tanggung berusia kira-kira tiga
belas atau empat belas tahun.
Gadis tanggung itu parasnya tidak begitu cantik, tapi cukup menarik.
"Nona, kau sudah mendusin, apa ingin minum ?"
Kie Yong Yong melihat gadis tanggung, bukannya si anak muda yang dijumpai tadi siang,
hatinya merasa lega.
"Terima kasih, adik kecil, aku telah mengagetkan kau dari tidurmu, harap kau suka maafkan!"
jawab si nona. "Nona namaku Cian-cian, aku cuma satu pelayan, nona jangan terlalu merendahkan diri."
Kie Yong Yong merasa heran, karena meski gadis itu dandanannya sangat sederhana, tapi
tidak merupakan dandanannya pelayan umumnya. Maka dengan perasaan agak tidak percaya, ia
menanya : "Apa " Kau ada pelayan " Aku tidak percaya!"
Tuan besar dan tuan muda meski tidak memandang aku sebagai pelayan, tapi bagi aku sendiri
merasa tidak pantas kalau mengangkat diriku dari orang bawah menjadi orang atas.
Kie Yong Yong lalu menanyakan keadaannya rumah tangga keluarga Kee.
Ternyata Kee-loya dulu pernah beberapa kali menjabat pangkat Tihu, karena usianya sudah
lanjut, lalu mengundurkan diri. Setelah isterinya meninggal dunia, ia ajak anaknya berdiam di sini.
Selagi masih menjabat pangkatnya, ia terkenal dengan seorang pembesar negeri yang bersih.
Si nona heran, mendengar keterangan bahwa keluarga itu bukan orang rimba persilatan.
"Adik, darimana kau dapatkan pelajaran ilmu silat?" ia menanya.
"Ah, mana boleh disebut ilmu silat. Hanya tuan muda saja di waktu terluang suka mengajari
aku beberapa jurus ilmu pukulan, katanya ada baik untuk kesehatan badan!"
Kie Yong Yong melongo. Dalam hatinya berpikir, biar bagaimana orang-orang terpelajar
perkataannya memang berlainan dengan orang biasa. Belajar ilmu silat saja dikatakan untuk
kebaikan kesehatan badan.
Saat itu ia mendadak mendapat suatu perasaan, bahwa orang-orang demikian memang
biasanya. Sudah belajar ilmu silat, tidak mau menggunakan itu untuk melakukan perbuatan mulia,
umpama membela pihak yang lemah dan menentang kejahatan. Apakah orang seperti keluarga
Kee ini tidak terlalu egoistis dan penakut "
Esok harinya, ketika Kie Yong Yong mendusin, Cian-Cian sudah tidak kelihatan batang
hidungnya. Kembali Kee Yong Seng yang datang menjumpai padanya. Begitu masuk pintu kamar, anak
muda itu lantas berkata sambil tersenyum :
"Hari ini nona agaknya sudah baikkan. Aku sudah pesan Cian-cian supaya masalah dua
jinsom untuk nona, supaya dapat menambah kekuatan badan nona. Kalau ada keperluan apa-apa
suruh saja Cian-cian mengerjakan, bocah itu sangat cerdik."
Di dalam kamar, Kee Yong San duduk jauh-jauh, nampaknya sangat sopan santun. Sorotan
sepasang matanya yang memandang si nona dengan penuh kasih sayang, tidak dapat menutupi
perasaan hatinya yang meluap-luap.
Kie Yong Yong meski sifatnya ganas, tapi menghadapi sikap demikian, ia juga merasa sulit
menghadapinya, entah bagaimana baiknya.
Maka, seketika itu pipinya lantas berobah merah, ia cuma bisa anggukan kepala, sebagai
tanda terima kasihnya, mulutnya tidak dapat mengatakan apa-apa.
Melihat si nona membisu, Kee Yong Seng berkata pula:
"Kuda tunggangan nona, benar-benar adalah seekor kuda jempolan. Aku sudah suruh orang
merawat baik-baik, harap nona tidak usah kuatirkan!"
Kie Yong Yong mendengar bahwa kudanya masih ada, hatinya tambah tenang. Tapi, berbicara
tentang kuda tunggangannya, ia segera ingat pada partai Ceng-hong-kauw. Jika orang-orang dari
Ceng-hong-lauw mengejar sampai di situ, bukankah urusan nanti akan merembet-rembet keluarga
Kee ini " Karena mengingat itu, maka ia lantas berkata :
"Kuda itu sifatnya masih liar, harap Kong-cu pesan orangmu supaya dipelihara di dalam
rumah, agar tidak kabur!"
"Nona tidak usah kuatir, ditanggung tidak ada urusan apa-apa! Mohon tanya nona-nona yang
terhormat ?" kata Kie Yong Seng sambil tersenyum.
"Siaumoay she Kie, namaku Yong Yong."
(Bersambung ke Jilid 22)
Jilid 22 "Tempo hari ketika bawa nona datang kemari, pernah mengatakan bahwa nona turun tangan
agak berat. Namun, di dunia Kang-ouw terlalu banyak jumlahnya orang jahat, kalau tidak kita
bunuh bagaimana" Aku karena harus menunggui ayah yang usianya sudah lanjut, tidak bisa
keluar pintu, apalagi berkelana di dunia Kang-ouw. Jika ayah sudah tidak ada, aku juga ingin
merantau lihat-lihat keadaannya dunia Kang-ouw, untuk melakukan sedikit pekerjaan yang berarti.
Di kemudian hari aku masih mengharapkan petunjuk dari nona."
Mendengar itu, hati Kie Yong Yong bergoncang hebat. "Suthay itu sekarang kemana?"
"Oleh karena ada urusan, sukouw hari itu begitu tiba lantas pergi lagi. Ia kata sebulan
kemudian baru balik, atau paling lambat dua bulan. Ia sudah perhitungkan dengan baik, pada saat
nona sudah sembuh benar-benar sukouw akan datang lagi."
Mulai saat itu Kie Yong Yong belum pernah turun dari pembaringannya, sebabnya ialah luka di
badannya meski sudah sembuh tapi mendadak dapat lagi semacam penyakit aneh. Setiap hari
kepalanya pening, hatinya pepat, badannya lemas dan tidak doyan makan minum.
Makanan atau minuman begitu masuk mulut, lantas tumpah lagi, hingga boleh dikata setetes
air atau sebutir nasi sukar masuk di mulutnya. Apa yang diingini hanya makanan yang asamasam.
Mengingat ini, Kie Yong Yong kagetnya bukan main.
Sebab ia lantas mendadak ingat ini ada tanda-tandanya orang perempuan yang mulai hamil !
Kee Yong Seng setiap hari pasti datang menengoki satu kali, ia juga pernah panggil tabib
untuk memeriksa, tapi Kie Yong Yong yang sudah tahu penyakitnya, sudah tentu tidak mau
diperiksa oleh tabib, karena itu berarti membuka rahasianya sendiri.
Tapi, sekalipun Kie Yong Yong berada dalam kesulitan, namun ia masih belum mau
meninggalkan rumah keluarga Kee. Sebab ia masih hendak menunggui nikow tua, supaya bisa
ajak dirinya masuk menjadi nikow.
Tidak tahunya, yang ditunggu begitu lama tetap masih belum muncul.
Akhirnya, pada suatu malam terang bulan dengan diam-diam Kie Yong Yong meninggalkan
rumah keluarga Kee.
Sembari menuntun kudanya ia keluar dari pintu belakang, ia kira perbuatannya itu tidak ada
yang mengetahui. Apa mau, baru saja ia cemplak kudanya, mendadak ada berkelebat bayangan
hitam, Kee Yong Seng segera sudah berdiri dihadapannya.
"Nona, apa kau tidak bisa menunggu beberapa hari lagi" Sukow tidak lama segera datang
apalagi kau sekarang masih belum sembuh betul dari penyakitmu...." kata Kee Yong Seng.
Selama dua bulan berkumpul dengan Kee Yong Seng, kalau mau dikata Kie Yong Yong sama
sekali tidak mempunyai perasaan, itu tidak benar. Tapi ia terpaksa menindas perasaannya sendiri,
sebab dengan badannya yang sudah ternoda, apalagi itu darah daging dalam kandungannya,
bagaimana harus dikatakan"
Oleh karena sudah ada kandungan, pengharapannya yang semula sudah buyar, kini telah
bersemi kembali, maka ia berkeputusan hendak mencari Kim Houw.
Tapi, sekarang Kee Yong Seng menghalangi di depannya, bagaimana "
Dengan menekan perasaan dukanya, ia berkata setengah meratap :
"Kee siangkong, maafkanlah aku. Dua bulan lamanya aku telah menggerecok di rumahmu,
budi sebesar gunung ini selama-lamanya tak akan kulupakan. Sekarang tidak ada jodoh, semoga
dilain penitisan aku dapat membalas budimu. Di dalam kamar aku ada tinggalkan sepucuk surat,
yang menjelaskan kepergianku yang mendadak ini. Kee siangkong, aku mohon kau supaya suka
melepaskan aku, meski badanku masih belum sembuh betul, aku percaya tidak begitu
mengkhawatirkan."
Menampak Kie Yong Yong bertekad bulat hendak pergi, Kee Yong Seng terpaksa menyahut :
"Baiklah, kalau nona memaksa mau pergi juga, aku nanti temani kau jalan bersama-sama."
Habis berkata, Kee Yong Seng lalu gerakkan badannya melesat masuk ke dalam. Ia agaknya
sudah siap dengan kuda dan barang-barangnya, sebab sebentar saja sudah keluar lagi sambil
menuntun kudanya.
Tapi, baru saja melangkah pintu, di luar sudah terdengar suara kaki kuda Kie Yong Yong dan
kudanya sudah berada sejauh kira-kira sepuluh tombak.
Mana mau Kie Yong Yong ditemani Kee Yong Seng, karena kepergiannya itu justru hendak
mencari Kim Houw. Bagaimana kalau diketahui oleh Kim Houw, bukankah akan runyam" Maka,
selagi Kee Yong Seng berada di dalam, ia sudah keprak kudanya dan larikan terbang!
Sekalipun sudah ditinggal jauh, Kee Yong Seng tetap mengejar. Cuma sayang kudanya tidak
berdaya mengejar kudanya Kie Yong Yong, yang merupakan kuda jempolan.
Tapi, ia tidak putus asa, ia tetap larikan kudanya untuk mengejar.
Sudah tentu Kie Yong Yong tidak membiarkan dirinya kecandak. Selewatnya tiga hari jarak
antara mereka sudah lebih dari ratusan lie jauhnya. Hanya Kie Yong Yong yang berlari-lari
melakukan perjalanan, agaknya sudah mulai kepayahan.
Hari itu, ia tiba di suatu kota kecil, begitu masuk ke dalam rumah penginapan, lantas rebah di
pembaringan. Apa mau, malam itu selagi Kie Yong Yong masih rebah diatas pembaringan, mendadak dapat
didengar suara mengaungnya anak panah yang khusus untuk menyampaikan berita dari golongan
Ceng-hong-kauw. Kie Yong Yong ada orang Ceng-hong-kauw, sudah tentu mengetahui itu.
Mengetahui bahwa di kota itu ada orang-orangnya Ceng-hong-kauw, dalam hati juga merasa
kaget, sehingga mengucurkan banyak keringat, tapi justeru oleh karena ini, badannya dirasakan
agak banyak baikan.
Ia lalu coba gerakkan badannya, setelah minum air lalu melesat naik ke atap rumah, ia hendak
menyelidiki siapa-siapa orang-orangnya.
Ceng-Hong-kauw yang berada di kota.
Baru saja ia tancap kaki, kembali terdengar suara mengaungnya anak panah, lalu ia berlarian
mengikuti suaranya anak panah itu.
Dalam penyelidikannya, Kie Yong Yong telah dapat tahu bahwa orang-orang Ceng-hong-kuaw
yang datang cuma terdiri dari tingkatan biasa, bukan orang-orang penting. Tapi, disamping itu ia
telah dapat tahu pula bahwa Na Ang dan PeK ketiga anggauta wanita terpenting dari golongan
Ceng-hong kauw sudah pergi mengejar Kim Houw. Dengan demikian maka ia dapat mengetahui
dimana adanya Kim Houw.
Malam itu juga, Kie Yong Yong lantas bedal kudanya untuk melanjutkan perjalanannya
mencari Kim Houw.
Kalau tidak karena mengandung. Kie Yong Yong pasti dapat mendahului tiga nona jagoan dari
Ceng-hong kauw itu. Badannya dirasakan tidak enak meski mempunyai kuda tunggangan luar
biasa, akhirnya ia sudah merasa puas dapat mengintil di belakang.
Kei Yong Yong yang setiap hari larikan kudanya di bawah teriknya matahari, akhirnya telah
jatuh sakit pula. Tapi kalau ia ingat segera dapat menemui kekasihnya, ia paksa dirinya
melanjutkan perjalanannya.
Hari itu karena kesalahan jalan akhirnya tiba di desa Gu-Kee-cun.


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa mau, di luar desa penyakitnya tambah berat dan akhirnya jatuh dari atas tunggangannya.
Kudanya yang sangat cerdik, ketika menampak majikannya jatuh pingsan lantas berbenger.
Ketika Kim Houw datang, ia tidak melihat Kie Yong Yong, setelah mencari kesana kemari, baru
diketemukan menggeletak dalam keadaan lupa orang.
Melihat Kei Yong Yong sangat payah tanpa pikir akibatnya lantas ia pondong si nona dibawa
ke gedungnya gwanswee.
Demikian asal mulanya Kei Yong Yong tiba di Gu-kee-chun.
Ketika Kei Yong Yong dengar suaranya seorang wanita, hatinya agak lega, ai lalu menatap
wajahnya Peng Peng, mendadak matanya dibuka lebar, dalam hatinya berseru : Aaa sungguh
cantik! Dalam hati Kei Yong Yong merasa heran dalam dusun sepi seperti ini, bagaimana ada nona
begini cantik dengan dandanannya begitu mewah " Karena terheran heran, ia sampai lupa
menjawab pertanyaan Peng Peng.
Peng Peng yang dipandang begitu rupa masih mengira bahwa nona itu ada kenal padanya,
maka ia juga coba mengamat-amati parasnya si nona sakit.
Kei Yong Yong sedang hamil, ditambah lagi sudah melakukan perjalanan jauh berhari-hari
serta penyakitnya yang kambuh kembali, maka kecuali kedua pipinya yang sudah legok parasnya
kelihatan tidak begitu cantik.
Peng Peng lega hatinya nampak Kei Yong Yong tidak menarik, ia tidak percaya kalau Kim
Houw bisa suka kepadanya.
"Enci, apanya yang kau rasakan kurang enak?" ia menanya, ketawa manis.
Kei Yong Yong gelengkan kepala, lalu menghela napas panjang.
"Aku menumpang tanya, di sini tempat apa?" tanya nona Kie.
"Ini adalah gedungnya gwanswee dari Gu-kee-chun." Peng Peng menjawab setangah mainmain,
maka lantas ketawa sendiri, "enci apa kau ada urusan penting?"
"Nampak keadaanku kini, aku sudah tidak bisa naik kuda lagi. Aku ingin minta pertolongan
kepada seseorang yang kiranya sudi memberi bantuan, untuk pergi ke gunung depan sana
mencari seseorang!"
"Mencari seorang" Orang itu pernah apa dengan kau?"
Dalam herannya, Peng Peng telah majukan pertanyaan itu. Ia sudah menduga, orang yang
hendak dicari oleh nona ini mungkin adalah Kim Houw. Maka ia kepingin tahu sedikit, sampai
dimana hubungannya antara kedua orang ini"
Kei Yong Yong yang ditanya demikian lantas menghela napas duka.
"Kejadian sudah begini rupa, serta ingin meminta bantuanmu, terpaksa aku tebalkan mukaku
untuk berbicara dengan terus terang. Dia adalah kekasihku, juga suamiku, hanya kita belum
melakukan upacara perkawinan secara sah. Namun didalam perutku sudah ada keturunannya
yang ditinggalkan begitu saja, hanya disebabkan dia hendak menolong dirinya satu nona lain.
Sekarang dengan susah payah aku mencari padanya sampai di sini, hanya kepingin lihat
wajahnya sebentar saja. Tapi, dia ada didalam gunung, entah masih ada kesempatan mendapat
lihat dia lagi atau tidak?"
Peng Peng berdebar hatinya mendengar keterangan nona Kie, hampir saja ia lompat keluar.
"Siapa yang kau ingin cari itu?" tanyanya dengan cemas.
Kie Yong Yong nampaknya sudah kelewat letih, sesudah bicara begitu banyak, napasnya
memburu, maka atas pertanyaannya Peng Peng ia tidak bisa menjawab.
Sebaliknya, Peng Peng yang tidak dijawab pertanyaannya, hatinya semakin cemas. "Orang
yang kau ingin cari itu siapa namanya" Katakanlah!" ia mendesak.
"Dia bernama... " Kei Yong Yong cuma mampu menjawab demikian, napasnya sudah
memburu lagi. Pada saat itu, tiba-tiba terasa angin meniup jendela ternyata sudah terbuka.
Peng Peng yang sedang mendongkol hatinya, lalu perdengarkan suara ketawa dingin.
"Enci jangan cemas, suamimu yang baik telah datang!"
Di luar jendela ada suara orang yang menyambuti sambil ketawa:
"Haha, ini benar-benar ada peruntunganku, sekali tepuk mendapat dua lalat !"
Peng Peng yang mendengar suara itu, bukan main kagetnya. Tadinya ia mengira Kim Houw
yang datang, siapa nyana ada lain orang. Orang itu ilmunya mengentengi tubuh sangat bagus,
dalam keluarga Hoan tidak ada orang yang mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Secepat kilat Peng Peng lantas keluar dari kamar.
Gerakan Peng Peng lantas menampak dirinya seorang muda berusia kira-kira dua puluh
tahun, memandang padanya dengan kelakuan ceriwis.
Si nona mendongkol, dengan gusar membentak:
"Bangsat dari mana tengah malam buta berani datang kemari " Apa kau mau mencari
mampus ?" "Bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa aku ada satu suami yang baik, yang sedang
mencari istriku yang manis " Adikku yang baik, mengapa begitu galak ! Mari, mari belajar kenal
dengan cihumu... "
Apa lacur, belum tamat ucapannya, tangan Peng Peng sudah mampir di pipinya, plak-plak,
dua kali tamparan itu bukan saja keras tapi juga nyaring.
Sungguh tidak enak bagi pemuda itu. untung giginya tidak sampai rontok, tapi banyak darah
sudah mengalir keluar dari mulutnya!
"Perempuan hina tidak tahu diri, kau berani memukul tuan mudamu" Kau tahu siapa tuan
mudamu ini" Aku adalah Cheng-Hong-Kauw Kauwcu ...." Peng Peng yang sudah menampar
pipinya anak muda itu, kemendongkolannya sebetulnya sudah lenyap sebagian.
Tapi kini dengar pengakuan anak muda itu sebagai kauw-cu dari Ceng-hong-kauw, dalam hati
merasa geli berbareng mendongkolnya timbul lagi. "Cis! Betul-betul tidak tahu malu! Macam
cecongor dan tingkah lakumu itu, ingin menjadi kauwcu dari Ceng-hong-kauw?" ia mengejek.
Pemuda itu mendengar perkataan Peng Peng yang seolah-olah pandang tinggi Ceng-hongkauw,
dalam hati merasa girang, maka lantas berkata: "Perlu apa kau tergesa-gesa, perkataanku
tokh masih belum habis. Kauwcu dari Ceng-hong-kauw adalah yayaku, aku adalah kauwcu kecil
Ho Leng Thian, senangkah kau" Kalau kau suka, juga boleh menjadi isterinya kauwcu kecil! hihi
....." Selagi masih ketawa cengar-cengir, kembali terdengar suara plak plak yang amat nyaring, kali
ini ia harus menerima tamparan sampai empat kali, bahkan lebih keras dari pada yang duluan. Ho
Leng Than menjerit-jerit karena kesakitan, dua giginya telah copot jatuh, hingga wajahnya merah
padam. Sambil menghunus pedangnya ia berkata dengan suara keras: "Perempuan hina, perempuan
busuk, kau benar-benar bernyali besar! Sudah tidak tahu diri, berani sembarangan memukul
orang. Apa kau kira aku Ho Leng Than ada seorang yang boleh kau perhina sembarangan" Lihat
pedang!" Kepandaian silat Ho Leng Than sebetulnya tidak lemah, cuma karena dibikin silau oleh
kecantikan Peng Peng, hatinya lantas lemas, semangatnya sudah lebih dulu terbang!
Sungguh tidak nyana Peng Peng meski cantik seperti bunga mawar, tapi banyak durinya.
Sebelum kena dipetik, tangannya sudah berlumuran darah karena tertusuk durinya.
Saat itu, Ho Leng Than mengerti bahwa kalau tidak unjukkan sedikit kepandaiannya sukar
untuk menundukkan Peng Peng. Hendak menawan hatinya wanita cantik, memang harus kerja
keras. Karena berpikir demikian, maka begitu turun tangan lantas keluarkan ilmu silatnya yang paling
dibuat bangga. Kauwcu Ceng-hong-kauw Ho Hoan Hay dengan ilmu pedangnya Ceng-hong-kiam-hoat
namanya sangat terkenal di dunia Kang-ouw. Ho Leng Than adalah cucunya, sudah tentu ia
dapatkan warisan ilmu pedangnya, bedanya hanya kekuatan tenaga dalamnya saja.
Kini, begitu turun tangan Ho Leng Than lantas menggunakan ilmu pedangnya Ceng-hongkiam-
hoat, rupanya ia bermaksud merebut kedudukan baik lebih dulu, supaya bisa dapat
menguasai Peng Peng, serta tidak memberikan kesempatan bagi Peng Peng untuk melakukan
serangan pembalasan.
Pedangnya Peng Peng sudah hilang sejak bertemu kembali dengan Kim Houw, maka
sekarang di tangannya tidak mempunyai senjata apa-apa. Tapi, sejak mendapat saluran kekuatan
tenaga lwekang dari Kim Houw, kekuatan tenaganya jauh lebih besar daripada duluan.
Ketika melihat Ho Leng Than menghunus pedangnya, lalu mengerti bahwa anak muda itu
tentunya mahir ilmu pedang, namun ia tidak takut, dengan mengandalkan kegesitannya sudah
cukup menyingkirkan setiap serangan pedang Ho Leng Than.
Kalau ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat dapat mempertahankan namanya di rimba
persilatan, sudah tentu mempunyai keistimewaan sendiri. Diantara keistimewaan itu adalah
serangan pembukaannya yang mempunyai perubahan gerak begitu banyak. Kalau lawannya
bukan seorang yang juga mahir ilmu pedang, sedikit lengah saja, bisa lantas dibikin tidak berdaya
sama sekali. Keistimewaan lainnya pula ialah : Begitu turun tangan, sekalipun kepandaian
lawannya lebih tinggi setingkat, juga sukar untuk merebut kedudukan atau mengimbangi
gerakannya. Tapi Peng Peng seolah-olah sudah mempunyai perhitungan yang tepat, secara mudah dapat
mengelakkan serangannya Ho Leng Than. Maka Ho Leng Than mau tidak mau merasa terkejut
juga, apakah nona ini mempunyai kepandaian bisa meramalkan semua hal yang belum kejadian "
Selagi masih dalam keadaan bingung mendadak angin kuat menyambar dari belakang dirinya !
Dalam kagetnya, Ho Leng Than segera putar balik pedangnya, menyerang dengan hebatnya.
Ini juga merupakan salah satu tipu serangan yang sangat lihay dalam ilmu pedang Ceng-hongkiam-
hoat. Serangannya bukan saja hebat, tapi juga cepatnya luar biasa. Siapa nyana, pedangnya
ternyata cuma menyambar tempat kosong, orang yang diserang sudah tidak kelihatan
bayangannya. Bukan kepalang kagetnya Ho Leng Than kali ini, meski serangannya itu ia masih tidak berani
memastikan dapat melukai lawannya, namun ia juga tidak menyangka bahwa lawannya itu benarbenar
bisa berlaku seperti setan.
Satu anak dara yang nampaknya jauh lebih muda dari usianya sendiri, biar bagaimana ia juga
tidak percaya kalau Peng Peng mempunyai kekuatan dan kepandaian lebih tinggi daripadanya.
Belum lenyap rasa kagetnya Ho Leng Than kembali angin kuat sudah menyambar dari
samping. Tapi kali ini ia berlaku cerdik! Ia pura-pura tidak berasa, tidak menyingkir. Tapi setelah
angin kuat itu dekat, baru keluarkan bentakan hebat dan badannya lantas mumbul ke atas seolaholah
seekor burung elang, ia berputaran di tengah udara hendak menyambar mangsanya.
Kali ini Peng Peng hendak tarik mundur dirinya sudah tidak begitu gampang lagi, terpaksa
berdiri tegak di tengah-tengah kalangan.
Ia lantas perdengarkan ketawa dingin dan berkata :
"Orang yang begini tidak berguna, juga masih ingin kawin, benar-benar tidak tahu diri !"
Dengan berani Peng Peng berdiri ditengah kalangan, sebab tadi ketika Ho Leng Than
menerjang padanya sampai dua kali, ia dapat egoskan dengan mudah, dan anak muda itu tidak
berdaya mencari jejaknya, maka sekarang ia bertambah besar nyalinya, ia anggap Ho Leng Than
ada seorang yang hanya gede omongnya saja.
Diluar dugaannya, baru saja menutup mulutnya, mendadak merasakan sambaran angin kuat
yang mengitari dirinya, sinar pedang berkelebatan, seolah-olah ada beberapa puluh batang yang
mengancam dirinya.
Dengan demikian, Peng Peng lantas kelabakan, karena di tangannya tidak ada senjata barang
sepotong, tidak berdaya menangkis serangan pedang itu, sekalipun ilmunya mengentengi tubuh
yang boleh diandalkan, ia juga tidak bisa keluarkan!
Tapi orang yang kepepet kadang-kadang suka timbul kecerdikannya, demikianlah keadaannya
Peng Peng. Setelah mengetahui keadaannya sendiri berada dalam bahaya, lalu kerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya, disalurkan kepada lengan bajunya. Kemudian diputar dijadikan
senjata untuk menangkis pedangnya Ho Leng Than.
Tapi serangannya Ho Leng Than kali ini benar benar hebat, serangan yang dilakukan saling
menyusul dan begitu rapat, membuat Peng Peng sangat ripuh.
Itulah keistimewaannya ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat yang sangat tersohor di kalangan
Kang-ouw. Karena gencar dan rapatnya putaran pedang, membuat lawannya tidak dapat lihat
tegas orang yang menyerang.
Pertempuran berlangsung terus, Peng Peng masih kewalahan menembusi tirai sinar
pedangnya Ho Leng Than. Meski kekuatan tenaga dalamnya Peng Peng sudah tambah banyak,
namun pertempuran dengan cara demikian, ia juga harus memerlukan banyak tenaga. Maka
sebentar saja Peng Peng sudah mandi keringat.
Dalam keadaan demikian Peng Peng lantas sesalkan Kim Houw, mengapa berlalu tanpa
memberitahukan lebih dulu, entah kemana perginya dia sekarang "
Ia pikir, kalau Kim Houw berada didekat dekat situ, tidak nanti ia tidak dengar suara
perempuan itu. Dan kalau ia dengar, juga tidak nanti ia tinggal peluk tangan saja.
Karena pikirannya itu Peng Peng lantas buka suaranya yang nyaring, pikirnya, sekalipun Kim
Houw berada beberapa puluh lie jauhnya dalam waktu malam yang begitu sunyi ia juga bisa
dengar suaranya.
Ho Leng Than yang menyaksikan perbuatan Peng Peng, lantas ketawa cengar-cengir.
"Nona manis, kau ternyata juga bisa gelisah! Kau panggil bantuan juga tidak ada gunanya. Aku
kauwcu muda dari Ceng-hong-kauw, kalau keluar tentu ada banyak pengiringnya, apalagi kali ini
kepergianku justeru hendak mencari bakal isteriku, andai kata ada orang rimba persilatan yang
liwat dan dengar suaramu, tapi kalau melihat orang-orangnya Ceng-hong-kauw, mereka juga tidak
berani turut campur tangan!"
Peng Peng tidak tahu bahwa ucapan Ho Leng Than itu memang sesungguhnya, dianggapnya
si orang she Ho menyombongkan dirinya saja, maka ia tidak ambil pusing, tetap masih keluarkan
suaranya yang memanggil-manggil nama Kim Houw!
Suara Peng Peng masih mendengung, pintu kamar mendadak terbuka, Kie Yong Yong
melesat keluar dari kamarnya!
Bukankah Kie Yong Yong sedang sakit mengapa bisa sembuh secara mendadak "
Sebetulnya ia belum sembuh, tapi karena dengar Peng Peng memanggil Kim Houw, ia kira
Kim Houw berada di situ, karena kegirangan , ia lantas lompat keluar tanpa menghiraukan
penyakitnya sendiri.
Kedatangannya Ho Leng Than, Kie Yong Yong bukannya tidak tahu, tapi ia tidak kuatir atau
takut. Sebab selama menderita sakit setengah bulan lamanya, parasnya sudah banyak berubah,
kecantikannya dimasa yang lampau sudah lenyap semua. Ditambah lagi badannya yang sudah
mengandung, ia percaya Ho Leng Than tentu tidak maui dirinya lagi!
Namun ketika mendengar disebutnya nama Kim Houw, semangatnya lantas bangun. Tapi
ketika tiba di situ, dimana ada bayangannya Kim Houw"
"Hai, nyonya mantu, kau kenapa" Mengapa kau berubah demikian rupa " Oh ! Manisku !
Pedih rasa hatiku ! Mari, mari ! Biarlah nanti bakal suamimu memberi hiburan padamu."
Kie Yong Yong mendelikkan matanya, seketika itu lantas jatuh pingsan.
Ho Leng Than ketawa terbahak-bahak.
"Kie Yong Yong," katanya. "Kau sekarang sudah tidak secantik dulu lagi. Aku Ho Leng Than
sebagai kauwcu muda, masa mau mempunyai isteri begitu jelek" Rupanya penyakitmu sudah
terlalu mendalam, sebaiknya lekas-lekas pergi menemui Giam Lo Ong saja!"
Habis keluarkan ucapannya, Ho Leng Than lalu angkat pedangnya, hendak menikam dada Kie
Yong Yong yang sudah tidak berdaya.
Dalam saat yang sangat kritis, tiba-tiba sesosok bayangan hitam melayang secepat kilat,
menyambar dirinya Kie Yong Yong, hingga ujung pedang Ho Leng Than mengenakan tempat
kosong. Bukan kepalang kagetnya Ho Leng Than sehingga saat itu ternyata ia masih belum tahu siapa
yang menyambar mangsanya tadi, entah manusia atau setan "
Tapi kini, setelah Kie Yong Yong sudah tidak ada di depan matanya, ia pikir bayangan hitam
tadi tentu ada manusia, tidak perlu disangsikan lagi. Hanya kepandaiannya orang itu benar-benar
sangat tinggi. Belum hilang rasa kagetnya Ho Leng Than mendadak terdengar suara bentakan Peng Peng
siapa melakukan serangan terhadap Ho Leng Than dengan sepotong kayu.
Kauwcu muda itu sebetulnya tidak pandang kepandaian Peng peng, ketika melihat Peng Peng
menggunakan sebatang kayu sebagai senjata, lebih-lebih tidak memandang mata sama sekali.
Dengan cepat ia putar pedangnya, untuk menangkis serangan Peng Peng.
Tiba-tiba terdengar suara orang berkata :
"Nona silahkan mundur sebentar, biarlah aku yang melayani kauwcu muda dari Ceng-hongkauw
ini!" Suara itu masih sangat asing bagi Peng Peng, hingga dalam hati merasa heran. Bayangan
orang yang barusan menolong dirinya Kie Yong Yong, Peng Peng masih mengira ada
perbuatannya Kim Houw, maka dengan berani ia melawan Ho Leng Than.
Siapa nyana bahwa orang itu bukannya Kim Houw, ketika mendengar ucapan orang itu, Peng
Peng lantas loncat ke samping.
Saat itu ditengah kalangan tampak berdiri seorang muda seperti anak sekolah dengan tindak
tanduknya yang halus sopan dan sikapnya yang tenang luar biasa.
Peng Peng tercengang, ditengah malam buta dan didalam desa terpencil seperti Gu-kee-cun
ini, darimana datangnya anak sekolah begitu cakap "
Selagi Peng Peng masih menduga-duga telah terdengar suaranya Ho Leng Than :
"Siapa yang mempunyai nyali begitu besar berani mencampuri urusan pribadi kauwcu muda.
Apakah sudah bosan hidup ?"
Pemuda seperti anak sekolah itu dengan sikap tenang memberi hormat seraya berkata :
"Aku adalah Kee Yong Seng, calon siucai yang tidak lulus ujian, tidak mempunyai kepandaian
apa-apa, hanya ingin minta belajar satu dua jurus ilmu silatnya siao kauwcu yang khabarnya tinggi
sekali. Terutama ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat, yang namanya begitu tersohor di dunia
Kang-ouw. Tuan sebagai kauwcu muda dari Ceng-hong-kauw, sudah tentu mahir sekali dengan
ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat, tapi entah tuan sudi atau tidak memperlihatkan kepada aku
seorang yang baru muncul didunia Kang-ouw ini" Andaikata karena ini aku harus korbankan jiwa,
aku tidak akan menyesalkan kepada siapapun juga!"
Perkataan pemuda itu kedengarannya tidak begitu tajam, lagi pula diucapkan dengan sikap
merendah serta tenang, namun sudah cukup membikin mendidih darahnya Ho Leng Than.
"Kau ternyata juga tahu lihaynya ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat. Kalau sudah tahu
mengapa masih berani coba-coba main gila" Apa kau benar-benar sudah bosan hidup" Kalau
memang kau sengaja hendak mencari jalan kematian, aku juga tidak perlu sayangi ilmu pedangku.
Lihat pedang!"
Ho Leng Than meski dimulutnya bisa keluarkan perkataan begitu enak, namun dalam hatinya
merasa kebat-kebit. Sebab apa yang diunjukkan oleh Kee Yong Seng tadi dalam usahanya
merebut dirinya Kie Yong Yong, sudah cukup untuk membuktikan betapa tingginya kepandaian
pemuda she Kee itu.
Apalagi, begitu buka mulut Kee Yong Seng lantas berani menantang ilmu pedang ciptaan
yayanya yang sangat terkenal di kalangan Kang-ouw, kalau ia tidak mempunyai kepandaian cukup
tinggi, sudah tentu tidak berani berbuat demikian.
Diukur dari situ saja, betapapun besar nyalinya Ho leng Than, juga tidak berani berlaku
gegabah. Maka ketika ia melancarkan serangan pedangnya, ia sudah menggunakan kekuatan


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaganya delapan puluh persen lebih serta bersikapnya sangat hati-hati.
Siapa nyana, ketika pedang meluncur meski gerak pedangnya tidak berubah, tapi tidak tahu
dengan cara bagaimana Kee Yong Seng bergerak, ia berkelebat menghilang dari depan matanya.
Kee Yong Seng entah disengaja atau tidak dan nampaknya mungkin kebetulan saja, ia
menggunakan siasat yang sama dengan Peng Peng, ialah terus berkelit, tidak mau berhadapan
langsung dengan lawannya.
Tapi, Ho Leng Than yang sudah mendapat pengalaman dari Peng Peng, tidak sudi ia
diperdayai oleh lawannya lagi. Maka lantas tegakkan dirinya, lalu berkata:
"Kau tadi berkata ingin belajar kenal dengan ilmu pedang Ceng-hong Kiam-hoat, tapi mengapa
sekarang terus-terusan berkelit" Kalau kau sengaja hendak permainkan siaoyamu, terpaksa
siaoyamu akan memaki-maki kau!"
"Kalau kau benar begitu hargakan diriku jika aku tidak sambuti seranganmu barang satu dua
jurus, tentunya kau akan anggap aku takut mati atau pengecut! Apa boleh buat, terpaksa aku
sediakan jiwaku untuk melayani kau!"
Habis ucapkan kata-katanya, Kee Yong Seng kembali sudah berada di depannya Ho Leng
Than. "Keluarkan senjatamu! Aku selamanya tidak bertempur dengan musuh yang bertangan
kosong!" kata Ho Leng Than sambil ketawa dingin.
Ia tidak tahu bahwa perkataannya itu sebenarnya seperti suatu tamparan bagi mukanya
sendiri, sebab barusan ia mendesak Peng Peng sampai si nona kewalahan, apakah Peng Peng
tangannya ada memegang senjata tajam"
Padahal perkataannya itu bukan tidak ada sebabnya. Karena ilmu pedang Ceng-hong kiamhoat,
buat seorang lawan yang menggunakan senjata, ada lebih mudah masuk dibawah pengaruh,
dan begitu musuh dapat dipengaruhi betapapun tingginya kepandaian musuh juga tidak berdaya.
Ho Leng Than tahu bahwa kekuatan lawannya masih tinggi satu tingkat daripada kekuatannya
sendiri, maka ia mau paksa lawannya menggunakan senjata. Meski tahu kalau ucapannya itu ada
bertentangan dengan perbuatannya tapi untuk kepentingan keselamatan dirinya sendiri, ia tidak
perdulikan rasa malunya lagi.
"Aku ada satu calon siucay, biasanya cuma membaca buku. Meskipun sudah belajar sedikit
ilmu silat, tapi kedua tanganku masih tidak mempunyai tenaga cukup kuat, bagaimana bisa
menggunakan senjata" Kalau kau benar ada punya peraturan demikian, di sini aku mempunyai
serupa benda yang dapat digunakan sebagai senjata, silahkan kau mulai!" jawab Kee Yong Seng
lantas buka ikat pinggangnya, yang agak luar biasa bentuknya, panjangnya kira-kira dua tombak
lebih, di satu ujungnya digantungi sebutir mutiara, lain ujung adalah sebuah gaetan yang terbikin
dari emas. Terang itu ada senjata lemas, tapi di mulutnya Kee Yong Seng hanya anggap itu satu benda
mainan. Ketika Ho Leng Than menyaksikan senjata Kee Yong Seng, tiba-tiba berseru:
"Giok-cu-tiauw-kim-kao!"
"Ow, kau terlalu memuji tinggi pada senjata tidak berarti ini," sahut Kee Yong Seng.
Setelah keluarkan seruan kaget, Ho Leng Than baru sadar kalau ia sudah membuka rahasia
hatinya yang sangat tegang. Ia coba perbaiki dengan keluarkan kata-kata jumawa:
"Giok-cu-tiauw-kim-kao, memang tidak berarti apa-apa kalau bertemu dengan ilmu pedang
siaoyamu!"
Setelah itu, ia putar pedangnya laksana titiran, kemudian menikam dengan hebatnya ke arah
dada Kee Yong Seng.
Sudah menyanggupi hendak menyambut serangannya, maka Kee Yong Seng tentu saja tidak
mau berkelit. Ia hanya miringkan sedikit badannya, senjatanya, gaetan dibalik kebawah, untuk
balik menyerang perut Ho Leng Than.
Gerakannya itu dinamakan "Kim-kao-tau-kua", satu tipu pukulan untuk menghentikan serangan
lawannya. Tapi ilmu pedang Ceng-hong-kiam-hoat memang ada lain daripada yang lain, Ho Leng Than
putar tiga kali pedangnya dengan kecepatan sangat luar biasa, sehingga menimbulkan sambaran
angin yang amat dahsyat.
Putaran pertama, gaetan lawannya dibikin miring, putaran kedua sinar pedang memutar makin
kencang dan putaran ketiga bayangan pedang dan sambaran amgi-nya timbul dari berbagai
penjuru. Sebentar saja, Kee Yong Seng sudah terkurung rapat oleh sinar pedang dan angin kuat.
Melihat keadaan Kee Yong Seng, siapapun akan anggap kalau Kee Yong Seng sudah berada
di bawah kekuasaannya Ho Leng Than.
Tapi, setelah pertempuran berlangsung sekian lamanya, keadaan masih tetap begitu saja,
sinar pedang dan sambaran angin masih mengurung dirinya Kee Yong Seng, sedikitpun tidak
perlihatkan adanya perubahan.
Saat itu, bagaimana keadaannya - Kee Yong Seng, yang terkurung rapat, tidak kelihatan.
Namun Ho Leng Than sebagai orang yang mengurung, sebaliknya kelihatan telah keluarkan
banyak tenaga, otot-ototnya pada menonjol keluar dan keringatnya membasahi dahinya, wajahnya
nampak sangat tegang.
Tiba-tiba suara siulan yang amat nyaring dan panjang telah menggema dimalam yang sunyi
itu, sampai lama belum buyar.
Ho Leng Than yang mendengar siulan itu, merasa sangat girang, ia lantas timpah dengan
siulan pula. Baru saja berhenti bersiul, tiba-tiba terdengar suara trang, pedang panjang ditangan Ho Leng
Than sudah patah menjadi dua potong, ujungnya jatuh di tanah!
Karena pedangnya Ho Leng Than patah sinar pedang dan sambaran angin buyar dengan
sendirinya. Tapi Kee Yong Seng masih tetap berdiri ditengah kalangan, sikapnya masih kelihatan
tenang, sedikitpun tidak kelihatan letihnya.
Siapakah pemuda Kee Yong Seng itu"
Kiranya ia adalah murid satu-satunya Cu-kao Lojin yang namanya sangat terkenal pada
tujuhpuluh tahun berselang.
Cu-kao Lojin meski kepandaian ilmu silatnya menjagoi rimba persilatan, tapi ia adalah seorang
yang tidak suka nama dan kekayaan dunia. Ia tidak suka setori dengan orang lain. Setiap hari
pesiar saja ke pegunungan mencari kesenangan dengan pemandangan alam.
Kee Yong Seng ada keturunan seorang berpangkat, bagaimana bisa menjadi muridnya Cu-kao
Lojin, itu semua memang jodoh.
Pada waktu Kee Yong Seng masih berusia tiga tahun, mendadak dihinggapi penyakit aneh.
Ayah bundanya hanya mempunyai ia anak satu-satunya, bagaimana tidak jadi kuatir dan
ketakutan. Banyak tabib pandai telah diundang, namun tampaknya pada tidak berdaya
menyembuhkannya.
Kebetulan kala itu Cu-kao Lojin sedang mengejar satu penjahat dan tiba di tempat itu. Setelah
si penjahat ditangkap dan dimusnahkan kepandaiannya, lalu diserahkan kepada pembesar negeri,
siapa justeru ada ayahnya Kee Yong Seng. Ia pembesar yang bijaksana, meski keadaan penyakit
anaknya sendiri ada sangat berbahaya, ia masih tidak lalaikan kewajibannya. Ketika dengar kabar
telah ditangkap seorang penjahat ulung, ia segera mengadakan pemeriksaan sendiri.
Peristiwa ini telah menjadi buah tutur penduduk kota, hingga dalam tempo tidak cukup satu
hari sudah tersiar luas.
Cu-kao Lojin ada seorang penggemar arak, setelah menyerahkan si penjahat kepada
pembesar negeri, ia sendiri lantas minum arak sampai mabuk. Ketika sadar dari mabuknya
mendengar dalam kota ramai orang bicarakan perkara itu.
Bukan cuma itu saja, banyak diantara penduduk kota yang mintakan doa kepada Tuhan
supaya anaknya pembesar negeri yang arif bijaksana itu disembuhkan dari penyakitnya.
Cu-kao Lojin yang mendapat tahu hal tersebut, lantas pergi menemui pembesar negeri dan
nyatakan hendak mengobati penyakitnya Kee Yong Seng.
Cu-kao Lojin bukan saja pandai ilmu silat, tapi juga faham ilmu obat-obatan, pengetahuannya
tentang berbagai penyakit ada sangat luas.
Kee Yong Seng yang diperiksa dan diobati sendiri oleh Cu-kao Lojin, tidak lama lantas
sembuh. Tapi setelah Kee ong Seng sembuh dari sakitnya, Cu-kao Lojin juga tidak bisa meninggalkan
padanya lagi. Sebabnya ialah: ia telah menemukan bakat yang luar biasa pada dirinya Kee Yong
Seng untuk menjadi seorang kuat, apabila mendapat didikan ilmu silat yang sempurna.
Dalam kegirangannya, Cu-kao Lojin lantas turunkan seluruh kepandaiannya kepada Kie Yong
Seng, bahkan senjatanya Giok-cu-tiauw-kim-kau yang membuat ia menjadi seorang terkenal juga
diberikan padanya.
Senjata Giok-cu-tiauw-kim-kau itu ada terbikin dari rumput aneh dari dasarnya laut, uletnya
luar biasa, segala rupa senjata tajam jangan harap bisa menyentuh.
Terutama gaetannya yang terbikin dari emas, tajamnya luar biasa, pedang atau golok biasa,
begitu beradu, lantas terpapas kutung.
Kee Yong Seng mengikuti Cu-kao Lojin belajar silat sudah lima belas tahun lanya serta sudah
mendapat warisan seluruhnya kepandaian orang tua aneh itu. Cuma karena ayah bundanya sudah
tua dan ia merupakan anak satu-satunya, ia tidak bisa meninggalkan jauh-jauh, maka belum
pernah muncul di dunia Kang ouw.
Sedang Cu-kao Lojin sendiri sejak beberapa puluh tahun ini, sudah tidak pernah menyebutkan
namanya kepada siapapun juga, kalau ia bekerja selalu dengan diam-diam maka di kalangan
Kang-ouw sudah lama tidak terdengar namanya orang tua itu lagi.
Ho Leng Than menyebut namanya "Giok-cu-tiauw-kim-kao" sebab pernah dengar dari
yayanya, tapi ia tidak percaya Kee Yong Seng ada muridnya Cu-kao Lojin, ia cuma anggap Kee
Yong Seng mau meniru Cu-kao lojin dan membuat senjata yang serupa.
Sebab justeru ia sendiri juga pernah mempunyai pikiran yang sangat rendah itu, ia hendak
membuat senjata "Giok-cu-tiauw-kim-kao" untuk menggertak orang dunia Kang-ouw cuma sayang
ia tidak becus dengan ilmu gaetan itu maka terpaksa ia urungkan niatnya.
Kee Yong Seng meski belum pernah tancap kaki di dunia Kang-ouw, tapi terhadap ilmu silat
yang luar biasa dari berbagai golongan, ia ketahui dengan baik. Ho Leng Than telah sebut dirinya
sebagai kauwcu muda dari Ceng-hong-kauw, sudah tentu Kee Yong Seng juga tahu kalau ia
pandai ilmu pedang Ceng-hong kiam-hoat.
Ia ada seorang yang berkepandaian tinggi dan bernyali besar, sesudah mengetahui ilmu
pedang yang menggetarkan dunia Kang-ouw itu, tidak boleh tidak ia harus uji dulu sampai dimana
lihaynya ilmu pedang itu.
Maka ia sengaja menantang Ho Leng Than.
Memang benar, ilmu pedang yang namanya begitu terkenal, sudah tentu agak lain daripada
yang lain. Tapi ia dari Cu-kao Lojin sudah terlalu banyak dapatkan pelajaran, mengetahui
bagaimana caranya untuk menghadapi, maka bisa melayani dengan mudah!
Akhirnya, pedang Ho Leng Than telah dibikin kuntung oleh senjatanya yang luar biasa itu.
Ho Leng Than melihat senjatanya terbuntung, semangatnya terbang seketika, nyalinya juga
lantas runtuh. Tepat pada saat itu, dua bayangan orang tiba di depan Ho Leng Than dan menanya dengan
berbareng: "Apa siao-kauwcu tidak dapat halangan?"
Dua orang itu ada orang-orang tua yang usianya sudah lebih dari enam puluh tahun, maka
rambut dan jenggotnya sudah putih semua. Dari gerakannya kedua orang itu, dapat diduga bahwa
mereka ada orang-orang yang mempunyai kepandaian ilmu silat tinggi sekali.
Baru saja dua orang itu tiba, lain bayangan lalu menyusul.
Tiba-tiba terdengar Kie yong Yong berseru "Kim Houw! Engko Houw! aku sangat menderita
mencari kau ...."
Kiranya orang yang baru tiba itu memang benar Kim Houw.
Peng Peng mendengar Kie Yong yong memanggil Kim Houw, dalam hati dirasakan seperti
tertusuk senjata tajam, matanya lantas berkunang-kunang, hampir saja ia jatuh pingsan.
Him Houw yang melihat itu, segera mau menghampiri dan menanya:
"Peng Peng! Peng peng ! Kau Kenapa" Apa kau terluka?"
Meski perhatian Kim Houw yang begitu besar ditujukan kepada dirinya dan bukan kepada Kie
Yong Yong, tapi biar bagaimana sudah tidak mampu mengobati rasa cemas luar biasa yang timbul
dalam hatinya. Mendadak Peng Peng berontak, melepaskan diri dari bimbingan Kim Houw.
"Jangan sentuh aku, siapa kesudian dengan ucapanmu yang berpura-pura saja. Lebih baik
tengok sahabat baikmu! Hm, sahabat baik juga kekasih yang baik dan isteri yang bijaksana. Dia
sudah menyediakan turunan untuk kau!"
Sehabis mengucapkan perkataannya, Peng Peng lantas putar tubuhnya dan melesat pergi.
Perkataannya Peng Peng itu telah membikin bingung Kim Houw, sehingga saat itu cuma bisa
berdiri kesima. tapi kemudian setelah memikirkan, ia lantas menjadi kaget dan seketika itu lantas
seperti seorang linglung. Ketika ia sadar, Peng Peng sudah tidak kelihatan bayangannya.
Pada saat itu, kembali terdengar suaranya Kie Yong Yong yang memanggil padanya.
Kim Houw menghela napas dan geleng-gelengkan kepalanya.
"Nona Kie, " katanya. " Aku Kim Houw meski manusia biasa, tapi moralku masih belum begitu
bejad, sehingga melakukan perbuatan durhaka terhadap dirimu. Mengapa kau mendesak aku
terus menerus, tindakanmu ini benar-benar menyulitkan diriku ........!"
Mendadak Kim Houw ingat Peng Peng sudah pergi lama, maka ia tidak mau membuang tempo
lagi, ia harus menyusul nona Touw.
Baru saja ia lompat melesat, mendadak ada angin kuat menyambar ke arah dadanya, rupanya
orang hendak merintangi perjalanannya.
Kim Houw tercengang, tapi sebentar ia sudah tenang lagi dan siap menghadapi segala
kemungkinan. Ia membiarkan dirinya dirintangi oleh kekuatan serangan angin itu, terus meluncur turun lagi.
Tapi, kira-kira dua kaki Kim Houw mau menginjak tanah, mendadak ia gerakkan kedua
lengannya, tubuhnya kembali melesat tinggi kira-kira lima tombak, baru kemudian melayang turun.
Baru saja hendak menginjak tanah, dari kanan dan kirinya tiba-tiba muncul dua orang tua yang
merintangi perjalanannya sambil berteriak-teriak.
"Haha! Kiranya kau adalah binatang cilik Kim Houw, yang membuat kita berdua repot
melakukan perjalanan beberapa puluh lie untuk mencarinya. Binatang, sekalipun kau mampus
juga masih belum cukup untuk menebus dosamu...."
Menampak dua orang tua itu merintangi perjalanannya, Kim Houw diam-diam memang sudah
jengkel, sekarang mendengar perkataan yang kasar, hatinya jadi panas, ia lantas membentak
dengan suara keras: "Barusan sudah kuampuni jiwa anjingmu berdua, tapi sekarang kembali
hendak menggerecok. Kalau tidak mengingat usia kalian yang sudah lanjut, aku bikin kalian tidak
bisa hidup sampai terang tanah."
Mengapa Kim Houw mengatakan barusan sudah mengampuni jiwa mereka" Tadi dia masih
duduk di atas atap rumah, kemudian menghilang dengan mendadak, kemana sebetulnya ia telah
pergi" Kiranya tadi ketika Peng Peng pergi ke dapur hendak mengambil ayam panggangnya, dari
jauh Kim Houw dapat melihat berkelebatnya bayangan orang yang muncul saling menyusul.
Bergeraknya bayangan orang ini gesit sekali, Kim Houw heran dan ingin mencari keterangan.
Dua bayangan itu bukan lain ada dua orang tua itu yang sedang lari dengan pesat agaknya
mencari apa-apa. Kim Houw lalu hendak balik kembali, tapi mendadak ia mendengar dari
pembicaraan mereka ada menyebut-nyebut nama Kim Houw. Ia heran, karena ia tidak pernah
kenal dengan kedua orang tua itu. Dalam hati menanya, mungkin ini kembali perbuatannya Siao
Pek Sin yang menggunakan namanya, sehingga membuat orang tua itu mencarinya.
Mengingat ini, Kim Houw lantas mengambil keputusan mengejar mereka.
Karena Kim Houw sedang pusatkan perhatiannya kepada dua orang tua itu, ia tidak tahu jika di
depannya kembali ada orang lain.
Baru saja ia membelok ke satu tikungan sebuah bukit, kembali ia melihat berkelebatnya
bayangan orang, Kim Houw lalu urungkan niatnya mengejar dua orang tua tadi, sebaliknya lompat
mengejar bayangan orang itu.
Ketika ia sudah berada dekat, ia baru kenali bahwa orang itu ternyata adalah Souw Coan Hui,
murid kesayangan Ciok Goan Hong.
Hati Kim Houw berdebaran, melihat si orang she Souw, pikirnya kematian Bwee Peng kecuali
Ciok Liang yang berdosa, Souw Coan Hui mungkin juga merupakan salah satu pembantunya yang
melakukan kejahatan tersebut.
Apalagi mengingat dari mulutnya Ciok Liang seolah-oleh menyebut bahwa perbuatannya itu
ada atas anjuran orang lain, karena kala itu ia masih terlalu muda dan tidak mengerti urusan. Di
Bwee Kee Chung, Ciok Liang bergaul erat sekali dengan Souw Coan Hui, kedua orang itu boleh
dibilang belum pernah terpisah satu sama lain. Maka Kim Houw menganggap kecuali Souw Coan
Hui siapa lagi yang mau menganjuri Ciok Liang berbuat kejahatan"
Karena memikir demikian, Kim Houw lantas melesat merintangi perjalanannya siorang she
Souw. Souw Coan Hui menampak Kim Houw turun dari udara mencegat dirinya, bukan kepalang
kagetnya. Tapi ia masih mengira Kim Houw masih linglung seperti dulu, maka tidak begitu kuatir,
bahkan masih menegur padanya:" Kim Houw, Kau ..."
"Souw Coan Hui, kau ternyata masih mengenali aku Kim Houw, masih bagus..." jawab Kim
Houw dingin. Mendengar jawaban Kim Houw, Souw Coan Hui lantas tahu bahwa Kim Houw sekarang sudah
pulih kembali ingatannya, hingga ia ketakutan setengah mati.
"Kau ...... kau..... kau mencari aku?", ia menanya dengan suara gemetar.
"Kau tahu sendiri, apa masih perlu aku menjelaskan lagi?"
Sampai di situ, Souw Coan Hui segera mengerti bahwa dirinya dalam bahaya, maka
semangatnya lantas terbang seketika, badannya menggigil, tapi ia masih coba membela diri: "Itu
tidak ada hubungannya dengan aku, semua ada perbuatannya Ciok Liang, sedikit juga aku tidak
turut campur tangan."
"Enak saja kau menyangkal. Kalau benar seperti apa yang kau katakan, semua tentu ada
perbuatannya Ciok Liang seorang, sekarang aku tidak tanya kau, apa yang kau maksudkan
dengan urusan yang kau tidak turut campur dengan itu?"
Ditanya demikian, Souw Coan Hui kelabakan tidak mampu menjawab. Memang, perbuatan itu
sebetulnya dilakukan oleh Ciok Liang tidak ada hubungannya dengan dia"
Tadi Kim Houw belum membuka mulut menanya, sebaliknya ia sendiri yang mengatakan,
terang ia memang tahu urusan itu, karena ketakutan kerembet-rembet urusan kejahatan Ciok
Liang, maka tergesa-gesa ia membersihkan diri.
Kalau memang ia tahu, sudah tentu tak akan terlepas dari tanggung jawabnya.
Setelah sadar kalau ia sudah keterlepasan omong, dalam hati semakin takut, hingga keringat
dingin mengucur deras.
Pada saat itu orang tua tadi telah muncul berbareng.
Kim Houw lantas ulur tangannya, seolah-olah burung elang menerkam ayam, menyambar diri
Souw Coan Hui, dibawa sembunyi di belakangnya sebuah pohon besar.
Diluar dugaan, sebelum Kim Houw berdiri tegak Souw Coan Hui mendadak menggerakkan
kedua tangganya, kiranya dalam tangannya siang-siang ia sudah menyediakan dua buah senjata


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rahasia keluarga Ciok yang sangat terkenal, yang bentuknya seperti lidah burung dali.
Dua batang senjata rahasia itu sebetulnya disediakan bukan untuk menyerang Kim Houw,
sebab ia bukan dewa, sudah tentu tidak mengira dia bakal ketemu dengan Kim Houw.
Ia sediakan itu khusus untuk menyerang kedua orang tua tadi, tapi sekarang digunakan untuk
menyerang Kim Houw.
Saat mana antara dua orang itu berdiri sangat rapat, Souw Coan Hui ulur tangannya, tapi
dalam jarak yang begitu dekat, sudah tentu tidak mudah ia melepaskan senjata rahasianya. Di
dalam keadaan demikian, Souw Coan Hui terpaksa tarik mundur tangannya, kemudian
melancarkan serangannya.
Senjata rahasianya itu adalah senjata rahasia tunggal dari keluarga Ciok, sudah tentu bukan
senjata rahasia sembarangan, terutama bagiannya yang berbentuk mirip dengan paruh burung, di
dalamnya ada tersimpan sebatang jarum perak yang mengandung racun sangat berbisa, bila
mengenakan orang, sukar si korban ditolong jiwanya.
SOuw Coan Hui dengan senjatanya yang sangat berbisa itu, telah menyerang Kim Houw
secara mendadak, ia tidak mengharap senjatanya itu bisa melukai dirinya Kim Houw, hanya
mengandalkan racunnya yang disembunyikan di dalamnya.
Ketika Souw Coan Hui tarik mundur tangannya, Kim Houw sudah curiga, tapi ia tidak menduga
kalau di tangannya Souw Coan Hui sudah sedia senjata rahasia yang amat berbisa.
Kim Houw mengetahui adanya senjata hanya beberapa dim saja!
Ia memang sangat membenci Souw Coan Hui, sebetulnya sudah ingin membinasakannya tapi
ia juga tahu lihaynya senjata rahasia keluarga.
Mengeluarkan ilmunya mengentengi tubuh, cepat melesat ke atas, untuk menghindarkan
serangan tersebut.
Tapi, gerakannya ternyata sudah agak lambat, senjata rahasia itu sudah mengenakan
badannya, namun tidak begitu kuat tenaganya baru menyentuh dirinya senjata itu lantas jatuh ke
tanah. Kim Houw kaget terkena serangan senjata beracun itu. Dalam sengitnya, ia hendak binasakan
Souw Coan Hui lebih dulu, sekalipun ia sendiri akan menyusul binasa, ia akan merasa puas.
Maka begitu Kim Houw tancap kaki, segera melesat lagi menubruk Souw Coan Hui.
Pada saat itu mendadak ada beberapa buah senjata rahasia lagi yang menyerang dari
samping. Kim Houw tahu bahwa senjata-senjata rahasia itu dilancarkan oleh kedua orang tua tadi,
hatinya gemas sekali terhadap dirinya Souw Coan Hui, ia sudah ambil putusan tidak akan
membiarkan orang she Souw itu berlalu dalam keadaan bernyawa.
Ia lalu kerjakan kaki dan tangannya untuk menyampok jatuh senjata-senjata rahasia yang
menyerang dari samping.
Souw Coan Hui yang mengetahui bahwa senjata rahasianya sudah mengenakan sasarannya,
dalam hati sudah merasa girang, sekarang dengan adanya kedua orang itu yang memberi bantuan
padanya, ia semakin girang.
Tapi ia tidak nyana bahwa Him Houw yang telah kena senjata rahasianya masih mempunyai
kekuatan tenaga begitu hebat. Ketika menampak Kim Houw menyerang padanya dengan tangan
kosong, segera ia kerahkan seluruh kekuatannya, hendak menyambuti serangan lawan dengan
kedua tangannya.
Dalam perhitungannya, karena Kim Houw badannya sudah kena serangan senjata beracunnya
pasti kekuatannya banyak berkurang.
Apalagi buat orang yang sudah terserang racun tentunya tidak boleh memaksa mengerahkan
kekuatan tenaganya, seharusnya duduk diam sambil menahan napas, supaya racunnya tidak
menjalar dengan cepat.
Tapi kini. Kim houw setelah kena serangan senjata beracun, masih bisa menyerang dengan
kekuatan yang masih ada, ia tidak percaya kalau serangannya Kim Houw masih cukup hebat.
Tapi. bagaimana ia dapat mengukur tenaganya Kim Houw " Baru saja menyambuti
serangannya yang pertama, kedua tangannya sudah patah dan tidak mampu digerakkan lagi.
Sampai disini Souw Coan Hui baru tahu kalau ia salah memperhitungkannya, tapi tangannya
sudah terlanjur patah. Buru-buru ia gerakkan kakinya, ia masih hendak berusaha untuk melarikan
diri namun dirasakan sakit, seolah-olah dijepit dengan tang besar.
Itu adalah tangannya Kim Houw yang sangat kuat, yang sudah menyekal lehernya. Karena ia
benci sekali kepada anak muda ini, maka Kim Houw mencengkeram semakin kuat sehingga Souw
Coan Hui kesakitan setengah mati, mulutnya menjerit-jerit tidak berhenti-hentinya.
Selanjutnya, Kim Houw menotok jalan darah Souw Coan Hui dikedua pahanya, totokan itu
sangat hebat kedua kakinya Souw Coan Hui lantas menjadi bercacat untuk selama-lamanya.
Pada saat itu, mendadak beberapa buah senjata rahasia menyerang lagi pada dirinya.
Sambil mengangkat tubuhnya Souw Coan Hui, Kim Houw menyambuti serangan tersebut.
Dengan demikian, kembali Souw Coan Hui menjerit-jerit seperti babi dipotong.
Tiba-tiba Kim Houw merasakan dadanya sedikit nyeri. Ia terkejut, sebetulnya ia hendak
memberi hajaran kepada kedua orang tua yang menyerang dirinya tanpa sebab, baru
memeriksakannya.
Tapi karena rasa nyerinya itu, ia tidak berani memaksakan diri. Ia lantas angkat tubuhnya
Souw Coan Hui, dilemparkan pada batu padas, hingga Souw Coan Hui binasa seketika itu juga
dalam keadaan remuk. Kim Houw kemudian berkelebat dan menghilang.
DUa orang tua itu mencari ubek-ubekan, tapi tidak dapat menemukan, terpaksa berlalu dengan
perasaan mendongkol.
Kim Houw karena mendapat gangguan di dadanya, untuk sementara tidak mau melayani dua
orang tua itu. Ia sembunyikan diri didalam sebuah lembah, untuk memeriksa lukanya.
Ketika membuka bajunya, di kanan dan kiri dadanya apa terdapat dua batang jarum perak, ia
coba gerakkan tenaganya, dua batang jarum itu lantas jatuh di tanah. Dari bekas jarum menancap
tadi lantas mengalir darah segar. Kim Houw agak kaget, melihat darah mengalir.
Bahwa jarum itu ada mengandung racun yang sangat berbisa, Kim Houw ketahui dengan baik.
Tapi ia heran. kenapa ia tidak apa-apa apakah jarum itu tidak ada racunnya.
Ia coba mencari kedua batang jarum yang jatuh di tanah tadi.
Dan apa yang ia saksikan" Tempat dimana dua batang jarum itu terjatuh, rumputnya nampak
kering, dari sini ada membuktikan bahwa jarum tadi memang ada racunnya.
(Bersambung ke Jilid 23)
Jilid 23 Meski Kim Houw sudah melihat rumput kering karena pengaruhnya racun, tapi ia masih kurang
percaya. Ia ambil dua batang jarum itu, di ujungnya tampak hitam mengkilat, kalau jarum itu
digerakkan, rumput yang tersentuh ujung jarum itu lantas menjadi kering layu. Dengan demikian ia
baru percaya kalau jarum itu ada mengandung racun yang sangat berbisa.
Tapi ia masih tidak habis mengerti, bagaimana badannya tidak dapat dicelakakan oleh racun
itu " Ia tidak percaya dirinya kebal terhadap segala racun seperti Tok-kai.
Namun kenyataan memang demikian, mau tidak mau ia harus percaya juga. Ia coba kerahkan
kekuatannya, dirinya ternyata tidak terganggu apa-apa, ia baru merasa lega.
Karena orang tua itu sudah berlalu, ia lalu balik kembali ke gedungnya gwanswee tua.
Begitulah pengalamannya Kim Houw ketika ia berlalu dengan diam-diam meninggalkan Peng
Peng. Dan kini ketika mengetahui bahwa dua orang tua itu coba merintangi dirinya, bagaimana ia
tidak jadi gusar "
Satu diantara kedua orang tua itu mendadak berkata sambil tertawa dingin :
"Binatang cilik, kau benar-benar terlalu jumawa, meskipun kau pernah mengalahkan beberapa
orang kuat golongan Ceng-hong-kauw, tapi kalau kau ingin menjagoi di rimba persilatan, masih
belum waktunya, kau mengerti?"
Kim Houw yang bingung ditinggalkan Peng Peng, kini kedua orang tua itu menggerecok tidak
berhentinya, dalam hati jadi sengit maka ia lantas membentak dengan suara keras :
"Jangan rewel, kalau kalian punya kemampuan, boleh maju berbareng menyambuti
seranganku hanya tiga jurus saja. Jika dalam tiga jurus salah satu dari kalian bisa lolos dengan
selamat, kau jangan panggil aku si orang she Kim lagi !"
Kedua orang tua itu tertawa bergelak-gelak, nampak sangat jumawa.
Orang tua yang berbicara duluan tadi berkata kepada kawannya :
"Lo-jie, kau sambuti dulu tiga jurus, toako nanti akan membantumu. Aku kepingin lihat
bagaimana dia dapat melukai kita dalam tiga jurus ?"
Ternyata kedua orang tua itu adalah kakak beradik, yang tua bernama Kai Tong, sang adik
bernama Kai Eng. Keduanya belajar silat di gunung Kow-san, maka dalam kalangan Kang-ouw
mereka terkenal dengan julukan Kow-san Jie-lo.
Kim Houw yang mendengar mereka tidak mau maju bersama, lantas berkata pula:
"Kalau kau mau maju satu persatu, biarlah aku jelaskan padamu, supaya kau bisa siap sedia.
Gerakkan pertama dinamakan Pho-lek-hui-thian, selanjutnya disusul dengan tipu serangan Lohay-
hok-ciu dan akhirnya Yan-tee-hui-thian. Nah sambutlah !"
Sehabis memberi keterangan, Kim Houw lantas putar tangan kirinya, membuat lingkaran
bundar, kemudian disusul dengan serangannya yang menggunakan ilmunya Han-bun-cao-kie.
Serangan pertama itu benar-benar sangat hebat, sambaran angin yang amat dahsyat saling
menyusul, seperti gelombang air bah menyambar Kai Eng.
Kai Eng yang menampak serangan Kim Houw ada begitu hebat, dalam hati diam-diam ia
merasa kaget, tapi ia masih berlagak tenang. Sambil ketawa bergelak-gelak ia angkat kedua
tangannya, seperti hendak menyambuti serangan Kim Houw itu.
Apakah Kai Eng benar-benar berani menyambuti serangan Kim Houw" Tidak. Kecuali kalau ia
sudah tidak kepingin hidup lagi!
Ia hanya melakukan gerakan pura-pura itu, setelah serangannya Kim Houw sudah hendak
mengenakan dirinya, ia baru tarik mundur dirinya.
Ancaman dari sambaran angin telah mendesak dengan hebat, Kai Eng segera melesat tinggi,
kemudian meluncur turun dengan miringkan dirinya. Siapa nyana baru saja badannya melesat ke
atas, angin yang sama kuat kembali mengancam di depannya, tapi sebentar kemudian mendadak
lenyap sendiri tanpa bekas.
Selagi ia melayang turun dengan badan miring angin yang amat dahsyat kembali menyerang
di belakang badannya secara mendadak. Kai Eng kali ini tidak bisa ketawa lagi !
Karena kakinya belum menginjak tanah, ia pikir hendak berkelit juga amat sukar.
Kai Tong yang menyaksikan keadaan adiknya, kagetnya bukan kepalang. Ia segera kerahkan
kekuatan tenaganya, dari samping ia lancarkan satu serangan tangan, untuk mendorong tubuhnya
Kai Eng sehingga satu tombak jauhnya, baru terhindar dari ancaman bahaya.
Kim Houw dengan meniru gayanya kedua orang tua itu ketawa bergelak-gelak sembari berkata
: "Serangan pertama Pho-lek-hui-thian, boleh dikata sudah kalian elakkan dengan baik, tapi ini
bukan berarti kalian mampu menyambuti seranganku tadi. Sekarang serangan kedua ada lebih
lihay dan lebih hebat dari serangan pertama, kalian harus hati-hati!"
Kow-san Jielo belum menjawab, kedua tangannya Kim Houw sudah diajur ke tanah berulangulang.
Sebentar saja, tempat dimana dua orang tua itu berdiri sekitar satu tumbak, mengepulkan
debu tinggi, batu dan pasir pada berterbangan menyambar dirinya kedua orang tua itu. Dalam
keadaan demikian, kedua orang tua itu baru gelagapan, sampai tempat untuk tancap kakinya saja
dirasakan sudah tidak ada.
Betapakah hebatnya kekuatan tenaga yang diunjukkan oleh Kim Houw" Benar-benar susah
dibayangkan ! Kow-san Jielo selagi hendak lompat mundur, merasakan angin hebat mendadak menyambar
dari segala penjuru, sehingga membuat kedua orang tua itu tidak mengenal arah lagi.
Biar bagaimana, Kow-san Jielo masih terhitung orang kuat dalam kalangan Kang-ouw, di
dalam Ceng-hong-kauw, mereka juga mempunyai kedudukan cukup tinggi.
Kai Tong mendadak pegang erat tangannya Kai Eng, sembari keluarkan bentakan "Naik!"
keduanya lantas lompat melesat ke atas kira-kira tiga tombak tingginya.
Selanjutnya ditengah udara mereka saling mendorong, hingga satu melesat ke timur dan yang
lain melesat ke barat. Dengan demikian mereka telah terlepas dari kepungan angin.
Tapi, baru saja keluar dari kepungan angin, mendadak ada kekuatan yang tidak kelihatan
mendesak hebat kepada mereka. Dua orang tua itu segera kerahkan seluruh tenaganya untuk
menahan gencetan tenaga yang tidak kelihatan itu. Apa mau, karena perbedaan kekuatan ada
sangat jauh, ketika kekuatan tenaga kedua fihak saling bentur, segera terdengar suara jeritan
ngeri, kemudian disusul dengan jatuhnya dua tubuh. Mereka ada kedua orang tua yang jumawa
telah rubuh berbareng di atas tanah.
Kim Houw tertawa bergelak-gelak.
"Hari ini siaoyamu ada urusan, tidak mau berbuat keterlaluan. Lain waktu apabila ketemu lagi,
tidak nanti akan kuberi ampun begitu saja." kata si anak muda.
Habis berkata, kembali ia dengar suaranya Kie Yong Yong:
"Engko Houw, benarkah kau ada begitu kejam" Benarkah kau tega menyaksikan diriku
bergulat dengan maut" Kau tahu, aku Kie Yong Yong sudah...... untuk keluarga Kim."
Kim Houw yang mendapat keterangan dari Peng Peng, tadinya mengira Peng Peng ada mainmain
atau karena cemburu, tapi kini setelah mendengar ucapan Kie Yong Yong, baru tahu kalau
Kie Yong Yong benar-benar sudah mengandung.
Tapi, dalam hati Kim Houw lantas mengerti bahwa semua itu ada perbuatannya Siao Pek Sin,
walaupun demikian, ia tokh tidak dapat mengatakan, sebab sekalipun ia menjelaskan mungkin
juga tidak ada orang yang mau percaya.
Sekarang, Peng Peng sudah berlalu, hal ini merupakan soal yang benar benar bisa membikin
pusing kepala. "Nona Kie, aku bukan orang semacam itu. Mengenai urusanmu, kalau bisa dapatkan Tiancu
dari istana Panjang Umur Siao Pek Sin, kau nanti akan tahu sendiri. Siao Pek Sin sekarang ini
berada di Pek-liong-po di kota Ceng Shia. Pergilah cari dia, semuanya akan menjadi jelas."
Ia anggap bahwa keterangannya itu sudah cukup jelas, padahal bagi orang lain yang tidak
mengerti duduknya perkara, tentu tidak mengerti.
Demikianlah bagi Kie Yong Yong, keterangan Kim Houw itu tambah membingungkan padanya,
maka ia lantas berkata :
"Engko Houw, kecuali kau, orang lain tidak bisa menolong diriku, siapapun tidak mampu
menolong aku!"
Kim Houw merasa kurang pantas untuk menjelaskan duduknya perkara yang sebenarnya,
maka terpaksa ia tidak menjawab. Sambil kertak gigi ia lantas putar tubuhnya hendak pergi
menyusul Peng Peng !
Baru saja Kim Houw bergerak, mendadak berkelebat bayangan putih memegat di depannya.
Kim Houw merandek, ketika ia menegasi, baru tahu bahwa orang yang memegat padanya itu
adalah pemuda yang tadi berdiri di samping dengan sikapnya yang tenang.
Kim Houw terperanjat. Dari gerak-geriknya dan sepasang matanya, Kim Houw tahu bahwa
pemuda itu adalah orang yang mempunyai kepandaian tinggi, mungkin juga salah satu orang kuat
dari rimba persilatan.
Ketika ia menampak senjata Giok-cu-tiauw-kim-kao di tangannya anak muda itu, dalam hati
semakin kaget. Sebab dalam kitab pelajaran ilmu silatnya Kauw-jin Kiesu juga ada disebutkan
tentang senjata ini, hingga Kim Houw mau menduga bahwa anak muda itu tentunya bukan orang
sembarangan. Selanjutnya pemuda itu lantas berkata kepada Kim Houw :
"Heng-tay, harap suka tunggu sebentar, siaoseng ingin bicara sedikit. Nona Kie begitu besar
cintanya padamu, bagaimana heng-tay nampaknya begitu dingin seperti tidak mempunyai
perasaan sama sekali terhadap dirinya" Juga nampaknya karena sudah dapatkan yang baru maka
membuang yang lama. Meskipun paras nona Kie sekarang kelihatannya begitu perok, tapi ia
demikian sebetulnya karena heng-tay. Kecantikannya dimasa yang lampau, rasanya tidak kalah
dengan nona barusan tadi...."
Kim Houw meski kagum terhadap senjatanya yang aneh dari anak muda itu, tapi ia tidak takuti
padanya. Sebab sejak muncul di dunia Kang-ouw, ia belum pernah menemukan tandingan yang
setimpal. Kini mendengar ucapan anak muda itu, ia merasa bingung. Darimana ia tahu Kie Yong Yong
menyintakan dirinya begitu besar" Apa artinya tidak mempunyai perasaan sama sekali" Dan apa
artinya dapatkan yang baru membuang yang lama"
Maka tidak menantikan anak muda itu bicara habis, ia lantas memotong :
"Apa yang kau maksudkan, sama sekali aku tidak mengerti. Tentang jelek atau cantik, itu ada
urusan mereka sendiri, asal aku suka, sekalipun jelek, aku juga bisa menyinta selama-lamanya,
tidak usah kau repot-repot turut memikirkan."
Anak muda itu adalah Kee Yong Seng. Ketika mendengar jawaban Kim Houw, ia lantas
ketawa dingin dan berkata :
"Aku bahasakan heng-tay kepadamu, itu adalah karena aku pandang dirimu. Tapi menampak
sikapmu yang pura gagu dan tuli, itu seolah-olah seperti perbuatan binatang, sungguh tidak pantas
aku bahasakan heng-tay lagi. Meskipun kepandaian ilmu silatmu sudah terlalu tinggi, tapi aku
tetap ingin meminta pengajaran darimu, dengan sepotong kain rombeng ditanganku ini, aku ingin
menyambuti seranganmu sampai tiga ratus jurus!"
Kim Houw merasa sangat tersinggung, maka seketika itu lantas naik darah. Taruh kata anak
muda itu bermaksud dengan membela Kie Yong Yong, juga tidak sepatutnya mengucapkan
perkataan demikian.
"Aha!" jawabnya dingin. "Kau anggap karena di tanganmu ada memegang senjata ampuh
yang tidak ada tandingannya lantas mau menggertak orang " Haha ! kau dapat menggertak orang
lain, tapi tidak buat aku, "Giok-cu-tiauw-kim-kao" meski lihay, tapi kalau hendak mematahkan
senjataku, kau jangan harap, biarlah aku juga unjukkan senjataku yang tidak berharga untuk kau
saksikan......"
Sehabis berkata, Kim Houw lalu mengeluarkan senjatanya "Bak-tha-liong-kin".
"Senjataku ini meski bukan benda pusaka yang sudah tidak ada tandingannya, tapi kalau kau
ingin melayani aku sampai tiga ratus jurus, aku tidak mempunyai begitu banyak waktu terluang.
Kau lihat saja ! dan sekarang silahkan kau bergerak !"
Kee Yong Seng tadi meski agak mendongkol, tapi sikapnya masih tetap tenang. Sebab ia tahu
bahwa kekuatan Kim Houw ada sangat luar biasa, namun ia tidak merasa keder. Karena ia masih
boleh mengandalkan senjata dan ilmu silatnya yang aneh dan luar biasa.
Ia pikir, meski dalam hal kekuatan tenaga lwekang mungkin ia masih kalah, tapi senjatanya
"Giok-cu-tiauw-kim-kao" dan tipu-tipu serangannya yang aneh dan luar biasa, bukan setiap orang
gagah didunia Kang-ouw yang mampu menyambuti. Andaikata benar-benar tidak mampu
menandingi, rasanya juga tidak kalah terlalu jauh, sedikitnya masih mengharap berkesudahan seri.
Tapi, ketika Kim Houw mengeluarkan senjatanya "Bak-tha-liong-kin", Kee Yong Seng lantas
terkejut, wajahnya berubah seketika.
"Bak-tha-liong-kin !" demikian ia berseru.
Memang, "Bak-tha-liong-kin" ada senjata pusaka yang luar biasa, bagaimana Cu-kao Lojin
tidak tahu" Kalau Cu-kao Lojin tahu, Kee Yong Seng juga tahu.
Orang she Kee itu merasa heran, oleh karena senjata "Bak-tha-liong-kin" itu ada senjatanya
Kauw-jin Kiesu, satu jago kenamaan dari beberapa ratus tahun berselang.
Kim Houw lihat Kee Yong Seng mengenal senjatanya, lantas ketawa dan berkata:


Istana Kumala Putih Karya O P A di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar ! Ini adalah "Bak-tha-liong-kin" tapi kalau mau dibanding dengan senjatamu "Giok-cutiauw-
kim-kao", rasanya masih kalah jauh. Kau tak usah kuatir, silahkan maju !"
Ucapan Kim Houw yang bersifat mengejek ini bagaimana Kee Yong Seng mau mengerti "
Pada umumnya, setiap orang tidak mau mengalah mentah-mentah begitu saja, apa lagi darah
muda" Sekalipun tahu benar bahayanya juga akan ditempuh.
Apalagi Cu-kao Lojin dulu pernah memuji ia, bahwa kepandaiannya ternyata tidak dibawah
suhunya sendiri, asal bisa berlaku hati-hati, betapapun kuatnya sang musuh, juga tidak perlu
ditakuti. Demikianlah, Kee Yong Seng karena mengandalkan kepandaiannya sendiri, nyalinya lantas
besar, sambil pegang erat senjatanya dan mengeluarkan siulan panjang, ia lantas berkata :
"Jangan kau kira karena mempunyai senjata istimewa "Bak-tha-liong-kin", kau lantas bersikap
sombong, sekalipun Kauw-jin Kiesu si iblis tua menjelma kembali, aku Kee Yong Seng juga tidak
takut." Mendengar perkataan Kee Yong Seng yang menghina nama gurunya yang ia sendiri belum
pernah mengenalnya, Kim Houw sangat gusar.
Saat itu Kee Yong Seng sudah mulai serangannya dengan senjatanya yang istimewa.
Kim Houw tidak berkelit atau mengegos, senjata Liong-kinnya diputar, Bak-thanya dengan
cepat menotol senjata Kim-kaonya Kee Yong Seng, berbareng dengan itu, badannya juga digeser
maju untuk mendesak.
Senjatanya Kee Yong Seng selamanya belum pernah menyingkiri senjata musuhnya yang
bagaimanapun juga, kali ini juga tidak kecualian. Gaetannya tetap masih digunakan untuk
menyambuti serangan senjata lawannya, maka kesudahannya lantas terdengar suara "trang",
beradunya kedua senjata yang sama-sama istimewanya itu.
Tapi baru saja senjatanya beradu, badan Kim Houw sudah mendesak maju. "Liong-kin" diputar
untuk menotok beberapa bagian jalan darah di dada lawannya.
Kee Yong Seng tidak menduga Kim Houw bisa berlaku demikian gesit, buru-buru ia berkelit,
badannya melesat ke samping kira-kira satu tombak, kemudian ayun tangannya, gaetannya balik
menyambar batok kepala Kim Houw.
Tapi, Kim Houw yang sudah mendesak maju bagaimana mau membiarkan Kee Yong Seng
meloloskan diri"
Sebab, senjatanya "Bak-tha-liong-kin" Kim Houw, adalah senjata pendek yang menguntungkan
untuk penyerangan jarak pendek. Sebaliknya senjata Kee Yong Seng ada senjata panjang yang
sangat menguntungkan untuk penyerangan jarak jauh. Satu pendek dan satu panjang masingmasing
berlainan kepentingannya. Maka Kim Houw yang sudah mendesak maju, bagaimana mau
lepaskan kesempatannya begitu saja dan membiarkan senjata lawannya mendapat keuntungan"
Kee Yong Seng berkali-kali menyingkir, selalu tidak berhasil menjauhkan diri dari desakan Kim
Houw. Anak muda itu seolah-olah bayangan yang terus membayangi dirinya.
Tapi Kee Yong Seng setelah mengetahui semua usahanya tersia-sia, segera bikin pendek
senjata gaetannya, sedangkan mutiaranya juga di lepaskan dari tangannya, dengan demikian
maka senjatanya lantas berubah menjadi senjata pendek.
Kedua fihak lalu melakukan pertempuran yang cepat dan hebat.
Sebentar saja batu dan pasir pada berterbangan, senjata kedua pihak saling berkelahi, kedua
pihak sama-sama kuatnya, benar-benar merupakan suatu pertempuran yang amat seru.
Suara beradunya kedua senjata itu terdengar berulang-ulang sampai sembilan kali setiap kali
sehabis beradu, keduanya dengan cepat lantas memisahkan diri, untuk memeriksa senjata
masing-masing. Pertempuran sengit secara demikian, berlangsung terus sampai lebih dari delapan puluh jurus.
Untungnya senjata-senjata Bak-sha dan Kim kao itu sama-sama merupakan senjata pusaka,
yang tiada taranya, maka setiap kali diperiksa tidak kedapatan tanda kerusakan apa-apa,
keduanya lantas bertempur lagi.
Kim Houw dengan beruntun melancarkan tiga macam ilmu serangan pecutnya, tapi semuanya
tidak dapat melukai lawannya, dalam hati mulai mendongkol. Mendadak ia keluarkan siulan
nyaring, sambil ayun pecutnya ia melesat tinggi kemudian menukik turun.
Tertanya kali ini Kim Houw sudah melancarkan tipuan serangannya Kauw jin Kiesu yang
membuat ia terkenal : "Thian-liong pat sik"
Tubuhnya Kim Houw seolah-olah seekor burung elang raksasa, menukik sambil berputar,
orang yang berada dalam lingkaran kira-kira beberapa tombak, barangkali tidak gampang lolos
dari serangannya yang hebat ini.
Kee Yong Seng lihat Kim Houw melancarkan serangan dengan ilmu Thian-liong pat sik dalam
hati agak keder. Buru-buru ia menggunakan tipu serangan Giok-cu Kim kaonya yang paling
istimewa, untuk mengimbangi tipu serangan Thian-liong pat sik, Kim Houw.
Tapi Thian-liong pat sik ada merupakan serangan warisannya Kauw jin Kiesu yang paling
hebat, biar bagaimana ada lain dengan yang lain. Apa lagi dilancarkan secara menukik bukan
main hebatnya, bagaimana Kee Yong Seng dapat menangkis serangan tersebut " Kim-kao dan
Giok cunya sudah kena di tendang oleh kaki Kim Houw.
Dengan demikian, maka bagian kepala dan dada Kee Yong Seng lantas terbuka lebar. Ia
hendak menarik kembali serangannya ternyata sudah tidak keburu, sekalipun hendak berkelit, juga
masih kelambatan satu tindak. Batok kepala dan dada Kee Yong Seng sudah terancam
senjatanya Kim Houw.
Kee Yong Seng mengerti kalau dirinya sudah terlolos dari tangannya Kim Houw, maka ia
serahkan nasibnya dalam tangannya anak muda itu. Ia lantas pejamkan matanya, untuk
menantikan saat kematiannya.
Mendadak ia dengar suara "plak" kepalanya seperti di tepok orang, tapi dengan tepokan
enteng, Kee Yong Seng hanya merasa sedikit kelengar saja, selekasnya sudah sembuh dengan
sendirinya. Sedang dadanya yang terbuka, yang merupakan makanan enak untuk musuh, ternyata tidak
ada yang sentuh.
Dalam keadaan heran sambil memejamkan mata, tiba-tiba ia dengar suaranya Kim Houw:
"Aku dengan kau belum saling mengenal, sudah tentu tidak mempunyai ganjalan sakit hati dan
permusuhan. Hari ini karena mengingat kau membela nona Kie, maksud dan tujuanmu tidak jahat,
maka kuberikan keampunan.
Dan, jika kau benar-benar bermaksud menolong dia, silahkan pergi ke Peng-liong-po. Dengan
kepandaianmu seperti ini, boleh saja kau kesana. Kalau kau nanti sudah menjumpai Siao Pek Sin,
tidak usah banyak rewel, kau nanti akan mengerti sendiri duduknya perkara. Sampai bertemu
kembali sahabat she Kee, semoga kau berhasil dengan usahamu!"
Kee Yong Seng tidak nyana, dalam saat ia tinggal ditamatkan jiwanya, Kim Houw telah
memberi ampun padanya. Ucapannya pemuda itu juga sangat merendah maka diam-diam ia
mengagumi Kim Houw yang mempunyai sifat pendekar bijaksana.
Ketika ia membuka matanya dan mencari Kim Houw, ternyata anak muda itu sudah berlalu
jauh! Kee Yong Seng cuma bisa menghela nafas, dan berpaling mencari Kie Yong Yong.
Siapa nyana Kie Yong Yong juga sudah tidak kelihatan batang hidungnya, begitu pula itu
pemuda ceriwis Ho Leng Than dan Kow-san Jielo yang terluka, juga sudah tidak ada.
Bukan kepalang kagetnya Kee Yong Seng sebab pertama kali bertemu dengan Kie Yong
Yong, ia telah mengakui bahwa ia sudah jatuh cinta pada nona Kie.
Dan sekarang, setelah menempuh perjalanan ribuan lie baru dapat menyadari nona yang
dicintainya, usianya masih nihil.
Pada saat itu mendadak terdengar suara kuda berbenger, kedengarannya jauh sekali.
Suara kuda itu Kee Yong Seng sudah kenal betul, itu adalah kudanya Kie YOng Yong.
Kee Yong Seng tahu benar kecerdikan kuda itu, kalau ia berbenger pasti ada sebabnya, maka
ia lantas gerakan tubuhnya melesat ke jurusan kuda tadi perdengarkan suaranya.
Baru saja Kee Yong Seng berlalu dari pekarangan, di situ kembali melayang turun satu
bayangan orang.
Bayangan itu ternyata seorang wanita. Dilihat dari gerakannya yang sangat lesu, sikapnya
yang murung, bisa diduga bahwa wanita itu sedang risau hatinya.
Tindakan kakinya nampak begitu berat seolah-olah diganduli oleh barang berat.
Tiba-tiba dari dalam dapur ada merayap keluar seorang hitam, siapa mungkin karena
ketakutan maka sembunyi di dalam dapur. Tapi ketika mau melangkah masuk pintu dapur, tibatiba
merasa penasaran, lalu ia berpaling, untuk melihat dulu siapa orangnya yang berada di dalam
pekarangan. Ketika melihat bahwa orang dalam pekarangan itu ternyata hanya seorang wanita, nyalinya
besar seketika. Maka bisa berdiri tegak sambil pelembungkan dadanya.
Tepat pada saat itu, wanita dalam pekarangan itu juga berpaling melihat kepadanya.
Dari sinar rembulan, si hitam kenali wajahnya wanita itu, dalam hati merasa girang, Lalu
dengan tersipu-sipu ia menghampiri wanita itu seraya berkata :
"Nona, aku tahu kau tentunya masih ingat aku Hoan tayciangkun, maka kau tidak mau
pergi...."
Kiranya orang hitam itu adalah Hoan tayciangkun!
Tapi belum habis ucapannya tangannya wanita itu sudah mampir di kedua pipinya, hingga
Hoan tayciangkun sempoyongan mundur empat sampai lima tindak.
Siapa wanita itu "
Ia adalah Peng Peng!
Tapi mengapa Peng Peng yang sudah pergi balik kembali "
Semua itu karena gara-garanya asmara.
Peng Peng menyinta Kim Houw sejak masih kanak-kanak. Sejak Kim Houw kesasar dalam
Istana Panjang umur di rimba kera dan kemudian bisa keluar dengan selamat bahkan mendapat
kepandaian ilmu silat yang luar biasa tingginya, baru bertemu kembali dengan anak muda itu di
gunung Kou-cho-san.
Setelah mengalami berbagai kesulitan, Kim Houw akhirnya mengutarakan isi hatinya.
Tentu saja siapapun bisa pikir sendiri betapa besar girangnya. Peng Peng yang begitu sabar
menantikan Kim Houw, kini dapat mendengar kekasihnya mengutarakan isi batinnya sebetulnya
ada sukar dilukiskan.
Siapa nyana, pada malam yang banyak penggoda itu telah muncul dirinya Kie Yong Yong,
yang tanpa sengaja telah membuka rahasia hubungannya dengan Kim Houw.
Dalam gusarnya Peng Peng telah kembali lagi setelah berjalan kira-kira sepuluh tombak lebih.
Dua kali hampir ia jatuh tergelincir di jalanan, ia merasa gelap di seputarnya, matanya tidak bisa
melihat apa-apa.
Otaknya ruwet, pikirannya kusut, sikap dan di wajahnya tidak mengunjukkan tanda gembira,
juga tidak bersedih. Nampaknya hanya baru pucat.
Ia merasa sudah berlalu jauh dari dunia yang di depannya nampak kosong melompong, tidak
tahu kemana yang harus di tuju. Seolah-olah seorang yang sudah kehilangan ingatannya, mirip
orang yang kesasar dalam rimba raya.
Suara bentakan dan suara pertempuran mendadak terdengar di telinganya Peng Peng, hatinya
yang tengah risau seketika lantas menjadi cemas.
Dikejutkan oleh itu Peng Peng lantas berhentikan tindakan kakinya. Tatkala ia membuka
matanya, baru tahu kalau dirinya sudah berada di tepi kolam tempat memelihara ikan, kalau tidak
karena dikejutkan oleh suara itu, mungkin dirinya sudah tercebur di dalam kolam tanpa sadar.
Peng Peng adalah seorang perempuan yang berhati keras, walaupun bagaimana sedihnya
atau tertindih oleh kedukaan yang hebat, ia tidak memikirkan untuk mengambil keputusan pendek.
Ia cuma merasa benci, mengapa Kim Houw tidak menyusul"
Suara bentakan dan pertempuran kembali terdengar sangat nyata.
Ia coba pasang telinga, diantara suara bentakan itu ada terdengar suaranya Kim Houw.
Sekarang ia mulai mengerti, pantas Kim Houw tidak mengejar rupa-rupanya karena bertempur.
Siapa musuhnya itu " Siapa yang mampu merintangi Kim Houw "
Peng Peng itu ingat akan nasibnya Kim Houw, Mungkinkah Kim Houw dengan secara sendiri
harus menghadapi banyak musuh " Pedang di tangannya Ho Leng Than sudah cukup membikin
pusing kepala, apa lagi ditambah itu dua orang tua yang datang belakangan, yang kepandaian
ilmu silatnya dan lweekangnya agaknya lebih tinggi setingkat dari pada Ho Leng Than.
Disamping itu masih ada si anak muda sekolahan yang tidak dikenal, sampai dimana tingginya
kepandaian ilmu silatnya, masih merupakan suatu pertanyaan. Mungkinkah mereka mendadak
bersatu mengerubuti Kim Houw "
Baru berpikir sampai di situ saja, Peng Peng sudah sangat kebingungan dan kuatirkan dirinya
Istana Pulau Es 17 Pedang Golok Yang Menggetarkan Karya Wo Lung Shen Hikmah Pedang Hijau 17
^