Pencarian

Istana Yang Suram 11

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 11


"Ki Mina hanya ingin menjajagi, ternyata bahwa kalian benar-benar licik dan pengecut. Sekarang cepatlah, apa yang akan kau lakukan. Aku tahu bahwa Raden Kuda Rupaka mempunyai kedudukam khusus disini. Tetapi bagiku kedudukan itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan keselamatan sendiri"
"Persetan, aku sudah mengira bahwa pada suatu saat kau akan menjadi lawan yang harus dimusnahkan"
"Bukan salah kami, Raden. Tetapi jika Raden menghendaki, maka kamipun akan berbuat tanpa ragu-ragu dan tanpa terlampau banyak pertimbangan perasaan"
"Gila, cepat bunuh mereka" teriak Kidang Alit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata bahwa kedua pengikut Kidang Alit itu sama sekalai tidak menunggu lagi, dengan serta merta merekapun maju beberapa langkah mendekati Ki Mina.
"Kita akan membunuh orang tua ini, Raden dan Panji Sura Wilaga akan membunuh Panon, kita akan berlomba, siapakah yang akan menyelesaikan tugasnya lebih dahulu.
"Itu tidak Adil" tiba-tiba saja Ki Mina menyahut "Jika kalian ingin bertanding, beradu kecakapan bermain senjata, seharusnya masing-masing satu lawan satu"
"Persetan" geram Kidang Alit "Yang penting kali ini kalian matu terbunuh"
Tiba-tiba saja Ki Mina Tertawa "Disaat-saat terakhir, aku masih sempat menyaksikan lelucon yang bagus sekali. Baiklah, sekarang bunuhlah kami, karena kami telah puas menikmati keyakinan kami, bahwa yang bernama Kidang Alit, Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga sama sekali bukan kesatria-kesatria yang seperti namanya. Tetapi itu tidak perlu kalian hiraukan, itu sekedar usaha kami untuk mati sambil tersenyum melihat kelucuan ini"
"Tutup mulutmu" bentak Kuda Rupaka.
"Tidak ada artinya lagi kau membentak-bentak seperti itu, karena kita sudah berhadapan sebagai lawan" jawab Panon "Jika hubungan kita tidak seperti sekarang, mungkin aku akan mengerutkan leherku dan merengek minta ampun"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Paman Panji, cepatlah. Marilah kita selesaikan anak
gila ini" Sura Wilaga kemudian mempersiapkan diri.
Berpasangan dengan Kuda Rupaka ia bersiap menyerang
Panon yang bergeser menjauhi Ki Mina, sementara itu, Ki
Minapun telah siap melawan Kidang Alit dan kedua
kawannya. Panji Sura Wilaga bergeser setapak maju, sementara
Raden Kuda Rupakapun telah bersiap pula untuk
meloncat dengan serangan mautnya meskipun
nampaknya ia belum menarik pedangnya pula.
"Kau gila" geram Sura Wilaga "Jangankan parang
pemotong kayu, sedang pedang yang paling keramatpun
tidak akan mampu berbenturan dengan pedangku"
"Jika demikian, sudah benarlah aku, mempergunakan
parang ini, karena akibatnya akan sama saja jika aku
mempergunakan senjata, yang lebih baik"
"Gila" Sura Wilaga benar-benar telah terhina. Karena
itu maka tiba-tiba saja iapun meloncat menyerang
dengan garangnya.
Namun Panon masih sempat mengelak, meskipun
kemudian ia harus meloncat mundur dengan cepat,
karena Kuda Rupakapun telah menyerangnya pula.
Panon menjadi berdebar-debar, jika ia harus
bertempur melawan salah seorang dari keduanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mungkin ia tidak akan cemas. Tetapi melawan kedua
orang yang memiliki ilmu yang tinggi itu. Bukan sekedar
takut mati. Namun itu akan berarti bahwa ia hanya dapat
melakukan tugas yang dibebankan oleh gurunya sampai
saat kematian menerkamnya. Apalagi jika ia mengingat
Ki Mina yang kehadirannya semata-mata karena
mengikutinya. Jika orang tua itupun harus menjadi
korban, maka ia adalah penyebabnya.
Tetapi Panon tidak dapat berangan-angan lebih lama,
dengan segenap kemampuannya iapun melakukan
perlawanan kecepatannya bergerak telah menolongnya,
melepaskan diri dari serangan-serangan yang datang
beruntun. Demikian pula, sesaat kemudian Kidang Alitpun telah
menyerang Ki Mina bersama seorang kawannya,
sementara kawan yang lain nampak ragu-ragu untuk
terjun ke dalam gelanggang pertempuran.
"Jangan kau ikut menyerang" teriak Kidang Alit
"Pergilah, kami berdua akan dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Dengan demikian maka yang terjadi
akan cukup adil untuk berloma"
Dalam pada itu perkelahian di kedua lingkaran
iotupun semakin lama semakin sengit. Masing-masing
memiliki ilmu yang meyakinkan, ternyata bahwa Panon
yang muda dan belum berpengalaman itu sama sekali
tidak mengecawakan. Meskipun serangan datang
beruntun seperti mengalirnya air di sungai yang sedang
banjir, namun Panon massih sempat mengelakkan diri
dari ujung senjata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Latihan-latihan berat yang pernah dilakukannya,
ternyata harus diperasnya. Kini ia tidak sekedar
menghadapi semburan air yang dilontarkan oleh gurunya
agar tidak terpercik dan menjadi basah. Tetapi kini yang
dihadapi adalah ujung-ujung senjata yang dapat
melubangi dadanya.
Panon tidak dapat berbuat lain, kecuali
mempergunakan senjata yang paling dikuasainya, pisau-
pisau kecilnya. Meskipun dengan agak ragu-ragu namun
setiap kali ia terdesak dan seolah-olah kehilangan
kesempatan, maka ia masih dapat membebaskan dirinya
dari kepungan kedua orang lawannya dengan lontaran
pisaunya. Namun ia sadar sepenuhnya, bahwa lawannyapun
tidak terlampau mudah untuk di kenainya. Lontaran-
lontaran pisaunya sama sekali tidak dapat langsung
mengenai lawannya yang dapat menghindar selincah
burung sikatan. Sehingga karena itu, iapun justru
menghemat pisau-pisunya agar ia tidak kehabisan dan
tidak sempat mempergunakannya lagi untuk
membebaskan diri pada saat-saat yang paling gawat.
Dalam pada itu, selagi keempat orang itu bertempur
dengan serunya melawan dua orang perantau yang
ternyata masih mampu bertahan itu, salah satu kawan
Kidang Alitpun dengan diam-diam meninggalkan arena.
Seperti yang dipesankan oleh Kidang Alit sebenarnyalah
bahwa ia mempunyai tugas tersendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sesaat Bramadara termangu-mangu, dari kejauhan ia melihat arena perkelahian yang seru. Namun sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, iapun tersenyum sambil berkata kepada diri sendiri "Tidak sampai fajar, maka kedua perantau itu akan terkapar, dan aku harus segera menyelesaikan tugasku sebaik-baiknya"
Iapun kemudian berlari memasuki ruang dalam istana, ia mendapat tugas untuk membangunkan Raden Ayu dan memaksanya untuk mengatakan, dimanakah pusaka yang sedang diperebutkan itu disimpan.
Terngiang di telinganya pesan Kidang Alit "Kau harus dapat memeras pengakuan itu. Terserah cara yang kau akan pilih, kau dapat berbuat lebih banyak lagi dari Raden Ayu. Karena Raden Kuda Rupaka justru masih terikat oleh hubungan keluarga yang ada diantara mereka, sehingga perasaan hormat dan segan masih menahannya untuk melakukan tindakan yang lebih keras"
Bramadara tersenyum, kepada diri sendiri ia berkata
"Apapun yang aku kehendaki dapat aku lakukan, jika dengan segala cara Raden Ayu masih juga tidak mau mengatakan, aku akan dapat memperalat puteri Inten Prawesti yanga cantik itu, Kidang Alit sudah mengatakan kepadaku segala cara dapat aku tempuh. Aku dapat juga merampas gadis itu. Raden Ayu tetap berkeras kepala"
Bramadara kemudian dengan tergesa-gesa memasuki bagian tengan yang menghadap bilik Raden Ayu Kuda Narpada."Semua berkumpul di dalam bilik itu" desis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bramadara sambil tersenyum. Bahkan ia berharap, agar
Raden Ayu tetap tidak mau mengatakan sesuatu tentang
pusaka itu meskipun ua menyakitinya, agar ia
mempunyai alasan untuk mempergunakan Inten Prawesti
sebagai alat memeras keterangan Raden Ayu.
"Hanya orang gila yang mengorbankan anaknya untuk
sesuatu betapapun tinggi nilainya"
Beberapa saat ia termangu-mangu di depan pintu
bilik. Ia yakin bahwa semua orang yang ada di dalam
biliok tu tentu sudah tertidur, karena kekuatan sirep
Kidang Alit yang kuat.
Ia mencoba mendorong pintu, ternyata pintu itu
diselarak dari dalam.
"Apaboleh buat" katanya "Meskipun mungkin
suaranya memang dapat membangunkannya. Tetapi
selagi kekuatan sirep masih kuat mereka tidak akan
segera sadar sepenuhnya apa yang sedang terjadi"
Bramadara membuat pertimbangan lain. Dengan
pundaknya ia mendorong pintu itu. Ia tersenyum ketika
ia mendengar selarak pintu itu mulai retak dan bahkan
kemudian patah.
Terdengar selarak pintu berderak patah dan jatuh di
lantai, untuk beberapa saat. Bramadara menunggu.
Ternyata tidak ada seorangpun yang terbangun, ruangan
itu masih tetap sepi, yang terdengar hanyalah tarikan
nafas yang teratur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bab 32 Terdengar selarak pintu berderak patah dan jatuh di lantai, untuk beberapa saat. Bramadara menunggu.
Ternyata tidak ada seorangpun yang terbangun, ruangan itu masih tetap sepi, yang terdengar hanyalah tarikan nafas yang teratur.
"Sirep itu memang sangat kuat, namun dengan demikian akan sangat sulit bagiku untuk membangunkan Raden Ayu dan Puteri Inten Prawesti" gumam Bramadara. Namun demikian, iapun mempunyai kekuatan yang akan dapat dipergunakan untuk mengembalikan kesadaran Raden Ayu yang masih dipengaruhi sirep yang kuat itu.
Ketika pintu kemudian terbuka, Bramadara melihat Raden Ayu masih terbaring di pembaringannya.
Disebelahnya terbujur puteri Inten Prawesti, sedangkan di bawah yang beralaskan tikar pandan terbaring seorang pelayan dan anaknya yang bernama Pinten.
"Aku harus membangunkannya" desis Bramadara.
Perlahan-lahan ia melangkah memasuki bilik itu. Tiba-tiba saja menjadi kagum memandang wajah puteri Inten yang sedang tidur lelap itu, jantungnya menjadi berdebar-debar pula ketika ia melihat wajah yang lain lagi, wajah yang cerah meskipun ia hanya anak seorang pelayan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Wajahnya bening seperti air yang memancar dari sumbernya yang jernih" berkata Bramadara, hampir di luar sadarnya ia melangkah mendekati Pinten yang tidur menelentang. Nafasnya yang teratur telah mengerakkan dadanya dengan teratur pula.
Bramadara menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia tetap sadar akan tugasnya, sehingga karena itulah, maka, iapun kemudian membangunkan Raden Ayu yang masih terpengaruh oleh sirep.
Bramadara kemudian memegang pergelangan
perempuan itu sejenak. perlahan-lahan terasa sesuatu mengalir pada pergelangan itu, sehingga akhirnya Raden Ayu mulai bergerak.
Sebelum perempuan itu terbangun dan sadar sepenuhnya, maka Bramadarapun berbuat serupa atas Inten Prawesti. Namun ketika Bramadara menggenggam pergelangan tangan gadis itu, terasa tangannya sendiri memang agak gemetar.
Sejenak kemudian kedua perempuan itu meulai bergerak. Perlahan-lahan Bramadara mengguncang tubuh keduanya, sehingga akhirnya Raden Ayu dan Inten tersadar.
Keduanya terkejut bukan kepalang ketika keduanya melihat seorang laki-laki telah berada di bilik itu dan berdiri disisi pembaringannya.
"Siapa kau?" bertanya Raden Ayu yang serta merta meloncat bangkit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maaf Raden Ayu" jawab Bramadara "Aku adalah
seseorang yang kurang trapasila dan sopan santun,
tetapi aku terpaksa harus melakukannya pada saat yang
gawat ini"
Raden Ayu menjadi semakin bingung dan cemas,
apalagi sikap orang itu nampaknya benar-benar
mencurigakan. "Raden Ayu" berkata Bramadara "Sebenarnya
keadaan sudah tidak akan dapat teratasi lagi jika kita
tidak segera mengambil sikap"
"Apa yang terjadi?" bertanya Raden Ayu.
"Diluar telah terjadi pertempuran, Raden Kuda
Rupaka dan Kidang Alit sedang berusaha membunuh
Panon dan Ki Mina"
"He..!!" wajah Raden Ayu dan Inten menjadi tegang
"Kenapa angger Kuda Rupaka dan Kidang Alit ingin
membunuh Panon dan Ki Mina", dan siapakah kau
sebenarnya?"
"Disekitar istana ini benar-benar telah menjadi sarang
orang-orang yang tidak dikenal dan tidak bertanggung
jawab. Pembunuhan yang bakal terjadi itupun
sebenarnya didorong oleh nafsu untuk memiliki pusaka
Pangeran Kuda Narpada yang tersimpan di istana ini"
"Siapa kau" desak Raden Ayu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Itu tidak penting, tetapi Raden Ayu harus segera menyelamatkan diri. Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit ingin membubuh Panon dan Ki Mina diluar
sepengatahuan Raden Ayu, karena dengan demikian Raden Ayu tidak akan dapat menentukan sikap. Pada saatnya mereka tentu akan berbuat lebih jauh lagi atas Raden Ayu sendiri"
"Kau belum mengatakan, siapakah kau sebenarnya"
"Itu tidak perlu, sekarang marilah, aku ingin menyelamatkan Raden Ayu dan Puteri. justru saat perkelahian itu sedang berlangsung"
Raden Ayu termangu-mangu, sementara itu Inten Prawesti mendekap ibunya dengan cemas.
"Raden Ayu, marilah. Bukankah Raden Ayu
mendengar suara hiruk pikuk perkelahian itu?"
Sejenak kedua puteri itu mencoba mendengarkan, dan merekapun ternyata dapat mendengar keributan di halaman belakang sehingga keduanyapun kemudian yakin, bahwa memang ada perkelahian disana.
"Nah, bukankah aku tidak berbohong?"
"Lalu apa maksudmu?"
"Kita pergi sekarang, Raden Ayu harus
menyelamatkan pusaka itu, seharusnya Raden tidak terlampau percaya kepada Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak mempercayainya, lebih-lebih Kidang Alit"
"Juga kepada pengemis yang lebih menjual belas kasihan itu untuk mendapat kesempatan berada di dalam istana ini"
Raden Ayu terdiam.
"Sekarang. Cepatlah puteri, tidak ada waktu lagi, sebentar lagi Panon dan Ki Mina akan terbunuh dan pertempuran berikutnya akan terjadi antara Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit, sementara itu, Raden Ayu harus menyelamatkan pusaka itu"
Raden Ayu termangu-mangu sejenak, sementara Inten menjadi semakin ketakutan, katanya kemudian dengan suara gemetar "Ibunda, apakah tidak sebaiknya kita menyingkirkan diri dari kekalutan ini?"
"Kemana kita akan menyingkir, Inten", dimanapun juga, kita akan mengalami hal yang sama"
"Tidak Raden Ayu" sahut Bramadara "Masih ada kesempatan , aku akan berusaha melindungi Raden Ayu"
"Marilah Ibunda" ajak Inten.
"Tetapi" berkata Raden Ayu "Aku sama sekali tidak mempunyai pusaka apapun yang harus diselamatkan"
"Ah, aku berbangga atas kesetiaan Raden Ayu terhadap pesan Pangeran Kuda Narpada. Tetapi Raden
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ayupun harus bijaksana, jusutru karena keselamatan
pusaka itulah, maka Raden Ayu sekarang harus bertindak
cepat, menyingkirkan pusaka itu dari istana ini. Mungkin
ke tempat yang tersembunyi"
Tetapi Raden Ayu menggeleng, katanya "Memang
ingin menyelamatkan diri, tetapi aku tidak dapat
membawa apapun juga, apalagi pusaka seperti yang kau
katakan" "Ah, Raden Ayu harus mempergunakan nalar dan
pikiran yang sehat, bukan sekedar perasaan semata"
"Aku sudah mencoba, tetapi apa yang dapat aku
lakukan jika aku benar-benar tidak mengetahui apapun
juga tentang pusaka itu?"
"Ibunda?" desis Inten Prawesti.
Ibundanya membelai rambut anak gadisnya yang
sedang ketakutan. Apa lagi ketika ia melihat Bramadara
melangkah setapak mendekati sambil menggeram
"Raden Ayu, kesabaran seseorang ada batasnya, aku
sudah mencoba menyabarkan diri. Tetapi pada dasarnya
aku bukan orang yang dapat bersabar hati terus
menerus. Karena itu cepatlah, lakukanlah perintahku.
Apakah itu termasuk suatu kebijaksanaan atau tidak, aku
tidak peduli, karena jika Raden Ayu tidak mau
menunjukkan pusaka-pusaka itu, maka puteri Inten
Prawesti akan menjadi korban"
"Ibunda"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak akan membunuhnya Raden Ayu" berkata Bramadara seterusnya "Tetapi aku dapat melekatkan noda kepadanya untuk sepanjang hidupnya"
"Ah" desis Raden Ayu "Kau jangan mengikut sertakan anakku dalam hal ini"
"Tentu, ia seorang gadis yang cantik, lembut dan menarik" tiba-tiba saja Bramadara tertawa berkepanjangan, memenuhi bilik itu.
Terasa tengkuk kedua orang wanita itu meremang.
Terlebih-lebih lagi Inten, ia semakin memeluk erat ibundanya.
"Nah Raden Ayu, waktuku hanya sedikit. Terserah kepada Raden Ayu, apakah aku akan mendapatkan pusaka itu, atau puteri Inten Prawesti"
"Ki Sanak" berkata Raden Ayu "Sejak semula aku sudah tidak percaya bahwa kau datang untuk menolong kami menyelamatkan pusaka yang kau sebut-sebut.
Ternyata bahwa kau benar tidak ingin menyelamatkan kami, selain untuk memaksaku menunjukkan pusaka itu kepadamu. Sebenarnyalah bahwa tanpa paksaan apapun juga, aku tentu akan memberikannya kepada orang yang pertama kali datang memintanya, seandainya aku mengetahui tentang pusaka-pusaka tersebut. Aku juga tidak mau mengalami kesulitan seperti ini. Tetapi sebenarnyalah aku tidak mengetahuinya"
Wajah Bramadara menjadi tegang, lalu katanya
"Raden Ayu yang keras kepala, aku dapat menyakitimu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Memperlakukan Raden Ayu seperti melakukan seekor
kuda atau seekor lembu di depan sebuah pedati. Tetapi
aku dapat memperlakukanmu dengan cara yang lain.
Mungkin dengan merenggut kuntum bunga yang
barangkali kau sayangi lebih dari jiwamu sendiri. Aku
akan merenggutnya, mangambil madunya dan kemudian
mencampakkannya seperti sampah"
"Tidak" teriak Inten.
Bramadara tertawa, katanya "Ibundamu senang sekali
melihat kau ketakutan dan menggigil. Tetapi jangan
takut puteri, sudah masanya kau mengenal sentuhan
seorang laki-laki"
"Tidak, tidak"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah Raden Ayu menjadi tegang, jantungnya
berdegup semakin keras, agaknya sesuatu sedang terjadi
di dalam dirinya, pertentangan yang tidak akan dapat
teratasi. "Cepat, aku akan mengambil anak gadismu dan
kemudian membunuhmu disini. Aku dapat melemparkan
gadismu kedalam sarang kawan-kawanku yang garang
dan buas. Kau dapat membayangkan akibatnya"
Nafas Raden Ayu menjadi pepat. Dipeluknya Inten
dengan air mata yang menitik satu-satu.
"Jangan kau tangisi anakmu. Hanya ada dua pilihan.
Menyerahkan pusaka itu, atau melepaskan anakmu jatuh
di tanganku dan kawan-kawanku. Kau tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menahannya, sebab jika perlu aku akan membunuhmu
setelah kau menyaksikan penderitaan yang dialami oleh
anak gadismu"
"Tidak, tidak" suara Inten Prawesti gemetar.
Bramadara tertawa, katanya "Aku tidak akan
membunuhmu, entah kawanku setelah kau berada
ditangan mereka"
Wajah Inten pucat pasi, tiba-tiba saja ditatapnya
patrem kecil yang melekat pada dinding.
Sejenak Inten termangu-mangu, namun kengerian
yang sangat telah melanda hatinya jika ia
membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya dan
patrem yang tergantung di dinding itu akan dapat
membantunya mengakhiri segalanya.
Namun keragu-raguan masih membelit hatinya.
Betapapun kecilnya, iapun sebenarnya masih mengharap
bahwa ibundanya akan mengatakan kepada orang itu
sesuatu tentang pusaka yang mereka cari.
"Cepat" Bramadara membentak dengan garangnya,
seolah-olah seperti kepada pelayannya yang malas
"Tunjukkan pusaka itu atau aku seret anakmu sekarang"
Raden Ayu Kuda Narpada menjadi tegang dan
dipeluknya puterinya semakin erat.
Tetapi dalam pada itu, tiba-tiba saja Inten meronta,
ketika tangan ibunya terlepas, maka iapun segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bangkit dan berlari ke dinding. Ia sudah dapat
mengambil keputusan, bahwa jalan yang paling baik
baginya untuk melepaskan diri adalah kematian. Dan
patrem kecil itu akan dapat dipergunakannya untuk
menusuk dadanya.
Yang dilakukan oleh Inten benar-benar telah
mengejutkan ibunya dan juga Bramadara. Mereka sama
sekali tidak menyangka bahwa Inten akan melakukan hal
itu. Bahkan mereka untuk beberapa saat tidak menyadari
apa yang dilakukan oleh Inten. Baru ketika mereka
melihat patrem itu, merekapun sadar, bahwa Inten telah
bertekad untuk melakukan bunuh diri.
"Inten" Ibundanya berteriak
Bramadara dengan tangkas mencoba untuk
mendahului menuju patrem itu, namun ia masih
tertinggal beberapa langkah.
Meskipun demikian, Bramadara mengejar Inten juga,
ia tidak akan membiarkan gadis itu membunuh diri,
karena ia akan mempergunakannya untuk memeras
Raden Ayu. Namun dalam pada itu, diluar sadarnya, kaki
Bramadara telah terantuk dengan kaki kaki Pinten yang
sedang menggeliat, sehingga Bramadara menjadi
terhuyung-huyung karenanya. Hampir saja ia jatuh
terlungkup, namun ia sempat memperbaiki
keseimbangannya, sehingga iapun kemudian mampu
berdiri tegak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi pada saat itu Inten telah menggenggam hulu patrem itu sambil berkata "Laki-laki yang tidak tahu adat, jika kau maju selangkah, aku akan membunuh diri, ibundaku tidak mengetahui pusaka yang kau cari, tetapi kau akan memakai dalih untuk melakukan perbuatan terkutuk itu atasku"
Sejanak Bramadara termangu-mangu, namun
kemudian ia tertawa sambil berkata "Puteri, alangkah buruknya mati dengan membunuh diri, ternyata puteripun sudah disentuh oleh perasaan ragu-ragu, jika puteri ingin membunuh diri, puteri tidak akan mempertimbangkan dan menunggu sampai aku datang mangganggu puteri. sebenarnyalah mati dengan membunuh diri adalah kematian yang paling hina atas diri seseorang. Dan membunuh orang lain adalah perbuatan yang terkutuk jika tidak berlandaskan alasan yang mapan. Apalagi membunuh diri hanya karena putus asa "
Inten menjadi semakin tegang.
Bramadara masih tertawa, sambil melangkah maju ia berkata "Puteri, berikanlah patrem itu kepadaku, aku akan memperlakukan kau lain dari yang aku katakan.
Sebenarnyalah bahwa aku hanya sekedar menakut-nakuti ibundamu, agar ibundamu sudi mengatakan pusaka itu. Aku terpaksa mengambil cara itu sekedar untuk membantu Demak, menyelamatkan pusaka itu, apabila jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, akibatnya akan pahit sekali".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten berdiri membeku, namun ketika Bramadara maju selangkah lagi, Intenpun surut selangkah, bahkan kemudian iapun melingkari Nyi Upih dan Pinten yang masih berbaring.
"Puteri, jangan menuruti kata hati. Aku tidak berkata bersungguh-sungguh" lalu iapun berpaling kepada Raden Ayu "Aku mohon ampun, aku tidak mempunyai cara lain yang lebih baik untuk menyelamatkan Raden Ayu dan pusaka itu dari pada dengan menakut-nakuti meskipun aku sadar bahwa dengan demikian namaku akan cemar, mungkin aku akan disejajarkan dengan Raden Kuda Rupaka, Kidang Alit, Panon dan siapa lagi yang diselubungi nafsu. Namun aku benar-benar tidak mempunyai cara lain, jika aku sekedar harus mengorbankan namaku bagi keselamatan pusaka itu dan Raden Ayu beserta puteri, maka hal itu bukanlah pengorbanan yang berarti dibandingkan dengan nilai penyelamatannya.
Raden Ayu termangu-mangu sejenak, dipandanginya Inten yang tegang, bahkan tangannya masih tetap berpegangan pada hulu patrem.
"Puteri, berikan patrem itu kepadaku, sebenarnya aku tidak ingin berbuat apa-apa, hanya menakut-nakuti saja, jika tanpa menakut-nakuti aku berhasil menyelamatkan pusaka itu, maka akupun tidak akan melakukannya.
Yang menjadi bingung adalah Raden Ayu, ia sadar sepenuhnya, bahwa orang itu sama sekali tidak dapat dipercayainya, jika Inten benar-benar menyerahkan patremnya, maka itu berarti bahwa Inten akan jatuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ditangan laki-laki yang licik itu. Tetapi jika ia
mencegahnya, maka Inten akan salah mengerti dan
menganggap bahwa ia menyetujui niat Inten untuk
membunuh diri. Dalam keragu-raguan itu terdengar suara Bramadara
"Cepatlah puteri, cobalah menyadari bahwa keadaan
menjadi semakin gawat. Kita tidak boleh sekedar
bermain-main dengan perasaan kita saja sekarang ini,
tetapi kita harus mempergunakan nalar kita sepenuhnya"
Karena Inten masih tetap tidak menyerahkan
patremnya, Bramadarapun menarik nafas sambil berkata
"Terserahlah puteri, apalagi jika memang Raden Ayu
sependapat pula"
"Tidak" pekik Raden Ayu "Aku tidak akan membiarkan
anak gadisku membunuh diri, tetapi akupun tidak dapat
membiarkannya jatuh ketanganmu"
Bramadara seolah-olah kehabisan kesabaran,
pertempuran diluar terdengar semakin seru meskipun
Bramadara hanya mengetahui dari suara desir kaki
mereka. Tetapi telinganya memang cukup tajam untuk
dapat menangkap dan kemudian membayangkan apa
yang sedang terjadi.
Tetapi tiba-tiba saja, Bramadara mengerutkan
keningnya, ia mendengar sesuatu yang agak aneh pada
pertempuran itu. Rasa-rasanya menurut keadaan saat ia
meninggalkan mereka, hanya ada dua lingkaran
perkelahian. Panon dan Ki Mina masing-masing harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melawan dua orang sekaligus. Tetapi kini agaknya ia
mendengar tiga lingkaran pertempuran yang terpisah.
"Apakah telingaku tidak mampu lagi menangkap
kejadian diluar dinding istana ini?" ia bertanya kepada
diri sendiri. Namun dalam pada itu, pertempuran diluar agaknya
memang sudah berkembang.
"Tidak mungkin" katanya kepada diri sendiri "Apakah
telah hadir orang-orang Guntur Geni atau orang lain yang
tidak aku ketahui sama sekali"
dalam kebimbangan itu, maka tiba-tiba saja tingkah
lakunya menjadi semakin berbeda. Dengan wajah yang
garang ia berkata "Aku tidak mempunyai banyak waktu,
perkelahian diluar nampaknya berkembang tanpa aku
ketahui. Sekarang, cepat katakan. Dimana pusaka itu.
Aku tidak sempat menghiraukan tingkah laku puteri yang
menjadi gila itu. Ingat, aku dapat berbuat apapun juga
atas Raden Ayu yang juga seorang perempuan"
Ruangan itu benar-benar menjadi tegang, baik Raden
Ayu maupun Inten menyadari sepenuhnya bahwa lagi-
laki itu benar-benar telah diamuk oleh kegelisahan
sehingga ia benar-benar akan segera melakukan
tindakan-tindakan yang kasar.
Dalam pada itu sejenak setiap perhatian tertuju
kepada Raden Ayu, bahkan Inten memandang ibundanya
dengan cemas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun agaknya Bramadara berusaha untuk
memanfaatkan keadaan itu, ia melihat sekilas betapa Inten berdiri tegang memandang ibundanya, sehingga ia menjadi lengah tentang diri sendiri.
Bramadara adalah seorang laki-laki yang memiliki ilmu yang tinggi, karena itu meskipun Inten berada disebelah Pinten dan Nyi Upih yang tidur di lantai. Ia yakin bahwa dengan satu lompatan ia akan berhasil menguasai patrem di tangan gadis itu, sekaligus menangkapnya.
Sejenak Bramadara mempersiapkan diri, meskipun nampaknya bagi mata kebanyakan orang perhatiannya tertuju kepada Raden Ayu, naun ia benar-benar sudah siap untuk meloncati dua sosok tubuh yang terbaring itu dan langsung menangkap Inten.
Suasana bilik itu menjadi kian tegang, dan dengan tiba-tiba saja Bramadara melaksanakan rencananya itu.
Seolah-olah tanpa ancang-ancang sama sekali, kakinya telah melontarkan tubuhnya kearah puteri Inten Prawesti.
Tetapi terjadi pula sesuatu yang tidak disangka-sangka, tiba-tiba saja Pinten bergerak, kakinya terangkat pada lututnya sambil mengeliat.
Bramadara yang tegang, sama sekali tidak memperhitungkan hal yang terjadi itu. Itulah sebabnya, sekali lagi kakinya terantuk kaki Pinten. Sehingga iapun benar-benar telah kehilangan keseimbangan karena dorongan kekuatannya sendiri dan ketergesa-gesaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Untunglah bahwa dengan tangannya yang bertahan pada dinding yang dilanggarnya, laki-laki itu tidak jatuh terlungkup, meskipun ia tidak berhasil langsung menangkap tangan Inten yang masih mendapat kesempatan untuk berlari kepada ibundanya.
"Gila" teriak Bramadara yang menjadi marah bukan buatan. Sambil memandang kedua perempuan yang sedang berpelukan. "Tidak ada jalan lain, setiap orang di dalam bilik ini akan aku binasakan dengan caraku. Aku akan membawa kalian ke sarangku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas kalian. Yang muda-muda dan yang tua-tua"
Raden Ayu dan Inten benar telah kehilangan kesempatan selain ujung patrem itu. Tidak ada jalan lain yang lebih baik dari kematian untuk menghidarkan diri dari keganasan dan kebuasan laki-laki yang tidak mereka kenal itu.
Meksipun kedua perempuan yang sedang berpelukan itu tidak saling berjanji, namun tekad mereka sudah sama. Mereka akan membunuh diri jika laki-laki itu memaksa mereka untuk menunjukkan pusaka yang dicarinya atau menangkap mereka untuk dibawa ke sarangnya.
Namun dalam pada itu, dalam ketegangan yang memuncak, tiba-tiba saja Inten Menggeliat sambil menguap. Telapak tangannya menutup mulutnya yang terbuka, sedang matanyapun mulai berkeredip.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi tiba-tiba saja ia bangkit ketika ia melihat ada seorang laki-laki asing di bilik itu.
Bramadara mengerutkan keningnya, wajah gadis itu memang cantik meskipun dengan sifat dan watak yang berbeda dengan kecantikan Inten Prawesti.
Tetapi kemarahan, kecemasan dan juga ketergesa-gesaan, telah membuatnya tidak sempat berbuat sesuatu selain membentak sekali lagi "Aku tidak punya waktu lagi. Jika kalian tetap berkeras kepala, aku tidak punya pilihan lain"
Raden Ayu dan Inten sadar, bahwa laki-laki itu benar-benar sudah kehilangan kesabaran. Karena itulah maka rasa-rasanya tangan Inten yang memegang patrem sudah siap untuk diayunkan kedadanya sendiri.
Tetapi sekali lagi perhatian mereka terampas oleh sikap Pinten yang seolah-olah tidak mengerti apa yang telah terjadi. Dengan ragu-ragu ia bertanya kepada Raden Ayu "Ampun Raden Ayu, siapakah laki-laki itu, apakah Raden Ayu mengenalnya?"
Pertanyaan itu membuat Bramadara semakin marah, dengan suara yang gemetar ia menjawab "Tidak patut kau bertanya lagi, tunggulah apa yang akan terjadi atas dirimu"
Bramadara sudah siap meloncat dan menerkam Raden Ayu dan Inten sambil memperhitungkan patrem di tangan gadis itu, namun tubuhnya tertahan ketika ia mendengar Pinten tertawa kecil sambil berkata "Lucu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekali, He"! Kenapa kau memasuki bilik ini". Nampaknya
Raden Ayu dan Puteri juga tidak menengalmu. Tetapi
entahlah jika biyung kalau sudah terbangun"
Bramadara tidak dapat menahan kemarahannya lagi,
tiba-tiba saja tangannya terayun kewajah Pinten. Tetapi
saat yang bersamaan, Pinten berjongkok sambil berkata
"Aku akan membangunkan biyung"
Benar-benar diluar dugaan, tangan Bramadara tidak
menyentuh wajah gadis itu sama sekali. Bahkan seolah-
olah tidak pernah terjadi sesuatu Pinten mengguncang
Nyi Upih sambil berkata "Biyung, bangunlah, apakah kau
mengenal laki-laki ini?"
Bramadara mengayunkan tangannya ke kepala gadis
itu yang sedang berjongkok. Tetapi sekali lagi tangannya
tidak menyentuhnya, karena Pinten dengan cepatnya
bergeser kesamping sambil berkata "Jangan terlampau
kasar Ki Sanak, sentuhan tanganmu dapat membuat
kepala menjadi pusing"
Bramadara terkejut bukan kepalang, kali ini tentu
bukan suatu kebetulan, karena itu, maka untuk sesaat
Bramadara justru bagaikan membeku di tempatnya
memandang Pinten yang kemudian bangkit berdiri.
"Ki Sanak" berkata Pinten "Apakah yang sebenarnya
kau lakukan disini", apakah kau ingin mencuri atau ingin
memaksakan sesuatu kepada Raden Ayu seperti orang-
orang lain yang menjadi gila karena bayangan mereka
terhadap pusaka yang mereka sangka ada disini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Cukup" bentak Bramadara "Jangan membikin aku menjadi semakin marah, aku dapat membunuhmu paling awal jika kau berkeras kepala"
Benar-benar tidak disangka bahwa, Pinten justru tertawa, katanya "Kau tidak pantas berbuat seperti yang kau lakukan seperti sekarang ini"
"Gila, apakah kau sudah kepanjingan iblis, He..!!, perempuan dungu. Apakah kau sangka aku sedang bergurau sekarang ini?"
"Tidak, aku melihat kesungguhan pada wajahmu yang bagaikan membara"
"Apakah kau tidak sadar, bahwa dengan sekali ayunan tangan kau dapat terbunuh"
"Aku sadar, tetapi kau tidak akan mampu
melakukannya"
Hati Bramadara benar-benar bagaikan menyala. Sekali lagi hampir diluar sadarnya tangannya terayun ke wajah Pinten. Tetapi sekali lagi gadis itu dapat mengelak, sehingga tangan Bramadara sama sekali tidak menyentuhnya.
Peristiwa itu benar-benar mencengkam hati Raden Ayu dan Inten, keduanya seolah-olah menghadapi suatu peristiwa yang tidak dapat mengerti. Pinten anak Nyi Upih yang nakal dan kemanja-manjaan itu, tiba-tiba saja telah melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu nampaknya dengan tabah menghadapi laki-laki yang
sedang marah itu.
Bahkan hampir diluar sadarnya Inten berdesis "Pinten,
berhati-hatilah"
JILID 09 Pinten tertawa pendek, katanya "Puteri, tentu kita
tidak akan membiarkan diri kita menjadi korban
kebiadabannya, apapun yang terjadi, lebih baik kita
melakukan sesautu, jika dengan demikian kita akan
terbunuh, barangkali itu memang lebih baik daripada
jatuh ditangannya.
"Gila" teriak Bramadara "Kau yang pertama yang
harus aku akan bunuh"
Pinten memandang laki-laki yang tidak dikenalnya itu
dengan tajamnya. Namun kemudian katanya "Ki Sanak,
tidak ada gunanya lagi kau menakut-nakuti aku. Jika aku
dapat kau takut-takuti, aku tentu sudah ketakutan sejak
tadi, sejak kekuatan sirep yang tajam itu menyentuh bilik
ini" "Kau sadar bahwa kau telah terbius oleh kekuatan
sirep?" "Aku sadar. Dan aku sama sekali tidak terbius oleh
kekuatan sirep yang tidak berarti apa-apa itu. Mungkin
biyung benar-benar telah kehilangan kesadarannya untuk
waktu yang panjang. Tetapi aku tidak. Aku tahu
semuanya yang telah terjadi. Dan aku sekarang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
akan berpura-pura lagi tertidur dan menyilangkan kaki
sambil menggeliat"
"Anak setan, siapakah kau sebenarnya?"
"Pinten, namaku Pinten, anak Nyi Upih"
Bramadara menggeram, ternyata bahwa ia telah
berhadapan dengan seorang gadis yang lain dari yang
dibayangkan. Pinten tidak menjadi ketakutan dan
menggigil, serta menurut segala perintahnya. Tetapi tiba-
tiba ia berdiri dengan garang tanpa membayangkan
ketakutan. "Kau melakukan sesuatu yang berbahaya bagi
jiwamu, Pinten" berkata Bramadara kemudian.
"Kita mempunyai kesempatan yang sama, kaupun
telah melakukan sesuatu yang membahayakan jiwamu"
Kemarahan Bramadara tidak tertahankan lagi. Dengan
serta merta iapun menyerang Pinten yang berdiri tegak
menghadapinya. Tetapi ternyata Pinten memang lincah. Ia meloncat
kesamping untuk mendapatkan tempat yang agak luas,
sehingga ia mendapat banyak kesempatan untuk
melawan laki-laki yang tidak dikenalnya itu.
Sejenak kemudian keduanya sudah bertempur
diruangan yang tidak begitu luas tu. Ternyata Pinten
bukannya seorang gadis manja yang bodoh dan nakal. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mampu menghadapi laki-laki yang garang yang diam-


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam memasuki bilik Raden Ayu Kuda Narpada.
Raden Ayu dan Inten menjadi membeku karenanya.
Ia melihat Pinten berkelahi dengan lincahnya, seolah-
olah sama sekali bukan Pinten yang dikenalnya sehari-
hari. Namun Pinten merasa bahwa kain panjangnya
semakin semakin lama semakin mengganggu tata
geraknya dalam perkelahian yang semakin seru itu.
Kerena itu, tanpa ragu-ragu iapun segera
menyingsingkan kain panjangnya tinggi-tinggi.
"O".." Inten memalingkan wajahnya, namun ia masih
sempat melihat, bahwa di dalam kain panjangnya, Pinten
ternyata memakai pakaian seperti pakaian seorang laki-
laki. Sejenak kemudian perkelahian di dalam bilik itupun
menjadi semakin seru, tidak diduga-duga sama sekali
bahwa gadis itu mampu memberikan perlawanan yanga
cepat dan lincah, setiap serangan Bramadara dapat
dihindarinya. Sehingga tubuhnya sama sekali tidak dapat
disentuh oleh tangan lawannya.
"Kau memang anak iblis" geram Bramadara.
Pinten tidak menyahut, lawannya meiliki ilmu yang
tinggi, sehingga kerana itu, maka iapun mengerahkan
kemampuannya untuk bertempur pada jarak yang
pendek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun agaknya ia memang mempunyai kekuatan yang cukup, ia tidak saja menghindari serangan-serangan lawannya, tetapi dalam keadaan memaksa ia harus menangkis serangan-serangan itu, dengan kekuatannya.
Setiap benturan membuat Bramadara menjadi berdebar-debar, gadis itu mempunyai kekuatan seperti laki-laki.
Nampaknya Pinten mengerti, bahwa lawannya sedang dicengkam oleh keheranan bukan saja karena ilmunya, tetapi juga karena kekuatannya, sehingga iapun kemudian berkata "Jangan heran bahwa akupun mampu mengimbangi kekuatanmu, setiap hari aku berlatih mengambil air dari sumur dan membawanya dengan kelenting ke pakiwan dan ke dapur"
"Persetan" geram Bramadara "Kau agaknya termasuk salah seorang dari mereka yang ingin mencuri pusaka itu dengan berpura-pura menjadi anak Nyi Upih, jika demikian tentu pelayan itupun telah berkomplot dengan kau, dan mengaku kau sebagai anaknya"
Pinten tertawa, jawabnya "Kau sedang mencari-cari dalih untuk membuat hatimu menjadi tenang. He, kau dengan bahwa diluar telah terjadi pertempuran di tiga lingkaran?"
"Setan, siapa yang telah mengganggu usaha kami"
Siapa", kau tentu mengetahuinya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten masih tertawa, tetapi ia tidak segera menjawab.
Sebenarnyalah diluar memang telah terjadi tiga lingkaran perkelahian. Ketika Panon dan Ki Mina terdesak, maka seseorang yang bersembunyi di balik gerimbul petamanan tidak dapat berdiam diri, karena itulah maka iapun segera meloncat keluar.
Bab 33 Sebenarnyalah diluar memang telah terjadi tiga lingkaran perkelahian. Ketika Panon dan Ki Mina terdesak, maka seseorang yang bersembunyi di balik gerumbul pertamanan tidak dapat berdiam diri, karena itulah maka iapun segera meloncat keluar.
"Sangkan, bersembunyi sajalah." teriak Panon Tetapi Sangkan tidak meninggalkan tempatnya, bahkan iapun kemudian mendekati arena sambil berkata tenang jauh berbeda dengan suaranya yang biasa "Tidak adil, empat orang melawan dua orang"
"Apa yang akan kau lakukan anak gila?" teriak Kidang Alit.
"Kidang Alit, kau memang licik, tetapi ternyata kelicikanmu sudah sampai kepuncak"
"He, apa maumu, akan aku cekik kau sampati mati"
teriak Panji Sura Wilaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Panji Sura Wilaga tidak dapat meninggalkan
lawannya begitu saja, karena Panon telah mengerahkan
segenap kemampuannya untuk mengikat lawannya.
Sementara itu Sangkan berkata sebenarnya "Kidang
Alit, dimanakah kawanmu yang seorang lagi, bukankah
itu termasuk rencanamu untuk mendahului Raden Kuda
Rupaka untuk mendapatkan pusaka itu?"
Pertanyaan itu ternyata bukan saja mengejutkan
Kidang Alit sendiri, tetapi juga Kuda Rupaka, namun ia
tidak sempat menanggapinya, karena Kidang Alit
mendahuluinya berteriak "Kau memang anak iblis yang
paling gila, pasti kau telah membunuh kawanku itu
dengan caramu yang licik"
Sangkan menjawab sambil tertawa "Jangan mencari-
cari alasan lain, kebohongan yang tidak direncanakan
secara rapi pasti akan ketahuan dan mengakibatkan
rencanamu justru manjadi berantakan"
Kemarahan Kidang Alit ternyata tidak dapat
ditahankannya lagi, dengan serta merta ia meninggalkan
Ki Mina, langsung menyerang Sangkan.
"Sangkan, awas" teriak Ki Mina.
Tetapi ternyata Sangkan bukanlah Sangkan yang
mereka kenal sehari-hari, meskipun serangan Kidang Alit
yang sangat tiba-tiba dan dengan sepenuh tenaga,
namun Sangkan dapat menghindarkan diri dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mudah sambil berkata "Nampaknya kau benar-benar
marah Kidang Alit"
Kidang Alit tidak menjawab, tetapi serangannya
datang kembali secara beruntun seperti bendungan yang
jebol. Dengan demikian maka arena perkelahian itupun
segera bertambah, bukan hanya dua lingkakran tetapi
tiga lingkaran. Sangkan dengan tidak terduga-duga telah
menerjunkan diri ke dalam arena perkelahian itu.
Dengan demikian maka Ki Minapun mendapat banyak
kesempatan untuk balas menyerang, setelah Kidang Alit
meninggalkannya,. Meskipun ia masih digelayuti oleh
kecemasan tentang anak pelayan yang dungu itu.
Bahkan hampir diluar sadarnya, ia berusaha untuk
memaksa lawannya bertempur di dekat lingkaran
pertempuran antara Sangkan dan Kidang Alit.
Tetapi ternyata Ki Mina melihat tata gerak Sangkan
untuk beberapa saat, maka iapun benar-benar yakin,
bahwa Sangkan bukan saja didera oleh kegilaannya,
tetapi ia memang benar-benar mampu menguasai tata
gerak dalam olah kanuragan yang dapat mengimbangi
Kidang Alit. Karena itulah Ki Mina kemudian merubah arena
perkelahiannya. Perlahan-lahan ia mendekas lawannya
bergeser mendekati Raden Kuda Rupaka besama dengan
Panji Sura Wilaga yang berusaha membinasakan Panon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon memang mengalami kesulitan, perlahan-lahan namun pasti, iapun semakin terdesak, hanya sekali-sekali, Ki Mina berhasil mengurangi tekanan kedua lawan Panon, jika ia sempat meninggalkan lawannya sesaat.
Tetapi lawannya selalu berusaha untuk membatasi kedua arena perkelahian itu, sehingga tidak bergabung menjadi satu lingkaran.
Sangkanpun melihat, kesulitan yang semakin menekan Panon, karena itu, maka iapun kemudian memaksa dirinya untuk tertawa sambil berkata "Raden, ternyata bahwa Raden masih belum selicik Kidang Alit, jika Raden kali ini bersedia bekerja bersama, itu berarti bahwa Kidang Alit sudah meninggalkan kepentingan Raden sendiri"
"Tutup mulutmu anak gila" teriak Kidang Alit sambil memperhebat serangannya.
Tetapi Sangkan masih dapat mengelak, bahkan sambil tertawa "Jangan marah, aku mengucapkan selamat kepadamu. Jika kita semuanya ini adalah orang-orang yang menginginkan pusaka yang disimpan di istana ini, maka kaulah yang akan berhasil lebih dahulu, meskipun kau masih harus berjuang untuk menyingkirkannya dari daerah pegunungan Sewu, karena akupun yakin, disekitar daerah ini, Disela-sela puntuk-puntuk kecil dan di lembah-lembah yang tersembunyi, telah menunggu orang-orang yang juga menginginkan pusaka itu seperti kita semuanya"
"Kau jangan mengigau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu tidak, tetapi aku yakin, kau akan berhasil, karena sekarang ini, salah seorang dari kawanmu telah memasuki istana dan memaksa Raden Ayu dan puteri untuk menyerahkan pusaka itu".
Kidang Alit benar-benar dibakar oleh kemarahan yang memuncak, tetapi benar-benar diluar dugaan bahwa Sangkan itu mampu melawannya dengan ilmu yang sulit dimengerti, karena tata geraknya yang sederhana dan bahkan seolah-olah ia mengindar secara tidak disengaja.
"Tetapi justru karena ia benar-benar berhasil menguasai ilmu yang sangat tinggi" desis Kidang Alit di dalam hatinya.
Tetapi Kidang Alitpun merasa dirinya membawa bekal yang cukup di dalam tugasnya, karena itulah maka iapun berusaha sekuat-kuatnya dapat membinasakan lawannya.
Namun sementara itu, usaha Sangkanpun nampaknya sudah berhasil, Kuda Rupaka nampak gelisah, setiap kali ia berpaling memandang pintu butulan yang terbuka, seolah-olah ingin mengetahui, apakah yang telah terjadi di dalamnya.
Panji Sura Wilagapun menggeram, bahkan ia berkata
"Aku akan membunuh setan yang telah memasuki istana itu"
Kuda Rupaka tiba-tiba saja mengangguk kecil sambil berkata "Lakukanlah, aku akan menyelesaikan pengemis gila ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panji Sura Wilaga tidak menunggu lebih lama lagi, tiba-tiba saja ia meloncat meninggalkan lingkaran perkelahiannya dan berlari memasuki pintu butulan.
"Setan" terika Kidang Alit "Kau mengingkari penjanjian kita"
"Perjanjian yang mana?" Kuda Rupaka menyahut.
"Perjanjian bahwa kita akan menyelesaikan kedua pengemis ini lebih dahulu sebelum kita sendiri terlibat dalam pertikaian"
"Kau yang terlebih dahulu melanggar perjanjian itu dengan menyuruh kawanmu untuk mendapatkan pusaka itu terlebih dahulu."
"Persetan, semuanya akan aku binasakan malam ini juga."
Tidak ada jawaban. Masing-masing masih harus memeras tenaga dan kemampuan untuk saling mempertahankan hidupnya.
Sementara itu, Sangkanpun menjadi berdebar-debar, Panji Sura Wilaga berhasil disingkirkan dari arena perkelahian itu sehingga Panon telah kehilangan seorang lawan. Dengan demikian ia mendapatkan kesempatan untuk membebaskan dirinya dari kemungkinan yang paling buruk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jika Panji Sura Wilaga dan orang yang memasuki istana itu mendapat persesuaian pendapat untuk menyingkirkan Pinten lebih dahulu, sehingga Pinten harus bertempur melawan dua orang, maka adiknya itu tentu akan mengalami kesulitan.
Namun menurut perhitungannya, Panji Sura Wilaga tentu akan berusaha untuk mengusir kawan Kidang Alit itu keluar dari Istana itu.
Ketika Panji Sura Wilaga berlari-lari memasuki ruang dalam, Pinten masih bertempur dengan lincahnya, karena ruangan itu tidak terlalu luas, maka ia berusaha untuk bertempur pada jarak yang pendek. Kecepatannya bergerak telah membantunya mendesak lawannya yang lebih banyak mempergunakan kekuatan tenaganya, karena ia menyangka bahwa kekuatan Pinten tidak akan dapat menyamainya.
Tetapi Bramadara tidak pernah mendapat
kesempatan, karena Pinten rasa-rasanya selalu berputaran di sekitarnya dengan serangan yang cepat meskipun kadang-kadang sekedar membuat lawannya bingung.
Pada saat itulah tiba-tiba saja Panji Sura Wilaga yang sangat marah langsung menghantam pintu sehingga derak suaranya telah mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruangan itu. Pinten dan Bramadara yang memang sudah mendengar langkah itupun dengan serta merta meloncat surut untuk mendapat kesempatan melihat siapakah yang akan memasuki ruangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian merekapun tertegun melihat seseorang berdiri dengan wajah merah membara di depan pintu yang berserakan itu. Sementara itu Nyi Upih yang terbangun merangkak ketakutan ke sisi pembaringan Raden Ayu yang duduk berpelukan dengan Inten.
"Panji" Raden Ayu berdesis.
Panji Sura Wilaga sama sekali tidak mendengar suara itu, karena yang nampak olehnya hanyalah seorang laki-laki yang telah mendahuluinya memasuki bilik itu.
"Persetan" geram Bramadara yang sudah dapat mengetahui perasaan apakah yang mencengkam jantung Panji Sura Wilaga.
"Kidang Alit memang sangat licik" desis Panji Sura Wilaga "Jangan mencoba mendahului kami"
Bramadara menjadi tegang, namun iapun kemudian tertawa "Ternyata kau sudah berterus terang, kedatanganmu kemari sama sekali tidak untuk menyelamatkan keluarga ini, karena kaupun menghendaki pusaka itu juga"
"Omong kosong"
"Kau sendiri minta agar aku tidak mendahuluimu, karena itu, maka sebenarnya bagi Raden Ayu, kau atau aku, Kidang Alit atau Raden Kuda Rupaka, memang tidak ada bedanya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan, aku akan membunuhmu"
Bramadara masih tertawa "namun tiba-tiba suara tertawanya terputus karena Panji Sura Wilaga telah menyerangnya dengan cepat.
Pinten bergeser mundur, ia sadar, bahwa Panji Sura Wilaga sama sekali belum sempat memperhitungkannya, karena perhatiannya langsung terampas oleh kehadiran laki-laki itu.
Sejenak kemudian, keduanya sudah terlibat perkelahian yang seru, namun seperti berjanji keduanya berusaha keluar dari bilik itu dan bertempur di ruang dalam yang lebih luas.
Setelah keduanya melontarkan diri keluar dari pintu bilik itu, Inten Prawesti meloncat dan memeluk Pinten. Ia tidak lagi dapat menahan gejolak batinnya. Apalagi ketika ia melihat Pinten telah berhasil melindunginya dari jamahan tangan laki-laki yang tidak dikenal dan mengurungkannya untuk membunuh diri.
Kedua gadis itu berpelukan. Pinten masih juga dicengkam oleh perasaannya sebagai seorang gadis. Ia tidak melihat Inten menangis dalam pelukannya, sehingga air matanyapun telah meleleh pula di pipinya.
"Pinten" terdengar kemudian suara Raden Ayu yang mendekatinya "Yang kau lakukan benar-benar diluar dugaan kami. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih padamu, karena yang kau lakukan adalah menyelamatkan nyawa kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten melepaskan Inten perlahan-lahan, kemudian
sambil mengusap air matanya ia berkata "Masih belum
selesai Raden Ayu, aku mohon, kita semuanya berdoa,
mudah-mudahan malapetaka ini tidak menimpa kita
semuanya" Raden Ayu mengangguk-angguk, dipandanginya Nyi
Upih yang masih duduk disisi pembaringan, katanya
"Nyai, agaknya kaupun telah berbuat banyak bagi
keselamatan kami. Namun kau telah menyisipkan sebuah
teka-teki yang besar kedalam hati kami"
Nyi Upih tidak segera menyahut, sementara itu Raden
Ayu melanjutkan "Sudah banyak teka-teki yang tidak
terjawab di sekitar rumah ini, namun teka-teki yang ada
padamu adalah teka-teki yang terbesar"
Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam, tetapi sebelum
ia menjawab, Pinten sudah mendahuluinya "Raden Ayu,
agaknya kita belum mempunyai waktu yang cukup untuk
memikirkan teka-teki itu. Diruang dalam masih terjadi
pertempuran, demikian juga di halaman, karena itu, aku
mundur diri, mungkin aku masih perlu untuk berbuat
sesuatu" Raden Ayu menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia hrus
melepaskan Pinten untuk keluar dari bilik itu, meskipun
dengan hati yang cemas.
"Hati-hatilah Pinten"
"Aku mohon diri puteri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pintenpun kemudian meninggalkan Inten yang masih
sibuk mengusap air matanya, perlahan-lahan ia
mendekati pintu yang rusak, di luar bilik itu, masih terjadi
perkelahian yang sangit antara Panji Sura Wilaga yang
marah melawan Bramadara.
Sesaat Pinten memandang perkelahian itu dengan
ragu-ragu, tetapi kemudian Intenpun mengerutkan
keningnya sambil melangkah maju, untuk meyakinkan
apakah yang akan terjadi kemudian dengan perkelahian
itu. Ternyata perkelahian itu telah berlangsung dengan
dahsyatnya. Keduanya adalah orang-orang yang memiliki
kelebihan dari orang-orang biasa, sehingga sejenak
kemudian, maka ruangan itupun telah menjadi
berantakan. Amben bambu di sudut telah pecah manjadi
kepingan-kepingan kayu dan pecahan-pecahan bambu.
Sedangkan pintu pringgitanpun telah rusak pula karena
sentuhan tenaga mereka yang sedang berkelahi itu.
Demikian dahsyatnya perkelahian itu, sehingga diluar
sadar, mereka keduanya telah terlontar melanggar
dinding, dan langsung terlempar keluar karena dinding
kayu yang sudah lapuk itu jebol.
Perkelahian berlanjut di halaman samping, keduanya
telah mengerahkan segenap kemampuan masing-masing
untuk segera mengalahkan lawannya.
Pintenpun kemudian ikut pula turun ke halaman
melihat perkelahian yang dahsyat itu. Kedua orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sedang mempertaruhkan nyawanya itu seolah-olah sama
sekali tidak menghiraukannya, sehingga dengan demikian
Pinten dapat memperhatikan perkelahian itu dengan
seksama, dari pengamatannya ia melihat Panji Sura
Wilaga berada diatas kemampuan Bramadara.
Bramadara mulai terdesak meskipun kemudian ia
berkelahi semakin kasar, bukan saja tandangnya, tetapi
mulutnyapun mulai berteriak sambil mengumpat karena
kemarahan yang memuncak.
Pinten mengikuti perkelahian itu dengan seksama, jika
arena perkelahian diantara Bramadara dan Panji Sura
Wilaga bergeser, iapun ikut bergeser pula selangkah.
Kidang Alit yang bertempur melawan Sangkan
akhirnya sempat melihat apa yang telah terjadi atas
Bramadara. Agaknya ia masih belum berhasil ketika Panji
Sura Wilaga menyusulnya.
"Anak gila" geram Kidang Alit di dalam hatinya
"Kenapa ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan
segera" Tetapi yang terjadi harus diterimanya sebagai suatu
kenyataan, seperti hadirnya Sangkan di dalam arena
perkelahian itu, karena sebelumnya sama sekali tidak
pernah diduganya.
Kidang Alit tidak dapat melihat perkelahian antara
Bramadara dan Sura Wilaga dengan jelas, karena
gelapnya malam, meskipun dalam saat-saat tertentu ia
dapat mengerti, apakah yang telah terjadi. Apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kesempatannya untuk memperhatikan perkelahian itupun
sangat sempit karena tekanan Sangkan yang terasa
semakin berat. Ia menjadi heran ketika ia melihat seorang
perempuan dengan sengaja telah memperhatikan,
bahkan mengikuti arena perkelahian itu.
Kidang Alit tidak sempat memperhatikan, namun
menilik sikapnya, perepempuan itu tentu bukan Inten
Prawesti. Ia menjadi heran, bahwa seorang perempuan
agaknya dengan sadar sepenuhnya telah mendekati
arena perkelahian yang dahsyat itu.
Ia terkejut ketika tiba-tiba saja terdengar Sangkan
tertawa sambil berkata "Kidang Alit, silahkan, aku akan
mengendorkan serangan-seranganku jika kau masih
sibuk memperhatikan gadis itu"
"Persetan" geram Kidang Alit.
"Aku tidak berkeberatan jika kau memandanginya
sepuasmu" bahkan Sangkanpun kemudian berkata
nyaring "Pinten, ternyata Kidang Alit memandangimu
tanpa berkedip, sebaiknya kau berganti pakaian lebih
dahulu sebelum kau turun ke halaman ini"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa pedulimu" sahut Pinten.
"Aku memang tidak peduli, tetapi Kidang Alitlah yang
memperdulikanmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi suara Sangkan terputus ketika serangan Kidang Alit hampir menyentuh wajahnya, namun ia sempat tertawa sambil melompat surut.
"Nah, baru kau jera" teriak Pinten "Hampir saja kau kehilangan hidungmu"
"Tentu tidak, hidungku masih ada pada tempatnya"
Kidang Alit merasa seolah-olah jantungnya tersentuh api, kemudian iapun bertempur semakin sengit, serangan-serangannya datang membadai mendesak Sangkan beberapa langkah lagi.
Namun dalam pada itu, Kidang Alit menjadi bingung menghadapi kedua orang yang semula dikenalnya sebagai anak Nyi Upih itu, Sangkan ternyata memiliki ilmu yang luar biasa, sedangkan Pintenpun agaknya mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah barang tentu dalam keadaan serupa yang dihadapinya, gadis itu tentu mempunyai kemampuan menjaga dirinya sendiri.
Sementara itu, Kuda Rupaka harus bertempur memeras kemampuan yang ada padanya. Lawannya yang dikenalnya sebagai seorang perantau itu memiliki kecepatan bergerak yang tidak disangka-sangka. Setiap serangan betapapun cepatnya, nampaknya sama sekali tidak akan dapat menyentuhnya.
Dalam pada itu, Ki Mina masih juga harus berjuang mempertaruhkan nyawanya, namun terasa bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tekanan lawannya masih akan dapat diatasinya, jika ia
tidak membuat kesalahan atau lengah.
Yang mendekati akhir dari perkelahian itu adalah
Bramadara dan Panji Sura Wilaga, keduanya sudah
mengerahkan segenap kemampuan yang ada, ternyata
hentakan kekuatan Bramadara telah mengejutkan Panji
Sura Wilaga yang merasa semakin mendesak, tiba-tiba
saja Bramadara mampu melenting dengan serangan
yang tajam menukuk langsung ke wajahnya.
"Gila" Panji Sura Wilaga mengumpat sambil bergeser
ke samping. Bramadara tidak melepaskan kesempatan
berikutnya, dengan sebuah teriakan nyaring, maka iapun
meloncat maju dengan menjulurkan tangannya lurus ke
depan, sementara senjatanya tiba-tiba saja berubah arah
dalam putaran yang meskipun lambat, tetapi cukup
mengejutkan lawannya yang sedang berusaha
menangkis serangan itu, namun serangan itu bukannya
serangan yang sebenarnya, secepat kilat Bramadara
menarik senjatanya dan serangan yang datang
sebenarnya kemudian meluncur seperti tatit menyambar
dada lawannya yang terbuka.
Panji Sura Wilaga terkejut melihat serangan yang
tidak diperhitungkannya itu, namun ia adalah seorang
yang memiliki berbagai macam ilmu, itulah sebabnya
maka iapun tidak segera kehilangan akal. Meskipun ia
mengalami kesulitan, namun ia masih tetap mempunyai
perhitungan yang cermat.
Tetapi menghadapi serangan itu, memang tidak ada
pilihan lain, untuk mengerahkan segenap kamampuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan tenaga untuk bergeser menghindar sambil
menangkis senjata lawannya.
Namun senjata lawan yang menyerangnya dengan
derasnya itu seolah-olah telah digerakkan oleh nafas
maut. Betapapun juga Panji Sura Wilaga berusaha,
namun senjata itu masih sempat menyentuh dan melukai
di keningnya, walaupun tidak parah, tetapi darah yang
menitik dari luka itu dan terusap oleh tangan kirinya,
membuat jantung Panji Sura Wilaga seperti berhenti.
Bramada tertegun sejenak, ia kecewa bahwa
serangannya masih juga dapat dihindarkan, meskipun
menyentuh kening, tetapi luka yang kecil itu telah
memberi sedikit harapan untuk memangakan
pertempuran. Luka di kening Panji Sura Wilaga bagaikan minyak
yang disiramkan ke api yang menyala di dada Panji Sura
Wilaga, kemarahan yang memuncak telah mendorongnya
untuk bertempur semakin garang dan kasar, serangan-
serangannya datang beruntun seperti gelombang di laut
Selatan. Bramadara kemudian menjadi semakin terdesak,
ketika ia mengulangi serangannya yang menghentak dan
dengan gerak yang tipuan, ternyata Panji Sura Wilaga
telah menjadi waspada, bahkan ketika Bramadara gagal
mengulangi serangannya itu, tiba-tiba saja Panji Sura
Wilaga telah menyerangnya dengan tata gerak yang
tidak disangka-sangkanya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan bergeser selangkah kesamping Panji Sura Wilaga tibga-tiba saja merendahkan dirinya, senjatanya langsung menusuk lurus ke lambung Bramadara.
Meskipun Bramadara dapat menghindar dan dengan ayunan senjatanya memotong serangan itu. Namun ia terkejut ketika tiba-tiba saja Panji Sura Wilaga melenting dan menyambar pundak.
Tidak ada cara lain daripada meloncat surut sambil merendah untuk menghindarkan serangan yang mungkin akan terjulur memanjang. Namun Panji Sura Wilaga menarik senjatanya dan sekali lagi meloncat sambil menjulurkan ujung senjatanya mengarah dada.
Bramadara tidak dapat berbuat lain, ia hanya dapat berusaha menangkis serangan itu, namun serangan berikutnya ternyata telah mengakhiri perkelahian dahsyat itu, dengan cepat Sura Wilaga menarik senjatanya dan merubah arah serangannya, tidak ada seorangpun yang dapat menolong Bramadara dari serangan maut, ketika ujung senjata Sura Wilaga kemudian membelah perutnya.
Yang terdengar kemudian jerit nyaring. Senjata Bramadara terlempar beberapa langkah daripadanya.
Dengan kedua tangannya Bramadara menahan isi perutnya yang hampir tertumpah lewat goresan yang agak dalam dan lebar.
Namun ia tidak dapat bertahan terlalu lama, sejenak kemudian, iapun terhuyung-huyung dan terkapar di tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten memalingkan wajahnya, ia bergeser selangkah menjauh, yang didengarnya kemudian adalah geram Panji Sura Wilaga yang sedang dibakar oleh kemarahannya.
Dengan kasarnya Panji Sura Wilaga menyentuh tubuh Bramadara dengan kakinya, kemudian tatapan matanya yang liar segera beredar keseluruh bagian halaman.
Dalam pada itu, Kidang Alit yang melihat kematian Bramadara menggeram, kemarahan yang tiada tertahankan lagi telah menyatu di hatinya. Namun ia tidak dapat berbuat sesuatu, karena ia masih terikat perkelahian dengan Sangkan yang ternyata tidak dapat diabaikannya.
"Gila" tiba-tiba Kidang Alit berteriak sekeras-kerasnya untuk melontarkan pepat di hatinya, "Aku akan membunuh semua orang, semua termasuk perempuan-perempuan yang aa di dalam istana ini"
Sangkan yang melawannya dengan sengit tiba-tiba saja telah manjawab "Jangan berteriak-teriak Kidang Alit, sebaiknya kau mempergunakan ilmumu untuk bertempur, bukan mulutmu untuk sekedar menakut-nakuti"
Sementara Panon yang tidak banyak mengeluarkan perkataannya bertempur melawan Kuda Rupaka yang ternyata memiliki ilmu yang tinggi, hanya karena latihan yang matang sajalah maka Panon dapat bertahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sekali-sekali Ki Mina melihat perkelahian antara kedua anak muda itu, sambil mengerutkan keningnya ia mencoba menilainya meskipun ia tidak mempunyai banyak kesempatan karena ia sendiri harus bertempur melawan salah seorang kawan Kidang Alit.
"Jika Panon mempunyai pengalaman yang cukup, maka ia tentu tidak akan banyak mengalami kesulitan mengatasi Kuda Rupaka, karena pada dasarnya, ia memiliki ilmu yang lebih baik. Tetapi agaknya Panon benar-benar memerlukan pengalaman bertempur yang cukup.
Panji Sura Wilaga yang sudah kehilangan lawannya, tiba-tiba saja memandangi Pinten yang berdiri termangu-mangu, sejenak ia bagaikan membeku. Namun kemudian terdengar suaranya gemetar "Dimanakah pusaka itu Pinten?"
Pinten masih berdiri di tempatnya, dipandanginya Panji Sura Wilaga yang bagaikan kerasukan hantu.
Bahkan terasa juga tengkuk Pinten meremang ketika ia melihat wajah yang merah oleh darah yang menetes dari keningnya.
"Cepat" Panji Sura Wilaga berteriak "Kau jangan menyangka bahwa kali ini aku hanya menakut-nakuti, perempuan gila"
Pinten mundur selangkah.
"Ayo cepat, atau aku harus membunuhmu dan membunuh semua orang di dalam istana ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Adalah diluar dugaan sama sekali bahwa tiba-tiba saja
Pinten menjawab "Panji Sura Wilaga, jangan kau
membentak-bentak saja, jika keningmu merasa sakit,
bukan akulah yang melukaimu"
"Diam, diam!!, aku akan membunuhmu, kemudian
memaksa perempuan tua itu untuk menunjukkan
dimanakah pusaka itu"
Namun sekali lagi jawab Pinten yang tidak diduga-
duga "Tadi, orang yang kau bunuh itu juga mengancam
aku seperti itu, tetapi aku sama sekali tidak takut.
Panji Sura Wilaga menyerang dan mengarahkan
pedangnya kearah Pinten, tetapi Pinten tidak
membiarkan dadanya dilubangi oleh senjata Panji Sura
Wilaga, apalagi Panji Sura Wilaga masih belum
memperhitungkan kemungkinan yang dapat dilakukan
Pinten sehingga serangannya sama sekali tidak sepenuh
tenaga. Ternyata Pinten mampu mempergunakan kesempatan
itu sebaik-baiknya, dengan tangkasnya ia mengelak,
justru meloncat mendekati Panji Sura Wilaga, dengan
sekuat tenaganya ia memukul pergelangan tangan Panji
Sura Wilaga dengan kedua belah sisi telapak tangannya
yang dilambari perhitungan yang matang, sehingga
tangannya tepat mengenai segi kelemahan di
pergelangan tangan itu.
Terdengar sebuah keluhan tertahan, rasa-rasanya
sendi dipergelangan tangan Panji Sura Wilaga terlepas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perasaan sakit telah menyengat bukan saja pada
pergelangan itu, tetapi seakan-akan telah merambat di
seluruh tubuhnya.
Tetapi yang penting bagi Pinten, serangannya yang
tiba-tiba dan yang sama sekali tidak diduga oleh Panji
Sura Wilaga berhasil membuat senjatanya terlepas dari
tangannya. Panji Sura Wilaga yang marah itu berteriak sekali lagi
sambil berusaha memungut senjatanya yang terjatuh.
Tetapi sekali lagi ia terkejut bukan kepalang, sewaktu ia
membukukkan badannya, Pinten sudah menyerangnya
dengan kecepatan yang tidak terbayangkan sama sekali.
Loncatan yang cepat disusul dengan serangan kaki yang
kuat telah mengenai pundak Panji Sura Wilaga.
Ternyata bahwa serangan itu telah melemparkan
Panji Sura Wilaga terjatuh dan terguling beberapa kali
diatas tanah. Yang terjadi benar-benar telah mencengkam setiap
hati, mereka yang bertempur berpasanganpun terkejut.
Apalagi mereka yang sempat menyaksikan apa yang
telah terjadi. Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka menggeram,
bahkan Kuda Rupaka kemudian berteriak "Betina liar,
Paman Panji, ternyata selama ini kita telah ditipu oleh
sikap pura-puranya, jangan ragu-ragu. Bunuh saja
perempuan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panji Sura Wilaga telah meloncat bangkit, tetapi tangannya masih terasa nyeri di pergelang tanganannya,.apalagi pedangnya sudah tidak berada lagi di tangannya.
Tetapi Panji Sura Wilaga tidak menggantungkan dirinya pada senjatanya, ia adalah seorang yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga tanpa senjatapun ia akan mampu berbuat sesuatu.
Sejenak kemudian Panji Sura Wilaga telah siap untuk bertempur melawan perempuan yang selama ini dikenalnya, seolah-olah hanyalah seorang gadis yang lemah dan dungu. Namun tiba-tiba telah berubah menjadi seekor macan betina yang berbahaya.
Panji Sura Wilaga tidak lagi memperhatikan siapakah lawannya, yang ada di benaknya hanyalah desah nafas maut. Ia hanya bertempur untuk membunuh lawannya secepat-cepatnya, siapapun lawannya itu.
Sementara itu Kuda Rupaka masih juga berjuang melawan anak muda yang dianggapnya selalu menganggu usahanya di dalam istana itu. Namun demikian, lawannya bukannya tidak dapat menjaga dirinya sendiri. Bahkan semakin lama perantau itu rasa-rasanya menjadi semakin garang. Tandangnya semakin mapan dam ilmunya bagaikan mengalir semakin deras ketika tubuh anak muda itu sudah basah oleh keringat.
Yang mengumpat sambil mengarahkan tenaganya adalah Kidang Alit. Ia telah menjumpai lawan yang tidak disangka sebelumnya. Bahkan ternyata anak muda yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
disangkanya kurang waras itu meiliki ilmu yang tidak
dapat ditundukkannya dalam waktu yang cukup lama.
Bahkan masih ada lagi perempuan yang telah
menganggu usaha mereka untuk melaksanakan
maksudnya. "Tentu Pinten telah menghalangi Bramadara sehingga
saatnya Panji Sura Wilaga muncul dan menjebak
keduanya dalam perkelahian" desis Kidang Alit di dalam
hatinya "Jika aku tahu, maka keduanya sebenarnya
dapat bersama-sama membunuh perempuan itu lebih
dahulu." Tetapi semuanya telah terjadi, dan Kidang Alit tidak
akan dapat mulai dari permulaan sekali. Ia kini
berhadapan dengan Sangkan yang seperti Pinten, untuk
waktu yang lama telah dianggap sebagai seorang anak
muda yang tidak berarti apa-apa. Selain mengganggu
dan memuakkan. Tetapi ternyata kini ia mempu
menunjukkan bahwa ia tidak kalah dari anak-anak muda
yang sedang berkumpul di halaman istanan untuk
mengadu kemampuan diri dengan taruhan nyawa.
Dalam pada itu Panji Sura Wilaga yang telah terluka
di kening dan kehilangan senjatanya benar-benar telah
mendari wuru, tandangnya semakin kasar dan keras,
meskipun ia berhadapan dengan seorang perempuan.
Perempuan yang benar-benar mengherankan semua
orang, kecuali Sangkan.
"Istana ini seolah-olah dihuni oleh orang-orang yang
penuh rahasia" berkata Ki Mina di dalam hatinya. Dan
iapun sadar, bahwa iapun salah seorang dari mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang berusaha menyelimuti dirinya dengan penuh
rahasia. "Tidak ada seorangpun yang nampaknya wajar dan
menyatakan dirinya disini sebagaimana ia yang
sebenarnya" ia melanjutkan.
Demikianlah perkelahian itupun menjadi semakin
sengit antara mereka yang tidak saling mengenal
keadaan masing-masing yang sebenarnya. Setiap orang
meragukan Kidang Alit, bahwa ia seorang yang sekedar
singgah di padukuhan Karangmaja, sebagai seorang
petualang dari lingkungan orang kebanyakan. Menilik
sifat dan wataknya, maka ia tentu mempunyai latar
belakang kehidupan yang lain dari yang sebenarnya.
Setiap orangpun meragukan, apakah Panon benar-
benar perantau, bahkan seorang pengemis yang sekedar
singgah mencari belas kasihan bersama pamannya Ki
Mina, namun yang ternyata kemudian memiliki
kemampuan yang tidak dapat diabaikan.
Sementara Sangkan dan Pinten telah menimbulkan
kejutan disaat-saat perkelahian yang menentukan itu
terjadi. Mereka bagai harimau yang terbangun dari
tidurnya yang nyenyak, langsung mengaum dengan
dahsyatnya. Sedangkan Kuda Rupaka, telah menimbulkan keragu-
raguan pula bahwa maksud kedatangannya benar-benar
berniat baik terhadap Raden Ayu Kuda Narpada, sikap
Panji Sura Wilaga dan bahkan Kuda Rupaka sendiri telah
menimbulkan kecemasan di hati Raden Ayu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Justru yang paling wajar diantara mereka yang
datang ke istana itu adalah orang-orang perguruan
Guntur Geni, mereka datang sebagaimana keadaan
mereka yang sebenarnya.
Bab 34 Dan yang terjadi kemudian adalah benturan ilmu dari
orang-orang yang masing-masing telah melakukan tugas
dalam selubung sandi. Yang satu bertempur dengan
segenap kemampuan melawan orang yang tidak
diketahuinya, bukan saja keadaan dirinya yang
sebenarnya, tetapi juga maksud kedatangannya di istana
ini. Dalam ketegangan yang semakin panas, Pinten
ternyata berhasil melindungi dirinya dengan ilmu yang
ada padanya. Dengan tangan kosong ia bertempur
melawan Panji Sura Wilaga yang telah kehilangan
senjatanya pula. Meskipun Panji Sura Wilaga menjadi
semakin kasar dan keras, ternyata Pinten sama sekali
tidak terdesak, bahkan kecepatan bergeraknya telah
mengimbangi kekasaran lawannya yang garang.
Tetapi dalam pada itu, ternyata Panji Sura Wilaga
masih mempunyai senjata yang lain, yaitu pisau belati
yang tersimpan dibawah ikat pinggangnya. Dengan
geram ia mencabut belati itu dari sarungnya dan siap
untuk merobek perut Pinten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten surut selangkah, ia sadar sepnuhnya bahwa Panji Sura Wilaga adalah orang yang sangat berbahaya, apalagi dengan belati itu di tangannya.
Ternyata kemudian Panji Sura Wilaga sama sekali tidak memberi kesempatan kepada Pinten, serangannya datang membadai. Ujung belatinya menyambar-nyambar seolah-olah mematuk dari segala arah.
Pinten harus berloncatan surut beberapa langkah, Pinten tidak membiarkan dirinya terdesak terus menerus dan apalagi mengalami cidera, sehingga dengan demikian, maka iapun segera mengeluarkan senjatanya pula.
Senjata Pinten adalah seuntai rantai yang melingkar dibawah ikat pinggangnya, Rantai yang ujungnya dikaitkan sebuah bola baja yang besarnya seperti biji salak namun bobotnya cukup berat dan dapat melumpuhkan lawan. Apalagi ditangan Pinten yang sudah terlatih dengan senjata itu.
Panji Sura Wilaga yang dicengkam oleh kemarahan yang tiada tara, masih juga terkejut, ketika tiba-tiba saja ia mendengar desing yang menyambar diatas kepalanya.
Ternyata bola baja itu telah berputar seperti baling-baling dalam dorongan kekuatan yang luar biasa, sehingga menumbuhkan desing yang mendebarkan.
"Gila" geram Panji Sura Wilaga "Perempuan ini ternyata memiliki kekuatan iblis"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten bergeser selangkah mundur, ia merubah gerak senjatanya, namun kemudian dengan cepatnya, senjata itu terjulur mematuk lawannya.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panji Sura Wilaga meloncat kesamping, ia harus mempergunakan otaknya untuk melawan senjata Pinten, namun luka di keningnya dan darah yang sudah mendidih, telah mendorongnya untuk segera berusaha membinasakan lawannya.
Dalam ketegangan itu, maka tiba-tiba saja, Panji Sura Wilaga yang masih berusaha mempergunakan nalarnya itu telah meloncat dengan sangat cepatnya dan berguling beberapa kali, justru menjauhi Pinten.
Pinten tidak sempat mencegah, apalagi ia tidak segera tahu maksud lawannya. Baru kemudian ia sadar, bahwa saat Panji Sura Wilaga melenting berdiri, ia sudah menggenggam kembali senjata yang tadi sudah terlepas dari tangannya.
Pinten menarik nafas sejenak, ia sadar sepenuhnya bahwa pertempuran yang berikut akan berarti mempertaruhkan nyawanya.
Karena itu, maka iapun segera mempersiapkan dirinya sepenuhnya untuk menghadapinya, dengan sepenuh kemampuan yang ada dan dengan tekad yang bulat, bahwa saatnya sudah tiba untuk mengakhiri segala macam teka-teki yang ada di istana ini.
Demikianlah, maka Pintenpun kemudian
mempersiapkan rantainya, sedangkan Panji Sura Wilaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
siap dengan pedang di tangan kanan dan belati di tangan
kirinya. Dalam pada itu, pertempuran di lingkaran lain dari
halaman itupun menjadi semakin sengit. Kuda Rupaka
mencoba untuk segera menguasai lawannya, namun
lawannyapun telah mengerahkan segenap
kemampuannya dan justru berusaha untuk
mendesaknya. Kidang Alit yang sama sekali tidak menduga
mendapat yang tangguh, meskipun sekali-sekali sangkan
terdesak surut, namun disaat yang lain ia mampu
menyerang seperti badai.
Sementara itu Ki Mina masih tetap bertahan, dan
bahkan sekali-sekali ia masih sempat memperhatikan
perkelahian Pinten dan Panji Sura Wilaga yang semakin
seru. "Gadis itu memang luas biasa" desisnya "Bahkan
nampaknya ia tidak kalah dari kakaknya, jika benar
Sangkan itu memang kakaknya"
Sebenarnyalah bahwa Pinten memang mampu
menempatkan diri sebagai lawan yang membingungkan
Panji Sura Wilaga. Kemarahan, luka di keningnya dan
nafsu yang melonjak-lonak, membuat Panji Sura Wilaga
kadang-kadang kehilangan pengamatan diri. Meskipun ia
memegang pedang di tangan kanan dan belati di tangan
kiri. Tetapi pandangannya terganggu oleh darah yang
menetes dari keningnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kekasaran dan kekerasan Panji Sura Wilaga lambat laun membuat Pinten lebih berhati-hati dan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk
menjatuhkan lawannya.
Tetapi Panji Sura Wilagapun cukup tangguh, dengan tangkasnya ia menyerang dengan pedangnya ia menusuk tubuh Pinten, Pinten masih dapat memiringkan badannya, sehingga pedang itu hanya merobek udara.
Namun pada itu, Panji Sura Wilaga masih sempat mengayunkan tangan kirinya yang menggenggam belati dan mengayunkannya ke arah Pinten dan siap merobek lambung.
Pinten berdebar juga melihat serangan itu. Dengan tangkas ia membungkukkan badannya sambil melangkah mundur, namun dengan penuh perhitungan ia menghadapi lawannya yang menjadi semakin buas.
Ternyata seperti yang diperhitungkan Pinten bahwa Panji Sura Wilaga tidak akan membiarkannya terlepas dari rangkaian serangannya, karena itulah maka pada saat ia menjejakkan kakinya, ia sudah siap menggerakkan tangannya.
Perhitungan itulah yang ternyata telah
menyelamatkannya, dengan cermat ia justru menunggu saat Panji Sura Wilaga meloncat sekali lagi sambil mengayunkan pedangnya untuk menebas leher Pinten.
Pada saat itulah, Pinten serta merta membungkukkan badannya dan sedikit pada lututnya, ia sudah siap menghadapi belati yang berada di tangan Panji Sura
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wilaga yang menyerang langsung ke bagian wajahnya.
Tepat pada saat itulah tangan Pinten bergerak, senjata
rantainya berdesing dengan kerasnya mengarah ke
badan Panji Sura Wilaga.
Panji Sura Wilaga melihat melihat ayunan yang sangat
berbahaya itu, sehingga karena itulah, maka secepat kilat
ia meloncat menghindar.
Dan seperti yang sudah Pinten perhitungkan, dengan
sangat cepat dan tiba-tiba, kakinya maju selangkah lebih
dekat dan rantainya menyambar sekali lagi mengejar
sasaran. Panji Sura Wilaga berusaha menghindar sambil
mengumpat, ia tidak menyadari bahwa lawannya dapat
bergerak secepat itu dan justru memperhitungkan saat-
saat yang paling tepat pada ujung dan panagkal
geraknya. Serangan Pinten itu benar-benar tidak dapat
dihindarinya lagi, bola baja itu telah menghantam pundak
kanannya sehingga terasa seolah-olah tulang pundaknya
remuk. Panji Sura Wilaga menggeram tertahan, bukan saja
menahan sakit tetapi juga menahan kemarahan yang
tidak tertahankan di dalam dadanya.
Panji Sura Wilaga terdorong mundur selangkah,
namun dadanya berdentang ketika ia melihat Pinten
sekali lagi mempergunakan waktunya dengan sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tepat, sekali lagi gadis itu meloncat maju sambil
mengayunkan rantainya.
Tetapi Panji Sura Wilagapun mempunyai perhitungan
yang masak pula. Pada saat Pinten menyerangnya, maka
belati yang ada di tangan kirinya dilontarkan dan
meluncur kedapan kearah Pinten dengan sangat
cepatnya. Pinten terkejut, ia tidak menyangkan Panji Sura
Wilaga melontarkan belati yang ada di tangannya, tetapi
ia sudah terlambat, walaupun is sudah mencoba
menghindar, terasa ujung pisau itu telah merobek kulit
lengannya. Pinten mengeluh tertahan menahan sakit, tetapi ia
tetap sadar bahwa ia sedang menghadapi lawan yang
paling berbahaya.
Pinten merubah tata geraknya, ketika kakinya
menyentuh tanah, maka ia meloncat mundur ke
belakang sejauh-jauhnya, untuk memberi kesempatan
untuk memperbaiki keadaannya.
Tetapi sekilas ia melihat gerak kaki lawannya, dan
nalurinya segera memberitahukan kepadanya bahwa
lawan sedang menerkamnya.
Pinten masih sempat mengelakkan ujung pedang
yang langsung menusuk dadanya, dan dengan cepat ia
memutar rantainya dengan sekuat tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panji Sura Wilaga tidak pernah menyangkan bahwa Pinten dapat berbalik menyerang secepat itu. Rantai bola baja di tangan Pinten menghantam tengkuk Panji Sura Wilaga sehingga ia terdorong maju selangkah dan kemudian kehilangan keseimbangan sama sekali. Panji Sura Wilaga terhuyung-huyung kedepan dan kemudian jatuh terlungkup di tanah. Agaknya hantaman bola besi di tengkuknya itu benar-benar merupakan serangan yang sangat menentukan, membuat Panji Sura Wilaga tidak sadarkan diri.
Sejenak Pinten termangu-mangu, tanganyya masih gemetar memegang pangkal rantainya. Ia masih berdiri dengan kaki yang merenggang, disisi tubuh Panji Sura Wilaga yang terbaring itu.
Tetapi Pinten tidak berbuat apa-apa lagi, tanpa sadar ia mengusap lengannya yang terluka, sewaktu melihat darah di tangannya, sadarlah ia bahwa ia sedang terluka.
Pinten merasa bersyukur bahwa Panji Sura Wilaga tidak mati, hanya tidak sadarkan diri, karena kalau Panji Sura Wilaga mati, maka ia tidak akan mendapat keterangan apa-apa dari orang sudah mati.
Maka itulah, maka Pinten kemudian memutuskan untuk tidak berbuat apapun lagi, yang dilakukannya adalah mengikat tangan dan kakinya agar tidak dapat melarikan diri, kemudian menungguinya sambil melihat pertempuran yang masih berlangsung dengan sengitnya.
Yang terjadi atas Panji Sura Wilaga benar-benar mengejutkan setiap orang yang hadir di halaman, bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
saja Kuda Rupaka yang telah kehilangan kawan, tetapi
ternyata yang lainpun menjadi berdebar-debar
karenanya. Gadis yang mereka anggap sebagai gadis
lugu dan kemanja-manjaan itu ternyata memiliki sesuatu
yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bahkan
Sangkanpun menarik nafas lega melihat adiknya telah
berhasil melumpuhkan lawannya, apalagi Panji Sura
Wilaga itu telah berhasil membunuh lawannya pula,
Bramadara.. "Tetapi agaknya Panji Sura Wilaga sudah terlampau
lelah, itulah agaknya maka Pinten dapat
mengalahkannya" desis Sangkan di dalam hatinya.
Namun ia sendiri masih harus memeras tenaga
melawan Kidang Alit yang sedang berusaha
membunuhnya. Dalam pada itu, pertempuran yang terjadi di halaman
itupun semakin kama menjadi semakin sengit, namun
kekalahan Panji Sura Wilaga telah mempengaruhi
keadaan. Kuda Rupaka yang betapapun dibakar oleh
kemarahannya, terpaksa harus mengakui kenyataan
bahwa Panji Sura Wilaga sudah tidak berdaya lagi,
bahkan ia tidak mengetahui dengan pasti, apakah orang
itu masih hidup atau sudah mati, kemudian Pinten hadir
pula di dalam arena perkelahian itu, maka keadaan akan
segera berubah.
Kuda Rupaka menjadi semakin gelisah, ketika ia
melihat Pinten ternyata kemudian melepas ikat
pinggangnya dan mengikat tangan dan kaki Panji Sura
Wilaga yang sudah tidak berdaya lagi. Dengan demikian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
maka gadis itu tentu akan berbuat sesuatu dengan
meninggalkan Panji Sura Wilaga yang sudah tidak
berdaya itu. Dugaan Kuda Rupaka ternyata benar, Pinten yang
kemudian telah selesai mengikat Panji Sura Wilaga, telah
berdiri tegak memandang arena perkelahian.
Sekali Pinten berpaling kearah Panji Sura Wilaga,
kemudian katanya di dalam hati "Walaupun Panji Sura
Wilaga mempunyai tenaga cadangan yang dapat
memutuskan tali janget sekalipun, tetapi ia tidak akan
mampu untuk memutus tali ikat pinggangku yang terdiri
dari tiga helai janget."
Kemudian Pinten memusatkan perhatiannya pada
arena perkelahian itu, ia melihat kakaknya Sangkan
bertempur melawan Kidang Alit. Sementara Panon
bertempur dengan gigihnya melawan Kuda Rupaka,
ditempat lain, Ki Mina yang meskipun sudah bukan muda
lagi, namun nampak masih tetap cekatan dan tangkas
mempergunakan senjatanya.
Perhatian Pinten terhadap arena itu telah
mendebarkan jantung mereka yang sedang bertempur,
terutama mereka yang merasa dirinya barada di pihak
yang berseberangan dari gadis itu, ia tentu akan
membantu kakaknya dan dengan demikian akan sangat
berbahaya bagi lawan-lawannya.
Kidang Alit menyadari sepenuhnya akan hal itu,
hadirnya orang-orang yang semula tidak diperhitungkan
itu benar-benar membuatnya bagaikan gila. Namun ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak dapat berbuat apa-apa, karena Sangkan memiliki
kemampuan yang dapat mengimbanginya.
Ternyata tidak ada pilihan lain lagi bagi Kidang Alit,
jika ia terlambat, dan Pinten sudah menjadi semakin
dekat, maka ia tidak akan mendapat kesempatan apapun
lagi. Pinten akan membantu kakaknya, dan menjadi
penentu bagi akhir pertempuran itu.
Karena itulah, anak muda yang licik itupun mengambil
keputusan yang licik pula. Tiba-tiba saja terdengar
isyarat dari mulutnya, sebuah suitan pendek.
Kuda Rupaka tidak mengerti arti isyarat itu dengan
tepat, tetapi ia dapat menduga, bahwa Kidang Alit tidak
lagi bernafsu untuk melanjutkan perkelahian.
"Setan Alas" geramnya, dan Kuda Rupakapun harus
menentukan satu pilihan, jika ia tinggal dan melanjutkan
pertempuran, maka ia akan mengalami nasib yang sama
dengan Panji Sura Wilaga. Tetapi jika ia meninggalkan
arena, maka ia akan berhadapan dengan Kidang Alit dan
seorang kawannya.
"Tetapi Kidang Alit masih akan dapat diajak bicara,
mungkin ia memerlukan aku, atau aku dapat melepaskan
keinginanku untuk sementara, sebelum aku
mendapatkan bantuan dari orang lain"
karena itulah, maka Kuda Rupaka yang telah melihat
nasib Panji Sura Wilaga, tidak mempunyai keputusan
lain, ketika Kidang Alit kemudian mulai menunjukkan
sikap yang berubah, karena persiapannya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melarikan diri, maka Kuda Rupaka justru telah
mendahuluinya dengan serta merta.
Panon memang sudah menduga, bahwa pada suatu
saat lawannya akan meninggalkan arena setelah
kemenangan Pinten. Namun tidak secepat yang ia duga,
tanpa tanda-tanda apapun.
Karena itulah, maka ia kehilangan saat sekejap, dan
saat yang sekejap itu telah dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya oleh Kuda Rupaka. Bahkan kemudian disusul
oleh Kidang Alit dan kawannya pada saat perhatian
Sangkan dan Ki Mina terampas oleh tindakan Kuda
Rupaka. Pinten yang masih belum sempat mendekat tidak
dapat berbuat apa-apa. Ia melihat ketiga orang yang
berlari meninggalkan arena dikejar oleh lawan-lawannya.
Sangkan dan Ki Mina mengejar dengan meloncati
dinding tembok pula, mereka melihat ketiga orang itu
berlari memencar dan menyusup di dalam gerumbul-
gerumbul. Sejenak ketiga orang itu masih berlari mengejar,
tetapi gelapnya malam agaknya telah menyelamatkan
Kuda Rupaka, Kidang Alit dan Kiai Paran Sangit.
Sangkanlah yang kemudian berkata "Sudahlah,
biarlah mereka melarikan diri kali ini"
Panon dan Ki Mina yang sudah meloncat dinding,
kemudian kembali lagi ke halaman istana itu, dan
berkumpul di sudut istana kecil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sangkan" terdengar suara Ki Mina yang masih
dibumbui oleh getaran dadanya setelah bertempur
beberapa lamanya "Kau benar-benar telah mengejutkan
kami, ternyata bukan saja kau, tetapi juga adikmu itu"
Sangkan tersenyum, sambil menarik nafas dalam-
dalam ia berkata "Ketakutan yang sampai pada
puncaknya, kadang-kadang memang dapat mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu yang biasa tidak
dapat dilakukannya, Ki Mina"
Tetapi Panon memotong "Kau ternyata seorang yang
pandai berpura-pura, jauh lebih cakap dari orang-orang
lain di sekita istana ini. Hampir setiap orang diantara kita,
semuanya berpura-pura, tetapi nampaknya, kaulah yang
paling sempurna"
Sangkan tersenyum, jawabnya "Aku sedang berusaha
mengatasi ketakutanku, Panon"
"Sebenarnya kau memang pantas dicurigai, Sangkan.
Sampai saat inipun kami tetap mencurigaimu. Memang
aku heran melihat tingkah kau yang selalu ketakutan dan
gemetar, justru itu berlebih-lebihan. Tetapi aku tidak
mengira yang berlebh-lebihan itu justru karena kau
sebenarnya bukan orang seperti itu. Kepura-puraanmu
nampak telah membuatmu seperti seorang yang agak
kurang waras. Namun agaknya adikmupun lebih berhasil.
Kepura-puraannya nampak lugu dan wajar, tidak seperti
sikapmu yang berlebihan.
Sangkan tertawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon meneruskan "Tetapi kami tetap mencurigaimu


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat itu. Namun justru sekarang kami menjadi curiga,
kehadiranmu tentu juga bukan tidak punya maksud
tertentu. Apalagi kepura-puraanmu selama ini. Kau
beruntung bahwa kau mendapat perlindungan langsung
dari Nyi Upih, yang tentu bukan ibumu. Nah, sekarang
sebutkan. Apakah niatmu yang sebenarnya"
"Sudah sepantasnya kita saling mencurigai, Panon"
Panon memandang Ki Mina sejenak. ia melihat wajah
orang tua itu justru berkerut, agaknya ia hamir lupa
bahwa kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan
masih akan dapat terjadi.
"Sangkan" berkata Panon kemudian "Setelah kita
bersama-sama mengusir orang-orang yang agaknya
mempunyai niat untuk menguasai pusaka istana ini,
apakah yang akan kau lakukan kemudian"
Sebelum Sangkan menjawab, Pintenlah yang
menyahut "Kalian beristirahatlah, sedangkan aku ingin
bertanya sesuatu kepada Panji Sura Wilaga tentang
Raden Kuda Rupaka"
"Apa yang akan kita lakukan dengan Panji Sura
Wilaga, apapun yang dikatakan tentang Raden Kuda
Rupaka, maka Raden Ayu tentu mengetahuinya pula."
"Kau salah" potong Sangkan "Raden Ayu mengenal
Raden Kuda Rupaka hanya sekedar dari namanya saja,
dan mungkin orang tuanya. Seandainya Raden Ayu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pernah melihat Raden Kuda Rupaka, tentu sewaktu
Raden Kuda Rupaka masih terlalu kecil, apakah kau tahu
kapan kelurga Pangeran Kuda Narpada meninggalkan
Majapahit":
Panon memangdang Ki Mina sesaat, namun kemudian
iapun menggelengkan kepalanya sambil berkata "Aku
tidak tahu, aku sama sekali tidak mengetahui apapun
tentang Majapahit, karena aku hanyalah seorang
pengemis yang berkeliaran sepenjang pegunungan dan
ngarai, jauh dari tempat-tempat ramai, apalgi kota Raja.
Namun demikian, kadang-kadang aku juga merasa
dibebani kewajiban untuk melakukan kebaikan
dimanapun juga aku berada"
"Bagus" sahut Sangkan "Ada kelebihanku sedikit
daripadamu, bukan tentang olah kanuragan, karena
ternyata kau adalah seorang anak muda yang pilih
tanding, yang dapat mengimbangi kemampuan Raden
Kuda Rupaka. Tetapi kelebihanku terletak pada
kehidupanku, aku adalah anak Nyi Upih, meskipun
mingkin kau tidak percaya. Dengan demikian dimasa aku
kecil, aku mengenal beberapa orang bangsawan saudara-
saudara dari Pangerang Kuda Narpada. Diantaranya
adalah keluarga Raden Kuda Rupaka, putera dari
Pangeran Linggar Watang yang pada masa mudanya
berada di istana saudara tuanya, Pangeran Sargola Manik
yang bergelar Adipati Alap-alap. Tetapi disanapun ia
tidak lama, karena Pangeran Kuda Rupaka kemudian
diserahkan kepada seorang guru yang tidak ada duanya
pada saat itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau kenal sampai bagian yang sekecil-kecilnya, Sangkan?" bertanya Ki Mina.
"Bertanyalah kepada biyung, ia tahu lebih banyak lagi tentang Raden Kuda Rupaka dan tentang para bangsawan di Majapahit. Ia dapat menceritakan bagaimanakah Pangeran Sargola Manik gugur pada saat pertempuran, tentu Raden Kuda Rupaka menyesal, bahwa ia tidak dapat melihat jenazahnya dan apalagi menuntut balas kematian pamannya yang mengasuhnya seperti anaknya sendiri"
"Tetapi bagaimana dengan Pangeran Linggar Watang?"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, kemudian katanya "Biyung tidak menceritakan tentang Pangeran itu"
"Apakah Pangeran Linggar Watang sekarang masih hidup" Dan apakah yang dilakukannya sepeninggal Pangeran Sargola Manik?"
Sangkan menggelengkan kepalanya, jawabnya "Aku tidak tahu, aku akan bertanya kepada biyung, tetapi tentang Pangeran Linggar Watang, agaknya biyung juga tidak mengetahuinya"
Ki Mina mengangguk-angguk, namun katanya kemudian "Jadi bagaimana sekarang" , sudah tentu bahwa ceritamu bukannya suatu alasan yang meyakinkan, bahwa kau dapat berbuat apa saja, termasuk olah kanuragan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan mengangguk dalam-dalam, katanya "Aku
mengerti, dan sudah aku katakan, memang sepantasnya
kita saling mencurigai, namun aku sependapat dengan
Pinten bahwa kita sebaiknya beristirahat dan bertanya
kepada Panji Sura Wilaga tentang Raden Kuda Rupaka"
Panon menarik nafas dalam-dalam, sedangkan Ki
Mina mengangguk-angguk kecil dan berkata "Baiklah
Sangkan, aku akan ikut saja dengan rencanamu itu.
Tetapi apakah kita menyampaikan tentang segala apa
yang sudah terjadi ini kepada Raden Ayu?"
Sangkan mengangguk-angguk, kemudian katanya
kepada Pinten "Pergilah menghadap, sampaikan kepada
Raden Ayu dan puteri Inten Prawesti, bahwa keadaan
sudah menjadi tenang kembali"
"Bagaimanakah tentang Raden Kuda Rupaka dan
Panji Sura Wilaga?" bertanya Pinten.
"Untuk sementara kau tidak usah mengatakan
apapun, kami akan berusaha mengorek keterangan
kapada Panji Sura Wilaga, baru kemudian kita akan
menyampaikan hasilnya kepada Raden Ayu"
"Tetapi tunggu aku, aku akan ikut bertanya pula"
"Pergilah ke dalam, kami akan membawa Panji Sura
Wilaga ini ke bilik kami" jawab Sangkan "Jika kau ingin
mendengar pula, datanglah ke bilik belakang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pintenpun kemudian pergi ke ruang dalam, sementara Sangkan, Panon dan Ki Mina telah mengangkat tubuh Panji Sura Wilaga yang terikat itu ke bilik belakang.
Sekali-sekali Panji Sura Wilaga meronta soalah-olah ia akan sadar dari pingsannya, namun ikatan pada tangan dan kakinya benar-benar kuat dan tidak dapat digoyahkannya,
Dalam pada itu, Pinten yang tergesa-gesa masuk ke ruang dalam dan langsung ke dalam bilik Raden Ayu Kuda Narpada melihat Inten dan Nyi Upih serta Raden Ayu masih dicengkam ketakutan. Namun ketika mereka melihat Pinten memasuki ruangan itu, merekapun merasa lega.
"Kau tidak apa-apa Pinten" bertanya Inten Prawesti.
Belum sempat Pinten menjawab, tiba-tiba Nyi Upih langsung memeluk Pinten "Kau terluka ngger?"
Pinten mencoba tersenyum, katanya "Tidak apa-apa biyung, hanya segores luka kecil"
"O" Intenpun menjadi tegang.
Baru kemudian ia melihat bahwa lengan Pinten masih mengeluarkan darah karena tergores oleh belati Panji Sura Wilaga.
Nyi Upihpun kemudian menarik Pinten duduk diatas tikar sambil berkata "Duduklah, aku akan mengobati luka-kukamu, aku akan mencari daun metir dahulu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Pinten menggeleng, katanya "Tidak perlu
biyung, aku mempunyai obat yang barangkali dapat
mengobati lukaku ini?"
Nyi Upih termangu-mangu sejenak, namun kemudian
Pinten menunjukkan sebuah lumbung bambu kecil sambil
berkata "Bukankah biyung yang memberikan lumbung itu
kepadaku?"
"O" Nyi Upih tergagap.
Apalagi ketika Inten bertanya, "Jadi kau mempunyai
obat semacam itu Nyai?"
Nyi Upih kebingungan sesaat, namun Pintenlah yang
kemudian menjawab "Apakah benar bahwa Raden Kuda
Rupaka telah memberikan obat semacam ini kepada
biyung?" Nyi Upih menarik nafas, katanya "Aku memang
pernah minta semacam obat untuk mengobati luka,
ketika itu tangan Sangkan terluka oleh kapak sewaktu
membelah kayu, dan Raden memberikan obat ini
kepadaku" Namun tiba-tiba saja Raden Ayu bertanya "Pinten,
dimanakah anakmas Kuda Rupaka sekarang?"
Pinten termangu-mangu sejenak, namun kemudian ia
menjawab "Persoalan ini menjadi sangat
membingungkan, Gusti. Aku tidak mengetahui
dimanakah Raden Kuda Rupaka sekarang ini. yang aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tahu Panji Sura Wilaga sudah kami tawan, sedangkan
Sangkan, Panon dan Ki Mina berada di bilik belakang"
"Kenapa Panji Sura Wilaga kalaian tawan?"
"Begini, Raden Ayu, tadinya mereka saling berkelahi,
sebelumnya aku tidak tahu, pihak manakah yang benar-
benar melindungi keluarga Istana ini, bukankah kita
sudah meragukan kesetiaan Raden Kuda Rupaka sebagai
kemanakan Raden Ayu. Apalagi ketika ternyata Raden
Kuda Rupaka dapat bekerja sama dengan Kidang Alit"
"O" Inten Prawesti menjadi tegang.
"Sudahlah puteri" berkata Pinten kemudian
"Sebaiknya puteri dan Raden Ayu tidak menghiraukan
siapapun lagi, kita harus mencurigai setiap orang yang
berada di istana ini, termasuk Raden Kuda Rupaka
sendiri dan Panji Sura Wilaga"
Inten tidak menjawab, tetapi tatapan matanya
mengandung pertanyaan kepada Pinten.
Ternyata perasaan Pinten cukup tajam, ia dapat
menanggapi perasaan yang tersirat dihati puteri itu yang
umurnya sebaya dengan dirinya itu. Karena itu maka
iapun menjawab "Puteri benar, bukankah puteri ingin
bertanya, apakah aku perlu dicurigai juga", juga
Sangkan, Panon dan Ki Mina?"
"Ah" Inten berdesah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi itu wajar sekali" Pinten melanjutkan, lalu katanya "Namun untuk sementara, gusti tidak usah memikirkan apapun juga, aku akan pergi ke bilik belakang, melihat apa yang sedang terjadi, aku persilahkan semuanya beristirahat dengan tenang. Aku kira hari ini tidak akan ada terjadi sesuatu lagi"
Tidak seorangpun yang menjawab, Pinten melihat keragu-raguan membayang di wajah Raden Ayu dan Inten. Namun Pinten tidak dapat memberikan penjelasan lebih banyak lagi. Bahkan iapun kemudian minta diri meninggalkan bilik itu sambil berkata "Aku akan segera kembali"
Sepeninggal Pinten, Raden Ayu dan Inten
memandang Nyi Upih yang menunduk dalam-dalam, ia merasa tidak dapat menahan tusukan kecurigaan kedua puteri itu terhadapnya. Bagaimanapun juga, ia akan ikut bertanggung jawab terhadap keadaan Pinten yang tidak sewajarnya itu.
"Nyi Upih" terdengar suara Raden Ayu lambat dan berat. Belum lagi Nyi Upih menyahut, air mata sudah mengalir deras di pipinya.
"Ampun Gusti"
"Aku tidak akan menuntut terlampau banyak darimu Nyai, aku masih tetap percaya kepadamu sampati saat ini. tetapi meskipun demikian, aku ingin kau mengetahui perasaanku. Anak gadismu itu sudah menimbulkan banyak teka-teki di dalam hatiku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ampun Gusti" Nyi Upih mengulang "Mungkin aku telah berbuat yang tidak terampuni. Tetapi sebenarnya aku ingin menyelamatkan semua yang masih mungkin bisa diselamatkan dalam istana ini, termasuk puteri berdua, itulah sebabnya aku menerima anak gadisku itu hadir di istana ini"
"Nyai" bertanya Inten Prawesti "Apakah kau masih mengatakan bahwa Pinten itu adalah anak gadismu?"
Nyi Upih tergagap. Tetapi kemudian ia mengangguk
"Ya, Puteri. Aku ingin mencoba mengatakan bahwa Pinten adalah anakku"
"Jawabmu itu sudah pengakuan Nyai"
"Benar puteri, tetapi pengakuan yang sebenarnya masih belum waktunya aku katakan sekarang, biarlah aku tetap menganggap bahwa ia adalah anak gadisku yang kusayang"
Raden Ayu menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada yang berat ia berkata "Baiklah Nyai, tetapi aku hampir pasti bahwa pada suatu saat kau akan mengatakan bahwa kedua anak muda itu bukanlah anak-anakmu.
Meskipun demikian, sekali lagi aku katakan, bahwa aku tetap percaya kepadamu. Apa yang kau anggap baik, tentu akan baik pula bagi kami"
Nyi Upih menundukkan kepalanya, terasa titik air mata yang hangat semakin banyak menetes jatuh di pangkuannya. Namun demikian Nyi Upih tidak mengatakan sesuatu, kepalanya yang tunduk menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
semakin tunduk dan debar jantungnya menjadi semakin
cepat. Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja Nyi Upih
terkujut ketika Inten berjongkok disampingnya sambil
berkata "Nyai, coba katakan apakah Nyai masih ingat,
istana yang manakah yang mempunyai sebatang pohon
beringin ditengah-tengah, kemudian enam pohon lainnya
mengelilinginya, tiga ekor bekisar di dalam sangkar
masing-masing, seekor nuri putih, seekor harimau dalam
sangkar besi dan seekor orang utan"
"Ah" Nyi Upih berdesah "Aku tidak ingat lagi puteri"
"Tentu kau masih ingat, akupun masih ingat"
Intenpun kemudian berdiri dan melangkah menjauh
"Nyai, itulah sebabnya aku selalu diganggu oleh
pertanyaan, kenapa aku tidak ingat lagi anak-anakmu itu
disaat mereka masih kanak-kanak. Tentu aku akan dapat
mengingatnya, jika sekali-sekali mereka pernah
mengunjungimu, meskipun mereka berada di padukuhan
kecil bersama ayahnya. He, bukankah aneh, bahwa
Pinten lebih ingat kepada istana dengan ciri yang aku
sebutkan tadi"
"Itu hanya suatu kebetulan puteri" jawab Nyi Upih.
Namun tiba-tiba saja Inten berlari-lari kepada
ibundanya, sambil berlutut ia berkata "Ibunda, bukankah
kakangmas Kuda Rupaka pernah berada di dalam istana
itu" Istana yang mempunyai tujuh pohon beringin"
"He?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, aku ingat sekarang, kakanda Raden Kuda Rupaka sewaktu kecil pernah tinggal di istana pamanda Sargola Manik walaupun hanya sebentar. He, bukankah Raden Kuda Rupaka mempunyai seorang adik perempuan?"
Raden Ayu menjadi bingung, katanya "Jika demikian aku akan berbicara dengan Kuda Rupaka" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi sayang, bahwa aku tidak dapat mengerti dengan sikapnya sekarang"
Inten mengerutkan keningnya, lalu katanya
"Kenangan yang kabur itu memang meragukan, jika Pinten itu adalah adik kakanda Kuda Rupaka, maka kedudukannya kini agak membingungkan"
Bab 35 Nyi Upih menggeleng sambil memotong dengan nada yang agak tinggi sela-sela isaknya "Bukan puteri, Pinten sama sekali tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Raden Kuda Rupaka. Apalagi kini mereka berada di jalan yang berseberangan, karena ternyata ia telah bersekutu dengan Kidang Alit"
Inten memandang Nyi Upih dengan tatapan yang redup, kemudian perlahan-lahan ia mendekatinya sambil berkata "Sudahlah Nyai, jangan kau pikirkan, biarlah teka-teki itu tetap menjadi teka-teki yang tidak terjawab untuk sementara waktu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Nyi Upih masih menunduk, tetapi ketika Inten kemudian berjongkok disampingnya, maka dipeluknya gadis itu. Tangisnya justru bagaikan tidak terbendung lagi.
Maka Intenpun menjadi basah pula kerenanya, bahkan Raden Ayu sekali-sekali juga mengusap mamanya yang terasa menjadi panas.
Dalam pada itu, Pinten dengan tergesa-gesa memasuki bilik belakang yang remang-remang. Ia melihat Panji Sura Wilaga yang sudah sadar, duduk diamben bambu dengan wajah yang tegang, tangannya masih terikat dengan ikat pinggang Pinten yang dianyam dengan sulaman janget yang tebal.
"Apakah ia sudah berbicara?" desis Pinten.
"Perempuan iblis" geram Panji Sura Wilaga "beri aku kesempatan sekali lagi, aku akan mematahkan lehermu"
"Tutup mulutmu" Pinten membentak "Jika kau masih tetap sombong, aku sumbat mulutmu dengan ijuk"
"Persetan, akan aku bunuh kau"
wajah Pinten menjadi tegang, namun yang terdengar adalah suaran tertawa Sangkan "Kenapa tiba-tiba saja kau menjadi seorang pemarah Pinten" "
"Ia melukai aku, mula-mula tubuhku, sekarang perasaanku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku akan membunuhmu" sahut Panji Sura Wilaga.
Tetapi sekali lagi terdengar suara Sangkan tertawa, katanya "Raden Panji yang pilih tanding, sebaiknya kau bercerita saja tentang dirimu sendiri, bahkan sebenarnya kami ingin mendengar, apakah sebabnya Raden Kuda Rupaka mempunyai sikap yang agak aneh sekarang ini, ketika ia datang dan berniat melindungi Raden Ayu, sebenarnya kami menjadi berbesar hati, tetapi ternyata bahwa sikapnya waktu itu adalah sikap yang palsu"
"Persetan" geram Panji Sura Wilaga
"Apakah ia tidak mau berbicara" desis Pinten.
Sangkan menggeleng, jawabnya "Tentu tidak secepat yang kita harapkan, barangkali ia mengetahui bahwa maksud kita baik, jika kita yakin tentang Raden Kuda Rupaka, maka kita akan dapat menentukan sikap yang lain, karena menurut penilaian kami Raden Kuda Rupaka tidak selicik Kidang Alit"
"Berbicarah Panji" desis Pinten seperti orang merayu.
Suara Sangkan meledak tanpa dapat ditahan lagi, katanya disela-sela suara tertawanya "Kau pandai merayu Pinten?"
Tiba-tiba saja Pinten telah meloncat dengan kecepatan yang sulit dilihat dengan mata wadag, namun secepat itu pula Sangkan meloncat menghindar sambil berteriak tertahan "Jangan, jangan Pinten"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Mina dan Panon menarik nafas dalam-dalam, sifat-sifar itu tentu bukannya sifat dibuat-buat, tetapi agaknya kedua kakak beradik itu mempunyai hubungan yang sangat erat lahir dan batinnya. Gurauannya yang segar dan sifat kemanja-manjaan itu menimbulkan warna tersendiri didalam lingkungan istana itu.
Namun dalam pakaiannya yang khusus, Pinten tidak lagi berlari-lari mengejar Sangkan sambil menyingsingkan kain panjangnya, namun dalam keadaan yang serupa itu, Pinten telah bergerak dengan kemampuan yang ada padanya.
Pinten yang tidak berhasil menangkap Sangkan masih berdiri tegak. Namun Sangkan sudah di belakang Panon, sambil berpegangan pundak anak muda itu Sangkan berdesis "Tolong aku Panon, ia tidak akan berani berbuat apa-apa atasmu"
Panon menjadi bingung, namun Pinten menggeram
"Awas aku akan mengikat kau seperti aku mengikat Panji Sura Wilaga"
Sangkan masih berlindung di belakang Panon ketika tiba-tiba saja Panji Sura Wilaga berteriak dengan marahnya "Gila, kau sangka apakah aku ini, Hah!, apakah kalian dengan sengaja telah mengina aku seperpti ini?"
Suara Panji Sura Wilaga itu ternyata telah menarik perhatian semua orang yang berada di dalam bilik itu, Pinten yang merasa berdiri tegak memandang Sangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
di balik punggung Panon, Panonpun kemudian berpaling
kepada Panji Sura Wilaga.
"Jangan berteriak" berkata Sangkan kemudian
"Berkatalah dengan perlahan tetapi jelas, agaknya
memang lebih baik kau bicara tentang Raden Kuda
Rupaka, atau mungkin aku mengetahui serba sedikit
tentan asal-usulnya atau tentang usaha-usahanya
sekarang ini"
"Persetan" geram Panji Sura Wilaga.
Sangkan memandang Pinten sejenak, tetapi
senyumnya disembunyikan dibalik tengkuk Panon yang
termangu-mangu.
"Jangan ganggu aku lagi" desis Pinten, lalu "Tolong
aku Panon, jika kakang Sangkan masih mengganggu
aku, tangkaplah dia, aku akan mengikatnya"
Panon adalah seorang anak muda yang lugu, tetapi ia
tidak terbiasa bergurau seperti itu, sehingga karena itu ia
hanya dapat menganggukkan kepalanya saja.
"Kau berjanji"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panon menjadi bingung, namun sekali lagi kepalanya
terangguk kecil.
Pinten memandang kedua anak muda itu sejenak, lalu
perlahan-lahan ia melangkah mendekati Panji Sura
Wilaga, tetapi langkahnya terhenti ketika Panji Sura
Wilaga membentaknya "Jangan mendekat iblis betina,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku akan meludahi wajahmu jika kau maju selangkah
lagi" Pinten memandang Panji Sura Wilaga dengan
tajamnya, namun yang terdengar kemudian adalah suara
Sangkan "Jangan terlampau garang Panji, sebenarnya
kita dapapt berbuat lebih baik. Bukankah diantara kita
tidak ada persoalan yang sebenarnya terlalu penting
untuk diselesaikan dengan cara yang kasar" Meskipun
kau agaknya benar-benar ingin membunuhku, karena
mungkin kau menganggap bahwa aku dapat
Pendekar Gelandangan 3 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Perguruan Sejati 9
^