Istana Yang Suram 3
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 3
berusaha untuk berkenalan dengan anak-anak muda dari
Karangmaja, kehadiran mereka di padang rumput di
lereng bukit, memang sama sekali belum pernah
mengenal kedua kakak beradik itu.
Tetapi seperti pesan ibunya, maka Sangkanpun
segera mengatakan bahwa mereka adalah anak Nyi Upih,
pelayan pada istana kecil dan terpencil itu.
"Ooo"." Seorang gembala yang bertubuh tinggi besar
mendekati Sangkan sambil tersenyum "Jadi kau anak Nyi
Upih itu ?"
"Ya?" jawab Sangkan
"Kami mengenal ibumu dengan baik, ia serng ke
rumahku dan kadang-kadang membeli sesuatu dari
ibuku" Sangkan mengangguk-angguk, sambil tersenyum pula
ia berkata "Kami ingin memperkenalkan diri kami"
"Marilah, ikut kami, kakak-kakak kami yang lebih
besar berada dibawah, tetapi sebagian ada yang tinggal
di rumah Ki Buyut disaat-saat seperti ini"
"Dirimah Ki Buyut ", Apakah mereka bekerja disana ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jika ada waktu senggang, kakak-kakak kami
memang sering berkumpul disana, Ki Buyut sering
memerlukan anak-anak muda untuk membantunya
mengatur padukuhan ini sebaik-baiknya seperti yang
dianjurkan oleh Pangeran Kuda Narpada, bukankan
kalian berada di istana Pangeran itu ?"
"Ya" tapi sayang, kami datang jauh terlambat
Pangeran Kuda Narpada sudah tidak ada di istana kecil
itu lagi" "Kami semua menyesal kerpergian itu" berkata
gembala itu "Apalagi ayahku, ia benar-benar merasa
kehilangan pelindung yang paling baik, bahkan telah
berhutang budi kepada Pangeran Kuda Narpada"
Sangkan hanya mengangguk-agukkan kepalanya
"Marilah.." ajak anak muda itu "Aku antarkan kalian
ke rumah Ki Buyut.
Sangkan memandang adiknya sejenak, namun
agaknya Pinten berkeberatan, katanya "Lain kali saja,
pergilah sendiri ke rumah Ki Buyut itu kakang"
Sangkan tersenyum, katanya "Lain kali saja Ki Sanak,
tetapi kali ini, setidak-tidaknya aku sudah mengenal
beberapa anak-anak muda Karangmaja"
Karena Pinten berkeberatan untuk pergi ke rumah Ki
Buyut, maka merekapun mengurungkan niatnya untuk
pergi ke padukuhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maaf Ki Sanak" berkata Sangkan kemudian
"Sampaikan saja salamku kepada anak-anak muda di
Karangmaja, pada suatu saat kami makan menemui
mereka dan berkenalan dengan mereka, selanjutnya
kami adalah bagian dari anak-anak di Karangmaja, kami
sudah berniat, untuk tetap tinggal disini, sehingga karena
itu, kami harus merpersatukan diri dengan kalian"
"Kami akan menerima kalian dengan senang hati"
jawab anak yang bertubuh tinggi itu "Seperti kami
menerima Kidang Alit disini, Ia telah memberikan banyak
pertolongan dan petunjuk bagi anak-anak muda di
Karangmaja"
"Siapakah Kidang Alit itu ?" bertanya Sangkan. "Jika
yang kalian maksud dua orang bangsawan yang ada di
istana Pangeran Kuda Narpada itu, mereka adalah Raden
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga"
"Bukan". Bukan kedua bangsawan itu, Kidang Alit
adalah seorang petualang. Ia masih muda seperti
engkau, ia mempunyai banyak kelebihan dari kami anak-
anak muda Karangmaja dalan segala hal"
Sangkan mengangguk-angguk, lalu katanya "Sayang
kami tidak memiliki kelebihan apa-apa"
"Tetapi barangkali kalian dapat memberikan
pengalaman-pengalaman yang pernah kalian alami di
daerah kalian yang lama, bukankah kalian pernaj tinggal
di daerah peradaban yang lebih tinggi dari padukuhan
kami yang terpencil ini ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi jawabnya "Di
daerah yang lama itupun kami berdua tidak lebih dari
seorang anak pelayan"
"Tentu, justru oleh karena itu akan dapat berguna
bagi kami disini yang masih ketinggalan"
Sangkan tersenyum, katanya "Kami akan memberikan
apa yang dapat kami lakukan seperti saat-saat kami
berada di daerah kami yang lama. Tetapi agaknya
Pangeran Kuda Narpada dan anak muda yang bernama
Kidang Alit itu telah memberikan banyak sekali bagi
kalian, sehingga tidak ada lagi yang dilampaui"
Gembala yang bertubuh tinggi itupun tersenyum,
katanya kemudian "Baiklah, kami akan menyampaikan
kepada kawan-kawan kami tentang kehadiran kalian di
istana kecil itu, mudah-mudahan istana itu tidak lagi
terlampau suram seperti saat-saat yang lalu"
"Kini istana itu akan menjadi semakin hidup dengan
kehadiran Raden Kuda Rupaka" jawab Sangkan, lalu
"Baiklah kami minta diri, kami akan pergi ke ujung bukit
kecil itu, kami ingin melihat daerah yang luas dengan
lekuk-lekuk alam yang sangat menarik. Dalam perjalanan
dari kota roja, kamipun melalui daerah-daerah
pegunungan, tetapi pada umumnya lereng-lereng
pegunungan itu nampak gersang dan kering, tetapi
pegunungan di daerah ini nampak hijau dan segar"
Demikianlah Sangkan dan Pinten meninggalkan
gembala-gembala yang masih sangat muda itu. Tetapi
hubungan itu adalah permulaan dari pergaulannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan anak-anak muda di Karangmaja yang lebih tua
lagi dari gembala-gembala itu.
Ketika mereka sampai diatas bukit kecil itu,
merekapun menebarkan pandangan mata mereka
kesekelilingnya, daerah yang luas dan hijau, meskipun
disana-sini masih ada juga daerah yang masih perlu
mendapat pemeliharaan.
Keduanya tidak terlalu lama berada diujung bukit kecil
itu, Pintenpun kemudian mengajak kakaknya segera
kembali ke istana kecil yang terpencil itu.
"Kau masih akan tidur lagi sepanjang hari ?" bertanya
kakanya. Pinten mengerutkan keningnya, kaktanya "Tetapi aku
sekarang tidak pincang lagi"
Kakaknya memandang wajah adiknya yang mulai
cerah, tetapi ia tidak mengatakan sesuatu.
"Apakah kita akan berlomba lari ?" Pintenlah yang
bertanya. "Lereng ini miring sekali, jika kau terdorong dan tidak
dapat menahan diri, kau akan jatuh terlungkup, mungkin
wajahmu akan tergores batu padas"
Pinten mangn-mangu sejenak, namun kemudian
iapun mengangguk-angguk sambil bertanya "Apakah
kira-kira akan terjadi demikian jika kita berlomba lari ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan sama sekali tidak menjawab, tetapi iapun
menunjuk kelembah, dibawah bukit disini yang lain dari
istana kecil itu "Kau lihat, ternak itu semakin lama
semakin tumangkar, padukuhan ini akan mengalami hari-
hari yang semakin baik jika mereka tidak meninggalkan
petunjuk-petunjuk yang pernah diberikan oleh Pangeran
Kuda Narpada"
Pinten mengedarkan tatapan matanya, sambil
mengangguk-angguk ia berkata "Nampaknya orang-
orang Karangmaja bukan orang-orang yang cepat
menjadi jemu, sesuatu yang dianggapnya baik
dilakukannya terus"
"Tetapi mungkin anak muda yang disebut namanya
bernama Kidang Alit itupun banyak memberikan
pengaruh kepada padukuhan ini.
Pinten tidak menyahut, rasa-rasanya ia sedang
menikmati hijaunya bukit disekitarnya.
Namun tiba-tina ia menggamit kakaknya sambil
berkata "Kakang, kau lihat tiga orang yang berkuda itu ?"
Sangkan mengangguk
"Bagaimana jika mereka datang kemari ?"
"Kenapa ", biar sajalah mereka datang kemari ?"
"Apakah mereka tidak akan berbuat apa-apa atas kita
" Ketiga orang itu tentu orang-orang yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dikatakan ibu, bahwa mereka adalah orang-orang yang
kasar dan bahkan buas"
"Tetapi mereka tentu tidak akan berbuat apa-apa atas
kita", kita sama sekali bukan orang-orang penting, kita
hanyalah anak seorang pelayan, apakah yang akan
dilakukan oleh ketiga orang itu atas kita ?"
"Tetapi aku cemas, aku seorang perempuan, mungkin
mereka akan berbuat sesuatu atasku"
"Ah", kau terlampau perasa, apa kau sangka kau itu
seorang gadis yang cantik " yang dapat membuat setiap
laki-laki tergila-gila kepadamu, sehingga dengan
demikian kau cemaskan dirimu sendiri"
"Ah..!" Pinten mencubit kakaknya sehingga kakaknya
mengaduh "Katakan sekali lagi"
"Kukumu seperti kuku macan Pinten"
"Kau nakal sekali"
Sangkan masih akan menyahut, tetapi ternyata ketiga
orang berkuda itu benar-benar menjadi semakin dekat.
"Sebaiknya kita pergi saja" ajak Pinten
"Kembali ke istana ?"
"Tetapi Pinten mengerutkan keningnya sambil
megeluh "Kita tidak punya waktu. Itu mereka sudah
datang, mereka sudah melihat disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan memandang ketiga orang berkuda yang
menjadi semalin dekat, namun tampaknya ia tidak
menjadi cemas. "Aku bukan orang penting, mereka tentu tidak akan
menghiraukan kita" desisnya.
Namun ternyata ketiga orang itu memperhatikan
kedua anak-anak muda itu, bahkan seorang dari
merekapun kemudian mendekatinya sambil bertanya "He
! sapakah kalian ?"
"Aku sangkan tuan, dan ini adalah adikku Pinten"
Orang itu memandang Pinten dengan mata yang
hampir tidak berkedip, namun tiba-tiba ia bertanya "Itu
adikmu ?" "Ya, ya tuan"
Orang itu masih saja memandang Pinten dengan
tajamnya sehingga wajah Pinten menjadi kemerah-
merahan, Ia sama sekali tidak berani mengangkat
kepalanya, bahkan kemudian iapun bergeser mendekati
kakaknya, "Dimana rumahmu " bukankah kau juga anak-anak
Karangmaja ?"
Sangkan menggelengkan kepalanya, jawabnya "Bukan
tuan, kami bukan anak-anak Karangmaja"
"He"! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kami tinggal di istana kecil itu, kami adalah pelayan dim istana itu"
"Orang yang masih duduk dipunggung kudanya itu mengangguk-angguk, tetapi iapun kemudian berpaling kepada kedua kawannya, katanya "Mereka tinggal di istana itu"
"Kami mendengar" jawab salah soerang kawannya
"Biarlah mereka pergi, kami tidak memerlukannya"
"Tunggu !" jawab orang yang pertama "Apakah gadis itu memang sebenarnya adikmu ?"
"Ya tuan"
Orang itu masih akan bertanya lagi, tetapi kawannya telah memotongnya "Ah" kau menjadi mabuk, jika kau melihat perempuan, biarlah mereka kembali ke istana itu, jika pada suatu saat kau benar-benar memerlukannya, kau dapat mengambilnya"
"Aku memang akan membawanya sekarang"
Kawannya mengerutkan keningnya, katanya "Kemarilah"
Orang yang pertama-tama bertanya kepada kedua anak muda itupun bergeser mendekati kawannya, sambil berkata kepada Pinten "Jangan pergi !"
Pinten benar-benar menjadi bingung, sekali ia melihat orang berkuda itu mendekati kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau jangan gila" berkata kawannya "Di istana itu ada
dua orang bangsawan, jangan membuka persoalan, yang
penting bagi kita, masih belum kita ketemukan, jangan
mementingkan persoalan-persoalan kecil yang tidak
berarti, jika yang pokok itu sudah kita selesaikan,
terserahlah kepadamu, di istana itupun ada seorang
gadis yang lebih cantik"
Kawannya menarik nafas dalam-dalam.
"Biarkan mereka pergi"
Orang yang pertama-tama bertanya kepada Sangkan
itupun ragu-ragu sejenak, namun kemudian katanya
dengan lantang "Pergilah ! kami tidak memerlukan
kalian" Demikian kata-kata itu diucapkan, maka Pintenpun
segera menarik tangan kakaknya dan dengan tergesa-
gesa sekali meninggalkan tempat itu.
Ketiga orang berkuda itu tertawa melihatnya, namun
dalam pada itu, sepasang mata yang memperlihatkan
peristiwa itu dari balik gerumbul agak dikejauhanpun
menarik nafas dalam-dalam. Ternyata bahwa Kidang Alit
memperhatikan peristiwa itu dari agak jauh dibalik
gerumbul perdu, meskipun ia tidak mendengar
percakapan diantara mereka, tetapi ia dapat
menduganya. Sejenak Kidang Alit tetap berada ditempatnya,
didalam hati ia berkata "Untunglah bukan kedua
bangsawan bersama Inten Prawesti yang mereka jumpai,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jika mereka bertiga masih belum kembali ke istana,
mungkin akan dapat terjadi benturan diantara mereka,
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena mereka masing-masing memiliki kelebihan"
Akhirnya Kidang Alit harus bergeser ketika ketiga
orang berkuda itupun kemudian meninggalkan bukit kecil
itu. Tetapi agaknya mereka tidak akan segera kembali ke
padukuhan, karena ternyata mereka menempuh
perjalanan kearah lain.
Kidang Alit kemudian muncul dari balik gerumbul itu
menarik nafas dalam-dalam, sejenak ia mengamati ketiga
orang yang semakin lama semakin kecil dan akhirnya
menghilang sama sekali.
"Jika bangsawan-bangsawan itu terlambat sedikit,
mereka akan bertemu dengan ketiga iblis itu" Desisnya
Perlahan-lahan Kidang Alitpun kemudian meninggalkan tempatnya, tetapi ia tidak lagi tergesa-
gesa kembali ke padukuhan, ia berdiri beberapa saat
lamanya, memandangi istana kecil yang ternyata telah
bertambah penghuni.
Sejak saat itu, perhatian Kidang Alit kepada istana
kecil itu menjadi semakin bertambah, terutama kepada
kedua bangsawan yang untuk beberapa saat lamanya
tinggal di istana itu pula.
Ki Buyut Karangmaja merasa, bahwa kehadiran
orang-orang baru di padukuhannya agaknya membawa
mengaruh yang kurang baik, ia merasa adanya
pertentangan meskipun tidak terbuka diantara mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namum Ki Buyut tidak merasa kuasa berbuat apa-apa, ia
sadar bahwa orang-orang itu adalah orang-orang yang
memiliki ilmu yang dapat dibanggakan, bahkan seakan-
akan masing-masing justru ingin mencoba, apakah ada
orang lain yang melampaui kemampuan ilmu masing-
masing. Dalam pada itu, tingkah laku ketiga orang-orang kasar
yang menyebut dirinya bernama Kumbara, Gagak
Wereng dan naga Pasa menjadi semakin menggetarkan
hati setiap orang di padukuhan Karangmaja, bahkan
beberapa orang tidak lagi berani lewat di muka banjar
padukuhan, apalagi perempuan dan mereka yang sedang
mambawa barang-barang berhargam bahkan makanan.
"Apakah ada seseorang yang pernah diganggunya ?"
bertanya Ki Buyut kepada anak-anak muda "Terutama
perempuan ?"
Anak-anak muda itu saling berpandangan sejenak,
namun merekapun kemudian menggeleng "Yang dapat
disebut dengan pasti memang belum ada Ki Buyut"
"Baiklah, jagalah agar perempuan-perempuan di
Karangmaja berbuat dengan hati-hati, jangan mendorong
orang-orang kasar itu berbuat sesuatu atas diri mereka,
karena itu, jauhi sajalah mereka sedapat mungkin"
Pesan itu ternyata semakin menggetarkan hati
perempuan dan gadis-gadis Karangmaja, ketiga orang
kasar itu, seolah-olah bagaikan iblis yang merenungi
liang-liang kubur yang masih baru. Dalam setiap saat,
tangan-tangannya yang besar dan kasar, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mencengkam tanah yang masih basah dan mengungkat
kembali mayat yang terbujur di dalamnya.
Namun beruntunglah, bahwa tidak pernah terdengar
berita tentang perempuan yang menjadi korban mereka,
Dalam kecemasan tentang perempuan dan gadis-
gadis di Karangmaja karena kehadiran orang-orang kasar
itu, maka justru yang terjadi adalah diluar dugaan.
Sekali lagi Karangmaja diributkan oleh seorang gadis
yang tidak dapat menahan diri dan melepaskan
kegadisannya yang diserahkan kepada Kidang Alit. Dan
sekali lagi dengan nada penyesalan yang dalam, Kidang
Alit menghadap Ki Buyut Karangmaja dengan pengakuan
yang jujur. "Seperti yang pernah terjadi, Ki Buyut" berkata Kidang
Alit "Aku seolah-olah telah kehilangan kepribadianku
ketika gadis itu memaksaku melakukan perbuatan
terkutuk itu"
"Aku tidak memaksa" bantah gadis itu.
"Tidak dengan kata-kata, tetapi dengan sikap dan
perbuatan" sahut Kidang Alit
Gadis tidak menjawab, ia memang melakukan seperti
yang dikatakan oleh Kidang Alit, Kidang Alit Memang
seorang anak muda yang lain dari anak muda
Karangmaja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa terjadi hal itu " " bertanya Ki Buyut kepada gadis itu.
"Aku tidak tahu, tetapi sentuhan jari-jarinya bagaikan telah membiusku"
"Aku tidak sengaja berbuat apa-apa, aku menolongnya naik tebing yang curam itu" sahut Kidang Alit.
"Memang aneh sekali" berkata Ki Buyut "Peristiwa yang pernah terjadi memang hampir serupa. Seolah-olah sentuhan jari-jari Kidang Alit telah meracuni gadis-gadis itu"
"Sama sekali tidak aku sengaja Ki Buyut, bahkan akupun merasa seolah-olah aku telah ditenungnya dan melakukannya diluar sadar"
Penyelesaian yang ditempuhnya serupa pula dengan penyelesaian yang pernah dilakukan. Seorang anak muda Karangmaja bersedia mengawininya, tetapi Kidang Alit harus membeli sepasang kerbau bagi sepasang pengantin baru itu.
Kidang Alit tidak dapat ingkar, ia harus menerima keputusan itu.
Namun ternyata bahwa Kidang Alit mempunyai bekal yang cukup, ia masih sanggup bukan saja membeli sepasang lembu atau kerbau, tetapi berpasang-pasang.
Dan Ki Buyutpun bertanya didalam hatinya "Apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan demikian peristiwa yang serupa masih akan
terjadi" Tetapi untuk sementara waktu Ki Buyut masih
berusaha menahan perasaannya. Kidang Alit telah
pernah memberikan sessuatu yang tidak pernah dapat
diberikan orang lain atau salah seorang anak-anak muda
Karangmaja, ia telah menyelamatkan Kasdu dari bencana
yang sangat mengerikan.
"Tetapi apakah dengan demikian berarti Kidang Alit
akan dibiarkan berbuat apa saja di padukuhan ini ?"
pertanyaan itu telah memukul dinding jantung Ki Buyut
di Karangmaja. Dalam waktu yang singkat, berita itupun telah
menjalar di seluruh padukuhan, bahkan Nyi Upih yang
sedang mencari keperluan sehari-hari di padukuhan
itupun segera mendengar pula peristiwa itu.
Karena itulah, maka ketika ia kembali ke istana, iapun
segera menyapaikan hal itu kepada momongannya, Inten
Prawesti. "Puteri, ternyata puteri telah mengambil keputusan
yang palung bijaksana, memang bukan mustahil, bahwa
Kidang Alit menyimpan maksud yang kurang baik
terhadap gadis-gadis, apalagi apabila puteri sempat
dibujuknya"
"Ah" mengerika sekali" desis Inten Prawesti "Terasa
seluruh kulit tubuhnya telah meremang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Yang manakah anak muda yang bernama Kidang Alit
itu ibu ?" bertanya Pinten "Akupun akan menjauhinya
pula" "Oo macam kau Pinten, kau jangan merasa dirimu
cantik, gadis-gadis Karangmaja masih lebih cantik dari
pada kau, karena itu Kidang Alit akan menghiraukan kau
sama sekali"
"Tentu tidak Nyai" potong Inten Prawesti "Pinten
adalah seorang gadis yang cantik sekali, ketika ia baru
datang, wajahnya memang nampak kasar, kotor dan
terbakar oleh sinar matahari, tetapi kini ia nampak cantik
sekali" "Oo". Puteri jangan memuji, ia akan kehilangan akal
dan merasa dirinya orang yang paling cantik di seluruh
Majapahit, itu akan berbahaya baginya"
Inten Prawesti tertawa, sedang Pinten yang
memberengut nampak justru benar-benar cantik sekali.
Namum mereka terkejut ketika mendengar suara
tertahan dari dari balik dinding, ternyata Sangkan yang
mendengar pembicaraan itu tidak dapat menahan
tertawanya, sambil menjengukkan kepalanya ia berkata
"Pinten, aku jadi kasian sekali kepadamu, kenapa kau
merasa dirimu menjadi perhatian orang"
"Siapa..! siapa he?"" Pinten menjawab lantang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Sangkan sudah hilang dan berlari ke halaman
belakang istana itu sambil menyambar sapu lidi, karena
ia memang akan membersihkan halaman itu.
Di Karangmaja, Ki Buyut rasa-rasanya hamir
kehilangan akal pula, ia tidak tahu, apakah yang
sebaiknya dikerjakan. Ia memerlukan Kidang Alit, karena
menurut perhitungannya, Kidang Alit akan dapat
membantu mengatasi kesulitannya yang dapat terjadi
setiap saat. Jika ketiga orang yang berada di banjar itu
menjadi semakin liar. Tetapi agaknya Kidang Alit sendiri
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dapat
dianggapnya baik bagi para penghuni padukuhan
Karangmaja yang kecil itu
Bab 6 Kadang-kadang Ki Buyut pun dihinggapi oleh
pertanyaan tentang anak muda itu, siapakah sebenarnya
anak muda yang menyebut dirinya Kidang Alit, seorang
petualang itu "
Dalam kebingungan Ki Buyut kadang-kadang berjalan
tanpa tujuan mengelilingi padukuhannya, maka iapun
selalu menghindari banjar padukuhannya, ia lebih
memilih jalan melingkari padukuhan kecilnya dari pada
melalui jalan induk yang menjulur di depan banjar, jalan
yang justru semakin lama menjadi semakin sepi. Hanya
orang-orang yang bertugas untuk menyampaikan makan
dan minum bagi ketiga orang yang tinggal di banjar itu
sajalah agaknya yang masih berjalan melalui jalan induk
padukuhan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata Kumbara, Gagak Wereng dan Naga Pasapun merasakan suasana yang semakin memburuk di padukuhan itu. Padukuhan kecil itu terasa menjadi semakin sepi dan asing.
Karena itu, maka Kumbara merasa perlu untuk segera mengambil sikap, ia sudah merasa terlalu lama berada di padukuhan kecil yang menjemukan itu.
"Kedua bangsawan itu ternyata tidak segera pergi dari istana kecil itu" berkata Kumbara.
"Ya.., kita sudah terlalu lama menunggu" Sahut Naga Pasa "Aku sudah tidak sabar lagi"
"Mula-mula kita menunggu dua hari, kemudian tiga, empat dan berkepanjangan" potong Gagak Wereng
"Sudah waktunya untuk segera bertindak"
"Jadi, apakah ayahnya, kakeknya, pamannya dan siapa saja yang akan mengambil tindakan balasan, sekarang yang penting, tugas kita dapat kita selesaikan dengan sebaik-baiknya"
Ketiga orang itu mengangguk-angguk, seolah-olah mereka sudah mendapatkan kesepakatan untuk bertindak.
Ternyata merekapun kemudian segera membicarakan apa yang sebaiknya mereka lakukan. Dengan mempertimbangkan semua keadaan dan kemungkinan yang ada di Karangmaja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Orang-orang Karangmaja tidak akan ada yang berani berbuat apapun juga, meskipun mereka mengetahui apa yang kita lakukan di istana kecil itu" berkata Kumbara
"Kita sudah memberikan contoh akibat yang dapat timbul jika seseorang berani mengganggu kehadiran kita disini"
"Ya?" sahut Gagak Wereng "Jika perlu kita akan memberikan contoh lebih banyak lagi"
"Itu tidak perlu, orang-orang Karangmaja dapat kita abaikan didalam hubungan dengan tugas kita" berkata Naga Pasa "Yang harus kita perhatikan adalah justru kedua orang bangsawan yang ada di istana itu"
"Sudah tentu" sahut Kumbara "Bukankah kita sudah mengambil sikap terhadap keduanya ", Keduanya harus kita singkirkan tanpa menghiraukan siapapun yang dapat menuntut balas atas kematian mereka"
"Jika demikian maka tidak ada persoalan lalgi bagi kita" berkata Naga Pasa "Kita dapat berangkat sekarang juga ke istana kecil itu dan langsung bertindak sesuai dengan tugas kita"
"Memang tidak akan ada kesulitan apapun juga, tetapi tindakan yang demikian adalah tergesa-gesa dan dapat menimbulkan keonaran"
"Jadi?"" desis Naga pasa "Apakah yang harus kita lakukan ?"
"Kita menunggu hari gelap, apapun yang kita lakukan, tidak dilihat oleh orang banyak, sehingga apabila kelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
benar-benar datang beberapa orang yang mencari kedua
bangsawan yang malang itu, tidak banyak orang yang
dapat memberikan keterangan yang akan dapat menjadi
petunjuk bagi mereka, untuk melacak jejak kita,
meskipun seandainya mereka mengetahui juga siapakah
kita, namun hal itu akan memerlukan waktu"
"Kau memang terlampau berhati-hati, aku tidak
melihat perbedaan sama sekali, tetapi baiklah, jika kau
menganggap bahwa bertindak di malam hari agaknya
lebih baik dari siang hari. Kau orang tertua diantara kita"
"Baiklah" berkata Kumbara kemudian "Kita akan
memasuki istana itu dari pintu gerbang, kita tidak akan
besembunyi-sembunyi seperti tikus mencuri daging"
"Sudah barang tentu, kita akan memasuki dengan
dada terngadah, kita tahu, bahwa kedua orang
bangsawan itu tentu akan mencoba melawan. Tetapi
mereka akan kita bunuh dan mayatnya kita tinggalkan di
luar pintu gerbang"
"Semuanya yang menantang rencana dan tugas kita
akan kita bunuh, Raden Ayu itupun jika tidak mau
membantu tugas kita, akan kita bunuh juga"
Tetapi jangan gadis itu" desis Naga Pasa
"Persetan" geram Kumbara "Itu diluar pembicaraan
kita, tetapi jika gadis itu menyulitkan kita, apa boleh
buat" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak akan membawanya, aku hanya
memerlukannya sementara waktu, jika kemudian harus dibunuh, aku tidak berkeberatan" Naga Pasa berhenti sejenak, lalu "Sudah barang tentu kedua-duanya"
"Kenapa kedua-duanya ?" geran Gagak Wereng
"Bukankah ada dua orang gadis di dalam istana itu"
"Gila, itu urusanmu, tetapi jangan mengganggu tugas kita"
"Tidak", aku berjanji, tugas kita akan kita selesaikan lebih dahulu, aku baru akan memerlukannya, setelah semuanya yang bersifat hidup di dalam istana itu, mati terbunuh, kecuali dua orang gadis itu"
Kumbara mengerutkan dahinya, namun kemudian iapun menggeram "Jangan kau membicarakan dengan kami, selesaikan persoalanmu sendiri, tetapi setiap persoalan yang dibeliti oleh nafsu seperti itu, akan mendatangkan sial. Karena itu, jika benar-benar demikian, biar kau sajalah yang akan dimakan oleh nasibmu yang buruk"
Naga Pasa tertawa katanya "Kau jangan mengutuk begitu, baiklah, jika kalian tidak mau, akupun tidak akan memaksa, nanti akan timbul pertimbangan tersendiri setelah semuanya selesai. Nah, karena itu, maka jika terjadi sesuatu, bukanlah aku penyebabnya"
Kedua kawannya tidak begitu menghiraukannya lagi.
Merekapun kemudian sibuk mempersiapkan senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
masing-masing, senjata yang jarang sekali mereka
pergunakan, karena dalam keadaan sehari-hari mereka
sudah cukup percaya kepada tangan-tangan mereka
yang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Apalagi
mereka berada di dalam masyarakat pedesaan yang
dianggapnya tidak akan mampu berbuat apapun juga
atas mereka. Yang mereka pertimbagkan kemudian
adalah dua orang bangsawan yang ada di dalam istana
itu. Keduanya tentu bukan orang kebanyakan di dalam
ilmu kanuragan. Karena itu, maka mereka bertiga harus
mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya.
"Anak muda itu memang berani" berkata Kumbara
"Apalagi agaknya ia diiringi oleh seorang pengawal yang
tangguh, tetapi mereka tentu belum mengenal siapakah
kita" "Tentu mereka sudah mendengar tentang anak
Karangmaja yang kita lumpuhkan itu" sahut Naga Pasa.
"Tetapi berbuat demikian terhadap tikus dari
Karangmaja adalah mudah sekali. Dengan ilmu yang
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
paling permulaan dan sekedar racun yang dapat dicuri
dari orang-orang yang mengerti tentang ilmu obat-
obatan, maka hal itu akan dapat dilakukan"
"Tetapi sudah barang tentu tidak dengan cara seperti
yang kita lakukan atas anak itu. Mungkin dengan
menggoreskan senjata ditubuhnya atau menusuk dengan
jarum. Tetapi kita tidak berbuat demikian. Dan Ki Buyut
di Karangmaja dapat bercerita bahwa dengan sentuhan
tangan, kita dapat membuat anak itu lumpuh, buta, tuli
dan bisu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara mengangguk-angguk, katanya "Memang mungkin. Dan memang mungkin pula pula kedua bangsawan itu merasa memiliki sedikit ilmu untuk dapat melawan kita. Karena itu, bersiaplah sebail-baiknya"
Ketiga orang itu tidak berbicara berkepanjangan lagi, Mereka benar-benar mempersiapkan diri. Kumbara telah menyiapkan sebilah pedang yang berwarna kehitam-hitaman oleh racun yang kuat. Jika pedang itu berhasil menyentuh lawannya, maka jika lawannya tidak mempunyai penawar yang baik, maka ia akan segera mati membeku"
Gagak Wereng ternyata memiliki senjata yang lain.
Selain kekuatan tangannya yang luar biasa dan sebuah cincin yang beracun, iapun memiliki senjata yang berujung runcing di kedua sisinya. Senjata yang tangkainya tidak lebh panjang dari dua jengkal, tetapi di sebelah menyebelah terdapat ujung seperti ujung tombak yang masing-masing panjangnya lebih dari sejengkal.
Seperti pedang Kumbara, maka ujung senjata Gagak Wereng itupun beracun pula. Racun yang sama kuatnya dengan racun pedang Kumbara.
Naga Pasa mempunyai senjata yang lain pula, ia mempergunakan dua buah pisau belati panjang, selain kedua pisau belati panjang itu, juga memiliki memiliki beberapa buah pisau yang lebih kecil. Tangannya sudah terbiasa melontarkan senjata-senjata kecil yang seperti kedua kawan-kawannya, senjatanya itupun beracun pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketiga orang itu hampir tidak sabar menunggu
matahari yang merambat lambat sekali di langit, apalagi
ketika warna merah mulai membayang, seolah-olah
matahari itu telah berhenti di tempatnya.
"Kita berangkat setelah makan malam" berkata
Kumbara "Sebentar lagi, orang-orang Karangmaja akan
mengirimkan makan malam kita yang terakhir, aku sudah
berpesan kepada mereka, agar mereka memotong
seekor kambing muda yang paling gemuk"
"Apakah kau juga mengatakan bahwa pengiriman ini
adalah yang terakhir bagi kita ?" bertanya Naga Pasa.
"Tentu tidak"
Naga Pasa menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia tidak
bertanya lebih lanjut.
Sebenarnya orang-orang Karangmaja terpaksa
menyembelih seekor kambing seperti yang diminta oleh
orang-orang yang mereka anggap sedang menghantui
Karangmaja dan tinggal di banjar padukuhan itu. Mereka
tidak dapat berbuat lain daripada memenuhinya, apalagi
hanya seekor kambing muda yang gemuk, bahkan seekor
lembupun akan diberikannya.
Dalam keprihatinan Ki Buyut di Karangmaja selalu
merasa dikejar-kejar oleh kewajiban yang tidak dapat
dipenuhinya, ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa
atas ketiga orang itu, sedangkan dipihak lain, seeorang
anak muda yang akan dapat diharap membantunya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ternyata telah mengambil korban bukan satu atau dua
ekor kambing muda yang paling gemuk, tetapi korban itu
adalah dua orang gadis muda yang terhitung cantik di
Karangmaja. Pada suatu saat memang timbul niatnya
untuk mengadukan kesulitannya kepad kedua
bangsawan yang ada di istana itu.
"Mungkin mereka akan dapat membantu" katanya di
dalam hati. Namun niat itupun diurungkannya, dengan
demikian, jika terjadi sesuatu atas bangsawan-
bangsawan itu, maka ia adalah penyebabnya, yang
mungkin akan dapat dibebani kesalahan seperti yang
telah menciderainya pula, karena Ki Buyut menduga,
keluarganya tidak akan dapat menerima hal itu terjadi
atas keduanya. Dengan demikian, yang dapat dilakukannya adalah
sekedar merenungi dirinya sendiri dan padukuhan
kecilnya yang telah dibayangi oleh kesulitan yang
semakin lama akan menjadi semakin besar.
Sementara itu, langit merah menjadi semakin buram,
beberapa orang Karangmaja dengan tergesa-gesa pergi
ke banjar sambil membawa makanan dan minuman bagi
tiga orang penghuninya.
Setiap kali mereka memasuki halaman banjar, terasa
tubuh mereka tergetar, meskipun sejak orang-orang itu
berada di banjar, belum seorangpun yang pernah
diganggunya sejak ia memukul Kasdu. Tetapi
bagaimanapun juga, hati mereka tetap tergetar untuk
setiap kali bertemu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah pesanku sudah terpenuhi ?" bertanya Kumbara kepada orang-orang yang membawa makanan dan minuman itu.
"Daging kambing maksud Tuan ?"
"Ya", daging kambing muda dan gemuk, aku sudah jemu makan daging ayam dan telur"
"Sudah, sudah, kami membawa hampir seluruh tubuh kambing muda itu, hanya beberapa bagian kami tinggalkan buat makan Tuan-tuan besok pagi-pagi"
"Bagus" desis Gagak Wereng "Orang-orang
Karangmaja memang orang yang ramah dan baik hati.
Kami mengucapkan terima kasih"
Orang-orang yang membawa makanan itu tidak menjawab, mereka meletakkan saja beberapa bakul diatas amben di dalam banjar sambil mengambil sisa-sisa makanan siang yang berserakan.
Ketika Kumbara membuka tutup bakul-bakul itupun, ia tertawa katanya "Lihatlah, bukankah itu merupakan bekal yang baik bagi kita yang malam ini akan melakukan tugas yang besar, yang akan menentukan kedudukan kita kelak ?"
Gagak Wereng tidak menjawab, tetapi tangannya langsung menjamah gumpalan-gumpalan daging di dalam bakul itu, tanpa mengatakan sepatah katapun, ia segera menyumbatkan segumpal daging ke dalam mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara tertawa melihat tingkah laku Gagak Wereng, disela-sela suara tertawanya ia berkata "Dua orang kawanku mempunyai kebiasaan yang menjengkelkan dalam bentuknya masing-masing, yang seorang adalah seorang yang memanjakan nafsu makannya tanpa kendali, sedang yang lain sangat dipengaruhi oleh wajah-wajah cantik tanpa memikirkan akibat-akibat yang dapat timbul karenanya. Dua cacat yang apabila tidak disadari akan sangat membahayakan kedudukan kita semuanya.
Namun sambil mengunyah Gagak Wereng berkata
"Betapapun rakusnya aku, tetapi aku dapat
membedakan, yang manakah yang boleh aku lakukan dan yang manakah yang tidak"
"Kau sangka aku tidak ?" bertanya Naga Pasa "Jika aku tidak dapat membedakannya, maka aku sudah lebih dari sepuluh gadis-gadis Karangmaja, terutama di istana itu, yang sudah aku seret ke dalam banjar"
Gagak Wereng tertawa, tetapi ia masih saja menyuapi mulutnya dengan gumpalan-gumpalan daging.
"Kita akan makan dahulu" berkata Kumbara "Lalu kita akan melakukan tugas kita sebaik-baiknya, mungkin kita harus membunuh semua yang hidup di dalam istana itu"
Naga Pasa berpaling sekejap, namun ia tidak menghiraukannya lagi, ia tahu, Kumbara sengaja menggelitik hatinya agar ia menyatakan sikapnya, tetapi ia lebih baik diam saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sesaat kemudian mereka bertigapun telah memegang mangkuk masing-masing. Ternyata bukan hanya Gagak Wereng yang rakus terhadap gumpalan-gumpalan daging kambing, tetapi adalah mereka ketiga-tiganya bagaikan berlomba menghabiskan daging yang terbanyak.
Setelah mereka selesai makan dan melemparkan sisanya kesudut ruangan, maka merekapun segera membenahi diri, Kumbara yang dianggap tertua diantara mereka berkata "Kita beristirahat sejenak sambil menyiapkan senjata kita masing-masing, jangan ada yang mengecewakan, selebihnya semua yang akan kita bawa harus sudah tersangkut di pelana kuda kita masing-masing. Karena kita tidak akan kembali lagi ke banjar ini, kita tidak akan bertemu lagi dengan orang-orang Karangmaja yang dungu untuk seterusnya.
Memang mungkin beberapa tahun lagi kita akan datang lagi ke daerah ini, tetapi sudah barang tentu dengan kedudukan yang jauh berbeda"
Kedua kawannya tidak menyahut, mereka duduk di muka biliknya, sambil mengipasi dada mereka yang berkeringat.
Terasa angin mulai menjadi sejuk, langit yang buram menjadi semakin buram, satu-satu bintang mulai bergayutan di langit yang biru pekat. Beberapa helai awan yang putih mengambang dihembus oleh angin ke utara.
"Padukuhan ini segera menjadi sepi" gumam Gagak Wereng "Jika matahari terbenam, maka hampir semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pintu telah tertutup, hanya satu dua orang saja yang
masih berada diluar rumah"
"Pada umumnya mereka pergi ke rumah Ki Buyut"
sahut Naga Pasa.
Gagak Wereng mengangguk-angguk, matanya yang
tajam seolah-olah sedang menusuk ke dalam kegelapan.
Satu-satu nampak cahaya pelita yang menembus
dinding rumah yang berlubang, jatuh keatas dedaunan di
halaman, sentuhan angin yang menggerakkan dedaunan
itu, bagaikan mengguncang sinar pelita yang menggeliat
seperti sedang dibayangi oleh kegelisahan yang sangat.
Gagak Wereng menarik nafas dalam-dalam, meskipun
hampir setiap pintu rumah sudah tertutup rapat, tetapi
seolah-olah Gagak Wereng dapat melihat, sekeluarga
yang sedang dilanda oleh kecemasan tentang hari
depannya, duduk diatas amben bambu yang besar,
betapapun juga seorang ayah mencoba menghibur anak-
anaknya, tetapi anak-anak yang kecil itu tidak dapat
menghindarkan diri dari ketakutan yang luar biasa,
begitu juga ibunya.
"Kenapa aku justru menjadi hantu bagi sesama
manusia ?" pertanyaan itu tiba-tiba saja telah
menghinggapi jantung gagak Wereng.
"Kali ini agaknya yang terakhir" katanya di dalam hati
pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng mulai membayangkan, bahwa jika usahanya kali berhasil, dan ia mendapat upah uang atau kedudukan yang cukup memadai, maka ia akan hidup wajar untuk seterusnya, dan iapun akan menukar namanya lagi dengan namanya yang sebenarnya.
Margajati. Namun demikian ia berkata kepada diri sendiri "Tetapi tugas ini harus diselesaikan dahulu"
Gagak Wereng menggeliat ketika ia mendengar Kumbara berkata "Ujung malam ini sudah mulai gelap, marilah kita kita berangkat, kita tidak akan berjalan tergesa-gesa. Kita akan menikmati malam terakhir di Karangmaja ini sebaik-baiknya"
Ketiga orang itupun kemudian mempersiapkan diri, semua milik mereka telah mereka siapkan dan mereka sangkutkan pada pelana kuda mereka masing-masing, senjata mereka telah siap pula untuk dipergunakan sewaktu-waktu.
"Mungkin kedua orang itu perlu dibantai dengan senjata" berkata Kumbara "Karena itu jangan meremehkan keduanya, keduanya bukanlah anak-anak kecil lagi"
Sejenak kemudian, maka ketiga orang itupun segera berangkat meninggalkan banjar desa, tidak ada orang Karangmaja yang mengetahuinya, pada umumnya mereka sudah berada di dalam bilik masing-masing.
Hanya satu dua anak muda sajalah yang masih berada di rumah Ki Buyut Karangmaja, mereka berjaga-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jaga sambil berbincang, sekali-kali mereka menengok
Kasdu nampaknya keadaannya memang berangsur baik.
Tetapi anak-anak muda yang masih tinggal di rumah
Ki Buyut itu. Tidak berani pulang ke rumah masing-
masing, hingga menjelang pagi hari. Ketakutan itu selalu
mencengkam hati setiap anak-anak muda sejak di
banjar tinggal ketiga orang yang sama sekali tidak
dikehendaki oleh orang-orang Karangmaja, namun yang
sama sekali tidak dapat diusiknya itu.
Meskipun demikian, seperti juga perempuan dan
gadis-gadis, anak-anak muda Karangmaja belum pernah
mengalami perlakuan yang dapat menghentikan denyut
jantung mereka dari ketiga orang yang tinggal di banjar
itu. Dalam pada itu, ketika angin malam menjadi semakin
dingin, Kumbara, Gagak Wereng dan Naga Pasa telah
menjadi semakin dekat dengan istana kecil yang
terpencil, dimalam hari istana itu memang nampak suram
dan sepi sekali.
"Seperti sebuah rumah hantu" desis Naga Pasa.
"Ya" sebuah rumah di lereng bukit kecil, lihat, jika
bulan kebetulan purnama, maka istana itu justru akan
menjadi semakin mengerikan nampaknya. Seolah-olah
dari balik pintunya akan dapat bermunculan sebangsa
hantu, jin dan bekasakan"
"Kita akan memasukinya, kita akan segera
menemukan penghuni istana itu yang sebenarnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kawan-kawannya tidak menyahut lagi, mereka memusatkan perhatian mereka kepada istana yang sepi dan suram itu. Sebuah lampu minyak yang berkeredipan menerangi sebagian kecil pendapa yang terbuka.
Namun, bagaimanapun juga, hati ketiga orang itupun terasa menjadi berdebar-debar, mereka sudah terbiasa membunuh, tetapi rasa-rasanya membunuh perempuan yang tidak berbahaya justru sangat mendebarkan hati.
Ketiga orang itu tidak akan tergetar hatinya jika senjata mereka pada saatnya terhujam di dada kedua orang bangsawan yang sedang berada di istana itu pula, tetapi jika mereka harus membunuh perempuan yang ada di dalamnya, maka tangan mereka akan manjadi gemetar.
Bahkan tiba-tiba saja tumbuh penyakit dihati Gagak Wereng "Apakah untungnya dengan membunuh perempuan-perempuan itu ", mereka tidak dapat berbuat apa-apa, seandainya mereka melawan, apakah yang dapat mereka lakukan ", dengan sekali dorong, mereka akan jatuh pingsan"
Gagak Wereng menarik nafas dalam-dalam, tanpa sadarnya ia berpaling memandang wajah Kumbara yang tegang, didalam keremangan malam, Gagak Wereng tidak dapat melihat dengan jelas bentuk dan kerut merut di wajah kawannya itu.
Namun Naga Pasa agaknya mempunyai pikiran yang lain, setiap kali ia mengadahkan wajahnya, dan seolah-olah tersenyum seorang diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila..!" desis Gagak Wereng di dalam hatinya " Naga Pasa tentu akan akan mengambil kedua gadis yang ada di istana itu. Ia tidak akan segan membawanya dan melemparkan ke tepi jalan selagi gadis itu tidak sadarkan diri.
Gagak Wereng adalah seorang laki-laki yang hampir tidak pernah bertanya kepada kawan-kawan dan kepada diri sendiri. Apakah korbannya perlu dikasihani atau tidak, ia adalah laki-laki yang bengis dan tidak berkeprimanusiaan. Namun tiba-tiba saja, sebuah kejemuan telah merayapi hatinya, justru selagi ia bergerak mendekati istana yang kecil dan terpencil untuk melakukan tugasnya yang cukup berat.
"Gila,,! " Ia menggeram didalam hatinya "Kenapa aku ragu ", Apakah sebenarnya aku ketakutan melihat kedua orang bangsawan yang ada di istana itu ?"
Gagak Wereng tidak sempat merenung dirinya lebih jauh. Kumbara memberi isyarat dengan tangannya, sehingga mereka bertigapaun kemudian berhenti beberapa langkah di depan regol halaman istana yang suram itu.
"Kita akan memasuki halaman istana, kita akan menambatkan kuda kita diluar regol" berkata Kumbara
"Kenapa diluar regol ?" bertanya Naga Pasa.
"Kuda kita tidak boleh menjadi sasaran kebingungan kedua orang yang ada di istana itu. Jika mereka kehilangan akal menghadapi kematian, mereka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dapat dengan gila menyerang kuda yang tidak tahu
menahu tentang perkelahian itu"
"Selebihnya, kita akan dapat dengan cepat
meninggalkan halaman jika keadaan memaksa" desis
Gagak Wereng Naga Pasa memandanginya dengan heran, katanya
"He..!, sejak kapan kau memperhitungkan cara untuk
melarikan diri ?"
"Bukan untuk melarikan diri" sahut Gagak Wereng,
tetapi ia tidak menemukan kata-kata untuk melanjutkan
kalimatnaya. Naga Pasa tertawa, katanya "Kedua orang yang
tinggal di istana itu adalah bangsawan-bangsawan yang
hanya pandai berhias dan merayu perempuan, karena itu
mereka harus dibunuh, jika tidak, maka perempuan-
perempuan akan menjadi korban mereka dan hidup
tersia-sia dihari tuanya"
"Cukup.., desis Kumbara "Marilah kita bersiap-siap,
semuanya akan segera dimulai"
Ketiga orang itupun meloncat turun dari kuda mereka
dan menambatkan kuda-kuda itu di batang perdu di
depan istana itu. Untuk sesaat mereka mcncoba
mengamati keadaan, tetapi istana itu benar-benar telah
menjadi sepi. "Kita akan masuk sekarang" berkata Kumbara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng dan Naga Pati mengangguk kecil, hampir diluar sadar, merekapun telah meraba senjata masing-masing, Seolah-olah mereka ingin meyakinkan, bahwa senjata-senjata mereka akan dapat
menyelesaikan persoalan yang sedang mereka hadapi.
Sejenak kemudian Kumbarapun telah telah berdiri dimuka pintu regol, beberapa kali ia mencoba mendorongnya, tetapi agaknya pintu itu telah diselarak,
"Kita dorong saja" desis Naga Pasa.
"Itu akan membuat keributan, kita dapat mengangkat selarak dengan memasukkan tangan kita pada bagian yang rusak itu"
"Aku tidak telaten" desis Gagak Wereng "Aku akan loncat dinding batu dan aku akan membukanya dari dalam"
Kumbara mengangguk, katanya "Baik, lakukanlah"
Gagak Werengpun segera meloncat keatas dinding batu yang mengelilingi halaman, sejenak ia memandang ke bagian dalam dari dinding batu itu. Ternyata halaman itu benar-benar sepi. Tidak ada sesuatu nampak bergerak meskipun sekedar oleh seekor kadal. Gagak Wereng segera meloncat masuk, dengan hati-hati ia melangkah mendekati pintu gerbang dan kemudian membuka selaraknya.
Kumbara dan Naga Pasa yang berada di luar, menarik nafas dalam-dalam, seolah pintu pintu telah terbuka lebar-lebar bagi tugas yang yang akan dilakukannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun yang sudah terjadi baru ujung dari
keseluruhan tugas yang sangat berat. Terlebih-lebih
dengan kehadiran kedua orang bangsawan yang berada
di dalam istana itu pula.
"Apakah kita akan langsung memasuki istana?"
bertanya Gagak Wereng
"Sudah barang tentu" Jawan Kumbara "Kita tidak
akan membuang waktu lebih lama lagi"
"Marilah" geram Naga Pasa "Pekerjaan kita sudah
selesai" "Kau bermimpi, kita baru mulai"
"Ya", kita baru mulai, tetapi selanjutnya adalah
mudah sekali"
Kumbara memandang Naga Pasa dengan tatapan
mata yang ragu, namun iapun kemudian tidak
menghiraukannya lagi. Perlahan-lahan ia mulai
melangkah mendekati pendapa yang remang-remang
diterangi oleh lampu minyak yang redup.
"Kita akan naik ke pendapa dan langsung mengetuk
pintu" berkata Kumbara.
"Ya, kita akan mengetuk pintu" sahut Naga Pasa yang
mulai melangkahkan kakinya naik ke pendapa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi langkahnya terhenti, dengan wajah yang tegang ia memandang Kumbara dan Gagak Wereng yang juga termangu-mangu.
"Aku mendengar sesuatu" desis Naga Pasa
"Ya, aku juga mendengar sesuatu" sahut Kumbara.
Ketiganyapun kemudian berdiri mematung, namun untuk beberapa saat lamanya, tidak ada sesuatu yang yang mereka dengar, desah anginpun tidak.
"Aku akan naik" berkata Naga Pasa "Ternyata kita telah diganggu oleh kecemasan kita sendiri"
Kumbara mengangguk, katanya "Ketuklah pintu itu keras-keras"
Namun Naga Pasa tidak sempat menjawanb, tiba-tiba saja terdengar suara tertawa disisi pendapa itu, dari dalam kegelapan terdengar suara "Kau tidak usah mengetuk pintu itu keras-keras, aku berada disini"
Naga Pasa segera meloncat turun, dengan wajah yang tegang ia memandang kedalam kegelapan sambil berkata "Nah, ternyata yang kami dengar bukan sekedar nafas kami sendiri" ia berhenti sejenak, lalu "He..!
Siapakah kau, apakah kau bangsawan yang ada di istana ini ?"
Ketegangan memuncak ketika mereka melihat dedaunan yang bergerak, dari dalam kegelapan muncul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
seseorang yang seperti telah diduga, ia adalah seorang
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari kedua bangsawan yang ada diistana itu.
"Oo" Kau" desis Kumbara "Terima kasih atas
sambutanmu"
"Namaku Panji Sura Wilaga"
"Panji Sura Wilaga" Kumbara mengulang "Baiklah,
kemarilah, aku akan berbicara denganmu sedikit"
Panji Sura Wilaga melangkah mendekati ketiga orang
itu dengan tanpa ragu-ragu, tidak ada sepercik
kecemasanpun yang membayang diwajahnya.
"Dimanakah kawanmu itu ?" bertanya Kumbara
kepada Panji Sura Wilaga.
"Ia berada di dalam, tetapi ia akan dengan senang
hati menyambut kedatangan kalian pula"
"Baiklah, apakah kau sedang menunggunya Panji Sura
Wilaga ?" "Aku memang tinggal di istana ini bersamanya, ia
sedang menengok bibinya yang agaknya hidup seolah-
olah dalam pengasingan"
"Maksudku, sekarang ini, apakah kau sedang
menunggu kawanmu itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia akan keluar nanti, ia tidak sedang tidur, ia tentu mendengar kedatangan kalian, tetapi ia masih berada didalam"
"Jika demikian, maka aku akan menemuinya dan menemui isteri Pangeran Kuda Narpada"
"Buat apa kau ingin menemuinya ?"
"Ada sesuatu keperluan yang akan aku sampaikan kepada isteri Pangeran yang telah hilang itu"
"Ki Sanak " berkata panji Sura Wilaga "Agaknya tidak pantas jika Ki Sanak pada malam hari yang gelap, datang sebagai tamu di istana ini, bukankan besok masih ada hari ", aku ingin menasehatkan kepada Ki Sanak, besok sajalah datang kembali disiang hari, jangan sekarang"
Kumbara menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah ia ingin mengedepankan perasaannya yang mulai menjadi panas.
"Aku datang untuk menemui isteri Pangeran Kuda Narpada, aku ingin bertemu barang sekejap, dan aku ingin lakukan sekarang, tidak besok"
"Ki Sanak " berkata Sura Wilaga "Sebaiknya Ki Sanak jangan memaksa, itu kurang baik, yang Ki Sanak lakukan sekarang ini benar-benar bertentangan dengan kesopanan yang lazim berlaku"
"Maaf Panji Sura Wilaga " sahut Kumbara "Barangkali
aku memang tidak menghiraukan sopan santun, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
demikianlah keinginanku, jangan menghalang-halangi
aku, supaya hidupmu tidak menjadi pendek."
"Ah, kau sedang menakuti-nakuti" jawab Sura Wilaga
"Jangan seperti menakut-nakuti anak-anak, karena itu,
sebaiknya kalian kembali saja, dan datanglah besok jika
matahari sudah naik tinggi."
"Persetan !!" geram Kumbara yang hampir kehabisan
kesabaran "Kau jangan mempersulit dirimu sendiri."
"Tentu tidak, aku sama sekali tidak mempersulit
diriku, tetapi adalah menjadi kewajibanku untuk
memperingatkanmu. Ketahuilah, bahwa Raden Ayu Kuda
Narpada sekarang sudah tidur, agaknya ia lelah sekali,
karena sehari-harian ia bekerja di dapur, adalah bukan
menjadi kebiasaan isteri seorang bangsawan tinggi
melakukan pekerjaan itu."
"Aku tidak perduli." Bentak Kumbara yang telah
kehilangan kesabaran "Aku akan masuk dan
menemuinya"
"Sebaiknya jangan Ki Sanak, nanti kita akan dapat
berselisih, bukan saja dengan kata-kata, tetapi mungkin
dengan kekerasan"
Kumbara menggeram mendapat tantangan itu, maka
katanya kemudian tidak kalah garangnya "Baiklah, jika
itu yang kau kehendaki, bukan kamilah yang menentang
kalian, tetapi kaulah yang sudah memulainya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja bukan aku, aku hanya sekedar mempersilahkan kalian untuk kembali besok, selebihnya adalah pengotak-atikmu saja"
"Panji Sura Wilaga !!!" berkata Naga Pasa yang sudah kehilangan kesabaran "Kau tinggal memilih, membawa kami masuk dan mempertemukan kami dengan isteri Kuda Narpada, atau kau akan mati dengan penderitaan yang tidak dapat diperkirakan". Dengarlah Panji Sura Wilaga, jika tangan kami menyentuh tubuhmu, maka kau akan menjadi lumpuh, bisu, tuli dan buta seperti seorang anak muda dari padukuhan Karangmaja".
Tetapi diluar dugaan, Panji Sura Wilaga tertawa, katanya "Memang kemampuan anak-anak dari Karangmaja, perguruan Guntur Geni dapat dibanggakan, apabila pemimpinnya yang menyebut dirinya bernama Kiai Sekar Pucang, tetapi bagiku, perguruan itu tidak ubahnya seperti berpuluh-puluh perguruan kecil lainnya yang tesebar dari ujung kulon sampai ke ujung timur pulau ini"
"Gila !!" Kumbara tiba-tiba menggeram "Dari mana kau dapat menyebut nama perguruan dan pimpinanku ?"
"Dari bekas tanganmu yang berbisa itu, aku pernah melihat seorang anak muda yang kau perlakukan seperti itu, adalah diluar peri-kemanusiaan jika kau memperlakukan seorang anak muda pedesaan yang tidak tahu menahu tentang ilmu kanuragan dengan cara seperti itu"
"Ia menentang aku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apapun yang dilakukannya, kau tentu dengan mudah
akan dapat mencederainya, karena anak pedesaan itu
adalah anak yang bodoh dan dungu"
Tiba-tiba Gagak Wereng yang sejak semula hanya
berdiam diri saja berkata "Kita akan berbantah terus
sepanjang semalam suntuk, atau akan menyelesaikan
tugas kita yang penting ini ?"
"Sudah tentu, kita akan segera bertindak"
"Marilah, aku akan memasuki pringgitan, Siapa yang
sudah jemu berbicara, ikuti aku"
"Panji Sura Wilaga tertawa, katanya "Masuklah, tetapi
kalian tidak akan pernah keluar lagi"
"Jangan hiraukan" berkata Gagak Wereng sambil
melangkah naik ke pendapa "Kita akan berjalan terus,
jika orang ini berani bertindak, ia akan bertindak, ia tahu
pasti, bahwa ia akan berhadapan dengan perguruan
Guntur Geni"
"Jangan panik" desis Panji Sura Wilaga.
"Persetan !!!" Gagak Wereng tidak menghiraukannya.
Panji Sura Wilaga maju beberapa langkah, ketika
iapun kemudian meloncat naik ke pendapa, terdengar
pintu pringgitan terbuka. Nampak dalam cahaya lampu
minyak seorang anak muda berdiri bersilang tangan
didada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Nah itulah yang seorang" berkakta Gagak wereng.
"Ya?" jawab anak muda yang berada di pintu itu
"Aku kira kalian dapat diajak berbicara dan meninggalkan halaman istana ini, tetapi ternyata dugaanku keliru, kau memaksa naik dan masuk kedalam istana bibiku ini"
Gagak Wereng manjadi ragu-ragu sejenak, ada sesuatu yang bergetar didala, hatinya, tetapi sambil menggerakkan giginya ia berkata "Kau jangan mencoba mengganggu tugas tugas kami, aku akan bertemu dengan bibimu"
"Jangan kasar" berkata Raden Kuda Rupaka
"Sebaiknya aku masih memperingatkan kalian sekali lagi, pergilah dan kembalilah besok siang jika memang kalian mempunyai kepentingan dengan bibi"
"Tidak aku akan bertemu dengan bibimu sekarang"
Raden Kuda Rupaka yang lebih muda dari Panji Sura Wilaga ternyata lebih cepat menjadi panas. Sambil menggeram ia melangkah lebih maju dan bekata "Jangan menyombongkan diri karena kalian adalah anak-anak dari perguruan Guntur Geni, itu sama sekali tidak dapat menggetarkan hatiku. Namun aku masih dapat berbicara dan bersikap sebagai manusia, bukankah kita manusia yang mempunyai akal dan budi ", bukankah kita punya mulut untuk berbicara " , dan bukankah kita mengakui, bahwa setiap orang mempunyai hak atas miliknya, seperti bibi mempunyai hak atas istananya ini ", jangan melanggar hak itu, pergilah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan berbicara lagi" Kumbara menjadi semakin
marah "Menepilah, aku akan lewat"
Wajah Kuda Rupaka menjadi merah, dengan
garangnya ia berkata "Jika demikian, kau akan
memaksakan kehendakmu, baiklah itu berarti maut"
Kumbara mengerti bahwa tidak ada jalan lain kecuali
bertempur, karena itu, maka iapun berkata kepada Naga
Pasa dan gagak Wereng "Kalian bersama-sama dapat
membunuh yang seorang itu dengan cepat, aku akan
melayani anak gila ini, kemudian kita bertiga akan
mencincangnya sampai lumat"
Kuda Rupaka tidak bergerser dari tempatnya, ia
berdiri dengan kaki renggang seperti sebatang tonggak
besi baja yang menghujam jauh kedalam pusat bumi.
Namun dalam pada itu, Raden Ayu Narpada dan Inten
Prawesti yang ketakutan didalam ruang tengah istananya
yang suram itu. Tiba-tiba seolah-olah mendapat sebuah
kekuatan yang lain, ia tidak ingin mengorbankan
kemanakannya yang hanya secara kebetulan saja berada
di istananya itu. Karena itu maka didorongnya Inten
perlahan-lahan sambil berkata "Inten, pergilah kepada
Nyi Upih dan anak-anaknya, aku akan menemui orang-
orang itu, mungkin yang dicarinya bukan sesuatu yang
sulit untuk dipenuhi"
"Apakah mereka akan mengambil aku ibunda ?"
bertanya Inten Prawesti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu tidak Inten, pergilah kepada Nyi Upih, ia akan dapat berbuat sesuatu untukmu"
Inten menjadi semakin gematar, tetapi ia tidak dapat menahan ibundanya lagi.
Ketika ibunya bangkit dan melangkah ke pendapa, Inten siap-siap untuk berlari ke belakang, tetapi sebelum ia melangkah ternyata Nyi Upihlah yang berjalan tergesa-gesa memasuki ruangan itu.
"Gusti" ia berdesis
Raden Ayu Kuda Narpada terhenti "Apakah Gusti akan menemui orang-orang itu ?"
"Aku akan menemuinya Nyai, mungkin persoalannya dapat mudah aku selesaikan tanpa menimbulkan onar, aku tidak sampai hati melepaskan angger Kuda Rupaka bertempur dengan mereka, jika terjadi sesuatu atas anak itu, maka aku akan merasa sangat menyesal"
"Tetapi berhati-hatilah Gusti"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk, sementara Inten Prawesti telah memeluk pemomongnya dengan tubuh yang gemetar
"Marilah, duduklah puteri" Nyi Upih mencoba untuk menenangkannya.
"Nyai" desis Inten "Dimana anak-anakmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mereka membeku di pembaringan puteri, aku sudah mengajak mereka kemari, tetapi Pinten tidak berani mengangkat wajahnya sama sekali, sedang Sangkan bersembunyi di bawah kolong amben bambunya"
"Aku juga takut sekali Nyai"
"Sudahlah, aku berharap bahwa segala sesuatunya dapat segera diselesaikan" berkata Raden Ayu Raden Kuda Narpada sambil melanjutkan langkahnya ke pendapa.
Sementara itu, Kuda Rupaka sudah siap untuk memaksa ketiga orang yang datang dengan kasarnya dimalam hari itu untuk pergi, Panji Sura Wilagapun telah meraba hulu pedangnya pula.
Namun dalam pada itu, Kumbara, Naga Pasa dan Gagak Werengpun telah siap menghadapi lawan masing-masing dengan garangnya.
Kehadiran Raden Ayu Narpada telah mengejutkan mereka yang sudah siap bertempur di pendapa, apalagi Kuda Narpada yang dengan sigapnya meloncat mendekati bibinya "Bibi, silahkan bibi masuk, biarlah aku selesaikan persoalan kecil ini, mereka adalah anak-anak dari perguruan Guntur Geni yang tidak mempercayai kemampuan prajurit-prajurit Demak, tetapi sebentar lagi mereka akan menyesal dan akan menyebut nama Sultan Demak sambil berjongkok dihadapanku"
"Anakmas Kuda Rupaka" berkata Raden Ayu Kuda Narpada "Kau adalah tamuku, kehadiranmu, membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku sekeluarga yang kecil ini menjadi gembira, karena
itu, aku tidak mau sesuatu terjadi atasmu anakmas, jika
pakaianmu sobek, apalagi kulitmu tergores ujung senjata
meskipun hanya setebal rambut, aku akan sangat
menyesal, semua kegembiraan akan lenyap dan
persoalannya tentu akan menjadi berkepanjangan"
Kuda Rupaka tertawa, katanya "Bibi, aku tidak biasa
menyombongkan diri, tetapi bersama-sama dengan
paman Panji Sura Wilaga, aku akan berusaha untuk
melindungi istana peninggalan pamanda Kuda Narpada
ini" "Terima kasih anakmas, tetapi biarlah orang ini
menyebutkan persoalannya, biarlah ia mengatakan,
apakah yang akan dibicarakannya dengan aku"
"Nah"!" tiba-tiba saja Kumbara memotong "Itu
adalah suatu kebijaksanaan yang terpuji"
"Angger Kuda Rupaka" berkata Raden Ayu Kuda
Narpada "Biarlah ia berbicara"
Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, iapun
kemudian berjongkok dihadapan bibinya sambil berkata
"Bibi. Adalah kewajiban seorang ksatria untuk berbuat
derma, melindungi yang lemah dan memerangi
kejahatan, apalagi terhadap keluarga sendiri, sedangkan
bagi orang lainpun harus dilakukannya tanpa pamrih.
Bibi, terjadi sesuatu atas diri kami berdua, maka tidak
akan ada seorangpun yang menyalahlkan bibi. Bahkan
ayahanda akan berbangga, bahwa anaknya telah
melakukan tugas seorang ksatria, karena itu bibi, jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
layani orang-orang gila ini, serahkanlah mereka
kepadaku" "Bagus" teriak Naga Pasa "Kau akan kami bunuh lebih
dahulu, baru kami akan berbicara dan memaksa bibimu
untuk memenuhi tuntuan kami"
"Apakah sebenarnya yang kalian kehendaki ?"
bertanya Raden Ayu Kuda Narpada
Namun sebelum mereka menjawab Kuda Rupaka
telah meloncat berdiri sambil berkata lantang "Selama
aku masih berdiri di halaman ini, kalian tidak akan dapat
memaksa bibi untuk berbuat apapun. Karena itu, jika
kalian mampu membunuh aku, lakukanlah"
"Aku akan membunuhmu" geram Kumbara sambil
melangkah maju.
"Bibi masuklah" Kuda Rupaka perlahan-lahan
mendorong bibinya masuk kembali, sehingga Raden Ayu
Kuda Narpada sama sekali tidak sempat menolak"
Demikian Raden Ayu itu hilang dibalik pintu, maka
pintu itupun segera ditarik oleh Raden Kuda Rupaka,
sehingga tertutup rapat-rapat.
"Kau jangan menakuti-nakuti perempuan itu he..!!"
geram Raden Kuda Rupaka "Sekarang lakuka apa yang
akan kau lakukan"
"Kumbara menggeram, namun sebelum ia berkata
sesuatu, Kuda Rupaka dengan acuh tidak acuh berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
turun ke halaman sambil berkata "Di sini kita mendapat
tempat yang lapang untuk saling berbunuhan"
Kumbara tidak menjawab, iapun segera meloncat dari
pendapa langsung menyerang anak muda yang memang
sudh siap menunggunya itu.
Radn Kuda Rupaka sama sekali tidak terkejut
mendapat serangan yang dahsyat itu, dengan sigapnya
ia meloncat. Bakan ia masih sempat berkata "Racun di
tanganmu dan senjatamu tidak akan dapat bekerja
dihadapanku. Aku sudah menggosok seluruh tubuhku
dengan obat panawar racun, Sementara di jariku
terdapat sebuah cincin dengan batu akikJumerut Sisik
Waja, betapa tinggi ketajaman racunmu, kau sama sekali
tidak akan berdaya"
"Gila"!!!, jadi kau mempunyai batu akik Jumerut Sisik
Waja ?" bertanya Kumbara.
"Ya", dan paman Panji Sura Wilaga mempunyai batu
akik Naga Keling. Kecuali obat penawar seperti yang aku
pergunakan pula"
"Persetan"!!! Kalian tentu anak-anak dari perguruan
Cengkir Pitu"
"Kau sudah mengenalnya", nah, jika demikian, jangan
bermain-main dengan racun, tentu tidak ada
gunanya.ntu tidak ada gunanya. Perguruan Guntur Geni
dan Cengkir Pitu mempunyai pengetahuan tentang racun
dari sumber yang sama"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara menggeram, iapun segera menyerang pula sambil berteriak "Tetapi baik akik Jumerut Sisik Waja, maupun Naga Keling tidak mampu membuat kulitmu menjadi kebal. Meskipun kalian tawar dari racun, namun tubuh kalian tidak menjadi kebal oleh senjata tajam"
"Juga anak-anak dari Guntur Geni tidak akan dapat mengelakkan luka ditubuhnya"
Kumbara menjadi semakin marah karena serangannya sama sekali tidak menyentuh lawannya, karena itu, maka iapun segera menyerang lawannya beruntun dengan senjatanya sambil bertanya "Jika kalian anak-anak Cengkir Pitu, kenapa kalian berada disini?"
Kuda Rupaka tidak menyahut, tetapi suara tertawanya terdengar tinggi. Dalam pada itu Naga Pasa dan Gagak Wereng menjadi termangu-mangu melihat perkelahian yang terjadi. Dalam sekilas nampak bahwa Kuda Rupaka memang memiliki kemampuan yang dapat
dibanggakannya.
Namun sementara itu, Panji Sura Wilaga telah siap pula menghadapi keduanya di halaman istana yang suram itu.
"Kau akan segera mati" desis Naga Pasa kemudian.
"Kau atau aku, atau kita bersama-sama"
"Persetan, Kau harus melawan kami berdua"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sudah terlalu biasa bertempur melawan kelinci-kelinci penakut yang berkelahi bersama seluruh keluarganya"
"Persetan"!!!" Kemarahan Naga Pasa telah memuncak, karena itu serangannyapun segera datang membadai, disusul dengan serangan-serangan Gagak Wereng yang dahsyat.
Panji Sura Wilagapun kemudian mengerahkan segenap kemampuan bertempur yang cukup tinggi. Ia sadar, bahwa kedua orang itu akan memaksanya untuk menyerah dan mati. Kemudian mereka bertiga akan dengan sangat mudah dapat membunuh Kuda Rupaka pula.
Karena itu, maka Panji Sura Wilaga harus mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya sesuai dengan pekembangan pertempuran antara Kuda Rupaka dan lawannya.
"Aku harus bertahan sampai saatnya Raden Kuda Rupaka dapat membunuh iblis itu" berkata Panji Sura Wilaga kepada dirinya sendiri, sehingga dengan demikian, sejauh-jauh dapat dilakukan, Panji Sura Wilaga tidak menghambur-hamburkan tenaganya dalam perkelahian itu.
Tetapi hal itu sangat sulit dilakukannya, kedua lawannya memiliki kemampuan yang dapat memaksanya untuk memeras segenap tenaga yang ada padanya. Jika tidak, maka ia justru akan segera mengakhiri perlawanannya. Kumbara dan kawan-kawannya ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah orang-orang yang memang sepantasnya
dipercaya oleh perguruannya untuk menjalankan tugas
yang berat itu.
Karena itulah, maka pertempuran di halaman istana
itu semakin lama menjadi semakin seru. Jika Panji Sura
Wilaga harus bertempur mati-matian untuk
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempertahankan diri dari serangan kedua orang
lawannya. Maka Raden Kuda Rupaka mengerahkan
segenap kemampuannya untuk segera mengalahkan
Kumbara agar ia segera dapat membantu Panji Sura
Wilaga, karena Raden Kuda Rupakapun menyadari
bahwa kawannya itu akan segera mengalami kesulitan.
Sebenarnyalah memang demikian yang terjadi,
melawan kedua orang lawannya itu, Panji Sura Wilaga
harus mengerahkan segenap kemampuan yang dapat
dilakukan. Dengan demikian maka ia harus mengerahkan
segenap tenaganya seakan-akan tanpa mendapat
kesempatan untuk menarik nafas panjang sama sekali.
"Gila" geram Sura Wilaga di dalam hatinya "Ternyata
orang ini benar-benar ingin memaksaku menyerahkan
leherku kepada mereka"
Sementara itu, didalam istana kecil itu, Raden Ayu
Kuda Narpada duduk dengan gemetar, betapa ia
berusaha menenangkan hatinya, namun terasa degup
jantungnya menjadi semakin kencang. Sedang di
belakangnya, Inten Prawesti duduk di dalam pelukan
pemomongnya yang seolah-olah bagaikan membeku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sekali-kali mereka tergetar oleh dentang senjata di
halaman. Kemudian teriakan-teriakan nyaring dari orang-
orang yang sedang berkelahi itu.
"Apakah Kamas Kuda Rupaka akan menang Nyai?"
bertanya Inten Prawesti dengan suara gemetar. Ia tidak
dapat menahan ketegangan yang semakin memuncak di
dadanya. Nyai Upih bergeser sedikit, dengan suara lirih ia
menjawab "Kita berdoa puteri. Yang Maha Kuasa akan
memberi kekuatan kepada setiap orang yang memuji
namanya" Inten Prawesti mengerutkan keningnya, katanya "Ya,
semoga Allah Yang Maha Besar akan memberikan
pertolongannya"
Inten Prawesti termangu-mangu, meskipun hatinya
sedang dicengkam oleh kebingungan, namun ia masih
sempat menimbang-nimbang kata pemomongnya. Tetapi
ia tidak bertanya lagi kepadanya, diluar agaknya
perkkelahian manjadi semakin seru.
Sebenarnyalah bahwa pertempuran di halaman
menjadi semakin seru, namun ternyata bahwa Panji Sura
Wilaga semakin mengalami kesulitan untuk
mempertahankan dirinya melawan dua orang yang
memilki kekuatan hampir seimbang, yang dapat
dilakukannya kemudian adalah sekedar membela diri
dengan harapan bahwa Raden Kuda Rupaka akan segera
dapat mengakhiri perkelahian.
Tetapi lawan Raden Kuda Rupakapun adalah orang
yang sangat tangguh. Ia adalah orang yang paling kuat
diantara tiga orang murid perguruan Guntur Geni yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ditugaskan ke padukuhan Karangmaja itu. Sehingga
dengan demikian maka Raden Kuda Rupakapun tidak
segera dapat menguasainya. Apalagi Panji Sura Wilaga
yang harus bertempur melawan dua orang berpasangan,
dua orang yang garang dan ganas dengan senjata
mereka masing-masing. Senjata yang mengerikan.
Pada setiap ayunan senjata Naga Pasa yang sepasang
itu, bagaikan lambaian maut, sedang Gagak Wereng
yang membawa sebuah limpung berujung rangkap,
merupakan ancaman yang mendebarkan jantung, kearah
manapun senjata itu bergerak, rasa-rasanya dada Panji
Sura Wilaga akan tergores karenanya.
Namun ternyata bahwa semakin lama Panji Sura
Wilaga menjadi semakin lemah, kekuatannya berangsur
menjadi surut, sedang serangan kedua lawannya masih
tetap saja membadai.
"Kau tidak akan dapat luput dari pelukan maut kali ini
Panji" desis Naga Pasa.
Panji Sura Wilaga mengeram, bagaimanapun juga ia
masih manjawab "Jangan berbangga, pertempuran ini
belum selesai".
"Tetapi akhir dari pertempuran ini sudah membayang,
nah apa yang akan kau katakana sebelum ajalmu sampai
?" Panji Sura Wilaga menggeram, tetapi ia tidak
menjawab lagi, Ia mencoba mengerahkan kekuatan yang
ada padanya untuk memperlonggar serangan-serangan
kedua lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi usaha itu tidak memberikan kesempatan
kepadanya, sehingga ia mengumpat di dalam hati "Setan
alas, aku tidak mengira bahwa pertumbuhan perguruan
Guntur Geni menjadi demikian pesatnya, sehingga aku
mendapat kesulitan melawan kedua orang ini, bahkan
Raden Kuda Rupaka tidak segera dapat menyelesaikan
yang seorang itu"
Ternyata Raden Kuda Rupaka dapat melihat kesulitan
yang dialami oleh Panji Sura Wilaga. Karena itu, ia
mencoba mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menyelesaikan lawannya. Tetapi lawannya berbuat
serupa pula, mengerahkan segenap kemampuan yang
ada padanya, sehingga dengan demikian, perkelahian itu
justru menjadi semakin seru. Keduanya ternyata adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melampaui
kemampuan sesamanya, senjata keduanya berputaran
saling melibat dan berbenturan. Percikan bunga api
berloncatan di udara.
Melihat kemampuan antara Kuda Rupaka dam
Kumbara, Panji Sura Wilaga tidak dapat lagi mengharap
bantuannya. Ia harus dapat berusaha menolong dirinya
sendiri, apapaun caranya. Jika tidak, maka ia akan
segera tergolek di tanah tanpa nyawanya lagi.
"Tetapi tidak ada jalan yang dapat aku tempuh" desis
Panji Sura Wilaga didalam hatinya, namun demikian, ia
masih bertempur terus, apapun yang akan terjadi.
Dalam pada itu. Panji Sura Wilaga selalu terdesak
itupun semakin lama menjadi semakin terpisah dari Kuda
Rupaka, tanpa sadarnya, Panji Sura Wilaga terdesak ke
dinding halaman, sehingga pada suatu saat, terasa
punggungnya menyentuh dinding batu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha ha ha".!!" Tiba-tiba Naga Pasa tertawa
"Sekarang, kau tidak akan dapat menghindar lagi,
sebentar lagi, nyawamu akan terpisah dari tubuhmu,
sekali lagi, aku bertanya kepadamu, pesan apakah yang
akan kau sampaikan sebelum kau mati?"
Panji Sura Wilaga mengeram, tetapi ia tidak
menjawab sama sekali, ia harus berpikir bagaimana
dapat melepaskan diri dari bencana yang sudah
membayang di pelupuk matanya itu. Jika serangan dari
kedua orang itu dating bersama-sama, maka ia tidak
akan dapat berbuat banyak, karena punggungnya sudah
terasa menyentuh dinding batu.
"Kenapa kau diam saja" bertanya Naga Pasa "Ini
adalah kesempatanmu yang terakhir"
Panji Sura Wilaga masih tetap membisu, tetapi ia
benar-benar tidak melihat lagi jalan untuk keluar dari
kesulitan itu. Namun demikian, Panji Sura Wilaga bukan
seorang pengecut, ia tidak akan merengek minta belas
kasihan kepada lawan-lawannya. Apapun yang akan
terjadi atas dirinya, ia akan menggenggam senjatanya,
mati dengan senjata ditangan baginya adalah kematian
yang paling terhormat bagi seorang laki-laki.
Naga Pasa dan Gagak Wereng telah mempersiapkan
dirinya untuk meneyerang bersama. Serangan yang
terakhir kalinya dan yang akan menentukan kematian
lawannya. Sepasang senjata dan sebuah senjata
berujung rangkap, telah siap terayun dan mematuk pada
tubuh yang sudah melekat pada dinding batu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi pada saat yang paling tegang bagi Panji Sura
Wilaga itu, tiba-tiba halaman istana kecil itu telah
digetarkan oleh suara tertawa yang berkepanjangan.
Suara tertawa yang terlontar dari atas dinding batu tepat
diatas Panji Sura Wilaga berdiri.
Semua orang berpaling kearah suara itu. Dalam
kegelapan, yang nampak hanyalah sebuah bayangan
hitam. Bayangan seseorang yang berdiri tegak diatas
dinding batu dengan kepala tengadah dan tangan
bertolak pinggang.
Dengan demikian maka perkelahian yang terjadi di
halaman itu seakan-akan telah terhenti. Masing-masing
dengan heran bertanya-tanya di dalam hati, siapakah
orang yang berdiri diatas dinding batu itu.
Kumbara yang sedang bertempur dengan Kuda
Rupaka dengan marah menggeram "He, siapakah kau ",
dan apakah maksudmu mengganggu permainan kami ?"
Orang itu tidak segera menjawab, tetapi suara
tertawanya masih saja menggema. Panji Sura Wilagapun
telah dicengkam oleh keragu-raguan. Ia tidak tahu pasti,
siapakah orang yang berdiri diatas dinding batu itu, dan
apakah maksudnya. Jika orang itu kawan kedua
lawannya, maka ia akan dengan mudah sekali meloncat
dam menikam tengkuknya, sementara ia berusaha
menangkis dan menghindari serangan kedua lawannya.
Karena itu, maka dengan ragu-ragu uapun bertanya
"Siapakah Kau ?"
Bab 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga, aku bukan sanak dan kadangmu, tetapi aku tidak ingin melihat kalian mati di halaman rumah ini" Jawab orang itu.
"He"!!, siapakah kau" teriak Naga Pasa.
"Mungkin niatku untuk menyelamatkan Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga bukannya niat yang jujur pula, tetapi bagiku, lebih baik aku membantu kalian saat ini dan membinasakan ketiga iblis itu, baru kemudian, mungkin akan timbul persoalan antara kita masing-masing"
"Gila..!!" geram Kumbara "Siapa kau he..!!"
"Mungkin aku mempunyai maksud yang sama dengan iblis-iblis ini, mungkin pula dengan Raden, tetapi itu tidak penting, yang penting ketiga iblis ini harus dibinasakan"
"Persetan..!!" geram Naga Pasa "Turunlah, jika kau ingin dicincang pula disini"
"Tentu tidak, aku melihat perkelahian ini dari sela-sela pintu regol, aku melihat Raden Kuda Rupaka memiliki kemungkinan lebih baik dari iblis itu, sedang Panji Sura Wilaga tentu akan dapat menyelamatkan dirinya, jika ia berkelahi seorang lawan seorang, dengan demikian, maka aku akan mengambil salah seorang dari kedua lawan Panji Sura Wilaga agar Panji Sura Wilaga tidak terbunuh di halaman rumah ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila..!!" Panji Sura Wilagapun menggeram "Siapa kau
He..!!" Orang itu tertawa lagi, katanya disela-sela suara
tertawanya "Maaf Raden Kuda Rupaka, mungkin aku
telah menyinggung sifat kesatriamu, tetapi aku tidak
dapat mengingkari kenyataan ini. Panji Sura Wilaga tidak
akan mampu melawan dua orang sekaligus, bukan
karena Panji Sura Wilaga ilmu kanuragannya lemah,
tetapi ia sedang melawan dua orang yang dengan licik
mengeroyoknya, itu tidak adil. Aku akan mencoba
membuat perkelahian menjadi adil, jika Raden Kuda
Rupaka atau Panji Sura Wilaga sudah berhasil
membunuh lawannya, maka aku akan menininggalkan
gelanggang dan menyerahkan lawanku kepada salah
seorang dari kalian yang bebas dari lawan"
"Bagaimana jika kau terbunuh?" geram Raden Kuda
Rupaka. "Itu adalah nasibku, aku akan mati disini, tetapi
namaku akan tetap kau kenang sepanjang umurmu"
"Siapa namami ?" tiba-tiba Kuda Rupaka bertanya.
Orang itu tertegun sejenak, namun iapun tertawa,
katanya "Aku tidak punya nama"
"Persetan" desis Naga Pasa "Marilah, kau akan paling
cepat mati, setidak-tidaknya, kau akan menjadi cacat"
Orang itu tertawa, jawabnya "Maksudmu seperti
Kasdu anak Karangmaja itu " Aku bukan anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karangmaja, aku memiliki penawar racun yang
bagaimanapun juga tajamnya, kau tidak percaya ?"
"Jadi kau yang mengobati anak Karangmaja itu ?"
dengan serta merta Raden Kuda Rupaka berteriak.
"Bukan, bukan aku" jawab orang itu sambil tertawa.
"Gila..!!" geram Kumbara "Jadi anak Karangmaja itu
sudah diobati?"
"Ya"., tetapi bukan aku, meskipun aku mempunyai
cula kumbang kuning bermata berlian"
"Gila" !!" hampir bersamaan orang-orang yang ada di
halaman itu menggeram "Kau datang dari kaki gunung
Semeru ?".
Orang yang berdiri diatas dinding itu tertawa lagi,
katanya "Apakah hanya di kaki gunung Semeru saja yang
terdapat kumbang kuning bermata berlian"
"Ya?" sahut Kumbara "Kami tahu, bahwa yang kau
maksud bukan sebenarnya kumbang. Tetapi kuning
bermata berlian adalah lambang perguruan Kumbang
Kuning pimpinan Ajar Sokanti"
"Ooo" kau mengenal nama Ajar Sokanti yang hidup
seratus lima puluh tahun yang lalu seperti nama
pemimpin perguruan Guntur Geni yang diabadikan
sampai sekarang", bukankah yang disebut Kiai Sekar
Pucang sekarang ini sama sekali bukan Kiai Sekar Pucang
pendiri perguruan Guntur Geni" Ternyata dari arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perkembangan perguruan Guntur Geni itu sendiri. Nah,
aku ingin bertanya, apakah kira-kira Kiai Sekar Pucang
akan dapat tertawa melihat kalian pada malam hari
seperti ini dengan bengis menakut-nakuti seorang
perempuan di istana kecil ini". Tentu tidak, Kiai Sekar
Pucang yang sebenarnya tentu akan sangat berprihatin,
bahkan mungkin akan membunuh diri"
"Tutup mulutmu" teriak Kumbara "Kau sama sekali
tidak mengenal kami, kau tidak mengenal tugas
kemanusian yang sedang kami lakukan sekarang ini"
Orang diatas dinding itu tertawa semakin keras,
katanya "Tugas kemanusiaan yang mana yang akan kau
lakukan disini, sudahlah anak-anak Guntur geni, marilah
kita bermain-main, jika kalian menyangka aku datang
dari perguruan Kumbang Kuning di kaki gunung Semeru,
nah, kita disini telah berkumpul bersama-sama Perguruan
Guntur Geni, Perguruan Cengkir Pitu yang mengalir dari
sumber yang sama. Kemudian perguruan yang kau sebut
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kumbang Kuning, tetapi ketahuilah, bahwa sebenarnaya
aku tidak datang dari perguruan Kumbang Kuning yang
dipimpin oleh Ajar Sokanti, meskipun aku berhubungan
erat dengan perguruan itu"
"Persetan, aku tidak peduli dari mana kau datang,
yang penting, kaupun harus dibinasakan sekarang ini"
teriak Naga Pasa.
"Baiklah" bekata orang yang berada diatas dinding
batu itu "Akupun sudah jemu berbicara" Ia berhenti
sejenak lalu "Panji Sura Wilaga, jangan tersinggung jika
aku akan berada di sebelahmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panji Sura Wilaga tidak menyahut, iapun kemudian
bergeser setapak. Tetapi geraknya itu seolah-olah telah
merupakan aba-aba bagi kedua lawannya yang tiba-tiba
saja telah mempersiapkan ujung senjata untuk
menerkam. Agaknya Naga Pasa dan Gagak Wereng tidak menyia-
nyiakan setiap kesempatan, dengan sebuah teriakan
nyaring, Naga Pasa meloncat menyerang Panji Sura
Wilaga yang berdiri termangu-mangu, sementara
bayangan orang yang tidak dikenal itu masih berada
diatas dinding.
Panji Sura Wilaga berdesir melihat serangan itu,
namun ia tidak dapat tinggal diam, dengan sigapnya ia
bergeser sambil menangkis serangan Naga Pasa yang
dahsyat itu. Tetapi dengan demikian ia kehilangan pengamatannya
atas Gagak Wereng, jika pada saat yang bersamaan
Gagak Wereng meloncat menyerang pula, ia akan
kehilangan semua kesempatan untuk bertempur lebih
lama lagi. Dalam pada itu, sekilas ia melihat Gagak Wereng
sudah mulai bergerak, tetapi ia tidak melihatnya apa
yang dilakukan kemudian. Karena ia harus memusatkan
perhatiannya kepada serangan Naga Pasa.
Barulah kemudian Panji Sura Wilaga menyadari,
bahwa serangan Gagak Wereng, yang seharusnya telah
mengakhiri perlawanannya itupun telah dipotong oleh
orang yang berdiri diatas dinding batu itu. Sambil
meloncat ia menangkis serangan senjata yang berujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
rangkap di tangan Gagak Wereng, sehingga Gagak
Wereng tidak berhasil menyentuh tubuh Panji Sura
Wilaga, dan bahkan kemudian meloncat surut.
"Gila?" geram Gagak Wereng "Jadi kau benar-benar
ikut mencampuri persoalan ini"
Orang itu tidak menjawab, tetapi dialah yang
kemudian yang menyerang dengan sengitnya. Gagak
Wereng terpaksa meloncat surut, baru kemudian ia dapat
menempatkan dirinya dalam perlawanan yang mapan.
Sementara itu, Naga Pasa masih bertempur dengan
serunya melawan Panji Sura Wilaga, namun karena
kemudian ia harus bertempur sendiri, maka
keseimbangannyapun segera berubah. Panji Sura Wilaga
mendapat kesempatan untuk menarik nafas. Ia tidak lagi
merasa terus menerus didesak kesudut halaman,
sehingga disaat terakhir ia harus melekat dinding batu
dan hampir saja kehilangan kesempatan untuk tetap
hidup. Dalam pada itu, Kumbarapun menjadi semakin
marah, dengan demikian berarti tugasnya akan menjadi
semakin panjang, Naga Pasa dan Gagak Wereng tidak
lagi dapat bertempur bersama-sama untuk dalam waktu
yang lebih singkat, membunuh Panji Sura Wilaga. Karena
itu, maka iapun kemudian memusatkan perkelahian itu
pada diri sendiri, ia harus dapat membunuh lawannya
dengan cepat. Sehingga ia akan dapat membantu salah
seorang kawannya membunuh lawannya.
Sambil berteriak nyaring, Kumbarapun segera
mengulangi perkelahiannya melawan Kuda Rupaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
namun Kuda Rupaka telah menjadi semakin tenang.
Meskipun kehadiran orang yang tidak dikenal itu dapat
menimbulkan persoalan-persoalan baru, tetapi persoalan
itu akan dapat diselesaikannya kemudian.
"Jika perlu, seteleh ketiga iblis itu mati, maka orang
itupun harus disingkirkan pula" desis Kuda Rupaka "Jika
tidak, maka ia akan menjadi pengganggu istana ini,
untuk selanjutnya. Mungkin ia akan memeras atau
seolah-olah ia adalah pahlawan yang menuntut imbalan"
Tiba-tiba saja Kuda Rupaka telah mengenang meskipun
hanya hanya sekilas, Inten Prawesti.
"Apakah orang itu mempunyai maksud-maksud
tertentu terhadap diajeng Intan Prawesti ?" tetapi ia
tidak sempat bertanya-tanya lebih jauh, ia harus
memusatkan diri pada perkelahian yang menjadi semakin
seru itu. Dalam pada itu, setelah bertempur beberapa saat,
Gagak Werengpun merasa, bahwa lawannya ternyata
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari padanya,
dalam waktu yang pendek iapun segera terdesak.
Senjatanya yang garang itu todak banyak dapat
menyerang apalagi menembus pertahan senjata
lawannya. Senjata yang tidak lebih dari sepotong rantai
yang tidak begitu panjang.
"Gila.." desis Gagak Wereng didalam hati "Rantai yang
berputar itu seolah-olah menjadi perisai baja yang tidak
dapat disusupi oleh ujung duri yang paling runcing
sekalipun"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Baik Kumbara maupun Naga Pasa melihat, bahwa Gagak Wereng segera terdesak surut. Bahkan sekali-kali ternyata senjata lawannya telah hampir berhasil menyentuh tubuhnya.
"Aku tidak biasa membunuh orang" berkata orang yang telah ikut dalam pertempuran itu "Tetapi dalam keadaan seperti ini, aku kira membunuh bukannya suatu kesalahan"
"Persetan"!!" geram Gagak Wereng yang mencoba mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.
"Ki Sanak" berkata orang itu, "Apa boleh buat, jika aku tidak membunuhmu, maka akibatnya tentu akan berkepanjangan. Jika kemudian ada kawanmu yang dapat lolos dalam keadaan hidup, biarlah ia mengatakan bahwa salah seorang kawannya telah mati terbunuh di Karangmaja oleh orang yang memiliki ciri perguruan Kumbang Kuning. Tetapi aku bukan murid perguruan Sokantil itu"
Gagak Wereng tidak menjawab, serangannya bertambah dahsyat. Tetapi perlawanan orang yang tidak dikenal itupun menjadi semakin sengit. Bahkan rasa-rasanya, bagaikan banjir yang sudah mulai
menggoyahkan tanggul. Dan kemudian ternyata, kemampuan orang itu tidak terlawan lagi oleh Gagak Wereng, ujung rantainya rasa-rasanya semakin lama semakin dekat dengan tubuhnya, bahkan pada suatu saat, terasa ujung rantai itu bagaikan lalat yang mulai hinggap ditubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila" geram Gagak Wereng "Orang ini benar-benar
memilki kemampuan perguruan Kumbang Kuning"
Namun Gagak Wereng tidak sempat memujinya lebih
banyaklagi, karena terasa ujung rantai itu menyengatnya
lagi, maka bukanlah sekedar suatu sentuhan saja,
kulitnya mulai terasa pedih karena tergores luka yang
mulai menganga.
Terdengar orang itu tertawa "Kau tidak akan mampu
berbuat banyak. Sebaiknya kau menghentikan
perlawananmu. Aku tidak akan membunuhmu"
"Persetan..!!" geram Gagak Wereng, kemarahannya
bagaiakan membakar jantungnya, namun sejalan dengan
itu, iapun merasa bahwa umurnya sudah berada diujung
rambutnya. Sementara itu, pertempuran antara kedua kawannya
manjadi semakin sengit. Agaknya semakin lama menjadi
nyata, bahwa murid perguruan Cengkir Pitu masih
memiliki kelebihan dari anak Guntur Geni, ternyata
bahwa Panji Sura Wilaga dan Raden Kuda Rupaka sudah
berhasil menguasai lawannya sebaik-baiknya. Naga Pasa
yang garang itupun sudah hampir kehilangan akal
melawan Panji Sura Wilaga yang cepapt dan cekatan.
Apalagi setelah ia kehilangan seorang lawannya yang
kemudian bertempur dengan orang yang tidak
dikenalnya. Yang paling mengalami kesulitan sebenarnya adalah
Gagak Wereng, ia sadar lawannya mempunyai banyak
kelebihan dari padanya. Tetapi ia sendiri merasa heran,
bahwa ia tidak segera kehilangan nyawanya. Namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tubuhnya semakin lama semakin lemah. Bahkan
kemudian ia sama sekali tidak mampu lagi untuk
melakukan perlawanan apapun juga. Darahnya semakin
banyak mengalir dari luka-lukanya dan nafasnya serasa
telah menyumbat kerongkongan.
Meskipun demikian, ia merasa bahwa ia masih tetap
hidup. Orang yang tidak dikenalnya itu justru tidak lagi
memusatkan serangannya pada bagian tubuhnya yang
berbahaya. Bahkan ketika ia sudah tidak mempu berbuat
sesuatu, maka lawannya berhenti pula sambil
menggeram "Apakah kau menyerah"
"Gila..!!, aku tidak akan menyerah kepada siapapun
juga" sahut Gagak Wereng. Yang terdengar adalah suara
tertawa orang yang tidak dikenal itu mendekati lawannya
sambil berkata "Mengangkat senjatamu yang mengerikan
itupun kau sudah tidak mampu lagi, bagaimana kau akan
melawanku"
Gagak Wereng menggeretakkan giginya, ia masih
menghentakkan kekuatannya untuk mengangkakt
senjatanya. Namun ketika ia mengayunkannya dan tidak
mengenai sasarannya, justru ia terdorong selangkah
maju dan jatuh terlungkup.
"Beristirahatlah, aku merasa bahwa tugasku sudah
selesai. Kau akan tetap hidup dan akan ditangkap oleh
kedua bangsawan itu. Mungkin kau akan dibawa ke
Demak atau ke tempat lain atau keputusan apapun yang
akan mereka ambil"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng masih akan menjawab, namun tiba-
tiba saja lawannya telah meloncat mundur. Beberapa
saat ia mengamati pertempuran itu, kemudian dengan
lincahnya ia meloncat naik keatas dinding batu itu sambil
berkata "Aku minta diri. He..!! Raden Kuda Rupaka dan
Panji Sura Wilaga. Silahkan menyelesaikan tugas kalian,
aku sudah mencoba membantu kalian"
"Kau akan kemana ?". bertanya Raden Kuda Rupaka.
"Aku akan kembali ke sarangku, aku adalah hantu
malam yang berkeliaran didalam gelap. Jika ayam mulai
berkokok, aku harus sudah berada kembali ke sarangku
yang tersembunyi, diatas pepohonan yang rimbun"
"Gila?" geram Kumbara yang tidak memburu Kuda
Rupaka "Kau licik, jika kau jantan, tunggulah setelah aku
membunuh bangsawan kerdil ini"
Tetapi orang orang berdiri diatas dinding itu tertawa
"Jangan berharap kau dapat memenangkan pertempuran
itu. Semuanya sudah nampak padaku, bahwa kau hanya
akan dapat menyebut nama orang tuamu sebelum
ajalmu sampai. Kecuali jika Raden berhati putih, dan
memberi kesempatan hidup kepadamu, meskipun kau
harus diserahkan kepada para prajurit"
"Tidak ada bedanya" geram Kuda Rupaka "Ditangan
prajurit ia akan dibunuh"
"Itu bukan persoalanku. Sekarang aku akan pergi.
Hantu-hantu sudah memiliki jalan pintu gerbang. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lebh senang meloncati pagar. Dan selamat menyabung
nyawa" Bayangan itu tidak menunggu lagi, iapun segera
meloncat dan hilang dibalik dinding batu. Kumbara
menggeretakkan giginya, namun ketika ia sadar akan
keadaannya, maka tiba-tiba iapun segera meloncat
menyerang dengan garangnya. Tetapi Raden Kuda
Rupaka telah siap menghadapinya, iapun segera
bergeser dan bahkan serangannyapun kemudian
menyapu lawannya seperti angin prahara menyapu
pepohonan perdu dipadang yang luas.
Naga Pasapun mengalami tekanan yang dahsyat
sekali. Panji Sura Wilaga ternyata memiliki tenaga
raksasa yang tidak terlawan olehnya, sehingga dengan
demikian, Naga Pasa mencoba melawan dengan
kecepatannya bergerak. Tetapi rasa-rasanya
darimanapun ia menyerang, Panji Sura Wilaga yang tidak
banyak bergerak itu sudah siap menghadapinya.
Dalam pada itu, Gagak Wereng yang terluka masih
sempat memperhatikan pertempuran disekitarnya,
meskipun dalam keremangan malam, namun ia dapat
melihat, bahwa kedua kawannya agaknya telah terdesak
oleh anak-anak perguruan Cengkir Pitu, sedangkan ia
sendiri sudah tidak mampu sama sekali untuk ikut dalam
pertempuran itu.
Meskipun demikian Gagak Wereng tidak menyerah,
dalam ketegangan yang memuncak, ia masih dapat
mengerahkan segenap tenaganya yang tersisa untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
merangkak menepi. Bahkan kemudian ia berhasil
bergeser sampai ke pintu gerbang.
"Aku akan melarikan diri, jika aku dapat hidup, maka
aku akan dapat melaporkan apa yang telah terjadi disini
kepada perguruanku" katanya kepada diri sendiri.
Agaknya Panji Sura Wilaga dan Raden Kuda Rupaka tidak
sempat berbuat sesuatu atas Gagak Wereng, keduanya
terikat dalam satu perkelahian yang akan menentukan
hidup dan mati.
Karena itulah, akhirnya dengan susah payah, Gagak
Wereng ternyata masih sempat mencapai kudanya yang
masih tetap terikat ditempatnya.
Sejenak kemudian terdengar derap kaki kuda itu.
Seorang yang terluka duduk diatas punggungnya, namun
kemudian oleh perasaan sakit dan letih, Gagak Wereng
telah menelungkup sambil memeluk leher kudanya.
Hanya sekali-kali ia mencoba melihat arah dan kemudian
ia meletakkan tubuhnya kembali dengan lemahnya.
Derap kaki kuda itu ternyata telah mengejutkan
mereka yang sedang bertempur di halaman. Terlebih-
lebih adalah Raden Kuda Rupaka, tetapi ia tidak dapat
berbuat apapun, ketika tatapan matanya tidak lagi dapat
menemukan Gagak Wereng, maka iapun segera
melompat sembil bertempur "Licik"!!!, inilah ciri dari
perguruan Guntur Geni yang terkenal itu..?""
Kumbara tidak segera menjawab, mula-mula ia
merasa tersinggung atas sikap Gagak Wereng yang sama
sekali tidak menunjukkan kesetia-kawanan, tetapi
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya ia memahami keadaan, Gagak Wereng tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sudah terluka parah dan tidak dapat berbuat apapun
juga. Karena itu, usahanya untuk menyelamatkan diri
adalah usaha yang akan dapat berguna. Meskipun tidak
berguna bagi Kumbara sendiri dan Naga Pasa, tetapi
tentu akan berguna sekali bagi perguruannya. Saudara-
saudara perguruannya akan mengetahui, bahwa
Kumbara dan Naga Pasa telah terlibat dalam satu
pertempuran yang tidak teratasi di istana kecil yang
terpencil diluar padukuhan Karangmaja.
Dengan demikian akhirnya perasaan Kumbara
menjadi semakin mapan. Ia melihat akibat yang dapat
terjadi atasnya dengan dada tengadah. Sejak ia
berangkat, iapun sudah mempersiapkan dirinya
menghadapi segala kesulitan. Dan salah satu
kemungkinan adalah kesulitan yang tidak teratasi,
meskipun semula ia menganggap bahwa tugas pokoknya
kali ini adalah tugas yang tidak berbahaya karena itu
tidak berpenghuni selain tiga orang perempuan, namun
akibat-akibat yang dapat timbul telah dipertimbangkan
pula. Diantaranya adalah akibat seperti yang sedang
dihadapinya itu.
Demikianlah maka pertempuran itupun semakin lama
menjadi semakin nyata. Serangan demi serangan yang
dilancarkan okeh kedua murid dari perguruan Cengkir
Pitu itupun telah menggiring perempuran itu untuk
segera mencapai akhirnya. Kumbara dan Naga Pasa tidak
dapat ingkar lagi, kali ini tugas perguruannya harus
ditunaikan dengan mempertaruhkan nyawanya.
Namun agaknya keduanya benar-banar telah ditempa
dalam perguruannya. Mereka sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengeluh, jika memang harus mati dalam pelukan
kewajiban, maka mati itupun bukan apa-apa bagi
Kumbara dan Naga Pasa.
Sebenarnyalah bahwa akhirnya Kumbara tidak dapat
bertahan lagi. Lawannya adalah seorang anak muda
yang umurnya jauh dibawah umurnya sendiri. Tetapi
ternyata anak muda dari perguruan Cengkir Pitu itu
memiliki kemampuan yang tidak terlawan, dan yang
bahkan telah menyeretnya kedalam maut.
Segores demi segores luka, telah menyengat tubuh
Kumbara. Demikian juga agaknya Naga Pasa, betapapun
ia bertempur dengan gigihnya, tetapi akhirnya, sebuah
tusukan langsung menghujam ke jantungnya, telah
melemparkannya dan membantingnya ke tanah. Untuk
seterusnya Naga Pasapun tidak akan pernah bangkit lagi.
Kumbara yang sudah terluka parah masih sempat
melihat betapapun buramnya, kawannya terlempar dan
terbanting untuk tidak bangkit lagi. Ia tidak sempat
berbuat apa-apa karena matanyapun manjadi
berkunang-kunang. Darahnya sudah terlampau banyak
mengalir, sehingga akhirnya ia harus mengakhiri
pertempuran itu dengan menyerahkan nyawanya.
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
sekali-kali ia mengusap tangannya yang ternyata juga
terluka. Tetapi seperti yang dikatakannya, ia memang
mempunyai obat penawar racun, selain batu akik yang
dianggapnya dapat berpengaruh pula atas racun yang
mengenai tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sambil tersenyum Raden Kuda Rupaka berjalan
mendekati Panji Sura Wilaga yang berdiri bersandar
dinding batu, nafasnya terengah-engah dan tubuhnya
serasa telah kehilangnan tenaga.
"Kau kenapa paman..?"" bertanya Raden Kuda
Rupaka "Aku hampir kehabisan nafas Raden, orang ini benar-
benar memiliki kemampuan jauh diatas dugaan kita
semula" "Ya", Aku juga tidak mengira, bahwa orang itu
mempu melukai tanganku, untunglah aku benar-benar
telah menyiapkan obat penawar racun itu. Aku yakin,
senjata orang Guntur Geni tentu mengandung racun"
"Jika Raden hanya terluka di tangan, maka aku
terluka di beberapa tempat meskipun tidak dalam,
senjatanya yang sepasang itu benar-benar mampu
bergerak cepat sekali"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, namun
ternyata bahwa iapun masih harus mengatur
pernafasannya. "Marilah kita singkirkan mayat-mayat ini, kita akan
menghadap bibi dan melaporkan apa yang terjadi. Besok
kita minta bantuan orang-orang Karangmaja untuk
menguburkan mayat-mayat ini"
"Tetapi hal ini tentu akan sangant mengejutkannya"
berkata Panji Sura Wilaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apaboleh buat, bukankah kita harus mengatakannya
juga?" "Panji Sura Wilaga menarik nafas dalam-dalam. Lalu
katanya "Tetapi sebaliknya kita memang harus segera
saja menghadap. Agar hati Raden Ayu segera menjadi
tenang" Keduanya kemudian membenahi pakaiannya, mereka
mengelap darah yang menetes dari luka mereka. Setelah
mereka menyingirkan kedua mayat itu, maka merekapun
segera naik ke pendepa dan dengan perlahan-lahan
mendorong pintu.
"Oh?" Inten Prawesti hampir menjerit. Ia menjadi
sangat cemas, bahwa yang akan masuk ke rumahnya
adalah orang-orang yang mendatangi istananya itu.
Tetapi ternyata kemudian terdengar suara Raden
Kuda Rupaka "Aku bibi"
"Anakmas Kuda Rupaka ?" bibinya hapir terpekik.
"Ya, bibi"
Raden Ayu Kuda Narpada tiba-tiba saja meloncat
berdiri diikuti oleh Inten Prawesti. Demikian Raden Kuda
Rupaka muncul dari balik pintu, maka bibinyapun segera
berlari kearahnya. Tetapi langkahnya terhenti ketika ia
melihat darah yang menodai pakaian Raden Kuda
Rupaka itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Darah bibi" desis Raden Kuda Rupaka yang seolah-olah mengerti apa yang tersirat dihati bibinya.
"Kau terluka ?"
"Sedikit, tetapi tidak berbahaya"
"Dimana pamanmu Panji Sura Wilaga ?"
Raden Kuda Rupaka berpaling, kemudian masuklah Panji Sura Wilaga yang terengah-engah.
"Oh, Kau juga terluka ?"
"Sedikit Raden Ayu, tidak parah"
"Tetapi bagaimanakah dengan jika luka ini akan menjadi semakin besar kelak ?"
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Aku sudah membawa bekal obat yang dapat dipercaya, sudahlah bibi, aku akan membersihkan diriku dan mengobati lukaku dan luka paman Panji Sura Wilaga"
Raden Ayu Kuda Narpada, memandang keduanya dengan tatapan mata yang penuh perasaan terima kasih.
Sementara Inten Prawesti yang berdiri di belakang ibundanyapun bertanya "Bukankan kau tidak apa-apa kamas ?"
"Tidak, tidak diajeng, jangan khawatirkan aku, aku tidak apa-apa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi apakah kamas memerlukan apa-apa untuk
membersihkan luka itu ", air panas misalnya ?"
Raden Kuda Rupaka termenung sejenak, sementara
itu Nyi Upih telah berdiri dan berkata "Biarlah aku
merebus air. He" anak-anakku harus aku beritahu dulu
bahwa pertempuran sudah selesai"
"Dimana anak-anakmu ?" bertanya Raden Kuda
Rupaka. "Sangkan sembunyi di kolong pembaringan adiknya.
Pinten menjadi kaku di pembaringan itu" Nyi Upih
berhenti sejenak, lalu "Tetapi bagaimana dengan orang-
orang itu ?"
Raden Kuda Rupaka menjaid ragu-ragu, namun
kemudian ia berkata "Keduanya terpaksa kami bunuh"
"Oh..!!" Raden Ayu Kuda Narpada dan Inten Prawesti
hampri bersamaan berdesah.
"Beberapa orangkah yang telah datang ke istana ini
Raden ?" bertanya Nyi Upih pula.
"Tiga, hanya tiga orang, tetapi yang seorang berehasil
meloloskan diri"
Nyi Upih menjadi tegang, katanya "Kenapa tidak
semuanya saja dibunuh Raden, yang seorang itu tentu
akan sangat berbahaya bagi kita"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Memang
ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi Nyai.
Mungkin ia akan datang lagi dengan beberapa orang
kawan. Mungkin ia justru menjadi jera, tetapi mungkin
juga perguruannya akan langsung berurusan dengan
perguruan Cengkir Pitu"
"Oo?" Nyi Upih mengangguk-angguk, dan seperti
bukan atas kehendaknya ia berkata "Tentu perguruan
orang-orang jahat itu tidak akan berani berurusan
dengan perguruan Raden, mudah-mudahan dengan
demikian mereka akan benar-benar menjadi jera"
"Sudahlah" berkata Raden Kuda Rupaka "Setidak-
tidaknya malam ini seluruh isi istana dapat tidur nyenyak,
tidak akan ada lagi yang berani menganggunya, mayat
itu sudah aku singkirkan. Biarlah besok aku minta
bantuan orang-orang Karangmaja untuk menguburnya"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk
"Silahkan bibi beristirahat"
Raden Ayu Kuda Narpadapun kemudian mengajak
Inten Prawesti masuk kedalam biliknya, setelah mereka
berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Raden
Kuda Rupaka. Ketika Raden Ayu Kuda Narpada telah hilang dibalik
pintu biliknya maka Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura
Wilaga yang masih sangat letih itupun pergi kebelakang
diikuti oleh Nyi Upih, mereka akan membersihkan diri
dari luka-luka mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku akan merebus air, Raden" berkata Nyi Upih
"Terima kasih Nyai" sahut Raden Kuda Rupaka
"Dimanakah anak-anakmu Nyai"
?"Mereka didalam biliknya Raden"
Raden Kuda Rupaka sempat menjengukkan kepalanya
ke dalam bilik Pinten, dilihatnya Pinten tidur
menelungkup sambil menyembunyikan wajahnya
diantara kedua tangannya, sementara di kolong
pembaringan, nampak kaki Sangkan yang ketakutan dan
bersembunyi. Raden Kuda Rupaka tersenyum, perlahan-lahan ia
mendekati kedua anak itu, sambil berjingkat. Kemudian
tiba-tiba saja ia menepuk kaki Sangkan sambil
memebentak "Ayo tertangkap kau..!!"
Sangkan terkejut bukan buatan, sehingga iapun
terlonjak, karena ia berada ia berada dikolong
pembaringan adiknya, maka amben itupun tersentak pula
oleh hentakan tubuh Sangkan. Pinten yang ada
dipembaringan itu tidak kalah terkejutnya. Iapun
kemudian meloncat dan berlari kesudut ruangan,
sedemikian kecil hatinya, sehingga meskipun mulutnya
terbuka tetapi suaranya sama sekali tidak terdengar.
Sangkan yang gemetar akhirnya berhasil keluar dari
kolong pembaringan, dengan wajah yang pucat dan
mata yang terbelalak ia memandang kepada Raden Kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Rupaka. Terdengar suara tertawa Raden Kuda Rupaka.
Panji Sura Wilaga yang menyaksikannya dari pintu bilik
itupun tertawa pula.
"Raden"., oh, jadi Raden Kuda Rupaka" Suara
Sangkan terputus-putus.
"Kau memang pengecut" Raden Kuda Rupaka masih
saja tertawa "Belum lagi kau disentuh oleh tangan
penjahat itu, kau sudah mati membeku di sini"
"Tetapi, tetapi?"" Ia tidak dapat melanjutkan kata-
katanya. Sementara itu Nyi Upih telah berada di belakang Panji
Sura Wilaga, katanya "Jika Raden menakuti-nakuti anak-
anakku, aku tidak mau merebus air"
Raden Kuda Rupaka tertawa berkepanjangan,
meskipun ia mencoba menahannya agar tidak
mengejutkan bibinya di dalam.
"Anakmu memang keterlaluan Nyai, aku mengerti
bahwa Pinten menjadi ketakutan, tetapi Sangkan tidak
boleh menjadi pengecut begitu"
"Jika aku dapat berkelahi seperti prajurit, aku tidak
akan ketakutan" sahut Sangkan.
"Kalau begitu, kau harus belajar, Kau sanggup?"
"Siapakah yang akan mengajari?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Biarlah paman Panji, jika kelak aku dan paman Panji
pergi, kau dapat menjaga diri, atau kau dapat menjaga
bibi, atau setidak-tidaknya menjaga biyungmu"
"Aku tidak perlu dijaga lagi Raden, jika ada orang
yang mau mengambil aku, biarlah, aku memang
menunggu orang yang mau berbuat demikian"
"O", kau ini" desis Raden Kuda Rupaka "Agaknya kau
dan anak-anakmu memang mempunyai sifat yang turun
temurun, bodoh dan agak malas"
"Aku tidak mau merebus air"
"Baiklah, baiklah Nyai, aku tidak akan mengganggu
anak-anakmu lagi" namun kemudian ia berpaling
"Sangkan, jika kau mau, paman kan benar-benar
memberimu serba sedikit tuntunan oleh kanuragan, kau
mau?" "Tentu Raden, aku akan senang hati sekali"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk. Katanya
"Nah, dengan demikian kau akan benar-benar menjadi
seorang laki-laki, sampai sekarang kau sama sekali tidak
ada harganya, jika kau memiliki sedikit pengetahuan dan
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ilmu oleh kanuragan, maka kau akan mulai merasakan
tanggung jawab bahwa kau adalah seorang laki-laki"
"Terima kasih Raden" jawab Sangkan "Tetapi, tetapi
berapa tahun aku harus belajar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku hanya akan tinggal disini beberapa hari lagi, jika
tidak ada ketiga penjahat itu, sebebarnya aku sudah
akan mohon diri, tetapi karena itulah maka aku harus
tinggal disini beberapa lama lagi"
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi nampaknya
wajahnya membayang keragu-raguan hatinya.
"Kenapa kau nampak ragu-ragu ?" bertanya Raden
Kuda Rupaka. "Dahulu, aku pernah mendengar seorang prajurit
Majapahit mengatakan bahwa, mempelajari ilmu
kanuragan diperlukan waktu bertahun-tahun"
"Tidak hanya bertahun-tahun, tetapi tidak akan
berkeputusan, maksudku tidak akan ada henti-hentinya
sampai akhir hayat. Karena ilmu adalah semisal lautan
yang tidak akan pernah kering, meskipun setiap hari
disengat oleh panasnya matahari"
"Lalu, apakah artinya ilmu yang akan aku pelajari
dalam beberapa hari saja ?"
"He.. otakmu cerdas juga, tetapi kau harus ingat,
lebih baik yang sedikit dari pada tidak sama sekali"
"Baik Raden, terima kasih"
"Tidur sajalah, aku akan membersihkan luka-lukaku"
Raden Kuda Rupakapun kemudian meninggalkan bilik
itu setelah untuk beberapa saat ia berdiri di muka Pinten
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang bagaikan membeku, sambil menepuk bahu gadis
yang ketakutan itu ia berkata "Minumlah, agar kau
menjadi tenang"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, ketika Raden
Kuda Rupaka sudah melintasi pintu, gadis itu tertatih-
tatih berdiri. "Aku hampir pingsan" desisnya
"Tidur sajalah, tidak akan ada apa-apa lagi malam ini"
"Uh, macam kau"
"Minumlah, agar hatimu menjadi tenang"
?"Lagakmu, tidur sajalah di kolong amben itu lagi"
Sangkan tersenyum. Dilihatnya adiknya pergi keluar
bilik untuk mengambil minum di dapur, agaknya ia
benar-benar ingin minum agar hatinya menjadi tenang.
Sementara itu, selagi Raden Kuda Rupaka sibuk
membersihkan lukanya, seseorang berjalan dengan
tergesa-gesa ke istana kecil yang terpencil itu. jauh diluar
padukuhan ia melihat seekor kuda yang berlari didalam
kegelapan dan hilang dikejauhan.
Sesaat orang itu termangu-mangu, namun iapun
kemudian ia meloncat keatas dinding didalam kegelapan
bayangan dedaunan.
Beberapa saat lamanya, orang itu memperhatikan
keadaan di sekitarnya, halaman itu telah sepi, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
seorangpun yang berada di halaman itu. Dengan
telinganya yang tajam ia mencoba untuk memperhatikan,
dengan setiap desir yang didengarnya, namun akhirnya
ia yakin bahwa tidak ada suara nafas seseorang. Dengan
hati-hati sosok tubuh itupun meloncat turun, dengan
seksama ia memperhatikan bekas-bekas pertempuran
dihalaman itu. Sambil menarik nafas ia berkata
"Pertempuran yang dahsyat"
Akhirnya ia menemukan dua sosok tubuh yang
terbaring diam. Dua sosok tubuh yang telah menjadi
mayat. Perlahan-lahan ia mendekatinya, ketika ia
menyentuh mayat itu, terasa betapa dinginnya. Sejenak
ia berada ditempatnya sambil memandangi istana yang
nampak semakin suram itu, tetapi istana itupun sepi,
namun telinganya yang tajam, masih menangkap suara
seseorang dibagian belakang. Suara percakapan Raden
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga dengan Sangkan dan
Nyi Upih. Namun percakapan itupun tidak berlangsung lama,
sejenak kemudian istana itu telah benar-benar menjadi
sepi. Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilagapun
segera masuk kedalam biliknya pula. Apalagi terasa
badan mereka yang letih oleh perkelahian yang dahsyat
di halaman, sehingga dengan demikian merekapun
segera tertidur nyenyak. Namun demikian mereka sama
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 4 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Pendekar Kelana 6
berusaha untuk berkenalan dengan anak-anak muda dari
Karangmaja, kehadiran mereka di padang rumput di
lereng bukit, memang sama sekali belum pernah
mengenal kedua kakak beradik itu.
Tetapi seperti pesan ibunya, maka Sangkanpun
segera mengatakan bahwa mereka adalah anak Nyi Upih,
pelayan pada istana kecil dan terpencil itu.
"Ooo"." Seorang gembala yang bertubuh tinggi besar
mendekati Sangkan sambil tersenyum "Jadi kau anak Nyi
Upih itu ?"
"Ya?" jawab Sangkan
"Kami mengenal ibumu dengan baik, ia serng ke
rumahku dan kadang-kadang membeli sesuatu dari
ibuku" Sangkan mengangguk-angguk, sambil tersenyum pula
ia berkata "Kami ingin memperkenalkan diri kami"
"Marilah, ikut kami, kakak-kakak kami yang lebih
besar berada dibawah, tetapi sebagian ada yang tinggal
di rumah Ki Buyut disaat-saat seperti ini"
"Dirimah Ki Buyut ", Apakah mereka bekerja disana ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jika ada waktu senggang, kakak-kakak kami
memang sering berkumpul disana, Ki Buyut sering
memerlukan anak-anak muda untuk membantunya
mengatur padukuhan ini sebaik-baiknya seperti yang
dianjurkan oleh Pangeran Kuda Narpada, bukankan
kalian berada di istana Pangeran itu ?"
"Ya" tapi sayang, kami datang jauh terlambat
Pangeran Kuda Narpada sudah tidak ada di istana kecil
itu lagi" "Kami semua menyesal kerpergian itu" berkata
gembala itu "Apalagi ayahku, ia benar-benar merasa
kehilangan pelindung yang paling baik, bahkan telah
berhutang budi kepada Pangeran Kuda Narpada"
Sangkan hanya mengangguk-agukkan kepalanya
"Marilah.." ajak anak muda itu "Aku antarkan kalian
ke rumah Ki Buyut.
Sangkan memandang adiknya sejenak, namun
agaknya Pinten berkeberatan, katanya "Lain kali saja,
pergilah sendiri ke rumah Ki Buyut itu kakang"
Sangkan tersenyum, katanya "Lain kali saja Ki Sanak,
tetapi kali ini, setidak-tidaknya aku sudah mengenal
beberapa anak-anak muda Karangmaja"
Karena Pinten berkeberatan untuk pergi ke rumah Ki
Buyut, maka merekapun mengurungkan niatnya untuk
pergi ke padukuhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maaf Ki Sanak" berkata Sangkan kemudian
"Sampaikan saja salamku kepada anak-anak muda di
Karangmaja, pada suatu saat kami makan menemui
mereka dan berkenalan dengan mereka, selanjutnya
kami adalah bagian dari anak-anak di Karangmaja, kami
sudah berniat, untuk tetap tinggal disini, sehingga karena
itu, kami harus merpersatukan diri dengan kalian"
"Kami akan menerima kalian dengan senang hati"
jawab anak yang bertubuh tinggi itu "Seperti kami
menerima Kidang Alit disini, Ia telah memberikan banyak
pertolongan dan petunjuk bagi anak-anak muda di
Karangmaja"
"Siapakah Kidang Alit itu ?" bertanya Sangkan. "Jika
yang kalian maksud dua orang bangsawan yang ada di
istana Pangeran Kuda Narpada itu, mereka adalah Raden
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga"
"Bukan". Bukan kedua bangsawan itu, Kidang Alit
adalah seorang petualang. Ia masih muda seperti
engkau, ia mempunyai banyak kelebihan dari kami anak-
anak muda Karangmaja dalan segala hal"
Sangkan mengangguk-angguk, lalu katanya "Sayang
kami tidak memiliki kelebihan apa-apa"
"Tetapi barangkali kalian dapat memberikan
pengalaman-pengalaman yang pernah kalian alami di
daerah kalian yang lama, bukankah kalian pernaj tinggal
di daerah peradaban yang lebih tinggi dari padukuhan
kami yang terpencil ini ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi jawabnya "Di
daerah yang lama itupun kami berdua tidak lebih dari
seorang anak pelayan"
"Tentu, justru oleh karena itu akan dapat berguna
bagi kami disini yang masih ketinggalan"
Sangkan tersenyum, katanya "Kami akan memberikan
apa yang dapat kami lakukan seperti saat-saat kami
berada di daerah kami yang lama. Tetapi agaknya
Pangeran Kuda Narpada dan anak muda yang bernama
Kidang Alit itu telah memberikan banyak sekali bagi
kalian, sehingga tidak ada lagi yang dilampaui"
Gembala yang bertubuh tinggi itupun tersenyum,
katanya kemudian "Baiklah, kami akan menyampaikan
kepada kawan-kawan kami tentang kehadiran kalian di
istana kecil itu, mudah-mudahan istana itu tidak lagi
terlampau suram seperti saat-saat yang lalu"
"Kini istana itu akan menjadi semakin hidup dengan
kehadiran Raden Kuda Rupaka" jawab Sangkan, lalu
"Baiklah kami minta diri, kami akan pergi ke ujung bukit
kecil itu, kami ingin melihat daerah yang luas dengan
lekuk-lekuk alam yang sangat menarik. Dalam perjalanan
dari kota roja, kamipun melalui daerah-daerah
pegunungan, tetapi pada umumnya lereng-lereng
pegunungan itu nampak gersang dan kering, tetapi
pegunungan di daerah ini nampak hijau dan segar"
Demikianlah Sangkan dan Pinten meninggalkan
gembala-gembala yang masih sangat muda itu. Tetapi
hubungan itu adalah permulaan dari pergaulannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan anak-anak muda di Karangmaja yang lebih tua
lagi dari gembala-gembala itu.
Ketika mereka sampai diatas bukit kecil itu,
merekapun menebarkan pandangan mata mereka
kesekelilingnya, daerah yang luas dan hijau, meskipun
disana-sini masih ada juga daerah yang masih perlu
mendapat pemeliharaan.
Keduanya tidak terlalu lama berada diujung bukit kecil
itu, Pintenpun kemudian mengajak kakaknya segera
kembali ke istana kecil yang terpencil itu.
"Kau masih akan tidur lagi sepanjang hari ?" bertanya
kakanya. Pinten mengerutkan keningnya, kaktanya "Tetapi aku
sekarang tidak pincang lagi"
Kakaknya memandang wajah adiknya yang mulai
cerah, tetapi ia tidak mengatakan sesuatu.
"Apakah kita akan berlomba lari ?" Pintenlah yang
bertanya. "Lereng ini miring sekali, jika kau terdorong dan tidak
dapat menahan diri, kau akan jatuh terlungkup, mungkin
wajahmu akan tergores batu padas"
Pinten mangn-mangu sejenak, namun kemudian
iapun mengangguk-angguk sambil bertanya "Apakah
kira-kira akan terjadi demikian jika kita berlomba lari ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan sama sekali tidak menjawab, tetapi iapun
menunjuk kelembah, dibawah bukit disini yang lain dari
istana kecil itu "Kau lihat, ternak itu semakin lama
semakin tumangkar, padukuhan ini akan mengalami hari-
hari yang semakin baik jika mereka tidak meninggalkan
petunjuk-petunjuk yang pernah diberikan oleh Pangeran
Kuda Narpada"
Pinten mengedarkan tatapan matanya, sambil
mengangguk-angguk ia berkata "Nampaknya orang-
orang Karangmaja bukan orang-orang yang cepat
menjadi jemu, sesuatu yang dianggapnya baik
dilakukannya terus"
"Tetapi mungkin anak muda yang disebut namanya
bernama Kidang Alit itupun banyak memberikan
pengaruh kepada padukuhan ini.
Pinten tidak menyahut, rasa-rasanya ia sedang
menikmati hijaunya bukit disekitarnya.
Namun tiba-tina ia menggamit kakaknya sambil
berkata "Kakang, kau lihat tiga orang yang berkuda itu ?"
Sangkan mengangguk
"Bagaimana jika mereka datang kemari ?"
"Kenapa ", biar sajalah mereka datang kemari ?"
"Apakah mereka tidak akan berbuat apa-apa atas kita
" Ketiga orang itu tentu orang-orang yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dikatakan ibu, bahwa mereka adalah orang-orang yang
kasar dan bahkan buas"
"Tetapi mereka tentu tidak akan berbuat apa-apa atas
kita", kita sama sekali bukan orang-orang penting, kita
hanyalah anak seorang pelayan, apakah yang akan
dilakukan oleh ketiga orang itu atas kita ?"
"Tetapi aku cemas, aku seorang perempuan, mungkin
mereka akan berbuat sesuatu atasku"
"Ah", kau terlampau perasa, apa kau sangka kau itu
seorang gadis yang cantik " yang dapat membuat setiap
laki-laki tergila-gila kepadamu, sehingga dengan
demikian kau cemaskan dirimu sendiri"
"Ah..!" Pinten mencubit kakaknya sehingga kakaknya
mengaduh "Katakan sekali lagi"
"Kukumu seperti kuku macan Pinten"
"Kau nakal sekali"
Sangkan masih akan menyahut, tetapi ternyata ketiga
orang berkuda itu benar-benar menjadi semakin dekat.
"Sebaiknya kita pergi saja" ajak Pinten
"Kembali ke istana ?"
"Tetapi Pinten mengerutkan keningnya sambil
megeluh "Kita tidak punya waktu. Itu mereka sudah
datang, mereka sudah melihat disini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan memandang ketiga orang berkuda yang
menjadi semalin dekat, namun tampaknya ia tidak
menjadi cemas. "Aku bukan orang penting, mereka tentu tidak akan
menghiraukan kita" desisnya.
Namun ternyata ketiga orang itu memperhatikan
kedua anak-anak muda itu, bahkan seorang dari
merekapun kemudian mendekatinya sambil bertanya "He
! sapakah kalian ?"
"Aku sangkan tuan, dan ini adalah adikku Pinten"
Orang itu memandang Pinten dengan mata yang
hampir tidak berkedip, namun tiba-tiba ia bertanya "Itu
adikmu ?" "Ya, ya tuan"
Orang itu masih saja memandang Pinten dengan
tajamnya sehingga wajah Pinten menjadi kemerah-
merahan, Ia sama sekali tidak berani mengangkat
kepalanya, bahkan kemudian iapun bergeser mendekati
kakaknya, "Dimana rumahmu " bukankah kau juga anak-anak
Karangmaja ?"
Sangkan menggelengkan kepalanya, jawabnya "Bukan
tuan, kami bukan anak-anak Karangmaja"
"He"! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kami tinggal di istana kecil itu, kami adalah pelayan dim istana itu"
"Orang yang masih duduk dipunggung kudanya itu mengangguk-angguk, tetapi iapun kemudian berpaling kepada kedua kawannya, katanya "Mereka tinggal di istana itu"
"Kami mendengar" jawab salah soerang kawannya
"Biarlah mereka pergi, kami tidak memerlukannya"
"Tunggu !" jawab orang yang pertama "Apakah gadis itu memang sebenarnya adikmu ?"
"Ya tuan"
Orang itu masih akan bertanya lagi, tetapi kawannya telah memotongnya "Ah" kau menjadi mabuk, jika kau melihat perempuan, biarlah mereka kembali ke istana itu, jika pada suatu saat kau benar-benar memerlukannya, kau dapat mengambilnya"
"Aku memang akan membawanya sekarang"
Kawannya mengerutkan keningnya, katanya "Kemarilah"
Orang yang pertama-tama bertanya kepada kedua anak muda itupun bergeser mendekati kawannya, sambil berkata kepada Pinten "Jangan pergi !"
Pinten benar-benar menjadi bingung, sekali ia melihat orang berkuda itu mendekati kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau jangan gila" berkata kawannya "Di istana itu ada
dua orang bangsawan, jangan membuka persoalan, yang
penting bagi kita, masih belum kita ketemukan, jangan
mementingkan persoalan-persoalan kecil yang tidak
berarti, jika yang pokok itu sudah kita selesaikan,
terserahlah kepadamu, di istana itupun ada seorang
gadis yang lebih cantik"
Kawannya menarik nafas dalam-dalam.
"Biarkan mereka pergi"
Orang yang pertama-tama bertanya kepada Sangkan
itupun ragu-ragu sejenak, namun kemudian katanya
dengan lantang "Pergilah ! kami tidak memerlukan
kalian" Demikian kata-kata itu diucapkan, maka Pintenpun
segera menarik tangan kakaknya dan dengan tergesa-
gesa sekali meninggalkan tempat itu.
Ketiga orang berkuda itu tertawa melihatnya, namun
dalam pada itu, sepasang mata yang memperlihatkan
peristiwa itu dari balik gerumbul agak dikejauhanpun
menarik nafas dalam-dalam. Ternyata bahwa Kidang Alit
memperhatikan peristiwa itu dari agak jauh dibalik
gerumbul perdu, meskipun ia tidak mendengar
percakapan diantara mereka, tetapi ia dapat
menduganya. Sejenak Kidang Alit tetap berada ditempatnya,
didalam hati ia berkata "Untunglah bukan kedua
bangsawan bersama Inten Prawesti yang mereka jumpai,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jika mereka bertiga masih belum kembali ke istana,
mungkin akan dapat terjadi benturan diantara mereka,
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena mereka masing-masing memiliki kelebihan"
Akhirnya Kidang Alit harus bergeser ketika ketiga
orang berkuda itupun kemudian meninggalkan bukit kecil
itu. Tetapi agaknya mereka tidak akan segera kembali ke
padukuhan, karena ternyata mereka menempuh
perjalanan kearah lain.
Kidang Alit kemudian muncul dari balik gerumbul itu
menarik nafas dalam-dalam, sejenak ia mengamati ketiga
orang yang semakin lama semakin kecil dan akhirnya
menghilang sama sekali.
"Jika bangsawan-bangsawan itu terlambat sedikit,
mereka akan bertemu dengan ketiga iblis itu" Desisnya
Perlahan-lahan Kidang Alitpun kemudian meninggalkan tempatnya, tetapi ia tidak lagi tergesa-
gesa kembali ke padukuhan, ia berdiri beberapa saat
lamanya, memandangi istana kecil yang ternyata telah
bertambah penghuni.
Sejak saat itu, perhatian Kidang Alit kepada istana
kecil itu menjadi semakin bertambah, terutama kepada
kedua bangsawan yang untuk beberapa saat lamanya
tinggal di istana itu pula.
Ki Buyut Karangmaja merasa, bahwa kehadiran
orang-orang baru di padukuhannya agaknya membawa
mengaruh yang kurang baik, ia merasa adanya
pertentangan meskipun tidak terbuka diantara mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namum Ki Buyut tidak merasa kuasa berbuat apa-apa, ia
sadar bahwa orang-orang itu adalah orang-orang yang
memiliki ilmu yang dapat dibanggakan, bahkan seakan-
akan masing-masing justru ingin mencoba, apakah ada
orang lain yang melampaui kemampuan ilmu masing-
masing. Dalam pada itu, tingkah laku ketiga orang-orang kasar
yang menyebut dirinya bernama Kumbara, Gagak
Wereng dan naga Pasa menjadi semakin menggetarkan
hati setiap orang di padukuhan Karangmaja, bahkan
beberapa orang tidak lagi berani lewat di muka banjar
padukuhan, apalagi perempuan dan mereka yang sedang
mambawa barang-barang berhargam bahkan makanan.
"Apakah ada seseorang yang pernah diganggunya ?"
bertanya Ki Buyut kepada anak-anak muda "Terutama
perempuan ?"
Anak-anak muda itu saling berpandangan sejenak,
namun merekapun kemudian menggeleng "Yang dapat
disebut dengan pasti memang belum ada Ki Buyut"
"Baiklah, jagalah agar perempuan-perempuan di
Karangmaja berbuat dengan hati-hati, jangan mendorong
orang-orang kasar itu berbuat sesuatu atas diri mereka,
karena itu, jauhi sajalah mereka sedapat mungkin"
Pesan itu ternyata semakin menggetarkan hati
perempuan dan gadis-gadis Karangmaja, ketiga orang
kasar itu, seolah-olah bagaikan iblis yang merenungi
liang-liang kubur yang masih baru. Dalam setiap saat,
tangan-tangannya yang besar dan kasar, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mencengkam tanah yang masih basah dan mengungkat
kembali mayat yang terbujur di dalamnya.
Namun beruntunglah, bahwa tidak pernah terdengar
berita tentang perempuan yang menjadi korban mereka,
Dalam kecemasan tentang perempuan dan gadis-
gadis di Karangmaja karena kehadiran orang-orang kasar
itu, maka justru yang terjadi adalah diluar dugaan.
Sekali lagi Karangmaja diributkan oleh seorang gadis
yang tidak dapat menahan diri dan melepaskan
kegadisannya yang diserahkan kepada Kidang Alit. Dan
sekali lagi dengan nada penyesalan yang dalam, Kidang
Alit menghadap Ki Buyut Karangmaja dengan pengakuan
yang jujur. "Seperti yang pernah terjadi, Ki Buyut" berkata Kidang
Alit "Aku seolah-olah telah kehilangan kepribadianku
ketika gadis itu memaksaku melakukan perbuatan
terkutuk itu"
"Aku tidak memaksa" bantah gadis itu.
"Tidak dengan kata-kata, tetapi dengan sikap dan
perbuatan" sahut Kidang Alit
Gadis tidak menjawab, ia memang melakukan seperti
yang dikatakan oleh Kidang Alit, Kidang Alit Memang
seorang anak muda yang lain dari anak muda
Karangmaja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa terjadi hal itu " " bertanya Ki Buyut kepada gadis itu.
"Aku tidak tahu, tetapi sentuhan jari-jarinya bagaikan telah membiusku"
"Aku tidak sengaja berbuat apa-apa, aku menolongnya naik tebing yang curam itu" sahut Kidang Alit.
"Memang aneh sekali" berkata Ki Buyut "Peristiwa yang pernah terjadi memang hampir serupa. Seolah-olah sentuhan jari-jari Kidang Alit telah meracuni gadis-gadis itu"
"Sama sekali tidak aku sengaja Ki Buyut, bahkan akupun merasa seolah-olah aku telah ditenungnya dan melakukannya diluar sadar"
Penyelesaian yang ditempuhnya serupa pula dengan penyelesaian yang pernah dilakukan. Seorang anak muda Karangmaja bersedia mengawininya, tetapi Kidang Alit harus membeli sepasang kerbau bagi sepasang pengantin baru itu.
Kidang Alit tidak dapat ingkar, ia harus menerima keputusan itu.
Namun ternyata bahwa Kidang Alit mempunyai bekal yang cukup, ia masih sanggup bukan saja membeli sepasang lembu atau kerbau, tetapi berpasang-pasang.
Dan Ki Buyutpun bertanya didalam hatinya "Apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan demikian peristiwa yang serupa masih akan
terjadi" Tetapi untuk sementara waktu Ki Buyut masih
berusaha menahan perasaannya. Kidang Alit telah
pernah memberikan sessuatu yang tidak pernah dapat
diberikan orang lain atau salah seorang anak-anak muda
Karangmaja, ia telah menyelamatkan Kasdu dari bencana
yang sangat mengerikan.
"Tetapi apakah dengan demikian berarti Kidang Alit
akan dibiarkan berbuat apa saja di padukuhan ini ?"
pertanyaan itu telah memukul dinding jantung Ki Buyut
di Karangmaja. Dalam waktu yang singkat, berita itupun telah
menjalar di seluruh padukuhan, bahkan Nyi Upih yang
sedang mencari keperluan sehari-hari di padukuhan
itupun segera mendengar pula peristiwa itu.
Karena itulah, maka ketika ia kembali ke istana, iapun
segera menyapaikan hal itu kepada momongannya, Inten
Prawesti. "Puteri, ternyata puteri telah mengambil keputusan
yang palung bijaksana, memang bukan mustahil, bahwa
Kidang Alit menyimpan maksud yang kurang baik
terhadap gadis-gadis, apalagi apabila puteri sempat
dibujuknya"
"Ah" mengerika sekali" desis Inten Prawesti "Terasa
seluruh kulit tubuhnya telah meremang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Yang manakah anak muda yang bernama Kidang Alit
itu ibu ?" bertanya Pinten "Akupun akan menjauhinya
pula" "Oo macam kau Pinten, kau jangan merasa dirimu
cantik, gadis-gadis Karangmaja masih lebih cantik dari
pada kau, karena itu Kidang Alit akan menghiraukan kau
sama sekali"
"Tentu tidak Nyai" potong Inten Prawesti "Pinten
adalah seorang gadis yang cantik sekali, ketika ia baru
datang, wajahnya memang nampak kasar, kotor dan
terbakar oleh sinar matahari, tetapi kini ia nampak cantik
sekali" "Oo". Puteri jangan memuji, ia akan kehilangan akal
dan merasa dirinya orang yang paling cantik di seluruh
Majapahit, itu akan berbahaya baginya"
Inten Prawesti tertawa, sedang Pinten yang
memberengut nampak justru benar-benar cantik sekali.
Namum mereka terkejut ketika mendengar suara
tertahan dari dari balik dinding, ternyata Sangkan yang
mendengar pembicaraan itu tidak dapat menahan
tertawanya, sambil menjengukkan kepalanya ia berkata
"Pinten, aku jadi kasian sekali kepadamu, kenapa kau
merasa dirimu menjadi perhatian orang"
"Siapa..! siapa he?"" Pinten menjawab lantang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Sangkan sudah hilang dan berlari ke halaman
belakang istana itu sambil menyambar sapu lidi, karena
ia memang akan membersihkan halaman itu.
Di Karangmaja, Ki Buyut rasa-rasanya hamir
kehilangan akal pula, ia tidak tahu, apakah yang
sebaiknya dikerjakan. Ia memerlukan Kidang Alit, karena
menurut perhitungannya, Kidang Alit akan dapat
membantu mengatasi kesulitannya yang dapat terjadi
setiap saat. Jika ketiga orang yang berada di banjar itu
menjadi semakin liar. Tetapi agaknya Kidang Alit sendiri
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dapat
dianggapnya baik bagi para penghuni padukuhan
Karangmaja yang kecil itu
Bab 6 Kadang-kadang Ki Buyut pun dihinggapi oleh
pertanyaan tentang anak muda itu, siapakah sebenarnya
anak muda yang menyebut dirinya Kidang Alit, seorang
petualang itu "
Dalam kebingungan Ki Buyut kadang-kadang berjalan
tanpa tujuan mengelilingi padukuhannya, maka iapun
selalu menghindari banjar padukuhannya, ia lebih
memilih jalan melingkari padukuhan kecilnya dari pada
melalui jalan induk yang menjulur di depan banjar, jalan
yang justru semakin lama menjadi semakin sepi. Hanya
orang-orang yang bertugas untuk menyampaikan makan
dan minum bagi ketiga orang yang tinggal di banjar itu
sajalah agaknya yang masih berjalan melalui jalan induk
padukuhan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata Kumbara, Gagak Wereng dan Naga Pasapun merasakan suasana yang semakin memburuk di padukuhan itu. Padukuhan kecil itu terasa menjadi semakin sepi dan asing.
Karena itu, maka Kumbara merasa perlu untuk segera mengambil sikap, ia sudah merasa terlalu lama berada di padukuhan kecil yang menjemukan itu.
"Kedua bangsawan itu ternyata tidak segera pergi dari istana kecil itu" berkata Kumbara.
"Ya.., kita sudah terlalu lama menunggu" Sahut Naga Pasa "Aku sudah tidak sabar lagi"
"Mula-mula kita menunggu dua hari, kemudian tiga, empat dan berkepanjangan" potong Gagak Wereng
"Sudah waktunya untuk segera bertindak"
"Jadi, apakah ayahnya, kakeknya, pamannya dan siapa saja yang akan mengambil tindakan balasan, sekarang yang penting, tugas kita dapat kita selesaikan dengan sebaik-baiknya"
Ketiga orang itu mengangguk-angguk, seolah-olah mereka sudah mendapatkan kesepakatan untuk bertindak.
Ternyata merekapun kemudian segera membicarakan apa yang sebaiknya mereka lakukan. Dengan mempertimbangkan semua keadaan dan kemungkinan yang ada di Karangmaja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Orang-orang Karangmaja tidak akan ada yang berani berbuat apapun juga, meskipun mereka mengetahui apa yang kita lakukan di istana kecil itu" berkata Kumbara
"Kita sudah memberikan contoh akibat yang dapat timbul jika seseorang berani mengganggu kehadiran kita disini"
"Ya?" sahut Gagak Wereng "Jika perlu kita akan memberikan contoh lebih banyak lagi"
"Itu tidak perlu, orang-orang Karangmaja dapat kita abaikan didalam hubungan dengan tugas kita" berkata Naga Pasa "Yang harus kita perhatikan adalah justru kedua orang bangsawan yang ada di istana itu"
"Sudah tentu" sahut Kumbara "Bukankah kita sudah mengambil sikap terhadap keduanya ", Keduanya harus kita singkirkan tanpa menghiraukan siapapun yang dapat menuntut balas atas kematian mereka"
"Jika demikian maka tidak ada persoalan lalgi bagi kita" berkata Naga Pasa "Kita dapat berangkat sekarang juga ke istana kecil itu dan langsung bertindak sesuai dengan tugas kita"
"Memang tidak akan ada kesulitan apapun juga, tetapi tindakan yang demikian adalah tergesa-gesa dan dapat menimbulkan keonaran"
"Jadi?"" desis Naga pasa "Apakah yang harus kita lakukan ?"
"Kita menunggu hari gelap, apapun yang kita lakukan, tidak dilihat oleh orang banyak, sehingga apabila kelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
benar-benar datang beberapa orang yang mencari kedua
bangsawan yang malang itu, tidak banyak orang yang
dapat memberikan keterangan yang akan dapat menjadi
petunjuk bagi mereka, untuk melacak jejak kita,
meskipun seandainya mereka mengetahui juga siapakah
kita, namun hal itu akan memerlukan waktu"
"Kau memang terlampau berhati-hati, aku tidak
melihat perbedaan sama sekali, tetapi baiklah, jika kau
menganggap bahwa bertindak di malam hari agaknya
lebih baik dari siang hari. Kau orang tertua diantara kita"
"Baiklah" berkata Kumbara kemudian "Kita akan
memasuki istana itu dari pintu gerbang, kita tidak akan
besembunyi-sembunyi seperti tikus mencuri daging"
"Sudah barang tentu, kita akan memasuki dengan
dada terngadah, kita tahu, bahwa kedua orang
bangsawan itu tentu akan mencoba melawan. Tetapi
mereka akan kita bunuh dan mayatnya kita tinggalkan di
luar pintu gerbang"
"Semuanya yang menantang rencana dan tugas kita
akan kita bunuh, Raden Ayu itupun jika tidak mau
membantu tugas kita, akan kita bunuh juga"
Tetapi jangan gadis itu" desis Naga Pasa
"Persetan" geram Kumbara "Itu diluar pembicaraan
kita, tetapi jika gadis itu menyulitkan kita, apa boleh
buat" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak akan membawanya, aku hanya
memerlukannya sementara waktu, jika kemudian harus dibunuh, aku tidak berkeberatan" Naga Pasa berhenti sejenak, lalu "Sudah barang tentu kedua-duanya"
"Kenapa kedua-duanya ?" geran Gagak Wereng
"Bukankah ada dua orang gadis di dalam istana itu"
"Gila, itu urusanmu, tetapi jangan mengganggu tugas kita"
"Tidak", aku berjanji, tugas kita akan kita selesaikan lebih dahulu, aku baru akan memerlukannya, setelah semuanya yang bersifat hidup di dalam istana itu, mati terbunuh, kecuali dua orang gadis itu"
Kumbara mengerutkan dahinya, namun kemudian iapun menggeram "Jangan kau membicarakan dengan kami, selesaikan persoalanmu sendiri, tetapi setiap persoalan yang dibeliti oleh nafsu seperti itu, akan mendatangkan sial. Karena itu, jika benar-benar demikian, biar kau sajalah yang akan dimakan oleh nasibmu yang buruk"
Naga Pasa tertawa katanya "Kau jangan mengutuk begitu, baiklah, jika kalian tidak mau, akupun tidak akan memaksa, nanti akan timbul pertimbangan tersendiri setelah semuanya selesai. Nah, karena itu, maka jika terjadi sesuatu, bukanlah aku penyebabnya"
Kedua kawannya tidak begitu menghiraukannya lagi.
Merekapun kemudian sibuk mempersiapkan senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
masing-masing, senjata yang jarang sekali mereka
pergunakan, karena dalam keadaan sehari-hari mereka
sudah cukup percaya kepada tangan-tangan mereka
yang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Apalagi
mereka berada di dalam masyarakat pedesaan yang
dianggapnya tidak akan mampu berbuat apapun juga
atas mereka. Yang mereka pertimbagkan kemudian
adalah dua orang bangsawan yang ada di dalam istana
itu. Keduanya tentu bukan orang kebanyakan di dalam
ilmu kanuragan. Karena itu, maka mereka bertiga harus
mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya.
"Anak muda itu memang berani" berkata Kumbara
"Apalagi agaknya ia diiringi oleh seorang pengawal yang
tangguh, tetapi mereka tentu belum mengenal siapakah
kita" "Tentu mereka sudah mendengar tentang anak
Karangmaja yang kita lumpuhkan itu" sahut Naga Pasa.
"Tetapi berbuat demikian terhadap tikus dari
Karangmaja adalah mudah sekali. Dengan ilmu yang
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
paling permulaan dan sekedar racun yang dapat dicuri
dari orang-orang yang mengerti tentang ilmu obat-
obatan, maka hal itu akan dapat dilakukan"
"Tetapi sudah barang tentu tidak dengan cara seperti
yang kita lakukan atas anak itu. Mungkin dengan
menggoreskan senjata ditubuhnya atau menusuk dengan
jarum. Tetapi kita tidak berbuat demikian. Dan Ki Buyut
di Karangmaja dapat bercerita bahwa dengan sentuhan
tangan, kita dapat membuat anak itu lumpuh, buta, tuli
dan bisu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara mengangguk-angguk, katanya "Memang mungkin. Dan memang mungkin pula pula kedua bangsawan itu merasa memiliki sedikit ilmu untuk dapat melawan kita. Karena itu, bersiaplah sebail-baiknya"
Ketiga orang itu tidak berbicara berkepanjangan lagi, Mereka benar-benar mempersiapkan diri. Kumbara telah menyiapkan sebilah pedang yang berwarna kehitam-hitaman oleh racun yang kuat. Jika pedang itu berhasil menyentuh lawannya, maka jika lawannya tidak mempunyai penawar yang baik, maka ia akan segera mati membeku"
Gagak Wereng ternyata memiliki senjata yang lain.
Selain kekuatan tangannya yang luar biasa dan sebuah cincin yang beracun, iapun memiliki senjata yang berujung runcing di kedua sisinya. Senjata yang tangkainya tidak lebh panjang dari dua jengkal, tetapi di sebelah menyebelah terdapat ujung seperti ujung tombak yang masing-masing panjangnya lebih dari sejengkal.
Seperti pedang Kumbara, maka ujung senjata Gagak Wereng itupun beracun pula. Racun yang sama kuatnya dengan racun pedang Kumbara.
Naga Pasa mempunyai senjata yang lain pula, ia mempergunakan dua buah pisau belati panjang, selain kedua pisau belati panjang itu, juga memiliki memiliki beberapa buah pisau yang lebih kecil. Tangannya sudah terbiasa melontarkan senjata-senjata kecil yang seperti kedua kawan-kawannya, senjatanya itupun beracun pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketiga orang itu hampir tidak sabar menunggu
matahari yang merambat lambat sekali di langit, apalagi
ketika warna merah mulai membayang, seolah-olah
matahari itu telah berhenti di tempatnya.
"Kita berangkat setelah makan malam" berkata
Kumbara "Sebentar lagi, orang-orang Karangmaja akan
mengirimkan makan malam kita yang terakhir, aku sudah
berpesan kepada mereka, agar mereka memotong
seekor kambing muda yang paling gemuk"
"Apakah kau juga mengatakan bahwa pengiriman ini
adalah yang terakhir bagi kita ?" bertanya Naga Pasa.
"Tentu tidak"
Naga Pasa menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia tidak
bertanya lebih lanjut.
Sebenarnya orang-orang Karangmaja terpaksa
menyembelih seekor kambing seperti yang diminta oleh
orang-orang yang mereka anggap sedang menghantui
Karangmaja dan tinggal di banjar padukuhan itu. Mereka
tidak dapat berbuat lain daripada memenuhinya, apalagi
hanya seekor kambing muda yang gemuk, bahkan seekor
lembupun akan diberikannya.
Dalam keprihatinan Ki Buyut di Karangmaja selalu
merasa dikejar-kejar oleh kewajiban yang tidak dapat
dipenuhinya, ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa
atas ketiga orang itu, sedangkan dipihak lain, seeorang
anak muda yang akan dapat diharap membantunya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ternyata telah mengambil korban bukan satu atau dua
ekor kambing muda yang paling gemuk, tetapi korban itu
adalah dua orang gadis muda yang terhitung cantik di
Karangmaja. Pada suatu saat memang timbul niatnya
untuk mengadukan kesulitannya kepad kedua
bangsawan yang ada di istana itu.
"Mungkin mereka akan dapat membantu" katanya di
dalam hati. Namun niat itupun diurungkannya, dengan
demikian, jika terjadi sesuatu atas bangsawan-
bangsawan itu, maka ia adalah penyebabnya, yang
mungkin akan dapat dibebani kesalahan seperti yang
telah menciderainya pula, karena Ki Buyut menduga,
keluarganya tidak akan dapat menerima hal itu terjadi
atas keduanya. Dengan demikian, yang dapat dilakukannya adalah
sekedar merenungi dirinya sendiri dan padukuhan
kecilnya yang telah dibayangi oleh kesulitan yang
semakin lama akan menjadi semakin besar.
Sementara itu, langit merah menjadi semakin buram,
beberapa orang Karangmaja dengan tergesa-gesa pergi
ke banjar sambil membawa makanan dan minuman bagi
tiga orang penghuninya.
Setiap kali mereka memasuki halaman banjar, terasa
tubuh mereka tergetar, meskipun sejak orang-orang itu
berada di banjar, belum seorangpun yang pernah
diganggunya sejak ia memukul Kasdu. Tetapi
bagaimanapun juga, hati mereka tetap tergetar untuk
setiap kali bertemu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah pesanku sudah terpenuhi ?" bertanya Kumbara kepada orang-orang yang membawa makanan dan minuman itu.
"Daging kambing maksud Tuan ?"
"Ya", daging kambing muda dan gemuk, aku sudah jemu makan daging ayam dan telur"
"Sudah, sudah, kami membawa hampir seluruh tubuh kambing muda itu, hanya beberapa bagian kami tinggalkan buat makan Tuan-tuan besok pagi-pagi"
"Bagus" desis Gagak Wereng "Orang-orang
Karangmaja memang orang yang ramah dan baik hati.
Kami mengucapkan terima kasih"
Orang-orang yang membawa makanan itu tidak menjawab, mereka meletakkan saja beberapa bakul diatas amben di dalam banjar sambil mengambil sisa-sisa makanan siang yang berserakan.
Ketika Kumbara membuka tutup bakul-bakul itupun, ia tertawa katanya "Lihatlah, bukankah itu merupakan bekal yang baik bagi kita yang malam ini akan melakukan tugas yang besar, yang akan menentukan kedudukan kita kelak ?"
Gagak Wereng tidak menjawab, tetapi tangannya langsung menjamah gumpalan-gumpalan daging di dalam bakul itu, tanpa mengatakan sepatah katapun, ia segera menyumbatkan segumpal daging ke dalam mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara tertawa melihat tingkah laku Gagak Wereng, disela-sela suara tertawanya ia berkata "Dua orang kawanku mempunyai kebiasaan yang menjengkelkan dalam bentuknya masing-masing, yang seorang adalah seorang yang memanjakan nafsu makannya tanpa kendali, sedang yang lain sangat dipengaruhi oleh wajah-wajah cantik tanpa memikirkan akibat-akibat yang dapat timbul karenanya. Dua cacat yang apabila tidak disadari akan sangat membahayakan kedudukan kita semuanya.
Namun sambil mengunyah Gagak Wereng berkata
"Betapapun rakusnya aku, tetapi aku dapat
membedakan, yang manakah yang boleh aku lakukan dan yang manakah yang tidak"
"Kau sangka aku tidak ?" bertanya Naga Pasa "Jika aku tidak dapat membedakannya, maka aku sudah lebih dari sepuluh gadis-gadis Karangmaja, terutama di istana itu, yang sudah aku seret ke dalam banjar"
Gagak Wereng tertawa, tetapi ia masih saja menyuapi mulutnya dengan gumpalan-gumpalan daging.
"Kita akan makan dahulu" berkata Kumbara "Lalu kita akan melakukan tugas kita sebaik-baiknya, mungkin kita harus membunuh semua yang hidup di dalam istana itu"
Naga Pasa berpaling sekejap, namun ia tidak menghiraukannya lagi, ia tahu, Kumbara sengaja menggelitik hatinya agar ia menyatakan sikapnya, tetapi ia lebih baik diam saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sesaat kemudian mereka bertigapun telah memegang mangkuk masing-masing. Ternyata bukan hanya Gagak Wereng yang rakus terhadap gumpalan-gumpalan daging kambing, tetapi adalah mereka ketiga-tiganya bagaikan berlomba menghabiskan daging yang terbanyak.
Setelah mereka selesai makan dan melemparkan sisanya kesudut ruangan, maka merekapun segera membenahi diri, Kumbara yang dianggap tertua diantara mereka berkata "Kita beristirahat sejenak sambil menyiapkan senjata kita masing-masing, jangan ada yang mengecewakan, selebihnya semua yang akan kita bawa harus sudah tersangkut di pelana kuda kita masing-masing. Karena kita tidak akan kembali lagi ke banjar ini, kita tidak akan bertemu lagi dengan orang-orang Karangmaja yang dungu untuk seterusnya.
Memang mungkin beberapa tahun lagi kita akan datang lagi ke daerah ini, tetapi sudah barang tentu dengan kedudukan yang jauh berbeda"
Kedua kawannya tidak menyahut, mereka duduk di muka biliknya, sambil mengipasi dada mereka yang berkeringat.
Terasa angin mulai menjadi sejuk, langit yang buram menjadi semakin buram, satu-satu bintang mulai bergayutan di langit yang biru pekat. Beberapa helai awan yang putih mengambang dihembus oleh angin ke utara.
"Padukuhan ini segera menjadi sepi" gumam Gagak Wereng "Jika matahari terbenam, maka hampir semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pintu telah tertutup, hanya satu dua orang saja yang
masih berada diluar rumah"
"Pada umumnya mereka pergi ke rumah Ki Buyut"
sahut Naga Pasa.
Gagak Wereng mengangguk-angguk, matanya yang
tajam seolah-olah sedang menusuk ke dalam kegelapan.
Satu-satu nampak cahaya pelita yang menembus
dinding rumah yang berlubang, jatuh keatas dedaunan di
halaman, sentuhan angin yang menggerakkan dedaunan
itu, bagaikan mengguncang sinar pelita yang menggeliat
seperti sedang dibayangi oleh kegelisahan yang sangat.
Gagak Wereng menarik nafas dalam-dalam, meskipun
hampir setiap pintu rumah sudah tertutup rapat, tetapi
seolah-olah Gagak Wereng dapat melihat, sekeluarga
yang sedang dilanda oleh kecemasan tentang hari
depannya, duduk diatas amben bambu yang besar,
betapapun juga seorang ayah mencoba menghibur anak-
anaknya, tetapi anak-anak yang kecil itu tidak dapat
menghindarkan diri dari ketakutan yang luar biasa,
begitu juga ibunya.
"Kenapa aku justru menjadi hantu bagi sesama
manusia ?" pertanyaan itu tiba-tiba saja telah
menghinggapi jantung gagak Wereng.
"Kali ini agaknya yang terakhir" katanya di dalam hati
pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng mulai membayangkan, bahwa jika usahanya kali berhasil, dan ia mendapat upah uang atau kedudukan yang cukup memadai, maka ia akan hidup wajar untuk seterusnya, dan iapun akan menukar namanya lagi dengan namanya yang sebenarnya.
Margajati. Namun demikian ia berkata kepada diri sendiri "Tetapi tugas ini harus diselesaikan dahulu"
Gagak Wereng menggeliat ketika ia mendengar Kumbara berkata "Ujung malam ini sudah mulai gelap, marilah kita kita berangkat, kita tidak akan berjalan tergesa-gesa. Kita akan menikmati malam terakhir di Karangmaja ini sebaik-baiknya"
Ketiga orang itupun kemudian mempersiapkan diri, semua milik mereka telah mereka siapkan dan mereka sangkutkan pada pelana kuda mereka masing-masing, senjata mereka telah siap pula untuk dipergunakan sewaktu-waktu.
"Mungkin kedua orang itu perlu dibantai dengan senjata" berkata Kumbara "Karena itu jangan meremehkan keduanya, keduanya bukanlah anak-anak kecil lagi"
Sejenak kemudian, maka ketiga orang itupun segera berangkat meninggalkan banjar desa, tidak ada orang Karangmaja yang mengetahuinya, pada umumnya mereka sudah berada di dalam bilik masing-masing.
Hanya satu dua anak muda sajalah yang masih berada di rumah Ki Buyut Karangmaja, mereka berjaga-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jaga sambil berbincang, sekali-kali mereka menengok
Kasdu nampaknya keadaannya memang berangsur baik.
Tetapi anak-anak muda yang masih tinggal di rumah
Ki Buyut itu. Tidak berani pulang ke rumah masing-
masing, hingga menjelang pagi hari. Ketakutan itu selalu
mencengkam hati setiap anak-anak muda sejak di
banjar tinggal ketiga orang yang sama sekali tidak
dikehendaki oleh orang-orang Karangmaja, namun yang
sama sekali tidak dapat diusiknya itu.
Meskipun demikian, seperti juga perempuan dan
gadis-gadis, anak-anak muda Karangmaja belum pernah
mengalami perlakuan yang dapat menghentikan denyut
jantung mereka dari ketiga orang yang tinggal di banjar
itu. Dalam pada itu, ketika angin malam menjadi semakin
dingin, Kumbara, Gagak Wereng dan Naga Pasa telah
menjadi semakin dekat dengan istana kecil yang
terpencil, dimalam hari istana itu memang nampak suram
dan sepi sekali.
"Seperti sebuah rumah hantu" desis Naga Pasa.
"Ya" sebuah rumah di lereng bukit kecil, lihat, jika
bulan kebetulan purnama, maka istana itu justru akan
menjadi semakin mengerikan nampaknya. Seolah-olah
dari balik pintunya akan dapat bermunculan sebangsa
hantu, jin dan bekasakan"
"Kita akan memasukinya, kita akan segera
menemukan penghuni istana itu yang sebenarnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kawan-kawannya tidak menyahut lagi, mereka memusatkan perhatian mereka kepada istana yang sepi dan suram itu. Sebuah lampu minyak yang berkeredipan menerangi sebagian kecil pendapa yang terbuka.
Namun, bagaimanapun juga, hati ketiga orang itupun terasa menjadi berdebar-debar, mereka sudah terbiasa membunuh, tetapi rasa-rasanya membunuh perempuan yang tidak berbahaya justru sangat mendebarkan hati.
Ketiga orang itu tidak akan tergetar hatinya jika senjata mereka pada saatnya terhujam di dada kedua orang bangsawan yang sedang berada di istana itu pula, tetapi jika mereka harus membunuh perempuan yang ada di dalamnya, maka tangan mereka akan manjadi gemetar.
Bahkan tiba-tiba saja tumbuh penyakit dihati Gagak Wereng "Apakah untungnya dengan membunuh perempuan-perempuan itu ", mereka tidak dapat berbuat apa-apa, seandainya mereka melawan, apakah yang dapat mereka lakukan ", dengan sekali dorong, mereka akan jatuh pingsan"
Gagak Wereng menarik nafas dalam-dalam, tanpa sadarnya ia berpaling memandang wajah Kumbara yang tegang, didalam keremangan malam, Gagak Wereng tidak dapat melihat dengan jelas bentuk dan kerut merut di wajah kawannya itu.
Namun Naga Pasa agaknya mempunyai pikiran yang lain, setiap kali ia mengadahkan wajahnya, dan seolah-olah tersenyum seorang diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila..!" desis Gagak Wereng di dalam hatinya " Naga Pasa tentu akan akan mengambil kedua gadis yang ada di istana itu. Ia tidak akan segan membawanya dan melemparkan ke tepi jalan selagi gadis itu tidak sadarkan diri.
Gagak Wereng adalah seorang laki-laki yang hampir tidak pernah bertanya kepada kawan-kawan dan kepada diri sendiri. Apakah korbannya perlu dikasihani atau tidak, ia adalah laki-laki yang bengis dan tidak berkeprimanusiaan. Namun tiba-tiba saja, sebuah kejemuan telah merayapi hatinya, justru selagi ia bergerak mendekati istana yang kecil dan terpencil untuk melakukan tugasnya yang cukup berat.
"Gila,,! " Ia menggeram didalam hatinya "Kenapa aku ragu ", Apakah sebenarnya aku ketakutan melihat kedua orang bangsawan yang ada di istana itu ?"
Gagak Wereng tidak sempat merenung dirinya lebih jauh. Kumbara memberi isyarat dengan tangannya, sehingga mereka bertigapaun kemudian berhenti beberapa langkah di depan regol halaman istana yang suram itu.
"Kita akan memasuki halaman istana, kita akan menambatkan kuda kita diluar regol" berkata Kumbara
"Kenapa diluar regol ?" bertanya Naga Pasa.
"Kuda kita tidak boleh menjadi sasaran kebingungan kedua orang yang ada di istana itu. Jika mereka kehilangan akal menghadapi kematian, mereka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dapat dengan gila menyerang kuda yang tidak tahu
menahu tentang perkelahian itu"
"Selebihnya, kita akan dapat dengan cepat
meninggalkan halaman jika keadaan memaksa" desis
Gagak Wereng Naga Pasa memandanginya dengan heran, katanya
"He..!, sejak kapan kau memperhitungkan cara untuk
melarikan diri ?"
"Bukan untuk melarikan diri" sahut Gagak Wereng,
tetapi ia tidak menemukan kata-kata untuk melanjutkan
kalimatnaya. Naga Pasa tertawa, katanya "Kedua orang yang
tinggal di istana itu adalah bangsawan-bangsawan yang
hanya pandai berhias dan merayu perempuan, karena itu
mereka harus dibunuh, jika tidak, maka perempuan-
perempuan akan menjadi korban mereka dan hidup
tersia-sia dihari tuanya"
"Cukup.., desis Kumbara "Marilah kita bersiap-siap,
semuanya akan segera dimulai"
Ketiga orang itupun meloncat turun dari kuda mereka
dan menambatkan kuda-kuda itu di batang perdu di
depan istana itu. Untuk sesaat mereka mcncoba
mengamati keadaan, tetapi istana itu benar-benar telah
menjadi sepi. "Kita akan masuk sekarang" berkata Kumbara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng dan Naga Pati mengangguk kecil, hampir diluar sadar, merekapun telah meraba senjata masing-masing, Seolah-olah mereka ingin meyakinkan, bahwa senjata-senjata mereka akan dapat
menyelesaikan persoalan yang sedang mereka hadapi.
Sejenak kemudian Kumbarapun telah telah berdiri dimuka pintu regol, beberapa kali ia mencoba mendorongnya, tetapi agaknya pintu itu telah diselarak,
"Kita dorong saja" desis Naga Pasa.
"Itu akan membuat keributan, kita dapat mengangkat selarak dengan memasukkan tangan kita pada bagian yang rusak itu"
"Aku tidak telaten" desis Gagak Wereng "Aku akan loncat dinding batu dan aku akan membukanya dari dalam"
Kumbara mengangguk, katanya "Baik, lakukanlah"
Gagak Werengpun segera meloncat keatas dinding batu yang mengelilingi halaman, sejenak ia memandang ke bagian dalam dari dinding batu itu. Ternyata halaman itu benar-benar sepi. Tidak ada sesuatu nampak bergerak meskipun sekedar oleh seekor kadal. Gagak Wereng segera meloncat masuk, dengan hati-hati ia melangkah mendekati pintu gerbang dan kemudian membuka selaraknya.
Kumbara dan Naga Pasa yang berada di luar, menarik nafas dalam-dalam, seolah pintu pintu telah terbuka lebar-lebar bagi tugas yang yang akan dilakukannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun yang sudah terjadi baru ujung dari
keseluruhan tugas yang sangat berat. Terlebih-lebih
dengan kehadiran kedua orang bangsawan yang berada
di dalam istana itu pula.
"Apakah kita akan langsung memasuki istana?"
bertanya Gagak Wereng
"Sudah barang tentu" Jawan Kumbara "Kita tidak
akan membuang waktu lebih lama lagi"
"Marilah" geram Naga Pasa "Pekerjaan kita sudah
selesai" "Kau bermimpi, kita baru mulai"
"Ya", kita baru mulai, tetapi selanjutnya adalah
mudah sekali"
Kumbara memandang Naga Pasa dengan tatapan
mata yang ragu, namun iapun kemudian tidak
menghiraukannya lagi. Perlahan-lahan ia mulai
melangkah mendekati pendapa yang remang-remang
diterangi oleh lampu minyak yang redup.
"Kita akan naik ke pendapa dan langsung mengetuk
pintu" berkata Kumbara.
"Ya, kita akan mengetuk pintu" sahut Naga Pasa yang
mulai melangkahkan kakinya naik ke pendapa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi langkahnya terhenti, dengan wajah yang tegang ia memandang Kumbara dan Gagak Wereng yang juga termangu-mangu.
"Aku mendengar sesuatu" desis Naga Pasa
"Ya, aku juga mendengar sesuatu" sahut Kumbara.
Ketiganyapun kemudian berdiri mematung, namun untuk beberapa saat lamanya, tidak ada sesuatu yang yang mereka dengar, desah anginpun tidak.
"Aku akan naik" berkata Naga Pasa "Ternyata kita telah diganggu oleh kecemasan kita sendiri"
Kumbara mengangguk, katanya "Ketuklah pintu itu keras-keras"
Namun Naga Pasa tidak sempat menjawanb, tiba-tiba saja terdengar suara tertawa disisi pendapa itu, dari dalam kegelapan terdengar suara "Kau tidak usah mengetuk pintu itu keras-keras, aku berada disini"
Naga Pasa segera meloncat turun, dengan wajah yang tegang ia memandang kedalam kegelapan sambil berkata "Nah, ternyata yang kami dengar bukan sekedar nafas kami sendiri" ia berhenti sejenak, lalu "He..!
Siapakah kau, apakah kau bangsawan yang ada di istana ini ?"
Ketegangan memuncak ketika mereka melihat dedaunan yang bergerak, dari dalam kegelapan muncul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
seseorang yang seperti telah diduga, ia adalah seorang
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari kedua bangsawan yang ada diistana itu.
"Oo" Kau" desis Kumbara "Terima kasih atas
sambutanmu"
"Namaku Panji Sura Wilaga"
"Panji Sura Wilaga" Kumbara mengulang "Baiklah,
kemarilah, aku akan berbicara denganmu sedikit"
Panji Sura Wilaga melangkah mendekati ketiga orang
itu dengan tanpa ragu-ragu, tidak ada sepercik
kecemasanpun yang membayang diwajahnya.
"Dimanakah kawanmu itu ?" bertanya Kumbara
kepada Panji Sura Wilaga.
"Ia berada di dalam, tetapi ia akan dengan senang
hati menyambut kedatangan kalian pula"
"Baiklah, apakah kau sedang menunggunya Panji Sura
Wilaga ?" "Aku memang tinggal di istana ini bersamanya, ia
sedang menengok bibinya yang agaknya hidup seolah-
olah dalam pengasingan"
"Maksudku, sekarang ini, apakah kau sedang
menunggu kawanmu itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia akan keluar nanti, ia tidak sedang tidur, ia tentu mendengar kedatangan kalian, tetapi ia masih berada didalam"
"Jika demikian, maka aku akan menemuinya dan menemui isteri Pangeran Kuda Narpada"
"Buat apa kau ingin menemuinya ?"
"Ada sesuatu keperluan yang akan aku sampaikan kepada isteri Pangeran yang telah hilang itu"
"Ki Sanak " berkata panji Sura Wilaga "Agaknya tidak pantas jika Ki Sanak pada malam hari yang gelap, datang sebagai tamu di istana ini, bukankan besok masih ada hari ", aku ingin menasehatkan kepada Ki Sanak, besok sajalah datang kembali disiang hari, jangan sekarang"
Kumbara menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah ia ingin mengedepankan perasaannya yang mulai menjadi panas.
"Aku datang untuk menemui isteri Pangeran Kuda Narpada, aku ingin bertemu barang sekejap, dan aku ingin lakukan sekarang, tidak besok"
"Ki Sanak " berkata Sura Wilaga "Sebaiknya Ki Sanak jangan memaksa, itu kurang baik, yang Ki Sanak lakukan sekarang ini benar-benar bertentangan dengan kesopanan yang lazim berlaku"
"Maaf Panji Sura Wilaga " sahut Kumbara "Barangkali
aku memang tidak menghiraukan sopan santun, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
demikianlah keinginanku, jangan menghalang-halangi
aku, supaya hidupmu tidak menjadi pendek."
"Ah, kau sedang menakuti-nakuti" jawab Sura Wilaga
"Jangan seperti menakut-nakuti anak-anak, karena itu,
sebaiknya kalian kembali saja, dan datanglah besok jika
matahari sudah naik tinggi."
"Persetan !!" geram Kumbara yang hampir kehabisan
kesabaran "Kau jangan mempersulit dirimu sendiri."
"Tentu tidak, aku sama sekali tidak mempersulit
diriku, tetapi adalah menjadi kewajibanku untuk
memperingatkanmu. Ketahuilah, bahwa Raden Ayu Kuda
Narpada sekarang sudah tidur, agaknya ia lelah sekali,
karena sehari-harian ia bekerja di dapur, adalah bukan
menjadi kebiasaan isteri seorang bangsawan tinggi
melakukan pekerjaan itu."
"Aku tidak perduli." Bentak Kumbara yang telah
kehilangan kesabaran "Aku akan masuk dan
menemuinya"
"Sebaiknya jangan Ki Sanak, nanti kita akan dapat
berselisih, bukan saja dengan kata-kata, tetapi mungkin
dengan kekerasan"
Kumbara menggeram mendapat tantangan itu, maka
katanya kemudian tidak kalah garangnya "Baiklah, jika
itu yang kau kehendaki, bukan kamilah yang menentang
kalian, tetapi kaulah yang sudah memulainya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja bukan aku, aku hanya sekedar mempersilahkan kalian untuk kembali besok, selebihnya adalah pengotak-atikmu saja"
"Panji Sura Wilaga !!!" berkata Naga Pasa yang sudah kehilangan kesabaran "Kau tinggal memilih, membawa kami masuk dan mempertemukan kami dengan isteri Kuda Narpada, atau kau akan mati dengan penderitaan yang tidak dapat diperkirakan". Dengarlah Panji Sura Wilaga, jika tangan kami menyentuh tubuhmu, maka kau akan menjadi lumpuh, bisu, tuli dan buta seperti seorang anak muda dari padukuhan Karangmaja".
Tetapi diluar dugaan, Panji Sura Wilaga tertawa, katanya "Memang kemampuan anak-anak dari Karangmaja, perguruan Guntur Geni dapat dibanggakan, apabila pemimpinnya yang menyebut dirinya bernama Kiai Sekar Pucang, tetapi bagiku, perguruan itu tidak ubahnya seperti berpuluh-puluh perguruan kecil lainnya yang tesebar dari ujung kulon sampai ke ujung timur pulau ini"
"Gila !!" Kumbara tiba-tiba menggeram "Dari mana kau dapat menyebut nama perguruan dan pimpinanku ?"
"Dari bekas tanganmu yang berbisa itu, aku pernah melihat seorang anak muda yang kau perlakukan seperti itu, adalah diluar peri-kemanusiaan jika kau memperlakukan seorang anak muda pedesaan yang tidak tahu menahu tentang ilmu kanuragan dengan cara seperti itu"
"Ia menentang aku"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apapun yang dilakukannya, kau tentu dengan mudah
akan dapat mencederainya, karena anak pedesaan itu
adalah anak yang bodoh dan dungu"
Tiba-tiba Gagak Wereng yang sejak semula hanya
berdiam diri saja berkata "Kita akan berbantah terus
sepanjang semalam suntuk, atau akan menyelesaikan
tugas kita yang penting ini ?"
"Sudah tentu, kita akan segera bertindak"
"Marilah, aku akan memasuki pringgitan, Siapa yang
sudah jemu berbicara, ikuti aku"
"Panji Sura Wilaga tertawa, katanya "Masuklah, tetapi
kalian tidak akan pernah keluar lagi"
"Jangan hiraukan" berkata Gagak Wereng sambil
melangkah naik ke pendapa "Kita akan berjalan terus,
jika orang ini berani bertindak, ia akan bertindak, ia tahu
pasti, bahwa ia akan berhadapan dengan perguruan
Guntur Geni"
"Jangan panik" desis Panji Sura Wilaga.
"Persetan !!!" Gagak Wereng tidak menghiraukannya.
Panji Sura Wilaga maju beberapa langkah, ketika
iapun kemudian meloncat naik ke pendapa, terdengar
pintu pringgitan terbuka. Nampak dalam cahaya lampu
minyak seorang anak muda berdiri bersilang tangan
didada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Nah itulah yang seorang" berkakta Gagak wereng.
"Ya?" jawab anak muda yang berada di pintu itu
"Aku kira kalian dapat diajak berbicara dan meninggalkan halaman istana ini, tetapi ternyata dugaanku keliru, kau memaksa naik dan masuk kedalam istana bibiku ini"
Gagak Wereng manjadi ragu-ragu sejenak, ada sesuatu yang bergetar didala, hatinya, tetapi sambil menggerakkan giginya ia berkata "Kau jangan mencoba mengganggu tugas tugas kami, aku akan bertemu dengan bibimu"
"Jangan kasar" berkata Raden Kuda Rupaka
"Sebaiknya aku masih memperingatkan kalian sekali lagi, pergilah dan kembalilah besok siang jika memang kalian mempunyai kepentingan dengan bibi"
"Tidak aku akan bertemu dengan bibimu sekarang"
Raden Kuda Rupaka yang lebih muda dari Panji Sura Wilaga ternyata lebih cepat menjadi panas. Sambil menggeram ia melangkah lebih maju dan bekata "Jangan menyombongkan diri karena kalian adalah anak-anak dari perguruan Guntur Geni, itu sama sekali tidak dapat menggetarkan hatiku. Namun aku masih dapat berbicara dan bersikap sebagai manusia, bukankah kita manusia yang mempunyai akal dan budi ", bukankah kita punya mulut untuk berbicara " , dan bukankah kita mengakui, bahwa setiap orang mempunyai hak atas miliknya, seperti bibi mempunyai hak atas istananya ini ", jangan melanggar hak itu, pergilah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan berbicara lagi" Kumbara menjadi semakin
marah "Menepilah, aku akan lewat"
Wajah Kuda Rupaka menjadi merah, dengan
garangnya ia berkata "Jika demikian, kau akan
memaksakan kehendakmu, baiklah itu berarti maut"
Kumbara mengerti bahwa tidak ada jalan lain kecuali
bertempur, karena itu, maka iapun berkata kepada Naga
Pasa dan gagak Wereng "Kalian bersama-sama dapat
membunuh yang seorang itu dengan cepat, aku akan
melayani anak gila ini, kemudian kita bertiga akan
mencincangnya sampai lumat"
Kuda Rupaka tidak bergerser dari tempatnya, ia
berdiri dengan kaki renggang seperti sebatang tonggak
besi baja yang menghujam jauh kedalam pusat bumi.
Namun dalam pada itu, Raden Ayu Narpada dan Inten
Prawesti yang ketakutan didalam ruang tengah istananya
yang suram itu. Tiba-tiba seolah-olah mendapat sebuah
kekuatan yang lain, ia tidak ingin mengorbankan
kemanakannya yang hanya secara kebetulan saja berada
di istananya itu. Karena itu maka didorongnya Inten
perlahan-lahan sambil berkata "Inten, pergilah kepada
Nyi Upih dan anak-anaknya, aku akan menemui orang-
orang itu, mungkin yang dicarinya bukan sesuatu yang
sulit untuk dipenuhi"
"Apakah mereka akan mengambil aku ibunda ?"
bertanya Inten Prawesti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu tidak Inten, pergilah kepada Nyi Upih, ia akan dapat berbuat sesuatu untukmu"
Inten menjadi semakin gematar, tetapi ia tidak dapat menahan ibundanya lagi.
Ketika ibunya bangkit dan melangkah ke pendapa, Inten siap-siap untuk berlari ke belakang, tetapi sebelum ia melangkah ternyata Nyi Upihlah yang berjalan tergesa-gesa memasuki ruangan itu.
"Gusti" ia berdesis
Raden Ayu Kuda Narpada terhenti "Apakah Gusti akan menemui orang-orang itu ?"
"Aku akan menemuinya Nyai, mungkin persoalannya dapat mudah aku selesaikan tanpa menimbulkan onar, aku tidak sampai hati melepaskan angger Kuda Rupaka bertempur dengan mereka, jika terjadi sesuatu atas anak itu, maka aku akan merasa sangat menyesal"
"Tetapi berhati-hatilah Gusti"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk, sementara Inten Prawesti telah memeluk pemomongnya dengan tubuh yang gemetar
"Marilah, duduklah puteri" Nyi Upih mencoba untuk menenangkannya.
"Nyai" desis Inten "Dimana anak-anakmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mereka membeku di pembaringan puteri, aku sudah mengajak mereka kemari, tetapi Pinten tidak berani mengangkat wajahnya sama sekali, sedang Sangkan bersembunyi di bawah kolong amben bambunya"
"Aku juga takut sekali Nyai"
"Sudahlah, aku berharap bahwa segala sesuatunya dapat segera diselesaikan" berkata Raden Ayu Raden Kuda Narpada sambil melanjutkan langkahnya ke pendapa.
Sementara itu, Kuda Rupaka sudah siap untuk memaksa ketiga orang yang datang dengan kasarnya dimalam hari itu untuk pergi, Panji Sura Wilagapun telah meraba hulu pedangnya pula.
Namun dalam pada itu, Kumbara, Naga Pasa dan Gagak Werengpun telah siap menghadapi lawan masing-masing dengan garangnya.
Kehadiran Raden Ayu Narpada telah mengejutkan mereka yang sudah siap bertempur di pendapa, apalagi Kuda Narpada yang dengan sigapnya meloncat mendekati bibinya "Bibi, silahkan bibi masuk, biarlah aku selesaikan persoalan kecil ini, mereka adalah anak-anak dari perguruan Guntur Geni yang tidak mempercayai kemampuan prajurit-prajurit Demak, tetapi sebentar lagi mereka akan menyesal dan akan menyebut nama Sultan Demak sambil berjongkok dihadapanku"
"Anakmas Kuda Rupaka" berkata Raden Ayu Kuda Narpada "Kau adalah tamuku, kehadiranmu, membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku sekeluarga yang kecil ini menjadi gembira, karena
itu, aku tidak mau sesuatu terjadi atasmu anakmas, jika
pakaianmu sobek, apalagi kulitmu tergores ujung senjata
meskipun hanya setebal rambut, aku akan sangat
menyesal, semua kegembiraan akan lenyap dan
persoalannya tentu akan menjadi berkepanjangan"
Kuda Rupaka tertawa, katanya "Bibi, aku tidak biasa
menyombongkan diri, tetapi bersama-sama dengan
paman Panji Sura Wilaga, aku akan berusaha untuk
melindungi istana peninggalan pamanda Kuda Narpada
ini" "Terima kasih anakmas, tetapi biarlah orang ini
menyebutkan persoalannya, biarlah ia mengatakan,
apakah yang akan dibicarakannya dengan aku"
"Nah"!" tiba-tiba saja Kumbara memotong "Itu
adalah suatu kebijaksanaan yang terpuji"
"Angger Kuda Rupaka" berkata Raden Ayu Kuda
Narpada "Biarlah ia berbicara"
Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, iapun
kemudian berjongkok dihadapan bibinya sambil berkata
"Bibi. Adalah kewajiban seorang ksatria untuk berbuat
derma, melindungi yang lemah dan memerangi
kejahatan, apalagi terhadap keluarga sendiri, sedangkan
bagi orang lainpun harus dilakukannya tanpa pamrih.
Bibi, terjadi sesuatu atas diri kami berdua, maka tidak
akan ada seorangpun yang menyalahlkan bibi. Bahkan
ayahanda akan berbangga, bahwa anaknya telah
melakukan tugas seorang ksatria, karena itu bibi, jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
layani orang-orang gila ini, serahkanlah mereka
kepadaku" "Bagus" teriak Naga Pasa "Kau akan kami bunuh lebih
dahulu, baru kami akan berbicara dan memaksa bibimu
untuk memenuhi tuntuan kami"
"Apakah sebenarnya yang kalian kehendaki ?"
bertanya Raden Ayu Kuda Narpada
Namun sebelum mereka menjawab Kuda Rupaka
telah meloncat berdiri sambil berkata lantang "Selama
aku masih berdiri di halaman ini, kalian tidak akan dapat
memaksa bibi untuk berbuat apapun. Karena itu, jika
kalian mampu membunuh aku, lakukanlah"
"Aku akan membunuhmu" geram Kumbara sambil
melangkah maju.
"Bibi masuklah" Kuda Rupaka perlahan-lahan
mendorong bibinya masuk kembali, sehingga Raden Ayu
Kuda Narpada sama sekali tidak sempat menolak"
Demikian Raden Ayu itu hilang dibalik pintu, maka
pintu itupun segera ditarik oleh Raden Kuda Rupaka,
sehingga tertutup rapat-rapat.
"Kau jangan menakuti-nakuti perempuan itu he..!!"
geram Raden Kuda Rupaka "Sekarang lakuka apa yang
akan kau lakukan"
"Kumbara menggeram, namun sebelum ia berkata
sesuatu, Kuda Rupaka dengan acuh tidak acuh berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
turun ke halaman sambil berkata "Di sini kita mendapat
tempat yang lapang untuk saling berbunuhan"
Kumbara tidak menjawab, iapun segera meloncat dari
pendapa langsung menyerang anak muda yang memang
sudh siap menunggunya itu.
Radn Kuda Rupaka sama sekali tidak terkejut
mendapat serangan yang dahsyat itu, dengan sigapnya
ia meloncat. Bakan ia masih sempat berkata "Racun di
tanganmu dan senjatamu tidak akan dapat bekerja
dihadapanku. Aku sudah menggosok seluruh tubuhku
dengan obat panawar racun, Sementara di jariku
terdapat sebuah cincin dengan batu akikJumerut Sisik
Waja, betapa tinggi ketajaman racunmu, kau sama sekali
tidak akan berdaya"
"Gila"!!!, jadi kau mempunyai batu akik Jumerut Sisik
Waja ?" bertanya Kumbara.
"Ya", dan paman Panji Sura Wilaga mempunyai batu
akik Naga Keling. Kecuali obat penawar seperti yang aku
pergunakan pula"
"Persetan"!!! Kalian tentu anak-anak dari perguruan
Cengkir Pitu"
"Kau sudah mengenalnya", nah, jika demikian, jangan
bermain-main dengan racun, tentu tidak ada
gunanya.ntu tidak ada gunanya. Perguruan Guntur Geni
dan Cengkir Pitu mempunyai pengetahuan tentang racun
dari sumber yang sama"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kumbara menggeram, iapun segera menyerang pula sambil berteriak "Tetapi baik akik Jumerut Sisik Waja, maupun Naga Keling tidak mampu membuat kulitmu menjadi kebal. Meskipun kalian tawar dari racun, namun tubuh kalian tidak menjadi kebal oleh senjata tajam"
"Juga anak-anak dari Guntur Geni tidak akan dapat mengelakkan luka ditubuhnya"
Kumbara menjadi semakin marah karena serangannya sama sekali tidak menyentuh lawannya, karena itu, maka iapun segera menyerang lawannya beruntun dengan senjatanya sambil bertanya "Jika kalian anak-anak Cengkir Pitu, kenapa kalian berada disini?"
Kuda Rupaka tidak menyahut, tetapi suara tertawanya terdengar tinggi. Dalam pada itu Naga Pasa dan Gagak Wereng menjadi termangu-mangu melihat perkelahian yang terjadi. Dalam sekilas nampak bahwa Kuda Rupaka memang memiliki kemampuan yang dapat
dibanggakannya.
Namun sementara itu, Panji Sura Wilaga telah siap pula menghadapi keduanya di halaman istana yang suram itu.
"Kau akan segera mati" desis Naga Pasa kemudian.
"Kau atau aku, atau kita bersama-sama"
"Persetan, Kau harus melawan kami berdua"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sudah terlalu biasa bertempur melawan kelinci-kelinci penakut yang berkelahi bersama seluruh keluarganya"
"Persetan"!!!" Kemarahan Naga Pasa telah memuncak, karena itu serangannyapun segera datang membadai, disusul dengan serangan-serangan Gagak Wereng yang dahsyat.
Panji Sura Wilagapun kemudian mengerahkan segenap kemampuan bertempur yang cukup tinggi. Ia sadar, bahwa kedua orang itu akan memaksanya untuk menyerah dan mati. Kemudian mereka bertiga akan dengan sangat mudah dapat membunuh Kuda Rupaka pula.
Karena itu, maka Panji Sura Wilaga harus mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya sesuai dengan pekembangan pertempuran antara Kuda Rupaka dan lawannya.
"Aku harus bertahan sampai saatnya Raden Kuda Rupaka dapat membunuh iblis itu" berkata Panji Sura Wilaga kepada dirinya sendiri, sehingga dengan demikian, sejauh-jauh dapat dilakukan, Panji Sura Wilaga tidak menghambur-hamburkan tenaganya dalam perkelahian itu.
Tetapi hal itu sangat sulit dilakukannya, kedua lawannya memiliki kemampuan yang dapat memaksanya untuk memeras segenap tenaga yang ada padanya. Jika tidak, maka ia justru akan segera mengakhiri perlawanannya. Kumbara dan kawan-kawannya ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah orang-orang yang memang sepantasnya
dipercaya oleh perguruannya untuk menjalankan tugas
yang berat itu.
Karena itulah, maka pertempuran di halaman istana
itu semakin lama menjadi semakin seru. Jika Panji Sura
Wilaga harus bertempur mati-matian untuk
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempertahankan diri dari serangan kedua orang
lawannya. Maka Raden Kuda Rupaka mengerahkan
segenap kemampuannya untuk segera mengalahkan
Kumbara agar ia segera dapat membantu Panji Sura
Wilaga, karena Raden Kuda Rupakapun menyadari
bahwa kawannya itu akan segera mengalami kesulitan.
Sebenarnyalah memang demikian yang terjadi,
melawan kedua orang lawannya itu, Panji Sura Wilaga
harus mengerahkan segenap kemampuan yang dapat
dilakukan. Dengan demikian maka ia harus mengerahkan
segenap tenaganya seakan-akan tanpa mendapat
kesempatan untuk menarik nafas panjang sama sekali.
"Gila" geram Sura Wilaga di dalam hatinya "Ternyata
orang ini benar-benar ingin memaksaku menyerahkan
leherku kepada mereka"
Sementara itu, didalam istana kecil itu, Raden Ayu
Kuda Narpada duduk dengan gemetar, betapa ia
berusaha menenangkan hatinya, namun terasa degup
jantungnya menjadi semakin kencang. Sedang di
belakangnya, Inten Prawesti duduk di dalam pelukan
pemomongnya yang seolah-olah bagaikan membeku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sekali-kali mereka tergetar oleh dentang senjata di
halaman. Kemudian teriakan-teriakan nyaring dari orang-
orang yang sedang berkelahi itu.
"Apakah Kamas Kuda Rupaka akan menang Nyai?"
bertanya Inten Prawesti dengan suara gemetar. Ia tidak
dapat menahan ketegangan yang semakin memuncak di
dadanya. Nyai Upih bergeser sedikit, dengan suara lirih ia
menjawab "Kita berdoa puteri. Yang Maha Kuasa akan
memberi kekuatan kepada setiap orang yang memuji
namanya" Inten Prawesti mengerutkan keningnya, katanya "Ya,
semoga Allah Yang Maha Besar akan memberikan
pertolongannya"
Inten Prawesti termangu-mangu, meskipun hatinya
sedang dicengkam oleh kebingungan, namun ia masih
sempat menimbang-nimbang kata pemomongnya. Tetapi
ia tidak bertanya lagi kepadanya, diluar agaknya
perkkelahian manjadi semakin seru.
Sebenarnyalah bahwa pertempuran di halaman
menjadi semakin seru, namun ternyata bahwa Panji Sura
Wilaga semakin mengalami kesulitan untuk
mempertahankan dirinya melawan dua orang yang
memilki kekuatan hampir seimbang, yang dapat
dilakukannya kemudian adalah sekedar membela diri
dengan harapan bahwa Raden Kuda Rupaka akan segera
dapat mengakhiri perkelahian.
Tetapi lawan Raden Kuda Rupakapun adalah orang
yang sangat tangguh. Ia adalah orang yang paling kuat
diantara tiga orang murid perguruan Guntur Geni yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ditugaskan ke padukuhan Karangmaja itu. Sehingga
dengan demikian maka Raden Kuda Rupakapun tidak
segera dapat menguasainya. Apalagi Panji Sura Wilaga
yang harus bertempur melawan dua orang berpasangan,
dua orang yang garang dan ganas dengan senjata
mereka masing-masing. Senjata yang mengerikan.
Pada setiap ayunan senjata Naga Pasa yang sepasang
itu, bagaikan lambaian maut, sedang Gagak Wereng
yang membawa sebuah limpung berujung rangkap,
merupakan ancaman yang mendebarkan jantung, kearah
manapun senjata itu bergerak, rasa-rasanya dada Panji
Sura Wilaga akan tergores karenanya.
Namun ternyata bahwa semakin lama Panji Sura
Wilaga menjadi semakin lemah, kekuatannya berangsur
menjadi surut, sedang serangan kedua lawannya masih
tetap saja membadai.
"Kau tidak akan dapat luput dari pelukan maut kali ini
Panji" desis Naga Pasa.
Panji Sura Wilaga mengeram, bagaimanapun juga ia
masih manjawab "Jangan berbangga, pertempuran ini
belum selesai".
"Tetapi akhir dari pertempuran ini sudah membayang,
nah apa yang akan kau katakana sebelum ajalmu sampai
?" Panji Sura Wilaga menggeram, tetapi ia tidak
menjawab lagi, Ia mencoba mengerahkan kekuatan yang
ada padanya untuk memperlonggar serangan-serangan
kedua lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi usaha itu tidak memberikan kesempatan
kepadanya, sehingga ia mengumpat di dalam hati "Setan
alas, aku tidak mengira bahwa pertumbuhan perguruan
Guntur Geni menjadi demikian pesatnya, sehingga aku
mendapat kesulitan melawan kedua orang ini, bahkan
Raden Kuda Rupaka tidak segera dapat menyelesaikan
yang seorang itu"
Ternyata Raden Kuda Rupaka dapat melihat kesulitan
yang dialami oleh Panji Sura Wilaga. Karena itu, ia
mencoba mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menyelesaikan lawannya. Tetapi lawannya berbuat
serupa pula, mengerahkan segenap kemampuan yang
ada padanya, sehingga dengan demikian, perkelahian itu
justru menjadi semakin seru. Keduanya ternyata adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melampaui
kemampuan sesamanya, senjata keduanya berputaran
saling melibat dan berbenturan. Percikan bunga api
berloncatan di udara.
Melihat kemampuan antara Kuda Rupaka dam
Kumbara, Panji Sura Wilaga tidak dapat lagi mengharap
bantuannya. Ia harus dapat berusaha menolong dirinya
sendiri, apapaun caranya. Jika tidak, maka ia akan
segera tergolek di tanah tanpa nyawanya lagi.
"Tetapi tidak ada jalan yang dapat aku tempuh" desis
Panji Sura Wilaga didalam hatinya, namun demikian, ia
masih bertempur terus, apapun yang akan terjadi.
Dalam pada itu. Panji Sura Wilaga selalu terdesak
itupun semakin lama menjadi semakin terpisah dari Kuda
Rupaka, tanpa sadarnya, Panji Sura Wilaga terdesak ke
dinding halaman, sehingga pada suatu saat, terasa
punggungnya menyentuh dinding batu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha ha ha".!!" Tiba-tiba Naga Pasa tertawa
"Sekarang, kau tidak akan dapat menghindar lagi,
sebentar lagi, nyawamu akan terpisah dari tubuhmu,
sekali lagi, aku bertanya kepadamu, pesan apakah yang
akan kau sampaikan sebelum kau mati?"
Panji Sura Wilaga mengeram, tetapi ia tidak
menjawab sama sekali, ia harus berpikir bagaimana
dapat melepaskan diri dari bencana yang sudah
membayang di pelupuk matanya itu. Jika serangan dari
kedua orang itu dating bersama-sama, maka ia tidak
akan dapat berbuat banyak, karena punggungnya sudah
terasa menyentuh dinding batu.
"Kenapa kau diam saja" bertanya Naga Pasa "Ini
adalah kesempatanmu yang terakhir"
Panji Sura Wilaga masih tetap membisu, tetapi ia
benar-benar tidak melihat lagi jalan untuk keluar dari
kesulitan itu. Namun demikian, Panji Sura Wilaga bukan
seorang pengecut, ia tidak akan merengek minta belas
kasihan kepada lawan-lawannya. Apapun yang akan
terjadi atas dirinya, ia akan menggenggam senjatanya,
mati dengan senjata ditangan baginya adalah kematian
yang paling terhormat bagi seorang laki-laki.
Naga Pasa dan Gagak Wereng telah mempersiapkan
dirinya untuk meneyerang bersama. Serangan yang
terakhir kalinya dan yang akan menentukan kematian
lawannya. Sepasang senjata dan sebuah senjata
berujung rangkap, telah siap terayun dan mematuk pada
tubuh yang sudah melekat pada dinding batu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi pada saat yang paling tegang bagi Panji Sura
Wilaga itu, tiba-tiba halaman istana kecil itu telah
digetarkan oleh suara tertawa yang berkepanjangan.
Suara tertawa yang terlontar dari atas dinding batu tepat
diatas Panji Sura Wilaga berdiri.
Semua orang berpaling kearah suara itu. Dalam
kegelapan, yang nampak hanyalah sebuah bayangan
hitam. Bayangan seseorang yang berdiri tegak diatas
dinding batu dengan kepala tengadah dan tangan
bertolak pinggang.
Dengan demikian maka perkelahian yang terjadi di
halaman itu seakan-akan telah terhenti. Masing-masing
dengan heran bertanya-tanya di dalam hati, siapakah
orang yang berdiri diatas dinding batu itu.
Kumbara yang sedang bertempur dengan Kuda
Rupaka dengan marah menggeram "He, siapakah kau ",
dan apakah maksudmu mengganggu permainan kami ?"
Orang itu tidak segera menjawab, tetapi suara
tertawanya masih saja menggema. Panji Sura Wilagapun
telah dicengkam oleh keragu-raguan. Ia tidak tahu pasti,
siapakah orang yang berdiri diatas dinding batu itu, dan
apakah maksudnya. Jika orang itu kawan kedua
lawannya, maka ia akan dengan mudah sekali meloncat
dam menikam tengkuknya, sementara ia berusaha
menangkis dan menghindari serangan kedua lawannya.
Karena itu, maka dengan ragu-ragu uapun bertanya
"Siapakah Kau ?"
Bab 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga, aku bukan sanak dan kadangmu, tetapi aku tidak ingin melihat kalian mati di halaman rumah ini" Jawab orang itu.
"He"!!, siapakah kau" teriak Naga Pasa.
"Mungkin niatku untuk menyelamatkan Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga bukannya niat yang jujur pula, tetapi bagiku, lebih baik aku membantu kalian saat ini dan membinasakan ketiga iblis itu, baru kemudian, mungkin akan timbul persoalan antara kita masing-masing"
"Gila..!!" geram Kumbara "Siapa kau he..!!"
"Mungkin aku mempunyai maksud yang sama dengan iblis-iblis ini, mungkin pula dengan Raden, tetapi itu tidak penting, yang penting ketiga iblis ini harus dibinasakan"
"Persetan..!!" geram Naga Pasa "Turunlah, jika kau ingin dicincang pula disini"
"Tentu tidak, aku melihat perkelahian ini dari sela-sela pintu regol, aku melihat Raden Kuda Rupaka memiliki kemungkinan lebih baik dari iblis itu, sedang Panji Sura Wilaga tentu akan dapat menyelamatkan dirinya, jika ia berkelahi seorang lawan seorang, dengan demikian, maka aku akan mengambil salah seorang dari kedua lawan Panji Sura Wilaga agar Panji Sura Wilaga tidak terbunuh di halaman rumah ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila..!!" Panji Sura Wilagapun menggeram "Siapa kau
He..!!" Orang itu tertawa lagi, katanya disela-sela suara
tertawanya "Maaf Raden Kuda Rupaka, mungkin aku
telah menyinggung sifat kesatriamu, tetapi aku tidak
dapat mengingkari kenyataan ini. Panji Sura Wilaga tidak
akan mampu melawan dua orang sekaligus, bukan
karena Panji Sura Wilaga ilmu kanuragannya lemah,
tetapi ia sedang melawan dua orang yang dengan licik
mengeroyoknya, itu tidak adil. Aku akan mencoba
membuat perkelahian menjadi adil, jika Raden Kuda
Rupaka atau Panji Sura Wilaga sudah berhasil
membunuh lawannya, maka aku akan menininggalkan
gelanggang dan menyerahkan lawanku kepada salah
seorang dari kalian yang bebas dari lawan"
"Bagaimana jika kau terbunuh?" geram Raden Kuda
Rupaka. "Itu adalah nasibku, aku akan mati disini, tetapi
namaku akan tetap kau kenang sepanjang umurmu"
"Siapa namami ?" tiba-tiba Kuda Rupaka bertanya.
Orang itu tertegun sejenak, namun iapun tertawa,
katanya "Aku tidak punya nama"
"Persetan" desis Naga Pasa "Marilah, kau akan paling
cepat mati, setidak-tidaknya, kau akan menjadi cacat"
Orang itu tertawa, jawabnya "Maksudmu seperti
Kasdu anak Karangmaja itu " Aku bukan anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karangmaja, aku memiliki penawar racun yang
bagaimanapun juga tajamnya, kau tidak percaya ?"
"Jadi kau yang mengobati anak Karangmaja itu ?"
dengan serta merta Raden Kuda Rupaka berteriak.
"Bukan, bukan aku" jawab orang itu sambil tertawa.
"Gila..!!" geram Kumbara "Jadi anak Karangmaja itu
sudah diobati?"
"Ya"., tetapi bukan aku, meskipun aku mempunyai
cula kumbang kuning bermata berlian"
"Gila" !!" hampir bersamaan orang-orang yang ada di
halaman itu menggeram "Kau datang dari kaki gunung
Semeru ?".
Orang yang berdiri diatas dinding itu tertawa lagi,
katanya "Apakah hanya di kaki gunung Semeru saja yang
terdapat kumbang kuning bermata berlian"
"Ya?" sahut Kumbara "Kami tahu, bahwa yang kau
maksud bukan sebenarnya kumbang. Tetapi kuning
bermata berlian adalah lambang perguruan Kumbang
Kuning pimpinan Ajar Sokanti"
"Ooo" kau mengenal nama Ajar Sokanti yang hidup
seratus lima puluh tahun yang lalu seperti nama
pemimpin perguruan Guntur Geni yang diabadikan
sampai sekarang", bukankah yang disebut Kiai Sekar
Pucang sekarang ini sama sekali bukan Kiai Sekar Pucang
pendiri perguruan Guntur Geni" Ternyata dari arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perkembangan perguruan Guntur Geni itu sendiri. Nah,
aku ingin bertanya, apakah kira-kira Kiai Sekar Pucang
akan dapat tertawa melihat kalian pada malam hari
seperti ini dengan bengis menakut-nakuti seorang
perempuan di istana kecil ini". Tentu tidak, Kiai Sekar
Pucang yang sebenarnya tentu akan sangat berprihatin,
bahkan mungkin akan membunuh diri"
"Tutup mulutmu" teriak Kumbara "Kau sama sekali
tidak mengenal kami, kau tidak mengenal tugas
kemanusian yang sedang kami lakukan sekarang ini"
Orang diatas dinding itu tertawa semakin keras,
katanya "Tugas kemanusiaan yang mana yang akan kau
lakukan disini, sudahlah anak-anak Guntur geni, marilah
kita bermain-main, jika kalian menyangka aku datang
dari perguruan Kumbang Kuning di kaki gunung Semeru,
nah, kita disini telah berkumpul bersama-sama Perguruan
Guntur Geni, Perguruan Cengkir Pitu yang mengalir dari
sumber yang sama. Kemudian perguruan yang kau sebut
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kumbang Kuning, tetapi ketahuilah, bahwa sebenarnaya
aku tidak datang dari perguruan Kumbang Kuning yang
dipimpin oleh Ajar Sokanti, meskipun aku berhubungan
erat dengan perguruan itu"
"Persetan, aku tidak peduli dari mana kau datang,
yang penting, kaupun harus dibinasakan sekarang ini"
teriak Naga Pasa.
"Baiklah" bekata orang yang berada diatas dinding
batu itu "Akupun sudah jemu berbicara" Ia berhenti
sejenak lalu "Panji Sura Wilaga, jangan tersinggung jika
aku akan berada di sebelahmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panji Sura Wilaga tidak menyahut, iapun kemudian
bergeser setapak. Tetapi geraknya itu seolah-olah telah
merupakan aba-aba bagi kedua lawannya yang tiba-tiba
saja telah mempersiapkan ujung senjata untuk
menerkam. Agaknya Naga Pasa dan Gagak Wereng tidak menyia-
nyiakan setiap kesempatan, dengan sebuah teriakan
nyaring, Naga Pasa meloncat menyerang Panji Sura
Wilaga yang berdiri termangu-mangu, sementara
bayangan orang yang tidak dikenal itu masih berada
diatas dinding.
Panji Sura Wilaga berdesir melihat serangan itu,
namun ia tidak dapat tinggal diam, dengan sigapnya ia
bergeser sambil menangkis serangan Naga Pasa yang
dahsyat itu. Tetapi dengan demikian ia kehilangan pengamatannya
atas Gagak Wereng, jika pada saat yang bersamaan
Gagak Wereng meloncat menyerang pula, ia akan
kehilangan semua kesempatan untuk bertempur lebih
lama lagi. Dalam pada itu, sekilas ia melihat Gagak Wereng
sudah mulai bergerak, tetapi ia tidak melihatnya apa
yang dilakukan kemudian. Karena ia harus memusatkan
perhatiannya kepada serangan Naga Pasa.
Barulah kemudian Panji Sura Wilaga menyadari,
bahwa serangan Gagak Wereng, yang seharusnya telah
mengakhiri perlawanannya itupun telah dipotong oleh
orang yang berdiri diatas dinding batu itu. Sambil
meloncat ia menangkis serangan senjata yang berujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
rangkap di tangan Gagak Wereng, sehingga Gagak
Wereng tidak berhasil menyentuh tubuh Panji Sura
Wilaga, dan bahkan kemudian meloncat surut.
"Gila?" geram Gagak Wereng "Jadi kau benar-benar
ikut mencampuri persoalan ini"
Orang itu tidak menjawab, tetapi dialah yang
kemudian yang menyerang dengan sengitnya. Gagak
Wereng terpaksa meloncat surut, baru kemudian ia dapat
menempatkan dirinya dalam perlawanan yang mapan.
Sementara itu, Naga Pasa masih bertempur dengan
serunya melawan Panji Sura Wilaga, namun karena
kemudian ia harus bertempur sendiri, maka
keseimbangannyapun segera berubah. Panji Sura Wilaga
mendapat kesempatan untuk menarik nafas. Ia tidak lagi
merasa terus menerus didesak kesudut halaman,
sehingga disaat terakhir ia harus melekat dinding batu
dan hampir saja kehilangan kesempatan untuk tetap
hidup. Dalam pada itu, Kumbarapun menjadi semakin
marah, dengan demikian berarti tugasnya akan menjadi
semakin panjang, Naga Pasa dan Gagak Wereng tidak
lagi dapat bertempur bersama-sama untuk dalam waktu
yang lebih singkat, membunuh Panji Sura Wilaga. Karena
itu, maka iapun kemudian memusatkan perkelahian itu
pada diri sendiri, ia harus dapat membunuh lawannya
dengan cepat. Sehingga ia akan dapat membantu salah
seorang kawannya membunuh lawannya.
Sambil berteriak nyaring, Kumbarapun segera
mengulangi perkelahiannya melawan Kuda Rupaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
namun Kuda Rupaka telah menjadi semakin tenang.
Meskipun kehadiran orang yang tidak dikenal itu dapat
menimbulkan persoalan-persoalan baru, tetapi persoalan
itu akan dapat diselesaikannya kemudian.
"Jika perlu, seteleh ketiga iblis itu mati, maka orang
itupun harus disingkirkan pula" desis Kuda Rupaka "Jika
tidak, maka ia akan menjadi pengganggu istana ini,
untuk selanjutnya. Mungkin ia akan memeras atau
seolah-olah ia adalah pahlawan yang menuntut imbalan"
Tiba-tiba saja Kuda Rupaka telah mengenang meskipun
hanya hanya sekilas, Inten Prawesti.
"Apakah orang itu mempunyai maksud-maksud
tertentu terhadap diajeng Intan Prawesti ?" tetapi ia
tidak sempat bertanya-tanya lebih jauh, ia harus
memusatkan diri pada perkelahian yang menjadi semakin
seru itu. Dalam pada itu, setelah bertempur beberapa saat,
Gagak Werengpun merasa, bahwa lawannya ternyata
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari padanya,
dalam waktu yang pendek iapun segera terdesak.
Senjatanya yang garang itu todak banyak dapat
menyerang apalagi menembus pertahan senjata
lawannya. Senjata yang tidak lebih dari sepotong rantai
yang tidak begitu panjang.
"Gila.." desis Gagak Wereng didalam hati "Rantai yang
berputar itu seolah-olah menjadi perisai baja yang tidak
dapat disusupi oleh ujung duri yang paling runcing
sekalipun"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Baik Kumbara maupun Naga Pasa melihat, bahwa Gagak Wereng segera terdesak surut. Bahkan sekali-kali ternyata senjata lawannya telah hampir berhasil menyentuh tubuhnya.
"Aku tidak biasa membunuh orang" berkata orang yang telah ikut dalam pertempuran itu "Tetapi dalam keadaan seperti ini, aku kira membunuh bukannya suatu kesalahan"
"Persetan"!!" geram Gagak Wereng yang mencoba mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.
"Ki Sanak" berkata orang itu, "Apa boleh buat, jika aku tidak membunuhmu, maka akibatnya tentu akan berkepanjangan. Jika kemudian ada kawanmu yang dapat lolos dalam keadaan hidup, biarlah ia mengatakan bahwa salah seorang kawannya telah mati terbunuh di Karangmaja oleh orang yang memiliki ciri perguruan Kumbang Kuning. Tetapi aku bukan murid perguruan Sokantil itu"
Gagak Wereng tidak menjawab, serangannya bertambah dahsyat. Tetapi perlawanan orang yang tidak dikenal itupun menjadi semakin sengit. Bahkan rasa-rasanya, bagaikan banjir yang sudah mulai
menggoyahkan tanggul. Dan kemudian ternyata, kemampuan orang itu tidak terlawan lagi oleh Gagak Wereng, ujung rantainya rasa-rasanya semakin lama semakin dekat dengan tubuhnya, bahkan pada suatu saat, terasa ujung rantai itu bagaikan lalat yang mulai hinggap ditubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Gila" geram Gagak Wereng "Orang ini benar-benar
memilki kemampuan perguruan Kumbang Kuning"
Namun Gagak Wereng tidak sempat memujinya lebih
banyaklagi, karena terasa ujung rantai itu menyengatnya
lagi, maka bukanlah sekedar suatu sentuhan saja,
kulitnya mulai terasa pedih karena tergores luka yang
mulai menganga.
Terdengar orang itu tertawa "Kau tidak akan mampu
berbuat banyak. Sebaiknya kau menghentikan
perlawananmu. Aku tidak akan membunuhmu"
"Persetan..!!" geram Gagak Wereng, kemarahannya
bagaiakan membakar jantungnya, namun sejalan dengan
itu, iapun merasa bahwa umurnya sudah berada diujung
rambutnya. Sementara itu, pertempuran antara kedua kawannya
manjadi semakin sengit. Agaknya semakin lama menjadi
nyata, bahwa murid perguruan Cengkir Pitu masih
memiliki kelebihan dari anak Guntur Geni, ternyata
bahwa Panji Sura Wilaga dan Raden Kuda Rupaka sudah
berhasil menguasai lawannya sebaik-baiknya. Naga Pasa
yang garang itupun sudah hampir kehilangan akal
melawan Panji Sura Wilaga yang cepapt dan cekatan.
Apalagi setelah ia kehilangan seorang lawannya yang
kemudian bertempur dengan orang yang tidak
dikenalnya. Yang paling mengalami kesulitan sebenarnya adalah
Gagak Wereng, ia sadar lawannya mempunyai banyak
kelebihan dari padanya. Tetapi ia sendiri merasa heran,
bahwa ia tidak segera kehilangan nyawanya. Namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tubuhnya semakin lama semakin lemah. Bahkan
kemudian ia sama sekali tidak mampu lagi untuk
melakukan perlawanan apapun juga. Darahnya semakin
banyak mengalir dari luka-lukanya dan nafasnya serasa
telah menyumbat kerongkongan.
Meskipun demikian, ia merasa bahwa ia masih tetap
hidup. Orang yang tidak dikenalnya itu justru tidak lagi
memusatkan serangannya pada bagian tubuhnya yang
berbahaya. Bahkan ketika ia sudah tidak mempu berbuat
sesuatu, maka lawannya berhenti pula sambil
menggeram "Apakah kau menyerah"
"Gila..!!, aku tidak akan menyerah kepada siapapun
juga" sahut Gagak Wereng. Yang terdengar adalah suara
tertawa orang yang tidak dikenal itu mendekati lawannya
sambil berkata "Mengangkat senjatamu yang mengerikan
itupun kau sudah tidak mampu lagi, bagaimana kau akan
melawanku"
Gagak Wereng menggeretakkan giginya, ia masih
menghentakkan kekuatannya untuk mengangkakt
senjatanya. Namun ketika ia mengayunkannya dan tidak
mengenai sasarannya, justru ia terdorong selangkah
maju dan jatuh terlungkup.
"Beristirahatlah, aku merasa bahwa tugasku sudah
selesai. Kau akan tetap hidup dan akan ditangkap oleh
kedua bangsawan itu. Mungkin kau akan dibawa ke
Demak atau ke tempat lain atau keputusan apapun yang
akan mereka ambil"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gagak Wereng masih akan menjawab, namun tiba-
tiba saja lawannya telah meloncat mundur. Beberapa
saat ia mengamati pertempuran itu, kemudian dengan
lincahnya ia meloncat naik keatas dinding batu itu sambil
berkata "Aku minta diri. He..!! Raden Kuda Rupaka dan
Panji Sura Wilaga. Silahkan menyelesaikan tugas kalian,
aku sudah mencoba membantu kalian"
"Kau akan kemana ?". bertanya Raden Kuda Rupaka.
"Aku akan kembali ke sarangku, aku adalah hantu
malam yang berkeliaran didalam gelap. Jika ayam mulai
berkokok, aku harus sudah berada kembali ke sarangku
yang tersembunyi, diatas pepohonan yang rimbun"
"Gila?" geram Kumbara yang tidak memburu Kuda
Rupaka "Kau licik, jika kau jantan, tunggulah setelah aku
membunuh bangsawan kerdil ini"
Tetapi orang orang berdiri diatas dinding itu tertawa
"Jangan berharap kau dapat memenangkan pertempuran
itu. Semuanya sudah nampak padaku, bahwa kau hanya
akan dapat menyebut nama orang tuamu sebelum
ajalmu sampai. Kecuali jika Raden berhati putih, dan
memberi kesempatan hidup kepadamu, meskipun kau
harus diserahkan kepada para prajurit"
"Tidak ada bedanya" geram Kuda Rupaka "Ditangan
prajurit ia akan dibunuh"
"Itu bukan persoalanku. Sekarang aku akan pergi.
Hantu-hantu sudah memiliki jalan pintu gerbang. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lebh senang meloncati pagar. Dan selamat menyabung
nyawa" Bayangan itu tidak menunggu lagi, iapun segera
meloncat dan hilang dibalik dinding batu. Kumbara
menggeretakkan giginya, namun ketika ia sadar akan
keadaannya, maka tiba-tiba iapun segera meloncat
menyerang dengan garangnya. Tetapi Raden Kuda
Rupaka telah siap menghadapinya, iapun segera
bergeser dan bahkan serangannyapun kemudian
menyapu lawannya seperti angin prahara menyapu
pepohonan perdu dipadang yang luas.
Naga Pasapun mengalami tekanan yang dahsyat
sekali. Panji Sura Wilaga ternyata memiliki tenaga
raksasa yang tidak terlawan olehnya, sehingga dengan
demikian, Naga Pasa mencoba melawan dengan
kecepatannya bergerak. Tetapi rasa-rasanya
darimanapun ia menyerang, Panji Sura Wilaga yang tidak
banyak bergerak itu sudah siap menghadapinya.
Dalam pada itu, Gagak Wereng yang terluka masih
sempat memperhatikan pertempuran disekitarnya,
meskipun dalam keremangan malam, namun ia dapat
melihat, bahwa kedua kawannya agaknya telah terdesak
oleh anak-anak perguruan Cengkir Pitu, sedangkan ia
sendiri sudah tidak mampu sama sekali untuk ikut dalam
pertempuran itu.
Meskipun demikian Gagak Wereng tidak menyerah,
dalam ketegangan yang memuncak, ia masih dapat
mengerahkan segenap tenaganya yang tersisa untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
merangkak menepi. Bahkan kemudian ia berhasil
bergeser sampai ke pintu gerbang.
"Aku akan melarikan diri, jika aku dapat hidup, maka
aku akan dapat melaporkan apa yang telah terjadi disini
kepada perguruanku" katanya kepada diri sendiri.
Agaknya Panji Sura Wilaga dan Raden Kuda Rupaka tidak
sempat berbuat sesuatu atas Gagak Wereng, keduanya
terikat dalam satu perkelahian yang akan menentukan
hidup dan mati.
Karena itulah, akhirnya dengan susah payah, Gagak
Wereng ternyata masih sempat mencapai kudanya yang
masih tetap terikat ditempatnya.
Sejenak kemudian terdengar derap kaki kuda itu.
Seorang yang terluka duduk diatas punggungnya, namun
kemudian oleh perasaan sakit dan letih, Gagak Wereng
telah menelungkup sambil memeluk leher kudanya.
Hanya sekali-kali ia mencoba melihat arah dan kemudian
ia meletakkan tubuhnya kembali dengan lemahnya.
Derap kaki kuda itu ternyata telah mengejutkan
mereka yang sedang bertempur di halaman. Terlebih-
lebih adalah Raden Kuda Rupaka, tetapi ia tidak dapat
berbuat apapun, ketika tatapan matanya tidak lagi dapat
menemukan Gagak Wereng, maka iapun segera
melompat sembil bertempur "Licik"!!!, inilah ciri dari
perguruan Guntur Geni yang terkenal itu..?""
Kumbara tidak segera menjawab, mula-mula ia
merasa tersinggung atas sikap Gagak Wereng yang sama
sekali tidak menunjukkan kesetia-kawanan, tetapi
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya ia memahami keadaan, Gagak Wereng tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sudah terluka parah dan tidak dapat berbuat apapun
juga. Karena itu, usahanya untuk menyelamatkan diri
adalah usaha yang akan dapat berguna. Meskipun tidak
berguna bagi Kumbara sendiri dan Naga Pasa, tetapi
tentu akan berguna sekali bagi perguruannya. Saudara-
saudara perguruannya akan mengetahui, bahwa
Kumbara dan Naga Pasa telah terlibat dalam satu
pertempuran yang tidak teratasi di istana kecil yang
terpencil diluar padukuhan Karangmaja.
Dengan demikian akhirnya perasaan Kumbara
menjadi semakin mapan. Ia melihat akibat yang dapat
terjadi atasnya dengan dada tengadah. Sejak ia
berangkat, iapun sudah mempersiapkan dirinya
menghadapi segala kesulitan. Dan salah satu
kemungkinan adalah kesulitan yang tidak teratasi,
meskipun semula ia menganggap bahwa tugas pokoknya
kali ini adalah tugas yang tidak berbahaya karena itu
tidak berpenghuni selain tiga orang perempuan, namun
akibat-akibat yang dapat timbul telah dipertimbangkan
pula. Diantaranya adalah akibat seperti yang sedang
dihadapinya itu.
Demikianlah maka pertempuran itupun semakin lama
menjadi semakin nyata. Serangan demi serangan yang
dilancarkan okeh kedua murid dari perguruan Cengkir
Pitu itupun telah menggiring perempuran itu untuk
segera mencapai akhirnya. Kumbara dan Naga Pasa tidak
dapat ingkar lagi, kali ini tugas perguruannya harus
ditunaikan dengan mempertaruhkan nyawanya.
Namun agaknya keduanya benar-banar telah ditempa
dalam perguruannya. Mereka sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengeluh, jika memang harus mati dalam pelukan
kewajiban, maka mati itupun bukan apa-apa bagi
Kumbara dan Naga Pasa.
Sebenarnyalah bahwa akhirnya Kumbara tidak dapat
bertahan lagi. Lawannya adalah seorang anak muda
yang umurnya jauh dibawah umurnya sendiri. Tetapi
ternyata anak muda dari perguruan Cengkir Pitu itu
memiliki kemampuan yang tidak terlawan, dan yang
bahkan telah menyeretnya kedalam maut.
Segores demi segores luka, telah menyengat tubuh
Kumbara. Demikian juga agaknya Naga Pasa, betapapun
ia bertempur dengan gigihnya, tetapi akhirnya, sebuah
tusukan langsung menghujam ke jantungnya, telah
melemparkannya dan membantingnya ke tanah. Untuk
seterusnya Naga Pasapun tidak akan pernah bangkit lagi.
Kumbara yang sudah terluka parah masih sempat
melihat betapapun buramnya, kawannya terlempar dan
terbanting untuk tidak bangkit lagi. Ia tidak sempat
berbuat apa-apa karena matanyapun manjadi
berkunang-kunang. Darahnya sudah terlampau banyak
mengalir, sehingga akhirnya ia harus mengakhiri
pertempuran itu dengan menyerahkan nyawanya.
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
sekali-kali ia mengusap tangannya yang ternyata juga
terluka. Tetapi seperti yang dikatakannya, ia memang
mempunyai obat penawar racun, selain batu akik yang
dianggapnya dapat berpengaruh pula atas racun yang
mengenai tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sambil tersenyum Raden Kuda Rupaka berjalan
mendekati Panji Sura Wilaga yang berdiri bersandar
dinding batu, nafasnya terengah-engah dan tubuhnya
serasa telah kehilangnan tenaga.
"Kau kenapa paman..?"" bertanya Raden Kuda
Rupaka "Aku hampir kehabisan nafas Raden, orang ini benar-
benar memiliki kemampuan jauh diatas dugaan kita
semula" "Ya", Aku juga tidak mengira, bahwa orang itu
mempu melukai tanganku, untunglah aku benar-benar
telah menyiapkan obat penawar racun itu. Aku yakin,
senjata orang Guntur Geni tentu mengandung racun"
"Jika Raden hanya terluka di tangan, maka aku
terluka di beberapa tempat meskipun tidak dalam,
senjatanya yang sepasang itu benar-benar mampu
bergerak cepat sekali"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, namun
ternyata bahwa iapun masih harus mengatur
pernafasannya. "Marilah kita singkirkan mayat-mayat ini, kita akan
menghadap bibi dan melaporkan apa yang terjadi. Besok
kita minta bantuan orang-orang Karangmaja untuk
menguburkan mayat-mayat ini"
"Tetapi hal ini tentu akan sangant mengejutkannya"
berkata Panji Sura Wilaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apaboleh buat, bukankah kita harus mengatakannya
juga?" "Panji Sura Wilaga menarik nafas dalam-dalam. Lalu
katanya "Tetapi sebaliknya kita memang harus segera
saja menghadap. Agar hati Raden Ayu segera menjadi
tenang" Keduanya kemudian membenahi pakaiannya, mereka
mengelap darah yang menetes dari luka mereka. Setelah
mereka menyingirkan kedua mayat itu, maka merekapun
segera naik ke pendepa dan dengan perlahan-lahan
mendorong pintu.
"Oh?" Inten Prawesti hampir menjerit. Ia menjadi
sangat cemas, bahwa yang akan masuk ke rumahnya
adalah orang-orang yang mendatangi istananya itu.
Tetapi ternyata kemudian terdengar suara Raden
Kuda Rupaka "Aku bibi"
"Anakmas Kuda Rupaka ?" bibinya hapir terpekik.
"Ya, bibi"
Raden Ayu Kuda Narpada tiba-tiba saja meloncat
berdiri diikuti oleh Inten Prawesti. Demikian Raden Kuda
Rupaka muncul dari balik pintu, maka bibinyapun segera
berlari kearahnya. Tetapi langkahnya terhenti ketika ia
melihat darah yang menodai pakaian Raden Kuda
Rupaka itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Darah bibi" desis Raden Kuda Rupaka yang seolah-olah mengerti apa yang tersirat dihati bibinya.
"Kau terluka ?"
"Sedikit, tetapi tidak berbahaya"
"Dimana pamanmu Panji Sura Wilaga ?"
Raden Kuda Rupaka berpaling, kemudian masuklah Panji Sura Wilaga yang terengah-engah.
"Oh, Kau juga terluka ?"
"Sedikit Raden Ayu, tidak parah"
"Tetapi bagaimanakah dengan jika luka ini akan menjadi semakin besar kelak ?"
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Aku sudah membawa bekal obat yang dapat dipercaya, sudahlah bibi, aku akan membersihkan diriku dan mengobati lukaku dan luka paman Panji Sura Wilaga"
Raden Ayu Kuda Narpada, memandang keduanya dengan tatapan mata yang penuh perasaan terima kasih.
Sementara Inten Prawesti yang berdiri di belakang ibundanyapun bertanya "Bukankan kau tidak apa-apa kamas ?"
"Tidak, tidak diajeng, jangan khawatirkan aku, aku tidak apa-apa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi apakah kamas memerlukan apa-apa untuk
membersihkan luka itu ", air panas misalnya ?"
Raden Kuda Rupaka termenung sejenak, sementara
itu Nyi Upih telah berdiri dan berkata "Biarlah aku
merebus air. He" anak-anakku harus aku beritahu dulu
bahwa pertempuran sudah selesai"
"Dimana anak-anakmu ?" bertanya Raden Kuda
Rupaka. "Sangkan sembunyi di kolong pembaringan adiknya.
Pinten menjadi kaku di pembaringan itu" Nyi Upih
berhenti sejenak, lalu "Tetapi bagaimana dengan orang-
orang itu ?"
Raden Kuda Rupaka menjaid ragu-ragu, namun
kemudian ia berkata "Keduanya terpaksa kami bunuh"
"Oh..!!" Raden Ayu Kuda Narpada dan Inten Prawesti
hampri bersamaan berdesah.
"Beberapa orangkah yang telah datang ke istana ini
Raden ?" bertanya Nyi Upih pula.
"Tiga, hanya tiga orang, tetapi yang seorang berehasil
meloloskan diri"
Nyi Upih menjadi tegang, katanya "Kenapa tidak
semuanya saja dibunuh Raden, yang seorang itu tentu
akan sangat berbahaya bagi kita"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Memang
ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi Nyai.
Mungkin ia akan datang lagi dengan beberapa orang
kawan. Mungkin ia justru menjadi jera, tetapi mungkin
juga perguruannya akan langsung berurusan dengan
perguruan Cengkir Pitu"
"Oo?" Nyi Upih mengangguk-angguk, dan seperti
bukan atas kehendaknya ia berkata "Tentu perguruan
orang-orang jahat itu tidak akan berani berurusan
dengan perguruan Raden, mudah-mudahan dengan
demikian mereka akan benar-benar menjadi jera"
"Sudahlah" berkata Raden Kuda Rupaka "Setidak-
tidaknya malam ini seluruh isi istana dapat tidur nyenyak,
tidak akan ada lagi yang berani menganggunya, mayat
itu sudah aku singkirkan. Biarlah besok aku minta
bantuan orang-orang Karangmaja untuk menguburnya"
Raden Ayu Kuda Narpada mengangguk-angguk
"Silahkan bibi beristirahat"
Raden Ayu Kuda Narpadapun kemudian mengajak
Inten Prawesti masuk kedalam biliknya, setelah mereka
berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Raden
Kuda Rupaka. Ketika Raden Ayu Kuda Narpada telah hilang dibalik
pintu biliknya maka Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura
Wilaga yang masih sangat letih itupun pergi kebelakang
diikuti oleh Nyi Upih, mereka akan membersihkan diri
dari luka-luka mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku akan merebus air, Raden" berkata Nyi Upih
"Terima kasih Nyai" sahut Raden Kuda Rupaka
"Dimanakah anak-anakmu Nyai"
?"Mereka didalam biliknya Raden"
Raden Kuda Rupaka sempat menjengukkan kepalanya
ke dalam bilik Pinten, dilihatnya Pinten tidur
menelungkup sambil menyembunyikan wajahnya
diantara kedua tangannya, sementara di kolong
pembaringan, nampak kaki Sangkan yang ketakutan dan
bersembunyi. Raden Kuda Rupaka tersenyum, perlahan-lahan ia
mendekati kedua anak itu, sambil berjingkat. Kemudian
tiba-tiba saja ia menepuk kaki Sangkan sambil
memebentak "Ayo tertangkap kau..!!"
Sangkan terkejut bukan buatan, sehingga iapun
terlonjak, karena ia berada ia berada dikolong
pembaringan adiknya, maka amben itupun tersentak pula
oleh hentakan tubuh Sangkan. Pinten yang ada
dipembaringan itu tidak kalah terkejutnya. Iapun
kemudian meloncat dan berlari kesudut ruangan,
sedemikian kecil hatinya, sehingga meskipun mulutnya
terbuka tetapi suaranya sama sekali tidak terdengar.
Sangkan yang gemetar akhirnya berhasil keluar dari
kolong pembaringan, dengan wajah yang pucat dan
mata yang terbelalak ia memandang kepada Raden Kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Rupaka. Terdengar suara tertawa Raden Kuda Rupaka.
Panji Sura Wilaga yang menyaksikannya dari pintu bilik
itupun tertawa pula.
"Raden"., oh, jadi Raden Kuda Rupaka" Suara
Sangkan terputus-putus.
"Kau memang pengecut" Raden Kuda Rupaka masih
saja tertawa "Belum lagi kau disentuh oleh tangan
penjahat itu, kau sudah mati membeku di sini"
"Tetapi, tetapi?"" Ia tidak dapat melanjutkan kata-
katanya. Sementara itu Nyi Upih telah berada di belakang Panji
Sura Wilaga, katanya "Jika Raden menakuti-nakuti anak-
anakku, aku tidak mau merebus air"
Raden Kuda Rupaka tertawa berkepanjangan,
meskipun ia mencoba menahannya agar tidak
mengejutkan bibinya di dalam.
"Anakmu memang keterlaluan Nyai, aku mengerti
bahwa Pinten menjadi ketakutan, tetapi Sangkan tidak
boleh menjadi pengecut begitu"
"Jika aku dapat berkelahi seperti prajurit, aku tidak
akan ketakutan" sahut Sangkan.
"Kalau begitu, kau harus belajar, Kau sanggup?"
"Siapakah yang akan mengajari?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Biarlah paman Panji, jika kelak aku dan paman Panji
pergi, kau dapat menjaga diri, atau kau dapat menjaga
bibi, atau setidak-tidaknya menjaga biyungmu"
"Aku tidak perlu dijaga lagi Raden, jika ada orang
yang mau mengambil aku, biarlah, aku memang
menunggu orang yang mau berbuat demikian"
"O", kau ini" desis Raden Kuda Rupaka "Agaknya kau
dan anak-anakmu memang mempunyai sifat yang turun
temurun, bodoh dan agak malas"
"Aku tidak mau merebus air"
"Baiklah, baiklah Nyai, aku tidak akan mengganggu
anak-anakmu lagi" namun kemudian ia berpaling
"Sangkan, jika kau mau, paman kan benar-benar
memberimu serba sedikit tuntunan oleh kanuragan, kau
mau?" "Tentu Raden, aku akan senang hati sekali"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk. Katanya
"Nah, dengan demikian kau akan benar-benar menjadi
seorang laki-laki, sampai sekarang kau sama sekali tidak
ada harganya, jika kau memiliki sedikit pengetahuan dan
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ilmu oleh kanuragan, maka kau akan mulai merasakan
tanggung jawab bahwa kau adalah seorang laki-laki"
"Terima kasih Raden" jawab Sangkan "Tetapi, tetapi
berapa tahun aku harus belajar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku hanya akan tinggal disini beberapa hari lagi, jika
tidak ada ketiga penjahat itu, sebebarnya aku sudah
akan mohon diri, tetapi karena itulah maka aku harus
tinggal disini beberapa lama lagi"
Sangkan mengangguk-angguk, tetapi nampaknya
wajahnya membayang keragu-raguan hatinya.
"Kenapa kau nampak ragu-ragu ?" bertanya Raden
Kuda Rupaka. "Dahulu, aku pernah mendengar seorang prajurit
Majapahit mengatakan bahwa, mempelajari ilmu
kanuragan diperlukan waktu bertahun-tahun"
"Tidak hanya bertahun-tahun, tetapi tidak akan
berkeputusan, maksudku tidak akan ada henti-hentinya
sampai akhir hayat. Karena ilmu adalah semisal lautan
yang tidak akan pernah kering, meskipun setiap hari
disengat oleh panasnya matahari"
"Lalu, apakah artinya ilmu yang akan aku pelajari
dalam beberapa hari saja ?"
"He.. otakmu cerdas juga, tetapi kau harus ingat,
lebih baik yang sedikit dari pada tidak sama sekali"
"Baik Raden, terima kasih"
"Tidur sajalah, aku akan membersihkan luka-lukaku"
Raden Kuda Rupakapun kemudian meninggalkan bilik
itu setelah untuk beberapa saat ia berdiri di muka Pinten
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang bagaikan membeku, sambil menepuk bahu gadis
yang ketakutan itu ia berkata "Minumlah, agar kau
menjadi tenang"
Pinten menarik nafas dalam-dalam, ketika Raden
Kuda Rupaka sudah melintasi pintu, gadis itu tertatih-
tatih berdiri. "Aku hampir pingsan" desisnya
"Tidur sajalah, tidak akan ada apa-apa lagi malam ini"
"Uh, macam kau"
"Minumlah, agar hatimu menjadi tenang"
?"Lagakmu, tidur sajalah di kolong amben itu lagi"
Sangkan tersenyum. Dilihatnya adiknya pergi keluar
bilik untuk mengambil minum di dapur, agaknya ia
benar-benar ingin minum agar hatinya menjadi tenang.
Sementara itu, selagi Raden Kuda Rupaka sibuk
membersihkan lukanya, seseorang berjalan dengan
tergesa-gesa ke istana kecil yang terpencil itu. jauh diluar
padukuhan ia melihat seekor kuda yang berlari didalam
kegelapan dan hilang dikejauhan.
Sesaat orang itu termangu-mangu, namun iapun
kemudian ia meloncat keatas dinding didalam kegelapan
bayangan dedaunan.
Beberapa saat lamanya, orang itu memperhatikan
keadaan di sekitarnya, halaman itu telah sepi, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
seorangpun yang berada di halaman itu. Dengan
telinganya yang tajam ia mencoba untuk memperhatikan,
dengan setiap desir yang didengarnya, namun akhirnya
ia yakin bahwa tidak ada suara nafas seseorang. Dengan
hati-hati sosok tubuh itupun meloncat turun, dengan
seksama ia memperhatikan bekas-bekas pertempuran
dihalaman itu. Sambil menarik nafas ia berkata
"Pertempuran yang dahsyat"
Akhirnya ia menemukan dua sosok tubuh yang
terbaring diam. Dua sosok tubuh yang telah menjadi
mayat. Perlahan-lahan ia mendekatinya, ketika ia
menyentuh mayat itu, terasa betapa dinginnya. Sejenak
ia berada ditempatnya sambil memandangi istana yang
nampak semakin suram itu, tetapi istana itupun sepi,
namun telinganya yang tajam, masih menangkap suara
seseorang dibagian belakang. Suara percakapan Raden
Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilaga dengan Sangkan dan
Nyi Upih. Namun percakapan itupun tidak berlangsung lama,
sejenak kemudian istana itu telah benar-benar menjadi
sepi. Raden Kuda Rupaka dan Panji Sura Wilagapun
segera masuk kedalam biliknya pula. Apalagi terasa
badan mereka yang letih oleh perkelahian yang dahsyat
di halaman, sehingga dengan demikian merekapun
segera tertidur nyenyak. Namun demikian mereka sama
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 4 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Pendekar Kelana 6