Pencarian

Istana Yang Suram 5

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 5


burung yang bertengger didahan pohon dadap itupun
terjatuh ke tanah.
"Nah, burung itu sudah jatuh Nuri"
"Apakah burung itu mati kek?"
"Tidak, burung itu tidak mati, tetapi sekedar pingsan,
sebentar lagi burung itu akan segera sadar lagi, nah
ambillah, dan bermainlah dengan burung itu sambil
menunggu kakakmu datang"
Gadis kecil yang bernama Wuyung itupun kemudian
berlari-lari mengambil burung yang pingsan itu,
kemudian iapun berlari ke pakiwan dan menitikkan
beberapa tetes air ke paruh burung itu, sehingga sejenak
kemudian burung itupun menjadi sadar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi dalam pada itu, gadis itu sudah melupakan,
bagaimanakah caranya pertapa itu mendapatkannya
bahwa dengan sebuah tiupan, burung itupun jatuh dari
dahan pohon dadap.
Pertapa itu tersenyum melihat Wuyung dengan
asyiknya bermain-main dengan seekor burung jalak urea,
namun setiap kali Wuyung mengerutkan dahinya, karena
burung itu selalu meronta-ronta.
"Kek, burung ini nakal sekali" katanya
Pertapa itu tersenyum, katanya "itu adalah nalurinya,
Nuri, Ia ingin bebas terbang di udara, bermain bersama
angin yang lembut, kau lihat burung yang terbang itu,
betapa senangnya dia"
Wuyung mengadahkan kepalanyaa. Lalu "Alap-alap,
burung itu Alap-alap kek"
"Ya?"
"Ooo, kalau begitu jalak ini harus bersembunyi, jika
tidak maka burung ini akan disambarnya"
Pertapa itu mengangguk-angguk "Seperti di hutan,
Nuri, maka di udarapun berlaku hukum kekuatan itu,
siapa yang lemah akan menjadi mangsa yang lebih kuat"
"Apakah dimana-mana juga begitu kek?"
"Tidak Nuri, kita manusia tidak berbuat demikian, kita
mempunyai pertimbangan-pertimbangan lain dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kekuatan jasmaniah, kita mempunyai perasaan yang
mengandung berbagai macam sentuhan, kita dapat
menjadi kasihan terhadap sesama jika kita melihat
penderitaan lahir maupun batin, kita dapat menimbang
manakah yang baik dan yang manakah yang buruk, dan
kita memiliki rasa keadilan dan keseimbangan"
Wuyung mamandang pertapa itu dengan tatapan
yang aneh, sehingga akhirnya pertapa itu tertawa.
"Kenapa kakek tertawa?"
"Aku sedang menggigau, kau tentu tidak tahu apa
yang aku katakana, tetapi tidak apa, kelak kau akan
menjadi besar, dan kau kan mulai mengetahui dengan
sendirinya" kakek itupun kemudian tertatih-tatih berjalan
mendekati gadis itu, "Marilah, masuklah, barangkali aku
masih mempunyai kelapa muda dan segumpal gula
kelapa, kau senang kelapa muda bukan", jika kebetulan
aku tidak mempunyai, kau selalu bertanya"
"He, apakah kakek dapat memanjat pohon kelapa?"
"Kenapa?"
"Berjalanpun agaknya kakek harus memakai tongkat"
Pertapa itu tertawa, jawabnya "Kakakmu, Panon yang
memanjat pohon kelapa itu"
Wuyungpun kemudian mengikut pertapa itu ke
gubugnya, bahkan ia berusaha untuk menggandeng
kakek yang berjalan tertatih-tatih itu sambil berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hati-hati kek, nanti kakek jatuh tersandung tlundak
pintu, seharusnya kakang Panon memperbaiki pintu
rumah kakek" ia berhenti sejenak, lalu "Kenapa kakek
tinggal sendiri disini" Kadang-kadang ibu bertanya
kepada ayah, kenapa kakek tidak tinggal bersama kami
saja", kakek tidak perlu menanak nasi dan mencuci
pakaian sendiri"
Petapa itu tersenyum, katanya "Aku tidak pernah
menanak nasi, Nuri"
Wuyung mengerutkan keningnya, ia menjadi heran
mendengar jawaban kakek pertapa itu, sehingga
kemudian iapun bertanya "Jika kakek tidak menanak
nasi, apa yang kakek makan" Atau barangkali kakang
Panon yang menanak nasi untuk kakek?"
Orang tua itu tertawa, katanya "Kakek tidak makan
nasi, kakek makan jenis makanan yang lain"
"Ketela pohon" Jagung ?"
Kakek itu tidak menjawab, tetapi ia masih saja
tersenyum. "Jika kakek merebus jagung atau ketela pohon,
bukankah hampir saja sibuknya dengan menanak nasi?"
Pertapa itu menggeleng, tetapi katanya kemudian
"Sudahlah Nuri, jangan risaukan kakek, sekarang
bermainlah di dalam gubug ini saja, jangan pergi
sebelum kakamu datang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kakek akan kemana?"
"Aku tidak kemana-mana, aku akan duduk dipintu
menunggu kakakmu dan ayahmu"
Wuyung yang dipanggil Nuri oleh pertapa tua itu tidak
menjawab, iapun kemudian duduk diatas amben bambu
sambil bermain-main dengan burung di tangannya,
namun kemudian iapun menjadi jemu dan bangkit
"Kakek, aku akan melepaskan burung ini"
Kakek pertapa yang duduk di muka pintu itupun
berpaling sambil berkata "Bagus, jika terlalu lama kau
pegang, maka, burung itu akan menjadi sangat bersedih"
Wuyungpun kemudian berlari ke pintu, disisi pertapa
itu iapun kemudian duduk sambil berkata "Aku akan
melepaskannya ke udara, kek apakah burung itu akan
menjadi gembira?"
"Tentu Nuri, setiap kebebasan akan disambut dengan
gembira" "Tetapi kek, sebenarnya burung yang dipelihara di
dalam sangkar itu, tentu merasa lebih senang, ia tidak
usah mencari makan dan terlindung dari bahaya, dari
alap-alap misalnya, atau dari anak-anak nakal yang
bermain dengan tulup"
"Nampaknya memang begitu Nuri, tetapi kebebasan
harganya lebih mahal dari makanan sehari-hari, atau
bahkan kebebasan kadang-kadang harus dituntut dengan
mempertaruhkan nyawa, meskipun kebebasan itu sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bukannya berarti berbuat sekehendak hati, karena justru
setelah kebebasan itu dapat dicapai, maka yang dihadapi
kemudian adalah sebuah tertanggungan jawab, misalnya
burung itu harus mencari makan dan melindungi dirinya
dari bahaya"
Wuyung mengerutkan keningnya, nampaknya ia tidak
dapat mengerti kata-kata kakek pertapa itu, meskipun
kemudian mengangguk-angguk, tetapi sambil tersenyum
kakek itu berkata "Nah, cobalah, lepaskan burung itu, ia
akan segera terbang ke langit biru dan terbang di
sinarnya matahari yang nyaman, ia akan segera
berdendang melagukan pujian karena kebebasannya"
Wuyung memandang pertapa itu sejenak, namun
kemudian iapun berdiri di halaman, sesaat ia termangu-
mangu, dipandanginya burung di tangannya dan langit
yang biru yang terbentang diatas tanah pegunungan.
"Aku lepaskan sekarang ya kek?" Wuyung bertanya
Kakek itu mengangguk.
Wuyungpun kemudian melepaskan burung itu ke
udara, sesaat kemudian burung itupun mengepakkan
sayapnya dan terbang tinggi dengan tanpa berpaling.
Wuyung termangu-mangu sejenak, namun kemudian
iapun tertawa sambil berlari mendapatkan kakek pertapa
yang duduk di muka pintu.
"Kek, burung itu terbang tinggi ke langit biru"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pertapa itu tersenyum, katanya "Nah, bukankah
burung itu dengan riang kini berputaran di udara"
Wuyung mengangguk-angguk, nampaknya ia masih
akan bicara lagi, tetapi mulutnya yang sudah menganga
itupun terkatup kembali ketika ia mendengar suara
ayahnya "Aku sudah menduga kau disini Wuyung?"
Wuyung berpaling, dilihatnya ayahnya berjalan
diantara tanaman di kebun di samping gubug itu.
Wuyung meloncat dan berlari mendapatkan ayahnya
sambil berkata lantang "Baru saja kakek menangkap
burung buatku"
Ayahnya tersenyum, lalu dibimbingnya anak gadisnya
kembali ke gubug itu sambil berkata "Tetapi lain kali,
jangan pergi sendiri Wuyung"
"Aku di rumah sendiri"
"Justru kau sendiri, kau harus menjaga rumah"
"Wuyung memberengut, tetapi ia tidak menyahut lagi.
Ternyata ayah Wuyung tidak datang seorang diri, di
belakangnya Panon Suka mengikutinya dengan ragu,
agaknya ia masih dicengkam oleh berbagai pertanyaan
tentang sikap gurunya dan apalagi gurunya telah minta
kepadanya untuk memanggil ayahnya.
"Tanpa dipanggilpun ayahnya selalu datang" katanya
di dalam hati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Panon tidak sampai ikut masuk ke dalam
gubug itu, karena gurunyapun kemudian berkata "Panon,
antarkan adikmu pulang, nanti ibu dan kakaknya gelisah
karena anak itu pergi"
Panon mengangguk sambil menjawab "Baik guiru"
Tetapi nampaknya Wuyung masih segan untuk
pulang, meskipun ia tidak mengelak kakaknya
membimbing tangannya dan membawanya
meninggalkan gubug itu.
Namun agaknya masih ada beberapa persoalan yang
mengganggu pikiran kecilnya, sehingga ia tidak dapat
menahannya lagi, dan menanyakannya kepada Panon,
"Kakang, apakah yang dimakan oleh kakek pertapa itu",
katanya ia tidak pernah menanak nasi"
Panon memandang adiknya sejenak, lalu berkata
"Kenapa kau tanyakan hal itu?"
"Kakek mengatakan, bahwa ia tidak pernah menanak
nasi dan memang ia tidak pernah makan nasi?"
"Panon mengangguk, jawabnya "Kakek pertapa itu
memang tidak pernah makan nasi Wuyung, yang
dimakannya adalah empon-empon disamping sebangsa
garut dan lembong"
"Hanya itu?"
"Dan cabe, cabe rawit"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, aneh sekali"
"Sudahlah, kau tidak usah memikirkannya, kakek
pertapa itu tentu sudah mempunyai maksud tertentu
dengan caranya itu"
"Aneh sekali" Gadis itu termangu-mangu sejenak,
namun tiba-tiba ia teringat cara pertapa itu menangkap
burung, karena itu, maka katanya "Kakang, kakek itu
menangkap burung dengan cara yang aneh, Ia
memasukkan kerikil kecil sekali ke dalam mulutnya,
kemudian, dengan sebuah hembusan, kerikil itu dapat
membuat seekor burung menjadi pingsan, aku pernah
melihat cara yang hampir serupa, tetapi orang lain
mempergunakan tulup dan lempung"
Bab 11 Panon Suka tertawa, sambil menarik tangan adiknya
agar gadis kecil itu berjalan lebih cepat ia berkata
"Marilah, ibu tentu sudah pulang dari pasar, apakah kau
tidak pesan oleh-oleh?"
"Tentu ibu akan membeli tiga bungkus hawug-hawug"
Panon tidak bertanya lagi, Ia mengajak adiknya
mendaki tebing yang curam, kemudian meloncati parit
dan berjalan di sepanjang tanggul.
"Aneh" katanya dalam hati. Adikya yang masih kecil
itu nampaknya tidak merasa lelah, ada sesuatu yang lain
padanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Panon tidak mengatakannya, ia berjalan saja semakin lama semakin cepat. Dan Wuyungpun berlari-lari kecil di sampingnya.
Dalam pada itu, sepeninggal Panon Suka dam Wuyung, pertapa tua itupun mempersilahkan ayah Panon masuk ke dalam gubugnya, setelah mereka duduk berdua, maka pertapa tua itupun segera mulai dengan kepentingannya, kenapa ia memanggil ayah Panon datang kepadanya.
"Adi" berkata pertapa itu "Sebenarnya Panon Suka masih terlampau muda untuk melakukan tugas ini, tetapi aku tidak mempunyai pilihan lain, dari segi olah kanuragan dan kajiwan, aku menanggap bahwa ia sudah cukup mampu untuk melindungi dirinya meskipun baru dalam waktu yang singkat aku membimbingnya, ia memiliki banyak kelebihan secara alamiah yang dibawanya sejak ia lahir, sehingga ilmu yang aku berikan dengan keadaan jasmaniku yang cacat ini, segera dapat dipahami dan dihayatinya, meskipun dengan hanya petunjuk-petunjuk lisan dan sedikit contoh-contoh yang tidak berarti, kini Panon Suka telah menjadi seorang yang memiliki ilmuku hampir seluruhnya"
"Tuan, eh, kakang Wirit semuanya aku serahkan kepadamu, aku percayakan anak itu seluruhnya lahir dan batinnya"
Petapa itu tertawa, katanya "Sudah sekian lamanya kita bergaul, Adi masih saja sering keliru, menyebut namaku" Ayah Panon tersenyum dan menunduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Adi, Panon adalah anak laki-lakimu satu-satunya,
karena itu aku akan minta ijin, apakah Panon Suka
diperkenankan untuk menggantikan aku yang sudah
cacat ini?"
Ayah Panon menjadi heran, ia tidak segera mengerti
maksud pertapa yang disebutnya kakang Wirit itu,
karena itu, maka dengan ragu-ragu ia bertanya "Aku
tidak mengerti maksudmu kakang, apakah Panon harus
menggantikan kedudukanmu sebagai pertapa di lereng
gunung ini", atau kedudukan yang lain?"
"Adi, ada sesuatu yang penting yang harus aku
lakukan, dan yang seharusnya aku lakukan itu, terhalang
oleh keadaan jasmaniahku yang cacat sekarang ini"
Ayah Panon menarik nafas dalam-dalam, kemudian
dengan nada datar ia berkata "Maksud kakang, apakah
Panon harus menuntut balas atas peristiwa yang pernah
terjadi atas kakang Wirit beberapa tahun yang lalu itu?"
"Tidak sama sekali, tidak" Sahut Wirit dengan
tergesa-gesa, "Aku sama sekali tidak bermimpi untuk
membalas dendam"
"Jadi tugas apakah yang harus dilakukan oleh
Panon?" "Adi, aku minta ijin untuk memberikan suatu tugas


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berat, ia harus meninggalkan lereng gunung yang
hijau ini dan pergi ketempat yang jauh"
"Kemana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ke Pegunungan Sewu"
"Pegunungan Sewu" Jadi ke dinding selatan dari
pulau ini?" Wirit mengangguk-angguk.
Ayah Panon menarik nafas dalam-dalam, bagaimana
juga terasa sesuatu bergetar didadanya, karena Panon
adalah anak laki satu-satunya, kedua saudaranya yang
lain adalah perempuan semuanya.
"Meskipun demikian Adi, aku menunggu
keputusanmu" berkata pertapa itu selanjutnya "Aku
adalah guru Panon Suka, tetapi kau adalah ayahnya,
adalah salah bahwa seorang guru merasa lebih berhak
atas muridnya dari pada ayah anak itu sendiri, keduanya
seharusnya memiliki tanggung jawab bersama didalam
bidangnya masing-masing serta mendasarinya dengan
budi pekerti yang baik, sesuai dengan darma seseorang
terhadap sesama dan baktinya terhadap Yang Maha
Pencipta" Ia berhenti sejenak, lalu "karena itulah, dalam
penyerahan tugas dan tanggung jawab kali ini, akupun
minta pertimbanganmu, katakanlah dengan jujur
menurut kata hatimu, apakah kau dapat melepaskan
anak lakimu satu-satunya itu"
Ayah Panon termenung sejenak, angan-angannya
mulai merayap kedalam bayangan yang harus dilakukan
oleh anaknya di Pegunungan Sewu.
"Kakang Wirit" Iapun berkata kemudian "Kau belum
mengatakan tugas yang kau bebankan kepada anakku
itu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, aku belum mengatakannya " Wirit termenung sejenak, lalu "Adi, di daerah Pegunungan Sewu, tepatnya di daerah yang bernama Karangmaja, terdapat sebuah istana kecil yang dibuat oleh Pangeran Kuda Narpada"
"Jadi".." desis ayah Panon.
"Aku belum selesai" berkata Wirit, "Aku ingin minta Panon Suka untuk pergi ke istana kecil itu, ada sesuatu yang penting harus dilakukan Panon di dalam istana kecil itu"
Ayah Panon mengangguk-angguk, sementara Wirit berkata lebih lanjut "Adi, tugas itu memang berat, aku tidak tahu apakah yang akan dihadapinya, dan aku tidak tahu keadaan istana itu sekarang, mungkin istana itu sudah musnah, mungkin masih ada, dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atas istana yan dibuat oleh Pangeran Kuda Narpada itu"
"Ya?" berkata Ayah Panon "Istana itu tentu sudah beberapa tahun ditinggalkannya"
Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya kemudian
"Perjalanan Panon ke Pegunungan Sewu itu mungkin hanya merupakan sebuah tamasya saja tanpa berbuat sesuatu, ia akan kembali dan berkata kepadaku bahwa Istana itu sudah musnah dengan segala isinya" Ia berhentu sejenak, lalu "Tetapi ada kemungkinan yang lain, ia akan bertemu dengan beberapa orang yang tidak dikenalnya dan ia harus mempertahankan nyawanya, itulah yang menyebabkan aku harus minta pendapatmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ayah Panon memandang wajah pertapa itu sejenak,
ia melihat tatapan mata yang buram, namun ia melihat
sesuatu keyakinan yang memancar pada mata yang
buram itu, karena itu, maka, ayah Panon itupun
kemudian berkata "Kakang Wirit, kaulah yang
mengetahui, apakah bekal Panon Suka sudah cukup
untuk melakukan tugas itu, jika sekiranya bekal itu
memang sudah cukup, baiklah, aku tidak berkeberatan,
karena aku percaya, bahwa ia akan dapat melindungi
dirinya sendiri, meskipun kemungkinan yang pahit masih
dapat terjadi"
Wirit mengangguk-anggukkan kepalanya, katanya
"Waktu yang dipergunakan oleh Panon untuk menuntut
ilmu memang terlampau singkat, hanya beberapa tahun
saja, sebenarnya masih belum cukup, tetapi ketekunan
dan bakat alamiah yang ada padanya, membuat aku
menjadi heran, bahwa dalam waktu yang singkat itu, ia
sudah memiliki hampir semua kemampuanku, sebelum
aku menjadi cacat, bahkan ia memliki beberapa
kelebihan justru karena cara hidup dan daerah yang
cukup berat baginya hampir setiap saat, jika Panon Suka
pergi ke sawah, sehari dua tiga kali, mengambil air
dengan lodong bamboo dan memanggulnya nail lereng,
dan kerja yang lain, telah menempa tubuhnya dan
menjadikannya seorang yang kuat kewadagannya,
kemudian diramu dengan ilmu dan latihan-latihan yang
teratur dan khusus, ternyata telah membuatnya menjadi
seorang anak muda yang luar biasa"
Ayah Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Aku hanya dapat mengucapkan terima kasih kepadamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kakang, karena itulah, maka aku serahkan Panon
sepenuhnya untuk melakukan tugasnya yang penting itu"
"Terima kasih adi, Nanti malam aku akan memberikan
pesan dan petunjuk atas tugas yang harus dijalankannya
itu" "Aku hanya dapat berdoa, aku tidak dapat
memberikan bekal apapun"
"Mudah-mudahan semua tugas dapat dilakukannya
dengan baik tanpa kesulitan apapun adi, jika ia datang
ke istana itu, dan tidak ada pihak-pihak lain yang terkait,
maka tugasnya akan cepat selesai, bahkan seandainya
istana itu sudah musnah sekalipun, asal ia masih dapat
menemukan bekasnya, maka ia dapat menyelesaikannya
pula" Ia terhenti sejenak lalu "Tetapi jika hadir pihak-
pihak lain, maka, persoalannya akan menjadi bertambah
panjang, tetapi Panon tidak harus harus dapat melakkan
tugasnya tanpa pertimbangan-pertimbangan yang wajar,
aku akan berpesan kepadanya, bahwa apabila menurut
perhitungannya tugas itu tidak dapat dilakukannya, maka
ia dapat mengurungkannya, ia tidak perlu dengan
membabi buta mengorbankan nyawanya, jika hal itu
sudah diketahuinya, karena bagiku nyawa seseorang
adalah sesuatu yang sangat berharga, lebih berharga
dari apapun juga, tetapi jika taruhan nyawa itu tidak
dapat dihindarinya, dengan kemungkinan-kemungkinan
yang nyata, maka barulah ia akan berjuang dengan
segenap kemampuan yang ada padanya"
Ayah Panon mengangguk-angguk, debar jantungnya
masih belum dapat ditenangkannya karena terbayang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
angan-angannya anak laki satu-satunya itu menempuh
bahaya yang melandanya bagaikan gelora ombak di
lautan yang sedang diaduk oleh angin lautan.
Tetapi akhirnya ayah Panon itupun harus pasrah, di
dalam hatinya ia mencoba untuk menghibur dirinya
sendiri, "Gurunya tentu mengetahui, bahwa tugas yang
diberikan kepada Panon akan dapat dilakukannya dengan
baik, tanpa menjerumuskannya ke dalam pengorbanan
yang sia-sia. Karena itulah, maka ayah Panon mencoba untuk
mengedapankan perasaannya, sambil mengangguk-
angguk, ia berkata "Yang Maha Agung akan
melindunginya jika ia berjalan di jalan yang lurus"
"Ya adi, sandaran yang paling utama, dan aku
mencoba untuk mendorongnya melalui jalan yang lurus
itu" Keduanya tidak meneruskan pembicaraannya, ketika
Panonpun kemudian datang kembali setelah
mengantarkan adiknya pulang, gurunya ingin
memberikan pesan dan nasehat-nasehat tersendiri.
Sejenak kemudian ayah Panon minta diri, ia sama
sekali tidak ingin memberitahukan hal itu kepada
isterinya, agar isterinya tidak menjadi cemas dan selalu
memikirkannya. Ketika kemudian malam turun menyelubungi lereng
pegunungan, maka Panonpun duduk menghadap
gurunya, dengan dada yang berdebar-debar. Ia tahu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bahwa gurunya akan memberikan tugas yang penting
kepadanya, tugas yang harus dilakukannya dengan
segenap kemampuan yang telah diterimanya dari
gurunya. "Panon" berkata gurunya, "Kau akan menemuh
sebuah perjalanan yang cukup jauh, meskipun perjalanan
itu masih belum sejauh perjalanan para petualang yang
sebenarnya"
Panon hanya menundukkan kepalanya, dengan
seksama iapun mendengarnya, perjalanan yang harus
ditempuhnya ke pegunungan seribu yang membujur
bagaikan dinding yang panjang disisi selatan tanah ini.
Dengan lengkap pertapa itu memberikan beberapa
penjelasan, pesan dan petunjuk-petunjuk apakah yanag
harus dikerjakannya di halaman sebuah istana kecil di
padukuhan Karangmaja.
"Panon" berkata gurunya, "Aku tidak mengetahui
perkembangan terakhir dari istana kecil itu, mungkin
perjalanan akan menjadi singkat, tetapi mungkin juga
panjang dengan segala macam akibat yang akan dapat
terjadi" Panon masih menundukkan kepalanya.
"Setiap kali, kau akan dapat menghubungi aku Panon,
jika kau menemukan persoalan-persoalan diluar
pengetahuanmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jadi setiap kali aku harus kembali kemari guru?"
bertanya Panon kemudian.
Gurunya menggeleng, katanya "Bukan begitu
maksudku, bukan kau harus mondar mandir pada jarak
yang jauh itu, tetapi akulah yang harus mendekat"
"Guru" desis Pnon
"Gurunya tersenyum, katanya "Sebagaimana kau
lihat, tubuhku memang cacat, aku akan mengalami
kesulitan jika aku menempuh jarak yang begitu jauh,
tetapi jika jarak itu aku lalui dengan tidak tergesa-gesa,
maka aku akan sampai ke tujuan, itulah sebabnya maka
aku akan mempercayakan kau untuk melakukan tugas
ini. Tetapi mungkin perkembangan terakhir yang tidak
aku ketahui sudah menjadikan keadaan jauh berubah,
karena itu Panon, aku akan mendekati pegunungan
Sewu, mungkin lima atau enam hari aku baru sampai,
sementara itu, kau sudah memanjat naik dan melihat
perkembangan terakhir pada pahukuhan itu"
Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya kemudian
"Guru, sebenarnya aku dapat mondar mandir pada jarak
yang meskipun agak panjang, tetapi dapat dicapai dalam
waktu sehari, jika aku mengenderai seekor kuda"
Gurunya menggeeleng, katanya "Tidak Panon, jika
jalannya rata seperti jalan-jalan padukuhan, memang
jarak itu dapat ditempuh dalam sehari semalam,, bahkan
mungkin kurang, meskipun sudah memperhitungkan
saat-saat untuk beristirahat, tetapi jalan pegunungan
Sewu tidak serata jalan-jalan padukuhan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon mengangguk-angguk.
"Karena itu Panon, biarlah aku mendekat, aku akan
berada di ujung pegunungan yang berbatasan dengan
ngarai di lembah Payung, kau sebaiknya menempuh jalan
sebelah timur Hutan Mentaok yang lebat dan sampai ke
ujung pegunungan di lembah Payung, Kau tidak dapat
menembus Alas Mentaok, karena perjalanan yang
demikian justru akan menjadi lambat, meskipun
memotong arah"
Panon mengangguk-angguk, sahutnya perlahan-lahan
"Ya, guru"
Gurunya kemudian memberikan beberapa pertanda
tentang lembah Payung di kaki Gunung Sewu di ujung
hutan, ia memberikan beberapa pertanda tentang
sebuah padukuhan kecil di lembah itu.
"Guru akan berada di padukuhan kecil itu?" bertanya
Panon. "Tidak Panon, Kau sajalah yang pergi ke padukuhan
kecil itu, kau dapat menitipkan kudamu disana, kau
dapat memberikan upah kepada seseorang yang akan
merawat kudamu selama kau berada di pegunungan
Sewu, karena kau akan datang ke Karangmaja dengan
berjalan kaki saja"
"Lalu bagaimana dengan guru?"
"Aku akan menyusul, aku akan meminjam kudamu
untuk memanjat pegunungan Sewu itu, karena itu, kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
harus berpesan kepada orang yang kau serahi, bahwa
seseorang yang cacat akan datang mengambil kuda itu"
Panon mengangguk-angguk, ia mengikuti semua
pesan dan petunjuk gurunya, ia harus datang ke
Karangmaja sebagai seorang perantau yang kekurangan
dan miskin. Selain itu, gurunya memang memerlukan
seekor kuda untuk naik ke lereng yang agak terlalu
condong seperti yang dikatakan oleh gurunya itu.
Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja Panon bertanya
"Tetapi kenapa guru tidak berkuda saja sejak dari sini?"
Gurunya tersenyum, katanya "Tidak Panon, aku ingin
berjalan, aku masih ingin menguji kakiku, apakah masih
mampu aku pergunakan untuk menempuh jarak yang
sebenarnya tidak terlampau jauh itu" gurunya berhenti
sejenak, lalu "Kecuali itu, aku ingin melihat-lihat daerah
yang pernah aku jelajahi dimasa mudaku dahulu"
Panon hanya dapat menggigit bibirnya, menilik ujud
jasmaniahnya, gurunya tentu akan mengalami kesulitan
untuk menempuh jarak yang demikian panjang, tetapi
sudah barang tentu Panon tidak akan dapat mengukur
kemampuan gurunya dengan pasti, sehingga karena itu,
maka iapun hanya dapat menyerahkan semua persoalan
kepada gurunya.
Demikianlah maka semua pesan dan petunjuk tentang
tempat tugas dan nama-nama yang mungkin harus
dihubungi telah diberikan semuanya oleh pertapa itu
kepada Panon. Padukuhan-padukuhan yang harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menjadi perhatian dan tempat pertapa itu menunggu
setiap saat ia diperlukan oleh Panon.
"Goa itu bukanlah goa yang dalam" berkata gurunya
itu tentang tempat persembuniyannya "Tetapi cukup
untuk berteduh"
"Bagaimana guru mendapatkan air?"
Gurunya tersenyum, katanya "Aku akan
mendapatkannya, jika di daerah itu masih tumbuh
sebangsa rerumputan yang merambat, aku akan
mendapatkan air, pada pangkal rumput itu jika aku
potong"

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panon mengangguk-angguk, ia sudah tau semua yang
harus dilakukan, jika ia menemui kesulitan, maka ia
harus mencari gurunya di tempat yang sudah ditentukan,
tidak jauh dari padukuhan Karangmaja.
Maka malam itu Panonpun segera menyiapkan
dirinya, lahir dan batin, kecuali menyiapkan seeokar
kuda, bekal pakaian di dalam bungkusan kecil, sekedar
uang yang ditabungnya, maka iapun menyiapkan
senjatanya. Panon seorang anak muda dari padesan, tidak
mempunyai senjata yang berarti, gurunyapun tidak
memberikan senjata apapun juga, karena Kiai Wirit
itupun tidak mempunyainya. Yang dimiliki oleh Panon
adalah senjata-senjata buatan pandai besi di
padukuhannya, bukan buatan empu yang memiliki
kelebihan dalam pembuatan jenis-jenis pusaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi menurut gurunya senjata-senjata itupun sudah
memadai. Senjata-senjata itu tidak lebih dari pisau-pisau
kecil yang diselipkan diantara ikat pinggang kulitnya,
tidak hanya satu atau dua pisau, tetapim pisau-pisau
kecil itu berjajar sepanjang ikat pinggangnya yang
melingkarin perutnya.
"Panon" selalu terngiang pesan gurunya "Senjata
adalah alat yang paling buruk untuk menjaga diri, karena
itu, jika tidak terpaksa sekali, maka senjata pantang
diperrgunakan"
"Panon menarik nafas dalam-dalam, ia selalu
mencoba mengingat pesan itu.
Namun demikian, Panon adalah anak muda yang
memiliki tangan yang dapat bergerak secepat kejapan
mata, tidak seorangpun yang dapat menghitung, berapa
buah pisau yang sudah terlontar dari tangannya dalam
satu tarikan nafas.
Tetapi kepercayaan yang sebenarnya dari Panon tidak
saja pada kecepatannya bergerak, tetapi juga kekuatan
tangannya yang luar biasa, ia memanfaatkan kerjanya
sehari-hari untuk menyusun tata gerak ilmunya yang
dahsyat, hampir segenap bagian tubuhnya adalah
senjata yang tiada taranya"
Selain kemampuan ilmunya, Panon juga dibekali
dengan bermacam-macam obat yang dapat
menghindarkan dirinya dari bencana yang disebabkan
oleh luka-luka yang memancarkan darah terlampau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
banyak, juga obat-obatan yang dapat yang
menawarkannya dari berbagai macam bisa dan racun.
"Di Pegunungan Sewu terdapat banyak sekali jenis
ular berbisa" berkata gurunya "Ular Bandotan, ular yang
ditakuti oleh setiap orang, ular weling, ular welang, ular
pudak grama, dan yang tidak kalah berbahayanya adalah
ular ular gadung, meskipun bisanya tidak sekuat ular
bandotan dan ular weling, tetapi ular gadung biasanya
menyerang dari dahan-dahan kayu pepohonan, sedang
warnanya hijau seperti dahan dan ranting-ranting pohon
basah" Semuanya itu tidak ada yang terlupakan oleh Panon,
baginya, tugas itu merupakan batu ujian, apakah ia
merupakan murid yang baik atau murid yang buruk.
Murid yang baik tentu akan dapat melakukan tugas yang
diberikan oleh gurunya dengan baik pula.
Menjelang fajar, Panon telah siap seluruhnya untuk
berangkat, Ia berpamitan dan mohon doa kepada ayah
dan ibunya, meskipun ia tidak menunjukkan
kemungkinan sebenarnya yang dapat terjadi atasnya,
terutama kepada ibunya. Sedang kepada adik-adiknya,
Panon tidak memberitahukannya, mereka, masih tetap
tidur nyenyak ketika Panon meninggalkan rumahnya, ia
dibekali dengan beberapa petunjuk dan ancar-ancar yang
mungkin sudah berubah karena waktu.
Tetapi Panon Suka bertekad untuk sampai ke
tujuannya, ia harus menemukan sebuah padukuhan di
punggung Gunung Sewu yang bernama Karangmaja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata perjalanan yang ditempuhnya tidak
semudah yang diduganya, apalagi ketika ia sampai ke
daerah hutan yang masih lebat, Hutan Kedu Pengarang
yang wingit. Tetapi agaknya petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh gurunya membuat perjalanannya agak lancar, belum
banyak perubahan yang terjadi. Yang dikatakan gurunya
sebagian besar masih dapat dikenalinya, perubahan kecil
yang terjadi, tidak mempengaruhi arah yang dipilihnya.
Seperti pesan gurunya maka Panonpun kemudian
melingkari Gunung Merapi sebelah timur Alas Mentaok
yang sulit untuk ditembus, sehingga karena itu seperti
yang dikatakan gurunya, perjalanan ke Gunung Sewu
tidak akan dapat ditempuh dalam sehari semalam.
Di beberapa tempat di sepanjang perjalanan, Panon
Suka terpaksa berhenti beberapa kali, kudanya yang letih
diberinya kesempatan untuk meneguk air di parit atau di
sungai, kemudian dibiarkannya kuda itu makan
rerumputan hijau sejenak, sebelum ia meneruskan
perjalanannya. Panon Suka yang belum pernah menempuh
perjalanan yang agak jauh seperti yang dilakukannya ini,
merasa betapa panjang perjalanannya, tetapi ketahanan
tubuhnya dan latihan-latihan yang dilakukannya dengan
baik, dapat mempertahankan gairah perjalanannya,
dengan mengesampingkan perasaan lelah dan jemu.
Perjalanan Panon Suka yang mula-mula tidak
menemui gangguan apapun selain kekerasan alam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lebatnya hutan-hutan, tiba-tiba ia telah membentur
sesuatu yang sebelumnya belum pernah dihadapinya.
Selama ia mempelajari ilmu kanuragan dari gurunya,
sebenarnyalah ia sama sekali belum pernah
mempergunakannya untuk benar-benar bertempur
dengan alasan apapun juga, setiap kali ia hanya harus
melawan musuh buatan yang dibuat oleh gurunya,
lemparan-lemparan batu, tongkat dan hembusan-
hembusan kerikil dari mulutnya. Yang terakhir ia harus
melawan percikan-percikan air yang dilontarkan oleh
gurunya agar ia menjadi basah karenanya dan
menyerang dengan pisau-pisaunya, batu-batu yang
dilemparkan ke udara, selebihnya ia harus menempa
tubuhnya agar menjadi kuat dan bukan saja kekuatan
wajarnya, tetapi juga pemusatan pikiran dan kehendak
dan pemanfaatan tenaga cadangan yang memang sudah
ada di dalam dirinya, sehingga seolah-olah Panon
memiliki kekuatan jasmaniah yang berlipat-lipat.
Dan kini tanpa diduganya, Panon Suka telah
berhadapan dengan tiga orang yang mencurigakan.
"Berhentilah anak muda" berkata salah seorang dari
mereka. Panon Suka berhenti dengan ragu, ketika ia
memberikan pandangan matanya yang nampak adalah
pepohonan hutan yang lebat, diluar sadarnya maka
Panonpun mengadahkan wajahnya ke langit, ternyata di
langit bertaburan bintang-bintang yang gemerlapan.
"Siapakah kau anak muda", kau menempuh
perjalanan bukan pada waktunya, kau lihat bintang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gunug Penceng itu", nah, kau akan mengetahui waktu
dengan memperhatikan kelompok bintang itu"
Panon Suka memandang kelompok bintang yang
sedang menyilang, dari gurunya ia mengetahui, bahwa
dengan menarik garis lewat bintang di puncak dan di
ujung bawah, maka akan diketemukannya arah selatan,
tetapi bintang itu kini telah condong jauh ke barat.
"Ternyata hari hampir fajar" berkata Panon Suka
"Ya, menjelang pagi, kenapa kau tempuh perjalanan
pada waktu ini?"
"Aku berangkat pagi hari kemarin" kata Panon.
"Dan kau paksa kudamu denga menempuh perjalanan
yang agaknya cukup jauh itu?"
"Sudah tentu aku berhenti di beberapa tempat,
beristirahat sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan".
"Sekali lagi aku bertanya, siapakah kau, sudah tentu
aku ingin juga mengetahui, kau datang dari mana dan
hendak pergi kemana?"
"Namaku Panon" jawab anak muda itu "Aku datang
dari lereng Gunung Merbabu, dan". Aku menempuh
perjalanan tanpa tujuan, sekedar mencari pengalaman"
Oang itu mengerutkan keningnya, sampai tiba-tiba ia
bertanya "He, anak muda, apakah kau pernah melihat
pertunjukkan wayang beber?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa?"
"Seorang ksatria akan menjawab seperti jawabanmu
itu, jika ia bertemu lawannya di perjalanan, perjalanan
tanpa tujuan menurut kehendak ujung kaki dan
keredipan mata"
Panon menarik nafas dalam-dalam, ia tidak dapat
menjawabnya, karena itu dibiarkannya saja orang itu
berbicara "Baiklah anak muda, jika kau tidak mau
menyebut tujuan perjalananmu, maka, katakanlah,
apakah kau membawa bekal cukup banyak?"
Panon terkejut mendengar pertanyaan itu, segera ia
dapat meraba, siapakah yang kini dihadapinya.
Meskipun Panon sudah berbekal ilmu yang cukup,
tetapi hatinya masih juga berdebaran, ia sama sekali
belum pernah mengalami hal serupa itu.
"He, kenapa kau diam saja.."!!"
"Ki sanak" berkata Panon Suka setelah ia mencoba
mengurangi getar jantungnya "Aku bukan orang kaya
yang dapat membawa bekal pada sebuah perjalanan
tanpa tujuan seperti ini"
Teteapi orang itu tertawa "Kudamu adalah kuda yang
bagus sekali, nah apa katamu?"
Panon termangu-mangu sejenak, pertanyaan orang
yang tidak dikenalnya itu semakin membingungkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ki Sanak" berkata Panon kemudian "Apakah
sebenarnya yang kalian kehendakki?"
Orang itu tertawa, katanya "Bagus, kau ingin
langsung pada persoalannya, baiklah, aku ingin
merampok semua milikmu termasuk kudamu"
Panon menjadi tegang meskipun ia memang sudah
menduganya, sejenak ia berdiam diri, naum tiba-tiba saja
ia bertanya "Siapakah sebenarnya kalian ini?"
Orang itu tertawa semakin keras, katanya "Kenapa
kau bertanya tentang kami, yang kau jumpai di lorong
sempit di pinggir hutan dan akan merampok barang-
barang dan semua yang kau miliki?"
"Aku hanya ingin tahu" jawab Panon serta merta.
"Baiklah, jika kau ingin mengenal kami, Akulah yang
bernama Bandung Limpat, Nah, apakah kau pernah
mendengar nama itu. Setiap orang akan mengerutkan
lehernya jika mendengar nama itu disebutkan, yang
seorang dari kedua kawanku adalah Sisik Sana, sedang
yang satunya adalah Watu Sampar" Ia berhenti sejenak,
lalu "Nah, sekarang sudah lengkap, lalu, apakah kau
masih akan ingkar bahwa kau membawa bekal cukup"
"Ki Sanak" jawab Panon "Aku sama sekali tidak
ingkar, aku memang tidak membawa apapun juga selain
seekor kuda dan beberapa lembar pakaian"
"Persetan" geram Bandung Limpat yang sudah mulai
kehilangan kesabaran "Cepat turun dari kudamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Serahkan semuanya yang kau miliki, kemudian
tinggalkan kudamu di sini"
"Kenapa kau tidak percaya", aku benar-benar bukan
seorang kaya, sedangkan kudaku itupun tidak dapat aku
tinggalkan karena pada suatu saat, kuda itu akan
dipergunakan oleh guruku"
"Guru", jadi kau pernah berguru?" suara Bandung
Limpat semakin keras "Itulah yang membuatmu besar
kepala, sehingga kau berani menolak permintaan kami
yang kami ucapkan secara baik-baik"
"Sebenarnyalah Ki Sanak, tidak ada yang dapat aku
berikan kepadamu, aku harus membawa kudaku sampai
ke tujuan"
"Persetan" Bentak Sisik Sana "Aku dapat
membunuhmu, Kau harus sadari itu"
"Jangan berbuat kasar, sebaiknya kita tidak usah
saling memaksa, kuda itu adalah kudaku, dan sudah
barang tentu akulah yang paling berhak atasnya"
"Kubunuh kau jika kau mengucapkan satu kalimat
lagi" Panon semakin berdebar-debar, ia sadar, bahwa jika
ketiganya memaksakan kehendaknya, maka ia harus
menghadapinya dengan kekerasan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun karena Panon masih belum memiliki
pengalaman sama sekali, maka iapun masih tetap ragu-
ragu. "Jika aku gagal sampai di sini, maka aku adalah murid
yang tidak berguna" katanya di dalam hati.
Tetapi ia belum mempunyai gambaran sama sekali,
apakah yang mungkin akan terjadi, namun ia sudah
bertekad bahwa ia harus dapat mengatasi semua
rintangan agar ia dapat melakukan tugas sebaik-baiknya.
Karena itulah, maka iapun segera mempersiapkan diri,
dipandanginya di dalam keremangan malam, tiga orang
yang berdiri menghadangnya.
"Anak muda" Berkata Bandung Limpat "Jangan
memancing kemarahan kami, cepat, sebelum kemi
berubah pikiran, pada suatu saat mungkin akan timbul
keinginan kami untuk membunuhmu"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panon tidak dapat berbuat lain. Karena itu, maka
iapun segera melompat turun, tetapi sama sekali bukan
untuk menyerahkan kudanya, karena ia sama sekali tidak
berhasrat untuk berbuat demikian.
Dengan mengendapkan gejolak perasaanya, Panon
mencoba bersikap tenang, ditambatkannya kudanya
pada sebatang pohon yang berdiri tegak tidak jauh dari
tempatnya. "Anak setan!!" geram Watu Sampar "Jadi kau akan
melawan" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak Ki Sanak, aku sama sekali tidak akan melakukan kekerasan, seandainya kalian tidak memaksaku untuk mempertahankan kudaku"
"Tutup mulutmu" Bentak Sisik Sana "Sekali lagi kau membuka mulut, aku bunuh kau"
"Kalimat serupa itu sudah kau ucapkan dua kali"
jawab Panon yang semakin lama semakin menguasai dirinya "Dan aku tidak akan merubah pendirianku"
Sisik Sana tidak sabar lagi, iapun segera melangkah maju mendekati Panon Suka, dengan wajah yang tegang ia berkata "Aku benar-benar akan membunuhmu"
Panon melihat Sisik Sana sudah bersiap untuk menyerangnya, latihan-latihan yang berat yang dilakukannya selama ia berguru membuatnya bersiaga hampir diluar sadarnya.
Seperti yang diperhitungkannya, maka tiba-tiba sebuah loncatan yang cepat telah menerkamnya, kedua tangan Sisik Sana itu terjulur lurus dengan jari-jari yang terentang merapat, seolah-olah siap untuk menusuk dada Panon.
Bab 12 Tetapi Panon adalah seorang anak muda yang telah mendapat latihan kecepatan yang matang, karena itu, maka dengan gerakan yang sederhana ia berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menghindari serangan itu. Bahkan karkena ia masih
ragu-ragu menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi,
maka iapun langsung menyerang Sisik Sana yang masih
belum menemukan keseimbanganya kembali.
Serangan Panon benar-benar tidak terduga, dengan
sisi telapak tangannya ia menghantam punggung Sisik
Sana dengan kerasnya, sehingga orang itupun terdorong
beberapa langkah maju dan kemudian jatuh terlungkup.
Peristiwa yang telah terjadi dalam waktu.yang cepat
itu, membuat kedua kawan Sisik Sana termangu-mangu.
Mereka hanya memandang saja apa yang telah dilakukan
dan kemudian dialami oleh kawannya. Mereka melihat
Sisik Sana terdorong oleh pukulan sisi telapak tangan
anak muda yang menyebut dirinya bernama Panon itu.
Namun tiba-tiba mata merekapun terbelalak, Panon
sendiri menjadi berdebar-debar dan sejenak justru
menjadi bingung, orang yang jatuh terlungkup itu sama
sekali tidak dapat bergerak lagi, bahkan bernafaspun
tidak. Dengan ragu-ragu Watu Sampar mendekatinya,
perlahan-lahan tubuh yang terlungkup itu segera
ditelentangkannya, alangkah terkejutnya Watu Sampar
melihat Sisik Sana sudah tidak bernafas lagi, dari
mulutnya mengalir darah yang membasahi rerumputan.
Ternyata pukulan Panon Suka telah meremukkan
tulang belakang Sisik Sana, pukulan yang dilambari oleh
ilmu yang luar biasa, tetapi karena belum dilengkapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan pengalaman, maka, Panon masih belum dapat
mengira-ngira, betapa kuatnya ilmu yang dimilikinya.
"Kau bunuh kawanku" geram Watu Sampar dengan
wajah tegang penuh kemarahan.
"Apakah ia benar-benar mati?" bertanya Bandung
Limpat. "Ya, Ia sudah mati, tentu tulang-tulang di
punggungnya telah diremukkan oleh pukulan anak gila
ini, ia lengah karena ia menganggap lawannya adalah
anak-anak yang belum dapat berbuat apa-apa atasnya"
Watu Sampar berhenti sejenak, lalu sambil berdiri ia
menggeram "Anak muda, kau benar-benar anak gila,
agaknya kau memang baru saja keluar dari padepokan,
He"!!, kau berguru kepada siapa?"
Paon termangu-mangu sejenak, tiba-tiba saja dari
bibirnya terloncat perkataan dengan suara gemetar "Aku
tidak sengaja membunuhnya, aku hanya memukul
punggungnya, tidak pada tengkuknya, mungkin ia
mempunyai penyakit yang dapat membuatnya mati
dengan tiba-tiba"
"Gila"!!" teriak Bandung Limpat "Jadi kau masih
sempat menghinanya..!! jangan berbangga hati bahwa
kau dapat membunuh kawanku dengan sekali pukulan,
tentu kau sudah mematahkan tulang belakangnya dan
merontokkan jantungnya, tetapi itu bukan karena
kelebihanmu, itu semata-mata karena ia lengah dan tidak
bersiaga" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku benar-benar tidak sengaja" Panon masih kebingungan, ia baru pertama kalinya mengalami perkelahian dan ternyata ia sudah membunuh.
Tetapi kedua kawan orang yang terbunuh itu tidak menghiraukannya lagi, merekapun segera
mempersiapkan diri sambil berkata. "Kau harus mendapat hukuman yang setimpal, kau tidak hanya sekedar mati, tetapi kau akan kami cincang menjadi sayatan kulit dan daging dan akan kami lemparkan kemulut anjing"
Tiba-tiba saja kulit Panon terasa meremang, mengerikan sekali dan sudah barang tentu ia tidak ingin menglaminya.
"Anak Muda" berkata Bandung Limpat "Kau harus berlutut dan minta ampun sebelum aku membunuhmu, caramu minta ampun itupun akan mempengaruhi jalan kematian yang manakah yang kami pilih bagimu"
"Ki Sanak" berkata Panon "Aku benar-benar tidak sengaja membunuh kawanmu, sepanjang umurku sampai saat ini, baru pertama kali inilah aku membunuh orang"
"Cukup, cepat berlutut dan minta ampun"
"Ki Sanak, aku bersedia minta ampun kepadamu, tetapi sudah barang tentu bahwa aku tidak dapat menyerahkan diri untuk dibunuh dengan cara apapun juga, sebaiknya kita akhiri saja salah paham ini, biarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku pergi dengan penyesalan, bahwa aku telah
membunuh kawanmu tanpa aku sengaja"
"Gila"!, itu adalah suatu sikap akal licik yang paling
gila, setelah kau membunuh seorang kawanku, maka kau
berusaha untuk menghindakan diri dari tanggung jawab,
dengar kelinci dungu, jika kau memang seorang laki-laki,
maka kau harus mempertanggung-jawabkan
perbuatanmu, kau dengar"!!"
Panon menjadi termangu-mangu, ia bimbang akan
dirinya sendiri, apakah benar kata orang-orang yang
akan merampoknya, bawha jika ia seorang laki-laki,
maka ia harus mempertanggung-jawabkan
perbuatannya. "Apakah artinya tanggung-jawab?" pertanyaan itu
tumbuh di hati Panon, "Apakah aku harus menerima
hukuman karena pembunuhan itu, atau aku harus
bertempur secara jantan?"
Panon terkejut ketika tiba-tiba saja Watu Sampar
membentak "Cepat lakukan perintah kami"
Namun tiba-tiba terlompat jawaban dari Panon "Maaf
Ki Sanak, aku tidak dapat menyerahkan diriku untuk
dibantai" "Cukup, jika demikian kau harus mengalami kematian
yang paling mengerikan"
Dalam pada itu, tiba-tiba saja timbul pemikiran di hati
Panon, bahwa ia sedang mengemban tugas dari gurunya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ia harus sampai ke padukuhan Karangmaja, ia harus
sampai ke istana kecil itu. Masih ada atau tidak, sehingga
karena itu, maka dikesampingkannya segenap keragu-
raguannya, ia berkata di dalam hati "Aku memang harus
bertanggung jawab kepada guru bahwa tugasku harus
dapat aku lakukan sebaik-baiknya"
Karena itu, katanya kemudian "Ki Sanak, jika kalian
memaksakan kehendak kalian untuk membunuhku, maka
betapapun penyesalan melonjak hatiku, namun aku tetap
akan mempertahankan hidupku, karena itu adalah hakku
"Persetan"!!" Bandung Limpatpun menggeram, ia
benar-benar telah kehilangan kesabaran, selangkah ia
maju mendesak, tetapi agaknya, tetapi agaknya ia tidak
lagi menjadi korban yang tidak berarti seperti Sisik Sana,
karena itu, iapun telah mempersiapkan dirinya sebaik-
baiknya, bahkan iapun kemudian telah menggenggam
senjata di tangannya.
Demikian pula Watu Sampar yang berdiri disisi lain, di
dekat mayat Sisik Sana, dengan gigi yang bergemeretak
oleh kemarahan yang meluap ia menggeser mendekat,
seperti Bandung Limpat, maka iapun menggenggam
senjata pula di tangannya.
Panon jadi sedikit bimbang, ia harus menghadapi dua
orang yang barangkali tidak sebodoh Sisik Sana, apalagi
keduanya telah menggenggam senjata ditangan masing-
masing, sehingga dengan demikian, maka ia harus
melakukan perlawanan yang lebih berat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian Bandung Limpat yang telah dibakar
oleh kemarahan itupun segera melangkah mendekat,
senjatanya yang menunduk kemudian teracu lurus
kepada Panon, sedang senjata Watu Ampar mengarah ke
lambung kanannya.
Panon bergeser setapak surut, ia memperhatikan
settap gerak dari dua lawannya yang berdiri pada tempat
yang berbeda, tetapi kemudian Panon yang kemudian
benar-benar yang telah menyadari tugasnya, dengan
penuh tanggung jawab menghadapi keduanya dengan
hati yang tenang.
Sejenak kemudian terdengar Bandung Limpat
menggeram, dan agaknya sekaligus merupakan aba-aba
bagi kawannya untuk menyerang bersama-sama.
Demikianlah, serentak dalam kejap mata yang sama,
kedua senjata itupun meluncur dari arah berbeda dengan
perhitungan yang masak, keduanya telah
memperhitungkan arah yang mungkin ditempuh oleh
Panon untuk menghindarkan dirinya dari serangan itu.
Ternyata seperti yang mereka duga, bahwa Panon
telah meloncat, karena itulah maka serangan berikutnya
segera menyusul, senjata Watu Sampar menyerang
mendatar sedang Bandung Limpat menusuk sekali lagi
mengarah dada. Gerakan mereka demikian cepatnya, sehingga
keduanya yakin bahwa Panon akan dapat dibunuhnya
dengan segera, kemudian dicincangnya dan
dilemparkannya kepada anjing lapar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi mereka terkejut melihat cara Panon
menghindari serangan itu, Panon yang pernah berlatih
dengan tekun tanpa mengenal lelah, yang pernah
berlatih mengindari lontaran batu-batu kerikil dan bahkan
percikan air, tidak menjadi bingung, dengan cekatan ia
melanting seperti seekor belalang, dengan demikian ia
terhindar dari serangan yang mendatar setinggi lambung,
namun ia harus menggeliat dan sekaligus meloncat surut
menghindar dari serangan yang lain.
Kegagalan mereka untuk kedua kalinya, membuat
Watu Sampar dan Bandung Limpat justru menjadi
bingung, seolah-olah ia tidak sedang berhadapan dengan
seorang anak muda sewajarnya, bahkan tba-tiba terbesit
di hati mereka "Apakah yang nampak itu sekedar
bayangan dari penunggu hutan ini" Dari seorang jin atau
genderuwo yang menjelma, sehingga dengan demikian,
maka tubuhnya itu sama sekali tidak dapat disentuh oleh
senjata atau segala bentuk kewadagan"
Namun dalam pada itu, Panon telah berdiri tegak
beberapa langkah dari keduanya, setelah ia menghindari
serangan lawannya yang kemudian justru menjadi
termangu-mangu, maka Panonpun mendapat sedikit
penilaian atas ilmunya dan ilmu kedua lawannya. Dengan
demikiian, Panon menjadi semakin percaya, bahwa jika
gurunya memerintahkannya melakukan sesuatu, tentu
bukannya tidak beralasan.
"Tetapi guru selalu berpesan, bahkana aku tidak boleh
merasa diriku mumpuni, adalah kebetulan sekali bahwa
dua orang itu sama sekali tidak mempunyai bekal cukup.
Tetapi menurut guru di tlatah Demak, tersebar orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang sakti yang pilih tanding, perguruan yang tersebar
dari ujung barat sampai ke ujung timur ini telah
menghasilkan berpuluh-puluh kesatria, tetapi juga
menghasilkan berpuluh-puluh orang yang dibayangi oleh
ilmu hitam" Panon bergumam kepada diri sendiri.
Sementara itu kedua lawannya masih tetap ragu-ragu,
tetapi merekapun segera mempersiapkan diri
menghadapi kemungkinan, anak muda itu tentu tidak
akan tinggal diam, pada saatnya ia tentu akan
menyerang. Seperti mereka duga, Panon telah siap untuk
menyerang tetapi ternyata dihati Panon tumbuh sesuatu
yang tidak disangka-sangka oleh kedua lawannya, tiba-
tiba saja Panon benar-benar ingin menjajagi
kemampuannya sendiri, sebelum pada suatu saat ia
berhadapan dengan lawan yang sebenarnya seperti yang
pernah dibayangkan oleh gurunya.
Dengan demikian maka Panonlah yang kemudian
mengambil sikap terlebih dahulu, dengan hati-hati ia
bergeser mendekat.
Tetapi kedua lawannya sama sekali tidak mengetahui,
apakah yang sedang dilakukan oleh anak anak muda itu,
yang mereka ketahui adalah bahwa anak muda itu tentu
akan segera melakukan serangan balasan.
Sebenarnyalah bahwa Panonpun kemudian telah
menyerang kedua orang itu dengan gerak yang
membingungkan, dalam saat yang bersamaan ia
menyerang dua orang sekaligus, padahal kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lawannya berdiri terpisah, hampir tidak ada selisih waktu
sama sekali. Keduanya terkejut, ternyata anak muda itu memang
memiliki kecepatan bergerak yang tidaik dapat mereka
bayangkan, karena itulah, maka dengan serta merta
mereka mengayunkan senjata mereka untuk mencegah
serangan anak muda itu.
Panon melihat gerakan itu, kerena itu, maka iapun
dengan cepat pula mengalihkan serangannya, ia sempat
menyentuh tanah dengan kakinya, sehingga ia bergeser
selangkah, tetapi ketika senjata-senjata itu sudah
terayun, akan hampir tidak berjarak waktu, ia sudah
meloncat pula, menyerang keduanya yang nampaknya
hanya satu gerakan saja.
Kedua lawannya yang menyebut dirinya Bandung
Limpat dan Watu Sampar, orang-orang yang
menganggap bahwa nama mereka cukup menggetarkan
daerah jajahannya, merasa bahwa tubuh mereka yang
telah disentuh oleh tangan Panon, hanya disentuh tetapi
sentuhan pada punggung dan tengkuk itu rasa-rasanya


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah menggetarkan jantung mereka, apalagi ketika
mereka mendengar Panon berkata "Nah, aku sudah
menyentuh kalian, meskipun aku tidak bersenjata"
"Gila: geram Bandung Limpat. "Apakah kau anak
setan?" Panon berkata sambil meloncat surut "Ki Sanak,
apakah kita akan bertempur terus" Aku sudah
menyentuh tubuh kalian, tetapi kalian tidak berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melukaiku meskipun aku tidak bersenjata, jika kalian
tidak menghentikan perkelahian ini, maka aku akan
melukai kalian, aku yakin aku dapat menusuk lambung
kalian dengan jariku, atau melobangi leher kalian dengan
ibu jariku, sekarang apakah keputusan kalian?"
Keduanya lawannya termangu-mangu sejenak,
hampir diluar sadarnya mereka berpaling memandang
kawannya yang terbujur mati, nampaknya anak muda ini
benar-benar tidak sengaja membunuhnya.
"Anak muda ini tentu saja baru keluar dari sebuah
perguruan, sehingga ia masih menjajagi ilmunya untuk
mendapatkan perbandingan dengan kemampuan orang
lain" berkata Bandung Limpat di dalam hatinya "Agaknya
ia masih belum yakin, bahwa kemampuannya ternyata
melampaui kemampuan kebanyakan orang yang merasa
dirinya berilmu sekalipun.
Karena nampakya Bandung Limpat ragu-ragu, maka
Watu Sampar menjadi ragu-ragu pula.
"Bagaimana Ki Sanak?" bertanya Panon "Apakah
kalian masih akan mencoba kemampuanku lagi?"
Bandung Limpat dan Watu Sampar berpendangan
sejenak, tetapi mereka tidak segera menjawab.
"Sudahlah Ki Sanak" Berkata Panon kemudian "Aku
tidak melihat gunanya lagi untuk berkelahi, mungkin aku
dapat membunuh kalian untuk mengurangi kejahatan di
daerah ini, karena dengan kematian kalian, maka tidak
ada lagi kejadian perampokan, tetapi aku melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemungkinan lain, bahwa kalian berdua akan berhenti
sampai disini"
Kedua orang itu masih belum menjawab.
"Ki Sanak" desak Panon "Aku ingin mendengar
jawaban kalian, aku adalah manusia biasa, kadang-
kadang aku dapat mengendalikan diri dari perasaan ini
berhasil diendapkan, tetapi mungkin ada gejolak yang
lain di dalam diriku, sehingga aku akan bertindak lebih
jauh dari yang aku lakukan sekarang"
Bandung Limpat menelan ludahnya, baru kemudian ia
berkata dengan parau "Apa maksudmu sebenarnya anak
muda?" "Aku akan membiarkan kalian berdua tetap hidup,
tetapi aku menuntut bahwa hidupmu yang tersisa itu
tidak lagi kau pergunakan untuk melakukan lagi
kejahatan, jika kau setuju, maka akupun akan segera
pergi, karena aku masih akan menempuh perjalanan
yang panjang, tetapi jika kalian tidak bersedia
menghentikan kegiatan kalian, maka yang paling baik
bagiku dan bagi masyarakat adalah membunuhmu"
"Apakau kau dapat mempercayaiku", tidak ada
seorangpun lagi yang dapat percaya kepadaku,
bagaimana seandainya aku sekarang menyatakan
kesediaanku untuk merubah cara hidupku, tetapi setelah
kau pergi, aku telah melupakan janji itu dan tidak
menghiraukannya lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ternyata kau mempunyai kejujuran juga" sahut
Panon "Baiklah jika demikian, maka kau akan kehilangan
segala-galanya, harga diri dan kepercayaan mutlak,
tetapi lebih dari pada itu, maka kau benar-benar orang
yang tidak berarti lagi, karena kalian tidak mampu
melihat baik dan buruk secara wajar, kerena sebenarnya
kalian tahu yang mana yang baik dan buruk, tetapi kalian
tidak mampu memilih"
Kedua orang itu termangu-mangu di tempatnya, yang
berdiri di haadapannya adalah anak muda, tetapi
nampaknya ia memiliki kajiwan serba sedikit, yang
dikatakan itu benar telah menyentuh hati kedua orang
yang selama ini seolah-olah tidak lagi mempunyai
pegangan hidup.
Sejenak mereka dicengkam oleh kebisuan, kedua
orang itu seakan-akan sedang memahami kata-kata yang
diucapkan oleh anak muda yang mereka jumpai
menjelang dini hari di pinggir hutan yang lebat itu.
Baru sejenak kemudian dengan suara lirih Bandung
Limpat berkata "Kau memberi pertimbangan lain didalam
hatiku anak muda"
"Terima kasih" Jawab Panon "Aku benar-benar
mempercayaimu, justru pertimbangan lain itu adalah
permulaan dari jalan lurus yang akan kau pilih"
"Mudah-mudahan aku dapat sampai kesana" desis
Bandung Limpat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau harus yakin kepada dirimu" sahut Panon
kemudian "Aku justru yakin kalian akan berhasil"
Watu Sampar yang selama ini berdiam diri sambil
menundukkan kepalanya berkata "Memang sudah cukup
kematian seorang dari kami bertiga, seharusnya sudah
cukup memberikan peringatan kepada kami"
Kata-kata Watu Sampar itu memang sangat menarik
perhatian Panon Suka, sehingga iapun kemudian berkata
"Aku bangga bahwa kau mempunyai jiwa yang besar,
yang melihat kenyataan di depan matamu"
Bandung Limpatpun menyahut "Sudahlah anak muda,
peristiwa ini akan selalu kami ingat, kami akan berusaha
untuk mengerti, apakah sebenarnya yang telah terjadi
pada diri kami, kami berterima kasih, bahwa kami telah
bertemu dengan seorang anak muda yang bagi kami
adalah suatu peristiwa yang ajaib, aku tidak tahu apakah
kau memang memiliki sifat yang aneh, atau kamilah
pokok dari peristiwa ini, sehingga kau hanya sekedar
merupakan alat untuk memperingatkan kesesatan kami,
namun bagaimanapun juga, ternyata aku menemukan
sesuatu dari peristiwa yang baru saja terjadi, meskipun
seorang dari kawanku harus menjadi tumbal"
"Aku minta maaf" sahut Panon "Aku tidak sengaja"
"Yang mati itu sebenarnya adalah seorang yang
seharusnya berjalan di jalan yang lurus, ia adalah putera
Ajar Respati, seorang ajar yang tekun, yang mempelajari
masalah-masalah jasmaniah dan rohaniah, tetapi anak
itu telah sesat jalan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ooo" Panon menarik nafas dalam-dalam, lalu "Jika
demikian aku sepantasnya mohon maaf kepada Ki Ajar
jika ia masih hidup" Panon berhenti sejenak, lalu "Tetapi
aku tidak sempat melakukan sekarang ini, aku harus
melakukan suatu perjalanan yang cukup panjang"
"Jika demikian, silahkan kau anak muda melanjutkan
perjalanan, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih,
dan sudah barang tentu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena kami telah mengganggu perjalananmu"
"Kita sudah melakukan kesalahan, kita akan saling
memaafkan pula" berkata Panon "Sebenarnyalah aku
bahwa aku harus melanjutkan perjalanan"
"Kemanakah sebenarnya kau akan pergi?"
"Aku akan menyelusuri pegunungan Sewu"
"Pegunungan Sewu?"
"Ya, aku akan pergi ke sebuah padukuhan di sela-sela
bukit diatas dataran Gunung Sewu itu, apakah kau
pernah menjelejahi Gunung Sewu?"
Kedua orang itu mengerutkan keningnya, ada sesuatu
yang nampaknya ingin mereka katakan, tetapi mereka
ragu-ragu untuk mengatakan.
"Apakah ada sesuatu yang menarik?"
"Tidak anak muda, tetapi jika kau mau melingkar
sedikit, maka kau akan sampai ke sebuah padepokan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kecil di kaki Gunung Baka ditepi Kali Opak, di padepokan
itu tinggal Ki Rancangbandang, ia adalah adik kandung Ki
Ajar Respati."
Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya "Sayang,
aku tidak sempat melakukannya, kelak jika aku berhasil
melakukan tugasku, maka aku akan singgah ke
padepokan kecil tempat tinggal Ki Rancangbandang"
"Anak Muda" berkata Bandung Limpat "Soalnya bukan
agar kau memperbincangkan persoalan Sisik Sana, tetapi
Ki Rancangbandang agaknya mengetahui, siapa sajakah
yang pada saat-saat terakhir telah memanjat naik keatas
Gunung Sewu, dan barangkali iapun mengetahui, apakah
maksud mereka sebenarnya, atau, barangkali kau juga
sudah tahu anak muda, karena perjalananmu juga
mempunyai tugas tertentu seperti yang dilakukan oleh
orang-orang itu"
Panon termangu-mangu mendengar keterangan itu,
tiba-tiba saja ia tertarik pada keterangan Bandung
Limpat, jika orang yang bernama Ki Rancangbandang itu
dapat memberkan beberapa keterangan, maka ia akan
dapat menyesuaikan dirinya, karena menurut keterangan
Bandung Limpat, ada beberapa orang yang pada saat
terakhir juga menuju ke atas Gunung Sewu.
"Apakah mereka juga sedang berusaha untuk
menemukan istana kecil seperti yang dikatakan guru
itu?" ia bertanya kepada diri sendiri.
Dalam keragu-raguan itu Watu Sampar menyambung
"Tetapi terserahlah kepadamu anak muda, meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
barangkali jika, kau dapat singgah akan ada baiknya
juga" "Aku telah melakukan kesalahan, aku telah
membunuh Sisik Sana, apakah hal itu tidak akan menjadi
perkara, jika pamannya mengetahuinya"
"Agaknya memang mungkin, tetapi jika ia mengetahui
keadaan yang sebenarnya, aku kira ia tidak akan marah,
demikian juga ayahnya, Ki Ajar Respati" berkata Watu
Sampar lebih lanjut. Tetapi jika terjadi kesalah-pahaman,
maka kau akan mengalami kesulitan, apalagi jika Ki Ajar
ada di tempat itu"
"Kenapa?"
"Ki Ajar Respati adalah orang yang memiliki ilmu yang
tinggi, tidak banyak orang yang mengetahuinya, karena
ia memang lebih senang hidup menyendiri, bercocok
tanam dan hidup tenang tanpa banyak sentuhan dengan
persoalan-persoalan di luar dunianya yang damai, tetapi
jika ia menjadi marah, maka batu sebesar bukitpun akan
dapat dihancurkannya dengan tangannya"
"Apakah ia seorang yang sakti?"
"Ya, tanpa diketahui orang lain, ia mempelajari ilmu
tanpa guru, dan ia berhasil. Tetapi ternyata ia gagal
menjadi seorang ayah yang baik, salah seorang anak
laki-lakinya adalah Sisik Sana, ia meninggalkan
padepokan ayahnya dan ikut bersama kami"
"Kau murid Ki Ajar Respati?" tiba-tiba Panon bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keduanya ragu-ragu, namun kemudian hampir
bersamaan keduanya mengangguk "Ya, kami berdua
adalah murid Ki Ajar Respati, ternyata kami lebih senang
mengikuti jejak sesat dari anaknya dari pada
mendengarkan nasehat-nasehatnya"
Panon mengangguk-angguk sejenak, keterangan itu
sangat menarik baginya, namun jika ia teringat yang
sudah diperhitungkan oleh gurunya, ia menjadi ragu-
ragu. Tetapi masih juga terbersit dihatinya "Jika Kiai
Rancangbandang dapat memberikan sedikit keterangan,
maka tentu ada juga baiknya" namun kemudian "Asal
tidak terjadi salah paham saja atas kematian Sisik Sana"
Dalam kebimbangan itu, Bandung Limpat dan Watu
Sampar masih membeku di tempatnya, mereka melihat
keragu-raguan di hati Panon Suka, tetapi merekapun
tidak dapat memberikan pertimbangan lebih banyak lagi
kepadanya. Tetapi tiba-tiba saja Panon mengambil keputusan
untuk singgah sejenak, ia akan mempercepat
perjalanannya, menurut arah yang diberitahukan oleh
kedua orang itu, kareena menurut mereka Bukit Baka
sudah tidak jauh lagi, dari sana ia dapat menyusur ke
selatan sampai ke lembah Payung seperti yang telah
dibicarakannya dengan gurunya.
"Jika kedatanganku tertunda, maka tidak akan lebih
dari setengah hari" katanya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikianlah, maka Panon mengambil keputusan
untuk pergi ke Padepokan kecill yang dihuni oleh Kiai
Rancangbandang, adik dari Kiai Ajar Respati.
"Tetapi kau harus memberikan penjelesan sebaik-
baiknya tentang Sisik Sana:" berkata Bandung
Limpat."Mudah-mudah tidak terjadi salah paham"
"Baiklah, aku memang harus minta maaf kepada
orang tuanya atau yang dapat mewakilinya"
Seperti yang ditunjukkan oleh kedua orang itu, maka
Panonpun kemudian pergi ke bukit di sebelah timur Kali
Opak, ia berpesan kepada Bandung Limpat dan Watu
Sampar, agar Sisik Sana dimakamkan sebaik-baiknya,
mungkin pada suatu saat keluarganya akan mencarinya.
"Berilah tanda yang jelas" berkata Panon.
"Apakah aku juga akan dapat memberi petunjuk kelak
jika diperlukan?" bertanya Bandung Limpat.
"Maksudmu?"
"Meskipun aku memberikan tanda yang jelas, tetapi
tanpa aku maka tidak seorangpun yang dapat
menemukannya"
"Kaupun harus kembali kepada gurumu, pikirkanlah


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemungkinan itu, itu adalah jalan satu-satunya yang
dapat kau tempuh untuk menebus jalan sesat yang
pernah kau tempuh, justu bersama anak Kiai Ajar Respati
itu sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keduanya termenung sejenak, lalu Bandung Limpat berkata "Aku akan memikirkannya"
Demikianlah, maka Panonpun telah meninggalkan kedua orang itu dalam keragu-raguan mereka, akhirnya Bandung Limpat berkata "Memang tidak ada pilihan lain, jika dengan demikian kepalaku akan dipenggal oleh guru, aku tidak akan menolak lagi"
Dalam pada itu, Panon telah berada dalam
perjalanannya menuju ke padepokan kecil di kaki Gunung Baka, padepokan yang hanya menyimpan beribu-ribu kemungkinan, mungkin Kiai Rancangbandang akan mengucapkan terima kasih kepadanya, bahwa ia telah datang memberikan keterangan tentang kemanakannya yang sesat, tetapi mungkin Kiai Rancangbandang akan membunuhnya, apalagi jika Kiai Ajar Respati benar-benar ada di tempat itu, tetapi kemungkinan yang lain adalah, ia akan mendapatkan banyak keterangan tentang Gunung Sewu dan keadaanya.
Ketika matahari kemudian bertengger diatas cakrawala, maka Panon sudah menjadi dekat dengan bukit kecil itu, sekali ia berhenti memberikan kesempatan kepada kudanya untuk beristirahat, minum dan makan rerumputan, namun sesaat kemudian ia sudah berpacu kembali meneruskan perjalanannya.
Sementara perjalanan semakin mendekati bukit kecil itu, iapun menjadi semakin ragu-ragu, ia mencoba membayangkan, apakah yang akan dijimpainya di padepokan kecil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi kemudian ia berketepatan hati untuk
meneruskan langkahnya, menjumpai orang yang
bernama Kiai Rancangbandang.
Panon Suka tidak mengalami kesulitan apapun untuk
mencari padepokan kecil itu, ditandai dengan sebuah
pintu gerbang kecil yang disisinya tumbuh sebatang
pohon kemuning.
Panon Suka memperlambat derap kudanya ketika ia
menyusur jalan yang sempit yang langsung menuju ke
pintu gerbang itu, memang debar jantungnya terasa
semakin menjadi cepat.
Di muka pintu gerbang ia berhenti, perlahan-lahan ia
turun melangkah menuntun kudanya mendekati pintu
rogol yang terbuka.
"Sepi sekali" katanya dalam hati.
Sebenarnyalah bahwa tidak ada orang yang kebetulan
berada di halaman yang cukup luas itu, halaman yang
bersih oleh goresan-gorean sapu lidi dari ujung sampai
ke ujung, seakan-akan di halaman yang luas itu, tidak
selembar daun keringpun yang tertinggal.
Panon menarik nafas, ia ragu-ragu pula untuk masuk,
karena di halaman itu sama sekali tidak ada bekas kaki
seorangpun, bekas kaki orang yang menyapu halaman
itupun tidan nampak, karena agaknya ia melangkah surut
ketika ia menggoreskan sapu lidinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi kemudian ia membulatkan tekadnya untuk
masuk, ia sama sekali tidak mempunyai niat yang buruk,
kedatangannya adalah karena dorongan oleh
pengakuannya bahwa ia telah membunuh tanpa sengaja,
dan keterangan tentang Gunung Sewu yang barangkali
dapat diperolehnya dari Kiai Rancangbandang itu.
Tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika ia melihat
dua orang yang tiba-tiba saja muncul dari pintu samping
yang menyekat halaman itu dengan halaman samping,
yang seorang lebih muda sehingga yang lain adalah
seorang yang sudah melampaui pertengahan abad.
Sejenak keduanya termangu-mangu, namun
kemudian dengan tergesa-gesa mereka melangkah
mendekatinya. "Marilah anak muda" berkata orang yang sudah tua
itu "Silahkan, siapakah yang kau cari?"
Panon mengangguk dalam-dalam, nampaknya orang
itu memiliki sesuatu yang membuatnya terasa
berwibawa. "Apakah aku berhadapan dengan Kiai
Rancangbandang?"
Orang itupun mengerutkan keningnya, lalu menjawab
"Oo bukan anak muda, aku hanyalah seorang tamu saja
disini, tetapi Kiai Rancangbandang ada di rumah,
marilah, silahkan naik ke pendapa" lalu katanya kepada
anak muda di sampingnya "Bawalah ia naik, aku akan
memanggil pamanmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda itu mengangguk, ketika orang tua itu
kembali masuk ke halaman dalam, maka anak muda itu
berkata "Silahkan Ki Sanak, biarlah aku tambatkan
kudamu di tiang batang soka itu"
"Terima kasih" jawab Panon "Biarlah aku
menambatkannya sendiri"
Setelah menambatkan kudanya, Panon diiringi oleh
anak muda iapun naik ke pendapa, dan duduk diatas
sebuah tikar pandan putih.
Sejenak kemudian, pintu pringgitan di sisi pendapa
itpun terbuka, orang tua yang dijumpainya di regol
penyekat halaman itu nampak muncul dari dalam, diiringi
oleh seorang yang nampaknya masih lebih muda sedikit
dari padanya. Ketika mereka telah duduk, maka orang yang lebih
muda segera bertanya "Apakah benar Ki Sanak mencari
aku", akulah Kiai Rancangbandang penghuni padepokan
ini" Panon menundukkan kepalanya dalam-dalam,
menjawab "Benar Kiai, aku memang mencari Kiai"
"Sekarang kita sudah bertemu "kata Kiai
Rancangbandang, lalu "Tetapi sebelumnya, siapakah kau
anak muda?"
"Aku adalah Panon Suka, aku datang dari jauh,
meyelusuri lereng Gunung Merbabu dan Merapi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau datang dari Gunung Merbabu?"
"Ya Kiai, dan aku sedang dalam perjalanan menuju ke
Gunung Sewu"
"Gunung Sewu?" hampir bersamaan kedua orang tua
itu mengulang. Bab 13 Rasa-rasanya ada sesuatu yang mengganjal hati
Panon, tetapi ia tidak jadi mengatakannya.
"Angger Panon Suka" berkata Kiai Rancangbandang
"Tentu kau mempunyai kepentingan yang besar, bahwa
kau akan datang keatas Gunung Sewu, tetapi baiklah,
sebelumnya aku ingin memperkenalkan kau dengan
tamuku, ia adalah kakakku, namanya Kiai Ajar Respati"
Dada Panon bergetar mendengar nama itu, meskipun
sebelumnya ada juga dugaannya, bahwa orang tua itu
adalah Ki Ajar Respati.
Untuk sesaat Panon Suka termangu-mangu,
dicobanya untuk melihat gambaran sifat dan watak Ki
Ajar Respati pada wajahnya, namun yang nampak adalah
tatapan mata yang lembut dan bening.
Karena itulah timbul keberaniannya untuk
mengatakan hal yang sebenarnya yang telah terjadi
dengan anaknya yang bernama Sisik Sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sebelum aku mengatakan kepada ayahnya, maka hal itu tentu akan selalu menjadi beban perasaanku, sebaliknya aku berterus terang, agar perjalananku kemudian tidak terganggu oleh persoalan yang lain, berkata Panon di dalam hatinya.
Dalam pada itu karena Panon tidak segera menjawab, Kiai Rancangbandang bertanya lebih lanjut "Anakmas, sebenarnya perjalanan keatas Gunung Sewu itu memang sangat menarik, tetapi juga berbahaya" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi baiklah, aku belum mendengar keperluanmu menemui aku"
"Kiai" berkata Panon "Kedatanganku ke Padepokan ini sebenarnyalah bahwa aku ingin mendapatkan beberapa petunjuk agar aku dapat sampai ke tujuan dengan selamat, aku belum pernah naik ke atas Gunung Sewu yang ditebari dengan beberapa ratus puncak bukit, dataran tinggi dan lembah-lembah yang curam, seseorang telah memberitahukan kepadaku agar aku datang kepada Kiai Rancangbandang untuk mendapatkan beberapa petunjuk yang mungkin berguna bagiku, apalagi pada saat-saat terakhir yang menurut pendengaranku, ada beberapa persoalan yang perlu aku ketahui"
Kiai Rancangbandang mengangguk-angguk, lalu katanya "Pemberitahuan yang keliru angger, aku tidak banyak mengetahui tentang Gunung Sewu, apalagi aku tidak tahu, apakah maksud perjalanan angger yang sebenarnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon menjadi termangu-mangu, sudah tentu ia tidak dapat mengatakan maksudnya yang sebenarnya, karena beban yang diletakkan dipundaknya adalah persoalan yang khusus, yang tidak boleh diketahui orang lain.
Tetapi sebelum ia mengatakan sesuatu, Kiai Rancangbandang telah bertanya "Anak Muda, siapakah yang menunjukkan kepadamu, agar kau datang kemari untuk mendapatkan beberapa petunjuk tentang Gunung Sewu?"
"Diperjalananku, aku bertemu dengan tiga orang tidak aku kenal, dua diantaranya bernama Wati Sampar dan Bandung Limpat"
"Ha" tiba-tiba Kiai Ajar Respati bergeser setapak, katanya "Anakmas, apakah aku tidak salah dengar", Watu Sampar dan Bandung Limpat?"
Dada Panon mulai bergejolak, tetapi ia sudah bertekad untuk mengatakan apa yang sebenarnya sudah teradi, maka iapun meneruskannya "Ya, Ki Ajar, Bandung Limpat dan Watu Sampar"
Nampak perubahan pada tatapan mata Ki Ajar Respati, dengan suara yang gelisah iapun bertanya
"Angger Panon. Angger tadi mengatakan bahwa angger bertemu dengan tiga orang, yang dua anger sudah menyebutkan namanya, tetapi angger belum mengatakan siapakah yang seorang dari ketiga orang itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon menjadi ragu-ragu, tetapi ia tidak berdian diri saja, apalagi ia sudah bertekad untuk mengatakan apa yang pernah terjadi di perjalanannya.
Sejenak ia mengatur pernafasannya yang tiba-tiba saja menjadi semakin cepat mengalir.
"Kiai Ajar" katanya kemudian dengan tersendat-sendat "Sebelumnya aku mohon maaf, juga kepada Kiai Rancangbandang, diluar kemauanku, maka telah terjadi sesuatu yang membuat aku menjadi semakin gelisah"
Ki Ajar Respati, Kiai Rancangbandang dan anak muda yang duduk disamping Ki Ajar itupun menjadi semakin gelisah pula.
Dengan hati-hati Panon menceritakan apa yang sudah dialaminya, pertemuannya dengan tiga orang yang akan merampoknya, kematian salah seorang diantara mereka, yang kebetulan adalah Sisik Sana.
Wajah Ki Ajar dan Kiai Rancangbandang menjadi merah menyala, sejenak mereka membeku ditempat duduknya, namun agaknya Ki Ajar Respati masih mengedepankan perasaannya, ketika anak muda yang duduk di sebelahnya tiba-tiba saja berjongkok sambil menggeram, maka iapun menangkap lenannya sambil berkata "Duduklah Sambi Raga"
"Ia telah membunuh kakakku ayah" berkata anak muda itu "Aku harus membunuhnya, tidak ada hutang yang tidak terbayar"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siapakah yang berhutang anakku?"
"Anak muda yang sombong ini, Ia telah membunuh kakakku, dan kini dengan dada tengadah ia sengaja datang menemui ayah dan paman, apakah itu bukan suatu penghinaan?"
"Duduklah, biarlah ia mengatakan, apakah alasannya maka ia datang kemari"
"Tentu ia ingin mengatakan, bahwa ia adalah anak muda yang paling perkasa, ia ingin bertanya kepada kita, apakah kita berani berbuat sesuatu kepadanya"
Ki Ajar Respati memandang Panon dengan tatapan mata yang sayu, perlahan-lahan ia bertanya "Apakah benar begitu anak muda?"
"Tidak Ki Ajar, sungguh tidak"
"Bohong" teriak anak muda itu pula.
"Tenanglah Sambi" berkata Kiai Rancangbandang meskipun suaranya sendiri terasa gemetar.
Sambi Raga memandang Panon dengan tatapan mata yang membara dibakar oleh kemarahan dihatinya, tetapi ia tidak berani melanggar perintah ayah dan pamannya, karena itu maka iapun duduk kembali, betapapun hatinya serasa menjadi hangus.
"Sambi Raga" berkata Ki Ajar Respati "Bukan hanya kau sajalah yang disengat oleh kejutan yang tiada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
taranya bahwa pada suatu saat, ketika kita sudah
berhati-hati, bahkan berpekan-pekan mencari kakakmu
yang meninggalkan padepokan, tiba-tiba saja kita
mendengar bahwa seseorang telah membunuh
kakakkmu itu"
"Lalu, apalagi yang harus kita tunggu?"
"Sambi Raga" berkata Ki Ajar Respati selanjutnya
"Sebaiknya kau mendengar dengan baik, tentu anak ini
tidak begitu saja membunuh kakakmu"
"Ia dapat mengarang seribu satu cerita, tentang
kematian kaka Sisik Sana"
"Jika ia datang dengan kesombongan yang mewarnai
dadanya, ia tidak perlu mengarang seribu macam alasan,
ia akan datang dan mengatakan bahwa Sisik Sana telah
dibunuhnya" Ki Ajar Respati terdiam sejenak, lalu "Tetapi
kita tidak dapat berpura-pura menghadapi persoalan ini,
kita mengenal tabiat Sisik Sana itu sebaik-baiknya,
bukankah kau juga watak dan sifat kakakmu?"
Sambi Raga menunddukkan kepalanya, ia tidak dapat
menjawab lagi, sebenarnyalah bahwa ia mengetahui
dengan pasti, apakah yang sudah terjadi, anak muda
yang bernama Panon itu tentu tidak berbohong.
Meskipun demikian, kematian kakaknya benar-benar
telah mengguncang dadanya, betapapun buruk watak
dan sifatnya, tetapi Sisik Sana adalah kakaknya.
Tetapi agaknya ayahnya bersikap lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Angger Panon" berkata Ki Ajar Respati "Aku tidak
dapat menyebut dengan kata-kata yang manapun juga,
betapa sedihnya aku mendengar kabar tentang kematian
anakku itu, tetapi pengakuan anakmas yang jujur,
membuat hatiku luluh, aku tidak dapat marah dan
meyalahkanmu, agaknya semuanya itu adalah lantaran
belaka, hukuman bagi anakku sudah masanya datang,
dan Yang Maha Adil mempergunakan tangan anakmas
untuk menjatuhkan hukuman mati baginya"
Panonpun kemudian menundukkan kepalanya,
sesuatu terasa menyumbat kerongkongannya, sehingga
ia tidak dapat menyahut.
"Sudahlah berkata Ki Ajar Respati "Kita tidak mau
terlibat dalam salah paham lagi, besok aku ingin segera
menemukan mayat anakku dan menguburkannya di
padukuhan ini"
"Watu Sampar dan Bandung Limpat memberikan
tanda pada kuburannya"
"Bukankah kau tidak berkeberatan untuk menemukan
kuburan itu anakmas?"
Panon menjadi ragu-ragu, jika demikian, maka ia
akan terlambat lebih dari setengah hari, mungkin sehari
atau bahkan lebih.
Ki Ajar Respati melihat keraguan itu, karena maka
iapun bertanya "Apakah ada sesuatu yang meragukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
:Tidak Ki Ajar, sebenarnya menjadi kewajibanku untuk mengantar Ki Ajar menemukan kuburan itu, tetapi bukan akulah yang menguburkannya, dan bukan akulah yang memberi tanda pada kuburan itu, sehingga akupun tidak mengetahui dengan pasti dimanakah letaknya"
"Jadi siapa?"
"Watu Sampar dan Bandung Limpat yang agaknya mulai ditumbuhi oleh penyesalan, pada suatu saat mereka tentu akan kembali kepada Ki Ajar"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, lalu
"Tetapi apakah kau dapat menunjukkan kepadaku, dimanakah kau bertempur melawan ketiga orang itu Anak muda?"
Panon termangu-mangu sejenak, lalu "Ya, ya Kiai, tentu aku dapat menunjukkan tempat itu kepada Kiai, tetapi?"?""
"Tetapi apa?"
"Kiai, aku sebenarnya ingin mendapat beberapa petunjuk mengenai jalan ke Gunung Sewu, apakah yang harus aku hindari dan apakah yang harus aku tempuh"
Kiai Rancangbandang yang menjawab "Tidak banyak yang kami ketahui tentang pegunungan itu anakmas, yang aku ketahui hanyalah bukit-bukit yang membujur dari barat ke timur, seperti cerita orang tua bahwa dewa-dewa yang melihat pulau ini tidak seimbang dan miring ke barat, telah membawa berjuta-juta pikul tanah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menuju timur, tetapi tanah itu berguguran di sepanjang
pinggir selatan dari pulau ini, sehingga terjadilah
pegunungan ini"
Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya "Bukan
itulah yang aku maksud Kiai, tetapi keadaan pegunungan
itu sekarang, tentang orang-orang yang menurut
pendengaranku telah berdatangan"
"Seperti juga anakmas akan naik ke pegunungan ini?"
Panon terdiam, kepalanya tertunduk, memang sulit
baginya untuk mendapat penjelasan dari Kiai
Rancangbandang, karena ia sendiri tidak dapat
mengatakan kepentingannya naik ke pegunungan itu.
Namun kemudian iapun menarik nafas dalam-dalam,
katanya di dalam hati "Baiklah jika aku tidak mendapat
keterangan apapun tentang gunung itu, tetapi aku sudah
mengurangi beban di hatiku akibat terbunuhnya Sisik
Sana, untunglah bahwa ayahnya dapat mengerti"
Dalam pada itu, Kiai Rancangbandang kemudian
berkata "Anakmas, Gunung Sewu adalah pegunungan
yang diselimuti oleh kabut rahasia, tidak banyak orang
yang mengetahui dengan pasti, karena itu, jika tidak
penting benar, sebaiknya kau tidak usah pergi naik
keatas Gunung Sewu itu, meskipun seandainya kau
memiliki ilmu rangkap tujuh, dan berperisai baja di
dadamu, namun tidak akan banyak manfaatnya, kareena
itu adalah daerah yang berbatu-batu saja tanpa
memberikan apapun kepada anakmas, jika anakmas
sudah sampai keseribu puncak diatas pegunungan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon menarik keningnya, tetapi Ia tidak menjawab.
Namun dalam pada itu, Ki Ajar Respati berkata "Adi
Rancangbandang, jika anakmas Panon memang sudah
bertekad untuk memanjat tebing Gunung Sewu, maka
kita tidak dapat mencegahnya kita hanya dapat
memberikan beberapa petunjuk tentang kekerasan alam
yang kita ketahui saja kepadanya, biarlah ia bermalam
semalam sebelum besok ia akan mengantarkan kita ke
bekas perkelahian yang telah menyebabkan Sisik Sana
terbunuh, kemudian kita lepaskan anakmas pergi


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendaki Gunung Sewu.
Karena Panon tidak segera menjawab, maka Ki
Ajarpun kemudian bertanya "Bagaimana anakmas",
apakah kau tidak keberatan?"
Panon bergeser setapak, lalu "Maaf Ki Ajar, bukan
maksudku hendak ingkar, tetapi jika Ki Ajar
menghendaki, baiklah, sekarang aku mengantarkan Ki
Ajar ketempat perkelahian itu"
"Kenapa sekarang?"
"Aku harus meneruskan perjalananku"
"Demikian pentingnya, sehingga kau harus tergesa-
gesa?" Panon tidak segera menjawab, sekali lagi ia menjadi
bingung. Tetapi agaknya Ki Ajar mengetahui
keadaannya, karena itu maka katanya "Baiklah anakmas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bila kita akan pergi sekarang, agaknya setelah
menunjukkan tempat itu, anakmas akan langsung pergi
mendaki Gunung Sewu, meskipun dengan demikian
anakmas telah membuang waktu hampir setengah hari.
Anakmas, sudah melingkar jalan dan singgah kemari,
mungkin anakmas bermaksud mengambil jalan di
sebelah bukit ini, menyusur Kali Opak ke selatan menuju
lembah Payung"
"Ya, Ki Ajar"
"Tetapi anakmas harus kembali ke tempat anakku
terbunuh" "Jika itu dapat mengurangi kesalahanku, aku akan
bersedia melakukannya"
Ki Ajar menarik nafas dalam, katanya kemudian
"Marilah adi Rancangbandang, kita bersiap-siap pergi
mengikuti anakmas Panon"
Kiai Rancangbandang agak ragu-ragu sejenak, namun
iapun kemudian mengangguk "Baiklah kakang"
"Aku juga akan pergi" berkata anak muda yang
selama ini berdiam diri di sisi Ki Ajar Respati.
"Sambi Raga" berkata Ki Ajar Respati "Jika aku dan
pamanmu pergi bersama, maka sebaiknya kau tinggal di
rumah, jika kau ikut pergi, maka rumah pamanmu akan
kosong, selain para pembantu saja"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sambi Raga termangu-mangu, tetapi ia tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada ayahnya.
Demikianlah, Ki Ajar Respati dan Kiai
Rancangbandang segera masuk ke ruang dalam, Sambi Raga yang tidak lagi dapat bersikap baik kepada Panon, mengikuti pula, baginya meninggalkan anak muda itu tentu akan lebih baik dari pada duduk bersama, agar tidak timbul salah paham.
Sejenak kemudian Ki Ajar Respati dan Kiai Rancangbandangpun telah siap pula, mereka langsung pergi ke halaman sambil menuntun kuda masing-masing.
"Marilah anakmas" ajak Kiai Rancangbandang.
Panonpun segera turun dari pendapa dan mengambil kudanya.
"Sebenarnya kami tidak ingin menghambat perjalanan anakmas" berkata Ki Ajar Respati "Anakku telah memperlambat perjalanan anakmas dengan tindakannya yang bodoh, sekarang kami yang tua-tua inipun telah menghambat pula"
"Tidak apa Ki Ajar" jawab Panon "Akulah yang telah melakukan kesalahan"
Demikianlah merekapun kemudian meninggalkan padepokan kecil itu, Panon menempuh arah kembali ke tempat ia bertempur melawan Sisik Sana dan kedua kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mudah-mudahan mereka masih berada di sekitar tempat itu dan bersedia menjadi saksi bahwa aku tidak bersalah, agaknya hal itu akan menjadi semakin baik, apalagi jika kemudian merekapun menyatakan penyesalan atas tingkah lakunya sehingga menjerumuskan Sisik Sana yang tidak berarti sama sekali.
Diperjalanan, mereka bertiga hampir tidak berbicara sama sekali, terdorong oleh keinginannya untuk segera meneruskan perjalanan kepegunungan seribu, maka Panon yang berjalan di paling depanpun rasa-rasanya semakin lama semakin cepat.
Akhirnya merekapun sampai ke tempat yang mereka tuju, dengan ragu-ragu Panon menarik kendali kudanya dan kemudian menghentikannya sama sekali.
"Ki Ajar" berkata Panpn dengan suara yang sendat
"Disinilah peristiwa itu terjadi"
Ki Ajar dan Kiai Rancangbandang segera meloncat turun, sebagai seorang yang berpengalaman luas, merekapun melihat bekas pertempuran yang tidak begitu seru, perkelahian yang agaknya terlampau cepat selesai.
"Aku kira Watu Sampar dan Bandung Limpat menguburkan Sisik Sana tidak jauh dari tempat ini"
berkata Panon yang telah meloncat turun pula dari kudanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak Ki Ajar Respati dan Kiai Rancangbandang termangu-mangu memandang sekeliling, seolah-olah memang ada yang dicarinya.
"Angger Panon" berkata Ki Ajar Respati kemudian
"Apakah kau yakin bahwa pada suatu saat Watu Ampar dan Bandung Limpat akan kembali kepadaku?"
"Aku harap demikian Ki Ajar"
"Dan kau yakin bahwa mereka berdua telah menguburkan anakku sebaik-baiknya?"
"Ya, Ki Ajar"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, sementara Panon termangu-mangu memandangnya, ketika Ki Ajar itu menambatkan kudanya pada sebatang pohon, demikian pula dilakukan oleh Kiai Rancangbandang.
Tiba-tiba saja Panon menjadi berdebar-debar ketika ia melihat wajah Ki Ajar Respati yang berubah, meskipun Ki Ajar Respati itu masih tetap tersenyum, namun senyumnya rasa-rasanya telah jauh berbeda, apalagi ketika orang tua itu berkata "Disinilah anakku kau bunuh anakmas, aku tidak sampai hati membiarkannya ia berkubur seorang diri di tengah-tengah hutan ini, daripada aku memindahkan kuburnya, agaknya lebih baik bagiku untuk memberikan seorang atau dua atau tiga orang kawan untuk menemaninya.
Panon termangu-mangu, tetapi ia menjadi tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tambatkan kudamu" berkata Ki Ajar Respati.
"Aku tidak mengerti maksud Ki Ajar"
"Tambatkan kudamu, karena aku memerlukan kau,
kau telah membunuh anakku di sini, sekarang kaupun
harus mati dan dikuburkan disini pula"
Dada Panon bergetar mendengar kata-kata itu, ia
benar-benar tidak menyangka bahwa yang akan terjadi
adalah demikian, ia menyangka bahwa orang yang
bernama Ki Ajar Respati dan adiknya adalah orang yang
berjiwa besar, berjiwa ksatria dan mulia, orang yang
dapat mengerti bahwa anaknyalah yang bersalah.
"Panon Suka" berkata Ki Ajar Respati kemudian
"Memang tidak menyenangkan untuk mati sebelum tugas
yang dibebankan oleh gurunya dapat diselesaikan, tetapi
kau adalah orang yang tidak tahu akan diri, kau belum
melakukan apapun juga yang menyangkut tugas yang
berat bagimu, tetapi disepanjang jalan kau telah mencari
musuh, akibatnya kau akan meneyesal karena kau
adalah murid yang paling buruk yang pernah aku ketahui
dari seorang guru yang mungkin cukup baik"
"Ki Ajar" berkata Panon "Apakah artinya semuanya
ini?" "Artinya, aku akan menuntut balas kematian anakku,
benar kata Sambi Raga, setiap hutang harus dibayar, dan
kaupun harus membayar hutangmu, Hutang jiwa, Sisik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sana adalah anakku yang aku banggakan, ternyata ia
telah kau bunuh disini"
Panon menjadi semakin tegang.
"Nah, cepat, bersiaplah untuk mati, atau barangkali
kau ingin meninggalkan pesan?"
Dada Panon Suka benar-benar telah tergetar, sejenak
ia berdiri termangu-mangu memandang Ki Ajar Respati
dan Kiai Rancangbandang berganti-ganti.
"Cepat" bentak Ki Ajar Respati "Katakan yang ingin
kau katakan"
Panon Suka menjadi gemetar, berbagai perasaan
bercampur baur di dalam hatinya, sejenak ia ragu-ragu,
perasaan bersalah memang menyelinap di dalam hatinya,
tetapi sejenak kemudian ia merasa bertanggung-jawab
untuk menjalankan tugas gurunya, tugas yang amat
penting. Dalam kebimbangan itu ia mendengar Ki Ajar Respati
membentaknya sekali lagi "He, anak muda yang
cengeng, jangan menyesali nasibmu yang malang, cepat,
apakah yang akan kau pesankan", barangkali kepada
gurumu atau kepada orang tuamu", atau barangkali kau
ingin aku membunuh gurumu pula?"
Kata-kata itu benar-benar telah membakar hati anak
muda itu, betapapun ia mencoba menguasai diri, tetapi
penghinaan terhadap gurunya benar-benar telah
membangunkannya dari berbagai macam kebimbangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Akhirnya anak muda itu berkata "Ki Ajar Respati,
semula aku kagum atas kebesaran jiwa Ki Ajar, Ki Ajar
aku anggap benar-benar orang yang dapat
menempatkan diri dalam pilihan yang mampu
menimbang baik dan buruk, salah dan benar, aku
berbangga bahwa di dunia ini ada seoerang yang melihat
kebenaran dan menerimanya dengan dada terbuka,
meskipun maut telah merenggut jiwa anaknya, tetapi
ternyata, aku salah, yang aku hadapi adalah manusia
kebanyakan, manusia biasa seperti yang aku jumpai di
jalan-jalan, di pematang-pematang, di pasar-pasar dan di
lingkungan masyarakat biasa, semua akan menjadi
marah, dendam dan kehilangan akal, jika anaknya
terbunuh, apapun sebabnya, dan Ki Ajarpun berbuat
seperti itu, bukan seorang yang waskita dan bijaksana"
Wajah Ki Ajar Respati menjadi merah, sebuah tarikan
nafas yang dalam nampak lewat di lubang hidungnya,
sementara Kiai Rancangbandang justru menundukkan
kepalanya. Namun dalam pada itu, Ki Ajar Respatipun
menggeretakkan giginya sambil berkata "Setiap orang
akan berusaha membela dan mempertahankan hidupnya,
seperti setiap orang, yang marah dan mendendam
karena anaknya dibunuh orang, agaknya kaupun berbuat
seperti itu. Seperti yang kau katakan, tidak ubahnya
dengan orang-orang kebanyakan, kaupun telah berbuat
licik dan mencari jalan keselamatan dengan cara yang
sangat memalukan, bukankah kau pernah berguru", jika
kau sayang akan nyawamu, kenapa kau tidak menarik
senjatamu dan mempertahankan hidupmu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jantan, bukan merengek dengan menyentuh perasaan
belas kasihan orang lain"
Darah Panon yang masih muda tiba-tiba
menggelegak, ia sudah dilanda kemarahan, namun
menghadapi sikap Ki Ajar Respati, maka kesabarannya
itu rasa-rasanya menjadi luntur.
Karena itu, maka Panonpun kemudian mengadahkan
dadanya sambil berkata "Ki Ajar, aku hormati kau
sebagai seorang yang lebih tua, bahkan sebagai ayah
dan guruku, tetapi jika kau masih tetap tidak melihat
kebenaran, maka apa boleh buat, aku bukan orang
memiliki kelebihan dari orang lain, juga aku adalah orang
biasa yang berusaha mempertahankan hidupku, itulah
alasanku yang terutama kenapa aku membunuh anakmu,
karena itu jika sekarang hidupku terancam, maka akupun
akan mempertahankannya sampai kemampuanku yang
terakhir, jika aku mati dalam perjuanganku
mempertahankan hidupku, maka guru tidak akan
menyalahkan aku, karena aku gagal menjalankan
tugasku" "Bagus, itu adalah kata-kata ksatria" sahut Ki Ajar
Respati. "Karena itu bersiaplah, kau akan mati sebagai
lagi-laki, seperti juga anakku mati sebagai laki-laki, tetapi
perlawananmu akan mempersulit jalan kematianmu"
"Aku tidak perduli" sahut Panon yang kehilangan
kesabarannya. Sejenak kemudian, maka Ki Ajar masih berdiri sambil
bertolak pinggang memandangi anak muda itu, namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemudian iapun melangkah maju sambil berkata
"Sebutlah nama orang tua dan gurumu itu di saat-saat
kematianmu"
Panon tidak sempat menjawab, tiba-tiba saja ia
melihat Ki Ajar telah meloncat menyerangnya, tangannya
terjulur lurus mengarah ke dadanya dengan jari-jari yang
terentang merapat siap untuk menyobek dadanya.
Panon berdesis melihat serangan itu, ia teringat pada
serangan Sisik Sana dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan ayahnya, tetapi serangan Ki Ajar dibarengi
dengan deru angin yang deras, sederas tata gerak yang
menggetarkan jantung lawannya"
Tetapi Panon benar-benar telah bersiap, ia sadar
bahwa tentu Ki Ajar Respati tidak akan melakukan
kesalahan seperti Sisik Sana, apalagi serangan didasari
dengan dendam dan kebencian yang menyala dihati
orang tua itu. Dengan sigapnya Panon menghindar, ia tidak berani
mencoba-coba lagi, itulah sebabnya, maka demikian
serangan itu meluncur sejengkal di depan dadanya, maka
iapun segera melakukan serangan balasan, ia berputar
pada tumitnya, melintangkan kakinya, kemudian dengan
gerak yang cepat ia memburu kearah yang sama sambil
melontarkan serangan dengan kakinya.
Benar-benar serangan yang tidak terduga, itulah
sebabnya Ki Ajar Respati mengerutkan keningnya, ia
hanya bertindak cepat, karena itu iapun segera memutar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tubuhnya, merendah pada lututnya dan melindungi
lambungnya dengan sikunya.
Yang terjadi adalah benturan yang dahsyat, serangan
Panon yang tiba-tiba itu telah membentur pertahanan Ki
Ajar Respati sehingga keduanya telah terguncang.
Kiai Rancangbandang melihat benturan itu dengan
hati yang tergetar, Panon adalah anak muda yang
sebenarnya masih sangat belia untuk melawan Ki Ajar
Respati, jika keduanya benar-benar telah membenturkan
segenap kekuatannya, maka diluar sadarnya ia
mencemaskan anak muda itu.
Tetapi yang dilihatnya adalah berbeda dengan yang
dicemaskannya, ia melihat Panon tergetar surut satu
langkah, namun ia juga melihat Ki Ajar Respati terpaksa
terdesak mundur pula.
"Luar biasa" Kiai Rancangbandang berdesis.
Sementara itu ternyata Panon telah mempersiapkan
dirinya untuk menyerang, tetapi dalam saat yang
bersamaan serangan Ki Ajar Respati telah
mendahuluinya, cepat dan benar-benar terarah pada
bagian yang berbahaya, jari-jari yang mengembang rapat
itu terjulur ke lehernya.
Panon dengan cekatan bergeser kesamping sambil
mencondongkan tubuhnya, kemudian dengan tangannya
ia langsung menghantam lawannya, tetapi lawannya
sempat menggeliat dan berputar seperti pusaran, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemudian melintang dengan kaki terjulur lurus ke dada
Panon. Serangan ituun begitu tiba-tiba, sehingga Panon
hanya menyilangkan kedua tangan di dadanya, dengan
demikian maka sekali lagi terjadi benturan antara kedua
kekuatan itu, dan sekali lagi mereka tergetar surut.
Perkelahian itu semakin lama menjadi semakin seru,
sekali-sekali salah satu pihak terlambat menghindar
serangan lawannya, sehingga terlempar beberapa
langkah, namun kedua-duanya seakan-akan memiliki
kemampuan melenting seperti belalang, demikian
mereka jatuh berguling, demikian mereka bangkit


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali. Agaknya Ki Ajar Respati tidak mau memberi
kesempatan sama sekali kepada anak muda itu, tetapi
dengan demikian ia justru menjadi seolah-olah tergesa-
gesa. Ketika serangannya gagal, maka Ki Ajar masih
memburu dengan serangan keduanya, kakinya terjulur
lurus, sehingga orang tua itu bagaikan meluncur dalam
garis datar, namun Panon tidak membiarkan kepalanya
terlepas karena serangan yang dahsyat itu, ia merendah
sedikit, namun ia masih sempat menyambar kaki
lawannya dan dengan mempergunakan kekuatan Ki Ajar
sendiri, Panon melemparkannya dengan derasnya.
Ki Ajar agaknya telah kehilangan keseimbangan,
ketika ia terjatuh ditanah, ia tidak dapat langsung berdiri,
sekali ia terguling, tetapi sebelum ia sempat memperbaiki
keadaanya, rasa-rasanya Panonlah yang kemudian
terbang menerkamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati justru tetap pada keadaannya, sambil
menelentang dengan kakinya, ia menyerang Panon yang
sedang meluncur dengan kedua tangannya yang terjulur
tepat ke lehernya.
Sentuhan kaki Ki Ajar yang dilambari dengan
kekuatan yang luar biasa itu telah melemparkan Panon
keudara, tetapi Panon tidak menjadi bingung dan
kehilangan akal, sekali ia berputar dan ketika ia jatuh ke
tanah, maka ia telah berdiri pada kedua kakinya yang
kokoh. Namun pada itu, Ki Ajar Respatipun telah berdiri
pula, siap untuk menyerangnya.
Sekejap Panon berdiri termangu, Ia sudah mulai
bertempur tanpa pertimbangan lagi, selain
mempertahankan hidupnya, apapun yang akan terjadi,
sama sekali sudah tidak dipertimbangkannya lagi, ia tidak
mau mati sebelum ia menunaikan tugasnya, atau setelah
ia berjuang dengan segenap kemampuan dari ilmu yang
pernah diterimanya.
Ilmu yang sebenarnya belum pernah dipergunakan
dalam pertempuran yang sebenarnya, antara hidup dan
mati, bahkan yang dilakukannya dipadepokannya, di
tempat terpencil di lereng Gunung Merbabu adalah
sekedar latihan-latihan yang seakan-akan hanya seorang
diri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kini menghadapi seorang yang memiliki ilmu yang mumpuni yang sedang menuntut kematian anaknya yang dibunuhnya tanpa sengaja.
Tetapi Ki Ajar Respati tidak segera menyerangnya, meskipun matanya masih tetap membara, ia masih tetap berdiri di tempatnya.
Namun sejenak kemudian terdengar diantara desah nafas orang tua itu, berkata "Panon, kau memang memiliki kemampuan dan ilmu gerak yang
mengagumkan, kau mempunyai kecepatan bergerak jauh melampaui dugaanku, tetapi dalam benturan ilmu, bukan semata-mata ilmu geraklah yang menentukan, aku mempunyai ilmu yang dapat membuat kau luluh menjadi debu"
Panon masih tetap bersiaga sepenuhnya, sambil bergeser setapak ia menjawab "Apapun yang akan Ki Ajar lakukan, aku tidak akan lari"
"Bagus, tetapi sebelum aku membenturkan ilmu keatas kepalamu, aku ingin menunjukkan kepadamu, bahwa ilmu yang bagaikan sekedar ceritera khayal itu memang ada"
Panon tidak menjawab, tetapi ia termangu-mangu ketika ia melihat Ki Ajar Respati memandang sekeliling kearah batu-batu padas yang berserakan.
"Lihat, hai anak muda yang sombong" ia berteriak lantang "Kau akan pingsan melihat kemampuanku
mempergunakan kekuatan cadangan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon mengerti, bahwa Ki Ajar Respati akan
mempergunakan kekuatannya, namun Panon sama sekali
tidak menjadi gentar, bahkan tiba-tiba iapun
mempersiapkan dirinya, membangunkan segenap
kekuatan yang ada di dalam dirinya, kekuatan cadangan
yang jarang nampak pada permukaan tingkah laku dan
tindak tanduknya sehari-hari.
Bab 14 Sejenak Panon menunggu, yang dilihatnya kemudian
benar-benar menakjubkan, Ki Ajar Respati berteriak
sambil meloncat menghantam sebuah batu padas yang
terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Akibatnya benar-benar menakjubkan, batu padas
itupun pecah berantakan.
Tetapi belum lagi pecahan batu-batu padas yang
berhamburan itu terserak seluruhnya, sekali lagi
terdengar gemeretak gigi dan benturan yang yang tidak
kalah dahsyatnya, sebongkah lagi batu padas pecah
berserakan pula menjadi debu, segumpal asap yang
putih mengepul diantara debu yang berhamburan.
"Luar biasa" terdengar Kiai Rancangbandang berdesis
kepada diri sendiri, bahkan Ki Ajar Respatipun justru
berdiri termangu-mangu untuk beberapa saat. Ia
menyaksikan kepulan asap dan debu yang hanyut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
didorong oleh angin yang lembut dengan hati yang
berdebar-debar.
Ternyata, sesaat setelah Ki Ajar Respati menunjukkan
kekuatan yang ada di dalam dirinya, maka Panonpun
telah melakukan hal yang sama, ternyata iapun berhasil
memecahkan batu padas seperti yang dilakukan Ki Ajar
Respati. Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam, tiba-tiba saja
wajahnya yang tegang itupun rasa-rasanya menjadi luluh
dan lembut, dengan suara datar ia berkata "Sangat
mengagumkan anakmas, ternyata kau memiliki
kemampuan yang tiada taranya, jauh diluar dugaanku"
Panon masih tetap bersikap hati-hati meskipun Ki Ajar
Respati nampaknya tidak bersiap untuk menyerangnya.
"Ki Ajar" berkata Panon "Aku sudah siap untuk
melakukan apa saja untuk membela hidupku dan demi
tugas yang dibebankan kepadaku"
"Tidak ngger, kau tidak perlu berbuat apa-apa lagi"
"Aku tidak mengerti maksudmu, apakah Ki Ajar
menunggu aku menjadi lengah dan menghantam
punggungku dengan tiba-tiba selagi aku tidak
menyangka?"
"Tentu bukan begitu ngger"
"Ki Ajar, aku sudah kehilangan kepercayaan
kepadamu, jika kau tidak melihat bahwa kemampuanku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak kalah dari apa yang dapat kau lakukan, maka kau
tentu akan bersikap lain"
Wajah Ki Ajar menegang pula sejenak, lalu "Anakmas,
kenapa pandangan anakmas menjadi sedemikian
pendeknya?"
"Ki Ajar, kau tidak akan dapat berpura-pura lagi, kau
tidak perlu menunggu, kapan kau akan mencari
kesempatan lagi untuk membunuhku"
Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam, ketika ia
memandang Ki Rancangbandang, maka dilihatnya Ki
Rancangbandang mengerutkan keningnya sambil berkata
"Jangan salah mengerti anakmas, sebenarnyalah kami
tidak bermaksud buruk kepadamu"
Sekarang kau dapat berkata begitu, tetapi apakah
yang akan kau katakana jika mayatku telah tergolek
disini?" "Tentu tidak akan sampai sedemikian jauh anakmas"
"Aku tidak percaya, jangan berbuat licik"
Sejenak Ki Ajar Respati termangu-mangu dan dengan
wajah yang muram ia berkata kepada adiknya "Apakah
yang aku lakukan sudah terlampau jauh"
Kiai Rancangbandang memandang Panon sejenak,
ada sesuatu yang terpancar pada sorot matanya, dengan
nada yang dalam ia berkata "Aku sudah
memperhitungkan akibat ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian ia melangkah mendekati Panon sambil berkata
"Anakmas, adalah wajar sekali, bahwa anakmas yang
masih muda itu telah kehilangan kepercayaan kepada
kami yang tua-tua, apalagi alasanku untuk perkelahian
itupun sangat mendasar, karena aku telah kehilangan
anakku" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi jika masih ada
sisa kepercayaanmu kepadaku, dengarlah, aku
bermaksud baik, aku benar-benar telah mengikhlaskan
anakku yang telah sesat jalan, jika aku memaksakan
perkelahian ini, semata-mata karena kebimbanganku
terhadap kemampuanmu"
"Kenapa Ki Ajar membimbangkan kemampuanku",
dan untuk apa?"
"Angger Panon, bukankah angger akan pergi ke
Gunung Sewu?"
"Ya" "Aku yakin bahwa angger tidak menyadari apakah
yang ada disalah satu puncak Gunung itu, menurut
perhitunganku angger tentu akan pergi ke Karangmaja,
mengunjungi Istana yang suram itu"
"Kenapa Ki Ajar memperhitungkan demikian?"
"Tidak ada yang menarik diatas Gunung itu, selain
sebuah istana kecil milik Pangeran Kuda Narpada yang
telah ditinggalkannya beberapa lamanya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon tidak menjawab, rasa-rasanya orang tua itu
dapat menebak dengan tepat.
"Tetapi ketahuilah anakmas, bahwa istana kecil yang
suram itu, ternyata telah menarik banyak perhatian,
perhatian orang-orang sakti yang pilih tanding" ia
berhenti sejenak, lalu "Itulah sebabnya aku menjadi
sangsi, apakah kepergianmu kesalah satu puncak bukit
itu, bukan sekedar untuk membunuh diri dengan sia-sia,
jika kau jatuh ke tangan siapapun yang kini berada di
puncak yang sangat menarik perhatian itu, maka
akibatnya akan menjadi sangat parah. Ternyata kau
adalah seorang anak muda yang memiliki ilmu yang
mumpuni, karena itu, maka aku tidak menjadi sangsi
lagi, bahwa kaupun pantas mendaki pegunungan itu"
Panon mengangguk-angguk jenenak, ia melihat
kejujuran di mata Ki Ajar Respati, namun demikian, ia
masih belum dapat menghapuskan perasaan curiganya,
karena itu, maka iapun kemudian berkata "Apakah kau
tidak sekedar menjebak aku?"
"Kenapa aku harus menjebakmu?" bertanya Ki Ajar,
"Jika aku benar-benar ingin membunuhmu, aku masih
mempunyai satu kesempatan meskipun licik, bukankah
adikku dapat membantu jika aku memang ingin
membunuhmu"
Panon Suka memandang Ki Ajar Respati dan Kiai
Rancangbandang berganti-ganti, tetapi kecurigaan
terhadap keduanya masih tetap memancar pada sorot
matanya, kemudian ia berkata "Apakah aku masih dapat
membangunkan kepercayaanku lagi" Ki Ajar, apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terjadi adalah suatu kejutan yang tidak akan dapat
dengan mudah aku lupakan"
"Aku mengerti anakmas, tetapi ketahuilah, jika aku
masih juga mendendam dan benar-benar ingin
membunuhmu, maka aku tentu akan membawa siapa
saja yang akan dapat membantuku, jika karena
kesombonganku, aku yakin akan dapat melakukannya,
seperti dalam keadaan ini, maka aku akan memberikan
isyarat kepada adikku, Kiai Rancangbandang, sebenarnya
bahwa adikku, Rancangbandang memiliki ilmu yang lebih
sempurna dari padaku, bahkan ilmuku itupun bukan ilmu
yang baik, karena aku menyusunnya sendiri. Sesuai
dengan pengenelaku atas alam sekitarku, aku berbeda
dengan adikku Rancangbandang, setelah ia bersamaku
mempelejari ilmu yang kalang kabut, ia masih menemui
bukan hanya seorang yang dapat menyempurnakan
ilmunya, tetapi dua orang kakak beradik pula, itulah
sebabnya, maka ilmunya menjadi lebih sempurna dan
teratur. Dengan demikian kau akan dapat
mempertimbangkan, bahwa meskipun kau mempunyai
kelebihan karena kau tenaga muda, maka kau tentu
masih harus membuat perhitungan tersendiri jika kau
harus menghadapi kami berdua"
Panon termangu-mangu sejenak, tetapi kemudian ia
yang justru menjawab "Apapun yang akan terjadi, aku
tidak pernah menyesal selama aku tetap merasa berjalan
diatas jalan yang benar menurut keyakinanku atas
petunjuk dan didasari nasehat guruku"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, namun
dalam pada itu Kiai Rancangbandang yang menyahut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Angger Panon Suka, tentu saja yang pertama-tama kami
harus minta maaf, penilaian angger terhadap kami
memang dapat kami mengerti, tetapi, cobalah
menangkap kejujuran ats keterangam kami. Aku dan
kakang Ajar Respati bersepakat untuk mengetahui,
sampai dimana bekal yang kau bawa untuk mendaki
Gunung Sewu dalam keadaan seperti sekarang ini, hanya
itu, tidak lebih dan tidak kurang, dan kini kami telah
mengetahui bahwa angger Panon Suka tidak perlu
dicemaskan lagi, karena itulah maka kami akan dapat
melepaskan anakmas untuk pergi ke Gunung Sewu" Kiai
Memanah Burung Rajawali 13 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Kitab Pusaka 5
^