Pencarian

Jaka Lola 13

Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


"Mereka adalah pendekar-pendekar muda yang gagah perkasa, pembasmi kejahatan, apalagi Tan Hwat Ki adalah putera Lu-liang-pai, cucu Raja Pedang. Mana mungkin aku membiarkan dia terbunuh" Aku tidak menghendaki permusuhan dengan kau dan kalali kau menyerangnya, terpaksa aku membantunya."
Dengan muka masih cemberut Yosiko berkata, "Hemmm, kau memang tak kenal budi, tidak mengasihani, orang. Hwat Ki sendiri saja kepandaiannya sudah lebih lihai daripada aku, melawan dia saja aku belum tentu dapat menang, kau masih hendak membantunya. Sama saja dengan kau dan dia sengaja hendak membunuh aku!" Aneh sekali, secara tiba-tiba gadis itu menangis! Akan tetapi hanya sebentar saja air matanya bercucuran keluar, karena segera dihapusnya dan sikapnya kembali keras. "Kau mau bunuh aku, mengapa masih memakai jalan memutar, plintat-plintut" Mau bunuh hayo bunuh!"
"Eh-eh, kenapa kau mengamuk tidak karuan, Yosiko" Siapa ingin membunuhmu" Aku bilang niembantu mereka, yaitu kalau kau hendak membunuh mereka, karena biarpun ilmu silatmu kalah lihai, namun akalmu lebih banyak dan tipu muslihatmu mungkin akan mengalahkan mereka berdua. Kalau terjadi sebaliknya, yaitu mereka mengancam keselamatanmu dan hendak menibunuhmu, sudah tentu akan kuhalangi niat mereka dan kubela engkau."
Koleksi Kang Zusi454
Jaka Lola Kho Ping Hoo Seketika berubah wajah Yosiko, ke-marahannya lenyap bagaikan awan tipis ditiup angin.
Akan tetapi ia masih men-cela, "Yo Wan, kalau memang kau suka kepadaku, mengapa kepalang tanggung" Kalau kau membenciku, juga kenapa tidak terus terang saja" Kau orang aneh ..... tapi sudahlah, kau mengaso biar sembuh, baru kita bicara lagi. Sebentar lagi ibu tentu akan mengantarkan obat yang kuminta, atau aku akan mencari ke sana."
Yo Wan tidak mau membantah lagi. la maklum bahwa menghadapi seorang gadis remaja yang galak ini, lebih baik dia menutup mulut dan bersabar sampai dia sembuh benar. Kalau dilawannya cekcok mulut tentu akan menjadi-jadi dan hal ini amat tidak baik baginya.
Di tempat lain, terjadi percekcokan lain lagi. Semenjak meninggalkan gua yang dijadikan tempat pepsernbunyian ketua Kipas Hitam itu, Bu Cui Kim tampak cemberut dan pendiam.
Beberapa kali Hwat Ki mengajaknya bicara, akan tetapi sumoinya yang biasanya amat ramah dan taat kepadanya, kini hanya menjawab singkat-singkat saja, kadang-kadang bahkan tidak menjawab sama sekali. Seakan-akan kegembiraan dan semangat sumoinya tertinggal di gua!
Diam-diam Hwat Ki curiga. Hatinya sudah merasa amat tidak enak ketika malam tadi mereka dijamu sebagai tamu ketua Kipas Hitam, karena dia menduga bahwa sumoinya tertarik oleh ketua Kipas Hitam yang tampan jenaka. Apakah sumoinya menjadi kecewa melihat ketua Kipas Hitam yang disangkanya seorang pemuda tampan gagah itu seorang wanita" Ataukah..... sumoinya tertarik kepada Yo Wan, peniuda sederhana yang amat sakti itu" Akhirnya Hwat Ki tidak dapat menahan perasaannya. la berhenti di tempat yang amat indah di tepi su-ngai. Amat sejuk hawa pagi itu dengan sinar matahari yang mulai mengeluarkan suara berdendang ketika alirannya ber-main dengan batu-batu karang.
Burung-burung pagi berkicau dan menari-nari di atas dahan-dahan pohon. Angin pagi yang semilir merontokkan daun-daun tua dan mutiara-mutiara embun yang menempel di ujung daun-daun hijau. Daun bambu dilanda angin berkeresekan halus seperti sepasang kekasih berbisikan mesra. Pagi yang indah, akan tetapi anehnya, wajah muda-mudi dari Lu-liang-san ini muram! Melihat Hwat Ki berhenti dan berdiri bersandarkan batu karang, Cui Kim juga berhenti, berdiri termeoung memandang air sungai, sama sekali tidak mempedulikan suhengnya. Suasana kaku dan tegang ini terasa benar oleh mereka dan Hwat Ki maklum bahwa sesuatu yang meng-ganjal ini kalau tidak lekas dia dongkel dan singkirkan, akan merupakan peng-halang yang amat tidak menyenangkan dalam pergaulannya dengan sumoinya. Selama bertahun-tahun, sumoinya rnenjadi murid ayahnya, semenjak mereka berdua baru berusia dua tiga belas tahun, me-reka telah bermain-main bersama, rukun dan tak pernah bercekcok, seperti kakak beradik kandung saja. Baru sekarang ini terjadi hal yang amat aneh, yang membuat mereka murung dan. seakan-akan enggan menatap wajah masing-masing, hati penuh kemarahan dan ketidakpuasan!
"Sumoi, apakah yang kaupikirkan?"
Koleksi Kang Zusi455
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Tidak apa-apa....."
Henmm, jawaban yang dipaksakan sebetulnya enggan menjawab dan kemarahan serta sakit hati yang amat besar terkandung dalam suara itu, pikir Hwat Ki. Rasa cemburunya makin membesar dan dia pun membuang muka. Sampai beberapa lama keduanya diam saja. Hwat Ki berdiri dengan kaki kanan di atas batu karang, bersandar pada batu karang yang agak tinggi, membelakangi, sungai. Sebaliknya, Cui Kim berdiri menghadapi sungai, mukanya lurus memandang ke arah sungai, mulutnya yang biasanya manis itu cemberut. Karena keduanya berdiam diri, makin teganglah suasana.
"Sumpi, sungguh tak enak keadaan begini!" Akhirnya berkatalah Hwat Ki dengan suara marah pula. "Semenjak pertemuan kita dehgan ketua Kipas Hitam malam tadi, kau sudah berubah, kemudian setelah meninggalkan gua, kau benar-benar berbeda sekali....."
Dengan gerakan serentak Cui Kim membalikkan tubuh memandang, matanya bersinar penuh kemarahan dan suaranya keras kaku, "Suheng, apa perlunya memutarbalikkan kenyataan" Siapakah yang berubah" Kau ataukah aku?"
Hwat Ki membelalakkan matanya. "Eh-eh, bagaimana ini" Kau bilang aku yang berubah"
Sumoi, kau mencari-cari Aku berubah bagaimana?"
"Masa berpura-pura tanya lagi!" Kem-bali Cui Kim membuang muka, memutar tubuh membelakangi suhengnya. Benar-benar aneh sekali ini, pikir Hwat Ki. Belum pernah sumoinya ini bersikap seperti ini terhadapnya.
"Sumoi, bilanglah, apa kesalahanku sehingga kau marah-marah macam ini?"
"Hemmm, setelah melihat bahwa ketua Kipas Hitam ternyata seorang gadis secantik bidadari, gadis jelita yang malam tadi menyatakan terang-terangan hendak menjodohkan kau dengan dirinya sendiri, kau..... kau..... melepaskan dia begitu saja!"
"Eh-eh...... aku hanya inentaati permintaan saudara Yo Wan....."
"Alasan kosong' Biarpun dewa yaiw minta ia dilepaskan, mengingat dialah ketua Kipas Hitam, seharusnya kita membunuhnya atau setidaknya menangkapnya. Tapi kau..... dengan mudah kau melepas-kannya, karena kau..... karena kau cinta padanya.,,.." Kini suara ini mengandung isak.
Hening sejenak, Hwat Ki mengerutkan kening, kepalanya dimiringkan, memutar otak.
Kemudian mendadak dia tertawa bergerak. "Ha-ha-ha-ha-ha!"
Koleksi Kang Zusi456
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Apanya yang lucu!" Cui Kim yang tadinya kaget menengok, bertanya.
Hwat Ki masih tertawa terus, kemudian katanya, "Terang kau cemburu kepada Yosiko! Ha-ha-ha, dan malam tadi aku cemburu pula kepada Yosiko karena kau agaknya tertarik sekali ke-padanya! Ha-ha-ha, kumaksudkan tentu saja aku cemburu kepada Yosiko laki-laki dan kau cemburu kepada Yosiko wanita! Ha-ha-ha, kita cemburu kepada satu orang, malam tadi aku mengira kau tergila-gila kepada Yosiko, sekarang kau-lah yang menyangka aku tergila-gila kepada Yosiko pula. Bukankah lucu sekali ini?"
Seketika wajah Cui Ki|pn menjadi me-rah dan jantungnya berdebar. Bagairnana-pun juga ucapan ini mengenai perasaan-nya karena ia tak dapat menyangkal hatinya sendiri bahwa malam tadi me-mang ia tertarik oleh gerak-gerik Yosiko yang disangkanya pemuda yang amat tampan dan gagah! Akan tetapi sebagai seorang gadis, tentu saja ia tidak sudi mengakui hal ini, maka dengan tersipu-sipu ia berkata,
"Cih! Siapa tergila-gila pada seorang bajak" Suheng, jangan kau hendak menutupi kesalahan sendiri dengan fitnah pada orang lain!"
Namun Hwat Ki yang sudah mengenal sumoinya semenjak kecil, dengan lega mendapat kenyataan bahwa adik seperguruannya ini tidak marah lagi seperti tadi. la melangkah maju mendekati Cui Kim dan menegur.
"Sumoi, sungguh nnati, aku berani bersumpah bahwa aku melepaskan Yosiko hanya karena melihat muka saudara Yo Wan, dan mungkin juga terdorong oleh kenyataan bahwa dia adalah puteri bibi Tan Loan Ki. Kau tahu, bibi Tan Loan Ki adalah saudara misan ayah. Akan tetapi, sudahlah, hal itu tak perlu di-bicarakan lagi. Yang benar-benar mem-buat aku heran dan tidak mengerti, Su-moi, andaikata benar-benar aku jatuh cinta kepada Yosiko, kenapa kau menjadi marah-marah" Apakah..... sebabnya" Andaikata aku mencinta dia dan dia inencintaku..... ah, ini hanya andaikata, Sumoi....." Sambung Hwat Ki cepat-cepat karena melihat wajah sumoinya itu tiba-tiba menjadi pucat.
Sejenak mereka saling pandang. Ke-mudian Cui Kim berkata, suaranya gemetar, "Suheng, sebaliknya engkau sendiri..... mengapa kaucemburukan Yosiko laki-laki" Andaikata aku benar mencinta seorang pemuda...... mengapa engkau marah-marah.....?"
Mereka saling pandang sampai lama dengan sinar mata penuh selidik. Seakan-akan baru kini mata mereka terbuka, baru sekarang mereka melihat kenyataan bahwa masing-masing merasa tidak rela kalau yang mencinta orang lain!
"Sumoi..... kau tidak senang melihat aku mencinta gadis lain.....?" Suara Hwat Ki juga gemetar kini. Cui Kim meng-geleng kepala keras-keras.
"Aku pun tidak senang melihat kau mencinta pemuda lain! Sumoi...... kalau begitu...... kau Koleksi Kang Zusi457
Jaka Lola Kho Ping Hoo meocintaku?" Cui Kim menundukkan mukanya yang merah dan mengangguk perlahan.
Hwat Ki melangkah maju dan di lain saat dia sudah merangkul sumoinya dan Cui Kim menyembunyikan muka pada dada suhengnya sambil menangis. Hwat Ki mendekap kepala dengan rambut yang harum itu, menengadah dan berkata lirih,
"Ah, alangkah bodoh kita! Seperti buta! Selama ini kusangka bahwa antara kita hanya ada kasih sayang seperti sau-dara. Sumoi...... kiranya sekarang aku yakin betul bahwa aku tak dapat mencinta wanita lain! Sumoi, mari kita kembali ke Lu-liang-san, biar aku yang akan beritahukan ayah ibu tentang urusan kita!"
Cui Kim merenggangkan tubuhnya dan ketika mereka saling pandang, sinar mata mereka sudah jauh berbeda. Kini di an-tara mereka terdapat rahasia mereka berdua, sinar mata mereka membawa seribu satu macam pesan hati yang mesra, pandang mata bergulung menjadi satu, sepaham.
"Suheng," kata Cui Kim, suaranya penuh kesungguhan. "Aku pun sejak da-hulu sudah yakin bahwa aku tak dapat mencinta laki-laki lain. Tentang urusan kita, terserah kepBdamu, Suheng. Kelak kalau kita sudah pulang terserah kau yang menyainpaikan kepada suhu dan subo. Akan tetapi sekarang kita belum boleh pulang. Bukankah kita bertugas untuk membasmi bajak" Suhu sendiri yang mewakilkan kepada kita. Bajak laut belum terbasmi habis, malah kepalanya, ketua Kipas Hitam, masih hidup ber-keliaran. Apa yang akan kita katakan kepada suhu tentang ini?"
Hwat Ki menjadi bingung diingatkan demikian. "Habis, apa yang harus kita lakukan, Sumoi"
Yo Wan itu adalah mu-rid paman Kwa Kun Hong, dia sudah menolong nyawa kita, dan dia amat lihai. Kalau dia melarang kita menangkap atau membunuh Yosiko, bagaimana baiknya?"
"Di dalam menunaikan tugas, kita tidak boleh mundur oleh segala kesukar-an. Murid Pendekar Buta mestinya seorang pendekar pula yang bertugas membasmi penjahat. Kalau Yo Wan melindungi ketua Kipas Hitam berarti dia menyele-weng daripada kebenaran. Biar dia sepuluh kali lebih lihai, sudah menjadi kewajiban kita untuk menentangnya."
Terbangkit semangat Hwat Ki oleh kata-kata sumoinya yang tercinta itu. Kini pandangannya terhadap Cui Kim berbeda dan dia merasa bangga sekali mendengar ucapan kekasihnya itu.
"Kau betul, Sumoi. Akan tetapi Yo Wan sudah berjanji hendak meinberi penjelasan. Mari kita awasi gerak-geriknya dan kita berunding dengan saudara Bun Hui agar gua itu dikurung dan jangan sampai Yosiko dapat terbang."
"Itu benar, Suheng. Mari kita mencari saudara Bun Hui dan pasukannya."
Koleksi Kang Zusi458
Jaka Lola Kho Ping Hoo Sambil bergandengan tangan mesra kedua orang muda-mudi yang semenjak kecil menjadi teman baik dan berkumpul, akan tetapi yang baru sekarang menemukan cinta kasih antara mereka, meninggalkan tempat yang indah sunyi itu.
Tiga hari lamanya Yo Wan dirawat oleh Yosiko di dalam gua. Selama tiga hari tiga malam, Yosiko merawatnya penuh ketekunan, hanya pergi meninggal-kan pemuda itu untuk mengambil obat dan makanan.
"Obat ini adalah obat yang amat manjur untuk membersihkan darah, dan untuk menyembuhkan luka' dengan cepat. Obat ini dari Jepang, akan tetapi ibu pandai mennbuat sendiri sekarang," kata Yosiko dengan suara bernada bangga.
"Terima kasih kepada ibumu, dia baik hati."
Yosiko terkekeh, "Hi-hik, kaukira dia memberi obat karena baik hati kepadamu" Sama sekali tidak. la ingin kau lekas-lekas sembuh agar dia .segera dapat datang untuk menguji kepandaianmu."
Yo Wan tercengang. Aneh sekali wa-nita setengah tua itu, keponakan Raja Pedang.
"Kemarin ibu bilang, kau hari ini sudah sembuh betul dan nanti ibu tentu datang, kau diminta siap melayaninya."
Memang Yo Wan sudah merasa sem-buh dan dia bersyukur sekali. Sebetulnya kalau dia mau, bisa saja dia pergi sekarang juga. Namun dia bukan seorang pengecut yang melarikan diri dari seseorang, apalagi dia harus bertemu de-ngan ibu gadis ini, pertama untuk meng-ueapkan terima kasih atas pemberian obat, ke dua ?untuk menjelaskan keadaan Yosiko agar niat buruk tentang pemilihan calon jodoh itu diubah.
"Biarlah ibumu datang, aku memang ingin sekali bertemu dengan ibumu. Bu-kan untuk bertanding, melainkan untuk bicara."
Yosiko tersenyum. "Bicara tentang perjodohan kita" Ibu tetap tidak percaya bahwa kau bisa menangkan dia, malah ibu juga tidak percaya bahwa kau adalah murid Pendekar Buta Kwa Kun Hong." "Eh, jbumu mengenal suhu?" "Tentu saja! Sahabat baik sekali, kata ibu, malah bekas kekasih, kata ibu."
"Apa,....?"?" Kini Yo Wan yang tidak percaya. Suhunya seorang pria yang sakti dan gagah, berbatin mulia dan tangguh, setia kepada isteri, mana mungkin main gila dengan nenek galak itu"
Mendadak di depan gua berkelebat bayangan yang amat gesit. Yo Wan sudah melompat dan mengejar pada saat Yosiko baru saja melihat bayangan itu. Gadis ini menyambar pedang Koleksi Kang Zusi459
Jaka Lola Kho Ping Hoo dan loncat mengejar pula.
"Dia bukan ibu! Tentu mata-mata musuh!" teriak Yosiko. Akan tetapi Yo Wan sudah mengejar lebih dulu. Bayangan itu gesit sekali, sebentar saja sudah lenyap di dalam hutan.
"Adik Cui Sian.....!" Yo Wan berteriak dengan jantung berdebar ketika dia tadi melihat bayangan tadi sebelum lenyap. Tak salah lagi, gadis itu tentu Cui Sian! Mengapa berada di sini dan apa sebabnya melarikan diri dari padanya" Karena bayangan gadis itu lenyap dan melihat sikapnya jelas tidak mau bertemu dengan-nya, Yo Wan menghentikan pengejarannya, berdiri termenung dengan bengong.
Dengan terengah-engah karena kalah CBp&t larinya, Yosiko' akhifnya tiba juga di situ.
"Mana dia, Yo Wan" Siapa dia.....?"
Akan tetapi Yo Wan tidak menjawab karena petnuda ini dalam bingungnya teringat akan bayangan gesit di luar gua pada beberapa hari yang lalu, di waktu malam. Bayangan itu ternyata bukan ibu Yosiko, juga agaknya bukan Hwat Ki dan Cui Kim. Apakah bayangan tiga malam yang lalu itu juga bayangan Cui Sin" Berpikir sampai di sini mendadak wajah-nya berubah. Celaka! Kalau benar bayangan itu bayangan Cui Sian, tentu gadis pujaan hatinya itu mengetahui pula bahwa selama tiga hari tiga malam dia tinggal berdua saja dengan Yosiko, gadis eantik! Itukah sebabnya mengapa Cui Sian menghindarkan pertemuannya dengan dirinya"
"Yo Wan, kenapa kau" Siapa yang kaupanggil-panggil tadi?" Yosiko kini memegang lengannya dan mengguncang-guncangnya.
Yo Wan menggeleng kepala, menarik napas panjang. "Kau yang mendatangkan gara-gara ini."
"Aku" Lho! Apa maksudmu?" Yosiko terheran dan penasaran.
"Kalau saja kau membiarkan aku per-gi tiga hari yang lalu....."
"..... tentu kau akan mampus karena luka-lukamu!" sambung Yosiko.
Mendengar kata-kata ini, Yo Wan sadar dari lamunannya dan memandang. Mereka saling pandang dan melihat wajah yang ayu itu cemberut sehingga wajahnya berubah lucu, mau tidak mau Yo Wan tersenyum dan menghela napas lagi.
"Lebih baik mampus daripada dia menyangka yang bukan-bukan, Yosiko."
Koleksi Kang Zusi460
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Dia" Siapa dia" Laki-laki atau wa-nita tadi" Larinya cepat amat!"
Yo Wan merasa tidak perlu lagi untuk menyembunyikan sesuatu kepada gadis ini, 'malah lebih baik bicara sejujurnya untuk menghapus lamunan kosong gadis ini tentang perjodohan.
"Tentu saja ia lihai dan larinya cepat, dia itu bibimu!"
Saking kagetnya, hampir Yosiko me-loncat tinggi. Matanya terbelalak, mulut-nya terbuka dan lidahnya dikeluarkan sedikit.
"Jangan main-main kau! Siapa bibiku?" "Dia itu Tan Cui Sian, puteri tunggal Raja Pedang Tan Beng San. Karena ibumu adalah keponakan Raja Pedang, maka berarti dia itu saudara misan ibumu dan dia itu bibimu!"
"Ahhh.....!" Yosiko mengeluh. "Dan dia agaknya telah sejak tiga malam yang lalu memata-matai kita." "Ohhh.....!" Yosiko mengeluh lagi. "Mengapa ah-oh-ah-oh" Apa kau ke-hilangan suaramu?"
"Yo Wan, kau tadi bilang lebih baik mampus, daripada dia menyangka yang bukan-bukan!
Kalau begitu...... kalau begitu...... kau tidak suka dia menyangka yang bukan-bukan?"
"Tentu saja tidak suka!" " "Jadi kau..... kau suka kepadanya?"
Yo Wan mengangguk. "Aku cinta ke-padanya dan kalau ada wanita di dunia ini yang kuinginkan menjadi jodohku, maka satu-satunya wanita itu adalah dia orangnya!"
"Ihhhhh.....!!" Kali ini Yosiko benar-benar meloncat mundur, kemudian mulutnya mewek dan terdengar suara, , "Uhhhu-hu-hu.....!" dan dia menangis!
"Yosiko, tak usah kau menangis. Su-dah kukatakan, perjodohan hanya dapat terjadi atas dasar saling mencinta," kata Yo Wan sambil melangkah maju dan memegang pundak gadis itu. Betapapun juga, dia merasa kasihan kepada gadis ini yang kembali telah menjadi kecewa. Mula-mula gadis ini memilih Hwat Ki yang mengecewakannya karena ternyata pemuda itu memusuhi dan membunuh orang-orangnya, kini pilihannya kepada dirinya kembali keliru.
Mendadak gadis itu menghentikan tangisnya. "Kubunuh dia! Kubunuh dia!" la meronta lepas dan meloncat, mengejar ke arah larinya bayangan tadi. Akan tetapi dengan loncatan panjang Yo Wan sudah mengejarnya dan memegangi tangannya.
"Jangan, Yosiko. Kau takkan menang!"
Koleksi Kang Zusi461
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Peduli amat! Aku menang dia mampus, aku kalah aku mampus!"
"Hush, jangan. Adikku yang baik, kau bersabarlah. Bukan begini caranya mencari jodoh.
Dunia bukan sesempit telapak tangan, masih banyak sekali terdapat pria yang jauh melebihi pilihanmu sekarang."
Yosiko memandang kepadanya dengan mata terbelalak beberapa lamanya seakan-akan hendak menyelidiki isi hatinya, kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Kau bohong!"
"Ah, kau benar-benar seperti katak dalam tempurung. Yosiko, sudah kukata-kan bahwa memilih jodoh dengan dasar tingkat ilmu silat adalah cara yang amat bodoh. nmu kepandaian adalah seperti tingginya langit, sukar diukur. Gunung Thai-san yang tinggi masih kalah oleh awan, awan yang tinggi masih kalah oleh langit. Kalau kau memilih aku berdasarkan ilmu kepandaian, bagaimana kalau di sana ada beberapa ratus orang laki-laki yang melampaui aku tingkat kepandaiannya" Apakah kelak kalau, ada prie yang lebih pandai, kau akan menyesal dan memilih dia?"
Kembali Yosiko tertegun, memandang dengan mata terbelalak, agaknya ia mulai mengerti akan maksud kata-kata Yo Wan dan mulai bimbang akan sikapnya. Yo Wan girang sekali, tersenyum dan berkata halus, "Nah, kau agaknya mulai mengerti sekarang. Bagaimana, andaikata ada seorang kakek tua masih jejake yang rupanya buruk, tangan kiri dan kaki kanan buntung, mata dan telinga kiri tidak ada, hidungnya patah, tapi kepandaiannya mengalahkan aku" Apa kau akan memilih dia sebagai jodohmu?"
Mata yang indah jeli itu bergerak-gerak, tapi tiba-tiba gadis itu menubruk dan merangkul lehernya, menangis. "Tidak! Tidak! Aku tidak mau memilih siapapun juga. Biar dia lebih pandai daripada engkau, tapi tidak ada yang seperti engkau, Yo Wan aku tidak mau memilih orang lain!"
Mampus kau sekarang! Yo Wan me-nyumpahi dirinya sendiri. Kenapa tiga hari yang lalu dia tidak pergi saja diam-diam meninggalkan gua, Celaka sekarang, celaka sekali kalau gadis perahakan Jepang ini nnulai jatuh hati kepadanya, mulai mencintainya!
"Eh, Yosiko, jangan begitu, eh..... nanti dulu....." Yo Wan melepaskan sepasang lengan halus yang merangkul le-hernya seperti dua ekor ular itu.
Dengan terisak dan ujung hidungnya merah Yosiko memandang kepadanya.
"Lihat siapa yang datang!" kata,Yo Wan sambil memandang ke depan.
Koleksi Kang Zusi462
Jaka Lola Kho Ping Hoo Yosiko menoleh dan wajahnya berubah. Cepat gadis ini menghapus air matanya dan menyusut hidungnya de.ngan ujung baju, dengan gerak dan sikap sewajarnya di depan Yo Wan, sama sekali tidak sungkan-sungkan!
Ternyata yang datang itu adalah se-orang wanlta setengah tua, ibu Yosiko. Wanita ini masih kelihatan cantik dan gagah, sikapnya galak dan cekatan sekali, pakaiannya ringkas, wajahnya yang masih cantik itu tidak dirias, namun kesederhanaan rias dan pakaiannya menambahkan kesegarannya yang aseli. Inilah ibu Yosiko yang bernama Tan Loan Ki yang di waktu mudanya dahulu ter-kenal dengan julukan Bi-yan-cu (Walet Jelita) dan yang pernah menggemparkan dunia kang-ouw dengan kelincahan, ke-pandaian dan keberaniannya (baca cerita Pendekar Buta)! Dengan gerakan lari cepat yang tangkas sebentar saja wanita ini sudah tiba di tempat itu, menghadapi Yo Wan dengan pandang mata penuh seiidik, seakan-akan seorang yang ingin menaksir barang dagangan sebelum dibelinya!
Ada lima detik ia menatap wajah Yo Wan, keningnya berkerut. Kemudian ia menoleh ke arah Yosiko. "Kenapa kau menangis?" tanyanya tiba-tiba.
Yosiko menjadi merah mukanya. Agaknya merupakan hal yang rnemalukan baginya dan aneh bagi ibunya melihat dia menangis. Memang semenjak Yosiko remaja dan suka memakai pakaian pria, belum pernah ibunya melihat puterinya i menangis.
"Aku menangis karena girang melihat Yo Wan sembuh, Ibu. Lekas kauuji dia dan kalau dia menang, kau tidak boleh membohongi aku, Ibu."
"Hemmm, bohong apa?" tanya wanita itu agak gelisah karena anaknya demikian berterus terang di depan Yo Wan yang belum dikenalnya.
"Kalau Yo Wan menang, Ibu harus mengawinkan aku dengan dia. Kalau ti-dak tentu aku akan menganggap Ibu tukang bohong dan penipu!"
"Anak setan! Selain belum tentu dia mampu mengalahkan aku, laki-laki ini pun tidak berharga menjadi suamimu! Seperti orang gunung....."
"Memang aku tidak berharga menjadi mantumu, Twanio (Nyonya Besar)," kata Yo Wan sambil menjura kepada wanita itu.
"Apa kau bilang?" Tan Loan Ki membentak.
"Terus terang saja, aku sanna sekali tidak cukup berharga untuk menjadi suami seorang gadis seperti nona Yosiko."
"Apa" Kau berani menolaknya setelah dia setengah mati merawatmu dan kalian tinggal tiga Koleksi Kang Zusi463
Jaka Lola Kho Ping Hoo hari tiga malam dalam segua?"
Wajah Yo Wan menjadi merah padam, dan kembali dia menjura. "Harap Twanio sudi memaafkan. Aku sama sekali tidak menghendaki hal itu terjadi. Akan tetapi Ypsiko..... eh, nona Yosiko ini memaksaku dan mengobatiku. Aku amat berterima kasih kepadanya, dan juga amat berterima kasih kepadamu, Twanio, yang sudah memberi obat kepadaku.
Percayalah, Yo Wan akan menganggap Twanio sebagai seorang locianpwe terhormat dan Yo..... eh, nona Yosiko sebagai seorang sahabat yang baik....."
"Cukup! Muak aku dengan pidatomu! Kutanya mengapa kau menolak anakku!
Kauanggap kurang cantik dia" Kurang pandai" Apa kau terialu bagus untuknya" Kau merasa terlalu pandai menjadi suaminya, terlalu berharga?"
"Bukan begitu, Twanio. Sama sekali tidak, malah aku merasa diri sendiri kurang berharga.
Aku tidak berani menerima maksud hati nona Yoslko karena..... sesungguhnya aku tidak setuju dengan dasar pemilihan jodoh itu. Menurut nona Yosiko, Twanio dan dia sendiri sudah mengambil keputusan untuk mencari jodoh bagi nona Yosiko dengan cara menguji kepandaian. Siapa yang dapat mengalahkan dia dan Twanio akan menjadi pilihannya."
"Kalau betul begitu, mengapa?"
"Maaf, Twanio. Kurasa hal ini amatlah tidak baik, karena perjodohan harus didasari saling pengertian, saling kasih sayang dan saling cocok. Kalau dasarnya hanya kepandaian ilmu silat, aku khawatir sekali kelak nona Yosiko akan mendapat jodoh yang tidak cocok wataknya dan akhirnya akan menghancurkan kebahagiaan rumah tangganya."
"Cerewet! Baru ini aku melihat laki-laki yang cerewet! Yosiko, benarkah kau memilih orang macam ini" Dia cerewet sekali, apakah kautidak menyesal kelak"
"Tidak, Ibu. Aku tidak mau menikah dengan orang lain kecuali dengan Yo Wan!"
"Kalau dia kalah olehku?" "Tak mungkin. Kau takkan menang, Ibu!"
Mendengar ini, diam-diam Yo Wan mengambil keputusan untuk mengalah dan sengaja memberi kemenangan kepada ibu Yosiko apabila dia dicoba kepandaiannya. Akan tetapi seketika maksud hatinya ini buyar sama sekali ketika dia mendengar wanita itu mendengus dan berkata,
"Huh, belum tentu! Dan biarlah aku mengalah dan membolehkan dia menjadi suamimu kalau aku kalah, biarpun dia cerewet dan aku tidak menyukai laki-laki cerewet. Mendiang ayahmu tidak banyak cakap, seorang jantan sejati! Akan tetapi kalau si lidah tak bertulang Koleksi Kang Zusi464
Jaka Lola Kho Ping Hoo ini kalah olehku, dia harus mampus karena dia berani menolakmu, Yosiko!"
"Ibu takkan menang!" Yosiko bersungut-sungut.
Tan Loan Ki tidak bicara lagi melainkan meloncat mundur sambil mencabut pedangnya.
"Keluarkan senjatamu!" bentaknya.
"Twanio, aku tidak menipunyai senjata," jawab Yo Wan sejujurnya karena memang tiga macam senjatanya telah habis semua, rusak ketika dia melawan Bhok Hwesio yang sakti.
"Hemnnm, lekas kau cari senjata, aku tidak sudi menyerang orang bertangan kosong!"
Pikiran baik menyelinap di benak Yo Wan. "Twanio, memang aku tidak ingin bertempur denganmu, dan aku tidak bersenjata. Nah, selamat tinggal....." Sambil berkata demikian dia melangkah hendak pergi.
"Berhenti'" Tan Loan Ki berteriak keras dan tahu-tahu tubuhnya sudah melayang dan menghadang di depan pemuda itu. "Aku tidak menyerang lawan bertangan kosong, akan tetapi aku akan membunuhmu sekarang juga kalau kau berani menghina dan tidak menerima tantanganku. Hayo lawan!"
Diam-diam Yo Wan mendongkol juga. Wanita ini amat galak, dan perlu ditundukkan. Akan tetapi dia menjadi serba salah. Kalau dia menang, berarti dia "lulus" sebagai calon mantu.
Kalau kalah, tentu dia dibunuh. Tak mungkin dia mau dibunuh dan mati konyol. Matanya mencari-cari.
"Yo Wan, kau pakailah pedangku ini!" kata Yosiko dengan suara manis.
Yo Wan hendak menerima pedang, akan tetapi cepat-cepat menarik kembali tangannya yang sudah dia gerakkan. Tidak baik ini. Kalau dia menang dan kemenangannya menggunakan pedang Yosiko, hal itu lebih-lebih akan menguatkan mereka mengikatnya sebagai calon jodoh
Yosiko. "Terima kasih, Yosiko. Aku tidak perlu menggunakan pedang, cukup dengan ini, karena aku memang tidak ingin bertempur sungguh-sungguh dengan ibumu. Bukankah ini hanya ujian saja?" Sambil berkata demikian dengan sepatu barunya pemberian Yosiko. Yo Wan mencukil sepotong kayu, agaknya ranting pohon kering yang terletak di atas tanah. Kayu sebesar ibu jari kaki itu tersontek ke atas dan dia sambar di tangan kanan. Ranting yang kecil ini panjangnya kurang lebih empat kaki, kecil dan hanya kayu kering, mana bisa dipakai senjata menghadapi pedang pusaka" Wajah Tan Loan Ki menjadi merah sekali. Selama hidupnya Koleksi Kang Zusi465
Jaka Lola Kho Ping Hoo baru kali ini ia merasa dipandang rendah orang! Wajah yang merah berubah pucat dan merah lagi, tanda bahwa hatinya bergolak dan kemarahannya memuncak.
"Bocah sombong! Kau hendak menghadapi aku dengan ranting itu?"
"Twanio, karena pertempuran ini hanya coba-coba saja, aku yakin kau tidak bermaksud melukaiku, maka dengan sebatang ranting sudah cukuplah."
"Setan! Kau memandang rendah kepadaku, ya" Berjanjilah, kalau pedangku mengantar nyawamu ke neraka, jangan rohmu menjadi penasaran kepadaku kelak!"
Yo Wan menggelengkan kepalanya dengan sabar. "Aku yakin Twanio tidak akan dapat membunuhku."
"Apa?" Kau begini sombong?"" Nyonya itu menjerit.
"Bukan sombong, Twanio. Akan tetapi hldupku adalah pemberian Tuhan, bagaimana kau akan dapat mengakhiri hidupku" Hanya Tuhan yang akan dapat melakukan hal itu!"
"Wah kau bersilat lidah! Lidahmu bercabang, tak bertulang! Kaulihat pedangku!" Sambil berkata demikian, Tan Loan Ki menerjang dengan pedangnya, menusuk ke arah dada dengan gerakan yang aroat cepat dan kuat. Ujung pedang itu bagaikan sebatang anak panah terlepas dari busurnya melayang' merupakan kilatan menyilaukan mata.
"Cring! Cring! Cring!!" Tiga kali pedang itu berkelebat dan tiga kali pula membalik seperti terbentur tembok baja.
"liihhhhh!!" Nyonya itu meloncat ke belakang dengan gerakan memutar, diam-diam ia nierasa terkejut dan mulai percaya akan kata-kata puterinya. Betapa mungkin ranting kayu kecil itu menangkis pedangnya menerbitkan bunyi senyaring itu seakan-akan ranting itu telah men-jadi sebatang besi baja pilihan"
Namun ia tidak gentar, dan cepat ia menubruk maju lagi dengan cekatan sekali. Kini ia mainkan ilmu pedang keturunan yang ia pelajari dari ayahnya dahulu. Ayahnya adalah Tan Beng Kui yang dahulu' berjuluk Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang Sakti) yang menjadi raja kecil dihutan Pek-tiok-lim (Hutan Bambu Putih), di tepi pantai Po-hai. Sin-kiam-eng Tan Beng Kui ini adalah murid terkasih dari Bu-tek-kiam-ong Cia Hui Gan (Raja Pedang Tanpa Tanding), dan menjadi suheng dari isteri Raja Pedang ke dua, yaitu adik kandungnya sendiri.
Sebagai murid terkasih Cia Hui Gan, tentu saja dia mewarisi Ilmu Pedang Sian-li Kiam-sut (Ilmu Pedang Bidadari) yang gerakannya indah dan lemah gemulai, akan tetapi mengandung daya serang dan daya tahan yang luar biasa (baca cerita Raja Pedang dan cerita RajawaU
Emas). Koleksi Kang Zusi466
Jaka Lola Kho Ping Hoo Demikianlah, Tan Loan Ki sekarang mainkan IImu Pedang Sian-li Kiam-sut dengan hebat, dan ditambah dengan gerak langkah Hui-thin-jip-te (Terbang ke Langit Ambles ke Bumi) yang dulu pernah ia pelajari dari Kwa Kun Hong (baca cerita Pendekar Buta). Dengan penggabungan kedua ilmu yang ampuh ini, tidaklah mengherankan apabila nyonya setengah tua yang masih cantik dan galak ini jarang menemui tandingan. Dan tidaklah mengherankan pula bahwa puteri tunggalnya menjadi jagoan di antara bajak sehingga diangkat menjadi ketua.
Namun kali ini ia menghadapi Yo Wan! Seperti kita ketahui, Ilmu Langkah Hui-thain-jip-te yang dimainkan Tah Loan Ki itu hanya merupakan sebagian saja dari-pada Si-cap-it Sin-po yang berdasar pada Kim-tiauw-kun, sedangkan Yo Wan sudah hafal semua, bahkan sudah menguasai dengan sempurna semua langkah Si-cap-it Sin-po. Tentu saja langkah dari nyonya itu dikenalnya baik-baik, seperti seorang guru mengenal langkah muridnya! Ada pun ilmu pedang yang dimainkan nyonya itu, Ilmu Pedang Sian-li Kiam-sut yang sukar sekali dikalahkan orang lain, juga tidak membingungkan Yo Wan. Seperti kita ketahui orang muda ini telah digembleng secara hebat oleh dua orang guru sakti yang merniliki tingkat ilmu amat tinggi, sejajar dengan tingkat tokoh besar seperti Si Raja Pedang sendiri. Bahkan ilmu yang dia warisi dari Sin-eng-cu, merupakan ilmu yang sesumber dengan Sian-li Kiam-sut, yaitu ilmu lemas yang menyembunyikan tenaga keras, sebaliknya dari pendeta Bhewakala dia mempelajari ilmu sakti yang kelihatan kasar akan tetapi menyembunyikan tenaga lemas.
Sannbil membuat gerakan seperti orang menari-nari, Tan Loan Ki mainkan pedangnya.
Pedang itu sama sekali tidak menyerang, melainkan digerakkan seperti orang menari, indah dan lemas sekali. Akan tetapi kadang-kadang dari gulungan sinar pedang yang indah itu menyambar keluar kilatan pedang yang merupakan tangan maut. Ketika kilatan pedang macam itu menyambar ke arah leher Yo Wan, pemuda ini cepat menangkis dengan rantingnya. Sudah lebih dari lima puluh kali rantingnya tadi menang-kis dan membalikkan pedang lawan. Kini dia menangkis lagi.
"Prakkk!" Patahlah ranting kayu itu. Yo Wan terkejut dan diam-diam dia me-muji kecerdikan lawan. Kiranya Tan Loan Ki yang maklum bahwa pemuda luar biasa ini telah mengetahui rahasia ilmu pedangnya, telah dapat menangkis pedang dengan hanya sebuah ranting karena pe-muda itu mengimbangi perJnnainannya dan setiap kali menangkis pedang yang di-gerakkan secara lemas akan tetapi me-ngandung tenaga keras itu ditangkis de-ngan pengerahan tenaga Im yang lemas dan lembek. Karena itu, dalam penyerang-an ke arah leher, diam-diam Tan Loan Ki membalikkan tenaganya, menyimpan tenaga keras dan menggunakan tenaga Iweekang yang lemas disalurkan melalui pedangnya. Inilah sebabnya maka ketika ranting yang mengandung tenaga lemas yang sama itu bertemu pedang yang juga mengandung hawa Im, ranting itu yang pada dasarnya jauh kalah kuat daripada pedang, menjadi patah!
Koleksi Kang Zusi467
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Hemmm, bocah sombong, kau tidak mengaku kalah?". bentak Tan Loan Ki, akan tetapi di dalam hatinya ia diam-diam merasa kagum bukan main dan mulailah ia percaya bahwa pemuda macam ini sangat boleh jadi murid Kwa Kun Hong!
Yo Wan menjura dan melemparkan ranting di tangannya. "Twanio benar-benar lihai bukan main, aku tidak kuat menahan, mengaku kalah!"
Yosiko meloncat ke atas. "Tidak bisa! Tidak adil! Ibu, kau dengan pedang pusaka dilawannya dengan ranting, sampai lima puluh jurus lebih. Dan rantingnya patah setelah menangkis puluhan kali, apa anehnya" Dia sengaja mengalah, dia tidak kalah olehmu?"
Tan Loan Ki biarpun galak dan keras wataknya namun dia adalah seorang gagah yang jujur.
Mendengar ucapan anaknya ia mengangguk.
"Kau benar, Yosiko. Orang muda ini memang hebat dan kalau dia melawan sungguh-sungguh, agaknya aku takkan mudah mencapai kemenangan. He, orang muda yang bernama Yo Wan. Apakah betul kau murid Kwa Kun Hong?"
"Betul, Twanio. Beliau adalah guruku, sungguhpun aku malu sekali harus mengaku sebagai muridnya karena kepandaianku tidak ada sepersepuluh kepandaian suhu yang sakti."
"Aku pernah diajar Hui-thian-jip-te oleh Kun Hong. Kau agaknya pandai pula ilmu langkah itu, akan tetapi mengapa lebih lengkap dari padaku" Apakah kau dilatih pula ilmu itu oleh Kun Hong?"
"Ah, mana bisa aku yang bodoh disamakan dengan suhu" Aku hanya dapat menerima sedikit sekali, dan suhu pernah menurunkan Si-cap-it Sin-po kepadaku."
Tan Loan Ki berdiam sejenak, mata-nyakini memandang penuh selidik. Hemm, pikirnya, wajah bocah ini tidak buruk. Malah tampan, biarpun sederhana dan kelihatan bodoh. Akan tetapi tidak muda lagi!
"Yo Wan, berapa usiamu sekarang?"
Yo Wan kaget. Pertanyaan yang sama sekali tidak disangka-sangkanya. Sungguh sukar mengikuti jalan pikiran nyonya ini yang berubah-ubah seperti angin laut! Setengah terpaksa dia menjawab,
"Kalau tidak salah, tahun ini aku berusia dua puluh delapan tahun, Twanio."
"Berapa orang anakmu?"
Koleksi Kang Zusi468
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Heh ?" ?"" Anak ?". ?"".
"Ya, berapa orang anakmu. Berapa laki-laki dan berapa perempuan?"
Wajah Yo Wan menjadi merah sekali.
Sinting! Mau dibawa ke mana dia dengan pertanyaan-pertanyaan macam ini"
"Twanio, aku..... aku tidak punya anak....."
Terdengar suara cekikikan tertawa. Yosiko yang tertawa ini dan ia berkata lantang, "Ah, Ibu, dia adalah Jaka Lola!"
"Apa" Jaka Lola?"
"Ya, dia tidak berayah ibu lagi, tidak bersanak kadang, tentu saja tidak punya anak atau isteri. Dia masih jaka!"
Nyonya itu mencebirkan bibirnya mengejek. "Biasa! Biarpun anaknya sedang penuh, di luaran laki-laki selalu mengaku jejaka! Usia dua puluh delapan tahun belum kawin" Bohong!
Sekali ber-hadapan dengan perawan cantik, laki-laki lupa isteri lupa anak."
Muka Yo Wan makin merah. "Twanio! Aku bukanlah laki-laki macam itu. Aku betul-betul belum pernah menikah dan sama sekali tidak punya anak."
"Bagus!! Kalau begitu, biar agak tua, aku terima kau menjadi suami Yosiko!"
Hampir saja Yo Wan mengemplang mulut senditi dan dia hanya bengong memandang Yosiko yang lari dan menubruk ibunya, merangkul leher dan menciumi kedua pipi ibunya.
Menyaksikan adegan macam ini, terharu juga Yo Wan dan diam-diam dia merasa menyesal sekali mengapa dia terpaksa tak mungkin memenuhi maksud hati ibu dan anak ini. Kalau saja di sana tidak ada Cui Sian agaknya..... agaknya..... hemmm!
"Maaf, Twanio....." katanya dengan suara gemetar. "Maaf, terpaksa sekali aku tidak dapat memenuhi kehendak Twanio yang suci ini. Betapapun juga, aku merasa amat berterima kasih dan biarpun aku tidak mungkin dapat men-jadi suami Yosiko, biar dia kuanggap sebagai adikku....."
"Apa kaubilang"!" Tan Loan Ki ber-seru dan mendorong anaknya. Sepasang matanya berkilat.
"Kau..... kau menolak menjadi suami Yosiko?"
Koleksi Kang Zusi469
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Bukan aku menolak, Twanio, melain-kan..... menyesal sekali, aku..... aku tidak dapat memenuhi kehendakmu, aku...., tak mungkin menjadi suaminya....."
"Keparat, kalau begitu kau harus mampus!'" Sambil memekik nyaring nyo-nya itu rnenerjang Yo Wan dengan pedangnya dengan tusukan maut yang dilakukan penuh kemarahan.
Yo Wan cepat menghmdar. Dari ge-rakan ini tahulah dia sekarang bahwa kali ini lawannya tidak main-main lagi, melainkan menyerang dengan penuh nafsu hendak membunuh. Mgeri juga hatinya. Kepandaian wanita ihi sudah hebat, apa-lagi dalam keadaan marah. Sama sekali dia tidak boleh memandang ringan, dan tidak boleh membuang waktu, karena kalau dia terlena sedikit saja pasti akan tewas.
"Maaf, Twanio.....!" katanya berkelebat cepat. Tan Loan Ki berseru kaget karena kehilangan lawannya. Ketika ia membabitkan pedangnya ke belakangnya di mana ia mendengar angin gerakan lawan, tiba-tiba ia merasa tangan kanannya lumpuh dan pedangnya mencelat sampai lima meter lebih jauhnya. Cepat ia membalik dan dilihatnya Yo Wan berdiri sambil menjura dan berkata,
"Maaf, Twanio, bukan maksudku hendak pamer".
Tan Loan Ki mendengus. Ia makin kagum dan diam-diam ia kini mengharapkan sekali mendapatkan mantu seperti ini. ''Uhhh, kau.....biar kucari Kwa Kun Hong. Biar dia yang mengadili dan dia yang memaksamu. Kalau tidak, kutantang Kun Hong!" Sambil berkata demikian, nyonya itu lari, menyambar pedangnya dan dengan loncatan-loncatan jauh menghilang dari situ.
Yo Wan menghela napas panjang. la mendengar isak tangis. Ketika dia menengok, dilihatnya Yosiko berdiri sambil .memandangnya dengan air mata ber-cucuran membasahi kedua pipinya.
VMaafkan aku, Yosiko. Aku..... kau tahu sendiri..... aku mencinta gadis lain. Ah, mengapa kita tidak menceritakan hal itu kepada ibumu tadi....."
Dengan terisak-isak Yosiko berkata, "Aku akan mencari Tan Cui Sian dan membunuhnya'!"
Maka larilah gadis ini, lenyap ke dalam semak-semak di hutan itu, meninggalkan Yo Wan yang berdiri bengong dan menggeleng-geleng kepala berkali-kali dengan hati bingung.
Akhirnya dia melangkah pergi dari situ dengan maksud mencari Tan Hwat Ki.
Kiranya di dunia ini tidak ada rasa sakit hati yang lebih hebat bagi seorang wanita daripada rasa sakit hati karena ditolak oleh seorang pria! Dan kiranya tidak ada rasa sakit yang lebih parah dan sengsara daripada rasa sakit dirundung asmara! Sudah tentu saja bagi yang Koleksi Kang Zusi470
Jaka Lola Kho Ping Hoo sudah mengerti, perasaan sengsara ini adalah dibuat-buat sendiri, perasaan sakit hati dan hancur merana yang tanpa disadarinya sengaja ia timpakan kepada dirinya sendiri. Perasaan sengsara yang bersumber kepada rasa kasihan kepada diri pribadi (self pity) yang merupakan cabang terdekat daripada rasa mementingkan diripribadi (egoism).
Namun bagi Yosiko yang tidak memiliki self-pity dan egoism yang terlalu besar, sakit hatinya tidak membuat ia berduka, melainkan membuat ia marah dan penasaran. la tetap tidak mau menerima kenyataan bahwa Yo Wan menolak dia karena mencinta Tan Cui Sian. la marah kepada Cui Siandan ingin mem-bunuhnya karena ia menganggap Cui Sian telah merampas calon suaminya. la pun penasaran dan ingin memaksa supaya Yo Wan tetap menjadi jodohnya. Perasaan ini rnemang tidak wajar bagi seorang gadis, akan tetapi Yosiko adalah seorang gadis yang lain daripada yang lain. la dibesarkan dalam asuhan ibunye yang keras hati dan yang selama ini hidup di alam bebas yang liar, di tengah-tengah para bajak laut, setiap hari menyaksikan pertempuran-pertempuran dan peristiwa yang kejam dan mengerikan. Hal inilah yang mempengaruhi dirinya karena sesungguhnyalah kalau dikatakan orang bahwa keadaan sekeliling inilah yang membentuk watak.
Yosiko menyusup-nyusup di dalam hutan di sepanjang Sungai Kuning yang amat luas. Tiba-tiba ia menyelinap ke dalam semak-semak. Dilihatnya beberapa orang anggauta tentara kerajaan ber-kelompok dan menjaga di situ. Dengan hati-hati dan cepat Yosiko mengambil jalan lain menjauhi mereka. la tidak takut terhadap mereka, akan tetapi karena ia maklum bahwa orang-orang ini dipimpin oleh putera Bun-goanswe yaog lihai, dibantu pula oleh Tan Hwat Ki dan sumoinya, maka ia tidak berani sembarangan turun tangan. Kini tujuan perjalanannya lain lagi, bukan sebagai ketua Kipas Hitam lagi, melainkan sebagai seorang gadis yang mencari saingannya!
Akan tetapi ketika ia menyusup-nyusup mengambil jalan ke timur, kembali ia melihat kelompok lain yang sudah men-jaga di situ. Bahkan di sini terdapat sebuah tenda dan samar-samar ia melihat Tan Hwat Ki dan orang-orang lain berada di dalam tenda! Cepat la memutar lagi dan diam-diam ia merasa khawatir. Tahu-lah ia sekarang bahwa gua yang menjadi tempiat persembunyiannya itu, yang sudah diketahui oleh Tan Hwat Ki, kini telah dikurung dari segala penjuru. Apakah kehendak mereka" Hendak menangkapnya" Yosiko mengulum s6nyum mengejek. Ja-ngan kira mudah menangkap ketua Kipas Hitam! Kalau saja ia tidak sedang men-cariTan Cui Sian, agaknya ia akan meng-| gunakan akal dan membasnn mereka. t Setidaknya ia tentu akan berhasil mem-bunuh beberapa puluh orang di antara mereka! Akan tetapi ia tidak ada waktu dan terutannasekalitidak ada nafsu untuk
"main-main" dengan nyawa mereka.
Yosiko memasuki sebuah hutan bambu yang dahulu menjadi tempat tinggal ka-keknya, yaitu Pek-tiok-lim, kemudian dari tengah-tengah rumpun bambu ia menggulingkan sebuah batu hitam yang menyembunyikan sebuah lubang. Orang lain tentu tidak akan menduga bahwa di bawah batu ini ada lubangnya. Andaikata ada orang lain mendapatkan lubang ini, Koleksi Kang Zusi471
Jaka Lola

Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kho Ping Hoo tentu ia menyangka bahwa lubang itu adalah lubang ular atau binatang lain yang berbahaya sehingga tak mungkin orang berani masuk. Akan tetapi Yosiko segera memasuki lubang ini, menutupnya dari dalam. Lubang ini bukanlah lubang ular atau lubang binatang lain, melainkan sebuah lubang yang menuju kepada terowongan kecil di bawah tanah. Yosiko merayap di dalam gelap sampai beberapa menit lamanya. Ketika ia keluar, ia te-lah berada jauh di luar hutan, keluarnya dari sebuah gua di antara batu-batu ka-rang di mana terdapat banyak gua kecil. Juga gua ini mempunyai sebuah pintu rahasia, maka tidak pernah ada orang dapat memasukinya, mengiranya sebuah gua buntu.
Yosiko tersenyum karena ia telah keluar daripada kepungan. Ia percaya bahwa ibunya tadi agaknya juga mengambil jalan ini dan dugaannya ini memang tidak keliru.
Yosiko berpikir sejenak. Tan Cui Sian tadi mengintai ke gua. Tentu gadis saingannya ini tidak berada jauh. Mungkin berada bersama Tan Hwat Ki dan kawan-kawannya.. la harus dapat mencari kesempatan untuk berjumpa berdua dengan Cui Sian dan menantangnya berkelahi mati-matian memperebutkan Yo Wan!
Perutnya terasa lapar sekali. la harus mencari makanan. Celakanya, hutan yang mengandung buah-buahan dan binatang-binatang yang dapat dijadikan makanan adalah hutan yang terkepung perajurit-perajurit kerajaan tadi. Dan satu-satunya cara mendapatkan makanan hanya pergi ke dusun-dusun untuk membeli dari wa-rung-warung nasi. Akan tetapi ia harus mencari dusun yang agak jauh, siapa tahu di situ terdapat mata-mata atau penjaga-penjaga yang tentu akan me-ngepung dan mengejarnya, mengacaukan urusannya sendiri.
Berjalanlah Yosiko menuju ke sebuah dusun yang agak jauh. Akan tetapi di tengah perjalanari, tiba-tiba ia menyeli-nap dan bersembunyi ketika ia melihat dua orang mendatangi dengan langkah perlahan. la tertarik sekali ketika me-lihat betapa mereka adalah seorang pe-muda dan seorang gadis cantik. Mula-mula ia kaget dan mengira bahwa mere-ka adalah Tah Hwat Ki dan sumoinya, akan tetapi setelah mereka datang dekat, terriyata mereka adalah dua orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Gadis itu eantik sekali, juga gagah dan membayangkan bahwa gadis itu bukanlah gadis sembarangan. Akan tetapi pada saat itu, gadis itu wajahnya pucat, kedua pipinya basah air mata, rambutnya kusut dan matanya merah. Adapun yang seorang lagi, adalah pemuda yang memiliki wajah tampan bukan main. Belum pernah Yosiko melihat seorang pemuda setampan itu, dengan sikap yang gagah pula, sepasang mata bersinar-sinar seperti bintang.
Sayang sekali, pemuda j itu buntung lengan kirinya, sebatas siku! Mereka berjalan perlahan dan bercakap-cakap, keduanya memperlihatkan kesedihan dan kemuraman.
Siapakah mereka ini" Demikian pikir Yosiko dengan heran. la tertarik sekali karena dua orang ini jelas membayangkan orang-orang yang memiliki kepandaian, bukan orang-orang biasa. Apakah mereka ini juga merupakan anggauta rombongan orang gagah yang hendak Koleksi Kang Zusi472
Jaka Lola Kho Ping Hoo membasmi bajak laut di sekitar Lautan Po-hai" Akan tetapi mengapa rnereka berdua jalan di sini dan kelihatan sedih sekali" Bahkan terang bahwa si gadis itu bekas menangis, matanya merah, pipinya masih basah dan hidungnya merah.
Yosiko tidak mengenal mereka, akan tetapi pembaca tentu mengenal mereka. Mereka itu bukan lain adalah Kwa Swan Bu dan The Siu Bi! Sudah lama sekali kita meninggalkan mereka. Seperti telah dituturkan di bagian depan, Swan Bu yang masih menderita itu bersama Siu Bi melarikan diri setelah Siu Bi berhasil membunuh Ouwyang Lam dan kemudian mereka ditolong oleh The Sun yang me-ngorbankan nyawa untuk anak tirinya di tangan Ang-hwa Nio-nio. Dua orang muda-mudi yang saling mencinta tapi yang teriibat dalam permusuhan dendam-mendendam antara orang-orang tua mereka itu, melarikan diri tanpa tujuan, dengan niat menjauhkan diri daripada ancaman fihak musuh.
Rasa sakit pada lenganhya tidak mem-buat Swan Bu terialu berduka. Yang membuat dia merasa amat bersedih ada-lah karena urusannya membuat hal-hal yang amat ruwet dan hebat terjadi. Nama baik Lee Si ternoda sebagai seorang gadis, malah ayah gadis itu telah dibunuh orang dengan pedang ibunya menancap di dada, pedang yang kini berada di tangannya. Dengan terjadinya peristiwa ini, dia tidak berani pulang! Bagaimana kalau ternyata ibunya yang membunuh ayah Lee Si" Bagaimana kalau paman Tan Kong Bu benar-benar dibunuh ibunya karena kesalahfahaman" Ah, hebat perkara itu dan dia tidak ada keberanian untuk menghadapi peristiwa menyedihkan itu. Selain itu, juga dia tidak dapat berpisah dari Siu Bi. Andaikata ayah Siu Bi tidak meninggal, dia tentu akan meinaksa diri meninggalkan Siu Bi. Akan tetapi kini Siu Bi tidak berayah ibu lagi, tidak ada sanak saudara, hidup sebatangkara. Bagaimana dia tega melepaskan Siu Bi merawat seorang diri begitu saja"
Perjalanan mereka penuh dengan kenang-kenangan memilukan. Kadang-kadangj mereka memadu kasih dan janji, ingin sehidup semati. Ada kalanye mereka bertangis-tangisan mengingat keadaan keluarga mereka. Bahkan ada kalanya me-reka cekcok mulut karena berbeda pendapat. Namun betapapun juga, Siu Bi selalu tekun dan rajin merawat Swan Bu sehingga luka pada lengannya sembuh.
Pada hari itu mereka tiba di lembah Surigai Huang-ho dengan maksud melanjut-kan perjalanan dengan perahu karena perjalanan dengan perahu, tidak melelah-kan tubuh Swan Bu yang perlu banyak istirahat. Akan tetapi sejak pagi tadi, sambil berjalan perlahan, mereka cekcok kembali ketika Swan Bu mendesak agar Siu Bi suka ikut dia pulang saja ke Liong-thouw-san, menghadap ayah bundanya dan berterus terang. mengaku bahwa mereks sudah saling menclnta dan tak dapat terpisah lagi.
"Aku takut, Swan Bu. Aku takut un-tuk bertemu dengan ayah ibumu. Bagai-mana kalau mereka tidak memperboleh-kan aku dekat denganmu" Bagaimana kalau aku diusir" Aku pernah hendak membunuh mereka. Ibumu amat benci kepadaku! Ah, Swan Bu..... jangan Koleksi Kang Zusi473
Jaka Lola Kho Ping Hoo paksa aku ke sana, lebiih baili kita pergi yang jauh, biar kita mencari pulau kosong, hidup berdua sampai kematian memisah-kan kita....." demikian keluh-kesah Siu Bi..
"Siu Bi!" Swan Bu membentak marah. "Kau hanya ingat kepada dirirnu sendiri saja! Apa kau tidak ingat betapa aku pun tidak mungkin selamanya harus berpisah dari ayah bundaku"
Anak macam apa kalau begitu aku ini" Apa kau hendak memaksa aku menjadi seorang anak yang paling puthauw (murtad) di dunia ini?"
"Sesukamulah! Boleh kautinggalkan aku, akan tetapi kau harus membunuh aku lebih dulu.
Swan Bu, aku lebih baik mati daripadakautinggalkan!"
Demikianlah percekcokan itu yang dilanjutkan di sepanjang jalan. Ketika mereka tiba di dekat tempat sembunyi Yosiko, percekcokan mereka sudah me-muncak dan jelas terdengar oleh Yosiko ketika Siu Bi berseru keras,
"Sudahlah! Kau boleh pergi dan kalau kau tidak mau nnembunuh aku, aku akan membunuh diriku sendipi di depanmu sebelum kau pergi!" Sambil berkata demikian, Siu Bi mencabut pedangnya dan sinar menghitam menyambar ke arah lehernya. Hampir saja Yosiko mengeluarkan jeritanngeri karena gadis ini melihat betapa gerakan pedang di tangan Siu Bi amat cepat sehingga agaknya sukar un-tuk menghindarkan gadis itu daripada kematian.
Akan tetapi alangkah kagum hatinya ketika tiba-tiba pemuda itu meng-gerakkan tangan kanannya dan sinar ke-emasan berkelebat kemudian membentur sinar hitam menerbitkan suara berkeron-tangan nyaring. Kiranya pedang bersinar hitam di tangan gadis itu sudah ditangkis dan bahkan runtuh di atas tanah!
"Siu Bi, jangan gila kau! Kalau kau membunuh diri, mana aku dapat hidup lebih lama lagi?"
kata Swan Bu sambil menyimpan pedangnya yang bersinar emas, yaitu pedang Kim-seng-kiam, pedang ibu-nya yang dia cabut dari dada jenazah Tan Kong Bu.
Siu Bi menangis. Swan Bu mendekatinya dan keduanya lalu berpelukan mesra sambil bertangisan,
"Siu Bi, bukankah kau sudah setuju bahwa aku harus mengawini Lee Si" Kau tahu, hanya itu satu-satunya jalan untuk mengusir awan kegelapan yang meliputi keluargaku. Hanya pengorbanan itu yang dapat kulakukan untuk menebus nama baik keluarga paman Tan Kong Bu. Ke-mudian bersama Lee Si aku harus men-cari keterangan bagaimana matinya pa-man Tan Kong Bu. Betapapun juga, aku masih belum percaya benar bahwa ibuku yang membunuh paman Kong Bu."
"Swan Bu, kau sudah bersumpah sehidup semati dengan aku. Biarpun tidak secara resmi, bukankah aku ini isterimu yang sah karena sumpah kita" Bukankah! Tuhan yang menyaksikan, langit, bumi, bintang dan bulan" Swan Bu, aku tidak akan Telarang kau Koleksi Kang Zusi474
Jaka Lola Kho Ping Hoo mengawini Lee Si, akan tetapi..... jangan kautinggalkan aku."
Swan Bu mencium dan mengelus-elus rambut Siu Bi sehingga tangis gadis itu mereda.
"Siu Bi, harap kau suka berpikir de-ngan panjang. Aku mengajakmu menghadap ayah ibuku, kau merasa takut dan tidak mau. Kemudian kalau aku pulang lebih dulu seorang diri untuk kelak kita bertemu lagi, kau tidak membolehkan aku meninggalkanrnu. Bagaimana ini" Siu Bi, kau tahu betapa aku mencintaimu dengan seluruh jiwa ragaku. Aku sudah bersumpah dan apa pun yang akan terjadi, sudah pasti aku akan kembali kepadamu. Sebaiknya kalau untuk sementara kita berpisah. Biarkan aku menghadap orang tuaku dan menyelesaikan urusan kami. Syukur kalau mereka tidak memaksaku mengawini Lee Si, andaikata begitu, aku te.tap hendak menceritakan mereka ten-tang dirimudan aku tetap hendak mengajukan syarat, yaitu aku mau menikah dengan Lee Si asal kau juga menjadi isteriku."
Untuk sejenak Siu Bi diam, hanya menyandarkan kepalanya di dada kekasih-nya. "Betulkah, kau tidak ak;an lupa kepadaku?"
"Apa kaukira aku gila" Marilah kita mencari tempat untukmu, di mana kau dapat menantiku.
Begitu urusanku selesai, aku pasti akan datang nienjemputmu dan kau tidak perlu merasa khawatir lagi bertemu dengan orang tuaku."
Keduanya berjalan lagi perlahan, Yo-siko yang berada di tempat sembunyinya, merasa kasihan kepada Siu Bi. Gerak-gerik gadis itu menarik hatinya, menim-bulkair rasa suka.
Agaknya, seperti juga dia, gadis bernama Siu Bi itu pun tidak beruntung dalam soal perjodohan. Dia i ingin berjodoh dengan Yo Wan tapi pe-muda itu memilih Tan Cui Sian.
Agaknya gadis bernama Siu Bi itu pun ingin bersuamikan pemuda buntung itu, namun si pemuda hendak mengawini gadis lain! Dengan seorang yang senasib ini boleh sekali ia berkawan.
Tiba-tiba terdengar seruan, "Swan Bu.....!!"
Swan Bu dan Siu Bi terkejut, berhenti dan menengok. Seorang gadis tampak datang dengan lari cepat sekali, sebentar saja sudah tiba di tempat itu. Dari tempat sembunyinya Yosiko menyaksikan ini dan menjadi kagum. Gadis yang baru datang ini pun hebat sekali ilmu lari eepatnya dan ia mulai merasa heran. Mengapa begini banyak berkumpul orang-orang muda yang lihai" Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika ia mendengar pemuda buntung itu menyebut nama ga-dis yang baru tiba.
"Sukouw (Bibi Guru) Cui Sian.....!!" teriak Swan Bu kaget karena dia benar-benar sama sekali tidak mengira bahwa gadis itu dapat datang ke tempat sejauh ini.
Yang datang memang benar adalah Tan Cui Sian, gadis Thai-san, puteri Raja Pedang yang Koleksi Kang Zusi475
Jaka Lola Kho Ping Hoo amat lihai. Dengan pandang rnata tajam Cui Sian mengerling ke arah Siu Bi yang biarpun tadi sudah didorong dari dadanya oleh Swan Bu, masih saja mlemegangi tangan kanan pemuda itu dengan erat, seakan-akan ia khawatir kalau-kalau kekasihnya akan direnggut orang.
"Swan Bu, mengapa kau berada di si-ni..... dengan dia ini" Ayah ibumu men-carimu, mereka amat mengharapkan kau pulang. Mau apa kau berkeliaran di sini bersarna dia?" Kembali ia melirik tajam ke arah Siu Bi, jelas wajahnya memperlihatkan hati tidak senang
"Sukouw....." bingung sekali hati Swan Bu dan mau tak mau dia harus melepaskan tangannya dari pegangan Siu Bi karena merasa tidak enak di depan bibi gurunya itu memperlihatkan kasihsayangnya kepada Siu Bi, gadis yang tentu saja oleh bibinya dianggap musuh karena sudah membuntungi lengannya.
"Sukouw, bagaimana dengan..... ibu" Tidak apa-apakah" Siapa..... yang membunuh paman Kong Bu?"
"Tak usah khawatir, bukan ibumu yang membunuhnya, melainkan..... kawan bocah liar ini,"
kata Cui Sian sambil melirik lagi ke arah Siu Bi.
Watak Siu Bi memang keras dan ia pantang mundur menghadapi musuh yang bagaimanapun. Tadi ia sudah mendongkol melihat sikap Cui Sian, akan tetapi ditahan-tahannya. Mendengar bahwa yang membunuh ayah Lee Si bukan ibu Swan Bu, diam-diam ia merasa lega dan girang juga. Akan tetapi mendengar ia disebut-sebut gadis liar dan pembunuh itu adalah kawannya, kemarahannya bangkit. Lalu segera melangkah maju dan menudingkan telunjuknya ke muka Cui Sian sambil berseru nyaring.
"Enak saja kau bicara! Aku tidak punya kawan pembunuh! Hayo buktikan bahwa yang membunuh adalah kawanku, jangan hanya pandai melempar fitnah!"
Cui Sian tersenyum mengejek. "Yang biasa melakukan fitnah adalah manusia macam kau dan teman-temanmu. Pembunuh kakakku Kong Bu adalah Ang-hwa | Nio-nio! Nah, bukankah dia kawanmu?"
"Bukan! Ngaco kau, dia bukan kawanku, aku benci kepadanya!"
"Siapa tidak tahu akan kejahatanmu" Ang-hwa Nio-nio sudah mampus dan sekarang kau pun harus mampus!" Cepat sekali gerakan Cui Sian yang maju dan menerjang Siu Bi dengan pedangnya. Pedang hitam Siu Bi belum sempat di-tarik untuk menangkis, namun gadis ini dengan gesit sudah meloncat ke kiri untuk menghindarkan diri daripada sambaran pedang, kemudian ia sudah mencabut pula pedangnya, siap bertanding mati-matian.
"Tahan! Sukouw, harap jangan serang dia!" kata Swan Bu sambil melompat ke depan, Koleksi Kang Zusi476
Jaka Lola Kho Ping Hoo menghadang Cui Sian. Biarpun pemuda buntung ini tidak mencabut pedangnya, namun sinar matanya jelas mem-perlihatkan bahwa dia tidak akan membiarkan Siu Bi diganggu.
Cui Sian ragu-ragu dan membentak,
"Swan Bu! Kau membela bocah liar ini, setelah apa yang terjadi semua" Se-telah lenganmu dibuntungi dan setelah keluarga kita hampir rusak berantakan?"
"Sukouw, dia..... aku..... aku cinta kepadanya."
Siu Bi sudah menyimpan pedangnya dan kini ia kembali menggandeng tangan kanan Swan Bu. Wajahnya berseri memperlihatkan sinar kemenangan dan mengejek.
Cui Sian tertegun, heran dan tidak tahu harus berkata apa. Dengan tarikan napas panjang, ia menyimpan kembalil pedangnya. Cinta memang aneh sekali, pikirnya, atau lebih tepat orang muda yang dilanda cinta memang tidak warasj otaknya, seperti.... seperti.,... dia sendiri!
"Swan Bu, omongan apa yang kau keluarkan ini" Kau diharapkan pulang dan perjodohanmu dengan Lee Si sudah diatur orang tuamu."
"Aku hanya mau menikah dengan Lee Si asal Siu Bi juga diperkienankan men-jadi isteriku."
Terbelalak mata Cui Sian, akan tetapi karena hal itu bukan urusannya, ia men-jawab,
"Sudahlah, aku tidak tahu akan hal itu. Kau boleh bicara sendiri dengan orang tuamu dan dengan ibu Lee Si. Se-karang kau harus pulang dulu. Bocah ini kalau betul-betul meneintaimu..... hemm, aku masih ragu-ragu akan hal ini, me-lihat betapa ia tega membuntungi lengan-mu, kalau betul ia mencinta, ia harus setia dan suka menantimu."
Swan Bu menoleh kepada Siu Bi. "Moi-moi, kau mendengar sendiri. Memang sebaiknya aku pulang lebih dulu. Aku ya-kin orang tuaku akan setuju dan kalau sudah demikian, baru aku akan menjem-putmu."
"Tapi..... tapi..... aku akan tidak se-nang sekali kalau kau pergi....."
Cui Sian mendapat pikiran baik. Be-tapapun juga, Swan Bu harus dipisahkan dari gadis liar ini dan sekaranglah ter-bukanya kesempatan itu. Maka ia cepat berkata,
"Yang tidak berani berkorban adalah cinta palsu! Kalau bocah ini tidak mem-bolehkan kau pulang untuk membereskan semua urusan, maka cintanya itu pura-pura saja."
Usahanya berhasil. Memang Siu Bi orangnya keras dan jujur, tidak merasa diakali orang.
Mukanya menjadi merah dan ia membentak, "Kalau kau bukan sukouw dari Swan Bu, sudah tadi-tadi kuterjang kau! Siapa bilang cintaku palsu" Swan Bu, kau pulanglah, aku akan me-Koleksi Kang Zusi477
Jaka Lola Kho Ping Hoo nantimu. Pulanglah, kau dan semua orang di dunia ini akan melihat bahwa cintaku tidak palsu dan aku setia kepadamu!"
Lega hati Swan Bu, akan tetapi kha-watir juga.
"Siu Bi, kita harus mencari tempat untukmu, di mana kau dapat menantiku....."
"Bukankah di sini merupakan tempat juga" Aku akan tinggal di sini, Swan Bu di lembah sungai ini, menanti sampai kau datang menjemputku. Pergilah!"
Swan Bu raerasa betapa berat perasa-an hatinya harus meninggalkan kekasih-nya di situ seorang diri. Akan tetapi apa yang dapat dia lakukan" Pertama, dia malu terhadap bibinya kalau terlalu mem-perlihatkan kelemahan hatinya akibat cinta kasih. Selain itu, kalau ia terlalu menahan dan tidak rela meninggalkan Siu Bi, tentu kekasihnya itu akan merasa rendah terhadap Cui Sian.
"Siu Bi, kautunggulah dan carilah tempat di sekitar ini. Pereayalah, aku pasti akan dataiig menjemputmu. Percayalah....."
Siu Bi tersenyum sungguhpun kedua matanya menjadi basah. la pun merasa tidak rela dan berat harus berpisah dari orang yang paling ia cinta di dunia ini, niiliitenya satu-satunya yang masih tinggal. Tanpa Swan Bu di sampingnya, hidup tidak akan ada artinya baginya.
Akan tetapi, bagaimanapun juga, tak mungkin ia dapat merampas Swan Bu begitu saja dari orang tuanya. Kalau ia menghendaki agar selanjutnya ia boleh menghabiskan sisa hidupnya di dekat Swan Bu, maka urusan itu harus ada persetujuan orang tuanya. Baginya, tidak peduli Swan Bu akan menikah dengan Lee Si atau dengan siapa juga atas kehendak orang tuanya, asalkan hati dan cinta kasih pemuda itu dia yang memilikinya.
Bukan main terharunya hati Swan Bu menyaksikan gadis itu berdiri lemas dengan air mata di pipi dan senyum di bibir. Ingin dia memeluknya, ingin dia menghiburnya, namun ia malu melakukan hal ini di depan Cui Sian.
"Siu Bi, selamat berpisah untuk sementara....."
"Pergilah Swan Bu, dan J'aga dirimu baik-baik. Aku akan tetap menantimu.
pergilah Swan Bu bersama Cm Sian dan ada tiga empat kali dia menengok sebelum bayangan mereka lenyap ditelan tetumbuhan.
Melihat wajah Swan Bu demikian sedih, diam-diam Cui Sian merasa ter-haru dan kasihan.
Tentu saja, kalau me-nurutkan hatinya, ia tidak suka melihat Swan Bu berjodoh dengan Siu Bi, gadis liar dan semenjak .kecil berdekatan de-ngan orang-orang jahat. Jauh lebih baik Koleksi Kang Zusi478
Jaka Lola Kho Ping Hoo apabila Swan Bu berjodoh, dengan Lee Si, selain gadis itu memang berdarah ksatria, juga perjodohan ini akan merupakan penghapus bagi luka-luka yang diakibatkan oleh kesalah, fahaman antara keluarga Pendekar Buta dan keluarga Raja Pe-dang. Akan tetapi, oleh pengalamannya sendiri pada saat itu sebagai korban asmara, ia dapat merasai pula keadaan hati pemuda ini, maka diam-diam ia menaruh rasa kasihan. Pemuda itu ber-jalan sambil menundukkan mukanya yang pucat, seakan-akan semangatnya tertinggal pada gadis kekasihnya yang tadi ter-senyum dengan air mata bertitik.
"Swan Bu....."
Pemuda itu kaget dan menengok. "Ada apakah, Sukouw?"
"Kau tentu rnaklum, bukan maksudku merusak kebahagiaanmu, akan tetapi aku memaksamu pergi menemui orang tuamu demi kebaikan kita bersama, demi kebaikan orang tuamu, kebaikan keluarga dan kebaikanmu sendiri!"
"Aku mengerti, Sukouw." Swan Bu menarik napas panjang.
"Sekarang, sebelum kita pulang, mari kita singgah dulu di perkemahan pantai Po-hai, di mana kau akan dapat bertemu dengan banyak sahabat baik dan saudara..."
Suara Cui Sian terdengar gembira, karena memang sengaja gadis ini hendak menghibur Swan Bu dan membangkitkan semangatnya. Kalau pemuda ini bertemu dengan orang-orang gagah yang bertugas membasmi bajak-bajak laut, tentu akan terbangkit pula semangatnya sebagai keturunan seorang pendekar sakti seperti Pendekar Buta.
"Mereka siapakah, Sukouw?" Suara Swan Bu dalam pertanyaan ini tidak begitu mengacuhkan.
Setelah berpisah dengan orang yang paling dia sayangi di dunia ini di samping ayah bundanya, siapa pulakah yang dapat menggembirakan hatinya dalam perjumpaan"
"Kau akan bertemu dengan Bun Hui!" "Mengapa saudara Bun Hui berada di tempat ini?"
"Dia mewakili ayahnya untuk memimpin pasukan dari Tai-goan yang bertugas membasmi bajak-bajak laut di dae-rah Po-hai."
Swan Bu mengangguk-angguk, akan tetapi pikirannya melayang lagi, dia ti-dak begitu memperhatikan urusan pem-basmian bajak laut yang dianggapnya bukanlah urusannya.
"Dan di sana kau akan menemui ba-nyak orang-orang gagah, di antaranya adalah seorang yang sama sekali takkan dapat kau duga-duga siapa adanya!" Cui Sian memperdengarkan suara gembira agar pemuda itu tertarik. Memang ber-hasil dia karena Swan Bu benar-benar memperhatikan.
Koleksi Kang Zusi479
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Sukouw, siapakah dia?"
"Seorang pendekar muda yang hebat, dan dia masih keponakanku sendiri!"
Wajah Swan Bu mulai berseri. "Apa?" Sukouw maksudkan... dia..... Hwat Ki?"
Ketika Cui Sian mengangguk niem-benarkan, wajah pemuda ini sudah mulai berseri gembira, pernah dia berkenalan dan bertemu dengan Tan. Hwat Ki sewaktu mereka berdua masih kecil, baru berusia belasan tahun. la membayangkan cucu Raja Pedang itu yang tampan dan gagah.
"Dia berada di sana bersama sumoinya, seorang gadis cantik dan gagah perkasa."
Akan tetapi Swan Bu tidak memper-hatikan ucapan ini karena pikirannya penuh oleh bayangan Tan Hwat Ki yang akan dijumpainya, dan perjalanan mereka kini dilakukan dengan cepat.
Yosiko yang semenjak tadi bersembu-nyi dan mengintai, tentu saja menjadi kaget sekali ketika tadi pemuda buntung itu memanggil nama gadis yang baru tiba. Gadis itu disebut
"sukouw Cui Sian"! Jadi inikah Cui Sian, gadis yang menjadi pilihan hati Yo Wan" Hatinya dipenuhi kebencian dan ingin ia melompat ke luar untuk menyerang dan membunuh gadis itu. Memang ia meninggalkan tempatnya dengan satu niat di hatinya, membunuh gadis yang bernama Cui Sian.
Akan tetapi Yosiko bukanlah seorang gadis yang bodoh dan ceroboh. la tadi sudah menyaksikan gerakan gadis yang hendak membunuh diri dan gerakan pe-muda buntung yang mencegahnya. Gerak-an mereka itu hebat,' membayangkan kepandaian ilmu silat yang amat tinggi. Pemuda buntung itu sudah lihai sekali, kalau Cui Sian adalah sukouw-nya (bibi gurunya), dapat dibayangkan betapa hebatnya kepandaian Cui Sian! la tidak rnau bertindak sembrono menurutkan nafsu amarah kemudian sekali turun tangan ia gagal, apalagi kalau diingat bah-wa Cui Sian pada saat itu mempunyai dua orang kawan yang kalau mengeroyok-nya tentu akan lebih sukar mencapai kemenangan.
la tertarik sekali ketika menyaksikan dan mendengar percakapan tiga orang muda itu.
Keadaan Siu Bi selain menarik perhatiannya, juga mendatangkan sebuah pikiran baik sekali.
Oleh karena ini, maka Yosiko mendiamkan saja ketika Cui Sian dan Swan Bu pergi. Untuk beberapa lamanya ia memandang Siu Bi yang sepergi kedua orang itu lalu duduk di atas tanah dan menangis.
Memang hati Siu Bi berduka sekali. la tidak dapat menahan kepergian kekasih-nya. la maklurn bahwa kalau ia tidak memperbolehkan Swan Bu pulang lebih dulu menemui orang tuanya, selamanya ia tidak akan dapat membereskan urusan-nya dengan Swan Bu. la Koleksi Kang Zusi480
Jaka Lola Kho Ping Hoo percaya penuh akan cinta kasih pemuda yang lengannya ia buntungi itu, akan tetapi ia pun mak-lum betapa Swan Bu takkan dapat mem-bantah orang tuanya. la takut sekali kalau-kalau ia akan kehilangan pemuda itu dan andaikata hal ini terjadi, hidup tiada artinya lagi baginya. Kekhawatiran inilah yang mengamuk di hatinya setelah di situ tidak ada siapa-siapa dan ia boleh puas menangis. Di depan Cui Sian tadi, tak sudi ia memperlihatkan kelemahan hatinya.
Yosiko keluar dari tempat sembunyi-nya menghampiri Siu Bi dengan perlahan.
la melihat gadis itu menangis sedih dan agaknya tidak tahu akan kedatangannya, maka ia pun duduk pula di depan Siu Bi yang menyembunyikan mukanya, di bela-kang kedua tangan. Air mata bercucuran keluar dari celah-celah jari tangannya.
Yosiko menarik napas panjang, "Dia memang seorang pemuda yang amat tam-pan dan gagah perkasa....." katanya lirih.
"Tidak ada pemuda lebih tampan dan gagah daripada Swan Bu di dunia ini!" Serta merta Siu Bi menjawab tanpa me-nurunkan kedua tangan dari depan mukanya.
Kembali Yosiko menarik napas panjang. Kalau bagi Siu Bi ucapan Yosiko tadi cocok benar dengan suara hatinya, adalah jawaban Siu Bi juga tepat dengan perasaan Yosiko. Tentu saja keduanya melamunkan dua macam pemuda!
"Pemuda sehebat itu patut dicinta sampai mati....." kembali Yosiko berkata seperti kepada dirinya sendiri.
Kembali seperti dalam mimpi, tanpa menurunkan kedua tangannya, Siu Bi me-nyambung.
"Aku cinta kepada Swan Bu dengan sepenuh jiwa ragaku."
Hening pula sejenak. Siu Bi masih terisak-isak, Yosiko duduk termenung. Ke-duanya duduk di atas tanah berhadapan, akan tetapi seakan-akan tidak tahu akan keadaan masing-masing.
"Perempuan yang bernama Cui Sian itu sungguh amat menjeroukan'" kembali Yosiko berkata.
"Aku benci kepadanya! Aku benci kepadanya!" Tiba-tiba Siu Bi berseru dan menurunkan kedua tangannya. Tiba-tiba ia berseru keras dan meloncat bangun sambil mencabut pedangnya. Sinar hitam berkelebat ketika Siu Bi menerjang Yosiko dengan pedangnya itu.
Akan tetapi Yosi-ko sudah menangkis dengan pedangnya pula sehingga keduanya terhuyung mundur,
Koleksi Kang Zusi481
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Siapa kau?" bentak Siu Bi.
Yosiko tersenyum. "Adik yang baik, simpanlah pedangmu. Aku bukan musuh, aku bukan Cui Sian. Kita senasib sependeritaan, kita sama-sama dibikin sengsara oleh perempuan bernama Cui Sian tadi!"
"Apa kau bilang" "
"Namaku Yosiko, dan aku benar-benar suka kepadamu karena .nasib kita sama. Kau berpisah dari kekasihmu karena Cui Sian, aku pun..... aku terpaksa berpisah dari dia karena Cui Sian. Adik Siu Bi, sebaiknya kita bersatu untuk menghadapi Cui Sian."
"Kau mengerti namaku?" Yosiko menyimpan pedangnya. "Mari kita bicara secara sahabat baik. Sudah sejak tadi aku melihat dan mendengar semua."
Siu Bi menjadi merah mukanya, akan tetapi karena melihat bahwa gadis cantik itu tidak bersikap sebagai musuh, ia pun menyimpan pedangnya dan kembali mereka duduk, akan tetapi kali ini mereka saling memandang dan memperhatikan.
"Mengapa sikapmu begini aneh" Apa yang kaukehendaki dari padaku?"
"Begini, adik Siu Bi. Aku tadi tanpa kusengaja sudah mendengar dan melihat semua apa yang terjadi. Kau dan pemuda buntung yang tampan tadi saling mencinta, bersumpah sehidup semati, akan tetapi lalu datang Cui Sian yang mengajaknya pergi, kalau tidak salah..... untuk menjodohkan pemuda kekasihmu itu dengan wanita lain, bukan?"
"Swan Bu takkan mau melupakan aku!" teriak Siu Bi bernafsu.
"Aku percaya, dia amat mencintamu tampaknya. Akan tetapi, jangan pandang rendah perempuan bernama Cui Sian itu. Dia, mendengar tadi, adalah bibi gurunya, tentu akan dapat membujuk dan mengubah pendiriannya."
Pucat wajah Siu Bi. "Hemmm, tidak mungkin..... andaikata begitu, apa kehendakmu?"
"Aku pun benei kepada Cui Sian. Lebih baik kita berdua mencarinya dan membunuhnya!"
"Huh, enak saja kau bicara. Namamu Yosiko, agaknya kau orang asing dan tidak tahu siapa Cui Sian! Kaukira gam-pang membunuh dia" Kau tahu siapa dia" Dia adalah puteri tunggal dari Raja Pedang, tahukah engkau?"
Yosiko mengangguk dingin. "Tentu saja aku tahu. Kalau tidak tahu bahwa dia lihai, tentu tadi aku sudah muncul dan kubunuh dia. Karena dia lihai itulah, maka aku mengajak kau bersekutu, mari kita berdua mengeroyok dan membunuhnya.
Koleksi Kang Zusi482
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Hemmm, tidak segampang menggoyang lidah, Yosiko. Eh, nanti dulu, kau ini si-apakah dan mengapa tiada hujan tiada angin begini benci kepada Cui Sian" Kalau kau tidak ceritakan persoalanmu lebih dulu, aku tidak sudi bicara lebih lanjut denganmu." Siu Bi memandang curiga."
Yosiko kembali menarik napas pan-jang. "Baiklah, dan terserah kepadamu apakah kau suka berteman denganku atau tidak setelah kau mendengar keadaanku. Seorang sahabat tidak perlu pura-pura. Aku bernama Yosiko dan aku adalah Hek-san-pangcu, ketua dari bajak laut Kipas Hitam!" la berhenti sebentar untuk melihat reaksi pada wajah cantik itu. Akan tetapi karena Siu Bi tidak pernah mendengar tentang bajak-bajak laut, ha-nya ayem saja mendengarkan.
"Semenjak kecil aku dan ibu selalu bercita-cita agar aku mendapatkan jodoh seorang pendekar yang tinggi ilmu silat-nya, yang tidak saja dapat menangkan aku, akan tetapi bahkan dapat mengalah-kan ibu!"
"Baik sekali," Siu Bi segera memberi komentar, "Swan Bu juga tiga kali lebih lihai daripada aku! Akan tetapi bagiku, andaikata Swan Bu tidak lebih lihai dari-pada aku, aku pun tetap akan cinta padanya!"
"Uh, salah besar! Aku tidak tahu ten-tang cinta, pendeknya, calon jodohku sudah cukup kalau kepandaiannya jauh melebihi aku!"
Siu Bi mengangkat pundak, tidak pe-duli. "Lalu bagaimana" Kepandaianmu tinggi, ini dapat kuketahui ketika kau menangkisku tadi. Adakah pria yang da-pat menandingimu?"
"Bukan hanya menandingi!" kata Yo-siko, wajahnya berseri. "la malah patut menjadi guruku!
Ibu sendiri tidak mampu menangkan dia! la hebat, wah, pendeknya di dunia ini tidak akan ada pria yang dapat mengalahkan dia!"
Siu Bi tersenyum mengejek. Belum tentu, pikirnya. Swan Bu memiliki kepan-daian yang luar biasa! "Siapa sih namanya laki-laki pilihanmu itu dan mengapa kau membenci Cui Sian" Apa hubungannya dengan laki-laki pilihanmu itu"
Seketika wajah Yosiko menjadi muram. "Laki-laki itu bernama Yo Wan dan cela-kanya, dia mencinta Cui Sian."
Terbelalak mata Siu Bi memandang ketika ia mendengar disebutnya nama ini. "Yo Wan kaubilang" Yo Wan.....?"" Yo Wan inurid Pendekar Buta?"
Kini Yosiko yang menjadi tercengang dan kaget. "Apa" Kau kenal dia?"
"Kenal dia?" Siu Bi tertawa dan lucu-lah melihat gadis yang matanya masih merah bekas Koleksi Kang Zusi483
Jaka Lola Kho Ping Hoo menangis ini tertawa geli. "Aku mengenal Yo Wan" Ah, aku me-ngenalnya baik sekali! Suatu kebetulan yang amat tak tersangka-sangka, sahabat-ku! Tahukah kau siapa kekasihku, pemuda buntung yang paling tampan dan gagah di seluruh dunia tadi" Dia adalah putera tunggal Pendekar Buta!"
Untuk kedua kalinya Yosiko tercengang. Sesaat ia nnemandang Siu Bi dengan bengong, kemudiah ia merangkulnya.
"Kebetulan sekali! Kau mencinta pu-tera Pendekar Buta, dan aku memilih muridnya.
Bukankah dengan demikian kau dan aku masih ada hubungan dekat" Su-dah sepatutnya kita tolong-menolong, sudah selayaknya kitabersatu. Kitasama-sama membenei Cui Sian yang agaknya menjadi perusak kebahagiaan kita!"
Siu Bi memandang ragu dan Yosiko yang cerdik sekali dapat menduga akan hal ini. Maka cepat-cepat Yosiko memutar otaknya dan berkata, "Kaudengar, Siu Bi adikku yang manis.
Kaubantulah aku menghalau Cui Sian ini, dan kalau aku sudah berjodoh dengan Yo Wan, aku dapat membujuknya agar dia mau mem-bantumu mendapatkan kekasihmu tanpa diganggu oleh siapapun juga. Sebagai murid Pendekar Buta, tentu dia akan dapat membujuk suhunya untuk melulus-kan puteranya menikah dengan engkau seorang. Bukankah ini kerja sama yang baik sekali namanya?" Yosiko terus mem-bujuk dan karena Siu Bi berwatak sederhana, akhirnya ia kena bujuk juga dan menyanggupi. Menghadapi Yosiko, ia kalah bicara dan memang keduanya memiliki watak yang cocok, maka sebentar saja mereka merasa senasib sependeritaan dan menjadi dua orang sahabat baik.
"Mereka takkan pergi jauh!" kata Yosiko, "Aku tahu bahwa Cui Sian itu hendak membantu pembasmian bajak-bajak laut di daerah Po-hai ini, dan ku-rasa pekerjaan itu tidaklah mudah, tidaklah dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Kaulihat saja, tentu mereka masih berada di sekitar tempat ini, dan aku tahu kemana harus mencari Cui Sian!"
Mereka bercakap-cakap dan sama sekali mereka tidak tahu bahwa semen-jak tadi ada seorang laki-laki yang mengintai, melihat dan mendengarkan per-cakapan mereka.
Mendengar bujukan Yo-siko, laki-laki ini menggeleng-geleng kepala dan berkali-kali menarik napas panjang, keningnya berkerut dan tak lama kemudian setelah tahu apa yang menjadi rencana dua orang gadis yang diliputi perasaan dendam itu, dia meninggalkah tempat itu dengan diam-diam laki-laki ini bukan lain adalah Yo Wan!
* * * * * * Apa yang dikatakan Yosiko memang betul, Bun Hui dengan dibantu oleh Tan Hwat Ki dan Bu Cui Kirn, mennmpin orang-orangnya untuk membasmi bajak-bajak laut yang merajalela di daerah Po-hai. Akan tetapi tidaklah mudah mem-basmi gerombolan penjahat itu, karena Koleksi Kang Zusi484
Jaka Lola Kho Ping Hoo selain jumlah mereka banyak, juga me-reka itu rata-rata adalah orang-orang yang pandai berkelahi dan dipimpin oleh orang-orang yang tangguh. Apalagi se-menjak digempur oleh pasukan kerajaan ini, para bajak laut lalu siap-siap dan bersatu, bahkan mereka lalu mengangkat ketua Kipas Hitam menjadi pemimpin untuk melakukan perlawanan. Semua gerombolan bajak laut sudah tahu belaka akan kelihaiari Hek-san-pangcu (ketua dari Kipas Hitam), Yosiko!
Ketika mendengar penuturan Tan Hwat Ki dan sumoinya tentang Yo Wan. Bun Hui merasa menyesal sekali mengapa orang gagah yang aneh itu tidak mau datang menggabungkan diri untuk bersama-sama membasmi bajak laut. Pemuda bangsawan ini ingin sekali dapat menangkap ketua Kipas Hitam yang ter-sohor, untuk dibawa sebagai tawanan ke kota raja sehingga dengan Jasa itu dia akan dapat mengangkat nama besar ayahnya. Akan tetapi selama beberapa pekan ini, dia hanya dapat mendengar namanva saJa yaitu Hek-san-pangcu yang bernama Yosiko, akan tetapi belum pernah dia mehhat orangnya. Hampir dia tidak percaya ketika dua orang muda dari Lu-liang-san itu bercerita bahwa ketua Kipas Hitam adalah seorang gadis peranakan yang cantik.
"Itulah sebabnya merigapa saudara Yo Wan melarang kami berdua menyerang Yosiko,"
demikian penuturan Tan Hwat Ki. "Saudara Yo Wan adalah murid Pendekar Buta, maka dia termasuk orang dalam dan dia tidak menghendaki kalau di antara keluarga terjadi permusuhan. Memang aneh sekali, kenapa segala hal bisa terjadi secara kebetulan sekali.
Siapa kira kepala bajak laut itu adalah saudara misanku sendiri."
Bun Hui mengerutkan keningnya. "Ka-lau mernang begitu, mengapa tidak menginsyafkan gadis itu" Kalau dia dapat diinsyafkan dan anak buahnya tidak me-lakukan perlawanan, bahkan suka me-nyerah, bukankah tidak akan terjadi ribut-ribut lagi" Kalau memang dia itu masih cucu Raja Pedang dan suka membubarkan perkumpulan bajak laut, aku bersedia untuk mintakan ampun ke kota raja."
Tan Hwat Ki menggelengkan kepala. "Agaknya sukar. Dia itu, biarpun wanita, lihai bukan main dan juga berwatak liar."
"Biarpun ada hubungan keluarga, kalau dia jahat patut dibasmi!" sambung Bu Cui Kim yang masih merasa cemburu.
Demikianlah, setiap hari masih terus Bun Hui melakukan pengejaran terhadap para bajak lautyang melakukan perlawanan secara sembuhyi-sembunyi, dipimpin oleh Yosiko yang amat licin. Banyak di antara anak buah Bun Hui menjadi kor-ban dan selama ini belum pernah dia berhasil rnendapatkan sarang bajak laut itu yang selalu berpindah-pindah.
Kedatangan Tan Cui Sian bersama Kwa Swan Bu nnenggirangkan hati semua orang. Tan Cui Sian merupakan bantuan yang hebat, karena semua maklum bahwa puteri Raja Pedangini memiliki kepandaian yang luar biasa. Apalagi setelah Bun Hui dan Tan Hwat Ki Koleksi Kang Zusi485
Jaka Lola Kho Ping Hoo diperkenalkan kepada si pemuda buntung yang ternyata adalah putera Pendekar Buta, mereka menjadi girang bukan main. Mereka men-jadi terharu sekali menyaksikan lengan yang buntung dari pemuda tampan ini,-akan tetapi karena wajah pemuda itu kelihatan muram dan sedih, mereka pun tidak berani banyak bertanya.
Lebih besar lagi kegembiraan hati Bun Hui ketika mendengar dari Cui Sian bahwa gadis perkasa ini tahu akan sa-rang Yosiko ketua Kipas Hitam. Malah di bawah pimpinan pendekar wanita ini mereka lalu melakukan pepggerebekan, yaitu di dalam gua di mana Cui Sian melihat Yosiko bersama Yo Wan.Semen-jak saat ia melihat Yo Wan tinggal ber-sama Yosiko itu, hati Cui Sian serasa ditusuk-tusuk, penuh cemburu. Akan te-tapi dasar seorang wanita pendekar, ia dapat menyembunyikao perasaannya ini dengan baik.
Namun mereka kecewa karena ketika mereka menggeropyok tempat itu, bu-rungnya sudah terbang pergi dari kurungan. Yosiko tidak tampak bayangannya, dan di situ hanya tinggal terdapat bekas-bekas ditinggali orang saja. Dan sewaktu Cui Sian bersama Swan Bu, Bun Hui, Hwat Ki, dan Cui Kim melakukan peng-geropyokan di situ, ternyata perkemahan mereka yang hanya dijaga oleh pasukan dari tiga puluh orang lebih, diserbu oleh bajak laut yang jumlahnya dua kali lipat! Belasan orang penjaga tewas dan per-kemahan itu dibakar!
Hal ini membuat Bun Hui makin ge-mas dan pusing. Dan hal ini pula yang membuat Cui Sian terpaksa menunda perjalanannya, karena ia melihat para ba-jak laut itu tidak boleh dipandang ringan, dan sudah sepatutnya kalau ia membantu Bun Hui. Swan Bu juga tidak keberatan, karena sebagai seorang pendekar, dia pun tidak. mungkin dapat melihat saja tanpa membantu usaha Bun Hui yang bertugas memulihkan keamanan dan membasmi bajak-bajak laut yang begitu lihai.
Setelah tinggal di situ beberapa hari lamanya, akhirnya Bun Hui dapat men-dengar juga penuturan Swan Bu tentang buntungnya lengannya. Swan Bu segera tertarik kepada Hwat Ki dan Bun Hui yang gagah. Mereka segera menjadi sa-habat-sahabat baik dan mulai beranilah mereka saling. membuka rahasia hati masing-masing. Akan tetapi betapa ter-kejut hati Bun Hui ketika mendengar bahwa yang membuntungi lengan Swan Bu adalah The Siu Bi, gadis yang pernah mengacau gedung ayahnya, pernah pula mengacau hatinya!
"Ah, kalau begitu betullah kekhawatir-an ayah," komentar Bun Hui.
"Ayah telah melihat betapa sakit hati nona Siu Bi itu sungguh-sungguh, sehihgga dahulu ayah sengaja menyuruh aku pergi menemui ayahmu untuk menyampaikan peringatan agar berhati-hati. Kiranya ekornya begini hebat....."
Swan Bu tersenyum. "Tidak apa, saudara Bun Hui, dan ini agaknya sudah kehendak Thian.
Buktinya, dibuntunginya lenganku oleh Siu Bi, malah menjadi perantara ikatan jodoh antara dia dan aku".
Koleksi Kang Zusi486
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Heee.....?"?" Bun Hui kaget bukan main, juga Hwat Ki menjadi bingung. Akan tetapi Swan Bu hanya menarik napas panjang, tidak melanjutkan kata-katanya yang tadi tanpa sengaja terloncat dari bibirnya. "Karena kalian adalah sahabat-sahabat baik dan orang sendiri, kelak tentu akan mendengar juga."
Mereka tidak berani mendesak, hanya Bun Hui diam-diam mencatat di dalam hatinya bahwa Siu Bi bukanlah jodohnya, sungguhpun gadis itu dahulu pernah meng-aduk-aduk hatinya dan pernah pula menjadi buah mimpinya setiap malam. Kiranya gadis yang hendak memusuhi Pendekar Buta, dan yang sudah berhasil membuntungi lengan Swan Bu, malah akan menjadi jodoh pemuda ini. Apalagi kalau bukan gila namanya ini"
Bun Hui masih termenung, menggeleng-geleng kepala, berkali-kali bibirnya me-ngeluarkan bunyi "Tsk-tsk-tsk" kalau dia teringat akan Siu Bi dan Swan Bu. Sukar dipercaya memang.
Apakah Siu Bi sudah gila" Ataukah Swan Bu yang tolol" Atau juga, barangkali dia yang miring otaknya" Gadis itu dahulu bersumpah untuk me-musuhi Pendekar Buta sekeluarga. Kemudian gadis itu berhasil dalam balas dendamnya, membuntungi lengan Swan Bu. Akan tetapi sekarang menurut peng-akuan Swan Bu, mereka akan berjodoh, berarti mereka saling mencinta! Adakah yang lebih aneh daripada ini" Betapapun juga, diani-diatn dia mengiri kepada Swan Bu. Ketika pemuda itu bercenta tentang Siu Bi, wa]ahnya berseri matanya bersinar-sinar. Ah, alangkah senangnya men-cinta dan dicinta. Kalau dia" Masih sunyi!
"Ah, dunia memang banyak terjadi hal aneh-aneh.....!" la menghela napas dengan kata-kata agak keras. Bun Hui sedang berada seorang diri di pinggir pantai yang sunyi, merenung dan menyepi ka-rena hatinya kesal. Siang hari itu panas sekali dan seorang diri dia pergi ke pan-tai, sekalian melihat-lihat dan mengintai. Beberapa hari ini dia jengkel karena para penyelidiknya belum juga dapat meneari tempat sembunyi pimpinan bajak laut.
"Dunia memang aneh....." Sekali lagi dia berkata dan kakinya menumbuk-numbuk pasir.
"Lebih aneh lagi pertemuan ini!" tiba-tiba terdengar suara orang dan Bun Hui kaget sekali, cepat dia menengok dengan tangan meraba gagang pedangnya. Akan tetapi seketika tangannya lemas dan ke-khawatirannya lenyap terganti kekaguman. Bukan musuh mengerikan atau bajak laut yang kejam liar yang dihadapi, melainkan seorang gadis yang cantik molek dengan pakaian sutera tipis warna putih berkem-bang merah, berkibar-kibar ujung pakaian dan rambut hitam halus terkena angin laut! Dewi laut agaknya yang dating hendak menggodanya! Kalau rnemang dewi laut atau siluman, biarlah dia di-goda! Pandang mata Bun Hui lekat dan sukar dialihkan dari lesung pipit yang menghias ujung bibir.
"Bun-ciangkun (Perwira Bun), panglima muda dari Tai-goan, bukan?" Gadis jelita itu menegur dan memperlebar senyumnya sehingga berkilatlah deretan gigi kecil-kecil putih yang membuat pandang mata Bun Hui makin silau.
Koleksi Kang Zusi487
Jaka Lola Kho Ping Hoo Bun Hui terkejut dan heran sekali. Akan tetapi dia adalah seorang pemuda yang cerdas, dalam beberapa detik saja dia sudah dapat menduga siapa adanya nona yang cantik dan tidak pemalu ini. Maka dia pun cepat-cepat menjura dan berkata,
"Dan kalau tidak salah dugaanku, kau adalah Yosiko, Hek-san-pangcu, bukan?"
Yosiko kembali tersenyum, tapi pan-dang matanya berkilat. "Tak salah duga-anmu.
Agaknya kau cukup cerdik untuk menduga pula apa yang harus kita laku-kan setelah. kita saling berjumpa di tem-pat ini. Sudah berpekan-pekan kau memimpin orang-orangmu untuk membasmi aku dan teman-temanku. Sekarang kita kebetulan saling bertemu di sini, berdua saja. Nah, orang she Bun, cabutlah pedangmu dan mari kita selesaikan urusan antara kita."
Aneh sekali. Timbul keraguan dan keSangsian di hati Bun Hui. Padahal, sering kali tadinya dia ingin dapat menangkap ketua bajak laut Kipas Hitam dengan tangannya sendiri, atau membunuhnya dengan pedangnya sendin. Semestinya dia akan menyambut tantangan ini dengan penuh kegembiraan. Akan tetapi entah bagaimana, bertemu dengan Yosiko, dia terpesona dan tidak tega untuk mengangkat senjata menghadapi nona jelita ini! Apalagi ketika dia ter-ingat akan penuturan Tan Hwat Ki bahwa gadis ini masih terhitung cucu keponakan Raja Pedang sendiri, makin tidak tegalah dia untuk memusuhinya.
"Hayo lekas siapkan senjatamu, mau tunggu apa lagi" Menanti kawan-kawanmu agar dapat mengeroyokku?" Yosiko mengejek dan gadis ini sudah berdiri tegak dengan pedang di tangan kanan dan sabuk sutera putih di tangan kiri, sikapnya ga-gah menantang, juga amat cantik.
"Hek-san-pangcu, dengarlah dulu omonganku," akhirnya Bun Hui dapat berkata setelah dia menenteramkan jantungnya yang berdebaran keras. "Memang suatu kebetulan yang tak tersangka-sangka aku dapat bertemu denganmu di sini dan memang hal ini sudah kuharapkan selalu. Ketahuilah, setelah aku mendengar siapa adanya ketua Kipas Hitam yang mernim-pin para bajak, sudah lama sekali nafsu-ku untuk memerangimu lenyap. Aku mendengar bahwa engkau adalah cucu keponakan loeianpwe Tan Beng San, Raja Pe-dang ketua Thai-san-pai. Setelah kini aku berhadapan denganmu, melihat kau se-orang gadis muda yang gagah dan pantas menjadi cucu seorang pendekar sakti se-perti Raja Pedang, kuharap kau suka mendengar omonganku dan marilah kita berdamai....."
"Apa" Kau perwira tttuiid& kerajaan mengajak damai bajak laut" Mengajak damai setelah kau mengobrak-abrik orang-orangku, membunuhi banyak anak buahku?"
"Pangcu...... Nona, ingatlah. Kita masih orang sendiri. Aku amat menghormati keluarga Raja Pedang, dan kau adalah cucunya. Aku merasa sayang sekali melihat kau tersesat.
Kembalilah ke jalan benar. Kaububarkan para bajak, menyata-kan takluk dan bertobat.
Percayalah, aku yang akan menanggung, aku yang akan mintakan ampun agar kau tidak Koleksi Kang Zusi488
Jaka Lola Kho Ping Hoo akan dituntut...."
"Huh, siapa rninta kasihan darimu" Eh, orang muda she Bun, mengapa kau mendadak sontak begini sayang kepadaku?"
Wajah Bun Hui menjadi merah. Gadis jelita ini selain gagah dan liar, juga Ijidahnya amat tajam!
"Sudah kukatakan tadi, Nona. Karena kau seorang wanita muda, karena kau masih keluarga Raja Pedang."
"Heinmin, karena kau takut! Karena kau seorang diri, tidak dapat mengandal-kan bantuan orang-orangmu, maka kau takut melawan aku! Huh, begini sajakah panglima muda dari Tai-goan?"
Wajah pemuda itu sebentar pucat, sebentar merah. Perlahan-lahan dia meng-gerakkan tangannya meraba gagang pe-dang dan dengan sinar mata marah dia mencabut pedangnya.
"Hek-san-pangcu, aku seorang laki-laki sejati, mengapa harus takut" Aku tadi bicara dengan kesungguhan hati karena sayang melihat engkau tersesat, seberapa dapat hendak menyadarkanmu. Akan tetapi kalau kau menganggap sikapku itu karena takut, silakan maju!"
Yosiko terseriyum lagi. "Nah, ini baru namanya jantan. Orang she Bun, bersiaplah untuk mampus!" Pedangnya berkelebat diikuti gerakan sabuk suteranya ketika gadis ini menyerang dengan hebat.
Terkejut juga hati Bun Hui. Tak disangkanya gadis ini demikian ganas dan serangannya begitu dahsyat. Cepat dia memutar pedang menangkis sambil me-loncat ke samping menghindarkan diri daripada sambaran sabuk sutera yang mendatangkan angin pukulan hebat itu.
"Tranggggg.....!" Sepasang pedang bertemu dan keduanya terhuyung mundur. Akan tetapi tiba-tiba Yosiko terguling dan hanya dengan berjungkir balik saja gadis ini dapat menahan diri tidak jatuh. la terheran-heran. Mungkinkah pemuda she Bun ini begitu kuat sehingga sekali benturan senjata membuat dia terguling hampir jatuh" Diam-diam ia kaget dan juga kagum. Yo Wan sendiri yang pernah ia uji kepandaiannya, tak mungkin sekuat ini!
Di lain fihak, Bun Hui juga terkejut dan heran. la tadi merasa betapa pe-dangnya terbentur membalik oleh pedang gadis itu dan biarpun dia sudah meng-hindar, hampir saja ujung sabuk sutera putih itu menyentuh lambungnya. Akan tetapi entah mengapa, tiba-tiba sabuk itu | berkibar pergi dan dia merasa ada sambaran hawa panas lewat di samping tu-buhnya dan melihat gadis itu hampir jatuh. la maklum bahwa nama besar ketua Kipas Hitam ini Koleksi Kang Zusi489
Jaka Lola Kho Ping Hoo

Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukanlah nama kosong belaka, dan bahwa gadis jelita ini benar-benar lihai, maka dengan hati pe-nuh kckaguman dan penyesalan, dia siap menghadapi serangan lawan.
Dengan hati penasaran Yosiko menerjang maju lagi, kini lebih hebat. Pedang-nya diputar di atas kepala lalu melayang turun ke arah leher lawan, sedangkan sabuk suteranya meluncur maju menotok ulu hati yang akan mendatangkan maut apabila mengenai sasaran dengan tepat. Kembali Bun Hui menggerakkan pedangnya menangkis, sedangkan tangan kirinya dikebutkan untuk menyambar ujung sabuk yang menyerang dada.
"Tranggg.....!" Kembalikeduanya ter-huyung danalangkah kaget hati Yosiko ketika ia merasa tadi betapa sabuknya tiba-tiba hilang kekuatannya dan bahkan membalik ke belakang dan menyerang dirinya sendiri! la mernbanting tubuh ke belakang dan bergulingan, wajahnya pucat. Hebat pemuda ini! Ilrnu siluman apakah yang digunakan pemuda itu sehingga dalam dua gebrakan saja ia hampir celaka, padahal pemuda itu bukannya menyerang, melainkan menghadapi serangan-nya" Bukan Yosiko saja yang terheran-heran dan kagum, juga Bun Hui merasa heran sekali. la tadi merasa tangannya kesemutan dan kalau dilanjutkan, tentu serangan ujung sabuk akan mencelaka-kannya sungguhpun serangan pedang da-pat dia tangkis, akan tetapi kembali dia merasa ada angin pukulan menyambar membantunya dan membuat gadis penyerangnya itu terserang sabuk sendiri. la cepat menoleh, akan tetapi tidak melihat apa-apa.
Yosiko kini mengeluarkan sebuah ki-pas hitam! la benar-benar merasa kagum, akan tetapi di samping kekagumannya ini pun terkandung rasa penasaran. Pemuda bangsawan yang tampan ini tidak kelihatan terlalu sakti, akan tetapi mengapa ia sama sekali tidak berdaya menghadapinya"
Bun Hui sudah mendengar akan jahatnya kipas hitam yang mengandung racun ini, maka dia khawatir sekali. "Nona, aku sungguh-sungguh tidak ingin bertempur mati-matian melawanmu, marilah kita bicara baik-baik!"
"Teririia ini!" Yosiko membentak dan sudah melompat maju, pedangnya me-nyambar, diikuti gerakan kipas yang dikibaskan ke arah Bun Hui. Uap hitam menyambar dan agaknya pemuda itu akan celaka kalau pada saat itu tidak tampak sinar menyilaukan berkelebat dan tahu-tahu Yosiko memekik kesakitan, kipasnya mencelat jauh dan pundaknya tefluka ujung pedang Bun Hui. la roboh dan mengerang kesakitan.
Melihat ini, kagetlah Bun Hui. Kini dia merasa yakin, bahwa diam-diarn ada orang yang membantunya. Tadi pedangnya bergerak menangkis lagi, akan tetapi entah bagaimana pedangnya itu meleset dan terus rnenusuk ke arah leher Yosiko, sedangkan Sinar yang berkelebat dari belakangnya menghantam kipas. Baiknya dia masih cepat menarik pedangnya sehingga tidak menembus leher yang indah, melainkan menyeleweng; dan melukai pundak.
Koleksi Kang Zusi490
Jaka Lola Kho Ping Hoo Mungkin saking kaget, penasaran dan sakit, Yosiko rebah pingsan! Ketika la membuka mata, ia rebah di tanah dan Bun iHui sedang mengobati pundaknya! Bukan main kaget dan herannya hati Yosiko, akah tetapi ia pura-pura masih pingsan. Dari balik bulu matanya yang panjang ia mernandang Wajah tampan itu yang dengan penuh perhatian memeriksa lukanya dan kemudian mengobatinya dengan obat bubuk yang terasa dingin sekali.
Melihat gadis itu menggerakkan matanya, Bun Hui cepat menyelesaikan pengobatan Hu dan berkata perlahan. "Maaf...... maaf, aku menyesal sekali, bukan maksudku untuk....."
Yosiko sudah melompat bangun. Mukanya merah dan ia memungut pedangnya yang menggeletak di atas tanah. Ketika ia melihat kipas hitamnya yang sudah remuk, ia menendang kipas itu jauh-jauh, lalu menarik napas panjang.
"Maaf, Nona, aku..... aky tidak sengaja."
Yosiko berpaling, dan kembali wajahnya berubah ketika memandang Bun Hui. Pandang matanya masih penuh kekaguman, penuh keheranan, penuli penasaran.
"Kau hebat sekali! Gerakanmu begitu cepat sehingga aku tidak lahu bagaimana caranya kau mengalahkan aku. Agaknya aku kurang hati-hati. Bun-ciangkun, mari kita lanjutkan, aku masih penasaran. Kalau kau dapat mengalahkan aku tanpa menggunakan ilmu siluman itu, aku..... aku bersedia menuruti segala kehendak-mu, tanpa syarat!" la tersenyum dan diam-diam Bun Hui morat-marit hatinya. Senyum dengan lesung pipit itu bukan main manisnya. la juga bingung. la tahu bahwa kepandaiannya hanya dapat meng-imbangi gadis ini.
Kemenangan-kemenang-an. aneh yang oleh gadis itu dianggap ilmu siluman tadi adalah kemenangan ka-rena bantuan orang sakti yang dia tidak tahu siapa adanya.
"Nona Yosiko, sudahlah, aku tidak ingin bertempur denganmu. Aku bahkan rninta maaf dan ingin berdamai, kita habisi permusuhan ini....."
"Kalahkan dulu. Pedangku, Perlihatkan ilmu silatmu!"
Sambil membentak demikian kembali Yosiko menyerang, kini ia hanya meng-gunakan pedang saja, namun ia mengerahkan seluruh ilmu pedangnya untuk me-nyerang. Karena ia mendapat kesan bah-wa pemuda panglima dari Tai-goan ini memiliki ilmu kesaktian yang hebat, maka timbullah rasa sayangnya dan Yosiko tidak lagi ingin mempergunakan senjata gelap, melainkan hendak menguji dengan ilmu pedangnya.
Melihat gerakan nona ini sungguh-sungguh tentu saja Bun Hui tidak mau tinggal diam. la pun lalu menggerakkan pedangnya dan mainkan ilmu silatnya, yaitu Ilmu Pedang Kun-lun Kiam-hoat yang amat kuat dan lihai. Setelah ber-gerak beberapa jurus kembali Yosiko Koleksi Kang Zusi491
Jaka Lola Kho Ping Hoo menahan pedangnya, meloneat mundur dan berseru,
"Pernah aku menyaksikan Ilmu Pedang Kun-lun yang hebat. Apakah kau anak murid Kun-lun-pai?"
Dengan perasaan bangga di hati Bun Hui menjawab tenang, "Ketua Kun-lun-pai adalah kakekku'"
Makin kagumlah hati Yosiko dan tanpa banyak cakap lagi ia lalu menerjang lagi dengan jurus yang amat berbahaya.
Bun Hui terkejut dan cepat dia mengelak ke kiri. Akan tetapi gulungan sinar pedang lawannya seperti uap menyambanya terus, kini i'nengancam lambung. Dengan pemutaran pergelangan tangan Bun Hui menangkis. Bunga api berpijar ketika sepasang pedang bertemu, akan tetapi kali ini dengan cerdik sekali Yosiko se-ngaja mementalkan pedangnya, bukan ditarik ke belakang, melainkan menyele-weng ke depan terus menusuk dada. Inilah gerak tipu yang amat hebat dan tak tersangka-sangka.
Semua ini dibantu dengan langkah-langkah kaki gadis itu yang membuat Bun Hui benar-benar bingung. Jalan satu-satunya hanya menggerakkan pedang membabat kaki lawan yang terdekat, akan tetapi untuk melakukan hal ini dia merasa tidak tega. Pada saat yang berbahaya itu, kembali ada angin menyarnbar dan..... tubuh Yosiko terhuyung-huyung ke samping, serangan pedangnya kembali menyeleweng.
"Kau gunakan ilmu setan!" bentaknya marah.
Pada saat itu muncullah Siu Bi. Melihat betapa Yosiko bertanding dengan Bun Hui, ia merasa khawatir. Betapapun juga, pemuda putera jendei'al di Tai-goan ini pernah bersikap baik sekali kepadanya, dahulu ketika ia menjadi tawanan Jenderal Bun.
"Yosiko, mari pergi! Dia seorang diri di sana, kesempatan baik. Mari!"
Yosiko ragu-ragu, akan tetapi mendengar ucapan-ucapan terakhir itu ia segera menibalikkan tubuh, lalu lari meninggalkan Bun Hui sambil menoleh dan berkata,
"Aku masih belum puas. Lain kali kita lanjutkan!'
Bun Hui berdiri bengong. la benar-benar bingung dan kaget melihat nona yang mengajak pergi Yosiko itu. Dia merasa mengenal baik nona itu, nona yang pernati mengobrak-abrik hatinya Siu Bi. Siu Bi bersekutu dengan Kipas Hitam" Ini hebat.
Namun pengalamannya bertanding melawan Yosiko tadi masih meninggalkan ketegangan di hatinya. Apalagi setelah melibat munculnya Siu Bi di samping Yosiko, membuat dia Koleksi Kang Zusi492
Jaka Lola Kho Ping Hoo termenung berdiri seperti patung dengan pedang masih di tangan. Dia tidak boleh mengharapkan dlri Siu Bi lagi, yang dahulu perhah merampas cintanya. la mendengar pengakuan Swan Bu dari mulut pemuda itu sendiri, bahwa antara Swan Bu dan Siu Bi terjalin kasih sayang yang mendalam. Kalau Siu Bi mencinta Swan Bu, tentu dia tidak akan mau mengganggunya. Biarlah mereka bahagia dalam cinta kasih mereka. Akan tetapi..... ketika tadi dia berhadapan dengan Yosiko, dia segera merasa bahwa gadis peranakan Jepang gadis liar ketua bajak laut inilah yang menggantikan Siu Bi di hatinya. la jatuh cinta kepada Yosiko! Hal ini Bun Hui dapat mengetahui dengan cepat, karena sebagai putera bangsawan yang terkenal, tampan dan gagah, tentu saja sudah banyak dia bertemu dengan gadis-gadis kota, puteri-puteri bangsawan yang cantik dan yang oleh orang tuanya maupun handai-taulannya seakan-akan ditawarkan kepadanya untuk menjadi jodohnya. Banyak sudah dia bertemu dengan gadis-gadis cantik, akan tetapi tidak pernah dia merasa seperti ketika dia berhadapan dengan Siu Bi dahulu, atau ketika dia berurusan dengan Yosiko tadi! Bukan hanya kecantikan kedua orang gadis itu agaknya yang mengguncangkan jantungnya dan membetot semangatnya, melainkan sikap mereka, agaknya karena keduanya saina lincah, sama liar, dan sama aneh!
Bun Hui menarik napas panjang, bingung memikirkan keadaan hatinya sen-diri. Mengapa dia selalu jatuh cinta ke-pada wanita yang sebenarnya menjadi musuh! Ayahnya tentu takkan setuju. Dan bagaimana dia' dapat berjodoh dengan seorang seperti Yosiko" la tahu bahwa hal ini amatlah tidak mungkin, akan tetapi dia tidak dapat menyangkal pe-rasaan hatinya yang benar-benar tertarik sekali oleh lesung pipit di sebelah pipi Yosiko tadi.
Dengan murung Bun Hui meninggalkan tempat itu, sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi ada bayang-an orang yang kini berkelebat mengejar ke arah larinya Yosiko dan Siu Bi. Bayangan orang yang tadi secara rahasia telah membantunya mengalahkan Yosiko dengan mudah.
Apa kata gadis taili" "Kalau dapat mengalahkan aku, aku bersedia menuruti segala kehendakmu tanpa syarat!" Ucapanj Yosiko ini berdengung-dengung dalam j telinga Bun Hui ketika dia berjalan kem-bali ke perkemahannya. la kembali dalam keadaan jauh berbeda daripada tadi ketika berangkat. la telah menjadi seorang Bun Hui yang lain, seorang pemuda yang linglung terombang-ambing gelora asmara!
Bayangan yang dengan gesit bagaikanJ Setan tadi membantu Bun Hui dan kini| melesat secepat terbang mengejar Yosiko dan Siu Bi, kemudian mengikuti dua orang gadis itu secara diam-diam, bukan lainJ adalah Jaka Lola! Yo Wan selalu mengikuti Yosiko dan karenanya dia tahu akan| gerak-gerik gadis ini. la tahu pula, bahwa Yosiko dan Siu Bi bersekutu untuk mencelakai Cui Sian! Dan ia menjadi saksi pula akan adegan-adegan aneh dari| dua orang muda itu tadi, melihat betapal dengan mesra dan penuh perasaan Bun Hui merawat luka di pundak Yosiko. Dia sengaja membantu Bun Hui karena dia tahu bahwa tanpa dia bantu, biarpun ilmu kepandaian Bun Hui belum tentu kalah oleh Yosiko, namun gadis yang amat Uncah itu mungkin merobohkan Bun Hui dengah senjata rahasianya.
Koleksi Kang Zusi493
Jaka Lola Kho Ping Hoo Ketika Yo Wan melihat Siu Bi mun-cul memanggil Yosiko kemudian dua orang gadis itu berlari cepat, hatinya menjadi khawatir sekali. Dan kekhawatir-annya terbukti karena tak lama kemudian dia melihat Cui Sian sedang bertempur mati-matian dikeroyok belasan orang bajak laut anak buah Yosiko! Kiranya Siu Bi memariggil Yosiko untuk melaksanakan kehendak mereka, yaitu mengeroyok dan merobunuh Cui Sian.
Seperti juga Bun Hui, siang hari itu Cui Sian berada seorang diri di pinggir laut. la termenung-menung memikirkan Yo Wan, Semenjak ia melihat Yo Wan berada di dalam gua bersama Yosiko, hatinya terasa sakit sekali. la ingin ma-rah, ingin membunuh wanita itu dan juga irigin meriantang Yo Wan untuk mengadu kepandaian, ia penasaran dan merasa terhina. Bukankah Yo Wan terang-terang-an menyatakan perasaannya ketika perjumpaan mereka dahulu" Kiranya Yo Wan hanya seorang pemuda yang gila perem-puan, seorang hidung belang yang menjemukan.
Selagi ia termenung, mukanya seben-tar merah sebentar pucat, tiba-tiba ia tersentak kaget dan cepat ia mengelak. Sebatang anak panah menyambar di atas kepalanya, lenyap ke dalam pohon-pohon. Cui Sian cepat m^ncabut pedangnya dan bermunculanlah lima belas orang laki-laki, dipimpin oleh seorang gadis yang membuat Cui Sian membelalakka^ iriata-nya. Gadis itu adalah Siu Bi!
"Bocah jahat! Kau..... kau bersarta bajak-bajak ini.....?" tegurnya, terheran-heran dan kemarahannya meinuncak. Memang ia tidak suka kepada Siu Bi yang! membuat Swan Bu tergila-gila, maka dapat dibayangkan kebenciannya melihat Siu Bi muncul bersama para bajak itu.
Akan tetapi Siu Bi tidak mempedulikannya, malah rnemberi aba-aba, "Kurung dia, jangan boleh lolos!" la sendiri lalu melarikan diri untuk pergi mencari Yosiko!
Demikianlah, dengan keinarahan meluap-luap Cui Sin memutat- pedangnya menghadapi pengeroyokan belasan orang itu. Dalam waktu beberapa menit saja pedangnya sudah merobohkan empat orang pengeroyok, sedangkan yang lainnya ha-nya berani mengurungnya dari jarak yang tidak terlampau dekat. Namun pengurungan mereka ketat, tidak memberi kesem-patan gadis ini keluar dari kepungan.
Cui Sian adalah puteri tunggal Raja Pedang. Ilmu silatnya tinggi, akan tetapi sebagai puteri pendiekar sakti yang namanya dipuji-puji di, mana-mana, tentu saja sifatnya tidaklah ganas. Ilmu pedangnya bersih, mengandung daya Im dan Yang, tidak gentar menghadapi kepungan. Na-mun, sudah menjadi sifat ilmu pedang keturunan Raja Pedang, selalu menitik-beratkan kepada serangan balasan, yaitu apabila diserang barulah timbul keampuh-annya untuk merobohkan si penyerangnya. Oleh karena sifat ini pula, agaknya Cui Sian merasa segan untuk menyerang para bajak laut yang ia anggap bukan lawan sebanding itu. Ia hanya menanti dan em-pat orang yang roboh tadi pun adalah karena mereka dengan Koleksi Kang Zusi494
Jaka Lola Kho Ping Hoo ganas menyerangnya, maka akibatnya hebat pula. Kini karena para pengeroyoknya hanya menge-pung dari jarak agak jauh, Cui Sian ha-nya berdiri tegak saja. Baru setelah para bajak menerjang maju dari segenap penjuru, ia mainkan pedangnya dan kembali dua orang roboh mandi darah!
Kedatangan Yosiko dan Siu Bi meng-gembirakan para bajak yang sudah mulai menjadi gentar. Yosiko berseru keras dalam bahasa Jepang, memberi perintah agar anak buahnya siap mengepung dari jarak jauh dengan anak panah disiapkan, memberi kesempatan kepada dia untuk menangkap musuh. Para bajak mundur sambil menyeret enann mayat temannya.
Hati Budha Tangan Berbisa 11 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Kisah Bangsa Petualang 8
^