Pencarian

Alap Alap Laut Kidul 1

Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seri ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana
Alap Alap laut Kidul
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Penerbit : CV. Gema 2004, Solo
Kiriman Budi Santoso Bandung (trims)
Final Edit & Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ & http://kang-zusi.info/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seri ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana
JILID I JILID II JILID III JILID IV JILID V JILID VI JILID VII JILID VIII JILID IX JILID X JILID XI JILID XII JILID XIII JILID XIV JILID XV JILID XVI JILID XVII JILID XVIII JILID XIX JILID XX JILID XXI JILID XXII JILID XXIII JILID XXIV JILID XXV JILID XXVI JILID XXVII JILID XXVIII JILID XXIX TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JILID I agi yang cerah, sinar matahari pagi dengan hangatnya menyelimuti bumi. Perlahan-lahan, bagaikan enggan P berpisah dari bumi yang didekapnya semalam, embun mengapung meninggalkan bumi membubung lembut seolah tersedot sinar matahari pagi. Masih ada sisa burung yang berceloteh di antara daun-daun pohon, berkicau riang kemudian terbang menyusul kawan kawan mereka yang sejak pagi telah meninggalkan sarang mencari makan penyambung hidup. Terdengar kerbau menguak, suaranya penuh kesabaran.
Di kejauhan tampak dua ekor kerbau gemuk digiring seorang bocah berusia sepuluh tahun bercelana pendek hitam tanpa baju, berjalan di belakang dua ekor kerbau. Mereka serasi sekali. Angin bersilir lembut, namun cukup kuat untuk menggugurkan daun-daun pohon trembesi. Daun-daun kecil itu berguguran seperti segumpal kanak-kanak bersendau gurau berlari-larian. Suara gemericik air anak sungai bercanda dengan batu-batu berdendang tiada henti-hentinya seperti dewi kahyangan sedang bertembang. Nun di sana, sawah ladang terbentang luas berwarna kehijauan dengan bercak-bercak kuning menjanjikan hasil cucuran keringat jerih payah para petani. Maha agunglah Sang Maha Pencipta! Matahari, embun, daun berguguran, riak air, padi di sawah yang berombak, semua itu seolah-olah merupakan puja-puji dan sembah sujud kepada Yang Maha Pengasih, Pencipta semua keindahan itu.
Anak sungai itu mengalirkan air yang jernih dan tidak dalam. Demikianlah jernihnya sehingga batu-batuan dan pasir pada dasrnya tampak. Ikan-ikan kecil yang warna kulitnya sama dengan air berenang menggerak-gerakkan ekor dalam upaya mereka untuk menahan arus. Bagian yang paling dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dari anak sungai itu, di tengah, hanya sebatas pinggang orang dewasa.
Seorang gadis muda menuruni lereng yang menuju ke anak sungai itu. Gadis itu berjalan dengan langkah lembut namun pasti. Kedua kakinya yang telanjang itum sudah terbiasa dengan jalan setapak menuju anak sungai itu. Setiap pagi ia menyusuri jalan itu, bahkan terkadang pada sore harinya juga. Langkahnya pendek-pendek dan pasti, agak berjingkat untuk menghindarkan injakan di atas batu runcing atau duri. Ia menjinjing sebuah keranjang bamboo berisi beberapa potong pakaian kotor. Gadis itu adalah seorang gadis dusun yang sederhana sekali, akan tetapi kesederhanaannya itu bahkan menonjolkan keindahan yang wajar, kemanisan yang mempunyai daya tarik yang kuat. Badannya yang hanya tertutup sehelai tapih pinjung (kain sebatas dada) memperlihatkan kulit yang hitam manis halus lembut dan dengan lekuk lengkung tubuh yang sedang tumbuhm dewasa bagaikan buah yang ranum. Rambutnya yang hitam panjang itu digelung agak ke atas. Sepasang buah dada yang ranum menyembul di balik tapih pinjung seolah menantang. Bagian tubuh yang tidak tertutup kain, leher,dada bagian atas dan kedua lengan, juga kaki dari lutut ke bawah, tampak bersih dan mulus, tanpa hiasan sepotongpun. Beberapa helai sinom (anak rambut) terurai di atas dahinya yang rata dan halus.
Setelah tiba di tepi anak sungai, gadis itu berjongkok di atas batu-batuan terdekat dengan air yang jernih. Ia hendak mencuci kain kotor yang dibawanya lebih dulu sebelum mandi pagi. Dengan gerakan jari tangan yang cekatan dan lincah mulailah ia mencuci pakaian, menggunakan biji lerak yang mengeluarkan buih untuk membersihkan pakaian itu. Suasana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sunyi, bunyi air gemericik mengiringi kicau burung, ditimpa matahari pagi yang hangat mengimbangi semilirnya air pegunungan yang sejuk, mendatangkan rasa bahagia di hati dara itu. Mulailah ia bersenandung, rengeng-rengeng (bernyanyi tanpa kata) dalam tembang Sinom. Sama sekali ia tidak pernah mengira bahwa pada saat itu ada seorang laki-laki yang mengintai dari balik rumpun bamboo yang tumbuh di belakangnya, dalam jarak kurang lebih tujuh meter.
Laki-laki itu berusia kurang lebih empat puluh tahun dan penampilannya sungguh menyeramkan. Dia bertubuh tinggi besar, perutnya gendut dan tubuh itu membayangkan kekuatan otot yang dahsyat. Baju hitamnya terbuka sehingga tampak dadanya yang kokoh. Sebatang golok terselip di sabuk celananya yang hitam pula. Sepasang matanya besar melotot, sepasang alisnya tebal hitam dan mukanya tertutup brewok pendek. Kepalanya memakai ikat kepala hitam pula. Sepasang laki-laki itu memandang kepada gadis itu bagaikan seekor serigala kelaparan memandang seekor kelinci muda yang gemuk. Mulutnya yang agak terbuka itu seolah penuh dengan air liur. Tangan kirinya berpegang kepada sebatang pohon bamboo dan tangan kanannya membentuk cakar seperti hendak segera menerkam dan mencengkeram tubuh yang bahenol itu!
Siapakah dara hitam manis, perawan dusun yang usianya baru sekitar tujuh belas tahun itu" Ia adalah seorang gadis yang tinggal di dusun Bakulan di jajaran Pegunungan Kidul tak jauh dari anak sungai itu. Namanya sederhana sekali seperti penampilannya. Pada jaman itu orang-orang tua condong untuk memberi nama sesederhana mungkin kepada anak-anak mereka, dengan maksud agar si anak tidak berat untuk menyangganya dan agar para setan dan demit tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertarik untuk menggoda anak yang namanya sederhana bahkan jelek itu. Nama gadis itu adalah Warsiyem. Warsiyem hidup berdua dengan ayahnya. Ibunya sudah meninggal dunia ketika ia baru berusia sepuluh tahun dan sejak saat itu ayahnya hidup menduda. Ayahnya bekerja sebagai seorang petani dan biarpun hidup mereka berdua sederhana dan tidak berlebihan, namun tidak sampai kelaparan. Kedua ayah dan anak ini tidak mempunya keluarga lain di dusun Bakulan. Mencuci pakaian dan mandi di anak sungai itu merupakan sebagian dari pekerjaan Warsiyem sehari-hari di samping mengurus pekerjaan rumah seperti masak, membersihkan rumah, dan sebagainya sedangkan pak Sutowiryo, ayahnya setiap hari bekerja di sawah ladang.
Warsiyem sudah selesai mencuci pakaiannya. Ia meletakkan semua pakaian yang telah dicucinya ke dalam keranjang, kemudian iapun turun dari atas batu dan masuk ke dalam air anak sungai yang jernih dan yang dalamnya hanya sebatas pinggangnya itu. Ia mandi tanpa menanggalkan tapih pinjungnya karena kadang-kadang di tempat itu datang orang-orang lain. Untuk pengganti kainnya ia sudah membawa kain bersih dari rumah yang setelah habis mandi nanti dan berganti kain, baru ia akan mencuci kain yang dipakainya mandi itu.
Sambil masih rengeng-rengeng (bersenandung) Warsiyem mulai membersihkan kulit tubuhnya dengan menggosok-gosoknya dengan sebuah batu halus. Rambutnya dibiarkan tersanggul agar tidak sampai menjadi basah karena baru kemarin ia berkeramas.
Tiba-tiba ia terkejut sekali mendengar suara di belakangnya. Cepat ia membalikkan tubuhnya dan begitu melihat seorang laki-laki brewok tinggi besar telah berdiri di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas batu dan memandangnya dengan mata melotot seperti harimau kelaparan, otomatis Warsiyem lalu mendekap dadanya dengan kedua tangannya dan menahan jeritnya. Ia merasa terkejut sekali karena ia tidak mengenal laki-laki itu. Andaikata laki-laki itu seorang penduduk dusunnya, tentu ia tidak akan sekaget itu. Akan tetapi laki-laki itu adalah seorang asing yang menyeringai kepadanya dengan sikap kurang ajar.
"Heh-heh-heh, manis, denok sayang, teruskan mandimu, aku senang melihatmu mandi. Akan tetapi kenapa kain itu tidak kau tanggalkan saja?" kata laki-laki itu dengan sikap ceriwis.
Dari sikap, pandang mata dan kata-kata orang itu, sadarlah Warsiyem bahwa ia berhadapan dengan seorang laki-laki jahat yang kurang ajar. Maka tanpamenjawab ia lalu berusaha naik ke tepi sungai dan hendak meraih keranjang pakaiannya. Akan tetapi laki-laki itu memegang keranjang pakaian itu sehingg Warsiyem tidak dapat menarik dan merebutnya.
"Lepaskan keranjangku dan biarkan aku pergi," kata Warsiyem.
Akan tetapi laki-laki itu tidak melepaskan keranjangnya dan tertawa bergelak sambil memelintir kumisnya dengan tangan kiri. "Ha-ha-ha! Perawan manis, siapa namamu" Jangan taku kepadaku. Singowiro adalah seorang laki-laki yang bersikap mesra dan lembut kepada perawan manis seperti engkau, ha-ha-ha!"
Melihat sikap laki-laki itu menyebutkan namanya Singowiro itu, Warsiyem menjadi makin ketakutan. Ia melepaskan keranjang pakaiannya dan cepat bangkit berdiri lalu melarikan diri meninggalkan tepi sungai itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-heh-heh! Jangan lari, manis. Mari kupondong, kugendong engkau, heh-heh!" Singowiro lalu mengejar dengan langkah-langkah lebar. Saking takut dan gugupnya, beberapa kali Warsiyem jatuh bangun dan sambil membetulkan tapih pinjungnya yang hampir terlepas ia berlari lagi. Hatinya merasa ngeri sekali mendengar langkah-langkah kaki yang berat dan berada di belakangnya!
"Tolong ...... tolong ....., bapak, tolong ..... !!"
Warsiyem menjerit-jerit.
"Heh-heh-heh, percuma engkau menjerit, manis.
Berhentilah dan biarkan aku memondongmu."
Pada saat itu Warsiyem sudah berhasil lari ke luar dari tepi sungai dan kini kakinya yang telanjang dan sudah terbiasa berjalan di tanah pegunungan yang kasar itu, berlari sambil mengangkat kainnya sampai ke paha sehingga pahanya yang berkulit mulus itu tampak, membuat pengejarnya menjadi semakin bergairah.
Warsiyem adalah seorang gadis muda terbiasa bekerja berat sehingga ia memiliki tubuh yang sehat dan kuat. Karena ketakutan, larinya kencang seperti seekor rusa muda sehingga agak payah si brewok yang berperut gendut itu mengejarnya.
Akan tetapi karena langkah pengejar itu lebih panjang, maka biarpun napasnya ngos-ngosan Singowiryo hampir dapat menusul Warsiyem.
Setelah tiba di luar dusun Bakulan, tiba-tiba muncul laki-laki berusia kurang lebih lima puluh tahun. Laki-laki ini berpakaian seperti petani biasa, bajunya terbuka lebar memperlihatkan tubuh yang cukup berotot karena terbiasa bekerja keras di ladang. Dia berkumis sedang dan sikapnya tenang. Akan tetapi begitu melihat Warsiyem dikejar-kejar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang laki-laki, orang itu membelalakkan matanya dan cepat meloncat ke depan menyambut Warsiyem yang berlari-larian.
Sedangkan gadis itu ketika melihat dia, lalu menghampirinya dan menubruknya sambil menangis.
"Bapak ......! aku ...... aku dikejar-kejar orang itu ......!"
serunya sambil merangkul bapaknya. Laki-laki itu adalah Pak Sutowiryo, ayah Warsiyem. Mendengar ucapan anaknya, Pak sutowiryo lalu melepaskan rangkulannya.
"Engkau minggirlah, Yem," katanya dan dia
menghadapi Singowiro yang juga sudah berhenti berlari dan memandang kepada Sutiwiryo dengan mata dilebarkan.
"Ki sanak," kata Sutowiryo, menahan kesabarannya melihat seorang laki-laki asing yang bukan warga dusunnya.
"Siapakah andika dan mengapa pula andika mengejar-ngejar anakku ini?"
"Hem, andika ayah perawan itu" Kebetulan sekali, aku bernama Singowiro gegedug (jagoan) Gunung Kidul.
Kebetulan sekali sudah setahun aku menduda dan melihat anakmu, aku .... heh-heh-heh, aku jatuh cinta! Karena itu aku minta kepadamu agar engkau mengijinkan aku memperisteri anakmu ini. Ia akan hidup mulia dan terhormat sebagai isteriku."
Ki Sutowiryo mengerutkan alisnya, "Ki sanak, tidak ada caranya orang baik-baik melamar anak orang di tengah jalan! Pula, andika sudah terlalu tua untuk menjadi suami anakku. Aku akan menjodohkan anakku dengan seorang pemuda dusun kami sendiri yang sepadan dengannya."
"Apa" Andika berani menolak pinanganku yang kuajukan secara baik-baik?" bentak Singowiro galak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Terpaksa aku menolaknya, ki sanak. Maafkan kami dan anggap saja bahwa anakku bukanlah jodohmu," jawab Ki Sutowiryo dengan sikap masih tenang.
"Babo-babo, si keparat busuk. Berani andika menolak dan menentang Ki Singowiro jagoan Gunung Kidul" Apa engkau sudah bosan hidup?" Setelah berkata demikian dia mencabut goloknya yang tajam mengkilap. "Kalau begitu, andika akan mampus di tanganku dan anakmu itu tetap saja akan menjadi isteriku!"
Tiba-tiba Singowiro menusukkan goloknya yang besar dan tajam itu ke arah dada Sutowiryo. Ki Sutowiryo adalah seorang petani biasa yang tidak pernah mempelajari ilmu pencak silat. Akan tetapi sebagai seorang ayah yang hendak melindungi
kehormatan anak
tunggalnya, tentu
saja dia menjadi
marah dan mencoba untuk melawan mati- matian. Dia masih sempat mengelak dengan
loncatan ke belakang sehingga tusukan
mengarah dadanya itu luput. Dia lalu meraih dengan kedua tangannya, berusaha untuk menangkap lengan Singowiro yang memegang golok. Laki-laki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini sudah nekad sekali, karena dia sudah mengambil keputusan untuk mempertahankan kehormatan anaknya dengan taruhan nyawa. Karena serangannya yang nekad, akhirnya dia berhasil menangkap lengan kanan Singowiro. Akan tetapi jagoan itu menendang perutnya sehingga Ki Sutowiryo tejengkang.
Ketika Ki Sutowiryo melompat bangun lagi Singowiro membacok dengan goloknya.
"Wuuuttt ..... crattt!!!" Ujung golok itu mengenai batang leher Ki Sutowiryo. Dia berteriak dan darah muncrat.
Golok itu menyambar lagi dan Ki Sutowiryo roboh mandi darah. Warsiyem terbelalak dan menjerit.
"Bapak ...... bapaaaakkk
......!" Warsiyem
lari menubruk tubuh ayahnya yang sudah tidak
bergerak lagi, rebah dalam genangan darahnya. Tanpa
memperdulikan lengannya berlepotan darah
Warsiyem memeluk tubuh ayahnya dan menangis mengguguk, memanggil-manggil bapaknya.
Ki Singowiro menyeringai dan menyarungkan kembali goloknya yang berlepotan darah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah, nini perawan denok ayu, tidak perlu menangis lagi. Mari ikut denganku dan hidup bahagia sebagai istriku."
"Tidak, tidak sudi aku. Engkau pembunuh, penjahat keparat!" Warsiyem memaki-maki sambil menangis. Akan tetapi pria itu sambil tertawa sudah menubruk dan mencengkeramnya lalu mengangkat tubuh mungil itu ke atas dan memanggulnya. Dara itu menelungkup di atas pundak kanannya, kepala di belakang dan kedua kaki di depan, pinggul dan pinggangnya dirangkul kedua lengan Ki Singowiro yang kokoh kuat. Biarpun dia menjerit-jerit, meronta-ronta sambil menangis, namun sama sekali ia tidak dapat terlepas dari, pondongan Ki Singowiro. Sambil menyeringai senang Ki Singowiro melarikan Warsiyem yang dipondongnya itu lari dengan langkah lebar meninggalkan tempat itu, menjauhi dusun Bakulan.
Warsiyem terus meronta sekuat tenaga sambil menangis, menjerit-jerit memanggil ayahnya. Ia bukan menangisi keadaan dirinya. Pada saat itu ia seolah tidak ingat lagi keadaan dirinya yang terancam bahaya di tangan laki-laki yang hati dan akal pikirannya sedang dipengaruhi iblis itu.
Yang tampak di depan matanya hanya bayangan ayahnya yang menggeletak bermandikan darahnya sendiri, ayahnya yang tewas dalam keadaan yang mengerikan. Ia berteriak-teriak, menjerit menagisi kematian ayahnya.
Warsiyem adalah seorang gadis yang sehat dan karena bergerak dan bekerja setiap hari, ia memiliki daya tahan dan kekuatan yang lumayan. Tiada hentinya ia meronta, menendang-nendang dengan kedua kakinya, memukul, mencakar punggung laki-laki itu dengan kedua tangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rontaan yang kuat dan tiada hentinya ini tentu saja amat melelahkan Ki Singowiro yang membawanya lari.
Setelah lari hampir satu jam lamanya, Ki Singowiro sudah bermandikan keringat, napasnya terengah-engah dan kedua tangan dan kakinya terasa lelah sekali. Akhirnya, di luar sebuah hutan yang sunyi, dia terpaksa menurunkan Warsiyem untuk beristirahat. Akan tetapi begitu diturunkan dari pondongan, Warsiyem lalu melarikan diri, hendak kembali ke tempat dia dilarikan.
"Heii ......! Ke mana engkau" Jangan lari! Berhenti!" Ki Singowiro mengejar gadis yang melarikan diri itu. Biarpun tubuhnya juga lelah sekali karena tiada hentinya ia meronta sekuat tenaga, Warsiyem yang dilanda duka dan takut itu masih dapat berlari cepat bagaikan seekor kelinci yang ketakutan dikejar harimau! Ki Singowiro terpaksa berlari juga, terengah-engah melakukan pengejaran.
Bagaimanapun juga, bagaimana mungkin Warsiyem dapat melepaskan diri dari pengejaran Ki Singowiro yang dapat melangkah jauh lebih lebar" Betapapun gesitnya Warsiyem, tetap saja ia seorang perawan yang gerakannya tidak leluasa terhalang tapih pinjung (kain) yang menyerimpat kedua kakinya ketika berlari. Langkahnya tidak dapat terlalu lebar dan akhirnya Ki Singowiro yang sudah tiba dekat di belakangnya itu dapat menubruk dari belakang, menerkam dan mendekapnya. Mereka jatuh tersungkur di atas tanah berumput.
Dengan kedua lengannya yang kokoh kuat Ki Singowiro mendekap tubuh gadis itu dengan kuat sehingga kedua lengan gadis itu tidak dapat bergerak. Akan tetapi bagaikan seekor harimau betina marah, tiba-tiba Warsiyem menggigit lengan yang memeluknya itu sekuat tenaga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aduhhh ......!" Ki Singowiro berteriak. Deretan gigi kecil putih itu ternyata kuat sekali dan telah merobek kulit lengannya pada pergelangan tangan kiri! Karena kesakitan, rangkulannya mengendur dan kesempatan ini dipergunakan Warsiyem untuk melompat berdiri lalu lari lagi sekuat tenaga!
Ia sudah tidak memperhatikan lagi arah larinya. Yang penting baginya saat itu hanya lari menjauhi pria itu, sejauh mungkin.
Tentu saja Ki Singowiro tidak mau melepaskan calon mangsanya begitu saja! Ketika tadi memondong tubuh gadis itu kemudian menerkam dan mendekapnya, kedua tangannya sudah merasakan kelembutan dan kehangatan yang semakin mengobarkan gairah berahinya. Nafsu berahi telah memuncak memenuhi otaknya sehingga pertimbangannya sebagai manusia telah hancur dan dalam keadaan seperti itu tiada ubahnya dia tidak lebih dari seekor binatang buas.
"Hei, calon isteriku! Berhenti kau!" Dia berteriak dan melompat ke depan. Sekali tangannya meraih, dia telah berhasil menangkap pergelangan tangan kanan Warsiyem.
Gadis itu menjerit dan meronta, memukul dengan tangan kirinya, akan tetapi kembali tangan kiri itu ditangkap pergelangannya sehingga Warsiyem tidak dapat berkutik lagi.
"Ha-ha-ha, engkau seperti seekor kuda betina yang liar!" Singowiro tertawa. "Engkau perlu dijinakkan dulu!" Dia lalu mengangkat tubuh Warsiyem dan dipanggulnya di atas pundaknya sambil dipegangi kedua pergelangan tangannya dengan satu tangan kiri yang besar. Lalu dia melangkah lebar ke arah sawah yang sunyi. Dari jauh dia melihat sebuah gubug berdiri di bawah pohon. Ke arah gubug itulah dia melangkah sambil terkekeh, agaknya gembira sekali merasakan betapa tubuh gadis yang dipanggulnya itu meronta-ronta. Terasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
olehnya betapa tubuh yang padat dan mengkal itu menggeser-geser dipundaknya. Rambut yang panjang lebat dan halus itu mengusap-usap lehernya seolah membelainya.
"Ha-ha, manis, engkau perawan denok ayu, sebentar lagi menjadi isteriku, ha-ha-ha!"
"Tidak! Tidaaaakkk! Lepaskan aku, aku tidak sudi menjadi isterimu!" Warsiyem menjerit-jerit dan meronta-ronta, akan tetapi makin keras ia meronta, gesekan tubuhnya lebih terasa lagi oleh Ki Singowiro yang membuat laki-laki itu menjadi semakin gembira dan terangsang.
Sesungguhnya nafsu merupakan anugerah sang Maha Pencipta bagi manusia, diikut sertakan pada saat manusia lahir di dunia. Di antara semua gairah nafsu, nafsu berahi merupakan nafsu yang amat kuat dan juga mengandung tugas yang amat suci. Dari gairah nafsu inilah manusia dapat berkembang biak. Gairah nafsu berahi yang menjadi bunga cinta kasih adalah luhur dan suci. Tuhan Maha Murah! Nafsu diberikan kepada kita sehingga kita dapat merasakan segala macam kenikmatan melalui semua anggauta tubuh kita. Mata dapat mengenal keindahan, telinga dapat mengenal kemerduan, hidung dapat mengenal keharuman, mulut dapat mengenal kelezatan dan sebagainya, semua itu adalah karena adanya nafsu yang menjadi peserta kita. Akan tetapi justeru semua kenikmatan inilah yang menjerat kita. Kalau nafsu tidak lagi menjadi peserta dan alat kita, sebaliknya kalau nafsu menjadi majikan dan memperalat kita, maka terseretlah kita ke dalam perbuatan sesat. Pengejaran kenikmatan menyeret kita ke dalam perbuatan yang jahat. Seperti Ki Singowiro yang telah sepenuhnya dikuasai dan diperalat daya rendah, yang ada dalam benaknya hanyalah pengejaran kenikmatan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghalalkan segala cara. Kalau nafsu berahi sudah memperalat dan mencengkeram kita, maka timbullah perbuatan sesat seperti perkosaan, perjinaan, pelacuran dan sebagainya.
Hubungan pria dan wanita yang semestinya suci dan indah itu berubah menjadi kotor, hina dan menjijikkan!
Sambil tertawa-tawa Ki Singowiro membawa
Warsiyem ke gubug kosong itu. Suasana di ladang dekat hutan itu sunyi. Tak tampak seorangpun manusia. Hal ini membuat Ki Singowiro menjadi semakin berani. Dia menurunkan Warsiyem ke atas panggung gubug yang terbuat daripada bambu itu. Warsiyem menjerit-jerit ketika Ki Singowiro mendekap dan mencoba untuk menciumnya.
Pada saat yang amat gawat bagi keselamatan kehormatan perawan dusun itu, tiba-tiba terdengar bentakan suara yang terdengar kaku namun cukup dapat dimengerti.
"Eh-eh! Apa yang terjadi di sini" Sobat, jangan menghina dan memaksa seorang gadis yang tidak berdosa!
Perbuatanmu ini salah sekali!"
Mendengar teguran yang keluar dari lidah asing ini, Ki Singowiro terkejut sekali. Dia melepaskan dekapannya kepada Warsiyem dan memutar tubuhnya dengan cepat, matanya terbelalak melotot kepada penegurnya. Ketika melihat bahwa yang menegurnya itu seorang laki-laki berusia kurang lebih tiga puluh tahun, dia menjadi marah sekali. Apalagi setelah dia mendapat kenyataan bahwa orang itu adalah orang biasa saja dengan pakaian sederhana.
"Jahanam busuk, berani engkau mencampuri urusanku"
Pergi kau dari sini atau akan kubunuh kau!" bentaknya sambil mencabut goloknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang ramburnya diikat kain itu segera melompat agak menjauhi gubug, memilih tempat yang rata dan lapang, lalu berkata dengan sikap yang tenang. "Sobat, aku tidak mencari permusuhan. Aku hanya ingin mengingatkan engkau bahwa perbuatanmu terhadap gadis itu tidak baik!"
"Keparat. Engkau sudah bosan hidup!" Ki Singowiro marah sekali karena merasa kesenangannya terganggu dan dia sudah menyerang dengan goloknya, membacok ke arah orang itu dengan ayunan golok dari samping.
"Sing ...... wuuttt! Plakkk!"
Ki Singowiro mengeluarkan gerengan marah.
Terjadinya demikian cepat. Goloknya menyambar tempat kosong ketika lawannya itu mengelak dengan menarik tubuh ke belakang kemudian memutar tubuhnya membalik, tangan kiri menangkis pergelangan tangannya yang memegang golok sedangkan tangan kanannya menampar ke arah perutnya yang gendut. Tidak begitu nyeri karena lawannya itu agaknya tidak ingin mencelakainya, akan tetapi cukup kuat untuk membuat Ki Singowiryo terdorong ke samping dan terhuyung. Tentu saja dia marah bukan main. Ki Singowiro adalah seorang gegedug (jagoan) yang sudah terkenal di Gunung Kidul. Jarang ada orang berani menentangnya dan sekali ini, bertemu lawan bertangan kosong saja dia sudah kena tamparan pada perutnya.
Dasar dia seorang yang selalu mengagulkan kemampuan sendiri. Karena tamparan itu tidak terasa nyeri olehnya, dia tidak menyadari bahwa lawannya memang sengaja tidak ingin melukainya. Dia menganggap bahwa pukulan lawan itu lemah saja, tidak mampu menembus kekebalan perutnya yang gendut.
"Setan alas! Mampus kau!" kembali dia membentak dan sekali ini dia menyerang dengan lebih ganas lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Goloknya berkelebatan dan berdesingan saking kuatnya dia menggerakkan senjata tajam itu untuk membacok. Namun, lawannya benar-benar memiliki gerakan yang amat gesit. Ke manapun golok itu menyambar, orang itu selalu dapat mengelak dengan berloncatan ke sana sini dengan gerakan yang ringan dan cepat.
Sementara itu, Warsiyem yang mendeprok di atas panggung gubug, menonton dengan muka pucat dan muka terbelalak. Ia menutupi mulutnya dengan tangan kanan yang gemetar dan biarpun dia tidak mengenal siapa laki-laki itu, namun ia tahu bahwa orang itu membelanya. Ia merasa ngeri melihat sinar golok yang berkelebatan. Ia membayangkan penolongnya itu akan roboh mandi darah dan kebenciannya terhadap Ki Singowiro makin bertambah. Diam-diam tentu saja Warsiyem mengharapkan kemenangan bagi penolongnya, walaupun ia belum tahu orang macam apa adanya dia.
Perkelahian itu berlangsung semakin seru. Akan tetapi orang itu agaknya tidak mau membalas. Yang terus menerus menyerang secara bertubi-tubi adalah Ki Singowiro. Sampai dua puluh jurus lebih sudah dia menyerang, akan tetapi semua serangannya dapat dihindarkan oleh lawannya dengan cara mengelak ataupun menangkis. Sambil menghindarkan diri, dengan suara kaku namun cukup jelas orang itu membujuk Ki Singowiro agar menghentikan perkelahian.
"Sobat, sudahlah, aku tidak ingin berkelahi denganmu."
"Kalau begitu minggatlah dari sini dan jangan mengganggu aku yang sedang bercumbu dengan isteriku!"
bentak Ki Singowiro sambil menghentikan serangannya dan berdiri terengah-engah. Serangan beruntun yang dia lakukan dengan pengerahan seluruh tenaganya itu membuat dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelelahan dan napasnya memburu, keringatnya membasahi dada, leher dan mukanya.
Laki-laki itu terkejut dan matanya yang jeli mengerling ke arah gubug. Kemudian dia membalikkan tubuhnya menghadapi Warsiyem yang masih duduk mendeprok di panggung gubug. Dua pasang mata bertemu pandang dan bertaut. Warsiyem memandang heran karena baru sekarang dia dapat melihat jelas. Seorang laki-laki asing, pikirnya. Selama hidupnya Warsiyem tinggal di dusun Bakulan dan belum pernah melihat seorang asing seperti penolongnya itu. Maka gadis itu terheran-heran. Laki-laki itu rambutnya panjang dan diikat kain. Kulitnya bersih dan wajahnya cukup tampan, akan tetapi matanya tajam sehingga tampak gagah. Akan tetapi sinar matanya itu penuh kelembutan dan wajahnya juga membayangkan ketengangan dan keramahan. Pakaiannya sederhana saja. Sebuah celana biru sampai betis, bajunya juga sederhana berwarna putih bersih. Kedua kakinya telanjang dan berkalung sarung.
"Nona, benarkah nona isteri sobat ini?" Akhirnya laki-laki itu bertanya.
Warsiyem menggeleng kepalanya keras-keras sehingga kedua titik air mata yang tadinya berada di bawah matanya terpercik jatuh. "Tidak ...... tidak. Dia bohong! Aku bukan istrinya, dia .... dia malah membunuh ayahku!" teriaknya dan jari telunjuk kanannya ditudingkan ke arah muka Ki Singowiro.
"Aeh ......! Jahat sekali! Kalau begitu dia bukan sobat, melainkan seorang penjahat!" kata laki-laki itu.
"Singg ...... !" Golok itu menyambar dari belakang tubuhnya, mengarah laki-laki itu. Ki Singowiro yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar percakapan antara laki-laki itu dan Warsiyem tadi, mempergunakan kesempatan untuk menyerang lawannya dari belakang. Dia hampir merasa yakin bahwa sekali ini, bacokan goloknya tentu tidak akan dapat dihindarkan dan kepala lawannya itu tentu akan terlepas dari tubuhnya!
Akan tetapi laki-laki itu ternyata tangkas bukan main.
Ketika golok menyambar berdesing, pendengarannya yang terlatih dan tajam dapat menangkap suara gerakan itu. Tiba-tiba tubuhnya merendah dengan kedua lutut ditekuk dan berbareng dia memnutar tubuh. Golok lewat di atas kepalanya dan sambil memutar tubuh tadi, tangan kirinya dengan jari-jari terbuka sudah menghantam ke depan, ke arah dada Ki Singowiro. Sekali ini hantaman itu dilakukan dengan pengerahan tenaga. Setelah mendengar dari Warsiyem bahwa Ki Singowiro telah membunuh ayah gadis itu sehingga dia tahu bahwa orang tinggi besar gendut ini jahat dan kejam sekali, baru dia memukul dengan sungguh-sungguh.
"Bukkk ...... !!" Dada yang bidang dan berotot itu terpukul tangan terbuka dan Ki Singowiro merasa seperti disambar petir. Dia terjengkang dan terbanting jatuh. Dadanya yang terpukul dan punggungnya yang terbanting terasa nyeri sehingga napasnya menjadi sesak. Akan tetapi dasar dia seorang jagoan yang bandel dan tidak pernah merasa kalah, dia bangkit lagi dengan terengah-engah, memegang goloknya dengan kuat dan dia menerjang lagi ke depan sambil mengeluarkan teriakan seperti seekor singa marah.
Sekali ini, laki-laki itu menghindar ke samping, tangan kirinya menyambar ke depan memukul pergelangan tangan kanan Ki Singowiro dan kaki kanannya mencuat dan menendang ke arah perut gendut itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Plakk ..... bukkk!!!" Golok itu terlepas dari pegangan dan untuk kedua kalinya Ki Singowiro terjengkang dan terbanting keras. Sekali ini dia tidak segera dapat bangun, melainkan merangkak dan akhirnya bangkit dengan sukar, meringis kesakitan kemudian terhuyung-huyung pergi meninggalkan lawannya. Setelah menyadari bahwa lawannya seorang yang tangguh sekali, dia memilih melarikan diri dan menyelamatkan dirinya.
Laki-laki itu tidak mengejar, melainkan hanya berdiri tegak sambil memandang ke arah larinya bekas lawannya dan dia menghela napas panjang.
"Ah, agaknya di segala tempat ada saja orang-orang yang jahat seperti dia." Gumamnya, teringat akan keadaan di kampung halamannya sendiri dari mana dia datang, teringat akan malapetaka yang menimpa keluarganya dan yang memaksanya meninggalkan kampungnya dan kini berada di sini. Kemudian dia mendengar isak tangis dan cepat dia memutar tubuhnya. Baru dia teringat akan wanita yang hampir saja menjadi korban kebiadaban orang jahat tadi. Dia melangkah maju menghampiri.
Warsiyem yang sedang terisak dan tubuhnya masih gemetaran sehingga ia tidak mampu turun dari gubug atau melarikan diri itu ketika melihat laki-laki itu menghampirinya, menjadi pucat dan cepat ia beringsut ke belakang sampai tubuhnya tertahan dinding gubug. Ia menggeleng-geleng kepalanya dengan ketakutan dan suaranya juga terdengar gemetar.
"Jangan ...... jangan ganggu aku ...... jangan ...... ah, kasihanilah aku ...... " ratapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Laki-laki itu berhenti melangkah dan berdiri dalam jarak dua meter dari gubug itu. Dia tersenyum. "Tenanglah dan janganlah takut, nona. Aku sama sekali tidak ingin menganggumu. Aku hanya ingin membantumu kalau memang engkau membutuhkan bantuan. Katakan di mana tempat tinggalmu dan di mana orang tuamu, aku akan mengantar nona pulang sampai di rumahmu."
Mendengar ini, dan memang ia tadi sudah menduganya bahwa laki-laki ini memang membela dan menolongnya, Warsiyem menjadi lega dan iapun melorot turun dari gubug dan langsung menjatuhkan diri berlutut dan menyembah kepada laki-laki itu.
"Ki sanak, terima kasih banyak atas pertolonganmu."
Melihat ini, laki-laki itu hendak membangunkan, akan tetapi melihat betapa kedua pundak Warsiyem bertelanjang karena gadis itu hanya memakai tapih pinjung untuk menutupi tubuhnya, dia urungkan gerakannya lalu membalikkan tubuh membelakangi gadis itu!
"Nona, jangan begitu. Bangkitlah dan mari bicara baik-baik. Aku tidak suka engkau memberi hormat seperti itu."
Warsiyem lalu bangkit berdiri dan laki-laki itu agaknya dapat mendengar gerakannya. Dia sudah berbalik dan menghadapi warsiyem kembali.
"Nah, bagus begitu. Sekarang katakan siapa engkau dan di mana rumahmu."
"Namaku Warsiyem dan aku tinggal di dusun Bakulan sana bersama ayahku .... ah, ayahku ...... !" Warsiyem teringat akan ayahnya dan iapun menangis.
"Tenanglah, nona. Engkau sudah terlalu banyak menderita dan menangis. Dengan tangis saja tidak akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyelesaikan persoalan. Engkau tadi mengatakan bahwa ayahmu terbunuh oleh laki-laki jahat tadi. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Warsiyem menghela napas panjang beberapa kali untuk menghentikan tangisnya, kemudian dengan lirih dan tersendat-sendat ia berceritera. "Aku sedang mandi dan mencuci pakaian di sungai tadi ketika tiba-tiba muncul orang yang menamakan dirinya Ki Singowiro tadi. Dia hendak menangkap aku. Aku melarikan diri dan dia mengejarku. Di dekat dusun Bakulan tempat tinggalku, muncul ayahku. Ayah bernama Ki Sutowiryo. Melihat aku dikejar-kejar, bapak membelaku. Akan tetapi dia .... dia dibacok lehernya oleh penjahat tadi ..... !
Bapak roboh mandi darah dan aku lalu dilarikan jahanam tadi sampai ke sini. Untung engkau muncul dan menolongku, ki sanak."
Laki-laki itu mengerutkan alisnya dan memandang gadis itu dengan hati iba yang terpancar pada wajahnya.
"Tabahkan hatimu, nona. Jangan khawatir, aku akan mengantarmu. Namaku Harun Hambali, orang-orang memanggilku Uun."
"Namamu aneh, ki sanak. Engkau orang manakah?"
Tanya Warsiyem heran.
"Aku orang Sunda, aku datang jauh dari daerah barat, sepuluh tahun yang lalu. Mari kuantar engkau pulang dan kita melihat bagaimana keadaan ayahmu."
Teringat akan ayahnya, Warsiyem lalu cepat melangkah dan menjadi penunjuk jalan. Biarpun tubuhnya terasa lelah sekali, akan tetapi bayangan ayahnya yang menggeletak mandi darah membuat ia memperoleh semangat dan tenaga baru sehingga ia berjalan setengah berlari-lari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah akhirnya mereka tiba di luar dusun di mana tadi Ki Sutowiryo menggeletak mandi darah, tubuh ayah Warsiyem itu sudah tidak berada di situ lagi dan bekasnya hanya genangan darah di atas tanah. Pada saat itu, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun yang membawa keranjang rumput dan arit menghampiri mereka dan bertanya kepada Warsiyem.
"Mbakyu Siyem, ke mana saja engkau" Semua orang mencarimu."
"Ah, Kahar! Tahukah engkau di mana bapakku ...... ?"
Anak itu terbelalak. Dia belum menduga bahwa gadis itu telah mengetahui bahwa bapaknya telah meninggal dunia.
"Dia ...... dia ...... Paman Sutowiryo ...... dia telah tewas ......
kini jenasahnya sudah dibawa pulang," katanya tersendat-sendat.
Tentu saja Warsiyem tidak merasa kaget mendengar ini.
"Mari kita susul ke rumah kami," katanya kepada penolongnya, pria Sunda yang bernama Harun atau Uun itu.
Harun mengangguk dan mereka berdua cepat memasuki dusun Bakulan, diikuti pandang mata Kahar yang merasa terheran-heran melihat Harun.
Warsiyem menuju ke rumahnya, diikuti dari belakang oleh Harun. Rumah itu telah penuh oleh tetangga yang melayat. Warsiyem berlari masukm dan Harun tentu saja tidak berani mengikuti masuk ke dalam dan dia lalu duduk bersila di antara para tamu yang melayat di ruangan depan rumah itu.
Melihat jenasah ayahnya berada di atas dipan di ruangan dalam, ditutup sehelai kain, Warsiyem lalu menjatuhkan diri di dekat dipan sambil menangis dan meratap.
"Bapak ......! Bapak ......! Uhu-hu-hu-hu ...... bapak
......!" Ia menjadi pening, terkulai lemas dan pingsan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika siuman, Warsiyem sudah berada di kamarnya, rebah di atas dipan dan seorang wanita berusia kurang lebih lima puluh tahun duduk di tepi dipan. Wanita itu rambutnya sudah berwarna dua, dan pada wajahnya ada raut yang membayangkan kegalakan dan kebawelan. Warsiyem segera mengenal bahwa nenek itu adalah Mbok Rondo Saritem. Ia merasa heran melihat kakak tiri ayahnya ini. Sudah bertahun-tahun uwak atau mbokde tirinya ini tidak pernah mau berdekatan dengan ia dan ayahnya. Sudah lama terjadi ketidak cocokan antara ayahnya dan mbokde tiri ini. Akan tetapi sekarang tahu-tahu ia sudah berada di situ.
"Mbokde Saritem ......!" Warsiyem menyapa lirih sambil bergerak untuk bangkit duduk.
Mbok Rondo Saritem cepat membantu gadis itu bangkit duduk. Sikapnya ramah. "Mengasolah saja, Siyem. Tidurlah
...... " ia membujuk.
"Mbokde, aku harus mengurus jenasah bapak."
"Hussshh, tenang sajalah. Aku sudah mengurus kesemuanya itu, Yem. Engkau tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini kecuali aku, mbakyu dari bapakmu. Aku yang akan mengurus jenasah adikku Sutowiryo sampai dikebumikan dan akulah yang selanjutnya akan mengurus rumah ini, mengurus dirimu. Serahkan saja segalanya kepadaku, nduk.
Akulah sekarang pengganti orang tuamu."
Karena ucapan itu terdengar ramah dan manis, terharulah hati Warsiyem yang sedang kebingungan. Ia merangkul mbokdenya dan menangis.
"Terima kasih, mbokde Saritem."
Harun yang ikut duduk bersila di atas tikar bersama para pelayat, sejak masuk dan duduk, dia diam saja. Orang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang melayat memandang kepadanya dengan alis berkerut dan pandang mata heran. Akan tetapi para penduduk dusun Bakulan itu tidak ada yang menyapanya. Maklum mereka adalah orang-orang dusun yang malu menegur seorang asing. Karena di tempat itu yang dikenal Harun hanya Warsiyem seorang dan dia melihat betapa gadis itu sibuk di dalam dan tidak pernah keluar, agaknya bahkan tidak ingat lagi kepadanya, maka diapun diam saja. Ikut makan dan minum ketika disuguhi makan dan minum. Dia merasa tidak enak untuk meninggalkan tempat itu begitu saja. Pertama, dia memang ingin melayat untuk menyatakan ikut berduka cita dan kedua, dia tidak mungkin dapat pergi begitu saja meninggalkan Warsiyem tanpa pamit kepada gadis itu.
Ketika jenasah Ki Sutowiryo diangkut menuju ke tanah kuburan yang terdapat di luar dusun Bakulan, Harun juga ikut dalam iring-iringan mereka yang ikut mengantar jenasah ke pekuburan. Dia mengikuti dengan khidmat upacara yang diadakan orang orang itu ketika mengubur jenasah dan dengan hati penuh iba dia hanya memandang dari jarak agak jauh kepada Warsiyem yang menangis sambil mendeprok di depan gundukan tanah di mana jenasah ayahnya terkubur. Gadis itu tampak menyedihkan sekali. Pakainnya kusut. Rambut yang digelung sembarangan itu awut-awutan. Muka tanpa bedak itu agak pucat dan air matanya membasahi kedua pipinya. Entah mengapa Harun sendiri tidak tahu, akan tetapi ada sesuatu yang terasa perih sekali dalam hatinya ketika dia memandang kepada Warsiyem. Dalam pandang matanya, gadis itu tidaklah terlalu cantik, akan tetapi dalam wajah yang manis itu terdapat sesuatu yang membuat Harun terharu dan menimbulkan hasrat hatinya untuk melindunginya. Bahkan timbul suatu keinginan dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya untuk menghibur kedukaan gadis itu, untuk membahagiakannya.
Satu demi satu para pelayat meninggalkan tanah kuburan itu sehingga akhirnya tinggal di situ hanya Warsiyem dan Mbok Rondo Saritem yang menghibur gadis yang masih menangis sedih itu. Harun juga masih berada di situ agak jauh, dalam jarak sepuluh meter dari kedua orang wanita yang masih berjongkok di depan gundukan tanah kuburan baru itu.
"Sudahlah Yem. Tidak ada gunanya ditangisi lagi.
Engkau bahkan hanya akan membikin gelap perjalanan bapakmu ke alam kelanggengan. Sebaiknya kita pulang. Aku harus membereskan rumah yang mulai sekarang menjadi tempat tinggal kita berdua. Rumahku sendiri di ujung dusun akan kujual agar aku dapat tinggal denganmu di rumah kita yang baru."
Warsiyem dapat menenangkan hatinya dan pada saat itu teringatlah ia akan orang asing yang telah menolongnya.
Sekelebatan tadi ia melihat Harun di antara para pelayat, akan tetapi karena hatinya dipenuhi kesedihan, ia tidak memperhatikan orang itu. Kini ia teringat dan tiba-tiba ia menyadari betapa ia telah menyia-nyiakan dan tidak mengacuhkan orang yang telah menyelamatkannya itu.
"Di mana dia ......?" katanya lirih sambil menoleh ke segala jurusan.
"Dia siapa, Yem?" Tanya Mbok Rondo Saritem.
Akan tetapi Warsiyem tidak menjawab karena ia sudah menemukan Harun dengan pandang matanya dan ia segera bangkit berdiri dan menghampiri pria muda yang duduk di atas sebuah batu besar itu. Melihat Warsiyem menghampiri, Harun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segera turun dari atas batu dan mereka kini berdiri berhadapan saling pandang.
"Dik War ......" kata Harun dan sebutan ini terdengar lucu dalam telinga Warsiyem. Harun menyebut "War" pada hal orang-orang lain biasa memanggilnya Siyem atau Yem begitu saja. "Aku merasa ikut berduka cita atas kematian ayahmu."
Warsiyem mengusap air matanya. Ia tidak menangis lagi. "Ki sanak ......"
"Dik War, jangan menyebut ki sanak padaku. Rasanya asing dan tidak enak. Namaku Harun, Harun Hambali atau Uun."
"Namamu aneh. Sukar aku menyebutnya."
"Sebut saja aku akang Uun agar lebih mudah," kata Harun.
"Akang Uun," nada suara Warsiyem agak cerah karena ia dapat menyebut nama penolongnya itu. "Aku berterima kasih sekali kepadamu, kang dan maafkan aku bahwa sejak tadi aku sama sekali tidak memperhatikanmu karena aku ......"
"Sudahlah, dik War. Hal itu tidak mengapa karena engkau sedang sibuk dan dilanda kesusahan."
Pada saat itu Mbok Rondo Saritem sudah menghampiri mereka. Dengan alis berkerut ia menegur, "Siyem, siapakah orang ini?" Matanya memandang kepada Harun penuh selidik.
"Apakah dia yang membunuh bapakmu?"
"Ah, sama sekali tidak, mbokde! Dia ini ...... Harun, dia yang telah menolongku dari tangan penjahat yang menculikku!" kata Warsiyem cepat.
"Hem, dia ini orang asing. Tidak boleh engkau bercakap-cakap dengan seorang laki-laki, apalagi dia orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asing. Kalau tidak salah, dia ini bukan orang sini! Aku tidak pernah melihatnya. Hayo kita pergi, jangan perdulikan dia!"
"Akan tetapi, mbokde ......!"
"Tidak ada tetapi! Ingat, Siyem, sekarang akulah yang bertanggung jawab atas dirimu. Engkau harus menurut kata-kataku karena akulan pengganti orang tuamu. Mari kita pergi, semua orang sudah pergi. Jangan-jangan orang ini berniat buruk!" Mbok Rondo Saritem lalu memegang tangan gadis itu dan ditariknya pergi dari situ.
Harun memandang dengan alis berkerut, akan tetapi dia tidak berani mencampuri urusan keluarga. "Selamat tinggal, dik War!" katanya lirih.
Warsiyem yang digandeng dan ditarik mbokdenya menoleh. "Kang Uun ..........!"
Dalam pendengaran Harun, dalam suara panggilan Warsiyem itu terkandung sesuatu yang aneh. Semakin terasa dalam hatinya bahwa gadis itu membutuhkan bantuannya, membutuhkan perlindungannya. Dalam suara itu seperti terkandung keraguan, kekhawatiran dan juga harapan. Dia melihat betapa kedua orang wanita itu sudah memasuki dusun Bakulan.
Harun menepuk kepalanya sendiri, "Tolol kau! Ia sudah aman, dalam lindungan wanita itu. Tidak baik mencampuri urusan orang lain dan gadis itu bukan apa-apamu." Setelah berulang kali menghela napas panjang, Harun meninggalkan kuburan itu, meninggalkan dusun Bakulan. Akan tetapi entah mengapa, hatinya merasa amat tidak enak, tidak senang dan semangatnya seolah tertinggal di dusun itu.
-o0-dwkz-budi-0o-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mbokde, aku belum ingin menikah! Aku tidak mau
......... " kata Warsiyem kepada Mbok Rondo Saritem. Mereka berdua duduk di atas balai-balai bambu dalam rumah gadis itu.
Telah satu bulan lebih Mbok Rondo Saritem tinggal di rumah Warsiyem dan menguasai rumah itu sebagai pengganti orang tua Warsiyem. Peristiwa ini agaknya disetujui oleh para tetangga karena janda itulah satu-satunya keluarga Warsiyem dan Mbok Rondo Saritem cukup kaya dan pandai membawa diri sehingga disegani penduduk dusun Bakulan.
"Yem, tidak bisa engkau menolak, Emas kawinnya telah kuterima dan kami telah sepakat bahkan ikatan perjodohan ini disaksikan pula oleh Bapak Lurah. Calon suamimu adalah seorang yang cukup kaya, cukup terhormat dan disegani di semua pedusunan daerah Gunung Kidul dan Pesisir Laut Kidul. Engkau akan hidup senang dan berkecukupan, juga terhormat,"
"Akan tetapi mbokde, aku masih suka sendirian, belum ingin melayani ......"
"Apa" Usiamu sudah hampir delapan belas tahun!
Apakah engkau ingin menjadi perawan tua dan menjadi gonjingan orang-orang di seluruh pedusunan" Kalau begitu, aku yang akan malu karena aku sebagai pengganti orang tuamu. Juga aku akan merasa berdosa kepada mendiang adikku Sutowiryo kalau engkau tidak segera memperoleh jodoh.
Pendeknya, engkau tidak bisa menolak lagi. Hari pernikahannya juga sudah ditentukan. Besok Senin Pahing, kurang sepuluh hari lagi!" Setelah berkata demikian, dengan sikap marah Mbok Rondo Saritem meninggalkan keponakannya dan melangkah ke luar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Warsiyem bangkit, lari memasuki kamarnya dan ia menjatuhkan diri di atas pembaringan dan menangis tanpa suara. Ia menyadari bahwa nasibnya tiada bedanya dengan para perawan lain di dusun itu. Dijodohkan dan akan dikawinkan dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak pernah dilihat sebelumnya. Iapun tahu bahwa banyak kawannya yang dikawinkan jauh lebih muda dari pada usianya sendiri. Dan ia tahu pula bahwa andaikata ayahnya masih hidup, iapun akan dinikahkan seperti itu pula, menurut pilihan ayahnya. Akan tetapi kalau ayahnya yang memilih, ia tidak akan merasa seperti telalu dipaksa seperti ini. Ia merasa takut. Takut membayangkan bagaimana rupa dan sikap suami yang belum pernah dilihatnya itu. Ia tidak berdaya. Siapa yang akan mampu menolongnya" Minta tolong kepada orang-orang" Pasti ia hanya akan ditertawakan. Mana ada perawan yang akan dikawinkan itu merasa malu-malu akan tetapi gembira karena merasa telah "laku" dan lebih gembira lagi karena tentu digoda oleh teman-temannya! Kepada siapa ia dapat minta tolong"
Tiba-tiba bayangan Harun menyelinap dalam benaknya. Ia baru sekarang teringat akan laki-laki itu setelah ia membutuhkan pertolongan! Akan tetapi bagaimana mungkin" Harun sudah pergi, entah ke mana dan sudah sebulan lebih ia tidak pernah melihat lagi orang itu. Pula, andaikata dia berada di Bakulan, bagaimana dia akan dapat menolong seorang perawan yang akan dikawinkan" Tentu menjadi buah tertawaan! Ia menjadi bingung dan bantal menjadi satu-stunya tempat menumpahkan rasa sedihnya.
Seperti para perawan dusun di masa itu, Warsiyem juga hanya dapat tunduk dan pasrah, menyembunyikan tangis di dalam hati. Setiap kali ia bersama kawan-kawannya, mndi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencuci pakaian atau bekerja di lading, ia tentu menjadi bahan godaan teman-temannya. Akan tetapi sedikitpun tidak ada rasa gembira dalam hatinya, bahkan semua godaan itu semakin meremas perasaan hatinya. Di waktu malam Warsiyem tidak dapat tidur, gelisah di atas pembaringannya dan sering kali menangis tanpa suara. Makin dekat waktu perkawinan menjelang, semakin gelisah pula rasa hatinya.
Akhirnya, hari pernikahan itupun tiba. Rumah itu telah di hias dengan janur, daun-daunan dan bunga-bunga. Pesta perayaan itu diadakan besar-besaran dan menurut berita yang sampai ke telinga Warsiyem, semua itu atas biaya calon suaminya. Akan tetapi, berita yang dibawa oleh kawan-kawannya dengan penuh kagum dan iri itu, sama sekali tidak membesarkan hatinya.
Sejak sore hari, Warsiyem sudah di rias sebagai seorang pengantin. Bahkan pada saat pertemuan sepasang pengantin akan diadakan sebentar lagi, malam nanti, tetap saja ia masih belum mengetahui siapa nama dan bagaimana macamnya calon suaminya! Air mata duka yang mengalir di kedua pipinya dianggap wajar oleh semua wanita yang merubungnya, ketika dirias. Sudah jamak kalau pengantin putri menangis karena ketika menghadapi upacara pernikahan. Kalau tidak menangis bahkan akan menjadi gunjingan dan mungkin cemoohan Karena itu, tangis yang sebetulnya keluar dari hati yang pedihn dari Warsiyem dianggapnya biasa saja, dianggap tangis buatan seperti pada semua perawan yang dikawinkan.
Gamelan sudah ditabuh, mengiringi tembang yang dinyanyikan dua orang pesinden secara bergantian. Malam itu kebetulan bulan purnama dan langit bersih sehingga ruangan di rumah itu penuh tamu yang bergembira, bahkan di luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumahpun penuh tamu yang kebagian duduk di bawah tarup.
Dan di luar pekarangan rumah juga banyak berkumpul anak-anak. Malam yang indah dan tampak gembira karena Warsiyem terkenal sebagai kembang dusun Bakulan malam ini menikah!
Suara riuh menyambut kedatangan pengantin pria.
Pengantin pria bertubuh tinggi besar dengan perut gendut memasuki ruangan diiringi para pengantarnya. Setelah upacara penyambutan, pengantin wanita lalu dituntun ke luar untuk menyambut. Warsiyem melangkah perlahan sambil menundukkan mukanya, berusaha menyembunyikan tangisnya.
Setelah para pendampingnya berhenti melangkah sehingga iapun berhenti, baru ia memberanikan diri untuk sedikit mengangkat mukanya agar ia dapat melihat laki-laki calon suaminya yang sudah berdiri didepannya.
Begitu ia melihat wajah laki-laki tinggi besar gendut yang berpakaian pengantin pria itu, Warsiyem terbelalak dan melotot seperti tidak percaya akan pandang matanya sendiri.
Yang berdiri di depannya itu bukan lain adalah Ki Singowiro!
Orang yang dahulu menculiknya, hampir memperkosanya, bahkan orang yang telah membunuh ayahnya! Hanya ia dan Harun yang tahu akan hal itu. Agaknya mbokdenya dan semua penduduk dusun Bakulan telah terkecoh dan tertipu dan mungkin saja mbokdenya telah diberi banyak uang oleh Ki Singowiro sehingga dengan senang hati menerima pinangannya dan menyerahkan keponakannya itu kepada orang yang dianggapnya kaya raya dan berpengaruh itu.
"Aaaaiiihhh ......! Tidak ......, tidaaaaakkkk ......!"
Warsiyem menjerit sekuat tenaga sehingga jeritannya melengking mengatasi suara gamelan yang sedang memainkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagu Kodok Ngorek. Semua orang terkejut dan mereka semua seperti terpukau ketika tiba-tiba Warsiyem melarikan diri ke luar dari rumah itu. Sepasang sandalnya terlempar dan ia lari kencang seperti seekor kijang betina dikejar!
Seperti juga semua orang yang berada di situ, Ki Singowiro yang tadinya tersenyum-senyum itu tertegun, kaget karena tidak mengira sama sekali bahwa perawan yang membuatnya tergila-gila dan yang sudah hampir dapat dikuasainya sebagai isterinya yang sah itu tiba-tiba melarikan diri ke luar dari dalam rumah. Bahkan para pesinden dan penabuh gamelan juga menghentikan permainan mereka. Akan tetapi Ki Singowiro yang paling dulu menyadari keadaan. Dia tidak ingin kehilangan calon isterinya. Dia khawatir sekali kalau-kalau perawan denok ayu itu melakukan bunuh diri.
Maka, diapun melepaskan selopnya dan mencincingkan kainnya, melompat keluar dan berlari mengejar Warsiyem yang bayangannya masih tampak di antara kegelpan bayangan pohon.
Tanpa disadarinya sendiri, Warsiyem yang merasa takut, ngeri dan marah itu berlari cepat sekali seperti telah kemasukan roh kijang. Iapun lari tanpa arah tertentu, akan tetapi di luar kesadarannya ia berlari menuju ke anak sungai.
Namun, betapapun cepatnya lari seorang perawan yang ketakutan, akhirnya ia terkejar juga oleh Ki Singowiro. Dara itu sudah mendengar jejak langkah kaki yang berat dari pengejarnya dan sudah mendengar dengus napasnya yang seperti kerbau berpacu.
Tiba-tiba ketika ia berlari sekuatnya dan di bawah sebatang pohon sehingga tempat itu agak gelap oleh bayangan pohon itu, Warsiyem menabrak seseorang yang berdiri di situ.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi ia tidak merasa nyeri atau terjatuh karena orang yang ditabraknya itu telah menangkap lengannya dan menahannya sehingga ia tidak terjatuh. Warsiyem merasa terkejut dan takut sekali melihat bayangan hitam yang menangkapnya.
"Dik War, jangan takut aku akan menolongmu," bisik bayangan itu.
"Akang ......! Ah, Kang Uun!" Warsiyem mengeluh, hatinya terasa lega seperti terlepas dari himpitan benda berat.
"Berdirilah di belakangku, dik. Biar aku yang menghadapinya," kata Harun. Ki Singowiro yang mengejar sudah tiba di situ dan melihat orang laki-laki yang bertubuh tidak berapa besar namun cukup tinggi dan tegap. Dia tidak dapat melihat wajah orang itu dengan jelas karena mereka berdiri did lam bayangan pohon.
"Keparat siapa engkau" Minggir kau!" kata Ki Singowiro sambil menggunakan tangan kanannya yang besar untuk mendorong dada orang itu. Akan tetapi sekali ini Harun marah melihat orang yang dulu menculik Warsiyem bahkan yang telah membunuh ayahnya kini hendak memaksa gadis itu menjadi isterinya. Dorongan tangan itu ditangkis dan sekaligus ditangkap, dipeluntir dan sekali menggerakkan tangan dengan sentakan kuat, tubuh Ki Singowiro terpelanting roboh!
Ki Singowiro terkejut dan marah sekali. Dia bangkit berdiri dan karena berpakaian pengantin, maka dia memakai sebatang keris. Dicabutnya keris itu dan kini dia dapat memandang wajah orang itu dengan jelas. Bukan main kagetnya ketika dia mengenal laki-laki yang pernah mengalahkannya sebulan lebih yang lalu. Hatinya merasa jerih, akan tetapi ketika mendengar langkah banyak kaki mendatangi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hatinya menjadi besar. Penduduk dusun itu tentu akan membantunya karena mereka semua telah merasa setuju kalau dia menikah dengan Warsiyem dan tidak ada seorangpun di antara mereka yang tahu akan perbuatannya dahulu terhadap Warsiyem dan ayahnya.
"Jahanam. lancang, berani engkau mencampuri urusanku dengan isteriku sendiri!" Setelah berkata demikian, dia membentak dan menerjang maju, menikamkan kerisnya ke arah perut Harun. Namun, serangan yang hanya mengandalkan tenaga kasar ini tentu saja disambut dengan tenang oleh Harun yang pernah menjadi murid aliran Cimande yang cukup tangguh. Dengan miringkan tubuhnya kekiri, tusukan itu luput dan ketika tubuh Ki Singowiro lewat di sampingnya, tangan kanannya menghantam pundak kanan Ki Singowiro.
"Bresss ......" tubuh Ki singowiro terpental dan terbanting sambil terguling-guling dan keris yang terpegang tangan kanannya juga terlepas dan terlempar kerena pundak kanannya terkena hantaman dengan tangan miring, seluruh lengan itu rasanya lumpuh.
Pada saat itu, kurang lebih dua puluh orang laki-laki yang tadinya berada di tempat pesta pernikahan, telah tiba di situ. Harun mundur dan baru berhenti setelah merasa betapa lengan kirinya dipegang erat-erat oleh sepasang tangan Warsiyem. Di antara mereka terdapat Mbok Rondo Saritem yang rupanya juga ikut mengejar sehinggaa napasnya megap-megap seperti ikan dilempar ke daratan.
"Siyem ...... ! Apa yang kau lakukan ini" Ke sini kau!"
bentak Mbok Rondo Saritem.
Singowiro yang licik dan memang sejak tadi sudah merencanakan siasatnya ketika melihat adanya laki-laki yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menolong Warsiyem, cepat berkata dengan suara nyaring. "
Itulah dia! Orang itu yang dulu membunuh Bapak Sutiwiryo!
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri!"
Semua orang terkejut dan memandang marah kepada Harun.
"Bunuh dia! Tangkap pembunuh ini dan kita serahkan kepada Pak Lurah!" Terdengar teriakan-teriakan.
"Bohong! Semua itu bohong!" Warsiyem menjerit dan melangkah maju seolah hendak melindungi Harun yang kini berdiri di belakangnya. "Yang membunuh ayahku adalah jahanam Singowiro ini! Dia pula yang menculikku dan .......
kang Harun ini yang menolongku."
"Fitnah keji!" teriak Singowiro membela diri. "Aku cinta padanya dan hendak mengambilnya isteri, mana mungkin aku membunuh ayah mertuaku sendiri" Orang jahat itu yang membunuhnya!"
Penduduk Bakulan bergerak maju, Mbok Rondo Saritem juga maju dan berteriak, "Bunuh orang jahat itu!
Agaknya dia telah mengguna-gunai Warsiyem sehingga anak itu membelanya. Dia membunuh adikku Sutowiryo dan kini hendak merusak kehormatan keponakanku Warsiyem!"
Penduduk dusun itu semakin marah. "kalian semua sudah buta!" jerit Warsiyem. "Kang Uun ini tidak bersalah.
Singowiro itulah penjahat yang sebenarnya! Ah, mundur kalian. Kalian telah buta!" Akan tetapi orang-orang itu sudah terpengaruh lebih dulu oleh keterangan Ki Singowiro dan Mbok Rondo Saritem. Tentu saja mereka lebih percaya kepada dua orang itu dari pada kepada seorang asing yang mungkin benar saja telah mengguna-gunai Warsiyem. Mereka serentak maju untuk menyerang dan mengeroyok Harun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat ini, Harun melompat ke belakang. Dia tidak mau melawan orang-orang dusun itu, maklum bahwa mereka itu tidak bersalah dan terpengaruh kata-kata dua orang itu.
Maka melihat mereka hendak mengeroyoknya, Harun lalu melompat dan melarikan diri.
"Kang Uun ......! Tunggu, jangan tinggalkan aku ......!"
Warsiyem menjerit-jerit sambil berlari mengejar.
"Dik War, maafkan aku. Aku tidak berhak!" jawab Harun sambil berlari terus. Dia tahu bahwa dia tidak berhak mempertahankan atau mencegah Warsiyem menikah dengan orang yang agaknya sudah dipilih oleh uwa gadis itu, bahkan disetujui oleh seluruh penduduk.
"Kang Uun ......!" Harun berlari terus dan lenyap dalam keremangan sinar bulan purnama.
-o0-dwkz-budi-0o-
JILID II ang Uun ......!!" Warsiyem menjerit-jerit dan menangis ketika merasa dirinya didekap dan K dipanggul oleh Ki Singowiro seperti seorang panglima perang memanggul wanita, diiringkan para penduduk dusun, Mbok Rondo Saritem berkata kepada pengantin pria itu.
"Nah, pondonglah pengantinmu baik-baik, Singowiro, jangan sampai ia terlepas dan lari lagi. Dasar anak bandel.
Kalau orang jahat itu muncul lagi, biar kami yang akan menghajarnya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lepaskan aku, lepaskan!" Warsiyem meronta-ronta.
"Mbokde, aku tidak sudi menjadi istri pembunuh ayah ini, lebih baik aku mati! Kang Uun ........!!!"
Harun menghentikan larinya ketika dia mendengar jerit Warsiyem, Dari ratap tangis itu tahulah dia bahwa Warsiyem kembali terjatuh ke tangan laki-laki bernama Singowiro itu.
Seluruh hasrat hatinya mendorongnya untuk kembali dan menolong gadis itu terlepas dari cengkeraman serigala berujud manusia itu. Akan tetapi dia menggeleng kepala keras-keras.
Tidak! Tidak pantas baginya yang bukan apa-apanya Warsiyem merebut gadis itu dari tangan mereka yang berhak.
Akan tetapi, terbayanglah di benaknya betapa Warsiyem diperkosa laki-laki jahat dan kejam itu, bagaikan seekor domba yang dirobek-robek, berdarah-darah dan hanya dapat merintih dan mengembik lemah dan memelas, sepasang matanya basah memandang kepadanya dengan penuh permohonan.
"Jahanam!" Tiba-tiba dia memaki dan tubuhnya membalik, lalu dia melompat dan berlari cepat sekali mengejar rombongan itu.
Dengan hati senang Ki Singowiro memanggul tubuh Warsiyem membayangkan kesenangan yang akan dinimatinya nati bersama pengantin wanita di dalam kamar.
Tiba-tiba, sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu Harun telah berada dibelakangnya. Kedua tangan Harun bergerak, yang kanan merenggut tubuh warsiyem dari atas pondongan Ki Singowiro dan tangan kirinya menghantam dengan kuatnya ke arah tengkuk laki-laki tinggi besar itu.
"Wuuttt ...... desss ...... !"
"Aughhh ...... !" Tubuh Ki Singowiro terpelanting dan dia roboh tak berkutik lagi karena pingsan seketika. Tubuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Warsiyem sudah terlepas dari dekapan Ki Singowiro dan kini gadis itu berdiri di atas tanah, lengannya masih dipegang Harun.
"Kang Uun ...... !" Warsiyem berseru girang.
"Mari kita pergi!" Harun menggandeng tangan Warsiyem dan diajaknya gadis itu melarikan diri.
Para penduduk dusun itu sejenak tertegun. Terlalu cepat peristiwa itu terjadi. Tahu-tahu mereka melihat Ki Singowiro sudah terpelanting dan Warsiyem melarikan diri dengan orang itu. Mbok Rondo Saritem segera sadar dari kagetnya.
"Maling ......! Rampok ......! Cepat kejar mereka!"
jeritnya. Penduduk yang dua puluh orang jumlahnya itu baru menyadari dan merekapun melakukan pengejaran sambil berteriak-teriak.
Harun yang menggandeng dan menarik tangan
Warsiyem melihat betapa gadis itu lemah dan tersaruk-saruk.
Dia tahu bahwa gadis itu lelah sekali dan juga telah beberapa hari Warsiyem bersusah hati dan hampir tidak makan sehingga ia tidak memiliki sisa tenaga lagi.
"Dik War, engkau ingin kembali kepada mereka?"
Tanya Harun yang terpaksa berhenti.
"Tidak! Ahh ...... tidak, kang!"
"Engkau ingin melarikan diri dari mereka?"
"Ya, aku tidak sudi kembali. Lebih baik aku mati daripada terjatuh ke dalam tanga mereka lagi. Aku akan bunuh diri ...... "
"Ke mana engkau hendak melarikan diri?"
"Ke mana saja, kang. Ke mana saja engkau membawa diriku pergi. Aku ikut denganmu .......!"
Para pengejar sudah datang dekat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau tidak akan menyesal kelak kalau ikut aku"
Aku orang miskin, dik War."
"Tidak perduli! Aku ikut engkau, akang Uun!"
"Kalau begitu maaf, terpaksa aku harus memondongmu agar dapat berlari cepat!" Setelah berkata demikian, Harun memondong tubuh Warsiyem yang begitu ringan sekali dan dia lalu melompat jauh dan berlari cepat sebelum ada orang dusun yang sempat menyerangnya. Larinya demikian cepat sehingga Warsiyem terpaksa harus memejamkan kedua matanya karena merasa ngeri, seperti dibawa terbang.
Mbok Rondo Saritem dan para pengikutnya masih mencoba untuk melakukan pengejaran. Akan tetapi tak lama kemudian terpaksa mereka menghentikan pengejaran itu karena mereka kelelahan dan telah kehilangan jejak orang yang mereka kejar. Akhirnya, dengan lemas mereka semua kembali ke dusun Bakulan. Ketika mereka tiba di tempat di mana Ki Singowiro tadi roboh pingsan, mereka sudah tidak melihat lagi laki-laki itu. Agaknya kecewa, marah dan juga malu laki-laki ini diam-diam meninggalkan tempat itu.
-o0-dwkz-budi-0o-
Air yang mancur keluar dari belahan batu-batu itu jernih sekali. Hanya seperti cucuran air kendi, namun amat jernih dan dingin sejuk. Pegunungan itu disebut Pegunungan Seribu atau ada pula yang mnyebutnya Pegunungn Kidul karena letaknya di selatan Nusa Jawa, memanjang dari barat ke timur, seolah menjadi barisan penjaga pantai Laut Kidul atau seperti sebuah bendungan raksasa yang mencegah agar air laut Laut Kidul yang amat luas itu jangan sampai membanjiri dan menenggelamkan Nusa Jawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Langit bersih dan pagi itu cerah sekali. Banyak di antara pegunungan yang mengandung ribuan bukit itu memiliki perbukitan berkapur yang tandus karena permukaannya mengandung kapur. Akan tetapi ada pula perbukitan yang cukup subur tanahnya dan hijau.
Matahari mulai menyinarkan cahayanya yang hangat dan mengandung penuh daya hidup dan kekuatan. Setelah tiba di lereng sebuah di antara bukit-bukit yang kehijauan, Harun baru berhenti. Warsiyem merasa kagum bukan main. Sudah berulang kali tadi ia meminta agar Harun menurunkannya dari pondongan untuk membiarkan laki-laki itu beristirahat, akan tetapi pemuda itu tidak mau dan berlari terus. Kadang dia berjalan kalau jalannya sukar, licin dan mendaki. Namun, sepanjang malam ia tidak pernah berhenti dan baru setelah tiba di lereng bukit, dia berhenti. Dia memang sengaja berhenti di tempat yang indah itu ketika dia melihat pancuran air yang bening itu.
"Kita berhenti mengaso di sini. Sudah aman sekarang, dik," kata Harun sambil menekuk kedua lututnya dan duduk di atas sebuah batu.
"Engkau tentu lelah sekali, kang Uun. Salahmu, disuruh berhenti mengaso tidak juga mau," kata Warsiyem seolah menegur halus.
Harun tersenyum. "Aku khawatir kalau kita akan tersusul."
"Apa yang dikhawatirkan" Engkau akan mampu mengalahkan semua orang itu. Bukankah dengan mudah engkau dapat merobohkan jahanam busuk itu tadi?" kata Warsiyem sambil memandang kagum, teringat betapa dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
amat mudahnya laki-laki ini merebutnya dari tangan Ki Singowiro.
"Aku tidak mau berkelahi melawan penduduk dusun itu, dik War. Mereka tidak bersalah, hanya ikut-ikutan saja."
Warsiyem juga duduk di atas sebuah batu, mengeluh.
"Uhhh, benar penat sekali tubuhku ....... dan lapar ...... dan haus
......!" "Itu ada air jernih." Harun menudingkan telunjuknya.
Warsiyem menoleh dan berseru girang ketika melihat air yang jernih memancur keluar dari belahan batu-batu di belakangnya.
Heran sekali betapa kegembiraan mendapatkan air itu seolah telah mencuci bersih semua ketegangan, ketakutan, dan kesedihan perawan itu. Bagaikan anak kecil ia lalu berjingkat ke arah pancuran air dengan hati-hati karena di bagian bawah pancuran itu tanahnya basah dan licin.
"Aahhhh ...... segarnya ...... " Warsiyem menadah air dengan kedua telapak tangan yang telah dicucinya terlebih dahulu, lalu minum air sepuasnya. Terasa segar sejuk, dingin dan manis. Setelah puas minum, ia lalu menadah air untuk mencuci mukanya, lehernya, kedua lengan dan kakinya dari lutut ke bawah. Setelah selesai ia tampak segar kembali.
Lenyaplah semua bekas air mata dan debu dari mukanya, membuat kulit wajahnya semringah segar berseri, hanya sekeliling matanya saja yang masih agak sembam karena terlalu banyak menangis. Ia bahkan sudah dapat tersenyum manis sekali, seolah telah melupakan semua perasaan takut dan sedihnya.
"Segar sekali mencuci muka dan minum air jernih itu.
Cobalah, kang Uun!"
Katanya sambil menghampiri Harun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pria muda itu mengangguk, cepat mengalihkan pandang matanya agar jangan ketahuan betapa matanya, memandang penuh kagum kepada wajah gadis itu. Dia lalu mencuci muka, kaki dan tangannya. Bahkan membiarkan air mengucuri rambut kepalanya sehingga rambutnya yang panjang menjadi basah semua. Diminumnya pula air jernih itu. Setelah selesai dia kembali ke atas batu sambil memeras rambutnya yang basah.
Pada saat itu, pendengaran Harun yang terlatih baik dan menjadi amat peka itu mendengar suara lirih berkeruyuk. Tentu saja warsiyem juga mendengarnya, karena suara itu keluar dari dalam perutnya yang lapar sekali. Wajah Warsiyem berubah kemerahan karena malu, akan tetapi Harun segera berkata.
"Ah, perutku terasa lapar sekali sampai perih."
Mendengar ini, berkuranglah rasa malu di hati Warsiyem karena ucapan itu dapat berarti bahwa yang
"berkeruyuk" tadi mungkin juga perut laki-laki itu. Ia menoleh ke kiri di mana terdapat seladang singkong (ketela pohon). "Itu di sana ada singkong. Melihat pohonnya, tentu sudah tua dan singkong bakar enak sekali, kang Uun."
Harun menoleh dan dia tersenyum. "Akan tetapi ladang singkong itu bukan milik kita, dik War."
"Apa salahnya kalau kita mengambil dari sebatang pohon saja, kang" Harganya tidak seberapa dan andaikata yang mempunyai ladang melihatnya, dia tentu akan rela memberi kita yang kelaparan ini singkong dari sebatang pohonnya."
Mendengar ucapan Warsiyem itu, Harun lalu bangkit berdiri dan berjalan ke arah lading singkong. Dicabutnya sebatang pohon singkong dan hatinya gembira melihat bahwa pohon itu mempunyai umbi singkong yang sebesar lengannya empat batang banyaknya. Dia lalu membawa singkong itu ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat duduk mereka di tepi pancuran. Kemudian tanpa berkata-kata Harun membuat api unggun dan membakar umbi singkong yang empat batang itu. Segera tercium bau sedap.
"Wah, sedap sekali baunya. Perutku menjadi semakin lapar rasanya, kang." Kata Warsiyem dan kini sikap gadis itu gembira sekali.
Tak lama kemudian kedua orang itu telah duduk di atas batu sambil makan singkong bakar. Panas, mempur, dan gurih manis rasanya, diterima pencernaan mereka dengan perasaan bersukur dan berterima kasih. Setelah minum air jernih, perut mereka menjadi kenyang dan nyaman rasanya. Mereka masih duduk berjemur matahari pagi di atas batu sambil bercakap-cakap.
"dik War, sekarang ceritakan kepadaku semua yang telah terjadi menimpa dirimu." Kata Harun sambil menatap wajah gadis itu. Warsiyem juga mengangkat muka balas memandang. Dua pasang mata bertemu pandang dan saling menyelidiki. Harun menemukan sepasang mata jernih yang memandang penuh rasa berterima kasih, sebaliknya Warsiyem menemukan sepasang mata yang memandangnya penuh kesabaran dan pengertian, sepasang mata yang menimbulkan kepercayaan besar dalam hatinya.
"Semenjak kematian bapakku, karena aku tidak mempunyai anggauta keluarga lain. Maka Mbok Rondo Saritem lalu tinggal di rumahku dan ia menguasai rumah itu. Ia adalah kakak tiri mendiang ayahku. Karena ia bersikap baik dan mengurus semua keperluan pemakaman bapak, maka akupun menerima dengan senang hati ketika ia pindah ke rumahku, setelah menjual rumahnya sendiri. Akan tetapi ketika ia memaksaku untuk menikah karena ia sudah menerima mas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawin, seperti semua gadis dusun lainnya, aku tidak mampu menolak walaupun hatiku tidak merasa senang. Tidak ada gadis di dusun yang berani menolak perjodohan yang diatur orang tua, dan mbokde Saritem adalah pengganti orang tuaku.
Aku hanya menangis. Ketika sepasang pengantin dipertemukan, baru aku melihat bahwa yang dijadikan calon suamiku itu adalah Ki Singowiro, pembunuh bapak itu! Tentu saja aku dikejar-kejar dan untung sekali engkau muncul dan menolongku, kang Uun. Kalau tidak ada engkau yang menolongku dan aku terjatuh ke tangannya lagi, pasti aku akan membunuh diri daripada dijamah jahanam pembunuh bapakku itu."
"Engkau tidak mau kembali ke rumahmu, dik War?"
"Tidak! Mbokde Saritem tentu akan memaksaku menikah dengan Singowiro atau pria lain. Aku tidak sudi."
"Akan tetapi, apakah engkau mempunyai seorang anggauta keluarga lainnya yang dapat kautumpangi?"
Warsiyem menggeleng kepala dengan wajah sedih,
"Kang Harun, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Apakah ......
apakah engkau tidak sudi menerimaku, tidak sudi kuikuti?"
Harun menghela napas panjang, "Tentu saja aku suka menerimamu, karena aku siap membelamu dengan taruhan nyawa. Memang tidak ada lain jalan yang lebih baik bagimu kecuali ikut dengan aku. Akan tetapi, dik War, aku seorang pengembara yang miskin. Aku tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, selalu berpindah-pindah, bahkan sekarangpun aku tidak mempunyai tempat tinggal. Engkau akan hidup sengsara dan serba kekurangan kalau ikut dengan aku."
"Aku tidak perduli, kang Uun. Kita bisa bekerja mencari makan . Lebih baik hidup miskin namun aman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tenteram daripada hidup kaya namun tidak berbahagia. Akan tetapi dari manakah engkau sebenarnya, kang" Engkau seorang asing dari jauh di barat, bagaimana bisa sampai ke sini?"
Harun menghela napas panjang. Kalau bukan kepada Warsiyem, gadis yang menimbulkan rasa iba dan sekaligus juga pesona di dalam hatinya itu, tentu dia tidak akan mau menceritakan riwayat dirinya.
"Sepuluh tahun lebih yang lalu, aku tinggal di Negara Pasundan, di tepi laut. Ketika itu aku berusia dua puluh satu tahun dan aku sudah beristeri, mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia setahun."
"ah, engkau sudah beristeri dan mempunyai anak?"
Tanya Warsiyem mengulang dengan suara datar dan aneh, hatinya terasa kecewa sekali mendengar ini.
Harun mengangguk. "Benar. Kemudian malapetaka itu datang menimpa keluargaku. Seorang pembesar dari Galuh berpesiar ke pantai dan ketika dia melihat isteriku, dia tergila-gila. Dengan mengandalkan kekuasaannya dia mengerahkan pasukan pengawalnya untuk menculik isteriku. Aku mengamuk dan dikeroyok banyak pengawal, sedangkan isteriku dilarikan oleh pembesar itu. Ketika aku berhasil merobohkan para pengeroyok dan melakukan pencarian, aku mendapatkan isteriku telah membunuh diri karena diperkosa oleh pembesar itu ........ "
"Ahhh ....., keparat ...... ! Jahat sekali pembesar itu!"
teriak Warsiyem penasaran.
"Di mana-mana kejahatan dilakukan orang-orang yang sudah kemasukan kekuasaan iblis, dik."
"Kasihan engkau, kang Uun. Lalu bagaimana?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku lalu membalas dendam. Kudatangi pembesar itu dan akhirnya aku berhasil membunuhnya, Karena pembunuhan itu aku lalu menjadi seorang buruan. Pembesar itu orang kerajaan Galuh yang penting. Aku menjadi buruan kerajaan.
Terpaksa aku melarikan diri dan karena aku tidak ingin membiarkan anakku ikut terancam bahaya, maka aku lalu meninggalkan anakku kepada seorang kawan dan aku melarikan diri. Aku dikejar-kejar terus sehingga akhirnya aku terpaksa melarikan diri ke sini, dik War. Kehidupan di kampung susah. Aku tidak bebas dan dikejar-kejar. Karena mendengar bahwa Mataram adalah sebuah kerajaan yang makmur, aku lalu merantau sampai ke Mataram. Akan tetapi, sekutu pembesar yang kubunuh itu masih terus mengejar dan mencariku di daerah ini. Mereka mengirim orang-orang berilmu tinggi untuk menangkap atau membunuhku. Oleh karena itu, biarpun sudah berada di Mataram, aku tetap saja masih terus menjadi buruan. Aku terpaksa berpindah-pindah untuk menghilangkan jejak karena para pemburu itu adalah orang-orang yang amat tangguh. Selama sepuluh tahun lebih aku merantau di seluruh pelosok Mataram, tidak pernah tinggal di suatu tempat lebih lama dari setahun. Dan dalam perjalanan merantau itu tempo hari itu aku melihat engkau diculik Singowiro dan aku lalu menolongmu."
"Engkau ikut melayat ketika jenasah bapak dikubur, lalu engkau pergi dan aku sudah tidak mengharapkan akan dapat bertemu lagi denganmu. Akan tetapi bagaimana tiba-tiba semalam engkau dapat muncul dan menyelamatkan aku untuk kedua kalinya, akang Uun?"
Harun menatap wajah gadis itu dan menghela napas panjang. "Agaknya Gusti Allah yang mengatur semua itu, dik."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa Gusti Allah itu, akang Uun?"
"Dalam bahasamu adalah Hyang Maha Wisesa yang mengatur seluruh jagad raya! Setelah meninggalkan Bakulan, aku tidak pergi jauh, berkeliaran di pedusunan daerah pantai laut Kidul. Aku amat tertarik dengan daerah ini, mengingatkan aku akan kampung halamanku di pantai lautan ketika aku masih berada di Galuh."
"Galuh?"
"Maksudku Negeri Pasundan. Nah, di suatu dusun aku mendengar bahwa di Bakulan akan ada pesta pernikahan.
Entah mengapa hatiku tertarik dan malam tadi aku berada di luar pekarangan rumahmu. Aku melihat bahwa yang menjadi pengantin adalah engkau. Ketika aku melihat pengantin pria masuk, aku terkejut mengenal orang jahat itu. Kemudian aku melihat engkau melarikan diri, dikejar-kejar. Maka aku lalu berlari mendahului dan menghadang lalu menolongmu dari tangan penjahat itu. Begitulah, dik War. Engkau tahu sekarang bahwa aku hanyalah seorang pelarian, seorang buruan yang hidup merantau tanpa tempat tinggal yang tetap, orang miskin, seorang duda yang meninggalkan anaknya di barat sana.
Bagaimana seorang gadis seperti engkau dapat ikut dengan aku dan hidup sengsara dan miskin?"
Warsiyem merasa terharu. "Akang Uun, akupun hanya seorang gadis dusun yang miskin dan bodoh. Bahkan aku sekarang dipandang sebagai seorang gadis yang tidak tahu aturan, yang melanggar adat di dusun, menolak dikawinkan bahkan melarikan diri dengan seorang laki-laki asing. Aku tentu dianggap kotor dan hina oleh penduduk dusunku."
"Sama sekali tidak, dik War. Engkau seorang gadis yang bijaksana dan cantik," kata Harun dengan suara tegas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Senyum manis berkembang di bibir gadis itu dan ia memandang wajah Harun dengan geli karena merasa lucu.
"Benarkah itu, kang" Aku cantik dan bijaksana" Hik-hik, betapa lucu dan anehnya. Padahal namaku hanya sebuah nama yang jelek dan tidak ada artinya. Diwaktu kecil dahulu aku suka merengek kepada orang tuaku karena tidak suka dengan nama ini."
"Ah, dik War, apa artinya sebuah nama" Menilai seseorang bukan dari namanya. Nama hanya seperti pakaian.
Yang penting adalah orangnya, sikap dan kelakuan orang itu.
Dan bagiku, engkau adalah seorang gadis yang bijaksana dan baik budi."
"Dan bagiku engkau adalah seorang laki-laki yang gagah perkasa, berjiwa satria, sopan dan berbudi luhur. Karena itu aku ingin ikut denganmu untuk selamanya, akang Harun."
"Ah, dik War! Sadarlah engkau akan ucapanmu tadi"
Kalau engkau ingin ikut dengan aku untuk selamanya, berarti engkau harus menjadi ...... isteriku ......! Engkau ...... engkau mau menjadi isteri seorang miskin seperti aku?"
Kedua orang ini saling pandang dengan sinar mata tajam penuh selidik. Sepasang mata bertemu dan bertaut sampai lama. Akhirnya Warsiyem mengangguk dan mukanya berubah kemerahan.
"Dik War ......!" Harun memegang kedua tangan gadis itu. Jantungnya berdebar penuh kebahagiaan.
"Akan tetapi, kang. Bagaimana kita akan dapat menikah" Siapa yang akan mengesahkan pernikahan kita?"
Tanya Warsiyem, suaranya berbisik penuh keharuan dan kesedihan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan khawatir, dik. Perjodohan ditentukan oleh Tuhan dan disucikan oleh Tuhan. Kita dapat menikah di hadapan Allah dengan diresmikan oleh seorang penghulu atau Suranggama."
"Apa maksudmu, kang?"
"Marilah kita berangkat, dik, dan engkau nati akan mengerti."
-o0-dwkz-budi-0o-
Biarpun pada waktu itu Agama Islam sudah mulai tersebar di Nusa Jawa, terutama di pesisir utara, bahkan Sultan Agung sebagai raja Mataram juga seorang muslim, namun agama ini merupakan agama baru bagi penduduk pedalaman, apalagi di daerah selatan. Ada memang beberapa orang yang sudah beragama Islam memperkenalkan agama ini di dusun-dusun daerah selatan, namun penduduk menerimanya tanpa meninggalkan tradisi yang terpengaruh agama lam, yaitu agama Hindu dan Buddha. Karena itu, tidak mudah bagi Harun untuk menemukan seorang penghulu yang dapat mengesahkan pernikahannya dengan Warsiyem secara Islam, yaitu agama yang dianutnya.
Akan tetapi, akhirnya disebuah dusun Klitren di daerah Gunung Kidul itu, dengan girang dia dapat menemukan seorang Suranggama yang dapat menikahkan mereka secara Islam.
Upacara pernikahan dilakukan dengan sederhana sekali di rumah sang suranggama. Tidak ada tamu yang hadir dan sebagai saksinya adalah istri dan putera sang suranggama sendiri karena baik Harun maupun Warsiyem tidak mempunyai seorang sanak keluarga di daerha itu. Kerena tidak memiliki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa-apa, sebagai emas kawin, Harun menyerahkan sebatang keris pusaka yang diberi nama Kyai Kukuhan. Dan bagi warsiyem yang belum pernah berkenalan dengan agama baru Islam, pada saat upacara pernikahan itu ia baru masuk agama Islam dan diwajibkan mengucapkan kalimah syahadat.
Dengan penuh khidmat untuk menghormati calon suaminya, akan tetapi dengan suara yang agak kaku karena masih asing, Warsiyem menirukan suara sang suranggama mengucapkan syahadat.
"Asyhadu alla ilahailallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulallah!"
Untuk memasukkan pengertian kepada calon isterinya, Harun membisikkan arti daripada kalimah syahadat itu, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah!"
Setelah selesai upacara yang sederhana namun khidmat itu, pasangan suami isteri baru ini menyerahkan sebuah cincin emas milik Warsiyem kepada sang suranggama ditambah ucapan terima kasih.
"Selamat, selamat!" kata Suranggama Pak Wahab.
"mulai sekarang kalian telah menjadi suami isteri yang sah, semoga Allah Subhanahu Wa Ta"allah selalu memberi taufik dan hidajat kepada kalian."
Harun dan Warsiyem menghaturkan terima kasih dan meninggalkan rumah sederhana Pak Wahab di dusun Klitren itu. Setelah keluar dari dusun dan melangkah perlahan, tiba-tiba Warsiyem menangis.
"Eh" Ada apakah, Warsiyem?" Tanya Harun sambil menaruh kedua tangannya ke atas kedua pundak isterinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku ....... aku merasa nelangsa, kang ....... tidak ada seorangpun yang menghadiri dan menjadi saksi pernikahan kita


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

...... " Ia terisak dan menangis dalam rangkulan Harun.
Harun mendekap kepala isterinya dan berkata menghibur, "Jangan bersedih, isteriku. Kalau pernikahan kita sudah disahkan di hadapan Gusti Allah, berarti seluruh jagad raya telah menjadi saksi. Marilah, mari kita pergi ke pantai Laut Kidul dan kita rayakan pernikahan kita di sana, disaksikan semua unsur ciptaan Gusti Allah Yang Maha Kuasa."
Warsiyem tidak tahu apa yang dimaksudkan suaminya, akan tetapi ia menurut saja ketika digandeng dan diajak berjalan menuju selatan oleh Harun.
-o0-dwkz-budi-0o-
Pantai itu indah dan bersih hamparan pasir putih berkilauan tertimpa sinar matahari. Di perbatasan antara pantai berpasir putih dan daratan yang mengandung tanah berpadas tumbuh banyak pohon-pohon, diantaranya pohon nyiur yang batangnya tinggi dan buahnya lebat. Tempat itu sunyi sekali.
Air laut yang bergelombang selalu bergerak dan menimbulkan suara bergemuruh, kadang mendesis, kadang seperti suara air mendidih dan sesekali terdengar menggelegar kalau ada ombak besar menghantam dinding batu karang di sebelah sana. Laut Kidul terhampar luas tanpa tepi, membayangkan sebuah alam lain yang penuh rahasia, hanya tampak kebiruan dan sejauh mata memandang hanya tampak garis melintang lurus. Tak tampak sebuahpun perahu. Pantai Laut Kidul di daerah ini memang amat ganas ombaknya sehingga tak seorangpun nelayan berani menjelajahi bagian ini. Terlalu berbahaya bagi mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harun dan Warsiyem bergandeng
tangan melintasi pantai pasir putih menghampiri lautan. Ketika mereka melangkah maju, muncul dua pasang tapak kaki di belakang mereka, sepasang kecil dan dangkal, sepasang lagi lebih besar dan lebih dalam. Akhirnya Harun berhenti di pesisir yang sekiranya tidak akan terjilat lidah ombak. Air berhenti sejauh kurang lebih sepuluh meter di depan kaki mereka.
"Lihat ke sekelilingmu, dik War. Di sini tampak lima unsur di jagad raya yang menjadi bukti akan kekuasaan Allah.
Di sini ada bumi, lautan, matahari, udara, dan pohon-pohonan.
Lima unsur yang menjadi landasan kehidupan kita. Tidak ada satu saja di antara mereka berlima, kita tidak akan dapat hidup dan lihatlah kita berdua. Kita ini, sama-sama manusia ciptaan Tuhan, jasmani kita diciptakan dari lima unsur yaitu air, api, kayu, logam dan tanah dan roh kita datang dari Sumbernya, yaitu Tuhan sendiri. Kalau kita mati kelak, jasmani kita kembali kepada tanah di mana lima unsur jagad raya dan roh kita kembali kepada Sang Sumber. Kita berdua ini sama, hanya secara lahiriah kita dibedakan oleh pakaian termasuk nama, rupa, bangsa, bahasa dan agama. Kita ini wanita dan pria, dua unsur yang memang sudah menjadi pasangan dan imbangan, karena itu tidak melanggar kehendak Tuhan kalau kita bersatu menjadi suami isteri, Biarlah kita merayakan pernikahan di hadapan Tuhan dan disaksikan Lautan, Langit, Bumi, Matahari dan Pepohonan."
Warsiyem hanya mengangguk, terharu. Walaupun ia tidak mengerti seluruhnya akan apa yang diucapkan calon suaminya itu, namun ia dapat merasakan getaran yang terkandung dalam ucapan itu, yang mendatangkan suasana khidmat dan haru kepadanya. Harun mengajaknya berlutut, lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merangkapkan kedua tangan di depan dada seperti menyembah. Gerakan ini diikuti Warsiyem dengan patuh.
"Gusti Allah Yang Maha kuasa, hamba berdua Harun Hambali dan Warsiyem saat ini bersumpah untuk menjadi suami isteri yang saling setia dan saling mencinta di hadapan Paduka dan disaksikan oleh Bumi, Langit, Lautan, Matahari dan Pohon-pohonan. Semoga Tuhan memberkati hamba berdua."
Harun lalu bersujud sampai dahinya menyentuh tanah sebanyak tiga kali diikuti pula oleh Warsiyem. Setelah selesai melakukan upacara pernikahan yang amat bersahaja namun khidmat itu, Harun lalu bangkit berdiri dan menarik tangan Warsiyem supaya berdiri. Dia melihat betapa Warsiyem menangis. Dia memeluk dan Warsiyem balas merangkul.
"Dik War, kau isteriku ........ "
"Kang Harun, suamiku ........ "
Angin laut semilir. Ombak menggelegar menghantam batu karang, lalu mendesis dan bergemuruh. Lidah air mengalir dan makin menipis di pasir, kemudian lenyap terhisap pasir.
Alun berkejaran, bermain-main seperti sekawanan kanak-kanak bersuka ria berlari-larian menuju pantai, bergelut, bertabrakan dan berteriak-teriak.
Selama seminggu sepasang suami isteri ini hidup berdua saja di tepi Laut Kidul. Mereka berdua tenggelam dalam kebahagiaan yang sukar dilukiskan kata-kata. Yang ada adalah kasih sayang dan kemesraan, biarpun mereka hidup dengan amat bersahaja. Makan buah-buahan seadanya, ikan-ikan yang ditangkap Harun dengan mempergunakan ranting yang runcing, atau menangkap binatang hutan atau burung, merobohkannya dengan sambitan batu, Mereka mandi dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
minum dari air tawar yang keluar dari dinding batu karang.
Mereka mendapatkan tempat beteduh dalam sebuah goa yang cukup besar akan tetapi kalau malam sedang indah dan udara baik, terkadang mereka tidur di atas pantai berpasir. Dalam waktu seminggu itu, mereka berbulan madu dan merasa bahwa di dunia ini hanya terdapat sepasang manusia yaitu mereka berdua!
Kemudian Harun mengajak isterinya untuk
mengunjungi sebuah dusun yang sudah didatangi sebelumnya, yaitu dusun di dekat pantai yang bernama dusun Gampingan.
Dusun itu tampak tenang tenteram penuh kedamaian, dihuni oleh sekitar seratus rumah. Rumah-rumah di dusun itu mempunyai pekarangan yang luas. Kehidupan penghuninya adalah sebagai petani merangkap menangkap ikan. Hasil pekerjaan mereka itu sebagian mereka jual ke dusun-dusun yang lebih besar dan jauh ke daratan, untuk ditukar dengan segala keperluan hidup mereka sehari-hari.
Harun memiliki simpanan uang dari hasil pekerjaannya selama dalam perantauan dan dengan uang itu dia membeli sebidang tanah. Didirikannya sebuah rumah sederhana dari bilik bambu di situ dan atas usul isterinya dia membuka sebuah warung nasi untuk melayani para penghuni dusun Gampingan.
Setelah rumah dan warung berdiri, mulai hari itu mereka berdua hidup sederhana dan berbahagia di situ. Setiap hari Warsiyem berjualan nasi dan makanan serta minumannya di warung itu, dan Harun sendiri bekerja di ladang, atau pergi menangkap ikan di tepi laut.
Tenteram dan tidaknya kehidupan seseorang tergantung dari sikap dan kelakuan orang itu sendiri terhadap orang orang lain. Harun dan Warsiyem bersikap ramah kepada para
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetangganya di dusun Gampingan, dan mereka berdua juga selalu membuka hati dan tangan untuk membantu apabila ada tetangga sedang kerepotan. Oleh karena itu, biarpun Harun merupakan seorang Sunda yang cara bicaranya menunjukkan bahwa dia seorang asing, namun dengan sikap dan kelakuan yang baik, penduduk dusun Gampingan menerimanya sebagai seorang tetangga yang baik dan mereka bergaul akrab dengannya. Apalagi setelah Harun menunjukkan bahwa dia mengerti akan ilmu pengobatan, suka mengobati orang-orang sakit dan menyembuhkan mereka tanpa minta imbalan. Para penghuni Gampingan jadi semakin segan dan suka kepadanya.
Baru sekarang Harun Hambali mengalami kehidupan yang benar-benar tenteram, tenang dan penuh kedamaian semenjak dia meninggalkan negerinya. Kehidupan di dusun dekat lautan itu jauh dari kota besar, jauh dari kerajaan dan jauh dari keramaian. Dia merasa yakin bahwa para pemburunya, orang-orang yang datang dari Galuh itu, tidak akan sampai ke dusun yang jauh di selatan dan sunyi ini. Maka, dipun dapat mengerahkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk bekerja dengan hati mantap sehingga hasil sawah ladangnya ditambah hasil warung nasi isterinya lebih dari cukup memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dia benar-benar dapat merasakan kebahagiaan orang berumah tangga. Isterinya amat mencintanya dan para tetangga juga akrab dan baik terhadap mereka.
Setahun kemudian Warsiyem mengandung. Tentu saja suami isteri itu menjadi gembira dan merasa berbahagia sekali.
Harun yang pernah mempelajari ilmu pengobatan menjaga agar isterinya selalu dalam keadaan sehat, agar kandungannya menjadi sehat pula dan kuat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, ketika kandungan Warsiyem sudah berusia sembilan bulan, pada suatu pagi yang cerah, terjadilah bencana yang menggemparkan penghuni dusun Gampingan.
Pagi itu Warsiyem sudah membuka warungnya. "Dik War, kandunganmu sudah tua. Sudah dekat saatnya engkau melahirkan. Mengapa engkau tidak menutup saja warungmu dan beristirahat" Aku sendiripun sudah tidak tega meninggalkanmu ke ladang."
"Ah, kang, pekerjaan melayani para langganan di warung ini tidak membutuhkan tenaga besar. Aku akan merasa tidak enak sekali kalau menganggur." Jawab Warsiyem Harun tidak membantah lagi dan diapun tidak meninggalkan isterinya dan membantu mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan berjualan nasi dan makanan minuman di warung itu.
Tak lama kemudian, empat orang laki-laki memasuki warung itu. Ketika mereka melihat Harun juga berada di warung, seorang dari mereka, laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun, berkata sambil tersenyum, "Eh, Harun, engkau tidak pergi ke ladang?"
Harun tersenyum memandang kepada penanya itu.
"Wah, kakang Parto bagaimana aku tega meninggalkan ia dengan perut sebesar itu bekerja di warung seorang diri?"
Mendengar ucapan ini, empat orang laki-laki itu tertawa bergelak dan Warsiyem melempar kerling ke arah suaminya dan mulutnya senyum tersipu.
Dibantu Harun, Warsiyem segera menyediakan empat pincuk nasi pecel yang dipesan mereka dan tak lama kemudian mereka sudah menikmati nasi pecel dan menghadapi air teh kental ditambah gula kelapa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi tiba-tiba saja segala yang berada dalam rumah dan warung itu terguncang-guncang kuat sekali. Meja bergoyang-goyang, semua yang berada di atasnya tumpah.
Warsiyem terhuyung dan untung cepat dirangkul suaminya sehingga ia tak sampai terpelanting roboh. Akan tetapi empat orang laki-laki yang sedang makan itu terpelanting jatuh dari bangku yang mereka duduki.
"Lini ......! Aya Lini ......!" (Gempa ......! Ada gempa
......!") teriak Harun.
"Lindu ......! Lindu ......!" (Gempa ......! Gempa ......!") teriak yang lain.
"Cepat lari ke luar ......!!"
Mereka berempat berlompatan dan menghambur ke luar. Harun segera maklum bahwa terjadi gempa bumi yang amat kuat. Dia harus cepat membawa istrinya ke luar, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, atap warung itu runtuh ke bawah, ke arah mereka! Melihat dua tihang penyangga atap yang melintang runtuh dan akan menimpa mereka, Harun cepat menyambut dan mengangkap dua tihang itu, menahan dengan kedua tangannya. Tentu saja tihang itu berat bukan main karena dibebani atap. Namun dengan pengerahan sekuatnya Harun dapat menahan atap itu, sedangkan Warsiyem yang berada di bawahnya karena wanita itu berjongkok saking takutnya, dengan tubuh gemetar dan wajah pucat, memandangnya dengan mata terbelalak.
Ketika empat orang laki-laki yang kini berada di luar rumah itu melihat betapa atap runtuh dan kini ditahan oleh kedua tangan Harun, mereka cepat berlari masuk untuk menolong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cepat, bawa isteriku keluar!" teriak Harun. Mendengar ini, orang yang bernama Parto segera menangkap lengan Warsiyem dan menariknya keluar rumah. Tiga orang lainnya akan membantu tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.
"Kalian keluarlah, cepat!" kata pula Harun kepada mereka. Dengan bingung mereka hanya dapat menurut. Setelah tiga orang laki-laki itu keluar, Harun mengerahkan seluruh tenaganya dan mendorong dua tihang penyangga itu sehingga atap itu roboh ke samping warung. Suaranya terdengar hiruk pikuk dan pada saat itu, Harun dengan cekatan telah melompat keluar warung.
"Kang Uun, engkau tidak apa-apa ......"!" Warsiyem berteriak sambil lari merangkul suaminya, lalu saking tegang dan khawatirnya ia menjadi lemas terkulai dalam pelukan Harun.
"Dik War ......!" Harun memanggil khawatir, "Ah, ia pingsan ......!"
"Cepat bawa ke rumahku!" kata Parto sedangkan tiga orang kawan lainnya sudah lari untuk melihat keadaan rumah dan keluarga mereka masing-masing. Karena rumah Parto berada di sebelah rumah hanya terpisah kebun masing-masing, Harun menurut saran tetangganya itu.
Untung bahwa rumah Parto tidak roboh dan isteri dan dua orang anaknya hanya terkejut dan bertangis-tangisan.
Mereka menyambut Parto, Harun dan Warsiyem yang dipondong Harun dengan muka pucat dan cepat mereka mempersilakan Harun membawa Warsiyem masuk dan merebahkannya ke atas sebuah dipan.
Harun segera melakukan usaha menyadarkan isterinya.
Dengan totokan jari tangan ke arah jalan darah di kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pundak dan tengkuk, lalu mengurut punggung dan menekan titik bawah hidung akhirnya Warsiyem mengeluh panjang menggerakkan kepalanya dan membuka matanya. Begitu siuman, suara pertama yang keluar dari mulutnya adalah,
"Akang ...... kang Uun ...... engkau tidak apa-apa ...... ?"
Harun yang duduk di tepi dipan merangkul isterinya.
"Tidak, dik, aku selamat, kita semua selamat."
Warsiyem menangis saking lega dan girangnya. rumah mereka yang roboh, atas kerja gotong royong penduduk yang rumahnya tidak roboh dapat dibangun kembali, demikian pula rumah-rumah lain yang roboh akibat gempa bumi yang kuat itu.
Akan tetapi malam itu Warsiyem melahirkan. Mungkin terdorong kekagetannya karena terjadinya gempa bumi pagi tadi, atau memang sudah tiba waktunya ia melahirkan. dengan bantuan seorang dukun bayi yang berpengalaman di dusun Gampingan itu, Warsiyem melahirkan seorang bayi laki-laki dalam keadaan sehat selamat dan ia sendiripun dalam keadaan sehat.
Malam itu, dalam rumah mereka yang sudah dibangun kembali, walaupun keadaan dalam rumah masih morat-marit akibat gempa, Warsiyem rebah di atas dipan mengeloni bayinya dan Harun duduk di tepi dipan sambil memandang kepada isteri dan anaknya dengan wajah berbahagia.
"Lihat, kang Uun ...... anak kita ganteng, ya" Mulut dan matanya mirip engkau." kata Warsiyem lirih sambil tersenyum, senyum lembut yang masih membayangkan keletihan melahirkan tadi.
Harun tersenyum dan mengelus dahi isterinya, menyingkirkan segumpal rambut halus yang terurai ke wajah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Warsiyem. "Tentu saja ganteng, dik, dan yang penting, semoga dia menjadi seorang manusia yang baik dan berguna, tidak seperti ayahnya."
Warsiyem menjulurkan tangan dan menangkap tangan Harun sambil memandang wajah suaminya penuh sinar kasih sayang. "ihh, kang, engkau adalah seorang yang amat baik dan amat berjasa, setidaknya bagiku. Eh, akan kauberi nama apakah anak kita ini, kang Uun?" Warsiyem cepat mengalihkan percakapan. Hatinya selalu merasa tidak enak kalau Harun sudah bicara tentang dirinya sendiri yang dianggap tidak baik dan tidak berguna karena merasa menjadi seorang buruan dan tidak dapat memberi kehidupan yang lebih berkecukupan kepada isterinya tercinta.
"Namanya?" Harun mengerutkan alisnya, berpikir karena dia memang belum mencarikan nama untuk anaknya.
Dia teringat akan gempa bumi itu yang seolah memberi pertanda bahwa anak itu akan lahir. "Bagaimana kalau anak kita beri nama dia Lini atau Lindu" ingat pagi tadi. demikian perkasa dan hebat gempa bumi itu. Aku ingin anak kita kelak akan menjadi perkasa dan hebat pula." Lindu adalah bahasa Jawa dari gempa bumi, Lini adalah bahasa Sundanya.
"Lindu ......?" Warsiyem mengulang. Ia teringat akan kebiasaan di dusun asalnya, Bakulan, betapa orang-orang tua selalu memilihkan nama yang amat sederhana bahkan condong jelek kepada anaknya. Dan nama Lindu sebaliknya sama sekali tidak sederhana, dan tidak jelek pula. Akan tetapi bagaimana nanti panggilan anak itu" Betapa ganjil dan anehnya. Kalau ada anak-anak berseru memanggil namanya, mungkin saja akan mendatangkan kekacauan karena orang mengira bahwa ada serangan gempa bumi!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku setuju saja dengan pilihanmu itu, kang Uun. akan tetapi aku ingin memanggil anak kita ini Aji, maka kalau engkau setuju aku ingin memberinya nama Lindu Aji agar sebutannya menjadi Aji."
Harun mengangguk-angguk dan tersenyum. "Baiklah, anak kita ini bernama Lindu Aji. semoga dia kelak seperkasa gempa dan sekokoh bumi."
Demikianlah, anak itu diberi nama Lindu Aji dan kehidupan mereka berjalan dengan lancer dan wajar. Harun dan Warsiyem membenahi warung mereka kembali dan Harun bekerja lagi seperti biasa.
Harun adalah seorang yang amat memperhatikan pendidikan bagi puteranya. Dia maklum dari pengalaman hidupnya sendiri betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi seseorang untuk bekal hidup di dalam dunia ini. Orang bodoh menjadi makanan orang pintar, dan orang lemah menjadi korban penindasan orang kuat. Oleh karena itu, sejak Lindu Aji berusia tujuh tahun, dia menggembleng anaknya itu dengan olah raga terutama ilmu silat dan diapun mengundang seorang penduduk dusun Gampingan yang pandai membaca dan menulis agar mengajar anaknya membaca dan menulis. Akan tetapi agaknya telah ditakdirkan bahwa dia dan istrinya hanya mempunyai seorang anak, karena biarpun Lindu Aji telah menjadi besar, Warsiyem tidak lagi mengandung.
Pada suatu senja, warung Warsiyem sudah tutup dan Harun juga sudah pulang dari ladang. Seperti biasa pada tiap hari senja kalau tidak turun hujan, Harun selalu melatih ilmu silat kepada Aji. Sudah tiga tahun dia melatih silat kepada anaknya sejak Aji berusia tujuh tahun. Pada senja hari itu, Aji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sudah berusia sepuluh tahun dilatih jurus baru oleh ayahnya.
"Aji, jurus ini adalah untuk menghadapi serangan lawan dari samping kiri, serangan yang tiba-tiba datangnya. Kalau pukulan itu datang mengarah ke mukamu, engkau lalu mencondongkan tubuh ke kanan menjauhi pukulan, gerakan tangan kiri memutar untuk menangkis dan pada detik berikutnya, pukulan tangan kananmu dengan jari terbuka ke arah lawan dan saat berikutnya angkat kaki kirimu, bengkokkan ke kiri lalu susulkan tendangan ke arah perut lawan. Begini gerakannya. Perhatikan dan tirulah!"
Harun lalu melakukan gerakan jurus itu. Aji mengikuti gerakan ayahnya dengan seksama karena sudah menerima gemblengan dasar selama tiga tahun, gerakan anak itu sudah cukup tangkas dan ketika tangan kanannya memukul, sudah terdengar angin bersiut tanda bahwa pukulannya itu mengandung tenaga.
"Kaki kirimu itu, salah!" kata Harun yang menoleh untuk meneliti gerakan anaknya. "Ujung kaki kiri harus dibenkokkan ke kanan sehingga dengan demikian tendanganmu akan mengandung tenaga yang lebih kuat karena mendapat ancang-ancang."
Aji menyadari kesalahannya lalu mengulang jurus itu.
Sekali ini dengan gerakan yang benar. Harun menyuruh anaknya mengulang dan mengulang lagi jurus itu sampai hafal benar sehingga gerakannya sudah menyatu dan menjadi otomatis.
Demikianlah, setiap senja Harun mengjarkan semua ilmu silat yang dikuasainya kepada Aji. Kalau hari hujan mereka berlatih di dalam rumah. Kalau malam Aji disuruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belajar membaca dan menulis dari Bapak Sastro, seorang penduduk Gampingan yang terpelajar dan diwaktu mudanya tinggal di Mataram. Dalam usianya yang sepulu tahun itu Aji sudah pandai membaca dan menulis. Bahkan Pak Sastro mulai mengajarkan kesusasteraan kepadanya, mengajari tatakrama, bertembang, bahkan menabuh gambang, meniup suling dan menari! Semua itu tanpa imbalan karena Pak Sastro sendiri suka mengajar Aji yang ternyata cerdik dan mudah menguasai pelajarannya. Di samping itu, Pak Sastro merasa berhutang budi kepada Harun yang pernah mengobati dan menyembuhkan dia dari penderitaan penyakit yang berat dan gawat.
Pada masa itu, Agama Islam belum begitu diresapi secara mendalam sampai ke pelosok dan daerah yang terpencil.
Umatnya yang benar-benar mendalami Agama Islam sebagian besar adalah mereka yang berdiam di pantai utara Nusa Jawa.
Bahkan yang sempat mencapai daerah pedalaman di selatan, diterima setengah-setengah sehingga bercampur dengan tradisi yang berasal dari agama terdahulu, yaitu Agama Buddha yang juga sudah bercampur dengan tradisi berasal dari Agama Hindu. Dari perpaduan agama-agama inilah muncul semacam filsafat Kejawen yang disesuaikan dengan tradisi dan kebudayaan.
Aji dibesarkan dalam keadaan alam pikiran dan kebudayaan ini. Pak Sastro adalah seorang ahli filsafat Kejawen yang banyak mengandung pelajaran Agama Islam.
Dia tidak sempat mendalami pelajaran Agama Islam maka tidak dapat dikatakan ahli dalam agama itu. Semua pengetahuan filsafatnya itu dia ajarkan pula kepada Aji. Semua ini ditambah lagi oleh filsafat yang diajarkan ayahnya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harun adalah seorang yang dahulu ketika masih hidup dinegerinya pernah mempelajari Agama Islam yang juga sudah bergaul dengan filsafat Agama Hindu dan agama Buddha.
Dalam keadaan yang demikian itu, Aji berangkat dewasa didasari pelajaran filsafat kehidupan yang bersumber dari berbagai agama. Namun, atas bimbingan ayahnya sendiri, dia dapat menerima pelajaran agama itu karena kebijaksanaan yang ditekankan ayahnya untuk mencari inti dari semua filsafat yang pada dasarnya serupa. Inti dari semua agama dan filsafat adalah agar menjadi seorang manusia yang baik budi, membangun, bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya, berbakti kepada Sang Maha Pencipta dengan memupuk perbuatan yang baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat yang merugikan orang lain dan berserah diri kepadaNya. Aji digembleng untuk memiliki watak yang baik. Dia mencari persamaan dalam semua agama itu dan mengabaikan perbedaannya karena maklum benar bahwa yang berbeda itu hanyalah soal kulitnya saja, upacara, sejarah dan cara beribadat. Intinya menuju ke arah Satu. hanya caranya menuju ke arah Satu itu yang berbeda.
-o0-dwkz-budi-0o-
Sang waktu adalah suatu kekuasaan yang tak terkalahkan oleh siapapun juga. Sang waktu adalah Sang Bathara Kala yang melahap semua yang ada. waktu adalah satu di antara Kekuasaan Yang Maha Kuasa yang tak terhitung banyaknya. Tampaknya Sang waktu hanya diam, tidak melakukan apa-apa, namun kenyataannya, segala sesuatu dilahapnya, segala sesuatu akan lenyap digulung waktu. Waktu juga dapat menjadi obat yang amat manjur bagi segala macam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penderitaan batin. tidak ada kesusahan yang tidak lenyap pula bersama lewatnya waktu.
Waktu amat ajaib. Apabila kita memperhatikan, maka Sang Waktu merayap lebih lambat daripada majunya seekor siput. Namun apabila kita lengah dan tidak memperhatikannya, dia akan melaju lebih cepat daripada kilat! Kalau tidak diperhatikan, waktu bertahun-tahun rasanya seperti baru kemarin saja, sebaliknya kalau kita memperhatikan, waktu sehari rasanya seperti bertahun-tahun.
Demikian pula dengan kehidupan keluarga Harun Hambali. Sang Waktu melesat sedemikian cepatnya sehingga tahu-tahu lima belas tahun telah lewat sejak Lindu Aji dilahirkan! Padahal kalau Harun dan Warsiyem mengenang kelahiran anak tunggal mereka itu, rasanya seperti baru terjadi kemarin!
Pendekar Pedang Kail Emas 1 Kitab Pusaka Karya Tjan Id Rahasia Peti Wasiat 1
^