Badai Laut Selatan 17
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 17
"Ohh hamba hendak mengatakan bahwa lebih baik kita
segera berangkat sekarang agar jangan kemalaman di tengah
hutan, gusti."
"Baiklah, Doko Wandiro. Mari!" Sang p uteri la lu menyendal
kudanya dan me mbalapkan kudanya menuju ke barat.
-0odwo0- Dengan hati uring-uringan Endang Patibroto meninggalkan
ibu kandungnya. Ia me mbalapkan kudanya dengan cemberut,
pandang matanya menyala-nyala dan hatinya kecewa sekali.
Bertahun-tahun ia tidak bertemu lbunya dan merasa amat
rindu kepada ibunya. Baru saja bertemu, ia telah dit inggal
mati ayah kandungnya. Kemudian, ibu kandungnya sendiri
marah- marah kepadanya, hendak me maksanya meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jenggala, bahkan ibunya telah menyerangnya dengan keris,
hendak me mbunuhnya. Ibu kandungnya sendiri , Ingin sekali
Endang Patibroto menang is dan menjer it jerit, akan tetapi
hatinya yang sudah menerima ge mblengan gurunya, Dibyo
Mamangkoro, sudah me mbe ku dan tidak ada setitikpun air
mata di pelupuk matanya.
"Endang.. .....! Endang Patibroto.....! Kautunggulah aku!"
Berkali-kali Pangeran Panjirawit berteriak sambil me ngejar.
Dia m-dia m pangeran inipun merasa prihatin se kali. Sebagai
seorang pangeran, ia maklum pula akan segala peristiwa di
Bayuwis mo tadi. Sebagai seorang satria, iapun tidak bisa
menyalahkan ibu Endang Patibroto yang berjiwa satria. Dan
sebagai seorang pria yang amat mencinta Endang Patibroto,
iapun ma klum betapa hancur hati dara perkasa yang
dicintanya itu.
Akan tetapi Endang Patibroto yang sedang marah- marah itu
tidak me mperdulikan panggilan sang pangeran. Bahkan ia
tidak me mperdulikan kudanya yang sudah terengah-engah
hampir putus napasnya dan sudah bermandi peluh karena
dilarikan kencang terus-menerus tak kunjung henti.
Tiba-tiba dari depan na m?"k tiga orang penunggang kuda.
Mereka itu bukan lain kepaia ra mpok yang kemarin d ulu telah
menawan Puteri Mayagaluh. Setelah berhasil diusir oleh Joko
Wandiro, kepala rampok ini me larikan diri di atas kuda
tunggangan Sang Puteri Mayagaluh. Akan tetapi hatinya masih
penasaran karena puteri yang cantik jelita dan yang bagaikan
sepotong daging telah berada di depan mulutnya, kini
terampas orang lain. Sengoro, kepala rarnpo k ini tidak pergi
jauh, yaitu ke tempat persembunyian dua orang kakak
seperguruannya yang bernama Kolodumung dan Kolomedo,
dua orang kaka k beradik yang tentu saja me miliki kesaktian
lebih hebat daripada Sengoro sendiri.
Setelah menuturkan perihal puteri jelita terutama
perhiasanperhiasan indah yang dipakainya, Sengoro lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengajak kedua orang kakak seperguruannya ini untuk
me lakukan pengejaran. Tentu saja kedua orang jahat itu
menjad i tertarik dan segera mereka menunggang kuda lalu
bersama Sengoro pergi men cari.
"Nah itu dia agaknya!"
Seru Sengoro ketika me lihat di depan seorang dara jelita
berpakaian mewah me mbalapkan kuda yang sudah payah.
Hati kedua orang temannya juga girang sekali karena gadis itu
benar-benar amat cantik jelita dan perhiasan yang dipakai di
kedua tangan dan di pinggangnya sudah berkilauan dan je las
dapat mereka ketahui bahwa perhiasanperhiasan itu terbuat
daripada emas per mata yang mahal harganya! Mereka bertiga
sengaja menghadang di tengah jalan sehingga jalan sempit itu
penuh dengan tiga ekor kuda mereka.
Endang Patibroto sedang marah. Andaikata ia tidak sedang
marah se kali pun, ia tentu takkan menga mpuni tiga orang
yang berani mengbadang perjalanannya. Apalagi pada saat itu
ia sedang diamuk kemarahan maka dari jauh ia sudah
me mbentak, "Tiga ekor anjing busuk, minggir!!"
Akan tetapi tiga orang la ki-laki itu sama sekali tidak mau
minggir, bahkan Kolodumung segera menggerakkan tangan
kanannya dan sinar hita m menya mbar ke depan, tepat
mengenai kepala kuda yang ditunggangi Endang Patibroto.
Kuda itu mer ingkik keras, mengangkat kaki depan ke atas,
terhuyung-huyung lalu roboh dan mat i seketika!
Untung Endang Patibroto sudah melompat turun sehingga
ia tidak terhimpit badan kuda. Tiga orang laki-la ki itu tertawa
dan melompat turun dari atas kuda pula.
"Ha-ha-ha, kakang berdua! Pere mpuan y?ng kumaksudkan
bukan ini. Akan tetapi, dia inipun hebat sekali , ma lah leb ih liar
daripada yang kumaksudkan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hua-ha-hah! Bagus kalau begitu, lebih banyak lebih ba ikl"
jawab Kolodumung ge mbira.
Endang Patibroto yang sedang dilanda kemarahan itu kini
berdiri dengan mata seakan-akan menge luarkan ap i. Dapat
dibayangkan betapa hebat kemarahannya, makin menyala-
nyala me lihat kuda tunggangannya roboh dan tewas.
Menurutkan kemarahannya, ingin la sekali turun tangan
me mbunuh tiga orang kasar ini. "k"n tetapi pandang matanya
tertarik oleh kuda yang ditunggangi Sengoro. Ia mengenal
kuda itu sebagai kuda tunggangan Mayagaluh! Kalau kuda itu
terjatuh ke dalarn tangan iblis ini, berarti Mayagaluh juga
tertawan! Berdebar keras jantung Endang Patibroto. Betapapun juga,
dialah yang bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu yang tak
baik atas diri sang puteri. Dia adalah pengawal, dan dia pula
yang membawa sang puteri sampai ke tempat ini. dan harus
menyiksa mereka ini dan me ma ksa mereka mengaku di mana
adanya Mayagaluh dan ?"" yang terjadi atas diri puteri itu.
Karena teringat akan puteri itu ma ka Endang Patibroto
menahan kemarahannya dan tidak ingin menurunkan tangan
maut. Ia menoleh dan melihat sebatang pohon waru di
dekatnya. Tangannya lalu menjangkau dan me metik beberapa
helai daun waru, kemudian ia berseru keras sambil
menya mbitkan daun-daun itu ke depan,
"Anjing busuk rasakan ini!!"
Tiga orang itu tertawa makin lebar melihat betapa Endang
Patibroto menyerang mereka dengan sa mbitan daun-daun
waru. Mereka menganggapnya lucu sekali dan tentu saja
sebagai orang-orang yang digdaya, mereka sama sekali tidak
perdulikan serangan ini. Siapa yang sudi menge lak dari
sambaran daun-daun waru, apalagi yang disa mbitkan oleh
seorang wanita ayu" Riuh-rendah mereka tertawa-tawa.
"Huah-hah-hah ha-ha-ha-ha........ haa-uupp!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-hauii hhh!"
"Ha-haduuuhhh!!"
Suara ketawa mereka segera terhenti, muka yang tadinya
tertawa-tawa itu kini menyeringai dengan mata terbelalak dan
mereka mengaduh-aduh kesakitan. Daun-daun waru mene mpe l di muka dan lengan mereka dan dan kulit di bawah
daun itu keluar darah bertetes-tetes!
Saking hebatnya sambitan itu, daun-daun waru kini
mene mpe l menjad i satu dengan kulit daging, bahkan ada yang
gagangnya menancap sa mpai dalam seperti ?"ku. Daun yang
agak berbulu ini selain menimbulkan sakit dan perih, juga
gatal-gatal. "Perempuan lblis......!!"
"Kuntianakl"
"Keparat, tunggu kau, kuengkuk-engkuk (tekuk-tekuk)
engkau.....!"
Rasa kaget, heran, dan kesakitan kini berubah menjadi
kemarahan hebat. Tiga orang itu memang orang-orang kasar
yang biasanya jarang bertemu tanding, yang selalu dapat
me ma ksakan kehendaknya kepada orang lain mengandalkan
kekerasan, sehingga kemenangan-kemenangan itu me mbuat
mereka so mbong dan mereisa seakan-akan tiada tandingan
mereka di dunia ini.
Kini bertemu dengan Endang Patibroto yang hanya seorang
dara ayu, biarpun mere ka dikejutkan oleh serangan daun
waru,namun belum me mbuka mata mereka bahwa mereka
sedang berhadapan dengan seorang yang memiliki kesaktiah
jauh iebih tinggi daripada mereka. Serentak ketiganya
menerjang maju dengan kedua lengan dikembangkan, jari jari
tangan dibuka seperti tiga ekor harimau hendak menerka m
seekor domba. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapapun marah hati mereka, tiga orang laki-lakl kasat mi
masih merasa sayang untuk me mbunuh seorang dara muda
belia yang jelita tu, maka mereka menerjang maju untuk
menang kap dan tidak mau menggunakan senjata.
Tentu saja Endang Patibroto tidak sudi disergap laki-laki
kasar maca m mereka. Sekali tangan kirinya bergerak eperti
orang menampar dari kanan kiri, tiga orang itu merasa
seakan-akan disambar petir, pandang mata berkunang, kepaia
penmg dan tubuh mereka terpelanting kemudian jatuh ke atas
tanah! Masih baik bahwa Endang Patibroto tidak mengerahkan
seluruh tenaga dalam aji pukulan Wisang Nolo (Api Beracun)
ini, kalau ha l itu dilakukannya, tentu mereka bertiga sudah
roboh tak bernapas lagi dan dengan tubuh hangus-hangus!
Mendapat kenyataan betapa dara itu tanpa menyentuh
mereka telah dapat membuat mereka terpelanting, tahulah
tiga orang kasar ini bahwa lawannya, biarpun muda be lia dan
ayu manis, ternyata adalah seorang yang sakti mandraguna,
me miliki aji kesaktian tidak lumrah ma nusia, seperti iblis saja.
Mereka menjadi ma kin marah akan tetapi kali ini juga gentar,
maka sa mbil me lompat bangun, mereka serentak mencabut
senjata mereka. Kolodumung me megang senjata cambuk
yang berwarna hitam. Cambuk ini terbuat daripada kulit
kerbau, ulet dan kuat sekali, dan ujung cambuk dipasangi
kaitan baja seperti pancing. Celakalah lawan kalau terkena
sambaran kaitan ini, sekali masuk ke dalam daging sukar
ditarik keluar lagi. Sambil berteriak-teriak marah Kolodumung
me mutar cambuknya ke atas kepaia dan terdengar suara
me ledak-ledak keras.
Kolomedo mengeluarkan senjatanya sebatang pedang
me lengkung yang a mat tajam sehingga menge luarkan sinar
berkilauan ketika ia putar-putar dan tenaga yang besar
me mbuat pedang itu mengeluarkan bunyi berdesing-desing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga Sengoro sendiri sudah mencabut goloknya yang besar
dan berat. "Perempuan iblis! Kau mencar i ma mpus sendiri!"
Seru Kolodumung sa mbil menerjang maju dengan ayunan
cambuknya, melecutkan uiung ca mbuk ke arah leher Endang
Patibroto. Alangkah akan menger ikan kalau kaitan baja di
ujung ca mbuk itu mengena i leher yang berkulit kun mg halus
itu! juga pada detik berlkutnya, Kolomedo dan Sengoro sudah
menerjang dengan bacokan pedang dan golok dari kanan kiri.
Dala m kemarahannya yang meluap-luap, Endang Patibroto
tidak sudi melayani tiga orang ini. Diserang seperti itu, ia
sama sekali tidak beranjak pergi dari te mpat ia berpijak. Ia
hanya mengangkat kedua lengannya ke atas, dengan lengan
telanjang ia mener ima kaitan baja berikut ujung ca mbuk itu.
Kaitan baja yang menghantam kuht lengannya yang putih
halus itu sama sekali tidak me mbuat lecet kulitnya dan kini
ujung ca mbuk me libat lengannya.
Dengan gerakan cepat sekali kedua tangan Endang
Patibroto berputar-putar dan pedang serta golok dari kanan
kiri telah terlibat oleh ca mbuk. Begitu ia menarik dengan
sentakan keras, tiga orang lawannya terkejut dan terhuyung
ke depan. Endang Patibroto menggerakkan kaki kanan, tiga kali
menendang maju dan kembali tiga orang itu terpental ke
belakang dengan senjata sudah terampas. Tendangan tadi
tepat mengenal kempungan perut mereka sehingga ketika
terlempar dan terbanting jatuh, mereka t idak dapat segera
bangun berdiri, melainkan mer intih-rintih dan bergulingan
me megang i perut yang menjad i mulas dan senep!
"Tar-tar-tar!"
Tiga kali cambuk ra mpasan itu meledak dan ujungnya
me matuk tubuh t iga orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduhh.......!"
"Mati aku.......!"
"Aduhhhh.......!!"
Tiga orang itu seperti cacing kepanasan, menggeliat-geliat
dan berkelojotan karena kaitan baja di ujung ca mbuk telah
mencokel keluar otot dan daging.
"Hayo katakan, di ma na adanya sang puteri?""
Kembali ca mbuk itu berkelebat dan terdengar suara
me ledak-ledak di atas kepaia tiga orang itu. Dengan penuh
kengerian, tiga orang laki-laki kasar yang biasanya sewenang-
wenang ini menggunakan kedua lengan menutupi kepa la.
"Aku tida k tahu" jawab Kolodumung.
"Ka mi kakak beradik tidak tahu, tanyalah kepada adi
Sengoro ini " kata Kolomedo.
"Tar-tar!" Kolodumung dan Kolomedo menjerit dan
menang is tak kuat menahan rasa sakit ketika ujung ca mbuk
itu menggigiti kulit daging muka mereka.
Endang Patibroto mengha mpiri Sengoro yang kini tanpa
ma lu malu Lagi sudah berlutut dan menyembah-nyernbah.
Wajah yang cantik jelita itu kini berubah menjad i kedok,
dingin dan kaku.
"Hayo kau katakan, di mana sang puteri dan bagaimana
kudanya sampa i kau rampas?"
"Ampun....... ampunkan ha mba....... dewi!!"
"Tarr!"
"Aduhhh....... mati aku.......!"
Sengoro bergulingan karena kaitan baja itu sudah
menancap di pundaknya dan kaitannya mengait urat besar di
pundak! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ampun....!!"
"Hayo bilang, benarkah dua orang ini tidak tahu menahu
tentang sang puteri?"
"Be....... benar....... :
Endang Patibroto me mandang kepada Kolodumung dan
Kolomedo yang kini me mbayangkan kelegaan hati mendengar
jawaban adik seperguruan ini. Terbayang senyu m di bibir yang
berbentuk indah dan kemerahan itu, kemudian Endang
Patibroto me megang pedang dan golok ra mpasan. Sekali ia
menggerakkan tangan, pedang dan golok meluncur bagaikan
anak panah cepatnya dan....... "Cepp! Cepp!!" Dua buah
senjata itu sudah menancap di ulu hati Kolodumung dan
Kolomedo sa mpai mene mbus ke dalam tanah sehingga dua
orang itu tewas seketika.
Menyaksikan peristiwa mengerikan menimpa dua orang
kakak seperguruannya Sengoro terbelalak ketakutan, mukanya
pucat dan dengan tubuh menggigil ia menye mbah-nyembah
minta a mpun. "Tar-tar-tar!"
Cambuk yang mengerikan itu ke mbali sudah meledak-ledak
di atas kepala Sengoro, membuat kepala rampok ma kin
ketakutan. "Hayo lekas ceritakan di mana adanya sang puteri yang
kudanya kaupakai itu!"
Suara Sengoro menggigil ketika ia ber kata, ".......
hamba....... hamba tidak tahu, dia....... sang puteri dibawa....
oleh pe mimpm kami ha mba....... mana berani....... " Hanya
mendapatkan kudanya....... "
"Di mana dia" Di mana sang puteri dan pimpinanmu7
Dibawa ke manakah?"
Dengan telunjuk menggigil Sengoro menunjuk ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin di............. di sana...... hamba tak tahu benar ke
mana " "Crattt!" Kaitan baja di ujung cambuk itu menancap ke
dalam pelipis Sengoro yang menjerit keras dan roboh
berkelojotan dalam sekarat.
"Endang , siapa kah mereka ?"
Derap kaki kuda yang datang disusul pertanyaan suara
Pangeran Panjirawit yang melihat tiga orang laki-la ki
mengge letak tak bernyawa di depan kaki Endang Patibroto.
Endang Patibroto menunjuk ke arah kuda tunggangan
Puteri Mayagaluh dan berkata,
"Gusti puteri tertawan perampok, ini kudanya dan mereka
ini adalah anak buah pera mpok."
"Aduh, Jagad Dewa Bathara! Di mana sekarang diajeng
Mayagaluh?"
Kembah Endang Patibroio menunjuk ke arah mayat
Sengoro dan berkata,
"Menurut pengakuan dia, gusti puteri berada di tangan
kepala rampok yang kini masih berkeliaran di sekitar hutan ini.
Mari kita mencar inya!"
Terhibur hati Pangeran Panjirawit ketika me lihat s ikap
Endang Patibioto yang tenang. Timbul kepercayaannya
kembali bahwa sudah pasti kepala pengawal yang cantik dan
gagah perkasa itu "k"n dapat menolong adiknya, me mbebaskan dari tangan kepala rampok.
"Kenapa engkau me nuntun seekor kuda lain ?" tanya
pangeran itu ketika melihat Endang Patibroto meloncat ke atas
punggung kuda tunggangan sang puteri sa mbil menuntun
seekor kuda lain bekas tunggangan perampok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk gusti puteri," jawab Endang Patibroto dan
me mba lapkan kudanya ke depan diikut i oleh Pangeran
Panjirawit. Ketika tiba di bagian yang tinggi di tanah Pegunungan
Seribu, Endang Patibroto menghenti kan kudanya, kemudian
ia meloncat dan me manjat sebatang pohon besar sa mpai di
puncak nya yang paling tinggi. Dari te mpat tinggi inilah ia
me mandang ke sekeliling dan tak la ma kemudian terdengar
seruannya, "Ah, itu dia.......!!"
Pangeran Panjirawit ikut berdebar hatinya mendengar
suara girang ini dan begitu wanita cantik dan perkasa itu
me lompat turun, ia bertanya,
"Kau sudah melihat diajeng Mayagaluh?"
"Mereka di sana, naik kuda. Mari kita menghadang, kita
jalan kaki saja agar penjahat itu tidak mengetahui kedatangan
kita dan kabur."
Mereka meloncat turun dari atas kuda, mencancang kuda di
bawah pohon, kemudian pangeran itu mengikuti Endang
Patibroto menyelinap di antara pohon-pohon dan menuju ke
sebelah selatan.
?"k la ma kemudian sang pangeran mendengar derap kaki
kuda makin la ma ma kin mendekat.
Endang Patibroto mengajaknya bersembunyi di belakang
pohon. Jantung pangeran itu berdegup tegang. Endang
Patibroto tenang-tenang saja, namun dara perkasa ini sudah
siap untuk menerjang maju.
Akhirnya, setelah menanti dengan ketegangan hati yang
makin me muncak, Pangeran Panjirawit melihat munculnya dua
orang penunggang kuda dari sebuahj t ikungan ja lan setapak
dalam hutan itu. ?"k sa lah lag i, seorang di antara mereka
adalah Mayagaluh, adiknya. Akan tetapi wajah adiknya yang
cantik itu sama sekali tidak tam?"k seperti seorang tawanan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menangis atau ketakutan, melainkan tersenyum-senyum
man is! Dan penunggang kuda di sebelahnya adalah seorang laki-
laki yang muda belia dan amat tampan, sungguhpun
pakaiannya sederhana sekali na mun sungguh jauh berbeda
jika dibandingkan dengan tiga orang perampok yang terbunuh
oleh Endang Patibroto tadi. Orang muda ini tidak akan lebih
tua daripadanya, dan lebih pantas disebut seorang satria
gunung daripada seorang pera mpok!
Ia menjadi ragu-ragu dan henda k me mberi peringatan
kepada Endang Patibroto tentang pendapatnya itu. Namun
terlambat karena pada saat itu, tubuh Endang Patibroto sudah
berkelebat ke depan dan langsung dara perkasa ini bagaikan
seekor harimau betina yang marah, telah melompat jauh ke
depan, menerkam la ki-laki penunggang kuda di samping
Mayagaluh sambil menge luarkan pe kik dahsyat.
"Celaka dia.......!"
Sang Pangeran Panjirawit menge luh dan me ngira bahwa
laki-laki tampan itu tentu tewas seketika diserang seperti itu
oleh Endang Patibroto yang sudah cukup ia kenal
kedigdayaannya yang menggiriskan. la segera me lompat dan
lari ke depan. Joko Wandiro yang sedang enak-enak menunggang kuda
bersama Puteri Mayagaluh da la m perjalanan mere ka ke
Bayuwis mo di pantai Laut Selatan, tentu saja kaget setengah
mati ketika tiba-tiba ada sesosok bayangan putih menyambar
dan menerka mnya laksana seekor harimau dan kedua tangan
yang menerka mnya itu tahu-tahu telah me lancarkan pukulan
dengan kedua tangan yang mendatangkan angin pukulan
dahsyat sekali ke arah pelipis dan ubun-ubun kepalanya!
Dari sambaran angm pukulan mi saja maklumlah Joko
Wandiro bahwa siapapun juga
yang menyerangnya,
penyerang ini adalah seorang yang amat ganas dan kejam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi me miliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi dan
dahsyat. la belum dapat me lihat siapa penyerangnya dan juga
tidak tahu mengapa orang ini datang-datang menyerangnya
sedahsyat itu, maka lapun hanya mengangkat kedua
tangannya untuk menangkis sa mbil mengerahkan tenaga sakti
Bojro Dahono ke dalam kedua tangannya.
"Dessss!!"
Hebat bukan ma in perte muan dua pasang tangan d i udara
itu. J"k" Wandiro menggunakan Aji Bojro Dahono yang
sifatnya panas dan kuat cepat bagaikan kilat menyambar. Di
lain fihak Endang Patibroto me mpergunakan AJI Wisang Nolo,
juga sifatnya panas sekali mengandung hawa beracun. Saking
hebatnya pertemuan tenaga sakti itu, tubuh Endang Patibroto
yang terapung di udara itu, terlempar sampai e mpat meter
jauhnya dan terbanting di atas tanah di mana gadis itu cepat
menggunakan Aji Trenggiling Wesi, bergulingan untuk
me matahkan luncuran tubuhnya.
la selamat tidak terbanting, namun pa kaian dan ra mbutnya
kotor terkena debu. Di lain fiha k, Joko Wandiro kaget sekali
karena pertemuan tenaga itu me mbuat ia terpelanting dari
atas kudanya dan biarpun ia dapat berjungkir-balik sa mpai
tiga kali sehingga dapat turun ke atas tanah dengan kedua
kaki leb ih dulu, na mun ia terhuyung-huyung ke belakang
sampai empat meter jauhnya!
Kini keduanya sudah bangkit berdiri, dalam jarak tujuh
delapan meter, saling pandang dengan heran dan penasaran.
Endang Patibroto marah sekali. Marah sa mpa i ha mpir tak
tertahankannya Lagi.
Mukanya mangar- mangar (merah pada m), sepasang
matanya bereahaya menyilau kan seperti sepasang mata
harimau tersorot lampu, bagaikan bernyala-nyala mencipta kan
api unggun yang akan me mbakar lawannya, me mandang
kepada J"k" Wandiro seakan-akan hendak menelannya bulat-
bulat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hidung yang kecil mancung itu bergerak-gerak karena
cuping hidungnya yang tipis kembang-kempis, napas halus
yang keluar masuk agak berdesis. Bibirnya tersenyum! Ya,
bibir yang manis, merah basah itu tersenyum, akan tetapi
senyum yang bagaimana! senyum maut! Senyum yang sama
sekali bukan menyejukkan hati pe mandangnya, melainkan
senyum yang me mbayangkan anca man maut, yang dingin
seperti air wayu, Dagunya agak berlekuk karena ditarik keras
dalam kemarahannya, kedua tangannya mengepa l tinju.
Endang Patibroto marah sekali. Apalagi ketika ia mengenal
laki-laki yang pernah ia jumpai di dekat Telaga Sarangan,
yang pernah ia serang dengan panah tangan namun gagal,
laki-laki yang mengawani seorang gadis je lita, agaknya
kekasih si gadis le lita yang menjadi korban anak panahnya.
Sekarang, dalam adu tenaga ia sampai d ibikin jatuh terguling-
guling oleh bocah ini!
Joko Wandiro tadinya terheran-heran, juga kagum dan
penasaran ketika mendapat kenyataan bahwa yang menyerangnya demikian dahsyat dan ganas adalah seorang
wanita muda yang cantik jelita seperti bidadari. Akan tetapi
kekagumannya segera berubah menjadi kemarahan yang
me luap-luap ketika ia mengena l wanita itu. Inilah dia wanita
iblis yang pernah merobohkan Ayu Candra dengan serangan
anak panah tangan! Inilah dia wanita iblis yang selain
me manah mati harima u dan melukai Ayu Candra, juga pernah
menyerangnya dengan panah tangan, dan kini tiada hujan
tiada angin menyerangnya dengan pukulan maut yang
demikian dahsyatnya!
"Kau! Pere mpuan keji......!"
"Kau! Bocah keparat!"
Keduanya me ma ki ha mpir berbareng, disusul gerakan
tubuh mereka menerjang maju. Hebat sekali terjangan kedua
orang muda ini dan berbareng mereka berseru kaget karena
loncatan mereka itu serupa benar gayanya. Gaya dari aji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mer ingankan tubuh Bayu Tantra dan ketika mereka berdua
mena mpar ke depan, keduanya secara kebetulan sekali juga
menggunakan aji yang sama, yaitu tamparan dengan jari-jari
tangan, Aji Pethit Nogo! Kembali mereka mengadu tenaga dan
keduanya terpental ke belakang oleh getaran jari tangan
mereka yang me ngandung tenaga sakti yang sama kuatnya!.
Karena terkejut dan terheran betapa lawan masing mas ing
me miiiki aji yang sama, sejenak keduanya hanya saling
pandang dan saling melotot, seakan-akan hendak melanjutkan
pertandingan itu bukan dengan kepalan dan kesaktian lagi,
me lainkan dengan saling menusuk dan mene lan melalui
pandang mata!. Saat ini dipergunakan oleh Pangeran Panjirawit dan
adiknya, Puteri Mayagaluh.
Pangeran Panjirawit melompat maju dan rne megang kedua
lengan Endang Patibroto dari belakang, sedangkan Puteri
Mayagaluh juga mengha mpiri Joko Wandiro dan me megang
lengannya. "J"k" Wandiro, sabar dulu, dia itu adalah kepala
pengawalku, Endang Patibroto!" kata Puteri Mayagaluh
dengan suara halus dan menarik-narik lengan Joko Wandiro
yang ia rasakan amat keras maca m baja saja pada saat itu.
"Endang, sabarlah. Dia bukan musuh, dia ma lah penolong
diajeng Mayagaluh. tenangkan hatimu, padamkan kemarahan-
mu " kata Pangeran Panjirawit sa mbil menar ik tangan Endang
Patibroto. "Kau........Endang Patibroto...... ?"
Joko Wandiro me mbe lalakkan matanya, berseru dengan
suara gagap. Endang Patibroto tersenyum mengejek, dan tiba-
tiba dara perkasa ini tertawa. Suara ketawanya bebas lepas,
tak ditutup-tutupinya lagi dan inilah kebiasaan dara murid
Dibyo Mamangkoro. Akan tetapi dasar dara cantik man is,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarpun tertawa secara terlepas seperti itu, tetap saja masih
menarik dan menggairahkan.
"Hi-hi-hi-hik! Jadi engkau ini Joko Wandiro bocah bengkring
(berpenyakitan) seperti cacing dahulu itu" Hi hi-hik! Kiraku
masih berada di Se mpu sa mbil menimang-nimang golek
kencanamu!"
Wajah Joko Wandiro
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjad i merah sekali.
Pantas saja ketika dahulu
di telaga Sarangan menyerangnya dan Ayu
Candra, ia merasa kenal
baik dengan wanita ini.
Kiranya Endang Patibroto
si bocah nakal! Dan kini
tidaklah aneh baginya
kalau Endang Patibroto
menjad i kepala pengawal
Kerajaan Jenggala. Kiranya gadis ini sekarang telah menjadi
seorang yang sakti mandraguna, yang me miliki kedigdayaan yang hebat, yang dahsyat dan yang
amat ganas. Kalau tadi ketika diserang pertama kali ia tidak
me mpergunakan Bojro Dahono untuk me nangkis, tentu
sekarang ia telah menjadi mayat! la dia m-dia m berg idik.
Mengapa puteri ayah angkatnya kini menjadi seperti ini"
Mengapa sifatnya menjadi ganas dan keji, mudah menurunkan
tangan maut kepada orang yang baru saja dijumpa inya"
Memang harus ia akui, Endang Patibroto sekarang amat cantik
jelita, di dalam keganasannya itu bersembunyi kecantikan dan
keluwesan yang aseli, tidak dibuat-buat, kecantikan seekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harimau betina yang kuat dan indah, kegagahkan seekor kuda
betina liar, dengan tubuh yang le mas tapi kuat, bergoyang--
goyang lemas seperti ular sawah kembang.
"Endang, tak kusangka bertemu de nganmu di sini. Dan
sungguh tak pernah kusangka bahwa engkaulah yang begitu
keji menyerangku dengan panah tangan di Telaga Sarangan
dahulu " "He mm, kau ma u apa" Gadis cantik itu tentu telah
ma mpus! Dan kau sakit hati" Hendak me mbalas" Boleh!"
Endang Patibroto terus saja menantang dan me langkah
maju hendak menyerang!
Teringat ia betapa ibu kandung Joko Wandiro telah
me mbunuh ayah kandungnya, dan biarpun ia telah me mbalas,
telah me mbunuh Listyokumolo untuk me mba las kematian
ayahnya, namun pemuda ini tentu saja menjad i musuh
besarnya Ayahnya sebelum mati berpesan menjodohkan dia
dengan bocah ini" Ah, begitu bertemu untuk pertama kalinya
telah bermusuhan, mana bisa me njadi jodoh"
"Ah, Endang Patibroto, bersabarlah engkau. Orang muda ini
sudah menolong dan menyelamatkan diajeng Mayagaluh,
bukan musuh kita."
Pangeran Panjirawit menar ik lengan Endang Patibroto dan
gadis ini betapapun juga tidak berani untuk me mbantah. Ia
hanya berdiri me mandang dengan mata melotot dan
menantang. Mayagaluh lalu mencer itakan dengan singkat semua
pengalamannya dan betapa Joko Wandiro menolongnya.
Ketika bereerita tentang Pangeran Darmokusumo, Pangeran
Panjirawit kelihatan terkejut.
"Wah, kalau begitu kita harus segera perg i dan sini.
Sungguh tidak ba ik kalau sampai a ku berte mu dengan
kakangmas Pangeran Darmokusumo. Joko Wandiro, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengucapkan banyak terima kasih atas semua budi
pertolonganmu kepada ad ikku Puteri Mayagaluh. Kalau kau
suka, J"k" Wandiro, marilah kau lkut bersa ma kami ke
Jenggala. Kanjeng rama prabu tentu akan suka sekali
mendengar tentang jasamu dan kau tentu akan diberi
kedudukan tinggi di Jenggala."
Puteri Mayagaluh juga melangkah maju dan berkata sambil
tersenyum, 'Betul ?"" yang dikatakan kakangmas Panjirawit,
J"k". Marilah kau ikut bersama kami ke Jenggala."
Ia menoleh kepada Endang Patibroto yang masih ce mberut
sambil tersenyum dan berkata.
"Kebetulan sekali agaknya kau sudah mengena l Endang
sejak kecil. Pertengkaran sedikit antara kalian leb ih ba ik
dilupakan saja dan aku percaya, kalian berdua a kan dapat
menjad i eh, sahabat-sahabat baik yang ?"?"k sekali...!"
J"k" Wandiro menundukkan mukanya yang menjad i makin
merah, sedangkan Endang Patibroto me mandang dengan
makin marah. Pemuda itu mengge leng kepala dan berkata
dengan hormat, "Beribu terima kasih ha mba haturkan kepada gusti
pangeran dan gusti puteri berdua. Akan tetapi hamba
me mpunyai banyak urusan lain. Kelak masih banyak waktunya
hamba me nghadap paduka, apabila keadaan mengijinkan."
Melihat keadaan J"k" Wandiro, pangeran itu maklum
bahwa ia tidak a kan mungkin dapat me mbujuk seorang satria
seperti ini, maka ia lalu ber kata, "Kalau begitu, biarlah lain kali
kami menanti kunjunganmu ke Jenggala. Mayagaluh, Endang,
mari kita berangkat, jangan sampai bertemu dengan orang-
orang Panjalu!"
Ketiga orang muda itu meloncat naik ke atas kuda dan tiga
ekor kuda itu lari ke arah timur. Puteri Mayagaluh untuk
penghabisan kali melempar kerling dan senyum manis kepada
J"k" Wandiro, akan tetapi J"k" Wandiro yang tadinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum mesra pula me mandang puteri yang pernah dicium
pipinya itu, tiba-tiba me mbuang muka karena melihat Endang
Patibroto juga menoleh dan me mandang kepadanya dengan
pandang mata penuh ejekan!
Setelah bayangan ketiga orang itu lenyap dan derap kaki
kuda mereka tak terdengar lagi, barulah J"k" Wandiro menaiki
kudanya dan menjalankan kudanya ke barat. Tiada habis
heran hatinya mengenang kan Endang Patibroto.
Gadis itu benar-benar hebat sekali kepandaiannya. Kalau ia
ingat akan benturan tangan dua kali tadi, ia yakin bahwa ilmu
kesaktian gadis itu jauh tinggi daripada ilmu orang-orang yang
pernah menjadi lawannya. Jauh lebin t inggi dari kepandaian
Wirokolo, atau Ni Durgogini serta Ni Nogogini digabung
menjad i satu! Kalau mengingat bahwa gadis itu adalah puteri
ayah angkatnya, ia girang dengan kehebatan itu. Akan tetapi
kalau teringat akan sifat-sifat ganas dan keji itu, ia
mengerutkan kening dan menarik napas panjang berulang-
ulang. Kemudian pe muda ini lalu me mpercepat perjalanannya
menuju ke Bayuwis mo di pantai Laut Selatan, dengan
perasaan bereampur aduk.
la merasa girang kalau me mbayangkan betapa ia akan bertemu dengan ayah
angkatnya. Betapapun juga, ia harus mengakui bahwa sa mpai
sekarangpun ia mas ih menganggap Pujo sebagai ayah sendiri
yang amat dicintainya.
Di antara orang-orang tua di dunia ini, Pujolah orang
pertama yang ia cinta dan hormati, baru kemudian gurunya, Ki
Patih Narotama, dan kakek gurunya, Resi Bhargowo. Ayah
bunda kandungnya sendiri tidak begitu dekat dengan hatinya
karena semenjak kecil ia tak pernah melihat mereka Lagi.
Akan tetapi kalau teringat bahwa ibu kandungnya tewas dalam
usaha mencari Pujo, kegirangan hatinya akan bertemu dengan
ayah angkatnya itu men ipis terganti rasa khawa tir dan tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas petunjuk para penduduk yang berdekatan, akhirnya ia
sampai juga di Bayuwis mo dan melihat sebuah pondok yang
menyendiri di tepi pantai itu. Hatinya berdebar keras ketika ia
me loncat turun dari kuda dan penuh selidik ia me mandang
kepada dua orang wanita yang keluar dan dala m pondok.
Ia segera mengenal dua orang wanita itu, yang seorang
adalah Kartikosari ibu kandung Endang Patibroto dan yang
kedua adalah bibinya, Roro Luhito adik kandung me ndiang
ayahnya. Segera ia, menghampiri mereka dan me mben hormat
dengan wajah berseri.
"Bibi kartikosari dan bibi Roro Luhito, saya J"k" Wandiro,
kiranya bibi berdua belum lupa kepada saya," kata J"k"
Wandiro ketika me lihat dua orang wanita itu rne mandang
kepadanya dengan muka pucat dan mata terbelalak seperti
me lihat setan, dan disangkanya bahwa dua orang bibinya itu
pangling (lupa) kepadanya.
Tiba-tiba Kartikosar i me mbalikkan tubuhnya dan masuk lagi
ke dalam pondok tanpa berkata sesuatu, sedangkan Roro
Luhito la lu menubruk dan merang kul J"k" Wandiro sa mbil
menang is sesenggukan! Tentu saja hal ini me mbuat Joko
Wandiro terkejut sekali. Memang hatinya sudah merasa tidak
enak dala m perjalanan ke te mpat ini dan telah menduga hal-
hal yang tidak ba ik. Melihat s ikap kedua orang wanita ini ia
berdebar dan merasa cemas se kali.
"Bibi Roro Luhito....... apakah yang terjadi, bibi" Ada
apakah" Harap bibi me mberi tahu kepada saya....... "
o)O---dw---O(o Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 31 "ADUH, angger Joko Wandiro, anakku......! Semoga Hyang
Wisesa menga mpuni kita se mua, kulup.. ......! Telah terjadi
peristiwa yang a mat hebat, malapetaka yang menger ikan...."
Tidak syak lag i sekarang hati J"k" Wandiro. Sudah tentu
perkara ke matian ibu kandungnya.
"Bibi, ceritakanlah. Saya dapat menahan segala berita yang
bagaimanapun. Ceritakanlah, bibi!"
"Mari, anakku. Mari masu k ke pondok dan kau....... kau
maafkaniah s ikap bibimu Kartikosar i. Engkau akan mengerti
mengapa dia bersikap seperti itu ketika t iba-tiba melihat
kedatanganmu, J"k" Wan diro."
"Tida k mengapa, bibi. Saya percaya, bibi Kartikosari adalah
seorang yang bijaksana dan tentu sikap be liau tadi ada
sebabnya yang hebat. Marilah, bibi."
Mereka me masuki pondok kecii sederhana itu. Berdegup
jantung J"k" Wandiro karena ia mengharapkan untuk bertemu
dengan Pujo di dalam pondok. Ia menyapu semua penjuru
dengan pandang matanya, namun tidak me lihat Pujo di situ.
Yang ada hanyalah perabot rumah sederhana dan Kartikosari
duduk di atas sebuah balai-balai bambu dengan muka berduka
dan kedua pi pi basah a ir mata.
Melihat keadaan Kartikosari ini, R?"" Luhito yang tadi
rnenggandeng tangan J"k" Wandiro segera rnelepaskan
tangan itu dan lari mengharnpiri Kartikosar i dan merangkulnya. "Apakah engkau datang untuk me mbalas dendam kematian
ibumu" Kalau begitu, hunus kerismu dan tusuklah dadaku,
agar himpas dan lunas hutang-pihutang nyawa ini!" kata
Kartikosari kepada J"k" Wandiro, suaranya gemetar akan
tetapi sikapnya tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
J"k" Wandiro terkejut sekali. ?"k disang kanya akan
disa mbut dengan ucapan seperti itu oleh Kartikosari. Apakah
ibu kandungnya tewas di tangan bibinya ini" Ah, tidak
mungkin! Ia cukup mengenai ayah angkatnya, dan ia
mendengar dari ayah angkatnya bahwa bibi Kartikosari ini
dahulu adalah adik seperguruan ayah angkatnya. Ayah
angkatnya adalah seorang satria sejati, me miliki iimu-ilmu
kesaktian yang bersih, warisan Sang Resi Bhargowo.
Sedangkan yang me mbunuh ibu kandungnya tentulah yang
me lukai Ki Ad ibroto pula, dan melihat luka itu, je las
me mbayangkan bahwa pe mukulnya adalah seorang yang
amat ganas dan me miliki ilmu yang jahat dan keji.
"Bibi Kartikosari, mengapa bibi berkata seperti itu"
Sesungguhnyalah bahwa secara kebetulan sekali saya bertemu
dengan paman Adibroto dan mendengar bahwa ibu kandung
saya yang tak pernah saya jumpai itu telah meninggal dunia,
tewas di tangan musuh yang juga melukai pa maan Ad ibroto
sampai tewas Akan tetapi saya tidak tahu siapa pembunuh
nya dan kedatangan saya ke Bayuwismo ini sekali-kali bukan
untuk urusan itu, melainkan karena sudah rindu kepada bibi
berdua, terutama sekali kepada....... ayahanda Pujo. Di
manakah beliau" Dan ?"" yang sudah terjadi di sini, bibi?"
Tiba-tiba Kartikosari bangkit berdiri, wajahnya pucat sekali.
"Kau tanyakan kakangmas Pujo.. " Ayahmu itu kakangmas
Pujo...... dia....... dia telah tewas.. dan anak...... anakku
keparat dia...... oohhhh...... "
Kartikosari tak dapat me lanjutkan kata-katanya dan ia
menjatuhkan diri di atas balai ba mbu sa mbil menangis
tersedu-sedu. Roro Luhito meme luknya dan juga menangis
sesenggukan. J"k" Wandiro me mandang dengan muka pucat.
Ayahnya, Pujo, telah tewas" Oleh siapa" Mengapa" Oleh
ibunya dan Ki Adibroto" Kemudian mereka berdua itupun
tewas dalam pertandingan ini" Melihat betapa dua orang
wanita itu menang is penuh kesedihan, dia tidak berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggu dan segera ia menja tuhkan diri duduk di atas
bangku sa mbil menunjang dagu dan mengatur napas
menentera mkan hatinya.
Melihat betapa Kartikosari tenggelam ke dalam kedukaan
yang hebat, Roro Luhito lalu bangun dan duduk menyusuti air
matanya. Dia maklum betapa hancur hati Kartikosari, tidak
hanya karena kehilangan suami tercinta, me lainkan juga
kehilangan puteri yang amat diharap-harapkan.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang betul Endang Patibroto masih hidup, akan tetapi
bahkan lebih hebat daripada mati bagi seorang ibu kandung
yang melihat puterinya menyeleweng jauh sekali daripada
kebenaran! Di sa mping ini, Roro Luhito kasihan me lihat J"k" Wandiro
yang tentu saja menjadi bimbang dan bingung serta a mat
mengharapkan penjelasan.
"Anakku J"k" Wandiro, kaudengarlah ba ik-baik ?"" yang
akan kuceritakan k"padamu dan bers iaplah eng kau menerima
pukulan batin ini. Aku percaya, sebagai seorang satria murid
Ki Patih Narotama yang sakti mandraguna dan arif bijaksana,
dan sebagai seorang yang telah dewasa, engkau tentu akan
dapat menerima semua peristiwa yang terjadi ini sebagai
sesuatu yang sudah dikehendaki Hyang Maha Wisesa, dan
bahwa semuanya itu me ma ng sudah se mestinya terjadi maka
tak seorangpun manusia ma mpu merubahnya," kata Roro
Luhito yang mulai dapat mene kan perasaannya sehingga
suaranya makin jelas dan tenang.
"Bicara lah, bibi, Biarpun be lum tahu jelas, kiranya saya
sudah dapat banyak menduganya."
"Aku akan mulai dari per mulaan, anakku. Terjadinya kira-
kira dua puluh tahun yang lalu, karena sesungguhnya mulai
saat itulah terjadinya awal segala per istiwa ini yang
kuharapkan sudah berakhir sa mpai sekian saja. Ketika itu,
ayahmu atau gurumu Pujo bersa ma bibimu Kartikosari masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengantin baru. Mereka berdua pergi bertapa ke dala m Guha
Siluman. ?"k la ma kemudian datanglah kakakku, mendiang
ayah kandungmu sendiri Raden Wisangjiwo. Aku berterus
terang saja, anakku, biar dia kakak kandungku, biar dia itu
ayah kandungmu, dia pada masa itu adalah seorang
bangsawan muda yang menjadi ha mba nafsunya. Dia bersikap
kurang baik terhadap bibimu Kartikosari sehingga terjadi
pertempuran. Kakangmas Pujo p ingsan dan ketika ia sadar, ia
me lihat betapa bibimu Kartikosari dalam keadaan terluka dan
tak berdaya telah diperkosa orang, Keadaan dalam guha itu
gelap-gulita dan karena tadinya yang menyerang mereka
adalah Raden Wisangjiwo, tidak aneh kalau kakangmas Pujo
dan bibimu Kartikosari merasa
yakin bahwa Raden
Wisangjiwolah orang yang me lakukan perbuatan kej i itu."
J"k" Wandiro menggigit bibirnya. Dahulu pernah ia
mendengar tentang per musuhan itu dan ia a mat menyesal
sekali. Akan tetapi ia tidak mau mengganggu cerita bibinya
karena ia ma klum bahwa kalau ia me mbuka mulut tentu
suaranya akan gemetar.
"Me mang menyesalkan sekali, anakku, akan tetapi itu
kenyataan. Nah, semenjak saat itulah kakangmas Pujo
berpisah dari bibimu Kartikosari. Kakangmas Pujo yang
merasa dihancurkan kebahagiaannya oleh ayah kandungmu,
menyerbu ke Kadipaten Selopenangkep. Di sana dia tidak
mene mukan Raden Wisangjiwo, maka untuk me mbalas sakit
hatinya, ia.... menculik ibu kandung mu, mbokayu Listyokumolo dan engkau sendiri yang pada waktu itu baru
berusia satu tahun."
J"k" Wandiro menundukkan mukanya untuk menye mbunyikan mukanya yang menjadi merah dan terasa
panas. Ia juga amat menyesalkan perbuatan ayah angkatnya
yang terburu nafsu dan sembrono ini, Akan tetapi tepat
seperti dikatakan bibinya tadi, segala sudah terjadi dan ia juga
me mpunyai keyakinan bahwa segala hal yang sudah, sedang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau akan terjadi kese muanya sudah diatur oleh Hyang Maha
Wisesa, sedangkan manusia hanyalah menjad i pelaku-
pelakunya belaka.
"Ke mudian engkau tahu betapa engkau dia ku anak oleh
kakangmas Pujo dan engkaupun sudah mendengar betapa
setelah kakangmas Pujo dan mbokayu Kartikosari tahu bahwa
musuh besar mereka sesungguhnya bukan Raden W isangjiwo
me lainkan J"k"wanengpati s i manusia biadab, dari musuh
mereka menjadi sahabat. Dan engkaupun tahu betapa ayah
kandungmu, biarpun dahulunya pernah melakukan penyelewengan, namun di saat terakhir telah menjadi seorang
pahlawan dan tewas dalam medan yuda sebagai seorang
pahlawan pula. Akan tetapi ibu kandungmu........ "
Sampa i di sini Roro Luhito berhenti dan menarik napas
panjang dan dua titik air mata meloncat ke atas kedua pipinya
yang pucat. "Teruskanlah, bibi. Saya siap mendengar hal yang seburuk-
buruknya," kata Joko Wandiro tenang.
"Ibumu, mbokayu Listyokumolo setelah kehilangan kau
yang dilarikan oleh kakangmas Pujo, dia...... dia menjadi
berubah ingatan, kulup. Kasihan sekali. Ayahmu yang pada
waktu itu belum sadar daripada penyelewengannya, melihat
ibumu seperti orang gila, la lu mengantar nya kembali ke
dusun Selogiri di lereng Lawu. Akan tetapi, agaknya memang
ibu kandungmu harus banyak me nderita di waktu hidupnya.
Belum la ma tinggal di rumah kakekmu yang menjadi lurah di
dusun itu, desa Selogiri menjad i korban serbuan perampok-
perampok. Eyangmu dan seluruh keluarganya tewas, ibu
kandungmu men jadi tawanan perampok! Dan se menjak itulah
kami tidak pernah men dengar apa-apa lagi dari ibumu.
Ayahmu setelah insyaf akan kesalahannya, telah bersusah
payah, dibantu oleh kami se mua dan pasu kan-pasukan,
berusaha mencari ibumu, akan tetapi s ia-sia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hemm, setelah itu tentu telah ditolong oleh paman
Adibroto, pikir J"k" Wandiro, Kemudian setelah ditolong lalu
menjad i isteri pa man Adibroto dan me lahirkan seorang anak,
Ayu Candra! Berpikir sa mpa i di sini, jantung J"k" Wandiro
serasa ditusuk-tusuk, akan tetapi mulutnya tidak mengucapkan sepatahpun kata.
"Siapa dapat menduga, beberapa hari yang lalu..... "
"Ibu datang ke sini bersa ma paman Adibroto?"
?"k tertahankan lagi J"k" Wandiro menyambung karena
bibinya agak meragu.
"Benar, anakku. Ibumu tidak melupakan denda mnya
kepada kakangmas Pujo yang sa ma sekali tidak menyangka-
nyangka dan hidup a man tenteram bersa ma kami berdua di
sini. Ibumu dapat bertemu berdua saja dengan kakangmas
Pujo dan kakangmas Pujo....... yang selalu merasa berduka
dan ma lu atas semua perbuatannya terhadap ibumu dahulu,
mengakui dosanya dan rela menebus dosa, rela dijatuhi
hukuman oleh ibumu. Kakangmas Pujo tidak me lawan ketika
ditusuk keris, sengaja menerima kematian di tangan ibumu
agar dosanya tercuci oleh darahnya sendiri...."
Roro Luhito terisak dan Kartikosar i yang tadinya sudah
agak reda tangisnya, kini tersedu ke mba li.
J"k" Wandiro mengepal tinjunya. Ingin ia menjerit-jerit.
Ingin ia menangis, menangisi keduanya, menangisi Pujo dan
Listyokumolo. Bangga ia mendengar akan sikap Pujo yang
ternyata seorang satria utama, seorang jantan sejati. Sedih ia
mengingat akan nasib ibu kandungnya, dan dia tidak dapat
menyalahkan ibu kandungnya yang tentu saja merasa dirusak
kebahagiaan hidupnya oleh Pujo. Ingin sekali ia mendesak
bibinya agar bercerita terus, akan tetapi kerongkongannya
serasa tercekik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Pujo...... dia melarang kami menuntut
balas....... dia menyatakan rela dan senang mat i di tangan
ibumu untuk menebus dosa...... "
"Aduh ayahku.......! Ayah dan guruku.......!"
J"k" Wandiro bangga sekali dan hampir ia tidak kuat
menahan air matanya yang sudah me mbuat pandang matanya
berkaca-kaca. "Ke mudian, secara tak terduga-duga muncul ah Endang
Patibroto!"
J"k" Wandiro terkejut dan mendongakkan
muka, me mandang bibinya dengan mata terbeialak penuh pertanyaan. "Sungguh berbahagia sekali kakangmas Pujo ketika melihat
puterinya. Baru sekali itu ia me mandang wajah anak
kandungnya, baru sekali itu, di a mbang kematiannya, ia
bertemu muka dengan puterinya. Hatinya puas sekali dan
merasa betapa mendapat anugerah Dewata. Pertama, sudah
dapat menebus dosa di tangan ibumu send iri, ke dua, sebelum
mati dapat bertemu anaknya. Sekali lagi kakangmas Pujo
men inggalkan pesan agar jangan me mbalas kepada ibu
kandungmu, bahkan berpesan bahwa untuk menghapus
permusuhan itu, Endang Patibroto dijodohkan dengan.......
engkau, anakku J"k" Wandiro!"
Pemuda itu merasa seakan-akan dadanya hendak meledak,
jantungnya berdebar-debar keras sekali. Ia merasa makin
bangga kepada Pujo! Bukan ma in ayahnya, juga gurunya itu,
seorang manusia bijaksana, seorang satria sejati.
"Jadi ayah....... Pujo tidak me mbalas kepada....... ibuku?"
"Tida k. Dia meninggal dunia sa mbil tersenyum bahagia."
"Dan bibi berdua, juga tidak me mba las kepada ibuku.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Luhito mengge lengkan kepala. "Betapapun sakit dan
sedih hati bibimu Kartikosari, na mun dia juga seorang
berdarah satria utama, dan me matuhi pesan suaminya."
"Kalau begitu, mengapa ibuku....... " "
Tiba-tiba Kartikosari me lompat turun dan dengan muka
pucat, rambut awut-awutan ia me njerit,
"Anakku yang me mbunuhnya! Anakku Endang Patibroto,
yang kukandung se mbilan bulan, yang kubela dengan taruhan
nyawa...... dia yang me mbunuh ibumu! Dan dia pula yang
me mbunuh Ki Adibroto. Ya, anakku! Anak kandungku! Dia
yang membunuh ibu kandungmu, J"k" Wandiro. ?"k" itu,
kalau kau hendak menuntut balas, jangan ragu-ragu, ini
ibunya yang bertanggung jawab. Kaucabutlah senjatamu dan
kau bunuhlah aku......... aku........ takkan melawan...... kau
sempurnakan aku....... biar aku.......aku ikut suamiku....... "
Terdengar jerit me lengking mengerikan dan tubuh J"k"
Wandiro sudah men celat keluar dari pondok itu.
"J"k"..........!"
Roro Luhito men jerit dan mengejar keluar, juga Kartikosari
berlari keluar. Di depan pintu pondok mereka berhenti dan
me mandang ke depan dengan muka pucat. Mereka melihat
betapa J"k" Wandiro sambil menge luarkan suara menggereng-gereng seperti seekor harimau, menga muk dan
kalang kabut me nghantami batu-batu karang di pinggir iaut!
Batu karang pecah berhamburan dan terdengar pemuda itu
menggereng-gereng
di antara isak tangisnya, terus menghanta mi batu karang seperti orang gila.
"J"k" Wandiro... anakku....! Kau ingatlah, nak........
ingatlah.......!"
Roro Luhito lalu berlari-lari dan
men ubruk kaki keponakannya, juga Kartikosari rnenghampiri dengan bercucuran air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini J"k" Wandiro telah dapat menguasai iblis yang
menga muk di da la m kepala dan dadanya. Ia berdiri dengan
kedua kaki tepentang, kedua tangan berlepotan darah karena
dalam kemarahannya tadi ia tidak mengerahkan aji
kesaktiannya sehingga kulit tangannya tidak kebal dan kini
hancur oleh batu karang. Kedua len gan yang tangannya
berdarah itu kini tergantung di kanan kiri tubuhnya, darahnya
menetes-netes seperti air mata yang juga menetes-netes dari
kedua matanya. "Anakku...... ah, anakku J"k" Wandiro....... jangan salah
mengerti, nak. Bibimu...... Kartikosari mengeluarkan kata-kata
itu saking re muk perasaan hatinya oleh kelakuan anaknya.
Kau tidak tahu, setelah Endang Patibroto me mbunuh
Listyokumolo dan me lukai Ki Adibroto tanpa dapat kami cegah
karena gerakannya yang amat dahsyat, kemudian bibimu
Kartikosari mendengar bahwa Endang menjadi kepala
pengawai
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jenggala. Bibimu marah dan berusaha menginsyafkan puterinya, akan tetapi sia-sia. Bahkan bibimu
sudah menyerang hendak me mbunuhnya, akan tetapi juga
tidak berdaya rnenghadapi kesaktian Endang Patibroto yang
amat hebat."
Kini J"k" Wandiro sudah dapat menekan perasaannya dan
ketenangannya pulih ke mbaii.
"Saya tidak menaruh dendam kepada bibi Kartikosari,
bahkan saya merasa amat terharu dan kasihan., Bibi
Kartikosari, maafkan saya, percayalah, saya tidak me mpunyai
permusuhari apa-apa dengan bibi......."
"J"k" Wandiro........kau dianggap putera sendiri oleh
kakangmas Pujo dan me mang....... me mang kau patut
menjad i puteranya. Ahh, anakku......!"
Kartikosari merangkul dan mere ka berpelukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya juga tahu akan kesaktian Endang Patibroto, karena
sudah dua kali dia menyerang saya, bahkan dia hampir saja
me mbunuh Ayu Candra."
"Ayu Candra" Siapakah dia?" tanya Kartikosari ma kin sedih
mendengar akan penyelewengan puterinya.
"Dia itu....... adik tiriku, puteri ibuku dengan pa man
Adibroto."
Joko Wandiro lalu me nceritakan tentang pertemuannya
dengan Ki Adibroto dan Ayu Candra di dekat Telaga Sarangan,
tentang pesan terakhir Ki Adibroto yang me larang anaknya
mencari pe mbunuh ayah bundanya, kemudian tentang
lenyapnya Ayu Candra.
"Ah..... kakangmas Pujo....... agaknya akan sia-sia semua
kehendakmu agar permusuhan itu disudahi dengan pengorbanan darah dan nyawamu........ bukan saja anak
kandung kita sendiri sudah melanggarnya, juga........ juga
masih ada ekornya lagi, anak Ad ibroto dan Listyokumolo...."
Kartikosari me ngeluh dan menjad i berduka sekali.
Suaminya telah mengorbankan nyawa, rela ditusuk sampai
tewas oleh Listyokumolo untuk menebus dosa, bahkan
me larangnya me mbalas malah menjodohkan Endang Patibroto
dengan Joko Wandiro putera Listyokumolo dalam usaha
terakhir menyudahi per musuhan itu.
Akan tetapi usaha yang amat mulia dari suaminya itu
hancur berantakan, tidak saja oleh anak mereka sendiri, juga
kini tentu saja Ayu Candra hendak menuntut balas pula.
Dendam per musuhan yang tiada akan habisnya.
"Bibi harap suka tenangkan hati. Saya yang tanggung
bahwa Ayu Candra adik saya itu tidak akan melanjutkan
permusuhan, tidak akan mencari balas denda m.. "
Kartikosari terharu dan me megang lengan Joko Wandiro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakku........ Joko Wandiro, engkau patut menjadi putera
dan murid kakangmas Pujo. Engkau....... engkau seperti dia,
anakku! Terima kasih, Joko Wandiro. Engkau sebagai putera
kandung Listyokumolo yang terbunuh oleh Endang Patibroto......... engkau tidak menaruh denda m juga engkau
hendak....... mencegah adikmu Ayu Candra menuntut balas."
"Sudah semestinya begitu, bibi. ?"k mungkin saya dapat
me mbiarkan adik saya menjadi korban nafsu dendam dan
permusuhan yang tiada berkeputusan ini."
"Aku percaya engkau akan bisa membujuk adikmu. Sebagai
puteri Ki Adibroto aku percaya Ayu Candra dapat mengerti,
akan tetapi....... ah, kalau aku ingat akan anakku Endang
Patibroto " Dia sukar dikendalikan, me miliki kepandaian
seperti iblis betina. Dia telah menjadi murid Dibyo
Mamangkoro, dan tidak hanya mewarisi kedigdayaan raksasa
yang mengerikan itu, ma lah juga ce laka sekali, agaknya
mewarisi wataknya yang seperti ibiis."
J"k" Wandiro menggigit bibir Ia masih ge mas kalau
teringat akan Endang Patibroto. Gadis itu telah banyak
me lakukan perbuatan keji. Hampir saja me mbunuh Ayu
Candra tanpa sebab, juga menyerangnya dengan keji tanpa
sebab. Kemudian, gadis itu malah telah me mbunuh ibu
kandung nya dan Ki Ad ibroto, sungguhpun telah mendengar
pesan terakhir ayahnya. Lebih hebat lagi, Endang Patibroto
ma lah menyakiti hati ibunya, me mbantah dan me lawan!
"Bibi, mengingat akan budi ayah Pujo yang berlimpah-
limpah kepada diri saya, saya berjanji akan pergi mencari
Endang Patibroto dan akan me mbujuknya agar supaya ia
insyaf kembali daripada kesesatannya dan suka kemba li
kepada bibi di sini."
"Aduh, anakku! Engkau menumpuk-numpuk budi sehingga
me mbuat aku me rasa malu sekali. Kakangmas Pujo....kiranya
me mbe kas juga se mua jasa dalam hidupmu.......! J"k"
Wandiro, kau tadi mengatakan bahwa sudah dua kali kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bentrok dengan Endang, sudah kauketahui sendiri kedigdayaannya yang seperti ibiis. Bagaimana kalau ia tidak
mendengar bujukanmu, bahkan menggunakan kekerasan "
Aduh........ alangkah akan baiknya kalau Endang tidak berubah
seperti itu dan..... dan dapat terlaksana pesan kakangmas
Pujo tentang perjodohannya dengan kau...!!"
"Saya berjanji akan mengaja k Endang kembali kepadamu,
bibi. Tida k perduli dia mau atau tidak, kalau perlu saya akan
me ma ksanya dengan kekerasan!"
"Ah, Joko. Mudah-mudahan saja kau akan berhas il. Aku
khawatir sekali, terutama jika aku ingat akan adikmu itu.
Usahakanlah agar dia jangan me mperhebat lagi per musuhan
yang sudah diusahakan pe madaman nya oleh ayahmu Pujo."
"Kalau saya pikir-pikir, sungguh mengge maskan orang
biadab yang me mpergunakan na ma Raden W isangjiwo
sehingga tertanam bibit permusuhan sehebat itu. Bibi
Kartikosari, siapakah sesungguhnya orang itu?"
Kartikosari tersenyum di antara air matanya.
"Iblis itu sudah ma mpus, Joko! Mampus di tangan bibimu
berdua ini. Jokowanengpati telah mati dan mayatnya dikubur
dalam perut ikan!"
Kemudian dengan penuh nafsu amarah Kartikosari
mencer itakan betapa dia dan Roro Luhito me ma ksa
Jokowanengpati terjun ke laut sehingga musuh besar itu
disa mbar ikan dan diseretnya ke dala m lautan.
Joko Wandiro menarik napas partjang. Ngeri juga hatinya
mendengar nasib orang jahat itu, akan tetapi ia maklum
bahwa segala perbuatan jahat biarpun lambat akan tetapi
sudah pasti akan menyeret pembyatnya ke dalam le mbah
kesengsaraan dan malapetaka.
"Kiranya cukuplah, bibi berdua. Saya pamit mundur, karena
saya sendiripun berkhawatir akan keselamatan adik saya, Ayu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candra yang belum saya ketahui ke mana perginya. Harap bibi
berdua menanti di sini, saya pasti akan datang lagi dan
mudah-mudahan dapat bersa ma Endang."
"Tida k di sini, J"k" Kami akan pergi dar i te mpat ini."
Ucapan Kartikosari ini tidak hanya mengagetkan J"k"
Wandiro, juga Roro Luhito terkejut dan terheran. "Kita hendak
pergi ke manakah?" tanyanya sambil me megang tangan
Kartikosari. "Adikku Roro Luhito. Setelah kini kita ketahui bahwa di
sana masih ada Ayu Candra yang mungkin akan men untut
balas, lebih baik kita pergi menye mbunyikan diri. Siapa tahu
sebelum dapat ditemukan J"k" Wandiro, dia akan lebih dulu
datang ke sini mencar i kita. Sesungguhnya aku tidak akan
mundur dan rela menyerahkan nyawaku kepada anak
Listyokumolo yang terbunuh oleh anakku, akan tetapi kita
harus mengingat a kan nasib.... anak-anak kita dalam
kandungan ini. Setelah jabang bayi terlahir, barulah aku siap
menerima pe mbalasan. Karena ini, aku mengambil keputusan
untuk berse mbunyi ke Pulau Se mpu di mana dahulu ayahku
bertapa." Roro Luhito menundukkan muka dengan terharu. Ucapan
ini mengingatkan kepadanya bahwa anak yang ia kandungpun
telah yatim, tiada berayah lagi. "Aku menurut segala
keputusanmu."
J"k" Wandiro men gangguk-angguk. Dia m-dia m ia terharu
juga ketika men dengar bahwa kedua wanita yang di t inggal
mati ayah angkatnya ini dalam keadaan mengandung.
"Baiklah, bibi berdua. Saya kelak akan menyusul ke Pulau
Sempu." Setelah bermohon diri, J"k" Wandiro lalu me ninggalkan
Bayuwis mo, menunggang kudanya, pemberian Pangeran
Darmokusumo, Pangeran Panjalu yang haik hati itu.
Sementara itu, beberapa hari kemudian setelah menaburkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bunga di laut sebagai pernyataan selamat tinggal kepada
suami mereka, Kartikosari dan Roro Luhito juga meninggaikan
Bayuwis mo yang menjad i sunyi dan menyedihkan.
^oodwoo^ Berpekan-pekan J"k" Wandiro menje lajah gunung-gunung
dan pantai Laut Selatan untuk mencari jejak adiknya, Ayu
Candra. Namun hasilnya sia-sia belaka sehingga hatinya
menjad i gelisah sekali.
Kemudian ia berpikir bahwa mungkin sekali adiknya itu oleh
Ki Jat"k" yang mencurigakan itu dibawa ke Bayuwis mo. Siapa
tahu kalau-kaiau Ayu Candra berusaha me mbalas denda m
sendiri dan minta diantar Ki Jatoko.
?"k" ia lalu kembali ke Bayuwis mo dan alangkah terkejut
hatinya ketika ia mendengar dari penduduk dusun yang
berdekatan bahwa memang beberapa hari setelah Kartikosari
dan Roro Luhito perg i men inggalkan pantai itu, ada seorang
dara cantik bersama pa mannya yang kedua kakinya buntung
bertanya-tanya kepada penduduk di s itu ke mana perg inya
penghuni Bayuwis mo!
Tentu saja tidak ada seorangpun penduduk yang dapat
me mber i tahu dan kedua orang itu lalu pergi lagi dari situ.
Kejadian ini sudah terjadi t iga pekan yang lalu.
Aduh, untung bahwa bibi Kartikosari dan bibi Roro Luhito
telah pergi. Kalau masih berada di sana, tentu akan terjadi hal
yang amat mengerikan. Ia maklum bahwa Ayu Candra sama
sekali bukan lah lawan Kartikosari dan Roro Luhito yang sakti,
akan tetapi karena ayah bundanya terbunuh, tentu saja gadis
itu menjadi nekat, sedangkan Kartikosari yang berwatak
gagah itu tentu akan rela me mber ikan nyawanya seperti yang
diperbuat oleh Pujo! Alangkah akan mengerikan kalau gadis
itu, adiknya, bekas kekasihnya, melakukan pe mbunuhan
seperti itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Ayu Candra dan Ki Jatoko pernah datang ke dusun
itu, biarpun telah lewat tiga pekan, namun setidaknya J"k"
Wandiro mula i mendapatkan jejak mereka. Menurut para
penduduk yang melihatnya, dua orang itu pergi menuju ke
utara. Dia mengikuti jejak mereka dan tibalah J"k" Wandiro di
Selopenangkep yang kini telah me mpunyai seorang adipati
baru, seorang ponggawa Kerajaan Panjalu. Di tempat ini ia
mendapat keterangan pula bahwa me mang dua orang itu
pernah berada di Se lopenangkep, akan tetapi kemudian pergi
lagi men uju ke utara.
Joko Wandiro mengikuti terus jejak ini dan selanjutnya
dengan hati girang ia mendapat kenyataan bahwa tidakiah
sukar mengikut i jejak kedua orang itu walaupun sudah lewat
belasan hari. Hal ini tidaklah aneh karena me mang kedua
orang itu menarik perhatian serta mudah diingat. Yang
seorang adalah gadis cantik jelita yang sukar dicari
bandingannya. Yang ke dua adalah seorang laki-la ki ber muka
buruk menjijikkan dan buntung kedua kakinya. Tentu saja
"pasangan" seperti ini tidak mudah terlupa orang.
Akhirnya, J"k" Wandiro mengikuti jejak kedua orang itu
menuju ke timur. Hatinya berdebar dan tidak enak. Pulau
Sempu letaknya di pantai Laut Selatan sebelah timur dan kini
jejak kedua orang itu terus saja ke timur. Apakah dua orang
itu telah dapat menduga ke mana perg inya Kartikosari dan
Roro Luhito" Ah, tidak mungkin! Yang tahu akan hal ini
hanyalah mereka bertiga. Kalau begitu, ke manakah tujuan
Ayu Candra" Mengapa terus ke timur bahkan sa ma sekali tidak
kembali ke Sarangan"
Makin cepat ia mengejar, jarak di antara mereka makin
dekat akan tetapi jejak itu juga makin dekat dengan Pulau
Sempu! Ia hampir dapat menyusul mereka ketika tiba di kaki
Pegunungan Anjasm?"". Dari seorang petani ia mendapat
keterangan bahwa baru beberapa ja m yang lalu petani itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lihat seorang buntung yang mengiringkan seorang gadis
jelita lewat di de kat sawahnya.
"Bagaimana keadaan gadis itu, paman?" tanya J"k"
Wandiro setelah minum dari air kendi yang ditawarkan si
petani dengan ramah. Petani itu me man dang dengan mata
penuh selidik. Ia me lihat wajah, kemudian melihat pakaian
J"k" Wandiro, dan bertanya,
"Apakah andika ini seorang perajurit" Kalau seorang
perajurit, dari Jenggala ataukah dari Panjalu?"
Joko Wandiro cepat mengge leng kepala menyangkal.
"Bukan perajurit bukan bangsawan, aku seorang pengelana
biasa saja, paman."
"Syukur ka lau begitu. Biasanya kalau perajurit, apalagi dari
Jenggala, tentu akan terjadi hal yang tidak sedap dipandang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau berte mu dengan gadis jelita seperti yang lewat tadi.
Hemm, engkau bertanya tentang gadis itu, apakah
keperluannya, orang muda?"
?"?"?" pa man jangan menaruh curiga. Gadis itu adalah
adik saya, dan orang buntung itu ada lah pa man saya. Saya
me mang mencari mereka, pa man."
"Oooo, begitukah" Gadis itu tampak sehat-sehat saja,
agaknya tidak lelah biarpun me lakukan perjalanan jauh.
Sungguh cantik je lita dan trengginas (tangkas), juga
pemberani, buktinya berani melakukan perja lanan hanya
dikawal seorang paman yang lumpuh."
Lega hati J"k" Wandiro me ndengar ini. Ia lalu berpamit dan
cepat-cepat ia melakukan pengejaran ke arah lereng Gunung
Anjasmoro. Karena J"k" Wandiro melakukan pengejaran
sambil mengerahkan Aji Bayu Sakti, ma ka menjelang senja, ia
dapat menyusul. Alangkah girang hatinya ketika mendapat
kenyataan bahwa dua orang yang bercakap-cakap di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan sambil mengaso di bawah pohon itu adalah Ayu Candra
dan Ki Jatoko si buntung!
Sambil bersembunyi J"k" Wandiro mengintai. Hatinya
berdebar-debar girang ketika melihat betapa keterangan
paman tani tadi betul. Ayu Candra kelihatan sehat, hanya
pada wajahnya terbayang sinar kedukaan yang me mbuat sinar
mata yang biasanya bening berseri-seri itu kini suram,
senyumnya yang biasa selalu menghias bibir mena mbah cerah
sinar matahari kini lenyap.
Namun dala m kedukaan, bekas kekasihnya itu masih cant ik
jelita, masih menarik dan masih me mbuat jantung J"k"
Wandiro berdegupan keras. Dia adik saya, ia menekan
jantungnya, dia adik saya, adik sekandung, adik seibu! Sa mbil
menekankan kenyataan ini di hatinya, J"k" Wandiro
me mandang Ki J"tak" dan ia merasa heran melihat betapa Ki
J"t"k" kini tidak ke lihatan sebagai orang buntung yang le mah.
Bahkan hebatnya, kakek buntung itu yang duduk di atas
tanah kini menghadapi beberapa ekor ular yang berkelojotan
di depannya sa mbil tertawa-tawa!
"Paman Jat"k", di sepanjang jalan kau me mbunuhi ular-
ular berbisa dan menga mbil racunnya untuk meracuni jarum-
jarum itu, apakah mas ih kurang cukup?"
Ayu Candra bertanya sambil duduk menjauh, agaknya jijik
me lihat banyak ular menggehat-geliat dan berke lojotan itu.
"Heh-heh-heh-heh, Ayu Candra cah ayu, cah denok!
Kaulihat saja, kalau jarum-jarum ini sudah jadi betul,
kemudian kau kuber i pelajaran me mpergunakan jaru m ini, kau
akan me miliki kepandaian seratus kali sambit seratus kali
kena! Nah, dengan jarum-jarum inilah kau kiranya. baru akan
dapat menghadapi Pujo dan kedua orang isterinya yang sakti.
Heh-heh-heh!"
"Paman, bukankah kabarnya menurut penduduk pantai
dekat Bayuwis mo, Pujo sudah men inggal dunia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah-hah, omongan orang desa sebodoh itu tak perlu
kaupercaya, cah manis! Mereka tahu ?"?" Pujo orangnya
belum tua benar dan sakti. Agaknya ia sudah tahu bahwa kau
hendak mencar inya dan me mbalas denda m, maka ia lalu lari
menye mbunyikan diri bersa ma kedua isterinya, dan berpura-
pura mati. Akan tetapi jangan kau khawatir, sekali kita
bertemu dengannya, kau pasti akan ma mpu me mba las
dendam. Aku tanggung! Kalau tidak, jangan panggil aku Ki
Jatoko lagi, heh-heh!"
Tiba-tiba tubuh orang buntung itu berkelebat ke kiri, cepat
sekali gerakannya, tahu-tahu tubuh yang buntung itu telah
menubruk dan menyusup ke dalam se mak-semak, lalu muncul
dan mencelat lag i ke tempat tadi, tangan kirinya telah
menjep it seekor ular bandot yang amat berbisa!
Leher ular itu terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya,
kemudian sekali jari-jari tangan kanan mengurut tubuh ular itu
dari leher ke ekornya, ular itu s udah berkelojotan tak ma mpu
lari lagi, lalu dile mpar kan ke bawah, ke sekumpulan ular-ular
tadi. "Heh-heh, bandot hijau, amat berb isa. Bisanya banyak dan
amat ampuh!" kata Ki Jat"k".
Ayu Candra agaknya sudah sering melihat cara kakek
buntung itu menang kap ular, maka ia tidak merasa heran lagi.
Gadis ini sudah cukup m"klum bahwa orang buntung itu
sesungguhnya me miliki kesaktian yang hebat sekali.
Akan tetapi J"k" Wandiro yang tidak menduga sama sekali,
menjad i kaget setengah mati, Dapat bergerak secepat itu, si
buntung ini me miliki kepandaian yang tidak kalah oleh
pendekar-pendekar kebanyakan yang masih lengkap anggauta
bidannya! Caranya bergerak melompat tadi amat cepat, juga
cara menangkap ular benar-benar mengagumkan. Seorang
iawan berat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah yakin benarkah kau bahwa musuh kita adalah Pujo
dan dua orang isterinya, paman?"
"Kau mas ih ragu-ragu kepadaku, Ayu" Ah, masih t idak
percaya setelah aku me mbe la mu, bersusah-payah mengajakmu mencar i musuh besar mu" Ayu, aku bersu mpah
bahwa aku tidak akan me mbohongimu. Aku orang
Selopenangkep, kau sudah kucer itakan tentang ini. Aku tahu
ketika Pujo menculik ibumu Listyokumolo dan anaknya yang
masih kecil. Aku tahu betapa ibumu lalu menjad i gila karena
perbuatan biadab si Pujo! Kemudian untung tertolong oleh Ki
Adibroto, menjadi suami isteri dan me mpunyai anak engkau."
Sambil bicara, Ki Jatoko menang kap seekor u lar, mengurut
tubuh ular itu sehingga racunnya keluar dari mulut yang
dijungkirkan. Racun kehijauan yang menetes-netes itu jatuh
ke dalam sebuah batok kelapa di mana terdapat puluhan
batang jarum yang sudah hijau menghita m warnanya.
Setelah racunnya habis, ia me mbuang tubuh ular itu ke
samping dan ternyata binatang itu telah mati. Ia menangkap
ular ke dua dan me mperlakukannya seperti tadi, kemudian ke
tiga dan ke empat, demikian seterusnya.
"Kenapa kau mengajakku ke Kerajaan Jenggala, paman"
Bukankah leb ih baik kita berdua saja terus mencari si penjahat
Pujo?" Perih hati J"k" Wandiro mendengar adiknya menyebut Pujo
"penjahat" itu. Ah, adikku yang terkasih, engkau tidak tahu
keadaan sebenarnya. Engkau terlalu mabo k oleh racun
hasutan si buntung yang mencurigakan sekali ini! Demikian
dia menge luh dan merasa marah sekali kepada Ki Jatoko.
Akan tetapi mendengar pertanyaan yang diajukan Ayu Candra,
ia terkejut dan mendengar kan terus.
"Ayu Candra, cah manis. Engkau percaya sajalah kepadaku.
Sudah kukatakan berkali-kali kepadamu, aku seorang yang
hidup sebatangkara, setelah bertemu denganmu, aku tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sisa hidupku ini kuperuntu kkan dirimu seorang. Asal
kelak engkau dapat mengasihi seorang buntung seperti a ku,
ahhh....... rela aku berkurban ?"" saja untukmu, manis.
Ketahuilah, untuk mencari Pujo tidak mudah setelah kini kita
tidak tahu ke mana ia menyembunyikan diri. Akan tetapi di
Jenggala aku me mpunyai banyak sekali kawan-kawan yang
sakti. Bahkan sang prabu di Jenggala tentu akan suka
me mbantu ku. Dengan bantuan orang-orang sa kti dan
pasukan, ?"" susahnya mencari Pujo" Nah, kalau sudah
bertemu, bukankah kita mendapat bantuan orang-orang
pandai dan engkau akan dapat me la mpiaskan denda mmu,
man is?" Pucat wajah Joko Wandiro mendengar ini. pucat saking
marahnya. Tidak hanya karena kenyataan bahwa manusia
buntung ini bersekutu dengan orang-orang sakti yang
me mbantu Jenggala seperti Dibyo Mamangkoro dan yang lain-
lain, juga karena sikap dan kata-kata si buntung ini jelas sekali
mengandung niat yang tidak wajar. Agaknya si buntung itu
dia m-dia m gandrung dan tergila-g ila kepada Ayu Candra,
me mper lihatkan sikap seperti terhadap kekasihnya.
Hanya karena Ayu Candra seorang gadis jujur dan polos,
berwatak bersih dan mas ih bodoh, ma ka sikap mesra itu
dianggapnya sikap ramah dan baik dari seorang paman
terhadap keponakan!
Tiba-tiba tubuh si buntung berkelebat lagi menubruk dan
menyusup ke dalam se mak-semak seperti tadi dan ketika
me lompat keluar lagi tangannya sudah menjepit seekor ular
yang kulitnya hijau keputihan. Akan tetapi pada saat itu, Joko
Wandiro juga sudah melompat keluar mengha mpiri Ayu
Candra. "Ayu Candra.........!"
"Joko........... eh, kakang....... engkau....... ?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra melompat bangun. Sejenak wajahnya berseri,
matanya yang sayu dan wajahnya yang mura m itu ber seri,
bibirnya terbuka mengarah senyum, kedua tangannya diulur
ke depan. J"k" Wandiro terharu dan melangkah ma ju hendak
me me luk, akan tetapi tiba-tiba dari belakangnya terdengar Ki
Jatoko menghardik,
"Mundur engkau! Engkau bernama J"k" Wandiro, bukan"
Engkau murid terkasih s i keparat Pujo, bukan" Engkau ini
anak durhaka, anak tidak berbakti! Ibu kandungmu dahulu
diculik Pujo, diperkosa, dirusak kehormatannya sampai menja-
di gila! Engkau sendiri diculik, akan tetapi karena diperlakukan
sebagai murid, engkau lalu lupa akan ibu kandungmu sendiri!
Engkau tahu ibumu dibunuh Pujo, akan tetapi engkau
me larang Ayu Candra hendak menuntut balas. Cih, laki-la ki
maca m engkau ini mana pantas menjad i kakak Ayu Candra?"
Hebat sekali ucapan ini. J"k" Wandiro merasa seakan-akan
mukanya ditampar. Ia mengurungkan niatnva me me luk Ayu
Candra, lalu perlahan-lahan me mbalikkan tubuhnya menghadap i si buntung yang duduk di atas tanah me megangi
ularnya yang baru saja ditangkapnya tadi.
Muka J"k" Wand iro sebentar merah sebentar pucat karena
perasaannya yang mengge lora.
Ucapan itu selain kasar dan keras, juga beracun sekali,
lebih beracun daripada bisa yang terkumpul di da la m batok.
Sekiranya J"k" Wandiro belum bertemu dengan Kartikosari
dan Roro Luhito, mungkin ia akan terpengaruh oleh kata-kata
ini dan akan menjad i ragu-ragu dan ma lu kepada diri send iri
yang dikatakan tidak berbakti kepada ibu kandungnya!
Akan tetapi, ia telah tahu akan duduknya perkara, ma ka ia
menjad i marah bukan ma in kepada orang buntung ini.
"Paman, engkau seorang tua lagi buntung kedua kakimu.
Jagalah mulut mu agar jangan sampa i aku seorang muda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlaku kurang ajar kepadamu!" bentak J"k" Wandiro
menahan kemarahannya.
"Heh-heh-heh, coba sangkal kata-kataku kalau ma mpu.
Ayu Candra, jangan engkau terlalu percaya kepada kakak
tirimu ini. Dia sudah diracuni si keparat Pujo, seperti juga
bibinya. Ya, aku belum menceritakan kepadamu, Ayu, bahwa
adik ayah bocah ini, yang bernama Roro Luhito, ketika di
Selopenangkep dahulu j uga menjadi korban kebiadaban Pujo,
dice markan kehormatan nya. Kemudian Roro Luhito yang
hendak me mbalas dendam, dikalahkan oleh Pujo, malah
dipaksa men jadi bini mudanya sekali! Nah, karena kini Pujo
selain menjadi guru dan menjadi peme liharanya sejak kecil
juga menja di sua mi bibinya, tentu saja ia tidak akan
me mbiarkan engkau me mbalas dendam....."
"Tutup mulut mu yang busuk......!"
Joko Wandiro kini tak dapat lagi menahan kemarahannya.
Ia tidak sudi bertengkar mulut dengan orang buntung yang
ternyata amat pandai bicara dan pandai membakar hati ini.
Paling ba ik me mberinya hajaran lalu mengajak Ayu Candra
cepat-cepat pergi dari situ, pikirnya.
Dengan sebuah loncatan kilat J"k" Wandiro menerka m
maju. Akan tetapi pemuda ini terkejut dan cepat mengelak ke
belakang ketika tiba-tiba ada suara mendesis dan kepala ular
hijau telah me nyambar ke arah lehernya.
Kiranya ular itu kini telah dipegang perutnya oleh Ki Jatoko
yang me mpergunakan ular itu sebagai senjata hidup, diobat-
abitkan sehingga kepala ular itu merupakan ujung senjata
yang mendesis-desis marah dan s iap menggigit! Ular hijau ini
baru saja ditangkap oleh Ki J"toko, masih liar dan belum
dia mbil ra cunnya, maka amat berbahaya.
Kini Ki Jatoko sudah meloncat berdiri dan menerjang
dengan senjata ular itu dengan serangan-serangan dahsyat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia m-dia m J"k" Wandiro terkejut. Benar-benar hebat gerakan
orang buntung ini sehingga ia me njadi heran sekali.
Apalagi semua serangan si buntung itu didasari ilmu
mer ingankan tubuh yang mirip dengan Aji Bayu Sakti!
Agaknya memang Aji Bayu Sakti, hanya menjadi agak berbeda
karena dilakukan dengan kedua kaki buntung! Dan ular yang
hidup itu digerakkan seperti orang menggerakkan sebatang
tongkat atau sebatang tombak saja, bukan main cepatnya dan
kepala ular itu saking cepatnya digerakkan, seakan-akan
berubah menjadi belasan buah banyaknya.
Di lain fihak Ki Jatoko juga terkejut dan kagum. Orang
muda ini ternyata me miliki gerakan yang a mat gesit, tidak
kalah oleh gerat cepatnya sendiri. Hampir ia t idak percaya
kalau tidak menyaksikan sendiri. Ia kini mena mbah serangan
dengan pukulan-pukulan tangan kirinya yang disertai Aji
Siyung Warak, yang keampuhannya tidak kalah oleh gigitan
ular berbisa di tangan kanannya.
Namun Joko Wandiro yang maklum bahwa tangan kiri yang
menge luarkan angin dingin itu tentu a mpuh, dapat
menghindar dengan amat mudah. Ketika untuk kesekian
kalinya tangan kiri Ki Jatoko mena mpar, Joko Wandiro
mengangkat tangan kanan menangkis dan mengerahkan hawa
sakti dari dalam pusar disalurkan ke tangan, mencipta gerakan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"mene mpel" sehingga ketika lengan kiri Ki Jatoko bertemu
lengan kanannya, si buntung itu merasa lengannya tergetar
dan tak dapat terlepas dari lengan lawan! Ia terkejut,
me mukulkan ular ke arah leher Joko Wandiro.
Pemuda ini mengeluarkan seruan keras, jari tangan kirinya
me mpergunakan Aji Pethit Nogo me nyampok ke arah kepala
ular dan "krakkk!" kepala ular itu hancur berantakan!.
Ki Jatoko terkejut dan melompat ke belakang. Tangan
kirinya terasa linu dan kejang-kejang. Ia makin terheran-
heran. Pemuda ini sa ma sekali belum me mbalas dengan
serangan, baru mengelak, menangkis dan me mbunuh ular,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun sudah je las bahwa dia terdesak dan terjepit. Dalam
beberapa gebrakan saja telah terbukti bah wa dia kalah!.
Ki Jatoko dahulu adalah Jokowanengpati yang gemblengan.
Dahulu, biarpun kedua kakinya belum buntung, kepandaiannya tidak sematang sekarang. Dahulupun sudah
jarang sekali ada orang pandai yang dapat mengalahkannya,
apalagi hanya seorang pemuda hijau maca m ini!
Betapa mungkin pe muda itu dapat me ngalahkannya hanya
dengan tangan kosong dan tanpa balas menyerang" Ia
menjad i penasaran dan marah sekali. Sepasang matanya
menjad i merah, mulutnya menyeringai lebar dan ia sudah
mencabut sebatang keris yang selama ini selalu terse mbunyi
di balik bajunya!
Melihat kemarahan orang, Joko Wandiro menjadi sabar dan
tenang kembali.
"Paman Jatoko, mengingat bahwa selama ini, tak perduli
apakah maksud keji yang tersembunyi di da la m pikiran mu,
ternyata engkau tidak mengganggu ad ikku Ayu Candra dan
dia dalam keadaan sehat selamat, biarlah kita sudahi
pertandingan ini dan kita menga mbil ja lan masing-mas ing.
Aku akan mengajak adikku pergi dan di antara kita tidak perlu
ada urusan dan sangkut-paut lagi."
Andaikata Joko Wandiro mengajukan alasan lain, tentu saja
Ki Jatoko juga akan mener ima karena dia bukanlah seorang
bodoh. Tidak, jauh daripada itu. Ki Jatoko adalah seorang
yang cerdik luar biasa, penuh akal bulus dan t ipu muslihat. Ia
bukan seorang yang nekat yang merasa malu untuk mundur
jika keadaan tidak menguntungkan. Ia tahu bahwa pemuda ini
benar-benar amat sakti, bahwa belum tentu ia dapat
menand inginya.
Akan tetapi, alasan yang diajukan Joko Wandiro untuk
mengakhiri pertandingan adalah untuk me mbawa pergi Ayu
Candra! Hal ini sa ma artinya dengan me mbawa pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat atau nyawanya! Sampai mati ia tidak akan mau
berpisah lagi dari Ayu Candra, perawan jelita yang dicintanya
sepenuh jiwa raga! Tida k, lebih baik mati daripada harus
berpisah dari Ayu Candra,
"Kau bocah kemarin sore tak perlu me mbujuk seorang
seperti aku! J"k" Wandiro, aku kasihan me lihat Ayu Candra.
Ayah bundanya terbunuh orang dan aku tahu siapa
pembunuhnya. Kalau engkau seorang laki-laki yang tidak mau
menjad i orang durhaka, lebih baik kau mengikuti aku pu la dan
mari kita bertiga mencari musuh kita. Kalau tidak, kau
pergilah, tapi jangan kau ajak pergi Ayu Candra. Aku telah
bersumpah akan mengantarkannya sampai berte mu dengan
musuh besarnya dan biarpun engkau ini putera kandung
Listyokumolo, na mun belum tentu kau suka me musuhi Pujo
yang menjad i guru dan paman mu."
J"k" Wandiro tidak me mperdulikannya lagi, me mba likkan
tubuhnya menghadapi Ayu Candra. Gadis ini sudah berdiri di
balik batang pohon dan wajahnya pucat. Agaknya ia merasa
ngeri menyaksikan pertempuran tadi, sungguhpun ia sendiri
bukan seorang wan ita le mah.
"Ayu, adikku, tidak perlu kita me layani orang buntung ini.
Marilah ikut aku, Ayu, dan nanti kau kuberi penjelasan, akan
kuceritakan se mua kepada mu...."
"Awas.......... Joko.........!!" Ayu Candra menjerit.
Biarpun andaikata tidak diperingatkan Ayu Candra, Joko
Wandiro juga tidak akan mudah diserang dari belakang secara
mengge lap begitu saja. Selain panca indranya yang sudah
tajam melebihi ma nusia biasa, juga ada semacam indra ke
enam yang me mbuat ia seakan-akan me mpunyai mata pada
belakang kepala nya!
"Wuuuttt.......!!"
Sinar hita m keris di tangan Ki Jatoko menusuk angin ketika
tubuh Joko Wandiro yang diserangnya tiba-tiba berkelebat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me loncat melewati kepalanya! Ki Jatoko me mbalikkan tubuh
dan kembali menubruk sambil menusukkan kerisnya disusul
hantaman ta ngan kiri.
Cepat dan bertubi datangnya serangan ini, dan pada saat
itu tubuh J"k" Wandiro baru saja melayang turun. Namun
J"k" Wandiro dapat sekaligus menangkis tusukan dan
pukulan. Kemba li e mpat lengan bertemu dan Ki J"t"k"
terhuyung-huyung ke belakang sa mpai lima langkah. Dia m-
dia m j"k" Wandiro merasa kasihan dan ma lu.
Lawannya seorang buntung sehingga melangkahpun
terhuyung-huyung!.
Akan tetapi tiba-tiba ia terkejut karena tubuh itu sudah
me layang dan menyerangnya seperti seekor burung garuda
menya mbar. Hemm, ia mencela kebodohannya sendiri.
Biarpun buntung, orang ini sa ma sekali tidak per lu dikasihani
karena ketangkasan dan kedigdayaannya melebihi jagoan-
jagoan yang sudah pilih tanding. Ki J"t"k" ini seorang yang
sakti mandraguna, sama sekali tidak boleh dipandang rendah.
Seperti juga tadi, J"k" Wandiro me layani lawannya dengan
kedua tangan kosong saja, mengandalkan kegesitan tubuhnya
dan kekuatan hawa sakti tubuhnya untuk mengelak atau
menang kis. Seperti tadi pula, ia belum mau me mbalas dan
dia m-dia m me mperhatikan gerakan-gerakan lawan. Dia m-
dia m harus ia akui bahwa gerakan Ki Jatoko ini merupakan
ilmu-ilmu yang tinggi dan bersih, bahkan ha mpir sama
sumbernya dengan ilmu-ilmu milik Resi Bhargowo.
Biarpun dahsyat dan dilakukan dengan beringas saking
penasaran dan marah, na mun ilmu tata kelahi orang buntung
ini merupakan ilmu yang indah dan amat kuat. Kecepatan
gerakannya tak dapat disangkal lagi tentulah Bayu Tantra atau
Bayu Sakti, atau setidaknya tentu bersumber dari ilmu gerak
cepat keduanya itu. Makin ragu-ragulah ia untuk merobohkan
Orang ini. Apakah orang buntung ini pernah be lajar ilmu
kepada Resi Bhargowo" Ataukah pernah menerima Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemblengan Empu Barodo" Mereka berdua itu adalah
pendeta-pendeta sakti yang bijaksana dan berbudi, tentu
menaruh kasihan kepada seorang buntung dan tidakiah aneh
kalau me mber i sebuah dua buah ilmu.
"Tahan........!"
Tiba-tiba J"k" Wandiro berseru seraya melompat mundur
dari gelanggang pertempuran.
"Paman J"tok",
aku seperti mengenal gerakan- gerakanmu........! Bukankah engkau pernah belajar ilmu
kepada eyang Empu Bharodo atau eyang Resi Bhargowo.......?"
Ki J"tak" terkejut. Semenjak ia men jadi buntung dan rusak
mukanya dan berganti nama Ki J"1"k", ia sudah mengubur
nama Jokowanengpati dan agar jangan sampa i ada orang
mengenalnya, ia pun me mperdalam ilmunya dan sedapat
mungkin merubah gerakan ilmu silatnya agar berubah
daripada aselinya dan tida k akan dikenal orang.
Namun, betapa pandainya, tentu saja tidak mungkin ia
me lenyapkan sa ma sekali gerakan dasar yang menjadi inti aji
kesaktian yang telah ia pelajari. Kini setelah bertanding,
pemuda ini dapat mengenal ilmu-ilmunya. Hal ini menandakan
bahwa pemuda ini sudah rnahir betul akan ilmu-ilmu itu. Akan
tetapi karena maklum bahwa sekali orang tahu akan
rahasianya maka keselamatan hidupnya akan selalu terancam,
ia menghardik, "Bocah dusun, engkau melantur tentang ?"?" Kalau takut,
pergilah, kalau berani, terima ini!" Ia melompat maju,
menerka m dengan ganas sa mbil mengayun kerisnya.
"Manusia tak tahu diri!" Joko Wand iro berkata perlahan,
tidak mengelak dari te mpatnya, melainkan menyambut
serangan itu keras sama keras Kedua tangannya bergerak
mera mpas keris sambil mendorong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss. ........... weerrrr.........!"
Ki Jatoko berteriak kaget, kerisnya terlempar dan tubuhnya
juga melayang ke belakang la lu terbanting ke atas tanah.
Sejenak orang buntung ini bengong terlongong. Ia mengenal
gerakan Pethit Nogo yang me mbuat kerisnya terlempar tadi
karena tenaga yang terkandung di jari-jari tangan itu
hebatnya luar biasa sekali, akan tetapi ia tidak tahu dorongan
maca m ?"" tadi yang me mbuat tubuhnya terlempar seperti
daun kering tertiup angin!
Joko Wandiro yang
tidak me mpunyai niat
mence lakai. Ki Jatoko,
tidak menyerang lebih
lanjut. Ia me mbalikkan
tubuhnya hendak mengha mpiri Ayu Candra. Alangkah kagetnya ketika melihat
bahwa Ayu Candra tidak
berada di tempat yang
tadi pula, tidak tampak
bayangannya lagi.
"Ayu! Ke mana engkau pergi....?"
Joko Wandiro berteriak memanggil lalu mencari di sekeliling
tempat itu. Namun sia-sia. Ayu Candra seperti hilang ditelan
bumi, tak men inggalkan be kas.
Joko Wandiro menjad i gelisah. Senja telah mulai
mengge lapkan cuaca. Ia me lompat naik ke atas pohon yang
tinggi, seperti seekor kera di atas pohon ia memandang ke
sekeliling. Akhirnya ia berseru girang ketika melihat sesosok
tubuh seorang wanita di sebelah utara, tubuh seorang wanita
muda. Siapa lagi kalau bukan adiknya" Ia melompat turun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan seekor kijang cepatnya ia sudah lari mengejar ke
arah utara. Sebentar saja ia sudah dapat menyusul. Bocah nakal,
pikirnya. Dari Sarangan pergi tanpa pa mit. Susah payah ia
mencari kini sudah bertemu, kemba li hendak pergi tanpa
pamit. Mungkmkah karena kehancuran dan kepatahan hati
oleh perubahan hubungan antara mereka dari kekasih menjadi
kakak berad ik" J"k" Wandiro hendak menggodanya, hendak
men imbulkan suasana ge mbira di hati adiknya dan mengusir
kekesaian hatinya.
?"k" ia mengha mpiri dengan pengerahan tenaga dalam,
sehingga tubuhnya menjadi ringan sekali tak menerbitkan
suara sama sekali Setelah dekat, ia melompat dan men ubruk
dari belakang, langsung ia me me luk tubuh adiknya dari
belakang. Sambil menciu mi ra mbut adiknya, ia berbis ik,
"Ayu........ engkau nakal sekali. Hendak lari ke mana lagi
engkau sekarang" Akhirnya aku dapat juga menang kapmu,
anak nakal!"
J"k" Wandiro merasa heran se kali ketika tubuh yang
dipeluknya itu menggigil kemudian menjadi le mas dan kepala
yang rambutnya lemas halus dan harum itu rebah di atas
dadanya, jari-jari tangan yang halus pula mencengkeram
kedua lengannya.
Akan tetapi hanya sebentar saja karena tiba-tiba gadis itu
merenggutkan tub uhnya dengan kekuatan yang luar biasa
sekali sehingga dapat terlepas, lalu me mbalikkan tubuh
menghadap inya.
Hampir saja Joko Wandiro berteriak kaget ketika ia melihat
bahwa dara itu sama sekali bukan Ayu Candra, melainkan.......
Endang Patibroto! Endang Patibroto yang berdiri di
hadapannya dengan muka menunduk, kemerahan, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemalu-maluan! Rasa kaget ini seperti terganti rasa sesal dan
kecewa karena ke mba li ia kehilangan Ayu Candra.
Akan tetapi kembali segera berubah menjadi rasa girang
karena me mang ia sedang mencar i-cari gadis ini pula untuk
me menuhi janjinya kepada Kartikosari.
"Endang Patibroto! Kebetulan se kali kita berjumpa di sini.
Memang aku sedang mencari-carimu. Kau maafkan aku
tadi...., kau tadi kusangka orang lain.... "
Seketika berubahlah wajah wanita cantik itu, Kini Endang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Patibroto mengangkat mukanya me mandang, tidak malu-malu
lagi, tidak berseri lagi, melainkan dengan bayangan perasaan
dingin, bibirnya agak tersenyum, wajahnya membayangkan
kalau dia sedang kesal hati atau marah.
"He mmmm......! ?"u ?"" kau mencariku" Hendak
me lanjutkan pertandingan?"
"Endang, aku telah berte mu dengan ibumu di Bayuwis mo
dan...... "
"He mm, engkau sudah mendengar tentang kematian ibumu
di tanganku" Nah, kalau engkau mencariku untuk me mba las
dendam kematian ibumu, hayolah. Aku sudah siap!"
J"k" Wandiro menarik napas panjang. Hatinya penuh
penyesalan. Gadis yang berdiri gagah di depannya ini adalah
seorang dara yang amat cantik jelita, hampir sa ma dengan
bibi Kartikosari, bertubuh ra mping padat dan segar bagaikan
sekuntum bunga sedang mekar, seorang dara yang sukar
dicari bandingnya. Akan tetapi pandang mata gadis ini a mat
dingin, juga sikapnya, suaranya, mengandung sesuatu yang
mendirikan bulu roma.
"Tida k, Endang. Aku tidak ber ma ksud me mba las denda m.
Ayahmu karena salah sangka telah menyakiti hati ibuku. Ibu
kandungku yang merasa dirusak kebahagiaan hidupnya telah
menuntut balas dan sebagai seorang satria utama, ayahmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rela me mberikan nyawa menebus dosa. Ayahmu mati di
tangan ibuku. Kemudian engkau me mba las kematian ayahmu
dan me mbunuh ibuku. Kalau aku sekarang menga mbil
pembalasan kepadamu, dendam-mendenda m ini tiada ada
habisnya. Tidak, Endang. Aku murid ayahmu, dan sebagai
murid harus mencontoh langkah-langkah nidup gurunya. Aku
mencontoh ayahmu, tidak akan menumpuk per musuh an yang
tiada habisnya. Yang tewas sudah sempurna, sudah
dikehendaki Hyang Maha W isesa, bukan urusan man usia."
"Kalau begitu, ?"" perlunya engkau mencariku" Kalau
hanya untuk berkhotbah saja, aku tiada waktu untuk
mendengarkan!"
Mau tak mau J"k" Wandiro tersenyum. Gadis ini tiada
bedanya dengan dahulu ketika masih kecil. Naka l, galak,dan
jenaka. Sifat ini mas ih mendasari wataknya, hanya sayang kini
tertutup oleh bayangan-bayangan keganasan dan keanehan
yang mengerikan, seakan-akan ada hawa ibiis yang hitam
menyelubungi dirinya.
"Endang telah kukatakan tadi bahwa aku telah bertemu
dengan ibumu. Aku telah berjanji kepada ibumu untuk
me mbujukmu agar kau suka insyaf dan kembali kepada
ibumu. Endang, ingatlah bahwa ayahmu, ibumu, dan juga
eyangmu adalah patriot-patriot perkasa yang selalu me mbela
kebenaran dan me mbela Pangeran Sepuh yang kini menjadi
sang prabu di Panjalu. Endang, lupa lag ikah engkau kepada
eyang Resi Bhargowo" Beliau dahulu di Pulau Se mpu begitu
sayang kepadamu. Dan ibumu! Dia telah mengorbankan
segalanya untukmu, kemudian selama be lasan tahun
mender ita siksa batin karena kau lenyap. Engkau insyaflah,
Endang Patibroto, bahwa kedudukan mu sekarang sebagai
pengawai Kerajaan Jenggala merupakan penyelewengan besar
daripada kebenaran yang selama ini dipegang keluarga mu.
Kau tinggalkan Jenggala dan temani ibumu yang kini sudah
pindah ke Pulau Sempu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu ke Pulau Se mpu?"
"Ya, dan engkau dinanti-nanti ke sana. Marilah kita pergi
bersama menghadap ibumu di sana."
"Pergi bersama menghadap ibu" Apakah........ apakah ada
hubungannya dengan..... pesan ayahku.......?"
Joko Wandiro me mandang. Biarpun cuaca sudah re mang-
remang, masih jelas ta mpak olehnya betapa gadis itu menjadi
merah mukanya dan sejenak menurunkan pandang mata.
"Pesan ayahmu?"
"He mm....... tentang....... perjodohan..........!"
"Ahh......!" Kini wajah Joko Wandiro jadi merah sekali.
"Tida k, Eh-ltu....... eh, tidak penting benar...... eh, perlu
dipikirkan masak-masak leb ih dulu. Yang terpenting, engkau
harus meninggalkan Jenggala dan kembali mene mani ibumu."
"Harus" Siapa yang mengharus kan?"
"Aku."
"Huh! Kalau aku tidak mau , kau mau ?"?"" Endang
Patibroto me mbusungkan dadanya yang sudah busung,
matanya bersinar-sinar dan sikapnya begitu menantang.
"Biarpun harus menyeretmu, aku akan me mbawa mu
kembali kepada ibumu, bocah berkepala batu!" Joko Wandiro
men jadi ge mas.
"Babo-babo....... sumbarmu seperti dapat meloncati puncak
Mahameru saja, Joko Wandiro! Kau kira aku takut kepada
orang seperti engkau ini" Huh, boleh kau coba!"
Setelah berkata demikian, tanpa menanti jawaban, Endang
Patibroto sudah menerjang maju dan mengirim pukulan
dengan tangan kanan yang jarinya terbuka dan dimiringkan.
Joko Wandiro yang sudah marah mengangkat tangan
menang kis. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss. .......!!"
Hebat pertemuan tenaga yang keluar dari dua tangan itu.
Akibatnya., keduanya terhuyung-huyung ke belakang seperti
layang-layang putus talinya! Keduanya terkejut sekali dan
cepat meloncat untuk me matahkan tenaga dorongan yang
hebat. Lalu keduanya saling pandang, terheran-heran. Joko
Wandiro yang sudah menduga akan kesaktian Endang
Patibroto, terheran karena tenaga sehebat itu benar-benar tak
pernah disangkanya. Sebaliknya, Endang Patibroto yang masih
me mandang rendah lawannya, kini merasa kecelik dan dia m-
dia m ia kagum juga.
Baru pertama kali ini se menjak keluar dari perguruan, ia
bertemu seorang tanding yang dapat menahan pukulan Aji
Wisangnolo yang dilancarkan dari jarak de kat. Bukan saja
Joko Wandiro telah dapat menahannya, bahkan tangkisannya
me mbuat ia terhuyung sampa i jauh! Hal ini men imbulkan rasa
penasaran dan kemarahan di hatinya.
Tiba-tiba Endang Patibroto mengeluarkan pekik me lengking
dahsyat dan tubuhnya sudah mencelat ke depan, melayang
dan menyerang dengan pukulan-pukulan maut bertubi-tubi.
Joko Wandiro yang ma klum "k"n kesaktian gadis ini, tidak
berani berlaku lengah atau lambat. Ia segera mengerahkan Aji
Bayu Sakti, mengelak sa mbil ba las menyerang.
Namun serangannya dapat pula dielakkan secara mudah
oleh Endang. Serang menyerang terjadi, keduanya menganda lkan tenaga dan hawa sakti, namun ternyata tenaga
mereka berimbang.
o)O---dw---O(o Jilid 32 KARENA kedua lengan mereka yang bertemu dengan
getaran-getaran dahsyat itu me mbuat kulit lengan terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedas dan muia i menjad i matang biru tanpa ada hasilnya,
Endang Patibroto kemba li me me kik dan tubuhnya lenyap
berubah rnenjadi bayang-bayang yang amat cepat gerakannya, seakan-akan seekor burung walet menyarnbar-
nyambar dan ganas seperti burung ca mar menyambar ikan di
permukaan air laut.
Inilah ilmu yang diciptakan oleh Kartikosari selama bertapa
di Laut Selatan, ditambah oleh ge mblengan Dibyo
Mamangkoro dan dilakukan dengan pengeranan tenaga
Wisangnolo yang panas beracun!
Menghadapi dahsyatnya serangan ini, J"k" Wandiro segera
rnengeluarkan pekik yang tidak kalah dahsyatnya. Kalau pekik
Endang Patibroto adalah Aji Sardulo Bairowo (Pekik Harimau)
yang suaranya menggetarkan jantung lawan seperti seekor
harimau betina mengau m, adalah pe kik Joko Wandiro ini Aji
Diroto Meto (Gajah Mengamuk) yang lebih dahsyat lagi. Untuk
dapat mengimbangi kecepatan gerak lawan, joko Wandiro
juga menggunakan Aji Bramoro Seto (Lebah Putih) yang ia
pelajari dan Ki Patih Narotama.
Mereka berdua sa ma-sama ma klum bahwa a kan percuma
saja apabila mereka menggunakan aji-aji yang mereka dapat
dari eyang Resi Bhargowo seperti Pethit Nogo atau Gelap
Musti, karena keduanya mengenal ilmu ini. ?"k" kini Endang
Patibroto mengerahkan seluruh kepandaian nya yang ia dapat
dari ibunya sendiri ditambah ge mblengan dar i Dibyo
Mamangkoro. Di lain fihak, J"k" Wandiro juga rnengeluarkan
aji-aji yang ia dapat dari Ki Patih Narotama.
Hebat bukan main pertandingan ini. Tubuh kedua orang
muda itu sukar dilihat lag i oleh mata biasa.
Sudah lenyap bentuknya, berubah sebagai dua bayang-
bayang yang seperti dua iblis bertanding yuda, kadang-kadang
ma lah lenyap berubah menjadi gundukan sinar bergulung-
gulung menjadi satu, sukar dibeda kan mana Joko Wandiro
mana Endang Patibroto.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ratusan jurus telah lewat dengan tiada keputusan siapa
kalah siapa menang. Bahkan tidak ada yang mendesak atau
terdesak. Jurus ditukar jurus, pukulan dibalas tamparan,
tendang-menendang, tusuk-menusuk dengan jari yang
me lebihi keris ampuhnya. Namun semua itu tidak mengenai
sasaran, dapat dielakkan atau ditangkis lawan. Mereka
setanding, seimbang, ba ik kegesitan maupun kekuatannya.
Joko Wandiro makin kagum. Baru perta ma kali ini ia
mene mui tanding yang sehebat ini! Se mua kepandaiannya
telah ia kerahkan, namun tak pernah me mperoleh hasil yang
baik. Hanya saja bedanya, kalau Endang Patibroto
me lancarkan serangan-serangan maut yang amat ganas dan
dahsyat, dia hanya me lakukan serangan-serangan yang kalau
mengenai sasaran tidak akan me mbahayakan keselamatan
gadis itu. Betapapun juga, harus ia akui bahwa baginya,
tidaklah mudah menga lahkan Endang Patibroto.
Di lain fihak, Endang Patibroto men jadi penasaran sekali.
Makin la ma ia menjadi makin marah, lalu berseru, "Hayo
keluarkan senjata mu!"
Teriakan ini ia lakukan berkali-ka li, namun selalu J"k"
Wandiro menjawab,
"Aku tidak hendak mengadu nyawa denganmu, Endang.
Kalau kau masih penasaran, boleh kau gunakan senjata, aku
takkan mau me layani keganasan mu!"
Endang Patibroto marah sekali. Ia maklum, kalau mereka
menggunakan senjata, dia dapat me makai keris pusaka Brojol
Luwuk yang ampuhnya menggiriskan itu dan dengan bantuan
keris pusaka ini ia tentu akan me nang. Akan tetapi J"k"
Wandiro tidak ma u me makai senjata dan untuk menghadapi
seorang lawan yang bertangan kosong, tentu saja iapun
enggan menggunakan senjata.
Hatinya makin gemas sampai-sampai kalau mungkin, ingin
ia menang kap lawannya ini dan men ggunakan kuku dan gigi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencakar menggigit! Namun Joko Wandiro terlalu
lincah, dan pertahanannya terlampau kokoh kuat, bagaikan
batu karang di tengah samudra. Dan me man g de mikianlah.
Semenjak kecil oleh Pujo, Joko Wandiro dige mbleng
me lawan gempuran ombak me mbadai sehingga ia me miliki
daya tahan seperti batu karang di laut.
Karena ingin segera me mperoleh kemenangan, Endang
Patibroto lalu mene mpuh jalan keras. Mulutnya berkemak-
kemik, kedua tangannya saling digosokkan. Kedua telapak
tangan itu digosok-gosokkan sa mpa i mengeluarkan asap!
Inilah Aji Wisangnolo yang dikerahkan sampa i ke puncaknya!
Saking hebatnya getaran hawa panas beracun itu, kedua
telapak tangan sampai mengeluarkan asap seakan-akan kedua
telapak tangan itu sudah me mbara.
Joko Wandiro terkejut bukan main ketika gadis itu
me lancarkan serangan dengan mendorong kedua tangan ke
arah dadanya. Hawa panas sekali keluar dari dorongan itu dan
kedua tangan gadis itu berasap hita m! Ia maklum akan
bahayanya serangan ini dan untuk mengelak sudah tidak ada
kesempatan lagi. Untuk me nangkis lengan, banyak bahayanya
karena daya serang yang terpancar keluar dari dua telapak
tangan itu dapat melukainya.
Terpaksa iapun lalu menge mbangkan kedua lengan ke
depan dengan telapak tangan terbuka, lalu menerima pukulan
itu dengan kedua telapak tangan pula sa mbil mengerahkan
hawa saktinya. Ia tidak mau menggunakan aji pukulan yang
keras karena khawatir kalau-kalau ia akan me lukai lawannya,
maka ia ha nya mengumpulkan tenaga, menyimpannya di dada
dan menyalurkan ke arah
kedua lengannya sambil
me mpergunakan hawa itu tebagai tenaga le mbek atau lunak.
"Desss, ......!!"
Tenaga dahsyat dari kedua telapak tangan Endang
Patibroto seakan tersedot ke dalam telapak tangan J"k"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wandiro dan gadis itu merasa betapa kedua telapak
tangannya bertemu sesuatu yang lunak dan dingin seperti es.
Ia terkejut dan menarik kembali tangannya sambil berjungkir
balik ke belakang sa mpai lima kali. Tubuhnya menggigil
kedinginan dan mukanya menjadi pucat, namun ia terbebas
dari luka berat.
Ia mendengar Joko Wandiro mengaduh dan cepat-cepat ia
me mandang. Kiranya lawannya itu terhuyung-huyung lalu roboh
terlentang dalam keadaan pingsan. Dua batang jarum hitam
menancap di leher sebelah kiri!
"Heh-heh-heh! Kepandaian mu hebat sekali, nona muda.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi lawanmu ini terlalu berbahaya maka aku
me mbantu mu meroboh kannya. Sekarang lebih baik kau lekas
me mbunuhnya selagi ia pingsan. Heh-heh-heh!"
Berkerut kening Endang Patibroto. Sepasang matanya
bersinar-sinar me man dang orang buhtung yang muncul secara
aneh itu. "Engkau siapakah" Siapa suruh engkau me mbantu ku" Aku tidak butuh bantuanmu!"
Memang yang meroboh kan Joko Warndiro adalah Ki Jatoko.
Setelah tadi Ki Jatoko dikalahkan Joko Wandiro dan melihat
pemuda itu berlari-lari me ncari Ayu Candra yang lenyap, Ki
Jatoko segera menjumput ker isnya dan iapun men jadi bingung
dan gelisah karena tidak melihat gadis yang dicintanya itu.
Karena khawatir kalau gadis itu akan diajak pergi Joko
Wandiro, maka iapun lalu mengejar. Ia tidak dapat
mene mukan Ayu Candra, sebaliknya malah melihat Joko
Wandiro bertengkar dengan Endang Patibroto.
Hatinya tertarik dan segera ia mengintai dan mendengarkan. Kagetlah ia ketika dari pertengkaran itu ia
mendengar bahwa gadis itu adalah kepala pengawal Jenggala
yang sudah ia dengar dalam perantauannya. Ia sudah
mendengar bahwa kini Jenggala me miliki seorang jago wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang amat sakti, yaitu murid dar i Sang Dibyo Mamangkoro
yang sakti mandraguna. Sama
senali tidak pernah
disangkanya bahwa gadis jagoan itu ternyata adalah puteri
Pujo dan Kartikosari, seperti yang dapat ia tarik kesimpulan
dari pertengkaran kedua orang muda itu.
Dia m-dia m ia menjadi girang sekali me lihat gadis itu
bertengkar dengan Joko Wandiro. Sebagai seorang yang
cerdik, dia dapat menduga bahwa setelah men jadi. murid
Dibyo Mamangkoro, gadis itu telah menyimpang daripada
jejak hidup orang tua dan kake knya seperti...... seperti dia
sendiri yang telah menyimpang dari jejak hidup gurunya,
Empu Bharodo! Ketika terjadi pertempuran, ia menonton dengan jantung
berdebar-debar. Baru sekali ini ia menyaksikan pertandingan
yang serba hebat. Dia sendiri sa mpai me longo dan harus
mengakui bahwa kepandaiannya sendiri sa ma sekali tidak
akan ma mpu menandingi seorang d i antara dua orang muda,
itu. Hebat bukan ma in, sampai kabur pandang matanya,
sampai pening kepa lanya.
Namun kecerdikannya tidak me mbiar kan ia tinggal dia m
saja. Diam-dia m Ki Jatoko telah menyiap kan jaru m-jarumnya,
jarum hita m yang telah menghisap banyak racun ular.
Pada gebrakan terakhir ketika dua orang muda itu tadi
mengadu tenaga sakti yang menga kibatkan tubuh Endang
Patibroto berjungkir-ba lik ke be lakang sa mpa i jauh, pada
hakekatnya kerugian ada di fihak Joko Wandiro. Karena
pemuda ini tidak ingin melukai lawannya, maka ia
menggunakan tenaga lunak dan karena inilah maka ia berada
di fihak bertahan. Karena tenaga mereka berimbang, biarpun
ia berhasil menge mba likan daya pukulan lawan, na mun ia
sendiri tergetar jantungnya dan seketika kepalanya pening,
pandang matanya berputar-putar.
Tampaknya ia tidak bergerak dar i te mpat ia berp ijak, akan
tetapi tubuhnya bergoyang-goyang dan kedua matanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mera m. Dala m keadaan setengah pingsan ini dan selagi ia
mengumpulkan tenaga mengatur napas, Ki Jatoko yang cerdik
dapat melihat keadaan dan tidak menyia-nyia kan kesempatan.
Dua batang jarum hita m ia sa mbitkan dan tepat mengenai
leher kiri pe muda itu yang berseru "aduhh........!" dan roboh
terguling, pingsan!
Menghadapi teguran Endang Patibroto yang bersikap dingin
dan tak senang, Ki Jatoko yang cerdik tidak menjad i bingung.
Ia segera me langkah ma ju menghadapi gad is itu dan dengan
hormat dan ramah berkata,
"Nona, bukankah na ma mu Endang Patibroto dan engkau
adalah pengawal sang prabu di Jenggala" Bukankah orang
tuamu adalah Pujo dan Kartikosari yang dahulu tinggal di
Bayuwis mo" Aku mengenal orang tua mu ba ik-ba ik, Endang
Patibroto. Aku orang dari Selopenangkep, dahulu kukenal ba ik
Pujo, Kartikosari, bahkan Sang Resi Bhargowo. Namaku Ki
Jatoko. Karena tadi kulihat pe muda lawan mu ini a mat tangkas
dan berbahaya, maka mengingat akan....... eh, ibumu, maka
aku turun tangan me mbantumu. Harap kau jangan marah."
Dia m-dia m Endang Patibroto terkejut. Orang ini agaknya
benar-benar mengenal orang tuanya baik-baik.
"Kalau kau tidak mau me mbunuhnya, biarlah aku yang
me mbunuhnya agar di hari kemudian tidak akan ada
gangguan lag i dari orang muda ini."
Ki Jatoko menghunus keris nya dan menghampiri tubuh
Joko Wandiro yang mas ih mengge letak di atas tanah.
"Jangan bunuh!" bentak Endang Patibroto dan dengan
heran Ki Jatoko menahan langkahnya. Ia tidak berani
me mbantah, maklum betapa saktinya gadis itu.
"Tanpa bantuanmu, aku tidak akan kalah olehnya. Kelak dia
akan kutewaskan sen diri dengan kedua tanganku. Eh, pa man
buntung. Kau bilang mengena l baik ayah bundaku ada
hubungan apakah antara engkau dengan ayah bundaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jatoko tersenyum, lalu menarik napas panjang.
"Kuceritakan juga takkan ada yang percaya. Hubunganku
amatlah erat, terutama dengan ibumu. Ada rahasia besar
antara ibumu dan aku."
"Rahasia" Rahasia ?""....... ?" Endang Patibroto penasaran
dan marah. Ki Jatoko orangnya me mang cerdik. Ia menggeleng kepala
dan menghela na pas panjang.
"Belum tiba saatnya kututurkan kepadamu. Ada hal yang
lebih penting lagi. Tahukah engkau bahwa tadi pe muda itu
menyangka kau orang lain?"
Merah wajah Endang Patibroto. Bedebah, sumpahnya
dalam hati. Si buntung ini agaknya me lihat ketika ia dipe luk
Joko Wandiro tadi. Ia tidak menjawab, hartya mendengus
perlahan. "Dia tadi sedang mencar i Ayu Candra, kekasihnya, juga
adik tirinya. Memang pe muda ini seorang yang tidak tahu
ma lu, mencinta adik tiri seibu sen diri! Kekasihnya itu bernama
Ayu Candra dan gadis itu adalah puteri Listyokumolo dan
Adibroto.......!"
"Ahh! Dia me ncari a ku untuk me mba las denda m karena
ayah bundanya telah kubunuh!," Endang Patibroto me motong
marah. Dia m-dia m girang hati Ki Jatoko. Dari pertengkaran antara
Joko Wandiro dan gadis ini tadi ia hanya dapat menduga-duga
dan sekarang ternyata ia mendapat keterangan yang jelas.
Tahulah ia kini ?"" yang terjadi. Jelas bahwa Pujo telah
dibunuh oleh Listyokumolo, kemudian Listyokumolo bersama
Ki Adibroto dibunuh oleh gadis ini! Pantas saja bekas
pukulannya pada tubuh Ki Adibroto de mikian keji dan
menger ikan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me mang begitulah, akan tetapi aku telah berhasil
me mbujuknya sehingga ia telah ikut bersama ku, tadinya
hendak kuaja k dia ke Jenggala. Aku mengenal baik sang prabu
di Jenggala, juga para pernbantunya yang sakti banyak yang
kukenal. Aku sudah berpikir untuk mengajaknya ke sana
bertemu denganmu."
"He mm, akan kubunuh dia!"
"Tida k begitu, anak yang baik. Ada hukuman yang lebih
baik lagi yang tentu akan menyenangkan hatimu."
"Bagaimana" "
"Yaitu..... eh..... , dia akan kupaksa menjad i....... isteriku!"
Terbelalak sepasang mata Endang Patibroto. Ia me mandang si buntung itu biarpun cuaca sudah mulai gelap,
masih dapat ia melihat bentuk tubuh yang buntung kedua
kakinya itu dan ia bergidik. Menjad i isteri orang ini benar-
benar lebih mengerikan daripada mat i!
"Mengapa aku harus menyerahkan dia kepadamu untuk
kauperisteri?"
"Karena....... karena........ eh, rahasia itulah, Endang
Patibroto. Kalau engkau sudah tahu akan rahasia antara
ibumu dan aku, tentu kau akan dengan segala senang hati
menyerahkan dia untuk menyenangkan hatiku. Kau berjanjilah, anak baik, bahwa kalau kau berhasil menangkap
Ayu Candra, kau akan menyerahkannya kepadaku, tidak akan
me mbunuhnya, untuk ditukar dengan....... rahasia itu yang
tentu akan kuterangkan kepadamu. Sebelum Ayu Candra
diserahkan kepadaku, biar dibunuh sekalipun, aku takkan
me mbuka rahasia besar antara ibumu dan aku yang..... eh,
ada hubungannya rapat dengan dirimu pula."
Endang Patibroto adalah seorang gadis yang masih muda
dan hijau. Penuturan si buntung ini amat menarik batinya. Apa
lagi ia kini merasa seperti pernah melihat orang buntung ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi ia sudah lupa lag i kapan dan di mana. Tanpa
terasa, saking tertarik, ia men ganggukkan kepalanya.
"Sudahlah, kau boleh pergi se karang."
"Akupun hendak menghadap sang prabu di Jenggala. Lebih
baik kita perg i bersa ma."
"Ihh, siapa sudi pergi dengan seorang buntung seperti
kau?" Endang Patibroto me nghardik. "Pergilah kau leb ih dulu!"
Mendongkol juga hati Ki Jatoko. Gadis ini terlalu sombong,
akan tetapi harus ia akui bahwa kesaktian gadis itu juga
menggiriskan hati. Ia tersenyum dan pergi dari situ, ia tidak
berani menyelinap untuk mengintai karena maklum bahwa
perbuatan itu amat berbahaya dan kalau sa mpa i diketahui,
mungkin gadis yang keji dan ganas itu sekali serang akan
mera mpas nyawanya! Ia sudah merasa girang sekali karena
kini ia sudah tahu a kan se mua kejadiannya, bahkan ia tahu
pula bahwa Kartikosari dan Roro Luhito, dua orang wanita
musuh besarnya itu, kini berse mbunyi di Pulau Se mpu!
Dengan bantuan kawan-kawannya di Jenggala, ?"" sukarnya
menyerbu ke Se mpu" Ia akan me mbalas denda m, ia akan
me mbunuh mereka....... ah, tidak! Tidak akan begitu mudah.
Ia akan me mper mainkan mereka, me mperhina mereka sampai
kedua orang wan ita cantik itu mer indukan kematian.
Ia akan membalas dendam sepuasnya. Akan tetapi, ia
harus mencar i Ayu Candra. Kalau lebih dulu gadis yang
dicintanya itu terjatuh ke tangan Endang Patibroto, biarpun
Endang sudah berjanji kepadanya untuk menukar Ayu dengan
rahasia besar, namun janji seorang gadis liar seperti Endang
Patibroto sukar untuk dipercaya. Wataknya yang begitu liar
dan ganas sungguh mengerikan. Siapa tahu kalau- kaiau Ayu
Candra akan dibunuhnya lebih dulu!
Sementara itu, setelah si buntung pergi jauh, Endang
Pendekar Laknat 9 Tusuk Kondai Pusaka Karya S D. Liong Seruling Samber Nyawa 13
"Ohh hamba hendak mengatakan bahwa lebih baik kita
segera berangkat sekarang agar jangan kemalaman di tengah
hutan, gusti."
"Baiklah, Doko Wandiro. Mari!" Sang p uteri la lu menyendal
kudanya dan me mbalapkan kudanya menuju ke barat.
-0odwo0- Dengan hati uring-uringan Endang Patibroto meninggalkan
ibu kandungnya. Ia me mbalapkan kudanya dengan cemberut,
pandang matanya menyala-nyala dan hatinya kecewa sekali.
Bertahun-tahun ia tidak bertemu lbunya dan merasa amat
rindu kepada ibunya. Baru saja bertemu, ia telah dit inggal
mati ayah kandungnya. Kemudian, ibu kandungnya sendiri
marah- marah kepadanya, hendak me maksanya meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jenggala, bahkan ibunya telah menyerangnya dengan keris,
hendak me mbunuhnya. Ibu kandungnya sendiri , Ingin sekali
Endang Patibroto menang is dan menjer it jerit, akan tetapi
hatinya yang sudah menerima ge mblengan gurunya, Dibyo
Mamangkoro, sudah me mbe ku dan tidak ada setitikpun air
mata di pelupuk matanya.
"Endang.. .....! Endang Patibroto.....! Kautunggulah aku!"
Berkali-kali Pangeran Panjirawit berteriak sambil me ngejar.
Dia m-dia m pangeran inipun merasa prihatin se kali. Sebagai
seorang pangeran, ia maklum pula akan segala peristiwa di
Bayuwis mo tadi. Sebagai seorang satria, iapun tidak bisa
menyalahkan ibu Endang Patibroto yang berjiwa satria. Dan
sebagai seorang pria yang amat mencinta Endang Patibroto,
iapun ma klum betapa hancur hati dara perkasa yang
dicintanya itu.
Akan tetapi Endang Patibroto yang sedang marah- marah itu
tidak me mperdulikan panggilan sang pangeran. Bahkan ia
tidak me mperdulikan kudanya yang sudah terengah-engah
hampir putus napasnya dan sudah bermandi peluh karena
dilarikan kencang terus-menerus tak kunjung henti.
Tiba-tiba dari depan na m?"k tiga orang penunggang kuda.
Mereka itu bukan lain kepaia ra mpok yang kemarin d ulu telah
menawan Puteri Mayagaluh. Setelah berhasil diusir oleh Joko
Wandiro, kepala rampok ini me larikan diri di atas kuda
tunggangan Sang Puteri Mayagaluh. Akan tetapi hatinya masih
penasaran karena puteri yang cantik jelita dan yang bagaikan
sepotong daging telah berada di depan mulutnya, kini
terampas orang lain. Sengoro, kepala rarnpo k ini tidak pergi
jauh, yaitu ke tempat persembunyian dua orang kakak
seperguruannya yang bernama Kolodumung dan Kolomedo,
dua orang kaka k beradik yang tentu saja me miliki kesaktian
lebih hebat daripada Sengoro sendiri.
Setelah menuturkan perihal puteri jelita terutama
perhiasanperhiasan indah yang dipakainya, Sengoro lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengajak kedua orang kakak seperguruannya ini untuk
me lakukan pengejaran. Tentu saja kedua orang jahat itu
menjad i tertarik dan segera mereka menunggang kuda lalu
bersama Sengoro pergi men cari.
"Nah itu dia agaknya!"
Seru Sengoro ketika me lihat di depan seorang dara jelita
berpakaian mewah me mbalapkan kuda yang sudah payah.
Hati kedua orang temannya juga girang sekali karena gadis itu
benar-benar amat cantik jelita dan perhiasan yang dipakai di
kedua tangan dan di pinggangnya sudah berkilauan dan je las
dapat mereka ketahui bahwa perhiasanperhiasan itu terbuat
daripada emas per mata yang mahal harganya! Mereka bertiga
sengaja menghadang di tengah jalan sehingga jalan sempit itu
penuh dengan tiga ekor kuda mereka.
Endang Patibroto sedang marah. Andaikata ia tidak sedang
marah se kali pun, ia tentu takkan menga mpuni tiga orang
yang berani mengbadang perjalanannya. Apalagi pada saat itu
ia sedang diamuk kemarahan maka dari jauh ia sudah
me mbentak, "Tiga ekor anjing busuk, minggir!!"
Akan tetapi tiga orang la ki-laki itu sama sekali tidak mau
minggir, bahkan Kolodumung segera menggerakkan tangan
kanannya dan sinar hita m menya mbar ke depan, tepat
mengenai kepala kuda yang ditunggangi Endang Patibroto.
Kuda itu mer ingkik keras, mengangkat kaki depan ke atas,
terhuyung-huyung lalu roboh dan mat i seketika!
Untung Endang Patibroto sudah melompat turun sehingga
ia tidak terhimpit badan kuda. Tiga orang laki-la ki itu tertawa
dan melompat turun dari atas kuda pula.
"Ha-ha-ha, kakang berdua! Pere mpuan y?ng kumaksudkan
bukan ini. Akan tetapi, dia inipun hebat sekali , ma lah leb ih liar
daripada yang kumaksudkan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hua-ha-hah! Bagus kalau begitu, lebih banyak lebih ba ikl"
jawab Kolodumung ge mbira.
Endang Patibroto yang sedang dilanda kemarahan itu kini
berdiri dengan mata seakan-akan menge luarkan ap i. Dapat
dibayangkan betapa hebat kemarahannya, makin menyala-
nyala me lihat kuda tunggangannya roboh dan tewas.
Menurutkan kemarahannya, ingin la sekali turun tangan
me mbunuh tiga orang kasar ini. "k"n tetapi pandang matanya
tertarik oleh kuda yang ditunggangi Sengoro. Ia mengenal
kuda itu sebagai kuda tunggangan Mayagaluh! Kalau kuda itu
terjatuh ke dalarn tangan iblis ini, berarti Mayagaluh juga
tertawan! Berdebar keras jantung Endang Patibroto. Betapapun juga,
dialah yang bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu yang tak
baik atas diri sang puteri. Dia adalah pengawal, dan dia pula
yang membawa sang puteri sampai ke tempat ini. dan harus
menyiksa mereka ini dan me ma ksa mereka mengaku di mana
adanya Mayagaluh dan ?"" yang terjadi atas diri puteri itu.
Karena teringat akan puteri itu ma ka Endang Patibroto
menahan kemarahannya dan tidak ingin menurunkan tangan
maut. Ia menoleh dan melihat sebatang pohon waru di
dekatnya. Tangannya lalu menjangkau dan me metik beberapa
helai daun waru, kemudian ia berseru keras sambil
menya mbitkan daun-daun itu ke depan,
"Anjing busuk rasakan ini!!"
Tiga orang itu tertawa makin lebar melihat betapa Endang
Patibroto menyerang mereka dengan sa mbitan daun-daun
waru. Mereka menganggapnya lucu sekali dan tentu saja
sebagai orang-orang yang digdaya, mereka sama sekali tidak
perdulikan serangan ini. Siapa yang sudi menge lak dari
sambaran daun-daun waru, apalagi yang disa mbitkan oleh
seorang wanita ayu" Riuh-rendah mereka tertawa-tawa.
"Huah-hah-hah ha-ha-ha-ha........ haa-uupp!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-hauii hhh!"
"Ha-haduuuhhh!!"
Suara ketawa mereka segera terhenti, muka yang tadinya
tertawa-tawa itu kini menyeringai dengan mata terbelalak dan
mereka mengaduh-aduh kesakitan. Daun-daun waru mene mpe l di muka dan lengan mereka dan dan kulit di bawah
daun itu keluar darah bertetes-tetes!
Saking hebatnya sambitan itu, daun-daun waru kini
mene mpe l menjad i satu dengan kulit daging, bahkan ada yang
gagangnya menancap sa mpai dalam seperti ?"ku. Daun yang
agak berbulu ini selain menimbulkan sakit dan perih, juga
gatal-gatal. "Perempuan lblis......!!"
"Kuntianakl"
"Keparat, tunggu kau, kuengkuk-engkuk (tekuk-tekuk)
engkau.....!"
Rasa kaget, heran, dan kesakitan kini berubah menjadi
kemarahan hebat. Tiga orang itu memang orang-orang kasar
yang biasanya jarang bertemu tanding, yang selalu dapat
me ma ksakan kehendaknya kepada orang lain mengandalkan
kekerasan, sehingga kemenangan-kemenangan itu me mbuat
mereka so mbong dan mereisa seakan-akan tiada tandingan
mereka di dunia ini.
Kini bertemu dengan Endang Patibroto yang hanya seorang
dara ayu, biarpun mere ka dikejutkan oleh serangan daun
waru,namun belum me mbuka mata mereka bahwa mereka
sedang berhadapan dengan seorang yang memiliki kesaktiah
jauh iebih tinggi daripada mereka. Serentak ketiganya
menerjang maju dengan kedua lengan dikembangkan, jari jari
tangan dibuka seperti tiga ekor harimau hendak menerka m
seekor domba. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapapun marah hati mereka, tiga orang laki-lakl kasat mi
masih merasa sayang untuk me mbunuh seorang dara muda
belia yang jelita tu, maka mereka menerjang maju untuk
menang kap dan tidak mau menggunakan senjata.
Tentu saja Endang Patibroto tidak sudi disergap laki-laki
kasar maca m mereka. Sekali tangan kirinya bergerak eperti
orang menampar dari kanan kiri, tiga orang itu merasa
seakan-akan disambar petir, pandang mata berkunang, kepaia
penmg dan tubuh mereka terpelanting kemudian jatuh ke atas
tanah! Masih baik bahwa Endang Patibroto tidak mengerahkan
seluruh tenaga dalam aji pukulan Wisang Nolo (Api Beracun)
ini, kalau ha l itu dilakukannya, tentu mereka bertiga sudah
roboh tak bernapas lagi dan dengan tubuh hangus-hangus!
Mendapat kenyataan betapa dara itu tanpa menyentuh
mereka telah dapat membuat mereka terpelanting, tahulah
tiga orang kasar ini bahwa lawannya, biarpun muda be lia dan
ayu manis, ternyata adalah seorang yang sakti mandraguna,
me miliki aji kesaktian tidak lumrah ma nusia, seperti iblis saja.
Mereka menjadi ma kin marah akan tetapi kali ini juga gentar,
maka sa mbil me lompat bangun, mereka serentak mencabut
senjata mereka. Kolodumung me megang senjata cambuk
yang berwarna hitam. Cambuk ini terbuat daripada kulit
kerbau, ulet dan kuat sekali, dan ujung cambuk dipasangi
kaitan baja seperti pancing. Celakalah lawan kalau terkena
sambaran kaitan ini, sekali masuk ke dalam daging sukar
ditarik keluar lagi. Sambil berteriak-teriak marah Kolodumung
me mutar cambuknya ke atas kepaia dan terdengar suara
me ledak-ledak keras.
Kolomedo mengeluarkan senjatanya sebatang pedang
me lengkung yang a mat tajam sehingga menge luarkan sinar
berkilauan ketika ia putar-putar dan tenaga yang besar
me mbuat pedang itu mengeluarkan bunyi berdesing-desing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga Sengoro sendiri sudah mencabut goloknya yang besar
dan berat. "Perempuan iblis! Kau mencar i ma mpus sendiri!"
Seru Kolodumung sa mbil menerjang maju dengan ayunan
cambuknya, melecutkan uiung ca mbuk ke arah leher Endang
Patibroto. Alangkah akan menger ikan kalau kaitan baja di
ujung ca mbuk itu mengena i leher yang berkulit kun mg halus
itu! juga pada detik berlkutnya, Kolomedo dan Sengoro sudah
menerjang dengan bacokan pedang dan golok dari kanan kiri.
Dala m kemarahannya yang meluap-luap, Endang Patibroto
tidak sudi melayani tiga orang ini. Diserang seperti itu, ia
sama sekali tidak beranjak pergi dari te mpat ia berpijak. Ia
hanya mengangkat kedua lengannya ke atas, dengan lengan
telanjang ia mener ima kaitan baja berikut ujung ca mbuk itu.
Kaitan baja yang menghantam kuht lengannya yang putih
halus itu sama sekali tidak me mbuat lecet kulitnya dan kini
ujung ca mbuk me libat lengannya.
Dengan gerakan cepat sekali kedua tangan Endang
Patibroto berputar-putar dan pedang serta golok dari kanan
kiri telah terlibat oleh ca mbuk. Begitu ia menarik dengan
sentakan keras, tiga orang lawannya terkejut dan terhuyung
ke depan. Endang Patibroto menggerakkan kaki kanan, tiga kali
menendang maju dan kembali tiga orang itu terpental ke
belakang dengan senjata sudah terampas. Tendangan tadi
tepat mengenal kempungan perut mereka sehingga ketika
terlempar dan terbanting jatuh, mereka t idak dapat segera
bangun berdiri, melainkan mer intih-rintih dan bergulingan
me megang i perut yang menjad i mulas dan senep!
"Tar-tar-tar!"
Tiga kali cambuk ra mpasan itu meledak dan ujungnya
me matuk tubuh t iga orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduhh.......!"
"Mati aku.......!"
"Aduhhhh.......!!"
Tiga orang itu seperti cacing kepanasan, menggeliat-geliat
dan berkelojotan karena kaitan baja di ujung ca mbuk telah
mencokel keluar otot dan daging.
"Hayo katakan, di ma na adanya sang puteri?""
Kembali ca mbuk itu berkelebat dan terdengar suara
me ledak-ledak di atas kepaia tiga orang itu. Dengan penuh
kengerian, tiga orang laki-laki kasar yang biasanya sewenang-
wenang ini menggunakan kedua lengan menutupi kepa la.
"Aku tida k tahu" jawab Kolodumung.
"Ka mi kakak beradik tidak tahu, tanyalah kepada adi
Sengoro ini " kata Kolomedo.
"Tar-tar!" Kolodumung dan Kolomedo menjerit dan
menang is tak kuat menahan rasa sakit ketika ujung ca mbuk
itu menggigiti kulit daging muka mereka.
Endang Patibroto mengha mpiri Sengoro yang kini tanpa
ma lu malu Lagi sudah berlutut dan menyembah-nyernbah.
Wajah yang cantik jelita itu kini berubah menjad i kedok,
dingin dan kaku.
"Hayo kau katakan, di mana sang puteri dan bagaimana
kudanya sampa i kau rampas?"
"Ampun....... ampunkan ha mba....... dewi!!"
"Tarr!"
"Aduhhh....... mati aku.......!"
Sengoro bergulingan karena kaitan baja itu sudah
menancap di pundaknya dan kaitannya mengait urat besar di
pundak! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ampun....!!"
"Hayo bilang, benarkah dua orang ini tidak tahu menahu
tentang sang puteri?"
"Be....... benar....... :
Endang Patibroto me mandang kepada Kolodumung dan
Kolomedo yang kini me mbayangkan kelegaan hati mendengar
jawaban adik seperguruan ini. Terbayang senyu m di bibir yang
berbentuk indah dan kemerahan itu, kemudian Endang
Patibroto me megang pedang dan golok ra mpasan. Sekali ia
menggerakkan tangan, pedang dan golok meluncur bagaikan
anak panah cepatnya dan....... "Cepp! Cepp!!" Dua buah
senjata itu sudah menancap di ulu hati Kolodumung dan
Kolomedo sa mpai mene mbus ke dalam tanah sehingga dua
orang itu tewas seketika.
Menyaksikan peristiwa mengerikan menimpa dua orang
kakak seperguruannya Sengoro terbelalak ketakutan, mukanya
pucat dan dengan tubuh menggigil ia menye mbah-nyembah
minta a mpun. "Tar-tar-tar!"
Cambuk yang mengerikan itu ke mbali sudah meledak-ledak
di atas kepala Sengoro, membuat kepala rampok ma kin
ketakutan. "Hayo lekas ceritakan di mana adanya sang puteri yang
kudanya kaupakai itu!"
Suara Sengoro menggigil ketika ia ber kata, ".......
hamba....... hamba tidak tahu, dia....... sang puteri dibawa....
oleh pe mimpm kami ha mba....... mana berani....... " Hanya
mendapatkan kudanya....... "
"Di mana dia" Di mana sang puteri dan pimpinanmu7
Dibawa ke manakah?"
Dengan telunjuk menggigil Sengoro menunjuk ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin di............. di sana...... hamba tak tahu benar ke
mana " "Crattt!" Kaitan baja di ujung cambuk itu menancap ke
dalam pelipis Sengoro yang menjerit keras dan roboh
berkelojotan dalam sekarat.
"Endang , siapa kah mereka ?"
Derap kaki kuda yang datang disusul pertanyaan suara
Pangeran Panjirawit yang melihat tiga orang laki-la ki
mengge letak tak bernyawa di depan kaki Endang Patibroto.
Endang Patibroto menunjuk ke arah kuda tunggangan
Puteri Mayagaluh dan berkata,
"Gusti puteri tertawan perampok, ini kudanya dan mereka
ini adalah anak buah pera mpok."
"Aduh, Jagad Dewa Bathara! Di mana sekarang diajeng
Mayagaluh?"
Kembah Endang Patibroio menunjuk ke arah mayat
Sengoro dan berkata,
"Menurut pengakuan dia, gusti puteri berada di tangan
kepala rampok yang kini masih berkeliaran di sekitar hutan ini.
Mari kita mencar inya!"
Terhibur hati Pangeran Panjirawit ketika me lihat s ikap
Endang Patibioto yang tenang. Timbul kepercayaannya
kembali bahwa sudah pasti kepala pengawal yang cantik dan
gagah perkasa itu "k"n dapat menolong adiknya, me mbebaskan dari tangan kepala rampok.
"Kenapa engkau me nuntun seekor kuda lain ?" tanya
pangeran itu ketika melihat Endang Patibroto meloncat ke atas
punggung kuda tunggangan sang puteri sa mbil menuntun
seekor kuda lain bekas tunggangan perampok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk gusti puteri," jawab Endang Patibroto dan
me mba lapkan kudanya ke depan diikut i oleh Pangeran
Panjirawit. Ketika tiba di bagian yang tinggi di tanah Pegunungan
Seribu, Endang Patibroto menghenti kan kudanya, kemudian
ia meloncat dan me manjat sebatang pohon besar sa mpai di
puncak nya yang paling tinggi. Dari te mpat tinggi inilah ia
me mandang ke sekeliling dan tak la ma kemudian terdengar
seruannya, "Ah, itu dia.......!!"
Pangeran Panjirawit ikut berdebar hatinya mendengar
suara girang ini dan begitu wanita cantik dan perkasa itu
me lompat turun, ia bertanya,
"Kau sudah melihat diajeng Mayagaluh?"
"Mereka di sana, naik kuda. Mari kita menghadang, kita
jalan kaki saja agar penjahat itu tidak mengetahui kedatangan
kita dan kabur."
Mereka meloncat turun dari atas kuda, mencancang kuda di
bawah pohon, kemudian pangeran itu mengikuti Endang
Patibroto menyelinap di antara pohon-pohon dan menuju ke
sebelah selatan.
?"k la ma kemudian sang pangeran mendengar derap kaki
kuda makin la ma ma kin mendekat.
Endang Patibroto mengajaknya bersembunyi di belakang
pohon. Jantung pangeran itu berdegup tegang. Endang
Patibroto tenang-tenang saja, namun dara perkasa ini sudah
siap untuk menerjang maju.
Akhirnya, setelah menanti dengan ketegangan hati yang
makin me muncak, Pangeran Panjirawit melihat munculnya dua
orang penunggang kuda dari sebuahj t ikungan ja lan setapak
dalam hutan itu. ?"k sa lah lag i, seorang di antara mereka
adalah Mayagaluh, adiknya. Akan tetapi wajah adiknya yang
cantik itu sama sekali tidak tam?"k seperti seorang tawanan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menangis atau ketakutan, melainkan tersenyum-senyum
man is! Dan penunggang kuda di sebelahnya adalah seorang laki-
laki yang muda belia dan amat tampan, sungguhpun
pakaiannya sederhana sekali na mun sungguh jauh berbeda
jika dibandingkan dengan tiga orang perampok yang terbunuh
oleh Endang Patibroto tadi. Orang muda ini tidak akan lebih
tua daripadanya, dan lebih pantas disebut seorang satria
gunung daripada seorang pera mpok!
Ia menjadi ragu-ragu dan henda k me mberi peringatan
kepada Endang Patibroto tentang pendapatnya itu. Namun
terlambat karena pada saat itu, tubuh Endang Patibroto sudah
berkelebat ke depan dan langsung dara perkasa ini bagaikan
seekor harimau betina yang marah, telah melompat jauh ke
depan, menerkam la ki-laki penunggang kuda di samping
Mayagaluh sambil menge luarkan pe kik dahsyat.
"Celaka dia.......!"
Sang Pangeran Panjirawit menge luh dan me ngira bahwa
laki-laki tampan itu tentu tewas seketika diserang seperti itu
oleh Endang Patibroto yang sudah cukup ia kenal
kedigdayaannya yang menggiriskan. la segera me lompat dan
lari ke depan. Joko Wandiro yang sedang enak-enak menunggang kuda
bersama Puteri Mayagaluh da la m perjalanan mere ka ke
Bayuwis mo di pantai Laut Selatan, tentu saja kaget setengah
mati ketika tiba-tiba ada sesosok bayangan putih menyambar
dan menerka mnya laksana seekor harimau dan kedua tangan
yang menerka mnya itu tahu-tahu telah me lancarkan pukulan
dengan kedua tangan yang mendatangkan angin pukulan
dahsyat sekali ke arah pelipis dan ubun-ubun kepalanya!
Dari sambaran angm pukulan mi saja maklumlah Joko
Wandiro bahwa siapapun juga
yang menyerangnya,
penyerang ini adalah seorang yang amat ganas dan kejam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi me miliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi dan
dahsyat. la belum dapat me lihat siapa penyerangnya dan juga
tidak tahu mengapa orang ini datang-datang menyerangnya
sedahsyat itu, maka lapun hanya mengangkat kedua
tangannya untuk menangkis sa mbil mengerahkan tenaga sakti
Bojro Dahono ke dalam kedua tangannya.
"Dessss!!"
Hebat bukan ma in perte muan dua pasang tangan d i udara
itu. J"k" Wandiro menggunakan Aji Bojro Dahono yang
sifatnya panas dan kuat cepat bagaikan kilat menyambar. Di
lain fihak Endang Patibroto me mpergunakan AJI Wisang Nolo,
juga sifatnya panas sekali mengandung hawa beracun. Saking
hebatnya pertemuan tenaga sakti itu, tubuh Endang Patibroto
yang terapung di udara itu, terlempar sampai e mpat meter
jauhnya dan terbanting di atas tanah di mana gadis itu cepat
menggunakan Aji Trenggiling Wesi, bergulingan untuk
me matahkan luncuran tubuhnya.
la selamat tidak terbanting, namun pa kaian dan ra mbutnya
kotor terkena debu. Di lain fiha k, Joko Wandiro kaget sekali
karena pertemuan tenaga itu me mbuat ia terpelanting dari
atas kudanya dan biarpun ia dapat berjungkir-balik sa mpai
tiga kali sehingga dapat turun ke atas tanah dengan kedua
kaki leb ih dulu, na mun ia terhuyung-huyung ke belakang
sampai empat meter jauhnya!
Kini keduanya sudah bangkit berdiri, dalam jarak tujuh
delapan meter, saling pandang dengan heran dan penasaran.
Endang Patibroto marah sekali. Marah sa mpa i ha mpir tak
tertahankannya Lagi.
Mukanya mangar- mangar (merah pada m), sepasang
matanya bereahaya menyilau kan seperti sepasang mata
harimau tersorot lampu, bagaikan bernyala-nyala mencipta kan
api unggun yang akan me mbakar lawannya, me mandang
kepada J"k" Wandiro seakan-akan hendak menelannya bulat-
bulat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hidung yang kecil mancung itu bergerak-gerak karena
cuping hidungnya yang tipis kembang-kempis, napas halus
yang keluar masuk agak berdesis. Bibirnya tersenyum! Ya,
bibir yang manis, merah basah itu tersenyum, akan tetapi
senyum yang bagaimana! senyum maut! Senyum yang sama
sekali bukan menyejukkan hati pe mandangnya, melainkan
senyum yang me mbayangkan anca man maut, yang dingin
seperti air wayu, Dagunya agak berlekuk karena ditarik keras
dalam kemarahannya, kedua tangannya mengepa l tinju.
Endang Patibroto marah sekali. Apalagi ketika ia mengenal
laki-laki yang pernah ia jumpai di dekat Telaga Sarangan,
yang pernah ia serang dengan panah tangan namun gagal,
laki-laki yang mengawani seorang gadis je lita, agaknya
kekasih si gadis le lita yang menjadi korban anak panahnya.
Sekarang, dalam adu tenaga ia sampai d ibikin jatuh terguling-
guling oleh bocah ini!
Joko Wandiro tadinya terheran-heran, juga kagum dan
penasaran ketika mendapat kenyataan bahwa yang menyerangnya demikian dahsyat dan ganas adalah seorang
wanita muda yang cantik jelita seperti bidadari. Akan tetapi
kekagumannya segera berubah menjadi kemarahan yang
me luap-luap ketika ia mengena l wanita itu. Inilah dia wanita
iblis yang pernah merobohkan Ayu Candra dengan serangan
anak panah tangan! Inilah dia wanita iblis yang selain
me manah mati harima u dan melukai Ayu Candra, juga pernah
menyerangnya dengan panah tangan, dan kini tiada hujan
tiada angin menyerangnya dengan pukulan maut yang
demikian dahsyatnya!
"Kau! Pere mpuan keji......!"
"Kau! Bocah keparat!"
Keduanya me ma ki ha mpir berbareng, disusul gerakan
tubuh mereka menerjang maju. Hebat sekali terjangan kedua
orang muda ini dan berbareng mereka berseru kaget karena
loncatan mereka itu serupa benar gayanya. Gaya dari aji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mer ingankan tubuh Bayu Tantra dan ketika mereka berdua
mena mpar ke depan, keduanya secara kebetulan sekali juga
menggunakan aji yang sama, yaitu tamparan dengan jari-jari
tangan, Aji Pethit Nogo! Kembali mereka mengadu tenaga dan
keduanya terpental ke belakang oleh getaran jari tangan
mereka yang me ngandung tenaga sakti yang sama kuatnya!.
Karena terkejut dan terheran betapa lawan masing mas ing
me miiiki aji yang sama, sejenak keduanya hanya saling
pandang dan saling melotot, seakan-akan hendak melanjutkan
pertandingan itu bukan dengan kepalan dan kesaktian lagi,
me lainkan dengan saling menusuk dan mene lan melalui
pandang mata!. Saat ini dipergunakan oleh Pangeran Panjirawit dan
adiknya, Puteri Mayagaluh.
Pangeran Panjirawit melompat maju dan rne megang kedua
lengan Endang Patibroto dari belakang, sedangkan Puteri
Mayagaluh juga mengha mpiri Joko Wandiro dan me megang
lengannya. "J"k" Wandiro, sabar dulu, dia itu adalah kepala
pengawalku, Endang Patibroto!" kata Puteri Mayagaluh
dengan suara halus dan menarik-narik lengan Joko Wandiro
yang ia rasakan amat keras maca m baja saja pada saat itu.
"Endang, sabarlah. Dia bukan musuh, dia ma lah penolong
diajeng Mayagaluh. tenangkan hatimu, padamkan kemarahan-
mu " kata Pangeran Panjirawit sa mbil menar ik tangan Endang
Patibroto. "Kau........Endang Patibroto...... ?"
Joko Wandiro me mbe lalakkan matanya, berseru dengan
suara gagap. Endang Patibroto tersenyum mengejek, dan tiba-
tiba dara perkasa ini tertawa. Suara ketawanya bebas lepas,
tak ditutup-tutupinya lagi dan inilah kebiasaan dara murid
Dibyo Mamangkoro. Akan tetapi dasar dara cantik man is,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarpun tertawa secara terlepas seperti itu, tetap saja masih
menarik dan menggairahkan.
"Hi-hi-hi-hik! Jadi engkau ini Joko Wandiro bocah bengkring
(berpenyakitan) seperti cacing dahulu itu" Hi hi-hik! Kiraku
masih berada di Se mpu sa mbil menimang-nimang golek
kencanamu!"
Wajah Joko Wandiro
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjad i merah sekali.
Pantas saja ketika dahulu
di telaga Sarangan menyerangnya dan Ayu
Candra, ia merasa kenal
baik dengan wanita ini.
Kiranya Endang Patibroto
si bocah nakal! Dan kini
tidaklah aneh baginya
kalau Endang Patibroto
menjad i kepala pengawal
Kerajaan Jenggala. Kiranya gadis ini sekarang telah menjadi
seorang yang sakti mandraguna, yang me miliki kedigdayaan yang hebat, yang dahsyat dan yang
amat ganas. Kalau tadi ketika diserang pertama kali ia tidak
me mpergunakan Bojro Dahono untuk me nangkis, tentu
sekarang ia telah menjadi mayat! la dia m-dia m berg idik.
Mengapa puteri ayah angkatnya kini menjadi seperti ini"
Mengapa sifatnya menjadi ganas dan keji, mudah menurunkan
tangan maut kepada orang yang baru saja dijumpa inya"
Memang harus ia akui, Endang Patibroto sekarang amat cantik
jelita, di dalam keganasannya itu bersembunyi kecantikan dan
keluwesan yang aseli, tidak dibuat-buat, kecantikan seekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harimau betina yang kuat dan indah, kegagahkan seekor kuda
betina liar, dengan tubuh yang le mas tapi kuat, bergoyang--
goyang lemas seperti ular sawah kembang.
"Endang, tak kusangka bertemu de nganmu di sini. Dan
sungguh tak pernah kusangka bahwa engkaulah yang begitu
keji menyerangku dengan panah tangan di Telaga Sarangan
dahulu " "He mm, kau ma u apa" Gadis cantik itu tentu telah
ma mpus! Dan kau sakit hati" Hendak me mbalas" Boleh!"
Endang Patibroto terus saja menantang dan me langkah
maju hendak menyerang!
Teringat ia betapa ibu kandung Joko Wandiro telah
me mbunuh ayah kandungnya, dan biarpun ia telah me mbalas,
telah me mbunuh Listyokumolo untuk me mba las kematian
ayahnya, namun pemuda ini tentu saja menjad i musuh
besarnya Ayahnya sebelum mati berpesan menjodohkan dia
dengan bocah ini" Ah, begitu bertemu untuk pertama kalinya
telah bermusuhan, mana bisa me njadi jodoh"
"Ah, Endang Patibroto, bersabarlah engkau. Orang muda ini
sudah menolong dan menyelamatkan diajeng Mayagaluh,
bukan musuh kita."
Pangeran Panjirawit menar ik lengan Endang Patibroto dan
gadis ini betapapun juga tidak berani untuk me mbantah. Ia
hanya berdiri me mandang dengan mata melotot dan
menantang. Mayagaluh lalu mencer itakan dengan singkat semua
pengalamannya dan betapa Joko Wandiro menolongnya.
Ketika bereerita tentang Pangeran Darmokusumo, Pangeran
Panjirawit kelihatan terkejut.
"Wah, kalau begitu kita harus segera perg i dan sini.
Sungguh tidak ba ik kalau sampai a ku berte mu dengan
kakangmas Pangeran Darmokusumo. Joko Wandiro, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengucapkan banyak terima kasih atas semua budi
pertolonganmu kepada ad ikku Puteri Mayagaluh. Kalau kau
suka, J"k" Wandiro, marilah kau lkut bersa ma kami ke
Jenggala. Kanjeng rama prabu tentu akan suka sekali
mendengar tentang jasamu dan kau tentu akan diberi
kedudukan tinggi di Jenggala."
Puteri Mayagaluh juga melangkah maju dan berkata sambil
tersenyum, 'Betul ?"" yang dikatakan kakangmas Panjirawit,
J"k". Marilah kau ikut bersama kami ke Jenggala."
Ia menoleh kepada Endang Patibroto yang masih ce mberut
sambil tersenyum dan berkata.
"Kebetulan sekali agaknya kau sudah mengena l Endang
sejak kecil. Pertengkaran sedikit antara kalian leb ih ba ik
dilupakan saja dan aku percaya, kalian berdua a kan dapat
menjad i eh, sahabat-sahabat baik yang ?"?"k sekali...!"
J"k" Wandiro menundukkan mukanya yang menjad i makin
merah, sedangkan Endang Patibroto me mandang dengan
makin marah. Pemuda itu mengge leng kepala dan berkata
dengan hormat, "Beribu terima kasih ha mba haturkan kepada gusti
pangeran dan gusti puteri berdua. Akan tetapi hamba
me mpunyai banyak urusan lain. Kelak masih banyak waktunya
hamba me nghadap paduka, apabila keadaan mengijinkan."
Melihat keadaan J"k" Wandiro, pangeran itu maklum
bahwa ia tidak a kan mungkin dapat me mbujuk seorang satria
seperti ini, maka ia lalu ber kata, "Kalau begitu, biarlah lain kali
kami menanti kunjunganmu ke Jenggala. Mayagaluh, Endang,
mari kita berangkat, jangan sampai bertemu dengan orang-
orang Panjalu!"
Ketiga orang muda itu meloncat naik ke atas kuda dan tiga
ekor kuda itu lari ke arah timur. Puteri Mayagaluh untuk
penghabisan kali melempar kerling dan senyum manis kepada
J"k" Wandiro, akan tetapi J"k" Wandiro yang tadinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum mesra pula me mandang puteri yang pernah dicium
pipinya itu, tiba-tiba me mbuang muka karena melihat Endang
Patibroto juga menoleh dan me mandang kepadanya dengan
pandang mata penuh ejekan!
Setelah bayangan ketiga orang itu lenyap dan derap kaki
kuda mereka tak terdengar lagi, barulah J"k" Wandiro menaiki
kudanya dan menjalankan kudanya ke barat. Tiada habis
heran hatinya mengenang kan Endang Patibroto.
Gadis itu benar-benar hebat sekali kepandaiannya. Kalau ia
ingat akan benturan tangan dua kali tadi, ia yakin bahwa ilmu
kesaktian gadis itu jauh tinggi daripada ilmu orang-orang yang
pernah menjadi lawannya. Jauh lebin t inggi dari kepandaian
Wirokolo, atau Ni Durgogini serta Ni Nogogini digabung
menjad i satu! Kalau mengingat bahwa gadis itu adalah puteri
ayah angkatnya, ia girang dengan kehebatan itu. Akan tetapi
kalau teringat akan sifat-sifat ganas dan keji itu, ia
mengerutkan kening dan menarik napas panjang berulang-
ulang. Kemudian pe muda ini lalu me mpercepat perjalanannya
menuju ke Bayuwis mo di pantai Laut Selatan, dengan
perasaan bereampur aduk.
la merasa girang kalau me mbayangkan betapa ia akan bertemu dengan ayah
angkatnya. Betapapun juga, ia harus mengakui bahwa sa mpai
sekarangpun ia mas ih menganggap Pujo sebagai ayah sendiri
yang amat dicintainya.
Di antara orang-orang tua di dunia ini, Pujolah orang
pertama yang ia cinta dan hormati, baru kemudian gurunya, Ki
Patih Narotama, dan kakek gurunya, Resi Bhargowo. Ayah
bunda kandungnya sendiri tidak begitu dekat dengan hatinya
karena semenjak kecil ia tak pernah melihat mereka Lagi.
Akan tetapi kalau teringat bahwa ibu kandungnya tewas dalam
usaha mencari Pujo, kegirangan hatinya akan bertemu dengan
ayah angkatnya itu men ipis terganti rasa khawa tir dan tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas petunjuk para penduduk yang berdekatan, akhirnya ia
sampai juga di Bayuwis mo dan melihat sebuah pondok yang
menyendiri di tepi pantai itu. Hatinya berdebar keras ketika ia
me loncat turun dari kuda dan penuh selidik ia me mandang
kepada dua orang wanita yang keluar dan dala m pondok.
Ia segera mengenal dua orang wanita itu, yang seorang
adalah Kartikosari ibu kandung Endang Patibroto dan yang
kedua adalah bibinya, Roro Luhito adik kandung me ndiang
ayahnya. Segera ia, menghampiri mereka dan me mben hormat
dengan wajah berseri.
"Bibi kartikosari dan bibi Roro Luhito, saya J"k" Wandiro,
kiranya bibi berdua belum lupa kepada saya," kata J"k"
Wandiro ketika me lihat dua orang wanita itu rne mandang
kepadanya dengan muka pucat dan mata terbelalak seperti
me lihat setan, dan disangkanya bahwa dua orang bibinya itu
pangling (lupa) kepadanya.
Tiba-tiba Kartikosar i me mbalikkan tubuhnya dan masuk lagi
ke dalam pondok tanpa berkata sesuatu, sedangkan Roro
Luhito la lu menubruk dan merang kul J"k" Wandiro sa mbil
menang is sesenggukan! Tentu saja hal ini me mbuat Joko
Wandiro terkejut sekali. Memang hatinya sudah merasa tidak
enak dala m perjalanan ke te mpat ini dan telah menduga hal-
hal yang tidak ba ik. Melihat s ikap kedua orang wanita ini ia
berdebar dan merasa cemas se kali.
"Bibi Roro Luhito....... apakah yang terjadi, bibi" Ada
apakah" Harap bibi me mberi tahu kepada saya....... "
o)O---dw---O(o Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 31 "ADUH, angger Joko Wandiro, anakku......! Semoga Hyang
Wisesa menga mpuni kita se mua, kulup.. ......! Telah terjadi
peristiwa yang a mat hebat, malapetaka yang menger ikan...."
Tidak syak lag i sekarang hati J"k" Wandiro. Sudah tentu
perkara ke matian ibu kandungnya.
"Bibi, ceritakanlah. Saya dapat menahan segala berita yang
bagaimanapun. Ceritakanlah, bibi!"
"Mari, anakku. Mari masu k ke pondok dan kau....... kau
maafkaniah s ikap bibimu Kartikosar i. Engkau akan mengerti
mengapa dia bersikap seperti itu ketika t iba-tiba melihat
kedatanganmu, J"k" Wan diro."
"Tida k mengapa, bibi. Saya percaya, bibi Kartikosari adalah
seorang yang bijaksana dan tentu sikap be liau tadi ada
sebabnya yang hebat. Marilah, bibi."
Mereka me masuki pondok kecii sederhana itu. Berdegup
jantung J"k" Wandiro karena ia mengharapkan untuk bertemu
dengan Pujo di dalam pondok. Ia menyapu semua penjuru
dengan pandang matanya, namun tidak me lihat Pujo di situ.
Yang ada hanyalah perabot rumah sederhana dan Kartikosari
duduk di atas sebuah balai-balai bambu dengan muka berduka
dan kedua pi pi basah a ir mata.
Melihat keadaan Kartikosari ini, R?"" Luhito yang tadi
rnenggandeng tangan J"k" Wandiro segera rnelepaskan
tangan itu dan lari mengharnpiri Kartikosar i dan merangkulnya. "Apakah engkau datang untuk me mbalas dendam kematian
ibumu" Kalau begitu, hunus kerismu dan tusuklah dadaku,
agar himpas dan lunas hutang-pihutang nyawa ini!" kata
Kartikosari kepada J"k" Wandiro, suaranya gemetar akan
tetapi sikapnya tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
J"k" Wandiro terkejut sekali. ?"k disang kanya akan
disa mbut dengan ucapan seperti itu oleh Kartikosari. Apakah
ibu kandungnya tewas di tangan bibinya ini" Ah, tidak
mungkin! Ia cukup mengenai ayah angkatnya, dan ia
mendengar dari ayah angkatnya bahwa bibi Kartikosari ini
dahulu adalah adik seperguruan ayah angkatnya. Ayah
angkatnya adalah seorang satria sejati, me miliki iimu-ilmu
kesaktian yang bersih, warisan Sang Resi Bhargowo.
Sedangkan yang me mbunuh ibu kandungnya tentulah yang
me lukai Ki Ad ibroto pula, dan melihat luka itu, je las
me mbayangkan bahwa pe mukulnya adalah seorang yang
amat ganas dan me miliki ilmu yang jahat dan keji.
"Bibi Kartikosari, mengapa bibi berkata seperti itu"
Sesungguhnyalah bahwa secara kebetulan sekali saya bertemu
dengan paman Adibroto dan mendengar bahwa ibu kandung
saya yang tak pernah saya jumpai itu telah meninggal dunia,
tewas di tangan musuh yang juga melukai pa maan Ad ibroto
sampai tewas Akan tetapi saya tidak tahu siapa pembunuh
nya dan kedatangan saya ke Bayuwismo ini sekali-kali bukan
untuk urusan itu, melainkan karena sudah rindu kepada bibi
berdua, terutama sekali kepada....... ayahanda Pujo. Di
manakah beliau" Dan ?"" yang sudah terjadi di sini, bibi?"
Tiba-tiba Kartikosari bangkit berdiri, wajahnya pucat sekali.
"Kau tanyakan kakangmas Pujo.. " Ayahmu itu kakangmas
Pujo...... dia....... dia telah tewas.. dan anak...... anakku
keparat dia...... oohhhh...... "
Kartikosari tak dapat me lanjutkan kata-katanya dan ia
menjatuhkan diri di atas balai ba mbu sa mbil menangis
tersedu-sedu. Roro Luhito meme luknya dan juga menangis
sesenggukan. J"k" Wandiro me mandang dengan muka pucat.
Ayahnya, Pujo, telah tewas" Oleh siapa" Mengapa" Oleh
ibunya dan Ki Adibroto" Kemudian mereka berdua itupun
tewas dalam pertandingan ini" Melihat betapa dua orang
wanita itu menang is penuh kesedihan, dia tidak berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggu dan segera ia menja tuhkan diri duduk di atas
bangku sa mbil menunjang dagu dan mengatur napas
menentera mkan hatinya.
Melihat betapa Kartikosari tenggelam ke dalam kedukaan
yang hebat, Roro Luhito lalu bangun dan duduk menyusuti air
matanya. Dia maklum betapa hancur hati Kartikosari, tidak
hanya karena kehilangan suami tercinta, me lainkan juga
kehilangan puteri yang amat diharap-harapkan.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang betul Endang Patibroto masih hidup, akan tetapi
bahkan lebih hebat daripada mati bagi seorang ibu kandung
yang melihat puterinya menyeleweng jauh sekali daripada
kebenaran! Di sa mping ini, Roro Luhito kasihan me lihat J"k" Wandiro
yang tentu saja menjadi bimbang dan bingung serta a mat
mengharapkan penjelasan.
"Anakku J"k" Wandiro, kaudengarlah ba ik-baik ?"" yang
akan kuceritakan k"padamu dan bers iaplah eng kau menerima
pukulan batin ini. Aku percaya, sebagai seorang satria murid
Ki Patih Narotama yang sakti mandraguna dan arif bijaksana,
dan sebagai seorang yang telah dewasa, engkau tentu akan
dapat menerima semua peristiwa yang terjadi ini sebagai
sesuatu yang sudah dikehendaki Hyang Maha Wisesa, dan
bahwa semuanya itu me ma ng sudah se mestinya terjadi maka
tak seorangpun manusia ma mpu merubahnya," kata Roro
Luhito yang mulai dapat mene kan perasaannya sehingga
suaranya makin jelas dan tenang.
"Bicara lah, bibi, Biarpun be lum tahu jelas, kiranya saya
sudah dapat banyak menduganya."
"Aku akan mulai dari per mulaan, anakku. Terjadinya kira-
kira dua puluh tahun yang lalu, karena sesungguhnya mulai
saat itulah terjadinya awal segala per istiwa ini yang
kuharapkan sudah berakhir sa mpai sekian saja. Ketika itu,
ayahmu atau gurumu Pujo bersa ma bibimu Kartikosari masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengantin baru. Mereka berdua pergi bertapa ke dala m Guha
Siluman. ?"k la ma kemudian datanglah kakakku, mendiang
ayah kandungmu sendiri Raden Wisangjiwo. Aku berterus
terang saja, anakku, biar dia kakak kandungku, biar dia itu
ayah kandungmu, dia pada masa itu adalah seorang
bangsawan muda yang menjadi ha mba nafsunya. Dia bersikap
kurang baik terhadap bibimu Kartikosari sehingga terjadi
pertempuran. Kakangmas Pujo p ingsan dan ketika ia sadar, ia
me lihat betapa bibimu Kartikosari dalam keadaan terluka dan
tak berdaya telah diperkosa orang, Keadaan dalam guha itu
gelap-gulita dan karena tadinya yang menyerang mereka
adalah Raden Wisangjiwo, tidak aneh kalau kakangmas Pujo
dan bibimu Kartikosari merasa
yakin bahwa Raden
Wisangjiwolah orang yang me lakukan perbuatan kej i itu."
J"k" Wandiro menggigit bibirnya. Dahulu pernah ia
mendengar tentang per musuhan itu dan ia a mat menyesal
sekali. Akan tetapi ia tidak mau mengganggu cerita bibinya
karena ia ma klum bahwa kalau ia me mbuka mulut tentu
suaranya akan gemetar.
"Me mang menyesalkan sekali, anakku, akan tetapi itu
kenyataan. Nah, semenjak saat itulah kakangmas Pujo
berpisah dari bibimu Kartikosari. Kakangmas Pujo yang
merasa dihancurkan kebahagiaannya oleh ayah kandungmu,
menyerbu ke Kadipaten Selopenangkep. Di sana dia tidak
mene mukan Raden Wisangjiwo, maka untuk me mbalas sakit
hatinya, ia.... menculik ibu kandung mu, mbokayu Listyokumolo dan engkau sendiri yang pada waktu itu baru
berusia satu tahun."
J"k" Wandiro menundukkan mukanya untuk menye mbunyikan mukanya yang menjadi merah dan terasa
panas. Ia juga amat menyesalkan perbuatan ayah angkatnya
yang terburu nafsu dan sembrono ini, Akan tetapi tepat
seperti dikatakan bibinya tadi, segala sudah terjadi dan ia juga
me mpunyai keyakinan bahwa segala hal yang sudah, sedang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau akan terjadi kese muanya sudah diatur oleh Hyang Maha
Wisesa, sedangkan manusia hanyalah menjad i pelaku-
pelakunya belaka.
"Ke mudian engkau tahu betapa engkau dia ku anak oleh
kakangmas Pujo dan engkaupun sudah mendengar betapa
setelah kakangmas Pujo dan mbokayu Kartikosari tahu bahwa
musuh besar mereka sesungguhnya bukan Raden W isangjiwo
me lainkan J"k"wanengpati s i manusia biadab, dari musuh
mereka menjadi sahabat. Dan engkaupun tahu betapa ayah
kandungmu, biarpun dahulunya pernah melakukan penyelewengan, namun di saat terakhir telah menjadi seorang
pahlawan dan tewas dalam medan yuda sebagai seorang
pahlawan pula. Akan tetapi ibu kandungmu........ "
Sampa i di sini Roro Luhito berhenti dan menarik napas
panjang dan dua titik air mata meloncat ke atas kedua pipinya
yang pucat. "Teruskanlah, bibi. Saya siap mendengar hal yang seburuk-
buruknya," kata Joko Wandiro tenang.
"Ibumu, mbokayu Listyokumolo setelah kehilangan kau
yang dilarikan oleh kakangmas Pujo, dia...... dia menjadi
berubah ingatan, kulup. Kasihan sekali. Ayahmu yang pada
waktu itu belum sadar daripada penyelewengannya, melihat
ibumu seperti orang gila, la lu mengantar nya kembali ke
dusun Selogiri di lereng Lawu. Akan tetapi, agaknya memang
ibu kandungmu harus banyak me nderita di waktu hidupnya.
Belum la ma tinggal di rumah kakekmu yang menjadi lurah di
dusun itu, desa Selogiri menjad i korban serbuan perampok-
perampok. Eyangmu dan seluruh keluarganya tewas, ibu
kandungmu men jadi tawanan perampok! Dan se menjak itulah
kami tidak pernah men dengar apa-apa lagi dari ibumu.
Ayahmu setelah insyaf akan kesalahannya, telah bersusah
payah, dibantu oleh kami se mua dan pasu kan-pasukan,
berusaha mencari ibumu, akan tetapi s ia-sia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hemm, setelah itu tentu telah ditolong oleh paman
Adibroto, pikir J"k" Wandiro, Kemudian setelah ditolong lalu
menjad i isteri pa man Adibroto dan me lahirkan seorang anak,
Ayu Candra! Berpikir sa mpa i di sini, jantung J"k" Wandiro
serasa ditusuk-tusuk, akan tetapi mulutnya tidak mengucapkan sepatahpun kata.
"Siapa dapat menduga, beberapa hari yang lalu..... "
"Ibu datang ke sini bersa ma paman Adibroto?"
?"k tertahankan lagi J"k" Wandiro menyambung karena
bibinya agak meragu.
"Benar, anakku. Ibumu tidak melupakan denda mnya
kepada kakangmas Pujo yang sa ma sekali tidak menyangka-
nyangka dan hidup a man tenteram bersa ma kami berdua di
sini. Ibumu dapat bertemu berdua saja dengan kakangmas
Pujo dan kakangmas Pujo....... yang selalu merasa berduka
dan ma lu atas semua perbuatannya terhadap ibumu dahulu,
mengakui dosanya dan rela menebus dosa, rela dijatuhi
hukuman oleh ibumu. Kakangmas Pujo tidak me lawan ketika
ditusuk keris, sengaja menerima kematian di tangan ibumu
agar dosanya tercuci oleh darahnya sendiri...."
Roro Luhito terisak dan Kartikosar i yang tadinya sudah
agak reda tangisnya, kini tersedu ke mba li.
J"k" Wandiro mengepal tinjunya. Ingin ia menjerit-jerit.
Ingin ia menangis, menangisi keduanya, menangisi Pujo dan
Listyokumolo. Bangga ia mendengar akan sikap Pujo yang
ternyata seorang satria utama, seorang jantan sejati. Sedih ia
mengingat akan nasib ibu kandungnya, dan dia tidak dapat
menyalahkan ibu kandungnya yang tentu saja merasa dirusak
kebahagiaan hidupnya oleh Pujo. Ingin sekali ia mendesak
bibinya agar bercerita terus, akan tetapi kerongkongannya
serasa tercekik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Pujo...... dia melarang kami menuntut
balas....... dia menyatakan rela dan senang mat i di tangan
ibumu untuk menebus dosa...... "
"Aduh ayahku.......! Ayah dan guruku.......!"
J"k" Wandiro bangga sekali dan hampir ia tidak kuat
menahan air matanya yang sudah me mbuat pandang matanya
berkaca-kaca. "Ke mudian, secara tak terduga-duga muncul ah Endang
Patibroto!"
J"k" Wandiro terkejut dan mendongakkan
muka, me mandang bibinya dengan mata terbeialak penuh pertanyaan. "Sungguh berbahagia sekali kakangmas Pujo ketika melihat
puterinya. Baru sekali itu ia me mandang wajah anak
kandungnya, baru sekali itu, di a mbang kematiannya, ia
bertemu muka dengan puterinya. Hatinya puas sekali dan
merasa betapa mendapat anugerah Dewata. Pertama, sudah
dapat menebus dosa di tangan ibumu send iri, ke dua, sebelum
mati dapat bertemu anaknya. Sekali lagi kakangmas Pujo
men inggalkan pesan agar jangan me mbalas kepada ibu
kandungmu, bahkan berpesan bahwa untuk menghapus
permusuhan itu, Endang Patibroto dijodohkan dengan.......
engkau, anakku J"k" Wandiro!"
Pemuda itu merasa seakan-akan dadanya hendak meledak,
jantungnya berdebar-debar keras sekali. Ia merasa makin
bangga kepada Pujo! Bukan ma in ayahnya, juga gurunya itu,
seorang manusia bijaksana, seorang satria sejati.
"Jadi ayah....... Pujo tidak me mbalas kepada....... ibuku?"
"Tida k. Dia meninggal dunia sa mbil tersenyum bahagia."
"Dan bibi berdua, juga tidak me mba las kepada ibuku.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Luhito mengge lengkan kepala. "Betapapun sakit dan
sedih hati bibimu Kartikosari, na mun dia juga seorang
berdarah satria utama, dan me matuhi pesan suaminya."
"Kalau begitu, mengapa ibuku....... " "
Tiba-tiba Kartikosari me lompat turun dan dengan muka
pucat, rambut awut-awutan ia me njerit,
"Anakku yang me mbunuhnya! Anakku Endang Patibroto,
yang kukandung se mbilan bulan, yang kubela dengan taruhan
nyawa...... dia yang me mbunuh ibumu! Dan dia pula yang
me mbunuh Ki Adibroto. Ya, anakku! Anak kandungku! Dia
yang membunuh ibu kandungmu, J"k" Wandiro. ?"k" itu,
kalau kau hendak menuntut balas, jangan ragu-ragu, ini
ibunya yang bertanggung jawab. Kaucabutlah senjatamu dan
kau bunuhlah aku......... aku........ takkan melawan...... kau
sempurnakan aku....... biar aku.......aku ikut suamiku....... "
Terdengar jerit me lengking mengerikan dan tubuh J"k"
Wandiro sudah men celat keluar dari pondok itu.
"J"k"..........!"
Roro Luhito men jerit dan mengejar keluar, juga Kartikosari
berlari keluar. Di depan pintu pondok mereka berhenti dan
me mandang ke depan dengan muka pucat. Mereka melihat
betapa J"k" Wandiro sambil menge luarkan suara menggereng-gereng seperti seekor harimau, menga muk dan
kalang kabut me nghantami batu-batu karang di pinggir iaut!
Batu karang pecah berhamburan dan terdengar pemuda itu
menggereng-gereng
di antara isak tangisnya, terus menghanta mi batu karang seperti orang gila.
"J"k" Wandiro... anakku....! Kau ingatlah, nak........
ingatlah.......!"
Roro Luhito lalu berlari-lari dan
men ubruk kaki keponakannya, juga Kartikosari rnenghampiri dengan bercucuran air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini J"k" Wandiro telah dapat menguasai iblis yang
menga muk di da la m kepala dan dadanya. Ia berdiri dengan
kedua kaki tepentang, kedua tangan berlepotan darah karena
dalam kemarahannya tadi ia tidak mengerahkan aji
kesaktiannya sehingga kulit tangannya tidak kebal dan kini
hancur oleh batu karang. Kedua len gan yang tangannya
berdarah itu kini tergantung di kanan kiri tubuhnya, darahnya
menetes-netes seperti air mata yang juga menetes-netes dari
kedua matanya. "Anakku...... ah, anakku J"k" Wandiro....... jangan salah
mengerti, nak. Bibimu...... Kartikosari mengeluarkan kata-kata
itu saking re muk perasaan hatinya oleh kelakuan anaknya.
Kau tidak tahu, setelah Endang Patibroto me mbunuh
Listyokumolo dan me lukai Ki Adibroto tanpa dapat kami cegah
karena gerakannya yang amat dahsyat, kemudian bibimu
Kartikosari mendengar bahwa Endang menjadi kepala
pengawai
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jenggala. Bibimu marah dan berusaha menginsyafkan puterinya, akan tetapi sia-sia. Bahkan bibimu
sudah menyerang hendak me mbunuhnya, akan tetapi juga
tidak berdaya rnenghadapi kesaktian Endang Patibroto yang
amat hebat."
Kini J"k" Wandiro sudah dapat menekan perasaannya dan
ketenangannya pulih ke mbaii.
"Saya tidak menaruh dendam kepada bibi Kartikosari,
bahkan saya merasa amat terharu dan kasihan., Bibi
Kartikosari, maafkan saya, percayalah, saya tidak me mpunyai
permusuhari apa-apa dengan bibi......."
"J"k" Wandiro........kau dianggap putera sendiri oleh
kakangmas Pujo dan me mang....... me mang kau patut
menjad i puteranya. Ahh, anakku......!"
Kartikosari merangkul dan mere ka berpelukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya juga tahu akan kesaktian Endang Patibroto, karena
sudah dua kali dia menyerang saya, bahkan dia hampir saja
me mbunuh Ayu Candra."
"Ayu Candra" Siapakah dia?" tanya Kartikosari ma kin sedih
mendengar akan penyelewengan puterinya.
"Dia itu....... adik tiriku, puteri ibuku dengan pa man
Adibroto."
Joko Wandiro lalu me nceritakan tentang pertemuannya
dengan Ki Adibroto dan Ayu Candra di dekat Telaga Sarangan,
tentang pesan terakhir Ki Adibroto yang me larang anaknya
mencari pe mbunuh ayah bundanya, kemudian tentang
lenyapnya Ayu Candra.
"Ah..... kakangmas Pujo....... agaknya akan sia-sia semua
kehendakmu agar permusuhan itu disudahi dengan pengorbanan darah dan nyawamu........ bukan saja anak
kandung kita sendiri sudah melanggarnya, juga........ juga
masih ada ekornya lagi, anak Ad ibroto dan Listyokumolo...."
Kartikosari me ngeluh dan menjad i berduka sekali.
Suaminya telah mengorbankan nyawa, rela ditusuk sampai
tewas oleh Listyokumolo untuk menebus dosa, bahkan
me larangnya me mbalas malah menjodohkan Endang Patibroto
dengan Joko Wandiro putera Listyokumolo dalam usaha
terakhir menyudahi per musuhan itu.
Akan tetapi usaha yang amat mulia dari suaminya itu
hancur berantakan, tidak saja oleh anak mereka sendiri, juga
kini tentu saja Ayu Candra hendak menuntut balas pula.
Dendam per musuhan yang tiada akan habisnya.
"Bibi harap suka tenangkan hati. Saya yang tanggung
bahwa Ayu Candra adik saya itu tidak akan melanjutkan
permusuhan, tidak akan mencari balas denda m.. "
Kartikosari terharu dan me megang lengan Joko Wandiro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakku........ Joko Wandiro, engkau patut menjadi putera
dan murid kakangmas Pujo. Engkau....... engkau seperti dia,
anakku! Terima kasih, Joko Wandiro. Engkau sebagai putera
kandung Listyokumolo yang terbunuh oleh Endang Patibroto......... engkau tidak menaruh denda m juga engkau
hendak....... mencegah adikmu Ayu Candra menuntut balas."
"Sudah semestinya begitu, bibi. ?"k mungkin saya dapat
me mbiarkan adik saya menjadi korban nafsu dendam dan
permusuhan yang tiada berkeputusan ini."
"Aku percaya engkau akan bisa membujuk adikmu. Sebagai
puteri Ki Adibroto aku percaya Ayu Candra dapat mengerti,
akan tetapi....... ah, kalau aku ingat akan anakku Endang
Patibroto " Dia sukar dikendalikan, me miliki kepandaian
seperti iblis betina. Dia telah menjadi murid Dibyo
Mamangkoro, dan tidak hanya mewarisi kedigdayaan raksasa
yang mengerikan itu, ma lah juga ce laka sekali, agaknya
mewarisi wataknya yang seperti ibiis."
J"k" Wandiro menggigit bibir Ia masih ge mas kalau
teringat akan Endang Patibroto. Gadis itu telah banyak
me lakukan perbuatan keji. Hampir saja me mbunuh Ayu
Candra tanpa sebab, juga menyerangnya dengan keji tanpa
sebab. Kemudian, gadis itu malah telah me mbunuh ibu
kandung nya dan Ki Ad ibroto, sungguhpun telah mendengar
pesan terakhir ayahnya. Lebih hebat lagi, Endang Patibroto
ma lah menyakiti hati ibunya, me mbantah dan me lawan!
"Bibi, mengingat akan budi ayah Pujo yang berlimpah-
limpah kepada diri saya, saya berjanji akan pergi mencari
Endang Patibroto dan akan me mbujuknya agar supaya ia
insyaf kembali daripada kesesatannya dan suka kemba li
kepada bibi di sini."
"Aduh, anakku! Engkau menumpuk-numpuk budi sehingga
me mbuat aku me rasa malu sekali. Kakangmas Pujo....kiranya
me mbe kas juga se mua jasa dalam hidupmu.......! J"k"
Wandiro, kau tadi mengatakan bahwa sudah dua kali kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bentrok dengan Endang, sudah kauketahui sendiri kedigdayaannya yang seperti ibiis. Bagaimana kalau ia tidak
mendengar bujukanmu, bahkan menggunakan kekerasan "
Aduh........ alangkah akan baiknya kalau Endang tidak berubah
seperti itu dan..... dan dapat terlaksana pesan kakangmas
Pujo tentang perjodohannya dengan kau...!!"
"Saya berjanji akan mengaja k Endang kembali kepadamu,
bibi. Tida k perduli dia mau atau tidak, kalau perlu saya akan
me ma ksanya dengan kekerasan!"
"Ah, Joko. Mudah-mudahan saja kau akan berhas il. Aku
khawatir sekali, terutama jika aku ingat akan adikmu itu.
Usahakanlah agar dia jangan me mperhebat lagi per musuhan
yang sudah diusahakan pe madaman nya oleh ayahmu Pujo."
"Kalau saya pikir-pikir, sungguh mengge maskan orang
biadab yang me mpergunakan na ma Raden W isangjiwo
sehingga tertanam bibit permusuhan sehebat itu. Bibi
Kartikosari, siapakah sesungguhnya orang itu?"
Kartikosari tersenyum di antara air matanya.
"Iblis itu sudah ma mpus, Joko! Mampus di tangan bibimu
berdua ini. Jokowanengpati telah mati dan mayatnya dikubur
dalam perut ikan!"
Kemudian dengan penuh nafsu amarah Kartikosari
mencer itakan betapa dia dan Roro Luhito me ma ksa
Jokowanengpati terjun ke laut sehingga musuh besar itu
disa mbar ikan dan diseretnya ke dala m lautan.
Joko Wandiro menarik napas partjang. Ngeri juga hatinya
mendengar nasib orang jahat itu, akan tetapi ia maklum
bahwa segala perbuatan jahat biarpun lambat akan tetapi
sudah pasti akan menyeret pembyatnya ke dalam le mbah
kesengsaraan dan malapetaka.
"Kiranya cukuplah, bibi berdua. Saya pamit mundur, karena
saya sendiripun berkhawatir akan keselamatan adik saya, Ayu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candra yang belum saya ketahui ke mana perginya. Harap bibi
berdua menanti di sini, saya pasti akan datang lagi dan
mudah-mudahan dapat bersa ma Endang."
"Tida k di sini, J"k" Kami akan pergi dar i te mpat ini."
Ucapan Kartikosari ini tidak hanya mengagetkan J"k"
Wandiro, juga Roro Luhito terkejut dan terheran. "Kita hendak
pergi ke manakah?" tanyanya sambil me megang tangan
Kartikosari. "Adikku Roro Luhito. Setelah kini kita ketahui bahwa di
sana masih ada Ayu Candra yang mungkin akan men untut
balas, lebih baik kita pergi menye mbunyikan diri. Siapa tahu
sebelum dapat ditemukan J"k" Wandiro, dia akan lebih dulu
datang ke sini mencar i kita. Sesungguhnya aku tidak akan
mundur dan rela menyerahkan nyawaku kepada anak
Listyokumolo yang terbunuh oleh anakku, akan tetapi kita
harus mengingat a kan nasib.... anak-anak kita dalam
kandungan ini. Setelah jabang bayi terlahir, barulah aku siap
menerima pe mbalasan. Karena ini, aku mengambil keputusan
untuk berse mbunyi ke Pulau Se mpu di mana dahulu ayahku
bertapa." Roro Luhito menundukkan muka dengan terharu. Ucapan
ini mengingatkan kepadanya bahwa anak yang ia kandungpun
telah yatim, tiada berayah lagi. "Aku menurut segala
keputusanmu."
J"k" Wandiro men gangguk-angguk. Dia m-dia m ia terharu
juga ketika men dengar bahwa kedua wanita yang di t inggal
mati ayah angkatnya ini dalam keadaan mengandung.
"Baiklah, bibi berdua. Saya kelak akan menyusul ke Pulau
Sempu." Setelah bermohon diri, J"k" Wandiro lalu me ninggalkan
Bayuwis mo, menunggang kudanya, pemberian Pangeran
Darmokusumo, Pangeran Panjalu yang haik hati itu.
Sementara itu, beberapa hari kemudian setelah menaburkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bunga di laut sebagai pernyataan selamat tinggal kepada
suami mereka, Kartikosari dan Roro Luhito juga meninggaikan
Bayuwis mo yang menjad i sunyi dan menyedihkan.
^oodwoo^ Berpekan-pekan J"k" Wandiro menje lajah gunung-gunung
dan pantai Laut Selatan untuk mencari jejak adiknya, Ayu
Candra. Namun hasilnya sia-sia belaka sehingga hatinya
menjad i gelisah sekali.
Kemudian ia berpikir bahwa mungkin sekali adiknya itu oleh
Ki Jat"k" yang mencurigakan itu dibawa ke Bayuwis mo. Siapa
tahu kalau-kaiau Ayu Candra berusaha me mbalas denda m
sendiri dan minta diantar Ki Jatoko.
?"k" ia lalu kembali ke Bayuwis mo dan alangkah terkejut
hatinya ketika ia mendengar dari penduduk dusun yang
berdekatan bahwa memang beberapa hari setelah Kartikosari
dan Roro Luhito perg i men inggalkan pantai itu, ada seorang
dara cantik bersama pa mannya yang kedua kakinya buntung
bertanya-tanya kepada penduduk di s itu ke mana perg inya
penghuni Bayuwis mo!
Tentu saja tidak ada seorangpun penduduk yang dapat
me mber i tahu dan kedua orang itu lalu pergi lagi dari situ.
Kejadian ini sudah terjadi t iga pekan yang lalu.
Aduh, untung bahwa bibi Kartikosari dan bibi Roro Luhito
telah pergi. Kalau masih berada di sana, tentu akan terjadi hal
yang amat mengerikan. Ia maklum bahwa Ayu Candra sama
sekali bukan lah lawan Kartikosari dan Roro Luhito yang sakti,
akan tetapi karena ayah bundanya terbunuh, tentu saja gadis
itu menjadi nekat, sedangkan Kartikosari yang berwatak
gagah itu tentu akan rela me mber ikan nyawanya seperti yang
diperbuat oleh Pujo! Alangkah akan mengerikan kalau gadis
itu, adiknya, bekas kekasihnya, melakukan pe mbunuhan
seperti itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Ayu Candra dan Ki Jatoko pernah datang ke dusun
itu, biarpun telah lewat tiga pekan, namun setidaknya J"k"
Wandiro mula i mendapatkan jejak mereka. Menurut para
penduduk yang melihatnya, dua orang itu pergi menuju ke
utara. Dia mengikuti jejak mereka dan tibalah J"k" Wandiro di
Selopenangkep yang kini telah me mpunyai seorang adipati
baru, seorang ponggawa Kerajaan Panjalu. Di tempat ini ia
mendapat keterangan pula bahwa me mang dua orang itu
pernah berada di Se lopenangkep, akan tetapi kemudian pergi
lagi men uju ke utara.
Joko Wandiro mengikuti terus jejak ini dan selanjutnya
dengan hati girang ia mendapat kenyataan bahwa tidakiah
sukar mengikut i jejak kedua orang itu walaupun sudah lewat
belasan hari. Hal ini tidaklah aneh karena me mang kedua
orang itu menarik perhatian serta mudah diingat. Yang
seorang adalah gadis cantik jelita yang sukar dicari
bandingannya. Yang ke dua adalah seorang laki-la ki ber muka
buruk menjijikkan dan buntung kedua kakinya. Tentu saja
"pasangan" seperti ini tidak mudah terlupa orang.
Akhirnya, J"k" Wandiro mengikuti jejak kedua orang itu
menuju ke timur. Hatinya berdebar dan tidak enak. Pulau
Sempu letaknya di pantai Laut Selatan sebelah timur dan kini
jejak kedua orang itu terus saja ke timur. Apakah dua orang
itu telah dapat menduga ke mana perg inya Kartikosari dan
Roro Luhito" Ah, tidak mungkin! Yang tahu akan hal ini
hanyalah mereka bertiga. Kalau begitu, ke manakah tujuan
Ayu Candra" Mengapa terus ke timur bahkan sa ma sekali tidak
kembali ke Sarangan"
Makin cepat ia mengejar, jarak di antara mereka makin
dekat akan tetapi jejak itu juga makin dekat dengan Pulau
Sempu! Ia hampir dapat menyusul mereka ketika tiba di kaki
Pegunungan Anjasm?"". Dari seorang petani ia mendapat
keterangan bahwa baru beberapa ja m yang lalu petani itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lihat seorang buntung yang mengiringkan seorang gadis
jelita lewat di de kat sawahnya.
"Bagaimana keadaan gadis itu, paman?" tanya J"k"
Wandiro setelah minum dari air kendi yang ditawarkan si
petani dengan ramah. Petani itu me man dang dengan mata
penuh selidik. Ia me lihat wajah, kemudian melihat pakaian
J"k" Wandiro, dan bertanya,
"Apakah andika ini seorang perajurit" Kalau seorang
perajurit, dari Jenggala ataukah dari Panjalu?"
Joko Wandiro cepat mengge leng kepala menyangkal.
"Bukan perajurit bukan bangsawan, aku seorang pengelana
biasa saja, paman."
"Syukur ka lau begitu. Biasanya kalau perajurit, apalagi dari
Jenggala, tentu akan terjadi hal yang tidak sedap dipandang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau berte mu dengan gadis jelita seperti yang lewat tadi.
Hemm, engkau bertanya tentang gadis itu, apakah
keperluannya, orang muda?"
?"?"?" pa man jangan menaruh curiga. Gadis itu adalah
adik saya, dan orang buntung itu ada lah pa man saya. Saya
me mang mencari mereka, pa man."
"Oooo, begitukah" Gadis itu tampak sehat-sehat saja,
agaknya tidak lelah biarpun me lakukan perjalanan jauh.
Sungguh cantik je lita dan trengginas (tangkas), juga
pemberani, buktinya berani melakukan perja lanan hanya
dikawal seorang paman yang lumpuh."
Lega hati J"k" Wandiro me ndengar ini. Ia lalu berpamit dan
cepat-cepat ia melakukan pengejaran ke arah lereng Gunung
Anjasmoro. Karena J"k" Wandiro melakukan pengejaran
sambil mengerahkan Aji Bayu Sakti, ma ka menjelang senja, ia
dapat menyusul. Alangkah girang hatinya ketika mendapat
kenyataan bahwa dua orang yang bercakap-cakap di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan sambil mengaso di bawah pohon itu adalah Ayu Candra
dan Ki Jatoko si buntung!
Sambil bersembunyi J"k" Wandiro mengintai. Hatinya
berdebar-debar girang ketika melihat betapa keterangan
paman tani tadi betul. Ayu Candra kelihatan sehat, hanya
pada wajahnya terbayang sinar kedukaan yang me mbuat sinar
mata yang biasanya bening berseri-seri itu kini suram,
senyumnya yang biasa selalu menghias bibir mena mbah cerah
sinar matahari kini lenyap.
Namun dala m kedukaan, bekas kekasihnya itu masih cant ik
jelita, masih menarik dan masih me mbuat jantung J"k"
Wandiro berdegupan keras. Dia adik saya, ia menekan
jantungnya, dia adik saya, adik sekandung, adik seibu! Sa mbil
menekankan kenyataan ini di hatinya, J"k" Wandiro
me mandang Ki J"tak" dan ia merasa heran melihat betapa Ki
J"t"k" kini tidak ke lihatan sebagai orang buntung yang le mah.
Bahkan hebatnya, kakek buntung itu yang duduk di atas
tanah kini menghadapi beberapa ekor ular yang berkelojotan
di depannya sa mbil tertawa-tawa!
"Paman Jat"k", di sepanjang jalan kau me mbunuhi ular-
ular berbisa dan menga mbil racunnya untuk meracuni jarum-
jarum itu, apakah mas ih kurang cukup?"
Ayu Candra bertanya sambil duduk menjauh, agaknya jijik
me lihat banyak ular menggehat-geliat dan berke lojotan itu.
"Heh-heh-heh-heh, Ayu Candra cah ayu, cah denok!
Kaulihat saja, kalau jarum-jarum ini sudah jadi betul,
kemudian kau kuber i pelajaran me mpergunakan jaru m ini, kau
akan me miliki kepandaian seratus kali sambit seratus kali
kena! Nah, dengan jarum-jarum inilah kau kiranya. baru akan
dapat menghadapi Pujo dan kedua orang isterinya yang sakti.
Heh-heh-heh!"
"Paman, bukankah kabarnya menurut penduduk pantai
dekat Bayuwis mo, Pujo sudah men inggal dunia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah-hah, omongan orang desa sebodoh itu tak perlu
kaupercaya, cah manis! Mereka tahu ?"?" Pujo orangnya
belum tua benar dan sakti. Agaknya ia sudah tahu bahwa kau
hendak mencar inya dan me mbalas denda m, maka ia lalu lari
menye mbunyikan diri bersa ma kedua isterinya, dan berpura-
pura mati. Akan tetapi jangan kau khawatir, sekali kita
bertemu dengannya, kau pasti akan ma mpu me mba las
dendam. Aku tanggung! Kalau tidak, jangan panggil aku Ki
Jatoko lagi, heh-heh!"
Tiba-tiba tubuh orang buntung itu berkelebat ke kiri, cepat
sekali gerakannya, tahu-tahu tubuh yang buntung itu telah
menubruk dan menyusup ke dalam se mak-semak, lalu muncul
dan mencelat lag i ke tempat tadi, tangan kirinya telah
menjep it seekor ular bandot yang amat berbisa!
Leher ular itu terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya,
kemudian sekali jari-jari tangan kanan mengurut tubuh ular itu
dari leher ke ekornya, ular itu s udah berkelojotan tak ma mpu
lari lagi, lalu dile mpar kan ke bawah, ke sekumpulan ular-ular
tadi. "Heh-heh, bandot hijau, amat berb isa. Bisanya banyak dan
amat ampuh!" kata Ki Jat"k".
Ayu Candra agaknya sudah sering melihat cara kakek
buntung itu menang kap ular, maka ia tidak merasa heran lagi.
Gadis ini sudah cukup m"klum bahwa orang buntung itu
sesungguhnya me miliki kesaktian yang hebat sekali.
Akan tetapi J"k" Wandiro yang tidak menduga sama sekali,
menjad i kaget setengah mati, Dapat bergerak secepat itu, si
buntung ini me miliki kepandaian yang tidak kalah oleh
pendekar-pendekar kebanyakan yang masih lengkap anggauta
bidannya! Caranya bergerak melompat tadi amat cepat, juga
cara menangkap ular benar-benar mengagumkan. Seorang
iawan berat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah yakin benarkah kau bahwa musuh kita adalah Pujo
dan dua orang isterinya, paman?"
"Kau mas ih ragu-ragu kepadaku, Ayu" Ah, masih t idak
percaya setelah aku me mbe la mu, bersusah-payah mengajakmu mencar i musuh besar mu" Ayu, aku bersu mpah
bahwa aku tidak akan me mbohongimu. Aku orang
Selopenangkep, kau sudah kucer itakan tentang ini. Aku tahu
ketika Pujo menculik ibumu Listyokumolo dan anaknya yang
masih kecil. Aku tahu betapa ibumu lalu menjad i gila karena
perbuatan biadab si Pujo! Kemudian untung tertolong oleh Ki
Adibroto, menjadi suami isteri dan me mpunyai anak engkau."
Sambil bicara, Ki Jatoko menang kap seekor u lar, mengurut
tubuh ular itu sehingga racunnya keluar dari mulut yang
dijungkirkan. Racun kehijauan yang menetes-netes itu jatuh
ke dalam sebuah batok kelapa di mana terdapat puluhan
batang jarum yang sudah hijau menghita m warnanya.
Setelah racunnya habis, ia me mbuang tubuh ular itu ke
samping dan ternyata binatang itu telah mati. Ia menangkap
ular ke dua dan me mperlakukannya seperti tadi, kemudian ke
tiga dan ke empat, demikian seterusnya.
"Kenapa kau mengajakku ke Kerajaan Jenggala, paman"
Bukankah leb ih baik kita berdua saja terus mencari si penjahat
Pujo?" Perih hati J"k" Wandiro mendengar adiknya menyebut Pujo
"penjahat" itu. Ah, adikku yang terkasih, engkau tidak tahu
keadaan sebenarnya. Engkau terlalu mabo k oleh racun
hasutan si buntung yang mencurigakan sekali ini! Demikian
dia menge luh dan merasa marah sekali kepada Ki Jatoko.
Akan tetapi mendengar pertanyaan yang diajukan Ayu Candra,
ia terkejut dan mendengar kan terus.
"Ayu Candra, cah manis. Engkau percaya sajalah kepadaku.
Sudah kukatakan berkali-kali kepadamu, aku seorang yang
hidup sebatangkara, setelah bertemu denganmu, aku tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sisa hidupku ini kuperuntu kkan dirimu seorang. Asal
kelak engkau dapat mengasihi seorang buntung seperti a ku,
ahhh....... rela aku berkurban ?"" saja untukmu, manis.
Ketahuilah, untuk mencari Pujo tidak mudah setelah kini kita
tidak tahu ke mana ia menyembunyikan diri. Akan tetapi di
Jenggala aku me mpunyai banyak sekali kawan-kawan yang
sakti. Bahkan sang prabu di Jenggala tentu akan suka
me mbantu ku. Dengan bantuan orang-orang sa kti dan
pasukan, ?"" susahnya mencari Pujo" Nah, kalau sudah
bertemu, bukankah kita mendapat bantuan orang-orang
pandai dan engkau akan dapat me la mpiaskan denda mmu,
man is?" Pucat wajah Joko Wandiro mendengar ini. pucat saking
marahnya. Tidak hanya karena kenyataan bahwa manusia
buntung ini bersekutu dengan orang-orang sakti yang
me mbantu Jenggala seperti Dibyo Mamangkoro dan yang lain-
lain, juga karena sikap dan kata-kata si buntung ini jelas sekali
mengandung niat yang tidak wajar. Agaknya si buntung itu
dia m-dia m gandrung dan tergila-g ila kepada Ayu Candra,
me mper lihatkan sikap seperti terhadap kekasihnya.
Hanya karena Ayu Candra seorang gadis jujur dan polos,
berwatak bersih dan mas ih bodoh, ma ka sikap mesra itu
dianggapnya sikap ramah dan baik dari seorang paman
terhadap keponakan!
Tiba-tiba tubuh si buntung berkelebat lagi menubruk dan
menyusup ke dalam se mak-semak seperti tadi dan ketika
me lompat keluar lagi tangannya sudah menjepit seekor ular
yang kulitnya hijau keputihan. Akan tetapi pada saat itu, Joko
Wandiro juga sudah melompat keluar mengha mpiri Ayu
Candra. "Ayu Candra.........!"
"Joko........... eh, kakang....... engkau....... ?""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra melompat bangun. Sejenak wajahnya berseri,
matanya yang sayu dan wajahnya yang mura m itu ber seri,
bibirnya terbuka mengarah senyum, kedua tangannya diulur
ke depan. J"k" Wandiro terharu dan melangkah ma ju hendak
me me luk, akan tetapi tiba-tiba dari belakangnya terdengar Ki
Jatoko menghardik,
"Mundur engkau! Engkau bernama J"k" Wandiro, bukan"
Engkau murid terkasih s i keparat Pujo, bukan" Engkau ini
anak durhaka, anak tidak berbakti! Ibu kandungmu dahulu
diculik Pujo, diperkosa, dirusak kehormatannya sampai menja-
di gila! Engkau sendiri diculik, akan tetapi karena diperlakukan
sebagai murid, engkau lalu lupa akan ibu kandungmu sendiri!
Engkau tahu ibumu dibunuh Pujo, akan tetapi engkau
me larang Ayu Candra hendak menuntut balas. Cih, laki-la ki
maca m engkau ini mana pantas menjad i kakak Ayu Candra?"
Hebat sekali ucapan ini. J"k" Wandiro merasa seakan-akan
mukanya ditampar. Ia mengurungkan niatnva me me luk Ayu
Candra, lalu perlahan-lahan me mbalikkan tubuhnya menghadap i si buntung yang duduk di atas tanah me megangi
ularnya yang baru saja ditangkapnya tadi.
Muka J"k" Wand iro sebentar merah sebentar pucat karena
perasaannya yang mengge lora.
Ucapan itu selain kasar dan keras, juga beracun sekali,
lebih beracun daripada bisa yang terkumpul di da la m batok.
Sekiranya J"k" Wandiro belum bertemu dengan Kartikosari
dan Roro Luhito, mungkin ia akan terpengaruh oleh kata-kata
ini dan akan menjad i ragu-ragu dan ma lu kepada diri send iri
yang dikatakan tidak berbakti kepada ibu kandungnya!
Akan tetapi, ia telah tahu akan duduknya perkara, ma ka ia
menjad i marah bukan ma in kepada orang buntung ini.
"Paman, engkau seorang tua lagi buntung kedua kakimu.
Jagalah mulut mu agar jangan sampa i aku seorang muda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlaku kurang ajar kepadamu!" bentak J"k" Wandiro
menahan kemarahannya.
"Heh-heh-heh, coba sangkal kata-kataku kalau ma mpu.
Ayu Candra, jangan engkau terlalu percaya kepada kakak
tirimu ini. Dia sudah diracuni si keparat Pujo, seperti juga
bibinya. Ya, aku belum menceritakan kepadamu, Ayu, bahwa
adik ayah bocah ini, yang bernama Roro Luhito, ketika di
Selopenangkep dahulu j uga menjadi korban kebiadaban Pujo,
dice markan kehormatan nya. Kemudian Roro Luhito yang
hendak me mbalas dendam, dikalahkan oleh Pujo, malah
dipaksa men jadi bini mudanya sekali! Nah, karena kini Pujo
selain menjadi guru dan menjadi peme liharanya sejak kecil
juga menja di sua mi bibinya, tentu saja ia tidak akan
me mbiarkan engkau me mbalas dendam....."
"Tutup mulut mu yang busuk......!"
Joko Wandiro kini tak dapat lagi menahan kemarahannya.
Ia tidak sudi bertengkar mulut dengan orang buntung yang
ternyata amat pandai bicara dan pandai membakar hati ini.
Paling ba ik me mberinya hajaran lalu mengajak Ayu Candra
cepat-cepat pergi dari situ, pikirnya.
Dengan sebuah loncatan kilat J"k" Wandiro menerka m
maju. Akan tetapi pemuda ini terkejut dan cepat mengelak ke
belakang ketika tiba-tiba ada suara mendesis dan kepala ular
hijau telah me nyambar ke arah lehernya.
Kiranya ular itu kini telah dipegang perutnya oleh Ki Jatoko
yang me mpergunakan ular itu sebagai senjata hidup, diobat-
abitkan sehingga kepala ular itu merupakan ujung senjata
yang mendesis-desis marah dan s iap menggigit! Ular hijau ini
baru saja ditangkap oleh Ki J"toko, masih liar dan belum
dia mbil ra cunnya, maka amat berbahaya.
Kini Ki Jatoko sudah meloncat berdiri dan menerjang
dengan senjata ular itu dengan serangan-serangan dahsyat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia m-dia m J"k" Wandiro terkejut. Benar-benar hebat gerakan
orang buntung ini sehingga ia me njadi heran sekali.
Apalagi semua serangan si buntung itu didasari ilmu
mer ingankan tubuh yang mirip dengan Aji Bayu Sakti!
Agaknya memang Aji Bayu Sakti, hanya menjadi agak berbeda
karena dilakukan dengan kedua kaki buntung! Dan ular yang
hidup itu digerakkan seperti orang menggerakkan sebatang
tongkat atau sebatang tombak saja, bukan main cepatnya dan
kepala ular itu saking cepatnya digerakkan, seakan-akan
berubah menjadi belasan buah banyaknya.
Di lain fihak Ki Jatoko juga terkejut dan kagum. Orang
muda ini ternyata me miliki gerakan yang a mat gesit, tidak
kalah oleh gerat cepatnya sendiri. Hampir ia t idak percaya
kalau tidak menyaksikan sendiri. Ia kini mena mbah serangan
dengan pukulan-pukulan tangan kirinya yang disertai Aji
Siyung Warak, yang keampuhannya tidak kalah oleh gigitan
ular berbisa di tangan kanannya.
Namun Joko Wandiro yang maklum bahwa tangan kiri yang
menge luarkan angin dingin itu tentu a mpuh, dapat
menghindar dengan amat mudah. Ketika untuk kesekian
kalinya tangan kiri Ki Jatoko mena mpar, Joko Wandiro
mengangkat tangan kanan menangkis dan mengerahkan hawa
sakti dari dalam pusar disalurkan ke tangan, mencipta gerakan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"mene mpel" sehingga ketika lengan kiri Ki Jatoko bertemu
lengan kanannya, si buntung itu merasa lengannya tergetar
dan tak dapat terlepas dari lengan lawan! Ia terkejut,
me mukulkan ular ke arah leher Joko Wandiro.
Pemuda ini mengeluarkan seruan keras, jari tangan kirinya
me mpergunakan Aji Pethit Nogo me nyampok ke arah kepala
ular dan "krakkk!" kepala ular itu hancur berantakan!.
Ki Jatoko terkejut dan melompat ke belakang. Tangan
kirinya terasa linu dan kejang-kejang. Ia makin terheran-
heran. Pemuda ini sa ma sekali belum me mbalas dengan
serangan, baru mengelak, menangkis dan me mbunuh ular,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun sudah je las bahwa dia terdesak dan terjepit. Dalam
beberapa gebrakan saja telah terbukti bah wa dia kalah!.
Ki Jatoko dahulu adalah Jokowanengpati yang gemblengan.
Dahulu, biarpun kedua kakinya belum buntung, kepandaiannya tidak sematang sekarang. Dahulupun sudah
jarang sekali ada orang pandai yang dapat mengalahkannya,
apalagi hanya seorang pemuda hijau maca m ini!
Betapa mungkin pe muda itu dapat me ngalahkannya hanya
dengan tangan kosong dan tanpa balas menyerang" Ia
menjad i penasaran dan marah sekali. Sepasang matanya
menjad i merah, mulutnya menyeringai lebar dan ia sudah
mencabut sebatang keris yang selama ini selalu terse mbunyi
di balik bajunya!
Melihat kemarahan orang, Joko Wandiro menjadi sabar dan
tenang kembali.
"Paman Jatoko, mengingat bahwa selama ini, tak perduli
apakah maksud keji yang tersembunyi di da la m pikiran mu,
ternyata engkau tidak mengganggu ad ikku Ayu Candra dan
dia dalam keadaan sehat selamat, biarlah kita sudahi
pertandingan ini dan kita menga mbil ja lan masing-mas ing.
Aku akan mengajak adikku pergi dan di antara kita tidak perlu
ada urusan dan sangkut-paut lagi."
Andaikata Joko Wandiro mengajukan alasan lain, tentu saja
Ki Jatoko juga akan mener ima karena dia bukanlah seorang
bodoh. Tidak, jauh daripada itu. Ki Jatoko adalah seorang
yang cerdik luar biasa, penuh akal bulus dan t ipu muslihat. Ia
bukan seorang yang nekat yang merasa malu untuk mundur
jika keadaan tidak menguntungkan. Ia tahu bahwa pemuda ini
benar-benar amat sakti, bahwa belum tentu ia dapat
menand inginya.
Akan tetapi, alasan yang diajukan Joko Wandiro untuk
mengakhiri pertandingan adalah untuk me mbawa pergi Ayu
Candra! Hal ini sa ma artinya dengan me mbawa pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat atau nyawanya! Sampai mati ia tidak akan mau
berpisah lagi dari Ayu Candra, perawan jelita yang dicintanya
sepenuh jiwa raga! Tida k, lebih baik mati daripada harus
berpisah dari Ayu Candra,
"Kau bocah kemarin sore tak perlu me mbujuk seorang
seperti aku! J"k" Wandiro, aku kasihan me lihat Ayu Candra.
Ayah bundanya terbunuh orang dan aku tahu siapa
pembunuhnya. Kalau engkau seorang laki-laki yang tidak mau
menjad i orang durhaka, lebih baik kau mengikuti aku pu la dan
mari kita bertiga mencari musuh kita. Kalau tidak, kau
pergilah, tapi jangan kau ajak pergi Ayu Candra. Aku telah
bersumpah akan mengantarkannya sampai berte mu dengan
musuh besarnya dan biarpun engkau ini putera kandung
Listyokumolo, na mun belum tentu kau suka me musuhi Pujo
yang menjad i guru dan paman mu."
J"k" Wandiro tidak me mperdulikannya lagi, me mba likkan
tubuhnya menghadapi Ayu Candra. Gadis ini sudah berdiri di
balik batang pohon dan wajahnya pucat. Agaknya ia merasa
ngeri menyaksikan pertempuran tadi, sungguhpun ia sendiri
bukan seorang wan ita le mah.
"Ayu, adikku, tidak perlu kita me layani orang buntung ini.
Marilah ikut aku, Ayu, dan nanti kau kuberi penjelasan, akan
kuceritakan se mua kepada mu...."
"Awas.......... Joko.........!!" Ayu Candra menjerit.
Biarpun andaikata tidak diperingatkan Ayu Candra, Joko
Wandiro juga tidak akan mudah diserang dari belakang secara
mengge lap begitu saja. Selain panca indranya yang sudah
tajam melebihi ma nusia biasa, juga ada semacam indra ke
enam yang me mbuat ia seakan-akan me mpunyai mata pada
belakang kepala nya!
"Wuuuttt.......!!"
Sinar hita m keris di tangan Ki Jatoko menusuk angin ketika
tubuh Joko Wandiro yang diserangnya tiba-tiba berkelebat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me loncat melewati kepalanya! Ki Jatoko me mbalikkan tubuh
dan kembali menubruk sambil menusukkan kerisnya disusul
hantaman ta ngan kiri.
Cepat dan bertubi datangnya serangan ini, dan pada saat
itu tubuh J"k" Wandiro baru saja melayang turun. Namun
J"k" Wandiro dapat sekaligus menangkis tusukan dan
pukulan. Kemba li e mpat lengan bertemu dan Ki J"t"k"
terhuyung-huyung ke belakang sa mpai lima langkah. Dia m-
dia m j"k" Wandiro merasa kasihan dan ma lu.
Lawannya seorang buntung sehingga melangkahpun
terhuyung-huyung!.
Akan tetapi tiba-tiba ia terkejut karena tubuh itu sudah
me layang dan menyerangnya seperti seekor burung garuda
menya mbar. Hemm, ia mencela kebodohannya sendiri.
Biarpun buntung, orang ini sa ma sekali tidak per lu dikasihani
karena ketangkasan dan kedigdayaannya melebihi jagoan-
jagoan yang sudah pilih tanding. Ki J"t"k" ini seorang yang
sakti mandraguna, sama sekali tidak boleh dipandang rendah.
Seperti juga tadi, J"k" Wandiro me layani lawannya dengan
kedua tangan kosong saja, mengandalkan kegesitan tubuhnya
dan kekuatan hawa sakti tubuhnya untuk mengelak atau
menang kis. Seperti tadi pula, ia belum mau me mbalas dan
dia m-dia m me mperhatikan gerakan-gerakan lawan. Dia m-
dia m harus ia akui bahwa gerakan Ki Jatoko ini merupakan
ilmu-ilmu yang tinggi dan bersih, bahkan ha mpir sama
sumbernya dengan ilmu-ilmu milik Resi Bhargowo.
Biarpun dahsyat dan dilakukan dengan beringas saking
penasaran dan marah, na mun ilmu tata kelahi orang buntung
ini merupakan ilmu yang indah dan amat kuat. Kecepatan
gerakannya tak dapat disangkal lagi tentulah Bayu Tantra atau
Bayu Sakti, atau setidaknya tentu bersumber dari ilmu gerak
cepat keduanya itu. Makin ragu-ragulah ia untuk merobohkan
Orang ini. Apakah orang buntung ini pernah be lajar ilmu
kepada Resi Bhargowo" Ataukah pernah menerima Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemblengan Empu Barodo" Mereka berdua itu adalah
pendeta-pendeta sakti yang bijaksana dan berbudi, tentu
menaruh kasihan kepada seorang buntung dan tidakiah aneh
kalau me mber i sebuah dua buah ilmu.
"Tahan........!"
Tiba-tiba J"k" Wandiro berseru seraya melompat mundur
dari gelanggang pertempuran.
"Paman J"tok",
aku seperti mengenal gerakan- gerakanmu........! Bukankah engkau pernah belajar ilmu
kepada eyang Empu Bharodo atau eyang Resi Bhargowo.......?"
Ki J"tak" terkejut. Semenjak ia men jadi buntung dan rusak
mukanya dan berganti nama Ki J"1"k", ia sudah mengubur
nama Jokowanengpati dan agar jangan sampa i ada orang
mengenalnya, ia pun me mperdalam ilmunya dan sedapat
mungkin merubah gerakan ilmu silatnya agar berubah
daripada aselinya dan tida k akan dikenal orang.
Namun, betapa pandainya, tentu saja tidak mungkin ia
me lenyapkan sa ma sekali gerakan dasar yang menjadi inti aji
kesaktian yang telah ia pelajari. Kini setelah bertanding,
pemuda ini dapat mengenal ilmu-ilmunya. Hal ini menandakan
bahwa pemuda ini sudah rnahir betul akan ilmu-ilmu itu. Akan
tetapi karena maklum bahwa sekali orang tahu akan
rahasianya maka keselamatan hidupnya akan selalu terancam,
ia menghardik, "Bocah dusun, engkau melantur tentang ?"?" Kalau takut,
pergilah, kalau berani, terima ini!" Ia melompat maju,
menerka m dengan ganas sa mbil mengayun kerisnya.
"Manusia tak tahu diri!" Joko Wand iro berkata perlahan,
tidak mengelak dari te mpatnya, melainkan menyambut
serangan itu keras sama keras Kedua tangannya bergerak
mera mpas keris sambil mendorong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss. ........... weerrrr.........!"
Ki Jatoko berteriak kaget, kerisnya terlempar dan tubuhnya
juga melayang ke belakang la lu terbanting ke atas tanah.
Sejenak orang buntung ini bengong terlongong. Ia mengenal
gerakan Pethit Nogo yang me mbuat kerisnya terlempar tadi
karena tenaga yang terkandung di jari-jari tangan itu
hebatnya luar biasa sekali, akan tetapi ia tidak tahu dorongan
maca m ?"" tadi yang me mbuat tubuhnya terlempar seperti
daun kering tertiup angin!
Joko Wandiro yang
tidak me mpunyai niat
mence lakai. Ki Jatoko,
tidak menyerang lebih
lanjut. Ia me mbalikkan
tubuhnya hendak mengha mpiri Ayu Candra. Alangkah kagetnya ketika melihat
bahwa Ayu Candra tidak
berada di tempat yang
tadi pula, tidak tampak
bayangannya lagi.
"Ayu! Ke mana engkau pergi....?"
Joko Wandiro berteriak memanggil lalu mencari di sekeliling
tempat itu. Namun sia-sia. Ayu Candra seperti hilang ditelan
bumi, tak men inggalkan be kas.
Joko Wandiro menjad i gelisah. Senja telah mulai
mengge lapkan cuaca. Ia me lompat naik ke atas pohon yang
tinggi, seperti seekor kera di atas pohon ia memandang ke
sekeliling. Akhirnya ia berseru girang ketika melihat sesosok
tubuh seorang wanita di sebelah utara, tubuh seorang wanita
muda. Siapa lagi kalau bukan adiknya" Ia melompat turun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan seekor kijang cepatnya ia sudah lari mengejar ke
arah utara. Sebentar saja ia sudah dapat menyusul. Bocah nakal,
pikirnya. Dari Sarangan pergi tanpa pa mit. Susah payah ia
mencari kini sudah bertemu, kemba li hendak pergi tanpa
pamit. Mungkmkah karena kehancuran dan kepatahan hati
oleh perubahan hubungan antara mereka dari kekasih menjadi
kakak berad ik" J"k" Wandiro hendak menggodanya, hendak
men imbulkan suasana ge mbira di hati adiknya dan mengusir
kekesaian hatinya.
?"k" ia mengha mpiri dengan pengerahan tenaga dalam,
sehingga tubuhnya menjadi ringan sekali tak menerbitkan
suara sama sekali Setelah dekat, ia melompat dan men ubruk
dari belakang, langsung ia me me luk tubuh adiknya dari
belakang. Sambil menciu mi ra mbut adiknya, ia berbis ik,
"Ayu........ engkau nakal sekali. Hendak lari ke mana lagi
engkau sekarang" Akhirnya aku dapat juga menang kapmu,
anak nakal!"
J"k" Wandiro merasa heran se kali ketika tubuh yang
dipeluknya itu menggigil kemudian menjadi le mas dan kepala
yang rambutnya lemas halus dan harum itu rebah di atas
dadanya, jari-jari tangan yang halus pula mencengkeram
kedua lengannya.
Akan tetapi hanya sebentar saja karena tiba-tiba gadis itu
merenggutkan tub uhnya dengan kekuatan yang luar biasa
sekali sehingga dapat terlepas, lalu me mbalikkan tubuh
menghadap inya.
Hampir saja Joko Wandiro berteriak kaget ketika ia melihat
bahwa dara itu sama sekali bukan Ayu Candra, melainkan.......
Endang Patibroto! Endang Patibroto yang berdiri di
hadapannya dengan muka menunduk, kemerahan, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemalu-maluan! Rasa kaget ini seperti terganti rasa sesal dan
kecewa karena ke mba li ia kehilangan Ayu Candra.
Akan tetapi kembali segera berubah menjadi rasa girang
karena me mang ia sedang mencar i-cari gadis ini pula untuk
me menuhi janjinya kepada Kartikosari.
"Endang Patibroto! Kebetulan se kali kita berjumpa di sini.
Memang aku sedang mencari-carimu. Kau maafkan aku
tadi...., kau tadi kusangka orang lain.... "
Seketika berubahlah wajah wanita cantik itu, Kini Endang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Patibroto mengangkat mukanya me mandang, tidak malu-malu
lagi, tidak berseri lagi, melainkan dengan bayangan perasaan
dingin, bibirnya agak tersenyum, wajahnya membayangkan
kalau dia sedang kesal hati atau marah.
"He mmmm......! ?"u ?"" kau mencariku" Hendak
me lanjutkan pertandingan?"
"Endang, aku telah berte mu dengan ibumu di Bayuwis mo
dan...... "
"He mm, engkau sudah mendengar tentang kematian ibumu
di tanganku" Nah, kalau engkau mencariku untuk me mba las
dendam kematian ibumu, hayolah. Aku sudah siap!"
J"k" Wandiro menarik napas panjang. Hatinya penuh
penyesalan. Gadis yang berdiri gagah di depannya ini adalah
seorang dara yang amat cantik jelita, hampir sa ma dengan
bibi Kartikosari, bertubuh ra mping padat dan segar bagaikan
sekuntum bunga sedang mekar, seorang dara yang sukar
dicari bandingnya. Akan tetapi pandang mata gadis ini a mat
dingin, juga sikapnya, suaranya, mengandung sesuatu yang
mendirikan bulu roma.
"Tida k, Endang. Aku tidak ber ma ksud me mba las denda m.
Ayahmu karena salah sangka telah menyakiti hati ibuku. Ibu
kandungku yang merasa dirusak kebahagiaan hidupnya telah
menuntut balas dan sebagai seorang satria utama, ayahmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rela me mberikan nyawa menebus dosa. Ayahmu mati di
tangan ibuku. Kemudian engkau me mba las kematian ayahmu
dan me mbunuh ibuku. Kalau aku sekarang menga mbil
pembalasan kepadamu, dendam-mendenda m ini tiada ada
habisnya. Tidak, Endang. Aku murid ayahmu, dan sebagai
murid harus mencontoh langkah-langkah nidup gurunya. Aku
mencontoh ayahmu, tidak akan menumpuk per musuh an yang
tiada habisnya. Yang tewas sudah sempurna, sudah
dikehendaki Hyang Maha W isesa, bukan urusan man usia."
"Kalau begitu, ?"" perlunya engkau mencariku" Kalau
hanya untuk berkhotbah saja, aku tiada waktu untuk
mendengarkan!"
Mau tak mau J"k" Wandiro tersenyum. Gadis ini tiada
bedanya dengan dahulu ketika masih kecil. Naka l, galak,dan
jenaka. Sifat ini mas ih mendasari wataknya, hanya sayang kini
tertutup oleh bayangan-bayangan keganasan dan keanehan
yang mengerikan, seakan-akan ada hawa ibiis yang hitam
menyelubungi dirinya.
"Endang telah kukatakan tadi bahwa aku telah bertemu
dengan ibumu. Aku telah berjanji kepada ibumu untuk
me mbujukmu agar kau suka insyaf dan kembali kepada
ibumu. Endang, ingatlah bahwa ayahmu, ibumu, dan juga
eyangmu adalah patriot-patriot perkasa yang selalu me mbela
kebenaran dan me mbela Pangeran Sepuh yang kini menjadi
sang prabu di Panjalu. Endang, lupa lag ikah engkau kepada
eyang Resi Bhargowo" Beliau dahulu di Pulau Se mpu begitu
sayang kepadamu. Dan ibumu! Dia telah mengorbankan
segalanya untukmu, kemudian selama be lasan tahun
mender ita siksa batin karena kau lenyap. Engkau insyaflah,
Endang Patibroto, bahwa kedudukan mu sekarang sebagai
pengawai Kerajaan Jenggala merupakan penyelewengan besar
daripada kebenaran yang selama ini dipegang keluarga mu.
Kau tinggalkan Jenggala dan temani ibumu yang kini sudah
pindah ke Pulau Sempu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu ke Pulau Se mpu?"
"Ya, dan engkau dinanti-nanti ke sana. Marilah kita pergi
bersama menghadap ibumu di sana."
"Pergi bersama menghadap ibu" Apakah........ apakah ada
hubungannya dengan..... pesan ayahku.......?"
Joko Wandiro me mandang. Biarpun cuaca sudah re mang-
remang, masih jelas ta mpak olehnya betapa gadis itu menjadi
merah mukanya dan sejenak menurunkan pandang mata.
"Pesan ayahmu?"
"He mm....... tentang....... perjodohan..........!"
"Ahh......!" Kini wajah Joko Wandiro jadi merah sekali.
"Tida k, Eh-ltu....... eh, tidak penting benar...... eh, perlu
dipikirkan masak-masak leb ih dulu. Yang terpenting, engkau
harus meninggalkan Jenggala dan kembali mene mani ibumu."
"Harus" Siapa yang mengharus kan?"
"Aku."
"Huh! Kalau aku tidak mau , kau mau ?"?"" Endang
Patibroto me mbusungkan dadanya yang sudah busung,
matanya bersinar-sinar dan sikapnya begitu menantang.
"Biarpun harus menyeretmu, aku akan me mbawa mu
kembali kepada ibumu, bocah berkepala batu!" Joko Wandiro
men jadi ge mas.
"Babo-babo....... sumbarmu seperti dapat meloncati puncak
Mahameru saja, Joko Wandiro! Kau kira aku takut kepada
orang seperti engkau ini" Huh, boleh kau coba!"
Setelah berkata demikian, tanpa menanti jawaban, Endang
Patibroto sudah menerjang maju dan mengirim pukulan
dengan tangan kanan yang jarinya terbuka dan dimiringkan.
Joko Wandiro yang sudah marah mengangkat tangan
menang kis. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss. .......!!"
Hebat pertemuan tenaga yang keluar dari dua tangan itu.
Akibatnya., keduanya terhuyung-huyung ke belakang seperti
layang-layang putus talinya! Keduanya terkejut sekali dan
cepat meloncat untuk me matahkan tenaga dorongan yang
hebat. Lalu keduanya saling pandang, terheran-heran. Joko
Wandiro yang sudah menduga akan kesaktian Endang
Patibroto, terheran karena tenaga sehebat itu benar-benar tak
pernah disangkanya. Sebaliknya, Endang Patibroto yang masih
me mandang rendah lawannya, kini merasa kecelik dan dia m-
dia m ia kagum juga.
Baru pertama kali ini se menjak keluar dari perguruan, ia
bertemu seorang tanding yang dapat menahan pukulan Aji
Wisangnolo yang dilancarkan dari jarak de kat. Bukan saja
Joko Wandiro telah dapat menahannya, bahkan tangkisannya
me mbuat ia terhuyung sampa i jauh! Hal ini men imbulkan rasa
penasaran dan kemarahan di hatinya.
Tiba-tiba Endang Patibroto mengeluarkan pekik me lengking
dahsyat dan tubuhnya sudah mencelat ke depan, melayang
dan menyerang dengan pukulan-pukulan maut bertubi-tubi.
Joko Wandiro yang ma klum "k"n kesaktian gadis ini, tidak
berani berlaku lengah atau lambat. Ia segera mengerahkan Aji
Bayu Sakti, mengelak sa mbil ba las menyerang.
Namun serangannya dapat pula dielakkan secara mudah
oleh Endang. Serang menyerang terjadi, keduanya menganda lkan tenaga dan hawa sakti, namun ternyata tenaga
mereka berimbang.
o)O---dw---O(o Jilid 32 KARENA kedua lengan mereka yang bertemu dengan
getaran-getaran dahsyat itu me mbuat kulit lengan terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedas dan muia i menjad i matang biru tanpa ada hasilnya,
Endang Patibroto kemba li me me kik dan tubuhnya lenyap
berubah rnenjadi bayang-bayang yang amat cepat gerakannya, seakan-akan seekor burung walet menyarnbar-
nyambar dan ganas seperti burung ca mar menyambar ikan di
permukaan air laut.
Inilah ilmu yang diciptakan oleh Kartikosari selama bertapa
di Laut Selatan, ditambah oleh ge mblengan Dibyo
Mamangkoro dan dilakukan dengan pengeranan tenaga
Wisangnolo yang panas beracun!
Menghadapi dahsyatnya serangan ini, J"k" Wandiro segera
rnengeluarkan pekik yang tidak kalah dahsyatnya. Kalau pekik
Endang Patibroto adalah Aji Sardulo Bairowo (Pekik Harimau)
yang suaranya menggetarkan jantung lawan seperti seekor
harimau betina mengau m, adalah pe kik Joko Wandiro ini Aji
Diroto Meto (Gajah Mengamuk) yang lebih dahsyat lagi. Untuk
dapat mengimbangi kecepatan gerak lawan, joko Wandiro
juga menggunakan Aji Bramoro Seto (Lebah Putih) yang ia
pelajari dan Ki Patih Narotama.
Mereka berdua sa ma-sama ma klum bahwa a kan percuma
saja apabila mereka menggunakan aji-aji yang mereka dapat
dari eyang Resi Bhargowo seperti Pethit Nogo atau Gelap
Musti, karena keduanya mengenal ilmu ini. ?"k" kini Endang
Patibroto mengerahkan seluruh kepandaian nya yang ia dapat
dari ibunya sendiri ditambah ge mblengan dar i Dibyo
Mamangkoro. Di lain fihak, J"k" Wandiro juga rnengeluarkan
aji-aji yang ia dapat dari Ki Patih Narotama.
Hebat bukan main pertandingan ini. Tubuh kedua orang
muda itu sukar dilihat lag i oleh mata biasa.
Sudah lenyap bentuknya, berubah sebagai dua bayang-
bayang yang seperti dua iblis bertanding yuda, kadang-kadang
ma lah lenyap berubah menjadi gundukan sinar bergulung-
gulung menjadi satu, sukar dibeda kan mana Joko Wandiro
mana Endang Patibroto.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ratusan jurus telah lewat dengan tiada keputusan siapa
kalah siapa menang. Bahkan tidak ada yang mendesak atau
terdesak. Jurus ditukar jurus, pukulan dibalas tamparan,
tendang-menendang, tusuk-menusuk dengan jari yang
me lebihi keris ampuhnya. Namun semua itu tidak mengenai
sasaran, dapat dielakkan atau ditangkis lawan. Mereka
setanding, seimbang, ba ik kegesitan maupun kekuatannya.
Joko Wandiro makin kagum. Baru perta ma kali ini ia
mene mui tanding yang sehebat ini! Se mua kepandaiannya
telah ia kerahkan, namun tak pernah me mperoleh hasil yang
baik. Hanya saja bedanya, kalau Endang Patibroto
me lancarkan serangan-serangan maut yang amat ganas dan
dahsyat, dia hanya me lakukan serangan-serangan yang kalau
mengenai sasaran tidak akan me mbahayakan keselamatan
gadis itu. Betapapun juga, harus ia akui bahwa baginya,
tidaklah mudah menga lahkan Endang Patibroto.
Di lain fihak, Endang Patibroto men jadi penasaran sekali.
Makin la ma ia menjadi makin marah, lalu berseru, "Hayo
keluarkan senjata mu!"
Teriakan ini ia lakukan berkali-ka li, namun selalu J"k"
Wandiro menjawab,
"Aku tidak hendak mengadu nyawa denganmu, Endang.
Kalau kau masih penasaran, boleh kau gunakan senjata, aku
takkan mau me layani keganasan mu!"
Endang Patibroto marah sekali. Ia maklum, kalau mereka
menggunakan senjata, dia dapat me makai keris pusaka Brojol
Luwuk yang ampuhnya menggiriskan itu dan dengan bantuan
keris pusaka ini ia tentu akan me nang. Akan tetapi J"k"
Wandiro tidak ma u me makai senjata dan untuk menghadapi
seorang lawan yang bertangan kosong, tentu saja iapun
enggan menggunakan senjata.
Hatinya makin gemas sampai-sampai kalau mungkin, ingin
ia menang kap lawannya ini dan men ggunakan kuku dan gigi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencakar menggigit! Namun Joko Wandiro terlalu
lincah, dan pertahanannya terlampau kokoh kuat, bagaikan
batu karang di tengah samudra. Dan me man g de mikianlah.
Semenjak kecil oleh Pujo, Joko Wandiro dige mbleng
me lawan gempuran ombak me mbadai sehingga ia me miliki
daya tahan seperti batu karang di laut.
Karena ingin segera me mperoleh kemenangan, Endang
Patibroto lalu mene mpuh jalan keras. Mulutnya berkemak-
kemik, kedua tangannya saling digosokkan. Kedua telapak
tangan itu digosok-gosokkan sa mpa i mengeluarkan asap!
Inilah Aji Wisangnolo yang dikerahkan sampa i ke puncaknya!
Saking hebatnya getaran hawa panas beracun itu, kedua
telapak tangan sampai mengeluarkan asap seakan-akan kedua
telapak tangan itu sudah me mbara.
Joko Wandiro terkejut bukan main ketika gadis itu
me lancarkan serangan dengan mendorong kedua tangan ke
arah dadanya. Hawa panas sekali keluar dari dorongan itu dan
kedua tangan gadis itu berasap hita m! Ia maklum akan
bahayanya serangan ini dan untuk mengelak sudah tidak ada
kesempatan lagi. Untuk me nangkis lengan, banyak bahayanya
karena daya serang yang terpancar keluar dari dua telapak
tangan itu dapat melukainya.
Terpaksa iapun lalu menge mbangkan kedua lengan ke
depan dengan telapak tangan terbuka, lalu menerima pukulan
itu dengan kedua telapak tangan pula sa mbil mengerahkan
hawa saktinya. Ia tidak mau menggunakan aji pukulan yang
keras karena khawatir kalau-kalau ia akan me lukai lawannya,
maka ia ha nya mengumpulkan tenaga, menyimpannya di dada
dan menyalurkan ke arah
kedua lengannya sambil
me mpergunakan hawa itu tebagai tenaga le mbek atau lunak.
"Desss, ......!!"
Tenaga dahsyat dari kedua telapak tangan Endang
Patibroto seakan tersedot ke dalam telapak tangan J"k"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wandiro dan gadis itu merasa betapa kedua telapak
tangannya bertemu sesuatu yang lunak dan dingin seperti es.
Ia terkejut dan menarik kembali tangannya sambil berjungkir
balik ke belakang sa mpai lima kali. Tubuhnya menggigil
kedinginan dan mukanya menjadi pucat, namun ia terbebas
dari luka berat.
Ia mendengar Joko Wandiro mengaduh dan cepat-cepat ia
me mandang. Kiranya lawannya itu terhuyung-huyung lalu roboh
terlentang dalam keadaan pingsan. Dua batang jarum hitam
menancap di leher sebelah kiri!
"Heh-heh-heh! Kepandaian mu hebat sekali, nona muda.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi lawanmu ini terlalu berbahaya maka aku
me mbantu mu meroboh kannya. Sekarang lebih baik kau lekas
me mbunuhnya selagi ia pingsan. Heh-heh-heh!"
Berkerut kening Endang Patibroto. Sepasang matanya
bersinar-sinar me man dang orang buhtung yang muncul secara
aneh itu. "Engkau siapakah" Siapa suruh engkau me mbantu ku" Aku tidak butuh bantuanmu!"
Memang yang meroboh kan Joko Warndiro adalah Ki Jatoko.
Setelah tadi Ki Jatoko dikalahkan Joko Wandiro dan melihat
pemuda itu berlari-lari me ncari Ayu Candra yang lenyap, Ki
Jatoko segera menjumput ker isnya dan iapun men jadi bingung
dan gelisah karena tidak melihat gadis yang dicintanya itu.
Karena khawatir kalau gadis itu akan diajak pergi Joko
Wandiro, maka iapun lalu mengejar. Ia tidak dapat
mene mukan Ayu Candra, sebaliknya malah melihat Joko
Wandiro bertengkar dengan Endang Patibroto.
Hatinya tertarik dan segera ia mengintai dan mendengarkan. Kagetlah ia ketika dari pertengkaran itu ia
mendengar bahwa gadis itu adalah kepala pengawal Jenggala
yang sudah ia dengar dalam perantauannya. Ia sudah
mendengar bahwa kini Jenggala me miliki seorang jago wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang amat sakti, yaitu murid dar i Sang Dibyo Mamangkoro
yang sakti mandraguna. Sama
senali tidak pernah
disangkanya bahwa gadis jagoan itu ternyata adalah puteri
Pujo dan Kartikosari, seperti yang dapat ia tarik kesimpulan
dari pertengkaran kedua orang muda itu.
Dia m-dia m ia menjadi girang sekali me lihat gadis itu
bertengkar dengan Joko Wandiro. Sebagai seorang yang
cerdik, dia dapat menduga bahwa setelah men jadi. murid
Dibyo Mamangkoro, gadis itu telah menyimpang daripada
jejak hidup orang tua dan kake knya seperti...... seperti dia
sendiri yang telah menyimpang dari jejak hidup gurunya,
Empu Bharodo! Ketika terjadi pertempuran, ia menonton dengan jantung
berdebar-debar. Baru sekali ini ia menyaksikan pertandingan
yang serba hebat. Dia sendiri sa mpai me longo dan harus
mengakui bahwa kepandaiannya sendiri sa ma sekali tidak
akan ma mpu menandingi seorang d i antara dua orang muda,
itu. Hebat bukan ma in, sampai kabur pandang matanya,
sampai pening kepa lanya.
Namun kecerdikannya tidak me mbiar kan ia tinggal dia m
saja. Diam-dia m Ki Jatoko telah menyiap kan jaru m-jarumnya,
jarum hita m yang telah menghisap banyak racun ular.
Pada gebrakan terakhir ketika dua orang muda itu tadi
mengadu tenaga sakti yang menga kibatkan tubuh Endang
Patibroto berjungkir-ba lik ke be lakang sa mpa i jauh, pada
hakekatnya kerugian ada di fihak Joko Wandiro. Karena
pemuda ini tidak ingin melukai lawannya, maka ia
menggunakan tenaga lunak dan karena inilah maka ia berada
di fihak bertahan. Karena tenaga mereka berimbang, biarpun
ia berhasil menge mba likan daya pukulan lawan, na mun ia
sendiri tergetar jantungnya dan seketika kepalanya pening,
pandang matanya berputar-putar.
Tampaknya ia tidak bergerak dar i te mpat ia berp ijak, akan
tetapi tubuhnya bergoyang-goyang dan kedua matanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mera m. Dala m keadaan setengah pingsan ini dan selagi ia
mengumpulkan tenaga mengatur napas, Ki Jatoko yang cerdik
dapat melihat keadaan dan tidak menyia-nyia kan kesempatan.
Dua batang jarum hita m ia sa mbitkan dan tepat mengenai
leher kiri pe muda itu yang berseru "aduhh........!" dan roboh
terguling, pingsan!
Menghadapi teguran Endang Patibroto yang bersikap dingin
dan tak senang, Ki Jatoko yang cerdik tidak menjad i bingung.
Ia segera me langkah ma ju menghadapi gad is itu dan dengan
hormat dan ramah berkata,
"Nona, bukankah na ma mu Endang Patibroto dan engkau
adalah pengawal sang prabu di Jenggala" Bukankah orang
tuamu adalah Pujo dan Kartikosari yang dahulu tinggal di
Bayuwis mo" Aku mengenal orang tua mu ba ik-ba ik, Endang
Patibroto. Aku orang dari Selopenangkep, dahulu kukenal ba ik
Pujo, Kartikosari, bahkan Sang Resi Bhargowo. Namaku Ki
Jatoko. Karena tadi kulihat pe muda lawan mu ini a mat tangkas
dan berbahaya, maka mengingat akan....... eh, ibumu, maka
aku turun tangan me mbantumu. Harap kau jangan marah."
Dia m-dia m Endang Patibroto terkejut. Orang ini agaknya
benar-benar mengenal orang tuanya baik-baik.
"Kalau kau tidak mau me mbunuhnya, biarlah aku yang
me mbunuhnya agar di hari kemudian tidak akan ada
gangguan lag i dari orang muda ini."
Ki Jatoko menghunus keris nya dan menghampiri tubuh
Joko Wandiro yang mas ih mengge letak di atas tanah.
"Jangan bunuh!" bentak Endang Patibroto dan dengan
heran Ki Jatoko menahan langkahnya. Ia tidak berani
me mbantah, maklum betapa saktinya gadis itu.
"Tanpa bantuanmu, aku tidak akan kalah olehnya. Kelak dia
akan kutewaskan sen diri dengan kedua tanganku. Eh, pa man
buntung. Kau bilang mengena l baik ayah bundaku ada
hubungan apakah antara engkau dengan ayah bundaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jatoko tersenyum, lalu menarik napas panjang.
"Kuceritakan juga takkan ada yang percaya. Hubunganku
amatlah erat, terutama dengan ibumu. Ada rahasia besar
antara ibumu dan aku."
"Rahasia" Rahasia ?""....... ?" Endang Patibroto penasaran
dan marah. Ki Jatoko orangnya me mang cerdik. Ia menggeleng kepala
dan menghela na pas panjang.
"Belum tiba saatnya kututurkan kepadamu. Ada hal yang
lebih penting lagi. Tahukah engkau bahwa tadi pe muda itu
menyangka kau orang lain?"
Merah wajah Endang Patibroto. Bedebah, sumpahnya
dalam hati. Si buntung ini agaknya me lihat ketika ia dipe luk
Joko Wandiro tadi. Ia tidak menjawab, hartya mendengus
perlahan. "Dia tadi sedang mencar i Ayu Candra, kekasihnya, juga
adik tirinya. Memang pe muda ini seorang yang tidak tahu
ma lu, mencinta adik tiri seibu sen diri! Kekasihnya itu bernama
Ayu Candra dan gadis itu adalah puteri Listyokumolo dan
Adibroto.......!"
"Ahh! Dia me ncari a ku untuk me mba las denda m karena
ayah bundanya telah kubunuh!," Endang Patibroto me motong
marah. Dia m-dia m girang hati Ki Jatoko. Dari pertengkaran antara
Joko Wandiro dan gadis ini tadi ia hanya dapat menduga-duga
dan sekarang ternyata ia mendapat keterangan yang jelas.
Tahulah ia kini ?"" yang terjadi. Jelas bahwa Pujo telah
dibunuh oleh Listyokumolo, kemudian Listyokumolo bersama
Ki Adibroto dibunuh oleh gadis ini! Pantas saja bekas
pukulannya pada tubuh Ki Adibroto de mikian keji dan
menger ikan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me mang begitulah, akan tetapi aku telah berhasil
me mbujuknya sehingga ia telah ikut bersama ku, tadinya
hendak kuaja k dia ke Jenggala. Aku mengenal baik sang prabu
di Jenggala, juga para pernbantunya yang sakti banyak yang
kukenal. Aku sudah berpikir untuk mengajaknya ke sana
bertemu denganmu."
"He mm, akan kubunuh dia!"
"Tida k begitu, anak yang baik. Ada hukuman yang lebih
baik lagi yang tentu akan menyenangkan hatimu."
"Bagaimana" "
"Yaitu..... eh..... , dia akan kupaksa menjad i....... isteriku!"
Terbelalak sepasang mata Endang Patibroto. Ia me mandang si buntung itu biarpun cuaca sudah mulai gelap,
masih dapat ia melihat bentuk tubuh yang buntung kedua
kakinya itu dan ia bergidik. Menjad i isteri orang ini benar-
benar lebih mengerikan daripada mat i!
"Mengapa aku harus menyerahkan dia kepadamu untuk
kauperisteri?"
"Karena....... karena........ eh, rahasia itulah, Endang
Patibroto. Kalau engkau sudah tahu akan rahasia antara
ibumu dan aku, tentu kau akan dengan segala senang hati
menyerahkan dia untuk menyenangkan hatiku. Kau berjanjilah, anak baik, bahwa kalau kau berhasil menangkap
Ayu Candra, kau akan menyerahkannya kepadaku, tidak akan
me mbunuhnya, untuk ditukar dengan....... rahasia itu yang
tentu akan kuterangkan kepadamu. Sebelum Ayu Candra
diserahkan kepadaku, biar dibunuh sekalipun, aku takkan
me mbuka rahasia besar antara ibumu dan aku yang..... eh,
ada hubungannya rapat dengan dirimu pula."
Endang Patibroto adalah seorang gadis yang masih muda
dan hijau. Penuturan si buntung ini amat menarik batinya. Apa
lagi ia kini merasa seperti pernah melihat orang buntung ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi ia sudah lupa lag i kapan dan di mana. Tanpa
terasa, saking tertarik, ia men ganggukkan kepalanya.
"Sudahlah, kau boleh pergi se karang."
"Akupun hendak menghadap sang prabu di Jenggala. Lebih
baik kita perg i bersa ma."
"Ihh, siapa sudi pergi dengan seorang buntung seperti
kau?" Endang Patibroto me nghardik. "Pergilah kau leb ih dulu!"
Mendongkol juga hati Ki Jatoko. Gadis ini terlalu sombong,
akan tetapi harus ia akui bahwa kesaktian gadis itu juga
menggiriskan hati. Ia tersenyum dan pergi dari situ, ia tidak
berani menyelinap untuk mengintai karena maklum bahwa
perbuatan itu amat berbahaya dan kalau sa mpa i diketahui,
mungkin gadis yang keji dan ganas itu sekali serang akan
mera mpas nyawanya! Ia sudah merasa girang sekali karena
kini ia sudah tahu a kan se mua kejadiannya, bahkan ia tahu
pula bahwa Kartikosari dan Roro Luhito, dua orang wanita
musuh besarnya itu, kini berse mbunyi di Pulau Se mpu!
Dengan bantuan kawan-kawannya di Jenggala, ?"" sukarnya
menyerbu ke Se mpu" Ia akan me mbalas denda m, ia akan
me mbunuh mereka....... ah, tidak! Tidak akan begitu mudah.
Ia akan me mper mainkan mereka, me mperhina mereka sampai
kedua orang wan ita cantik itu mer indukan kematian.
Ia akan membalas dendam sepuasnya. Akan tetapi, ia
harus mencar i Ayu Candra. Kalau lebih dulu gadis yang
dicintanya itu terjatuh ke tangan Endang Patibroto, biarpun
Endang sudah berjanji kepadanya untuk menukar Ayu dengan
rahasia besar, namun janji seorang gadis liar seperti Endang
Patibroto sukar untuk dipercaya. Wataknya yang begitu liar
dan ganas sungguh mengerikan. Siapa tahu kalau- kaiau Ayu
Candra akan dibunuhnya lebih dulu!
Sementara itu, setelah si buntung pergi jauh, Endang
Pendekar Laknat 9 Tusuk Kondai Pusaka Karya S D. Liong Seruling Samber Nyawa 13