Pencarian

Bagus Sajiwo 2

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


Jaka Bintara ingat bahwa dia datang bukan untuk
me mbunuh Maya Dewi, melainkan untuk me mpersuntingnya.
Maka dia me lepaskan lag i gagang pedangnya. "Nimas, kalau
engkau meno lak pinanganku secara halus, terpaksa aku akan
me mbawa mu dengan paksa!" Setelah berkata demikian, tiba-
tiba saja Jaka Bintara bergerak ke depan, menerkam ke arah
Maya Dewi seperti seekor harimau menerka m kelinci.
Maya Dewi terkejut juga. Ia memang sudah menduga
bahwa laki-laki ini tentu saja tidak boleh dipandang r ingan. Ia
mengenal siapa Kyai Sidhi Kawasa yang sakti mandraguna.
Laki-laki yang menjad i muridnya ini tentu saja me miliki
kesaktian yang tidak dapat disa makan dengan para pria yang
pernah datang mengganggunya selama ini. Laki-la ki ini tentu
merupakan lawan yang tangguh. Apa lagi paman gurunya
yang pendek gendut itu. Akan tetapi ia tidak takut. Ia sudah
menga mbil keputusan bahwa mulai saat ia keluar dari
pekerjaannya sebagai mata- mata Kumpeni, mulai saat ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyadari bahwa jalan hidupnya yang lalu sama sekali tidak
pernah mendatangkan kehidupan yang tenteram dan bahagia,
ia tidak mau lagi menjadi per mainan laki-laki, menjadi
permainan nafsu-nafsunya sendiri.
Cepat ia mengelak ke kiri ketika Jaka Bintara menubruknya
dan sambil me mutar tubuhnya ia me mbalas serangan lawan
dengan tamparan ke arah leher Jaka Bintara.
"Wuuuutt.... plak!" jaka Bintara menang kis dengan tangan
kanan. Merasa betapa lengannya yang ditangkis itu tergetar, Maya
Dewi penasaran. Ia mengerahkan Aji Wisa Sarpa (Pukulan
Racun Ular) yang amat berbahaya karena pukulan ini me miliki
hawa beracun yang berbahaya.
Jaka Bintara sudah menyelidiki akan kesaktian wanita ini
sebelum dia datang dan pa man gurunya sudah mendengar
dari mendiang Kyai Sidhi Kawasa tentang ilmu-ilmu yang
dikuasai Maya Dewi. Maka menghadapi serangan pukulan
beracun itu dia cepat menandinginya dengan Aji Hastanala
(Pukulan Tangan Api) yang mengandung hawa panas
sehingga hawa pukulannya ma mpu me mbakar dan me munahkan hawa beracun pukulan Wisa Sarpa.
Kedua orang itu bertanding dengan seru dan Kyai Gagak
Mudra hanya menjadi penonton, namun siap siaga untuk
me mbantu apabila murid kepona kannya nanti kalah.
Maya Dewi juga menggunakan Aji Naka Sarpa (kuku ular)
dan sepuluh buah kuku jari tangannya semua mengandung
racun. Tergurat sampai luka sudah cukup untuk me mbahayakan nyawa lawan. Namun Jaka Bintara yang
mengetahui a kan ampuhnya kuku dan pukulan wanita cantik
itu, bergerak cepat dan hati-hati dan selalu menganca m Maya
Dewi dengan serangan pukulan apinya sehingga Maya Dewi
juga tidak berani mende kat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syuutt.... tar-tar-tar....!" Sinar emas berkelebat dan
menya mbar-nyambar, mengeluarkan bunyi meledak-ledak.
Itulah senjata sabuk Cinde Kencana, senjata yang a mat
diandalkan Maya Dewi. Bagaikan kilat menyambar-nyambar
menganca m kepala serangan sabuk itu me mbuat Jaka Bintara
terpaksa melompat jauh kebelakang untuk menghindarkan
cambukan. Ketika Maya Dewi me lompat mengejar, sinar hitam
berkelebat dan pemuda pengeran Banten itu telah me megang
sebatang pedang berwarna hitam.
Dua orang itu cepat menggerakkan senjata masing-mas ing
dan tampaklah gulungan s inar emas dan sinar hitam saling
desak, diseling suara meledak-ledak pecut di tangan Maya
Dewi. Pertandingan itu seru bukan main dan Maya Dewi harus
mengakui bahwa se menjak ia me ninggalkan perantauannya
dan menetap di tempat sunyi itu, baru sekali ini dia bertemu
tanding yang benar-benar tangguh. Mungkin beberapa tahun
yang lalu ia akan merasa senang bersahabat dan bergaul
dengan pria seperti pangeran ini. Akan tetapi sekarang ia
merasa sebal karena tahu benar bahwa pangeran ini hanya
me mbutuhkan tubuhnya yang cantik menarik. Buktinya
sekarang, begitu keinginannya tidak dituruti, laki-laki ini
menyerangnya mati-matian dan berusaha keras untuk
meroboh kannya. Bahkan serangannya me matikan!
Agaknya, rasa sayang yang tadi diucapkannya, kini sudah
berubah menjadi kebencian karena keinginannya tidak
dituruti! Maka iapun melawan mat i-matian dan merasa lebih
baik roboh mati daripada menuruti kehendak Jaka Bintara
untuk menjad i isterinya.
"Hyaaaattt....!" Jaka Bintara
me mbacokkan pedang
hitamnya sambil mengerahkan seluruh tenaga.
Serangan itu cepat dan kuat sekali sehingga Maya Dewi
tidak sempat menge lak dan jalan satu-satunya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan diri hanya dengan jalan menangkis. Iapun
menggerakkan sabuknya dengan pengerahan tenaga pula,
menang kis sambaran pedang itu.
"Cringgg....!" Tubuh Nyi Maya Dewi terhuyung ke belakang.
Ternyata ia masih kalah kuat. Ketika ia terhuyung itu, Jaka
Bintara mengejar dan menggerakkan pedang untuk me mberi
tusukan. Akan tetapi pada saat itu, Jaka Bintara menekuk lutut
kanannya yang berada di depan dan dia terpelanting, hampir
roboh. Dia cepat menjaga keseimbangan badan dan
terhuyung ke kanan, Dengan sendirinya serangan kedua
terhadap Maya dewi menjadi gagal sa ma se kali.
Hanya dia yang tahu dan merasa bahwa ada sesuatu yang
mengenai lutut kanannya, sesuatu yang membuat lututnya
terasa ngilu dan lumpuh sesaat! Dia terkejut sekali dan cepat
me lompat ke belakang, ke dekat paman gurunya.
Kyai Gagak Mudra terkejut melihat betapa murid itu
terpelanting dan dia mengira bahwa Jaka Bintara memang
menga la mi kekalahan. Apalagi melihat Maya Dewi kini siap
untuk menyerang.
"Serang dengan Analabanu!" serunya dan dia lalu bersama-
sama Jaka Bintara mendorongkan tangan kirinya ke arah Maya
Dewi yang berdiri dalam jarak lima meter di depan mereka.
Dari telapak tangan dua orang itu menyambar s inar api ke
arah Maya Dewi. Wanita itu maklum bahwa ia diserang
dengan pukulan jarak jauh yang ampuh. Iapun cepat
mendorongkan tangan kirinya sa mbil me mbaca mantera.
Telapak tangan itu berubah menjadi merah dan mengepulkan
asap. "Tapak Rudira (Tapak Darah) ....!" ia berseru dan hawa
yang kuat keluar dari telapak tangan kirinya itu, menyambut
serangan kedua orang lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Kyai Gagak Mudra berteriak dan tubuhnya
terhuyung ke samping. Tadi, tenaga gabungan murid dan
paman guru itu dengan kuatnya mengge mpur tangkisan Maya
Dewi yang men ggunakan Aji Tapak Rudira.
"Blaaarrr....!!" Maya Dewi terkulai le mas dan roboh.
Akan tetapi pada saat itu juga, Kyai Gagak Mudra berteriak
dan tubuhnya terhuyung ke samping. Pinggangnya terasa ada
yang menotok dan separuh tubuhnya lumpuh. Pada detik
berikutnya kemba li Jaka Bintara mengaduh dan dia jatuh
terduduk, kakinya yang kanan juga t idak dapat digerakkan.
Dua orang pa man guru dan keponakan murid itu terkejut
bukan ma in. Mereka tak pernah mengira bahwa Maya Dewi
sedemikian kuatnya dan saktinya. Mereka hanya melihat
wanita cantik itu roboh akan tetapi kini sudah bangkit lagi,
kedua telapak tangan berlepotan darah dan mukanya yang
elok itupun penuh darah yang keluar dari mulutnya sehingga
tampak a mat menyeramkan. Mata yang mencorong itu
me mandang kepada mereka dengan me lotot buas!
Melihat ini, Kyai Gagak Mudra me mbuka mulutnya dan
terdengar dia berteriak parau, persis suara seekor burung
gagak yang ketakutan.
"Kraaaakkk....
gaaakkk.... gaaakkk....!"
Suara ini menandakan bahwa datuk sakti ini dilanda ketakutan.
Melihat keponakan muridnya belum juga dapat bangkit
duduk, dia segera menyambar lengan Jaka Bintara,
mengerahkan tenaganya dan segera menarik pangeran itu
dan melarikan diri dengan cepat seolah terbang karena dia
menduga bahwa kalau leb ih la ma dia t inggal dis itu bersama
keponakan muridnya, bukan hal yang mustahil kalau mereka
berdua akan mati konyol o leh Maya Dewi yang demikian sakti
mandraguna! Maya Dewi bangkit berdiri me ma ndang ke arah lar inya dua
orang itu. Tubuhnya bergoyang-goyang, kedua tangan, muka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga pakaiannya berlepotan darah segar. Setelah yakin bahwa
dua orang penyerangnya sudah pergi jauh, ia terdesak,
mer intih, mulutnya menyeringai kesakitan, matanya terpejam
dan iapun terkeila i roboh. Pingsan.
Senja telah tiba. Cuaca remang. Tubuh Maya Dewi
tergeletak miring. Rambutnya yang hitam panjang terurai
lepas bagaikan se limut sutera tipis me lindungi tubuhnya yang
mandi darah. Suasana disekitar rumah mungil itu sunyi, seolah
tidak ada seorangpun manusia yang tadi menyaksikan apa
yang telah terjadi dite mpat itu.
Akan tetapi, tiba-tiba sesosok bayangan muncul dari balik
batang pohon sawo yang tumbuh d i pekarangan rumah Maya
Dewi dan bayangan ini dengan langkah kaki tenang
mengha mpiri tubuh wanita yang mengge letak itu.
Bayangan seorang pemuda remaja. Kurang lebih enam
belas tahun usianya. Melihat perawakannya, dia seperti sudah
dewasa. Akan tetapi cahaya matahari senja masih se mpat
me mper lihatkan wajahnya yang masih amat muda, walaupun
ada sesuatu dalam pandang matanya yang mencorong
me mbayangkan kematangan jiwa.
Pemuda itu adalah Bagus Sajiwo. Seperti telah diceritakan
di bagian yang lalu, pe muda ini ditinggal gurunya, Ki Ageng
Mahendra yang wafat. Setelah jenazah gurunya diperabukan,
dia lalu meninggalkan pegunungan Ijen, menge mbara tanpa
tujuan tertentu, berserah diri kepada Sang Hyang Widhi,
mengikut i saja kemana suara kaki dan langkah kaki
me mbawanya. Pada suatu hari menjelang sore, Bagus Sajiwo tiba di kaki
pegunungan Wilis. Dari jauh dia melihat Bukit Keluwung di
pegunungan itu. Hatinya tertarik oleh keindahan yang jarang
dilihatnya. Pelangi beraneka warna me lengkung d i atas bukit,
begitu cemerlang, begitu sempurna lengkungnya, begitu indah
warnanya, sehingga teringatlah dia a kan dongeng yang
pernah didengarnya tentang "anda widadari" (tangga bidadari)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menurut dongeng menjadi tangga dari mana para
bidadari turun dari kahyangan menuju bu mi untuk berbahagia
menyebar keindahan dan kebaikan di antara manusia.
Tiba-tiba la munannya me mbuyar ketika dia melihat dua
orang me larikan kuda tunggangan mereka mendaki Bukit
Keluwung. Bagus Sajiwo tidak mengenal Jaka Bintara dan Kyai Gagak
Mudra yang mendaki Bukit Keluwung dengan kuda mereka itu
dan kedua orang itupun tidak me mperdulikan pe muda re maja
sederhana seperti seorang dusun itu. Akan tetapi pada waktu
itu Bagus Sajiwo sudah menyerap ilmu yang menda la m dari
mendiang Ki Ageng Mahendra sehingga jiwanya peka sekali
dan dia dapat merasakan adanya hawa panas daya rendah
nafsu angkara mengudara dari dua orang itu. Hatinya merasa
tidak tenang. Dia khawatir kalau-kalau keindahan pe langi
me lengkung di atas bukit itu akan menjadi rusa k. Maka tanpa
disengaja atau disadari, dia sudah bergerak melangkah,
mendaki Bukit Keluwung me mbayangi dua orang penunggang
kuda itu. Setibanya di puncak dia melihat betapa dua orang laki-laki
penunggang kuda tadi sedang bertanding, mengeroyok
seorang wanita yang dapat menandingi mereka dengan gigih.
Bagus Sajiwo mas ih belu m dewasa benar untuk dapat menilai
secara mendalam daya tarik atau kecantikan wanita, akan
tetapi apa yang dilihatnya pada diri Maya Dewi sungguh
me mbuat dia terpesona, seolah melihat bentuk bidadari yang
tadi dia bayangkan menuruni bumi me lalui "tangga bidadari"
dari kahyangan .itu. Akan tetapi diapun merasa heran dan
ngeri me lihat sikap, terutama pandang mata bidadari itu.
Demikian me ngerikan!
-oo0dw0oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 03 DIA tidak mengenal t iga orang yang ber kelahi itu.
Dia tidak tahu sebab perkelahian, siapa yang bersalah.
Karena itu, teringat akan nasihat mendiang gurunya agar dia
tidak se mbarangan menca mpuri urusan orang lain dan
berpihak sebelum mengetahui benar duduk persoalannya, dia
hanya bersembunyi di balik batang pohon sawo dan
mengintai. Mula- mula dia me mang tidak perduli dan tidak berpiha k.
Akan tetapi ketika melihat betapa wanita itu mulai terdesak
dan terancam bahaya maut di tangan Jaka Bintara, jiwa
satrianya tergerak. Tidak mungkin dia me mbiarkan seorang
wanita terbunuh begitu saja di depan matanya tanpa dia
me lakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Maka, cepat dia menga mbil sepotong kerikil dan sekali dia


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyentilkan jar i telunjuknya, kerikil itu meluncur dan
menghanta m lutut kanan Jaka Bintara sehingga pangeran itu
terhuyung. Kemudian, melihat betapa dua orang pria itu menyerang
Maya Dewi dengan aji pukulan jarak jauh yang amat a mpuh
dan wanita itu dengan nekat menyambut dengan aji pukulan
jarak jauh Tapak Darah, Bagus Sajiwo merasa ngeri. Dia
maklum benar bahwa nyawa wanita itu terancam maut. Maka,
tanpa ragu lagi dia me mbantu dengan sentilan dua buah
kerikil. Maya Dewi me mang terluka parah, akan tetapi dua orang
laki-laki itupun terpelanting dan terkejut, ketakutan lalu
me larikan diri.
Kini pemuda remaja itu mengha mpiri tubuh berlepotan
darah itu. Sejenak dia menga mati dan hatinya merasa iba
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebagai seorang yang sejak kecil mendalami ilmu
pengobatan dari Ki Ageng Mahendra, dia mengetahui bahwa
wanita itu mender ita luka dalam yang amat berbahaya. Juga
dia menciu m bau darah yang amat a mis dan keras, tanda
bahwa darah itu mengandung racun! Tubuh itu harus
dibersihkan dar i semua darah. Kalau tidak, kulit tubuh itu
dapat me mbusuk dan rusak.
Tanpa ragu atau sungkan lag i, Bagus Sajiwo lalu
me mbungkuk dan me mondong tubuh Maya Dewi yang terkulai
le mas. Dia me langkah me masuki pendopo mungil itu dengan
maksud hendak mencarikan te mpat di mana dia dapat
merebahkan tubuh itu dan merawatnya.
Senja belum ge lap benar. Dia harus segera dapat
mene mukan dan menyalakan la mpu di ruangan depan itu.
Akan tetapi tiba-tiba tubuh Maya Dewi bergerak men ggeliat.
Wanita itu siuman dan ketika me ndapatkan dirinya dipondong
seorang laki-laki, ia menjadi marah, mengira bahwa laki-la ki
itu Jaka Bintara yang hendak berbuat tidak senonoh. Ia
menggerakkan tangan lalu menyerang dengan tamparan
tangannya ke dada Bagus Sajiwa.
"Plak-plak!!" Dua kali tangannya menampar, akan tetapi
karena tenaganya amat lemah dan dada Bagus Sajiwo a mat
kokoh kuat, tamparan itu sama sekali tidak terasa olehnya.
"Lepaskan aku, jahanam busuk! Lepaskan tanganmu yang
kotor, lelaki keparat, pencoleng, gentho cabul dan gila!" Maya
Dewi dengan le mah meronta-ronta dan mencac i maki dengan
kata-kata kotor yang me mbuat rona muka Bagus Sajiwo
menjad i merah karena rikuh dan malu.
"Tenanglah, mbakayu. Aku hanya Ingin menolongmu, lain
tidak!" dia me mbantah ha lus.
"Menolong" Huh, engkau mau mencabuli aku, setan alas!"
Maya Dewi meronta lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo terkejut, tidak paham akan ma ksud kata-kata
itu, akan tetapi merasa ngeri dan otomatis dia melepaskan
tubuh yang dipondongnya itu.
"Bruukk....!" Tak dapat dihindarkan lagi tubuh itu terjatuh
dan terbanting ke atas tanah.
"Aduh....!" Maya Dewi yang tubuhnya sudah lemah dan
sakit semua itu menjerit karena pundaknya terbanting ke atas
lantai. "Salahmu sendiri," Bagus Sajiwo menegur, merasa kasihan.
"Sudah kukatakan, aku hanya ingin menolongmu, kenapa
engkau tidak percaya bahkan me mukul aku?"
Maya Dewi mulai menyadari bahwa ia salah menduga
orang. Pemuda ini bukan musuh dan dari suaranya bahkan
terdengar bahwa dia masih muda sekali. Dia m-dia m ia merasa
heran. Dari mana datangnya bocah ini" Dan bagaimana
me mpunyai keberanian yang begitu besar" Juga gerak-
geriknya, sikapnya, mengandung wibawa demikian besar!
Maya Dewi bangkit duduk di atas lantai. Ia belum ma mpu
bangkit berdiri. Cuaca mulai re mang.
"Heh, ujang (sebutan anak laki-laki)! Hayo nyalakan la mpu
gantung itu. Cepat!" Perintahnya.
Bagus Sajiwo melaksanakan perintah itu. Hatinya
mengome l. "Aduh galaknya! Ia ini bidadari atau wewe (setan
betina) sih?"
"Ka mu ngo mel apa, hah?" Maya Dewi me mbentak.
"Apa" Ah, tidak apa-apa." Bagus Sajiwo menyalakan la mpu
dan ruangan itu menjadi terang.
"Hayo engkau berdiri di bawah la mpu itu. Angkat mukamu,
aku ingin melihat mukamu!"
"Perempuan aneh, aneh dan gila." Bagus Sajiwo mengome l
dalam hatinya. Akan tetapi dia tidak me mbantah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat mukanya ke atas sehingga cahaya lampu
menyinar i muka dan tubuhnya.
Maya Dewi melihat sepotong wajah yang tampan gagah,
akan tetapi baginya tampak tolol kekana k-kanakan. Hanya
sepasang mata yang sinarnya mencorong itu saja yang masuk
hitungan. Selebihnya "tidak ada apa-apanya" bagi wanita itu.
Sejenak mereka saling berpandangan. Akan tetapi di dalam
pandang mata Bagus Sajiwo sa ma sekali tidak terdapat
penilaian tentang keindahannya karena yang menjadi pusat
perhatiannya adalah keadaan kesehatan tubuh wanita yang
berlumuran darah itu. Dia kini se makin yakin bahwa wanita itu
sudah berada di ambang pintu maut! Maka tanpa banyak
cakap lagi dia lalu me mbungkuk dan me mondong tubuh itu
sedemikian ringannya seperti me mondong tubuh seorang anak
kecil saja. Maya Dewi terbelalak, meronta dan me maki kalang kabut.
"Hei, lepaskan aku! Kamu munyuk monyet, lutung, celeng
gotheng, tobil kadal anjing kucing tikus....!" Jari-jari tangan
kanannya mencengkeram ke arah leher Bagus Sajiwo untuk
mene mukan dan menghancurkan otot besar.
Akan tetapi, alangkah kaget dan herannya ketika ia merasa
betapa jari tangannya itu tidak menemukan otot yang
dicarinya. Tempat itu kosong, hanya ada kulit keras dan
daging kenyal. Otot besar di leher anak itu seolah telah
berpindah te mpat atau bersembunyi entah kemana!
Bagus Sajiwo me mbawa tubuh Maya Dewi keruangan
dalam dan meletakkannya ke atas sebuah pembaringan.
Karena tadi mengerahkan seluruh tenaga terakhir, Maya Dewi
merasa tubuhnya lemas dan lemah lunglai. Ia rebah telentang,
sama sekali tidak dapat bergerak.
Ia hanya memandang bingung kepada Bagus Sajiwo yang
sudah menyalakan lagi dua buah la mpu gantung dalam
ruangan itu. Melihat tubuh pe muda yang kokoh kuat itu kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang mengha mpirinya me mbawa sebuah gentong air besar,
Maya Dewi me mbelalakkan matanya, bertanya gemetar.
"...Mau.... mau apa.... apa kau....?"
Setelah me letakkan gentong air ke atas lantai, Bagus
Sajiwo menjawab tenang. "Perta ma, akan kucuci dan
kubersihkan se mua darah dari tubuhmu agar kulit mu tidak
keracunan. Kemudian akan kubantu engkau mengusir hawa
beracun dari tubuhmu karena kalau terlambat, nyawamu tidak
akan dapat ditolong lag i. Setelah itu, aku akan berusaha
mengobatimu dan akan kurawat engkau sampa i sembuh."
Sepasang mata yang indah na mun sura m cahayanya itu
me mbe lalak. "...Kau ....kau cuci.... tubuhku....?" Maya Dewi
merasa heran luar biasa akan perasaan hati dan tubuhnya
sendiri pada saat seperti itu.
Kenapa seluruh tubuhnya merasa menggelinjang, mengkirik
(mere mang) karena risi, sungkan dan malu me mbayangkan
tubuhnya akan ditelanjangi dan dimandikan oleh jari-jari
tangan laki-laki yang masih begitu muda belia seperti kanak-
kanak" Ia bukan seorang perawan muda. Ia seorang wanita
yang sudah lebih dari dewasa, bahkan sudah terlalu dewasa.
Ia bukan gadis yang asing dengan pria. Bahkan ia sudah
menga la mi banyak pergau lan dengan pria, me mper ma inkan
pria sesuka hatinya, tak pernah merasa rikuh atau malu
terhadap pria. Akan tetapi mengapa kini ia menjadi malu-malu
seperti seorang gadis remaja yang mentah dan hijau hanya
menghadap i seorang pe muda remaja yang masih hijau"
Ia hendak bangkit dan lari karena merasa tidak kuasa
menggerakkan tenaga menyerang, akan tetapi ia terkulai
kembali, bahkan mengerahkan tenaga paksaan ini me mbuatnya roboh pingsan!
Bagus Sajiwo menggaruk-garuk belakang telinganya yang
tidak gatal, menggeleng kepala dan mengome l.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh... aneh... belum pernah aku melihat orang seaneh
ini...!" Akan tetapi melihat pernapasan Maya Dewi terengah-
engah tinggal satu-satu, dia melupakan semua keheranannya
dan dia menggerakkan kedua tangannya, mulai s ibuk bekerja.
Disingkap dan disingkirkannya rambut hita m panjang
sehalus sutera itu dari atas muka dan tubuh yang berlumuran
darah. Kemudian, tanpa ragu-ragu lagi dia menang galkan dan
me lepaskan semua pakaian yang menutupi tubuh itu sehingga
tubuh Maya Dewi menjadi bugil, telanjang bulat bagai-kan
seorang bayi yang baru dilahirkan.
Namun, tidak pernah sedetikpun pandang mata Bagus
Sajiwo tertarik oleh semua penglihatan yang bagi mata pria
pada umumnya tentu memiliki daya tarik yang dapat
men imbulkan rangsangan nafsu berahi. Hal ini terjadi bukan
sekali-kali karena Bagus Sajiwo bukan seorang pemuda
remaja yang norma l. Sama sekali bukan.
Melainkan karena pertama, dia seorang pemuda yang
batinnya sudah ditempa dan dige mbleng sejak kecil oleh
seorang arif bijaksana sehingga nafsu daya rendah dalam
dirinya tidak liar. Ke dua, karena pada saat itu seluruh
perhatiannya, seluruh panca-inderanya dicurahkan untuk
meno long Maya Dewi dan mengobatinya sehingga kuasa
kegelapan tidak sempat me mpengaruhinya. Dan ke tiga,
batinnya belum pernah
mendapat kesempatan untuk
berkenalan dengan apa yang disebut kenikmatan nafsu berahi.
Maka, ketelanjangan tubuh wanita yang mulus itu
dipandangnya sebagai suatu penglihatan yang wajar saja,
seperti seorang menghadapi ketelanjangan seorang anak
perempuan kecil. Segala bentuk nafsu itu didorong oleh
keinginan menikmati pengalaman badan i yang pernah
dirasakan. Jari-jari tangan Bagus Sajiwo yang trampil dan ahli itu
dengan amat cekatan mencuci, me mandikan dan me mbers ihkan seluruh anggauta tubuh Maya Dewi, dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rambutnya yang hitam panjang sa mpai ke telapak kakinya,
tanpa kecuali sehingga semua darah yang mengotorinya
tercuci bersih.
Setelah merasa bahwa tubuh wanita itu benar-benar telah
bersih dari semua darah, Bagus Sajiwo lalu mengha mpiri
sebuah peti besar hitam yang berada di dalam sebuah kamar.
Dia kagum ketika me mbuka tutup peti. Sinar la mpu me nimpa
benda-benda emas permata yang berkilauan.
Dia mbilnya sehelai kain dan seperangkat pakaian wanita,
lalu diha mpiri pula Maya Dewi yang masih menggeletak
pingsan, telentang di atas pembar ingan. Sebagian ra mbut
hitam selembut sutera menutupi dada dan perutnya. Seluruh
tubuh itu masih basah bekas dimandikan Bagus Sajiwo,
tampak putih mulus berkilau tertimpa sinar la mpu yang
kesemuanya, sebanyak enam buah, telah dinyalakan Bagus
Sajiwo. Muka yang elok itu kini ta mpak tenang, tidak lagi
menger ikan seperti tadi, mengingatkan pemuda itu akan
bayangan muka bidadar i.
Dengan hati-hati pemuda re maja itu me mpergunakan kain
kering bersih untuk mengeringkan tubuh yang basah itu, lalu
dengan ngawur dan sekenanya dia
mencoba untuk menggulung dan menyanggul rambut panjang itu sambil
menangga lkan semua perhiasan yang menempel di tubuh
Maya Dewi. Ketika jari-jari tangannya menyentuh tubuh itu, dia merasa
betapa dinginnya tubuh itu. Dia terkejut. Tubuh itu dingin
seperti mayat. Dirabanya dada Maya Dewi, di bawah payudara
kiri. Detik jantungnya le mah se kali, tinggal satu-satu, dan di
bagian itu lah yang paling dingin.
Celaka, pikir Bagus Sajiwo. Ka lau tida k cepat dito long, tentu
nyawa wanita ini akan meninggalkan badannya. Dia lalu
mengerahkan tenaganya dan mulai menggosok-gosokkan kain
kering itu kuat-kuat ke seluruh tubuh, terutama dibagian-
bagian terpenting seperti kepala, leher, dada, pungung dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perut. Karena Bagus Sajiwo menggosok dengan kuat, maka
kulit yang tadinya putih dan agak pucat itu mulailah menjadi
agak kemerahan, dan tubuh yang tadinya amat dingin itu
mulai menjadi hangat.
Melihat ini, legalah hati Bagus Sajiwo. Biarpun usahanya
untuk melancarkan jalan darah itu hanya usaha sementara
dan belum berarti penyembuhan, namun setidaknya dia sudah
mengurangi ancaman bahaya maut.
Dia lalu cepat mengenakan pakaian wanita itu, kembali
sekenanya saja karena tentu saja dalam hal me masang
pakaian wanita, apa lagi wanita dewasa, dia sa ma sekali
belum biasa. Pokoknya asal tubuh itu tertutup dan tidak
menjad i bugil seperti itu karena setelah tubuh itu dia gosok
kuat-kuat dan menjadi putih kemerahan, mulailah matanya
mene mukan keindahan-ke indahan yang dirasanya aneh, tidak
dimengerti, namun yang me mbuat jantungnya berdebar lebih
cepat. Setelah pertolongan tahap pertama dila ksanakan dengan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik, kulit tubuh wanita itu kini telah terbebas dari ancaman
darah yang mengandung racun tadi dan dia berhasil agak
me mper lancar jalan darah yang hampir me mbuat darah dalam
tubuh Maya Dewi me mbeku, Bagus Sajiwo mulai dengan
pertolongan tahap kedua.
Pertolongan ke dua ini penting sekali karena dia harus
dapat mengeluarkan hawa beracun yang mengeram di dalam
tubuh wanita itu. Dia tahu bahwa wanita itu tadi terkena
serangan tenaga pukulan jarak jauh yang amat ampuh dan
yang mengandung hawa beracun keji sekali. Dia lalu
me mbantu Maya Dewi yang masih lunglai itu duduk, mengatur
kedua kaki wanita itu seh ingga duduk dengan sikap Bunga
Teratai, yaitu kedua kaki bers ilang dan masing-mas ing kaki di
atas paha. Akan tetapi setelah kedua kaki itu bersila dalam
bentuk Bunga Teratai dan dia melepaskannya, tubuh yang
le mah lungla i itu terkula i dan tergelimpang miring!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo menang kap kedua pundak Maya Dewi dan
menahannya, akan tetapi setiap kali dilepas, terkula i lagi.
Terpaksa dia lalu me narik tubuh itu sehingga punggungnya
bersandar pada dinding dibelakang pe mbaringan.
Setelah wanita itu dapat duduk bersandar, mulailah dia
mengerahkan tenaga sakti, menyalurkan tenaga itu ke arah
kedua telapak tangannya, kemudian dia mene mpe lkan kedua
telapak tangannya yang kiri ke pusar dan yang kanan ke ulu
hati. Lalu mulailah dia dengan usaha pengusiran hawa
beracun dari tubuh wanita itu. Hawa yang hangat menjalar
keluar dari kedua tangannya, mula- mula hangat lalu mulai
menjad i se makin panas sa mpai ta mpak uap putih me ngepul
diantara pertemuan telapak tangan dan kedua bagian tubuh
Maya Dewi itu. Hawa beracun dingin yang mengera m dalam rubuh Maya
Dewi mula i terbakar dan menguap dige mpur hawa murni yang
panas dari tenaga sakti Bagus Sajiwo. Inilah tenaga inti
Bromokendali yang amat ampuh, satu diantara aji kesaktian
yang amat luar biasa yang dia dapatkan dari mendiang Ki
Ageng Mahendra.
Kurang leb ih setengah ja m kemudian, tubuh Maya Dewi
mulai bergoyang-goyang dan menggigil. Kini dari seluruh
tubuhnya membubung uap dingin yang keluar. Lambat laun
uap yang keluar itu semakin menipis dan akhirnya wanita itu
menghela napas panjang, mulutnya gemetar, bibir yang mulai
tampak merah itu bergerak-gerak, lalu kedua matanya
terbuka. Sejenak ia nanar. Ketika pandang matanya mulai dapat
me lihat nyata, ia melihat betapa dirinya duduk bersila di atas
pembaringan bersandarkan dinding, sedangkan di depannya,
dekat sekali, duduk pemuda tadi, bersila dan tangan pemuda
itu mene mpe l pada pusarnya, sedangkan tangan kanannya
mene mpe l pada ulu hatinya, diantara kedua payudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iapun menyadari bahwa kini ia telah berpakaian, walaupun
letak pakaiannya itu tidak karuan, terbolak-balik sa ma sekali.
Alisnya mula i berkerut dan ke mba li wataknya yang liar t imbul.
Sejak kecil Maya Dewi me mang terdidik dalam dunia sesat.
Apalagi setelah dewasa ia menjadi seorang datuk sesat dan
belum pernah selama hidupnya ia me mpercayai orang! Semua
orang dianggapnya palsu belaka dan selalu me mentingkan diri
sendiri, siap mencelaka i orang lain seperti juga wataknya
sendiri. Itulah sebabnya mengapa ia yang sudah mendapat
bukti kebaikan Bagus Sajiwo yang menolongnya, setelah kini
siuman dan sudah mulai terusir hawa beracun dari dalam
tubuhnya, mulai merasa curiga ke mba li!
Kecurigaannya ini bertambah ketika ia melihat kenyataan
betapa pemuda yang masih remaja itu telah ma mpu
mengerahkan tenaga sakti yang de mikian hebatnya! Tenaga
sakti panas yang ma mpu mengge mpur hawa beracun dingin
yang tadi menganca m nyawanya.
Pemuda ini berbahaya, pikirnya. Kalau tidak. cepat
disingkirkan, siapa tahu ke lak dapat mencelakakannya!
Ia me mperhatikan dan melihat betapa pemuda itu sedang
mencurahkan segenap perhatiannya kepada apa yang sedang
dilakukan. Tangan kanannya mene mpe l pada ulu hati dan
tangan kirinya mene mpe l pada pusarnya. Kedua matanya
setengah terpejam. Saat yang amat baik untuk menyerangnya! Setelah kini hawa beracun men inggalkan tubuhnya, Maya
Dewi mula i mengumpulkan tenaga saktinya. Ia seorang wanita
yang sakti. Sekali pukul saja ia akan ma mpu me mbunuh orang
ini! Dia m-dia m ia mengumpulkan tenaga pada dua jari tangan
kanannya, yaitu jari telunjuk dan jar i tengah la lu me mandang
wajah Bagus Sajiwo. Mana yang akan diserangnya" Dua
matanya" Seketika mata itu akan buta, biji matanya akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur! Atau di titik pusat antara kedua matanya" Akibatnya,
pemuda itu akan kehilangan ingatannya dan akan menjadi
gila! Atau dilehernya, di atas kalamenjingnya" Akan putus otot
pernapasannya dan akibatnya mati!
Maya Dewi menimbang-nimbang. Bagaimanapu n juga,
kesehatannya belum pulih sepenuhnya. Dan pemuda ini
me miliki kepandaian dan tenaga lumayan. Masih dapat ia
pergunakan! Kalau dibunuh, selain tidak ada gunanya lagi,
juga merepotkan. Ia harus menyingkirkan mayatnya!
Ia lalu mendapatkan akal yang dianggapnya terbaik. Ia akan
me mbikin pe muda ini menjadi budaknya. Dengan paksa! Dan
hal itu akan berhasil kalau ia me mbuat pemuda ini menjadi
manusia cacat yang tidak berbahaya.
Pertama-tama harus ia buat tidak berdaya lebih dulu
dengan jalan menotok jalan darah sehingga lumpuh. Pikiran
ini dianggapnya begitu sempurna dan cerdik sehingga bibirnya
tersenyum manis sekali. Ia harus berhati-hati sekali. Syarafnya
harus tenang. Sedikit saja menegang pe muda itu akan
merasakan dan menjadi curiga.
Maya Dewi t idak tahu bahwa biarpun Bagus Sajiwo telah
menguasai aj i kesaktian yang luar biasa, namun dia adalah
seorang pemuda yang masih re maja sekali belum ada
pengalaman di dunia persilatan, apa lagi di dunia sesat.
Baginya, semua man usia itu baik dan dapat dipercaya! Maka,
saat itu dia mencurahkan seluruh perhatian pada pengobatannya, tak tahu akan bahaya menganca m di depan
mata! Tiba-tiba bagaikan dua ekor ular kobra menya mbar, dua
lengan Maya Dewi me luncur ke depan dan dua jar i kedua
tangannya sudah menotok ke arah kedua pundak Bagus
Sajiwo. "Syuuuutt.... tuk-tuk....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Bagus Sajiwo yang duduk bersila di tepi
pembaringan itu tiba-tiba terdorong ke belakang dan dia
terguling jatuh ke atas lantai, rebah telentang tak mampu
bergerak lagi, hanya memandang terbelalak ke arah Maya
Dewi yang sudah meloncat turun dan berdiri sa mbil tertawa
cekikikan karena senang dan geli.
"Hi-hi-hi-hik.... heh-heh.... bocah tolol gudel (anak kerbau)
goblok!" Ia tertawa mengeje k dan me ma ki.
Totokan tadi sebetulnya hebat sekali. Kalau yang ditotok
kurang kuat, dapat mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup!
Akan tetapi tubuh Bagus Sajiwo sudah terisi hawa sakti
yang amat kuat sehingga dia hanya menjadi lumpuh
sementara saja. Itupun yang tak dapat dia gerakkan hanya
kedua kaki tangan. Dia masih ma mpu mengerjakan se mua
inderanya, termasuk berpikir dan berbicara. Dia sungguh
terkejut dan terheran-heran melihat apa yang dila kukan
wanita itu kepadanya. Dia bersungguh-sungguh berusaha
untuk mengobati wanita itu. Kenapa ia malah me mbalasnya
dengan serangan sehebat itu" Dia tahu bahwa totokan itu
me mbuat ia lumpuh. Dan kini wanita itu tertawa-tawa dan
menghinanya! Perempuan maca m apakah ini" Akan tetapi ia melihat
wajah cantik itu tertawa-tawa seperti topeng saja. Dia melihat
bayangan duka yang amat me ndala m di ba lik topeng tawa itu.
"Mbakayu...."
"Sejak kapan a ku jadi mbakayu mu" Aku tidak sudi punya
adik maca m kamu! Aku Maya Dewi, kalau mau sebut, panggil
saja Dewi!"
"Dewi, kenapa kau me mukul aku?"
"Aku ingin kau jadi pe mbantuku. Aku mau pukul, mau
bunuh, sesuka hatiku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k perlu kau pukul, aku me mang sejak tadi sudah
berniat me mbantu mu...."
"Cerewet amat sih kamu! Kuhajar mulut mu baru kapok!"
Maya Dewi me langkah maju, me mbungkuk dan menggerakkan
tangan kiri hendak mena mpar.
Bagus Sajiwo tak ma mpu mengelak, tak ma mpu bergerak,
menerima saja dengan kedua mata tak ber kedip.
"Plak! Pla k!" Kedua pipi pe muda itu terkena tamparan yang
cukup kuat sehingga kulit pipi itu menjadi bengkak dan merah
kebiruan! Akan tetapi, ketika mena mpar tadi Maya Dewi telah
mengerahkan terlalu banyak tenaga, padahal disebelah dala m
dirinya masih terluka parah. Maka, begitu mena mpar dua kali
pipi Bagus Saj iwo, ia tertawa lagi terkekeh-kekeh dan tiba-tiba
mulut yang tertawa itu berubah. Mukanya pucat sekali,
mulutnya menyeringai, lalu terbuka dan terbatuk-batuk. Darah
menga lir dari ujung bibirnya dan pernapasannya terengah-
engah. Bagus Sajiwo sudah me lupakan rasa nyeri pada mukanya.
"Dewi! Cepat! Gunakan dua jari tangan kananmu untuk
menotok jalan darah di pundak kirimu! Lalu tahan napas dan
pergunakan ibu jari tangan kirimu untuk menekan u lu hatimu!
Cepat sebelum terlambat!"
Dala m keadaan mender ita nyeri luar biasa itu Maya Dewi
tidak dapat berpikir kecuali menurut petunjuk Bagus Sajiwo
yang lumpuh itu. Petunjuk itu bukan ngawur, melainkan
merupakan suatu ilmu menotok dan menekan ja lan darah
untuk melancarkan jalan darah yang terganggu. Begitu Maya
Dewi melaksanakan petunjuk itu pernapasan Maya Dewi
menjad i normal kembali, darah berhenti keluar dari mulutnya
dan rasa nyeri tadipun lenyap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maya Dewi me nghela napas panjang lalu duduk di atas
dipan. Ia me mandang Bagus Sajiwo. Kembali pe muda itu
menyelamatkannya. Bahkan pandang mata pemuda itu
kepadanya sama sekali tidak me mbayangkan kebencian,
bahkan mengandung perasaan iba. Padahal ia sudah me maki,
menghina, dan me mukulnya, bahkan dengan maksud
me mbunuhnya! Anak maca m apakah ini" Dewakah"
"Eh, siapa nama mu?" Akhirnya ia bertanya.
"Na maku Bagus Sajiwo."
"He mm...." Bagus?" Maya Dewi me man dang wajah yang
bengkak-bengka k itu. "Engkau tidak bagus tapi jelek dan tolol.
Aku akan panggil engkau Tolol saja."
"Terserah kepada mu, Dewi."
"Sebetulnya dari mana kau bisa mengobati?"
"Aku pernah belajar dari guruku."
"He mm, kalau menurut engkau, bagaimana keadaan diriku
sekarang ini?"
"Aku baru dapat mengatakan setelah mengadakan
pemeriksaan yang teliti. Akan tetapi kaki tanganku kau
lumpuhkan."
"Kalau kubebaskan engkau, bagaimana kalau engkau lalu
menyerangku se lagi a ku terluka parah begini?"
"Itu tak mungkin sa ma se kali Dewi!"
"Bersu mpahlah dulu!"
"Bersu mpah" Apa itu dan bagaimana itu" Aku tidak bisa."
"Tirukan kata-kataku! Aku, Bagus Sajiwo!"
"Aku Bagus Sajiwo!" Bagus Sajiwo men irukan.
"Eh, bukan! Aku, Si Tolol!"
"Na maku bukan Si Tolol!" Bagus Sajiwo me mbantah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cerewet! Tirukan saja!"
"Baiklah." Pe muda itu menghela napas panjang "Aku, Si
Tolol!" "Bersu mpah bahwa kalau aku sudah dibebaskan dari
totokan, aku akan menurut dan tidak melawan. Kalau aku
me langgar sumpahku, biar aku disa mbar geledek tujuh kali!"
Bagus Sajiwo merasa geli dan ingin tertawa, akan tetapi
ditahannya dan dia mengulang kata-kata itu. Setelah
mengulang, dia berp ikir, masa bodoh a mat, selain aku tidak
ingin me musuhi pere mpuan ini, yang disambar geledek
sampai tujuh kali toh bukan dia, me lainkan Si Tolol dan dia
bukan Si Tolol, melainkan Bagus Sajiwo!
Setelah pemuda itu mengucapkan sumpah, Maya Dewi
segera menghampiri tubuh yang masih mengge letak di atas
lantai itu. Padahal, saat itu pengaruh totokan sudah menipis,
tidak kuat berlama-lama men guasai tubuh yang kuat itu.
Bagus Sajiwo ma klum bahwa perempuan itu mas ih le mah,
maka ketika jari-jari tangan Maya Dewi me mbuka totokan
dia m-dia m dia mengerahkan tenaga yang bangkit dari
pusarnya dan seketika kaki tangannya dapat bergerak
kembali. Ketika Bagus Sajiwo bangkit berdiri, tiba-tiba berkelebat
sinar kee masan.
"Tarrr....!" Dan tahu-tahu ujung sabuk Cinde Kencana
sudah melingkari lehernya! Kiranya Maya Dewi yang sudah
siap siaga telah menodongkan dengan senjata a mpuh itu.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dewi, tidak ada gunanya engkau menggunakan senjatamu
ini. Tubuhmu luka parah, kalau engkau menarik senjata ini,
bukan aku yang mati, melainkan engkau akan terpukul
tenagamu sendiri sehingga me mbahayakan nyawamu! Pula,
aku tidak akan me lawan mu, mengapa engkau kejam hendak
me mbunuhku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Maya Dewi men coba mengerahkan tenaga
akan tetapi ia mengeluh, me lepaskan sabuk Cinde Kencana
lalu terkulai ke atas pembaringan, tangan kiri mende kap dada,
napasnya terengah-engah.
"Tolol.... tolong.... periksa...." ia berkata, suaranya berubah
sama sekali, penuh per mohonan, penuh harapan, penuh duka
yang mendalam. Bagus Sajiwo cepat mengha mpiri dan meraba nadi di leher
dan dada. Dia terkejut sekali.
Tubuh itu panas seperti ada api besar bernyala dalam
tubuh itu. Maya Dewi mendesis-desis kepanasan, uap
mengepul dari seluruh tubuhnya. Bagus Sajiwo cepat
mengerahkan tenaga sakti dingin untuk melawannya. Dala m
beberapa detik saja terjadi perubahan hebat. Tubuh itu kini
berubah dingin sekali, lebih dingin dari air yang keluar dari
puncak Gunung Wilis.
Maya Dewi kini menggigil kedinginan, seluruh tubuhnya
me mbiru seo lah-olah se mua cairan da la m tubuhnya me mbe ku.
Bagus Sajiwo cepat mengubah s ifat hawa saktinya menjadi
panas. Ketika kembali tubuh Maya Dewi berubah panas, dia
lalu me mbagi tenaga saktinya, yang kiri dingin yang kanan
panas sehingga terdapat keseimbangan dalam tubuh Maya
Dewi. Maya Dewi menjadi tenang kembali. Ia kini me mandang
kepada pemuda itu. Pandang mata yang berubah sama sekali.
Tidak liar, akan tetapi ada keheranan, kekaguman dan
keharuan. "Bagus...." katanya lirih, "baga imana....?"
Perubahan panggilan itu menyejukkan hati Bagus Sajiwo.
"Dewi, engkau terkena serangan pukulan hebat yang
me mpora k-porandakan aji-aji yang pernah kau latih dan kau
kuasai. Sayang latihanmu itu mengandung kesesatan sehingga
kini berakibat seperti ini. Engkau tentu pernah melatih aji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan yang mengandung hawa beracun a mat panas,
bukan?" Sambil rebah telentang, Maya Dewi mengangguk. "Aku
me latih aji pukulan beracun panas, yaitu Tapak Rudira."
"He mm..... kalau engkau ingin aku mengobatimu, ceritakan
cara engkau melatihnya."
"Aku.... aku mengorbankan banyak anak laki-la ki untuk
kua mbil sari darahnya, dan kulatih dalam panas bumi untuk
menyerap hawa panasnya."
"Duh Gusti, ampunilah kiranya dosa Dewi." Bagus Sajiwo
berguma m lirih dengan hati ngeri.
"Kau bilang apa tadi?" Maya Dewi bertanya.
"Tida k apa-apa. Aku hanya ingin kepastian apakah dulu
engkau pernah melatih diri dengan aji pukulan beracun
dingin?" "Benar. Aku berlatih aji pukulan W isa Sarpa (Racun Ular)
dengan menga mbil inti racun selaksa ular berbisa dan untuk
me mpero leh hawa dingin aku berlatih di puncak-puncak
gunung yang paling dingin di daerah Parahyangan."
Bagus Sajiwo mengangguk-angguk.
"Sudah kuduga
demikian, Dewi. Dua tenaga sakti sesat yang saling
bertentangan dan sudah porak peranda itu kini menyerang
dirimu sendiri dan keadaan ini sungguh berbahaya sekali!"
Maya Dewi bangkit dengan lemas dan Bagus Sajiwo cepat
me mbantunya. "Bagus, apa.... apa.... keadaanku tidak ada harapan lag i"
Apa engkau tidak dapat menyembuhkan aku?"
Bagus Sajiwo duduk ditepi pe mbaringan.
"Aku pernah me mpelajari dua maca m aji yang dapat
meredakan a mukan dua hawa berlawanan dalam tubuh itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi. Akan tetapi untuk menghilangkan sa ma sekali, akan
sukar dan ma kan waktu la ma, mungkin sampai berbulan
bahkan bertahun-tahun! Akan tetapi kalau pengobatan
dilakukan di te mpat yang berhawa panas dan dingin seperti
ketika engkau me latihnya, mungkin akan cepat berhasil."
"Ah, tempat-tempat seperti itu ada dis ini, Bagus! Sengaja
kubuat untuk tempat latihan dan tempat sembunyi!"
"Te mpat se mbunyi?"
"Musuh-musuhku banyak sekali dan mereka itu orang-
orang sakti mandraguna, sewaktu-waktu mungkin aku harus
berlindung dari mereka di te mpat se mbunyi yang aman."
Sementara itu, waktu berjalan cepat. Peristiwa tadi terjadi
selama se ma lan dan tiba-tiba terdengar kokok ayam hutan
saling sahut dengan kicau burung. Mereka me lihat keluar dan
kegelapan malam telah diusir sinar matahari fajar.
Bagus Sajiwo bangkit berdiri dan me ma da mkan la mpu-
la mpu gantung itu. Tiba-tiba, ketika la mpu yang belum padam
tinggal sebuah, terdengar bunyi ledakan.
"Darrrr....!" Dan lampu itu pecah dan pada m.
Bagus Sajiwo terkejut dan cepat melompat mendekati
pembaringan untuk me lindungi Maya Dewi.
"Sudah kukatakan, musuhku banyak dan ini agaknya kaki
tangan Kumpeni Belanda." kata wanita itu dengan suara
tenang walaupun ia sendiri da la m keadaan le mah tak berdaya.
"Aku akan me lindungimu!" kata Bagus Sajiwo dengan
gagah. "Dar-dar-darr!!" Kemba li terdengar ledakan-ledakan senjata
api dan beberapa buah perabot dalam rumah itu pecah-pecah.
"Nyi Maya Dewi, pengkhianat rendah! Keluar dan
menyerahlah sebelum kami bakar rumah mu! Kamu jadi
tawanan Kumpeni!" terdengar teriakan dari luar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maya Dewi me megang tangan Bagus Sajiwo yang
me mapahnya dan mereka berindap- indap se mbunyi di balik
jendela, mengintai keluar. Mereka me lihat da la m keremangan
cahaya fajar ada lima orang serdadu me mbawa bedil dan tiga
orang yang melihat pakaiannya seperti yang biasa dipakai
para jagoan dari daerah Bla mbangan. Tiga orang t inggi besar
berusia sekitar e mpat puluh tahun dan me mbawa senjata
klewang (golok) besar.
"Hmm... kalau tak salah mereka itu adalah orang dari
Bla mbangan bajak2 selat yang sakti." kata Maya Dewi "Siapa
kira mereka agaknya telah diperalat Kumpeni Belanda!"
"Jadi mereka itulah orang-orang yang begitu hina
me musuhi bangsa sendiri, menjual tanah air kepada Kumpeni
Belanda?" kata Bagus Sajiwo. "Dewi, biar kuhajar mereka itu!"
"Sstt, nanti dulu. Lihat. ...!" Maya Dewi me megang lengan
Bagus Sajiwo dan pemuda itu merasa heran karena jari-jari
tangan wanita itu dingin dan menggigil seperti orang
ketakutan. Dia cepat me mandang dan melihat sesosok bayangan putih
berkelebat. Tahu-tahu disitu telah berdiri seorang wanita
berpakaian sutera putih.
Wanita itu berusia sekitar e mpat puluh tahun, cantik sekali
walaupun wajahnya tanpa gincu, pakaiannya seperti pakaian
pendeta, tanpa perhiasan apapun. Rambutnya digelung ke
atas, kakinya me makai sanda l kayu dan tangan kanannya
me megang sebuah kebutan berbulu put ih. Sebatang pedang
mene mpe l dibelakang punggungnya.
Selain berwajah cantik manis, wanita itu me miliki bentuk
tubuh yang indah, padat mengga irahkan dengan le kuk-
lengkung se mpurna pada dada dan pinggang serta pinggul,
seperti tubuh seorang dara belasan tahun saja! Ia berdiri
tegak bagaikan area menghadapi tiga orang jagoan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bla mbangan dan lima orang serdadu itu, hanya menggoyang-
goyangkan kebutannya.
"Heh, nyi sanak, siapa andika" pergilah, jangan
mengganggu urusan kami!" bentak seorang di antara Tri
Sadula, sedangkan lima orang serdadu sudah menodongkan
senapan mereka.
Wanita baju putih itu menggerakkan kebutannya seperti
gerakan orang menari. Wajahnya yang cantik tampak dingin,
sedikitpun tidak me ngandung senyuman atau kemarahan,
dingin saja, dingin dan tidak acuh.
"Kalian mau apa mene mbaki rumah itu?" suaranya lembut
dan merdu, akan tetapi mengandung kekuatan dan kedinginan
yang menyeramkan, seolah suara yang keluar dari alam la in.
Suara itu mengandung ge ma seperti bis ikan yang mengikuti
setiap suara dala m kata-katanya.
"Ka mi hendak menang kap Nyi Maya Dewi. Kalau ia tidak
mau keluar, terpaksa kami akan me mba kar rumahnya dan
me mbunuhnya!" kata seorang diantara Tri Sardula yang tadi
menegur wanita baju putih itu. "Pergilah dan jangan
menca mpuri urusan kami!" Dia menggertak, agak ragu karena
dari sikap dan suaranya, dia dapat menduga bahwa wanita
baju putih itu tentu bukan orang sembarangan.
Wanita baju putih itu mengeluarkan suara mendengung
dari hidungnya seperti orang mengeje k dan pandang matanya
menyapu tiga orang Tri Sardula dan lima orang serdadu itu.
Sepasang mata itu tampak mencorong seperti mata harimau
di te mpat gelap seh ingga mengejutkan tiga orang jagoan
Bla mbangan itu.
"Tak seorangpun di dunia ini boleh me mbunuh Maya Dewi
kecuali aku! Kalian cepat menyingkir dar i sini. Kalau
kesabaranku hilang, kalian tidak a kan se mpat menyelamatkan
diri lagi. Hayo pergi!" Wanita itu me nudingkan telunjuknya ke
bawah puncak bukit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tri Sardula adalah tiga orang ge mblengan dari
Bla mbangan. Tentu saja mereka tidak takut menghadapi
ancaman seorang wanita yang demikian cantiknya, apalagi
disitu masih terdapat lima serdadu antek Belanda yang
bersenjatakan lima buah senapan. Mereka marah sekali
mendengar ucapan wanita baju putih itu yang meremehkan
mereka. "Tangkap wanita itu!" perintah pe mimpin Tri Sardula
kepada seorang serdadu yang bertubuh tinggi besar dan
kokoh kuat. Mendapat perintah yang menyenangkan ini, serdadu itu
me mber ikan bedilnya kepada seorang kawan, kemudian dia
menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan sambil
menyeringai lebar dia mengha mpiri wan ita baju put ih itu.
"Hayo, manis denok montok, mari kupondong tubuhmu
yang denok itu!" Dia menge mbangkan lengan nya hendak
menang kap dan me mondong wanita baju putih yang
kecantikannya me mbuat empat orang kawannya yang lain iri
hati kepadanya.
Akan tetapi, belum juga jari tangannya menyentuh tubuh
wanita baju putih itu, wanita itu menggerakkan tangan kiri.
Jari, telunjuknya seperti men usuk ke depan dan tampa k sinar
putih mencuat ke arah dada yang bidang itu.
"Wuuutt.... crottt....!"
Darah menyembur dan serdadu itu terjengkang roboh dan
berkelojotan. Dari dadanya muncrat darah segar dan sebentar
saja dia tewas.
Tri Sardula dan e mpat orang serdadu Kumpeni Belanda itu
terkejut dan marah sekali.
"Bunuh iblis betina itu!" bentak tiga orang Tri Sardula yang
sudah mencabut golok besar mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dar-dar-dar-darrr....!" Para serdadu segera menemba kkan
bedil mereka, akan tetapi tiba-tiba saja tubuh wanita itu
lenyap. Yang tampa k hanya berkelebatnya bayangan putih dan
tahu-tahu, bagaikan seekor burung garuda putih, wanita itu
telah menya mbar dari atas dan dengan gerakan cepat sekali
kedua tangannya mena mpar. Terdengar teriakan-teriakan
disusul robohnya empat orang serdadu itu, dengan kepala
retak dan mereka tewas seketika!
Tiga orang Tri Sardulo menjadi semakin marah. Mereka
menge luarkan pekik dahsyat dan menyerang dengan golok besar mereka sambil berlari mengejar
ke arah wanita itu.
Akan tetapi wanita baju
putih itu tiba-tiba menekuk kedua lututnya, dengan tubuh
agak merendah ia lalu
mendorongkan kedua tangannya sambil berseru dengan suara melengking,
"Aji Bajradenta!!" Dari kedua telapak tangan itu
menya mbar semaca m sinar berkilat putih, menya mbut tiga
orang itu dan tiga orang itu benar-benar seperti disambar
halilintar. Tubuh mereka terpental kebelakang dan tewas dalam
keadaan menyeramkan karena tubuh mereka berubah


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghita m seperti hangus! Pada hal, tiga orang itu adalah
jagoan-jagoan tangguh dari Bla mbangan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu mencabut kemba li kebutan yang tadi diselipkan
di pinggang ketika ia hendak menyambut tiga orang Tri
Sardula dengan pukulan jarak jauh yang amat dahsyat dan
ampuh itu, dan sambil menggoyang-goyang kebutannya ia
me langkah, mengha mpiri pondok sa mbil me ngeluarkan kata-
kata yang terdengar jelas oleh Bagus Sajiwo.
"Tida k ada yang boleh me mbunuh Maya Dewi. Aku sendiri
yang hendak menghukum dan me mbunuh adik yang murtad
dan menjadi tersesat dan kotor itu. Hina dan rendah se kali! "
Melihat kehebatan dan keganasan wanita baju putih itu
me lakukan pe mbunuhan, Bagus Sajiwo juga terkejut, lebih
lagi ketika tadi Maya Dewi berb isik, "Itu lah kaka k tiriku,
Mbakayu Candra Dewi...."
Kini, mendengar Candra Dewi mengha mpiri pondok dan
menganca m hendak me mbunuh adik tirinya sendiri dan
mengatakan bahwa Maya Dewi murtad dan tersesat, bahkan
hina dan rendah, Bagus Sajiwo segera bergerak hendak
keluar. Tangan Maya Dewi me megang lengan nya, akan tetapi
Bagus Sajiwo yang bertekad hendak melindunginya, sudah
merenggut lengannya dan dia me lompat keluar, menghadapi
Candra Dewi! Candra Dewi menghadapi Bagus Sajiwo yang berdiri di
depannya dengan alis berkerut. Bocah remaja itu tampaknya
begitu berani, menentang pandang matanya dengan sinar
tajam, sedikitpun tida k ta mpak takut.
"He mm, siapa engkau?" tanyanya singkat.
"Na maku Bagus Sajiwo. Mba kayu Candra Dewi...."
"Huh, bagaimana engkau bisa men getahui na maku?"
wanita itu me man dang tajam penuh selidik dan kebutan dalam
tangannya menggetar.
"Aku tahu dari Dewi. Aku sengaja bertemu denganmu
untuk me mberitahu bahwa Maya Dewi adalah seorang wan ita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhati mulia, sama sekali tidak murtad atau sesat, bahkan
kini dalam keadaan sakit berat. Karena itu engkau tidak
semestinya menganca m henda k me mbunuhnya."
"Lancang benar engkau!"
"Mbakayu Candra Dewi, engkau salah duga. Bukankah
Maya Dewi itu adikmu sendiri" Mengapa engakau hendak tega
me mbunuhnya?"
"Tutup mulut mu!"
"Mbakayu Candra Dewi, aku me lihat tadi betapa engkau
menentang orang-orang jahat. Melihat tindakanmu dan
me lihat sikap dan pakaian mu, aku dapat menduga bahwa
engkau tentulah seorang pende kar wanita yang men untut
kehidupan suci. Mengapa engkau hendak berbuat kejam
me mbunuh ad ik sendiri?"
Kini Candra Dewi menjadi marah. Kulit pipinya yang putih
halus itu menjadi kemerahan seperti buah tomat masak.
Matanya yang jeriiih taja m itu kini seperti me ngeluarkan kilat.
"Bocah setan! Kalau aku mau me mbunuhnya, lalu engkau
mau apa!?"
"Mbakayu Candra Dewi, kalau engkau nekat hendak
berbuat jahat me mbunuh Maya Dewi, akupun terpaksa nekat
hendak berbuat baik menentang kejahatan dan melindungi
Maya Dewi!"
Candra Dewi begitu heran mendengar ucapan dan melihat
sikap pemuda remaja itu kepadanya. "Kau...." Kau hendak
berlagak menjad i pendekar dan hendak melawan aku?"
"Ya benar, mengapa tidak" Sudah men jadi tugasku untuk
menentang perbuatan jahat!" jawab Bagus Sajiwo dengan
tegas dan sejujurnya.
"Ha-ha-heh-heh-heh-hi-hik....!"
Candra Dewi tertawa terkekeh-kekeh karena merasa lucu, akan tetapi suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tawanya itu makin melengking dan Bagus Sajiwo merasa
betapa suara tawa itu mengandung serangan hawa sakti yang
amat hebat, menggetarkan jantungnya dan kalau dia tidak
cepat melawannya, dia khawatir Maya Dewi yang sedang
terluka itu akan tida k kuat bertahan mendengarnya.
Serangan suara tawa itu demikian dahsyatnya sehingga
dapat menulikan telinga atau bahkan mengguncang jantung
menyebabkan ke matian!
Bagus Sajiwo lalu mengerahkan tenaga sakti dari pusar dan
menge luarkannya me lalui suara jeritan melengking yang a mat
dahsyat. Itulah Aji Jerit Nogo yang amat hebat. Suara jeritan
me lengking itu seolah men jadi perisai yang amat kuat
sehingga daya serang suara tawa Candra Dewi terbendung
dan getarannya me mbalik!
Bukan main kagetnya hati Candra Dewi. Sama sekali tidak
pernah disangkanya bahwa pemuda remaja yang tampaknya
masih hijau itu me miliki tenaga sakti yang de mikian dahsyat
sehingga dapat menangkal serangan suara tawanya dengan
pekik yang de mikian kuatnya. Tentu saja ia menjadi
penasaran sekali.
Kegagalan serangannya melalui suara tawanya tadi
sungguh amat me ma lukan! Ia lalu me lompat ke depan dengan
muka merah dan tangan kiri mena mpar. Tamparan ini
kelihatan biasa saja, namun karena ia menggunakan aji
pukulan yang mengandung hawa beracun, sekali mengenai
kepala atau dada, cukup untuk me mbuat lawan terkapar dan
tewas seketika.
"Wuuuuttt.... dukk!" Bagus Sajiwo menangkis dengan
tangan kanannya dan ketika kedua lengan bertemu, kemba li
Candra Dewi dibuat terkejut bukan main.
Bukan saja lengan pe muda re maja itu ma mpu menang kis
dan menand ingi tenaga saktinya, bahkan hawa beracun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulannya itu agaknya tidak mengganggu sedikitpun pe muda
itu. Dengan ge mas ia melanjutkan serangannya dengan
tamparan bertubi-tubi, akan tetapi dengan ges itnya Bagus
Sajiwo me ma inkan ilmu silat tangan kosong Bajrakirana
sehingga semua ta mparan Candra Dewi itu dapat dielakkan
atau ditangkisnya dengan baik. Sampai belasan jurus, semua
serangan Candra Dewi gagal, bahkan kini Bagus Saj iwo mulai
dapat me mbalas dengan ta mparan yang tidak kalah
dahsyatnya. "Bocah setan!" Candra Dewi yang sudah memuncak rasa
penasaran dan kemarahannya, kini melompat kebelakang,
menekuk kedua lututnya sehingga tubuhnya merendah, lalu ia
me lancarkan pukulan jarak jauh yang
menjadi aj i, pamungkasnya. "Aji Bajradenta...!!"
"Bagus! Awas....!" terdengar suara Maya Dewi menjerit dari
dalam pondok dan wanita itu sudah melompat keluar dari
pintu pondok. Bagus Sajiwo terkejut mendengar teriakan Maya Dewi,
akan tetapi dia masih sempat menyambut aji pukulan jarak
jauh yang amat dahsyat dari lawannya itu dengan Aji
Bromokendali. "Wuuuttt.... bresss....!!" Dua tenaga sakti yang dahsyat
bertubrukan di udara dan karena Bagus Sajiwo tidak berniat
buruk maka dia tadi mengerahkan tenaga hanya untuk
me lindungi dirinya, maka tubuhnya terpental ke belakang
sehingga dia terbanting jatuh bergulingan namun sedikitpun
tidak menderita luka luar maupun dala m.
Tubuh Candra Dewi juga terguncang hebat karena daya
pukulannya berte mu dengan tenaga yang a mat kuat. Akan
tetapi ia mendengus dan mengejek melihat lawannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbanting dan terguling-guling. Ia mengira bahwa pe muda
remaja itu tentu terluka dalam yang parah atau sudah mati!
"Bagus....!!" Maya Dewi berlari mengha mpiri Bagus Sajiwo
dan berjongkok untuk me meriksa keadaan pemuda re maja itu
yang disangkanya terluka parah karena ia me lihat betapa
tubuh pemuda itu terpental dan terbanting jatuh lalu
terguling-guling.
Ia merangkul pe muda itu dengan hati a mat khawatir. Akan
tetapi, Bagus Sajiwo tersenyum kepadanya dan bergerak
bangkit duduk yang segera dibantu oleh Maya Dewi yang
merangkulnya. Melihat betapa mesranya Maya Dewi merangkul Bagus
Sajiwo, sepasang mata Candra Dewi berkilat dan alisnya
berkerut, tanda bahwa ia marah sekali.
"Dewi, jangan khawatir, aku tidak apa-apa. Mbakayu mu itu
me miliki pukulan yang hebat bukan main." kata Bagus Sajiwo.
Ucapannya ini sungguh-sungguh, akan tetapi Candra Dewi
menganggapnya lain. Ia menganggap bahwa pemuda re maja
itu mengejeknya karena pukulannya ternyata tidak melukai
pemuda itu! "Maya Dewi! Sungguh tidak tahu malu dan tersesat
engkau! Bercinta-cintaan dengan seorang bocah remaja!"
Candra Dewi me mbentak.
Dengan tangan kiri masih merang kul pundak Bagus Saj iwo,
Maya Dewi meno leh kepada kaka k tirinya itu. "Mbakayu
Candra, Bagus Sajiwo tidak bersalah apa-apa kepadamu,
mengapa engkau menggunakan Aji Bajradenta untuk
me mbunuhnya?"
"Tak tahu malu! Engkau mas ih berani me mbe la bocah
setan ini dihadapanku" Aku me mang datang untuk
menghukummu, dan sekarang aku akan me mbunuhmu
bersama kekasihmu, pere mpuan tak tahu ma lu!" Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata demikian, ia me langkah maju me nghampiri. "Bocah
setan ini akan kubunuh lebih dulu di depan mata mu!" Setelah
berkata demikian, Candra Dewi me nggerakkan kebutannya.
"Tar-tar-tarrr....!" Ujung kebutan berbulu itu menyambar-
nyambar ke arah kepala Bagus Sajiwo. Akan tetapi Maya Dewi
cepat bangkit berdiri dan maju menyambut sa mbaran kebutan
itu dengan tangannya.
"Wuuuttt.... prat-prattt....!" Lengan Maya Dewi luka- luka
berdarah seperti disayat pisau tajam ketika menangkis ujung
bulu kebutan itu.
Ia yang memang sudah terluka dalam dan keadaannya
le mah terhuyung kebelakang. Namun Candra Dewi yang
marah melihat betapa Maya Dewi nekat melindungi Bagus
Sajiwo bahkan mengorbankan diri untuk me nyelamatkan
pemuda remaja itu, menjadi marah sekali.
"Baiklah, engkau yang akan kuhukum dan siksa lebih dulu!"
teriak Candra Dewi dan kebutannya kini mengejar dan
menya mbar-nyambar ke arah Maya Dewi dengan bunyi
ledakan-ledakan itu. Kini tubuh Maya Dewi dihajar dan ujung
kebutan itu menyayat pakaian Maya Dewi sehingga robek-
robek dan juga kulit tubuh wanita itu ikut tersayat dan
berdarah. Melihat ini, Bagus Sajiwo marah bukan main. Akan tetapi
dia tahu betapa saktinya Candra Dewi dan dia tidak ingin
me lancarkan pukulan me matikan dari belakang, maka diapun
me lompat dan menerka m tubuh Candra Dewi dari be lakang,
merangkul dan me megang i kedua lengannya dari belakang
agar Candra Dewi tidak dapat menyerang Maya Dewi lagi.
Dengan de mikian, dia mene mpel ditubuh be lakang Candra
Dewi seperti digendong dan kedua lengannya melalui atas
pundak me megang i kedua lengan wanita itu. Dengan
demikian, tubuhnya menempel ketat dengan tubuh Candra
Dewi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candra Dewi adalah seorang wanita cantik jelita, akan
tetapi aneh. Sejak kecil dia me mbenci pria, terutama sekali
setelah ayah tirinya, Resi Koloyit mo, pernah hendak
me ma ksanya menjad i isterinya. Ia bersumpah untuk tidak
men ikah, bahkan tidak suka bersentuhan dengan tubuh la ki-
laki. Kalau ada laki-la ki berani menyentuhnya, berarti laki-laki
itu tentu akan mati dibunuhnya!
Maka, ketika men dengar dari Jaka Bintara, pangeran
Banten itu tentang diri Maya Dewi yang suka bergaul dengan
banyak pria, ia menjadi marah dan malu, lalu mencar i adik
tirinya itu untuk dihukum. Kebetulan sekali, di kaki Bukit
Keluwung ia berte mu dengan Jaka Bintara dan Kyai Gagak
Mudra dan mendengar dari mereka bahwa Maya Dewi berada
di puncak bukit itu, maka ia cepat mendaki bukit itu.
Kini, merasa betapa tubuh bagian belakangnya didekap
ketat oleh Bagus Sajiwo, merasa betapa tubuh laki-la ki
mene mpe l ketat, ia merasa ngeri bukan main. Seluruh
tubuhnya merinding dan ge li sehingga ia tidak me lanjutkan
pengejarannya terhadap Maya Dewi, melainkan dengan
menahan tubuhnya yang mengkirik kegelian ia mengerahkan
tenaga untuk meronta agar pemuda itu terlepas dari
gendongannya. Akan tetapi Bagus Sajiwo yang mengkhawatirkan
keselamatan Maya Dewi, mendekapnya lebih kuat lagi dan
tidak mau me lepaskan kedua lengan wanita itu yang
dipegangnya. Terjadilah betot me mbetot, tarik menarik,
namun tubuh pe muda itu mene mpe l di tubuh belakang Candra
Dewi seperti seekor lintah!
Hampir pingsan Candra Dewi saking geli dan ngerinya. Ia
bahkan menjatuhkan dirinya bergulingan di atas tanah agar
Bagus Sajiwo terlepas, namun pe muda itu tetap saja
mene mpe l di punggungnya. Bahkan karena wanita itu
meronta sema kin kuat dan dia sendiri tidak dapat
menggunakan kedua tangan untuk menyerang, tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali dia melepaskan pegangannya, tentu wanita itu akan
menggunakan tangan yang bebas untuk me mber i pukulan
maut kepadanya, Bagus Sajiwo teringat betapa tubuh Maya
Dewi menderita luka-luka berdarah oleh sayatan cambuk,
maka dia lalu menundukkan mukanya.... dan.... digigitnya
leher yang berkulit put ih mulus itu kuat-kuat!
Mulutnya merasakan darah yang asin, akan tetapi dia
menggigit terus, tak mau melepaskan dan ada rasa puas
bahwa dia telah dapat me mbalaskan Maya Dewi dengan
me mbuat wanita ini terluka berdarah!


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merasa lehernya digigit, Candra Dewi tidak me mikirkan
nyerinya, melainkan matanya terbelalak membayangkan
lehernya "dicium" mulut laki-laki! Saking ngerinya, ia
menge luarkan jerit melengking dan tiba-tiba saja kekuatannya
menjad i berlipat ganda dan begitu ia meronta, Bagus Sajiwo
tidak ma mpu bertahan lag i dan tubuhnya terpental jauh!
"Bagus....!" Maya Dewi lari terhuyung mengha mpiri Bagus
Sajiwo yang tidak terluka apa-apa. Mereka berdua
me mandang ke arah Candra Dewi. Terjadi keanehan pada diri
wanita cantik berpakaian p utih ini. Pakaiannya ada noda-noda
merah dari darah yang menetes dari lehernya yang terluka. Ia
terbelalak, ke mudian ia me nangis.
"Hu-hu-huuu.... terkutuk.... kau.... telah membuyarkan
sumpahku.... hu-hu-huuuu...." Wanita itu jatuh terduduk di
atas tanah lalu menang is tersedu-sedu, menangis mengguguk
seperti anak kecil dan me mukul-mukulkan kebutannya pada
tanah sehingga debu dan batu-batu berhamburan!
"Cepat...., Bagus...., cepat kita lari. Hayo....!" seru Maya
Dewi. "Akan tetapi kasihan ia.... aku harus minta maaf...." kata
Bagus Sajiwo ragu sa mbil me ma ndang ke arah Candra Dewi
yang masih menang is.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, hayo cepat lari se lagi ada kesempatan!" Maya
Dewi yang amat mengkhawatirkan keselamatan Bagus Sajiwo,
biarpun tubuhnya terasa pedih dan nyeri oleh ca mbukan-
cambukan tadi dan pakaiannya koyak-koyak, ia mengumpulkan sisa tenaganya dan menarik tangan Bagus
Sajiwo diajak me larikan diri.
Bagus Sajiwo tidak tega menolak dan mereka berlari
me masu ki pondok.
"Cepat kumpulkan pa kaian!" kata Maya Dewi. Ia
mengumpulkan pakaian dan menyuruh Bagus Sajiwo
me mbawa peti perhiasannya. Kemudian, ia mengajak Bagus
Sajiwo berlari ke belakang pondok, me lalui taman bunga dan
tiba di depan sebuah guha.
Bagus Sajiwo menurut saja ketika diajak masu k guha yang
ternyata merupakan guha terowongan yang a mat dalam.
Setelah masuk terowongan beberapa puluh meter dalamnya,
Maya Dewi berhenti la lu menarik sebuah kaitan besi. Agaknya
tubuhnya yang lemah tidak ma mpu.
"Bagus, cepat tarik kaitan ini kuat-kuat. Inilah tempat
persembunyian yang telah kupers iapkan, tempat ini menuju ke
pusat panas bumi yang kuma ksudkan."
Bagus Sajiwo menarik kaitan itu dan .... terdengar bunyi
berdentang ketika sebuah pintu baja yang tebal meluncur dari
atas dan menutup terowongan itu. Mereka kini berada di
sebelah dalam dan begitu terowongan tertutup pintu baja,
cuaca menjadi ge lap pekat.
Dengan tangan kiri menjinjing buntalan pakaian, tangan
kanan Maya Dewi menggandeng tangan kiri Bagus Sajiwo
yang tangan kanannya memanggul peti perhiasan, Maya Dewi
me langkah perlahan di te mpat gelap, masuk terowongan yang
amat panjang itu. Ia agaknya hafal akan jalan gelap itu dan
berkali-kali me mberi peringatan kepada Bagus Sajiwo untuk
merendahkan diri agar kepalanya tidak terbentur batu-batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bergantungan rendah. Terkadang mereka harus
me langkahi batu yang menonjol aga k tinggi agar jangan
tersandung. "Kenapa gelap begini....?" akhirnya Bagus Sajiwo bertanya
karena dia merasa bingung tidak ma mpu me lihat apa-apa
kecuali kegelapan yang menghita m.
"Disana terang, lihat sudah ta mpak cahayanya." kata Maya
Dewi. Bagus Sajiwo me mandang ke depan dan hatinya merasa
gembira. Benar saja, di depan sana tampak ada cahaya
sehingga kekhawatirannya bahwa sepasang matanya telah
menjad i buta lenyap. Makin lama cahaya itu menjadi se ma kin
terang dan akhirnya terasa ada hawa yang panas menyambut
mereka. "Hawanya panas sekali!" kata Bagus Sajiwo dan dia mulai
berkeringat. "Kita sudah hampir tiba di ruangan tempat aku latihan,
ruangan yang kunamakan Ruangan Pusat Panas Bumi! "
Tak la ma kemudian t ibalah mere ka di sebuah ruangan
bawah tanah yang cukup luas. Di bagian atasnya terdapat
lubang-lubang cukup lebar sehingga ada sinar matahari
menerobos masu k me mbuat ruangan itu cukup terang.
Di tengah ruangan bundar yang garis tengahnya kurang
lebih lima puluh meter itu, terdapat sumur yang sebetulnya
adalah sebuah kawah yang mengeluarkan uap panas sekali,
berikut sedikit asap berbau belerang yang me mbubung ke
atas dan keluar dari lubang-lubang di atas itu.
"Inilah tempat kuberlatih, inilah Ruangan Pusat Panas Bumi
itu!" kata Maya Dewi dan ia ta mpak lelah sekali. Ia
me lepaskan buntalan paka ian la lu terkulai ke atas tanah yang
kering kerontang. "Aku.... aku.... lemas sekali...." Ia
menge luh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo juga sudah menaruh peti di atas tanah. Dia
cepat memer iksa keadaan Maya Dewi. "Tempat beginilah yang
kumaksudkan," katanya. "Hawa disini cukup panas untuk
mengusir hawa beracun dingin dari tubuhmu dengan cepat.
Mari kita mulai, Dewi. Duduklah bersila dan pusatkan seluruh
perhatianmu untuk menyerap hawa panas dalam ruangan ini
sehingga dapat menggempur hawa dingin Aji Wisa Sarpa yang
kau latih secara sesat. Aku akan me mbantu mu dengan
penyaluran hawa sakti. Mari kita mulai agar engkau dapat
cepat terbebas dari luka dalam tubuhmu yang disebabkan oleh
kedua ajimu yang me mbalik itu."
Maya Dewi yang sudah lemah itu mengangguk. Mereka lalu
duduk bersila. Bagus Sajiwo duduk di be lakang wanita itu,
menjulurkan tangan kanannya mene mpe l pada pungung Maya
Dewi, sedangkan Maya Dewi duduk bers ila, kedua tangan
menye mbah dan diletakkan di pusar. Ia merasa betapa hawa
yang hangat lembut menga lir masuk melalui telapak tangan
pemuda itu ke dalam tub uhnya. Sementara itu, hawa panas
dari kawah itupun m'enerpanya dari luar. Ia mencurahkan
perhatiannya untuk menyerap hawa panas dari luar itu,
me mbiarkan hawa itu berputaran dalam tubuhnya, dibantu
oleh hawa dari tangan Bagus Sajiwo yang kini menjadi
semakin panas. Kurang leb ih seja m kemudian, hawa panas yang hebat
telah me mbakar tubuhnya, keringat bercucuran, perut dan
kepalanya serasa mau me ledak.
"Maya Dewi keluar lah atau kuhancurkan pintu ini! Bukakan
pintu!" Terdengar gema suara yang datangnya dari jauh,
namun jelas terdengar oleh mereka.
Suara ini me mbuat perhatian Maya Dewi terpecah sehingga
hawa panas yang me mbakar itu menurun, bahkan ada hawa
dingin menyerangnya dari dalam.
Bagus Sajiwo merasakan ini. "Dewi, tenanglah dan tetap
usahakan untuk menyerap hawa panas itu." bisik Bagus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sajiwo yang mena mbah tenaganya sehingga dari tangan
kanannya itu mengalir hawa yang semakin panas. "Kalau ia
masu k, jangan khawatir, aku yang akan me lawannya."
Maya Dewi tenang kembali dan dapat menyerap hawa
panas itu sehingga hawa dingin menghilang. "Aku hanya
kaget, tidak takut. Kalau ia menjebol p intu itu, batu-batu akan
longsor ke bawah, menutup terowongan ini dan mungkin ia
akan mati tertimbun batu." bis ik Maya Dewi ke mbali.
Mendengar ini, Bagus Sajiwo agak kaget sehingga
tangannya yang menempel punggung tergoyang.
Maya Dewi merasakan ini dan ia berbisik, "Jangan khawatir,
Bagus. Ada jalan rahasia untu k keluar dari te mpat ini."
Bagus Sajiwo men jadi lega karena sesungguhnya itulah
yang dia khawatirkan tadi mendengar kalau pintu besi itu
dijebol dari luar, terowongan itu akan tertimbun batu yang
longsor dari atas sehingga mereka berdua akan terperangkap
di tempat itu dan tidak dapat keluar. Dia lalu mengerahkan
tenaganya membantu Maya Dewi. Tak la ma kemudian,
kembali Maya Dewi kepanasan dan ia mulai men ggeliat,
mendesis dan menge luh.
"Pertahankan, Maya. Hawa dingin beracun itu harus kita
gempur sampai lenyap!" Bagus Sajiwo berbisik.
Maya Dewi terengah-engah dan menggeliat kepanasan.
"Augh, panas.... panas ....!" Kedua tangannya bergerak.
"Bret.... bret.... bret....!" Kedua tangan itu merenggut seluruh
pakaiannya sehingga ia bertelanjang bulat karena panasnya.
Ia lakukan ini tanpa disadari lagi, saking panas dan gerahnya.
Bagus Sajiwo me meja mkan mata, memusatkan perhatian
pada telapak tangannya dan berbisik, "Pertahankan....
pertahankan....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mayaaaa Dewiiii! Kuhancurkan pintu ini....!" terdengar
teriakan Candra Dewi me lengking. Namun kini Maya Dewi dan
Bagus Sajiwo tidak me mperdulikan lagi suara itu.
"Dunggg....! Dunggg....! Blarrrr....!"
Suara ini keras sekali, disusul suara gemuruh berkepanjangan. Agaknya batu-batu telah longsor dan
berjatuhan memen uhi terowongan dan mungkin wanita
berhati keja m itu telah bertimbun batu-batu.
Akan tetapi Maya Dewi sama sekali tidak me mperhatikan
suara gaduh itu karena ia mas ih s ibuk sendiri dengan hawa
panas yang menyerangnya. Ia mengeluh dan menggeliat-
geliat, akan tetapi Bagus Sajiwo tetap mene mpe lkan tangan
kanannya di punggungnya.
Setelah melihat bahwa wanita itu seperti tidak dapat
menahan lag i dan menjadi se ma kin le mah, dia lalu
menggantikan tangan kanan dengan tangan kiri dan perlahan-
lahan dia mengerahkan tenaga sakti berhawa dingin. Merasa
betapa ada hawa dingin me masuki tubuhnya dengan lembut,
Maya Dewi merasa tidak begitu me nderita lagi dan iapun
berhenti mengeluh, berhenti menggeliat dapat duduk bersila
lagi, masih dalam keadaan bugil.
Dengan tangan kiri masih mene mpel dipunggung Maya
Dewi yang ra mbutnya terurai karena sanggulnya lepas
sehingga tubuhnya seperti diselimut i tirai sutera hitam itu,
Bagus Sajiwo menggunakan jari tangan kanannya untuk
me mer iksa denyut nadi pergelangan tangan kanan Maya
Dewi. Dengan girang dia mendapat kenyataan bahwa keadaan
dalam tubuh Maya Dewi mengalami banyak kebaikan.
-oo0dw0oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 04 HAWA beracun dingin dalam tubuh wanita itu sudah tidak
begitu kuat lagi. Akan tetapi Maya Dewi merasa le mas bukan
ma in karena tadi harus mengerahkan seluruh tenaga untuk
menahan hawa panas yang hebat itu.
Setelah mendapat kenyataan betapa hawa dingin beracun
itu sudah banyak hilang menguap, Bagus Sajiwo berani
me lepaskan tangan kirinya, lalu dia me nghampiri buntalan
pakaian Maya Dewi, me mbuka buntalan dan menga mbil
pakaian untuk wanita itu. Sama sekali dia tidak berani
me mperhatikan tubuh bugil yang sebagian tertutup tirai
rambut hitam itu ketika Bagus Sajiwo me mbantu Maya Dewi
mengenakan pakaiannya.
Wanita itupun men genakan pakaiannya dan me mandang
pemuda re maja itu dengan sinar mata penuh rasa sukur, haru
dan terima kasih. Ia menyadari bahwa tadi, dalam siksaan
hawa panas yang membakar tubuhnya, saking tidak tahannya,
dalam keadaan tersiksa itu ia merobe k-robek pa kaiannya
sehingga ia berbugil. Akan tetapi tidak sedikitpun pemuda itu
me mperdulikan ketelanjangannya ini dan baru setelah
keadaannya me mbaik, Bagus Sajiwo menga mbilkan pakaian
dan tak pernah satu kalipun pandang mata pe muda itu
me mperhatikan tubuhnya yang telanjang.
Ia merasakan terharu sekali dan ini merupakan pengalaman
baru baginya, bertemu seorang laki-laki yang sama sekali tidak
terusik gairah berahinya oleh kemulusan tubuhnya yang
telanjang. "Dewi, pintu agaknya telah jebol dan kudengar tadi batu-
batu runtuh. Terowongan ini tentu sudah tertutup oleh
tumpukan batu dan Candra Dewi tentu mati tertimpa dan
tertimbun batu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitukah" Aku tadi t idak me ndengarnya." kata Maya Dewi
sambil mengusap keringat dari leher dan mukanya, lalu ia
mulai menyanggul rambutnya.
Gerakan menyanggul rambut dengan kedua tangan ke atas
dan ke belakang kepala ini merupakan gerakan indah khas
wanita. Bagus Sajiwo terpesona. Dia dapat merasakan
keindahan itu, akan tetapi bukan keindahan yang diselubungi
gairah berahi karena dia sama sekali tidak berpikiran tentang
itu. Dia melihat guratan-guratan merah pada kedua lengan
yang berkulit putih mulus itu.
"Ah, kasihan engkau, Dewi. Kedua lengan mu penuh
goresan, bekas serangan ujung kebutan Candra Dewi. Juga
tadi aku melihat goresan-goresan berdarah pada tubuhmu.
Mengapa engkau yang sedang terluka dalam itu nekat
menand ingi Candra Dewi yang keja m dan tangguh sekali itu ?"
"Aku tidak tega melihat engkau diserang, aku tidak ingin
me lihat ia me mbunuhmu. Bagus, tubuhku terasa le mah sekali
dan tenagaku habis. Bagaimana pendapatmu tentang keadaan
luka dala m tubuhku se karang?"
"Sudah jauh me mbaik, Dewi tadi aku sudah meneliti
keadaanmu dan hawa beracun dari Aji W isa Sarpa itu sudah


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak berkurang dan bah kan tidak me mbahayakan lagi."
"Akan tetapi ketika tadi melawan hawa dingin beracun itu,
mengapa hawa panas itu demikian me mba kar" Berbeda jauh
sekali dari kepanasan yang kurasakan di waktu berlatih dulu,
padahal aku pun ber latih di te mpat panas seperti ini."
"Hal itu tidak aneh, Dewi. Karena ketika engkau menyerap
hawa panas bumi dis ini, hawa panas beracun dari Aji Tapak
Rudira dalam tub uhmu bangkit sehingga hawa panas yang
menjad i satu bertambah hebat. Akan tetapi semua itu bahkan
menguntungkan karena dapat me mbuat hawa dingin beracun
itu menguap dan tinggal sed ikit. Dengan latihan menyerap
hawa panas bumi, dalam beberapa hari saja kurasa engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah terbebas dari bahaya ancaman hawa dingin beracun
dari Aji W isa Sarpa itu."
"Kalau begitu, aku akan kehilangan aji yang biasa
kuandalkan itu?" tanya Maya Dewi dengan suara mengandung
kekecewaan. Bagus Sajiwo me ngangguk. "Untuk apa
menyesali hilangnya aji pukulan yang sesat itu, Dewi" Engkau telah
bertahun-tahun berlatih ilmu kanuragan. Sebagai pengganti
Aji Wisa Sarpa, engkau dapat berlatih diri dengan ilmu lain
yang mengandung hawa dingin, akan tetapi yang tidak sesat
seperti Wisa Sarpa."
Maya Dewi menghela napas panjang dan pada saat itu
kedua orang itu tiba-tiba tertawa. Maya Dewi tersenyum malu-
ma lu dan r ikuh karena ia mendengar suara perut berkeruyuk,
dari dalam perutnya sendiri dan perut Bagus Sajiwo!
"Ha-ha, perut kita menuntut is i, Dewi! Akan tetapi di
tempat seperti ini, bagaimana kita dapat me mperoleh
makanan untuk mengis i perut kita?"
Maya Dewi tersenyum geli. Setelah kini tubuhnya tidak
tersiksa lagi dan terasa lebih nyaman, walaupun tubuhnya
le mas sekali, kege mbiraannya bangkit.
"Kenapa engkau begitu to lol?"
Bagus terkejut mendengar perubahan panggilan ini dan
mengira wanita itu marah lagi kepadanya. Akan tetapi melihat
bibir Maya Dewi terseyum manis dan mata yang agak redup
me mbayangkan kele lahan itu me mandang kepadanya dengan
le mbut, dia juga tersenyum, "Memang na maku Si Tolol, tentu
saja aku sangat tolol. Lupakah engkau, Dewi?"
"Me mang engkau to lol! Tadi sudah kukatakan kepadamu
bahwa aku telah me mbuat sebuah jalan keluar rahasia
sehingga tentu saja engkau dapat keluar dari tempat ini. Nah,
sekarang keluarlah, nanti kutunjukkan jalannya. Engkau keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari makanan untuk kita, sekalian engkau lihat apakah
benar Mbak-ayu Candra Dewi telah tewas tertimbun batu-batu
yang longsor dan men utup pintu terowongan."
"Bagus! Nah, sekarang tunjukkan jalan keluarnya!" kata
Bagus Sajiwo ge mbira.
Tanpa bangkit dari tempat duduknya, Maya Dewi menuding
ke depan dan berkata. Di ujung sana itu terdapat sebuah batu
besar yang bentuknya bulat. Nah, kau dorong batu besar itu
ke arah kiri dan engkau akan menemukan sebuah lubang yang
cukup besar untuk kau masu ki dengan jalan merang kak.
Setelah engkau merangkak sejauh kurang lebih sepuluh
meter, engkau akan tiba di lubang simpang e mpat. Beloklah
ke kiri dan merangkak terus. Sekitar dua puluh meter engkau
akan keluar dari lorong bawah tanah itu dan t iba diluar.
Masuknya engkau ambil jalan yang sama."
"Baik," kata Bagus Sajiwo yang bangkit berdiri. "Aku pergi
sekarang juga, Dewi. Engkau beristirahatlah saja dan jangan
berlatih untuk menyerap inti panas bumi. Kalau engkau
berdiam diri saja, tentu engkau dapat menahan panasnya
hawa disini."
"Aku mengerti, Bagus." Maya Dewi mengangguk. "Dan
jangan terlalu la ma pergi."
"Baik, Dewi." Bagus Sajiwo lalu melangkah dan dari situ
sudah tampak batu bulat itu.
Batu yang besar dan berat. Dalam keadaannya seperti
sekarang ini, Maya Dewi tentu tidak akan ma mpu mendorong
batu besar itu dan akan menderita kelaparan di tempat ini.
Untung dia tidak terluka ketika bertanding melawan Candra
Dewi. Wanita itu sungguh a mat digdaya, dan agaknya Candra
Dewi adalah seorang sakti mandraguna yang selama ini
menye mbunyikan dirinya sehingga mendiang gurunya, Ki
Ageng Mahendra, ketika menceritakan padanya tentang
tokoh-tokoh sakti, tidak pernah menyebut nama Candra Dewi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Bagus Sajiwo berd iri di depan batu besar itu. Dia
mengerahkan tenaga saktinya, lalu mendorong batu itu ke
arah kiri. Batu itu mengge linding perlahan dan Bagus Sajiwo
menghentikan dorongannya setelah tampak sebuah lubang di
dinding batu ruangan bawah tanah itu. Dia meno leh ke arah
Maya Dewi yang melambaikan tangan kepadanya. Dia
me mba las dengan la mbaian tangan lalu merang kak me masu ki
lubang itu seperti seekor t ikus besar!
Tepat seperti apa yang diterangkan Maya Dewi tadi, setelah
merangkak kurang lebih sepuluh meter, dia tiba di simpang
empat. Kalau t idak dipesan oleh Maya Dewi, tentu dia akan
me milih lubang yang terus atau yang me mbelok kekanan,
karena lubang yang me mbe lok ke kiri itu paling kecil, dan
paling kasar batu lantainya.
Seorang yang gemuk jangan harap dapat melalui lubang
itu. Dia me mbe lok ke kiri dan merang kak terus. Sekitar dua
puluh meter dia merangkak dan tampa klah s inar terang.
Ternyata dia keluar dari sebuah lubang yang berada di dinding
lereng Bukit Keluwung!
Dia me mandang ke arah lubang yang agak tertutup alang-
alang itu. Seorang yang waras pikirannya tentu enggan
me masu ki lubang seperti itu, takut kalau-kalau lubang itu
menjad i sarang ular besar atau binatang buas lainnya! Diam-
dia m dia kagum sekali kepada Maya Dewi.
Wanita itu sungguh cerd ik bukan main, dapat me mbuat
sebuah ruangan tempat berlatih se kaligus te mpat bersembunyi seperti Ruangan Inti Panas Bumi itu! Tak
seorangpun akan menyangka bahwa dibelakang ta man rumah
mungil itu terdapat tempat seperti itu berikut alat rahasianya
sehingga musuh tak dapat masuk dan kalau mengge mpur
pintunya akan mati tertimbun batu-batu yang longsor!
Teringat akan ha l ini Bagus Sajiwo bergegas mengitari
puncak untuk me lihat apakah Candra Dewi benar-benar mati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertimbun batu. Dia harus bekerja cepat karena hari telah
menje lang sore!
Maka dia berlari cepat menuju ke guha yang mene mbus
keterowongan menuju Ruangan Inti Panas Bumi. Dia
me masu ki guha dan setibanya di tempat dimana pintu baja itu
menutup lorong, dia dihadang timbunan batu yang me men uhi
terowongan dan me mbayangkan apa yang terjadi, dia merasa
ngeri! Tentu tubuh wanita cantik baju putih itu kini telah hancur
dan gepeng tertindih tu mpukan batu yang berton-ton
beratnya. Dia menghela napas panjang dan berlari keluar
terowongan untuk menuju ke pondok mungil milik Maya Dewi
dan mencari bahan ma kanan. Dia melewati kebun dan taman
bunga dan.... dia berdiri bengong ketika melihat betapa
pondok mungil itu kini telah menjadi puing arang dan abu.
Habis dibakar orang!
Dia terkejut sekali. Siapa yang melakukan pe mbakaran"
Candra Dewikah" Kalau begitu ia mas ih hidup!
Saking penasaran, dia lari lagi ke guha dan baru sekarang
dia melihat tulisan di depan guha, tulisan pada batu seperti
diukir. KUBURAN MAYA DEWI DAN BAGUS SAJIWO
Demikian bunyi tulisan itu. Bagus Sajiwo mengangguk-
angguk. Yang dapat membuat tulisan di atas batu seperti itu
tentu orang sakti seperti Candra Dewi dan yang mengetahui
bahwa Maya Dewi dan dia berada dalam guha itu hanya
Candra Dewi. Maka dia dapat menarik kesimpulan pasti bahwa yang
menulis itu tentulah Candra Dewi yang mengira bahwa Maya
Dewi dan dia tentu mati terkubur da la m terowongan!
Kemudian agaknya Candra Dewi yang mas ih penasaran itu
me la mpiaskan kemarahannya pada pondok tempat tinggal
Maya Dewi dan me mbakarnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa kejamnya perempuan cantik itu. Seperti iblis betina!
Bagus Sajiwo lalu cepat mencari bahan ma kanan dikebun
dekat taman. Ternyata kebun itu ditanami banyak maca m
buah-buahan oleh para pelayan atas perintah Maya Dewi.
Agaknya para pelayan itu, pagi tadi ketika mendaki puncak
Bukit Keluwung, melihat pondok mungil sudah menjad i puing
dan Maya Dewi tidak tampa k, mereka ketakutan dan cepat
me larikan diri pulang ke dusun mereka di kaki bukit.
Bagus Sajiwo menga mbil setundun pisang tua dan sebagian
mulai menguning, beberapa buah pepaya, jagung, ketela ubi
dan karena tidak mene mukan tanaman obat untuk mengobati
luka lecet-lecet pada kulit tubuh Maya Dewi, dia memutus
beberapa batang pohon ketela pohon. Semua bahan makanan
itu dia bawa ke dinding lereng bukit dimana terdapat lubang
yang menuju ke Ruangan Inti Panas Bumi. Kemudian dia
merangkak ke dalam lubang terowongan dan tiba kembali di
ruangan itu, dimana Maya Dewi menunggu sa mbil duduk
dengan tenang. Biarpun diluar te mpat itu ge lap ketika malam tiba seperti
tadi malam, namun di ruangan itu gelap benar, akan tetapi
remang-re mang karena kawah itu mengeluarkan cahaya api
me mbara yang cukup terang.
Maya Dewi merasa girang melihat Bagus Sajiwo kembali
me mbawa ma kanan, biarpun hanya buah-buahan, jagung dan
ketela. Cukup untuk menahan lapar dan menguatkan tubuh.
Ketika Bagus Sajiwo menyerahkan batang ketela pohon
(sing-kong) untuk mengobati luka lecet-lecet pada tubuhnya,
Maya Dewi menurut. Ia mematah- matahkan tangkai daun
singkong dan menggunakan getah yang putih dari pohon itu
untuk dioleskan pada kulitnya yang lecet-lecet. Ia sendiri yang
mengobati lecet-lecet pada dada dan perutnya, dan minta
bantuan Bagus Sajiwo untuk mengobati bagian punggung dan
pinggulnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, setiap hari Maya Dewi berlatih dibantu olah
Bagus Sajiwo untuk mengobati atau mengusir hawa dingin
beracun dari Aji Wisa Sarpa yang telah me mba lik dan melukai
dirinya sendiri.
Biarpun kalau menyerap hawa panas dari ruangan itu ia
masih merasa panas sekali, akan tetapi kini tidaklah sehebat
pertama kalinya sehingga ia masih sanggup bertahan
walaupun merasa tersiksa. Ia tidak sampai mene lanjangi
dirinya tanpa disadarinya seperti pada hari pertama. Setiap
hari kedua orang itu hanya makan buah-buahan, jagung dan
singkong yang mereka bakar d i atas kawah, dimana hawanya
paling panas. Tiga har i kemudian, Bagus Sajiwo t idak per lu
lagi me mbantunya dan Maya Dewi dapat berlatih
sendiri untuk mengusir sama sekali s isa hawa
dingin beracun itu. Akan
tetapi dengan lenyapnya
hawa dingin beracun itu,
iapun kehilangan Aji Wisa
Sarpa. Ia tidak lagi ma mpu
mengerahkan tenaga dingin
beracun Wisa Sarpa yang
ampuh itu. Sementara itu, Bagus Saj iwo me mpergunakan waktu luang
dan kesempatan tempat yang a mat baik untuk berlatih itu
dengan tekun me mper kuat Aji Bromokendali yang telah
dikuasainya. Dengan bantuan tenaga inti panas bumi, dia
dapat men ingkatkan kekuatan Aji Bromokendali.
Tempat itu me mungkinkan dia untuk memperoleh
kemajuan yang dalam tempat biasa dapat dicapainya dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu latihan dua tahun, hanya dengan melatih diri selama
beberapa hari saja!
Setelah tinggal dalam Ruangan Inti Panas Bumi itu selama
setengah bulan, pada suatu pagi Bagus Sajiwo me meriksa
keadaan kesehatan Maya Dewi dengan merasakan denyut
nadinya. Dia mengangguk-angguk. "Bagus sekali, Dewi. Sekarang,
hawa dingin beracun dalam tubuhmu telah lenyap sama
sekali. Engkau telah bebas dari ancaman maut hawa dingin
beracun itu. Sebagai buktinya, cobalah engkau kerahkan Aji
Wisa Sarpa yang pernah kau kuasai itu."
Maya Dewi mehurut. Ia mengerahkan tenaga aji itu, akan
tetapi ketika ia mendorongkan kedua tangannya ke arah
dinding batu karang itu, tidak terjadi apa-apa. Padahal
sebelumnya, kalau ia menggunakan Aji Wisa Sarpa, dari kedua
telapak tangannya akan keluar tenaga sakti yang amat
dahsyat, yang dapat mengge mpur batu sa mpai pecah. Maya
Dewi tidak merasa kaget karena ia sudah menduga
sebelumnya bahwa ia kehilangan aji itu, akan tetapi
bagaimana pun j uga, tetap saja ia merasa kecewa, menghela
napas panjang lalu duduk men undukkan muka.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi Bagus Sajiwo merasa girang. "Nah, engkau
benar-benar telah bebas dari hawa dingin beracun yang
berbahaya itu, Dewi. Dari pada me miliki sesuatu yang tidak
ada gunanya, yang hanya membikin rugi diri sendiri dan orang
lain, leb ih baik tidak me miliki apa-apa. Tinggal me lenyapkan
hawa panas beracun dari Aji Tapak Rudira yang masih
menganca m keselamatan mu. Kalau itu
sudah dapat dilenyapkan, engkau benar-benar telah sembuh dan terbebas
dari aji-aji yang sesat. Jauh lebih baik tidak me miliki aji
apapun." Maya Dewi men gerutkan sepasang alisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tolol, siapa bilang aku tidak me miliki apa-apa" Coba kau
buka peti hartaku itu!" Suara wanita itu kini terdengar ketus
seperti orang marah sehingga sebutan Tolol itu sekali ini
mengejutkan hati Bagus Sajiwo.
Pernah Maya Dewi menyebutnya Tolol, akan tetapi sambil
tersenyum manis, dan sekarang menyebut dia Tolol dengan
alis berkerut dan mulut cemberut. Agaknya, sebutan ini
dipakai Maya Dewi bukan hanya sebagai canda selagi hatinya
gembira, akan tetapi juga sebagai makian selagi hatinya
jengkel! Akan tetapi Bagus Sajiwo tidak menjawab dan dia hanya
me menuhi per mintaannya dan me mbuka tutup peti yang
dibawanya ketika mereka berdua men inggalkan rumah.
Tampak perh iasan e mas per matayang serba indah dan mahal
sekali da la m peti itu.
"Lihat, aku masih me miliki harta benda yang amat banyak
dan juga rumah ku di puncak itu!" katanya me mbanggakan
kekayaannya. Bagus Sajiwo menghela napas dan ber kata, "Maafkan aku,
Dewi. Rumah mu di puncak telah dibakar habis oleh Candra
Dewi, bahkan ia mengukir di atas batu depan guha bahwa
engkau dan aku mati terkubur di da la mnya."
Maya Dewi bangkit berdiri, matanya terbuka lebar dan dia
menghardik, "Tolol! Kenapa tidak kau ceritakan ketika engkau
pulang menga mbil makanan itu?"
"Aku khawatir engkau berduka karena pondokmu
dibakarnya, Dewi."
"Siapa perduli tentang rumah" Aku masih ma mpu me mbuat
seratus rumah seperti itu dengan hartaku! Yang kuma ksudkan
tentang Mbakayu Candra Dewi yang belum mati!"
"Maafkan aku, Dewi. Aku mengira hal itu tidak penting
sekali bag imu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dasar tolol! Tida k penting" Hemm, Mbakayu Candra Dewi
adalah seorang yang sekali ada kemauan, takkan berhenti
sebelum kemauannya terpenuhi! Ia ingin me mbunuhku, pasti
ia akan mencar iku kalau kemudian ia ketahui bahwa aku
masih hidup. Dan aku.... dalam keadaan seperti ini....
kehilangan dua maca m aji pamungkasku, bagaimana aku akan
ma mpu menand inginya" Ah, agaknya memang sudah nasibku,
harus mati di tangan kaka k tiriku itu...." Maya Dewi ta mpak
berduka sekali.
Bagus Sajiwo merasa iba. "Jangan bersedih, Dewi. Kalau
hawa panas beracun sudah hilang dari tubuhmu, berarti
tubuhmu sudah bersih dari pengaruh racun. Engkau dapat
me mpe lajari ilmu-ilmu baru dan siap s iaga untuk menghadapi
ancaman Candra Dewi."
Tiba-tiba wajah Maya Dewi menjad i berseri kembali. "Benar
sekali kata-kata-mu, Bagus! Aku tida k per lu takut, tidak perlu
khawatir. Aku mempunyai harta benda yang amat banyak.
Dengan harta bendaku, aku bisa men dapatkan apa saja yang
kuinginkan. Perduli a mat dengan Mbakayu Candra Dewi,
perduli dengan orang-orang lain. Aku tidak me mbutuhkan
siapa-siapa! Dengan harta benda, aku bisa me mbe li
kekuasaan, kesenangan, kepandaian, apa saja heh-heh-hi-hi-
hiik!" Maya Dewi tertawa-tawa, menghampiri peti hartanya
dan meraup segengga m perhiasan, lalu dijatuhkan kembali ke
dalam peti. Berkali-kali ia la kukan ini sa mbil tertawa-tawa
gembira. Bagus Sajiwo me ngerutkan alisnya dan menggeleng
kepalanya. Ia merasa kesal dan juga kasihan kalau melihat
sikap dan jalan pikiran Maya Dewi kacau dan sesat seperti itu.
"Engkau keliru, Dewi. Engkau keliru, salah besar sekali
kalau mengira bahwa dengan harta benda engkau bisa
mendapatkan segala apapun yang kau inginkan."
"Hah" Apa yang tak dapat kuraih dengan harta bendaku"
Hayo katakan, apa itu, Tolol?" Kini Maya Dewi marah kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ingat, andaikata penyakitmu ini tidak dapat dise mbuhkan,
apa gunanya semua harta bendamu itu" Harta benda itu tidak
dapat menyelamatkanmu."
"Akan tetapi aku me mpunyai seorang sahabat baik, ialah
engkau yang menolong aku untuk menye mbuhkan aku dari
penyakit ini!"
"Ya benar. Persahabatan. Nah, apakah engkau ma mpu
me mbe li persahabatan dengan hartamu itu" Ingat, aku
menjad i sahabat baikmu sa ma sekali tidak karena engkau
me miliki harta benda. Sedikit pun aku tida k menginginkannya,
Dewi. Juga cinta kasih! Apa harta bendamu itu akan ma mpu
menge mba likan cinta kasih kepadamu dalam hati mbakyumu
itu dan menghilangkan kebenciannya terhadap dirimu" Kukira,
harta bendamu itu juga tidak ada arti baginya. Harta benda
tidak mungkin ma mpu me mbeli persahabatan dan cinta kasih.
Maksudku persahabatan dan cinta kasih sejati."
Tiba-tiba Maya Dewi seperti terkulai le mas dan ia duduk
lagi d i atas lantai batu yang oleh Bagus Sajiwo dit ila mi jera mi
kering sehingga menjad i te mpat yang lunak untuk duduk dan
tidur. Ia tercengang. Tepat sekali ucapan pe muda re maja itu,
rasanya seperti sebilah pisau dihunja mkan ke jantung hatinya.
Selama ini ia tidak pernah mendapatkan persahabatan dan
cinta kasih yang sejati. Semua orang yang bersahabat
dengannya, semua pria yang bersumpah menyatakan cinta
kepadanya, kesemuanya itu bergelimang nafsu dan me mpunyai pa mrih de mi kesenangan dan keuntungan diri
sendiri belaka. Selama hidup belum pernah ia bertemu dengan
seorang seperti Bagus Sajiwo yang jelas menolong dan
me mbe lanya, bahkan dengan taruhan nyawa dan ia tidak
sedikitpun me lihat gairah nafsu atau pamrih untuk
kesenangan diri send iri dalam s ikap dan perbuatan Bagus
Sajiwo! Jelaslah bahwa persahabatan se-jati, cinta sejati, tidak
dapat dibeli dengan harta benda!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, agaknya ucapanmu itu ada benarnya juga, Bagus.
Akan tetapi, dengan me miliki harta benda, aku tidak
tergantung kepada siapapun juga. Aku dapat hidup serba
kecukupan tanpa bantuan orang lain. Aku dapat mencukupi
sandang pangan dan papan dengan harta bendaku."
Bagus Sajiwo boleh jadi mas ih muda re maja. Usianya baru
enam belas tahun, namun sejak kecil dia sudah diasuh di
bawah pendidikan seorang arif bijaksana seperti mendiang Ki
Ageng Mahendra. Seringkali dia mener ima wejangan-
wejangan yang membuka mata batinnya sehingga diapun
me miliki pandangan yang luas dan matang biarpun dia belum
me mpunyai pengalaman banyak tentang prikehidupan. Maka,
mendengar ucapan Maya DeWi yang mengagungkan harta
bendanya itu, dia sanggup me lihat kesalahannya dan
berusaha untuk melurus kan pandangan yang menyimpang
dari kebenaran itu.
"Sekali lagi aku harus mengatakan bahwa pendapatmu itu
keliru besar, Dewi. Manusia yang hidup di alam ra mai tidak
mungkin dapat hidup sendiri. Kalau ia ingin hidup wajar
sebagai manusia ia harus saling terkait dan saling bergantung
dengan orang-orang lain. Orang kaya raya tidak mungkin
hidup tanpa ketergantungan dengan orang miskin dan
demikian sebaliknya. Engkau me miliki harta benda, berarti
engkau orang kaya. Mampukah engkau hidup sendiri dengan
kekayaanmu tanpa bantuan orang miskin?"
"Mengapa tidak" Aku tidak me mbutuhkan bantuan
siapapun...." lalu cepat disambungnya, "....kecuali bantuanmu,
seorang sahabatku yang sejati!"
"Dewi, tadi engkau mengatakan bahwa engkau me mbutuhkan sandang pangan papan dan kau bilang bahwa
dengan hartamu engkau dapat me mertuhi kebutuhan itu
semua." "Tentu saja!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, sekarang kita bicara tentang sandang pangan saja.
Apa kau kira engkau dapat me makai pakaian, kalau tidak ada
orang lain yang menana m kapas, lalu menenun dan
me mbuatkan bahan pa kaian, bahkan lalu me njahitkan
untukmu?" "Aku bisa me mbeli dengan hartaku!"
"Itulah maka kukatakan bahwa orang kaya dan orang
miskin itu saling bergantung, si kaya me mbantu dengan
uangnya untuk me mbeli kain, si miskin me mbantu dengan
me mbuatkan dan men jual kainnya. Kalau tidak ada kerja sama
itu, bagaimana jadinya" Si kaya takkan dapat berpakaian, si
miskin tidak akan dapat menjual hasil kerajinan untuk
me mpero leh uang guna me mbe li barang keperluan lain!
Demikian pula dengan pangan. Bagaimana engkau akan dapat
makan nasi kalau tidak ada si miskin yang menggarap sawah
dan menana m padi" S i kebergantung kepada si mis kin, dalam
hal ini petani, untuk dapat makan dan tani juga bergantung
kepada si kaya untuk mendapatkan hasil guna me mbeli segala
kebutuhan hidupnya yang lain lagi. Juga papan atau
perumahan. Apakah dengan harta mu itu engkau a kan dapat
me mbangun rumah mu" Engkau me mbutuhkan bantuan si
miskin, buruh pertukangan dan merekapun me mbutuhkan
bayaran darimu. Kalian saling terkait, saling bergantung dan
tidak bisa hidup diri sendiri tanpa saling. bantu. Nah, Dewi,
engkau sekarang mudah-mudahan menyadari bahwa bukan
harta benda yang terpenting, melainkan sa ling menyayangi
antara manusia, saling bantu menjalin persatuan yang kokoh
kuat sehingga kita se mua dapat hidup bersatu dan me mbagi
kesejahteraan diantara kita. Manusia yang hidup saling
mengasihi, bersatu padu, dan bekerja sa ma de mi
kemakmuran dan kebahagiaan bersama, adalah bangsa yang
dikasihi Sang Hyang Widhi Wasa dan pasti menerima
berkahnya yang berlimpah-limpah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maya Dewi mendengarkan dan kini ia me mandang bengong
kepada pemuda re maja itu. Tiba-tiba ia tersenyum dan
berkata dengan nada suara heran dan gembira, "Eh, Tolol!
Bicara mu seperti seorang pendeta linuwih! Dari s iapa engkau
dapat mengetahui itu semua?"
"Sejak kecil aku mendengar kan pelajaran tentang
kehidupan ini dari mendiang guruku."
"Siapa dia?"
"Mendiang guruku adalah Ki Ageng Jalahendra."
"Aku tidak pernah mendengar na manya. Tentu dia seorang
yang arif bijaksana."
"Me mang, guruku adalah seorang yang arif bijaksana dan
aku berbahagia seka li menjadi muridnya."
"Bahagia" Apa itu" Bagaimana itu" Selama hidupku, aku
tidak pernah merasa bahagia!" kata Maya Dewi, nadanya
keceWa. "Aduh kasihan engkau, Dewi. Engkau ingin merasakan
bahagia" Ulurkan tanganmu untuk me mberi kasih sayang
kepada orang la in, dengan jalan menolong orang lain engkau
akan merasakan betapa bahagianya perasaan yang datang
dari perbuatan itu."
"Menolong orang lain" Bagaimana caranya?"
"Tanpa adanya kasih sayang dalam hatimu terhadap orang
lain, me mang tidak a kan ditemukan caranya. Akan tetapi kalau
ada kasih sayang itu, akan muncul seribu satu maca m cara.
Jelasnya begini, Dewi, kalau ada kasih sayang dalam hatimu
terhadap orang lain, maka segala yang kau lakukan, betapa
baikpun, akan selalu didorong oleh nafsu daya rendah yang
pada hakekatnya ingin mencari keuntungan diri send iri dalam
bentuk balas budi, pujian, kepuasan, dan sebagainya. Akan
tetapi kalau ada kasih sayang dalam hatimu, maka kasih
sayang itulah yang akan mendorongmu untuk menolong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesama hidupmu. Semua kelebihan pada diri kita merupakan
anugerah Sang Hyang Widhi, maka kasih sayang akan
mendorongmu untuk me nyalurkan anugerah itu kepada orang
lain yang me merlukannya. Dengan demikian engkau akan
menjad i alat atau abdi Sang Hyang Widhi. Kalau itu
merupakan anugerah harta, engkau dapat mengulurkan
tangan me mberi sebagian harta mu kepada mereka yang amat
me mbutuhkannya. Kalau anugerah kepandaian, engkau dapat
me mber i kepada mereka yang tidak pandai berupa
keterangan, nasihat dan sebagainya. Kalau engkau mendapat
anugerah ilmu pengobatan, engkau dapat member i ilmu itu
kepada mereka yang sakit dan me mbutuhkan obat yang
menye mbuhkan, dan seterusnya. Inilah yang merupakan
kewajiban man usia dala m hidupnya, Dewi."
"Maksudmu, kalau aku menolong orang lain, aku akan
berbahagia" Pantas selama ini aku tidak merasakan
kebahagiaan itu, karena aku tidak pernah menolong orang
lain." Bagus Sajiwo mengge leng kepalanya. "Bukan begitu, Dewi.
Kalau engkau meno long orang dengan pa mrih agar dapat
berbahagia, itu bukan pertolongan namanya, melainkan usaha
untuk me mbahag iakan diri sendiri dan engkau tidak akan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil, engkau menipu d iri sendiri. Ini masih u lah nafsu daya
rendah yang selalu melahirkan perbuatan untuk menyenangkan diri send iri. Akan tetapi, kalau kasih sayang
kepada sesama hidup sudah tu mbuh dalam hatimu, ini
merupakan anugerah Sang Hyang Widhi pa ling besar dan
paling se mpurna, maka semua perbuatanmu terhadap orang
lain itu terdorong rasa kasih itu, sehingga perbuatan itu pasti
baik dan benar, kepentingan diri sendiri hilang dan yang
dipentingkan hanyalah orang lain."
"Wah, engkau ini pantasnya menjadi pendeta, Tolol!" kata
Maya Dewi dan sepasang matanya berseri menatap wajah
Bagus Sajiwo. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k, Dewi. Pelajaran ini untuk se mua orang dari
golongan apapun, kaya miskin, pintar bodoh, berkedudukan
tinggi atau rendah. Bukan untuk dibicarakan saja, melainkan
lebih utama untuk dilaksanakan. Pendeta sekalipun, kalau
hanya menggembar-gemborkannya
tanpa dia sendiri me laksanakan dalam hidupnya, kalau hidupnya tanpa cinta
kasih kepada orang lain, maka percuma saja pengetahuan
itu." Maya Dewi mengangguk-angguk. "He mm, jadi engkau
me mbe la dan meno longku mati-mat ian ini, karena ada rasa
kasih sayang itu dalam hatimu terhadap aku, Tolol?"
Bagus Sajiwo mengangguk, lalu setelah me lihat sinar mata
wanita itu kepadanya, melanjutkan dengan cepat. "Kasih
sayang dalam hatiku ini untu k se mua orang, Dewi. Tidak pilih
kasih." Sepasang alis itu berkerut dan sinar mata Maya Dewi
kelihatan tak senang. "Kau hendak mengatakan bahwa
engkau mengasihiku seperti engkau mengasihi orang la in?"
Bagus Sajiwo mengangguk. "Me mang begitulah seharusnya. Engkau harus me miliki hati yang dapat mengasihi
semua orang tanpa pilihan, Dewi."
"He mm, aku tidak bisa, Tolol. Aku hanya bisa mencinta
orang yang menyenangkan hatiku dan kalau aku melihat
orang itu mencinta orang la in, hatiku men jadi panas dan
marah, aku benci!"
"Itu cinta nafsu daya rendah, Dewi. Bukan itu yang
kumaksudkan, melainkan cinta kasih anugerah Sang Hyang
Widhi." "Bagaimana caranya untuk dapat me miliki cinta kasih
seperti itu?"
"Tida k ada caranya, tidak dapat dipelajari, tidak dapat
diusahakan, datang memen uhi diri atas kehendak Sang Hyang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widhi. Satu-satunya kewajiban kita hanyalah menyerah
dengan sepenuh iman, kesabaran, keikhlasan dan ketawakalan, tiada hentinya berdoa semoga Hyang Widhi
Wasa sudi me mberi bimbingan dan me mberi kekuatan lahir
batin agar kita selalu dapat melaksanakan perintahNya dalam
kehidupan sehari-hari seperti yang dikehendakiNya dan
tertuang dalam kitab-kitab suci."
Semenjak percakapan itu, Maya Dewi lebih banyak dia m
termenung. Ia me mbayangkan kehidupannya yang lalu. Sejak
kecil ayahnya, mendiang Resi Koloyit mo, selalu mendorongnya
agar ia selalu mengejar harta, pangkat, derajat dan
kemenangan karena hanya se mua
itu yang dapat mendatangkan kesenangan dalam hidupnya. Kemudian,
setelah dewasa ia selalu mengejar kesenangan dan dalam
pengejaran ini, ia mengha lalkan segala cara. Semua gairah
nafsunya dituruti dan ia menjadi budak dari nafsu-nafsunya
sendiri yang pada akhirnya malah me mbuat ia merasa
hidupnya hampa, kehilangan, kesepian dan melihat betapa
semua itu palsu belaka. Mata batinnya seolah semakin terbuka
oleh kata-kata pemuda remaja itu, akan tetapi ah, betapa
sulitnya untuk melaksanakan semua nasihat yang diucapkan
Bagus Sajiwo. Pada keesokan harinya, Bagus sajiwo berkata, "Dewi,
sekarang tiba saatnya untuk mengobati hawa panas beracun
yang mengera m da la m tubuhmu. Biarpun hawa dingin
beracun Wisa Sarpa telah lenyap, namun anca man hawa
panas beracun Tapak Rudira itu tetap amat me mbahayakan
dirimu. Kalau hawa panas beracun itu telah lenyap, baru
engkau benar-benar terbebas dari ancaman ma ut. Bukankah
engkau pernah mengatakan bahwa disini terdapat tempat
yang hawanya amat dingin, cukup dingin sehingga airpun
akan me mbeku?"
"Me mang ada, Bagus. Tempat itu terdapat di puncak
Gunung Wilis yang berada tak jauh, di sebelah utara. Disana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasanya aku berlatih. Mari kita tinggalkan te mpat ini dan
berangkat kesana, Bagus."
Kedua orang itu lalu berangkat. Bagus Sajiwo me mbawa
peti terisi perhiasan, sedangkan Maya Dewi me mbawa
buntalan pakaian ber isi pa kaiannya dan sedikit pakaian Bagus
Sajiwo. Selama berada di Ruangan Inti Panas Bumi itu, Bagus
Sajiwo yang mencuci pakaian kotor mereka diluar terowongan
itu. Mereka berdua merangkak keluar dari lubang terowongan
dan tiba di luar dengan selamat, lalu melanjutkan perjalanan
menuju ke puncak Wilis.
Matahari telah condong ke barat ketika akhirnya mereka
tiba di puncak. Tempat yang dimaksudkan oleh Maya Dewi itu
me mang a mat dingin, akan tetapi juga indah sekali
pemandangannya.
Berdiri di puncak, mereka dapat melihat awan berarak di
bawah kaki mereka. Di puncak terdapat sebuah sumber air
yang me mbentuk sebuah kola m a ir yang cukup besar. Di
waktu siang, biarpun air itu tetap dingin sekali, namun tidak
sampai me mbe ku. Akan tetapi di waktu malam, air kola m itu
me mbe ku saking dinginnya hawa disitu.
Hawa dingin menya mbut mereka ketika mereka tiba dis itu.
Ada pohon-pohon besar disekitar kolam dan di bawah pohon
merupakan te mpat yang enak, ditu mbuhi rumput tebal.
Mereka segera memilih tempat yang agak kering dan setelah
me lepaskan peti dan buntalan, mereka duduk di atas akar
pohon yang menonjol ke per mukaan tanah.
Bagus Sajiwo me mandang ke sekeliling dan merasa kagum.
"Te mpat ini bagus sekali, Dewi. Dan hawanya cukup dingin.
Kurasa, di waktu malam kita dapat berlatih. Hawanya tentu
amat dingin. Seperti ketika berlatih di ruangan Int i Panas
Bumi, disini engkau dapat berlatih, menyerap hawa dingin dari
luar dan kubantu dengan pengerahan tenaga berhawa dingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengge mpur hawa panas beracun yang berada di
tubuhmu. Mala m nanti, kalau hawa dingin sudah mencapai
titik be ku, kita mula i."
Maya Dewi hanya mengangguk. Sebetulnya, dalam hatinya
ia merasa nelangsa. Ia sudah kehilangan Aji Wisa Sarpa, dan
kini ia a kan kehilangan pula Aji Tapak Rudira. Kalau ia
kehilangan dua aji pa mungkasnya itu, ia merasa tidak
berdaya. Akan tetapi tidak ada pilihan lain. Pertandingannya
me lawan Jaka Bintara dan Kyai Gagak Mudra me mbuat ia
terluka parah, terpukul oleh kedua ajinya sendiri yang
me mba lik sehingga tubuhnya keracunan dua hawa yang
berbeda. Terpaksa ia harus merelakan kehilangan dua aji
pamungkas itu. Pula, bukankah kedua aji itu merupakan ilmu
sesat menurut Bagus Sajiwo" Dan kesesatan pula yang
me mbuat ia kini merana, merasa hidupnya ha mpa dan tidak
bahagia! Mala m tiba. Hawa dingin mulai menyelubungi puncak itu.
Hawa dingin yang mene mbus kulit daging menusuk tuiang.
Darah dalam tubuh serasa me mbeku, seperti air di kola m yang
mulai me mbeku.
"Sekarang waktunya, Dewi. Mari kita berlatih." kata Bagus
Sajiwo. Maya Dewi lalu duduk di tepi kola m, bersila di atas batu
yang rata. Bagus Sajiwo duduk di belakangnya lalu
mene mpe lkan telapak tangan kirinya ke punggung wanita itu.
Maya Dewi bernapas dalam-dalam, menyedot hawa dingin
yang langsung ditarik ke pusarnya, sementara itu Bagus
Sajiwo mengerahkan tenaga sakti yang mengandung hawa
dingin untuk me mbantu Maya Dewi. Hawa dingin yang
disatukan itu untuk mengge mpur hawa panas beracun dari Aji
Tapak Rudira yang melukai tubuh sebelah dalam dari Maya
Dewi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Maya Dewi mulai menggigil. Hawa dingin yang
dipersatukan itu me mbuat darahnya seolah me mbeku. Giginyi
mulai berbunyi saling beradu. Ia mula gelisah dan merintih.
Bagus Sajiwo yang sudah me mpers iapkan segalanya,
menga mbil kain yang tadi dia keluarkan dari buntalan dan
ditu mpuk di de kat mereka duduk, lalu menga mbilnya dan
diselimutkan pada tubuh Maya Dewi.
Akan tetapi, kehangatan kain itu hanya menolong sedikit
dan sebentar saja. Tak lama kemudian, Maya Dewi mulai
menggigil lagi dan merintih, giginya berkeratukan. Lalu ia
menggeser tubuhnya, me mbalik dan menghadapi Bagus
Sajiwo. "Bagus.... tolonglah aku.... peluklah aku...." Maya Dewi
tidak tahan lag i, tubuhnya sema kin menggigil.
"Kuatkanlah, Dewi, pertahankanlah ..." bisik Bagus Sajiwo.
Akan tetapi tiba-tiba Maya Dewi sudah merangkul leher
Bagus Sajiwo dan merebahkan kepalanya di dada pe muda itu,
duduk di atas pangkuannya.
Bagus Sajiwo terpaksa merangkulnya agar dapat terus
mene mpe lkan tangan kirinya ke punggung Maya Dewi.
Agaknya kehangatan tubuh Bagus Sajiwo agak menolongnya,
atau mungkin ia me mperoleh kekuatan baru dalam rangkulan
pemuda itu. Maya Dewi agak tenang dan mereka berangkulan
seperti itu sepanjang ma la m.
Maya Dewi merasa a man, terlindung, dan tenang dan ini
banyak me mbantu pender itaannya karena hawa yang amat
dingin. Sementara itu, karena seluruh perhatiannya hanya
ditujukan untuk mengobati dan menyelamatkan Maya Dewi,
maka biar-pun kedua orang itu tampa knya berangkulan
mesra, namun sedikitpun tidak ada gejolak nafsu berahi
mengganggu keduanya. Semua terjadi dengan wajar, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang mencari perlindungan, yang lain melindungi. Tidak
ada gejolak nafsu daya rendah menyelinap diantara keduanya.
- ooOdOwOoo - Wiku Menak Jelangger adalah seorang pendeta berusia
sekitar enam puluh tahun, tinggal di sebuah padepokan di
daerah Bla mbangan. Dia me mbangun sebuah padepo kan di
tepi Selat Ba li dan menjad i seorang pertapa dis itu.
Dia me miliki dua orang cantrik, yang mene maninya dan
tinggal dalam padepo kan itu sebagai murid-murid dan juga
pelayan-pelayannya. Kedua orang cantrik ini berusia kurang
lebih tiga puluh tahun, bernama Darun yang bertubuh pendek
gendut dan Dayun yang bertubuh tinggi kurus.
Pada suatu pagi, setelah Darun dan Dayun menyelesaikan
pekerjaan pagi mereka, menyapu pekarangan, menyirami
tanam-tanaman sayur dan po hon-pohon buah, me mbersihkan
rumah, melayani sang wiku sarapan pagi, mereka lalu duduk
di pekarangan rumah itu, bersila di atas hamparan tikar
menghadap sang wiku yang duduk bers ila di atas sebuah
Kisah Bangsa Petualang 6 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Jodoh Si Mata Keranjang 1
^