Pencarian

Bagus Sajiwo 3

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


lincak (bangku).
Seperti biasa, sang wiku me mberi wejangan-wejangan
kepada dua orang cantriknya. Mereka berdua bukan hanya
menerima wejangan ilmu tentang hidup yang benar, akan
tetapi juga mener ima latihan ilmu kanuragan yang pada
dasarnya diperuntukkan menjaga kesehatan dan juga
menjaga keselamatan diri dari ancaman luar.
Mereka bertiga duduk berbincang-bincang, sang guru
me mber i wejangan dan dua orang cantr iknya mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang bagi mereka
masih kurang jelas. Sambil berbincang mere ka sengaja duduk
di tempat yang terbuka itu sehingga sinar matahari pagi yang
hangat me mandikan tubuh mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba W iku Menak Jelangger menghentikan percakapan
itu dan me mandang ke arah belakang dua orang cantriknya,
yaitu ke arah pagar halaman depan dengan sinar mata heran.
Dua orang cantrik itupun cepat me mutar leher mereka dan
mereka berdua melihat bahwa yang membuat guru mereka
heran adalah munculnya dua orang diha la man itu.
Mereka adalah seorang pria dan seorang wanita.
Prianya berusia sekitar empat puluh dua tahun, bertubuh
tinggi tegap dan kokoh. Wajahnya gagah, dengan mata lebar
bersemangat, alis tebal hidung mancung dan mulutnya selalu
dihias senyum penuh pengertian. Kulitnya kuning dan
rambutnya panjang digelung ke atas. Adapun yang wanita
juga seorang yang cantik jelita. Usianya sekitar tiga puluh
delapan tahun. Yang membuat ia tampak cantik itu terutama
mata dan mulutnya karena kedua anggauta badan ini amat
menarik dan indah, akan tetapi pada wajahnya yang ayu
man is itu terbayang kekerasan hati. Dipunggung wanita cantik
ini tergantung sebatang pedang yang sarungnya diukir
gambar seekor naga.
Sang Wiku Menak Jelangger tidak mengenal pria dan
wanita itu, namun sebagai seorang berilmu dia dapat
menduga bahwa dua orang pendatang itu bukan penduduk
dusun, bukan pula orang-orang biasa, melainkan orang-orang
yang datang dari jauh dan yang me miliki ilmu kepandaian
tinggi. Dari langkah mereka yang begitu tegap na mun ringan saja
tahulah dia bahwa mereka me miliki tenaga sakti yang amat
kuat. Maka dengan sikap ramah dan hormat dia bangkit dari
lincak dan berdiri menyambut.
Darun dan Dayun juga tahu diri. Mereka segera bangkit dan
mundur, berdiri agak jauh di belakang sang wiku sa mbil
me mbungkuk untuk menghormati dua orang yang kini datang
mengha mpiri pondok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tejo-tejo sulaksana! Selamat datang di padepokan kami
yang buruk dan kotor. Siapakah gerangan andika berdua yang
terhormat dan apakah kiranya yang dapat kami bantu
sehingga andika berdua men gunjungi kami?"
Melihat sikap dan mendengar sapaan yang penuh
kele mbutan dan hormat itu, pria itu me mbalas penghormatan
dengan menyembah depan dada lalu me mbungkuk, diturut
oleh wanita disebelahnya.
"Permisi, paman wiku. Maafkanlah kiranya kalau kami
datang mengganggu keheningan dan ketenteraman andika.
Saya bernama Ki Tejomanik, penduduk dusun Bayeman di
lereng Gunung Kawi, dan ini adalah isteri saya bernama Retno
Susilo." "Jagat Dewa Bathara! Saya pernah mendengar a kan na ma
besar Ki Sutejo dan isterinya yang bernama Retno Susilo,
suami isteri tokoh Matara m yang sakti mandraguna. Andika
berduakah itu?"
Ki Tejomanik yang di waktu muda terkenal dengan na ma
Sutejo itu mengangguk dan tersenyum. "Benar, paman, akan
tetapi kami berdua tidaklah sehebat yang dikabarkan orang."
"Ah, Darun dan Dayun, kita kedatangan tamu agung!
Cepat, sediakan minuma n dan Nyamikan (ma kanan) seadanya
untuk menya mbut ta mu-tamu kita!"
"Sendiko dawuh, Bapa Wiku!" Jawab dua orang cantrik itu
dengan suara berbareng dan mereka lalu cepat me masu ki
pondok. "Ah, tidak usah repot, paman. Kami hanya merepotkan
saja!" kata Retno Susilo.
"Sa ma sekali tidak. Marilah, anak mas berdua, silakan
masu k dan kita bicarakan tentang kepentingan andika berdua
datang berkunjung, agar lebih leluasa kita bicara. Silakan!"
Wiku Menak Jelangger me mpersilakan dua orang ta munya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk di ruangan depan yang mendapat cukup s inar matahari
pagi melalui dua buah jendela d i sebelah t imur ruangan yang
terbuka lebar-lebar sehingga ruangan itu cukup terang dan
hawa udara pagi yang sejuk menga lir masu k berlimpah-
limpah. Mereka duduk mengelilingi sebuah meja yang terbuat dari
kayu jati, meja dengan ukiran indah dengan e mpat kurs inya
yang terukir indah pula.
Pasangan meja kurs i ini merupakan hadiah dari Adipati
Bla mbangan karena biarpun Wiku Menak Jelangger tidak
pernah menca mpuri urusan pe merintahan, bahkan tidak ikut
me mbantu kalau kadipaten Bla mbangan berperang melawan
musuhnya, namun sang wiku tetap dihor mati sang ad ipati.
Pertama karena Wiku Menak Jelangger menurunkan beberapa
ilmunya kepada banyak senopati Blambangan dan juga karena
kakak seperguruannya, mendiang W iku Menak Koncar
merupakan orang kepercayaan Sang Adipati Bla mbangan.
Darun dan Dayun menghidangkan minuman air teh panas
dan jagung rebus, dan dengan ramah dan manis budi sang
wiku me mpersilakan kedua orang tamunya untuk men ikmati
jagung muda rebus yang masih mengepul panas itu dan
minum air tehnya.
Ki Tejoman ik dan isterinya menyambut ajakan ini dan
mereka berdua ma kan jagung rebus dan minum a ir teh.
Setelah mere ka berhenti ma kan, sang wiku lalu bertanya.
"Nah, sekarang harap anak mas suka menceritakan, apa
yang mendorong andika berdua me ngunjungi a ku, seorang
tua yang tidak me mpunyai urusan apapun dengan dunia
ramai" Bantuan apa yang dapat kuberikan kepada andika
berdua?" Suami isteri itu saling pandang dan karena hubungan
mereka sebagai sua mi isteri sudah berjalan ha mpir dua puluh
tahun, maka mereka saling mengena l secara mendalam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan dari pandang mata saja mereka seo lah dapat
mengetahui is i hati dan pikiran masing-masing.
Kedua orang suami isteri ini merasa heran. Setahu mereka,
dari cerita para pendekar yang me mbela Mataram, Wiku
Menak Koncar yang menjadi tokoh besar Bla mbangan adalah
seorang yang berwatak kejam, bahkan tidak segan untuk
bersekutu dengan piha k Kumpeni Belanda untuk me musuhi
Mataram. Juga mereka mendengar bahwa Wiku Menak Koncar
tewas ketika bertanding me lawan Sang Puteri Wandansari
yang telah menjad i isteri Pangeran Pekik, Adipati Surabaya
yang sakti mandraguna dan yang masih terhitung ad ik
seperguruan Ki Tejomanik sendiri. Mereka berdua lah yang
langsung menerima masing-mas ing ilmu yang hebat yang
merupakan aji pamungkas dari me ndiang Resi Limut Manik.
Sang Puteri Wandansari me nerima ilmu pedang Kartika
Sakti, sedangkan Ki Tejomanik yang dulu berna ma Sutejo
menerima ilmu pecut Bajrakirana. Akan tetapi, Wiku Menak
Jelangger ini, yang kabarnya adalah adik seperguruan
mendiang Wiku Menak Koncar, sama sekali tidak me mbayangkan s ikap seorang yang sesat dan jahat. Malah
sebaliknya, dia tampak begitu bijaksana, man is budi dan
menya mbut orang-orang yang lebih muda seperti mereka
dengan begitu ramah dan hormat! Karena ini, maka Ki
Tejomanik dan isterinya bersikap hati-hati dan juga penuh
hormat. Retno Susilo me mhiarkan suaminya yang bicara, karena ia
khawatir sikapnya yang terbuka sehingga terkadang kasar itu
akan menyinggung perasaan sang wiku.
"Sekali lagi kami berdua mohon maaf sekiranya kunjungan
kami tanpa undangan ini mengganggu dan merepotkan
paman wiku. Terus terang saja, kedatangan kami ini untuk
mohon pertolongan dari pa man karena kiranya hanya andika
yang dapat menolong ka mi, pa man wiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, bahagia sekali kalau aku merupakan satu-satunya
orang yang dapat menolong andika berdua dan tentu saja aku
bersedia untuk me lakukan apa yang andika butuhkan. Nah,
katakan, pertolongan apakah yang andika maksudkan itu?"
"Begini, paman wiku. Kami berdua jauh-jauh datang dari
tempat tinggal kami di lereng Gunung Kawi untuk mencari
keterangan perihal d iri Sang Wiku Menak Koncar. Kami sudah
berkeliling di Bla mbangan, akan tetapi tidak ada seorangpun
yang dapat menceritakan apa yang ingin kami ketahui tentang
Wiku Menak Koncar. Akhirnya kami mendengar bahwa andika
adalah saudara seperguruan Wiku Menak Koncar. Karena itu
kami yakin bahwa andika adalah satu-satunya orang yang
akan dapat menceritakan masalah yang ingin kami ketahui
tentang Wiku Menak Koncar."
Ki Tejoman ik tidak berani langsung
menceritakan persoalannya, karena dia ingin menjajagi (men gukur) lebih
dulu s ikap sang wiku.
Wiku Menak Jelangger menghela napas panjang. "Andika
agaknya terlambat, Anak mas Tejomanik. Kakang Menak
Koncar telah meninggal dunia, sekitar dua tiga tahun yang
lalu." "Ka mi sudah mengetahui, paman. Akan tetapi yang ingin
kami ketahui tentang diri Sang W iku Menak Koncar adalah
pada waktu kurang leb ih sepu luh tahun yang lalu."
Wiku Menak Jelangger ta mpak termenung, lalu menatap
wajah Ki Tejomanik dengan pandang mata taja m penuh
selidik, lalu dia bertanya. "Sepuluh tahun yang lalu" Apa yang
ingin andika ketahui tentang dia sepuluh tahun yang lalu, anak
mas" Apa yang telah terjadi?"
Wiku Menak Jelangger Kembali saling pandang dengan
Retno Susilo. Mereka berdua me mang merasa sungkan
mencer itakan tentang kejahatan mendiang Wiku Menak
Koncar kepada adik seperguruannya yang manis budi ini. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi sudah sepuluh tahun suami isteri ini merantau sa mpai
jauh, bukan hanya untuk ikut berjuang me mbantu Mataram,
me lainkan teruta ma sekali untuk me ncari putera mereka yang
hilang diculik Wiku Menak Koncar.
Kurang lebih dua tahun yang lalu, mereka mendengar
pengakuan Kyai Sidhi Kawasa bahwa yang menculik putera
mereka dan me mbawa lar i pedang Nogo Wilis adalah W iku
Menak Koncar dan Kyai Sidhi Kawasa me mbantunya. Setelah
berhasil, Wiku Menak Koncar me mbawa pergi Bagus Sajiwo,
putera ki Tejoman ik dan Retno Susilo itu, sedangkan pedang
pusaka itu diberikan kepada Sang Kyai Sidhi Kawasa.
Sebelum Kyai Sidhi Kawasa tewas membunuh diri karena
kalah dalam perte mpuran antara pasukan Kumpeni Belanda
me lawan Pasukan Mataram, dimana dia me mbantu Belanda,
dia me mbuat pengakuan itu kepada Ki Tejomanik dan
isterinya. Setelah perang berhenti karena balatentara Mataram gagal
dalam penyerbuannya ke Batavia, suami isteri itu lalu mulai
mencari keterangan tentang Wiku Menak Koncar, tentu saja
ke Bla mbangan, tempat asal sang wiku yang menculik putera
mereka itu. Melihat sua mi isteri itu tampa k ragu dan sungkan
menjawab pertanyaan tadi, Wiku Menak Jelangger ber kata,
"Anak mas Tejomanik, tampaknya andika berdua ragu dan
sungkan. Ceritakan saja apa yang terjadi, jangan sungkan
karena akupun sudah mengetahui bahwa semasa hidupnya,
Kakang Wiku Menak Koncar telah tersesat, langkah-langkah
hidupnya menyimpang dari kebenaran. Aku dapat menduga
bahwa tentu timbul per masalahan dan per musuhan antara
andika berdua dan dia."
Mendengar ucapan itu, timbul keberanian di dalam hati
Tejomanik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelumnya
maafkan kami, pa man wiku. Sesungguhnyalah, me mang mendiang Wiku Menak Koncar
me musuhi kami khususnya dan Mataram pada umumnya.
Saudara-saudaranya, Ki Klabangkolo tewas dalam tangan
mendiang ayah saya, Ki Harjodento ketua perkumpulan
persilatan Nogo-dento. Biarpun ke mudian dia dapat me mba las
dendam dan me mbunuh ayah ibu saya, namun denda mnya
masih bernyala. dalam hatinya. Apalagi ketika saudaranya
yang lain, Resi Wisangkolo tewas di tangan Gusti Puteri
Wandansari, dia semakin mendenda m. Nah, agaknya semua
rasa dendam itu hendak dia tu mpahkan kepada kami karena
pertama, mungkin saya adalah putera musuh besarnya,
kedua, saya adalah saudara seperguruan Gusti Puteri
Wandansari, dan ke tiga saya adalah seorang kawula Mataram
yang setia dan selalu me mbantu Mataram menghadapi para
lawannya. Maka, pada suatu hari, kurang lebih sepu luh tahun
yang lalu, Wiku Menak Koncar yang dibantu oleh mendiang
Kyai Sidhi Kawasa, mendatangi tempat tinggal kami di Gunung
Kawi. Mereka berdua menculik puteraku yang berna ma Bagus
Sajiwo dan mencuri pedang pusaka Nogo Wilis se lagi kami
tidak berada di rumah. Kyai Sidhi Kawasa mendapat bagian
pedang pusaka itu dan ana k kami dibawa pergi oleh W iku


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menak Koncar. Tadinya kami tidak tahu siapa yang menculik
putera kami dan kami mencari bertahun-tahun dengan sia-sia.
Akhirnya, dua tahun yang lalu kami mene mukan pedang
pusaka Nogo W ilis dan tahu bahwa Kyai Sidhi Kawasa yang
mencurinya. Kami men carinya dan setelah bertemu dalam
sebuah pertempuran dimana Kyai Sidhi Kawasa me mbantu
Belanda, sebelum tewas me mbunuh diri, dia menga kui se mua
itu. Dialah yang menceritakan bahwa Wiku Menak Koncar
yang melarikan anak kami. Akan tetapi kami sudah mendengar
bahwa dia telah tewas di tangan Gusti Puteri Wandansari.
Karena itulah kami mencari sa mpai disini dan mengharapkan
keterangan paman tentang anak kami Bagus Sajiwo yang
dilarikannya itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman W iku, saya percaya bahwa andika tentu cukup
bijaksana untuk mengetahui betapa sakitnya hati seorang ibu
yang dipisahkan dari anak tungga lnya. Karena itu, saya mohon
andika suka me mberi keterangan kepada kami!" kata Retno
Susilo dengan suara yang menggetarkan penuh perasaan
harap-harap cemas dan haru.
Mendengar penjelasan yang panjang dari Ki Tejoman ik dan
mendengar per mohonan dari Retno Susilo, Wiku Menak
Jelangger menghela napas panjang.
"Duh Jagat Dewa Bathara, mengapa andika me mbuat
karma yang demikian buruknya, Kakang Menak Koncar" Anak-
mas Tejoman ik berdua, sebetulnya tidak pantaslah kalau aku
me mbicarakan keburukan kakak seperguruan send iri. Anak-
mas, jawablah sejujurnya, apakah andika berdua masih
menaruh hati denda m kepadanya?"
"Sa ma sekali tidak, paman. Kami diajar untuk tidak
me mbenci orangnya, melainkan menentang perbuatan jahat
dari siapapun juga. Wiku Menak Koncar sudah tiada, kami
tidak mendenda m, akan tetapi kami hanya berusaha untuk
mene mukan kembali anak tunggal kami."
Wiku Menak Jelangger mengangguk-angguk dan mulutnya
tersenyum. "Bagus, Andaikata tadi andika menjawab bahwa andika
masih mendenda m, sampai matipun aku tidak akan mau
bercerita tentang mendiang kakang Wiku Menak Koncar. Akan
tetapi demi untuk me mbantu kalian mene mukan kemba li
putera kalian, aku akan mencer itakan apa yang kuketahui."
"Terima kasih, paman wiku!" kata suami isteri itu.
"Sepuluh tahun yang lalu, Kakang Wiku Menak Koncar
mengunjungi a ku dengan wajah murung. Dia sedang jengkel
dan marah dan setelah kutanyakan, dia bercerita terus terang
bahwa dia telah berhasil menculik putera kalian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau diapakan anak saya dan kemana anakku dibawanya,
paman?" Retno Susilo me motong dengan t idak sabar.
"Tenang dan sabarlah, diajeng. Biar paman wiku
me lanjutkan ceritanya." Ki Tejoman ik menyentuh lengan
isterinya. "Dia ber maksud mendidik anak itu agar kelak kalau sudah
dewasa dan tangguh dapat disuruh me musuhi andika berdua."
"Ahh, keparat!" Retno Susilo berseru.
"Tenang, diajeng!" Ki Tejoman ik kini enegur isterinya,
khawatir bahwa watak yang dulu liar dan keras ganas dari
isterinya itu akan ka mbuh ke mba li saking ce mas dan dukanya
me mikirkan anak tungga l mereka.
"Untung bahwa hal itu tidak terjadi. Dia menceritakan
bahwa ketika dia me mbawa anak itu sa mpai di kaki
pegunungan Ijen, muncul seorang kakek yang sakti
mandraguna. Kake k itu mera mpas anak andika dari tangan
Kakang Wiku Menak Koncar. Setelah dikalah kan dalam
pertandingan, Kakang W iku
Menak Koncar terpaksa
men inggalkan anak dan kakek tua itu. Dia masih penasaran
dan bahkan mengajak a ku untuk me mbantunya menghadapi
kakek itu dan mera mpas kembali anak andika, akan tetapi
setelah mendengar siapa kake k itu aku menasehatkan dia
agar jangan melawan kake k yang aku tahu amat sakti
mandra-guna dan ka mi sama sekali bukan tandingannya itu."
"Jadi, kalau begitu, anak saya kini berada pada kakek itu,
paman?" tanya Retno Susilo.
Wiku Menak Jelangger mengangguk-angguk.
"Paman wiku, siapakah nama kakek yang mera mpas anak
kami dari tangan Wiku Menak Koncar itu?" tanya Ki Tejo
man ik. "Na manya adalah Ki Ageng Mahendra."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya Allah....!" Mendengar disebutnya nama ini, Ki
Tejomanik merang kap kedua tangan dalam sembah dan
me meja mkan kedua matanya. "Terima kasih, gusti, hamba
yakin kini bahwa putera hamba berada dalam tangan yang
me lindunginya." katanya lirih seperti berdoa.
Retno Susilo mengguncang lengan sua minya. "Siapa itu Ki
Ageng Mahendra" Apa engkau mengenalnya" Aku tidak
pernah mendengar nama itu sebelumnya!"
"Me mang na ma itu tidak pernah muncul di dunia rama i.
Akupun hanya mendengarnya satu kali saja ketika mendiang
eyang guru menyebutnya. Eyang Ki Ageng Mahendra adalah
adik seperguruan Eyang Guru Limut Manik." kata Ki
Tejomanik. Wiku Menak Jelangger ta mpak terkejut mendengar ucapan
Ki Tejoman ik dan me mandang wajah satria itu dengan mata
terbuka lebar. "Jadi andika ini murid Paman Resi Limut Manik" Jagat Dewa
Bathara! Aduh Kakang Menak Koncar, mengapa andika begitu
bodoh untuk me musuhi orang-orang seperti mereka ini" Tidak
mengheran kan kalau engkau dan teman-teman mu berguguran
...." "Paman W iku, kemanakah anak kami dibawa oleh Ki Ageng
Mahendra itu" Dimana tempat tinggalnya?" tanya Retno Susilo
yang juga sudah merasa tenang mendengar anaknya berada
di tangan orang sa kti yang me lindunginya.
Wiku Menak Jelangger menggeleng kepalanya. "Aku tidak
tahu, juga mendiang Kakang Menak Koncar tidak tahu. Yang
dia tahu hanyalah bahwa dia bertemu Ki Ageng Mahendra itu
di kaki pegunungan Ijen. Nah, hanya itulah yang kuketahui
dari Kakang Menak Koncar tentang putera andika berdua,
Anak mas Tejo man ik."
"Terima kasih banyak, paman. Keterangan pa man W iku ini
sungguh tera mat berharga dan penting, selain dapat me mbuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami berdua merasa tenang dan bahagia mendengar anak
kami berada di tangan yang melindunginya, juga kami dapat
mene mukan jejak untuk mencari anak kami itu. Terima kasih
dan ka mi mohon pa mit, Pa man Wiku Menak Jelangger."
"Berterima kasihlah kepada Yang Maha Kasih, bukan
kepadaku, anak mas. Kalau andika berdua
hendak me lanjutkan usaha pencar ian itu dan pergi sekarang, selamat
jalan dan semoga andika dapat segera berkumpul kemba li
dengan anak tunggal andika."
"Terima kasih, paman." kata suami isteri itu lalu mereka
men inggalkan padepokan Wiku Menak Jelangger.
- oOdwOo - Pemuda dusun yang bertubuh tinggi tegap itu terhuyung-
huyung menuruni lereng pegunungan Wilis. Keringatnya
bercucuran dan mukanya yang bagi ukuran pedusunan dapat
dikata tampan itu pucat pasi.
Baru saja dia terhindar dari maut yang mengerikan. Ketika
dia sedang berburu celeng (babi hutan) d i hutan yang berada
di lereng Wilis itu, dia me lihat seekor celeng jantan besar
diantara semak belukar. Cepat dia menggunakan busur dan
anak panah, menyerang celeng itu.
Akan tetapi anak panahnya meleset ketika mengenai
punggung celeng yang berkulit tebal. Celeng itu agaknya
menjad i marah dan berlari ke arahnya sambil menundukkan
kepala dan siap untuk menyerangnya dengan moncong yang
dipersenjatai taring yang panjang runcing dan kuat itu!
Jayeng, demikian na ma pe muda dusun itu, adalah seorang
pemburu yang sudah berpengalaman. Usianya sekitar dua
puluh lima tahun dan sudah lima tahun lebih dia me mpunyai
pekerjaan berburu binatang hutan, terutama celeng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini, melihat celeng itu menyerangnya, dia tahu bahwa
betapa besar bahayanya kalau binatang itu s udah marah. Dia
cepat melarikan diri dan dengan jalan berputaran dari pohon
ke pohon, dia dapat menghindarkan diri dar i sergapan celeng
itu yang kalau sudah berlari kencang, sukar untuk membe lok
apa lagi berputar, maka diper mainkan oleh Jayeng dengan
cara berputar-putaran diantara pohon-pohon, dia tidak
berdaya. Akhirnya Jayeng dapat keluar dari hutan itu. Dia lalu
me lanjutkan perjalanannya berburu. Agaknya dia sedang sial
karena sehari penuh dia t idak lagi mene mukan binatang
buruan yang memada i. Dia berjalan terus ke timur dan pada
keesokan harinya, tibalah dia di daerah pegunungan sekitar
Wilis. Tanpa setahunya, dia tiba di kaki Bukit Keluwung.
Daerah baru ini menarik hatinya. Siapa tahu, bukit yang
dari bawah tampak dipenuhi hutan belukar itu me mpunyai
banyak binatang buruan. Dia mulai mendaki.
Akan tetapi setibanya di dekat puncak, dia terkejut sekali
me lihat kobaran api di puncak bukit itu. Ada keba karan.
Dia tidak tahu apa yang menyebabkan kebakaran itu. Dia
terus mendaki, mendekat. Dan dia berse mbunyi me ngintai
dengan mata terbelalak keheranan. Dia melihat seorang
wanita cantik je lita berpakaian serba put ih, menangis sa mbil
menga muk dengan sebuah kebutan berbulu putih.
Sebuah pondok yang mungil dan indah sedang dimakan api
berkobar dan wanita itu menggunakan kebutannya untuk
menghancurkan apa saja yang berada di depannya. Bukan
saja bagian rumah yang sedang terbakar itu, juga pohon-
pohon, batu-batu, bertumbangan dan remuk dihantam bulu
kebutannya yang mengeluarkan suara meledak-ledak. Dan
wanita cantik itu menga muk seperti kesetanan sambil
menang is terisak-isak!
-oo0dw0oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 05 JAYENG menjadi ketakutan. Tentu dia sedang me lihat
setan! Manusia mana, apa lagi kalau dia wanita, yang ma mpu
menumbangkan pohon-pohon besar, mere mukkan batu-batu
besar, hanya dengan sabetan sebuah kebutan. Dan wanita itu
menang is seperti seorang yang miring otaknya! Jayeng
merasa bulu tengkuknya mere mang. Dia bergidik ngeri. Pasti
dia tengah melihat iblis betina di senja hari itu. Dia lalu
me mba likkan tubuhnya dan melarikan diri!
Wanita yang dilihat Jayeng itu bukan lain adalah Candra
Dewi yang sedang menga muk karena ia tidak ma mpu
mendapatkan Maya Dewi dan Bagus Sajiwo yang dikejarnya,
la kehilangan mereka di terowongan karena terhalang sebuah
pintu baja yang kokoh kuat. Karena tidak dapat me mbuka
pintu itu, ia lalu menjadi marah dan me mpergunakan aji
pukulan yang sakti untuk mengge mpur pintu baja. Begitu
pintu itu didobraknya dengan kekuatan dahsyat, tiba-tiba
terdengar suara gemuruh dan batu-batu di dekat pintu
berjatuhan. Nyi Candra Dewi cepat me mpergunakan ilmu
mer ingankan tub uh, berkelebat keluar terowongan sa mbil
me mutar kebutannya di atas kepala. Untung ia melakukan ini
karena kalau tidak, ia pasti a kan tertimpa batu-batu dan akan
tewas tertimbun batu. Kebutan yang diputar di atas kepala itu
me lindunginya karena dapat menangkis batu-batu yang
men impanya, dan kedua kakinya seperti melayang ketika ia
me lompat keluar. Akhirnya ia dapat keluar dari terowongan
dengan selamat meskipun ada beberapa potong batu sempat
mengenai pundaknya na mun tidak me ngakibatkan luka parah.
Ia menganggap bahwa Maya Dewi dan Bagus Sajiwo pasti
sudah terkubur dalam terowongan itu. Teringat akan ini tiba-
tiba ia menang is, menangis terisak-isak.
"Dia harus menjad i sua miku, untuk menebus aib ini! Aku
telah ternoda.... dan hanya kalau dia menjadi sua miku dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghapus noda dan aib ini.... hu-hu-huuh.... Bagus
Sajiwo....!"
Teringat bahwa satu-satunya laki-laki yang pernah
menja mahnya dan yang dapat me mbersihkannya dari aib itu
kini telah mati terkubur di dalam puncak bukit, ia lalu
mengha mpiri batu besar di depan guha terowongan,
mengerahkan tenaga pada jari telunjuknya dan dengan
telunjuknya seolah menjad i sekuat baja itu ia mengukir tulisan
di atas batu yang berbuyi :
KUBURAN MAYA DEWI DAN BAGUS SAJIWO.
Setelah itu, kemarahannya tiba-tiba bangkit lagi, mengingat
betapa laki-la ki yang seharusnya menjadi sua minya itu kini
mati bersa ma Maya Dewi! Timbul rasa cemburu yang besar
dan dengan marah ia lalu me mbakar pondok te mpat tinggal
Maya Dewi dan menga muk dengan kebutannya, menghancurkan segala yang berada di depannya!
Biarpun cuaca sudah mulai gelap, penglihatan Candra Dewi
yang amat tajam terlatih itu dapat melihat berkelebatnya
bayangan orang yang melarikan diri turun dari daerah puncak.
Ia tidak tahu siapa orang yang melarikan diri itu, akan tetapi
ia dapat tahu bahwa orang itu adalah laki-laki. Amarahnya
semakin ber kobar.
"Berhenti! Engkau harus mati!" bentaknya dan Candra Dewi
me lompat dan mengejar.
Mendengar bentakan nyaring suara wanita itu, tentu saja
Jayeng menjadi semakin ketakutan. Dengan hati merasa ngeri
dia lari secepat mungkin menuruni puncak. Apa lagi ketika
mulai terdengar suara ledakan-ledakan kebutan yang
menger ikan itu, disusul tu mbangnya pohon-pohon yang
dilanda sabetan ujung kebutan. Seluruh tubuhnya menggigil,


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

giginya bergeratukan dan dia tahu benar bahwa bahaya maut
telah mengha mpirinya. Kalau sampa i dia dapat dikejar, tentu
dia akan mat i oleh iblis betina yang mengerikan itu. Jayeng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mpercepat lar inya dan ada satu keuntungan baginya. Biar-
pun tentu saja larinya jauh kalah cepat dibandingkan Candra
Dewi yang men gejarnya, namun dia menang pengalaman.
Bertahun-tahun dia menjelajahi hutan-hutan sehingga dia
mengenal betul hutan-hutan yang liar dan lebat. Berbeda
dengan Candra Dewi yang sama sekali asing dengan daerah
penuh hutan-hutan lebat itu sehingga beberapa kali wanita ini
bertemu jalan buntu dan terpaksa menggunakan kebutannya
untuk menumbangkan pohon-pohon yang me nghalanginya.
Setelah keadaan terpepet benar dan maklum bahwa kalau
dia sudah tiba di luar hutan, di tempat terbuka pasti dia akan
tersusul dan tak dapat dihindarkan lagi, dia tentu akan
terbunuh oleh iblis betina itu! Tiba-tiba di sebelah kirinya dia
me lihat sebuah jurang yang a mat curam. Inilah penolongku,
kata hatinya dan cepat dia me masuki jurang itu dengan cara
bergayutan pada akar-akar pohon dan batu-batu gunung. Dia
sudah terbiasa melakukan ini kalau men gejar buruannya,
maka dia tidak merasa ngeri dan dapat turun sa mpai cukup
dalam dan sama se kali tidak tampak dar i atas jurang.
Dari bawah dia mendengar bunyi leda kan-ledakan itu,
lewat di atas jurang, lalu semakin me njauh ke arah bawah
bukit. Hatinya lega sekali walaupun masih takut. Cepat dia
merayap naik, kemudian dia me larikan diri ke bawah bukit ke
arah utara karena dia tadi mendengar betapa ledakan-ledakan
itu mengarah selatan. Saking takutnya, dalam kegelapan dia
tetap melanjutkan pelariannya, meraba-raba dengan hati-hati.
Daerah ini asing baginya. Dia tidak hafal akan jurang-jurang,
maka kalau dalam kegelapan dia terjeblos ke dalam jurang,
akan tamatlah riwayatnya.
Semalam suntuk dia merangkak, meraba-raba, maju
selangkah de mi selangkah dan setelah pagi me nggantikan
ma la m dan mulai terang tanah, dia melanjutkan larinya
menuju ke arah Barat-laut yang menuju ke Pegunungan
Liman. Dia berlari terus siang malam ha mpir tak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti, hanya makan buah-buah atau daun-daun, juga
sekali dua kali ma kan daging binatang hutan yang dapat dia
tangkap. Akhirnya, pada suatu pagi yang cerah, dia terguling
roboh pingsan di lereng sebelah barat Pegunungan Lima n!
Jayeng sadar dari pingsannya ketika merasa ada air
me mbasahi mukanya, ada air yang me masu ki mulutnya dan
dia telan, ada jari-jari tangan yang menyentuh muka, pundak
dan dadanya. Dia me mbuka mata dan me lihat seorang wanita
berjongkok di dekat tubuhnya yang roboh telentang, dia
diserang ketakutan hebat karena mengira bahwa a khirnya dia
terjatuh ke tangan iblis betina yang mengejar-ngejarnya! Dia
segera bangkit dan hendak melarikan diri, akan tetapi wanita
itu segera bangkit dan me megang lengannya karena tiba-tiba
kepalanya terasa pening, semua berputar dan dia tentu sudah
terpelanting roboh kalau saja wanita itu tidak memegang
lengannya. Merasa tak berdaya dan terancam maut, Jayeng
lalu me njatuhkan diri berlutut di depan kedua kaki wanita itu.
"Ampun.... ampunkan saya, ni dewi...., ampunkan dan
jangan bunuh saya"
Ada dua tangan dengan le mbut menyentuh kedua
pundaknya dan me mbantunya bangkit duduk. Suara lembut
terdengar manis di telinga Jayeng yang masih ketakutan itu.
"Siapakah yang akan me mbunuhmu, ki sanak" Aku bukan
ni dewi dan jangan takut, kalau ada yang hendak
me mbunuhmu, kami pasti akan me mbela dan melindungimu.
Di wilayah kami ini, tidak ada orang boleh melakukan
pembunuhan begitu saja."
Mendengar ucapan ini, Jayeng baru berani mengangkat
mukanya yang tadi menunduk, dan me mandang wanita itu.
Ternyata wanita ini, sama sekali tidak mengenakan pakaian
putih dan bukanlah iblis betina yang dia lihat amat cantik jelita
namun menger ikan itu. Wanita ini masih muda, sekitar dua
puluh tahun usianya. Kulitnya agak gelap akan tetapi
wajahnya hitam ma nis, tubuh yang padat itu bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setangkai bunga sedang mekar, dan rambutnya yang panjang
indah itu sebagian digelung d i atas kepala, ujungnya berjuntai
ke atas pundaknya. Rambut di kepala itu dihias beberapa
bunga me lati yang dironce, putih bersih dan keharumannya
dapat tercium oleh Jayeng. Wajah gadis biasa, namun manis
sekali bagi Jayeng, dan amat menarik hatinya. Dia juga
merasa malu kepada diri send iri, mengira gadis itu iblis betina
dan dia telah me mper lihatkan s ikap ketakutan seperti itu.
Memalukan bagi seorang pria, pada hal dia bukan laki-la ki
yang lemah. Bahkan dengan anak panah dan to mba knya, dia
berani menghadapi seekor harima u tanpa gentar!
"Maafkan aku.... akan tetapi, siapakah andika?" dia
bertanya. Gadis hitam manis itu tersenyum dan giginya
tampak putih bers ih dan rata sehingga ia tampak lebih manis
ketika tersenyum. "Tidakkah sepantasnya kalau andika yang
lebih dulu me mperkenalkan d iri dan datang me masuki daerah
kami ini" Aku mendapatkan andika pingsan di s ini. Apa yang
telah terjadi dan mengapa pula andika tadi menyebut-nyabut
ni dewi dan minta a mpun agar jangan dibunuh?"
Wajah Jayeng menjadi kemerahan akan tetapi teringat
akan pengalamannya dengan iblis betina itu, dia mengkirik
(merasa ngeri).
"Baiklah," katanya perlahan. "Na maku Jayeng dan
pekerjaanku sebagai pemburu binatang hutan. Aku tinggal di
dusun Magel, di kaki pegunungan Wilis sebelah selatan. Dua
hari yang lalu, aku berburu binatang. Karena sampai sehari
penuh belum berhasil mendapatkan seekorpun binatang
buruan, aku mendaki Bukit Keluwung yang be lum pernah
kujelajahi. Mungkin bukit yang banyak hutannya itu
menyimpan banyak binatang buruan. Aku mendaki dan
setibanya di dekat puncak aku.... aku.... melihat. ... iblis betina
itu...." Gadis hitam ma nis itu mengerutkan a lisnya. "Iblis betina"
Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku melihat seorang wanita, cantik jelita akan tetapi ia
seperti kesetanan. Ia membakar sebuah ruma h bagus, dan
menga muk dengan ca mbuknya. Sepak terjangnya menger ikan. Ia menumbangkan pohon-pohon besar dengan
sabetan kebut-annya, bahkan menghancurkan batu-batu besar
dengan senjatanya yang aneh itu.
Lalu.... ia agaknya me lihatku dan mengejarku. Ia
menganca m me mbunuh dan ia .... menangis terus.... suara
lengking tangis di antara ledakan-ledakan kebutan itu....
sungguh menger ikan. Aku me larikan diri, untung waktu itu
telah mulai gelap. Aku lari dengan suara kebutan meledak-
ledak di belakangku. Akhirnya, aku dapat bersembunyi ke
dalam jurang. Ia me lewati jurang dan terus menuruni bukit ke
arah selatan. Aku cepat keluar dari jurang dan terus berlari ke
arah utara. Sehari dua malam aku berlari terus, akhirnya....
aku tiba di sini, ketakutan, kelelahan dan kelaparan. Aku tidak
ingat apa-apa lagi. Tahu-tahu berada di sini dan ada andika di
sini." Jayeng menutupi muka dengan kedua tangan untuk
mengusir kengerian yang menghantuinya. Gadis itu menyentuh lengan nya.
"Tenanglah, andika aman di s ini. Ini daerah kami, daerah
perkumpulan kami, Melati Puspa. Tidak seorangpun berani
mengganggumu di sini. Aku adalah Marsi seorang anggauta
Melati Puspa dan aku akan melindungimu kalau ada iblis
datang hendak mengganggumu."
Ucapan itu de mikian me legakan hati Jayeng sehingga dia
menurunkan kedua tangannya, lalu me megang kedua tangan
Marsi dengan, tatapan mata penuh terima kasih. "Terima
kasih, Marsi, aku percaya sepenuhnya padamu. Akan tetapi
kenapa engkau begini baik kepadaku?"
Wajah yang hitam manis itu kemerahan. "Mengapa" Aku
harus baik kepada s iapapun juga, siap menolong siapa yang
terancam bahaya dan menentang tiap perbuatan jahat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah perintah yang harus ditaati semua anggauta Melati
Puspa, termasuk aku."
"Perintah siapa" "
"Tentu saja perintah Ni Melati Puspa, ketua dan pemimpin
kami." Marsi merasa rikuh sekali ketika mendapat kenyataan
betapa kedua tangannya masih saling berpegangan dengan
kedua tangan pemuda itu. Akan tetapi merasa betapa kedua
tangan pemuda itu menggenggam kedua tangannya erat-erat,
ia tidak tega untuk mereng gutkannya.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara nyaring,
me mbentak penuh teguran. "He mm, sungguh bagus, ya"
Marsi, berani engkau melakukan pelanggaran di s ini?"
Marsi terkejut dan menoleh ke kiri. Di sana telah berdiri tiga
orang wanita, dua orang lebih muda daripadanya dan
seorang, yang menegurnya tadi, berusia dua puluh dua tahun,
lebih tua daripadanya.
"Mbakyu Kasmi, aku... kami.... tidak melakukan hal-hal
yang tidak pantas! Aku hanya menolong dia yang kudapatkan
roboh pingsan di sini!" Marsi me mbantah.
"He mm, tidak melakukan ha l yang tidak pantas, ya" Lalu,
mengapa berpegang-pegangan tangan semesra itu?" bentak
Kasmi seorang anggauta Melati Puspa pula yang rambutnya
juga dihias ronce-ronce kembang me lati seperti dua kawannya
yang lain. Marsi dan Jayeng agaknya baru menyadari bahwa mereka
berdua masih saling berpegangan tangan, maka dengan muka
berubah merah mereka lalu me lepaskan genggaman masing-
masing. Mereka lalu bangkit berdiri dan Marsi ber kata kepada
Kasmi dengan suara sungguh-sungguh.
"Mbakayu Kasmi, aku berani bersu mpah bahwa tida k terjadi
apa-apa yang kurang patut antara kakang Jayeng ini dan aku.
harap mbakayu dan teman-te man tidak salah sangka....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Marsi menghent ikan ucapannya me lihat betapa tiga orang
rekannya itu me mandang kepadanya dengan mulut berjebi.
"Kau boleh bantah apa saja di depan Ni Dewi!" kata Lasmi
singkat. Wajah Marsi menjadi pucat. Yang dimaksudkan dengan Ni
Dewi itu adalah pe mimpin mereka yang me makai na ma Melati
Puspa akan tetapi yang minta kepada semua anggautanya
agar ia disebut Ni Dewi. Marsi ketakutan. Melati Puspa adalah
seorang pimpinan yang keras dan tegas sekali. Tida k mau
dibantah dan akan me mber i hukuman yang keras kepada
anggauta-anggauta yang berani me lakukan pelanggaran.
Pernah ada seorang anggauta yang melakukan pelanggaran,
tertangkap basah ketika me lakukan hubungkan perjinahan
dengan seorang laki-laki dari luar. Laki-laki itu dapat melarikan
diri dan anggauta yang melanggar larangan itu, dihukum
pancung daun telinga kirinya! Marsi berg idik ngeri.
Melihat betapa Marsi pucat ketakutan, Jayeng lalu berkata
dengan gagah. "Ni Marsi, jangan takut! Aku akan menjadi
saksi dan me mbelamu, kalau andika dipersalahkan. Andika
tidak me lakukan kesalahan apapun, hanya menolong aku yang
terkapar pingsan di sini. Kalau menolong orang pingsan
dianggap bersalah, yang " menganggapnya itu sungguh tak
berprike manusiaan!"
Mendengar ucapan ini, Kasmi menjadi marah. Sekali tangan
kanannya bergerak, ia sudah mencabut sebatang pedang tipis
pendek dari pinggangnya dan ia menodongkan senjata
runcing itu ke dada Jayeng.
"Engkau laki-laki tak tahu diri! Sudah berani melanggar
wilayah kami dan me mbikin kerusuhan, masih berlagak dan
banyak bicara lagi! Hayo ikut kami menghadap pimpinan kami!
Engkau juga, Marsi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali tangan kanannya bergerak, ia sudah mencabut
sebatang pedang tipis pendek dari pinggangnya dan ia
menodongkan senjata runcing itu ke dada Jayeng.
Jayeng dan Marsi
lalu digiring o leh tiga
orang anggauta Melati Puspa itu menuju ke perkampungan Melati Puspa yang
berada tidak jauh
dari situ, letaknya di
lereng sebelah barat
Gunung Lima n. Perkumpulan Melati Puspa merupakan perkumpulan yang aneh karena anggauta-nya yang berjumlah kurang leb ih lima puluh orang
itu semua wanita! Wanita muda berusia antara sembila belas
sampai dua puluh lima tahun. Agaknya para anggauta Melati
Puspa itu me mang dipilih karena di antara mereka tidak ada
yang buruk rupa. Paling tidak me miliki wajah man is dan tubuh
padat menarik, dan lebih banyak yang cantik. Mereka tinggal
di sebuah perkampungan khusus d i lereng Gunung Liman dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggal di pondok-pondok dalam perkampungan itu. Hanya
ada sekitar dua puluh pondok yang ditinggali lima puluh orang
lebih anggauta. Di tengah perkampungan terdapat sebuah
pondok mungil yang menjadi te mpat tinggal pe mimpin
mereka yang mereka sebut sebagai Ni Dewi dan yang dikenal
dengan Melati Puspa.
Dua tahun yang lalu, perkumpulan Melati Puspa ini be lum
me mpunyai na ma, merupakan sebuah gero mbolan yang terdiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari beberapa orang laki-laki dan puluhan orang wanita.
Yang me mimpin ada lah seorang laki-laki yang berna ma Suro
dan terkenal sebagai seorang perampok, ma ka dijuluki orang
Suro Gentho. Puluhan orang wanita yang menjadi anggauta
adalah para wanita yang telah tersia-sia dan terlantar
hidupnya. Ada janda yang ditinggal minggat sua minya. Ada
wanita yang dibuat sakit hati oleh pria dan ada pula yang
me mang pada dasarnya liar. Suro Gentho me mimpin mereka,
mengajarkan aj i kanuragan seh ingga gerombolan tanpa nama
itu ditakuti orang dan seringkah me mbuat kerusuhan dan
mera mpok para penduduk pedusunan di sekitar Gunung
Liman. Pada suatu hari, dua tahun yang lalu, lewatlah
seorang wanita. Karena wanita itu berpakaian indah dan
me ma kai perhiasan mahal harganya, ia menjadi sasaran
gerombolan. Akan tetapi wanita itu ternyata sakti mandraguna, dengan
mudahnya ia me mbunuh Suro Gentho dan belasan orang anak
buahnya. Sebagian anggauta lagi segera menjatuhkan diri dan
menaluk. Wanita itu menga mpuni mereka dan mulailah ia
menjad i pe mimpin para wanita itu, bahkan mendirikan
perkumpulan yang diberi na ma Melati Puspa, sama dengan
namanya sendiri seperti diperkenalkan kepada para wanita.
Semua anggauta gero mbolan pria telah terbunuh dalam
perkelahian keroyokan itu. Akan tetapi, pe mimpin wanita itu
selain sakti mandraguna, juga a mat keras dan tertib! Ia tidak
menerima anggauta laki-la ki dan melarang keras para
anggauta Melati Puspa melakukan kejahatan. Bahkan mereka
dige mbleng agar menjadi wan ita-wanita pendekar yang selalu
menentang kejahatan dan menolong mereka yang tertindas.
Ia me latih mereka dengan ilmu s ilat yang me mbuat para
anggautanya menjadi tangguh. Akan tetapi iapun melarang
keras para anggautanya yang terdiri dari wanita-wanita muda
agar tidak bermain gila dengan la ki-laki. Mereka tidak dilarang
untuk men ikah, akan tetapi setelah me nikah mereka harus
keluar dari perkumpulan Melati Puspa! Yang dilarang adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungan gelap atau perjinahan. Nama Melati Puspa
menjad i terkenal dan banyak gadis-gadis di daerah
Pegunungan Liman tertarik dan masuk menjadi anggautanya
sehingga kini jumlah para anggauta ada lima puluh orang
lebih! Dala m waktu dua tahun saja, apa yang tadinya
merupakan gero mbolan ganas dan jahat, di bawah pimpinan
Melati Puspa, men jadi perkumpulan wanita pendekar yang
disegani! Marsi dan Jayeng digiring oleh Kasmi dan dua orang
rekannya me masuki per kampungan Melati Puspa. Melihat ada
seorang laki-laki menjadi tawanan, berjalan di samping Marsi
yang menundukkan mukanya, para anggauta Melati Puspa
menjad i tertarik dan se mua keluar untuk menonton. Mereka
dapat menduga apa yang terjadi dan mere ka saling berbisik
dan tersenyum-senyum. Akhirnya kedua orang tawanan itu
diajak me masuki pondok mungil di tengah perkampungan dan
setelah melapor kepada penjaga, lalu disuruh menunggu di
ruangan depan. Kasmi dan dua orang rekannya mengajak Marsi dan Jayeng
menunggu dalam ruangan itu. Mereka berlima duduk di atas
bangku panjang. Jayeng dan Marsi duduk di bangku sebelah
kiri dan Kas mi bersa ma dua orang rekannya duduk di bangku
sebelah kanan. Mereka menghadap ke sebelah kursi kosong,
kursi dari rotan yang ditila mi kain merah muda yang bersih.
Jayeng melihat ke sekelilingnya dan ia merasa heran.
Ruangan itu tidak berapa besar, namun terhias indah. Meja
dan bangku-bangkunya terawat, bersih mengkilap, lantainya
bertila mkan tikar anyaman yang halus. Ada pot-pot bunga di
ruangan itu dan di dinding juga terdapat lukisan-lukisan yang
indah. Keharuman me lati semerba k dalam ruangan itu.
Tadipun d ia melihat betapa semua wanita yang berada dalam
perkampungan me ma kai bunga me lati pada ra mbut mere ka!
Tak la ma kemudian, pintu sebelah dalam yang tertutup tirai
kain sutera hijau itu tersingkap dan muncullah seorang wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpakaian sutera putih yang bersih. Jayeng menjadi bengong
me mandang wanita yang baru muncul itu. Bidadar ikah ia"
Dewi dari kahyangan" Wanita itu masih muda, paling banyak
dua puluh tahun usianya dan cantik jelita bukan kepalang! Ayu
man is merak ati, menggairahkan dari ra mbut di kepala sa mpai
kakinya yang me makai sandal dan tampak putih mulus.
Terutama sekali mata itu! Tajam dan jernih bersinar-sinar,
terkadang mencorong mendatangkan kesan galak! Dan
mulutnya! Sepasang bibir yang merah me mbasah, segar
bagaikan buah masak, menggairahkan. Entah mana yang lebih
menarik, sepasang matanya atau sepasang bibirnya!
Rambutnya yang hitam itu disanggul ke atas dan sebagian
ujungnya dibiar kan terurai ke pundak. Ronce-ronce bunga
me lati menghias ra mbutnya dan di antara bunga melati itu
tampak hiasan ra mbut dari emas berbentuk burung camar
dengan mata dari batu mirah indah. Kulit tubuh yang ta mpak
pada leher, wajah dan lengannya putih mulus, me mbayangkan
kele mbutan. Namun, sifat lembut itu berpadu dengan sifat
keras dari s inar matanya yang terkadang mencorong dan
adanya sebatang pedang yang tergantung di punggungnya.
Bahkan sarung dan gagang pedang itupun diukir bentuk
kembang melati. Segalanya serba melati di perka mpungan ini,
pikir Jayeng heran.
Wanita yang menjadi pe mimpin Melati Puspa itu duduk di
atas kursi bertila mkan sutera merah muda, la lu me mandang
kepada lima orang yang duduk di depannya. Ketika pandang
matanya menyapu kehadiran Marsi yang menundukkan muka
dan Jayeng, sepasang alisnya berkerut, lalu terdengar
suaranya yang merdu dan lantang.
"He mm, mau apa kalian minta menghadap?"
Kasmi segera menjawab, suaranya gagah tegas seperti
perajurit menghadap i atasannya. "Kami bertiga hendak
me laporkan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh Marsi,
Ni Dewi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali sepasang mata itu menya mbarkan sinarnya ke
arah Marsi dan Jayeng. Pandang mata itu sedemikian
tajamnya sehingga Jayeng terpaksa menunduk, menghindarkan pertemuan pandang yang me mbuat dia salah
tingkah dan gugup.
"Laporkan apa yang telah terjadi dengan sebenarnya dan
sejujurnya, jangan dikurangi atau ditambah. Jangan
menye mbunyikan atau melepaskan fitnah. Nah, mulailah!"
Kasmi la lu melapor. "Ni Dewi, ketika kami bertiga
mengadakan perondaan di bawah lereng, kami mene mukan
Marsi dan laki-laki ini sedang saling berpegangan tangan
dengan sikap mesra. Kami menegur Marsi melakukan
pelanggaran dan menuduh ia bergaul dan berhubungan
dengan laki-laki ini, akan tetapi Marsi menyangkal dan laki-la ki
ini juga me mbelanya. Karena itu, kami me mbawa mereka
menghadap Ni Dewi untuk diadili."
Kini Ni Dewi Melati Puspa me mandang kepada Marsi
dengan sinar mata taja m penuh selidik. "Marsi, benarkah apa
yang dituduhkan kepadamu itu?"
Marsi sudah ketakutan. Ia menangis akan tetapi tidak
berani bersuara, hanya air matanya saja berlinang yang
segera diusapnya sebelum ia menjawab. "Ampun, Ni Dewi.
Sesungguhnya, tuduhan itu sama sekali t idak benar. Saya
menyangkal karena me mang tidak ada hubungan yang tidak
patut antara saya dan laki-laki ini."
"He mm, lalu apa artinya saling berpegang tangan itu dan
mengapa pula engkau berduaan dengan dia di sana?" tanya Ni
Dewi dengan suara lantang.
"Ampun, Ni Dewi. Sesungguhnya, saya menemukan dia
telentang pingsan di sana. Karena ingin menaati perintah Ni
Dewi, saya segera menolongnya dan menyadarkannya.
Kemudian, mungkin karena bersyukur, dia me megang kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan saya dan pada saat itu Mbakayu Kasmi dan dua orang
adik ini muncul dan menyangka yang bukan-bukan." '
Ni Dewi Melati Puspa menatap wajah Marsi penuh selidik.
Ia menduga bahwa gadis itu tidak berbohong, dan wajah la- ki-
laki itupun merupakan wajah pe muda dusun yang kasar
namun jujur dan terbuka.
"Hei kamu!!" bentaknya nyaring dan Jayeng tersentak
kaget, lalu mengangkat muka me mandang. Dua sinar mata
mencorong itu seperti mene mbus dan menjenguk ke dalam
dadanya! "Apa.... sa.... saya....?" tanyanya gagap.
"Ya, kamu! Apa yang kau lakukan di sana bersama Marsi"
Engkau hendak berjina dengannya maka engkau me megangi
kedua tangannya, bukan?"
"Ah, tidak, ....eh, bukan-bukan! Saya .... saya ketakutan,
kelelahan dan kelaparan sehingga roboh pingsan di sana dan
.... adik ini meno long saya. Saya hanya hendak menyatakan
terima kasih saya kepadanya. Sama sekali tidak me mpunyai
pikiran untuk me lakukan hal-hal yang tidak pantas! Saya mau
bersumpah. Adik ini.... Marsi, ia sama sekali tidak bersalah,
sama sekali tidak me langgar peraturan. Kalau mau huku m,
hukumlah saya karena yang bersalah adalah saya, sudah
berani melanggar wilayah kalian, akan tetapi hal itu saya
lakukan tidak sengaja."
Ni Dewi mengangguk-angguk. Benar dugaannya, pemuda
ini jujur dan terbuka, juga me miliki sifat gagah, berani minta
dihukum agar Marsi dibebaskan. Ini saja sudah merupakan
tanda bahwa pemuda ini agaknya me mang mencinta atau
setidaknya menyuka i Marsi. Jelas tidak ada terjadi perjinaan
di sini, dan kalau mereka berdua saling mencintai apa
salahnya" Hal itu bisa diputuskan nanti. Sekarang la mulai
tertarik mendengar pemuda itu berlari ketakutan sampai
me langgar wilayah Melati Puspa dan jatuh pingsan. Padahal,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut penila iannya, pemuda ini bukan seorang penakut
bahkan me miliki watak gagah seperti yang diperlihatkannya
ketika me mbe la Mars i.
"Siapa na ma mu dan apa yang terjadi sehingga engkau
me masu ki wilayah kami. Ceritakan sejelasnya. Kalau berani
berbohong, bukan tidak mungkin aku akan menghukum mati
padamu!" Ni Dewi Melati Puspa berkata, suaranya tetap merdu
namun me ngandung anca man yang me mbuat bulu tengkuk
Jayeng meremang dan terasa dingin.
"Saya tidak akan berbohong. Saya bernama Jayeng, tinggal
di sebuah dusun di kaki bukit Wilis. Pekerjaan saya adalah
berburu binatang hutan. Usia saya dua puluh lima tahun,
tinggal bersa ma ayah ibu di rumah...."
"Cukup se mua itu! Ceritakan apa yang terjadi pada mu!"
ketua perkumpulan Melati Puspa itu me motong tidak sabar
mendengar pe muda itu bercerita tentang dirinya secara
terperinci. Namun, setidaknya dari cerita itu ia tahu bahwa
Jayeng pemuda dusun seperti yang diduganya, juga
pemberani karena pekerjaannya sebagai pemburu, dan belum
beristeri karena tinggal hanya dengan ayah dan ibunya.
"Ke marin.... eh, kemar in dulu, saya berburu binatang dalam
hutan-hutan pegunungan Wilis, na mun gagal dan tidak
me mpero leh seekorpun binatang buruan. Saya lalu menda ki
Bukit Keluwung yang termasu k sebuah bukit di pegunungan
Wilis. Hari telah senja ketika saya tiba di puncak dan saya
me lihat seorang wanita cantik seperti bidadari berpakaian
putih, akan tetapi ia menga muk seperti iblis betina. Ia
me mba kar pondok dan menga muk, dengan kebutannya ia
menumbangkan pohon-pohon dan me nghancurkan batu-batu.
Ia menga muk sa mbil menangis seperti gila atau seperti iblis
betina. Saya merasa ngeri dan melarikan diri. Akan tetapi
celaka, agaknya ia mengetahui dan mengejar, mengancam
hendak me mbunuhku. Kebutannya sudah me ledak-ledak di
belakang saya. Saya ketakutan sekali dan berlari seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikejar setan. Untung cuaca mulai ge lap dan akhirnya saya
dapat bersembunyi di dalam sebuah jurang. Iblis betina itu
menga muk dengan kebutannya dan melewati atas jurang, lalu
suara ledakan kebutannya terdengar menuju turun ke selatan.
Maka saya lalu keluar dari jurang dan me larikan diri ke utara.
Saya seolah mendengar terus ledakan-ledakan itu dan saya
lari terus siang malam, hanya berhenti kalau sudah tidak kuat,
makan buah atau daun dan tanpa saya sadari, saya tiba di
dalam wilayah ini dalam keadaan ketakutan, kelelahan dan
kelaparan. Saya lalu terguling roboh dan tidak ingat apa-apa
lagi. Ketika saya sadar, ternyata di dekat saya ada seorang
wanita. Saya ketakutan, mengira ia iblis betina yang mengejar
saya. Akan tetapi wanita itu, adik Marsi ini, menahan saya dan
mengatakan bahwa saya tidak perlu takut. Kalau ada iblis
betina menga muk, ia akan me lindungi saya. Setelah saya
yakin bahwa , ia adalah seorang penolong, maka saya amat
berterima kasih kepada adik Marsi ini. Siapa kira, karena
me megang i tangannya saking terharu dan berterima kasih, ia
ma lah dituduh berbuat yang tidak pantas dan akan dihukum.
Gusti puteri..."
"Hussh! Jangan sebut aku gusti puteri, sebut aku Ni Dewi!"
wanita pe mimpin Melati Puspa itu me mbentak nyaring.
Jayeng terkejut dan menyembah. "Maaf, Ni Dewi, akan
tetapi Marsi ini t idak bersalah. Hukumlah saya karena saya
yang bersalah."
Ketua Melati Puspa itu mengerutkan alisnya. Urusan Marsi
tidak menarik perhatiannya lagi. Ia a mat tertarik oleh cer ita
tentang iblis betina yang mengamuk dan me mbakar pondok di


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puncak Bukit Keluwung. Siapakah wanita berpakaian putih
seperti ia, yang disebut iblis betina oleh Jayeng itu" Dan
senjatanya sebuah kebutan! Belum pernah ia mendengar
tentang seorang datuk wanita yang bersenjata kebutan. Ia
sungguh tertarik dan ingin menyelidiki.
"Jayeng...!" Ni Dewi berseru, mengecutkan yang dipanggil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya.... ya..., Ni Dewi." kata Jayeng. "Jawab dengan jujur!
Selain berterima kasih kepada Marsi, apakah engkau suka
kepadanya?"
Jayeng gelagapan. Tentu saja dia suka dan kagum kepada
gadis hitam man is yang telah menolongnya itu. Akan tetapi
ditanya secara terbuka seperti itu, dia merasa malu juga.
"Jawab! Apakah engkau gagu?" Ni Dewi me mbentak.
"Ya... ya... saya... suka...!!" akhirnya dia menjawab gugup
dan terdengar suara tawa tertahan dari Kasmi dan dua orang
rekannya sehingga terdengar cekikikan.
"Dan engkau Marsi! Apakah engkau suka kepada Jayeng?"
tanya pula Ni Dewi, kini ditujukan kepada Marsi.
Marsi sudah mengena l ketuanya yang berwatak keras dan
menghargai kejujuran. Setelah tadi mendengar jawaban
Jayeng bahwa pemuda itu suka kepadanya, hatinya sudah
merasa girang sekali. Maka tanpa malu-ma lu iapun menjawab.
"Saya suka, Ni Dewi." Kembali terdengar suara cekikian.
"Nah, kalau begitu, dengar baik-baik. Kalian, Jayeng dan
Marsi, akan dihukum dan hukumannya adalah Kalian harus
segera menikah dan karena menjadi isteri orang, maka Marsi
harus keluar dari Melati Puspa!" Setelah berkata demikian, Ni
Dewi bangkit dari te mpat duduknya.
"Terima kasih, Ni Dewi!" Marsi menye mbah, diturut oleh
Jayeng, akan tetapi Ni Dewi Melati Puspa sudah meninggalkan
ruangan itu, me mbuka tirai pintu dan masu k ke dalam.
Jayeng memandang Marsi dengan mata terbelalak penuh
rasa girang. "Marsi, engkau akan menjadi biniku dan ikut
pulang bersamaku ke dusun Magel. Wah, bapak ibu tentu
senang menyambut mantunya. Mereka sudah ingin sekali
menggendong cucu mereka!" Sa king ge mbiranya Jayeng lalu
merangkul Marsi. Marsi ce mberut dan menolak rangkulan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil me mberi isarat dengan matanya ke arah tiga orang
rekannya. Jayeng menoleh dan me lihat tiga orang wanita itu, dia
bangkit dan me mber i hormat sa mbil me mbungkuk. "Terima
kasih kepada andika bertiga yang sudah menangkap kami
sehingga kami berdua dapat berjodoh. Terima kasih dan saya
mendoakan se moga andika bertiga segera dapat me mperoleh
jodoh masing-mas ing."
Kasmi yang tadinya terkekeh-kekeh bersama dua orang
rekannya, kini berhenti tertawa dan wajah mereka berubah
kemerahan, lalu mereka keluar dari ruangan itu.
"Mari kita pulang, Mars i."
"Pulang?" Kata ini terdengar aneh di telinga gadis itu. Ia
sudah yatim piatu dan sejak re maja ia telah terseret masuk
menjad i anggauta gerombolan liar yang dipimpin oleh
mendiang Suro Gentho, sampai akhirnya ia menjadi anggauta
Melati Puspa yang dipimpin Ni Dewi Me lati Puspa.
"Ya, pulang ke rumah ku, rumah bapak ibu, di dusun Magel.
Mari kita berangkat sekarang!" kata Jayeng yang agaknya
me mpero leh tenaga baru dan sudah melupakan kelelahannya.
"Sebentar, kakang Jayeng, aku akan menga mbil barang-
barang milikku du lu. Kau tunggulah sebentar di luar pondok Ni
Dewi ini."
"Kenapa aku tidak ikut engkau menga mbil barang-
barangmu?"
"Ah, jangan, kakang. Aku tinggal bersama para wanita lain.
Mereka tentu marah kalau aku me mbawa mu ke sana. Tunggu
saja sebentar!"
Marsi lalu berlari, gerakannya gesit sekali sehingga Jayeng
me mandang kagum dan bangga. Calon isterinya itu kelak
tentu dapat dia ajak berburu. Ia begitu tangkas, begitu padat
dan indah bentuk tubuhnya, begitu manis wajahnya. Hitam-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam man is, seperti buah manggis, biar kulitnya hitam akan
tetapi man is sekali!
Tak la ma kemudian Marsi sudah muncul kemba li. Alangkah
girang dan bangga hati Jayeng ketika me lihat bahwa calon
isterinya itu tidak hanya me mbawa se mua pakaian dan sed ikit
perhiasannya, akan tetapi lebih menyenangkan hatinya lagi,
gadis itu me mbawa pula sebungkus nasi dengan lauk-pauknya
untuk dia! "Nih, nasi dan lauknya untukmu, kakang. Bukankah engkau
tadi kelaparan" Makan lah dulu di sini, baru kita berang kat."
"Kita cepat tinggalkan tempat ini, Marsi. Aku makan nanti
saja kalau sudah keluar dari sini. Aku... aku malu kalau makan
di sini. Hayo kita cepat pergi, Mars i."
Marsi tersenyum dan mengangguk, lalu keduanya pergi
keluar dari perkampungan Melati Puspa. Setelah tiba di
sebuah lereng di ma na terdapat sebuah sumber a ir yang
mancur keluar dari celah-celah batu, airnya dingin dan jernih
sekali, Jayeng lalu mengajak Marsi berhenti. Kini tanpa malu-
ma lu dia me mbuka buntalan nasi dan lauknya dan mengajak
Marsi ma kan. "Makanlah semua, kang. Aku tadi sudah sarapan." kata
Marsi dan wanita ini tersenyum man is melihat calon
suaminya makan dengan lahapnya. Setelah makan nasi dan
minum air jernih, mereka duduk, di situ. Baru terasa oleh
Jayeng betapa lelah kedua kakinya. Dia memandang calon
isterinya, dari rambut sa mpai ke kaki, seperti sedang
me mer iksa sebuah benda yang amat berharga.
"Ih, apa sih yang kaulihat sejak tadi, kang" Kau bikin aku
merasa ris i dan malu saja!"
"Eh, tidak. Aku... aku melihat engkau tidak lagi me ma kai
hiasan ra mbut berupa ronce kembang me lati seperti tadi.
Kenapa" Engkau pantas sekali me ma kai hiasan ke mbang itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak berani, kang. Di wilayah ini, yang me ma kai
hiasan ke mbang me lati pada rambutnya hanya para anggauta
Melati Puspa. Sedangkan aku sekarang bukan lagi anggauta
Melati Puspa."
Kedua orang itu lalu bercakap-ca kap, menceritakan
keadaan dan riwayat masing-mas ing seh ingga mereka saling
mengetahui keadaan calon jodoh mereka dan menjadi lebih
akrab. Kemudian mere ka melanjutkan perjalanan, bergandengan tangan, menyongsong masa depan yang
tampaknya begitu ge milangi Seperti jutawan calon pasangan
hidup yang lain di dunia ini, mereka sa ma sekali tidak melihat
dan tidak menduga bahwa masa depan yang tampa k begitu
gemilang itu menye mbunyikan banyak sekali awan mendung
yang kelak akan mengganggu dan me mbuat suram kehidupan
mereka 0odwo0 Ni Dewi Melati Puspa rebah telentang d i atas pe mbaringan
dalam kamarnya yang penuh keharuman melati, sebuah
kamar yang tidak terlalu besar na mun rap i dan indah. Sejak
mengad ili Marsi dan pe muda berna ma Jayeng tadi, ia
me masu ki kamarnya, melempar diri ke atas pembar ingan,
rebah telentang dan memeja mkan kedua matanya. Namun ia
tidak tidur dan dengan me meja mkan kedua matanya, ia dapat
me la mun dan me mbayangkan kembali masa lalunya dengan
jelas. Baru dua tahun lebih ia telah mengubah seluruh
kehidupannya. Dua tahun lebih yang lalu ia adalah seorang
gadis berna ma Sulastri yang tinggal di Dermayu bersa ma Ki
Subali dan Nyi Subali, ayah ibunya.
Masa lalunya adalah masa yang penuh perjuangan
me mbantu Mataram dan melakukan dharma-brata sebagai
seorang pendekar wanita, menentang kejahatan dan
menegakkan keadilan dan kebenaran. Dala m perjalanan ini,
dan dalam perjuangan me mbantu ba latentara Mataram ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mataram menyerang Batavia untuk ke dua kalinya, banyak hal
terjadi dengan dirinya sehingga ia terombang-ambing dalam
lika-liku cinta asmara antara dua orang pria dan dirinya
sendiri, segera kembali ke Der mayu setelah pasukan Mataram
gagal menyerbu Kumpeni Belanda di Batavia. Bersamanya,
ikut pula ke Dermayu dua orang pemuda yang me mbuat ia
bimbang dan bingung itu. Mereka adalah dua orang satria
yang gagah perkasa dan sama-sama luhur budinya, sama-
sama tampan sehingga akan me mbuat setiap orang wanita
menjad i bingung untuk me milih mana yang lebih baik!
Pemuda itu berna ma Lindu Aji dan yang ke dua bernama
Jatmika. Sebetulnya di antara mereka bertiga masih ada
pertalian persaudaraan seperguruan, bukan tunggal guru,
me lainkan guru-guru mereka mas ih sealiran.
Semula, ia jatuh cinta dengan Lindu Aji. Akan tetapi,
ma lapetaka menimpanya ketika ia terjatuh ke dalam jurang
dan akibatnya, ia kehilangan ingatan sehingga kepada Lindu
Aji yang dicintanya itupun ia lupa sa ma sekali. Bahkan kepada
ayah bundanyapun ia lupa! Dalam keadaan lupa ingatan masa
lalu ini ia berjumpa dengan Jat mika dan pe muda inipun jatuh
cinta padanya. Ia sendiri amat suka kepada Jatmika yang
gagah perkasa, lembut dan berbudi. Dala m keadaan masih
lupa akan masa lalunya, ia bertemu dengan orang tuanya, Ki
Subali dan isteri. Walaupun mendapat penjelasan, ia tetap
tidak ingat, namun ia mau mengaku mereka sebagai ayah dan
ibu kandungnya. Kemudian ia bertemu dengan Neneng
Salmah, seorang waranggana yang ditolong Lindu Aji dari
tangan orang-orang jahat. Neneng Salmah dan ayahnya, Ki
Salmun, dapat melarikan diri dan oleh Lindu Aji dit itipkan
kepada Ki Subali. Selanjutnya mereka ditampung di Dermayu
oleh Ki Subali.
Sulastri dan Neneng Salma h akrab sekali. Neneng Salmah
dengan terus terang menceritakan bahwa ia jatuh cinta
kepada Lindu Aji, satria yang telah menyelamatkannya.
Sulastri, yang dalam keadaan kehilangan ingatan itu diberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama Listyani atau disebut Eulis oleh Jatmika yang
meno longnya karena gadis itu lupa akan na manya, tidak
perduli mendengar betapa Neneng Sa lmah jatuh cinta kepada
Lindu Aj i. Ia sama sekali tidak ingat bahwa Lindu Aji adalah
pria yang amat dikasihinya sebelum ia kehilangan ingatannya
akan masa la lunya.
Kemudian, ia mendapatkan kembali ingatannya dan
terjadilah masalah yang a mat sulit diatasi itu. Lindu Aji yang
me lihat keakraban Eulis dengan Jatmika, merasa bahwa dia
harus mundur dar i Sulastri dan menganjurkan Sulastri yang
pulih kembali ingatannya itu untuk men ikah dengan Jatmika.
Betapa mulianya budi pekerti Lindu Aji. Terkenang akan hal
ini, Ni Dewi Melati Puspa tak dapat menahan mengalirnya
beberapa butir air mata dari pelupuk matanya menuruni kedua
pipinya. Ia segera mengusap a ir matanya dan melanjutkan
kenangannya. Setelah Lindu Aj i menyatakan bahwa ia harus men ikah
dengan Jatmika, ia sebaliknya juga menghendaki agar Lindu
Aji menikah dengan Neneng Sa lmah yang a mat mencintanya.
Akan tetapi kemudian ternyata bahwa Lindu Aji menolak
Neneng Salmah dan dia meninggalkan Dermayu. Setelah
Lindu Aj i pergi, Jatmika mengajukan pinangan kepadanya.
Dengan berat hati Sulastri menolak pinangan Jatmika itu
karena sesungguhnya yang dicintanya hanya Lindu Aji. Maka
gagallah sama sekali perjodohan antara mereka berempat dan
agaknya mereka semua mengalami patah hati! Lindu Aji pergi,
Jatmika yang dito lak la marannya juga pergi. Ia tinggal di
rumah, selain merasa duka akan kegagalan cintanya sendiri,
juga ia harus menghadapi Neneng Salmah yang setiap hari
menang is, merana sehingga ta mpak kurus dan pucat!
Akhirnya ia tidak dapat menahan lebih la ma lagi. Ia
berpamit kepada ayah bundanya, tidak mengacuhkan cegahan
dan halangan mereka, kemudian merantau untuk menghibur
hatinya yang gundah dan risau. Dan ia bertemu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerombolan yang dipimpin Suro Gentho, me mbunuh Suro
Gentho dan anak buahnya, lalu menga mbil alih perkampungan
gerombolan itu dan mendirikan perkumpulan Melati Puspa. Ia
sendiri ingin me lupakan dirinya sebagai Sulastri atau sebagai
Listyani atau Eulis, dan mengaku berna ma Melati Puspa,
bahkan me mberi na ma itu pula kepada per kumpulannya.
Ni Dewi menghela napas panjang dan miringkan tubuhnya.
Lamunannya terhenti. Sudah dua tahun ia menjad i pimpinan
perkumpulan itu dan ia telah berhasil mengge mbleng para
anggautanya, bukan saja dengan ilmu silat tangan kosong
Sunya Hasta yang hanya diajarkan gerakan kaki tangannya
saja tanpa diajarkan inti aji itu ia lah pengosongan diri dan
penyerahan kepada Gusti Allah. Juga ia mengajarkan gerakan
silat pedang. Untuk menghapus jejaknya sebagai Sulastri atau
Listyani, bahkan pedang Naga Wilis yang oleh pemiliknya,
Retno Susilo, telah diberikan kepadanya itu diberi gagang dan
sarung baru dengan ukiran bunga-bunga melati. Dan
disa mping itu, ia telah berhasil mengubah watak mereka
dengan peraturan dan ketertiban yang keras, yaitu dari
pelaku-pelaku kejahatan menjadi wanita-wanita penegak
keadilan dan kebenaran, penentang kejahatan! Dalam waktu
dua tahun saja, nama perkumpulan Melati Puspa terkenal dan
tersiar dengan harum seperti bunga melati, sebagai
perkumpulan para pendekar wan ita!
Kembali Ni Dewi menghela napas panjang. Setelah
menghadap i kasus Marsi dan Jayeng, ia merasa bersedih,
diingatkan a kan keadaan dirinya. Sedangkan seorang seperti
Marsi anak buahnya itu, mendapatkan jodoh seorang pria
yang dikasihi dan mengasihinya. Ia merasa iri melihat
kebahagiaan mereka. Dari sinar mata mereka saja ketika
saling berpandangan, ia dapat merasakan bahwa kedua orang
itu me man g saling men cinta. Karena itulah maka ia tidak ragu
lagi untuk me mutus kan agar mereka menjadi sua mi isteri.
Akan tetapi sekaligus keadaan mere ka itu mengingatkan akan
keadaan dirinya. Selama dua tahun ini ia menghabiskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktunya di perkampungan Melati Puspa itu! Tidak sia-sia
me mang, karena ia ma mpu mengubah jalan hidup para wanita
itu, yang dulunya menjadi anggauta gerombolan sesat kini
menjad i anggauta perkumpulan pendekar. Yang baru
masu kpun dari wanita-wanita yang putus asa kini menjadi
wanita-wanita yang gagah dan mempunyai masa depan yang
lebih cerah serta mereka ma mpu me mbawa dan me lindungi
diri sendiri. Kini boleh sekali-sekali ia tinggalkan untuk
me lanjutkan perantauannya. Ingin sekali ia me lihat keadaan
Lindu Aji. Apakah pemuda itu kini sudah menikah dengan
gadis lain" Andaikata demikian halnya, ia tidak a kan merasa
penasaran. Bukankah ia dahulu juga rela me mbiarkan Lindu
Aji berjodoh dengan Neneng Salmah" Ada kerinduan yang
amat mendalam di hatinya terhadap Lindu Aji. Juga ia ingin
bertemu dan melihat keadaan Jatmika sekarang. Ia merasa
kasihan dan ia akan ikut merasa senang andaikata melihat
Jatmika s udah hidup berbahag ia dengan wanita lain.
Teringatlah ia akan cerita Jayeng tadi. Ah, mengapa tidak"
Cerita tentang iblis betina itu dapat menjadi dalih baginya
untuk se mentara waktu men inggalkan Melati Puspa, untuk
me lakukan penyelidikan terhadap iblis betina itu!
Pada keesokan harinya, Ni Dewi sudah menga mbil
keputusan tetap. Ia memanggil se mua anak buahnya, kini
tinggal lima puluh lima orang dan mengatakan bahwa. ia
hendak menyelidiki iblis betina yang me mbakar pondok di
Bukit Keluwung. Ia menyerahkan pimpinan kepada anggauta
yang paling dipercaya dan yang paling tangguh di antara
semua anggauta. Ia mengangkat anggauta itu yang bernama
Suwarni sebagai pe mimpin sementara. Setelah itu, berangkatlah Ni Dewi menuruni Gunung Liman. Ketika
menuruni lereng itu, dari tempat tinggi itu ia dapat melihat
Gunung W ilis menjulang tinggi di arah tenggara.
Kembali terbayang akan peristiwa yang dialami Jayeng dan
timbul keinginan tahunya. Siapakah iblis betina yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpakaian serba putih dan bersenjatakan kebutan yang
demikian saktinya sehingga dengan kebutannya ma mpu
menumbangkan pohon-pohon dan menghancurkan batu-batu"
Ni Dewi la lu menuruni lereng Gunung Liman, kini ia
mengerahkan tenaga saktinya dan berlari seperti terbang
cepatnya. Ujung rambut yang digelung itu berkibar-kibar di
atas punggungnya, di mana terdapat sebuah buntalan pakaian
dan pedangnya. Setelah senja pada hari itu, ia tiba di kaki pegunungan
Wilis. Ia mulai men cari-cari di mana letaknya Bukit Keluwung.
Karena daerah ini asing baginya, maka ia men jadi bingung
karena pegunungan itu me mpunyai banyak sekali bukit.
Untung ia bertemu dengan seorang laki-laki penyabit rumput
di luar sebuah dusun dan orang inilah yang menunjukkan di
mana adanya Bukit Keluwung itu. Setelah mengetahui
letaknya, Ni Dewi berlari cepat menuju ke bukit itu. Akan
tetapi malam keburu datang. Terpaksa malam itu ia berhenti
dan me lewatkan malam di kaki bukit. Sebagai seorang gadis
yang dulu sudah biasa merantau, Ni Dewi ma mpu tidur di
sembarang tempat. Tubuhnya yang terlatih kuat itu mampu
menahan dinginnya angin malam, la me mbuat api unggun,
selain mencari kehangatan api, terutama sekali untuk
mengusir nyamuk. Ia tidur dekat api unggun, setengah
duduk bersandar sebuah batu besar.
Pada keesokan harinya, sinar matahari pagi yang men impa
mukanya me mbangunkan Ni Dewi. Se malam, sampa i jauh
ma la m ia baru dapat pulas karena pikirannya selalu melayang-
layang ke masa lalu. sehingga pagi ini ia baru bangun setelah
tergugah sinar matahari yang menimpa mukanya. Ia
me mbuka matanya, silau oleh sinar matahari dan miringkan
muka untuk mengelak dari serangan matahari pada kedua
matanya. Ia me mejamkan matanya kembali, masih segan
untuk bangun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ni Dewi, mengapa tidur di s ini....?" Teguran suara laki-laki
ini mengejutkan hati Ni Dewi dan iapun melompat dan siap
menghadap i bahaya. Ia melihat seorang laki-laki setengah tua
berdiri di depannya dan laki-laki itu kini me longo me mandang
kepadanya, agaknya heran dan terkejut.
"Siapa engkau?" Ni Dewi me mbentak. "Bagaimana engkau
dapat mengenal aku?"
"Maaf saya saya tidak mengenal mas ayu. Maaf Kalau
mengagetkan andika, tadi saya kira andika adalah Ni Dewi,
maka saya berani menyapa...."
Mengertilah Ni Dewi bahwa ada kesalah-pahaman di sini.
Laki-laki itu mengira ia seorang wanita lain yang agaknya juga
bernama Ni Dewi!
"He mm, siapakah Ni Dewi yang kaumaksudkan itu" Hayo
katakan sejujurnya, kalau tidak aku t idak akan mempercayai
ucapanmu tadi dan akan kuhajar engkau!"
Laki-laki itu terbelalak. "Aduh, maaf, masayu.... andika
me mang mirip Ni Dewi...! Ketahuilah, saya adalah seorang di
antara lima pe mbantu atau pelayan Ni Dewi, dua orang laki-
laki dan t iga orang perempuan. Kalau pagi kami menda ki
puncak dan bekerja di rumahnya, kalau sore kami turun dan
kembali ke dusun kami yang berada di kaki bu kit. Empat hari
yang lalu, ketika pagi-pagi kami me ndaki puncak, setibanya di
sana kami me lihat rumah yang indah itu telah menjad i puing,
habis bekas terbakar! Dan kami tidak pernah me lihat Ni Dewi
lagi sa mpai pagi hari ini... saya bertemu andika tidur di sini.
Saya kira Ni Dewi, ia juga muda dan cantik seperti andika,
maka saya berani menyapa... tidak tahunya setelah andika
terbangun, andika bukan Ni Dewi. Maafkan saya...."
"Tapi, siapakah Ni Dewi itu" Siapa na ma lengkapnya?" Ni
Dewi Melati Puspa mendesak tak sabar. Iblis betina
berpakaian serba putih bersenjata kebutan itukah" Akan
tetapi, mengapa ia me mbakar rumahnya sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Na ma lengkapnya Ni Dewi, kalau saya tidak salah adalah
Maya, ....ya, Ni Maya Dewi begitulah, akan tetapi kami biasa
menyebutnya Ni Dewi saja."
Ni Dewi Melati Puspa mengangguk-angguk dan tersenyum.
Ah, kiranya Maya Dewi. Pantas disebut iblis betina! tentu saja
ia mengenal baik Ni Maya Dewi, bahkan dapat dibilang iblis
betina itu adalah musuh besarnya dan sudah seringkali ia
bentrok dan bertanding me lawan Maya Dewi! Kalau sekarang
ia bertemu dengan Maya Dewi, mereka berdua tentu akan
bertanding mati-matian dan ia yakin kalau bertanding satu
lawan satu, walaupun mereka
me miliki ketangguhan
seimbang, ia pasti akan dapat membunuhnya! Ni Maya Dewi,
si iblis betina yang dulu menjadi antek Kumpeni Belanda! Akan
tetapi, mengapa ia me mbakar rumahnya sendiri dan benarkah
sekarang ia me mpunyai sebuah senjata kebutan yang ampuh"
Dan apakah ia kini suka berpakaian serba putih seperti setelah
ia menjadi pe mimpin perkumpulan Melati Puspa"
"Paman, aku percaya omonganmu. Apakah Ni Maya Dewi
itu suka berpakaian serba putih dan me miliki senjata ampuh
berupa sebuah kebutan?"
Laki-laki itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala
kuat-kuat. "Tidak, masayu, sama sekali tidak! Memang, Ni
Dewi adalah seorang wanita cantik jelita yang sakti
mandraguna, semua penduduk di dusun sekitar bukit ini
mengetahuinya baik-ba ik. Akan tetapi ia tak pernah
mengenakan pakaian serba putih seperti... seperti yang anda
pakai sekarang ini. Pakaiannya selalu indah dan berharga
mahal, dan senjatanya juga bukan kebutan, melainkan sebuah
sabuk yang amat indah, kalau tidak salah... ia pernah
menyebutnya, sabuk itu dina makan Sabuk C inde Kencana."
Jelas sudah, pikir Ni Dewi. Pemilik rumah itu jelas Ni Maya
Dewi, akan tetapi siapa wanita cantik berpakaian putih
bersenjata kebutan yang me mbakar rumah Maya Dewi lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menga muk dan marah- marah itu" Siapa wanita yang disebut
iblis betina oleh Jayeng"
"Paman, kenapa ruma h milik Ni Maya Dewi itu dibakar"
Siapa yang me mbakarnya?"
"Itulah yang me mbuat kami ber lima, para pembantu Ni
Dewi, merasa penasaran sekali, masayu. Pagi itu, ketika kami
mendaki puncak bukit ini untuk bekerja seperti biasa,
setibanya di puncak kami melihat rumah yang indah itu telah
habis terbakar, menjadi abu dan arang. Kami tidak melihat
siapapun juga di sana, bahkan kami tidak dapat mene mukan
Ni Dewi. Karena itu, kami juga tidak tahu siapa yang
me mba kar ru mah itu. Akan tetapi kami me lihat banyak pohon
tumbang dan batu besar pecah berantakan. Sungguh
merupakan hal yang penuh rahasia dan sampai sekarang ka mi
masih merasa penasaran sekali, masayu. Bahkan pagi inipun
saya sengaja berjalan-jalan, dengan harapan dapat bertemu
dengan Ni Dewi."
"Kalau menurut pendapat mu, siapa kiranya yang me mbakar
rumah itu, pa man?"
"Saya tidak tahu. Ni Maya Dewi me mpunyai banyak musuh.
Sudah banyak orang, laki-laki dari segala golongan,
berdatangan untuk meminangnya. Akan tetapi mereka
semua ditolak, bahkan yang menggunakan kekerasan
dikalah kan dan dirobohkan oleh Ni Dewi. Mungkin ada yang
me mba las dendam, atau mungkin.... Ni Dewi sendiri yang
me mba kar ru mahnya! la me mang seorang wanita yang cantik
dan sakti mandraguna, akan tetapi wataknya aneh sekali,
masayu. la banyak melamun dan banyak menangis."
Ni Dewi Melati Puspa semakin penasaran. Penggambaran
orang itu tentang diri Maya Dewi juga terasa aneh olehnya. Ni
Maya Dewi menolak la maran banyak pria, merobohkan
mereka dan banyak melamun, bahkan banyak menang is,
hidup menyepi di sini. Sungguh berlawanan dengan sifat Ni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maya Dewi seperti yang ia kenal, ganas, binal, sesat dan
kejam! "Sebuah pertanyaan lagi, pa man. Apakah Ni Maya Dewi
me mpunyai kenalan, atau pernah dikunjungi, seorang wanita
cantik berpakaian putih yang me mpunyai senjata sebuah
kebutan?" Laki-laki itu mengerutkan sepasang alisnya, berpikir-pikir,
lalu me nggeleng kepalanya. "Tidak, masayu, selama dua
tahun kami be kerja pada Ni Maya Dewi, belum pernah saya
me lihat wanita berpakaian putih bersenjata kebutan."
"O, jadi Ni Maya Dewi baru dua tahun tinggal di puncak
Bukit Keluwung ini?"
"Begitulah, masayu."
"Terima kasih, pa man. Nah, andika boleh pergi sekarang.
Akan tetapi jangan ke puncak bukit ini. Aku yang akan
me lakukan penyelidikan ke sana."
"Baiklah, masayu." laki-la ki itu lalu me langkah pergi menuju
dusun tempat tinggalnya. Dari sikap dan pe mbawaan Ni Dewi
Melati Puspa, dia dapat menduga bahwa wanita itu adalah
sebangsa majikannya, yaitu seorang yang me miliki kesaktian
dan wataknya aneh.
Ni Dewi lalu berkemas, la me mbersihkan diri di sebuah
pancuran air, kemudian mula ilah ia mendaki bukit itu. Hemm,
pikirnya, jadi Maya Dewi baru sekitar dua tahun tinggal di sini"
Ini berarti bahwa iblis betina itu mengundurkan diri ke s ini
sehabis perang di Batavia, seperti juga dirinya.
Karena ingin sekali segera dapat tiba di puncak dengan
harapan dapat bertemu dengan Maya Dewi yang mungkin
masih bersembunyi di sekitar puncak, Ni Dewi Melati Puspa
lalu mengerahkan Aji Bayu Sakti, berlari mendaki Bukit
Keluwung seperti terbang cepatnya sehingga tak lama
kemudian ia sudah berdiri didepan bekas rumah yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i abu dan arang itu. Di ja lan tadi iapun me lihat pohon-
pohon yang tumbang dan batu-batu yang pecah berantakan.
Sungguh mengerikan bekas amukan wanita baju putih yang
me megang kebutan itu. Dari bekas a mukannya saja Ni Dewi
dapat menduga bahwa wanita itu tentu sakti mandraguna dan
merupakan lawan yang amat tangguh dan berbahaya!
Melihat suasana di s itu sunyi, tiada seorangpun tampa k, Ni
Dewi lalu melewati bekas rumah, me lihat-lihat ta man bunga
dan kebun yang indah dan agaknya terawat baik-baik. Ia
berjalan terus menuju ke belakang kebun dan akhirnya ia
berdiri di depan guha itu. Ia tertarik sekali. Siapa tahu Maya
Dewi masih berada di sini, bersembunyi di dalam guha besar
ini! Akan tetapi mengapa bersembunyi" Bisakah seorang
seganas dan sekejam Maya Dewi ketakutan dan perlu
bersembunyi" Akan tetapi, ia harus menyelidiki.
Ni Dewi mencabut pedangnya. Di balik sarung pedang
yang berukir bunga melati itu, keluarlah sebatang pedang
yang menimbulkan sinar hijau berkilat dan pada tubuh
pedang itu terukir bentuk seekor naga. Itulah pedang Naga
Wilis yang a mpuhnya menggiriskan! Dengan pedang di
tangan kanan untuk bersiap siaga, Ni Dewi lalu me masu ki
guha. Ia melangkah perlahan-lahan, berhati-hati, apalagi
ketika ternyata bahwa guha itu me mpunyai terowongan.
Dengan penuh kewaspadaan, seluruh syaraf dalam tubuhnya
siap siaga menghadapi bahaya, ia melangkah maju terus,
satu-satu, karena terowongan itu agak gelap.
Akhirnya terowongan itu berakhir, buntu karena terhalang
tumpukan batu-batu yang menyumbat terowongan. Mudah
dilihat dalam keremangan bahwa terowongan itu agaknya
tertutup batu-batu yang longsor dan runtuh dari atas. Ni Dewi
bergidik. Tempat ini berbahaya sekali, pikirnya. Kalau ada
keruntuhan batu-batu lagi sebelum ia keluar, ia bisa celaka.
Tertimpa batu-batu atau terkurung da la m terowongan, tidak
ma mpu keluar lag i. Teringat akan kemungkinan longsornya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu-batu seperti yang ia lihat di depannya, ia lalu me mutar
tubuh dan cepat-cepat keluar dari terowongan itu. Ni Maya
Dewi je las tidak berse mbunyi di situ.
Setelah tiba di luar guha, ia menyarungkan pedangnya dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri me mandang guha itu. Kini setelah ia menga mati mulut
guha dengan penuh perhatian, baru tampak olehnya tulisan
yang terukir di atas batu besar yang terdapat di depan guha.
Ia cepat mengha mpiri dan membaca tulisan itu..
"KUBURAN MAYA DEWI DAN BAGUS SAJIWO"
Membaca tulisan itu, Ni Dewi Melati Puspa menjadi
bengong. Jantungnya berdebar tegang. Jadi Maya Dewi telah
mati" Terkubur di dalam guha" Ah, tentu tertimpa dan teruruk
timbunan batu longsor dalam terowongan itu. Dan Bagus
Sajiwo" Siapa itu" Belum pernah dia mendengar na ma itu.
Akan tetapi.... nama itu seperti tidak asing bagi telinganya. Ia
pernah mendengar tentang nama itu! Akan tetapi siapa" Di
mana ia mendengarnya" Ni Dewi mencoba untuk mengingat-
ingat, namun sia-sia. Ia tidak ma mpu mengingat kemba li di
mana ia pernah me ndengar tentang na ma Bagus Sajiwo itu.
Sesungguhnya, memang pernah Ni Dewi Melati Puspa,
ketika ia mas ih dikenal dengan na ma Sulastri, mendengar
nama Bagus Sajiwo ini. Ketika itu ia dan Jatmika bertemu
dengan Sutejo atau Ki Tejoman ik dan isterinya yang bernama
Retno Susilo. Mula- mula terjadi bentrokan antara ia dan Retno
Susilo karena ia me megang pedang Naga Wilis yang tadinya
menjad i milik Retno Susilo. Setelah kedua pihak saling
berkenalan dan tahu bahwa mereka adalah orang-orang
segolongan, bukan musuh, Ki Tejoman ik dan Retno Susilo
mencer itakan tentang anak mereka yang hilang, diculik orang,
dan anak itu bernama Bagus Sajiwo. Retno Susilo la lu meno lak
ketika Sulastri hendak me ngembalikan pedang Naga Wilis,
bahkan dengan suka rela me mber ikan pedang itu kepada
Sulastri. Nah, hanya sekali itulah Sulastri mendengar akan
nama Bagus Sajiwo dan ketika itu ia malah berjanji hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbantu mencari anak yang hilang itu. Akan tetapi sekarang
ia sudah lupa sama sekali walaupun na ma itu tidak asing
terdengar oleh telinganya. Setelah merasa yakin bahwa di situ
tidak ada apa-apa lagi untuk diselidiki, Ni Dewi lalu
men inggalkan puncak Bukit Keluwung. Ia teringat akan cerita
Jayeng bahwa iblis betina baju putih bersenjata kebutan itu
me lakukan pengejaran menuju ke arah selatan. Maka, iapun
lalu menuju ke arah selatan? Siapa tahu ia akan bertemu
dengan iblis, betina itu. Dan siapa tahu pula ia akan dapat
mene mukan Lindu Aji atau Jatmi-ka. Ia me mang hendak
menyusul Lindu Aji di tempat asalnya, di rumah tempat tinggal
ibu pe muda itu. la masih ingat. Lindu Aji pernah bercerita
bahwa dia berasal dari dusun Gampingan, daerah
Gunung Kidul, dekat pantai Laut Kidul. Ia akan menyusul ke
sana! -oo0dw0oo- Lebih dua tahun yang la lu, ketika pasu kan Mataram yang
mengepung Batavia gagal da la m perang me lawan Kumpeni
Belanda karena terutama sekali pasu kan Mataram kalah
lengkap dalam persenjataan, ditambah adanya wabah pes dan
ma laria, juga karena kekurangan ransu m, para satria yang
me mbantu pasukan Matara m juga berpencar meninggalkan
Batavia, kembali ke tempat tinggal masing-mas ing.
Seorang di antara mereka adalah Lindu Aji, seorang satria
pendekar yang budiman dan sakti mandraguna. Dari Batavia,
Lindu Aji diajak oleh Sulastri ma mpir ke Dermayu bersama
Jatmika, seorang satria lain yang mas ih terhitung saudara
sealiran persilatan. Memang ada hubungan erat antara
mereka bertiga, hubungan yang me mberatkan hati Lindu Aji.
Tak dapat dia sangkal lagi dalam hatinya bahwa dia saling
jatuh cinta dengan Sulastri. Akan tetapi, ketika dia dan Sulastri
bentrok dengan gerombolan penjahat, Sulastri tertimpa
ma lapetaka, terjatuh ke dalam jurang. Dia sudah berusaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencarinya, namun tidak dapat mene mukan gadis yang
dikasihinya itu. Sulastri lenyap begitu saja. Kalau mati tidak
terdapat mayatnya di dasar jurang. Kalau hidup, entah ke
mana" Akhirnya dia bertemu juga dengan Sulastri, akan tetapi
gadis itu kehilangan ingatannya masa lalu, bahkan lupa akan
namanya sendiri sehingga me makai na ma baru, yaitu Listyani
dengan sebutan Eulis. Dan dia me lihat betapa Jatmika a mat
mencintai Listyani dan agaknya Listyani atau Sulastri juga
mencinta Jatmika.
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo Karya : Asmara man S Kho Ping Hoo
DJVU oleh : OrangStress Dimhader
Convert by : Lavender & Dewi KZ
Editor : Lavender & Dewi KZ
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 06 KARENA itu, ketika dia diminta mene mani Sulastri yang
telah pulih ingatannya itu ke Dermayu, dia sudah menga mbil
keputusan untuk mengalah. Dia harus mundur dan berkorban,
demi cintanya yang tulus. Dia tidak boleh mengganggu
kebahagiaan Sulastri dan Jatmika. Biarlah mere ka berdua
menjad i suami isteri. Dia melihat bahwa Jatmika adalah
seorang satria yang hebat dan sudah pantas sekali menjadi
suami Sulastri. Karena itu, di Dermayu d ia me mbujuk Sulastri
agar menikah dengan Jatmika. Dia terpaksa menolak
pernyataan cinta kasih Neneng Salmah yang pernah
ditolongnya dan kini gadis waranggana itu tinggal bersama
Sulastri. Dia tahu betapa tulus dan mendalam perasaan cinta
gadis Sunda itu kepadanya, akan tetapi karena cinta kasihnya
hanya kepada Sulastri, maka dia hanya menerima Neneng
Salmah sebagai adik angkatnya! Kemudian dia meninggalkan
Dermayu, men inggalkan semua orang yang menimbulkan lika-
liku cinta yang mendatangkan guratan-guratan pedih dan
me mbingungkan.
Setelah men inggalkan Dermayu dan berusaha sekuat
tenaga untuk melupa kan Sulastri, me mbayangkan bahwa
Sulastri akan. hidup berbahagia di samping Jatmika sehingga
diapun ikut merasa senang me lihat orang yang dikasihinya itu
berbahagia, Lindu Aji langsung saja melakukan perjalanan
pulang. Pulang! Kata ini mendatangkan kerinduan dalam
hatinya. Dia sudah rindu sekali kepada kampung ha la mannya.
Gampingan, itu lah tanah tu mpah darahnya, tanah di mana
darah ibunya tertumpah ketika me lahirkan dia. Di sana ada
ibunya tercinta, ibunya yang nama kecilnya" Warsiyem dan
kini menjadi Nyi Harun satu-satunya orang yang amat
dikaguminya, dipuja dan dikasihani-nya. Ibunya, yang kini
tentu sudah berusia hampir e mpat puluh tahun. Lalu ada pula
Bibi Juminten, janda dengan dua orang anak yang ditampung,
tinggal bersa ma ibunya, me mbantu ibunya berjualan warung
makan. Pryadi berus ia delapan tahun dan Wulandar i berusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekitar enam tahun, dua orang anak Bibi Ju minten. Dan di
sana ada pula Pakde Parto, tetangga yang amat baik kepada
orang tuanya itu. Dan para tetangga lain yang kehidupan
mereka secara gotong royong me mbuat mereka menjadi
bukan sekedar tetangga, melainkan seperti keluarga sendiri!
Dan bukit-bukit batu ga mping itu, pantai itu, lalu Segoro Kidul
yang angker dengan gelombang dan ombaknya yang
menggunung! Dengan batu-batu karangnya yang kokoh! Ah,
betapa rindunya dia akan semua itu.
Kedatangannya di Gampingan me mang merupakan peristiwa yang mengge mbira kan, bukan hanya bagi ibunya
yang menangis sa mbil merangkulnya, juga bagi Bibi Ju minten,
kedua orang anaknya, Pak de Parto, bahkan semua penduduk
Gampingan ikut berbahagia. Namun, kesenangan itu lebih
pendek usianya dari pada kesusahan. Kesenangan sebentar
saja lewat dan berlalu tanpa men inggalkan be kas. Kesusahan
juga akhirnya lewat dan berlalu walaupun lebih la mbat dan
terkadang men inggalkan be kas-bekas keharuan.
Aji berziarah ke kuburan mendiang Harun Hambali, ayah
kandungnya, kuburan mendiang Ujang Karim sahabat
ayahnya, dan kuburan Ki Tejobudi, gurunya. Sampai la ma dia
tepekur di depan kuburan mendiang Ki Tejobudi dan
terkenanglah dia akan segala kebaikan gurunya itu. Diapun
mencer itakan semua isi hatinya kepada ayah kandungnya,
seolah melaporkan segala maca m perasaannya.
Setelah tinggal di dusun Ga mpingan selama beberapa bulan
saja Lindu Aji sudah melampias kan semua kerinduannya. Dia
sudah pergi ke semua tempat di mana dahulu dia sering pergi,
mengunjungi se mua te man yang dikenalnya di daerah itu
sehingga se mua kerinduannya terobati lah sudah. Pada suatu
senja, Nyi Warsiyem, ibu kandungnya, mengajaknya bercakap-
cakap di ruangan depan. Nyi juminten yang tahu diri tidak
mau mengganggu dan mengajak kedua orang anaknya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbantunya sibuk di dapur, me mpersiapkan ma kan malam
untuk ke luarga itu.
"Aji, engkau sudah cukup dewasa dan sudah banyak pula
engkau merantau dan me mbantu Mataram seperti dikehendaki
mendiang gurumu. Ayahmupun tentu senang sekali melihat
semua perjuanganmu. Sekarang, tinggal satu hal yang harus
kau lakukan untuk menyenangkan hati mendiang ayahmu dan
aku." "He mm, apakah itu, ibu?" tanya Lindu Aji walaupun dia
sudah dapat menduga ke arah mana ucapan ibunya itu
menuju. "Sudah sepatutnya engkau men ikah, Aji. Aku ingin
me mpunyai mantu dan cucu untuk mene maniku dalam
hidupku ini," lalu disa mbungnya cepat-cepat, "walaupun
Juminten itu sudah seperti adikku sendiri dan kedua orang
anaknya seperti anak-anakku sendiri. Akan tetapi, aku ingin
menge mban cucuku sendiri. Nah, penuhilah permintaan ibumu
ini, nak. Hanya satu kali ini aku mengajukan sebuah
permintaan kepadamu, bukan?" Suara yang merayu na mun
mengandung tuntutan itu amat dikenalnya dan Lindu Aji
merasa terharu.
"Baiklah, ibu. Aku akan berusaha me menuhi kehendakmu.
Akan tetapi, ibu tidak menghendaki aku menikah dengan
sembarangan gadis, bukan" Tentu ibu menghenda ki aku
men ikah dengan dasar sa ma-sama mencinta, bukan?"
Nyi Warsiyem teringat akan pengalamannya sendiri di
waktu muda. Iapun t idak ma u men ikah dengan pria yang tidak
dicintanya, dan ia menikah dengan mendiang sua minya,
dengan Harun Ham-bali, juga atas dasar sama-sama suka
atau saling mencinta. Ia mengangguk dan tersenyum menatap
wajah puteranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, Aji. Apakah selama ini dalam perantauanmu
engkau belum berte mu dengan seorang gadis yang menar ik
hatimu dan yang kaucinta?"
Ditanya demikian, Lindu Aji menundukkan mukanya dan
terbayanglah wajah beberapa orang wanita, berganti-ganti
muncul dalam ingatannya. Ada beberapa orang wanita yang
agaknya mencintanya, dan terutama sekali wajah dua orang
wanita yang kini terbayang olehnya. Wajah Sulastri dan wajah
Neneng Salmah. Akan tetapi dia sudah me ngangkat Neneng
Salmah sebagai adiknya sehingga yang tinggal dalam
kenangannya hanya wajah Sulastri. Gadis inilah satu-satunya
wanita yang telah mencuri hatinya, yang dicintanya dengan
segenap hatinya. Akan tetapi dia telah merelakah Sulastri
untuk menikah dengan orang lain. Mereka, Sulastri dan
Jatmika, saling mencinta dan dia yakin Jpahwa mereka tentu
hidup bahag ia sebagai sua mi isteri.
"Aji, mengapa engkau d ia m saja" Aku tidak percaya bahwa
tidak ada gadis yang jatuh cinta pada mu. Engkau muda,
tampan, gagah perkasa dan aku yakin engkau berbudi luhur!
Jawablah, Aji."
"Terus terang, ibu. Memang ada beberapa orang wanita
yang agaknya suka kepadaku, akan tetapi aku tidak dapat
mencinta mereka karena sesungguhnya, aku telah mencinta
seorang gadis...."
"Nah, gadis itulah yang harus menjadi mantu ku! Ia juga
mencinta mu, bukan?"
"Se mula me mang begitu, ibu. Akan tetapi kemudian terjadi
ma lapetaka kepada gadis itu sehingga ia kehilangan ingatan
tentang masa lalunya. Ia lupa kepada orang tuanya sendiri,
lupa akan namanya sendiri tentu saja juga lupa tentang diriku.
Nah, dalam keadaan lupa ingatan itu, ia jatuh cinta kepada
seorang pemuda lain yang juga men cintanya. Pemuda itu
seorang satria yang budiman dan a kupun rela menga lah, ibu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku relakan ia men ikah dengan pe muda itu karena kalau ia
berbahagia, akupun ikut berbahagia."
Nyi Warsiyem mendengarkan dengan a lis berkerut. Hatinya
kecewa bukan ma in. "Engkau yakin bahwa gadis itu juga
mencinta pe muda yang lain itu" Apakah ia mengaku terus
terang padamu bahwa ia me ncinta pe muda itu?"
Lindu Aji mengge leng kepalanya. "Ia tidak pernah
mengatakan itu, akan tetapi melihat adanya kemesraan dan
keakraban di antara mere ka, aku...."
"Dan kini mere ka berdua telah me nikah?"
"Entahlah, ibu. Akan tetapi ketika aku berpisah dari
mereka, beberapa bulan yang lalu, mere ka belum men ikah."
"Siapa nama gadis itu dan di mana ia tinggal?"
"Na manya Sulastri, setelah kehilangan ingatan ia me ma kai
nama Listyani, tinggal di Dermayu, dekat tempat asal
mendiang ayah. Akan tetapi sekarang ia telah sembuh,
ingatannya telah pulih kembali, ibu."
"Anak bodoh! Cepat kautemui ia, katakan terus terang
bahwa engkau mencintanya dan tanyakan apakah ia bersedia
menjad i isterimu. Engkau harus yakin bahwa ia benar-benar
mencinta pe muda lain, jangan ma in duga dan kira saja, Aji!"
"Akan tetapi, ibu...." Lindu Aji merasa sungkan dan malu
kalau harus me ne mui Sulastri dan bertanya tentang itu.
"Tida k ada tapi! Besok pagi engkau harus berangkat
mencari Sulastri dan minta kepastian darinya. Kalau hal ini
belum kaulakukan tentu aku akan selalu gelisah."


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terpaksa Aji tidak berani me mbantah kehendak ibunya.
Sore hari itu dia duduk melamun di tepi laut. Dia pergi ke sana
mengajak Priyadi dan Wulandari. Kedua orang anak itu
bermain-main d i tepi, mencari kerang. Akhirnya mereka bosan
dan berlari-lari mengha mpiri Lindu Aji yang duduk melamun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap i laut, me mandang ke arah ombak yang t iada
hentinya bermain dengan batu-batu karang.
"Mas Aji, kenapa engkau termenung sejak tadi?" tanya
Priyadi sambil men jatuhkan diri duduk di atas pasir dekat
Lindu Aji, sedangkan Wu landari mula i me mbuat pasir bu kit di
belakang mereka.
Lindu Aji meno leh, me mandang Priyadi dan tersenyum.
"Aku terkenang ketika dulu aku sering berlatih silat seorang
diri di pantai ini, Priyadi."
"Wah, ajari aku, mas! Aku juga ingin menjadi seorang
pendekar sepertimu, seperti yang banyak diceritakan bude
kepadaku."
"Untuk apa belajar silat, Yadi?" Priyadi mengerutkan
alisnya. "Agar aku dapat menjadi pahlawan, seperti cerita
bude, menegakkan kebenaran dan keadilan, me mbela tanah
air dan bangsa!"
Lindu Aji tersenyum. "Se mua orang dapat menjadi
pahlawan, Yadi. Bukan hanya yang memiliki kesaktian. Bahkan
orang yang sakti mandraguna banyak yang menjadi
pengkhianat, menjadi penjahat. Ilmu silat hanya merupakan
sebuah ilmu, tidak ada bedanya dengan ilmu-ilmu yang la in.
Baik buruknya tergantung dari manusianya yang me mpergunakan ilmu itu. Kalau dipergunakan untuk
kejahatan, dia seorang penjahat, kalau dipergunakan untuk
menegakkan kebenaran, untuk menolong orang lain, untuk
me mbantu negara, maka dia seorang pahlawan."
"Akan tetapi, kalau tidak pandai s ilat, tidak sakt i,
bagaimana bisa menjadi pahlawan" Apakah seorang petani
bisa menjadi pahlawan?"
"Kenapa harus yang pandai s ilat dan sakti" Seorang petani
atau pekerja apapun juga tentu saja dapat menjadi pahlawan!
Kalau petani itu me nggarap tanah dengan tekun dan baiknya,
mencegah kerusakan tanah karena banjir dan longsor,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me me lihara dan menjaga tana man. sehingga subur dan
hasilnya berlimpah, dia me mberi contoh kepada petani lain
dan menjad i tauladan, berarti sepak terjangnya itu amat
bermanfaat bagi bangsa dan negara dan dia berhak mendapat
julukan pahlawan! Banyak cara untuk menjadi pahlawan, Yadi,
seperti juga banyak cara untuk menjadi pengkhianat dan
penjahat! Orang dapat menjadi alat Gusti Allah atau alat
Setan, tergantung kepada si orang itu sendiri yang bebas
untuk menyerahkan diri kepada Gusti Allah atau kepada setan!
Mengertikah engkau, Yadi?"
Anak itu cuma mengangguk-angguk, setengah mengerti,
setengah bingung. Akan tetapi dia mencatat dalam hati karena
hal itu akan dia tanyakan kela k kepada budenya, yaitu Nyi
Warsiyem, atau kepada ibunya send iri.
Pada keesokan harinya, berangkatlah Lindu Aji men inggalkan rumah, meninggalkan Gampingan, untuk
me menuhi pesan ibunya. Ibunya me merintahkan agar dia
mendapatkan kepastian dari Sulastri, atau dia harus mencari
dan me milih seorang gadis untuk dijadikan isterinya. Kalau
sudah dapat, nanti ibunya yang akan me ngajukan la maran.
Selama da la m perjalanannya menuju Dermayu, Lindu Aji
me lewati banyak tempat yang dulu pernah dia lewati ketika
mengadakan perjalanan' bersa ma Sulastri. Dia me lihat betapa
setelah Mataram tidak lagi me lakukan perang terbuka
me lawan Kumpeni Belanda, tampa knya Kumpeni juga
menjaga agar tidak ada lag i per musuhan dari pihak para
penguasa di Nusa Jawa terhadap mereka. Pihak Kumpeni
mende kati para adipati, me mberi hadiah secara royal,
mengadakan perdagangan yang tampaknya menguntungkan
kedua pihak. Padahal, dari hasil re mpa-re mpa yang mereka bf
i dar i penduduk, mereka jual di luar negeri dengan harga
yang berlipat ganda lebih maha l sehingga mendatangkan
keuntungan yang amat besar. Lindu Aji me lihat betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak adipati yang bersikap longgar dan dapat dibujuk
Belanda sehingga terjalin persahabatan dengan Kumpeni.
Perjalanan jauh itu dilakukan Lindu Aji tanpa banyak
rintangan dalam perjalanan. Dia adalah seorang pendekar
yang sakti mandraguna. Pernah diangkat sebagai seorang
senopati muda yang melakukan tugas sebagai telik sandi
Mataram ketika Mataram hendak menyerbu Batavia dan untuk
itu dia menerima sebatang keri pusaka Kyai Nagawelang
sebagai tanda bahwa dia adalah seorang yang dipercaya oleh
Sultan Agung. Setelah perang selesai, karena dia tidak ingin
terikat menjadi seorang senopati muda, Lindu Aji menghaturkan keris pusaka itu kembali kepada Sultan Agung,
kemudian dia kembali ke Gampingan. Berbekal kesaktiannya,
me miliki banyak ilmu kedigdayaan, di antaranya Tenaga Sakti
Surya Candra (Matahari dan Bulan), Aji pukulan jarak jauh
Guruh Bumi, ilmu silat Wanara Sakti (Kera Sa kti), ilmu berlari
cepat Bayu Sakti dan aji pamungkas yang lembut na mun a mat
ampuh yang disebut Aji Tirta Bantala (Air dan Tanah), maka
dia tidak a kan mudah diganggu penjahat. Apalagi dia
berpenampilan sebagai seorang pe muda sederhana, jangkung
tegap, berwajah tampan dan man is, rendah hati sehingga
tidak ada sesuatu pada dirinya yang akan menarik perhatian
para penjahat untuk mengganggunya. Apa yang akan
dira mpok dari seorang pe muda sederhana seperti itu"
Beberapa bulan kemudian tibalah dia di Dermayu dan pagi
hari itu langsung saja dia menuju ke rumah Ki Subali yang
saterawan, seniman, bahkan dalang. Ki Subali yang berusia
sekitar lima puluh dua tahun itu tinggal di Dermayu bersama
isteri dan anak tunggalnya, yaitu Sulastri. Di rumahnya,
tadinya tinggal pula Ki Sa lmun, seorang seniman ga melan dan
duda, bersama anak tunggalnya, Neneng Salmah yang
menjad i waranggana kondang. Neneng Salmah dan ayahnya
terpaksa melarikan diri dari tempat tinggalnya di Sumedang
karena hendak dipa ksa menjadi isteri seorang pangeran dari
Banten, yaitu Raden Jaka Bintara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis dan ayahnya ini ditolong Lindu Aji dan ditipikan pada
Ki Subali di Der mayu.
Akan tetapi ketika Lindu Aji mengunjungi rumah itu, dia
hanya disambut oleh Ki Subali dan isterinya!
"Selamat datang, anakmas Lindu Aji! Mari, silakan mas uk
dan duduk. Kami merasa girang sekali mendapat kunjungan
andika!" kata Ki Subali dengan wajah girang dan Nyi Subali
juga menyambut pe muda itu dengan senyum ge mbira.
Setelah mereka duduk di ruangan depan, Lindu Aji
merasakan kesunyian rumah itu. Tentu saja dia sungkan
menanyakan Sulastri,
maka dia berkata, "Bagaimana
kabarnya, paman dan bibi berdua" Saya harap dalam keadaan
baik-baik saja, demikian dengan keadaan ni-mas Sulastri,
Paman Salmun dan Neneng Salmah."
Nyi Subali berkata dengan suara sedih setelah mengeluh
panjang. "O Al ah, nakmas! Mereka se mua telah perg i, di s ini hanya
tinggal kami berdua yang kesepian." Ibu ini me mang merasa
terpukul sekali dengan Keadaannya, ditinggal pergi orang-
orang yang disayangnya.
"Pergi" Mereka siapakah yang pergi, bibi?"
"Begini, anakmas Lindu Aji. Setelah andika perg i dar i sini
dan anakmas Jatmika juga pergi, Sulastri tampak selalu
berduka. Lebih lagi Neneng Salmah, gadis itu menjadi pucat
dan kurus. Tadinya kami berdua sudah bertanya kepada
mereka, akan tetapi mereka tidak mau bicara terus terang.
Akan tetapi pada suatu malam, akhirnya bibimu ini dapat
mengetahui sebab-sebabnya. Biarlah bibimu sendiri yang
bercerita." kata Ki Subali.
Nyi Subali lalu bercerita. Sebulan setelah Lindu Aji dan
Jatmika me ninggalkan ruma h keluarga Subali di Dermayu,
pada suatu malam Nyi Subali menuju ke kamar. Sulastri untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbujuk lagi kepada anaknya agar mau menceritakan
mengapa anaknya itu tampak lesu dan selalu termenung
penuh duka. Akan tetapi ketika tiba di depan pintu, ia
mendengar isak tangis Neneng Salmah dalam kamar Sulastri,
Nyi Subali merasa heran lalu berhenti di luar pintu,
mendengarkan. Terdengar suara Neneng Salmah di antara
isak tangisnya.
"Lastri... aduh, Lastri... kenapa engkau tidak pernah
mengaku padaku bahwa... bahwa... engkau saling mencinta
dengan kakangmas Lindu Aji.. ." Kenapa, Lastri..." Engkau
ma lah mendorong dia dan aku untuk saling berjodoh...!"
Sulastri menjawab dengan suara bernada menghibur.
"Sudahlah, Neneng, jangan menangis. Aku melakukan itu
karena aku tidak ingin menghalangi cinta mu terhadap
Kakangmas Lindu Aji. Tida k kusang ka bahwa dia menolak dan
men inggalkanmu."
"Dan aku yang buta, Sulastri! Aku... aku mengira bahwa
engkau mencinta Kakangmas Jatmika. Kalau aku tahu... ah,
kalau aku tahu bahwa engkau dan kakangmas Lindu Aji saling
mencinta, sampai matipun aku tidak akan beran i menyatakan
perasaanku kepadamu dan kepadanya." kata Neneng Salmah
sambil me nahan tangisnya.
"Sudahlah, anggap saja aku tidak berjodoh dengan mereka
berdua." "Tida k, Sulastri! Tidak! Engkau tentu akan berjodoh dengan
kakangmas Lindu Aji. Ketahuilah bahwa dia telah mengangkat
aku menjadi ad iknya. Dia sekarang adalah kakakku! Dan dia
amat mencintamu, Lastri. Ah, aku telah berdosa, telah
me mbikin putus pertalian kasih antara kalian berdua."
"Bukan, bukan engkau, Neneng, melainkan nasib yang
mengakibatkan semua masalah ini. Nasib yang menimpaku
karena aku kehilangan ingatanku tentang masa lalu sehingga
aku juga lupa sa ma sekali akan d iri Kakangmas Lindu Aji. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu Kakangmas Jatmika dan akrab dengan dia. Tentu
Kakangmas Lindu Aji mengira bahwa a ku mencinta
Kakangmas Jatmika, seperti juga pengiraan-mu. Seperti aku
terhadapmu, diapun men galah terhadap Kakangmas Jatmika." "Ohhh, semua ini salahku... salahku...! Sulastri, sudikah
engkau me mberi maaf kepadaku..." Ampunkanlah a ku,
Lastri...!"
"Neneng....!" Dan dua orang gadis itupun saling
berangkulan dan bertangisan.
Nyi Subali menghentikan ceritanya tentang percakapan
yang didengarnya dari luar kamar puterinya, percakapan
antara Sulastri dan Neneng Salmah itu.
Ki Subali berkata setelah menghela napas panjang.
"De mikian lah, anakmas Lindu Aji. Beberapa hari kemudian,
Sulastri berpa mit kepada kami untuk pergi merantau.
Kemauannya itu tak dapat kami cegah. Biarpun ibunya
menang is dan menahannya, tetap saja ia pergi. Ia
mengatakan bahwa hanya dengan merantau ia a kan dapat
menghibur hatinya. Maka
terpaksa kami tak dapat
menahannya lag i dan ia sudah pergi sebulan yang lalu."
Mendengar penuturan Nyi Subali tadi, Lindu Aji merasa
terharu sekali. Kiranya Sulastri tidak mau berjodoh dengan
Jatmika karena gadis itu hanya mencintanya, seperti juga dia
tidak mau berjodoh dengan Neneng Salmah karena dia-pun
hanya mencinta Sulastri seorang!
Terdengar Nyi Subali menya mbung keterangan suaminya.
"Dan beberapa hari kemudian, setelah Sulastri pergi, Neneng
Salmah juga mengajak ayahnya pergi, katanya hendak pulang
ke Sumedang."
Lindu Aji merasa terpukul sekali. Dia merasa menjadi
penyebab kesedihan dua orang gadis itu, Sulastri dan Neneng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salmah! Dia yang telah menghancurkan hati mereka,
me lenyapkan harapan dan kebahagiaan mereka.
Setelah bercakap-cakap sejenak, kesepian sua mi isteri itu
menular kepada Lindu Aji. Dia merasa kesepian sekali di
rumah yang telah ditinggalkan orang-orang yang dikasihinya
itu. Rumah itu rasanya sepi sekali, hanya meninggalkan
kenangan-kenangan pahit. Apalagi ketika dia mendengar dari
Ki Subali bahwa Jat mika juga meninggalkan te mpat itu tak
la ma setelah dia pergi, dan kepergi-an Jatmika lebih aneh lagi,
tanpa pamit kepada semua orang. Lindu Aji menghela napas
panjang. Dia mengerti sebabnya. Tentu Sulastri telah menolak
pernyataan kasih sayang Jatmika sehingga pe muda itu
menjad i patah hati dan pergi tanpa pamit, tentu saja dengan
perasaan hati yang hancur. Rumah ini menjad i saksi
kehancuran empat buah hati, akibat lika-liku cinta yang rumit!
Lindu Aji lalu berpa mit Untuk pergi, tidak dapat ditahan
oleh Ki Subali dan isterinya. Dia meninggalkan Dermayu dan
kembali ke timur. Dia hanya tahu bahwa Neneng Salmah dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya telah kembali ke Sumedang, akan tetapi dia tidak
ingin menyusul gadis yang sudah dia angkat sebagai adik
itu. Kemunculannya hanya akan menoreh lagi luka
yang sudah mulai se mbuh dalam hati gadis itu. Dia akan
mencari Sulastri, akan tetapi ke mana" Kemudian dia teringat
akan Ki Sumali yang tinggal di Loano, di tepi kali Bogawanta
itu. Ki Suma li a-dalah kakak Ki Subali, paman tua Sulastri.
Bukan tidak mungkin gadis itu mengunjungi pa man tuanya
yang merupakan satu-satunya keluarga ayahnya. Dengan
dugaan ini, Lindu Aji lalu mengarahkan perjalanannya ke
Loano. Di dusun Loano, yang letaknya di tepi kali Bogawanta,
tinggal Ki Sumali berdua dengan isterinya yang bernama
Winarsih. Mereka tinggal di ujung dusun, agak menyendiri dan
jauh dari tetangga karena rumah mereka me miliki kebun yang
luas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sumali adalah kakak dari Ki Subali yang tinggal di
Dermayu. Dia seorang laki-laki yang gagah perkasa, berbeda
sekali dari Ki Subali yang menjadi seorang sasterawan dan
seniman. Ki Sumali ini seba liknya men jadi seorang pendekar
yang gagah perkasa, memiliki aji kanuragan dan namanya
amat disegani di daerah Loano dan se kitarnya sebagai
seorang yang digdaya. Juga dikenal sebagai seorang pendekar
yang selalu menentang perbuatan jahat, selalu me lindungi
mereka yang tertindas. Laki-laki gagah ini berusia kurang lebih
lima puluh lima tahun, tubuhnya sedang namun kokoh.
Wajahnya tampan dengan kumis tipis. Dia me mpelajari
banyak macam ilmu silat dari berbagai aliran, akan tetapi yang
terakhir dia pernah berguru kepada Aki
Somad yang kini telah meninggal dunia. Mendiang Aki
Somad ada lah seorang datuk terkenal yang tinggal di
Nusaka m-bangan dan dari datuk ini Ki Sumali menerima
beberapa aji pukulan yang ampuh.
Isterinya, yang bernama Winarsih, adalah seorang wanita
yang masih muda, jauh lebih muda dari pada usia Ki Suma li
yang sudah lima puluh tahun, karena W inarsih baru berusia
dua puluh dua tahun! Ia menjadi isteri Ki Suma li ketika
berusia sembilan belas tahun. Wajahnya ayu manis merak
hati, terutama matanya yang lebar dan bening dan bibirnya
yang selalu menge mbangkan senyum manis sekali, jauh dari
dugaan kebanyakan orang, Winarsih yang sepantasnya
menjad i anak Ki Sumali itu, amat mencintai suaminya! Cinta
yang tulus, cinta murni bukan sekedar tertarik oleh rupa, harta
atau nama tenar, melainkan karena ada hubungan jiwa yang
erat di antara mereka, cinta yang membuat mereka rela
berkorban apa saja de mi kebahagiaan orang yang dicintanya!
Tentu saja sudah terlalu sering Wi-narsih digoda pria-pria
muda, dan godaan ini pasti terjadi secara dia m-dia m di luar
pengetahuan Ki Suma li, karena siapa yang berani mati
menggoda Winarsih di depan pendekar sakti itu" Namun,
semua rayuan dan godaan itu disambut Winarsih dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenang. Ia selalu menasihatkan kepada si penggoda bahwa ia
adalah is-teri orang dan tidak sepantasnya kalau mereka
menggoda dan merayunya karena itu berarti mereka hendak
merusak pagar ayu dan rayuan itu kalau dilayani, akan
menyeret mereka berdua ke dala m perjinaan yang merupakan
dosa besar! Akhirnya, setelah semua pria muda yakin bahwa
Winarsih adalah seorang isteri yang amat setia dan akan sia-
sia saja dirayu, bahkan amat berbahaya bagi pera-yunya kalau
ketahuan Ki Suma li, akhirnya tidak ada lag i laki-laki yang
berani menggoda wan ita yang ayu manis merak ati itu.
Ki Suma li bukan lah orang yang bodoh. Tentu saja dia tahu
bahwa banyak pria muda yang tertarik, bahkan tergila-gila
kepada isterinya dan banyak yang mencoba untuk merayunya.
Akan tetapi dia percaya dengan penuh keyakinan akan
kesetiaan isterinya, akan cinta kasih isterinya terhadap dirinya.
Maka diapun pura-pura tidak tahu saja agar jangan
men imbulkan keributan yang hanya akan membuat isterinya
menjad i ma lu.
Biarpun Ki Sumali tidak ikut berjuang me mbantu pasukan
Mataram ketika ba latentara Mataram menyerang Batavia
karena dia tidak tega men inggalkan isterinya, namun Ki Suma li
setia kepada Mataram sehingga dahulu dia pernah dimusuhi
gurunya sendiri, mendiang Aki So-mad yang terbujuk Kumpeni
Belanda dan menjadi antek Belanda. Akhirnya Aki So-mad
tewas dalam pertempuran antara pasukan Mataram melawan
Kumpeni Belanda di mana dia berp ihak kepada Belanda.
Namun, walaupun dia tidak akt ip me mbantu Mataram
berperang, tidaklah sia-sia dan menjad i seorang pendekar
karena di mana terjadi kerusuhan yang dilakukan penjahat-
penjahat mengacau kehidupan rakyat, Ki Sumali pasti tidak
tinggal dia m dan diberantasnya semua kejahatan itu.
Perbuatan ini tentu saja meru pakan bantuan besar kepada
negara dan bangsa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun telah dua kali Sultan Agung gagal menyerang
Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629, namun
kegagalannya itu di lain pihak me mbuat Kumpeni Belanda
Pendekar Setia 6 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 17
^