Pencarian

Bagus Sajiwo 5

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


Allah?" "Banyak yang dapat diberikan kepada orang lain, Dewi.
Kata-kata yang manis, senyuman yang cerah, tegur sapa yang
le mbut, sikap yang men ghormat dan ra mah, se mua itu dapat
kita berikan kepada siapa saja dan tidak kalah pentingnya
daripada pe mberian uang dan lain-lain."
Maya Dewi dia m dan termenung. Begitu banyak hal yang
didengarnya sebagai hal yang baru, yang belum pernah ia de-
ngar, apalagi ia lakukan. Dahulu, sejak kecil, ia hanya tahu
menuntut, minta dipenuhi kehendaknya. Sama sekali tidak
me mpunyai keinginan untuk me mberi. Ia hanya menuntut,
minta dilayani, sama sekail tidak ada pikiran untuk melayani.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang baru ia tahu bahwa manusia hidup me mpunyai
kewajiban yang amat banyak! Ia teringat akan hartanya, sepe-
ti perhiasan dari emas permata.
"Akan tetapi, Bagus. Kalau kita ha mbur-hamburkan milik
kita dan kita berikan kepada orang lain, apakah kita tidak,
akan kehabisan dan akhirnya kita sendiri terlantar?"
Bagus Sajiwo menggeleng kepalanya. "Sama sekali tidak,
Dewi. Gusti Allah itu Maha Murah dan Maha Kaya bahkan
seluruh apa yang ada di dunia ini adalah milikNya. Karena itu,
kalau kita menjad i penyalur berkahNya yang baik, maka kita
tidak akan kehabisan bahkan akan me ndapatkan berkah lebih
banyak lagi. Yang pandai akan menjad i se makin pandai, yang
kaya menjad i se makin kaya, yang kuat menjadi se makin kuat
karena semua kelebihan itu adalah berkahNya dan diberikan
kepada kita untuk disalurkan kepada mereka
yang me mbutuhkan."
"He mm, sekarang aku mulai mengerti. Itukah yang
dimaksudkan mereka yang mena makan diri mereka para
pendekar bahwa mereka selalu me mbela kebenaran dan
keadilan, menentang kejahatan?"
"Kurang lebih begitulah pendirian para pendekar." Bagus
Sajiwo me mbenar kan.
"Akan tetapi aku sekarang adalah seorang wanita lemah...
tidak mungkin a ku menjadi pende kar..." Maya Dewi mengeluh
sedih. "Sa ma sekali tidak, Dewi. Engkau me miliki dasar-dasar ilmu
kanuragan yang tinggi t ingkatnya. , Engkau hanya kehilangan
tenaga saktimu saja dan hal itu dapat kau peroleh kemba li
dengan latihan. Dan untuk itu, aku dapat me mbantu mu."
"Mendapatkan kembali Aji Wisa Sarpa dan Aji Tapak
Rudira?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo mengge leng kepalanya. 'Tidak, Dewi. Kedua
aji itu hanya pantas dikuasai orang yang hidupnya sesat, yang
menjad i hamba iblis dan hanya dipergunakan untuk
me lakukan kejahatan."
"Bukankah baik buruknya ilmu itu tergantung dari manusia
yang me mpergunakannya, Bagus?"
"Benar sekali, Dewi. Akan tetapi ada ilmu yang me mang
sifatnya sudah jahat. Kedua ajimu hanya untuk me mbunuh ka-
rena mengandung hawa beracun yang a mat jahat. Sekarang
marilah kita menggunakan waktu beberapa bulan di sini untuk
berlatih menghimpun tenaga sakti. Dengan tenaga yang
timbul dari hawa murni, engkau dapat menggunakan ilmu
silat mu untuk me mbe la diri. Sekarang cobalah engkau berlatih
dengan ilmu silat yang kau kuasai agar aku dapat melihat sifat
ilmu silatmu itu."
Karena ingin sekali, mendapatkan kembali kesaktiannya,
Maya Dew segera bangkit dan me masang kuda-kuda. Tu-
buhnya me mang mas ih terasa lemas, akan tetapi semangatnya besar. Setelah dua aji pamungkasnya lenyap, ia
merasa dilucuti senjatanya dan merasa tidak berdaya sama
sekali. Maka, mendengar bahwa Bagus Sajiwo hendak
me mbantunya me mpero leh tenaga sakti yang baru, yang tidak
sesat, ia menjadi bersemangat. Segera ia menggerakkan kaki
tangannya dan ber main s ilat dengan kedua tangan
me mbentu k cakar. Gerakannya indah dan gagah, hanya tentu
saja tidak mengandung tenaga sakti dan kehilangan
kegesitannya. Namun ilmu silat yang dima inkannya itu
merupakan ilmu silat yang bertingkat tinggi dan tangguh seka-
li. Itu adalah ilmu silat tangan kosong Singorodra yang ampuh.
Setelah selesai me mainkan ilmu silat itu, Maya Dewi berhenti
dan terkulai duduk di atas rumput. Tenaganya habis dan ia
merasa le lah seka li.
"Bagus, ilmu silatmu itu cukup bagus dan tangguh, Dewi.
Kalau dimainkan dengan tenaga sakti yang kuat, akan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu yang hebat. Selain ilmu silat tangan kosong tadi, ilmu lain
apakah yang kau kuasai?"
"Aku juga dapat bersilat dengan sa buk Cinde Kencana,
akan tetapi untuk me ma inkan nya, aku harus menggunakan
tenaga sakti. Dan kalau tenaga saktiku tidak lenyap, aku dapat
menggunakan Aji Pekik Singanada untuk merobohkan la wan
dan setiap tamparan tanganku mengandung hawa panas atau
dingin menurut sekehendak hatiku."
"Engkau telah me miliki dasar yang a mat kuat, Dewi. Aku
yakin setelah berlatih beberapa bulan saja, engkau akan dapat
menghimpun lagi tenaga saktimu. Akan tetapi aku hanya mau
me mbantu mu mendapatkan kemba li tenaga saktimu kalau
engkau berjanji bahwa kelak engkau tidak lag i akan
menggunakan tenaga saktimu untuk se mbarangan menyiksa,
apalagi me mbunuh orang. Pendeknya, kalau engkau
me mpergunakannya untuk melakukan kejahatan, aku tidak
sudi lagi men jadi sahabatmu, malah aku akan me nentangmu
dan menjadi musuhmu."
Girang sekali hati Maya Dewi mende ngar ini. "Jangan
khawatir, Bagus. Selama engkau berada di sisiku, aku akan
selalu mengikuti jejak hidupmu dan me naati semua
petunjukmu."
Demikianlah, di puncak Gunung Wilis yang dingin itu, Maya
Dewi berlatih, bersamadhi menghimpun tenaga sakti dan
hawa murni, dibantu oleh Bagus Sajiwo yang menggunakan
kekuatannya untuk me mbuka jalan darah dan me mbantu wa-
nita itu sehingga dengan mudah Maya Dewi dapat
menghimpun tenaga sakti yang intinya datang dari kekuatan
alam. Hanya dibutuhkan waktu kurang lebih se ratus hari,
dengan latihan tekun, akhirnya Maya Dewi me mperoleh
tenaga sakti yang murni, tidak bercampur hawa sesat seperti
ketika ia melatih Aji Wisa Sarpa dan Aji Tapak Rudiro. Tentu
saja ia menjadi girang bukan main dan cinta nya terhadap
Bagus Sajiwo se makin men dalam. Kini tahulah bekas datuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang pernah disebut sebagai iblis betina ini bahwa
biarpun usianya baru tujuh belas tahun, Bagus Sajiwo telah
me miliki ilmu kepandaian yang tinggi sekali, bahkan ia sendiri
tidak dapat mengukurnya, karena di dalam kesaktian pe muda
remaja itu terse mbunyi sesuatu yang aneh. Selain dari
me mpero leh kembali tenaga sakti yang cukup ampuh, kini
Maya Dewi juga banyak mengerti tentang hakekat hidup dan
terbukalah matanya yang selama ini dibutakan nafsu bahwa
kebahagiaan hidup hanya dialami seseorang apabila ia
berserah diri kepada Gusti Allah, bukan kepada Iblis sehingga
setiap tindakannya pasti melalui ja lan yang digariskan Gusti
Allah, yaitu jalan kebajikan, bukan seperti yang digariskan
Iblis, yaitu jalan pengabdian kepada nafsu iblis, mengejar
kesenangan duniawi dan badani dengan menghalalkan segala
cara. Setelah merasa bahwa Maya Dewi telah mendapatkan apa
yang ia cari, pada pagi hari itu Bagus Sajiwo ber kata, "Nah,
Dewi. Kulihat bahwa tenaga saktimu telah cukup kuat,
mungkin tidak kalah dibandingkan dulu sebelum engkau
kehilangan tenaga saktimu itu. Coba sekarang engkau bersilat
dengan ilmu Singorodra itu, ingin aku me lihat hasilnya."
Maya Dewi tersenyum, wajahnya kini berbeda dengan
beberapa bulan yang lalu. Wajah yang cantik jelita dan yang
dulu tampa k kadang menyeramkan itu kini tampa k anggun,
senyumnya wajar dan pandang matanya amat le mbut ketika ia
menatap wajah Bagus Sajiwo.
"Baiklah Bagus. Aku sendiri selama tiga bulan ini berjuang
mati-matian me lawan keinginanku sendiri untuk melihat
hasilnya karena engkau selalu me larang aku jika hendak
berlatih."
Bagus Sajiwo tersenyum. "Itu merupa kan satu di antara
ujian-ujian batinmu, Dewi. Aku me larang mu karena aku tahu
engkau ingin sekali, maka hendak kulihat apakah engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah ma mpu me lawan dorongan nafsu kehendak hatimu
sendiri. Dan ternyata engkau lulus!"
Maya Dewi lalu melompat ke tempat yang terbuka.
Gerakannya lincah seperti seekor burung srikatan, kemudian
mulailah ia bers ilat dengan kedua tangan me mbentu k cakar.
Itulah ilmu silat Singorodra (Singa Ganas). Kini gerakannya
berisi tenaga sakti sehingga setiap gerakan tangan menyerang
atau kaki menendang, me mbawa angin bersiutan.
"Ciaaaattt...!" Tangan kanannya men cengkera m ke arah
batu besar dan batu itu hancur tepinya.
"Haiiiittt...!" Kaki kirinya menendang sebatang pohon dan
dengan suara keras pohon itu tumbang!
Setelah Maya Dewi menghentikan per ma inan silatnya, wajah dan pernapasannya biasa saja
seolah tidak pernah menge luarkan tenaga besar. "Cukup bagus, Dewi.
Hanya saja harus engkau
ingat selalu kalau bertanding melawan manusia. Manusia bukan
batu atau pohon yang
boleh kau rusak begitu saja. Jangan terlalu mudah
dipengaruhi denda m a marah sehingga engkau ringan tangan
me lukai atau me mbunuh orang. Sekarang, tiba saatnya bagi
kita untuk berpisah, Dewi."
Wanita itu tiba-tiba meloncat ke depan Bagus Sajiwo dan
menatap wajah pe muda itu dengan mata terbelalak dan
wajahnya berubah pucat.
"Ber... pisah..." Apa... apa maksudmu, Bagus?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat wajah wanita itu pucat dan ketika bertanya itu,
bibirnya ge metar, Bagus Sajiwo merasa iba sekali. Diapun
dia m-dia m harus menga kui bahwa terdapat ikatan batin yang
amat kuat antara dia dan wanita itu dan ikatan inilah yang
terasa amat berat dan menimbulkan duka apabila terputus
dengan perpisahan.
"Mari kita duduk dan bicara, Dewi. Tenangkanlah dirimu
dan mar i kita me lihat kenyataan." Bagus Sajiwo duduk di atas
batu dan Maya Dewi juga duduk di atas sebuah batu di depan
pemuda itu. "Ingatlah, Dewi. Sejak kita saling ber jumpa
sampai hari ini, kurang leb ih lima bulan telah lewat. Sekarang,
engkau telah sembuh dari ancaman maut karena luka di
sebelah dalam badan mu, engkau telah mendapatkan kemba li
tenaga saktimu. Dan aku sendiri masih me mpunyai tugas yang
harus kulaksanakan. Oleh karena itu, kukira sudah tiba
waktunya bagi kita untuk saling berpisah dan mengambil jalan
masing-masing. Aku tidak khawatir karena engkau sekarang
sudah tahu jalan hidup apa yang harus kau tempuh, Dewi,
yaitu jalan yang berlandaskan kebenaran dan kebajikan."
"Tida k, Bagus, tidak! Jangan engkau tinggalkan aku
seorang diri di dunia ini. Aku... aku tidak sanggup lagi hidup
me nyendiri seperti dulu. Aku.. . aku tidak berani, aku takut,
Bagus...!"
Bagus Sajiwo tersenyum. "Apa" Engkau takut" Ah, sungguh
aneh sekali men dengar ucapanmu ini, Dewi. Dulu engkau
tidak takut menghadapi apapun dan s iapapun juga. Sekarang
engkau takut" Siapa yang akan mengganggumu" Engkau
seorang wanita sakti mandraguna. Barangkali engkau takut
kepada Candra Dewi, ka kak tirimu itu?"
Maya Dewi menggeleng kepalanya dan menghela napas.
"Bukan, Bagus. Aku tidak takut kepada Mbakayu Candra Dewi
atau kepada siapapun juga. Aku takut kepada... diriku sendiri.
Dengan adanya engkau di dekatku, aku merasa tenang,
tenteram, aman dan aku sanggup mengubah sifat-sifatku yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahulu. Dengan adanya engkau di sisiku aku berani dan kuat
menekan gejolak nafsu-nafsuku sendiri. Akan tetapi, kalau
engkau pergi men inggalkan aku, ahh, aku takut, Bagus. Aku
takut akan terseret oleh bujukan iblis dan kembali hidup
seperti masa lalu yang hanya akan me mbawa aku kedala m
dosa dan kesengsaraan hidup. Karena itu, jangan tinggalkan
aku, Bagus.' Perkenankan aku ikut denganmu, ke manapun
engkau pergi. Aku ingin mat i ataul hidup selalu di dekat mu."
"He mm, Dewi. Bukankah sudah berulang kali aku beritahu
padamu bahwa dengan me mbiarkan hatimu terbuka sehingga,
kekuasaan Gusti Allah jumeneng (hadir) di dalam batinmu,
engkau akan selalu mendapat bimbinganNya dan tidak perlu
takut terhadap apapun yang akan terjadi dan menimpa
dirimu! "

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku masih ingat dan tahu, Bagus. Akan tetapi aku
khawatir keyakinanku akan hal itu menjad i goyah kalau
engkau tidak berada di sampingku. Aku takut, Bagus, sungguh
aku takut sekali akan kele mahanku send iri. Aku mohon
padamu, Biarkan aku mengikutimu ke manapun engkau pergi!"
Bagus Sajiwo tertegun. Dia sendiri masih be lum tahu ke
mana dia akan pergi. Sebelum usianya dua puluh tahun, dial
tidak boleh menjumpai orang tuanya, tidak boleh kemba li ke
lereng Gunung Kawi di mana orang tuanya tinggal.
Demikianlah pesan Ki Ageng Mahendra kepadanya tanpa
me mber itahu mengapa de mikian dan dia sama sekali tidak be-
rani me langgar pesan gurunya itu. Dia hanya akan merantau
ke mana saja kakinya me mbawanya dan di sepanjang per-
jalanan harus selalu me mbela orang-orang yang tertindas dan
menentang orang-orang yang melakukan kejahatan. Kalau
Maya Dewi hendak mene man inya dalam perantauannya, apa
salahnya" Wanita ini tidak me ngganggu, bahkan dapat
me mbantunya menentang orang-orang jahat. Pula, agaknya
watak Maya Dewi sudah benar-benar berubah, la tidak lagi
mudah marah seperti dulu. Pula, mengingat akan masa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalunya yang mengerikan dan tekadnya untuk mengubah jalan
hidupnya, Maya Dewi memang perlu men dapat teman yang
dapat menasihati dan mengingatkan apabila ia akan tersesat
lagi. Setelah menghela napas seolah menghadapi seorang anak
kecil yang rewel, yang me mbuatnya tak berdaya menoiak, dia
berkata, "Baiklah kalau itu yang kau-kehenda ki. Kita
me lakukan perantauan bersama."
Tiba-tiba wajah yang tadinya pucat dan membayangkan
kesedihan itu berseri-seri, mulut yang tadinya ce mberut ha m-
pir menang is itu kini tersenyum lebar dan Maya Dewi lalu
me lompat ke depan merangkul leher Bagus Sajiwo!
"Terima kasih, Bagus! Aku tahu, engkau pasti tidak tega
kepadaku. Ah, engkau adalah orang yang paling mulia di
dunia ini, Bagus, dan engkau adalah penolongku, sahabatku,
pujaan hatiku, dan suamiku...!"
"Husshh, jangan begitu, Maya Dewi!" kata Bagus Sajiwo
dengan le mbut dia melepaskan rangkulan itu. "Kita bukan
suami isteri, cukup menjadi sahabat baik saja."
Maya Dewi tersenyum dan duduk kembali ke alas batu.
"Baiklah, engkau sahabatku, Bagus. Akan tetapi di dalam
hatiku, engkau tetap kuanggap sebagai suamiku. Aku
selamanya tidak akan sudi men ikah dengan pria lain kecuali
engkau. Nah, kita ke mana sekarang?"
"Dewi setelah kita sepakat untuk melakukan perantauan
bersama, maka ke arah mana kita pergi kuserahkan kepada-
mu. Aku sendiri adalah seorang yang masih buta akan
keadaan di dunia ra ma i, seolah seekor burung yang baru saja
me ninggalkan sarang, baru belajar terbang. Sebaliknya
engkau sudah biasa melanglang buana, mengena l daerah-
daerah, bahkan mengenal para tokoh sakti. Nah, terserah
kepadamu ke mana kita akan pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, baik sekali kalau begitu. Akan tetapi, lebih dulu peti
hartaku harus disembunyikan disini. Tidak mungkin kita
me lakukan perjalanan merantau me mbawa-bawa harta
sebanyak itu. Cukup beberapa potong saja, dan pakaian peng-
ganti" "Kalau begitu, mar i kita mencari tempat yang aman untuk
menye mbunyikan peti harta mu."
Keduanya lalu mencari-cari te mpat yang cocok. Akhirnya
mereka mene mukan sebuah guha kecil di puncak itu. Guha itu
hanya merupakan sebuah lubang di dinding batu gunung,
tidak lebih dar i satu meter persegi luasnya. Mereka me-
masu kkan peti harta itu di dalam lubang, menutupinya dengan
rumput dan semak, kemudian Bagus Sajiwo me nutup lubang
itu dengan sebongkah batu besar. Tenaga lima orang laki-la ki
biasa saja tidak akan ma mpu menggulirkan batu itu dari
depan lubang dan andaikata batu itu dapat disingkirkan, siapa
yang akan mengira bahwa ada peti harta tersembunyi di balik
rumput dan se mak-semak itu"
Setelah pekerjaan itu selesai, kedua orang ini turun dari
puncak Wilis, menggendong buntalan pakaian dan Maya Dewi
me mbawa beberapa potong perhiasan untuk be kal perjalanan
mereka. Mereka berjalan santai menuruni puncak. Maya Dewi tidak
ingin me lihat pondoknya yang sudah dibakar habis oleh
Candra Dewi seperti yang diketahuinya dari Bagus Sajiwo.
Mereka langsung me nuruni Gunung Wilis dengan santai kare-
na me mang perjalanan mereka itu tanpa tujuan, maka untuk
apa tergesa-gesa. Ketika mereka jalan berda mpingan menu-
runi puncak, Maya Dewi menggunakan kesempatan itu untuk
mengajak Bagus Sajiwo bercakap-cakap.
"Bagus, kita sudah bergaul begini akrab, akan tetapi aku
sama sekali tidak men getahui asal usulmu. Maukah engkau
mencer itakan riwayatmu kepadaku" Siapa orang tuamu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa engkau yang masih begini muda merantau seorang
diri tanpa tujuan?"
Bagus Sajiwo sudah menduga bahwa akhirnya Maya Dewi
tentu menanyakan hal ini dan diapun tidak mungkin dapat
berbohong. Dia tidak biasa berdusta, pula untuk apa
merahasiakan keadaan orang tuanya" Mereka adalah
pendekar-pendekar yang terkenal dan tidak ada alasan
apapun untuk menye mbunyikan kenyataan bahwa dia adalah
anak tunggal mere ka.
"Ayah bundaku tinggal di lereng Gunung Kawi. Ayah
bernama Ki Tejo man ik dan ibuku berna ma Retno Susilo..."
"Ahh...?" Maya Dewi terbelalak, la terkejut sekali
mendengar disebutnya nama- na ma itu sebagai ayah ibu Bagus
Sajiwo. "Maksudmu Sutejo yang juga terkenal dengan julukan
Cambuk Bajrakirana itu?"
"Benar, ketika muda ayahku berna ma Sutejo."
"Hebat...! Aku mengenal na ma besar ayahmu dan ibumu!
Juga nama ibumu pernah mengge mpar kan empat penjuru!
Lalu, kenapa engkau kini merantau seorang diri?" Maya Dewi
kini semakin kagum kepada pemuda itu yang ternyata
keturunan sua mi isteri yang terkenal sakti mandraguna.
"Aku menjadi murid mendiang Eyang Ki Ageng Mahendra.
Setelah guruku me ninggal dunia, aku turun gunung dan me-
rantau seorang diri." jawaban Bagus Sajiwo singkat saja
karena sebetulnya dia tidak ingin bercerita banyak tentang di-
rinya sendiri. "Bagus, setelah turun gunung, kenapa engkau tidak
langsung pulang ke rumah orang tua mu di Gunung Kawi?"
Bagus Sajiwo me nggeleng kepalanya. "Saatnya belum tiba,
Dewi. Sebelum usiaku mencapai dua puluh tahun, aku tidak
boleh mene mui orang tuaku."
"Eh, kenapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mendiang guruku yang me mesan begitu. Beliau adalah
seorang yang arif bijaksana dan aku harus menaati pesan nya
itu. Nah, sekarang ganti engkau yang menceritakan
riwayatmu, Dewi."
"He mm, masa laluku adalah buruk se kali, penuh dengan
kebusukan. Kalau tidak kepadamu, aku ma lu dan t idak akan
mau menceritakannya. Akan tetapi engkau berhak mengetahui
segala kebusukan itu. Aku tidak ingin menyimpan rahasia
keburukanku, agar engkau tahu betapa sesat dan jahatnya
aku." "Dewi, tidak ada seorangpun man usia yang se mpurna
tanpa cacat di dunia ini. Se mua orang berdosa karena tubuh
kita ini menjad i sarang dosa. Akan tetapi bagi siapa yang
mengakui dosanya dan mau bertaubat, Gusti Allah pasti akan
mengampuninya."
"Begitukah, Bagus" Ah, alangkah bahagia rasa hatiku kalau
me mang benar begitu. Akan tetapi dosa-dosaku terlalu
besar dan terlalu banyak. Ibuku telah meninggal ketika aku
masih kecil dan aku hidup bersama ayahku, seorang datuk
sesat terkenal bernama Resi Koloyit mo yang telah men inggal
dalam pe rang antara Mataram dan Kumpeni Belanda, dan juga
Mbakayu Candra Dewi tinggal bersa ma kami. Ibu kandungku
sudah janda dan me mpunyai anak Mbakayu Candra Dewi
ketika menikah dengan ayah. Kami berdua dididik oleh Ayah
dalam olah kanuragan. Mbakayu Candra Dewi kemudian
me larikan diri karena ayahku hendak menjadikan anak tirinya
itu sebagai isteri. Aku lalu ikut ayah merantau. Kemudian aku
selalu me mbantu pihak-pihak yang ber musuhan de ngan
Mataram. Ayahku mendenda m kepada Mataram, maka sejak
kecil aku sudah dijejali rasa benci kepada Mataram.
Demikianlah, aku me mbantu Madura dan Surabaya ketika
mereka berperang me lawan Mataram dan yang paling akhir
aku bahkan menjad i pimpinan telik san di (mata- mata)
Kumpeni Belanda dengan imbalan harta."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, menurut mendiang eyang guru, bangsa Belanda
me mang licik dan pandai me mbujuk orang-orang kita yang
pandai untuk me mbantu mere ka." kata Bagus Sajiwo.
"Ya, aku baru menyadari setelah bergaul denganmu bahwa
tindakanku itu sungguh a mat kotor dan jahat. Aku me mbantu
bangsa asing yang ingin me nguasai tanah air dan bangsaku,
aku menjadi pengkhianat yang hendak menjual tanah air dan
bangsaku."
"Se mua itu sudah berlalu, Dewi. Yang sudah biarlah lewat
dan mula i sekarang, asalkan engkau bertaubat dan tidak me-
lakukan keke liruan itu lagi, bahkan me nebusnya dengan amal
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Gusti Allah, yaitu
me mbe la kebenaran dan keadilan, Gusti Allah tentu akan
menga mpuni semua dosamu karena Dia itu selain Maha Kuasa
dan Maha Murah, juga Maha Pengampun dan Maha
Segalanya!"
"Oohh... kalau saja benar kata-katamu itu, Bagus. Akan
tetapi bukan itu saja kesesatan-kesesatan yang telah ku-
lakukan. Aku bukan seorang pere mpuan bersih, aku hina dan
kotor. Selama belasan tahun ini aku me njadi ha mba dari
nafsu-nafsuku sendiri. Aku banyak membunuh orang. Aku
me mper ma inkan banyak pr ia dan menjadi per ma inan mereka.
Ah, sesungguhnya tidak pantas aku berdekatan dengan
seorang pemuda sebersih engkau, Bagus. Akan tetapi aku...
aku hanya me mpunyai engkau sebagai gantungan ha rapanku.
Hanya kalau berada di sisimu aku sanggup untuk mene mpuh
hidup baru, mengubah semua jalan hidupku yang sudah lalu.
Tapi aku kotor, Bagus... aku kotor. .."
Bagus Sajiwo merasa terharu. "Itulah yang terpenting
dalam hidup ini, Dewi. Melihat dengan jelas kekurangan dan
kekotoran diri sendiri. Orang yang merasa dirinya kotor pasti
bersemangat untuk me mbersihkan diri dar i kekotoran itu.
Orang yang merasa dirinya bodoh tentu mudah mendapat
tambahan pengetahuan. Sudahlah, cukup kita bicara tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ma sa lalu yang hanya mendatangkan rasa duka, denda m dan
penasaran belaka. Mari kita kemba li ke saat ini. Nah, karena
engkau yang me mimpin perjalanan kita ini, ke mana sekarang
kita akan pergi, Dewi?"
Wajah yang tadi diliputi mendung itu kini menjadi cerah
kembali dan Maya Dewi ber kata dengan, penuh semangat.
"Aku pernah mendengar ketika aku mas ih tinggal di puncak
Bukit Keluwung bahwa daerah sebelah selatan Pegunungan
Kidul, di sekitar muara Kali Lorog, terdapat pusaka-pusaka
terpendam yang saat ini dicari se mua tokoh sakti dan
dijadikan rebutan. Nah, bagaimana kalau kita ke sana untuk
me lihat-lihat" Siapa tahu kita berjodoh dengan pusaka-pusaka
itu dan dapat mene mukannya?"
Bagus Sajiwo menjadi ge mbira me ndengar ini. Dia yang
belum banyak penga laman tentu saja ingin se kali melihat apa
yang terjadi di tempat yang dikabarkan menyimpan pusaka.
Jiwa petualang da lam dirinya yang masih muda itu bangkit.
"Ah, senang sekali aku untuk pergi ke sana, Dewi! Akan
tetapi, tahukah engkau pusaka-pusaka macam apa saja yang
diperebutkan orang itu?"
"Mula- mula sebuah kitab kuno, peninggalan jaman
Mojopahit dite mukan orang. Di dalam kitab kuno itu disebut-
kan bahwa pada waktu itu, sampai seka rang sudah tiga .ratus
tahun lebih, terdapat semacam obat yang berkasiat ajaib,
berupa jamur dan disebut Ja mur Dwipa Suddi dan kabarnya
jamur ini me mpunyai dua sifat yang bertentangan, yaitu bagi
mereka yang berjodoh, kalau ma kan ja mur ini akan
me mpero leh kekuatan yang dahsyat. Sebaliknya bagi yang
tidak berjodoh, makan jamur ini justru akan menghilangkan
semua tenaga yang telah dikuasainya. Jamur itu kabarnya
sudah dikeringkan sinar matahari dan biarpun disimpan
berabad-abad lamanya tidak akan me njadi rusak."
"Hebat sekali! Dari mana asalnya jamur ajaib seperti itu,
Dewi, aku menjadi ingin se kali mengetahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut cerita dalam kitab kuno itu, Jamur Dwipa Suddi
berasal dari ja mur yang tumbuh di tubuh naga laut. "
"Wah, luar biasa seka li!"
"Ceritanya begini, Bagus. Di jaman dulu, berabad-abad
yang lalu, daerah Muara Kali Lorog itu termasu k wilayah Ke-
rajaan Wengker yang menjadi musuh bebuyutan dari Kerajaan
Mataram Lama. Pada suatu hari, seorang pertapa yang suka
mengumpulkan rempa-re mpa, akar dan daun-daun yang
berkhasiat sebagai obat, berjalan-jalan seorang diri di pantai
Laut Kidul. Dia me lihat sebatang ba lok atau batang pohon
yang besar dan panjang di pantai dan ketika dekat, dia
me lihat beberapa buah jamur tu mbuh di batang pohon yang
me lintang di atas pasir itu. Setelah me meriksa dan mencium-
nya, pertapa itu maklum bahwa jamur langka itu tentu
mengandung khasiat yang ampuh, maka dia lalu mencabuti
jamur itu. Alangkah kagetnya ketika tiba tiba batang pohon
atau balok itu berge rak! Dan ternyata "balok" itu adalah se-
ekor naga atau ular yang besar sekali. Naga itu segera
kembali ke laut dan pertapa yang kaget setengah mati itu
baru tahu bahwa yang dicabutnya tadi adalah ja mur-jamur
yang tumbuh di tu buh naga."
"He mm, hebat dan menar ik sekali!" kata Bagus Sajiwo.
"Ke mudian muncul puluhan orang perajurit Wengker dan
para perwiranya hendak merampas ja mur itu. Barulah sang


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertapa maklum bahwa jamur yang dite mukannya itu adalah
Jamur Dwipa Suddi. Dia me mpertahankannya dan menga muk.
Akhirnya, semua pengeroyok yang puluhan orang jumlahnya
itu tewas, akan tetapi sang pertapa juga menderita luka-luka
parah. Dan sebelum dia ma ti, dia menyembunyikan ja mur
ajaib itu. Nah, sejak itu, tak seorangpun mengetahui di mana
adanya jamur itu dan setelah kitab yang mengandung cer ita
itu ditemukan orang baru-baru ini, ketika aku meninggalkan
Batavia, barulah orang-orang sakti ramai me mperebutkan dan
mencarinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menarik sekali, Dewi. Mari kita segera pergi ke sana!"
Bagus Sajiwo, bagaimanapun juga, adalah seorang pemuda
remaja yang tentu saja tertarik akan hal-hal yang luar biasa.
Mereka berdua lalu me mpercepat langkah menuruni gunung
dan ternyata Maya Dewi kini sudah dapat berlari seperti
terbang. Wanita itu sudah pulih, me miliki kecepatan dan te-
naga yang kuat, hanya ia tidak lagi dapat menggunakan dua
aji pukulan beracun itu.
0odwo0 Kegagalan bala tentara Mataram me nyerang Kumpeni
Belanda di Batavia yang terjadi sampai dua kali (1628 dan
1629) itu sedikit banyak menyuramkan kecemer langan dan
kebesaran Mataram. Terutama sekali para adipati di daerah
Pasundan merasa kecewa dan penasaran sekali. Yang
mender ita paling parah adalah Kadipaten Sumedang. Adipati
Sumedang, pada waktu itu adalah Adipati Ukur yang
menggantikan Pangeran Mas Gede yang dianggap tidak setia
kepada Mataram dan menjalin hubungan dengan Kerajaan
Banten, telah membantu Mataram ketika menyerang Batavia.
Banyak sekali perajurit Sumedang yang tewas dalam perang.
Juga Sumedang telah me nguras persediaan berasnya untuk
dijadikan ransum bala tentara Mataram. Namun hasilnya
mengecewakan. Matara m gagal dalam penyerangan dua kali
berturut-turut itu.
Para tokoh pimpinan di tanah Pasundan menjadi kecewa
dan kepercayaan mereka terhadap Sultan Agung di Mataram
men ipis yang men gakibatkan kesetiaan mereka terguncang.
Mereka, terutama Adipati Ukur sebagai penguasa tertinggi di
daerah itu, tidak mengakui lagi kekuasaan Mataram atas
daerah Pasundan. Bahkan Pasundan yang pada waktu itu
kekuasaannya berpusat di Sumedang lebih suka menja lin
hubungan dengan Banten, juga dengan pihak Kumpeni
Belanda. Sikap penguasa Sumedang ini segera terdengar oleh
Sultan Agung yang menjadi marah bukan main. Persiapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perang baru untuk menyerbu daerah Pasundan yang
me mberontak itupun dilakukan.
Di Sumedang sendiri, Adipati Ukur juga maklum akan
bahaya penyerangan Mataram itu. Maka, diapun sudah
bersiap-siap, mengumpulkan semua kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Adipati Ukur sudah minta bantuan
Kumpeni Belanda, akan tetapi Kumpeni Belanda masih merasa
ngeri untuk me mbantu Sume dang secara terang-terangan
karena me reka ingat akan penyerangan-penyerangan
Mataram yang menga kibatkan terja tuhnya banyak korban itu.
Mereka tidak ingin me mbangkit kan kemarahan Mataram dan
merasa lebih a man kalau mereka tidak menca mpuri
pertentangan antara Sumedang dan Mataram. Akan tetapi
dia m-dia m Kumpeni merasa gembira sekali dan berusaha
me lalui para antek mereka untuk mengobar kan kemarahan
Sumedang terhadap Mataram. Memang keadaan ini a mat
menguntungkan Kumpe ni dan merupakan satu d i antara daya
upaya untuk dapat menguasai Nusantara. Dengan cara
mengadu domba, me mbiar kan para penguasa itu saling
hantam sendiri sehingga mereka menjadi le mah. Pihak
Kumpeni berpura-pura me mihak Sumedang dan hanya
me mbantu dengan beberapa pucuk senapan dan meriam saja,
namun tidak langsung mengirim pasukan untuk me mbantu.
Dala m waktu kedua pihak, Sumedang dan Mataram,
mengadakan persiapan untuk berperang ini, suasananya
menjad i tegang. Rakyat menanti dengan hati was-was karena
dari pengalaman yang sudah-sudah, kalau timbul perang,
maka yang pa ling me nderita adalah rakyat. Tidak a man dan
tidak le luasa mengga rap sawah ladang, harta benda mereka
terancam musna, bahkan nyawa merekapun teranca m mati
konyol. Bahkan sudah banyak orang yang mengungsikan
keluar ga mereka, isteri dan anak-anak mereka, jauh ke daerah
Banten dan ada pula yang mengungsi ke daerah Batavia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi untuk membesarkan hati dan semangat para
senopati dan perwira nya, Adipati Sumedang malah mengadakan pesta. Pasukan yang cukup kuat telah
dipersiapkan berjaga-jaga di perbatasan dan untuk mengurangi ketegangan, Adipati Ukur men gadakan pesta,
mengundang waranggana yang paling terkenal di kota itu
untuk menyenangkan hati para senopatinya. Juga dia
mendatangkan seorang dalang wayang golek yang terkenal.
Sejak sore, para tamu yang terdiri dari bangsawan dan
pamong praja tingkat tinggi, terutama para perwira dan seno-
pati sudah hadir me me nuhi ruangan pes ta. Di bagian luar,
yaitu di pelataran, penuh pula dengan penonton yang tidak
diundang. Hampir se mua penduduk Sume dang dan sekitarnya
datang menonton, bahkan dar i daerah lain yang jauh juga
me mer lukan datang nonton. Siapa yang tidak tertarik nonton
kalau waranggana-nya adalah Neneng Salmah yang cantik
jelita bersuara emas itu, sedangkan dalangnya adalah Ki
Subali, dalang kondang dari Dermayu yang amat trampil
menggerakkan boneka-boneka sehingga ta mpak hidup"
Ki Subali adalah seorang seniman, sasterawan, dan juga
dalang yang terkenal di seluruh daerah Galuh, bahkan
namanya kondang sampai ke Sumedang. Laki-laki berusia lima
puluh t iga tahun ini tinggal di Dermayu. Seperti kita ketahui, Ki
Subali ini adalah ayah kandung Sulastri yang kini menjadi
pemimpin perkumpulan Melati Puspa di lereng Gunung Liman
dan me makai na ma Ni Melati Puspa.
Adapun Neneng Salmah me mang ber asal dari Sumedang.
Gadis berusia dua puluh tahun yang cantik jelita dengan kulit
putih kuning mata dan mulutnya menggairahkan dan tindak
tanduknya lemah le mbut, suaranya merdu sekali ini dahulu
pernah melarikan diri dari Sume dang bersama ayahnya yang
bernama Ki Salmun. Mereka berdua terancam bahaya bahkan
Neneng Salmah sudah disekap dan nyaris diperkosa oleh
Raden Jaka Bintara. Akan tetapi Lindu Aji menyelamatkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan pemuda perkasa itu yang mengusulkan agar Ki Salmun
dan Neneng Salmah mondok di ruma h Ki Subali. Di rumah
sasterawan ini Neneng Salmah sudah dianggap keluarga
sendiri, bahkan dengan Sulastri ia menjalin persahabatan yang
akrab sehingga mere ka seperti ka kak berad ik sendiri saja.
Neneng Salmah jatuh cinta kepada Lindu Aji yang
meno longnya. Ia mencinta pe muda itu mati-matian dan terus
terang ia mengatakan tentang perasaan hatinya itu kepada
Sulastri. Sama sekali ia tidak pernah menduga bahwa
sebenarnya telah lebih dulu Sulastri mencinta Lindu Aji,
bahkan pe muda itu juga mencintanya. Ia mengira bahwa
Sulastri mencinta Jatmika yang merupakan saudara seperguruan Sulastri send iri.
Kemudian, setelah Sulastri, Lindu Aji, dan Jatmika pulang
dari Batavia di ma na mereka bertiga me mbantu Mataram
me lawan Kumpeni Belanda, mereka semua menghadapi
kenyataan yang terasa amat pahit itu. Lindu Aji me nolak c inta
Neneng Salmah karena dia telah me ncinta gadis lain dan Lindu
Aji menerima Neneng Sa lmah menjad i adik angkatnya.
Kenyataan lain yang lebih pahit lagi dan menghancurkan hati
Neneng Salmah adalah ketika mendengar bahwa Sulastri juga
meno lak, pinangan Jatmika! Baru ia tahu bahwa sebetulnya
Sulastri saling mencinta dengan Lindu Aji. Akan tetapi Lindu
Aji mengalah dan mundur karena mengira bahwa Sulastri
jatuh cinta kepada Jatmika dan Sulastri juga mengalah
mendengar betapa Neneng Salmah a mat mencinta Lindu Aj i!
Keduanya mundur dan mengalah, me mbiarkan orang yang
dicinta itu berjodoh dengan orang lain.
Neneng Salmah merasa berdosa besar, Berdosa terhadap
Sulastri yang demikian baik telah mena mpung ia dan ayahnya,
menganggap ia seperti saudara sendiri, dan ia merasa berdosa
terhadap Lindu Aji yang telah menyelamatkan nyawa dan
kehormatannya. Ia merasa berdosa karena ialah yang
menggagalkan perjodohan dua orang yang saling mencinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dala m keadaan penuh duka sehingga tubuhnya menjadi
kurus kering, ia menerima pukulan batin lagi ketika Sulastri
men inggalkan rumah dan tidak diketahui ke mana perginya! Ia
merasa se makin nelangsa dan akhirnya ia mengajak Ki
Salmun, ayahnya, untuk kembali ke Pasundan.
Ki Salmun berani kemba li ke Sumedang setelah mendengar
bahwa Adipati Pangeran Mas Gede yang dulu mendukung
Raden Jaka Bintara untuk menggagahi puterinya, kini sudah
diganti oleh Adipati Ukur. Maka, ayah dan anak ini kemba li
tinggal di Sumedang. Neneng Sa lmah mulai terhibur setelah
bertemu dengan kawan-kawan la ma, apalagi setelah Ki
Salmun menghimpun rombongan penabuh ga me lan seperti
dulu dan Neneng Salmah menjad i waranggana seperti dulu.
Sebentar saja namanya yang me mang sudah kondang itu
kembali menjad i terkenal dan tanggapan datang hampir setiap
hari. Kesehatannya pulih kembali dan tubuhnya kemba li
menjad i denok dan indah. Seperti juga dulu, pinangan datang
bertubi-tubi, akan tetapi semua itu ditolak dengan halus. Tidak
ada yang berani me maksanya karena semua orang tahu
belaka bahwa penguasa yang baru, Adipati Ukur, me lindungi
Neneng Salmah yang dianggap sebagai waranggana
kebanggaan Kadipaten Sumedang.
Ketika pesta dimula i dan pertunjukan wayang dipertontonkan, suasana dalam ruangan pesta itu menjadi
mer iah sekali. Orang-orang men ikmat i per mainan dalang Ki
Subali yang me mainkan golek-gole k itu dengan mah irnya, juga
mereka menikmati alunan suara Neneng Salmah yang merdu
diiringi ga melan. Se mua mata me mandang kagum kepada
Nenengl Sa lmah. Gadis itu me mang elok. Pakaiannya
berwarna cerah, baju merah muda dan kain berkembang,
rambutnya yang hitam panjang itu digelung dan dihias dengan
bunga me lati. Kerling matanya! dan senyum bibirnya sungguh
me mbuat banyak pria tergila-gila.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Neneng Salmah me mang cerah sekali, ia sedang
gembira karena telah berte mu kembali dengan Ki Subali yang
dianggap sebagai orang tua sendiri. Ki Salmun, yang
me mimpin para penabuh ga melan, juga nampa k ge mbira
seperti puterinya. Mereka bertiga, Ki Subali, Neneng Salmah
dan Ki Salmun telah mengadakan perte muan dan mereka
bercakap-cakap melepas rindu sebelum per tunjukan dalam
pesta itu dimulai. Ki Subali senang melihat keadaan Neneng
Salma h baik-ba ik saja bahkan kini na manya telah tenar
kembali sebagai seorang warenggana pa ling disukai di
Sumedang dan sekitarnya. Sebaliknya, Neneng Salmah dan
ayahnya juga girang melihat Ki Subali dalam keadaan sehat
walaupun Neneng Salmah agak prihatin juga mendengar
bahwa Sulastri be lum juga ke mbali ke Der mayu.
Biarpun per mainan wayang golek yang digerakkan tangan-
tangan Ki Subali yang trampil itu menarik sekali, namun hanya
para penonton yang sudah lanjut usianya saja yang mengikuti
gerak gerik sang da lang dan golek-goleknya. Para penonton
laki-laki yang muda ha mpir se mua lebih tertarik untuk
menonton Neneng Salmah dan mengikut i setiap gerakan bibir
yang man is mengge maskan itu ketika bertembang.
Di antara para penonton itu terdapat seorang pemuda yang
berusia kurang lebih dua puluh empat tahun. Pakaiannya
sederhana namun rapi dan bersih, wajahnya tampan gagah
dengan alisnya yang tebal hitam, matanya yang mencorong
tajam dan tahi lalat di dagunya mena mbah kegagahannya.
Tubuhnya sedang saja namun tegap, di pinggangnya terselip
sebatang keris yang gagang dan warangka-nya terbuat dari
kayu cendana. Pemuda itu adalah Jatmika, seorang pemuda yatim piatu
yang telah mewarisi ilmu-ilmu dan aji kesaktian dar i eyangnya
(kakeknya), yaitu mendiang Ki Tejo Langit. Pemuda perkasa
ini juga me mbantu pasukan Mataram ketika menyerbu Batavia
bersama para pendekar lainnya. Dialah yang dahulu menolong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri ketika Sulastri terjatuh ke da la m jurang dan
kehilangan ingatannya. Jatmika lalu me mberinya na ma baru,
yaitu Listyani atau panggilannya Eulis dan dia-pun jatuh cinta


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada Sulastri. Dia me rasa yakin pula bahwa gadis yang
diberinya na ma Eulis itu juga me mbalas c intanya. Akan tetapi
setelah Sulastri sembuh dan mendapatkan kemba li ingatan-
nya, gadis itu teringat akan pria yang dikasihinya, yang bukan
lain adalah Lindu Aji. Setelah perang selesai Jat mika bersama
Lindu Aji dan Sulastri pergi ke Dermayu dan Jatmika
menggunakan kesempatan itu untu k me minang Sulastri.
Akan tetapi, hal yang sama sekali tidak pernah disangkanya
men impa dirinya. Pinangannya itu ditolak oleh Sulastri! Gadis
itu ternyata telah mencinta pria lain dan mudah saja dia
menduga bahwa yang dicintanya itu tentulah Lindu Aji! Dunia
bagaikan kia mat bagi Jatmika. Hatinya hancur dan dia
men inggalkan Dermayu tanpa pamit kepada siapapun juga
dan ia merantau bagaikan seorang yang telah kehilangan
semangat. Dia pergi ke pesisir di sebelah utara Dermayu dan
menumpahkan segala kedukaannya di depan
makam kakeknya, Ki Ageng Pasisiran atau Tejo Langit, dan makam
ayahnya, Ki Sudrajat. Selama t iga bulan dia berdiam di be kas
pondok kakeknya, setiap hari duduk bersila di depan kedua
makam, jarang ma kan jarang tidur se hingga tubuhnya
menjad i kurus kering. Pada suatu malam dia ber mimpi,
bertemu dengan ayahnya dan dalam mimpinya itu, Ki Sudrajat
me marahinya. Masih terngiang dalam telinganya apa yang
dikatakan ayahnya dalam minipi itu.
"Jatmika, bukan watak seorang satria untuk tenggelam ke
dalam duka yang berlarut-larut karena gagal mengawini
seorang wanita! Kelahiran, perkawinan, dan kematian berada
di tangan Gusti Al ah, tidak boleh kau paksakan. Hayo bangkit,
masih banyak tugas mu sebagai seorang ksatria. Jangan
me mbikin malu orang tua dan nenek moyangmu. Kalau sudah
tiba saatnya, engkau akan berte mu dengan jodohmu ke lak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mimpi itu me nyadarkan Jatmika dan dia merasa malu
kepada dirinya sendiri yang amat le mah itu. Maka bangkitlah
semangatnya dan dia men inggalkan pesisir Dermayu lalu
mulai dengan perantauannya. Dalam perjalanannya, dia
me lihat di daerah Pasundan, para penguasa setempat mulai
merasa tidak puas dan mulai me mperlihatkan sikap tidak mau
tunduk terhadap Mataram yang mereka nilai telah gagal
menentang Kumpeni Belanda sehingga mereka yang tadinya
me mbantu Matara m juga menderita kerugian bukan sedikit.
Dan Jatmika melihat pula betapa semakin banyak telik sandi
(mata- mata) Belanda disebar untuk me mbujuk para penguasa
daerah untuk berbaik dengan Belanda dan me nentang
kekuasaan Mataram. Banyak yang terbujuk karena Belanda
pandai menga mbil hati mereka dengan me mberi hadiah-
hadiah dan janji-janji muluk. Jatmika yang setia terhadap
ajaran dan pesan ayah dan eyangnya, selalu condong untuk
me mbe la Mataram yang dia tahu dipimpin oleh Sultan Agung
yang bijaksana dan yang selalu ingin me mpersatukan seluruh
kekuatan di nusantara untuk me nghadapi Kumpe ni Belanda
yang hendak memper lebar sayapnya untuk menguasai
nusantara. Setelah berkelana selama ha mpir dua tahun, selalu
turun tangan me mbela kebenaran dan keadilan, menentang
pelaku kejahatan, bersikap sebagai seorang ksatria sejati yang
dikehendaki ayahnya, akhirnya Jatmika pergi ke Sumedang.
Jatmika sudah mendengar bahwa adipati Sumedang telah
diganti. Dahulu adipatinya adalah Pangeran Mas Gede,
sekarang digantikan oleh Adipati Ukur yang oleh Sultan Agung
diangkat menjad i penguasa yang mewakili kekuasaan
Mataram di daerah Parahyangan. Akan tetapi dia mendengar
desas desus bahwa adipati yang baru inipun mulai
me mper lihatkan s ikap me nentang Mataram, bahkan me mbuat
persiapan untuk me mpertahankan diri apab ila diserang
pasukan Mataram. Ketika me masuki Sumedang, Jatmika
terkenang kembali akan pengalamannya bersama Sulastri
ketika mereka berdua ditawan oleh Aki Mahesa Sura dan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muridnya. Ketika itu dia dan Sulastri bertemu dengan Lindu Aji
dan bersama-sa ma mereka menentang Tumenggung Jaluwisa
yang me mberontak terhadap adipati Sumedang yang ketika
itu adalah Pangeran Mas Gede. Akhirnya, dia dan Sulastri
berhasil me mbunuh si pe mberontak Tumen ggung Jaluwisa.
Teringat akan se mua itu, Jatmika menghela napas panjang
dan cepat dia men gusir se mua kenangan itu. Ketika
mendengar bahwa Adipati Ukur mengadakan pesta untuk
menja mu para senopati dan perwira dan mengadakan
pertunjukan wayang golek dengan dalang Ki Subali dari
Dermayu dan waranggana Neneng Salmah, tentu saja hati
Jatmika tertarik sekali. Ki Subali dari Dermayu, ayah kandung
Sulastri! Dan Neneng Salmah! Dia masih ingat betapa gadis
waranggana, dara Pasundan yang geulis (ayu) itu, menjadi
saudara angkat Sulastri yang akrab.
Demikianlah, Jatmika berada di antara para penonton yang
berdiri di luar te mpat pesta. Jantungnya berdebar juga ketika
dia melihat Ki Subali dan Neneng Salmah. Pertemuan ini
men imbulkan kenang-kenangan la ma. Ketika dia me man dang
ke arah Neneng Salmah, dia mera sa kagum dan juga heran.
Kagum me lihat betapa cantik jelitanya gadis itu dan heran
mengapa kecantikan gadis ini dulu terlewat begitu saja dari
perhatiannya. Ah, benar juga, kata hatinya. Dahulu seluruh
perhatiannya tertuju kepada Sulastri dan pada waktu itu
baginya tidak ada dara lain di dunia ini yang cantik menar ik
kecuali Sulastri! Dia juga melihat Ki Salmun di antara para
penabuh gamelan. Ki Salmun menabuh kendang dan
me mimpin para penabuh itu.
Pada saat Jatmika me mandang ke arah Kl Salmun, ayah
Neneng Salmah ini kebetulan mengangkat mukanya dan dua
pasang mata bertemu pandang. Ki Salmun mengerutkan
alisnya karena merasa sudah mengenal wajah tampan pe-
muda itu. Ketika Jatmika tersenyum kepadanya dan
mengangguk, teringatlah Ki Salmun. Dia pernah berte mu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperkenalkan kepada Jatmika, di rumah Ki Subali di Dermayu.
Pemuda ta mpan yang kabarnya sakti itu, sahabat Sulastri dan
Lindu Aji. Kalau wajah Ki Sa lmun tadinya seperti diliputi
mendung, kini wajah itu menjadi cerah penuh harapan. Hati
ayah ini sejak sore tadi sebelum pertun jukkan dimulai, selalu
gelisah. Dia dipanggil oleh Tumenggung Jayasiran, senopati
pertama yang dipercaya oleh Adipati Ukur, agar setelah pesta
usai, dia dan puterinya, Neneng Salmah, berkunjung ke
gedung tempat tinggal Tumeng gung Jayasiran karena ada
urusan penting sekali akan dibicarakan. Tentu saja hati Ki
Salmun me njadi gelisah sekali. Tumenggung Jayasiran inilah
yang hampir tiga tahun yang lalu telah me mbantu Jaka
Bintara, Pangeran Banten itu, menawan Neneng Salmah
sehingga puterinya nyaris menjad i korban pangeran Banten
itu. Untung Lindu Aji menyelamatkannya dan dia bersama
puterinya terpaksa melarikan diri ke Dermayu. Sekarang
senopati itu me manggil dia dan puterinya menghadap, pasti
me mpunyai niat yang tidak baik. Dia merasa gelisah sekali,
akan tetapi ketika me lihat Jatmika di situ, timbul harapannya.
Bukankah pe muda ini kabarnya saudara seperguruan Sulastri
dan Lindu Aji, dan merupa kan seorang pe muda yang sakti
pula" Dia akan mohon pertolongan pe muda itu.
Ketika mendapat kesempatan selagi ga me lan berhenti
karena dalang sedang mainkan adegan percakapan antara dua
tokoh wayang dan dia tidak perlu me mukul kendang, Ki
Salmun cepat mencorat-coret di atas kertas, kemudian dia
menggulung kertas bertulis itu dan me mberi isarat kedipan
mata kepada Jatmika. Jatmika yang sejak tadi me mperha tikan
perbuatan Ki Salmun, dapat menangkap maksudnya,
maka dia mengangguk. Ki Salmun me le mparkan gulungan
kertas itu kepada Jatmika yang kini bergerak mendekat dan
menerima le mparan kertas itu. Ketika dibacanya, isinya
singkat. Anakmas Jat mika,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam ini ka mi dipanggil Tumenggung jayasiran. Tolong
lindungi ka mi.
Jatmika me mandang ke arah Ki Salmun yang juga menatap
wajahnya. Pemuda itu mengangguk dan legalah hati Ki
Salmun. Memang be lum pasti bahwa Tume nggung Jayasiran
berniat buruk, akan tetapi apapun yang akan terjadi, dia dan
puterinya tidak perlu khawatir. Jatmika yang sakti sudah
berada di situ dan akan melindungi mereka!
-0oodeo0owio0- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 9 TIDAK seperti biasanya, wayang golek itu tidak dimainkan
semalam suntuk. Sang adipati me mang hanya ingin me mberi
hiburan kepada para senopati dan perwira, tidak ingin
bersenang-senang dan lengah karena mereka sedang dalam
keadaan siap siaga menghadapi serangan Mataram. Kalau
pesta diadakan semalam suntuk, tentu pada keesokan harinya
para pemimpin pasukan itu menjadi lelah dan mengantuk
sehingga lengah dan kehilangan kewaspadaan. Maka, Ki
Subali telah dipesan agar menyelesaikan pertunjukkan wayang
golek itu sampai men jelang tengah malam saja.
Jatmika menonton sa mpa i pesta itu bubar menjelang
tengah malam. Dia me lihat Ki Salmun dan Neneng Salmah
sudah bersiap-siap men inggalkan ruangan pesta yang mulai
ditinggalkan para ta mu itu. Dia menyelinap ke luar dan
mengintai dari jauh. Tiba-tiba dilihatnya empat orang
berpakaian perajurit mengha mpiri Ki Salmun dan puterinya
dan setelah bicara sebentar dengan Ki Salmun, ayah dan anak
itu lalu digiring keluar. Di lu ar istana kadipaten telah
menunggu sebuah kereta dan waranggana dan ayahnya itu
disuruh na ik kereta. Setelah kedua orang ayah dan anak itu
me masu ki kereta, kendaraan itu lalu dija lankan. Jatmika
me mbayangi dari be lakang.
Dala m suratnya tadi Ki Salmun tidak menceritakan bahaya
apa yang mengancam dia dan puterinya sehingga Jatmika
tidak tahu kapan dia harus menolong mereka dan dia hanya
me mbayangi saja. Kereta itu dikawal oleh e mpat orang
perajurit tadi dan seorang kusir kereta. Tentu saja amat
mudah baginya untuk me mbebaskan mereka dari lima orang
itu akan tetapi bagaimana dia dapat lancang me lakukan kalau
dia tidak tahu bahaya apa yang menganca m Ki Salmun dan
puterinya. Ternyata kereta itu tidak berjalan terlalu jauh. Kereta
me masu ki pe karangan yang luas dari sebuah rumah gedung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar dan megah. Ini tentu rumah gedung Tumenggung
Jayasiran yang disebut dalam, surat Ki Salmun tadi, pikir
Jatmika dan diapun menyelinap me masuki pekarangan yang
ditu mbuhi banyak pohon sawo kecik itu. Dia harus yakin d ulu
bahwa ayah dan anak itu terancam bahaya, baru dia akan
turun tangan menolong mereka. Bukankah dalam suratnya, Ki
Salmun juga minta agar dia melindungi mereka" Dia tidak
tahu orang macam apakah Tumenggung Jayasiran itu. Apakah
sama dengan mendiang Tumenggung Jaluwisa yang dulu
me mberontak terha dap Adipati Pangeran Mas Gede dan
kemudian tewas oleh dia dan Sulastri" Betapapun juga,
Tumenggung Jayasiran ini tentu bukan seorang le mah.
Sementara itu, sejak tadi di dalam kereta Neneng Salmah
sudah menyatakan kekhawatirannya kepada ayahnya.
"Lupakah ayah bahwa di rumah inilah aku disekap dan
hendak dipaksa oleh Raden Jaka Bintara" Untung ketika itu
ada Kakangmas Lindu Aji yang meno longku. Kalau sekarang
kita datang ke sini, apakah tidak berarti domba me masu ki
rumah jagal?"
"Jangan khawatir, anakku. Kurasa Tumenggung Jayasiran
sekali ini tidak akan begitu bodoh untuk mengulangi
perbuatannya dahulu itu. Dia tahu bahwa Gusti Adipati akan
marah kalau dia berani mengganggumu. Gusti Adipati a mat
menghargaimu dan selain itu, ada seorang sakti yang
me lindungi kita. Apakah tadi engkau tidak melihat dia di
antara para penonton?"
Neneng Salmah menatap wajah ayahnya. Ia melihat wajah
ayahnya tenang bahkan ada senyum di bibirnya yang me-
nunjukkan bahwa ayahnya benar-benar merasa aman.
"Siapakah dia, ayah?" Gadis itu menduga-duga. Apakah...
Lindu Aji yang muncul lag i sebagai pelindungnya" Ah, ia akan
merasa malu sekali dan merasa berdosa kalau harus bertemu
dengan Lindu Aji. Ia merasa bahwa ia lah yang menjadi
penyebab gagalnya perjodohan antara Lindu Aji dan Sulastri!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau tidak ada ia yang menjadi penghalang; dua orang yang
paling disayang dan dihormatinya itu tentu sudah menjadi
suami isteri! "Dia adalah anakmas Jatmika."
"Ah, dia...?" Neneng Salfnah tentu saja ingat kepada
pemuda gagah itu. Tentu saja ia ingat karena pemuda itu lah
yang me mbuat ia salah sangka, la mengira bahwa Sulastri
saling mencinta dengan pemuda itu ma ka ia berani
menyatakan cintanya kepada Lindu Aji kepada Sulastri.
Tadinya ia sama sekali tidak menyangka bahwa Lindu Aji yang
dicinta Sulastri. Jadi bukan ia seorang yang menjadi sebab
gagalnya perjodohan antara Sulastri dan Lindu Aji, akan tetapi
Jatmika juga menjad i penyebabnya yang kuat.
Mereka tidak dapat melanjutkan percakapan mereka karena
kereta sudah berhenti di depan pendapa gedung kntu-
menggungan. Pintu kareta dibuka dari luar dan Tumenggung
Jayasiran sendiri yang menyambut ayah dan anak itu.
"Ah, selamat datang dan selamat ma la m, Ki Salmun dan
engkau juga, Neneng Salmah. Mari masuk kita bicara di
ruangan tamu!" kata Tumenggung Jayasiran kepada mereka.
Ayah dan anak itu tidak berani me mbantah dan mereka
mengikut i sang tu menggung me masu ki ruangan tamu yang
berada di sebelah kanan.
Jatmika melihat betapa ayah dan anak itu disambut oleh
seorang laki-la ki berus ia kurang lebih e mpat puluh tujuh
tahun, berpakaian mewah, bertubuh tinggi besar dan
kumisnya sekepal sebelah seperti kumis Sang Gatotkaca.
Melihat Ki Salmun dan Neneng Salmah mengikut i laki-laki itu
me masu ki ruangan sebelah

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kanan, Jatmika cepat me mpergunakan kepandaiannya, menyelinap dengan ges it
sehingga tidak tampa k oleh para penjaga dan tak la ma
kemudian dia sudah men gintai ke dalam ruangan tamu itu
me lalui ce lah-celah jendela yang tertutup. Dari situ dia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lihat apa yang terjadi dan dapat mendengar se mua
percakapan. Ki Salmun dan Neneng Salmah dudukdi atas kursi
menghadap Tumenggung Jayasiran yang juga duduk di atas
sebuah kursi berhadapan dengan mereka, terhalang sebuah
meja besar. "Ha-ha, senang sekali dapat berjumpa dengan ka lian di sini.
Bagaimana kabarnya, Ki Salmun dan Neneng" Kalian baik-ba ik
saja, bukan?"
"Terima kasih gusti tu menggung, ha mba berdua dalam
keadaan baik-baik saja. Akan tetapi paduka memanggil hamba
ma la m-malam begini, apakah yang harus ka mi lakukan?"
"Begini, Ki Salmun. Terus terang saja, aku menjadi
perantara, diutus oleh Pangeran Jaka Bintara untuk me minang
Neneng Salmah..."
"Ah...!!" Neneng Salmah menahan je ritan yang akan keluar
dari mulutnya. "Nanti dulu, Neneng. Sekali ini Pa ngeran Jaka Bintara
bersungguh-sungguh, tidak mau menggunakan kekerasan,
me lainkan me la mar dengan baik-baik dan engkau akan
menjad i isterinya yang resmi."
"Tida k...! Hamba tidak s udi menjad i sterinya!" Neneng
Salmah berseru dan bangkit berdiri.
Tumenggung Jayasiran juga bangkit berd iri dan alisnya
berkerut. "Neneng Salmah, pinangan ini dilakukan dengan baik-ba ik
dan engkau akan menjadi isteri seorang pangeran Banten
yang mulia dan terhormat. Apa engkau lebih suka kalau
dipaksa dengan kekeras an?"
Kini Ki Sa lmun juga bangkit berdiri. "Gust i tu menggung!
Kalau anak hamba dipa ksa, hamba akan melaporkan hal ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Gusti Adipati yang pasti akan melindungi Neneng
Salmah!" "Ha-ha-ha-ha!" Sang tumenggung tertawa bergelak. "Lapor
kepada Gusti Adipati" Hemm, justru beliau yang telah
menyetujui pinangan itu. Kalian tahu, Sumedang me nentang
Mataram dan me merlukan hubungan persahabatan dengan
Banten dan para penguasa daerah lain. Karena itu, engkau
harus me mbantu Sumedang, Neneng! Kalau engkau menerima
pinangan itu dengan baik-baik, berarti engkau me mpererat
hubungan antara Sumedang dan Banten, dan engkau sudah
berjasa sebagai seorang kawula Sume dang!"
"Tida k, aku tetap tidak sudi diperisteri pangeran yang jahat
itu!" Neneng Salmah kukuh meno lak.
"Mau atau tidak, malam ini juga engkau harus berangkat ke
Banten!" kata Tumenggung Jayasiran dan dia bertepuk tangan
tiga kali. Dari pintu sebelah dalam muncul tiga orang. Dua orang
adalah perajurit dan seorang lag i adalah seorang laki-la ki
berusia sekitar e mpat puluh tahun, tinggi besar berkulit hitam
dengan muka bre-wokan. Sepasang mata, hidung dan mu-
lutnya serba besar dan gigi besar tongos mencuat keluar dari
celah bibirnya. Pakaiannya mewah dan sikapnya sombong. Dia
adalah seorang jagoan Sumedang yang terkenal dengan
julukan Maung Sumedang (Harimau Sume dang) bernama
Badrun dan merupakan orang kepercayaan Tumenggung
Jayasiran yang tangguh dan setia. Baru setahun jagoan ini
ditarik me njadi pembantu sang tu menggung.
"Kalian tangkap Neneng Salma h dan masu kkan dalam
kereta!" sang tumenggung me mer intah kepada dua orang
perajurit itu. Dua orang perajurit yang bertubuh tegap itu
menyeringai senang menerima tugas itu. Sudah lama mereka
hanya dapat mengagumi Neneng Salmah dan sekarang
mereka men dapat kesempatan untuk menang kapnya, berarti
me reka akan dapat memegang lengan yang putih mulus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mendekap tubuh yang denok itu! Sambil menyeringai
keduanya lalu melangkah lebar mengha mpiri Neneng Salmah
yang sudah mundur menjauh dari meja dan berada di tengah
ruangan sehingga akan mudah bergerak. Ketika dua orang
perajurit sudah tiba dekat Neneng Salmah, mereka seperti
berlumba menerka m untuk menangkap gadis yang bertubuh
bahenol itu. "Wuutt... bress...!!" Dua orang itu bertubrukan send iri
karena dengan gerakan yang indah dan lembut namun cepat
sekali, Neneng Salmah telah dapat mengelak dari terkaman
mereka!. Kiranya tidak percuma Neneng Salmah pernah
me mpe lajari ilmu silat Sunya Hasta dari Sulastri ketika ia
tinggal di Dermayu, di rumah Ki Subali.
Dua orang perajurit itu menjadi penasaran sekali. Mereka
cepat memba lik dan kemba li mereka menyergap, sekali ini
bukan untuk mende kap, me lainkan untuk menang kap kedua
lengan Neneng Sa lmah. Akan tetapi Neneng Sa lmah sudah
siap siaga. Ketika tangan dua orang itu seperti berebutan
hendak menangkapnya, ia menge lak ke sa mping dan
mena mpar. "Plak! Aduhh...!"
Seorang perajurit terpelanting ketika lehernya terkena
tamparan tangan miring itu. Yang seorang lagi mencengkeram
ke arah lengan Neneng Salma h. Gadis itu tidak se mpat
menge lak dan perge langan tangan kirinya dapat ditangkap.
Akan tetapi secepat kilat tang?n kanannya bergerak,
mengetuk siku lengan tangan yang me megang itu, lalu setelah
perajurit itu terpaksa melepaskan pegangan karena lengannya
men dadak seperti lu mpuh, tangan kiri Neneng Salmah
mendorong ke arah dadanya.
"Bukk! Augghh...!" Perajurit ke duajuga terjengkang roboh!
"Ehh, kiranya engkau pandai juga ber kelahi?" Tumen ggung
Jayasiran berseru heran dan sekali dia menggerakkan tu buh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia sudah melompat ke depan Neneng Salmah. Dia
menjulurkan tangan untuk menangkap pundak gadis itu.
Neneng Salmah menang kis dengan putaran lengan kirinya.
Akan tetapi tentu saja Neneng Salmah yang baru me mpelajari
sedikit ilmu s ilat dari Sulastri, bukan lawan tu menggung yang
digdaya itu! Tangkisan lengan gadis itu ma lah diterima dengan
cengkeraman dan pergelangan le ngan kiri Neneng Salmah
sudah ditangkap oleh sang tumenggung. Gadis itu tidak mau
menyerah begitu saja. Dengan nekat ia menggunakan tangan
kanannya untuk me mukul ke arah kepala sang tumenggung.
Akan tetapi kembali tangan kanan itu disambut cengkeraman
tangan kiri Tumenggung Jayasiran dan kini lengan kanan
Neneng Salmah juga sudah tertangkap. Sang tumenggung
tertawa dan pada saat itu, Ki Salmun berseru dari
belakangnya. "Lepaskan anakku! Lepaskan...!" Dengan nekat Ki Salmun
mengguncang pundak Tumenggung Jayasiran agar me lepaskan kedua lengan puterinya. Senopati Sumedang itu
menjad i marah sekali. Dia mendorong dan me lepaskan kedua
lengan Neneng sehingga gadis itu terdorong dan terhuyung ke
belakang, menabrak kurs i dan terjatuh. Badrun si Maung
Sumedang segera menubruknya dan menggunakan sehelai
kain untuk mene likung kedua tangan Neneng ke belakang lalu
mengikatnya kuat-kuat sehingga Neneng tidak ma mpu
menggerakkan kedua tangannya lagi.
Sementara itu, dengan marah Tumenggung Jayasiran
me mbentak Ki Salmun. "Keparat! Berani engkau me mberontak?" Dengan cepat dia sudah berada di depan Ki
Salmun dan sekali tangannya bergerak, dia sudah memukul ke
arah dada ayah Neneng itu.
"Bukk...!" Keras sekali pukulan itu. Ki Salmun mengaduh
dan tubuhnya terpental ke belakang menabrak dinding.
Tumenggung Jayasiran masih belu m reda kemarahannya. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lompat lagi men dekati dan kakinya menendang, kini
mengarah kepala.
"Dess...!!" Tubuh Ki Sa lmun terlempar bergulingan dan dia
rebah mene lungkup, tidak men geluarkan suara atau bergerak
lagi. Neneng Salmah me njerit, meronta lepas dari pegangan
Badrun dan gadis itu lari me nghampiri Ki Salmun, lalu
menjatuhkan diri berlutut dengan kedua tangan masih terikat
di belakang tubuhnya.
"Bapa...! Bapa...!" Ia menjerit-jerit dan
menang is, akan tetapi
Ki Sa lmun tidak dapat
menjawab, bahkan tidak mendengar lagi
karena dia telah tewas
oleh tendangan yang
mengenai kepalanya tadi. Melihat darah menga lir dari hidung,
mulut dan telinga ayahnya, Neneng Sal-
mah dapat menduga
bahwa ayahnya telah
tewas. Ia menjerit-jerit
dan menangis. "Engkau telah me mbunuhnya...! Telah me mbunuhnya. ..!"
la meraung-raung.
"Bawa ia cepat ke kereta dan berangkatlah!" kata
Tumenggung Jayasirankepada Badrun. Si Maung Sumedang
ini menang kap kedua pangkal lengan Neneng lalu setengah
menyeret gadis itu keluar ruangan itu, menuju ke kereta yang
ma sih menanti di pekarangan gedung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jatmika marah sekali akan tetapi dia cukup cerdik untuk
tidak menuruti nafsu amarahnya. Dia tidak keburu me nolong
Ki Sa lmun karena dia sa ma se kali tidak mengira bahwa
Tumenggung Jayasiran akan me mbunuh orang tua itu. Dia
dapat melihat bahwa Ki Salmun sudah tak dapat ditolong lagi,
sudah tewas. Kalau dia turun tangan di gedung itu, dia bukan
saja tidak dapat menyelamatkan Neneng, sebaliknya dia malah
terancam bahaya sendiri. Tumenggung Jayasiran itu seorang
yang digdaya, hal ini diketahui dar i gerakannya ketika
menyerang Ki Salmun dan di te mpat itu terda pat banyak
perajurit pengawal, anak buah senopati itu. Yang terpenting
sekarang menyelamatkan Neneng Sa lmah. Setelah berpikir
demikian, diapun menyelinap keluar dari pekarangan gedung
itu melalui sa mping dan dia me lompati pagar tembok yang
menge lilingi pekarangan gedung. Dilihatnya Neneng Salmah
diseret orang tinggi besar berkulit hita m itu me masu ki kereta
yang lalu dijalankan dengan cepat oleh sang kusir yang sejak
tadi sudah siap.
Neneng Salmah tidak berdaya. Ia meronta-ronta, akan
tetapi tidak dapat me lepaskan ikatan kedua lengannya yang
terbelenggu di belakang tubuhnya. Bahkan rontaannya hanya
me mbuat Ki Badrun mendapat alasan dan kesempatan untuk
merangkulnya dengan kedua lengan nya yang besar.
"Lepaskan aku atau kelak akan kulaporkan kekurangajaranmu!" kata Neneng Sa lmah dengan cerdik.
Benar saja, ancaman nya me mbuat Badrun ketakutan dan dia
me lepaskan rangkulannya. Neneng Salmah tidak meronta lagi,
hanya duduk dan menang is perlahan. Ia dia m-dia m mencari
akal bagaimana melepaskan diri. Akan tetapi dengan kedua
tangan terbelenggu seperti itu, apa yang dapat ia lakukan"
Apa lagi, ingatan tentang ayahnya yang menggeletak tewas
dalam ruangan itu, me mbuatnya bersedih sekali dan seluruh
tubuhnya menjadi lemas. Tidak ada jalan lain baginya. Ia akan
diserahkan kepada Pangeran Jaka Bintara yang dibencinya itu
dan kalau ia me ndapatkan kese mpatan lepas dari ikatannya, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan menga muk atau kalau tidak berhasil lolos, ia akan bunuh
diri. Lebih baik mati daripada menyerah dan dinodai seorang
manusia iblis seperti pa ngeran itu!
Kereta telah keluar dari kota Sumedang dan tiba di tepi
sebuah hutan. Jalan itu me masu ki hutan dan ma la m telah
larut. Cuaca gelap sekali karena tidak ada bulan dan bintang-
bintang terhalang mendung.
"Kita berhenti di sini dulu!" kata Badrun kepada kus ir.
"Malam terlalu ge lap untuk melakukan perjalanan dalam
hutan. "Kita tunggu sampai besok pagi baru melanjutkan
perjalanan."
Kereta berhenti dan kusir turun, melepaskan dua ekor kuda
penarik kereta untuk me mberi kesempatan kepada dua ekor
kuda itu agar dapat beristirahat pula. Kusir itu duduk
me lenggut melepas le lah dan kantuk di bawah sebatang
pohon.

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Badrun tidak berani tidur. Tadi dia melihat betapa dengan
mudahnya Neneng Salmah merobohkan dua orang perajurit.
Hal ini me nunjukkan bahwa gadis wa-ranggana itu bukan
gadis yang lemah. Dia tidak ingin gadis itu dapat melolos kan
diri karena dia akan ce laka, kalau gadis itu sa mpai lolos. Dulu
dia pernah tergila-gila kepada Neneng Salmah, akan tetapi
sekarang dia menjad i pe mbantu Tumenggung Jayasiran. Dia
sama sekali t idak berani mengganggu Neneng Sa lmah. Dia
mendapat tugas untuk me mbawa gadis itu ke Banten dan
menyerahkan kepada Raden Jaka Bintara pangeran Kerajaan
Banten itu. Kalau tugas ini dapat dia la ksanakan dengan baik,
tentu dia akan mendapatkan hadiah besar dari Ra den Jaka
Bintara dan dari Tumenggung Jayasiran. Akan tetapi
sebaliknya kalau sa mpai dia gagal, dia tentu akan menda-
patkan hukuman berat dari sang tumenggung. Beberapa kali
dia me meriksa kedala m kereta dan hatinya lega melihat
Neneng Salmah tertidur pulas di tempat duduk mereka.
Agaknya gadis itu kele lahan juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Neneng Salmah tidur pulas, Badrun menjadi lega
dan dia duduk kembali ke bawah pohon. Tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Malam telah larut, bahkan sudah mendekati
fajar. Kantuknya tak tertahankan lagi dan diapun melenggut.
Tak jauh darinya terdengar dengkur kusir kereta.
Neneng Salmah me mbuka kedua ma tanya. Tipuannya
dengan berlagak tidur pulas tadi berhasil. Dengan hati-hati ia
me mbuka pintu kereta dan mengintai keluar. Dala m
keremangan ma la m yang sudah mende kati pagi itu ia dapat
me lihat dua sosok tubuh yang berada di bawah pohon. Kusir
itu rebah meringkuk, tidur pulas men dengkur. Ia melihat pula
Badrun bersandar pada batang pohon, tak bergerak agaknya
tertidur pula. Dengan perlahan dan hati-hati Neneng Salmah
turun dari kereta, lalu berjingkat-jingkat meninggalkan
kereta, me masuki hutan.
Cuaca masih gelap, akan tetapi remang-re mang ada cahaya
karena fajar mulai menyingsing, ada sinar matahari yang
sudah menjenguk di balik bukit dan me mberi sed ikit
penerangan. Setelah agak jauh dari kereta, Neneng Salmah
mulai ber lari! Akan tetapi karena cuaca masih gelap, dan
karena kedua tangannya ditelikung ke belakang tubuhnya,
sehingga larinya tidak tetap, kakinya tersandung akar pohon
yang menonjol dan diapun jatuh terguling! Ia cepat
merangkak bangkit kembali dan lari lag i.
Akan tetapi kejatuhannya tadi otomat is diikuti suara
seruannya dan ini yang menyadarkan Badrun yang hanya tidur
ayam, tidak pulas benar. Dia membuka mata, menoleh ke
arah suara jeritan tadi akan tetapi tidak melihat sesuatu. Dia
teringat akan tawanannya, maka cepat dia bangkit dan
mengha mpiri kereta. Ketika menjenguk ke dalam dan tidak
me lihat Neneng Salmah di dalam kereta, tahulah dia bahwa
tawanannya melarikan diri. Cepat dia lalu berlari mengejar ke
arah suara jeritan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Fajar menyingsing, matahari naik se makin tinggi sehingga
muncul dari ba lik bukit. Cahayanya me mberi penerangan
mengusir kegelapan sisa malam. Neneng Salmah masih berlari
tersaruk-saruk.
Tiba-tiba ia mendengar teriakan di belakangnya. Ia meno leh dan tampa klah Badrun mengejarnya.
Neneng Salmah menjad i panik dan me mpercepat larinya. Akan
tetapi karena kedua tangannya terikat di belakang tubuhnya,
tentu saja larinya tidak dapat cepat, apalagi kainnya
mengha langi langkah kakinya. Ia sudah t iba di te mpat
terbuka, keluar dari hutan dan mengerahkan seluruh tenaga
untuk berlari cepat. Akan tetapi justeru ini mencelakakannya
karena kembali kakinya tersandung batu dan iapun terguling
jatuh! "Neneng Salma h, engkau hendak lari ke mana" " teriak
Badrun dan dia melompat lalu berlari cepat me lakukan penge-
jaran. Mendengar teriakan ini, Neneng Salma h menjad i se makin
panik, ia merang kak bangun. Lututnya berdarah dan ia lalu
berlari lag i. Akan tetapi lututnya terasa nyeri dan ia hanya
dapat lari terpincang-pincang, sedangkan pengejarnya, Badrun
sudah berada dekat di belakangnya. Karena menengok ke
belakang, kembali kakinya tersandung batu dan ia tentu akan
terjatuh lagi kalau pada saat itu tidak ada orang yang
menya mbar lengannya dan menahan dirinya sehingga tidak
sampai terguling. Neneng Salma h me mandang dan ia
terbelalak. Cuaca sudah mulai terang sehingga ia dapat
me lihat jelas siapa orangnya yang menolongnya sehingga
tidak sampai terjatuh itu.
"Akang Jatmika...!" Neneng Salmah berseru girang seka li.
Jatmika me mbikin putus ikatan kedua lengan gadis itu dan
berkata, "Minggirlah, Neneng. Biar kuhadapi jahana m itu."
Neneng Salmah menggosok-gosok kedua pergelangan
tangannya yang terasa nyeri karena diikat sejak sore tadi dan
ia lalu mundur. Se mentara itu Badrun yang sudah tiba di situ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerutkan alisnya me lihat seorang pemuda berdiri
menghadangnya. Dia juga melihat Neneng Salmah yang
berdiri di belakang pe muda itu telah terbebas dari
belenggunya, ma ka dia menjadi marah sekali, maklum bahwa
tentu pemuda itu yang telah me lepas belenggu kedua tangan
gadis itu. "Keparat! Berani engkau menca mpuri urusan kami" E ngkau
telah me lepaskan gadis yang menjadi tawanan Tumenggung
Jayasiran! Minggir, kalau engkau tidak ingin ma mpus!" bentak
Badrun marah sekali dan dia sudah men cabut bedok (golok)
yang tergantung di pinggangnya.
Jatmika menghadapi IVlaung Sumedang itu dengan senyum
mengejek. "Tikus busuk, engkau yang perlu dihajar!"
"Eh, berani engkau" Aku adalah Maung Sumedang Badrun,
makanlah bedog-ku ini!" Badrun lalu menyerang dan
me mbaco kkan goloknya ke arah leher Jatmika. Pemuda sakti
ini dapat me lihat bahwa lawannya adalah seorang jagoan
yang hanya mengandalkan tenaga kasar, maka dia
me mbiarkan saja golok itu me nyambar ke arah lehernya.
Golok itu tepat mengenai sasaran, yaitu leher sebelah kiri
Jatmika. "Wuuutt... takk!"
Badrun terbelalak, tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Goloknya mental ketika bertemu kulit leher pe muda itu! Akan
tetapi pada saat itu, Jatmika sudah me nggerakkan kakinya
menendang. Badrun dengan cepat menangkis dengan tangan
kiri dan goloknya.
"Desss. ..!"
Golok terpental dan tubuh Badrun terlempar ke belakang
lalu jatuh terbanting ke atas tanah. Dia merasa kepalanya
pening dan semua yang tampak berputaran, juga pinggulnya
nyeri sekali karena tadi terbanting keras ke atas tanah. Selagi
dia merangkak hendak bangun, Neneng Salma h yang marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah melompat dekat dan gadis itu me lepaskan kejengkelannya dengan menen dangi muka dan dada Badrun.
Badrun mengaduh-aduh, jatuh bangun dan bergulingan.
Akhirnya dia berhasil bangun, melompat dan melarikan diri
dengan muka berdarah-darah yang keluar dari hidungnya, dan
tubuhnya nyeri semua, pakaiannya yang mewah itu cabik-
cabik dan kepalanya masih pening. Setelah tiba di kereta, dia
segera melompat ke dekat dua ekor kuda yang dilepas oleh
kusir sa mbil meneriaki kusir agar bangun. Kusir terkejut,
bangun dan me mbantu Badrun hendak me masang dua ekor
kuda di depan kereta. Akan tetapi tiba-tiba muncul Jatmika
dan Neneng Sa lmah.
Dengan tendangannya, Neneng Salmah meroboh kan kusir
dan Jatmika juga melayangkan tamparan tangannya. Badrun
mencoba untuk menang kis, akan tetapi tamparan tangan itu
me mbuat tangkisannya bahkan me mbalik dan menghantam
mukanya sendiri dan tubuh Badrun terpe lanting keras. Badrun
yang maklum bahwa tak mungkin dia dapat menang segera
me larikan diri, diikuti oleh kus ir yang tentu saja menjadi
ketakutan melihat Badrun me larikan diri.
Jatmika dan Neneng Salmah tidak mengejar. Mereka berdiri
saling pandang, berhadapan dan saling pandang. Pertemuan
yang tidak mereka sangka-sangka itu men imbulkan kenangan-
kenangan masa lalu, mengingatkan mere ka akan hubungan
mereka dengan Sulastri dan Lindu Aji.
Lalu tiba-tiba Neneng Salmah teringat akan semua yang
terjadi dan bayangan ayahnya menggeletak berlumuran
darah. Tiba-tiba ia menutupi mukanya dan me nangis tersedu-
sedu. Jatmika me mbiarkan gadis itu menangis sejenak. Dia tahu
bagaimana pera saan gadis yang me lihat ayahnya tewas
dipukul Tumenggung Jayasiran dan dia merasa iba sekali.
Setelah Neneng Salmah menang is sejenak men umpahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesedihannya, barulah dia berkata dengan lemah le mbut dan
dengan nada menghibur.
"Neneng, sudahlah, jangan terlalu me nuruti kedukaan
hatimu. Segala sesuatu terjadi karena dikehendaki Gusti Allah,
bahkan kita patut berterima kasih kepadaNya bahwa engkau
dapat terhindar dari ma lapetaka yang menimpa dirimu."
Neneng Salmah menahan isaknya, me ngusap air matanya
lalu me mandang kepada Jatmika dengan matanya yang
menjad i merah oleh tangis. "Akang' Jatmika, aku berterima
kasih sekali kepadamu yang telah menyelamatkan aku dari
tangan Si Badrun yang jahat tadi."
"Mari kita berterima kasih kepada Gusti Allah, Neneng.
Hanya Dia-Iah Maha Penolong yang telah menolongmu
me lalui pilihanNya dan kebetulan aku yang dipilihNya untuk
meno longmu."
Sikap dan kata-kata Jatmika ini mengingatkan Neneng
kepada sikap Lindu Aji dan ia merasa terharu sekali. Akan
tetapi ingatan akan ayahnya me mbuat ia t iba-tiba mengepal
tinju dan berkata, "Aku harus membunuh Tumen ggung Jaya-
siran jahanam itu! Dia telah me mbunuh ayahku yang tidak
berdosa! Aku harus me mbalasnya dan me mbunuh keparat
itu!" "Tenanglah, Neneng. Memang tu menggung itu jahat sekali,
akan tetapi kedudukan nya kuat dan diapun seorang yang
digdaya." "Aku tidak takut!" kata Neneng Salmah yang tiba-tiba saja,
karena teringat akan kematian ayahnya, mendadak kini
bersikap gagah penuh semangat, tidak seperti biasanya yang
le mah le mbut. "Aku akan ke sana sekarang juga dan
me mbunuhnya. Kalau aku gagal, aku rela mati untuk
me mba laskan ke matian ayahku!"
Setelah berkata demikian, Neneng Salmah sudah bergerak
hendak pergi, niatnya untuk kembali ke Sumedang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangi Tumen ggung Jayasiran. Jatmika terpaksa menjulurkan tangan menang kap lengan gadis itu.
"Neneng, harap jangan ne kat begitu. Tekat mu itu sa ma
dengan me mbunuh diri dan bunuh diri ada lah perbuatan yang
amat berdosa."
"Tapi a ku... aku... harus me mbalas denda m. Ayahku..."
Kata gadis itu dan bibirnya mula i ge metar karena menahan
tangis yang hendak me luap lagi.
"Boleh saja, akan tetapi harus menggunakan perhitungan,
Neneng. Kalau engkau masuk begitu saja, sebelum bertemu
Tumenggung Jayasiran engkau akan ditangkap. Pula, apakah
engkau tidak ingin mengurus jenazah ayahmu dulu" Marilah,
mari kita lihat ke sana dan kita urus jenazah ayahmu, baru
nanti kubantu engkau untuk me mberi hajaran kepada
tumenggung keja m itu."
Neneng Salmah merasa terharu sekali dan tak dapat lagi ia
menahan diri. Tangisnya meledak dan ia sesenggukan.
Jatmika merasa sangat kasihan, lalu ia merangkul pundak
gadis itu. "Tenanglah, Neneng..." dia menghibur. Neneng Salmah
yang merasa putus ha rapan karena kini ia hidup seorang diri,
sebatang kara setelah ditinggal mati ayahnya. Rangkulan dan
hiburan Jatmika mendatangkan harapan baru sehingga ia
menjad i semakin terharu, tangisnya semakin mengguguk dan
ia merapatkan mukanya di dada pemuda itu dan me nangis
sepuasnya. Jatmika merang kul dan merasa betapa dia dan
Neneng Salmah senasib sependeritaan, maka ia me mbiar kan
gadis itu me nangis sa mbil bersandar di dadanya sampai
akhirnya Neneng Salmah dapat menguasai kembali hatinya.
"Tenangkan hatimu dan mari kita ke Sumedang untuk
mengurus jenazah ayahmu."
Neneng Salmah agaknya baru menya dari bahwa ia
menang is di dada pemuda itu, maka cepat ia merenggangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya dari dada itu dan aga k tersipu, "...maafkan, akang
Jatmika.. ." ia me man dang ke arah baju pemuda itu, "Maafkan
kele mahanku, aku sudah me mbasahi bajumu..."
Jatmika tersenyum. "Tidak men gapa, Neneng. Aku girang
bahwa engkau sudah menyadari keadaan dan tidak nekat lagi.
Mari kita pergi ke Sumedang. Kereta itu dapat kita
pergunakan."
Neneng Salmah mengangguk. Mereka lalu mengha mpiri
kereta. Jatmika me ma sangkan kedua ekor kuda di depan
kereta, membereskan kendali lalu dia naik ke tempat duduk
kusir. Neneng Salmah juga naik dan tidak duduk di da la m ke-


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

reta, melainkan di sebelah Jatmika, di depan. Jatmika lalu
menggerakkan kuda dan kereta itu lalu meluncur, kembali ke
arah Sumedang. Karena Jatmika ingin tiba di Sumedang di
waktu malam, ma ka dia sengaja menjalankan kereta perlahan-
lahan. Kesempatan itu mereka pergunakan untuk bercakap-
cakap. "Sungguh tidak kusangka kita akan da pat bertemu dalam
keadaan seperti ini, Neneng. Malam tadi aku terkejut dan juga
girang mendengar bahwa di tu menggungan diadakan pesta
wayangan dengan dalangnya Paman Subali dan waranggana-
nya engkau. Aku lalu me nyelinap di an tara penonton dan aku
menjad i curiga melihat engkau dan Pa man Sa lmun dipanggil
sang tumenggung. Akan tetapi sayang aku tidak bertindak di
sana karena berbahaya sekali. Sungguh tidak pernah
kusangka tu menggung itu de mikian kejam me mbunuh
ayahmu. Aku la lu me ngikuti kereta yang me mbawa mu."
"Seperti kaukatakan tadi, Akang Jatmika, se mua telah
terjadi atas kehendak Gusti Allah. Bagaimanapun juga, engkau
tidak terlambat untuk menyelamatkan aku. O ya, sampai
sekarang aku masih tidak mengerti mengapa ketika engkau
berada di Dermayu dahulu itu, engkau pergi secara tiba-tiba
tanpa pamit kepada siapapun. Mengapa begitu, Akang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jatmika" Kurasa itu bukan watakmu untuk pergi dia m-dia m
seperti itu."
Ditanya demikian, Jatmika menjadi tersipu, wajahnya
me merah dan dia me nghela napas panjang. Setelah berkali-
kali menghela napas panjang, akhirnya dia berkata lirih. "Ah,
tidak apa-apa, Neneng. Aku hanya ingin pergi pagi-pagi seka li
dan tidak se mpat pa mit..."
Neneng Salmah menoleh ke kanan me mandang wajah
pemuda itu a kan tetapi Jatmika men undukkan mukanya yang
tampak bersedih.
"Aku tahu, Akang Jatmika. Kepergianmu itu ada
hubungannya dengan Listyani... eh, maksudku Sulastri,
bukan?" Jatmika kini menoleh ke kiri mena tap wajah gadis itu penuh
selidik. "Engkau tahu, Neneng" Apa yang kauketahui?"
"Aku tahu bahwa engkau mencinta Sulastri, akan tetapi ia
meno lak cintamu karena ia sesungguhnya mencinta Akang
Lindu Aji, bukan" Engkau menjadi patah hati lalu pergi tanpa
pamit." Jatmika menghela napas panjang la gi. "Sudahlah, hal itu
sudah lama berlalu. Akan tetapi engkau sendiri, Neneng.
Engkau dan ayahmu sudah baik-baik tinggal di rumah Pa man
Subali, kenapa kini berada di Sumedang" Engkau juga
men inggalkan Dermayu, bukan" Aku pernah mendengar
bahwa engkau dan Lindu Aji saling men cinta. Kenapa engkau
pergi men inggalkannya?"
Kini Neneng Salmah yang menghela napas panjang.
Sampa i la ma ia terme nung, lalu menjawab lirih. "Nasib kita
sama, Akang Jatmika. Ternyata Akang Lindu Aji tidak
mencintaku seperti seorang pria mencinta seorang wanita,
me lainkan mencintaku seperti seorang kakak terhadap
adiknya. Malah dia la lu men gangkat aku sebagai adiknya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jatmika mengangguk-angguk. "He mm, begitukah" Kalau
begitu Lindu Aji dan Sulastri sungguh saling mencintai Semoga
mereka kini telah menjadi sua mi isteri yang hidup
berbahagia."
Neneng Salmah mengge leng kepala dan me nghela napas,
wajahnya tiba-tiba tampak sedih se kali. "Sayang sekali tidak
seperti yang kita harapkan, Akang Jatmika. Mereka tidak
menjad i sua mi isteri, saling berpisah dan hal itu terjadi karena
kita berdua! Kita berdua yang menjadi biang keladi sehingga
dua orang yang saling mencinta itu tidak dapat berjodoh dan
saling berp isah."
Jatmika terkejut bukan ma in sa mpai dia menarik kendali
dan dua ekor kuda itu berhenti dan Jatmika me mandang
Neneng Salmah dengan sinar mata penuh rasa kaget dan
heran. "Neneng Salmah! Apa ma ksudmu ber kata bahwa kita
berdua yang menyebabkan gagalnya perjodohan antara
mereka?" "Sesungguhnya mereka berdua adalah orang-orang yang
budiman dan bijaksana, Akang Jatmika. Mereka saling
mencinta sejak Sulastri be lum kehilangan ingatannya. Setelah
Sulastri kehilangan ingatannya, tentu saja ia lupa pula
kepada Akang Lindu Aji. Akang Lindu Aji me ngira bahwa
Sulastri mencinta mu, Akang jatmika, ma ka dia menga lah dan
mengharapkan Sulastri menjadi jodohmu. Kemudian, Sulastri
mendapatkan kembali ingatannya dan ia teringat dan menya-
dari bahwa ia mencinta Akang Lindu Aji sejak dahulu. Akan
tetapi ia tahu bahwa aku jatuh cinta kepada Akang Lindu Aju
Hal ini kuceritakan kepadanya ketika ia masih merasa
dirinya berna ma Listyani dan ingatannya belum pulih. Maka,
biarpun ingatannya telah pulih, Sulastri me ngalah karena tahu
bahwa aku mencinta Akang Lindu Aji. Iapun mengalah dan
mengharapkan Akang Lindu Aji berjodoh denganku. Jadi,
kedua orang itu saling mengalah, walaupun mereka saling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
men cinta. Itulah sebabnya mengapa Sulastri meno lak cinta mu,
dan Akang Lindu Aji menolak cintaku. Berarti kita berdua yang
menjad i biang keladi atau penyebab gagalnya dua orang yang
saling me ncinta itu sehingga mereka saling berpisah."
"Duh Gusti...!" Jatmika menutupi mukanya dengan kedua
tangan. "Kenapa jadi begitu...?" Setelah me mbuka lagi kedua
tangan dari mukanya, dia me man dang Neneng Salmah dan
berkata, "Aku menyesal sekali, Neneng. Menyesal sekali..."
Neneng Salmah menaruh tangannya di atas paha Jatmika,
sentuhan lembut terdorong keharuan hatinya. "Tidak hanya
cukup untuk disesalkan, Akang Jatmika. Kita harus menebus
kesalahan kita ini. Aku sekarang telah menjadi seorang gadis
yatim piatu, bahkan tiada sanak ka dang, hidup sebatang kara
di dunia ini. Setelah urusanku di Sumedang beres, aku akan
mencari mere ka! Aku harus dapat menyatukan mereka
kembali. Kasihan Akang Lindu Aji dan Sulastri."
Jatmika mengangguk dan bangkit sema ngatnya. "Engkau
benar, Neneng. Engkau benar dan aku akan me mbantu mu.
Kita berdua harus mencari dan mene mukan mereka, lalu
menje laskan se mua keji salah-paha man ini dan me mbujuk
mereka agar bersatu kembali. Nah, mari kita lanjutkan
perjalanan kita ke Sumedang."
Tiba-tiba Neneng Salmah yang me mandang jauh ke depan
itu me megang lengan Jatmika dan berbisik, "Lihat di sana itu!"
Jatmika me mandang jauh ke depan. Di sana, tampak
serombongan orang ber kuda me mba lapkan kuda mendatangi
arah tempat mereka. Dari jauh saja sudah da pat diperkirakan
bahwa jumlah mereka banyak sekali, tidak kurang dari lima
puluh orang berkuda!
"He mm, mungkin sekali mereka itu pasukan dari Su medang
yang sengaja hendak mengejar dan mencari kita. Cepat turun
dari kereta, Neneng. Kita bersembunyi. Tidak men guntungkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau harus me lawan orang sebanyak itu, apalagi kalau
Tumenggung Jayasiran sendiri berada di antara mereka!"
Keduanya lalu turun dari atas kereta dan menyelinap di
antara pohon-pohon, meninggalkan kereta di tepi jalan.
Mereka pergi agak jauh dan mengintai dar i kejauhan.
Ketika rombongan itu sudah tiba de kat, Jatmika dan
Neneng Salmah me lihat bahwa yang memimpin pasukan itu
bukan lain ada lah Tumenggung Jayasiran sendiri! Dia ta mpak
marah- marah ketika me merintahkan pasu kannya berhenti dan
cepat me meriksa kereta yang telah kosong.
"Mereka telah lari. Kejar, cari sampai dapat!" bentak
Tumenggung Jayasiran.
Para perajurit lalu berpencar untuk mencari dua orang
buronan itu. Akan tetapi mereka mengejar ke depan, sama
sekali tidak menduga bahwa yang dikejar berada tak jauh dari
situ. Mereka mengira bahwa tentu dua orang itu melarikan diri
menjauhi Sumedang. Kereta kosong itu lalu dijalankan menuju
Sumedang dan Tumenggung Jayasiran duduk di dalamnya,
dikawal tiga puluh orang perajurit, sedangkan perajurit lainnya
ditugaskan mencari dua orang buronan itu. Tadi Tumenggung
Jayasiran mendapat laporan Badrun bahwa Neneng Salmah
lolos, ditolong oleh seorang pe muda yang sakti. Maka
marahlah sang tu menggung dan dia me lakukan pengejaran
me mba wa lima puluh orang perajurit.
Jatmika me masu ki kota Sumedang pa da sore hari itu
bersama Neneng Salmah yang menyamar dengan pakaian pria
sehingga dara ini ta mpak sebagai seorang pe muda yang
tampan. Penjaga pintu gerbang tidak mengenalnya dan
mereka ber dua segera menuju ke rumah Ki Salmun. Jatmika
yang tidak dikenal orang melakukan penyelidikan dan dia
mendengar bahwa jenazah Ki Salmun oleh para tetangga telah
dikuburkan dengan baik-baik. Mendengar ini, Neneng Salmah
merasa berterima kasih dan mereka berdua berkunjung ke
makam Ki Sa lmun bersujud sa mbil menang is sedih. Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puas berkabung, Neneng Sa lmah dan Jatmika kembali ke
rumah gadis itu. Beberapa orang tetangga yang menjaga
rumah itu terkejut melihat munculnya dua orang pemuda,
akan tetapi mereka girang ketika Neneng Salmah menangga lkan penyamarannya. Gadis itu lalu mengumpulkan
barang-barangnya yang berharga, beberapa potong pakaian
dan perhiasan, dibungkusnya menjadi buntalan kain,
kemudian la menyerahkan rumahnya kepada seorang
tetangga yang sudah akrab dengannya. Rumah itu boleh
ditempati oleh tetangga itu sampa i ia pulang. Kemudian
bersama Jatmika ia men inggalkan rumah.
"Akang Jatmika, sebelum meninggalkan Sumedang, aku
harus me mbunuh dulu tu menggung jahana m itu untuk
me mba laskan ke matian ayahku!" kata NenengSalmah.
"Aku akan me mbantu mu, Neneng. Akan tetapi kita harus
berhati-hati selain Tumenggung Jayasiran itu sendiri digdaya,
dia juga men gandalkan pasukannya."
Dengan hati-hati kedua orang muda itu berjalan menuju ke
arah gedung ke-tumenggungan. Dan ternyata Tumenggung
Jayasiran agaknya sudah melakukan penjagaan yang amat
kuat. Di luar gedung terdapat belasan orang penjaga dan
Jatmika dapat menduga bahwa di sekeliling dan di dalam
gedung itu tentu terdapat banyak perajurit pengawa l.
Tiba-tiba terdengar bunyi kentungan d ipukul gencar. Bunyi
kentungan itu tadinya terdengar dari luar kota, lalu menja lar
dan kini terdengar di seluruh penjuru. Keadaan menjadi
gempar. Tampa k banyak perajurit berlarian di jalan-jalan raya.
Penduduk men jadi panik.
Tentu saja Jatmika dan Neneng Salmah juga terkejut.
Ketika mereka bertanya-tanya, mereka berdua mendengar
bahwa Sumedang dikepung bala tentara Mataram dan Cirebon
yang mulai me nyerang dari e mpat penjuru! Peperangan te lah
terjadi di luar kota dan pasukan Sume dang terdesak hebat.
Pihak musuh ma kin mendekati kota!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa Neneng Salmah mengurungkan niatnya untuk
mencari Tumenggung Jayasiran. Keadaan tidak me mungkinkan. Banyak sekali perajurit berkumpul di
pelataran gedung sang tumenggung dan Tumenggung
Jayasiran sendiri me mimpin pasukan untuk keluar dari kota
dan me mbantu pasukan yang sedang menahan serangan para
penyerbu. Apakah yang terjadi" Ternyata, sikap Adipati Sumedang
yang tidak mengakui lag i kekuasaan Mataram me mbuat Sultan
Agung menjad i marah sekali. Kadipaten Sumedang dianggap
me mberontak terhadap Mataram, maka Sultan Agung lalu
mengerahkan pasukan Pasundan dan me ngutus Tumenggung
Singaranu untuk menyerang dan menundukkan Sumedang.
Juga Sultan Agung mengirim utusan me mbawa perintahnya
kepada Kadipaten Cirebon agar sang adipati me mbantu dan
mengirim pasukan untuk menyerang Sumedang. Demikianlah,
Sumedang dikepung dar i e mpat jurusan oleh pasukan Mata-
ram pimpinan Tume nggung Singoranu dan pasukan Cirebon
dan malam itu Sume dang mula i diserang dari e mpat penjuru
secara mendadak sehingga terjadi perang dan pertempuran
yang kacau dan seluruh penduduk Sumedang men jadi panik
dan geger. Keadaan yang kacau balau itu me mbuat Jatmika dan
Neneng Salmah terpaksa bersembunyi di rumah Neneng
Salmah. Untuk keluar dar i kota Sumedang juga tidak mungkin
karena di luar kota masih terjadi pertempuran dan kota sudah
dikepung pasukan Mataram dan Cirebon. Mereka juga tidak
mendapat kesempatan untuk mencar i Tumenggung Jayasiran
karena sang tumenggung sibuk mengatur pasu kan untuk
menya mbut se rangan pasukan Matara m dan Cirebon. Bahkan
pada hari ke dua, mereka me ndengar bahwa Tumenggung
Jayasiran tewas dalam pere mpuran. Mendengar berita ini,
Neneng Salmah menang is karena menyesal, la ingin dapat
me mbunuh sen diri orang yang telah me mukul mati ayahnya
itu. Jatmlka menghiburnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, Neneng. Tak perlu disesalkan lagi, bahkan kita
patut berterima kasih dan bersyukur kepada Gusti Allah yang
agaknya me mang mencegah engkau dan aku melakukan
pembunuhan dengan dasar dendam dan kebencian karena
perbuatan itu sesungguhnya berdosa dan tidak ba ik."
"Akan tetapi, Akang Jatmika. Tumenggung Jayasiran itu
telah me mbunuh ayahku yang tidak berdosa, tidak bersalah
apa-apa kepadanya!"
"Itu adalah pendapat kita, Neneng. Akan tetapi dia tentu


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mpunyai alasan lain. Dia menganggap ayahmu bersalah
karena menghalangi kehendaknya menyerahkan engkau
kepada pangeran Banten itu. Memang tentu saja perbuatannya itu sesat dan jahat."
"Karena sesat dan jahat maka kita ingin mengadili dan
menghukumnya, akang!"
"Neneng, kita ini siapakah ma ka akan mengha kimi dan
menghukum orang lain" Hakim yang maha tinggi dan maha
sempurna adalah Gusti Allah. Dia maha ad il dan hukumannya
tak dapat dihindarkan oleh s iapapun juga. Dendam kebencian
merupakan nafsu, bujukan iblis karena itu sesungguhnya
pantang bagi seorang satria untuk melakukan perbuatan
berdasar dendam kebencian. Kita me mang berkewajiban
menentang kejahatan, membela kebenaran dan keadilan,
akan tetapi bukan berdasarkan dendam kebencian, karena
kalau kita bertindak dengan da sar dendam kebencian, tidak
ada bedanya antara kita dengan para penjahat, sama-sama
menjad i alat setan. Karena itu, kita patut berterima kasih
kepada Gusti Allah yang telah menjatuhkan hukum kematian
kepada Tumenggung Jayasiran."
Neneng Salmah menghela napas panjang. Tentu saja ia
sudah pernah mendengar tentang pendapat seperti itu.
"Engkau benar, Akang Jatmika. Aku telah mabok oleh
kedukaan sehingga timbul kebencian dan dendam. Hati siapa
yang tidak akan hancur dan merana" Kematian ayahku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat aku menjad i sebatangkara, tidak me mpunyai
siapa-siapa lagi di dunia yang penuh kepalsuan dan keja-
hatan ini."
"Aeh, Neneng, mengapa engkau me mpunyai perasaan
seperti itu" Aku sendiri seorang yatim piatu, tiada sanak
kadang, akan tetapi bukankah di dunia ini banyak terdapat
manusia lain yang dapat kita anggap sebagai saudara" Di s ini
ada aku yang siap untuk melindungimu dan me mbantumu,
mengapa engkau bilang bahwa engkau tidak punya siapa-
siapa lagi?"
"Ah, maafkan aku, akang, tentu saja engkau merupakan
penolongku, merupakan sahabatku yang telah melepas budi
besar kepadaku...."
"Cukup, Neneng, jangan menilai diriku terlampau tinggi.
Anggap saja aku ini seorang yang senasib sependentaan
denganmu. Gusti Allah telah me mpertemukan kita dalam
keadaan seperti mi. Kita sama-sa ma menjad i sebab
kesengsaraan Lindu Aji dan Sulastri, dan kita sama-sama
me mpunyai tugas untuk menyatukan mereka kembali."
"Ah, aku merasa bahagia sekali, Akang Jatmika. Dala m
keadaan seperti ini, Gusti Allah telah mengirim engkau untuk
menjad i pelindungku,
menjadi pe mbimbingku, menjadi
sahabat baikku. Engkau begini sabar, bijaksana, dan pandai..."
"Tida k ada manusia pandai atau bodoh di dunia ini,
Neneng. Yang Maha Panda i hanyalah Gusti A l ah. Manus ia itu
sama saja, tidak ada yang panda i bodoh."
"Ah, kenapa begitu, akang" Aku melihat banyak orang
pandai dan banyak orang bodoh."
"Tida k, Neneng. Yang kauma ksudkan pandai itu sebetulnya
hanya karena dia sudah tahu, dan yang kausebut bodoh itu
hanya karena dia belum tahu. Pengetahuan itu didapat melalui
belajar. Aku sudah mempelajari beberapa aji kanuragan, tentu
saja aku tahu. Apakah itu dapat disebut pandai" Bukan, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu saja. Buktinya, kalau aku disuruh menyanyi atau menari
seperti engkau, aku pasti tidak bisa karena aku belum
me mpe lajari dan belum tahu. Sebaliknya engkau sudah
me mpe lajari dan engkau sudah tahu maka bisa. Bukan berarti
engkau pandai dan aku bodoh atau sebaliknya. Siapa sudah
me mpe lajari dia pasti mengenal, tahu dan bisa. Bukan pandai.
Siapa yang belum me mpelajari pasti d ia tidak mengenal, tidak
tahu dan tidak bisa. Bukan bodoh!"
Neneng Salmah tercengang. Belum pernah ia mendengar
pendapat seperti itu. la membantah. "Akan tetapi, Akang
Jatmika, ketika aku be lajar menari dengan kawan-kawan,
diantara mereka ada yang cepat hafal, ada yang pelupa,
bukankah itu berarti bahwa di antara mereka ada yang pintar
dan ada yang bodoh?"
"Tida k juga, Neneng. Kalau ada perbedaan di antara
mereka, yang berbeda itu adalah keadaan otak mere ka. Yang
sukar mengerti tentu ada sesuatu yang membuat otaknya
tidak sehat sehingga terganggu kepekaannya. Kalau sama-
sama sehat, maka tidak akan ada perbedaan. Juga bakal
masing-masing me mpengaruhi. Namun itu tidak berarti bahwa
ada orang pandai dan ada orang bodoh. Seorang
bangsawan tinggi yang dianggap cerd ik pandai dan terpelajar
sekalipun, da lam hal bertani dia boleh berguru kepada
seorang petani yang sederhana dan yang dianggap bodoh.
Seorang bangsawan Belanda yang tinggi pangkatnya dan
dianggap pintar sekalipun, kalau dia be lum pernah belajar
bahasa Jawa, dia sama sekali tidak dapat berbahasa Jawa,
kalah oleh seorang anak kecil bangsa Jawa yang fasih
berbahasa Jawa. Apakah dapat dikata bahwa Belanda
berpangkat tinggi itu bodoh dan anak itu pandai" Tidak,
bukan" Yang ada bukan pandai dan bodoh, melainkan sudah
mengenal maka bisa dan belum mengenal maka tidak bisa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, pendapatmu itu tidak dapat dibantah, Akang
Jatmika. Dan aku mengerti apa inti pelajaran dalam uraianmu
itu." "Benarkah engkau men gerti" Lalu apa inti pelajaran itu,
coba katakan." kata Jatmika, senang melihat gadis itu mulai
gembira, tidak selalu tenggelam dalam kedukaan karena
kematian ayahnya, sehingga men imbulkan denda m kebenc ian.
Dia sendiri pernah merasakan kedukaan dan denda m
seperti itu ketika dia men dengar akan kematian ayahnya dan
kakeknya, yaitu Ki Sudrajat dan Ki Tejo Langit yang terbunuh
oleh Raden Banuse-ta dan para serdadu Belanda. .
"Kalau aku t idak salah, kesimpulan dari pendapat mu tadi
atau inti pelajarannya adalah : jangan keminter (merasa diri
pintar) karena kepandaian mu itu hanya hasil dari apa yang
kaupelajari, dan jangan merasa bodoh karena sebetulnya
engkau hanya belum me mpelajari dan belum tahu. Merasa diri
pintar hanya mendatangkan kesombongan dan merasa diri
bodoh hanya mendatangkan rasa rendah diri. Keduanya sama
tidak baiknya."
Jatmika mengangguk-angguk. "Wah, engkau sungguh
hebat, Neneng. Engkau me mang panda i!"
Neneng Salmah tersenyum geli. "Lho, mengapa engkau
menyebut aku pandai, akang" Aku t idak panda i, hanya aku su-
dah banyak belajar dan tahu tentang kehidupan."
Jatmika tertawa. "Ha-ha, me mang sukar menghilangkan
sebutan pandai dan bodoh, sudah menjadi kata-kata yang
sukar dihapuskan dalam bahasa percakapan kita. Biarlah, asal
kita tahu ma kna yang sebenarnya saja."
"Akang Jatmika, setelah sekarang Tumenggung Jayasiran
tewas dalam pertempuran dan aku me lihat bahwa jenazah
ayahku sudah terkubur baik, lalu ke mana kita akan mencari
Akang Lindu Aji dan Sulastri?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita tunggu sa mpai pertempuran selesai dan keadaan
menjad i a man, la lu kita keluar dari Sumedang dan mulai
perjalanan kita mencari mere ka." Jatmika ber henti sebentar,
berpikir, la lu melanjutkan, "Bagaimana kalau kita pergi ke
Dermayu men cari Sulastri lebih dulu?"
Neneng Salmah men ggeleng kepalanya. 'Tidak ada
gunanya. Aku sudah bertanya kepada Paman Subali ketika dia
menda lang di Kadipaten dan dia mengatakan bahwa Sulastri
belum kembali, bahkan sa ma sekali tidak ada kabar dar inya."
"Kalau begitu kita pergi ke timur, mencari Lindu Aji di
tempat tinggal ibunya. Dia pernah mencer itakan kepadaku
bahwa ibunya tinggal di dusun Campingan, di daerah Gunung
Kidul dekat pantai Laut Selatan."
"Baiklah, akang. Kita menanti sampai keadaan menjadi
aman." Ternyata perang itu tidak berlangsung lama Beberapa hari
kemudian, pasukan Mataran dan Cirebon sudah menghancurkan pasukan Su me dang dan Adipati Ukur menjadi
tawanan. Setelah keadaan aman kembali, Jatmika dan Neneng
Salmah ke luar dari Sumedang melakukan perja lanan ke timur.
Rumah itu masih baru dan cukup besar sehingga ta mpak
aneh ada orang membangun rumah di dekat muara Sungai
Lorong, tepi Laut Kidul yang sunyi itu. Di sekitar tempat itu
hanya ada bukit-bukit Pegunungan Kidul, dan sejauh puluhan
kilometer di se kitar daerah itu tidak ada dusun. Tanah di situ
berkapur sehingga tidak layak untuk ditana mi. Lautnyapun
ganas dengan ombak-ombak besar dan di tepinya banyak
terdapat batu-batu karang sehingga amat berbahaya bagi
perahu. Maka, untuk mencari makan dengan men cari ikan di
lautpun tempat itu tidak layak, terlampau berbahaya. Oleh
karena itu, maka tempat di sekitar pantai itu sepi. Tidak ada
orang tinggal di situ karena sukar mendapatkan nafkah. Maka,
amat mengherankan kalau kini ada orang me mbangun ru mah
yang cukup besar di de kat muara Sunga i Loro ng itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi keheranan itu akan sirna kalau orang
mengetahui siapa yang me mbangunnya dan mengapa dia
me mbangun rumah besar di te mpat itu. Yang me mba ngun
adalah Raden Jaka Bintara, seorang pangeran dari Banten
yang tentu saja kaya raya. Dengan uangnya dia dapat
mengerahkan penduduk dusun yang jauh dari situ untuk
me mbangun sebuah pondok kayu yang cukup besar dan
kokoh kuat, sungguhpun sederhana karena me mang pondok
itu bukan dimaksudkan untuk menjadi tempat tinggal tetap.
Pondok itu dibangun untuk te mpat tinggal se mentara sewaktu
Raden Jaka Bintara berusaha untuk mendapatkan kitab kuno
yang menjadi rahasia untuk mendapatkan Ja mur Dwipa
Suddhi. Dia dibantu oleh Kyai Gagak Mudra, pa man gurunya
yang sakti mandraguna dan masih ada lagi lima orang jagoan-
yang terkenal di Banten. Mereka dikenal sebagai Panca Warak
(Lima Badak), tokoh-tokoh besar dari perkumpulan pencak
silat Warak Sakti. Lima orang ini menjad i pengikut Raden Jaka
Bintara yang merupakan orang yang mendukung dan
me mbeayai perkumpulan olah kanuragan itu.
Baru saja pondok itu jadi dan Raden Jaka Bintara dan
paman gurunya, Kyai Gagak Mudra bersama kelima Panca
Warak tinggal di pondok selama dua hari dilayani oleh tiga
orang penduduk dusun yang jauh dari situ dan dijadikan
pelayan dengan upah tinggi, bermunculan tokoh-tokoh sakti
dan datuk-datuk dari berbagai perkumpulan olah kanuragan di
tempat itu. Ternyata berita tentang Jamur Dwipa Suddhi itu telah
tersebar luas di seluruh nusantara sehingga me mancing
datangnya orang-orang sakti untuk me mperebutkannya.
Karena menurut dongeng, Jamur Dwipa Suddhi adalah sebuah
benda amat langka yang khasiatnya hebat bukan main dapat
me mbuat tubuh orang yang me ma kannya menjadi kuat dan
khasiat jamur itu dapat me mbangkitkan tenaga sakti yang
dahsyat, juga jamur langka itu dapat menyembuhkan segala
maca m penyakit, maka tentu saja semua datuk persilatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat tertarik untuk mendapatkan dan me milikinya. Jamur itu
kabarnya tumbuh , di tubuh naga laut, maka tentu saja a mat
sukar didapatkan. Dan menurut dongeng, di jaman Mojopahit,
seorang pertapa
sakti mene mukan, ja mur
itu dan dise mbunyikan di suatu te mpat di daerah itu sebelum dia.
wafat. Jamur itu tidak akan dapat rusak b iar disimpan sa mpai
ratusan tahun. Menurut dongeng, peristiwa dite mukan ja mur itu di daerah
kerajaan Wengker jaman Mataram Lama dahulu, ma ka kini
orang-orang berdatangan ke daerah yang diper kirakan
menjad i tempat dis impan atau dise mbunyikannya Jamur
Dwipa Suddhi itu.
Ketika para datuk itu bermunculan di daerah itu, mereka
me lihat pondok be sar yang berdiri di tepi muara sungai.
Mereka lalu berdatangan mengunjungi. Sebagai seorang datuk
dari Banten, Kyai Gagak Mudra mengenal banyak di antara
mereka dan atas persetujuan Raden Jaka Bintara, Kyai Gagak
Mudra menya mbut dan mengundang mereka untuk berkunjung sebagai ta mu.
Banyak tokoh dunia persilatan hadir dalam perte muan di
pondok yang besar itu, di antara mereka terdapat orang-orang
yang me miliki kesaktian tingkat tinggi, seperti Ki Sumali,
pendekar Loano Resi Sapujagad pertapa dari Gunung Merapi,
seorang pertapa dari Gunung Bromo yang mena makan dirinya
Bhagawan Dewo-katon bersama tiga orang cantriknya, Ki
Kebondanu, seorang jagoan dari Surabaya, Kyai Jagalabilawa
dari daerah Madiun, dan masih banyak lagi. Jumlah mereka
sekitar dua puluh orang, kesemuanya me rupakan ahli-ahli olah
kanuragan yang sakti
Suasana dalam pondok itu seperti pesta. Memang Raden
Jaka Bintara menya mbut mereka dengan pesta makan minum
karena selain dia hendak mencar i ketenaran di antara para


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datuk itu, juga dia ingin menana m pengaruhnya di antara
mereka. Siapa tahu mereka nanti a kan tunduk kepadanya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
andaikata seorang di antara mereka beruntung bisa menda-
patkan kitab tentang ja mur Dwipa Suddi, dia a kan dapat
me mpengaruhinya tintuk me mber ikan kepadanya, tentu saja
dengan imbalan harta! Maka, suasananya gembira sekali.
Semua orang yang sudah merasa lelah itu men dapatkan
makanan dan minuman gratis yang serba royal pula. Daging
ayam, domba dan le mbu ber limpahan, juga arak, tuwak dan
badeg. Selain untuk me ncari pengaruh dan ketenaran, juga Jaka
Bintara me men uhi kehendak pa man gurunya, Kyai Gagak
Mudra yang hendak me mpergunakan kesempatan itu untuk
me mancing agar para datuk itu me mperlihatkan kesaktian
mereka masing-masing seh ingga dia akan da pat menilai
sampai di mana kekuatan mereka. Betapapun juga, mereka
semua me mpunyai keinginan yang sama, yaitu me mperebutkan kitab Jamur Dwipa Suddhi. Mereka adalah
saingan dan mungkin akan terjadi perebutan yang
menganda lkan aj i kesaktian, maka dia ingin me nilai sa mpai di
mana kekuatan mereka masing-mas ing.
Agaknya memang Raden Jaka Bintara sudah me mperhitungkan kehadiran banyak orang itu, maka di
pondoknya telah tersedia kursi yang cukup untuk tempat
duduk para tamunya. Selagi semua orang dipersila kan duduk
dan hidangan mula i dike luarkan, tiba-tiba muncul seorang la ki-
laki tua berusia enam puluh tahun lebih sikapnya anggun dan.
le mbut dan dia datang diikut i dua orang cantr iknya yang
berusia tiga puluh tahun lebih. Melihat kedatangan kakek itu,
Kyai Gagak Mudra datuk Banten itu segera bangkit dan
me mbisiki Raden Jaka Bintara. "Mari kita sa mbut, dia itu ad ik
seperguruan mendiang Menak Koncar!"
Mendengar disebutnya na ma Menak Koncar, Raden Jaka
Bintara cepat bangkit berdiri dan bersama pa man gurunya dia
keluar menyambut kedatangan Wiku Menak Jelangger dan
dua orang cantriknya, itu Darun dan Dayun. Wiku Menak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jelangger yang biasanya hanya bertapa di pantai selat Bali
dan tidak menca mpuri urusan dunia, kini jauh-jauh datang ke
tempat itu. Sungguh me ngherankan sekali! Sesungguhnya,
pertapa ini sama sekali tidak ingin me mperebutkan Jamur
Dwipa Suddhi untuk dirinya sendiri. Dia diminta oleh Adipati
Bla mbangan untuk me ncarikan jamur ajaib itu untuk
mengobati pu-tera ke tiga dari sang adipati. Putera ketiga
yang berusia lima tahun itu sakit keras dan sudah diusahakan
pengobatan oleh para ahli, namun tidak ada yang dapat
menye mbuhkan nya. Oleh karena itu, mendengar kabar
tentang Jamur Dwipa Suddhi, sang adipati la lu minta tolong
kepada Wiku Menak Jelangger untuk mencar ikan jamur ajaib
itu. Sang Wiku tidak da pat menolak per mintaan tolong,
apalagi yang minta tolong adalah Adipati Bla mbangan, maka
berangkatlah dia, mengaja k dua orang cantriknya yang setia
sebagai teman seperjalanan.
Kyai Gagak Mudra telah mengenal baik mendiang Wiku
Menak Koncar, ma ka dia juga mengena l W iku Menak
Jelangger walaupun tidak pernah berhubungan de ngan
pertapa ini. Maka, melihat kedatangannya, dia segera
menya mbutnya bersama Raden Jaka Bintara.
"Ah, Kakang Wiku Menak Jelangger, selamat datang di
pesanggrahan kami! Perkenalkan, ini adalah Pangeran Raden
Jaka Bintara, pangeran dari Banten. Pangeran, ini adalah
Kakang Wiku Menak Jelangger dari Blambangan."
"Selamat datang, Paman Wiku. Silakan duduk de kat kami."
kata Raden Jaka Bintara.
"Terima kasih, pangeran." kata Wiku Menak Jelangger dan
dia lalu me ngikuti tuan rumah, duduk di te mpat kehormatan
dekat Raden Jaka Bintara dan Kyai Gagak Mudra. Sedangkan
dua orang cantrik Darun dan Dayun duduk di antara para
tamu lain yang berhadapan dengan tempat duduk tuan
rumah. Meman g tuan rumah menyediakan beberapa kursi
kehormatan yang sejajar dengan mereka dan di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehormatan itu duduk para ta mu yang dihormati. Mereka
adalah Ki Sumali, pendekar Loano yang berusia lima puluh
tujuh tahun, yang masih ta mpak gagah tampan dan sikapnya
tenang berwibawa, lalu Resi Sapujagad pertapa Gunung
Merapi yang usianya sudah ena m puluh tahun, pakaiannya
serba kuning, tu buhnya tinggi kurus dan wajahnya yang bersih
tanpa kumis jenggot itu tampa k agak kepucatan seperti orang
berpenyakitan. Akan tetapi bagi mereka yang tahu, kepucatan
mukanya itu adalah tanda bahwa pertapa ini me miliki aji
tertentu yang dahsyat, mengandalkan tenaga sakti dan karena
me latihnya maka wajahnya menjadi pucat. Resi Sapujagad ini
me mbawa seuntai tasbeh yang selalu dimainkan dengan jari-
jari tangan kirinya, seolah dia selalu berdoa sambil
menghitung tasbeh. Di pinggangnya terselip sebatang keris.
Orang ke tiga yang duduk di kursi' kehormatan adalah
Bhagawan Dewokaton, pertapa dari Gunung Bromo yang
berusia lima puluh lima tahun. Tubuh pertapa ini gendut dan
wajahnya juga serba bulat dan Jelalu tersenyum lebar
sehingga biarpun usianya sudah lima puluh lima tahun dia
ampak leb ih muda. Pakaiannya serba putih dan di
punggungnya tergantung sebatang pedang. Bhagawan
Dewokaton ini di ringkan t iga orang cantriknya, akan tetapi
para cantrik ini o leh tuan rumah dipersilakan duduk di bagian
tamu lain. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 ORANG ke e mpat adalah Ki Kebondanu, jagoan dari
Surabaya, berusia sekitar lima puluh tahun, bertubuh tinggi
besar dan bersikap gagah. Wajahnya juga gagah sekali
dengan kumis sekepal sebelah dan jenggot terpelihara rapi
dan sikapnya anggun, condong angkuh. Di pinggangnya
terselip gagang sebatang pecut dan pecutnya sendiri digelung.
Jagoan dari Surabaya ini yang dahulu me mbantu Pangeran
Pekik me mpertahankan serangan pasu kan Mataram dengan
gagah berani. Akhirnya dia juga tertawan oleh para senopati
Mataram yang sakti man draguna, menjad i tawanan bersama
Pangeran Pekik dan yang lain-lain. Akan tetapi oleh Sultan
Agung dia juga dibebaskan sebagai seorang gagah yang telah
me mbe la Surabaya yang menjadi tanah airnya mati-matian.
Akan tetapi ketika Pangeran Pekik tetap diakui sebagai Adipati
Surabaya, bahkan menikah dengan Puteri Wandansari dari
Mataram, lalu Pangeran Pekik hendak me mberi kedudukan
sebagai senopati kepadanya, Ki Kebondanu meno laknya
dengan hormat dan halus. Sejak muda dia me mang tidak suka
menduduki jabatan dan ingin bebas. Dia la lu menjad i guru
olah kanuragan, melatih para perwira Surabaya. Dengan
demikian walaupun dia tidak me mpunyai kedudukan res mi,
namun dia dihormati oleh para perwira dan senopati
Surabaya. Ketika mendengar tentang Jamur Dwipa Suddhi,
diapun tertarik sekali dan ikut datang ke daerah yang
dikabarkan menjadi tempat dise mbunyikannya ja mur ajaib itu
untuk ikut mencari, kalau perlu me mperebutkan dengan
orang-orang lain.
Selain e mpat orang itu, ada pula seorang kake k berusia
kurang lebih enam puluh lima tahun, yaitu Kyai Jagalabilawa
yang merupakan seorang tokoh besar dar i Madiun. Tubuhnya
sedang saja, akan tetapi wajahnya tampak kurus, begitu
kurusnya sehingga tampak meruncing seperti, wajah tikus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pakaiannya serba hitam dan dia juga me mpunyai sebatang
keris yang terselip di pinggangnya.
Lima orang tokoh itu, dita mbah W iku Menak Jelangger
yang baru datang, duduk berderet dengan pihak tuan rumah,
yaitu Kyai Gagak Mudra dan Raden Jaka Bintara, berhadapan
dengan para tamu la in yang jumlahnya lima belas orang.
Di ruangan itu, bagian tengahnya cukup luas dan me mang
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 7 Pendekar Jembel Karya Liang Ie Shen Pusaka Rimba Hijau 1
^