Pencarian

Kampung Setan 11

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 11


Ho Hay Hong merasa heran gadis itu menggunakan istilah kurang sopan dan tidak tahu malu, untuk menggambarkan pribadi kakek Penjinak Garuda.
Bagi orang tua yang sifatnya berangasan itu, menggunakan kata-kata sombong tak tahu aturan, terlalu pandang diri sendiri terlalu tinggi dan suka berbuat menurut sesuka hatinya untuk menggambarkan sifatnya memang paling tepat, tapi kalau di anggap ia sebagai seorang yang kurang sopan dan tak tahu malu, sesungguhnya agak aneh.
Sebagai seorang pintar, Ho Hay Hong tahu bahwa gadis itu menggunakan istilah yang sebetulnya sesuai untuk melukiskan sifat pemuda bangor, untuk menggambarkan sifat Kakek Penjinak Garuda, pastilah ada sebabnya, ia lalu berkata:
"Bolehkan nona mengungkap sedikit perbuatan-perbuatan tua bangka itu, yang nona anggap kurang sopan dan tak tahu malu?"
Muka gadis itu mendadak merah membara, kemudian ia balas menanya:
"Mengapa hanya soal ini yang kau tanyakan?"
"Sebab aku anggap tua bangku itu meskipun tinggi hati dan tak kenal aturan, tetapi bukanlah seorang yang kurang sopan dan tak tahu malu, maka aku heran mendengar pernyataanmu tadi, bolehkah kau ungkapkan sedikit kelakuannya yang kau anggap tidak tahu malu itu?"
"Kau belum kenal begitu dalam terhadap pribadinya, maka kau bisa mengatakan demikian, sebetulnya di dalam mataku, dia seorang yang martabatnya sangat rendah, setelah pada suatu hari dia... dia."
Berulang kali dia mengucapkan "dia" tapi tak dapat melanjutkan, sedang pipinya yang merah nampak semakin merah.
Sikap itu banyak menimbulkan tanda tanya bagi Ho Hay Hong, maka ia berkata lagi:
"Nona, sekali-kali jangan anggap aku sebagai orang luar, ceritakanlah terus terang jikalau ada urusan yang sifatnya rahasia, aku nanti akan merahasiakan?"
Untuk meyakinkan gadis itu, ia menambahkan:
"Atau kau boleh anggap aku sebagai patung sebab tidak lama lagi tokh akan meninggalkan dunia ini!"
Gadis itu berusaha menahan perasaannya, akhirnya meluncurkan kata-kata yang mengejutkan:
"Pada suatu hari ia telah minta aku untuk dijadikan istrinya."
Ho Hay Hong terkejut, ia bertanya dengan alis berdiri:
"Benarkah ia berbuat demikian?"
Gadis itu menundukkan kepala, ia tak menjawab.
Ho Hay Hong mendadak merasa bahwa pertanyaan itu agak kelebihan, sebab gadis itu tak bisa berbohong padanya, dan juga tiada perlunya untuk berbohong.
Entah apa sebabnya setelah mendengar penuturan itu, Ho Hay Hong mendadak timbul perasaan cemburu. Meskipun ia tahu tapi ia masih pura-pura menanya.
"Akhirnya kau terima atau tidak?"
Mendengar pertanyaan itu gadis itu agaknya terkejut, ia balas menanya:
"Apa kau anggap aku bisa menerima?"
Ho Hay Hong lantas bungkam, ia sendiri juga tidak mengerti mengapa mendadak timbul perasaan cemburunya. Meskipun ia tahu benar bahwa gadis itu tidak mungkin cinta pada seorang laki-laki tua yang usianya beberapa kali lipat dari usianya sendiri, tetapi bagaimanapun juga perasaan cemburu itu tokh tetap timbul dalam hatinya.
Mengingat kelakuan sendiri, ia merasa geli hingga tertawa sendiri.
Gadis itu angkat muka, tiba-tiba berkata dengan perasaan tidak senang:
"Mengapa kau ketawa?"
"Mana aku tertawa?" Ho Hay Hong balas menanya dengan hati terkejut.
"Apa kau merasa senang karena aku dihina oleh Kakek penjinak garuda?"
"Aku sedikitpun tidak ada itu maksud, harap kau jangan salah paham!"
Saat itu mendadak ia dapat lihat dimata gadis itu mengembang air mata, "jangan jangan." ia terkejut dan kemudian bertanya:
"Kau marah?"
Gadis itu berjalan cepat-cepat, meninggalkan dirinya sebab saat itu hatinya merasa pepet, ia ingin mencari suatu tempat yang sunyi, supaya bisa menangis sepuas-puasnya.
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis itu mempunyai sifat rangkap, jikalau selagi baik, bisa berlaku demikian baik sekali, tetapi kalau sedang keluar jahatnya, mukanya begitu asin laksana salju, sehingga orang tidak berani memandangnya.
Ia dapat menyelami perasaannya pada waktu itu, maka buru-buru berkata:
"Sayang, dalam hidupku ini sudah tidak ada kesempatan untuk mengadu kekuatannya dengannya!"
Sehabis berkata demikian ia menghela napas panjang, kemudian alihkan pembicaraannya ke soal lain: "Hanya seorang jahat yang dapat balasan jahat, musuh besarnya, Ing siu ini sudah muncul di daerah utara, aku percaya tidak lama lagi dia pasti bisa mencari padanya untuk membuat perhitungan. Kau tunggu saja tanggal mainnya!"
Tanpa menunggu pertanyaan gadis itu, ia telah menceritakan semua perihal permusuhan antara Ing su dengan si kakek penjinak garuda.
Ia juga menceritakan bahwa kepandaian ilmu silat Ing siu tidak dibawah Kakek penjinak garuda, kekuatan dua orang tua sangat berimbang, kalau pertempuran itu terjadi, dua-duanya pasti hancur.
Mendengar penuturan itu, gadis itu baru merasa lega hatinya.
Tetapi, perasaan girangnya lenyap Ia lalu menundukkan kepala untuk memikirkan urusannya sendiri.
Ho Hay Hong merasa heran, beberapa kali ia hendak menanya, tetapi akhirnya batalkan.
Tibalah mereka dijalan raya.
Jalan raya yang tidak seberapa luas itu justru merupakan tempat yang paling ramai di kota itu, banyak orang berlalu lalang dan suara hiruk pikuk. Dua tepi jalan terdapat banyak pedagang yang menawarkan dagangannya masing-masing.
Waktu itu, hari sudah menjelang senja, sudah waktunya bagi pedagang untuk pulang, pedagang-pedagang yang belum habis menjual barang dagangannya ramai berkaok-kaok menawarkan dagangannya dengan harga rendah, supaya lekas terjual habis.
Gadis kaki telanjang mengeluarkan sepotong kain sutra, selagi hendak menatap motifnya. di belakangnya tiba-tiba terdengar orang memanggil: "Chin Khim. Chin Khim"
Mendengar panggilan itu, wajah gadis itu pucat seketika. Ho Hay Hong yang belum pernah menyaksikan gadis itu demikian ketakutan, diam-diam ia merasa heran. Ia menoleh, dibelakangnya tampak seorang lelaki bermuka merah sedang menghampiri dengan langkah lebar.
Orang lelaki tua bermuka merah itu, adalah orang dari kampung setan.
Ho Hay Hong dapat mengambil tindakan dengan cepat, dan tangannya mengeluarkan hembusan angin hebat sekali, menyapu barang-barang dagangan yang terdapat dipinggir jalan, sehingga pada berterbangan dan keadaan lantas menjadi keruh.
Ada yang berebut barang dagangan, ada juga yang lari terbirit-birit, ada yang baku tuduh, ada juga yang terpelanting atau terhuyung-huyung. Yang sial adalah para pedagang yang belum habis dagangannya, terus menjerit-jerit tidak terhentinya.
Tetapi Ho Hay Hong lantas melemparkan sepotong uang perak, untuk menutup kerugian mereka.
Ia menggunakan kesempatan selagi keadaan keruh menarik tangan gadis kaki telanjang dan lari jauh. Ia sengaja lari, berputar-putaran, menyusup diantara orang banyak hingga sebentar saja sudah tidak kelihatan mata hidungnya.
Gadis kaki telanjang masih belum hilang rasa kagetnya dengan napas tersengal-sengal ia berkata.
"Orang tua bermuka merah itu adalah pembantu kakek penjinak burung garuda yang paling diandalkan. kesaktiannya masih jauh di atasku, maka aku tidak berani melawan dia, satu-satunya jalan ialah kabur!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak nampak tegang, ia berkata.
"Ia panggil kau Chiu Khim, apakah itu namamu yang sebenarnya?"
"Ya nama itu kakek penjinak garuda yang memberikan, sudah lama aku tidak ingin menggunakan lagi!"
"Apakah aku ada itu kehormatan untuk memberikan nama baru untukmu ?"
"Kau benar-benar aneh, sudah dekat ajalmu, masih mempunyai waktu untuk berkelakar !"
Ho Hay Hong tertawa terbahak-bahak, ia berkata:
"Manusia sejak dahulu kala tidak terhindar dari kematian, mengapa harus takut mati" Bedanya ialah diwaktu mati orang itu merasa gembira atau tidak."
"Dengan cara bagaimana pada setelah mati kau baru merasa gembira?"
"Ini." Ho Hay Hong ragu-ragu, "untuk sementara aku tidak bisa memberitahuku padamu, tunggu kalau aku sudah akan mati, saat itu kau nanti akan mengerti sendiri."
"Kau tidak mau mengatakan, aku juga mengerti!"
Jantung Ho Hay Hong berdebar, ia bertanya dengan heran:
"Kau mengerti apa?"
"Perlu aku menjelaskan" Agar nona baju ungu itu datang, kau tentu gembira betul bukan?"
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 23
Jilid 23 MUKA Ho Hay Hong mendadak merah, kemudian berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Keliru, kau selalu anggap aku baik sekali dengannya, padahal orang yang kucinta sebetulnya bukanlah dia!"
Ia sebetulnya hendak menggunakan kesempatan itu untuk mengutarakan isi hatinya tetapi mendadak terdengar suara yang tidak asing lagi baginya tengah berseru: "Betul dia. betul dia, jangan membiarkan ia kabur lagi."
Ho Hay Hong terkejut, karena suara itu dikenalnya sebagai suara Tang siang Sucu.
Di samping Tang siang Sucu adalah seorang pemuda tampan, di sisi pemuda itu adalah seorang laki-laki berusia lanjut berjubah kuning.
Ketika Ho Hay Hong melihat laki-laki tua itu, dalam hati terkejut, karena lelaki tua itu tidak lain adalah guru Tang siang Sucu sendiri, Lan kiang Tay bong!
Disamping itu masih ada empat bintang yang masih belum sembuh dari luka-lukanya hingga nampaknya masih letih, namun kalau dibanding keadaan mereka sewaktu baru keluar, sudah jauh lebih baik.
Sedang di belakang empat "bintang" adalah delapan pengawal yang terkenal sebagai tukang pukul Tang siang Sucu.
Ho Hay Hong tidak menduga bahwa Tang siang Sucu yang baru mengalami kekalahan sedikit saja sudah mengerahkan seluruh kekuatannya bahkan gurunya juga dibawa.
Maka seketika itu lantas berkata pada gadis kaki telanjang dengan suara perlahan:
"Kau jangan ribut-ribut dulu, urusan ini biarlah aku yang menghadapi!"
"Apakah mereka hendak menangkap ku?" tanya si gadis heran.
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis ini sifatnya tinggi hati, apabila diberitahukan terus terang, pasti akan menimbulkan kemarahannya. maka lalu menjawab sambil menggeleng:
"Aku pikir bukan demikian maksud mereka. Sebab antara kau dengannya tokh tidak pernah terjadi perselisihan."
Mata si gadis ditujukan kepada Tang-siang Sucu kemudian bertanya kepada Ho Hay Hong dengan suara pelahan:
"Apakah kau kenal dengan orang itu?"
"Kenal," jawabnya singkat.
"Bagaimana orangnya" Bagaimana hubungan persahabatannya dengan kau?"
"Perlu apa kau menanyakan soal itu?"
"Orang itu sering mengejar-ngejar aku, aku merasa jemu!"
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong mendadak merasa tidak senang terhadap Tang siang Sucu, jawabnya:
"Dia memang paling suka berbuat ceriwis demikian, kau tidak perlu hiraukan."
"Aku memang tidak marah, sebaliknya dengan kau "
"Apa katamu?"
"Aku pernah menanyakan padanya tentang kepergianmu, dia."
"Apa kata dia?"
"Dia kata bahwa kau suruh aku jangan menghiraukan dirinya!"
"Aku suruh kau?" tanya Ho Hay Hong terheran-heran, "aku tokh tidak pernah berkata demikian terhadapmu, mengapa ia memfitnah demikian?"
"Siapa tahu apa maksudnya, dia kata hubungannya denganmu baik sekali, lebih dari saudara sendiri."
Ho Hay Hong sangat mendongkol, ia bertanya-tanya kepada hati sendiri: "Apakah Tang siang Sucu suka pada gadis ini, sehingga perlu mengadu domba demikian, supaya gadis ini menjauhi aku?"
Semakin dipikir semakin mendongkol, dengan sikap dingin ia mengawasi Tang siang Sucu.
Tang siang Sucu tersenyum dan menyapa padanya:
"Saudara, kita benar-benar berjodoh, sekarang kita bertemu lagi!"
Dalam hati Ho Hay Hong meskipun merasa jemu terhadap sifat rendah saudaranya itu, tetapi diluarnya tetap berlaku manis.
"Lukamu sudah sembuh ?" pemuda itu balas menanya.
"Terima kasih atas perhatianmu, lukaku sudah disembuhkan oleh suhu."
"Syukurlah. Kalau dugaanku tidak keliru, kedatanganmu ini tentu hendak membuat balas dendam ke kampung setan !"
"Dugaanmu hanya tepat sebagian, sebagian lagi aku minta saudara rela"
Begitu ucapan itu keluar dari mulut Tang siang Su cu, delapan pengawalnya lantas berpencaran keempat penjuru, hingga orang-orang yang sedang berjalan terpaksa menyingkir dan terbukalah suatu lapangan kosong.
"Apa maksudmu?" tanya Ho Hay Hong.
"Aku minta saudara rela supaya dia ikut kita pergi!"
Dijalan raya itu meski masih ada banyak orang yang ingin tahu, tetapi karena menyaksikan delapan pengawal Tang siang Su cu semuanya membawa senjata tajam, lagi pula sikap mereka menunjukkan sikap tidak baik, maka akhirnya pada lari menyingkir, hanya ada tiga orang dari kalangan Kang ouw yang rupanya tidak takut, yang tetap tinggal disitu untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.
Lam kiang Tay-bong yang harus pegang derajatnya, tidak mau campur tangan urusan anak-anak muda, maka ia hanya berdiri di samping sebagai penonton.
"Saudara dengannya ada permusuhan apa" Mengapa harus bawa dia" jelaskan dulu duduk perkaranya!" kata Ho Hay Hong tenang.
Oleh karena dua muka pemuda itu seolah-olah pinang dibelah dua, maka hal itu menimbulkan keheranan orang-orang yang menonton.
Tang siang Su cu menyaksikan sikap tenang Ho Hay Hong, diam-diam ia juga merasa kagum.
"Permintaanku ini, bukan tidak ada sebabnya. Kau tahu bahwa aku disiksa ekakek penjinak garuda, hingga harus mengalami luka-luka berat. Semua ini ialah lantarannya gadis ini, maka aku merasa tidak senang dan penasaran. Aku pikir hendak bawa sendiri gadis ini ke kampung setan, sekaligus hendak menuntut balas dendam terhadap kakek penjinak garuda. Sudikah kiranya saudara memberi bantuan?"
"Dia sekarang sudah meninggalkan kampung setan, permintaan saudara, barangkali aku tidak bisa terima!"
Tang siang Su cu tertawa tergelak-gelak, dan berkata:
"Aku lihat saudara adalah seorang tinggi hati, sudah tentu tidak mau berdamai. Tetapi nona ini bagaimanapun juga kita akan bawa pergi, nampaknya terpaksa saudara harus mengalah sedikit!"
"Apakah maksud saudara hendak menggunakan kekerasan?" Tanya Ho Hay Hong juga sambil tertawa terbahak-bahak.
"Benar," jawabnya sambil menganggukkan kepala.
Mendengar jawaban itu, delapan pengawal dengan serentak bergerak. Empat menyerang Ho Hay Hong, empat lagi menyerbu gadis kaki telanjang.
Ho Hay Hong selagi hendak membuka jurus untuk menghajar empat pengawal sombong Itu, mendadak dikejutkan oleh berkelebatnya sesosok bayangan orang yang bergerak diantara delapan pengawal dengan kegesitan luar biasa, kemudian disusul oleh suara kelepak-kelepok beberapa kali, delapan orang itu setiap orang mendapat hadiah tamparan di kedua pipi masing-masing.
Delapan pengawal yang biasanya tidak pandang mata orang lain, kali ini benar-benar sangat terkejut. Karena melihat gelagat tidak beres, terpaksa mundur teratur.
Kalau mereka tadi menyerbu dengan cepat, sekarang mundurnya lebih cepat lagi. Dalam waktu sekejap mata saja, lapangan di tepi jalan sudah kosong, hanya tinggal gadis kaki telanjang seorang, berdiri disitu dengan sikap tenang.
Pipi delapan pengawal pada merah dan bengkak semua, dibawah mata demikian banyak orang, begitu sangat memalukan. Maka semua pada menundukan kepala.
Ho Hay Hong lantas berkata dengan tenang.
"Saudara, aku hendak bicara dimuka, mau tidak mau kau harus dengar. Dia sekarang sudah tidak ada hubungannya lagi dengan kampung setan, segala permusuhan anggap saja sudah habis, siapapun tidak boleh mengganggu seujung rambutnya. Jikalau tidak, aku siorang she Ho lebih dulu yang akan mencegah!"
Dengan langkah lebar ia berjalan kehadapan si gadis itu, sinar matanya yang tajam menyapu muka semua orang sejenak, kemudian berdiri dengan sikap menantang.
Pemuda tampan yang berdiri disamping Tang siang Sucu lantas maju dan berkata:
"Jangan bangga dulu, aku Seesiang Sucu disini, ingin belajar kenal dengan kepandaianmu!"
Dua tangannya lalu dipentang, tangan itu mengeluarkan hembusan angin hebat, yang menyerbu Ho Hay Hong
Ho Hay Hong geser kakinya, lompat kekiri sejauh tiga kaki. Kemudian mengangkat tangannya, dengan beruntun melancarkan serangan hingga tiga kali.
Serangannya itu meskipun tidak seberapa hebat tetapi mengandung macam macam gerak tipu yang sangat aneh, dapat menutup lawannya dari segala sudut, sehingga sulit untuk mengelak.
Seesiang Sucu yang tidak menduga akan menghadapi serangan semacam itu, sesaat menjadi kelabakan dan terpaksa mundur tiga langkah.
Tang siang Sucu yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hatinya terkejut, sebab ia tahu benar bahwa kepandaian Ho Hay Hong dahulu tidak seberapa tinggi, tetapi sekarang mendadak seperti bertambah beberapa kali lipat, entah apa sebabnya"
Suatu pikiran terlintas dalam otaknya, ia maju menghampiri dan berkata:
"Saudara, ada suatu persoalan aku harus menanyakan kau!"
"Katakanlah."
Sambil melirik kearah si gadis, Tang siang Sucu berkata:
"Apa kau mengakui bahwa hubungan antara aku dengan kau bukan hubungan biasa?"
"Benar, aku mengakui bahwa kau adalah saudaraku!"
"Kalau begitu, aku sekarang hendak tanya padamu, manakah sebetulnya yang lebih berat, saudara ataukah wanita?"
"Kau jelaskan dulu duduk persoalannya!"
"Tidak perlu aku menjelaskan duduk perkaranya aku tanya kau, mana sebetulnya yang lebih berat, saudara ataukah perempuan?"
Ho Hay Hong tidak dapat meraba maksud yang sebenarnya dari pertanyaan itu, maka sesaat tidak bisa menjawab dan berdiri melongo.
Sementara itu, gadis kaki telanjang juga tujukan matanya ke arahnya meskipun tidak menunjukan sikap apa-apa tetapi agaknya juga ingin mengetahui bagaimana reaksi Ho Hay Hong.
Ketika menyaksikan Ho Hay Hong ragu-ragu, ia lantas berkata,
"Jawablah padanya, sudah tentu saudara lebih berat!"
Ho Hay Hong mendadak angkat muka dan menjawab:
"Benar, saudara lebih berat daripada perempuan. Tetapi Tan siang Sucu karena perbuatanmu selama ini sangat tercela, kau, suka mengandalkan pengaruh gurumu untuk melakukan perbuatan sewenang-wenang sebetulnya tidak pantas menjadi saudaraku!"
"Kalau memang benar saudara lebih berat maka kau harus serahkan dia kepadaku."
"Aku tidak berhak atas kemerdekaannya!"
"Kalau begitu harap saudara jangan campur tangan biarlah aku yang bertindak sendiri."
"Tidak bisa, dia sudah putuskan hubungan dengan kampung setan!"
"Bulak balik itu itu saja. Mulutmu mengatakan saudara lebih berat, tetapi dalam hatimu anggap wanita sebagai pusaka!"
"Tang siang Sucu. sifatmu kejam, tanganmu ganas, kau suka menindas kaum yang lemah, segala kejahatan kau selalu turut ambil bagian. Ini sudah sangat mengecewakanku, janganlah coba menghina aku lagi!"
"Asal aku menyebut dia, kau lantas melupakan segala galanya. Maka aku juga tak mau mengaku saudara lagi padamu. Kita lihat saja!"
Tang siang Sucu menutup kata-katanya yang bersifat ancaman kemudian menggapai kepada orang-orangnya seraya berkata:
"Turun tangan!"
Dengan serta merta empat bintang dan delapan pengawalnya beserta See siang Sucu menghunus senjata masing-masing dan mengurung Ho Hay Hong dari empat penjuru.
Wajah Ho Hay Hong mendadak berubah, katanya dengan suara keras:
"Tahan dulu!"
Matanya di tujukan ke arah barat yang saat itu mendadak muncul tiga orang tua pakaian aneh dan berjalan cepat menghampiri ke arahnya.
Tiga orang tua itu berkata nyaring:
"Ada urusan apa" Heh, kalian sungguh berani, diwaktu siang hari bolong hendak melakukan pertempuran dekat markas Bengcu rimba hijau, apa itu bukan suatu perbuatan yang tidak sopan?"
Tiga orang tua itu adalah tiga tokoh rimba hijau daerah selatan yang merupakan pembantunya Bengcu. Mereka itu adalah Leng hay Hek kheng, orang tua hidung bengkok dan orang tua mata burung yang mengenakan pakaian warna merah.
Tiga orang tua itu semula sangat galak, tapi begitu melihat Lam kiang Tay-bong berada disitu, semua nampak terperanjat dan tidak berani berlaku galak lagi.
Mereka juga melihat gadis kaki telanjang dan Ho Hay Hong, terutama ketika melihat Ho Hay Hong wajah mereka berubah seketika. Satu diantaranya berkata:
"Kiranya adalah kau bocah yang berani mati ini, kau benar-benar berani mati sekali, Lam-kiang Tay-bong kau juga berani ganggu barangkali kau sudah bosan hidup !"
Mulutnya meskipun berkata demikian, tapi dalam hati diam-diam terkejut, sebab Ho Hay Hong dalam usia yang masih demikian muda ternyata sudah memiliki kepandaian ilmu silat tinggi sekali.
Apa yang tak habis mengherankannya ialah orang-orang yang diganggunya hampir semuanya merupakan tokoh-tokoh terkuat yang namanya sudah terkenal.
Kesimpulan mereka bertiga hampir bersamaan, ialah bocah itu mungkin baru-baru mendapat nama, jikalau tidak mengapa selalu menggunakan jiwanya sendiri sebagai barang permainan, sebab lawan-lawan yang dipilihnya selalu merupakan orang-orang kuat yang sudah terkenal namanya.
Tiga orang tua itu mendadak mendapat pikiran lain: "Bocah yang tak ketahuan asal-usulnya ini bukan saja berkepandaian sangat tinggi tetapi juga bernyali besar. Bagai mana lihaynya orang yang dihadapinya, sedikitpun tidak merasa takut. Jikalau kita dapat membujuknya menjadi kaki tangan Bengcu, ini merupakan suatu pahala yang paling besar."
Tiga orang itu yang masing-masing mempunyai pikiran demikian, maka tidak berlaku kasar lagi terhadapnya, hanya berdiri di tempat masing2 sebagai penonton.
Lam kiang Tay bong menganggap bahwa tiga orang itu masih terhitung orang-orang yang mempunyai kedudukan, maka lantas menanya pada mereka:
"Bagaimana keadaan Liong ceng Houw sie?"
Liong ceng Houw sie yang berkedudukan sebagai Bengcu rimba hijau, juga merupakan seorang yang namanya sangat terkenal, bagi orang biasa sudah tentu tak berani menyebut namanya begitu saja. Tetapi Lamkiang Tay bong lain keadaannya, maka tiga orang itu sedikitpun tidak merasa berang, dengan berbareng mereka menjawab:
"Bengcu baik-baik saja, terima kasih atas perhatian Cianpwee!"
"Liong ceng Houw sie sedang mengumpulkan kekuatan, lama sudah ingin menelan partai-partai lainnya di daerah Tiong goan apakah itu benar?"
"Tidak ada kejadian semacam itu, harap Cianpwee jangan percaya desas-desus orang!" jawab tiga orang itu.
"Aku tidak perduli ia mempunyai rencana apa, aku hanya mengharapkan dia jangan sampai tujukan usahanya pada diriku!"
"Sudah tentu Bengcu kita selamanya menjunjung tinggi kepada Cianpwee, bagaimana berani mengandung maksud demikian?"
Mulutnya meskipun berkata demikian, tapi sikapnya menunjukkan kebanggaan dan kesombongannya, jelas mereka tidak begitu memandang mata kepada Lam Kiang Tay bong.
Ho Hay Hong membuka mulut bertanya pada tiga orang itu:
"Liang hay Hokkheng, dia kau amankan ditempat mana ?"
"Dia " Haha, kau jangan khawatir, dia sekarang berada di tempat yang paling aman!" jawab Liang hay Hek kheng sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dimana sekarang Liong ceng Houw-sie berada" Bolehkah undang dia kemari?"
Tiga orang tua itu ketika mendengar Ho Hay Hong menyebut nama Bengcu begitu saja, dalam hati merasa tidak senang, maka lalu bertanya:
"Kau ada keperluan apa?"
"Aku hendak menjumpai dengannya?"
"Bengcu tidak sembarangan menemui orang, kau bicara dengan kita saja!"
"Aku minta bebaskan nona itu"
"Hanya untuk itu saja?"
"Karena Bengcu anggap tinggi kedudukannya, tidak sudi menemuiku, maka aku terpaksa mencari kalian untuk minta kembali nona itu!"
Tiga orang tua itu karena masing-masing mempunyai pikiran serupa hendak menarik diri anak muda itu, maka kata-kata Ho Hay Hong itu meski didengarnya pedas, tetapi dia juga tidak ingin kebentrok dengannya, maka lantas menjawab dengan sabar:
"Sangat menyesal sekali, kita bertiga tidak berhak membebaskan diri nona itu"
"Bengcu tidak suka menemui orang, dan kau bertiga tidak bisa mengambil keputusan. apa nona itu harus menjadi tawanan seumur hidup?"
"Kita sangat baik perlakukan dia, harap kau jangan khawatir!"
"Kau bertiga tidak perlu coba-coba memperdayai aku. lekas panggil Bengcumu keluar!" kata Ho Hay Hong dengan alis berdiri.
Karena jawaban licik tiga orang tua itu telah menimbulkan kemarahan Ho Hay Hong. lalu mengeluarkan plat emas lambang kebesarannya, diperlihatkan dimata tiga orang tua itu, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Aku adalah Bengcu rimba hijau daerah utara, lekas undang Liong ceng Houw-sie luar. Jikalau aku akan mencari sendiri, hal ini aku rasa sangat tidak enak akibatnya bagi kita semua!"
Tiga orang tua itu ketika melihat lambang kebesaran itu, wajah mereka berubah seketika, dengan sikap terheran-heran mengawasinya, lama baru berkata:
"Apa" Tuan adalah."
Tiga orang tua itu memang sudah dengar kabar bahwa golongan rimba hijau daerah utara sudah mengangkat Bengcu baru tetapi mereka sesungguhnya tidak menduga bahwa Bengcu itu ternyata masih demikian muda, sudah tentu sangat mengherankan mereka.
Ho Hay Hong setelah membuka kartu dengan kedudukan sebagai Bengcu. Ia lantas berkata dengan suara keras:
"Bagaimana" Benarkah Liong hong Houwsie demikian congkak !"
Tiga orang tua itu saling berpandangan sejenak kemudian berkata:
"Maaf, tuan kiranya adalah Bengcu rimba hijau daerah utara!"
Mereka meskipun diliputi dengan perasaan heran, tetapi karena sudah biasa suka mengejek golongan rimba hijau daerah utara, maka ketika melihat Bengcunya, sudah tentu tidak mau melepaskan kesempatan mana, dengan berbareng berkata sambil tertawa:
"Kita orang kira Kay see Kim kong itu adalah Bengcu yang sebenarnya tak diduga belum diangkat secara resmi, sudah binasa ditanganmu, jelas ini merupakan suatu tragedi yang tidak enak. Haha."
Tiga orang tua itu setelah merasa puas tertawa lalu berkata lagi:
"Kalau kita tinjau dengan sebenarnya, sebab-sebab sahabat sahabat golongan rimba hijau daerah utara yang selalu tidak bisa bangun, semua itu kita harus mencari kesalahannya dipundak Bengcu yang lama. Locianpwee itu meskipun seorang yang berambisi besar, hendak membangun seluruh kekuatan golongan rimba hijau tetapi oleh karena ia sendiri kurang kuat, maka akhirnya mengalami kegagalan total. Kita dapat dengar cerita dari salah seorang didaerah selatan ia pada waktu locianpwee berkunjung keselatan untuk meninjau, pernah mengeluarkan suara besar, hal itu telah menimbulkan tidak suka seorang anak muda yang belum dikenal, dengan satu kali pukul locianpwee itu telah jatuh dari atas kudanya, hingga akhirnya pulang keutara dengan kehilangan muka. Hanya kita tidak tahu benar hal itu benar-benar kejadian atau tidak!"
Ho Hay Hong yang menyaksikan tiga orang tua itu menghina nama baik golongan rimba hijau daerah utara, lantas bertanya dengan nada gusar:
"Apa maksudnya perkataan ini?"
Kembali tiga orang kakek itu saling berpandangan sejenak, mendadak tertawa terbahak-bahak, lama baru berkata:
"Dengan terus terang, sudah lama kita mendengar kabar bagaimana keadaan sahabat-sahabat kita didaerah utara, juga sudah lama turut prihatin, hari ini kita merasa beruntung telah bertemu muka dengan Bengcu, sudah tentu ingin mencari tahu keadaan sebenarnya. Harap Bengcu jangan marah dulu!"
"Aku tahu bahwa golongan rimba hijau daerah utara, karena selalu timbul cakar-cakaran sendiri, sehingga keadaan sendiri tidak terurus, hal ini sering terjadi buah tertawaan sahabat-sahabat golongan rimba hijau daerah selatan. Tetapi, aku kira kita sama-sama dari satu sumber, dengan sendirinya tidak seharusnya ada pikiran untuk memecah belah sehingga terbagi menjadi golongan selatan dan utara!"
Dengan sikapnya yang agung ia memandang tiga orang itu, ketika mereka melihat kasak-kusuk sendiri, sedikitpun tidak perhatikan ucapannya. Seketika itu lantas naik pitam. Ia berkata lagi dengan suara marah:
"Hanya, sahabat-sahabat golongan selatan setelah mendengar keteranganku ini, apabila ada yang merasa tidak senang, boleh mencari aku, aku pasti dapat memuaskan hatinya!"
Liang hay Hek kheng tidak tahu kalau Ho Hay Hong sudah marah benar, ia masih bicara seenaknya sambil tertawa.
"Sudah tentu sahabat-sahabat didaerah utara jikalau mendapat bimbingan Bengcu pasti akan dapat kemajuan pesat, aku dan sahabat-sahabat di daerah selatan juga sudah tentu merasa gembira, bagaimana berani timbul perasaan tidak puas. Aku kira itu adalah Bengcu sendiri terlalu banyak pikiran!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Di-hadapan banyak jago dunia rimba persilatan, si tua bangka ini berani berlaku demikian congkak, jikalau tidak kuberi hajaran sedikit benar-benar akan anggap aku sebagai seorang yang tak ada harganya sama sekali!"
Setelah berpikir demikian, ia kendalikan hawa amarahnya, dengan sikap pura-pura tidak mengerti, ia berkata sambil tertawa dan menganggukkan kepala:
"Ya, kita satu sama lain harus saling menghormat, saling bantu, baru nampak persahabatan yang sebenarnya! Oleh karena itu, maka kalian bertiga aku minta tunjukkanlah sikap persahabatannya, agar membebaskan kemerdekaan nona itu!"
Liong hay Hek kheng pura-pura merendahkan diri, berkata:
"Kedudukan kami sangat rendah, dengan sesungguhnya tidak berani berlaku lancang, harap Bengcu maafkan saja!"
Ho Hay Hong lantas unjukkan sikap marah, katanya:
"Kau sudah terang tidak pandang mata padaku, semua ucapanmu tidak berani mengambil putusan sendiri, hanyalah merupakan suatu alasan saja!"
"Bengcu keliru! Aku hanya seorang berkedudukan rendah, bagaimana berani bertindak lancang melepaskan nona itu. Apalagi Liong cing Houw sie sudah masukkan dia sebagai seorang tawanan kelas berat, kita lebih-lebih tak berani berlaku sembarangan lagi!" kata Liang hay Hek kheng.
"Saat ini belum waktunya Bengcu kita menemui tamu, sebab Bengcu belum bangun dari tidurnya, harap tuan suka menunggu sebentar!" berkata orang tua hidung bengkok.
Mendengar kata kata dan sikap sombong itu, Ho Hay Hong tidak dapat kendalikan amarahnya lagi, ia berkata dengan suara keras.
"Apa" Liong ceng Houw sie berani bertingkah di hadapanku?"
"Maaf, ini adalah aturan yang ditetapkan oleh Bengcu kita, maka kita tak berani membantahnya!" berkata orang tua hidung bengkok itu.
"Jikalau di waktu tidur tengah hari kita berani membangunkan Bengcu, kita pasti akan menimbulkan tidak senangnya, apabila itu di anggap salah, siapapun tidak berani membela. Tentang ini harap tuan maklum!" berkata Liang hay Hek kheng.
"Kamu bertiga jelas sudah mengejek aku dengan alasan yang bukan-bukan, perbuatan yang tidak sopan ini benar-benar merupakan suatu kejahatan. Lekas pergi, jika tidak, jangan sesalkan kalau aku nanti bertindak keras!"
Tiga orang itu masih ragu, tiada mau berlalu, sikapnya menunjukkan keberatan.
Tetapi Ho Hay Hong mengerti, bahwa sikap berkeberatan itu hanya sikap pura-pura tiga orang itu, maka hawa amarahnya lantas meluap, dengan mendadak ia lompat melesat setinggi tiga tombak, dengan satu gerak tipu garuda sakti terjun ke laut, dengan cepat menyerbu ke bawah.
Lima rupa gerakan ilmu silat garuda sakti itu sangat aneh sekali, maka ketika ia mengeluarkan ilmunya itu, wajah tiga orang itu pucat seketika.
Di tengah udara Ho Hay Hong menjeritkan suara pekikan yang mirip dengan suara burung garuda, dengan mulutnya mengeluarkan suara itu menyerang tiga orang itu.
Liang hay Hek kheng yang paling sial, ialah yang pertama diserang dadanya, hingga seketika itu jatuh terlentang, mulutnya mengeluarkan darah.
Gadis kaki telanjang mendadak terkesima, otaknya berpikir keras, ia berkata dalam hati sendiri: "Ini adalah gerakan dari ilmu silat garuda sakti!"
Belum lagi lenyap pikirannya, tangan Ho Hay Hong sudah menjatuhkan serangannya ke atas punggung siorang tua hidung bengkok, hingga orang tua itu terhuyung-huyung dan jatuh ke tempat yang jauh sekali. Orang tua itu merasa malu dan marah, dengan satu gerakan membalikkan tangan, ia balas menyerang.
Tetapi, pada saat itu Ho Hay Hong sudah pindah tempat dan serangan orang tua itu lantas mengenai kawannya sendiri, dan orang itu mengeluarkan suara jeritan, dan bareng jatuh rubuh di tanah.
Liang hay Hek-kheng perlahan-lahan bangkit lagi, tetapi dalam perasaannya, seluruh tenaganya telah lenyap hingga ia terkejut dan khawatir, tapi ia tidak bisa berbuat lain, hanya mulutnya yang berteriak-teriak seperti orang gila.
Orang tua hidung bengkok juga sudah lompat bangun, dengan mendadak ia nampak berkelebatnya sesosok bayangan orang, tahu-tahu Ho Hay Hong sudah berdiri di hadapan matanya, hingga wajahnya pucat pasi, badannya gemetaran.
Sekarang tiga orang itu baru tahu bahwa anak muda itu benar-benar memang berkepandaian sangat tinggi, mereka sangat menyesal, tapi sudah terlambat.
Ho Hay Hong yang menyaksikan orang tua itu ketakutan demikian rupa. tidak menyerang lagi, mulutnya berkata kepadanya dengan nada suara dingin:


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuberikan waktu yang paling singkat, suruh Liong ceng Houw-sie keluar menemuiku atau membebaskan nona itu. Salah satu diantara dua ini terserah kau hendak pilih yang mana. Jikalau kau berani melawan dan tidak dengar perintahku, aku akan kirim kau ke neraka dengan segera!"
Ia lalu angkat tangan meskipun itu hanya gertak sambal saja, tetapi orang tua hidung bengkok itu sudah ketakutan setengah mati, maka lantas buru-buru angkat kaki, lari terbirit-birit dan tidak memperdulikan sahabatnya lagi.
Tinggal orang tua bermata burung, ia tahu gelagat tidak beres, maka buru-buru bimbing Liang hay Hek kheng untuk lari meninggalkan tempat itu.
Kejadian itu hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat saja, tetapi orang-orang yang menyaksikan itu sudah berubah anggapannya terhadap Ho Hay Hong.
Lam kiang Tay bong tidak mengagulkan kedudukannya yang tinggi lagi, ia berkata dengan suara berat:
"Sahabat she Ho, harap kau suka menjawab pertanyaanku dengan terus terang, ilmu silat yang kau gunakan tadi bukankah ilmu silat garuda sakti?"
"Benar." jawab Ho Hay Hong singkat.
"Apakah itu kakek penjinak garuda yang mengajarkan padamu?"
"Kakek penjinak garuda sudah menjadi musuhku, tidak mungkin ia sudi menurunkan kepandaiannya kepadaku!"
"Apakah di dalam dunia pada dewasa ini masih ada orang lain yang mengerti ilmu silat ini?"
"Tepat !"
"Siapakah orangnya?" tanya Lam-kiang Tay bong heran.
"Tentang ini..maaf aku tidak dapat memberitahukan!"
"Aku tahu namamu Ho Hay Hong, dengan muridku Ho Hay Thian adalah sepasang saudara kembar, tahukah kau riwayat dirimu sendiri?"
"Aku tahu tidak banyak, tetapi juga cukup jelas!"
"Kalau begitu, kau pasti juga tahu bagaimana kematian ibumu?"
"Aku hanya dengar bahwa ibu bekerja terlalu keras, sehingga meninggal dunia."
Ho Hay Hong ketika mengucapkan keterangan itu, perlahan-lahan menundukkan kepala, hatinya merasa sedih.
"Bukan, dia telah dibunuh secara menggelap dan pengecut oleh Tio Kang yang bergelar naga api. Sebelum menemukan ajalnya sendiri masih belum tahu yang sebenarnya, dia harus dikasihani!"
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, maka lantas bertanya:
"Benarkah ada kejadian serupa, Siapakah orang yang bernama Tio Kang itu?"
"Tentang orang ini, kau juga pernah melihatnya, dia adalah orang tua bermuka merah di dalam kampung setan itu"
Ho Hay Hong berdiri tertegun sambil berpikir: "Heran, ibuku kalau benar dibunuh secara gelap oleh orang tua bermuka merah, mengapa ia sendiri tidak tahu, kakekku juga tidak tahu, sebaliknya hanya Orang tua itu yang tahu?"
"Apa kau ada bukti?" demikian ia bertanya.
"Peristiwa yang sudah lama ini, kalau diusut, akan menyangkut orang banyak, pendek kata si naga api Tio Kang itu adalah musuh besar yang membunuh ibumu, ini adalah hal yang sebenar-benarnya! Perbuatan itu dilakukan olehnya juga atas kemauan kakek penjinak garuda. Didalam dunia dewasa ini selain aku, sudah tidak ada orang lain yang tahu!"
"Tolong kau ceritakan kejadian pada waktu itu! Jikalau tidak aku tidak akan percaya!"
"Ibumu setelah diusir oleh kakek penjinak garuda, telah hidup terlunta-lunta dikalangan Kang ouw, tetapi karena memikirkan nasib anaknya, ia juga tidak boleh pergi begitu saja. Pada suatu hari, ketika ia menginap dalam suatu rumah penginapan, pada waktu tengah malam mendengar suara ketukan pintu, ia merasa heran lalu dibukanya pintu kamar.
"Diluar dugaannya diluar kamar tiada terdapat seorangpun juga. ia kira salah mendengar, selagi hendak balik menutup pintu, dari luar tiba-tiba menghembus angin dingin, mulai saat itulah dalam tubuhnya sudah kemasukan hembusan angin dingin yang sangat berbisa, hingga tidak lama kemudian mati di kampung orang.
"Aku sebetulnya tidak tahu, hanya waktu itu aku kebetulan jalan ditempat yang sunyi, tiba-tiba mendengar suara rintihan orang, ketika aku menghampiri dan melihat, ternyata disitu terdapat ibumu dan seorang sahabat baiknya diwaktu masih hidup, ibumu dengan dibimbing oleh sahabat karibnya sedang meninggalkan pesan yang terakhir.
"Aku berdiri disamping, dan dapat menangkap kata-katanya, yang semua merupakan kata-kata perpisahan. Aku sebetulnya hendak pergi, dengan tiba-tiba dua orang yang berada dalam dukungan ibumu, telah menangis semua.
"Aku perhatikan tangisan dari orok itu, suara tangisan mereka sangat nyaring, jauh berbeda dengan tangisan orok biasa, maka timbullah maksudku untuk menurunkan kepandaianku. Aku minta kepada supaya dua orok itu boleh kubawa pulang untuk dirawat, tetapi sahabat karib ibumu itu kukuh tidak bersedia memberikan, ia hanya memperbolehkan aku salah seorang oroknya.
"Aku tidak dapat berbuat apa-apa, terpaksa aku terima permintaannya! Ibumu bagai seorang ibu bijaksana, dengan sendirinya sangat menyinta kepada anaknya, maka sebelum meninggal dunia, ia pesan wanti-wanti kepadaku supaya merawat anaknya dengan baik.
"Aku lihat mukanya saat itu telah gelap, tidak mirip dengan seorang yang mati secara wajar, maka aku periksa dengan teliti, baru tahu bahwa ibumu itu terluka ilmu pukulan yang dinamakan tinju sakti dari naga api.
"Ilmu pukulan itu adalah ilmu paling ampuh yang dimiliki oleh si naga api Tio Kang. Tio Kang sebetulnya belum lama mendapat nama, aku sesungguhnya tidak dapat mengerti apa sebabnya ia begitu kejam menggunakan ilmu pukulan yang tunggal untuk menyerang seorang wanita yang lemah.
"Diam-diam aku merasa benci, maka aku mengambil keputusan untuk merawat orok itu sampai dewasa, kemudian aku perintahkan ia menuntut balas untuk ibunya! Waktu itu bila ada serangan beracun itu yang berada didalam tubuh ibumu sudah mulai naik kebagian hati sehingga tidak ada obat untuk menolong lagi.
"Demikianlah akhirnya ia telah menutup mata. Peristiwa berdarah ini telah menjadi pikiranku sehingga sekarang, tak diduga hari ini, sepuluh tahun lebih setelah peristiwa itu, aku baru mendapat kesempatan untuk menceritakan."
Mata jago tua itu memandang Tang siang Sucu sejenak, kemudian berkata lagi:
"Aku bawa satu orok pulang kegunung, mulai saat itu aku rawat sendiri dengan segala obat-obatan untuk menguatkan badannya, disitulah aku menemukan tanda rajah lukisan "Burung garuda" diatas lengan tangannya, maka aku lalu memastikan bahwa orok itu adalah anak laki-laki kakek penjinak garuda!
"Kakek penjinak garuda dahulu pernah bercekcok denganku, lama aku memikirkan soal itu, tetapi akhirnya aku anggap bahwa mengambil murid adalah soal penting, maka aku kesampingkan soal permusuhan dengannya, dan aku rawat sehingga dewasa.
"Selama beberapa tahun aku coba mencari keterangan tentang Tio Kang, ternyata orang she Tio itu sudah lama mengabdi kepada kakek penjinak garuda, waktu itu aku merasa heran, karena ibunya orok itu adalah isteri kakek penjinak garuda, mengapa kakek penjinak garuda memerintahkan Tio Kang mengambil jiwanya"
"Teka-teki itu kusimpan sehingga sekarang. Dari salah seorang sahabat karib, aku baru mengetahui segala urusan mengenai diri kakak penjinak garuda dan sahabat-sahabatnya, ia suruh orang membinasakan istrinya sendiri.
"Aku anggap kakek penjinak garuda terlalu kejam, ia sudah mengusir istrinya, itu sudah cukup untuk melampiaskan kemarahannya, perlu apa harus mengambil jiwanya" Oleh karena itu maka aku membuka rahasia ini, supaya kau tahu sebab-sebab yang sebenarnya atas kematian ibumu!"
Ho Hay Hong setelah mendengar cerita itu, wajahnya menunjukkan sikap marah sekali. Ia berkata kepada diri sendiri: "Jikalau aku tahu bahwa orang tua bermuka merah itu adalah musuh besarku, tadi waktu aku lihat ia unjuk diri, pasti aku tidak melepaskan kesempatan baik ini untuk menuntut balas, sayang sekarang sudah terlambat !"
Kemudian ia pikir: "Anak yang tidak dapat menuntut balas kematian ibunya, bagaimana bisa disebut sebagai anak manusia?"
Ia telah mengambil keputusan menebalkan mukanya sendiri, minta obat kepada gadis kaki telanjang, maka ia tarik tangan gadis itu kesamping kemudian berkata padanya dengan suara pelahan:
"Penuturan Lam kiang Tay bong tadi, apa kau sudah dengar dengan baik?"
"Tak kusangka kau juga seorang yang berdiri disatu garis denganku !"
"Sebelum dapat menuntut balas dendam ibuku, aku mati masih sangat penasaran, sekarang aku harap kau dapat menolong aku sedikit !"
"Apa kau suruh aku menalangi dirimu melakukan balas dendam ibumu ?"
"Bukan, aku hanya mengharap kau memberikan kesempatan bagiku supaya dapat pertahankan jiwaku !"
"Mendengar perkataanmu ini, seolah-olah jiwamu berada ditanganku" Sudah tentu aku juga tidak mengharap kau mati penasaran, tetapi aku tidak tahu dengan cara bagaimana" harus membantu dirimu ?"
"Kau tahu diriku terkena serangan ilmu pukulan San hoa Ciang lik yang sangat berbisa, aku pernah berobat kepada seorang tabib kenamaan didaerah utara, tapi karena kurang semacam obat, ia tidak berdaya menyelamatkan jiwa ku."
"Obat apa yang kau perlukan ?"
"Liong yan hiang !"
Dengan perasaan tegang Ho Hay Hong mengeluarkan perkataan itu, kemudian baru menanya lagi:
"Apa kau masih ada obat itu ?"
"Aku masih ada sedikit, tetapi kutaruh dirumah ibu sana."
Ho Hay Hong sudah tentu tidak enak meminta gadis itu lekas mengambil, maka lantas menundukkan kepala dan berkata dengan perasaan kecewa.
"Aku terpaksa akan meninggalkan penyesalan seumur hidup !"
Gadis itu mendadak tertawa dan berkata: "Mengapa kau cemas " Aku tokh tidak berkata tidak punya, dan aku tokh juga bisa pergi mengambil !"
Ho Hay Hong tidak menduga bahwa gadis yang tinggi hati ini mendadak berubah demikian jinak, dalam kegirangannya ia lantas berkata:
"Kalau begitu, aku terpaksa merepotkan kau!"
"Kudamu kau berikan padaku, aku akan pulang sebentar dan segera kembali."
Dengan cekatan ia lompat keatas kuda dalam waktu sekejap mata kuda menghilang dari mata Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong berdiri tertegun sambil berpikir: "ia demikian baik terhadapku, bagaimana aku harus membalas kebaikannya?"
Pada saat itu, dengan mendadak terdengar teriakan orang yang sangat nyaring terdengar didalam telinganya: "Siapa adalah Bengcu rimba hijau daerah utara."
Ho Hay Hong angkat muka, dari jauh tampak serombongan orang naik kuda lari ke arahnya. Orang yang pertama tubuhnya hanya setinggi kira-kira delapan kaki, dibahunya terdapat kerudung kulit harimau, orang itu nampaknya sangat berwibawa, dibelakangnya diiringi oleh banyak pengawalnya.
Ho Hay Hong setelah berhadapan dengan orang yang matanya bersinar tajam itu, diam-diam terkejut: "Orang ini nampaknya bukan orang sembarangan, sikapnya juga sombong, apakah dia adalah Liong ceng-houw sie?"
Ia perhatikan mata orang itu, yang benar-benar bersinar tajam bagaikan mata naga, dibawah janggutnya tumbuh kumis dan janggut yang sangat lebat, tetapi dipelihara indah maka diam-diam ia memastikan bahwa orang itu pasti orang yang menduduki kursi Bengcu rimba hijau daerah selatan.
Berhadapan dengan orang seperti itu, Ho Hay Hong yang juga menjadi pemimpin rimba hijau daerah utara, sudah tentu tidak boleh bersikap lemah. Maka ia lalu menghampiri dengan langkah lebar, kemudian berkata sambil tertawa:
"Aku adalah Bengcu golongan rimba hijau daerah utara, bolehkah kiranya aku minta tanya nama tuan yang mulia?"
Orang itu menjawab dengan suara yang nyaring:
"Aku adalah Liong ceng Houw sie, sudah lama aku dengar bahwa jago-jago rimba hijau daerah utara sudah mengangkat Bengcu yang baru, maka dengan ini aku datang memberi selamat!"
Ia memberi hormat dengan menyoja, Ho Hay Hong buru-buru membalas hormat seraya berkata.
"Aku tidak berani menerima penghormatan sebesar ini sebagai seorang yang tidak memiliki kepintaran apa-apa, maka untuk selanjutnya aku mengharap petunjuk Bengcu yang berharga!"
Liong ceng Houw sie yang berhadapan dengan seorang pemuda yang usianya masih muda sekali, tetapi sangat berwibawa, dan sopan santun budi bahasanya, maka dalam hati diam-diam memuji Ho Hay Hong.
"Kita merupakan saudara serumpun, maka tuan tidak perlu merendahkan diri?" demikian ia berkata.
Pada saat itu, ulu hati Ho Hay hong mendadak merasa muak. hingga racun ilmu pukulan San hoa Ciang-lek dalam tubuhnya sudah mulai bekerja.
Ia sangat jengkel karena racun itu dalam situasi yang sangat penting baginya itu mendadak bekerja, bukankah itu tidak akan menodai nama baik golongan rimba hijau daerah utara"
Ia mengharap dengan sangat kedatangan gadis kaki telanjang, karena hanya dengan obat gadis itu, baru tertolong jiwanya.
Tetapi orang yang dinanti-nantikan kedatangannya itu, tetapi tidak tampak bayangannya.
Dalam keadaan cemas, otaknya membayangkan bagaimana nanti nasibnya apabila obat Liong yang hiang itu hilang atau sudah digunakan untuk keperluan lain"
Berbagai kekuatiran timbul dalam pikirannya namun demikian diluarnya masih tetap menunjukan sikap seperti biasa. Sebab berhasil atau tidaknya ia menundukkan kawanan golongan rimba hijau daerah selatan, erat sekali hubungannya dengan nasib seluruh rimba hijau daerah utara.
Perasaan kuatir itu semakin lama semakin menjadi-jadi, orang-orang disekitarnya seperti bergoyang-goyang, meskipun itu tidak mungkin, tetapi ini ada suatu bukti bahwa racun dalam tubuhnya sudah mulai bekerja, mendadak ia ingat bahwa ia masih membawa salinan dari ilmu silat garuda sakti, ia pikir, apabila ia nanti mati, pelajaran ilmu silat yang sangat berharga itu pasti akan terjatuh ditangan orang-orang jahat. Daripada terjatuh ditangan mereka, lebih baik dihancurkan saja.
Dengan mengeraskan hatinya, ia mengeluarkan salinan ilmu silat garuda sakti dari dalam sakunya, kemudian dirobek-robek hingga menjadi berkeping-keping.
Tang siang Sucu tertarik oleh kepingan kitab itu, ia berusaha merebutnya, tapi tidak berhasil, hanya mendapatkan beberapa lembar kepingan kecil.
Lembaran yang dapat dipungutnya itu kebetulan lembaran lembaran bagian yang ada lukisan gambar seorang yang sedang menengadah menyedot hawa matahari dan rembulan. Ia segera berseru.
"Saudara gambar apakah ini ?"
Ho Hay Hong mendadak mendapat suatu akal, ia hendak menggunakan kesempatan itu untuk mengulur waktu, mungkin dapat diperpanjang sehingga kedatangan gadis kaki telanjang. Maka ia lalu menjawab sambil tertawa:
"Dengan terus terang, kitab-kitab yang ku robek-robek ini adalah salinan pelajaran ilmu silat garuda sakti !"
Tang-siang Su cu membuka lebar kedua matanya, memandang gambar orang-orangan dalam lembaran kertas yang berada ditangan nya, sementara dalam hatinya diam-diam berpikir: "orang-orang dalam gambar ini menunjukkan gerak-gerik yang sangat aneh, setiap gerakan merupakan suatu gerak tipu yang istimewa, apakah benar itu gerakan dari ilmu silat garuda sakti ?"
Buru-buru ia menyimpannya kedalam, saku dan memunguti robekan-robekan kertas yang berterbangan ditanah.
Ho Hay Hong yang menyaksikan perbuatan Tang siang Sucu, diam dan berpikir: "apabila ia berhasil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan kertas itu, ini berarti bahwa salinan pelajaran ilmu silat garuda sakti akan terjatuh kedalam tangannya."
Tetapi karena saat itu hawa dingin dalam tubuhnya sedang bekerja, ia tidak berani bergerak sembarangan, hingga diam-diam merasa jengkel sendiri.
Sementara itu mendadak terdengar suara. Liong ceng Houw sie: "Dihadapan Bengcu golongan rimba hijau daerah utara apabila aku tidak memperkenalkan orang-orangku, dianggapnya tentu kurang sopan. Mari, mari kita semua sudah menjadi saudara, semuanya saling mengenal!"
Perkataan Liong ceng Hauw sie ini, justru yang diharapkan oleh Ho Hay Hong, maka ia buru-buru memberi hormat seraya berkata:
"Sudah lama aku dengar bahwa saudara-saudara didaerah selatan banyak terdapat yang berkepandaian tinggi, inilah merupakan suatu kesempatan yang paling baik bagi kita untuk saling mengenal, aku sangat berterima kasih apabila tuan sudi memperkenalkan!"
"Tiga pembantu utamaku ini, tuan sudah mengenalnya, tidak perlu aku perkenalkan lagi." berkata Liong ceng houw sie. "Ini adalah Hok kauw cia yang namanya sangat terkenal disekitar daerah Tong-touw ouw. Ini adalah pembantuku yang paling kuandalkan, Tee Kang, gelarnya Yu sin Pat kwa ciang. Dahulu ilmu silatnya Yu-sin Pat kwa ciang sangat kesohor didaerah Su-swie, tahun dulu musim semi ia baru masuk sebagai anggauta kita."
Ho Hay Hong mengawasi orang she The itu sejenak, ternyata merupakan seorang bermata sipit dan berhidung seperti burung kakak tua, sinar matanya tajam. Orang tipe demikian pastilah seorang yang banyak akalnya.
The Kang yang melihat Ho Hay Hong mengawasi dirinya, segera maju keluar dari rombongannya dan berkata sambil memberi hormat:
"Aku yang rendah seorang yang tidak berguna, tadi aku dengar tiga kawan kita pulang setelah menerima pelajaran tuan, aku diam-diam merasa kagum. Kini aku pikir dengan menggunakan kepandaianku yang tak berarti, hendak belajar kenal dengan kepandaian tuan!"
Ho Hay Hong meskipun tahu bahwa saat itu ia sudah seperti macan kertas, tetapi untuk mempertahankan nama baik dan wibawa pemimpin rimba hijau daerah utara, bagaimanapun juga tidak boleh menunjukkan kelemahan. Maka lalu pura-pura gembira, kemudian menjawab sambil tersenyum:
"Boleh, boleh. Aku juga sudah lama mendengar nama ilmu silat Yu sin Pat kwa ciang itu, maka juga ingin belajar kenal, tetapi harap kau suka tunggu sehingga Beng-cu selesai memperkenalkan semua anggautanya, barulah kita mulai!"
"Sudah tentu!" berkata The Kang sambil tertawa girang, kemudian kembali kerombongannya.
Menampak sikap orang itu. Ho Hay Hong mengerti bahwa kedudukannya sendiri sudah terpandang dalam mata mereka.
Liong ceng Houw sie sementara itu melanjutkan lagi memperkenalkan orang-orangnya satu persatu kepada Ho Hay Hong, tetapi kecuali Hok kauw cia dan Pat kwa Yu-sin The Kang sudah tidak tahu lagi satu persatu nama tokoh rimba hijau daerah selatan itu, bahkan muka mereka juga tidak bisa melihat jelas karena selama itu, perhatiannya dipusatkan untuk memikirkan gadis kaki telanjang yang masih belum kembali.
Sekarang, ia diam-diam merasa menyesal, sebab ada kemungkinan ia akan menemukan kejadian yang tidak menyenangkan.
Liong ceng houw sie sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Ho Hay Hong, ia masih berkata:
"Aku dapat dengar laporan tiga pembantuku bahwa didalam rumah penginapan Khen an Cie Saw tuan sudah memukau kepandaian tuan, bertempur dengan orang yang sedang melakukan tugasku, bahkan melukai beberapa diantaranya!
"Tetapi akhirnya, Ho Beng cu karena seorang diri, dalam keadaan marah lantas berlalu, hanya meninggalkan seorang nona berbaju ungu yang kemudian dibawa pulang oleh tiga pembantuku. Benarkah ada kejadian itu?" mendengar ucapan Bengcunya, semua orang golongan rimba hijau daerah selatan itu lalu tertawa besar, agaknya mengandung maksud mengejek.
Ho Hay-Hong mengerti bahwa Bengcu rimba hijau daerah selatan itu sengaja mengejek dirinya, tetapi karena mengingat bahwa gadis baju ungu itu kini berada dalam tangannya, sudah tentu terpaksa mengendalikan hawa amarahnya.
Liong ceng houw sie agaknya melihat sikap Ho Hay Hong tidak senang, benar-benar berpaling memandang orang-orangnya, seolah-olah memberi sesuatu teguran terhadap sikap orang-orangnya yang kurang sopan. namun ia tak marah.
Orang-orangnya setelah di pandang oleh pemimpinnya, semua lantas berhenti tertawa. Tetapi karena Ho Hay Hong lama tak memberi jawaban, mereka kasak-kusuk sendiri, agaknya sedang menghina pemimpin golongan rimba hijau daerah utara, yang didalam mata mereka sudah tidak mampu melindungi kawan wanitanya.
Ho Hay Hong juga tahu bahwa orang-orang itu pandang rendah dirinya. Selagi hendak membuka mulut untuk menegur, Liong ceng Houw sie sudah berkata lagi:
"Tadi tiga pembantuku karena berlaku kurang sopan terhadap Ho Bengcu, telah pulang dalam keadaan bonyok. Mereka pun menyampaikan maksud Bengcu bahwa apabila tidak membebaskan gadis baju ungu itu, semua tanggung jawab Ho Bengcu hendak timpahkan diatas pundakku. Sekarang aku datang memenuhi permintaanmu, benarkah Ho Bengcu pernah berkata demikian?"
Ho Hay Hong ketika mendengar ucapan itu, segera mengerti bahwa tiga orang yang pernah dihajarnya itu tentu merasa tidak senang hingga menambahi bumbu dalam keterangan mereka, dengan maksud agar pemimpin mereka marah.
Tetapi karena kesalah pahaman sudah tidak dapat dielakkan lagi, membantah juga tak ada gunanya, bahkan mungkin akan ditertawakan oleh pemimpin rimba hijau daerah selatan ini maka lalu jawabnya dengan suara dalam:
"Memang benar, aku anggap perbuatan menghina seorang wanita lemah, bukanlah perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang gagah. Entah bagaimana anggapan Bengcu?"
Liong ceng Houw sie tertawa terbahak-bahak.
"Ucapan Ho Bengcu memang cukup beralasan. Tetapi yang menimbulkan persoalan kini adalah Ho bengcu sendiri. Ho Bengcu penyebabnya bukanlah tiga pembantuku, mana boleh dianggap sebagai perbuatan yang menghina seorang wanita lemah" Jelas Ho Bengcu hendak menjatuhkan beberapa tokoh kuat rimba hijau daerah selatan dengan sengaja menimbulkan onar demikian?"
OoodwooO Bersambung Jilid 24
Jilid 24 HO HAY HONG mengerti bahwa pemimpin rimba hijau itu bermaksud menyulitkan kedudukannya. Tapi ia sudah bertekad, setapakpun tak akan mundur.
"Jika Bengcu memang ada maksud memperbesar sengketa, aku juga tak bisa berkata apa-apa, silahkan"
Belum habis ucapannya, Pat kwa Yu in ciang mendadak lompat keluar dan berkata dengan suara keras:
"Aku The Kang seorang yang tak tahu diri, ingin belajar kenal lebih dulu dengan kepandaian ilmu silat daerah utara!"
Dua tangannya lain bergerak melancarkan serangan.
Ho Hay Hong berdiri masih sedikitnya hanya kira-kira berjarak lima tombak namun sudah dapat merasakan betapa hebatnya hembusan angin yang keluar dari sambaran tangannya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa pandang ringan musuhnya ini.
Maka ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya dengan jurus apa yang dinamakan "diluar langit masih ada langit", tangan kanannya digunakan untuk menangkis serangan Pat kwa Yu-sin ciang, sedang tangan kirinya digunakan untuk menyerang.
Selagi Pat kwa Yu sinciang hendak menggunakan gerak tipunya yang terampuh, membelah bunga menyampok daun" untuk menghadapi musuhnya baru mencapai setengah jalan, tiba-tiba kebentur oleh kekuatan hebat.
Ia tidak keburu menarik kembali serangannya, tak ampun lagi dihajar oleh serangan Ho Hay Hong hingga seketika itu juga lantas juga jatuh pingsan.
Setelah berhasil menjatuhkan lawannya, semangat Ho Hay Hong terbangun. Selagi hendak menantang pemimpin rimba hijau daerah selatan, mendadak darah dalam tubuhnya bergolak, kepalanya dirasakan pening.
Untung ia masih dapat menguasai dirinya, untuk pertahankan prestasinya, ia lantas berkata dengan suara keras.
"Kau rupanya sangat penasaran, tidak halangan maju sekalian!"
Tubuhnya yang hendak rubuh ke kiri, digunakan untuk menubruk Hok kauw cia sambil mementang dua lengannya.
Hok kauw cia yang tiada maksud melawan Ho Hay Hong, tetapi karena keadaan memaksa, mau tidak mau ia pentang tangannya, menyambut Ho Hay Hong. Malang baginya, kekuatan sangat hebat telah mendorongnya sehingga ia mundur terhuyung-huyung.
Ho Hay Hong sebetulnya sudah hampir tidak sanggup pertahankan berdirinya kaki, tetapi dengan tindakannya yang luar biasa ini, bukan saja tidak sampai roboh, sehingga malah mengejutkan musuh-musuhnya.
Liong ceng Houw sie segera merubah sikapnya semula yang memandang rendah, ia maju menghampiri dan berkata sambil tertawa dipaksa:
"Ha ha ha! Sudah lama aku dengar kepandaian Bengcu yang luar biasa, hari ini setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, aku percaya bahwa apa yang pernah kudengar itu ternyata benar. Ini bukan saja merupakan suatu keuntungan besar bagi golongan rimba hijau daerah utara, tetapi juga merupakan suatu kehormatan bagi seluruh kawan dari golongan rimba hijau."
Ho Hay Hong yang masih bisa pertahankan dirinya hanya dengan kekerasan hatinya ketika mendengar perkataan itu, lantas berkata dengan suara keras:
"Liong ceng Houw sie, aku sebetulnya tiada maksud melukai orangmu. Tapi karena terdesak olah keadaan, terpaksa aku bertindak berlawanan dengan kemauanku sendiri, harap kau suka maafkan!"
"Mana, mana, ini adalah Bengcu yang masih suka pandang mata padaku, jikalau tidak, Bengcu pasti tidak akan berlaku demikian!"
Pemimpin itu meskipun wajahnya masih menunjukkan sikap berseri-seri, tetapi sepasang matanya penuh api kebencian.
Ho Hay Hong yang berpandangan mata tajam, bagaimana tidak tahu" Maka diam-diam ia merasa gelisah.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda. Ketika ia menoleh, benar saja derap kaki kuda-kuda itu adalah kuda tunggangan gadis kaki telanjang yang sedang dibedal dengan pesatnya.
Kuda itu lari laksana terbang, dalam waktu sekejap mata sudah berada dihadapan matanya.
Bukan kepalang girangnya Ho Hay Hong buru-buru menghampirinya dan berkata dengan separoh berbisik di telinganya.
"Akhirnya kau keburu sampai, aku sudah lama menunggu dengan sangat gelisah."
Gadis kaki telanjang seolah-olah tidak dengar, semua perkataannya, buru-buru mengeluarkan bungkusan obat bubuk dari dalam saku diberikan kepada Ho Hay Hong seraya berkata:
"Lekas telan, kalau terlambat." Dengan sikap ketakutan gadis itu menoleh ke belakang, hal mana sangat mengherankan Ho Hay Hong. Buru-buru ia berpaling nampak olehnya seorang pemuda berbaju putih dan berwajah tampan sedang berjalan menghampiri.
Pemuda itu tampan dan gagah, gerakannya menunjukkan bukan orang sembarangan. Ia berjalan lambat tetapi gesit sekali, sebentar saja sudah berada di hadapan matanya.
Ho Hay Hong tercekat, ia bertanya-tanya kepada diri sendiri: "ilmu apa yang digunakan oleh pemuda ini ?"
Tiat Chiu Khim ketika melihat pemuda itu menghampiri dirinya mendadak mundur dua langkah, wajahnya menunjukkan sikap gelisah.
Ho Hay Hong yang tidak mengerti apa sebabnya diam-diam merasa heran. Karena gadis yang berani dan berkepandaian tinggi itu, biasanya berkelakuan tenang dan tidak takut dengan siapa saja, tetapi mengapa sekarang demikian gugup dan ketakutan " Apakah pemuda baju putih itu benar-benar seorang lihay yang harus ditakuti "
Oleh karena itu, maka ia juga tidak berani berlaku gegabah, ia diam saja, menantikan perkembangan lebih lanjut.
Dilain pihak, diam-diam ia sudah menelan obat bubuknya Liong yan hiang.
Ketika obat bubuk itu masuk ketenggorokannya, bau harum yang sangat tebal dirasakan seperti menghembus keluar dari mulutnya, sehingga dapat tercium oleh semua orang yang berdiri di sekitar tempat itu.
Semua orang menoleh kearahnya, dan memandangnya dengan penuh keheranan.
Bau harum itu terus mengalir keseluruh tubuhnya, hingga racun sangat berbisa dari serangan San hoa Ciang, lenyap seketika.
Diam-diam ia coba mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia telah dapat kenyataan bahwa keadaan dalam tubuhnya sudah pulih kembali seperti biasa.
Dari girang timbul perasaan terima kasih, dari perasaan terima kasih timbul perasaan cinta. Lalu diam-diam ia bersumpah kepada diri sendiri asal masih bisa bernapas, ia pasti tidak akan membiarkan sang kekasih menderita.
Pada saat itu, Tiat Chiu Khim sudah mundur kehadapan Tang Siang Sucu, pemuda bangor itu lantas pentang kedua lengannya, memeluk tubuh sigadis.
Tiat Chiu Khim yang tidak tenang pikirannya, hampir saja berada dalam pelukan Tang Siang Sucu. Ho Hay Hong mendadak mengeluarkan suara bentakan keras dan menyambitkan pedang panjangnya.
Ia sebetulnya hendak menghadapi pemuda baju putih yang tidak dikenalnya itu tapi ketika menampak Tiat Chiu Khim dalam ancaman perbuatan Tang siang Sucu yang tidak sopan, pedangnya terpaksa di gunakan untuk menyambit saudaranya sendiri.
Sebelum tangan Tang siang Sucu berhasil menjamah tubuh Tiat Chiu Khim pedang Ho Hay Hong sudah berada hanya sejarak sekaki dihadapan mukanya.
Tang siang Sucu menjerit kaget, karena ia tahu benar betapa hebatnya serangan pedang itu, maka ia buru buru lompat mundur.
Suasana lantas menjadi gempar, semua orang terkejut bahwa Ho Hay Hong menilik kepandaian ilmu pedang terbang. Hanya Tiat Chiu Khim seorang yang tahu, bahwa kepandaian ilmu itu adalah kepandaian ilmu si Kakek penjinak garuda.
Selagi semua orang ramai memperbincangkan soal pedang terbang itu, pemuda baju putih itu mendadak pentang mulut:
"Aha, bagus sekali, dengan susah payah aku mencari, tak kusangka berada disini."
Suaranya itu cempreng sekali, sehingga mengejutkan semua orang.
Kedatangan pemuda tidak dikenal tanpa diundang itu, memang sudah menimbulkan perasaan tidak senang kepada semua orang yang ada disitu, kini setelah mendengar suaranya yang menjemukan, dan tidak karuan Juntrungannya, maka semua orang memandangnya dengan perasaan muak.
Ho Hay Hong kini baru melihat keadaan yang sebenarnya. Pemuda itu mempunyai bentuk muka yang agak aneh, dahinya tajam, hidungnya mancung, bibirnya tipis, daun telinganya berdiri, matanya merah.
Sedang rambut dikepalanya berwarna kuning dan menurun dikedua pundaknya mirip dengan binatang serigala, hingga ia merasa geli dan tertawa sendiri.
Gerakan pemuda itu memang diakui sangat gesit, dan jauh memang seperti pemuda yang tampan dan gagah, tak disangkanya setelah dilihat dari dekat, merupakan seorang pemuda aneh bahkan mirip dengan satu makhluk aneh.
Ho Hay Hong melihat pemuda aneh itu memandang Tiat Chiu khim dengan matanya yang liar tanpa berkedip, diam-diam ia merasa sangat mendongkol. Maka dihadapan orang banyak, tanpa malu-malu ia menarik tangan si gadis dan ditanya dengan suara perlahan.
"Siapa orang itu?"
"Aku juga tidak tahu," jawabnya sambil menggelengkan kepala.
Ho Hay Hong tercengang. "Mengapa takut padanya?"
"Ini aku sendiri juga tidak mengerti, aku hanya merasa baru melihat mukanya saja sudah takut."
"Kau kenal dengannya"!"
"Tidak!"
"Mengapa ia terus mengikuti kau?", Tiat Chiu Khim pentang lebar matanya dan menjawab:
"Aku sendiri juga tidak mengerti. Sejak ia melihat aku, lantas mengikuti aku sampai disini. Aku tidak menghiraukannya, tetapi juga tidak bisa melepaskan diri darinya. Kadang-kadang ia tertawa padaku, membuat aku merasa takut."
"Ow, aku tahu, dia mungkin tertarik oleh kecantikanmu, maka terus membuntuti."
Mendengar ucapan demikian, selembar muka Tiat Chin Khim merah seketika dengan perasaan tidak senang ia mengawasi pemuda aneh itu sejenak, kemudian berkata:
"Hm persetan dengan pemuda ceriwis seperti dia."
Ho Hay Hong tidak mau menggoda lagi maka pembicaraannya dialihkan kesoal lain.
"Aku tadi dengar kau kata jangan sampai terlambat kalau terlambat bagaimana" Aku sangat khawatir, semula kiranya jiwaku tidak akan tertolong lagi, tak kusangka hanya lamaran pemuda ceriwis ini. Tetapi ada aku disini, ia tidak akan berani berlaku kurang ajar terhadapmu. Jikalau ia berani, aku akan hajar dia."
Tiat Chiu Khim menundukkan kepala dan berkata:
"Aku selamanya bernyali besar, tidak takut kepada siapapun. Tetapi entah apa sebabnya, ketika melihat dia lantas takut."
Berkata sampai disitu, dengan perasaan bingung memandang Ho Hay Hong, kemudian melirik kepada pemuda aneh itu.
Pemuda aneh itu ketika melihat si nona melirik kepadanya, tingkah lakunya semakin tengik. Sambil tertawa dingin ia menghampiri Ho Hay Hong seraya berkata dengan suaranya yang tajam:
"Kepandaianmu mengendalikan pedang sangat aneh, mirip dengan kepandaian si tua bangka penjinak garuda. Aku sebetulnya tidak suka mencampuri urusan orang lain, tetapi sekarang aku hendak mencoba-coba kepandaianmu!"
Perkataan pemuda itu mengejutkan semua orang yang ada disitu, sebab terhadap seorang dari angkatan tua yang namanya sangat kesohor seperti kakek penjinak garuda, ia menggunakan sebutan si tua bangka. Pada waktu itu orang-orang angkatan muda yang berlaku demikian sombong, hanya ia seorang saja.
Ho Hay Hong berpikir: Kakek penjinak garuda meskipun kejam tetapi bagaimanapun juga adalah seorang luar biasa yang kenamaan. Kau orang macam apa, berani demikian menyebutnya"
Meskipun dalam hati Ho Hay Hong merasa tidak senang, tetapi ia masih bertanya dengan nada suara dingin.
"Siapa she dan nama tuan yang mulia! Bolehkah kiranya kau beritahukan padaku?"
"Ow, ow. namaku Long gee mo, tiada halanganku beritahukan padamu!" jawabnya sambil tertawa.
Suara tertawanya itu meskipun tidak nyaring, tetapi tajam dan menusuk telinga. Jelas ia sedang memamerkan kekuatan tenaga dalamnya.
Lam kiang Tay-bong yang menyaksikan sikap congkak pemuda itu, alisnya dikerutkan lalu bertanya.
"Kau murid siapa?"
Long-gee mo mendengar pertanyaan itu, menoleh dan menjawab:
"Locianpwee, apa kau tanya padaku?" Sikapnya demikian jumawa, seolah-olah tidak pandang mata Lamkiang Tay bong. Lam kiang Tay bong meskipun sangat mendongkol, tetapi karena harus menjaga kedudukannya ia tidak mau sembarangan turun tangan terhadap anak muda, maka hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
Long gee-mo tidak ambil pusing, masih tetap dengan sikapnya yang jumawa ia berkata:
"Suhu sudah lama tidak mau mencampuri urusan duniawi, locianpwee tahu namanya juga tidak ada faedahnya, sebaiknya aku tidak jawab!"
Belum pernah ada orang bersikap demikian jumawa terhadap Lam kiang Tay bong, maka ia lantas berkata:
"Kalau begitu, aku akan minta anda sendiri yang membuka mulut !"
Ucapan Itu mengundang maksud: "Karena tidak mendapat jawaban yang semestinya maka pemuda itu hendak ditawan, supaya suhunya datang sendiri memberi jawaban."
Tetapi Long gee mo tidak mengerti, entah ia memang tidak mengerti betul atau memang berlaku bodoh. Ketika mendengar perkataan itu, kepalanya digeleng-gelengkan seraya berkata:
"Tidak ada gunanya, tidak ada gunanya, masa mau suhu menjawab pertanyaanmu ?"
Lam kiang Tay bong lantas marah, tidak dapat kendalikan perasaannya menghadapi sikap congkak pemuda itu. Lebih cepat ia menghampiri dan berkata:
"Bocah! Matamu hanya melihat keatas. Kau begitu kurang ajar. Aku terpaksa tidak tinggal diam, maka aku hendak mewakili suhumu mengajar adat kau !"
Jubahnya dikebutkan, dari situ mengeluarkan hembusan angin hebat.
Long gee mo berteriak tajam:
"Apa" Locianpwee benar-benar hendak menghajar aku?"
Sementara itu angin hebat sudah menyambar dirinya, ia agaknya mengetahui bahwa serangan itu amat dahsyat, maka buru-buru lompat setinggi lima tombak
Ia tidak menduga bahwa kepandaian orang tua itu demikian tingginya, wajahnya berubah seketika. Dari tengah udara ia melayang sejauh delapan tombak. tepat di dibelakang Liong ceng Houw sie berdiri agak jauh, kemudian berseru:
"Oooh celaka ! Locianpwee jangan begitu, seranganmu ini benar-benar akan mematahkan tulangku!"
Lam kiang Tay bong masih mendongkol dengan sikap anak muda itu, maka hendak diberi hajaran seperlunya.
Tetapi Lam kiang Tay bong berpikir lagi, dari gerakan pemuda itu dapat dipastikan bahwa suhunya tentunya juga merupakan satu tokoh terkemuka. Karena ia tidak ingin membesarkan urusan, maka hanya diberi peringatan saja lalu balik ketempatnya sendiri.
Ketika Long gee mo balik lagi ketengah lapangan, sikapnya semula yang sangat sombong nampak berkurang, ia tidak berani mencari onar dengan Lam kiang Tay bong, langsung menghadapi Ho Hay Hong. kemudian berkata sambil memberi hormat.
"Ucapanku nasib berlaku, tadi aku kata hendak mencoba kepandaianmu, jikalau tidak maka sia-sialah perjalananku ini."
Pikiran Ho Hay Hong tertuju kepada ucapan terakhir pemuda itu, selagi memikirkan apa maksudnya, dari depan tiba-tiba merasa hembusan angin, kemudian disusul oleh teriakan Tiat Chiu Khim: "Lekas menyingkir!"
Ia tersadar seketika, buru-buru mengelak dan balas menyerang.
Long gee mo tanpa sebab menarik dirinya jauh-jauh kemudian melakukan latihan napas dan tangan seperti seorang yang sedang mengadakan latihan olah raga. setelah itu barulah melancarkan serangannya yang kedua.
Ho Hay Hong yang masih belum mengerti, tetap menggunakan tangan untuk menangkis serangan itu. Sebentar terdengar suara beradunya dua tangannya yang halus sekali, tangan Ho Hay Hong dirasakan seperti mau patah oleh serangan lawannya, hingga diam-diam terkejut.
Ia sebetulnya hendak menggunakan gerak tipuan untuk mengelakkan kekuatan lawannya, kemudian balas menyerang diluar dugaan lawannya, tak disangkanya, ketika serangannya baru setengah jalan lawannya juga menggunakan siasat yang serupa, hingga ia diam-diam memuji kepandaian pemuda itu.
Sekarang ia buru sadar bahwa perhitungannya terhadap kepandaian lawannya ternyata, sudah keliru ia memikirkan pemuda itu entah dari golongan mana, mengapa kepandaiannya semakin tinggi.
Tetapi, sejak ia berhasil mempelajari ilmu silat garuda sakti, meskipun Ia dikejutkan olah kepandaian lawannya tetapi masih dapat mengendalikan perasaannya sendiri, ia geser kakinya beberapa langkah, dengan menggunakan siasat pertahanan, telah berhasil menahan serangan lawannya.
Long gee mo segera berkata dengan suara nyaring:
"Boleh juga. boleh juga. Bolehkah aku minta tanya apakah kau murid keturunan yang dididik langsung oleh kakek penjinak garuda?"
"Kalau iya, mau apa?"
"Kalau iya, itulah paling baik. Hari ini aku hendak membunuhmu!"
Sehabis berkata ia sudah akan bergerak lagi karena ia sudah anggap Ho Hay Hong benar-benar muridnya kakek penjinak garuda.
Dari ucapan yang menggunakan istilah tua bangka kepada kakek penjinak garuda, ia sudah tahu bahwa pemuda itu berdiri sebagai musuh dengan kakek penjinak garuda, telah mendengar perkataan pemuda itu makin kuat dugaannya, ia lalu berkata:
"Jika aku bukan muridnya, lalu bagaimana?"
"Kau berani mengatakan bukan" Akh tidak, tidak! Kau pasti adalah muridnya atau setidak-tidaknya cucu muridnya, atau mungkin juga ada sedikit hubungan dengannya maka aku harus membunuhmu!"
Ho Hay Hong dengan tenang bertanya: "Mengapa kau hendak membunuh aku" Katakanlah sebabnya, supaya seandainya aku mati juga tidak penasaran!"
"Kakek penjinak garuda adalah musuh bebuyutan suhu semua kepandaianku kudapatkan dari suhu, mengapa aku tidak melakukan sesuatu bagi suhuku?"
"Siapakah suhumu itu?"
"Ing Siu, kau dengar tidak!"
"Haha, kau salah kawan! Kakek penjinak garuda tidak ada hubungan apa-apa denganku, ucapanku tadi hanya untuk menyelidiki siapakah suhumu, benar seperti apa yang aku duga, dia adalah Ing Siu."
"Kau bohong, kepandaianmu mengendalikan pedang semuanya dari golongan kakek penjinak garuda, dalam hal ini, aku percaya semua orang yang ada disini sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana kau hendak mengelabui mataku ?"
Tiat Chiu Khim mendadak maju dan berkata:
"Kau ini menuduh orang dengan sikap biasa dan tidak sopan, benar-benar tidak mengenal aturan. Aku ini adalah muridnya sikakek penjinak garuda, kau mau apa?"
Ho Hay Hong berkata kepada Chiu Khim dengan suara pelahan:
"Kau dengan kakek penjinak garuda sudah memutuskan hubungan, Jangan lupa bahwa dia adalah musuhmu !"
"Aku lihat dia sangat menjemukan maka kupikir hendak memberikan ia sedikit pelajaran!" berkata Tiat Chiu Khim.
"Kau sudah tak takut lagi?" tanya Ho Hay Hong heran.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mungkin masih takut, tetapi mungkin juga tidak!"
"Kenapa?" tanya Ho Hay Hong semakin heran.
Gadis itu tiba-tiba merasa sangsi lama baru berkata:
"Kau berada di sampingku, aku seperti mendapat perlindungan!"
"Bagaimana jika kau tak berada di sampingmu"
"Aku tak tahu!"
"Aku kira tidak ada harganya kau keluarkan tenaga untuk kakek penjinak garuda!"
Gadis itu menggelengkan kepala dan berkata dengan tegas:
"Tidak. Ini adalah untuk yang terakhir kalinya. Kepandaianku kudapatkan dari dia, maka kali ini hitung-hitung sebagai balasan, tapi selanjutnya aku tidak akan keluarkan tenaga untuknya lagi, juga tidak akan mau lagi menggunakan ilmu kepandaiannya!"
Oleh karena gadis itu dapat membedakan dengan tegas antara budi dengan kebencian, maka Ho Hay Hong tak bisa membantah. Ia tahu bahwa gadis itu sifatnya tinggi hati, diberi nasehatpun tidak berguna, maka ia diam saja.
Suasana mendadak tegang, sebab dua orang itu semua merupakan murid-murid dari dua orang terkuat pada dewasa ini, dan pertandingan itu ada hubungannya dengan perguruannya.
Buat Lam kiang Tay bong kini lebih cenderung membantu pihaknya Long gee mo, sebab ia sendiri juga bermusuhan dengan si-kakek penjinak garuda.
Matanya tajam menatap Tiat Chiu Khim, meskipun Ho Hay Hong berulang-ulang telah menyatakan bahwa gadis itu sudah memutuskan hubungan dengan kakek penjinak garuda, tapi kini karena mengeluarkan tenaga untuk kakek penjinak garuda, maka ia lantas alihkan kemarahannya pada Ho Hay Hong, yang tak seharusnya melarang tindakan muridnya.
Sementara itu Liong ceng Houw sie yang merasa dirinya di kesampingkan, sebagai seorang pemimpin rimba hijau tujuh propinsi yang sudah biasa di hormati oleh anak buahnya, juga belum pernah mendapat perlakuan yang demikian dingin, maka dalam hati merasa tidak senang.
Belum lama berselang ia masih dianggap sebagai pemimpin golongan rimba hijau, tak diduganya dengan kedatangan Long gee mo dan Tiat Chiu Khim, ia lantas di kesampingkan.
Dalam mata pemimpin rimba hijau itu, kecuali anak buahnya sendiri, yang lainnya semua dianggap sebagai musuh yang tak boleh diampuni.
Tetapi ia masih merasa ragu-ragu. Sebab di samping Ing Siu dan kakek perjinak garuda dua orang kuat itu, masih ada Lam kiang Tay bong yang juga merupakan salah satu dari lima tokoh terkuat rimba persilatan dewasa ini yang ada disitu.
Pada saat itu, Long gee mo lantas menghampiri Tiat Chiu Khim dan segera melakukan serangan, hingga keduanya lantas mulai bertempur.
Ho Hay Hong menyaksikan kekasihnya bertempur dengan musuh, kepandaian mereka berimbang. Ia sangat marah, tetapi karena keadaan tidak mengijinkan, terpaksa mengendalikan amarahnya.
Liong ceng Houw sie mendadak timbul pikiran lain: "Jika aku menggunakan kesempatan ini, memberi pukulan telak padanya, sungguhnya paling baik. Jika tidak, setelah gadis itu berhasil menjatuhkan musuhnya, tidak mudah kuhadapinya."
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan, ia dapat menghadapi segala sesuatu dengan menyesuaikan keadaan. Dari sikap dan kata-kata Tiat Chiu Khim dengan Ho Hay Hong, Ia segera dapat menduga bahwa dua muda-mudi itu berdiri disatu pihak. Dengan demikian, bilamana Ho Hay Hong diserang musuh, Tiat Chiu Khim pasti akan membantu dengan tenaga sepenuhnya
Semula ia tidak takut kepada gadis yang cantik itu, sebab kecuali kecantikannya, tidak ada apa-apanya yang menonjol. Tetapi sekarang anggapan pemimpin itu telah berubah, ia sungguh tidak menduga bahwa gadis itu adalah murid kakek penjinak garuda !
Ia tahu benar, siapa adanya Kakek penjinak garuda itu, anak muridnya sudah tentu juga tidak boleh dipandang ringan.
Sebagai seorang ambisius, setelah mengetahui kekuatan Ho Hay Hong, lantas timbul maksudnya hendak menjatuhkan dengan akal untuk menghindarkan pertempuran hebat, karena ia belum yakin bisa mengalahkannya, bahkan bisa jadi dia sendiri yang akan jadi buah tertawaan kawan-kawan dari rimba hijau.
Harapan satu-satunya adalah: Long-gee-mo berhasil membinasakan kawan-kawannya.
Pemuda aneh itu meskipun sering mengganggu dan kadang-kadang bahkan mengejek dirinya, sehingga dianggapnya sebagai pengacau yang memusingkan, tetapi keadaan sekarang berlainan, karena menghadapi lawan labih berat, sudah tentu memilih yang ringan.
Sementara itu, Tang siang Sucu masih berdiri disitu, menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Tang-siang Sucu tergila-gila paras Tiat Chiu Khim yang cantik jelita, tetapi benci perbuatannya yang menyulitkan dirinya dihadapan orang banyak. Ia lebih benci lagi melihat sikapnya yang demikian erat terhadap Ho Hay Hong.
Tang siang Sucu terhadap Ho Hay Hong sedikitpun tidak mempunyai kesan baik, terutama perbuatannya tadi yang sangat memalukan dirinya. Ia masih simpan dihati, setiap saat mencari kesempatan hendak menuntut balas dendam.
Apa mau, Lam kiang Tay bong telah mengeluarkan perintah:
"Bunuh yang perempuan, bebaskan yang laki!"
Yang perempuan dimaksudkan Tiat Chiu Khim dan yang laki dimaksudkan Ho Hay Hong.
Tang siang Sucu tidak berani melawan perintah suhunya, meskipun ia diasuh dan dibesarkan oleh Lam-kiang Tay bong, tetapi orang tua itu bukanlah seorang yang dapat dipermainkan.
Matanya terus berputaran, menjelajahi tiap bagian tubuh Tiat Chiu Khim. Seumur hidupnya ia belum pernah demikian tergila-gila terhadap wanita, apa lacur, selagi benih cinta sedang bersemi, gadis yang dicintai sudah menyerahkan diri dalam pelukan orang lain.
Dan yang lebih celaka, orang itu bukan lain dari saudara sekandungnya sendiri! Tetapi ia tidak perdulikan soal saudara atau bukan, ia sudah biasa membenci siapa saja yang berani menentang perbuatannya atau orang yang merebut kepentingannya.
Pandangan matanya cukup tajam, meski pun Tiat Chiu Khim sedang melakukan pertempuran hebat, tetapi ia masih bisa melihat dengan tegas setiap bagian, sehingga yang paling halus ditubuh gadis itu.
Ia anggap dirinya seorang anak muda romantik yang memiliki wajah tampan dan gaya menarik hati. Tak disangka si gadis cantik jelita yang dirindui itu, tidak sudi mendekati, mau tidak mau ia terpaksa mengakui kebodohannya sendiri.
Sementara itu, Su siang Sucu mendadak timbul pikirannya yang jahat: "kalau saat ini aku bokong padanya dengan senjata rahasia paku Thian mo teng, sekalipun berkepandaian tinggi sekali, juga tidak mungkin lolos dari tangan maut!"
Yang dimaksudkan dengan dia oleh pemuda ini ialah Ho Hay Hong.
Sedangkan Ho Hay Hong sendiri pada saat itu masih menyaksikan jalannya pertempuran antara Tiat Chiu Khim dengan Long gee mo dengan hati cemas, jelas bahwa seluruh perhatiannya sedang ditujukan kepada pertempuran itu.
Sudah tentu See siang Sucu merasa girang, diam-diam ia mengeluarkan dua buah Thian-mo-teng yang mengeluarkan sinar gemerlapan, ia hilangkan dulu sinarnya dengan tanah lumpur, hingga sinarnya lenyap.
Senjata rahasia itu meskipun nampaknya biasa saja, seperti senjata-senjata rahasia lainnya, tetapi mengandung bisa yang sangat berbahaya. Sekalipun binatang buas seperti singa atau harimau dan ular berbisa, juga akan mati seketika jika terkena serangan paku itu.
Tetapi sebelum melaksanakan maksudnya, ia masih memikirkan perintahnya Lam kiang Tay bong, karena justru bertentangan dengan maksudnya sendiri. Jika ia membinasakan Ho Hay Hong dengan senjata itu, suhunya pasti tidak tahu karena bekerjanya bisa dalam tubuh orang yang terkena serangannya baru ketahuan setelah berlangsung tiga jam. Dalam waktu tiga jam itu, mungkin pertempuran sudah selesai, siapa yang akan menduga kalau sang korban mati ditangannya"
Paku Thian mo-teng bentuknya halus sekali, tidak mudah dilihat oleh mata biasa. Apalagi sinarnya sudah dihapus oleh lumpur tanah liat. Jangankan orang lain, sekalipun orang yang diserang, juga tidak tahu, karena serangan itu hanya menimbulkan rasa seperti orang digigit nyamuk.
Diam-diam ia geser kakinya kebelakang Lam kiang Tay bong menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Kesempatan yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba, meluncurlah sebuah paku halus tetapi sangat berbisa itu dari dalam tangannya. Dengan tidak mengeluarkan sedikit suarapun juga, paku meluncur kearah Ho Hay Hong.
See siang Sucu sangat girang, diam-diam berkata sendiri: "Haha, bocah, akhirnya kau binasa ditanganku."
Tetapi, tepat pada saat paku berbisa itu meluncur, Liong ceng Houw sie mendadak lompat menyerbu Ho Hay Hong. Tubuhnya yang tinggi besar, justru menghalangi tubuh Ho Hay Hong yang sedang diserang oleh senjata rahasia See siang Sucu.
See siang Sucu terkejut, matanya dibuka lebar-lebar, karena ia tahu bahwa senjata itu pasti akan bersarang dalam tubuh Liong ceng Houw sie. Dasar nasib!
Liong ceng Houw sie yang memiliki kekuatan tenaga dalam cukup sempurna, ketika terkena senjata berbisa itu, hanya terkejut sejenak, karena seperti ada apa-apa yang tidak beres, tetapi tidak dapat menemukan bagian mana yang tidak beres.
Hanya sejenak hatinya tercekat, tetapi tidak berhenti, dengan tangannya yang besar, secepat kilat menyerang batok kepala Ho Hay Hong, dan kakinya juga melakukan tendangan geledek.
Serangan mendadak tanpa peringatan dan secara pengecut itu, membangkitkan kemarahan Ho Hay Hong, ia juga mengeluarkan suara bentakan keras, dengan satu gerakan luar biasa mengelakkan serangan Liong ceng Houw sie, kemudian balas menyerang bagian jalan darah Khie hiat musuhnya.
Sementara itu, See siang Sucu diam-diam berpikir. "Sekarang aku sudah kesalahan membunuh pemimpin rimba hijau daerah selatan. Kematiannya itu pasti akan menimbulkan kecurigaan anak buahnya, dan apabila diadakan pemeriksaan, pasti menyulitkan diriku."
Ia tahu benar pengaruh Liong ceng Houw sie, juga tahu benar bahwa anak buahnya hampir menyusup di mana-mana. Kalau diketahui oleh anak buahnya, ia pasti akan menjadi musuh besar golongan rimba hijau daerah selatan.
Meskipun ia sendiri tidak takut, tetapi setidak-tidaknya juga menyulitkan kedudukannya. Oleh karenanya, maka ia lalu mengambil keputusan turun tangan lebih dulu, untuk membasmi habis anggota-anggotanya yang terkuat.
Semakin memikir, ia jadi semakin gelisah, napsunya membunuh juga semakin berkobar. Ketika Lam kiang Tay bong berpaling kearahnya dan melihat mata muridnya yang berapi-api, tentu saja merasa heran, maka ditegurnya:
"Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa, murid hanya menyaksikan pertempuran hebat dari dua orang kuat itu, dalam hati merasa kagum!" jawabnya dengan sikap menghormat.
"Sekali lagi jangan membunuh pemuda she Ho itu, karena dia dengan kakek penjinak garuda terlibat permusuhan. Di kemudian hari, besar faedahnya bagi kita."
See siang Sucu meski mulutnya menyahut akan ingat pesan itu, tetapi keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
Tidak berani lagi ia berpikir untuk membunuh Ho Hay Hong, Kini perhatiannya dialihkan kepada anak buah Liong ceng Hou sie.
Dengan cara yang serupa ia tujukan serangannya kepada Hok kauw cia.
Hok kauw cia yang sedang pusatkan perhatiannya kemedan pertempuran, meskipun lengannya merasa gatal, ia juga tidak perhatikan.
Dengan cara itu juga See siang Sucu menyerang Pat kwa Yu sin, ciu pat kwa Yu sin chin yang masih terluka bekas serangan Ho Hay Hong, sudah tentu tidak berasa sama sekali.
Dua kali serangannya berhasil baik nyalinya semakin besar. Ia mengambil sebuah lagi, kali ini serangannya ditujukan kepada orang tua hidung bengkok, salah satu dari tiga pembantu Liong ceng Houw sie.
Setelah itu dengan beruntun ia menyerang orang-orangnya Liong ceng Houw sie. sehingga menghabiskan dua belas senjata paku beracun.
See siang Sucu setelah melakukan perbuatannya yang keji. diam-diam memperhatikan gerak-gerik semua korbannya tetapi mereka tidak menunjukkan maupun reaksi apa-apa, bahkan masih tertawa-tawa.
Dua belas orang yang diserang itu, semua merupakan tokoh tokoh terkemuka dalam kalangan rimba hijau daerah selatan yang lainnya meskipun masih ada, tetapi senjata paku beracun See siang Sucu sudah keburu habis, hingga mereka boleh merasa beruntung, tidak turut kawan-kawannya keneraka.
See sang Sucu simpan kotak pakunya, otaknya dikerjakan semakin keras. Dengan cara bagaimana harus mengambil jalan keluar lagi senjata itu dari tubuh para korbannya, supaya orang lain tidak sampai tahu perbuatannya.
Sementara itu, pertempuran antara Ho Hay Hong dengan Liong-ceng Houw sie masih terus berlangsung dengan serunya. Ho Hay Hang masih belum tahu bahwa ia hampir saja menjadi korbannya senjata beracun See siang Sucu.
Ia juga tidak tahu bahwa Liong-ceng Houw-sie tanpa ia turun tangan juga akan mati. Ia hanya khawatir keselamatan kekasihnya. Karena melihat sekian lama belum ada yang menang dan yang kalah maka ia lalu berseru:
"Nona Chiu Khim, lekas gunakan ilmu garuda sakti!"
Mendengar perkataan itu. Liong ceng Houw-sie mendadak lompat mundur sebelum kalah, matanya ditujukan ke arah Tiat Chiu Khim, agaknya ingin menyaksikan ilmu luar biasa itu.
Tong siang Sucu juga mendadak merasa tegang urat syarafnya, matanya ditujukan ke arah gadis pujaannya tanpa berkedip.
Hanya See siang Sucu yang tujukan perhatiannya kepada Liong-ceng Houw sie. Ia khawatir pemimpin rimba hijau itu sebelum mati mengetahui rahasia kematiannya.
Liong ceng Houw sie tidak bergerak, Ho Hay Hong juga demikian. Kini ia baru tahu bahwa pemuda yang bentuknya aneh itu sesungguhnya gagah sekali, bertempur sekian lama sikapnya semakin gagah. Sedangkan dipihaknya Tiat Chiu Khim nampak jelas agak kewalahan.
Tiba-tiba ia merasa benci dengan kedudukannya sendiri. Seandainya ia bukan pemimpin rimba hijau daerah utara, ia pasti tidak akan membiarkan pemuda aneh itu demikian congkak.
Sementara itu Tiat Chiu Khim mendadak lompat setinggi tiga tombak lebih, ditengah udara melakukan gerakan salto yang manis sekali.
Selanjutnya, cepat bagaikan kilat ia meluncur turun, telapakan tangannya dengan satu gerakan yang manis menyerang pundak Long gee mo.
Tidak ampun lagi Long gee mo menjerit, tubuhnya terpental dan rubuh kearah Lam kiang Tay bong.
Tang siang Sucu seperti menemukan apa-apa, mulutnya mengeluarkan seruan girang.
"Aaaa! Ini gerak tipu yang pertama."
Dalam tangannya menggenggam segumpal potongan kertas dengan tangan bergemetaran ia berkata pula:
"Gerak tipu yang pertama kiranya begitu. haha, untung keterangan dalam kertas masih belum terobek."
Ho Hay Hong berpikir apabila ilmu kepandaiannya ini terjatuh dalam tangannya, untuk selanjutnya entah berapa banyak jiwa yang akan melayang ditangannya!
Pikiran sehat mendadak timbul dalam otaknya, dengan cepat ia menghunus pedangnya dan dilontarkan kearahnya.
Tang siang Sucu yang melihat pedang Ho Hay Hong meluncur kearahnya, bukan kepalang terkejutnya. Karena dahulu ia pernah merasakan hebatnya serangan itu, maka lantas lari.
Diluar dugaannya, sesosok bayangan orang sudah berada disampingnya dan merebut gumpalan kertas dari dalam tangannya Orang itu bukan lain daripada Ho Hay Hong.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat, belum hilang rasa kaget: Tang siang Sucu, Ho Hay Hong sudah menarik kembali pedangnya dan berdiri sambil tersenyum.
Tang siang Sucu sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lam kiang Tay bong tahu bahwa Long gee mo terlalu sombong, kalau tidak diberi sedikit hajaran, ia pasti tidak mau unjukkan tempat sembunyi gurunya.
Oleh karena ada maksud hendak berserikat dengan Ing Siu untuk menghadapi Kakek penjinak garuda, maka ia sengaja memberi pertolongan kepada Long gee mo supaya jangan sampai rubuh.
Dengan agak susah payah Tiat Chiu Khim baru berhasil menjatuhkan pemuda ceriwis itu, sudah tentu tidak mau tinggal diam. Cepat ia maju menghampiri, jari tangannya menotok jalan darah bagian perut anak muda itu.
Jalan darah yang diarah itu merupakan salah satu dari dua belas jalan darah terpenting anggauta badan manusia, apabila kena ditotok. sekalipun tidak mati, setidak-tidaknya juga akan terluka parah.
Lam kiang Tay bong yang selagi hendak memberi sedikit hajaran kepada Long gee mo supaya mau menyerah. Tetapi ketika melihat jiwa Long gee mo terancam, pikirannya mendadak berubah. Ia tidak lagi memberi hajaran Long gee mo, Sebaliknya menyerang Tiat Chiu Khim.
Tiat Chiu Khim terkejut, buru-buru mengelakkan serangan Lam kiang Tay bong.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, benar-benar merasa bingung, ia tidak dapat membedakan siapa kawan siapa lawan.
Masih dalam keadaan bingung, Lam kiang Tay bong sudah menyerang lagi sehingga tiga kali. Setiap serangannya seolah-olah diliputi oleh bayangan bunga Bwee, yang mengurung sekujur badan Tiat Chiu khim.
Walaupun Tiat Chiu khim cukup gesit mengelakan serangan jago tua dari Tay bong itu, namun lawannya adalah salah satu dari lima orang kuat rimba persilatan pada dewasa itu, apalagi diserang bertubi-tubi dengan serangannya yang aneh sudah tentu agak kewalahan dan terpaksa mundur.
Selagi gadis itu dalam keadaan bahaya, Ho Hay Hong tidak mau berpikir terlalu banyak, tidak lagi perdulikan kawan atau lawan, ia lalu bertindak menyergap Lam kiang Tay bong.
Dengan beruntun ia menggunakan tiga rupa gerak tipu dari ilmu silatnya Kun hap Sam kay yang paling hebat.
Dengan campur tangannya Ho Hay Hong, serangan Lam kiang Tay-bong lantas terhambat. Dan dengan demikian, maka Tiat Chin Khim juga terlepas dari bahaya.
Tak ia duga, sebelum ia berdiri tegak. Tang siang Sucu dan See siang Sucu sudah menyerang lagi dari kanan dan kiri dengan berbareng.
Tiat Chiu khim yang keras kepala, meskipun berada dalam bahaya, wajah dan sikapnya tetap tidak berubah. Dengan menggunakan serangan jari tangan, ia sudah berhasil mendesak mundur See siang Sucu sehingga empat langkah.
Selagi hendak melancarkan serangannya lagi, mendadak ia berdiri tertegun, matanya memandang kearah jauh.
Tang siang Sucu sangat girang, dengan cepat bertindak, jari tangannya sudah menyentuh baju sinona.
Nampaknya ia masih penasaran. Selagi hendak menyergap Tiat Chiu Khim, seorang tua muka merah, mendadak datang menghampiri dan berkata sambil tertawa:
"Lam kie Gwat cu! Sudah lama kita tidak bertemu!"
Lam kiang Tay bong paling tidak senang ada orang menyebut nama julukan yang lama maka ketika mendengar perkataan itu, wajahnya berubah seketika.
"Benar, naga api Tio Kang, kau ternyata masih hidup!" katanya dingin.
Orang muka merah itu sedikitpun tidak marah, katanya sambil tertawa:
"Lam kie Gwat cu, apakah kau mengharap aku lekas mati" iya,kan kawan lama, ini benar-benar sudah tidak ingat persahabatan lama!"
Pada saat itu, asal ia lanjutkan gerakannya, gadis itu akan terluka parah. Tetapi dalam perasaannya mendadak timbul perubahan besar.
Dalam waktu sangat singkat, di otaknya timbul pertentangan sendiri. Ia harus melanjutkan tindakannya atau tidak"
Dalam hidupnya ia sudah membinasakan banyak jiwa manusia, belum pernah timbul perasaan ragu-ragu seperti itu. Tetapi karena orang yang hendak dibinasakan itu justru orang yang dicintai, maka pikirannya lantas merasa bimbang.
Dalam pada itu, Tiat Chin Khim sudah sadar akan keadaannya. Dengan cepat ia geser kakinya, mundur setombak lebih.
Setelah Tiat Chiu Kim mundur, Tang-siang Sucu baru merasa menyesal, ia sesalkan dirinya sendiri, mengapa kesempatan demikian baik, dilepaskan begitu saja"
Matanya beralih ke arah Tiat Chiu Khim, nadanya lantas berubah, ia berkata dengan nada suara dingin:
"Chiu Khim. tadi ketika kau melihat aku, mengapa lantas kabur?"
Dalam hatinya Tiat Chiu Khim meski-pun sangat mendongkol, tetapi karena sudah lama diasuh oleh orang tua itu, perasaan takut dan hormat sudah melekat, hingga tidak bisa merubah dengan cepat. Maka ketika mendengar teguran itu, ia diam saja sambil menundukkan kepala.
Empat bintang yang sekian lama diam saja mendadak lompat keluar. Dengan mengandalkan pengaruh Lam kiang Tay bong, ia lalu menegur dengan suara keras:
"Tua bangka, kemarin kau menghajar kita sekalian seenaknya saja, sekarang kita akan menuntut keadilan!"
"Setan tua, dendam pasti di balas. Kau dengan aku sudah berdiri sebagai musuh, sekarang kini salah satu harus ada yang mampus!" kata Tang siang Sucu.
Orang tua muka merah tertawa terbahak bahak dan berkata:
"Lam kie Gwat cu, apa ini perintahmu?"
"Kalau ya, mau apa?" demikian Lam kiang-Tay bong balas menanya.
"Tak kusangka setelah berpisah sepuluh tahun lebih, meskipun wajahmu sudah berubah, tetapi adatmu masih tetap berangasan seperti dulu. hahaha!"
Orang tua muka merah itu tidak menghiraukan lagi empat bintang dan Tang siang Sucu, perlahan-lahan menghampiri Tiat Chiu Khim seraya berkata:
"Tidak perlu banyak bicara, majulah, biar aku dapat melaksanakan keinginanku!"
Tiat Chiu khim tetap menundukkan kepala, meskipun dalam hatinya ingin mengatakan tidak mau pulang, tetapi kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya.
Ho Hay Hong meninggalkan Lam kiang Tay-bong, dengan langkah lebar menghampiri Tio Kang dan berdiri menghalang didepan Tiat Chiu Khim. Katanya dengan suara berat:
"Ia sudah bersumpah tidak akan pulang kekampung setan, kau jangan mendesak terus!"
Orang tua muka merah itu ketika melihat Ho Hay Hong, wajahnya berubah.
"Bocah, kau jangan turut campur tangan awas batok kepalamu!"
Mendengar ucapanmu itu Ho Hay Hong teringat dendam sakit hatinya. Mendadak ia tertawa bergelak-gelak dan berkata:
"Batok kepalaku" Haha! Sepuluh tahun berselang belum berhasil kau pindahkan, sekarang kau hendak pindahkan lagi" Barang kali sudah tak keburu lagi!"
Ia berhenti tertawa, dengan buas menatap siorang tua dan sambungnya:
"Tio kang mungkin kau sudah lupa peristiwa berdarah yang kau lakukan pada sepuluh tahun lebih berselang, tetapi, aku sebagai keturunan dari orang yang menjadi korban keganasanmu, selama sepuluh tahun lebih aku hidup piatu, tiada satu menit aku dapat melupakanmu! Bagaimana kau hendak membantah" Katakanlah!"
Orang tua bermuka merah itu terkejut, sinar matanya yang tajam beralih kearah Lam kian Tay bong, katanya dengan singkat:
"Lam kie Gwat cu! Apa semuanya sudah kau beritahukan padanya?"
"Apakah kau si Naga api menjadi marah karena merasa malu" Sehingga aku juga kau bawa-bawa?" jawabnya mengejek.
"Dengan terus terang, sewaktu aku melakukan perbuatanku itu, aku sudah menduga akan akibatnya. Tetapi aku sedikitpun tidak menghiraukan. Dengan ilmuku Tok liong-ciang aku menanam permusuhan ini, biarlah sekarang juga aku menggunakan ilmuku itu untuk membereskan persoalan ini. Kau bocah kau hendak menuntut balas dendam kematian ibumu, silahkan maju. Kecuali ilmu seranganku Tok liong ciang aku tidak akan menggunakan ilmu lain untuk menghadapimu!" kata orang tua bermuka merah.
Kata-katanya itu di ucapkan dengan suara datar, tidak menunjukan rasa takut, juga tak menunjukan rasa penyesalan. Agaknya tidak pandang Ho Hay Hong sama sekali.
Lam kiang Tay bong segera menyela sambil tertawa dingin:
"Ini bukan, terhitung kemurahan hati mu, semua orang rimba persilatan tahu, kau si Naga, hanya serupa ilmu serangan naga apimu yang terkenal itu. Kecuali itu kau masih memiliki kepandaian ilmu apalagi yang pantas kau banggakan?"
"Kawan ucapanmu itu memang betul! Sebentar, setelah aku membereskan bocah ini aku hendak belajar kenal lagi denganmu, aku ingin melihat, kau Lam kie Gwat cu selama beberapa puluh tahun ini, mendapat tambahan ilmu kepandaian apa lagi"." berkata si-Naga api sambil tertawa.
Ho Hay Hong berkata dengan suara nyaring:
"Tak perlu banyak bicara. Majulah, biar aku dapat melaksanakan keinginanku!"
Orang tua muka merah itu berdiri tegak, tanpa bergerak, katanya dengan sikap jumawa:
"Meskipun aku adalah musuh besarmu tetapi kau masih harus menghadapiku dengan peraturan dari orang tingkatan muda. Seumur hidupku aku belum pernah melakukan penyerangan lebih dulu, kalau kau bermaksud hendak menuntut balas, berbuatlah sesukamu!"
Tiat Chiu Khim yang mendengarkan pembicaraan mereka, baru tahu permusuhan antara mereka. Ia buru-buru berbisik bisik ditelinga Ho Hay Hong:
"Gunakanlah gerak tipu keempat dari ilmu garuda sakti, untuk menghancurkan ilmu serangan tangan naga apinya. Ingat baik baik:"
Peringatan itu menarik perhatian Ho Hay Hong. tanyanya:
"Kecuali gerak tipu keempat itu, apakah gerak tipu lainnya tidak bisa menghancurkan ilmunya?"
"Bisa sih bisa, tetapi kau masih belum hapal betul, tidak boleh menggunakan secara sembarangan." kata si gadis perlahan.
Ia menambah keterangannya lagi: "Umpama gerak tipu pertama, harus digunakan dengan tambahan sedikit variasi atau perubahan, baru berhasil menundukkan dia. Tetapi, dalam keadaan mendesak, aku tidak dapat memberi penjelasan sampai ke detail-detailnya, hanya gerak tipu ke empat, tidak perlu variasi atau perubahan, sudah cukup untuk mengalahkan dia, asal nyalimu dan tenagamu cukup besar"
Ho Hay Hong menganggukkan kepala tanda mengerti, tetapi ia melakukan gerakan pembukaan dari ilmu silat Kun Hap Sam kay.
Tiat Chiu Khim yang menyaksikan, alisnya dikerutkan, wajahnya menunjukkan perasaan khawatir.
Ia masih belum sempat membuka mulut. Ho Hay Hong sudah membuka serangannya.
Orang tua bermuka merah itu tertawa terbahak bahak, satu tangannya dengan tiba-tiba menerobos dari serangan Ho Hay Hong, lalu menyerang batok kepalanya. Yang mengherankan, ialah sewaktu ia melakukan serangannya, telapakan tangannya merah membara, seolah-olah besi selagi dibakar.
Ho Hay Hong mengelakan serangan tersebut kemudian menggunakan gerak tipu ketiga untuk menutuk serangan selanjutnya dari orang tua itu, sedang kakinya lantas melakukan tendangan mengarah lutut musuhnya.
Tiat Chiu Khim semakin kesal, selagi hendak memperingatkan tidak boleh menggunakan ilmu silat itu untuk menghadapi musuhnya, Tio Kang sudah menyerang dengan lengan jubahnya.
Lengan jubah yang gerombongan dan panjang, ternyata mengandung hembusan angin yang sangat kuat, lengan jubah itu merupakan sebuah bukit yang mendidih, sehingga Ho Hay Hong merasa tidak dapat bernapas.
Dalam keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia menarik kembali kakinya, kemudian menggunakan jari tangannya menghembuskan hembusan angin, barulah berhasil mematahkan serangan lawannya.
Ia sudah agak mengerti ilmu silat yang dinamakan serangan naga api berbisa. Dengan tiba-tiba ia mengeluarkan pekikan nyaring dan lompat setinggi lima kaki, di tengah udara dua lengan tangannya bergerak bagai burung terbang, kemudian menukik dan menyambar lawannya.
Pada waktu itu wajah orang bermuka merah nampak sedikit heran, ia berkata:
"Tak kusangka engkau juga mempelajari ilmu silat garuda sakti."
Lengan jubahnya dikebut-kebutkan, hembusan angin yang hebat telah memaksa Ho Hay Hong turun lagi.
Tiat Chiu Khim lantas berseru:
"Kau lompat terlalu tinggi oleh karenanya maka sewaktu kau menukik dan melakukan serangan tanganmu sudah banyak kehilangan!"
Ho Hay Hong dalam hati terkejut, ia membenarkan pendapat gadis itu.
O-ood-e-w-ioo-O
Bersambung Jilid 25
Jilid 25 SEBAGAI seorang yang berotak cerdas dengan cepat ia dapat memperbaiki kesalahannya, kembali dia melesat setinggi tiga kaki lalu menukik dan menyerbu lagi.
Orang bermuka merah juga menggunakan lengan jubahnya lagi untuk menggoyangkan serangan Ho Hay Hong. Dengan suara marah orang tua itu berkata kepada Tiat Chiu Khim:
"Kiranya kau sibudak hina ini yang memberi pelajaran padanya, Baiklah kubunuh dulu kau!"
Sehabis berkata demikian, serangannya segera dialihkan kepada Tiat Chiu Khim.
Dengan satu gerakan yang lincah, dan bagaikan terbang. Tiat Chiu Khim lompat tinggi, dengan kekuatan dari dua kakinya, ia melakukan gerakan bagaikan burung terbang di tengah udara, kemudian menggunakan gerak tipu keempat dari ilmu silat garuda sakti menyerang musuhnya.
Orang tua bermuka merah itu semakin kalap, ia berteriak-teriak seperti orang gila:
"Budak hina, kau benar-benar ingin mampus."
Meskipun mulutnya mengucapkan demikian, tetapi tangan dan kakinya tidak tinggal diam, dengan tergesa-gesa ia lompat sejauh lima tombak, mengelakkan serangan yang hebat itu.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, tergeraklah hatinya, karena gadis itu ternyata mengajar ia melakukan serangan secara demikian . . .
Ia segera meniru gerakan itu dengan suatu gerakan hebat ia mendepak musuhnya mundur beberapa langkah.
Orang tua bermuka merah matanya nampak beringas, napsu memburunya nampak berkobar, dengan tiba-tiba ia mengangkat tinggi dua telapakan tangannya, kemudian dirangkap seolah-olah melakukan gerakan menjura, namun bagian telapak tangannya dihadapkan keluar dan didorongnya, seketika itu juga hembusan angin meluncur dari telapak tangan itu, menuju kearah Tiat Chiu Khim.
Pada waktu itu Lam kiang Tay bong mendadak berseru:
"Huh, tua bangka kau ternyata juga pandai ilmu Pat-ciok sin-ciang dari golongan Budha!"
Ucapan itu telah mengejutkan semua orang yang ada disitu, semua mata ditujukan kepada Tio Kang si naga api.
Saat itu orang tua bermuka merah itu mukanya semakin merah, matanya yang buas beringas terbuka lebar, rambut dikepalanya seolah-olah berdiri semua, langkah kakinya bagaikan hantu hendak menyergap orang, benar-benar sangat menakutkan.
Dengan tiba-tiba Tiat-Chiu Khim menjerit dan rubuh ditanah.
Pendekar Pengejar Nyawa 24 Pendekar Riang Karya Khu Lung Laron Pengisap Darah 8
^