Pencarian

Kampung Setan 12

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 12


Ho Hay Hong terkejut, ia meninggalkan musuhnya dan menghampirinya, wajah gadis itu nampak pucat bagaikan kertas, matanya dipejamkan, napasnya sangat lemah, agaknya sudah hendak putus nyawa.
Ho Hay Hong menjadi kalap, ia menggeram, dengan tenaga sepenuhnya menyerang diri Tio Kang.
Orang tua bermuka merah itu masih tetap melakukan gerakan seperti tadi, setiap tanah yang diinjak, meninggalkan bekas kakinya sedalam tiga dim, setelah mengeluarkan suara dari hidung, kembali, melakukan serangan dengan dua tangan seperti tadi.
Lam-kiang Tay-bong dengan alisnya berdiri mendadak keluar dari tempatnya dan membuat gerakan yang serupa dengan orang bermuka merah, dua telapak tangannya mengeluarkan hembusan angin hebat, lantas menyambut serangan orang tua bermuka merah.
Ketika dua kekuatan saling beradu menimbulkan suara gemuruh, dua-duanya tidak dapat pertahankan kakinya, hingga masing-masing mundur beberapa langkah.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu, diam diam merasa heran, karena dengan kepandaian yang dimiliki oleh Lam-kiang Tay-bong tetapi masih belum dapat menjatuhkan orang tua bermuka merah, dapat dimengerti serangan ilmu silat dari golongan Budha itu, apabila tadi ia yang menyambut, barangkali tubuh dan tulang-tulangnya akan hancur lebur!
Meskipun dalam hatinya sangat marah, apalagi karena terlukanya gadis itu, tetapi biar bagaimana ia masih merupakan seorang yang mengerti keadaan, ia tahu benar apabila hendak menuntut balas dendam itu, ia harus berlaku sabar menunggu kesempatan baik.
Jikalau, hanya menuruti hawa nafsu saja, akibatnya pasti akan mencelakakan diri sendiri, hal ini baginya tidak ada faedahnya sama sekali.
Perlahan-lahan ia tenang kembali. Ia berdiri menghadapi Tio Kang sambil memulihkan kekuatan tenaganya.
Terhadap bantuan tenaga Lam-kiang Tay-bong ia agak bingung. Ia benar-benar tidak mengerti apa sebabnya Lam-kiang Tay-bong turun tangan membantu dirinya"
Tio Kang sangat marah atas perbuatan Lam-Kiang Tay-bong, katanya:
"Sahabat Lam-kiang, aku tadi sudah kata, setelah membereskan bocah ini, baru mengadu kekuatan denganmu, tetapi tanpa sebab kau berani turun tangan merintangi tindakanku, apakah sebetulnya maksudmu itu."
"Maksudku ada tiga, satu aku tidak puas menyaksikan sepak terjangmu, terutama di hari tua kau telah berubah tujuanmu dengan mengabdikan diri kepada Kakek penjinak garuda, hal ini sangat menggemaskan. Dua, aku benci terhadapmu karena kau menyebut nama julukanku yang lama, sehingga membangkitkan kedukaanku. Dan ketiga, jiwanya pemuda ini masih perlu ditinggalkan untuk menghadapi Kakek penjinak garuda sendiri, kau hanya seorang hamba saja, tidak ada harganya mengorbankan jiwa untukmu. Tiga sebab ini kau pikir bagaimana?" jawabnya tenang.
"Kalau demikian halnya, kau saudara Lam lie memang bermaksud mencari onar denganku."
"Bukan, bukan, aku hanya tidak suka menyaksikan ia mati terlalu lekas!"
"Sungguh enak omonganmu, padahal dalam hatinya sebetulnya menyumpahi supaya aku mati lebih dulu. Betul tidak?"
"Jikalau kau anggap demikian, aku terpaksa mengakui."
"Pikiranmu memang bagus, tetapi aku Tio Kang bukanlah seorang yang tidak ada gunanya, seranganku tadi, hanya suatu percobaan saja, tak kusangka telah mengejutkan kau. Nampaknya kau juga hanya mendapat nama kosong belaka."
"Aku memang seorang yang mendapat nama kosong belaka, perlu apa kau selalu ingat saja. Ha ha ha!"
Sehabis berkata, matanya mementang ke arah Tang-siang Sucu, agaknya mengandung maksud dalam.
Tang siang Sucu mengerti maksud gurunya tetapi senjata rahasia paku Thian-moting teng diluar tahu gurunya sudah digunakan sampai habis. Maka sesaat itu menjadi bingung, tidak tahu bagaimana harus menghadapi gurunya.
Ho Hay Hong sementara itu selesai dalam usaha memulihkan kekuatan tenaganya, selagi hendak melancarkan serangan lagi, Pat-kwa Yu sin mendadak mengeluarkan suara jeritan mengerikan kemudian rubuh telentang.
Liong-eng Houw-cia buru-buru menghampiri, tetapi pahlawannya itu ternyata sudah putus jiwanya, hingga wajahnya berubah seketika.
Dengan mata beringas, ia menyapu orang-orang di sekitarnya, tetapi tidak ada yang dicurigainya hingga amarahnya lalu ditimpahkan kediri Ho Hay Hong. Ia berkata sambil tertawa dingin:
"Saudara, kejam sekali perbuatanmu, sesungguhnya tidak kuduga"
Belum habis ucapannya, Hok-kauw-cia juga mendadak mengeluarkan jeritan ngeri dan rubuh mati di tanah.
Dengan demikian, suasana menjadi kacau, anak buah yang dibawa oleh Liong-eng Houw pada lompat keluar, mencari-cari disekitarnya dengan perasaan tidak tenang.
Akan tetapi, kecuali orang-orang yang ada disitu, tidak terdapat bayangan orang lain lagi.
Keadaan semakin kalut, mereka bersama-sama memperbincangkan kejadian aneh itu.
Dalam waktu sekejap, semua anak buah Liong-ceng Houw-sie pada berpencaran mengurung tempat itu, seolah-olah berhadapan dengan musuh tangguh.
Liong-ceng Houw-sie berkata dengan suara gusar:
"Houw Bengcu, kau harus mengaku bahwa kematian The Kang dan Hok-kauw-cia adalah perbuatanmu seorang. Coba kau pikir, kecuali mereka berdua, anak buahku tidak ada lagi yang bertempur denganmu."
"Aku dengan mereka berdua tidak mempunyai permusuhan apa-apa, diwaktu pertempuran hanya melukai mereka sedikit saja, yang tidak mungkin mengakibatkan kematian mereka. Kejadian ini hanya hal yang sangat mencurigakan, kau harus menggunakan pikiranmu dengan tenang untuk memikirkan soal ini dengan tenang" kata Ho Hay Hong.
"Houw Bengcu, juga merupakan salah seorang pemimpin golongan rimba Hijau, fakta demikian meyakinkan, apakah masih perlu dibantah?" kata Liong-ceng Houw-sie marah. Dengan napsu berkobar-kobar ia menghunus senjatanya yang sudah terkenal, maju menghampiri Ho Hay Hong.
Suasana semakin gawat, semua anak buahnya tahu bahwa Liong-ceng Houw-sie mempunyai satu kebiasaan, jikalau sudah mengeluarkan senjatanya, senjata itu harus menghirup darah musuhnya baru dimasukkan lagi.
"Apa boleh buat, jikalau Bengcu telah menyalakan api, aku terpaksa mengiringi kehendakmu!" berkata ia. Ho Hay Hong sambil tertawa getir.
Dalam amarahnya Liong-ceng Houw-sie lantas mengeluarkan sumpah: "Jikalau dalam tiga puluh jurus aku tidak berhasil memindahkan batok kepala Houw Bengcu, aku rela melepaskan kedudukanku sebagai Bengcu rimba hijau daerah selatan dan kemudian aku akan bunuh diri dihadapan Houw Bengcu!"
Sementara itu Tio Kang yang menyaksikan dua pemimpin dari golongan rimba hijau saling bertengkar sendiri, ia lalu berdiri beristirahat seraya berkata.
"Bagus, aku mengijinkan kau bereskan musuhmu lebih dulu."
Liong Ceng Houw-sie segera hendak membuka suara lagi, tak diduga salah satu dari pembantunya ialah orang tua hidung bengkok kembali menjerit dan mati disaat itu juga.
Kematian tiga anak buahnya secara misterius, benar-benar sangat mengejutkan, hingga saat itu juga keadaan semakin kalut.
Liong-ceng Houw-sie selama menduduki kursi Bengcu rimba hijau daerah selatan, belum pernah mengalami pukulan demikian hebat, di samping marah ia juga merasa sedih atas kematian beberapa pahlawannya.
"Houw Bengcu, jikalau bukan kau biarlah aku yang mati!"
Ia berdiri tegak, senjata tombaknya yang ujungnya merupakan bulan satu mendadak di angkatnya dan menyerang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong juga merasa heran, dalam hati ia berpikir: "Apakah sebab musabab yang sebenarnya, mengapa tanpa sebab orang orang itu mati mendadak" Dan orang-orang mati itu justeru orang-orang yang pernah bertempur denganmu?"
Siapakah sebetulnya yang membokong secara keji, yang hendak memindahkan dosanya diatas pundakku"
Selagi pikirannya bekerja, Liong-ceng Houw-sie sudah berada dimukanya. Dalam waktu sesingkat itu, ia sudah dapat lihat bahwa diujung senjata Liong-ceng Houw-sie timbul asap putih, ia segera mengetahui senjata itu ada mengandung barang beracun yang sangat jahat.
Ia tidak berani berlaku gegabah, dengan cepat menggunakan pedangnya untuk menangkis, setelah itu ia geser kakinya kesamping.
Liong-ceng Houw-sie maju mendesak lagi, senjatanya menyontek keatas kemudian membabat bahu kirinya sedikitpun tidak memberikan kesempatan bagi lawannya.
Ho Hay Hong selagi hendak menangkis dengan pedangnya lagi, matanya mendadak melihat seseorang anak buah Liong-ceng Houw-sie lagi berkutetan dengan maut. Menyaksikan penderitaan orang itu, bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, ia lalu membatalkan maksudnya hendak memberi perlawanan dan lompat mundur sejauh setombak lebih.
Tak lama ia lompat mundur, orang itu sudah mengeluarkan suara jeritan mengerikan, kemudian jatuh rubuh ditanah, hanya mengeliat dua kali, kemudian putus nyawanya.
Ia buru buru berseru:
"Liong-ceng Houw-sie, kau periksa dulu orangmu ini, dia pernah bertempur denganku atau tidak?"
Liong-ceng Houw-sie baru tahu bahwa anak buahnya itu adalah Cit-Sa ciang yang terkenal kebuasannya, namun ia belum pernah bertempur dengan Ho Hay Hong. maka seketika itu ia lantas berdiri tertegun.
Kini ia bukan lagi hanya terkejut atau marah lagi, bahkan agak bingung.
Ia pikir: "seandainya ada orang membokong, tidak mungkin terlepas dari mataku, lagi pula, mereka semua merupakan orang-orang punya pilihan, mengapa mereka sendiri juga tidak merasa kalau diserang orang " Apakah didalam tubuh kita sendiri terdapat penghianat yang lebih dulu menggunakan obat berbisa?"
Ia mengingat-ingat kembali semua orang-orangnya dan pelayan pelayannya, tapi orang-orangnya itu semua adalah orang kepercayaan, juga sudah beberapa puluh tahun mengikuti dirinya, tidak mungkin melakukan perbuatan keji seperti itu.
Ia berdiri bingung, sementara itu terdengar pula suara jeritan ngeri dari anak buahnya, beberapa anak buahnya rubuh binasa saling susul.
Peristiwa misteri itu menyakiti hatinya, kalau memikirkan anak buahnya yang setia pada binasa dengan penasaran hampir saja ia mengeluarkan air mata.
Kini ia tidak lagi mencurigai Ho Hay-Hong, sebab orang-orang yang binasa sebagian besar belum pernah bertempur dengan Ho Hay Hong.
Kalau begitu, siapakah yang harus di curigai"
Anak buahnya yang masih hidup, semua berdiri tertegun dengan badan gemetaran, ada juga ketakutan dirinya sudah kemasukan racun.
Suasana diliputi oleh perasaan ngeri dan sedih, kecuali Liong cing Houw sie, siapapun rasanya tidak sanggup menyingkirkan perasaan ngeri itu.
Tio Kang juga merasa heran, karena urusan tidak menyangkut dirinya, ia tidak mau ambil pusing.
Liong ceng Houw sie mendadak menggeram:
"Semua jangan bergerak !"
Hakekatnya, tanpa ia keluarkan perintah, semua anak buahnya juga tidak ada satupun yang berani melangkahkan kaki.
Dalam otaknya diliputi oleh berbagai pertanyaan, membuatnya hampir seperti orang gila.
Dengan mendadak, rasa dingin bergerak dalam tubuhnya, seolah-olah binatang semut yang menggeremet, melalui sekujur badannya, sehingga gemetar.
Wajahnya pucat seketika, ia bertanya-tanya kepada diri sendiri: "Apakah aku juga"
Perasaan nyeri menyerang dingin tiba-tiba, sesaat itu keadaannya seperti para korban yang terdahulu, meronta-ronta sambil memegangi lehernya:
Ia menggeram dengan suara seram, masih mempertahankan kekuatan tenaganya dengan mengempos tenaga dalamnya, tetapi hawa dingin dalam tubuhnya tidak berhasil ditekannya, perlahan-lahan mengalir kedekat jantung.
Ia agaknya tahu bahwa ajalnya sudah dekat, maka lantas menggeram sambil mendongakkan kepala:
"Ya Tuhan, sebelum aku mati, tolonglah tunjukkan siapa orangnya yang berani melakukan perbuatannya keji! Jikalau tidak, aku akan mati penasaran !"
Suaranya itu demikian menakutkan dan menyedihkan bagi semua anak buahnya, yang sudah tahu bagaimana garangnya pemimpin mereka, juga belum pernah melihat sikap demikian mengherankan hingga semua anak buahnya pada mengucurkan air mata.
Ho Hay Hong yang menyaksikan keadaan itu juga merasa terharu. Ia lompat keluar dan membentak dengan suara keras:
"Siapakah yang melakukan perbuatan keji ini, kalau memang satu laki, silahkan keluar untuk mengakui perbuatannya."
Lam kian Tay bong dengan sinar matanya yang dingin memandang Tang-siang Sucu sejenak, sinar mata itu mengandung teguran.
Cee-siang Sucu agaknya juga sesalkan perbuatannya, dengan perasaan tidak tenang ia menundukkan kepala.
Gerakan yang tidak berarti itu ternyata sudah menarik perhatian Ho Hay Hong, sesaat itu darahnya mendidih. Dengan suara keras ia berkata Sambil menuding Cee siang Sucu:
"See siang Sucu, lekas mengakui, supaya ia lekas berangkat dengan mata meram!"
See siang Sucu mendadak angkat muka, wajahnya menunjukkan perubahan yang menyeramkan.
"Kau gila." demikian ia berseru dengan suara nyaring.
Liong ceng Houw-sie sudah akan roboh, tetapi ketika mendengar suara itu, mendadak terbangun semangatnya, matanya yang beringas memandang wajah See-siang Sucu, kemudian berkata sambil terbawa terbahak-bahak:
"Tidak salah lagi, See siang Sucu, ini memang perbuatanmu. Suaramu penuh rasa takut sehingga gemetaran."
Wajah See-siang Sucu berubah, dengan tiba-tiba lompat melesat setinggi lima tombak tanpa menghiraukan suhunya, lantas kaburkan diri.
Semua anak buah Liong ceng Houw-sie berteriak marah, lalu mengejarnya.
Ho Hay Hong juga merasa marah, segera menggunakan ilmunya pedang terbang, hingga pedang melesat keluar dari tangannya, mengejar See-siang Sucu.
Melihat dirinya dikejar demikian rupa, See siang Sucu diam-diam juga merasa ketakutan, dalam keadaan bingung, pedang Ho Hay Hong berhasil menembusi badannya.
Sebelum putus nyawa, ia masih mengeluarkan jeritan menakutkan, dengan badan mandi darah, ia roboh tersungkur.
Lam kiang Tay bong yang menyaksikan kematian muridnya, membentak dengan marah. "Bocah she Ho, kau berani . . ."
Cepat bagaikan kilat, ia sudah lompat ke hadapan Ho Hay Hong, selagi hendak menyerang dengan menggunakan seluruh kekuatan tenaganya, tiba-tiba terdengar suara bentakan Liong ceng Houw sie:
"Lam kiang Tay bong, kalau kau berani membunuh sahabatku setanku nanti akan merampas nyawamu!"
Lam kiang Tay bong dalam hidupnya sebetulnya belum pernah kenal apa artinya takut, tetapi ketika melihat wajah dan sikap pemimpin rimba Hijau yang menyeramkan itu, teringat pula kematian yang tidak wajar dari pemimpin rimba hijau itu, tanpa sadar lantas ia membatalkan maksudnya.
Liong ceng Houw-sie meninggalkan pesan terakhir kepada anak buahnya:
"Hai, saudara-saudaraku dengar! Selanjutnya kita harus menyatukan diri dengan saudara-saudara didaerah utara tidak boleh ada perpecahan lagi. Siapa yang tidak mau turut pesan ku ini, aku akan minta Ho Beng-cu untuk menghukum dengan keras. Tentang nona baju ungu itu, setelah kalian pulang kemarkas, segera bebaskan, ingat baik-baik pesanku ini!"
Sehabis meninggalkan pesan kepada anak buahnya ia berpaling dan berkata kepada Ho Hay Hong:
"Aku sangat menyesal bahwa persahabatan kita tidak lama, untuk selanjutnya, semua urusan kuserahkan padamu. Selamat tinggal, Sahabatku."
Sehabis berkata demikian, matanya dipejamkan, tubuhnya yang besar, roboh bagaikan pohon raksasa yang tumbang.
Semua anak buahnya lalu maju menggerung dan menangis dengan sedihnya.
Lam-kiang Tay-bong yang menyaksikan keadaan demikian juga merasa terharu.
"Murid durhaka, meskipun setengah dari umurmu kau mengikuti aku, namun aku juga tidak dapat menuntut balas untukmu." demikian ia berkata sendiri.
Dengan mata terpejam, ia perintahkan empat bintang dan pengawalnya mengubur jenazah Cee-siang Su-cu.
Hanya dalam waktu sekejap mata saja ia telah berubah banyak dilihat sepintas lalu, seperti sudah jauh lebih tua dari biasanya. Mungkin karena kesedihan atas perbuatan dan kematian salah satu muridnya yang tersayang.
Dari fihak anak buah Liong-ceng Houw-sie, kini repot mengurus jenazah-jenazah para saudaranya yang mati secara mengenaskan. Sikap garang yang tadi diunjukkan ketika baru tiba kini telah lenyap seluruhnya dan diganti dengan kedukaan.
Dalam keadaan demikian mereka meninggalkan lapangan dan pulang kembali kemarkas.
Ho Hay Hong lalu menghampiri dan membimbing Tiat Chiu Khim, napas gadis itu nampak semakin lemah, hingga Ho Hay Hong diam-diam merasa khawatir.
Dengan hati penuh dendam, ia maju menghampiri Tio Kan seraya berkata.
"Mari kita lanjutkan, kalau bukan kau yang mampus biarlah aku yang mati!"
Tio Kang kini merasa sangat menyesal atas perbuatannya, sebab apabila gadis itu binasa, bagaimana ia harus pertanggung jawabkan perbuatannya kepada si kakek penjinak garuda"
Lagi pula, si kakek yang tidak tahu duduk perkara yang sebenarnya, sudah pasti akan marah bahkan akan menghukum dirinya.
Menghadapi Ho Hay Hong penuh dendam dalam hatinya, ia masih bingung terlongong-longong.
Ketika ia merasa hembusan angin, ia baru sadar, tetapi Ho Hay Hong sudah berada di tengah udara.
Ia lalu mengarahkan seluruh kekuatan tenaganya ketelapak tangannya, hendak menyambut serangan Ho Hay Hong.
Sementara itu Ho Hay Hong juga sudah mulai menyerang dengan sepenuh tenaganya. Serangannya kali ini ada mengandung sari dari gerak tipu kedua ilmu silat garuda sakti. Ini adalah berkat kecerdasan otaknya yang dengan secara tiba-tiba dapat menemukan satu cara yang lebih ampuh.
Tio Kang yang pikirannya masih belum tenang, meskipun sudah mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya, tetapi ketika menyaksikan Ho Hay Hong mengadakan perobahan gerak tipunya secara memadai, dalam hati agak terkejut dan terpaksa melepaskan maksudnya hendak menyerang lebih dulu, tarik mundur dirinya.
Ho Hay Hong sudah tidak dapat mengendalikan perasaannya, selagi hendak menukik, mendadak mendapat satu akal, dengan menggunakan pedang terbang untuk memegat mundurnya musuh.
Dengan cepat ia menghunus pedangnya dan disambilkan kearah musuhnya.
Tio Kang mendorong keluar dua tangannya, hembusan angin kuat meluncur keluar, hembusan angin itu diikuti oleh cahaya merah, membara.
Dengan mendadak suara halus mendesir, pedang terbang Ho Hay Hong ternyata berhasil menembusi hembusan anginnya secara aneh. Bagaikan sambaran kilat cepatnya, pedang Itu menikam kearahnya. Ia sungguh tidak menyangka adanya perubahan yang tidak terduga-duga itu, hingga sesaat gerakannya menjadi kalut.
Lam kiang Tay bong yang menyaksikan semua kejadian itu, berkata kepada diri sendiri: "Bocah ini sungguh besar rejekinya, pantas ia bisa menanjak demikian pesat."
Ho Hay Hong sendiri juga tidak menyangka ilmu pedangnya kali ini demikian ampuh, ia mengempos lagi kekuatan tenaga dalamnya menambah kekuatan pedangnya, untuk menyerang musuhnya.
Bersamaan dengan itu, ia juga hendak menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya, ia lompat melesat lagi setinggi tiga tombak, menggunakan gerak tipu keempat dari ilmu silat garuda Sakti, serangan itu dilakukan dengan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Tio Kang sedang repot mengelakkan sambaran pedang terbang dengan menggunakan lengan jubahnya semakin repot ketika diserang berulang-ulang oleh Ho Hay Hong.
Suatu kali, serangan Ho Hay Hong telah mengenakan dengan telak bagian tulang diatas pundaknya, hingga menimbulkan rasa nyeri yang menyusup sampai kesekujur badan.
Berhasil dengan serangannya itu, Ho Hay Hong tidak mau berlaku ayal lagi. Dua tangannya menyerang dengan beruntun, sehingga orang tua bermuka merah itu mulutnya menyemburkan darah.
Dalam keadaan demikian Lam kiang Tay bong mendadak menghampiri dan berkata padanya:
"Tio Kang dalam hidupmu terlalu banyak kejahatan kau lakukan, maafkan aku terpaksa tidak dapat memandang kau sebagai Sahabat aku terpaksa bantu Ho Hay Hong melaksanakan tugasnya!"
Dimasa yang lampau, Lamkiang Tay bong, memang sudah ada permusuhan dengan Tio Kang, hanya karena kekuatan mereka berimbang. Satu sama lain tidak bisa berbuat apa-apa.
Kini jiwa Tio Kang berada dalam keadaan berbahaya, sudah tentu Lam kiang Tay bong tidak mau melewatkan kesempatan baik itu. Satu tangannya bergerak, hembusan angin hebat telah menghancurkan tulang siku Tio Kang.
Dengan demikian, sekalipun Tio Kang terbuat dari besi, juga tidak bisa tahan lagi. Ia jatuh roboh ditanah sambil menggeram.
Lam-kiang Tay-bong masih khawatir musuhnya itu belum mati, hingga dikemudian hari bisa menimbulkan onar lagi. maka dengan secara kejam ia menyerang lagi tanpa kenal kasihan.
Serangannya itu satu mengenakan bagian perut, satu lagi mengenakan dada, Tidak ampun lagi, jiwa Tio Kang seketika itu juga melayang pergi menemui raja akherat.
Ho Hay Hong yang sudah berhasil menuntut balas sakit hati ibunya, sudah merasa puas. Tetapi ia merasa kurang senang atas perbuatan Lam kiang Tay bong, yang membinasakan lawannya selagi dalam keadaan tidak berdaya, selagi hendak menegur, Lam kiang Tay bong sudah berkata lebih dulu:
"Rejekimu memang besar, jikalau tidak lantaran kau membunuh muridku, dalam hidupmu jangan harap kau dapat mengganggu seujung rambutnya!"
Teringat nasib cee-siang sucu, wajah Lam kiong Tay-bong nampak murung, matanya menatap wajah Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong anggap ucapan Lam-kiong Tay-bong itu mengandung maksud mengejeki dirinya, maka lantas berkat sambil tertawa dingin:
"Apa maksud ucapanmu ini?"
"Benar-benar kau tidak tahu?" balas menanya Lam-kiong Tay-bong.
"Sudah tentu tidak tahu, maka aku bertanya padamu," jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"ilmu serangan naga berbisa yang dipelajari oleh Tio Kang, memang ampuh sekali, tetapi juga ada kelemahannya, ialah pantang terhadap darah manusia!" sejenak ia berdiam, lalu sambungnya: "Pedangmu masih ada bekas darah muridku, maka bisa menembusi serangan Tok-liang-ciang nya, dan membingungkan dirinya. Dengan demikian kau mendapat kesempatan baik melukai dirinya. Jikalau tidak demikian."
Ia tidak suka banyak bicara, dengan singkat ia melanjutkan kata-katanya:
"Pendek kata, kau dapat menuntut balas dendam sakit hati ibumu, ini sebetulnya berkat kematian muridku. Aku percaya, hal ini pasti diluar dugaanmu."
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong memikirkan kembali apa yang telah terjadi tadi. Memang ada banyak bagian yang mirip seperti apa yang dikatakan oleh orang tua itu.
Oleh karena itu, ia merasa menyesal atas perbuatannya yang sudah membinasakan murid nya, maka ia lalu berkata:
"Cianpwee berulang-ulang membantu aku, sebaliknya aku sudah membinasakan salah satu muridmu. Tetapi hal itu sebetulnya karena terpaksa, cianpwee juga sudah menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan muridmu, kiranya cianpwee dapat memaafkan perbuatanku."
"Muridku yang durhaka itu menggunakan senjata rahasianya Thian-mo-teng secara sembarangan, membunuh beberapa anggauta golongan rimba hijau yang tak berdosa, mungkin karena perbuatannya itu hingga membangkitkan amarah Tuhan dan mengambil jiwanya dengan meminjam tanganmu. Apa mau dikata!"
Lam-kiang Tay-bong sebetulnya hendak marah, tetapi karena melihat sikap Ho Hay Hong yang merendah dan jujur, segera merubah maksudnya.
Pada saat itu, dari jauh nampak setitik bayangan lari ke arah mereka, dari sudah terdengar suaranya: "Ho koko. Ho koko "
Mendengar sebutan itu, ia segera mengetahui siapa orangnya. Dalam hatinya lalu berpikir: "celaka dan seorang wanita cemburu, apabila mengetahui aku masih mempunyai kawan seorang gadis cantik entah bagaimana marahnya ?"
Ia menunggu dengan perasaan tidak tenang, benar saja, ketika gadis baju ungu itu melihat Thiat Chiu Kirim, kegirangan lantas lenyap seketika, katanya dengan nada suara dingin:
"Ho koko, kau memang benar!"
"Adik jangan marah, dia adalah tuan penolongku, sekarang dalam keadaan terluka, kita harus lekas tolong jiwanya" demikian Ho Hay Hong memberi keterangan.
Gadis baju ungu itu mengawasi Tiat Chiu Khim sejenak lalu berkata:
"Ho koko, dia cantik bukan?"
"Apa maksudmu menanyakan soal itu?" balas menanya Ho Hay Hong.
"Kau melakukan perjalanan keselatan secara ke buru2, apakah lantaran ingin menemui dia ?" tanya gadis baju ungu sambil mencibirkan bibirnya.
Ho Hay Hong tidak lekas menjawab dengan suara gelagapan ia berkata:
"Kau menanya itu apa maksudnya?"
Tang-siang Sucu tiba-tiba berjalan menghampiri dan berkata sambil memberi hormat:
"Sudah lama kita tidak bertemu, nona!"
Gadis baju ungu tercengang, ia balas menanya:
"Kau siapa ?"
Ia segara mengetahui bahwa wajah pemuda itu mirip dengan Ho Hay Hong, seolah-olah saudara kembar. Timbullah perasaan curiganya, maka lalu bertanya pula.
"Kau kenal aku ?"
"Namaku Ho Hay Thian, aku rasanya tidak asing dengan nona, maka aku tadi berani menyapamu !"
Gadis itu kembali dikejutkan oleh keterangan itu, katanya mendumel.
"Ho Hay Thian. Eeeh nama kalian berdua hanya beda satu huruf saja. Bagaimana sebetulnya ?"
"Ini bukan soal aneh, dia memang saudaraku !"
"Oh, apakah yang Ho koko sering sebut itu adalah kau ini ?"
"Benar !"
"Kalau begitu kau juga saudara angkatku."
Semula Tang siang Sucu agak heran, tetapi kemudian mengerti.
"Adik marilah kita pergi ! Sekarang waktu hampir malam!"
"Hay Hong koko, aku tadi dengar orang yang membebaskan diriku berkata, bahwa mereka kehilangan banyak saudara, sehingga Bengcunya sendiri juga turut berkorban ditempat ini, betulkah itu ?"
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata: "Jalan sebentar nanti beritahukan padamu."
Gadis itu memanggil Tang siang Sucu.
"Hay Thian koko, mari kita berjalan berjalan bersama-sama !"
Tang siang Sucu yang mendapat perlakuan manis dari sicantik semangatnya seperti terbang keatas awan.
Sebagai seorang pemuda yang gemar paras cantik segera timbullah niat jahatnya. Ia sengaja menunjuk Tiat Chiu Khim yang masih belum sadar dan berkata:
"Apakah jalan bersamanya ?" Ditunjuknya Tiat Chiu Khim, hati gadis itu merasa tidak senang.
"Entah bagaimana kehendak Hay Hong koko, aku sendiri juga tidak tahu !"
"Ia terluka parah, sudah tentu memerlukan perawatan. Apa kau tega hati meninggalkan begitu saja ?" kata Ho Hay Hong.
"Kau sudah punya hutang budi kepada nona ini, sudah tentu aku tidak boleh berlaku demikian kejam." berkata gadis baju ungu dengan suara sedih.
"Begini saja, ia terluka parah, memerlukan pengobatan tabib dengan cepat. Biar bagaimana kita tidak ada urusan penting, biarlah Hay Hong dengannya jalan lebih dulu, kita boleh mengikuti pelahan-lahan!" kata Tang siang Sucu.
Ho Hay Hong sudah tahu bahwa saudaranya itu gemar pipi licin dan banyak akalnya, maka lalu berkata:
"Adik kalau mau jalan, kita harus jalan bersama-sama !"
Tang siang Sucu mendadak berbisik di telinganya:
"Hay Hong, urusan sudah menjadi begini aku lihat sebaiknya kau berikan dia padaku, biarlah aku yang urus!"
"Kau hendak menggertak aku?" tanya Ho Hay Hong tidak senang.
"Mana aku berani" Aku hanya meminta, kau menurut atau tidak, terserah padamu!"
"Meminta" Hm! Enak kau omong, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan". Kuberitahukan padamu, dengannya aku tidak ada hubungan apa-apa, kau jangan pikir yang bukan bukan!" kata Ho Hay Hong.
"Sudah tentu, kedudukanmu sekarang sudah berlainan, sudah tentu tidak pandang mata lagi padaku." kata Tang siang Sucu.
Long-gee-mo yang sejak tadi diam saja, mendadak berkata dengan suaranya yang tajam:
"Tunggu dulu kalian berdua jangan bertengkar lagi. Nona ini, harus diserahkan padaku. Dia adalah muridnya kakek penjinak garuda, denganku ada mempunyai permusuhan dalam setidak-tidaknya harus meninggalkan sebelah lengan tangannya, jika tidak, aku akan marah!"
Gadis baju ungu mengawasi padanya sejenak, alisnya dikerutkan, tanyanya pelahan: "Hay Hong koko, siapakah orang ini !"
"Dia adalah muridnya Ing Siu, tetapi aku tidak pandang mata padanya!" jawab Ho Hay Hong sejujurnya.
Karena ia benci kesombongan pemuda berbentuk aneh itu, maka ia ucapkan kata-katanya itu sengaja demikian nyaring. Benar saja, Long-gee-mo yang mendengar ucapan itu, wajahnya berubah seketika.
"Apakah Ing siu dari Suat giam-san yang muncul secara mendadak itu?" tanya gadis baju ungu kaget.
"Benar!"
Gadis itu memandangnya lagi sejenak, katanya dengan perasaan khawatir:
"Hay Hong koko, sekali-kali jangan kau ganggu, dia, bukankah saya sudah pesan padamu?"
"Dia sendiri yang datang mencari onar, bukan aku yang mencari padanya! Aku selalu tidak suka mengganggu orang, tetapi juga tak suka diganggu orang. Aku tidak takut dia berkepala tiga atau berlengan enam." jawab Ho Hay Hong sambil tertawa dingin.
Tang siang Sucu lantas berkata:
"Hay Hong kau keliru, Kakek penjinak garuda adalah musuh kita bersama, semua seharusnya kita bersatu padu menghadapi padanya tidak boleh lantaran paras cantik muridnya, sehingga hendak meninggalkan maksud kita yang semula!"
Gadis berbaju ungu yang mendengar kata-kata itu, sinar matanya yang bening ditujukan kewajah Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong bukan seorang bodoh, ia segera memahami maksud ucapan Tang siang Sucu.
Long-gee-mo mendorong Tang siang Sucu berjalan menghampiri Ho Hay Hong, berkata sambil tertawa cengar cengir:
"Saudara tidak perlu lantas ingin melindungi si jelita hingga bermusuhan denganku. Kau harus tahu bahwa suhu setelah bertapa dan mempelajari ilmu silat selama banyak tahun, kali ini muncul lagi kedunia Kangouw, kepandaian ilmu silatnya sudah jauh lebih tinggi daripada kakek penjinak garuda. Suhu dalam hidupnya paling benci kepada Kakek penjinak garuda, telah bersumpah hendak menumpas seluruh rumah tangganya untuk menuntut balas dendam. Nona ini adalah murid kakek penjinak garuda yang dididik langsung olehnya, hingga hubungan mereka sangat erat, sudah tentu suhu tidak mau melepaskan begitu saja. Aku lihat saudara tokh bukan saudara seperguruan dengannya juga bukan sanak famili, sehingga tak perlu menjual nyawa untuknya!"
Tanpa menunggu Ho Hay Hong membuka mulut, ia sudah bicara lagi:
"Saudara dalam tanganmu memegang emas lambang kebesaran sebagai Bengcu golongan rimba hijau daerah utara, memimpin ribuan bahkan laksaan orang-orang gagah rimba hijau, kedudukanmu tidak dapat dibandingkan dengan orang biasa, Suhu juga berdiam digunung suat giam-san daerah utara.
"Satu sama lain masih merupakan tetangga dekat, sudah seharusnya saling membantu. Tetapi kalau saudara tidak mengingat permusuhan suhu dan bertindak menurut kemauan sendiri, mungkin akan menimbulkan akibat tidak baik bagi kedua pihak.
"Kalau hal ini telah terjadi, walaupun saudara berkepandaian tinggi, juga tidak dapat menghindarkan bencana yang akan menimpa nasibmu dan semua anak buahmu!"
Ho Hay Hong menundukan kepala memandang Tiat Chiu Khim, gadis itu matanya dipejamkan napasnya lemah meskipun masih terdapat warna merah dikedua pipinya tetapi keadaannya sangat mengkhawatirkan.
Ia tahu apabila tidak diberi pertolongan dengan lekas, mungkin akan membahayakan jiwanya.
Hatinya semakin sedih, tanpa sadar sikapnya menjadi kalut. Long-gee-mo mengira bahwa gertakannya tadi berhasil, tanpa ragu-ragu, lantas berkata lagi:
"Saudara perlu apa lantaran seorang perempuan, mengorbankan hari depanmu yang gilang gemilang" Dengan kepandaian yang kau miliki, tak usah takut tidak dapat menemukan gadis yang lebih cantik daripadanya."
Sewaktu bicara matanya terus berputaran kearah gadis berbaju ungu.
"Long-gee-mo apa maksudmu" Apakah kau kira aku takut kepada suhumu Ing siu?" kata Ho Hay Hong.
Long-gee-mo, melihat wajah Ho Hay Hong berubah dingin, alisnya berdiri telah mengetahui bahwa pemuda itu sudah marah. Tetapi dengan mengandalkan pengaruh gurunya, ia tak takut. Katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara keliru, bagaimana siaotee berani menganggap demikian, hanya mengharap supaya saudara suka memberikan sedikit muka, jangan merintangi tindakanku."
"Baik, aku berikan kau kelonggaran, hari ini aku ampuni jiwamu satu kali!" kata Ho Hay Hong, Kemudian berpaling dan berkata kepada gadis berbaju ungu:
"Jalan, jangan perdulikan dia lagi."
"Ho koko, benarkah kau hendak membela dia?" tanya gadis berbaju ungu.
Melihat gadis itu mengajukan sikap tidak senang, Ho Hay Hong mengerti bahwa gadis itu tidak puas dengan tindakannya. Maka lalu berkata dengan sabar:
"Adik, dia adalah penolongku, budinya terhadap diriku tidak boleh diabaikan begitu saja. Sekarang dia dalam bahaya, bagaimana aku boleh tinggalkan begitu saja?"
"Ho koko, kau terus mengelabui mataku sekarang aku sudah mengerti segala-galanya. Jiwamu sendiri dalam keadaan bahaya kau masih tidak melupakan pikiranmu kedaerah selatan. Semuanya semata-mata lantaran ingin menemui kekasihmu. Kau dengannya adalah sepasang kekasih yang setimpal, aku aku hanya hanya ."
Berkata sampai disitu, air matanya berlinang, membasahi pipinya, kemudian dengan tiba-tiba ia memutar tubuhnya dan lari.
"Adik. adik kau jangan salah paham dengarlah keteranganku " kata Ho Hay Hong cemas.
Tetapi gadis itu tidak menghiraukan, dengan hati remuk redam, ia mempercepat gerak kakinya sebentar saja sudah menghilang di jalan raya.
Ho Hay Hong mengerti bahwa hati gadis itu sudah kalut dan resah. Ia teringat bagaimana cinta kasih gadis itu kepada dirinya, hatinya merasa pilu hampir saja mengeluarkan air mata.
Tetapi dua duanya sama-sama berat, hingga ia tidak bisa mengambil keputusan.
"Hay Hong sebenarnya kau seorang yang tak berbudi dan berperasaan, berani perlakukan adik angkatmu demikian kejam. Percuma saja kau duduki kursi pemimpin rimba hijau daerah utara."
"Tutup mulut Hay Thian, dengan hak apa kau berani menegur aku?" tanya Ho Hay Hong marah.
"Sabar. tenanglah sedikit, kau benar-benar sudah mabok pipi licin" kata Tang-siang Sucu.
"Saudara aku selamanya berlaku adil. Sekarang kau boleh pilih sendiri, Sebetulnya hendak bertempur atau hendak berdamai?" kata Long gee mo.
Ho Hay Hong yang sedang gelisah mendengar perkataan itu lantas naik darah.
"Kalau bertempur mau apa?" jawabnya dengan suara keras.
Long gee mo mengeluarkan suara dari hidung, dengan mendadak maju menyerbu dan menyerang.
Ho Hay Hong dengan cepat meletakkan Tiat Chiu Khim ditanah, menggunakan gerak tipu garuda sakti terjun kelaut dari ilmu silat garuda Sakti, melompat setinggi lima tombak lebih kemudian menukik dan menyergap lawannya.
Disergap secara hebat demikian, Long-gee mo terpaksa mundur.
Ho Hay Hong sudah menyaksikan kepandaian ilmu silat Long gee mo. mengetahui jelas setiap jurusnya terutama kebiasaannya menggunakan tangan kiri untuk menyerang lawannya.
Ia tidak berani berlaku gegabah, sebelum turun ketanah. lebih dulu menggunakan gerak tipunya dari ilmu silat Kun-hap Sam-kay menutup bagian muka dan bagian bawah.
Long gee mo dengan gemas melancarkan dua kali serangan sambil memaki-maki.
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, dengan gaya yang manis sekali geser kakinya ke-samping, mengelakkan serangan Long gee mo kemudian balas menyerang dengan hebat.
Long gee mo terkenal dengan kelincahannya, ia bertempur sambil bergerak kesana kemari, mulutnya saban-saban mengeluar bentakan. Tiba-tiba lompat mundur setombak lebih, lima jari tangannya dipentang, tetapi tidak digunakan untuk menyerang Ho Hay Hong, sebaliknya menyerang Tiat Chiu Khim yang masih dalam keadaan pingsan.
Ho Hay Hong tidak menduga pemuda itu demikian keji dan ganas, maka lalu membentak:
"Long gee mo ! Kau ini termasuk orang gagah ataukah binatang buas" Lihat serangan!"
Serangan segera dilancarkan, merintangi maksud Long gee mo.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Long gee mo juga seorang beradat berangasan, karena maksudnya digagalkan, timbullah nafsunya hendak membunuh, ia berkata dengan suara gusar.
"Bocah! Hari ini kalau tidak mampu menghancurkan tulang-tulangmu dan membeset kulitmu, selanjutnya aku tidak akan muncul didunia Kang-ouw lagi !"
Dalam keadaan marah, ia keluarkan seluruh kepandaiannya. Dengan beruntun ia melancarkan serangannya tiga kali, yang dilakukan demikian cepat dan dahsyat ditujukan kepelbagai bagian jalan darah terpenting ditubuh Ho Hay-Hong.
Wajah Ho Hay Hong berubah, sebab yang nampaknya tidak ada apa-apanya yang istimewa, tetapi kalau diperhatikan dengan seksama, serangan itu seolah-olah terdiri dari banyak tangan yang menyerang dari berbagai sudut.
Dalam keadaan demikian, kemana saja ia menyingkir, pasti akan kena serangannya, serangan itu merupakan ilmu tunggal yang sangat ampuh warisan Ing siu guru anak muda itu.
Ia tidak berani menempuh bahaya, satu-satunya jalan hanya lompat melesat setinggi tiga tombak mengelakkan serangan hebat itu.
Diluar dugaannya, bahwa maksud Long-gee mo bukan ditujukan padanya, maka ketika Ho Hay Hong melesat tinggi, serangannya lantas dialihkan kepada Tiat Chiu Khim.
Serangan hebat itu telah melontarkan tubuh Tiat Chiu Khim sejauh setombak lebih. Bukan kepalang terkejut Ho Hay Hong matanya beringas memandang musuhnya. Gerakannya berhenti seketika ia berdiri tegak bagaikan patung.
Dengan tangan Tiat Chiu Khim yang putih halus tampak babak belur karena kebentur batu, sehingga mengucurkan banyak darah. Hati Ho Hay Hong merasa pilu menyaksikan keadaan kekasihnya, setindak demi setindak ia berjalan menghampiri musuhnya, dan gerak kakinya yang berat dapat diduga diserang menggunakan suatu ilmu luar biasa setidak-tidaknya juga sedang mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Lam kiang Tay bong yang menyaksikan, kejadian itu. lalu berkata sambil menghela napas:
"Sungguh tidak ada harganya lantaran seorang perempuan."
Siulan itu panjang dan nyaring, hingga lama menggema diudara.
"Apa katamu Cianpwee !"
Bibir Lam Kiang Tay-bong tersungging senyuman mengejek jawabnya:
"Dunia bukan sedaun kelor Ho siaohiap, perempuan ini serahkan saja padanya !"
"Cianpwee, ini adalah pikiranmu sendiri yang terlalu egois. Seandai gadis ini bukan dia, kau tentu tidak berpikir demikian, betul tidak ?" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Kau masih terlalu muda, masih belum mengerti kedudukanmu sendiri. Kau berbuat hanya menuruti hawa napsumu, dikemudian hari kau pasti akan menyesal. Kalau tidak percaya, sepuluh tahun kemudian kau boleh pikirkan kembali perkataanku ini, betul atau tidak?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan orang tua itu, karena orang tua itu ada permusuhan dengan si Kakek penjinak garuda, dengan sendirinya kata-katanya juga banyak mengandung sentimen.
Karena ia tidak suka perbuatan dan pikiran Lam Kiang Tay-bong, maka lalu berkata:
"Cianpwee, perkataanmu mungkin benar, tetapi itu ada urusan sepuluh tahun kemudian."
Long gee mo tahu bahwa pertempuran mati-matian ini tidak bisa dicegah lagi, maka lalu mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya sambil memandang lawannya.
Dua musuh terpisah semakin dekat. Ho-Hay Hong berkata:
"Kau coba seranganku ! Dengan terus terang, ini adalah serangan dari kekuatan seluruh tenagaku. Kalau masih belum mampu menjatuhkan kau, aku akan cuci tangan, meninggalkan penghidupan dunia Kang-ouw !"
Ia memusatkan seluruh kekuatan tenaganya, mendadak mendongakkan kepala dan bersiul nyaring.
Siulan itu panjang dan nyaring, lama menggema diudara.
Sementara itu, kakinya bergerak perlahan, kemudian merandak, mendorong tangannya ke-depan dan melancarkan serangannya.
Hembusan angin hebat meluncur dari tangannya menuju Long gee mo.
Bunyi menggelegar menggema diudara, Long gee-mo mundur terhuyung-huyung, hingga empat lima langkah baru berhenti. Rambutnya kusut awut-awutan.
Dilain pihak, Ho Hay Hong kegirangan, sebab serangannya itu adalah serangan percobaan. Seharusnya serangan itu dilakukan secara menukik dari atas udara tetapi kali ini ia gunakan dengan kaki menginjak tanah. Diluar dugaannya, telah berhasil sangat memuaskan.
Berhasil dengan serangannya, pikirannya tenang kembali, dua tangannya terus bergerak, melanjutkan serangannya
Long-gee-mo terpaksa menyambuti serangan hebat Ho Hay Hong, tetapi sekali lagi ia terpukul mundur.
Kini ia bukan cuma merasa heran saja tetapi juga mulai ketakutan. Ia sudah salah hitung mengenai kekuatan Ho Hay Hong!
Ia hendak melawan, tetapi begitu beradu dengan kekuatan Ho Hay Hong, ia sendiri yang terdorong mundur. Entah bagaimana pemuda itu dapat mematahkan ilmu Ing Siu, gurunya sendiri"
Bahkan maju ia menjadi kalap!
Seluruh kekuatan tenaganya dipusatkan ketangan kanan, lalu maju merangsak sambil melancarkan serangannya.
Ho Hay Hong geser maju kakinya dua kali, hingga posisi dua pihak bukan lagi berhadapan, melainkan miring.
Tangan kanannya bergerak bagaikan kilat sedang jari tangan kirinya menotok jalan darah Thay-heng dan Pek hwe dibadan Long gee-mo.
Badan Long-gee-mo berputaran laksana titiran, mengelakan serangan dari dua jurus, sedang tangan kanannya balas menyerang batok kepala Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong semakin tebal kepercayaannya terhadap kekuatan sendiri, apalagi dalam keadaan marah, maka serangannya semakin lama semakin hebat, sebaliknya dengan Long-gee-mo karena menyaksikan lawannya semakin gagah, apalagi setelah dua kali mengadu kekuatan, telah membuktikan keunggulannya Ho Hay Hong, maka semangatnya menurun.
Long-gee-mo yang dibentak terus menerus, akhirnya lompat mundur setombak lebih, sementara itu, tangannya menyambar tubuh Tiat Chiu Khim, sedang mulutnya berseru.
"Kalau kau berani maju lagi, aku akan hancurkan nona itu lebih dulu!"
Tang-siang Sucu yang menyaksikan pertempuran itu, mendadak mengeluarkan suara dari hidung, bersamaan dengan itu, tangannya mendadak bergerak menyerang perut Long-gee-mo
Ho Hay Hong terkejut, ia menghentikan serangannya dan berkata:
"Tang siang sucu, kau"
Belum lagi melanjutkan kata-katanya, serangan Tang siang sucu mendadak berubah, dengan kecepatan bagaikan kilat, jari tangannya dipentang, menyambar tubuh Tiat Chiu Khim.
Dilain saat, lengan kirinya ditekuk menghajar batok kepala Long gee-mo.
Serangannya itu dilakukan secara aneh, ternyata merupakan Salah satu gerak tipu dari ilmu silat garuda sakti yang sudah dirubah.
Lam kiang Tay bong sendiri juga merasa bingung, buru-buru mencegah:
"Thian-jie, lekas batalkan seranganmu, jangan mencari onar dengan musuh tangguh!"
Long-gee-mo yang menghadapi musuh dari dua pihak meskipun berkepandaian tinggi, juga kewalahan. Sambil menggeram hebat, ia tinggalkan Ho Hay Hong dan balik menyerang Tang siang Sucu.
Ia sangat benci atas perbuatan Tang siang Sucu, sehingga dirinya terjepit. Maka ia bertekad hendak membinasakan Tang siang Sucu, sekalipun ia sendiri berada dalam keadaan berbahaya.
Perbuatan Tang siang Sucu, segera menyadarkan Ho Hay Hong kini ia tahu apa maksudnya Tang siang Sucu turun tangan menyerang Long gee-mo.
Sementara itu, tangan Tang siang Sucu yang sudah berhasil menjambret ujung baju Tiat Chiu Khim, mendadak diserang hebat oleh Long-gee-mo, hingga terjadilah pertempuran segi tiga yang masing-masing memperebutkan dirinya seorang gadis.
Lam kiang Tay-bong yang menyaksikan perbuatan muridnya, dengan marah perintahkan Tang siang Sucu supaya melepaskan Tiat Chiu Khim.
Ho Hay Hong yang menyaksikan Tiat Chiu Khim dalam bahaya tanpa ragu-ragu menyerang tangan Tang siang Sucu yang menjambret ujung baju nona itu. Namun ia takut melukai tubuh kekasihnya, maka serangan itu di tujukan ke lengan Tang siang Sucu dengan hebat.
Tang siang Sucu terpaksa menarik kembali tangannya, melepaskan tangannya yang sudah berhasil menjambret ujung baju Tiat Chiu Khim.
Oooo-dw-oooO Bersambung Jilid 26
Jilid 26 TETAPI ia agak masih penasaran, dalam keadaan kalut seperti itu, tangannya menyerang Long-gee-mo, kemudian lompat mundur setombak lebih sambil memaki-maki Ho Hay Hong:
"Hay Hong, kau benar-benar seperti patung, tidak mengerti maksud orang baik."
Pada saat itu, Long-gee-mo mendadak rubuh terlentang, Tiat Chiu Khim terlepas dari tangannya.
Ho Hay Hong dengan cepat menyambar tubuh sinona, dan lompat mundur.
Pada saat itu, ia baru tahu bahwa Long-gee-mo bergulingan ditanah sambil menggeram, dahinya penuh air keringat, keadaan sangat menyedihkan.
Tak lama kemudian, Long-gee-mo mengeluarkan suara jeritan mengerikan, mulutnya mengeluarkan darah, sejenak tubuhnya mengeliat akhirnya berhenti.
Diluar rubuhnya Tang siang sucu sendiri, serangannya tadi secara kebetulan mengenakan bagian yang paling lemah ditubuh Long gee-mo.
Karena Long gee-mo mempelajari ilmu weduk, yang tidak mempan senjata tajam, tetapi di bagian yang paling lemah, sedikitpun tidak boleh diganggu. Apa mau, serangan Tang siang Sucu tadi dengan tepat mengenakan bagian yang paling lemah itu, hingga kekuatan tenaga dalamnya buyar semua dan jiwanyapun turut melayang.
Sebetulnya, maksud Tang siang Sucu hanya hendak merebut Tiat Chiu Kim, bukannya membantu Ho Hay Hong. Tetapi kini setelah berbuat kesalahan ia lantas minta upah, kepada Ho Hay Hong.
"Ho Hay Hong Saudaramu demikian baik hati terhadap kau, bagaimana kau hendak membalas budi?" demikian ia berkata.
Lam kiang Tay-bong sangat marah, dengan satu tamparan ia memukul muridnya sehingga terlempar jatuh.
"Binatang! Aku mau lihat bagaimana kau menghadapi Ing-siu?" sang guru itu menegur.
Tang siang Sucu merayap bangun selagi masih ketakutan, lantas mendengar teguran demikian dari mulut suhunya. Ia tahu bahaya telah mengancam dirinya, maka buru-buru berlutut di hadapan gurunya seraya berkata:
"Tecu telah kesalahan bertindak, ampunilah dosa muridmu!"
"Binatang! Bagaimana aku dapat mengampuni dosamu" Kau sudah menimbulkan bencana seharusnya kau tanggung sendiri akibatnya!"
Ho Hay Hong merasa tidak enak, maka lalu berkata.
"Cianpwee adalah suhunya, sudah tentu dapat mengambil keputusan. Apakah...."
Ia sengaja berhenti sejenak, kemudian berkata pula. "apakah cianpwee jeri terhadap Ing siu" Maka tidak berani membela murid sendiri ?"
Mendengar perkataan itu Lam-kiang Tay-bong tenang kembali, katanya dingin: "Kau jangan turut campur!"
"Sekarang Long-gee-mo telah binasa ditangan muridmu. Kalau suhunya mengetahui ini, pasti tidak mau, mengerti. Saat itu haha."
Kemudian ia berkata kepada Tang-siang Sucu, "aku tahu maksudmu, membinasakan Long gee mo, adalah hendak merebut nona ini dari tangannya, bukan hendak membantu aku dengan sejujurnya. Tetapi Long-gee-mo kini sudah mati aku tidak akan sesalkan kau lagi. Kesalahan ini harus kita pikul berdua. Untuk selanjutnya kita akan merupakan kawan, dalam satu barisan, jangan mempersulit satu sama lainnya lagi!"
Ia memondong tubuh Tiat Chiu Khim dan berkata pula: "Cianpwee, tanggung jawab kita tanggung bersama-sama, kau pikir bagaimana?".
Lam-kiang Tay-bong diam-diam berpikir: "kesalahan ini seharusnya menjadi tanggung jawabku, tetapi ia suka menanggung sebagian apa salahnya aku terima?"
Sebagian orang yang banyak akal ia anggap hanya menerima baik permintaannya saja rasanya belum cukup menggerakkan hati Ho Hay Hong, maka ia hendak memberi sedikit budi, supaya ia lekas membereskan permusuhan dengan kakek penjinak garuda.
"Siaohiap benar, kesalahan sudah terjadi, kita harus tanggung bersama!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong mundur dua langkah, katanya dingin:
"Cianpwee, maafkan aku akan berkata secara blak-blakan. Jelasnya, ucapanmu ini bukan keluar dari hatimu yang sejujurnya !"
"Mengapa kau berkata demikian ?"
"Cianpwee mengatakan hendak damai, tetapi tindakanmu tidak demikian. Bukankah itu merupakan suatu bukti yang nyata bahwa ucapanmu tidak sesuai dengan tindakanmu."
"Apa kau kira tindakanku ini tidak menguntungkan kau" Kalau pikir demikian, itu salah besar. Aku bukannya mengandung maksud jahat tetapi sebaliknya hendak membantu kau !"
"Membantu aku" Cianpwee ingin membantu apa ?"
"Kau jangan tanya dulu, berikanlah nona itu dulu padaku, aku hendak periksa keadaannya !"
"Tidak, aku tahu sifatmu suka berubah tidak menentu, kalau aku menuruti perintahmu, berarti aku serahkan jiwa nona ini kemulut harimau !"
Mendengar perkataan itu, Lam kiang Tay bong tertawa terbahak-bahak.
"Siaohiap, kau terlalu menghina diriku. Kau pikir, aku adalah satu dari lima orang terkuat dalam rimba persilatan dewasa ini, bagaimana aku bisa melakukan perbuatan demikian" Legakan hatimu, jangan sia-siakan waktu lagi, ini tidak menguntungkan bagi dia"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Apa ia hendak berbuat" Bukankah ia sudah melihat sendiri, mengapa perlu memeriksa lagi ?"
Ia masih ragu-ragu, sedangkan Lam kiang Tay bong sudah berada dihadapannya. Mendadak ia mengambil keputusan. Karena jiwa nona itu memang sangat berbahaya, biarlah ia periksa, barangkali ia juga tidak berani melakukan perbuatan yang akan merendahkan martabatnya sendiri.
Maka ia tidak merintangi lagi, membiarkan Lam kiang Tay bong memeriksa sinona.
Maka Lam kiang Tay bong memandang wajah sinona tanpa berkedip, lama baru berkata:
"Masih untung, kekuatan tenaga dalamnya sudah sempurna, hingga keadaan dalam tubuhnya tidak terdapat kerusakan. Masih ada sedikit harapan !"
Kedudukan Lam kiang Tay-bong tidak dapat dibandingkan dengan orang biasa, tidak mungkin berani mengucapkan perkataan sembarangan. Maka hati Ho Hay Hong mulai lega.
Ia masih belum mengerti, mengapa orang demikian buas dan kejam seperti Lam kiang Tay bong dengan mendadak berlaku demikian baik terhadapnya"
Dan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua itu sejak semula, juga sikap persahabatan yang tiada mengandung sifat permusuhan, hal ini ia benar-benar sangat bingung.
"Dalam tubuhnya terluka parah, hingga hanya murninya buyar dan membeku di dalam tubuhnya, jikalau tidak lekas diobati, barangkali tidak bisa hidup sampai empat puluh delapan jam!"
"Cianpwee paham ilmu tabib?" tanya Ho Hay Hong.
"Terpaksa harus minta pertolongan tabib, aku barang kali tidak sanggup." jawab Lam kiang Tay bong sambil menggelengkan kepala.
Hati Ho Hay Hong merasa cemas.
"Kalau begitu, aku harus menggunakan waktuku sebaik-baiknya, untuk mencari tabib pandai!"
"Dengan terus terang, luka ini harus di bantu oleh obat Liong yan-Hiang. Obat itu adalah buatan kakek penjinak garuda sendiri yang ia selalu banggakan. Dalam badan nona ini tidak mungkin tidak sedia!"
Ho Hay Hong diam-diam mengeluh: celaka, Liong yan hiang yang terakhir pada dirinya semua sudah diberikan padaku, mana sekarang masih ada lagi."
Lamkiang dapat lihat sikap gelisah sianak muda, ia pura-pura menanya:
"Apakah ia tidak mempunyai persedian obat itu?"
"Kecuali Liong yan-heng, apakah sudah tidak ada obat lain lagi?"
"Bukannya tidak bisa, tetapi kalau menggunakan lain obat, khasiatnya agak kurang. Walaupun dapat menyembuhkan luka dalam tubuhnya, juga tidak menyembuhkan seluruhnya. Dengan sisa luka yang masih ada, sudah cukup untuk memusnahkan kekuatan tenaganya, hingga harus menderita penyakit selama-lamanya. Penderitaan ini lebih berat dari kematian."
Mendengar keterangan itu, bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong.
"Cianpwee, benarkah kau sudah tidak berusaha?"
Lam-kiang Tay-bong dengan jelas dapat memahami perasaan hati Ho Hay Hong. Ia tahu bahwa anak muda itu selamanya tidak pernah meminta pertolongan orang, tetapi kini atas kemauan sendiri minta pertolongannya jelas betapa dalam cintanya terhadap gadis itu. Maka lalu berkata.
"Mengapa kau tidak mencari Kakek penjinak garuda, ia sudah pasti mempunyai persedian cukup obat Liong-yan-hiang!"
Perkataan itu menyadarkan Ho Hay Hong, dengan alis berdiri ia berkata:
"Ow, ya. Kakek penjinak garuda pasti mempunyai banyak persedian!"
Tetapi, kemudian ia berpikir lagi: "aku sendiri sudah bertengkar dengannya, dengan cara bagaimana aku bisa mendapatkan obat itu darinya?"
Apalagi sekarang ia sudah membunuh pembantunya yang diandalkan Tio-kang, kejadian ini membawa akibat lebih meruncingnya percekcokan mereka. Mungkin Kakek penjinak garuda sudah mendapat kabar kematian pembantunya itu mungkin juga ini sedang mengadakan pengusutan.
Ia tahu bahwa Tiat Chiu Khim sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa. Andaikata si Kakek, itu sendiri masih belum mengetahui bahwa gadis itu sudah tahu riwayat dirinya, hingga mau memberikan obatnya, tetapi bagi gadis itu sendiri barangkali lebih suka mati, juga tidak, mau menerima pemberiannya.
Ia kenal baik perangai gadis itu, ia juga tahu sifat keras kepala dan tinggi hati gadis itu. Kini ia menghadapi persoalan yang sangat rumit ini, benar-benar memusingkan kepalanya.
"Sekarang ini, jiwanya benar-benar sedang, terancam bahaya maut, akibat bubarnya hawa murni, ia tidak bisa sadarkan dirinya. Kalau tidak lekas mendesak keluar hawa murni yang mengeram dalam tubuhnya, dalam waktu tiga jam, pasti binasa!" kata Lam-kiang Tay bong.
"Benarkah kata-katamu ini?" tanya Ho Hay Hong terkejut.
Tetapi kemudian ia merasa bahwa pertanyaannya itu sia sia saja karena seorang seperti Lam-kiang Tay bong baik tentang kepandaian ilmu silatnya, maupun kedudukannya dalam rimba persilatan, sudah merupakan salah satu dari tokoh tokoh yang terkenal namanya, bagaimana ia bisa melakukan perbuatan rendah, yang seolah-olah memukul anjing yang kecemplung dalam air.
"Orang yang menyembuhkan lukanya itu harus seorang wanita, Sebab siaohiap kau juga tahu bahwa bagian penting untuk mengalirkan hawa itu letaknya ditempat tersembunyi. Maka itu aku lebih dulu sudah peringatkan kau, harap kau lekas mencari seorang sahabat wanita yang sudah sempurna kekuatan tenaga dalamnya untuk membantu kau."
Muka Ho Hay Hong merah, sementara dalam hatinya berpikir, aku muncul dikalangan Kang ouw masih belum lama, kenalan tidak banyak, kemana harus mencari sahabat wanita yang demikian tinggi kepandaiannya"
Dalam hati mengeluh, kecuali gadis berbaju ungu, Toan bok Bun Hwa dan Su-to Cian Hui, sudah tidak ada lain kawan wanita lagi.
Namun dari tiga wanita itu, Su-to Cian Hui dan Toan bok Bun Hwa sudah tidak tahu dimana jejak mereka juga sudah lama tidak ada kabar beritanya, sudah tentu tidak dapat diketemukan dalam waktu singkat.
Sedangkan gadis berbaju ungu juga sudah pergi dengan hati panas, sekalipun dapat diketemukan barangkali juga tidak mau menyembuhkan luka Tiat Chiu Khim.
Sementara itu, Lam-kiang Tay-bong mendesak lagi:
"Ho Siaohiap, waktu sangat berharga, hingga tidak dapat dibeli dengan emas. Kau jangan sia-siakan lagi, pergilah lekas!"
Ho Hay Hong seperti baru tersadar dari mimpinya, tanpa pikir lagi, ia lalu mengucapkan terima kasihnya kepada Lam kiang Tay bong.
Dalam keadaan bingung, tanpa banyak pikir lagi, Ho Hay Hong lantas pondong tubuh Tiat Chiu Khim lari menuju ke selatan dan sebentar saja sudah menghilang.
Waktu itu cuaca gelap, suasana sunyi jalan yang sepi hanya terdengar suara langkah kakinya yang menginjak jalan raya.
Ia berjalan sambil menundukkan kepala, mendadak terdengar suara bunyi ringan, buru buru menghentikan kakinya.
Bagai orang yang kepandaiannya mencapai taraf tertinggi, asal mendengar suara rumput tertiup angin saja, segera dapat membedakan baik atau jahat.
Ia berkepandaian demikian tinggi, sudah tentu tidak terkecualikan. Suara itu seolah-olah suara jatuhnya daun kering tetapi juga mirip dengan suara orang rimba persilatan yang melayang turun selagi kakinya menginjak tanah. Oleh karena itu, maka ia tidak berani berlaku gegabah.
Ia juga tahu bahwa maksud kedatangannya kedaerah selatan kali ini, tanpa disengaja telah menimbulkan permusuhan, hingga meletakkan dirinya seolah-olah terkepung oleh musuh-musuhnya.
Ia pasang mata mencari-cari, tetapi tidak menemukan tanda apa-apa.
Tetapi, ia juga tidak percaya bahwa pendengarannya sendiri tadi salah, maka ia percaya bahwa orang yang melayang turun itu tadi sudah sembunyikan diri ditempat gelap.
Ia menemukan satu akal, ia sengaja perdengarkan suara tertawa dingin, kemudian melanjutkan perjalanannya, seolah-olah tidak tahu apa-apa.
Dengan mendadak. Tiat Chiu Khim mengeluarkan suara rintihan pelahan, suara itu meski pun tidak nyata tetapi dalam telinga Ho Hay Hong sudah cukup membangkitkan rasa girangnya. Dengan cepat ia menanyakan:
"Chiu Khim, kau sudah sadar?"
Bulu mata Tiat Chiu Khim yang panjang nampak bergerak-gerak dua kali, kemudian membuka matanya perlahan-lahan.
Ho Hay Hong berusaha keras menekan perasaannya yang tidak tenang, diam-diam memperhatikan keadaannya. Ia sangat terkejut ketika menyaksikan betapa lemah keadaan gadis itu.
Cahaya matanya tidak bersinar lagi, tetapi biji matanya yang jeli itu masih tetap mengandung rahasia yang mendebarkan hatinya.
Gadis itu merintih dua kali, mengawasi keadaan sekitarnya sebentar, agaknya juga mengetahui dirinya berada dalam pelukan seorang lelaki hingga ia coba meronta.
Ho Hay Hong berkata dengan suara perlahan.
"Chiu Khim. inilah aku, kau beristirahatlah dengan tenang."
Mendengar namanya disebut, ia segera berhenti meronta dan bertanya: "Kau siapa?"
Suaranya itu tidak bertenaga, seolah-olah mengambang.
"Aku Hay Hong!" jawab Ho Hay Hong dengan lemah-lembut.
Ia mengerti perasaan si gadis pada waktu itu, lalu ia segera memberi keterangan.
"Kau sudah terluka, orang yang melukai kau itu, kini sudah kubinasakan. Kau beristirahatlah dengan hati tenang"!
"Hay Hong, ini tempat apa?"
"Ditengah perjalanan!" jawabnya sangat hati-hati.
"Hay Hong, aku sudah hampir mati, aku minta tolong padamu, supaya mengabarkan kepada ibu bahwa aku."
Berkata sampai disitu, air matanya mengalir keluar.
Jantung Ho Hay Hong berguncang keras, katanya tegas:
"Tidak, Chiu Khim kau tidak bisa mati. Aku Ho Hay Hong, asal aku masih bisa bernapas, tidak akan membiarkan kau mati di tangan iblis itu. Lekas dengar kata-kataku, beristirahatlah dengan tenang."
Tiat Chiu Khim pelahan-lahan memejamkan matanya, berkata sambil tersenyum getir:
"Hay Hong, aku tahu kau sedang menghiburi aku, terima kasih atas kebaikanmu, tetapi aku barangkali tidak bisa hidup lebih lama lagi."
"Chiu Khim, kau tidak boleh mengeluarkan perkataan seperti orang tua putus asa. Kau tidak bisa mati, dengan terus terang, hatiku bahkan lebih cemas daripada kau sendiri"
Ia mengepal-ngepal tinjunya dan- berkata pula:
"Chiu Khim, kau harus tabahkan hatimu, apakah kau sudah lupa musuh ayahmu?"
"Takkan kulupakan, takkan kulupakan."
Gadis itu meskipun mulutnya mengatakan demikian tetapi kepalanya pelahan-lahan menunduk, rambutnya yang hitam panjang terurai kebahunya dan menutupi wajahnya.
Jantung Ho Hay Hong dirasakan hampir loncat keluar, ia pikir, apakah benar sudah dekat ajalnya?"
Pikiran yang menakutkan itu sekilas terlintas dalam otaknya, sesaat kemudian ia bingung sendiri. Ia buru-buru menggoyang-goyangkan tubuhnya seraya memanggil-manggil.
"Chiu Khim, kau sadarlah, sadarlah!"
Tiat Chiu Khim yang sudah pingsan, ketika digoyang tubuhnya, terganggulah luka dalam tubuhnya, hingga mulutnya mengeluarkan darah, sedangkan orangnya juga sadar dengan segera. Dengan suara hampir tidak bertenaga ia bertanya:
"Ada urusan apa" Hay Hong !"
"Pertahankanlah kekuatanmu, aku akan mencari orang untuk menolong dirimu !"
"Aku sudah tidak ada harapan lagi, kau tak usah mencapekkan hati !"
"Tidak, bagaimanapun juga, aku harus menolong dirimu."
"Hay Hong, demikian baik kau terhadap diriku, kalau aku bisa melihat ibu sekali lagi. Sekalipun mati juga tidak menyesal."
Hati Ho Hay Hong tercekat, selagi memikirkan ucapan gadis ini, hembusan angin mendadak menyerang dirinya.
Meskipun pikirannya sedang risau, tetapi karena kekuatan tenaga dalamnya sudah sempurna, dengan sendirinya panca indranya sangat tajam. Maka begitu merasa ada hembusan angin menyambar, ia segera mengerti ada orang membokong dirinya.
Ia masih tetap melanjutkan perjalanannya, sedang tangan kirinya secepat kilat balas menyerang.
Diluar dugaannya, serangan secepat kilat itu ternyata mengenakan tempat kosong.
Menurut perhitungannya, betapapun tinggi kepandaian orang itu, juga sulit mengelakkan serangannya yang ganas itu, tapi apa yang terjadi, ternyata diluar dugaannya.
Dengan cepat ia menoleh, matanya segera melihat pemimpin golongan Lempar batu, Chim Kiam sianseng berdiri tidak jauh dibelakangnya.
Pemimpin itu masih tetap mengenakan kerudung mantel yang terbuat dari kulit harimau, hingga nampak semakin keren.
Pikiran mulai tenang, tetapi ia merasa curiga, maka lalu bertanya:
"Sianseng ada keperluan apa?"
"Keperluan apa" Hm! Tanyalah kepada dirimu sendiri." jawab Chim Kiam sianseng.
Ho Hay Hong berpikir: "Pemimpin ini dahulu ramah tamah terhadapku, belum pernah bersikap demikian bengis, apakah terjadi perkara lagi?"
"Aku benar-benar tidak mengerti, harap Sianseng memberikan penjelasan!" demikian ia berkata.
Chim Kiam sianseng dengan sinar mata dingin memandang gadis dalam pondongannya, lalu berkata dengan nada suara dingin:
"Apakah lantaran nona ini kau bermusuhan denganku" Memang benar, nona ini memang cantik jelita, tetapi bagi orang gagah yang tulen tidak nanti sampai terjerumus kedalam perosok pipi licin!"
Ho Hay Hong semakin tidak mengerti, ia berkata:
"Sianseng jangan coba main lidah, katakanlah maksudmu yang sebenarnya!"
"Baik, aku sekarang jelaskan. Pribahasa ada kata orang, yang membunuh jiwa orang harus mengganti jiwa pula. Ho Siaohiap, kau membunuh paman guruku, maka sekarang aku minta kau ganti jiwanya !"
Kini tersadarlah Ho Hay Hong bahwa kedatangan pemimpin partay itu adalah hendak menuntut balas dendam kematian paman gurunya.
"Memang benar, sinaga api Tio Kang adalah paman gurumu, tetapi aku membinasakan dia ada sebabnya, kalau kau tidak percaya, tanyalah kepada Lam Kiang Tay-bong locianpwee. Tio Kang itu adalah musuh besarku yang dahulu merenggut jiwa ibuku!"
"Kau bohong, siapapun tahu bahwa kau siaohiap dengan suka rela suka menjadi anjing nona ini !"
"Katakanlah dengan sebenarnya, apa maksud dengan ucapanmu suka rela tadi" Apa maksud pula dengan ucapan anjing itu" Hm, hm, apakah aku Ho Hay Hong yang hidup sebagai orang laki-laki, tidak bisa menuntut balas dendam sakit hati ibuku?"
"Mulutmu ingatkan menuntut balas, padahal yang sebenarnya adalah supaya kau menyenangkan hatinya. Apa kau kira aku tidak tahu ?"
"Kalau kau tidak percaya, sudahlah, kau menghendaki bagaimana, terserah denganmu sendiri, jangan demikian menghina aku"
Ketika teringat bahwa luka kekasihnya justru atas perbuatan Tio Kang, maka seketika hawa amarahnya memuncak. Dengan suara marah ia berkata pula:
"Nona ini tanpa sebab dilukai olehnya kau adalah keponakan muridnya, sungguh kebetulan dapat kugunakan untuk melampiaskan kemarahan hatiku."
"Bocah she Ho, disini bukan daerah utara yang kau boleh berbuat sesukamu, kau harus tahu bahwa aku sudah memasang jaring, setiap waktu dapat mengunci jiwamu!" berkata Chim Kiang sianseng sambil tertawa dingin.
"Kalau aku takut kau gertak, Sekarang aku tidak akan berani berlaku salah terhadapmu. Jangan banyak bicara majulah!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa terbahak-bahak.
Ia sudah yakin benar kepandaiannya sendiri, meskipun lawannya itu merupakan seorang lawan tangguh yang besar pengaruhnya, tetapi ia tidak menghiraukan, dengan menudingkan jari tangannya, ia berkata pula:
"Mari, mari kita boleh bertempur sepuas-puasnya, biar darah merah nantinya menyelesaikan persengketaan kita!"
"Bengcu rimba hijau daerah utara benar saja hebat. Baik, mari disinilah kita putuskan!" berkata Chim Kiam sianseng sambil tertawa besar.
Suara tertawa demikian nyaring, hingga mengejutkan serombongan burung-burung malam, begitupun Tiat Chiu Khim juga sampai terkejut. Gadis itu bertanya dengan heran:
"Hay Hong. kau ribut dengan siapa?"
"Chim Kiam sianseng." jawab Ho Hay Hong.
Tiat Chiu Khim berulang-ulang menyebut nama itu, mendadak berkata:
"Bukankah dia itu pemimpin golongan Lempar batu?"
"Benar."
"Apakah yang dia ingin Hay Hong, jikalau ia hendak mencari onar denganmu, sekalian kau mintakan kembali pedang pusaka garuda sakti,"
Ho Hay Hong berpikir. "Ya, hampir saja aku lupa".
Matanya segera mengawasi pemimpin itu, benar saja ia melihat pedang pusaka itu berada diatas punggungnya.
"Chiu Kim, pedang pusakamu benar berada diatas punggungnya!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa nyaring:
"Kau yakin dapat merampas kembali." tanya Tiat Chiu Kim.
Karena berbicara terlalu banyak, napas gadis itu menurun, dan kemudian mulutnya menyemburkan darah
Menyaksikan keadaan itu, Ho Hay Hong mendadak dengan kecepatan seperti kilat tangannya bergerak melancarkan serangan keatas sebuah pohon besar, kemudian disusul oleh suara jeritan manusia, dari atas pohon itu melayang seorang laki-laki yang jatuh ditanah.
Dengan marah sekali, ia mengambil sebuah jarum halus dari bahu Tiat Chiu Kim, kemudian bertanya kepada Chim kiam sianseng:
"Aku hendak tanya, apakah ini perbuatan mu ?"
"Ho Siaohiap kau jangan mengoceh saja, lihatlah dulu biar jelas kau nanti boleh lagi."
Ho Hay Hong menyambar orang tua itu dan diangkat tinggi tinggi, setelah diperiksanya ia baru melihat bahwa orang itu mempunyai laut muka yang dicoreng-coreng mendadak ia berseru:
"Oh! Manusia hutan. Penemuan itu telah menggerakkan hatinya, matanya berputaran diwajah coreng-coreng manusia liar, lalu tangannya dimasukkan ke dalam saku orang itu, seolah-olah mencari apa-apa."
Sebentar kemudian, ia mengeluarkan tangannya dengan perasaan kecewa, sebab di dalam tubuh orang itu tidak didapatkan obat Liong Yen hiang yang dibutuhkan,
"Ho siaohiap, aku kira meskipun kau sudah menduduki kedudukan tinggi sebagai Bengcu rimba hijau daerah utara, tetapi kekuatanmu yang sebenarnya masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian kakek penjinak garuda. Akibat perbuatanmu ini kau nanti akan merasakan sendiri" berkata Chim kiam sianseng sambil tertawa dingin.
"Jangan khawatir, aku berniat membinasakan orangnya sudah tentu tidak takut ia datang menuntut balas." berkata Ho Hay Hong. kemudian mengangkat tangannya, sinar gemerlapan meluncur dari tangannya menuju kearah barat.
Kiranya, senjata rahasia tadi adalah jarum yang dibawa oleh manusia liar itu.
Ho Hay Hong sangat tajam pandangan matanya, ia sudah lama melihat ada orang tersembunyi digerombolan batu yang berada diarah barat maka dengan senjatanya orang itu ia sambitkan kepada orang tersembunyi itu.
Benar seperti apa yang diduganya, orang tersembunyi ditumpukan batu itu mengeluarkan suara jeritan ngeri sesosok bayangan orang lompat tinggi satu tombak kemudian suaranya habis dan orangnya jatuh ditanah, binasa seketika itu juga.
Chim Kiang sianseng dengan matanya yang tajam, segera dapat melihat bahwa dijidat orang itu menancap sebuah jarum, hingga dalam hati diam-diam juga terkejut. Ia sungguh tidak menduga bahwa kepandaian pemuda itu mendapat kemajuan demikian pesat.
Ho Hay Hong berkata sambil tertawa dingin:
"Tak kusangka sianseng juga rela menjadi anjingnya Kakek penjinak garuda, aku hendak tanya padamu apakah manusia-manusia liar ini, kau yang membawa dari kampung setan?"
"Ho siaohiap, tak ada gunanya kau banyak bicara, aku membawa perintah Kakek penjinak garuda dari jauh datang kemari, mencari kau membuat perhitungan dan menangkap kembali muridnya yang mengkhianati dirinya!"
"Bagus, bagus, sekarang kau perintah manusia liar, kemudian kumpul disatu tempat dan mengundurkan diri diam-diam."
Ho Hay Hong sementara itu sudah meletakan Tiat Chiu Khim ke tempat yang aman, kemudian bertanya kepada Chim Kiang sianseng sambil tertawa dingin:
"Dengan seorang diri saja kau hendak bertempur denganku?"
"Kau jangan sombong, dengan seorang diri sudah cukup aku menundukkan kau."
Tangannya segera bergerak membabat Ho Hay Hang, tetapi serangan itu mendadak beralih dan berganti menjadi gerakan memotong. Yang aneh ialah setiap gerakannya itu menimbulkan suara mengaum.
Ho Hay Hong mundur selangkah, kemudian maju menyerbu, dua lawan itu mengadu kekuatan tenaga masing-masing lantas lompat mundur sejauh satu tombak.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Menurut hasil percobaan ini, kekuatan tenaga dalam ku ternyata tidak kalah dengannya, mengapa aku tidak menggunakan ilmu silat garuda Sakti?"
Sehabis berpikir, ia lantas bersiul nyaring, kemudian lompat setinggi lima tombak.
Gayanya dan perobahan gerakannya, Chim Kiam sianseng sudah pernah melihat dari kakek penjinak garuda, maka wajahnya berubah seketika, mulutnya berseru:
"Ah ! Kau ternyata pandai ilmu garuda sakti."
Dengan mendadak ia menghentikan perlawanan, mungkin kepandaian ilmu silat luar biasa itu sudah tergores dalam sekali dalam sanubarinya, sehingga menimbulkan rasa takut.
Ketika tangan Ho Hay Hong sudah mendekati dirinya, ia baru sadar dengan tiba-tiba. tetapi pedang pusaka garuda Sakti diatas punggungnya sudah direbut oleh Ho Hay Hong yang hebat hanya menumbangkan Pohon-pohon yang berada disitu tidak mengambil jiwa manusia.
Ho Hay Hong menghunus pedangnya, ujung pedang mengeluarkan suara mengaum dan menimbulkan percikan seperti bunga mekar, secepat kilat menikam diri Chim Kiam sianseng.
Chim Kiam Sian-seng segera mengeluarkan ilmu serangannya yang dibanggakan. Selama itu serangan itu menimbulkan suara angin menderu bagaikan angin puyuh.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia sudah tahu bahwa hari itu menemukan lawan tangguh yang dalam hidupnya belum pernah ia ketemukan. Pandangannya berubah seketika. Setiap serangannya dilakukan dengan hebat dan ganas, karena serangan yang hebat itu, maka perlahan-lahan dapat merubah kembali keadaan.
Ho Hay Hong yang menggunakan ilmu pedangnya yang bisa digunakan untuk menghadapi lawan tidak begitu tangguh, tetapi mendadak ia berpikir: "Ilmu pedangku ini meskipun aneh dan hebat, tetapi untuk menghadapi lawan kelas satu seperti dia ini, agaknya kurang leluasa, mengapa aku tidak gunakan ilmu pedang terbangku, mungkin lebih hebat."
Pikiran itu hanya sekejap saja terlontar dalam otaknya, sedang pedang panjangnya sudah di sodorkan lagi tiga dim.
Hawa. dingin timbul mendahului ujung pedang, Cim Kiam sianseng yang dalam hidupnya pernah bercanda dengan senjata tajam, saat itu. juga timbul perasaan jeri.
Dengan cepatnya tangannya bergerak menyerang pedang yang mengancam dirinya, kemudian menggunakan kesempatan itu, ia maju selangkah dan menyerang dengan tangan kanan. Lengan tangannya itu ada mengandung kekuatan tenaga besar sekali, apalagi serangan itu merupakan serangan yang mematikan yang sulit dijaga oleh lawannya.
Pada saat itu, Ho Hay Hong Sudah tahu benar bahwa serangan lawannya itu hebat sekali ia juga tahu kecuali lompat tinggi untuk mengelakkan serangan itu, sudah tidak ada jalan lain yang lebih baik.
Oleh karena keadaan mendesak, terpaksa ia lompat tinggi menghindarkan serangan itu. .
Tetapi secepat kilat pikirannya berubah pula, dalam anggapannya Chim Kiam sianseng bukanlah lawan sembarangan, jikalau dirinya sendiri tidak berani menempuh bahayanya untuk menjatuhkannya, karena kekuatan kedua pihak yang berimbangan dalam waktu singkat tidak mungkin bisa ditentukan.
Tujuannya ingin lekas menyelesaikan pertempuran itu supaya tidak menghambat waktu, karena waktu baginya memang benar-benar sangat berharga. Oleh karena itu maka ia telah mengambil keputusan, bertekad hendak menyelesaikan pertempuran sesingkat mungkin.
Bersamaan pada saat ia mengambil keputusan itu, dan tubuhnya bergerak, dan digeser maju dengan tiba-tiba menyambitkan pedang garuda sakti dari tangannya.
Pertempuran dengan cara mengadu jiwa itu adalah caranya yang bisa dilakukan oleh orang-orang Kang ouw yang kepandaiannya biasa. Dengan cara yang buruk itu Ho Hay Hong telah gunakan untuk menghadapi jago tua yang sudah ulung, sebaliknya malah membuat jago tua itu terheran-heran tidak habisnya.
Karena timbulnya pikiran semacam itu, mau tidak mau telah mempengaruhi gerakannya. Sementara itu sinar pedang yang berkilauan sudah berada dihadapan matanya.
Detik-detik yang sangat berbahaya itu, yang masih sanggup mengendalikan perasaan yang tergoncang hebat, tetapi pedang yang tajam itu juga terpisah hanya tiga dam saja dihadapan perutnya.
Ketika ia tersadar ujung pedang sudah menyentuh bajunya, bukan kepalang terkejutnya. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya, tangannya menyapu.
Setelah terdengar suara benturan hebat, Ho Hay Hong tidak dapat berdiri tegak, badannya terhuyung-huyung dan rubuh terjengkang. Sedangkan Chim Kiam sianseng mengeluarkan suara jeritan ngeri, juga rubuh ditanah.
Dengan mengertak gigi, tangannya memegang perutnya perlahan-lahan ia mencoba bangun, tetapi baru saja berdiri kakinya tidak kuat mengimbangi tubuhnya, hingga akhirnya rubuh lagi.
Pedang garuda sakti menancap diperutnya sedalam setengah kaki, usus keluar berantakan. Darah merah mengalir dari bekas lukanya sehingga membasahi tanah disekitarnya.
Rasanya sudah tidak jauh dengan ajalnya, tetapi dengan mengandalkan latihan yang tidak terputus, selama beberapa puluh tahun, ia masih dapat mempertahankan dirinya.
Wajahnya putih bagaikan kertas, keringat dingin ngucur keluar, jago tua kawakan yang pernah malang melintang didunia Kangouw itu, kini harus merasakan betapa hebatnya penderitaan sebelum putus nyawanya.
Dengan perasaan gusar ia mencabut pedang dari perutnya, lalu disambitkan kepada Ho Hay Hong.
Tetapi Ho Hay Hong dapat mengelak, sehingga pedang itu meluncur terus dan menancap disebuah pohon besar. Dari sini dapat diukur betapa hebat kekuatan tenaga pemimpin itu, di saat menghadapi mautpun, ia masih dapat menggunakan tangannya sedemikian hebat.
Dengan mata penuh kebencian ia memandang Ho Hay Hong, mulutnya menggumam.
"Bocah, disamping merasa puas, kau jangan lupa pembalasan atas perbuatanmu di kemudian hari."
Menyaksikan keadaan yang mengenaskan itu. Ho Hay Hong merasa menyesal.
"Chim Kiam sianseng, matilah dengan tenang, aku nanti akan kubur jenazahmu dengan baik . . ."
Chim Kiam sianseng tidak menghiraukan, ia mendongak dan berkata sambil menghela napas:
"Oh Tuhan, aku Chim Kiam sianseng pernah menjagoi kalangan Kangouw hampir seumur hidupku, tak kusangka bisa binasa ditangannya. Apakah ini lantaran dosaku dahulu yang sudah membunuh banyak jiwa."
Entah sejak kapan matanya mengembang air, dalam keadaan demikian, ia menarik napas yang penghabisan.
Ho Hay Hong menghampiri, selagi mau mengangkat tubuhnya untuk dikubur, mendadak terdengar riuh suara tambur.
Cepat ia menarik kembali tangannya, dalam hatinya berpikir: "mereka sudah tentu bisa mengurus jenazahnya, tidak perlu aku campur tangan"
Ia lalu memondong tubuh Tiat Chiu-Khim kemudian melanjutkan perjalanannya.
Pada waktu itu, Tiat Chiu Khim kembali membuka matanya mulutnya mengeluarkan suara pelahan: "Suhu. suhu"
Ho Hay Hong terkejut, pikirnya: "apakah ia memanggil kakek penjinak garuda?"
Mendadak timbul kebenciannya, katanya kepada diri sendiri: "Tua bangka biadab itu, apa ada harganya untuk dipikiri."
Terdengar pula suara keluhan Tiat Chiu Khim: "Ah, suhu aku sudah dekat mati."
Mendengar suara kekasihnya seperti orang mengigau Ho Hay Hong bercekat. Ia kira lukanya kambuh, sehingga menimbulkan panas dalam tubuhnya, maka perlu segera ditolong.
Tetapi, kemana harus mencari seorang wanita yang berkepandaian tinggi"
Ia berjalan sambil memandang wajah si nona, ketika menampak wajah sigadis semakin pucat, diam-diam merasa sangat khawatir.
Buru-buru ia mengerahkan ilmunya lari pesat, lari menuju kekota.
Tiba didalam kota, ia lalu mencari rumah penginapan dan memesan sebuah kamar.
Ia letakkan tubuh Tiat Chiu Khim diatas pembaringan sedang ia sendiri keluar lagi. Untuk mencari seorang wanita yang memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah sempurna. Tetapi, bagaimana caranya untuk menemukan wanita demikian " Ia tidak pikirkan lagi.
Ia menyusuri hampir setiap jalan dalam kota, tetapi tidak menemukan seorang wanita yang dimaksudkan.
"Apakah kau harus menyaksikan ia mati dalam tanganku?" demikian ia berpikir dan bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Hatinya sedih, pikirannya semakin risau. Ia mulai menyesal, mengapa Liong-yan-hiang yang tinggal sisanya itu dihabiskan semua, kalau tidak, mungkin ia sekarang masih bisa di tolong.
Tempat itu terpisah dengan kampung setan hanya seperjalanan kira-kira seratus pal saja, kalau ia harus pergi kesana, pulang baik Sudah menggunakan waktu kira-kira setengah hari, ini masih belum terhitung kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi dalam sepanjang jalan, apalagi kalau menghadapi Kakek penjinak garuda sendiri.
Dengan putus asa ia balik ke rumah penginapan. Semua pelayan rumah penginapan merasa heran menyaksikan sikapnya, yang tergesa-gesa dan gelisah, tetapi ia tidak menghiraukan.
Baru saja membuka pintu kamar, sudah menyaksikan Tiat Chiu Khim sedang bergulingan sambil merintih.
Dengan hati pilu ia berlutut dipinggir pembaringan, tetapi kecuali menghibur, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Tetapi, seratus patah kata hiburan, apa gunanya "
Suara rintihan si nona, seolah-olah ketukan martil mengetuk hatinya, hingga semakin pilu.
Airmata mengalir turun tanpa dirasa, ia berkata sendiri sambil mendongakkan kepala: "Apakah aku harus berpeluk tangan menyaksikan kematiannya" Apakah kecuali orang perempuan, sudah tidak ada orang lagi yang dapat meringankan penderitaannya?"
Mendadak suatu pikiran terlintas dalam otaknya, apa yang dibutuhkan oleh sinona hanya kekuatan tenaga dalam untuk membuyarkan hawa murni yang membeku dalam tubuhnya, tidak menentukan harus kaum wanita saja yang boleh menyembuhkan.
Ia mulai menyesalkan kebodohannya sendiri, mengapa sejak tadi ia tidak dapat memikirkan. Orang lelakipun dapat melakukan, hanya bagi kaum wanita sebetulnya lebih leluasa dan lebih pantas daripada seorang lelaki apalagi kalau bukan suaminya.
Ia menjadi girang, tetapi ketika tangannya diulurkan untuk meraba tubuh si nona, segera menemukan kesulitan lagi.
Bagaimana seandai nanti timbul kesalah pahaman dari pihak si nona "
Pikirannya bimbang menghadapi gadis cantik itu, perasaan rendah diri timbul lagi dalam pikirannya.
Selama itu ia tidak berani mengutarakan rasa hatinya terhadap Tiat Chiu Khim, sebab dalam hatinya sudah teraling oleh jaring yang tidak dapat ditembus, karena ia tidak mempunyai keberanian untuk menembus jaring itu.
Karena ia sebagai pemuda sebatang kara, apalagi tidak ketahuan asal usulnya, maka selama itu ia selalu dihinggapi oleh rasa rendah diri yang terlalu mencekam hatinya. Dengan demikian maka ia tak berani membuka mulut menyatakan cintanya.
Ia anggap Tiat Chiu Khim bagaikan bidadari yang tidak dapat dijamah oleh tangannya sendiri, sebab ia adalah seorang biasa.
Ia berdiri sekian lama dengan hati bimbang tidak tahu bagaimana harus berbuat " Sementara itu, penderitaan Tiat Chiu Khim semakin hebat.
Hati Ho Hay Hong semakin gelisah, beberapa kali ia mengulurkan tangannya, tetapi kemudian ditariknya kembali.
Mendadak ia bangkit dan memadamkan penerangan lampu lilin, hingga keadaan dalam kamar menjadi gelap gulita.
Kini ia agaknya mulai tenang.
Dalam anggapannya, seolah-olah perbuatannya itu tidak ada orang yang menyaksikan, ketika mengulurkan tangannya lagi untuk membuka pakaian si nona, jantungnya berdebar semakin keras.
Ia pejamkan matanya, pakaian Tiat Chiu Khim lembar demi lembar dibukanya, setelah tinggal baju didalamnya, pikirannya baru tenang lagi.
Diam-diam ia yang bernyali kecil, mengapa baru menghadapi seorang wanita cantik saja sudah demikian tegang "
Tetapi ketika tangannya meraba tubuh si nona, ketenangan mulai lenyap lagi, tangan itu gemetaran, ia mengharap bahwa yang diraba itu adalah sebuah patung.
Dilain pihak, ia juga takut kalau-kalau Tiat Chiu Khim nanti mendusin, bagaimana anggapan nona itu kepada dirinya" Salah-salah ia bisa dituduh sebagai lelaki bangor yang hendak menodai kesuciannya.
Ketika tangannya menyentuh tubuh sinona dapat masakan hawa hangat dari tubuh si nona yang kemudian terus seperti masuk kedalam hatinya.
Ia susut keringat yang membasahi jidanya, sambil memejamkan matanya ia membuka baju penghabisan yang menutupi tubuh si nona hingga tak ada selembar kain menutup tubuh yang padat montok itu.
Meskipun keadaan gelap gulita, tetapi Ho Hay Hong seperti dapat memandang tubuh yang putih halus padat itu, hingga jantungnya berdebar keras sekali.
Akhirnya, ia tidak dapat mengendalikan perasaan sendiri, ia seperti sudah lupa akan dirinya sendiri, pelahan-lahan menundukkan kepala, mencium pipi si nona.
Pada saat itu. Tiat Chiu Khim seperti terjaga, sebentar ia merintih, kemudian membuka matanya.
Ho Hay Hong tidak menduga dalam keadaan demikian gadis itu tersadar, hingga sesaat itu ia menjadi gugup, terkejut dan ketakutan. Sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.
Ia harus bertindak secepat kilat, buru-buru menotok jalan darahnya dan merebahkan diri sinona lagi.
Ia menghitung-hitung waktu, dua jam telah berlalu. Ia buru-buru mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia disalurkan kedalam tubuh Tiat Chiu Khim, melalui jalan darah sinona yang berada dibawah perutnya.
Tidak ada seorangpun yang menyaksikan, tetapi Ho Hay Hong merasa panas.
Hawa panas bergerak dari telapak tangan Ho Hay Hong masuk kedalam tubuh Tiat Chiu Khim pelahan lahan mencairkan hawa yang membeku dalam tubuh.
Tak lama kemudian, Tiat Chiu Khim, mulai perdengarkan suara rintihan pelahan, dan kali ini suara itu agaknya tidak mengandung penderitaan.
Bahkan sebaliknya, suara itu seperti mengandung rasa nikmat, hingga diam diam hati Ho Hay Hong merasa terhibur.
Ia terus menyalurkan kekuatan tenaga dalam ke tubuh gadis itu. hingga dalam waktu singkat ia sendiri sudah mulai lelah.
Dengan pandangan mata yang tajam, ia dapat lihat wajah sinona sudah mulai agak ke merah-merahan, tapi ia tahu, bahwa saat itu sangat penting baginya, maka ia tidak berlalu berlaku lengah, ia buru-buru menyalurkan terus tenaganya.
Gadis itu mendadak mengeluarkan suara rintihan lagi kemudian mengoceh: "Suhu, maafkan perbuatanku terhadapmu."
Ho Hay Hong terkejut, tetapi ia tidak menghiraukan, sebab itu bukanlah maksud yang sesungguhnya dari si nona.
"Suhu suhu. terimalah aku kembali. Aku bersedia mengabdi kepadamu seumur hidup." demikian si nona mengoceh lagi.
Dari ocehan gadis itu, Ho Hay Hong dapat menarik kesimpulan perangai gadis itu sebetulnya lembut dan halus serta mengenal budi orang.
Meskipun dengan Kakek penjinak garuda sudah berubah menjadi musuh, tetapi ia masih tidak melupakan budinya yang sudah membesarkan dan mendidiknya menjadi orang kuat.
Ia diam-diam merasa bersyukur bahwa mendapatkan pasangan yang cantik dan baik hati.
Dilain pihak, ia merasa benci terhadap kepribadian Kakek penjinak garuda, orang yang usianya sudah demikian lanjut, masih ingin mengawini seorang gadis yang pantas menjadi cucunya.
Karena pikirannya bercabang, ia merasakan terlalu letih, badannya gemetaran.
Ia terkejut dan diam-diam berpikir: "Kalau ditilik dari keadaanku ini, kekuatan tenagaku rasanya belum cukup untuk menyembuhkan lukanya."
Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menempuh bahaya, dengan menggunakan ilmunya Cie-yang Cin-khie, karena Selain itu, tidak ada jalan lain lagi.
Tetapi ilmu itu tidak mudah didapatkan, apabila digunakan secara sembarangan, salah-salah bisa membawa akibat yang membahayakan dirinya sendiri.
Tetapi, ia sudah mengambil keputusan, maka tidak memikirkan segala rintangan. Dengan mengerahkan ilmunya keujung jari tangannya, lalu disalurkan melalui jalan darah dan masuk kedalam tubuh si gadis.
Tatkala hawa kedua pihak saling beradu, badan kedua orang tersebut menimbulkan getaran hebat sejenak, Tiat Chiu Khim mendadak berteriak dan membuka matanya.
Ho Hay Hong baru hendak mengucapkan syukur atas berhasilnya tindakannya, apa mau selagi baru hendak menarik kembali ilmunya, tiba-tiba dikejutkan oleh teriakan Tiat Chiu Khim, sehingga hawa dalam badannya terus naik kekepala, dan seketika itu juga matanya gelap lalu jatuh pingsan.
Tiat Chiu Khim mengawasi dengan perasaan dingin, matanya yang lebar sudah pulih cahayanya. Meskipun berada ditempat gelap, tetapi agaknya dikejutkan oleh jatuhnya tubuh Ho Hay Hong, hingga lama tidak bisa membuka mulut.
Matanya menatap wajah Ho Hay Hong, agaknya baru dapat mengenali dengan tegas, maka ia lalu berseru:
"Oh, kau Ho Hay Hong."
Selanjutnya ia memikirkan apa yang sebetulnya telah terjadi.
Dari lobang jendela menghembus angin malam yang dingin hingga badannya menggigil. Rasa dingin telah menyadarkan dirinya, ia baru tahu bahwa kini tak ada selembar benangpun melekat pada tubuhnya. Rasa malu timbul pada dirinya hingga wajahnya berubah seketika.
Sejenak nampak ia ragu-ragu, kemudian tangannya bergerak dan menyerang Ho Hay Hong !
Ho Hay Hong yang masih dalam keadaan pingsan menggelinding jatuh, jidanya membentur tembok, hingga mengeluarkan darah.
Tiat Chiu Khim masih, marah, untuk ke dua kalinya ia hendak menyerang. Serangan kali ini agak berat, apabila jatuh dibadan Ho Hay Hong, pasti akan menghancurkan tulang-tulangnya.
Tiat Chiu Khim sedang marah, tidak biasa memikir terlalu banyak, Tetapi selagi hendak turun tangan, tiba tiba pikiran yang jernih timbul dalam otaknya, dan telah membatalkan maksudnya. Ia tidak suka membinasakan seorang yang tidak berdosa, sebelum tahu betul apa salahnya.
Ia menarik kembali lengannya, tetapi hembusan angin yang sudah keluar dari tangannya telah menggempur tembok sehingga menimbulkan suara nyaring.
Dimalam hari sunyi, suara gempuran pada tembok pada dinding itu, telah mengejutkan para tamu yang menginap dalam rumah penginapan itu. Sebentar para tamu berduyun-duyun keluar dari masing-masing kamarnya dengan membawa penerangan lilin.
Tiat Chiu Khim terheran heran, ia bertanya kepada diri sendiri: "Mengapa ia bawa aku kemari?"
Sebagai gadis yang tinggi hati, ia tidak dapat menahan perlakuan seperti itu, maka tangan diangkat lagi hendak penyerang. Ho-Hay Hong yang masih pingsan, sudah tentu tidak berdaya. Selagi dalam keadaan bahaya, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu, kemudian disusul oleh suara teguran dari luar: "Hai, hei apa yang kalian lakukan?"
Tiat Chiu Khim membatalkan maksudnya buru-buru mengenakan pakaiannya, kemudian membuka pintu dan bertanya:
"Kau siapa ?"
Orang itu lalu menjawab.
"Maaf aku telah mengganggu kalian. Aku adalah pelayan rumah makan ini. aku hendak tanya apa tadi yang telah terjadi didalam kamar kalian ini" Mengapa terdengar suara gempuran demikian nyaring?"
"Tidak ada apa-apa, silahkan kembali!"
Ia menutup kembali pintunya, tidak perduli pelayan tadi sudah pergi atau belum, ia mengambil korek api untuk menyalakan lilin.
Sebentar kemudian kamar menjadi terang benderang, sementara suara langkah kaki pelayan juga semakin lama semakin menjauh.
Ho Hay Hong masih tetap dalam keadaan pingsan, napasnya lemah, Karena menggunakan tenaga terlalu banyak, wajahnya pucat sekali.
Tiat Chiu Khim memandangnya sejenak lalu berkata-kata sendiri: "Hm! Kau manusia rendah yang tidak tahu malu, masih berlagak mati."
Ia menghampiri, diangkatnya tubuh Ho Hay Hong, dipandangnya dengan seksama.
Tetapi kenyataannya tidak seperti apa yang ia pikirkan, Saat itu wajahnya putih bagaikan mayat, keringat dingin membasahi sekujur badannya napasnya sangat lemah, seolah-olah habis menggunakan tenaga terlalu banyak. Ia terkejut menyaksikan keadaan demikian, lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "Kenapa dia?"
Ia kini mulai memikir, sebentar segera dapat mengetahui dari keadaan itu bahwa pemuda pujaannya itu seperti seorang kehabisan tenaga.
"Mengapa ia jadi demikian?" ia bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Timbullah pikirannya pula untuk menanyakan lebih dahulu sejelas-jelasnya, kemudian baru ditolongnya.
Mukanya dirasakan panas, wajah yang tadinya putih mulai memerah hingga membuat dia nampak semakin cantik pada ketika itu. Ia yang seumur hidupnya tidak pandang mata kepada orang laki, tak disangka kini seluruhnya telah disaksikan semua oleh Ho Hay Hong.
Jikalau mengingat itu, kemarahannya lantas berkobar. Maka ia lalu menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk menyadarkan pemuda itu.
Ho Hay Hong pelahan-lahan tersadar. Ia menarik napas panjang, perlahan-lahan membuka matanya.
Dalam hati Tiat Chiu Khim benci sekali padanya, ia sebetulnya sudah pikir hendak membinasakannya saja. Tetapi ketika melihat pemuda tersebut, membuka mata gadis ini coba mengendalikan hawa amarahnya, pura-pura tertawa, dan menanya dengan suara lemah lembut:
"Kau sudah berasa enakan?"
Ho Hay Hong tidak tahu apa yang terkandung dalam hati gadis itu, ketika melihat sang gadis dalam keadaan sehat dan segar bugar, dalam hati merasa terkejut bercampur girang.
Ia tidak dapat mengendalikan lagi perasaannya, segera mengulurkan tangannya menggenggam dengan tangan Tiat Chiu Khim, dan berkata dengan girang:
"Oh, kau sudah sembuh, aku sangat girang sekali!"
Tiat Chiu Khim membiarkan lengannya di pegang, namun kemarahan dalam hatinya masih belum padam, ia ingin segera memberi hajaran lagi kepada pemuda yang tidak sopan itu.
"Terima kasih atas perhatianmu, untung tidak terjadi apa-apa atas diriku!" demikian ia berkata.
Ho Hay Hong tidak tahu bahwa ucapan tu mengandung sindiran, ia berkata sambil tertawa:
"Chiu Khim, sekarang hanya kurang semacam obat saja, dan kau akan sembuh sama sekali. Kita harus segera berusaha untuk mengambilnya, supaya jangan terjadi perubahan lagi."
Tiat Chiu Khim tercengang, dalam hatinya bertanya: "Apa maksud perkataannya ini?"
Dengan menekan perasaannya ia bertanya: "Obat apa?"
"Liong-yan-hiang !"
"Oh! Obat seperti itu hanya kakek penjinak garuda seorang saja yang memiliki."
"Ya, justru karena itu maka tak mudah diambilnya, nampaknya sekali ini kita harus menempuh bahaya." berkata Ho Hay Hong sambil menganggukkan kepala. Melihat wajah gadis yang berseri-seri hampir ia tidak dapat menahan perasaan birahinya, ia berkata pula.
-oo0dw0oo- Bersambung Jilid 27
Jilid 27 "CIU KHIM, kau ada harganya bagiku untuk pergi menempuh bahaya, segalanya kau jangan kuatir, aku akan mengeluarkan seluruh tenaga untukmu!"
Tiat Chiu Kim masih tetap tersenyum dan berkata:
"Ah, kau begitu baik perlakukan diriku, tidak tahu aku bagaimana harus membalas budi mu?"
Ucapannya itu sebetulnya hanya sekedar untuk menutupi perasaannya sendiri, tetapi setelah diucapkannya, mendadak pikiran jernih dalam otaknya. "Pada akhirnya, sikap pemuda itu demikian sungguh-sungguh dan selalu menyatakan maksudnya hendak mengeluarkan tenaga baginya, apakah sebetulnya yang telah terjadi?"
Memikir itu, ia jadi bimbang. Dicobanya untuk menenangkan kembali pikirannya, mendadak merasa bahwa urusan itu agak aneh. Pikirnya: "Jikalau ia ada maksud hendak berbuat jahat terhadap diriku, niscaya sudah lama berhasil, mengapa?"
Mukanya menjadi merah, ia teringat kembali bagaimana ketika dirinya diserang oleh Tio Kang.
Ilmunya Pan Ciok Sin-kang orang tua itu sudah lama ia kenal, dahulu ia sering minta orang tua itu supaya menurunkan pelajaran itu padanya, tetapi selalu tidak berhasil membujuk nya, tak ia duga orang tua yang dahulu demikian baik hati itu, ternyata sudah menggunakan ilmunya itu untuk menyerang dirinya.
Biasanya orang yang terkena serangan ilmu itu, binasa seketika itu juga, tetapi oleh karena Tio Kang mempelajari ilmu itu hanya setengah jalan saja, maka belum mengerti betul sedalam-dalamnya
Walaupun demikian, ia berani memastikan bahwa orang yang terkena serangan itu, jarang yang dapat di tolong jiwanya.
Ia tahu bahwa ia sendiri jelas sudah terkena serangan ilmu itu, tetapi mengapa sekarang masih segar bugar" Dalam hal ini jelas masih mengandung banyak rahasia yang tidak mengerti!
Berpikir sampai disitu, hawa amarahnya baik seketika, dengan perasaan bingung ia bertanya pada Ho Hay Hong:
"Betulkah aku terkena ilmu Pan-Ciok Sin kang dari Tio Kang?"
"Benar, aku sebetulnya tidak tahu ilmu apa yang digunakan, tapi setelah diberitahukan oleh Lam-Kiang Tay-Bong, aku diberi tahu bahwa jahanam itu menggunakan ilmu dari kalangan Budha yang tertinggi."
"Mengapa aku sekarang masih dalam keadaan selamat?"
"Aku sudah mengeluarkan hawa murni yang membeku dalam tubuhmu, sudah tentu tidak ada halangan lagi!"
Terkejut gadis itu bukan main setelah mendengar keterangan Ho Hay Hong.
"Apa katamu?"
Ketika ditanya secara itu dan dipandang demikian rupa oleh sinona, segera Ho Hay Hong menundukkan kepala dan dengan kemalu-maluan ia menjawab:
"Maaf aku oleh karena aku dalam bahaya, aku tadi terpaksa.melakukan....."
Ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya untuk menjelaskan perbuatannya.
Menyaksikan sikap jujur pemuda itu, tersadarlah Tiat Chiu Khim atas kekeliruannya. Bahwa pemuda itu tadi berlaku demikian atas dirinya semua, hanyalah hendak menolong dirinya dari cengkeraman maut.
Ia ingin membuktikan kebenaran dugaannya, maka bertanya pula:
"Dengan cara bagaimana kau tadi menolong aku?"
Sejenak Ho Hay Hong nampak ragu-ragu, akhirnya ia berkata juga:
"Aku mendapat keterangan dari Lam-kiang Tay bong orang yang terkena serangan ilmu itu dalam waktu tiga jam pasti binasa, kecuali jika menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mengeluarkan hawa murni yang mengeram dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Aku buru-buru minta diri kepada Lam kiang Tay bong dan menggunakan waktu yang sangat berharga pergi mencari seorang wanita yang sudah sempurna kekuatan tenaga dalamnya, hendak minta tolong padanya untuk membantu menyembuhkan kau!"
Ia berkata sambil melirik sinona, ketika melihat gadis itu tidak marah, ia lalu melanjutkan keterangannya:
"Tetapi aku lama mencari, tidak menemukan wanita semacam itu. Karena melihat jiwamu dalam bahaya, dengan mengambil resiko akan kau damprat aku terpaksa turun tangan sendiri, menyembuhkan lukamu!"
"Waktu aku mendusin, mengapa aku melihatmu ditanah dalam keadaan pingsan?"
"Kekuatan tenaga dalamku kurang sempurna, maka kulakukan setengah jalan. Aku merasa tidak kuat. Dalam keadaan kritis itu, terpaksa aku menempuh bahaya menggunakan ilmuku Ci-yang Cin-khie. Tindakanku akhirnya berhasil. Tetapi, waktu kau membuka mata aku takut kau marah. Hatiku terlalu cemas, hingga tidak mengendalikan tenagaku, oleh karenanya aku lantas jatuh pingsan dan tidak ingat orang lagi."
Tiat Chiu Kim mengingat kembali apa yang dilihatnya setelah dia tersadar dan menyalakan lampu, maka ia anggap bahwa keterangan itu tidak salah lagi
Kini ia merasa terharu dan menyesal atas perbuatannya tadi yang sudah memukul pada pemuda tersebut, bahkan hampir saja membunuhnya.
Ho Hay Hong melihat gadis itu termenung memikirkan apa yang telah terjadi, pikirannya merasa tidak tenang, lalu berkata sambil menundukkan kepala:
"Nona, barangkali kau akan marah atas perbuatanku yang lancang dan kurang sopan aku bersedia menerima hukumanmu, tetapi aku minta kau maafkan atas perbuatanku tadi !"
Mata Tiat Chiu Khim yang jeli memandang Ho Hay Hong, pemuda itu menundukkan kepala dengan sikap tidak tenang.
Tangannya diulur, mengusap-usap muka Ho Hay Hong dengan sikap mesra dan berkata dengan suara duka:
"Kau tidak perlu sesalkan perbuatanmu sendiri, akulah seharusnya yang mengucapkan terima kasih padamu."
Ia menghela napas pelahan. Saat itu, lenyaplah semua perasaan marah dan mendongkolnya diganti dengan perasaan menyesal.
Ia tidak tahu apa sebabnya ia bisa berubah demikian lemah. Dahulu anggapnya bahwa dia adalah seorang gadis berderajat tinggi sehingga nampak tegas kesombongannya. Tiada seorang lelaki dipandang dalam matanya, tak disangkanya kali ini ia benar-benar sudah ditundukkan oleh Ho Hay Hong.
Ketika Ho Hay Hong merasa mukanya di raba oleh gadis itu, tergoncanglah hatinya.
"Chiu Khim, kau suka memaafkan aku?"
Tiada jawaban keluar dari mulutnya, ia mengedip-ngedipkan matanya, sesaat itu seolah-olah berada di awan. Tanpa dapat lagi mengenakkan perasaannya dengan mendadak jatuhkan dirinya kedalam pelukan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong terperanjat, hampir tidak dapat membuka mulut untuk menyatakan kegembiraannya, hanya: "Chiu Khim kau....adik Khim." kata-kata itu saja yang dapat dikeluarkan dari mulutnya.
Apa yang dirindukan selama itu, apa yang dipikirkan, dalam kamar yang sempit itu kini sudah mendapat jawabannya. Semua usaha dan jerih payahnya selama ini telah mendapat imbalan yang setimpal.
Dalam matanya kecuali si dia, sudah tidak ada lain orang lagi. Sedang dalam mata si gadis, juga kecuali si dia, sudah tidak ada siapa-siapa lagi.
Dengan tangan agak gemetaran Ho Hay Hong memeluk erat-erat tubuh kekasihnya. seolah-olah takut terlepas lagi.
Sang waktu berjalan terus tanpa dirasa. Dua insan yang kelelap dalam arus asmara itu tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang mengintai mereka dari luar
Diluar jendela, dibawah sebuah pohon beringin, tanpa satu kepala orang dengan jenggot dan rambutnya yang putih bagaikan perak menongol mengintip kedalam kamar.
Dari rambut dan jenggotnya yang sudah putih, dapat diduga bahwa orang yang mengintip itu adalah seorang yang sudah lanjut usianya.
Sepasang matanya yang bercahaya terus ditujukan kepada dua tubuh yang sedang berpelukan didalam kamar itu adalah Ho Hay Hong dengan Tiat Chiu Khim.
Mendadak orang tersebut menghunus pedang dari pinggangnya, yang ternyata terdapat ukiran dari huruf-huruf kecil "KIM AP SIN KIAM"
Ho Hay Hong masih belum tahu bahwa pedang KIM AP SIN KIAM itu akan ditujukan kepadanya. Ia Sudah kelelap dalam lautan asmara, ia anggap bahwa dalam dunia ini hanya ia berdua Tiat Chiu Khim.
Ia berkata dengan suara pelahan kepada kekasihnya:
"Adik Chiu Khim, tahukah kau betapa besar cintaku terhadapmu" Tetapi selama itu aku tidak berani mengutarakan isi hatiku, karena aku takut kau akan marah. Ow, keadaanmu masih terlalu lemah, maukah kalau aku bantu dengan kekuatan tenaga dalamku?"
"Tidak usah, kau sendiri masih memerlukan waktu istirahat yang cukup." jawab sinona.
Ho Hay Hong mengusap-usap rambutnya yang hitam dan panjang, pelahan menundukan kepalanya, memandang wajah sinona yang cantik jelita. Wajah itu kini nampak sangat tenang, tidak lagi ketus dingin dan agung seperti yang sudah-sudah.
"Chiu Khim, sekarang aku baru tahu aku sebetulnya serupa saja dengan manusia biasa, yang membutuhkan cinta dan kehangatan. Selama itu aku suka berbuat atas kehendakku sendiri dengan sendirinya sering mengalami kejadian-kejadian yang agak mengecewakan.
Tetapi dengan sejujurnya, aku sedikitpun tidak membenci kelakuanmu dahulu yang demikian dingin terhadapku. Chiu Khim, ada kalanya karena memikirkan dirimu, tidak jarang aku mengucurkan air mata dengan diam-diam. Adakalanya juga timbul pikiran hendak mengundurkan diri dari dunia Kangouw dan mengasingkan diri di tempat sunyi." demikian ia berkata sambil tersenyum.
Kemudian ia tersenyum getir dan berkata pula.
"Akan tetapi, sekarang aku harus bangkit, aku sudah dapat memahami, betapa indahnya jiwa dan penghidupan itu. Kadang-kadang mendung dan kadang cerah."
Ia masih hendak melanjutkan kata-katanya, satu tangan yang hangat tiba-tiba meraba mukanya.
Dengan bernapsu ia memegang erat-erat tangan yang hangat dan halus itu katanya dengan suara pelahan:
"Chiu Khim, marilah kita bergandengan tangan meninggalkan dunia yang terlalu banyak panca roba ini, pergi kedunia yang penuh damai!"
"Engko Hong, aku seperti mendapat firasat tidak baik." berkata Tiat Chiu Khim sambil menghela napas.
Ho Hay Hong terperanjat. "Firasat apa?"
"Aku merasa diantara aku dengan kau segera dialingi oleh kabut gelap, mungkin tak bisa berkumpul lebih lama.".
"Kenapa" Kenapa?" tanya Ho Hay Hong semakin heran. "Adik Khim jangan kau pikirkan yang bukan-bukan. Asal kita saling mengerti, betapapun besarnya urusan, semua dapat dipecahkan. Kau cantik dan pintar, mengapa bisa timbul pikiran dan kekuatiran demikian rupa?"
"Tetapi aku selalu merasa bahwa antara kita agaknya masih seperti asing."
Tidak menunggu kata-kata selanjutnya Ho Hay Hong mempererat cekalannya. Bibir gadis itu dilumatnya habis.
Tiat Chiu Khim semula masih coba meronta-ronta, tetapi akhirnya memejamkan matanya.
Segala-galanya menjadi tenang. Pikiran Tiat Chiu Khim yang selalu risau, membutuhkan hiburan seperti itu. Tetapi hidupnya belum pernah mengalami kejadian serupa itu hingga sekujur badannya gemetaran.
Dengan tiba-tiba Ho Hay Hong dapat menangkap suara desiran angin, kemudian disusul dengan meluncurnya sebuah benda berkeredepan dari luar jendela.
Dengan wajah berubah, buru-buru di dorongnya tubuh Tiat Chiu Khim. Sedang ia sendiri terus menjatuhkan diri ke lantai.
Benda itu ternyata adalah sebilah pedang pendek terus menancap diatas meja. Ia tidak memperdulikan pedang pendek itu, lebih dahulu melesat dahulu melesat kedepan jendela untuk melihat siapa orangnya yang melempar pedang tersebut.
Dalam keadaan gelap ia hanya menampak sesosok tubuh manusia lari kabur dengan kecepatan kilat, sebentar sudah lenyap dari pandangan mata.
Ilmu meringankan tubuh orang itu sungguh hebat, hingga Ho Hay Hong hampir tidak percaya matanya sendiri.
Ia berdiri terpaku sambil berpikir: Orang ini tengah malam buta menyerang aku, entah siapa dia dan apa pula maksudnya.
Kertas diambil oleh Ho Hay Hong yang segera dibacanya. Bunyinya kira-kira sebagai berikut:
"Bocah! Sungguh berani kau membinasakan murid kesayanganku. Dosamu tak dapat diampuni. Dalam waktu tiga hari ini, akan kuambil jiwamu. Dengan ini sudah kuperingatkan padamu lebih dahulu, supaya jangan sampai orang-orang dunia Kang-Ouw menyesalkan dan mentertawakan, aku sebagai orang tingkatan tua menghina orang dari tingkat muda!"
Elang Pemburu 1 Manusia Yang Bisa Menghilang Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas 2
^