Pencarian

Kampung Setan 5

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 5


"Itu juga belum tentu semuanya benar, aku dengannya tidak mempunyai hubungan baik, sementara." demikian ia menyahut.
Tetapi baru berkata sampai disitu, tiba-tiba melihat tangan Tang Siang Sucu bergerak menyambar tangannya. Dalam keadaan demikian, ia tidak keburu mengerahkan kekuatan tangannya, terpaksa ia lompat mundur beberapa tombak lalu katanya dengan suara keren: "Kalau kau mau berkelahi. berkelahilah secara jantan. Dalam tiga jurus kalau aku tidak dapat menangkan kau, boleh anggap aku yang kalah !"
Dengan tiba-tiba gadis kaki telanjang maju menghampiri dan menghalangi mereka, katanya:
"Urusan denganku belum beres, kau harus bereskan dulu !"
Tang-Siang Sucu menoleh kemedan pertempuran kemudian berkata.
"Sahabatmu sudah kalah."
Ho Hay Hong berpaling benar saja. Orang aneh berbaju kelabu itu mundur terhuyung-huyung, sedang orang tua berjubah kuning yang hidungnya bengkung terus maju mendesak dengan serangannya yang hebat. Orang tua rambut putih agaknya tidak dapat menahan kesabarannya, ia maju menghampiri dan be diri berhadapan dengan orang tua hidung bengkung.
Orang tua hidung bengkung itu sedang minta keterangan asal usul lawannya, tiba-tiba tampak orang tua berambut putih berdiri hadapannya, wajahnya yang keriputan dan rambutnya yang putih bagaikan perak, seketika mengingatkan kepada diri seseorang, maka lantas berkata:
"Kau adalah kakek penjinak Garuda, kau masih hidup ?"
Ho Hay Hong terkejut dan girang, ia telah mendapat kepastian bahwa orang tua rambut putih itu benar adalah si kakek penjinak Garuda, Dengan demikian, usahanya mencari orang tua itu ternyata tidak cuma-cuma.
Begitu nama kakek penjinak Garuda itu keluar dari mulut orang tua hidung bengkung, semua orang yang ada disitu membuka mata mereka lebar-lebar, memandang sikakek tanpa berkedip. Mereka sungguh tidak menduga bahwa tokoh rimba persilatan yang namanya pernah menggemparkan dunia Kangouw selama beberapa puluh tahun, kini telah muncul lagi !
"Kau mengaco, kakek penjinak garuda sudah lama mati !" demikian orang tua rambut putih itu membentak dengan suara keras dan wajah bengis.
Orang tua hidung bengkung itu lama berdiri tertegun, setelah menekan kegoncangan hatinya baru berkata:
"Kalau kau benar adalah si kakek penjinak garuda, itulah paling baik. Sudah beberapa puluh tahun aku tidak menemukan tandingan, tulang-tulangku rasanya sudah kaku dan sekarang bolehlah coba-coba mengadu kekuatan denganku !"
Setelah itu ia perintahkan anak buahnya supaya semua mundur.
"Lam-kiang Tay bong, kau juga terhitung seorang ternama, biarlah aku mengalah dan memberi kesempatan padamu untuk menyerang dulu sampai tiga jurus!" berkata orang tua rambut putih itu singkat.
Lam kiang Tay bong tidak marah, sebab orang dari tingkatan tua ini, ketika ia baru belajar ilmu silat, nama orang tua itu sudah kesohor lama, dan ilmu silat ciptaannya yang dinamakan Lima Jurus Gerak Burung Garuda Sakti, sesungguhnya sangat luar biasa.
Dalam kalangan Kang ouw tidak pernah menemukan tandingan. Kalau orang tua itu memberikan kesempatan padanya menyerang lebih dulu tiga jurus, sedikitpun tidak berlebih-lebihan. maka ia hanya menganggukkan kepala sambil mengerahkan seluruh kekuatannya, supaya jangan sampai kehilangan muka.
Dua jago kenamaan dalam rimba persilatan, kini berhadapan sebagai musuh. Dapat dibayangan, hebatnya pertempuran yang akan berlangsung nanti.
Orang masih belum tahu bagaimana dimulainya, mereka hanya mendengar suara saling membentak, kemudian disusul oleh suara hebat, tetapi dimedan pertempuran tidak tertampak bayangan mereka berdua.
Semua orang yang ada disitu terheran-heran. Hampir dalam hati setiap orang di hadapkan pertanyaan, apakah demikian caranya bertempur orang-orang kuat kelas tinggi. Entah siapa yang mengeluarkan teriakan.
"Aaa diatas."
Begitu mendengar suara itu, semua mata lantas ditujukan keatas. Benar saja, ditengah udara tampak oleh mereka si Kakek penjinak garuda bersama Lam kiang Tay bong sedang berpegangan tangan, jidat mereka penuh keringat, tapi mata mereka dipejamkan, Dan keduanya berhenti mengapung ditengah udara.
Pemandangan ini merupakan suatu pemandangan aneh untuk mereka.
Ho Hay Hong yang berkepandaian agak tinggi dan lebih banyak pengetahuannya tentang ilmu silat, pasang mata benar-benar memperhatikan keadaan dua orang itu.
Ternyata dua orang tua itu meski mengapung ditengah udara dan bertempur dengan mengadu kekuatan tenaga dalam, tetapi kaki mereka selalu bergerak.
Barulah ia sadar bahwa kedua orang tua itu bukannya pandai ilmu terbang, melainkan menggunakan kekuatan sepasang kaki masing-masing untuk mempertahankan badan mereka supaya jangan meluncur turun. Kepandaian semacam ini merupakan suatu ilmu meringankan tubuh yang sudah tidak ada taranya.
Sementara itu Lam kiang Tay bong mendadak melayang turun, kemudian disusul oleh si Kakek rambut putih.
Lam kiang Tay bong menundukkan kepala. Sikapnya yang Jumawa tadi kini lenyap bagaikan asap tertiup angin. Wajahnya pucat pasi, semangat sudah runtuh.
"Lam kiang Tay bong, kalah atau menang adalah soal biasa, kau harus menginsyafi hal ini." berkata si kakek rambut putih.
Lam kiang Tay-bong diam saja, Sesaat itu ia seperti lebih tua beberapa puluh tahun
Hingga saat itu anak buahnya masih belum mengerti betul bagaimana sang pemimpin dikalahkan, perasaan curiga mendadak timbul dalam hati mereka masing-masing.
Ho Hay Hong agaknya dapat menyelami pikiran mereka, maka lantas berkata:
"Lam kiang Tay bong sudah kalah."
Mendengar perkataan itu, beberapa puluh pasang mata ditujukan kepadanya. Mereka merasa heran mengapa pemuda itu berani berkata demikian.
Tang siang Su cu sangat marah, katanya gusar.
"Kau bangsat cilik ini, berani banyak mulut. Orang lain dapat mengampuni dosamu, tetapi aku tidak."
Sehabis berkata demikian, lalu melancarkan serangan dengan kedua tangan.
Tetapi dengan mudah, gadis kaki telanjang itu dapat menolak serangan hebat Tang siang Sucu.
"Budak hina, kau benar-benar berani melawan aku ?" berkata Tang siang Sucu gusar.
Wajah gadis itu berubah, dengan tiba-tiba tangannya bergerak lagi, sekaligus melontarkan tiga kali serangan.
Tang siang Sucu tidak sanggup perlahan-lahan kedudukannya, dengan beruntun mundur dua langkah, saat itu ia sudah marah benar-benar. Lalu ia mengeluarkan bentakan keras, sambil melakukan serangan pembalasan dengan menggunakan ilmunya Im yang khie kang.
Ilmu itu merupakan ilmu kepandaian simpanan Lam kiang Tay bong, yang tidak diturunkan kepada orang lain, kalau tidak orang yang terdekat. Orang yang tidak melihat hebatnya ilmu itu, begitu terkena serangannya, semua kepandaiannya akan musnah oleh hawa panas dan dingin yang terkandung dalam serangan itu, dan akhirnya binasa.
Tetapi gadis kaki telanjang yang sudah tinggi ilmu silatnya dan banyak pengetahuannya, dengan cepat melompat menyingkir hingga serangan Tang siang Sucu hanya mengenai sebuah pohon besar, yang roboh seketika.
Kakek berambut putih yang menyaksikan kejadian itu, tiba-tiba menghampiri. Tang siang Sucu masih belum tahu kedatangan orang tua itu. Bahunya sudah terpegang, bajunya robek terbeset.
Ho Hay Hong mendadak berseru kaget.
"Apa kau juga ada."
Kiranya dilengan tangan Tang siang sucu, juga terdapat tanda cacah seekor burung garuda, yang bentuk dan besar kecilnya mirip benar dengan tanda pada dirinya.
Orang tua rambut putih itu ketika menyaksikan tanda cacahan itu, wajahnya mendadak berubah, katanya dengan suara bengis:
"Jahanam, kau juga seorang anak haram." jari tangannya bergerak, kulit dilengan Tang siang Sucu terkupas, hingga tanda gambar burung garuda itu lantas lenyap, hanya tinggal darah yang membasahi lengannya.
Perbuatan itu dilakukan dengan cepat sekali, maka Tang siang Sucu sedikitpun tidak dapat melawan. Ia meraba sakit dan marah, mulutnya mengeluarkan kata-kata keras:
"Tua bangka, kau telah menghapus tanda asal-usul diriku, aku yang sebatang kara tanpa sanak tanpa kadang, semua adalah perbuatanmu, satu hari kelak, aku akan suruh kau mengucurkan darah dihadapan mataku."
"Anak haram, sekalipun tandamu itu masih ada, dalam hidupmu ini juga jangan harap dapat menemukan ayah bundamu!" berkata si Kakek.
Ho Hay Hong maju menghampiri, menatap si Kakek dengan sinar mata dingin, kemudian berkata sambil tertawa mengejek:
"Kakek penjinak garuda, apa arti ucapanmu itu?"
Mata si Kakek dialihkan kepada Ho Hay Hong, sinar mata yang dingin dan buas itu membuat Ho Hay Hong bergidik, tetapi luarnya Ia masih tetap berlaku tenang, katanya dengan suara dingin:
"Kau adalah seorang yang mempunyai reputasi baik, Berbicara harus jangan asal keluar dari mulut saja, jangan sampai menjadi buah tertawaan orang!"
Kakek itu semakin marah, dalam matanya, anak muda itu bagaikan duri, katanya gemas:
"Kau berdua ditakdirkan sebagai anak yang bernasib malang, seharusnya kuhabiskan jiwa kamu, tetapi mengingat."
Tiba-tiba ia menutup mulut, matanya yang bersinar buas menatap wajah mereka berdua, wajahnya menunjukan sikap berduka, katanya pula sambil menghela napas perlahan:
"Yah ini adalah takdir, siapa suruh aku beradat aneh, tidak berprikemanusian?"
Mata gadis kaki telanjang itu menatap Ho Hay Hong beradu dengan mata yang jernih tadi, agaknya mengandung perasaan menghina. Maka seketika itu ia lantas naik darah.
Dalam hatinya berpikir: "kalau aku benar-benar anak haram, apakah dosanya" Apakah anak haram harus dihina."
Hatinya mendadak merasa pilu, ia merasa simpati terhadap Tang siang Sucu yang bernasib serupa dengannya.
Ia merobek baju bagian lengan tangannya, diperlihatkan tanda cacahan burung garuda itu kepada Tang siang Sucu, kemudian, berkata dengan suara sedih:
"Ho Hay Thian, kau bernama Ho Hay Thian, dan aku bernama Ho Hay Hong. Muka kita mirip sekali, nama kita juga hanya terpaut satu huruf. Kita sama-sama mempunyai tanda cacahan burung garuda dilengan kita, tanda ini sudah ada sejak aku dilahirkan, aku pikir, kita berdua pasti mempunyai hubungan erat."
Tang siang Sucu terheran-heran, ia berkata.
"Ya, benar. Hal ini jelas bukan suatu hal yang kebetulan."
Matanya ditujukan kepada Ho Hay Hong dengan perasaan menyayang.
Kakek rambut putih tidak menghiraukan, mengajak orang aneh berbaju kelabu dan gadis kaki telanjang berlalu.
Sewaktu hendak meninggalkan tempat itu, gadis kaki telanjang tiba-tiba melemparkan segumpal kertas kepada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong menyambuti gumpalan kertas itu dengan hati bingung dan duka, dari jauh terdengar suara Kakek berambut putih:
"Kau berdua barulah anakku, ow, apakah luka mu parah" Lam kiang Tay-bong tadi kena kuhajar, meskipun tidak terluka, tetapi nama baiknya sudah runtuh, kali ini aku tentu merasa puas"
Ho Hay Hong mengingat kepada tugasnya sendiri. ia segera mendapatkan suatu pikiran, ia membiarkan si kakek tua itu pergi karena ia pikir masih ada seekor burung garuda yang berada dalam sangkar gedung Cie lui Kiam kek, burung itu mungkin dapat di gunakan untuk menyelidiki sarang kakek itu.
Dari jauh tampak sinar api, anak buah golongan Lempar batu yang sejak tadi hampir terlupakan, kini mendadak berseru dengan bersemangat, bahwa pangcu mereka telah tiba.
-ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 10
Jilid 10 HO HAY HONG membuka gumpalan surat yang diberikan oleh gadis kaki telanjang tadi dan dibacanya.
Diatas kertas itu terdapat tulisan yang berbunyi: "Ingat, besok senja bertemu ditepi danau Liok-ing ouw, jangan salah!"
Tiada tanda tangan, hanya terdapat tulisan awan putih, ditengah tengah awan ada tangkai bunga teratai yang hendak mekar, ia pikir tanda itu mungkin adalah nama gelarnya In Tiong Lian, yang berarti bunga teratai ditengah awan.
Dari sepotong kertas kecil itu, ia seolah-olah dapat mencium bau harum yang khas dari tubuh itu, semangatnya terbangun seketika Dalam kertas itu meskipun tidak terdapat pernyataan apa-apa, tetapi dari kata-katanya yang terakhir, menunjukkan betapa besar perhatiannya terhadap dirinya.
Ia tidak mengharapkan apa-apa, hanya menginginkan supaya gadis itu tidak menunjukkan sikap menghina, itu saja sudah cukup!
Tak lama kemudian, Chim kiam sianseng datang bersama tiga kacungnya berpakaian merah dan empat laki laki tua berkumis pendek.
Kali ini Chim Kiam sianseng berpakaian ringkas warna hijau tua, dibagian atas di tutup oleh mantel berbulu harimau, nampaknya sangat gagah.
Ho Hay Hong menyambut dengan menganggukkan kepala, Chim Kiam sianseng baru menjawabnya: "Ho siauhiap, lama kita tidak berjumpa."
Melihat sikapnya yang sangat sopan, Ho Hay Hong merasa tidak enak berlaku kasar. Ia minggir, memberikan kesempatan anak buah golongan lempar batu untuk memberi hormat kepada pemimpinnya.
Chim Kiam sian seng segera melihat Lam-kiang Tay bong sedang berdiri tidak jauh dari situ sambil mendongakkan kepala melihat rembulan.
Sejenak ia seperti terkejut, tetapi tidak dikentarakan. Sambil tertawa ia berkata :
"Kiranya Lam-Kiam loya juga ada disini. Selamat bertemu !"
Kecuali jago tua itu, ia juga melihat Tang Siang Sucu, Empat bintang dan delapan pengawal juga berada disitu. Diam-diam ia merasa heran. Hanya sejenak ia mengawasi keadaan tempat itu, lalu menemukan mayat Srigala kuning Hek tek yang mati terkapar.
Ia diam saja, hanya mukanya nampak guram, dengan sinar matanya yang tajam memandang Lam kiang Tay bong.
Tang siang Sucu agaknya dapat menebak pikiran Chim Kiam sianseng, maka ia lantas berkata:
"Pangcu jangan salah paham, orang ini mati terbunuh oleh orangnya kakek penjinak garuda!"
Terkejut Chim Kiam sianseng mendengar keterangan itu.
"Aku dengan kakek penjinak garuda selamanya tidak pernah bermusuhan, apa sebab orangnya kakek penjinak garuda membunuh mati orangku" Tahukah saudara sebab musababnya ?"
"Aku tidak tahu, tanyalah sendiri kepada kakek penjinak garuda!"
Mata Chim Kiam sianseng beralih kepada semua anak buahnya, orang-orang itu pada menundukkan kepala, tidak berani bicara. Karena ketika mereka tiba ditempat itu Hek Tek sudah mati.
Kini mata Chim Kiam sianseng ditujukan kepada Ho Hay Hong katanya:
"Menurut apa yang kutahu, kepandaian ilmu silat siauhiap yang berasal dari kakek penjinak Garuda, sudah tentu ada hubungan dengannya. Bolehkah aku ingin menanya, dengan cara bagaimana ketua cabang Hak ek ini terbinasa ditangan orang kakek itu?"
"Kau salah, si kakek penjinak garuda sedikitpun tidak ada hubungannya denganku!" jawab Ho Hay Hong.
Ia teringat ucapan keji kakek itu, hatinya sangat mendongkol, maka lantas berkata: "Aku hanya tahu si kakek penjinak Garuda itu masih hidup, sekarang berdiam dalam kampung setan. Kau boleh mencari dia sendiri untuk menanyakan."
Matanya mendadak tertuju kepada gagang pedang yang tergantung dipundak kiri Chim Kiam sianseng, ia segera dapat mengenali bahwa pedang model kuno itu adalah pedang pusaka garuda sakti.
"Kalau begitu, aku harus pergi sendiri kekampung setan untuk menjumpai dia," berkata Chim Kiam sianseng.
"Chim Kiam sianseng, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu," berkata Ho Hay Hong "tentang kematian kakek hidung Merah, kau sudah berhasil mengetahui sebab musababnya atau belum" Jikalau belum, aku ingin menyumbang suatu pikiran, tetapi kau harus pegang janjimu, untuk mengembalikan pedang itu!"
"Itu baik, katakanlah!"
"Kakek hidung merah dan lain-lain telah di adu dombakan oleh kakek penjinak garuda, mereka baku hantam sendiri sehingga masing-masing menemui ajalnya. Kalau kau pergi kekampung setan, tanyakan sekalian, tetapi pedang pusakaku harus kau kembalikan padaku sekarang!"
Chim Kiam sianseng terperanjat. "Benarkah keteranganmu ini?"
"Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Kau harus tahu bahwa kakek penjinak garuda itu bukan orang baik, Kakek hidung merah meskipun tidak binasa ditangannya, tetapi secara tidak langsung, kematiannya itu disebabkan oleh perbuatannya. Pendek kata, dikemudian hari pasti akan menjadi terang, lekas kembalikan pedang pusakaku!"
Ho Hay Hong mengeluarkan tangannya, matanya menatap wajah pemimpin itu, apabila pemimpin itu mencoba hendak mengingkari janjinya, ia segera turun tangan untuk merampasnya.
Chim Kiam sianseng menggeleng-gelengkan kepala kemudian berkata:
"Aku kira urusan ini terlalu ruwet, susah untuk memberi ketetapan. Atas bantuan pikiran siauhiap, sudah tentu aku ucapan banyak terima kasih, tetapi sekarang ini masih belum bisa membalikkan pedangmu. Hm siauhiap maafkan."
Ho Hay Hong tertawa dingin, dengan tiba tiba melakukan serangan, suatu kekuatan yang sangat kuat menekan pundak kiri Chim Kiam sianseng, serangan itu mengandung hawa Khiekang.
Dengan mudah serangan itu dapat dielakkan oleh Chim Kiam sianseng, Ho Hay Hong menggunakan lagi ilmunya dari Kun hay sam kay, tangannya dengan cepat menyambarnya.
Urusannya itu semata-mata ditujukan kepada gagang pedang yang berada dipundak Chim Kiam sianseng.
Chim Kim sianseng dengan badan atas masih tetap, hanya kakinya bergerak, berhasil menggagalkan maksud Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu lawannya itu sebagai satu pemimpin partay persilatan, tidak dapat dipandang remeh, buru-buru merubah pula gerakannya, kali ini menggunakan ilmu totokan, menotok jalan darah Khie hay hiat lawannya.
Tetapi, sebelum totokannya berhasil mengenai sasarannya, pundak sendiri dirasakan sakit, hampir saja ia menjerit.
Tak lama kemudian, tangan kuat Chim kiam sianseng disodorkan dihadapan matanya, ia buru-buru miringkan kepalanya kekiri, meskipun terlepas dari ancaman tangan lawannya, tetapi tidak berhasil mengelakkan serangan yang ditujukan kepada samping badannya.
Tidak ampun lagi, baju bagian lengan tangannya kejambret. dagingnya mengelupas.
Ho Hay Hong menggeram, buru-buru lompat mundur.
Chim Kiam sianseng menghentikan gerakannya, matanya ditujukan kepada cacah garuda hitam dilengan Ho Hay Hong. tanda itu membuatnya tertegun dan terheran-heran.
Lama, ia baru berbicara lagi:
"Tanda ini mengingatkan aku kepada kisah dari satu jago silat yang sangat drastis. Saudara Ho, dihadapan orang jujur, tak perlu kau membohong. Kau sebetulnya masih pernah apa dengan Kakek penjinak garuda. Mengapa pula kau tadi menjelekkan namanya."
Dengan menekan hawa amarahnya, Ho Hay Hong balasnya:
"Menurut pandanganmu, tanda garuda hitam ini sebetulnya untuk tanda apa?"
"Tanda garuda hitam ini adalah tanda gambar tunggal si Kakek penjinak garuda, sudah jelas kau adalah orang paling dekat dengannya."
Mendengar perkataan paling dekat, wajah Ho Hay Hong berubah seketika, ia berkata dengan suara gusar:
"Aku tidak suka menjadi kerabatnya, apalagi orang yang paling dekat. Sekalipun ia seorang paling kuat dalam dunia, aku juga ingin mencoba kekuatannya."
Chim Kiam sianseng membuka lebar matanya ia tidak mengerti ada permusuhan apa antara anak muda itu dengan sikakek penjinak garuda, maka setelah berdiam sejenak, akhirnya berkata:
"Tanda gambar garuda hitam ini berada dilenganmu. kalau sejak kecil kau sudah ada tanda itu, sudah pasti kau adalah anaknya, atau setidak tidaknya adalah muridnya yang tersayang. Jikalau tidak, tanda kehormatan ini tidak mungkin ia berikan kepada orang lain cuma-cuma."
Ho Hay Hong marah mendadak, dalam hatinya berpikir: "Kalau aku benar anaknya mengapa ia katakan aku anak haram?"
"Begini saja." demikian Ia berkata, "untuk sementara kau juga tidak perlu mengembalikan pedangku, tetapi kau harus berjanji jika pergi bersama-sama aku kekampung setan. Kalau kakek hidung merah benar mati karena perbuatan si kakek penjinak garuda, kau harus segera mengembalikan pedangku jikalau tidak, ini adalah urusanku dengan si kakek penjinak garuda sendiri, kau juga tidak perlu campur tangan, biarlah aku sendiri yang bikin perhitungan dengannya."
Chim Kiam sianseng berpikir dahulu kemudian baru menjawab.
"Begitupun baik. kau ternyata mengerti aturan. Karena kau memberi keterangan tentang kematian kakek hidung merah, sebagai balasan terima kasihku, akan akan menceritakan kisah yang menyangkut dengan burung garuda hitam itu, kisah ini juga ada hubungannya dengan menghilangnya si Kakek penjinak burung garuda dari dunia Kang ouw, selain dari itu, juga menyangkut urusan pribadinya dan perkawinannya serta perbuatan gilanya."
Ho Hay Hong sangat tertarik, ia diam saja, mendengarkan penuturan kisah yang mungkin ada hubungannya dengan riwayat dirinya sendiri.
Dilain fihak. Tang Sang Sucu agaknya juga merasa tertarik oleh keterangan Chim Kiam sianseng, ia mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kisah ini adalah salah satu sahabatku dari luar daerah perbatasan yang menceritakan kepadaku." demikian Chim Kiam sian-seng memulai ceritanya, "sahabatnya itu kini sudah tiada, jenazahnya di kubur jauh dari tempat ini. Kau boleh memperhatikan jalannya kisah, coba kau renungkan dengan pikiran jernih, tetapi tidak boleh menanya. Hal ini aku jelaskan dulu, supaya kau jangan mengganggunya penuturanku."
"Aku tahu." menjawab Ho Hay Hong.
"Delapan puluh tahun berselang. Kakek penjinak garuda itu adalah seorang tukang pikul air. Dengan mengandalkan kedua pundaknya dan sepasang pahanya yang kuat, ia berjalan kesana kemari, dengan pikulan air yang berada dikedua pundaknya, ia tukarkan uang, sekedar untuk menyambung hidupnya.
Dia tidak beruang juga tidak mempunyai sanak saudara, hidup membujang seorang diri. Maka kalau lagi mendapat banyak uang, lantas ia pergi minum arak sampai mabuk. Oleh karena itu, maka orang-orang pada jamannya memberikan nama julukan kakek pemabukan."
Ho Hay Hong tiba-tiba menyala.
"Aku tidak percaya kakek penjinak garuda pada delapan puluh tahun berselang sudah disebut kakek !"
"Bukan itu masalahnya, kakek penjinak garuda itu pada delapan puluh tahun berselang meskipun baru berusia kira kira tiga puluh tahun, tetapi karena hidupnya susah dan banyak menderita serta tidak teratur hidupnya maka kumis dan jenggotnya sudah lebat seperti lebih tua dua kali dari usianya yang sebenarnya.
Pada suatu hari, ketika si kakek penjinak garuda sedang memikul air, telah dipanggil oleh orang penduduk baru dari daerah itu. Karena daerah itu memang merupakan daerah kering lagi pula letaknya agak jauh dengan kota.
Penduduk baru itu minta kakek penjinak garuda membawa air dalam jumlah tertentu setiap hari. Semula kakek penjinak garuda agak keberatan, karena letaknya agak jauh, lagipula setiap hari mundar mandir beberapa kali.
Tetapi karena tertarik oleh jumlah uangnya yang besar, ia terima juga tawaran itu. Demikianlah ia memikul dan mengambil air untuk keluarga penduduk baru itu untuk setiap harinya. Tetapi ketika sudah berjalan beberapa hari dan ia hendak meminta upahnya, orang itu ternyata tidak mau bayar.
Timbullah percekcokan mulut, tapi akhirnya si kakek penjinak garuda malah dihajar oleh mereka. Kemudian ia baru tahu bahwa penduduk baru itu ternyata keluarga jagoan, hampir setiap orang pandai ilmu silat, ia sendiri meskipun bertenaga kuat, tetap karena tidak pandai ilmu silat, akhirnya dikalahkan.
"Peristiwa itu membangkitkan hasratnya untuk mencari guru silat, supaya lain kali jangan dihinakan orang lagi. Demikianlah ia meninggalkan penghidupannya, pergi melakukan perjalanan kegunungan Kat nia.
"Gunung itu sangat tinggi, daerahnya sangat luas, kakek penjinak garuda yang mendaki gunung itu mula-mula tidak mengalami kesukaran apa-apa, tetapi kemudian mendapat kesulitan, karena sudah beberapa hari tidak mendapatkan barang makanan.
"Ia mulai putus asa, selagi hendak membunuh diri sendiri, matanya tiba-tiba tertumbuk oleh seekor burung besar, yang sudah habis bulunya, sehingga tak bisa terbang, dan sembunyikan diri dalam tumpukan daun-daun kering.
"Burung itu ternyata amat berbeda jauh dengan burung biasa. Badannya luar biasa besarnya, gemuk padat, hanya bulu-bulu dibadannya sudah rontok, sehingga menjadi gundul kelimis. Tetapi parah dan kukunya tajam sekali, matanya merah membara.
"Kakek penjinak garuda yang sudah kelaparan, terus menangkapnya, dipikirnya burung besar itu dapat digunakan untuk barang santapan beberapa hari lamanya. Tetapi setelah hendak menyembelihnya, mendadak maksudnya diurungkan, karena kakek yang selamanya belum pernah membunuh barang berjiwa itu. merasa kasihan hingga akhirnya ia melepaskan lagi.
Tetapi aneh, burung itu setelah dibebaskan, bukan saja tidak melarikan diri, sebaliknya lantas berlutut dihadapan kakek penjinak garuda sambil meringik ringik. Sikakek mengerti bahwa burung itu sudah kelaparan. Lalu diambinya suatu keputusan luar biasa, mengiris sepotong daging pahanya sendiri dan diberikannya kepada burung itu."
Ho Hay Hong membuka lebar matanya dan menyela:
"Apakah itu benar ?"
Chim-kiam sian seng mendelikan matanya dan berkata:
"Aku tadi sudah jelaskan lebih dulu, kau tidak boleh mengajukan pertanyaan, maafkan aku tidak dapat menjawab!"
"Kalau begitu, teruskanlah!"
"Burung itu merasa heran, tetapi akhirnya dimakannya juga. daging potongan paha itu. Mungkin karena sudah beberapa hari tidak makan, apalagi waktu itu hawa udara sangat dingin, hingga kelihatannya lesu. Setelah dahar daging, semangatnya terbangun, badannya nampak segar, namun demikian, matanya nampak mengembang air mata, mungkin merasa terharu atas pengorbanan kakek penjinak garuda itu."
"Burung itu setelah pulih kesehatannya, lalu pergi mencari makanan, hasilnya dibagi dua dengan sikakek penjinak garuda. Dengan demikian, kakek itu dan memulai penghidupannya dengan binatang burung itu.
"Tiga bulan kemudian, musim dingin berganti dengan musim semi, bulu burung yang pada gundul itu sudah tumbuh lagi. Kakek penjinak garuda saat itu baru tahu bahwa bulu-bulu burung itu seluruhnya berwarna hitam jengat tidak tercampur warna lain.
"Mulai saat itu. diantara dua makhluk itu telah terjalin persahabatan akrab, meski pun bahasa mereka berlainan, tetapi karena burung itu sangat cerdik, gampang mengerti maksud sikakek yang berbicara padanya dengan menggunakan gerakan tangan.
"Pada suatu hari, burung raksasa itu menggendong si kakek terbang kepuncak gunung yang belum pernah diinjak oleh si Kakek itu. Berada diatas burung itu saja, ia sudah ketakutan setengah mati.
"Burung itu membawanya kedalam gua bekas kediaman seorang jago silat luar biasa yang waktu itu sudah meninggal dunia. Menyaksikan keadaan dan perlengkapan dalam goha itu. bukan kepalang kagetnya si Kakek penjinak garuda.
"Akhirnya, matanya tertumbuk oleh satu tengkorak manusia yang besar sekali, yang berbeda dengan manusia biasa. Diatas dinding batu, belakang tengkorak itu, tergantung sembilan pedang pusaka yang diawaknya terdapat ukiran huruf pedang pusaka garuda sakti.
"Ia menduga bahwa tengkorak itu pasti adalah tengkoraknya seorang berkepandaian tinggi dimasa dahulu, maka Ia berlutut dihadapannya.
"Diluar dugaannya, ketika ia menjatuhkan diri dihadapan tengkorak itu telah menyentuh pesawat dalam gua itu, hingga terdengar suara "ser, ser, ser" yang amat halus, dari berbagai penjuru beterbangan jarum-jarum halus.
"Hampir saja kakek yang tidak mengerti apa-apa itu binasa karena jarum itu, untung burung garuda itu dengan kecepatan luar biasa, telah menjambret dirinya dan mengangkatnya terbang.
"Setelah terjadinya kejadian Itu, ia tidak berani mendekati tengkorak itu lagi. Dengan satu gerakan tangan ia suruh burung raksasa itu membawanya turun gunung lagi. Tetapi burung yang sangat cerdik yang biasanya sangat menurut itu, mendadak berubah kelakuannya, bukan saja tidak mau menurut, bahkan mau meninggalkannya sendirian."
"Sikakek sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Terpaksa dengan sangat hati hati mencari jalan keluar sendiri. Gua itu ternyata sangat dalam, ia berjalan hampir setengah hari baru menemukan mulut gua, tetapi ia sangat kecewa, karena mulut gua itu berada disuatu tebing yang sangat tinggi. Akan keluar dari guha itu, sudah Jangan harap lagi !
"Dalam keadaan demikian, terpaksa ia menyerahkan nasibnya kepada Tuhan dan mau tidak mau ia harus berdiam dalam gua itu. Untung setiap hari dimulut gua itu selalu ada yang mengantar barang hidangan, sehingga ia tidak sampai mati kelaparan, Ia mengerti bahwa semua makanan itu adalah burung raksasa itu berbuat demikian" Mengapa menempatkan dirinya dalam gua diatas gunung yang sangat tinggi itu?"
"Beberapa hari kemudian, ia mulai betah berdiam dalam gua itu, tetapi perlahan-lahan juga ingat kepada burung yang menjadi kawan selama ia berada didalam gunung itu. tetapi, selama itu si burung belum pernah memperlihatkan diri, agaknya sengaja tidak mau menemui.
"Perlahan-lahan ia mulai tertarik oleh sikap aneh burung itu, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk menyelidiki keadaan dalam gua.
"Dari sela-sela dinding ia menemukan sejilid kitab tebal yang terbuat dari kulit kambing. Kitab itu lembab, hingga ia menyalakan api untuk mengeringkan. Setelah kering, tampaklah beberapa huruf besar diatas kitab
"Menurut petunjuk dalam kitab itu, telah menemukan beberapa jilid kitab ilmu silat luar biasa seperti, ilmu silat Khun hap sam kay dan lain-lainnya. Ia kegirangan. Di pelajarinya sendiri semua pelajaran ilmu silat itu. sehingga lupa makan dan tidur. Dalam waktu satu tahun, ia sudah mendapat banyak kemajuan.
"Selama satu tahun itu, burung raksasa itu pernah menemuinya dua kali, tetapi lantas pergi lagi. Dari sikap burung itu, ia mengerti bahwa burung itu nampaknya sangat girang bahwa ia mendapat banyak kemajuan dalam pelajaran ilmu silatnya.
"Setelah ia menyelesaikan seluruh pelajaran dalam ilmunya gerakan garuda sakti yang terdiri dari lima jurus, mulutnya mengeluarkan suara siulan panjang, suara itu ternyata demikian hebat, hingga menggetarkan gua.
"Suara yang menggema sekian lama itu telah mengejutkan burung raksasa, buru-buru terbang menghampiri kali ini bahkan datang bersama-sama seekor burung betina yang berbulu putih mulus dengan tujuh ekor anak-anaknya. Ternyata selama satu tahun itu, burung raksasa itu telah bertemu kembali dengan kawan hidupnya dan waktu itu sudah beranak tujuh ekor.
"Apa yang mengherankan si kakek penjinak garuda, adalah sikapnya burung raksasa itu yang pada saat itu nampak sangat berduka, bahkan mengalirkan air mata. Mungkin ia mengerti bahwa itulah saatnya bagi mereka harus berpisah.
"Karena pada waktu itu si kakek penjinak garuda memang sudah niat hendak turun gunung.
"Sewaktu si kakek meninggalkan gua, burung raksasa itu bersama tujuh anaknya burung yang sudah mulai besar-besar mengikutinya, sedang ia sendiri bersama yang betina tetap berdiam digunung itu"
Menuturkan sampai disitu, Chim Kiam sian seng melirik kepada Lam kiang Tay bong. Jago tua itu ternyata sedang mengawasi dirinya dengan sinar mata tajam.
Dengan sikap sangat hati-hati, Chim Kiam sianseng memperhatikan Lam kiang Tay bong, kemudian baru melanjutkan penuturannya:
"Dengan bekal kepandaian yang didapatkan dan kitab pelajaran ilmu silat peninggalan jago silat luar biasa jaman dahulu itu, si kakek penjinak garuda mulai terjun kedunia Kang ouw. Ia melakukan banyak perbuatan mulia, membela keadilan, dalam waktu sangat singkat, namanya sudah menggemparkan dunia Kang ouw.
"Selama itu belum pernah ia menemukan tandingan. Dalam waktu beberapa tahun, ia sudah berhasil menempati kedudukan paling atas dan menjatuhkan tiga jago daerah Tionggoan diwaktu itu.
"Dalam waktu satu bulan lagi, ia telah mengalahkan Pak hak Tay yo, Lam kie Gwat cu dan Tayang Sin kun, tiga iblis yang namanya sangat terkenal didaerah Tiong goan. Kematian Thay ang Sin kun yang paling mengenaskan, dadanya terhembus oleh pedang terbang.
"Hanya Lam kie Gwat cu yang berhasil melarikan diri dalam keadaan terluka, Pak hay Tay yo ia terluka parah, beberapa tahun kemudian juga mati. ."
Bicara sampai di situ, tiba-tiba dipotong oleh Lam kiang Tay bong dengan mata besar dan suara bengis:
"Hm, ilmu pedang terbang belum tentu menjagai dunia, aku yakin masih bisa menghadapinya !"
"Tentu saja, cianpwee adalah salah satu dari lima manusia luar biasa" berkata Chim kiam sianseng. Tetapi belum sempat melanjutkan, kumis dan jenggot Lam kiang Tay-bong nampak berdiri, dan menyerang padanya tiba-tiba.
Serangan yang dilakukan seenaknya dan nampaknya tanpa bertenaga telah bersarang telak membuat Chim kiam sianseng mundur terhuyung-huyung.
Chim Kiam sianseng tak dapat menahan sabarnya lagi, ia berkata dengan suara gusar.
"Lam kie Gwat cu, sekalipun kau coba menutup rapat-rapat rahasiamu, jangan kira tidak ada orang yang tahu. Aku adalah salah satu dari orang-orang yang mengetahui rahasiamu. Hm, sahabatku itu ketika hendak menutup mata, telah menceritakan semua rahasiamu. Jangan kau anggap bahwa kepandaianmu sudah tinggi, namamu dahulu dibenci oleh orang banyak, tetapi kalau bertanding benar-benar aku sedikitpun tidak takut pada mu!"
Semua orang yang ada disitu menjadi gempar ketika mendengar perkataan itu. tak disangka bahwa Lam kiang Tay bong ini adalah penggantinya Lam kie Gwat cu, yang pada beberapa puluh tahun berselang namanya pernah menggemparkan dunia persilatan.
Wajah Lam kiang Tay bong berubah seketika, katanya gusar.
"Chim Kiam, kau boleh ukur tanganmu sendiri, sanggup tidak melawan aku tiga jurus saja ?"
Chim kiam sianseng setapakpun tidak mau mundur, ia berkata dengan suara nyaring:
"Hah, kau jangan coba menggertak aku. Kalau aku takut padamu, juga tidak akan berani membuka rahasia kejahatanmu. Heh heh Lam kie Gwat cu. tak kusangka kau telah terkena pedang terbang si kakek penjinak garuda, masih bisa hidup sehingga sekarang, benar-benar panjang umurmu."
Lam kiang Tay bong semakin marah, kakinya bergerak dengan kecepatan bagaikan kilat menghampiri Chim kiam sian seng.
Chim kiam sianseng yang sudah siap, segera ia lompat melesat setinggi lima tombak lebih. ditengah udara ia berkata lalu tertawa.
"Ha ha Lam kie Gwat cu, apakah kau hendak membunuh aku supaya rahasiamu tidak ada orang yang tahu ?"
Dengan muka beringas Lam kiang Tay bong mengawasi semua orang yang ada disitu sejenak kemudian berkata:
"Kalau ya kau mau apa" Apa kau kira aku takut menghadapi golongan Lempar batu."
Dengan tangan terbuka ia melancarkan serangan keras, memaksa Chim kiam sianseng turun kebawah. Tang siang Sucu dengan cepat ia maju dan menyerang, demikian hingga Chim kiam sianseng terpaksa lompat-lompat kekanan kekiri menghindarkan serangan Tang siang Sucu.
Dari pihaknya golongan Lempar batu lantas muncul empat laki-laki tua berpakaian ringkas, menahan Tang siang Sucu.
Chim Kiam sianseng lalu berkata dengan gemas:
"Lam kie Gwat cu, apakah kau sudah apa dengan lukamu"! Ilmu pedang terbang tu benar-benar luar biasa hebatnya, meskipun sudah beberapa puluh tahun, tetapi luka itu masih tetap menimbulkan rasa sakit pada dirimu. Ilmuku Khian khun Khie khang adalah suatu ilmu yang khusus untuk memecahkan ilmu Ceng khie yang melindungi badanmu. Meskipun kau memiliki kepandaian luar biasa, tapi kelemahanmu sudah ada ditanganku heh, heh, mudah-mudahan kita jangan sampai melakukan pertempuran mati-matian."
"Kau mengaco aku."
Chim Kiam sianseng melihat sikap Lam kiang Tay bong agak gugup. Ia telah yakin bahwa dugaannya tidak salah, maka lantas ia memotong perkataannya:
"Lam kie Gwat cu, apa yang harus kau sembunyikan" Luka didadamu belum sembuh, sebaiknya jangan marah-marah. Kalau mengganggu ilmumu, ini bukan main-main Aih sebetulnya kita tidak ada permusuhan apa-apa, mengapa harus mengadu jiwa?"
Ho Hay Hong heran, ia bertanya:
"Lam kiang Tay bong masih ada kelemahannya, bagai mana ia bisa menjagoi dunia Kang ouw?"
Chim Kiam sianseng pura-pura mendeliki matanya, katanya dengan nada kurang senang.
"Kau masih terlalu muda tahu apa" Kekuatan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat tinggi dengan mudah melindungi dirinya. Karena kepandaian ilmu silatnya sudah tiada orang yang mampu menandingi, maka tiada seorang pun yang berani mencoba melawan."
Ia berkata dengan suara nyaring, meski diucapkan kepada Ho Hay Hong, tetapi sebenarnya memberi peringatan kepada Lam kiang Tay bong, supaya jangan bertindak sembarangan. Katanya pula:
"Apa lagi, kelemahannya itu jarang orang yang tahu dan hanya orang yang bertemu dengannya, kebanyakan orang itu mati tanpa bersuara. Aku berani menghadapi dia, juga karena aku memiliki ilmu Khian khun khie khang, yang khusus untuk menghadapi ilmu itu. Ilmuku ini kudapatkan dari seorang jago silat luar perbatasan, hebatnya bukan main"
Ho Hay Hong masih belum mau percaya, tetapi ketika melirik kepada Lam kiang Tay bong, jago tua itu ternyata berdiri tertegun. maka Ia lantas menganggukkan kepala.
Chim Kiam sianseng juga merasa lega hati, ia berkata lagi sambil tertawa:
"Oh, ya, aku ingat sesuatu hal, belakangan ini dikalangan Kang ouw banyak bermunculan jago-jago muda, diantara mereka agaknya yang pandai ilmu pedang terbang, dan Ho siauhiap, juga terhitung salah satu diantaranya."
"Apakah kau pernah melihat ada orang lain yang pandai ilmu pedang terbang ?" bertanya Ho Hay Hong heran.
Ia sebetulnya hendak berkata bahwa dalam dunia dewasa ini, kecuali beberapa orang tingkatan tua dari partay Ngo bie pay. yang pandai ilmu itu. mana ada jago tingkatan muda yang pandai ilmu pedang terbang" Tetapi ia batalkan hendak mengutarakan maksudnya itu dan dengan cepat dirubahnya:
"Oh, aku mengerti, jago-jago tingkatan muda itu pasti murid murid dari golongan Ngo bie pay !"
Chim Kiam sian seng berkata sambil menggelengkan kepala:
"Kalau mereka dari golongan Ngo bi pay, sejak dahulu kala memang terkenal dengan ilmu pedangnya, siapa yang tidak tahu bahwa partay itu adalah sumbernya ilmu pedang terbang ?"
"Mendengar kata-katamu, orang yang kau maksudkan itu seolah-olah bukan orang dari Ngo bie pay ?".
"Memang bukan, kalau dia orang dari golongan Ngo bie-pay tidak mungkin mengejar-ngejar dan hendak membunuhnya empat tokoh persilatan yang terkenal sebagai tukang menangis !"
Ho Hay Hong sadar bahwa orang yang dimaksudkan itu adalah toa-suhengnya. Sungguh aneh, mengapa urusan itu sampai diketahui olehnya " ia ingin mengetahui lebih jauh, maka coba mengorek keterangannya:
"Chim Kiam sian seng, ucapan ini aku sedikitpun tidak mengerti, siapakah sebetulnya orang yang kau maksudkan itu ?"
"Caranya menggunakan ilmu pedang terbang orang itu, mirip dengan ilmu pedangmu, hanya ia lebih mahir daripada kau. Aku tidak kenal siapa dia, tetapi dengan keterangan ini, kau pasti lebih mengetahui lebih daripadaku."
Ho Hay Hong tertegun, ia menggumam. "Eh, orang itu ilmu pedangnya mirip denganku, memang aku pernah dengar dari beberapa orang yang mengatakan demikian, sungguh aku heran, kalau bukan hanya menuruni ilmu itu kepadaku seorang diri, siapakah sebetulnya dia itu ?"
Dengan penuh perhatian ia balas menanya Chim Kiam sianseng:
"Urusan ini sedikit banyak ada hubungannya dengan perguruanku, apakah kau tidak keberatan kalau menyebutkan namanya orang itu?"
"Ho siauhiap, kau benar-benar pandai berpura-pura." berkata Chim Kiam sianseng sambil tertawa dingin, tetapi kemudian dikejutkan oleh sikap jujur dan yang ditujukan oleh Ho Hay Hong. Sikap itu bukanlah sikapnya seorang yang berlaku pura pura, hingga dalam hati diam-diam merasa heran.
Pikirnya: "pemuda ini sifatnya aneh, kalau bukan seorang jujur, putih bersih, tentunya seorang cerdik dan banyak akal."
Pemimpin golongan lempar batu sudah banyak pengalaman dan pengetahuan ini, benar-benar dibingungkan oleh sikap Ho Hay Hong. Karena orang seperti ia itu paling susah dijajaki kepribadiannya.
Ho Hay Hong berkata sambil tersenyum.
"Chim Kiam sianseng, tentang perkawinan dan sebab musababnya kakek penjinak garuda itu menghilang dari dunia kang ouw, kau masih belum menceritakan padaku!"
"Di masa muda, kakek penjinak garuda penghidupannya sengsara, belum pernah memikirkan tentang rumah tangga. Setelah usianya lanjut dan memiliki kepandaian ilmu silat sangat tinggi, baru merasakan kesepian.
"Selama ia berdiam diatas gunung, hanya berkawan dengan burung garuda, dan dikalangan Kang ouw sering muncul bersama piaraannya tujuh ekor burung garuda, yang ternyata menurut segala perintahnya, maka kemudian orang-orang dunia kang ouw memberikan nama julukan padanya si kakek penjinak garuda.
"Beberapa puluh tahun berselang, ow. kalau dihitung kini barangkali sudah dua puluh tahun, tiba tiba ia mengeluarkan suara mencari seorang gadis yang dengan suka rela menjadi kawan hidupnya.
"Sebagai imbalan ia akan mewariskan seluruh kepandaiannya kepada kawan hidupnya itu. Hal ini membuat heran semua orang-orang rimba persilatan pada masa itu, dianggap mereka sebagai suatu kejadian aneh yang belum pernah ada
"Tetapi anehnya, walaupun usia kakek penjinak garuda itu meskipun sudah lebih seratus tahun, boleh dikata sudah mendekati liang kubur, diluar dugaan semua orang, ternyata masih ada seorang gadis yang naik ke-gunung menerima tawaran itu.
"Gadis itu berparas cantik, lagi pula pintar dan faham ilmu silat. Apa yang mengherankan ialah, gadis itu bahkan masih keturunan seorang tokoh persilatan yang namanya sangat terkenal."
Berkata sampai disitu, Chim Kiam sian-seng menggelengkan kepala dan menghela napas panjang, agaknya menyesalkan perbuatan gadis itu.
Ho Hay Hong lalu bertanya: "Siapa namanya tokoh persilatan terkenal itu, dimana tempat tinggalnya ?"
"Tentang tokoh itu, dalam rimba persilatan tiada seorangpun yang tidak kenal namanya. Dia adalah jago silat daerah utara yang namanya sangat kesohor It Jie Hui kiam Tang Hay Chiang."
"Bagaimana sikap Tang Hay Ciang terhadap perbuatan anaknya ?"
"Ia tidak menyatakan apa-apa !"


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Hay Hong masih hendak menanya tapi Chim Kiam sianseng sudah berkata lagi.
"Jangan menanya lagi, biarlah aku meneruskan ceritaku ! Akhirnya, si kakek penjinak garuda menerima gadis itu dengan dua tangan terbuka. Mulai hari itu, anak perempuan Tang Hay Chiang lantas hidup bersama-sama si kakek penjinak garuda, sebagai kawan dalam kesepiannya, tetapi ia sendiri juga mendapatkan seluruh kepandaian si kakek.
"Dimata umum, penghidupan mereka nampak rukun, seharusnya merupakan sepasang suami istri yang bahagia. Diluar dugaan, mereka hidup senang belum cukup satu tahun pasangan yang tidak setimpal itu sudah terjadi perubahan. Dalam waktu satu hari, kakek itu seolah-olah gila mendadak, membinasakan orang hutan yang menjaga kediamannya, membubarkan tujuh burung garudanya.
"Kemudian ia meninggalkan rumah tangganya, ini merupakan suatu tragedi yang tragis, ternyata anak perempuan Tang Hay Chiang sebelum menikah dengan si kakek penjinak garuda, telah ada kandungan dalam perutnya.
"Si Kakek penjinak garuda meski sudah lanjut usianya, tetapi cemburunya besar sekali, oleh karena merasa dirinya terhina, dan khawatir hal ini akan menodai nama baiknya, maka ia lantas pergi begitu saja, selanjutnya tidak muncul didunia kangouw lagi . . .
"Rahasia ini orang lain tidak tahu, entah dari mana sahabatku itu mengetahuinya. Kalau aku sekarang menceriterakan padamu, mungkin sangat berbahaya bagiku."
Nada Chim Kiam sianseng mendadak berubah, dengan sikap sungguh-sungguh ia bertanya:
"Terus terang saja, kau sebetulnya masih pernah apa dengan sikakek penjinak garuda Muridnya" Ataukah."
Ho Hay Hong mengeluh, pikirannya melayang jauh bahkan memikirkan kebagian yang paling buruk. Andaikata Dewi ular dari gunung Ho lan san itu adalah anak perempuannya Tang Hay Chiang, ia sendiri mungkin adalah anaknya yang didapatkan dari hubungan gelap dengan laki-laki lain.
Jikalau tidak, asal usul dirinya tidak merupakan teka-teki, dan sikakek penjinak garuda itu juga tidak akan mengatakan dirinya anak haram.
Dengan hati pilu ia menundukkan kepala, berusaha keras menenangkan pikirannya kalut, otaknya hampir pecah. Hatinya juga seperti ditusuk-tusuk jarum halus, demikian sakit ia rasakan, hingga hampir tidak sanggup berdiri.
Tiba-tiba ia kehilangan keberanian untuk menghadapi kenyataan, kenyataan memang kejam, hingga pikirannya ditujukan ketempat kosong, biarlah kekosongan yang mengusir kerisauannya.
Ia dapat memahami mengapa Chim Kiam sian seng memajukan pertanyaan pada muridnya atau orang yang terdekat si kakek penjinak Garuda, pertanyaan itu mengandung ejekan, tetapi ia tidak bisa marah, sebab kalau ia berbuat demikian, ini berarti ia telah mengakui diri sendiri sebagai anak haram. Maka ia sedapat mungkin pura-pura berlaku tenang, sambil tertawa ia berkata:
"Aku sebetulnya muridnya si kakek penjinak Garuda, tetapi karena melanggar peraturan, beberapa tahun berselang telah diusir dari perguruannya."
"Oh. kiranya begitu, pantas kau paham ilmu pedang terbang, ilmu silatmu juga agak mirip dengan ilmu silat Khun hap sam kay, jadi itu adalah hasil dari didikannya !"
Lam kiang Tay bong dengan secara tiba-tiba maju kedepan Ho Hay Hong sambil menyerang dan berkata:
"Kau adalah muridnya si kakek penjinak Garuda, siapa yang mewarisi kepandaiannya seharusnya memikul dosanya !"
Dengan sendirinya Ho Hay Hong mengangkat tangan menangkis serangan Lam Kiang Tay bong sesaat itu perasaan bencinya terhadap si kakek penjinak Garuda mendadak memuncak, sebab segala kesulitan dan kesengsaraan yang menimpa dirinya, semua telah timbul karena ia.
Selagi hendak melakukan serangan pembalasan. Tiba-tiba ingat kepada bahunya yang sudah terluka, maka buru-buru membatalkan maksudnya dan lompat mundur, tetapi Lam-Kiang Tay bong dengan cepat sudah berada lagi dihadapannya, tangannya sudah mengancam lagi.
Serangan itu sangat jitu dan hebat, mau tidak mau harus ditangkis dengan tangan, kalau tidak badannya akan dibuat bulan-bulanan oleh tangan Lam kiang Tay bong. Dalam keadaan terpaksa, dengan menanggung resiko hancur tulang bahunya, ia mengangkat tangan menyambuti serangan tersebut.
Ketika kekuatan kedua fihak saling beradu, ia tidak dapat pertahankan kedudukannya lagi, lalu ia mundur terhuyung-huyung.
Tetapi sebentar kemudian, ia merasa bingung sendiri. Sebab dalam mengadu kekuatan tadi, bukan saja tidak menghancurkan tulang bahunya, seperti apa yang diduga, sebaliknya malah menambah kekuatan tenaga dalamnya, bahkan jauh berbeda daripada yang dimiliki sebelumnya.
Ketika ia terdorong mundur, ia mencoba menyerang pohon besar dengan tangannya, pohon itu tergoncang hebat, hampir roboh. Percobaannya ini telah meyakinkan dirinya bahwa kekuatan tenaga dalamnya telah bertambah secara aneh.
Ia sudah memperhitungkan lebih dulu serangan Lam kiang Tay-bong tadi, kalau diukur secara biasa, serangannya tadi pasti akan melukai dirinya. Tetapi, ia hanya terdorong mundur beberapa langkah, bukan saja tidak terluka, bahkan menambah kekuatan tenaga dalamnya secara gaib.
Kini ia percaya benar bahwa latihannya untuk menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya yang selama itu belum berhasil, kini telah tercapai dengan tidak terduga-duga.
Untuk kedua kalinya, ia mengadu kekuatan tenaga lagi dengan Lam kiang Tay bong, suara hebat terdengar nyaring, pasir dan batu batu pada berterbangan. Lam kiang Tay bong diam-diam terkejut, ia bertanya dengan mata terbuka lebar:
"Kau murid siapa ?"
Ho Hay Hong tidak menjawab, rupa-rupa perasaan mengaduk jadi satu dalam pikirannya.
Ia mengerti bahwa perubahan dalam tubuhnya tadi ketika mengadu kekuatan dengan Lam kiang Tay bong, adalah berkat pemberian sikakek penjinak garuda. Kakek itu diluarnya memaki-maki dirinya, tetapi ketika ia dalam marah dan menyerang dirinya, sebetulnya membuka dua bagian urat penting yang selama itu belum terbuka, sehingga ia tidak berhasil menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya.
Mengapa kakek itu berbuat demikian terhadap dirinya yang dibenci " Mungkin tiada seorangpun yang bisa menjawab, kecuali si kakek itu sendiri !
Chim Kiam sianseng berkata:
"Kalau sudah tidak ada urusan lain, mari kau ikut aku pergi!"
Pemimpin Lempar batu itu karena mengandalkan ilmunya Kian khun cie yang juga merupakan ilmu satu-satunya untuk memecahkan ilmu Lam kiam Tay bong, maka meskipun dalam hati masih tidak tenang, namun di luarnya ia tetap berlaku tenang.
Ho Hay Hong yang sudah ingin mengetahui rahasia itu, lantas menerima baik ajakan pemimpin Lempar Batu.
Chim kiam sianseng berjalan beberapa langkah, baru menoleh dan minta diri kepada Lam kiang Tay bong.
Ketika matanya beralih kepada mayat Srigala kuning Hek Tek, ia berkata kepada dirinya: "Srigala kuning ini sangat setia, kematiannya sungguh menyedihkan."
Ia perintahkan anak buahnya supaya mengubur baik-baik, setelah itu baru ia pergi.
Lam kiang Tay bong meskipun tahu bahwa ucapan Chim Kiam sianseng tadi, sedikitnya ada mengandung ejekan terhadap dirinya, tetapi karena kelemahan diri sendiri berada ditangannya, terpaksa ia berlaku pura-pura tidak mengerti.
Ho Hay Hong ketika berjalan dihadapan Tang sian Sucu, berkata padanya dengan suara perlahan:
"Kalau kau benar adalah saudara kandungku, persoalan antara kita selama ini benar-benar sulit diselesaikan!"
"Saudara, apa kau kata ?" tanya Tang siang Sucu kaget.
"Cie lui Kiam khek adalah sahabatku, kau telah membunuhnya, ini mudah saja. Tetapi kau membiarkan orang orangmu mendesak anak perempuannya. Kalau kau benar adalah saudara kandungku, bagaimana urusan ini harus kita bereskan ?"
"Saudara Ho, Ini hanya suatu kebetulan saja, aku tidak percaya kebenarannya!" berkata Tang siang Sucu sambil menggelengkan kepala.
"Tetapi andaikata benar, bagaimana?"
"Selama hidupku aku tidak mudah percaya, andaikata itu benar adalah soal lain. Saat ini tiba waktunya, masih terlalu pagi untuk membicarakan soal itu, kau pikir bagaimana?"
"Aku juga mengharap bahwa soal itu adalah soal kebetulan saja!"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan Tang siang Sucu lagi, dengan mengikut Chim Kiam sianseng ia berlalu meninggalkan tempat tersebut.
0odwo0 Esok hari diwaktu senja, orang2 Lempar batu dibawah pimpinannya sudah tiba ditepi danau Hok ing ouw.
Ho Hay Hong yang juga berada dalam rombongan itu, karena pikirannya kalut, selama berjalan terus menundukkan kepalanya. Ketika tampak air danau yang bening berada dihadapan matanya, barulah ia tersadar. Semangatnya terbangun mendadak, matanya celingukan. Agaknya ada yang dicarinya.
Dalam waktu singkat, ia sudah berhasil menemukan sebuah pohon kayu putih yang berada disebelah timur.
Pohon kayu putih Itu bukanlah dari asal sudah berwarna putih, melainkan dicat oleh tangan manusia, sebagai petunjuk jalan. Ho Hay Hong ketika lewat dibawah pohon, tiba-tiba mendongak keatas, matanya mengawasi keatas pohon.
Kelakuannya itu segera menimbulkan perhatian orang banyak, hingga pada menanyakan padanya:
"Sahabat Ho, kau melihat apa?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, hanya berkata sambil mendongak keatas : "Heran !"
Dari atas pohon, tiba-tiba melayang turun sesosok bayangan orang. Ketika orang itu berada dibawah, segera menimbulkan keheranan orang banyak.
Orang itu ternyata seorang wanita yang mukanya buruk sekali, ia mengenakan gaun warna hijau muda, usianya kira kira baru delapan belas tahun. Tetapi wajahnya sangat jelek, tidak menarik.
Ho Hay Hong berkata dengan nada suara tidak senang:
"Kau pernah apa dengan dia?"
Ia semula menduga yang berada diatas pohon itu adalah sigadis kaki telanjang, yang berjanji dengannya hendak bertemu ditempat itu, tak disangka bahwa yang ada sekarang adalah seorang gadis bergaun Hijau muda yang wajahnya justru menjadi kebalikannya dengan wajah gadis kaki telanjang.
Gadis jelek itu tidak mau menjawab, bahkan balas menanya.
"Ditilik dari potongan badan dan dandananmu, kau tentunya pemuda she Ho itu?"
"Benar, aku adalah seorang she Ho, di mana dia sekarang?"
Gadis baju hijau mendelikkan matanya dan berkata:
"Aku lihat, kau selalu menanyakan dia saja, ada hubungan apa sebetulnya kau dengan dia?"
Sehabis berkata, gadis itu tertawa cekikikan, sedikitpun tidak memperdulikan perasaan orang lain.
"Dia telah berjanji denganku, hendak menjumpai aku ditempat ini. Hal ini tidak perlu nona campur tangan, panggillah saja dia supaya lekas datang kemari!" kata Ho Hay Hong sambil mengerutkan kening.
"Astaga, hanya hendak bertemu muka saja kok demikian galak. Dia denganku seperti saudara kandung, urusan apa saja dia selalu beritahukan padaku. Aku kata, Ho siauhiap, kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri dalam hal apa aku berbeda dengan orang lain" Mengapa aku tidak boleh mewakili dia ?"
Mendengar kata-kata itu, Ho Hay Hong semakin tidak senang, ia bertanya.
"Apakah dia minta kau mewakili untuk menjumpai aku?"
"Benar, apakah Ho sianseng sudah bawa pedangnya?"
Ho Hay Hong memandang Chim Kiam sianseng sejenak. Chim Kiam sianseng lalu berkata sambil tertawa:
"Pedang berada ditanganku, kau boleh ambil."
Wanita baju hijau itu agaknya sudah tidak bisa menunggu lagi, ia sudah mengeluarkan tangannya, tapi Chim Kiam sianseng berkata lagi:
"Hanya, nona harus bawa kita kekampung setan, karena aku ada urusan penting hendak mencari kakek penjinak garuda locianpwee !"
Wanita itu ketika mendengar perkataan itu, wajahnya yang jelek lantas berubah, ia berkata dengan suara gusar:
"Siapa kakek penjinak garuda itu" Di dalam kampung setan mana ada kakek penjinak garuda" Siapa yang memberitahukan padamu" Eeee, kau jangan berkata sembarangan!"
Perkataannya itu diucapkan demikian cepat dan galak, bukan saja mengejutkan Ho Hay Hong, tetapi juga mengherankan orang orang dari golongan lempar batu. Hanya Chim kiam sianseng yang masih tenang-tenang saja.
"Nona tidak perlu merahasiakan lagi, aku sudah tahu bahwa kakek penjinak garuda....."
Belum lagi habis perkataannya, dari tepi danau sebelah barat muncul seorang gadis cantik berpakaian warna putih. Ketika Ho Hay Hong melihat gadis itu wajahnya mendadak berubah.
Sebab ia melihat dua tangan gadis itu menenteng dua kotak kecil, dari sela-sela kotak itu nampak menetes darah merah, ia menduga dalam kotak itu tentu adalah kepala manusia lagi.
Ia segera maju menyongsong seraya berkata :
"Kau benar benar seorang yang bisa pegang janji !"
Selagi gadis itu mendengarkan perkataannya, ia telah merampas kotak dari tangan sigadis, Ketika kotak dibuka, dalamnya benar saja batok kepala manusia.
Kepala manusia itu dipotong batas jenggot, tetapi jenggotnya masih ada, matanya tampak mendelik, jelas bahwa kematian orang itu dalam keadaan penasaran.
Gadis itu bukan saja tidak melarang, sebaliknya malah mengawasi perbuatan Ho Hay ong dengan berdiri tenang.
"Apa yang perlu kau lihat" Kecuali kau, barang siapa yang menginjak tanah kampung setan, semua akan mengalami nasib begitu!" demikian katanya.
Ho Hay Hong marah mendengar ucapan itu. ia membuka lagi kotak yang lain. benar seperti apa yang diduganya, dalam kotak itu juga berisi kepala manusia yang masih basah darahnya.
Ia tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, dengan mendadak melakukan serangan terhadap gadis itu.
Gadis baja putih Itu hanya menggeser kakinya berkata dengan suara tenang:
"Jangan marah dululah! Lihat dulu dua orang ini siapa."
Ho Hay Hong mengamat-amati dua kepala manusia itu, bulu romanya berdiri seketika, kiranya dua kepala itu adalah kepalanya orang-orang yang dikenalnya. Satu adalah kepala pendekar berpenyakitan. Sedang yang lain adalah kepala jie suhengnya sendiri !
Kematian pendekar berpenyakitan, tidak ada hubungannya dengan dirinya, kecuali merasa sayang dan simpatik, tidak ada yang dibuat pikiran. Tetapi tentang kematian suhengnya, benar-benar sangat mengejutkan dan menyedihkan hatinya.
Jie suhengnya itu sudah mendapat seluruh kepandaian suhunya, dengan ia sudah tinggal bersama-sama sepuluh tahun lebih. Meskipun selama itu hidup mereka tidak begitu akur, tetapi persahabatan dan persaudaraan dalam satu perguruan, sudah seperti saudara sendiri, maka seketika itu ia lantas berdiri terpaku.
Gadis berbaju putih itu memandang sejenak, lalu bertanya:
"Apakah mereka orang-orang yang terkenal namanya?"
Karena tidak mendapat jawaban, maka lantas berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Begitupun baik, dari orang terkenal di buat contoh, lihat kemudian hari siapa yang berani menginjak kampung setan ?"
Pikiran Ho Hay Hong mendadak tenang kembali, ia bertanya, dengan sabar:
"Bolehkah aku menumpang tanya, bagaimana kematian mereka berdua?"
"Urusan ini aku tidak begitu jelas tetapi karena kau ingin tahu, bolehkah aku beritahukan padamu apa yang aku tahu" berkata gadis baja putih itu, "mereka berdua, agaknya ada permusuhan, mereka saling kejar-kejaran. Orang yang berada dikotak sebelah kanan itu yang masuk kekampung setan lebih dulu kemudian dikejar oleh orang yang kepalanya berada dalam kotak sebelah kiri. Mungkin dia orang tua sudah lalai, sudah lupa bahwa tanah yang diinjak mereka adalah kampung setan. Maka dengan beruntun dua-duanya sudah memasuki daerah terlarang dan terjebak dalam barisan orang liar, hingga akhirnya mereka menemukan ajal masing-masing."
Ho Hay Hong dengan penuh perhatian mendengarkan penuturannya, setelah itu dengan sinar mata tajam, memandang gadis itu kemudian berkata:
"Tahukah kau siapa orangnya, yang kepalanya berada dalam kotak sebelah kiri ini?"
Dengan sikap ragu-ragu, gadis itu menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Aku justru hendak menanyakan kau?"
"Orang ini adanya keras sebelum mati pasti mengadakan perlawanan hebat. Kalau orang dari kampung setan. Dari permainan dan gerakkan ilmu silatnya, tentunya kau dapat tahu dari golongan mana, heh, heh, kau ternyata sudah membohong, tidak mungkin kalau kau juga tidak tahu !"
"Ucapanmu ini agak keterlaluan dengan terus terang, kita hanya tahu bahwa ia faham Ilmu mengendalikan pedang, tetapi tidak tahu dari golongan mana. Mendengar kata katamu ini, kau agaknya sangat jelas mengetahui dirinya, kalau begitu kau beritahukanlah padaku !"
Ho Hay Hong melihat bahwa Chim Kiam sianseng dan lain-lainnya semua telah memperhatikan dirinya. Untuk beberapa saat ia tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk memberi keterangan, maka hanya berkata sambil tertawa dingin:
"Kau benar-benar lihay !"
"Ho siauhiap, tolong perkenalkan, siapa orang ini ?" bisik Chim Kiam sianseng.
"Ia adalah salah satu anggota penghuni kampung setan, aku tidak begitu jelas mengenai dirinya !" berkata Ho Hay Hong sambil mengawasi gadis itu.
Pada saat itu, mendadak ia mendapat satu akal, maka lantas berkata pula sambil tertawa dingin:
"Kau tidak mau omong terus terang, jelas kau sudah menganggap aku sebagai musuh, maka aku juga tidak perlu memegang janjiku untuk mengembalikan pedangmu !"
-ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 11
Jilid 11 ALIS gadis itu nampak berdiri, lalu berkata dengan nada kurang senang:
"Lantaran kau, aku telah mendapat banyak kesulitan, nyatanya kau seorang yang tidak mempunyai liangsim sedikitpun juga!"
Setelah Itu, dengan kecepatan bagaikan kilat badannya bergerak menghampiri Ho Hay Hong, tangannya juga bergerak, hingga Ho Hay Hong berada dalam kurungan bayangan tangannya.
Ho Hay Hong sudah pernah menyaksikan kepandaian ilmu silat nona itu, maka ia tahu benar sampai dimana kekuatannya. Ia tidak berani berlaku gegabah sambil memasang kuda kuda dan dengan mempergunakan salah satu gerak tipu dalam ilmu silatnya Khun-hap sam kay, tangan kanannya menyerang ketiak kirinya, tangan kiri menyerang dada.
Dua rupa serangan itu nampaknya sederhana, tetapi sebetulnya mengandung serangan maut. Tetapi serangan dengan tangan kanannya, mendadak ditarik kembali dan dirubah menjadi gerak tipu yang dinamakan cambuk berkibaran dan marah membelah rambutnya.
Sebentar kejadian terdengar suara beradunya tangan kedua pihak, masing-masing segera lompat mundur.
Gadis baju putih itu melayang mundur dengan satu gerakan burung elang terbang diatas air, kalau dilihat dari jauh, seperti bunga putih berterbangan ditengah udara, sungguh indah dalam pandangan mata.
Di pihak Ho Hay Hong mundur setengah langkah dengan badan terhuyung-huyung, tetapi ia tidak mau menyerah kalah. Dalam keadaan kepepet mendadak menemukan satu akal, ia paksa pertahankan kakinya, kemudian berbalik merangsak maju menyerang lagi.
Serangan itu bahkan didahului oleh hembusan angin yang keluar dari tangannya, sehingga menimbulkan suara menderu. Hal ini nampaknya mengejutkan gadis baju putih itu.
Agaknya ia sudah lupa menangkis serangan itu, hingga terdorong oleh hembusan angin yang sangat hebat. Ia diam-diam merasa heran dengan kekuatan tenaga pemuda itu, karena dalam perhitungannya. orang yang dapat mengeluarkan serangan kekuatan tenaga dalam sedemikian, setidak-tidaknya sudah mempunyai latihan kira-kira dua puluh tahun lebih.
Tetapi ia hanya baru berpisah satu malam dengan Ho Hay Hong, sedangkan kekuatan tenaganya sudah diketahui pada waktu kemarinnya. Dari manakah kekuatan tenaganya itu "
Ho Hay Hong sendiri juga tidak menduga, bahwa gadis yang pernah mengalahkan Tie cu Sin kun ini, telah terpukul mundur olehnya.
Diam-diam ia merasa girang, kepercayaannya juga semakin bertambah. Dengan beruntun ia melancarkan serangan sampai tiga kali.
"Ternyata kau menyembunyikan kepandaianmu!" berkata gadis itu gemas.
Gadis itu mendadak ingat bagaimana keadaan ketika Ho Hay Hong terkepung dengan orang-orangnya golongan Kawa-kawa. Oleh karena agak kewalahan menghadap Tie cu Sinkun dan karena merasa simpati terhadap dirinya, ia telah turun tangan memberi bantuan, dan berakhir dengan dijatuhkannya Tie cu Sin kun, sehingga kehilangan muka.
Tetapi, semua itu ternyata merupakan tipuan belaka. Ho Hay Hong yang di anggapnya tidak sanggup melawan Tie cu Sin kun, ternyata hanya berpura-pura saja.
Ingatan akan peristiwa itu ia merasa seperti dipermainkan oleh Ho Hay Hong, maka hatinya sangat mendongkol.
Bagaimanapun keras dan dingin hatinya, ia tidak sanggup menahan hinaan itu, maka dengan mendadak ia lompat melesat setinggi enam tombak lebih.
Ditengah udara badannya berputaran, kemudian mementang kedua lengannya bagaikan burung mementang sayap, lalu menukik seperti garuda menerkam mangsanya.
Dengan cepat Ho Hay Hong teringat kejadian didepan gedung Kan lui Kiam khek, sewaktu gadis itu bertempur dengan Tie cu Sin kun. Ia segera mengetahui bahwa itu adalah permulaan melakukan serangan dengan menggunakan ilmu serangan lima gerakan serangan garuda sakti. Serangan dengan ilmu inilah itu, Tie cu Sin kun masih belum bisa melawannya. apalagi ia sendiri yang kepandaian ilmu silatnya masih dibawah Tie cu Sin kun.
Belum lenyap pikiran itu dalam otaknya, suara siulan nyaring terdengar dari mulut gadis itu, kemudian tampak berkelebatnya bayangan putih, dengan cepat menukik turun.
Pada saat itu Chim Kiam sianseng telah berseru:
"Ilmu serangan garuda sakti."
Seruan yang mengandung kecemasan itu dalam telinga Ho Hay Hong kedengarannya sangat tajam, Ia yang memang sudah gentar, maka ketika mendengar seruan itu, pikirannya semakin kalut.
Sesaat mendadak ia ingat tugasnya sendiri dan kewajibannya yang belum selesai. Tanpa pikir akan mendapat malu lagi, ia meloncat kedanau.
Tindakan Ho Hay Hong itu disusul oleh Chim Kiam sianseng. yang memerintahkan semua orang-orangnya supaya lekas undurkan diri. Maka ketika Gadis baju putih itu melancarkan serangannya garuda garuda sakti keadaan menjadi kalut.
Gadis muka jelek berbaju hijau, yang sejak munculnya gadis baju putih diam saja belum pernah turut bicara, kini ketika melihat gadis baju putih mengamuk lantas berseru:
"Adik, kau jangan marah, ilmumu Cit khim Liang hoat itu jangan gunakan sembarangan. lekas tarik kembali seranganmu.
Suaranya itu sangat tajam, hingga mengejutkan Chim Kiam sianseng, tetapi ia segera mengerti maksud gadis jelek itu. Sebab sudah jelas bahwa ilmu serangan itu adalah ilmu serangan garuda sakti, mungkin karena takut rahasianya terbuka, maka sengaja dikatakannya ilmu Cio khim Ciang hoat.
Gadis baju putih itu menjawabnya dengan hati mendongkol:
"Bocah itu benar-benar terlalu menghina aku, aku harus beri hajaran padanya!"
Sehabis berkata kemudian, orangnya sudah melayang turun. Tetapi ia masih belum menghentikan serangannya. Dengan cepat mengeluarkan segumpal jarum perak dari sakunya, dilontarkan kedalam danau.
Dengan kekuatan yang sangat hebat, jarum itu masuk kedalam air seluruhnya.
Gadis bermuka jelek berbaju hijau itu berkata sambil tertawa dan tepuk tangan:
"Kiranya kau juga membawa jarum menembus gelombang, kini bocah itu sekarang baru tahu rasa."
Tak lama kemudian air dipermukaan danau nampak bergerak-gerak, dari dalam air muncul satu kepala manusia yang sudah basah kuyup, napasnya sengal-sengal, ia adalah Ho Hay Hong.
Ia mahir berenang, begitu masuk kedalam air, lantas dapat merasakan bahwa dalam air itu ada hawa pedas, hingga matanya hampir tidak dibuka. Dalam otaknya segera ingat makluk aneh dalam danau itu. Wajahnya berubah seketika.
Tetapi sipatnya yang keras kepala, meskipun ia tahu bahwa dalam air itu ada bisanya, ia masih membandel. Matanya dibuka sedikit, tiba-tiba nampak olehnya benda bersinar berkeredep didasarnya danau itu. ia segera mengambilnya dan dimasukkannya kedalam saku.
Ia berhenti didanau sambil menahan napas dengan menggunakan Ilmu mendengar suara dari bawah tanah, ia sudah tahu bahwa gadis baju putih sudah turun ketanah. Samar-samar ia juga mendengar suara orang berbicara.
Ia tidak berani mendarat ketempat semula. Selagi hendak berenang kelain tempat untuk menghindarkan serangan gadis itu, tidak diduganya bahwa tempat sembunyi yang dianggapnya paling aman itu masih ditembusi oleh jarum berbisa gadis itu.
Sebuah jarum-menembus lengan kanannya dan menimbulkan rasa sakit tidak terkira. Dengan demikian ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi di dalam air, terpaksa lompat naik kepermukaan air.
Melihat darah warna hitam mengucur keluar dari dagingnya yang terluka dan melihat sebuah jarum perak yang sangat halus menancap didagingnya, segera ia mengetahui bahwa dirinya sudah terkena serangan jarum beracun. Dipandangnya gadis baju putih itu dengan sinar mata beringas.
Gadis baju putih itu tidak menyerang lagi, dengan sinar mata dingin mengawasinya. Ketika menampak Ho Hay Hong marah, ia bahkan berkata dengan nada mengejek:
"Rasakan. Sekalipun kau hendak lari ke ujung langit, aku juga ada akal untuk memaksa kau kembali. Sekarang kau harus menepati janjimu. Serahkan kembali pedang pusaka itu. Jikalau tidak, aku tidak akan perduli, biar kau mati keracunan!"
Pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kekotak dimana terdapat kepala ji suhengnya, perasaannya semakin sedih.
"Kecuali sikakek penjinak garuda yang datang mengambil sendiri, kalian berdua jangan harap bisa mendapatkan kembali barang itu." ia berkata dengan nada suara dingin.
Ia merasa menyesal terhadap perguruannya sendiri, karena ia pernah mencegah tindakan Ji suhengnya, Dan Ji suhengnya itu sudah menutup mata untuk selama-lamanya.
Kematiannya yang mengenaskan itu telah membuat ia mengenangkan kembali hubungannya dengan Ji suhengnya selama masih anak-anak dan sama-sama berguru. Demikian sedih perasaannya pada waktu itu, hingga ia berlaku nekat dan hendak memancing supaya dua gadis itu semakin marah.
Benar saja, ketika mendengarkan ucapannya, dua gadis itu nampak sangat marah.
Terlebih dulu cacian yang tidak sedap dilancarkan oleh gadis baju hijau:
"Jahanam siapakah sebenarnya si kakek penjinak Garuda itu " jawab !"
Kemudian, disusul oleh kata-kata gadis baju putih:
"Kau selalu menyebut-nyebut nama kakek penjinak Garuda, siapakah sebetulnya orang itu " Kalau kau tidak dapat memberi penjelasan, hari ini aku tidak akan memberi kesempatan padamu untuk pulang dalam keadaan hidup !"
"Aku sudah terkena serangan jarum beracun, memang sudah tidak bisa hidup lama lagi, mengapa aku harus takut gertakanmu ?" Ho Hay Hong gusar.
Dengan menggemertakkan gigi, menahan sakit, ia mencabut jarum beracun dari lengannya hingga darahnya menyembur keluar membasahi mukanya.
Oleh karena terjadinya penyerangan itu, hanya sedikit perasaan hangat Ho Hay Hong terhadap gadis itu. Dan kini, telah lenyap seluruhnya.
"Siapa kakek penjinak Garuda, aku percaya kau lebih tahu daripadaku, jikalau kau ingin tahu sampai sedalam-dalamnya, terus terang aku beritahukan padamu, dia adalah orang yang memberi pelajaran ilmu silat dengan gerakan garuda sakti, juga adalah pemilik pedang pusaka garuda sakti. Semua permintaanku ini ada buktinya, siapapun tidak bisa menyangkal. Apakah kau masih hendak membantah?" katanya pula dingin.
"Kata-kata orang Ini sangat menjemukan, mengapa kau tidak lekas membunuhnya saja?" berkata wanita jelek baju hijau kepada gadis baju putih.
"Sebab pedang pusaka itu masih berada di tangannya, jikalau tidak." berkata gadis baju putih.
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong tiba-tiba mendapat satu akal. Ia lantas sengaja berpaling dan berkata kepada Chim Kiam sianseng:
"Sianseng apa sudah dengar atau belum ucapannya itu sudah jelas merupakan suatu peringatan yang berarti kalau pedang kita keluarkan, orangnya pasti binasa. Hoo... aku bukan seorang tolol, untuk mempertahankan nyawaku, aku terpaksa tidak akan memberikan pedang itu lagi."
Kemudian ia berkata kepada gadis baju putih:
"Lenganku sudah terkena serangan jarum beracunmu, aku tahu, cepat atau lambat aku pasti mati Tetapi sebelum aku mati, aku ingin melakukan suatu perbuatan yang melukai hati!"
"Apakah Ho siauhiap hendak mengubah maksudmu yang semula?" bertanya Chim Kiam sianseng yang tidak mengerti.
Ho Hay Hong menekan perasaan amarahnya. Ia berjalan beberapa langkah, mendekati padanya dan berkata dengan baik baik:
"Jangan bingung, kalau ia tetap tidak mau berkata terus terang, kita juga tidak berdaya. Kita terpaksa harus berlaku sabar, aku ada akal untuk mengorek tentang diri Kakek penjinak garuda !"
Melihat sikap Ho Hay Hong yang seram Chim Kiam sianseng tidak menanya lagi, buru-buru mengajak orang-orangnya berlalu.
Setelah Chim Kiam sianseng dan orang-orangnya berlalu jauh. Ho Hay Hong tiba-tiba mengeluarkan suara bentakan keras melancarkan satu serangan hebat kepada dua wanita itu.
Gadis baju putih itu mengangkat tangan dengan perasaan ragu-ragu menyambuti serangan itu.
Di luar dugaannya, serangan Ho Hay Hong yang nampaknya demikian hebat, ternyata satu tipu muslihat belaka. Selagi perhatian dua wanita itu dipusatkan kepada serangannya, mendadak ia lompat merampas dua kotak berisi batok kepala manusia dan lantas kabur !
Wanita jelek baju hijau itu merasa heran ia membentak dengan suara marah:
"Kau berani lari?"
Dengan satu enjotan, cepat bagaikan kilat ia mengejar.
Selagi melancarkan serangan dari jarak jauh untuk membinasakan Ho Hay Hong, gadis baju putih sudah tiba disisinya dan berkata sambil mencegah:
"Enci tidak perlu mengejar, ia sudah terkena serangan jarum beracun, ia pasti tidak tahan menderita kesakitan dan akhirnya pasti akan mencari kita lagi untuk minta ampun. Saat itulah kita nanti bereskan dirinya."
Dengan terhadangnya oleh tindakan gadis baju putih itu, wanita baju hijau itu terpaksa merandek. Tapi Ho Hay Hong sudah berada sejauh tujuh delapan tombak lebih, hingga tidak dapat dikejar lagi.
"Adik, kau benar-benar goblok, pedang pusaka itu tokh tidak boleh dia bawa kembali lagi!" berkata wanita baju hijau sambil membanting kaki.
"Apakah kau tadi melihat dia ada membawa pedang?" bertanya gadis baju putih.
Mendengar pertanyaan itu, wanita jelek baju hijau itu melongo. Memang betul ia tidak menampak pedang itu dibawa oleh Ho Hay Hong.
"Oh, bocah itu rupanya memang sengaja hendak mengingkari janjinya, memang benar pedang pusaka itu tidak dibawa!" berkata wanita baju hijau itu sambil mengawasi berlalunya Ho Hay Hong.
"Itulah, enci, kalau bukan lantaran itu, bagaimana aku membiarkan dia berlaku sesuka hatinya " berkata gadis baju putih sambil tersenyum.
Ho Hay Hong yang samar-samar mendengarkan pembicaraan mereka, berkata kepada diri sendiri: "Jarum beracun meskipun sangat berbisa, tetapi dalam tubuhku tokh sudah mengeram racun yang lambat bekerjanya Itu hanya dapat menambahkan sedikit kesulitan bagiku, selain dari pada itu, tidak ada yang perlu kutakuti."
Kematian, baginya bukan merupakan suatu yang perlu ditakuti.
Ia lari belum berapa jauh, tampak Chim Kiam sianseng dan orang orangnya menunggu ditepi jalan. Ia lalu menggabungkan diri dengan rombongan Chim Kiam sianseng, kemudian bersama-sama memasuki kota untuk mencari rumah penginapan.
Dengan diliputi berbagai pertanyaan, Chim Kiam sianseng bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho siauhiap, aku benar-benar tidak mengerti, mengapa kau melepaskan kesempatan baik untuk memasuki kampung setan" Kalau sekarang kita akan memasuki tempat itu, rasanya sudah tidak mudah lagi!"
Ho Hay Hong nampak sangat berduka, ia menjawab dengan suara sedih:
"Kau tidak tahu persoalannya, si Kakek penjinak garuda itu melarang orang memasuki kampung setan, barang siapa yang berani melanggar larangan itu, akan menemukan ajalnya ditempat itu juga"
"Si Kakek penjinak garuda ini memang seorang aneh yang susah didekati." berkata Chim Kiam sianseng sambil menghela napas panjang, "munculnya ilmu silat garuda sakti dan pedang garuda sakti, ditambah lagi dengan bukti yang dapat kita kumpulkan telah membuktikan bahwa kakek penjinak garuda masih hidup. Tetapi apa sebabnya orang yang mendapat didikan ilmu silatnya, sebaliknya menutup mulut rapat-rapat?"
Ho Hay Hong khawatir Chim Kiam sian-seng dapat mengenali salah satu korban kampung setan itu adalah si pelajar berpenyakitan, maka ia coba menanya:
"Tahukah sianseng bahwa dua kepala manusia dalam kotak ini kepala siapa?"
"Aku hanya melihat sepintas lalu saja, salah satu diantaranya seperti kepala pelajar berpenyakitan, entah betul atau tidak?" jawabnya.
Ho Hay Hong diam-diam terkejut, ia khawatir hal itu akan diketahui oleh suhunya, sehingga menyulitkan kedudukan sendiri. Ia kini baru menyesal, mengapa tadi dengan tergesa-gesa membawa kabur dua kotak itu.
Disamping itu, timbullah pula suatu pertanyaan dalam hatinya: "apa sebabnya suhunya memerintahkan Jie suhengnya membunuh pelajar berpenyakitan?"
Ia mengerutkan alisnya, otaknya bekerja sedang memikirkan apa yang perlu dibicarakan untuk mengalihkan perhatian Cim Kiam sianseng.
Sementara itu seorang pendek berwajah putih yang duduk disatu sudut, tiba-tiba menggapai padanya ia agak terkejut, karena orang itu masih sangat asing baginya, mengapa berlaku demikian kepadanya"
Tertarik oleh perasaan heran. tanpa ayal lagi, ia lantas bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri orang itu seraya bertanya
"Sahabat ada keperluan apa?"
"Aku melihat sikapmu seperti sedang menghadapi kesulitan yang tak mudah terpecahkan, bolehkah aku numpang tanya, apakah kesulitanmu itu lantaran asmara?" berkata orang itu sambil tertawa.
Ho Hay Hong semakin tertarik oleh pertanyaan itu. ia pura-pura mengangguk kepala dan menjawab:
"Memang betul, apa perlunya sahabat menanya?"
Dengan sikap bangga orang pendek itu menggoyang-goyangkan kepalanya.
"Orang tua berkumis pendek itu apakah Chim Kiam sianseng?"
Mendengar pertanyaan itu ia semakin heran maka lalu balas bertanya:
"Apa sahabat kenal padanya?" Katanya berpaling mengawasi Chim kiam sianseng pemimpin itu nampaknya tak senang, dan berpaling kearah lain. Sikapnya seperti menunjukkan maksud memandang rendah kepada orang pendek itu. Penemuan ini tambah mengherankannya.
Tiba-tiba terdengar suara orang pendek itu berkata dengan suara pelahan:
"Beberapa tahun berselang, Chim Kiam sianseng pernah minta tolong padaku, mungkin karena waktunya sudah terlalu lama. urusan yang sudah lama itu juga sudah tak dipandang lagi, Siauwtee juga tidak ingin bersahabat dengannya, karena dewasa ini kedudukan kita jauh berbeda, sudah tentu ia tidak pandang mata padaku lagi!"
Ho Hay Hong diam diam berpikir: "urusan ini ada hubungan apa denganku ?"
Karena berpikir demikian, maka jawabannya juga terus terang:
"Kalau sahabat tidak ada keperluan lain, maaf aku tidak bisa mengawanimu."
"Jangan kesusu," berkata orang itu sambil menggelengkan kepala, "siauwtee ingin melakukan suatu perdagangan dengan saudara ! Perdagangan ini mungkin sangat penting bagimu, asal kau sudi mengeluarkan uang sejumlah tiga puluh tail perak, kau nanti akan mencapai segala maksudmu dengan memuaskan, tidak usah khawatir menemukan kegagalan lagi!"
Ini merupakan suatu hal yang masih baru bagi Ho Hay Hong, tidak heran kalau ia lantas merasa tertarik.
"Sahabat ingin jual apa?"
"Barang mujijat!" menjawab orang itu, dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah bungkusan, "barang ini akan memuaskan saudara untuk selama-lamanya dalam soal asmara"
"Barang ini apa gunanya?" tanya Ho Hay Hong yang masih tidak mengerti.
"Ini mungkin kau baru saja menginjak dunia Kang ouw, hingga tidak mengetahui bagaimana dahsyat barang ini. Orang-orang yang sudah kenal denganku, mereka tidak sayang mengeluarkan banyak uang untuk membeli barangku ini. Baiklah sekarang kuberitahukan padamu, tentang khasiatnya barang ini. Betapapun keras kepalanya seorang wanita, asal kau membuka bungkusan ini dan taburkan bubuk itu kepadanya, pasti berhasil. Seumur hidupku aku selalu pegang kepercayaan ku, kalau kau tidak percaya, boleh tanyakan kepada Cim Kiam sianseng."
Dalam hati Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "kalau benar demikian besar khasiatnya, boleh juga kegunaannya untuk menghadapi ia."
Tanpa banyak pikir lagi, ia lantas mengeluarkan tiga puluh perak, diberikan kepada orang pendek itu, kemudian diterimanya bungkusan barang mujijat itu dan dimasukkan ke dalam sakunya.
Urusan jual beli itu berlangsung dengan lancar, orang pendek itu dengan hati girang meninggalkan rumah penginapan, sebentar kemudian sudah menghilang.
Ho Hay Hong kembali ketempatnya duduknya, baru hendak mengeluarkan bungkusan itu dari dalam sakunya, untuk memeriksa isinya, Chim Kiam sianseng yang duduk dihadapannya sudah bertanya:
"Ho siauhiap, apakah kau kenal dengan orang itu tadi?"
Ho Hay Hong tidak dapat dengar saat Chim Kiam sianseng ada mengandung jengekan, diam-diam terkejut, lalu menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Aku tidak kenal, entah siapa orang itu tadi. Dia kata sianseng kenal dengannya, betulkah itu" Dan siapakah dia ?"
"Hm dia adalah tukang memelet kaum wanita yang sudah terkenal dikalangan Kang ouw, namanya Yo Hong julukannya si kupu kupu."
Ho Hey Hong yang belum mempunyai pengalaman dalam dunia Kang ouw, tetapi juga tidak mau menunjukkan kebodohannya, maka terpaksa menjawab sekenanya:
"Oh, orang itu memang ada sedikit nama."
"Manusia begituan cuma merupakan seorang bangsa kurcaci, menodai nama baik orang orang Kang ouw."
"Menurut keterangannya, dia sudah lama kenal dengan sianseng!"
Mendengar perkataan itu, alis Chim Kiam sianseng berdiri, katanya dengan nada kurang senang:
"Manusia tidak tahu malu itu adalah bangsa pencuri, maka aku tidak sudi bergaul dengannya!" ia tertawa dingin, mendadak seperti ada yang dikhawatirkan, maka lantas bertanya lagi:
"Ia pernah berkata apa saja padamu?"
"Ia hanya mengatakan pernah melakukan soal jual beli satu kali dengan sianseng. tapi kejadian itu sudah lewat beberapa tahun lamanya dan karena kedudukan sianseng sekarang sudah tinggi, ia tidak berani mengadakan perhubungan lagi.!"
"Orang itu benar benar cerdik, ia bisa berlaku dengan menyesuaikan keadaan." berkata Chim Kiam sianseng, dengan menganggukkan kepala, merasa puas, tapi ia amatinya dengan tajam menatap wajah Ho Hay Hong. "Orang tua itu namanya sudah sangat tercela, tidak ada harganya untuk dibicarakan Ho siauhiap seorang muda yang mempunyai hari depan sangat cemerlang, sebaiknya jangan mengadakan perhubungan dengannya, supaya nama baik yang kau pupuk dengan susah payah, nanti akan menjadi rusak olehnya!"
Mendengar perkataan itu, dalam hati Ho Hay Hong terkejut. Selagi hendak menceritakan urusan jual beli dengan orang pendek itu timbul diotaknya, mendadak diurungkannya maksud itu. sebab ia pikir bahwa urusan itu tidak perlu diberitahukan kepada orang lain. selama ia sendiri tidak mengadakan perhubungan lagi dengan orang pendek itu, tentunya tidak akan merusak namanya.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tentang nasehatmu ini, aku ucapkan banyak-banyak terima kasih!"
Ketika pandangan matanya ditujukan ke arah jendela, perhatiannya tertarik oleh seorang anak laki-laki, berusia kira-kira delapan tahun, yang sedang main layangan, beberapa anak lain sedang bertepuk tangan sambil tertawa.
Pemandangan itu mengingatkannya kembali kepada penghidupannya sendiri dimasa kanak-kanak, tetapi juga membuka pikirannya ke sesuatu hal yang sedang dihadapinya. Tanpa disadarinya, ia tepuk tangan dan berkata kepada diri sendiri:
"Benar, aku harus ikat kakinya dengan benang, kemudian kulepaskan, dari arah tujuan perginya binatang itu, aku dapat menduga di mana tempat sembunyinya kakek penjinak Garuda, akal ini adalah yang paling baik"
Ia juga ingat ucapan gadis kaki telanjang yang sombong, bahwa burung Garuda itu sifatnya luar biasa dalam keadaan yang bagaimanapun juga, dapat mencari jejak majikannya dengan memperhatikan keadaan hawa udara dan keadaan tanah.
Karena ia telah menemukan akal untuk menyelidiki jejak kakek penjinak Garuda hatinya merasa sangat gembira. Dengan sendirinya semangatnya terbangun lagi.
Menanti orang memandangnya dengan perasaan heran, mereka tidak mengerti mengapa dengan secara mendadak anak muda itu berubah menjadi girang.
Saat itu pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kepada seorang tua baju pendek dengan senjatanya yang istimewa, itulah sebuah bandulan besar yang diikat dengan tali benang lemas,
Ia pikir benang emas itu sangat lemas, tidak mudah patah, tetapi dapat digunakan untuk mengikat senjata sedemikian berat, dapat diduga benang itu pasti bukan barang sembarangan. Kalau digunakan untuk mengikat kaki burung Garuda rasanya sangat tepat.
Karena tertarik oleh benang emas itu, maka ia lalu berkata kepada Chim Kiam sianseng:
"Sianseng, aku ada sedikit permintaan yang tidak pantas, apakah sianseng tidak akan mencela ?"
Chim Kiam sianseng merasa heran, lama tidak menjawab. Matanya ditatapkan kepada mukanya dengan penuh tanda tanya.
Ho Hay Hong menunjuk kepada senjata orang tua itu dan berkata pula:
"Tali bandulan ini pasti bukan barang sembarangan, bolehlah kupinjam?"
Orang tua itu mendadak bangkit dari tempat duduknya, bertanya dengan tidak senang:
"Apa artinya ini?"
Tangannya sudah dikepal, siap hendak menyerang.
Chim Kiam sianseng buru buru mencegah, kemudian ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"siauhiap hendak gunakan untuk keperluan apa" Bolehkah kau beritahukan padaku?"
"Dengan sejujurnya, aku hendak gunakan untuk mengikat kaki burung garuda piaraan Kakek penjinak garuda, dengan burung garuda itu aku hendak mendapat kepastian dimana jejak kakek itu. Apakah kiranya sianseng tidak keberatan ?"
"Apakah siauwhian benar-benar mempunyai burung itu?" berkata Chim Kiam sian-seng dengan membuka lebar kedua matanya, "Kakek penjinak garuda itu sembunyikan diri didalam kampung setan, ini sudah pasti. Aku pikir siauhiap tidak perlu berbuat demikian lagi !"
"Aku juga menduga pasti bahwa Kakek penjinak garuda itu adalah pemimpin penghuni kampung setan, tetapi semua penghuni kampung setan tidak mau mengaku "cara" terang. Untuk mendapatkan kebenarannya, hanya dengan akal itu saja. Sekalipun berhadapan dengan kakek penjinak garuda, juga tidak usah takut kalau kita telah membuka rahasianya. Apakah sianseng suka bekerja sama denganku?"
Chim Kiam sianseng berpikir sejenak, akhirnya menganggukan kepala menerima baik usul itu, ia lalu perintahkan kepada orang tua itu supaya membuka tali bandulan itu di berikan kepada Ho Hay Hong.
Menurut taksiran Ho Hay Hong, benang emas itu kira-kira lima atau enam tombak panjangnya, ia pikir sudah cukup digunakan untuk mengikat kaki burung garuda itu. Maka buru-buru mengajak Chim Kiam sian-seng dan orang-orangnya, bersama-sama pergi ke rumah perguruan Kang lam Bu-koan.
Tak lama kemudian, Kang lam Bu-koan sudah berada didepan matanya. Tanpa mengetok pintu. Ho Hay Hong lompat melesat melalui tembok pekarangan. Sedangkan Chim Kiam sianseng dan orang-orangnya menunggu diluar.
Dengan tiba-tiba matanya tertuju kepada sesosok bayangan orang yang sudah tidak asing baginya. Bayangan orang itu berdiri membelakangi dirinya dibawah sebuah pohon sedikitpun tidak bergerak, agaknya dia lagi melamun. Ketika angin malam meniup, gaun merah yang menempel ditubuhnya menjadi ketat, sehingga potongan tubuhnya yang langsing padat nampak jelas dalam mata Ho Hay Hong.
Karena bayangan orang itu berdiri membelakangi dirinya, Ho Hay Hong tidak melihat wajahnya, begitupun bayangan orang itu, juga tidak melihat kalau dibelakang dirinya ada orang yang sedang mengawasi dirinya. Dari potongan tubuh bayangan orang itu, Ho Hay hong sudah dapat menduga dengan pasti bahwa orang itu adalah Su to Cian hui.
Melihat keadaannya yang menyedihkan, Ho Hay Hong tiba-tiba teringat waktu pergi pesiar kedanau Liok ing-ouw dengan menunggang kuda pada beberapa hari berselang.
Betapa riang gembiranya pada waktu itu" Dan siapa akan mengira hanya dalam beberapa hari saja, kemudian sudah berubah demikian rupa"
Ia turut merasa duka atas nasib buruk gadis itu, gedung megah dan pekarangan luar yang dahulu ramai itu, kini hanya terdapat gadis itu seorang diri timbullah rasa herannya.
Heran mengapa Kan lui Kiamkhek belum pindah kemari" Apakah terjadi apa-apa lagi dengannya" Demikian ia bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Perlahan lahan ia maju menghampiri, Su to Cian Hui yang mendengar tindakan kaki orang, lantas berpaling, dengan mata terbuka lebar, mengawasi padanya.
Keadaan pada waktu itu seperti orang yang merasa ketakutan, dari sini Ho Hay Hong dapat menduga bahwa kejadian yang menimpa diri nona itu pasti menimbulkan banyak penderitaan bathinnya.
Ia melihat gadis itu masih tetap cantik hanya agak pucat.
Ho Hay Hong merasa simpati, tetapi mulutnya tidak tahu bagaimana harus menghiburi nona itu, terpaksa ia menegurnya sambil tertawa:
"Oh, nona sudah pulang, apakah selama ini baik-baik saja ?"
Sudah lama rasanya, Su to Cian Hui tidak mendengar kata kata demikian. Sejak terjadinya peristiwa yang menimpa keluarganya, baru pertama kali ia merasakan betapa kejam sifatnya manusia"
Dulu dimasa masih jaya, banyak orang menyanjung, banyak orang memuji-muji. Tetapi sekarang setelah rumah tangganya berantakan, tiada seorangpun yang datang menengok, apalagi menghibur.
Dari situ, pandangannya terhadap dunia terhadap manusia telah banyak berubah, ia bukan seorang anak-anak lagi, pertanyaan Ho Hay Hong yang sangat singkat itu, meski pun singkat dan biasa, tetapi sangat besar pengaruhnya.
Maka sesaat itu, airmata mengalir keluar tanpa dapat dibendungnya. Ia menundukkan kepala dan menjawab dengan suara lemah:
"Kau masih ingat aku, aku merasa girang dan sangat bersyukur."
Dihadapannya, Ho Hay Hong kini tidak rendah diri lagi. Ia seperti berubah menjadi orang lain, semangatnya menyala-nyala.
Dengan tiba-tiba ia mengambil keputusan, Ia ingin menggunakan sisa hidupnya, untuk melindungi gadis yang sebatang kata itu supaya hidup tentram dan bahagia.
Keputusan demikian secepat kilat terlintas dalam otaknya, nyalinya mendadak menjadi besar. Katanya menghibur.
"Nona, legakan hatimu. Untuk selanjutnya, aku Ho Hay Hong, sekalipun harus mengucurkan darah, juga akan berusaha melindungimu supaya kau aman." perkataan demikian, kalau diucapkan pada beberapa hari berselang, bukan saja tidak menarik perhatian si nona, bahkan sebaliknya akan menimbulkan rasa muaknya.
Sebab Su to Cian Hui juga termasuk seorang wanita gagah berani, tidak mau menyerah mentah-mentah begitu saja. Perkataan demikian, tentunya akan dianggap memandang lemah dirinya.
Tetapi, kini keadaan sudah lain, kesulitan dan penderitaan yang dialaminya selama beberapa hari ini telah memudarkan ambisinya, ia tidak berani berebut pengaruh lagi.
Demikian hebat pukulan bathin yang dideritanya, hanya lantaran ingin menengok ayah dan keluarganya, ia telah menempuh bahaya yang datang ke rumahnya. Namun demikian, ia seperti orang yang ketakutan, takut kalau bertemu lagi dengan musuh musuhnya.
Diluar dugaannya dalam keadaan terjepit seperti itu, ia telah bertemu dengan seorang gagah yang dapat diandalkan. Maka kecuali merasa sangat berterima kasih, dalam hatinya timbullah suatu perasaan aneh, yang selama itu belum pernah dirasakannya.
Ho Hay Hong mendadak ingat sesuatu, bertanyalah ia:
"Aku dengar kabar bahwa nona sudah pergi kegunung Bwee san untuk mencari suhu, mengapa."
"Suhu sudah turun gunung pergi pesiar, hingga hari ini belum kembali."
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "pantas ia seperti orang kebingungan, kiranya satu-satunya orang yang dapat dibuat andalan juga tidak ketemu."
Sewaktu otaknya berpikir, matanya di tujukan kepada sangkar besi raksasa, yang dibuat mengurung burung Garuda raksasa, burung itu ternyata masih ada hingga hatinya merasa lega. Ia segera menanya kepada Su to Cian Hui.
"Apakah nona tidak keberatan, apabila burung garuda ini aku pinjam untuk sementara?"
"Kau memerlukan apa, ambil saja tidak perlu menanyakan pikiranku." jawabnya sinona dengan suara lemah lembut.
Baru saja Ho Hay Hong hendak menghampiri sangkar besi itu, tiba-tiba ia berpikir: "Ya, kali ini aku pergi menyelidiki kampung setan, belum tahu bagaimana nasibku. Dengan meninggalkan ia seorang diri dalam gedung ini, keselamatannya masih merupakan satu pertanyaan. Bagaimana baiknya?"
Ia diam untuk memecahkan persoalan itu. diluar tiba-tiba terdengar ada orang mengetok pintu. Ia lantas berpikir lagi: "golongan Lempar batu pengaruh cukup besar Chim Kiam sianseng juga memiliki ilmu Khian khun cie, rombongan orang-orang Lam kiang Tay bong dan Lam kiang Tay bong sendiri masih jeri terhadapnya. Mengapa aku tidak minta tolong padanya, supaya menjaga keselamatan nona ini" Asal kujelaskan duduk perkaranya, barangkali Chim Kiam sianseng tidak akan menolak!"
Pikirannya seketika itu merasa lega, ia buru-buru membuka pintu pekarangan, mempersilahkan Chim Kiam sianseng dan orang orangnya masuk.
Ia perkenalkan Su to Cian Hui kepada Chim Kiam sianseng kemudian menceritakan nasib sinona akibat perbuatan Lam kiang Tay bong yang membiarkan muridnya berlaku sewenang-wenang dan akhirnya minta pertolongan pemimpin itu supaya suka bantu menjaga keselamatan nona itu.
Chim Kiam sianseng berpikir sejenak, akhirnya ia terima baik permintaannya.
"Tetapi dalam waktu satu bulan Ho siauhiap harus membawanya keluar dari golongan lempar batu, sebab aku tidak ingin kebentrok secara langsung dengan Lam kiang Tay-bong!"
"Sudah tentu, setelah aku menyelesaikan urusanku, aku tidak berani mengganggu sianseng lagi! Nona Su to adalah murid Bwee san Sin nie, salah satu dari lima tokoh luar biasa dalam rimba persilatan, sianseng tidak perlu pikir terlalu banyak. Nanti kalau Bwee san Sin nie sudah kembali dari perjalanannya, pasti juga tidak mengijinkan muridnya merepotkan sianseng!"
Dengan demikian, malam itu juga Su to Cian Hui lantas dibawa pulang oleh orang tua pendek, kemarkas tempat golongan lempar batu.
Dengan perasaan tidak tenang Ho Hay Hong membuka pintu sangkar, tiba-tiba di cakar oleh cakar burung garuda raksasa yang sangat tajam, sehingga lengannya terluka dan mengucurkan darah banyak sekali.
Ia lantas naik pitam, tangannya segera bergerak menerkam leher burung. Burung itu meronta dengan kekuatan yang hebat, hingga hampir terlepas dari tangan Ho Hay Hong.
Tetapi dengan kecepatan bagaikan kilat Ho Hay Hong sudah mengikatkan benang emasnya kekaki burung itu, kemudian dilepaskannya dari kurungan.
Burung itu terbang keluar, tetapi agaknya mengerti kalau kakinya terikat, maka ia lantas mengamuk. Dengan kedua kakinya ia menyambar, sedang paruhnya yang tajam coba mematok jidat Ho Hay Hong.
Baru pertama kali Ho Hay Hong mengadakan pertempuran langsung dengan burung Garuda raksasa itu. Karena burung itu terbang melayang-layang dan menyambar lawannya dari atas. maka sia-sia saja Ho Hay Hong memiliki kepandaian ilmu silat tinggi terpaksa membiarkan dirinya dibuat bulan-bulanan burung itu, ia tidak mampu balas menyerang, hanya lompat kekanan kekiri untuk mengelakkan serangan yang hebat itu. Beberapa kali ia hampir terpatok oleh paruh burung yang amat tajam itu.
Dalam keadaan demikian, dengan tiba-tiba sekali timbul satu akal dibenaknya, ia pikir hendak memperlihatkan tanda cacahan burung Garuda diatas lengannya mungkin.
Harapan itu meski sangat tipis, tetapi dalam keadaan terpaksa, ia mau coba juga.
Dengan cepat ia merobek baju lengan tangan kanannya, supaya tanda gambar barang garuda tertampak nyata.
Sungguh aneh ketika mata burung garuda-raksasa yang beringas itu melihat tanda itu, mendadak memperdengarkan suara yang tidak dimengerti oleh Ho Hay Hong, kemudian sikapnya berubah tenang.
Ho Hay Hong dengan sinar mata keheranan mengawasi burung raksasa itu, mendadak teringat ucapan si Kakek penjinak garuda, hatinya mengeluh, suatu pertanyaan timbul dalam otaknya: "benarkah aku ini anak haram?"
Begitu ingat diri orang tua itu, dalam hatinya timbul dua macam perasaan yang berlainan. Satu adalah merasa menanggung budi atas perbuatannya yang telah menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya.
Yang lain adalah penyesalan karena ucapkannya yang membuatnya selalu rendah diri. Ia tidak dapat menimbang mana yang lebih berat antar dua macam perasaan itu. Ia menarik napas dalam-dalam, matanya menatap burung garuda itu, mendadak amarahnya berkobar lagi. Dengan suara keras ia membentak:
"Binatang, lekas bawa aku menemui majikanmu."
Burung raksasa itu mengeluarkan suara perlahan, lalu perlahan-lahan terbang berputaran diatasnya. Ho Hay Hong mengikatkan benang emas dilain ujung kepada pinggangnya sendiri, untuk menjaga supaya burung itu jangan sampai terlepas.
Selesai semua, burung Raksasa itu terbang rendah menuju ke suatu arah, dengan diikuti oleh rombongan orang-orang golongan Lempar batu.
Kejadian aneh itu segera menarik perhatian banyak orang, semua memandangnya dengan terheran-heran.
Ho Hay Hong merasa sedih, karena dari perbuatan burung raksasa itu telah menunjukkan bahwa si Kakek penjinak garuda itu jelas ada hubungan dengannya. Pikirnya: "Kalau benar aku adalah anak haram, Tang siang sucu mungkin juga begitu. Dia adalah musuh besarnya Su to Cian Hui, bagaimana harus membereskan permusuhan ini?"
Ikatan persaudaraan sebetulnya lebih berat daripada ikatan kasih, tetapi sifat Tang-siang sucu yang tidak kenal budi sangat memusingkan kepalanya. Bayangan dan senyuman Su to Cian Hui saat itu mendadak selalu terbayang dalam matanya.
Burung raksasa itu perlahan-lahan terbang menuju kearah kampung setan, Ho Hay Hong yang terbawa terbang kesana. perlahan-lahan juga mulai tegang perasaannya. Kini semakin jelas persoalannya, bahwa si kakek penjinak garuda itu benar benar ada hubungan dengan dirinya, dan hubungan itu mungkin juga menyangkut diri ibunya.
Rombongan orang-orang golongan Lempar batu juga mulai gelisah. Kecuali Chim Kiam sianseng, yang lainnya menunjukkan sikap bimbang, Chim Kiam sianseng sendiri meskipun juga merasa tidak tenang, tetapi bagaimanapun juga ia adalah seorang yang sudah banyak pengalaman, hingga diluar ia masih menunjukkan sikap tenang. Katanya dan sambil tertawa dingin:
"Benar, seperti apa yang kita duga, kampung setan ini adalah tempat sembunyinya kakek penjinak garuda. Heh. rahasia ini apabila tersiar keluar, kampung setan benar benar akan menjadi kampung setan yang sebenar-benarnya."
Diwaktu senja, rombongan orang-orang itu sudah mulai menginjak tanah kampung setan.
Suara burung-burung yang dikejutkan oleh datangnya rombongan orang banyak itu, menimbulkan rasa seram bagi mereka, hingga pada berhenti dan saling memandang.
Chim Khiam sianseng berkata dengan nada kurang senang:
"Manusia biar bagaimana tokh musti mati, tetapi kalau kematian kita itu ada harganya, apa yang harus ditakuti" Apabila nasib kita jelek, harus mati dalam kampung setan, apa boleh buat. Tetapi, apabila kita berhasil bisa keluar dengan selamat, nama kalian akan menjadi pujian banyak orang!"
Ucapan yang bersifat membakar semangatnya itu, kini sudah menarik perhatian orang-orangnya lagi. Kecuali Ho Hay Hong, yang lainnya diam saja, wajah mereka berubah seketika.
Dengan mendadak burung raksasa yang berada ditengah udara mengeluarkan suara panjang dan hendak menukik turun kedepan Ho Hay Hong menarik kuat-kuat benang emasnya, burung itu lantas membatalkan maksudnya.
Ia tahu benar bahwa kelakuan burung itu pasti ada sebabnya, maka lantas memberi isyarat kepada orang-orang golongan Lempar baru supaya berhenti dan ia sendiri pasang mata memandang keadaan depan matanya.
Tidak jauh ditempat ia berdiri tampak berkobarnya api unggun. Dari sinar api itu tampak tegas tiga laki laki tua berambut putih sedang duduk bersila.
Cuaca sudah gelap, hanya bintang-bintang dilangit yang menerangi jagat. Angin malam meniup kencang menimbulkan suara menderu-deru hingga keadaan kampung setan itu semakin menyeramkan.
Tiga orang tua yang duduk bersila itu tetap dalam keadaan diam. tidak bergerak, agaknya sedang bersemedi. Sebelah kiri dekat mereka ada sebuah patung besar yang terbuat dari perunggu. Patung itu adalah patungnya Gak Hui.
Dulu waktu, pertama kali Ho Hay Hong kesasar kedalam kampung setan, didalam gua dibawah patung itu ia pernah menemukan sebilah pedang pusaka. Pedang pusaka garuda sakti yang dikemudian hari menjadi rebutan orang banyak tidak hentinya.
Ia tahu benar patung itu diperlengkapi dengan pesawat rahasia, maka lalu diberitahukannya kepada Chim Kiam sianseng dengan suara bisik-bisik.
Ia khawatir burung raksasa itu akan berbunyi lagi, maka lantas memberi isyarat padanya, kemudian menarik benang emasnya. Setelah burung itu mendekati dirinya, ia lalu menyambar lehernya dan dipegang erat-erat.
Sungguh mengherankan, burung itu kini tidak meronta atau melawan, malah membiarkan dirinya di pegang.
Pada saat itu dari jauh terdengar suara siulan nyaring, lama menggema diudara. Jelas bahwa orang yang mengeluarkan siulan itu, adalah orang yang sudah memiliki kekuatan tenaga dalam sangat sempurna.
Sebagai seorang yang sudah banyak pengalaman dan banyak pengetahuan, Chim Khiam sianseng segera mengerti hal itu, wajahnya berubah seketika.
Suara itu baru saja berhenti, tiga orang tua yang duduk bersila itu mendadak bangkit, masing-masing dari tanah mengambil sepotong baju kulit berbulu kelabu, lalu di pakai dibadannya dan sebentar kemudian telah menghilang.
Ho Hay Hong yang menyaksikan keadaan demikian, mendadak tersadar. Ia teringat seorang makhluk aneh berbulu kelabu yang diceritakan oleh Cie lui Kiam khek. Makhluk aneh itu ternyata adalah tiga orang tua itu yang menyaru. Pantas sikipas besi Hok Yauw menghilang secara mendadak .
Dengan berlalunya tiga orang itu, disekitar patung itu kini tidak tampak satu manusiapun juga. Sekali lagi Ho Hay Hong mengamat-amati tempat itu, mendadak lompat meleset kedekat patung dan mendorongnya.
Patung itu segera tergeser kekanan setelah memperdengarkan suara keresekan, di bawahnya lantas tampak sebuah gua.
Ia mendekam ditanah, telinganya ditempelkan ditanah memperhatikan didalam gua, tetapi tidak mendengar suara apa apa,maka lantas berkaok-kaok: "Kakek penjinak garuda. Kakek penjinak garuda Kakek penjinak garuda."
Chim Kiam sianseng dikejutkan oleh perbuatan anak muda itu, tanpa banyak bicara ia telah diajak orang-orangnya pindah kelain tempat untuk sembunyikan diri.
Tempat itu terpisah agak jauh dengan patung perunggu. Dengan pandangan matanya yang tajam ia masih dapat melihat keadaan disekitar api unggun dengan jelas.
"Ho siauhiap, mengapa kau tidak melepaskan burung garuda itu supaya ia bawa kita menemui kakek penjinak garuda?" Bertanya Chim Kiam sianseng dengan suara pelahan.
"Tidak perlu lagi, tuan tuan harap tunggu sebentar mungkin akan terjadi apa apa!" jawab Ho Hay Hong sambil menggelengkan kepala.
Belum habis ucapannya dari jauh terdengar suara tindakan kaki dan suara tambur. Orang-orang Lempar batu yang mendengar suara itu terkejut dan ketakutan, mata mereka ditujukan kearah datangnya suara itu. Tetapi, tempat itu sepi sunyi, dengan tempat agak jauh yang ramai suara tambur itu bagaikan dua dunia.
Ho Hay Hong yang mengetahui lebih banyak keadaan kampung setan, begitu mendengar suara tambur itu segera mengetahui bahwa ditempat itu sudah terjadi peristiwa pembunuhan. Maka ia lalu berkata:
Tiga Mutiara Mustika 4 Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung Pedang Darah Bunga Iblis 14
^