Pencarian

Kemelut Blambangan 2

Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com besar mbengol seperti topeng Penthul dan berusia sekitar empat puluh tahun tertawa dan menjawab.
"Ha-ha-ha! Tentu Andika ini yang bernama Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari, ketua Jatikusumo!
Ketahuilah, aku bernama Ki Suro Singo dan ini Adikku Ki Suro Badak."
"Hemm, kami pernah mendengar bahwa kalian adalah warok-warok Ponorogo yang terkenal jagoan.
Mengapa sekarang tiba-tiba membawa banyak anak buah menyerbu perkumpulan kami" Jatikusumo tidak pernah bermusuhan dengan para warok Ponorogo!"
"Heh, Ki Cangak Awu! Andika masih bertanya mengapa" Jatikusumo terkenal sombong, entah sudah berapa banyak jagoan di daerah Madiun, Ponorogo dan Pacitan kalian robohkan dan kalian usir, kelompok mereka kalian basmi! Dan Andika masih bertanya mengapa kami sekarang menyerbu?"
"Akan tetapi, yang kami basmi adalah
gerombolan-gerombolan penjahat yang mengganggu rakyat jelata!"
"Kawan-kawan itu juga hanya mencari nafkah, dengan memungut sumbangan dari penduduk. Apakah kalian sendiri saja yang butuh makan" Kini, kawan-kawan melapor kepada kami dan kami memutuskan untuk membasmi Jatikusumo yang congkak dan ingin 86
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com hidup sendiri, untuk membalas dendam dan menghentikan kesombongan kalian yang selalu mencampuri urusan orang lain! Hyaaaatttt!" Ki Suro Singo yang hidungnya besar itu sudah menggerakkan kolornya yang menyambar dan menghantam ke arah dada Ki Cangak Awu.
"Wirrrrr .... !" Kolor itu menyambar dahsyat, namun Ki Cangak Awu yang sama sekali tidak merasa gentar, sudah menggerakkan tongkatnya menangkis.
"Wuuuttt .... plakkk!!" Tongkat bertemu kolor dan tampak bunga api berpijar saking kuatnya terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa ketua Jatikusumo itu memiliki tenaga yang amat kuat. Si Brewok berhidung mbengol itu marah, akan tetapi juga berhati-hati dan segera terjadi serang-menyerang di antara kedua orang pria yang bertubuh sama tinggi besarnya itu.
Merlihat kakaknya sudah saling serang dengan Ki Cangak Awu, Ki Suro Badak lalu menyerang Nyi Pusposari dengan kolornya. Wanita ini dengan gerakan tangkas mengelak lalu dari samping, kerisnya menusuk ke arah lambung lawan. Ki Suro Badak terkejut dan cepat mengebutkan kolornya menangkis.
Kedua orang inipun saling serang dengan seru.
87 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Sementara itu, dengan gagah perkasa tiga puluh enam murid pria dan sembilan murid wanita perguruan Jatikusumo melakukan perlawanan dengan gigih dan biarpun jumlah penyerbu itu sedikitnya ada tujuh puluh orang, namun perlahan tapi pasti para murid Jatikusumo dapat mendesak para penyerbu sehingga mereka bertempur sambil mundur. beberapa orang diantara mereka sudah roboh terpukul tongkat, ada yang patah tulang lengannya atau tulang kakinya, ada yang memar dan bengkak-bengkak muka atau kepalanya.
Perkelahian antara Ki Cangak Awu dan Ki Suro Singo berlangsung seru dan sudah lewat lima puluh jurus. Ki Suro Singo mulai terdesak hebat, tidak kuat dia menahan serangan ketua jatikusumo yang amat kuat itu.
"Heeehhh!" Ki Cangak Awu menghantamkan
tongkatnya yang menyambar ke arah kepala lawan. Ki Suro Singo cepat menghindar dengan miringkan tubuh ke samping, lalu ujung kolor yang di tangan kanan menangkis dan melibat tongkat! Pada saat itu juga, kolor yang kiri menyambar ke arah leher Ki Cangak Awu! Serangan balasan ini hebat sekali dan untuk sejenak Ki Cangak Awu tidak dapat 88
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menggerakkan tongkatnya yang sudah terlibat kolor kanan.
"Wuuttt .... plakkk!" Kolor yang menyambar ke arah lehernya itu ditangkapnya dengan tangan kanan sedangkan tongkat hanya dia pegang dengan tangan kiri, Keduanya kini saling mengerahkan tenaga karena sudah tidak dapat menggerakkan senjata lagi. Tiba-tiba saja Ki Cangak Awu melepaskan tangan kirinya mendorong ke arah dada lawan dengan pengerahan Aji Gelap Musti.
"Syuuttt .... dessss!!" Pukulan dengan tangan terbuka itu tepat mengenai dada Ki Suro Singo yang bidang. Warok itu mengeluh dan tubuhnya terlempar beberapa meter ke belakang lalu terbanting jatuh dan tidak mampu bangkit kembali. Pukulan dengan Aji Gelap Musti itu hebat bukan main dan isi dadanya telah remuk terkena hawa pukulan sakti ini, Ki Suro Singo tewas seketika!
Melihat kakaknya roboh, Ki Suro Badak
menjadi panik. Dia belum juga dapat mengalahkan Nyi Pusposari, biarpun wanita perkasa itu juga belum mampu mendesaknya karena senjata wanita itu hanya sebatang keris pendek sedangkan dia menggunakan dua helai ujung kolor yang panjang. Melihat kakaknya roboh, kolornya menyambar dahsyat sehingga Nyi 89
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Pusposari terpaksa melompat ke belakang.
Kesempatan itu dipergunakan oleh Ki Suro Badak untuk melompat jauh ke belakang dan segera dia menghilang ke dalam kegelapan di luar pekarangan.
Dia lalu memberi isarat dengan suara parau seperti burung gagak berkali-kali. mendengar isarat ini, anak buahnya lalu mundur dan melarikan diri membawa teman-teman yang terluka dan terpaksa meninggalkan mereka yang tewas dalam pertempuran itu.
Karena malam gelap. Ki Cangak Awu berseru,
"jangan kejar, mari kita padamkan api."
Para anak buah perguruan Jatikusumo segera bekerja keras memadamkan dua buah pondok yang termakan api. Ki Cangak Awu lalu memeriksa keadaan anak buahnya dan menghitung jatuhnya korban. Ternyata ada tiga orang anggauta Jatikusumo yang tewas, dan enam orang yang terluka. Sedangkan di fihak musuh, ada sembilan orang mayat musuh malang melintang di situ. Ki Cangak Awu memerintahkan para murid untuk mengubur mayat-mayat itu dan merawat yang terluka.
Pada saat itu, tampak seorang murid wanita merangkak keluar dari rmah induk. Ia menderita luka-luka dan dengan susah payah ia merangkak keluar.
90 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Makarti, engkau kenapakah?" tanya Nyi
Pusposari sambil cepat mendekati murid wanita itu.
"Aduh, ketiwasan (celaka), ibu guru ....! Adi Nawangsih ...."
"Kenapa Nawangsih?" Nyi Pusposari bertanya, tidak lagi memperhatikan Makarti yang terluka karena seluruh perhatiannya tertuju kepada puterinya, hanya gelisah sekali.
Ki Cangak Awu memegang lengan isterinya,
"Biar kutanya dengan tenang. Makarti, apakah keadaanmu baik-baik saja?" Ki Cangak Awu memeriksa luka di pundak dan paha murid perempuan itu dan hatinya lega melihat bahwa luka-luka itu tidak berbahayam hanya luka kulit dan daging dan tidak mengandung racun. Lalu, setelah memeriksa dengan teliti dia bertanya, "Sekarang ceritakanlah, Makarti, apa yang terjadi tadi dengan Nawangsih?"
Makarti lalu bercerita. Ketika terjadi
pertempuran, ia tidak ikut keluar menyambut musuh karena ia mengkhawatirkan keselamatan Nawangsih yang memang menjadi kewajibannya untuk menemani puteri ketua Jatikusumo itu. Ia dipercaya memiliki watak lembut sehingga akan mampu memberi bimbingan kepada Nawangsih dalam bersikap, bicara, dan bertindak sesuai dengan murid Jatikusumo, 91
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com apalagi gadis kecil itu adalah puteri tunggal sang ketua. Tadinya Nawangsih yang penuh semangat itu ingin keluar menyambut musuh, akan tetapi ia dicegah oleh Makarti yang mengkhawatirkan keselamatannya. Maka ia mengajak Nawangsih untuk tinggal di ruangan dalam saja.
Akan tetapi, ketika pertempuran di luar sedang berlangsung ramai, tiba-tiba seorang pemuda melompat masuk ke dalam ruangan itu. Tangan kanannya memegang sebatang pedang. pemuda itu memandang kepada Makarti yang sudah mencabut keris untuk mempertahankan diri, juga kepada Nawangsih, lalu bertanya dengan suara keren.
"Di manakah puteri Ketua jatikusumo?"
Makarti hendak melarang Nawangsih mengaku, akan tetapi terlambat karena gadis remaja itu sudah menjawab lantang, "Aku Nawangsih, puteri Ketua Jatikusumo! Engkau siapa berani lancang masuk ke sini?"
"Ha-ha-ha, bagus! Engkau ikut denganku!"
laki-laki itu berkata dan dia sudah menggerakkan tangan kiri untuk menangkap lengan gadis cilik itu.
Akan tetapi Nawangsih yang sejak kecil sudah dilatih ilmu silat oleh orang tuanya, dapat mengelak dengan melangkah mundur.
92 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan ganggu ia!" makarti membentak dan menyerang dengan kerisnya. Akan tetapi orang itu dengan sigapnya mengelak dan membalas dengan sabetan pedangnya. Terjadilah perkelahian, akan tetapi pemuda itu jauh lebih tangguh sehingga akhirnya Makarti roboh terkena sabetan pedang, terluka pundak dan pahanya. Ketika Makarti roboh, orang itu menangkap Nawangsih yang mencoba untuk melawan. Akan tetapi akhirnya gadis cilik itu dapat diringkus, dipanggul dan dibawa lari.
"Begitulah yang saya alami, Bapa dan Ibu Guru."
"Apa penculik itu tidak mengatakan siapa namanya?" Tanya Ki Cangak Awu.
"Tidak, dia sama sekali tidak bicara, kecuali ketika bertanya di mana adanya puteri Ketua Jatikusumo."
"Seperti apa dia" Coba gambarkan seperti apa macamnya!" Kini Pusposari bertanya.
Orangnya masih muda, sekitar dua puluh lima tahun usianya. Bertubuh jangkung agak kurus.
Wajahnya cukup tampan. matanya tajam, hidungnya mancung dan mulutnya tersenyum mengejek, membayangkan kesombongan. Pakaiannya mewah.
Hanya itu yang saya ingat .... o, ya, dia mempunyai 93
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sebatang keris yang terselip di pinggangnya dan membawa sebatang pedang."
"Hemm, bagaimana warna kulitnya" Hitam?"
"Tidak, ibu Guru, kulitnya agak putih,
rambutnya agak keriting."
Suami isteri itu saling pandang dan keduanya mengerutkan alis karena tidak dapat mengenal siapa pemuda yang digambarkan Makarti itu.
"Bagaimanapun dan siapa pun dia, sudah pasti penculikan ini ada hubungannya dengan para warok dari Ponorogo itu. Mereka menggunakan gerakan memancing harimau-harimau keluar dari sarang untuk memukul kita dengan penculikan itu!" kata Ki Cangak Awu.
"Jahanam yang curang! Menapa menculik
anakku yang tidak berdosa" Awas, kalau engkau mengganggu anakku, aku bersumpah untuk
membasmi mereka dengan taruhan nyawaku!"
Pusppsari berseru dan kedua matanya menjadi basah oleh tangis yang ditahan-tahan karena kegelisahan hatinya memikirkan anaknya.
"Tidak ada jalan lain. Kita harus melakukan pengejaran ke Ponorogo!" kata Cangak Awu. Suami isteri itu lalu membuat persiapan, menyerahkan pengawasan Jatikusumo kepada murid-murid yang 94
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com lebih tua, kemudian mereka berdua menunggang kuda meninggalkan perkampungan Jatikusumo untuk melakukan pengejaran terhadap penculik anak mereka yang mereka sangka pastilah ada hubungannya dengan gerombolan yang dipimpin Ki Suro Singo dan Ki Suro Badak.
**kz** "Lepaskan aku! Setan kau! Monyet tikus kau!
Lepaskan aku!" Nawangsih meronta-ronta di atas punggung kuda ketika dia diboncengkan seorang pemuda yang menculiknya. ketika diculik, ia sudah berusaha melawan, akan tetapi tangan kiri orang itu menampar tengkuknya sehingga ia jatuh pingsan dan tidak dapat meronta atau berteriak ketika dilarikan dari rumahnya.
Penculiknya itu melarikan ia keluar
perkampungan Jatikusumo dan melanjutkan pelariannya dengan kuda yang memang sudah dipersiapkan di situ. Dia mendudukkan Nawangsih di depannya dan membalapkan kudanya meninggalkan daerah itu. Setelah jauh dari Jatikusumo dan mereka tiba di dalam sebuah hutan, Nawangsih siuman dari 95
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com pingsannya dan gadis cilik ini segera meronta dan memaki-maki.
"Hussh, diam kau! Atau ingin kucekik mampus disini?" bentak laki-laki muda itu. Laki-laki muda itu bukan lain adalah Dartoko, murid Kyai Kasmalapati.
Seperti kita ketahui, guru dan murid ini pernah membikin kacau dusun Sampangan, menakut nakuti dan memeras rakyat, bertindak sewenang-wenang bahkan menculik gadis-gadis dusun yang cantik.
Kemudian muncul Maya Dewi yang mengalahkan mereka sehingga mereka melarikan diri ketakutan dari Gua Siluman yang selanjutnya dipilih Maya Dewi untuk dijadikan tempat ia bertapa mengasingkan diri untuk mengobati perasaan duka karena harus berpisah dari Bagus Sajiwo. Dartoko dan gurunya Kyai Kasmalapati mengobati luka dalam yang mereka derita dan kembali ke Blambangan dari mana Kyai Kasmalapati berasal. Segera dia menggabungkan diri dengan Adipati Blambangan yang bermaksud memberontak terhadap Mataram.
Dartoko mendapat tugas istimewa, yaitu dia ditugaskan untuk mengacau dan kalau mungkin membunuh ketua dan para tokoh Perguruan Jatikusumo karena perguruan itu terkenal sebagai perguruan orang-orang yang setia kepada Mataram.
96 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Pada waktu Dartoko tiba di luar perkampungan Jatikusumo, kebetulan sekali gerombolan para warok golongan hitam dari Ponorogo datang menyerbu.
Dartoko mempergunakan kesempatan itu untuk menculik Nawangsih karena dari pengintaiannya dia pun melihat betapa tangguhnya ketua Jatikusumo dan isterinya.
"Iblis jahat, setan alas! Lepaskan aku! Ayah dan ibuku pasti akan meremukkan kepalamu kalau engkau tidak membebaskan aku sekarang!"
Nawangsih meronta-ronta dan memaki-maki karena rontaannya, kuda yang mereka tunggangi menjadi kaget dan mengangkat dua kaki depannya ke atas.
Gerakan kuda ini membuat Dartoko terpaksa membawa gadis cilik itu melompat turun dari punggung kudanya.
Begitu turun dari atas kuda, Nawangwulan meronta dan Dartoko yang meraih kendali kuda untuk menenangkan binatang itu terpaksa melepaskannya.
Dia berhasil menangkap kendali kuda dan selagi dia berusaha membuat kuda itu tenang kembali, tiba-tiba lambung kirinya dihantam Nawangsih.
"Bukk!" pukulan anak perempuan berusia tiga belas tahun itu tentu saja tidak ada artinya bagi Dartoko yang memiliki tingkat kepandaian yang 97
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com tinggi. Akan tetapi karena anak itu sejak kecil sudah digembleng oleh orang tuanya, maka pukulannya bukan lagi pukulan lemah seorang anak perempuan, melainkan sudah mengandung tenaga dalam yang lumayan. Maka, biarpun pukulan itu tidak melukai Dartoko, tetap saja dia meringis karena isi perutnya terguncang.
"Anak setan!" Dia memaki dan melepaskan kendali kuda, lalu menerjang ke arah Nawangsih untuk meringkus anak perempuan yang bandel dan pemberani itu. Akan tetapi, Nawangsih sudah dapat mengelak ke samping, kemudian dari samping kembali ia memukul sekuatnya ke arah perut Dartoko dengan tangan kananya dan berbareng tangan kirinya mencengkeram ke arah muka laki-laki itu!
"Anak liar!" Dartoko cepat menyambut dua serangan itu dengan kedua tangannya dan dia sudah dapat menangkap kedua pergelangan gadis cilik itu.
Nawangsih meronta-ronta hendak melepaskan kedua lengannya, namun dia-sia. Genggaman tangan Dartoko amat kuatnya. Ia menjadi semakin merah dan kakinya menendang ke arah bawah pusar lawan!
Dartoko menyambut dengan kakinya.
"Dukk!" Kini Nawangsih yang menggigit bibir kesakitan ketika tulang kering kakinya bertemu 98
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dengan kaki Dartoko. Ia tahu bahwa menendang lagi tidak menguntungkan. Kalau harus beradu kaki, tulang kakinya kalah tua dan kalah kuat.
"Lepaskan, tikus busuk!" ia memaki dan
meronta-ronta lagi.
Akan tetapi kini Dartoko menyatukan kedua pergelangan tangan anak itu ke dalam genggaman tangan kanannya. Jari-jarinya yang panjang membuat dua pergelangan tangan Nawangsih tidak mampu bergerak, seperti terikat.
"Heh-heh-heh, anak perempuan berandalan!"
Dartoko mengejek dan tangan kirinya mencubit pipi Nawangsih, anak yang masih remaja namun sudah tampak mungil dan manis sekali.
"Cuhh!" Nawangsih berdongak dan meludah ke arah muka Dartoko. Wajah Dartoko menjadi merah sekali ketika pipinya terkena ludah. Kalau tadinya jari-jari tangan kirinya membelai pipi kini bergerak menampar pipi.
"Plakk!" Untung bagi Nawangsih bahwa
Dartoko tidak mengerahkan tenaga sakti ketika menampar, hanya merupakan tamparan biasa saja.
Namun cukup keras membuat pipi anak itu merah dan terasa nyeri, panas dan pedih. Nawangsih tidak menjadi takut, malah ia marah sekali, lalu timbul 99
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com akalnya untuk melepaskan kedua tangannya. Ia menunduk dan menggigit tangan kanan Dartoko yang menggenggam kedua pergelangan tangannya, menggigit dengan sekuatnya.
"Auhhh ....!" Dartoko berteriak dan otomatis melepaskan pegangannya karena punggung tangan kanannya robek berdarah digigit deretan gigi yang kuat itu. Setelah kedua tangannya terlepas, kembali Nawangsih menyerang dengan pukulan tangan kanan ke arah muka Dartoko yang sedang membungkuk memijati tangan kanannya yang nyeri.
"Plokk!" pukulan itu mengenai pipi Dartoko.
Dia menggereng seperti seekor singa marah, lalu menerjang anak itu dengan tamparan tangannya.
Nawangsih berhasil mengelak dua kali, akan tetapi tamparan yang ketiga kalinya tak dapat dihindarkan.
"Plakk!" Tubuh Nawangsih terpelanting dan ia cepat menggulingkan tubuhnya begitu terbanting ke atas tanah untuk menjauhkan diri dari lawan.
Tamparan itu membuat kepalanya terasa pening dan ada sedikit darah keluar dari ujung bibirnya. Melihat Dartoko kini mulai merobek ujung bajunya dan membalut luka gigitan pada tangan kanannya, Nawangsih tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan ia cepat melarikan diri ke arah dalam hutan itu.
100 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Anak setan, hendak lari ke mana kau?"
Dartoko membentak dan melakukan pengejaran. Akan tetapi Nawangsih dapat berlari cepat sekali, menyusup-nyusup di antara semak-semak belukar dan pohon-pohon besar! Kewalahan juga Dartoko mengejar. Karena khawatir kehilangan jejak, dia mencabut pedangnya dan membabati semak-semak yang menghalang jalannya. dengan tindakan ini, dia dapat melihat dan mengejar Nawangsih. Kini buruannya sudah hampir tersusul. Akan tetapi ketika gadis cilik itu melompat ke belakang semak-semak, ia lenyap! Dartoko mencari-cari, akan tetapi layangan pandang matanya tidak menemukan bayangan anak itu. Anak itu seolah ditelan bumi! Dia mengamuk dengan pedangnya, membabati semak dan pohon-pohon kecil. Tiba-tiba dia mendengar langkah kaki yang ringan. Cepat dia menoleh dan ternyata Nawangsih bersembunyi di balik sebatang pohon yang besar sekali dan kini anak itu sudah lari lagi.
**kz** 101 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Jilid III
artoko mulai merasa lelah dipermainkan
Nawangsih yang menyusup ke sana-sini
D dengan gesitnya. dan kembali gadis cilik itu lenyap! Dartoko berhenti mengejar dan mencari-cari ke depan. Dia melihat sebatang pohon besar dan dia menyeringai. Dia melangkah perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara, lalu muncul dari balik pohon besar. Nawangsih yang bagaikan seekor kelinci dikejar harimau, memang bersembunyi di balik batang pohon itu sambil terengah-engah dan keringatnya bercucuran, matanya yang jeli itu bergerak memandang ke kanan kiri. Ia merasa aman ketika tidak mendengar suara Dartoko mengamuk. tentu pengejarnya itu sudah mengejar ke arah lain dan sudah menjauh maka tidak terdengar suaranya seperti iadi.
Tiba-tiba, Dartoko muncul dari balik pohon sambil menyeringai buas! Hampir Nawangsih menjerit saking kagetnya dan ia melompat untuk lari lagi. Akan tetapi Dartoko sudah meraih ke depan.
"Mau lari ke mana engkau, setan?" Dia berhasil menangkap punggung baju Nawangsih,
mencengkeram baju itu untuk menahan gadis cilik 102
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com yang hendak lari itu. Merasa belakang bajunya ditangkap, Nawangsih mengerahkan tenaganya dan meloncat ke depan.
"Breetttt ....!" Baju itu terobek bagian belakang, dari punggung sampai sebagian pinggulnya tidak tertutup lagi. Dartoko terbelalak melihat tubuh bagian belakang yang tidak tertutup lagi itu. Nawangsih sudah lari lagi secepatnya. Timbul gairah di hati laki-laki yang sudah lama menjadi budak nafsunya sendiri itu. Tidak ingat bahwa Nawangsih adalah seorang gadis remaja yang belum dewasa, gairah nafsunya berkobar dan dia melakukan pengejaran dengan cepat.
Nawangsih melarikan diri sekuat tenaga.
Namun, tak lama kemudian ia sudah mendengar jejak langkah pengejarnya, dekat di belakangnya. Bahkan dibelakangnya, laki-laki itu mendengus-dengus seperti seekor kerbau mengamuk. Tiba-tiba Nawangsih menjerit ketika tubuhnya diterkam dari belakang sehingga ia terguling jatuh. Dartoko merangkul dan menindih, menggumulinya. Nawangsih melawan dengan pukulan kedua tangannya, menendang-nendang dengan kedua kakinya, bahkan menggunakan gigi untuk menggigit! Akan tetapi skhirnya ia ditelikung dan Dartoko menindih tubuhnya sambil tertawa bergelak.
103 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Lepaskan anak itu!" terdengar bentakan nyaring dan Dartoko terkejut. Ketika menoleh ke belakang dia melihat seorang pemuda berdiri di situ dengan alis berkerut dan pandang mata marah.
Dartoko terpaksa melepaskan Nawangsih dan melompat berdiri menghadapi pemuda itu. Dia mengamatinya dan merasa tidak mengenalnya.
Pemuda itu masih muda sekali, tentu belum ada dua puluh tahun usianya, wajahnya luar biasa tampannya.
Melihat pemuda yang tampaknya masih remaja dan tubuhnya juga kelihatan lemah, tangan yang tersembul dari lengan baju itu pun kecil, Dartoko memandang rendah.
"Babo-babo, bocah kemarin sore masih ingusan berani mati mengganggu dan mencampuri urusanku!
Apa engkau bosan hidup?"
Pemuda itu tersenyum dan wajahnya bertambah tampan ketika dia tersenyum. "Heh, engkau ini buaya atau manusia" Kalau buaya, mengapa dapat bicara, akan tetapi kalau manusia, mengapa perbuatanmu seperti buaya! Mau kau apakan anak itu?"
Dartoko mendelik saking marahnya. "Bocah kurang ajar! Anak ini adalah milikku, mau kuapakan sesukaku! Apa urusannya dengan kamu?"
104 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Nawangsih yang melihat ada orang
membelanya, lari ke dekat pemuda itu. "Kisanak, dia iblis jahat, telah menculik aku dari rumah orang tuaku!" katanya nyaring.
Pemuda itu mengngguk-angguk, "Adik,
berdirilah di sana, di belakangku. Jangan takut, aku yang akan menghajar buaya darat ini!"
Dartoko menjadi semakin marah ketika melihat pemuda yang mengenakan pakaian rangkap banyak itu menanggalkan jubah luarnya dan menyelimutkan ke tubuh Nawangsih.
"Bocah sombong, sebelum engkau mempus di tanganku, katakan dulu siapa namamu agar engkau jangan mati tanpa nama!"
"He, bajul buntung (buata tak berekor)! Kamu tidak patut menanyakan namaku sebelum engkau memperkenalkan dulu namamu yang kotor dan busuk!"
Dartoko menjadi merah mukanya. Alangkah beraninya bocah ini, pikirnya. "Kurang ajar! Aku adalah Raden Dartoko, murid Kyai Kasmalapati datuk besar Blambangan!"
"Heh-heh, dari mana engkau memungut gelar Raden itu" Aku bernama Joko Darmono, adapun guruku adalah kakek guru dari Kyai Kasmalapati!"
105 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Keparat! berani engkau menghina guruku?"
"Guru mu itu masih murid keponakanku dan engkau masih cucu muridku. Hayo berlutut beri hormat kepada Eyang Grumu ini!"
pemuda itu berkata sambil tersenyum lebar. "Jahanam!" Dartoko tidak mampu menahan
kemarahannya lagi dan dia sudah mencabut pedangnya dan langsung menyerang pemuda itu tanpa memberi peringatan lagi. Pedangnya berubah menjadi sinar menyambar ke arah leher pemuda itu.
Nawangsih memandang dengan mata terbelalak.
Sebagai puteri Ketua Jatikusumo ia sudah biasa melihat orang bermain pedang dan ia tahu betapa 106
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com hebatnya serangan penculiknya itu. Kalau pedang itu mengenai leher pemuda penolongnya, pasti leher itu akan putus dan kepalanya terpisah dari badan!
Akan tetapi dengan gerakan lincah pemuda itu sudah menekuk lutut merendahkan tubuhnya sehingga sabetan pedang lewat di atas kepalanya dan dari bawah tangan kanannya yang sudah mencabut keris ditusukkan ke arah perut lawan! Dartoko terkejut sekali dan cepat dia melompat ke belakang.
kesempatan itu dipergunakan oleh pemuda yang bernama Joko Darmono itu untuk meloloskan sehelai sabuk yang diikatkan di pinggangnya, Sabuk itu panjangnya ada setombak, terbuat dari benang sutera yang dipilin menjadi semacam pecut sebesar lengan dengan ujung mengecil.
"Tar-tar-tarrr ....!" sabuk atau pecut itu meledak-ledak ketika tangan kiri Joko Darmono menggerakkannya. Kini tangan kiri memegang pecut dan tangan kanan memegang keris, dengan tenang dia berdiri menanti serangan lawan.
Kini mengertilah Dartoko mengapa pemuda remaja yang tampak ringkih (lemah) itu berani menentangnya. Kiranya pemuda itu bukan orang sembarangan! Dia pun bersikap hati-hati dan diam-diam dia mengerahkan sihirnya, mulutnya berkemak-107
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com kemik dan pandang matanya seolah menembus dahi Joko Darmono untuk menguasai pikirannya.
"Joko Darmono, engkau berhadapan dengan orang yang lebih tua dan lebih kuat daripada engkau!
Kedua kakimu lemas, pikiranmu hanya untuk mentaati perintahku. Kuperintahkan engkau berlutut dan menyembah padaku!" Suara Dartoko yang mengandung daya sihir itu amat berwibawa.
Akan tetapi pemuda tampan yang hendak
dipengaruhi dengan sihirnya itu masih berdiri tenang-teang saja, sama sekali tidak menjatuhkan diri berlutut dan menyembah seperti diperintahkan Dartoko.
"Heh-heh, bajul buntung ini malah sudah edan (gila) pula!!" pemuda tampan itu malah mengejek.
Dartoko merasa penasaran sekali. Dari gurunya, Kyai Kasmalapati, dia bukan hanya mempelajari ilmu silat akan tetapi juga ilmu sihir dan dia telah memiliki kekuatan sihir yang kuat. Bagaimana mungkin pemuda remaja ini sama sekali tidak terpengaruh daya sihirnya yang kuat" Karena merasa penasaran, mulutnya berkemak-kemik lebih cepat lagi dan kedua tangannya dia sodorkan ke depan dengan telapak tangan menghadap pemuda itu.
"Berlutut dan menyembahlah, Joko Darmono!"
bentaknya dan suaranya mengandung getaran hebat.
108 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Akan tetapi Joko Darmono tetap saja berdiri tegak sambil tersenyum, bagaikan batu karang yang kokoh kuat diterpa angin, sedikitpun tidak terguncang.
"Kakang Joko, orang jahat ini sudah gila! Hiih, menakutkan sekali!"
Joko Darmono menoleh dan memandang
Nawangsih yang kini tersenyum jenaka. Jelas bahwa anak perempuan itu mengejek Dartoko. Dia tertawa, lalu berkata, "Orang yang jahat itu memang tidak ada bedanya dengan orang gila, Adik .... eh, siapa namamu?"
"Namaku Nawangsih .... he, awas, Kakang!"
Dengan curang, selagi Joko Darmono menoleh dan bicara dengan Nawangsih, Dartoko dengan tiba-tiba sudah melancarkan serangan dengan pedangnya, melakukan gerakan menusuk punggung pemuda itu.
Joko Darmono tidak sempat membalikkan tubuhnya, akan tetapi tangan kirinya bergerak dan sabuk di tangan kirinya itu menyambar dari atas mengeluarkan bunyi ledakan dan ujung sabuk sudah mengancam kepala Dartoko!
Dartoko maklum betapa dahsyatnya ujung
sabuk yang seperti pecut itu mengancam ubun-ubun kepalanya, maka terpaksa dia mengelak ke samping sehingga tusukan pedangnya juga tertunda.
109 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Trang-cring-traaangggg ....!" Bunga api berpijar ketika keris beremu keris dan pedang bertemu ujung cambuk atau sabuk itu. Mereka lalu saling menyerang dengan hebat. Kedua fihak baru menyadari sepenuhnya bahwa fihak lawan benar-benar tangguh sehingga mereka mencurahkan segala kemampuan mereka untuk menjatuhkan lawan.
Namun Dartoko sekali ini kecelik. Tadi dia memandang rendah pemuda remaja yang kelihatannya lemah itu, akan tetapi ternyata setelah perkelahian berlangsung lebih dari tiga puluh jurus, dia mulai kewalahan! Semua serangannya seperti bertemu perisai baja yang amat kuat, sebaliknya, serangan pemuda itu amat cepatnya sehingga beberapa kali dia nyaris menjadi korban sabuk atau keris pemuda itu.
Nawangsih dapat mengerti bahwa penolongnya berada di atas angin. Maka mulailah gadis cilik yang lincah dan bengal itu memberi komentar untuk membakar semangat penolongnya dan untuk mengejek penculiknya.
"Bagus, desak terus, Kakang Joko! Jangan kasih ampun bajul buntung itu! Tusuk saja perutnya, pecahkan dadanya dan remukkan kepalanya!"
Seolah mendapat tambahan semangat oleh kata-kata gadis cilik itu, Joko Darmono mempercepat 110
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com gerakannya sehingga Dartoko menjadi semakin terdesak dan main mundur.
"Bagus, Kakang Joko! Lihat, muka bajul
buntung itu sudah mulai pucat! Sebentar lagi dia akan mati!"
Tiba-tiba Dartoko membuat gerakan ke
samping, melompat dan dia tiba dekat Nawangsih lalu menggunakan pedangnya menyerang anak perempuan itu.
"Tranggg ....!" Joko Darmono mengejar dan menangkis serangan itu, lalu dia melindungi Nawangsih agar tidak sampai diserang lagi. Akan tetapi kiranya serangan Dartoko terhadap Nawangsih tadi hanya untuk mengalihkan perhatian Joko Darmono karena kini tiba-tiba dia melompat jauh dan melarikan diri lintang pukang seperti dikejar setan.
Nawangsih tertawa dan bersorak hembiara.
Dengan hati kagum dan heran Joko Darmono menyimpan sabuk dan kerisnya sambil memandang wajah gadis cilik itu. Biarpun baru berusia tiga belas tahun, Nawangsih sudah tampak manis sekali dan tubuhnya yang masih kekanak-kanakan itu padat, juga sikapnya penuh semangat dan agaknya anak itu sama sekali tidak merasa ketakutan walaupun tadi ia berada dalam cengkeraman orang yang kejam dan jahat! Ini 111
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com jelas bukan gadis desa sembarangan, pikir Joko Darmono.
"Kakang Joko, mengapa engkau tidak mengejar bajul buntung itu?" Nawangsih menegur
penolongnya. Joko Darmono tersenyum. "Ada dua hal yang membuat aku tidak mengejarnya, Nawangsih."
"Hemm, apa itu?"
"Pertama, mengejar penjahat seperti itu dalam hutan ini berbahaya karena aku tidak mengenal hutan ini dan dia dapat memasang jebakan. Ke dua, aku tidak tahu urusan antara engkau dan dia. Siapa tahu fihakmu yang bersalah
Nawangsih cemberut. "Hemm, kalau engkau ragu dan tidak percaya kepadaku, mengira bahwa mungkin aku yang bersalah, mengapa engkau tadi menolongku?"
Joko Darmono tersenyum. Anak ini selain manis, tabah tak kenal takut, juga galak dan pandai bicara!
"Aku tadi menolongmu karena engkau anak yang manis!" katanya menggoda.
Nawangsih tetap cemberut dan sepasang
matanya yang bening itu menatap tajam wajah Joko 112
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Darmono. "Apa engkau mempunyai anggapan bahwa bajul buntung tadi bukan orang jahat?"
"Ah, aku yakin dia itu orang jahat dan kejam."
"Kalau begitu, mengapa masih sangsi bahwa aku berada di fihak benar" Bukankah orang jahat itu selalu mengganggu orang yang benar" Yang jahat biasanya tidak mengganggu yang jahat, malah berkomplot. Sudah kukatakan tadi bahwa dia menculik aku dari rumah orang tuaku."
"Nawangsih, siapakah orang tuamu" Ingin sekali aku mengetahuinya. anak seperti engkau ini pasti bukan puteri orang sembarangan."
Nawangsih tidak cemberut lagi, malah kini tersenyum dan ia membusungkan dadanya yang masih rata. "Ayahku adalah Ki Cangak Awu, ibuku Nyi Pusposari. mereka adalah pemimpin perguruan Jatikusumo."
"Wah, kiranya engkau puteri Ketua Perguruan Jatikusumo" Akan tetapi mengapa engkau sampai dapat dilarikan orang tadi" Mengapa Ayah Ibumu tidak mencegah engkau diculik?"
"Ketika itu, perkampungan kami diserbu
gerombolan musuh. Kalau tidak salah para penyerbu itu adalah gerombolan para warok sesat dari Ponorogo. Ayah dan ibu sedang memimpin para 113
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com murid bertempur dengan para penyerbu. Tiba-tiba bajul buntung tadi masuk, melukai Mbakayu Makarti yang melindungi aku dan menangkapku dan membawa lari sampai ke sini. Hemm, kalau ada Ayah Ibuku, tidak mungkin Si Kadal itu mampu menculik aku!"
Joko Darmono tertawa geli mendengar
Nawangsih menyebut Dartoko kadal.
"Nawangsih, mengapa engkau menebut
penculikmu yang bernama Dartoko itu kadal?"
Nawangsih memandang pemuda itu dengan
sinar mata menantang. "Dan mengapa engkau menyebut dia bajul buntung?"
Kembali Joko Darmono tertawa. Gadis cilik ini mempunyai watak tabah, berani menentang, juga bengal dan ugal-ugalan. "Bajul atau buaya adalah sebutan bagi orang jahat, kutambah buntung karena kalau buaya mempunyai ekor akan tetapi manusia tentu saja tidak mempunyai ekor alias buntung!"
"Aku menyebutnya kadal karena dia licik dan curang. Buktinya tidak berani terang-terangan di depan Ayah Ibuku ketika menculik aku, dan tadipun dia melarikan diri karena kalah bertanding melawanmu. Kadal itu sifatnya pengecut, tidak berani berhadapan dengan musuh terang-terangan, 114
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menyusup-nyusup ke bawah semak-semak atau sampah."
Joko Darmono tertawa dan merangkul pundak Nawangsih. "Engkau anak nakal! Engkau manis sekali."
"Plakk!" Tangan Nawangsih menampar tangan Joko Darmono yang merangkul pundaknya.
"Eh" Mengapa engkau menampar tanganku?"
Joko Darmono memandang heran.
Nawangsih cemberut dan menatap wajah
pemuda itu dengan alis berkerut dan penuh curiga.
"Ibuku bilang bahwa aku harus waspada terhadap laki-laki yang memuji-mujiku karena itu hanya rayuan gombal belaka. Ayahku juga berkata bahwa kalau ada laki-laki memegang-megang atau merangkulku, dia itu orang kurang ajar dan aku harus melawan dan memukulnya! Dan engkau tadi memujiku dan merangkul pundakku!"
Joko Darmono terbelalak lau tertawa terkekeh-kekeh. "Ha-ha-heh-heh-heh! Engkau bocah lucu, bengal, dan pandai bicara. Aku tidak berniat buruk, untuk apa aku menolongmu dari tangan kadal tadi"
Mari kuantar engkau pulang ke rumah orang tuamu."


Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nawangsih mengangguk lalu menuding ke arah kuda yang tadi ditunggangi Dartoko. Orang itu 115
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com melarikan diri dan tidak sempat menggunakan kudanya. "Itu ada kuda. Dengan naik kuda perjalanan pulang dapat lebih cepat dan tidak melelahkan."
Joko Darmono juga memandang ke arah kuda itu dan tersenyum, katanya, "Akan tetapi hanya ada seekor kuda."
"Kuda itu cukup kuat ditunggangi berdua. Tadi pun ditunggangi penculik itu dan aku diboncengnya."
Joko Darmono menghampiri kuda, memegang tali kendalinya dan menuntun kuda itu mendekati Nawangsih, lalu dia memamndang gadis cilik itu dan bertanya.
"Kita menunggang bersama?"
"Ya, kita berboncengan."
"Hemm, engkau akan duduk di mana" Depan atau belakang?"
"Aku di depan dan engkau di belakang,
mengendalikan kuda."
"Wah, aku takut ah!" Joko Darmono
menggoda. "Takut" Takut apa?" Nawangsih bertanya
heran, sepasang mata jeli itu terbelalak memandang wajah pemuda itu. Pemuda yang gagah perkasa dan sakti mandraguna itu takut"
116 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita akan duduk berhimpitan dan itu berari aku akan menyentuhmu. Aku takut kau tampar lagi!"
Kedua pipi gadis tanggung itu menjadi merah.
Ia tahu bahwa pemuda itu menyindirnya. "Kalau berboncengan, tentu saja kita saling bersentuhan.
Akan tetapi hal itu terjadi bukan kau sengaja. Kalau engkau sengaja bertindak kurang ajar di atas kuda, pasti aku akan memukulmu!"
Pemuda itu tertawa lagi. "Nah, naiklah lebih dulu. Nanti aku duduk di belakangmu!"
Nawangsih melompat dengan cekatan dan
ringan ke atas punggung kuda setelah ia menyingsingkan kainnya sampai ke atas lutut. Joko Darmono tersenyum dan dia pun melompat ke atas punggung kuda dan duduk berhimpitan dengan Nawangsih, dia berkata, "Sekarang tunjukkan jalan ke arah mana tempat tinggal orang tuamu."
Nawangsih menjadi penunjuk jalan dan Joko Darmono menjalankan kuda itu dengan santai, tidak terlalu cepat sehingga tubuh mereka tidak terlalu terguncang.
**kz** 117 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari membedal kuda mereka keluar dari perkampungan Jatikusumo, dengan niat menuju Ponorogo. Ketika tiba di jalan pertigaan, mereka berhenti dan meragu. Mereka tidak tahu kemana anak mereka dibawa penculik. Terus ke utara ataukah membelok ke barat" Selagi mereka bingung dan ragu, tiba-tiba datang seorang penunggang kuda. Suami isteri itu memandang penuh perhatian dan melihat bahwa penunggang kuda itu seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun dengan pakaian sederhana. Pemuda itu lewat dan dia juga memandang ke arah suami isteri itu penuh perhatian, walaupun hanya selewat.
Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari tidak
mengenal pemuda itu, maka mereka tidak
memperhatikannya lagi. Akan tetapi, selagi mereka melanjutkan perjalanan ke utara, menuju ke Ponorogo karena jalan itulah yang mereka putuskan, tiba-tiba mereka mendengar derap kaki kuda di belakang.
Mereka menengok dan ternyata penunggang kuda tadi yang kini kembali. Setelah tiba di dekat mereka, penunggang kuda itu menghentikan kudanya dan memandang kepada suami isteri itu penuh perhatian.
Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari juga menangkap wajah pemuda itu dengan heran.
118 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Pemuda itu merangkap kedua tangannya di depan dada sebagai sembah penghormatan lalu bertanya dengan suara lembut. "Mohon maaf atas kelancangan saya, Paman dan Bibi. Saya ingin bertanya, apakah Paman ini Ki Cangak Awu ketua perguruan Jatikusumo dan Bibi Pusposari isteri Paman?"
Suami isteri itu memandang heran. Mereka merasa tidak pernah mengenal pemuda ini.
"Benar sekali, orang muda." jawab Ki Cangak Awu. "Akan tetapi, siapakah Andika dan bagaimana Andika tahu bahwa kami adalah Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari?"
Pemuda itu cepat melompat turun dari
punggung kudanya, lalu kembali menyembah dengan sikap hormat.
"Paman dan Bibi, saya adalah Bagus Sajiwo, putera Ayah Tejomanik dan Ibu Retno Susilo."
"Ahh ....!" Suami isteri itu melompat turun dari atas kuda. "Kiranya engkau putera Kakangmas Sutejo?" kata Ki Cangak Awu yang menyebut kakangmas kepada Tejomanik atau Sutejo walaupun dia lebih tua karena dia menikah dengan Pusposari, adik angkat Tejomanik.
119 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bagus Sajiwo, bukankah engkau hilang diculik orang" Aduh, mengapa anakku juga mengalami hal yang sama ....?" Pusposari teringat akan Nawangsih yang diculik orang dan tiba-tiba ia menangis.
"Kanjeng Bibi, tentang diri saya kita bicarakan nanti saja. Sekarang harap Bibi ceritakan, apa arti ucapan bibi tadi" Anak Bibi diculik orang?"
Cangak Awu yang menjawab karena isterinya masih sesenggukan.
"Ah, malapetaka menimpa kami, Bagus Sajiwo.
Jatikusumo diserbu gerombolan warok Ponorogo dan dalam keributan itu, kami dapat mengusir musuh, akan tetapi anak kami, Nawangsih yang berusia tiga belas tahun, dilarikan seorang pemuda. Kami berdua sekarang hendak melakukan pengejaran ke Ponorogo, akan tetapi di sini kami ragu karena jalan bercabang.
Kami memutuskan untuk melakukan pengejaran ke utara menuju ke Ponorogo."
"Kalau begitu, biarlah saya yang akan mengejar ke barat. Bagaimana ciri penculik itu, Paman?"
"Yang melihat adalah seorang murid
Jatikusumo yang dilukainya. Dia seorang pemuda yang berwajah tampan."
"Baik, saya mohon pamit, Paman dan Bibi.
Saya akan melakukan pengejaran!" kata Bagus Sajiwo 120
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sambil melompat ke atas kudanya dan membalapkan kuda itu ke arah barat. Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari juga segera melanjutkan pengejaran mereka ke utara.
Seperti kita ketahui, Bagus Sajiwo
meninggalkan rumah orang tuanya di lereng Gunung Kawi untuk merantau dan ayahnya berpesan agar dia singgah diperguruan Jatikusumo, menjenguk Bibinya, Pusposari yang menjadi isteri Ki Cangak Awu ketua Jatikusumo. Dia sudah mendengar keterangan Ayah Ibunya tentang ciri-ciri Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari, maka ketika tadi berpapasan, dia mengenal mereka. Mendengar puteri mereka yang bernama Nawangsih diculik orang, tentu saja dia segera ingin membantu melakukan pengejaran. Nawangsih adalah puteri bibinya, berarti adik misannya!
Ketika kudanya tiba di jalan yang memasuki hutan, dia berhenti dan meneliti tanah, Tanah di situ agak lembab maka jelas tampak olehnya jejak kaki kuda yang cukup dalam seolah kuda itu membawa beban berat. Inilah kuda penculik itu, pikirnya.
Penculik itu membawa Nawangsih, tentu saja bebannya yang dua orang itu menjadi berat dan meninggalkan jejak yang jelas di atas tanah. dia lalu 121
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menjalankan kudanya, mengikuti jejak kaki kuda itu yang memasuki hutan.
Matahari mulai condong ke barat. Walaupun sinar matahari masih panas menyengat, namun di dalam hutan itu tampak teduh karena banyaknya pohon rindang yang daun-daunnya merupakan perisai terhadap sinar matahari. Bagus Sajiwo masih terus mengikuti jejak kaki kuda. Mudah saja jejak itu diikuti karena tidak terdapat jejak kaki kuda lain yang sejelas jejak yang diikutinya itu. Dia harus mengikuti terus, kemanapun jejak kaki kuda itu menuju. Kalau sebentar lagi malam tiba dan cuaca menjadi gelap sehingga tidak mungkin lagi melihat jejak kaki kuda itu, baru dia akan berhenti untuk dilanjutkan besok kalau sudah terang tanah. Dia merasa bahwa dia telah menemukan jejak penculik itu. Dia harus dapat menemukan adik misannya!
Tiba-tiba dia menahan kudanya.
Pendengarannya yang tajam dapat menangkap suara yang datang dari depan. Suara orang bicara! Cepat dia turun dari atas punggung kudanya, membawa kudanya agak menjauh lalu melepaskan kendali dan membiarkan kuda itu makan rumput. Dia sendiri cepat kembali ke jalan tadi, bersembunyi di balik sebatang pohon besar.
122 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Suara orang bicara itu semakin mendekat dan Bagus Sajiwo menanti dengan hati tegang dan penuh harap bahwa yang datang itu adalah penculik yang dikejarnya, walaupun dia merasa sangsi karena kalau orang itu benar si penculik, mengapa dia kembali"
Joko Darmono yang mengendalikan kuda
dengan Nawangsih di depannya, menjalankan kudanya dengan santai saja. "Cepatk an dong kudanya!" Nawangsih menegur. "Kalau merangkak seperti siput begini, kapan sampainya?"
Mendengar omelan gadis remaja itu, Joko Darmono tersenyum. "Kalau kubalapkan, aku takut engkau pukul karena kita akan terguncang-guncang 123
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com sehingga tubuh kita berhimpitan. Engkau akan menganggap aku kurang ajar lalu memukul, kan repot!"
"Jangan goda aku. Cepatlah, lihat, hari sudah menjelang sore. Kita akan kemalaman di hutan!"
"Kemalaman juga tidak mengapa. Kita
membuat api unggun pengusir nyamuk dan dingin, tidur di bawah pohon dan besok kita lanjutkan perjalanan."
"Tidak! Aku tidak sudi tidur denganmu! Lebih baik aku mati daripada harus tidur denganmu.
Ternyata engkau laki-laki kurang ajar, brengsek!"
Bagus Sajiwo mendengar kata-kata yang
diteriakkan dengan marah oleh Nawangsih itu, maka cepat dia melompat dan menghadang di depan kuda Joko Darmono. Pemuda ini terkejut dan menahan kudanya, memandang kepada Bagus Sajiwo yang tiba-tiba muncul menghadang itu. Bagus Sajiwo tadi mendengar percakapan mereka dan tahu bahwa pemuda itu jelas bukan orang baik-baik karena telah menculik gadis remaja itu. Akan tetapi dia masih belum yakin benar apakah benar gadis itu puteri Ki Cangak Awu.
"Adik manis, apakah Andika yang bernama Nawangsih?" tanya Bagus Sajiwo.
124 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Nawangsih memandang pemuda yang
menghadang di depannya itu dengan sinar mata penuh selidik dan alis berkerut, sudah merasa tidak senang dipanggil adik manis yang merupakan pujian kepadanya. Pujian laki-laki berarti rayuan gombal!
"Hemm, aku memang Nawangsih dan engkau
mau apa?" Bagus Sajiwo tidak menjawab akan tetapi tiba-tiba tubuhnya meloncat dan berkelebat cepat sekali.
Bagaikan seekor burung garuda terbang, dari atas dia sudah menyerang Joko Darmono dengan tamparan ke arah kepala pemuda itu.
Joko Darmono terkejut sekali melihat serangan mendadak yang tdak disangka-sangkanya itu. Cepat dia melompat turun dari atas punggung kudanya untuk menghindarkan diri dan pada saat itu, Bagus Sajiwo sudah memondong tubuh Nawangsih dan
membawanya turun dari atas kuda. Ternyata serangannya tadi hanya merupakan gertakan saja agar Joko Darmono melepaskan gadis remaja itu.
Nawangsih yang dirangkul dan dipondong
Bagus Sajiwo turun dari kuda, meronta-ronta.
"Lepaskan aku! Lepaskan, setan kurang ajar! Jangan sentuh aku!"
125 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Adik Nawangsih, aku hendak menolongmu."
kata Bagus Sajiwo. akan tetapi pada saat itu Nawangsih yang dirangkul segera menggunakan giginya yang kuat menggigit tangan yang merangkulnya.
"Aduh ....!" Bagus Sajiwo berseru, lebih kaget daripada nyeri karena sama sekali tidak disangkanya bahwa anak perempuan yang hendak ditolongnya itu malah menggigit tangannya. Dan lebih heran lagi hatinya melihat Nawangsih yang terpaksa dia lepaskan itu kini lari ke arah pemuda yang memboncengkannya tadi. Lari kepada si Penculik!
Nawangsih memilih berdekatan dengan Joko Darmono karena ia sudah yakin bahwa Joko Darmono membebaskannya dari tangan Dartoko yang jahat.
Sedangkan pemuda yang baru muncul ini sama sekali tidak dikenalnya. Tentu saja ia merasa curiga kepada Bagus Sajiwo dan merasa lebih aman minta perlindungan Joko Darmono.
Panas juga perut Bagus Sajiwo melihat betapa pemuda tampan itu terkekeh-kekeh, menertawakan dia yang digigit gadis remaja itu, tertawa terpingkal-pingkal sambil menekan perutnya karena dia merasa betapa lucunya kejadian tadi. Anak perempuan itu sungguh liar, siapa saja digigitnya! Dia sendiri sudah 126
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com merasakan gigitan yang menyakitkan itu dan kini dia tertawa-tawa melihat orang lain juga menjadi korban gigitan.
"Heh-heh-heh, baru tahu rasa kau sekarang!
Manusia lancang, dengan curang menyerangku dan hendak membawa Nawangsih dengan paksa!"
Bagus Sajiwo merasa heran sekali melihat Nawangsih malah berfihak kepada penculiknya dan kini gadis itu berdiri di belakang pemuda tampan seolah berlindung.
"Ki sanak, aku tidak ingin bermusuhan
denganmu. Aku memang bertugas mencari
Nawangsih dan membawanya pulang ke rumahnya.
Serahkan anak itu kepadaku dengan baik dan kita tidak perlu bermusuhan."
"Enak saja kau bicara! Menyerahkan
Nawangsih begitu saja kepadamu, orang yang sama sekali tidak kami kenal" Tidak mungkin." jawab Joko Darmono, "Aku medapatkan gadis ini dengan susah payah, dengan jalan merebut. Nah, kalau engkau hendak mendapatkannya, engkau juga dapat merebutnya dari tanganku!"
"Hemm, engkau tidak mau menyerahkan
Nawangsih dan bahkan menantang aku?" tanya Bagus Sajiwo penasaran.
127 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak menantang siapa-siapa, akan tetapi kalau ada yang hendak merebut anak ini dari tanganku, siapapun juga orangnya, harus menghadapi dan mengalahkan aku!"
"Bagus, kalau begitu, mari kita lihat siapa yang lebih unggul dan berhak membawa anak ini."
"Huh, engkau tentu kawan bajul buntung tadi!"
bentak Joko Darmono. "Majulah!" Dia memasang kuda-kuda dengan gagah sekali, kaki kiri berdiri tegak, lutut kaki kanan diangkat dan kaki kanan menempel pada lutut kiri, kedua tangan
dikembangkan dan jari-jari tangan membentuk paruh seperti seekor burung garuda hendak terbang.
Bagus Sajiwo memang tidak mempunyai niat untuk membunuh atau melukai pemuda tampan itu karena dia pun belum tahu mengapa pemuda itu menculik Nawangsih. Akan tetapi dia harus dapat mengalahkan pemuda itu agar dia dapat membawa pulang puteri Ki Cangak Awu.
"Andika yang mengajak bertanding. Majulah!"
katanya sambil berdiri santai, tidak memasang kuda-kuda seperti lawannya. Joko Darmono melihat pemuda itu tidak memasang kuda-kuda, lalu menurunkan kedua tangan yang tadi dikembangkan.
128 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudahlah! Kalau engkau tidak pandai bersilat, aku pun tidak mau menyerang orang yang tidak berkepandaian. Tadi gerakanmu begitu cepat maka kukira engkau pandai olah kanuragan. Akan tetapi sekarang engkau agaknya tidak pandai bersilat."
"Hemm, penculik sombong. Kalau engkau
tidak berani, bebaskan gadis itu biar kubawa pulang."
"Siapa yang tidak berani" Jangan sembarangan kamu! Siapa takut kepada orang lemah macam kamu?"
Bagus Sajiwo tersenyum. "Kalau tidak takut, mengapa tidak segera menyerang?"
"Engkau bersiaplah!"
"Sudah sejak tadi aku bersiap!"
"Baik, awas seranganku. Haaaiiittt!" Joko Darmono menerjang ganas memukul ke arah dada Bagus Sajiwo. Melihat serangan yang mantap dengan cepat, juga mengandung tenaga dalam yang kuat, diam-diam Bagus Sajiwo kagum juga. Ternyata pemuda penculik ini bukan lawan lemah. Serangannya itu dahsyat sekali. Maka Bagus Sajiwo cepat mengelak ke samping dan langsung membalas dengan tamparan tangannya ke arah pundak lawan. Namun, Joko Darmono juga dapat mengelak dengan cepat lalu kakinya menendang ke arah perut Bagus Sajiwo.
129 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Cepat sekali gerakannya itu dan begitu Bagus Sajiwo kembali mengelak, tubuh Joko Darmono sudah condong ke depan dan tangannya kini mencengkeram ke arah muka lawan.
Bagus Sajiwo berdecak kagum. Hebat juga pemuda ini, pikirnya. Sayang sekali pemuda yang luar biasa tampannya dan ternyata memiliki kesaktian sesat, menculik seorang gadis dengan niat rendah. Dia pun melayani perkelahian tangan kosong itu dan timbullah kegembiraannya setelah mendapat kenyataan bahwa pemuda itu memang tangguh sekali.
Dia ingin mengukur sampai di mana kehebatan lawannya yang masih amat muda, lebih muda tampaknya daripada dia sendiri. Dan makin lama mereka bertanding, semakin kagumlah hati Bagus Sajiwo. Pemuda itu memang hebat, cekatan, gerakannya cepat bukan main dan tenaga saktinya juga kuat.
Tiba-tiba Joko Darmono yang kaget sekali melihat kesaktian lawannya, mengeluarkan teriakan nyaring dan kedua tangannya membuat gerakan silat, lalu mendorongkan kedua telapak tangan. Tampak uap kemerahan menerpa ke arah Bagus Sajiwo.
"Aji Nirada Jingga!" Joko Darmono
membentak. 130 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Bagus Sajiwo maklum bahwa serangan itu
mengandung tenaga sakti yang amat ampuh maka dia pun tidak mau menyambut karena serangan seperti itu kalau disambut dengan tenaga sakti pula, akibatnya dapat mendatangkan luka di sebelah dalam tubuh, entah dia atau lawannya yang akan terluka, tergantung siapa yang lebih kuat. Maka untuk menghindari pukulan itu, tubuhnya mencelat ke atas dan berjungkir balik sebelum kembali ke atas tanah.
"Kakang Joko, pukul mampus dia! Dia tentu teman bajul buntung yang menculik aku!" teriak Nawangsih. mendengar teriakan ini, Bagus Sajiwo terkejut.
"Ki sanak, tahan dulu!" dia berseru.
"Hemm, engkau tidak berani menghadapi ajiku Nirada Jingga?" Joko Darmono mengejek,
sungguhpun diam-diam dia heran dan terkejut juga melihat betapa lawannya dengan mudah
menghindarkan diri dari aji pukulan yang dahsyat tadi.
"Aji pukulanmu yang tadi memang dahsyat, Ki sanak. Akan tetapi bukan karena takut aku menghentikan pertandingan. Aku tadi mendengar ucapan Nawangsih. Bukankah Andika yang telah 131
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menculik Nawangsih dari rumah Paman Cangak Awu?"
"Huh, maling teriak maling!" Joko Darmono membentak. "Engkaulah yang agaknya menggantikan di bajul buntung Dartoko si penculik jahat yang sudah kukalahkan!"
"Maaf, kalau begitu, Andika malah menjadi penolong Nawangsih, membebaskannya dari tangan penculiknya?"
"Benar sekali! Dan mengapa engkau tadi
menyerangku dan merampas anak itu?"
"Aduh, kita sudah salah sangka. Tapi .... tadi aku mendengar engkau mengajak Nawangsih tidur di bawah pohon dan ia membantah, tidak sudi tidur denganmu dan lebih baik mati. Karena mendengar ucapan itu maka aku segera menyerangmu untuk dapat membebaskan Nawangsih."
Joko Darmono tertawa. "Eh-eh, Nawangsih masih kecil sehingga ia tidak mampu mengartikan kata-kataku. Akan tetapi engkau bukan anak kecil lagi. Apakah engkau juga berprasangka buruk terhadap kata-kataku tadi" Nawangsih takut kemalaman dan aku mengatakan bahwa kami dapat bermalam di bawah pohon, membuat api unggun dan tidur di sana melewatkan malam. Apanya yang salah 132
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dengan ucapan itu" Anak ini memang bengal dan bodoh."
"Maafkan aku, Kakang Joko, aku tadi memang bodoh, menyangka engkau tiada bedanya dengan Si Bajul Buntung." kata Nawangsih, lalu gadis remaja ini memandang Bagus Sajiwo dengan sinar mata penuh selidik. "Engkau siapakah" engkau tadi menyebut Paman kepada Ayahku."
Bagus Sajiwo tersenyum. "Kiranya kita bertiga berprasangka buruk sehingga terjadi salah paham.
Nawangsih, pernahkah engkau mendengar nama Ki Tejomanik dan Nyi Retno Susilo yang tinggal di Gunung Kawi?"
"Tentu saja! Ibuku adalah adik Paman
Tejomanik. Aku pernah berjumpa dengan mereka dua kali. mengapa engkau tanyakan hal itu kepadaku?"
"Karena aku adalah anak mereka."
Sepasang mata jeli itu terbelalak "Yang namanya Bagus Sajiwo?"
Bagus Sajiwo mengangguk. "Benar, akulah Bagus Sajiwo."
"Akan tetapi tidak mungkin! Kakang Bagus Sajiwo hilang diculik orang empat belas tahun yang lalu, sebelum aku lahir. Begitu cerita ayah Ibuku."
133 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Benar, akan tetapi aku sudah pulang,
Nawangsih adikku. Dan aku berkunjung ke Jatikusumo, mendengar dari Ayah Ibumu bahwa engkau diculik orang. Mereka melakukan pengejaran ke Ponorogo dan aku sendiri membantu mereka, mencari ke jurusan barat ini. Engkau adik misanku, Nawangsih."
"Dan engkau kakak misanku, Kakang Bagus Sajiwo."
"Hemm, kiranya engkau ini putera Ki
Tejomanik, Si pecut sakti Bajrakirana. Pantas engkau demikian tangguh!" kata Joko Darmono.
"Ah, Andikalah yang tangguh dan sakti,
membuat aku kagum, Kisanak, maafkan kesalahanku yang menyangka Andika penculik, tidak tahunya Andika malah menjadi penolong adikku Nawangsih.
Bolehkah aku mengetahui siapa namamu, Ki sanak"
Seperti Andika telah mendengar tadi, namaku Bagus Sajiwo."
Joko Darmono tersenyum, matanya berkilat dan wajahnya berseri melihat sikap dan mendengar ucapan Bagus Sajiwo yang lembut dan sopan itu.
Hemm, pemuda ini hebat bukan main, pikirnya.
Bukan saja ilmu kanuragan yang dimilikinya amat 134
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com dahsyat, juga sikap dan tutur bahasanya yang lembut menawan hati.
"Aku seorang perantau biasa saja, tidak terkenal seperti engkau yang memiliki orang tua pendekar sakti. Namaku Joko Darmono."
"Wah, harap jangan merendahkan diri, Joko Darmono. Katakan, siapa orang tuamu dan siapa pula gurumu sehingga Andika memiliki ilmu yang demikian tinggi?"
Joko Darmono kembali tertawa lebar. "Bagus Sajiwo, harap jangan tertawakan aku. Sesungguhnya, ayah dan ibuku telah tiada .... "
"Aduh, kasihan Andika, Joko Darmono."
"Hemm, jangan bilang begitu, aku bisa
menangis!" kata Joko Darmono sambil tersenyum pahit. "Aku hanya mendengar kata orang saja bahwa Ayah Ibuku telah meninggal dunia. aku tinggal berdua dengan Adikku ketika aku berusia lima tahun dan Adikku berusia tiga tahun. Akan tetapi Adikku meninggal dunia juga sehingga aku hidup sebatang kara."
"Aih, kasihan sekali, engkau Kakang Joko!"
kini Nawangsih yang berseru sambil menghampiri pemuda itu dan memegang tangannya.
135 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Joko Darmono mengelus kepala Nawangsih.
"Tidak perlu dikasihani lagi, karena bagaimanapun juga aku tidak dapat bertemu lagi dengan mereka sampai aku mati kelak."
Hening sejenak. Cuaca mulai gelap karena perlahan-lahan matahari mulai terbenam di barat.
"Mari kita membuat api unggun." kata Bagus Sajiwo yang mulai mencari dan mengumpulkan kayu-kayu kering. Joko Darmono tanpa bicara
membantunya. mereka membuat api unggun di bawah pohon besar. mereka duduk di atas rumput tebal mengelilingi api unggun.
"Heh-heh, apa kataku tadi" Kita membuat api unggun dan tidur di sini, Nawangsih." kata Joko Darmono sambil memandang gadis cilik itu dengan senyum menggoda.
Nawangsih menundukkan muka, merasa malu karena tadi ia keliru mengartikan ucapan pemuda itu.
"Engkau tampak lelah, Adik Nawangsih. Itu sudah kupersiapkan tempat tidur untukmu. Rebah dan tidurlah. Aku akan mengurus kudaku."
"Aku juga. Kudaku itu adalah milik penculik yang kurampas. Perlu ditambatkan di pohon dekat sini agar jangan diambil orang atau melarikan diri."
136 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Dua orang pemuda itu lalu mengurus kuda masing-masing dan Nawangsih segera merebahkan diri di atas tumpukan daun kering yang dipersiapkan Bagus Sajiwo. Karena ia memang lelah sekali, apalagi baru saja mengalami ketegangan, sebentar saja ia telah pulas. Ia tidur dengan miring, membelakangi api unggun.
Bagus Sajiwo dan Joko Darmono kembali
duduk dekat api unggun dan mereka tersenyum melihat gadis cilik itu sudah tidur. Pendengaran mereka yang tajam terlatih dapat mengetahui dari pernapasannya bahwa gadis remaja itu telah pulas.
"Joko, tadi belum engkau ceritakan siapa gurumu. Aku yakin gurumu pasti seorang tokoh sakti yang terkenal."
"Ah, Bagus, maafkan aku. Guruku melarang aku menceritakan kepada siapa pun juga tentang beliau."
"Ya, sudahlah, Joko, memang seorang murid harus mentaati semua perintah gurunya. Dari sikap dan jawabanmu ini saja aku sudah dapat mengenalimu sebagai seorang murid yang baik."
"Wah, jangan terlalu memuji, Bagus. Kalau ia yang kaupuji," Joko menuding ke arah Nawangsih,
"pasti ia mengatakan bahwa engkau mengucapkan 137
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com rayuan gombal!" Joko Darmono tertawa terkekeh dan Bagus Sajiwo juga tertawa. Dia merasa cocok dan suka sekali dengan pemuda yang tampan ini. Seorang pemuda tampan, sakti, dan melihat gerak-gerik dan ucapannya, dia seorang yang lincah gembira.
"Ya, ia seorang gadis remaja yang hebat, pemberani dan jujur. Pantas menjadi puteri Paman Cangak Awu yang terkenal keras dan jujur. Aku bangga melihat adik misan yang baru sekali ini kujumpai."
"Ceritakan tentang dirimu, Bagus. Bagaimana engkau baru sekali ini melihat Adik misanmu ini" Ke mana saja engkau selama ini" Aku mendengar kata-kata Nawangsih tadi bahwa engkau diculik orang."
Bagus Sajiwo menghela napas panjang.
"Memang benar aku diculik orang ketika aku berusia enam tahun. Aku diculik dari tempat tinggal orang tuaku di Gunung Kawi dan dilarikan sampai jauh."
"Hemm, aneh, Kalau engkau putera Ki
Tejomanik dan Nyi Retno Susilo yang terkenal sakti mandraguna, bagaimana mungkin engkau diculik dan dilarikan orang" Pasti orang tuamu akan mencarimu sampai berhasil menemukan engkau. Siapa orangnya yang berani mengusik sepasang suami isteri pendekar sakti itu?"
138 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja selama belasan tahun itu Ayah dan Ibuku berusaha mencari aku. Yang menculikku adalah seorang datuk sakti dari Blambangan bernama Wiku Menak Koncar ...."
"Ahh!" Joko Darmono terkejut.
"Engkau mengenalnya, Joko?"
"Mengenal sih tidak, akan tetapi tentu saja aku sudah mendengar nama datuk itu. Kalau tidak salah, dia tewas di tangan puteri Kanjeng Sultan Agung, yaitu Puteri Wandansari."
"Benar, Joko. Aku juga mendengar begitu. Nah, ketika aku dilarikan Sang Wiku Menak Koncar, aku dibebaskan dari tangan penculik itu oleh guruku."
"Ah" Jadi yang menggemblengmu bukan Ayah Ibumu sendiri" Siapa gurumu itu, Bagus?"
"Guruku adalah mendiang Eyang Guru Ki
Ageng Mahendra di Pegunungan Ijen."
"Ohh ...., aku sudah mendengar pula akan kakek yang dikabarkan sebagai manusia setengah dewa itu! Pantas ilmu kepandaianmu demikian hebat!"
"Hemm, sekarang engkau yang memuji-muji.
Awas kuberitahukan nanti kepada Nawangsih agar dikatakan engkau merayu gombal!"
139 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Joko Darmono tertawa. "Lalu mengapa engkau sampai dewasa begini baru pulang ke rumah orang tuamu" Kata Nawangsih tadi engkau hilang selama empat belas tahun."
"Hal itu adalah seperti juga engkau, aku harus tunduk dan taat kepada guruku. Mendiang guruku meninggalkan pesan agar aku tidak menjumpai orang tuaku, atau pulang ke Gunung Kawi sebelum aku berusia dua puluh tahun. Nah, setelah aku berusia dua puluh tahun, beberapa bulan yang lalu, aku pulang ke Gunung Kawi bertemu dengan Ayah Ibuku."
Joko Darmono mengerutkan alisnya dan di bawah sinar api unggun Bagus Sajiwo melihat betapa wajah tampan itu menjadi muram. Joko Darmono menghela napas beberapa kali lalu suaranya terdengar gemetar.
"Bagus, tentu engkau merasa berbahagia sekali bertemu dengan Ayah Ibumu .... "
Diam-diam Bagus Sajiwo merasa kasihan
kepada pemuda itu. "Tentu saja, Joko. Akan tetapi aku tidak lama tinggal di rumah, aku ingin merantau dan demikianlah, aku lalu pergi hendak berkunjung ke rumah Paman Cangak Awu dan Bibi Pusposari yang menjadi pimpinan perguruan Jatikusumo. Bibi Pusposari adalah Adik ayahku. Aku bertemu dengan 140
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com mereka dan mendengar tentang Nawangsih yang diculik orang, maka aku melakukan pengejaran sampai di sini."
Sejenak hening. keduanya tidak bicara lagi.
Bagus Sajiwo maklum apa yang menjadi gejolak hati Joko Darmono pada saat itu. Pemuda itu merasa duka mengingat akan ayah ibunya yang telah tiada. Dia merasa kasihan, akan tetapi tidak tahu harus bicara apa yang dapat menghibur hati kenalan barunya itu.
Maka diapun lalu menambah kayu bakar pada api unggun. Nawangsih masih tidur pulas. Agaknya merasa nyaman karena api unggun itu mengusir dingin dan nyamuk.
Setelah berdiam diri cukup lama, Joko


Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Darmono yang sejak tadi duduk diam memandang api unggun, seperti orang melamun, memandang kepada Bagus Sajiwo, lalu menghela napas lagi.
"Bagus, aku merasa iri hati sekali padamu!"
"Eh" Mengapa, Joko Darmono?"
"Engkau mempunyai ayah ibu, juga paman dan bibi, bahkan gadis manis inipun adik misanmu.
Engkau mempunyai banyak keluarga, sedangkan aku
.... ah, aku hidup sebatang kara, tidak mempunyai keluarga seorang pun .... "
141 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Akan tetapi kau masih mempunyai gurumu sebagai pengganti orang tuamu, Joko."
"Ah, tidak, Bagus. Aku tidak bisa menganggap guruku sebagai orang tuaku karena ia .... ahh, lebih baik tidak kubicarakan tentang guruku. Pendeknya, aku tidak punya siapa-siapa."
"Engkau keliru, Joko. Mendiang Eyang Guru pernah berkata bahwa seluruh manusia di dunia ini sebetulnya adalah saudara kita. Bukankah sekarang ini, Nawangsih itu dan aku dapat pula kau anggap sebagai saudaramu?"
"Mana mungkin semua orang menjadi
saudaraku! Banyak orang yang jahat, aku tidak sudi menjadi saudara seorang penjahat!"
"Aku pernah mebantah Eyang Guru seperti engkau sekarang ini, Joko. Dan apa kata eyang"
Betapa jahat pun seseorang, dia menjadi kewajiban kita untuk berusaha menolongnya dengan cara menyadarkannya, kalau perlu dengan kekerasan agar dia dapat mengubah jalan hidupnya. Pendeknya, kita harus bersikap baik dan berguna bagi orang lain, tanpa pandang bulu. Yang hidup sengsara patut kita tolong sedapat kita, yang bahagia patut kita syukuri, yang baik kita contoh, yang jahat kita coba
142 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menyadarkannya, karena mereka semua itu adalah saudara kita, Joko."
Joko Darmono memandang wajah Bagus
Sajiwo yang disinari api unggun. Pandang matanya menyorotkan keheranan dan kekaguman. "Amboi!
Bagus, berapa sih usiamu" Kalau tidak salah, engkau berusia dua puluh tahun, bukan?"
Bagus Sajiwo tersenyum. "Benar, Joko.
Mengapa" Kita sebaya, mungkin aku lebih tua satu dua tahun."
"Aku sembilan belas tahun. Akan tetapi engkau
.... bicaramu itu seperti seorang pendeta yang sudah tua renta saja."
"Ha-ha, memang aku sudah tua, setidaknya lebih tua daripada engkau, kan?" Joko Darmono ikut tertawa dan wajah yang tadi muram itu kini berseri kembali.
"Aku senang sekali dapat bertemu dan
berkenalan denganmu, Bagus."
"Aku pun suka kepadamu, Joko. Sekarang
engkau tidurlah, biar aku yang menjaga agar api unggun tidak padam. Juga, siapa tahu akan datang binatang buas ke sini."
"Aku lebih takut menghadapi manusia buas daripada binatang buas."
143 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hemm, melihat kesaktianmu, bukan engkau yang takut kepada manusia-manusia buas, sebaliknya merekalah yang takut kepadamu. Sekarang tidurlah, Joko."
Joko Darmono memandang Naswangsih yang
masih pulas, rebah miring membelakangi mereka dan tertawa. "Ha-ha, kalau aku tidur di dekatnya, setelah bangun bocah galak itu tentu akan marah-marah dan mengira aku berbuat yang bukan-bukan!"
Bagus Sajiwo juga tertawa. "Itu hanya
menunjukkan bahwa Nawangsih itu seorang gadis remaja yang masih polos, jujur dan pikirannya bersih.
Ia kelak pasti akan menjadi seorang gadis yang cantik jelita dan gagah perkasa."
"Engkau sajalah yang tidur, Bagus. Engkau adalah kakak misannya, pasti ia tidak akan marah melihat engkau tidur di dekatnya. Aku, dalam keadaan begini, tidak mudah tidur dan lebih suka duduk bersamadhi."
Karena Joko Darmono berkukuh tidak mau
tidur, Bagus Sajiwo juga tidak mau tidur. Bagi orang-orang muda seperti mereka, yang sudah mendapat gemblengan dari guru-guru mereka, mengganti tidur dengan duduk diam bersamadhi merupakan hal biasa dan tidak akan menyiksa badan mereka yang terlatih.
144 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Dengan duduk bersila dalam samadhi, mereka seperti orang tidur. Pikiran dan seluruh syaraf di seluruh tubuh mereka mengaso sepenuhnya, namun mereka masih sadar dan kewaspadaan mereka tetap bekerja.
**kz** Sungguh sayang bahwa selagi hidup dan sehat, terutama mereka yang hidup di kota-kota besar, tidak pernah dapat menikmati keindahan alam di pagi hari saat matahari mulai muncul. Keindahan dan kesegaran yang dapat dinikmati oleh mata, telinga, hidung, dan perasaan itu hanya dapat dinikmati mereka yang tinggal di pegunungan, di hutan-hutan dan dusun-dusun yang tidak padat penduduk, oleh mereka yang bangun pagi-pagi sekali pada saat ayam jantan mulai berkeruyuk. Orang kota terlalu sibuk dengan persoalan-persoalan mereka yang bergerak di sekitar uang dan kebanyakan dari mereka terlalu mencinta pembaringan dan bantal sehingga enggan
meninggalkan tempat tidur, lebih suka bermalas-malasan dan pada saat turun dari tempat tidur seolah-olah terpaksa. Mereka ini kehilangan saat yang teramat baik bagi kesegaran jasmani dan rohani. Tak dapat disangkal, bangun pada pagi-pagi sekali lalu 145
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com keluar rumah berjalan ke tempat-tempat terbuka, terutama di pegunungan yang tidak padat penduduk, terasa amat menyehatkan jasmani dan
membahagiakan rohani. Kita dapat dengan leluasa mengagumi dan menikmati kebesaran alam, keagungan Gusti Allah yang melimpahkan berkah yang berlimpah kepada kita. Walau tanpa terucapkan mulut, jiwa ini memuja dan memuji Gusti Yang Maha Murah, bersyukur dan berterima kasih yang keluar dari lubuk hati yang menyadari sepenuhnya betapa besar kasih Gusti Allah kepada kita. Alangkah baiknya kalau mereka yang tidak pernah bangun pagi-pagi pada saat ayam jantan berkeruyuk, sekali-kali melakukannya agar dapat mengalami dan merasakan kebahagiaan ini!
Bagus Sajiwo, Joko Darmono, dan Nawangsih keluar dari dalam hutan yang masih diselimuti kabut tebal. Matahari masih muda, sinarnya yang kemerahan belum mampu menerobos daun-daun yang lebat sehingga dalam hutan tampak remang-remang, menjadi gelap dan lembab oleh kabut. Akan tetapi begitu keluar dari hutan dan berada di daerah yang merupakan perbukitan kecil, mereka bertiga berhenti melangkah, terpesona memandang ke depan, ke arah bawah bukit. Mereka berjalan kaki, dua orang pemuda 146
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com itu menuntun kuda masing-masing. Sebelumnya, ketika mereka terbangun pagi tadi dan hendak berangkat meneruskan perjalanan mengantar Nawangsih pulang, dua orang pemuda itu
menawarkan agar Nawangsih membonceng di atas kuda seorang dari mereka. Akan tetapi gadis cilik itu tidak mau.
"Kalian naiklah kuda, aku jalan kaki saja."
"Eh" mengapa?" Dua orang pemuda itu
bertanya, heran.
"Aku tidak suka naik kuda berboncengan
dengan seorang pemuda."
Dua orang pemuda itu saling pandang dan keduanya tersenyum geli.
"Tapi, bukankah kemarin kita juga
berboncengan?" tanya Joko Darmono sambil tersenyum.
"Hemm, kemarin itu terpaksa."
"Lho, siapa yang memaksamu?" Joko Darmono mengejar.
"Terpaksa keadaan. Sekarang ada dua orang yang berkuda, aku tidak dapat memilih seorang di antara kalian, maka lebih baik aku jalan kaki saja."
Dua orang pemuda itu kembali saling pandang dan keduanya sama sekali tidak mengerti akan sikap 147
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Nawangsih. Joko Darmono hanya tersenyum dan Bagus Sajiwo menggerakkan kedua pundak tanda tidak mengerti dan heran.
"Kalau begitu, Nawangsih. Pakailah kudaku ini dan aku akan berjalan kaki." Kata Joko Darmono.
"Tidak, aku saja yang berjalan kaki. Pakai kudaku, Nawangsih." bantah Bagus Sajiwo.
Nawangsih tertawa dengan wajah berseri.
Agaknya ia merasa girang sekali melihat dua orang pemuda itu saling berebutan untuk mengalah terhadap dirinya!
"Kalau begitu, mari kita semua jalan kaki saja!"
Kata Nawangsih dan mereka bertiga lalu berjalan kaki hendak keluar dari hutan itu.
Dalam perjalanan ini, Joko Darmono sambil tersenyum bertanya, "Apakah kalian pernah mendengar kisah ayah bodoh, anak bodoh dan kuda mereka yang beruntung itu?"
"Bagaimana ceritanya, Kakang Joko" Aku
belum pernah mendengarnya!"
Bagus Sajiwo hanya tersenyum.
"Begini kisahnya. Pada suatu hari, seorang ayah dan anaknya hendak melakukan perjalanan jauh.
Karena mereka hanya mempunyai seekor kuda saja, si ayah menyuruh anaknya menunggang kuda dan dia 148
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com berjalan kaki sambil menuntun kuda yang ditunggangi anaknya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu seorang tetangga yang mencela si anak karena dia enak-enakan menunggang kuda sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan kaki. Mendengar teguran ini, si anak turun dan mempersilahkan ayahnya yang menunggang kuda. Akan tetapi, ditengah perjalanan, kembali ada seorang kenalan mereka menegur ayah itu yang dikatakan orang tua tidak kasihan kepada anaknya, membiarkan anaknya jalan kaki sedangkan dia sendiri enak-enak menunggang kuda!
Mendapatkan teguran itu, ayah dan anak itu lalu mengambil keputusan untuk berboncengan saja agar tidak ditegur orang lagi. Maka, mereka lalu berboncengan di atas punggung kuda. Akan tetapi dugaan mereka meleset, Di tengah perjalanan, seseorang memberi teguran keras kepada ayah dan anak itu yang dianggap bertindak kejam memaksa kuda kurus itu membawa beban dua orang yang berat.
Ayah dan anak itu menjadi kebingungan dan jengkel.
Mereka lalu mengikat keempat kaki kuda itu lalu memikul kuda itu berdua! Di tengah perjalanan banyak orang menegur dan mentertawakan mereka akan tetapi ayah dan anak itu tidak perduli, menulikan telinga dan melanjutkan perjalanan mereka."
149 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Nawangsih tertawa terpingkal-pingkal
mendengar cerita itu. Bagus Sajiwo hanya tersenyum, diam-diam kagum kepada Joko Darmono yang pandai bercerita.
"Bagaimana pendapatmu tentang ayah dan anak itu, Nawangsih?" tanya Joko Darmono.
?"Hemm, sikap ayah dan anak yang terakhir itulah yang tepat, namun sudah terlambat. Semestinya sejak semula mereka mempunyai pendirian yang teguh, tidak mudah goyah dan menuruti setiap celaan atau usul orang lain. Mereka itu lemah, tidak memiliki kepribadian. kalau kita melakukan sesuatu yang kita anggap benar, kita harus menerima segala cela dan kritik dengan bijaksana, tidak mengekor begitu saja kepada pendapat orang. Akibatnya kita menjadi permainan keraguan kita sendiri karena setiap orang memiliki pendapat yang lain dan kadang berlawanan."
Demikianlah, mereka bercakap-cakap sambil berjalan keluar dari hutan. Setelah tiba di luar hutan, mereka berdiri terpesona memandang ke depan, ke arah bawah bukit. Mereka terbelalak, Joko Darmono dan Bagus Sajiwo adalah orang-orang yang banyak melakukan perjalanan dan sudah sering menyaksikan tamasya alam pegunungan yang amati indah. Namun mereka tidak pernah merasa bosan dan setiap kali 150
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menyaksikan kebesaran alam yang demikian indah, tetap saja mereka terpesona. Sampai lama tiga orang itu berdiri dan melahap segala yang indah-indah itu dengan mata, telinga, dan hidung mereka.
Matahari baru muncul dari balik bukit di timur.
Muncul sebagai bola besar merah. Kemunculannya dapat diikuti pandang mata biarpun gerakannya lambat sekali. Cahayanya yang keemasan mulai menerangi segala sesuatu di permukaan bumi, membawa sinar kehidupan dan harapan baru. Pohon-pohon besar dan segala tumbuh-tumbuhan seolah menyambut matahari dengan suka cita, setiap daun seperti berseri tertimpa sinar matahari yang masih lembut. Pemandangan berwarna-warni di bawah sana, perpaduan antara warna putih, kuning dan hijau yang merupakan bagian terbesar dari warna-warni, mendatangkan perasaan sejuk dan nyaman pada mata.
Burung-burung beterbangan di udara. Kupu-kupu menari-nari di antara bunga-bunga. Segalanya demikian indah dan baru bagi penglihatan. Nun jauh di bawah sana tampak anak sungai, seperti seekor ular panjang meliuk-liuk dan airnya berwarna putih seperti perak. Bau-bauan yang amat segar dan sedap memenuhi hidung. Bau tanah yang basah oleh embun, rumput-runput hijau segar yang tidak pernah terinjak, 151
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com bunga-bunga mawar, melati yang mekar, bermacam-macam daun pohon yang memiliki aroma yang khas, hawa udara yang sejuk dan bersih tak ternoda, semua itu memasuki hidung ke dalam tubuh, memberi kesehatan dan kehidupan. Telinga juga kebagian keindahan yang membahagiakan itu. Kicau burung, desah angin diantara daun-dauan pohon, gemercik air dari pancuran kecil ketika menimpa batu, embik domba, dan uak lembu di kejauhan diseling teriakan anak-anak menggembala mereka. Aduh, indah nian semua itu.
Seperti dikomando, tiga orang itu menyedot udara yang bersih dan nyaman itu sepenuh dada dan perut mereka, lalu menghembuskan keluar perlahan-lahan. Terasa panas-panas hangat dan nyaman dalam perut di bawah pusar. Setelah beberapa kali menghirup napas panjang, Bagus Sajiwo berbisik perlahan.
"Puji syukur kepada Gusti Allah Yang Maha Besar, Pencipta Alam Semesta."
**kz** 152 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Jilid IV
OKO DARMONO juga mengeluarkan puja-puji dari dalam lubuk hatinya. Sejenak tiga orang itu J berdiri seperti patung, terpesona oleh keindahan dan kebesaran alam yang terbentang di bawah bukit depan kaki mereka.
"Joko," akhirnya Bagus Sajiwo berkata. Begitu ada yang bicara, baru sekata saja, seperti lenyaplah pesona yang tadi. Tadi merasa diri mereka tidak terpisah dari semua itu, seolah mereka baru menyadari bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang terpisah, hanya menjadi penonton dan pendengar saja.
"Ada apakah, Bagus?"
"Karena Nawangsih tidak mau berboncengan naik kuda, maka biarlah engkau menggunakan kudaku dan engkau antarkan Nawangsih pulang ke rumah orang tuanya."
"Ah, mana boleh begitu, Bagus" Engkau adalah Kakak misannya! Maka engkaulah yang berhak mengantarnya pulang, pakailah kuda yang kurampas dari penculiknya itu."
Dua oang pemuda itu bersitegang saling
mengalah, lalu Bagus Sajiwo berkata, "Sudahlah, Joko. Sekarang sebaiknya serahkan saja kepada 153
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Nawangsih untuk memilih. Nawangsih, karena kuda kita hanya ada dua ekor, maka sebaiknya untuk engkau dan seorang pengantarnya. Nah, kau pilih saja sendiri. Siapa di antara kami berdua yang kau ingin menjadi pengantarmu" Pilih saja Joko Darmono karena dia yang membebaskan engkau dari tangan penculik."
"Tidak, Nawangsih, biar Bagus yang
mengantarmu karena dia adalah Kakak misanmu."
Nawangsih memandang kepada dua orang
muda itu bergantian. Alisnya berkerut ketika ia bertanya, "Hemm, kalau kalian berdua tidak mempunyai minat untuk mengantar aku, sudahlah tinggalkan aku di sini. Aku akan pulang sendiri dengan jalan kaki!"
"Ah, bukan begitu, Adik Nawangsih." kata Bagus Sajiwo. "Kuda kita hanya ada dua ekor dan engkau tidak mau berboncengan. Maka seorang dari kami harus mengalah dan kuharapkan Joko Darmono yang akan mengantarmu."
"Benar, Nawangsih. aku minta Bagus yang mengatarmu karena dia lebih berhak sebagai Kakak misanmu."
"Tidak, tidak! Aku belum mengenal betul siapa kalian. Aku hanya tahu nama dan riwayat yang kalian 154
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com ceritakan sendiri. Terus terang saja, kalau yang mengantar hanya seorang di antara kalian, aku tidak mau dan tidak percaya. Bagaimana kalau kalian ini sebetulnya bajul-bajul buntung yang memakai kulit domba?"
"Eh" Bajul buntung?" Bagus Sajiwo bertanya heran lalu memandang Joko Darmono yang tertawa geli mendengar ucapan gadis cilik itu dan semakin geli melihat wajah Bagus Sajiwo yang terheran-heran.
"Engkau tidak mengerti, Bagus" Nawangsih memang memiliki istilah yang aneh-aneh. Bajul itu berarti buaya yang berekor, kalau buaya itu buntung berarti dia buaya darat kaki dua!"
Baru mengertilah Bagus Sajiwo dan dia
mengerutkan alisnya. Heran, gadis puteri Ki Cangak Awu ketua Jatikusumo ini mengapa berwatak kasar dan liar seperti itu"
"Nawangsih! Jangan bicara seenakmu sendiri!"
Dia menegur. "Kalau Ayah Ibumu mendengarmu mereka tentu akan marah. Masa ditolong orang malah menyangka yang bukan-bukan" Nah, kalau engkau tidak mau diantar oleh seorang di antara kami, katakan, bagaimana maumu sebenarnya?"
"Hemm, aku sama sekali tidak rewel, hanya kalian berdua yang tidak mempunyai pertimbangan.
155 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Aku seorang wanita, mana pantas harus berboncengan dengan pria" Kalau hanya ada dua ekor kuda yang menjadi persoalan, mengapa kalian berdua yang sama-sama pria tidak berboncengan saja dan mengantar aku bersama-sama" Aku ingin
memperkenalkan kalian kepada orang tuaku."
Bagus Sajiwo berpikir sejenak. Bagaimanapun juga, alasan anak ini memang tidak mengada-ada. Dan dia sendiri juga tidak mungkin pergi begitu saja. Dia harus menghadap Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari.
"Baiklah kalau begitu, Nawangsih. engkau naik kuda itu dan aku berboncengan dengan Joko Darmono dengan kudaku yang lebih besar dan kuat."
"Tidak! Aku tidak mau berboncengan!"
Nawangsih memandang kepada Joko Darmono dengan alis berkerut.
"Kakang Joko, jadi engkau tidak sudi
mengantar aku pulang?"
"Bukan begitu, Nawangsih. Aku siap
mengantarmu, hanya aku tidak mau berboncengan dengan Bagus Sajiwo. Orang-orang di jalan tentu akan mencela dan menegur kami berdua, orang-orang dewasa yang menunggang seekor kuda, itu berarti kami melanggar prikebinatangan!"
156 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Mau tidak mau Bagus Sajiwo tertawa
mendengar ucapan itu, juga Nawangsih tersenyum geli.
"Habis, maumu bagaimana, Joko?" tanya Bagus Sajiwo.
"Kita bergantian, Bagus. Yang seorang menunggang kuda yang lain lari. Kurasa dalam hal lari,
kita berdua tidak kalah cepatnya dibandingkan kuda." Bagus Sajiwo mengangguk setuju. "Nah, kalian boleh naik kuda, Joko dan Nawangsih. Aku akan lari di belakang kuda kalian."
"Tidak, engkau yang menunggang kuda lebih dulu. Nanti berganti."
157 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Karena tidak ingin berbantahan terus dengan pemuda yang keras kepala itu, Bagus Sajiwo lalu menunggang kudanya. Nawangsih menunggang kuda yang ditinggalkan Dartoko. Mereka berdua lalu melarikan kuda. Bagus Sajiwo melihat Joko Darmono berlari di belakang kuda yang ditunggangi Nawangsih dan diam-diam dia kagum. Pemuda itu memang hebat.
Tubuhnya demikian ringan ketika berlari. Tampak dia seenaknya dan santai saja dalam berlari, seperti orang berjalan biasa saja. Akan tetapi tidak pernah tertinggal.
Nawangsih memang gadis cilik yang bengal.
sudah tahu kalau Joko Darmono berlari di belakang kudanya, malah membedal kudanya agar berlari cepat! Terpaksa Bagus Sajiwo harus memepercepat kudanya agar jangan tertinggal dan dia melirik ke arah Joko Darmono dengan alis berkerut karena tidak senang dengan perbuatan Nawangsih yang dianggap keterlaluan mempermainkan Joko Darmono itu. Akan tetapi dia menjadi semakin kagum karena Joko Darmono tetap dapat menyamai kecepatan larinya kuda dengan mudahnya!
Dua orang pemuda itu lari bergantian dan Nawangsih sengaja membalapkan kudanya. Akan tetapi baik Joko Darmono maupun Bagus Sajiwo tidak 158
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com pernah ketinggalan sehingga diam-diam gadis cilik itu merasa kagum bukan main.
Akan tetapi ketika mereka tiba di
perkampungan Jatikusumo, hanya para murid Jatikusumo yang menyambut mereka dengan gembira.
Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari tidak tampak ikut menyambut. Mereka belum pulang dan biarpun Bagus Sajiwo sudah menceritakan kepada Nawangsih bahwa ayah ibunya melakukan pengejaran terhadap penculik ke Ponorogo, tetap saja ia merasa khawatir sekali.
"Kakang Bagus, bagaimana kalau Ayah Ibuku terjebak musuh" Aku sungguh merasa khawatir sekali."
"Nawangsih, tenangkan hatimu. Sekarang juga aku akan menyusul ke Ponorogo mencari Paman Cangak Awu dan Bibi Pusposari untuk memberitahu bahwa engkau telah pulang dengan selamat."
"Aku juga akan pergi ke sana!" kata Joko Darmono tak mau kalah.
Bagus Sajiwo memandang pemuda itu dan
tersenyum. Bocah ini agaknya jatuh hati kepada Nawangsih, pikirnya. Hal ini tidak mengherankan karena biarpun masih remaja, Nawangsih sudah tampak cantik manis, juga gagah berani, puteri ketua Jatikusumo yang terkenal! Dia sendiri merasa senang 159
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com kalau kelak Nawangsih dapat berjodoh dengan Joko Darmono karena menurut penglihatannya, pemuda ini selain memiliki kesaktian, juga berwatak pendekar.
"Bagus, kalau begitu kita pergi bersama, Joko."
Nawangsih gembira mendengar bahwa kedua orang satria muda itu hendak pergi bersama menyusul ayah ibunya. "Kakang Joko dan kakang Bagus aku senang sekali dan berterima kasih kepada Andika berdua atas kesediaan Andika berdua menyusul Ayah Ibuku. Dan juga aku minta maaf atas sikapku yang sudah, yang meragukan kebaikan hati Andika berdua terhadap aku."
Dua orang pemuda itu saling pandang dan tersenyum lebar, mereka juga maklum bahwa sikap Nawangsih yang meragukan kejujuran mereka kemarin itu hanya untuk menjaga diri dan agar mereka berdua suka mengantarnya pulang bersama!
Mereka lalu berkemas dan tak lama kemudian mereka meninggalkan perkampungan Jatikusumo, diantar oleh Nawangsih sampai ke pintu gapura
perkampungan Jatikusumo.
**kz** 160 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Ki Cangak Awu dan isterinya, Nyi Pusposari, membalapkan kuda mereka memasuki daerah Kadipaten Ponorogo. Ketua perguruan Jatikusumo ini sudah mengenal Adipati ponorogo, bahkan dia pernah berjasa menangkap seorang penjahat buruan dari Ponorogo yang mencuri pusaka Kadipaten. Pencuri sakti ini melarikan diri ke Pacitan dan Sang Adipati minta bantuannya untuk menangkap pencuri itu. Ki Cangak Awu berhasil menangkap sang pencuri dan mengembalikan pusaka itu kepada Adipati Ponorogo.
Mengingat akan hubungan antara mereka ini, Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari langsung saja berkunjung ke gedung Kadipaten Ponorogo dan menghadap Sang Adipati. Kalau mereka langsung mencari puteri mereka yang mereka duga tentu diculik orang-orangnya Ki Suro Badak yang menyerbu Jatikusumo, mereka merasa tidak enak kepada Sang Adipati. Selain itu mereka juga tidak tahu di mana sarang para warok yang sesat itu.
Adipati Ponorogo menyambut kunjungan Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari dengan gembira.
Mereka lalu dipersilahkan masuk ke ruangan tamu dan Adipati Ponorogo bersama isterinya menyambut dengan hormat.
161 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Wah, kami senang sekali Andika berdua ke sini." kata Sang Adipati Ponorogo.
"Diajeng Pusposari, mengapa Andika tampak bermuram durja (berwajah muran)" Apakah yang terjadi?" tanya pula isteri Sang Adipati.
Suami isteri itu menghela napas panjang.
"Adimas Adipati, telah terjadi musibah menimpa keluarga kami." Ki Cangak Awu bercerita. "Beberapa hari yang lalu, perguruan kami diserbu oleh segerombolan orang yang dipimpin dua orang warok, yaitu Ki Suro Singo dan Ki Suro Badak. Kami melawan dan dalam pertempuran itu, Ki Suro Singo dapat kami robohkan dan dia tewas. Juga beberapa orang anak buah mereka tewas, yang lain sisanya melarikan diri. Akan tetapi kemudian kami medapatkan kenyataan bahwa puteri kami, Nawangsih yang berada di dalam rumah telah hilang diculik orang. Kami menduga bahwa penculiknya tentulah anak buah Warok Ki Suro Singo pula. Karena itu, kami melakukan pengejaran ke sini dan kami mohon bantuan paduka untuk membebaskan puteri kami dan menghukum Ki Suro Badak yang dapat melarikan diri."
"Ah, jahat sekali!" seru isteri Adipati. "Anakmu itu, masih kecilkah, Diajeng Pusposari?"
162 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudah remaja , sudah berusia tiga belas tahun."
Sang Adipati mengerutkan alisnya. "Hmm, pernah kami mendengar akan sepak terjang dua bersaudara Ki Suro Singo dan Ki Suro Badak itu!
Mereka adalah warok-warok yang menyeleweng dan orang-orang macam mereka itulah yang mencemarkan golongan warok yang terkenal gagah perkasa di daerah kami. Bahkan dua orang warok sesat itu kini tidak berani menampakkan diri ke Ponorogo, karena mereka dimusuhi para warok yang gagah perkasa."
"Kami akan mencarinya, Adimas Adipati!
Akan tetapi sebelumnya kami menghadap Paduka karena kami tidak ingin dianggap lancang dan menimbulkan keributan di Kadipaten Ponorogo."
"Ah, Kakang Cangak Awu! Kami beserta
seluruh pamong di Ponorogo sudah mengenal siapa Andika dan percaya sepenuhnya. Tentu saja Andika bebas untuk mencari Suro Badak di sini. Akan tetapi, kami kira usahamu itu akan sia-sia karena kami yakin Suro Badak tidak berani memasuki kota ini."
"Kalau begitu, ke mana kami harus mencari?"
tanya Nyi Pusposari dengan alis berkerut karena ia merasa gelisah memikirkan nasib puterinya yang diculik penjahat.
163 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan khawatir, kami pasti akan dapat mengetahui di mana Suro Badak berada." Sang Adipati memanggil pengawal yang berada di luar ruangan lalu berkata kepada pengawal itu. "Cepat undang Kakang Warok Suro Digdo ke sini. Katakan ada urusan penting!"
Selagi menanti kembalinya pengawal yang mengundang Warok Suro Digdo, sang Adipati dan isterinya menjamu Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari dengan jamuan makan.
"Dia adalah ketua para warok di Ponorogo.
Seorang yang gagah perkasa, adil dan jujur, walaupun sikapnya kasar. Dialah yang ditakuti para penjahat di daerah Ponorogo. Kami yakin dia tahu di mana kita dapat menemukan warok sesat Ki Suro Badak itu."
Setelah selesai makan mereka duduk kembali di ruangan tamu dan tak lama kemudian muncullah pengawal tadi bersama seorang laki-laki yang wajah dan penampilannya menyeramkan. Laki-laki ini berusia sekitar lima puluh tahun, tubuhnya tinggi besar berotot dan tampak kekar. Mukanya penuh brewok, kumisnya melintang sekepal sebelah, sepasang matanya lebar melotot, mulutnya menyeringai seperti mengejek dan pakaiannya serba 164
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com hitam, ikat pinggangnya besar, terbuat dari lawe kuning. Kepalanya diikat kain kepala yang hitam pula.
"Selamat datang, Kakang Warok Suro Digdo!"
Sang Adipati menyambut sambil bangkit berdiri dari kursinya.
Warok Suro Digdo tertawa bergelak. Suara tawanya menggetar dan bergema di seluruh gedung.
"Hua-ha-ha-ha! Kanjeng Adipati, apa yang dapat saya bantu maka Paduka memanggil saya?"
"Duduklah, Kakang!" Dan setelah pria gagah perkasa itu duduk, Sang Adipati nerkata, "Kakang, perkenalkan dulu tamu-tamu kita ini. Ini adalah Kakang cangak Awu dan isterinya, Nyi Pusposari, mereka adalah pimpinan perguruan Jatikusumo."
"Aha! gembira sekali dapat bertemu dan
berkenalan dengan Andika berdua, suami isteri perkasa yang sudah lama kudengar nama besarnya!"
kata Warok Suro Digdo. Suami isteri itu memberi salam dengan merangkap kedua tangan depan dada.
"Kakang, kembali kedua orang jahat, Warok Suro Singo dan Suro Badak telah membuat onar.
Mereka berdua dengan anak buah mereka berani menyerbu Jatikusumo. Mereka terpukul mundur, bahkan Suro Singo tewas. Akan tetapi Suro Badak dapat melarikan diri dan gilanya, mereka itu telah 165
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menculik puteri Kakangmas Cangak Awu. Kini Kakangmas Cangak Awu dan isterinya mengejar sampai di sini dan minta bantuan kita untuk dapat menemukan Suro Badak yang telah menculik puteri mereka. Andika tentu tahu di mana kita dapat menemukan
Suro badak, Kakang?" Warok Suro Digdo mengerutkan alisnya yang tebal dan mengangguk- angguk, memandang suami isteri itu,
lalu mengepal tangan kananya yang besar dan kekar. "Keparat Suro Badak! Orang-orang macam itu hanya membikin kotor dan cemar nama baik para warok Ponorogo yang gagah berani dan terkenal adil!
Hemm, jangan khawatir, Kanjeng. Aku sendiri yang 166
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com akan meremukkan kepala Suro Badak dan mengambil kembali anak yang diculik itu! Memalukan sekali!
Akan kuhajar dia!" Setelah berkata demikian warok yang tinggi besar itu bangkit berdiri.
"Permisi, Kanjeng. Aku pamit!."
Ki Cangak Awu cepat bangkit berdiri. "Ki Warok Suro Digdo, harap tunggu dulu. Kami berdua yang akan mendatangi Warok Suro Badak! Harap beritahukan kepada kami, di mana kami bisa menemukan dia!"
"Benar, Kakang Warok Suro Digdo, kami
hanya ingin mendapat bantuanmu untuk menunjukkan di mana adanya Warok Suro Badak sekarang ini!"
kata Sang Adipati.
Mendengar ini, Warok Suro Digdo duduk
kembali. "Hemm, keparat itu tidak berani lagi nongol di Ponorogo setelah kuancam dia. Kalau berani muncul di kota, pasti kepalanya akan kupecahkan!
Kini aku mendengar bahwa dia mengumpulkan teman-teman yang sesat, bersarang di Bukit Srendil.
Apa pun yang mereka lakukan tidak ada hubungannya dengan kami para warok di Ponorogo, kecuali kalau dia berani mengacau di Ponorogo, pasti akan kami basmi mereka!"
167 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bukit Srendil" Di mana itu?" tanya Cangak Awu.
Adipati Ponorogo menjawab. "Bukit Srendil berada di sebelah selatan Ponorogo, tidak begitu jauh.
Bukit itu merupakan bukit kapur yang gersang sehingga tidak ada petani yang mau mengolah tanahnya dan merupakan tempat yang kosong dan ditinggalkan."
"Benar itu!" kata Warok Suro Digdo. "Di sanalah mereka itu bersembunyi, itu yang kudengar dari teman-teman para warok lain. Akan tetapi karena mereka itu tidak pernah berani mengganggu daerah Ponorogo, maka kami juga membiarkannya saja."
"Baiklah, terima kasih banyak atas semua keterangan ini, Adimas Adipati dan juga Andika Ki Warok Suro Digdo. Sekarang kami mohon diri, akan melakukan pengejaran ke Bukit Srendil."


Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau Andika berdua memerlukan, kami siap membantu, Ki Cangak Awu!" kata warok itu dengan suaranya yang besar dan nyaring.
"Tidak perlu, terima kasih, Ki Warok. Ini merupakan urusan pribadi kami dengan Warok Suro Badak. Permisi!" Suami isteri itu lalu meninggalkan kadipaten dan mereka membalapkan kuda mereka kembali ke selatan. Mudah saja bagi mereka 168
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menemukan Bukit Srendil, karena bukit itu berada di sebelah timur jalan raya. Sebetulnya tadi ketika mereka menuju ke Kadipaten Ponorogo, mereka sudah melewati bukit ini, akan tetapi karena sama sekali tidak mengira bahwa mereka yang dikejarnya itu berada di Bukit Srendil, maka mereka tidak menaruh perhatian.
Dengan penuh pensaran dan keberanian, namun tetap waspada, suami isteri itu menunggangi kuda mereka mendekati bukit itu. Hari telah menjelang senja, namun karena amat mengkhawatirkan keselamatan puteri mereka, suami isteri itu dengan nekat melanjutkan perjalanan mereka mendaki bukit.
Akan tetapi mereka terpaksa meninggalkan kuda di lereng pertama dan menambatkan kuda mereka di situ karena jalan pendakian hanya mungkin dilakukan dengan jalan kaki dan memanjat tebing.
Perjalanan menuju ke puncak bukit itu amat berbahaya, apalagi mereka tidak mengenal daerah dan cuaca mulai gelap. Namun mereka nekat, terdorong oleh kekhawatiran mereka tentang Nawangsih.
Dengan memanjat perlahan-lahan, akhirnya mereka sampai juga di puncak bukit. Dalam kegelapan malam yang hanya diterangi bintang-bintang yang memberi cahaya suram dan remang-remang, mereka
169 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com menemukan sebuah perkampungan di puncak.
Perkampungan itu hanya terdiri dari belasan pondok darurat. Namun perkampungan itu sunyi dan gelap.
mereka nekat masuk dan mendapat kenyataan bahwa tempat itu telah kosong, tidak ada seorang pun berada di situ.
Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari merasa
heran akan tetapi juga kecewa sekali. Mereka mencari dan meggeledah seluruh pondok, namun tetap saja tidak melihat seorang pun, tidak menemukan jejak penculik dan puterinya.
"Ah, jangan-jangan Warok Suro Digdo itu menipu kita!" kata Nyi Pusposari.
Ki Cangak Awu menggeleng kepalanya sambil menambah kayu pada api unggun yang dibuatnya untuk menerangi ruangan dalam pondok di mana mereka tinggal untuk melewatkan malam itu.
"Aku kira tidak. Dia kelihatan jujur dan sudah dipercaya oleh Adipati Ponorogo. Keterangannya benar. Para warok sesat itu memang tadinya bersarang di tempat ini. Akan tetapi mereka meninggalkan tempat ini karena salah memperhitungkan bahwa kita pasti akan mencari anak kita di sini. Mereka kabur sebelum kita datang."
170 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ah, kalau begitu .... ke mana kita harus mencari anak kita ...." Ah, .... Nawangsih ...."
Ki Cangak Awu memegang pundak isterinya.
"Tenangkan hatimu, jangan putus asa. Kita akan terus mencari dan berusaha. Sebelum kita berhasil menemukannya, kita serahkan saja anak kita kepada Gusti Allah. Sekarang engkau mengasolah dan berdoalah saja kepadaNya semoga Gusti Allah melindungi anak kita. Engkau perlu mengaso agar besok cukup sehat untuk melanjutkan perjalanan kita.
Kita cari keterangan lagi kepada Adipati Ponorogo, pasti dia mau membantu kita."
Pusposari agak terhibur mendengar kata-kata suaminya. Akan tetapi ia masih gelisah dan sukar pulas. Tidurnya sebentar-sebentar terbangun karena mimpi buruk. Ki Cangak Awu duduk bersila bersamadi dan sepasang suami isteri itu melewatkan malam diperkampungan bekas sarang gerombolan para warok sesat itu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali setelah cuaca tidak terlalu gelap dan memungkinkan mereka turun bukit, mereka meninggalkan puncak. Setelah tiba di lereng bawah mereka menemukan kuda mereka yang kemarin mereka tinggalkan. Mereka lalu menunggang kuda menuruni lereng bukit.
171 Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com Ketika mereka tiba di kaki bukit, tiba-tiba terdengar suara letusan berkali-kali. Ki Cangak Awu dan Nyi Pusposari terkejut sekali, apalagi ketika kuda tunggangan mereka meringkik dan mengangkat kedua kaki ke atas. Dari dada binatang itu tampak berdarah mengucur. Kuda mereka telah terluka oleh tembakan!
Dengan cepat mereka melompat dari atas punggung kuda sebelum kuda-kuda itu terpelanting roboh karena ada beberapa tembakan mengenai kepala mereka!
Muncullah tiga orang dari balik batu besar di tepi jalan. Ki Cangak Awu dan Pusposari lalu berdiri tegak berdampingan dan menghadapi tiga orang itu sambil memandang dengan penuh perhatian.
Seorang dari mereka adalah Warok Suro Badak yang bertubuh tinggi besar berkulit hitam dan sepasang mata yang lebar melotot mengandung kemarahan ketika dia memandang kepada suami isteri itu. Orang kedua adalah seorang laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun, bertubuh sedang dan mukanya pucat seperti muka mayat. di pinggangnya terselip dua buah pistol dan dapat diduga dialah yang tadi melepaskan tembakan-tembakan yang membuat dua ekor kuda tunggangan suami isteri itu roboh dan mati. Orang ke tiga adalah seorang wanita cantik sekali, usianya tampak masih muda, tidak lebih dari 172
Koleksi pribadi Budi S " Kemelut Blambangan " Kho Ping Hoo Tiraikasih Website http://kangzusi.com tiga puluh tahun, pakaiannya serba putih, sikapnya gagah. Di punggung terselip sebatang kebutan berbulu putih.
Begitu melihat Warok Suro Badak Pusposari sudah langsung membentak marah. "Suro Badak, cepat kau serahkan kembali anakku! Kalau tidak, aku akan membunuhmu sekarang juga!"
Sepak Terjang Hui Sing 4 Golok Sakti Karya Chin Yung Amanat Marga 1
^