Pencarian

Kemelut Di Majapahit 12

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 12


643 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas isyarat pemuda itu, seorang perwira yang berdiri di atas panggung,memberitahukan dengan suara nyaring bahwa ujian pertama akan dimulai, yaitu pengangkatan batu sebesar kerbau itu. Pemberitahuan ini disambut oleh suara berisik karena semua orang bicara sendiri dengan hati tegang, membicarakan batu besar itu yang agaknya belum tentu dapat terangkat oleh enam orang sekalipun.
Mulailah mereka menaksir-naksir dan memilih-milih di antara tiga puluh tiga orang yang duduk berderet di atas bangku-bangku itu, memilih jagoan masing-masing dan mulai pulalah orang bertaruh! Pertaruhan adalah permainan yang digemari orang sejak jaman dahulu dan agaknya takkan pernah dapat lenyap selama orang masih menonjolkan
keinginannya untuk senang sendiri. Permainan ini amat berbahaya karena sekarang dituruti akan merupakan kebisaan yang sukar dilepaskan,bahkan akan mencengkeram seseorang melebihi candu! Hanya orang yang menaruh belas kasihan kepada orang lain sajalah yang enggan bertaruh karena kesenangan yang didapat oleh si pemenang adalah
kesenangan yang didasarkan kesusahan orang lain!
Akan tetapi ketika orang pertama telah dipanggil dan melangkah maju ke arah batu besar yang terletak di tengah alun-alun yang luas itu, semua suara terhenti dan keadaan menjadi sunyi sekali. Semua mata mengikuti langkah kaki http://kangzusi.com
peserta pertama ini dan banyak yang merasa berdebar-debar jantungnya karena tegang.
Orang pertama ini adalah seorang laki-laki yang tubuhnya gempal pendek, dengan tengkuk seperti banteng sehingga nampaknya kuat sekali, usianya kurang lebih tiga puluh tahun dan dia menghampiri batu itu dengan sikap tenang. Setelah tiba di dekat batu dia berhenti, menggosok-gosok kedua telapak tangannya, kemudian membungkuk dan memegang batu besar itu. Terdengar dia berteriak keras dan tiba-tiba saja dia menggerakkan kedua lengannya dan terangkatlah batu itu 644
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di atas kepalanya! Seluruh otot di lengan dan tengkuknya menonjol seperti ular dan mukanya merah, matanya agak melotot, namun dia kuat membawa batu itu berjalan keliling satu kali di dalam lingkaran putih di sekeliling batu yang sudah ada di situ, lalu dia menurunkan batu itu yang jatuh berdebuk di dekat kakinya.
Tepuk sorak menyambut keberhasilan Si Tegap Pendek ini dan dia pun membungkuk ke arah panggung Adipati, lalu mengikuti seorang perwira yang membawanya ke tempat terpisah, duduk di atas panggung untuk menanti giliran dalam ujian ke dua.
Dengan sehelai kain diusapnya sedikit peluh dari lehernya dan dia memandang ke arah orang ke dua yang sudah
melangkah maju dengan wajah berseri.
Orang kedua ini tubuhnya seperti raksasa, tinggi besar, dua kali lebih besar daripada orang pertama tadi. Kedua lengannya juga besar-besar dan berbulu sehingga menyeramkan, akan tetapi wajahnya ramah dan tersenyum-senyum malu ketika para penonton bersorak menyambutnya. Ketika dia tiba di dekat batu,penonton hening kembali dan mengikuti gerak-gerik raksasa itu penuh kegembiraan dan ketegangan. Banyak orang bertaruh untuk raksasa ini, bahwa dia akan dapat mengangkat batu itu dengan mudah tanpa mengeluarkan peluh dan bahwa dia lebih kuat dari pada Si Pendek tadi. Batu http://kangzusi.com
itu memang terangkat ke atas, akan tetapi seluruh tubuh raksasa itu menggigil, kaki dan lengannya tergetar hebat, matanya melotot dan akhirnya dia tidak tahan lagi. Batu itu terpaksa dia lepaskan ke samping sehingga jatuh berdebuk di atas tanah. Dia mengap-mengap sebentar,kemudian seperti baru sadar ketika penonton menyambut kegagalan ini dengan sorak mengejek dan tertawaan. Dia lalu menjura ke arah panggung tempat Sang Adipati,lalu meninggalkan tempat itu, menghilang di antara penonton karena tentu saja kegagalan pertama ini berarti telah gugur dalam sayembara itu. Namun, 645
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namanya telah dicatat oleh petugas sehingga kalau sewaktu-waktu Lumajang membutuhkan tenaganya, dia dapat
dipanggil. Memang terjadi banyak keanehan dalam ujian pertama ini.
Banyak di antara mereka yang kelihatan sebagai laki-laki yang bertubuh kuat dan tegap, gagal mengangkat batu besar itu, atau yang berhasil mengangkat ke atas kepala, tidak kuat membawanya berkeliling seperti yang disyaratkannya. Akan tetapi sebaliknya, ada pula orang-orang yang kelihatan lemah, kurus kering dan pucat, ternyata berhasil mengangkat dengan mudah dan membawanya berkeliling. Jelaslah bagi para penonton bahwa kesaktian tidak dapat diukur dengan besar dan tegapnya tubuh, seperti halnya kekuatan otot yang kasar.
Ketika tiba giliran seorang yang berwajah tampan, gerak-geriknya halus dan sikapnya agung melangkah maju, semua orang memandang dengan penuh kagum. Pemuda seperti ini tentu masih berdarah bangsawan, tentu seorang kesatria seperti halnya Raden Turonggo sendiri memandang penuh perhatian dan menduga-duga darimana asal-usul pemuda tampan yang tenang ini. Pemuda itu menghampiri batu besar, lebih dulu dia menjura dengan hormat ke arah panggung Sang Adipati,kemudian membungkuk, memegang batu itu dan
sekali mengerakkan tangan, batu itu telah terangkat ke atas kepalanya! Dia melukakan ini begitu mudah
http://kangzusi.com
kelihatannya,seolah-olah batu itu ringan saja dan membawa berkeliling dengan langkah perlahan dan tidak tergesa-gesa.
Ketika dia menurunkan batu, dia tidak melemparkan seperti yang lain, melainkan menurukannya dengan perlahan-perlahan tidak menimbulkan suara. Tepuk tangan dan sorak sorai bergemuruh menyambut kekuatan hebat ini dan kembali Si Pemuda menjura ke arah panggung di mana Sang Adipati dan para ponggawanya juga ikut bertepuk tangan.
"Perhatikan pemuda itu, Dimas Aryo. Dia bukan orang sembarangan," kata Sang Adipati dan Aryo Pranarojo
646 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangguk karena dia pun mengenal seorang ksatria yang sakti.
Selain pemuda ini, ada seorang lain yang juga menarik perhatian semua orang. Dia seorang laki-laki yang tubuhnya kurus tinggi, mukanya pucat seperti orang kurang makan, mulutnya cemberut terus dan ketika menghampiri batu itu, dia seperti orang tidak bersemangat sama sekali. Akan tetapi begitu dia mengangkat batu,kelihatan batu itu seperti sebuah gentong saja, demikian ringan dan dibawanya berkeliling lalu diletakkannya kembali, menjulang ke arah panggung dan mengikuti perwira yang membawanya ke tempat tunggu ujian ke dua. Dia sama sekali tidak tersenyum ketika disambut sorak sorai, masih saja merenggut seperti seorang anak kecil yang sedang ngambek!
Ada pula beberapa orang yang berhasil, banyak yang tidak, akan tetapi yang paling menarik dalam ujian pertama ini adalah peserta terakhir. Peserta terakhir ini masih amat muda, akan tetapi juga luar biasa tampan, bahkan lebih tampan daripada pemuda tampan tadi dan bahkan lebih ganteng lagi daripada Raden Turonggo! Dan usianya tentu paling banyak s.a dengan Raden Turonggo, kalau tidak lebih muda lagi karena tubuhnya lebih kecil, kedua lengannya halus seperti lengan anak yang tidak bertenaga! Semua orang menduga bahwa tentu bocah ini seorang anak bangsawan atau
http://kangzusi.com
hartawan yang manja. Mana akan kuat mengangkat batu itu"
Andaikata kuat pun, banyak bahayanya akan kejatuhan. Di antara para penonton, tidak ada seorang pun yang berani menjagoi pemuda remaja ini, akan tetapi mereka semua memandang dengan khawatir. Seorang pemuda setampan
Arjuno seperti itu tentu saja menarik perhatian semua orang, terutama sekali para dara yang menonton sehingga mereka menahan napas ketika melihat pemuda itu dengan lenggang seenaknya menghampiri batu.
647 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat pemuda remaja ini tersenyum-senyum, seolah-olah sama sekali tidak khawatir untuk mengangkat batu sebesar itu, perhatian penonton makin tertarik dan kini mereka merasa suka kepada pemuda yang tersenyum-senyum manis itu. Para dara yang menonton menekan dada mereka yang seperti akan copot melihat senyum itu dan di antaranya ada yang menjerit,
"Angkatlah...!"
Pemuda itu menjura ke arah panggung dan sejenak dia menyapu ke sekeliling.
Kemudian, dia memejamkan matanya, mulutnya berkemak-kemik dan tiba-tiba dia mengeluarkan bentakan nyaring,
"Haiiiiiittt!" Nyaring sekali bentakan ini,mengejutkan semua orang dan ternyata dia telah mencongkel batu itu dengan kakinya dan batu sebesar kerbau bunting itu terlontar ke atas, lalu diterimanya dengan satu tangan saja, yaitu tangan kiri, sedangkan tangan kanan dipakai untuk bertolak pinggang!
Tepuk tangan menggegap-gempita dan sorak-sorai seperti hendak memecahkan istana kadipaten. Orang berlonjak-lonjak saking kagumnya, tidak menanti sampai pemuda itu
membawa batu tadi berkeliling dan mmang istimewa pemuda yang satu ini atau peserta yang terakhir ini. Dia tidak hanya membawa batu itu berkeliling satu kali melainkan tiga kali!
Dan semua ini dilakukan dengan gerak-gerik jenaka dan gembira, sama sekali tidak kelihatan hendak menyombongkan http://kangzusi.com
diri dan dalam hal kegembiraan ini, sikapnya sungguh sama sekali terbalik dari sikap pemuda tinggi kurus muka pucat yang selalu cemberut tadi! Para penonton seperti kesetanan!
Mereka bersorak-sorak dan bahkan ada dara-dara yang menangis saking kagumnya dan sekaligus jatuh cinta!
Ketika pemuda itu menaruh batu dengan cara istemewa, yaitu melemparkan batu ke atas, kemudian ketika batu itu melayang turun diterima dengan kakinya dan digulingkan begitu saja seenaknya, para penonton menjadi makin gaduh.
648 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai lama setelah pemuda itu sudah duduk di tempat penantian, orang-orang masih bersorak-sorai.
"Hemm, ingin sekali aku tahu siapa gerangan pemuda
itu..." Adipati Wirorojo juga kagum sekali.
Aryo Pranarojo mengerutkan alisnya. "Dia tentu keturunan orang pandai, murid seorang yang maha sakti, akan tetapi sikapnya yang seperti anak kecil itu sungguh sembrono sekali... orang seperti dia bisa menggagalkan tugas yang amat penting."
Ketika dia hendak duduk, pemuda tampan sebagai peserta terakhir itu memandang kepada pemuda tampan yang gerak-geriknya halus tadi, mereka saling bertukar senyum, akan tetapi pemuda yang selalu merengut tadi, matanya seperti mengeluarkan api karena dia amat memperhatikan peserta terakhir itu. Demikian pula dua orang muda lain yang telah terdahulu lulus, dua orang pemuda yang juga tampan dan yang memiliki wajah mirip seperti kembar, saling berbisik dan kadang-kadang melirik ke arah peserta terakhir.
Di antara tiga puluh tiga orang yang mengikuti ujian pertama, yang lulus hanyalah delapan belas orang. Lima belas orang telah gugur dalam ujian mengangkat batu sebesar kerbau bunting itu! Dan kini, delapan belas orang itu bersiap-siap untuk mengikuti ujian ke dua, yaitu menunggang kuda liar sambil memanah orang-orangan. Untuk keperluan ini, http://kangzusi.com
telah dipersiapkan lima ekor kuda liar dan orang-orangan itu telah dipasang pula di bagian yang agak jauh dari penonton dan di belakangnya dipasangi gunung-gunungan alang-alang agar anak panah yang nyasar tidak sampai mengenai
penonton. Semua orang merasa ngeri ketika melihat lima ekor kuda itu. Kuda-kuda yang besar dan kuat, akan tetapi memang belum dijinakkan sehingga ketika dituntun masuk mereka itu berjingkrak-jingkrak dan meringkik-ringkik. Terutama sekali seekor yang bulunya hitam, sungguh liar dan hampir saja 649
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuntunnya kena digigit pundaknya, kalau saja dia tidak cepat menjatuhkan diri dan dua orang lagi maju
membantunya, baru si Hitam itu dapat ditundukkan, dipegangi kendalinya, namun dia masih saja meronta-ronta.
Perwira yang bertugas memberi pengumuman menyerukan bahwa ujian ke dua akan dimulai. Para peserta akan maju satu demi satu dan diperbolehkan memilih seekor di antara lima ekor kuda itu! Mendengar semua ini penonton ramai pula bertaruh siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
"Aku bertaruh lima lawan satu bahwa peserta yang
terakhir, Sang Arjuno tadi yang akan keluar sebagai juara!"
terdengar suara nyaring seorang penonton, terdengar pula oleh para peserta dan kembali peserta yang tampan halus itu menoleh ke arah peserta terakhir dan mereka sama-sama tersenyum. Si Muka Cemberut makin cemberut lagi.
Akan tetapi karena semua orang pun menduga demikian, tidak ada yang berani melayani tantangan itu.
"Aku bertaruh bahwa di antara mereka tidak akan ada yang memilih kuda hitam!"
Ada pula yang bertaruh. Ramailah para penonton itu
sebelum ujian ke dua dimulai karena sedang dipersiapkan gendewa-gendewa dan anak-anak panah yang juga boleh dipilih oleh para peserta. Hanya para dara saja yang semua http://kangzusi.com
memandang ke arah peserta terakhir sambil melirik-lirik dan tersenyum-senyum, sungguhpun tidak kurang pula yang memandang ke arah peserta yang tampan halus karena
peserta ini yang lebih cocok dengan selera mereka. Memang sama-sama tampan, akan tetapi peserta terakhir itu memang luar biasa sekali tampannya, hanya pemuda halus itu lebih jantan. Kalau boleh dipakai perbandingan, pemuda halus itu seperti Raden Gatotkaca sedangkan peserta terakhir itu seperti Raden Arjuno. Sama-sama tampannya, akan tetapi kalau yang seorang berpotongan ksatria perkasa, yang ke dua berpotongan kesatria... petualang asmara!
650 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gong dibunyikan nyaring sebagai tanda bahwa ujian ke dua akan dimulai karena Raden Turonggo telah memberi isyarat siap. Si Pendek bertengkuk seperti banteng itu segera maju dengan tegap dan langkahnya tenang ketika dia menghampiri lima ekor kuda yang dipegang erat-erat kendalinya oleh beberapa orang tukang kuda.
Dia memilih kuda putih. Tukang kuda mengangguk dan
menyeret kuda putih itu ke depan, melewati garis sebagai tempat pemberangkatan dan Si Pendek itu lalu memilih sebatang gendewa berikut tiga batang anak panah seperti yang diisyaratkan. Dengan sigap dan membuktikan bahwa dia terlatih, dia mengikatkan tempat anak panah di punggungnya, dan mengalungkan gendewa di lehernya. Kemudian dia
menghampiri tukang kuda itu, mengambil alih kendalinya dan dengan cekatan dia meloncat ke atas punggung kuda putih dan menyentak-nyentak kendalinya.
"Hyeeeehhhh...!!" Kuda putih itu meringkik dan meloncat ke atas, bukannya lari ke depan dengan cepat melainkan berloncat-loncatan sambil membongkokkan punggungnya, menggoyang-goyang tubuhnya untuk melontarkan
penunggang yang duduk di atas punggungnya itu. Akan tetapi Si Pendek mengempit perut kuda dan tidak mau turun, kedua kaki seperti kaitan baja mengempit tubuh kuda di kanan kiri,jari-jari kakinya mencengkeram, kedua tangan memegang http://kangzusi.com
kendali kuda dan tubuhnya mendoyong ke kanan kiri, muka belakang, naik turun, akan tetapi seperti seekor lintah menempel di kulit, dia tidak dapat dilontarkan oleh kuda liar itu. Para penonton bersorak-sorak karena sekali ini pertunjukan itu memang menegangkan dan juga lucu. Kuda liar berbulu putih itu seperti menjadi gila, meringkiki-ringkik,berusaha membalikkan lehernya yang panjang untuk dapat menggigit pengganggunya,punggungnya melengklung seperti punggung onta, pantatnya diangkat tinggi-tinggi ketika dia meloncat dengan kaki belakang, atau kadang-kadang 651
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merendah ketika kaki depannya yang meloncat dan kuda itu seperti berdiri di atas kedua kakinya.
Namun Si Pendek itu masih tetap menempel di punggung kuda, bahkan kini dia menarik-narik kendali dengan keras sehingga kuda liar itu merasa kesakitan dan larilah dia ke depan!
Para penonton bersorak memuji karena hal itu berarti Si Pendek itu telah berhasil mengalahkan kuda liar itu. Semua mata mengikuti larinya kuda yang lewat di jalan yang sudah digariskan, kemudian setelah tiba di tempat yang diberi tanda bahwa dari situ dia harus melepaskan anak panah ke arah orang-orangan, dia cepat memasang sebatang anak panah kepada gendewanya.
Untuk dapat melakukan hal ini, tentu saja dia harus melepaskan kendali kudanya,tangan kiri memegang gendewa dan tangan kanan memegang gagang anak panah. Dia
menarik tali gendewanya, akan tetapi pada saat itu, kuda putih yang merasa betapa kendalinya terlepas, lalu meringkik dan mengangkat kedua kaki depan ke atas, tepat pada saat Si Pendek itu melepaskan anak panahnya.
"Singgg...!" anak panah itu meluncur ke atas!
"Ahhh... bukkkk!" Dan orang pendek bertengkuk seperti banteng itu terlempar dari punggung kuda dan terbanting ke http://kangzusi.com
atas tanah! Para penonton bersorak dan tertawa-tawa, mentertawakan Si Pendek yang dengan wajah kecewa dan mulut bersungut-sungut terpaksa meninggalkan gelanggang karena dia
dianggap tidak lulus setelah mengalami kegagalan itu. Dia menyumpah-nyumpah kuda putih, menggosok-gosok
pantatnya dan meninggalkan tempat itu dengan agak
terpincang jalannya. Namun, sebagai seorang yang telah lulus dalam ujian pertama mengangkat batu tadi, tentu saja 652
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namanya sudah dicatat pula dan dia setingkat lebih tinggi daripada mereka yang gagal dalam ujian pertama.
Dua orang lagi gagal pada permulaannya ketika mereka secara berturut-turut dilemparkan jatuh dari atas punggung kuda masing-masing, dan dua orang lagi biar pun seperti Si Pendek tadi berhasil menundukkan kuda liar, namun gagal pula ketika melepas anak panah, tidak mengenai sasaran sampai tiga kali karena kuda mereka tetap binal sehingga mereka tidak dapat menggunakan busur mereka dengan baik.
Melihat kegagalan berturut-turut itu, Bromatmojo bertukar pandang dengan Joko Handoko. Tentu saja pemuda tampan seperti Arjuno yang menggegerkan para penonton dengan demonstrasi kesaktian hebat ketika mengangkat batu besar tadi adalah Sulastri atau Bromatmojo, sedangkan pemuda tampan dan gagah serta halus gerak-geriknya itu adalah Joko Handoko. Roro Kartiko tidak ikut memasuki sayembara karena selain puteri ini ngeri untuk mengangkat batu sebesar kerbau bengkak itu, juga dia ngeri kalau harus menunggang seekor kuda liar. Pula, dia tidak biasa menyamar sebagai pria dan tidak mungkin dia menyamar sebagai Sriti Kencana,sedangkan kalau maju sebagai seorang wanita pun tentu akan janggal dan hanya menjadi pusat perhatian saja. Maka dia tidak ikut sayembara sungguh pun tentu saja dia berada di antara penonton yang berjubel itu. Geli hatinya melihat lagak http://kangzusi.com
Bromatmojo dan diam-diam dia merasa terharu dan juga malu sendiri ketika dia melihat betapa perawan-perawan yang menonton pada saat itu, jelas memperlihatkan sikap tergila-gila kepada Bromatmojo. Teringatlah dia betapa dia pun tadinya jatuh hati kepada "pemuda" setampan Arjuno itu, dan itu merupakan cinta kasihnya yang pertama, cinta kasih yang gagal tentu saja!
Yang menjadi perhatian Bromatmojo dan Joko Handoko di antara semua peserta sayembara hanya tiga orang muda.
Pertama adalah pemuda tinggi kurus yang bermuka muram 653
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan cemberut itu karena mereka tahu bahwa pemuda itu memiliki kesaktian tersembunyi yang hebat. Selain Si Tinggi Kurus ini, juga dua orang pemuda tampan yang dilihat dari air muka dan pakaiannya, jelas bahwa mereka tentulah kakak beradik. Wajah mereka begitu mirip dan serupa malah, hanya bentuk tubuh mereka yang berbeda, yaitu yang satu agak lebih besar dan lebih tegap, juga lebih jangkung daripada yang kedua. Anehnya, selain wajah mereka serupa benar, juga gerak-gerik mereka, senyum mereka, pandang mereka, semua sama! Akan tetapi, dua orang muda yang tampan dan masih muda sekali itu ternyata tadi telah mampu mengangkat dan membawa batu besar itu berkeliling tanpa kelihatan berat.
Ketika tiba giliran pemuda tampan yang tubuhnya lebih besar itu, dia dan temannya yang berwajah sama lalu menghampiri perwira yang mengatur bagian ujian
menunggang kuda, bicara bisik-bisik dengan perwira itu.
Perwira itu kelihatan bingung, lalu membawa mereka
menghadap Raden Turonggo.
"Maafkan saya, Raden. Dua orang peserta ini hendak
mengajukan suatu permohonan kepada Paduka mengenai
ujian menunggang kuda dan memanah," kata perwira itu kepada Raden Turonggo.
Pemuda ini mengerutkan alisnya. "Peraturan sayembara telah ditentukan, semua peserta telah diberi tahu syarat-http://kangzusi.com
syaratnya, mengapa masih hendak mengajukan permohonan lagi?" berkata demikian, Raden Kuda Anjampiani atau Raden Turonggo itu memandang kepada dua orang muda tampan itu.
Dua orang pemuda tampan itu maju dan berbisik hormat, namun tidak menjilat, dan pemuda yang lebih besar tubuhnya berkata, "Harap maafkan kami, Raden. Hendaknya Paduka ketahui bahwa kami berdua adalah saudara kembar dan kami selalu menghadapi hal-hal sukar berdua. Dengan berdua, kami, terutama Adik saya ini mendapatkan semangat dan 654
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keberanian. Menghadapi ujian menunggang kuda liar itu cukup mengerikan Adik saya, maka kami mohon agar kami dapat diperbolehkan mengikuti ujian ini berbareng."
Raden Turonggo mengerutkan alisnya. "Seorang laki-laki tidak akan takut menghadapi bahaya apa pun, apa lagi menunggang kuda liar!"
"Akan tetapi saya... saya bukan seorang laki-laki..." orang kedua yang lebih kecil menjawab.
"Ahhh...?" Raden Turonggo bertanya dan matanya
terbelalak memandang kedua orang pemuda tampan itu.
"Kami saudara kembar, saya laki-laki dan dia perempuan."
"Wanita" Kenapa memasuki sayembara?" tanya Raden
Turonggo. "Apakah ada pengumuman bahwa wanita dilarang?" Dara yang menyamar sebagai pria itu menuntut.
-o0o-d-w-o0o- Jilid 48 "Ahhh... tidak, tapi..." Raden Turonggo menjadi bingung, apalagi sepasang mata dara itu bersinar-sinar penuh kemarahan. http://kangzusi.com
"Maafkan, Raden, Dia selalu tidak mau ketinggalan, apa pun yang saya lakukan dia tentu ikut."
Raden Turonggo menarik napas panjang dan mengangguk-angguk. Seorang dara remaja sudah dapat mengangkat batu itu, sudah cukup hebat. Kini hendak memasuki ujian ke dua dan merasa agak ngeri menunggang kuda liar. Wajarlah.
"Baik, kalian boleh memasuki ujian ke dua ini berbareng. Akan tetapi hanya itu saja, dan syarat lulus tetap seperti apa yang telah diumumkan."
655 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Raden. Mereka berdua tersenyum girang lalu keduanya berlari ke tempat di mana lima ekor kuda itu berkumpul, dipegangi oleh para tukang kuda yang kewalahan mencegah lima ekor kuda liar itu mengamuk. Raden Turonggo lalu cepat memeriksa daftar para peserta dan membaca nama mereka. Gendana dan Gendini!
Hemm, tentu nama samaran, pikirnya. Nama-nama itu
hanya menunjukkan bahwa mereka adalah saudara kembar dan mereka datang dari pantai selatan. Hemm, mereka ini harus diawasi karena mencurigakan, pikir Raden Turonggo.
Terdengar sorak-sorai dan dia pun cepat memandang ke arah tempat ujian. Dia melihat betapa kakak beradik itu telah berada di atas punggung dua ekor kuda.
Gendana menunggang kuda putih dan Gendini
menunggang kuda berbulu dawuk (abu-abu).
Dua ekor kuda itu meringkik-ringkik dan mengangkat kedua kaki depan tinggi-tinggi.
Dia melihat betapa dua orang kakak beradik itu dengan tenang tetap duduk di atas punggung kuda yang sudah berdiri itu dan menepuk-nepuk punggung kuda masing-masing,bibir mereka berkemak-kemik. Tahulah dia bahwa kakak beradik itu ternyata menguasai ilmu mantram untuk menundukkan kuda dan ternyata dugaannya benar karena tidak lama kemudian, http://kangzusi.com
dua ekor kuda liar itu menjadi tenang seperti kuda jinak saja.
Setelah kedua ekor kuda itu diam biarpun para penonton masih bersorak-sorai memuji, sorak riuh-rendah yang cukup hebat untuk membuat kuda jinak sekalipun menjadi
ketakutan, dua orang kakak beradik itu baru menggerakkan tali kendali dan dua ekor kuda liar itu meloncat ke depan dengan cepatnya.
Kakak beradik itu ternyata memang ahli-ahli menunggang kuda. Mereka membalapkan kuda mereka memutari lapangan dan biar pun sudah melewati batas di mana mereka harus 656
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melepaskan anak panah kepada orang-orangan yang dijadikan sasaran, namun mereka belum menggunakan anak panah
mereka. Mereka ingin agar dua ekor kuda yang mereka tunggangi itu benar-benar tunduk lebih dulu karena kalau tidak demikian,di waktu mereka memanah dan melepaskan kendali, ada bahayanya kuda itu meronta dan menggagalkan pelepasan anak panah seperti yang terjadi pada beberapa orang peserta terdahulu. Oleh karena itu, sampai dua kali mereka memutari lapangan itu tanpa melepaskan anak panah.
Baru pada putaran ke tiga, setelah kuda mereka mulai mantap larinya, dua orang kakak beradik itu mempersiapkan busur dan anak panah mereka yang sejak tadi telah mereka kalungkan di pundak. Ketika kuda mereka lari melewati orang-orangan itu, dari tempat yang sudah diberi tanda, mereka mengincar dan melepaskan anak panah mereka dengan
cekatan. Terdengar bunyi mendesir dan dua batang anak panah itu meluncur dengan cepat dan menancap di tubuh orang-orangan itu, di perut dan di dada! Terdengar kembali sorak dan tepuk tangan memuji. Sampai tiga kali dua orang kakak beradik ini melarikan kuda mereka melewati orang-orangan itu dan tiga batang anak panah mereka semua menancap di tubuh orang-orangan.
Sambutan para penonton mengegap gempita karena
mereka itulah merupakan peserta-peserta pertama yang http://kangzusi.com
berhasil dalam ujian ke dua. Mereka turun dari kuda masing-masing dan para tukang kuda cepat memegangi kendali dua ekor kuda yang kembali menjadi liar setelah terlepas dari pengaruh aji penyirepan kuda kakak beradik itu dan perwira yang bertugas lalu menyambut mereka ke tempat tersendiri untuk menanti sampai ujian ke dua itu berakhir.
Kembali beberapa orang telah gagal, ada yang gagal pada saat menunggang kuda,ada pula yang gagal dengan anak panahnya. Kegagalan mereka ini disambut sorak-sorai ditertawakan oleh para penonton dan mereka bergegas 657
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan lapangan, ada yang menyelinap di antara penonton untuk menyaksikan kelanjutan sayembara itu,ada pula yang langsung pergi meninggalkan tempat itu karena merasa kecewa dan juga malu atas kegagalan mereka.
Ketika tiba giliran Joko Handoko untuk mengikuti ujian ke dua ini, banyak penonton menyambutnya dengan sorak-sorai karena pemuda ini banyak pula menarik rasa simpati penonton dengan gerak-geriknya yang halus dan sopan serta wajahnya yang membayangkan kejantanan dan kegagahan. Dengan
langkah tenang Joko Handoko menghampiri kuda berbulu putih dan memberi isyarat kepada pemegang kendali kuda bahwa dia memilih kuda itu. Setelah dia mengambil sebuah gendewa dan tiga batang anak panah tanpa memilih lagi, dia lalu memegang kendali kuda dan sekali melompat dia telah duduk di atas punggung kuda putih. Kuda ini sudah beberapa kali ditunggangi orang dan hal ini membuat dia makin ketakutan dan marah, makin liar. Maka begitu dia merasa punggungnya dicengklak orang, dia meringkik keras dan meloncat dengan kaki depan ke atas.
AKAN tetapi sekali meloncat, dia segera menurunkan kedua kaki depannya itu kembali. Dia meronta, akan tetapi keempat kakinya gemetaran dan ketika dicobanya untuk melompat lagi, dia tidak mampu menggerakkan kaki dan diam saja,hanya keempat kakinya yang masih gemetar. Ternyata Joko Handoko http://kangzusi.com
telah menggunakan aji memberatkan tubuhnya sehingga kuda itu hampir tidak kuat menahannya. Setelah kuda itu tidak lagi meronta, barulah Joko Handoko menghentikan ajinya dan kuda itu tidak lagi gemetar. Akan tetapi, begitu dia hendak meronta, kembali tubuh penunggangnya menjadi berat sekali dan akhirnya agaknya kuda putih itu mengerti bahwa dia tidak akan mampu melemparkan penunggang ini maka dia
menerima kekalahannya dan menjadi jinak. Setelah kuda itu menjadi anteng, barulah Joko Handoko menggerakkan kendali dan kuda itu lalu berlari ke depan dengan cepat dan tetap.
Ketika lewat di tempat yang ditandai di mana dia harus 658
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melepaskan anak panah, terdengar tali gendawa menjepret dan seperti kilat cepatnya, sinar anak panahnya menyambar dan tepat mengnai kepala orang-orangan itu di tengah-tengahnya,di antara kedua mata! Sungguh merupakan bidikan yang tepat sekali dan para penonton bersorak memuji.
Akan tetapi hal itu masih belum hebat. Sorak-sorai
meningkat ketika pemuda halus itu membalapkan kudanya dan setiap kali lewat di depan orang-orangan , terdengar tali gendawa menjepret. Tiga kali dia lewat, tiga kali anak panah meluncur dan tiga kali pula anak panah menancap tepat di antara kedua mata orang-orangan itu sehingga kini nampak tiga batang anak panah menancap di tempat yang sama seperti bedesak-desakan! Tentu saja hal ini cukup
membuktikan kemahiran Joko Handoko mempergunakan anak panah dan dia lulus dengan baik, disambut oleh senyum Raden Turonggo dan sorak-sorai para penonton, terutama dari mereka yang memang menjagoi pemuda yang mereka beri julukan Gatutkaca itu.
Berturut-turut para peserta lain memasuki ujian ini dan di antara banyak yang gagal, ada pula beberapa orang yang berhasil lulus, sungguh pun mereka nyaris gagal, terpontang-panting di atas punggung kuda liar dan bidikan anak panah mereka hanya mengenai bagian tubuh tidak berbahaya dari orang-orangan itu, yaitu di pundak, lengan, paha dan http://kangzusi.com
sebagainya. Hanya ketika tiba giliran pemuda berwajah muram dan tinggi kurus tadi saja maka para penonton kembali bersorak dan memuji, karena pemuda tinggi kurus itu kembali telah membuktikan kesaktiannya. Dia memilih kuda dawuk dan begitu dia meloncat ke atas punggung kuda itu seketika berubah menjadi jinak dan sama sekali tidak meronta! Ketika kuda itu lari sampai di tempat yang sudah diberi tanda, dengan tenang akan tetapi mukanya masih cemberut dia sekeligus memasangkan tiga batang anak panah pada
659 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
busurnya, membidik dan sekali terdengar bunyi menjepret keras, nampak tiga sinar meluncurke arah orang-orangan dan tiga batang anak panah menancap dengan tepat di dada orang-orangan itu, berjajar dengan rapi dari kiri ke kanan, ketiganya merupakan anak panah yang mematika apabila mengenai tubuh lawan! Tentu saja semua penonton bersorak-sorai dengan penuh kagum, bahkan Raden Turonggo sendiri menggelengkan kepala dengan kagum karena harus diakuinya bahwa di sendiri tidak akan dapat meniru perbuatan Si Tinggi Kurus yang berwajah muram itu.
Setelah kembali beberapa orang peserta maju, ada yang gagal dan ada yang lulus namun tidak begitu mengesankan, orang terakhir yang maju adalah Bromatmojo.
Pemuda tampan seperti Arjuno ini melangkah maju dan tersenyum manis ketika disambut tepuk sorai gemuruh.
Melihat dia tersenyum, sorak-sorai makin hebat dan
terdengarlah teriakan-teriakan memuji, di antaranya terdengar teriakan, "Kuda hitam! Kuda hitam!"
Bromatmojo tersenyum. Maklum dia bahwa para penonton itu mengharapkan agar dia menunggang kuda hitam, satu-satunya kuda di antara lima ekor kuda liar yang sejak tadi belum ada yang berani mencoba untuk menungganginya.
Memang kuda itu paling ganas dan liar, bahkan tadi, ada seorang penjaga yang tergigit pundaknya sampai remuk http://kangzusi.com
tulangnya ketika dia lengah dan kuda itu meronta. Kini yang menjaga kuda ini ada tiga orang, kendalinya dipegang oleh dua orang, namun tetap saja dia meronta-ronta dan mencoba untuk membebaskan diri.
Sudah kepalang tanggung, pikirnya. Sulastri memang
seorang dara remaja yang lincah dan jenaka, gembira dan memiliki sedikit watak ugal-ugalan. Mungkin watak ini ditirunya dari gurunya yang pertama, yaitu Ki Jembros! Maka, melihat sambutan para penonton dan terutama sekali karena hatinya agak "panas" melihat kehebatan Si Tinggi Kurus 660
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berwajah muram, dia lalu menghampiri kuda hitam. Hal ini kembali disambut tepuk sorak dan tiga orang penjaga kuda hitam itu memandang kepada Bromatmojo dengan wajah
khawatir. Mereka telah mengenal betul kuda hitam yang ganas dan liar ini. Sedangkan para peserta lain yang kelihatan kuat-kuat tidak berani mencoba untuk menunggang kuda liar ini.
Apakah pemuda bertubuh kecil ini hendak bunuh diri" Gagal menunggang kuda yang lain mungkin hanya akan luka-luka dan babak bundas saja, akan tetapi kalau sampai terjatuh dari punggung si Kuda Hitam ini akan berbahaya sekali bagi penunggangnya karena kuda hitam ini buas, kalau penggang nya terjatuh tentu akan disepaknya, digigitnya dan mungkin juga diinjak-injaknya!
Bromatmojo tidak memperdulikan pandang mata khawatir dari tiga orang itu,melainkan tersenyum dan mengambil kendali dari tangan mereka. Tiga orang itu mundur dan Bromatmojo meloncat dengan gerakan yang ringan dan
cekatan, tahu-tahu tubuhnya telah berada di atas punggung kuda hitam. Karena dia mempergunakan aji meringankan tubuh, maka dia seperti seekor burung gereja saja ketika hinggap di atas punggung kuda. Namun kuda itu memang liar dan ganas. Biarpun hanya terasa sedikit saja olehnya bahwa ada orang menduduki punggungnya, dia sudah meringkik keras dan berloncatan seperti kemasukan setan! Bromatmojo yang hendak memperlihatkan ketangkasannya, tidak mau http://kangzusi.com
mempergunakan aji memberatkan tubuhnya seperti yang dilakukan oleh Joko Handoko dan juga oleh pemuda berwajah muram.
Sebaliknya malah, dia membiarkan dirinya pontang-panting dan terlempar-lempar ke atas, akan tetapi berkat aji meringankan tubuh, dia selalu dapat duduk kembali ke atas punggung kuda itu.
Semua penonton memandang dengan mulut ternganga,
bengong penuh ketegangan dan kekhawatiran melihat tubuh 661
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda tampan itu dipontang-pantingkan dan dilempar-lemparkan ke atas, Celaka,pikir mereka, tak lama lagi tentu pemuda itu akan terlempar dan terbanting jatuh! Akan tetapi, ternyata tidak demikian karena pemuda itu malah tertawa-tawa, tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka!
Melihat sikap ini,barulah mereka percaya akan kehebatan pemuda itu dan bersorak mereka. Terutama para perawan yang sedang berani terhadap pemuda seperti Arjuno itu, mereka berteriak-teriak seperti gila, menjerit-jerit dan kedua tangan mereka mencengkeram, ada yang mengembangkan
kedua lengan seperti hendak memeluk pemuda itu, mata mereka basah air mata memandang Arjuno yang memang
kelihatan gagah perkasa dan tampan sekali ketika
mempermainkan kuda liar itu.
Joko Handoko diam-diam memandang dengan hati penuh
kagum. Hebat sekali dara itu,pikirnya dan jantungnya berdebar keras. Dia mengerti benar bahwa semenjak dia tahu bahwa Bromatmojo adalah seorang dara cantik jelita bernama Sulastri, dia sudah jatuh cinta! Kini, melihat dara perkasa itu demikian hebatnya mempermainkan kuda liar yang dia sendiri tadi tidak berani mencobanya, dia makin kagum.
Bromatmojo memang sengaja membiarkan si Hitam itu
mengamuk, meronta, meringkik dan membeker-beker,
berloncatan ke atas, menarik punggungnya sampai
http://kangzusi.com
melengkung,mencak-mencak seperti gila, bahkan
menjatuhkan diri bergulingan! Namun, dengan mengandalkan aji meringankan tubuh, dia selalu dapat membiarkan tubuhnya mencelat ke atas untuk kemudian turun cepat di atas punggung kuda itu kembali,dan ketika kuda hitam itu menjatuhkan diri bergulingan, dia meloncat ke atas sampai tinggi kemudian turun tepat di atas punggung kembali setelah kuda itu berdiri kembali. Kuda hitam itu seperti gila dan membuat loncatan-loncatan aneh dan lucu. Napasnya
terengah-engah,mulutnya mengeluarkan busa, matanya
menjadi merah liar, hidungnya kembang-kempis dan akhirnya 662
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia kehabisan tenaga atau kehabisan napas, gerakannya meronta makin lemah dan ringkikannya berkurang,akhirnya dia berdiri mendengus-dengus, tidak meronta lagi, keempat kakinya menggigil.
Pecah sorak-sorai menyambut kemenangan ini,
kemenangan yang amat gemilang dan enak dipandang karena tampak betapa Bromatmojo benar-benar berjuang untuk menundukkan itu, kekuatan dan keganasan kuda dilawan dengan kecekatan dan kelincahan, tidak seperti para pemenang lain yang menggunakan aji penyirepan dan lain-lain sehingga kuda yang mereka tunggangi itu ditundukan tanpa perjuangan hebat seperti yang diperlihatkan oleh Bromatmojo!
"Anak itu hebat sekali, Dimas Aryo. Ilmunya tinggi...." Sang Adipati Wirorojo memuji.
Aryo Pranarojo mengerutkan alisnya. "Memang dia sakti, akan tetapi bocah itu sungguh kementus dan kemaki
(sombong dan berlagak). Kalau diserahi urusan besar dia bisa membikin gagal tugas yang diserahkan kepadanya."
"Hemm, belum tentu begitu, Dimas Aryo. Kulihat dia masih muda sekali, dan kurasa dia tidak sombong, melainkan seperti lumrahnya pemuda remaja dia ingin menggembirkan orang dan memperoleh pujian."
"Mungkin pendapat Andika benar, Kakangmas Adipati. Akan http://kangzusi.com
tetapi saya pribadi lebih suka kepada pemuda tinggi kurus yang wajahnya muram itu. Dia tentu seorang yang serius dan dapat diserahi tugas penting yang tentu akan dibela dengan mati-matian."
Percakapan mereka terhenti oleh sorak-sorai para penonton melihat Bromatmojo yang sudah berhasil menudukkan si Hitam itu kini menggerakkan tali kendali kuda itu meloncat ke depan seperti terbang.
"Haiiii..... panahnya....! Panahnya....!!" Seribu buah mulut lebih meneriakkan "panah" untuk mengingatkan Bromatmojo 663
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa dia lupa mengambil busur dan anak panah,sedangkan kudanya sudah mulai dia larikan ke depan. Mendengar ini, Bromatmojo baru teringat. Ah, mau apa dia membalapkan kuda ke depan kalau tidak membawa anak panah"
"Hirrrrr......!!" Dia berteriak dengan nyaring sekali mengatasi teriakan para penonton dan dia menarik kendali.
Kuda hitam itu berhenti dan mengangkat kedua kaki depan ke atas, kemudian membalik ke tempat semula. Bromatmojo tidak turun dari atas kuda, melainkan miringkan tubuhnya dan menyambar tumpukan anak panah di atas meja tanpa memilih lagi. Dia telah mengambil tiga batang anak panah dan kini kudanya mengulangi lagi larinya membalap yang tadi ditunda.
Cepat seperti terbang saja lari kuda itu dan terdengar lagi sorakan para penonton dengan teriakan-teriakan nyaring,
"Gendawanya...! Gendawanya....!"
Akan tetapi Bromatmojo sambil tertawa mengangkat tinggi-tinggi tiga batang anak panahdan tidak lagi untuk mengambil busur.
"Hemm, dia mengambil anak panah tanpa gendawa. Mau
apa lagi anak itu?" Aryo Pranarojo berkata terheran-heran.
Semua orang kini mengikuti gerak-gerik Bromatmojo yang tubuhnya terguncang-guncang naik turun di atas tubuh kuda hitam yang mata kuat itu. Ketika kuda itu tiba tepat di tempat yang diberi tanda, Bromatmojo menggerakkan tangannya tiga http://kangzusi.com
kali berturut-turut. Yang nampak hanya sinar berkilat menyambar ke arah orang-orangan itu tiga kali dan terdengar suara "cart.....tak...tak!!"
Semua orang yang menyaksikan orang-orangan itu
disambar tiga batang anak panah,menjadi bengong sejenak, kemudian meledaklah sorak-sorai yang gegap-gempita.
Sekali ini, bahkan Sang Adipati sendiri bertepuk tangan memuji dan Aryo Pranarojo juga mengganguk-angguk, karena apa yang diperlihatkan oleh pemuda tampan itu benar-benar 664
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat luar biasa. Anak panah yang pertama dengan jitu sekali telah menancap di tenggorokan orang-orangan itu, anak panah ke dua menyambar dan membelah anak panah
pertama, terus menancap di tempat yang sama,dan anak panah yang ke tiga membelah anak panah ke dua, juga menancap di tempat yang sama pula. Dan ketiga anak panah itu menyambar tanpa bantuan gendawa, hanya dengan
lontaran tangan saja!
Gegerlah semua penonton. Ribuan orang penonton yang seperti semut itu bergerak seperti serombongan semut diganggu. Kalau tidak takut kepada Sang Adipati dan para penjaga, agaknya sudah banyak penonton, terutama dara-dara remaja, yang lari menyeberangi alun-alun untuk menghampiri Bromatmojo dan mengelu-elukannya.
Bromatmojo sudah melompat turun dari kuda hitamnya dan menyerahkan kuda itu kepada para penjaga. Lalu dengan tersenyum dia duduk di tempat para peserta yang lulus ujian, dan bersama dia kini para peserta yang lulus dalam ujian ke dua berjumlah delapan orang.
Kini ujian ke tiga telah dipersiapkan oleh para perajurit pengawal, dipimpin sendiri oleh Raden Turonggo. Sesuai dengan jumlah para peserta yang lulus ujian ke dua, di situ telah didirikan delapan batang bambu yang tingginya kurang lebih empat meter dan pada setiap ujung bambu itu dikatkan http://kangzusi.com
sebuah kelapa muda dengan tali lawe. Lima orang perajurit anggota pasukan panah, yaitu ahli-ahli panah tepat, telah berdiri berjajar dalam jarak seratus langkah dan siap dengan busur dan anak panah mereka. Ngeri juga hati para penonton melihat ini. Mereka sudah mendengar bahwa ujian ke tiga amat berbahaya karena para peserta harus dapat memetik buah kelapa itu dari atas ujung bambu tanpa memanjat bambunya, dan untuk pekerjaan yang sudah amat sukar ini mereka masih dihalangi oleh lima orang itu yang kan menghujani mereka dengan anak panah! Dua ujian pertama 665
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidaklah berbahaya kalau dibandingkan dengan ujian ke tiga ini. Baru memetik buah kalapa setinggi itu saja sudah merupakan hal yang amat sukar, apa lagi harus melindungi diri dari serangan hujan anak panah, Gila, sama saja dengan bunuh diri!
Peserta pertama yang bertubuh tinggi besar dan
bercambang bauk (brewokan) maju dengan langkah lebar dan gagah. Begitu dia tiba di tanah yang sudah di beri tanda lingkaran di bawah bambu, Raden Turanggo memberi aba-aba dan lima orang pemanah itu segera melepaskan anak panah meraka. Berdesinglah anak panah menyambar-nyambar ke arah tubuh Si Tinggi Besar dan peserta ini yang sudah bersiap-siap lalu menggerakkan tubuh mengelak ke sana-sini dan kaki tangannya juga bergerak menangkisi anak-anak panah itu. Belasan batang anak panah dapat dia halaukan dan dia lalu meloncat ke atas. Akan tetapi kembali anak-anak panah menyambar dan orang itu terpaksa sibuk melindungi tubuhnya dari serangan anak-anak panah itu sehingga dia gagal untuk mengambil buah kelapa. Dia meloncat lagi,akan tetapi setiap kali di meloncat, pasukan panah tadi melepas anak-anak panah mereka sehingga sampai lima kali dia meloncat, laki-laki tinggi besar itu masih belum mampu mengambil buah kelapa, bahkan sebatang anak panah telah melukai betisnya. Dia meloncat turun dan betisnya berdarah.
Gagallah peserta pertama ini dan dia meninggalkan
http://kangzusi.com
gelanggang. Peserta ke dua yang dipanggil adalah Joko Handoko.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan tenang pemuda tampan gagah dan bersikap halus ini maju, disambut oleh tepuk sorak memberi semangat.
Joko Handoko lalu menghampiri sebuah di antara delapan batang bambu itu dan begitu kakinya memasuki lingkaran, Raden Turonggo memberi isyarat dan berhamburanlah anak-anak panah seprti hujan menyambar ke arah tubuh pemuda perkasa ini. Namun, Joko Handoko sudah mempersiapkan diri, 666
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak memasuki lingkaran dia telah mengerahkan aji
kekebalannya dan melihat anak-anak panah datang
menyambar, dia hanya menggerakkan kedua tangan untuk menyapok anak panah yang menuju ke matanya. Anak-anak panah yang menuju ke bagian lain dari tubuhnya didiamkan saja. Semua orang terkejut akan tetapi lalu bernapas lega dan bersorak memuji ketika anak-anak panah yang mengenai tubuh pemuda itu runtuh seperti mengenai besi baja, dan pada saat itu tubuh Joko Handoko sudah mencelat ke atas.
Terdengar dia berteriak nyaring karena untuk meloncat setinggi itu memang bukanlah hal mudah baginya. Biar pun dia telah mengerahkan tenaga, namun tetap saja tangannya yang meraih buah kelapa masih tidak sampai, kurang dua tiga jengkel lagi! Terpaksa dia melayang turun dengan tangan hampa dan para penonton menahan napas, merasa kecewa.
Kembali anak-anak panah menyerbu dan sekali ini,setelah meruntuhkan semua anak panah, dia meloncat lagi sambil menarik ikat kepalanya. Seperti juga tadi, loncatannya masih belum cukup tinggi untuk meraih buah kelapa itu, akan tetapi dia mengerakkan ikat kepalanya memukul ke atas dan
putuslah tali yang mengikat dawegan (kelapa muda) itu sehingga buah itu runtuh ke bawah dan cepat disambarnya sebelum dia melayang turun. Tepuk sorak menyambut
kemenangan ini dan dengan sikap hormat Joko Handoko menyembah ke arah panggung di mana Sang Adipati duduk http://kangzusi.com
dan meninggalkan buah kelapa di atas tanah lalu dia disambut oleh Raden Turonggo sendiri yang mengajaknya menunggu dan duduk di tempat yang telah disediakan untuk para pemenang, yaitu di sebuah panggung yang sama tingginya dengan panggung Sang Adipati, hanya panggung ini dibentuk seperti gelanggang karena memang di sinilah nanti para pemenang di uji pula untuk menentukan tingkat mereka, yaitu dengan saling bertanding kesaktian!
Peserta ke tiga gagal lagi, biar pun dia tidak terluka seperti peserta pertama,namun hujan anak panah membuat dia sibuk 667
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengelak dan menangkis sehingga dia sama sekali tidak memperoleh kesempatan untuk mengambil kelapa muda itu.
Dia merasa tidak sanggup dan meninggalkan lapangan.
Kini tiba giliran dua orang kakak beradik yang
mendaftarkan diri sebagai Gendana dan Gendini, dua saudara kembar itu. Ketika Gendana dipanggil, adiknya ikut pula maju dan kembali Raden Turonggo memberi berkenan kepada
mereka untuk maju bersama. Dia telah banyak mendengar tentang perasaan saudara kembar yang sukar untuk
dipisahkan satu dari yang lain. Dua orang muda itu dengan cepat menghampiri bambu dan dari sikap mereka yang tenang dapat dipastikan bahwa mereka sudah mengatur rencana untuk menghadapi ujian berat ini.
Dan memang demikianlah. Begitu mereka memasuki
lingkaran, lima orang pemanah itu sudah menghujankan anak panah mereka. Dua orang itu bergerak, akan tetapi gerakan mereka berbeda, Si Adik hanya mengelak sedangkan Si Kakak selain mengelak juga menyambar anak-anak panah dengan kedua tangannya dia menangkap banyak anak panah di kedua tangannya. Tiba-tiba Si Adik berseru keras dan meloncat, bukan meloncat ke atas puncak bambu, melainkan ke atas tubuh kakaknya dan Si Kakak, menggunakan kedua tangan setelah menyelipkan anak-anak panah itu di ikat pinggang, menerima kedua kaki adiknya dan dari tangan kakaknya itulah http://kangzusi.com
Si Adik kini menggenjot tubuhnya ke atas! Pada saat itu, anak-anak panah kembali menyerangnya, akan tetapi kini Si Kakak menggunakan kedua tangan untuk melempar-lemparkan anak panah yang tadi dirampasnya dan dengan demikian dia memukul runtuh anak-anak panah yang mengancam adiknya!
Karena Si Adik meloncat dari atas tangan kakaknya,tentu saja tempat kelapa muda itu tidak tinggi lagi dan dia berhasil memetik dawegan dengan baiknya lalu meloncat turun. Begitu dia turun, Si Kakak lalu Si Kakak lalu meloncat ke atas, seperti tadi dia diterima oleh kedua tangan adiknya dan kembali dia 668
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggenjot tubuhnya berlandaskan dua telapak tangan adiknya.
Anak-anak panah menyambar, namun dengan sigapnya Si Kakak ternya lebih pandai dari Adiknya, dapat menangkis dan menyepak anak-anak panah itu dan dengan mudah tangannya meraih dan memetik buah kelapa dari bambu ke dua, lalu turun dan mereka berdua berdiri dan membungkuk dengan hormat ke arah panggung Sang dipati di bawah sorakan dan pujian para penonton.
"Hemm, kemenangan mereka itu terjadi karena saling
bantu," Aryo Pranarojo berkata, "Kalau maju seorang saja saya kira belum tentu berhasil."
Sang Adipati Wirorojo tersenyum dan meraba kumisnya.
"Biar pun demikian, dengan kerja sama yang baik, dua orang itu boleh juga diandalkan."
Raden Turonggo juga ragu-ragu untuk menyatakan kakak beradik ini lulus ujian akan tetapi ketika dia menengok ke arah eyangnya duduk, dia melihat Sang Adipati menganggukkan kepalanya, maka dia lalu menyambut kakak beradik itu dan di ajak pergi duduk menanti di atas panggung di mana telah duduk Joko Handoko.
Ketika bertemu pandang dengan Joko Handoko, kakak
beradik itu tersenyum dan Si Adik berkata dengan suara halus, http://kangzusi.com
"Andika sungguh gagah perkasa dan hebat, Kisanak....!"
Joko Handoko tersenyum dan menjawab, "Dan Andika
berdua sungguh cerdik bukan main!"
Mereka berdua tersenyum lebar dan Joko Handoko merasa betapa pandang mata Gendini kepadanya mengandung
sesuatu yang membuat dia mengerutkan kening. Dia dapat menduga bahwa "Pemuda" ini adalah seorang gadis yang berpakaian pria,seperti halnya Sulastri. Hanya bedanya, kalau Sulastri dalam penyamarannya itu benar-benar hendak menyembunyikan kewanitaannya sehingga tidak mudah
669 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenal,sebaliknya gadis ini tidak menyembunyikan
kewanitaannya, suaranya pun halus, dan agaknya dia
berpakaian pria agar leluasa bergerak saja. Melihat betapa dara itu terus menerus memandang kepadanya dengan
senyum penuh arti, dia merasa malu dan memalingkan muka tidak berani memandang lagi.
Kini tinggal tiga peserta yang belum menempuh ujian, yaitu pemuda tinggi kurus,seorang peserta yang bermuka hitam dan pendek gemuk, dan orang ke tiga adalah Bromatmojo. Tibalah giliran pemuda tinggi kurus yang berwajah muram. Dia memasuki lingkarang di bawah bambu dengan tenang dan ketika anak-anak panah datang menyambar dia sama sekali tidak mengelak atau menangkis, seperti Joko Handoko tadi, ternyata dia melindungi dirinya dengan aji kekebalan dan tanpa memperdulikan hujan anak panah, dia sudah
menggenjot kakinya dan tubuhnya mencelat dengan ringan dan mudahnya, tangannya meraih dan di lain saat dia telah memetik buah kelapa itu! Jelas bahwa dalam hal meringankan tubuh, dia menang jauh dengan kakak berdik itu,bahkan masih menang kalau dibandingkan dengan Joko Handoko yang tadi terpaksa harus menggunakan bantuan ikat
kepalanya untuk dapat mengembil kelapa muda itu. Tentu saja kemenangan pemuda tinggi kurus ini amat menonjol dan dia menerima sorak pujian para penonton, sungguh pun penonton tidak suka melihat pemuda yang berwajah muram http://kangzusi.com
dan bersungut-sungut itu.
Peserta pendek gemuk menerima giliran kembali dia gagal karena loncatannya tidak dapat mencapai buah kelapa. Karena jengkel agaknya, Si Pendek gemuk ini menggunakan kekuatan kedua tangannya, merobohkan bambu sehingga buah kelapa itu ikut pula jatuh ke bawah lalu diterimanya dengan tangan.
Tentu saja hal ini menyalahi syarat dan dia dinyatakan tidak lulus. Di bawah sorak-sorai penonton, Si Pendek Gemuk ini meninggalkan lapangan. Agaknya dia memiliki aji kekabalan yang paling hebat karena anak-anak panah yang mengenai 670
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh atasnya yang telanjang itu banyak yang patah-patah!
Akan tetapi dalam hal kegesitan dan keringanan tubuh, dia harus banyak belajar lagi.
Tibalah kini giliran Bromatmojo dan sebelum pemuda itu melangkah, dia sudah disambut sorak dan tepk tangan riuh rendah. Jelas sekali betapa simpati para penonton pada umumnya dilimpahkan kepada Bromatmojo. Melihat ini, Raden Turonggo sendiri tersenyum dan memandang kagum. Memang peserta yang satuini amat mengagumkan, amat tampan dan pandai mengikat hati.
Dan Bromatmojo sendiri yang tahu betapa para penonton menjagoinya, mengambil keputusan untuk memperlihatkan kepandaian agar menyenangkan hati para penonton yang telah bersikap demikian baik kepadanya. Maka begitu dia tiba di bawah bambu, belum memasuki lingkaran, dia tersenyum dan mengangguk ke empat penjuru, disambut oleh para penonton yang bersorak gembira memuji jagoan mereka.
Kemudian dia lalu meloncat masuk ke dalam lingkaran dan pada saat itu, Raden Turonggo telah memberi isyarat dan lima orang pemanah segera menghujankan anak panahnya ke arah Bromatmojo.
Di antara ilmu-ilmu kesaktian yang dipelajarinya dan sangat boleh diandalkan,terutama sekali adalah ilmunya meringankan tubuh yang disebut Aji Turonggo Bayu, ilmu kesaktian yang http://kangzusi.com
membuat tubuh dara itu dapat bergerak secepat kilat dan dapat berlari secepat angin. Kini, melihat datangnya anak panah yang bertubi-tubi seperti hujan, Bromatmojo
memperoleh kesempatan untuk mendemonstrasikan gerak cepatnya. Tubuhnya melesat ke kanan kiri, atas bawah dan depan belakang, begitu cepatnya sehingga tubuhnya berubah menjadi banyak! Tentu saja para penonton menjadi kagum dan gembira sekali. Mereka bertepuk tangan dan bersorak memuji Bromatmojo yang memang sengaja hendak
memamerkan kepandaiannya, tidak cepat-cepat meloncat ke 671
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas melainkan "bermain-main" dengan hujan anak panah itu.
Para pemanah juga kagum sekali maka tanpa diperintah lagi mereka seperti hendak melayani pemuda luar biasa itu untuk bermain-main dan mereka terus melepaskan anak panah dengan gencar, karena mereka pun yakin bahwa tidak akan ada anak panah yang dapat mengenai tubuh yang demikian gesit gerakannya, melebihi seekor burung walet!
Setelah puas bergerak ke sana-sini mengelak dari semua anak panah, Tiba-tiba Bromatmojo mengeluarkan suara melengking keras dan tahu-tahu tubuhnya mencelat tinggi sekali ke angkasa! Dia berjungkir balik sampai empat kali dan ketika anak panah kembali menyambar ke arah tubuhnya yang berjungkir balik membuat salto di udara itu, Bromatmojo lalu menangkapi anak panah itu dengan kedua tangan, bahkan ada yang digigitnya ketika anak panah itu lewat di depan mukanya, dan kedua kakinya kini menggunting tali yang mengikat dawegan. Ketika tubuhnya melayang turun, dia melempar-lemparkan anak panah yang ditangkap-tangkapinya tadi ke arah anak panah lain yang datang menyambar dan anak-anak panah itu jatuh berhamburan dan patah-patah!
Dengan berjungkir balik lagi, dia menyambar buah kelapa yang melayang jatuh, kemudian, dibawah tepuk sorak
gemuruh dari penonton yang berjingkrak-jingkrak saking gembiranya Bromatmojo menggunakan tangannya seperti http://kangzusi.com
sebatang golok dan sekali pukul saja kelapa muda itu pecah menjadi dua dan diminumnyalah air kelapa itu dengan enaknya! Tentu saja para penonton menjadi makin gemuruh dan tertawa-tawa.
Bromatmojo lalu melemparkan dua pecahan kelapa muda itu ke arah penonton dan kini terjadilah tontonan yang amat menarik ketika para perawan yang kegilaan itu sudah saling memperebutkan dawegan yang dilemparkan oleh Sang Arjuna itu!
672 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raden Turonggo menggeleng-gelengkan kepala ketika
menyambut Bromatmojo, dan putera mendiang Adipati
Ronggo Lawe ini memandang tajam dan berkata kagum,
"Andika sungguh pandai...."
Bromatmojo belum tahu siapa adanya pemuda tampan
gagah yang mengatur jalannya sayembara itu, akan tetapi dia dapat menduga bahwa tentu pemuda ini seorang yang
penting di Lumajang, maka dia menjawab, "Ah, tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan Paduka."
Diam-diam Raden Turonggo makin kagum. Pemuda tampan ini selain memiliki kesaktian yang hebat juga pandai mengambil hati, ramah tamah, lincah jenaka dan agaknya akan dapat menjadi seorang sahabat yang menyenangkan.
Dia lalu mengajak naik ke panggung di mana Joko Handoko menyambut Bromatmojo dengan seruan nyaring saking
bangga dan girang hatinya, "Engkau sungguh hebat, Adimas Bromatmojo!"
"Andika juga lulus, Kakangmas Joko!" jawab Bromatmojo dan dia melirik ke arah pemuda tinggi kurus yang
memandangnya dengan sinar mata tajam penuh selidik itu.
Hemm, agaknya dialah lawanku yang paling kuat nanti, pikir Bromatmojo.
Raden Turonggo menghadapi eyangnya untuk melaporkan http://kangzusi.com
dan Adipati Wirorojo setuju untuk menerima lima oarng muda itu sebagai pemenang sayembara. "Laksanakan kini pemilihan untuk menentukan tingkat mereka, Kulup, akan tetapi jaga jangan sampai mereka itu saling melukai apalagi saling bunuh."
Raden Turonggo mengangguk, kemudian dia menuju ke
panggung para peserta dan dengan suara lantang dia
mengumumkan bahwa lima orang peserta ini adalah
pemenang sayembara. Pengumuman ini disambut oleh
sorakan gembira dari para penonton dan Raden Turonggo lalu 673
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat kedua tangan ke atas, memberi isyarat agar semua penonton tenang. Setelah mereka tidak bersorak lagi, Raden Turonggo berkata lagi dengan lantang, "Sekarang hendak diadakan pertandingan ilmu di antara mereka. Bukan untuk mencari kemenangan atau kekalahan, hanya sekedar untuk menentukan tingkat di antara mereka. Maka diharap para peserta tidak bertanding untuk merobohkan
lawan,melainkan untuk memperlihatkan kepandaian
bertanding. Hendaknya diingat bahwa mulai sekarang, Andika sekalian kawan-kawan sejabat atau rekan-rekan seperkejaan."
Kakak beradik Gendana dan Gendini segera bangkit berdiri dan mereka berdua menjura kepada Raden Turonggo. "Biarlah kami berdua saling bertanding untuk memperlihatkan
kemampuan kami kalau diperkenankan."
Raden Turonggo mengangguk. Sebaiknya begitu dan
pertandingan antara kakak beradik ini tentu paling aman dan tidak mungkin mereka akan saling melukai.
Mulailah dua orang kakak beradik itu bergerak di tengah-tengah panggung biar pun hanya merupakan semacam latihan bagi mereka, namun gerakan mereka benar-benar amat
tangkas dan cepat. Pukulan, tendangan dan tangkisan dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan hanya seorang ahli saja yang dapat berlatih seperti itu cepatnya, tiada bedanya dengan perkelahian sungguh-sungguh. Dari gerakan mereka http://kangzusi.com
dan cara mereka menyerang dan menangkis atau mengelak, dapat dinilai sampai di mana kehebatan mereka dalam ilmu seni bela diri itu.
"Heiiiiiittt.....!!" Tiba-tiba Gendini memekik dan tubuhnya meluncur cepat,kedua kakinya bergantian melakukan
tendangan kilat.
"Plak! Plak!" Kedua tangan Gendana menangkis tendangan-tendangan itu dan cepat sekali kini kedua tangan Gendini melakukan pukulan dengan dorongan dari samping tubuhnya, 674
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arah dada lawan. Gendana menyambut dengan dorongan kedua tangan pula.
"Plakkk!" Dua pasang tangan saling bertemu dan sekali Gendana mengerahkan tenaga,tubuh adiknya itu terangkat dan terlempar ke atas kepalanya seperti terbang!
Akan tetapi, dengan gerakan indah Gendini sudah
berjungkir balik dua kali dan turun seperti seekor burung saja.
Tepuk tangan menyambut demontrasi ilmu silat yang telah berakhir itu.
Kakak beradik itu tersenyum dan kembali ke tempat duduk mereka. Kini Joko Handoko bangkit berdiri, maksudnya hendak mencontoh kakak beradik itu dan hendak mengajak Bromatmojo untuk bertanding. Akan tetapi sebelum
Bromatmojo bangkit, pemuda tinggi kurus sudah bangkit lebih dulu dan sekali menggerakkan kakinya, dia sudah meloncat ke depan Joko Handoko sambil membungkuk. "Kisanak, marilah kita main-main sebentar," katanya dengan sikap kaku.
Ucapan yang dikeluarkan dengan sikap kaku ini dapat diterima sebagai tantangan,maka Joko Handoko mengerutkan alisnya dan menjawab, "Boleh, silahkan maju."
Raden Turonggo yang teringat akan pesan kakeknya,
berdiri dengan sikap waspada dan siap untuk melerai sekiranya pertandingan itu menjadi berbahaya bagi kedua http://kangzusi.com
pihak. "Tidak diperkenankan menggunakan senjata," katanya
kepada dua orang muda itu sebelum mereka bergerak.
Joko Handoko mengangguk dan lawannya diam saja,
kemudian lawannya membentak nyaring sambil menggerakkan tangan kiri melakukan serangan pertama dengan tamparan dari samping.
"Wuuuutttt....! Wiirrrr...!"
675 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joko Handoko cepat mengelak dan diam-diam dia terkejut ketika merasakan angin sambaran tamparan itu amat kuat dan juga mengandung hawa panas. Maklumlah dia bahwa
lawannya itu bukan orang sembarangan, sungguhpun hal itu sudah dapat diduganya ketika melihat Si Tinggi Kurus tadi lulus dalam tiga macam ujian dengan baik, bahkan lebih unggul daripada dia.
Namun ketika pukulan ke dua datang menyambar, dia
sengaja menangkis untuk mengukur kekuatan lawan.
"Wuuuuuuttt.....desss!!"
Joko Handoko terhuyung ke belakang sedangkan pemuda tinggi kurus itu berdiri tegak. Tentu saja Joko Handoko terkejut. Jelas bahwa dia kalah tenaga, bahkan kalah jauh.
Akan tetapi dia tidak merasa gentar dan cepat pemuda ini sudah menerjang dan balas menyerang. Lawannya mengelak, gerakannya lambat-lambat saja akan tetapi anehnya, semua serangan Joko Handoko hanya mengenai angin belaka.
Sampai pukulan jurus Joko Handoko menyerang, namun
lawannya terus mengelak dengan mudahnya. Ketika Joko Handoko menjadi makin penasaran dan mengirim pukulan dengan pengerahan tenaga sakti ke arah lambung lawan, pemuda tinggi kurus itu mengeluarkan suara menggereng seperti harimau.
http://kangzusi.com
"Blukkk! Plakkk!" Tubuh Joko Handoko terpelanting.
Ternyata Si Tinggi Kurus itu menerima hantaman Joko Handoko dan pemuda ini merasa betapa tangannya seperti menghantam benda yang kenyal dan kuat, dan pada detik berikutnya, Si Tinggi Kurus sudah menampar pundaknya dan tak dapat ditahan lagi, tubuh Joko Handoko terpelanting keras.
"Kakangmas....!" Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat dan semua orang memandang dengan terheran-heran dan juga kagum ketika melihat bahwa yang meloncat seperti 676
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor kijang ke atas panggung itu adalah seorang gadis yang cantik sekali!
Gadis itu cepat memegang lengan kakaknya yang masih berlutut dan bertanya, "Kakangmas, kau terluka....?"
Joko Handoko menggelang kepala lalu bengkit berdiri.
"Tidak apa-apa, Diajeng, tidak apa-apa...." Dengan perasaan tidak enak karena melihat Roro Kartiko, adiknya itu meloncat naik ke atas panggung, Joko Handoko lalu memberi hormat kepada Raden Turonggo yang menghampirinya dan yang
memandang kepada Roro Kartiko dengan heran.
"Harap Paduka maafkan, Raden. Dia ini adalah adik saya yang mengkhawatirkan keadaan saya...."
Raden Turonggo juga kagum melihat dara cantik yang
ternyata dapat melompat sejauh dan secepat itu, maka dia menggeleng kepalanya. "Tidak mengapa, sekarang harap Andika mundur...."
Sementara itu. Bromatmojo sudah meloncat ke tengah
panggung menghadapi Si Tinggi Kurus. "Karena tidak ada peserta lain, benanikah Andika menemani saya bertanding?"
tanya Bromatmojo sambil tersenyum. Biar pun pertanyaannya itu merupakan tantangan, akan tetapi karena dilakukan dengan senyum, maka Si Tinggi Kurus itu tidak dapat berbuat lain kecuali mengangguk. Dan Raden Turonggo juga tidak http://kangzusi.com
dapat mencegah mereka karena begitu terlihat Si Tinggi Kurus mengangguk, Bromatmojo sudah cepat menerjang dengan serangan-serangannya!
Bertandinglah kedua orang ini dan sekali ini para penonton disuguhi pertandingan yang amat seru dan hebat! Sementara itu, Joko Handoko dan Roro Kartiko disambut oleh kakak beradik kembar. Gendana memandang kepada Roro Kartiko penuh kekaguman.
677 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena dua orang bersaudara itu bersikap manis, Joko Handoko lalu memperkenalkan mereka kepada adiknya.
"Diajeng, mereka ini adalah saudara Gendana dan Gendini...."
"Ah, itu adalah nama samaran kami," kata Gendana.
"Sebetulnya nama saya adalah Murwendo, Raden Murwendo, dan adik saya ini bernama Murwanti."
Joko Handoko mengangguk, karena memang dia pun
sudah menduga bahwa nama mereka itu adalah nama
samaran yang berarti saudara kembar laki-laki dan
perempuan. "Adik saya ini bernama Roro Kartiko."
"Nama yang indah...." kata Raden Murwendo.
"Kepandaianmu hebat juga, mengapa engkau tidak ikut sayembara?" tanya Roro Murwanti kepada Roro Kartiko.
"Tadinya saya hendak ikut, akan tetapi saya ngeri melihat kuda liar itu," jawab yang ditanya.
-o0odwo0o- Jilid 49 Sorak-sorai penonton membuat mereka berempat menoleh dan memandang ke tengah panggung. Pertempuran itu
memang hebat dan seru. Baru sekarang Joko Handoko
http://kangzusi.com
mendapat kenyataan bahwa lawannya tadi memang tinggi ilmunya, maka dia pun tidak merasa penasaran telah
dikalahkan oleh Si Tinggi Kurus. Dia tahu betapa saktinya Bromatmojo, namun pemuda dari puncak Bromo itu ternyata masih belum mampu mengalahkan lawannya!
Memang Bromatmojo merasa penasaran sekali. Dia
mengeluarkan ilmu-ilmu yang ampuh, sudah menerjang
dengan menggunakan Aji Hasto Bairowo, yaitu ilmu
pukulannya yang amat kuat dan cepat. Namun, lawannya ternyata dapat mengimbangi serangannya, dapat mengelak 678
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bahkan berani menangkis pukulan Hasto Nogo yang mengandung daya melumpuhkan dan mujijat itu! Ternyata ketika mereka berdua beradu lengan, keduanya terdorong mundur, tanda bahwa kekuatan tenaga sakti mereka
berimbang! Hal ini membuat Bromatmojo menjadi pensaran dan marah, maka dia lalu mengeluarkan pekik melengking dan tubuhnya segera bergerak seperti seekor burung walet menyambar-nyambar. Demikian cepat gerakannya seolah-olah kedua kakinya tidak menginjak papan panggung lagi dan tubuhnya seperti berubah menjadi banyak, yang menyerang secara bertubi-tubi kepada Si Tinggi Kurus dari segala jurusan.
Barulah sekarang Si Tinggi Kurus kelihatan terdesak! Para penonton bersorak-sorai,hampir semua orang menjagoi Bromatmojo. Akan tetapi Si Tinggi Kurus itu memang tangguh sekali. Biar pun kini dia tidak memperoleh kesempatan untuk membalas karena kecepatan gerak tubuh Bromatmojo benar-benar amat hebat, namun belum juga Bromatmojo dapat memukulnya secara tepat sehingga dia masih dapat
melindungi dirinya dan bahkan beberapa kali tangkisan yang dilakukan dengan pengerahan tenaga seperti membendung serangan berantai dari Bromatmojo, "Hyaaaaaahhh.........!!
Bromatmojo tiba-tiba memekik keras dan dengan kecepatan luar biasa dia telah mengirim serangkaian pukulan sakti http://kangzusi.com
dengan kekuatan Hasto Nogo! Si Tinggi Kurus mengelak dan menangkis, namun dia kalah cepat dan pundaknya masih kena terdorong oleh tangan kiri Bromatmojo yang mengandung tenaga mujijat sehingga dia terhuyung ke belakang. Hanya terhuyung! Padahal tamparan Hasto Nogo itu dapat
meremukan batu karang!
"Cukup harap kalian mundur!" Raden Turonggo tiba-tiba melangkah maju dan melerai mereka. Dua orang itu sejenak berpandangan seperti dua ekor jago yang masih haus darah, akan tetapi Bromatmojo lalu tersenyum dan orang tinggi kurus 679
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu makin merengut. Keduanya lalu kembali duduk di
panggung itu, diiringi sorak-sorai penonton yang kegirangan karena jelas nampak oleh mereka tadi bahwa jagoan mereka Sang Arjuna telah menang, biar pun lawannya belum roboh.
Karena para perwira yang bertugas mengumumkan bahwa sayembara telah bubar, maka mereka semua lalu bubaran.
Banyak di antara mereka, laki-laki dan perempuan, tua muda, desakan ingin mendekati Sang Arjuno, akan tetapi para perajurit melarang mereka sehingga mereka hanya menonton dari jauh dan melambaikan tangan kepada Bromatmojo.
Adipati Wirorojo mengundurkan diri memasuki istana dan lima orang muda yang dipilih itu, bersama Roro Kartiko yang diperkenankan pula menghadap bersama kakaknya, dipanggil masuk dan diantar oleh Raden Turonggo.
Ruangan itu luas dan bersih, dan Sang Adipati duduk dihadap oleh semua hulubalang dan para pembantunya. Aryo Pranarojo duduk di sebelah kirinya,sedangkan Raden Kuda Anjampiani atau Raden Turonggo lalu menghadap
mendampingi lima orang peserta sayembara bersam Roro Kartiko. Di ruangan itu hadir pula para senopati yang merupakan kawan-kawan seperjuangan dari Sang Adipati, bekas-bekas jagoan mojopahit yang telah mengungsi ke Lumajang. Mereka ini antara lain adalah Tumenggung
Pamandana yang usianya sudah lima puluh tahun lebih, Aryo http://kangzusi.com
Semi yang masih muda dan kelihatan gagah perkasa, usianya paling banyak tiga puluh lima tahun, Aryo Jangkung dan Aryo teguh yang sedikit lebih tua, kemudian nampak pula Panji Samara dan Panji Wironagari. Mereka ini semua adalah orang-orang gagah perkasa yang sejak muda telah banyak
membantu Mojopahit dan semenjak tewasnya Adipati Ronggo Lawe kemudian tewasnya Demang Lembu Sora lalu melarikan diri ke Lumajang karena mereka tidak tahan lagi melihat betapa kekuasaan Puteri Melayu makin kuat mencengkeram Sang Prabu sehingga merekalah yang berkuasa di Mojopahit.
680 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka semua tadi ikut pula menyaksikan pertandingan sayembara dan kini mereka memandang orang-orang muda itu dengan penuh perhatian dan kekaguman. Setelah semua peserta yang lulus itu menghadap, dengan wajah berseri karena gembira memperoleh pembantu-pembantu muda
demikian gagah perkasa, Sang Adipati lalu memandang kepada Bromatmojo, peserta yang dianggapnya paling hebat.
"Eh, bocah bagus, engkau sungguh mengagumkan hati
semua orang. Siapakah Andika dan dari mana asalmu, orang muda yang ganteng?"
Bromatmojo cepat menyembah dan dengan kedua pipi
berubah merah dia lalu menjawab, suaranya halus namun penuh keriangan dan nyaring karena memang demikianlah watak dara ini, "Mohon Paduka sudi mengampuni hamba.
Sesungguhnya hamba bukanlah seorang pria, melainkan wanita....."
"Jagad Dewa Bathara! Wanita....?" Sang Adipati berseru kaget.
"Ah, wanita....?" terdengar bisikan mereka yang hadir di situ dan semua mata menatap Bromatmojo dengan penuh rasa selidik, dengan mata terbelalak heran seolah-olah dara itu merupakan seorang manusia aneh dari bulan. Memang
siapakah yang yang menyangka bahwa pemuda yang
demikian tinggi kepandaiannya, yang keluar sebagai juara http://kangzusi.com
dalam sayembara itu, hanyalah seorang wanita muda, seorang dara"
Kini barulah mereka mengerti mengapa pemuda itu
demikian tampannya, demikian memikatnya. Kiranya seorang wanita, seorang dara, yang cantik!
"Ampunkan hamba, Gusti Adipati. Nama Bromatmojo
adalah nama penyamaran hamba, karena hamba datang dari puncak Bromo. Nama hamba yang sesungguhnya adalah
681 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri, murid dari Eyang Empu Supamandragi di puncak Bromo."
"Hammm, pantas....pantas.... kiranya Andika murid Kakang Empu Supamandrangi...!"
Adipati Wirorojo mengangguk-angguk. Tentu saja dia
mengenal Empu yang sakti itu karena puteranya sendiri, mendiang Adipati Ronggo Lawe adalah juga murid Sang Empu itu. "Baiklah, Nini Sulastri, kami girang sekali mendengar bahwa Andika adalah murid gemblengan Kakang Empu
Supamandrangi. Penyamaranmu baik sekali sehingga Andika mampu mengelabui orang se-Lumajang. Sekarang, katakanlah Nini, mengapa Andika sebagai seorang wanita muda bersusah-payah menyamar sebagai pria, dan memasuki sayembara yang kami adakan?"
"Maaf, Gusti Adipati. Hamba menyamar agar mudah
melakukan perjalanan dan hamba sengaja hendak
menghambakan diri di sini kepada Paduka karena hamba tahu bahwa Paduka adalah ayah dari orang yang hamba junjung sebagai seorang Guru hamba yang paling baik, yang telah meninggalkan benda ini kepada hamba." Bromatmojo atau Sulastri mengeluarkan kalungnya yang tersembunyi di balik bajunya, yaitu kalung Kundolo Mirah pemberian mendiang Adipati Ronggo Lawe.
"Kundolo Mirah....!!" Seruan ini keluar dari mulut Sang http://kangzusi.com
Adipati dan dari mulut Raden Turonggo.
"Duh Jagat Dewa Bathara......! Kiranya Andika ada
hubungan demikian erat dengan mendiang puteraku Ronggo Lawe" Coba ceritakan kepada kami, Nini, bagaimana Andika bisa mendapatkan Kundolo Mirah itu."
"Beberapa bulan sebelum terjadi perang antara Tuban dan Mojopahit, Sang Adipati Ronggo Lawe pernah menolong Kakak hamba dan hamba dari gangguan orang-orang jahat. Karena kagum maka hamba minta menjadi murid beliau. Akan tetapi 682
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada waktu itu beliau sedang sibuk dengan urusan kerajaan, maka sebagai gantinya Beliau memberikan Kundolo Mirah ini kepada hamba. Kemudian hamba menjadi murid Eyang
Jembros...."
"Ki Jembros.... yang tewas pula membantu Demung Lembu Sora?"
"Benar, Gusti. Karena Eyang Jembros terluka dan hendak membantu Paman Juru Demung dan Paman Gajah Biru yang ketika itu berada di Pegunungan Pandan, hamba lalu disuruh pergi ke puncak Bromo menghadap Eyang Empu
Supamandrangi dan di sanalah hamba digembleng dan
menjadi murid Eyang Empu."
"Ahh, sungguh beruntung sekali bagi kami mendapatkan bantuan seorang seperti Andika, Nini Sulastri. Lalu bagaimana asal mulanya maka Andika berada di Lumajang dan mengikuti sayembara?"
"Hamba sedang menyelidiki hilangnya Kolonadah, Gusti...."
Sang Adipati mengelus jenggotnya dan semua orang
terkejut, saling pandang dan terdengarlah bisik-bisik halus.
Sang Adipati lalu mengangkat tangan dan berkata, "Baiklah, kita akan bicarakan hal itu nanti setelah kami berkenalan dengan para peserta lainnya." Dengan kata-kata ini Sang Adipati hendak memberi tahu bahwa urusan Kolonadah tidak http://kangzusi.com
akan dibicarakan secara terbuka di persidangan itu dan Sulastri lalu menyembah dan menundukkan muka tanda
bahwa dia mengerti.
Sang Adipati kini memandang kepada kakak adik kembar itu, memberi isyarat kepada mereka agar mendekat laju maju.
Murwendo dan Murwanti lalu maju sampai berjongkok dan Sang Adipati tertawa.
"Ha-ha-ha, biar pun engkau menggunakan pakaian pria pula, Nini, akan tetapi semua orang dapat mengetahui atau menduga bahwa Andika adalah seorang wanita,tidak seperti 683
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nini Sulastri. Apalagi dalam pendaftaran, nama Andika berdua adalah Gendana dan Gendini, tanda bahwa Andika adalah kakak beradik kembar, laki-laki dan wanita. Sebenarnya siapakah Andika berdua dan datang dari mana?"
"Tepat seperti dugaan Paduka, Gusti, hamba berdua adalah kakak beradik kembar, nama hamba Murwenda dan adik
hamba bernama Murwanti. Kami berdua adalah kakak beradik dari pantai selatan, dari keluarga nelayan yang ingin meluaskan pengetahuan maka ketika hamba mendengar
bahwa di Lumajang diadakan sayembara, hamba ingin


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasukinya, dan Adik hamba ini tidak pernah mau
ketinggalan selalu bersama hamba. Harap Paduka maafkan kebodohan hamba berdua."
Sang Adipati girang melihat sikap kakak beradik ini penuh hormat dan sopan bagi anak-anak nelayan. "Kepandaian kalian cukup baik dan kami merasa girang mendapat bantuan Andika, Murwendo dan Murwanti. Pembagian tugas bagi Andika semua akan diatur kemudian."
Sang Adipatii lalu menyuruh maju pemuda tinggi kurus yang wajahnya muram dan mulutnya bersungut-sungut itu.
"Siapakah Andika" Kami lihat kepandaian Andika hebat, kiranya mengimbangi kesaktian Nini Sulastri."
Pemuda tinggi kurus itu menyembah. "Hamba bernama
Harwojo dan hamba berguru kepada Ayah hamba sendiri yang http://kangzusi.com
bertapa di Lereng Gunung Anjasmoro dan yang sekarang sudah meninggal dunia. Hamba tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, merantau dan kebetulan hamba sampai di sini mendengar tentang sayembara, maka hamba
memasukinya."
Sang Adipati mengangguk-angguk. "Baik, Harwojo. Melihat kepandaianmu, tentu Andika akan banyak berguna bagi Lumajang. Mudah-mudahan saja Andika akan dapat
melaksanakan tugas Andika dengan baik."
684 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Sang Adipati memandang kepada Joko Handoko yang berlutut di dekat adiknya yang cantik, Roro Kartiko. Tentu saja tadi Sang Adipati juga melihat gerakan Roro Kartiko ketika dara itu meloncat seperti seekor kijang ke atas panggung,dan diam-diam Sang Adipati kagum sekali.
"Dan Andika siapakah, orang muda" Dan Nini Dewi itu apakah benar adik Andika" Sungguh mengherankan,
sayembara ini sekaligus menarik datangnya tiga orang wanita Srikandi, ha-ha-ha!" Sang Adipati tertawa karena gembira hatinya.
"Hamba bernama Joko Handoko dan adik hamba ini
bernama Roro Katiko. Sebelum hamba memperkenalkan
keluarga hamba, hamba mohon sudilah kiranya Gusti Adipati mengampuni hamba."
Adipati Wirorojo mengerutkan alisnya dan memandang dua orang kakak beradik itu dengan penuh perhatian. "Hemm, apa sebabnya Andika datang-datang minta pengampunan" Tentu saja kalau ada sesuatu akan kami pertimbangkan dengan seadilnya, dan tidak mungkin kami menolak atau memberi pengampunan sebelum mendengar persoalannya.
Ceritakanlah, Joko Handoko, siapakah keluargamu dan apa artinya sikapmu ini?"
"Hamba berdua datang dari tuban dan Ayah hamba....
mendiang Ayah hamba Progodigdoyo...."
http://kangzusi.com
Terdengar seruan-seruan kaget di ruangan itu dan Sang Adipati juga terkejut,memandang pemuda itu dengan mata tajam penuh selidik. "Progodigdoyo bupati Tuban?" tanyanya menegas dan ketika Joko Handoko mengangguk. Adipati itu mengerutkan alisnya. Tentu saja dia sudah mengenal baik siapa itu Progodigdoyo dan mendiang Ki Ageng Palandongan sudah banyak bercerita tentang sepak terjang Progodigdoyo yang menjadi kaki tangan Resi Mahapati.
685 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Joko Handoko, apa sebabnya Andika datang ke
Lumajang dan memasuki sayembara" Hayo ceritakan yang jelas karena mendengar bahwa Andika berdua adalah putera dan puteri Progodigdoyo, sungguh mengherankan hati kami mengapa Andika bisa berada di sini!" Di dalam suara Sang Adipati terkandung keraguan dan kecurigaan.
Joko Handoko dan Roro Kartiko menunduk, muka mereka sebentara merah dan sebentar pucat. "Setelah apa yang terjadi dengan ayah hamba di Mojopahit...." akhirnya Joko Handoko berkata sambil menunduk, "...hamba dan Adik hamba mengajak Ibu hamba berdua untuk lari dari Tuban.....
dan hamba berdua ingin menghambakan diri di Lumajang untuk menentang kelaliman sebagai penebusan dosa orang tua hamba..."
Adipati Wirorojo mengelus jenggotnya. Tentu saja hatinya meragu. Progodigdoyo terkenal sebagai seorang yang
berwatak jahat, dan biarpun kini putera dan puterinya kelihatan baik-baik, akan tetapi siapa berani tanggung apakah kedatangan mereka ini membawa hati yang jujur" Selagi dia ragu-ragu, tiba-tiba Bromatmojo atau Sulastri menyembah dan berkata, "Maaf, Gusti Adipati! Untuk Kakangmas Joko Handoko dan Diajeng Roro Kartiko, hambalah yang sanggup
menanggung mereka! Telah lama hamba mengenal mereka, dan biarpun mereka adalah putera dan puteri mendiang http://kangzusi.com
Progodigdoyo, namun mereka berdua orang-orang gagah perkasa dan budiman yang dapat dipercaya penuh. Mereka adalah pemimpin-pemimpin dari perkumpulan Sriti Kencana yang menggegerkan Tuban karena sepak-terjang mereka menentang para pembesar lalim dan membela rakyat yang tertindas, bahkan mereka tidak segan-segan untuk menentang kelaliman Ayah mereka sendiri. Hamba kira, kelaliman Progodigdoyo tidak boleh ditimpakan kepada mereka, Gusti."
Dengan singkat namun padat Sulastri menceritakan sepak-terjang kakak beradik itu, betapa mereka berdua itu bersama 686
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia malah telah membasmi Kakek Durgakelana, dan betapa jauh bedanya antara dua orang muda itu dengan ayah mereka yang sesat.
"Dengan penuh harapan mereka berdua membawa Ibunda
mereka ke Lumajang dan memasuki sayembara dengan niat menebus dosa-dosa Ayah mereka, hal itu tentu saja mereka lakukan karena mereka telah mendengar akan kebijaksanaan Paduka sebagai Adipati di Lumajang." Sulastri menutup ceritanya dan Sang Adipati mengangguk-angguk.
"Nini Sulastri, Andika sungguh merupakan seorang wanita muda yang seperti Srikandi, selain sakti mandraguna juga amat setia terhadap kawan. Senangkanlah hati kalian, wahai orang-orang muda belia, karena tanpa pembelan Nini Sulastri tadi, kami tentu saja dengan hati dan tangan terbuka suka menerima janda Progodigdoyo beserta kedua putera puterinya di Lumajang."
Dengan hati terharu Joko Handoko dan Roro Kartiko
menghaturkan terima kasih dengan sembah mereka, dan mereka menceritakan pula kepada Sang Adipati bahwa tujuh orang anggota Sriti Kencana, yang merupakan wanita-wanita terlatih, juga ikut bersama mereka ke Lumajang dan mereka pun menyiapkan diri untuk mengabdi dan membantu
Lumajang apabila diperlukan. Hal ini menggirangkan hati Sang Adipati Wirorojo. Tak lama kemudian persidangan dibubarkan http://kangzusi.com
dan keenam orang muda itu ditahan disitu karena Sang Adipati bersama Aryo Pranarojo masih ingin bicara dengan mereka, ditemani Raden Turonggo.
Joko Handoko diberi sebuah rumah untuk ibunya dan para anggota Sriti Kencana,rumah yang cukup baik dan berada di dekat istana, sebuah di antara rumah-rumah para punggawa yang dipercaya. Kemudian mereka semua diberi tugas. Sulastri diangkat menjadi kepala pengawal dalam istana, Roro Kartiko sebagai pengawal bagian kaputren, Joko Handoko sebagai pengawal pribadi Sang Adipati, sedangkan Harwojo dibantu 687
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh Murwendo dan Murwanti menjadi perwira perwira
pengawal bagian luar istana. Pembagian tugas ini saja sudah membayangkan bahwa Sang Adipati telah menaruh
kepercayaan sepenuhnya kepada Sulastri dan bahwa
kepercayaannya terhadap putera-puteri Progodigdoyo juga diperkuat oleh jaminan sulastri. Dan memang sesungguhnya demikianlah. Sang Adipati masih meragukan Harwojo dan kakak beradik kembar yang belum diketahui benar riwayat asal-usulnya itu. Sebaliknya Sulastri, Joko Handoko dan adiknya merupakan orang-orang yang sudah jelas riwayatnya dan latar belakangnya, apalagi Sulastri yang mengaku guru kepada mendiang Adipati Ronggo Lawe.
Demikianlah, mulai hari itu, orang-orang muda yang
perkasa itu mulai dengan tugas mereka masing-masing, dan Sulastri menjadi buah bibir semua penghuni kadipaten ketika mereka mendengar bahwa pemuda tampan seperti Arjuna itu ternyata adalah seorang dara perkasa! Tak terhitung banyaknya hati perawan Lumajang yang menjadi trenyuh dan kecewa, sebaliknya banyak hati kaum muda yang bangkit penuh kekaguman terhadap dara yang bernama Sulastri dan yang kini menjadi pengawal dalam istana Sang Adipati itu.
*d-w* "Brakkkk!!" Meja di depannya pecah oleh tamparan tangan Resi Mahapati. Mukanya menjadi merah, keruh dan metanya http://kangzusi.com
jalang, giginya berkerot menahan kemarahan.
"Celaka, Kakang Resi Harimurti! Peraturan Andika sungguh menambah kebingungan hatiku! Kenapa kita begini sial?"
gerutunya sambil memandang kepada Resi Harimurti yang duduk di depannya, sedangkan Lestari cepat menghampiri dan merangkul pundaknya, menghiburnya.
"Kakangmas, sabarlah. Kemarahan hanya akan
mengeruhkan hati dan pikiran, sebaliknya ketenangan akan memungkinkan kita berpikir dengan baik dan mencari jalan keluar dari segala kesukaran."
688 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jalan keluar yang mana?" Resi Mahapati menghardik, tak sabar. "Sebulan yang lalu aku dipanggil menghadap oleh Gusti Ratu Sri Indreswari dan di situ, bersama Gusti Pangeran Pati Kolo Gemet, aku ditegur, dicaci-maki, karena sampai sekarang aku belum bisa mendapatkan keris pusaka Kolonadah yang mereka inginkan. Terpaksa aku mohon Beliau bersabar dan aku mohon waktu tiga bulan. Sekarang, sebulan telah lewat dan kini datanglah Resi Harimurti menceritakan bahwa Kolonadah terampas orang-orang Lumajang! Siapa tidak menjadi bingung?"
"Adimas Resi Mahapati, harap Andika maafkan saya.
Sebetulnya saya sudah berhasil membunuh Ki Ageng
Palandongan dan merampas keris pusaka, akan tetapi siapa kira saya telah dipermainkan dan keris pusaka itu mereka rampas secara curang. Kalau mereka tidak menggunakan tipu daya, tidak mungkin keris pusaka itu dapat mereka rampas!
Selain itu, saya masih ragu-ragu apakah benar dua orang itu adalah orang-orang Lumajang dan hal ini harus kita selidiki lebih dulu. Betapapun juga, saya akan menyelidiki dan demi para dewa, saya pasti akan merampas kembali pusaka itu!"
kata Resi Harimurti dengan marah dan ia memang masih mendongkol sekali kalau mengingat akan peristiwa itu.
"Akan tetapi, baik yang merampas itu orang Lumajang atau bukan, waktunya sudah mendesak sekali, Kakang Resi
http://kangzusi.com
Harimurti. Tinggal dua bulan lagi dan kalau sampai tiba waktunya aku belum dapat menyerahkan pusaka itu kepada Gusti Ratu, hemmm....entah apa yang akan terjadi dengan diriku. Tentu kepercayaan Beliau kepadaku akan berkurang atau bahkan akan lenyap."
Harimurti mengerutkan alisnya. "Saya berani menanggung bahwa kelak keris itu pasti akan dapat saya temukan, akan tetapi kalau waktunya ditentukan, dua bulan lagi,
hemm.....mana mungkin saya berani menjamin" Bagaimana 689
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau belum berhasil" Ahh, janjimu terhadap Gusti Ratu itu sungguh berat, Adimas Resi Mahapati."
"HEMM, sudah kujanjikan kepada Beliau dan sudah
bertahun-tahun aku mencari tanpa hasil. Pusaka itu lenyap ditelan bumi setelah secara tak terduga-duga terdengar berita bahwa pusaka itu terjatuh ke tangan Ki Ageng Palandongan dan Andika mengejarnya, Andika berhasil merampasnya akan tetapi... ternyata hilang kembali! Pendeknya, bagaimana pun juga, dalam waktu sebulan duabulan ini, Kolonadah harus sudah berada di tanganku! Lestari, panggil adikmu Tejo ke sini!" Resi Mahapati yang sedang bingung dan marah itu kini bahkan bersikap kasar kepada selirnya yang tercinta sehingga Lestari menjadi kaget dan cepat-cepat wanita itu pergi sendiri untuk mencari adiknya, tidak menyuruh pelayan.
Setelah Lestari pergi, Resi Mahapati berkata kepada Harimurti, "Kakang Resi Harimurti. Amat penting sekali agar sebelum dua bulan pusaka itu dapat kuserahkan kepada Gusti Ratu Sri Indreswari dan Pangeran Kolo Gemet karena kalau sampai gagal, tentu aku akan kehilangan kepercayaan Beliau.
Padahal, hanya melalui Beliau sajalah maka cita-cita kita akan tercapai."
Sesi Harimurti hanya mengangguk-angguk dan dia merasa makin menyesal mengapa dia sampai dapat tertipu oleh dua orang itu yang dia tahu kini tentu sengaja mempergunakan http://kangzusi.com
perawan dusun itu untuk membuat dia lengah! Dia kini hanya dapat menyesal dan mendongkol, mengepal tinju dan
memaki-maki di dalam hatinya.
"Adimas Sutejo," kata Resi Mahapati setelah pemuda itu muncul bersama kakaknya.
"Kini tiba saatnya bagi Adimas untuk membuktikan dharma baktimu kepada Mojopahit! Gusti Pangeran Pati telah memerintahkan kepadaku untuk mendapatkan keris pusaka Kolonadah dan memberi waktu kepadaku selama dua bulan 690
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja. Padahal, menurut penuturan Kakang Resi Harimurti, kerispusaka itu kini berada di tangan orang-orang Lumajang."
Sutejo mengerling ke arah Resi Harimurti. Tentu saja di dalam hatinya dia merasa tidak senang kepada Resi Harimurti ini, akan tetapi karena ternyata bahwa Resi ini membantu kakak Iparnya, Resi Mahapati yang merupakan seorang ponggawa setia dari Mojopahit, maka dia harus menanam rasa tidak sukanya itu.
"Bukankah kabarnya keris itu berada di tangan Ki Ageng Palandongan?" tanya Sutejo dengan sikap tenang.
"Memang benar, dan aku telah merempas pusaka itu dari tangannya," kini Resi Harimurti yang menjawab. "Ketika mendengar bahwa keris itu terampas olehnya dari tangan Empu Singkir, aku lalu melakukan pengejaran dan akhirnya perhitunganku tepat, dia mengambil jalan selatan dan di Pegunungan Kidul aku berhasil menyusulnya. Kami bertempur dan aku berhasil merobohkannya dan merampas Keris
Kolonadah. Akan tetapi musuh dua orang yang tidak kukenal, akan tetapi kuyakin meraka tentulah orang-orang Lumajang, dan dengan menggunakan tipu daya curang mereka berdua akhirnya dapat merampas pusaka itu dari tanganku."
"Hemmm, bagaimana mungkin mereka dapat merampas
pusaka itu dari tangan seorang sakti seperti Andika?" Sutejo bertanya dengan pandang mata penuh selidik.
http://kangzusi.com
Wajah Harimurti menjadi merah. "Aku.....tertidur di dalam hutan saking lelahku,dan di dalam tidur itulah aku kehilangan keris pusaka itu. Mereka mencurinya dan aku melakukan pengejaran. Tentu keris pusaka itu dapat kurampas kembali kalau mereka tidak melakukan tipu muslihat curang. Mereka melemparkan keris itu dan tentu saja aku tidak mengejar lagi melainkan mencari keris yang dilemparkan ke dalam jurang.
Ketika itu aku mendapatkan keris itu, ternyata keris itu adalah keris palsu, bukan Kolonadah dan ketika aku naik dari jurang, mereka telah lenyap."
691 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelas bahwa mereka itu tentulah orang-orang Lumajang.
Siapa lagi kalau bukan orang-orang Lumajang yang tahu tentang pusaka Kolonadah" Karena itu, Adimas Sutejo, waktunya sudah amat mendesak, Gusti Pangeran hanya
memberi waktu dua bulan, maka kuharap Adimas dapat
membuktikan dharma bhaktimu terhadap Mojopahit dan
membantu Kakak Iparmu dari tugas berat ini. Kau bersama Kakang Resi Harimurti pergilah ke Lumajang untuk menyelidiki dan merampas kembali pusaka itu. Adimas Sutejo."
Sutejo mengerutkan alisnya yang tebal, lalu menghela napas dan menjawab, "Dengan senang hati saya akan
menempuh bahaya demi membela dan berbakti kepada
Mojopahit,saya kira tidaklah mungkin untuk bisa menemukan keris pusaka itu di Lumajang dalam waktu sesingkat itu.
Pertama, dua orang yang merampas keris dari tangan Paman Resi Harimurti itu belum dikenal siapa orangnya. Ke dua, andaikata benar mereka itu orang-orang Lumajang,
bagaimana mungkin mencari sebatang keris di antara
penduduk Lumajang yang tentu puluhan ribu rumah
banyaknya" Ke tiga,andaikata keris itu terjatuh ke tangan Sang Adipati di Lumajang, saya kira lebih sukar lagi karena di sana terdapat banyak orang sakti. Mana mungkin kami berdua akan dapat mencuri atau merampas yang tentu dijaga dengan kuat oleh orang-orang sakti" Bukan saya berkeberatan untuk menempuh bahaya, akan tetapi kita harus memperbandingkan http://kangzusi.com
kemungkinan dan hasil-hasilnya yang dapat dicapai. Bukankah kalau dalam waktu dua bulan kami belum berhasil, berarti gagal usaha kita ini,Kakangmas Resi?"
Resi Mahapati mengerutkan alisnya dan memegangi
jenggotnya, mengangguk-angguk dan menarik napas panjang.
"Aku mengerti. Adimas. Akan tetapi jalan apa lagi yang dapat kutempuh" Karena sudah kehabisan akal maka aku minta bantuanmu,Adimas Sutejo."
692 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau memang itu jalan satu-satunya, tentu saja saya akan berangkat, Kakangmas. Akan tetapi saya tidak berani menjamin akan berhasil! Dalam waktu dua bulan."
Tiab-tiba Lestari berkata nyaring, "Mengapa harus
menempuh jalan yang sukar yang sedikit sekali
kemungkinanya berhasil kalau ada jalan yang jauh lebih mudah dan lebih baik daripada itu?"
Meraka bertiga memandang kepada wanita cantik itu dan wajah Resi Mahapati berseri penuh harapan. "Diajeng Lestari, istriku yang jelita.....lekas katakanlah kepadamulah aku mengantungkan harapanku, lekas katakan, jalan apakah yang lebih mudah itu?"
Lestari tersenyum penuh kebanggaan. Akan tetapi di depan adiknya dan Resi Harimurti, dia merendah dan berkata,
"Sebetulnya sederhana saja dan baru terpikir olehku ketika kau mendengar cerita Sang Resi Harimurti tadi. Kalau dia dapat tertipu dengan keris palsu, mengapa kita tidak menggunakan itu untuk menyenangkan Gusti Ratu dan Gusti Pangeran Pati?"
"Keris palsu?" Sutejo berseru.
Resi Mahapati mengerutkan alisnya, penuh kekecewaan.
"Ah, mana mungkin hal itu dilakukan" Kakang Resi Harimurti sendiri telah mendapatkan keris palsu itu segera
http://kangzusi.com
mengenalnya, apalagi Gusti Ratu dan Gusti Pangeran. Kalau mereka itu tahu bahwa yang kuserahkan adalah keris palsu, tentu tidak akan lama kepala ini tinggal di leherku."
"Memang tidak mungkin dilakukan hal itu." kata pula Resi Harimurti. "Keris pusaka Kolonadah tidak bisa sembarangan saja dipalsukan. Gusti Ratu dan terutama Gusti Pangeran Pati tentu akan mengenalnya."
"Dan pula, berdosa sekali untuk mengelabui Gusti Ratu dan Gusti Pangeran,"
693 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo berkata karena dia sama sekali tidak merasa setuju dengan usul mbakayunya (kakak perempuannya) itu.
Melihat tiga orang laki-laki itu semua menyatakan tidak setuju, Lestari tidak menjadi kecil hati, sebaliknya dia malah tersenyum lebar, manis sekali, sepasang matanya yang mengandung kecerdikan itu bersinar-sinar.
"Tentu saja aku akan bodoh sekali kalau menganjurkan pemalsuan begitu saja. Akan tetapi yang kumaksudkan bukan sembarangan pemalsuan, bahkan tidak boleh disebut
pemalsuan kalau yang membuat keris ke dua yang serupa segala-galanya dengan Kolonadah itu adalah pencipta Kolonadah sendiri."
"Apa maksudmu, Mbakayu...?" Sutejo berseru kaget.
"Bukankah Kolonadah itu kabarnya dibuat oleh Empu
Supamandrangi yang bertapa di puncak Gunung Bromo" Nah, daripada susah payah mencari Kolonadah yang belum
diketahui dengan pasti berada di mana, bukankah jauh lebih mudah mendatangi Empu Supamandrangi untuk dibuatkan sebuah keris yang serupa benar dengan Kolonadah dan menyerahkan keris itu kepada Gusti Ratu?"
"Aaahh.....ha-ha-ha.... engkau memang hebat! Engkau istri yang cantik dan bijaksana, sungguh.....ha-ha-ha, mengapa aku begitu bodoh dan tidak terpikirkan olehku hal ini http://kangzusi.com
sebelumnya" Aduh, terima kasih Diajeng Lestari, terima kasih!
Ha-ha,bagaimana pendapatmu, Kakang resi" Hebat bukan siasat istriku tercinta ini?"
Harimurti sejenak memandang kagum kepada Lestari,
kemudian mengangguk-angguk dan menjawab, "Saya kira tidak ada akal yang lebih baik daripada itu, Adimas Resi.
Memang tepat sekali."
"Tidak, saya tidak setuju!" Tiba-tiba Sutejo berkata. "Kita sebagai Kawula-kawula (hamba) Mojopahit yang setia
bagaimana mungkin akan menipu Gusti Ratu Pangeran?"
694 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Harimurti melotot akan tetapi Resi Mahapati
mengedipkan matanya kepadanya, lalu berkata kepada Sutejo,
"Ha-ha-ha, Adimas Sutejo. Tidak mengherankan kalau Andika beranggapan demikian karena Andika masih muda, berdarah panas dan belum pandai menggunakan akal yang halus. Tentu saja kami pun tidak setuju untuk menipu Gusti Ratu, bahkan kami akan menghalangi siapa saja yang akan menipu Beliau dengan keris di tangan! Akan tetapi kita sama sekali tidak akan menipu Beliau, Adimas. Renungkan baik-baik. Beliau minta waktu hanya dua bulan dan kalau samai dua bulan aku belum dapat menyerahkan Kolonadah, tentu Beliau akan merasa berduka sekali dan marah kepadaku. Maka,
penyerahan keris buatan Empu Supamandrangi juga yang mirip dengan Kolonadah, sama sekali bukan untuk menipu, melainkan untuk meredakan kedukaan dan kemarahan Beliau.
Tentu saja kita masih akan terus berusaha mencari Kolonadah yang asli, dan kalau pusaka itu sudah terdapat oleh kita, tinggal menukarkannya saja, bukan?"
"Andika Sutejo yang baik, kalau engkau tidak setuju dengan akal itu, apakah engku lebih suka melihat Kakak Iparmu menerima kemarahan Gusti Ratu dan menerima
hukuman?" kata Lestari kepada adiknya.
Sutejo menarik napas panjang dan dia memang dapat
melihat kebenaran semua ini,akan tetapi hatinya masih http://kangzusi.com
merasa berat. "Kalau memang demikian yang Andika sekalian anggap baik, terserah, akan tetapi berat bagi saya ikut pergi ke puncak Bromo. Empu Supamandrangi adalah guru dari sahabatku yang baik, yaitu Bromatmojo. Mana bisa aku ikut membujuknya membuat Kolonadah palsu...." Bagaimana kalau Beliau menolak" Aku tidak mungkin harus memaksanya."
Kembali Resi Mahapati berkedip kepada Lestari dan Resi Harimurti, lalu menyentuh pundak pemuda itu dan berkata dengan ramah, "Adimas Sutejo, jangan salah mengerti. Tidak ada paksaan dalam hal ini. Kalau Empu Supamandrangi benar 695
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pertapa yang suci, seorang yang setia, tentu dia tidak akan menolak permintaan kita, demi untuk kebaikan
Mojopahit. Dan pula, ada satu hal yang amat penting mengenai diri sahabatmu yang bernama Bromatmojo itu, Adimas, dan aku yakin Andika belum mengetahuinya."
Seketika Sutejo timbul gairahnya dan dengan penuh
semangat dia memandang Kakak Iparnya itu dan bertanya,
"Ada apa dengan dia" Apa yang terjadi dengan dia?"
"Baru saja ada pelaporan dari anak buah Kakang
Gagaksona bahwa sahabatmu itu telah melindungi istri Progodigdoyo dan anak-anaknya yang melarikan diri ke Lumajang. Sahabatmu itu malah telah membunuh Kakang Gagaksona dan Klabang Curing serta banyak prajurit dan kini dia dan keluarga Progodigdoyo tentu telah berada di Lumajang."
Akan tetapi berita ini tidak mengejutkan hati Sutejo.
"Hemm, saya kira hal itu tidak aneh. Adi Bromo tentu saja membela mereka karena kedua orang anak dari Progodigdoyo itu adalah orang-orang yang baik."
"Tapi mereka adalah anak-anak yang telah berdosa,
Adimas Sutejo!" kata Resi Mahapati. "Mereka pun harus dihukum!"
"Saya tidak setuju dengan hukum itu, Kakangmas Resi.
http://kangzusi.com
Yang bersalah boleh dihukum, akan tetapi keluarganya yang tidak bersalah, tidak semestinya menerima hukuman pula."
Resi Mahapati menarik napas panjang. "Mungkin Andika benar... akan tetapi tidak sayangkah andika melihat sahabat baik Andika itu menyeberang ke Lumajang dan membantu pihak pemberontak" Tidak sayangkah hati Andika melihat dia menentang Mojopahit sebagai seorang pemberontak dan pengkhianat?"
-o0o-dw-o0o- 696 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 50 "Memang sayang sekali, akan tetapi apa dayaku, dia
berhati keras...." kata Sutejo dengan suara menyesal.
"Nah, sayang sekali, bukan" Memang sayang kalau seorang seperti dia, murid Empu Supamandrangi, kini membantu pemberontak. Apalagi karena dia itu seorang wanita, seorang dara remaja....."
Sutejo terkejut dan memandang kepada Resi Mahapati
dengan mata terbuka lebar. "Apa maksud Andika....?"
Resi Mahapati tersenyum. "Hanya seorang pemuda seperti Andika yang masih polos, jujur dan belum berpengalaman saja yang mudah dikelabui, Adimas. Akan tetapi banyak orang-orang yang berpengalaman ketika bertemu dengan sahabatmu itu segera mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah seorang dara remaja yang menyamar sebagai seorang pemuda."
"Ah, tidak mungkin......! Biar pun dia amat tampan..... akan tetapi.... ah, kalau dia pria, tentu dia tidak akan bohong kepadaku. Dan dia....ah, tidak mungkin!" Sutejo tidak melanjutkan kata-katanya yang hendak menceritakan betapa Bromatmojo telah memperlihatkan "Kejantanannya" dengan sikapnya yang mata keranjang dan suka menggoda wanita.
http://kangzusi.com
"Siapa yang lebih tahu kalau bukan Gurunya, Adimas"
Mengapa Andika tidak sekalian menanyakan hal itu kepada gurunya, Empu Supamandrangi" Dan kalau Empu itu
mendengar bahwa Andika sahabat baik dari muridnya, tentu dia akan suka membuatkan keris itu demi kepentingan Mojopahit."
Sutejo menjadi bimbang dan akhirnya, setelah dibujuk-bujuk oleh Resi Mahapati dan Lestari, dia pun menyerah dan pada keesokan harinya, berangkatlah Resi Harimurti bersama Sutejo menuju ke timur, ke Gunung Bromo. Dia terdesak oleh 697
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bujukan Resi Mahapati bahwa semua yang dilakukannya itu adalah demi kepentingan Mojopahit, demi perjuangan!
Tidaklah mengherankan kalau Sutejo dapat terbujuk.
Betapa semenjak sejarah berkembang sehingga kini, kita selalu tertipu dengan kata-kata indah yang berupa slogan kosong, yaitu perjuangan! Di setiap penjuru dunia di mana terjadi perang,baik perang melawan bangsa lain, perang saudara, perang agama, atau perang antar suku, selalu terdengar slogan kosong yang berbunyi indah itu
berdengung:Perjuangan! Dan betapa kita semua, tua muda, terpelajar mau pun buta huruf,seperti mabok kepayang oleh keindahan kata-kata ini, meninggalkan rumah,meninggalkan sawah, meninggalkan pekerjaan, untuk membunuh atau
dibunuh yang dinamakan orang: Perjuangan!
Berjuang demi kerajaan! Berjuang demi bangsa, demi
negara, demi agama, dan sebaginya lagi. Berjuang demi rakyat! Demikianlah yang didengung-dengungkan oleh para pemimpin. Benarkah semua itu" Benarkah perjuangan, perang bunuh-membunuh,semua itu dilakukan demi bangsa, demi agama, demi rakyat" Kalau kita mau meneliti jalannya sejarah, maka siapa saja yang mau membuka mata melihat kenyataan akan dapat melihat bahwa sesungguhnya tidak demikianlah kenyataannya.
Kata-kata perjuangan demi ini dan itu yang didengung-http://kangzusi.com
dengungkan oleh para pemimpin itu pada hakekatnya adalah demi kepentingan mereka itu, kepentingan para pemimpin itu sendiri, atau juga demi politik pemerintah yang pada hakekatnya juga terdiri dari kelompok pemimpin pula. Sudah sejak sejarah berkembang terbukti nyata bahwa setiap peperangan yang didengung-dengungkan sebagai perjuangan itu, hasilnya selalu sama. Kalau kalah, para pemimpin itu jatuh dan menyeret rakyat yang menjadi korban perang dan korban pihak yang kalah.
698 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau menang, para pemimpin itulah yang terangkat
setinggi langit dan memperoleh kemuliaan. Rakyat yang tadinya menjadi alat untuk meraih kemuliaan itu dengan dalih perjuangan" Cukup mendapatkan "kepyuran" hadiah, seperti segenggam beras diseberkan untuk ayam-ayam bodoh,
sesudah itu, sudahlah! Rakyat pula yang menjadi korban perang, baik kalah maupun menang, dengan korban nyawa anggota keluarga, harta benda dan kadang-kadang
kehormatan. Akan tetapi mengapa kita, rakyat, begitu bodoh dan seperti dapat dilihat dalam sejarah, perang yang diselimuti kata-kata perjuangan itu berulang terus" Mengapa"
Begitu bodohkah rakyat di dunia ini dipermainkan oleh sekelompok orang-orang yang dinamakan pemimpin, yang tidak lain hanya berambisi besar, yang mengejar kesenangan diri pribadi melalui kedudukan, kekuasaan, harta benda, atau nama besar belaka" Yang demi pengejaran semua itu, tidak segan-segan menyeret rakyat ke dalam api peperangan"
Pendekar Sadis 2 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Lencana Pembunuh Naga 11
^