Pencarian

Kemelut Di Majapahit 15

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 15


tawanan terdapat seorang pemuda dan seorang gadis yang dikabarkan akan menjadi mantu-mantu raja! Mendengar ini, tidak syok lagi hati Sulastri bahwa memang Joko Handoko dan Roro Kartiko yang dicarinya berada di situ,menjadi tawanan istana agaknya. Dia merasa penasaran dan marah sekali.
Andaikata Sulastri tidak sedang dihimpit kedukaan dan kekecewaan berhubung dengan adanya peristiwa Sutejo yang amat mengecewakan hatinya, agaknya dia akan bersikap hati-hati dan akan berusaha menolong kawan-kawannya itu
815 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cara yang lebih halus. Akan tetapi, kedukaan dan kekecewaan membuat dia menjadi nekat.
Dia seperti orang yang tidak peduli lagi akan nasibnya, tidak peduli lagi ada bahaya mengancamnya. Dengan marah dia malam itu juga lalu menyerbu istana kadipaten dan menantang-nantang kepada Murwendo dan Murwanti!
Pengeroyokan para pengawal tidak membuat dia menjadi gentar, bahkan dia mengamuk dan merobohkan banyak
pengawal dengan menggunakan kegesitan dan
ketangkasannya. Betapa pun juga,dia tidak hendak
menumpahkan rasa marah dan bencinya kepada para
pengawal yang dia tahu hanya merupakan alat-alat belaka, maka dia tidak mau menyebar maut dan hanya merobohkan mereka dengan tenaga terkendali agar tidak ada yang tewas oleh tendangan atau pukulannya. Biarpun demikian, karena kedua tangannya mengandung aji kesaktian Hasto Nogo, maka setiap kali ada yang terkena sentuhan jari tangannya tentu terpelanting dan kalau tidak pingsan, tentu sedikitnya patah tulang atau salah urat, membuat mereka tidak dapat melanjutkan pengeroyokan lagi.
Dengan Aji Hasto Nogo di jari-jari tangannya dia mainkan Ilmu Silat Hasto Bairowo, dengan kecepatan seperti kilat menyambar-nyambar tubuhnya bergerak ke sana-sini dan kedua lengan yang sudah menjadi kebal oleh aji kesaktian itu, http://kangzusi.com
dia pergunakan untuk menangkis patah tombak-tombak dan memangkap keris-keris lawan yang kemudian dilemparkan begitu saja ke atas lantai. Para pengeroyoknya menjadi panik dan gentar sekali menghadapi wanita muda yang demikian saktinya, seolah-olah bukan manusia yang mereka hadapi melainkan seorang dewi kahyangan yang mempergunakan kesaktiannya yang mujijat!
"Tahan! Mundur semua!" Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan muncullah dua orang laki-laki di ruangan pendopo itu. Mereka ini bukan lain adalah Padas Gunung dan Pragalbo, 816
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang senopati dan tokoh yang paling kuat dari Kadipeten Puger. Para pengawal tentu saja cepat mundur dan memberi jalan kepada dua orang ini dengan hati lega karena mereka semua tahu bahwa hanya dua orang senopati ini sajalah yang kiranya dapat menandingi dara yang mengamuk ini.
Sulastri menghentikan gerakannya dan memandang. Dia segera mengenal dua orang laki-laki itu dan dia menjadi marah sekali. Itulah dua orang laki-laki yang membantu Murwendo dan Murwanti dan yang mengerahkan pasukan
menawan Joko Handoko dan Roro Kartiko dan tujuh orang anak buah Sriti Kencana. Dia memandang penuh perhatian.
Yang seorang memegang sebatang suling hitam, kulitnya kuning dan mukanya berbentuk bulat telur. Orang ke dua bermuka hitam berbentuk persegi,matanya berseri dan pinggangnya terselip sebatang keris panjang.
"Hemm, aku mengenal kalian!" Sulastri menudingkan
telunjuknya ke arah hidung mereka. "Kalian adalah kaki tangan Murwendo dan Murwanti yang pengecut,
mengandalkan pengeroyokan dan menawan teman-temanku.
Hayo suruh Murwendo dan Murwanti keluar menerima hajaran kaki dan tanganku. Kalau tidak berani, cepat bebaskan Joko Handoko dan Roro Kartiko bersama tujuh orang anak buah mereka. Kalau tidak, hemm,........Kadipaten Puger akan kubikin rata dengan Bumi!"
http://kangzusi.com
Hebat sekali tantangan dan ancaman itu, juga terdengar amat sombong dan semua itu terdorong oleh kemarahan Sulastri. Kemarahannya terhadap Sutejo ditumpahkan semua kepada orang-orang Puger maka tentu saja apa yang
diucapkannya itu sudah tidak terkendali lagi olehnya.
Padas Gunung dan Pragalbo adalah dua orang tokoh Puger yang berkepandaian tinggi.
Karena merasa bahwa mereka memiliki kepandaian tinggi, maka tentu saja mereka tadi meresa malu dan tidak senang menyaksikan betapa para pengawal mengeroyok seorang dara 817
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda, sungguhpun dari gerakan gadis itu mereka dapat menduga bahwa gadis itu memang hebat sekali. Apalagi setelah mereka mengenal gadis itu bukan lain adalah seorang di antara pengawal-pengawal Adipati Lumajang yang pernah mereka saksikan sepak terjangnya. Akan tetapi, mendengar tantangan dan ancaman Sulastri, mereka menjadi marah sekali.
"Bocah sombong! Kaukira aku takut padamu?" bentak
Padas Gunung yang tak pandai bicara.
Akan tetapi Pragalbo tersenyum lebar. "Ha-ha-ha, bocah yang bermulut lancang. Kau seperti seekor anak harimau yang baru pandai mengaum. Berani benar kau menyombongkan diri di Puger, seolah-olah di sini tidak ada yang jantan. Ketahuilah, Kakang Pads Gunung ini, dan aku Pragalbo, adalah banteng-banteng dari Puger, maka lebih baik kau menyerah dan kami hadapkan Sang Adipati daripada engkau sampai roboh terluka.
Sungguh kami berdua akan merasa malu kalau harus melawan bocah yang masih ingusan!"
Sulastri membelalakkan matanya dan membanting kaki
kanannya, tanda bahwa dia marah bukan main disebut bocah ingusan. Sepasang matanya yang lebar itu seolah-olah hendak menelan dua orang itu. "Keparat! Aku Sulastri tidak takut menghadapi celeng-celang macam kalian. Jangankan hanya kalian berdua, biar kelian kerahkan seluruh perajurit Puger, http://kangzusi.com
aku tidak akan mundur setapak!"
"Babo-babo! Sumbarmu seperti dapat memecahkan
Gunung Bromo dan melangkahi Gunung Mahameru saja!
Langkahmu seperti Srikandi! Coba, hendak kulihat apakah benar-benar engkau segagah Srikandi!" Padas Gunung yang sudah tak dapat menahan kemarahannya itu sudah menerjang ke depan, menggerakkan suling hitamnya menusuk ke arah ulu hati Sulastri.
"Hehh!" Sulastri membentak dan menggerakkan tubuhnya miring sambil menangkis dengan lengan kirinya. Melihat dara 818
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda itu berani manangkis suling hitamnya,diam-diam Padas Gunung tersenyum mengejek. Rasakan sekarang, pikirnya dan dia mengerahkan tenaganya. Sulingnya itu terbuat dari baja hitam yang keras sekali,dapat mematahkan keris pusaka yang ampuh, maka kini tentu lengan anak perempuan itu akan patah karena berani menagkis suling hitamnya.
"Dukkk!"
Padas Gunung kaget setengah mati. Bukan saja lengan dara itu tidak apa-apa,malah tangannya manjadi gemetar dan hampir saja sulingnya terlepas karena tangan itu seperti lumpuh terserang tenaga sakti yang menggetar dari lengan lawan. Dia tidak tahu bahwa kedua tangan Sulastri telah terisi oleh Aji Trenggiling Wesi, yaitu ilmu kekebalan yang dahulu diwariskan oleh Ki Jembros! Dan sebelum dia tenang kembali dari kagetnya, Sulastri sudah menggerakkan kakinya
menendang ke arah dada. Padas Gunung terkejut dan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari kaki yang menyambar seperti kilat itu hanya dengan cara melempar tubuh ke belakang! Dia membanting tubuh ke belakang dan bergulingan sehingga dia terhindar dari tendangan kilat, namun pakaiannya menjadi kotor terkena debu dan mukanya menjadi merah sekali karena dalam segebrakan saja hampir dia roboh oleh dara ini! Karena merasa malu, dia menjadi marah bukan main. Teriakan panjang mengiringkan
http://kangzusi.com
gerakannya menyerang dengan menggunakan suling hitamnya dan memang Padas Gunung bukan seorang lawan yang
lemah. Sulingnya berubah menjadi sinar hitam yang
bergulung-gulung dan dari gulungan sinar hitam itu terdengar suara melingking nyaring.
Akan tetapi sekali ini dia menghadapi seorang lawan yang amat luar biasa.
Sulastri yang maklum akan keampuhan senjata lawan dan kesaktian laki-laki itu,cepat mengerahkan ajinyayang disebut Turonggo Bayu sehingga tubuhnya berkelebatan, kadang-819
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kadang seperti lenyap dari pandangan banyak orang saking cepatnya sehinga kalau tadinya Padas Gunung menyerang dengan pengerahan segala macam ilmunya, kini oleh
kecepatan Sulastri, dia berbalik menjadi terdesak hebat.
Sedemikan cepatnya gerakan dara itu sehingga dia sama sekali tidak memperoleh kesempatan sedikit pun untuk membalas menyerang. Beberapa kali dia terhuyung-huyung kerena desakan Sulastri dan bahkan satu kali pundaknya terserempet tamparan Hasto Nogo sehingga dia memekik kesakitan dan mukanya menjadi pucat.
Melihat ini, Pragalbo memekik panjang dan terjun ke dalam medan laga. Kerisnya merupakan sinar kehijauan yang menyambar ke arah lambung Sulastri. Dara ini cepat meloncat ke belakang mengelak dan mengejek, "Huh, sudah kuketahui bahwa orang-orang Puger hanya merupakan sekelompok
pengecut kecil yang bermulut besar.
Majulah semua, hayo keroyoklah!" Dia membentak dan kini mengamuk, bukan hanya gerakannya yang amat cepat,namun kini tangannya juga melakukan serangan bertubi-tubi sehingga Pragalbo dan Padas Gunung kembali terdesak biarpun mereka maju berbareng!
Tiba-tiba terdengar bentakan, "Hayo keroyok! Bunuh dia, bunuh!"
http://kangzusi.com
Mendengar teriakan ini Sulastri meloncat ke belakang dan memandang. Bangkit kemarahannya ketika dia melihat
Murwendo dan Murwanti sudah berdiri dengan keris terhunus di tangan, akan tetapi ketika dia hendak menyerbu, Padas Gunung dan Pragalbo sudah menghadang dan menyerangnya lagi sehingga kembali dia mengamuk dengan kemarahan yang semakin meluap ketika dia melihat dua saudara kembar itu.
Akan tetapi tiba-tiba terdengar seruan, "Diajeng
Sulastri.....!" Dan berkelebatanlah bayangan Joko Handoko 820
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang meloncat ke tengah ruangan itu. "Tahan, Padas Gunung dan Paman Pragalbo......!"
"Bunuh perempuan ini! Bunuh...!" Kembali Murwanto
berseru. "Mbakayu Sulastri....!" Terdengar suara wanita menjerit dan muncullah Roro Kartiko meloncat ke dalam kepungan itu dan memeluk Sulastri.
"Kakangmas Joko! Diajeng Roro! Kalian selamat....?"
Sulastri girang bukan main sambil memeluk Roro Kartiko.
"Bunuh pengacau ini! Joko Handoko dan Roro Kartiko, mundur kalian!" terdengar Murwendo membentak lagi sambil mengacungkan kerisnya demikian pula Murwanti yang
memandang kepada Sulastri dengan penuh kebencian.
"Jangan ganggu dia!" Joko Handoko berseru. "Aku akan membelanya!"
"Dan aku akan melawan mati-matian!" kata pula Roro
Kartiko. Kini tiba orang itu sudah berdiri saling membelakangi, membentuk pertahanan segi tiga dengan sikap gagah, kedua tangan terkepal dan mata mereka bersinar-sinar penuh kemarahan. Mereka bertiga maklum bahwa keadaan mereka gawat sekali. Mereka telah dikepung dan terancam bahaya http://kangzusi.com
maut. Namun, mereka tahu bahwa lebih baik mati daripada menyerah kepada dua orang kembar yang gila itu. Dan kakak berdik dari Tuban itu tidak rela membiarkan Sulastri celaka sendiri. Kalau perlu,mereka akan mati bersama! Terutama sekali Joko Handoko yang mencintai Sulastri,tentu saja siap untuk mengorbankan apa saja, nyawa kalau perlu, demi membela dan melindungi wanita perkasa yang dicintanya itu.
"Akan tetapi Andika belum tahu apakah akan demikian mudah saja Andika dapat membuat aku tidak berdaya,
821 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri. Jangan mengira bahwa Andika akan mudah saja manawanku. Aku tidak selemah Padas Gunung dan Pragalbo!"
Sulastri mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa Adipati ini mencobanya saja,menyerang dengan kata-kata. "Hemm, hal itu harus dibuktikan dulu."
"Andika juga tidak memperhitungkan siasat dan
kecerdikanku. Lihat saja!" Tiba-tiba Adipati itu menekan ujung meja dan tiba-tiba saja kursi yang didudukinya meluncur ke belakang dan lenyap di belakang sebuah pintu yang cepat tertutup kembali. Tentu saja Sulastri terkejut bukan main, akan tetapi Joko Handoko dan Roro Kartiko yang sudah mengenal Adipati itu, tidak menjadi heran atau kaget.
Pintu terbuka kembali dan kursi yang diduduki Adipati itu meluncur datang lagi mendekati meja.
"Ha-ha-ha, bukankah mudah saja aku menyelamatkan diri"
Dan belum Andika lihat ini pula!" Dia bertepuk tangan tiga kali dan tiba-tiba semua pintu yang jumlahnya ada lima buah di ruangan itu terbuka dan muncullah lima orang dari masing-masing pintu, berjumlah dua puluh orang perajurit bersenjata lengkap dan dipimpin oleh Padas Gunung dan Pragalbo sendiri! Mereka itu sudah siap membela Sang Adipati dan kini mereka semua memandang kepada adipati itu dengan tegang.
Akan tetapi Sang Prabu Bandardento tertawa dan
http://kangzusi.com
melambaikan tangan kepada dua orang senopati yang juga bertugas sebagai pengawal itu. "Ha-ha, mundurlah dan tarik kembali pasukanmu. Ini hanya main-main saja!"
Dua orang tokoh Puger itu kelihatan lega dan mereka memberi isyarat. Semua perajurit itu tanpa mengeluarkan mundur dan lenyap dari pintu-pintu itu dan daun pintu tertutup kembali.
"Nah, lihatlah Sulastri. Bukankah tidak akan mudah bagimu andaikata kami menggunakan perangkap?"
822 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri tertegun dan diam-diam harus mengakui bahwa memang sukar sekali baginya untuk menyelamatkan diri.
Tidak disangkanya bahwa Adipati Puger demikian cerdiknya.
Dia menarik napas panjang dan berkata. "Hamba tidak mengira bahwa Paduka adalah seorang Adipati yang amat bijaksana dan juga amat cerdik. Hamba mengaku kalah."
"Ha-ha-ha, jangan Andika merendahkan diri, Nini. Aku amat suka kepada orang-orang muda gagah perkasa dan baik budi.
Aku telah menganggap bahwa Joko Handoko dan Roro Kartiko selain sebagai tamu agung, juga sebagai keluarga sendiri. Dan sekarang, Andika sebagai tunangan Joko Handoko telah datang, sungguh baik sekali......"
"Apa.....?"?" Sulastri berseru dengan mata terbelalak.
Muka Joko Handoko menjadi merah sekali dan cepat dia berkata, "Diajeng Sulastri,harap kau suka maafkan aku dan terserah kalau kau anggap aku tidak tahu malu,aku siap menerima kemarahan dan hukuman darimu. Ketahuilah, aku dan Adikku ditawan oleh Murwendo dan Murwanti dan mereka berdua itu hendak memaksa kami berdua menjadi jodoh mereka. Kami menolak dan kepada Sang Adipati tidak dapat membohong, maka dengan terus terang aku katakan bahwa aku tidak dapat menikah dengan Murwanti karena aku telah mempunyai seoerang dewi pujaan, seorang yang kucintai sepenuh jiwa ragaku. Orang itu adalah Andika sendiri, Diajeng http://kangzusi.com
Sulastri. Aku tahu bahwa aku tidak berharga, akan tetapi.....
aku tidak dapat berbohong dan...."
"Mbakayu Sulastri, kakangmas Joko Handoko telah berkata dengan terus terang. Seperti juga aku telah membuka rahasia hatiku bahwa aku hanya dapat berjodoh dengan Kakangmas Sutejo...."
"Ahh....?"!" Kembali Sulastri terbelalak dan mukanya berubah menjadi pucat.
823 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Prabu Bandardento cepat menengok ke kanan dan
semua orang juga menengok.
Dari sebuah pintu muncullah Murwendo dan Murwanti.
Mereka memberi hormat kepada Ayah mereka dan
memandang kepada tiga orang muda itu dengan mata
beringas, terutama kepada Sulastri. Akan tetapi ayah mereka sudah cepat mempersilahkan dua orang muda itu duduk, lalu menegur, "Kalian berdua datang tanpa kupanggil, ada keperluan apakah gerangan?"
Murwendo cepat memandang ke arah tiga orang muda itu dan Murwanti melirik ke arah Ayahnya sambil cemberut. Lalu terdengar Murwendo berkata, "Kanjeng Romo,bukankah saya dan Diajeng Murwanti putera dan puteri Kanjeng Romo sendiri?"
Adipati Puger itu mengerutkan alisnya dan matanya
menatap tajam wajah puteranya, penuh selidik, lalu menegur,
"Murwendo, ucapan apakah yang keluar dari mulutmu ini"
Tentu saja kalian berdua adalah putera dan puteriku.
Pernahkah aku menyangkal akan hal itu?"
"Paduka memang tidak pernah menyangkalnya, akan tetapi Paduka bersikap lebih manis kepada mereka ini daripada terhadap kami berdua! Paduka bercengkerama dengan
mereka bertiga ini seolah-olah kami berdua yang menjadi orang luar!" Murwendo menyatakan rasa penasaran hatinya.
http://kangzusi.com
"Benar, Kanjeng Romo memang tidak suka kepada kita, Kakangmas!" Murwanti juga berkata dengan bibir cemberut.
Adipati itu menarik napas panjang. "Memang demikianlah anak-anakku. Aku selalu tidak suka kepada yang busuk dan jahat. Mereka bertiga ini adalah ornag-orang yang gagah perkasa dan patut dipuji. Jangankan kalian sebagai anak-anakku,biarpun diriku sendiri, kalau jahat dan busuk, tentu aku tidak akan menyukainya."
824 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa Kanjeng Romo menganggap kami busuk" Kami
ingin menikah dengan Roro Kartiko dan Joko Handoko, apakah itu jahat dan busuk" Mengapa Ayah tidak memenuhi
permintaan anak sendiri dan melindungi mereka?" Murwendo mendesak.
"Sepatutnya Kanjeng Romo mendukung kehendak kami ini kalau Kanjeng Romo ingin melihat anak-anak sendiri
berbahagia. Akan tetapi Kanjeng Romo malah menghalangi!"
Murwanti juga menuntut. "Dan kalau memang tidak boleh menikah dengan kami,mengapa mereka tidak dilepas kembali saja, akan tetapi malah diagung-agungkan di sini" Bukankah itu membuat kami berdua merasa panas dan menderita?"
"Atau sebaiknya mereka dibunuh saja karena telah
membikin kecewa hati kami! Akan tetapi Ayah memperlakukan mereka lebih manis daripada kami!" Murwendo kembali menyerang.
Diserang bertubi-tubi oleh kedua orang anaknya itu, Sang Prabu Bandardento menjadi pucat. Di dalam hatinya dia ingin menjerit bahwa dia membenci mereka, bahwa dia muak
terhadap mereka karena ulah mereka sendiri, karena dua orang kakak beradik kembar itu telah berbuat hina, telah berjina sendiri. Ingin dia membuka rahasia bahwa mereka bukanlah anak-anaknya, bukan darah dagingnya, melainkan hasil perjinaan selirnya dengan Ki Juru Taman! Akan tetapi tak http://kangzusi.com
mungkin dia melemparkan noda dan aib itu di depan semua orang yang hanya akan mencemarkan nama keluarganya
sendiri. Dia menarik napas panjang berkali-kali sedangkan Sulastri, Roro Kartiko dan Joko Handoko hanya mendengarkan dengan hati tegang sambil bersiap-siap kalau-kalau hasil teguran-teguran dua orang kembar itu akan mendatangkan akibat buruk bagi mereka.
Akhirnya Sang Prabu Bandardento berkata sambil
memandang tajam kepada dua orang anaknya itu, "Murwendo dan Murwanti! Sikap kalian ini saja menunjukan betapa kalian 825
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua adalah orang-orang yang bersikap durhaka terhadap orang tua, akan tetapi dengarlah engapa aku bersikap menentang niat kalian mengawini Joko Handoko dan Roro Kartiko! Sudah kukatakan bahwa aku tidak suka melihat kalian memaksa mereka menjadi jodoh kalian. Kalau mereka dengan suka rela menjadi jodoh,aku akan merasa beruntung sekali.
Akan tetapi, jodoh hanya dapat dilakukan secara suka rela oleh kedua pihak berdasarkan cinta, dan aku tahu bahwa mereka tidak dapat berjodoh dengan kalian karena mereka tidak mencintai kalian, karena mereka telah mempunyai pujaan hati masing-masing yang mereka harapkan menjadi jodoh mereka. Joko Handoko dan Roro Kartiko sampai ke Puger karena tindak kekerasan kalian maka untuk menebus kesalahan kalian itu, aku bersikap baik terhadap mereka dan menganggap mereka sebagai tamu agung. Hal itu adalah wajar, bukan?"
"Memang wajar, akan tetapi wajarkah kalau Kanjeng Romo juga menerima wanita pengacau ini sebagai tamu yang dihormati dan yang boleh beramah-tamah dengan Kanjeng Romo" Padahal baru saja dia hampir membunuh belasan orang pengawal kita!"
Murwendo membantah sambil menuding ke arah Sulastri.
Namun Sang Prabu Bandardento tenang saja menghadapi serangan puteranya itu. "Murwendo, jangan menuruti
http://kangzusi.com
panasnya hati dan pikirlah baik-baik, karena panasnya hati hanya akan mengeruhkan pikiran dan mengacaukan
pertimbangan. Nini Sulastri ini adalah seorang dara perkasa, murid Sang Empu Supamandrangi dari Puncak Bromo yang arif bijaksana, maka segala tindakannya tentu mempunyai dasar yang kuat. Dia memang datang menyerbu ke Puger, akan tetapi tindakannya itu hanya menjadi akibat daripada perbuatan kalian yang sesat, yang telah menculik Joko Handoko dan Roro Kartiko. Dia datang dengan niat menolong dua orang muda yang menjadi sahabat baiknya. Tentu saja 826
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam penyerbuan itu terjadi pengeroyokan oleh para pengawal dan dia terpaksa merobohkan belasan orang
pengawal. Akan tetapi, tidak ada seorang pun pengawal yang tewas, padahal akan mudah saja dia menewaskan para
pengawal kalau dikehendakinya! Selain itu, dia adalah dewi pujaan Joko Handoko, dara yang dicintainya, maka sudah sepatutnya kalau dia datang menolong mereka......"
-o0o-dw-o0o- Jilid 58 "Keparat! Kalau begitu dia harus mampus!" Tiba-tiba Murwanti memekik dan meloncat ke depan, mencelat dari kursinya dan dengan keris terhunus dia menyerang Sulastri yang masih duduk di kursinya dan memandang dengan sikap tenang saja.
"Wuuuuttt..... plakkk.... dessss.......!!"
Tubuh Murwanti terpelanting ketika Sulastri sambil duduk menangis serangan kerisnya dan balas menampar. Murwanti terbanting ke atas lantai dengan keras, kerisnya terlampar jauh. Melihat ini, Murwendo sudah bangkit dan mencabut kerisnya.
"Murwendo! Murwanti! Jangan kurang ajar kalian! Hayo http://kangzusi.com
kalian duduk kembali dan jangan bergerak!" Sang Prabu Bandardento menghardik dan dua orang kembar itu duduk kembali dengan muram dan mata memandang penuh
kebencian kepada Sulastri.
"Kanjeng Romo, lebih baik Kanjeng Romo sekarang
membunuh kami berdua saja!" Tiba-tiba Murwanti berkata dan menangis terisak-isak. Murwendo juga mengusap air matanya.
"Ah, kalian benar-benar amat tak tahu diri!" Sang Prabu Bandardento juga menjadi marah.
827 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Romo amat tidak adil terhadap kami. Kanjeng Romo lebih percaya kepada tiga orang yang asing ini. Padahal siapa tahu mereka ini adalah mata-mata Lumajang yang menyelidiki keadaan kita" Siapa tahu kalau mereka itu hanya membohong saja" Kami berdua melihat sendiri betapa antara mereka hanya ada persahabatan biasa, akan tetapi kini tiba-tiba saja mereka mengaku bahwa antara Joko Handoko dan Sulastri ada hubungan cinta. Kami tidak percaya kalau tidak ada bukti! Kanjeng Romo, kalau memang benar bahwa
Sulastri adalah pujaan hati Joko Handoko mereka harus membuktikannya dengan menikah di sini! Kalau tidak, kami tidak percaya dan kami terpaksa akan menyiarkan berita keluar istana kadipaten bahwa Kanjeng Romo bersikap tidak adil terhadap kami berdua dan lebih membela orang-orang luar seperti mereka ini!"
Sulastri terkejut sekali mendengar ini. Ingin dia turun tangan menghajar dua orang kembar itu, akan tetapi dia teringat kepada dua orang sahabatnya dan kepada Sang Adipati, maka dia menahan sabar.
Adipati Puger juga terkejut, akan tetapi dia lalu berpikir.
Memang amat memalukan kalau sampai dua orang anaknya itu menyiarkan berita yang tentu akan dilebih-lebihkan di luar istana. Dan memang bukan niatnya untuk memanjakan tiga orang muda dari luar itu. Sikapnya yang baik itu hanya http://kangzusi.com
berdasarkan kebijaksanaan dan berhati-hati karena dia tidak mau bermusuhan dengan Kadipaten Lumajang yang besar dan kuat. Tantangan Murwendo untuk mengawinkan Joko
Handoko dengan Sulastri tidak ada buruknya. Tentu mereka yang bersangkutan tidak akan keberatan dan baginya ada dua keuntungan. Pertama, dia akan menunjukkan kepada anak kembar itu bahwa tidak ada niat memanjakan luar dalam hatinya. Ke dua, dia kan berjasa bagi mereka berdua dan berarti berjasa pula bagi Lumajang yang kelak mendengar akan hal itu.
828 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah! Aku akan membuktikan bahwa mereka ini adalah orang-orang muda gagah perkasa yang tidak sudi menipu dan bebohong seperti kalian! Joko Handoko dan Nini Sulastri, kuharap Andika berdua tidak menolak untuk merayakan pernikahan di Kadipaten Puger ini, dan aku sendiri yang akan menjadi wali kalian!"
Wajah Joko Handoko menjadi merah sekali dan wajah
Sulastri menjadi pucat.
Melihat ini, tiba-tiba Murwanti berkata, "Lihat, Kanjeng Romo. Mereka itu membohong! Lihat wajah perempuan itu yang menjadi pucat, tanda bahwa dia membohong dan dia tidak mau menikah dengan Joko Handoko!"
Joko Handoko mengangkat muka memandang dan Sulastri juga memandang kepadanya.
Tiba-tiba kedua pipinya menjadi merah sekali dan dua titik air matanya hampir keluar karena dia teringat kepada Sutejo.
Akan tetapi, mendengar serangan Murwanti itu, cepat dia berkata sambil menunduk, "Terserah kepada Paduka....."
Jawaban itu mengejutkan Murwanti dan menggirangkan
hati Joko Handoko dan Roro Kartiko. Bahkan Roro Kartiko lalu merangkul dan menciumi pipi Sulastri dengan mata basah air mata!
"Bagaimana, Joko Handoko" Andika belum menjawab.
http://kangzusi.com
Setujukah?" tanya Sang Prabu Bandardento.
"Hamba.... setuju, Gusti."
"Ha-ha-ha, lihat anak-anakku. Tidak ada apa-apa yang perlu dicurigai. Dan pernikahan itu akan segera diresmikan dan dirayakan, dan aku akan memberi hadiah yang amat berharga, yang tentu akan menggirangkan sepasang
mempelai. Joko Handoko dan Nini Sulastri, tahukah kalian hadiah apa yang akan kuberikan kepada kalian" Ha-ha, tentu 829
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian tidak akan dapat menerkanya. Aku akan
menghadiahkan keris pusaka Kolonadah kepada kalian."
"Ehhh......?"!!" Seruan ini keluar dari tiga buah mulut, yaitu mulut Sulastri,Joko Handoko, dan Roro Kartiko.
"Ha-ha-ha, tentu kalian merasa heran, bukan" Ketahuilah bahwa keris pusaka itu berhasil dirampas oleh Padas Gunung dan Pragalbo dari tangan Resi Harimurti, setelah Resi Harimurti membunuh Ki Ageng Palandongan di tengah jalan, tidak jauh dari batas wilayah Puger. Keris pusaka itu berada ditanganku, dan tersimpan di dalam kamar pusaka Puger.
Akan tetapi, pusaka itu akan kuhadiahkan kepada sepasang mempelai dan kalian bertiga setelah itu boleh kembali ke Lumajang membawa keris pusaka Kolonadah dan
menghaturkannya kepada Adipati Aryo Wirorojo di Lumajang disertai salam hormatku."
Tiga orang muda perkasa itu saling pandang dan diam-diam mereka merasa girang karena tidak mereka sangka-sangka bahwa mereka akan begitu mudah mendapatkan
kembali keris pusaka itu. Akan tetapi Murwendo dan Murwanti makin marah, makin keruh wajah mereka dan mereka lalu pergi meninggalkan ruangan itu setelah mohon diri dengan sikap kaku dari ayah mereka!
Tiga orang muda itu pun diperkenankan mengundurkan diri dan Sulastri diperkenankan untuk berdiam di satu kamar http://kangzusi.com
bersama Roro Kartiko. Setelah tiba di dalam kamarnya, Roro Kartiko merangkul dan menciumi Sulastri dengan penuh kebahagiaan. "Aduhh, Mbakayu Sulastri....., betapa bahagia rasa hatiku. Ingatkah engkau betapa dulu aku tergila-gila kepadamu sebagai Bromatmojo" Aku mengharapkan manjadi isterimu dan aku cinta kepada.......Bromatmojo. Akan tetapi ternyata engkau adalah Mbakayu Sulastri dan sekarang bahkan engkau akan menjadi isteri Kakangmas Joko Handoko, menjadi kakak iparku! Betapa gembira rasa hatiku dan terima 830
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih kepadamu, Mbakayu Sulastri.... eh, Mbakayu.... ehh, kenapa kau" Kenapa kau menangis.......?"
Roro Kartiko terkejut sekali melihat Sulastri, dara perkasa yang amat gagah dan sakti itu, yang amat dikaguminya semenjak dahulu menyamar sebagai pria, kini menjatuhkan diri di atas pembaringan, menyembunyikan mukanya di atas bantal dan menangis tersedu-sedu! Dia cepat merangkulnya dan mengguncang-guncang pundaknya,akan tetapi Sulastri tetap menangis terisak-isak karena dara ini sedang
membiarkan semua ganjalan hatinya mencair dan membanjir keluar dari air matanya.
Semua ganjalan hatinya sejak perpisahannya dengan
Sutejo selama ini ditahan- tahannya. Kesedihan yang dideritanya yang tak pernah dapat dikeluarkan sebagai pencurahan di depan siapa pun, hanya ditanggungnya secara diam-diam, dan hanya dapat managisi kekecewaannya secara diam-diam pula, kini mendapatkan kesempatan di depan Roro Kartiko. Pertahanan itu bobol dan air kedukaan yang sudah hampir meluber itu kini ambrol dan membanjir tak dapat dibendung lagi. Dia menangis, mengguguk seperti seorang anak kecil.
Duka timbul dari perasaan iba diri. Makin diingat, makin nyata nampak betapa dirinya patut dikasihani, betapa dirinya amat menderita, bahkan segala macam peristiwa duka yang http://kangzusi.com
dulu-dulu bermunculan dan teringat semua sehingga
menambah besar rasa iba diri itu. Demikian pula dengan Sulastri. Ketika dia manangis itu,ketika dia teringat betapa hancur hatinya karena perpisahannya dengan Sutejo,karena melihat pemuda itu melakukan hal-hal yang amat menyakitkan hatinya,teringatlah dia akan keluarganya yang sudah tidak ada, teringat akan Mbakayunya,dan guru-gurunya, yaitu Ki Jembros dan Empu Supamandrangi yang keduanya mati
karena kejahatan Resi Mahapati. Teringat betapa dia kini sebatangkara, tanpa masa depan yang baik, dan kini di 831
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan terpaksa akan menikah dengan Joko Handoko! Tentu saja dia tidak membenci Joko Handoko yang diketahuinya merupakan seorang sahabatnya, sahabat mereka, yaitu dia dan Sutejo! Akan tetapi, mana mungkin dia menjadi isteri orang lain selama dia tahu bahwa hatinya masih tetap mencintai Sutejo"
Melihat Sulastri menangis begitu sedih, mengguguk seperti anak kecil, Roro Kartiko maklum bahwa dia harus mendiamkan dulu sahabatnya itu. Dan mendengar serta melihat tangis menyedihkan itu, dia tidak dapat menahan pula air matanya.
Dipeluknya dan diusapnya rambut kepala Sulastri dan kadang-kadang dia mengusap air matanya sendiri. Pada dasar batin manusia memang terdapat cinta kasih yang suci. Setiap orang akan merasa terharu dan ikut pula bersedih kalau menyaksikan orang lain dalam duka cita yang hebat. Air mata kita sukar ditahan karena rasa haru menggerogoti hati kita kalau kita melihat pemandangan yang menyedihkan,melihat penderitaanorang lain. Sebaliknya, sukar pula bagi kita untuk menahan senyum kalau kita mendengar atau melihat orang orang lain tertawa gembira. Kita mempunyai dasar watak yang seperti itu, gembira kalau melihat orang lain berbahagia, dan terharu kalau melihat orang lain menderita. Bukankah itu cinta kasih namanya" Sayang, sinar kasih yang hanya tinggal sedikit ini akhirnya lenyap sama sekali tertiup oleh loba, tamak dan http://kangzusi.com
angkara murka dari si aku yang terlalu mementingkan diri pribadi sehingga perasaan yang amat suci itu tidak nampak lagi, berubah menjadi perasaan gembira melihat orang lain menderita dan iri hati melihat orang lain bahagia!
Setelah mereda tangis Sulastri, akhirnya Roro Kartiko bertanya halus, "Mbakayu Sulastri, kita adalah antara orang sendiri, setidaknya, aku adalah sahabatmu, bukan" Kita sudah sering berjuang bahu-mambahu dan bantu-membantu, sama-sama terancam bahaya maut. Maka, kiranya sudah
sepantasnya kalau engkau memberi tahu kepadaku mengapa 832
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau begini berduka, Mbakayu" Ataukah hal itu merupakan rahasia bagimu" Setidaknya, katakanlah apa yang dapat kulakukan untuk membantumu?"
Sulastri mengusap air matanya dan terisak, dada dan pundaknya berguncang, mukanya agak pucat dan kedu
matanya merah. Bantal yang dipakai menyembunyikan muka tadi sudah basah semua. Akhirnya berhenti juga tangisnya dan dengan kekuatan batinnya, dia membuat dirinya tenang kembali. Dipandanginya Roro Kartiko dan berkatalah dia dengan suara serak, "Diajeng Roro, aku hanya membuat engkau dan kakangmas Joko Handoko kecewa dan berduka saja."
Roro Kartiko mengerutkan alisnya dan menatap wajah yang agak pucat dengan rambut kusut namun makin nampak
kecantikannya yang wajar itu, lalu memegang tangan Sulastri.
Mereka duduk berdampingandi atas pembaringan itu.
"Mbakayu Sulastri, sudah kukatakan tadi bahwa kita adalah sahabat-sahabat yang akrab dan baik, yang patut membagi suka-duka, bukan" Apakah kau kira kami kakak beradik akan senang kalau melihat kau berduka" Tidak, katakanlah saja, Mbakayu, seperti jamu yang pahit, hal-hal yang tidak menyenangkan lebih baik dikatakan terus terang, daripada dipendam dalam hati."
Sulastri menarik napas panjang. "Ketahuilah, Diajeng Roro, http://kangzusi.com
aku tidak mungkin dapat menikah dengan kakakmu, akan tetapi.... aku tahu pernikahan itulah yang akan
menyelamatkan kita bertiga, yang memungkinkan kita bertiga lolos dengan selamat dari tempat ini."
Pengakuan ini amat mengejutkan hati Roro Kartiko, juga amat menyakitkan hatinya karena dara itu maklum betapa Kakaknya menaruh hati cinta yang mendalam terhadap
Sulastri. Akan tetapi, dia tidak memperlihatkan hal itu pada wajahnya yang tetap tanang ketika dia bertanya, "Kalau boleh 833
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku mendengar, mengapa engkau tidak dapat menikah
dengan Kakangmas Joko, Mbakayu?"
Biarkan Roro Kartiko bersikap tenang dan biasa, namun pandang mata Sulastri yang tajm dapat melihat kekecewaan membayang di ujung bibir dan pandang mata dara itu,maka dia menarik napas panjang, menunduk dan menjawab lirih,
"Aku..... aku tidak cinta kepadanya, Diajeng. Engkau juga tahu, aku....aku mencintai orang lain, mana mungkin aku menjadi isterinya" Aku tidak mungkin menjadi isterinya, akan tetapi pernikahan itu sajalah yang dapat menyelamatkan kita bertiga. Aku menjadi bingung sekali, Diajeng Roro Kartiko."
Hening sejenak. Sulastri tahu bahwa pengakuannya itu memukul dan menyedihkan hati Roro Kartiko yang tadi kelihatan begitu gembira mendengar keputusan Adipati Puger.
Akan tetapi dia tidak tahu bahwa ada hal lain yang
menghancurkan hati Roro Kartiko pada saat itu. Roro Kartiko membuang muka untuk menyembunyikan matanya yang
terasa panas dan air matanya memenuhi rongga matanya.
Jantungnya seperti ditusuk keris beracun. Tadinya dia melihat cahaya harpan amat indah bagi kakaknya dan bagi dia sendiri.
Memang dia pernah mendengar pengakuan Sulastri bahwa dara itu mencintai Sutejo dan hal ini kadang-kadang membuat hatinya perih kalau dia mengenangkan Sutejo sebagai pria yang menarik hatinya dan sekaligus menjatuhkan hatinya, http://kangzusi.com
sebagai pengganti Bromatmojo. Akan tetapi, Sulastri tidak pernah lagi membicarakan Sutejo dan perpisahan mereka membuat dia menduga-duga penuh harapan bahwa hubungan cinta kasih antara Sulastri dan Sutejo telah putus.
Apalagi, melihat kemungkinan pernikahn Sulastri dan Kakaknya. Semua begitu indah, begitu tepat! Akan tetapi sekarang, tiba-tiba saja Sulastri mengatakan bahwa dia tidak mencintai kakaknya, melainkan mencintai orang lain. Siapa lagi kalau bukan Sutejo"
834 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhhh...!" Tiba-tiba Roro Kartiko menjerit dan meloncat berdiri, lalu berlari.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sulastri kaget bukan main mendengar jerit ini. Cepat dia mengankat muka memandang dan melihat Roro Kartiko sudah berlari hendak keluar dari dalam kamar itu.
"Eh, Diajeng Roro....!!" Dia meloncat bangun dan
memanggil. "Aku....aku harus memberi tahu kepada Kakangmas
Joko...!" Roro Kartiko berkata tanpa menoleh dan dari suaranya Sulastri maklum bahwa dara itu menangis. Dia lalu membanting dirinya di atas pembaringan, menelungkup dan termenung. Dia sudah mengecewakan hati Roro Kartiko, pikirnya, dan tentu Joko Handoko akan merasa lebih kecewa lagi. Akan tetapi,memang jamu itu pahit, benar Roro Kartiko, pikirnya. Lebih baik berterus terang sehingga jelas semua daripada memendam perasaan di dalam hati. Biarlah Joko Handoko minun jamu pahit, mendengar bahwa dia tidak membalas cinta pemuda itu karena telah mencintai pemuda lain.
Penjelasan itu ada baiknya bagi Joko Handoko. Akan tetapi, mereka harus menikah!
Kalau tidak sudah pasti Murwendo dan Murwanti tidak akan diam begitu saja, tentu akan membunuh mereka bertiga http://kangzusi.com
dengan alasan bahwa mereka bertiga membohong dan
mungkin benar mata-mata Lumajang seperti yang dituduhkan.
Dan kalau mereka menolak untuk menikah, Sang Adipati Puger tentu juga kehilangan kepercayaannya.
Memberontak dan berusaha meloloskan diri" Agaknya akan sukar sekali dan membahayakan, apa lagi kalau dia harus melindungi Joko Handoko, Roro Kartiko,dan tujuh orang anggota Sriti Kencana! Tidak mungkin dia menghadapi dan melawan orang sekadipaten Puger! Ah, dia merasa betapa hancur hati Joko Handoko dan Roro Kartiko. Dia tadi tidak 835
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengelak lagi dan terpaksa mengakui bahwa orang yang dia cintai adalah Sutejo! Pengakuan yang sekaligus menghancurkan hati kakak beradik itu karena kakanya mencintai dia dan adiknya mencintai Sutejo! Adakah suatu kebetulan yang lebih kejam daripada ini" Sulastri termenung.
Dia sendiri merasa betapa hancur hatinya karena cinta gagal, bukan karena Sutejo tidak membalas cintanya, sama sekali tidak. Akan tetapi cinta di antara mereka juga hancur karena perbuatan Sutejo yang telah membantu Mahapati dan
membunuh gurunya,Empu Supamandrangi! Dia sendiri
merasakan penderitaan cinta gagal, dan kini dialah yang menjadi penyebab gagalnya cinta dalam hati Joko Handoko dan Roro Kartiko!
Tiada yang lebih manis daripada cinta Seperti madu di waktu dua hati berpadu Dan tiada aral apa pun datang mengganggu Dunia terasa bagaikan surga!
Tiada yang lebih pahit daripada cinta Seperti empedu di waktu du hati berpisah Menjadi permainan antara cinta dan benci Dunia terasa bagaikan neraka!
Mata yang sudah merah itu kembali digenangi air mata. Di sudut hatinya terasa benar oleh Sulastri betapa dia amat mencintai Sutejo, betapa bahagianya ketika dia dipeluk dan saling berciuman dengan pemuda itu, betapa ingin hatinya untuk terus berdampingan dengan Sutejo, tidak pernah http://kangzusi.com
terpisah lagi sampai mati. Akan tetapi, pikirannya tidak dapat melepaskan ingatan bahwa Sutejo membantu musuh yang membunuh Empu Supamandrangi, bahwa Sutejo telah
menjadi kaki tangan Mahapati. Iangatan ini membuat dia amat menyesal dan benci kepada Sutejo.
Perasaannya yang mencinta dihantam oleh pikirannya yang mendatangkan benci!
Tak lama kemudian dia mendengar langkah-langkah kaki.
Cepat dia bangkit dan mengeringkan air matanya, lalu membereskan pakaian dan rambutnya. Akan tetapi kedua 836
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan yang baru membereskan rambut itu terlepas lagi ketikadia melihat bahwa yang muncul adalah Joko Handoko dan Roro Kartiko! Jantungnya terasa perih seperti tertusuk keris pusaka ketika dia melihat pemuda itu berdiri dengan muka pucat dan wajah muram, sedangkan Roro Kartiko jelas kelihatan merah-merah kedua matanya, bekas tangis.
Sulastri bangkit berdiri, sejenak mereka bertiga saling berpandangan tanpa mampu mengeluarkan kata-kata.
Akhirnya Sulastri yang memaksa mulutnya mengeluarkan kata-kata dengan suara gemetar dan lirih, "Kakangmas Joko Handoko, harap kau suka memaafkan saya......" lalu
disambungnya sambil menatap Roro Kartiko,
"Roro,maafkanlah aku...."
Ucapan itu seperti air dingin menyiram hati dua orang kakak beradik itu. Joko Handoko seperti baru sadar dan cepat dia berkata, "Ah.... tidak... tidak...! Akulah yang tidak tahu diri, aku dan Adikku yang seperti buta, tidak mengetahui bahwa engkau dan Sutejo saling mencinta. Aku datang bukan untuk mengungkit kembali soal itu, Diajeng, biarlah kesalahan ini dipendam saja agar tidak menimbulkan luka-luka di hati. Aku datang untuk membicarakan tentang.... eh, maksud Sang Adipati. Setelah keadaannya begini, jelas bahwa tidak mungkin engkau.... menikah dengan aku...."
"Duduklah, Kakangmas Joko Handoko dan Diajeng Roro,"
http://kangzusi.com
Sulastri berkata, sikapnya tengan kembali. Mereka duduk di atas kursi-kursi yang berada di kamar itu,kemudaian Sulastri memandang mereka dan berkata, "Kurasa, tidak ada pilihan lain bagi kita. Dua orang kembar yang gila itu jelas hendak menjerumuskan kita, dan Sang Adipati sengaja menikahkan kita untuk menangkis tuduhan mereka. Kalau kita menolak, sudah pasti dua orang gila itu akan menang dan kita akan terancam malapetaka. Untuk menggunakan kekerasan, kurasa percuma saja karena tidak mungkin kita dapat melawan perajurit-perajurit kadipaten yang amat banyak. Jadi, jalan 837
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu-satunya untuk dapat menyelamatkan diri kita dan akhirnya lolos dari sini, adalah.... memenuhi keinginan Sang Adipati, kita....eh, menikah dan menerima kembali Kolonadah, bayangkan betapa mengejutkan kenyataan ini, kemudian kita dapat lolos dengan aman."
Joko Handoko mengerutkan alisnya dan menggelengkan
kepalanya. "Diajeng, engkau tentu cukup maklum bahwa Joko Handoko bukanlah seorang manusia rendah macam itu,yang hanya untuk menyelamatkan secuil nyawa ini akan sudi melakukan kerendahan itu. Sampai mati pun aku tidak akan mungkin suka untuk mengkianati Dimas Sutejo dan engkau..."
"Ah, engkau tidak mengkhianati siapa-siapa, Kakangmas Joko. Aku yang menghendaki ini, dan pernikahan kita itu hanya pura-pura saja, untuk mencari kesempatan lolos dari sini dengan aman!" Sulastri membantah.
Joko Handoko tetap menggeleng kepalanya. "Biarpun
demikian, kalau kita sudah dinikahkan secara resmi, hal itu tentu akan merupakan pukulan hebat bagi Dimas Sutejo yang kelak akan menjadi jodohmu, Diajeng...."
"Tidak! Dia tidak akan menjadi jodohku! Dia....dia
musuhku....!"
"Ihhh.....!" Roro Kartiko menjerit. "Bukankah dia cinta kepadamu, Mbakayu Sulastri?"
http://kangzusi.com
"Dia boleh cinta, akan tetapi aku... aku benci padanya! Aku ingin membunuhnya!"
"Eh,eh... bagaimana pula ini?" Joko Handoko terbelalak.
"Mbakayu Sulastri...." Roro Kartiko memandang dengan khawatir, takut kalau-kalau kedukaan membuat dara perkasa itu berubah ingatan! "Ingalah, tadi engkau mengatakan bahwa engkau mencintai Kakangmas Sutejo dan....."
"Memang, kami saling mencinta, memang aku tidak bisa menikah dan menjadi isteri orang lain, akan tetapi aku... aku 838
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga membencinya, ingin membunuhnya. Dia musuh besarku, dia telah membunuh Eyang Empu Supamandrangi!" Sulastri mengepal tinju dan matanya menyinarkan api kemarahan.
Joko Handoko dan adiknya saling pandang dan
menggeleng-geleng kepalanya. "Agaknya antara engkau dan Dimas Sutejo selalu ada ketegangan-ketegangan, tentu ada kesalahpahaman dalam hal itu, Diajeng....."
"Sudahlah, hal ini adalah urusan dia dan aku, Kakangmas Joko. Tidak perlu engkau merasa tidak enak kepada musuhku Sutejo itu! Kita melakukan upacara pernikahan,biarpun diresmikan, agar kita dapat lolos dari sini, dan terutama sekali bagiku agar kalian dan tujuh orang anak buah kalian dapat diselamatkan. Tentang pernikahan itu, bagi kita hanya pura-pura, kita tidak sungguh-sungguh menjadi suami isteri....eh, maafkan, Kakangmas." Sulastri menyambung ketika melihat Joko Handoko memejamkan mata dengan wajah pucat. Setiap kata dalam ucapan Sulastri bagaikan tikaman keris di ulu hatinya terasa olehnya.
Joko Handoko menarik napas panjang. "Kalau begitu
kehendakmu, terserah, Diajeng."
"Hanya pernikahan pura-pura, Kakangmas."
Joko Handoko makin pucat. "Aku tahu, Diajeng, dan jangan khawatir, aku selalu ingin melihat engkau bahagia."
http://kangzusi.com
"Maaf, aku hanya ingin agar di kemudian hari tidak terjadi keributan mengenai pernikahan pura-pura ini. Diajeng Roro menjadi saksinya," kata Sulastri.
Roro Kartiko hanya mengangguk lemah.
*d-w* Ruangan pendopo yang luas dari istana Kadipaten Puger terhias meriah. Suara gamelan yang dipukul berirama menyambut datangnya para tamu yang membanjiri pendopo itu. Tamu-tamu ini terdiri dari pembesar-pembesar dan 839
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penduduk terhormat di Puger, untuk menghadiri perayaan pesta pernikahan antara Joko Handoko dengan Sulastri sebagai tamu-tamu kehormatan Sang Adipati yang oleh Sang Prabu Bandardento sendiri dianggap sebagai keluarga dan diresmikan pernikahan mereka di bawah perwalian dan restu Sang Prabu sendiri!
Setelah melakukan upacara pertemuan pengantin,
sepasang pengantin itu duduk bersila di atas panggung yang disediakan untuk mereka, didampingi oleh Roro Kartiko dan tujuh orang anggota Sriti Kencana. Mereka tidak mau saling berjauhan dalam peristiwa ini, selalu siap menghadapi apa pun. Sulastri menunduk dan menahan air matanya karena kembali dia teringat kepada Sutejo dan membayangkan betapa akan bahagianya kalau dia dapat bersanding sebagai pengantin bersama Sutejo, kalau saja Sutejo tidak membunuh Empu Supamandrangi! Dan Joko Handoko juga duduk dengan anteng, hatinya terasa perih sekali karena semua kebahagiaan yang tentu akan mengayunkannya ke sorgaloka ini ternyata hanyalah pura-pura belaka! Para tamu memuji ketampanan pengantin pria dan kecantikan pengantin puteri, juga kecantikan Roro Kartiko dan anak buahnya, terutama sekali Ayu Kunti dan Cempaka.
Setelah upcara pertemuan pengantin selesai dan pengantin sudah duduk bersanding di atas panggung yang terhias http://kangzusi.com
dengan kembar mayang dan segala hiasan pengantin,mulailah pesta yang meriah. Setelah minuman-minuman keras
memasuki perut melalui tenggorokan yang lahap, mulailah terdengar suara tertawa-tawa dan suasana menjadi lepas dan bebas, menjadi gembira. Sang Adipati sendiri juga tertawa-tawa gembira karena tercapailah hasil kecerdikannya.
Peristiwa ini tentu akan menyenangkan Lumajang dan tanpa banyak kesukaran dia telah dapat menaklukkan hati orang-orang Lumajang, berarti menghindarkan musuh yang
berbahaya! 840 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murwendo dan Murwanti tidak hadir dalam pesta
pernikahan itu. Akan tetapi Sang Prabu Bandardento tidak peduli, dia dapat menduga bahwa dua orang kembar itu tentu tidak senang hati mereka, akan tetapi biarpun mereka itu adalah anak-anaknya,dia tidak mungkin dapat membela mereka yang salah. Bahkan teringat kepada mereka,hati Sang Prabu menjadi tidak senang dan kecewa. Betapa akan
bahagianya kalau anak-anaknya itu bukan Murwendo dan Murwanti, melainkan Joko Handoko dan Roro Kartiko!
Kalau saja Sang Prabu Bandardento tahu apa yang
dilakukan oleh dua orang anaknya itu! Kalau saja dia tahu apa yang telah terjadi selama beberapa hari ini, semenjak penyerbuan Sulastri!
Sudah beberapa bulan lamanya, seorang selirnya yang bernama Retno Sami, seorang wanita berusia hampir tiga puluh tahun yang cantik manis, tergila-gila kepada Murwendo.
Sebagai seorang selir yang ke sekian kalinya, apalagi seorang selir dari seorang Adipati yang sudah setua Sang Prabu Bandardento, yang dalam hal pengumbaran nafsu sudah banyak berkurang, tidak bergairah lagi, tentu saja seorang wanita muda seperti Retno Sami itu menjadi kehausan seperti seekor ikan kekurangan air. Tidak ada pelayan pria di kaputren, dan semenjak terjadinya peristiwa aib, hubungan perjinaan yang terjadi antara selir raja dan juru taman, kini http://kangzusi.com
bahkan juru taman pun seorang wanita! Satu-satunya pria yang dapat memasuki kaputren hanyalah Pangeran
Murwendo, maka anehkah kalau selir ini tergila-gila kepada pemuda yang memang tampan, gagah dan kuat ini"
Murwendo juga bukan seorang yang berbatin teguh.
Biarpun Retno Sami adalah seorang "ibu" baginya, seorang ibu tiri, namun bujuk rayu yang keluar dari pandang mata, gerak bibir dan suara wanita itu menggerakkan hatinya,
membangkitkan berahinya. Apalagi ketika Retno Sami
membisikkan bahwa dia mengetahui rahasia dari saudara 841
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembar itu! Segera Murwendo dan Murwanti menarik "ibu" ini menjadi sekutu mereka dan tentu saja, sebagai imbalannya, Murwendo menuruti hasrat hati wanita itu dan sudah sejak beberapa bulan ibu itu menjadi kekasihnya, berbuat jina dengan dia dan disetujui pula oleh Murwanti! Bahkan di antara tiga orang manusia yang dikuasai oleh nafsu ini, terjadilah perbuatan-perbuatan yang amat kotor dan mereka bertiga sudah biasa tidur sekamar di mana terjadi hal-hal yang sukar dibayangkan dapat terjadi di antara mereka! Tentu saja tidak ada seorangpun selir lain yang berani membocorkan rahasia ini karena perbuatan itu memungkinkan mereka dibunuh oleh Murwendo dan Murwanti.
Retno Sami inilah yang membocorkan rahasia kelahiran Murwendo dan Murwanti sehingga dua orang saudara kembar itu tahu bahwa sesungguhnya mereka bukanlah keturunan Sang Prabu Bandardento, bahwa Ibu mereka telah meninggal ketika melahirkan mereka, dan betapa "ayah" Mereka yang sesungguhnya adalah seorang juru taman yang telah dibunuh atas perintah Sang Prabu Bandardento!
Hal itu masih dapat dimengerti olah kakak beradik kembar ini. Akan tetapi ketika Sang Prabu menolak kehendak mereka mengawini Joko Handoko dan Roro Kartiko, timbullah
kebencian mereka terhadap orang yang selama ini mereka anggap sebagai ayah kandung itu. Mereka merasa
http://kangzusi.com
dikesampingkan, dan merasa bahwa sesungguhnya adipati itu tidak sayang kepada mereka. Dan mulailah timbul keinginan mereka untuk memberontak, menggulingkan Sang Adipati untuk merampas kekuasaan, dengan Murwendo menjadi raja dan Murwanti menjadi permaisurinya, Retno Sami menjadi selirnya! Pikiran yang gila memang bagi orang waras!
Maka diam-diam kakak beradik kembar ini, dibantu oleh Retno Sami, menghubungi Menak Srenggo, yaitu kakak misan dari Retno Sami yang menjadi senopati di Puger, mengepalai pasukan yang cukup besar jumlahnya. Persekutuan dibentuk 842
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Menak Srenggo yang dapat terbujuk untuk diangkat sebagai patih kelak, telah berhasil mengumpulkan lima ratus orang perajurit bawahannya untuk dipergunakan sewaktu-waktu.
Kemudian, saat yang dinanti-nanti itu telah tiba, yaitu pada saat pernikahan antara Joko Handoko dan Sulastri! Dan sebelumnya, Murwendo dan Murwanti telah berhasil memasuki gedung pusaka dan membunuh lima orang penjaga yang tidak menyangka sesuatu, kemudian Murwendo mengambil keris pusaka Kolonadah yang dianggapnya sebagai keris pusaka calon raja!
Para tamu sedang makan minum dengan gembira ketika
tiba-tiba di luar pendopo terdengar suara riuh rendah. Karena pendopo di malam perayaan itu amat terang,tentu saja dari dalam memandang keluar amat gelap sehingga semua orang yang terkejut itu tidak segera tahu apa yang telah terjadi.
Akan tetapi, Padas Gunung dan Pragalbo sudah meloncat bangun dan memandang keluar. Joko Handoko, Sulastri,Roro Kartiko dan tujuh orang wanita Sriti Kencana juga sudah siap.
Sulastri adalah seorang wanita perkasa yang cepat dapat menguasai keadaan, maka mendengar suara ribut-ribut di luar disusul pekik-pekik kesakitan tanda bahwa di luar terjadi pertempuran itu, dia dengan cepat berbisik kepada Joko Handoko dan Roro Kartiko, "Kalian berdua dibantu oleh tujuh http://kangzusi.com
orang anak buahmu harap melindungi Sang Adipati!" Dara perkasa ini maklum bahwa dalam keadaan apa pun di daerah Puger itu, satu-satunya orang yang dapat melindungi mereka hanyalah Sang Adipati, oleh karena itu keselamatan Sang Adipati amatlah penting bagi mereka.
Agaknya Joko Handoko dan Roro Kartiko juga mengerti akan maksud hati Sulastri itu, apalagi karena memang dua orang kakak beradik ini merasa suka sekali kepada Sang Adipati yang selama ini memperlakukan mereka dengan baik.
843 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuh! Bunuh mata-mata Lumajang......" Terdengar
teriakan-teriakan dan kini para penyerbu itu sudah memasuki pendopo. Para tamu menjadi panik dan bubar!
Pekik kesakitan terdengar di sana sini dan kini tampak oleh Sulastri bahwa yang menyerbu itu adalah Murwendo dan Murwanti, diikuti oleh banyak sekali perajurit, ratusan orang banyaknya!
Padas Gunung dan Pragalbo sudah cepat lari mendekati Sang Adipati dan Permaisuri, para selir menjerit kecuali tentu saja Retno Sami yang diam-diam tersenyum penuh harapan.
Akan tetapi Sang Adipati dan keluarganya telah dikelilingi dan dijaga oleh Joko Handoko, Roro Kartiko dan tujuh anggota Sriti Kencana yang berdiri dengan gagah dan siap sedia!
"Paman Padas Gunung dan Paman Pragalbo, kami akan
melindungi Sang Prabu!" kata Joko Handoko kepada dua orang senopati itu. Ketika dua orang tokoh Puger itu kelihatan ragu-ragu, tiba-tiba Sang Prabu Bandardento berkata dengan suara nyaring, "Padas Gunung! Pragalbo! Kalian tunggu apa lagi" Cepat kumpulkan pasukan untuk membasmi para
pemberontak ini!"
Mendengar perintah ini, barulah dua orang tokoh itu meloncat keluar sambil membentak-bentak marah. Para perajurit menjadi gentar menghadapi dua orang tokoh yang merupakan tokoh utama Puger ini, maka tentu saja mereka http://kangzusi.com
membuka jalan untuk dua orang tokoh ini yang cepat berlari keluar untuk mepersiapkan pasukan. Mereka terkejut sekali ketika melihat bahwa penyerbu itu terdiri dari pasukan yang ratusan ribu jumlahny, dan tahulah mereka bahwa putera dan puteri raja telah menggunakan pasukan di bawah pimpinan Menak Srenggo, Senopati yang berasal dari Selat Bali itu.
Sementara itu, Sulastri dengan sigapnya telah meloncat dan menghadapi Murwendo dan Murwanti. Dengan Aji Hasto Bairowo dia mendesak dua orang ini karena dara perkasa ini marah bukan main. Hampir saja Murwanti kena ditampar 844
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya dan kalau tamparan dengan Aji Hasto Nogo itu tepat mengenai sasaran, kiranya kepala Murwanti tentu akan pecah. Akan tetapi, puteri adipati itu mengelak dan terhuyung, dan ketika Sulastri hendak mendesak, tiba-tiba dia merasa ada hawa yang dingin dan sinar merah menyambar ke arahnya.
Dia terkejut, mengelak dengan loncatan sigap, merobohkan dua orang pengeroyok di sebelah kirinya sambil menoleh.
"Kolonadah......!" teriaknya ketika dia melihat keris yang berada di tangan Murwendo yang tadi menyerangnya untuk menyelamatkan adiknya.
"Ha-ha-ha!" Murwendo tertawa. "Hayo keroyok, bunuh
mata-mata Lumajang ini! Tangkap hidup-hidup Roro Kartiko, calon isteriku ha-ha!"
Sulastri marah sekali, akan tetapi di tidak dapat meyerang kakak beradik kembar itu karena dia telah dikepung dan dikeroyok oleh banyak sekali perajurit pemberontak.
"Bunuh Sang Adipati!" Terdengar Murwanti juga berteriak,
"Bunuh Ayah palsu itu!"
Sulastri mengamuk dan sepak terjangnya seperti seekor naga betina marah. Karena banyaknya pengeroyok, hatinya khawatir juga dan dia lalu mundur mendekati tempat Adipati di mana juga terjadi pertempuran hebat. Ketika tiba di situ sambil terus mengamuk, mengadu punggung dengan Roro http://kangzusi.com
Kartiko dan Joko Handoko bersama para anggota Sriti Kencana, mengurung keluarga raja di tengah-tengah mereka, Sulastri tercenggang melihat Adipati itu tertawa!
"Ha-ha-ha, sungguh menyenangkan Joko Handoko! Kartiko!
Anak-anakku yang baik, mari kita melawan para pemberontak bersama! Kalian lihat, biar tua aku tidaklah selemah raja-raja yang lain. Ha-ha-ha, mari kita hancurkan Si Kembar yang gila itu, pemberontak-pemberontak laknat ini!" Dan kini Sang Prabu Bandardento juga ikut pula mengamuk dan memang dia hebat sekali! Kiranya Adipati ini memiliki kepandaian yang 845
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi, tidak kalah kalau dibandingkan dengan Padas Gunung atau Pragalbo!"
"Bunuh Sang Adipati!"
-o0od"wo0o-
Jilid 59 "Bunuh Sang Prabu!"
Teriakan-teriakan itu jelas terdengar dari mulut Murwendo dan Murwanti, akan tetapi meraka tidak berani mendekati raja yang kini melawan bersama Joko Handoko dan teman-temannya. Si Kembar itu membiarkan Menak Srenggo dan anak buahnya yang mengepung raja, sedang mereka sendiri sambil tertawa-tawa membunuh-bunuhi para pengawal dan pelayang di situ, juga para tamu yang semua terdiri dari pejabat-pejabat dan yang tentu saja berusaha melawan, membela diri maupun membela Sang Adipati.
Tejadilah pertempuran yang amat hebat, akan tetapi yang berat sebelah sehingga semua pengawal dan pelayan yang tadi bekerja melayani pesta, kini roboh bergelimpangan.
Hanya pertahanan di sekitar keluarga Sang Adipati yang masih sukar ditembus oleh para pemberontak! Joko Handoko dan Roro Kartiko, juga Sang Adipati sendiri dan tujuh orang http://kangzusi.com
anggota Sriti Kencana sudah luka-luka lengan mereka, akan tetapi tidak ada seorang pun di antara mereka yang roboh dan mereka melawan terus dengan gagah berani. Hanya Sulastri yang tidak luka sama sekali, lecet pun tidak sungguhpun pakaiannya ada yang robek terkena senjata. Hal ini adalah karena dara perkasa ini dilindungi aji kekebalan Trenggiling Wesi.
Amukannya menggetarkan hati para pengeroyok, akan
tetapi karena jumlah mereka banyak, roboh satu maju dua, 846
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
roboh sepuluh maju dua puluh. Sulastri mulai merasa lelah juga.
"Ha-ha-ha, sungguh menggembirakan!" Lagi-lagi Sang
Prabu Bandardento tertawa terbahak-bahak. Kedua lengannya sudah berdarah karena disambar golok, akan tetapi masih mengamuk hebat, setiap tendangan atau pukulannya tentu merobohkan seorang pengeroyok. "Mati pun aku puas, dapat berkelahi bersama-sama kalian,anak-anakku! Ha-ha-ha!" Raja tua itu seperti seorang anak kecil yang sudah lama dijauhkan dari permainan yang amat disukainya dan yang sekarang dia mainkan secara memuaskan sekali! Melihat sikap ini, Joko Handoko dan kawan-kawannya merasa kagum dan juga
terharu. Sungguh seorang adipati yang baik budi, halus dan gagah perkasa!
Tiba-tiba terdengar sorak-sorai dan keadaan para perajurit pemberontak menjadi kacau seperti rombongan semut ditiup.
Mereka lari berserabutan dan berpencaran sehingga kini yang mengepung rombongan raja tidak seketat tadi. Ternyata bahwa Padas Gunung dan Pragalbo telah datang bersama pasukan mereka yang jauh lebih besar jumlahnya! Mulailah kini pasukan kadipaten menghajar dan membasmi pasukan pemberontak yang mulai menjadi kocar-kacir. Menak Srenggo mulai merasa menyesal mengapa dia percaya kepada kakak beradik kembar itu yang katanya bahwa pasukan kedipaten http://kangzusi.com
tidak akan berani menghalangi mereka berdua! Buktinya, kini pasukannya terhimpit oleh pasukan kadipaten. Dia mulai mengamuk keluar dan segera dia dihadapi oleh Padas Gunung dan Pragalbo!
"Si keparat Menak Srenggo pemberontak hina! Mampuslah kau!" bentak Pragalbo dan Padas Gunung dan mereka cepat menubruk ke depan, Padas Gunung menggerakkan suling hitamnya sedangkan Pragalbo sudah menusukkan kerisnya.
Dua tokoh utama Puger ini merasa yakin bahwa sekali serang saja mereka tentu akan merobohkan dan menangkap perwira 847
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontak ini karena Menak Srenggo adalah senopati di bawah mereka yang kepandaiannya tidak melebihi mereka.
Melawan seorang di antara mereka saja akan kalah, apalagi dikeroyok dua. Akan tetapi betapa heran dan kaget hati mereka ketika tiba-tiba Menak Srenggo mengelak dari keris Pragalbo dan menggunakan lengan kirinya menangkis sulung hitam.
"Dukkk!" Dan suling itu terpental, tangan Padas Gunung terasa ngilu! Bukan main kagetnya hati tokoh Puger ini. Dalam tangkisan tadi dia mendapat kenyataan bahwa Menak Srenggo memiliki kekuatan yang tidak kalah besarnya dengan
tenaganya sendiri!
"Ha-ha-ha, kau sangka aku selemah yang kalian kira, Padas Gunung?"
Padas Gunung dan Pragalbo menerjang lagi, akan tetapi Menak Srenggo benar-benar tangkas sekali dan serangan balasannya membuat dua orang tokoh Puger itu terdesak ke belakang. Kesempatan itu dipergunakan oleh Menak Srenggo untuk menyambar lengan seorang perajurit musuh dan
melontarkannya ke arah dua orang tokoh itu dengan kekuatan laur biasa. Padas Gunung dan Pragalbo tentu saja cepat mengelak, akan tetapi Menak Srenggo sudah meloncat dan keluar dari kepungan, terus melarikan diri! Terpaksa dua orang senopati itu mengamuk dan membabati perajurit-http://kangzusi.com
perajurit yang memberontak.
Sementara itu, setelah para pengeroyok kini berbalik diserbu dan dikeroyok oleh pasukan Puger, Sulastri
membiarkan Joko Handoko dan Roro Kartiko dibantu tujuh orang anggota Sriti Kencana melindungi dan membela Raja Bandardento, sedangkan dia sendiri cepat menerjang
Murwendo dan Murwanti yang kini telah terkurung di tengah-tengah! Dua oarng saudara kembar itu menjadi nekat setelah melihat bahwa usaha mereka gagal, dan kini melihat Sulastri 848
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mereka anggap sebagai biang keladi kegagalan mereka, kakak beradik itu menyerang dengan membabi buta.
Sebetulnya, kakak beradik kembar ini bukan merupakan lawan yang terlalu tangguh bagi Sulastri. Andaikata Murwendo tidak memegang Kolonadah, tentu mereka tidak akan lama dapat bertahan melawan Sulastri. Akan tetapi, keris pusaka Kolonadah amat ampuhnya sehingga Sulastri sendiri tidak berani menggunakan Aji Trenggiling Wesi untuk menangkis keris itu dan dia selalu mengelak sambil membalas dengan serangan-serangan dari samping yang membuat dua orang itu selalu terhuyung mundur.
Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan nyaring dan tahu-tahu Roro Kartiko dan Joko Handoko sudah menerjang maju membantu Sulastri. Hal ini adalah karena kini keadaan Raja Bandardento sudah bebas dari bahaya, bahkan raja itu telah mengajak permaisuri dan para selirnya untuk menyingkir ke sebelah dalam. Tujuh orang anggota Sriti Kencana mengawal keluarga raja masuk ke dalam istana kadipaten.
Karena itu, melihat betapa Sulastri dikeroyok oleh dua saudara kembar yang gila itu, kakak beradik ini tidak tahan melihatnya. Mereka amat benci kepada Murwendo dan
Murwanti yang menjadi penyebab sampai mereka menjadi tawanan di Puger, maka kini dengan keris -keris rampasan, Joko Handoko dan adiknya lalu menyerang mereka. Dengan http://kangzusi.com
kemarahan meluap, Roro Kartiko menyerang Murwendo
dengan keris di tangan.
"Hati-hati, Roro.....!" Sulastri berseru.
"Trangg.....! Iihhhhh.....!" Roro Kartiko menjerit ketika keris rampasannya menjadi patah oleh Kolonadah. Akan tetapi Murwendo yang memandang wajah wanita yang digilainya itu meragu untuk menusuk dan pada saat itu Sulastri sudah melayangkan tangannya dari samping.
849 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk! Aughhh.....!!" Tubuh Murwendo terpelanting dan keris Kolonadah sudah disambar oleh tangan Sulastri.
Murwendo berkelojotan karena kepalanya retak oleh pukulan dahsyat dari Aji Hasto Nogo tadi.
Melihat ini, Murwanti menjerit dan menubruk kepada
Sulastri, matanya merah, mulutnya berbusa seperti seekor harimau kelaparan. Sulastri mengelak ke samping dan menendang.
"Dukkk!!" Tubuh Murwanti terlempar dan Joko Handoko menyambut dengan kerisnya.
"Crappp.........!!"
"Auhhhh......!" Tubuh Murwanti terpelanting dan darah mengucur dari dadanya.
"Celaka...., kalian sudah membunuh mereka....." Roro Kartiko berkata dengan mata terbelalak. "Kita harus cepat pergi dari sini.....!!"
Mendengar ini, Joko Handoko dan Sulastri menjadi pucat dan tanpa menanti lebih lama lagi, tiga orang muda itu lalu meloncat dan melarikan diri dari pendopo itu.
"Benar, kita harus pergi. Kolonadah sudah berada di tanganku," kata Sulastri. "Akan tetapi bagaimana dengan anak buah kalian?" http://kangzusi.com
"Mereka berjasa terhadap Sang Adipati, dan tidak ikut membunuh putera-puteri Adipati, tentu mereka tidak akan diganggu," kata Joko Hndoko dan mereka terus melarikan diri di dalam kegelapan malam.
Akan tetapi ketika mereka tiba di sebuah hutan yang gelap, ketiga orang muda ini terpaksa menghentikan lari mereka dan mereka berlindung di bawah pohon besar untuk berlindung di bawah pohon besar dan beristirahat.
850 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita tentu akan dikejar-kejar sebagai pembunuh putera-puteri Adipati Puger," kata Sulastri.
"Habis bagaimana baiknya?" kata Roro Kartiko sambil memijit-mijit betisnya yang terasa nyeri dan lelah.
"Sebaiknya kita kembali ke Lumajang, menghaturkan keris Kolonadah kepada Adipati Lumajang."
Joko Handoko menarik napas panjang. "Sayang sekali
bahwa kita menjadi orang buruan Puger. Sang Adipati Puger sesungguhnya merupakan seorang yang bijaksana. Sayang putera-puterinya gila dan jahat." Pemuda ini telah
mengumpulkan kayu kering lalu membuat api unggun untuk mengusir nyamuk dan menghangatkan tubuh karena hawa di dalam hutan itu amat lembab.
Akan tetapi baru saja api unggun bernyala, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah mereka datang dan taklama kemudian terdengar suara-suara, "Mereka di dalam hutan...!"
"Sialan!" Joko Handoko menginjak-injak apinya sampai padam, kemudian terpaksa mereka melanjutkan perjalanan sambil meraba-raba di dalam gelap agar jangan sampai bertubruk dengan pohon atau batu. Setelah tidak mungkin melakukan perjalanan lagi saking gelapnya karena langit mendung dan bintang-bintang tersembunyi di balik awan, http://kangzusi.com
mereka berhenti lagi akan tetapi mereka tidak berani membuat api unggun. Dan ternyata bahwa para pengejar mereka agaknya juga tidak melanjutkan pengejaran, entah kembali lagi entah mengaso.
Akan tetapi pada keesokan harinya, begitu terang tanh, sudah terdengar lagi suara mereka, suara banyak kaki manusia dalam hutan itu dan suara mereka yang mencari-cari.
Mendengar ini, tiga orang muda itu segera bergerak lagi, hendak melanjutkan pelarian mereka menuju ke Lumajang di sebelah utara.
851 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak kita lawan saja mereka, Diajeng?" tanya Joko Handoko dengan suara penasaran kepada Sulastri. Dara itu memandangnya. Mereka berdua saling pandang dan tiba-tiba Sulastri merasa kedua pipinya panas dan jantungnya
berdenyut ketika dia melihat betapa Joko Handoko masih memakai pakaian pengantin pria dan dia sendiri masih memakai pakaian pengantin puteri dengan sanggul istimewa dan rambut sinom didahinya dikerik dan ditambah dengan riasan pengantin! Teringatlah dia bahwa saat ini dia adalah
"istri" dari Joko Handoko. Di lain pihak, Joko Handoko juga melihat kenyataan yang sama dan dia memandang dengan hati terasa perih karena isterinya yang cantik ini, yang amat dicintainya, hanyalah isteri sebutan saja, pernikahan mereka hanyalah pura-pura saja! Hal ini akan merupakan siksaan baginya, merupakan penderitaan yang lebih hebat daripada kalau dia tidak dapat menikah dengan dara itu dan dia harus saling berpisah. Namun cinta kasihnya terhadap dara itu memperkuat batinnya. Kalau perlu, dia masih sanggup menderita lebih hebat lagi, demi kebahagiaan Sulastri!
"Tidak baik kalau kita melawan mereka, Kakangmas
Handoko. Tidak mungkin kita melawan pasukan sekadipaten.
Pula, sekarang Kolonadah telah berada di tangan kita.
Sebaiknya kita cepat kembali ke Lumajang, menyerahkan pusaka ini kepada Sang Adipati di Lumajang. Mari kita lanjutkan perjalanan."
http://kangzusi.com
"Cepat, mereka telah mengejar dekat!" kata Roro Kartiko sambil menoleh ke belakang darimana terdengar suara para pengejar yang banyak jumlahnya.
Mereka lalu lari ke depan dengan cepat, menyusup di antara semak-semak dan menyelinap di antara pohon-pohon sampai akhirnya mereka keluar dari hutan itu.
Akan tetapi, begitu mereka keluar dari hutan, mereka terkejut bukan main karena tiba-tiba dari balik pohon-pohon dan semak-semak belukar bermunculan banyak sekali orang 852
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dipimpin oleh Padas Gunung dan Pragalbo sendiri!
Kiranya pasukan Puger telah menanti dan menghadang di situ dan agaknya semalam telah diatur oleh dua orang senopati yang pandai itu! Semalam, dua orang senopati ini telah membawa sebagian besar pasukannya untuk mengambil jalan memutar dan menghadang di laur hutan karena menurut perhitungannya, tiga orang muda itu tentu akan keluar dari sebelah utara hutan, sedangkan sebagian kecil saja dari pasukannya melanjutkan pengejaran di pagi hari itu. Dan ternyata perhitungan mereka berdua tidak meleset karena tiga orang muda itu benar-benar muncul di sebelah utara hutan.
Melihat munculnya pasukan Puger, tiga orang muda itu terkejut bukan main, akan tetapi Sulastri menjadi marah, matanya mengeluarkan sinar berapi, sedangkan Joko Handoko lalu berkata sambil memandang dua orang senopati Puger itu,
"Paman Padas Gunung dan Paman Pragalbo, kalau kalian hendak mengambil jalan kekerasan,terpaksa kami akan melawan sampai titik darah terakhir!"
Akan tetapi dua orang senopati itu memandang dengan mata terbelalak seperti orang terheran-heran, sedangkan para perajurit yang amat banyak jumlahnya itu biarpun mengurung tempat itu namun tidak kelihatan seperti orang-orang yang bersikap hendak menyerang.
"Kami...... kami tidak mengerti apa yang Andika
http://kangzusi.com
maksudkan, kami hanya menerima perintah dari Sang Prabu untuk menyusul Andika sekalian," kata Padas Gunung dan pada saat itu terdengar derap kaki kuda. Muncullah Sang Prabu Bandardento sendiri yang membalapkan kuda menuju ke tempat itu. Ketika dia melihat tiga orang muda itu, dia berseru girang, melompat turun dari kudanya dan berlari menghampiri mereka.
"Ahhhh, anak-anakku..... kenapa kalian pergi meninggalkan aku?" katanya dan tiga orang muda itu memandang dengan terheran-heran. Sang Prabu yang tua itu kini memegang 853
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan Joko Handoko dan Roro Kartiko, memandang kepada Sulastri, lalu dia berkata lagi, "Agaknya kalian bertiga telah salah mengerti. Kalian lari karena telah membunuh sepasang bocah kembar yang sinting itu, bukan?"
Joko Handoko dan Roro Kartiko yang masih terheran-heran itu hanya mengangguk.
Sang Prabu Bandardento merangkul pundak Joko Handoko sambil tertawa. "Ha-ha-ha,sudah kuduga demikian. Mengapa kalian lari karena membunuh mereka?"
Roro Kartiko tidak dapat menahan keheranannya.
"Karena....mereka adalah putera-puteri Paduka...."
"Ha-ha-ha, Roro Kartiko cah ayu, anakku yang baik. Mereka itu bukanlah anakku, mereka adalah dua bocah gila yang bahkan telah berani memberontak! Kalian berdualah anak-anakku dan Sulastri adalah mantuku yang baik!"
"Apa...apa maksud Paduka?" Joko Handoko bertanya
terkejut sekali.
"Anak-anakku, tidak terasakah oleh kalian berdua betapa semenjak kalian tiba di Puger, aku telah merasa sayang kepada kalian seperti kepada anak-anak sendiri" Apalagi semenjak malam tadi, ketika bertempur bahu-membahu
dengan kalian! Kalian berdualah anak-anakku yang
sesungguhnya patut menjadi anak-anakku, biarpun hanya http://kangzusi.com
anak angkat, seperti halnya dua orang bocah kembar yang gila itu! Joko Handoko dan Roro Kartiko, kalian adalah anak-anakku, kuanggap anak-anakku sendiri dan marilah kita kembali ke Kadipaten di mana akan kami umumkan tentang pengangkatan kalian berdua sebagai anak-anakku yang sah, sedangkan Sulastri adalah anak mantuku. Marilah, anak-anakku, kita pulang dan menikmati kehidupan yang tenteram dan bahagia."
Tentu saja tiga orang muda itu terkejut sekali mendengar ini. Joko Handoko dan Roro Kartiko memang merasa suka dan 854
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kagum kepada raja kecil yang bijaksana ini dan merupakan anugerah yang amat besar kalau mereka dapat menjadi anak-anak angkat raja ini. Akan tetapi karena Ibu mereka masih di Lumajang, mereka menjadi ragu-ragu. Juga Sulastri meragu karena di hendak menyerahkan keris pusaka Kolonadah kepada Adipati di Lumajang.
"Akan tetapi....kami.... kami hendak ke Lumajang....." kata Sulastri akhirnya karena agaknya dua orang kakak beradik itu agaknya tidak mampu menjawab.
Raja tua itu mengangguk-angguk dan dia masih
menggandeng Joko Handoko dan adiknya. "Aku mengerti...., tentu yang kalian bertiga pikirkan adalah Ibu kalian di Lumajang dan keris pusaka Kolonadah, bukan" Jangan
khawatir, mari kita pulang dan merundingkan hal itu. Setelah Joko Handoko dan Roro Kartiko secara resmi menjadi anak-anakku dan Sulastri menjadi mantuku, maka pada suatu hari kalian bertiga boleh secara resmi mengunjungi Lumajang disertai salam hormatku kepada Adipati Wirorojo di Lumajang, untuk menghaturkan keris pusaka kepada Beliau dan untuk menjemput Ibu Kalian dan pindah ke Puger."
Tiga orang muda itu saling pandang dan ketiganya setuju tentu saja. Jauh lebih baik demikian daripada menjadi musuh Puger! Dengan gembira raja atau Adipati Puger itu lalu mengajak tiga orang muda itu kembali ke istana, diiringkan http://kangzusi.com
oleh pasukan yang dipimpin Padas Gunung dan Pragalbo.
Memang Sang Prabu Bandardento tidak membohong kalau dia mengatakan bahwa dia amat sayang kepada Joko
Handoko dan Roro Kartiko. Apalagi setelah melihat betapa dua orang saudara kembar yang sesungguhnya bukan
keturunannya sendiri itu berani memberontak sehingga akhirnya tewas dan melihat betapa Joko Handoko, istrinya dan adiknya itu membelanya mati-matian. Maka dia mengambil keputusan untuk mengangkat meraka menjadi anak-anaknya.
Di samping ini, tentu saja ada segi lain yang dianggap amat 855


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menguntungkan Puger dengan pengangkatan itu. Setelah melihat betapa Menak Srenggo membantu pemberontakan dua orang anak kembar itu, kemudian senopati itu melarikan diri, tahulah dia bahwa puger selalu diintai musuh karena Menak Srenggo adalah seorang yang berasal dari Selat Bali dan hal ini saja menunjukkan bahwa tentu mempunyai
hubungan dekat dengan raja di Nusabarung.
Sangat boleh jadi bahwa Menak Srenggo sengaja
diselundupkan oleh Raja Nusabarung ke Puger melalui saudaranya, yaitu Retno Sami. Malam itu juga, Sang Prabu telah menyuruh tangkap Retno Sami dan setelah diancam, akhirnya selir ini mengakui semuanya, bahwa dia telah lama menjadi kekasih anak tirinya, yaitu Murwendo dan betapa dia yang membujuk Menak Srenggo untuk membantu
pemberontakan putera-puteri Adipati itu. Selir itu dihukum mati malam itu juga dan makin besar hasrat hati Sang Prabu Bandardento untuk mengankat anak kepada tiga orang muda itu karena dia tahu bahwa mereka, terutama sekali Sulastri, memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi dan hal ini tentu saja akan memperkuat Puger dalam menghadapi musuh-musuhmya,terutama Nusabarung. Di samping itu, perstiwa itu tentu akan membuat Puger menjadi makin akrab dengan Lumajang, hal yang lebih menguntungkan lagi bagi Puger sebagai kadipaten yang kecil.
http://kangzusi.com
Demikianlah, pada keesokan harinya, dengan resmi Sang Prabu Bandardento mengangkat Joko Handoko dan Roro
Kartiko menjadi putera dan puterinya, disahkan oleh para hulubalang, para pembesar di Puger. Untuk peristiwa ini, Puger mengadakan pesta selama tiga hari tiga malam, menjadi tanda bahwa hati Sang Prabu Bandardento benar-benar merasa bahagia sekali. Juga permaisuri dan para selir yang setia dari Sang Adipati, yang telah melihat sendiri betapa tiga orang muda itu gagah perkasa dan melindungi mereka ketika terjadi pemberontakan, merasa senang dengan
peristiwa ini karena mereka maklum kini bahwa Sang Prabu 856
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mungkin mempunyai keturunan, setelah sekian
banyaknya selir tidak pernah ada yang mengandung, kecuali selir yang menjadi ibu kandung dua orang anak kembar itu, yang mengandung sebagai akibat perjinaannya dengan juru taman.
Beberapa hari kemudian, dengan iringan pasukan pengawal dan pakaian mewah sebagai seorang pangeran dan puteri-puteri dari Puger, Joko Handoko, Sulastri dan Roro Kartiko berangkat ke Lumajang. Kedatangan mereka disambut dengan penuh kegembiraan oleh Sang Adipati Wirorojo dan para pembesar, terutama sekali oleh Ibu dua orang kakak beradik itu. Sang Adipati Wirorojo merasa gembira dan kagum ketika Sulastri menghaturkan keris itu, dengan terharu Sulastri berkata, "Harap Paduka ketahui bahwa penyerahan keris pusaka yang hamba lakukan ini sebetulnya merupakan suatu pelanggaran terhadap mendiang Empu Supamandrangi yang memesan kepada hamba agar hamba menyerahkan pusaka ini kepada Pangeran Kolo Gemet yang menjadi calon Raja
Mojopahit. Namun, setelah melihat keadaan di Mojopahit yang sedang kacau, melihat sepak terjang orang-orang Mojopahit yang tersesat sehingga mendiang Eyang Empu
Supamandrangi sendiri menjadi korban keganasan mereka sampai terbunuh, hamba merasa yakin bahwa mendiang
Eyang tidak akan menyalahkan hamba kalau hamba kini menyerahkan pusaka kepada Paduka sebagai Adipati di http://kangzusi.com
Lumajang."
Sang Adipati Wirorojo menarik napas panjang. "Mendiang Empu Supamandrangi memang benar bahwa pusaka ini
seharusnya menjadi pegangan Raja di Mojopahit, Sulastri.
Akan tetapi, aku sebagai Ayah dari pemilik pusaka ini, yaitu mendiang anakku Ronggo Lawe, juga berhak untuk menjaga pusaka ini dan menentukan kepada siapa semestinya pusaka ini diserahkan. Ketahuilah bahwa sepatutnya pusaka ini diserahkan kepada keturunan mendiang Sang Prabu
Kertanegara, yang asli,sedangkan Pangeran Kolo Gemet 857
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah keturunan yang bercampur dengan darah melayu maka sesungguhnya tidak tepat kalau dia yang mewarisi pusaka ini."
"Hamba menyerahkan ke dalam pertimbangan dan
kebijaksanaan Paduka," jawab Sulastri.
Ibu kandung Joko Handoko dan Roro Kartiko, yaitu janda mendiang Progodigdoyo yang bernama Sariningrum, merasa girang bukan main ketika mendengar bahwa putera dan puterinya diangkat menjadi pangeran dan puteri Puger, sedangkan puteranya itu telah menikah dengan Sulastri.
Sambil mencucurkan air mata, Sariningrum merangkul
mantunya dan Sulastri tidak dapat menahan pula tangisnya.
Hanya bedanya, kalau Sariningrum menangis saking
girangnya, sebaliknya Sulastri menangis saking sedihnya. Dia dan kakak beradik itu sudah berjanji untuk tidak membuka rahasia kepalsuan pernikahan itu kepada Ibu mereka, karena hal itu tentu akan menghancurkan hati orang tua itu.
Setelah beberapa hari tinggal di Lumajang, akhirnya berangkatlah rombongan ini,sekarang ditambah dengan Ibu kandung Joko Handoko, diiringkan oleh para abdi dan pengawal, dititipi salam pula oleh Adipati Wirorojo untuk Sang Prabu Bandardento,kembali ke Puger dan Sang Prabu
Bandardento menyambut kedatangan Ibu Kandung dua orang putera dan puteri angkatnya itu dengan segala kehormatan dan pesta. http://kangzusi.com
Semenjak hari itu, tiga orang muda ini hidup tenteram di Kadipeten Puger, dan Sariningrum hidup terhormat dan mulia sebagai Ibu kandung Pangeran Joko Handoko dan Puteri Kartiko. Akan tetapi, di luar tahunya semua orang, tiga orang muda itu sering kali termenung dan menderita tekanan batin yang tidak ringan. Roro Kartiko dan kakaknya sering kali termenung pucat sebagai akibat kepatahan hati mereka dalam cinta, terutama sekali Joko Handoko pada lahirnya saja disebut sebagi suami Sulastri, namun sesungguhnya tidak pernah mereka saling berdekatan!
858 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri sendiri juga menderita batin karena dia tahu bahwa dia telah menyebabkan pemuda itu menderita. Namun dia tetap merasa tidak mungkin melayani lain pria kecuali Sutejo yang dicintainya namun juga dibencinya itu. Untung di situ terdapat Roro Kartiko yang menjadi sahabat baiknya, dengan siapa dia tidur sekamar setiap malam. Andaikata tidak ada dara ini, kiranya Sulastri tidak akan dapat bertahan tinggal di Puger dan melihat wajah yang muram dan pandang mata sayu dari "suaminya" setiap hari. Roro Kartiko mempergunakan kesempatan ini untuk mengobati luka-luka di hatinya dengan mempelajari ilmu-ilmu kesaktian dari Sulastri.
*d-w* Kita tinggalkan dulu keadaan tiga orang muda di Puger itu, orang-orang yang muda rupawan namun sudah menderita kepedihan hati itu. Sebaiknya kita menjenguk keadaan di Kerajaan Mojopahit yang tertutup awan mendung.
Keadaan Mojopahit makin muram dan diam-diam makin
terasalah panasnya api persaingan antara isteri-isteri Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana. Sang Prabu makin tua dan makin sering berdiam di dalam kamar karena sakit-sakitan sehingga kekuasaan terpecah-belah dan terbagi-bagi. Memang kendali pemerintahan masih lancar berkat kettrampilan Ki Patih Nambi yang cakap mengurus pemerintahan,namun
pengeruh-pengaruh dari dua pihak yang bermusuhan di http://kangzusi.com
istana, yaitu pihaknya para isteri raja keturunan dari Sang Prabu Kertarajasa dan pihak Puteri Malayu Sri Indreswari Ibu kandung Pangeran Kolo Gemet, menyusup pula ke dalam pemerintahan sehingga sering kali mengacaukan keadaan dan membuat Ki Patih Nambi menjadi pusing sekali. Para
ponggawa besar kecil terpecah-pecah, dapat dikata terpecah menjadi tiga, yaitu mereka yang setia kepada Sang Prabu Kertarajasa,golongan ini dipimpin oleh Ki Patih Nambi, golongan ke dua adalah mereka yang mendukung permaisuri Dyah Tribuana dan adik-adiknya, sedangkan golongan ke tiga 859
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah para pendukung Sri Indreswari atau Dyah Dara Petak dari Malayu. Tentu saja terdapat golongan-golongan lain yang bergerak secara diam-diam, yaitu mereka yang berambisi besar untuk mengangkat diri sendiri, diantaranya yang terkuat adalah golongan Resi Mahapati.
Kembali pada hari itu Sang Prabu tidak dapat memimpin persidangan dan tinggal di dalam kamar karena penyakitnya kambuh kembali, yaitu penyakit tua yang membuat dia pening dan lemas. Dalam pelayanan ketika Sang Prabu mederita sakit pun terjadi persaingan antara dua golongan isteri dan abdi-abdinya, sehingga perawatan tidak menjadi baik malah sebaliknya makin manambah kepusingan Sang Prabu.
Di istana keputran, yaitu istana Pangeran Kolo Gemet yang kini telah menjadi seorang pemuda dewasa yang tampan dan pesolek, nampak pangeran itu duduk dalam taman bunganya yang indah bersama beberapa orang. Pemuda ini memang tampan,hanya sayang bahwa sepasang matanya
mengeluarkan sinar yang panas dan kejam, dan tarikan mulutnya membayangkan bahwa dia mulai menghambakan
diri kepada nafsu berahi. Di depannya duduk dengan sikap amat menghormat dua orang kakek,sedangkan di belakang pangeran ini selalu terdapat dua orang kakek lain yang seolah-olah menjadi bayangan pangeran itu, tak pernah melepaskan gerak-gerik pangeran itu dari pandang mata mereka.
http://kangzusi.com
Seorang di antara dua orang kakek yang duduk berhadapan dengan Pangeran Kolo Gemet adalah Resi Mahapati. Resi itu masih tampak awet muda sungguhpun usianya sudah
mendekati enam puluh tahun, rambut, kumis dan jenggotnya masih hitam beka ramuan jamu-jamu rahasia yang
diminumnya dan dipakai meminyaki rambut-rambutnya.
Kakek ke dua lebih tua lagi, usianya tentu sudah enam puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan dia selalu memegang sebatang tongkat panjang yang bentuknya seperti tubuh ular.
Kakek ini adalah seorang yang sakti, yaitu Ki Durgakelana 860
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah kita kenal. Kakek pendeta penyembah Sang Batrhari Durgo yang pernah digempur oleh Sulastri, Sutejo, Joko Handoko dan Roro Kartiko dahulu. Adapun dua orang kakek yang berdiri di belakang Sang Pangeran adalah Ki Warak Jinggo dan Ki Kencono, dua orang kakek yang menjadi kawan-kawan Ki Durgakelana.
Semanjak Sutejo menghilang dan tidak pernah muncul
kembali ke Mojopahit, Resi Mahapati lalu mencari pembantu-pembantu baru dan Resi Harimurti lalu membawa tiga orang kakek sakti itu kepadanya. Akhirnya Sang Resi Mahapati yang pandai mengambil hati Pangeran Kolo Gemet, memuji-muji tiga orang kakek ini di depan Sang Pangeran mahkota dan akhirnya Kolo Gemet menerima mereka bertiaga menjadi pengawal-pengawal dan pembantunya. Ki Warak Jinggo dan Ki Sarpo Kencono siang malam bertugas menjaga
keselamatannya, membayangi ke manapun Sang Pangeran pergi,sedangkan Ki Durgokelana melakukan segala perintah Pangeran Kolo Gemat. Dan malam hari itu, di taman bunga yang indah, Pangeran Kolo Gemat kunjungan Resi Mahapati yang dihadiri pula oleh Ki Durgakelana, dan tentu saj tidak ketinggalan Ki Warak Jinggo dan Ki Sarpo Kencono berada di belakang Sang Pangeran seperti dua ekor anjing penjaga yang amat setia.
Sudah beberapa hari ini Sang Pangeran berwajah muram http://kangzusi.com
dan mudah marah-marah. Hal ini adalah karena hatinya murung dan kecewa. Beberapa hari yang lalu dia ikut dengan Resi Mahapati mengunjungi Ki Patih Nambi di waktu senja dan dalam kesempatan itu dia melihat seorang dara yang amat cantik jelita di dalam taman sari kepatihan. Dan tidak tahu bahwa peristiwa ini sudah diperhitungkan dengan tepat oleh Mahapati yang lebih dulu telah menyebar mata-mata sehingga dia tahu betul kebiasaan Sang Patih yang sering
bercengkerama dengan keluarganya di waktu senja itu sehingga ketika secara tiba-tiba dia datang, keluarga Ki Patih tidak dapat menghindar maka seperti secara kebetulan saja 861
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia mempertemukan Sang Pangeran dengan dara cantik jelita itu. Siapakah dara cantik itu" Dia adalah Dyah Wulandari, seorang gadis berusia enam belas tahun yang amat
cantik,berkulit kuning langsat dan halus tanpa cacat, wajahnya semringah segar seperti sekuntum bunga mawar bermandikan embun. Dara ini adalah keponakan dari Ki Patih Nambi yang men-yayangnya seperti anak sendiri karena dara itu, anak darai kakak perempuannya, adalah seorang anak yatim piatu dan sejak kecil dipelihara Ki Patih.
Orang muda adalah seperti air yang jernih, mudah sekali terkena kotoran dari manapun datangnya. Oleh karena itu pergaulan amatlah penting karena pergaulan ini dapat mempengaruhi orang muda, dapat mengotori air yang jernih itu. Keadaan sekeliling dalam pergaulan amat kuat untuk membentuk watak seorang muda.
Pangeran Kolo Gemet sejak kecil amat dimanja dan dituruti segala kemauannya.
Setelah dia didekati oleh Mahapati apalagi setelah dia mempunyai pembantu-pembantu seperti Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono, sebentar saja segala sifat-sifat pengejar kesenangan dari mereka itu telah menular kepadanya. Apalagi dalam, hal mengejar wanita! Bujukan-bujukan manis yang berbisa dari Ki Durgakelana yang memang memiliki watak cabul, cepat tertelan oleh Pangeran http://kangzusi.com
Kolo Gemet sehingga dalam waktu singkat saja Pangeran muda ini mulai menghambakan diri kepada pengejaran
kesenangan yang dinikmati dari pemuasan nafsu berahi.
Mulailah Pangeran ini memandang wanita dengan sinar mata lain dan dengan bantuan Ki Durgakelana yang pandai menggunakan ilmu hitam dan sihir, mulailah dia menikmati hubungan dengan wanita yang tentu saja amat mudah
didapatinya. Dari beberapa orang dayang keraton sampai abdi dalam, dari para seniwati istana sampai beberapa orang isteri dari ponggawa istana, banyak yang sudah menjadi korban 862
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecabulan Pangeran Kolo Gemet yang dibantu oleh Ki
Durgakelana itu!
Segala macam nafsu timbul dari pikiran. Pikiran yang membayang-bayangkan segala macam kenangan akan
kesenangan yang dirasakan, membangkitkan nafsu.
Celakanya,sekali nafsu dituruti, dia akan mencengkeram manusia sehingga Si Manusia tidak mampu lagi untuk
membebaskan diri darinya. Makin dituruti,makin kuatlah nafsu!
Nafsu apa saja, dan terutama sekali nafsu berahi. Makin kita membiarkan diri dicengkeraman, makin kuat dia
menguasai kita. Makin diberi makan, makin hauslah nafsu berahi, seperti sifatnya api, makin diberi makan makin berkobar dan makin ganas. Akan tetapi nafsu macam apa pun, betapa kuatnyapun, selalu didasari atas pikiran yang mengenangkan segala hal yang menyenangkan. Tanpa
adanya kenangan pikiran yang merupakan bahan bakar
terutama, maka api nafsu akan kehilangan kekuatannya dan akan padam dengan sendirinya.
Orang yang menjadi budak nafsu makin lama menjadi
makin lemah, hidupnya digerakkan oleh dorongan nafsu yang mengejar segala yang dianggapnya menyenangkan. Demikian pula Pangeran Kolo Gemet. Makin dia mengenal kenikmatan-kenikmatan dari perjinaan-perjinaan yang dilakukan dengan para wanita, makin hauslah dia untuk memuaskan nafsu http://kangzusi.com
berahinya. Maka, begitu dia melihat Dyah Wulandari, nafsu berahinya berkobar-kobar dan dia menjadi tergila-gila kepada keponakan dari KI Patih Nambi itu.
Ki Patih Nambi bukanlah seorang yang bodoh. Sekali
melihat saja sikap Pangeran itu, dia maklum bahwa ada bahaya mengancam diri keponakannya. Ki Patih ini sudah mendengar akan sepak terjang Pangeran Kolo Gemet yang suka mengganggu wanita.
Tentu saja hal ini membuatnya tidak senang, akan tetapi apakah yang dapat dia lakukan" Untuk menegur, tentu saja 863
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak berani. Untuk melaporkan kepada Sang Prabu Kertarajasa juga tidak berani, apalagi mengingat betapa raja yang sudah tua itu sakit-sakitan saja. Dia hanya menyesalkan keadaan Pangeran itu dan maklum bahwa kerusakan
Pangeran itu terutama adalah karena dimanja dan Ayahnya kurang memperhatikannya. Maka karena sudah tidak dapat menghindar lagi dan keponakannya bertemu dengan Sang Pangeran, dia membiarkan keponakannya memberi hormat dengan sembah yang dilakukan dengan lemah gemulai dan amat menggairahkan.
"Paman Patih, siapakah dara yang amat cantik jelita ini"
Tidak pernah saya melihatnya, dia cantik seperti bidadari dari khayangan!" Dengan terus terang dan tidak tahu malu, dengan sikap seorang hidung belang tulen, Pangeran muda itu memandang wajah Sang Ayu yang menunduk itu. Mendengar ucapan ini, dara itu menjadi merah wajahnya, menyembah lagi dan cepat dia meninggalkan tempat itu.
Ki Patih Nambi maklum bahwa tentu keponakannya itu
merasa malu dan takut mendengar kekasaran sikap Sang Pangeran, akan tetapi dia juga khawatir melihat
keponakannya pergi begitu saja, maka cepat di menjawab,
"Harap Paduka maafkanlah kecelingusannya, maklumlah dia tidak pernah bertemu dengan Paduka. Dia adalah keponakan saya, bernama Dyah Wulandari dan..... dia sudah bertunangan http://kangzusi.com
dengan seorang pemuda bernama Sarjitowarman, juga
seorang keponakan jauh dari isteri saya."
Ki Patih sengaja menyambung keterangannya dengan
bertunangan itu dan memang sikapnya itu tepat sekali. Dia melihat seolah-olah ada awan mendung menyelimuti wajah Sang Pangeran yang tadinya berseri-seri. "Dia.... dia sudah bertunangan....." Ahhh.... selamat, selamat, Paman Patih."
Sejak itulah, Sang Pangeran menjadi murung dan suka marah. Biarpun Ki Durgakelana mencoba menghiburnya dan menjanjikan wanita-wanita lain, namun tetap saja dia tidak 864
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senang dan yang dibayangkan hanya wajah Dyah Wulandari!
Hal ini dilihat oleh Ki Durgakelana dengan hati girang karena memang itulah yang dikehendaki oleh Resi Mahapati, maka diam-diam dia lalu melaporkan hal ini kepada Sang Resi Mahapati. Dan pada senja hari itu, Sang Resi Mahapati datang berkunjung dan diterima oleh Pangeran Kolo Gemet di dalam taman sari karena sudah dua hari dia sering termenung di taman sari dan enggan meninggalkan tempat indah penuh bunga ini, kecuali apabila hari sudah malam dan hawa udara sudah amat dinginnya.
Ketika Sang Resi Mahapati datang menghadap Pangeran Kolo Gemet dan melihat wajah pangeran yang murung itu, dia cepat memberi hormat kemudian bertanya, seolah-olah dia merasa heran padahal tentu saja dia sudah mendengar laporan selengkapnya dari Ki Durgakelana.
"Menurut wawasan hamba, Paduka termenung dan diliputi kerisauan hati. Apakah yang terjadi, Kanjeng Pangeran"
Ceritakan saja pada hamba dan hamba berjanji akan sanggup mengobatinya."
Pemuda itu cemberut dan memandang kepada Sang Resi.
"Sudah sepatutnyalah kalau Andika yang harus mengobatinya, Paman Resi, karena Andika pula yang menimbulkan
penderitaanku ini."
"Ehh?"" Sang Resi yang cerdik pura-pura kaget. "Apa yang http://kangzusi.com
Paduka maksudkan?"
"Paman Resi Mahapati, siapa yang membawa aku pergi
berkunjung ke rumah Paman Patih Nambi tempo hari?"
"Hamba yang mengajak Paduka. Kenapakah...?"
"Andika tentu telah melihat dara itu..... hemm, seperti bidadari khayangan dan namanya begitu indah, Dyah
Wulandari....." Pangeran itu menengadah dan memejamkan matanya sambil menarik napas panjang. Resi Mahapati 865
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertukar pandang dengan Ki Durgakelana yang
menyembunyikan senyum.
Tiba-tiba terdengar Resi Mahapati tertawa. Suara ketawa ini seperti memecahkan lamunan Sang Pangeran. Dia cepat menunduk, membuka mata memandang wajah Sang Resi dan berkata dengan nada suara menegur, "Apa yang ditertawakan, Paman Resi" Senangkah Andika melihat saya menderita" Atau lucukah kalau saya jatuh cinta kepada dara yang denok ayu itu?"
"Ampunkan hamba, Kanjeng Pangeran. Sama sekali bukan demikian. Hamba tertawa karena melihat Paduka merisaukan hal yang sebetulnya sederhana saja. Kalau Paduka
menghendaki seorang dara, mengapa hal itu dirisaukan benar" Wanita mana yang tidak akan bersembah sungkem di depan kaki Paduka, yang akan siap dan rela menyerahkan diri untuk melayani cinta kasih Paduka" Kalau memangPaduka gandrung kepada keponakan Ki Patih Nambi itu, apa sih sukarnya meraih Si Denok ke pangkuan Paduka?"
"Hemm, mudah dan enak saja Andika bicara, Paman Resi.
Kalau Wulandari itu anak atau isteri sekalipun dari seorang ponggawa biasa, tentu mudah aku memintanya.
Bahkan kalau dia itu puteri seorang raja muda di luar Mojopahit, juga aku akan melamarnya atau merampasnya.
Akan tetapi dia keponakan Paman Patih! Dan dia sudah http://kangzusi.com
bertunangan!"
"Apa salahnya, Gusti" Biar sudah menikah sekalipun, apalagi baru bertunangan,dapat saja diputuskan atau dibatalkan kalau Paduka menghendaki!"
"Ah, tapi dia keponakan Ki Patih Nambi!" pemuda itu berkata lagi sambil mengerutkan alisnya.
"Kalau begitu, mengapa" Paduka adalah Pangeran Mahkota dan Ki Patih hanya seorang abdi yang harus mentaati perintah Paduka."
866 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Andiaka seperti tidak tahu saja, Paman Resi. Kita sama tahu siapa adanya Paman Patih Nambi. Dia kepercayaan Kanjeng Romo! Kanjeng Romo tentu akan marah sekali kalau sampai aku berani mengganggu Paman Patih Nambi. Dia sudah memper- kenalkan keponakannya itu kepadaku dan bahkan menambahkan bahwa keponakannya itu telah
bertunangan dengan lain orang, hal itu berarti bahwa aku tidak boleh mengganggu Wulandari! Tidak ada jalan dan tidak ada alasannya. Kalau aku menggunakan kekerasan, tentu Kanjeng Romo akan marah kepadaku. Paman Resi,Andika harus menolongku..... ah, tidak kuat rasanya menanggung derita rindu ini!"
"Ha-ha-ha, segala hal kalau Paduka ceritakan kepada hamba, tanggung beres! Hamba yang mananggung bahwa
Paduka akan dapat meraih dara jelita itu ke dalam rangkulan Paduka,ke atas pangkuan Paduka tanpa ada bahaya
kemarahan dari Ramanda Paduka Kanjeng Gusti Sinuhun."
Sepasang mata yang sayu itu beserinar, wajah yang muram itu berseri. "Benarkah,Paman" Bagaimana caranya" Ohh, cepat katakan kepadaku!"
"Paduka tentu maklum bahwa biarpun Beliau menjadi
kepercayaan Sang Prabu, namun sebenarnya di balik wajah setia dari Ki Patih Nambi tersembunyi hati yang bengkok! Dia mempunyai hati yang condong kepada Lumajang, buktinya, http://kangzusi.com
Ayah kandungnya sendiri, Aryo Pranarojo, juga berada di Lumajang, bahkan kabarnya menjadi tangan kanan dari Adipati Lumajang, yaitu Aryo Wirorojo."
"Aku tahu, dan Kanjeng Romo juga sudah mengetahuinya, akan tetapi buktinya Ki Patih Nambi adalah seorang patih yang cakap dan setia. Apa hubungannya itu dengan Wulandari, Paman Resi?"
-o0^^d^w^^oo- 867 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 60 "Sekarang tiba saatnya untuk membuka kelemahannya itu, Kanjeng Pangeran. Kemarin hamba menerima laporan dari para penyelidik bahwa di kepatihan datang penyelidik bahwa di kepatihan datang seorang mata-mata dari Lumajang dan bermalam di kepatihan. Nah, kalau Paduka mendatangi kepatihan dan menyergap, menangkap mata-mata itu di kepatihan, bukankah hal itu akan membuka rahasia Ki Patih bahwa dia mempunyai hubungan dengan para pemberontak Lumajang?"
Sang Pangeran mengerutkan alisnya dan menggeleng-
geleng kepalanya. "Aku tahu betapa Kanjeng Romo paling tidak suka mendengar Lumajang dijelek-jelekkan.
Bahkan Kanjeng Romo selalu menganggap Lumajang
sebagai tempat orang-orang yang setia kepada Beliau. Kalau aku melakukan penangkapan terhadap orang Lumajang di rumah Paman Patih, hal itu hanya akan menimbulkan
kegemparan dan kemarahan kanjeng Romo. Tidak, Paman Resi, aku tidak mau mencampuri urusan pemerintahan selama Kanjeng Romo masih menjadi raja, dan hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Wulandari."
"Justru penangkapan atas diri orang Lumajang itu
merupakan satu-satunya jalan bagi Paduka untuk
mendapatkan diri Dyah Wulandari, Kanjeng Pangeran."
http://kangzusi.com
"Ehhh....?"" Sang Pangeran kini menjadi tertarik sekali dan mendekat. "Ceritakan,paman, Resi."
"Ketahuilah bahwa orang Lumajang itu bernama
Sarjitowarman."
"Ahh..." Orang yang dikatakan tunangan Dyah Wulandari?"
"Benar, Kanjeng Pangeran. Tunangan Dyah Wulandari dan juga keluarga Ki Patih,keponakan dari isteri Ki Patih."
"Dan dia mata-mata Lumajang?"
868 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, Kanjeng Pangeran."
Pangeran Kolo Gemet bengkit berdiri dan memandang
marah. "Paman Resi, apakah Andika hendak mempermainkan aku?"
Resi Mahapati pura-pura gugup dan cepat dia memberi hormat. "Harap Paduka tenang dan harap suka mendengarkan penjelasan hamba. Sarjitowarman tentu saja bukan mata-mata, melainkan datang berkunjung kepada pamannya dan tunangannya, tentu saja membawa pesan dan berita dari Aryo Pranarojo untuk puteranya, Yaitu Ki Patih Nambi. Akan tetapi, karena pemuda itu merupakan seorang asing di sini,juga seorang Lumajang, tentu saja Paduka dapat menangkapnya dengan tuduhan mata-mata Lumajang. Tentu tidak ada yang berani menentang, juga Ki Patih sendiri tidak berani kalau Paduka menangkap pemuda itu dengan dalih hendak
memeriksanya demi keselamatan kerajaan. Nah, setelah di Paduka tangkap, selanjutnya Ki Durgakelana yang akan memberi jalan untuk menyelamatkan pemuda itu, yaitu agar Dyah Wulandari sendiri yang menghadap Paduka. Selanjutnya, segala hal dapat diatur.....heh-heh!"
Makin berseri wajah Pangeran Kolo Gemet. Yang tebayang olehnya hanya dara yang denok ayu itu menyerah kepadanya dan betapa dia akan menikmati dara yang membuatnya
tergila-gila itu! Dia mendengarkan suara Resi Mahapati yang http://kangzusi.com
berbisik-bisik mengatur siasat, mengangguk-angguk puas.
Malam itu, rencana telah diatur untuk melaksanakan siasat Resi Mahapati yang cerdik itu.
Sang Resi Mahapati tidak pernah melepaskan ambisinya yang besar. Dia telah berhasil mengadu domba dan
meruntuhkan banyak tokoh yang dianggap dapat merintangi jalan menuju tercapainya cita-citanya, tanpa memperdulikan betapa jahat dan kejinya pelaksanaan untuk menjangkau cita-citanya itu. Kini, mulailah dia bersiasat untuk menanam kebencian antara Ki Patih Nambi dengan Pangeran Kolo 869
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gemet. Raja sudah tua dan setiap saat tentu Pangeran Mahkota yang akan naik tahta. Maka, Ki Patih Nambi harus lebih dulu disingkirkan, atau setidaknya diusahakan agar putera mahkota dan patihnya itu mempunyai dendam
atauatau saling bermusuhan! Dan jalan satu-satunya untuk berhasil, mengingat bahwa Ki Patih Nambi adalah seorang bijaksana yang sukar sekali dibujuk, adalah mempergunakan kelemahan Pangeran Kolo Gemet terhadap wanita.
Pada keesokan harinya, tentu saja Ki Patih Nambi terkejut bukan main ketika para pengawal melaporkan akan
kedatangan Pangeran Kolo Gemet yang diikuti oleh sepasukan pengawal pangeran yang kelihatan marah-marah itu! Cepat Ki Patih Nambi lalu menyambut keluar dan dia makin terkejut dan heran ketika Pangeran Mahkota itu langsung saja berkata kepadanya dengan suara lantang dan kaku, "Paman
Patih,harap Paman serahkan mata-mata dari Lumajang itu kepadaku!"
Sepasang mata Ki Patih Nambi terbelalak dan alisnya terkerut. "Apakah yang Paduka maksudkan?" tanyanya
bingung. "Paman tidak perlu berpura-pura. Jangan mengira bahwa aku tidak tahu. Ketahuilah bahwa sebagai seorang Pangeran Mahkota, diam-diam aku pun memasang penyelidik-penyelidik untuk mengetahui keadaan kerajaan. Kemarin di sini datang http://kangzusi.com
seorang dari Lumajang dan bermalam di kepatihan. Tidak benarkah itu?"
Ki Patih tersenyum lega. "Ah, dia" Memang benar, Kanjeng Pangeran. Kemarin ada datang seorang keponakan saya dari Lumajang yang bernama Sarjitowarman, akan tetapi dia adalah keponakan saya sendiri dan bukan mata-mata...."
"Paman Patih! Sebagai seorang ponggawa Mojopahit, tentu Paman cukup mengerti bahwa urusan negara lebih penting daripada urusan pribadi! Harap Paman suka menyuruh orang Lumajang itu keluar agar dapat kuperiksa dan kutanyai dia."
870 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati tidak enak Patih Nambi lalu menyuruh
pengawalnya yang segera masuk dan tak lama kemudian pengawal itu kembali lagi bersama seorang pemuda yang tampan. Melihat bahwa di samping Pamannya di situ terdapat pula Pangeran Mahkota pemuda itu cepat duduk bersila dan menyembah dengan sikap hormat.
Pangeran Kolo Gemet menatap wajah pemuda itu dan
bibirnya tersenyum mengejek.
Begini sajakah tunangan Dyah Wulandari" Demikian
hatinya mengejek. Tidak seberapa!
"Heh, kau orang Lumajang?" Dia membentak dengan sikap congkak.
Pemuda itu menyembah dan menjawab, "Benar, Kanjeng
Pangeran."
"Siapa namamu?"
"Hamba bernama Sarjitowarman, Gusti."
"Kau datang membawa berita-berita dari Lumajang,
bukan?" Pemuda itu mulai kelihatan gelisah, akan tetapi dia mengangguk. "Benar, Kanjeng Pangeran," katanya lirih, karena memang dia tidak mebohong. Bukankah dia diutus oleh Aryo Pranarojo untuk menyampaikan berita keselamatan http://kangzusi.com
Pendekar Kembar 14 Pendekar Naga Mas Karya Yen To Pendekar Jembel 7
^