Pencarian

Kemelut Di Majapahit 16

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 16


kepada Pamannya di Mojopahit"
"Kau menyampaikan berita rahasia dan melakukan
penyelidikan di sini, memata-matai Mojopahit?"
Ki Patih Nambi memandang dengan kaget dan hendak
memprotes, akan tetapi Sang Pangeran mengangkat tangan mencegahnya. Pemuda itu juga terkejut sekali dan menjawab gagap, "Ti..... tidak, Kanjeng Pangeran...."
871 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bohong! Tangkap dia!" bentak Sang Pangeran kepada para pengawalnya dan majulah Warak Jinggo, menagkap dan mengikat kedua tangan pemuda itu.
Ki Patih Nambi melangkah maju hendak mencegah, akan tetapi pada saat itu Ki Durgakelana berkata, "Harap Paduka tenang, Gusti Patih. Ingat bahwa yang menagkap adalah Gusti Pangeran Pati sendiri."
Mendengar ini, Ki Patih Nambi menahan kemarahannya dan menghadapi Pangeran Kolo Gemet, memandang tajam dan bertanya dengan suara kaku, "Kanjeng Pangeran, apakah artinya penangkapan yang Paduka lakukan terhadap
keponakan saya ini?"
Pangeran muda itu tersenyum mengejek. "Artinya" Artinya adalah bahwa saya telah menangkap seorang dari Lumajang yang disangka mata-mata dan dia akan diperiksa sampai ada bukti bahwa dia tidak bersalah, Paman Patih. Apakah Andika keberatan dengan tugasku itu" Biarpun dia adalah
keponakanmu, akan tetapi saya harus mangutamakan
keselamatan Mojopahit, Paman Patih."
Tentu saja Patih Nambi tidak dapat menjawab dan tidak berani menyatakan keberatan dan dia hanya memandang dengan wajah pucat ketika pangeran dan pasukannya pergi sambil membawa Sarjitowarman sebagai seorang tawanan.
Setelah rombongan itu pergi jauh, barulah Ki Patih Nambi http://kangzusi.com
melihat bahwa kakek itu masih berada di situ. Dia mengenal kakek ini sebagai seorang kepercayaan dan pengawal
Pangeran, seorang yang kabarnya memiliki kesaktian dan bernama Ki Durgakelana.
Ki Patih memandang heran dan matanya mengandung
penuh pertanyaan.
"Eh, Paman masih berada di sini?" tanyanya.
872 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya ingin membicarakan hal tadi dengan Paduka, Gusti Patih," jawab Ki Durgakelana kepada Patih Nambi sambil melirik ke arah para pengawal.
Patih itu maklum dan segera berkata, "Mari kita masuk ke ruangan tamu dan bicara, Paman Durgakelana."
Mereka memasuki sebuah kamar di serambi depan dan
setelah mereka duduk berdua,Ki Patih Nambi manarik napas panjang menekan ketegangan hatinya dan bertanya, "Apakah yang akan Andika sampaikan Paman?"
"Maafkan saya, Gusti Patih. Sesungguhnya, saya merasa ikut prihatin menyaksikan penangkapan yang dilakukan oleh Gusti Pangeran tadi. Terus terang saja, Gusti Pangeran melakukan penagkapan itu atas pelaporan penyelidik yang melihat orang asing di sini apalagi ketika mendengar bahwa pemuda itu datang dari Lumajang.
Gusti Pangeran yang amat membenci orang-orag Lumajang tentu saja menjadi marah dan melakukan penangkapan."
"Habis, apa yang dapat saya lakukan atau Andika lakukan, Paman?"
"Saya akan berusaha menolong, akan tetapi harus dicarikan jalan yang baik, Gusti Patih. Kenyataan bahwa Sarjitowarman itu keponakan Paduka bukanlah merupakan alasan yang kuat.
Harus ada alasan yang lebih kuat yang mengikatkan dia http://kangzusi.com
dengan Mojopahit....."
"Ah, dia bukan hanya keponakanku, akan tetapi juga calon suami keponakanku Dyah Wulandari! Itulah sebabnya maka dia sering berkunjung ke Mojopahit, selain untuk mengunjungi kami, terutama sekali untuk menjenguk tunangannya."
"Ahh! Begitukah?" Wajah Ki Durgakelana itu berseri-seri, seolah-olah dia baru tahu akan hal ini. "Kalau begitu, itulah satu-satunya jalan untuk membebaskan dia!"
"Maksudmu?"
873 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti Pangeran paling lemah menghadapi wanita, maka kalau keponakan Paduka itu menghadap Gusti Pangeran dan mengajukan permohonan agar pemuda itu dibebaskan karena pemuda itu adalah calon suaminya, tentu Gusti Pangeran akan mereda kemarahannya dan melihat bukti bahwa pemuda itu tidak bersalah."
Sang Patih mengerutkan alisnya. "Akan tetapi....." Dia tidak melanjutkan kata-katanya karena hatinya bimbang. Dia tentu saja sudah mendengar bahwa Pangeran Kolo Gemet adalah seorang pria mata keranjang dan suka menganggu wanita.
Akan tetapi dia pun tentu saja tidak berani menyatakan suara hatinya ini di depan Ki Durgakelana,orang kepercayaan Sang Pangeran. Maka dia termenung bimbang.
"Selain itu, kiranya tidak ada cara lain untuk menolong pemuda tadi, Gusti Patih. Urusan ini cukup gawat,
menyangkut soal tuduhan mata-mata. Ikatan antara Paduka dan pemuda itu hanyalah sebagai paman dan keponakan luar.
Kurang kuat untuk mematahkan belenggu persangkaan itu.
Akan tetapi ikatan antara calon suami isteri tentu lebih kuat dan Gusti Pangeran tentu lebih mempercayai puteri
keponakan Paduka."
Ki Patih tetap termenung penuh keraguan. Dan Ki
Durgakelana menggunakan kesempatan itu untuk mendesak,
"Saya kira, paling tepat kalau puteri keponakan Paduka itu http://kangzusi.com
sekarang juga menghadap Gusti Pangeran di istananya sebelum ada keputusan dijatuhkan atas diri pemuda itu. Dan sebaiknya di waktu menghadap ditemani saja oleh seorang dayang. Saya sudah bicara terlalu banyak, terdorong oleh rasa iba, Gusti Patih. Nah, saya mohon diri." Kakek Raksasa itu memberi hormat lalu meninggalkan tempat itu, diantar oleh ucapan terima kasih dari Ki Patih Nambi yang masih ragu-ragu.
Ketika Ki Patih Nambi memasuki ruangan dalam, dia
disambut oleh tangis isterinya dan tangis Dyah Wulandari.
874 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar keponakan ditangkap, tentu saja isteri Ki Patih merasa khawatir dan berduka sekali. Demikian pula Dyah Wulandari, karena dara cantik jelita ini sejak kecil telah mengenal Sarjitowarman dan setelah menjadi tunangannya, dia jatuh cinta kepada pemuda calon suaminya itu.
Ki Patih Nambi duduk dengan penuh kegelisahan, lalu dia menceritakan usul yang disampaikan oleh Ki Durgakelana tadi.
Mendengar ini, Dyah Wulandari lalu bangkit dan berkata,
"Kalau begitu, saya akan menghadap Gusti Pangeran, Kanjeng Paman!"
Wajah yang cantik itu agak pucat dan kedua pipinya basah air mata.
"Akan tetapi....ah, hatiku khawatir kalau aku menghadap Beliau, Wulan!" kata Ki Patih.
"Apa yang dikhawatirkan?" isterinya membantah. "Kalau memang hanya itu jalannya untuk membebaskan Warman, biarlah Wulan pergi menghadap. Sudah selayaknya seorang calon isteri membuktikan darma baktinya kepada suami."
"Akan tetapi..... Gusti Pangeran itu terkenal mata keranjang dan......"
"Ahhh, mana dia berani mengganggu keponakan Paduka?"
Akhirnya setelah Wulandari dan isterinya mendesak, Ki http://kangzusi.com
Patih Nambi menyetujui juga, melepaskan keponakannya itu pergi dengan diantar oleh seorang dayang tua,dengan hati tidak enak. Akan tetapi dia masih berharap bahwa Sang Pangeran tidak akan berani mengganggu dara itu dan
memandang kepadanya.
Ketika Wulandari dan dayang yang mengantarnya tiba di istana Pangeran Kolo Gemet,dia segera dipersilakan masuk dan seketika tiba di ruangan dalam, dayang itu tidak diperkenankan masuk terus dan Dyah Wulandari diantar oleh 875
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal sampai ke depan sebuah kamar yang pintunya tertutup.
"Kanjeng Gusti Pangeran menanti di dalam kamar ini, harap Andika masuk saja," kata Ki Sarpo Kencono yang menjaga di depan kamar itu bersama Ki Warok jinggo.
Keduanya menyeringai penuh arti dan dyah Wulandari
merasa seram terhadap dua orang kakek raksasa yang kasar dan buruk rupa itu. Maka dia lalu membuka daun pintu dan bergegas memasuki kamar itu. Sebuah kamar yang besar sekali.
"Klik!" Dyah Wulandari terkejut dan menengok, kiranya daun pintu itu telah ditutupkan kembali oleh tangan-tangan raksasa di luar tadi. Dia membalik lagi dan memandang ke dalam kamar.
Kamar itu besar dan mewah sekali, juga berbau harum seperti kamar pengantin. Di sudut kamar itu terdapat sebuah pembaringan yang amat indah bertilam sutera merah muda yang tersulam bunga-bunga kuning dan daun-daun hijau.
Lantainya terhias permadani tebal dan semua perabot kamar itu merupakan benda-benda yang mahal dan indah. Di atas sebuah meja dekat pembaringan tersedia minuman-minuman dalan guci dan cawan-cawan terbuat daripada emas dan perak. Pendeknya, belum pernah selama hidupnya Dyah Wulandari melihat kamar semewah dan seindah itu biarpun http://kangzusi.com
kamar-kamar di istana kepatihan juga merupakan kamar-kamar yang mewah bagi ukuran rakyat biasa. Akan tetapi Wulan jadi tidak begitu memperhatikan segala keindahan itu.
Jantungnya berdebar-debar penuh ketegangan, kegelisahan dan ketakutan dan kedua kakinya menggigil, tidak lagi dapat digerakkan ketika dia melihat seorang pemuda dengan pakaian sarung tipis menyelimuti tubuhnya yang telanjang, sedang duduk di atas pembaringan itu. Pemuda itu bukan lain adalah Sang Pangeran Kolo Gemet yang memandang
876 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya dengan mulut tersenyum dan sepasang mata yang seolah-olah menelannya bulat-bulat!
"Ahhh... Si Dewi Kahyangan...... Dyah Wulandari! Akhirnya kau datang juga kepadaku, bocah denok ayu?" Sang Pangeran bangkit berdiri dan menyambutnya dengan kata-kata yang membuat Wulandari makin ketakutan itu.
Saking takutnya, Wulandari tidak dapat lebih lama lagi berdiri, dia lalu mendeprok dan duduk di atas lantai sambil menyembah. "Mohon.... mohon belas kasihan Paduka,
Gusti...." dia berkata dengan suara gemetar.
"Ah, jangan begitu, cah ayu. Jangan duduk di bawah, mari kita duduk di sini dan bicara dengan baik dan enak.
Marilah....." Sang Pangeran menggapai.
Wulandari memandang dengan muka pucat dan mata
terbelalak ketakutan lalu menggeleng kepala dan berkata lebih lirih, "Hamba.... hamba.....biar hamba duduk di sini saja........"
"Ah mana bisa begitu" Tidak enak bicara begini. Marilah, sayang kita bicara sambil duduk di sini. Marilah!" Pangeran Kolo Gemet menghampiri dara itu yang menggigil ketakutan, memegang tangannya dan menariknya berdiri. Karena takut, Dyah Wulandari terpaksa bangkit berdiri. Sukar kakinya melangkah, akan tetapi dengan sikap halus dan mesra pangeran itu menggandengnya dan merangkul pinggangnya, http://kangzusi.com
menarik ke depan dan diajak menghampiri pembaringan yang lebar dan indah itu.
"Nah, duduklah di sini dan mari kita bicara seenaknya." Dia memaksa Dyah Wulandari duduk di tepi pembaringan.
Pembaringn itu lunak dan halus, akan tetapi terasa oleh dara itu seperti ada bara api membakar pinggulnya atau ada ujung-ujung keris tajam menusuk pinggulnya ketika dia duduk sehingga duduknya mepet di sudut dan hanya menempelkan pinggulnya di tepi pembaringan, mukanya menunduk,
sebentar pucat sebentar merah, jantungnya berdebar-debar 877
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga terdengar olehnya bunyi debur jantungnya yang makin mengencang.
Melihat dara itu ketakutan, Pangeran Kolo Gemet
melepaskan pegangan tangannya,kemudian dia pun duduk di samping dara itu, bertanya dengan halus, "Diajeng Wulandari yang manis, yang cantik jelita, yang membuat aku seperti gila dalam beberapa hari ini, sungguh aku merasa kejatuhan bulan melihat engkau masuk ke dalam kamarku. Diajeng, sekarang katakanlah, apa yang membawa Diajeng datang ke sini menemui aku" Apakah karena engkau merasakan desakan rindu hatiku, jeritan hatiku setiap malam di waktu aku bermimpi dan bertemu denganmu?"
Dyah Wulandari merasa kepalanya pening karena
jantungnya yang berdebar keras itu sehingga semua ucapan itu seperti terdengar amat jauh baginya. Kata-kata yang amat asing baginya, kata-kata rayuan yang belum pernah
didengarnya semula.
Bahkan tunangannya sendiripun Sarjitowarman, belum
pernah mengeluarkan kata-kata merayu seperti itu.
Sarjitowarman hanya menyampaikan rasa cinta kasihnya melalui senyum dan pandang mata, Sarjitowarman! Untuk tunangannya itulah dia kini berada di kamar ini! Teringat akan tunangannya yang ditangkap, timbul pula keberanian di hati Wulandari dan kini dia mengangkat muka, memadang wajah http://kangzusi.com
pangeran yang tampan dan mengerikan baginya itu.
"Pangeran..." Dia berhenti lagi, kerongkongannya terasa tersumbat ketika dia melihat pandang mata pemuda itu demikian liar dan seperti hendak menelanjanginya,maka dia terpaksa menundukkan mukanya lagi. "Hamba datang
menghadap Paduka karena hamba hendak mengajukan
permohonan....."
"Ah, gembira sekali hatiku bahwa orang seperti engkau suka minta sesuatu dariku, Diajeng Wulandari. Permintaan apakah itu?"
878 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba mohon agar Paduka suka mengampunkan....
Kakangmas Sarjitowarman. Dia bukanlah mata-mata
Lumajang, Pangeran. Dia datang ke mojopahit karena
memang mempunyai keperluan pribadi, yaitu..... untuk mengunjungi hamba. Hamba adalah tunangannya, calon
isterinya, maka sudah sepantasnya kalau dia kadang-kadang untuk mengunjungi hamba, dan juga mengunjungi Kanjeng Paman Nambi, karena Kakangmas Sarjitowarman adalah
keponakan dari Kanjeng Bibi. Maka, hamba mohon
kebijaksanaan dan belas kasihan Paduka, sudilah kiranya Paduka membebaskan Kakangmas Sarjiowarman." Setelah berbicara, dara itu merasa tenang dan dapat bicara dengan lancar.
"Ah, tentu saja.... tentu saja....! Dengan senang hati aku akan menolongmu dan memenuhi permintaanmu. Apa lagi baru permintaan seringan itu, biar engkau minta bulan pun akan kulaksanakan, Diajeng Wulandari. Akan tetapi tentu saja tidak ada kebaikan tanpa dibalas, dan aku yakin engkau adalah seorang yang mengenal budi."
Dara itu menjatuhkan diri berlutut dan menyembah.
"Terima kasih atas kebijaksanaan Paduka. Budi Paduka tidak akan hamba lupakan selama hidup..."
"Ah, tidak perlu begini, manis. Aku cinta padamu asal engkau bersikap manis dan suka melayaniku dengan suka rela http://kangzusi.com
dan manis, kuanggap budi ini sudah cukup terbalas. Marilah, sayang, aku cinta padamu.... ah, betapa rinduku kepadamu, Wulandari." Pangeran itu mendekat dan merangkul.
"Ihhhh......!" Dyah Wulandari menjerit kecil. "Jangan.....
jangan, Kanjeng Pangeran, jangan.......!" Dia meronta dan bangkit berdiri lalu melangkah mundur, dadanya berombak, mukanya pucat dan matanya terbelalak, seperti mata seekor kelinci menghadapi seekor harimau yang akan menubruknya dan mencabik-cabik dagingnya.
879 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alis pangeran itu berkerut. "Wulandari, baru saja kau mengakatakan bahwa sampai mati kau tidak akan melupakan budiku, akan tetapi sekarang agaknya sudah kau lupakan!"
Aku cinta padamu dan aku ingin engkau melayani cintaku dengan suka rela tanpa paksaan..... Diajeng, percayalah, aku sungguh tergila-gila kepadamu....."
Pangeran itu menghampiri, menangkap pergelangan
tangan dara itu, menariknya dan mendekapnya lalu
mendekatkan mukanya hendak mencium.
"Tapi.... tapi hamba akan menjunjung tinggi Paduka
sebagai seorang sesembahan yang bijaksana....... bukan untuk bersikap seperti.... itu....."
"Wulandari, pemuda Lumajang itu mestinya harus mati, akan tetapi demi melihatmu aku suka mengampuninya dan mengembalikan nyawanya kepadamu. Dan untuk pengganti nyawanya, aku hanya minta agar engkau suka melayaniku dengan manis budi. Bukankah itu sudah adil" Aku cinta padamu dan aku ingin engkau melayani cintaku dengan suka rela tanpa paksaan..... Diajeng, percayalah, aku sungguh tergila-gila kepadamu....." Pangeran itu menghampiri, menangkap pergelangan tangan dara itu, menariknya dan mendekapnya lalu mendekatkan mukanya hendak mencium.
"Tidak... eh, jangan.... ampunkan hamba... jangan......!"
Wulandari meronta-ronta,dan sukar bagi pangeran itu untuk http://kangzusi.com
dapat mencium bibirnya karena dara itu mengelak terus dan mendorong-dorong sehingga akhirnya Pangeran Kolo Gemet melepaskan rangkulannya. Mukanya menjadi merah, matanya liar dan napasnya mendengus-dengus, tanda bahwa dia marah dan nafsu berahinya sudah membuat matanya galap.
"Engkau menolak" Sungguh-sungguh engkau berani
menolak cintaku?"
Wulandari menangis terisak-isak dan menjatuhkan dirinya di atas lantai, menyembah-nyembah. "Ampunkan hamba, 880
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gusti..... hamba akan menjunjung Paduka sebagai seorang sesembahan yang bijaksana, yang pemurah, akan tetapi jangan Paduka menghendaki yang itu.... karena hamba sudah bertunangan, hamba sudah mempunyai seorang calon
suami...."
"Kalau begitu kau ingin melihat tunanganmu itu mampus?"
"Ampun, Gusti.... ampunkan hamba, ampunkan dia.... demi para dewata yang agung, ampunkan hamba dan dia...."
Wulandari meratap.
"Wulandari, jawablah pertanyaanku yang terakhir ini.
Maukah engkau melayaniku dengan suka rela" Kalau mau, ke sinilah dan duduklah di pembaringan ini. Kalau tidak mau jawab saja sejujurnya!" suara Pangeran itu lantang dan penuh kemarahan.
Dyah Wulandari menyembah, suaranya tergagap karena
terganggu tangisnya, "Ampunkan....hamba.... hamba.......
tidak mungkin dapat melakukan hal itu, biar sampai mati sekalipun...., harap Paduka suka mengampuni hamba..."
"Keparat!" Pangeran Kolo Gemet lalu bertepuk tangan tiga kali dan daun pintu kamar itu terbuka cepat dari luar dan dua orang kakek raksasa itu sudah meloncat ke dalam. Mereka memandang kepada Sang Pangeran, hatinya merasa lega melihat Sang Pangeran tidak apa-apa hanya kelihatan marah, http://kangzusi.com
lalu mereka memandang kepada dara yang menangis dan berlutut di atas lantai itu.
"Bawa mata-mata Lumajang itu ke sini!" bentak Pangeran Kolo Gemet dengan penuh kegeraman.
"Baik, Gusti Pangeran!" jawab Warak Jinggo dan dia lalu meloncat keluar,sedangkan Sarpo Kencono masih berdiri di situ.
"Sarpo Kencono siapkan tali untuk meringkus mata-mata itu!"
881 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sarpo Kencono menyembah lalu keluar dari dalam kamar.
Seluruh tubuh Dyah Wulandari menggigil penuh ketegangan dan kegelisahan. Dia maklum bahwa dia telah membikin marah pangeran, dan dia tidak dapat membayangkan apa yang hendak dilakukan oleh pangeran itu kepada
tunangannya. Tak lama kemudian terdengar langkah-langkah kaki
menghampiri pintu kamar dan muncullah Warak Jinggo yang mendorong tubuh Sarjitowarman memasuki kamar, diikuti Sarpo Kencono yang membawa tali. Kedua tangan pemuda Lumajang itu sudah dibelenggu ke belakang tubuhnya, mukanya pucat dan rambut serta pakaiannya kusut awut-awutan. Ketika dia melihat bahwa Dyah Wulandari berada di dalam kamar itu,berlutut sambil menangis, dia terkejut bukan main.
"Diajeng....!" teriaknya lirih tertahan karena Warak Jinggo sudah menekan pundaknya sehingga dia menjatuhkan diri berlutut.
-o0o-de-0o0- Jilid 61 "Kakangmas....!" Dyah Wulandari juga menjerit lalu
http://kangzusi.com
menangis sesenggukan.
"Ikat dia di tiang pojok itu kuat-kuat, hadapkan ke sini!"
Sang Pangeran membantak dan dua orang pengawalnya lalu menyeret tubuh Sarjitowarman ke pojok di mana terdapat tiang besar berukir indah, kemudian dengan kasar pemda itu ditelikung pada tiang itu. Tali yang kuat dan panjang itu dilibat-libatkan tubuhnya dari kaki sampai ke dada sehingga pemuda itu sama sekali tidak mampu bergerak lagi, hanya memandang ke arah tunangannya dengan penuh
kekhawatiran. 882 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Dyah Wulandari menangis makin hebat, mencoba untuk lari menghampiri tunangannya, akan tetapi Pangeran Kolo Gemet menghadang dan mendorongnya
sehingga dara itu terhuyung dan jatuh ke atas pembaringan.
Dia cepat turun lagi dan menyembah-nyembah sambil
menangis sesenggukan.
"Gusti Pangeran, Paduka boleh menyiksa hamba, boleh membunuh hamba, akan tetapi janganlah Paduka
mengganggu Diajeng Wulandari!" Sarjitowarman berteriak dengan marah, matanya terbelalak berapi-api ditujukan kepada Pangeran Kolo Gemet.
Pangeran itu meloncat dan menampar pipi pemuda itu.
"Plakkk!" Dan darah mengalir dari ujung bibir yang pecah.
"Tutup dan ikat mulutnya yang lancang dengan kain agar tidak mampu mengeluarkan suara!" bentak Sang Pangeran dengan geram. Warak Jinggo lalu mempergunakan sehelai kain hitam untuk mengikat mulut Sarjitowarman sehingga pemuda itu kini selain tubuhnya terbelenggu, juga mulutnya tertutup ikatan yang erat sehingga sama sekali tidak mampu bersuara, hanya matanya saja yang masih dapat memandang dengan marah.
"Sekarang keluarlah kalian, jaga di depan pintu, jangan perkenankan siapapun masuk ke kamar ini!"
http://kangzusi.com
Dua orang kakek itu saling pandang, tersenyum lalu
menyembah dan mengundurkan diri ke luar kamar,
menutupkan daun pintu dan menjaga di luar kamar itu.
Pangeran Kolo Gemet lalu menghampiri Dyah Wulandari yang masih berlutut sambil menangis itu. "Nah, Wulandari, bagaimana sekarang" Apakah engkau masih bersikeras tidak mau memenuhi permintaanku?"
"Ampunkan, Gusti..... hu-hu-huhhh....... ampunkan hamba berdua...., lebih baik Paduka bunuh saja hamba berdua..... hu-huhhhhh......." Dara itu menangis tersedu-sedu.
883 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kolo Gemet menjadi semakin penasaran dan marah. "Baik, kalau begitu kaulihat dia ini tersiksa!" Dengan langkah lebar dia menghampiri Sarjitowarman yang terbelenggu di tiang.
"Brettt......!" Sekali renggut, robeklah baju pemuda itu sehingga dadanya nampak telanjang. Pangeran Kolo Gemet lalu mencabut kerisnya.
"Aku akan membunuhnya perlahan-lahan di depan
matamu. Lihat baik-baik.....!"
Pangeran itu lalu menggunakan ujung kerisnya menggurat kulit dada pemuda itu.
Darah mengucur dari luka memanjang dan Sarjitowarman memejamkan mata menahan nyeri, hanya alisnya saja yang berkerut.
"Pangeran......!" Dyah Wulandari yang tadi memandang terbelalak, kini menjerit dan menubruk kaki pangeran itu, menyembah-nyembah, "Ampunkan dia.... ampunkan hamba....
demi para Dewata Yang Agung ampunkan dia....."
Pangeran Kolo Gemet tersenyum mengejek. "Ampun"
Mudah saja, manisku. Tentu saja aku akan mengampunkan kalian kalau saja engkau tidak keras kepala seperti itu. Nah, kau duduklah di pembaringan itu, hentikan tangismu dan bersiaplah untuk melayaniku dengan manis."
http://kangzusi.com
"Tapi.... tapi..."
"Apa kau ingin melihat dadanya kurobek-robek?" pangeran itu membentak dan dengan muka pucat Dyah Wulandari lalu bangkit dan melangkah manuju ke pembaringan, akan tetapi tiba-tiba dia menoleh dan memandang kepada Sarjitowarman Pemuda ini tidak mampu bersuara atau bergerak, akan tetapi dia masih dapat menggeleng-gelengkan kepalanya, memberi isyarat yang jelas agar tunangannya itu tidak memenuhi kehendak Sang Pangeran.
884 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba......hamba tidak dapat....." Akan tetapi kata-kata itu terhenti dan berubah menjadi jeritan lalu dia lari dan menubruk kaki pangeran itu ketika ujung keris itu kini dengan gerakan kasar dan marah menyambar dan mencoret-coret di atas dada yang telanjang itu sehingga dada itu kini belepotan darah dengan guratan-guratan merah malang melintang.
"Engkau masih berani membantah?" Pangeran itu
membentak. "Baik... baik.... Gusti, akan tetapi jangan...... jangan siksa dia....." Dengan ketakutan dan hati penuh kengerian melihat tunangannya disiksa seperti itu, Dyah Wulandari lalu setengah berlari menuju ke pembaringan dan duduk di situ dengan mata terbelalak dan muka pucat ketakutan terdengar rintih tangis Dyah Wulandari bersama rintih yang keluar dari kerongkongan Sarjitowarman yang hanya dapat memejamkan matanya rapat-rapat, akan tetapi air matanya menetes membasahi kedua pipinya.
"Ha-ha-ha, nah, begitu baru baik dan manis." Dia lalu menyimpan kerisnya dan memandang wajah Sarjitowarman.
"Dan kau! Berani benar kau ya" Nah, untuk keberanianmu itu, hendak kulihat apakah engkau cukup berani untuk menonton apa yang akan terjadi!"
Sepasang mata Sarjitowarman kini memandang tanpa
mengenal takut, tanpa rasa hormat, dan dia seolah-olah http://kangzusi.com
hendak mencekik pangeran itu dengan pandang matanya.
Akan tetapi pangeran Kolo Gemet hanya tertawa lalu
dengan langkah lebar menghampiri pembaringan.
"Gusti.... jangan.... jangan....!" Keluhan Wulandari itu makin menghebat keika pangeran itu menubruknya sehingga dia roboh terjengkang dan terlentang di atas pembaringan dan dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri, namun tentu saja dia kalah tenaga dan dia pun agaknya takut kalau-kalau pangeran itu akan menyiksa tunangannya lagi. Akhirnya, 885
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluhannya itu berubah menjadi jeritan-jeritan menyayat hati, kemudian di dalam kamar itu hanya terdengar rintih tangis Dyah Wulandari bersama rintih yang keluar dari kerongkongan Sarjitowarman yang hanya dapat memejamkan matanya
rapat-rapat, akan tetapi air matanya menetes membasahi kedua pipinya.
Selama sehari itu, berkali-kali Dyah Wulandari roboh pingsan dan kalau tidak pingsan, terdengarlah rintihan dan tangisnya, keluhan dan sambatnya minta mati akan tetapi yang hanya dijawab dengan suara ketawa dan bujuk rayu Sang Pangeran.
Karena asyik dengan pelampiasan nafsu-nafsu kotornya, Sang Pangeran tidak tahu betapa di luar pintu muncul Resi Mahapati yang berbisik-bisik dengan dua orang kakek pengawalnya, dan Resi Mahapati mengangguk-angguk
tersenyum puas ketika mendengar suara rintihan-rintihan yang mengenaskan dari Dyah Wulandari di dalam kamar itu. Lalu kakek itu cepat meninggalkan istana pangeran dan bergegas mengunjungi kepatihan, di mana Patih Nambi masih menanti kembalinya keponakannya dengan hati gelisah.
Ki Patih Nambi menerima kunjungan Resi Mahapati yang kelihatan gugup dan gelisah itu dengan hati tidak enak. Dan sebelum Ki Patih dapat bertanya, Resi Mahapati telah mendahuluinya dengan suara gugup, "Celaka, Adimas Patih!
http://kangzusi.com
Paduka harus cepat-cepat bertindak, kalau tidak maka celakalah....."
Biasanya, menghadapi segala macam persoalan, Ki Patih Nambi selalu bersikap tenang, akan tetapi sekarang karena hatinya sejak pagi tadi sudah gelisah memikirkan Dyah Wulandari yang tak kunjung pulang, dia menjadi pucat mendengar ini. "Kakang Resi Mahapati! Apakah yang telah terjadi"
"Saya baru saja mendengar bahwa keponakan Paduka,
Dyah Wulandari, telah ditangkap oleh Sang Pangeran!"
886 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih Nambi mengerutkan alisnya. Dia memang sudah mengkhawatirkan hal ini,akan tetapi dia ingin mendengar lebih banyak dari resi yang dia tahu memiliki hubungan akrab dan dekat dengan Sang Pangeran itu. "Apa dosanya, Kakang Resi"
Keponakan saya itu hanya pergi menghadap Sang
Pangeran untuk mohon dibebaskannya tunangannya."
Resi Mahapati menarik napas panjang, kelihatan bingung dan khawatir sekali. "Saya sendiri hanya mendengar dari para pengawal Gusti Pangeran bahwa keponakan Paduka itu di tangkap dan dituduh membantu mata-mata dari Lumajang.
Saya harap Paduka cepat-cepat pergi mendatangi pangeran untuk menolong keponakan Paduka itu, Dimas Patih."
Ki Patih Nambi adalah seorang yang bijaksana. Dia tahu bahwa kalau dia menuruti nasihat ini, dia hanya akan membuat suasana menjadi tambah panas dan keruh. Dia menggeleng kepalanya. "Gusti Pangeran berhak untuk
menahan siapa pun yang dia curigai, Kakang Resi. Saya tidak berhak mencampuri, biarpun hal ini menyangkut urusan keponakan saya sendiri."
"Apa?" Resi Mahapati terbelalak. "Paduka maksudkan
bahwa Paduka akan tinggal berpeluk tangan saja mendengar keponakan Paduka terancam" Ahh..... saya kira....ah,maafkan, kalau begitu tidak ada artinya saya bersusah payah
melaporkan kepada Paduka..."
http://kangzusi.com
"Bukan begitu, Kakang Resi. Saya berterima kasih sekali atas pemberitahuan Andika ini, akan tetapi saya hanya dapat mengharapkan kebijaksanaan Kanjeng Gusti Sinuhun.
Mendatangi Sang Pangeran sendiri hanya akan menimbulkan suasana yang makin panas saja."
"Ah, benar sekali, Adimas Patih! Sebaiknya sekarang juga Paduka pergi melapor kepada Sang Prabu!"
Akan tetapi Ki Patih Nambi kembali menggelengkan
kepalanya. "Tidak sekarang, Kakang Resi, saya tidak berani 887
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengganggu Sang Prabu di waktu hampir malam begini.
Biarlah besok pagi saya akan mohon kebijaksanaan Sang Prabu."
Resi Mahapati mengangguk-angguk kemudian
meninggalkan kepatihan. Di dalam hatinya dia merasa girang sekali. Biar pun pada lahirnya patih itu tidak kelihatan menaruh dendam, namun dia tahu bahwa di dalam hatinya tentu Ki Patih Nambi merasa sakit hati sekali. Tunggulah kau, Nambi, pikirnya, tunggulah sampai kau mendengar sendiri betapa keponakanmu telah diperkosa oleh Sang Pangeran! Dia menggosok-gosok kedua tangannya, membayangkan
bentrokan antara Ki Patih Nambi dan Pangeran Kolo Gemet dan kalau hal itu terjadi, makin terbukalah kesempatan baginya untuk mengangkat diri sendiri memperoleh
kedudukan patih yang diidam-idamkannya.
Keputusan Ki Patih Nambi untuk menunda permohonannya kepada Sang Prabu sampai besok pagi itu memperpanjang penderitaan batin Dyah Wulandari. Dia tidak berdaya dan dipermainkan sepuasnya oleh Pangeran Kolo Gemet dan sehari semalam, itu dia tidak pernah dilepaskan oleh Sang Pangeran. Kalau Dyah Wulandari mengalami penderitaan dan penghinaan yang lebih hebat menimpa jasmaninya, adalah Sarjitowarman yang mengalami sisaan batin amat hebatnya.
Pemuda ini harus melihat dan mendengar semua penderitaan http://kangzusi.com
kekasihnya, penghinaan yang paling hebat yang dapat diderita oleh seorang wanita. Biarpun dia dapat memejamkan matanya agar tidak melihat kekasihnya meronta-ronta seperti seekor kelinci yang dicabik-cabik oleh seekor harimau buas, namun dia tidak dapat menutupi telinganya dan terpaksa harus harus mendengarkan rintihan dan ratap tangis yang terulang-ulang keluar dari mulut dara yang tidak berdaya itu.
Kalau selama sehari semalam itu Sang Pangeran mau
melapaskan Dyah Wulandari sebentar saja, tentu dara itu akan menggunakan kesempatan ini untuk membunuh diri dengan 888
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cara apa pun. Akan tetapi, pangeran itu sama sekali tidak pernah mau melepaskannya. Dan pada keesokan harinya, dalam keadaan tertidur, pangeran itu memeluknya erat-erat dan setiap kali Wulandari bergerak hendak melepaskan diri, pelukannya makin diperkuat.
Hari telah agak siang ketika Sang Pangeran terbangun karena pintu kamar itu diketok orang dari luar. Dia bangkit duduk, memandang kepada Dyah Wulandari yang menangis terisak-isak ketika dia melepaskan pelukannya.
"Manis, sudah jangan menangis Aku cinta kepadamu,
Wulandari. Engkau telah menjadi milikku, dan aku akan membebaskan dia itu."
Dyah Wulandari tidak menjawab, hanya menutupi mukanya dengan bantal dan menangis sesenggukan. Ketukan pintu terulang dan Sang Pangeran turun dari pembaringan,
mengenakan pakaiannya sambil berseru, "Siapa?"
"Hamba, Gusti. Ada utusan dari Gusti Sinuwun untuk
paduka." Pangeran Kolo Gemet mengerutkan alisnya dan tanpa
membuka pintu dia bertanya dari dalam, "Ada urusan apakah"
Hayo katakan saja dari luar!"
Terdengar suara lain, bukan suara Warak Jinggo yang tadi,
"Ampun, Gusti Pangeran. Hamba diutus oleh Kanjeng Gusti http://kangzusi.com
Sinuhun yang minta agar Paduka suka datang menghadap sekarang juga di ruang persidangan di mana Kanjeng Gusti Sinuhun menanti Paduka."
"Hemm baik, aku segera pergi. Warak Jinggo, kau
masuklah!"
Pintu terbuka dan Warak Jinggo memasuki kamar itu,
melirik ke arah Sarjitowarman yang masih terbelenggu di tiang dalam keadaan lemas lahir batinnya, kemudian melirik ke arah 889
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dyah Wulandari yang masih menangis di atas pembaringan dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Kau ikat kaki tangan wanita itu agar dia jangan lari atau melakukan hal yang buruk, akan tetapi awas, jangan sakiti dia dan jangan ganggu dia, dia adalah kekasihku!"
Warak Jinggo menyembah, lalu menghampiri pembaringan, Dyah Wulandari yang sudah kehabisan tenaga itu diam saja ketika kaki dan tangannya diikat dengan hati-hati oleh kakek itu, menggunakan ikat pinggang dara itu sendiri yang berada di atas lantai di bawah pembaringan. Setelah berganti pakaian dan membereskan rambutnya,pangeran itu lalu meninggalkan kamar dan memesan kepada Warak Jinggo agar menjaga dua orang tawanan itu dengan hati-hati. Kemudian dia lalu pergi menghadap Sang Prabu, dikawal oleh Sarpo Kencono bersama Ki Dugakelana yang juga sudah datang pagi itu untuk menghadap Sang Pangeran seperti biasa setiap hari.
Ketika Sang Pangeran tiba di ruang persidangan, dia melihat Sri Baginda lengkap dengan para pengawal telah berada di situ. Yang membuat hatinya merasa tidak enak adalah ketika dia melihat hadirnya Ki Patih Nambi di situ. Ki Patih duduk bersila dengan kepala tunduk dan wajah muram.
Heran dia melihat Resi Mahapati juga hadir pula di situ. Dia tidak tahu bahwa Sang Resi itulah yang menemani Ki Patih menghadap ayahnya untuk melaporkan perbuatannya!
http://kangzusi.com
Setelah melihat pangeran itu menghadap, Sang Prabu
mengerutkan alisnya, lalu dia menegur, "Puteraku, apakah artinya pelaporan dari Patih Nambi bahwa Andika telah menangkap keponakannya yang bernama Dyah Wulandari?"
Pangeran itu menyembah lalu berkata, "Harap Kanjeng Rama ketahui bahwa Dyah Wulandari telah membela seorang mata-mata Lumajang yang hamba tangkap. Karena itu, hamba menganggap bahwa Dyah Wulandari itu membantu mata-mata, keadaannya mencurigakan dan perlu ditahan pula untuk pemeriksaan lebih lanjut."
890 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, siapakah orang yang kau anggap mata-mata
Lumajang itu?" tanya Sang Prabu.
"Namanya Sarjitowarman, Kanjeng Rama."
"Sarjitowarman adalah keponakan luar dari Ki Patih Nambi, dan Dyah Wulandari masih keponakannya sendiri. Mereka bukan mata-mata Lumajang, dan pula, tidak ada permusuhan, tidak ada persoalan antara Mojopahit dan Lumajang, maka bagaimana kau mengatakan ada mata-mata dari sana" Ki Patih Nambi telah menanggung bahwa dua orang
keponakannya itu sama sekali bukan mata-mata, oleh karena itu kuperintahkan kepadamu agar kau suka membebaskan mereka berdua sekarang juga. Mengerti?"
Pangeran Kolo Gemet terkejut. Tak di sangkanya ayahnya akan marah dan tahulah dia bahwa ayahnya mempunyai
kepercayaan besar sekali terhadap Ki Patih Nambi.
Maka dia tidak berani membantah. Betapapun juga, dia telah dapat mencapai maksud hati dan keinginannya, dia telah berhasil menguasai diri Dyah Wulandari selama sehari semalam. Dia telah merasa puas!
"Baiklah, Kanjeng Rama. Hamba akan menjalankan
perintah Paduka sebaiknya."
Pangeran itu menyembah, bangkit dan hendak pergi, akan tetapi Sang Prabu berkata lagi kepadanya dengan suara http://kangzusi.com
lantang, "Pangeran, hayo kau minta maaf kepada Ki Patih atas perlakuanmu terhadap para keponakannya!"
Pangeran Kolo Gemet mengerutkan alisnya, akan tetapi dia lalu tersenyum dan membungkuk kepada Ki Patih Nambi sambil berkata, "Paman Patih Nambi, saya harap Paman suka memaafkan saya atas apa yang saya lakukan terhadap
Sarjitowarman dan Dyah Wulandari, Paman Patih!"
Ki Patih Nambi cepat memberi hormat dan berkata, "Tidak apa, Gusti Pangeran. Semua kejadian itu terjadi karena 891
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahpahaman, tentu saja hamba sudah melupakan semua itu dan sudah merasa girang dan berterima kasih kalau Paduka sudi membebaskan mereka berdua."
"Benarkah Paman Patih tidak akan menaruh hati dendam kepada saya karena urusan itu?"
"Ah, mana berani hamba menaruh dendam. Pula,
perbuatan Paduka itu hanya terdorong oleh keinginan menyelamatkan kerajaan. Hamba tidak akan menaruh hati dendam, Gusti Pangeran."
"Paduka baik sekali, Paman Patih, dan saya amat berterima kasih atas kebijaksanaan Paduka itu."
Sang Prabu girang sekali mendengar percakapan antara patihnya dan puteranya itu, dia mengangguk-angguk dan memberi ijin dengan isyarat tangan ketika puteranya berpamit mengundurkan diri. Sang Prabu lalu membubarkan
persidangan dan yang pulang dengan hati penasaran dan kecewa adalah Resi Mahapati. Semua jerih payahnya ternyata telah gagal! Dia tidak membakar api permusuhan dan dendam di antara patih dan pengeran. Mereka telah maaf-maafkan dan menyatakan tidak menaruh dendam di depan Sang Prabu sendiri!
Betapa pun juga hati Resi Mahapati masih penasaran dan dia cepat menghubungi Ki Durgakelana untuk selalu memberi http://kangzusi.com
kabar kepadanya mengenai perkembangan urusan itu lebih jauh. Dengan wajah murung dia lalu pulang ke rumah, menanti berita dari Durgakelana. Dan pada sore hari itu dia mendengar berita yang mengejutkan dari Ki Durgakelana tentang dua orang keponakan Ki Patih Nambi itu. Apakah yang telah terjadi"
Ternyata bahwa setelah menerima perintah dari ayahnya, Sang Pangeran tidak berani membangkang, apalagi dia telah mendapatkan maaf dari Ki Patih di depan ayahnya, di depan Sang Prabu bahwa Ki Patih tidak akan menaruh dendam dan 892
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah memaafkannya. Betapapun juga, biar dia tidak dapat menahan Dyah Wulandari, namun dia telah menikmati gadis itu selama sehari semalam sepuasnya!
"Bebaskan mereka dan antarkan mereka pulang dengan
kereta ke kepatihan, serahkan kepada Paman Patih," demikian perintahnya kepada Warak Jinggo ketika pangeran itu kembali ke istananya.
Ketika dibebaskan dari belenggu, Sarjitowarman yang lemas lahir batinnya itu terguling roboh. Dyah Wulandari menjerit dan lari menubruk kekasihnya itu, menangis tersedu-sedan. Sarjitowarman hanya menghela napas perlahan-
lahan,menggosok-gosok pergelangan tangan dan kakinya, kemudian dia merangkul tunangannya dan memapahnya
keluar dari istana itu memasuki kereta yang sudah
dipersiapkan. "Tenanglah, Diajeng....betapapun juga kita telah bebas...."
"Aduh, kakangmas... akan tetapi aku..... aku.....ah, lebih baik aku mati saja..."
"Bukan salahmu, Diajeng. Mari kita hadapi semua ini bersama..." Pemuda itu pun tidak dapat bicara banyak karena dia maklum betapa hebat penderitaan lahir batin dari kekasihnya itu.
"Kakangmas....!" Dyah Wulandari menangis tersedu-sedu http://kangzusi.com
dalam pelukan tunangannya.
Makin hancur rasa hatinya melihat tunangannya itu bahkan menghiburnya, padahal dia tahu betapa tunangannya itu terhina secara hebat sekali, dipaksa menyaksikan ketika dia diperkosa dan dipermainkan oleh pangeran jahanam itu.
Setibanya kereta itu di gedung kepatihan, Dyah Wulandari turun dan sambil terisak-isak dia lari terhuyung-huyung ke dalam gedung, langsung memasuki kamarnya. Ki Patih Nambi beserta isterinya dan keluarganya merasa terkejut sekali, dan 893
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih segera bertanya kepada Sarjitowarman yang masih berlepotan darah bajunya, "Apakah yang terjadi,
Sarjitowarman?"
Pemuda itu menjatuhkan diri berlutut, mukanya pucat dan terengah-engah menahan tangisnya, kemudian dengan suara tersendat-sendat dia berkata. "Saya.... saya..... tidak dapat bercerita di sini... Kanjeng Paman...."
Ki Patih Nambi maklum bahwa tentu telah terjadi sesuati yang amat hebat. Dia cepat maju dan membuka baju pemuda itu. Para wanita itu menjerit ketika melihat dada yang penuh luka gurat-guratan itu dan Ki Patih Nambi lalu menarik tangan Sarjitowarman, diajaknya pemuda itu memasuki kamarnya karena keponakannya itu tidak dapat bercerita di depan banyak anggota keluarganya.
Setelah mereka tiba di dalam kamar dan Ki Patih
menutupkan daun pintu, patih itu berkata, "Nah, sekarang ceritakanlah apa yang telah terjadi."
Dengan suara terputus-putus dan diseling tangisnya, Sarjitowarman lalu menceritakan kepada pamannya itu betapa dia ditawan oleh pangeran, kemudian betapa dia dibawa ke sebuah kamar di mana dia diikat pada tiang, ditutup mulutnya dan disiksa oleh pangeran untuk memaksa Dyah Wulandari, kemudian betapa tunangannya itu diperkosa, dihina dan dipermainkan selama sehari semalam oleh pangeran itu di http://kangzusi.com
depan matanya! Sarjitowarman mengakhiri ceritanya itu sambil menangis dan berkata, "Kanjeng paman.... harap Kanjeng Paman jangan menyalahkan Diajeng Wulan.... dia sudah menderita hebat sekali, Kanjeng Paman... dan jangan sampai berita ini terdengar oleh siapa pun, biarlah saya yang akan mencuci aib yang menimpanya, saya akan segera
mengawininya...."
"Bedebah....!" Ki Patih Nambi mengepal tinju dan
mengatupkan giginya kuat-kuat sampai terdengar bunyi giginya berkerotan. Matanya terbelalak merah penuh
894 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemarahan terhadap Pangeran Kolo Gemet, akan tetapi alisnya segera berkerut ketika dia teringat akan janjinya memaafkan pangeran itu. Janjinya memaafkan dan tidak mendendam yang telah diucapkan di depan Sang Prabu
sendiri! Dia tidak berdaya lagi!
Tiba-tiba terdengar jerit melengking dari kamar sebelah dalam. Ki Patih Nambi terkejut bukan main dan dia segera meloncat dan lari ke dalam, diikuti oleh Sarjitowarman.
Terdengar tangis riuh-rendah di kamar Dyah Wulandari. Ketika Ki Patih meloncat masuk, dia berdiri terpaku dengan mata terbelalak, memandang isteri-isterinya dan para keluarga merubuh tubuh yang menggeletak di atas pembaringan itu, tubuh yang sudah tidak bergerak lagi, tubuh Dyah Wulandari yng terlentang dengan sebatang cundrik menancap di ulu hatinya. Dara itu telah tewas dengan jalan membunuh diri, suduk selira {menusuk diri sendiri}. Darah masih mengalir dari dadanya, darah yang dimaksudkan untuk mencuci darah kehormatannya yang menodainya akibat perkosaan yang dilakukan oleh Sang Pangeran!
"Diajeng Wulan.....!!" Sarjitowarman menubruk mayat itu, meratap tangis dan dengan beringas tangannya menyambar keris di dada kekasihnya, mencabutnya dan hendak
ditusukannya di dadanya sendiri. Akan tetapi dengan sigapnya, Ki Patih Nambi sudah menangkap lengannya, http://kangzusi.com
merampas keris dan berkata dengan suara berwibawa,
"Sarjitowarman! Seorang ksatria pantang membunuh diri!
Apakah engkau bukan ksatria" Bukan laki-laki?"
Sarjitowarman yang masih dipegang lengannya itu hendak meronta, lalu menoleh dan melihat wajah pamannya,
mendengar ucapan itu, dia menjadi lemas. "Paman....!"
Dia menjatuhkan diri berlutut dan menangis, merangkul kedua kaki pamannya.
Ki Patih Nambi memejamkan matanya, menahan napas
memulihkan kembali ketenangannya, lalu dia meraba kepala 895
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu dan berkata, "Sarjitowarman,kurasa Wulandari telah melakukan hal yang benar dan patut dihormati. Dia tidak ingin menyiksamu dengan kenangan buruk itu maka dia melakukan suduk salira agar kau terlepas dari ikatanmu bersama dia. Kalau dipikirkan dengan masak-masak,memang sebaiknya begitu, karena sebagai seorang puteri, tentu saja peristiwa itu akan menghantui kehidupannya selanjutnya.
Sekarang, sebaiknya engkau pulang ke Lumajang agar tidak terjadi sesuatu atas dirimu."
"Tidak, Kanjeng Paman, saya ingin menunggui jenazah Diajeng Wulandari sampai selesai pemakamannya."
"Jangan, Warman. Aku merasa tidak enak, dan tentu ada ekornya semua peristiwa ini. Sebaiknya kalau engkau malam ini juga pulang ke Lumajang."
Dengan suara sayau karena bercampur tangis, isteri Sang Patih, yaitu bibi dari Sarjitowarman berkata, "Betapa kejamnya kalau memaksa dia pulang sekarang Kakangmas. Biarlah dia menunggu jenazah Wulan semalam ini dan besok pagi-pagi dia berangkat ke Lumajang. Saya kira kalau hanya semalam ini tidak akan terjadi sesuatu."
Akhirnya Ki Patih yang merasa kasihan sekali kepada pemuda itu, menyetujui dan pemuda itu diperkenankan menjaga jenazah kekasihnya itu di dalam kamar, membakar dupa dan duduk bersamadhi.
http://kangzusi.com
Demikianlah berita yang didengar oleh Resi Mahapati.
Tentu saja pembawa berita itu hanya memberitakan bahwa Dyah Wulandari telah mati membunuh diri dan bahwa
Sarjitowarman besok pagi-pagi akan kembali ke Lumajang.
Juga bahwa di kepatihan tidak terjadi hal-hal lain, tidak nampak sikap marah atau sakit hati berhubung dengan peristiwa itu.
Di samping terkejut mendengar berita itu, perasaan girang yang mula-mula terasa di dalam hatinya berubah menjadi 896
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekecewaan ketika mendengar bahwa Ki Patih agaknya sama sekali tidak terpengaruh oleh peristiwa kematian
keponakannya itu.
Celaka, dia telah gagal menanam bibit permusuhan antara Ki Patih dan Sang Pangeran. Bahkan kini Sang Pangeran tentu merasa menyesal sekali atas perbuatannya itu dan merasa amat berterima kasih bahwa Ki Patih tidak memperpanjang urusan itu. Juga Sang Prabu sendiri tentu makin memuji kesetiaan dan kebijaksanaan KI Patih Nambi. Gagallah usahanya memburukkan nama Ki Patih.
Kemurungannya karena kegagalan itu dibawanya ke dalam kamarnya malam itu.
Lestari, seperti biasa menyambut suaminya dengan ramah dan sikap yang menarik.
Ketika dia melepaskan jubah luar suaminya yang duduk di kursi, mencuci kakinya yang berdebu, dia melihat sikap suaminya yang murung. Lestari tersenyum. Mudah saja baginya untuk melenyapkan kemurungan suaminya yang tua ini. Dia lalu memperlihatkan sikap manja, lalu duduk di atas pangkuan Resi Mahapati dan merangkul lehernya. Kehangatan tubuhnya merayap keluar dan mempengaruhi Resi Mahapati yang segera memeluk selirnya terkasih yang amat pandai merayu dan menyenangkan hatinya itu, mengambung pipi halus itu dengan penuh kasih sayang.
http://kangzusi.com
Melihat gairah sudah timbul di dalam hati Sang Resi, Lestari lalu bartanya manja, "Kakangmas Resi, awan mendung
apakah gerangan yang menggelapkan matahari kegembiraan Paduka" Wajah Paduka muram, pandang mata Paduka penuh geram, urusan apakah gerangan yang menyusahkan hati dan memusingkan pikiran Paduka?"
Sang Resi menarik napas panjang dan jari-jari tangan yang tadi menelusuri leher wanita muda cantik itu berhenti karena gairahnya lenyap lagi ketika dia teringat akan kegagalannya.
897 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aahhh....., hasil baik dan memuaskan yang hampir tercapai tangan telah gagal hanya karena sikap pengecut KI Patih Nambi."
Mendengar ini, Lestari menjadi tertarik sekali. "Patih Nambi" Ada apakah, Kakangmas?"
Resi Mahapati lalu menceritakan tentang siasat yang telah diaturnya bersama Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono untuk memancing permusSang Resi menarik napas panjang dan jari-jari tangan yang tadi menelusuri leher wanita muda cantik itu berhenti karena gairahnya lenyap lagi ketika dia teringat akan kegagalannya. "Aahhh....., hasil baik dan memuaskan yang hampir tercapai tangan telah gagal hanya karena sikap pengecut KI Patih Nambi."
-o0o-0dw0-o0o- Jilid 62 Mendengar ini, Lestari menjadi tertarik sekali. "Patih Nambi" Ada apakah, Kakangmas?"
Resi Mahapati lalu menceritakan tentang siasat yang telah diaturnya bersama Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono untuk memancing permusuhan antara Sang
Pangeran dan Ki Patih Nambi, melalui diri Dyah Wulandari http://kangzusi.com
yang dikorbankan kepada Sang Pangeran. Dia menceritakan semua hasil siasatnya yang sudah hempir berhasil, betapa Dyah Wulandari telah menjadi korban nafsu pangeran dan diperkosa oleh pangeran di depan mata tunangannya,
keponakan dari isteri Ki Patih. Pendeknya, telah terjadi hal-hal yang pasti akan membangkitkan kemarahan dan dendam di hati Ki Patih sehingga dapat diharapkan akan timbul peristiwa hebat antara Ki Patih dan pangeran yang akan menjatuhkan kedudukan Ki Patih sehingga dia memperoleh lowongan dan kesempatan baik sekali.
898 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, Patih Nambi ternyata penakut dan pengecut.
Keponakannya telah dipermainkan orang, diperkosa
kehormatannya sampai sehari semalam, bahkan lalu
membunuh diri. Akan tetapi dia tidak mau melakukan apa-apa, bahkan di depan Sang Prabu dia telah memaafkan Sang Pangeran. Dengan begini, derajat Ki Patih akan meningkat di mata pangeran dan Sang Prabu! Siasatku tidak
menjatuhkannya, bahkan mengangkatnya! Celaka!"
Lestari turun dari atas pangkuan resi itu, lalu
mengambilkan minuman untuk Sang Resi. Setelah menaruh minuman di atas meja, dia lalu duduk di tepi pembaringannya yang selalu dijaga dan dirawat sehingga nampak bersih selalu, bersih dan menyenangkan, berbau harum. Memang
pembaringan inilah merupakan modal utama dari Lestari dalam menjatuhkan hati resi tua itu!
"Kakangmas Resi, mengapa Kakangmas menjadi murung"
Kegagalan itu terjadi akibat kesalahan dan kelengahan Paduka sendiri!"
Resi Mahapati memandang wajah selirnya itu dengan alis terngkat, lalu alisnya dikerutkan dan matanya memancarkan kemarahan. "Tari, apa yang kaukatakan itu" Engkau tidak menghibur hatiku yang sedang kecewa dan susah, malah engkau mengejekku?"
"Maaf, Kakangmas. Mana berani Lestari yang mencintai http://kangzusi.com
Kakangmas dengan sepenuh jiwa raga ini mengejek Paduka"
Sama sekali saya tidak mengejek, hanya memperingatkan Kakangmas yang sekali ini memang salah dan lengah."
"Hemm, coba jelaskan di mana letak kesalahan dan
kelengahanku?"
"Kakangmas lengah karena Kakangmas telah melupakan
saya. Kakangmas mengatur rencana dan menjalankan siasat sendiri tanpa saya. Itulah letak kesalahan Kakangmas sehingga mengalami kegagalan!"
899 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh.....! Akan tetapi bukan maksudku untuk
melupakanmu, sayang. Aku tahu akan kecerdikanmu dan betapa sudah banyak engkau berjasa dengan siasat-siasatmu yang berhasil dan amat hebat. Akan tetapi, urusan dengan Ki Patih Nambi adalah urusan kami kaum pria dan aku sudah mengatur siasat bersama siasat bersama Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono."
"Yang ternyata gagal, bukan" Hemm, orang-orang seperti Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono itu
hanyalah orang-orang kasar yang hanya pandai menggunakan otot dan kaki tangan untuk membunuh orang, mana bisa mempergunakan otak" Sekarang setelah Paduka gagal, apa yang dapat mereka lakukan dan bagaimana pula siasat mereka?"
Resi Mahapati menghampiri selirnya, duduk di samping selirnya dan merangkulkan lengannya ke pundak selirnya itu.
"Manisku, apakah engkau mempunyai siasat baru" Apakah engkau mempunyai akal untuk menebus kegagalanku ini?"
Dengan sikap manja dan "jual mahal" Lestari melepaskan dirinya, bangkit dan melangkah menjauhi Sang Resi dengan langkah lemah gemulai sehingga nampak buah pinggulnya yang manari-nari ketika dia melangkah meninggalkan resi itu, membuat Sang Resi yang tak pernah merasa bosan terhadap Lestari itu menelan ludahnya.
http://kangzusi.com
Lalu Lestari membalikkan tubuh, berpegang kepada
sandaran kursi dan memandang suaminya itu. "Apakah
Paduka mau berjanji bahwa semenjak saat ini, Paduka tidak akan pernah meninggalkan saya dalam mengatur siasat Paduka menghadapi musuh-musuh Paduka" Ingatlah, hanya Lestari yang setia dan yang dapat membantu Paduka dan hendaknya Paduka tidak lupa bahwa semenjak semula kita berdua telah bekerja sama demi tercapainya cita-cita Paduka."
"Baik-baik, sayang.... maafkan aku bahwa aku telah
meninggalkanmu dalam siasat memancing permusuhan antara 900
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih dan Sang Pangeran yang ternyata gagal total itu!
Sekarang, aku berjanji akan selalu mengajakmu serta, Lestari.
Maaf, aku telah lupa dan selalu memandang rendah
kepadamu."
Lestari menghampiri suaminya, lalu merangkul leher
suaminya itu dan mencium mulut yang sebagian tertutup kumis tebal itu. "Ah, Kakangmas, saya hanyalah isterimu yang setia, yang selalu akan berusaha demi untuk tercapainya cita-cita Paduka..."
"Cita-cita kita berdua, sayang. Sekarang ceritakan, apakah siasatmu itu untuk menembus kegagalanku?"
"Kakangmas, karena tadinya Paduka hanya mengatur siasat bersama Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono saja, maka sekarang saya minta agar meraka bertiga Paduka panggil ke sini agar mereka mendengarkan siasat saya dan selanjutnya agar mereka itu tunduk kepada perintah saya seperti juga kepada perintah Paduka."
Resi Mahapati mengerti akan maksud permintaan selirnya ini. Tentu karena tadinya ditinggalkan, kini Lestari ingin agar terpandang dan dihormati oleh tiga orang pembantunya itu.
"Adinda Tari, permintaanmu tidak mungkin dapat
dilaksanakan semua. Ki Durgakelana dapat kupanggil, akan tetapi Warak Jinggo dan Sarpo Kencono kini menjadi
http://kangzusi.com
pengawal-pengawal pribadi Sang Pangeran, tidak mungkin meninggalkan pangeran. Akan tetapi mereka adalah anak buah Ki Durakelana, sehingga kehadiran KI Durgakelana sudah cukup mewakili meraka."
"Kalau begitu, biarlah dia saja yang dipanggil bersama Resi Harimurti yang menjadi pembantu utama Paduka, Kakangmas Resi."
"Baiklah, memang semestinya demikian sehingga kita dapat berkumpul dan saling bertukar pikiran sehingga rencana kita menjadi lebih masak. Besok akan kupanggil mereka berdua."
901 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan Besok, Kakangmas, melainkan sekarang juga!
Siasat saya harus dijalankan sekarang dan besok tentu sudah akan terlambat."
"Ah, begitukah?" Resi Mahapati segera memanggil dua orang pembantunya yang setia, yaitu Reksosuro si jangkung bermata juling dan Darumuko. Si Bibir Tebal. Mereka ini lalu diperintahkan untuk mengundang Resi Harimurti dan Ki Durgakelana agar mereka datang malam ini juga.
Tak lama kemudian, muncullah dua orang tokoh yang
diundang itu dan mereka diterima oleh Resi Mahapati dan Lestari di ruangan tamu di mana telah disediakan minuman dan makanan untuk mereka. Melihat bahwa yang menyambut kedatangannya adalah Resi Mahapati yang ditemani oleh selir muda yang cantik menggiurkan itu, Resi Harimurti dan juga Ki Durgakelana memandang dengan wajah berseri. Dua orang kakek ini memang selalu merasa gembira kalau berhadapan dengan seorang wanita muda yang cantik, apalagi berhadapan dengan Lestari yang denok ayu itu.
Setelah saling memberi hormat, Resi Harimurti berkata sambil tersenyum lebar, "Ah, tumben sekali Adi Resi Mahapati mengundang saya datang melam-malam begini."
"Benar, saya pun terkejut ketika Darumuko datang
menyampaikan undangan Adimas Resi yang tiba-tiba, tentu ada urusan yang amat penting untuk dibicarakan," sambung http://kangzusi.com
Ki Gurdakelana sambil menyandarkan tongkatnya yang hitam panjang bengkok-bengkok seperti ular itu di dinding belakang tempat dia duduk.
"Memang saya memanggil Kakang berdua untuk berunding setelah kita mengalami kegagalan dalam urusan Ki Patih," kata Resi Mahapati.
"Ki Patih Nambi memang pengecut sehingga dihina seperti itu dia diam dan enak saja," kata Ki Durgakelana yang ikut menyesal behwa semua kesukaran yang mereka lakukan itu 902
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak behasil menyalakan api permusuhan antara Ki Patih dan Sang Pangeran.
"Ah, setidaknya peristiwa itu telah merupakan pukulan hebat kepada Ki Patih yang begitu menjila-jilat terhadap Sang Prabu," kata Resi Harimurti.
"Kakang Resi, pukulan itu tidakah penting karena yang kita kehendaki adalah permusuhan antara Ki Patih dan Sang Pangeran agar mempengaruhi kedudukan Ki Patih. Sekarang, setelah kita sama sekali gagal, bahkan peristiwa itu telah mengangkat derajat Ki Patih dalam mata Sang Pangeran dan Sang Prabu, apakah Andika berdua mempunyai siasat lagi untuk dapat dipergunakan menebus kegagalan kita itu?"
Resi Harimurti mengertkan alisnya dan menundukkan
muka. Ki Durgakelana menggosok-gosok kedua tangan.
Mereka merasa tidak enak dan akhirnya mereka berdua saling pandang lalu menggeleng kepala.
"Saya tidak mempunyai siasat lain, Adimas Resi," kata Ki Durgakelana.
"Saya pun belum menemukan jalan yang baik, Adi resi,"
kata Resi Harimurti.
"Nah, kalau begitu, hendaknya Andika berdua suka
mendengarkan siasat yang akan diatur oleh selirku ini, isteriku yang tersayang ini!"
http://kangzusi.com
"Ahhh....., begitukah?" Harimurti dan Durgakelana berseru hampir berbareng dan mereka kini memandang wajah yang manis itu penuh perhatian dan kekaguman.
"Paman Resi Harimurti dan Paman Durgakelana, saya telah mendengar akan semua kegagalan dari suami saya,
Kakangmas Resi Mahapati. Kegagalan itu terjadi karena rencana yang mentah, dan juga karena Kakangmas Resi telah lupa untuk mengajak saya dalam perundingan itu. Setelah mendengar akan semua peristiwa itu, saya hanya melihat 903
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu jalan untuk menebus kegagalan itu sehingga apa yang tadinya gagal menjadi berhasil baik sekali. Kalau siasat saya ini dijalankan dengan baik, maka saya kira Ki Patih tidak akan dapat menahan kemarahannya lagi dan pasti terjadi pertikaian dan permusuhan antara Ki Patih dan Sang Pangeran."
"Hebat! Siasat bagaimanakah itu?" Resi Harimurti tertarik sekali dan diam-diam dia merasa betapa untungnya Resi Mahapati memilikiselir yang begini denok montok,ayu dan cerdik, sedangkan Ki Durgakelana juga memandang bengong.
"Diajeng Tari, kekasih hatiku, lekas ceritakan apa siasat itu, sudah berdebar jantungku ingin mendengarnya."
"Menurut penuturan Paduka tadi, keponakan Ki Patih itu telah suduk selira membunuh diri, bukan?"
"Benar demikian, sayang."
"Dan pemuda yang bernama Sarjitowarman itu besok pagi akan kembali ke Lumajang, dengan demikian Ki Patih
menghabiskan perkara itu dan tidak akan menuntut sesuatu?"
"Benar, dan itulah yang mengesalkan hatiku."
"Kalau begitu, mengapa tidak kita atur agar hatinya menjadi semakin sakit dan memaksanya untuk melakukan tindakan terhadap Sang Pangeran sehingga permusuhan di antara mereka terjadi juga?"
http://kangzusi.com
Resi Mahapati saling pandang dengan Resi Harimurti dan Ki Durgakelana. Kemudian Resi Mahapati berkata, "Kalau bisa begitu, alangkah baiknya. Akan tetapi apalagi yang dapat kita lakukan?"
Lestari tersenyum. "Hal itu mudah saja dilakukan. Menurut pendapat saya, sudah pasti sekali pemuda itu menaruh hati dendam yang amat hebat kepada Sang Pangeran, hanya dia tidak dapat berbuat sesuatu karena tidak terdapat
kesempatan, maka dia mengalah dan menurut nasihat
pamannya, yaitu Ki Patih, untuk kembali ke Lumajang tanpa 904
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan sesuatu. Akan tetapi, kalau besok pagi-pagi dia pergi ke Lumajang, lalu seorang di antara Paduka dapat menemuinya, menghasut dan memanaskan hatinya,
mengatakan bahwa Paduka ikut merasa sakit hati dan
penasaran,dan menunjukkan bahwa terbuka kesempatan baik bagi pemuda itu untuk melampiaskan dendam dan sakit hatinya untuk membunuh Sang Pangeran, untuk membalas kematian tunangannya, saya rasa pemuda itu tidak akan menolak kesempatan yang amat baik itu."
Resi Mahapati dan dua orang pembantunya masih tidak mengerti dan mereka memandang dengan heran. "Mana
mungkin hal itu dilaksanakan?" Resi Mahapati berkata penuh keraguan. "Untuk menghasut pemuda itu, tentu saja amat mudah dan memang sudah pasti bahwa dia menaruh dendam sakit hati yang amat hebat terhadap Sang Pangeran. Akan tetapi tentu dia segera akan melihat bahwa hal itu tidak mungkin."
"Mengapa tidak mungkin?" Lestari mempermainkan anak rambutnya yang berjuntai ke bawah, di atas dahinya yang berkulit halus dan berbentuk indah. "Kalau diusahan dengan cerdik, tentu mungkin saja memberi kesempatan agar pemuda itu dapat bertemu dengan Sang Pangeran berdua saja dan memberi kesempatan kepadanya untuk menyerang Sang
Pangeran." http://kangzusi.com


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh, apa maksudmu?" Resi Mahapati terbelalak
memandang selirnya dengan kaget. "Kau..... kau...
mengusulkan agar pemuda itu membunuh Sang Pangeran?"
Lestari tersenyum, seperti seorang dewasa tersenyum menghadapi kebodohan seorang anak kecil. "Kakangmas Resi, saya belum gila dan tak begitu bodoh untuk mengusulkan hal seperti itu."
"Akan tetapi kau tadi.... sudahlah, Nimas, coba
kaubeberkan sejelasnya siasatmu itu dan jangan membuat kami menjadi bingung," kata Resi Mahapati.
905 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, Kakangmas. Kita hasut pemuda itu sehingga dia mau melakukan percobaan untuk menyerang dan membunuh Sang Pangeran, besok pagi-pagi kalau dia hendak pergi meninggalkan Mojopahit. Dan di samping itu, kita harus dapat membujuk Sang Pangeran, tentu saja melalui Paman Warak Jinggo dan Paman Sarpo Kencono, agar Sang Pangeran suka keluar dari istana pagi hari besok dan berada di dalam tamansari seorang diri saja. Dengan demikian, tentu Sarjitowarman itu akan mencoba untuk menyerang dan
membunuh Sang Pangeran. Nah, pada saat itu, Sarjitowarman ditangkap dengan tuduhan menyerang dan hendak
membunuh Sang Pangeran. Kalau Sang Prabu mendengar ini, tentu Beliau tidak akan sangsi lagi bahwa Sarjitowarman memang mata-mata Lumajang dan kalau keponakannya
melakukan dosa seperti itu, bukankah pamannya, Ki Patih, juga akan terbawa-bawa" Dengan berhasilnya siasat itu, bukankah kegagalan Kakangmas dapat tertebus dan berbalik menjadi suatu hasil yang amat gemilang di mana Ki Patih menjadi rusak namanya oleh perbuatan keponakan isterinya itu dan Kakangmas sekalian berjasa karena mencegah Sang Pangeran terbunuh dan berhasil menagkap mata-mata yang hendak membunuh Sang Pangeran?"
"Ahhh.......!" Ki Durgakelana berseru kagum.
"Akal yang hebat....!" Seru Resi Harimurti.
http://kangzusi.com
Resi Mahapati meloncat dari kursinya, langsung merangkul leher kekasihnya dan hendak menciumnya tanpa
memperdulikan dua orang pembantunya itu, akan tetapi Lestari menolak dengan dorongan tangannya. Melihat wajah isterinya cemberut, Resi Mahapati membatalkan niatnya lalu duduk kembali sambil berkata, "Hebat! Engkau memang hebat, Diajeng hebat sekali! Takkan pernah terpikirkan olehku siasat sehebat itu. Benar-benar luar biasa!" Resi Mahapati mengepal tinjunya. "Dan sekali ini pasti akan berhasil!"
906 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, Adi Resi," kata Resi Harimurti kepada Resi Mahapati. "Memang harus saya akui bahwa siasat itu amat halus dan hebat, dan tentu akan berhasil baik. Akan tetapi ada suatu hal yang membuat saya bersangsi, yaitu bagaimana caranya membuat Sang Pangeran dapat berada seorang diri di dalam taman besok pada hari,pagi-pagi itu?"
"Benar, hal itu sukar juga," kata Ki Durgakelana sambil menggosok-gosok dahinya.
"Kanjeng Pangeran biasanya bangun dari tidur setelah matahari naik tinggi, dan tentu saja beliau tidak pernah pergi ke taman sendirian saja."
Mendengar ucapan dua orang pembantunya itu, Resi
Mahapati mengerutkan alisnya dan menoleh kepada selirnya yang terkasih, bertanya, "Nah, kalau sudah begini, bagaimana, Lestari?"
"Ah, hal itu mudah saja, Kakangmas Resi. Gusti Pangeran harus dapat dibuat agar besok di taman, dan saya kira untuk tugas ini, Paduka sendirilah yang paling tepat untuk melaksanakannya. Kalau Paduka malam ini menghadap Sang Pangeran, mengatakan bahwa Paduka melihat adanya
perasaan dendam di hati Sarjitowarman, betapa pemuda itu mengeluarkan ancaman untuk membunuh beliau, dan Paduka nasihati beliau untuk bertindak sebagai umpan agar pemuda itu berani mencoba untuk menyerang beliau kemudian dia http://kangzusi.com
ditangkap basah."
Sang Resi mengangguk-angguk dan berkata perlahan,
"Hemm, hal itu memang dapat dilaksanakan....., tentu dapat...."
"Bagus kalau begitu, Kakangmas. Nah, sekarang tinggal membagi-bagi tugas saja. Seorang bertugas menghadang Sarjitowarman besok pagi-pagi untuk menghasut pemuda itu.
Siapakah yang ditugaskan untuk ini?" tanya Lestari.
"Saya dapat melakukannya," kata Ki Durgakelana.
907 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lestari menggeleng kepalanya. "Kalau Paman Durgakelana yang melakukannya, mungkin tidak akan berhasil baik. Paman telah dikenal sebagai pengawal Gusti Pangeran, maka kalau Paman yang menghasut, tentu pemuda itu menjadi curiga dan menduga akan perangkap yang sengaja diatur. Tidak,
sebaiknya bukan Paman melainkan seorang yang tidak dikenal oleh pemuda itu, seorang yang dapat diterima kalau
menyatakan bahwa dia juga merasa penasaran dan marah terhadap Sang Pangeran."
"Kalau begitu biarlah saya yang melakukan tugas itu," kata Resi Harimurti. "Pemuda itu tidak mengenal saya."
"Saya kira itulah yang terbaik," kata Lestari menganggu-angguk.
"Akan tetapi, sebaiknya kalau Kakang Resi Harimurti menyamar. Kalau kelak pemuda itu setelah tertangkap lalu mengaku dan menyeret Kakang Resi sebagai penghasutnya, maka Sang Prabu akan menaruh curiga dan dapat menduga adanya siasat yang diatur ini," kata Resi Mahapati.
"Hal itu memang benar sekali dan membuktikan bahwa
Kakangmas Resi memang cerdik bukan main," Lestari memuji.
"Kemudian setelah tugas menghasut pemuda itu akan
dilakukan oleh Paman Resi Harimurti dan tugas membujuk Sang Pangeran dilakukan oleh Kakangmas Resi Mahapati sendiri, maka tugas untuk menangkap pemuda itu di waktu http://kangzusi.com
dia menyerang Sang Pangeran sebaiknya dilakukan oleh Paman Durgakelana, Paman Warak Jinggo, dan Paman Sarpo kencono."
"Ha-ha-ha, untuk menghadapi seorang pemuda seperti dia itu, seorang di antara kami bertiga saja sudah cukup," kata Ki Durgakelana sambil tertawa.
"Akan tetapi dalam hal ini kita harus berlaku hati-hati, Paman. Sebaiknya kita dapat yakin bahwa pemuda itu harus dapat ditangkap hidup-hidup agar dia dapat mengaku bahwa 908
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang dia bermaksud membunuh pangeran. Itulah pokok persoalan yang kita hendak pergunakan untuk memukul Ki Patih," kata Lestari dan kembali tiga orang kakek itu merasa kagum bukan main.
Setelah berunding masak-masak, maka pada malam itu
juga Resi Mahapati pergi mengunjungi Sang Pangeran dan mohon untuk menghadap. Resi Mahapati adalah tangan kanan Pangeran Kolo Gemet, maka tentu saja sewaktu-waktu dia boleh saja datang menghadap, apalagi untuk menyampaikan hal yang amat penting lebih mudah lagi baginya karena pengawal-pengawal pangeran itu adalah anak buahnya
sendiri, yaitu Warak Jinggo dan Sarpo Kencono. Sebelum menjumpai pangeran itu Resi Mahapati lebih dulu menemui dua orang kakek pengawal ini dan secara singkat
menceritakan tentang siasat yang akan dilaksanakan besok pagi dan minta agar dua orang itu suka berunding dengan Ki Durgakelana.
Memang perhitungan Lestari tepat sekali. Karena
mendengar pelaporan dari mulut Resi Mahapati sendiri bahwa Sarjitowarman menaruh dendam sakit hati dan bermaksud membunuhnya jika ada kesempatan, Sang Pangeran percaya dan menjadi marah sekali.
"Si keparat itu! Biar kusuruh pasukan menangkapnya
sekarang juga!" bentak Pangeran Kolo Gemet sambil bangkit http://kangzusi.com
dari tempat duduknya dan mengepal tinju.
Akan tetapi Resi Mahapati cepat mengakat kedua tangan ke atas. "Harap Paduka suka bersabar, Gusti Pangeran.
Menangkapnya adalah mudah, akan tetapi mana buktinya bahwa dia hendak membunuh Paduka" Dia harus diberi
kesempatan dulu, dan kita harus dapat menangkap basah pemuda pemberontak itu."
"Hemm, apa maksudmu, Paman Resi?"
909 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sarjitowarman hanya menyebar desas-desus untuk
menyatakan sakit hatinya terhadap Paduka, akan tetapi tentu saja dia tidak dapat melaksanakan ancamannya itu karena tidak mungkin ada kesempatan baginya untuk menyerang Paduka. Oleh karena itu, sebaiknya Paduka membuka
kesempatan itu agar dia berani turun tangan menyerang Paduka......"
"Resi Mahapati apa maksudmu?" Pangeran itu bertanya dengan terkejut sehingga suaranya membentak-bentak.
"Ampunkan hamba, Gusti Pangeran. Itulah satu-satunya jalan untuk menangkap orang yang membenci Paduka.
Paduka bertindak sebagai umpan agar dia berani melakukan perbuatan terkutuk itu, dan tentu saja pengawal-pengawal Paduka yang sakti telah siap untuk menangkapnya apabila dia berani melakukan penyerangan. Dengan demikian, dia akan tertangkap basah dan untuk menghukumnya tentu tidak akan ada larangan dari Kanjeng Gusti Sinuhun."
Sang Pangeran mengangguk-angguk dengan alis berkerut.
"Akan tetapi.... apakah tidak berbahaya itu, Paman?"
"Ah, tidak, Gusti Pangeran. Sebelumnya, kita memberi tahu kepada Ki Durgakelana,Warak Jinggo dan Sarpo Kencono agar mereka bersembunyi dan bersiap melindungi Paduka dan menangkap pemuda itu. Selain itu tentu hamba sendiri juga selalu menjaga agar jangan sampai Paduka terancam bahaya.
http://kangzusi.com
Kalau pemuda itu didiamkan saja, berarti Paduka selalu terancam bahaya, sebaliknya kalau dia diberi kesempatan sehingga berani turun tangan, hamba dan teman-teman akan menangkapnya dan kalau dia sudah dihukum mati, berarti Paduka terbebas daripada ancaman bahaya maut."
Kembali Sang Pangeran mengangguk-angguk. "Lalu
bagaimana caranya untuk membuka kesempatan agar dia mau turun tangan itu, Paman Resi?"
910 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Resi menoleh ke kanan kiri, lalu berbisik, "Besok pagi-pagi sekali sebaiknya Paduka berada di tamansari seorang diri dan...." Resi itu berbisik-bisik mengatur siasat yang didengarkan oleh pangeran itu dengan penuh perhatian sambil mengangguk-angguk.
*d-w* Pagi itu sunyi sekali. Cuaca masih gelap karena sang surya belum nampak,sungguhpun langit di timur mulai terang dan kokok ayam jantan saling bersautan menggugah semua
mahluk yang telah beristirahat dan tidur semalam. Jalan-jalan masih sunyi karena mereka yang baru saja terbangun masih segan meninggalkan rumah.
Di jalan yang sunyi itu, di luar pintu gerbang kepatihan, berjalan seorang pemuda. Wajahnya muram, pandang
matanya sayu dengan sepasang mata yang membengkak
kemerahan bekas tangis, kedua pipinya pucat, rambutnya kusut dan pakaiannya kumal. Langkahnya satu-satu dan lesu, sama sekali tidak bersemangat.
Pemuda ini adalah Sarjitowarman yang dengan hati berat meninggalkan kepatihan,meninggalkan jenazah kekasihnya yang masih membujur di atas pembaringan. Atas nasihat Ki Patih, suami bibinya, dia terpaksa harus meninggalkan Mojopahit secepat mungkin di pagi hari itu agar jangan sampai terjadi hal yang berlarut-larut dengan pangeran. Pangeran http://kangzusi.com
iblis! Demikian hatinya mengumpat dan dia mengepal tinju.
Dadanya yang penuh luka guratan keris yang dilakukan oleh pangeran pada kemarin dulu, masih terasa perih, akan tetapi lebih perih lagi rasa hatinya mengingat akan semua hal yang telah dilakukan oleh pangeran itu kepada mendiang Dyah Wulandari, kekasih dan tunangannya yang kini telah
membunuh diri untuk mengakhiri kehidupan penuh iab dan noda! Pangeran keparat! Pangeran iblis!
Demikian bisik hatinya dengan penuh geram.
911 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 63 Para penjaga pintu gerbang di timur membiarkan pemuda ini lewat tanpa mengganggunya karena mereka telah menerima perintah dari Ki Patih untuk membiarkan keponakan Ki Patih itu keluar dari pintu gerbang, kembali ke Lumajang.
Berita tentang pemuda ini yang ditangkap oleh pangeran, tentang tunangannya,yaitu keponakan Ki Patih yang telah mati membunuh diri, tentu saja telah terdengar oleh mereka, maka ketika pemuda itu lewat, para penjaga memandang dengan sinar mata mengandung perasaan iba, sungguhpun di antara mereka ada pula yang tersenyum mengejek.
Setelah tiba di luar benteng Mojopahit, Sarjitowarman lalu mempercepat langkahnya. Ingin di cepat-cepat sampai di Lumajang di mana dia dapat menumpahkan perasaan hatinya kepada ayah bundanya dan kepada semua tokoh di Lumajang.
Ingin dia menceritakan siapa saja di Lumajang tentang kekejaman dan kejahatan pangeran iblis itu! Lumajang harus bangkit dan memberontak terhadap pangeran laknat calon Raja Mojopahit itu!
Akan tetapi ketika dia tiba di tepi sungai, dia menghentikan langkahnya karena hatinya tertarik oleh alunan suara orang yang bertembang dengan suara yang memilukan. Suara
seorang laki-laki yang bertembang dengan tembang
Asmaradana,suaranya jelas terdengar di pagi hari itu dan karena tertarik, Sarjitowarman menghentikan langkahnya lalu http://kangzusi.com
memperhatikan kata-kata dalam tembang itu. Tembang itu mengandung kata-kata yang memilukan dan suar orang itu seperti mengandung isak tangis, sesuai benar dengan keadaan hatinya di saat itu.
"Duhai para Dewata di Suralaya dengarlah ratapan
hambamu ini Hyang Komajaya Dewa Asmara Sang Hyang Wisnu Dewa Kebijaksaan Hyang Jagat Girinata Dewa Keadilan mengapa hamba mengalami siksa ini" Kekasih terbunuh, Si Laknat bebas dari hukuman duhai Hyang Yamadipati Dewa Maut cabutlah nyawa hamba untuk menghentikan derita!"
912 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sarjitowarman terkejut. Betapa tepatnya isi tembang itu dengan keadaan dirinya!
Demikianlah bisikan hatinya semenjak kemarin, semenjak dia menagisi kematian Dyah Wulandari! Dia cepat
menghampiri dan akhirnya dia melihat penembang, seorang kakek tua berpakaian seperti seorang nelayan sedang duduk seorang diri di bawah pohon, di tepi sungai memegang tangkai pancing memancing ikan!
Melihat kedatangan pemuda itu, kakek ini menancapkan gagang pancingnya dan bangkit berdiri. Tubuhnya kurus jangkung dan pandang matanya tajam.
"Maaf, Paman, kalau saya mengganggu. Pamankah tadi
yang bertembang?" tanya Sarjitowarman sambil membungkuk.
Kakek itu memandang kepada Si Pemuda dengan penuh
perhatian, lalu mengangguk. "Benar, mengapakah orang muda?"
"Kalau saya boleh bertanya, siapakah orang yang mengeluh dalam nyanyian itu, Paman?"
Kakek itu menarik napas panjang. "Ah, siapa yang
mengeluh seperti itu" Entah berapa banyak di dunia ini yang mengeluh seperti itu" Akan tetapi, aku menembang
menggambarkan keluhan Dyah Anggraini yang menangisi kematian suaminya, Sang Prabu Palgunadi yang tewas dalam http://kangzusi.com
pertempuran melawan Sang Arjuna karena perebutan wanita itu."
Sarjitowarman tentu saja pernah mendengar cerita tentang Dyah Anggraini itu.
Memang cocok. Dyah Anggraini, isteri Sang Prabu
Palgunadi digoda dan di rayu oleh Sang Arjuna, akan tetapi isteri yang setia itu tidak mau melayani, lalu melaporannya kepada suaminya. Terjadi perang tanding antara dua orang sakti itu dan akhirnya Sang Palgunadi tewas. Sang Arjuna 913
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanjutkan niatnya yang buruk mengejar Dyah Anggraini.
Akhirnya wanita ini membunuh diri pula dan nyawanya melayang bersama-sama nyawa suaminya ke Sorgaloka.
"Paman, mengapa Paman menembangkan tangis Dyah
Anggraini itu di pagi hari seperti ini?"
"Ah, pertanyaanmu aneh sekali, orang muda. Aku
menembang karena iseng, karena sunyi, akan tetapi mungkin juga karena aku tahu betapa banyaknya orang yang terlanda malapetaka dalam cinta mereka, yang membuat cinta meraka terputus. Dan betapa banyaknya terjadi di dunia ini perbuatan sewenang-wenang tanpa dapat dibalas oleh korbannya."
Mendengar betapa suara kakek itu menjadi gemetar dan melihat mata itu basah air mata, Sarjitowarman makin tertarik.
"Paman, agaknya Paman sendiri juga tertimpa malapetaka seperti itu?"
Kakek itu menarik napas panjang, lalu mengangguk. "Di waktu aku masih muda, kekasihku dirampas oleh lurah dusun kami, dipaksa menjadi selirnya. Kekasihku tak dapat lama bertahan dan mati karena sakit beberapa bulan kemudian, meninggalkan aku yang hidup merana. Aku berhasil menuntut balas dan membunuh lurah jahanam itu."
"Kalau begitu, mengapa Paman kelihatan masih
penasaran?" http://kangzusi.com
"Aah, urusan pribadiku memang telah terbalas. Akan tetapi semenjak itu, aku melihat betapa banyaknya terjadi peristiwa yang sama tanpa si Korban mampu membalas. Seperti
misalnya Pangeran Pati yang sekarang ini, kabarnya suka sekali mengganggu wanita. Hal itu membuat hatiku seperti dibakar dan ditusuk. Kalau saja aku masih muda, tentu akan kubunuh pangeran itu, akan tetapi aku sudah tua dan.... heii, kau kenapa, orang muda?"
Sarjitowarman tak dapat menahan tangisnya dan dia
mengusap air matanya. "Apakah daya kita, Paman" Aku pun 914
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi korban pangeran itu, kekasihku.... kekasihku....."
pemuda itu menangis lagi.
"Apa yang terjadi?"
Dengan suara tersendat-sendat, Sarjitowarman lalu
menceritakan tentang kematian tunangannya oleh perbuatan keji Pangeran Kolo Gemet.
"Krekk!" Gagang pancing itu patah di tangan kakek itu.
"Jahanam, memang sudah banyak kudengar tentang dia.
Orang muda, mengapa engkau diam saja" Engkau masih
muda dan kuat! Kalau aku menjadi engkau, sudah kucekik batang leher pangeran itu!"
"Paman, apakah dayaku" Seperti juga Paman, aku tidak berdaya. Apa yang dapat kulakukan terhadap seorang seperti pangeran itu yang selalu dikawal kuat?"
"Tidak selalu, orang muda. Tidak selalu! Dengar baik-baik, sudah lama aku menyelidiki karena aku membencinya. Aku mengintai dan melihat kebiasaan-kebiasaannya,maka aku tahu belaka bahwa pangeran itu suka sekali mengganggu wanita.
Dia mempunyai kebiasaan untuk berjalan-jalan seorang diri saja di pagi hari dalam tamannya. Dan aku tahu pintu rahasia di antara semak-semak di belakang taman. Sudah kukatakan tadi, andaikata aku masih muda, tentu sudah kucekik dia!
Mengapa engkau seorang pengecut yang membiarkan
http://kangzusi.com
kekasihnya dihina sampai membunuh diri seperti itu?"
"Paman!" Sarjitowarman bangkit semangatnya dan
membentak, mukanya merah. Lalu disambungnya, "Maukah engkau menjadi petunjuk jalan bagiku?"
"Untuk membunuh dia" Tentu saja! Sekaranglah saatnya yang baik sekali. Mari kuantar engkau sampai dapat
berhadapan sendiri dengan dia di taman yang sunyi."
"Baik, Paman. Marilah dan sebelumnya terima kasih saya haturkan," kata Sarjitowarman penuh semangat.
915 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka kembali ke kota raja melalui pintu gerbang timur dan para penjaga yang sudah mengenal Sarjitowarman ketika berangkat tadi, hanya memandang heran akan tetapi tidak berani menegur atau mengganggu. Kakek nelayan itu pun berjalan sambil tunduk, akan tetapi setelah melewati penjagaan, dia mengajak pemuda itu bergegas menuju ke istana pangeran. Dengan jalan memutar lewat belakang, benar saja kakek itu dapat membawa Sarjitowarman ke dalam taman melalui sebuah pintu tersembunyi di antara semak-semak. Mereka menyelinap di antara pohon-pohon di dalam taman dan tak lama kemudian kakek itu berbisik, "Sssttttt.......
lihat itu....."
Sarjitowarman memandang dan jantungnya berdebar
tegang. Benar saja! Dia melihat Sang Pangeran berjalan-jalan seorang diri di dalam taman, kemudian pangeran itu duduk di depan kolam ikan, termenung memandangi ikan-ikan yang berenang di dalam kolam. Sarjitowarman mengepal tinjunya ketika dia melihat musuh besarnya itu.
Menurut gejolak nafsunya, ingin dia sekali tubruk mencekik leher pangeran itu.
Melihat sikap pemuda itu, kakek nelayan itu lalu menyentuh lengannya. "Sst, sekaranglah saatnya untuk turun tangan, orang muda. Akan tetapi kasihanilah aku,aku orang tua yang tidak berdaya, aku harus pergi dulu dari sini."
http://kangzusi.com
Sarjitowarman yang sudah dikuasai nafsu amarah itu hanya mengangguk-angguk. Dia maklum bahwa kakek ini yang telah membantunya dan memberi jalan, jangan sampai terlambat kalau usahanya gagal. Kakek itu menyelinap pergi di antara kegelapan pagi itu dan setelah melihat kakek itu menyingkir.
Sarjitowarman lalu berindap-indap menghampiri tempat pangeran itu duduk seorang diri.
Dengan tangan gemetar pemuda ini mencabut kerisnya, kemudian dia meloncat ke depan sambil membentak,
"Manusia keji, terimalah pembalasanku!" Dia langsung 916
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang dengan menusukkan kerisnya ke arah leher Sang Pangeran yang masih duduk termenung itu.
Akan tetapi, tiba-tiba nampak sesosok bayangan berkelebat dan Sarjitowarman merasa betapa tubuhnya terlempar ke belakang, terpelanting dan terhuyung ke atas tanah sebelum kerisnya menemui sasaran. Dia terkejut bukan main,
melompat bangun dan melihat pangeran itu pun sudah
bangkit berdiri dan di dekat pangeran itu terdapat tiga orang kakek yang berada di tempat itu entah sejak kapan.
Sarjitowaran sudah menjadi mata gelap, maka tanpa
memperdulikan tiga orang kakek itu, tanpa menyelidiki mengapa tubuhnya tadi dapat terlempar seperti terdorong oleh angin yang dahsyat, dia telah meloncat lagi dan menyerang Sang Pangeran dengan kerisnya.
"Hemm, pemberontak rendah!" terdengar Ki Durgakelana membentak, sedangkan dua orang kakek yang lain menjaga di kanan kiri pangeran, hanya menonton sambil tersenyum lebar.
"Plak! Brukkk......!" Serangan Sarjitowarman ke arah pangeran itu dihalangi oleh Ki Durgakelana yang
menggunakan tangan kiri menangkis dari samping disusul tamparan tangan kanannya yang mengenai pundak pemuda itu, membuat Sarjitowarman kembali terpelanting ke atas tanah.
http://kangzusi.com
Kini terbukalah mata Sarjitowarman. Maklumlah dia bahwa usahanya gagal dan keselamatannya terancam. Dia tidak akan mungkin mampu membunuh Sang Pangeran,tidak mungkin
pula melarikan diri. Melawan pengawal-pengawal yang sakti itu pun percuma saja. Dia akan tertangkap dan akan
mengalami siksaan dan penghinaan lagi.
Mati baginya bukan apa-apa, apalagi kini tunangannya telah tiada, akan tetapi dia tidak mau tertangkap dan tersiksa.
Digerakkannya keris itu menusuk ke arah ulu hatinya sendiri.
917 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak! Desss.....!!" Kerisnya terpental dan Sarjitowarman kembali terpelanting dalam keadaan pingsan. Ki Durgakelana yang dapat bergerak cepat sekali itu telah mencegah pemuda ini membunuh diri dan memukulnya roboh pingsan, lalu cepat membelenggunya.
Pangeran Kolo Gemet berdiri memandang tubuh
Sarjitowarman. Mukanya merah dan dia marah sekali. "Si Bedebah! Berani sekali menyerang aku! Paman Durgakelana, bunuh saja jahanam ini!"
Ki Durgakelana cepat menyembah. "Maaf, Kanjeng Gusti Pangeran. Hamba kira mudah saja membunuh anjing ini, akan tetapi apakah hal itu bijaksana" Harap Paduka ingat bahwa dia ini adalah keponakan Ki Patih Nambi, dan mengingat akan apa yang terjadi kemarin dulu antara Paduka dengan dia ini dan Ki Patih, tidak baiklah kiranya kalau dia dibunuh begitu saja di sini. Tentu hal itu akan menimbulkan dugaan buruk di dalam hati Ki Patih. Sebaiknya kalau keparat ini diseret ke pangadilan di mana dia akan mengakui semua perbuatannya sehingga tidak ada kecurigaan di pihak Ki Patih bahwa Paduka sengaja membunuh dia tanpa dosa."
Pangeran Kolo Gemet mengangguk-angguk. Tentu saja dia tidak tahu bahwa semua ini sudah diatur, dan bahwa ucapan Ki Durgakelana itu adalah ucapan yang dihafalnya dari Resi Mahapati.
http://kangzusi.com
Gegerlah keluarga istana dan juga keluarga kepatihan ketika mendengar berita bahwa pagi hari tadi, hampir saja Sarjitowarman membunuh Sang Pangeran! Ki Patih Nambi yang mendengar bahwa keponakannya itu ditangkap dengan tuduhan hendak membunuh Sang Pangeran, menjadi terkejut setengah mati dan bergegas mendatangi ruangan pengadilan istana di mana pemuda itu sedang diperiksa dan diadili.
Persidangan itu dihadiri oleh Sang Prabu sendiri, juga Sang Pangeran, para pembesar seperti Resi Mahapati dan para nayaka praja. Persidangan yang mendapatkan perhatian 918
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh oleh para pembesar karena peristiwa itu benar-benar menggegerkan. Sang Pangeran hampir terbunuh oleh
keponakan isteri Ki Patih!
Semua orang memandang kepada Ki Patih ketika Patih
Nambi memasuki persidangan, menyembah kepada Sang
Prabu lalu mengambil tepat duduk. Pangeran Kolo Gemet membuang muka dan Sang Prabu juga melontarkan pandang mata penuh selidik kepada Ki Patih yang menundukkan mukanya yang agak pucat.
Sarjitowarman melihat ini semua dan tiba-tiba saja dia dapat menduga akan hal yang sebenarnya. Pamannya telah tersudut oleh perbuatannya itu! Teringatlah dia akan kakek nelayan yang membangkitkan semangatnya untuk membunuh Sang Pangeran.
Kini mengertilah dia bahwa memang ada pihak yang
hendak menjerumuskan dia. Bukan, bukan dia yang menjadi sasaran pihak yang mengutus orang menyamar sebagai kakek nelayan itu, pihak yang mengatur agar Sang Pangeran kelihatan sendirian saja di taman padahal diam-diam di situ terdapat pengawal-pengawal sakti yang melindunginya.
Jelaslah kini bahwa Sang Pangeran itu kelihatan sendirian dipergunakan sebagai umpan untuk memancingnya. Bukan dialah yang menjadi sasaran pihak itu, melainkan pamannya, Ki Patih! Akan tetapi tidak mungkin dia menuduh yang bukan-http://kangzusi.com
bukan kepada pihak yang tidak diketahuinya siapa itu, karena tidak ada bukti. Yang jelas terbukti, dia hendak membunuh pangeran. Dia harus berhati-hati,harus tidak melibatkan pamannya!
"Siapkah yang menyuruhmu mencoba untuk melakukan
pembunuhan atas diri Gusti Pangeran?" terdengar lagi pertanyaan dari hakim yang berwenang memeriksanya.
Sarjitowarman berlutut di atas lantai dengan kedua tangan dibelenggu ke belakang.
919 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada siapa pun yang menyuruh hamba melakukan
itu," jawab Sarjitowarman dengan suara tegas.
"Ingat, kalau dosamu itu hanya sebagai pesuruh saja, maka akan jauh lebih ringan hukumannya. Maka sebaiknya engkau mengaku terus terang," kata pula hakim sambil melirik ke arah tempat duduk Ki Patih. Tentu saja hakim ini telah lebih dulu dihubungi oleh Resi Mahapati maka berusaha untuk
melibatkan diri Ki Patih.
"Katakan sejujurnya, siapa yang membujukmu, siapa yang memberimu semangat, dan siapa yang menyuruhmu" Apakah ada yang menyuruhmu dan yang mejadi sebab dari
perbuatanmu itu?"
"Memang ada yang menjadi sebabnya, ada yang menyuruh hamba melakukan hal itu."
Tiba-tiba pemuda itu berkata dan suasana di dalam
ruangan itu menjadi berisik karena para pendengarnya menjadi terkejut sekali. Hamir semua mata kini ditujukan ke arah Ki Patih Nambi yang juga mengangkat mukanya,
memandang sebentar ke arah Sarjitowarman dan ketika melihat betapa semua orang memandangnya, Ki Patih
menundukkan mukanya lagi.
"Ha, benarkah demikian" Nah, ceritakanlah dengan jelas, apa sebabnya dan siapa yang menyuruhmu."
http://kangzusi.com
Hening sejenak. Semua orang menahan napas dan
memasang telinga penuh perhatian.
Keheningan yang mencekam sekali, di mana setiap orang seperti dapat mendengar bunyi degup jantungnya sendiri.
Pemuda yang berlutut itu mengangkat mukanya, memandang kepada Sang Pangeran dengan sinar mata penuh
kebencian,kemudian dia berkata, suaranya tegas dan lantang sekali, sedikitpun tidak gemetar padahal semua mata memandangnya dan dia berada di dalam ruangan yang
920 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihadiri oleh semua pembesar Mojopahit, bahkan Sang Prabu sendiri juga hadir.
"Yang menyuruh hamba adalah perasaan dendam sakit hati yang meracuni batin hamba! Hamba disuruh oleh perasaan benci yang mendalam terhadap Sang Pangeran, karena
dendam sakit hati terhadap perbuatannya yang telah
dilakukannya kepada hamba dan mendiang tunangan hamba, Dyah Wulandari. Hamba hendak membunuh Sang Pangeran untuk membalas kematian Diajeng Wulandari. Itulah
sebabnya!"
Kembali suasana menjadi berisik karena jawaban itu sama sekali jauh daripada dugaan semua orang yang hadir. Resi Mahapati dan kaki tangannya merasa kecewa sekali
mendengar jawaban ini. Hakim yang telah dipengaruhi Sang Resi itu masih mencoba untuk mendesak Sarjitowarman.
"Ah, mana mungkin hanya itu saja yang menggerakkan
perbuatanmu yang jahat itu" Andika adalah seorang dari Lumajang! Sudah pasti ada orang atau pihak lain yang menyuruhmu untuk melakukan percobaan pembunuhan itu.
Lebih baik Andika mengaku saja terus terang di depan Kanjeng Gusti Sinuhun dan para pembesar yang hadir!"
Sarjitowarman mengangkat mukanya dan memandang ke
kanan kiri dengan sinar mata penuh ketabahan, lalu menatap wajah hakim itu dan menjawab lantang, "Agaknya ada pihak http://kangzusi.com
yang hendak mendorong dan mendesak hamba untuk
mengakui hal-hal yang tidak semestinya! Akan tetapi pihak ini harp jangan mimpi untuk dapat mencapai maksudnya yang keji. Hamba adalah seorang laki-laki sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab. Hamba tidak disuruh oleh siapa pun, Hamba mencoba untuk membunuh Sang Pangeran
karena dendam pribadi. Sekarang hamba telah ditangkap, silahkan kalau hendak menghukum hamba. Akan tetapi
janganlah hamba didorong untuk mengakui hal-hal yang bukan-bukan!"
921

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan yang dikeluarkan dengan nada lantang dan marah kembali membuat mereka yang hadir tertegun. Sang Prabu sendiri diam-diam merasa kagum dan diam-diam merasa menyesal mengapa puteranya membuat gara-gara dengan menangkap pemuda ini dan tunangannya sehingga terjadi peristiwa ini. Akan tetapi tentu saja Sang Prabu tidak mau menyalahkan dan merendahkan puteranya sendiri dalam persidangan itu.
Sinar mata Resi Mahapati yang ditujukan kepada pembesar yang mengadili pemuda itu memandang tajam ke arah hakim.
Hakim agaknya menerima isyarat pandang mata itu, maka untuk yang terakhir dia mendesak lagi, "Sarjitowarman!
Mungkin Andika merupakan kaki tangan yang setia dari mereka yang menyuruhmu melakukan perbuatan itu, akan tetapi bagi Mojopahit Andika adalah seorang pengkhianat, seorang kaki tangan pemberontak. Namamu akan menjadi rusak dan seluruh keluargamu akan akan tertimpa bencana oleh perbuatanmu itu! Akan tetapi kalau Andika mengaku siapa yang menyuruhmu, pengadilan akan
mempertimbangkan dosamu dan mengajukan permohonan
kepada Kanjeng Gusti Sinuhun untuk meringankan hukuman!"
Wajah Sarjitowarman menjadi merah sekali. Dia marah bukan main karena dia melihat komplotan yang ingin sekali menyeret nama pamannya di dalam persidangan ini, di depan http://kangzusi.com
kehadiran Sang Prabu, maka dia lalu membentak dengan suara nyaring, "Paduka hendak memaksa hamba mengaku"
Nah, harap Paduka sekalian yang hadir di sini sudi
mendengarkan pengakuan hamba ini. Yang menyuruh hamba melakukan percobaan pembunuhan terhadap diri Sang
Pangeran bukan lain adalah......... Paduka sendiri!" Dia menudingkan telunjuknya kepada hakim itu! Tentu saja hakim menjadi pucat wajahnya, matanya terbelalak, kemudian mukanya berubah merah ketika mendengar suara ketawa ditahan dari beberapa orang yang hadir.
922 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Andika melakukan fitnah pula!" bentaknya dan dengan lancar dan dengan suara lantang dia lalu membacakan hukuman bagi Sarjitowarman. Hukuman mati tentu saja.
Semua orang ramai membicarakan persidangan itu setelah persidangan dibubarkan, Sang Prabu dan pangeran telah lebih dulu meninggalkan sidang, kemudian orang hukuman itu diseret pergi untuk menerima hukuman yang dijatuhkan atas dirinya yang diterimanya dengan senyum karena
Sarjitowarman merasa yakin bahwa kematiannya berarti bahwa dia akan bertemu kembali dengan tunangannya.
*d-w* "Maafkan saya, Kakang Resi. Akan tetapi saya tidak mau lagi membicarakan urusan Sajitowarman yang telah berdosa terhadap Gusti Pangeran dan telah menjalani hukuman mati.
Saya kira memang sebaiknya begitu." Ki Patih Nambi berkata sambil mengerutkan alisnya, memandang kepada tamunya, Resi Mahapati yang duduk di depannya.
"Akan tetapi, Adimas Patih. Siapa lagi kalau bukan kita yang memikirkan keadaan di Mojopahit" Apakah kita kan membiarkan saja calon raja kita melakukan penyelewengan-penyelewengan itu" Sang Pangeran memang telah bersikap keterlaluan,bukan hanya kepada Paduka dan keponakan Paduka, bahkan terhadap puteri-puteri istana beliau melakukan penghinaan. Kabarnya malah beliau bersikap http://kangzusi.com
kurang baik terhadap saudara-saudara tirinya, yaitu puteri-puteri keturunan langsung dari mendiang Sang Prabu
Kertanegara, yaitu Gusti Puteri Sri Gitarya dan Gusti Puteri Dyah Wiyat...."
"Cukup, Kakang Resi!" Kini Ki Patih bangkit berdiri dengan alis berkerut dan pandang mata marah. "Saya tidak mau lagi melayani percakapan seperti ini! Ketahuilah, Kakang Resi, bahwa saya adalah seorang ponggawa yang setia, yang bersedia mengorbankan apa saja, sampai keluarga dan nyawa saya, untuk mengabdi kepada Sang Prabu Kertarajasa
923 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jayawardana dan tidak ada apa pun di dunia ini yang akan membuat kesetiaan saya terguncang!"
Wajah Resi Mahapati menjadi merah sekali. Dia cepat minta maaf lalu berpamit pergi meninggalkan kepatihan. Hatinya merasa kecewa dan mendongkol sekali. Sia-sia saja semua usahanya selama ini. Siasat selirnya yang dijalankan dengan amat baik itu, yang mangakibatkan terhukumnya keponakan isteri Ki Patih, hukuman mati, ternyata tidak pernah mengguncangkan hati Ki Patih yang amat setia kepada Sang Prabu! Jadi percuma sajalah semua itu. Dia tetap tidak dapat mengadu domba antara Ki Patih dan Sang Pangeran!
Dengan murung dia pulang ke gedungnya sendiri. Dia mulai putus harapan. Jelaslah bahwa kesetiaan Ki Patih tidak mungkin dapat dia guncangkan. Sebaliknya mencari kesalahan Ki Patih untuk dilaporkan, untuk menghasut hati Sang Prabu atau Sang Pangeran, juga sukar sekali karena memang patih itu amat setia dan tidak pernah melakukan sesuatu yang dapat dijadikan bahan hasutan.
Lestari menyambut kedatangan resi itu dengan manis dan selir itu segera mengerti akan kemurungan suaminya. Dia sudah mendengar bahwa siasatnya dijalankan dengan baik, akan tetapi dia juga dapat menduga bahwa tentu siasat yang dijalnkan dengan baik itu ternyata tidak mengakibatkan hasil yang mereka idam-idamkan, yaitu permusuhan antara Ki Patih http://kangzusi.com
dan Sang Pangeran. Dia kini menduga pula, dari wajah suaminya yang muram, bahwa usaha suaminya menghasut dan memanaskan hati Ki Patih tentu gagal pula.
"Apakah Ki Patih tidak dapat dibakar hatinya?" tanyanya perlahan sambil mendekati resi itu.
Resi Mahapati menggeleng kepala dengan kening berkerut.
"Dia tidak mungkin dapat dihasut dan mencari kesalahannya pun amat sukar. Dia berlindung kepada kesetiaannya terhadap Sang Prabu maka menjadi kebal dan sukar sekali diserang."
924 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dia sukar ditembus, mengapa tidak mengalihkan sasaran saja, Kakangmas?" kata Lestari tersenyum.
Kakek itu mengangkat muka memandangnya.
"Maksudmu?"
"Kita alihkan kepada sasaran yang lebih lunak, yaitu Sang Pangeran. Kalau Sang Pangeran sudah dapat paduka kuasai dan pengaruhi, tentu apa pun yang paduka minta akan dilaksanakan olehnya."
"Akan tetapi, hubunganku dengan Sang Pangeran sudah cukup baik, beliau, bahkan Kanjeng Gusti Puteri sudah menaruh kepercayaan besar kepadaku."
"Masih belum cukup, Kakangmas. Saya kira, kita harus mempergunakan kelemahan Sang Pangeran untuk benar-benar menundukkan beliau itu. Beliau adalah calon raja,maka alangkah akan baiknya dan menguntungkan kalau Paduka dapat menguasai sepenuhnya. Saya kira, jalan satu-satunya adalah menyerang kelemahannya, yaitu terhadap wanita."
Resi Mahapati mengangguk-angguk. Memang tepat sekali, pikirnya. Mengapa dia tidak memikirkan hal ini" Kalau Sang Pangeran dapat ditundukkan oleh seorang wanita, tentu segala permintaan wanita itu akan diturutinya belaka! Dan satu-satunya wanita yang akan mampu melakukan hal ini adalah Lestari! Selirnya yang tercinta!
http://kangzusi.com
Dia mencintai Lestari, akan tetapi dia lebih cinta kepada cita-citanya.
Terbayang di benaknya betapa Lestari mempermainkan
pangeran sampai Sang Pangeran tunduk benar-benar di bawah telapak kaki wanita yang dia tahu amat hebat dalam menyenangkan hati pria ini. Mungkin saja Lestari akan berhasil sedemikian jauhnya sehingga kelak dapat mengangkat diri menjadi permaisuri kalau Sang Pangeran telah menjadi raja!
-)ooo(d0e)ooo(-
925 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 64 "Ah, benar sekali!" Tiba-tiba Sang Resi berseru girang dan dia memandang kepada selirnya itu dengan wajah berseri mata bercahaya. "Itulah jalan satu-satunya,dan engkau tentu suka melakukannya untuk aku, Lestari!"
Wanita yang usianya dua puluh enam tahun namun masih kelihatan muda dan cantik manis itu memandang kepada Resi Mahapati dengan mata terbelalak, setengah dibuat-buat karena sesungguhnya otaknya yang cerdik sudah dapat menduga-duga apa yang dimaksudkan oleh suaminya, akan tetapi dia bertanya, "Apa yang Paduka maksudkan,
Kakangmas Resi?"
"Maksudku tidak lain adalah agar engkau sendiri yang melakukan pendekatan kepada Sang Pangeran dan berusaha untuk menundukkan hatinya dengan kejelitaanmu, Lestari."
Sepasang mata yang jeli itu terbelalak makin lebar, mulut yang berbibir merah dengan rongga mulut lebih merah lagi itu terbuka, lalu kedua tangannya menutupi muka itu, "Ohhhh....
oh, uhhhhhhuuuuuuhhh......!" Dan wanita itu menangis sesenggukan!
"Kakangmas..... uh-huuuuh....... Paduka kejam sekali...., http://kangzusi.com
sudah tahu bahwa saya adalah milik Paduka, jiwa raga ini adalah milik Paduka........ mengapa Paduka menyuruh saya melakukan hal itu..... hu-huuu, nyuruh saya melakukan hal itu menandakan bahwa Paduka tidak lagi mencintai saya......"
Resi Mahapati cepat merangkul wanita itu. Hatinya girang bukan main karena sikap wanita itu jelas membuktikan betapa besar cinta wanita ini terhadap dirinya! "Tenanglah, manis, tenanglah kekasih hati pujaanku. Ingatlah bahwa untuk mengangkat derajat kita berdua engkau harus berani
berkorban sedikit."
926 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sedikit kata Paduka" Sedikitkah itu kalau saya harus merendahkan diri merayu Sang Pangeran kemudian
menyerahkan diri saya kepadanya" Ah, Paduka minta terlalu banyak dari saya...."
"Tidak, tidak, Lestari. Ingatlah bak-baik. Engkau memang harus menggunakan kecantikan dan keindahan tubuhmu, akan tetapi aku tahu bahwa hatimu tetap milikku! Nah, sedikit pengorbanan itu apa artinya kalau dibandingkan dengan hasilnya?"
"Paduka mengingat kepentingan sendiri saja. Berarti Paduka tidak lagi cinta kepada saya."
"Siapa bilang begitu" Justeru aku minta kepadamu
melakukan hal itu adalah karena besarnya cintaku kepadamu, Lestari. Dengar baik-baik. Kalau engkau berhasil
menundukkan hatinya, dan aku yakin engkau pasti akan berhasil, bukankah kelak engkau ada harapan untuk diangkat menjadi permaisuri kalau beliau telah menjadi raja" Nah, bukankah hal itu akan mengangkat dirimu ke tempat yang paling tinggi bagi seorang wanita" Lebih tinggi dari semua wanita di Mojopahit" Dan tentu saja, kalau engkau sudah menjadi permaisuri, mudah saja bagimu mengulurkan
kepadaku, menarik aku ke atas kursi kepatihan, bahkan lebih tinggi lagi!"
Memang sesungguhnya hati Lestari sudah girang sekali http://kangzusi.com
dengan usul itu, maka kiranya tidak usah dibujuk pun dia sudah setuju sekali. Hanya dia berpura-pura saja untuk membuat Sang Resi makin percaya dan makin cinta
kepadanya. Setelah berhasil membalas dendam atas kematian ayah bundanya terhadap diri Progodigdoyo dan melampiaskan dendamnya pula kepada para ponggawa Mojopahit yang
dibencinya semua, kini timbul nafsu lain dalam diri Lestari yang telah menjadi hamba dari nafsu kebencian itu.Dia ingin memperoleh kedudukan tertinggi agar dapat menguasai semua orang yang dibencinya! Tentu saja, sebagai selir yang 927
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tercinta dari Resi Mahapati, dia tak berani mendekati Sang Pangeran, namun dia sudah lama tahu bahwa jalan satu-satunya untuk mencapai cita-cita itu hanyalah mendekati Pangeran Pati itu, dan tadi dia sudah memancing-mancing dan memberi jalan untuk melakukan pendekatan kepada Sang Pangeran. Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa resi itu akan memperkenan dia, bahkan menyuruh, untuk merayu sendiri Sang Pangeran. Hal itu sungguh merupakan hal yang amat menyenangkan hatinya. Memancing teri
memperoleh kakap namanya!
Maka bujukan-bujukan Sang Resi itu hanya menambah
kebesaran hatinya karena kepura-puraannya telah behasil pula mengelabui mata Sang Resi yang menganggap wanita ini amat mencintainya dan telah menerima tugas dengan hati
"berat". Maka mereka lalu mengatur rencana untuk mulai menjebak Sang Pangeran ke dalam perangkap yang mereka atur bersama.
Tentu saja perangkap ini dipasang dengan kerja sama para pembantu resi itu, terutama sekali Resi Harimurti, Ki Durgakelana, Ki Warak Jinggo dan Sarpo Kencono. Empat orang kakek inilah yang membantu terlaksananya siasat itu karena mereka mempunyai kepentingan yang sama dengan Resi Mahapati, yaitu memperoleh kedudukan setinggi-tingginya di Mojopahit kelak setelah Pangeran Kolo Gemet naik http://kangzusi.com
tahta. Demikianlah pada suatu pagi, dengan diantar oleh tiga orang kakek pengawal,yaitu Ki Durgakelana, Warak Jinggo dan Sarpo Kencono, Pangeran Pati itu pergi berburu ke hutan di dekat kota raja. Hutan ini memang merupakan hutan yang istimewa diperuntukkan keperluan Sang Prabu kalau pergi berburu. Rakyat tidak boleh berburu di hutan ini, bahkan banyak binatang dari luar sengaja dilepas di dalam hutan ini untuk kesenangan raja sekeluarganya.
928 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah matahari naik tinggi dan berhasil merobohkan seekor kijang dengan anak panahnya, atas bujukan para pengawal itu, Sang Pangeran pergi ke sebuah telaga di tepi hutan untuk beristirahat di tempat yang teduh dan nyaman itu, dengan maksud untuk mandi karena menyusup-nyusup ke dalam semak belukar tadi membuat tubuh menjadi penat dan juga gatal-gatal.
Ketika mereka tiba di tepi telaga, dari jauh Ki Durgakelana sudah berbisik kepada Sang Pangeran sambil menuding ke depan, ke pinggir telaga, "Ah, Gusti Pangeran..... harap suka memeriksa ke sana itu.... agaknya Paduka telah didahului orang yang mandi di telaga..."
"Ah, benar! Dan dia seorang wanita....!" kata Ki Warak Jinggo/.
"Wanita muda yang mandi seorang diri di telaga! Jangan-jangan dia itu peri....!" kata pula Sarpo Kencono.
Sang Pangeran tertarik sekali, lalu dia berkata, "Kalian tunggu di sini, biar aku yang mendekati dan melihat siapa dia." Sikap pangeran itu seperti tadi ketika dia melihat bayangan kijang dan hendak merobohkannya sendiri kijang itu.
Tiga orang kakek itu menyembah lalu duduk di bawah
pohon tak jauh dari telaga itu sambil saling lirik dan mengulum http://kangzusi.com
senyum penuh arti.
Berindap-indap Sang Pangeran menghampiri telaga. Dari jauh dia memang melihat seorang wanita muda sedang mandi berkecipung di pinggir telaga. Di mana air telaga yang jernih itu dalamnya hanya sampai di dada. Ketika tiba di tepi telaga, dia melihat tumpukan pakaian wanita itu dan jantungnya berdebar. Wanita itu mandi telanjang bulat! Dan makin berdebar lagi jantung pangeran muda yang mata keranjang ini melihat rambut yang hitam panjang dan halus, kulit yang kuning bersih dan bentuk tubuh yang padat menggairahkan.
Pendekar Kidal 1 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Panji Wulung 12
^