Pencarian

Kemelut Di Majapahit 4

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


menampar muka Reksosuro sampai si juling itu terpelanting.
Mereka merasa heran karena mereka maklum bahwa
Reksosuro memiliki kepandaian tinggi dan memiliki kekebalan, kenapa sekarang ditampar seorang dara remaja seperti itu saja sampai terpelanting dan mulutnya berdarah" Mereka masih tidak tahu betapa Reksosuro menderita lebih hebat lagi karena tulang rahanya telah patah! Kini mendengar teriakan Reksosuro untuk menangkap dara yang cantik itu, tentu saja mereka menjadi girang dan seperti lima ekor kucing kelaparan melihat seekor tikus gemuk, mereka menubruk seperti 177
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlomba untuk menangkap dan mendekap dara remaja
menggairahkan itu.
Akan tetapi, dengan gerakan yang amat lincah, Sulastri bergerak cepat sekali dan semua tubrukan itu hanya mengenai tempat kosong, bahkan dua orang yang menubruk dari dua arah yang berlawanan saling tubruk sehingga mereka saling beradu,menimbulkan benjol sebesar telur ayam pada dahi mereka! Barulah mereka terkejut sekali dan cepat mereka membalikkan tubuh dan menubruk lagi dara yang tersenyum mengejek sambil bertolak pinggang itu. Kini Sulastri telah melemparkan kelapa dan pisang, juga kembang mawar merah ke atas tanah dan dia menanti mereka dengan kedua tangan di pinggang, sikapnya angkuh akan tetapi mulutnya tersenyum mengejek.
Ketika lima orang menubruk lagi, dia tidak mengelak seperti tadi, melainkan menggerakkan kaki tangannya secara teratur menurut ilmu silat yang tinggi dan gerakannya itu selain cepat juga mengandung tenaga dahsyat.
"Palak-plak-plak-desss!!" Lima orang itu terpelanting dan mereka cepat meloncat bangun dengan mata terbelalak.
Mereka adalah jagoan-jagoan yang kuat, akan tetapi mereka hampir tidak melihat bagaimana mereka sampai terpelanting ketika tangan dan kaki dara itu menyambar-nyambar seperti halilintar mengamuk.
http://kangzusi.com
"Bunuh dia...! Dia adalah adik Sri Winarti itu yang dicari-cari oleh sang resi! Kalau bisa tangkap hidup-hidup, kalau tidak bisa bunuh...!!" Reksosuro berteriak akan tetapi matanya yang juling melihat ke kanan kiri karena dia merasa ngeri dan takut memikirkan Ki jembros. Jangan-jangan kakek itu berada di situ! Dengan keris Kyai Bandot di tangannya. Reksosuro lalu maju dan bersama-sama lima orang temannya yang
kesemuanya sudah mencabut keris, dia mengurung Sulastri yang masih berdiri dengan sikap tenang.
178 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bibir yang manis dari dara remaja itu tersenyum. "Hemm, Reksosuro, kau pengecut besar! Tanpa mencarimu ke
Mojopahit, sekarang engkau telah mengantar nyawa! Aku harus membunuhmu, mencongkel keluar matamu yang juling itu. Akan tetapi engkau mengandalkan pengeroyokan kawan-kawanmu. Heh, mundurlah kalian berlima, kalau tidak kalian juga akan mati konyol!"
Akan tetapi tentu saja lima orang pengawal jagoan itu tidak menjadi gentar.
Mereka adalah jagoan-jagoan dan mereka berenam
membawa keris, menghadapi seorang dara remaja tentu saja mereka tidak menjadi takut.
"Kakang Reksosuro, iblis betina cilik ini sungguh liar. Mari kita tangkap dia beramai-ramai menjinakkan dia. Kalau tidak kita jinakkan, dia tentu akan makin sombong dan bertingkah!"
kata seorang di antara mereka yang bertubuh pendek dan berkepala besar.
Biar pun tulang rahang-rahangnya yang patah
menimbulkan rasa nyeri bukan main,akan tetapi karena dia ingin menyerahkan dara ini hidup-hidup kepada resi Mahapati, Reksosuro berkata dengan suara pelo karena mulutnya terasa nyeri bukan main kalau bergerak untuk bicara, "Sulastri, lebih baik kau menyerah kami tangkap dan kami haturkan kepada sang resi. Melawan pun akan percuma dan dari pada kau http://kangzusi.com
mampus atau terluka..."
"Monyet juling! Engkau yang sudah berada di ambang pintu neraka masih berani mengancam aku?" Sulastri mengejek.
Dara ini sungguh telah berobah banyak sekali.
Empat tahun lebih dia menjadi murid Ki Jembros, hidup menentang banyak sekali kekerasan alam dan kesukaran, digembleng secara istimewa oleh Ki Jembros yang aneh dan kini, dalam usianya yang masih remaja, empat belas tahun, Sulastri telah mempelajari banyak sekali ilmu-ilmu yang aneh-179
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh dan yang hebat-hebat,ilmu kedigdayaan dan gerakan-gerakan silat, juga bermacam ilmu kekebalan. Dara remaja yang pada dasarnya sejak kecil memiliki keberanian luar biasa ini, yang sejak kecil mengalami kesengsaraan dan rasa penasaran, kini berubah menjadi seekor singa betina muda yang berbahaya!
"Serbu...!" Reksosuro membentak kaku dan teman-
temannya mulai bergerak,memperketat lingkaran yang
mengurung diri Sulastri. Keris di tangan mereka menodong ke arah Sulastri penuh ancaman. Dara itu melirik ke atas tanah, melihat betapa tanah di kaki pengunungan itu mengandung pasir, maka dia tersenyum lalu cepat tubuhnya bergerak merendah. Gerakan yang tiba-tiba ini membuat enam orang pengurungnya waspada, akan tetapi mereka tidak melihat gadis itu menyerang mereka, maka mereka lalu melangkah maju mendekati Sulastri yang masih berlutut dengan tangan menyentuh tanah itu.
-o0odwo0o- Jilid 13 "Aduhhh...!"
"Ahhh...!" http://kangzusi.com
"Ihhh, mataku...!"
Dua orang di antara mereka yang kurang waspada terkena pasir matanya sehingga mereka menjadi bingung dan panik, untuk sementara mereka tidak dapat membuka mata dan hanya menggosok-gosok kedua matanya dengan tangan kiri.
Empat yang lain sempat memejamkan mata akan tetapi pasir-pasir halus itu seperti jarum-jarum saja memasuki kulit muka sehingga mereka juga gelagapan. Dan pada saat itu,tubuh Sulastri sudah menyerang ke depan, kedua kakinya bergantian bergerak.
180 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dess! Bukk! Ngekkk!!!" Kedua kaki yang kecil mungil itu bergerak menendangi mereka, membuat enam orang itu
terlempar ke kanan kiri dan beberapa orang di antara mereka kehilangan keris mereka, ada pula dua orang yang tidak dapat bangun kembali, pingsan karena tanpa sengaja ujung kaki yang mungil itu telah menyepak bagian tubuh mereka yang berbahaya, yaitu di bawah pusar!
Reksosuro sendiri terlempar agak jauh karena ketika menendang orang yang dibencinya ini, Sulastri mengerahkan tenaganya. Reksosuro terbanting keras akan tetapi dia merupakan orang yang paling kuat di antara mereka, maka dia telah bangkit kembali, kepalanya agak pening dan rahangnya terasa makin nyeri. Ketika dia memandang, terkejutlah dia karena dara remaja yang luar biasa itu telah meloncat dan seperti seekor burung saja telah "melayang" dan tiba di depannya sambil tersenyum mengejek, senyum yang mengandung hawa maut!
Baru sekarang Reksosuro mengerti benar bahwa dara
remaja ini adalah seorang manusia sakti. Akan tetapi dia tidak dapat lari lagi dan dia lalu menjadi nekad.
Sambil mengeluarkan suara pekik dahsyat tanpa
memperdulikan rasa nyeri di rahangnya, Reksosuro menerjang ke depan dengan keris Kyai bandot di tangannya,menusukkan keris berliuk sambilan itu ke arah perit Sulastri. Dara itu http://kangzusi.com
miringkan tubuhnya, menggunakan tangan kiri menangkis pergelangan tangan lawan dan berbareng dengan itu, lutut kanannya diangkat secara tiba-tiba sambil melangkahkan kaki kiri merapat sehingga lutut kanannya itu dari bawah menghantam pusar lawan.
"Ngekk!!" Tubuh Reksosuro terjengkang dan pada saat itu, sebuah tangan yang kecil mungil namun yang mengandung kekuatan dahsyat telah merenggut lepas keris Kyai Bandot dari tangannya.
181 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Reksosuro, sekarang engkau harus mampus!" suara merdu Sulastri terdengar seperti suara iblis bagi Reksosuro yang sudah roboh terlentang dan matanya terbelalak melihat dara itu perlahan-lahan melangkah maju dengan keris Kyai Bandot di tangan kanan, mulutnya tetap tersenyum mengerikan bagi Reksosuro.
"Tidak... tidak... jangan...!" Reksosuro berteriak-teriak penuh kengerian ketika dara itu melangkah maju makin dekat.
Akan tetapi dari senyum dara itu, Reksosuro maklum bahwa tak mungkin dara itu mengampuninya maka dia lalu meloncat bangun dengan niat untuk melarikan diri.
"Desss!" Sebuah tendangan membuat dia roboh
terjengkang lagi, bahkan tendangan yang mengenai dadanya itu membuat dadanya terasa sakit dan napasnya sesak. Kini dengan mata terbelalak dan muka pucat si juling ini memandang dara itu yang kembali melangkah
menghampirinya dengan tenang.
"Wirrr...!!"
Benda kecil menyambar dengan kecepatan luar biasa ke arah Sulastri pada saat dia mendengar bunyi derap kaki kuda mendatangi. Cepat dia menggerakkan keris Kyai Bandot menangkis benda yang menyambarnya itu.
"Cringgg...!!" Sulastri terkejut bukan main. Benda itu http://kangzusi.com
ternyata hanya sebuah kerikil kecil sebesar kelungsu (biji asam) akan tetapi ketika mengenai keris yang dipegangnya dan dipergunakannya untuk menangkis, keris itu tergetar hebat dan tangannya menjadi kesemutan! Hal itu menjadi tanda bahwa kerikil itu disambitkan dengan tenaga sakti yang amat kuat dan bahwa penyambitnya adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi.
"Paman empu... tolong...!" Terdengar Reksosuro berteriak dan sulastri cepat menoleh ke arah suara kaki kuda yang sudah tiba di tempat itu. Dia melihat dua orang kakek yang 182
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihatan lemah. Yang seorang adalah kakek tinggi dengan pipi kempot dan mulutnya tertutup segumpal tembakau susur kecil dan matanya sipit,rambutnya panjang putih semua, sikapnya halus namun membayangkan ketinggian hati.
Kakek ke dua bertubuh tegap dan bersikap gagah, kumis dan jengotnya terpelihara rapi, tangan kirinya memegang sebuah kipas bambu yang bundar dan pinggangnya terselip sebatang pecut (cambuk) penggembala sapi yang amat
panjang akan tetapi ujungnya dibelit-belitkan kepada gagangnya.
Tahulah sulastri bahwa dua orang kakek itu tentu orang-orang sakti dan sambitan kerikil tadi tentu dilakukan oleh seorang di antara mereka. Akan tetapi begitu bertemu, dia merasa tidak suka kepada kakek ini mempunyai mata lebar yang pandangannya gelit dan tajam penuh kecabulan!
Memang dugaan dara remaja yang biar pun masih amat
muda namun sudah mengalami hal-hal yang hebat itu dan memiliki pandangan tajam, adalah benar. Kakek berambut putih yang sikapnya angkuh itu adalah Empu Tunjungpetak, seorang pertapa yang terlalu percaya akan kepandaiannya sendiri sebagai yang tak terkalahkan sehingga biar pun pada lahirnya dia kelihatan halus dan rendah hati,namun
sesungguhnya hal itu hanya untuk menutupi batinnya yang angkuh dan tinggi hati.
http://kangzusi.com
Betapa banyaknya manusia di dunia ini yang seperti Empu Tunjungpetak ini.
Memaksa diri untuk kelihatan sederhana dan rendah hati, bersikap halus dan sabar,akan tetapi sayang, semua itu hanya seperti kedok belaka karena di sebelah dalamnya, batinnya penuh dengan perasaan angkuh dan sombong, merasa pintar sendiri, merasa yang paling suci, paling bersih, paling pandai, paling sakti.
183 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita lupa bhawa kerendahan hati, atau kesederhanaan atau kebajikan, bukankah terletak di pakaian sederhana, bukan pula di sikap sederhana atau halus, bukan pula dalam tata hidup yang sederhana melainkan jauh mendalam di dalam batin kita msing-masing! Pakaian, sikap, tata hidup yang kesemuanya nampak di luar hidup yang kesemuanya nampak di luar itu hanya untuk pamer dan untuk dinilai orang lain belaka, dan semua itu tidak ada gunanya karena palsu! Yang penting adalah pengertian diri sendiri, karena kitalah yang mengerti dan mengenal diri kita sendiri, kepalsuan-kepalsuan dalam diri kita. Dan kita pula yang dapat merobah diri sendiri.
Seorang pertapa di puncak gunung yang sunyi, yang hanya berpakaian sehelai cawat, yang tinggalnya di bawah pohon, yang kelihatannya saja seperti seorang yang paling sederhana, belum tentu memiliki batin sederhana dan semua
kesederhanaan yang disengaja, yang dipergunakan hanya sebagai cara untuk mendapatkan sesuatu, bukanlah
kesederhanaan namanya! Kesederhanaan adalah palsu dan dibuat-buat. Kalau batin sudah tidak mengejar apa pun juga, dialah namanya orang sederhana!
Kakek ke dua yang mengipas-ngipaskan kipas bambu di depan dadanya itu adalah Resi Harimurti. Kakek ini adalah seorang pertapa yang suka merantau, tidak suka tinggal di tempat tertentu, kepandaiannyajuga tinggi dan memiliki bermacam kesaktian dan aji-aji yang dahsyat. Akan tetapi, http://kangzusi.com
kakek ini memiliki suatu kelemahan, yaitu batinnya penuh dengan kecabulan. Setaip kali melihat wanita muda, terutama yang cantik, hatinya segera tergetar dan menggelora dan entah berapa banyaknya sudah wanita muda yang menjadi korban nafsu berani kakek ini.
Maka, begitu melihat Sulastri yang memang cantik manis dan bagaikan setangkai bunga sedang mulai mekar, tentu saja jantung kakek ini sudah berdebar tidak karuan, seluruh syaraf di tubuhnya berdenyut-denyut, matanya berkilauan dan hanya karena di situ terdapat Empu Tunjungpetak, maka kakek cabul 184
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini merasa sungkan dan dia menindih gelora nafsu berahinya dengan kipasan di depan dadanya,seolah-olah dengan kipasan itu dia dapat mendinginkan nafsunya yang terbakar.
Nafsu berahi mengusai orang tanpa pandang bulu, baik dia itu pria mau pun wanita,baik muda atau tua, nafsu berahi lahir dari kita sendiri, dari pikiran kita,dari ingatan atau kenangan kita. Maka kita melihat seorang wanita muda dan cantik dan kita tertarik, hal itu sudah wajar dan nafsu belum timbul di sini,kita memandang setangkai bunga mawar yang indah semerbak harum, atau memandang buah mangga yang
sedang ranum menguning atau memandang apa saja yang memang indah dan sedap dipandang. Akan tetapi, begitu memandang, pikiran kita bekerja,ingatan kita mencampuri, pikiran mengenangkan pengalaman sex yang pernah
dinikmati, pikiran membayangkan kesenangan-kesenangan yang dapat kita nikmati bersama wanita muda cantik yang kita pandang itu. Nah, mulai saat itu lahirlah nafsu berahi yang kita kobarkan sendiri dengan bayangan-bayangan pikiran itu.
Dan mulailah kita mengejar kesenangan yang dibayangkan itu, melalui si wanita yang kita pandang! Demikianlah sesungguhnya proses dari kecabulan yang bukan lain
merupakan satu di antara ulah pikiran kita, yaitu kita sendiri !
Resi Harimurti yang mula-mula dikuasai oleh pikirannya sendiri, yang mendorongnya ke arah kecabulan, lalu menjadi http://kangzusi.com
kecanduan dan menjadi hamba dari nafsu-nafsunya sendiri dan kalau sudah kecanduan seperti itu, kalau pemuasan nafsu telah menjadi suatu kebiasaan, maka manusia itu akan merasa sukar untuk membebaskan diri.
Sulastri bersikap tenang namun waspada karena dia
maklum bahwa dia berhadapan dengan orang-orang pandai.
Dia berdiri dan memandang dengan penuh perhatian ketika dua orang kakek itu turun dari atas panggung kuda.
"Elaadalah...!" empu Tunjungpetak berseru kaget dan memandang ke sekeliling di mana enam orang pengawal itu 185
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berserakan dan mereka kini mencoba untuk bangkit sambil mengeluh kesakitan. "Sungguh sukar dipercaya! Reksosuro dan kawan-kawannya,enam orang laki-laki yang kuat, tidak kuasa menahan amukan seorang dara remaja" Hebat...! Eh, nini, siapakah kau dan kenapa engkau seorang dara remaja begini ganas mengamuk dan hampir membunuh ponggawa-ponggawa Mojopahit?"
Sulastri sejenak memandang kepada Empu Tunjungpetak, sepasang matanya yang jeli dan tajam itu menentang penuh selidik dan dia dapat melihat kelembutan sikap kakek ini.
"Eyang, saya hanya mempunyai urusan dengan si Reksosuro seorang, akan tetapi mereka itu mengeroyok saya. Harap eyang tidak mencampuri urusan pribadi antara saya dengan Reksosuro si jahanam, dan saya tidak perduli apakah dia itu ponggawa Mojopahit, karena bagi saya dia adalah ponggawa neraka jahanam yang harus dilenyapkan!"
"Jagad Dewa Bathara...! Selama hidupku baru sekarang aku bertemu dengan seorang dara remaja seganas ini. Nini engkau hendak berbuat apakah terhadap Reksosuro?"
"Hendak saya congkel kedua matanya dan saya penggal lehernya!"jawab Sulastri dengan berani.
"Hemm, enak saja kau bicara, bocah lancang. Reksosuro adalah seorang ponggawa dan utusan dari Mojopahit. Apakah kau berani bicara selancang itu?"
http://kangzusi.com
"Tidak perduli. Siapa pun yang membela jahanam ini, terpaksa saya lawan!"
"Ha-ha-ho-ho! Kakang empu, serahkan saja bocah itu
kepadaku, "kata Resi Harimurti sambil melangkah maju.
"Terserah kepadamu, adi resi. Akan tetapi dia masih kanak-kanak, jangan membunuhnya."
"Membunuh" Ha-ha-ha, eman-eman (sayang) kalau
dibunuh, kakang. "Sambil tertawa-tawa Resi Harimurti 186
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah maju menghampiri Sulastri yang berdiri tegak dan bersikap waspada.
Mereka berhadapan. Pandang mata Sulastri tajam menusuk penuh keberanian,sedangkan Resi Harimurti sambil
menggerak-gerakkan kipasnya memandang seperti pandang mata seorang tengklak kerbau sedang meneliti dan menaksir seekor kerbau betina muda yang akan dibelinya. Dia
menganggul-angguk puas sekali. "Nini,engkau sungguh denok dan jelita. Janganlah nekad seperti itu, mari kau ikut bersamaku dan kalau kau memang suka akan ketangkasan, kau bisa menjadi murid Resi Harimurti dan kau pasti akan menikmati kesenangan hebat, ha-ha-ha!"
"Resi menjemukan, kau pergilah dan jangan mencampuri urusan pribadiku dengan Reksosuro!" Sulastri membentak.
"Ha-ha, kau seperti seekor kuda betina muda yang binal!
Kalau begitu, engkau harus ditundukkan dan jinakkan, baru menyenangkan, ha-ha!"
Sulastri sudah tak dapat menahan kemarahannya lagi
mendengar ucapan-ucapan yang dianggapnya amat
menghinanya itu. "Tua bangka busuk!" Dia memaki dan tubuhnya sudah bergerak cepat ke depan, tangan kirinya, menampar dari samping. Tamparan tangan kiri dara remaja ini bukanlah sembarangan karena dia telah menggunakan Aji Hasta Naga, yaitu semacam aji kesaktian yang mendatangkan http://kangzusi.com
tenaga mujijat di dalam telapak tangan kirinya yang halus itu sehingga dengan pukulan Aji Hasta Naga ini, dara remaja itu sanggup memukul hancur batu karang!
Sang Resi Harimurti terkejut juga menyaksikan hebatnya angin pukulan tangan kini ini. Dia mengenal pukulan ampuh dan sama sekali tidak menyangka bahwa dara yang usianya baru belasan tahun ini memiliki aji pukulan yang sedemikian hebatnya.
187 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia pun tidak berani sembrono menerima tamparan yang dahsyat itu, maka dia cepat mengangkat tangan kanan menangkis.
"Desss!!"
Tangan kiri yang mengandung hawa sakti itu bertemu
dengan tangkisan tangan kanan Resi Harimurti yang juga mengarahkan aji kesaktiannya dan akibatnya tubuh kakek itu tergetar hebat akan tetapi dara remaja itu terhuyung mundur dua langkah!!
Resi Harimurti terkejut bukan kepalang, karena jarang ada lawan yang dapat menggetarkan dia sembarangan rupa, apalagi hanya seorang dara remaja. Untuk menutupi rasa kagetnya, dia tertawa dan hatinya makin tertarik oleh dara ini.
Selamanya entah berapa ratus atau ribu orang wanita muda sudah dia dapatkan,baik dengan suka rela mau pun secara paksa, namun belum pernah dia mendapatkan seorang dara yang hebat seperti ini! Timbullah keinginannya untuk mendapatkan dara ini, hanya dia merasa binggung karena di situ terdapat Empu Tunjungpetak dan tentu saja dia merasa malu dan segan untuk memperlihatkan kelemahan atau
kebiasaan yang sudah mencandu dan memalukan juga bagi seorang kakek seperti dia itu.
"Ha-ha-ha, tamparanmu seperti Gudir (agar-agar)
http://kangzusi.com
lunaknya, nini!"
Tentu saja Sulastri menjadi semakin marah dan kini dia meloncat lagi ke depan,tangan kirinya sekali lagi menampar dan untuk kedua kalinya ini dia mengerahkan seluruh tenaganya dalam Aji Hasta Naga itu.
Akan tetapi kakek itu pun cepat menggerakkan tangan kanannya, sekali ini bukan menangkis melainkan menangkap lengan kiri dara itu.
188 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cap...!" Dengan tepat pergelangan tangan kiri Sulastri dapat ditangkap oleh tangan kanan Resi Harimurti. Dara itu menjadi kaget dan marah, dia meronta dan mengerahkan tenaga untuk menarik kembali tangan kirinya, namun sama sekali tangannya itu tidak mampu terlepas dari pengangan tangan sang resi, bahkan Resi Harimurti masih dapat menggunakan telunjuk tangan kanan itu untuk mencolek pipi Sulastri sambil mulutnya berbisik, "Kau memang manis sekali, cah ayu...!"
Tentu saja Sulastri menjadi makin marah. Tak disangkanya bahwa kakek ini oleh Reksosuro dalam hal kekurangajarannya.
Dia baru teringat bahwa sejak tadi dia masih memegang keris pusaka Kyai Bandot milik Reksosuro yang tadi dirampasnya.
"Tua bangka keparat!" bentaknya dan tanpa berpikir
panjang lagi, keris liuk sembilan itu ditusukkannya ke dada Resi Harimurti.
"Takkkk!" Keris itu mengenai dada, menembus jubah akan tetapi tidak dapat menembus kulit dada sang resi yang sakti itu, yang hanya tersenyum mengejek.
"Betina yang liar...!" Resi Harimurti berkata lirih kipasnya bergerak dan menyambar ke arah tangan Sulastri yang memegang keris.
"Prattt!!! Aughhh...!" Sulastri menahan jeritnya. Tangannya http://kangzusi.com
terasa sakit sekali dan keris rampasan itu terlepas dari pegangannya, jatuh ke atas tanah. Akan tetapi Sulastri adalah seorang anak yang amat cerdik dan dia memang memiliki bakat baik sekali dalam ilmu silat. Begitu melihat keris itu tidak mempan, tahulah dia bahwa resi ini memiliki kesaktian tinggi dan tubuhnya memiliki kekebalan, maka akan percuma saja kalau dia melakukan penyerangan biasa. Dia harus memilih bagian yang tidak dapat terlindung kekebalan dan secara otomatis,karena tangan kirinya masih dipegang. Dia
menyerang dengan tangan kanannya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya menyambar ke arah sepasang mata 189
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
resi itu, dengan kecepatan kilat sehingga sang resi terkejut bukan main. Betapa pun saktinya, tentu saja matanya tidak bisa dibikin kebal dan dia tahu bahwa dara remaja ini bukan seorang bocah biasa, jari-jari tangan itu mengenai
matanya,sungguh akan berbahaya sekali. Dan pada saat itu, kaki Sulastri juga bergerak cepat, menendang ke arah selakangan lawan di bawah pusar, tempat yang merupakan kelemahan bahkan tempat kematian bagi setiap orang pria!
"Ehhhh...!" Resi Harimurti makin kaget dan terpaksa untuk menyelamatkan dirinya dia melepaskan tangan kiri dara itu, menggunakan tangan kanan untuk menangkis tusukan ke arah matanya dan dia menggunakan kipasnya untuk
menyambut tendangan kaki Sulastri. Akan tetapi dara ini memang cerdik. Di maklum bahwa kepandaiannya tidak akan mampu mengalahkan resi ini serangan-serangan tadi
sesungguhnya hanya dia lakukan sebagai gertakan dengan maksud agar tangan kirinya yang tertangkap itu dilepaskan.
Setelah kini tangannya terlepas, dan melihat kipas pusaka itu menyambar kaki, dia cepat menraik kembali kakinya,
melempar tubuh ke belakang dengan kuat sehingga tubuhnya berjungkir balik tiga kali ke belakang dan kini dia sudah berdiri agak jauh dari Resi Harimurti yang sakti itu.
"Hemm...!" Suara geraman ini seperti auman singa dan menggetarkan hutan itu sehingga semua orang menjadi http://kangzusi.com
terkejut. Akan tetapi itu bukan auman singa karena segera disambung suara manusia yang terdengar bergema dan
mengandung getaran dahsyat, "Siapa berani menggangu muridku" Lestari mundurlah...!"
"Eyangggg...!" Sulastri menjadi girang bukan main dan dia cepat mundur beberapa langkah menjuhi orang-orang itu, matanya tajam dan waspada memandang gerak-gerik mereka.
Empu Tunjungpetak dan Resi Harimurti saling pandang.
Mereka mengerti bahwa guru dara remaja itu datang dan mereka terkejut dan kagum sekali karena suaranya sudah 190
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu dekat namun orangnya belum nampak! Dari ini saja, apalagi merasakan getaran suara itu, mereka berdua sebagai orang-orang sakti mengerti bahwa yang akan datang ini adalah seorang luar biasa yang berilmu tinggi, maka keduanya tanpa bicara, hanya dengan pandang mata saja, sudah bersepakat untuk bersikap hati-hati. Sementara itu Reksosuro yang tadi sudah merayap dan mengambil kerisnya, ketika mendengar suara itu, mukanya menjadi pucat sekali dan dia menyelinap ke belakang Empu Tunjungpetak seperti seorang anak kecil ketakutan yang bersembunyi di belakang orang dewasa untuk minta perlindungan. Dia mengenal suara itu, suara orang yang amat ditakuti, dan yang mendatangkan kengerian di dalam hatinya.
Betul saja, tidak lama kemudian muncullah seorang kakek raksasa yang amat menyeramkan dan yang amat dikenal oleh Reksosuro dan yang sering dijumpainya dalam mimpi sehingga membuat dia hampir mati ketakutan. Ki Jembros atau Setan Jembros! Kakek jembel yang usianya sudah enam puluh sembilan tahun, bertubuh tinggi besar, bajunya terbuka, dadanya berbulu dan mukanya separuh tertutup oleh
cambang bauk yang lebat, sepasang matanya lebar
mempunyai sinar yang tajam dan aneh, dan biar pun tubuh tinggi besar akan tetapi sesungguhnya dia kurus. Kakek ini telah tiba di situ, menoleh ke arah Sulastri dan pandang matanya melunak melihat dara itu tidak apa-apa, kemudian http://kangzusi.com
dia memandang kepada dua orang pendeta tua itu dengan sinar mata tajam penuh selidik, kemudian terdengar dia berkata,suaranya nyaring nadanya gembira seperti orang main-main, "Heh, kalian ini dua kakek tua bangka dan enam orang laki-laki pengecut, kenapa hanya berani menggangu seorang bocah perempuan" Kalau mau main-main, inilah lawanmu, pria sama pria dan tua sama tua!"
Menyaksikan sikap kakek ini, Reksosuro dan lima orang kawananya menjadi gentar,dan dua orang pendeta itu pun menjadi makin hati-hati. Empu Tunjungpetak melangkah maju 191
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan memandang kakek itu dengan penuh perhatian dan
dengan bibir tersenyum ramah, lalu pertapa pantai Laut Jawa itu bertanya. "Bukankah andika yang bernama Ki Jembros?"
Dengan matanya yang terbelalak lebar, Ki Jembros
menatap wajah Empu Tunjungpetak,dan melihat pipi yang kempot itu menyembunyikan sekepal tembakau susur di sebelah kiri sehingga nampak menjendol di pipi. Ki Jembros tertawa. "Ha-ha-ha,aku pernah mendengar akan seorang pertapa di pantai Laut Jawa yang mencoba untuk
menundukkan segala nafsunya akan tetapi masih kalah oleh segenggam tembakau susur. Andikakah orangnya?"
Wajah yang kurus dari empu Tunjung petak menjadi
merah. Akan tetapi dia menahan kesabarannya karena
pertapa ini memang sudah mendengar akan tokoh perantauan yang bernama Ki Jembros ini, yang kabarnya mempunyai watak ugal-ugalan dan aneh namun juga memiliki kesaktian yang hebat.
"Kisanak," katanya lembut. "Kami tidak tahu bahwa gadis ini adalah murid andika,dan kami tadi hanya mencegah dia membunuh para prajurit Mojopahit."
"Bohong, eyang!" Sulastri membantah dengan suaranya yang nyaring. "Eyang lihat siapa monyet juling itu!" Dia menuding ke arah Reksosuro yang menjadi makin ketakutan, mencoba untuk menyembunyikan diri di belakang tubuh empu http://kangzusi.com
Tunjungpetak dari pandang mata Ki Jembros. "Dia adalah seorang di antara dua orang keparat yang dahulu menghina saya. Saya tadi mengenalinya dan hendak membunuhnya, akan tetapi lima orang kawannya membelanya, maka terpaksa saya hajar mereka. Saya tidak akan membunuh yang lain-lain, hanya akan membunuh si lutung juling, akan tetapi lima orang kawannya membelanya, maka terpaksa saya hajar mereka.
akan tetapi kakek setan itu menghalangi dan menyerang saya." Kini dia menudingkan telunjuknya ke arah Resi Harimurti.
192 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pandang mata Ki Jembros beralih ke arah Resi Harimurti yang sejak tadi hanya memandang dengan senyum mengejek.
Dia pun sudah pernah mendengar nama Ki Jembros,akan tetapi dia memandang rendah, apalagi setelah kini bertemu dengan orangnya dan mendapat kenyataan bahwa orang yang namanya amat terkenal itu ternyata bukan lain hanyalah seorang jembel tua! Di lain pihak, Ki Jembros juga menyelidiki wajah Resi Harimurti dan kakek ini segera dapat meneropong watak sang resi melalui sinar mata yang terpancar dari sepasang mata pertapa kelana itu.
"Aha, aku tidak mengenal dia ini akan tetapi biar pun pakaianmu jubah pendeta seperti seorang resi, akan tetapi jelas bahwa dia ini seorang hamba nafsu berahi yang amat lemah!"
Diam-diam Resi Harimurti terkejut dan malu sekali
mendengar ucapan yang memang tepat itu. Dia sendiri mengakui bahwa dia amat lemah terhadap cengkeraman
nafsu berahi, maka ucapan Ki Jembros itu membuat dia malu dan akhirnya marah. Sepasang matanya mengeluarkan
pancaran sinar panas.
"Ki Jembros tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, tata susila dan kebaikan untuk melayani nafsu-nafsu binatang yang
mengeram di dalam tubuhmu" Ha-ha-ha, sungguh berani mati! Siapa sih andika ini?"
http://kangzusi.com
Empu Tunjungpetak yang menjawab, "Kisanak, harap
jangan menghina sahabat kami. Dia Resi Harimurti..."
"Woooooohhhhh! Pantas... pantas....! Bukankah Harimurti yang dahulu pernah mengganggu isteri Empu Sangiran, membikin ribut di keputren istana Kediri, lalu mengganggu dan membunuh puteri ki lurah di Terung dan masih banyak lagi" Harimurti yang itukah?"
Harimurti menjadi terkejut bukan main. Peristiwa-peristiwa yang disebutkan oleh Ki Jembros itu memang benar, akan 193
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi peristiwa-peristiwa itu merupakan rahasia-rahasia yang ditutup rapat, bahkan Empu Tunjungpetak tidak
mengetahuinya,maka kini Empu Tunjungpetak memandang kepadanya dengan sinar mata heran.
Harimurti menutupi rasa malunya dengan kemarahan.
"Keparat jembel tua! Jangan sembarangan membuka
mulut! Andika melepas fitnah busuk. Apa sih yang andika kehendaki ?"
Ki Jembros tertawa. "Ha-ha-ha, masih ada rasa malu"
Harimurti, antara muridku dan lutung juling itu ada urusan pribadi, maka kalau sekarang muridku hendak melakukan apa pun terhadap dia, andika atau siapa pun tidak boleh mencampuri."
-o0odwo0o- Jilid 14 "Enak saja bicaramu! Reksosuro adalah prajurit dan utusan Mojopahit, sudah tentu aku akan membelanya." Harimurti yang sudah marah membentak dan menggerak-gerakkan
kipasnya ke arah dada seolah-olah hendak mendinginkan hatinya yang panas.
"Kalau begitu, biar muridku bertanding dengan mon
http://kangzusi.com yet
juling itu, dan andika boleh maju, akulah tandinganmu, tua sama tua!" Ki Jembros tersenyum lebat nampak giginya berkilat di balik cembang bauknya yang lebat.
"Babo-babo, jembel tua busuk yang sombong! Andika
agaknya sudah bosan hidup dan hendak merasakan tangan Resi Harimurti. Majulah!" Resi Harimurti menantang.
"Ha-ha-ha, bagus sekali! Sudah lama tidak ada yang
menanyangku sehingga semua tulang dan ototku menjadi 194
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaku. Eh, Empu Tunjungpetak, apakah andika juga hendak maju pula meijati tubuhku yang lelah?"
Wajah Empu Tunjungpetak menjadi merah sekali dan kakek ini lalu menoleh ke arah pohon jati besar di sebelah kanannya.
"Cuhh!! Cepp!!" Kakek itu menyemburkan tembakau susur dari mulutnya dan gumpalan tembakau basah itu menancap masuk ke dalam batang pohon jati! Dari peristiwa ini saja sudah dapat diukur betapa kuatnya tenaga sakti kakek ini yang membuat tembakau susur yang disemprotkan itu seperti peluru saja amblas ke dalam batang pohon jati yang kuat. Dia tidak menjawab ejekan Ki Jembros, hanya berkata kepada Resi Harimurti, "Waspadalah, adi resi, dan jangan pandang ringan lawanmu."
Resi Harimurti mengangguk, lalu menudingkan kipasnya ke arah muka Ki Jembros sambil membentak, "Ki Jembros kalau andika sudah siap, majulah!"
"Sudah sejak lahir aku telah siap, dan kau lah yang maju karena kau yang menantang, bukan aku," Ki Jembros
menjawab sambil tertawa, sikapnya seenaknya saja seolah-olah dia sedang bersendau gurau dengan sahabat, bukan sedang berhadapan dengan seorang lawan yang berbahaya.
"Keluarkan senjatamu!" kembali Resi Harimurti membentak.
"Heh-heh, Resi Harimurti! Ketika andika lahir di dunia, alam http://kangzusi.com
telah memberi andika sepasang tangan, sepasang kaki, mata telinga dan segala sesuatu serba lengkap dan sempurna dan semua itulah senjatamu. Akan tetapi sekarang andika yang kurang menghargai semua itu malah mengandalkan senjata buatan manusia. Ha-ha,aku sih dari dulu mengandalkan anggota tubuhku."
"Babo-babo, keparat tua bangka, sumbarmu seperti
mampu memindahkan Gunung Semeru saja. Engkau yang
sengaja hendak membunuh diri, Ki jembros, dan jangan 195
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salahkan aku nanti karena aku memperingatkanmu untuk menggunakan senjata. Nah, sambutlah ini!"
Gerakan Resi Harimurti memang cepat bukan main. Sulastri melihat ini dan merasa khawatir mengapa gurunya semikian sembrono, menghadapi lawan yang tangguh dengan
seenaknya saja tanpa menggunakan senjata. Dengan terkejut dara ini melihat betapa sekali bergerak, Resi Hawrimurti telah mengebutkan kipasnya yang mendatangkan angin dahsyat, kipas menyambar ke arah muka Ki Jembros, disusul dengan totokan gagang kipas ke arah tenggorokan sedangkan tangan kiri Resi Harimurti, dalam detik berikutnya telah
mencengkeram ke arah pusar lawan harimau yang dahsyat!
"Plak-duk-dukk!" Tiga kali Ki Jembros seenaknya
menggerakkan kedua tangannya,akan tetapi ternyata
gerakannya itu sudah cukup untuk dapat menangkis semua serangan lawan dengan tepat bahkan tangkisan terakhir membuat tubuh Resi Harimurti condong ke belakang oleh dorongan tenaga yang amat kuat.
Resi harimurti terkejut dan menjadi penasaran, apalagi ketika melihat Ki Jembros masih berdiri seenaknya sambil tersenyum di balik cambang bauknya. Akan tetapi sebetulnya di balik sikapnya yang seenaknya itu, Ki Jembros juga waspada karena petemuan tenaga tadi saja sudah membuka matanya bahwa Resi Harimurti benar-benar bukanlah lawan http://kangzusi.com
yang boleh dipandang ringan begitu saja.
Resi Harimurti mengeluarkan gerenangan seperti beruang marah, kemudian kembali dia menerjang maju, lebih cepat dan lebih kuat dari pada tadi, menggunakan kipas bambunya, tangan kirinya dan juga kakinya yang bertubi-tubi mengirim serangan.
Terdengar suara bak-buk-dak-duk ketika Ki Jembros
menangkis dan balas menampar atau memukul, akan tetapi serangan balasan ini pun dapat dihalau oleh Resi Harimurto dengan tangkisan-tangkisan dan elakan-elakan tubuhnya yang 196
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata gesit sekali itu. Tejadilah pertandingan yang seru dan seimbang.
Sulastri menonton dengan penuh perhatian. Selama dia berkelana mengikuti gurunya,baru sekali inilah dia melihat gurunya bertanding melawan musuh yang kuat dan dia
merasa kagum. Resi Harimurti memang gesit sekali,


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerakannya seperti burung kepinis saja, menyambar-nyambar dan sukar diikuti pandang mata. Namun gurunya amat
tenang, terlalu tenang malah, berdiri di tengah dan menghadapi serangan lawan yang menyambar-nyambar dari sekeliling itu dengan seenaknya. Dia melihat gurunya mempergunakan Aji Pukulan Hasta Naga dengan tangan kiri setiap kali membalas serangan dan diam-diam dia bangga karena ternyata bahwa Resi harimurti gentar menghadapi tamparan Hasta Naga itu dan setiap kali menangkis tentu tubuhnya tergetar, maka resi itu lebih banyak mengandalkan kecepatan gerankannya untuk mengelak.
Tiba-tiba terdengar Ki Jembros berseru, "Resi cabul, engkau menjemukan!" dan dengan gerakan cepat sekali, dia mengubah caranya membalas serangan, bukan memukul ke arah tubuh lawan, melainkan tangan kirinya dengan jari terbuka dan penuh dengan Aji Pukulan Hasta naga menampar ke arah kipas bambu lawan.
"Krakkk!!" Kipas itu hancur berkeping-keping dan tubuh http://kangzusi.com
Resi Harimurti masih terhuyung saking hebatnya pukulan itu.
Akan tetapi sambil terhuyung sang resi diam-diam memegang gagang pecutnya dan tiba-tiba nampak sinar putih berkelebat dibarengi ledakan keras dan pecut itu telah menyambar ke arah Ki Jembros.
"Tarrrr...!!" Ki Jembros miringkan tubuh sehingga mukanya terhindar dari pecutan cambuk, akan tetapi cambuk yang panjang itu masih mengenai punggungnya dan membuat
bajunya robek. 197 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehhh...!" Ki Jembros meraba punggungnya. Bajunya robek dan kulit punggungnya terasa panas. Pecut itu benar-benar amat dahsyat, pikirnya.
"Tar-tar-tarrr...!!" Kembali pecut panjang itu meledak-ledak di udara dan bertubi-tubi melecut ke arah tubuh Ki Jembros, mengarah bagian-bagian yang berbahaya dan ujung pecut itu seperti patuk garuda saja atau seperti moncong ular yang mematuk-matuk. Ki Jembros menangkis dengan tangan,
mengelak, namun karena kakek ini tidak menggunakan
kecepatan untuk mengelak atau senjata untuk melindungi tubuh, maka kembali panggung dan lambungnya terkena sambaran ujung cambuk dan bajunya robek-robek.
"Ehhhh?"" Ki Jembros kelihatan terkejut dan matanya terbelalak, sinar matanya mengeluarkan cahaya yang
menandakan timbul kemarahannya dan yang hanya diketahui oleh Sulastri. Dara remaja ini tahu bahwa eyang gurunya mulai marah. Akan tetapi,hal ini tidak diketahui oleh Resi Harimurti yang tertawa-tawa mengejek dan terus
menggerakan cambuknya, melecut-lecut dan terdengar
cambuk itu meledak-ledak menyambar ke arah tubuh lawan.
Tiba-tiba tangan kiri Ki Jembros dapat menangkap ujung cambuk, lalu tangannya digerakkan berputar sehingga cambuk itu membelit-belit lengannya. Suara ledakan terhenti dan Resi Harimurti menari-narik cambuknya. Cambuk itu menegang, http://kangzusi.com
terjadi tarik-menarik dan tiba-tiba mulut Ki Jembros dan...
tubuh Resi Harimurti terangkat ke atas dan terlempar seperti seekor ikan besar kena pancing, lalu terbanting ke atas tanah mengebulkan debu. Akan tetapi, tubuh Resi Harimurti terlindung kekebalannya dan biar pun dia terkejut bukan main karena tubuhnya terangkat melayang oleh tarikan lawan yang dahsyat dan tak tertahankan, namun dia dapat meloncat lagi bangkit berdiri dan kini, dengan kedua kaki terpentang dan dengan pengerahan tenaga sekuatnya sehingga kedua kakinya 198
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti berakar pada bumi, dia mempertahankan cambuknya dengan memegang gagang pecut erat-erat.
"Ha-ha-ha!" Ki Jembros tertawa dan kembali kakek tinggi besar ini mengerahkan tenaganya menarik. Resi Harimurti mempertahankan sekuat tenaga. Pecut itu makin menegang dan tiba-tiba terdengar suara keras dan tubuh resi Harimurti terjengkang! Pecut itu telah putus di tengah-tengahnya, tidak kuat menahan tarikan dua tenaga dahsyat itu.
"Ho-ho, resi cabul, terimalah hadiahku ini!" Ki Jembros melangkah lebar ke arah Resi Harimurti yang sudah meloncat bangun lagi, dan kakek tinggi besar ini sudah melakukan pukulan dengan tangan kirinya yang didorong ke depan dengan telapak tangan terbuka. Hanya pukulan dahsyat menyambar ganas ke arah Resi harimurti.
Melihat ini, Resi Harimurti juga cepat mendorongkan tangan kanannya menyambut serangan dahsyat itu, karena dia maklum bahwa mengelak pun tidak ada gunanya,bahkan membayangkan karena lawannya menggunakan pukulan sakti.
"Plakkk!" Dua tangan sakti yang dahsyat melalui telapak tangan masing-masing bertemu di udara dan seolah-olah tempat itu tergetar hebat. Seperti tadi ketika saling memperebutkan pecut, mereka berdua kini juga mengadu tenaga, hanya bedanya kini mereka saling mendorong.
Sungguh hebat dan menegangkan karena siapa yang kalah http://kangzusi.com
dalam adu tenaga sakti ini tentu terancam bahaya maut! Dan kedua kaki Resi harimurti yang mempertahankan diri itu mulai kelihatan gemetar, tanda bahwa dia mulai terdesak hebat, sedangkan Ki Jembros masih tertawa-tawa agaknya hanya mengerahkan tenaga seenaknya saja.
Melihat kawannya terancam bahaya maut, Empu
Tanjungpetak lalu meloncat kedepan,menghampiri Ki jembros dan berseru, "Jangan terlalu mendesak orang, Ki Jembros!"
tegurnya halus sambil menggerakkan tangannya untuk
menyentuh pundak kakek raksasa itu. Sebetulnya maksud 199
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Tanjungpetak hanya untuk melerai dan mencegah Ki jembros membunuh Resi Harimurti yang sudah terdesak. Akan tetapi melihat ini, Ki Jembros menyangka bahwa Empu Tunjungpetak hendak menyerangnya,maka dia membentak keras, "Enyahlah, empu Tunjungpetak!" dan tangan kanannya menyambar ke arah Empu Tunjungpetak.
"Ehhh...!" Empu Tunjungpetak tentu saja terkejut sekali dan cepat dia pun mendorongkan tangannya menyambut.
"Plakk!" Dua telapak tangan yang mengandung tenaga
dahsyat bertemu dan melekat.
Kini terjadilah adu tenaga yang menegangkan sekali. Ki Jembros berada di tengah-tengah,tangan kirinya saling dorong dengan tangan kanan Resi harimurti, sedangkan tangan kanannya saling menempel dengan tangan kanan Empu
Tunjungpetak, juga saling dorong dengan pengerahan tenaga sakti.
Beberapa detik lamanya, tiga orang itu tidak bergerak seperti telah berobah menjadi arca. Tiba-tiba terdengar Ki Jembros mengeluarkan teriakan melengking nyaring yang menyeramkan, seperti bukan suara manusia lagi, dan semua orang yang mendengar lengkingan ini terguncang jantungnya dan mengigil kakinya. Ki Jembros mengerahkan tenaganya dan nampak tubuh Resi harimurti terlempar dan roboh ke atas tanah sambil muntahkan darah segar, sedangkan tubuh Empu http://kangzusi.com
Tunjungpetak terdorong ke belakang sampai jauh, wajah kakek ini pucat dan tubuhnya gemetar.
Ki Jembros sendiri masih berdiri di tempatnya, matanya terbelalak dan tubuhnya bergoyang-goyang.
"Eyang...!" Sulastri menghampiri gurunya, maklum akan keadaan gurunya yang tidak sewajarnya.
"Lastri... mari kita pergi...!" Suara gurunya terdengar aneh dan parau, lalu Ki Jembros memegang tangan muridnya dan membawanya pergi dari tempat itu dengan langkah lebar 200
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun agak terhuyung sehingga Sulastri cepat mengerahkan tenaga dan memegang tangan gurunya kuat-kuat agar tubuh gurunya tidak sampai jatuh.
Empu Tunjukpetak sendiri sudah cepat menghampiri
kawannya dan berlutut di dekatnya, memijit tengkuk dan punggung lalu menempelkan telapak tangannya di dada temannya yang terluka parah di sebelah dalam itu. Reksosuro sudah tidak kelihatan mata hidungnya karena tadi diam-diam dia sudah lari bersembunyi saking takutnya melihat Ki jembros. Ada pun lima orang temannya tentu saja tidak berani mencegah Ki jembros dan dara yang sakti itu pergi dari tempat itu.
Akhirnya Resi Harimurti siuman dari pingsannya dan
mengeluh. Empu Tunjungpetak berkata lirih, "Untung andika dapat tertolong, adi resi... ahhh, sungguh bukan nama kosong belaka Ki Jembros yang dikabarkan amat sakti..."
Resi Harimurti mengepal tinjunya. "Aku masih penasaran...
kelak aku akan membalas kekalahan ini!"
Empu Tunjungpetak menarik napas panjang, di dalam
hatinya maklum bahwa akan sukarlah terlaksanannya dendam kawannya itu kalau hanya dilakukan seorang diri saja. Tingkat kesaktian Ki Jembros jauh lebih tinggi daripada seorang di antara mereka. Bahkan dikeroyok dua pun kakek jembel itu masih unggul dan untung saja tadi Ki jembros menyudahi http://kangzusi.com
urusan itu dan pergi. Sungguh aneh dan sukar diselami isi hati Ki Jembros.
"Sudahlah mari kita melanjutkan perjalanan saja. Tidak baik bermalam di tempat ini, " kata Empu Tunjukpetak dan tak lama kemudian muncullah Reksosuro dari tempat
persembunyiannya setelah dia yakin benar Ki Jembros dan muridnya telah pergi. Rombongan itu lalu melanjutkan perjalanan berkuda perlahan-lahan.
201 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Ki jembros dan Sulastri berjalan terus memasuki hutan. Malam tiba dan cuaca gelap sekali. Akhirnya, di tengah hutan. Ki Jembros berhenti dan mengeluh pendek, lalu berkata, "Kita berhenti di sini... buatlah api unggun..." dia lalu merebahkan diri di atas rumput.
Sulastri cepat membuat api unggun dan api yang bernyala tinggi mengusir hawa dingin dan cahayanya menembus
kegelapan malam. Tiba-tiba terdengar suara muntah.
Sulastri cepat mendekati kakek itu dan ternyata Ki Jembros muntahkan darah segar!
"Eyang...!"
Ki Jembros sudah bangkit duduk, menggerakkan tangan agar muridnya tidak menjadi panik. "mereka berdua... terlalu kuat..." katanya lirih lalu dia duduk bersila dan memejamkan mata.
Sulastri maklum bahwa gurunya menderita luka dalam
tubuhnya dan kini gurunya itu sedang mengumpulkan
lukanya, maka dia pun diam saja, hanya merasa gelisah dan cepat dia memasak air dengan alat-alat masak yang tak pernah ketinggalan berada dalam buntalan mereka. Dalam keadaan seperti itu, gurunya membutuhkan air panas.
Ternyata bahwa kekuatan empu Tunjungpetak dan Resi
harimurti digabung menjadi satu tadi terlalu kuat bagi Ki http://kangzusi.com
Jembros, apalagi dia telah tua sekali, usianya hampir tujuh puluh tahun. Biar pun dia dapat menolong diri sendiri dan dapat terhindar dari bahaya maut, namun tubuhnya menjadi lemah dan karena lukanya di sebelah dalam tubuhnya, kakek ini untuk sementara tidak berani mengerahkan tenaga karena hal ini akan membahayakan nyawannya.
Tiga hari kemudian, setelah terhindar dari bahaya maut, kakek itu menghentikan samadhinya dan berkata, "Sulastri, hanya karena mengingat akan keselamatanmu,maka setelah terluka aku mengajakmu pergi karena aku tidak mampu lagi 202
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melindungimu. Ahh... pihak yang menjadi lawanmu
mempunyai banyak orang sakti,Lastri..."
Sulastri mengepal tinjunya yang kecil. "Akan tetapi saya tidak takut, eyang! Pada suatu hari, saya harus dapat membunuh Reksosuro, Darumuko dan berhadapan dengan
majikan mereka yang bernama Resi Mahapati!"
Ki Jembros menarik napas panjang, akan tetapi dia tidak kehilangan kegembiraannya, dan tersenyum memandang
muridnya. "Engkau memang hebat dan patut menjadi
muridku! Ah, engkau tidak tahu siapa Resi Mahapati! Dia selain sakti,juga mempunyai kedudukan tinggi mempunyai banyak pasukan dan pembantu-pembantu yang sakti. Seorang dara muda seperti engkau ini, bisa berbuat apakah terhadap dia?"
"Saya tidak takut! Kalau perlu saya pun akan
mengumpulkan banyak kawan untuk menyerbu tempat
tinggalnya!"
"Wah, kalau begitu sama saja engkau akan memberontak terhadap Mojopahit."
"Tidak, eyang! Akan tetapi kalau mau dianggap demikian pun terserah. Saya hanya hendak membalas dendam terhadap memberontak Mojopahit masa bodoh! Guruku,mendiang
Adipati Ronggo Lawe juga diperlakukan tidak adil oleh http://kangzusi.com
Mojopahit,terutama sekali Mahapati!"
Ki Jembros tertawa bergelak, kembali kegembiraan seolah-olah dia tidak berada dalam keadaan sakit parah. "Ha-ha-ha, tentu saja anggapanmu demikian dan mengapa sebabnya engkau tidak suka kepada mereka" Karena kau merasa
dirugikan, kau mengandung dendam. Coba kau diuntungkan, tentu akan lain lagi anggapanmu. Ha-ha,baik buruknya seseorang, baik perorangan mau pun kelompok, selalu ditentukan oleh untung rugi yang dirasakan. Akan tetapi sudahlah, engkau pun hanya seorang bocah yang masih 203
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mentah dan belum mengerti. Sekarang, demi keselamatanmu karena untuk beberapa bulan lamanya aku tidak mungkin dapat melindungimu, kita harus pergi ke Gunung Bromo."
"Ke Gunung Bromo" Di mana itu, eyang dan untuk apa
pergi kesana?"
"Ada seorang sahabatku di Gunung Bromo, letaknya jauh di timur. Sahabatku itu adalah seorang yang hidup dengan damai, tidak pernah mencampuri urusan dunia. Namanya Empu Supamandrangi dan karena engkau menganggap dirimu murid Ronggo Lawe,maka empu itu berarti masih eyang gurumu sendiri karena dia adalah guru Ronggo Lawe."
Wajah Sulastri berseri. "Kalau begitu, beliau tentu suka mengajarkan ilmu-ilmu kesaktian kepada saya dan suka membantu saya."
Ki Jembros tersenyum. "Entahlah, kelak kau tanya
kepadanya sendiri. Yang penting kalau kau berada disana, engkau akan terlindung dan aman, sedangkan aku sendiri akan mengaso, selain untuk mengembalikan kesehatan juga aku sudah bosan merantau."
Demikianlah guru dan murid itu melanjutkan perjalanan ke selatan dan pada suatu hari tibalah mereka di kaki
Pegunungan Pandan. Karena hari telah menjelang senja maka Ki Jembros mengajak muridnya untuk berhenti dan
http://kangzusi.com
melewatkan malam di kaki gunung, di luar sebuah hutan.
Kakek itu mengeluh dan sebelum bersamadhi, dia berkata,
"Aahhh, sudah lama sekali aku tidak makan enak. Heran, beberapa hari ini aku ingin sekali makan ketan kelapa. Aih, sampai termimpi-mimpi olehku... akan tetapi di tempat seperti ini mana mungkin mendapatkan ketan kelapa..." Dasar mulut tua yang selalu rakus dan perut yang tak mengenal kenyang, ha-ha!"
Biar pun kata-katanya mengandung keluhan, namun kakek itu masih tertawa-tawa gembira.
204 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, hari Sulastri merasa terenyah sekali. Dia mulai mengenal watak gurunya ini dan bersemilah kasih sayang dan ibanya terhadap kakek itu yang juga amat kasih kepadanya. Kini, mendengar keluhan gurunya, dia merasa kasihan sekali.
Dara itu tahu bahwa gurunya itu tidak mempunyai
kesenangan lain lagi kecuai makan enak dan biasanya, apa pun yang dikehendaki tentu akan tercapai berkat
kepandaiannya yang tinggi. Untuk memenuhi selera dan gairah mulutnya, kalau perlu gurunya itu tidak segan-segan untuk memasuki dapur istana dan mencuri makanan-makanan yang diinginkannya! Sering kali dalam perantauannya yang empat tahun lebih lamanya itu, dia diajak oleh gurunya untuk mencuri makanan-makanan lezat di dalam gedung-gedung dan istana-istana bangsawan tinggi, masuk ke dalam dapur dan menyikat makanan-makanan yang mahal-mahal. Bahkan pernah di rumah seorang panewu, gurunya yang kekenyangan itu sampai tertidur di dalam dapur dan pada keesokan harinya mereka konangan (ketahuan) dan dikejar-kejar! Akan tetapi tentu saja berkat ilmu kesaktian gurunya, mereka dapat menyelamatkan diri dan terhindar dari pengejaran para penjaga. Dan pernah pula gurunya mengajak dia mengunjungi pesta pernikahan tanpa diundang untuk menikmati hidangan dalam pesta itu! Pendeknya, sudah banyak hal-hal yang lucu dan berbahaya dia alami bersama gurunya itu dan kini, dalam http://kangzusi.com
keadaan sakit, keinginan makan ketan kelapa saja tidak tercapai!
"Eyang saya mau pergi dulu," tiba-tiba dara itu berkata.
Gurunya memandangnya dan sepasang mata yang lebar itu berseri. "Mau kemana,Sulastri?" Dia bertanya, pura-pura tidak tahu.
"Mau ada keperluan sedikit, eyang. Harap eyang
beristirahat sedikit dulu di sini,eyang. Saya pergi takkan lama."
205 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu mengangguk-angguk, akan tetapi ketika tubuh yang ramping itu sudah menyelinap lenyap di balik pohon-pohon, dia berteriak, "Heii, Sulastri jangan lupa..., gula kelapanya!"
Terdengar suara dara itu tertawa, "Hik-hik, jangan
khawatir, eyang!" akan tetapi bayangan Sulastri sudah tidak nampak lagi.
Pesan gurunya itu menambah semangat Sulastri. Gurunya tahu bahwa kepergiannya adalah untuk mencarikan ketan yang amat diinginkan gurunya itu. Hal ini menandakan bahwa Ki Jembros sudah mengenal detil isi hati dan gerak-geriknya,pikir Sulastri. Kasihan eyang guru, aku harus mendapatkan apa yang diinginkannya itu, kalau perlu aku akan mencuri beras ketan dan memasaknya sendiri!
Karena tidak mengenal daerah Pegunungan Pandan,
Sulastri lalu memanjat sebatang pohon randu alas yang tinggi untuk mencari di mana adanya dusun yang terdekat.
Dari puncak pohon randu alas, dia memandang ke empat penjuru. Ternyata yang nampak ada kelap-kelip api
penerangan amat jauhnya, dan yang terdekat adalah api penerangan yang berada di dalam hutan di lereng bukit itu!
Setelah meneliti dan mengira-ngira di mana letaknya tempat yang ada api penerangan itu, Sulastri turun dan mulailah dia mendaki bukit menuju ke arah tempat yang tadi dilihatnya dari http://kangzusi.com
atas puncak pohon randu alas.
Ternyata tempat itu tidak begitu jauh dan kini dia sudah memasuki sebuah hutan kecil yang sunyi. Untung malam itu bulan bersinar terang, hampir penuh, maka tidaklah begitu sukar untuk dara perkasa ini memasuki hutan dan melewati jalan setapak menuju ke lereng bukit.
Ada beberapa buah bangunan di hutan itu, di tengah
hutan. Hati dara itu kecewa karena agaknya bangunan-bangunan itu hanya merupakan bangunan darurat saja dan 206
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menyerupai sebuah dusun. Jangan-jangan tidak ada orangnya, pikirnya. Akan tetapi tidak mungkin, karena ada lampu-lampu penerangan dinyalakan penghuni sebuah dusun, mana mungkin menyimpan beras ketan" Betapa pun juga, dia harus memeriksa dan mencari lebih dulu.
Sulastri berindap-indap mendekati kelompok rumah-rumah itu dengan hati-hati,menyelinap di antara pohon-pohon dan bayangan-bayangan gelap. Dia merasa agak heran mengapa keadaannya begitu sunyi, padahal ada lebih dari sepuluh buah rumah di situ, rumah-rumah besar pula. Di tengah kelompok rumah itu terdapat bangunan terbesar yang agaknya
terkurung oleh bangunan-bangunan lain, seolah-olah
bangunan di tengah itu merupakan pintunya. Akan tetapi Sulastri tidak memperhatikan hal itu, juga dia tidak memperhatikan betapa rumah-rumah yang mengelilingi
bangunan besar di tengah itu menghadap ke delapan penjuru, seperti penjaga-penjaga yang menjaga keamanan rumah besar itu! Sulastri malah menyelinap dan menghampiri rumah besar karena dia mengambil keputusan untuk mencuri saja beras ketan yang dikehendaki gurunya. Kalau dia melihat ada orang-orang di luar rumah itu, tentu dia tidak akan merasa segan untuk minta beberapa genggam beras ketan untuk gurunya. Akan tetapi karena dia mengambil keputusan untuk mencuri saja dan sama-sama mencuri, lebih baik mencuri dari rumah yang terbesar itu.
http://kangzusi.com
Seperti seorang kucing, tanpa mengeluarkan suara Sulastri meloncat dari satu tempat gelap ke lain tempat gelap, menyelinap diantara bangunan-bangunan di sekitar bangunan besar itu dan akhirnya tibalah dia di tempat terbuka, di lapangan rumput yang menjadi dasar antara rumah-rumah lain dengan rumah besar itu. Karena di bagian ini tidak ada pohon-pohonnya, maka untuk menyeberang dari rumah biasa ke rumah besar itu harus melalui lapangan rumput yang diterangi sinar bulan. Berindap-indap Sulastri melangkah dan menoleh ke kanan kiri.
207 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah dilihatnya bahwa benar-benar keadaan di situ sunyi tidak ada orang, dia lalu berloncat dan berlari sampai ke tengah lapangan rumput. Tiba-tiba terdengar suara orang.
Sulastri terkejut, berhenti dan memandang ke sekelilingnya.
Tampak olehnya banyak orang bermunculan dari balik pohon-pohon dan rumah-rumah itu, dan lapangan rumput itu telah dikepung orang yang lebih dari tiga puluh banyaknya.
Sulastri terkejut bukan main dan sikapnya seperti seekor harimau terkepung. Dia berdiri dengan kedua kaki terpentang, tubuhnya agak merendah karena kedua lututnya ditekuk dan dia membalik-balikkan tubuhnya dengan gerak cepat ke depan belakang dan kanan kiri, siap untuk menghadapi segala kemungkinan! Sedikit pun dia tidak menjadi gentar atau takut, hanya merasa menyesal bahwa dia kurang hati-hati sehingga tidak tahu bahwa dia terjebak dan terkurung, bahwa
kedatangannya telah diketahui orang sehingga sebelum dia berhasil mencuri beras ketan, dia telah terkepung!
-o0odwo0o- Jilid 15 Diam-diam Sulastri harus mengakui bahwa gerakan orang-orang itu amat luar biasa.
http://kangzusi.com
Rapi sekali cara mereka bersembunyi tadi sehingga kini telah mengepungnya, dan dia melihat bahwa pakaian mereka ringkas dan seragam, juga senjata di tangan mereka sama, yaitu tombak-tombak cagak yang bergagang panjang, bahkan cara mereka memegang tombak cagak itu pun sama, tanda bahwa mereka itu terlatih baik.
"Tangkap mata-mata musuh!" terdengar suara seorang
laki-laki membentak dan Sulastri cepat menoleh ke kiri, lalu membalikkan tubuhnya menghadapi lima orang laki-laki tinggi besar yang melihat pakaian dan senjatanya tentu merupakan 208
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pimpinan mereka. Lima orang ini berpakaian kembar dan mereka semua memegang sebatang parang atau golok yang mengkilap saking tajamnya. Bentakan itu keluar dari mulut seorang di antara mereka.
"Tahan!" Sulastri mengangkat tangan kanan ke atas ketika beberapa orang bergerak hendak menangkapnya. Mendengar bentakan ini, seorang di antara lima pemimpin itu memberi isyarat dan beberapa orang itu mundur lagi.
"Mata-mata, kau hendak bicara apa?" bentak seorang di antara mereka yang berkumis tebal, sekepal sebelah, mukanya hitam dan matanya melotot besar.
Agaknya dialah pemimpin pertama di antara lima orang itu.
"Aku bukan mata-mata," jawab Sulastri dengan suara yang tabah dan nyaring.
Terdengar suara tertawa menyambut di sana-sini tertawa yang menyatakan tidak percaya.
"Hemm, melihat bahwa engkau hanya seorang bocah
perempuan yang masih remaja,memang tidaklah pantas kalau engkau menjadi mata-mata. Akan tetapi melihat
keberanianmu memasuki tempat ini, dan gerakanmu yang cekatan tanda bahwa engkau bukan anak perempuan
sembarangan, dan engkau berindap-indap memasuki daerah ini dengan sembunyi-sembunyi, apa lagi engkau kalau bukan http://kangzusi.com
mata-mata Mojopahit?"
"Kalian keliru. Aku bukan mata-mata Mojopahit!" jawab Sulastri, suaranya tegas meyakinkan.
"Sungguh luar biasa. Engkau bersikap tabah sekali, pasti engkau bukan seorang bocah dusun biasa! Eh, nini kalau engkau bukan mata-mata, habis mau apa engkau berkeliaran di sini dan bersikap seperti maling?"
"terus terang saja, aku memang tadinya berniat untuk mencuri."
209 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar seruan-seruan kaget. "mencuri?" Si kumis tebal bertanya.
"Ya, karena kulihat tidak ada seorang pun yang bisa kumintai, maka aku terpaksa hendak memasuki dapur
terbesar ini untuk mencuri."
"Memasuki dapur" Eh, bocah aneh, kau mau mencuri apa di dapur?"
"Mencuri beras ketan. Satu beruk (takaran batok kelapa) pun cukuplah."
Tiga puluh lebih orang laki-laki yang bersikap gagah dan kuat itu tertawa, akan tetapi mereka memandang penuh keheranan dan bahkan di antara mereka ada yang menyangka agaknya perawan cilik yang cantik manis ini tidak beres otaknya!
"mencuri ketan" jangan main-main, nini. Engkau tentu mata-mata yang dikirim oleh Mojopahit atau oleh
Progodigdoyo di Tuban. Hayo mengaku sajalah!" bentak pemimpin ke dua.
"Siapa main-main" Aku membutuhkan ketan dan karena
tidak ada yang kumintai, maka aku hendak mencuri. Apa anehnya itu" Aku bukan mata-mata, baik mata-mata
Mojopahit mau pun mata-mata Tuban dan kalian jangan menuduh aku sembarangan saja!"
http://kangzusi.com
Sulastri mulai menjadi marah karena berkali-kali dituduh mata-mata.
"Nini, apa pun adanya engkau, sikapmu mencurigakan
sekali maka menyerahlah. Engkau harus ditangkap dan kami periksa sebelum ada keputusan," kata si kumis tebal.
Tentu saja Sulastri enggan untuk ditangkap. Dia mengepal kedua tinjunya dan berkata marah, "Sudah kukatakan bahwa aku membutuhkan sedikit beras ketan. Kalau kalian mau memberiku, aku akan menghaturkan terima kasih. Akan tetapi 210
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau kalian begitu pelit untuk memberi, sudahlah. Aku tidak bersalah apa-apa, siapa sudi ditangkap" Hayo coba siapa yang berani menangkap aku?" Dia menantang.
Terdengar pula suara ketawa di sana-sini. Mereka mulai merasa gembira menghadapi dara remaja yang kini kelihatan benar kecantikannya setelah ada beberapa orang yang menyalakan obor. Sikap dara ini yang begitu lincah, begitu berani bahkan berani menantang mereka ketika hendak ditangkap, benar-benar menggembirakan hati mereka. Bahkan lima orang pemimpin itu sendiri tersenyum dan saling pandang,diam-diam mereka menilai dan menduga bahwa
bocah ini tentulah bukan bocah sembarangan sehingga makin yakinlah hati mereka bahwa anak perempuan ini tentulah seorang mata-mata dari Mojopahit, sungguh pun mereka belum pernah mendengar ada seorang prajurit wanita yang begini muda dan begini lincah.
Timbullah keinginan mereka untuk mencoba kepandaian anak perempuan ini.
"Gendro, kau tangkaplah bocah bengal ini!" si kumis tebal memerintah seorang anak buahnya yang berusia empat puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan nampak kuat sekali.
Gendro melangkah maju, mengurut kumisnya dan jelas
bahwa dia merasa sungkan sekali. "Wah... wah... ini... seperti saya melawan anak sendiri. Wah, nini kenapa kau tidak http://kangzusi.com
menyerah saja" Percayalah, pimpinan kami adalah orang-orang gagah kalau memang kau tidak bersalah tentu akan dibebaskan kembali. Perlu apa engkau melawan kami" Hah, sungguh tidak enak bagiku..."
Begitu melihat sikap orang ini, hati Sulastri sudah melunak.
Orang ini jelas adalah seorang laki-laki yang gagah dan jujur, biar pun sikapnya kasar. Maka dia pun menjawab, "Paman, aku tidak merasa bersalah, kalau mau ditangkap tentu saja aku melawan. Siapa pun yang hendak menangkap aku, tentu 211
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja akan kulawan. Terserah kepada kalian mau percaya atau tidak omonganku."
Laki-laki yang bernama Gendro itu meragu, akan tetapi dengan lantang si kumis tebal yang ingin menguji anak perempuan yang luar biasa itu membentak, "Gendro,tangkap dia!"
Gendro menggerakkan kedua pundaknya seperti orang
binggung. Dia tidak mempunyai pilihan lain, maka dengan gemas dia lalu menancapkan tombaknya di atas tanah.
Tombak itu menancap sampai setengahnya, tanda betapa kuatnya lengan yang kekar itu. Kemudian, dia pun melepaskan goloknya dan menyerahkan kepada seorang teman.
Kemudian dia melangkah maju dan berkata, "Nini, kalau ada kepandaian, bersiaplah karena aku akan menangkapnya!"
Melihat Gendro meninggalkan dua senjatanya, Sulastri merasa makin suka kepadanya orang tinggi besar ini. "Aku sudah siap, dan berhati-hatilah engkau menangkapku,paman.
Jangan kira kau akan dapat menangkapku dengan mudah."
Orang-orang tertawa, menganggap kata-kata anak
perempuan itu terlalu tinggi sehingga menjadi lucu
kedengarannya. Gendro lalu melangkah maju dengan
mengembangkan kedua lengannya yang panjang, seperti hendak menangkap seekor ayam saja layaknya, dan dia ingin http://kangzusi.com
melihat bagimana sikap Sulastri. Akan tetapi, anak perempuan itu berdiri tegak, tak bergerak sedikit pun, hanya pandang matanya saja yang bergerak-gerak penuh ketelitian, dan kedua tangannya tergantung di pinggir tubuh dengan lepas.
Sikap seorang pendekar yang tenang!
"Awas...!" Gendro membentak dan tiba-tiba dia menubruk dengan langkah lebar ke depan karena dia memperhitungkan bahwa gadis cilik itu tentu akan mengelak ke belakang maka dia sudah mendahului melangkah lebar ke depan dan
212 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditambah dengan panjangnya kedua lengannya, maka elakan itu tentu akan sia-sia belaka.
"wuuuttt...!!" Gendro menubruk angin dan dia terkejut bukan main karena anak perempuan itu tiba-tiba saja lenyap dari depannya! Dia terbelalak ke depan,menengok ke kanan kiri dan di sana-sini terdengar seruan heran! Juga lima orang pimpinan itu terkejut bukan main melihat betapa dengan gerakan seperti terbang saja dara remaja itu tadi telah menloncat ke atas melalui kedua lengan lawan dan bahkan melewati kepala Gendro dan tiba di belakang si tinggi besar itu, agaknya tanpa diketahui oleh Gendro yang kebingungan.
Lima orang itu maklum bahwa kalau dikehendakinya, tentu perempuan luar biasa itu dapat saja memukul roboh Gendro dari belakang selagi si tinggi besar itu kebingungan!
"Paman engkau mencari apa di situ" Aku berada di sini!"
Gendro cepat membalikkan tubuhnya dan matanya
terbelalak lebar ketika dia melihat bahwa dara remaja itu ternyata telah berada di belakangnya tanpa dia ketahui! Dia merasa heran sekali, akan tetapi suara ketawa kawan-kawannya membuat telinganya menjadi merah dan dia merasa penasaran sekali. Dia terkenal sebagai jagoan di antara kawan-kawannya, akan tetapi sekarang dia dipermainkan oleh seorang bocah, dan bocah itu perempuan pula! Gendro adalah seorang kasar yang hanya mengenal ilmu berkelahi yang kasar http://kangzusi.com
mengandalkan tenaga, maka dia belum sadar seperti lima orang pemimpinnya itu bahwa dia menghadapi seorang anak perempuan yang luar biasa!
"Hemm, kau berani mencoba menyakiti aku?" Sulastri
berkata dan kedua tangannya bergerak, yang kanan
mendahului cengkraman ke arah kepala dan
menangkis,sedangkan yang kiri menampar ke arah lengan yang besar itu dengan Aji Hasta Naga yang hanya dikerahkan sedikit saja.
213 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk... auuughhh... aduuuhhhh...!" Raksasa itu
mengaduh-aduh sambil memegangi lengan kanannya yang kena tampar tadi, karena rasanya nyeri bukan main, myeri dan panas sampai menusuk tulang sumsumnya.
Masih ada sebagian anak buah yang tertawa, mengira
bahwa jagoan mereka itu hanya pura-pura kesakitan, karena mana mungkin lengan sebesar dan sekuat itu menjadi
kesakitan kena ditampar tangan yang kecil mungil itu" Akan tetapi, si kumis tebal dan empat orang temannya sudah mengerti bahwa dara remaja itu benar-benar sakti. Mereka terkejut sekali dan makin tebal keyakinan hati mereka bahwa dara remaja itu pastilah seorang mata-mata Mojopahit yang sengaja diutus untuk menyelidiki keadaan mereka. Maka si kumis tebal memberi isyarat dengan pandang mata kepada empat orang temannya yang mengerti akan isyarat ini dan serentak mereka maju mengepung Sulastri! Para anak buah mereka ini baru mengerti bahwa Gendro tidak berpura-pura, maka mereka memandang dengan hati tegang dan terheran-heran melihat lima orang pemimpin mereka mengepung dara remaja itu. Sungguh merupakan penglihatan yang aneh dan ganjil sekali bahwa lima orang pimpinan mereka yang berkepandaian hebat itu harus mengepung seorang anak perempuan!
"Nini, kau menyerahlah untuk kami harapkan kepada
http://kangzusi.com
pemimpin kami." si kumis tebal yang betapa pun juga merasa malu kalau harus menggunakan kekerasan terhadap dara remaja itu, berkata membujuk.
"Bocah sombong!" Si kumis tebal membentak dan bersama empat orang temannya dia maju menubruk untuk menangkap anak perempuan itu.
Namun Sulastri mengelak ke sana-sini dengan amat
cepatnya, kemudian dia membagi-bagi tamparan dengan Aji Hasta Naga. Terdengar mereka mengaduh-aduh dan tiga orang di antara mereka yang terkena tamparan ini
214 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpelanting. Mereka sama sekali tidak bersiaga menghadapi tamparan yang sakti dan ampuh itu dan tadi terlalu
memandang rendah maka sampai menjadi korban tamparan tanpa melindungi diri dengan kekebalan.
Kini terkejutlah semua orang! Dalam segebrakan saja dara itu mampu membuat tiga di antara lima pimpinan itu
terpelanting. Bukan main! Tiga orang itu hanya sebentar mengeluh dan cepat meloncat dengan muka merah. Kini lima orang itu mengurung dengan mata mulai menyinarkan
kemarahan. "Mundur semua...!" tiba-tiba terdengar bentakan
menggeledek dan lima orang itu cepat mundur dengan muka merah dan sikap malu.
Sulastri mengangkat mukanya memandang dan ternyata
dari dalam bangunan besar itu muncul dua orang laki-laki setengah tua yang bersikap gagah perkasa dan berwibawa.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua anak buah yang mengepung tempat itu mundur dan tidak ada yang berani bersuara ketika dua orang itu maju menghampiri tempat itu. Yang seorang berusia kurang lebih lima puluh tahun, bertubuh tinggi kurus, alisnya tebal dan matanya tajam sikapnya tenang. Seorang lagi lebih muda beberapa tahun, bertubuh sedang dan berwajah tampan wajahnya berseri dan membayangkan sifat gembira.
"Apa yang terjadi di sini" Apa artinya keributan ini dan http://kangzusi.com
apakah anak perempuan ini?" Si alis tebal bertanya, suaranya menggeledek dan agaknya dia marah dan menyangka bahwa anak buahnya mengganggu anak perempuan yang dia lihat amat cantik itu. Pandang matanya seperti kilat menyambar-nyambar ke wajah lima orang pembantunya.
Si kumis tebal cepat memberi hormat dan menjawab,
"Harap paduka maafkan. Kami menemukan anak ini dalam keadaan mencurigakan, seperti mata-mata hendak menyelidiki keadaan kita. Ketika kami bertanya, dia memberi jawaban tak masuk akal, katanya hendak mencuri beras ketan. Kami yakin 215
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia adalah mata-mata musuh dan ternyata dia memiliki kepandaian tinggi, hampir mengalahkan kami berlima yang hendak menangkapnya."
Dua orang pemimpin itu terkejut dan kini mereka
memandang kepada Sulastri dengan penuh selidik. Orang ke dua yang berwajah gembira itu tersenyum dan melangkah maju. "ah, sungguh aneh kalau bocah sebesar ini, wanita lagi, memiliki kepandaian yang luar biasa, dan kalau memang demikian, patut dicurigai,kakangmas Juru Demang. Biarlah aku mengujinya."
Si alis tebal yang disebut Juru Demang itu mengangguk setuju. "Tapi jangan kau deritakan dia, dimas, aku melihat dia bukan bocah sembarangan."
Orang itu mengangguk lalu melangkah menghadapi
sulastri. "Nini, apakah benar kau hendak mencuri beras ketan kemudian ketika hendak ditangkap kau merobohkan beberapa orang kami?"
Sulastri merasa sudah kepalang tanggung karena sejak tadi memang dia sudah melawan. Dia mengangguk lalu berkata lantang, "aku belum mencuri ketan, baru akan, belum terjadi, akan tetapi orang-orangmu hendak memaksa aku menyerah untuk ditangkap. Tentu saja aku tidak mau siapa pun yang hendak menangkapku, pasti akan kulawan!"
http://kangzusi.com
"Hemm, nini. Kalau engkau datang dari Mojopahit atau Tuban, tentu engkau mengenal kami. Andaikata belum pernah melihat orangnya, tentu engkau sudah mendengar namaku.
Aku adalah Raden Gajah Biru. Nah, apakkah kau tetap hendak melawan dan tidak mau menyerah?"
Sulastri yang teringat akan gurunya dan merasa
mendongkol sekali, mencari ketan untuk gurunya belum dapat malah kini dihadang dan diganggu orang banyak, lalu menjawab marah, "sudahlah, aku belum melakukan pencurian apa-apa, mengapa kalian begini cerewet dan tidak
216 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan aku pergi" Aku tidak mengenal segala macam Gajah Biru, Gajah Hitam atau Gajah Putih!"
Semua anak buah yang kini berdatangan dan makin banyak mengurung tempat itu,menahan senyum. Bocah itu tabah, lincah, liar dan juga lucu! Bahkan Juru Demang sendiri tersenyum, akan tetapi segera mengeraskan hati dan berkata,
"Hemm... bocah ini kurang ajar sekali!"
Akan tetapi Gajah Biru, yang berwajah gembira itu,
tertawa. "Ha-ha-ha, kau hebat! Selama hidupku, baru sekali inilah nama hadiah dari sang prabu dijadikan permainan dan ejekan orang! Jelas bahwa engkau belum pernah mendengar nama Gajah Biru dan Juru demang. Eh, nini, siapakah namamu dan dari mana kau datang?"
Sulastri membanting kaki kanannya, itulah tandanya kalau dia sedang menghadapi sekali hatinya dan habis
kesabarannya. "Sudahlah... sudahlah...! Kau mau apa sih"
mau tangkap aku" Silahkan kalau kau berani!"
Gajah Biru adalah seorang bekas perwira Mojopahit yang memiliki kepandaian tinggi, maka dia makin gembira
menyaksikan dara remaja ini. Dia mengenal seorang yang memiliki keberanian besar, seorang yang patutnya berdarah ksatria, seorang yang berwatak pendekar. Dia tidak marah melihat kekasaran dara itu karena maklum bahwa dara itu merasa terganggu dan marah, maka dia berkata, "Memang http://kangzusi.com
aku hendak menangkapmu. Jaga dirimu baik-baik!" Dia menerjang maju, hendak menangkap lengan kanan dan
pundak kiri dara itu.
"Wuuttt.... Plak-plak-plak-plakkk..."
"Eh...!" Gajah Biru melangkah mundur dan terbelalak.
Ketika hendak ditangkap,dara remaja itu mengelak dan balas menampar, gerakannya cepat dan mempunyai dasar gerakan silat yang hebat, dan luar biasa lagi, ketika dia menangkis 217
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai empat kali, dia merasakan betapa ampuh dan
dahsyatnya tamparan-tamparan dara itu!
Andaikata tamparan itu dilakukan oleh seorang yang lebih matang latihannya,tentu dia sendiri pun akan kewalahan menghadapinya! Akan tetapi, Gajah Biru adalah seorang perwira sakti, maka tentu saja dia mampu menangkis semua tamparan itu dan bahkan Sulastri merasa betapa tangannya panas ketika ditangkis.
Hal ini bukan membuat dara itu menjadi takut, bahkan dia makin marah. "Bagus! Kiranya engkau seorang yang sakti!
Akan tetapi kesaktianmu hanya kau remehkan untuk
menganggu seorang perempuan!" Setelah membentak
demikian, Sulastri kini menyerang dengan sungguh-sungguh, mengeluarkan semua gerak silat yang dipelajarinya dari Ki Jembros, gerakannya cepat sekali dan setiap pukulan dia lakukan dengan pengerahan tenaga sakti.
"ah, hebat... ahhh...!" Gajah Biru yang hendak menguji dara itu makin kagum dan cepat dia mengelak ke sana-sini dan menangkis karena dia memperoleh kenyataan bahwa biar pun dara itu masih remaja, masih muda sekali, namun benar-benar telah memiliki kepandaian yang dahsyat. Pantas saja kalau lima orang pembantunya tidak dapat mangatasi dara ini!
Saking marahnya dan saking cepat dan kuatnya gerakan tubuh Sulastri, kalung yang menjadi mainannya dan tadinya http://kangzusi.com
terselip di antara dada di balik kain, kini terkulai keluar dan tergantung di depan, berkilauan ketika bergoyang-goyang oleh gerakan tubuhnya. Tampaklah mainan kalung itu yang bukan lain adalah Kundolo Mirah, yaitu cincin telinga yang matanya mirah (batu merah) yang dulu dia terima dari Adipati Ronggo Lawe.
"Heii, tahan dulu...!" Tubuh Gajah Biru mencelat ke belakang, gerakannya cepat sekali membuat Sulastri terkejut.
Gajah Biru terbelalak memandang Kundolo Mirah yang
218 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tergantung di depan dada dara remaja itu, lalu dia menuding benda itu sambil bertanya, "Bukankah itu Kundolo Mirah...?"
Sulastri menegakkan kepalanya. "Kalau benar kau mau apa" Benda ini milikku sendiri, bukan hasil curian!"
Dengan mata masih terbelalak dan kini suaranya agak gemetar Gajah Biru bertanya,"Nini... apa hubunganmu dengan mendiang kakangmas Ronggo Lawe...?"
Kini Sulastri yang memandang dengan sinar mata tajam penuh selidik. Orang ini memiliki kepandaian hebat dan menyebut gurunya "kakangmas".
"Sebelum aku menjawab, ingin aku tahu lebih dulu
siapakah engkau yang menyebut kakangmas kepada Adipati Ronggo Lawe?"
"Kakangmas Ronggo Lawe adalah kakak seperguruanku!"
"Ahhh...?" Sulastri melongo dan memandang laki-laki di depannya itu dengan heran dan juga kagum. "Dan beliau...
beliau adalah guruku..."
"Apa...?"" Gajah Biru berseru kaget lalu membentak karena dia tidak percaya, "Nini,jangan kau sembarangan bicara! Aku tahu bahwa engkau adalah murid orang pandai,akan tetapi tidak mungkin engkau murid kakangmas Ronggo Lawe yang sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu!"
http://kangzusi.com
Sulastri menarik napas panjang dan tangan kanannya
memegang Kundolo Mirah yang tergantung di lehernya.
"Memang aku belum pernah menerima pelajaran dari
beliau,akan tetapi ketika aku masih kecil, aku pernah ditolong olehnya dan ketika aku minta dijadikan murid, dia
menyerahkan Kundolo Mirah ini dan aku selalu
menganggapnya sebagai guruku..." Suara dara itu berobah menjadi gemetar karena dia terharu kalau teringat kepada gurunya dan mbakyunya.
219 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gajah Biru menghampirinya. "Maaf, nini. Kalau begitu aku percaya. Orang seperti engkau ini tidak mungkin berbohong.
Sekarang ceritakanlah, siapa gurumu dan mengapa kau sampai tiba di tempat ini?"
"Nanti dulu. Guruku, eyang Jembros menanti aku di
sana..." "Ki Jembros...?"" Gajah Biru dan Juru Demang terkejut bukan main mendengar ini.
"Jadi engkau murid Ki Jembros?" tanya Juru Demang.
"Aku murid Adipati ronggo Lawe, akan tetapi menerima pelajaran dari eyang guru Ki Jembros. Eyang mengutus aku mencuri beras ketan, maka aku datang ke tempat ini, karena tempat ini yang terdekat. Tidak tahunya, tempat ini bukan dusun..."
"Kalau hanya beras ketan saja, jangan khawatir, kami dapat memberimu berapa banyak pun. Mari kami antar aku menghadap beliau nini," kata Gajah Biru.
"Jangan, nanti eyang marah. Biar aku kembali ke sana membawa beras ketan, dan akan kuceritakan bahwa di sini terdapat adik seperguruan Adipati Ronggo Lawe.
Eyang sedang menderita luka dalam yang cukup parah."
"Akan tetapi, kami ingin bertemu beliau dan kami ingin http://kangzusi.com
bicara panjang lebar denganmu, nini... Siapakah namamu, nini...?"
"Namaku Sulastri."
"Sebaiknya kami mengantarmu ke..."
"Jangan paman. Jangan, karena eyang mempunyai watak yang luar biasa anehnya. Kalau paman sekalian datang ke sana, aku tidak tanggung kalau eyang marah dan membunuh paman sekalian."
220 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha! Wah, wah, kau memperkenalkan aku
sebagai seorang iblis, Sulastri! Akan lebih terkenal lagi julukan Setan Jembros, ha-ha-ha!"
"Eyang...!" Sulastri membalikkan tubuhnya dengan girang ternyata kakek tua ini telah jongkok dan nongkrong di atas wuwungan rumah besar itu! Kiranya sejak tadi dia telah menonton segala yang terjadi di bawah tanpa ada yang mengetahuinya.
"eh, bocah bengal. Kau disuruh mencari ketan kenapa malah cekcok dengan banyak orang di situ?"
"eyang... harap suka turun, biar saya jelaskan."
"Dan ikut dengan kau cekcok dengan orang banyak" Huh, tidak sudi aku!"
Semua orang tadi terkejut bukan main melihat seorang kakek yang begitu menyeramkan nongkrong di atas
wuwungan. Akan tetapi Juru demang dan Gajah Biru,sebagai dia orang sakti yang banyak mengenal orang pandai, sudah cepat memberi hormat dengan sembah ke arah kakek itu dan berkatalah Juru Demang, "Mohon maaf sebanyaknya bahwa karena kami tidak mengetahui akan kunjungan paduka, maka kami tidak sempat menyambut, paman."
-o0odwo0o- http://kangzusi.com
Jilid 16 "Ha-ha-ha, selayaknya aku datang tanpa disambut dan pergi tanpa diantar..."
"Eyang saya sudah mendapatkan beras ketan. Mereka ini mempunyai beras ketan. Mari saya buatkan ketan kelapa dan gula!"
221 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jembros tertawa dan tubuhnya melayang turun. Juru Demang dan Gajah Biru segera maju dan memberi hormat dengan sembah.
"Ah, tidak usah menyembah. Aku adalah orang biasa saja, Juru Demang dan Gajah Biru. Kalian adalah senopati-senopati Mojopahit, mengapa kalian berada di sini,seperti orang-orang bersembunyi bersama pasukan kalian?"
Juru Demang menarik napas panjang. "Paman, ceritanya panjang. Marilah, kami mempersilakan paman untuk
beristirahat di dalam, biar murid paman membuatkan ketan dan kita bicara dengan enak."
Sekali ini Ki Jembros tidak menolak. Hal ini adalah karena dia sudah mulai tertarik akan keadaan di Mojopahit setelah dia bertemu dan bertanding melawan dua orang kakek sakti beberapa hari yang lalu. Dua orang bekas senopati Mojopahit itu bersama lima orang pembantunya lalu mengiringkan Ki Jembros dan Sulastri memasuki bangunan besar. Lampu-lampu besar dinyalakan dan Sulastri lalu berpamit pergi ke dapur untuk memasak ketan, bukan hanya beberapa
genggam,melainkan banyak juga untuk hidangan mereka semua. Tentu saja beberapa orang anak buah yang biasa bertugas di dapur membantunya dan mereka ini tiada
habisnya mengagumi dara itu dan bercakap-cakap dengan ramah sambil sibuk memasak ketan,memarut kelapa dan lain-http://kangzusi.com
lain. Setelah menghadapi ketan kelapa dan gula kelapa yang ditemani oleh minuman kopi,mereka mengelilingi meja. Kini Sulastri berkesempatan mendengarkan penuturan dua orang bekas senopati Mojopahit itu, semenjak pemberontakan Ronggo Lawe sampai sekarang.
"Kami tidak tahan menghadapi desas-desus yang ditiupkan oleh orang-orang yang tentu memusuhi kakangmas Lembu Sora," kata Juru Demang menutupi ceritanya. "Desas-desus itu berbahaya sekali, apalagi karena kakangmas Lembu sora 222
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pernah membantahnya bahwa dialah yang membunuh Kebo Anabrang, ditusuknya dari belakang. Padahal semua orang tahu bahwa Kebo Anabrang mati sampyuh dengan
dimas Ronggo Lawe."
"Hemm, itu semua fitnah belaka, fitnah yang dilepas oleh mereka yang tidak suka kepada kakangmas Lembu Sora. Oleh karena itu, melihat kakangmas Lembu Sora dengan tenang saja menghadapi desas-desus fitnah itu, kami lebih dulu melarikan diri untuk mengadakan persiapan dan sewaktu-waktu kakangmas Lembu Sora digempur,tentu kami akan turun tangan membelanya," Gajah Biru menyambung.
"Bagaimana andaikata berita desas-desus itu bukan fitnah melainkan kenyataan yang sebenarnya?" Sulastri ikut bicara.
Gajah Biru memandang dara ini dengan mata terbelalak, lalu dia yang menjawab, "Fitnah atau bukan, jelas bahwa penyebar desas-desus menghendaki agar kakangmas Lembu Sora tertimpa bencana. Dan bagi kami, baik kakangmas Lembu sora membunuh Kebo Anabrang atau tidak, kami tetap akan membelanya."
"Mengapa begitu?" kembali Sulastri bertanya.
"Karena kami sudah percaya sepenuhnya akan kemuliaan budi kakangmas Lembu Sora,akan kesetiaannya kepada sang prabu. Andaikata benar dia menikam mati Kebo Anabrang, hal http://kangzusi.com
itu tentulah dilakukan karena suatu sebab yang kuat. Bukan watak kakangmas Lembu Sora yang kami kenal sebagai
seorang satria utama untuk berlaku curang." ucapan Gajah Biru ini dikeluarkan dengan penuh keyakinan.
"Ha-ha-ha...,
ribut-ribut-ribut! Perang-perang-perang!
Semua pihak tentu mempunyai pendirian dan alasan-alasan sendiri-sendiri dan ada saja yang mereka kemukakan untuk membela kebenaran masing-masing. Akan tetapi aku sudah mendengar bahwa Lembu sora adalah seorang laki-laki sejati."
223 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jembros terdengar ikut pula bicara sambil minum kopinya setelah kenyang makan ketan dan gula kelapa.
"Desas-desus itu bukan fitnah!"
Ucapan tenang yang keluar dari mulut Sulastri itu bagaikan halilintar dan dua orang Senopati Mojopahit itu, juga lima orang pembantunya, bangkit serentak,memandang wajah Sulastri penuh selidik sampai beberapa saat lamanya suasana menjadi sunyi sekali. Namun Sulastri tetap duduk tenang, lalu minum air teh dari cangkirnya.
"Nini Sulastri, apa artinya ucapanmu itu?" Juru Demang menuntut, suaranya agak gemetar karena berita yang
disampaikan oleh dara itu benar-benar mengejutkan hatinya.
Bagaimana setia pun mereka terhadap sahabat mereka Lembu sora, namun tadinya tidak seorang pun di antara mereka percaya bahwa Lembu Sora sudi melakukan kecurigaan seperti itu, membunuh Kebo Anabrang dari belakang.
"Heh-heh-heh, kalian duduklah dan dengarkan baik-baik.
Muridku ini selama hidupnya tidak akan pernah mau
membohong, dan apa yang diceritakan tentu benar. Aku menjamin hal itu!" Ki Jembros juga berkata ketika melihat semua orang bersikap tegang seperti itu Juru Demang sadar dan dia lalu duduk diikuti oleh semua temannya.
"Nini,ceritakanlah semua apa yang kau ketahui," katanya kemudian.
http://kangzusi.com
"Paman-paman sekalian, kiranya hanya aku dan dua orang lain yang menyaksikan peristiwa itu, juga mbakayuku yang telah meninggal dunia, "dara remaja itu memulai." Aku dan mbakayu bersembunyi di dalam alang-alang di tepi Sungai Tambakberas ketika terjadi pertandingan antara guruku.
Adipati Ronggo Lawe melawan Kebo Anabrang. Pertandingan yang dahsyat! Bertapa hebatnya mendiang guruku itu! Akan tetapi, lawannya licik dan memancing guruku untuk
bertanding di atas batu-batu di bagian sungai yang dalam.
Mereka bertanding dan lawan guruku menyeret guruku masuk 224
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke dalam air yang dalam. Lawannya ternyata ahli bermain di air, maka guruku kewalahan kehabisan napas dan dalam keadaan setengah pingsan dia disiksa dan kepalanya dibentur-benturkan ke batu kali sampai tewas. Lalu muncul Senopati Lembu Sora tidak membunuhnya di waktu itu, tentu sekarang aku akan mencari Kebo Anabrang untuk membalas dendam kematian Adipati Ronggo Lawe. "
Semua orang mendengarkan dengan sunyi dan dengan
muka pucat. Malapetaka tergantung di atas kepala Lembu Sora kalau begitu!
"Nini, lajutkan ceritamu. Lalu bagaimana selanjutnya?"
suara Juru Demang memecah kesunyian setelah Sulastri menghentikan ceritanya.
"Senopati Lembu Sora lalu meloncat pergi dan mbakayuku yang melihat Adipati Ronggo Lawe tewas, lalu keluar dari tempat persembunyian kami, lari menghampiri dan menangisi jenazah adipati itu, kemudian mbakayu berbela pati, membunuh diri. Tak lama kemudian muncullah dua orang jahanam keparat itu. Akan kubunuh mereka karena mereka menghina jenazah mbakayuku! Dan dua orang itu agaknya tentu tahu pula akan peristiwa pembunuhan atas diri Kebo Anabrang oleh Senopati Lembu Sora."
"Brakkk!" Gajah Biru menggebrak meja di depannya.
"Tidak salah lagi, pasti dua orang itu yang telah menyebar http://kangzusi.com
desas-desus ini!"
"Nini Sulastri, siapakah dua orang yang kau ceritakan itu?"
Juru Demang bertanya.
"Mereka itu bernama Reksosuro dan Darumuko."
Tujuh orang pimpinan pasukan yang melarikan diri dari Mojopahit itu saling pandang, akan tetapi tidak ada yang mengenal nama-nama ini.
225 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah mereka itu" Kami belum pernah mengenal nama mereka..." kata Juru Demang.
"Mereka adalah orang-orangnya Resi Mahapati. Karena itu, kelak aku harus membunuh dua orang itu dan Resi Mahapati."
"Ahhh...!" Juru Demang dan Gajah Biru terkejut bukan main mendengar disebutnya Resi Mahapati. Resi Mahapati itu mereka anggap sebagai seorang yang amat baik dan setia kawan, juga setia kepada sang prabu. Maka keduanya
termenung sejenak,kemudian berkatalah Juru Demang kepada Gajah Biru. "Adimas Gajah Biru, tak dapat dielakkan lagi, kakangmas Lembu Sora pasti terancam bahaya maut. Oleh karena itu,dimas jangan berayal lagi, temulilah kakangmas Lembu Sora dan bujuklah agar dia suka cepat melarikan diri ke sini sebelum bahaya menimpa dirinya. Berangkatlah sekarang juga, dimas Gajah Biru dan karena tugas ini amat penting maka harus engkau sendiri yang melaksanakannya."
"Baiklah, kakangmas Juru Demang. Saya berangkat
sekarang. "Gajah Biru lalu berpamit dari semua orang dan pergilah dia malam itu juga menuju ke Mojopahit.
Sementara itu, Ki Jembros yang sejak tadi hanya
mendengarkan saja, tiba-tiba berkata dengan suaranya yang nyaring kepada muridnya, "Lastri, besok engkau harus melanjutkan perjalanan sendiri ke puncak Gunung Bromo, menghadap kakang Empu Supamandrangi."
http://kangzusi.com
Sulastri terbelalak memandang kakek itu. "Dan eyang sendiri...?"
Ki Jembros menggeleng kepala... "aku tinggal di sini, beristirahat dan berobat..."
"Kalau begitu aku pun tidak mau pergi, eyang. Aku akan merawat eyang, memasakkan ketan untuk eyang."
Tiba-tiba Ki Jembros bangkit berdiri, matanya melotot lebar. "Eh, jadi engkau mulai tidak taat lagi kepadaku, ya?"
226 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri terkejut dan takut, cepat dia menyebah. "Tidak, tidak... eyang, saya tidak berani membantah..."
"Nah, itu baru muridku yang baik. Kau harus pergi ke sana, menghadap kakang empu,kau ceritakan semua tentang
dirimu, dan tentang Ronggo Lawe, juga katakan bahwa engkau adalah murid Ki Jembros. Selanjutnya terserah petunjuk kakang Empu Supamandrangi dan kau harus taat kepada eyang gurumu itu."
"Tapi... tapi..., eyang... kapan saya dapat berjumpa dengan eyang lagi?"
"Ha-ha-ha! Kalau aku masih hidup, apa sih sukarnya
bertemu dengan aku" Hidup hanya berisi pertemuan dan perpisahan, apa anehnya" Kau besok harus
berangkat,sendiri?"
"Besok eyang...?" Sulastri nampak bingung. "Akan tetapi saya belum mengenal jalan..."
Huh! Pantaskah muridku merasa takut hanya untuk
melakukan perjalanan ke Gunung Bromo saja" Jangan
membikin malu aku, Lastri. Kalau kau pergi ke timur, setelah memasuki daerah Kadipaten Lumajang, kau bertanya kepada siapa pun tentu tidak ada yang tidak tahu di mana letaknya Pengunungan Bromo."
"Baik, eyang..." kata Sulastri dengan sikap masih agak http://kangzusi.com
ragu-ragu karena memang selama ini dia tidak pernah melakukan perjalanan seorang diri.
Melihat keraguan dara remaja itu, agaknya Juru Demang merasa kasihan. Senopati ini sudah mengenal watak-watak aneh dari orang-orang sakti seperti Ki jembros,akan tertapi dia pun tahu betapa jauh dan sukarnya perjalanan dari situ ke Gunung Bromo, apalagi kalau ditempuh oleh seorang dara remaja seperti Sulastri itu. Selain amat jauh dan amat berbahaya, terutama bagi seorang wanita, muda dan cantik pula. Oleh karena itu, maka terdorong oleh rasa kasihan di 227
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hatinya,Juru Demang berkata tenang, "Harap paduka maafkan kelancangan saya. Paman. Bukan maksud saya untuk mencampuri urusan paman dan nini Sulastri, akan tetapi mengingat akan jauh dan sukar serta berbahayanya
perjalanan dari sini ke Gunung Bromo, akan lebih amanlah kiranya kalau nini Sulastri menyamar sebagai seorang pria."
"menyamar pria" Aku..." Akan tetapi aku seorang wanita!"
Sulastri membantah.
"Ha-ha-ha, bagus! Itulah akal bulus yang cerdik sekali. Dan kau akan menjadi seorang pemuda yang amat tampan kalau menyamar sebagai pria, Lastri, ha-ha-ha!"
Memang Ki Jembros ini orangnya gembira dan dia suka akan hal yang aneh-aneh dan lucu-lucu. Maka mendengar usul itu hatinya menjadi gembira dan dia sudah dapat
membayangkan betapa lucunya kalau muridnya itu menyamar sebagai seorang pemuda.
"Akan tetapi..." Sulastri masih mencoba untuk membantah.
Bagi dara yang biasanya bersikap wajar ini amat anehlah membayangkan bahwa dia harus berpura-pura menjadi
seorang pria. "Begini, nini," Juru Demang menjelaskan dengan sabar.
"Amatlah berbahaya bagi seorang wanita muda untuk
melakukan perjalanan sejauh itu, apalagi melalui tempat-http://kangzusi.com
tempat yang asing bagimu, melalui pegunungan dan hutan-hutan di mana terdapat banyak gerombolan perampok. Lebih-lebih lagi di waktu suasana kacau seperti sekarang ini..."
"Aku tidak takut!" Sulastri memotong cepat, matanya bersinar penuh rasa penasaran. Mengapa dia hendak ditakut-takuti"
"Tentu saja tidak takut, nini. Rasa takut merupakan pantangan besar bagi seorang gagah. Akan tetapi di samping keberanian, seorang gagah harus selalu waspada dan berhati-hati. Keberanian bukanlah berarti kenekatan, melainkan tidak 228
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takut menghadapi bahaya demi membela kebenaran. Namun, tanpa kecerdasan kita akan mudah tertimpa malapetaka dan mengandalkan keberanian saja belumlah cukup untuk
menghindarkan malapetaka."
"Ha-ha, bagus, bagus!" Ki Jembros bertepuk tangan
memuji. "Maafkan saya paman. Bukan maksud saya untuk lancang memberi petuah kepada murid paman..."
"Lanjutkan, lanjutkan! Muridku ini memang keras batok kepalanya, dan baik kalau bisa menembus batok kepalanya yang keras itu agar dia mengerti, ha-ha!"
"Nini Sulastri, dengan gerakanmu yang tangkas, tidak akan ada orang dapat menyangka bahwa kau seorang wanita. Dan dengan dandanan pria, engkau akan dengan mudah, tanpa banyak gangguan, dapat melakukan perjalanan sampai ke Gunung Bromo dengan selamat. Sebaliknya, kalau engkau pergi dalam keadaan seperti itu saja,engkau akan menghadapi banyak sekali gangguan dan akan sia-sialah perjalananmu dan harapan paman jembros yang mengutus nini pergi ke Gunung Bromo."
Sulastri mulai dapat menerima nasihat itu, akan tetapi alisnya masih berkerut tanda bahwa hatinya masih penasaran dan belum puas benar. "Akan tetapi dengan menyamar
http://kangzusi.com
sebagai pria, bukankah itu berarti bahwa aku takut paman?"
"Takut atau tidak adalah urusan hati kita sendiri, dan takut atau tidak hanyalah kita sendiri yang mengetahuinya dengan jelas, bukan" Kalau kita sudah yakin bahwa tidak ada rasa takut di dalam hati kita, perduli apa dengan sangkaan orang lain" Yang penting, engkau yakin bahwa engkau menyamar bukan karena takut,melainkan untuk berhati-hati agar perjalananmu dapat lancar tanpa banyak rintangan di jalan."
"Akan tetapi, aku tidak biasa..."
229 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan khawatir, nini. Sebagai seorang dara perkasa yang sejak kecil sudah digembleng berolah yuda, gerakan-gerakaanmu begitu gesit sehingga dengan sendirinya engkau sudah seperti seorang pria, maka penyamaranmu itu hanya mengenai pakaian belaka. Untuk keperluan penyamaranmu, ahli-ahli kami akan dapat mendadanimu dan kemudian
melatihmu bagaimana harus bersikap sebagai seorang
pria,nini."
"Ha-ha-ha, kau sungguh beruntung, Lastri! Kau akan
memperoleh pengalaman hebat,bayangkan saja, menjadi pria, melakukan perjalanan seorang diri, bisa mempermainkan orang yang menyangkamu betul-betul pria. Wah, kalau ada wanita yang jatuh cinta padamu, he-he, dan hal itu bukan mustahil karena engkau tentu akan menjadi perjaka yang ganteng ha-ha, tentu lucu sekali! Ah, kau beruntung. Kalau saja aku berkesempatan menyamar sebagai seorang wanita tua, ha-ha-ha,betapa seneng dan lucunya, akan kupamerkan banyak orang, ha-ha-ha!"
Sikap dan ucapan gurunya ini membuat Sulastri juga
tertawa-tawa. Memang lucu membayangkan gurunya yang tinggi besar itu bergelung dan berpakaian seperti seorang nenek tinggi besar! Timbul kegembiraannya dan malam itu juga Sulastri dilatih seorang ahli menyamar dalam pasukan Juru Demung untuk menyamar sebagai seorang pria, gurunya http://kangzusi.com
sendiri menjadi pangling! Dia telah merobah menjadi seorang perjaka yang tampan dan gagah, yang suaranya renyah dan sikapnya jenaka.
Pada keesokan harinya, setelah menyambah dan mohon
doa restu Ki Jembros,berangkatlah Sulastri seorang diri meninggalkan hutan itu menuju ke timur. Dia menolak ketika diberi kuda karena dia tidak biasa menunggang kuda, akan tetapi dia tidak menolak ketika Juru Demung memberi bekal uang kepadanya. Juga buntalan gurunya berisi segala macam perabot dapur dibawanya dan dipanggulnya.
230 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jembros berdiri tegak mengikuti bayangan muridnya sampai lenyap di tikungan.
Kakek ini merasa seolah-olah semangatnya terbawa oleh murid yang amat dicintainya itu. Dia menghela napas panjang dan berkata kepada Juru Demung yang berdiri di sampingnya,
"Kalau saja dia lebih tua lima tahun, tentu dia akan kutahan di sini untuk membantu Lembu Sora. Sekarang terpaksa aku sendiri yang akan membantu dan biarlah muridku itu selamat di Bromo, Lapang hatiku sudah karena dia pasti aman di sana."
Juru Demung terkejut dan girang sekali mendengar ucapan ini. "Jadi paman berkenan membantu kami...?" tanyanya penuh harap, khawatir kalau-kalau dia tadi salah dengar.
"Hemm, kalau tidak akan membantu apakah kau kira aku senang ditinggal muridku" Biarkan aku mengobati lukaku dan memulihkan tenaga, dan kelak akulah yang akan menghadapi Empu Tunjungpetak dan Resi Harimurti, karena kurasa keduanya itu ke Mojopahit untuk urusan ini, untuk
menghadapi Lembu Sora."
"Apa maksud paduka, paman?"
Ki Jembros lalu menceritakan tentang pertemuan dan
pertempuran melawan Empu Tunjungpetak dan Resi Harimurti yang diundang ke Mojopahit oleh Reksosuro. Juru Demung http://kangzusi.com
menjadi khawatir sekali, karena dia sudah mendengar akan kesaktian dua orang pendeta itu. Akan tetapi, mendapatkan bantuan seperti kakek jembel ini benar-benar membesarkan hatinya dan dia mulai mengadakan persiapan setelah
mengatur dan menyediakan sebuah tempat peristirahatan untuk Ki Jembros yang akan memulihkan tenaga dan
mengobati lukanya.
Sebetulnya apakah yang telah terjadi di Kota Raja
Mojopahit" Banyak sekali!
231 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu beberapa tahun akhir-akhir ini semenjak pemberontakan Ronggo Lawe,telah terjadi banyak hal yang mendatangkan kekeruhan di atas Kerajaan Mojopahit.
Pertama-tama dimulai dengan desas-desus tentang
kematian Kebo Anabrang dalam pertandingan melawan
Ronggo Lawe, yang didesas-desuskan bahwa Lembu Sora yang membunuh Kebo Anabrang dan membantu Ronggo Lawe secara diam-diam dalam pertandingan itu.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dedas-desus ini mendatangkan kegemparan di seluruh
Mojopahit dan otomatis terjadi perpecahan antara yang pro dan yang kontra Demung Lembu Sora, kekasih sang prabu itu.
Sesungguhnyalah, Lembu Sora merupakan abdi terkasih dari sang prabu, karena semenjak mudanya Lembu Sora
merupakan seorang di antara para senopati yang saling setia.
Kesetiaan Lembu Sora sudah berulang kali teruji dan kepercayaan sang prabu kepada senopati ini adalah mutlak.
Oleh karena itu, tentu saja desas-desus itu menimbulkan kegemparan besar.
"Hendaknya paduka ingat akan semua jasa Lembu Sora, kakanda prabu," demikian antara lain Permaisuri dyah Tribuana berkata dengan halus ketika melihat kemurungan wajah suaminya dan maklum apa yang menyebabkan sang prabu kelihatan duka. Sang permaisuri juga sudah mendengar akan desas-desus itu, maka dia merasa khawatir dan cepat dia http://kangzusi.com
membela Lembu Sora dan membujuk sang prabu. "Betapa Lembu Sora telah berkali-kali membela paduka dan membela Mojopahit dengan taruhan nyawa. Bukankah Lembu Sora sendiri yang memimpin pasukan menghancurkan
pemberontakan Tuban" Dia menentang keponakannya sendiri, si Ronggo Lawe yang memberontak. Hal ini sudah jelas membuktikan kesetiaannya dan harap paduka tidak
menjatuhkan hukuman kepada Lembu Sora."
"Itulah yang menyusahkan hatiku, adinda Tribuana," kata sang prabu sambil menarik napas panjang. "Kalau orang lain 232
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang melakukan perbuatan itu, tentu dengan mudah saja kuhukum dia. Akan tetapi kakang Demung Lembu Sora" Heran sekali aku, sungguh tidak mengerti mengapa kakang Lembu Sora yang terkenal gagah perkasa dan sudah kukenal baik sebagai seorang jantan, dapat melakukan hal yang begitu rendah, membunuh orang secara pengecut dan keji."
"Akan tetapi, berita ini hanya desas-desus, hanya
pergunjingan belaka, belum ada buktinya, kakanda."
"Kalau tidak benar, mengapa kakang Lembu Sora dia, saja"
Kalau hanya fitnah kosong tentu kakang Lembu Sora sudah mengamuk dan mencari penyebar fitnah. Aku sudah mengenal benar wataknya," bantah sang prabu.
"Benar atau tidak, hamba kira kakang Lembu Sora
mempunyai alas dan yang kuat mengapa dia melakukan itu, kakanda. Dan benar atau tidak beraita itu, tegakah paduka menghukum orang yang pernah melakukan kesetiaan seperti yang dia buktikan itu kepada paduka" Lupakan paduka betapa dahulu, ketika kita berdua masih sengsara melakukan perjalanan yang amat sukar, Lembu Sora telah menyediakan tubuhnya di sawah yang berlumpur itu untuk menjadi tempat duduk kita... ah,kakanda, terlalu banyak kalau disebutkan jasa-jasa dan pengorbanan yang dilakukan oleh kakang Lembu Sora. Apakah semua itu akan kita lupakan saja?"
Sang prabu termenung. Tentu saja dia tidak melupakan http://kangzusi.com
semua kebaikan Lembu Sora.
Terutama sekali ketika dia membawa Puteri Dyah Tribuana mengungsi ke Madura,yaitu ketika Kerajaan Singosari telah jatuh. Betapa dia dan sang puteri melakukan perjalanan yang amat sengsara dan Lembu Sora selalu mengawalnya dengan penuh kesetiaan, bahkan ketika mereka kehabisan tenaga dan mengaso di ladang yang becek, Lembu Sora terlentang di atas tanah becek dan mempersilakan sang prabu dan dyah
Tribuana untuk menduduki perut dan dadanya!
233 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku tidak melupakannya, adinda. Akan tetapi, mengapa dia melakukan kecurangan serendah itu, membnuh Kebo Anabrang dari belakang?"
Sang prabu terkejut. Kebo Anabrang adalah seorang di antara para senopati yang setia pula. Mengapa permaisurinya mengeluarkan ucapan seperti itu" Seolah-olah membenci Kebo Anabrang" Ketika mereka bertemu pandang, Dyah Tribuana menundukkan mukanya dan mengertilah sang prabu.
Teringatlah beliau mengapa permaisurinya membenci Kebo Anabrang dan Sri Baginda menarik napas panjang. Tidak mengherankan.
Kebo Anabrang adalah senopati yang mengepalai pasukan ke negeri Malayu, bahkan senopati itulah yang ketika pulang membawa Puteri Malayu yang kini menjadi selirnya yang terkasih, yaitu Dara Petak yang telah diberi nama Sri Indreswari,ibu dari pangeran Kolo Gemet. Karena inilah maka permaisurinya itu membenci Kebo Anabrang. Hal ini membuat sang prabu termenung dan makin ruwetlah pikirannya.
-o0d-w0o- Jilid 17 Demikian berhari-hari Sang Prabu Kertarajasa Jayawarana http://kangzusi.com
berwajah murung. Desas-desus makin santer dan hanya karena teringat akan jasa dan kesetiaan Lembu Sora saja maka Sri agenda menahan sabar dan tidak mau bertindak, bahkan di dalam persidangan tidak pernah menyinggung persoalan ini. Juga para ponggawa yang maklum akan
kesetiaan Lembu Sora, maklum pula bahwa senopati ini menjadi ponggawa terkasih oleh Sri Baginda, tidak berani menyinggung-nyinggung persoalan desas-desus yang
menghebohkan itu.
234 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapa pun juga, sang prabu mengerti bahwa berita
tentang dibunuhnya Kebo Anabrang oleh Lembu Sora itu telah menggoncangkan persatuan para pembantunya,bahkan
mempunyai sifat memecah belah karena di antara para menteri dan hulubalangnya banyak yang memihak Kebo
Anabrang dan ada pula yang memihak Lembu Sora. Yang lebih merisaukan hati sang prabu adalah pengaruh-pengaruh dari para isterinya sendiri. Empat orang isterinya, kesemuanya puteri-puteri mendiang Sang Prabu Kertanegara, dipimpin oleh Dyah Tribuana yang menjadi permaisuri, dan didorong oleh Dyah Gayatri atau Rajapatni yang merupakan selir terkasih, di satu pihak mereka ini membela Lembu Sora, adalah Dara Petak selalu membujuk sang prabu agar dijatuhkan hukuman atas diri Lembu Sora untuk membalas kematian Kebo
Anabrang yang oleh Puteri Dara Petak dianggap sebagai seorang senopati yang paling besar jasanya. Tentu saja demikian, karena dia merasa bahwa keberangkatan ke Jawa Dwipa dibawa oleh Senopati Kebo Anabrang sehingga dia memperoleh kedudukan mulia di Mojopahit!
Wanita Gagah Perkasa 7 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Kisah Pedang Di Sungai Es 1
^