Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 13

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 13


-00000000000000000dewi0000000000000000-
Tadi ketika mener ima surat dari Puspa Dewi, dan setelah
mendengar para penjaga bicara sambil tertawa-tawa karena
men ikmati minuman anggur kemudian suasana menjadi sunyi,
Nurseta lalu menggunakan tenaga saktinya untuk me mbongkar ge mbok yang mengunci pintu besi kamar
tahanan dengan mudah. Dia keluar dan me mbongkar ge mbok
di pintu kamar tahanan eyangnya, Ki Sindukerta. Mula- mula
Senopati Sindukerta hendak mence la perbuatan Nurseta
karena dia tidak setuju kalau harus melarikan d iri dari tahanan
atas perintah Sang Prabu Erlangga, kepada siapa dia a mat
setia dan taat. Akan tetapi setelah Nurseta menjelaskan apa
yang terjadi dia terkejut bukan main bahkan mendesak
kepada Nurseta agar cepat melaksanakan apa yang diminta
oleh Puspa Dewi, yaitu me mbantu Ki Patih Narotama
menghadap i musuh yang hendak me mbunuhnya.
Nurseta menanti sa mpai para pembunuh datang. Dia
mendengar ucapan Puspa Dewi yang mengajak tiga orang
pembunuh lainnya lari dan dia sengaja tidak merobohkan
mereka dan tidak melakukan pengejaran karena dia dapat
menduga bahwa tentu gadis itu me mpunyai maksud tertentu
dengan ucapan itu. Akan tetapi setelah para pembunuh itu
pergi, dia berkata kepada Senopati Sindukerta yang tadi
bersembunyi da la m kegelapan seperti yang dikehendaki
Nurseta karena dia tidak ingin eyangnya terancam bahaya
maut. "Eyang, harap eyang tinggal saja disini karena saya kira
bahaya telah lewat Saya harus cepat melihat keadaan Ki Patih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama dan kalau perlu me mbantu beliau yang terancam
pembunuhan."
"Benar, Nurseta, cepatlah pergi ke kepatihan!" kata
Senopati Sindukerta.
Nurseta lalu menggunakan kepandaian nya untuk berlari
cepat me masuki ta man. Karena dia tidak tahu akan pintu
kecil, maka dia keluar dari taman istana itu dengan jalan
me lompat ke atas pagar tembok dan keluar dengan cepat.
Mala m telah berganti pagi ketika Nurseta melangkah menuju
kepatihan. Karena sudah banyak orang berlalu lalang di jalan
itu, Nurseta tidak berani berlari cepat, hanya berjalan agak
cepat sambil me mperhatikan keadaan di luar istana. Akan
tetapi tidak tampa k ada ketegangan da wajah para penduduk
kota raja, seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang
mengge mpar kan.
Tiba-tiba wajah Nurseta berseri dan hatinya lega karena dia
me lihat Ki Patih Narotama berja lan dari depan. Ki Patih
Narotama juga melihat Nurseta dan dia me manggil.
"Nurseta, andika di sini?" Pertanyaan itu menunjukkan
perasaan herannya melihat Nurseta yang berada dalam
tahanan istana, pagi ini dapat berkeliaran di situ "Ah, betapa
lega rasa hati hamba Gusti Patih, melihat paduka dalam
keadaan selamat, terhindar dari bahaya maut!"
"Apa" Hemm, andika tahu bahwa aku terancam bahaya?"
Narotama menjadi se ma kin heran. "Nurseta, mari kita bicara
di sana." Ki Patih Narota ma mengajak Nurseta men inggalkan jalan
raya me masuki ladang yang sunyi.
"Nah, ceritakan sekarang, bagaimana andika yang ditahan
di istana dapat berada di sini dan bagaimana pula andika
dapat mengetahui bahwa kesela matanku terancam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta lalu menceritakan pengalamannya. Bagaimana
ketika malam itu Puspa Dewi muncul di depan kamar tahanan
dan melemparkan surat dengan tulisan bahwa ma la m itu dia
dan eyangnya akan dibunuh, juga Ki Patih Narota ma akan
dibunuh orang. Maka dia lalu me loloskan diri dan melihat
empat orang bertopeng yang hendak me mbunuhnya. Seorang
di antara mereka adalah Puspa Dewi dan mereka berempat
me larikan diri ketika me lihat kamar tahanan kosong.
"Ha mba me menuhi per mintaan Puspa Dewi dalam surat itu
agar hamba meninggalkan rumah tahanan dan menolong
paduka yang terancam bahaya." Nurseta
mengakhiri keterangannya sambil menyerahkan surat dari Puspa Dewi itu.
Ki Patih Narotama menerima surat itu dan me mbacanya.
Dia mengangguk angguk. "Hemm, syukurlah bahwa anak itu
ternyata telah menyadari kesalahannya. Mari, Nurseta, mari
kita menghadap Gusti Sinuwun. Urusan ini mungkin masih ada
ekornya. Tampaknya ada persekutuan yang me mbahayakan
kerajaan. Kita harus melapor kepada Gusti Sinuwun."
Mereka berdua lalu bergegas menuju ke istana. Mereka
semakin tegang dan curiga karena sepagi itu Sang Prabu
Erlangga segera dapat menerima mereka, bahkan mereka
diajak bicara dalam sebuah ruangan tertutup tanpa dapat
didengar orang luar Pasti telah terjadi sesuatu dalam istana,
selain percobaan pe mbunuhan atas diri Nurseta dan Ki
Sindukerta! Akan tetapi sikap Sang Prabu Erlangga masih
tenang, walaupun alis matanya berkerut. Juga dia sama sekali
tidak merasa heran melihat Nurseta yang mestinya berada
dalam kamar tahanan dapat bersama Ki Patih Narotama
menghadapnya. "Kakang Patih Narotama, urusan apakah yang mendorong
kakang sepagi ini datang menghadap" Dan andika, Nurseta,
bagaimana andika dapat keluar dari tahanan dan ikut
menghadap?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perkenankan ha mba yang me lapor leb ih dulu, gusti.
Mala m tadi, hamba diserang dan hendak dibunuh dua orang
pembunuh gelap. Hamba dapat menghindarkan diri dan dua
orang pembunuh gelap itu melarikan diri. Akan tetapi setelah
hamba me lakukan penyelidikan ternyata bahwa dua orang
pembunuh gelap itu bukan lain adalah juru ta man baru
Linggajaya dan ..... Lasmini. Mereka berdua telah melarikan
diri dari kepatihan. Hamba datang menghadap paduka untuk
me lapor karena ha mba khawatir terjadi sesuatu di sini."
Sang Prabu Erlangga sama sekali tidak terkejut karena dia
sudah mengetahui se mua itu dari laporan selirnya, Dyah
Untari yang mendengar dari Puspa Dewi dan menyuruh
Bancak dan Doyok me lapor kepadanya.
"Dan andika, Nurseta, bagaimana ceritamu?" tanya Sang
Prabu Erlangga kepada pe muda itu.
"Ampun, gusti, kalau ha mba berani lancang ikut
menghadap. Mala m tadi juga terjadi percobaan pe mbunuhan
atas diri ha mba dan Eyang Sindukerta. Baiknya sebelum itu,
Puspa Dewi telah me mberi tahu ha mba, sehingga ha mba dan
eyang dapat meloloskan diri. Puspa Dewi juga memberitahu
bahwa gusti patih juga terancam, maka ha mba ber maksud
pergi ke kepatihan untuk me mbantu beliau, akan tetapi ha mba
bertemu dengan gusti patih di ja lan dan langsung menghadap
paduka." Kembali Sang Prabu Erlangga mengangguk-angguk. "Ka mi
sudah mengetahui se muanya dan ternyata Puspa Dewi tidak
berbohong. Ketahuilah, kakang Narotama ada persekutuan
jahat yang hendak me lakukan pe mberontakan. Persekutuan
yang terdiri dari empat kerajaan Wura-wuri, Wengker, Siluman
Laut Kidul, dan Parang Siluman yang bergabung dengan
Pangeran Hendratama yang hendak mengadakan pemberontakan. Yang menyedihkan, Mandari dan Lasmini
juga terlibat sebagai wakil dar i Kerajaan Parang Siluman. Kini
Mandari juga sudah lolos dari istana. Sang Prabu Erlangga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencer itakan semua yang didengarnya tentang rencana
pemberontakan itu seperti yang dicer itakan Puspa Dewi
kepada Dyah Untari.
"Syukur bahwa rencana pertama dan kedua, yaitu
me mbunuh kakang Narota ma dan Nurseta bersama eyangnya,
telah dapat digagalkan. Akan tetapi yang berbahaya adalah
rencana ke tiga, yaitu penggabungan pasukan mereka yang
akan berkumpul di hutan selatan. Kami sudah mengutus
Senopati Wiradana untuk me ngerahkan pasukan untuk
menghadap i pe mberontakan. Akan tetapi sebaiknya andika
sendiri, Kakang Narotana yang me mimpin dan te muilah
Senopati Wiradana. Ingat, Pangeran Hendratama ternyata
benar seperti cerita Nurseta, dia me mpunyai pusaka Sang
Megatantra, maka ada juga para pengkhianat yang
mendukungnya."
"Sendika, gusti. Mari, Nurseta, engkau harus me mbantuku!"
kata Narotama dan setelah me mberi hormat, mereka berdua
bergegas men inggalkan istana.
Setelah tiba di luar istana, Narotama berkata kepada
Nurseta. "Sekarang kita me mbagi tugas. Aku akan menemui
Senopati Wiradana dan mengatur pasukan, sedangkan
engkau, pergilah lebih dulu ke hutan selatan dan selidiki
keadaan mereka. Setelah mengetahui keadaan dan rencana
mereka dengan baik, baru andika mene mui aku." "Ba ik, gusti
patih!" Mereka lalu berp isah dan Nurseta keluar dari kota raja
me lalui pintu gerbang selatan. Keadaan di kota raja masih
tenang dan biasa saja karena tidak ada yang mengetahui
bahwa kota raja saat itu terancam serbuan pasukan
pemberontak! Matahari telah naik tinggi ketika Nurseta tiba di tepi hutan
selatan. Dia berhati-hati dan me masuki hutan lebat itu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sembunyi-sembunyi, menyelinap di antara pepohonan. Setelah
tiba agak dalam di hutan itu, dia me lihat betapa perajurit-
perajurit me lakukan penjagaan sekeliling tengah hutan di
mana terdapat sebuah pondok besar dan beberapa pondok
lain yang tampaknya baru saja dibangun. Nurseta mengelilingi
tempat itu dan melihat betapa penjagaan amat rapat dan yang
mengheran kan hatinya, para perajurit itu adalah perajurit
Kahuripan. Dia menduga bahwa tentu ini pasukan Kahuripan
yang dipimpin para senopati yang mendukung Pangeran
Hendratama! Karena penjagaan ketat dan berbahaya sekali kalau sa mpai
ketahuan, maka dia berse mbunyi agak jauh, menanti
datangnya malam. Dia akan lebih le luasa bergerak di waktu
ma la m gelap. Sementara itu, di kota raja juga terjadi kesibukan. Ki Patih
Narotama bertemu dengan senopati Wiradana dan me mberi
petunjuk kepada senopati itu.
Pasukan Kahuripan dikerahkan dan diketahui bahwa
beberapa orang senopati muda telah me mbawa pasukan
mereka pergi entah kemana. Narotama dapat menduga bahwa
pasukan-pasukan
yang menjad i pendukung Pangeran Hendratama itu pasti sudah berangkat ke hutan selatan untuk
bergabung dengan pasukan dari e mpat kerataan. Dia
me mer intahkan Senopati W iradana siap untuk diberangkatkan
sewaktu-waktu untuk menyerbu para pemberontak di hutan
selatan, mendahului mereka sebelum mereka bergerak
menyerang kota raja agar tidak menggegerkan rakyat. Untuk
itu, dia menanti berita dan Nurseta yang sudah dikirim ke sana
untuk me lakukan penyelidikan.
Kemudian, Narota ma me mbawa seregu pasu kan dan
me mimpin sendiri pasu kan Itu menuju ke gedung te mpat
tinggal Pangeran Hendratama. Akan tetapi, seperti sudah
diduganya terlebih dulu, gedung yang mewah seperti istana
itu telah dikosongkan. Pangeran Hendrata ma dengan se mua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selir dan pembantunya telah pergi. Narotama menduga bahwa
tentu pangeran itu juga pergi ke hutan selatan di mana
pasukan-pasukan
para senopati Kahuripan yang mendukungnya sudah berkumpul.
Dugaan Narotama me mang benar.Begitu mendengar akan
kegagalan usaha pe mbunuhan terhadap Ki Patih Narotama,
Nurseta dan Senopati Sindukerta sehingga mengakibatkan
Puteri Lasmini dan Puteri Mandari melarikan diri karena
rahasia mereka terbongkar, Pangeran Hendratama juga
merasa leb ih a man untuk segera melarikan diri dari
gedungnya di kota raja. Diapun me mbawa se mua keluarga,
pelayan dan harta bendanya yang ringkas me larikan diri ke
dalam hutan selatan dimana pasukan para senopati yang
mendukungnya sudah berkumpul dengan mereka.
Senopati Sindukerta juga sudah dibebaskan atas perintah
Sang Prabu Erlangga yang minta agar senopati tua itu
me mbantu Ki Patih Narotama me mimpin pasukan menghadapi
pemberontakan. Demikianlah, kedua piha k, pe mberontak dan kerajaan
Kahuripan, telah me mbuat persiapan. Hanya perbedaannya
yang menguntungkan Kerajaan Kahuripan adalah bahwa kalau
pihak kerajaan sudah megetahui akan rencana pemberontakan yang menggabungkan pasukan di hutan
selatan itu, sebaliknya pihak pemberontak sa ma sekali tidak
tahu pihak kerajaan sudah mengetahui akan rencana mereka
dan pihak pe mberontak mengira bahwa Kerajaan Kahuripan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mengada kan persiapan apa-apa sehingga dapat diserbu
dengan mendadak dan dapat dikalahkan!
-0000000000000000dewi000000000000000-
Matahari mula i condong ke barat. Nurseta masih menanti
datangnya malam. Dia berse mbunyi di atas sebatang pohon
besar yang berdaun lebat sehingga tidak akan ta mpak dari
bawah pohon sekalipun. Tiba-tiba dia yang mengintai dari atas
pohon melihat seorang gadis berlari terhuyung-huyungi Di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakangnya, sekitar belasan depa jauhnya tampak dua orang
gadis lain mrngejarnya. Gadis Itu rambutnya terurai lepas dari
gelungnya berkibar dibelakangnya. pakaiannya sudah koyak
koyak dan melihat larinya yang terhuyung Itu Nurseta
menduga bahwa ia tentu terluka
"Widarti, berhenti kau! serahkan kembali Megatantra
kepada kami" teriak wanita-wanitayang mengejanya dan
seorang diantara dua pengejar iu meluncurkan anak panah.
Anak panah mengenai bahu gadis itu, menancap dan gadis itu
mengaduh la lu terpelanting rubuh.
Kini Nurseta teringat, Gadis itu adalah Widarti, selir
termuda dari Pangeran Hendratama, dan mereka yang
mengejar adalah Sukarti dan Kenangasari, dua orang selir
Pangeran Hendratama yang lain. Maka cepat Nurseta
me layang turun dari atas pohon dan dengan lompataan yagn
jauh dan cepat, dia telah tiba leb ih dulu di dekat Widarti.
Sukarti dan Kenangasari terkejut bukan main ketika tiba-
tiba mereka me lihat Nurseta dis itu. Tanpa banyak capak
mereka sudah meluncurkan anak panah me nyerang pemuda
itu. Namun Nurseta bergerak maju mengha mpiri mereka dan
ketika empat batang anak panah menyambar kearah
tubuhnya, dia menangkis dengan kibasan kedua tanga dan
anak-anak panah itu rubuh.
Akan tetapi dua orang gadis canti itu selir Pangeran
Hendratama itu kin menyerang dengan keris mereka,
menusukkan keris itu ke arah perut dan dada Nurseta. Nurseta
menang kis dengan pengerahan tenaga.
"Plak.. Plak"Dua orang gadis itu menjerit kesakitan, keris
mereka terlepas dari pegangan mereka dan terlempar dan
lengan kanan mereka terasa nyeri bukan main terkena
tangkisan tangan Nurseta. Maklum bahwa mereka berdua
bukan lawan pe muda itu, Sukarti dan Kenangasari lalu
me mba likkan tubuh mereka dan melarikan diri secepatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta tidak me mperdulikan mere ka, cepat dia mengha mpiri W idarti, lalu berjongkok untuk me meriksa
keadaan gadis itu. Widarti rebah telentang, memandang
kepada Nurseta dan tersenyum, walaupun senyumnya tak
dapat menyembunyikan rasa nyeri yang ditanggungnya.
Nurseta terkejut melihat bahw gadis ini bukan hanya terluka
anak panah yang masih menancap di bahunya, akan tetapi
juga lambungnya bercucuran darah, agaknya terluka tusukan
keris. Luar biasa sekali bahwa gadis itu mas ih dapat bertahan
dan melarikan diri.
"Nurseta ..... terima kasih ..... engkau datang ..... aku
me mang mencarimu ..... untuk menyerahkan ini ....." dengan
tangan gemetar Widarti mengambil keris dengan warangkanya
yang terselip di pinggangnya dan menyerahkannya kepada
Nurseta. "..... ini ..... Megatantra, terimalah ....."
Nurseta melihat keris itu me miliki gagang dan warangka
yang indah. Dia lalu mencabutnya dan alangkah girangnya
me lihat bahwa keris itu me mang Sang Megatantra yang dulu
ditukar dengan keris palsu oleh Pangeran Hendratama.
"Ah, terima kasih Widarti. Jangan banyak bicara, aku akan
mencoba mengobati luka mu.:
"tidak, Jangan.. Percuma.. aku tidak kuat lag i.. "
"Akan tetapi, kenapa engkau lakukan ini , Widarti"
Mengapa engkau menga mbil Megatantra dan menyerahkan
kepadaku dengan me ngorbankan dirimu" Mengapa?"
Napas gadis itu sudah empas empis. Agaknya ia sudah
menge luarkan terlalu banyak darah dar i luka dila mbungnya
sehingga wajahnya pucat sekali.
"...aku... ayahku.. dibunuh jahanam Hendratama itu..
karena tidak mau ikut me mberontak.. aku.. aku lalu mencuri
Megatantra...hendak aku serahkan kepadamu... akan tetapi
aku kepergok Sukarti dan Kenangasari.. aku terluka...
mencoba lari.. dan... " Ia terkulai, tidak kuat bicara lag i.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Widarti... !" Nurseta mengguncang lengannya. Widarti
me mbuka kembali matanya yang sudah kehilangan cahayanya. "..... Nur ..... Nurseta ..... aku .....maafkan aku ....." Ia
terkulai lagi dan ketika Nurseta me meriksanya, ternyata
wanita itu sudah menghembuskan napas terakhir.
Gadis malang, pikir Nurseta dengan hati terharu. Gadis ini
terpaksa menjadi selir Pangeran Hcndrata ma karena ayahnya
seolah berada di tangan pangeran itu. ia terpaksa melayani
dan bersikap setia kepada Pangeran Hendrata ma, akan tetapi
akhirnya ayahnya dibunuh juga karena ayahnya tidak mau ikut
me mberontak. dan akhirnya, Widarti me mbalas denda m
dengan mencuri Megatantra untuk dikembalikan kepadanya
dan untuk itu ia harus menebus dengan nyawanya.
"Terima kasih, Widarti, semoga rohmu mendapatkan
tempat yang jauh lebih me mbahagiakan daripada hidupnya di
dunia ini." Nurseta berbisik dan menggunakan jari-jari
tangannya untuk metutupkan sepasang mata yang agak
terbuka itu. Pada saat itu terdengar suara hiruk pikuk yang datangnya
dari arah larinya dua orang selir Pangeran Hendrata ma tadi.
Tentu dua orang selir itu me manggil bala bantuan. Nurseta
cepat menyelipkan keris di pinggang, lalu me mondong dan
me mbawa lari jenazah Widarti pergi dar i situ. Dia me mbawa
jenazah itu cukup jauh me mas uki kota raja sa mbil
me mondong jenazah sehingga orang-orang me lihatnya
dengan heran. Akan tetapi Nurseta langsung mencari Ki Patih
Narotama di benteng pasukan. Setelah berte mu, diceritakannya tentang Widarti yang mencuri Sang Mcgatantra
dari Pangeran Hendratama dan menge mbalikannya
kepadanya. Sore hari itu Juga K i Patih Narotama me mbawa
Nurseta menghadap Sang Prabu Erlangga. Ketika Nurseta
mencer itakan tentang Widarti dan keris pusaka Sang
Megatantra, lalu me mpersembahkan keris pusaka itu, Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prabu Erlangga menerima dan mencabut keris pusaka itu. Dia
menghela napas.
"Kasihan W idarti itu. Ia telah berjasa maka kakang patih,
aturlah agar jenazah Widarti mendapatkan tempat pemakaman terhormat. Sekarang Sang Megatantra tidak
berada di tangan Pangeran Hendratama lagi. Terimalah,
Kakang Narotama dan pergunakan pusa ka ini untuk diliatkan
kepada para senopati yang mendukung Pangeran Hendratama
untuk me mbuktikan bahwa wahyu kedaton tidak berada pada
pemberontak itu."
Narotama mengerti akan maksud Sr ibaginda. Dia menerima
keris pusaka itu lalu mohon diri, keluar dari istana bersama
Nurseta. "Nurseta, menurut hasil penyelidikanmu tadi, yang berada
di dalam hutan selatan itu hanya pasukan Kahuripan" Apakah
andika tidak me lihat dari e mpat kerajaan yang bergabung
dengan Pangeran Hendratama itu?"
"Ha mba kira mereka belum datang, gusti patih. Hamba
me lihat betapa sarang mereka itu dikepung oleh para penjaga
yang terdiri dari perajurit Kahuripan. Kalau mereka sudah
datang, tentu akan ada perajurit mereka yang ikut melakukan
penjagaan."
"Bagus, kalau begitu, kita serbu mereka sebelum pasukan
dari empat kerajaan itu datang bergabung. Kalau diberi
kesempatan mereka bergabung, mereka akan menjadi barisan
yang kuat sekali. Yang menjadi pelopor adalah Pangeran
Hendratama yang mengandalkan pengaruh Sang Megatantra.
Kalau dia dihancurkan, kerajaan-kerajaan kecil itu pasti tidak
akan berani menyerang sendiri-sendiri. Juga tanpa ada
pelopor yang mengaturnya tidak mungkin mereka bere mpat
dapat bersatu karena di antara mereka sendiri sering terjadi
bentrokan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih Narota ma lalu me mimpin sendiri pasukan
Kahuripan me masu ki hutan selatan, dibantu oleh Senopati
Wiradana, Senopati Sindukerta, Nurseta dan beberapa orang
senopati lain yang setia kepada Sang Prabu Erlangga. Karena
Ki Patih Narota ma sudah mengetahui s iapa-siapa di antara
para senopati yang mendukung Pangeran Hendratama dan
tahu berapa besar jumlah perajurit mereka , maka dia
me mimpin pasukan secukupnya saja agar kota raja tidak
kosong dengan pasukan dan tetap terjaga.
Setelah tiba di tengah hutan yang mereka datangi dengan
dia m-dia m, Narotama mengatur barisannya mengepung
sarang pemberontak itu. Setelah dikepung rapat, Narotama
me mber i isyarat dan para perajurit menyalakan obor dan
menancapkan obor obor itu di atas tanah sedang mereka
sendiri me njauhi penerangan obor agar jangan menjadi
sasaran anak panah musuh.
Begitu obor-obor dinyalakan, gegerlah pasukan yang
berada di sarang pemberontak itu. Mereka sedang menanti
datangnya pasukan empat kerajaan yang akan bergabung dan
tiba-tiba saja kini mere ka dikepung musuh. Pangeran
Hendratama dan para senopati pendukungnya segera
me mimpin pasukan mereka untuk siap melakukan perlawanan. Pangeran Hendratama sedang marah- marah
karena keris pusaka Sang Megatantra yang disimpannya telah
hilang, padahal yang mengetahui tempat penyimpanan pusaka
itu hanya dia sendiri dan tiga orang selirnya yang dia percaya
akan kesetiaan mereka. Kemudian datang Sukarti dan
Kenangasari yang melaporkan bahwa Widarti yang mencuri
pusaka itu dan mereka berdua mengejarnya hanya berhasil
meroboh kan Widarti akan tetapi tidak dapat merampas
kembali pusaka itu karena muncul Nurseta yang melindungi
Widarti. Saking kecewa, penasaran dan marahnya, Pangeran
Hendratama menga muk, me mbunuh Sukarti dan Kenangasari
yang dia anggap bersekongkol dengan Nurseta dan sengaja
me mbiarkan Widarti me larikan pusaka itu. Dia sedang marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kebingungan karena hanya pusaka itulah yang menjadi
andalannya untuk menarik para senopati untuk mendukungnya. Dia merasa telah mene mukan pusaka yang
menjad i wahyu kedaton sehingga dia sudah ditentukan oleh
para dewa untuk menjadi raja. Dan kini pusaka itu hilang!
Selagi dia marah dan kebingungan, terjadi geger bahwa
sarang mereka dikepung ba latentara Kahuripan!
Para perajurit pasukan pemberontak menjad i panik dan
karena ketakutan mereka lalu me nyerang dengan anak panah
secara ngawur karena biarpun di sekeliling sarang itu terang
benderang oleh ribuan obor, namun pihak musuh tidak
tampak. Tiba-tiba terdengar suara yang nyaring sekali sehingga
terdengar oleh semua perajurit anak buah pemberontak.
"Dengar dan lihat baik-baik, para perwira dan tamtama
Kahuripan yang me mberontak! Aku Ki Patih Narotan a
me mper ingatkan bahwa kalian telah ditipu oleh pengkhianat
Hendratama!" Suara Ki Patih Narota ma terdengar lantang
sekali karena patih yang sakti mandraguna ini mengerahkan
tenaga saktinya sehingga suara itu terdengar nyaring dan
jelas. Pangeran Hendratama me lihat Ki Patih Narotama berd iri di
atas sebuah batu besar. Dia lalu me merintahkan anak
buahnya untuk menghujankan anak panah kepada Ki Patih
Narotama. Puluhan batang anak panah meluncur ke arah patih
yang berdiri di atas batu besar dan tampa k jelas karena
disinari beberapa batang obor yang ditancapkan di sekeliling
batu besar. Akan tetapi, Nurseta yang sudah berada di situ
dan me mang bertugas melindungi Ki Patih Narotama,
me lompat dan me mutar sebatang ranting. Tubuhnya
berkelebatan seperti tatit dan ranting ditangannya itu menjadi
gulungan sinar yang menang kis se mua anak panah yang
me luncur ke arah tubu Narotama. Patih ini yakin akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kema mpuan Nurseta maka tidak mengacuhkan serangan itu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan melanjutkan kata-katanya yang nyaring.
"Dengar kalian semua! Pengkhianat Hendratama itu tidak
me miliki keris pusa ka Sang Megatantra. Lihat ini! Keris pusaka
Sang Megatantra telah kembali kepada Gusti Sinuwun, Sang
Prabu Erlangga. Ini buktinya, kalian lihat sendiri!" Narotama
mengacungkan keris Megatantra ke atas sehingga dapat
dilihat se mua orang.
Para senopati yang mendukung Pangeran Hendratama
terkejut me lihat keris pusa ka di tangan Ki Patih Narota ma itu.
"Bohong, dia bohong! Sang Megatantra ada padaku!"
Pangeran Hendratama berteriak dengan khawatir dan
bingung, tidak mengira bahwa pusaka yang dicuri oleh Widarti
itu kini telah berada di tangan Ki Patih Narota ma.
"Kalau dia bohong, coba perlihatkan Pusaka Megatantra itu,
pangeran!" kata seorang senopati yang diturut oleh yang lain.
"Ada, ada kusimpan baik-ba ik!" kata Pangeran Hendrata ma.
"Mari kita gempur pasu kan kerajaan itu!"
Pada saat itu terdengar sorak sorai dari arah selatan.
Seorang perajurit yang bertugas jaga di bagian selatan,
datang berlari-lari dan me laporkan kepada Ki Patih Narota ma.
"Gusti Patih, pasukan Parang Siluman dan Wengker sudah
datang dari arah selatan! Jumlah mere ka se mua sekitar tiga
ribu orang lebih!"
Mendengar laporan ini, Narotama kembali berseru dengan
suara lantang. "Dengarlah, para senopati yang tertipu oleh
pengkhianat Hendratama. Kalau kalian me mbantu kami
menyerang pasukan Parang Siluman dan Wengker yang
datang itu, rnaka dosa kalian akan diampuni! Sebaliknya kalau
kalian melanjutkan pe mberontakan mendukung pengkhianat
Hendratama dan bergabung dengan e mpat kerajaan musuh,
kalian semua akan dibinasakan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar seruan lantang ini, para senopati merasa
bimbang ragu. Se mentara itu, pasukan Parang Siluman yang
dipimpin sendiri oleh Ki Nagakuma la, yaitu kakak Ratu
Durga mala, dite mani kedua orang keponakan juga muridnya,'
yaitu Lasmini dan Mandar i, sudah tiba di luar sarang itu dan
terjadilah bentrokan perang dengan pasukan Kahuripan. Juga
pasukan Kerajaan Wengker yang dipimpin oleh Resi Bajrasakti
dan muridnya, Linggajaya, sudah bertempur me lawan pasukan
Kahuripan yang men gepung sarang itu dibagian Barat Daya.
Tiba-tiba para senopati yang tadinya, mendukung Pangeran
Hendratama, berseru member i perintah kepada pasukan
mereka. Terdengar teriakan-teriakan menggegap ge mpita.
"Hidup Ki Patih Narotama! Hidup Sang. Prabu Ertangga'" Dan
mereka sudah bergerak ke se latan dan barat daya untuk
me mbantu pasu kan Kerajaan Kahuripan me nyambut dan
menyerang pasukan Parang Siluman dan Wengker!
Ki Patih Narotama tersenyum lega. Siasatnya berhasil.
Pasukan yang tadinya mendukung Pangeran Hendratama yang
hendak me mberontak itu telah dapat disadarkan dan kini
mereka me na mbah kekuatan pasukannya untuk menghadapi
pasukan kerajaan-kerajaan yang sejak dulu me mang
me musuhi Kahuripan.
Maka dia lalu me mberi aba-aba yang diteruskan para
perwira untuk men gumpulkan pasu kan dan menyerbu ke
dalam sarang musuh. Dia send iri bersama Nurseta me mimpin
paling depan. Karena yang berada di sarang itu hanya
pasukan para senopati Kahuripan yang mendukung Pangeran
Hendratama dan kini ha mpir se mua pasu kan telah me mbalik
dan menyerang pasukan Parang Siluman dan Wengker yang
baru tiba, maka pasukan Narotama yang me masuki sarang itu
tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Sebagian dari
mereka yang benar benar setia kepada Pangeran Hendratama
dengan mudah dirobohkan atau ditawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Hendratama menjad i panik me lihat pasukan yang
mendukungnya kini me mba lik malah menya mbut kedatangan
pasukan Parang Silu man dan Wengker dengan serangan.
Perasaan takut lebih besar daripada kemarahannya. Dia
maklum bahwa usahanya merebut tahta kerajaan dari Sang
Prabu Erlangga telah gagal total. Maklum akan bahaya yang
menganca m dirinya, dia sudah bermaksud untuk me larikan
diri, akan tetapi tiba tiba, di antara sinar obor obor yang
begitu banyak sehingga cukup menerangi tempat itu, tahu-
tahu Ki Patih Narotama sudah berdiri menghadang di
depannya "Pangeran Hendratama, permainan andika sudah
usai. Menyerahlah untuk kami tangkap dan kami hadapkan
kepada Gusti Sinuwun!" kata Ki Patih Narotama. Sesosok
bayangan lain berkelebat dan Nurseta berdiri di samping ki
patih. Melihat dua orang ini, Pangeran Hendratama menjadi
pucat wajahnya. Apalagi melawan keduanya, baru melawan
seorang di antara mereka saja dia takkan menang. Namun
karena keadaan sudah membuat dia tersudut, dia menjadi
nekat. Dengan tombak pusaka yang sejak tadi memang sudah
dibawanya, dia menyerang Ki Patih Narotama sambil
menge luarkan suara gereng seperti seekor harima u marah. Ki
Patih Narotama melompat ke belakang.
"Nurseta, kuserahkan dia kepadamu. Tangkaplah agar
dapat kita hadapkan Gusti Sinuwun!"
"Sendika, gusti patih!" kata Nurseta yang maklum bahwa Ki
Patih Narotama me mpunyai tugas yang penting, yaitu
mengatur pasukan untuk menghadapi dua pasukan musuh
dari Parang Siluman dan Wengker.
"Pangeran, memang lebih baik kalau andika menyerah."
katanya sambil menghadapi pangeran yang sudah nekat itu.
Melihat pe muda yang dianggap menjadi gara-gara kegagalan
ambisinya itu, Pangeran Hendratama menjadi se makin marah
dan dia mengeluarkan jurus-jurus tera mpuh dar i ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tombaknya dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk
menyerang dan me mbunuh Nurseta.
Akan tetapi, dengan ilmu mer ingankan tubuh yaitu Aji Bayu
Sakti Nurseta yang bertangan kosong me mainkan ilmu silat
Baka Denta. Tubuhnya berkelebatan seperti berubah menjadi
bayangan sehingga Pangeran Hendratai a menjadi bingung.
Dia merasa seolah me nyerang sebuah bayangan. Karena
lawan seolah tidak mungkin diserang, Pangeran Hendratama
me mutar to mbak sehingga sinar to mbak itu menjad i perisai
yang melindungi dirinya. Dengan demikian, biarpun dia tidak
dapat menyerang lawan, lawanpun sukar untuk dapat
menyerangnya. Kalau saja Nurseta menghendaki, tentu dia akan ma mpu
meroboh kan pangeran itu dengan pukulan jarak jauh yang
ampuh. Akan tetapi dia tidak ingin me mbunuh atau melukai
pangeran ini yang bagaimanapun juga adalah kakak ipar Sang
Prabu Erlangga sendiri. Bahkan Ki Patih Narotama saja tadi
tampak enggan bertanding me lawan Pangeran Hendratama.
Apalagi ki patih tadi me nugaskan kepadanya untuk
menang kap pangeran yang berkhianat dan me mberontak ini,
maka diapun ber maksud hendak me nangkap tanpa me lukainya. Melihat sang pangeran pemberontak itu me mutar
tombak dengan dahsyat sehingga sinar tombak me mbuat dia
sukar untuk dapat menangkapnya, maka Nurseta terpaksa
menggunakan satu di antara aji-aji pa mungkasnya yang tidak
akan dipergunakan kalau tida k terpaksa sekali.
Tiba-tiba Pangeran Hendratama menjad i bingung karena
bayangan Nurseta kini hilang, tidak tampak lagi! Inilah Aji
Sirnasarira yang dipergunakan Nurseta untuk menangkap
lawannya. Melihat pe muda itu hilang, Pangeran
Hendratama mengendurkan putaran tombaknya karena me mutar tombak
sekuat itu dalam waktu la ma akan menguras tenaganya.
Begitu dia mengendurkan putaran tombak, tiba-tiba tombak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu berhenti berputar dan tidak dapat digerakkan. Kini ta mpak
olehnya betapa Nurseta telah menang kap ujung to mbaknya, di
bawah mata tombak yang runcing
"Menyerahlah, pangeran!"
Pangeran Hendratama mengerah kan tenaga untuk me lepaskan to mbaknya dari pegangan lawan. Namun sia-sia
karena tombaknya seolah melekat pada tangan Nurseta.
Dala m kemarahan dan kenekatannya, Pangeran Hendratama
me langkah maju dan menghanta m dengan tangan kirinya ke
arah muka Nurseta. Kesempatan kini terbuka bagi Nurseta.
Dia menyambut pukulan tangan kiri itu dengan ketukan
jarinya ke arah bawah s iku lengan kiri Pangeran Hendrata ma.
"Dukk!" Se ketika Pangeran Hendrata ma merasa lengan
kirinya lumpuh dan di detik berikutnya, tangan Nurseta
menepuk pundaknya dan tubuh pangeran itu terkulai le mas,
tombaknya terlepas dari pegangannya. Pangeran Hendratama
roboh terguling dan tidak ma mpu bangkit kemba li. Dia tidak
terluka dan tidak menderita nyeri, akan tetapi tidak ma mpu
menggerakkan kaki tangannya.
Nurseta me manggil seorang perwira,
menyerahkan pangeran itu agar ditawan dan dijaga agar jangan sampai
dapat melarikan diri atau ada orang yang membebaskannya.
Kemudian Nurseta menyusuli Ki Patih Narota ma yang
me mimpin pasukan bersama para senopati menyerbu pasukan
Parang Silu man dan Wengker.
Sementara itu, kedua pasukan yang baru tiba itu, menjadi
terkejut bukan main ketika tiba-tiba pasukan Kahuripan yang
berada di sarang pemberontak itu, yang tadinya dianggap
sebagai sekutu untuk me mbuat persiapan menyerbu kota raja
Kahuripan, tiba-tiba keluar dari sarang dan menyerang
mereka. Apalagi mendengar teriakan-teriakan mereka yang
menyerukan hidup Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baik mereka yang me mimpin pasukan Wengker, yaitu Resi
Bajrasakti dan Linggajaya, maupun mereka yang me mimpin
pasukan Parang Siluman, yaitu Lasmini, Mandari dan pa man
atau guru mereka, Ki Nagakuma la, semua merasa gentar
mendengar bahwa Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama turun tangan sendiri me mimpin pasukan. Apalagi
mendengar bahwa pasu kan pe mberontak yang tadinya
mendukung Pangeran Hendratama kini berbalik mendukung
Kerajaan Kahuripan. Bahkan dari para penyelidik mereka
mendengar bahwa Pangeran Hendrata ma tidak me miliki Sang
Megatantra dan sekarang sudah menjadi tawanan. Mereka
menjad i gentar sekali dan ketika pasukan Kahuripan
menyerang, mereka hanya me mpertahankan diri sa mbil
mundur. Melihat jumlah pasukan Kerajaan Kahuripan yang
bergabung dengan bekas pendukung Pangeran Hendratama
jauh lebih besar dari jumlah mereka, apalagi karena sudah
merasa gentar karena di pihak Kahuripan terdapat Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narota ma yang sakti mandraguna
dibantu pula oleh Nurseta yang juga me miliki kepandaian
tinggi, nyali para pe mimpin itu men ciut dan e ikhirnya, setelah
terang tanah, mereka menarik mundur pasukan dan me larikan
diri, kembali ke daerah masing-mas ing. Usaha persekutuan
empat kerajaan yang membantu Pangeran Hendratama
me laksanakan pe mberontakan di Kahuripan itu gagal sama
sekali. Mengapa pasukan dua kerajaan lain yang juga bersekutu
dengan mereka, yaitu Kerajaan Siluman Laut Kidul dan Wura
wuri, tidak muncul malam itu" Ini adalah karena pasukan
Siluman Laut Kidul yang pa ling jauh letaknya di pesisir Laut
Kidul, datangnya terlambat, yaitu pada keesokan harinya
setelah siang. Ketika mereka me masuki hutan, mereka melihat
bekas pertempuran dan dari mereka yang terluka mendengar
bahwa pasukan Wengker dan Parang Siluman lelah terpukul
mundur dan me larikan diri. Tentu saja mereka terkejut dan
menjad i gentar, apa lagi mendengar bahwa Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hendratama telah tertawan dan pasukannya memba lik dan
me mbantu pasukan Kahuripan. Maka, Ratu Mayang Cupita
dari Kerajaan Siluman Laut Kidul yang me mimpin pasukan,
lalu me mer intahkan pasukannya untuk kembali dan pulang ke
selatan. Sementara itu, pasukan dari Wura- wuri datangnya malah
lebih la mbat lagi, terlambat dua hari dari ma la m yang
ditentukan. Hal ini adalah Puspa Dewi me mberi laporan yang
sengaja dibuat agar pasukan itu datangnya terlambat. Maka
ketika pasu kan itu tiba di hutan, mereka tidak me lihat sekutu
mereka dan karenanya, Tri Kala yang me mimpin pasukan itu
bersama Puspa Dewi la lu menarik pasukan untuk kembali.
Dala m gerakan ini, tiga orang senopati Wura wuri itu,
Kala muka, Kala manik, dan Kalateja tidak melihat Puspa Dewi.
Setelah dicari mereka yakin bahwa gadis itu telah
men inggalkan pasukan Wura-wuri dan pergi entah ke mana.
Dala m perjalanan kembali ke kota raja, Nurseta berjalan di
samping Ki Patih Narotama dan mereka bercakap-cakap. K i
Patih Narotama merasa lega dan girang bahwa pemberontakan itu dapat digagalkan tanpa pertumpahan
darah yang besar dan hanya mengakibatkan tewasnya
beberapa puluh orang saja. Pangeran Hendratama juga sudah
dapat diringkus dan men jadi tawanan dan yang lebih
me mbuat girang adalah bahwa pasukan para senopati yang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendukung pe mberontakan dapat disadarkan sehingga
akhirnya mereka me mbalik dan me mbela Kahuripan. Dia pasti
akan me mintakan ampun kepada Sang Prabu Erlangga untuk
para senopati yang terkena bujukan Pangeran Hendratama itu
sehingga mereka tidak dihukum terlalu berat. Akan tetapi
dia m-dia m K i Patih Narotama mengakui bahwa yang paling
besar jasanya sehingga pemberontakan ini dapat dengan
mudah ditu mpas adalah Puspa Dewi!
"Nurseta, aku ingin sekali mengetahui bagaima na nasib
Puspa Dewi. Dara itu berjasa besar terhadap Kahuripan. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ada Puspa Dewi yang membocorkan rahasia persekutuan
itu, tentu akan terjadi hal-hal yang lebih hebat lagi sehingga
mengakibatkan jatuhnya banyak korban."
"Paduka benar, gusti patih. Puspa Dewi me mang berjasa
besar sekali. Ia telah menjadi puteri istana Wura-wuri, entah
apa yang menimpa dirinya kalau Raja Wura-wuri mengetahui
akan perbuatannya yang tentu dianggap sebagai pengkhianat
oleh Kerajaan Wura-wuri."
"Ya, akupun berpikir de mikian dan mengkhawatirkan
nasibnya. Akan tetapi, jasamu juga amat besar, Nurseta.
Maka, akan kuhaturkan kepada Gusti Sinuwun tentang semua
jasamu agar engkau mendapatkan kedudukan yang sepadan
dengan jasamu."
"Maafkan ha mba, gusti patih. Akan tetapi apa yang hamba
lakukan se mua itu bukan untuk me mbuat jasa dan
mendapatkan imbalan,
melainkan untuk me laksanakan
kewajiban ha mba. Ha mba tidak menghendaki imba lan apapun,
gusti patih, apalagi kedudukan yang mengikat hamba, padahal
hamba mas ih harus me laksanakan tugas la in yang a mat
penting." "Tugas apakah itu, Nurseta?"
"Ha mba harus me ncari ayah ibu ha mba dan mengajak
mereka menghadap eyang, juga hamba masih ingin bebas
merantau untuk meluaskan pengalaman ha mba."
"He mm, bagus, itukah kehendakmu?"
Narotama mengangguk-angguk. "Adalah hakmu untuk me milih dan kalau
engkau me milih hendak merantau mencari orang tua mu, aku
hanya titip pesan kalau engkau bertemu dengan Puspa Dewi
agar me mberi tahu bahwa aku dan Gusti Sinuwun ingin
bertemu dan bicara dengannya."
"Baik, gusti patih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan ingatlah selalu akan peristiwa pe mberontakan
Pangeran Hendratama, Nurseta. Peristiwa itu dapat kita
jadikan sebagai contoh betapa bahayanya kalau orang
mengejar cita-cita."
"Akan tetapi, gusti patih. Bukankah seorang manusia,
apalagi sewaktu muda, harus me mpunyai cita-cita yang baik
agar mencapai ke ma kmuran dan kebahagiaan hidup?"
Ki Patih Narotama mengajak Nurseta berhenti di tepi jalan
untuk bercakap-cakap.
"Justeru pendapat itulah yang menjerumuskan banyak
orang, Nurseta. Cita-cita adalah tujuan, ambis i, cita-cita
adalah harapan mendapatkan sesuatu yang belum diperoleh,
masa depan dan bukan kenyataan, melainkan bayangan. Baik
buruknya tujuan tergantung dari cara mendapatkan tujuan itu.
Besar sekali bahayanya, tujuan menghalalkan segala cara,
sehingga untuk mencapa i apa yang dicita-citakan, orang tidak
segan me lakukan cara apapun. Jadi yang menentukan
bukanlah berc ita-cita muluk, melainkan caranya, pelaksanaannya, pekerjaannya dan sifat pekerjaannya itu.
Yang baik atau buruk, benar atau salah, adalah caranya. Tidak
mungkin cara yang jahat menghasilkan sesuatu yang baik.
Kalau sedang bekerja mencari nafkah, bekerjalah yang baik
dan benar, karena itulah yang menentukan has ilnya dan yang
me lakukan cara yang baik dan benar, hasilnya tentu baik dan
benar pula. Sebaliknya kalau hanya me mentingkan cita-cita
atau tujuan, orang dapat terseret ke dalam cara yang buruk
dan salah seperti penipu, korupsi, pengkhianatan seperti yang
dilakukan Pangeran Hendratama. Dia bercita-cita me mperoleh
kedudukan tinggi dan menggunakan cara yang jahat dan
buruk, berkhianat, me mberontak dan bersekutu dengan
musuh-musuh Kahuripan. Kalau saja dia menggunakan cara
yang baik, berjuang dan bekerja dengan setia dan jujur untuk
Kahuripan, tentu dengan sendirinya
dia me mperoleh kedudukan yang tinggi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, gusti patih, hamba sering mendengar orang
mengatakan bahwa tanpa cita-cita hidup akan kosong dan
tidak akan me mperoleh kemajuan. Cita-cita merupakan
pendorong man usia untuk maj u. Bagaimana pendapat paduka
dengan pernyataan itu, gusti patih?"
"Ucapan seperti itu
hanya dilakukan orang yang
menganggap bahwa yang terpenting da la m hidup ini adalah
mencari kemajuan yang berarti kekayaan dan kedudukan.
Orang yang men ingkat kekayaannya atau kedudukannya
dianggap maju. Karena itu, dalam mengejar cita-cita untuk
me mperbanyak kekayaan dan me mpertinggi kedudukan orang
menjad i lupa diri, saling berebutan dan saling ber musuhan.
Orang lupa bahwa kedudukan tinggi atau kekayaan besar
sama sekali bukan ukuran orang untuk hidup berbahagia dan
tenteram lahir batin. Cita-cita itu baru dapat dinilai bersih
kalau ditujukan untuk kepentingan orang banyak dala m hal ini
rakyat jelata yang hidupnya merana. Selama cita-cita itu untuk
kepentingan pribadi, maka itu bukan la in hanyalah kemurkaan
dan menuruti dorongan nafsu yang condong selalu mengejar
kesenangan, mengejar yang serba enak dan menyenangkan
jasmani. Orang men ilai maju untuk men ingkatkan harta dan
kedudukan, mendewa-dewakan harta benda dan kekuasaan.
Pengejaran keinginan nafsu berupa kesenangan jasman i inilah
yang menyeret kita melakukan segala maca m perbuatan jahat
demi mencapai apa yang dicita-citakan itu."
Nurseta merasa kagum. Pendapat yang dikemukakan Ki
Patih Narotama ini sungguh berbeda, bahkan berlawanan
dengan pendapat umum tentang cita-cita, akan tetapi dia
dapat menangkap kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Karena dia ingin mengerti lebih banyak, dia berkata lagi.
"Ha mba masih me mpunyai sebuah pertanyaan tentang cita-
cita, gusti patih, yang hamba harap dapat menerima
penjelasan dari paduka. Bagaimana kalau ada yang bercita-
cita menjad i orang yang baik" Apakah juga tidak ada gunanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan juga berbahaya karena menjurus ke arah mengha lalkan
segala cara untuk men capai tujuan, yaitu kebaikan?"
Narotama tersenyum. "Apakah andika pikir kebaikan atau
kebajikan itu merupakan sesuatu yang dapat dicapai melalui
suatu cara atau pelajaran" Ah, Nurseta. Kebajikan adalah
suatu sikap hidup terhadap orang lain yang terpantul dari
dalam perasaan hati sanubari. Kebajikan yang dila kukan
dengan cara yang disengaja adalah kebajikan yang dibuat-
buat. Mengejar cita-cita agar kita men jadi orang baik hanya
akan me mbuat kita menjad i seorang munafik yang hanya baik
pada lahirnya belaka yang sering bahkan berlawanan dengan
keadaan batinnya. Mengejar kebaikan berarti kita mengejar
pendapat orang agar kita dianggap sebagai orang baik, dan
kalau sudah begitu, kita mengha lalkan segala cara agar dapat
dianggap baik. Tida k, Nurseta, kebaikan bukan merupakan
tujuan, kebaikan bukan pa mrih, kebaikan adalah suatu silat
yang timbul dar i hati sanubar i. Hati sanubari yang sudah
dihuni Kasih Sejati akan me mancarkan sikap dan perbuatan
yang pasti baik. Marah adalah buruk, sabar adalah baik.
Dapatkah orang belajar sabar" Tidak mungkin. Selama ada
kemarahan dalam hati, kesabaran menjauh, yang dapat
dicapai hanya kemarahan yang bertopeng kesabaran atau
kesabaran palsu. Kalau kemarahan tiada lagi di hati, tidak
perlu belajar sabar lagi. Kalau kejahatan tidak lag i mengera m
dalam hati, tidak perlu belajar ba ik lagi, kalau nafsu-nafsu
daya rendah tidak lagi menguasai hati sanubari seseorang, dia
akan hidup sebagai seorang manusia sebagaimana yang
dikehendaki oleh Sang Pencipta. Kalau iblis tidak lagi
menguasai hati akal pikiran, Dewa Ruci (Sang Roh Suci) yang
akan menga mbil a lih dan me mbimbing ke ja lan benar dan
baik. Bukan cita-cita menjad i baik yang penting, melainkan
sekarang, saat ini, saat demi saat tidak ada lagi nafsu jahat
menguasai diri lahir batin. Mengertikah andika, Nurseta?"
Nurseta menyembah. "Aduh, terima kasih, gusti patih.
Semoga Hyang Widhi Wasa akan me mbimbing hamba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga dapat terbuka mata hati hamba untuk melihat
kebenaran itu. Sekarang hamba mohon pa mit, gusti. Hamba
mohon sudilah kiranya paduka me mberi tahu kepada kanjeng
eyang Sindukerta bahwa hamba melanjutkan perjalanan
mencari kedua orang tua hamba."
"Begitulah kehendakmu, Nurseta. Baik, akan kusa mpa ikan
kepada Paman Senopati Sindukerta. Selamat jalan dan
semoga Sang Hyang Widhi selalu me limpahi Kasih Karunia dan
bimbingan kepada mu."
Nurseta menyembah lag i lalu menga mbil jalan simpang,
men inggalkan Ki Patih Narotama yang mengikuti kepergian
pemuda itu sampa i bayangannya menghilang.
Sampa i di s ini berakhirlah sudah riwayat Nurseta bagian
pertama dalam episode "Sang Megatantra" ini dengan harapan
pengarang semoga kisah ini ber manfaat bagi para
pembacanya. Sampai jumpa di kisah selanjutnya, di mana
pembaca akan mengikuti perjalanan Nurseta dan bertemu
pula dengan Puspa Dewi, Linggajaya, Lasmini, Mandari, dan
para tokoh lain dalam kisah selanjutnya yang berjudul
"NURSETA, SATRIA KARANG TIRTA".
TAMAT Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak Harimau 8 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 17
^