Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 3

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


sang pangeran kelak menjadi raja dan merekapun akan
mendapatkan kedudukan tinggi dan ke muliaan."
Nurseta menghela napas panjang. Kalau de mikian halnya,
keadaan gadis ini sungguh serba salah. Keadaan orang tuanya
berlawanan dengan ke inginan hatinya.
"Ah, nimas. Kalau begitu, apa yang dapat kulakukan
untukmu?" "Kakangmas Nurseta, kalau engkau dapat me mbebaskan
aku dari sang pangeran, tanpa membahayakan ayah ibuku,
aku ..... aku mau menjadi apapun juga. Aku mau menjadi
hamba mu, mencucikan pakaian mu, me masakkan ma kananmu,
apa saja yang kaukehendaki dariku, akan kulakukan dengan
senang hati." Gadis itu kembali menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta menarik napas panjang dan dengan kedua
tangannya dia me megang kedua pundak Widarti dan
mengangkatnya bangkit berdiri.
"Nimas, kalau keadaan mu ini me mang sudah dikehendaki
oleh orang tuamu, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Engkau
sendirilah yang dapat menentukan, apakah engkau akan tetap
menjad i selir dan pembantu Raden Hendratama ataukah
engkau akan men inggalkannya. Aku tidak ingin menca mpuri
urusan pribadi kalian, juga aku tidak mengharapkan apa-apa
darimu. Apakah engkau tetap tidak ingin menceritakan
kepadaku di mana kiranya aku dapat menemukan Raden
Hendratama" Aku ingin minta ke mbalinya kerisku."
Widarti mengge lengkan kepalanya dengan sedih. "Aku t idak
berani mengatakannya, Kakangmas Nurseta."
"Kalau begitu, sudahlah. Aku akan mencarinya sendiri.
Selamat tinggal, Nimas Widarti. Kembalilah engkau kepada
dua orang madumu itu. Mereka a kan pulih sendiri beberapa
saat kemudian." Setelah berkata demikian, sekali berkelebat
Nurseta sudah lenyap darij depan Widarti.
"Kakangmas Nurseta .....!!" Gadis itu me ma nggil dengan
suara me lengking Akan tetapi Nurseta telah lenyap dan gadis
itu mengepa l tangan kanannya menggigit bibirnya, merasa
kecewa dan menyesal bukan ma in. Ia tadi bicara
sesungguhnya kepada Nurseta. Berbeda dengan dua orang
madunya, ia tidak menginginkan kedudukan tinggi di sa mping
Raden Hendratama. Ia tahu bahwa cinta suaminya itu
kepadanya hanyalah cinta birahi belaka, karena ia muda dan
cantik seperti dua orang madunya. Pada hakekatnya, mereka
bertiga hanya dijadikan pe muas nafsu pangeran itu, di
samping menjad i pengawal pribadi. Pangeran itu me mang
tampak sayang kepada mereka, namun sayangnya itu seperti
menyayangi benda yang indah dan dapat dipergunakan demi
kesenangan dan kepentingan pribadi. Buktinya, dia tidak
segan-segan menawarkan mereka bertiga kepada laki-la ki lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai umpan de mi keuntungan dirinya sendiri. Hatinya
terasa sakit sekali, akan tetapi apa dayanya" Orang tuanya
menghendaki de mikian. Benar juga apa yang dikatakan
Kakangmas Nurseta, demikian bis ik hatinya. Kalau orang
tuanya menghendaki de mikian, iapun tidak dapat berbuat apa
apa tanpa me mbahayakan kehidupan orang tuanya. Dengan
tangan kirinya Widarti mengusap dua butir air mata yang
masih tersisa, mengusir bayangan wajah Nurseta yang tadinya
diharapkan untuk dapat mengubah keadaan hidupnya.
Kemudian dengan langkah gontai ia kembali ke te mpat
Nurseta men inggalkan Sukarti dan Kenangasari.
Ternyata benar seperti yang dikatakan Nurseta, ketika
Widarti tiba di situ, ia melihat Sukarti dan Kenangasari sudah
bangkit duduk dan mereka berdua duduk bersila melatih
pernapasan untuk me mulihkan tenaga mereka yang tadi
terasa meninggalkan tubuh mereka. Melihat Widarti datang,
keduanya bangkit berdiri dan ternyata tenaga mereka telah
pulih ke mba li.
"Widarti, engkau me mbocorkan rahasia Pangeran" Engkau
mengkhianatinya?" tanya Sukarti sa mbil menatap wajah
madunya dengan penuh selidik.
"Engkau diapakan olehnya, Widarti?" tanya Kenangasari
sambil me mandang dengan senyum mengejek.
"Aku sama sekali tidak mengkhianati pangeran, Mbakayu
Sukarti. Dan akupun tidak diapa-apakan oleh Kakangmas
Nurseta, Mbakayu Kenangasari." bantah Widarti.
?"Ihh, siapa ma u percaya" Dia telah me mondongmu perg i,
mau apa lagi kalau t idak begitu7 Engkau pasti sudah dianu,
setidaknya satu kali!" ejek Kenangasari yang centil.
Merah wajah Widarti, ia marah bukan karena dirinya
sendiri, me lainkan marah karena merasa betapa Nurseta yang
demikian baik dan bersih, seorang ksatria sejati, disamakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan laki-laki kebanyakan yang hidung belang dan mata
keranjang! "Mbakayu Kenangasari! Kakangmas Nurseta bukanlah
seorang laki-laki maca m itu!" teriaknya penasaran dan marah.
"Nah-nah, engkau me mbe lanya mati-matian. Sudah jatuh
cinta rupanya!" Kenangasari menggoda dengan hati curiga
dan juga iri karena ia sendiri harus mengakui bahwa seorang
pemuda yang demikian sakti mandraguna sungguh merupakan
pria yang menggairahkan hatinya.
"Mbakayu Kenangasari! Engkau menuduh yang bukan-
bukan!" kemba li W idarti berteriak untuk menyembunyikan
perasaan hatinya yang terguncang karena dugaan Kenangasari itu me mang tepat. Ia memang telah jatuh cinta
kepada Nurseta.
"Sudahlah, jangan ribut!" Sukarti melerai dan mencela.
"Sekarang ceritakanlah apa maunya me mbawa mu pergi dari
sini tadi."
"Dia me mang me mbujukku agar me mberi tahu di mana
Pangeran Hendratama berada, akan tetapi tentu saja aku
tidak mau me mber itahukannya.
Akhirnya dia pergi men inggalkan aku dan aku la lu cepat kembali ke sini. Hanya
itulah yang terjadi dan jangan me nuduh yang bukan bukan!
Bagaimanapun juga, aku harus menga kui bahwa Kakangmas
Nurseta itu seorang laki-laki yang bijaksana dan sopan, sama
sekali tidak me nggangguku!"
"Sudahlah, mari kita susul Pangeran dan melapor
kepadanya agar dia berhati-hati, jangan sampai dapat
ditemukan pe muda yang sakti mandraguna itu." kata Sukarti
dan tiga orang wanita ayu itu segera meninggalkan te mpat
itu. Kita tinggalkan dulu Nurseta yang kehilangan keris pusaka
Megatantra, dan mari kita menjenguk keadaan Kerajaan
Kahuripan yang dipimpin oleh Sang Prabu Erlangga yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkenal arif bijaksana. Pada suatu pagi, bukan hari
persidangan menghadap raja, Sang Prabu Erlangga mengutus
seorang perajurit pengawal dalam istana untuk pergi
me manggil Ki Patih Narotama agar datang menghadap
dengan segera. Ki Patih Narotama yang sedang duduk seorang diri di
gedung kepatihan tidak merasa heran menerima panggilan
mendadak bukan pada hari paseban (menghadap raja) ini
karena antara Sang Prabu Erlangga dan dia me miliki
hubungan yang amat dekat. Bukan sekadar hubungan antara
raja dan patihnya, melainkan lebih dari itu. Sebagai sahabat,
juga sebagai saudara seperguruan yang memiliki ikatan batin
yang jauh lebih dekat daripada saudara sekandung. Karena
itu, diapun segera me mbereskan pa kaian la lu cepat pergi ke
istana raja dan langsung me masuki ruangan pustaka di mana
Sang Prabu Erlangga biasanya bicara berdua dengannya.
Tepat seperti diduganya, ketika dia me masuki ruangan
tertutup itu, dia melihat Sang Prabu Erlangga sudah duduk
menantinya di atas sebuah kursi berukir indah. Ki Patih
Narotama cepat maju berlutut dan memberi hormat dengan
sembah. "Ah, apa andika lupa akan kebiasaan kita, Kakang
Narotama" Dala m pertemuan res mi, aku me man g gustimu
Sang Prabu Erlangga dan engkau pe mbantuku, Kakang Patih
Narotama. Akan tetapi, dalam perte muan tidak res mi, engkau
adalah Kakang Narotama sahabat karibku dan aku bagimu
adalah Adi Erlangga. Bangkit dan duduklah. Bicara begini tidak
enak dan tidak leluasa." kata Sang Prabu Erlangga yang
usianya sekitar dua puluh lima tahun dan ta mpak ta mpan,
berkulit kuning bersih, berwajah cerah dan matanya bersinar
tajam mencorong penuh wibawa.
Narotama menye mbah lag i, lalu bangkit berdiri dan duduk
di atas kursi di depan junjungannya. "Terima kasih dan
ampunkan kelancanganku, gust i ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lha! Andika mulai lagi. Bersikaplah biasa, kakang, agar
kita dapat bicara dengan santai dan enak."
"Baiklah, Yayi Prabu. Perintah apakah gerangan yang
hendak paduka berikan kepada ha mba. Hamba siap
me laksanakan se mua perintah paduka dengan taruhan nyawa
hamba." Prabu Erlangga tertawa. Suara tawanya renyah dan sedap
didengar. Dala m persidangan res mi, tentu saja dia tidak akan
tertawa sebebas itu. Akan tetapi, bicara dengan Narotama dia
merasa seperti bicara dengan keluarga sendiri.
"Ha-ha-ha, Kakang Narotama! Tidak perlu andika berjanji
lagi karena aku sudah yakin sepenuhnya akan kesetiaanmu
kepadaku. Untuk itu, aku tiada hentinya berterima kasih dala m
hatiku kepadamu. Kakang Narotama, pernahkah andika
mendengar akan na ma Ki Nagakuma la yang bertapa di Bukit
Junggringslaka di pantai Laut Kidul?"
Narotama mengangguk-angguk. "Ki Nagakumala yang
mengundurkan diri ke Bukit Junggringslaka itu adalah kakak
dari Ratu Durgamala dari Kerajaan Parang Siluman. Dia itukah
yang paduka maksudkan?"
"Benar sekali, kakang. Ki Nagakuma la adalah kakak Ratu
Kerajaan Parang Silu man dan dia juga bekas sua mi Ratu
Mayang Gupita dari Kerajaan Siluman yang berada di sebelah
timur Kerajaan Parang Siluman, dekat perbatasan Bla mbangan."
"Ada apakah dengan Ki Nagakumala, Yayi Prabu"
Tampaknya dia kini tidak me mbuat gerakan apa-apa untuk
menentang kita, tidak me mbantu Parang Siluman, juga tidak
me mbantu Kerajaan Siluman dekat Blambangan."
"Begini, kakang. Kalau saja kita dapat mengulurkan tangan
persaudaraan dengan Ki Nagakuma la, ma ka melalui dia
kiranya akan mudah me mbujuk Kerajaan Siluman dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerajaan Parang Siluman untuk berdama i sehingga berkuranglah daerah yang me musuhi kita."
"Akan tetapi bagaimana caranya, Yayi Prabu" Mohon
petunjuk paduka."
"Pernahkah engkau mendengar bahwa Ki Nagakumala
me mpunyai dua orang keponakan perempuan yang juga
menjad i murid-muridnya" Menurut laporan penyelidik, dua
orang gadis keponakan Ki Nagakumala itu cantik jelita
bagaikan dewi kahyangan! Nah, aku dapat me metik dua
keuntungan kalau tugasmu berhasil baik, kakang. Yaitu
mendapatkan dua orang selir cantik jelita dan sakti
mandraguna, dan di sa mping itu, Ki Nagakumala dapat
menjad i jembatan untuk mengadakan hubungan persahabatan
dengan dua orang ratu yang sela ma ini me musuhi kita."
Narotama mengangguk-angguk. Biarpun pada wajahnya
tidak tampak sesuatu, namun dalam hatinya dia tertawa. Dia
mengenal benar junjungannya ini. Seorang raja yang masih
muda dan ta mpan, dan berjiwa romantis seperti watak Arjuna
Perang dan me mboyong puteri cantik, itu merupa kan satu di
antara kegemarannya. Walaupun demikian, tidak pernah raja
ini men ggunakan kekerasan untuk menundukkan wanita.
Biasanya, para wanita yang saling berebutan untuk dapat
menjad i kekasih atau selirnya. Hal ini t idaklah me ngherankan.
Perawan mana (pada ja man itu) yang tidak rindu untuk
menjad i kekasih Prabu Erlangga, raja yang masih be lia, elok
dan tampan, gagah perkasa dan sakti mandraguna di samping
arif bijaksana pula itu"
"Bagaimana, kakang. Kenapa andika dia m saja?" Narotama
terkejut dan sadar dari la munannya.
"Sendika dhawuh paduka, Yayi Prabu. Akan tetapi,
bagaimana selanjutnya" Apa yang harus ha mba lakukan?"
"Ah, apakah andika masih be lum dapat menduga apa yang
harus kaulakukan, ka kang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama tersenyum. "Apakah hamba harus mendatangi Ki
Nagakumala dan mengajukan pinangan atas diri dua orang
keponakan atau muridnya itu?"
Prabu Erlangga tertawa. "Ha-ha, aku mengira tadi
kecerdikan andika sudah mulai berkurang. Ternyata andika
masih cerdik dan tanggap seperti dulu, Kakang Narotama.
Memang itulah yang kukehendaki. Kalau pinanganku d iterima,
berarti aku mendapatkan dua orang gadis cantik sebagai selir
dan pengawal pribadi, juga Ki Nagakuma la dapat berjasa
menda ma ikan kita dengan dua orang ratu kerajaan kecil yang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merong-rong kita itu."
"Ha mba mohon petunjuk, Yayi Prabu, bagaimana kalau
pinangan ditolak Ki Nagakumala?"
Prabu Erlangga termenung dan men gerutkan alisnya yang
bagus bentuknya dan hitam. "Ditolak" Mungkinkah itu"
Hemm, ya, mungkin saja ditolak. Nah, kalau ditolak, aku
menyerahkan purba wasesanya sepenuhnya kepadamu,
kakang. Andika boleh me lakukan apa saja atas nama ku dan
sebagai wakilku. Sudah jelaskah, Kakang Narotama?"
"Sudah je las bagi hamba, Yayi Prabu."
"Nah, kalau begitu berangkatlah sekarang juga. Andika
boleh me mbawa pasukan sesukamu dan kubekali doa restuku
semoga tugas mu berhasil baik."
"Terima kasih, Yayi prabu, ha mba pamit undur."
Narotama lalu meninggalkan istana dan kembali ke gedung
kepatihan, di mana isterinya, Listyarini, yang baru dinikahi
setahun yang lalu dan belum me mpunyai keturunan, menanti
dengan tidak sabar. Wanita yang berasal dari kaki Gunung
Mahameru ini tahu benar bahwa kalau suaminya dipanggil
Sang Prabu pada waktu bukan sidang, tentu ada perkara yang
gawat sekali, yang biasa dirundingkan berdua saja oleh raja
dan patihnya yang masih muda-muda dan sakti mandraguna
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas, urusan apakah gerangan yang menyebabkan
Gusti Sinuwun me manggil paduka?" sambut Listyarini dengan
wajah manis. Narotama merangkul isterinya dan mengajaknya duduk di
atas balai-balai di ruangan depan kepatihan. "Urusan penting
sekali, diajeng. Aku diminta untuk mewakili gusti s inuwun
me lakukan pinangan."
"Pinangan" Siapa yang dipinang gusti sinuwun?" tanya
Listyarini heran. Biasanya, kalau sang prabu menginginkan
seorang selir, dia tinggal mengutus pengawal biasa saja untuk
mengurusnya. Kalau sekarang suaminya, patih dan merupakan
orang ke dua di Kerajaan Kahuripan setelah Sang Prabu
Erlangga, maka dua orang gadis yang dipinang itu tentulah
bukan orang se mbarangan!
"Yang dipinang itu keponakan yang juga merupakan murid-
murid Ki Nagakuma la, pertapa di Bukit Junggringslaka. Karena
pinangan ini ada hubungannya dengan kepentingan kerajaan,
maka Gusti Sinuwun mengutus aku sendiri yang melakukan
pinangan."
Setelah berpamit kepada isterinya, pada hari itu juga Ki
Patih Narotama berangkat melaksanakan tugasnya. Seperti
biasa kalau menerima tugas urusan pribadi dari Sang Prabu
Erlangga, Narotama berangkat seorang diri, tidak mau
me mbawa pasukan, apa lagi tugas ini hanya untuk
menghadap i seorang pertapa, bukan tugas untuk mengge mpur atau berperang. Juga seperti sudah menjadi
kebiasaannya, kalau melakukan perjalanan, Ki patih Narotama
yang usianya baru dua puluh tujuh tahun ini tidak suka
menggunakan kereta kebesaran dan tidak mengenakan
pakaian sebagai pejabat dan bangsawan tinggi. Dia merasa
lebih le luasa berpakaian biasa saja, seperti dulu sebelum
menjad i patih dan merantau dari Nusa Bali ke Nusa Jawa
bersama Sang Prabu Erlangga yang ketika itu mas ih menjadi
seorang pangeran Bali. Dia hanya menunggang seekor kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pilihan yang tinggi besar dan kuat, menyusuri Kali Brantas
menuju ke selatan.
* ** Jajaran perbukitan yang membujur dari barat ke timur itu
berada dekat pantai, seolah menjadi bendungan alam besar
yang mencegah meluapnya air Laut Selatan ke darat. Ada
dongeng menceritakan bahwa dahulu kala, terjadi perang
antara Penguasa Laut Kidul dan Para Dewa penjaga Nusa
Jawa. Kerajaan Laut Selatan menganca m akan menengge la mkan seluruh pulau dengan a ir pasang yang akan
menelan Pulau Jawa. Akan tetapi para dewa me mpergunakan
kesaktian mereka untuk menciptakan bukit-bukit di sepanjang
Pulau Jawa bagian selatan, dekat pantai untuk meno lak air
yang akan me mbanjiri daratan. Sebagian besar dari bukit-
bukit ini merupa kan bukit kapur yang tandus. Akan tetapi ada
pula beberapa buah bukit yang bertanah subur sehingga
penuh dengan tana man menghijau. Di antara bukit-bukit
subur ini terdapat sebuah bukit yang agak menjulang tinggi.
Itulah Bukit Junggringslaka, menghadap ke selatan, ke arah
lautan, seolah merupakan satu di antara para dewa yang
berdiri dan me lakukan penjagaan di situ untuk menentang
kemurkaan kerajaan Laut Kidul!
Biarpun me miliki tanah subur, Bukit Junggringslaka ini
merupakan te mpat yang wingit. Para petani di sekitar bukit ini
tidak berani mendirikan rumah di bukit itu sehingga dari kaki
sampai ke puncak bukit, tidak ta mpak ada dusun.
Dusun-dusun yang ada didirikan agak jauh di sekeliling
bukit. Orang-orang me milih daerah yang kurang subur
tanahnya dari pada Bukit Junggringslaka, karena bukit itu
dianggap keramat dan menjad i tempat
para dewa mengadakan perte muan. Sudah terjadi beberapa kali ada
petani kedapatan tewas ketika berani mendaki bukit untuk
mencari kayu atau tanaman. Apa lagi setelah para penghuni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dusun di sekitarnya tahu bahwa di puncak bukit itu terdapat
seorang pertapa yang aneh dan kabarnya sakti mandraguna.
Pertapa itu adalah Ki Nagakuma la yang tidak menghendaki
seorangpun melanggar bukit yang telah dianggap sebagai
milik pribadi dan wilayahnya. Juga semua orang tahu bahwa
kakek pertapa itu tinggal di puncak bukit bersama dua orang
gadis yang luar biasa cantik jelitanya sehingga mereka se mua
sepakat untuk mengakui bahwa dua orang wanita muda itu
sudah pasti bukan manusia, melainkan dewi atau peri atau
siluman. Akan tetapi tentu saja mereka tidak berani berterus
terang mengatakan ha l ini dan ka la sewaktu-waktu seorang di
antara mereka atau keduanya turun bukit mengunjungi dusun
mereka, mereka me nyambutnya dengan ra mah dan hormat.
Apa lagi karena dua orang gadis cantik jelita bernama Lasmini
dan Mandari itu tak pernah mengganggu penduduk, dan
bahkan setiap me mbutuhkan sesuatu mereka me mbe li dari
penduduk dan royal se kali dalam me mberi hadiah. Akan
tetapi, keramahan mereka itu tetap saja tidak me mbuat para
pria di seluruh dusun sekitar situ berani bersikap kurang
hormat, apa lag i kurang ajar. Hal ini merupa kan akibat dari
peristiwa yang terjadi dua tahun yang lalu. Karena dua orang
gadis itu me mang cantik je lita luar biasa, maka setiap orang
laki-laki yang me mandang mereka, langsung tergila-g ila. Pada
waktu itu, maklu m orang muda, ada dua orang pemuda yang
datang dari dusun yang agak jauh dari s itu, berani bersikap
kurang ajar untuk menarik perhatian Lasmini dan Mandari.
Dan apa akibatnya" Banyak sekali penduduk dusun melihat
betapa dua orang gadis itu menghajar dua orang pe muda itu
sampai tewas de ngan tubuh remuk-re muk! Semen jak itu,
tahulah semua orang bahwa dua orang gadis itu sakti
mandraguna dan semua orang mengganggap mereka berdua
itu sebangsa peri atau s iluman. Seja k itu tak ada seorangpun
berani bersikap kurang ajar, bahkan menatap wajah mereka
secara langsung saja mereka t idak beran i.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah K i Nagakumala yang hidup sebagai pertapa di
puncak Bukit Junggringslaka itu" Nama kake k ini sudah
terkenal sejak puluhan tahun yang lalu. Dia adalah kakak dari
Ratu Durgamala yang me merintah Kerajaan kecil Parang
Siluman di pantai Laut Kidul. Mestinya dia mewarisi tahta
kerajaan kecil itu dari ayah mereka, akan tetapi karena Ki
Nagakumala ingin men ikah dengan Ratu Mayang Gupita yang
me mer intah Kerajaan Siluman, juga di pantai Laut Kidul
sebelah timur, maka dia mengalah dan menyerahkan kerajaan
kecil Parang Siluman itu kepada adiknya. Setelah menikah
dengan Ratu Mayang Gupita yang sakti, Nagakumala
me mperdalam ilmunya dan saling berlatih dengan isterinya
yang sakti mandraguna. Akan tetapi, setelah belasan tahun
menjad i sua mi isteri dan tidak me mpunyai keturunan, Ki
Nagakumala menjadi jenuh juga. Apa lagi ketika adiknya yang
menjad i ratu di Kerajaan Parang Siluman men jadi janda
karena, suaminya telah pergi meninggalkannya dan kini ia
hidup dengan dua orang puterinya, Nagakuma la lalu
men inggalkan Ratu Mayang Gupita dan kembali ke Parang
Siluman. Keluarga ini sejak dahulu me mang me musuhi
Mataram yang kini berganti na ma menjad i kerajaan
Kahuripan. Nagakuma la senang melihat dua orang keponakan
perempuan yang cantik-cantik itu. Maka, dia lalu menga mbil
Lasmini dan Mandari menjadi muridnya. Biarpun dua orang
gadis ini sudah mendapat pelajaran aji kanuragaan dari ibu
mereka yang juga sakti, na mun mere ka ge mbira sekali
mendapat gemblengan dari uwa mereka yang lebih sakti
daripada ibu mereka. Mereka lalu dengan senang hati
mengikut i Kl Nagakumala ke puncak Bukit Junggringslaka
untuk me mperda la m ilmu-ilmu yang amat dahsyat. Bukan
hanya ilmu pencak s ilat, aji kanuragan, juga ilmu-ilmu sihir!
Pada pagi hari itu, Ki Nagakuma la duduk di luar pondoknya di
puncak Bukit Junggringslaka. Sinar matahari pagi yang hangat
terasa nyaman sekali di badan yang diselimuti hawa dingin
puncak itu. Kabut pagi mulai terusir perlahan-lahan oleh sinar
matahari pagi. Kakek Nagakuma la duduk bersila di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah dipan ba mbu yang berada di luar pondok. Tubuhnya
masih tampa k gagah walaupun usianya sudah mendekati
enam puluh tahun. Wajahnya juga gagah seperti Gatutkaca
dengan kumis sekepal sebelah yang sudah mulai berwarna
dua. Ki Nagakumala me mang tampan gagah, pantas menjadi
kakak Ratu Durga mala yang terkenal cantik jelita. Sungguh
mengheran kan sekali mengapa pria segagah dan setampan ini
mau men jadi sua mi seorang wanita raksasa yang bertubuh
tinggi besar, berperut gendut, wajahnya mengerikan karena
bertaring, seperti Ratu Mayang Gupita, ratu Kerajaan Siluman
itu. Ini pula me nunjukkan betapa besar kebencian da la m hati
Ki Nagakuma la terhadap Mataram atau keturunan Mataram.
Dia rela mengorbankan diri, me mperisteri Ratu Mayang Gupita
yang buruk rupa dan men gerikan itu, hanya untuk dapat
mena mbah kesaktiannya agar kelak dia dapat menghancurkan
Kahuripan atau keturunan Mataram! Dan kini, untuk
me mper kuat diri, dia menurunkan semua aji kesaktiannya
kepada dua orang keponakan yang telah menjadi muridnya
agar kelak dua orang gadis itu dapat me mbantunya melawan
Erlangga yang menjadi raja Kahuripan sekarang.
Ki Nagakuma la duduk seorang diri termenung. Kemudian
seperti teringat akan sesuatu, tiba-tiba dia meno leh ke arah
pondok dan berseru, suaranya nyaring seperti suara Sang
Gatotkaca. "Murid-muridku cah ayu thinik-thinik, Nini Lasmini dan Nini
Mandari, di manakah kalian" Tinggalkan dulu kes ibukan kalian,
aku mau bicara dengan kalian'"
Tak la ma kemudian, tampak dua bayangan berkelebat dan
dari pintu pondok muncul ah dua orang gadis. Gerakan
mereka de mikian cepat dan ringan seperti melayang saja
sehingga yang tampa k hanya bayangan merah dan bayangan
kuning. Setelah bayangan itu berhenti di depan Ki
Nagakumala, tampaklah bahwa mereka adalah seorang gadis
berpakaian serba merah muda dan yang seorang berpakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serba kuning. Pakaian mereka dari sutera halus dan begitu
serasi di tubuh mereka sehingga mereka tampak seperti dewi-
dewi saja. Pakaian itu bersih, me mbungkus tubuh yang indah
mengga irahkan, serba sempurna lekuk lengkungnya, dada dan
pinggulnya me mbusung sehingga pinggang mereka yang
me ma kai sabuk berlapis e mas itu tampak ramping bukan
ma in, pinggang yang disebut nawon kemit (pinggangnya
seperti lebah kemit)! Kaki yang tampak dari betis ke bawah itu
berkulit kuning put ih mulus dan bentu knya me mad i bunting,
dan bagian atas
tu mitnya mencekung. Tanda-tanda kewanitaan pilihan!
Yang berpakaian merah muda adalah Lasmini, berusia dua
puluh t iga tahun.
Yang pertama menarik dari gadis ini adalah rambutnya.
Rambut itu panjang sampai ke pinggul, hitam sekali dan
bergelombang, indah mengga irahkan, dengan sinom (anak
rambut) ha lus le mbut bergantungan di atas dahi dan di
pelipis. Wajahnya bulat telur dengan dagu meruncing, manis
sekali. Se mua bagian wajahnya amatlah cantiknya, terutama
sekali mata dan bibirnya, amat menggairahkan, seperti
menantang dan menjanjikan kenikmatan dan kemesraan yang
me mabo kkan, apalagi dita mbah pe manis di pipi kiri dengan
adanya sebintik tahi la lat hita m. Sungguh merupakan seorang
wanita yang sudah masak, bagaikan setangkai bunga sedang
me kar-me karnya. Dan hebatnya, wanita yang masih perawan
berusia dua puluh tiga tahun ini tiada ubahnya seorang dara
berusia delapan be las tahun saja!
Adapun gadis yang berpakaian serba kuning bernama
Mandari, berusia dua puluh satu tahun. Ia adalah adik
Lasmini. Berbeda bentuk wajahnya dengan mbakayunya,
Mandari berwajah agak bulat dengan mata yang lebar
bersinar-sinar, hidungnya mancung dan mulutnya juga a mat
indah dengan bibir yang selalu merekah dan merah basah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti juga mbakayunya, kulit gadis ini kekuningan, putih
mulus dan kedua pipinya yang putih halus itu agak kemerahan
tanpa gincu, tanda bahwa tubuh yang muda itu sehat segar.
Seperti juga Lasmini, Mandari yang berusia dua puluh satu
tahun itu kelihatannya seperti baru berusia tujuh belas tahun
saja. Sukar untuk men ila i siapa yang lebih menarik di antara
kedua orang gadis kakak beradik ini. Keduanya me miliki
kecantikan yang berbeda, namun sama sama menarik dan
mengga irahkan. Pakaian mereka juga indah, dengan
perhiasan-perhiasan dari e mas dan batu per mata. Kedua
orang gadis itu lalu duduk di atas bangku-bangku berhadapan
dengan Ki Nagakuma la.
"Uwa, ada keperluan apakah gerangan maka uwa
me manggil kami dengan teriakan nyaring?" tanya Lasmini,
senyumnya tak pernah meninggalkan bibirnya yang semringah. "Ka mi sedang me mpersiapkan sarapan untuk uwa." kata
pula Mandar i. "Eh, keponakanku yang ayu merak-ati, murid-muridku yang
dhenok montrok-montrok, aku tadi duduk termenung di s ini
dan melihat burung-burung itu terbang berpasang-pasangan
dengan gembira. Aku lalu teringat kepada kalian dan merasa
berdosa mengapa dua orang keponakanku yang ayu manis
kubiarkan hidup merana dan kesepian. Lasmini dan Mandari,
ingatkah kalian berapa usia kalian tahun ini?"
"Usiaku dua puluh tiga tahun, uwa Nagakumala." kata
Lasmini. "Dan usiaku dua puluh satu tahun, uwa." kata Mandari,
keduanya tersenyum, seolah merasa geli mengapa uwa
mereka menanyakan usia mere ka.
"Nah, usia kalian sudah cukup dewasa, bahkan usia se kian
itu sudah sepatutnya kalau kalian me njadi ibu! Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai sekarang kalian mas ih saja perawan dan belum
me mpunyai suami. Padahal, sejak beberapa tahun yang lalu,
sudah ratusan orang muda, bangsawan dan hartawan, datang
me minang. Akan tetapi selalu kalian menolak pinangan
mereka. Bagaima na sih kalian ini" Jangan-jangan nanti ibu
kalian, Nimas Ratu Durga mala, menyalahkan aku yang
disangka menghalangi ka lian me milih jodoh!"
"Ah, kami masih belum suka me layani pria, uwa!" kata dua
orang gadis itu dengan suara ha mpir berbareng.
"Mustahil! Jangan bohongi aku. Dari gerak gerik kalian, dari
senyum dan kerling mata kalian, aku tahu bahwa kalian
bagaikan dua tangka i bunga segar yang selalu merindukan
datangnya kupu-kupu untuk menghisap sari madumu." kata Ki
Nagakumala sa mbil tersenyum dan mengelus sepasang
kumisnya yang me lintang di bawah hidungnya.
Lasmini tersenyum manja. "Ka mi berdua telah bersepakat,
uwa, hanya akan suka me layani seorang sua mi yang sakti
mandraguna dan ma mpu mengalahkan kedigdayaan ka mi."
"Juga kami tidak sudi me njadi isteri laki-la ki biasa, uwa.
Haruslah dia seorang raja, pangeran atau setidaknya seorang
ponggawa kerajaan yang berkedudukkan tinggi!" kata pula
Mandari. Ki Nagakumala terkekeh dan mengangguk-angguk. "Ya-ya,
aku mengerti dan me mang sudah sepatutnya kalian
mendapatkan seorang sua mi yang pilihan. Akan tetapi betapa
akan sulitnya mene mukan pria seperti yang kalian kehendaki
itu." "Masih ada lag i syarat ka mi, uwa."
"He mm, masih ada lag i" apa itu?"
"Pria yang berkedudukan tinggi dan sakti ma ndraguna itu
juga harus muda dan ta mpan!" kata Lasmini sa mbil
tersenyum. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah-wah-wah, agaknya kalian menghendaki para dewa
sengaja menciptakan laki-laki yang kalian kehendaki! Ksatria
seperti itu kiranya hanya terdapat di Mataram, keturunan
keluarga istana atau setidaknya seorang priyayi agung trah
ingkusuma re mbes ing madu. Pada hal,Mataram adalah musuh
besar kita!"
Tiba-tiba Ki Nagakumala me mandang ke depan. Tampak
beberapa ekor burung terbang dari pohon seolah terkejut dan
ketakutan. "Hern m, ada orang datang. Kalian berdua masu klah dan
lanjutkan me mbuat persiapan sarapan. Biar aku yang
menya mbut tamu itu!" kata Ki Nagakuma la dan dua orang
gadis itu tersenyum lalu mas uk ke da la m pondok.
Jilid 5 KI NAGAKUMALA masih tetap duduk bersila di atas
bangku. Dia adalah orang yang sakti mandraguna, seorang
yang telah me mpe lajari dan me nghayati olah raga, olah batin
dan olah rasa. Dia dapat merasakan bahwa yang datang ini
bukan orang biasa, walaupun dia belum dapat melihat
orangnya. Karena itulah dia tadi minta kepada dua orang
muridnya agar masuk. Dia ingin tahu leb ih dulu siapa orang
yang berani" mendaki Bukit Jungringsiaka ini. Tidak
sembarang orang berani mendaki bukit ini, apalagi sa mpai'
ke puncak. Sudah pasti orang yang sakti dan jelas bukan
orang daerah sini karena semua penduduk pedusunan di
sekitar Bukit Junggringslaka tidak ada yang berani
mendaki bukit ini.
Tak la ma kemudian orang itu muncul dari balik pohon
besar. Dari jauh Ki Nagakuma la sudah- melihat bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Itu masih muda, seorang laki-laki bertubuh tegap dan
wajahnya tampan berwibawa walaupun pakaiannya sederhana
saja. Langkahnya tegap dan tenang bagaikan langkah seekor
harimau. Timbul niat di hati Ki Nagakumala untuk menguji
kesaktian pendatang ini sebelum berkenalan. Mulutnya
berkema k - kemik, tangannya dijulurkan ke bawah menga mbil
segenggam batu kerikil dan setelah ucapan mantranya selesai,
dia melempar segenggam batu kerikil itu ke depannya.
"Blarrr .....I" Tampa k asap mengepul dibarengi ledakan dan
tahu-tahu sebuah dinding besi mengha langi antara dia dan
pemuda pendatang itu. Pe muda itu bukan lain adalah Ki Patih
Narotama. Tadi ketika dia mulai mendaki Bukit Junggringslaka,
sejak tiba di lereng bukit de kat puncak, dia sudah dihadang
berbagai rintangan. Ada ular sebesar batang pohon kelapa
menghadang, akan tetapi d ia berhasil mengusir ular besar itu
tanpa me mbunuhnya. Kemudian ada hutan yang menyesatkan, yang jalan setapaknya berputar-putar dan
orang biasa pasti akan tersesat dan tidak dapat naik ke
puncak, juga tidak dapat turun kembali. Akan tetapi Narotama
dapat melalui rintangan ini karena maklum bahwa se mua ini
adalah pengaruh rajah ilmu sihir yang kuat. Kini, setelah tiba
di depan pondok, dia me lihat seorang laki-laki tua bersila di
atas dipan depan pondok. Dia sudah dapat menduga bahwa
laki-laki yang ta mpak gagah itu tentulah Ki Nagakumala yang
sudah didengar namanya namun belum pernah dilihat
orangnya. Ketika laki-laki itu me lontarkan batu kerikil dan
menciptakan sebuah dinding besi dari hasil s ihirnya, Narotama
tersenyum. Dia tahu bahwa kakek itu kembali me nggunakan
sihir untuk menghalanginya atau mengujinya. Karena
kedatangannya membawa perintah Prabu Erlangga untuk
mengajukan pinangan dan menawar kan perdama ian, maka
Narotama tila k ingin me nggunakan kekerasan. Dia hanya
menga mbil segengga m kerikil dan teryucap dengan- suara
le mbut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sa mpurasun .....!" Dilontarkan segenggam kerikil itu
ke arah dinding besi dengan ucapan lembut namun
berwibawa, "Berasal dari ker ikil kembali me njadi kerikill"
"Blarrr .....!" Asap mengepul dan dinding besi jadi-jadian itu
runtuh dan kembali menjadi segengga m kerikil yang
berserakan. "Jagad Dewa Bathara .....! Teja-teja sulaksana tejanya
ksatria yang baru datang. Siapakah andika, orang muda,
berani lancang mendaki puncak Junggringslaka tanpa
ijin?" Ki Nagakuma la bertanya sambil tetap duduk bers ila.
Dia m dia m dia terkejut me lihat betapa orang yang masih
muda belia ini dapat me munahkan sihirnya dengan cara
le mbut. Biarpun me miliki watak liar dan keras, namun
karena K i Nagakumala adalah putera mendiang Raja
Parang Siluman, pernah menjadi sua mi Ratu Mayang Gupita
dan dia kakak kandung Ratu Durga mala, ma ka tentu saja
sikap kebangsawanannya masih nyata dan diapun me miliki
wibawa yang cukup kuat.
"Maaf beribu maaf, Pa man Nagakuma la."
"He mm, orang muda. Andika mengena l aku?"
"Siapa yang tidak mengena l na ma pa man yang besar
sebagai seorang pangeran Kerajaan Parang Siluman dan
sebagai suami Ratu Mayang Gupita" Harap pa man sudi
me maafkan kelancangan saya, menghadap tanpa ijin, karena
saya menjadi utusan untuk menya mpaikan sesuatu yang amat
penting kepada pa man."
"He mm, orang muda, sebelum andika menceritakan apa
yang menjadi keperluan andika datang ke sini, lebih dulu
perkenalkan dirimu kepadaku agar dapat kupertimbangkan
apakah andika seorang yang cukup berharga dan pantas
untuk berrwawancara dengan a ku!" Ada keangkuhan seorang
bangsawan tinggi terkandung da la m ucapan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama tersenyum. Dia cukup men genal watak para
bangsawan. Seorang yang benar-benar berdarah bangsawan
kilir batin, seperti misalnya Sang Prabu Erlangga, me miliki
wibawa yang amat kuat namun le mbut dan wajar, wibawa
yang bagaikan sinar yang mencorong dari dalam, tanpa
dibuat-buat, bahkan seorang bangsawan yang adiluhung
biasanya bersikap rendah hati, tidak pernah menyombongkan
kebangsawanannya, bagaikan emas yang sudah mencorong
tanpa digosok. Sebaliknya,orang yang hanya bangsawan
secara lahiriah, karena mempero leh kedudukan, karena
pangkat atau harta, maka wibawanya ditonjolkan karena sikap
yang dibuat-buat, karena keangkuhan dan kesombongan.
Orang seperti ini bagaikan gentong kosong yang tampaknya
saja gendut dan nyaring suaranya, namun isinya tidak ada
apa-apanya. Ki Nagakumala ini agaknya termasuk model
bangsawan gentong kosong ini!
"Paman, na ma saya adalah Narotama."
Ki Nagakuma la na mpak terkejut bukan main. Dia
me mandang Narotama dengan mata terbelalak lebar, seolah
tidak percaya akan apa yang didengarnya tadi.
"Andika Rakryan. Kanuruhan Mpu Dharma murti Narotama
Danasura, patih dari Kahuripan, pembantu utama Sang
Prabu Erlangga?"
Narotama tersenyum dan me mbungkuk dengan hormat
sambil merangkap kedua tangannya di depan dada. "Saya
me mang pe mbantu Gusti Sinuwun Prabu Erlangga yang diutus
untuk menghadap pa man di s ini. Sebelumnya perkenankan
saya menyampaikan salam hormat dari Gusti Sinuwun untuk
paman." Melihat sikap dan mendengar ucapan Narotama, Ki
Nagakumala sejenak termangu, akan tetapi kemudian dia
teringat bahwa yang berdiri di depannya adalah seorang
musuh besar, tokoh besar Kerajaan Mataram di Kahuripan. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkit berdiri dan bertolak pinggang, sepasang matanya
me lotot dan kumis gatotkaca-nya bergerak-gerak.
"Babo-babo, Narotama! Besar sekali nyalimu, berani
mendatangi guha harimau! Tidak tahukah andika bahwa kami
adalah musuh-musuh besar Mataram" Raja mu adalah musuh
besar kami, maka andika sebagai utusannya berani datang,
berarti sama dengan menyerahkan nyawamu!"
"Paman Nagakuma la, justeru karena s ikap andika yang
me musuhi Gusti Sinuwn itulah ma ka saya diutus untuk
mene mui andika. Bukan se kali-kali untuk menanggapi s ikap
permusuhan pa man dengan pertentangan, melainkan saya
diutus untuk mengulurkan tangan perda maian."
K i Nagakuma la terbelalak heran.
"Mengulurkan tangan perdama ian" Apa ma ksud andika?"
"Begini, Paman Nagakumala. Saya di utus Kanjeng Gusti
Sinuwun untuk me minang dua orang keponakan andika dan
di murid andika untuk menjadi garwa selir Gusti
Sinuwun. Dengan cara ini Gusti Sinuwun hendak mengikat
pertalian keluarga dan menyudahi se mua pertentangan dan
permusuhan."
Ki Nagakumala ha mpir tak dapat me mpercayai
ucapan yang baru saja didengarnya itu. Sang Prabu Erlangga
me la mar Lasmini dan Mandar i untuk me njadi garwa selirnya"
Bukan main! Raja besar yang masih muda, tampan dan
sakti mandraguna itu akan menjadi s ua mi kedua orang
muridnya! Sungguh merupakan anugerah yang luar biasa
besarnya bagi kedua orang gadis itu! Calon sua mi yang luar
biasa! Merupakan seorang maha raja, masih muda, terkenal
gagah perkasa dan tampan, dan dia tahu betapa sakti
mandraguna Raja Kahuripan itu! Akan tetapi sekilas
berkelebat dalam benaknya bahwa raja itu adalah musuh
besarnya musuh besar keluarganya yang harus dibunuh
dan sama sekali tidak dapat diampuni, apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijadikan ma ntu keponakan! Hampir saja dia me lompat dan
menyerang Narotama ketika dia teringat akan hal ini. Akan
tetapi kemarahan itu ditahannya. Sekilas gagasan bersinar
dalam pikirannya. Inilah kesempatan paling baik untuk
me mba las denda m! Dia dapat me mpergunakan dua orang
muridnya itu

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk me mbunuh atau setidaknya menghancurkan keturunan" kerajaan Mataram itu! Kilatan
gagasan ini me mbuat dia cepat menekan kemarahannya
dan di tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, Ki Patih Narota ma. Berita yang andika bawa ini
sungguh Demikian mengejutkan dan mengherankan
hatiku sehingga sejenak a ku kehilangan akal."
"Paman Nagakuma la, saya harap paman cukup berakal
untuk me lihat kebijaksanaan Gusti Sinuwun dan dapat
menerima pinangan ini dengan baik de mi kebahagian
bersama." "Nanti dulu, kipatih! Urusan perjodohan adalah urusan yang
amat penting dan hal ini tak dapat diputuskan olehku seorang.
Karena itu, aku minta waktu untuk merundingkan hal ini
dengan kedua orang murid, eh, kedua orang keponakanku.
Besok pagi-pagi datanglah andika ke sini dan a ku akan dapat
me mber i jawaban yang pasti."
Lega rasa hati Narotama mendengar jawaban itu.
Setidaknya, kakek yang dia tahu amat me mbenci keturunan
Mataram itu, tidak langs ung meno lak me ntah-mentah dan
kalau dia hendak merundingkan pinangan itu dengan dua
orang gadis keponakannya, besar harapan pinangan itu akan
diterima. Gadis-gadis mana yang tidak akan menjadi bahagia
mendengar dirinya dipinang Sang Prabu Erlangga untuk
menjad i garwa selirnya"
"Baiklah, paman dan sebelumnya atas nama Gusti Sinuwun
Prabu Erlangga, saya mengucapkan banyak terima kasih atas
perhatian andika. Selamat tinggal dan sa mpai jumpa besok
pagi." Setelah berkata demikian, Narotama meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat itu menuruni bukit karena bagaimanapun juga, dia
tahu bahwa berma la m di bukit yang berada di bawah
kekuasaan Ki Nagakumala itu a matlah berbahaya. Di waktu
siang dia dapat menjaga dan me mbela diri dengan baik. Akan
tetapi di waktu malam gelap berada di daerah yang asing
baginya itu sungguh a mat berbahaya.
"Benarkah itu, uwa" Sang Prabu Erlangga me minang kami
berdua?" tanya Lasmini dengan sepasang matanya yang indah
terbelalak dan bersinar gembira.
"Bukan main! Baru saja tadi kita bicara tentang jodoh, kini
tiba-tiba kami berdua dila mar orang dan pelamarnya adalah
Sang Prabu Erlangga!" kata Mandari dengan wajah gembira
sekali. "Dia terkenal sebagai seorang pria yang mas ih muda
dan tampan juga sakti mandraguna seperti Sang Arjuna! Aku
mendengar bahwa dia me miliki kesaktian seperti Sang Bathara
Wisnu! Wah, kalau dia yang me minangku, aku mau, uwa, aku
mau menjad i garwanya!" kata Lasmini sambil tersenyum dan
mukanya berubah kemerahan karena biarpun ia seorang gadis
yang kenes (genit), namun ia sama sekali belum pernah
bergaul dekat dengan pria karena merasa dirinya jauh
lebih tinggi daripada laki-la ki biasa yang suka menaksirnya
dengan pandang mata, senyum dan sikap mere ka.
"Aku juga mau, uwa!" kata pula Mandari, agaknya tidak
mau kalah oleh kakaknya.
"He mm, dia me mang me minang kalian berdua!" kata Ki
Nagakumala. "Kalau begitu kami mau, uwa. Engkau terima sajalah
pinangan itu!" kata mereka berdua dengan suara hampir
berbareng. Ki Nagakuma la mengerutkan alisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, Lasmini dan engkau Mandari, lupakah kalian kita
ini dari keluarga mana?"
Mendengar suara yang bernada ketus dalam pertanyaan itu
Lasmini dan Mandari terkejut. "Tentu saja kami tidak lupa,
uwa. Kita ini keturunan keluarga kerajaan Parang Siluman!"
kata Las mini. "He mm, kalau begitu kalian tentu tahu bahwa Mataram
adalah musuh bebuyutan kita!"
Lasmini dan Mandari saling pandang, lalu Mandari
me mbantah. "Akan tetapi, uwa. Sang Prabu Erlangga adalah raja yang
baru dan muda, tidak pernah ada permusuhan pribadi antara
dia dan keluarga Kerajaan Parang Siluman!"
"Siapa bilang tidak ada per musuhan" Kita masih ada ikatan
keluarga dengan Kerajaan Wurawari, juga menjadi sekutu kita
kerajaan itu sejak dahulu ja man Kanjeng Raja
Dirgabaskara masih menjadi Raja Parang Silu man. Akan tetapi
Kerajaan Wurawari yang berhasil mengalahkan Mataram dan
me mbunuh Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa kemudian
diserbu Erlangga yang kemudian menjadi raja sa mpai
sekarang. Sang Prabu Erlangga adalah musuh kita, musuh
besar keluarga kita!"
"Wah, kalau begitu aku tidak b isa menjadi garwanya!" kata
Lasmini. "Aduh, alangkah sayangnya!" seru Mandari kecewa sekali.
"Kapan lagi kita bisa mendapatkan seorang calon sua mi
sehebat itu?"
"Kalau begitu, uwa tentu sudah menolak pinangan itu!"
kata Las mini, juga merasa kecewa.
"Tida k, aku hanya menangguhkan jawaban sampai besok
pagi, karena aku ingin mengajak kalian berunding lebih dulu.
Dengar baik-baik, Lasmini dan Mandari. Kalian adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keturunan keluarga kerajaan Parang Siluman, karena itu
sudah menjadi kewajiban kalian untuk me mba las dendam
kepada Mataram. Sangupkah kalian?"
"Tentu saja kami sanggup, uwa. Bukankah kanjeng ibu
menyuruh kami me mperdalam aj i kanuragan di bawah
bimbingan uwa juga agar kelak kami dapat membalas dendam
kepada Mataram?" kata Lasmini.
"Bagus sekali kalau begitu! Tidak sia sia selama ini aku
mewariskan seluruh ilmuku kepada kalian berdua. Ketahuilah,!musuh besar yang me mperkuat Mataram ada dua
orang, yaitu Sang Prabu Erlangga sendiri dan patihnya, yaitu
Kipatih Narotama. Nah, sekarang aku menugaskan kalian
berdua untuk me mbagi tugas yang seorang membunuh Sang
Prabu Erlangga dan yang la in me mbunuh Kipatih Narota ma."
"Akan tetapi bagaimana caranya, uwa" Aku pernah
mendengar bahwa Erlangga dan Narotama itu tunggal guru
dan sakti mandraguna. Pula, mereka itu adalah raja dan patih,
tentu dilindungi bala tentara. Kami yang hanya berdua ini
bagaimana mungkin dapat me mbunuh dua orang sakti itu?"
tanya Mandari. "Caranya mudah dan akan me muaskan dan menyenangkan
hati kalian, yaitu dengan menerima pinangan itu."
"Hehh ....." Bagaimana sih uwa ini" Mau me mba las dendam
kok disuruh menjadi isterinya!" seru Lasmini sa mbil
me ma lalakan kedua matanya yang indah.
"Begitulah! Bukankah kalian tadi mengatakan bahwa ka lian
akan senang sekali menjadi garwa Sang Prabu Erlangga" Nah,
kesempatan baik itu datang. Kalian menjadi garwanya, dapat
me menuhi keinginan hati me mpersuamikan seorang pria
ganteng berpangkat tinggi berdarah bangsawan dan sakti
mandraguna, juga kalian mendapat kesempatan baik sekali
untuk me mba las dendam. Bukankah itu bagus sekali?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi uwa tadi mengatakan bahwa kami berdua
harus me mbagi tugas, yang seorang membunuh Sang Prabu
Erlangga dan yang lain me mbunuh Kipatih Narota ma. Kalau
kami berdua menjadi garwa Prabu Erlangga, lalu
bagaimana dapat me mbunuh Kipatih Narotama?" tanya
Mandari. "Oya, aku belum me mberitahukan kalian bahwa yang
diutus Sang Prabu Erlangga untuk mengajukan pinangan
adalah Narotama sendiri! Mala m ini dia turun bukit dan besok
pagi dia akan datang lagi ke sini. Kalau bukan dia yang diutus,
orang lain mana ma mpu menda ki sa mpai ke puncak
menghindarkan se mua rajah yang sudah kupasang di
sepanjang lereng menuju puncak ini?"
"Wah, kalau begitu dia tentu datang me mbawa pasukan?"
tanya Lasmini. "Tida k, dia hanya datang seorang diri saja."
"Kalau begitu kebetulan sekali, uwa Kita turun tangan
me mbunuhnya kala besok pagi dia muncul. Dengan demikian
berarti kita telah menyingkirkan seorang musuh!" kata
Mandari. Ki Nagakumala menggeleng kepalanya! "Tida k. Biarpun
Narotama merupa kan orang penting di Mataram yang harus di
bunuh, namun kalau hal itu kita lakukan kita akan gagal
me mbunuh Erlangga, hal yang lebih penting lagi. Kematian
Narotama hanya akan me mperle mah Mataram, na mun
kcmatian Erlangga berarti meng hancurkan Matara m. Justeru
kebetulan sekali Narotama yang menjad i utusan sehingga
engkau me mpunyai alasan yang Kuat untuk meno lak menjadi
garwa Erlangga dan me milih menjadi isteri Narotama,
Lasmini." Tiba-tiba di tengah ma la m itu terdengar bunyi burung
ma la m yang terbang melintas di atas pondok. "Kulik! Kulik!
Kulik!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sstt ..... kita harus berhati-hati. Narotama itu sakti
mandraguna. Siapa tahu burung tadi merupa kan penyelidik
yang dikirimnya. Mari dengar bis ikanku. Kita harus
menggunakan s iasat begini ....." Ki Nagakumala lalu
berbisik-bisik, didengarkan dengan penuh perhatian oleh
Kedua orang keponakan yang juga me njadi muridnya yang
amat disayangnya itu.
Setelah merencanakan s iasat yang hendak mereka lakukan
terhadap Narotama, dua orang perawan Bukit JungKringslaka
yang cantik jelita itu lalu masu k kamar dan tidur. Ki
Nagakumala sendiri duduk bersila di dalam pondok,
me musatkan tenaganya agar besok dapat siap menghadapi
segala ke mungkinan.
Pada keesokan harinya, Narotama
mendaki Bukit Junggringslaka. Seperti biasa, orang muda perkasa ini selalu
dalam keadaan waspada. Sikap "eling lan waspada" (sadar
dan waspada) ini merupa kan sikap yang tidak pernah
men inggalkan dirinya lahir batin setiap saat. Sadar dan
waspada saat demi saat. Sadar akan keberadaan dirinya,
sadar akan Kekuasaan Maha Tinggi yang menguasai dan
mengatur segala sesuatu yang tampa k dan tidak ta mpak,
termasuk diri pribadinya lah ir batin, sadar dan ingat selalu
bahwa dirinya merupakan ciptaan dan a lat Sang Hyang Widhi
Wasa (Gusti Allah), bahwa Kekuasaan Maha Tinggi itu
merupakan awal akhir, merupakan sang kan paraning d umadi
(awal dan akhir se mua keberadaan). Di sa mping kesadaran
rohani ini, juga selalu ada kewaspadaan dalam dirinya melalui
panca-inderanya, pengamatan yang selalu baru akan segala
yang berada di dalam dan di luar dirinya. Dengan demikian,
maka segala gerak hati akal pikiran dan kelakuan dibimbing
oleh Sang Dewa Ruci (Roh Suci) sehingga ying berada dalam
hati sanubari hanyalah upaya untuk "me mayu hayuning
bawana" (menjaga keindahan ala m).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dala m bimbingan Sang Dewa Ruci, si aku, yang bukan lain
hanya nafsu-nafsu daya rendah yang saling berlumba untuk
menguasai diri manusia lalu me ngaku ku sebagai "aku",
menjad i lenyap atau setidaknya me le mah seh ingga hati
menjad i sabar dan tenang, tidak mudah terbakar emosi yang
bukan lain hanyalah gejolak nafsu daya rendah.
Narotama melangkah perlahan-lahan dan santai mendaki
bukit. Matahari pagi mulai mengusir halimun yang semalam
me me luk bumi, meninggalkan butir-but ir mutiara embun
bergantung di ujung-ujung daun dan merupakan butir-butir air
mata kelopa k-ke lopak bunga. Air mata tangis bahagia, sama
sekali tidak tersentuh duka walau pada bunga yang sudah layu
sekalipun. Se mua itu seperti digelar di depan Narotama,
tampak se muanya, dan yang ada hanya satu kesan, yaitu
indah dan bahagia! Terasa benar oleh Narotama semua itu
merupakan hasil karya Seniman Maha Besar, merupakan
ciptaan agung yang tiada taranya. Namun, biarpun se mua itu
merupakan berkah 5ang Hyang Widhi Wasa, berkah yang
paling besar berada dalam dirinya sendiri. Apa yang me mbuat
kesemuanya itu tampak indah" Karena ada penglihatan di
matanya! Kalau Sang Hyang W idhi Wasa tidak me mberi
berkah penglihatan pada kedua matanya, semua keindahan
yang terbentang di jagad raya ini takkan ada arti baginya.
Juga semua keindahan bunyi, kemerduan kicau burung, kokok
ayam, dengus kerbau dan e mbik kambing nun jauh d i bawah
bukit, takkan ada artinya kalau dia t idak diberkahi dengan
pendengaran pada telinganya!
Mata Narotama yang me mandang tanpa ditunggangi
nafsu daya rendah, dapat melihat dengan hati akal
pikiran yang jernih tanpa penilaian, tanpa pendapat, tanpa
keinginan seh ingga t idak ada pertentangan dengan
keadaan seperti apa adanya. Kalau sudah begitu, tidak ada
lagi bagus atau jelek, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang ada hanya indah sempurna, wajar dan
pas, karena yang ada hanyalah terjadinya Kehendak Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hyang Widhi. Kehendak si aku, yaitu nafsu daya rendah, sama


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali tidak be kerja.
Sedikit gerakan di antara rumput hijau ge muk itu cukup
me mbuat Narota ma yang selalu waspada menyadari bahwa
ada sesuatu terjadi di situ. Dia cepat menoleh dan menga mati.
Kiranya seekor ular dumung sedang bergerak perlahan sekali,
menyusup d i antara rumput mengha mpiri seekor kelinci putih
yang sedang makan daun. Narotama melihat betapa indahnya
kulit ular itu tertimpa matahari pagi yang bersinar le mbut.
Tidak akan ada tangan seorang seniman lukis dapat me mbuat
coretan garis-garis seperti yang tergambar pada kulit ular itu!
Setelah jarak antara ular dan kelinci itu t inggal kurang
lebih dua kaki lagi,ular itu mengangkat kepalanya ke atas,
gerakannya perlahan sekali sehingga kelinci itupun tidak
mendengar atau melihatnya. Kemudian, bagaikan kilat
menya mbar, kepala ular itu me luncur ke depan, moncong
yang terbuka lebar itu,menya mbar dan tengkuk kelinci putih
itu sudah digigitnya. Darah merah meno dai bulu kelinci -yang
putih. Kelinci itu menjerit lirih dan meronta, namun suara
jeritan dan tubuhnya segera tak terdengar dan tak tampak lagi
dibelit tubuh ular. Belitan kuat yang mere mukkan tulang-
tulang kelinci itu.
Narotama tersenyum. Teringat dia ketika baru saja berguru
di Pulau Bali dan melihat peristiwa seperti ini, seekor ular yang
menggigit lalu mencap lok seekor katak, hatinya dipenuhi
perasaan marah dan kengerian. Timbul keinginan hatinya
untuk me mbela katak dan me musuhi ular yang dianggapnya
kejam dari ganas. Masih terngiang dalam ingatannya apa yang
dikatakan gurunya ketika itu. Gurunya tertawa melihat dia
marah dan penasaran.
"Narotama, yang baru saja engkau saks ikan itu sa ma
sekali bukan merupakan keganasan dan kekejaman
seekor ular, melainkan terjadinya hukum atas segala
mah luk seperti yang sudah dikodratkan oleh Sang Hyang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widhi yang menciptakan segala alam maya pada berikut
seluruh isinya. Binatang itu hidup menurut kan naluri dan
pembawaannya. Ular ma kan binatang kecil lain, hal itu adalah
merupakan hukum yang berlaku atas dirinya, tak mungkin
diubah lag i oleh siapapun juga kecuali kalau Sang Hyang
Widhi menghendaki. Ular itu sudah menjadi kodratnya tidak
bisa makan daun atau akar. Makannya ya binatang kecil
itulah. Kalau engkau men ghalangi dia ma kan katak dan
sebagainya, yaitu binatang kecil, dia akan mati kelaparan.
Demikian pula engkau tidak
dapat memaksa seekor kerbau makan ular atau binatang
lain. Makannya, menurut kodratnya, adalah daun-daun atau
rerumputan. Apakah engkau hendak menentang kodrat yang
ditentukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa?"
Kini, melihat seekor ular mencaplok seekor kelinci, tidak
ada lagi perasaan penasaran dalam hati Narotama, bahkan dia
me lihat betapa tertib, sempurna, dan indahnya se mua hukum
alam sesuai dengan Kehendak Hyang Widhi berlangsung dan
berjalan tanpa diikat dan dikuasai ruang dan waktu. Semua
Kehendak Hyang Widhi Wasa sudah baik, benar, adil dan suci.
Terjadilah segala kehendakNya. Salahnya, manusia
men ilai atas dasar kehendak mas ing-mas ing yang bukan
lagi adalah ulah nafsu daya rendah. Oleh karena itu
muncullah konflik-konflik dalam diri sendiri yang mencuat
menjad i konflik antar manusia, bahkan konflik antara
kehendak manusia yang dibandingkan dengan Kehendak
Hyang Widhi. Jadilah kehendakMu,
de mikian seharusnya
seorang bijaksana berserah diri kepadaNya. Jangan sekali-sekali
mena mbah kalimat suci dari dua kata itu menjad i
"Jadilah kehendakMu sesuai dengan keinginanku!" karena
kalau de mikian kita akan berte mu dengan konflik batin yang
berkepanjangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Narotama tiba di depan pondok tempat tinggal Ki
Nagakumala, dia melihat Ki Nagakuma la sudah menanti diatas
dipan depan pondok bersama dua orang wanita muda yang
dia duga pasti dua orang gadis yang dipinang oleh Sang Prabu
Erlangga. "Selamat pagi, Paman Nagakumala dan ..... nimas
berdua!" kata Narotama dengan ramahnya. Di dalam hatinya
Narotama terpesona juga melihat dua orang dara itu. Memang
sukarlah mencari dua orang dara yang demikian cantik jelita,
ayu manis, luwes kuwes merak ati seperti mereka yang duduk
di atas bangku sebelah kiri K i Nagakuma la dengan pandang
mata mereka yang demikian indah sa mbil tersenyum s impul.
Bibir manis merah basah itu merekah seperti bunga mawar
sedang mekar di pagi hari bermandi embun pagi yang segar.
Akan tetapi, dasar seorang ksatria yang kokoh kuat batinnya,
pada pandang matanya, Narotama tidak menunjukkan
kekagumannya dan hanya me mandang biasa dengan tenang
dan penuh sopan santun.
"Selamat pagi, Kipatih Narotama dan silakan duduk." Ki
Nagakumala menunjuk ke arah sebuah bangku yang sudah
disediakan untuk tamunya, berhadapan dengan mereka
bertiga. Narotama me mandang ke arah bangku yang ditawarkan.
Sekilas pandang saja tahulah dia bahwa bangku kayu itu
sudah dirajah (di s i dengan aji). Agaknya kembali Ki
Nagakumala henda k mengujinya. Dia pura-pura tida k tahu dan
duduk di atas bangku yang ditawarkan. Tentu saja dia m-dia m
dia mengerahkan aj i kesaktiannya untuk melindungi diri
terhadap serangan rajah yang sudah dipasang pada bangku
itu. Tiga orang itu, terutama Lasmini dan Mandari, me mandang
dengan hati tegang. Mereka tahu bahwa barang siapa
menduduki bangku yang sudah dirajah dengan Rajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Banaspati itu tentu akan terbakar Narotama duduk dan .....
"cesssssss ....." tampak asap mengepul tebal dari
bangku yang diduduki Narotama. Narota ma bangkit berd iri
dengan tenang dan bangku itupun hancur menjadi arang
seulah baru saja dibakar api yang besar, padahal pakaian
Narotama sedikitpun tidak ada yang terbakar, apalagi kulit
tubuhnya. "Maaf, Paman Nagakumala. Bangku ini rusak." kata
Narotama dan dia menga mbil sebuah bangku la in dan duduk
berhadapan dengan tiga orang itu.
"Ha-ha-ha-ha! Bagus, Anakmas Narotama! Tida k percuma
andika menjad i maha patih di Kahuripan. Kami menerima
andika sebagai utusan Sang Prabu Erlangga dengan penuh
penghormatan."
"Terima kasih, Pa man Nagakuma la, atas kebijaksanaan
andika." "Perkenalkan, anakmas. Ini adalah keponakanku, juga
murid-muridku. Ini adalah Nini Lasmini dan yang lebih muda
Nini Mandari. Mereka adalah kakak beradik, puteri-puteri
adikku Ratu Durgamala ala dari Kerajaan Parang Siluma n. Nini
berdua, inilah Rakyana Patih Narota ma dari Mataram."
Dua orang gadis itu me mberi hormat dengan se mbah di
depan hidung mereka.
Narotama me mba las dengan se mbah di depan dada.
"Paman Nagakumala, bagaimana jawaban paman atas
pinangan yang saya ajukan kemarin" Apakah sudah ada
keputusan jawabannya?"
"Ha-ha-ha! Sudah kami rundingkan dengan dua orang anak
yang bersangkutan, anakmas. Sebaiknya kalau anakmas
mendengar sendiri apa yang menjadi jawaban mereka. Nini
Lasmini, engkau sudah mendengar sendiri pertanyaan Ki patih
Narotama dan aku sudah menceritakan kepada kalian berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang pinangan yang diajukan Kipatih atas nama Sang Prabu
Erlangga. Nah, sekarang, engkau jawablah sendiri saja
pertanyaan itu dan terserah kepadamu sendiri apakah engkau
dapat menerima pinangan itu ataukah tidak."
Lasmini menatap tajam wajah Narotama dan paca sinar
matanya terbayang kekaguman kepada pria perkasa itu. Pria
yang masih muda, paling banyak dua puluh tujuh tahun
usianya, tubuhnya tinggi tegap dan je las berisi tenaga yang
amat kokoh kuat walaupun sikapnya sederhana. Wajahnya
tampan dan penuh wibawa. Tidak mengena kan pakaian
kebesaran seperti seorang bangsawan tinggi, melainkan
seperti seorang muda dari pulau Bali. Kepalanya terbungkus
kain pa la yang ujungnya meruncing di bagian be lakang. Mata
yang tajam seperti mata elang itu me mandang dengan lurus
dan wajar, sama sekali tidak me mbayangkan perasaan
hatinya, namun bibir yang tersenyum itu me mbayangkan
kesabaran dan penuh pengertian. Wajah seorang laki-laki,
seorang jantan dan begitu bertemu pandang, Lasmini segera
jatuh hati. la merasa tertarik sekali dan ada kemesraan
menyentuh hati sanubarinya. Kalau laki-laki ini benar me miliki
kedigdayaan seperti yang pernah didengarnya, maka inilah
calon sua mi yang di nanti-nantinya dan ia segera merasa
cocok dan setuju dengan siasat yang telah direncanakan
semalam bersama Mandari dan Ki Nagakumala. Mendengar
ucapan uwanya itu, Lasmini tersenyum, menjaga agar senyum
itu keluar dengan wajar tidak dibuat-buat dan tampak
semanis-man isnya. Memang manis bukan main ketika ia
tersenyum itu. Bahkan tahi ialat hita m kecil di sudut
mulut bagian kiri itu seolah menar i.
"Karena andika ternyata masih a mat muda, Kipatih,
bolehkah saya menyebut andika Kakangmas Narota ma saja?"
katanya dengan le mbut dan s ikap sopan, agak malu-ma lu.
Narotama tersenyum. Wajah Lasmini begitu menar ik dan
me mpesona hatinya, namun dia ingat bahwa dia dalam tugas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan wanita ini bersama adiknya dipinang oleh Sang Prabu
Erlangga, hendak dijadikan selir dan dia hanyalah seorang
utusan sehingga sama sekali tidak boleh perasaannya ikut
berulah. "Tentu saja, Nimas
Lasmini. Tentu andika boleh
menyebutku Kakangmas Narotama saja. Sesungguhnya
sayapun tidak ingin me mbanggakan kedudukanku sebagai
patih dan saya sekarang ini hanya bertindak sebagai seorang
utusan." "Baiklah kalau begitu, kakangmas. Sekarang, apakah
kakangmas menghendaki jawaban atas pinangan itu langsung
dari mulut saya?"
"Sebaiknya begitulah. Saya hanya utusan dan apapun yang
menjad i jawaban andika sekalian atas pinangan itu, saya
hanya akan melaporkannya kepada Gusti Sinuwun."
"Terus terang saja aku dan adikku andari sudah saling
berembuk dalam hal ini dan sudah menga mbil keputusan.
Andika tadi sudah mendengar bahwa ka mi alalah puteri-puteri
Kanjeng Ibu Ratu Durgama la dari Kerajaan Parang Siluman,
dan ayah kami adalah Sang Bhagawan Kundolomuko yang kini
menjad i pertapa di pantai Bla mbangan. Nah, setelah
mengetahui akan hal itu, bahwa ayah ibu kami adalah musuh-
musuh Mataram, apakah andika mas ih hendak me lanjutkan
pinangan itu, kakangmas?"
"Kanjeng Gusti Sinuwun tahu benar akan hal itu, nimas.
justeru karena selama ini Kerajaan Parang Siluman me musuhi
Mataram, maka be liau me mpunyai keinginan untuk mengulurkan tangan persahabatan, bahkan kekeluargaan
dengan Kerajaan Parang Siluman. Maka, mendengar bahwa
Kerajaan Parang Silu man me mpunyai dua orang puteri yang
bijaksana, sakti dan cantik jelita, lalu timbul keinginan Gusti
Sinuwun untuk me minang andika berdua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini tersenyum lagi dan men gangguk-angguk. "Hal
itupun sudah kami dengar dari keterangan Uwa Nagakumala.
Akan tetapi semenjak kami re maja, kami berdua sudah
menentukan syarat bagi pria yang hendak me mpersunting
kami sebagai isteri. Pertama .dia harus seorang ksatria yang
berkedudukan t inggi."
"Gusti Sinuwun Erlangga adalah seorang ksatria besar
dengan kedudukan sebagai raja!" kata Narotama.
"Syarat yang ke dua, dia harus seorang pria muda yang
tampan dan bijaksana."
"Itu syarat yang sudah terpenuhi, nimas. Siapa yang tidak
mengenal bahwa Sang Prabu Erlangga adalah seorang pria
muda yang tampan dan gagah, berbudi bawa la ksana, sugih
bandha bandhu lagi bijaksana?"
"Dan syarat ke tiga yang penting kali bagi kami, pria itu
harus sakti mandraguna dan dapat mengalahkan kami dalam
pertandingan adu kesaktian!"
"Sang Prabu Erlangga adalah seorang raja yang sakti
mandraguna pilih tanding, lebih lebih digdaya dibandingkan
aku. Akan tetapi beliau tidak berada di sini untuk
me mbuktikan kesaktiannya. Aku adalah utusannya yang
berkuasa penuh, bertanggung jawab dan berhak mewa kili
beliau menghadapi segala rintangan dan tantangan. Oleh
karena itu, syarat ketiga itu dapat dipenuhi dan aku yang
menjad i wakilnya."
"Kalau begitu, andika yang akan mewa kili Sang Prabu
Erlangga menand ingiku, kakangmas" " tanya Lasmini dan
matanya me mandang begitu indahnya, setengah tertutup
sehingga bulu mata yang lentik panjang itu ha mpir saling
merapat. "Kalau me mang itu merupa kan sayembara bagimu, akan
kuhadapi, nimas!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini tersenyum menoleh kepada Ki Nagakuma la. "Uwa,
aku akan menerimaan di mana lagi kalau t idak di sini"
Pelataran pondok kami ini cukup luas untuk dijadikan te mpat
berdinding kesaktian. Mari, Kakangmas Narotama, mari saling
menguji kesaktian

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mas ing-masing.
Sudah la ma aku mendengar akan kehebatan Kipatih Narotama dan ingin sekali
aku merasakan sendiri sa mpai berapa hebat dan a mpuh
kepandaiannya! Setelah berkata demikian, Lasmini melompat
ke depan. Sekali lompat ia sudah me layang ke pelataran yang
terbuka, tidak kurang dari lima tombak jauhnya, bagaikan
seekor burung srikatan saja gesitnya, la berdiri tegak seperti
srikandi, pendekar wanita digdaya dalam cerita Mahabharata
itu. Narotama bangkit berdiri, me mbungkuk kepada Ki
Nagakumala seolah minta perkenan tuan rumah itu. Kakek itu
tersenyum dan me mpersilakan dengan gerakan tangannya.
Narotama lalu me langkah mengha mpiri Lasmini yang telah
berdiri me nanti sa mbil bertolak pinggang.
Mereka saling berhadapan, saling menga mati seperti lagak
dua ekor ayam yang hendak bertarung. Lasmini menga mati
wajah dan tubuh Narotama penuh perhatian. Pria itu me mang
tampan dan gagah sekali walaupun sikapnya le mbut
bersahaja. Tubuhnya yang tinggi tegap Itu menunduk seolah
me mper lihatkan kerendahan hatinya, namun kepalanya tegak
penuh wibawa dan keagungan Pancaran pandang matanya
penuh pengertian dan penuh kekuatan batin, pandang mata
yang begitu dalam dan tenang seperti per mukaan air telaga
yang dalam Namun di balik se mua kekuatan tersembunyi Itu,
terbayang kelembutan seorang ksatria yang selalu merasa
rendah dan tunduk akan kekuasan Yang Maha Tinggi. Biarpun
pakaiannya juga tidak terlalu mewah, namun dalam
kesederhanaan itu terbayang keagungan seorang priyayi yang
berkedudukan tinggi. Sebatang keris berwarangka kayu terukir
terselip di ikat pinggangnya. Itulah keris pusaka Kolomisani,
sebatang keris kecil berbentuk lurus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di la in pihak, Narotama juga menga mati calon lawannya
dan kembali hatinya tergetar dan terguncang oleh daya tarik
yang luar biasa dari dara ayu itu. Tubuh Lasmini ra mping dan
padat, denok dan kewes. Dadanya yang membusung itu
tampak me mbayang di balik kemben sutera halus, seolah-olah
bukit dadanya hendak me mberontak karena ditutup dan
ditekan kemben, seperti sepasang gunung berapi siap
me letus. Rambutnya yang hitam panjang bero mbak itu
digelung lebar terhias emas ber mata intan yang amat indah.
Gelung ra mbut itu ujungnya terurai di leher sebelah kanan,
terhias untaian bunga melati. Wajahnya gemilang seperti
bulan purnama, diha lus-putihkan dengan bedak t ipis-tipis.
Kulitnya yang putih mulus itu demikian halus sehingga ketika
tertimpa sinar matahari pagi, seperti berkilau laksana emas.
Sebilah keris kecil terselip di pinggangnya. Sungguh
merupakan seorang dara yang luar biasa cantik je litanya,
bagaikan Dyah Srikandi, cantik- dan juga gagah perkasa.
Lasmini melepas lagi senyumnya. Senyum yang lebih tajam
dan lebih berbahaya daripada anak panah yang dilepas
dari gendewa di tangan Srikandi.
Senyum itu bagaikan ana k panah mujijat yang langsung
menya mbar ke arah jantung Narotama! Namun, kipatih ini
cepat menangkis dengan tekanan batinnya, mengingat bahwa
wanita itu adalah calon garwa selir junjungannya sehingga
tidak pantaslah kalau dia jatuh cinta!
"Kakangmas Narotama, sudah s iapkah andika?" tanya
Lasmini, suaranya merdu sekali, bukan seperti orang
menantang bertanding, begitu mesra dan bersahabat
"Sudah, nimas. Aku sudah siap. Mulailah." kata Narotama
tenang. Lasmini sudah merencanakan siasat bersama adik dan
uwaknya. Ia juga tahu bahwa ia tidak akan mungkin dapat
menand ingi kipatih yang sudah a mat terkenal kedigdayaannya
itu. Sudah diatur bahwa ia harus berhasil menjad i garwa atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selir Kipatih Narotama yang na ma jabatannya adalah Rakryan
Patih Kanuruhan Mpu Dhar ma murti Narotama Danasura itu.
Karena itu, setelah kini berhadapan dengan Narotama dan
mulai bertanding, iapun me masang gaya yang amat menarik,
la me mbuka gerakan s ilatnya dengan indah sekali. Ia berdiri
me masang kuda-kuda dengan kaki kanan di belakang dan kaki
kiri di depan, kedua lutut ditekuk dan kaki kiri berdiri pada
ujung kakinya, sikapnya "ndegeg", yaitu dada dibusungkan ke
depan dan pinggul ditonjolkan ke be lakang, tangan kiri
dengan siku ditekuk dan jari-jari terpentang berada di depan
dahi dengan telunnjuk menuding ke atas, tangan kanan
berkembang ke belakang dengan jari jari terbuka pula.
Gerakan pembukaan ini indah sekali, seperti seorang penari
Bali beraksi, dadanya dan pinggulnya makin ta mpak
me mbusung dan pinggangnya tampak begitu ramping seperti
akan patah, pasangan pembukaan yang indah dan juga
mengandung daya tarik yang men ggairahkan.
Narotama terpesona akan semua keindahan gerak tubuh
wanita ini, akan tetapi dia bersikap tenang, menanti dara itu
me lakukan penyerangan.
"Sa mbut seranganku!" Tiba-tiba Lasmini berseru dan
tubuhnya mula i bergerak menyerang. Tangan kirinya
menyabar dari atas mencengkeram ke arah kepala Narotama
disusul tangan kanan yang meluncur ke arah dada dengan
tusukan dua jari tangan. "Hyaaaaattt .....!"
Narotama kagum. Serangan itu sungguh dahsyat. Namun
baginya tidak merupakan ancaman bahaya. Dia lalu me ngelak
dan ketika Lasmini me nyusulkan serangan bertubi-tubi
sambil dibareng i dengan bentakan-bentakan nyaring,
Narotama hanya membe la diri dengan elakan dan
tangkisan. Kalaupun menang kis, dia me mbatasi
tenaganya, tidak me mpergunakan tenaga yang mengandung
kekerasan, melainkan menggunakan tenaga le mas sehingga
Lasmini merasa seolah lengannya ditangkis sebatang lengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya terdiri dari kulit dan daging tanpa tulang, begitu
empuk walaupun amat kuat sehingga tidak me mbuat
lengannya nyeri. Dia m-dia m Lasmini merasa girang sekali.
Kenyataan ini saja menunjukkan bahwa kipatih ini "ada rasa"
kepadanya, menyayangnya dan tidak ingin menyakitinya.
Bahkan sa mpai tiga puluh jurus ia menyerang terus secara
bertubi-tubi, tidak satu kalipun patih itu me mbalas!
Bagaimanapun juga, Lasmini merasa penasaran sekali. Ia
me mang sudah diberi tahu uwanya bahwa Narota ma a mat
sakti mandraguna dan ia tidak ma mpu menandingmya, namun
kini ia merasa tegitu tidak berdaya seperti seorang anak kecil
saja. la merasa penasaran juga karena selama ini belum
pernah ia dikalah kan orang.
Setelah kembali sebuah tangkisan lengan yang lunak
seperti karet itu me mbuatnya terpental ke belakang, Lasmini
dia m-dia m me mbaca mantra dan mengoso k-gosokkan kedua
telapak tangannya. Segera terasa hawa dingin menyelubungi
sekitar dara itu, terutama sekali Narota ma merasa ada hawa
dingin me nyergapnya. Dia ma klum bahwa gadis itu
me mpergunakan aji kesakitan yang mengandung hawa dingin
dan tentu merupakan pukulan yang me miliki daya serang
berbahaya. Maka, diapun sudah siap siaga untuk menyambut
serangan aji yang mengandung kekuatan sihir itu. Lasmini
mengumpulkan tenaga dan setelah merasa tenaganya
mencapai t itik puncak, ia lalu mendorongkan kedua telapak
tangannya ke arah Narotama sa mbil berseru melengking.
"Aji Ampak-ampak ..... hyaaaaahh....!!"
Tampak cahaya kebiruan menya mbar dari kedua telapak
tangan itu meluncur ke arah tubuh Narotama. Ampak-ampak
adalah semacam halimun atau kabut dingin yang biasanya
terdapat di puncak puncak gunung yang wingit, yang
mengandung hawa dingin menyusup tulang dan juga
mengandung bisa yang dapat me matikan manusia maupun
tumbuh tumbuhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama yang sudah siap siaga, lalu mengerahkan tenaga
saktinya, menyambut dengan dorongan kedua tangannya
sambil berseru nyaring.
"Aji Bojrodahono (Api Ha lilintar) .. ...!"
Tidak ada lawan yang lebih a mpuh untuk me lawan Aji
Ampak-ampa k yang dingin seperti salju itu kecuali Aji
Bojrodahono yang panas bagaikan api.
"Blarrrrr .....!"
Masih untung bagi Lasmini bahwa Narotama tidak
me mpergunakan seluruh tenaga saktinya, hanya membatasi
dan cukup untuk menolak serangan dara itu saja. Namun,
pertemuan dua tenaga sakti itu tetap saja me mbuat tubuh
denok Lasmini terdorong ke belakang dan nyaris ia jatuh
terjengkang kalau saja ia tidak cepat berjungkir balik ke
belakang sampai tiga kali. Perbuatan ini tentu saja me mbuat
kain yang menutupi tubuhnya tersingkap sedikit sehingga
tampak o leh Narotama kulit paha yang putih mulus dan betis
kaki yang indah me madi bunting. Kembali darahnya berdesir
kencang. Lasmini merasa kagum sekali. Akan tetapi dasar ia
berwatak liar dan biasaya suka menyombongkan kepandaian
sendiri, kekalahan de mi kekalahannya itu me mbuat ia sema kin
penasaran. Ia lalu mencabut keris kecil yang terselip di
pinggangnya. Sambil mengacungkan senjata itu, ia berkata,
suaranya menantang.
"Kakangmas Narotama, beranikah andika me nyambut
keris pusakaku ini"
Kalau engkau berani dan ma mpu menga lahkan aku
sekali ini, barulah a ku mener ima kekalahanku!"
Narotama tersenyum. Dia harus menjaga kebesaran nama
junjungannya. Pertandingan ini me mang dilakukan olehnya
namun sebagai wakil Sang Prabu Erlangga sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemenangannya atau kekalahannya, juga merupakan kemenangan atau kekalahan Sang Prabu Erlangga. Dia
me mandang keris kecil itu dan melihat betapa ujung keris
itu mengeluarkan sinar hita m. Dia dapat menduga bahwa
keris itu pasti telah direnda m racun yang a mat berbahaya
dan sedikit tergores saja, kalau sampa i kulit terobek
dan berdarah, cukup untuk me mbunuh orang. Dia maklum
bahwa betapapun cantik jelitanya, dara ini adalah
keturunan keluarga kerajaan sesat. Kerajaan Parang Siluman
me mang terkenal me miliki tokoh-tokoh ah li s ihir dan
racun. Akan tetapi dia tidak menjadi gentar, mengingat
bahwa tingkat kesaktian Lasmini sudah diukurnya dalam
pertandingan tadi dan tenaga dara itu tidak terlalu kuat
baginya. Dia lalu menanggalkan baju atasnya agar jangan
sampai terobek, lalu dengan dada terbuka dia me langkah
maju. "Marilah, Nimas Lasmini, akan ku tadahi keris pusakamu
dengan dadaku. Hendak kulihat bagaimana a mpuhnya keris
pusakamu itu!"
Lasmini terbelalak. Benarkah pe muda u henda k menerima
tusukan kerisnya yang ampuh beracun dengan bertelanjang
dada" Bagaimana kalau Narotama tewas oleh kerisnya" Jadi
berantakan siasat yang telah direncanakan dan diatur
sebelumnya. Akan tetapi, timbul pula keinginan da la m hatinya
untuk menguji kesaktian pria ini. Untuk menyerahkan dirinya
yang masih perawan itu kepada seorang laki-laki, ia harus
yakin bahwa laki-la ki itu me mang patut me miliki dirinya,
menerima cinta kasihnya, patut untuk dilayaninya sebagai
seorang suami. "Baik, sambutlah ini, kakangmas!" la melangkah maju dan
tangan kanannya yang me megang gagang keris itu bergerak
menusukkan kerisnya ke arah ulu hati Narotama.
"Syuuuttt ..... tukk!" Keris itu me mbalik, seperti menusuk
benda yang kenyal lunak na mun kuat seperti karet! Dan kulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dada yang putih bersih itu sa ma sekali t idak terluka, lecet
sedikitpun tidak!
Lasmini terkejut dan kagum sekali. Ia sendiri juga me miliki
aji kekebalan, akan tetapi kalau harus menerima tusukan keris
pusakanya ini, tentu saja ia tidak berani. Keris pusakanya ini
sudah dirajai dan ditapai, dapat menembus kekebalan lawan.
Akan tetapi kekebalan yang dimiliki Narotama ternyata sama
sekali tidak dapat dite mbus.
Setelah bertubi-tubi menusuk dada dan perut sampa i tujuh
kali dan selalu kerisnya me mba lik, Lasmini mengertakan gigi
dan mengerahkan seluruh tenaga saktinya, lalu menusuk lagi
ke arah la mbung Narotama.
"Hyaattt ..... ahhh!" Tadi Lasmini sudah merasakan
betapa semakin kuat ia menusuk, sema kin kuat pula kerisnya
terpental. Akan tetapi ia tidak kapok,kini ma lah menusuk
dengan seluruh tenaganya. Begitu kerisnya mengenai
la mbung keris itu terpental dan me mbawa tubuhnya
terjengkang. Ia tentu terbantai roboh kalau saja Narotama
tidak cepat menyambar dan merangkul pinggangnya untuk
mencegah tubuh gadis itu terbanting. Dalam rangkulan
sejenak ini, Narotama menciu m bau kembang me lati dan
rambut gadis itu dan bau harum seperi cendana keluar dari
tubuh Lasmini. Kedua tangannya juga merasakan tubuh
yang kenyal dan lunak le mbut hangat Kembali jantungnya
berdebar, akan tetapi segera dia teringat akan lugasnya
dan dengan le mbut dia melepaskan rangkulanya.
"Maaf, nimas ....." katanya sambil me langkah
mundur. Lasmini tersenyum dan kedua pipinya menjadi kemerahan,
terutama di bagian tulang pipi yang menonjol di bawah kedua
matanya. Ia seperti tersipu malu padahal kemerahan
wajahnya bukan hanya karena tersipu, melainkan terutama
karena ia tadi telah mengerahkan banyak tenaga sehingga
jantungnya berdetak kencang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Uwa, aku telah dikalahkan oleh Kangmas Narota ma, maka
aku menerima pinangan itu."
"Ha-ha-ha, sudah kuduga bahwa engkau tentu tidak akan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ma mpu menandingi Kipatih Narotama. Dan engkau
bagaimana Mandari?" kata Ki Nagakumala sambil
me mandang Mandari.
Dara ini tersenyum. "Ka lau Mbakayu ini sudah me ngaku
kalah, tentu saja akupun me ngaku kalah, uwa, dan aku
juga menerima pinangan Gusti Sinuwun Sang Prabu
Erlangga."
"Anakmas Patih Narotama, andika sudah mendengar sendiri
kesanggupan kedua orang keponakanku. Nah, sekarang
bagaimana" Kapan anakmas akan mengajak mereka ke istana
Sang Prabu Erlangga?"
"Karena urusannya telah beres, maka sedapat mungkin
saya akan me mboyong mere ka ke istana Gusti Sinuwun
secepatnya, paman." kata Narotama sambil me mandang
kepada dua orang gadis cantik jelita itu.
Kini Mandari yang bicara dengan sikap manja. "Ka mi mas ih
me mpunyai sebuah permintaan sebagai syarat, Kakang Patih
Narotama'" Narota ma terkejut dan diam-dia m mencatat dalam
hatinya bahwa sikap gadis yang lebih muda ini -sungguh
penuh arti. Karena merasa telah menjadi calon garwa Sang
Prabu Erlangga, maka gadis ini sudah menganggap dirinya
sebagai isteri raja dan me manggilnya Kakang Patih, tidak
seperti Las mini yang me manggilnya kakangmas!
"Syarat apakah itu, nimas" " tanya Narotama sa mbil
menatap wajah gadis yang me miliki ra mbut lebih ge muk dan
lebih panjang ketimbang ra mbut mbakayunya.
"Begini, kakang patih. Mba ayu Lasmini dan aku adalah
keturunan bangsawan tinggi, ibu kami adalah seorang
ratu. Biarpun dalam urusan perjodohan ini telah
diputuskan oleh Uwa Nagakuma la dan kami sendiri, na mun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami merasa sudah sepatutnya kalau Sang Prabu Erlangga
menghargai kami sebagai puteri puteri yang diboyong karena
pinangan, bukan diboyong karena kalah perang. Oleh karena
itu, kami minta agar andika je mput kami dengan
menggunakan buah kereta kebesaran dan ditarik oleh e mpat
ekor kuda."
"Ah, permintaanmu itu pantas sekali, adikku. Kakangmas
Narotama, aku me mperkuat permintaan Mandari. Kalau andika
akan me mboyong kami, harus menggunakan kereta
kebesaran, dengan demikian kami merasa dihor mati dan tidak
dipandang rendah orang." kata Las mini.
Narotama tersenyum dan mengangguk. "jangan khawatir,
nimas berdua. Sesungguhnya, kereta untuk memboyong
andika berdua itu sudah siap me nanti di kaki bukit ini."
Narotama tidak berbohong. Memang ketika dia pergi ke
Bukit Junggringslaka, dia sudah me mpers iapkan sebuah kereta
untuk menje mput dua orang puteri itu kalau pinangannya
diterima. Kereta itu dia titipkan pada seorang lurah di dusun
yang berada di kaki bukit dan seorang kusirnya yang
berpakaian dinas juga me nanti di sana. Mendengar ucapan
Narotama itu, Ki Nagakuma la la lu tertawa.
"Sekarang berkemaslah, Lasmini dan Mandari. Bawa
segala barang kebutuhanmu. Nanti kita bersama-sa ma turun
bukit Kalian ikut Kipatih Narotama ke Kahuripan dan aku
akan pergi me laporkan kepada ibu kalian di Parang
Siluman." Kedua orang gadis itu lalu berkemas Narotama menanti di
ruangan pendapa. Setelah selesai berkemas, dua orang gadis
itu bersa ma Ki Nagakuma la mengikuti Narota ma turun bukit
menuju ke dusun di mana dia menitipkan kereta, kuda dan
kusirnya di rumah kepala dusun.
Siang hari itu juga berangkatlah Narota ma mengawal
kereta menuju ke Kahuripan, sedangkan Ki Nagakuma la pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selatan, ke arah Kerajaan Parang Siluman di mana adiknya,
Ratu Durgamala me merintah, untuk me laporkan bahwa
kedua orang puterinya pergi ke Kahuripan untuk menjadi
garwa selir Sang Prabu Erlangga.
Ketika Ratu Durgama la mendengar pelaporan kaka knya
bahwa kedua orang puterinya menerima pinangan untuk
menjad i selir Sang Prabu Erlangga, wanita berusia e mpat
puluh tahun yang masih cantik seperti seorang gadis itu
menjad i marah sekali. Ia menggebra k meja dan me mandang
kakaknya dengan mata me lotot.
"Gilakah andika, Kakang Nagakumala" dan sudah gila
pulakah Nini Lasmini dan Nini Mandari ma ka mereka sudi
menjad i garwa selir Raja Erlangga" Dia itu musuh bebuyutan
kita, kakang! Mataram sejak dulu adalah musuh Parang
Siluman! bagaimana sekarang dua orang puteri Parang
Siluman, anak-ana kku sendiri, menjadi se lir Raja Mataram
yang menjad i musuh besar kita?"
"Tenang dan bersabarlah, yayi ratu. Penerimaan pinangan
Prabu Erlangga ini ulah disetujui oleh Nini Lasmini dan Nini
Mandari sendiri. Pertama karena me mang ke inginan dua orang
puterimu itulah yang menghendaki agar mereka yang sudah
dewasa mendapatkan sua mi seorang bangsawan tinggi yang
muda tampan, dan sakt i mandraguna. Dan s iapakah orang
muda yang dapat melebih Prabu Erlangga dalam tiga hal itu"
Hanya Kipatih Narotama yang dapat mengimbanginya. Karena
itu, Nini Lasmini me milih agar diperisteri Kipatih Narota ma dan
Nini Mandari me milih untuk diperisteri Prabu Erlangga. Dan hal
kedua yang tidak kalah pentingnya, justeru perjodohan ini
telah kami rencanakan untuk menjad i sarana penghancuran
Mataram." "Ehh?" Penghancuran Mataram me lalui perjodohan anak-
anakku dengan Erlangga dan Narota ma" Apa ma ksudmu
kakang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, yayi ratu. Kedua orang puterimu itu, murid-
muridku yang pintar pintar, telah menyetujui rencana kami
itu. Dengan penuh keyakinan mereka percaya bahwa
mereka akan ma mpu me mbuat raja dan patihnya mabok
kepayang dan selanjutnya mengadakan bujukan-bujukan agar
raja dan patih yang sakti mandraguna itu saling bertika i dan
bertentangan sehingga Mataram menjad i le mah. Bahkan kalau
usaha itu gagal, mereka akan meningkatkan usaha mereka,
yaitu me mbunuh Erlangga dan Narotama."
"Ahh! Mereka ..... para puteriku yang ayu manis, mau
me lakukan itu?" Ratu Purgamala me mbelalakan matanya dan
wajahnya menjadi cerah gembira.
"Ya, itulah yang kami rencanakan. Maka mereka tidak
merasa ragu lagi untuk menerima pinangan dan mengikuti
Kipatih Narotama menuju Kahuripan."
"Dan mereka mengorbankan diri untuk itu! Aih, anak-
anakku yang manis, anak anakku yang hebat, kalian tidak
mengecewakan, kalian pantas menjadi anak anakku, kalian
persis watak ibu kalian! I leh-he-he-hi-hik!" Ratu Durga mala
tertawa senang, agaknya sudah lupa betapa beberapa tahun
yang lalu ia selalu merasa bersaing dengan dua orang
puterinya yang makin dewasa menjadi se makin cantik
sehingga ia merasa terancam. Ialah yang menjadi ratu. la
yang menjadi wanita nomor satu, paling cantik, di
Parang Siluman, la tidak mau disaingi atau dikalahkan dala m
hal kecantikannya oleh wanita manapu n juga, bahkan
kecantikan dua orang puterinya
yang menonjol itu
me mbuatnya iri dan khawatir kalau kedudukannya sebagai
wanita tercantik akan tergeser oleh dua orang
puterinya. Karena itulah maka ia mengharus kan dua orang
puterinya itu ikut kakaknya, Ki Nagakuma la di Bukit
Junggringslaka untuk memperdalam ilmu mereka. Di lain
pihak, dua orang puterinya juga merasakan ketidak-senangan
bahkan mende kati kebencian ibu kandung mereka sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap mereka. Karena itulah mereka leb ih senang ikut
uwa mereka me mpe lajari ilmu, dan ketika mereka
menerima pinangan Raja Erlangga, mereka sama sekali tidak
me mpunyai keinginan untuk minta ijin atau pa mit kepada ibu
kandung mereka! Memang Ratu Durga ma la ini me miliki
watak yang seperti iblis, gila akan kecantikannya sendiri
Bahkan ia me mpelajari segala maca m ilmu untuk dapat
me mbuat dirinya awet muda, dan akhirnya ia mene mukan
Suket sungsang, semacam rumput yang langka dunia ini dan
rumput ajaib inilah yang me mbuat ia awet muda dan ta mpak
seperti berusia dua puluh tahun saja walaupun usianya
sudah empat puluh tahun lebih. la juga me mberi ja mu
Suket Sungsangg kepada dua orang puterinya sehingga
dua orang gadis itupun menjadi awet muda. lapun
seorang petualang nafsu berahi dan inilah yang me mbuat
suaminya, ayah dari Lasmini dan Mandari, men inggalkannya
dan lebih suka menjadi seorang pertapa di pantai
Bla mbangan. Tadinya, mendengar
dua orang puteri
kandungnya hendak menjad i garwa Raja Erlangga dan Patih
Narotama tanpa seijinnya, tanpa pamit, kasih sayang
seorang ibu da la m hatinya tersentuh. Akan
tetapi setelah mendengar bahwa kedua orang puterinya itu
sengaja mengorbankan diri untuk kepentingan Parang
Siluman, yaitu menghancurkan Mataram, ia menjad i bangga
dan gembira sekali. Demikianlah, kasih sayang manusia antara
berhubungan apapun juga, suami isteri, sahabat, bahkan ibu
dan anaknya, kalau sudah dikuasai nafsu pementingan
diri send iri, maka kasih sayang itu menjadi kotor. Kasih
sayang seperti itu hanya merupakan sarana untuk
menyenangkan d iri send iri. Kalau kasih sayang murni yang
sejati ada, maka si-aku yang me mentingkan kesenangan hati
dan perasaan sendiri, tidak akan muncul. Kalau si-aku yang
berupa nafsu hati akal pikiran muncul, apa yang dina makan
cinta kasih itu hanyalah ulah nafsu yang pa mrihnya tidak lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencari keenakan dan kesenangan diri sendiri,
untuk pe muasan jasmani.
Maklum bahwa kakaknya adalah seorang yang sakti
mandraguna, Ratu Durgama la lalu menahan kakaknya dan
me mbujuk agar kakaknya itu suka tinggal di Parang
Siluman me mbantunya. Ki Nagakuma la yang merasa
kesepian setelah ditinggalkan dua orang keponakannya,
menerima ajakan itu dan sejak hari itu, diapun tinggal di
Parang Silu man dan menjadi penasihat dari Ratu Durgamala.
Kereta itu meluncur dengan cepatnya menuju ke kota
raja Kahuripan. Sang kusir yang berpakaian indah itu
mengenda likan empat ekor kuda penarik kereta dan dua
orang puteri Parang Siluman pun duduk di dalam kereta,
berbisik-bisik sehingga suara percakapan mereka Tidak
terdengar oleh sang kusir. Di belakang kereta itu, dalam jarak
kurang lebih sepuluh meter, Narotama men unggangi kudanya,
mengawal dari belakang. Matinya merasa gembira bukan main
karena dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Beruntung sekali bahwa pinangan itu dapat diterima oleh Ki
Nagakumala dan dua orang puteri itu, tanpa ada syarat yang
terlalu berat. Andaikata Ki Nagakuma la sendiri yang menguji
kepandaiannya, dia dapat menduga bahwanya tidak akan
begitu mudah baginya untuk menga lahkannya. Dan
andaikata mereka menolak, tentu akan terjadi perkelahian.
Akan tetapi semua itu tidak jadi dan dia hanya harus
menga lahkan Lasmini. Dia telah berhasil dan Sang Prabu
Erlangga tentu akan merasa senang sekali.
Akan tetapi tiba-tiba wajah Lasmini terbayang di pelupuk
madanya. Sayang sekali Lasmini akan menjad i garwa selir
sang prabu! Ah, mengapa Sang Prabu Erllanga begitu
tamak" Bukankah garwa selirnya sudah ada sedikitnya tujuh
orang muda- muda dan cantik-cant ik pula. Kenapa sekarang
hendak menga mbil Lasmini dan Mandari pula" Kedua-
duanya" Sedangkan dia sendiri hanya hidup berdua dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini, isterinya. Dia t idak me mpunyai selir
seorangpun! Sudah pantasnyalah kalau sang prabu
menyerahkan Lasmini kepadanya, untuk menjadi selirnya,
sebagai hadiah atas keberhasilannya. Sudah tepat dan
pantas sekali. Bukankah dia yang bersusah payah mengajukan pinangan
sehingga berhasil me mbawa dua orang puteri itu ke Kahuripan
Jilid 6 TANPA terdengar oleh kusir dan oleh Narota ma, dua orang
gadis dalam kereta itu merencanakan sesuatu. Mereka bicara
bisik-bis ik. "Akalmu itu baik sekali, Mbakayu Lasmini. Sebaiknya kita
lakukan sekarang juga."
Lakukan lah, Mandari, akan tetapi luti-hati, batasi dan
kendalikan tenaga. Jangan terlalu kuat sehingga nyawaku
terancam, juga jangan terlalu lemah hingga akan mencurigakan. Tunggu bentar kalau kereta sudah me masu ki
hutan di depan." Kereta meluncur masuk ke dalam hutan di
perbatasan kerajaan Kahuripan. 1 ba-tiba terdengar suara
wanita mengeluh dan disusul teriakan Mandari.
"Ki kus ir, hentikan dulu keretanya! Mbakayuku sakit!"
Mendengar teriakan ini, kusir menghentikan e mpat ekor
kudanya. Melihat kereta berhenti tiba-tiba di dalam hutan itu,
Narotama lalu me lompat turun dari kudanya dan mengha mpiri
kereta. Dia juga mendengar keluhan tadi dan mendengar
teriakan Mandari. Ketika dia mendekati kereta, dia masih
mendengar keluh kesah itu. Tirai kereta dibuka dari dalam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mandari me loncat keluar Mukanya pucat dan ia cepat berkata
ketika me lihat Narotama mende kat.
"Cepat, Kipatih Narotama, cepat tolonglah Mbakayu
Lasmini. Sakit perutnya ka mbuh lagi, aku khawatir sekali."
Narotama dengan khawatir lalu men jenguk ke dala m kereta
dan dia mengerutkan alisnya, terkejut bukan ma in. Di melihat
Lasmini duduk setengah rebah di atas bangku kereta,


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya pucat sekali, bahkan agak me mbiru tanda bahwa
gadis itu mender ita keracunan! Cadis itu menekan perutnya
dan menggigit bibirnya menahan rasa nyeri. Cepat dia meraba
dahi gadis itu dan dia semakin terkejut
Dari wajah yang pucat kebiruan dan dahi yang terasa
panas seperti terbakar api itu, segera Narotama tahu bahwa
Lasmini benar-benar menderita luka da la m yang keracunan
dan berbahaya sekali. Kalau hawa beracun dalam tubuh gadis
itu tidak segera dikeluarkan, besar kemungkinan gadis itu
akan tewas! Karena tidak mungkin mengobati gadis itu dalam kereta
karena tempat itu sempit dan gadis itu tidak dapat direbahkan
telentang, tanpa ragu lagi Narota ma lalu me mondong tubuh
Lasmini yang udah le mas itu ke luar dari kereta.
Tiba-tiba terdengar suara Mandari, "Kipatih, bawalah ia ke
sini. Di s ini ada te mpat bersih!"
Narotama menengo k dan melihat Mandari menunjuk ke kiri.
Dia me mondong tubuh Lasmini dan mengha mpiri dan benar
saja, Mandari telah mene mukan sebuah te mpat di mana
terdapat rumput tebal dan tempat itu bers ih, agak jauh dari
kereta. Narotama lalu merebahkan tubuh Las mini, telentang di
atas rumput tebal.
"Agaknya kambuh kembali penyakit perutnya," kata
Mandari sambil berlutut dan me ma ndang kepada Narotama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki patih, dapatkah andika mengobatinya Menurut uwa
kami kalau ia sedang begini, nyawanya terancam kalau tidak
segera diobati dengan pengerahan hawa sakti."
"Dia terluka sebelah dalam, luka yang beracun dan cukup
berbahaya. Hanya aku belum tahu d i bagian mana ia terpukul
dan sampai berapa parahnya akibat pukulan itu. Tahukah
andika mengapa ia mender ita luka dalam seperti ini?"
"Ini akibat latihan Aji A mpak-ampa k yang salah menurut
keterangan Uwa Nagakuma la. Karena keliru ketika latihan dan
terlalu ingin cepat menguasai, Mbakayu Lasmini me mbuat
tenaga pukulan aji itu me mbalik dan menurut uwa kami, ia
terluka di bagian pusarnya. Berbahaya sekali. Tolonglah,
kipatih, andika yang berkepandaian tinggi pasti dapat
meno longnya. " kata Mandari khawatir.
"Aduhhh ..... ah, mati a ku ..... Kakangmas Narotama .....
tolonglah aku,kakangmas ....." Lasmini merintih-rintih sa mbil
menekan-nekan perutnya.
"Di bagian mana yang nyeri, nimas" " tanya Narotama,
merasa iba sekali.
"Di sini ..... ah, perut ..... pusar ini ..... dingin sekali, seperti
ditusuk-tusuk rasanya ....." Lasmini menggigit bibirnya dengan
giginya yang putih dan berderet rapi seperti mutiara.
"Jangan khawatir, nimas. Aku a kan mengobatimu dan
mudah-mudahan aku akan dapat menye mbuhkan mu. Akan
tetapi ..... maafkan aku, nimas. Terpaksa aku harus
me mer iksa dan melihat keadaan bagian tubuhmu yang
terkena pukulan itu."
"Aih, kipatih. Dala m keadaan seperti ini, nyawa Mbakayu
Lasmini terancam bahaya maut, mengapa andika masih
bersikap sungkan-sungkan segala" Lakukan lah pe meriksaan
dan pengobatan itu, aku hendak me mber i tahu ki kus ir agar
me lepaskan kuda-kuda biar mengaso dan makan rumput."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian Mandari lalu cepat meninggalkan
mereka berdua. "Aduhh ..... cepat periksalah ..... kakangmas ..... ah, aku
tidak kuat lagi ....."
Lasmini la lu menurunkan kain yang me mbungkus perutnya
sehingga perutnya sampa i ke pusar ta mpak telanjang.
"... ini ..... di sini ..... yang nyeri ..... aduh ....." Lasmini
menekan perutnya di bag ian samping pusar.
Narotama terpaksa me meja mkan kedua matanya. Pemandangan itu terlalu indah merangsang sehingga
jantungnya berdebar keras sekali. Kulit itu de mikian putih
mulus kemerahan, perut itu begitu halus dan rata, bentuk
pusar yang kecil mungil itu. Dia me mbuka matanya, akan
tetapi mata itu kini seperti tidak lagi melihat keindahan tadi
karena dia sudah menyatukan hati akal pikirannya, dipusatkan
menjad i satu saja perhatian tujuan, yaitu perhatian terhadap
penyakit yang diderita Lasmini dan tujuannya hanyalah
mengobati penyakit itu Dijulurkan tangan kirinya, meraba
sipusar yang tampak kemerahan. Terasa
jari-jarinya menyentuh kulit yang dingin luar biasa dan tahulah dia bahwa
di situlah letak luka dalam, di bawah kulit itu lah hawa dingin
beracun agaknya mengeram di bagian itu, sedangkan bagian
tubuh lain, terasa panas me mbakar. Narota ma mengerutkan
alisnya. Pantasnya gadis ini terkena pukulan yang a mpuh,
kirnya. Atau, seperti diceritakan Mandari tadi, mungkin juga
terkena hawa pukulan sendiri yang me mbalik sehingga luka
dalam. Dan dia tahu bagaimana harus mengusir hawa dingin
beracun itu. "Maaf, Nimas Lasmini. Mudah-mudahan aku dapat
mengobati penyakit mu ini. Andika terluka di sebelah dala m, di
dekat pusar ini, seperti terkena pukulan beracun dingin .....
akan tetapi mungkin juga terluka oleh pukulan mu sendiri yang
me mba lik. Pengobatannya sederhana saja, yaitu hawa dingin
beracun itu harus diusir keluar dan untuk itu ..... sekali lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maaf, aku harus menempe lkan telapak tanganku untuk
beberapa lamanya di bagian yang terluka ini."
"Aduh ....., kakangmas ..... kenapa andika mas ih ma lu dan
sungkan segala" Aku .... aku percaya padamu . .... kuserahkan
jiwa ragaku kepadamu. Cepat lakukan pengobatan itu,
kakangmas ...aku tidak kuat lagi menahan rasa nyerinya .....
aduhhh ....."
Melihat penderitaan Lasmini, Narotama tidak me mbuang
waktu lagi. Di menggosok-gosok kedua telapak tangannya lalu
mene mpe lkan kedua telapak tangannya di kedua s isi pusar
perut Lasmini. Tangan kiri mene mpel tepat pada bagian yang
terluka dan berwarna merah lalu dia mengerahkan tenaga
saktinya untuk menyedot. Adapun telapak tangan kanan yang
mene mpe l di sisi yang lain menyalurkan hawa panas dari Aji
Bojrodahono untuk menyerang dan mendesak hawa dingin
beracun yang berasal dari Aj i Ampak-ampak itu.
Sementara itu, Mandari mengha mpiri kereta dan me mer intahkan kusir kereta untuk melepaskan e mpat ekor
kuda agar dapat mengaso dan makan rumput, sedangkan ia
sendiri duduk di bawah pohon yang rindang sambil
tersenyum-senyum,
me mbayangkan hasil akal yang dipergunakan Lasmini. Tentu saja tadi ia yang sengaja
me mukul sisi pusar perut mba kayunya dengan Aji Ampak-
ampak, cukup kuat untuk mendatangkan luka sehingga tidak
mencurigakan Narotama akan tetapi tidak cukup kuat untuk
me mbahayakan nyawa mbakayunya.
Ternyata siasat yang dipergunakan dua orang puteri itu
berhasil baik. Narotama terkecoh dan mengira bahwa Lasmini
benar-benar terluka oleh pukulannya sendiri yang me mbalik
karena salah latihan. Akan tetapi akibatnya cukup hebat
baginya. Dia telah me lihat perut bahkan pusar gadis itu, bukan
hanya melihat, balikan telah meraba dan mene mpe lkan kedua
telapak tangannya dalam waktu yang cukup la ma!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aji Bojrodahono (Api Halilintar) yang dikerahkan Narotama
me mang hebat bukan ma in. Panasnya hawa dari aji itu dapat
diatur dan perlahan-lahan hawa panas dari Bojrodahono dapat
me mba kar hawa dingin Aji A mpak-ampak seh ingga mencair
dan hawa beracun itu tersedot oleh telapak tangan kiri
Narotama. Kalau tadi bagian sisi pusar yang terluka itu terasa dingin
seperti embun d i puncak Mahameru, kini mula i terasa hangat
dan kehangatan ini menimbulkan getaran aneh yang mengusik
hati akal pikiran Narotama yang tadi dia pusatkan. merasakan
ini, jantung Narotama berdebar dan dia lalu mengangkat
kedua tangannya. Lasmini tidak mengeluh dan merintih lagi,
bahkan kini kedua matanya tengah terpejam me mandang
kepada Narotama dan bibirnya tersenyum man is melebihi
madu. "Nimas, hawa dingin beracun itu telah pergi, andika telah
sembuh." Narotama melihat tangan kirinya yang berubah agak
menghita m karena menyedot hawa beracun itu. Dia
mengerahkan hawa Bojrodahono ke dalam telapak tangan
kirinya dan tampa k telapak tangannya mengepul dan
perlahan-lahan warna hita m telapak tangannya itupun lenyap.
Tiba-tiba Lasmini bangkit dan tanpa membereskan kainnya
yang tadi terbuka bawah ia merangkul leher Narotama dengan
kedua lengannya. Bagaikan dua ekor ular, lengan itu
merangkull dan ia merapatkan mukanya di dada Narota ma.
"Duh Kakangmas Narotama ..... andika telah meno longku,
menyelamatkan nyawaku ..... ahh, bagaimanakah aku dapat
me mba las budimu yang setinggi gunung sedala m lautan ini,
kakangmas.."!
Semula Narotama menganggap bahwa perbuatan Lasmini
ini hanya dorongan rasa syukur dan terima kasihnya saja yang
mendatangkan keharuan. Namun ketika merasa betapa
jantungnya tergetar hebat, dia menyadari a kan bahaya gejolak
berahinya. Cepat dengan lembut me ndorong kedua pundak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu dan melepaskan rangkulan sa mbil berkata dengan
suara agak ge metar.
"Jangan begini, nimas. Ini tidak benar. Bersukurlah kepada
para dewa yang telah menyembuhkanmu dan mari kita
me lanjutkan perjalanan kita." Dia me megang tangan Lasmini,
ditariknya bangkit berdiri dan diajaknya kemba li ke kereta.
Lasmini tidak me mbantah, akan tetapi ia tidak mau
me lepaskan tangan Narotama yang me megangnya sehingga
mereka bergandengan tangan sa mbil berjalan men uju ke
kereta. Mandari menyambut mere ka dengan senyu m ge mbira.
"Ah, Mbakayu Lasmini, sungguh beruntung engkau' Dari
wajahmu saja aku sudah dapat melihat bahwa Engkau tentu
telah sembuh, diobati oleh Kipatih Narotama. Engkau
berhutang budi, bahkan berhutang nyawa kepadanya,
mba kayu!"
"Aku tahu, Mandari. Mudah-mudahan saja kelak aku dapat
me mba las budinya itu."
Narotama tidak ingin mendengarkan lagi tentang budi itu
dan dia segera merintahkan kusir untuk me masang kemba li
empat ekor kuda di depan kereta dan setelah dua orang gadis
itu me masuki kereta, kusir lalu men jalankan keretanya
kembali dengan laju.
Karena dikawal oleh Narota ma yang selain sakti
mandraguna juga dikenal se mua pejabat-pejabat di daerah,
maka perjalanan itu lancar dan tidak ada halangan. Di
sepanjang jalan mereka mendapat sambutan para demang
dan lurah dan mendapat bantuan seperlunya. Akhirnya kereta
me masu ki kota raja Kahuripan dan Narota ma langsung
mengajak Lasmini dan Mandari menghadap Sang Prabu
Erlangga setelah menyuruh pengawal melaporkan kedatangannya kepada Sang Prabu Erlangga.
Sang Prabu Erlangga sudah menanti duduk di singgasana,
tempat duduk terbuat dari gading berlapis emas, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang diri karena dia ingin menya mbut kedatangan Kipatih
Narotama bersama dua gadis itu tanpa disaksikan para
ponggawa. Bahkan para pengawal istanapun tidak diperkenankan hadir dalam ruangan itu. Memang Sang Prabu
Erlangga berbeda dengan para raja yang lain, yang selalu
ingin dikawal ke manapun dia berada untuk men jaga
keselamatannya Sang Prabu Erlangga merasa tidak enak dan
tidak leluasa kalau ke manapun pergi dijaga pengawal. Hal ini
ada karena raja yakin akan kesaktian sendiri yang jauh lebih
dapat diandalkan daripada penjagaan ratusan orang pengwal
pribadi! Apalagi di dalam istana. bahkan kalau Sang Prabu
me lakukan perjalanan keluar istana, hanya dalam perjalanan
resmi saja Sang Prabu Erlangga diiringkan sepasukan
pengawal. Akan tetapi kalau melakukan perja lanan seorang
diri, untuk urusan pribadi atau sengaja hendak me meriksa
keadaan rakyat jelata, Sang Prabu Erlangga tidak pernah
dida mpingi seorang pengawalpun.
Kipatih Narota ma berlutut dan menyembah sebagai
penghormatan ketika dia menghadap Sang Prabu Erlangga.
"Se mbah hormat ha mba haturkan kepada paduka gusti
sinuwun junjungan ha mba."
"Aih, Kakang Patih Narota ma, andika baru kembali"
Bagaimana dengan perjalananmu" Se moga selamat dan
berhasil baik." kata Sang Prabu Erlangga sambil me mandang
ke arah dua orang puteri yang sudah duduk bers impuh
dengan sikap hormat.
"Dengan bekal doa restu paduka, hamba telah selesai
me laksanakan tugas dan berhas il baik, gusti. Mereka inilah
Nini Lasmini dan Nini Mandari, dua orang puteri Kanjeng Ratu
Durga mala dari Kerajaan Parang Siluman, keponakan dan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

murid Ki Nagakuma la di Bukit Junggringslaka. Pinangan
paduka telah diterima dengan baik dan kini kedua orang puteri
sudah menghadap paduka menanti perintah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prabu Erlangga tersenyum dan mengangguk-angguk,
me mandang dua orang gadis yang masih duduk bers impuh
sambil men undukkan muka mereka itu. Walaupun mereka
menunduk dan Sribaginda tidak dapat melihat wajah mereka
dengan jelas na mun dia m-dia m Sang Prabu Erlangga kagum
dan harus mengakui bahwa dua orang dara itu me miliki
bentuk tubuh yang amat indah menggairahkan.
"Siapa di antara andika berdua yang berna ma Lasmini?"
tanya Sang Prabu dengan suara ra mah dan lembut.
Lasmini menggerakkan kedua tangannya menye mbah,
gerakannya luwes seperti sedang menari. "Hamba yang
bernama Lasmini, gusti."
"Las mini, coba angkat mukamu dan pandang kami."
perintah sang prabu dengan suara ramah dan le mbut. Lasmini
mengangkat mukanya. Sejenak mereka berdua saling
pandang. Sepasang mata Sang Prabu Erlangga mengamati
wajah gadis itu penuh selidik. Cantik jelita nian gadis ini,
pikirnya, sungguhpun d ia hanya melihat kecantikan kulit saja.
Namun harus diakuinya bahwa jarang dia melihat wanita
secantik itu. Di lain pihak, Lasmini juga mendapat kenyataan
bahwa raja itu selain masih muda, juga tampan luar biasa.
Hanya sinar mata Sang Prabu Erlangga me mbuat ia merasa
gentar dan tidak berani ia menatap sepasang mata itu
berlama- la ma dan men unduk ke mba li.
Sang Prabu Erlangga mengalihkan pandang matanya
kepada gadis ke dua yang lebih muda. Kalau Lasmini ta mpak
berusia delapan belas tahun, Mandari ini tampak leb ih muda
seperti dara remaja berusia tujuh belas tahun saja.
"Andika yang bernama Mandari" Angkat muka mu dan
pandang kami, Mandari." per intahnya.
Mandari mengangkat muka dan gadis ini me mandang
wajah Sang Prabu Erlangga dengan senyum man is, pandang
mata kagum sekali. Ia merasa berbahagia telah me milih raja
Pendekar Pedang Kail Emas 9 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Memanah Burung Rajawali 9
^