Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 4

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini untuk menjadi sua minya. Ternyata Sang Prabu Erlangga
amat ganteng, melebihi semua harapan dan dugaannya.
Sang Prabu juga kagum. Dara ini tidak kalah e lok
dibandingkan Lasmini sehingga sukarlah untuk men ila i siapa
antara mereka yang lebih menarik. Bahkan yang leb ih muda
ini me miliki keleb ihan, yaitu pada rambutnya yang panjang
dan indah sekali. Dia menduga kalau rambut itu diurai, tentu
akan mencapai kaki!
"Mandari, berapakah usia mu?" tanya sang prabu dan
Mandari tidak menundukan muka seperti mbakayunya yang
tadi menundukkan muka bukan se mata karena jerih,
me lainkan me mang sesuai dengan siasat yang direncanakan.
"Usia ha mba dua puluh satu tahun gusti."
"Ahh" Andika masih tampa k seperti seorang gadis remaja!
Dan berapa usia mbakayumu, Las mini ini?"
"Usianya dua puluh tiga tahun, gusti." jawab Mandari
lancar. Mendengar itu, sang Prabu Erlangga menjadi sema kin
heran dan kagum. Akan tetapi dia sudah maklum bahwa
Kerajaan Parang Siluman merupakan pusat para ahli sihir.
Tentu dua orang gadis ini me mpergunakan ilmu atau jamu
tertentu yang membuat mereka ta mpak begitu awet muda!
Kembali sang prabu me mandang kepada Lasmini yang masih
menundukkan mukanya. Sungguh berbeda dengan s ikap
Mandari yang sela lu berani me mandangnya sambil tersenyum.
"Las mini," kata sang prabu. "Benarkah seperti yang
dilaporkan Kakang Patih Narotama bahwa engkau menerima
pinanganku, suka menjad i garwa selirku?" Mendengar
pertanyaan itu, tiba-tiba Lasmini menang is. Tida k menangis
keras, hanya terisak dan beberapa butir air mata menetes di
atas kedua pipinya. Melihat ini, Sang Prabu Erlangga
mengerutkan alisnya.
"Las mini, kenapa andika menangis"ceritakanlah, apa yang
menyusahkan hatimu" Kalau and ika tida k suka menjadi garwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selir kami, mengapa tidak andika tolak saja pinangan yang
diajukan Kakang Patih Narotama" Setelah tiba di s ini kenapa
andika menangis!" Tentu saja sang prabu merasa tidak
senang hatinya melihat gadis itu menangis d i depannya seolah
akan dipaksa me njadi garwa se lir di luar kemauannya. Dia
tidak akan pernah sudi me lakukan paksaan terhadap wanita
manapun! Lasmini menahan isaknya dan menyembah. "Mohon beribu
ampun, gusti Hamba sudah lama mendengar akan kebijaksanaan paduka yang berlimpah budi, Mohon pertimbangkan paduka, gusti, Bagaimana seorang gadis
seperti hamba dapat berserah diri kepada seorang prabu
agung seperti paduka setelah ada pria lain yang tidak saja
telah melihat pusar ha mba, bahkan telah menyentuh dan
merabanya" Hamba tidak mungkin dapat melayani pria lain
....." Bukan ma in kagetnya Sang Prabu Erlangga mendengar ini.
Alisnya berkerut dan kulit wajahnya berubah merah. "Las mini,
siapa yang telah berani me lakukan ha l itu kepada mu?"
Lasmini meno leh ke arah Kipatih Narotama.
"Harap paduka tanyakan kepada Kakangmas Narotama,
gusti." Sang Prabu Erlangga terbelalak heran dan terkejut sekali
mendengar jawaban gadis itu. Dia segera me mandang
Narotama dan bertanya.
"Kakang Patih Narotama, apa artinya semua ini" Benarkah
andika melakukan ha l yang tidak patut itu terhadap diri
Lasmini?" Narotama menyembah dan menjawab lengan sikap tenang.
"Sesungguhnya benarlah apa yang dikatakan Nimas Lasmini
itu, gusti. Dalam perjalanan, di tengah hutan mendadak Nimas
Lasmini mengeluh kesakitan. Setelah ha mba periksa, ternyata
ia terkena pukulan yang mengandung hawa dingin beracun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut keterangan Nimas Lasmini, ia terluka dalam karena
hawa pukulannya sendiri me mbalik ketika ia berlatih Aji
Ampak-ampa k secara keliru. Ia terluka dalam di bagian sisi
pusarnya. Melihat keadaannya yang amat berbahaya, maka
terpaksa hamba lalu mengobatinya dengan menggunakan Aji
Bojrodahono untuk mengusir hawa dingin beracun itu dan
mene mpe lkan telapa k tangan ha mba pada bagian perut yang
terluka dalam."
Mendengar keterangan ini, Sang Prabu Erlangga tersenyum
lega. "Las mini, Kakang Patih Narotama me lakukan hal itu adalah
dalam rangka pengobatan hendak menyelamatkan nyawamu,
bukan karena dia sengaja hendak bertindak melanggar susila!"
"Ha mba mengakui akan hal itu, gusti. Akan tetapi, sejak
remaja dahulu ha mba dan Mandari sudah bersu mpah bahwa
hamba berdua hanya mau men ikah dengan seorang pria yang
dapat mengalahkan ha mba dalam adu kesaktian. Hamba telah
bertanding melawan Kakangmas Narota ma dan hamba sudah
dia kalahkan. Itu merupakan kenyataan pertama. Kenyataan
ke dua adalah bahwa Kakangmas
Narotama sudah menyelamatkan nyawa ha mba dengan mengobati penyakit
hamba sehingga hamba berhutang budi, berhutang nyawa
kepadanya. Kenyataan ketiga adalah hal itu tadi, gusti, bahwa
ialah satu-satunya pria yang pernah melihat dan meraba pusar
dan perut hamba. Karena itu, bagaimana mungkin ha mba
dapat melayani pria lain?"
Mendengar ini, tiba-tiba Sang Prabu Erlangga tertawa geli
karena tahulah dia bahwa gadis ini telah jatuh hati kepada
Narotama! "Ha-ha-ha! Lasmini, jawab saja terus terang. Andika ingin
menjad i garwa selir Kakang Patih Narota ma, bukan?"
Bagaimanapun juga, karena ia mas ih seorang perawan,
Lasmini tersipu dan dengan muka berubah merah yang
ditunjukkan, ia menjawab lirih. "Duh gusti sinuwun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusannya tentu hanya paduka dan Kakangmas Narotama
yang dapat menentukan. Kalau kakangmas Narota ma sudi
menerima ha mba, ha mba ..... hamba ..... menurut saja ....."
"Ha-ha-ha, bagus! Aku suka kejujuran itu. Kakang Patih
Narotama, bagaimana pendapat mu setelah mendengar
ucapan Lasmini" Maukah andika menerimanya sebagai garwa
selirmu?" Narotama menye mbah dan mukanya juga berubah
kemerahan. "Hamba hanya sendika dhawuh (menaati
perintah) paduka, gusti."
"Kalau begitu, mulai detik ini juga kami menyerahkan
Lasmini kepadamu agar ia menjadi garwa selirmu. Kalian
mendapatkan restuku dan semoga kalian hidup berbahagia."
Narotama dan Lasmini menyembaah dan ha mpir berbareng
mereka mengucapkan terima kasih. Sang Prabu Erlangga lalu
me mandang kepada Mandari yang masih mengangkat muka
me mandang se mua itu dengan wajah berseri. Dia diam ia
merasa gembira sekali karena siasat yang sudah mereka
berdua rencanakan bersama K i Nagakumala ternyata berhasil
baik. Lasmini menjadi selir Narotama seperti yang mereka
rencanakan. "Sekarang, bagaimana dengan andika Mandari" Apakah
andika juga berpendapat seperti Lasmini, ingin menjadi selir
Kakang Patih Narotama?"
"Mohon beribu a mpun, gusti." kata Mandari sa mbil
menye mbah. "Ha mba sa ma sekali tidak me mpunyai keinginan
seperti itu! Ha mba me ma ng pernah bersu mpah untuk men ikah
dengan pria yang mampu menga lahkan ha mba, akan tetapi
hamba tidak pernah bertanding dan tidak pernah dikalahkan
Kipatih Narota ma. Hamba tidak berhutang budi apapun
kepadanya. Selain itu, yang hamba terima adalah pinangan
paduka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jawaban ini jelas sudah dan hati Sang Pabu Erlangga
merasa lega. Bagaimana pun juga tadinya ada kekhawatiran
dalam hatinya bahwa Mandari juga telah jatuh hati kepada
patihnya yang ganteng dan gagah seperti halnya Lasmini.
"Akan tetapi andika belum pernah menguji kesaktian ku,
Mandari! Agar andika tidak melanggar sumpah sendiri, mari
andika boleh menguji kedigdayaanku." Sang Prabu Erlangga
berkata sambil tersenyum lebar.
"Wah, hamba ..... hamba tidak berani, gusti ....."
"Mandari, jawablah sejujurnya.
Ilmu apakah yang
merupakan aji pamungkasmu, yang paling andika andalkan?"
"Ya hanya Aji Ampak-ampak itu lah gusti, seperti yang
dikuasai oleh Mbakayu Lasmini."
"Nah, sekarang kuperintahkan andika untuk bangkit dan
seranglah aku dengan Aji Ampa k-ampakmu itu. Akan tetapi
kuperintahkan andika, pukullah dengan se luruh kekuatanmu.
Bukan andika saja yang ingin menguji kema mpuanku,
sebaliknya akupun ingin sekali me lihat sa mpai di mana
kedigdayaan calon se lirku yang dapat kujadikan pengawal
pribadi. Lakukan lah dan taati per intah!"
Mandari adalah seorang gadis yang cerdik. Dari sikap dan
ucapan sang prabu itu, mengertilah ia bahwa raja itu tidak
ma in-main dan bahwa ia harus me naatinya karena raja itu
agaknya bukan hanya hendak menguji kedigdayaannya,
me lainkan juga ketaatannya akan perintah raja
Tanpa ragu-ragu lagi Mandari bangkit berdiri, menyembah
dan berkata, "Mohon beribu ampun, gusti." Lalu ia menggosok
kedua tangannya,
me masang kuda-kuda
dan sambil mengerahkan seluruh tenaganya, ia menggunakan Aji A mpak-
ampak me ndorongkan kedua telapak tangannya ke arah Sang
Prabu Erlangga yang masih duduk dengan tenang di atas kursi
gading. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aji Ampak-ampa k ..... hyaaaaaahhh....."
Seluruh ruangan itu terasa dingin ketika cahaya kebiruan
menya mbar keluar dari telapak tangan gadis itu, menyerang
ke arah Sang Prabu Erlangga! Sang Prabu Erlangga tidak
beranjak dari kursinya dan tiba-tiba ketika hawa pukulan
dingin itu menerpa dengan dahsyat ke arahnya, raja yang
sakti mandraguna itu menggerakkan tangan kirinya seperti
menep is. Akan tetapi dari gerakan tangan kiri ini menyambar
angin yang dahsyat sekali.
"Wuuuttt ..... blarrrrr .....!" Tubuh Mandari yang tadinya
berdiri itu terpelanting dan gadis itu roboh dengan tubuh
terkulai le mas, seolah-olah seluruh urat syarafnya dilolosi dari
tubuhnya! "Aduhhh ..... gusti sinuwun ..... hamba tobat ..... mohon
ampun gusti ....." Gadis itu merintih. Tubuhnya tidak terasa
nyeri, akan tetapi ia merasa begitu lemah sehingga untuk
bangkit dudukpun sukar sekali!
Sang Prabu Erlangga tertawa senang.
"Bagus, tenaga pukulan mu cukup hebat Mandari!"
Lalu Sang Prabu Erlangga turun dari kursinya, mengha mpiri
Mandari dan dua kali dia menepuk pundak dan punggung
gadis itu. Mandari dapat bergerak kembali dan dia dituntun
sang prabu dan diajak duduk di sebelahnya.
Demikianlah, mula i hari itu, Lasmini menjadi selir Kipatih
Narotama dan Mandari menjadi selir Sang Prabu Erlangga.
Dala m wa ktu singkat saja dua orang gadis ini ma mpu me mikat
hati raja dan patihnya itu sehingga dua orang yang sakti
mandraguna itu a mat mengasihi dua orang puteri dari Parang
Siluman itu. Tidak ada manusia yang se mpurna du nia ini. Bahkan t idak
ada mahluk yang sempurna di dunia ini. Yang Maha Sempurna
hanyalah Sang Hyang Widhi Wasa, Pencipta alam maya pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan seluruh isinya. Sebersih-bersih manusia, pasti ada
nodanya walaupun setitik. Sekuat-kuatnya manusia pasti ada
kele mahannya. Bahkan menurut dongeng, para dewata yang
hidup di khayangan sekalipun tidak luput dari pada dosa dan
kele mahan. Biasanya, ada tiga hal yang ma mpu melemahkan
manusia, yaitu harta, kedudukan, dan wanita. Banyak sekali
para ksatria yang batinnya kuat menahan godaan harta
maupun kedudukan, namun jarang yang kuat menghadapi
keindahan yang terdapat pada diri wan ita.
Memang harus diakui bahwa adanya Mandari sebagai selir
Sang Prabu Erlangga dan Lasmini sebagai selir Kipatih
Narotama tidak mengurangi kebijaksanaan raja dan patihnya
ini dalam pe merintahan. Juga tidak mengurangi kewaspadaan
mereka dalam mengatur para menteri dan hulubalang
menjaga ketentraman negara. Akan tetapi kalau dalam
pandangan manusia b iasa seolah tidak ada perubahan apapun
yang merugikan kerajaan dan kawulanya, namun ada
seseorang yang terkadang mengerutkan alisnya kala dia
me lihat adanya pengaruh buruk seperti mendung meliputi
kecerahan matahari di atas Kahuripan. Dia tidak tahu apa
yang menyebabkan itu, namun dia merasa perlu untuk
me mber i peringatan kepada Sang Prabu Erlangga.
Orang itu adalah Empu Bharada, orang pendeta yang arif
bijaksana dan sakti mandraguna. Empu Bharada merupakan
seorang sesepuh di Kerajaan Kahuripan. Bahkan selain dia
menjad i penasihat Sribaginda, diapun dianggap sebagai
gurunya. Empu Bharada hidup menyendiri, tidak

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menikah, me lakukan apa yang disebut bertapa di tempat ramai. Biarpun
dia hidup di da la m sebuah gedung mungil pe mberian sang
prabu, namun dia hidup menyendiri seperti pertapa. Lebih
banyak dia berada di sanggar pa mujaan, melakukan p uja-puji
dan mengagungkan Sang Hyang Widhi Wasa. Hanya sekali-
kali dia keluar di ruangan pendopo untuk me mberi wejangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada para cantrik. Atau terkadang dia muncul pula di dalam
masyarakat untuk mengulurkan tangan me mberi pertolongan
kepada mereka yang pantas dan per lu ditolong, misalnya
mengobati orang sakit, me mber i penerangan kepada mereka
yang sedang menderita kegelapan batin, dan lain sebagainya.
Dasar pelajaran hidupnya adalah bahwa manusia hidup
haruslah menjadi alat atau pembantu Sang Hyang Widhi yang
selalu menjaga dan "mangayu hayuning bhawana" (mengusahakan ketentraman jagad). Caranya adalah mencintai sesama manusia dan me mbagi segala maca m
kema mpuan untuk saling meno long antara manusia. Gusti
Maha Suci atau Sang Hyang Widhi Wasa melimpahkan berkah
kepada kita dengan berkelebihan, dengan maksud agar kita
me mbagi kelebihan itu kepada orang yang me mbutuhkannya.
Kalau kita kelebihan harta, haruslah menolong dan me mbagi
sebagian dari keleb ihan harta kita itu untuk mereka yang
me mbutuhkannya. Kalau kita me miliki kelebihan kepintaran,
haruslah menolong dan me mbagi sebagian dari kep intaran kita
untuk mereka yang bodoh dan me mbutuhkan petunjuk agar
dapat keluar dari jurang kebodohan. Demikian pula, yang
kelebihan tenaga menolong mere ka yang lemah dan
selanjutnya. Dengan demikian, kita tidak menyia-nyiakan
berkah dari Sang Hyang W idhi yang melimpah ruah itu
sehingga Sang Hyang Widhi se makin banyak melimpahkan
berkahNya kepada kita sebagai penyalur berkah kepada
sesama manusia yang me mbutuhkannya.
Pada pagi hari itu, Sang Empu Bharada berjalan perlahan-
lahan keluar pondoknya yang mungil indah, menuju istana
Sang Prabu Erlangga. Sang Empu Bharada berusia kurang
lebih e mpat puluh lima tahun, bertubuh tinggi kurus dan
berjenggot panjang. Wajah kurus itu me miliki sepasang mata
cekung yang bersinar le mbut penuh pengertian, berwibawa
namun tidak menakutkan, me mbuat orang tidak takut
me lainkan segan dan tunduk kepadanya. Pakaiannya
sederhana dengan sehelai jubah yang lebar dan panjang. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenal, dihor mati dan disegani ra kyat karena suka me mberi
pertolongan. Mereka yang berwatak pun segan, bahkan takut
kepadanya karena mereka tahu betapa saktinya sang empu
itu. Semua orang yang berjumpa dengannya di sepanjang
jalan, cepat memberi hormat dengan ramah yang dibalasnya
dengan senyumnya yang penuh pengertian.
Seperti lajimnya, tidaklah mudah bagi seseorang untuk
dapat diperkenankan menghadap raja tanpa dipanggil.
Namun, ada beberapa kekecualian. Orang-orang yang
dihormati raja, yang dianggap sebagai keluarga sendiri yang
dihormati, tentu saja dapat berkunjung sewaktu waktu dan
diterima oleh raja sebagai tamu pribadi, misalnya Kipatih
Narotama. Dia dapat saja sewaktu-waktu datang berkunjung,
seperti seorang mengunjungi rumah sahabatnya. Yang
mendapatkan perlakuan istimewa ini hanya beberapa orang, di
antaranya tentu saja Sang empu Bharada yang dianggap
sesepuh dan penasihat Sang Prabu Erlangga.
Kepala pengawal segera menyambut sang e mpu dan
me laporkan kepada Sang Prabu bahwa Empu Bharada datang
berkunjung. Pada saat menerima laporan akan kunjungan
Sang Empu Bharada itu, Prabu Erlangga masih berada dalam
kamarnya bersama selirnya yang baru, yaitu Mandari. Maklum,
kedua orang ini sedang mesra-mesranya sebagai sepasang
pengatin baru dan Sang Prabu Erlangga seperti mabok
kepayang karena merasa betapa selama hidupnya baru
sekarang dia mendapatkan seorang isteri yang luar biasa
hebat dan me mikatnya seperti Mandari. Dia menjadi lengket
dan menyayangi Mandari dengan cinta berahi yang berkobar-
kobar. Akan tetapi begitu medengar laporan bahwa Sang
Empu Bharada datang berkunjung, cepat-cepat sang prabu
me mbereskan pa kaiannya dan siap untuk menyambut
kedatangan sang empu.
Melihat ini, dengan suara yang khas manja dan merdu
merayu bagaikan seorang waranggana yang ahli bertembang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mandari menegur le mbut. "Duhai Kakanda sinuwun, siapakah
gerangan Sang Empu Bharada itu sehingga paduka ta mpak
demikian tergesa-gesa hendak menyambutnya?"
Sang Prabu Erlangga tersenyum. "Beliau adalah Sang E mpu
Bharada, yayi Dewi Mandari. Pa man Empu Bharada adalah
seorang pendeta yang arif bijaksana dan beliau menjadi
penasihat kerajaan, seorang pinisepuh."
Mandari merasa jantungnya berdebar tegang dan perasaan
tidak enak menyerubungi hatinya.
"Kakanda sinuwun, bolehkah hamba ikut menya mbut sang
empu agar ha mba dapat berkenalan dengannya?"
Sang Prabu Erlangga menggeleng kepala sa mbil tersenyum
menghibur. "Sayang tidak pada saat ini, yayi. Pada
kesempatan lain engkau akan kuperkenalkan. Akan tetapi
kalau pa man e mpu datang berkunjung pada saat yang bukan
pesewakan (persidangan), berarti beliau me mpunyai urusan
penting sekali yang hendak dibicarakan e mpat mata
denganku. Karena itu, tunggulah di sini, aku akan
menjumpainya sebentar, yayi." Sang prabu lalu merangkul dan
mencium selir barunya itu. Mandari cukup pandai untuk
menyimpan kekecewaannya dan dengan patuh ia mengangguk. Sang Prabu Er langga la lu keluar dar i kamar dan me masuki
ruang tamu di mana Sang Empu Bharada telah duduk
menantinya. Empu Bharada segera bangkit berdiri me mberi
hormat dengan sembah di dada ketika sang prabu muncul.
"Ah, maafkan saya, paman. Apakah paman sudah lama
menanti?" tegur sang prabu dengan ramah.
"Baru saja, anak prabu. Hamba yang mohon maaf kalau
kunjungan ha mba ini mengganggu."
"Ah, sama sekali tidak, paman. Silahkan duduk."
Mereka la lu duduk berhadapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya yakin bahwa kedatangan paman ini tentu me mbawa
hal yang amat penting. Ha l apakah itu, pa man?"
"Terlebih dahulu ha mba menghaturkan sembah hormat
hamba kepada paduka anak prabu dan mohon maaf
sebanyaknya. Sesungguhnya, hamba menghadap karena
terdorong oleh perasaan tidak enak dan khawatir akan
keselamatan kerajaan paduka."
Seketika Prabu Erlangga menjad i serius dan me mandang
pendeta itu penuh perhatian.
"Paman Empu Bharada, apakah yang menyebabkan paman
merasa tidak enak dan apa kiranya yang menganca m
keselamatan kerajaan kita?"
"Maaf, sinuwun. Hamba tidak dapat menjelaskan apa yang
menganca m keselamatan kerajaan ini. Akan tetapi hamba
mendapat getaran perasaan bahwa saat ini terdapat mendung
tebal mentutupi kecerahan matahari di Kahuripan.Ada sesuatu
yang tidak benar telah terjadi dan kiranya hanya paduka
sendiri yang dapat mengetahui apa yang telah terjadi itu.
Hamba hanya dapat menunjukkan adanya
ancaman keselamatan itu agar paduka dapat berhati-hati."
Raja Erlangga mengerutkan alis nya dan mengangguk-
angguk. Dia percaya akan semua ucapan sang empu dan
timbul kekhawatiran dalam hatinya.
"Saya tahu bahwa apa yang akan terjadi itu merupakan
rahasia bagi manusia dan tak seorangpun boleh me mbukanya.
Akan tetapi, dapatkah paman menceritakan bahaya dalam
bentuk apa yang akan menggelapkan suasana di kerajaan kita
ini?" Sang empu me me ja mkan kedua matanya, tunduk tepekur
lalu berkata, suaranya lirih, bergetar, seolah suara itu datang
dari jauh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" ..... perang antara manusia .....banjir darah ..... api
kebencian dan dendam berkobar merajalela ..... iblis setan
berpesta pora ..... para dewa berduka, langit bumi gonjang
ganjing ..... alampun nangis karena ulah manusia ....."
Kakek itu terdia m, lalu menghela napas panjang dan
me mbaca doa puja-puji kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
"Ommm ..... swastiastu, oommm ....."
Mendengar ini, Sang Prabu Erlangga ikut me muji Sang
Hyang Widhi dan setelah itu menurunkan kedua tangannya
yang menyembah kepada Sang Maha Kuasa dengan penuh
penyerahan diri dan berkata sa mbil menghela napas panjang.
"Ouh Jagad Dewa Bathara, ampunilah kiranya dosa-dosa
hamba ....." Kemudian dia bertanya kepada Empu Bharada.
"Duh pa man empu, apakah tidak ada cara untuk menolak
ancaman bencana itu?"
'Oh, sinuwun! Kehendak Hyang Widhi terjadilah! Siapa yang
ma mpu me ngubahnya" Apa lagi manusia biasa, bahkan para
dewa sekalipun tidak akan ma mpu mengubahnya dan harus
menerima kenyataan bahwa apapun yang dikehendaki Hyang
Widhi, pasti akan terjadi. Soal baik atau buruk itu hanya
pandangan manusia yang menerima kenyataan itu, akan
tetapi yang sudah pasti dan kita harus yakin akan hal itu
adalah bahwa kehendak Sang Hyang Widhi sudah pasti baik,
benar dan sempurna dan seadil ad ilnya! Tidak ada akibat
terjadi tanpa sebab, tidak ada buah tanpa pohon dan baik
buruknya buah tergantung dari baik atau buruknya pohon.
Orang bijaksana yakin bahwa akibat datang dari sebab maka
dia akan mencari sebab pada dirinya sendiri, bukan di luar
dirinya. Tidak menyalahkan yang di atas, tidak menyalahkan
yang di bawah, melainkan menyalahkan diri sendiri karena di
situlah terletak segala sumber yang menjadi sebab timbulnya
persoalan sebagai akibatnya."
"Paman Empu Bharada, saya mengerti benar akan hal itu.
Berarti, malapetaka mengerikan yang pa man rasakan itu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi karena sebab yang terletak dalam diri saya sendiri.
Paman, sudilah pa man mengingatkan saya, kesalahan apakah
yang telah saya lakukan" Kejahatan apakah yang menyeret
saya ke dalam dosa?"
"Anak prabu, akibat dari sebab me mang tidak dapat
dihindarkan. Namun Hyang Widhi adalah Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, Maha Murah dan Maha Penga mpun. Satu-
satunya sikap, yang terbaik bagi manusia hanyalah bertaubat,
taubat yang sejati. Bertaubat sejati bukan berarti penyesalan
karena perbuatan itu men imbulkan kesengsaraan. Penyesalan
karena me metik buah pahit perbuatan dosa belum tentu
me mbuat orang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Itu
hanya apa yang disebut' kapok lombok' saja, bertaubatnya
orang makan sambal pedas, kalau kepedasan dan kepanasan
mengatakan bertaubat, akan tetapi di lain saat dia sudah
makan sa mba l lag i karena enaknya! Bertaubat yang sejati
hanya dapat terjadi kalau orang sadar sepenuhnya akan
perbuatannya yang menyimpang dari kebenaran sehingga dia
tidak akan mengulang lag i kesalahannya.
"Duh kanjeng pa man, tunjukkanlah kesalahan apa yang
telah saya perbuat?"
"Maafkan ha mba, sinuwun. Mencari sa mpai mene mukan
kesalahan sendiri harus lah dilakukan oleh dirinya sendiri.
Kalau sudah ditemukan, itulah yang na makan kesadaran.
Kalau ditunjukkan orang lain hanya akan menjadi bahan
perbantahan, memperebutkan kebenaran karena nafsu selalu
mendorong ma nusia untuk membenarkan karena diri sendiri.
Kebenaran yang diperebutkan bukanlah kebenaran lagi
namanya. Karena itu silakan paduka mencar i dan mene mukan
sendiri, gusti."
Sang Prabu Erlangga menghela napas panjang. "Andika
benar dan saya yang keliru telah mengajukan pertanyaan
bodoh itu, paman. Baiklah, saya akan menelusuri diri send iri
dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa akan me mberi tunjuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga saya akan dapat menemukan kesalahan saya
sendiri." "Se moga Hyang Widhi selalu melindungi paduka. Hamba
mohon pa mit, gusti, karena se mua yang hendak ha mba
sampaikan telah paduka terima."
"Silakan, paman dan banyak terima kasih atas semua
petunjuk dan peringatan yang telah paman ber ikan kepada
saya. Selamat jalan."
Empu Bharada me mberi hormat la lu mengundurkan diri,
keluar dari istana,Setelah pertapa itu pergi, Sang Prabu
Erlangga sampai la ma tetap duduk termenung. Kemudian dia
me masu ki sanggar pa mujan, sebuah ruangan yang khusus
untuk berdoa dan samadhi. Di ruangan sang tidak boleh
diganggu siapapun juga, Sang Prabu Erlangga bersamadhi,
mohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi Wasa.
Dala m keadaan yang hening dan kosong itu, perlahan-
lahan tampak oleh mata batinnya bayang-bayang yang suram,
makin la ma se makin jelas dan dia me lihat wajah yang cantik
jelita, ayu manis merak ati tak ubahnya seorang dewi dari
kahyangan, wajah yang tersenyum man is dengan sepasang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bibir merah indah merekah, kerlingan sepasang mata yang
indah tajam penuh daya pikat. Wajah Mandari, selirnya yang
tersayangi Sang Prabu Erlangga seperti tersentak kaget dan
dia mengerutkan alisnya. Mandari" Itukah yang menjadi
sebabnya Itukah kesalahannya" Mengambil Mandari sebagai
selir" "Tida k, bukan .....!" Dia mengge leng kepalanya, me mbantah suara hatinya sendiri. "Bukan itu, mustahil kalau
menga mbil Mandari sebagai selir merupakan kesalahan. Hal
itu kulakukan bahkan untuk mengadakan perda maian dan
menjauhkan per musuhan" Bukankah ha l ini mendatangkan
perdamaian antara
Kahuripan dan Parang
Siluma n?"
Demikianlah pikiran raja itu me mbuat renungan pena laran
sendjri yang tentu saja anggapnya benar, sama sekali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ingat bahwa pada hakekatnya bukan untuk perdamaian
itu dia menga mnil Mandari sebagai selir, melainkan karena dia
tergila-gila dan terpikat oleh kecantikan dan rayuan Mandari.
Dan begitu me mbayangkan Mandari, yang tampak hanyalah
segi yang menyenangkan saja dan gadis yang menjadi
selirnya itu tampak baik sekali, terlalu baik, bahkan nyaris
sempurna dala m pandangannya.
Makin diingat, hati Sang Prabu Erlangga se makin terpikat
dan timbul perasaan rindu kepada selirnya terkasih itu.
Bahkan ada perasaan iba bahwa tadi hati/akal pikirannya
pernah meragu kan kehadiran wanita jelita itu sebagai sumber
ma lapetaka yang diramalkan Empu Bharada. Maka keluarlah
dia dari sanggar pamujan, lalu bergegas menuju ke bagian
istana yang menjadi tempat tinggal Mandari. Setibanya di situ,
dia tidak melihat Mandari di luar kamar. Seorang abdi yang
ditanyanya memberitahukan bahwa sang puteri juwita sejak
tadi berada di da la m kamarnya.
Sang Prabu Erlangga cepat me mbuka daun pintu kamar
yang luas dan indah itu dan pertama kali yang menyambutnya
adalah keharuman le mbut yang amat menyenangkan hidung
dan menyejukkan hati. Dia me lihat selir terkasih itu rebah
me lungkup di atas pe mbaringan dengan posisi yang a mat
indah menawan. Pakaiannya dari sutera halus itu mene mpel
ketat di tubuhnya, memperlihatkan lekak lengkung tubuh yang
mengga irahkan, agaknya tersingkap di bagian kaki sehingga
tampak betis yang kuning me mad i bunting paha yang putih
dan halus mulus. Akan tetapi wanita cantik itu me mbena mkan
mukanya pada bantal dan pundaknya bergoyang-goyang
sedikit seperti orang sedang menahan isak tangis.
"Adinda Mandari, engkau kenapa!......?"
Sang Prabu Erlangga menegur le mbut.
Mendengar teguran ini, Mandari mengangkat mukanya
me mandang dan jelas tampak bahwa ia tengah menangis.
begitu melihat raja yang menjadi suaminya itu, bergegas ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun dari atas pembaringan, lar i mengha mpiri dan
menjatuhkan diri ber lutut, merangku! kedua kaki sang prabu
sambi! menangis.
"Duh gusti s inuwun pujaan ha mba mengapa paduka begitu
tega kepada hamba .....?"
Sang Prabu Erlangga tertegun, heran lalu tersenyum geli
karena menganggap sikap selirnya itu terlalu manja, sikap
manja yang bahkan mena mbah daya tariknya. Dia merang kul
dan me mbangunkan wanita itu, lalu diajaknya duduk berjajar
di tepi pembaringan. Dengan sentuhan mesra penuh kasih
sayang dihapusnya kedua pipi yang agak basah air mata itu
lalu diciuminya kedua pipi yang kemerahan, licin halus dan
sedap harum mawar itu .
"Apa maksudmu, yayi" Aku tega kepadamu" Aneh-aneh
saja engkau ini. Aku selalu cinta dan sayang padamu, mana
mungkin aku tega?"
"Buktinya, sinuwun, paduka tega men inggalkan ha mba
sejak tadi, meninggalkan ha mba kesepian dan menanggung
rindu ....."
Sang Prabu Erlangga tertawa dan merangkul kekasihnya.
"Ha-ha-ha,
diajeng Mandari. Hanya sebentar aku men inggalkanmu karena aku harus menyambut datangnya
tamu yang kuhormati, dan engkau mengatakan sudah
kesepian dan rindu?"
"Duh s inuwun, kalau paduka t idak berada dekat ha mba,
hamba merasa olah kehilangan matahari, gelap gulita
kehidupan ha mba dan ..... dan ..... hamba khawatir sekali ....."
"Eh" Khawatir" Apa yang kaukhawatirkan, sayangku
Engkau hidup di sini a man, tidak akan ada yang berani
mengganggumu, kecuali orang takut kepadaku juga engkau
bukan sembarang wanita yang mudah diganggu orang! Apa
lagi yang kautakutkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampunkan ha mba, sinuwun ....., pertapa itu ..... baru satu
kali ha mba bertemu dengannya akan tetapi ..... pandang
matanya sungguh me mbuat hamba meriding (mere mang),
hamba takut padanya gusti. Karena itu, ketika paduka
menerima kunjungan Empu Bharada itu ..hamba takut .....!"
"Ah, rasa takutmu tidak beralasan diajeng. Pa man Empu
Bharada adalah seorang yang bijaksana dan sejak dulu be liau
menjad i penasehatku yang setia.Sama sekali tidak ada
alasannya untuk ditakut i."
"Ampun, sinuwun. Mungkin paduka benar, ha mba hanya
takut bayang-bayang sendiri. Akan tetapi agar hati hamba
dapat menjadi tenang, sudilah kiranya paduka me mberitahu
kepada hamba, berita apakah gerangan yang dibawa sang
Empu itu kepada paduka."
Sang Prabu Erlangga menghela napas panjang.
"Wahai, adinda sayang, agaknya perasaanmu sudah
sedemikian pekanya sehingga kerisauan hatiku mene mbusmu
dan me mbuat engkau menjadi gelisah juga. Akan tetapi apa
perlunya aku menceritakan hal yang buruk kepadamu dan
yang hanya akan membuat engkau merasa khawatir sehingga
akan mengurangi sinar kejelitaan mu?"
"Duh s inuwun pujaan ha mba, mengapa paduka berkata
demikian" Bukankah ha mba ini garwa (isteri) paduka, dan
bukankah garwo itu berarti sigaraning nyowo (belahan nyawa)
suami dan isteri Itu selalu seh idup se mati dengan sua minya,
suka sama dinikmati dan duka sama ditanggung, swargo
nunut neroko katut(Ke surga ikut ke neraka terbawa)?"
Mendengar ini, Sang Prabu Erlangga melupa kan kerisauan
hatinya. "Heh-heh..heh, yayi Mandari! Ucapanmu itu hanya
merupakan pendapat umum yang salah kaprah! Memang
benar bahwa garwa adalah s igaraning nyowo, selagi hidup
suami isteri sudah selayaknya me mbagi rasa, suka sama
dinikmati dan duka sa ma ditanggung. Akan tetapi kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah me masuki alam baka, masing-mas ing me mpunyai
tangung jawab dan tempat sendiri-sendiri yang sepadan
dengan keadaan mas ing-masing selama hidup dunia. Seorang
isteri tidak hanya swarga nunut neroko katut! Betapapun
bijaksana sang suami, kalau sang isteri jahat, tidak mungkin ia
akan nunut ke surga dengan suaminya. Sebaliknya, betapapun
jahatnya sang suami, kalau isterinya baik budi dan bijak, iapun
tidak akan ikut ke neraka bersa ma sang sua mi."
Dengan manja Mandari lalu menjatuhkan diri menelungkup
dan meletakkan mukanya di atas pangkuan Sang Prabu
Erlangga yang menggunakan kedua tangan mengelus-elus
rambut kepala selir terkasih itu. Satu di antara daya tarik yang
sangat kuat dari wanita ini adalah rambutnya. Rambut itu
halus le mas hita m berikal dan panjangnya sampai ke lutut!
Ketika itu, gelungan ra mbutnya yang sejak tadi me mang
longgar itu terlepas dan rambutnya terurai seperti selendang
dari benang sutera hitam melibat tubuhnya. Indah sekali.
"Kalau paduka tidak berkenan dan t idak percaya kepada
hamba, paduka tidak menceritakan kepada hamba juga tidak
mengapa, sinuwun. Hamba dapat mener imanya, hamba juga
rumangsa (tahu diri) bahwa ha mba hanyalah seorang selir
....." kata Mandari manja.
Sang Prabu Erlangga merangkulnya. "Tentu saja aku
percaya sepenuhnya kepadamu, yayi. Nah, dengarlah berita
yang tidak menyenangkan itu. Paman Empu bharada datang
me mber i peringatan kepadaku bahwa dia merasakan adanya
ancaman malapetaka yang akan melanda Mataram, yaitu akan
datangnya perang besar, banjir darah dan bunuh me mbunuh
antara manusia."
"Aduh, sinuwun. Bagaimana mungkin pertapa itu dapat
mengga mbar kan keadaan yang akan datang?" tanya Mandari
dengan hati terkejut dan ce mas.
"Engkau tidak tahu, diajeng. Paman Empu Bharada adalah
seorang yane bijaksana dan sidda paningal (se mpurna
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penglihatan batinnya) sehingga dia seolah dapat mengetahui
atau merasakan hal-hal yang be lum terjadi."
"Sinuwun, kalau begitu, paduka harap tenang dan jangan
khawatir. Hamba mu ini yang siap untuk me mbantu, kalau
perlu berkorban nyawa, untuk menjaga kesela matan paduka."
"He mm, aku senang
mendengar ucapanmu yang menunjukkan kesetiaanmu Mandari. Akan tetapi aku tidak
men khawatirkan keselamatan sendiri, yang kuprihatinkan
adalah keme lut yang mengorbankan nyawa banyak kawulak
itu. Yah, kalau Sang Hyang Widhi sudah menghendaki
demikian, apa yang dapatita lakukan" Menurut Pa man Empu
Bharada, semua itu merupakan akibat dari pada sebab, akan
tetapi aku belum dapat menemukan apa yang menjadi sebab
datangnya ancaman marabahaya ini." "Ah, paduka pujaan
hamba, harap jangan berduka. Hamba sanggup untuk
me mbantu paduka men cari apa yang menjad i penyebabnya."
Dengan gaya yang amat menarik dan me mikat, Mandari
me mpergunakan se mua kecantikan dan kepandaiannya untuk
menghibur hati Sang Prabu Erlangga.
Harus diakui bahwa Mandari, seperti juga kakaknya,
Lasmini yang menjadi selir Ki Patih Narotama, biarpun ketika
diboyong ke Kahuripan masih gadis dan be lum pernah
berhubungan dengan pria, namun dalam hal me mikat hati pria
me miliki bakat dan kepandaian istimewa. Semua ini mereka
dapatkan dari lingkungan pergaulan d i istana Kerajaan Parang
siluman. Sang Prabu Erlangga yang me mang sedang
terpesona oleh kecantikan Mandari, segera dapat terhibur dan
tenggelam dalam lautan madu as mara dengan buih-buih nafsu
berahinya yang me mabo kkan, lupa akan segala.
Betapapun pandai dan kuatnya seorang (manusia, tetap
saja dia merupakan ma hluk le mah yang terkadang menjadi
bodoh dan lemah tak berdaya, ringkih dan menjadi per mainan
dari nafsunya sendiri Nafsu yang telah diikut sertakan kepada
manusia sejak dia lah ir, yang semestinya menjadi peserta dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan manusia agar man usia dapat bertahan hidup dan
dapat menikmati kehidupan di dunia ini seringkali berubah
menjad i maj ikan yang menyesatkan. Kita ditungganginya,
diper mainkannya, hati akal pikiran kita dikuasainya sehingga
kita menuruti segala kehendaknya, kehendak iblis yang
bersenjatakan nafsu, kita ditundukkan dengan pancingan-
pancingan kesenangan dan kenikmatan duniawi, dengan
umpan pancingan yang serba enak-kepenak. Oleh karena
itulah, seorang yang bijaksana akan selalu eling (ingat) dan
waspada, ingat setiap saat kepada Sang Hyang Widhi, mohon
kekuatan dan bimbinganNya
dan waspada terhadap gejolaknya nafsu daya rendah yang selalu siap menerka m dan
menguasai kita.
Pemuda itu duduk dia m baga ikan arca di atas batu karang
besar itu. Batu karang yang cukup tinggi sehingga pecahan air
laut bergelombang yang me mbentur karang itu tidak sa mpai
mencapai pe muda itu. Dia me megang sebatang walesan
(tangkai pancing), duduk dia m tak bergerak sedikitpun,
sepasang matanya menatap tali pancing yang sebagian
tenggelam dalam a ir, yang bergoyang-goyang terbawa air
berombak, ha mpir tak pernah berkedip. Perasaannya berpusat
pada jari jari tangan yang me megang tangkai pancing karena
dari situlah dia akan dapat mengetahui apabila umpannya
disa mbar ikan.
Pemuda itu berus ia kurang leb ih dua puluh tahun.
Tubuhnya tinggi tegap, bentuknya gagah dan kokoh seperti
Sang gatotkaca. Kedua lengannya tampak berisi kekuatan
dahsyat. Wajahnya yang tertutup sebuah caping lebar itu
tampan dan gagah. Matanya lebar dan mencorong, hidungnya
mancung dan mulutnya terhias senyum mengejek yang
me mbayangkan keangkuhan. Pakaiannya terbuat dari kain
halus, potongannya seperti bangsawan! kain pengikat
kepalanya juga baru, dilibatkan di kepalanya dengan bentuk
yang khas, ujungnya berdiri meruncing di bagian be lakang.
Kain pengikat kepala ini tersembunyi di bawah caping lebar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dipakainya untuk melindungi wajahnya yang tampan
halus dari sengatan panas matahari siang itu.
Sudah berjam-ja m dia duduk me mancing di atas batu
karang itu, namun belum sekalipun juga umpan pancingnya
disentuh ikan. Alisnya yang tebal berkerut, pandang matanya
mulai tak sabar. Tangan kirinya meraih ujung batu karang dan
sekali dia mengerahkan tenaga, ujung batu karang itu se mpal
(terpotong patah Kemudian pandang matanya mencari cari ke
atas permukaan air yang bergerak-gerak di bawah batu
karang. Pandang mata yang tajam itu dapat menangkap
berkelebatnya bayang-bayang dalam air dan tiba-tiba tangan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kiri yang me megang potongan batu karang sebesar kepalan
itu bergerak-gerak cepat. Batu karang itu meluncur ke arah
air. "Syuuuuutt ..... cupp .....!!" Batu karang itu masuk ke air
dan tampak air bergerak keras, me mercik-mercik ke atas dan
seekor ikan me loncat ke atas permukaan air, lalu
menga mbang dengan (perutnya yang putih di atas. Ikan
sebesar paha manusia itu mat i dengan kepala pecah! Bukan
ma in hebatnya sambitan batu karang itu, dapat mengenai
kepala ikan yang berenang di bawah per mukaan air dengan
tepat dan sekaligus me mbuat kepala yang keras itu pecah!
Wajah tampan itu tersenyum dan tangan kirinya menepuk
caping di kepalanya. 'Tolol kau! Datang ke s ini bukan untuk
mencari ikan, melainkan untuk ber latih kesabaran!"
Siapakah pemuda yang tangkas ini" Dia adalah Lingga jaya,
pemuda putera kepala dusun Suramen ggala dusun Karang
Tirta yang lima tahun lalu diculik kemudian menjadi murid Resi
Bajrasakti dan dibawa ke Kerajaan Wengker. Selama lima
tahun, dia telah digembleng oleh gurunya, kini dia telah
menguasai berbagai aji kesaktian yang dahsyat. Resi
Bajrasakti senang dan puas hatinya melihat muridnya ini
karena pemuda ini benar-benar berbakat baik seh ingga dala m
waktu lima tahun saja telah ma mpu mener ima semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ajiannya. Hanya sedikit yang dianggapnya masih kurang pada
diri Linggajaya, yaitu kesabaran. Karena itu selama beberapa
hari dia menyuruh muridnya itu melatih kesabaran dengan
me mancing ikan di Laut Kidul.
Sejak pagi tadi Linggajaya melatih kesabaran dan
me mancing, akan tetapi karena sampa i s iang belum juga ada
ikan menyentuh umpan pada pancingnya, ia menjadi kesal
dan me mbunuh seekor ikan besar dengan sambitan batu
karang. Akan tetapi dia mencela diri sendiri dan teringat
bahwa pekerjaannya memancing ikan hanya merupakan
latihan kesabaran dan ketenangan dan dia merasa bahwa
latihannya gagal karena dia merasa kesal dan tidak sabar.
Linggajaya lalu me mbuang tangkai panc ingnya ke laut dan
dia segera bangkit dan me lompat dari batu karang itu ke batu
karang yang lain. Dengan tubuh ringan dia berloncatan sampai
akhirnya ia tiba di tepi pantai. Kemudian dia berlari cepat
menuju ke utara, ke Kerajaan Wengker. Larinya cepat bukan
ma in sehingga yang tampak hanya bayangannya berkelebat.
Inilah merupa kan satu di antara aji kesaktian yang sudah
dikuasai Linggajaya. Tubuhnya menjadi ringan dan tenaga
yang mendorongnya meluncur ke depan amat kuatnya. Di
samping aji kanuragan yang me mbuat pe muda ini menjadi
seorang yang digdaya, dia juga mewarisi ilmu-ilmu sihir yang
diajarkan gurunya. Bukan hanya kesaktian yang dipero lehnya,
namun lingkungan hidup di Kerajaan Wengker yang penuh
kemaksiatan itupun me mpengaruhi watak Linggajaya. Pada
dasarnya, ketika masih menjad i pe muda putera lurah di
Karang Tirta, dia sudah merupakan seorang pemuda yang
tinggi hati, manja, mengandalkan kedudukan ayahnya sebagai
orang "nomor satu" di dusun Karang Tirta dan suka bertindak
sewenang-wenang
melindas siapa saja yang berani menentangnya. Setelah menjadi murid Resi Bajrasakti dan
hidup di Kerajaan Wengker selama lima tahun, tabiatnya tidak
berubah bahkan dipengaruhi lingkungan yang leb ih bejat lag i!
Akan tetapi, dia kini berubah menjad i seorang pe muda yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ganteng, pesolek, pandai membawa menutupi watak buruknya
dengan penampilan yang menyenangkan. Wataknya yang
mata keranjang sejak remaja menjadi lebih matang dan dia
terkenal sekali di antara para gadis di kota raja Wengker, baik
para puteri di lingkungan istana maupun para gadis yang
tinggal di luar istana. Dia terkenal sebagai seorang pemuda
perayu yang me mbuat banyak gadis tergila-g ila.
Resi Bajrasakti sendiri adalah seorang yang suka
me mperdalam ilmu sesatnya dengan cara yang cabul dan
kotor, lihat ulah muridnya, dia tidak menegur,tidak marah,
bahkan merasa bangga dan sering me muji Linggajaya sebagai
seorang pria yang "jantan" seperti Sang Arjuna.
Tentu saja pujian gurunya ini me mbuat Linggajaya menjadi
semakin berkepala besar dan semakin ne kat. Bukan saja para
gadis yang cantik menarik dirayunya, bahkan dia berani
merayu isteri orang yang menarik hatinya. Tidak ada wanita
yang tidak jatuh oleh rayuannya karena dia menggunakan aji
pameletan yang ampuh! Hanya sayang, Linggajaya menganggap para wanita di Kerajaan Wengker kurang
menarik, gerak geriknya kasar sehingga jarang ada wanita
yang benar-benar menarik perhatiannya.
Di kerajaan tetangga, yaitu Kerajaan parang Siluman yang
berada di pantai Laut Kidul, di sanalah tempatnya para Wanita
yang cantik jelita dan menarik. Menurut dongeng, daerah itu
dahulu menjadi te mpat para pangeran dan bangsawan tinggi
Mataram bertamasya dan para para bangsawan itu banyak
yang memadu kasih dengan para wanita daerah itu sehingga
keturunan mereka berwajah elok. Prianya ganteng-ganteng,
wanitanya cantik-cantik dan berkulit kuning mulus. akan
tetapi, Linggajaya tidak berani bermain gila di daerah Kerajaan
Parang siluman yang diperintah oleh Ratu Durgakala yang
terkenal cantik jelita. Daerah ini merupakan daerah larangan.
Gurunya, Resi Bajrasakti berulang kali me mperingatkan agar
dia tidak me ngganggu para wanita daerah kerajaan kecil itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena Kerajaan Parang Siluman itu biarpun kecil me miliki
banyak orang sakti dan kerajaan itupun menjadi sahabat
Kerajaan Wengker dalam menghadap i Mataram atau yang kini
disebut Kerajaan Kahuripan. Pernah pasukan Mataram dahulu
menyerang Kerajaan Wengker, na mun berkat perlawanan Raja
Wengker, yaitu Raja Adhamapanuda, dibantu oleh pasukan
Kerajaan Parang Siluman, maka serangan Mataram yang
berkali-kali itu gagal. Sa mpai se karang masih berlangsung
semaca m "perang dingin" antara Kahuripan dengan Wengker
dan Parang Siluman.
Jilid 7 KETIKA LINGGAJAYA tiba di perbatasan antara daerah
Parang Siluman dan daerah Wengker, di sebuah dusun,
matahari telah condong ke barat, bunyi ga melan menar ik
perhatiannya dan ia pun me masuki dusun itu, selain untuk
me lihat ada perayaan apa di dusun Sumber itu, juga karena
perutnya terasa lapar dan dia ingin mendapatkan makanan.
Setelah tiba di te mpat keramaian, ternyata ada pesta
perayaan pernikahan di rumah kepala dusun Sumber itu.
Putera kepala dusun itu sedang me langsungkan pernikahan
dengan seorang gadis dari daerah Parang Siluman. Linggajaya
tersenyum girang. Kebetulan sekali, pikirnya tersedia hidangan
yang enak untuknya. Maka tanpa ragu-ragu lagi diapun
me masu ki tempat perayaan itu. Karena seorang pe muda
ganteng yang berpakaian seperti seorang bangsawan, maka
lurah Sumber yang berna ma Kartodikun itu menya mbutnya
dengan hormat dan Linggajaya malah mendapat tempat
terhormat, di jajaran para tamu yang dihormati, dekat tempat
duduk kedua me mpe lai!
Ketika hidangan disuguhkan, Linggajaya makan sa mpai
kenyang dan setelah makan barulah dia me mperhatikan
sekitarnya. Baru dia melihat dengan hati terguncang betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayu manisnya me mpelai wanita itu! Kulitnya yang kuning
mulus, wajahnya yang manis, segera menarik hatinya. Di
daerah Wengker jarang dia melihat gadis secantik itu! Dia
menger ling ke arah me mpelai pria. Seorang pemuda yang
bertubuh tinggi besar dan bersikap kasar, ciri khas orang-
orang Kerajaan Wengker. Sayang sekali, pikirnya, gadis yang
begitu ayu manis, bertubuh mulus mengga irahkan, akan
menjad i isteri seorang la ki-laki yang buruk rupa dan kasar!
Dari te mpat duduknya, Linggajaya lalu mengerahkan
tenaga batinnya melalui pandang mata yang tertuju kepada
me mpe lai wanita yang sejak tadi menundukkan mukanya itu.
Sebentar saja me mpelai wanita itu terpaksa mengangkat
muka karena ada Suatu dorongan yang amat kuat
me ma ksanya untuk mengangkat muka dan menoleh ke kanan.
Pandang mata gadis itu bertemu dengan wajah Linggajaya
dan seketika gadis itu terpesona. Di antara para tamu, apa
lagi dibandingkan pria yang duduk di sa mpingnya sebagai
calon sua minya, maka Linggajaya tampak seperti Arjuna di
antara para raksasa! Linggajaya juga memandang. Dua
pasang mata bertemu pandang, bertaut sejenak. Linggajaya
tersenyum kepada mempelai wanita itu. Gadis itupun tersipu,
menundukkan mukanya lagi dengan senyum tersungging di
bibirnya yang manis. Kenyataan ini merupa kan tanda yang
cukup jelas bagi Linggajaya dan pun sudah menga mbil
keputusan untuk
menggunakan kesempatan itu
dan bersenang-senang malam ini di rumah Ki Lurah Kartodikun!
Ketika para ta mu dibubaran, diapun ikut keluar.
Mala m itu, rumah ki lurah masih mer iah dengan bunyi
gamelan. Tamunya tidak banyak karena yang datang hanya
yang siang tadi tak sempat datang dari perayaannya memang
siang tadi. Akan tetapi gamelan masih terus dimainkan,
mengiringi suara tiga orang pesinden. Banyak orang yang
menonton di luar pagar pekarangan. Akan tetapi, sepasang
me mpe lai tidak ta mpak di luar. Mereka sudah lelah mengikuti
upacara dan pesta sehari tadi dan kini mereka berdua sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di kamar pengantin yang dijaga beberapa orang di luar
pintu kamar untuk me lindungi mereka dar i gangguan
Tampaknya semua aman saja dan semua orang, sambil
tersenyum penuh pengertian, saling berbisik dan mengira
bahwa sepasang me mpelai tentu sedang berasyik masyuk
sendiri. Akan tetapi, tidak ada seorangpun men duga apa lagi
mengetahui, bahwa begitu sepasang me mpe lai tadi me masuk
kamar dan me masang palang pada daun pintu dari dalam,
terjadilah sesuatu yang luar biasa. Ketika putera Lurah
dusun,Sumber itu selesai me masang palang pintu dan hendak
menggandeng tangan isterinya menuju ke pembar ingan, tiba
tiba dia me lihat halimun atau asap putih turun dar i atap
me masu ki ka mar itu.
Sarju, me mpelai pria yang berusia sekitar tiga puluh tahun
itu, adalah seorang pemuda Wengker yang rata-rata me miliki
kegagahan dan keberanian. Dia pun tidak as ing dengan
keanehan yang terjadi sebagai hasil Ilmu sihir, maka tahulah
dia bahwa ada sesuatu yang tidak beres me masuki kamarnya.
Mungkin sebangsa siluman atau orang yang mempergunakan
ilmu setan. Sementara itu, Sarike m, me mpelai wanita yang
berusia delapan belas tahun, juga melihat halimun atau asap
putih yang turun dari atas itu. Ia menjadi ketakutan dan cepat
berlari dan naik ke atas pembaringan, mepet di dinding sa mbil
me mandang kearah Sarju yang sudah mencabut kerisnya.
"Setan! Kalau berani, perlihatkan muka mu!" bentak Sarju.
Halimun atau asap putih itu me mbuyar dan tampa klah
seorang pemuda tampan berdiri sa mbil bertolak pinggang
menghadap i Sarju, lalu pemuda itu meno leh ke arah Sarikem
dan tersenyum. Sarikem me lihat dengan mata terbelalak
bahwa pemuda itu bukan la in adalah pe muda ganteng yang
dilihatnya menjad i ta mu dalam pesta siang tadi. Pe muda itu
adalah Linggajaya yang me mpergunakan Aji Panglimutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat pe muda ini, Sarju terkejut dan heran karena dia
belum pernah melihatnya. Siang tadi dia tidak me mperhatikan
para tamunya dan tida k me lihat Linggajaya.
"Heh! Siapa kamu" Berani mati me masuki kamar tanpa
ijin!" bentak Sarji Suaranya cukup lantang dan hal ini me mang
dia sengaja untuk menarik perhatian para penjaga di luar
kamarnya. Akan tetapi tanpa dia sadari, Linggajaya telah
mengerahkan kekuatan sihirnya sehingga pada saat itu suara
Sarju yang dirasakannya lantang itu hanya terdengar lirih saja
sehingga tidak mungkin terdengar dari luar kamar.
"Aku adalah Dewa Asmara. Aku lebih berha k atas diri gadis
ini daripada engkau!"
Sarju marah sekali dan sambil mengeluarkan suara
gerengan seperti harimau terluka dia sudah menerjang
dengan kerisnya. Dengan pengerahan tenaganya dia
menusukkan keris itu ke arah perut Linggajaya. Linggajaya
sudah dapat menduga bahwa laki-laki tinggi besar itu hanya
menganda lkan tenaga kasar saja dan kerisnyapun bukan
pusaka ampuh, maka sa mbil tersenyum saja me mbiarkan
perutnya ditusuk.
"Singg ....." Keris itu berdesing dan dengan kuatnya
menghujam ke arah perut LinggaJaya. Melihat ini, Sarike m
me meja mkan matanya karena ngeri membayangkan perut
pemuda tampan itu akan mengucurkan darah.
"Tuk-tu k .....!" Dua kali keris itu menusuk perut, akan tetapi
alangkah kagetnya hati Sarju ketika merasa seolah kerisnya
bertemu dengan baja! Dia me njadi penasaran sekali melihat
bahwa yang tertusuk robek hanya baju pe muda itu. Maka dia
mengerahkan seluruh tenaga nya, kini menusuk ke arah dada.
"Wuuuttt ..... krekkk .....!" Kerisnya patah menjadi dua dan
sebelum dia dapat berbuat sesuatu, tangan kiri Linggajaya
mena mpar ke arah leher Sarju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wuutt ..... plak ......'" Sarju terkulai roboh dan tak dapat
bergerak lagi karena tamparan itu me mbuat dia pingsan
Dengan kakinya Linggajaya - mendorong tubuh Sarju yang
pingsan itu ke kolong pe mbar ingan sehingga tidak ta mpak.
Sarike m yang tadi me meja mkan ma u setelah tidak
mendengar adanya gerakan lagi, lalu me mberanikan diri
me mbuka matanya dengan hati merasa ngeri. Akan tetapi ia


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbelalak heran melihat muda ganteng itu berdiri di de kat
pembaringan sa mbil tersenyum kepadanya sedangkan calon
suaminya tidak ta mpak lag i.
Biarpun Sarikem amat kagum dan tertarik kepada pemuda
yang ganteng itu, berbeda jauh dari calon suaminya yang
hilang, namun karena pemuda itu asing baginya, ia merasa
khawatir juga, Hal 11-12 Sobek
mulia, kalau saja ia menjadi ha mba manusia. Akan tetapi,
kalau sampa i nafsu berahi me mperha mba manusia, maka
seperti nafsu-nafsu lainnya, ia akan menyeret manusia ke
dalam perbuatan-perbuatan jahat dan tidak bersusila. Kalau
nafsu berahi memperha mbakan manusia maka muncul ah
perjinaan, pelacuran, bahkan perkosaan! Linggajaya juga
menjad i ha mba nafsu berahi sehingga dia melakukan
perbuatan yang hina dan keji.
Game lan di ruangan depan rumah Ki Lurah Kartodikun yang
semalam suntuk dibunyikan itu akhirnya berhenti setelah fajar
menyingsing dan terdengar ayam jantan berkokok menyambut
munculnya cahaya le mbut yang menandakan bahwa matahari
akan segera tersembul di balik bukit.
Sarju yang tadinya rebah pingsan di kalong pe mbar ingan,
kini me mbuka mata dan siuman dari pingsannya, seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang baru bangun tidur. Dia merasa bingung karena
mendapatkan dirinya rebah di kolong pe mbaringan. Ketika
pandang matanya bertemu dengan keris patah yang
mengge letak di sudut
kamar, teringatlah dia
akan perkelahiannya se malam me lawan pe muda asing itu. Dia
segera menggulingkan dirinya keluar dari bawah pe mbaringan
lalu bangkit berdiri. Matanya terbelalak dan mukanya merah
sekali ketika dia me lihat Sarike m tidur pulas berangkulan
dengan pe muda yang semalam me masuki kamar itu.
"Jahanam busuk!" bentaknya
dan dia me lupakan pengalaman se malam betapa dia sama sekali bukan tandingan
pemuda yang sakti mandraguna itu. Setelah membentak
dengan suara lantang, dia lalu menangkap lengan Linggajaya
dari menyeretnya turun dari atas pembar ingan!
Sarike m terbangun dari pulasnya oleh gerakan dan suara
ini, dan ia me mbuka matanya, terkejut melihat Sarju menyeret
Linggajaya turun dari pe mbaringan. Ia bangkit duduk dan
menjer it karena kaget dan takut.
Linggajaya segera sadar dan dia me lihat Sarju sudah
mengayun kepalan tangannya untuk me mukul mukanya.
Linggajaya menggerakkan tangan kanan, miringkan tubuh
dan menangkap lengan yang bergerak memukulnya. Sekali
mengerahkan tenaga dan jari-jari tangannya mencengkeram,
tulang lengan Sarju menjadi patah-patah. Sarju berteriak
mengaduh, akan tetapi kaki Linggajaya menendangnya dan
tubuhnya terlempar menabrak pintu kamar. Begitu kuatnya
tubuhnya menabrak daun p intu seh ingga daun pintu itu jebol
dan tubuh Sarju menggelinding keluar.
Empat orang yang bertugas jaga di luar kamar pengantin
adalah jagoan-jagoan yang menjadi jagabaya (penjaga
keamanan) di dusun Sumber. Tadipun mereka sudah merasa
heran mendengar suara Sarju memaki di dalam kamar itu. Kini
terdengar suara gedubrakan dan tiba-tiba daun pintu jebol
dan tubuh Sarju menggelinding keluar. Tentu saja mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut sekali. Mereka cepat melonggokan dalam kamar dan
me lihat seorang pemuda tampan sedang me mbereskan
pakaiannya yang tadinya awut-awutan, sedang me mpelai
wanita mendekam di atas pembar ingan sa mbil menangis
ketakutan. Tanpa dikomando lagi e mpat orang jagoan itu
segera berlompatan masuk da la m kamar, mengepung
Linggajaya yang me mbereskan pakaiannya sambil tersenyum
dengan sikap tenang sekali.
"Hei, siapakah engkau" Menyerahlah untuk kami tangkap!"
bentak seorang antara mereka yang kumisnya tebal dan
panjang melintang.
Linggajaya me mbereskan kain pengikat kepala sambil
tersenyum dan tidak tergesa-gesa, setelah semua pa kaiannya
beres dan rapi kemba li, baru dia berkata "Kalian hendak
menang kap aku" Nah tangkaplah kalau kalian bisa!"
Si kumis tebal me merintahkan temannya yang bertubuh
gempal pendek, "Suro, tangkap dan belenggu kedua tangannya Kita
hadapkan kepada Ki Lurah!"
Suro yang bertubuh pendek ge mpal dan ta mpaknya kokoh
kuat itu segera maju dan dia sudah me mbawa segulung tali.
Dengan cepat dia menangkap lengan kiri Linggajaya,
menelikungnya ke belakang, disatukan dengan lengan kanan
lalu mengikat kedua pergelangan tangan pemuda itu dengan
kuat. Linggajaya tersenyum geli seolah me lihat pertunjukan
yang lucu. Setelah kedua lengan itu diikat kuat kuat, si kumis tebal
me mbentak pe muda ta mpan itu.
"Hayo ikut ka mi menghadap Ki Lurah!"
Akan tetapi Linggajaya menggerakkan dua tangannya dan
tali yang me mbe lenggunya itu putus, kedua lengannya sudah
bebas lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, kalian anjing-anjing buduk pergilah dan jangan
mengganggu aku!" kata Linggajaya.
Empat orang itu terkejut dan marah sekali. Mereka
mencabut klewang (golok) yang terselip di pinggang lalu
menyerang pemuda itu dari depan, belakang, kanan dan kiri.
Akan tetapi Linggajaya dengan gerakan cepat me mutar
tubuhnya seperti gasing, kedua tangannya bergerak cepat
empat kali dan e mpat orang itu berpelantingan dan tidak
ma mpu bangkit kembali!
Linggajaya lalu mengha mpiri pe mbaringan, mengelus
rambut yang terurai itu dan mencubit dagu Sarikem, lalu
berkata, "Manis, aku pergi sekarang."
Sarike m yang kebingungan dan ketakutan, menjer it,
"Kakangmas, bawalah a ku perg i! Aku ikut .....!"
Akan tetapi Linggajaya sudah melompat ke atas dan
menjebo l atap yang semalam dia tutup kembali ketika
me masu ki kamar itu. Mana dia mau perduli kepada Sarike m.
Setelah apa yang terjadi semalam nafsunya telah terlampiaskan dan dia t idak ma u mengacuhkan lagi gadis itu,
tidak mau tahu nasib apa yang akan menimpa dirinya. Tentu
saja dia tidak sudi me mbawa perg i Sarikem yang hanya akan
menjad i beban saja baginya Setelah keinginannya tercapai,
diapun tidak menginginkan lagi wanita itu!
Dengan me mpergunakan kesaktiannya Linggajaya berlari
seperti angin cepat dan menje lang tengah hari dia sudah
sampai di rumah tinggal Resi Bajrasakti yang berupa sebuah
gedung yang cukup mewah Resi Bajrasakti merupakan datuk
Kerajaan Wengker, menjadi penasihat utama dari Raja
Adhamapanuda, yaitu raja Wengker yang berusia empat puluh
lima tahun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya disa mbut oleh e mpat orang wanita muda yang
rata-rata berwajah cantik. Mereka adalah se lir-selir Resi
Brasakti dan mereka juga dia m-dia m men gadakan hubungan
gelap dengan Linggajaya, bahkan mereka bere mpat ini sang
menjad i "guru-guru" pe muda itu dalam olah as mara. Tentu
saja Resi Bajrasakti tidak mudah dikelabui dan tahu bahwa
empat orang selirnya itu ber main gila dengan muridnya. Akan
tapi dasar perangainya sendiri sudah bobrok dia tidak menjadi
marah bahkan merasa bangga karena muridnya itu tidak saja
mewarisi ilmu-ilmunya, bahkan juga mewarisi wataknya yang
mata keranjang dan tidak mau me lewatkan wanita cantik
begitu saja! Ketika Linggajaya me masuki ruangan dalam, gurunya
sedang duduk di s itu. Linggajaya cepat me mberi hormat
kepada gurunya.
"Bapa guru," katanya sebagai salam.
"He mm, Linggajaya, bagaimana
dengan latihanmu"
Sudahkah engkau dapat me mupuk kesabaran mu" Kesabaran
itu penting sekali agar engkau dapat mengenda likan diri, tidak
menjad i mata gelap dan lengah karena dipengaruhi perasaan."
"Sudah, bapa. Baru pagi tadi saya berhenti me mancing."
"Bagus, sekarang bergantilah pakaian yang pantas. Kita
harus menghadap Gusti Adipati."
"Menghadap Gusti Adipati" Ada kepentingan apakah, bapa
resi?" "Ada tugas penting untukmu. Engkau sudah cukup
me mpe lajari se mua aji kanuragan dar iku. Kepandaian itu hari
kaupergunakan untuk mencari kedudukaan dan kemuliaan.
Gusti Adipati hendak menyerahkan tugas penting kepadamu.
Engkau harus menyanggupinya, dan kalau engkau berhasil
dengan tugasmu itu, ha ha, tentu engkau akan me mperoleh
kedudukan yang tinggi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya lalu pergi mandi dan berganti pakaian baru.
Kemudian bersama gurunya mereka pergi menghadap Adipati
Adhamapanuda yang menjadi raja Kerajaan Wengker. Sebagai
penasihat raja atau adipati, Resi Bajrasakti dapat masuk
sewaktu-waktu ke istana tanpa ada perajurit pengawal yang
berani menghalanginya.
Setelah tiba di ruangan depan istana, Resi Bajrasakti
me manggil kepala pengawal dan menyuruhnya menghadap
dan melaporkan kepada Adipati Adhamapanuda bahwa dia
bersama muridnya mohon men ghadap. Setelah kepala
pengawal pergi ke dalam istana, guru dan murid itu duduk
menanti di pendopo itu. Biarpun sudah beberapa kali
Linggajaya me masuki istana diajak gurunya, tetap saja kini dia
masih mengagumi ruangan istana yang indah dengan prabot
ruangan yang serba bagus dan mewah. Gedung te mpat
tinggal gurunya
yang besar itupun bukan apa-apa
dibandingkan dengan istana adipati. Apa lagi rumah orang
tuanya di Karang Tirta, walaupun merupakan rumah terbesar
dan terindah di dusun itu, namun seolah sebuah gubuk mis kin
saja dibandingkan istana ini! Dia m-dia m t imbul keinginan
dalam hatinya. Kalau saja dia yang menjad i raja dan me miliki
istana ini! A langkah a kan senangnya dan bangganya!
Lamunan Linggajaya me mbuyar ketika kepala pengawa l itu
muncul dan me ngatakan kepada Resi Bajrasakti bahwa sang
adipati telah menanti di ruangan sa mping, di mana sang
adipati biasa mener ima para pamong praja dan pe mbantunya.
Ruangan itu luas sekali dan Raja Adhamapanuda sudah duduk
di atas kursi kebesarannya dan di depannya telah disediakan
kursi untuk Resi Bajrasaki yang menjadi penasihatnya. Setelah
me mber i hormat, sang resi duduk atas kursi itu dan
Linggajaya duduk bersila menghadap sang ad ipati atau Raja
Wengker itu. "Ah, kakang resi telah datang sama muridmu. Siapa nama
muridmu ini kakang resi" Aku lupa lagi na manya." kata raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bertubuh tinggi besar bermuka brewok dan kedua
lengannya berbulu lebat seperti seekor lutung. Suaranya besar
parau dan matanya yang lebar itu me mandang penuh selidik
kepada Linggajaya yang duduk bers ila di depannya.
Karena gurunya memandang kepadanya, Linggajaya lalu
menye mbah dan menjawab,
"Na ma hamba Linggajaya, Gusti."
"Oh ya, sekarang aku ingat. Kakang resi, apakah muridmu
ini sudah menguasai se mua aj i kesaktian yang andika ajarkan
kepadanya selama ini?"
"Sudah, Adi Adipati."
"Bagus! Boleh kami mengujinya?"
"Tentu saja, sila kan!"
"Heh, Linggajaya, kami ingin menguji kema mpuanmu.
Beranikah engkau me lawan Limantoko, pengawal pribadi
kami?" tanya sang adipati kepada Linggajaya. Pemuda itu
sudah tahu bahwa Limantoko adalah seorang raksasa yang
kokoh kuat dan merupakan jagoan istana Wengker. akan
tetapi menurut keterangan gurunya, Limantoko hanyalah
seorang kasar yang mengandalkan tenaga kasar saja, jadi
bukan merupakan lawan yang terlalu berat baginya. Maka
tanpa ragu dia menjawab.
"Ha mba sanggup dan berani, gust i adipati."
"Bagus!" kata Adipati Adhamapanuda yang la lu bertepuk
tangan tiga kali dan muncul ah seorang laki-laki berusia
kurang lebih e mpat puluh tahun. Laki-laki ini me mang
menyeramkan. Tubuhnya tinggi besar, dua kali tubuh
Linggajaya, bahkan lebih tinggi besar dibandingkan tubuh
sang adipati dan tubuh Resi Bajrasakti sendiri. Seperti seekor
gajah dia mengha mpiri sang adipati dan me mberi hormat
dengan sembah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lima ntoko, kami ingin menguji ketangguhan Linggajaya
ini. Lawanlah dia agar kami dapat mengetahui sampai d i mana
kema mpuannya. "
"Sendika melaksanakan perintah paduka!" kata Limantoko
yang segera bang kit dan menuju ke tengah ruangan yang
luas itu, berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tampak
kokoh kuat seperi batu karang. Dia meno leh ke arah
Linggajaya dan berkata dengan suara lantang,
"Marilah, orang muda, kita main-ma in sebentar."
Linggajaya menyembah kepada sang adipati, lalu bangkit
berdiri dan mengha mpiri raksasa itu.
"Aku telah s iap, andika mulailah!"
Limantoko adalah seorang yang benar benar tangguh
karena tenaganya yang besar dan selama ini be lum ada orang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mampu mengimbangi tenaganya. Tentu saja dia gentar
menghadap i Resi Bajrasakti karena dia tahu benar bahwa resi
itu adalah seorang yang sakti mandraguna dan tidak dapat
dilawan oleh kekuatan tenaganya saja. Tetapi menghadapi
orang lain, dia me mandang rendah.
Maka, tidak mengherankan kalau diapun me mandang
rendah kepada Linggajaya, walaupun dia sudah mendengar
bahwa pemuda ini murid Resi Bajrasakti selama lima tahun.
Dia sendiri melatih diri dengan aji kanuragan sejak muda
sampai kini berusia e mpat puluh tahun. Mana mungkin
seorang pemuda yang baru belajar lima tahun saja akan
ma mpu menand inginya?"
"Linggajaya jangan me mbunuhnya," kata Resi Bajrasakti
kepada muridnya.
Linggajaya menoleh kepada gurunnya sa mbil tersenyum.
"Baik, bapa."
Pesan Resi Bajrasakti itu me mbuat Limantoko me njadi
merah mukanya dan hatinya merasa panas dan marah. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa dipandang rendah sekali dengan pesan resi itu kepada
muridnya, seolah sudah yakin bahwa pe muda itu pasti akan
menga lahkannya!
Dengan penuh geram dia mulai menyerang. "Sambut
seranganku!" bentaknya dan tiba-tiba dia me mbuat gerakan
menerka m seperti seekor biruang menang kap kelinci. Kedua
lengan yang panjang besar itu bergerak dari kanan kiri dan
kedua tangan itu mencengkeram ke arah tubuh Linggajaya,
agaknya hendak ditangkapnya tubuh yang baginya kec il itu.
Namun kedua tangannya saling bertemu, menge luarkan
bunyi keras karena tubuh yang hendak d itangkapnya itu tiba-
tiba saja lenyap. Dengan ketangkasannya Linggajaya sudah
me lompat menghindar kekiri. Demikian cepat gerakannya
sehingga raksasa itu tidak me lihat dan tahu-tahu kehilangan
lawannya. Akan tetapi sebagai seorang jagoan, Limantoko
mendengar gerakan Linggajaya dan cepat dia sudah me mutar
tubuh ke kanan. Begitu me lihat Linggajaya, dia sudah
menyerang lagi, kini menggunakan lengannya yang panjang,
mengayun tangan kanan untuk mena mpar ke arah kepala
lawan dan tangan kirinya menyusul dengan cengkera man ke
arah pinggang pemuda itu. Serangan ini cepat dan kuat sekali,
tamparan itu seperti palu godam raksasa dan kepala
Linggajaya dapat remuk kalau terkena dan cengkeraman
itupun tidak kalah dahsyatnya. Namun kembali Linggajaya
me mper lihatkan kesigapannya. Dia mengelak ke belakang lalu
me lompat ke kanan.
Setelah serangannya kembali luput, Limantoko me njadi
semakin penasaran. Dia menyerang bertubi-tubi, dengan
tamparan, pukulan, cengkeraman, bahkan tendangan sehingga angin me nderu-deru di ruangan itu. Namun se mua
serangan itu hanya mengenai tempat kosong belaka.
Linggajaya me mang hendak me ma merkan kelincahan tubuhnya di depan sang adipati. Kalau dia mau, hanya dengan
elakan-elakannya saja dia akan dapat me mbuat raksasa itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehabisan tenaga dan napas karena baginya, gerakan manusia
gajah itu terlampau la mban.
Limantoko men jadi marah, merasa diper ma inkan, maka dia
berkata, "Orang muda, engkau balaslah kalau ma mpu!"
Akan tetapi agaknya
Linggajaya me mang hendak me ma mer kan kema mpuannya kepada Raja Adhamapanuda.
Ketika tangan kanan raksasa itu kembali me nyambar,
mencengkeram ke arah lehernya dia sengaja menangkis
dengan tangan kirinya.
"Wuutt ..... tappp .....!" Lengan kiri Linggajaya dapat
dicengkera m, ditangkap oleh tangan raksasa yang besar itu.
Linggajaya menggunakan tangan kanan untuk me mukul, juga
perlahan saja sehingga Limantoko dapat menangkap pula
pergelangan tangan kanannya.
Limantoko girang bukan ma in telah dapat menangkap
kedua pergelangan tangan Linggajaya, sama sekali tidak
menduga bahwa pe muda itu me mang sengaja me mbiarkan
dirinya ditangkap! Kini Limantoko sa mbil menyeringai ge mbira
mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuh
Linggajaya ke atas, untuk kemudian dibanting walaupun dia
tidak akan menggunakan sepenuh tenaganya agar pemuda itu
tidak sampai mati.
Akan tetapi alangkah terkejutnya ketika dia me ndapat
kenyataan betapa kedua tangannya tidak kuat mengangkat
pemuda itu ke atas! Dia berkali-ka li mengerah kan seluruh
tenaganya sampai menge luarkan suara ah-ah-uh-uh menahan
napas, namun tubuh Linggajaya sama sekali tidak dapat
diangkatnya. Kedua kaki pemuda itu seolah-olah telah berakar
di lantai, bagaikan sebatang pohon yang kuat sekali dan tidak
dapat dicabut. Linggajaya sengaja membiarkan dirinya
ditangkap hanya untuk me ma mer kan Aji Se logiri (Batu
Gunung) yang me mbuat tubuhnya seberat batu gunung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah me mbiarkan Limantoko berbekah-bekuh beberapa
saat lamanya dan raksasa itu mulai menjadi bingung karena,
merasa benar-benar tidak kuat mengangkat tubuh yang
baginya kecil saja itu. tiba-tiba Linggajaya melepaskan
ajiannya dan tubuhnya kini terangkat ke atas Limantoko
kembali merasa girang sekali seh ingga dia menjadi lengah.
Tiba-tiba Linggajaya menggerakkan kedua kakinya menendang ke arah dagu raksasa itu.
"Bresss .....!" Tubuh Limantoko terjengkang dan pegangannya terlepas.Linggajaya
berjungkir balik dan
me mandang ke arah Lima ntoko yang jatuh terjengkang
sampai terguling-guling!
"Cukup!"
kata Adipati Adhamapanudi "Lima ntoko,
bagaimana pendapat mu Apakah Linggajaya ini cukup
tangguh?" Limantoko sudah bangkit dan menye mbah. "Sesungguhnya,
gusti, pemuda ini tangguh sekali."
Adipati Adhamapanuda tertawa senang "Ha-ha-ha, bagus!
Engkau boleh mundur Limanto ko."
Limantoko menyembah lalu mengundurkan diri men inggalkan ruangan itu. Resi Bajrasakti tertawa. "Ha-ha-ha,
Adi Adipati, sudah hamba katakan berkali-ka li bahwa paduka
boleh percaya kepada murid ha mba ini. Akan tetapi, tugas
apakah yang hendak paduka berikan kepada Linggajaya?"
Adipati Adhamapanuda mengangguk angguk lalu berkata
dengan suara bernada serius. "Begini, Kakang Resi, dan
engkau juga Linggajaya, dengarkan baik baik. Aku mendapat
kabar dari Ratu Durga mala dari Kerajaan Parang Siluman
bahwa kedua orang putennya yang cantik jelita itu dipinang
oleh Sang Prabu Erlangga dan sekarang bahkan sudah boyong
ke Kahuripan. Lasmini, puterinya yang pertama kini menjadi
selir Ki Patih Narotama, sedangkan putennya yang ke dua,
Mandari, menjadi selir Sang Prabu E r langga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Bajrasakti mengerutkan alisnya yang tebal dan dia
mengge leng-geleng
kepalanya. "Bukankah dua orang puterinya itu, seperti yang hamba dengar, ikut dan menjadi
murid Ki Nagakuma la, (kakak ibu) dua orang gadis itu send iri
yang bertapa di Pegunungan Kidul?"
"Benar sekali, kakang resi." Resi Bajrasakti menepuk
pahanya sendiri. "Tak tahu malu! Kenapa orang orang tua itu
menyerahkan puteri-puteri mereka kepada Erlangga dan
Narotama yang menjadi musuh-musuh besar kita" Apakah kini
Parang Siluman sudah hendak bertekuk lutut dan menyerah
kepada Kahuripan tanpa berperang?"
"Bukan begitu, kakang resi. Penyerahan dua orang gadis itu
ma lah merupakan s iasat yang bagus sekali. Lasmini dan
Mandari adalah dua orang gadis cantik je lita yang juga pandai
dan telah menguasai ilmu-ilmu yang tinggi dari uwa dan ibu
mereka. Mereka sengaja diberikan karena mereka berdua itu
dapat me mperoleh kesempatan baik untuk me mbunuh
Erlangga dan Narotama."
"Waahh, itu gagasan yang terlalu muluk! Kita semua
mengetahui bahwa Erlangga dan Narotama ada lah dua orang
yang sakti mandraguna. Hamba kira Ki Nagakumala send iri
tidak akan ma mpu mengalahkan mereka. Apa lagi hanya dua
orang gadis muridnya!"
"Akan tetapi dua orang gadis itu me miliki kelebihan yang
tidak kita milik yaitu kecantikan mereka yang luar biasa.
Dengan kecantikan mereka inilah mereka hendak menundukkan Erlangga dan Narota ma sehingga mereka
mendapatkan kese mpatan untuk me mbunuh raja dan patihnya
itu. Menurut surat Ratu Durgamala yang diberikan kepadaku,
Mandari telah berkunjung dan puterinya itu menceritakan
bahwa ia mulai dapat me mikat hati Erlangga seh ingga ia
menjad i selir terkasih. Dan mereka telah mengatur siasat,
kalau me mbunuh raja dan patihnya yang sakti mandraguna itu
tidak berhasil, mereka akan berusaha untuk mengadu domba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara raja dan patihnya itu atau setidaknya akan
men imbulkan kekacauan sehingga Kahuripan menjadi le mah.
Kalau sudah begitu, Ratu Durgamala minta kepadaku untuk
bersama sa ma mengerah kan pasukan dan me mukul Kahuripan
yang sedang kacau dan lemah itu. Bagaimana pendapatmu,
kakang resi?"
Kini Resi Bajrasakti mengangguk angguk dan wajahnya
berseri. "Bagus, bagus sekali Tidak ha mba kira bahwa Ratu
Durga mala yang cantik je lita itu dapat me mbuat siasat yang
demikian hebatnya!"
"Siasat itu diatur oleh Ratu Durgamala, Ki Nagakumala, dan
juga Las mini dan Mandari. Dua orang gadis jelita itu me mang
hebat, sudah sakti cantik jelita pula sehingga senjata mereka
berdua itu lengkap!" kata Adipati Adha mapanuda.
"Ha mba kira kita sudah se mestinya me mbantu mereka.
Lalu tugas apakah yang akan paduka ber ikan kepada
Linggajaya?"
"Begini, kakang resi dan engkau, Lingajaya. Aku hendak
mengirimmu ke kahuripan dan engkau menjadi mata- mata
kami. Kalau kami mengirim seorang tokoh Wengker, mungkin
akan mudah ketahuan. Akan tetapi engkau adalah orang dari
daerah Kahuripan, maka tidak a kan ada yang mencurigaimu.
Kau hubungilah Lasmini dan Mandari itu dan kau bantu
mereka sa mpai berhasil me mbunuh raja dan patihnya, atau
setidaknya mengadu domba dan me mbikin kacau. Tugasmu
penting sekali, juga berat karena kalau engkau ketahuan,
tentu nyawamu terancam. Nah,
sanggupkah engkau
me laksanakan tugas ini Linggajaya?"
Linggajaya adalah seorang pe muda yang a mat cerdik.
Ayahnya adalah seorang lurah, seorang pamong praja
kerajaan Kahuripan. Biarpun dia tidak me miliki watak setia
kepada Kahuripan, namun d ia adalah kawula Kahuripan. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia harus ber korban mengkhianati Kahuripan, dia harus
mendapatkan imbalan yang sepandan dan yang a mat besar.
Maka dia menye mbah lalu berkata kepada Adipati Adhamapanuda. "Ampun, gusti adipati. Tentu saja hamba sanggup
me laksanakan tugas berat itu, akan tetapi ada suatu
kenyataan yang menjadi penghalang bagi ha mba untuk
menyanggupinya."
"He mm, kenyataan yang bagaimana! Linggajaya?" tanya
sang adipati sambil mengerutkan alisnya.
"Kenyataannya bahwa hamba ini bukanlah seorang
punggawa Kerajaan Wengker, bagaimana hamba dapat
me laksanakan tugas yang amat penting dan rahasia ini"
Bukankah seyogianya tugas sepenting ini dilakukan oleh
seorang punggawa yang berkedudukan tinggi, setidaknya
seorang senopati?"


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar ucapan ini, Adipati Adhamapanuda menoleh
kepada Resi Bajrasakti dan bertanya,
"Bagaimana pendapat andika tentang hal ini, ka kang resi?"
Resi Bajrasakti tersenyum. "Hamba sekali-kali bukan
me mbe la murid ha mba, akan tetapi hamba kira ucapannya itu
mengandung kebenaran. Kalau Linggajaya tidak menjadi
punggawa berkedudukan dan terpercaya di Kerajaan
Wengker, bagaimana kita dapat mengharapkan kesetiaan
darinya?" Adipati Adhamapanuda men gangguk-angguk. "Baiklah
kalau begitu. Linggajaya, mula i saat ini kami mengangkat
andika menjadi senopati muda dengan julukan Senopati
Lingga W ijaya!"
Bukan main girang hati pemuda itu. Akan tetapi dasar dia
murka dan juga cerdik, ma ka dia me mberi se mbah hormat
dan berkata, "Hamba menghaturkan banyak terima kasih atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebijaksanaan paduka. Akan tetapi karena hamba hendak
me laksanakan tugas yang amat penting dan berat, dan
mungkin hamba akan menghadapi lawan- lawan yang tanggu,
sedangkan hamba tidak me miliki pusa ka ampuh, maka ha mba
akan bersyukur apa bila paduka berkenan me mberi ha mba
sebuah pusaka untuk pelindung diri ha mba, gusti."
Mendengar ini, Resi Bajrasakti tertawa gembira. "Ha-ha-ha,
murid ha mba ini orangnya jujur, Adi Adipati. Memang hamba
belum me mberi pusaka kepadanya, karena kalau hamba
berikan pusaka hamba Cambuk Gading, tentu banyak tokoh
Kahuripan mengenalnya dan dapat menduga bahwa
Linggajaya me mpunyai hubungan dengan ha mba. Karena itu
untuk me mbesarkan hatinya dan demi tercapainya cita-cita
kita, hamba mohon paduka merelakan untuk me mber ikan Ki
Candalamanik kepadanya."
Adipati Adhamapanuda menghela napas panjang. Keris
pusaka Ki Candala manik adalah pusaka keturunan raja-raja
Wengker. Akan tetapi untuk menolaknya, dia merasa tidak
enak karena pemuda itu me miliki tugas berat.
"Baiklah," katanya sambil mencabut keris bersama
warangkanya yang terselip di pinggangnya.
"Terima lah Ki Candala manik ini, kami pinjamkan kepadamu
untuk kaupergunakan dalam tugas ini, Senopati Lingga
Wijaya." Linggajaya mener ima keris itu dan menyembah sa mbil
menghaturkan terima kasih, lalu me nyelipkan keris pusaka itu
di ikat pinggangnya.
Setelah kemba li ke gedung Resi Bajrasakti, Linggajaya
berkemas dan pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali
pemuda itu men inggalkan kota kerajaan Wengker dan menuju
ke dusun Karang Tirta, kembali ke r umah orang tuanya, yaitu
Ki Lurah Sura menggala kepala dusun Karang Tirta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang diceritakan oleh Adipati Adhamapanuda, raja
Wengker itu kepada Linggajaya me mang benar. Dia mendapat
surat dari Ratu Durgamala dari Kerajaan Parang Siluman
tentang siasat yang melakukan kerajaan yang sejak dulu
menjad i musuh Mataram dan sekarang me musuhi Kahuripan
itu, siasat keji yang dilakukan me lalui dua orang puterinya,
yaitu Lasmini dan Mandari.
Seperti telah kita ketahui, dengan bujuk rayunya yang amat
me mikat hati Mandari berhasil me mbuat Sang Prabu Erlangga
mencer itakan tentang peringatan Sang Empu Bharada tentang
banjir darah yang akan terjadi di Kahuripan dan Sang Prabu
Erlangga mas ih bingung karena tidak tahu apa yang menjadi
sebab datangnya ancaman malapetaka itu.
Mandari send iri kehilangan akal, maka pada suatu hari ia
berpamit kepada Sang Prabu Erlangga untuk mengunjungi
mba k ayunya, yaitu Lasmini yang menjadi selir Ki Patih
Narotama karena ia merasa rindu. Tentu saja Sang Prabu
Erlangga mengijinkannya.
Setelah dua orang kakak beradik itu bertemu, mereka lalu
bicara bisik-bisik dalam sebuah kamar tertutup. Ki Patih
Narotama juga tentu saja mengijinkan selirnya yang terkasih
itu bercengkerama dan me lepas kerinduan dengan adiknya
sang kini me njadi selir Sang Prabu Erlangga.
"Aduh_ Mbakayu Lasmini, ketiwasan (celaka) ....." bisik
Mandari setelah mereka duduk berdua di atas pe mbaringan.
"Ehh" Ada apakah, Mandari?" tanya Lasmini khawatir.
Kalau adiknya bersikap demikian khawatir, pasti terjadi
sesuatu yang amat penting dan hebat.
"Si keparat Empu Bharada itu! Sejak se mula, dalam
pertemuan pertama matanya sudah memandangku seperti
mata kucing, tajam menusuk dan menyelidik. Dan sekarang
dia menghadap Sang Prabu Erlangga, me mperingatkan sang
prabu bahwa akan ada ma lapetaka menimpa kahuripan, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada pertempuran, bunuh me mbunuh dan banjir darah! Dan
Sang Prabu Erlangga menjadi gelisah, mencari apa yang
menjad i sebab, kesalahan apa yang dia lakukan sehingga akan
timbul malapetaka itu. Bukankah ini gawat sekali?"
"He mm ....., dan Sang Prabu Erlangga menceritakan semua
itu kepada mu Apakah dia amat percaya kepadamu! Mandari?"
"Tentu saja dia a mat percaya kepadaku! Engkau tahu,
mba kayu Lasmini, Sang Prabu Erlangga amat mengasihiku.
Apa pun permintaanku tentu dituruti. Karena itu, mendengar
tentang empu keparat itu, aku menjadi bingung dan ge lisah.
Aku sengaja minta ijin berkunjung ke sini untuk minta
pendapatmu. Kita harus segera bertindak, mbakayu, sebelum
empu keparat itu mer usak rencana kita."
Lasmini mengangguk. "Me mang gawat, K i Patih Narotama
juga sudah terjerat olehku. Dia a mat mencintaku. Akan tapi
untuk me langkah selanjutnya dan mencoba me mbunuhnya,
aku tidak berani. Dia sakti mandraguna dan kalau aku gagal
me mbunuhnya, tentu aku akan ce laka."
"Akupun tidak berani melakukan pe mbunuhan terhadap
Sang Prabu Erlangga. Dia amat sakti mandraguna. Aku yakin
kalau menggunakan jalan kekerasan kita tidak a kan berhasil."
"Lalu bagaimana rencana mu?" tanya Las mini.
"Aku me mang me mpunyai rencana ba ik se kali. Akan tetapi
aku masih ragu, maka aku datang mene mui mu karena siasat
ini hanya dapat dila kukan oleh kita berdua." kata Mandari.
"Bagaimana rencana siasatmu itu?" "Begini, mbakayu. Kita
adu domba antara Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Sekarang ada kesempatan baik sekali bagiku. Sang
Prabu Erlangga sedang mencari sebab mengapa Kahuripan
akan dilanda malapetaka. Nah, aku akan mengatakan bahwa
hal ini disebabkan ulah Ki Patih Narota ma!" "Eh" Disebabkan
Ki Patih Narotama" Bagaimana ini" Apa maksudmu?" tanya
Lasmini heran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan mengatakan kepada Sang Prabu Erlangga bahwa
sebetulnya dahulu ketika Sang Prabu Erlangga me minang kita,
engkau sudah setuju dan bahwa sebetulnya engkau diam-
dia m mencintai dan mengagumi Sang Prabu Erlangga. Akan
tetapi di tengah perjalanan, Ki Patih Narotama yang berpura-
pura mengobatimu, telah mene lanjangimu, melihati dan
meraba-raba perut dan pusar mu. Akan kukatakan bahwa
sampai se karangpun sebetulnya engkau masih mencinta Sang
Prabu Erlangga dan hanya mau men jadi se lir Ki Patih
Narotama karena terpaksa."
"He mm, apakah Sang Prabu Erlangga akan percaya?" tanya
Lasmini ragu. "Kalau aku yang bilang, tanggung dia percaya. Aku akan
me mbujuknya agar dia minta kepada Ki Patih Narotama agar
menyerahkan engkau kepadanya. Nah, dia tentu akan
tergerak hatinya dan menuruti permintaanku agar engkau di
boyong ke istana untuk menjadi selirnya dan berdekatan
denganku."
"Akan tetapi, bagaimana kalau Ki Patih Narota ma yang
setia itu menyerahkan aku kepada Sang Prabu Erlangga
dengan suka rela" Bukankah itu berarti bahwa siasatmu itu
sia-sia belaka" Apa untungnya" Kau tahu, Ki Patih Narotama
adalah seorang laki-laki yang amat menyenangkan dan
me mbahag iakan hatiku. Dia jantan, le mbut, pendeknya aku
jatuh cinta kepadanya!"
Lasmini tersenyum nanis dan me lanjutkan, "Kalau hasil siasatmu itu hanya me mindahkan
aku dari tangan Ki Patih Narotama ke tangan Sang Prabu
Erlangga, aku tida k mau. Aku su dah terlanjur cinta kepada Ki
Patih Narotama!"
"Mbakayu Lasmini! Apa engkau sudah lupa akan tugas kita"
Aku sendiripun udah men ikmati hidup bahagia dengan Sang
Prabu Erlangga! Akan tetapi kita tidak boleh melupakan
dendam turun-te murun kita terhadap keturunan Mataram,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama kepada Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama!"
"Aku tidak pernah melupa kan hal itu,Adi Mandari. Akan
tetapi kalau hanya me mindahkan aku dari kepatihan ke istana,
apa untungnya?"
"Aku belum selesai mencer itakan siasatku. Engkau harus
me mbantu. Engkau katakan kepada Ki Patih Narotama bahwa
engkau mendengar dariku kalau Sang Prabu Erlangga itu
sebetulnya menaksirmu, dan sampa i sekarang masih ingin
menga mbilmu dari tangan K i Patih Narotama. Pendeknya,
bakarlah hatinya agar dia menjadi ce mburu. Nah, dengan
kecemburuan itu, mungkin d ia akan menolak permintaan Sang
Prabu Erlangga. Andaikata dia tetap menyerahkanmu maka
giliran mu untuk me laporkan kepada Sang Prabu Erlangga
bahwa sesungguhnya. Ki Patih Narotama me mbenci rajanya
bahwa kebaikan sikapnya itu hanya pada lahirnya saja, namun
di dalam hatinya Ki Patih Narotama penuh iri dan adalah
pemberontakan terhadap Sang Prabu Erlangga. Nah, dengan
usaha kita berdua ini, mustahil tidak timbul kemarahan dan
kebencian dalam hati mereka, saling cur iga, saling marah dan
me mbenci sehingga akhirnya terpecah belah."
Lasmini mengangguk-angguk. "Wah, siasatmu ini hebat
sekali, adikku. Baiklah, aku akan berusaha agar Ki Patih
Narotama marah kepada Sang Prabu Erlangga."
Mandari menghela napas panjang. Terus terang saja, usaha
kita ini penuh resiko, penuh bahaya. Kita sudah terlanjur
mencinta pria yang menjadi suami kita, akan tetapi di samping
itu kita berkewajiban untuk mencelaka kan mereka atau
bahkan me mbunuh mereka. Akan tetapi, kita tak boleh
me lupakan bahwa mereka itu sesungguhnya adalah musuh
bebuyutan kita!"
"Engkau benar, adikku. Akan tetapi, untuk mencari
kesenangan bagi diri kita sendiri, masih ada banyak waktu dan
dimana- mana terdapat laki-laki yang tampan dan gagah, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan dapat member i kenikmatan dan kesenangan kepada
kita." "Akan tetapi biarpun kita sudah sepakat untuk mengatur
siasat mengadu domba antara raja dan patihnya itu, hatiku
masih gelisah me mikirkan tentang mpu brengsek itu,
mba kayu. Dia tetap merupakan anca man besar bagi kita.
Agaknya, entah bagaimana, dia itu sudah dapat mengetahui
bahwa kehadiran kita berdua di Kahuripan menvembunyikan
niat-niat yang akan merugikan Kahuripan."
"Me mang, kita harus bertindak se karang juga, Mandari.
Karena itu, selagi engkau berada di sini, mari kita
mengunjungi Ibu Ratu di Parang Siluman. Kita rundingkan
tentang Empu Bharada ini dengan Ibu Ratu. Biarlah ia dan
Uwa Nagakumala yang mengatur untuk me nyingkirkan e mpu
keparat itu. Aku akan minta ijin Ki Patih, dan kita pergi
bersama." Demikianlah, setelah minta ijin kepada Ki Patih Narotama
bahwa ia dan adiknya akan perg i berkunjung kepada ibu
mereka di Parang Silu man dan Patih Narotama mengijinkannya, Lasmini dan Mandari na ik kereta dan
berangkat ke Kerajaan Parang Silu man di pantai Laut Kidul.
Mereka bertemu dengan Ratu Durga mala yang biarpun
usianya sudah empatpuluh tahun akan tetapi masih tampak
muda dan cantik je lita, tak ubahnya seperti saudara saja dari
kedua orang puterinya itu. Di s ini siasat mereka diatur lebih
matang lagi dan karena kebetulan K i Nagakuma la juga berada
di situ, maka ibu dan uwa mereka menyanggupi untuk
"me mbereskan" Empu Bharada. Setelah semua siasat diatur
rapi, Lasmini dan Mandari kembali ke Kahuripan. Mandari
menuju ke istana Raja Erlangga sedangkan Lasmini kembali ke
kepatihan. Ketika Lasmini me masu ki gedung kepatihan dan tiba di
ruangan dalam, ia melihat suaminya duduk seorang diri sambil
me mbaca Kitab Weda. Lasmini pura-pura tidak melihat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus menlangkah sa mbil men undukkan mukanya kearah
kamarnya. Ki Patih Narotama melihat sikap selirnya terkasih ini dan dia
menjad i heran. Biasanya Lasmini bersikap penuh hormat,
manja dan ra mah kepadanya, akan tetapi sekali ini Lasmini
seolah olah t idak me lihatnya dan me masu ki kamar dengan
kepala menunduk dan wajahnya yang mura m. Maka dia cepat
menyimpan kitabnya dan bergegas mengejar ke da la m kamar
selirnya, sebuah kamar yang mewah, bersih dan berharu m
bunga mawar dan melati, bunga kesayangan selirnya. Dia
me lihat Lasmini duduk di tepi pe mbaringan dan menundukkan
mukanya dengan lesu.
Narotama cepat mengha mpiri selirnya duduk di sisinya dan
merangkul leher yang berkulit putih mulus itu. Dicium pelipis
Lasmini. "Yayi, apakah yang terjadi" Mengapa engkau


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bermura m durja setelah engkau kembali dar i Parang Siluman
bersama adikmu yayi Mandari?"
"Duh kakangmas ..... bagaimana harus saya katakan" Saya
..... saya tidak berani ..... saya khawatir akan me mbuat
kakangmas ..... bingung dan susah ....ahh, sungguh tidak
sangka, hidup saya akan menghadapi penderitaan seperti
ini....." Lasmini sesenggukan dan ketika Narota ma merangkul,
ia menye mbunyikan mukanya di dada sua minya itu dan air
matanya me mbasahi kulit dada Narota ma.
"Tenanglah, yayi Lasmini. Tenangkan hatimu dan katakan
saja, apa yang mengganggu pikiran mu itu" Percayalah, aku
tidak akan marah, juga tidak akan b ingung atau susah. Masih
ragukah engkau bahwa aku sungguh mencintamu?"
"Aduh kakangmas ..... justru karena itulah, justeru karena
saya tahu betapa kakangmas a mat mencintaku dan saya juga
mencinta kakangmas dengan seluruh jiwa raga, maka hal ini
menjad i semakin mer isaukan hati saya ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih Narotama mengangkat muka Lasmini dari dadanya,
menciumi muka yang cantik jelita itu dengan penuh kasih
sayang lalu berkata le mbut, "Hayo ceritakanlah dan jangan
me mbuat hatiku menjadi penasaran, Lasmini." .
"Baiklah, kakangmas, akan tetapi sebelumnya saya mohon
beribu maaf. saya mendengar laporan adik saya Mandari .....
akan tetapi ia pesan wanti wanti kepada saya agar saya tidak
mencer itakannya kepada siapapun juga terutama tidak kepada
kakangmas ....."
"Sudahlah, ceritakan saja padaku, kekasihku tersayang!"
"Begini, kakangrnas. Menurut cerita ad ik saya bahwa .....
bahwa Sang Prabu Erlangga sejak dulu ..... menaksir diriku
dan bahkan sampai sekarangpun masih sering me mbicarakannya dengan Mandari bahwa be liau ..... hendak
menga mbil saya dari tangan mu, kakangmas ..... Ahh, saya.....
saya khawatir sekali, kakangmas."
Narotama terkejut dan merasa terpukul hatinya. Dia
menatap wajah yang menunduk lesu itu dan bertanya,
"He mmmn benarkah itu, Las mini?"
"Kakangrnas, Mandari adalah adik saya yang sayang dan
setia kepada saya, ia tidak akan beran i berbohong. Saya
percaya sepenuhnya kepadanya. Bagaimana, kakangrnas"
Saya ..... takut
Lasmini merangkul Narotama dan menang is lag i.
Narotama juga merangkul kekasihnya dan mengelus
rambut kepalanya. Dia diam saja dan pikirannya menjadi
kacau. Dia me mang a mat terpikat oleh selirnya ini, terpikat oleh
kecantikannya dan terutama oleh sikapnya yang tampaknya
begitu mesra dan penuh cinta kepadanya. Mungkinkah dia
dapat memisahkan ikatan cintanya dengan Lasmini dan
menyerahkannya kepada Sang Prabu Erlangga" Akan tetapi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia juga terikat kesetiaannya kepada sang raja. Jangankan
baru menyerahkan selir, biarpun me nyerahkan nyawanya dia
akan rela untuk me menuhi per mintaan junjungannya itu.
Perasaan hatinya terpecah dua dan berulang-ulang dia
menghela napas panjang.
Melihat ini, Lasmini lalu merangkul lag i dan menciumi muka
suaminya. "Duh kakangmas, ampunilah saya ..... saya telah
me mbuat paduka menjad i ge lisah dan berduka ....."
Dengan pengerahan seluruh daya tariknya untuk me mikat
hati Narotama, Lasmini lalu menghibur dan untuk se mentara
me mang hati Narotama terhibur dan larut dalam kemesraan.
Sementara itu, di istana Sang Prabu Erlangga, Mandari juga
segera menjalankan siasatnya. Setelah ia berada berdua
dalam kamarnya bersama Sang Prabu Erlangga, dengan muka
cemberut ia berkata kepada raja itu. "Sinuwun, hamba kira
sekarang hamba telah mene mukan apa yang menjadi sebab
sehingga Kahuripan teranca m bahaya seperti yang diga mbarkan oleh Paman Empu Bharada. "
Sang Prabu Erlangga tercengang., "Jagad Dewa Bathara!
Benarkah itu, yayi" Engkau baru saja pulang dari kepatihan
dan dan Parang Siluman, bagaimana bisa mendapatkan sebab
yang sedang kucari itu?"
"Justeru di kepatihan hamba mene mukan penyebab itu,
sinuwun sesembahan ha mba."
"Aneh sekali engkau ini, Mandari. Penyebab malapetaka
yang diramalkan! itu berada di kepatihan" Bagaimana itu" Apa
yang kau maksudkan ?"
"Begini sesungguhnya, sinuwun. Akan tetapi sebelum
hamba menceritakan! hamba mohon beribu a mpun apabila
cerita hamba ini me ndatangkan perasaan tidak senang dalam
hati paduka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Prabu Erlangga tersenyum. "Ceritakanlah dan jangan
khawatir, aku tidak akan marah kepadamu kalau engkau
mencer itakan keadaan yang sebenarnya."
"Begini, sinuwun. Hal ini mengenai diri Mbakayu Lasmini
dan Ki Patih Narotama." Mandari berhenti lagi seolah merasa
ragu .dan takut untuk me lanjutkan.
"Eh" Ada apa dengan Las mini dan Kakang Narotama?"
"Terus terang saja, ketika dahulu paduka me minang
Mbakayu Lasmini dan hamba melalui Ki Patih, Mbakayu
Lasmini menya mbut dengan penuh su ka c ita dan serta merta
menerima pinangan paduka karena me mang sejak re maja
Mbakayu Lasmini sudah mengagumi dan me muja- muja nama
paduka. Mbakayu Lasmini ingin sekali mengabdi dan
mengha mba kan diri kepada paduka. Hal ini ia ceritakan
kepada hamba ketika ha mba berdua berangkat dengan kereta
menuju Kahuripan. Akan tetapi di tengah perjalanan, ketika
Mbakayu Lasmini menderita sakit perut, Ki Patih Narotama
menggunakan alasan mengobati telah menelanjangi dan
meraba perut dan pusar Mbakayu Lasmini ....." Mandari
berhenti lagi. "He mm, kalau ia me mang mengharapkan menjadi se lirku,
kenapa ia menolakku dan me milih menjadi selir Kakang Patih
Narotama?"
"Itulah, ' sinuwun. Mba kayu Lasmini merasa bahwa ia akan
menanggung aib kalau tidak bersua mikan Ki Patih, karena pria
itu telah melihat dan meraba perut dan pusarnya. Ketika
hamba bertemu dengannya, ia mengaku bahwa sa mpai
sekarang ia masih mencinta, mengagungi dan me muja paduka
dan bahwa hidupnya sebagai selir Ki Patih Narota ma tidak
me mbahag iakan hatinya. Agaknya dahulu itu Ki Patih
Narotama sengaja mene lanjanginya dengan pa mrih agar
kakak ha mba itu tidak mau diperisteri paduka karena ma lu.
Ah, sinuwun, hamba mohon tolonglah Mbakayu Lasmini.
Biarkanlah menjadi selir paduka dan hidup berbahagia di s ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama ha mba. Hamba yakin bahwa Mbakayu Lasmini akan
mena mbah kebahagiaan paduka, sinuwun."
Sang Prabu Erlangga adalah seorang yang sakti
mandraguna dan juga bijaksana, akan tetapi sesuai dengan
kenyataan bahwa tidak ada manusia yang sempurna tanpa
cacat, diapun hanyalah seorang manusia. Tiada yang
sempurna di alam maya pada ini kecuali Sang Hyang Widhi
Wasa, Yang Maha Kuasa dan Maha Se mpurna. Manusia,
betapapun kecilnya, pasti me miliki kele mahan. Dan Sang
Prabu Erlangga, seperti juga Sang Arjuna, tokoh yang
dikaguminya, juga me miliki satu kele mahan, yaitu terhadap
wanita. Mendengar keterangan Mandari bahwa Lasmini sejak
dulu sa mpa i sekarang me muja dan mencintanya, dan hanya
karena ulah Narotama yang licik maka gadis yang cantik jelita
itu kini menjadi se lir Narota ma, hati Sang Prabu Erlangga
tergerak. Kalau begitu, dialah yang berhak me mpersunting
gadis itu. Pikiran ini menya mbar bagaikan kilat di dalam
benaknya. Walaupun me miliki kele mahan terhadap wanita cantik,
namun seorang yang bija ksana seperti Sang Prabu Erlangga
tidaklah diperbuda k oleh nafsunya. Bujukan nafsu itu hanya
sekilas. Dia sudah pula dapat cepat menekan gejolak nafsu
yang ingin mendapatkan Lasmini yang cantik jelita
mengga irahkan itu. Dia teringat siapa Narotama, seorang yang
amat dekat dengan hatinya, kawan seperjuangan, pembantunya sejak dahulu yang amat setia. Ditolaknya
bujukan nafsu berahi itu dan dia sudah dapat menguasai
dirinya. Dia tersenyu m dan me ngelus rambut kepala Mandari.
"Tida k, Mandari wong ayu. Lasmini telah menjadi milik
Kakang Narota ma. Aku tidak berhak mera mpasnya, bahkan
tidak berhak me mbayangkan wajahnya dan kecantikannya.
Hubunganku dengan Kakang Narotama tidak dapat dinilai
harganya, tidak mungkin menjadi retak dan terganggu hanya
karena seorang wanita. Pula, aku sudah me miliki engkau dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku tidak men ginginkan wanita lain. Biarlah Lasmini tetap
menjad i selir Kakang Narotama."
Dapat dibayangkan betapa kecewa dan sebal hati Mandari
mendengar ucapan Sang Prabu Erlangga ini. Pria ini ternyata
me miliki keteguhan hati seperti gunung karang! la menangis
dan mengeluh. "Duhai sinuwun pujaan hamba ..... kalau begitu paduka
tidak cinta lagi kepada hamba ....." Ia terisak-isak dan
menang is di atas pangkuan Sang Prabu Erlangga.
Sang Prabu Erlangga tersenyum dan mengangkat bangun
selirnya sehingga Mandari dipaksa duduk di sa mpingnya, di
tepi pe mbaringan.
"Kenapa engkau berkata demikian, yayi" Justeru penolakanku ini sebagian adalah karena sayang dan cintaku
kepadamu. Aku tidak ingin ada wanita lain lagi yang berada di
sampingku selain engkau dan per maisuri serta selir yang
sudah ada. Aku tidak ingin men ga mbil selir lain lagi."
"Akan tetapi hamba merasa kasihan kepada Mbakayu
Lasmini, hamba ingin meno longnya dan me mbahagiakannya.
Kalau paduka me menuhi per mintaan ha mba dan menga mbilnya sebagai garwo a mpil (selir), ha mba akan
merasa bahagia, sebaliknya kalau paduka meno lak, hamba
akan merasa berduka. Apakah paduka tidak kasihan kepada
hamba?" "Mandari, selirku terkasih. Ketahuilah, cinta tidak berarti
harus me menuhi se mua per mintaan orang yang dicintai Sa ma
sekali tidak. Cinta bahkan harus menolak per mintaan orang
yang dicintai kalau per mintaan itu tidak benar, berarti
menyadarkan orang yang dicinta dari keke liruan. Kalau
menurut i saja per mintaan yang keliru dari orang yang dicintai
hal itu berarti malah me ndorongnya ke da la m jurang. Dan
ketahuilah bahwa per mintaanmu sekali ini adalah keliru tidak
benar sama sekali. Kakang Narotama adalah tulang punggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerajaan Kahuripan. Apakah aku harus me matahkan tulang
punggung itu hanya demi mera mpas seorang wanita cantik
dari tangan pria yang berhak me milikinya?" Tidak, wong ayu,
sekali lagi tidak!"
Dala m ucapan Sang Prabu itu terdengar suara yang
mengandung keyakinan dan kepastian yang tidak mungkin
dapat diubah pula dan Mandari tahu a kan hal ini, ma ka iapun
tidak berani me mbujuk lag i, takut kalau-kalau Sang Prabu
Erlangga menjad i curiga kepadanya.
Beberapa hari kemudian, Sang Prabu Erlangga terkejut
ketika Ki Patih Narotama datang berkunjung dan mohon
menghadap tidak pada hari paseban (men ghadap raja). Dan
kedatangan Ki Patih Narota ma ini bersama Lasmini yang
berdandan rapi sehingga ta mpak cant ik je lita seperti bidadar i!
Maklum bahwa Narotama tentu me mpunyai urusan penting
untuk dibicarakan, maka Sang Prabu Erlangga menerima
patihnya bersama Lasmini da la m sebuah ruangan tertutup
tanpa dihadiri orang lain, bahkan Mandari sendiripun tidak
diperkenankan ikut menyambut.
Setelah dipersilakan duduk, Sang Prabu Erlangga berkata
sambil tersenyum. "Wahai, Kakang Narotama, andika datang
berkunjung bukan pada hari paseban, tentu ada urusan yang
teramat penting. Dan andika mengajak pula se lir andika
Lassmini, ada urusan apakah gerangan, Kakang Narotama?"
Sang Prabu menger ling ke arah Lasmini yang menundukkan
mukanya dan harus dia akui bahwa wanita itu me mang cantik
luar biasa. Hanya Mandari saja yang dapat menandingi
kecantikan itu.
"Ampun beribu a mpun, gusti sinuwun Kedatangan ha mba
menghadap paduka tanpa dipanggil ini adalah untuk
menghaturkan Las mini kepada paduka."
Sang Prabu Erlangga me mandang patihnya dengan mata
terbelalak penuh keheranan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menghaturkan Las mini kepadaku" Apa ma ksudmu, Kakang
Narotama?"
"Apabila paduka ber kenan menghendaki untuk menga mbil
Lasmini sebagai garwo ampil, silakan, gusti. Hamba


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerahkannya dengan kedua tangan terbuka dan hati
serela-relanya."
"Duh Jagad Dewa Bathara! Serendah itukah penila ian mu
terhadap diriku" Aku bukan perusak pagar ayu, aku tidak akan
mera mpas isteri orang lain, apa lagi isterimu, kakang, Bawalah
garwamu pulang dan jangan berpikir yang bukan bukan! Heh,
Lasmini, andika bersuamikan seorang ksatria yang arif
bijaksana. Pulanglah bersa ma dia dan hiduplah bahagia
disa mpingnya sebagai seorang isteri yang setia. Nah,
pulanglah kalian!" Dala m kalimat terakhir ini terkandung
perintah tegas sehingga Ki Patih Narotama tidak berani
me mbantah lagi. Setelah berpa mit dan mohon diri dia lalu
mengajak Lasmini pulang dengan hati yang lega dan tenang.
Kalau benar Sang Prabu Erlangga tertarik dan me ncintai
Lasmini, hal itu tidaklah aneh. Selirnya itu me mang me miliki
kecantikan luar biasa sehingga kalau ada dewa sekalipun yang
jatuh cinta padanya, dia tidak akan merasa heran. Sang Prabu
Erlangga sebagai seorang pria boleh jadi terpikat dan jatuh -
cinta kepada Lasmini, namun dia percaya sepenuhnya bahwa
Sang Prabu Erlangga tidak a kan sede mikian sesat untuk
mengganggu isteri orang lain.
Dari se mula dia sudah menduga begitu, maka diapun
sengaja mengajak Lasmini menghadap dan menyerahkan
Lasmini kepada Sang Prabu Erlangga. Dan, seperti memang
sudah diduganya, Sang Prabu Erlangga menolak keras! Maka
timbul perasaan terima kasih dan bangga kepada rajanya yang
me mbuat dia se makin kagum, me muja dan setia kepada
junjungannya yang juga merupakan sahabat dan saudara
seperguruannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 8 SEBALIKNYA, Lasmini dan Mandiri yang dia m-dia m
menyumpah-serapah, kecewa dan marah bukan ma in melihat
betapa siasat mereka berdua itu gagal sama sekali. Hasilnya
bukan mengadu domba dan me me cah belah, bahkan
me mbuat hubungan antara raja dan patihnya itu menjadi
semakin kuat. Akan tetapi dua orang kakak beradik yang
cantik jelita dan cerdik sekali ini tidak me mper lihatkan
perasaan mereka di depan suami masing-masing, bahkan
berusaha sekuat tenaga untuk semakin me mikat sua mi
mereka sehingga mereka berdua semakin disayang. Mereka
bagaikan dua ekor har imau yang ta mpak jinak menyenangkan,
akan tetapi yang dia m-dia m menanti saat dan kesempatan
baik untuk mener kam dan me mbinasakan!
Tanah perdikan Lemah Citra merupakan sebidang tanah
yang subur di daerah perbukitan. Tanah perdikan ini cukup
luas, dihuni oleh sekitar seratus buah keluarga yang menjadi
petani. Lemah Citra ini adalah milik Empu Bharada, pemberian
Prabu Erlangga kepadanya. Setelah banyak keluarga
menghuni Lemah Citra dengan persetujuan Empu Bharada
sebagai pemiliknya, maka Lemah Citra menjadi sebuah
pedusunan yang cukup aman, makmur dan penuh keda maian.
Dengan adanya Empu Bharada yang menjadi pe milik tanah
sekaligus pimpinan, tidak ada orang berani berbuat jahat.
Bahkan mereka yang tadinya mudah dipengaruhi dan
diper mainkan nafsu sendiri, setelah tinggal di Lemah Citra dan
sering mendengarkan sang e mpu memberi wejangan-
wejangan, berubah menjadi seorang manusia yang bertaubat
dan mengubah ja lan hidupnya. Mereka bertani, bekerja keras
dan bergotong royong dengan akrab seh ingga mereka
bagaikan keluarga besar, kalau ada hasil panen besar sama
dinikmati, kalau ada kesulitan sa ma ditanggulangi, ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesukaran sama dipikul. Empu Bharada tinggal di tengah
dusun, di bagian tanah yang paling t inggi di puncak sebuah
bukit kecil. Rumahnya terbuat dari kayu jati, cukup besar dan
kokoh. Empu Bharada hidup me mbujang sejak muda, tinggal di
dalam rumah itu, ditemani lima cantrik yang berusia antara
dua puluh sa mpai tiga puluh tahun. Mereka tidak berkeluarga.
Kalau ada cantrik yang mau men ikah, dia harus pindah ke
rumah lain, tidak diperkenankan tinggal di rumah itu. Lima
Pendekar Sakti Dari Lembah Liar 5 Rahasia Peti Wasiat Karya Gan K L Cinta Bernoda Darah 12
^