Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 6

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


Kartiyah, puteri ki lurah yang berusia de lapan belas tahun itu
terikat di atas pembaringan bersa ma tiga orang gadis lain dan
mereka itu tadinya tidak berani menang is. Akan tetapi melihat
siapa yang datang, mereka lalu menjerit-jerit dan menang is.
Mereka bere mpat telah menjad i korban kekejian para penjahat
itu. K i Lurah Warsita melepaskan ikatan puterinya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berangkulan. Juga Nurseta melepaskan ikatan kaki
tangan tiga orang gadis lainnya. Selain berhasil menemukan
dan me mbebaskan e mpat orang gadis yang diculik
gerombolan itu, mereka juga mene mukan barang-barang
rampokan milik ki lurah dan para penduduk lain. Semua
barang itu diangkut keluar kemudian rumah itu dibakar oleh
penduduk yang marah. Kemudian mereka kembali ke dusun
Karang Sari, me mbawa pulang e mpat orang gadis korban
penculikan dan barang-barang rampokan.
Setelah tiba di dusun, semua orang me muji-muji Nurseta,
juga Ki Lurah Warsita mengucapkan terima kasih kepadanya.
Di depan para penduduk Karang Sari, Nurseta berkata dengan
suara lantang, "Saudara-saudara, saya senang sekali melihat andika
sekalian kini bangkit, bersatu dan berani menentang para
penjahat. Saya yakin, kalau andika se kalian tetap bersatu
padu menghadapi kejahatan, tidak ada gerombolan yang akan
berani mengganggu dusun kalian. Akan tetapi, harap jangan
bertindak kejam seperti yang andika sekalian lakukan tadi.
Kalau ada penjahat mengganggu ketentraman, kepung dan
tangkap, serahkan kepada Ki lurah untuk diadili. Penjahat
boleh dihukum, kalau perlu hukum mati, akan tetapi harus
me lalui pengadilan dulu, jangan ma in bunuh seperti tadi. Cara
seperti itu tidak ad il, kejam, dan dapat men imbulkan bencana
karena me mbunuh orang yang salah, yang tidak berdosa.
Nah, dapatkah andika sekalian mengerti dan berjanji tidak
akan mengulang ke kejaman seperti tadi?"
Penduduk dusun Karang Sari yang a mat kagum dan
berterima kasih kepada Nurseta menyatakan mengerti dan
mau berjanji. Mala m itu Nurseta dipersilakan untu k ber malam
di rumah Ki Lurah Warsita, akan tetapi Nurseta mengucapkan
terima kasih dan me milih ber ma la m di rumah Ki Karja yang
sudah dikenalnya. dari orang ini dia mendapat keterangan
bahwa setelah malam tadi Nurseta meninggalkannya, Ki Karja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu nekat keluar dari rumah, menghubungi Ki Lurah Warsita
dan para pemuda, menceritakan tentang Nurseta yang hendak
me mbas mi gero mbolan. Semangat mereka bangkit dan
bersama ki lurah, Ki Karja lalu me ngumpulkan se mua laki-la ki
di dusun itu dan mereka me mbuat persiapan untuk me mbantu
Nurseta me mbas mi para penjahat itu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi ketika Nurseta berpamit
hendak meninggalkan rumah Ki Karja dan keluarganya, Ki
Karja berkata dengan serius, "Anakmas Nurseta, maafkan saya
kalau saya bicara lancang. Akan tetapi saya hanya
menya mpaikan pesan Ki Lurah Warsita."
"Katakanlah, Pa man Karja, apa yang hendak andika
sampaikan kepadaku itu?"
"Begini, anakmas. Malam tadi, ketika hendak me ninggalkan
rumah ki lurah, dia me mesan saya untuk menyampaikan
keinginannya kepadamu. Dia berpesan kalau se kiranya
Anakmas Nurseta mas ih belum me mpunyai isteri dan mau
menerima nya, Ki lurah ingin sekali menjodohkan puterinya,
yaitu Nini Kartiyah yang malam tadi dia mbil dari pondok
gerombolan, dengan anakmas. Bagaimana pendapat mu,
Anakmas Nurseta" Saya harus menya mpaikan jawaban
anakmas sekarang kepada ki lurah."
Wajah Nurseta berubah kemerahan karena ma lu. Dia
teringat akan gadis puteri lurah itu. Usianya sekitar delapan
belas tahun gadis yang bernasib malang itu me mang cantik,
hitam man is dan menarik. Paling cantik di antara empat orang
gadis yang diculik gero mbolan. Akan tetapi dia sama sekali
sedikitpun belum me mpunyai keinginan untuk menikah. Tiba-
tiba dia teringat. Kalau dia menolak, tentu dapat menimbulkan
kesan bahwa dia meno lak karena Kartiyah itu ah menjadi
korban gerombolan jahat, bukan perawan lagi. Maka dia lalu
berkata dengan hati-hati.
"Paman Karja, harap sa mpaikan terima kasihku kepada
Paman Lurah Warsita atas niat baiknya itu. Akan tetapi, saya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dapat menerima usulnya itu. Sama sekali bukan karena
puterinya itu telah menjadi korban gero mbolan, sama sekali
tidak. Melainkan hanya karena sama sekali belum me mpunyai
pikiran untuk me ngikat diri dengan sebuah pernikahan. Harap
sampaikan maaf saya kepada ki lurah dan kalau boleh saya
nasihatkan, sebaiknya segera dicarikan seorang sua mi untuk
Kartiyah agar ia terbebas dari duka dan aib. Nah, selamat
tinggal, pa man dan terima kasih atas kebaikanmu."
Nurseta tidak me mberi kesempatan kepada Ki Karja untuk
bicara lebih banyak mengenai usul perjodohan itu dari cepat
dia meninggalkan dusun Karang Sari, menuju ke dusun Karang
Tirta. Ada rasa haru dalam hati Nurseta ketika dia melangkahkan
kakinya di atas jalan setapak yang amat dikenalnya itu
Rasanya seperti baru kemar in saja dia men inggalkan te mpat
ini. Jalan setapak itu masih belum berubah, juga pohon-pohon
di sepanjang ja lan, semua masih sama seperti lima tahun yang
lalu ketika dia meninggalkan tempat ini. Ketika dia
mengge mba la kerbau, ketika dia menggarap sawah ladang di
sana itu! Melihat semua itu, dia terkenang akan masa lalunya.
Ketika akhirnya dia me masu k pintu gerbang dusun Karang
Tirta, perasaan harunya bercampur perasaan gembira. Dia
merata seolah kembali ke kampung ha la mannya sendiri,
tempat yang me mbangkitkan se mua kenangan la ma, ketika
dia masih kecil, masa kanak-kanaknya sa mpai masa
remajanya. Suka dukanya di dusun karang Tirta itu. Di antara
orang Orang yang dijumpainya, ada beberapa wajah yang
masih dikenalnya dengan baik. Akan tetapi mereka itu
agaknya pangling (tidak ingat) dia lagi. Mungkin dia telah
berubah. Ketika pergi bersa ma gurunya lima tahun lebih yang
lalu, dia telah menjadi remaja, baru berusia enam belas tahun.
Sekarang dia telah menjadi orang pe muda dewasa berusia dua
puluh satu tahun lebih. Karena dia berpakaian seperti seorang
pemuda desa biasa, ma ka kehadirannya tidak menar ik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perhatian orang. Kalau perhatian mereka tertarik, tentu di
antara mereka akan ada yang mengenal wajahnya.
Nurseta langsung saja menujukan langkahnya ke ru mah K i
Lurah Suramenga la yang berada di tepi jalan raya di tengah-
tengah dusun. Ketika dia melangkah sepanjang jalan dusun
yang cukup lebar itu dan me mandang ke arah rumah rumah
yang amat dikenalnya, yang berjajar di kanan kiri jalan, timbul
ketrenyuan hatinya. Rumah-rumah itu masih seperti dulu dan
baru sekarang dia melihat betapa buruk dan sederhananya
rumah-rumah itu. Kemudian dia tiba di depan rumah ki lurah
dan baru sekarang ta mpak je las olehnya perbedaan yang
amat besar antara rumah-rumah para penduduk dan rumah
Ki Lurah Suramenga la! Sebuah gedung mewah dengan
pekarangan lebar penuh dengan tanaman bunga-bunga dan
pohon-pohon buah. Baru sekarang matanya seperti terbuka,
ingat betapa kehidupan rakyat yang sederhana dan miskin itu
alangkah jauh bedanya dengan kehidupan sang lurah
sekeluarga yang mewah dan kaya raya. Sawah ladangnya luas
sekali, ternaknya banyak, rumah ada beberapa buah dan
hidupnya seperti seorang raja kecil di dusun itu. Dulu,
sebelum me njadi murid mendiang Empu Dewamurt i, dia
menganggap keadaan itu wajar-wajar saja. Akan tetapi
sekarang dia melihat bahwa keadaan seperti itu sungguh tidak
adil sa ma sekali. Penduduk dusun itu dapat dikatakan semua
hidup sederhana, bahkan kekurangan. Akan tetapi lurahnya,
orang yang memimpin dusun itu, hidup berlebihan, Dia kini
teringat betapa ketika dia berusia sepuluh tahun dan kedua
orang tuanya pergi meninggalkannya begitu saja, Ki Lurah
Suramengga la yang mengatur semua harta peninggalan orang
tuanya, berupa rumah dan sawah ladang. Harta milik
peninggalan orang tuanya itu dibeli oleh sang lurah, dan
uangnya menurut uang lurah, telah habis untuk biaya
hidupnya selama tiga tahun! Sehingga mulai berusia tiga belas
tahun dia harus bekerja me mbantu orang untuk sekedar dapat
makan. Tiga tahun saja peninggalan orang tuanya itu. Habis,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padahal setiap harinya dia hanya diberi makan sederhana oleh
ki lurah. Baru sekarang dia menyadari bahwa dia telah ditipu
oleh Ki Suramengga la. Mungkin sang lurah itu dapat
mengumpulkan harta kekayaan yang berlimpahan itu dengan
cara men indas dan men ipu warganya seperti yang terjadi
dengan dirinya. Mungkin dengan me mungut pajak terlalu
besar atau mengerahkan seluruh tenaga, pikiran di harta
penduduk Karang Tirta de mi untuk kesejahteraan dirinya
sendiri. Nurseta me masuki pekarangan kelurahan itu. Tiga orang
jagabaya yang tadinya duduk di dalam gardu penjagaan cepat
keluar dari gardu dan seorang dan mere ka menegur.
"Hei, berhenti! Siapa engkau dan mau apa me masuki
pekarangan ini?"
Nurseta me mandang tiga orang itu dan dia masih
mengenal penanya tadi sebagai seorang jagabaya yang dulu
juga telah menjadi jagabaya di kelurahan itu Yang dua lagi
tidak dia kenal. Mungkin mere ka itu merupakan orang-orang
baru di Karang Tirta.
"Saya Nurseta, hendak bertemu dengan Ki Lurah
Suramengga la." kata Nurseta dengan ramah. "Apakah paman
lupa kepada saya?"
Jagabaya itu mengerutkan alisnya dan me mandang penuh
perhatian. Akhirnya dia teringat akan peristiwa yang tidak
dapat dilupakan lima tahun yang lalu.
Ketika itu pe muda ini, masih re maja, datang bersama
seorang kakek. Ki lurah marah- marah dan me mer intahkan dia
dan kawan-kawannya untuk menangkap Nurseta dan kakek
itu, akan tetapi terjadilah keanehan. Dia dan kawan-
kawannya, juga ki lurah, tidak mampu bergerak sama sekali!
Setelah Nurseta dan kakek Itu pergi, barulah mereka dapat
bergerak kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, engkau ..... engkau Nurseta bocah je mbel itu" Yang
dulu datang bersa ma .....pendeta siluman itu?" tanyanya
gagap. Nurseta tersenyum, tidak marah. Dia maklu m orang maca m
apa yang bicara k? padanya. Orang bodoh yang hanya
menganda lkan kedudukannya sebagai jagabaya dan kekuatannya untuk bersikap congkak. Orang maca m ini
biasanya tentu menjilat ke atas dan menginjak kebawah.
"Saya benar Nurseta anak yang dulu itu. Harap paman suka
me mber itahukan Ki Lurah Suramenggala bahwa saya datang
hendak bertemu dan bicara dengannya."
"Beraninya
engkau, bocah lancang." jagabaya
itu me mbentak. "Ki lurah sedang sibuk, sedang ada ta mu, tidak sempat
mene mui bocah seperti engkau!" Dia masih marah kalau
teringat akan peristiwa lima tahun yang lalu, yang me mbuat
dia dan kawan-kawannya menjadi bahan ejekan karena
berubah seperti patung ketika berhadapan dengan Nurseta
dan pendeta tua itu.
Jilid 10 PAMAN, andika hanya jagabaya, hanya petugas, sudah
menjad i kewajibanmu untuk melaporkan kepada ki lurah kalau
ada tamu. Maka, sekali lagi, aku minta kepadamu untuk
me mber itahukan ki lurah akan kedatanganku ini." kata
Nurseta. "Kurang ajar engkau!" Jagabaya itu marah dan mengayun
tangan kanannya untuk mena mpar muka Nurseta. Perlakuan
seperti ini terhadap rakyat sudah biasa dia la kukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wuuuuttt.........
plakk!" Pergelangan tangan yang mena mpar itu telah dapat ditangkap Nurseta dan dengan
sekali sentakan, tubuh jagabaya itu terpelanting dan
terbanting ke atas tanah. Dua orang temannya marah dan
tanpa diperintah lag i mereka berdua sudah me mukul dari
kanan dan kiri ke arah kepala dan dada Nurseta. Akan tetapi
pemuda ini dengan gerakan a mat cepat sudah mendahului
mena mpar dengan tangan kiri dan menendang dengan kaki
kanan. Dua orang jagabaya itu mengaduh dan merekapun
terpelanting roboh.
"Heii! Ada apakah ini?" terdengar suara orang me mbentak.
Nurseta me mandang ke arah dua orang yang baru muncul
dari dalam gedung. Dia segera mengenal Ki Lurah
Suramengga la, akan tetapi ketika dia me mandang orang
kedua yang berdiri di sa mping lurah itu dia terkejut mengenal
orang yang bertubuh raksasa itu bukan la in adalah kepala
gerombolan yang mengacau di dusun Karang Sari dan yang
berhasil melarikan diri ketika ena m orang anak buah
gerombolan itu dikeroyok dan dibunuh oleh penduduk.
Kalau Nurseta terkejut, raksasa itu lebih kaget lagi. Dia
menuding dengan telunjuk tangan kirinya yang besar sambil
berseru kepada Ki Suramenggal "Dia ..... dia itulah bocah
setan itu.....!!
Ki Suramengga la terkejut mendengar ini. Tadi dia sudah
mendengar dar i ketika gero mbolan yang menjad i anak
buahnya itu bahwa gerombolan itu dibinasakan seorang
pemuda dusun Karang Sari. setelah sekarang melihat pemuda
itupun segera mengenalnya sebagai Nurseta. Maka dia lalu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berseru keras, "Tangkap bocah ini!"
Pada saat itu, dari dalam gedung berlari keluar tiga orang
jagabaya lain. Tiga orang jagabaya yang tadi dirobohkan
Nurseta juga sudah bangkit dan mereka semua mencabut
klewang mengepung Nurseta. Kepala gerombolan yang tinggi
besar itupun ikut
mengepung. Dia sudah mencabut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjatanya, sebatang pedang berpunggung gergaji yang
menyeramkan. Kini, kepala gerombolan itu merasa yakin
bahwa dia akan dapat me mbalas dendam kepada pe muda itu.
Selain dia sendiri dapat me mpergunakan senjatanya yang
ampuh, juga di situ ada Ki Lurah Suramengga la yang
me mbantunya dengan para jagabayanya.
"Bunuh saja dia! Bocah ini jahat dan berbahaya sekali!"
bentak raksasa itu dan dia sudah mendahului para jagabaya
menyerang dengan pedangnya. Gerakannya tangkas dan kuat
sekali seh ingga pedang gergaji itu mendes ing nyaring ketika
menya mbar ke arah leher Nurseta.
"Singgg .....!" Pedang itu meluncur lewat di atas kepala
Nurseta yang menekuk kedua lututnya merendahkan diri
sehingga serangan itu t idak men genai sasaran. Pada saat itu,
enam orang jagabaya telah menghujankan serangan
kepadanya dari belakang, depan, kiri dan kanan.
Melihat gerakan mereka, maklumlah Nurseta bahwa para
pengeroyoknya itu tidak merupakan lawan yang berbahaya
maka diapun tidak merasa gugup dan dengan Aji Bayu Sakti
yang me mbuat tubuhnya seringan dan secepat angin, dia
bersilat dengan ilmu silat Baka Denta. Tubuhnya berkelebatan
di antara sinar tujuh buah senjata tajam itu dan para
pengeroyoknya menjadi bingung karena mereka merasa
seolah-olah mereka mengeroyok sebuah bayangan saja.
Dengan tamparan ta mparan tangannya yang ampuh, tanpa
mengerahkan terlalu banyak tenaga, Nurseta membuat enam
orang jagabaya itu seorang de mi seorang terpelanting dan
tidak ma mpu bangkit kembali karena ada yang merasa
kepalanya pening seperti hendak pecah, ada yang tulang
pundaknya terkilir, bahkan ada yang tulang lengannya retak.
Melihat ini, kepala gerombolan yang sejak tadi menyerang
tanpa hasil menjadi terkejut dan gentar. Di Karang Sari ena m
orang anak buahnya roboh oleh pemuda ini dan sekarang
enam orang jagabaya juga roboh. Tahulah dia bahwa pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti itu bukan tandingannya dan a mat berbahaya kalau dia
me lanjutkan perkelah ian itu. Maka dia la lu me mutar tubuhnya
hendak me larikan diri dari tempat itu. Melihat ini, Nurseta
yang tahu betapa jahatnya orang itu dan betapa orang itu
merupakan anca man bahaya bagi orang-orang lain, cepat
menga mbil sebatang klewang milik para jagabaya yang jatuh
ke tanah, kemudian dia menyambitkan kelewang itu ke arah
ke gero mbolan yang melarikan diri.
"Wuuuttt ..... cappp!!" Tubuh raksasa
itu roboh tertelungkup dengan punggung dite mbusi kelewang yang
runcing dan tajam. Dia tewas seketika.
Ki Lurah Suramenggala menjadi pucat melihat betapa
semua jagoannya roboh, bahkan kepala gero mbolan yang dia
andalkan itu agaknya telah tewas. Dia lalu me mbalikkan tubuh
dan lari hendak me masu ki gedungnya. Akan tetapi tampak
bayangan berkelebat melewatinya dan tahu-tahu Nurseta
telah berdiri menghadang di depannya! Ki Suramenggala
terkejut dan gentar. Akan tetapi dia teringat bahwa dahulu
Nurseta pernah "berhutang budi" kepadanya, maka dia
hendak menggunakan gertakan untuk me mulihkan wibawanya
terhadap pemuda itu.
"Nurseta! Berani engkau me mbikin Kacau di sini" Lihat
baik-baik, siapa aku" Aku adalah lurahmu, aku yang dulu
me me lihara mu ketika engkau mas ih kecil dan hidup sebatang
kara!" Nurseta me mandang wajah lurah itu dengan alis
berkerut. "Aku tidak lupa, Ki Sura menggala. Engkau lah yang
mera mpas tanah dan sawah ladang peninggalan orang tuaku
dan me mberi a ku ma kan selama tiga tahun saja!"
"Heh! Berani engkau kurang ajar kepadaku, bocah tak
mengenal budi?" Ki Suramengga la mena mpar dengan tangan
kanannya seperti yang dia lakukan kalau dahulu Nurseta
berani me mbantahnya ketika pe muda itu masih kec il.
Akan tetapi Nurseta menangkis sa mbaran tangan itu sambil
mengerahkan tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wuuutt ..... dukkk .....! Aduhhh" Ki Suramenggala merasa
lengannya seperti bertemu linggis dan tulangnya seperti
patah. Dia me megangi tangan kanannya dengan tangan kiri,
menge luh kesakitan.
"Ki Sura menggala, kedatanganku ini bukan untuk me mbuat
keributan. Orang orangmu yang tadi mengaja k ribut. Aku
datang hanya ingin bertanya padamu tentang orang tuaku!
Dari mana orang tuaku datang dan di mana sekarang mereka
berada" Hayo katakan dan aku tidak akan men gganggumu
lagi!" Ki Suramengga la tidak berani berlagak lag i. "Ayahmu
bernama Ki Darmaguna dan ibumu berna ma Nyi Sawitri.
Mereka berasal dari kota raja Kahuripan, pindah ke Karang
Tirta sini ketika engkau masih kecil, berusia kurang lebih tiga
tahun." "Ketika aku berus ia sepuluh tahun, tiba-tiba saja mereka
pergi dari s ini. Kemanakah mereka pergi dan di mana
sekarang mereka berada?" Ki Suramengga la menggeleng
kepala. "Aku tidak tahu, Nurseta. Mereka juga tidak pamit
kepadaku dan sampa i sekarang aku tidak tahu ke mana
mereka pergi."
"Benarkah andika tidak tahu?" desak Nurseta.
"Benar! Sungguh, aku tida k berbohong, Nurseta. "
"Sekarang, jawab pertanyaanku ini. Kenapa andika
bersahabat dengan jahanam Itu?" Nurseta menunjuk ke tubuh
raksasa kepala gerombolan yang sudah menjad i mayat.
"Siapakah dia dan bagaimana andika bersahabat dengan
orang jahat seperti itu?"
Ki Suramenggala me lebarkan matanya seolah merasa heran
dan kaget. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia bukan orang jahat, Nurseta. Aku mengenal dia sebagai
seorang jagoan gagah yang tinggal di barat, di perbatasan
Wengker." "He mm, jadi dia itu orang Kadipaten Wengker" And ika
bilang dia tidak jahat Ki Suramenggala" Dia dan anak
buahnyatelah mengganas dan me lakukan pera mpokan dan
kejahatan di dusun Karng Sari!"
"Ah, begitukah" Aku ..... aku sungguh tidak tahu ....., kalau
aku tahu tentu aku tidak sudi bersahabat dengan dia!" kata Ki
Suramengga la. "He mm, sudahlah. Mudah-mudahan peristiwa har i ini
menjad i pelajaran bagi andika harus
mengusahakan kesejahteraan penduduk dusun ini, bukan hanya mencari
kesejahteraan untuk diri sendiri. Jangan bergaul dengan orang
jahat dan jangan sekali-kali menggunakan kekerasan
menggunakan tukang pukul untuk mena kut nakuti dan
men indas rakyat. Nah, aku pergi!" Setelah berkata demikian,
Nurseta cepat men inggalkan pekarangan gedung ki lurah itu.
Tentu saja dia tidak puas dengan keterangan Ki
Suramengga la. Lurah itu hanya me mberitahukan na ma ayah
ibunya yang masih diingatnya, akan tetapi sama sekali tidak
dapat menunjukkan di mana adanya ayah bundanya sehingga
dia tidak tahu ke mana harus mencari mereka. Kini dia segera
menuju ke bekas rumah orang tuanya. Agaknya penduduk
Karang Tirta sudah mendengar akan peristiwa yang terjadi di
pekarangan rumah gedung Ki Lurah Suramenggala karena
ketika Nurseta berjalan menuju ke bekas rumah orang tuanya,
para penduduk keluar dari ru mah dan me mandang kepadanya
dengan penuh keheranan dan ke kaguman.
Ketika dia tiba di dekat rumah bekas te mpat tinggal orang
tuanya, seorang laki berusia enam puluh tahun berlari
menyongsongnya. Dengan ramah dan ge mbira laki-laki itu
me megang lengan Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, Nurseta! Sungguh tidak sangka bahwa engkau telah
menjad i seorang pemuda yang gagah perkasa, yang berani
menghajar Ki Lurah Suramenggala dan para tukang pukulnya!
Ah, sungguh kami seluruh penduduk merasa gembira sekali
dan aku a mat bangga kepada mu Nurseta!"
Nurseta segera mengenal laki-laki itu. "Paman Tejomoyo,
andika baik-baik saja bukan?" Ki Tejomoyo ini ada lah seorang
tetangga yang sejak dulu hidup sebatang kara dan dulu sering
meno long Nurseta, memberinya makan kalau Nurseta sedang
kekurangan. Mereka berangkulan, lalu Tejomoyo menar ik lengan
Nurseta, diajak masuk ke rumahnya yang sederhana. "Mari,
Nurseta, kita bicara di dalam. Aku ingin sekali mendengar
tentang dirimu, kemana saja selama lima tahun lebih ini
engkau pergi dan bagaima na sekarang setelah muncul tahu-
tahu engkau menjad i seorang yang sakti mandraguna!"
"Akupun ingin sekali mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada andika, paman dan mengharapkan keterangan dari
andika." Nurseta mengikuti Ki Tejomoyo me masu ki rumah itu.
Setelah mereka duduk di atas bale-bale ba mbu, Nurseta
me menuhi per mintaan tuan rumah, menceritakan bahwa
selama ini dia berguru kepada Empu Dewamurti yang
me mbawanya ke lereng gunung Arjuna. Setelah menceritakan
keadaan dirinya, dia lalu berkata dengan wajah ser ius.
"Paman Tejomoyo, sekarang aku ingin sekali bertanya
kepadamu dan kuharap Andika suka me mberi keterangan
yang sejelas- jelasnya."
"Apa yang hendak kautanyakan, Nurseta" Tanyalah, tentu
aku akan me nerangkan apa saja yang kuketahui."
"Begini, paman. Pa man adalah tetangga yang baik dari
orang tuaku, tentu paman mengenal baik ayah ibuku, bukan?"
Ki Tejomoyo tersenyum. "Mengenal avah ibumu" Tentu
saja aku mengenal mereka dengan baik. Ayahmu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang bijaksana dan pandai, seorang sasterawan yang
halus budi bahasanya dan ramah terhadap siapa saja. " Dia
termenung, mengingat-ingat. "Biarpun dia tidak pernah
mengaku, na mun a ku yakin bahwa Ki Darmaguna dan Nyi
Sawitri ayah ibumu itu, tentulah keluarga bangsawan. Biarpun
mereka bukan orang kaya dan hidup sederhana, namun s ikap
dan tutur sapa mereka demikian halus sehingga mudah diduga
bahwa mereka tentulah berdarah bangsawan. Seperti engkau
ini, Nurseta, engkau seorang anak desa dibesarkan di Karang
Tirta ini, akan tetapi engkau lain dibandingkan anak anak desa
pada umumnya."
"Yang ingin kutanyakan, paman. Tahukah pa man ke mana
mereka perg i dan dimana mereka kini berada?" Sa mbil
bertanya demikian, Nurseta menatap wajah orang dengan
penuh selidik. Ki Tejomoyo menghela napas panjang
"Sungguh menyesal sekali bahwa aku tidak dapat
menjawab kedua pertanyaanmu itu, Nurseta. Aku sendiri
sampai se karang masih merasa heran kemana ayah ibumu itu
pergi dan di mana mereka kini berada. Mengapa pula mereka
sampai sekarang tiada beritanya seolah lupa kepadamu,
padahal aku yakin benar bahwa ayah ibumu itu sayang
kepadamu. Sungguh aku tida k mengerti."
Nurseta merasa terpukul sekali hatinya mendengar ucapan
ini. Seakan sudah putuslah harapannya. Siapa lagi yang dapat
ditanyai" Ki Tejomoyo ini merupakan tetangga yang paling
dekat dan paling akrab dengan ayahnya. Dia hanva dapat
termenung dengan kedua alis berkerut dan pandang matanya
kosong dan sayu. Melihat keadaan pemuda itu, Ki Tejomoyo
merasa iba sekali dan dia berkata.
"Nurseta, agaknya di dusun ini hanya ada satu orang yang
akan ma mpu menjawab dua pertanyaanmu tadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata Nurseta mencorong dan harapannya
muncul ke mba li.
"Begitukah, paman" Siapakah orang itu?"
"Dia itu bukan lain adalah Ki Lurah Suramenggala! Dialah
yang tahu, setidaknya tahu mengapa orang tuamu pergi
men inggalkan dusun ini!"
Nurseta terkejut. "Ah, benarkah itu, Paman" Akan tetapi
ketika tadi aku bertanya kepadanya, dia mengatakan tidak
tahu." "Bohong! Dia berbohong. Aku yakin dia pasti tahu mengapa
ayah ibumu pergi, karena dialah yang menjad i biang keladi
perginya orang tuamu."
"Eh" Mengapa begitu, paman" Apakah yang telah terjadi
ketika itu" Harap pa man suka me mberi penjelasan."
Kembali Ki Tejomoyo menghela napas panjang. "Dahulu
aku takut untuk menceritakan ha l ini kepada siapapun juga
Akan tetapi setelah mendengar betapa tadi engkau telah
berani menghajar dia dan para tukang pukulnya, biarlah
kuceritakan kepada mu. Di antara K i Darmaguna dan Ki Lurah
Suramengga la me mang terdapat semaca m perasaan saling
me mbenci atau setidaknya saling tidak suka. Hal itu terjadi
karena ulah Ki Suramenggala. Baru beberapa bulan setelah
orang tuamu pindah ke dusun ini Ki Suramengga la itu agaknya
tergila gila kepada ibumu, Nyi Sawitr i yang me mang
merupakan seorang wanita berusia dua puluh tiga tahun yang
cantik jelita ketika itu. Ki lurah itu berusaha untuk merayu Nyi
Sawitri pada saat ayahmu tidak berada di ruma h. Akan tetapi
niat kotor ki lurah itu ditolak mentah-mentah oleh ibumu,
bahkan ibumu la lu melaporkan ha l itu kepada ayahmu. Maka
terjadilah rasa saling tidak suka di antara ayahmu dan ki
lurah." "He mm, manusia hina!" seru Nurseta marah mendengar
ibunya dirayu oleh Ki Lurah Suramengga la.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, me mang Ki Suramenggala terkenal sebagai seorang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laki-laki yang mata keranjang dan suka men gandalkan
kekuasaan dan kekayaannya untuk menggoda wanita, baik
gadis, janda, maupun isteri orang. Akan tetapi karena ayah itu
seorang yang me miliki wibawa sebagai seorang bangsawan
dan terpelajar, Ki Suramenggala tidak berani lagi mencoba-
coba untuk mengulangi perbuatannya, tidak berani pula
menggunakan kekerasan. Kemudian terjadilah ha l itu yang
me mbuat a ku yakin bahwa Ki Suramenggala yang menjadi
biang ke ladi perginya orang tua mu dari s ini."
"Apa yang telah terjadi, paman?"
Ki Tejomoyo melanjutkan ceritanya tujuh tahun sejak Ki
Darmaguna dari anak isterinya tinggal di Karang Tirta pada
suatu pagi Ki Tejomoyo me mikul dagangannya, yaitu alat-alat
dapur dan tanah, hendak dijual ke dusun-dusun lain Di tengah
perjalanan dia berte mu dengan Tardi, seorang jagabaya anak
buah Ki Lurah Suramengga la. Tardi ini mas ih terhitung
keponakan K i Tejomoyo dan di menghentikan kudanya ketika
bertemu dengan pa mannya yang me mikul dagangannya.
"Eh, Tardi, ke mana sepagi ini engkau hendak pergi?" tanya
Ki Tejomoyo kepada keponakannya itu.
"Paman Tejomoyo, aku hendak perg i ke kota raja, menjadi
utusan Ki Lurah Sura menggala!" kata Tardi dengan nada suara
bangga. "Ke kota raja" Ada keperluan apakah"
"Wah, penting sekali, pa man. Ada kabar yang a mat
menghebohkan! Dusun kita pasti akan geger!"
"Eh" Ada apakah?"
"Begini, pa man. Akan tetapi ..... hemm. Ini rahasia lho,
jangan sampai terdengar orang lain. Bisa celaka engkau dan
aku kalau sa mpa i terdengar orang lain kemudian ki lurah
mengetahui bahwa kita yang me mbocorkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja tidak akan kuceritakan pada orang lain. Ada
apa sih?" "Paman tahu, Ki Dar maguna, tetanggamu itu .. ..."
"Ya, kenapa dia?"
"Dia itu seorang pelarian yang kabur dar i kota raja!"
"Eh" Jangan ma in-main, Tardi!"
"Sungguh, pa man. Ini, aku me mbawa surat Ki Lurah untuk
disa mpaikan kepada Senopati Sindukerta di kota raja!" Setelah
berkata demikian, Tardi me mbeda l kudanya. "Selamat tinggal,
paman!" Mendengar berita itu, Ki Tejomoyo yang amat menghormati
Ki Darmaguna sekeluarga, me mbatalkan kepergiannya
berjualan grabah (prabot dapur dari tanah) dan kembali ke
rumahnya. Dia lalu langsung saja me laporkan kepada Ki
Darmaguna dan isterinya.
"De mikian lah, Nurseta. Setelah menerima lapora ku bahwa
Ki Lurah Suramenggala men gutus jagabaya pergi ke kota raja
untuk me lapor kepada Senopati Sindukerta bahwa Ki
Darmaguna sekeluarga tinggal di Karang Tirta, ayah ibumu
men inggalkan Karang Tirta pada ma la m hari itu juga. Jadi,
kalau engkau hendak mengetahui sebabnya, kiranya Ki Lurah
Suramengga la yang mengetahui dengan pasti."
Sejak tadi Nurseta mendengarkan cerita K i Tejomoyo
dengan penuh perhatian sambil me mbayangkan wajah ayah
dan ibunya. Dia masih ingat wajah mereka. Ayahnya seorang
laki-laki tampan dan ibunya seorang wanita cantik sekali
Setelah Ki Tejomoyo selesai bercerita dia me nanyakan apa
yang selama ini selalu menjadi gangguan da la m hatinya yang
me mbuat dia merasa penasaran
"Akan tetapi, paman. Ketika itu, aku masih kecil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, usiamu baru kira-kira sepuluh tahun ketika ayah ibumu
pergi." "Itulah yang me mbuat hatiku selalu merasa penasaran,
paman. Mengapa kalau orang tuaku perg i, mereka tidak
me mbawa aku?"
Ki Tejomoyo menghela napas panjang. "Aku hanya dapat
mengira-ngira. Mereka pergi tergesa-gesa, seperti orang yang
terancam bahaya. Maka, karena mereka menyayangmu,
mereka sengaja men inggalkanmu agar jangan sa mpa i engkau
juga ikut terancam bahaya. Akan tetapi, kalau ingin tahu lebih
jelas, Ki Lurah Suramengga la tentu akan dapat bercerita
banyak." "Baiklah, paman. Aku akan pergi ke rumah Ki Lurah
Suramengga la dan me maksa dia untuk mengaku!" Setelah
berkata demikian, Nurseta meninggalkan te mpat itu dan
berjalan cepat menuju ke rumah Ki Lurah Suramengga la.
Ketika dia tiba di pekarangan kelurahan, suasana dalam
rumah Ki Lurah Suramengga la mas ih diliput i kekagetan dan
kebingungan karena a mukan Nurseta tadi. Maka, ketika
me lihat pe muda itu datang lagi, para sisa jagabava sudah lari
lintang pukang karena takut. Nurseta memasu ki sera mbi dan
berseru, K i Lurah Suramenggala, keluarlah, aku mau bicara!
Ketika berseru dia mengerahkan tenaga saktinya sehingga
suaranya terdengar lantang dan bergema me masuki setiap
ruangan di rumah besar itu.
Pada saat itu, Ki Lurah Sura menggala sedang diobati
lengannya oleh para selirnya, termasuk Nyi Lasmi. Nyi Lasmi
adalah ibu kandung Puspa Dewi yang telah menjad i janda.
Ketika Puspa Dewi diculik lima tahun yang lalu bersama
Linggajaya putera K i Lurah Suramenggala berusia tiga puluh
satu tahun dan Nyi Lasmi me mang terkenal cantik. Peristiwa
itu me mbuat ia sering bertemu dengan Ki Lurah Sura menggala
karena sama sa ma kehilangan anak dan K i Lurah
Suramengga la yang mata keranjang itu segera jatuh cinta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka dipinanglah Nyi Lasmi dan se menjak itu, Nyi Lasmi
menjad i seorang selirnya yang terkasih Lengan Ki Lurah
Suramengga la dibebat se maca m para m karena terasanya
ketika pukulan nya ditangkis Nurseta tadi
Pada saat itu, terdengarlah suara Nurseta me manggilnya.
Wajahnya menjadi pucat, akan tetapi dia tidak berani
me mbangkang. Segera dia me mbereskan pakaiannya dan
keluar untuk mene mui pe muda Begitu me lihat lurah itu
muncul seorang diri dengan muka pucat, Nurseta cepat
mengha mpirinya dan berkata dengan suara bernada marah
dan menganca m. "Ki Suramenggala, aku tidak ingin
me mpergunakan kekerasan, ma ka andika cer itakan jujurnya
apa yang terjadi sebelas tahun yang lalu, mengapa ayah ibuku
men inggalkan aku dan ruma h mereka."
Wajah yang sudah pucat itu sema kin ketakutan. "Nurseta
..... demi Sang Hyang widhi ....."
"Tida k usah engkau menyebut Sang Hyang Widhi. Hatimu
terlalu kotor untuk menyebut na maNya. Kalau andika tidak
mau menga ku terus terang, terpaksa aku harus menyiksamu
sampai andika menga ku. Ingat, aku sudah tahu bahwa
sebelum orang tuaku pergi tanpa pa mit, andika telah
mengutus seorang jagabaya untuk me mbawa surat laporan
kepada Senopati Sindukerta di kota raja!"
K i Lurah Sura menggala me mbelalakan kedua matanya.
"Dari ..... dari mana ..... engkau tahu .....?"
"Tida k perduli dar i mana aku tahu Hayo ceritakan
sejelasnya dan selengkapnya, atau haruskah kupatahkan
kedua tangan dan kakimu lebih dulu?"
"Tida k ..... tidak, jangan pukul aku Nurseta. Baiklah, akan
kuceritakan apa yang kutahu. Mari, silakan duduk," kata Ki
Lurah Suramengga la. Mereka lalu duduk di kursi yang terdapat
di sera mbi itu.
"Nah, ceritakanlah!" kata Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika ayah ibumu datang dan tinggal di dusun ini, aku
hanya tahu bahwa mereka itu pindah dan kota raja. Ayahmu
seorang ahli sastra dan orang ba ik, maka se la ma tujuh tahun
tinggal di sini, tidak terjadi apa-apa. Akan tetapi ketika aku
pergi ke kota raja karena suatu urusan aku mendengar bahwa
Ki Darmaguna dan isterinya adalah pelarian, orang-orang yang
sedang dicari-cari oleh Senopati Sindukerta. Mendengar ini,
sebagai seorang lurah tentu saja aku harus me mbantu
pamong praja yang leb ih tinggi kedudukannya. Maka aku lalu
mengirim utusan ke kota raja, melaporkan bahwa orang-orang
buruan itu telah tuj uh tahun tinggal di dusun ini. Kalau aku
tidak me laporkan, aku bisa dituduh menye mbunyikan dan
me mbantu mereka. Nah, ketika utusanku pulang me mbawa
perintah Senopati Sindukerta untuk menangkap Ki Darmaguna
dan isterinya, ternyata mereka sudah melarikan diri."
"Ke mana mere ka pergi?" tanya Nurseta.
"Sungguh, aku tidak tahu, Nurseta. Sebetulnya antara aku
dan orang tuamu tidak ada permusuhan apapun, akan tetapi
karena mereka itu orang buruan Senopati Sindukerta, dan aku
adalah lurah, maka terpaksa ....."
"He mm, mengapa ayahku dikejar-kejar senopati Sindukerta
Mengapa mereka menjad i buruan?"
"Aku tidak tahu, Nurseta, sungguh aku tidak tahu. Ayahmu
seorang yang baik, aku tidak tahu mengapa Senopati
Sindukerta me musuhinya. Aku sendiri menganggap Ki
Darmaguna sebagai seorang sahabat baik."
"He mmm, andika bohong, Ki Suramenggala! Aku tahu
bahwa dulu engkau tergila-gila kepada ibuku dan pernah
berusaha untuk merayunya! Hayo menyangkal ka lau berani!"
Wajah lurah itu menjadi pucat, akan tetapi dia dapat
menenang kan hatinya dan tersenyum dan mengangguk-
angguk " "Tidak kusangkal, Nurseta. Ibumu adalah seorang
wanita yang paling cantik yang pernah kulihat. Aku tergila-gila
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya, apakah itu salah" Aku tidak pernah mengganggunya. Dan percaya atau tidak, kenapa engkau
tidak kulaporkan sebagai anak ayahmu yang menjad i buruan"
Karena melihat engkau, aku teringat kepada Sawitri, ibumu.
Aku kasihan kepadamu ma ka aku sengaja menyelamatkanmu
dan me meliharamu."
"Cukup!" hardik Nurseta sehingga mengejutkan hati sang
lurah yang menjadi ketakutan lagi. "Tida k perlu andika
me mbohongi a ku lagi. Andika hanya hendak mera mpas tanah
dan rumah orang tuaku. Kalau aku teringat akan semua Itu,
sudah sepatutnya kalau sekarang kuhancurkan kepala mu!"
"Aduh ..... ampun, Nurseta. Jangan lakukan itu .....! Kalau
engkau ingin me mbalas denda m, carilah Senopati S indukerta.
Dialah yang me musuhi orang tua mu, bukan aku!"
Pada saat itu tampak sesosok bayangan berkelebat dan
tiba-tiba diserambi itu telah berdiri seorang pemuda tampan.
Pemuda itu berusia sekitar dua puluh tahun, pakaiannya
mewah. Tubuhnya tinggi tegap, mata lebar, hidung mancung
dan mulutnya tersenyum me ngejek. Wajah yang tampan
me mandang kepada Ki lurah Suramengga la yang masih
berlutut minta ampun kepada Nurseta, lalu me mandang wajah
Nurseta dengan mata mencorong marah.
"Keparat!" pemuda itu menudingkan telunjuknya ke arah
muka Nurseta. "Siapa engkau yang berani menganca m dan menghina
ayahku"!"
Ki Lurah Suramenggala yang tadi merasa terkejut dan
pangling, kini melompat dan men ghampiri pe muda itu sambil
berseru girang, "Kau ..... kau puteraku Lingga jaya .....I!" Dia
merangkul pe muda itu dengan girang sekali. Akan tetapi
dengan le mbut pemuda itu mendorong Ki Lurah Sura menggala
dan berkata sambil tetap me mandang Nurseta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapak, nanti saja. Sekarang masuklah dulu, biar aku
menghajar bocah kurang ajar ini!"
"Engkau benar, Linggajaya. Hajarlah dia. Dia itu Nurseta
bocah tak mengenal budi itu. Dia tadi hendak me mbunuh
aku!" Setelah berkata demikian, Ki Lurah Suramenggala lalu
berlari me masu ki rumahnya.
Nurseta berdiri berhadapan dengan Linggajaya. "Hemm,
kiranya engkau Nurseta bocah je mbe l itu" Tak tahu ma lu dan
tidak mengenal budi. Bukankah dulu yang me mberi engkau
makan adalah keluarga kami?" Linggajaya menegur marah.
"Sekarang berani engkau mengancam ayahku?"
"Dan engkau Linggajaya, bocah yang sombong dulu itu!
Ayahmu me mang sudah epatutnya dihajar karena dia adalah
seorang yang jahat dan suka bergaul dengan penjahat dan
perampok!"
"Tutup mulut mu yang busuk!" bentak Linggajaya dan
pemuda yang baru saja meninggalkan gurunya, Resi
Bajrasakti di Kerajaan Wengker itu, sudah menggerakkan
tangan me mukul ke arah muka Nurseta. Linggajaya yang
sejak kecil me man g terlalu diman ja, menyadari bahwa
ayahnya adalah orang nomor satu seluruh dusun Karang Tirta,
me mupuk watak yang sombong, tinggi hati dan menganggap
diri sendiri dan keluarganya paling hebat. Apalagi sekarang,
setelah dia mewarisi ilmu-ilmu tinggi yang me mbuat dia
menjad i seorang pemuda sakti, kesombongannya bertambah,
bagaikan seekor harimau tumbuh sayap dan dia memandang
remeh orang la in. Sekarangpun, ketika menyerang Nurseta,
dia me mandang rendah pemuda yang pernah menjadi kuli
borongan atau pekerja kasar Itu dan dia merasa yakin bahwa
pukulannya yang dilakukan se mbarangan saja itu sudah cukup
untuk me mbikin re muk muka Nurseta.
"Wussss .....!" Linggajaya kecelik dan menjad i semakin
marah karena pukulannya a mat kuat dan cepat itu dapat di
elakkan dengan mudah oleh Nurseta Rasa penasaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat kemarahannya me muncak dan diapun menyusulkan
serangan dengan tendangan kedua kakinya silih berganti.
Namun, Nurseta yang cepat menyadari bahwa Linggajaya
yang menyerangnya ini sama sekali bukan Linggajaya yang
dahulu, me lainkan seorang pe muda yang me miliki

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedigdayaan maklu m bahwa kalau dia me layani bertanding di
dalam rumah, dia yang akan menderita rugi. Maka diapun
me lompat ke belakang menghindari dua tendangan itu, lalu
terus berlompatan keluar dari sera mbi.
"Nurseta, jahanam keparat, jangan lari kau!" seru
Linggajaya dan pemuda inipun melompat keluar dan
mengejar. Akan tetapi Nurseta tidak melarikan diri, hanya mencari
tempat yang lebih luas. Kini dia sudah berdiri di pe karangan
yang luas itu dan siap menanti Linggajaya.
"Linggajaya, ayahmu adalah seorang jahat. Kalau engkau
me mbe lanya, berarti engkau juga jahat!" Nurseta me mper ingatkan.
"Bocah je mbel kurang ajar. Bersiaplah untuk ma mpus!
Terimalah Aji Gelap Sewu! C iaaattttt......!"
Linggajaya menyerang dengan hebatnya. Gerakan tangan
terbuka yang memukul itu bagaikan petir menya mbar dan
mengandung hawa yang amat panas. Diam-dia m Nurseta
merasa heran. Kiranya pemuda so mbong ini bukan sekadar
menyombong, melainkan benar-benar me miliki ilmu pukulan
yang ampuh se kali. Maka diapun waspada, mengerah kan aji
mer ingankan tubuh Bayu Sakti dan kaki tangannya bergerak-
gerak me mainkan ilmu silat Baka Denta (Bangau Put ih).
Hantaman tangan terbuka lawannya itu dia elakkan dengan
lincah dan dari samping diapun me mbalas dengan totokan dua
jari tangan kirinya ke arah la mbung Linggajaya.
"Syutttt ......plakkk!" Linggajaya cepat menangkis dan
ketika dua lengan itu berte mu, keduanya melompat ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang dengan kaget. Ternyata pertemuan dua lengan itu
me mbuat Linggajaya tergetar dan baru sekarang pemuda ini
menyadari bahwa Nurseta juga bukan bocah yang lemah
dahulu, melainkan menjad i seorang pemuda yang sakti dan
me miliki tenaga yang a mat kuat.
Akan tetapi tentu saja dia tidak menjad i gentar dan dia
menyerang lagi secara bertubi-tubi, bahkan dia mengerahkan
Aji Wisa Langking. Kedua telapak tangannya berubah hitam
dan mengandung racun yang a mat a mpuh. Nurseta maklum
bahwa kedua tangan lawan itu mengandung racun, maka
diapun me mpercepat gerakannya sehingga tubuhnya tak
pernah tersentuh tangan itu. Dengan ilmu silat Baka Denta,
tubuhnya bergerak cepat dan dia dapat menghindarkan semua
serangan lawan dan membalas dengan tamparan-tamparan
yang tidak kalah a mpuhnya, walaupun tidak ada pukulannya
yang mengandung racun Lambat na mun pasti, akhirnya
Nurseta dapat mulai mendesak Linggajaya. Tingkat kesaktian
kedua orang muda ini me mang seimbang, akan tetapi gerakan
Nurseta lebih tenang dan keadaan batinnya lebih kuat
sehingga dia selalu dapat menguasai perasaan dan gerakan
tubuhnya. Sebaliknya Linggajaya banyak dikuasai perasaan
marah, tekebur dan terkadang kaget.
Sementara itu, selagi kedua orang muda perkasa itu saling
serang dengan serunya, di bagian belakang rumah Ki Lurah
Suramengga la terjadi pula suatu peristiwa yang menarik.
Tanpa diketahui dua orang muda sakti yang sedang
mencurahkan perhatian mereka dalam pertandingan itu,
sesosok bayangan berkelebat. Bayangan itu adalah seorang
gadis cantik jelita berusia kitar delapan belas tahun, pakaian
yang indah. Sejenak ia berhenti dan menonton perke lahian itu,
kemudian ia tidak memperdulikan lagi dan terus bergerak
cepat menuju ke be lakang rumah besar itu. Ketika ia tiba di
bagian belakang rumah itu, tiga orang pengawal yang berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di situ segera menghadang di depannya dan seorang di antara
mereka membentak,
"Hei, siapa andika dan mengapa me masu ki te mpat ini
tanpa ijin?"
Gadis itu me mandang kepada tiga orang jagabaya itu dan
mengerutkan alisnya.
"Dan kalian ini s iapa dan orang-orang maca m apa berani
menghadangku dan lancang menegur aku?"
Tiga orang jagabaya itu terpesona oleh kecantikan gadis
itu, akan tetapi me lihat sikap yang de mikian kasar, tentu saja
mereka menjadi marah dan curiga. Tidak ada anggauta
keluarga Ki Lurah Sura menggala yang seperti gadis ini. Jelas ia
orang asing yang datang me masuki ruma h tanpa ijin dan
sikapnya yang kasar itu menunjukkan bahwa gadis itu
me mpunyai niat yang tidak ba ik.
"Hayo ikut kami, andika harus kami tangkap dan kami
hadapkan kepada Ki Lurah!"
Gadis itu men jadi se makin marah, la berdiri tegak,
me mbusungkan dadanya yang mulai montok, lalu berkata
sambil tersenyum mengejek dan me man dang rendah.
"Kalian tiga ekor tikus busuk ini hendak menangkap a ku"
Hah, mengge likan!"
Tentu saja tiga orang jagabaya itu marah sekali. Mereka
me mang harus menga kui bahwa mereka takut terhadap
Nurseta yang sakti mandraguna. Akan tetapi bagaimanapun
juga mereka adalah jagabaya yang biasanya ditakuti orang
sedusun. Tentu saja mereka tidak takut menghadapi seorang
gadis yang belum dewasa benar itu! Apalagi gadis itu telah
menghina mereka dengan kata-kata yang mere mehkan,
me ma ki mere ka tiga ekor tikus busuk!
"Gadis liar! Engkau kurang ajar!" kata mereka dan tiga
orang itu serentak menjulurkan tangan untuk menangkap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua lengan gadis itu. Akan tetapi terjadi hal yang sama
sekali t idak mere ka sangka. Gadis itu bergerak cepat sekali,
kedua tangannya menyambar-nya mbar dan tiga orang
jagabaya itu terpelanting roboh seperti disambar petir! Mereka
hanya dapat mengaduh-aduh dan tidak dapat bangkit lag i!
Gadis itu tidak me mperdulikan mereka dan me langkah
masu k melalui pintu belakang. Ketika bertemu seorang
pelayan wanita setengah tua, ia menangkap lengan pelayan
itu. Pelayan itu berteriak kesakitan karena merasa betapa
lengannya seperti dijepit besi!
"Hayo cepat bawa aku kepada Nyi Lasmi! Cepat, atau akan
kupatahkan tanganmu!" Gadis itu mencengkeram lebih kuat
dan wanita itu mengaduh.
"Baik, baik ..... marilah saya antar andika, tapi jangan sakiti
lenganku ....."
Gadis itu mengendurkan cengkeramannya dan me ngikuti
pembantu wanita itu masuk ke dalam rumah. Pembantu
wanita itu me mbawanya me masuki sebuah kamar dimana lima
orang isteri Ki Lurah Suramenggala berkumpul. Mereka itu
ketakutan karena maklum bahwa Nurseta datang lagi dan kini
sedang berkelahi melawan Linggajaya.
"Ibuuu .....!" Gadis itu berseru ketika me lihat Nyi Lasmi
berada di antara wanita-wanita itu.
"Puspa Dewi .....! Kau ....." Ah, Puspa Dewi .....!" Ibu dan
anak itu saling tubruk dan berangkulan. Nyi Lasmi menangis
saking girang hatinya melihat puterinya selamat dan kini telah
menjad i seorang gadis yang cantik jelita. Puspa Dewi juga
girang melihat ibunya dalam keadaan selamat. Tadi ketika ia
pula ke ru mah ibunya, ia mendapatkan rumah itu kosong dan
seorang tetangga mengatakan bahwa beberapa bulan setelah
ia lenyap diculik orang, ibunya menjadi selir Ki Lurah
Suramengga la dan kini tinggal di kelurahan. Maka ia lalu
menyusul ke kelurahan dan
melihat perkelahian di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan, akan tetapi tidak d iperdulikannya karena ia ingin
mencari ibunya.
"Kenapa ibu di sini" Kenapa menjadi isteri K i Lurah
Suramengga la" Apa dia me maksa ibu" Kalau dia me maksa,
biar kuhajar dan kubunuh dia!"
"Jangan .....! Dengar, Puspa Dewi Dia tidak me maksa.
Ibumu hidup seorang diri, sebatang kara setelah engkau
diculik orang. Ibumu me mbutuhkan perlindungan dan ki lurah
telah bersikap baik sekali kepadaku. Karena itu aku
menerima nya ketika dia me minangku. Puspa Dewi, sekarang
dia menjadi ayah tirimu dan dia sedang terancam! Ada orang
muda yang datang mengancam dan hendak me mbunuhnya.
Kini pe muda jahat itu ditandingi oleh Linggajaya, putera Ki
Lurah yang juga baru saja datang dan me mbe la ayahnya."
"Ah, begitukah" Kalau begitu, biar akan kuhajar orang
kurang ajar itu!" setelah berkata de mikian, sekali ber kelebat
gadis itu telah lenyap, cepat sekali ia melompat keluar dari
kamar dan langsung saja men uju ke depan!
Pertandingan antara Linggajaya dan Nurseta sudah
mencapai puncaknya. Linggajaya yang terdesak terus itu kini
sudah mencabut senjatanya yang ampuh, pemberian gurunya,
yaitu sebatang pecut yang disebut Pecut Tatit Geni (Kilat Api ).
Dia me mutar-mutar pecut itu keatas kepala.
'Tar-tar-tarrr .....!" Pecut itu meledak-ledak di atas kepala
Nurseta, menyambar-nyambar seperti halilintar.
Namun Nurseta yang menggunakan Aji Bayu Sakti, dapat
bergerak cepat sekali, tubuhnya berkelebatan seperti
bayangan bayangan di antara gulungan sinar pecut yang
menya mbar-nyambar. Sekali waktu dia mengerah kan tenaga
saktinya dan dengan telapak tangan miring dia menang kis
pecut lalu mencengkeram dan
me mbetot kuat-kuat.
Linggajaya terkejut bukan main dan dia me mpertahankan
pecutnya agar jangan terampas. Akan tetapi tiba-tiba Nurseta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lepaskan cengkera mannya sehingga ujung pecut itu
berbalik me nyerang ke arah kepala Linggajaya sendiri!
Linggajaya mengangkat tangan ke atas dan melempar tubuh
ke bawah lalu bergulingan sehingga dia terbebas dari
serangan pecutnya sendiri!
Pada saat itu, tampak bayangan berkelebat dan Puspa
Dewi sudah berd iri di antara mereka. Gadis ini agaknya
pangling dan tidak mengena l dua orang pemuda itu. Maka,
agar jangan salah tangan ia la lu menghardik.
"Yang mana pe muda setan yang hendak me mbunuh Ki
Lurah Sura mengga la"!"
Nurseta segera mengenal Puspa Dewi. Dia terkejut dan
merasa heran sekali melihat betapa cepatnya gerakan gadis
seperti terbang saja. Agaknya gadis yang terculik ini, seperti
halnya Linggajaya, selama lima tahun ini telah me mpelajari
ilmu yang tinggi dan yang me mbuat ia sakti ma ndraguna!
"Puspa Dewi, andikakah ini" Aku Nurseta, lupakah andika
kepadaku?"
Puspa Dewi mengerutkan alisnya. "Hemm, engkau Nurseta"
Dan dia ini tentu Linggajaya!" Ia menoleh dan me mandang
kepada Linggajaya yang sudah bangkit berdiri. "Nurseta,
engkaukah yang mengacau di s ini dan katanya hendak
me mbunuh ayah tiriku?"
"Ayah tirimu .....?" Nurseta bertanya heran sedangkan
Linggajaya yang kini juga mengenal gadis cantik jelita itupun
me mandang heran karena dia sendiri belum tahu bahwa ibu
gadis itu, janda Nyi Lasmi, kini telah menjad i isteri selir
Ayahnya. "Aku mendengar bahwa engkau hendak me mbunuh Ki
Lurah Suramenggala, bukan" Huh, Nurseta, jangan harap
engkau akan dapat me mbunuhnya selama aku berada di sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi ..... tapi K i Suramenggala itu orang jahat, Puspa
Dewi ....."
"Engkau yang jahat!" Puspa Dewi me mbentak marah.
Linggajaya tadi juga melihat betapa cepat Puspa Dewi
bergerak, maka cepat dia berkata, "Puspa Dewi, mari kita
basmi orang yang hendak me mbunuh ayah kita!" Setelah
berkata demikian, Linggajaya
sudah mencabut keris Candulaman i, keris luk tiga belas yang ampuh itu dan secepat
kilat dia sudah menubruk maju dan menyerang dengan
tusukan kerisnya ke arah perut Nurseta. Nurseta cepatmengelak ke kiri.
"Sa mbutlah Aji Guntur Geni ...hyaaatt .....!!" Puspa Dewi
sudah me masang kuda-kuda Guntur Geni, kedua kaki
terpentang ke depan dan ke belakang, lutut kiri di depan
ditekuk, kaki kanan di belakang lurus, kedua lengan dipentang
seperti burung terbang. Kemudian, sambil berteriak nyaring,
kedua lengannya dari kanan kiri bergerak kedepan seperti
orang mendorong dan dari kedua telapak tangan itu
menya mbar hawa panas sekali ke arah Nurseta!
Nurseta terkejut dan melompat
ke kanan untuk menghindarkan sa mbaran hawa panas itu. Melihat pukulannya
luput, Puspa Dewi lalu mengadu kedua telapak tangannya
beberapa kali seperti bertepuk dan terdengarlah suara nyaring
me ledak-ledak seperti dua benda keras beradu dan di antara
kedua telapak tangannya itu muncrat bunga api. Kemudian ia
me mukul lagi bertub i-tubi dengan dorongan kedua telapak
tangannya yang mengandung hawa panas. Itulah Aji Guntur
Geni! Setelah mengelak beberapa kali, Nurseta terpaksa lalu
menya mbut pukulan a mpuh itu dengan dorongan kedua
tangannya pula menyambut dengan dorongan sambil
mengerahkan tenaga saktinya yang bersifat lembut dan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wuuuttt .....desss .....I" Puspa Dewi terkejut sekali karena
ia merasa betapa tenaganya seperti me mukul air saja,
tenggelam dan kedua telapak tangannya terasa dingin! Ia
me lompat ke be lakang dan dari punggungnya ia men cabut
batang pedang hitam. Itulah Candrasa Langking yang ampuh
dan mengandung racun a mat berbahaya. Tergores sedikit saja
sampai terluka cukup untuk me mbunuh lawan!
Sementara itu, Linggajaya juga sudah me lakukan serangan
bertubi-tubi dengan keris Candulan manik. Diserang oleh orang
yang me mpergunakan senjata ampuh itu, Nurseta menjadi
kewalahan juha Sungguh tidak pernah disangkanya sama
sekali bahwa dua orang anak Karang Tirta yang lima tahun
lalu diculik penjahat itu kini telah pulang ke dusun dan
menjad i orang-orang yang sakti ma ndraguna! Dia menggerakkan tubuhnya dengan Aji Bayu Sakti. Tubuhnya
berubah menjad i bayangan yang berkelebatan di antara
gulungan s inar pedang dan keris yang menyerangnya. Karena
maklum betapa berbahayanya dua buah senjata lawan yang
mengandung racun itu, Nurseta bergerak cepat dengan hati-
hati sekali sehingga dia hanya ma mpu menghindarkan se mua
serangan kedua orang pengeroyok yang tangguh itu tanpa
dapat me mbalas.
Dua orang yang mengeroyok itu merasa penasaran sekali
karena sampai belasan jurus tetap saja serangan mereka tidak
pernah mengenai sasaran. Terutama sekali Linggajaya yang
tadinya amat me mbanggakan kema mpuan sendiri dan
mengira bahwa di dunia ini tidak ada orang yang mampu
menand inginya,kini menjadi penasaran bukan ma in. Tiba tiba
dia me mbungkuk, meraih segengga m tanah berpasir lalu
me mbaca mantera lalu melontarkan pasir yang digenggam
kearah Nurseta sambil me mbentak. "Aji Bramara Sewu (Seribu
Lebah) ..!" Pasir-pasir itu me layang dan menyambar ke arah
Nurseta dan terdengar suara mbrengengeng seperti suara
banyak lebah yang terbang dan menyerang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta yang memang sudah terdesak oleh serangan dua
buah senjata lawan itu terkejut dan cepat dia melempar tubuh
ke bawah, lalu bergulingan di atas tanah untuk menghindarkan sa mbaran pasir sakti itu. Dan diapun
mengerahkan ajinya yang ampuh, yaitu Sirnasarira. Dua orang
pengeroyok itu terkejut bukan main karena tiba-tiba Nurseta
menghilang! Tubuh pemuda itu tidak ta mpak lagi! Maklum
bahwa Nurseta tentu me mpergunakan semaca m aji
panglimutan yang dapat me mbuat buat orang seolah
terselubung kegelapan dan tidak tampak. Karena baik
Linggajaya maupun Puspa Dewi adalah murid guru yang sakti
mandraguna, maka keduanya lalu me ngerahkan kekuatan
batinnya. Linggajaya mengeluarkan pekik me lengking dan
Puspa Dewi bertepuk-tepuk tangan yang mengeluarkan bunyi
nyaring seperti canang. Akan tetapi ketika mata mereka dapat
mene mukan tubuh Nurseta lagi, ternyata Nurseta tampak oleh
mereka telah perg i jauh, hanya tampak bayangan hitam
mengec il lalu lenyap.
Linggajaya dan Puspa Dewi kini saling pandang. Linggajaya
terpesona dan seketika dia tertarik dan jatuh cinta
Puspa Dewi me mang me miliki kecantikan yang luar biasa.
Daya tariknya amat kuat. Apalagi seorang laki-laki yang pada
dasarnya memang mata keranjang dan gila perempuan cantik
seperti Linggajaya bahkan laki-laki yang alim sekalipun pasti
goyah batinnya kalau me lihat gadis berusia delapan be las
yang bagaikan setangkai bunga sedang mekar-mekarnya dan
semerbak harum, bagaikan buah sedang kema mpo, menjelang
matang dan menggairahkan. Kulitnya putih kuning mulus,
tubuhnya padat dengan lekuk lengkung se mpurna, pinggangnya ra mping, perawakannya sedang. Rambutnya
hitam panjang bero mba k dan dige lung indah dengan hiasan
tusuk sanggul dari e mas per mata berkilauan, ditancapi bunga
me lati. Alisnya hitam melengkung dan sepasang matanya
bersinar-sinar seperti bintang kejora penuh daya tarik.
Hidungnya kecil mancung dan bibirnya! Bibir itu selalu merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbasah dan segar seperti buah masak yang me mbuat
orang menjadi ge mas dan ingin menggigit. Entah mana yang
me miliki daya tarik lebih kuat, matanya ataukah bibirnya.
Semua keindahan itu mas ih ditambah lagi dengan adanya
setitik tahi lalat di dagunya sehingga wajah yang cantik jelita
berbentuk bulat telur itu me njadi sema kin manis.
Linggajaya sudah seringkali berte mu dan melihat wanita
cantik, bahkan dia sudah terbiasa bergaul dengan wanita Akan
tetapi belum pernah dia tergila gila seperti ini hanya dalam
waktu beberapa detik setelah dia me mandang wajah dan
tubuh Puspa Dewi dengan penuh perhatian. Dia terpesona dan
bengong sehingga lupa diri.
"Eh, engkau Linggajaya, bukan" Kenapa bengong
me mandangku seperti itu?"
Puspa Dewi menegur dengan alis berkerut.
Linggajaya tersentak kaget, seolah baru tersadar dari
la munannya. Dia cepat menguasai dirinya, tersenyum semanis
mungkin. Memang pe muda ini berwajah ta mpan dan gagah,
maka senyumnya me mbuat wajahnya sema kin menarik.
"Ah ..... maaf, Puspa Dewi. Aku me mang merasa heran dan
seperti dalam mimpi me lihat engkau! Bagaimana mungkin
engkau yang dulu itu seorang gadis kecil sederhana, kini telah
menjad i seorang gadis dewasa yang begini ..... eh, seperti
bidadari yang baru turun dari kahyangan dan me miliki
kesaktian yang hebat" Aku benar-benar kagum dan juga
merasa heran sekali, Puspa Dewi. Dan lebih heran lagi
mendengar pengakuanmu tadi bahwa engkau adalah anak tiri
ayahku ....." ,
Pada saat itu, Ki Lurah Suramenggala diukuti Nyi Lasmi dan
isteri-isterinya yang lain, juga diikuti para jagabaya yang tadi
me larikan diri berse mbunyi, muncul dari sera mbi.
"Tida k perlu heran, Linggajaya. Ibu Puspa Dewi sekarang
me mang telah menjad i isteriku!" kata Ki Lurah Suramengga la.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya me mandang ayahnya dan melihat betapa Nyi
Lasmi, ibu Puspa Dewi berdiri di sa mping ayahnya. Dia Lalu
mengha mpiri ayah-ibunya, sedangkan Puspa Dewi mengha mpiri Nyi Lasmi yang merangkulnya.
"Ah, sungguh hari yang penuh malapetaka ini berakhir
menjad i hari bahag ia dengan kemba linya kalian berdua dalam
keadaan sehat, bahkan telah menjadi orang-orang yang sakti
mandraguna. Terobatilah pengorbanan berupa ma lapetaka
yang menimpaku hari ini. Mari, mari mari se mua masuk. Kita
bicara didalam." kata Ki Lurah Suramenggala merasa ge mbira
sekali, sedikitpun tidak ingat akan para jagabaya yang tewas
karena me mbelanya. Orang seperti Ki Lurah Suramenggala ini,
mana mau me mperduhkan nasib orang lain" Yang paling
penting adalah keuntungan dan kesenangan diri sendiri dan
keluarganya! Setelah semua keluarga K i Lurah Sura menggala berkumpul
di ruangan dalam, mereka menghujani Linggajaya dan Puspa
Dewi dengan pertanyaan. Linggajaya adalah seorang pemuda
yang cerdik sekali. Dia belum tahu akan isi hati ayahnya. Yang
diketahuinya hanya bahwa ayahnya adalah seorang lurah,
lurah dusun Karang Tirta yang masih termasuk wilayah
Kahuripan. Karena itu, ketika dia menceritakan pengalamannya sejak diculik, dia hanya me mberitahu bahwa
dia telah dia mbil murid o leh seorang datuk sakti mandraguna,
yaitu Sang Rasi Bajrasakti. Dia sama sekali tidak menceritakan
bahwa gurunya adalah seorang berkedudukan tinggi di
Kerajaan Wengker, Menjadi penasihat kerajaan. Dia hanya
mengatakan bahwa gurunya adalah seorang datuk yang sakti
mandraguna dan bahwa dia telah mewarisi ilmu-ilmu yang
tinggi dari datuk itu.
"Wah, bagus sekali! Kita untung besar! Engkau menjadi
murid seorang datuk besar! Aku sudah mendengar akan nama
besar Sang Maha Resi Bajrasakti itu, yang kabarnya me miliki
kesaktian seperti Dewa. Aku senang se kali, Linggajaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anakku! Dan bagaimana dengan engkau, Puspa Dewi" Engkau
juga anakku, nini. se menjak engkau dilarikan penculik, ibumu
perlu perlindungan dan ia menjadi isteriku dan tinggal di sini.
Ceritakanlah,nini, apa yang kau alami sejak engkau dilarikan
penculik?" kata Ki Lurah Sura menggala ge mbira. Puspa Dewi
me mandang ibunya dan Nyi Lasmi mengangguk kepadanya.
"Ceritakanlah, Puspa. Engkau berada di antara keluarga
sendiri. Akupun ingin sekali mendengar tentang pengalaman mu." kata Nyi Lasmi. Se mua mata me mandang
kepada Puspa Dewi, terutama sekali sepasang mata
Linggajaya yang seolah ingin mene lan bulat-bulat perawan
yang me mbuatnya tergila-g ila itu.
Seperti juga Linggajaya, Puspa Dewi juga me miliki
kecerdikan. Ia merasa tidak enak kalau mengaku bahwa
gurunya kini telah menjadi per maisuri Raja Bhis maprabhawa,
raja Wura-wuri dan ia diangkat menjadi seorang puteri
kerajaan Wura-wuri. Bagaimanapun juga, se mua orang tahu
belaka bahwa Kerajaan Wura-wuri adalah musuh bebuyutan
kerajaan Mataram sejak dulu sa mpai sekarang menjadi
kerajaan Kahuripan sebagai keturunan Mataram. Tentu saja
tidak enak kalau menceritakan bahwa ia telah menjadi puteri
kerajaan musuh! Maka ia lalu menceritakan bahwa ia dulu
dilarikan oleh Nyi Dewi Durga kumala, diangkat menjadi murid,
bahkan dianggap anak angkat dan Ia telah mewarisi se mua
ilmu yang tinggi dari Nyi Dewi Durgakuma la yang menjadi
datuk besar yang sakti mandraguna, la hanya menceritakan
bahwa oleh gurunya
dibawa ke tempat pertapaan gurunya di Lembah Tengkorak
yang terletak di antara Gunung Arjuno dan Gunung Bromo.
"Nyi Dewi Durgakuma la?" terdengar linggajaya berseru
kagum setelah Puspa Dewi menceritakan penga la mannya.
"Wah, pantas engkau sekarang menjadi sakti mandraguna!
Kiranya gurumu adalah Nyi Dew i Durgakumala, seorang datuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar yang terkenal sekali. Guruku pernah bercerita tentang
datuk wanita itu, Puspa dewi."
Puspa Dewi tersenyum. Sejak menjadi murid Nyi Dewi
Durgakuma la, ia me mang menjad i seorang gadis yang berhati
keras, lincah, dan tidak pemalu. "Akupun sudah mendengar
dari guruku tentang Resi Bajrasakti yang menjadi gurumu,
Linggajaya!"
"Hei, Puspa Dewi, engkau tidak boleh menyebut Linggajaya
begitu saja! Dia lebih tua darimu dan dia adalah kakakmu,
seharusnya engkau menyebut kakang (kakak) kepadanya!"
Nyi Lasmi menegur sambil tersenyum.
Puspa Dewi juga tersenyum. Ia tadi lupa akan kenyataan
yang sama sekali t idak diduga-duganya sebelumnya bahwa
kini ia menjad i anak tiri Lurah Suramengga la sehingga
sekaligus ia juga menjadi adik dari Linggajaya.
"Baiklah, ibu. Maafkan aku, ka kang Lingga."
Linggajaya tertawa. "Ha-ha, akupun kalau begitu harus
menyebut mu ad ik, akan tetapi a ku lebih senang menyebut
nama mu saja. Nama mu begitu indah Puspa Dewi, dan pula,
kita ini kakak beradik hanya sebutannya saja, bukan
Sebetulnya, tidak ada hubungan darah antara kita!"
Ucapan Linggajaya ini mengandung maksud yang leb ih
menda la m dan ha l ini dirasakan dan diketahui oleh Ki
Suramengga la dan semua isterinya. Dengan ucapan itu
Linggajaya seolah hendak menyatakan is i hatinya bahwa dia
dan Puspa Dewi tidak ada hubungan darah sehingga tidak ada
larangan untuk berjodoh dan menjadi sua mi isteri! Ucapan,
sikap dan pandang matanya sudah cukup jelas menunjukkan
bahwa dia menaruh hati kepada gadis itu! Akan tetapi Puspa
Dewi sendiri, gadis yang masih hijau dan belum ada
pengalaman, menganggap ucapan pe muda itu biasa-biasa,
saja, maka iapun mener imanya dengan senyum wajar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terserah kepadamu, Kakang Lingga. Engkau yang leb ih
tua, boleh menyebutku apa saja asal jangan menyebut bulik
(bibi muda) atau bude (bibi tua)!"
Semua orang tertawa mendengar ucapan Puspa Dewi ini.
Ibunya sendiri, Nyi Lasmi, dia m-dia m merasa heran. Dahulu,
lima tahun yang lalu Puspa Dewi adalah seorang anak yang
pendia m, akan tetapi sekarang gadis itu selain berubah
menjad i seorang yang sakti mandraguna, juga sikapnya begitu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani, lincah jenaka dan tidak ma lu-ma lu.
Ki Lurah Suramengga la mengadakan pesta besar untuk
menya mbut pulangnya linggajaya dan Puspa Dewi, pesta yang
mer iah dan gembira ria. Dia sama sekali tidak ingat bahwa
keluarga para jagabaya yang tewas, sedang tenggelam dalam
duka cita yang besar.
Sore hari di ta man bunga kepatihan Kahuripan. Sore itu
sepi di situ. Taman bunga yang indah itu terpelihara baik
berkat kesukaan dan ketekunan isteri Patih Narotama akan
bunga-bunga yang indah. Mungkin hanya taman-sari istana
Sang Prabu Erlangga saja yang dapat menandingi keindahan
taman bunga kepatihan. Di tengah taman itu terdapat sebuah
pondok mungil dan di sebelahnya ada sebuah kolam ikan yang
ditu mbuh bunga teratai merah dan putih. Pada saat itu,
seorang wanita cantik berusia kurang lebih dua puluh tiga
tahun duduk seorang diri di sera mbi pondok mungil, atas
sebuah bangku panjang. Wanita itu berkulit putih kuning
mulus, wajahnya mendaun s irih, matanya lebar jernih dengan
sinar le mbut, hidungnya kecil mancung dan bibirnya merah
dan segar, bentuknya manis. Gerak geriknya le mbut dan pada
wajahnya yang ayu manis itu ta mpak watak yang le mbut dan
sabar. Rambutnya hitam panjang disanggul rapi dan
sederhana. Pakaiannya indah dan rapi, namun baik pakaian
maupun perhiasan yang mene mpe l di tubuhnya yang
menunjukkan bahwa ia seorang bangsawan, tidak terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mewah. Tubuhnya langsing montok, terbayang kesegaran
karena sehat. Akan tetapi wanita itu duduk seorang diri, berulang kali
menghela napas menyelingi la munannya. Ia adalah Listyarini,
isteri Ki Patih Narotama yang berasal dari Sukadana, sebuah
kota di wilayah Bali-dwipa. Sudah e mpat tahun lebih ia
menjad i isteri K i Patih Narotama, akan tetapi belum juga
dikaruniai seorang anak. Hal ini sebetulnya tidak dirisaukannya
benar karena Ki Patih Narotama a mat mencintanya. Akan
tetapi ketika kurang lebih dua tahun yang lalu Ki Patih
Narotama menga mbil Lasmini sebagai selir, Listyarini
seringkali merasa duka. Sikap Lasmini kepadanya terkadang
amat menyakitkan hati. Lasmini bersikap ra mah dan hormat
kepadanya di hadapan Ki Patih Narotama, akan tetapi di
belakang sua mi mereka itu, Lasmini sering ka li mengejek dan
menyindirnya. Apalagi setelah Las mini mengenalnya dan tahu
bahwa ia berasal dar i gad is dusun di Bali!
Memang Listyarini dahulu adalah seorang gadis dusun
bernama Nogati. Setelah Sang Prabu Erlangga menjad i raja
dan Narotama diangkat menjadi patih Narotama perg i ke Bali
untuk menje mput Nogati yang saling men cinta dengannya
me mbawa Nogati ke Kahuripan dan me mjadi isterinya. Setelah
menjad i isteri Ki Patih Narota ma, oleh sua minya na ma Nogati
diganti menjad i Listyarini agar menghilangkan kesan desanya.
Setelah Lasmini menjadi se lir sua minya, sebenarnya Nogati
atau yang sekarang bernama Listyarini tidak merasa ce mburu.
Pada jaman itu bukan hal aneh kalau seorang pria me miliki
lebih dari seorang isteri, apalagi seorang yang berpangkat
begitu tinggi seperti Ki Patih Narota ma. lapun tidak ce mburu
me lihat betapa suaminya tampak a mat mencinta Lasmini.
Akan tetapi setelah menjadi se lir sua minya selama setahun
lebih, mula ilah Lasmini me mperlihatkan belangnya atau watak
aselinya. Lasmini sering mengeje k dan menyindirnya, dan
mulailah ia merasa khawatir kalau kalau Lasmini dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mpunyai anak sebaliknya ia tidak. Tentu kedudukannya
sebagai garwa padmi (isteri perta ma) akan dia mbil alih oleh
Lasmini yang ia lihat amat keras berusaha agar menjadi orang
nomor satu di samping Ki Patih Narota ma!
Makin dikenang dalam la munannya. Listyarini me njadi
semakin sedih. Ia adalah seorang anak yatim piatu, tiada
sanak tiada kadang. Satu-satunya orang yang dekat
dengannya, yang menjadi gantungan hidupnya, adalah Ki
Patih Narotama yang dicinta dengan segenap jiwanya. Namun,
satu-satunya orang inipun agaknya akan direngut lepas
darinya oleh Lasmini yang cantik jelita dan pandai merayu,
bahkan masih berdarah bangsawan tinggi karena Lasmini
adalah puteri dari Ratu Kerajaan Parang Siluma n!
Tiba-tiba ada suara orang berdehehe m di belakangnya.
Listyarini cepat menengok dan ternyata Lasmini sudah berada
di situ. Selir sua minya itu sudah ma ndi dan mengenakan
pakaian baru yang serba indah dan me wah. Kalau mereka
berdua berjajar, orang yang tidak tahu tentu yakin bahwa
Lasmini yang menjadi garwa padmi (isteri perta ma ) dan
Listyarini hanya seorang garwa ampil (selir)!
"Ah, engkaukah itu, yayi (adik) Lasmini" Seperti biasa,
Listyarini me nyapa dengan halus. "Duduklah!"
Akan tetapi Lasmini tidak duduk me lainkan melangkah dan
berdiri di depan madunya. Karena Listyarini duduk dan ia
berdiri, maka Listyarini leb ih rendah dan harus menengadah
me mandangnya. Dengan tangan kiri bertolak pinggang dan
tangan kanan meraba ka lung barunya yang baru saja ia terima
sebagai hadiah dari K i Patih Narotama, Lasmini berkata
sambil tersenyum mengejek.
"Kakang-mbok (kakak) Listyarini, mengapa engkau duduk
seorang diri dan melamun d i sini" Apakah engkau mengenang
masa lalumu ketika engkau masih berada di dusun kecil yang
berada diBali-dwipa itu" Ketika engkau mas ih na ma Ni Nogati
sebelum diangkat oleh Kakangmas Narotama menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isterinya?" Dala m ucapan itu terkandung ejekan yang a mat
merendahkan, mengingatkan Listyarini a kan masa la lunya
sebagai seorang berkasta biasa dan rendah.
Listyarini tentu saja merasakan penghinaan ini, akan tetapi
wanita yang halus budi ini sudah terlalu ser ing menga la mi
ejekan itu dan ia mengerti bahwa madunya me mang sengaja
hendak menyakiti hatinya. Pengertian ini me mbuat ia
tersenyum dan sama sekali tidak merasa sakit hati.
"Dugaan mu benar, Lasmini. Memang aku mengenang akan
keadaanku ketika masih t inggal di Sukadana, Bali-Dwipa
sebagai seorang gadis dusun. Alangkah bahagianya ketika itu,
semua orang begitu ramah, rukun dan damai dan akupun
saling mencinta dengan Kakangma Narota ma yang ketika itu
juga seorang muda biasa, bukan bangsawan, dan belum
menjad i patih seperti sekarang ini."
Ucapan yang le mbut dan terus terang tanpa ber maksud
menyerang itu diterima oleh Lasmini dengan muka berubah
merah karena ia merasa disindir Madunya itu seolah hendak
mengatakan bahwa Listyarini saling mencinta dengan
Narotama sejak patih itu masih pe muda biasa sebaliknya ia
menjad i isteri Narotama setelah dia menjad i patih! Seolah ia
mengejar kedudukan!
Jilid 11 "HEEMM, sebelum menjad i isteri Kakangmas Narotama, aku
adalah puteri Ratu Kerajaan Parang Siluman! Kedudukanku
bahkan lebih tinggi daripada Ki Patih Narota ma!" Ia balas
menyerang. Merasa betapa dalam suara Lasmini terkandung kemarahan, Listyarini lalu bangkit dari bangkunya dan berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan suara tetap halus, "Maafkan, Yayi Lasmini, aku tidak
dapat melayanimu bercakap-ca kap lebih la ma lagi. Aku ingin
mandi dan berganti pakaian sebelum malam tiba." Setelah
berkata demikian, Listyarini lalu men inggalkan taman itu
dengan cepat, seolah ia merasa risi berada di dekat Lasmini
terlampau la ma.
"Jahanam .....!" desis Lasmini lirih dengan gera m sa mbil
mengepal tangan kanannya. Ia merasa gemas sekali kepada
Listyarini dan ingin sekali me mbunuhnya. Akan tetapi ia tidak
berani melakukan hal itu dengan tangannya sendiri karena
kalau hal ini ketahuan Ki Patih Narotama, tentu ia akan celaka.
Lasmini merasa menyesal dan kecewa sekali. Semua rencana
yang diaturnya bersama Mandari, pa mannya dan ibunya,
ternyata mengalami kegagalan. Selama ha mpir dua tahun ia
me mbiarkan d irinya menjad i selir Ki Patih Narotama. Memang
benar suaminya itu seorang pria yang mengagumkan dan
dia m-dia m ia sendiripun jatuh cinta kepadanya. Akan tetapi
suaminya itu adalah musuh besar keluarganya yang harus ia
hancurkan dan se mua rencana itu tidak berhas il. Siasat untuk
mengadu domba antara Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama belum pernah berhasil. Untuk membunuh Ki Patih
Narotama, selain ia merasa sayang dan tidak tega, juga ia
merasa ngeri dan takut. Ki Patih Narotama itu terlalu sakti
untuk dapat dibunuh begitu saja
"Awas kau, Listyarini, bersiaplah untuk ma mpus!" desisnya
lagi dan Lasmini lalu cepat men inggalkan taman. Ia me masu ki
keputren dan me manggil Sarti, pelayan pribadinya. Sarti ini
seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun, seorang
kawula Parang Siluman yang sengaja dipanggilnya untuk
menjad i pelayan pribadinya. Tentu saja Sarti yang dahulu
menjad i pengasuhnya ketika ia masih kecil, merupa kan hamba
yang setia kepadanya, apalagi wanita itu juga seorang kawula
Parang Silu man.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Sarti menghadap kepadanya, Lasmini berkata,
"Sarti, cepat kau panggil Nis mara ke sini, suruh dia mene mui
diriku di taman, belakang rumpun ba mbu gading."
"Baik, gusti puteri." Sarti menye mbah dan wanita berusia
empat puluh tahun yang bertubuh tinggi besar dan berwajah
buruk kasar seperti laki-la ki itu cepat meninggalkan keputren.
Ia menyelinap dan tak la ma kemudian sudah berhasil
mene mui Nis mara, seorang perajurit pengawal kepatihan.
Nis mara ini berusia sekitar e mpat puluh tahun, bertubuh
pendek gempa l (kokoh). Dia seorang perajurit pengawal
kepatihan yang sudah lama mengabdi kepada Narotama. Akan
tetapi diam-dia m dia merasa denda m kepada Narotama
karena pernah dalam keadaan mabok me nggoda dayang
(gadis pelayan) kepatihan. Perbuatan ini diketahui KI Patih
Narotama yang menegurnya dengan keras, bahkan menghukumnya dengan ca mbukan dan men urunkan pangkatnya. Biarpun pada lahirnya dia menghaturkan terima
kasih karena dia mpuni dan tidak dipecat, namun batinnya
menaruh denda m kepada Ki Patih Narotama. Lasmini yang
bermata tajam dan cerdik dapat melihat ha l ini dan ia segera
mende kati Nis mara dan me mberinya hadiah-had iah sehingga
sebentar saja perajurit yang berwatak buruk ini tunduk kepada
Lasmini dan menjadi anteknya! Ketika mendengar ucapan
Sarti, Nis mara segera menyelinap ke da la m ta man. Di sudut
taman itu terdapat serumpun ba mbu kuning (gading) dan
ketika dia tiba di belakang rumpun ba mbu gading yang gelap,
dia melihat Lasmini sudah berdiri menantinya di situ. Nis mara
yang mata keranjang itu tergila-gila kepada Lasmini. Akan
tatapi sekarang ia selalu gemetar ketakutan kalau berhadapan
dengan wanita cantik itu karena pernah Las mini menghajarnya
habis habisan karena dia berani bersikap kurang ajar dan
merayu selir Ki Patih ini. semenjak itu tahulah dia bahwa dia
sama sekali bukan lawan wanita yang sakti ma ndraguna ini.
Karena itu pula dia menjad i se makin tunduk, menghormati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menaatinya karena Lasmini royal kali me mberi hadiah
kepadanya. "Paduka me manggil saya, gusti putri?" tanya Nismara
setelah me mber i hormat dengan se mbah. "Ada tugas penting
sekali untukmu, Nismara. " kata Las mini.
"Perintahkan sa"ja, gusti. Pasti akan saya laksanakan
dengan sebaiknya!" jawab Nis mara gagah.
Lasmini mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari balik
penutup dadanya dan me mberikannya kepada Nismara. "Ini
adalah sebungkus bubuk racun yang me matikan. Usahakanlah
agar engkau dapat me masukkan bubuk racun ini ke dalam
cawan tempat minuman Kakangmbok Listyarini."
Nis mara me mbuka matanya lebar lebar sambil me mandang
bungkusan kecil yang sudah berada di tangannya. "Ta..... tapi
....., itu berbahaya sekali, gusti Kalau ketahuan ....."
"Bodoh! Tentu saja jangan sampa i ketahuan. Kalau engkau
berani menolak engkau akan mati tersiksa hebat. Sebaliknya
kalau engkau me laksanakan tugas ini sa mpai berhasil, he m m
..... engkau boleh mene man i aku bersenang-senang dalam
pondok mungil di ta man ini! "
Jantung dalam dada Nis mara berdebar kencang. Janji ini
jauh lebih mendebarkan dan mengge mbirakan dar ipada janji
diberi hadiah uang berapapun banyaknya Dia sudah dapat
me mbayangkan betapa dia akan dapat mendekap dan
me mbe lai tubuh yang bahenol itu! Ingin dia seketika
menerka m tubuh Las mini dan menciumi wajahnya, akan tetapi
tentu saja dia tidak berani sebelum men dapat ijin dar i si
empunya tubuh! "Sendika dawuh paduka, gusti. Saya akan me laksanakannya dengan baik!"
Lasmini melangkah maju men ghampiri, lalu tangan kirinya
yang bertelapak halus dan berbau harum itu me ngusap pipi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nis mara seperti me mbelai mesra. "Nah, pergi dan lakukanlah,
Nis mara. Kalau engkau berhasil, besok kita bersenang-


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senang." Nis mara ha mpir terkula i. Sentuhan le mbut pada pipinya itu
seperti mengusap hatinya. Untuk belaian itu saja rasanya dia
mau melakukan apa saja untuk sang puteri ini!
"Sendika, gusti!" Dia lalu melompat dan pergi dengan
jantung masih berdebar debar, dan seluruh tubuh terasa
panas dingin! Setelah Nis mara pergi, Lasmini tersenyum mengejek. Tentu
saja ia tidak sudi menyerahkan dirinya kepada laki laki maca m
Nis mara! la hanya me mber i janji untuk mendorong laki-la ki
bodoh itu agar me laksanakan perintahnya sekuat tenaga. Dan
nanti, baik tugasnya itu berhasil atau tidak, Nis mara harus
mati agar tidak dapat me mbuka rahasianya! Sambil
tersenyum-senyum me mbayangkan Listyarini berkelojotan dan
mati, Ki Patih Narotama terpukul hatinya dan berdukacita,
kemudian ia tentu akan naik kedudukannya menjadi garwa
padmi isteri perta ma) sehingga akan leb ih banyak mendapat
kesempatan untuk melaksanakan siasatnya mengadu domba
antara Ki Patih Narotama dan Sang Prabu Erlangga, atau
me mbunuh Ki Patih, atau melakukan apa saja untuk
menghancurkan Kahuripan lewat K i Patih Narotama! Dengan
kepandaiannya yang tinggi, Lasmini lalu dia m-dia m me mbayangi Nis mara untuk me lihat apakah perajurit
pengawal itu akan berhasil me laksanakan perintahnya.
Sebagai seorang perajurit pengawal, tentu saja Nismara
me mpunyai kebebasan untuk meronda di se mua bagian
bangunan kepatihan. Bahkan dia dapat pula meronda sampai
di keputren. Ketika dia meronda di keputren, me masuki bagian
dapur, hampir saja dia bertabrakan dengnan seorang dayang
yang menjad i pelayan pribadi Listyarini.
"Aduh ..... eh, kiranya engkau, pa man Nis mara. Engkau
mengejutkan aku, ha mpir saja aku tertabrak, dan ja mu ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tumpah. Aku tentu akan mendapat marah dari Gusti Puteri
kalau jamu ini sampa i tumpah!" kata gadis pelayan itu.
"Maaf, Tarni, aku tidak sengaja Lihat, jamunya tertumpah
sedikit ke lantai. Hayo bersihkan, jangan sampai nanti gusti
puteri terpeleset kalau lewat di sini. Untuk siapakah jamu ini?"
, "Untuk s iapa lag i kalau bukan untuk gusti puteri Listyarini?"
"Apakah beliau sa kit?" tanya Nis mara sambil mendekati
secawan jamu yang diletakkan di atas meja kecil yang
terdapat di depan dapur karena dayang itu harus
me mbers ihkan lantai yang terkena sedikit air ja mu yang
tumpah. "He mm, apakah seorang puteri harus sakit dulu untuk
minum ja mu" Setiap hari sang puteri minum ja mu untuk
menjaga kesehatan dan kecantikannya!" kata Tarni, gadis
pelayan yang berusia kurang leb ih se mbilan be las tahun itu.
Setelah me mbersihkan lantai, Tarni menga mbil cawan berisi
jamu yang tadi diletakkan di atas meja, la lu me mbawanya ke
kamar Puteri Listyarini, sama sekali tidak tahu bahwa tadi
Nis mara me mpergunakan kesempatan itu untuk me masu kkan
bubuk racun dari bungkusan itu ke dalam cawan berisi ja mu.
Setelah berhasil me masu kkan racun itu, Nis mara me lanjutkan
perondaan dengan hati berdebar tegang.
Tarni mengetuk pintu kamar Listyarini dan setelah
diperkenankan masuk, ia me masuki kamar itu sambil
me mbawa cawan berisi ja mu. Listyarini sudah mandi dan
berganti pakaian. Melihat jamu dalam cawan yang diletakkan
Tarni di atas meja, Listyarini lalu menga mbilnya dan seperti
biasa tiap malam, ia minum ja mu itu dengan tenang. Jamu itu
pahit dan berbau harum sehingga kalau ada rasa lain
me masu kinya, tidak akan terasa karena kalah oleh rasa pahit
jamu itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi begitu jamu itu terminum habis, Listyarini
me lepaskan cawan yang jatuh berkerontangan di atas lantai,
kemudian wanita itu mengaduh dan terkulai roboh di atas
lantai! Melihat ini, Tarni terkejut, menubruk dan melihat
Listyarini mengge liat kesakitan, ia menjadi ketakutan dan
berlari keluar dari ka mar itu sambil berteriak-teriak.
"Tolooonggg ..... toloongRgg .....!"
Akan tetapi pada saat itu, sebatan pisau dapur yang
runcing melayang dan menancap di dadanya. Gadis pelayan
itu menjer it dan roboh, tewas seketika. Sesosok bayangan
berkelebat. Itulah Lasmini yang tadi menga mbil pisau dapur
itu dan dia m-dia m me mbayangi Tarni Setelah melihat
Listyarini roboh dan Tarni ber lari keluar kamar sa mbil
menjer it-jerit, ia cepat melontarkan p isau itu yang me mbunuh
Tarni. Teriakan Tarni sebelum roboh tadi mengejutkan K i Patih
Narotama yang sedang berjalan men uju ke keputren. Dia
cepat melompat ke arah dari mana datangnya jeritan itu. Juga
para pelayan wanita berhamburan keluar dan melihat Tarni
mengge letak mandi darah, K i Patih Narota ma yang
mengenalnya sebagai dayang pelayan pribadi Listyarini, cepat
me masu ki kamar isterinya yang pintunya terbuka itu. Melihat
Listyarini mengge letak di atas lantai, K i Patih Narotama cepat
menubruknya. Wanita itu pingsan dan wajahnya kebiruan.
Sekali pandang saja tahulah Narotama bahwa
sterinya keracunan. Cepat dia me mondong tubuh isterinya,
dibawa lari me masu ki kamarnya sendiri dan segera dia
menga mbil Tongkat Tunggulman ik. Tongkat berwarna hitam
ini merupa kan sebatang tongkat wasiat yang dapat
dipergunakan sebagai obat penawar racun yang ampuh sekali.
K i Patih Narotama cepat menggunakan tongkat pusaka itu,
digosok-gosokkan di se luruh tubuh Listyarini, terutama di
bagian perutnya. Selagi dia me lakukan pengobatan itu,
Lasmini berlari me masuki kamarnya. Kalau para abdi tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani me masuki kamar itu tanpa dipanggil, tentu saja Lasmini
berani. "Ah, apakah yang terjadi, kakangmas" Kenapa kakangmbok
Listyarini?" tanya Lasmini sa mbil duduk di tepi pe mbaringan
me lihat betapa dengan penuh perhatian dan kasih sayang
Narotama menggosok-gosokkan tong kat pusaka hita m itu ke
tubuh Listyarini. Dengan matanya yang cerdik, Lasmini
mendapatkan kenyataan yang amat mengecewakan hatinya.
Jelas sekali ta mpak o lehnya yang ahli dalam ha l racun bahwa
Listyarini tertolong oleh pengobatan menggunakan tong kat
pusaka itu. Warna kebiruan pada tubuh Listyarini sudah mulai
men ipis dan sebentar lagi saja Listyarini tentu akan terbebas
sama sekali dari pengaruh racun,
"la keracunan dan abdinya dibunuh orang! Entah siapa
yang melakukan perbuatan jahat dan keji itu. Diajeng Lasmini,
cepat pergunakan kepandaianmu untuk menyelidiki s iapa
pelaku kejahatan ini, mungkin dia mas ih berada di dalam
gedung kepatihan. Cari dan tangkap dia" kata Narotama.
"Baik, kakangmas!" kata Lasmini dan sekali berkelebat ia
telah keluar dari kamar itu. Beberapa la ma kemudian masuk
kembali ke kamar itu. Ia me lihat betapa keadaan Listyarini
sudah jauh lebih baik, bahkan wanita itu telah sadar dari
pingsannya. "Bagaimana, diajeng?" tanya Narotama.
Lasmini duduk di tepi pe mbaringan. "Sudah kucar i, akan
tetapi aku tidak mene mukan jejaknya. Setelah kuperiksa
keadaan gadis pelayan itu, kulihat bahwa pe mbunuhnya tentu
seorang biasa saja. dia menggunakan pisau dapur kepatihan
sini untuk me mbunuh pelayan itu."
Dengan suara masih le mah, Listyarini yang sudah diberi
tahu suaminya bahwa Tarni dibunuh orang, bertanya, "Akan
tetapi ..... mengapa penjahat itu me mbunuh Tarni" la tidak
me mpunyai kesalahan apapun, bahkan tidak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhubungan dengan orang luar, sikapnya juga baik terhadap
semua keluarga dan abdi yang berada di kepatihan."
Narotama menghela napas. "Sama anehnya dengan orang
yang hendak meracunimu, diajeng! Engkau juga t idak pernah
me mpunyai musuh!"
"He mm, kalau kakangmbok hendak dibunuh, ha l itu t idak
mengheran kan mengingat bahwa paduka tentu mempunyai
banyak musuh, kakangmas. Bisa saja denda m kepada paduka
ditu mpahkan kepada kami, keluarga paduka. Dan tentang
Tarni, mungkin saja pelayan itu mengenal orang yang hendak
meracun i kakangmbok Listyarini, maka ia bunuh."
Narotama mengangguk-angguk.
"Hemmnn, kurasa pendapatmu itu tepat sekali, ajeng Lasmini."
Akan tetapi Lasmini me lihat betapa sinar mata Listyarini
me mandang penuh kecurigaan, la segera berkata "Kakangmas, keadaan kakangmbok Listyarini masih le mah,
agaknya hawa racun belum bers ih benar dari tubuhnya, Aku
mengetahui cara pengobatan untuk men gusir se mua s isa
hawa beracun itu.
"Kalau begitu, lakukanlah, diajeng" kata Narotama.
"Kakangmbok
Listyarini, telentanglah, biar aku mengobatimu sampai se mbuh benar." kata Lasmini kepada
madunya yang rebah miring.
Listyarini tampa k meragu dan me mandang sua minya.
Narotama mengangguk. "Menurut sajalah, diajeng. Diajeng
Lasmini tentu dapat menyembuhkan mu secara tuntas."
Listyarini lalu mene lentangkan tubuh, Lasmini meletakkan
kedua telapak tangannya
ke atas perut madunya, mengerahkan tenaga sakti dari Aji A mpa k-Ampa k. Listyarini
merasa betapa kedua telapak tangan madunya itu dingin
sekali. Hawa dingin me masu ki perutnya dan dia merasa
nyaman sekali. Rasa panas yang tadi men gganggunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlahan-lahan lenyap dan saking nyamannya, Listyarini lalu
tertidur! Lasmini menghentikan pengobatannya. Narotama me mer iksa denyut jantung isteri pertamanya dengan meraba
lehernya. Dia merasa lega. Denyut itu menunjukkan bahwa
isterinya telah benar benar sehat kemba li dan kini tertidur
pulas. Narotama tersenyum, la lu merang kul dan men cium bibir
Lasmini yang selalu menantang setiap kali selir itu
me mandangnya. "Terima kasih, diajeng. la telah sehat
kembali." Lasmini yang amat kecewa itu dapat me mperlihatkan wajah
.yang gembira,turun dari pe mbar ingan.
"Kakangmas, saya hendak me lanjutkan penyelidikan..
mudah-mudahan dapat me mbongkar
rahasia ini dan mene mukan pe mbunuh itu."
"Baik, diajeng. Kuharga i sekali sekali bantuan mu." kata
Narotama. Peristiwa itu me mbangkitkan rasa cinta Narota ma kepada
Listyarini, perasaan cinta yang tadinya agak mengurang,
karena semua berahinya dikuasai oleh Lasmini yang pandai
menyenangkan dan menggairahkan itu. Mula i malam itu
sampai ma la m-malam ber ikutnya, Narotama
menahan Listyarini agar tidur dikamarnya untuk menjaga dan
me lindungnya. Tiga bulan kemudian setelah peristiwa pembunuhan itu.
Mala m terang bulan. Taman kepatihan sunyi sekali, akan
tetapi di belakang rumpun ba mbu gading itu Lasmini bicara
berbisik-bisik dengan Nismara yang bertubuh pendek.
"Sebetulnya sudah sejak dulu seharusnya engkau kubunuh!
Masih ingin mengharapkan hadiah dariku" Engkau bodoh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tolol! Kegagalan karena ketololan mu itu bahkan mendatangkan kerugian yang amat besar kepadaku!"
"Ampun, gusti puteri. Sebetulnya hamba sudah berusaha
sebaik mungkin." kata Nismara merendah.
"Berapa kali engkau men gatakan begitu! Akan tetapi
kenyataannya, engkau sembrono, bodoh dan tolol. Semestinya
engkau tidak me mperlihatkan diri kepada Tarni itu. Kalau
Tarni tidak kubunuh, tentu ia akan menceritakan pertemuannya denganmu dan apa kaukira Ki Patih Narotama
begitu bodoh" Engkau tentu akan ditangkap dan dihukum
mati! Sialan, karena ketololan mu, sekarang kakang- mbok
Listyarini malah ha mil!" Las mini marah sekali sehingga biarpun


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia bicara berbisik, suaranya seolah menghujam kehati
Nis mara. "Akan tetapi .....i gusti puteri apa hubungannya kehamilan
itu dengan kegagalan ha mba
"Dasar tolol, goblok! Ka lau engkau tidak terlihat oleh Tarni,
kalau Listyarini minum ja mu itu seorang diri di kamarnya,
tentu ia sudah ma mpus karena tidak ada yang tahu. Akan
tetapi karena kesalahanmu, Tarni melihat Listyarini roboh dan
ia menjerit-jerit sehingga Ki Patih Narota ma keburu datang
menyelamatkannya! Kemudian, karena pengaruh racun dari
pengobatannya itu mendatangkan kesuburan dalam guwagarba Listyarini dari se menjak itu, Ki Patih Narotama
selalu mene man inya di waktu malam, maka kini Listyarini
hamil. Goblok kau!"
"Aduh, gusti puteri. Hamba tidak mengira akan begini
jadinya. Hamba kira gusti ayu Listyarini akan tewas seketika
setelah minum ja mu yang diberi racun itu."
"Sudah! Sekarang engkau harus menebus kesalahanmu!"
"Menebus ..... bagaimana ....., gusti puteri?" tanya Nismara
dengan muka pucat. Sungguh sial. Dahulu ia sampai ber mimpi
menerima hadiah Lasmini, dapat membelai tubuh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengga irahkan itu dan menikmatinya. Tidak tahunya sekarang
ia malah diancam dan mendapat makian setiap kali bertemu
dengan sang puteri. Masih untung bahwa sampai sekarang,
hampir tiga bulan se menjak terjadinya peristiwa itu, dia belum
dibunuh. Akan tetapi agaknya sekarang saatnya tiba, maka
tubuhnya sudah menggigil ketakutan.
"Engkau harus menebus kesalahan dan kegagalanmu yang
dulu dan sekarang aku tidak ingin melihat engkau gagal lagi.
Engkau harus me mbunuh Listyarini!"
Nis mara terbelalak. "Akan tetapi ..... bagaimana caranya,
gusti puteri?"
"Begini. Sudah menjadi kebiasaan Listyarini untuk duduk-
duduk di bangku dekat pondok di ta man ini. Biasanya, ia
datang di sini seorang diri saja. Ia ditemani Ki Patih Narotama
hanya di waktu malam. Nah, saat sore di waktu, ia seorang
diri duduk di ta man ini merupakan kesempatan yang a mat
baik. Kau tangkap Listyarini, lalu kaubawa ia pergi, culik ia dan
bawa lari keluar dari kota raja. la kuserahkan kepadamu
seluruhnya. Kau boleh perkosa ia, boleh memper ma inkannya sesuka
hatimu. Kalau engkau sudah puas, kaubunuh ia!"
Wajah Nis mara menjadi se makin pucat. "Akan tetapi .....
Gusti Patih tentu akan marah sekali. Kalau ha mba dikejarnya
dan tertangkap, celakalah ha mba"
"Jangan khawatir, aku telah me mpers iapkan se mua.
Setelah berhasil me mbunuh Listyarini, engkau larilah ke
selatan. Setelah tiba di perbatasan Kerajaan Parang Siluman,
orang-orangku akan menye mbunyikan engkau di sana dan Ki
Patih Narotama tidak akan pernah dapat menemukan mu. Aku
tanggung hal itu!"
"Tapi ..... tapi ....." Nis mara masih ragu dan takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang pilih saja. Engkau menerima tugas ini dan
mendapatkan kesenangan, menikmati Listyarini yang cantik
jelita. Apakah engkau tidak melihat betapa cantik wajahnya
dan betapa menggairahan tubuhnya" Selain itu, kalau engkau
berhasil me mbunuhnya, engkau akan kuber i hadiah banyak
sekali dan mungkin kelak akan kuber i kedudukan tinggi di
Kerajaan Parang Siluman. Sebaliknya, kalau engkau tidak mau
me laksanakan perintahku itu, sekarang juga engkau akan
kusiksa dan kubunuh!"
Tiada lain pilihan bagi Nis mara. Apa lagi, nafsu berahinya
sudah bangkit ketika dia me mbayangkan kejelitaan Listyarini
dan ia percaya bahwa Lasmini akan me lindunginya seperti
yang telah dilakukan Lasmini ketika me mbunuh Tarni agar ia
tidak sampai dicurigai.
"Baiklah, gusti puteri. Akan ha mba la ksanakan perintah
itu." Lasmini menjad i girang sekali. "Engkau s iap-siap saja.
Pekerjaan ini mudah bagimu. Listyarini adalah seorang wan ita
le mah. Tentu engkau akan dapat menculiknya dengan mudah
tanpa ada perlawanan yang berarti. Cegah jangan sampai ia
dapat menjerit. Aku akan melakukan pengamatan dan setelah
kuanggap saatnya yang tepat tiba, aku akan me mberi isarat
kepadamu. Mulai hari ini setiap kali Listyarini seorang diri
me masu ki taman, engkau harus sudah s iap di sana. Kalau
sampai engkau melalaikan tugas ini, kepala mu a kan menjadi
seperti ini.' Lasmini menggerakkan tangan kirinya ke arah
sebuah batu besar.
"Darr!"
Batu itu pecah berantakan, kepingannya bertebaran. Nismara me mandang dengan muka pucat. Dia
sendiri adalah seorang perajurit pengawal kepatihan yang
cukup sakti. Kalau hanya menghadapi pengeroyokan lima
orang lawan saja dia mas ih sangup menang. Akan tetapi
me lihat ta mparan tangan mungil itu sedemikian hebatnya,
tubuhnya menggigil, hatinya penuh kengerian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil tersenyum man is Lasmini la lu mengeluarkan sebuah
kantung kecil berwarna merah dari balik bajunya, dari belahan
sepasang payudaranya. Kantung itu berisi kepingan-kepingan
emas. "Terima lah ini untuk biaya perjalananmu ke selatan."
katanya sambil me le mparkan kantung merah itu kepada
Nis mara. Perwira perajurit itu menangkap kantung kecil,
menciumnya dengan penuh gairah mengingat benda itu tadi
dia mbil dari antara payudara yang membusung indah. Dia
mencium keharuman me lati yang me mbuat dia me meja mkan
matanya. "Sudah, pergilah!" Lasmini menghardikankan tetapi sa mbil
tersenyum geli.
"Sendika dawuh! Baik, gusti puteri!" kata Nis mara la lu dia
me lompat dan menghilang di antara pohon-pohon.
Demikianlah, mulai har i itu, dua orang yang me mpunyai
rencana keji itu setiap hari melakukan pengintaian. Nis mara
menunggu isarat dan Lasmini menanti datangnya kesempatan
baik. Selama beberapa bulan a khir-a khir ini hati Ki Patih
Narotama selalu merasa tidak enak. Terkadang berdebar-
debar tak menentu. Terkadang dia merasa gelisah tanpa
sebab tertentu.
Bahkan sejak, terjadinya peristiwa percobaan pe mbunuhan
dengan racun atas diri Listyarini, dia selalu menduga-duga
siapa gerangan orang yang ingin me mbunuh isterinya itu. Dia
tidak percaya bahwa rencana pembunuhan itu diatur oleh
mendiang Tarni yang merupa kan dayang pribadi kepercayaan
isterinya. Tentu ada seorang musuhnya yang mengatur semua
itu. Sayang dia tidak dapat mene mukan orangnya.
Akan tetapi dalam peristiwa yang hampir merengut nyawa
istrinya itu Narota ma mendapatkan hikmat dan berkah yang
amat besar. Buktinya, kini Listyarini mengandung! Hal yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah la ma mereka ida m-ida mkan. Dia me mang ingin sekali
me mpunyai keturunan dari Listyarini. Dia tidak ingin
me mpunyai keturunan dari Lasmini. Bukan karena dia kurang
mencinta selir je lita itu. Akan tetapi dia dapat merasakan
bahwa cinta antara dia dan Lasmini hanyalah cinta yang
sepenuhnya mengandung birah i se mata. Jiwa mereka tidak
pernah bersentuhan. Hanya tubuh mereka yang saling
bermesraan, saling me mbutuhkan saling men ikmati dan saling
dipuaskan. Dia merasa bahwa secara batiniah, tidak ada keserasian
antara dia dan Lasmini. Karena itu, dia dengan kebija ksanaan
dan kesaktiannya, selalu menjaga agar hubungan badan
mereka t idak me mbuahkan keturunan.
Perasaan hati yang selalu tidak enak ini me mbuat
Narotama bersikap hati hati sekali. Kepekaannya itu
mengisaratkan kepadanya bahwa ada
sesuatu yang menganca m dirinya atau diri Listyarini, isterinya. Oleh karena
itu dia selalu waspada, apalagi kalau isterinya berada seorang
diri. Sore itu udara tidak dapat dibilang gerah. Bahkan agak
mura m karena mendung tebal bergantung rendah di bagian
barat. Terdengar bunyi guntur bergema di kejauhan, seperti
bergulung-gulung marah. Namun karena jauhnya, maka hanya
kadang saja tampak kilatan cahaya halilintar mene mbus awan
mendung yang hitam. Hampir se mua orang yang berada di
luar rumah me mandang ke arah barat. Mereka mengharapkan
hujan turun karena sudah dua minggu leb ih tidak ada hujan
sedangkan sawah ladang me mbutuhkan air. Akan tetapi
seorang kakek yang melihat betapa angin sore hari itu bertiup
kuat dan awan mendung itu terbawa angin menuju ke barat,
semakin menjauh dari kepatihan, menggeleng kepala dan
menghela napas kecewa. Agaknya, sore dan malam hari itu
daerah kepatihan mas ih belum mendapatkan bagian air hujan
yang amat dibutuhkan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini keluar dari pintu belakang gedung kepatihan. Ia
sudah mandi dan berganti pakaian, la ta mpak segar dan ayu.
Kehamilannya be lum ta mpak benar. perutnya belum ta mpak
menggendut, hanya pinggangnya tidak begitu ra mping dan
pinggulnya menjadi monto k dan penuh. Namun, bagi orang
yang biasa melihat ciri wanita hamil, cahaya berseri pada
wajahnya itu sudah cukup me nunjukkan bahwa Listyarini
sedang men jadi seorang calon ibu, walaupun kandungannya
masih muda, baru sekitar satu bulan leb ih.
Dengan langkah perlahan Listyarini me masuki ta man
kepatihan. Taman itu terawat baik, dapat dilihat dari tumbuh-
tumbuhan yang subur, kembang-kembang ha mpir semua
berbunga. Ia paling suka menana m bunga mawar beraneka
warna dan dengan teliti ia me lihat apakah tanah di bawah
semua tana man bunga kesayangan itu basah, tanda
mendapatkan s ira man setiap har i.
Sama sekali Listyarini tidak pernah menduga bahwa sejak
kakinya me langkah me masuki taman, ada dua pasang mata
nengikuti setiap langkahnya dari te mpat tersembunyi. Dengan
penuh perhatian dan rasa sayang, Listyarini me mperhatikan
setiap pohon mawar, membuang daun yang mengering dan
bunga yang sudah rontok agar kuncup-kuncup muda yang lain
mendapat kesempatan dan rangsangan untuk mekar
semerbak menggantikan ke megahan bunga-bunga yang sudah
rontok dan layu.
Dia m-dia m Lasmini merasa girang sekali. Inilah kese mpatan
terbaik, pikirnya. Cepat ia lalu me mberi isarat kepada Nis mara
untuk bersiap-siap melaksanakan apa yang telah lama ia
rencanakan. Sekali ini ia dan Nis mara pasti berhasil, harus
berhasil. Keberhasilan me mbunuh Listyarini -mendatangkan
banyak keuntungan baginya. Pertama, kebencian dan
keirihatiannya terhadap wanita isteri ki patih itu terpuaskan,
kedua, hal itu akan menghancurkan perasaan hati Ki Patih
Narotama dan ke tiga setelah Listyarini mati, ma ka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mudah baginya untuk menjad i garwa padma sang patih
sehingga ia akan lebih leluasa melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang telah direncana kan.
Kini Listyarini sudah bergerak melangkah se makin
mende kati pondok kecil yang terletak di tengah taman, seolah
seekor kelinci yang tanpa disadarinya semakin mendekati
moncong harimau yang sudah lama menantinya di tempat
persembunyiannya. Harimau dalam ujud seorang laki-laki,
Nis mara, yang mendekam dan menanti dengan sepasang
mata mencorong penuh nafsu bagaikan seekor harimau yang
sudah me mbayangkan betapa akan sedapnya daging lunak
dan darah hangat kelinci yang akan dirobek-robeknya.
Melihat wajah ayu manis merak ati, tubuh yang sintal dan
denok itu melenggang dengan langkah yang me mbuat tubuh
itu bergoyang-goyang indah seperti menari, berulang kali
Nis mara menelan air liurnya. Dalam benaknya sudah dia
bayangkan semua kenikmatan yang akan dapat direguknya.
Mendekap tubuh seperti itu! Tidak, dia tidak akan segera
me mbunuh Listyarini. Terlalu sayang kalau dibunuh begitu
saja. Dia akan menangkapnya dan melarikannya keluar dari
kepatihan dan akan bersenang-senang sepuas hatinya.
Bahkan kalau perlu, perempuan ini tidak akan dibunuhnya,
me lainkan dia mbilnya sebagai teman hidup, sebagai penghibur
dan pusat kesenangan!
Listyarini kini t iba di luar pondok, lalu me mbuka pintu
pondok yang tidak terkunci, me mbiarkan daun pintu itu
terbuka lalu me masuki pondok.
Akan tetapi baru saja ia duduk diatas sebuah dipan untuk
beristirahat karena taman itu cukup luas dan perjalanan dari
gedung kepatihan sampa i pondok di tengah taman itu cukup
jauh. tiba-tiba tampak sesosok bayangan orang berkelebat
dan melompat me masu ki pondok. Tahu-tahu Nis mara telah
berdiri didekat pe mbaringan, bertolak pinggang sambil
menyeringai menyeramkan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini yang tadinya terkejut sekali kini me mandang
heran ketika mengenal s iapa orang yang menyelonong masuk
seperti itu. la segera bangkit berdiri dan me mandang kepada
Nis mara dengan alis berkerut.
"Nis mara! Apa maksudmu masuk kesini dengan s ikap
seperti ini?"
Merasa aman dan yakin bahwa di situ tidak ada bahaya


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baginya, apalagi dia merasa yakin pula bahwa dia m-dia m
Lasmini tentu akan me lindunginya, Nis mara tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, Listyarini wong denok ayu, Sudah la ma aku
mer indukan dirimu dan sekarang engkau harus pergi
bersamaku dan menjad i isteriku. Marilah, manis, mari
kupondong!"
Listyarini se makin terkejut. Wajahnya berubah merah
karena marah. "Nis mara keparat! Berani engkau bersikap kurang ajar
seperti ini" Kalau gustimu patih mengetahui, tentu engkau
akan dihukum berat! Pergilah dan jangan mengganggu aku!"
"Ha-ha-ha, aku tidak takut. Tidak ada seorangpun dapat
mengha langiku!" Nis mara mengha mpiri dan siap untuk
menubruk wanita itu.
Listyarini me mang seorang wanita le mah yang tidak
me miliki aji kanuragan. Akan tetapi ia adalah isteri seorang
sakti dan iapun terpengaruh suaminya, memiliki ketabahan
dan keberanian. Ketika tadi me masuki ta man, ia me mbawa
sebatang pisau yang tadi ia pergunakan untu k me mbersihkan
tanaman bunga dan untuk me motong tangkai tangkai yang
layu. Kini, ia mencabut pisau yang diselipkannya di ikat
pinggang dan dengan pisau itu ia menyambut Nis mara yang
menubruknya. Akan tetapi, apa artinya serangan seorang wanita lemah
seperti Listyarini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya me mpergunakan sebatang pisau dapur, terhadap
perwira perajurit pengawal seperti Nismara" Dengan mudah di
menang kap pergelangan tangan kanan wanita itu dan sekali
cengkeram, Listyarini menjerit dan pisaunya terlepas dari
genggamannya. Sambil tertawa-tawa Nismara lalu menangkap
kedua lengan wanita itu dan me mondongnya. Listyarini
meronta dan me njerit.
"Toloonggg .....!" Akan tetapi jeritnya terhenti seketika
karena Nis mara menekan tengkuknya dan wanita itu terkulai
pingsan di atas pundak Nis mara yang me manggulnya dan
me mbawanya keluar dar i pondok itu. Menurut gelora nafsu
berahinya, ingin ia me mper kosa wanita itu di te mpat itu juga,
akan tetapi dia merasa ngeri kalau-kalau akan muncul Ki Patih
Narotama. Maka dia ingin me mbawa wanita itu cepat-cepat
pergi jauh me ninggalkan kepatihan men uju ke te mpat a man.
Pada saat itu, tak jauh dari pondok itu Lasmini sedang
mengintai dan hatinya merasa gembira sekali melihat betapa
Nis mara telah menyerbu masuk ke dala m pondok. Akan tetapi
ia terkejut juga men dengar jerit suara Listyarini.
"Goblok .....!" la mema ki, marah karena menganggap
Nis mara bodoh sekali me mberi kesempatan kepada Listyarini
untuk mengeluarkan jer itan. Dengan hati khawatir ia melihat
ke kanan kiri, tak kalau-kalau suara jeritan pendek yang cukup
me lengking itu menarik perhatian orang la in. Dan benar saja,
ia melihat dua orang laki-laki datang berlarian kearah situ.
Mereka adalah dua orang tukang kebun yang biasa mengurus
taman. Dia m-dia m Lasmini mengutuk. Sialan p ikirnya, padahal
menurut perhitungannya, biasanya pada waktu sore seperti itu
dua orang tukang kebun itu t idak pernah bekerja di ta man.
Romantika Sebilah Pedang 8 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Pendekar Bodoh 13
^