Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 7

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


Kenapa begitu kebetulan mereka se karang berada di situ dan
agaknya mendengar jeritan suara Listyarini"
Yang sial adalah dua orang tukang kebun itu. Mereka
mengadakan pe meriksaan ke da la m ta man karena mengira
akan turun hujan sehingga mereka hari me mpersiapkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segalanya agar taman jangan menjadi rusak oleh me mbanjirnya air hujan. Ketika dengan lapat-lapat mereka
mendengar jer it wanita, mereka la lu berlari menuju ke
pondok. Akan tetapi, dalam perjalanan itu, tiba-tiba saja dua
buah batu sebesar kepala mereka me luncur dan menghantam
kepala mereka. Tanpa dapat mengeluarkan teriakan lagi dua
orang tukang kebun itu tersungkur roboh dan tewas seketika
dengan kepala pecah! Lasmini me mang cerdik sekali. Ia tidak
mau me mbunuh dua orang itu dengan menggunakan aji
pukulannya yang a mpuh, karena kalau hal itu ia lakukan, Ki
Patih Narotama tentu akan mengenal aji itu dan rahasianya
akan terbuka. Akan tetapi, pada saat itu, kebetulan Lasmini meno leh ke
belakang, ke arah gedung kepatihan dan wajahnya mendadak
nenjadi pucat sekali. Dia me lihat sesosok bayangan berkelebat
seperti terbang dan segera, mengenal bahwa itu adalah
bayangan Ki Patih Narotama sen"Celaka .....!" Lasmini berbis ik
dalam hati. Akan tetapi dasar ia seorang yang amat cerdik, ia
sudah dapat me mbuang kegugupannya, bahkan kini ia
berlagak menya mbut suaminya itu.
"Kakangmas ..... celaka ..... sesuatu yang hebat telah
terjadi .....!" katanya setelah bertemu dengan Ki Patih
Narotama yang menghentikan larinya. Patih Narotama tadi
berlari cepat me masuki taman setelah mendengar dari para
dayang bahwa Listyarini seorang diri berjalan-jalan dalam
taman. Hatinya merasa khawatir dan dia cepat berlari
menyusul. "Diajeng Lasmini! Apa yang terjadi....." Di mana Listyarini
.....?" "Saya ..... saya tidak tahu, kakangmas Tadi saya me masuki
taman dan me lihat dua orang tu kang kebun menggeletak
dengan kepala pecah dan sudah tewas!"
"Di mana mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di sana, mar i!" Mereka berdua berlompatan dan dengan
cepat sudah tiba di tempat di mana dua orang tukang kebun
itu mengge letak tak bernyawa lagi. Ki Patih Narotama
me mer iksa sebentar. Darah yang mengalir keluar dari kepala-
kepala yang pecah itu masih segar.
"He mm, baru saja dibunuh. Pembunuhnya tentu masih
berada di ta man. Tapi ..... Listyarini .....! Di mana ia .. ...?"
"Saya tidak tahu, kakangmas. Ketika me masuki taman,
saya tidak melihatnya dan baru tiba di sini, saya melihat dua
orang ini. Ketika me lihat kakangmas berlari me masuki ta man,
saya cepat menyongsong dan me mberitahukan. Mari kita
mencari Ka kangmbok Listyarini!"
Lasmini mendahului sua minya, melompat dan lari me nuju
pondok. Tentu saja ia tersenyum dalam hatinya karena tahu
benar bahwa Nismara sudah lama me mbawa lari Listyarini dari
dalam pondok itu.
Keduanya me masuki pondok. Tidak ada siapapun di sana.
Juga tidak tampak adanya bekas-bekas kekerasan. Akan tetapi
Ki Narotama me mbungkuk dan nengambil sebatang pisau
yang mengge letak di atas lantai, dekat dipan.
"He mm, pisau apakah ini" Milik siapa?" Dia bertanya sambil
menga mati pisau itu. Lasmini menga mbil pisau itu dari tangan
suaminya dan me meriksanya.
"Ini seperti pisau yang biasa dipergunakan para dayang di
dalam dapur, kakangmas. Hemm, saya kira pisau ini tadi
dibawa Kakangmbok Listyarini ke ta man untuk me motong
kembang dan ranting yang sudah layu, kemudian tertinggal di
sini. Mungkin sekali ia sudah ke mba li ke gedung kepatihan!"
"He mm, mudah-mudahan begitu. Mari kita cari ia di sana!"
Ki Patih Narotama tidak merasa curiga karena tidak melihat
ada tanda-tanda kekerasan terjadi di dalam pondok yang
kesemuanya mas ih rapi. Mereka kembali keluar dari pondok
dan dengan cepat berlari menuju ke gedung kepatihan. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja senyum dalam hati Las mini makin melebar karena ia tahu
bahwa kini Nis mara tentu sudah dapat lari lebih jauh lagi
sehingga takkan mungkin dapat disusul oleh Ki Patih
Narotama. Setelah tiba di gedung kepatihan, dengan selalu diikuti
Lasmini, Narotama mencari isterinya. Akan tetapi sia-sia,
Listyarini t idak dapat dite mukan dan tidak ada seorangpun
dayang tahu kemana perginya garwa padmi ki patih itu.
Setahu mereka hanyalah bahwa Listyarini seorang diri
me masu ki taman me mbawa sebatang pisau dapur.
Narotama berlari lagi me masuki ta man, diikut i Lasmini. Kini
mereka me ncari sa mbil berteriak-teriak
me manggil, bergantian. "Diajeng Listyarini .....!"
"Kakangmbok Listyarini ......'"
Akan tetapi yang menjawab hanya suara gaung gema
teriakan mereka. Mereka mencari keluar dan ta man, akan
tetapi karena tidak mene mukan jejak, Narotama menjadi
gelisah dan bingung, tidak tahu harus mengejar ke arah
mana. Sementara itu, senja telah mulai ge lap, dalam mulai
datang menguasai bumi. Setelah tiba jauh di luar daerah
Kerajaan Kahuripan, Narota ma mengajak Lasmini untuk
menga mbil jalan yang menuju ke selatan. Jantung Lasmini
berdebar tegang, karena menurut seperti yang telah
direncanakan, Nis mara yang me larikan Listyarini tentu juga
menga mbil ja lan itu. Dan betapapun cepat larinya Nismara,
kalau Narotama melakukan pengejaran yang arahnya tepat,
akhirnya Nis mara tentu akan tersusul! A kan tetapi otaknya
yang cerdik sudah membuat ia menga mbil sikap yang amat
tepat. Ia berlutut, menyembah dan merangkul kedua kaki
Narotama sa mbil me nangis!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama cepat merangkul dan mengangkat bangun
selirnya itu. "Adinda Lasmini, apa yang kaulakukan ini" Apa
artinya ini?"
"Aduh kakangmas pujaan ha mba .... tidak tahukah paduka
betapa remuk reda m, betapa hancur luluh hati ha mba"
mendengar aja kan paduka untuk mengejar penjahat yang
menculik kakangmbok ke se latan" Aduh kakangmas
sesembahan hamba, mengapa hati kakangmas begitu tega
kepada hamba, menjatuhkan fitnah keji kepada ha mba dan
keluarga hamba" Lasmini berkata di antara tangisnya.
"Diajeng Lasmini!" kata Narotama dengan alis berkerut dan
me mandang wajah selirnya di keremangan malam yang hanya
diterangi bulan sepotong. "Aku mengajak engkau men gejar
penculik Listyarini untuk menyelamatkannya dari marabahaya
Aku sama sekali tidak pernah menduga atau mengatakan
bahwa pelaku penculikan ada lah keluarga mu. Mungkin saja
penjahat itu melarikan diri ke arah selatan sana! Jangan
berkesimpulan yang bukan-bukan!"
Lasmini sudah tidak menangis, akan tetapi ia me mbiarkan
dirinya didekap Narota ma dan ia menyandarkan kepalanya
yang semerbak harum me lati itu didada sua minya.
"Akan tetapi, kakangmas. Se mua orang tahu belaka bahwa
di selatan sana termasuk wilayah Kerajaan Parang Siluman di
mana ibu kandung ha mba, Sang Ratu Durgakuma la menjadi
penguasanya. Penculik itu tentu mengetahui pula bahwa
hamba, puteri Parang Siluman, telah menjad i garwa paduka.
Bagaimana mungkin dia me mbawa lari Kakangmbok listyarini
ke sana" Sama saja dengan ular mengha mpiri penggebuk.
Kalau paduka melakukan pengejaran me masu ki wilayah
Kerajaan Parang Siluman, bukankah itu berarti bahwa paduka
mencurigai kanjeng ibu ratu dan keluarganya" Tidak,
kakangmas, paduka tidak boleh mengejar dalam wilayah
Parang Siluman. Hamba ma lu, kakangmas, malu kepada
kanjeng ibu, malu kepada kanjeng ra ma, ma lu kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanjeng paman yang juga guru hamba, malu kepada seluruh
keluarga dan kawula Parang Siluman."
Narotama termenung sejenak. Ah..betulnya juga ucapan
yang keluar mulut selirnya yang diseling isak tangis itu.
"He mm, diajeng Lasmini, semua aturmu itu dapat kuterima
dan me mang benarnya. Akan tetapi, bagaimana kalau
kemudian ternyata bahwa Listyarini diculik orang me masu ki
daerah Para Siluman ?"
"Kakangmas, kalau sampa i terjadi seperti itu, kalau
kemudian ternyata bahwa penjahat itu me larikan Kakang
mbok Listyarini ke dalam daerah Parang Siluman dan
menye mbunyikan nya di sana, hamba me mpertaruhkan nyawa
ini. Hamba s iap dipenggal leher ha mba sebagai pertanggunan
jawab. Akan tetapi sebaliknya, kakangmas, kalau sekarang
paduka bersikeras untuk mengejar sa mpai me masu ki
perbatasan Parang Siluman, ha mba akan me mbunuh diri
sekarang juga di depan kaki paduka. Tidak kuat hamba
mender ita aib dan malu karena tida k paduka percaya."
Narotama menghela napas panjang dan mengusap ra mbut
kepala selirnya yang masin dipeluknya itu.
"Baiklah, diAjeng. Kalau begitu janji dan tanggung
jawabmu, aku tidak akan mengejar kedala m daerah Kerajaan
Parang Siluman. Akan tetapi, lalu ke mana aku harus mencari
Listyarini" Aku khawatir sekali akan kesela matannya."
"Harap kakangmas menenangkan hati dan jangan khawatir.
Hamba dapat me mastikan bahwa keselamatan nyawa
kakangmbok Listyarini tidak a kan terancam bahaya. Hamba
yakin bahwa penculik itu tida k akan me mbunuhnya. "
"Bagaimana andika dapat yakin begitu diajeng?"
"Menurut penalaran, kakangmas. Kalau penjahat itu
me mang berniat me mbunuh Kakangmbok Listyarini, tentu hal
itu sudah dia lakukan dalam taman, seperti juga dia telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuh dua orang tukang kebun itu. Kenyataannya bahwa
dia tidak me mbunuh me lainkan menculik Kakangmbok
Listyarini men unjukkan bahwa dia tidak ingin me mbunuhnya
sehingga mas ih terdapat harapan bahwa kita akan dapat
mene mukannya. Hamba akan me mbantu dengan taruhan
nyawa hamba agar kita dapat mene mukan kemba li
Kakangmbok Listyarini."
Narotama merasa lega sekali. Kalau ada selirnya ini yang
me mbantu, dia merasa yakin bahwa dia a kan dapat
mene mukan kembali garwa padminya yang hilang diculik
orang itu. "Aduh, diajeng Lasmini, terima kasih. Kalau tidak ada
engkau, entah bagaimana jadinya. Hatiku sekarang ini merasa
risau dan ce mas sehingga aku tidak dapat berpikir dengan
baik. Kalau menurut pendapatmu, apa yang harus kulakukan
sekarang, yayi?"
"Kalau menurut hamba, kakangmas, sebaiknya kita pulang
saja dulu. Bagaimanapun juga, hamba yakin Kakangmbok
Listyarini tidak akan dibunuh. Kakangmas pulang dulu untuk
mencari jalan terbaik. Hamba kira, dengan mengerahkan
pasukan yang kita sebar, akan lebih mudah mene mukan
penculik itu. Juga kita berdua dapat pula melanjutkan
pencarian kita. Sekarang, untuk mengejarpun, kita belum tahu
ke arah mana penjahat itu lar i. Mungkin ke utara, ke timur,
atau ke barat. Karena itu, mar i kita pulang dulu, menenangkan
hati dan merencanakan s iasat terbaik untuk mencari
Kakangmbok Listyarini."
Dengan hati agak lega Narotama mencium bibir yang
mengucapkan kata-kata yang dianggapnya amat bijaksana itu.
Mereka lalu bergandengan tangan, berlari cepat kembali ke
gedung kepatihan di Kahuripan.
Betapa hebatnya sebuah rencana, betapa telitinyapun
rencana itu diatur dan betapa canggihnyapun pelaksanaannya,
semua itu belum dapat dipastikan berhasil. Ada Kekuasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain yang mut lak menentu kan hasil tidaknya sebuah tindakan.
Manusia dengan sega la akal budinya boleh merencanakan
yang muluk-muluk, na mun pada akhirnya manusia harus
tunduk kepada Kekuasaan yang menentukan itu. Kekuasaan
Ulahi, Kekuasaan Gusti Yang Maha Kuasa, Kekuasaan Sang
Hyang Widhi w asa, Pengatur seluruh alam se mesta dengan
semua isinya! Demikian pula dengan rencana pe mbunuhan atas diri
Listyarini yang telah diatur dengan sempurna oleh Lasmini
Memang pada mulanya rencana itu tampaknya seperti berhasil
baik menurut rencana. Listyarini telah dapat diculik Nis mara
seperti direncanakan, bahkan Las mini telah berhasil me mbujuk
Narotama agar tida k melakukan pengejaran ke se latan.
Akan tetapi, hasil kelanjutannya ternyata lain sa ma sekali
seperti yang telah direncanakan. Nismara tidak me larikan diri
ke selatan, tidak masuk ke wilayah Kerajaan Parang Siluman.
Mengapa demikian " Ternyata Nismara sudah mengena l baik
keadaan di Kerajaan Parang Siluman. Dia tahu bahwa
kerajaan itu menjadi tempatnya orang-orang yang a mat keji
dan kejam, orang-orang yang licik dan curang. Kalau dia
me mbawa Listyarini ke sana, jangan-jangan nasibnya menjadi
celaka. Bukan tidak mungkin dia akan icurangi dan dibunuh,
sedangkan Listyarini akan dira mpas darinya. Tidak, dia tidak
akan pergi ke Kerajaan Parang Siluman itu.
Dia kini telah me mondong puteri ayu, telah mengantungi
banyak emas. Dia telah bebas, boleh pergi ke mana dia suka.
Mengapa harus ke Parang Siluman" Kalau Narota ma mengejar
ke sana, mungkin saja untuk menyimpan rahasia, Ratu Parang
Siluman yang cantik akan tetapi keji seperti iblis betina itu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan me mbunuhnya! Teringat akan kekeja man Lasmini saja
dia sudah berg idik. Lebih baik dia me mbawa Listyarini pergi
jauh sekali dari Kahuripan dan Parang Siluman, di tempat jauh
dia akan hidup senang dengan sang puteri juita, tanpa ada
yang mengganggu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemikiran inilah yang me mbuat Nis mara tidak jadi lari ke
selatan, melainkan lari ke arah barat! Dia me manggul tubuh
Listyarini dan melarikan d iri kebarat, me lalui hutan-hutan dan
gunung gunung. Dia tidak berani mengganggui Listyarini
karena hatinya selalu dikejar rasa takut dan ngeri. Kini dia
tidak hanya melarikan diri dar i pengejaran Narota ma, akan
tetapi juga pengejaran Lasmini yang tentu akan me mbunuhnya kalau mengetahui bahwa ia lari ke barat,bukan
masu k ke w ilayah Parang Siluman! seperti yang diperintahkan
Lasmini. Dan dia ma lah lebih takut akan pengejaran Lasmini
daripada pengejaran Ki Patih Narota ma. Dia tahu, Narotama
adalah seorang bijaksana dan tidak kejam. Mungkin dia akan
dibunuhnya begitu saja. Akan tetapi kalau dia sa mpai terjatuh
ketangan Las mini, dia tentu a kan dis iksanya setengah mati!
Karena setiap hari dikejar rasa ngeri dan ketakutan, seolah
setiap saat dia mendengar langkah kaki orang-orang yang
mengejarnya, Nismara tidak pernah mau mengganggu
Listyarini. Apalagi setelah Listyarini ta mpaknya tidak meronta
lagi. Ketika itu dia menurunkan Listyarini dari pondongannya
untuk sekadar beristirahat melepas le lah dan menenangkan
hatinya yang terguncang rasa takut dan gelisah.
Listyarini kini tidak ma u menjerit lag i. la maklum bahwa
dirinya tidak berdaya dan ia hanya pasrah kepada Hyang
Widhi, setiap saat berdoa se moga Sang Hyang Widhi
me lindunginya dari pada marabahaya. Melihat Nis mara
menyeka keringat dari leher dan mukanya, dan melihat wajah
Itu seperti orang ketakutan, matanya bergerak liar ke sana
sini seolah takut melihat orang datang, Listyarini yang dilepas
dari pondongan dan kini duduk di atas tanah itu menyapa
dengan suara le mbut.
"Nis mara, katakan saja terus terang, mengapa engkau
me mbawa aku pergi ke te mpat ini" Mengapa engkau yang
menjad i perw ira pasukan pengawal tega menculik aku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah beberapa kali pertanyaan diajukan oleh Listyarini
selama beberapa hari ini, akan tetapi Nis mara tidak pernah
mau menjawab. Kinipun dia tidak menjawab, hanya
me mandang sejenak wajah elok itu la lu menggeleng kepala
dan menga lihkan pandang matanya. Entah bagaimana,
mungkin karena dihantui rasa takut dan ngeri kalau-kalau dia
tertangkap, selama beberapa hari ini seolah se mua nafsu
berahinya terhadap wanita cantik ini menghilang begitu saja!
"Nis mara, " kata Listyarini dengan halus. "Aku tahu bahwa
selama beberapa hari ini seja k engkau menculik a ku engkau
bersikap baik sekali padaku,
engkau me mondongku, me mperhatikan keperluanku dan tidak pernah mengangguku.
Sebaliknya aku selalu meronta dan melawan, sehingga engkau
tentu lelah sekali. Aku berterima kasih kepadamu untuk itu.
Akan tetapi, Nismara, aku melawanmu karena aku takut dan
tidak tahu mengapa aku kaular ikan ini. Kala engkau
me mber itahu, tentu aku akan merasa lega dan tidak akan
me lawan lagi. Aku akan menyerah sehingga perjalanan ini
dapat dilakukan lebih lancar dan menyenangkan. Karena itu,
katakanlah, Nis mara, mengapa kau lakukan se mua ini."
"Benar engkau akan menyerah dan tidak melawan atau
meronta lagi kalau kuberitahu?" Nis mara bertanya.
"Aku bukan orang yang suka berbohong. Apa yang
kujanjikan pasti akan kutepati." kata Listyarini.
"Baiklah, akan kuber itahu. Sudah la ma ku men gagumimu,
Listyarini, bahkan aku tergila gila kepadamu. Aku cemburu
kepada Ki Patih Narota ma, yang telah memper isterimu, akan
tetapi masih begitu murka untuk me mpunyai seorang isteri
lain, yaitu Lasmini. Puteri dari Parang Siluman itulah yang
merencanakan ini se mua, menyuruh aku untuk menculikmu
dan me mbawa mu perg i, agar ia dapat menjadi garwa padmi
Ki Patih Narota ma."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini terkejut, namun tidak merasa terlalu heran karena
ia sudah dapat merasakan betapa selir sua minya itu dia m-
dia m me mbencinya.
"He mm, jadi ini biang keladinya" Lalu, kenapa engkau
me larikan aku sa mpa i sejauh ini dan tidak me mbunuhku?"
"Me mbunuhmu"
Tidak, Listyarini, aku tidak tega me mbunuhmu. Aku ..... aku cinta padamu. Aku diperintah
untu me mbawa engkau ke Parang Siluman, akan tetapi aku
tidak mau karena setibanya di sana engkau pasti dibunuh
mereka! Aku tidak ingin engkau dibunuh, maka engkau
kularikan sa mpai di sini. Aku harus melarikan sejauh mungkin
sehingga Ki Patih Narota ma dan juga Lasmini dan pihak
Parang Siluman tidak a kan dapat mencari kita. Nah, kuharap
mulai sekarang engkau suka menurut dan me larikan diri tanpa
me lakukan perlawanan."
Listyarini berpikir. Selama orang ini tidak menggangguku,
sebaiknya aku menurut agar dia tidak bersikap kasar
kepadaku. Akan tetapi, kalau dia hendak berbuat sesuatu yang
tidak senonoh, aku akan me mbunuh diri. Sementara itu,
hanya mengharapkan pertolongan dari Sang Hyang Widhi.
Maka, lapun me ngangguk.
Dengan girang Nis mara
mengajak ia me lanjutkan perjalanan dan ketika mereka melewati sebuah dusun yang
cukup ra mai, yaitu dusun Kerta, Nis mara la lu me mbe li dua
ekor kuda. Biarpun t idak pernah me mpelajari ilmu kanuragan,
namun kalau menunggang kuda, Listyarini cukup mah ir.
Perjalanan dilanjutkan dengan berkuda sehingga lebih cepat
dan lancar. Juga bagi Listyarini, tentu lebih leluasa dan enak
me lakukan perjalanan menunggang kuda daripada dipondong
oleh Nis mara. Mereka menda ki Gunung Lawu dari sisi timur. Pada suatu
pagi tibalah mereka di lereng Gunung Lawu. Pemandangan
alamnya amat indah dan tempat itu- pun sunyi, penuh dengan
hutan lebat dan hawanya sejuk, nyaman bukan ma in. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat mereka berhenti mengaso, tampak sebuah telaga yang
airnya me mbiru dan pe mandangan di situ teramat indahnya.
Timbul kegembiraan besar di da la m hati Nis mara. Selama
beberapa hari ini kekhawatirannya mulai menipis dan
perjalanan berkuda yang menyenangkan itu, tanpa harus
me mondong tubuh Listyarini, me mbangkitkan
kemba li gairahnya. Mereka mena mbatkan kuda di batang pohon dan
keduanya duduk di atas batu gunung. Di sekeliling mereka
tampak padang rumput menghijau. Nis mara mulai me mandang kepada Listyarini dengan penuh perhatian dan
perlahan-lahan api gairah berah i mulai menyala dalam
pandang matanya. Wanita
itu tampak amat cantik
mengga irahkan. Rambutnya yang agak kusut itu bahkan
mena mbah keelokannya, dengan sinom berjuntai dan
bergantung! kacau di dahi dan pe lipisnya, pakaian yang kusut
itu me mpertajam le kuk lengkung tub uhnya.
Muncul bayangan-bayangan penuh nafsu berahi dalam
benak Nis mara. Ah.. sebetulnya sudah lama wanita ini berada
di tangannya akan tetapi dia tidak sempat me milikinya.
Sekaranglah saatnya pikirnya. Jelas bahwa tidak akan ada
yang ma mpu mengejarnya sampai di tempat sunyi ini. Dia
harus me milikinya sekarang juga dan sekali menjad i miliknya,
wanita ini tentu selanjutnya akan tunduk kepadanya dan akan
menjad i isterinya.
Nis mara turun dari atas batu dan menghampiri Listyarini.
Listyarini menengo k. Mereka bertemu pandang dan Listyarini
terbelalak. Ia melihat kobaran nafsu berahi dalam mata la ki-
laki itu. Marabahaya yang hampir setiap hari dikhawatirkannya
itu akhirnya muncul. Nalurinya mengatakan bahwa saat itu
Nis mara seperti ke masukan iblis dan ia me ma ndang ngeri.
"Nis mara, kau mau apa .....?" tanyanya dan wajahnya
sudah berubah pucat.
Nis mara tersenyum, menyeringai seperti seekor sr igala
me mper lihatkan taringnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kubantu engkau turun, Listyarini, kita melanjutkan
perjalanan." katanya sambil men julurkan tangannya. Listyarini
merasa agak lega dan ia mener ima uluran tangan itu. Akan
tetapi ketika ia sudah turun dari atas batu, tiba-tiba saja
kedua lengan Nis mara mendekapnya dengan kuat dan muka
laki laki itu mendekati mukanya, berusaha untuk menciuminya. "Jangan .....! Tidaaak .....!" Listyarini menjerit dan
menge lak dar i ciu man dengan memalingkan mukanya ke
kanan kiri. Akan tetapi tentu saja ia kalah kuat dan pada saat
hidung Nis mara mendarat di pipi kirinya, dalam kenekatannya
Listyarini mengangkat lututnya ke atas Nis mara berteriak
mengaduh dan rangkulannya mengendur karena lutut kaki
Listyarini tepat menghanta m bawah pusarnya. Listyarini
meronta sekuat tenaga sehingga terlepas dari rangkulan lalu
me mba lik dan melarikan diri.
Akan tetapi hanya sebentar Nismara kesakitan. Dia
me lompat dan mengejar. Akhirnya dia dapat menubruk dari
belakang dan me me luk Listyarini. Wanita itu terguling dan
Nis mara ikut pula terjatuh Mereka bergulingan di atas rumput.
Lityarini mencoba untuk me mukul, mencakar bahkan
menggigit. Namun karena kalah kuat, akhirnya Nis mara dapat
metindihnya dan me megang i kedua pergelangan tangannya.
Pada saat yang teramat gawat bagi kehormatan Listyarini
itu, tiba-tiba saja .sebuah tangan mencengkeram ra mbut
kepala Nis mara, menariknya ke belakang dengan sentakan
yang demikian kuatnya sehingga Nis mara berteriak kesakitan
dan tubuhnya terseret ke belakang. Sebuah tendangan
menyusul dan tubuh Nis mara terpental bergulingan. Akan
tetapi yang paling nyeri adalah kepalanya. Rambutnya seolah
tercabut copot semua, rasanya pedih dan panas. Dia meraba
kepalanya dan merasa lega bahwa ra mbutnya masih ada. Dia
me lompat berdiri dan dengan mata merah dia me mandang
kedepan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia melihat seorang laki-laki me mbantu Listyarini bangun
dan berkata kepada wanita itu. "Ke sanalah, nona. Biar
kuhajar orang jahat ini."
Laki-laki itu bicara dengan suara pelo. Usianya sekitar dua
puluh lima tahun. Tubuhnya tinggi kurus, mukanya agak pucat
kekuningan, matanya sipit dan ra mbutnya digelung ke atas
dan ikat dengan pita biru. Dari raut wajahnya sampai bentuk
baju dan celananya tahulah Nis mara bahwa, pemuda itu
adalah seorang berbangsa Cina. Pernah dime lihat beberapa
orang Cina berkunjung ke Kahuripan, sebagian sebagai
pedagang dan ada pula yang menjadi tukang-tukang yang ahli
dalam pe mbuatan perabot rumah tangga dari kayu dan rotan
atau dari ba mbu. Sungguh mengherankan sekali di te mpat
sesunyi itu dia bertemu dengan seorang Cina. Akan tetapi
orang Cina itu telah berani mengganggunya bahkan menyeret
dan menendangnya sehingga dia gagal memperkosa Listyarini.
Dia bangkit dan mukanya berubah merah ketika dia
me mandang kepada pe muda Cina itu dengan mata me lotot.
"Setan alas keparat busuk! Siapa enhkau berani
menca mpuri urusanku?" ia menghardik dan tangan kanannya
meraba gagang keris yang terselip di pinggangnya. Dengan
bahasa daerah yang cukup je las dan lancar na mun yang
diucapkannya dengan pelo, orang itu menjawab
"Na ma saya The Jiauw Lan ....."
"Siapa?" Nis mara
menegaskan karena nama
yang diucapkan orang itu tidak dapat ditangkap telinganya dengan
baik. "The Jiauw Lan," Orang Cina itu mengulang. Namun tetap
saja Nis mara tidak dapat menerima jelas.
"Sudahlah, persetan dengan namamu! Kenapa engkau
berani menca mpuri urusanku dengan wanita itu" Hayo cepat
minggat dari sini, atau aku akan me mbunuhmu!" Dia
mencabut Kerisnya dan menganca m.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
The Jiauw Lan menggeleng-geleng kepalanya. "Aku tidak
ingin berkelahi, tidak ingin mencari musuh. Akan tetapi kau
jangan ganggu pele mpuan itu. Itu tidak ba ik, salah dan jahat


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali! Kau pelgilah, jangan ganggu ia!"
"Babo-babo, keparat. Berani engkau menghalang dan
menantangku" Engkau sudah bosan hidup. Mampuslah!"
Nis mara lalu me nubruk sa mbil me nyerang dengan kerisnya.
Gerakannya cukup cekatan dan mengandung tenaga kuat. Dia
merupakan seorang perwira kepatihan yang cukup tangguh.
Namun, tusukan keris itu hanya mengenai te mpat kosong
karena The Jiauw Lan dapat cepat menge lak dengan geseran
kakinya yang lincah sekali.
Nis mara menjad i sema kin marah. Dia cepat menyusulkan
serangan kerisnya, lagi, dilanjutkan dengan tamparan tangan
kirinya. Ketika tusukan keris dan ta mparan tangan itu kenbuli
hanya mengenai tempat kosong, dia mena mbahkan dengan
tendangan bertubi-tubi. Namun se mua serangannya itu tidak
mengenai sasaran. Lawannya ternyata me miliki gerakan yang
amat lincah, tubuhnya berkelebatan ke kanan kiri dan semakin
cepat dan gencar Nismara rntnyerang, semakin cepat pula dia
bergerak menghindar.
Jilid 12 "Aku tidak ingin be lkelah i. Pelgilah......!" The Jiauw Lan
berseru lagi. Akan tetapi karena merasa penasaran, Nismara tetap saja
menyerang secara bertubi-tubi. Ketika kerisnya meluncur ke
arah perut lawan, tiba-tiba orang Cina itu menepis dengan
tangan kiri dari sa mping. Tepisan dengan jari-jari tangan ini
mengenai pergelangan tangan yang me megang ker is.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tukk!" Keris terlepas dari pegangan dan di lain detik,
sebuah tendangan mengenai perut Nis mara.
"Bukk .....!" Tubuh Nis mara terjengkang. Dia merasa
lengan kanannya nyeri dan perutnya mendadak mulas.
Terkejutlah dia dan sekarang baru dia menyadari bahwa dia
berhadapan dengan orang yang pandai dan tangguh. Maka
cepat dia menyambar kerisnya yang menggeletak di dekatnya,
kemudian dia bangkit dan me larikan diri.
"Jahanam, kau tunggu pembalasanku!"
teriaknya menganca m sa mbil me lanjutkan larinya. Orang Cina itu hanya
me mandang sambil mengge leng-geleng kepala.
"Helan ..... di sana ..... di sini ..... dunia ini penuh olang
jahat ....." Dia menghela napas panjang lalu me mutar
tubuhnya untuk me mandang wanita yang nyaris diperkosa
penjahat tadi. Listyarini berd iri di bawah pohon. Sejak tadi ia menonton
perkelahian itu. Dia mengerti bahwa orang yang bicaranya
pelo itu sedang me mbelanya, ma ka tentu saja dia m-dia m ia
mendoakan kemenangan bagi orang asing itu. Mula mula ia
merasa ngeri me lihat Nis mara menyerang bertubi-tubi dengan
kerisnya dan agaknya orang asing itu terdesak. Ia sudah
menga mbil keputusan nekat. Ada sebuah batu besar di bawah
pohon didekatnya. Kalau ia melihat pe mbelanya itu kalah, ia
akan me mbunuh diri dengan menghanta mkan kepala send iri
kepada batu besar itu. Akan tetapi ternyata pembelanya itu
menang dan Nis mara me larikan diri! Hal yang sa ma sekali
tidak disangkanya ini me mbuat wajahnya yang tadinya pucat
berubah kemerahan berseri, sinar mata yang tadinya layu kini
bercahaya dan bibirnya yang mungil berkembang dan
muncullah senyumnya yang manis penuh rasa bahagia.
Tadi ketika melihat seorang laki-la ki hendak me mperkosa
seorang wanita, The Jiauw Lan tidak dapat tinggal diam saja
dan cepat dia mencegah. Pada saat itu, dia sa ma sekali tidak
me mperhatikan wajah Listyarini. Baru sekarang dia bertatap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muka dengan Listyarini, melihat wajah yang berseri, mata
yang indah bercahaya serta senyuman yang man is itu. Dia
terbelalak heran, terpesona, lalu tiba-tiba dia menjatuhkan diri
berlutut dan menyembah-nye mbah sa mbil berucap penuh
hormat. "Kwan Im Pouwsat .....!"
Kwan Im Pouwsat atau Dewi Kwan Im ada lah sebutan
seorang dewi kahyangan yang juga disebut Dewi Kebajikan,
Dewi Penolong atau Dewi Welas Asih yang terkenal cantik
jelita dan sakti mandraguna. Dala m dongeng di Negeri Cina,
sang dewi ini sering kali muncul di dunia untuk
menyelamatkan manusia, dan tidak jarang pula ia menjelma
manusia biasa untuk menguji budi pe kerti orang. Jadi,
menurut kepercayaan The Jiauw Lan, bukan mustahil kalau
tadi Kwan Im Pouwsat sengaja menyamar sebagai wanita
yang hendak diperkosa penjahat untuk mengujinya! The Jiauw
Lan percaya sekali sang dewi yang menjad i pujaan seluruh
rakyat di Negeri Cina itu, maka melihat Listyarini yang
demikian cantik jelita, anggun dan penuh wibawa serta merta
dia menganggapnya Dewi Kwan Im dan me mberi hormat
sambil mohon a mpun dan menghaturkan terima kasih.
Listyarini tertegun. Penolongnya itu tiba-tiba berlutut
kepadanya, menyembah-yembah dan berkata-kata dalam
bahasa yang tidak dimengertinya sarna sekali! Ia meenengok
ke belakangnya, untuk me lihat kalau- kalau di sana ada orang
lain yang dihor mati penolongnya itu. Akan tetapi tidak ada
siapa-siapa sehingga jelaslah bahwa ia yang disembah-
sembah itu. Maka, ia la lu me langkah maju mengha mpiri
penolongnya dan menyentuh pundak orang itu.
"Ki sanak, bangkitlah dan bicaralah dengan bahasa yang
kumengerti. Jangan menyembah-nye mbah seperti ini."
Sentuhan le mbut di pundaknya itu terasa oleh The Jiauw
Lan sebagai sentuhan yang mengandung getaran hebat,maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makin gencar dia menyembah karena hatinya makin yakin
bahwa yang menyentuhnya itu benar-benar jari tangani Kwan
Im Pouwsat yang sakti.
"Paduka Kwan Im Pouwsat ..... Kwan Im Pouwsat ..... saya
holmati ....."
"Kwan Im Pouwsat" Siapa itu ....." Listyarini bertanya
heran. "Dewi pujaan kami, Dewi Solga yan bijaksana, penyelamat
manusia. Paduka Dewi Kebajikan, maafkan saya .. ..."
Kini mengertilah Listyarini. Ia merasa geli dan tertawa.
Tawanya lembut tertahan dan sopan.
"Heh-heh, aku sa ma sekali bukan dewi kahyangan, ki
sanak. Aku manusia biasa. Bangkitlah dan mari kita bicara.
Engkaulah yang menolongku dan aku berterima kasih sekali
kepadamu."
Mendengar ini, The J iauw Lan mengangkat mukanya dan
me mandang heran. Kini baru dia melihat bahwa yang berdiri
di depannya adalah seorang wanita Jawa yang sudah pasti
seorang bangsawan tinggi,cantik je lita dan anggun. Mungkin
saja Kwan Im Pouwsat yang menyamar, akan tetapi wanita itu
mengaku bahwa ia seorang manusia biasa. Maka diapun
bangkit berdiri.
"Engkau ..... seolang manusia biasa" Benalkah itu" Akan
tetapi, bagaimana bisa belada di tempat ini dan siapa pula
olang jahat tadi" Siapakah engkau dan dali mana?"
Pertanyaannya meluncur bagaikan hujan dan Listyarini
tersenyum. Biarpun laki-laki ini asing dan bicaranya lucu dan
pelo, namun ia dapat merasakan dan tahu dari pandang
matanya bahwa orang ini bukan orang jahat hamba nafsu.
"Ceritanya panjang, ki sanak. Marilah duduk dan akan
kuceritakan se mua untuk menjawab pertanyaanmu itu."
Listyarini duduk di atas batu dan laki-laki itu duduk di atas
batu lain tak jauh darinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak, sebelum aku mencer itakan keadaan diriku,
kuharap engkau su ka lebih dulu menceritakan tentang dirimu.
Memang aku telah menerima pertolongan dar i mu dan aku
percaya sepenuhnya kepadamu, namun kiranya tidaklah
pantas bagi seorang wanita menceritakan keadaan dirinya
kepada seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Ki
sanak, maukah engkau bercerita tentang dirinmu kepadaku?"
"Tentu, tentu saja, nona. Namaku adalah The Jiauw Lan."
kata laki-laki itu dengan nada ge mbira.
"Tejo ..... siapa?"
"The Jiauw Lan."
"Wah, sulit sekali na ma mu. Tejoranu begitukah?"
Sepasang mata itu menjadi sema kin sipit ketika dia
tertawa. "Tejolanu Begitu juga baiklah."
"Baik, mulai sekarang aku akan menyebut mu Ki Tejoranu.
Setujukah engkau?"
"Ki Tejolanu" Ha-ha-ha, Ki Tejolanu! Bagus sekali, aku suka
nama itu. Mula i sekalang, aku adalah Ki Tejolanu!" kata laki-
laki itu sa mbil tertawa senang. Ketika tertawa, wajahnya yang
tadinya tampak asing karena matanya yang sipit itu kelihatan
cerah dan menyenangkan, sehingga Listyarini juga ikut
tertawa. "Nah, sekarang ceritakan tentang dirimu, riwayatmu, Ki
Tejoranu. Aku tahu bahwa engkau tentu seorang asing. Dari
mana engkau datang dan bagaimana engkau dapat berada di
sini?" "Aku belasal dali Tiongkok."
"Tiongkok" Di mana itu?"
"Aku bangsa Cina, dali Negeli Cina, nona."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan sebut aku nona. Aku sudah bersuami, na maku
Listyarini." "Listyalini?"
"Ya, jangan sebut nona, sebut aku dengan mas ayu
Listyarini."
"Mas ayu Lini, begitu lebih mudahlan dan tidak telalu
panjang. Bolehkah?"
"Baiklah, Ki Tejoranu. Nah, teruskan ceritamu. Engkau
berasal dari Negeri C ina" Aku pernah mendengar tentang
negara dan kerajaan besar di seberang itu, akan tetapi baru
sekarang aku berte mu dengan seorang Cina."
Ki Tejoranu lalu menceritakan riwayatnya. The Jiauw Lan
atau yang ki kita kenal sebagai Ki Tejoranu itu tadinya tinggal
di sebuah dusun dekat kota Nan-king. Lima tahun yang lalu,
ketika itu dia berusia dua puluh tahun, dia seorang yang
dikenal sebagai seorang pendekar yang cukup lihai dan
ditakuti golongan sesat karena permainan sepasang goloknya
yang hebat sehingga dia dijuluki Sha-Jiong-to (Golok
Pembunuh Naga). Karena dia se lalu bers ikap me nentang
kejahatan, pada suatu hari dia menghajar, seorang pemuda
dari Nan-king yang mencoba mengganggu dan menculik
seorang gadis dusun, dibantu beberapa orang jagoannya. Ki
Tejoranu menghajar kongcu (tuan muda) hidung belang itu
bersama para jagoannya sehingga mereka kocar kacir
me larikan diri pulang ke Nan-king. Ki Tejoranu sama sekali
tidak tahu bahwa yang dihajarnya itu adalah putera seorang
pejabat tinggi, bahkan masih keponakan dar i seorang
pangeran! Ketika beberapa hari ke mudian dia men getahui akan hal ini,
dia terkejut dan khawatir, akan tetapi telah terlambat. Dia
mendengar dari seorang te man ketika dia keluar rumah.
Karena khawatir akan a kibat peristiwa itu, dia cepat pulang,
akan tetapi apa yang ditemukannya di rumahnya" Ayah dan
ibunya telah tewas terbunuh, adiknya, seorang gadis kecil
berusia empat belas tahun, telah hilang entah ke mana dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah mereka porak poranda dihancurkan sejumlah perajurit
yang dipimpin oleh Bong-kongcu (tuan muda Bong) yang
dihajarnya beberapa hari yang lalu. Dari para tetangganya dia
mendengar bahwa pasukan itu mencar inya lalu menga muk
dan merusak rumah, me mbunuh ayah ibunya. Adapun tentang
adiknya, The Kim Lan, tidak ada yang mengetahuinya.
Menurut para tetangga, tidak ada yang melihat gadis cilik itu
dibawa lari para perajurit. Mungkin anak itu sempat me larikan
diri entah ke mana.
The Jiauw Lan atau Ki Tejoranu marah sekali. Sambil
me mbawa sepasang goloknya, dia segera pergi ke rumah
keluarga Pembesar Bong dan di s itu dia menga muk. Puluhan
orang perajurit pengawal dibunuhnya dan akhirnya dia
berhasil juga me mbunuh Bong Kongcu. Setelah dapat
me mbunuh tuan muda Bong itu barulah kemarahannya
mereda dan karena tahu bahwa kalau dia me lanjutkan,
amukannya, akhirnya dia akan mati dikeroyok banyak
perajurit, akhirnya dia me larikan diri.
"Begitulah, Mas ayu Lini. Aku dikejal pasu kan, telpaksa
me lalikan dili ke sini, ikut pelahu jong bekelja menjadi kuli dan
me lantau, kalena takut pembesal Bong men gilim olang-olang
pandai menca li, aku belpindah pindah dan akhilnya aku
belsembunyi 'di daelah ini, dekat telaga sana. " Ki Tejoranu
mengakhiri ceritanya.
Sejak tadi Listyarini mendengarkan dengan penuh
perhatian. Biarpun bicaranya pelo, namun ternyata Ki
Tejoranu sudah fasih berbahasa daerah sehingga ia dapat
menang kap semua ceritanya. Ia menghela napas panjang,
me mbayangkan betapa besar persamaan kejahatan orang di
negeri Cina dan di sini. Orang-orang berkuasa condong untuk
me miliki watak hadigang hadigung-hadiguna, me megang aji
mumpung, menggunakan kekuasaan, harta dan kekuatan
untuk berbuat sewenang-wenang. Ketenangan kehidupan di
Kahuripan sendiri hanya terlaksana karena kebijaksanaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Prabu Erlangga dengan bantuan suaminya, Ki Patih
Narotama. Karena raja dan patihnya itu berwatak adil, berbudi
bawa laksana, maka para pembesarnya takut untuk
me lakukan pelanggaran, tidak berani bertindak sewenang
wenang menganda lkan kedudukan dan kekuasaan mereka.
Akan tetapi di daerah daerah yang agak jauh dari kota raja,
sering terdengar penindasan dan kesewenangan seperti yang
men impa diri Ki Tejoranu itu.
"Ah, kasihan sekali engkau, Ki lejoranu. Jadi, sudah lima
tahun engkau meninggalkan negerimu" Lalu bagaimana
kaabarnya dengan adikmu, siapa namanya tadi, Kim Lan?"
"Ya, The Kim Lan. Sebelum aku pelgi, aku su dah belusaha
menca linya, namun s ia-sia. Dan aku mendengal kabal yang
lebih menyedihkan lag i, yaitu .....tunanganku..... yang
belna ma Mei Hwa, telah dipaksa, dia mbil menjadi isteli ke tiga
dali Pe mbesal Bong, untuk balas denda m padaku!" Setelah


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata demikian, Ki Tejoranu mengayun tangannya ke atas
batu. "Brakkk!" Tepi batu itu pecah berha mburan dan Listyarini
me lihat pe muda Cina itu mengusap beberapa butir air mata
dengan punggung tangannya.
Listyarini merasa terharu. "Ah, Ki Tejoranu, penderitaan mu
sungguh berat. Akan tetapi percayalah. Sang Hyang Widhi
akhirnya akan melindungi yang benar dan akan menghukum
yang jahat. Sekarang aku se makin yakin bahwa engkau adalah
seorang yang baik dan aku makin percaya padamu, Ki
Tejoranu." Listyarini bangkit, mengha mpiri laki-laki itu dan
menyentuh pundaknya dengan lembut. Ki Tejoranu me letakkan tangannya
diatas tangan Listyarini yang
menyentuh pundaknya. Hanya sebentar saja dan dia sudah
menarik kembali tangannya.
"Telima kasih, Mas ayu Lini, telima kasih. Hatiku sudah
tidak sedih lagi sekalang." Dan untuk me mbuktikan ini, Ki
Tejoranu tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duduklah, Mas ayu dan sekalang celitakan tentang dilimu."
Listyarini lalu kembali ke te mpat luduknya semula. Setelah
ia menarik napas panjang beberapa kali, mulailah ia
mencer itakan tentang dirinya. "Aku berasal dari Nusa Bali
bernama Ni Nogati. Metelah aku menjadi garwa padmi Ki Patih
Narotama dari Kerajaan Kahuripan, na maku diganti menjadi
Listyarini. Aku hidup bahagia dengan suamiku, hidup aling
mencinta dan mulia di Kerajaan Kahuripan. Akan tetapi
semenjak sua miku, Ki Patih Narota ma menga mbil seorang
puteri Kerajaan Parang Siluman yang berna ma Lasmini
menjad i selir, datanglah gangguan dalarn hidupku. Pertama
aku diracuni orang sa mpai ha mpir mati. Untung suamiku
seorang pandai sehingga aku dapat dise mbuhkan. Kami
semua tidak tahu s iapa pelakunya karena Tarni, dayang yang
me mbawa kan ja mu yang diisi racun itu telah dibunuh oleh
Lasmini. Dia m-dia m aku curiga kepadanya, akan tetapi tidak
ada bukti, maka aku tak dapat berbuat apa-apa. Kemudian
datanglah ma lapetaka itu ....." Listyarini menghela napas
panjang. "Apa yang teljadi, Mas ayu Lini?"
"Pada suatu sore, ketika aku seorang diri da la m ta man,
seorang perwira pasukan pengawal kepatihan bernama
Nis mara, menculik a ku dan melarikan aku keluar dari
kepatihan. Dia me mbawaku lari sa mpai berhari-hari la manya.
Selama itu dia tidak berani menggangguku karena agaknya dia
dicekam ketakutan kalau-kalau sampa i dapat dikejar suamiku
yang sakti mandraguna. Menurut keterangan dan pengakuannya dalam perjalanan dia menculikku karena
disuruh oleh Lasmini dengan tujuan agar Lasmini dapat
menggantikan kedudukanku men jadi garwa padmi Ki Patih
Narotama. Setelah tiba di sini, dia merasa aman dan bebas
dari pengejaran suamiku, maka dia me mpunyai niat keji untuk
menggangguku. Untung engkau datang dan menolongku, Ki
Tejoranu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kisah ini, Ki Tejoranu melompat dari atas batu
yang didudukinya, mencabut sepasang goloknya dan mencaci
maki dalam bahasa Cina yang sama sekali tidak dimengerti
oleh Listyarini sa mbil memainkan sepasang goloknya. Dua
gulungan s inar menyambar-nya mbar dahsyat dan daun-daun
pohon di dekatnya rontok berha mburan seperti hujan daun!
Melihat ini, Listyarini merasa kagum a kan tetapi juga ngeri.
Orang itu tidak tampak lagi, hanya bayangannya saja yang
terbungkus dua sinar yang bergulung-gulung.
"Sudahlah, K i Tejoranu, jangan menga muk. Aku ngeri
me lihatnya." katanya halus. Ki Tejoranu men ghentikan
permainan s ilatnya dan sepasang golok itu sudah kemba li ke
tempatnya semula, tersilang di belakang punggungnya.
"Maaf, Mas ayu, aku me mbuat engkau kaget dan ngeli."
katanya sambil merangkap kedua tangan di depan dada
dengan sikap hormat.
"Tadi engkau bicara apa, Ki Tejoranu! Aku sama sekali
tidak mengerti apa yang kaukatakan." Listyarini bertanya
sambil tersenyum.
Ki Tejoranu tersenyum malu.
"Aku ..... ah, tidak apa-apa, Mas ayu, aku ma lah dan
me ma ki-ma ki Nis mala itu dan aku melasa
menyesal me mbialkan dia lolos. Kalau aku tahu dia begitu jahat tentu
sudah kubunuh dia!"
"Engkau tidak perlu merepotkan hal itu, Ki Tejoranu.
Suamiku sendiri tentu akan mengambil tindakan tegas
terhadap dua orang yang merencanakan penculikan terhadap
diriku itu. Sekarang aku hendak minta bantuan mu, Ki
Tejoranu. Engkau tentu mau me mbantu dan menolongku
bukan?" "Tentu saja, Mas ayu Lini. Bantuan apa yang dapat
kubelikan untukmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, K i Tejoranu. Maukah engkau mengantar aku
pulang ke Kepatihan Kerajaan Kahuripan" Ketika penjahat itu
me larikan aku sampai ke s ini, perjalanan me makan waktu
kurang lebih sepuluh hari. Itupun sebagian dilakukan dengan
jalan kaki dan dia me mondongku. Kalau dilakukan dengan
menunggang kuda, tentu lebih cepat lagi. Di sana dua ekor
kuda itu masih ada, dapat kita pergunakan."
Mendengar permintaan ini, K i Tejoranu tampak tertegun
dan sejenak dia bengong tak ma mpu menjawab sehingga
Listyarini mendesaknya. "Bagaimana, Ki Tejoranu" Engkau
tentu tidak berkeberatan untuk mengantarku, bukan" Suamiku
tentu akan member i imba lan yang me madai, bahkan aku akan
minta kepadanya agar engkau diberi kedudukan tinggi dalam
pasukannya."
"Hayaa ....." Ki Tejoranu mengeluh, lalu ber kata, "Tentu
saja aku selalu mau me mbantu mu, Mas ayu, akan tetapi aku
..... aku ..... bukan tidak mau, melainkan tidak belani."
"Tida k berani" Engkau yang me miliki kepandaian begitu
tinggi?" "Sudah kucelitakan pada mu, aku selama ini melantau,
belpindah-pindah, sekalang sembunyi di s ini. Aku me mang
takut kalena aku tahu bahwa Pembesal Bong mengutus olang-
olang pandai mencaliku dan akan me mbunuhku."
"Tapi engkau dapat melawan mereka! Apalagi kalau engkau
sudah berada di Kepatihan, suamiku tentu akan me lindungimu!"
K i Tejoranu menggeleng kepala. "Engkau tidak tahu, Mas
ayu, olang-olang yang diutus itu lihai-lihai sekali, bahkan aku
dengal bahwa Pe mbesal Bong sudah dapat me mbujuk guluku
untuk ikut menca li aku. Aku takut pelgi jauh dali s ini Mas ayu.
Maafkan aku." Ki Tejoranu mengangkat kedua tangan ke
depan dada dan member i hormat berulang-ulang sehingga
Listyarini merasa tidak enak untuk me maksanya, la mengerti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa orang ini benar-benar ketakutan, dan hal itu tidak aneh
kalau diingat bahwa gurunya sendiri ikut mencari untuk
me mbunuhnya! "Kalau begitu, menurut pendapatmu bagaimana baiknya"
Apa yang harus ku lakukan sekarang, K i Tejoranu?" Ia
berhenti sebentar. "Bagaimana kalau aku menunggang kuda
dan mencoba untuk ke mbali sendiri ke Kahuripan?"
"Aihh! Jangan, jangan Mas Lini! Jangan la kukan itu,
belbahaya sekali, sebelum sa mpai di sana, engkau bisa celaka.
Banyak sekali olang jahat dalam peljalanan mu itu!"
"Lalu bagaimana ba iknya" Pulang sendiri tidak boleh cjan
engkau tidak berani mengantarku!"
"Begini saja, Mas ayu. Aku sudah membangun sebuah
pondok yang kokoh di dekat telaga. Tempatnya indan>
telsembunyi dan a man. Tanahnya subul dan tidak kekulangan
makanan, banyak pula ikan di ail telaga. Kau tinggal di sana
pasti aman. Aku akan nnelindungimu."
Tiba-tiba Listyarini mendapat pikiran yang dianggapnya
amat baik. "Ah, engkau benar, Ki Tejoranu! Untuk sementara
aku tinggal di sana, lalu kita mengutus seseorang yang tinggal
di dusun terdekat untuk me mber i kabar kepada Ki Patih
Narotama bahwa aku berada di sana. Tentu sua miku akan
segera datang menjemputku!" Dala m suara wanita itu
terkandung harapan dan kegembiraan besar. Ki Tejoranu
tersenyum sehingga matanya yang sipit hampir terpejam.
"Bagus! Bagus dan baik sekali pikilan itu, Mas ayu. Sebaiknya
diatul begitu. Nanti aku yang mencali olang untuk diutus
me mbe li kabal ke Kepatihan Kahulipan! Kalau begitu, mali,
Mas ayu, mali kita pulang!" Laki-la ki itupun ta mpak ge mbira
bukan ma in. "Pulang .....?" Listyarini bertanya, sejenak termangu kata-
kata itu me mbuat ia terbayang kepada gedung kepatihan dan
keluarganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, pulang ..... maksudku ..... pelgi ke pondokku .....!"
kata Ki Tejoranu, lalu dia mengha mpiri dua ekor kuda yang
tadi dita mbatkan pada batang pohon dan e mbawa dua ekor
kuda itu dengan menuntunnya. Listyarini mengikut i dari
belakang dan mereka menuruni le mbah menuju ke Telaga
Sarangan yang tidak beg itu jauh dar i te mpat itu.
Ketika mereka tiba di pondok, Listyarini melihat sebuah
pondok yang me mang kokoh kuat, terbuat dari balok balok
kayu besar. Namun pondok itu sederhana sekali, walaupun
tampak bersih dan terawat baik-baik. Meja kursinya juga
buatan sendiri, kasar namun kokoh. Akan tetapi di dapur
terdapat bahan makanan yang cukup banyak. Jagung, ketela,
bahkan beras, buah-buahan dan segala macam bumbu masak.
Prabotan dapurnya terbuat dari tanah liat, juga serba tebal
dan kuat. Ada beberapa buah guci Cina yang indah, juga
tempayan besar berisi air jernih. Ada dua buah kamar di
pondok itu dan begitu sampai di situ, Ki Tejoranu sibuk
me mbers ihkan sebuah kamar yang tadinya tidak terpakai,
dipersiapkan untuk Listyarini.
Senang juga hati Listyarini tinggal untuk se mentara di
tempat itu, biarpun serba sederhana namun bersih dan
udaranya sejuk, penuh dengan pohon-pohon dan terutama
sekali yang menyenangkan hatinya, sikap Ki Tejoranu
terhadap dirinya bahkan melebihi apa yang dia bayangkan.
Ramah dan sopan, bahkan penuh pengartian dan lembut
sehingga terkadang ia merasa terharu sekali.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ki Tejoranu sudah
menuruni lereng menuju ke sebuah dusun kecil di kaki
Gunung Lawu sebelah timur. Dengan me mber ikan sed ikit
perhiasan berupa sebuah cincin bermata mirah milik Listyarini
dan seekor kuda, Ki Tejoranu berhasil me mbujuk seorang laki-
laki dusun berusia e mpat puluh tahun bernama Sukardi untuk
pergi ke kepatihan Kerajaan Kahuripan dan melapor kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Narotama bahwa Gusti Puteri Listyarini berada di Telaga
Sarangan dan minta dije mput.
"Selahkan cincin ini kepada Ki Patih dan dia akan pelcaya
ketelanganmu, dan kuda ini boleh kau miliki. Setelah selesai
tugasmu, aku akan me mbe li hadiah la in lagi pada mu." pesan
Ki Tejoranu dan Sukardi menyanggupi. Hari itu juga dia
menunggang kuda menuju ke timur, Kerajaan Kahuripan.
Mendengar laporan K i Tejoranu bahwa dia berhasil
menyuruh seseorang pergi melapor ke Ki Patih Narotama, hati
Listyarini merasa ge mbira bukan ma in. Saking girangnya ia
lalu berjanji kepada Ki Tejoranu bahwa siang hari itu ia akan
me mbuat masakan lezat untuk penolongnya itu. Ki Tejoranu
segera pergi me mancing ikan dan sebentar saja dia sudah
pulang me mbawa e mpat ekor bader yang gemuk dan besar.
Lalu dipotongnya leher seekor ayam ge muk dan besar.
Listyarini lalu sibuk me masa k nasi dan masakan daging ayam
dan ikan itu. la sibuk di dapur dan sa ma sekali meno lak
bantuan Ki Tejoranu. Laki-la ki itu tersenyum dan duduk di
luar, termenung dan merasa betapa indahnya hari itu, betapa
bahagianya hatinya. Belum pernah sejak dia melarikan diri dari
Cina dia merasa berbahagia seperti pada hari itu!
Akan tetapi, selagi sibuk me masa k tiba-tiba Listyarini
mendengar suara gaduh di luar pondok, disusul teriakan-
teriakan orang dan beradunya senjata berdentingan. la
terkejut dan cepat berlari ke depan, lalu mengintai dari balik
daun pintu depan. Alangkah terkejutnya ketika ia me lihat Ki
Tejoranu berkelah i dikeroyok tiga orang. Seorang di antara
para pengeroyok itu bukan lain adalah Nis mara! Adapun yang
dua orang lag i, bertubuh tinggi besar dan pa kaiannya serba
hitam, sikapnya kasar, yang seorang me megang sebatang
pecut yang ujungnya dipasangi potongan besi-besi kecil dan
yang seorang lagi bersenjatakan sepasang ujung kolor
berwarna merah yang panjang. Mereka adalah dua orang
jagoan warok yang dimintai bantuan oleh Nis mara dari daerah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ponorogo. Seperti juga para jagoan di dunia persilatan
lainnya, para warok dari Ponorogo pun terpisah menjadi dua
bagian, sebagian terkenal sebagai warok yang hidup sesat,
menganda lkan kesaktian dan kekuatan mereka untuk
me lakukan penindasan dan kekerasan me maksakan kehendak
mereka sendiri, mengejar kesenangan dan gairah nafsu daya
rendah sendiri. Sedangkan yang sebagian lagi terkenal sebagai


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para warok pendekar yang selalu menegakkan kebenaran dan
keadilan, me mbela yang lemah tertindas dan menentang yang
jahat. Dua orang warok yang datang me mbantu Nis mara ini
adalah dua orang waro k golongan sesat yang dimintai bantuan
oleh Nis mara dengan imbalan e mas. Setelah perbuatannya
yang tidak senonoh terhadap Listyarini digagalkan Ki Tejoranu
dan dia merasa tidak ma mpu menand ingi kesaktiannya,
Nis mara lalu melarikan diri. Tentu saja dia tidak mau
kehilangan Listyarini setelah bersusah payah menculiknya dari
Kepatihan Kahuripan. Maka dia yang sudah mengenal
beberapa orang warok sesat di daerah Ponorogo, lalu segera
mengunjungi mereka dan berhasil mendapatkan bantuan dua
orang bersaudara yang terkenal sebagai orang-orang digdaya
dan pembunuh pe mbunuh bayaran. Mereka bernama
Wirobento dan Wirobandrek, yang pertama terkenal sebagai
ahli bersilat dengan senjata pecutnya dan yang ke dua seperti
kebanyakan para warok, me miliki kolor yang merupakan
senjata ampuh. Pada keesokan harinya, mereka bertiga mendaki Gunung
Lawu dan t iba di Telaga Sarangan menjelang siang. Mereka
mene mukan pondok te mpat berse mbunyi Ki Tejoranu dan
kebetulan sekali pada saat itu Ki Tejoranu sedang duduk
termenung seorang diri di atas lincak (bangku) ba mbu di
depan pondoknya. Melihat musuh besarnya itu, Nis mara
me mber i isarat kepada dua orang kawannya dan mereka
bertiga, tanpa mengeluarkan kata apapun, langsung saja
menggunakan senjata mereka untuk menyerang Ki Tejoranu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tarr-tarr ..... syuuuttt .....!" Ujung ca mbuk atau pecut di
tangan Wirobento menyambar dahsyat ke arah dada Ki
Tejoranu yang sedang duduk termen ung. Ki Tejoranu terkejut
dan cepat sekali, dengan refleks yang peka sekali, dia
me le mpar tubuh ke bawah dan bergulingan di atas tanah.
"Pyarrr .....!" Ujung pecut menyambar lincak yang me njadi
hancur berkeping-keping.
"Wuutt-wuuttt ..... blarrr .....!" Sepasang kolor merah dari
Wirobento menya mbar-nyambar ke arah kepala Ki Tejoranu
yang baru saja melompat bangun. Akan tetapi pertapa muda
Telaga Sarangan ini se karang telah siap siaga dan maklum
bahwa dia diserang orang-orang yang berbahaya. Cepat
tubuhnya bergerak bagaikan seekor burung e mprit lincah dan
ringan sehingga sa mbaran sepasang kolor merah itu selalu
mengenal te mpat kosong dan ketika kolor itu mengenai
sebatang pohon sebesar tubuh manusia, pohon itupun patah
dan tumbang! Demikian hebatnya dua orang warok itu
me ma inkan senjata sehingga Ki Tejoranu cepat meraih
dengan kedua tangannya ke belakang. Tampak dua sinar
berkilau ketika dia sudah mencabut sepasang goloknya.
Wirobento dan Wirobandrek merasa penasaran sekali
karena serangan-serangan pertama mereka tadi tidak berhasil.
Mereka sudah maju lag i mengeroyok dari Nis mara juga tidak
tinggal dia m. Dia sudah mencabut kerisnya dan ikut
mengeroyok seh ingga Ki Tejoranu dikeroyok oleh tiga orang
yang tangguh. Akan tetapi, kini Ki Tejoranu me megang
sepasang goloknya yang merupa kan senjata pamungkasnya
yang ampuh. Dengan ilmu go lok Sha- liong-siang-to (Sepasang
Golok Pembunuh Naga) yang sangat hebat sehingga dia dahulu di
Cina dijuluki Sha liong-to dia me mpertahankan diri dengan
gigih. Sepasang golok yang dima inkannya itu seolah berubah
menjad i dua gulungansinar yang menyelimuti seluruh
tubuhnya sehingga semua serangan tiga orang pengeroyok itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu terpental dan tertangkis oleh kekuatan dahsyat yang
terkandung dalam gulungan dua sinar golok itu!
Melihat ketangguhan Ki Tejoranu, Nis mara menjadi t idak
sabar dan khawatir kalau-kalau bantuan dua orang warok itu
akan me mbuat dia gagal lagi mera mpas kembali Listyarini.
Maka, dia lalu berseru,
"Adi Wirobento dan Wirobandre k, bunuh orang ini!"
Setelah berkata demikian, dia la lu melompat kearah
pondok. Listyarini yang sedang mengintai, menjadi terkejut
setengah mati me lihat Nis mara lari ke arah pondok, la lari ke
dapur ketika Nis mara sudah menerobos pintu depan. Nis mara
me lihat ia lar i ke dapur lalu mengejar.
"Listyarini, hendak lari ke mana engkau?" bentaknya
girang. Ketika dia mengejar sampai ke dapur, Listyarini sudah
berada di situ. Wanita ini dengan ne kat telah mengangkat
ceret terisi air mendidih dan begitu Nis mara muncul di dapur,
ia segera menyira mkan air dari ceret itu ke arah muka
Nis mara! Nis mara cepat menggunakan kedua lengannya untuk
me lindungi mukanya, akan tetapi masih ada air mendidih yang
muncrat mengenai pipinya dan tentu saja lengan dan sebagian
pundaknya terguyur air mendidih itu.
"Aduhhh .....!" Dia berteriak mengaduh. Bukan main
panasnya air mendidih itu sehingga bagian yang terkena air
mendidih itu me lepuh. Hal ini me mbuat dia marah bukan main
dan sekali sa mbar dia telah menangkap lengan kanan
Listyarini lalu diseretnya wanita itu keluar dari dapur dan terus
keluar dari pintu depan pondok itu. Listyarini menjerit dan
minta tolong, akan tetapi Nis mara tidak perduli dan
menyeretnya terus. Listyarini terjatuh berlutut, akan tetapi
dengan sentakan kuat ia dibuat bangun kembali dan diseret
sehingga terpaksa harus berlari terhuyung-huyung. Kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lututnya berdarah karena terluka ketika jatuh berlutut dan
diseret tadi. "Tolooonggg .....!" Listyarini menjerit lagi.
Ki Tejoranu mendengar jer itan ini dan dia cepat
menggerakkan sepasang goloknya sambil t iba-tiba mendekam
ke atas tanah. Dua orang pengeroyoknya, Wirobento dan
Wirobandrek terkejut sekali mendapat serangan golok yang
me mbabat ke arah kaki mere ka itu. Ini merupakan serangan
berbahaya sekali. Mereka melompat ke be lakang dan
me mba las dengan sambaran pecut dan kolor mereka.
"Wuuuttt ..... prat-pratt!!" Dua orang warok itu terkejut sekali
me lihat betapa dua gulungan sinar golok itu me mbuat gerakan
menggunting dari kanan kiri dan ujung senjata mereka, pecut
dan kolor itu, putus! Mereka kembali melangkah mundur,
takut menerima serangan mendadak. Kesempatan ini
dipergunakan Ki Tejoranu untuk mengejar Nis mara yang
masih menyeret Listyarini. Dia ber lompatan mengejar dan
setelah berada dalam jarak kurang leb ih lima meter, dia
menya mbitkan golok kanannya ke arah punggung Nis mara.
"Wirrr .....!" Golok meluncur seperti anak panah cepatnya
dan tepat sekali menancap di punggung Nis mara. Orang ini
terkejut, mengaduh, pegangan tangannya pada lengan
Listyarini terlepas dan dia roboh menelengkup, tewas seketika
karena golok itu menancap dalam sekali sa mpai mene mbus ke
dadanya! Listyarini yang sudah bebas itu berdiri me mandang dengan
mata terbelalak dan muka pucat ke arah tubuh yang
berlumuran darah itu. Hatinya merasa ngeri sekali, juga baru
saja ia terlepas dari rasa takut yang amat sangat, maka ketika
me lihat Ki Tejoranu mengha mpirinya, Listyarini terkulai dan
tentu akan terbanting jatuh kalau saja Ki Tejoranu tidak cepat
me loncat dan merangkulnya. Ki Tejoranu cepat menoleh,
me mandangi ke arah dua orang lawannya tadi. Kalau dia
me lindungi Listyarini seperti ini la lu diserang oleh dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan yang cukup tangguh itu, tentu akan me mbahayakan dia
dan juga Listyarini. Kalau mereka menyerang, terpaksa dia
akan meninggalkan Listyarini lebih dulu. Akan tetapi hatinya
lega. Agaknya, melihat orang yang menyuruh mereka
me mbantu itu telah mengge letak mati dengan punggung
ditembus golok, dua orang itu lalu me larikan diri. Mereka
merasa jerih melihat senjata mereka putus, apalagi melihat
Nis mara tewas.
Ki Tejoranu lalu me mondong tubuh Listyarini dan
me mbawanya masuk ke dalam pondok. Direbahkannya tubuh
itu di atas pembaringan dalam kamar Listyarini. Setelah
me mer iksa sejenak dan mengetahui bahwa wanita itu hanya
pingsan dan sa ma se kali tidak terluka parah kecuali hanya
lecet berdarah pada kedua lututnya, hatinya merasa lega
bukan main. Ia pingsan karena takut dan ngeri melihat
Nis mara mati di depannya, pikirnya. Sebaiknya aku s ingkirkan
dulu mayat di depan pondok itu agar Listyarini tidak akan
merasa ngeri kalau siuman nanti. Setelah berpikir de mikian, Ki
Tejoranu lalu keluar dengan cepat. Dia mengha mpiri mayat
Nis mara yang menelungkup,
mencabut goloknya dari
punggung orang itu, me mbersihkan golok dan menyarungkannya kemba li di punggungnya. Kemudian
dengan hati-hati agar pakaian dan tubuhnya tidak terkena
darah, dia lalu me mbawa mayat itu men uruni lereng agak jauh
dan dia lalu melemparkan mayat itu ke dalam sebuah jurang
yang amat cura m.
Mayat itu meluncur ke da la m jurang yang tak ta mpak
dasarnya itu dan dia bergumam lirih dala m bahasanya sendiri,
' Maafkan aku. Karena harus segera menolong Listyarini, maka
aku tidak me mpunyai waktu untuk menguburkan jenazahmu
baik-baik. Harap engkau tenang di alam baka dan se moga
Thian (Tuhan) menga mpunimu."
Kemudian Ki Tejoranu cepat kembali ke dalam pondok.
Khawatir kalau sudah s iuman Listyarini akan merasa malu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat pengobatan di lututnya dan dia dianggap tidak
sopan, maka Ki Tejoranu sengaja me mbiar kan wanita itu
dalam keadaan pingsan seperti tidur itu. Dia cepat menga mbil
air masak, lalu dicucinya luka lecet pada kedua lutut Listyarini.
Kemudian dia me ngambil daun Widoro-upas dan daun
Pegagan, diremasnya lalu dibalurkan pada lutut yang luka itu.
Sesudah itu baru ia memijat pusat otot di antara ibu jari dan
telunjuk kedua tangan sa mpai a khirnya Listyarini me ngeluh
lirih dan me mbuka kedua matanya.
Dengan cepat K i Tejoranu yang tadi ketika mengobati
duduk di tepi pe mbaringan, pindah ke atas kurs i yang agak
jauh dari pe mbaringan. Listyarini me mbuka matanya dan
ketika pandang matanya mene mukan Ki Tejoranu duduk di
atas kursi kayu, ia segera bangkit duduk. Akan tetapi ia
menge luh dan sambil duduk ia me me gangi kedua lututnya dan
menyingkap sedikit kain yang menutupi kedua lututnya.
"Kedua lututku ..... agak perih ..... mengapa?"
"Ah, tidak apa-apa, Mas ayu Lini. Hanya lecet sedikit."
"Dan ....., engkau mengobatinya?" tanya Listyarini sambil
me mandang wajah la ki-laki itu. Wajah itu me merah. Tadi
ketika mengobati, sa ma sekali tidak ada perhatiannya kepada
lutut telanjang itu. Akan tetapi kini, seolah me mbayang lutut
itu, bentuknya indah sekali dan kulitnya putih mulus
kemerahan, halus lembut dengan betis indah me madi bunt ing.
Begitu bayangan ini tergambar dalam bena knya, Ki Teroranu
cepat mengerahkan kekuatan kemauannya untuk mengusirnya
sehingga dia dapat menentang pandang mata Listyarini
dengan tenang dan biasa kembali.
"Ya, aku mencuci lalu mengobatinya agal luka itu tidak
menjad i palah dari kelacunan. Maafkan aku, Mas ayu."
"Kenapa aku harus me maafkanmu" Kenapa engkau minta
maaf, Ki Tejoranu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku takut ..... engkau akan menganggap a ku ..... eh,
kulang ajal dan tidak sopan, Mas ayu Lini."
Listyarini tersenyum dan dalam hatinya ia se makin kagum
kepada penolongnya itu.
"Ucapan mu itu menunjukkan bahwa engkau seorang yang
sopan dan baik budi, Ki Tejoranu. Lalu ....." wanita itu
bergidik, "bagaimana ..... dengan Nis mara yang jahat tadi" Dia
..... dia tadi sudah mati, bukan" Dan bagaimana dengan dua
orang temannya yang buas tadi?"
"Jangan takut, jenazahnya sudah kukubul, jauh dali sini,
dan dua olang tadi sudah melalikan dili. Engkau sekalang
sudah aman, Mas ayu Lini."
"Ohhh ..... terima kasih, Gusti. Rupanya Sang Hyang Widhi
masih me lindungi kita." kata Listyarini. Tiba-tiba wanita itu
mengernyitkan hidungnya, mencium cium. K i Tejoranu juga
menyedot-nyedot dengan hidungnya melihat tingkah Listyarini
itu dan penciumannya juga me nangkap bau tak wajar itu.
"Eh, bau apa ini?" tanyanya.
"Aduh celaka!" Listyarini berseru lalu meloncat turun dari
pembaringan. "Masakanku ..... masakanku hangus .....!" la lalu berlari ke
dapur, agaknya kedua lututnya tidak terasa perih lagi mau ia
sudah melupakan itu. Ki Tejoranu juga berlari dan mereka
berdua berlari sa mbil tertawa-tawa seperti dua orang anak
kecil! Kini mereka berdua duduk menghadapi makanan nasi dan
dua maca m lauk setengah hangus. Untung tidak hangus
semua karena apinya keburu mati kekurangan kayu bakar.
Listyarini kecewa sekali. Tadinya ia ingin me mbuatkan
masakan yang lezat untuk penolongnya, tidak tahunya
sekarang hanya dapat menghidangkan masakan hangus! Akan
tetapi ia me lihat Ki Tejoranu makan dengan lahap sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nasinya banyak dan dia tampa k men ikmati masakan lauk
daging bader dan daging ayam setengah hangus itu. Ketika Ki
Tejoranu mengangkat muka dan me lihat wanita itu
me mandangnya, dia tersenyum dan mengangguk-angguk
sambil berkata, "Wah, enak, enak, enak".
Listyarini me nghela napas. "Akan tetapi gosong! " katanya
penuh sesal. "Agak gosong a kan tetapi enak, enak. kata pula Ki Tejoranu
dengan suara pasti dan untuk membuktikan kata-katanya dia
makan lag i dengan lahapnya.
Setelah selesai makan dan Listyarini me mbers ihkan meja
dan mencuci te mpat hidangan, dibantu dengan paksa oleh Ki


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tejoranu, mereka lalu duduk di sera mbi depan. Matahari telah
condong ke arah barat. Pemandangan alamnya indah sekali,
hawa udaranya tidak sangat dingin lag i, me lainkan hangat-
hangat sejuk. Melihat suasana begitu indah dan pemandangan
di telaga yang tak begitu jauh dari pondok itu demikian
gemilang, Listyarini mengajak Ki Tejoranu untuk mendekati
telaga. Mereka berdua berjalan ke arah telaga lalu duduk di
tepi telaga, di atas batu-batu gunung yang berada di sekitar
telaga besar itu.
Keduanya men ikmati keindahan telaga, melihat bayang-
bayang awan di dalam telaga dan terkadang tampak ikan
dengan kulitnya yang mengkilap me luncur di air. Telinga
mereka menang kap ge mercik air gerojokan (air terjun) yang
berada agak jauh dari situ, mendengar pula ocehan burung-
burung di hutan sekeliling telaga.
Suasana amat tenteram, damai, me mbuat mereka
terpesona dan tenggelam ke, dalam la munan sehingga tidak
saling bicara. Dengan berdiam diri, orang dapat men ikmati
keindahan dan kebesaran alam, bahkan merasa dirinya
bersatu dengan keindahan itu, menjadi bagian dari alam
semesta. Kalau pikiran sudah berjalan dan d ikeluarkan melalui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata-kata, orang merasa terpisah dari semua itu, dari alam
menjad i sesuatu yang asing dan di luar dirinya.
Sampa i la ma mereka tenggela m dalam kesunyian. Listyarini
tidak tahu betapa pada saat itu, diam-dia m Ki Tejoranu
menatap wajahnya penuh perhatian, bahkan penuh pesona. K
i Tejoranu mene mukan sesuatu yang amat mengejutka nya.
Dala m matanya, wajah Listyarini pada saat itu presis wajah
tunangannya ketika di Negeri Cina dahulu, presis wajah Mei
Hwa! Memang tidak sa ma benar. Mungkin mata Mei Hwa lebih
sipit, kulit Mei Hwa lebih kuning. Akan tetapi kesemuanya itu
dipadu menjadi satu, me miliki daya tarik yang sama, bahkan
dalam keadaan termenung- mulut Listyarini agak terbuka dan
sepasang bibir itu serupa benar dengan bibir Mei Hwa! Timbul
rasa rindunya yang amat kuat. Bangkit rasa cintanya yang
menda la m. Teringat dia saat itu, ketika dia duduk berdua
menyatakan kasih sayang dengan Mei Hwa, saling
berpegangan tangan, mengutarakan cinta kasih melalui
pertemuan jari-jari tangan. Tanpa disadari, Ki Tejoranu
menggerakkan tangannya dan dengan lembut dia menyentuh
tangan Listyarini.
Merasa dipegang tangannya, Listyarini terkejut dan cepat ia
menarik lepas tangannya sambil mengangkat muka me mandang wajah Ki Tejoranu. Melihat betapa sepasang
mata sipit itu me mandangnya dengan sinar aneh, ia cepat
menegur, "Eh, Ki Tejoranu, ada apakah engkau ini" Kenapa
..... kenapa engkau me mandangku seperti itu .....?" Dala m
teguran itu terkandung keraguan.
Ki Tejoranu merasa seolah baru bangun dar i tidurnya, atau
seperti diseret turun kembali ke bumi. Dia me mbelalakkan
matanya dan baru tampak jelas olehnya bahwa wanita di
depannya itu sama sekali bukan Mei Hwa, melainkan
Listyarini, isteri Ki Patih Narota ma dari Kerajaan Kahuripan!
Wajahnya berubah merah sekali dan sambil menundukkan
kepalanya dia berkata gagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf ..... maafkan aku, Mas ayu Lini ..... engkau tadi .....
sama benal dengan ia .. ... dan aku amat lindu kepadanya "
"Sa ma dengan siapa Maksudmu, sama dengan Mei Hwa
tunanganmu itu?"
Hati Ki Tejoranu mengangguk, akan tetapi dia me ma ksa diri
mengge leng kepala kuat-kuat. Hatinya bilang ya akan tetapi
mulutnya cepat berkata, "Tidak, tidak! Aku tadi melihat
engkau seperti ..... adikku, The Kini Lan. Aku ..... aku sudan
lindu sekali padanya .. ... maafkan aku, Mas ayu ....."
Pandang mata Listyarini me le mbut, mulutnya tersenyum
dan ia me mandang penuh iba kepada laki-laki itu. "Kalau
begitu, anggap saja aku ini pengganti adikmu dan jangan
sebut Mas ayu lagi kepadaku. Sebut saja namaku, Listyarini
dan aku akan menyebut mu, Tejo!" Ucapan ini keluar dari hati
yang tulus, hati yang penuh belas kasihan kepada laki-la ki
penolongnya itu.
"Betulkah itu" Benal-benal aku boleh menganggap engkau
seperti adik dan menyebutmu ..... eh, Lini saja?"
"Tentu saja boleh, Tejo. Aku senang dan bangga
me mpunyai seorang saudara seperti engkau."
"Telima kasih, Lini. Telima kasih. Aku tadi ..... eh,
me megang tanganmu ..... sebenalnya aku hendak meme liksa
denyut nadi pelgelangan tanganmu, untuk me me liksa
kesehatanmu. Bolehkah sekalang kula kukan?"
"Tentu saja, Tejo." Listyarini la lu menjulurkan lengan
kirinya yang berkulit putih mulus itu kepada Ki Tejoranu.
Tanpa ragu dan bebas sa ma sekali dar i ga irah nafsu, Ki
Tejoranu lalu me megang pergelangan tangan kiri itu dan
menyentuh urat nadinya sambil me mperhntikan denyutnya.
Tak la ma ke mudian dia berseru lirih dengan suara menyatakan
kekagetannya. "Hayaaa ....., Lini! Engkau ..... engkau ..... hamil ......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Listyarini yang merasa heran. Sambil tersenyum ia
bertanya. "Bagaimana engkau bisa tahu akan hal itu, Tejo?"
"Tentu saja aku tahu. Aku sudah biasa mengetahui
keadaan kesehatan olang melalui pe meliksaan denyut nadi.
Akan tetapi ..... engkau malah telsenyum. Engkau ha mil, Lini!"
Listyarini tertawa. "Heh-heh, aku sudah tahu Tejo. Dan
kenapa aku tidak boleh tersenyum" Aku merasa bahagia
bahwa kini aku telah ha mil dua bulan Suamiku juga sudah
mengetahuinya dan ka mi berbahagia sekali."
"Oohh, begitukah" Aku ..... aku ... ikut melasa be lbahagia,
Lini." kata Ki Tejoranu dengan suara yang tidak terdengar
begitu gembira karena sebetulnya pada saat itu hatinya
merasa suatu kenyataan yang amat pahit baginya. Listyarini,
wanita ini, yang dia merasa setelah menggantikan Mei Hwa
dalam hati yang bukan saja sudah menjadi isteri Ki Patih
Narotama, bahkan lebih lagi, la sudah menjadi seorang calon
ibu! Demikianlah, hubungan antara dua orang ini semakin akrab
dan terdapat ikatan batin antara mereka seperti dua orang
saudara sendiri. Listyarini benar benar merasakan kebaikan
sikap dan budi Ki Tejoranu dan menganggapnya seperti
seorang kakak yang selalu me lindunginya. Sebaliknya, biarpun
pada lahirnya Ki Tejoranu bersikap seperti saudara, namun di
dalam batinnya dia menganggap Listyarini sebagai pengganti
Mei Hwa, sebagai wanita ke dua yang pernah dia cintai
sepenuh jiwanya. Akan tetapi kebijaksanaannya
menyadarkannya bahwa dia tidak boleh mengharap terlalu
banyak karena Listyarini adalah milik orang lain dan diapun
tahu betapa besar cinta kasih wanita itu terhadap pria yang
menjad i suaminya dan ayah dari anak yang di kandungnya.
Betapapun juga, keakraban antara mereka bagaikan
secercah cahaya yang me mbahagiakan keduanya. Bagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini, Ki Tejoranu merupa kan ja minan atas keselamatannya, dan merupakan hiburan besar baginya,
me mperbesar harapannya untuk segera dapat berkumpul
kembali, dengan sua minya tercinta. Dan bagi Ki Tejaranu,
kehadiran Listyarini bagaikan sinar ce mer lang yang menerangi
hidupnya yang selama ini terasa gelap dan hampa. Dengan
adanya keakraban ini, walaupun Listyarini senantiasa
mengharap-harapkan
munculnya suaminya untuk menje mputnya, namun waktu tidak terasa terlalu la ma dan
kosong. Setiap hari mereka berdua me mancing ikan dan ini
merupakan kegemaran baru yang a mat menghibur bagi
Listyarini. Apalagi kalau ada ikan yang menyambar umpan
pada mata kailnya. Ia bersorak, menjerit dan berteriak
kegirangan sehingga Ki Tejoranu ikut pula terbahak-bahak.
Belasan hari, tepatnya delapan belas hari lewat tanpa
terasa. Pada pagi hari itu, kemba li mere ka me mancing ikan di
telaga. Mereka duduk di atas batu-batu dan memegang
tangkai pancing dengan tenang dan sabar menunggu ikan
yang akan menyambar umpan mereka. Listyarini mengenakan
kain dan baju sederhana, pakaian wanita dusun biasa, yang
didapatkan Ki Tejoranu d i dusun-dusun kaki Gunung Lawu. Di
daerah sepi sekitar pegunungan itu tentu saja sukar untuk
me mbe li pakaian me wah seperti yang dipa kai Listyarini ketika
ia diculik Nis mara. Akan tetapi, dengan pakaian sederhana
serba hitam, ra mbutnya digelung biasa tanpa perhiasan, ia
tampak se ma kin cantik jelita, bahkan kemulusan kulitnya
semakin ta mpak dan keayuannya tampak aseli. Wajahnya,
seperti biasa wajah seorang calon ibu, bercahaya segar.
Adapun Ki Tejoranu, walaupun me ma kai pakaian biasa seperti
yang dipakai para petani sekitar pegunungan itu, namun tetap
saja masih tampak jelas keasingan sebagai seorang Cina
karena bentuk matanya, bentuk ikatan ra mbutnya dan
terutama sekali ucapannya yang pelo,
tidak dapat menge luarkan suara "r" dan selalu diubah menjad i suara "l".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian asyiknya mereka menunggu korban umpan
mereka sehingga agaknya untuk bernapaspun mereka berhati-
hati agar tangkai pancingnya tidak banyak bergerak dan
dalam keasyikan itu mereka tidak melihat adanya tiga
bayangan orang berkelebat dan kini mereka bertiga sudah
berdiri da la m jarak sepu luh meter dari mere ka! Mereka itu
adalah tiga orang laki-laki berusia kurang leb ih lima puluh
tahun dan dari wajah dan pakaian mereka jelas sekali dapat
diketahui bahwa mereka adalah orang-orang asing, yaitu
orang-orang Cina! Seorang dari mereka, yang paling tua,
sekitar lima puluh lima tahun usianya, berpakaian serba putih
dan rambutnya yang digelung ke atas dan me makai pita putih
juga sudah penuh uban. Tubuhnya tinggi kurus dan di
punggungnya tampa k sebatang pedang. Adapun dua orang
yang lain bertubuh sedang, yang seorang wajahnya penuh
brewok dan yang seorang lagi wajahnya bersih bahkan agak
pucat. Juga mereka berdua itu me mbawa pedang di punggung
mereka. Usia mere ka sekitar lima puluh tahun. Tiga orang itu
me mandang dengan s inar mata mencorong ke arah Ki
Tejoranu! Karena asyik me mperhatikan tangkai pancingnya, Ki
Tejoranu belum juga melihat munculnya tiga orang itu. Hal ini
bukan hanya karena Ki Tejoranu sedang asyik me mancing,
akan tetapi terutama sekali karena gerakan tiga orang itu
me mang ringan dan cepat bukan ma in. Melihat KI Tejoranu
seperti tidak me mperdulikan mereka, seorang di antara
mereka lalu berteriak dengan suara lantang karena dia berseru
dengan pengerahan tenaga sin-kang (tenaga sakti).
"The Jiauw Lan .....!!"
Ki Tejoranu dan Listyarini terkejut bukan main. Suara itu
mengge ledek dan bahkan me mbuat jantung Listyarini
terguncang seolah mendengar halilintar menya mbar dekat
telinganya sehingga tangkai pancing yang dipegangnya
terlepas. Keduanya cepat menoleh dan kini Ki Tejoranu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut sekali karena dia segera mengenal siapa adanya tiga
orang itu! Kakek berpakaian serba putih itu adalah gurunya
sendiri, sedangkan dua orang yang lain adalah paman guru
pertama dan ke dua!
"Suhu (guru), toa-susiok (paman guru perta ma) dan ji-
susiok (paman guru ke dua)!" katanya dan dia cepat turun
dari atas batu, lalu mengha mpiri mereka dan menjatuhkan diri
berlutut di depan mereka.
Gurunya, kakek berpakaian putih itu berjuluk Pe k I Kia m-
sian (Dewa Pedang Baju Putih) berna ma Souw Kiat. Adapun
dua orang yang lain adalah adik-adik seperguruan Pek I Kia m-
sian Souw Kiat. Yang pertama berna ma Gan Hok berusia lima
puluh dua tahun, bertubuh sedang, mukanya brewok. Adapun
yang ke dua bernama Giam Lun, berusia lima puluh tahun,
bermuka bersih agak kepucatan. Biarpun ilmu mereka tidak
setinggi tingkat kepandaian Pek I Kia m-sian, namun dua orang
itupun terkenal di Cina sebagai pakar-pakar ilmu pedang yang
lihai bukan main.
Listyarini yang juga terkejut melihat datangnya tiga orang
asing itu, menjad i terheran-heran melihat Ki Tejoranu kini
berlutut di depan kaki tiga orang itu. la lalu turun dar i atas
batu pula dan menonton dengan hati tegang. K i Tejoranu
bercakap-cakap dengan tiga orang Itu dalam bahasa yang
sama sekali tidak ia mengerti. Akan tetapi melihat sikap Ki
Tejoranu yang begitu hormat dan ta mpak takut-takut, hati
Listyarini menjadi tidak enak dan gelisah, dan ia setengah
menduga dengan khawatir bahwa mereka bertiga itu adalah
orang-orang dari Neger i Cina yang datang mencari Ki Tejoranu
yang menjad i buronan!
"Jiauw Lan, engkau tentu tahu mengapa kami hari ini
muncul di sini!" kata Pek I Kia m-sian dengan wajah dan suara
dingin. "Suhu, sudah lebih dar i lima tahun teecu (murid) merantau
dan tinggal di negeri ini, sama sekali tidak pernah menduga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa suhu dan ji-wi susiok (paman guru berdua) hari ini
muncul dengan tiba-tiba mengunjungi teecu. Harap suhu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mber i penjelasan kepada teecu."
"He mm, engkau masih berpura-pura tidak tahu" Apakah
engkau tidak merasa telah berbuat dosa yang amat besar di
Cina sana?"
"Teecu tidak merasa berbuat dosa, tidak merasa melakukan
kejahatan melainkan menegakkan kebenaran dan keadilan
seperti yang suhu pernah ajarkan kepada teecu." kata Ki
Tejoranu atau The Jiauw Lan dengan suara mantap dan tegas
karena di dasar hatinya dia me mang tidak merasa bersalah.
"Hah! Engkau telah me mbunuh Bhong Kongcu (Tuan muda
Bhong), putera Bhong Tai-jin (Pembesar Bhong) di Nan-king,
dan engkau mas ih berpura-pura t idak merasa berdosa?"
Dengan masih berlutut Ki Tejoranu men jawab, suaranya
tetap mantap dan tegas,
"Sa ma sekali tidak, suhu, teecu tidak merasa berdosa!"
Barangkali suhu belum me ngetahui apa yang telah dilakukan
Bhong Kongcu itu kepada keluarga teecu" Dia dengan anak
buahnya telah menga muk di ruma h kami, me mbunuh ayah
dan ibu sehingga adik teecu juga tidak ketahuan hilang ke
mana. Tidakkah pantas kalau teecu lalu mencari dan
me mbunuhnya untuk me mba laskan kematian ayah ibu dan
hilangnya adik teecu?"
"Akan tetapi engkau yang mencari gara-gara lebih dulu!"
bentak Gan Hok yang brewok, suaranya mengandung
kemarahan karena dia sudah merasa kesal dan jengkel sekali
me mbuang waktu sa mpa i ha mpir dua tahun mencari-cari The
Jiauw Lan di se mua pelosok pulau ini.
"Ya, engkau berani menghajar Bhong Kongcu dan anak
buahnya. " kata pula Giam Lun yang bermuka pucat, yang juga
merasa gemas kepada murid kepona kan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, ji-wi susiok (paman guru berdua), teecu
terpaksa menghajar mereka karena mereka mengganggu
seorang gadis dan bertindak kurang ajar dan tidak sopan,
bahkan agaknya mereka hendak me ma ksa gadis itu ikut
dengan mereka untuk diganggu." K i Tejoranu me mrotes.
"Jiauw Lan, itu bukan urusanmu, kenapa engkau
menca mpuri urusan orang lain" Kalau engkau tidak lancang
menca mpuri urusan Bhong Kongcu kemudian
malah menghajarnya, tentu saja tidak terjadi perkara yang berlarut-
larut seperti Ini. Engkau me mbuat kami, guru dan, paman-
paman gurumu yang sudah bersahabat baik dengan Bhong
Tai-jin, merasa tidak enak sekali dan terpaksa kami jauh-jauh
datang dari negeri kita untuk men carimu."
Ki Tejoranu mengerutkan alisnya. Dalam pelariannya,
pernah dia mendengar dari seorang yang baru datang dari
Cina bahwa gurunya telah terbujuk oleh Pe mbesar Bhong
untuk mencarinya! Gurunya, yang terkenal sebagai seorang
datuk pendekar berjuluk Kia m-s ian (Dewa Pedang), kini
berpihak kepada piha k yang sewenang-wenang dan jahat. Hal
ini me mbukt ikan betapa kuatnya pengaruh uang terhadap diri
manusia, atau betapa lemahnya manusia kalau dihadapkan
kepada kesenangan duniawi melalui harta!" Hatinya menjadi
penasaran sekali, dan juga kecewa melihat guru dan kedua
orang paman gurunya.
"Dan setelah sekarang suhu mene mukan teecu, lalu apa
yang harus teecu lakukan?"
"Bukan apa yang harus kaulakukan, melainkan apa yang
akan kula kukan terhadap dirimu, Jiauw Lan! Semestinya aku
menghukum mat i pada mu, akan tetapi mengingat bahwa
engkau pernah menjadi muridku selama bertahun-tahun,
biarlah aku akan me mbuat engkau kehilangan kekuatanmu
agar kelak engkau t idak a kan dapat me mbunuh orang lagi!"
Mendengar ini, Ki Tejoranu bangkit berdiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu, dahulu suhu mengajarkan kepada teecu agar
selama mas ih ma mpu, teecu harus me mbe la diri se kuat
tenaga. Maka, sekarangpun teecu harus membela diri
sema mpu teecu!" Setelah berkata de mikian Ki Tejoranu
mencabut goloknya dan berdiri dalam posisi siap menghadapi
serangan. Kuda-kudanya tampak kokoh dan kuat karena ilmu
silatnya dimatangkan oleh pengalaman se la ma bertahun-
tahun merantau dan menghadapi kekerasan dan kesukaran.
"He mm, Jiauw Lan! Engkau berani henda k melawan
gurumu send iri?" tanya Pek I Kiam-sian.
"Suhu pernah mengatakan, lebih baik tewas sebagai
harimau dalam perlawanan daripada mati konyol seperti babi
di tangan penjagal!"
"Suheng!" Gan Hok berseru. "Jangan merendah kan diri
me lawan orang yang pernah menjad i murid sendiri. Biarlah
aku yang me mberi hajaran kepada bocah ini!"
"Aku juga ingin mewakilimu, suheng (kakak seperguruan)!"
kata Gia m Lun. Kedua orang itu sudah siap dan men cabut
pedang siap menyerang Ki Tejoranu.
Pek I Kia m-s ian mengangguk-angguk. "Kalian boleh maju
mewakili a ku, akan tetapi jangan me mbunuhnya. Aku sudah
berjanji tidak me mbunuhnya, hanya membuat dia kehilangan
kekuatan untuk selamanya."
Dua orang itu mengangguk tanda bahwa mereka mengerti,
kemudian keduanya maju mengha mpiri K i Tejoranu. K i
Tejoranu tersenyum mengejek. Kini dia mulai me mandang
guru dan para paman gurunya dengan penila ian lain. Dia dulu
bukan hanya berguru kepada Pek I Kia m s ian, melainkan
me mper lajari ilmu-ilmu s ilat aliran la in. Dengan mengkombinasikan se mua ilmu itu, dia akhirnya dapat
merangkai ilmu sepasang golok yang selama ini menjadi
senjata-senjata andalannya sehingga dia dijuluki "Sha-liong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-to (Sepasang Golok Pe mbunuh Naga) ketika mas ih di
Cina sana. Sambil melintangkan sepasang goloknya di depan dada, Ki
Tejoranu berkata, "Hemm, dua orang pendekar hendak
mengeroyok seorang keponakan murid, sungguh lucu!"
Dua orang itu merasa dis indir dan mere ka menjadi marah.
Tanpa banyak cakap lagi mereka lalu menyerang dengan
pedang mereka. Keduanya adalah ahli-ahli pedang yang
mah ir, maka serangan mereka itupun dahsyat, cepat dan kuat
sekali datangnya.
Ki Tejoranu menggerakkan sepasang goloknya. Segera
terjadi perkelahian yang amat seru. Bayangan tubuh ketiga
orang itu berkelebatan di antara dua gulungan sinar golok dan
dua gulungan s inar pedang. Terdengar suara berdentang
berkali-kali dan ta mpak bunga ap i berp ijar menyilaukan mata.
Listyarini yang menonton perkelahian itu, terbelalak dengan
hati penuh ketegangan. Karena mereka bicara dalam bahasa
asing, ia tidak mengerti persoalannya akan tetapi dapat
menduga bahwa ini tentu ada hubungannya dengan peristiwa
yang terjadi di Negeri Cina seperti pernah diceritakan Ki
Tejoranu kepadanya. Ia menjadi khawatir sekali, la tidak tahu
bagaimana keadaan perkelahian itu, apakah K i Tejoranu
terdesak ataukah sebaliknya karena mengikuti bayangan
mereka saja sudah amat sukar. Yang tampak hanya bayangan
berkelebatan, sinar bergulung-gulung, percikan bunga api dan
bentakan-bentakan mereka. Tentu saja di dalam hatinya,
Listyarini berdoa agar K i Tejoranu yang sudah diakuinya
sebagai kakaknya itu, akan dapat menang dalam pertandingan
itu. Ia sama sekali t idak tahu bahwa dua orang yang
bertanding me lawan K i Tejoranu adalah pa man guru Ki
Tejoranu sendiri, sedangkan kakek berpa kaian serba putih itu,
yang kini berdiri menonton dengan sikap tenang dan wajah
dingin, malah guru Ki Tejoranu. Kalau ia mengetahui ha l ini,
tentu saja hati Listyarini akan merasa gelisah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, kenyataannya ternyata jauh berbeda dengan
harapannya, walaupun ini terjadi di luar pengetahuannya.
Kalau dibuat perbandingan, tingkat kepandaian Ki Tejoranu
sekarang sudah banyak maju sehingga dia mampu menya mai
dan menandingi tingkat kepandaian seorang paman gurunya.
Akan tetapi menghadapi pengeroyokan dua orang paman
gurunya, sungguh terlalu berat baginya. Dia berusaha keras
me lawan mati-matian, na mun karena me ma ng berat sebelah,
perlahan lahan dia mulai terdesak dan terkurung ketat oleh
sinar dua pedang yang menya mbar-nyambar dan bergulung-
gulung itu. Setelah Ki Tejoranu berada dalam titik yang paling le mah
terdesak, dua orang itu me mbentak nyaring dan tahu-tahu
ujung pedang mereka telah me ngenai kedua lengan Ki
Tejoranu. Dia menge luh lirih dan kedua goloknya terlepas dari
pegangan, terpental dan pada saat itu, kedua batang pedang
sudah mene mpel di lehernya!
Jilid 13 "TAHAN....!" Seru Peki Kia m-sian kepada dua orang
sutenya (adik seperguruannya). Dua orang itu mundur dan
Peki Kia m-s ian maju mengha mpiri Ki Tejoranu.
"Sekarang terimalah hukuman mu! Ciaaaattt .....!" Kakek
berpakaian putih itu me mukul dengan telapak tangannya ke
arah dada Ki Tejoranu yang tidak dapat menghindar lagi.
"Wuuuttt ..... desss .....I" Tubuh Ki Tejoranu terjengkang
roboh. Akan tetapi dia teringat akan Listyarini yang sudah
berdiri tak jauh di belakangnya. Dia cepat bangkit dan
mundur, menge mbangkan kedua lengannya seperti me lindungi Listyarini yang kini berada di belakangnya. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah berubah pucat sekali dan napasnya terengah-engah,
kedua lengannya berdarah karena terluka dua pedang kedua
orang paman gurunya tadi, dia berkata.
"Harap kalian jangan mengganggu wanita ini! la tidak tahu
apa-apa, ia tidak bersalah apa-apa. Jangan ganggu ia!!"
Melihat sikap Ki Tejoranu seperti menantang itu, Gan Hok
dan Gia m Lun menjad i penasaran dan mereka berdua
mengha mpiri dengan sikap menganca m.
"Cukup, sute, mundurlah kalian. Dia sudah terkena Hwe-
tok-ciang (Tangan Racun Api), dalam waktu satu dua hari
semua kekuatannya akan musnah dan itu merupakan
hukuman yang tepat baginya." kata Peki Kia m-s ian.
"Akan tetapi, suheng. Wanita itu, ia tentu sekutunya ....."
kata Gan Hok. "Jangan, toa-susiok (paman guru tertua), jangan ganggu
Lini! Ia tidak bersalah apa-apa. Kalau diganggu, aku akan
me lawan sampa i mati!" kata Ki Tejoranu sa mbil menge mbangkan kedua tangan menahan rasa nyeri di
dadanya yang membuat dadanya sesak, siap untuk me mbela
Listyarini. Wanita itu tidak men gerti ucapan mereka, akan
tetapi dari sikap Ki Tejoranu ia tahu laki-laki yang diaku
sebagai kakaknya itu agaknya mati-matian hendak me mbe lanya. "Sudah cukup, sute. Mari kita pergi." kata Peki Kia m-sian
dan dua orang adik seperguruannya tidak berani me mbantah.
Ketiganya lalu berlompatan seperti terbang cepatnya,
men inggalkan te mpat itu. Setelah tiga orang itu tak ta mpak
lagi bayangan mereka, Ki Tejoranu juga tidak kuat lagi
menahan rasa nyeri yang menusuk-nusuk jantungnya dan
diapun menge luh panjang lalu tubuhnya terkulai dan jatuh
pingsan di depan kaki Listyarini yang tadi berdiri di
belakangnya, dan dilindunginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat para musuhnya sudah pergi dan penolongnya
roboh dan tidak bergerak lagi, telentang dengan muka pucat
sekali dan mata terpejam, Listyarini lalu berlutut dan
menggoyang-goyangkan pundak Ki Tejoranu.
"Tejo! Tejo .....I Ahh, Tejo, sadarlah .....!" Listyarini merasa
bingung dan takut. Ia me lihat wajah itu pucat seperti mayat
dan kedua lengan itupun terluka bacokan mengeluarkan
darah. Ia merasa takut sekali kalau-kalau Ki Tejoranu mati!
Padahal di situ hanya ada ia dan Ki Tejoranu. la menoleh ke
kanan kiri. Sunyi dan menakutkan sekali pada saat seperti itu.
la seolah me lihat bayangan Nis mara yang kembali dari
kematian untuk me mba las dendam! Ia ingin men jerit, ingin
menang is, dan kemba li diguncangnya kedua pundak Ki
Tejoranu. Kemudian ia teringat. Luka di kedua lengan itu!
Harus dicuci bers ih. Ia teringat betapa suaminya, Ki Patih
Narotama pernah me mberitahu bahwa kalau ada yang terluka,
yang lebih dulu harus dila kukan adalah mencuci luka itu
sampai bersih, lalu me mbalutnya dengan kain bersih untuk
menghentikan keluarnya darah.
Seperti mendapat tenaga baru, Listyarini lalu men cari daun
lompong yang lebar untuk menga mbil air di telaga, lalu
dengan hati-hati ke mba li kepada Ki Tejoranu agar air d i daun
lompong tidak tu mpah dan dengan air itu ia mula i mencuci
kedua lengan yang terluka. Kemudian, ia menga mbil sehelai
kain yang ia pergunakan sebagai saputangan, mencoba untuk
merobek kain itu menjad i dua. Akan tetapi ia tidak kuat
me lakukannya, ma ka ia lalu me mpergunakan giginya yang
rapi dan kuat. Digigitnya kain itu lalu dirobeknya menjadi dua
dan dibalutnya luka di lengan itu.
Ki Tejoranu mengeluh lirih. Timbul harapan da la m hati
Listyarini. Dia tidak mati, pikirnya dan diguncangnya perlahan
kedua pundak Ki Tejaranu.
"Tejo ....., Tejo ..... sadarlah, Tejo .....!" ia me manggil.


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tejoranu me mbuka kedua matanya yang sipit itu dan
me mandang wajah Listyarini. Dengan per lahan dia mengangkat kedua tangannya, diusapnya kedua pipi Listyarini
dengan kedua tangannya, le mbut sekali dan dia berkata dala m
bahasa Cina, "Mei Hwa ..... Mei Hwa ..... aku cinta padamu,
jangan tinggalkan aku, Mei Hwa".
Tentu saja Listyarini tidak mengerti maksud ucapan itu,
akan tetapi mendengar disebutnya nama Mei Hwa berkali kali,
ia dapat menduga bahwa agaknya Ki Tejoranu menduga ia
Mei Hwa, tunangan laki-la ki itu yang direbut orang, la menjadi
terharu sekati, dapat me mbayangkan betapa duka nestapa
me mbuat pria ini hidup sengsara lahir batin. Tak tertahankan
lagi iapun mencucurkan air mata, menang is karena merasa
kasihan. "Tejo, kakang Tejo ..... ini aku, Listyarini ..... aku, Lini ....."
Mendengar ucapan bahasa daerah ini, agaknya pikiran Ki
Tejoranu yang belum sadar betul masih terbawa hanyut oleh
kenangannya tentang kekasih atau tunangannya dulu, maka
diapun berkata lirih.
'Jangan tinggalkan aku ..... jangan.... "
Listyarini me me gang kedua tangan laki-la ki yang
dianggapnya seperti kakaknya itu, menggenggamnya dan
dengan air mata menetes-netes ia berkata.
"Tida k, kakang Tejo, aku tidak akan neninggalkanmu
sebelum ada bantuan datang .. ..."
Listyarini yang masih menggenggam kedua tangan Ki
Tejoranu yang baru setengah sadar itu sama sekali tidak tahu
bahwa saat itu ada dua pasang mata mengamatinya dari jarak
yang tidak berapa jauh. Kedua orang itu bukan lain adalah .....
Ki Patih Narotama dan Lasmini! Seperti kita ketahui, Ki
Tejoranu telah menyuruh seorang penduduk di sebuah dusun
kaki Gunung Lawu sebelah timur yang bernama Sukard i untuk
pergi menghadap Ki Patih Narota ma dari Kerajaan Kahuripan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan me mberitahukan bahwa Sang Puteri Listyarini berada di
Telaga Sarangan. Sukardi menunggang kuda dan agar
dipercaya oleh Ki Patih Narotama, Sukard i me mbawa sebuah
cincin yang biasa dipa kai oleh Listyarini. Setelah Sukardi
berhasil menghadap Ki Patih Narotama dan menyampaikan
kabar itu, dapat dibayangkan betapa girang rasa hati Ki Patih
Narotama. Akan tetapi sebaliknya Lasmini yang ikut
mendengarkan ketika Sukardi me mbawa berita itu, dia m-dia m
merasa terkejut, kecewa dan juga gelisah sekali, la mencoba
untuk me mompa keterangan dari Sukardi, akan tetapi Sukardi
yang memang tidak tahu menahu akan halnya Puteri Listyarini
dan hanya me mbawa perintah itu, tidak dapat menceritakan
apa-apa. Ha! ini me mbuat Lasmini men jadi se makin gelisah
dan menduga-duga apa yang telah dilakukan Nis mara dan apa
yang telah terjadi. Bagaimana mungin Listyarini yang telah
dilarikan Nis mara dengan tujuan ke selatan, ke daerah
Kerajaan Parang Siluman, tiba-tiba kini bisa berada di Telaga
Sarangan di Gunung Lawu"
Ki Patih Narotama, dite mani Lasmini, segera menunggang
kuda dan bersama Sukardi mereka berangkat ke Gunung
Lawu. Karena kuda tunggangan kedua orang bangsawan ini
jauh lebih baik daripada yang ditunggangi Sukardi, apalagi
karena keduanya juga lebih tangkas menunggang kuda, maka
ketika tiba di jalan tanjakan yang berat, Lasmini dan Narotama
dapat lebih dulu tiba di telaga dan mereka dapat melihat
ketika Listyarini me nangisi Ki Tejaranu. Melihat pe mandangan
ini, sejenak Narotama tercengang dan hatinya mengandung
penuh pertanyaan. Akan tetapi Lasmini sudah menjeb ikan
bibirnya yang mungil dan merah, berkata lirih.
"Sungguh me ma lukan se kali ..... tidak pantas .....
me langgar kesusilaan ..... tak pernah kubayangkan ia dapat
me lakukan perbuatan kotor dan hina ini ....."
Ki Patih Narotama yang sedang bimbang ragu melihat
pemandangan itu, tidak tahan mendengar bisikan Lasmini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang seolah api yang menyulut dan me mbakar hatinya. Maka
dia la lu me manggil isterinya dengan nada suara mengandung
teguran. "Diajeng Listyarini ....."
Listyarini yang masih me megang kedua tangan Ki Tejoranu
itu terkejut dan menoleh, akan tetapi ia tidak melepaskan
pegangannya karena memang tidak ada perasaan -bersalah
sedikitpun di hatinya. Akan tetapi melihat Lasmini datang
bersama suaminya, ia berseru, suaranya mengandung tangis,
sisa yang tadi dan juga karena girang dan terharu melihat
suaminya sudah datang menje mputnya, bercampur kemarahan melihat Las mini.
"Kakangmas Narotama! Berhati-hatilah dengan wanita itu!
Yang menculikku adalah Nis mara dan yang menyuruhnya
adalah Lasmini itu!" Listyarini menudingkan telunjuknya ke
arah muka Las mini.
Lasmini me mbentak marah. "Listyarini, jangan asal
me mbuka mulut kau! Mana buktinya, mana saksinya kalau
betul Nismara yang menculikmu atas suruhanku.' Mana, suruh
Nis mara menghadap di sini dan mengaku! Huh, engkau
me le mpar fitnah setelah tertangkap basah, ya" Jelas bahwa
engkau telah melarikan diri dengan laki-laki itu, engkau
me larikan diri bersa ma kekasihmu itu dan ka mi melihat sendiri
betapa engkau berkasih-kasihan dengannya. Laki-laki jahanam
itu harus ma mpus, mence markan na ma baik Ki Patih
Narotama yang terhormat dan mulia! Dan engkau juga isteri
tidak setia dan nyeleweng, tidak pantas dibiarkan hidup.
Haiiiiitttt .....!!"
Lasmini sudah melangkah maju dan mendorongkan kedua
tangannya ke arah listyarini dan Ki Tejoranu! Ia tidak mau
tanggung-tanggung
dalam penyerangannya karena ia menga mbil keputusan untuk sekali pukul me mbunuh Listyarini
dan laki-laki itu. Mumpung ada kesempatan dan ada alasan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirnya. Ki Patih Narotama pasti tidak dapat mengampuni
isterinya yang menyeleweng, berjina dengan laki-laki la in!
"Siuuuuttt ..... tappp .....!" Tubuh Lasmini tergetar,
pukulannya me mbalik seh ingga ia agak menggigil sedikit. Aji
pukulannya tadi me mang dahsyat sekali, berhawa dingin
karena itu adalah Aji A mpak-ampak yang dapat me mbuat
darah dalam tubuh lawan me mbeku kalau terlanda pukulan
ini. Akan tetapi sebelum pukulan itu mengena i sasaran, dari
samping Narota ma menang kis dengan dorongan tangan dan
tiupan angin dahsyat menang kis pukulan itu tadi.
"Kakangmas Narotama! Mengapa paduka menang kis
pukulan ku dan melindungi pere mpuan yang menyeleweng itu"
Jelas bahwa ia menjatuhkan fitnah atas diriku dan ia telah
me lakukan penyelewengan. Apakah semua yang ta mpakini
bukan merupakan bukti" Dan paduka masih me lindunginya!
Mustahil paduka lebih percaya ia daripada aku!"
"Tenang dan bersabarlah, diajeng. Kalau ada persoalan
sebaiknya dibicarakan dulu." kata Narotama yang menahan
kesabarannya walaupun hatinya juga terbakar oleh pemandangan yang men imbulkan ce mburu itu.
"Paduka me mang selalu melindungi Listyarini dan
menyudutkan saya! Lebih haik aku pulang saja!" Setelah
berkata demikian, Lasmini cepat me mutar tubuhnya dan lari
menuruni lereng, lalu melompat ke atas punggung kudanya
dan dilar ikan cepat men inggalkan te mpat itu. Narotama
menghela napas panjang lalu sekali melompat dia sudah tiba
di dekat Listyarini yang masih berlutut dekat tubuh Ki
Tejoranu yang belum sadar betul.
"Kakangmas, agaknya paduka juga meragukan kesetiaan
saya ....." Listyarini menang is lirih.
"Lini ..... kenapa engkau menang is .....?" tanya Ki Tejoranu
dengan suara lirih, la lu ia melihat Ki Patih Narota ma,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka dengan pandangan mata heran dia bertanya, ".....
dan siapakah kisanakini, Lini .....?"
"Kakting Tejo, ini adalah ju njunganku, suamiku, Gusti Patih
Narotama dari Kerajaan Kahuripan." kata Listyarini sambil
me lepaskan tangan Ki Tejoranu, akan tetapi tetap saja
berlutut. Mendengar ini, Ki Tejoranu bangkit duduk dan
hendak berdiri, akan tetapi dia jatuh terduduk lag i lalu bersila.
"Gusti Patih ....., hamba Te iolanu menghatulkan se mbah."
Ki Patih Narotama dapat me lihat dengan jelas bahwa orang
yang bicaranya pelo ini bukan orang pribumi dan sedang
dalam keadaan luka dala m yang parah dan keracunan.
"Duduk sajalah, andika terluka. Diajeng Listyarini, aku tidak
akan me mbiarkan hatiku terseret oleh prasangka buruk dan
cemburu, asal engkau cepat menceritakan apa artinya semua
ini?" "Aduh, kakangmas, biarlah para dewata mengutuk ha mba
sekiranya saya berdusta kepada paduka. Ketika itu, saya
sedang duduk seorang diri di pondok dalam taman seperti
biasa, setelah saya me motongi bunga yang sudah layu dengan
tang pisau dapur. Tiba-tiba muncul Nis mara dan entah
mengapa dia berubah seperti iblis. Dia hendak me mbawa saya
pergi. Saya menyerangnya dengan pisau dapur, akan tetapi
dia dapat meringkus saya dan memanggul saya lalu membawa
saya lari."
"He mm, keparat Nis mara. Mengapa dia berani berbuat
seperti itu?" kata Narotama karena diapun merasa heran
karena biarpun Nismara pernah dihukum karena perbuatannya
yang kurang baik, na mun selama ini ta mpa knya sudah
berubah baik dan setia.
"Dia me mbawa saya berlari terus sampai beberapa hari
la manya. Saya hanya dapat berdoa, memohon perlindungan
Sang Hyang Widhi dan agaknya doa saya terkabul karena
selama beberapa hari itu dia sa ma sekali tidak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggu saya. Kemudian dia me mbawa saya sampa i ke
pegunungan ini. Baru setelah tiba di sini dia berusaha untuk
menggangguku. Dia mengaku bahwa dia melakukan ini atas
perintah Lasmini, kakangmas ....."
Narotama mengerutkan alisnya. Akan tetapi dia adalah
seorang yang bijaksana, tidak mudah begitu saja terpengaruh
keterangan sepihak. Dia percaya bahwa Listyarini tidak
mungkin berbohong, akan tetapi jahana m yang bernama
Nis mara itu mungkin sekali berbohong dan menjatuhkan fitnah
untuk mengadu domba.
"He mm, la lu bagaima na?" tanyanya.
"Pada saat yang amat gawat itu, muncul ah Kakang
Tejoranu ini ..... eh, nama aselinya adalah Te ..... Te ....."
Listyarini merasa sukar sekali mengingat na ma aseli Ki
Tejoranu. Melihat ini Ki Tejoranu menya mbung.
"Na ma aseli hamba adalah The Jiauw Lan, Gusti Patih."
Narotama mengangguk-angguk. Tahulah dia kini bahwa
laki-laki itu adalah seorang bangsa Cina dari sebuah negeri
yang jauh di seberang lautan.
"Teruskan ceritamu, diajeng."
"Saya mengubah na ma yang sukar disebut itu me njadi
Tejoranu, kakangmas.Dia muncul pada saat yang gawat itu
dan dia me mbebaskan saya dari kekejian Nis mara. Jahanam
itu me larikan diri, akan tetapi dia datang lagi bersa ma dua
orang kawannya dan mereka hendak mera mpas saya lalu
mengeroyok Kakang Tejo. Saya menyebutnya kakang karena
dia menganggap saya sebagai ad ik sendiri, kakangmas.
Kakang Tejo berhasil me mbunuh Nis mara dan dua orang
penjahat yang lain me larikan diri."
"He mm, sayang si keparat Nis mara itu telah tewas
sehingga dia tidak dapat menjad i saksi apakah benar yang
menyuruhnya berbuat jahat itu ada lah diajeng Las mini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah menurut pengakuan Nis mara, kakangmas.
Kakang Tejo ini adalah penolong saya. Kalau tidak ada dia,
tentu saya sudah ..... mati, tak sudi saya hidup lebih la ma lagi
kalau saya dija mah pria lain!" Teringat akan da kwaan Lasmini
yang kotor dan menghina tadi, Listyarini tak dapat menahan
keluarnya air matanya lagi, namun ia menahan tangisnya.
"Akan tetapi, kenapa dia sekarang terluka separah ini?"
tanya Narotama, menahan kerinduannya kepada isterinya.
Sebetulnya sudah sejak tadi dia ingin merangkul dan
menghibur isterinya, menyatakan kegembiraan hatinya
mendapatkan isterinya dalam keadaan selamat. Namun
keadaan dan dakwaan Lasmini tadi me mbuat dia terpaksa
menahan perasaannya.
"Saya sendiri tidak mengerti urusannya, kakangmas. Ada
muncul tiga orang asing, Kakang Tejo dan mereka bicara
dalam bahasa yang tidak kumengerti, la lu kakang Tejo
dikeroyok dua di antara mereka, kemudian yang seorang lagi
me mukulnya dan kakang Tejo masih tetap me lindungi saya
dari tiga orang itu. Setelah mereka pergi, kakang Tejo lalu
roboh pingsan. Dia sendiri yang dapat menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi."
"Ki Tejoranu, coba ceritakan apa yang telah terjadi dengan
dirimu. Aku tahu bahwa engkau adalah seorang Cina dan
bagaimana engkau dapat berada disini dan apa pula urusanmu
dengan tiga orang yang me mbuatmu terluka ini."


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan suaranya yang lemah lirih karena menahan rasa
nyeri di dadanya, dan ucapannya yang pelo, Ki Tejoranu lalu
bercerita tentang dirinya yang tersiksa melarikan diri dari
Negeri Cina karena me mbunuh putera seorang bangsawan
yang me mbunuh kedua orang tuanya. Betapa kemudian
bangsawan itu menyuruh gurunya sendiri dan dua orang
paman gurunya untuk mengejarnya.
"Gulu dan pa man-gulu mene mukan saya di sini. Saya
me lawan akan tetapi kalah dan gulu me mukul saya .....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan ini akan me lenyapkan semua kekuatan saya .....
aughhh ....." Ki Tejoranu yang me ma ksa dirinya bercerita
banyakitu terkulai dan roboh pingsan lag i. Melihat ini,
Listyarini bangkit berdiri dan men ubruk kedua kaki sua minya.
"Duh, kakangmas. Ampunkan saya ..... saya bersumpah
tidak ada hubungan kotor antara saya dan kakang Tejo. Dia
..... dia seorang yang baik budi dan sopan, kakangmas. Saya
berhutang budi, berhutang nyawa padanya. Percayalah,
kakangmas dan mohon paduka suka meno longnya untuk
me mba las budi keba ikannya kepada saya .. ..."
Narotama tidak dapat menahan rasa cinta kasihnya yang
sudah mengge lora sejak tadi. Dia mengangkat tubuh isterinya
Han Bu Kong 2 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Pendekar Pemetik Harpa 31
^