Pencarian

Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 3

Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Bagian 3


mengunjungi Lembah Pualam Hijau yang sedang ditinggal
pergi Kiang Bengcu. Bahkan juga bertemu banyak tokoh
persilatan sahabat yang juga sangat heran dengan kejadian yang agak misterius dan mencurigakan itu. Khusus untuk
persoalan badai dunia persilatan dewasa ini, menunjukkan kemisteriusan yang sulit dipecahkan. Lebih 10 partai biasa, ditambah dengan kun Lun Pay dan Go Bie Pay, hilang dan
terbunuhnya banyak pesilat tangguh, dari ciri-ciri pelakunya yang seakan menunjuk ke Lam Hay Bun. Tetapi, informasi
yang lohu kumpulkan dan juga anggota kita dimana-mana,
sangat janggal kalau Lam Hay disalahkan. Ilmu Silat para perusuh bukanlah gaya dan dasar Lam Hay, justru dasar ilmu silat dari daratan Tionggoan, dan karenanya banyak yang curiga jika ada kelompok rahasia yang sedang mengail di atas air keruh" Pengemis Tawa Gila nampak berhenti sebentar, sebelum kemudian melanjutkan dengan mimik yang sangat
serius. (2): Bi Hiong Vs Ciu Sian
"Bagaimana dengan langkah-langkah yang sudah diambil
Kiang Bengcu, apakah cukup memperlihatkan adanya
kemajuan atas kemungkinan tertanggulanginya keadaan yang buruk ini?" Pangcu bertanya kembali.
"Kiang Bengcu sendiri sudah turun tangan di Kun Lun Pay dan hingga saat ini sedang mengejar jejak para perusuh.
Bahkan belakangan terdengar kabar, Kiang Bengcu akan
mengunjungi Kay Pang, Siauw Lim dan Bu Tong" Jawab
Pengemis Gila Tawa.
"Bagus jika demikian. Tetapi, dengan niatnya itu, semakin menunjukkan bahwa permasalahannya agaknya tidaklah
ringan. Apabilah Kiang Bengcu mampu melakukannya sendiri, pastilah sudah dikerjakannya. Nampaknya benar, dunia
persilatan dan bahkan Lembah Pualam Hijau sedang dalam
cobaan berat, bahkan juga Pang kita dengan pemberontakan di utara. Kita harus berusaha keras meredakan ketegangan didalam secepatnya, sebab pergolakan dunia persilatan bakal sangat membutuhkan bantuan dan tenaga kita. Bagaimana
pendapat jiwi Hu-hoat?"
Sejak mendengarkan laporan para murid, dan kemudian
dilanjutkan oleh Pengemis Tawa Gila, wajah kedua Hu Hoat sudah sejak tadi mengernyit, tanda bahwa merekapun sangat serius dan mengkhawatirkan keadaan dunia persilatan.
Celakanya, agaknya Kay Pang juga seperti sedang
menghadapi persoalan yang tidak kurang ruwet dan
berbahayanya. Karena itu, mendengarkan pertanyaan Pangcu yang meminta pendapat mereka, kedua Hu Hoat saling
berpandangan, dan saling menganggukkan kepala dan
kemudian terdengar komentar dari seorang diantaranya:
"Pangcu, nampaknya benar bahwa kita harus secepatnya
menyelesaikan urusan di Utara sebagai hal yang harus
diutamakan. Bukan berarti mengabaikan masalah rimba
persilatan. Tetapi sangat penting menyelesaikan persoalan dalam tubuh sendiri sebelum mengurusi hal-hal lain" Ujar Ceng Fang-guan, si Pengemis Sakti dari Pintu Selatan (Lan Bun Sin Kay).
"Ya, lohu sependapat dengan Ceng Hu-Hoat, kita perlu mengutamakan penyelesaian masalah dalam Pang kita sendiri, sebelum turun membantu menenteramkan dunia persilatan.
Sementara persoalan rimba persilatan, mungkin bisa
diserahkan kepada Pengemis Tawa Gila untuk sementara" Usul Pek San Fu Han-ciang Tiau-siu (pemancing dari telaga Han-ciang) menambahkan dan mendukung apa yang disampaikan
oleh rekannya Ceng Fang Guan.
Dalam urusan yang dihadapi Kay Pang, nampaknya mereka
berdua memang sepakat dengan apa yang disampaikan Kay
Pang Pangcu, bahwa harus secepatnya mengurusi persoalan pembangkangan di utara, agar konsentrasi tidak terpecah.
Setelah mendengarkan laporan, analisis dan pendapat
semua tokoh pengemis, baik Hu Pangcu, Hu Hoat, bahkan
juga dari pemberi informasi diantara anak murid Kay Pang, sepertinya Kim Ciam Sin Kay sudah memiliki keputusan.
Karena, diantara semua tokoh yang hadir nampaknya
terdapat kesepakatan, bahwa masalah diutara harus
diselesaikan secepatnya agar Kay Pang bisa membantu
Lembah Pualam Hijau dan dunia persilatan dalam
menanggulangi persoalan yang dihadapi.
"Baiklah, jika demikian maka aku menugaskan Pengemis
Tawa Gila untuk bertemu dan membantu Kiang Bengcu.
Artinya, untuk sementara dalam jangka pendek ini, bantuan Kay Pang bagi upaya meredakan badai di dunia persilatan ditangani oleh Hu Pangcu Bagian Luar. Sementara itu, lohu bersama 2 Hu-Hoat akan mengurusi persoalan
pembangkangan para pengemis anggota Kay Pang di Utara.
Bersama rombongan pangcu juga akan ikut beberapa utusan luar kita. Hu Pangcu urusan dalam, harap memegang kendali Pang kita selama Pangcu berada dalam tugas ke utara.
Sementara 3 utusan, Can Bu Ti, Tan Can Peng dan Sie Han Cu bersama rombongan Pangcu ke Utara. Kita tetapkan demikian"
Demikianlah Pangcu Kay Pang memutuskan pertemuan apa
yang mesti segera dikerjakan.
Dan sesuai rencana, karena seriusnya persoalan yang
dihadapi Kay Pang baik kedalam maupun keluar, maka Kay
Pang Pangcu dan rombongannya, tidak akan menunggu
berlama lama, pada malam hari setelah pertemuan langsung dilakukan persiapan seadanya, dan setelah meninggalkan
pesan-pesan yang penting bagi Hu Pangcu bagian dalam,
rombongan itu berjalan menuju ke utara pada keesokan
paginya. Siangnya, setelah Kay Pangcu meninggalkan markasnya
pada pagi hari, dari kaki gunung seorang utusan pengintai mengantarkan berita ke markas Kay Pang dan langsung
diterima oleh Hu Pangcu bagian dalam:
"Hu Pangcu, ada seorang tokoh besar minta ketemu
dengan Hu Pangcu" si pembawa berita nampak melaporkan
dengan tergesa-gesa, perihal kedatangan seorang tokoh besar ke markas mereka.
"Seorang tokoh besar" siapa gerangan yang engkau
maksudkan?" tanya Hu Pangcu Bagian Dalam menjadi sangat penasaran.
"Kiang Bengcu, Duta Agung dari Lembah Pualam Hijau
sedang menunggu berita meminta waktu untuk mohon
bertemu" jawabnya terburu-buru memberitahu siapa yang
datang minta bertemu. Mendengar siapa yang datang,
serentak wajah Hu Pangcu menjadi berubah sangat serius
sekaligus senang. Karena yang datang adalah Bengcu dunia persilatan, tentu sebuah kehormatan menerima tamu agung, yang meskipun masih muda tetapi sedemikian terkenalnya.
Sontak dia berkata:
"Persilahkan secepatnya untuk naik gunung, biar lohu juga melakukan persiapan persiapan untuk penyambutan bengcu"
"Tidak perlu sungkan Pangcu, tidak perlu penyambutan
berlebihan. Kita sedang berprihatin saat ini" Sebuah suara sayup terdengar dan sesaat kemudian 3 tubuh nampak
berkelabat demikian cepat naik ke gunung, dan sekejap lagi kemudian, ketiganya sudah berdiri di hadapan Hu Pangcu
Bagian Dalam Kay Pang sambil memberi hormat dan salam
pertemuan. "Hahahaha, siapa bisa mendustai dan menghalangi Kiang
Bengcu?" Sambut Hu Pangcu tergelak gembira menyambut
kedatangan Kiang Hong, Tan Bi Hiong dan seorang Duta
Hukum dan juga membalas memberi hormat kepada tamu
yang dengan cepat sudah berada dihadapannya.
"Tidak perlu banyak adat paman, mari kita bercakap seperti biasa saja" Kiang Hong menolak ketika Hu Pangcu memberi hormat berlebihan kepadanya selaku Bengcu. Bagaimanapun Kiang Hong masih tetap merasa orang yang lebih muda, dank arena itu sering terasa kaku baginya memperoleh
penghormatan berlebihan dari angkatan yang lebih tua
darinya. "Hahahaha, siapa yang tidak tahu jika Kiang Bengcu
seorang yang rendah hati dan berilmu mumpuni pula?"
sambung Hu Pangcu gembira, benar-benar gembira karena
sudah sekian lama tidak bersua dan bertemu dengan bengcu muda yang hebat ini.
"Kho Sin Kay, selamat bertemu" Suara yang lain, nyaring dan empuk terdengar dari mulut Bi Hiong memberi ucapan
selamat bertemu kepada Hu Pangcu bagian dalam Kay Pang.
"Tidak berani, tidak berani, selamat berjumpa hujin.
Nampaknya hujin bertambah matang dalam gerakan dan
dalam kecerdasan" Sambut Kho Tian Ceng, Hu Pangcu tidak kalah hormat.
"Bukankah lebih baik kita berbicara di dalam, dan biar
saling memujinya bisa lebih panjang?" Bi Hiong berseru sambil berkelakar menambah suasana keakraban diantara mereka
semua. "Ah, lohu sampai lupa mempersilahkan masuk kedalam.
Sudah lama tidak bersua dengan Kiang Bengcu sekeluarga dan kaget mendapat kunjungan kehormatan ini" berkata Hu
Pangcu sambil mempersilahkan Kiang Hong bersama istri dan duta hukumnya masuk.
Tetapi belum sempat semua melangkah masuk, tiba-tiba
terdengar sebuah suara mengalun seperti dari kejauhan,
tetapi yang dengan cepat sekali orangnya sudah berada di depan pintu masuk ke markas besar Kay Pang;
"Heheheheh, siapa yang menjamin Kiang Bengcu muda ini
palsu atau tulen?" Seorang pengemis tua nampak
cengengesan di pintu masuk yang segera membuat Hu
Pangcu Put-pay-sin-kiam (Pedang sakti tak terkalahkan) Kho Tiang-ceng terbelalak kaget.
"Ciu Sian Hiongcu ".. ah selamat bertemu dan salam
hormat" Hu Pangcu segera memberi hormat kepada Pengemis Tua aneh yang baru datang dengan gayanya yang juga aneh itu.
"Huh, siapapun tahu aku muak dengan kebiasaan begitu,
sudah bangun sana" Ciu Sian dengan santai menggerakkan
tangannya dan Hu Pangcu Kho Tian Ceng merasakan sebuah
tenaga yang sangat besar menahannya untuk terus memberi hormat. Dan sungguh dia kagum, tetuanya ini sungguh
nampak tambah mumpuni dalam ilmu kepandaiannya.
"Bagus begitu, kamu tanyalah apakah benar orang muda ini Kiang Bengcu asli, putra sahabatku Cun Le, dan apakah
istrinya itu si bintang kejora cerdas dari Bu Tong Pay ". Ayo cepat. Lohu tidak punya waktu banyak" Si Pengemis aneh
mendesak-desak Put-pay-sin-kiam (Pedang sakti tak
terkalahkan) Kho Tiang-ceng seperti anak-anak.
Untungnya baik Kho Tian Ceng dan bahkan Kiang Hong, Bi
Hiong dan Duta Hukum yang hadir disitu sudah maklum
dengan tingkah dan adat kakek kukoay yang amat sakti ini.
Karena itu, mereka hanya memandangi kejadian itu dengan senyum-senyum belaka.
"Ciu Sian Sin Kay, Kiang Hong memberi hormat, apakah
keadaanmu baik-baik saja" Kiang Hong maju memberi hormat diikuti Bi Hiong dan juga Duta Hukum dari Lembah Pualam Hijau.
"Tidak boleh, tidak boleh. Harus dibuktikan dulu kalian benar-benar asli. Banyak sekali yang palsu bikin onar
sekarang" Kakek aneh itu kemudian mundur dan bersembunyi di belakang Hu Pangcu, bahkan mendorong dan mendesak Hu Pangcu untuk maju menghadapi Kiang Hong.
"Hiongcu, dia ini memang Kiang Hong bersama Tan Bi
Hiong dari Lembah Pualam Hijau" tegas Kho Tian Ceng.
"Bodoh kau, Tanya dan buktikan dulu biar semua jelas,
baru disuruh masuk. Jangan sembarangan membiarkan masuk orang di markas besar Kay Pang yang megah ini" Ciu Sian Sin Kay jadi marah-marah.
Tapi Kiang Hong dan Bi Hiong yang tahu betul adat dan
kesaktian kakek ini tidaklah tersinggung, malahan Bi Hiong jadi tertarik untuk meladeni permainan dan keanehan kakek ini, dan dia bertanya kepada kakek aneh itu:
"Bagaimana menurut Sin Kay membuktikan aku adalah
Kiang Hong dan Bi Hiong yang asli" tanya Kiang Hong
tersenyum. "Atau jangan-jangan, Sin Kay sendiri malah tidak tahu
bagaimana caranya membuktikan keaslian dan keplasuan.
Atau, jangan-jangan dia ini juga Ciu Sian Sin Kay palsu, soalnya banyak yang palsu memalsukan orang dewasa ini" Bi Hiong sengaja memancing kakek ini dengan menggunakan
gaya anehnya. Dan dalam urusan begini, Bi Hiong memang
ahlinya. "Wah benar juga. Bagaimana mebuktikan aku ini asli?" Ciu Sian Sin Kay nampak jadi bingung dengan akal Bi Hiong.
"Tapi, Kho Hu Pangcu kan sudah yakin kalau aku Ciu Sian Sin Kay, tetuah Kay Pang, tidak mungkin salah lagi" jawabnya.
Bahkan kemudian dengan gaya dan cara aneh dia bertanya
kepada Bi Hiong:
"Apakah kamu tidak percaya kalau aku Ciu Sian Sin Kay
yang asli, dia tadi sudah percaya lho?" Sambil menuding kepada Kho Tian Ceng yang jadi rada ruwet melihat keadaan yang menjadi aneh dan tidak biasa ini.
"Mana berani, mana berani meragukan Hiongcu" Hu
Pangcu Kho Tian Ceng terbata-bata, karena memang tidak
akan dia berani menuduh Ciu Sian Sin Kay sebagai barang tiruan.
"Ah, kamu kurang teliti, harusnya kamu menanyai lohu dan meneliti, apakah lohu palsu atau tidak" Ciu Sian nampak seperti menyesali Kho Tian Ceng yang percaya begitu saja kepadanya. Tapi tiba-tiba dia terlonjak:
"Aha, aku ada akal untuk membuktikan mereka asli atau
tidak" Mata Ciu Sian tiba-tiba bercahaya girang, seperti mendapatkan ide cemerlang untuk mengatasi masalah yang
sebenarnya bukan masalah itu.
"Bagaimana caranya Hiongcu" tanya Kho Tian Ceng dengan
cepat, agar keadaan yang aneh ini cepat berlalu.
"Menyerang mereka. Aku kenal semua perbendaharaan
ilmu Lembah Pualam Hijau, termasuk ciptaan buyut merek Sin Liong dan juga Cun Le. Anak-anak muda, mari kita bermain sambil membuktikan siapa asli dan siapa palsu" dan belum lagi habis ucapannya, di tangannya, Ciu Sian sudah memegang
buli-buli araknya dan dengan segera sudah menyerang
serampangan. Sekaligus dia menyerang Bi Hiong dan Kiang Hong yang
jadi melongo karena mereka diharuskan untuk bertempur.
Tapi Bi Hiong yang memang juga suka dengan keanehan-
keanehan orang dan mengerti dengan kepolosan Pengemis
Sakti ini sudah melirik suaminya dan kemudian dia maju
menandingi dan menangkis bahkan balas menyerang Ciu Sian Sin Kay, sementara Kiang Hong kemudian menepi.
"Hahahaha, hujin cantik terimalah seranganku ini" Demikian akhirnya Ciu Sian menyerang Bi Hiong duluan karena Kiang Hong segera menyingkir memberi ketika buat istrinya untuk maju.
"Ach, ini bukan dari Pualam Hijau, ini pasti dari Bu Tong.
Belum semahir Ciangbunjinnya, tapi sudah hebat. Eh, ini malah lebih sakti, pastilah Thai kek Sin Kun ". Hebat, hebat"
Ciu Sian terus menyerang sambil juga terus menerus
nyerocos. Karena dia memang tokoh yang sudah pernah
menggempur hampir semua jurus andalan 4 tokoh gaib jaman itu.
Tidak heran dia mengenal jurus-jurus Bu Tong Pay, Siauw Lim Sie dan juga Lembah Pualam Hijau.
"Benar, tapi nampaknya hampir pasti aku sednag
berhadapan dengan Ciu Sian palsu, belum ada jurus-jurus khas Ciu Sian yang kau keluarkan" Bi Hiong menggoda malah menggoda kakek sakti ini, yang bukannya marah malah
menjadi bersemangat menemukan lawan yang cukup hebat.
"Ah, kurang ajar kamu, rasakan ini" Ciu Sian penasaran.
Benar saja, Cius Sian dengan segera mulai membuka jurus-jurus perguruannya, dan memang itu yang dikehendaki Bi
Hiong, yakni melatih dengan orang yang tepat apa yang
barusan dipelajarinya di Lautan Timur.
Ciu Sian Sin Kay mulai menggunakan ilmu-ilmu andalan Kay Pang, meskipun masih dengan tenaga terukur. Mula-mula dia memainkan Hang Liong Sip Pat Ciang yang membuat
tubuhnya menyambar-nyambar bagaikan seekor Naga
menyerang mangsanya.
Tapi lawannya adalah salah seorang bintang wanita dunia persilatan, yang malah sudah digembleng lebih jauh oleh legenda persilatan lainnya Kiang In Hong. Dengan tangkasnya nyonya ini bersilat dan memang sengaja maju menandingi Ciu Sian Sin Kay untuk menguji ilmu barunya yakni, Te-hun-thian (mendaki tangga langit).
Hang Liong Sip Pat Ciang yang dimainkan oleh Ciu Sian
malah masih lebih berat dibandingkan Pangcu Kay Pang, jadi bisa dibayangkan bagaimana perbawanya meski tidak dengan tenaga dan kesungguhan pertempuran. Pengemis aneh ini,
sudah diduga Bi Hiong, bukannya meragukan mereka, tetapi sedang gatal tangan untuk menguji ilmu masing-masing.
Karena itu, Bi Hiong tidak khawatir akan terluka atau
melukai pengemis aneh yang sangat sakti ini. Sebaliknya, dia mendapatkan kesempatan menguji ilmu-ilmu barunya, dengan penguji yang sangat luar biasa, dan membuatnya mampu
menilai kemajuannya sendiri.
"ach, ini pasti ciptaan Pendeta Wanita dari timur, hebat-hebat. Tapi tidak cukup untuk menang bila hanya berlari-lari dan berputar dengan ciptaan pendeta wanita sakti itu" Ciu Sian berseru penasaran karena dengan gaya ginkang Te hun Thian, Bi Hiong bergerak-gerak berkelabat kesana kemari sehingga sulit dijangkau dan diserang olehnya.
"Benar, tetapi Sin Kay juga sukar untuk menembusku"
balas Bi Hiong terus menggoda dan memanasi Ciu Sian Sin Kay.
"Belum tentu, coba ini", bersamaan dengan ucapannya itu Sin Kay memainkan bagian-bagian yang lebih berat dari
ilmunya Hap Liong Sip Pat Ciang. Tangannya menyambar-
nyambar bagai naga sementara kakinya gesit sekali mengejar kemanapun bayangan Bi Hiong menghindar.
Bi Hiongpun sadar, sulit baginya untuk terus menerus
berlari dan menghindari ilmu sakti Kay Pang yang dimainkan salah satu tokoh puncaknya dewasa ini. Karena itu, dia
memutuskan menggunakan Giok Ceng Cap Sha Sin Ciang
untuk menahan gempuran yang membadai dari Ciu Sian.
Sebagaimana diketahui, kedua ilmu ini sudah sering diadu dalam pertandingan tingkat tinggi antara para pencipta dan ahlinya.
Bahkan kemudian diadu oleh para pewarisnya, generasi
yang lebih muda. Karena itu, kedua ilmu ampuh ini boleh dibilang sudah saling mengenal baik kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Karena itu juga, akan
tergantung pemakainya dan kematangan penggunanya untuk
menentukan siapa yang lebih unggul.
Dari segi kematangan dan pengalaman, Ciu Sian lebih
unggul, tetapi karena Bi Hiong memanfaatkan kegesitan ilmu ginkang gaibnya Te Hun Thian yang bahkan diakui sebagai ginkang nomor satu dewasa ini, maka dia bisa menutup dan menambal kekurangannya. Dan nampaknya keduanya
mengerti benar hal ini.
Karena itu, pertandingan menjadi luar biasa seru dan
indah, saling serang menyerang dan menggunakan tenaga
terukur sehingga lebih mirip disebut latihan. Baik Kiang Hong maupun Kho Tian Ceng, terutama Kho Tian Ceng menjadi
kagum bukan main terhadap 2 orang sakti yang sedang
mengadu ilmu. Dipelototinya Hiongcunya yang memainkan
ilmu pusaka Kay Pang sampai tidak sadar bahwa
disampingnya sudah berdiri Pengemis Tawa Gila yang ikut tertegun menyaksikan pertandingan hebat itu.
"Duaaaar", tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat, dan
nampaknya berasal dari tangan Ciu Sian yang mengganti
ilmunya dengan Pek Lek Sin Jiu yang bahkan ketua Kay Pang saat ini tidak menguasainya.
"Hati-hati hujin, lohu ingin bermain-main petir. Sebaiknya kau keluarkan Soan Hong Sin Ciang" Ciu Sian berseru
mengingatkan Bi Hiong, padahal Bi Hiongpun maklum akan
peringatan itu. Sementara Kiang Hong masih tetap tenang, karena dia maklum akan kemampuan istrinya, apalagi setelah digembleng bibinya selama beberapa minggu beberapa waktu lalu selama berada di lautan timur mengunjungi bibinya yang sakti mandraguna itu.
Ledakan-ledakan bagaikan guntur kembali terdengar
bertalu-talu, tetapi pada saat bersamaan diseputar Bi Hiong perlahan-lahan terdengar suara gemuruh bagaikan angin
badai sedang mengamuk. Tubuhnyapun seperti bergulung-
gulung, bergerak bagaikan angin puyuh, membuat Pengemis Tawa Gila dan Kho Tian Ceng kedua Hu Pangcu Kay Pang
telinganya jadi sakit dan matanya jadi silau dan kabur.
Dengan cepat keduanya mengerahkan hawa murni
melindungi mata dan telinga, tetapi masih belum sanggup mengeyahkan rasa tidak enak itu seluruhnya. Karena gelegar Pe Lek Sin Jiu dan gemuruh badai Soan Hong Sin Ciang
memang memiliki pengaruh atas mata dan telinga batin
seseorang. Hanya Kiang Hong yang telah semakin matang yang
nampak tenang dan terus mengikuti pertarungan tingkat tinggi tersebut. Berkali-kali dia nampak kagum atas kelincahan istrinya, tetapi dia juga mengagumi kemajuan dan kehebatan Ciu Sian dalam menguasai ilmu-ilmunya.
Petir dan badai susul menyusul dan beberapa kali terdengar benturan, tetapi tidak sampai mencelakakan salah seorang diantaranya. Bahkan terdengar Ciu Sian berseru:
"Hahahaha, hujin, kamu sudah hampir mendekati
kemampuan sahabatku Cun Le ketika kami bertanding 20
tahun berselang. Padahal waktu itu aku baru mencapai tingkat 5 Pek Lek Sin Jiu dan sekarang nyaris menamatkan tingkat terakhirnya.
"Hebat-hebat". Seruan Ciu Sian mengejutkan Pengemis Tawa Gila, Kho Tian Ceng dan juga Kiang Hong. Mereka
paham betul kehebatan Pek Lek Sin Jiu atau Ilmu Halilintar yang luar biasa hebatnya, dan yang hanya Kiong Siang Han yang mampu memainkannya dengan daya rusak dan daya
ledak yang luar biasa hebatnya. Baik bunyi derak dan bunyi gunturnya, maupun daya ledak dan daya hancurnya yang
mengerikan. Bahkan ledakannya bisa mengikis dan merusak besi dan baja, bahkan kemudian menghanguskannya, gosong bagai terkena sambaran petir sungguhan. Untungnya, Soan Hong Sin Ciang yang dimainkan Bi Hong juga sudah cukup
matang, bahkan sudah lebih disempurnakannya ketika 2
minggu berlatih bersama adik mertuanya, seorang pendeta Wanita sakti di Timur.
(3): Kiang Hong Vs Ciu Sian


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hujin, gunakan pedangmu, lohu akan memakai buli-buli
arak ini sebagai ganti tongkat hijau" Ciu Sian berseru yang dengan segera diladeni Bi Hiong. "Kebetulan, ini saat yang tepat melatih Toa Hong Kiam Sut dan Hue-hong-bu-liu-kiam (tarian pedang searah angin), bukankah menurut Sin Ni, pengemis ini luar biasa lihai dan hanya setingkat di bawah Sin Ni dan Ayah mertua" desis Bi Hiong sambil
kemudian meloloskan pedangnya dan kemudian langsung
memainkan ilmu barunya Hue Hong Bu Liu Kiam.
Tubuhnya seperti menari-nari dan segera menyentak Ciu
Sian yang untungnya juga sudah siap dengan jurus-jurus Tah Kauw Pangnya. Maka pertempuran seru kembali berlangsung dengan menggunakan senjata, dan ternyata karena Bi Hiong menggunakan pedang sungguhan dan Ciu Sian menggunakan
buli-buli pengganti tongkat yang tentu kehebatannya
berkurang, dan apalagi Bi Hiong menggunakan gubahan baru lewat ilmunya yang baru diciptakan Liong I Sin Ni, maka Pengemis Sakti nampak sedikit keteteran.
Untungnya, dia memiliki penguasaan Sinkang yang sedikit lebih baik, selain pengalaman dan kematangannya memang
melebihi Bi Hiong. Dan lagi, Tah Kauw Pang Hoat memang
bukan sembarang ilmu. Tapi untuk mengambil ranting
pengganti sudah tak sempat, sementara jangkauan pedang Bi Hiong melebihi buli-bulinya. Dengan terpaksa si Pengemis melakukan beberapa langkah perubahan.
"Lihai, lihai. Jurus Sinni benar-benar membuatku repot.
Hujin, maaf aku sedikit mabuk" Pengemis sakti berkali-kali meneguk buli-bulinya dan bersilat dengan gaya kacau. Inilah jurus sakti ciptaannya sendiri yang dinamainya "langkah-langkah sakti pengemis mabuk" , yang dilakukan
mengiringi Tak Kauw Pang.
Tapi jangan dikira langkahnya serampangan, sebaliknya
justru meski sangat aneh dan sebentar seperti sempoyongan mau jatuh, tetapi semua serangan bi Hiong bisa dengan
mudah dipunahkan. Bahkan semakin cepat Bi Hiong
menyerangnya, semakin tangkas dia bergerak mengikuti
gerak-gerik seorang pemabuk.
Dan anehnya, semua serangan yang demikian cepat dan
pesat dari Bi Hiong bisa dimentahkan dan dipatahkan oleh si Pengemis. Semakin cepat Bi Hiong bergerak, semakin aneh gerakan si pengemis, dan semakin seru juga pertarungan
antara keduanya.
"Baiklah hujin, keaslianmu sudah kupastikan. Aku ingin
menguji keaslian suamimu" Ciu Sian berkata saat keduanya saling melibas, dan kemudian dengan aneh Ciu Sian merosot kebelakang. Ketika itu Bi Hiongpun maklum bahwa keduanya sulit saling mengalahkan dengan gerakan-gerakan mereka
yang bisa saling melibas menjadi begitu rumit.
"Baiklah, terima kasih untuk latihan hari ini bersama Sin Kay, ilmumu sungguh aneh pada bagian terakhir" Bi Hiong berseru untuk kemudian meloncat ke samping suaminya. Pada saat hampir bersamaan, Sin Kay juga lompat mengejar tetapi bukan menyerang Bi Hiong tetapi menyerang Kiang Hong
sambil berkata dengan lucu:
"Nah, sekarang buktikan bahwa kau ini benar adalah Kiang Bengcu, Duta Agung Lembah PUalam Hijau" Cecar Sin Kay.
Kiang Hong maklum, bahwa hanya alasan saja bagi Sin Kay untuk menyelidiki keasliannya. Yang benar adalah, Pengemis aneh yang gila bertanding ini sedang mengajaknya bermain-main atau bahkan menurut istrinya berlatih.
Dan dia melihat belaka, meskipun istrinya mampu
mengimbangi pengemis ini dari segi ginkang atau bahkan
sedikit melebihinya, tetapi dalam hal tenaga iweekang dan kematangan, pengemis ini jelas melebihi istrinya. Diapun sadar, bukan sedikit keuntungan yang ditarik istrinya dari pertempuran tadi, karena sesungguhnya mereka sedang
berlatih dan bukannya bertempur.
Karena itu, bukannya menyingkir, Kiang Hong justru
menyambut serangan Pengemis Aneh itu dengan menyambut
serangan tersebut lewat sebuah pukulan dari Soan Hong Sin Ciang. Dan sebagai kesudahannya, keduanya tergetar dan
membuat pengemis itu terkekeh-kekeh. "Benar, ini asli Soan Hong Sin Ciang, tidak mungkin tiruan, sudah pasti asli"
"Kiang Bengcu, lohu akan menggunakan Ciu Sian Cap Pik Ciang, kudengar sobatku Cun Le juga melatih ilmu barunya yang bernama Khong in loh Thian, jangan pelit
menunjukkan padaku" setelah berteriak demikian, Pengemis Aneh ini kemudian merubah ilmunya.
Ilmu baru yang dimaksudkannya Ciu Sian Cap Pik Ciang
memang belum setenar Pek Lek Sin Jiu dan sangat jarang
dipergunakan pengemis aneh ini. Karena serangan-
serangannya yang berat dengan mencampurkan ilmu gurunya Hang Liong Sip Pat Ciang dan Pek Lek Sin Jiu sementara
langkah kakinya mengikuti ilmu ciptaannya "Langkah Sakti Pengemis Mabuk".
Seperti tadi, kakinya bergerak-gerak bagaikan orang
mabuk, kadang terhuyung, kadang melompat tanggung,
kadang tegap kokoh, bahkan kadang terjatuh sendiri dan
melenting berdiri dengan kaki tegak, tetapi tangannya
sungguh kokoh dan nampak sangat kuat melontarkan pukulan berganti ganti.
Sesekali mengambil gaya Pek Lek Jiu dengan bunyi
gunturnya yang menggelegar dan sesekali dengan gaya Naga dari ilmu pukulan Hang Liong Sip Pat Ciang. Perbawanya
sungguh hebat, sampai-sampai Bi Hiongpun bergidik dan tidak yakin apakah sanggup menandinginya. "Pengemis ini memang sungguh-sungguh lihay, nampaknya hampir berimbang
dengan Hong Koko" desisnya kagum.
Di Tempat terpisah, kedua Hu Pangcu Kay Pang sampai
terngangah-ngagah menyaksikan bagaimana Hiongcu terakhir mereka yang baru kali ini mereka lihat memainkan ilmu yang sangat luar biasa itu. Mereka seperti melihat kembali Kiong Siang Han sedang membawakan ilmu gunturnya dan Hang
liong sip pat ciang.
Tetapi dengan gaya mabuknya, Sin Kay ini membuat kedua
ilmu yang dicampurkannya justru membawa perbawa yang
menakutkan. Kiang Hong sadar bahwa dibalik penggunaan
kedua ilmu tersebut, juga terselip kuat kekuatan batin yang mampu merusak konsentrasinya. Karena itu, dia harusnya bisa melawan dengan Soan Hong Sin Ciang ciptaan Sin Liong,
tetapi karena Sin Kay meminta Khong in loh Thian, meski belum sempurna benar, dia kemudian bergerak-gerak lemas dan membiarkan gerakannya seperti hanyut oleh tarikan
kekuatan Pengemis Aneh ini.
Pemandangannya sungguh ganjil, Pengemis Sakti bergerak-
gerak aneh dengan tangan yang kokoh luar biasa dan
membawa suara meledak-ledak yang memekakkan telinga,
sementara Kiang Hong bergerak-gerak seirama dengan
gerakan Pengemis Sakti.
Cukup lama keduanya bergerak-gerak seperti itu dan
nampaknya masing-masing mencari ketika untuk melontarkan serangan, tetapi keduanya sadar kesempatan itu sulit. Kiang Hong akhirnya sadar, bahwa nampaknya Ciu Sian Sin Kay
mengenal inti kekuatan Khong in loh Thian dan karenanya tidak pernah mau membenturkan langsung pukulannya supaya tidak menerima pentalan balik tenaganya. Hal yang wajar, karena pengemis ini memang bersahabat erat dengan Kiang Cun Le ayahnya.
"Hebat, hebat, anak harimau memang tidak melahirkan
anak babi" Ciu Sian berseru seenaknya yang disambut senyum oleh Bi Hiong yang nampaknya mengerti jiwa Ciu Sian ini.
Maka dia juga menambahi seloroh Ciu Sian:
"Ciu Sian, anak babi juga tidak akan melahirkan anak
harimau". "Hahahaha, hujin memang pintar menyelami hatiku" Ujar si pengemis sambil kemudian menghentakkan tangannya dan
membiarkan terjadi benturan dengan Kiang Hong, tetapi
sejenak setelah benturan, tubuhnya bergoyang-goyang aneh dan bagaikan belut menyiasati tenaganya yang berbalik akibat benturan dengan tenaga kosong Kiang Hong. Kemudian
pengemis itu berhenti bersilat dan kemudian tertawa
terkekeh-kekeh:
"Hahahahaha, kamu benar-benar asli Kiang Bengcu,
maafkan pengemis mabuk ini kurang hormat" Ciu Sian Sin Kai memberi hormat kepada Kiang Hong tanpa sanggup di tolak Kiang Hong karena baru bisa tegak kembali dengan jurus
"Dewa Menunjukkan Jalan". Sambil menarik nafas dia berkata:
"Ciu Sian Sin Kay memang tidak bernama kosong. Ciu Sian Cap Pik Ciang benar-benar handal, tecu benar-benar terkejut dengan kehebatannya" Puji Kiang Hong.
"Hahahaha, Kiang bengcu, bila kamu berlatih 1 tahun saja lagi, aku tidak bakal sanggup menandingimu sebagaimana
ayahmu itu" rutuk si Pengemis Sakti dengan gayanya yang aneh.
"Lohu heran, lembah kalian itu tidak henti melahirkan
pahlawan" nada iri dalam suara si Pengemis.
"Ciu Sian Hiongcu, Kiang Bengcu, Hujin dan Duta Hukum,
masih lebih baik kita berbicara didalam, mari" Pengemis Tawa Gila memotong percakapan mereka sambil mengundang
semua untuk masuk melanjutkan percakapan dalam Gedung
markas Pusat Kay Pang.
"Baiklah, Kiang Bengcu, Hujin, mari kita bicara didalam, lohu sendiri tidak punya banyak waktu dan ingin mendengar keadaan Kay Pang" Ciu Sian Sin Kay ikut mengundang
bersama Hu Pangcu Kho Tian Ceng.
Kiang Hong dan rombongan, bersama Ciu Sian Sin Kay
serta kedua Hu Pangcu Kay Pang kemudian membahas kondisi terakhir dunia persilatan. Kepada Ciu Sian Sin Kay, Pengemis Tawa Gila menceritakan kembali kondisi di utara sungai Yang Ce, dimana mulai nampak gejala terjadinya pembangkangan karena ada seorang tokoh sesat yang sakti menghasut
kelompok pengemis disana. Juga diinformasikan bahwa Kay Pangcu Kim Ciam Sin Kay sudah menuju ke utara untuk
memadamkan pemberontakan disana disertai beberapa tokoh Kay Pang termasuk 2 hu-hoat Kay Pang.
Pengemis Tawa Gila dan bahkan Kho Tian Ceng tidak
merasa segan dan malu menceritakan kondisi kedalam Kay
Pang, karena dihadapan mereka adalah Kiang Hong yang
dikenal sebagai Kiang Bengcu dari Lembah Pualam Hijau.
Selain itu, keduanya mengerti benar, kondisi Kay Pang ini bakal menyulitkan dunia persilatan, terutama Siauw Lim Sie, Lembah Pualam Hijau dan Bu Tong Pay dalam menangani
pergolakan dunia persilatan yang sedang bergejolak.
Sebagaimana diketahui, pada dewasa ini, ke-4 tempat yang menjadi gantungan masa depan dunia persilatan termasuk
dalam meredakan badai di dunia persilatan adalah, Lembah Pualam Hijau yang diakui Ketua atau Pemilik Lembah sebagai Bu Lim Bengcu, kemudian berturut-turut ditopang oleh Siauw Lim Sie sebagai Perguruan Silat tertua bersama dengan Bu Tong Pay dan Kay Pang sebagai Pang atau perkumpulan
terbesar di seluruh Tionggoan.
Ke-4 tempat itu dikeramatkan dan dihormati oleh seluruh dunia persilatan sejak 100 tahun sebelumnya. Terutama ketika ke-4 tempat tersebut mewakili Tionggoan dalam pertempuran menentukan dan menegangkan menghadapi jago-jago dari
Lam Hay, Bengkauw dan Jagoan dari India. Selain itu secara kebetulan ke-empat tempat dan perguruan tersebut memang dalam 100 tahun terakhir menghadirkan pesilat-pesilat kelas wahid yang selalu menjagoi dunia persilatan.
Kondisi ini, secara otomatis menghadirkan rasa solidaritas dan saling mendukung antara ke-empat Perguruan tersebut.
Termasuk dalam menghadapi persoalan dunia persilatan
belakangan ini.
Itu juga sebabnya maka baik Pengemis Tawa Gila maupun
Kho Tian Ceng tidak merasa risih membicarakan persoalan benih pemberontakan di wilayah kerajaan Cin sebelah utara sungai Yang Ce. Apalagi karena hal ini akan terkait dengan solidaritas 4 perkumpulan besar dalam memerangi atau
berusaha mendamaikan kondisi dunia persilatan yang sedang goyah.
Apabila Kay Pang larut demikian lama dalam persoalan
kedalam, maka kontribusinya bisa mengecil dalam ikut
menertibkan dunia persilatan. Atau bahkan, bisa mengurangi kekuatan melawan para perusuh yang nampaknya juga punya kekuatan besar dan sangat misterius tersebut.
"Kedua Hu-Pangcu, Ciu Sian Hiongcu, sebetulnya kami
sedang dalam rencana untuk langsung bertanya kepada Ketua Lam Hay Bun. Sayangnya, Kay Pang nampaknya harus
berusaha menyelesaikan urusan dalamnya terlebih dahulu"
Kiang Hong berkata.
"Dan menurut siauwte, nampaknya persoalan Kay Pang
harus ditangani secepatnya. Bila tidak, akan sangat
berpengaruh terhadap kesanggupan Tionggoan dalam
menenangkan badai persilatan dewasa ini" Tambah Bi Hiong.
"Maksud hujin?" Ciu Sian bertanya
"Selama ini, ke-4 Perguruan, Lembah Pualam Hijau, Siauw Lim Sie, Kay Pang dan Bu Tong Pay, selalu diandalkan dalam menertibkan badai di dunia persilatan. Lembah Pualam Hijau baru disatroni orang dan menderita kerugian, Kay Pang
digedor dari dalam. Bila kedua tempat keramat ini tidak cepat bertindak, banyak kalangan akan merasa kurang percaya diri dan mempengaruhi moril dalam perjuangan nantinya" terang Bi Hiong.
"Hmmm, hujin benar sekali. Hebat, hebat, betul-betul
bintang cerdas dari Lembah Pualam Hijau" Ciu Sian yang
memang tertarik kepada Bi Hion karena dianggapnya mampu menyelami dirinya berseru memuji.
"Bukan demikian Ciu Sian Hiongcu, siapapun akan
beranggapan demikian. Sebab, bukan tidak mungkin juga, ini cara untuk meruntuhkan rasa percaya diri pesilat Tionggoan dengan menggoyang langsung pusat kebanggaan pesilat
Tionggoan. Jika benar demikian, maka peristiwa di Lembah Pualam Hijau dan di Kay Pang pasti memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Alias tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dan direncanakan dengan matang oleh sebuah
kekuatan rahasia" jelas Bi Hiong.
"Celaka, bila demikian, hampir bisa dipastikan Siauw Lim Sie dan Bu Tong Pay juga akan mengalami kesulitan tertentu"
tiba-tiba Kiang Hong tersentak dengan logika lanjutan dari penjelasan Bi Hiong.
"Benar sekali, bila uraian hujin tidak keliru, maka dalam waktu dekat, Siauw Lim Sie dan Bu Tong Pay pasti akan
mengalami kerugian atau peristiwa tidak mengenakkan"
tambah Kho Tian Ceng yang tiba-tiba menjadi ikut bertambah cemas dengan perkembangan yang semakin tidak
menentukan ini.
"Dengan menganalisis peristiwa di Lembah Pualam Hijau,
Kun Lun Pay, Go Bie Pay dan Kay Pang, maka sangat mungkin dalam waktu kedepan Siauw Lim Sie dan Bu Tong akan
mengalami gangguan. Karena nampaknya, kelompok rahasia
yang menggunakan simbol Lam Hay, memang berkeinginan
langsung menyerang di pusat kekuasaan dan pusat kekuatan Tionggoan" tambah Bi Hiong lagi.
Semua menjadi tercenung dan mengagumi daya analisis Bi
Hiong yang memang nampak sangat masuk di akal. Secara
tajam Bi Hiong menganalisis keseluruhan persoalan dunia persilatan dewasa ini, dan bisa merangkaikannya dalam
sebuah penjelasan masuk akal dengan peristiwa yang terjadi di banyak tempat.
Bahkan kemudian menunjukkan tali temali yang nampak
sulit diuraikan tetapi yang dicerna dan bisa diuraikannya. Dan bila memang benar analisis Bi Hiong, dan nampaknya mereka semua cenderung sepakat dengan analisis Bi Hiong tersebut, maka benarlah bahwa sebuah badai dahsyat sedang terjadi di Tionggoan. Dan baik Bu Tong Pay maupun Siauw Lim Sie
sedang natre untuk diganggu kelompok rahasia tersebut.
"Nampaknya kita perlu bergerak lebih cepat" Tiba-tiba
Pengemis Tawa Gila menyela keheningan ketika semua orang sedang berpikir dan sedang larut dalam angan dan pemikiran yang biarpun berbeda tetapi dalam kepedulian yang sama.
"Benar, kita seperti mengikuti gendang yang ditabuh orang.
Kita seperti pontang panting kesana kemari dipermainkan orang dari balik kegelapan, kita perlu lebih bersiap diri" Kiang Hong bergumam.
"Hujin, apa saranmu saat ini" Ciu Sian yang sangat
mengagumi kecerdasan Bi Hiong bertanya. Bi Hiong berpikir sejenak pada saat semua mata mengarah kedirinya, dan
kemudian dengan tenang dia berkata:
"Kita menghadapi persoalan di banyak medan. Persoalan di Lembah Pualam hijau sudah ada yang ditugasi dan cukup bisa diandalkan. Kedua, masalah kedalam Kay Pang, nampaknya
sudah sedang ditangani oleh Kay Pangcu sendiri, semestinya sudah cukup memadai.
Tetapi, mesti ada yang menjelaskan kepada Pangcu atas
nama Bengcu bahwa persoalan tidak semudah melihat
keadaan Kay Pang sebagai persoalan Kay Pang semata.
Bahwa ada keterkaitannya dengan pergolakan Dunia
Persilatan secara keseluruhan. Maka, harus ada yang cukup sepuh dan terpandang untuk menyusul Kay Pangcu dan
rombongan untuk menjelaskan kondisi ini sekaligus sebagai tenaga bantuan cadangan.
Hal ini bisa diserahkan kepada Hu Pangcu entah Kho Tian Ceng atau Pengemis Tawa Gila. Tetapi, markas Kay Pang tidak boleh dibiarkan kosong dan tidak terjaga secukupnya. Karena itu, sebaiknya kekuatan utama Kay Pang tersisa dibawah Hu Pangcu melakukan persiapan. Selanjutnya, kami akan berjalan menuju Siauw Lim Sie, baik untuk membahas kondisi ini
sekaligus mengingatkan Siauw Lim Sie akan bahaya gangguan semacam ini, juga untuk membicarakan maksud Kiang Bengcu untuk menuju Lam Hay bertanya langsung kepada Ketua Lam Hay Bun.
Seharusnya kami akan juga menuju Bu Tong Pay, tetapi
nampaknya hal ini butuh waktu panjang, karena itu, bila diperkenankan, tugas ini diberikan kepada Ciu Sian Sin Kay, karena Ciangbunjin Bu Tong Pay juga masih rekan seangkatan Ciu Sian, sehingga penjelasan Ciu Sian juga akan mudah
dicerna Ciangbunjin Bu Tong Pay" Demikian Bi Hiong dengan sangat rinci menjelaskan usulannya.
"Hahahaha, tidak percuma lohu memujimu sangat
cemerlang. Usulanmu malah sangat teliti dan nampaknya
sudah kau hitung dengan sangat cermat dan detail sehingga menunjuk orang dengan sangat tepat dan cermat. Baiklah, lohu bersedia ke Bu Tong Pay mengemban tugas dari Bengcu, dan sebaiknya Pengemis Tawa Gila menuju ke utara Yang Ce memberitahu keadaan kepada Kay Pang Pangcu" Tegas
Pengemis Ciu Sian Sin Kay.
"Hiongcu, bagaimana dengan markas besar kita" Apabila
tinggal lohu ditambah dengan sembilan duta, apakah
memadai untuk menghempang serangan dari luar?" Kho Tian Ceng menyela khawatir. Bukan karena takut, tetapi betapapun dalam keadaan yang tidak menentu, membiarkan markas
pusat kosong seakan tidak terjaga, akan sangat berbahaya.
"Menilik keadaan genting bagi kita, baiklah untuk
sementara kuserahkan medali tanda kepercayaan suhu
kepadamu. Di Daerah Terlarang kita ada sebuah gua tempat Sai-cu Lo-Kay (Pengemis Tua Bermuka Singa) sute dihukum oleh suhu. Apabila sangat terpaksa, undang Sai Cu sute
dengan medali tersebut dan katakan bahwa ada perintah suhu melalui medali ini untuk menjaga markas besar.
Tapi ingat, jangan sekali-kali bertanya sebab Sai Cu Sute dihukum, karena akibatnya bisa sangat merugikan kalian dan juga jangan sebutkan kalau medali ini berasal dari lohu.
Katakan berasal dari suhu dan digunakan bila sangat
mendesak sesuai pesan suhu" Demikian Ciu Sian sambil
menyerahkan sebuah medali perak yang matanya berukiran
naga melingkar, sebuah tanda pengenal dari Kiong Siang Han.
"Dan sekarang, biarkan lohu pergi, sudah cukup lama
berdiskusi dengan Kiang Bengcu dan hujin, biarlah kita
bertemu lagi sebelum ke Lam Hay, lohu akan menemani kalian menemui si tua Ouwyang di Lautan Selatan" Selesai bicara Ciu Sian Sin Kay berjalan keluar diiringi tatapan bingung dari kedua hu-pangcu.
"Tapi Hiongcu, mengapa tidak menunggu kita bersantap
bersama?" Belum habis upaya Kho Tian Ceng menahan Ciu
Sian tubuhnya sudah berkelabat lenyap.
-0o~Marshall~DewiKZ~0o-
Episode 5: Teka-Teki di Siauw Lim Sie
(1) - Duta Agung di Siauw Lim Sie
Kuil Siauw Lim Sie dalam sejarahnya didirikan oleh seorang Pendeta Budha yang berasal dari India, seorang Pendeta Sakti yang kemudian dikenal dengan nama Tat Mo Couwsu. Pendeta Sakti inilah yang dipercaya sebagai pendiri Kuil Siauw Lim Sie di Gunung Siong San dan sudah memiliki sejarah yang sangat panjang dalam dunia persilatan.
Nama besarnyapun sudah mengangkasa, bahkan
mendahului menjulangnya nama Lembah Pualam Hijau dan Bu Tong Pay. Meskipun kejayaannya turun naik di dunia
persilatan, tergantung bakat dan pengembangan ilmu silat dari murid-muridnya, tetapi soal kedudukan kuil itu sendiri sudah merasuk kuat sebagai sebuah kuil Budha yang keramat.
Salah satu puncak keemasan Siauw Lim Pay adalah ketika
dipimpin oleh Pendeta Sakti Kian Ti Hosiang, salah satu Pendeta Sakti yang sanggup meyakini Ih Kin Keng secara
sempurna. Kesempurnaannya itulah yang kemudian membuat
Ilmu Berat Siauw Lim Pay lainnya seperti Tay Lo Kim Kong Ciang dan Tay Lo Kim Kong Sin Kiam, Ilmu Jari Kim Kong Ci, Ilmu Berat Budha lainnya yakni Selaksa Tangan Budha, bisa disempurnakannya.
Bahkan, meski hampir tidak diketahui banyak tokoh Siauw Lim, Kian Ti Hosiang juga mampu mengerahkan tenaga sakti menuruti Ilmu Sai Cu Ho Kang, yang sudah sarat kekuatan Batin saking sempurnanya Tenaga Dalamnya. Di puncak
kesempurnaannya, Sai Cu Ho Kang bisa digunakan untuk
menangkal dan bahkan menusuk langsung sasaran penyerang yang menggunakan Ilmu Hitam, terutama yang menggunakan
kekuatan suara untuk menyerang dan mengelabui.
Ke-4 tokoh gaib yang dianggap dewa dunia persilatan
tetapi sudah lenyap dewasa ini, tahu belaka kemampuan-
kemampuan gaib yang dimiliki Pendeta Sakti Siauw Lim ini.
Untuk diketahui, tidak semua Ketua Siauw Lim Sie mampu
meyakini dan mendalami Ih Kin Keng hingga ke puncak
kesempurnaan dan kematangannya, bahkan ada beberapa
yang tidak mampu meyakini ilmu tenaga sakti yang satu ini.
Padahal, kesempurnaan Ilmu Siauw Lim Sie dan bahkan
jamak dikenal Gudang Ilmu di Tionggoan, tergantung
penguasaan Tenaga Sakti yang dipupuk perlahan-lahan ini.
Salah satu keistimewaan Siauw Lim Sie adalah semakin
terkoleksinya kumpulan Ilmu Saktinya di Kamar Penyimpan Pusaka yang khusus dijaga oleh Hwesio Tingkat tinggi.
Kumpulan buku pusaka Siauw Lim Sie terus bertambah karena pendalaman Pendeta-Pendeta Sakti yang mampu menembus
kesempurnaan ilmu dari generasi ke generasi.
Karena itu, selain Ih Kin Keng yang mujijat, di
perpustakaan Siauw Lim Sie juga sudah ada buku-buku
pusaka lain yang memuat Ilmu semisal Lo Han Kun, Kim Kong Ci, Tay Lo Kim Kong Ciang dan sejumlah besar Ilmu Rahasia Siauw Lim Sie lainnya. Bahkan paling akhir, gubahan praktis mempelajari Tay Lo Kim Kong Sin Kiam sudah ditulis dan
disumbangkan oleh Kian Ti Hosiang kira-kira 40 tahun
sebelumnya. Perpustakaan Siauw Lim Sie memang terbagi atas buku-
buku keagamaan, buku sejarah, buku pengobatan dan kitab Ilmu Silat yang tentu banyak diidam-idamkan kaum persilatan.
Hanya saja, dari generasi ke genarasi, penjaga kamar
penyimpan pusaka pastilah seorang Pendeta Sakti yang sudah sepuh di kuil tersebut.
Dan dengan adanya penjaga yang demikian sakti, maka
ciut jugalah nyali banyak orang untuk menyatroni ataupun menyusup ke kuil untuk mencuri buku silat tersebut.
Pada generasi cerita ini, penjaga ruang penyimpan kitab adalah dari generasi Thian, masih satu generasi di atas angkatan Kong yang dewasa ini menjadi generasi Ketua Siuaw Lim Sie. Bahkan penjaga Ruang Kitab masih terhitung Susiok (Paman Guru) dari Ketua Siauw Lim Sie yang menjabat saat ini.
Pendeta Sakti penjaga kitab saat ini bernama Thian Ki
Hwesio yang merupakan adik seperguruan dari Thian Ho
Hwesio guru dari Kong Hian Hwesio yang muncul menolong
Pangeran Liong pada awal cerita ini dan sutenya Kong Sian Hwesio yang sekarang menjabat Ciangbunjin Siauw Lim Sie.
Hwesio Pengembara Kong Hian Hwesio merupakan salah
satu Pendeta terkenal yang dimiliki oleh Siauw Lim Sie karena gemar bertualang dan membaktikan ilmunya baik agama
maupun ilmu silat. Namanya ikut mengharumkan kebesaran
Kuil Siauw Lim Sie karena perbuatan-perbuatannya yang mulia dalam enolong banyak sesamanya. Meskipun berkali-kali Kong Sian Hwesio memanggilnya membantu di kuil, tetapi Kong
Hian Hwesio lebih tertarik untuk berkelana.
Selain tempat penyimpan pusaka, Siauw Lim Sie juga
memiliki ruangan rahasia lainnya yang terpisah dari kuil, tetapi berada di belakang gunung, dan hanya mungkin dicapai


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan melewati Kuil Siauw Lim Sie. Tempat ini adalah tempat terlarang bahkan bagi para murid Siauw Lim Sie dan biasanya hanya Ketua Kuil yang memiliki wewenang, itupun bila dengan sangat terpaksa, untuk memasuki tempat terlarang tersebut.
Dan dalam 30 tahun terakhir, bahkan Ketua Siuaw Lim Sie tidak pernah menginjak tempat terlarang ini. Disinilah terdapat 2 ruangan terpisah yang tidak terhubungkan kecuali melalui mulut ruang terlarang. Ruangan-ruangan sebelah kiri adalah ruang penyesalan yang merupakan tempat menyiksa diri
ataupun tempat menyesali diri dan diperuntukkan bagi para tokoh besar Siauw Lim Sie yang dihukum karena melakukan pelanggaran.
Dewasa ini, bahkan Ketua Siauw Lim Sie tidak tahu apakah ada penghuninya atau tidak, karena dijamannya hampir tidak ada petinggi Siauw Lim Sie yang melakukan pelanggaran
serius. Tapi entah kalau generasi sebelumnya. Sementara ruangan lainnya adalah ruangan menyepi atau ruangan
menyucikan diri bagi tokoh besar Siauw Lim Sie yang telah memilih untuk mengasingkan diri.
Ruangan-ruangan ini biasanya tembus ke tebing tak
berdasar di belakang gunung Siong San dan karenanya
mustahil untuk memasuki dunia ramai jika melalui tebing nan tinggi tersebut. Di salah satu ruangan ini, seingat Kong Sian Hwesio tinggal dan mengasingkan diri beberapa tetua dan sesepuh Siauw Lim Sie, diantaranya adalah Generasi Ketua Siauw Lim Sie di atas Kong Sian Hwesio yakni Thian Kok
Hwesio dan 2 orang lainnya dari generasi Thian yang salah satunya adalah murid Kian Ti Hosiang yang tidak pernah
bersentuhan dengan dunia luar.
Murid tersebut adalah keturunan keluarga Kiang di lembah pualam hijau yang sejak menjadi pendeta memilih untuk
menyucikan diri di ruangan terlarang tersebut mengikuti Kian Ti Hosiang, dan sampai puluhan tahun tidak pernah ada yang melihatnya keluar dari ruangan tersebut.
Bahkan Ketua Siauw Lim Sie dewasa ini tidak tahu dan
tidak lagi pernah bertemu Kian Ti Hosiang sejak Pendeta Sakti tersebut mengasingkan diri di ruangan terlarang tersebut, seperti juga tidak lagi pernah mendengar dan bersua dengan kedua sesepuh lain dari generasi Thian kecuali Thian Kok Hwesio.
Siang itu gunung Siong San sedang cerah-cerahnya,
pemandangan alamnyapun sedang dalam waktu yang tepat
untuk menikmati keindahannya. Barisan pohon yang menjaga kerindangan dan kesenyapan sekitar Kuil Siauw Lim Sie
nampak kokoh ditempatnya dan menghasilkan semilir angin yang meniup kearah kuil.
Kuil Siauw Lim Sie sendiri nampak berdiri kokoh dan kuat di Gunung Siong San, dan tangganya yang meliuk-liuk mulai dari tatakan tangga terbawah, hingga memasuki pertengahan yang sudah dipasangi pegangan dan pagar karena semakin curam, menghasilkan pemandangan bagaikan ular meliuk melingkari bumi dari bawah. Di beberapa tempat nampak beberapa
bhiksu yang menjadi penjaga jalan masuk berada di postnya masing-masing, tetapi di beberapa tempat, meski kelihatan lengang, meskipun sebetulnya juga dijaga oleh Pendeta Siuaw Lim dari tingkatan yang lebih tinggi.
Semakin ke atas, semakin kuat penjagaannya tetapi
semakin tidak kelihatan penjaganya karena semakin tinggi ilmu dan tingkatan pendeta Siauw Lim yang menjaganya.
Demikian seterusnya sampai ke pintu masuk kuil Siauw Lim Sie, berjejer penjagaan dari murid terbawah sampai ketingkat yang lebih tinggi.
Udara yang cerah dan kebisuan yang melenakan itu tiba-
tiba dipecahkan oleh bunyi genta dari Puncak Gunung, tepat dari Kuil Siauw Lim Sie. Genta dipukul 2 kali dan diselingi jedah beberapa detik untuk kemudian terdengar lagi dengan nada dan ketukan yang sama 2 kali. Apabila genta dibunyikan dengan nada dan irama yang demikian, itu adalah pertanda bahwa Siauw Lim Sie sedang kedatangan tamu terhormat.
Menjadi tradisi bagi Siauw Lim Sie, apabila kedatangan
tamu kehormatan atau tamu terhormat, maka Ciangbunjin
sendiri yang harus menyambut di pintu masuk utama kuil.
Tetapi pada saat itu Ketua Siauw Lim Sie sedang bersemadhi dan menutup diri, dan oleh karena itu yang menyambut
kedepan adalah wakil ciangbunjin Kong Him Hwesio, sute
Kong Sian Hwesio sendiri.
Kong Him Hwesio menyambut tamu tersebut bersama
beberapa sesepuh dari Siauw Lim Sie, 3 orang Pendeta Tua dari angkatan Kong, serta beberapa murid utama dari
angkatan di bawah angkatan Kong yakni murid angkatan
"Pek", yang bila tradisi berjalan normal akan mewarisi
kedudukan Ketua Siauw Lim Sie nantinya. Mereka nampak
bergegas menyambut tamu tersebut di pintu masuk kuil untuk selanjutnya dipersilahkan memasuki kuil utama.
"Omitohud, Siauw Lim Sie sungguh beruntung menerima
kedatangan Kiang Bengcu. Mari, mari Kiang Bengcu, maafkan Kong Sian Ciangbunjin suheng yang sedang menutup diri dan maaf pinto yang kemudian menyambut Kiang Bengcu dan
rombongan" Kong Him Hwesio menyambut dengan suara
lembut diikuti rombongan penyambut tamu mereka.
Meskipun hanya sebagai wakil Ciangbunjin, tetapi kong Him Hwesio nampak sangat berwibawa, karena sudah terbiasa
dengan tugasnya untuk menggantikan Ciangbunjin Suhengnya ketika berhalangan.
"Sungguh merepotkan Siauw Lim Sie yang sedang
menikmati ketenangan yang menyatu dengan keindahan alam Siong San" Kiang Hong membalas penghormatan Kong Sim
Hwesio bersama-sama dengan Istrinya Bi Hiong, Duta Dalam Lembah Pualam Hijau dan salah seorang Duta Hukum Lembah Pualam Hijau yang ikut bersamanya.
"Sudah lama Siauw Lim tidak menerima kunjungan Bengcu
dari Lembah Pualam Hijau, jika hari ini kebetulan Bengcu bertamu, bukankah sungguh menjadi hari yang gembira bagi Siauw Lim?" Kong Him Hwesio pandai berbasa-basi, tetapi selebihnya memang benar.
Bahkan sebelum Kiang Hong menjadi Bengcu dan Duta
Agung Lembah, Kiang Cun Le sendiri sudah lebih dari 5 tahun tidak datang mengunjungi Siauw Lim Sie secara resmi. Karena itu, terhitung sudah lebih 10 tahun dan sudah cukup lama Siauw Lim Sie tidak menerima kunjungan dari Lembah Pualam Hijau, tepatnya tidak menerima kunjungan Bengcu dari
Lembah Pualam Hijau.
"Mari Kiang Bengcu, kita sebaiknya melanjutkan
percakapan di dalam" Undang Kong Him Hwesio yang
kemudian mengarahkan rombongan tamu untuk memasuki
ruangan penerima tamu Siauw Lim Sie.
"Mari" Kiang Hong juga beranjak memenuhi ajakan dan
undangan tuan rumah dan bersama Duta Dalam dan Duta
Hukum Lembah Pualam Hijau memasuki Kuil Siauw Lim Sie.
Kuil Siauw Lim Sie sendiri sudah banyak mengalami
penyesuaian, meskipun bagian dalam kuil masih tetap
terlarang bagi wanita. Tetapi untuk mengatasi kerumitan tersebut, Siauw Lim Sie sudah membangun Ruang Pertemuan lain yang terpisah dari bagian utama yang tetap terlarang bagi wanita.
Bi Hiongpun sudah sangat maklum atas aturan ini, dan
karena mengenal aturan ini serta menghormati Siauw Lim, maka Bi Hiong menurut saja. Dan seperti dugaannya, ke
ruangan pertemuan itulah mereka diajak masuk bersama
dengan Kong Him Hwesio dan 3 sesepuh lainnya dari
angkatan Kong yang mendampingi Kong Him Hwesio, yakni
masing-masing Kong Tim Hwesio, Kong Si Hwesio dan Kong Ci Hwesio.
Ruangan pertemuan yang dibangun untuk menyesuaikan
dengan keadaan rimba persilatan yang terus berubah,
dibangun berdekatan dengan ruangan untuk menginap bagi
para tamu, termasuk ruangan khusus bagi tamu kehormatan.
Dan ruangan tamu inipun, dibangun tidak berbeda dengan
ruangan tamu lainnya, yang dulunya sering digunakan untuk menyambut tamu-tamu Siauw Lim Sie.
"Kiang Bengcu, atas nama Ciangbunjin pinto mohon maaf
karena Ciangbunjin masih menutup diri, dan sesuai pesannya masih 2 ada hari lagi waktu yang dibutuhkan beliau untuk kemudian menyelesaikan samadinya" Demikian Kong Him
Hwesio memulai percakapan. Dan memang akhir-akhir ini,
Ciangbunjin Siauw Lim Sie lebih banyak menutup diri
bersamadhi dan lebih banyak menyerahkan urusan-urusan kuil kepada sutenya, sekaligus wakil Ciangbunjin Kong Him Hwesio ini.
"Ah tidak mengapa Losuhu, kami bisa menunggu.
Sebagaimana losuhu ketahui, rimba persilatan sudah semakin bergolak, dan karena itu siauwte datang memberanikan diri berkunjung kepada Kong Sian Hwesio untuk mohon petunjuk dan berunding soal bagaimana menanganinya. Nampaknya
Lembah Pualam Hijau tidak mungkin sendirian menanganinya"
Jawab Kiang Hong.
"Ah, ya, pinto sudah mendengarnya. Bila menilik keseriusan Kiang Bengcu, nampaknya persoalan ini menjadi semakin
serius" Kong Him Hwesio menarik nafas panjang, karena
betapapun dari jaringan murid Siauw Lim Sie, Jong Him
Hwesio sudah mendengar kejadian-kejadian terakhir yang
sangat merisaukan dan sangat mengganggu itu.
"Benar losuhu, Kun Lun Pay sudah menjadi korban, dan
beruntung kami masih sempat memberi bantuan pada saat
terakhir. Tetapi, korban puluhan anak murid Kun Lun Pay tidak terhindarkan. Go Bie Pay malah lebih buruk lagi, hampir semua tokoh utamanya terbinasakan, dan hanya ada
beberapa orang dari mereka yang sempat menyelamatkan diri, dan ada puluhan murid yang turun dari gunung melarikan diri"
Jelas Kiang Hong
"Jika demikian, masalahnya memang sudah sangat serius.
Adakah Kiang Bengcu sudah menemukan titik terang dari
persoalan ini?" Tanya Kong Him Hwesio yang menampakkan
roman yang semakin prihatin atas keadaan dunia persilatan Tionggoan.
Kiang Hong melirik istrinya untuk memberi penjelasan lebih jauh terhadap masalah dunia persilatan, dan memang dalam menjelaskan dan menganalisis keadaan, Bi Hiong adalah
ahlinya: "Losuhu, rangkaian kejadian yang kita alami demikian aneh dan banyak sisinya yang sangat mencurigakan. Baik kejadian penyusupan di Lembah Pualam Hijau, penyerangan ke Kun
Lun Pay, hilangnya dan terbunuhnya banyak pesilat
Tionggoan, perpecahan di Kay Pang, maupun kejadian
lainnya, nampak seperti rentetan berurutan yang tidak teratur.
Tetapi, bila diteliti lebih jauh, mulai dari dasar silat perusuh, symbol Lam Hay Bun yang digunakan, memecah Kay Pang,
menyerang Lembah Pualam Hijau, menjadi sangat mungkin
bahwa semuanya bukan kejadian yang masing-masing yang
berdiri sendiri. Jauh lebih mungkin semuanya diatur dengan siasat jangka panjang yang sangat lihay. Karena itu, sebelum bertemu Ciangbunjin Siauw Lim Sie, kamipun ingin
mengingatkan Siauw Lim Sie untuk agak berhati-hati, sebab bila perhitungan kami tidak keliru, Siauw Lim Sie juga bakal mengalami gangguan, juga termasuk Bu Tong Pay. Bukan
untuk merusak dan menyerbu Siauw Lim Sie, karena mereka nampaknya masih cukup tahu diri untuk berlaku demikian, tetapi untuk menenggelamkan pamor Lembah Pualam Hijau,
Siauw Lim Sie, Kay Pang dan Bu Tong Pay" jelas Bi Hiong.
"Apa maksud mereka jika demikian?" Kong Him Hwesio
bertanya lagi dan menjadi semakin tertarik.
"Mudah ditebak. Untuk memerosotkan semangat
perjuangan pendekar Tionggoan adalah dengan merusak
repuitasi 4 tempat utama yang selama ini dianggap tulang punggung dunia persilatan. Dan apabila 4 tempat itu bisa diganggu, diserang dan dicederai, maka semangat kaum
persilatan Tionggoan akan banyak merosot" jawab Bi Hiong singkat dan tegas. Hal yang membuat Kong Him Hwesio jadi mengangguk-angguk mengerti.
"Masuk akal, dan sangat mungkin demikian. Pinto tidak bisa menarik keputusan dalam hal ini, sangat baik bila Kiang Bengcu dan rombongan menanti di Siauw Lim Sie sampai
Ciangbunjin Suheng menyelesaikan semedinya dan kita
membahas lebih cermat langkah-langkah kedepan yang perlu kita ambil dan kerjakan" Saran Kong Him Hwesio.
"Baiklah, kita tetapkan demikian Losuhu. Kebetulan,
kamipun agak penat mengejar ke Siauw Lim Sie dari Kay
Pang" Sambut Kiang Hong atas tawaran tersebut yang berarti mereka harus menunggu waktu lebih 2 hari lagi di Siauw Lim Sie.
Kong Him Hwesio mengatur ketiga tamunya menginap di
sebelah selatan ruangan utama yang memang menjadi tempat menginap tamu utama Siauw Lim Sie dengan menempatkan 2
orang pendeta muda untuk melayani kebutuhan tamu-
tamunya tersebut.
Sementara Kiang Hong dan Bi Hiong sendiri lebih
memanfaatkan waktu luang mereka untuk memperdalam
ilmunya masing-masing. Terlebih karena suasana yang tenang dan sepi di Siauw Lim Sie memang sangat menunjang
pemusatan pikiran mereka. Kiang Hong sebagaimana
disarankan ayahnya Kiang Cun Le diharuskan banyak
memperdalam dan meningkatkan tenaga murninya guna
meningkatkan kemampuannya dalam penggunaan semua ilmu
keluarganya, termasuk yang terbaru Khong in loh Thian.
Kiang Hong juga mencoba untuk memetik banyak
keuntungan dari pertarungannya dengan Ciu Sian Sin Kay, terutama dalam upaya mencari cela memancing lawan
menyerang dan melepaskan Khong in loh Thian. Selain juga dia berupaya untuk memperdalamn jurus "Dewa Menunjukkan Jalan", yang menurutnya masih harus terus diperdalam karena belum sepenuhnya dipahaminya. Selebihnya Koang Hong
melakukan siulian (Samadhi) untuk memperkuat tenaga
iweekangnya. (2) - Pencurian
Sementara itu, kerja lebih keras dilakukan oleh Bi Hiong. Di Laut Timur, dia memperoleh banyak sekali kemajuan setelah ditempa dengan sangat serius oleh adik dari mertuanya yang menjadi Pertapa Wanita Sakti di Timur. Ilmu ginkang Te Hun Thian boleh dikata merupakan ilmu yang paling mudah
dimanfaatkannya, karena berupa ilmu peringan tubuh yang rahasianya dibuka seluasnya oleh wanita sakti dari timur tersebut.
Sementara Hue Hong Bu Liu Kiam, meskipun baru tetapi
banyak kemiripan dengan Toa Hong Kiamsut yang sudah
dikuasainya dan juga senafas dengan kelemasan yang
dilatihnya sejak kecil di Bu Tong Pay. Karena itu, dengan ilmu ini Bi Hiong juga tidak mengalami banyak kesulitan dalam menguasai dan mengembangkannya, meskipun setiap
mencobanya, terutama ketika melatihnya dengan Ciu Sian di Kay Pang, bukan sedikit perkembangan baru yang dilihatnya dan kemudian diperdalamnya di Siauw Lim Sie.
Dan yang paling berat untuk dilakukannya adalah Hun-
kong-ciok-eng (atau menembus sinar menangkap
bayangan), sebuah ilmu yang sarat kekuatan batin dan harus dilakukan dengan tingkat kematangan Iweekang yang cukup.
Ilmu ini tidak akan menunjukkan perbawa berarti tanpa
dilambari kekuatan iweekang dan kekuatan batin yang
memadai. Untungnya, Bi Hiong sendiri sudah pernah
menggembleng dirinya di pembaringan Giok Hijau di Lembah Pualam Hijau selama 3 tahun terakhir menjadi istri Kiang Hong. Dan meskipun belum sematang Kiang Hong, tetapi
tenaga Giok Ceng yang berbasis "Im" dan "lemas" yang mirip Bu Tong Sin Kang yang dihimpun dengan alrus hawa Liang Gie Sim Hwat membuatnya tidak kesulitan dalam memperdalam
dan meningkatkan iweekangnya di Lembah Puakam Hijau.
lmunya yang terakhir dari Pertapa Wanita Sakti dari Timur tersebut memadukan kekuatan batin, kekuatan iweekang dan ginkang Te hun Thian, untuk menerobos dan menembus
langsung sumber serangan, baik serangan Ilmu Silat maupun ilmu Sihir. Pendeta Wanita dari timurpun mewanti-wanti Bi Hiong untuk terus menyempurnakan ilmu ini dan tidak
sembarangan mempergunakannya.
"Perbawanya kuperhitungkan tidak berada di bawah Khong
in loh Thian, dan terpaksa kuwariskan kepadamu karena
persoalan yang akan kalian hadapi" demikian pesan Liong-i-Sinni kepadanya. Karena itu, Bi Hiong mencurahkan banyak perhatiannya akhir-akhir ini untuk memperdalam ilmu
tersebut. Dan sangat kebetulan, mereka memperoleh waktu 2 hari
yang cukup luang untuk dimanfaatkan mematangkan dan
mengendapkan ilmu-ilmu tersebut.
Demikianlah, kedua suami istri sakti tersebut terus
menggembleng diri dengan ilmu masing-masing selama 2 hari di Siauw Lim Sie. Untuk sementara mereka melupakan
suasana Siauw Lim Sie, juga tidak tertarik untuk menikmati keindahan alam Siong San, tetapi terus tenggelam dalam
pendalaman ilmu masing-masing.
Terlebih, karena mereka merencanakan untuk mengunjungi
Lam Hay Bun, sesuatu yang bahkan belum pernah dilakukan oleh pendahulu mereka, bahkan oleh Kiang Cun Le sekalipun.
Karena keseriusan mereka, tidak sedikit kemajuan yang
diperoleh mereka masing-masing, terutama karena keduanya sudah sempat mencoba ilmu baru mereka menghadapi
seorang sakti seperti Ciu Sian Sin Kay.
Diam-diam keduanya berterima kasih kepada Ciu Sian Sin
Kay, karena menghadapi Hang Liong Sip Pat Ciang, Tah Kau Pang Hoat, Ciu Sian Cap Pik Ciang, sungguh pengalaman luar biasa yang membuka cakrawala baru Ilmu Silat mereka
berdua. Dari pertarungan tersebut mereka memperoleh
banyak gambaran mengenai kelemahan mereka dan mampu
melihat cela dari kematangan ilmu masing-masing.
Karena itu mereka sadar, bahwa bukan tanpa maksud Ciu
Sian Sin Kay yang demikian sakti "memaksa" mereka berlatih dan bertanding. Meskipun cara yang dilakukannya terkesan sangat aneh dan terkesan memaksa, tetapi pada akhirnya
mereka melihat ketajaman mata Ciu Sian Sin Kay.
Siauw Lim Sie sendiri larut dalam aktifitas sehari-hari mereka dan nyaris tiada sesuatu yang penting terjadi dalam 2
hari terakhir. Kong Sian Hwesio masih bersemadi dan akan menyelesaikannya baru besok pagi, Kong Him Hwesio
menjalankan tugas sebagai pelaksana Ciangbunjin dan
menangani tugas-tugas sehari-hari.
Baik menyapa Kiang Hong dan Bi Hiong, maupun tugas-
tugas peribadatan lainnya, selain meninjau latihan ilmu silat murid-muridnya dan tugas-tugas lain di kuil. Semuanya
berjalan lancar dan seperti biasanya sampai malam kedua, dan nampaknya tidak ada orang yang menyadari bahwa
sesuatu yang hebat akan terjadi di Siauw Lim Sie, di depan hidung Kiang Bengcu dan yang ikut mempengaruhi kejadian di dunia persilatan kelak.
Bahkan kejadian tersebut meninggalkan tanda-tanya yang
sulit dipecahkan, bahkanpun oleh Kiang Bengcu dan istrinya yang sangat cerdas itu. Karena kejadian itu, justru seperti membuat mereka "serba salah"
Malam itu, malam terakhir Kong Sian Hwesio, Ciangbunjin Siauw Lim Sie menutup diri, sudah beberapa waktu lepas dari tengah malam. Tetapi telinga tajam Kiang Hong dan Bi Hiong sayup-sayup mendengar suara-suara yang tidak biasanya.
Agak ramai dan seperti sedang terjadi sesuatu yang tidak lazim terjadi di Kuil Siauw Lim Sie, gudangnya Ilmu Silat Tionggoan.
Tetapi, karena berada di Kuil Siauw Lim Sie, serta
menghormati tuan rumah, maka keduanya hanya saling
memandang, karena keduanya sebetulnya sedang dipuncak
pengerahan ilmu masing-masing. Tetapi ketika mendengar
genta dibunyikan bertalu-talu sebagai tanda ada kejadian luar biasa, dan bahkan diikuti dengan teriakan-teriakan beberapa Pendeta, Kiang Hong dan Bi Hiong dengan cepat mencelat
keluar kamar, dan hanya sepersekian detik, Duta Hukum juga sudah berdiri disamping mereka berdua. Mereka segera sadar, sesuatu yang luar biasa pasti sedang terjadi di Siauw Lim Sie.
Menyadari keadaan tersebut, dengan cepat Kiang Hong
mengambil keputusan dan mengeluarkan perintah:
"Duta dalam, segera lakukan penyisiran di luar kuil, Duta Hukum dampingi Duta dalam, aku akan memasuki ruangan
dalam Siauw Lim Sie. Cepat bertindak" Secepat mengeluarkan perintah, secepat itu pula Kiang Hong bertindak memasuki Kuil Siauw Lim Sie yang nampak sedang sibuk.
Sangat tepat, karena dia memperhitungkan Bi Hiong tidak mungkin memasuki ruangan dalam tanpa ijin, karena itu dia memerintahkan untuk memeriksa bahagian luar dari bangunan Kuil. Dan Bi Hiongpun bersama Duta Hukum dengan cepat
melesat keluar kuil untuk melakukan penyelidikan dan
penyisiran dari luar, sebab Kiang Hong memperhitungkan
penyusupan dari luar.
Bi Hiong dengan cepat menangkap perintah suaminya
sebagai Duta Agung Lembah yang sedang bertugas sebagai
Bengcu dan karena itu akalnya yang panjang segera
menuntunnya kearah yang mungkin sebagai tempat larinya
seorang penyusup. Jikapun benar ada penyusup dalam kuil Siauw Lim Sie.
Sementara itu Kiang Hong dengan cepat memasuki
ruangan dalam dan mengikuti arus para pendeta yang
berlarian, dia segera tiba di tempat kejadian yang ternyata adalah Ruang Penyimpan Kitab. Di sana sudah berkumpul para tetua Siauw Lim Sie, bahkan pelaksana Ketua Siauw Lim Sie, Kong Him Hwesio sudah juga berada disana dan sedang
mendekati tubuh Thian Ki Hwesio yang nampaknya terluka.
Sekali pandang, meski dari jarak yang cukup jauh, Kiang Hong menyadari bahwa luka Thian Ki Hwesio nampaknya agak parah, tetapi ketika melihat raut wajah Thian Ki Hwesio, Kiang Hong menjadi sangat tercekat. Nampaknya Thian Ki Hwesio seperti tergetar luka oleh sinkang khas keluarganya, nampak dari seri wajah Hwesio itu yang bersemu kehijauan.
Saking kagetnya, Kiang Hong ikut meloncat mendekati
Thian Ki Hwesio dan berdiri disamping Kong Him Hwesio yang sedang meneliti keadaan Thian Ki Hwesio. Kong Him hanya memandang sekilas kepadanya dan beberapa saat kemudian
sambil menarik nafas panjang dia memandang Kiang Hong
yang juga menjadi tegang karena keadaan yang sangat ganjil ini.
Bagaimana mungkin Hwesio sakti ini bisa terluka di tangan Giok Ceng Sinkang" Dan lebih terkejut lagi, ketika memeriksa keadaan Thian Ki Hwesio, dia sadar Hwesio ini nampaknya tergetar tanpa persiapan menangkis dengan hawa murni yang memadai.
"Kiang Bengcu, sebaiknya Kiang Bengcu melakukan
pemeriksaan sendiri lebih dalam atas luka Susiok Thian Ki Hwesio" ujar Kong Him Hwesio dengan wajah murung, sangat murung malah.
"Tidak perlu Losuhu, sekali lihat saja bisa dipastikan Thian Ki Suhu tergetar luka oleh sebuah pukulan Giok Ceng Sinkang, dan bila tidak salah maka jika tidak didada sebelah kiri, maka pinggang sebelah kirinya pasti terdapat sebuah bekas
pukulan" Desis Kiang Hong.
"Tepat sekali Kiang Bengcu, dada sebelah kiri terpukul oleh pukulan sakti dari Lembah Pualam Hijau, sungguh aneh
karena bersamaan dengan kedatangan Bengcu" Keluh Kong
Him Hwesio ragu. Kiang Hong maklum dengan keadaan yang
ganjil ini, terlalu ganjil malah, dan justru karena itu sambil menarik nafas panjang dan dengan wajah kebingungan dia
berujar: "Losuhu, sudah dua hari ini kami bertiga mengurung diri di kamar sambil bersiaga. Duta Dalam, Bi Hiong sudah
ditugaskan untuk menyisir bagian luar kuil bersama duta hukum, sungguh akupun bingung dengan keadaan ini" Desis Kiang Hong.
"Suhu, hanya sebuah kitab pusaka yang sempat tercuri,
nampaknya Tay Lo Kim Kong Sin Kiam yang ditulis sucouw
telah lenyap dibawa orang" Seorang pendeta yang biasa
bertugas membantu Thian Ki Hwesio tiba-tiba memberi
laporan setelah keluar dari ruangan penyimpan kitab.
"Apakah sudah bisa dipastikan hanya kitab rahasia itu yang diambil" bertanya Kong Him Hwesio
"Sudah suhu, hanya kitab itu yang lenyap. Bahkan dalam
ruangan tidak ada tanda-tanda membuka secara paksa
ataupun jejak kaki orang. Pencurinya seperti hafal betul akan ruangan penyimpan kitab, dan dia tidak sedikitpun
meninggalkan jejak maupun tanda yang mengarah
kepadanya. "Ya sudahlah, biar kita menunggu Susiok Thian Ki sembuh untuk mendengarkan kejadiannya" timpal Kong him Hwesio.
Belum lagi tubuh Thian Ki yang terluka digotong masuk
keruangan dalam, dan belum lagi Kiang Hong bereaksi untuk membantu menyembuhkan Hwesio itu, tiba-tiba sebuah suara kembali berseru sambil kemudian menyampaikan laporan:
"Susiok" salah seorang keponakan Kong Him nampaknya


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang memberi laporan sambil ditemani Duta Hukum Lembah
Pualam Hijau dan memondong tubuh seorang pendeta lainnya
"Duta Dalam dan Duta Hukum Lembah pualam hijau
bersama tecu menemukan Pek Khun Suheng di pintu luar
bagian tenggara" Demikian lapor seorang murid dari angkatan Pek lainnya yang kebetulan bertugas meronda di bagian
tenggara pada malam itu.
"Coba letakkan di lantai, dan apakah sudah diperiksa
keadaannya?" Tanya Kong Him Hwesio
"Duta Dalam sudah memeriksanya dan nampaknya
menurutnya sangat mencurigakan. Karena itu Duta Dalam
melanjutkan usaha pemeriksaan dan mengutus tecu bersama Duta Hukum untuk memberi laporan. Menurut Kiang Hujin,
Duta Dalam, Kong Him Susiok dan Kiang Bengcu akan bisa
membicarakan keadaan dari Pek Khun Suheng" Demikian
laporan dari Pek Bin Hwesio.
"Duta Hukum, apa yang kalian temukan" Tegur Kiang Hong
"Sungguh aneh Bengcu, pendeta ini tertotok dengan
totokan khas Ilmu Tiam Hoat Pualam Hijau" Desis Duta
Hukum masih kaget dan kebingungan menghadapi kenyataan
yang sangat tak terduga ini.
"Sudah kuduga" Kiang Hong juga berdesis dan maklum
mengapa istrinya mengirim tubuh Pek Khun Hwesio kedalam tanpa menyentuhnya sama sekali. Ketelitian istrinya sungguh mengagumkan.
"Kiang Bengcu, bisakah totokan muridku dibuka sekarang?"
Kong Him Hwesio menatap Kiang Hong sambil bertanya dan
meminta. "Tentu Losuhu" Kiang Hong menghampiri tubuh Pek Khun
Hwesio dan menepuk beberapa kali di jalan bagian tengkuk dan pinggang, dan dengan segera tubuh Pek Khun memberi
reaksi. Tidak seberapa lama, Pek Khun Hwesio sadar dan
dengan bingung memandang sekelilingnya, dan ketika melihat berkeliling dan menyadari kehadiran Kong Him Hwesio
dihadapannya dengan segera dia memberi hormat dan
bertanya: "Suhu, ada apa gerangan, apa yang terjadi denganku?"
Gumamnya kebingungan, seperti tidak mengerti mengapa dia berada di tengah kerumunan orang banyak.
"Pek Khun, hanya engkau seseorang nampaknya yang bisa
menceritakan apa yang terjadi selain Thian Ki Supek yang terluka berat oleh sebuah ilmu pukulan" Sahut Kong Him
Hwesio. "Maksud suhu?" Pek Khun tetap bingung.
"Kuil kita baru saja kehilangan sebuah pusaka peninggalan sesepuh kita. Di luar kamar penyimpan pusaka, Susiok Thian Ki ditemukan terluka parah, dan terakhir Duta Dalam Pualam Hijau menemukanmu di luar dalam keadaan tertotok pula.
Nah, apakah engkau bisa menceritakan apa yang terjadi atas dirimu?"
"Losuhu, bisakah kita menunda percakapan ini sebentar?"
Suhu Thian Ki membutuhkan pertolongan segera. Jauh lebih baik kita menyembuhkan suhu Thian Ki untuk kemudian
bertanya kepadanya dan juga kepada suhu Pek Khun" Saran Kiang Hong.
Dan Kong Him Hwesio tiba-tiba sadar bahwa Thian Ki
Hwesio sedang terluka dan butuh penanganan secepatnya
untuk tidak kehilangan jejak dan ketika. Karena itu dia segera menyetujui saran Kiang Hong dan memerintahkan anak
muridnya untuk menggotong tubuh Thian Ki Hwesio yang
terluka ke sebuah kamar perawatan, dan bergegas dengan
Kiang Hong mereka menyusul ke kamar tersebut.
"Silahkan Kiang Bengcu, nampaknya pengobatan atas luka
dalam susiok akan mengandalkan tenaga Kiang Bengcu"
Demikian Kong Him Hwesio mempersilahkan Kiang Hong.
"Mari suhu" demikian, kemudian keduanya ikut menyusul
untuk memasuki ruangan perawatan. Sementara hari sudah
menjelang subuh, bahkan sinar di timur mulai merekah, tanda sebentar lagi matahari akan terbit.
Kiang Hong kemudian berinisiatif untuk kembali mendekati tubuh Thian Ki Hwesio yang telah diberi sebuah pil penguat badan yang berguna dan bermafaat bagi pengobatan luka
dalam dari Siauw Lim Sie. Beberapa saat kemudian Kiang
Hong berkata kepada Kong Him Hwesio,
"Jika tidak keberatan, biarkan siauwte untuk melakukan
pengobatan yang cepat bagi Thian Ki suhu. Tetapi pengobatan ini bakal menyita waktu dan tenaga, jika boleh selain suhu Kong Him, mungkin yang lain boleh melanjutkan tugasnya.
Duta Hukum, tolong ikut membantu menjaga di luar kamar
ini" Demikian Kiang Hong.
Dan Kong Him Hwesio mengerti, bahwa memang
dibutuhkan keleluasaan guna menunjang konsentrasi dan
penyaluran tenaga yang akan dilakukan Kiang Hong untuk
mengobati luka Thian Ki Hwesio. Karena itu, dia segera
mengeluarkan perintah bagi pendeta lainnya untuk berada di luar kamar dan melanjutkan pekerjaan masing-masing karena hari sudah semakin terang. Setelah semuanya bergerak
keluar, Kong Him Hwesio kemudian mempersilahkan Kiang
Hong untuk memulai pengobatannya.
"Silahkan Kiang bengcu, pinto juga tidak akan berdiam
lama disini karena harus menyambut Ciangbunjin Suheng dari semadinya" Berkata Kong Him Hwesio.
"Baik suhu" Kiang Hong kemudian mendekati tubuh Thian
Ki dan melancarkan beberapa totokan di tubuhnya untuk
memperlancar jalan darah dan menyumbat pendarahan
diseputar jantung. Beberapa saat kemudian dia meminta
bantuan Kong Him Hwesio untuk menegakkan duduk Thian Ki yang masih lemas dan belum sadarkan diri.
Dan dari belakang kemudian Kiang Hong memulai
penyaluran Tenaga Dalam jenis Im dari Giok Ceng Sin Kang untuk melancarkan pernafasan Thian Ki Hwesio dan kemudian memperkuat Sinkang Thian Ki guna menerima pengobatan
melalui penyaluran Tenaga Dalam Giok Ceng. Untungnya,
selama ini Kiang Hong tidak melalaikan latihan sinkang Giok Cengnya, sehingga dia memiliki kesanggupan untuk
mengobati Thian Ki Hwesio, si penjaga ruang kitab Siauw Lim Sie.
-0o~Marshall~DewiKZ~0o-
(2) - Siapa Pelakunya "
Iweekang Giok Ceng, juga memiliki khasiat lain yang tidak dimengerti oleh banyak jago rimba persilatan, yakni
kemampuan untuk mengobati luka dalam akibat benturan
Tenaga Dalam atau Iweekang. Tenaga Im yang diserap dari pembaringan Giok Ceng sangat bermanfaat guna penyegaran dan pengobatan menggunakan Iweekang dan khususnya luka-luka yang disebabkan oleh benturan Iweekang.
Tetapi, hanya mereka yang pernah sedikitnya berbaring
dan melatih diri selama paling kurang 10 tahun di
pembaringan itu saja yang mampu melakukannya. Bahkan
Tan Bi Hiong yang telah memiliki Sinkang yang hampir
menyamai suaminya, masih belum sanggup melakukannya.
Terutama karena latihan sinkangnya sudah bercampur
dengan aliran Bu Tong Pay. Tetapi Kiang Hong yang melatih diri sejak kanak-kanak sudah mampu melakukannya, lebih dari cukup malah. Dan dari ayahnya dia mewarisi pengetahuan
akan kemampuan pengobatan Sinkang untuk luka yang
disebabkan tenaga Sinkang atau Iweekang.
Dan saat ini, Kiang Hong akan dan sedang melakukannya
untuk Thian Ki Hwesio dan sebenarnya juga untuk Lembah
Pualam Hijau karena Hwesio ini terluka oleh Ilmu Khas Pualam Hijau.
Setelah beberapa saat, Kiang Hong kemudian sudah
mampu menyadarkan Thian Ki Hwesio yang perlahan
memperoleh kesadaran dan kekuatan untuk kemudian
membantu penyembuhan dari dalam. Tetapi dalam bisikannya Kiang Hong meminta Thian Ki untuk hanya menerima dan
tidak mengusahakan penyaluran tenaga kemanapun, dan
karena itu akhirnya Thian Ki hanya menjaga agar kekuatannya semakin terpupuk dan semakin lama kesadaran dan
kekuatannya semakin pulih.
Ketika Kong Him Hwesio melihat bahwa kemajuan yang
dicapai Thian Ki Hwesio sangatlah baik, dan melihat hari semakin terang tanda bahwa sudah waktunya Suhengnya
menyelesaikan semedi, maka diapun meninggalkan kamar itu untuk menyambut suhengnya. Tetapi sebelum beranjak dia
meninggalkan pesan dan wanti-wanti kepada beberapa murid tingkatan Pek untuk berjaga secara ketat di luar kamar
tersebut, meskipun dia melihat Duta Hukum Lembah Pualam Hijau juga berjaga di depan kamar tersebut, karena Duta Agung sedang melakukan pengobatan yang beresiko besar itu.
Baru melewati tengah hari, ketika matahari mulai condong ke Barat Kiang Hong menyelesaikan pengobatan atas diri
Thian Ki Hwesio. Itupun setelah dia menyelesaikan sekitar penyembuhan 70% kekuatan Thian Ki Hwesio yang kemudian
menyambut pengobatan itu dengan pengerahan tenaganya.
Setelah pengobatan tersebut, Thian Ki Hwesio sudah
memiliki kembali kesadarannya 100%, hanya masih
membutuhkan istirahat untuk memulihkan kekuatannya yang sempat tergetar itu. Tetapi seri kehijauan di wajahnya sudah lenyap dan bahkan sudah tidak muram lagi, tenaganya juga sudah bisa disalurkan leluasa, dan rasa nyeri pengerahan tenaga juga sudah hilang.
Ketika menyelesaikan pengobatan tersebut, Kiang Hong
seakan kehilangan seluruh tenaganya, dan karena itu segera setelah pengobatan selesai, dia membutuhkan waktu
beberapa lama lagi untuk memulihkan tenaga dan
semangatnya. Sementara itu, Thian Ki Hwesio yang sudah
sembuh segera menyadari bahwa di kamar itu ada 2 orang
lain, Ciangbunjin Siauw Lim Sie Kong Sian Hwesio dan wakil Ciangbunjin Kong Him Hwesio.
"Ciangbunjin, maafkan kelalaian hamba, nampaknya
sesuatu hilang dari ruang penyimpan kitab kita" sesal Thian Ki Hwesio atas kejadian yang selain melukainya, tetapi juga menghilangkan salah satu kitab rahasia milik Siauw Lim Sie itu.
"Susiok sudahlah, bukan hal hilangnya kitab yang penting, tetapi kesehatan Susiok" Kong Sian Hwesio dengan suara
lembutnya. Pendeta Sakti ini mnemang sudah sangat matang dan sudah sangat hebat penguasaan diri dan kekuatan
batinnya. "Adakah sesuatu petunjuk yang bisa didapatkan dari Susiok dengan kejadian semalam?" tanya Kong Him Hwesio
"Entahlah, tetapi pembokong itu sungguh lihai. Bahkan
nampaknya masih lebih kuat tenaga Giok Cengnya daripada Kiang Bengcu. Dia menyamar sebagai murid Siauw Lim Sie, sehingga mampu mengcoh pinto dan bahkan dari belakang
menyerang dengan hebatnya. Beberapa kali kucoba mengikuti alur tenaga pengobatan Giok Ceng dari Kiang Bengcu, tetapi aku sadar tenaga Giok Ceng pembokong masih lebih kuat"
Jelas Thian Ki Hwesio
"Bocah ini, Kiang Bengcu memang hebat luar biasa, tapi
nampaknya pembokongku masih lebih kuat" tambah Thian Ki Hwesio
Kong Him Hwesio kaget. Masih ada rupanya kekuatan lain
dari Lembah Pualam Hijau yang bahkan melampaui Duta
Agungnya dan telah berkunjung ke Siauw Lim Sie. Sementara Kong Sian Hwesio yang lebih dalam dan tenang mengelus-elus janggut putihnya, sambil kemudian berkata:
"Biarlah kita bahas bersama Kiang Bengcu nantinya, biarlah kita menanti beberapa saat, nampaknya Kiang Bengcu akan segera menyelesaikan pemulihan tenaganya"
Dan beberapa saat kemudian Kiang Hong menyelesaikan
pemulihan kekuatannya. Wajahnya sudah segar kembali,
meskipun belum semua kekuatannya pulih seperti sediakala.
"Hebat, Kong Sian Ciangbunjin mampu mengukur
penggunaan tenagaku untuk menyelesaikan pemulihan
tenagaku. Selamat bertemu Kong Sian Ciangbunjin yang
terhormat"
Kiang Hong melompat dari pembaringan untuk memberi
hormat kepada Pendeta Sakti Ketua Siauw Lim Sie yang baru saja selesai menutup diri dan sudah disambut dengan sebuah persoalan besar.
"Omitohud, tenaga muda dari Lembah Pualam Hijau
sehebat Kiang Bengcu sungguh mengagumkan. Biarlah pinto mewakili Siuaw Lim Sie dan Susiok Thian Ki mengucapkan
terima kasih kepada Bengcu" balas Kong Sian Hwesio.
"Tapi biarlah, karena Kiang Bengcu sudah pulih, lebih baik kita berbicara di ruangan pertemuan nanti" tambah Ciangbunjin Siauw Lim Sie.
"Tapi Lo Suhu, bisakah Duta Dalam Tan Bi Hiong ikut
bersama kita dalam pertemuan itu?" Usul Kiang Hong
"Hm, sebaiknya memang, dan kita akan bertemu di
ruangan pertemuan bagian luar, dekat penginapan tamu.
Kong Him Sute, tolong dipersiapkan ruangannya, sekaligus kemudian undang Kiang Hujin untuk datang kesana" perintah Kong Sian.
"Baik Ciangbunjin Suheng" dan Kong Him kemudian
berjalan keluar meninggalkan ruangan pengobatan, demikian juga Thian Ki Hwesio ikut meninggalkan ruangan tersebut untuk bergabung dalam pembicaraan di ruangan pertemuan.
-0o~Marshall~DewiKZ~o0-
"Dewasa ini, tinggal Ayahanda Kiang Cun Le dan Bibi Kiang In Hong yang memiliki kemampuan melampauiku dalam
kekuatan tenaga Giok Ceng Sinkang" Bergumam Kiang Hong
ketika disampaikan bahwa menurut Thian Ki Hwesio,
penyerangnya bahkan memiliki tenaga sakti Pualam Hijau
yang melebihi Kiang Hong.
"Selain itu, nampaknya Thian Ki Suhu tidak terlindung
cukup tenaga sinkang ketika menerima pukulan tersebut.
Artinya, Thian Ki Suhu kena bokong" tambah Kiang Hong.
"Kedua orang tua itu tidaklah mungkin melakukan
perbuatan menghina kuil Siauw Lim Sie. Bahkan keduanya
sangat menghormat Kuil Siauw Lim Sie yang punya kenangan khusus bagi mereka" Bi Hiong juga menambahkan bahkan
melanjutkan: "Di keluarga Kiang, memang masih ada Kakek Buyut Kiang
Sin Liong, tetapi sudah terlampau tua bila masih hidup, dan sudah puluhan tahun menghilang. Kemudian masih ada Kiang Siong Tek yang menjadi Pendeta di Siauw Lim Sie dan lebih senang pelajaran agama Budha dan tidak terlampau meyakini Ilmu Pualam Hijau. Kemudian, masih ada juga Kiang Tek Hong yang menghilang puluhan tahun silam bersamaan dengan
masuknya Kiang Siong Tek menjadi pendeta Budha.
Keduanyapun teramat sulit untuk dikategorikan penyerang Siauw Lim Sie. Terakhir adalah Kiang Liong, yang memiliki kemampuan seimbang dengan Kiang Hong Bengcu. Hmmm,
amat sulit untuk melacak siapa kiranya yang menyerang Thian Ki Hwesio dan Pek Khun Hwesio"
Kong Sian Hwesio yang jauh lebih sabar dari semua, karena juga dia adalah Ciangbunjin Siauw Lim Sie, juga mengerutkan kening memikirkan peliknya persoalan yang dihadapi.
"Anehnya" masih sambung Bi Hiong
"Setelah menelusuri hampir semua jalan yang mungkin
dilalui oleh penyerang itu, nyaris tiada seorangpun Pendeta penjaga yang mendengar. Serta, nyaris tidak ada jejak yang ditinggalkan oleh penyerang itu dimanapun, baik di tembok, rumput-tumputan maupun pepohonan. Penyerang itu, seperti mampu menghilang atau terbang".
"Maksud hujin" Bertanya Kong Him Hwesio menjadi sangat
tertarik atas uraian Bi Hiong.
"Kejadiannya terlampau aneh, terlampau dikesankan bahwa pelakunya adalah Kiang Bengcu, Duta Agung. Dan lebih aneh lagi, tiada jejak yang ditinggalkan penyerang kecuali Pek Khun Hwesio tertotok di tenggara dengan tiada satupun jejak kaki di bagian tenggara, baik di tembok atas, tembok bawah,
rerumputan dan semua jalan yang mungkin dilalui penyerang yang kutelusuri" Tegas Bi Hiong
"Apa maksud Hujin bahwa ada kemungkinan penyerangnya
berasal dari dalam atau masih berada di dalam Siauw Lim Sie?" Kong Him bertanya kembali, dan tiba-tiba tersentak dengan kemungkinan yang coba ditolaknya itu.
"Kemungkinan tersebut bukannya tidak ada, berdasarkan
fakta. Meskipun kemungkinan pelakunya Kiang Bengcu, juga sama terbukanya" Bi Hiong bicara blak-blakan.
"Ah, tidak mungkin pinto berani menuduh Kiang Bengcu
yang sudah lama membuktikan siapa dirinya dan bahkan
Susiok Thian Ki juga percaya kepadanya" Kong Sian Hwesio berupaya meredakan rasa tidak enak yang muncul akibat
analisis yang cukup tajam dari Bi Hiong. Tetapi analisis itu, betapapun tajamnya memang sangat masuk akal.
"Apa lagi, menurut Duta Agung, Thian Ki Losuhu ternyata terbokong karena terkecoh oleh orang yang dianggapnya
sebagai anak murid Siauw Lim Sie. Artinya, setidaknya si penyerang jika bukan menyaru sebagai anak murid Siauw Lim Sie pastilah anak murid Siauw Lim Sie sendiri yang menyusup untuk suatu agenda atau tujuan tertentu" lanjut Bi Hiong yang emmbuat kembali banyak orang terperangah.
"Kong Sian Suhu, biarlah kami selaku Lembah Pualam Hijau dan bahkan selaku Bengcu yang bertanggungjawab atas
hilangnya kitab Siauw Lim Sie. Terlebih, karena nampaknya masalah ini melibatkan Lembah Pualam Hijau" Tiba-tiba Kiang hong menyela. Tetapi pada saat Kiang Hong berbicara, tiba-tiba telinganya seperti memperoleh kisikan, tetapi dengan suara bening yang hampir tidak pernah didengarnya
sebelumnya. Suara itu seperti sangat mengenalnya dan apa yang disampaikan bisikan itu yang membuat Kiang Hong
tersentak dan berhenti bicara. Melalui ilmu menyampaikan suara dari jarak jauh suara itu berbunyi:
"Hong Jie, cari dan teliti keberadaan Kiang Tek Hong sute.
Bertanyalah kepada Ayahmu atau bibimu untuk menelusuri
Tek Hong Sute, biarlah keadaan dan perasaan Siauw Lim Sie pinto yang menjaminkan, meskipun pinto sudah puluhan
tahun tidak mencampuri urusan duniawi. Hati-hatilah, cari ayah dan bibimu, bicarakan dengan mereka karena tanpa
mereka sulit menyelesaikan masalah dengan Siauw Lim Sie.
Jaga dirimu baik-baik dan jaga Lembah Pualam Hijau"
demikian suara itu memberi kisikan kepada Kiang Hong.
Segera setelah bisikan tersebut tidak terdengar lagi dan karena pengirim suaranya tidak diketahui berada dimana, Kiang Hong kemudian dengan mantap berkata:
"Kong Sian Suhu, Lembah Pualam Hijau bertanggungjawab
atas kejadian ini. Berilah kami waktu 3 bulan untuk berusaha menyelesaikan masalah ini dan mempertanggungjawabkannya kepada Siauw Lim Sie selewat waktu 3 bulan tersebut"
"Jika Kiang Bengcu sudah berkata demikian, maka
masalahnya kita anggap selesai untuk hari ini" demikian keputusan Kong Sian Hwesio, dan nampaknya Ciangbunjin
inipun sudah memperoleh bisikan jaminan dari seorang
sesepuh Siauw Lim Sie yang berasal dari Lembah Pualam
Hijau. Dan lagi pula, memang tidaklah mungkin menuduh Kiang
Hong, karena bahkan Thian Ki sendiri sudah memastikan
bukan Kiang Hong yang melukainya. Persoalannya adalah,
siapa orangnya yang malah menyaru atau menyamar sebagai anak murid Siauw Lim Sie untuk membokong Thian Ki Hwesio.
Dan, bahkan bila benar laporan anak murid yang memeriksa ruangan penyimpan kitab bahwa si pencuri seperti sangat mengenal keadaan Ruangan Penyimpan Pusaka.
Jika benar demikian, dugaan Bi Hiong bahwa pelakunya
adalah orang dalam menjadi sangat masuk di akal, betapapun mau ditolak, tapi fakta menguatkan dugaan itu.
"Karena kita mempertaruhkan banyak hal, maka Pinto
melarang siapapun anak murid Siauw Lim Sie untuk
membicarakan masalah ini ke dunia luar. Kamipun berharap pihak Kiang Bengcu untuk melakukan hal yang sama" Tambah kong Sian Hwesio
"Benar suhu, sebab efeknya akan menambah kekalutan
dunia persilatan. Karena nampaknya kitab yang dicuri bukan kitab sembarangan, terlebih karena itu pusaka Siauw Lim, yang bakal mengundang banyak orang untuk berusaha
memilikinya" Bi Hiong menyela.
Demikianlah, akhirnya dicapai kesepakatan antara Siauw
Lim Sie dengan Lembah Pualam Hijau, bahwa Kitab Pusaka
Tay Lo Kom Kong Sin Kiam yang tercuri akan
dipertanggungjawabkan oleh Lembah Pualam hijau. Dan
selanjutnya dipercakapkan pula rencana Kiang Hong yang
akan mengunjungi Lam Hay Bun, serta seluruh persoalan
dunia persilatan yang terjadi berentetan.
Kong Sian Hwesio yang biaranya memiliki banyak murid,
baik murid preman maupun murid pendeta, tentu saja sudah mendengar pergolakan di dunia persilatan. Bahkan, hampir sama dengan analisis Bi Hiong, dia sendiri paham bahwa
Siauw Lim Sie pasti akan menderita serangan gelap dari
kelompok perusuh, dan kehilangan kitab sudah dia duga
berasal dari kelompok tersebut.
Hanya, suatu hal yang tidak terduga ditemukan di Siauw
Lim Sie adalah, ternyata Ilmu dari Lembah Pualam Hijau mulai terlibat, justru pada pihak yang berlawanan dengan tradisi kependekaran Lembah Pualam Hijau. Tan Bi Hiong yang
cerdas mulai menduga-duga adanya keterkaitan salah seorang tokoh yang hilang dari Lembah Pualam Hijau yang mungkin terlibat dalam kerusuhan dunia persilatan kali ini.
Sungguh ngeri dia membayangkan jika benar hal tersebut
menjadi kenyataan. Tetapi yang pasti, salah seorang sesepuh Lembah Pualam Hijau yang sudah menyepi menjadi Pendeta
Budha sudah mengingatkan kemungkinan buruk ini.
Tambahan, kekuatan sinkang Pualam Hijau yang melukai
Thian Ki memang menunjukkan keterlibatan Ilmu Pualam
Hijau dari kelompok yang mengacaukan rimba persilatan.
Baik Bi Hiong maupun Kiang Hong menjadi semakin
berdebar-debar menemukan kenyataan yang semakin rumit,
membingungkan serta juga mulai melibatkan tokoh dan ilmu dari lembah mereka.
Akhirnya, kepada Kong Sian Hwesio, Kiang Hong kemudian
memohon masukan dan bantuan berkenaan dengan maksud


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangan Kiang Hong ke Lam Hay Bun di Lautan Selatan.
Dan bahkan dijelaskan juga bahwa informasi soal rencana Kiang Hong juga sudah disampaikan kepada Bu Tong Pay
melalui Ciu Sian Sin Kay Gila yang kemudian nantinya akan menyertai Kiang Hong menuju ke Lautan Selatan menemui
Kauwcu Lam Hay Bun.
Dan nampaknya Kong Sian merespons baik permohonan
Kiang Hong dan karenanya memberikan tanda perintah
supaya Kong Hian Hwesio, Pendeta Pengembara yang menjadi suheng Kong Sian Hwesio untuk menyertai Kiang Hong
menuju ke Lautan Selatan. Tanda perintah itu kemudian
diperintahkan kepada murid-murid Siauw Lim Sie untuk
disampaikan secepatnya kepada Kong Hian Hwesio guna
berkumpul dengan rombongan Kiang Hong di dusun Ke
Chung, yang nantinya dari sana mereka akan berlayar menuju atau tepatnya mencari markas Lam Hay Bun di Lautan
Selatan. Kiang Hong dan rombongannya masih menghabiskan waktu
2 hari lagi berbincang dengan Kong Sian Hwesio sambil
berharap akan ada informasi baru dari Kiang Siong Tek yang bertapa di Siauw Lim Sie dengan nama Budha Thian Kong
Hwesio. Sekaligus juga selama 2 hari, Kiang Hong dan Bi Hiong terus memperkuat diri, terutama karena menemukan
kenyataan bahwa salah seorang tokoh di pihak lawan
menguasai dengan baik Ilmu Pualam hijau, sesuatu yang
sangat mengejutkan.
Apalagi karena konon penguasaan sinkangnya tidak berada di sebelah bawah Kiang Hong, bahkan masih sedikit
mengatasinya menurut Thian Ki Hwesio. Hal tersebut telah mendorong Kiang Hong dan Bi Hiong untuk meningkatkan
kemampuan mereka, sambil juga melakukan perbincangan
perbincangan penting lainnya termasuk perbincangan Ilmu Silat dengan Ketua Siauw Lim Sie.
-0o~Marshall~DewiKZ~0o-
Episode 6: Raibnya Kiok Hwa Kiam
Jika Kiang Hong bergegas ke Siauw Lim Sie, maka Ciu Sian Sin Kay yang terkenal angin-anginan justru mencapai Bu Tong Pay hampir sebulan setelah berangkat dari Kay Pang. Padahal saat yang sama, Kiang Hong sudah dalam perjalanan menuju ke Selatan, ke sebuah dusun nelayan yang diperkirakan
sebagai tempat yang tepat untuk menyebrang atau berlayar mencari markas Lam Hay Bun.
Tetapi, Ciu Sian Sin Kay bukan orang bodoh. Dia sudah
memperhitungkan melalui informasi anggota Kay Pang yang menyebar dimana-mana kapan saat terbaik berlayar. Selain itu, dia berpikir bahwa ke Bu Tong Pay hanyalah sekedar meyakinkan Ketua Bu Tong Pay bahwa keadaan sudah gawat
dan Bu Tong Pay perlu berjaga-jaga.
Karena itu, Ciu Sian Sin Kay lebih banyak menikmati
perjalanan dengan keanehan-keanehannya yang khas.
Mencuri makanan enak di rumah hartawan, mabuk-mabukan
dan terkadang tidur seharian di atas pohon. Bahkan Ciu Sian Sin Kay pernah tinggal seminggu disebuah loteng hartawan di kota di dekat kaki gunung Bu Tong untuk menikmati
makanan-makanan di rumah seorang hartawan, yang ternyata mencocoki seleranya.
Baru setelah puas menikmati makanan disana, akhirnya Ciu Sian Sin Kay memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke gunung Bu Tong San guna menjumpai dan berbiucang
dengan Ciangbunjinnya.
Bu Tong Pay, meskipun lebih muda usia perguruan itu
dibanding dengan Siauw Lim Sie, tetapi keterkenalan dan kemasyhurannya kini tidaklah tertinggal dari Siauw Lim Sie.
Salah satu kemasyurannya dicapai Bu Tong Pay di bawah Wie Tiong Lan yang kemudian bergelar Pek Sim Siansu.
Wie Tiong Lan adalah seorang tunas Bu Tong Pay yang
berhasil memecahkan rahasia Liang Gie Sim Hwat yang
diciptakan pendiri Bu Tong Pay Thio Sam Hong. Kemunculan Wie Tiong Lan kebetulan berbarengan dengan masa kejayaan dari Siauw Lim Sie di bawah Kian Ti Hosiang dan Kiong Siang Han di Kay Pang serta kemunculan Kiang Sin Liong dari
sebuah Lembah Keramat yang sama terkenalnya dengan Kay
Pang, Siauw Lim Sie dan Bu Tong Pay, yakni Lembah Pualam Hijau.
Wie Tiong Lan yang gemar membaca, menemukan rahasia
Liang Gie Sim Hwat justru disebuah kitab sastra. Kitab
tersebut menggambarkan keindahan dan juga sejarah Bu
Tong Pay dan gunung Bu Tong yang disisipi rahasia untuk meyakinkan Liang Gie Sim Hwat.
Dan justru rahasia Liang Gie Sim Hwat itu memang terkait dengan unsure-unsur keindahan dan kelemasan yang
tergambar dalam kitab sastra dan bahkan merupakan sari dari buku itu. Tanpa kunci sisipan yang hanya berjumlah sekitar 4
halaman di dalam kitab sastra tersebut, Wie Tiong Lan
tidaklah akan sanggup memecahkan dan menyempurnakan
peyakinannya atas Liang Gie Sim Hwat.
Dan belakangan, dia menyadari bahwa hampir semua ilmu
khas Bu Tong Pay, terutama ciptaan couwsu mereka atau
pendiri mereka, hanya mungkin disempurnakan dengan
meyakinkan Liang Gie Sim Hwat.
Berbeda dengan Ih Kin Keng dari Siauw Lim Sie yang
memupuk secara perlahan lahan kekuatan Iweekang, maka
Liang Gie Sim Hwat justru mengatur cara penyaluran
Iweekang sedemikian rupa. Dengan mengerti tehnik
pengaturan hawa dan sinking, maka Liang Gie SIm Hwat
memiliki khasiat yang hamper sama dengan Ih Kin Keng, yakni bagaikan mengganti tulang dan daging sehingga pas dan
cocok menyempurnakan ilmu tertentu.
Inti dari Liang Gie Sim Hwat adalah kemampuan untuk
mengatur jalan-jalan hawa dan lubang hawa manusia,
sehingga sebenarnya merupakan ilmu pernafasan tertinggi.
Liang Gie Sim Hwat yang ditemukan dan diyakinkan Wie Tiong Lan adalah kemampuan untuk mengenali saat yang tepat
untuk meningkatkan kekuatan Im dan Yang dan
menyempurnakannya.
Dan karena jenis tenaga Bu Tong adalah "im", maka Wie
Tiong Lan kemudian memanfaatkan informasi dan rahasia
Liang Gie untuk meningkatkan kemampuannya. Bahkan,
berdasarkan tumpuan pada tenaga Im dan kemampuan
menyalurkan dan meningkatkannya, Wie Tiong Lan kemudian menemukan cara untuk menyempurnakannya hingga
mencapai keadaan tertinggi yang dilambari kekuatan batin.
Puncaknya adalah pengenalan akan semua tenaga im yang
mungkin didalam dan luar tubuh dan membongkar semua
yang semu dari luar tubuh. Sayangnya, karena pemahaman
akan tenaga "Yang" memang kurang bagi Bu Tong Pay,
karena itu Liang Gie Wie Tiong Lan, tidak sanggup mengatur lalu lintas kedua hawa dan menemukan kesempurnaan
perpaduan kedua tenaga tersebut.
Tetapi, toch penemuan Wie Tiong Lan telah
mengantarkannya pada puncak kesempurnaan ilmu-ilmu Bu
Tong Pay. Baik Bu Tong Kiam Hoat, Thai Kek Sin Kun maupun juga ilmu Liang Gi Kiam Hoat dan Pik-lek-ciang (telapak tenaga kilat). Bahkan pada jamannya jugalah kemudian ia menciptakan Tian-cik-kiam-ceng (barisan pedang penggetar langit) yang kemudian menjadi barisan ilmu pedang Bu Tong Pay.
Barisan ini di kemudian hari menjadi sejajar kehebatan dan keterkenalannya dengan barisan Lo Han Kun dari Siauw Lim Sie dan Barisan 6 Pedang Pualam Hijau. Tetapi, sebagaimana juga Kay Pang dan Siauw Lim Sie, bakat-bakat penerus yang dimiliki oleh Bu Tong Pay ternyata tidak secemerlang Lembah Pualam Hijau yang masih tetap terus berkibar.
Berbeda dengan Lembah Pualam Hijau yang kemudian
melahirkan Kiang Cun Le dan Kiang In Hong, di Kay Pang, Bu Tong Pay dan Siauw Lim Sie tidak diketemukan tunas sepadan dengan keturunan-keturunan Lembah Pualam Hijau yang
hebat-hebat itu.
Bersama dengan Siuw Lim Sie dan Kay Pang, Bu Tong Pay
memang seperti kehilangan tunas cemerlang pada kurang
lebih 10 tahun terakhir ini yang bisa dikedepankan.
Bahkan belakangan, Tokoh-tokoh puncak ketiga
Perkumpulan tersebut yang sudah berusia lanjut bisa
direndengi oleh penerus keluarga Kiang dalam diri Kiang Hong yang menjadi Bengcu menggantikan ayahnya Kiang Cun Le.
Baik Kim Ciam Sin Kay (Kay Pangcu), Kong Sian Hwesio
(Ciangbunjin Siauw Lim Sie) maupun Jit-sing-Kun (Pukulan tujuh bintang), Ci Hong Tojin Bu Tong Ciangbunjin masih belum sanggup mengimbangi capaian, prestasi maupun
kepandaian tokoh-tokoh cemerlang partainya pada puluhan tahun berselang.
Ci Hong Tojin sendiri memang bukan murid langsung dari
Wie Tiong Lan. Wie Tiong Lan dikenal hanya mempunyai 3
orang murid yang mewarisi kepandaianya, yakni 2 orang
Pendekar preman atau bukan pendeta dan 1 orang Pendeta di Bu Tong Pay. Muridnya yang pertama bernama Kwee Siang Le dan menjadi ahli Pik Lek Ciang dan berjuluk Sin Ciang Tay hiap (Pendekar Tangan Sakti).
Hanya saja hingga saat ini, salah satu tokoh Bu Tong Pay ini tidak ketahuan lagi jejaknya. Murid yang kedua bernama Bouw Song Kun, yang mewarisi Thai Kek Sin Kun, Thai Kek Sin Kiam dan Liang Gie Kiam Hoat dan menjadi pendeta Bu Tong Pay dengan nama Jin Sim Tojin.
Dalam hal penggunaan Thai Kek Sin Kun dan Thai kek Sin
Kiam, maka Jin Sim Tojin adalah tokoh nomor satu di Bu Tong Pay, bahkan kehebatannya masih setingkat di atas Ketua Bu Tong Pay yang memang masih seangkatan dibawahnya.
Pendeta inipun sekarang lebih banyak bersemadi di Bu Tong San dan memang tidak terlampau tertarik dengan kedudukan di kuil Bu Tong San.
Jin Sim Tojin dikenal bersahabat dengan seorang tokoh dari Kay Pang, yakni Ciu Sian Sin Kay. Sementara tokoh ketiga, murid ketiga Wie Tiong Lan dan justru yang terpandai adalah Tong Li Koan yang juga dikenal suka mengembara dan
setanding dengan Ciu Sian Sin Kay dalam hal kesaktian.
Dialah yang paling banyak mewarisi kepandaian suhunya
dan boleh dibilang saat ini merupakan tokoh Bu Tong Pay yang paling pandai, karena dia mampu meyakinkan Liang Gie Sim Hwat melebihi kedua kakak seperguruannya.
Tokoh ini berjuluk Sian Eng Cu Tayhiap (Pendekar
Bayangan Dewa) dan terakhir muncul di seputaran gunung Bu Tong San sebelum kemudian menghilang dan diduga bertapa di salah satu gua rahasia di sekitar Bu Tong San. Tan Bi Hiong, meskipun menjadi murid dari Ci Hong Tojin, tetapi justru dalam hal Thai Kek Sin Kun dan Liang Gie Sim Hwat lebih banyak memperoleh petunjuk dari Sian Eng Cu Tayhiap.
Selama 2 tahun terakhir dunia persilatan mulai bergejolak, boleh dibilang Bu Tong Pay yang juga mengikuti
perkembangan dunia persilatan tidaklah ataupun belum
memperoleh gangguan sama sekali. Tetapi, jangan dikira
Gunung Bu Tong menjadi alpa dan sama sekali tidak
melakukan persiapan.
Semua murid, baik yang menjadi Pendeta maupun murid
yang berkelana di dunia persilatan, diminta untuk mengikuti secara cermat perkembangan dunia persilatan dan diminta meneruskan atau melaporkan informasi tersebut ke Bu Tong San.
Karena itu, tidak mengherankan apabila Bu Tong juga
mengenal dengan baik dan mengerti persoalan paling akhir yang terjadi di dunia persilatan, bahkan juga sudah
mengetahui terlebih dahulu rencana Kiang Hong menjumpai Lam Hay Bun. Justru informasi itu datang duluan mengunjungi Bu Tong Pay dibandingkan Ciu Sian Sin Kay yang berkehendak untuk datang membahas situasi dunia persilatan dan
mempercakapkan kemungkinan datang ke Lam Hay Bun.
Tetapi karena ayal dan terlambat, justru Bu Tong Pay
sudah memiliki persiapa dan pertimbangan-pertimbangan
mereka sendiri, terkait dengan situasi dunia persilatan dan rencana Kiang Bengcu dari Lembah Pualam Hijau untuk
bertemu langsung dengan Ketua Lam Hay Bun.
Rencana Kiang Hong menjumpai Lam Hay Bun, anehnya
sudah menyebar kemana-mana dan bahkan sudah dengan
bumbu yang ditambah-tambahi.
Ada versi yang menyebutkan bahwa Kiang Hong pergi
untuk bertanding dengan Ketua Lam Hay Bun; Ada pula yang percaya bahwa Kiang Hong pergi untuk membasmi penyebab
kerusuhan di dunia persilatan dengan langsung mendatangi markas Lam Hay Bun; Ada lagi yang percaya bahwa Kiang
Hong pergi untuk mengatur pertandingan antara para jago Lam Hay Bun dengan jago-jago daratan Tionggoan; dan
banyak lagi versi cerita lain yang beredar di dunia persilatan dan semua sudah ditangkap dengan jelas informasinya oleh pihak Bu Tong Pay.
Karena menyangkut masa depan dunia persilatan, maka Ci
Hong Tojin yakin bahwa Kiang Hong pasti akan datang
mengunjunginya untuk setidaknya membahas persoalan
kunjungan ke Lautan Selatan ke markasnya Lam Hay Bun.
Dan dugaan tersebut tepat sekali, hanya sedikit meleset, karena bukan Kiang Hong yang datang, tetapi Ciu Sian Sin Kay yang tidak kurang terkenalnya di dunia persilatan.
Hanya, karena Ciu Sian Sin Kay berjalan dengan lamban
dan angin-anginan, maka dia tiba pada saat Bu Tong Pay
sedang kelimpungan. Gunung Bu Tong San yang damai dan
angker dengan kehadiran Bu Tong Pay yang sangat
berdisiplin, tanpa diduga juga kena imbas pergolakan di Dunia Persilatan.
Kiok-hwa-kiam (Pedang Bunga Seruni), sebuah Pedang
Pusaka yang menjadi salah satu Pedang Kesayangan Wie
Tiong Lan dan kemudian menjadi Pusaka di Bu Tong Pay, dan disimpan di ruang penyimpan pusaka, tiba-tiba raib dari tempat penyimpanannya. Anehnya, tiada seorangpun yang
tahu kapan, siapa dan bagaimana peristiwanya terjadi.
Tidak ada tanda pembongkaran pintu ruang pusaka, tidak
ada genteng yang rusak, tidak ada penyerangan terhadap
penjaga ruang pusaka, dan tidak ada keanehan apapun yang terjadi. Kecuali sebuah "piauw bintang laut merah" yang sengaja ditinggalkan di tempat penyimpan pusaka tersebut.
Sementara, Ci Hong Tojin tahu belaka bahwa piauw itu
adalah ciri atau tanda pengenal dari sebuah barisan warna yang dimiliki oleh Lam Hay Bun. Hanya saja, mata dan batin Ci Hong Tojin yang awas, tidaklah gampang terkelabui dan tidak gampang dipanas-panasi untuk menyimpulkan bahwa Lam
Hay Bun harus bertanggungjawab.
Sontak Bu Tong Pay seperti kebakaran jenggot, kedamaian yang dirasakan tiba-tiba berubah menjadi ketegangan, ronda dan penjagaan ditingkatkan secara besar-besaran. Penjaga Ruang Pusaka diganti dan diperkuat, demikian juga semua kemungkinan masuk ke Bu Tong Pay, dijaga dengan sangat
ketat, bahkan tamupun sangat selektif diterima.
Sejak dari kaki gunung, proses pertanyaan dan
penyelidikan maksud kedatangan tamu sudah dilakukan
secara teliti. Pendeknya pencurian pedang pusaka bunga
seruni telah merobah keadaan Bu Tong Pay yang damai
menjadi bersiaga penuh, meskipun sayangnya pencurian
Pedang tersebut tetap menjadi sebuah misteri yang
melahirkan rasa penasaran yang dalam di kalangan Bu Tong Pay.
Nama baik dan kehormatan mereka sungguh tercoreng,
terlebih karena tidak mengetahui bagaimana, siapa dan
mengapa Pedang Pusaka leluhur mereka dan yang telah
menjadi symbol dan pusaka Bu Tong Pay bisa dicuri tanpa ketahuan. Terjadi dalam Kuil tanpa ketahuan dan tanpa ada tanda-tanda pengrusakan, pembongkaran ataupun
penyerangans eorang anak murid.
Dalam keadaan bersiaga dan hati panas di hampir semua
tokoh Bu Tong Pay seperti itulah Ciu Sian Sin Kay yang angin-anginan tiba. Dia bisa dengan mudah melewati tanpa
ketahuan penjagaan lapis pertama, kedua dan ketiga dengan mempergunakan Ginkangnya yang tinggi.
Tetapi, memasuki lapis keempat dan kelima, Ciu Sian Sin Kay sudah terlacak dan dengan cepat informasi masuknya
penyusup disampaikan ke markas Bu Tong Pay, atau Kuil Bu Tong Pay yang berada di puncak gunung Bu Tong. Ciu Sian Sin Kay memang bukan tandingan Pendeta-Pendeta Kelas atau tingkatan 3 di lapisan keempat dan Pendeta Tingkatan 2 di lapis kelima.
Tetapi, di lapisan ke-enam, tepat di luar pintu gerbang Kuil Bu Tong Pay, Ciu Sian Sin Kay dicegat oleh barisan pedang Tian-cik-kiam-ceng yang dimainkan oleh 7 pendeta Bu Tong Pay dari tingkatan 1. Barisan terkenal dari Bu Tong Pay ini dengan segera mengurung Ciu Sian yang hingga pintu
gerbang Bu Tong Pay masih belum mau memperkenalkan
dirinya, dan karena itu harus menggunakan kepandaiannya untuk melewati lapis demi lapis penjagaan di Gunung Bu
Tong. Keadaan seperti ini, justru memang kesukaan pengemis
yang memang aneh dan suka bertindak ugal-ugalan, apalagi dalam soal altihan dan tanding ilmu silat.
Baru pada barisan pedang inilah Ciu Sian Sin Kay kemudian bisa ditahan cukup lama. Barisan pedang yang diatur oleh Pendeta-pendeta Bu Tong Pay tingkatan 1 ini, bukanlah
barisan-sembarang barisan.
Kehebatannya sudah terkenal di dunia persilatan, tidaklah di bawah perbawa Lo Han Kun ataupun Barisan 6 Pedang
Pualam Hijau. Keadaan ini sungguh merepotkan Ciu Sian Sin Kay yang bahkan harus mempergunakan "Langkah Sakti
Pengemis Mabuk" untuk bisa bertahan.
Tentu saja dia tidak berani menggunakan jurus keras Hang Liong Sip Pat Ciang ataupun Ciu Sian Cap Pik Ciang untuk membuyarkan barisan ini. Justru itu, maka dia terlibat
kesulitan dengan membentur tembok pedang di kiri dan
kanan, kecuali pintu belakang yang ditinggalkan untuk tempat Ciu Sian mengundurkan diri.
Tapi bukan Pengemis Sakti angin-anginan apabila Ciu Sian demikian gampang menyerah dan mengundurkan diri,
sebaliknya malah, dia merasa tertarik dan tertantang dengan main-main yang baginya "permainan" meski bagi barisan itu, justru serius. Cius Sian Sin Kai malah kelihatan terkekeh-kekeh senang dikerubuti:
Duel di Bu Tong
"Hahahaha, barisan Pedang ciptaan Pek Sim Siansu
memang benar-benar hebat. Kagum-kagum" celotehnya
gembira, karena memang Kakek Sakti ini sungguh gemar
bertarung. Dikurasnya kemampuan langkah sakti dewa mabuk dan
sesekali menggunakan jurus Tah Kauw Pang Hoat untuk
menangkis dan balas menyerang.
Tetapi barisan pedang yang sangat hebat dalam
bekerjasama ini menghadirkan ancaman-demi ancaman saat
demi saat, dan bahkan kemudian mulai menjadi lebih sering memojokkan Ciu Sian dalam situasi sulit. Tapi kesulitan justru membuat pengemis sakti ini semakin bersemangat
mengeluarkan kepandaiannya dan terus mencoba bertahan
sampai berlama-lama.
Bahkan kembali terdengar dia terkekeh-kekeh dan berkata:
"hahahaha, mampu juga barisan ini membuatku meneguk
arak keramatku ini untuk tambah tenaga dan semangat" ucap si pengemis sambil mulai nampak meneguk arak di buli-buli hijaunya.
Dan setelah itu, jurus Langkah Sakti Pengemis Mabuk mulai menjadi lebih cepat, lebih aneh dan lebih bervariasi,
sementara daya tahan Tah Kauw Pang juga menjadi semakin rapat. Tetapi, itupun hanya mampu buat modal bertahan bagi si Pengemis Sakti gemar mabuk ini.
Keseimbangan pertempuran kembali terjadi, sementara
Pengemis Pemabuk semakin bersemangat, karena baginya
bertanding sama saja dengan berlatih. Karena itu, sesekali dia menyela seorang pendeta yang menurutnya kurang lincah
atau kurang kuat menambal pengaruh Barisan Pedang itu.
Saking asyiknya, Pengemis Sakti tidak menyadari kalau Jin Sim Tojin dan Ci Hong Tojin, Ciangbunjin Bu Tong Pay sudah ikut keluar menyaksikan pertandingan yang sudah ribut sejak mulainya itu. Pertandingan yang dianggap latihan dan
bersenang-senang oleh Ciu Sian Sin Kay, nampak ditonton serius sejenak oleh tokoh Bu Tong Pay, tetapi begitu
mengenal siapa yang datang, mereka malah tersenyum
maklum. Maklum akan keanehan dan kebinalan Pengemis Mabuk
yang memang dalam berapa pertimbanganpun sering
"mabuk".
Jin Siam Tojin dan Ciangbunjin Bu Tong Pay kebetulan
memang sedang membahas langkah pengamanan Bu Tong
Pay setelah mengalami kecurian pedang. Apalagi bagi Jin Siam Tojin, Pedang Bunga Seruni adalah Pedang kesayangan
gurunya, dan karena itu dia merasa sangat berkepentingan untuk mendapatkannya kembali.
Di tengah percakapan serius itulah tiba-tiba telinga mereka yang tajam mendengar desing-desing tajam sejumlah pedang yang dengan segera mereka sadari adalah desingan barisan pedang Tian-cik-kiam-ceng yang sedang digunakan
menghalau musuh.
Tapi, tidak lama kemudian Jin Siam Tojin dan Ciangbunjin Bu Tong Pay tersenyum sendiri setelah sadar siapa yang
sedang dikurung oleh barisan pedang tersebut, dan karenanya mereka kemudian bergegas keluar untuk menyaksikan
pertandingan itu.
Selain itu, merekapun sekaligus menyambut tamu
terhormat yang merupakan salah satu sesepuh Kay Pang yang terkenal itu. Keduanya segera geleng-geleng kepala melihat pola Pengemis Sakti yang masih belum berubah banyak sejak dulu, tetapi mereka tidak khawatir barisan itu mengalami kerugian karena melihat Ciu Sian Sin Kay tidak
mempergunakan ilmu-ilmu keras untuk menghadapi barisan
itu. Selain dari merekapun yakin akan kehebatan barisan itu
dalam kerjasamanya. Tapi tiba-tiba Jin Siam Tojin yang
bersahabat erat dengan Ciu Sian memerintahkan:
"Barisan 7 pedang menggempur langit"
Bersamaan dengan perintah itu, barisan pedang yang
sebelumnya tidak berniat menyerang tajam, tiba-tiba
menggempur bagaikan gelombang dari seluruh penjuru.
Pedang Tanpa Perasaan 8 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Pendekar Riang 9
^