Pencarian

Kisah Pengelana Di Perbatasan 4

Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Bagian 4


Keduanya segera melompat berdiri dan menggenggam pedang mereka pada saat yang
bersamaan," Siapa disana?"
"Ini aku."
Suara tersebut sepertinya mereka mengenali suara tersebut. Yang lebih muda mengambil sebatang kayu yang terbakar dengan tangannya yang basah oleh darah.. Cahaya api
tersebut menyinari wajah orang tersebut.
Keduanya tersenyum bersamaan dan bertanya," Apa yang engkau lakukan malam-malam
begini" Apa yang dapat kami lakukan untukmu?"
"Ada suatu hal yang aku ingin diskusikan dengan kalian ."
"Apakah itu?"
Tidak ada jawaban. Golok pengendara tersebut tiba-tiba berkelebat. Sebuah kepala telah jatuh menggelinding ke atas tanah.
Mulut orang yang lebih muda terperangah lebar. Namun tidak tidak sempat lagi menangis maupun berteriak, karena sesuatu telah menembus tenggorokannya. Kenapa dia menyerang mereka" Dia tidak pernah mengira kehidupannya seperti ini.
Suara dengkur masih terdengar dari dalam tenda. Orang bekerja keras sepanjang hari
biasanya cenderung untuk tidak dengan nyenyaknya. Seorang yang terjaga pertama kali
terlihat sangat terkejut. Dia mendengar seperti suara kuda meloncat-loncat di atas lumpur, kemudian dia melihat tetesan darah menyembur ke seluruh tenda.
Dia ingin menjerit, namun golok tersebut telah membabat lehernya.
________________________________________
Saat itu kira-kira sejam lagi menjelang pagi.
Mata Ye Kai masih tertutup sementara dia masih terbaring di atas ranjang, dia telah jatuh tidur dengan nyenyaknya.
Fu Hong Xue sedang mengisi air ke dalam baskom di belakang dapur yang akan digunakan untuk mencuci mukanya.
Gong Sun Duan masih dalam keadaan mabuk berat. Dia berjalan terhuyung-huyung ke luar pintu, melompat ke atas kudanya dan pergi.
Cahaya di paviliun kecil sudah tidak menyala lagi.
Mata Ma Fang Ling masih terbuka lebar dan masih terbaring di atas tempat tidur.
Dan bagaimana dengan Ma Kong Qun, Yun Zai Tian, Hua Men Tian dan Nyonya Ketiga Shen"
Dimanakah mereka saat darah segar berhamburan di tengah-tengah padang yang tandus"
Dan dimanakah Cui Nong"
Ma Fang Ling memegang erat selimutnya, tubuhnya masih dipenuhi dengan keringat dingin.
Dia baru saja mendengar tangisan orang yang sangat menderita yang bergema di tengah
malam. Bahkan dia tidak ingin melihat apa yang terjadi meskipun apabila saat itu bukan tengah malam buta seperti itu.
Gedung tempat mereka tinggal sangat luas dan besar. Terkecuali dua orang pembantu,
hanya dia, ayahnya, Gong Sun Duan dan Nyonya Ketiga Shen yang tinggal disana.
Mungkin hanya mereka yang dapat dipercaya di Gedung Sepuluh Ribu Kuda.
Xiao Hu Zi juga masih tertidur dengan nyenyaknya. Pembantu yang menjaganya sudah
setengah tuli dan setengah buta. Terlihat tidak ada bedanya saat dia tidur maupu terjaga.
Sekarang sepertinya hanya Ma Fang Ling yang masih tinggal di dalam rumah.
Kesepian adalah salah satu dari rasa takut. Tambahan lagi, saat itu hanya kegelapan, kegelapan yang sangat sunyi. Orang yang berasal dari kegelapan tersebut adalah seorang yang sedang mencari pembalasan.
Ma Fan Ling menggigit bibirnya dan duduk.
Angin berhembus melewati daun jendela kamarnya. Tiba-tiba, muncul bayangan orang di
balik jendelanya. Bayang orang tersebut tinggi dan ramping. Dia tahu itu bukanlah bayangan Gong Sun Duan.
Ma Fang Ling merasakan isi perutnya mulai berkontraksi. Di dinding tergantung sebilah pedang. Bayangan hitam tersebut diam tidak bergerak, seperti sedang berusaha
mendengarkan suara gerakan di dalam gedung. Ma Fang Ling menggigit bibirnya kemudian perlahan-lahan berjingkat-jingkat ke arah dinding dan menarik pedang tersebut.
Bayangan tersebut mulai bergerak, sepertinya dia mau membuka jendela. Keringat dingin di telapak tangannya telah membasahi kain ungu yang membungkus gagang pedang tersebut.
Ma Fang Ling mengumpulkan tenaga dan keberaniannya dan berusaha untuk tidak
gemetaran. Ruangan tersebut sangat gelap, gelap gulita, dia telah mengambil posisi dan siap untuk melakukan serangan. Dia hanya berharap, orang diluar tersebut tidak melihatnya.
Namun belum lagi pedangnya digerakan, orang di luar jendela tersebut telah menghilang.
Selanjutnya, dia mendengar suara derap kuda yang menghilang ditelan angin. Orang diluar tersebut nampaknya melihat seseorang dan kabur pergi.
"Paling tidak seseorang telah kembali."
Ma Fang Ling jatuh berbaring di atas tempat tidurnya, dia merasa seluruh tubuhnya menjadi hancur berkeping-keping. Dia akhirnya mengetahui seperti apa rasa takut yang
sesungguhnya. Siapa yang berada di luar jendela"
Saat akhirnya dia telah cukup mengumpulkan segala keberaniannya untuk membuka jendela dan melihat keluar, suara derap kuda terdengar telah menjauh di luar. Dia mendengar suara ayahnya yang tegas," Jangan katakan apapun, ikuti aku ke atas!"
Ma Kong Qunt tidak kembali seorang diri! Siapa yang bersamanya" Dia hanya mendengar
satu suara kuda yang kembali, kenapa Ma Kong Qun bersedia membagi sadelnya dengan
orang lain" Ma Fang Ling merasa sedikit bingung saat dia mendengar suara seorang wanita menggerutu perlahan, kemudian terdengar suara langkah kaki menuju ke lantai atas. Kenapa Ma Kong Qun membawa seorang wanita bersamanya"
Dia tahu wanita tersebut bukanlah Nyonya Ketiga Shen karena dari suaranya dia masih muda dan menggoda. Dia terduduk, kemudian jatuh terbaring ke belakang. Dia tidak marah
kepada ayahnya.
Semakin seorang laki-laki menjadi gelisah, semakin pula dia menginginkan seorang wanita.
Semakin seorang laki-laki menjadi tua, semakin muda wanita yang dia inginkan. Bibi Ketiga mulai beranjak tua, Ma Fang Ling tiba-tiba merasa kasihan kepadanya. Seorang laki-laki dapat membawa seorang wanita kapan saja, namun wanita yang keluar rumah malam-malam adalah hal yang hampir tidak termaafkan.
Jendelanya perlahan-lahan dipenuhi oleh warna putih.
Dari manakah bayangan itu berasal"
"Orang tersebut nampaknya tidak benar-benar hilang dikegelapan malam, namun masih
bersembunyi di sudut yang gelap di suatu tempat, menunggu kesempatan untuk menyerang korbannya. Dan korban tersebut pastila aku."
Ma Fang Ling dipenuhi oleh rasa takut lagi, namun untungnya ayahnya telah kembali dan sebentar lagi cahaya pagi akan tiba. Dia sebal untuk melakukannya, namun akhirnya dia menggapai pedangnya dan berjalan ke luar - namun tidak ada seorangpun yang terlihat.
Ruangan utama masih terlihat gelpa dan sunyi.
Dia berjalan sepanjang lantai yang dingin, sedingin es, berharap dapat melihat orang tersebut, sesungguhnya di dalam hatinya dia sangat ketakutan orang tersebut tiba-tiba muncul.
Kemudian, dia mendengar suara kecipak air. Suara tersebut keluar dari kamar Bibi Ketiga.
Apakah Bibi Ketiga telah kembali" Atau orang tersebut bersembunyi di kamar Bibi Ketiga"
Ma Fang Ling merasakan jantung berdetak semakin cepat sepertinya jantungnya mau
meloncat ke luar dari dalam dadanya setiap saat. Dia menggertakan giginya dan perlahan-lahan menuju ke kamar tersebut. Tiba-tiba, terdengar bunyi keriat keriut di lantai.
Dia hampir saja melompat saking takutnya. Dia melihat pintu kamar Bibi Ketiga baru saja berderit terbuka. Sepasang mata yang terang keluar dari dalam kamar tersebut, mata Bibi Ketiga.
Ma Fang Ling menghela napas yang panjang dan berkata lega," Syukur kepada dewa
akhirnya engkau kembali."
oooOOOooo Bab 13. Rahasia Nyonya Ketiga Shen
Keadaan diruangan tersebut masih gelap.
Nyonya Ketiga Shen telah mengenakan baju mandi yang panjang, sepertinya dia baru saja mencuci mukanya. Wajahnya terlihat memucat dan menyiratkan kesakitan. Semburat darah menodai handuk yang sedang dipegangnya.
"Apakah " apakah engkau baik-baik saja?" Ma Fang Ling bertanya.
Nyonya Ketiga Shen tidak menjawabnya, malah dia bertanya kepadanya, "Apakah engkau
sudah mengetahuinya bahwa aku baru saja pergi?"
Ma Fang Ling tersenyum dan mengerdipkan mata kepadanya,," Jangan khawatir, aku juga
perempuan. Aku dapat berpura-pura seperti tidak terjadi sesuatu apapun."
Dia tersenyum bukan karena pertama kalinya dia merasa telah menjadi dewasa. Menyimpan rahasia merupakan suatu tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang benar-benar telah matang.
Nyonya Ketiga Shen tidak mengucapkan sepatahkatapun. Dia mencelupkan handuknya ke
dalam air di dalam baskom dan mencucinya hingga noda darah tersebut hilang.
Rasa darah masih terasa segar dimulutnya. Dia menahan darah yang keluar dari mulutnya sepanjang perjalan kembali kekamarnya.
Pukulan Gong Sun Duan betul-betul tidak ringan.
Ma Fang Ling melompat ke atas tempat tidurnya dan mengangkat kedua kakinya. Dia
biasanya bersikap hati-hati saat berada dikamar ini, namun saat ini dia bersikap lebih santai dan lepas.
"Apakah kau punya arak di sini" Aku rasanya ingin minum arak," Ma Fang Ling tiba-tiba berkata.
Nyonya Ketiga Shen mengerutkan alisnya dan berkata," Sejak kapan kau belajar minum
arak?" "Jangan katakan kepadaku bahwa engkau belum pernah mabuk saat seumurku?" Ma Fang
Ling menjawab. Nyonya Ketiga Shen menarik napas dan berkata," Ada arak di laci paling bawah dilemari disana."
"Aku tahu kalau engkau selalu menyembunyikan arak disini. Bila aku adalah engkau mungkin aku akan minum beberapa cangkir kalau tidak bisa tidur saat malam hari." Ma Fang Ling berkata.
"Engkau kelihatannya betul-betul tumbuh dewasa dalam dua hari terakhir ini." Nyonya Ketiga Shen berkata.
Ma Fang Ling mengambil botol arak tersebtu dan membuka tutupnya. Dia mendekatkan
bibirnya ke mulut botol dan menghirup arak.
"Aku sudah dewasa sekarang. Engkau seharusnya mengatakan kepadaku siapa yang engkau
kunjungi tadi." Ma Fang Ling berkata.
"Jangan khawatir, dia bukan Ye Kai." Nyonya Ketiga Shen berkata.
Mata Ma Fang Ling bercahaya," Lalu siapa dong" Apakah Fu Hong Xue?"
Tangan Nyonya Ketiga Shen yang masih mencuci handuk tiba-tiba membeku kaku. Setelah
beberapa saat, dia akhirnya memutar kepala kepalanya dan menatap Ma Fang Ling.
"Kenapa engkau memandangiku seperti itu" Apakah tebakanku benar?" Ma Fang Ling
berkata. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merebut botol arak dari tangan Ma Fang Ling dan
membentak,"Engkau sudah mabuk, sebaiknya pergi balik ke kamarmu dan tidur. Datang lagi kesini besok saat kalau sudah bangun dan sudah segar,"
Ma Fang Ling membuat muka mengejek dan menjawab," Aku hanya ingin tahu bagaimana
engkau dapat merayu pria seperti dia. Sebaliknya, bagaimana ia jatuh dalam rayuan seorang wanita seumurmu?"
"Jangan katakan kepadaku dia yang kau sukai" Aku kira yang kau sukai Ye Kai?" Nyonya Ketiga Shen berkata.
Ma Fang Ling merasa seperti ditampar wajahnya oleh seseorang. Pipinya yang pucat
mendadak berubah menjadi merah. Sepertinya dia baru saja ditampar oleh Nyonya Ketiga Shen, namun sesaat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekati kamar dari koridor.
Langkah kakinya perlahan dan berat, kemudian berhenti tepat di depan kamar dan di kuti suara," Nyonya Ketiga, apakah engkau terjaga?"
Itu suara Ma Kong Qun.
Ma Fang Ling dan Nyonya Ketiga Shen, keduanya terperanjat. Nyonya Ketiga Shen membuat tanda untuk bersembunyi ke bawah ranjang. Ma Fan Ling mengatupkan kedua bibirnya dan lansung masuk ke bawah tempat tidur.
Dia juga merasa tidak nyaman seperti halnya Nyonya Ketiga Shen karea dia juga memiliki rahasi yang tidak bisa dibicarakan.
Untungnya Ma Kong Qun tidak memaksa masuk, dia hanya berdiri di depan pintu dan
bertanya," Apakah engkau sudah bangun?"
"Mmm."
"Apakah engkau tidur nyenyak?"
"Tidak begitu."
"Mari ke atas bersamaku?"
"Baiklah."
Mereka telah menghabiskan bertahun-tahun lamanya bersama-sama, kata-kata yang mereka ucapkan terasa intim.
Ma Fang Ling merasa sedikit bingung. Dia baru saja mendengar ayahnya membawa seorang wanita, lalu kenapa dia meminta Bibi Ketiga ke atas bersamanya"
Dan siapakah wanita itu"
Ma Kong Qun menempat tiga buah kamar di lantai atas. Yang pertama adalah ruangan
belajarnya, ruangan kedua adalah kamar tidurnya, dan yang ketiga adalah tempat tinggal utamanya. Bahkan Nyonya Ketiga Shen pun belum pernah memasuki ruangan tersebut
sebelumnya. Sikap tubuhnya seratus persen tegak bahkan saat berjalan naik ke atas. Bila seseorang melihatnya dari belakang, pasti dia tidak dapat membayangkan bahwa dia adalah orang yang sudah tua.
Nyonya Ketiga Shen mengikutinya dari belakang tak bersuara, dia tidak pernah menolaknya sebelumnya. Wanita itu tidak pernah terlalu mesra terhadapnya, juga tidak pernah terlalu dingin. Saat dibutuhkan, dia pasti dapat memuaskan seluruh hasrat laki-laki itu. Dia betul-betul tipe wanita yang dibutuhkan oleh Ma Kong Qun. Laki-laki seumurnya tidak
membutuhkan wanita yang terlalu bergairah.
Pintu ruangan pertama tertutup, Ma Kong Qun berhenti sebelum mencapai pintu tersebut.
Tiba-tiba dia berbalik dan bertanya," Tahukah kau kenapa aku memintamu menemaniku ke atas sini?"
Nyonya Ketiga Shen menundukan kepalanya dan menjawab dengan lembut," Tidak perduli
apapun yang engkau minta dariku."
"Bagaimana bila aku ingin membunuhmu?" Ma Kong Qun berkata.
Nada suaranya sangat serius, tidak tersirat sedikitpun lelucon. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merasakan sensasi dingin bergerak dari kakinya, saat itu dia menyadari bahwa dirinya bertelanjang kaki.
Ma Kong Qun tiba-tiba tersenyum dan berkata," Tentu saja aku tidak akan pernah ingin mencelakaimu. Ada seseorang di dalam ruangan yang ingin menemuimu."
"Seseorang menunggu untuk bertemu denganku" Siapakah dia?" Nyonya Ketiga Shen
menjawab. Senyum diwajah Ma Kong Qun mendadak menjadi ganjil," Engkau tidak akan pernah dapat
menebaknya!"
Dia berbalik dan mendorong untuk membuka pintu. Nyonya Ketiga Shen sesaat tidak
memiliki keberanian untuk memasuki ruangan tersebut.
________________________________________
Matahari pagi akhirnya muncul.
Fu Hong Xue perlahan-lahan menghirup bubur panasnya.
Ye Kai mempunyai perasaan yang kuat bahwa Cui Nong tidak akan kembali. Dia mulai
memakai sepatunya.
Suasana disekitar paviliun kecil tersebut masih sunyi dan tenang.
Gong Sun Duan baru saja memasukan kepalanya ke dalam tempat minum kuda dan
membasahi kepalanya dengan air dingin layaknya seekor kuda. Namun seperti, bahkan
semua air dari semua sungai di dunia ini tidak bisa menyadarkannya.
Aroma darah dan daging yang anyir masih tercium terhembus oleh angin pagi.
Hua Men Tian dan Yun Zai Tian berdua telah kembali kekamarnya masing-masing dan
bersiap-siap untuk pergi ke ruangan utama untuk makan pagi. Keduanya selalu terlihat di ruang utama setiap pagi untuk sarapan, itu adalah salah satu kebiasaan di Gedung Sepuluh Ribu Kuda.
________________________________________
Nyonya Ketiga Shen akhirnya berhasil mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk
melangkah masuk melewati pintu tersebut.
Siapakah di dalam yang menunggunya"
Kedua tangan Cui Nong memeluk kedua lututnya saat dia duduk sambil menekukkan
tubuhnya di salah satu kursi besar di ruangan tersebut. Dia terlihat lelah dan ketakutan.
Saat Nyonya Ketiga Shen bertemu pandang dengannya, keduanya nampak saling terkejut.
Ma Kong Qun perlahan-lahan memperhatikan dan mempelajari ekspresi wajah mereka
berdua, dengan dingin seraya berkata," Aku lihat kalian berdua telah saling mengenal."
Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya.
"Aku membawanya kesini untuk tinggal bersama kita sehingga engkau tidak perlu lagi pergi tengah malam menemuinya."
Reaksi Nyonya Ketiga Shen sangat ganjil. Dia terlihat terbenam dalam pikirannya dan
kelihatannya tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Ma Kong Qun.
Setelah beberapa saat, dia akhirnya menolehkan kepalanya ke Ma Kong Qun dan berkata,"
Aku pergi dari rumah tadi malam."
"Aku tahu." Ma Kong Qun berkata.
"Orang yang aku temui bukanlah Cui Nong." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Aku tahu." Ma Kong Qun berkata.
Laki-laki tersebut telah duduk saat, ekspresi wajahnya masih terlihat tenang. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan apa yang dia pikirikan.
Nyonya Ketiga Shen menatapnya dan perlahan-lahan berkata," Orang yang aku temui adalah Fu Hong Xue!"
Ma Kong Qun mendengarnya dengan jelas, namun kelihatannya kedua matanya tidak
memperlihatkan sedikitpun reaksi. Bukan hanya perasaan kaget dan marah yang tidak
terlihat diwajahnya, dia malah terlihat simpati dan penuh pengertian.
Nyonya Ketiga Shen perlahan-lahan melanjutkan," Aku pergi menemuinya karena aku
memiliki perasaan dia adalah pembunuhnya!"
"Bukan dia." Ma Kong Qun menjawab dengan santai.
"Aku juga sekarang tahu, namun saat itu aku harus mencari tahu sendiri, atau aku merasa ada yang kurang." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Aku mengerti." Ma Kong Qun berkata.
"Aku dapat melihatnya dari kelakuannya. Wanita memiliki perasaan yang tajam, bila dia membencimu, maka kelakuannya terhadapku pasti akan berbeda." Nyonya Ketiga Shen
menjelaskan. "Begitu." Ma Kong Qun berkata.
"Namun saat aku bersamanya, sepanjang waktu dia bertindak sopan terhadapku. Meskipun dia sedikit terkejut saat aku menemuinya pertama kali, dia tidak berusaha untuk menahanku saat aku hendak pergi." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Dia benar-benar seorang yang jantan." Ma Kong Qun menjawab.
"Sayangnya hal itu tidak berlaku pada salah satu temanmu." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Oh?" Ma Kong Qun berseru.
Nyonya Ketiga Shen menggertakan giginya, matanya memerah. Dia membuka kerah bajunya
dan pakaiannya jatuh ke bawah. Meskipun usianya telah mencapai tiga puluh tahunan,
namun bentuk tubuhnya benar-benar masih indah, layaknya gadis muda. Buah dadanya
masih keras, perutnya masih rata dan langsung, dan kedua kakinya ramping dan panjang.
Namun sayangnya kulitnya yang halus seputih salju dipenuhi memar.
Cui Nong bahkan tidak tahan untuk berteriak perlahan. Nyonya Ketiga Shen mulai
meneteskan air matanya dan bertanya dengan lembut." Apakah kau tahu siapa yang
melakukan hal itu padaku?"
Ma Kong Qun menatap memar-memar ditubuhnya, perasaan marah terlihat dimatanya.
Setelah beberapa saat dia menjawab," Aku tidak tahu."
Tentu saja Nyonya Ketiga Shen tahu maksudnya. Dia perlahan-lahan menarik bajunya ke
atas dan mengenakannya kembali seraya berkata," Baiklah bila engkau tidak ingin tahu, aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku mau melakukan apapun untukmu."
Sorot mata marah dan benci di mata Ma Kong Qun berubah menjadi rasa sakit. Setelah
beberapa saat dia menarik napas dan berkata," Sudah beberapa tahun, engkau melakukan banyak hal untukku. Engkau mengalami berbagai penderitaan untuk ku."
Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba jatuh ke lantai dan terisan dilututnya. Ma Kong Qun perlahan-lahan mengangkatnya dan mengeluskan tangannya ke rambutnya, sementara kedua
matanya tetap melekat ke arah jendela.
Angin pagi yang sepoi-sepoi berhembus ke seluruh padang rumput.
"Tempat ini sebetulnya bukan apa-apa selain hutan belantara. Aku tidak pernah berpikir dapat membuat tempat ini menjadi besar dan indah seperti saat ini tanpa bantuanmu. Tidak ada seorangpun yang tahu betapa pentingnya engkau bagiku." Ma Kong Qun berkata.
"Selama engkau memahamiku aku sudah puas." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Tentu saja aku memahami. Engkau membantuku membangun kerajaan ini karena engkau
ingin aku lebih menderita lagi saat aku kehilangan semua ini."Ma Kong Qun berkata.
Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berseru," Apa " apa " yang
engkau bicarakan?"
Ma Kong Qun tidak melihatnya lagi saat dia menjawab," Aku membicarakan mengenai
rahasia kecilmu."
"Rahasia " rahasia apa?" Nyonya Ketiga Shen berkata.
Perasaan sakit di sorot mata Ma Kong Qun terlihat makin dalam seraya dia melanjutkan,"
Aku telah mengetahui siapa engkau sebenarnya sejak pertama kali engkau tiba di sini!"
Tubuh Nyonya Ketiga Shen mulai bergetar, sepertinya seseorang sedang mencekik dirinya.
Napasnya bahkan berhenti saat perlahan-lahan berdiri dan terhuyung ke belakang. Matanya dipenuhi dengan rasa takut.
"Nama margamu bukanlah Shen, melainkan Hua." Ma Kong Qun berkata.
Kata-kata tersebut seperti palu yang memukul langsung kekepalanya. Dia terjatuh ke lantai.
"Kekasih gelap Bai Tian Yu, Hua Bai Feng, adalah kakak perempuanmu." Ma Kong Qun
berkata. "Bagaimana " bagaimana kau mengetahui hal itu." Dia berkata.
"Mungkin engkau tidak mempercayaikau, namun aku telah melihatmu sebelum kau datang
kesini. Engkau bersama-sama dengan kakak perempuanmu dan Bai Tian Yu. Saat itu engkau masih kecil, dan kakak perempuanmu sedang mengandung anak Bai Tian Yu." Ma Kong Qun
berkata. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba berhenti bergetar dan terdiam kaku.
"Setelah kematian Bai Tian Yu, aku sebenarnya berusaha mencari kalian berdua. Kakak
perempuanmu tidak dapat ditemukan. Namun siapa sangka engkau malah muncul di sini?"
Ma Kong Qun berkata.
Nyonya Ketiga Shen terjatuh duduk ke kursi dibelakangya dan menatapnya. Paling tidak selama tujuh tahun terakhir dia telah tidur bersama laki-laki ini paling sedikit sepuluh kali sebulan, menahan rasa jijiknya, tangannya yang tidak berjari mengelus tubuhnya, menahan bau keringatnya yang menetes ke seluruh tubuhnya. Sering kali dia merasa dia tidur di samping seekor kuda, seekor kuda tua.
Dia menahan semua itu selama tujuh tahun terakhir karena satu tujuan yang dalam
dihatinya bahwa dia percaya suatu hari laki-laki tersebut akhirnya akan membayarnya
dengan harga yang sangat besar. Hanya saja, sekarang dia menyadari bahwa dia telah
salah, sangat sangat salah. Tiba-tiba dia merasa seperti seekor cacing di dalam tangan seorang anak kecil, terus menerus dipermainkan.
"Aku telah mengetahuimu sejak lama, tapi aku tidak pernah mau mengatakannya. Tahukah kau kenapa?" Ma Kong Qun bertanya.
Nyonya Ketiga Shen menggelengkan kepalanya.
"Karena aku sangat menyukai dirimu, dan aku sungguh-sungguh membutuhkan wanita
seperti dirimu." Ma Kong Qun menjawab.
Nyonya Ketiga Shen tersenyum dengan sinis dan menambahkan," Tidak hanya itu malah aku telah mengantarkan tubuhku ke depan pintu dan gratis."
Dia betul-betul tengah tersenyum, namun senyum tersebut mungkin lebih menyakitkan
daripada menangis saat ini. Tiba-tiba dia melompat berdiri.
"Aku juga telah mengetahui hubunganmu dengan Cui Nong sejak lama." Ma Kong Qun
berkata. "Oh?" Nyonya Ketiga Shen menjawab.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cui Nong menyebarkan seluruh informasi mengenai Gedung Sepuluh Ribu Kuda dariku, dan dia mengatakan segalanya kepadaku apa yang dia dengar dari luar." Ma Kong Qun tertawa sambil melanjutkan," Engkau cukup pandai menggunakan seseorang sepertinya
membicarakan berbagai informasi."
"Sayangnya engkau telah mengetahuinya sejak lama." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Aku tidak pernah ingin untuk menghentikan kalian berdua karena aku tidak pernah
memperoleh informasi yang penting juga." Ma Kong Qun berkata.
"Atau mungkin karena engkau masih ingin mengethaui semua informasi yang aku katakan
kepadanya." Nyonya Ketiga Shen berkata.
Ma Kong Qun menarik napas panjang dan berkata," Sayangnya kakak perempuanmu jauh
lebih pandai darimu. Hingga bertahun-tahun ini aku tidak pernah berhasil menemukan
jejaknya sedikitpun."
"Itulah sebabnya dia masih hidup." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Bagaimana dengan anak laki-lakinya?" Ma Kong Qun bertanya.
"Dia juga masih hidup." Nyonya Ketiga Shen menjawab.
"Apakah dia sudah kembali ke kota perbatasan?" Ma Kong Qun bertanya.
"Bagaimana menurutmu?" Nyonya Ketiga Shen menjawab.
"Apakah dia Ye Kai" Atau Fu Hong Xue?" Ma Kong Qun berkata.
"Engkau tidak dapat menebaknya?" Nyonya Ketiga Shen membalas.
Ma Kong Qun tersenyum dan berkata," Meskipun engkau tidak mengatakannya kepadaku,
aku pasti punya cara untuk mengetahuinya."
"Lalu kenapa musti repot-repot menanyaiku?" Nyonya Ketiga Shen berkata.
Ma Kong Qun menarik napas panjang, " Tahukah kau, bahkan hingga hari ini, aku
sebenarnya tidak ingin mengungkapkan rahasiamu ini. Karena aku betul-betul menikmati hubungan yang kita miliki."
"Sayangnya engkau tidak memiliki pilihan lain sekarang." Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Karena rahasia ini tidak bisa disembunyikan lagi lebih lama." Ma Kong Qun berkata.
"Karena engkau pun sudah membiarkan berlarut-larut cukup lama, apa bedanya kalau
engkau masih mau menundanya beberapa hari lagi?" Nyonya Ketiga Shen menjawab.
"Aku memiliki seorang anak laki-laki, seorang anak perempuan dan beratus-ratus pengikut.
Aku tidak ingin lagi melihat mereka mati di depan mataku."
"Berapa banyak lagi orang yang telah mati tadi malam?"
"Cukup banyak." Dia menjawab dengan serius.
"Menurutmu siapakah pembunuhnya" Ye Kai" Fu Hong Xue?"
Kebencian mulai terpancar dari sorot mata Ma Kong Qun kemudian dia berkata dengan
tegas," Aku tidak peduli siapa pembunuhnya, tapi aku jamin, dia tidak akan pernah dapat melarikan diri!"
"Surga seperti jala yang besar, tidak ada apapun yang dapat lolos darinya. Pembunuh pasti akan dihukum " betulkan?" Nyonya Ketiga Shen berkata.
"Tepat sekali." Ma Kong Qun menjawab.
"Lalu bagaimana denganmu?"
Kemarahan di mata Ma Kong Qun berubah menjadi ketakutan, ketakutan yang sangat dalam hingga menyelusup ke dalam tulangnya. Tiba-tiba dia berdiri dan berjalan ke arah jendela, sepertinya dia tidak ingin Nyonya Ketiga Shen melihat ekspresi wajahnya. Sesaat kemudian terdengar suara gong dipukul dari luar.
Ma Kong Qun menarik napas dan berkata," Seperti hari-hari sebelumnya yang telah berlalu.
Ini waktunya untuk sarapan pagi lagi."
"Engkau masih punya napsu makan hari ini?" Nyonyta Ketiga Shen berkata.
"Ini adalah kebiasaan yang khas diriku, yang tidak akan dapat diubah!" Tanpa melihat sekejap pun ke wanita itu, dia berlalu menuju pintu.
"Tunggu sebentar." Nyonya Ketiga Shen berkata.
Ma Kong Qun berhenti.
"Engkau akan pergi begitu saja?" Wanita tersebut bertanya.
"Kenapa tidak?" Ma Kong Qun menjawab.
"Apa " apa yang hendak engkau lakukan terhadapku?"
"Tidak ada."
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Tidak ada yang perlu harus dimengerti."
"Engkau telah membeberkan rahasiaku, apakah engkau tidak ingin membunuhku?"
"Membeberkan rahasia adalah satu hal, membunuhmu adalah hal lain!"
"Tapi ?"
"Aku tahu bahwa kau tidak bisa tinggal lebih lama lagi disini."
"Engkau membiarkan aku pergi?"
Ma Kong Qun tersenyum, senyumnya yang betul-betul pahit," Kenapa aku tidak
membiarkanmu pergi" Apakah engkau pikir aku tega untuk membunuhmu?"
Nyonya Ketiga Shen menatapnya dengan heran. Dia menyadari bahwa dia tidak pernah
mengerti laki-laki ini. Mungkin dia tidak akan pernah mengerti sama sekali. Dia tidak tahan untuk bertanya," Karena engkau membiarkanku pergi begitu saja, kenapa engkau
membeberkan rahasiaku?"
Ma Kong Qun tersenyum dan berkata," Karena aku tidak ingin engkau menganggap aku
tolol." "Atau karena engkau tidak ingin lagi aku disini." Nyonya Ketiga Shen menambahkan.
"Mungkin."
Dia tidak berkata-kata lagi dan berjalan keluar. Suara langkahnya yang dalam dan berat bergema saat dia menuruni tangga ke bawah. Sepertinya perasaannya sedang kacau.
"Kenapa dia tidak membunuhnya" Apakah dia benar-benar sayang padanya?"
Nyonya Ketiga Shen mengepakan jari-jarinya dan untuk tidak berdiam diri lagi lebih lama.
Berpikir mengenai hal itu hanya akan menambah rasa sakit saja. Laki-laki ini adalah orang yang telah membohonginya, yang telah mempermainkannya. Namun dia tidak punya pilihan lain untuk membunuhnya, sebaliknya dia malah membiarkannya pergi begitu saja.
Mungkin dia tidak pernah ingin membohonginya, namun karena dirinya sendiri yang ingin dibohongi.
Tidak peduli apapun yang laki-laki itu pernah lakukan pada dirinya, namun dia benar-benar tidak berhutang apapun pada dirinya.
Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merasakan sesuatu yang tajam menusuk hatinya. Rasa sakit yang belum pernah dia rasakan, rasa sakit yang bahkan tidak pernah dia bayangkan akan dia rasakan.
Namun kita semua hanyalah manusia biasa. Emosi manusia selalu dipenuhi oleh kontradiksi dan rasa sakit.
Cui Nong bangkit berdiri, berjalan ke depan ke arahnya dan berkata dengan lembut," Karena dia telah membiarkan kita pergi, kenapa kita tidak pergi saja ?"
Nyonya Ketiga Shen menarik napas panjang dan menjawab," Tentu saja kita pergi, hanya saja " aku tidak pernah datang kesini lagi."
ooOOOooo Bab 14. Golok Yang Mata Goloknya Tidak Pernah Terlihat
Ma Kong Qun perlahan-lahan menarik tempat duduknya. Meja panjang yang berada di
depannya terlihat seperti permukaan jalan yang panjang. Dari gundukan lumpur dan kolam darah hingga seperti saat ini, dia telah melalui jalan yang panjang tersebut.
Namun akan menuju kemanakah dari sini"
Apakah akan kembali menuju ke gundukan lumpur dan kolam darah"
Ma Kong Qun perlahan-lahan meluruskan tangannya ke atas meja. Keriput diwajahnya
terlihat semakin jelas di bawah cahaya matahari pagi. Tiap keriput diukir oleh darah dan air mata yang mengucur tak terhingga lamanya. Sebagian berasal dari dirinya, dan sebagian berasal dari darah dan air mata orang lain!
Hua Men Tian dan Yun Zai Tian telah tiba. Mereka telah duduk disana berdiam diri, namun kelihatannya banyak sekali yang ada dipikiran mereka.
Gong Sun Duan datang dengan tergopoh-gopoh, membawa aroma arak yang memualkan.
Ma Kong Qun tidak mengangkat kepalanya untuk melihatnya, juga tidak mengucapkan
sepatah katapun.
Saat ini betul-betul bukan saat yang tepat untuk mabuk.
Dia betul-betul malu dan marah - marah terhadap dirinya sendiri. Dia merasa gatal untuk menarik goloknya dan menebaskannya kedadanya sendiri untuk mengeluarkan darah yang
dipenuhi oleh arak.
Suasana di dalam ruangan utama sangat tegang dan penuh tekanan.
Makan pagi telah disiapkan, di atas meja telah tersedia sayuran segar dan daging anak sapi panggang.
Ma Kong Qun tiba-tiba memperlihatkan senyumnya dan berucap," Makanan terlihat enak hari ini."
Huan Men Tian menganggukan kepalanya, Yun Zai Tian juga menganggukkan kepalanya.
Sajian benar-benar sangat membangkitkan selera, namun siapa yang mempunyai napsu
makan saat ini" Cuaca di luar juga terlihat indah, namun angin yang berhembus membawa aroma darah yang berbau amis.
Yun Zai Tian menurunkan kepalanya dan melaporkan," Patroli pertama yang kita kirim
semalam, mereka semua ?"
Ma Kong Qun memotongnya dan berkata," Simpan kata-kata itu setelah kita makan."
"Baiklah." Yun Zai Tian menjawab.
Saat itu, setiap orang menurunkan kepalanya ke bawah dan mengakhiri makan pagi mereka dengan sunyi. Meskipun rasa daging bakar lezat namun terasa pahit dan asam saat
menyentuh mulut. Hanya Ma Kong Qun yang menikmati makanannya.
Mungkin yang sedang dia kunyah bukan makanannya, akan tetap yang ada dalam
pikirannya. Semuanya harus sudah mencapai titik penyelesaian. Beberapa hal tidak bisa begitu saja diputuskan, namun harus melalui pemikiran yang hati-hati. Namun, saat itu banyak sekali yang ada dalam pikirannya, oleh karena itu dia harus mengunyah dengan perlahan-lahan agar dia dapat mencernanya.
Tidak ada seorangpun yang berani meletakan sumpitnya sebelum Ma Kong Qun meletakan
sumpitnya. Jendela di ruangan tersebut sangat tinggi. Matahari yang menyorot ke bawah menyinari debu sehingga terlihat dengan jelas.
Dia menatap debu yang beterbangan di ruangan dan tiba-tiba berkata," Bagaimana bisa
debu-debu ini baru terlihat di bawah cahaya matari?"
Tidak ada seorangpun yang menjawab. Tidak ada seorangpun yang berani untuk menjawab.
Perkataan tersebut mungkin bukan suatu pertanyaan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang terlalu basa basi.
Mata Ma Kong Qun perlahan-lahan menyapu ke seluruh ruangan ke arah masing-masing
wajah. Dia tiba-tiba tersenyum dan berkata," Engkau hanya dapat melihat debu ini karena disinar cahaya matahari karena kalau tidak, engkau tidak pernah menyadari bahwa debu tersebut memang benar-benar ada disana dari dulu."
Dia perlahan-lahan melanjutkan," Sebenarnya tidak masalah apakah engkau dapat
melihatnya atau tidak, debu tersebut tetap berada disana apapun yang terjadi."
Betul-betul pertanyaan yang tolol, namun betul-betul jawaban yang sangat pintar.
Tidak ada seorangpun yang mengerti mengapa dia mengeluarkan perkatan tersebut. Jadi
tidak ada seorangpun yang berani membuka mulut.
Ma Kong Qun menlanjutkan," Banyak hal di dunia ini sebetulnya seperti itu. Banyak hal di dunia ini seperti halnya debu di udara. Mereka semua berada tepat di hadapanmu namun engkau tidak pernah menyadarinya. Oleh karena itu engkau selalu berasumsi mereka tidak pernah ada."
Dia memandang ke arah Yun Zai Tian dan Hua Men Tian dan berkata," Untungnya cahaya
matahari selalu bersinar, dan cepat atau lambat semuanya pasti terungkap ?"
Hua Men Tian mengangkat kepalanya dan menatap ke bawah ke arah sisa-sisa makan di
atas piringnya. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun, juga tidak melihat reaksi apapun diwajahnya. Namun tidak memperlihatkan reaksi merupakan hal yang aneh bagi dirinya.
Dia tiba-tiba berdiri dan berseru," Lebih dari setengah orang-orang yang kemaren berpatroli adalah bawahanku. Aku akan berangkat sekarang untuk memastikan mereka memperoleh
penguburan yang layak."
"Tunggu sebentar." Ma Kong Qun berkata.
"Apakah Tuan Gedung memiliki perintah untuk ku?" Hua Men Tian bertanya.
"Tidak."
"Lalu apa yang aku harus tunggu?"
"Untuk seseorang yang akan tiba."
"Siapa?"
"Seseorang yang akan muncul cepat atau lambat."
Hua Men Tian perlahan-lahan duduk kembali, seraya tidak tahan lagi untuk menjawab,"Dan bagaimana bila dia tidak muncul?"
Ekspresi wajah Ma Kong Qun merengut," Jadi kita akan menunggu."
Saat mereka melihat ekspresi wajahnya berubah, mereka menyadari bahwa suatu hal akan dilakukan sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Karena tidak ada tempat untuk
berdebat, maka semua orang hanya duduk dan menunggu. Siapakah yagn mereka tunggu"
Sesaat, mereka mendengar suara derap kaki kuda tiba dari luar. Seorang laki-laki berpakaian putih memasuki ruangan dengan terburu-buru dan melaporkan," Seseorang diluar meminta untuk bertemu dengan anda."
"Siapa?" Ma Kong Qun bertanya.
"Ye Kai." Sipembawa pesan menjawab.
"Apakah dia sendiri?" Ma Kong Qun berkata.
"Dia sendirian."
Senyum aneh muncul dari wajah Ma Kong Qun," Jadi dia benar-benar telah datang, dan tiba dengan cepat." Dia berdiri dan berjalan keluar.
"Tuan Gedung, apakah dia yang sedang anda tunggu?" Hua Men Tian berkata.
Ma Kong Qun tidak mengiyakan namun juga tidak menyangkal, dia hanya menjawab dengan
kereng," Sebaiknya kalian semua tetap disini dan menunggu aku kembali."
Dia mendengus dan melanjutkan," Namun kalian tidak akan menunggu terlalu lama karena aku akan kembali dengan cepat."
Saat Ma Kong Qun berkata sebaiknya setiap orang untuk diam menunggu, maka artinya
setiap orang tidak ada pilihan lain kecuali diam menunggu. Semuanya mengerti hal itu dengan sangat baik.
Yun Zai Tian menatap ke arah cahaya matahari yang bersinar dari jendela. Dia terlihat jatuh tenggelam dalam pikirannya sepertinya sedang merenungkan apa yang Ma Kong Qun
katakan barusan.
Jari-jari Gong Sun Duan mengepal dengan kencang dan kedua matanya terlihat memerah
darah. Ma Kong Qun sama sekali tidak memandangnya sekalipun, apa sebabnya"
Hua Men Tian masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa Ye Kai tiba-tiba muncul pagi ini dan bagaimana Ma Kong Qun tahu bahwa dia bakal muncul"
Setiap orang memiliki pertanyaan dalam pikirannya masing-masing, namun hanya satu orang yang dapat menjawab pertanyaan mereka. Orang tersebut yaitu diri mereka masing-masing.
Cahaya matahri bersinar di angkasa. Ye Kai berdiri di bawah sinar dari cahaya matahari pagi.
Kelihatannya meskipun cahaya matahari telah surut, dia tetap terlihat dikelilingi cahaya. Dia tidak pernah berdiri dalam kegelapan.
Dia menatap ke atas ke arah bendera rakasasa yang berkibar tertiup angin, dia bahkan tidak menyadari bahwa Ma Kong Qun telah berjalan keluar. Ma Kong Qun berjalan ke samping
dirinya dan menatap ke atas ke arah bendera tersebut juga.
Lima kata kebesaran yang tertulis pada bendera tersebut berwarna merah; "Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong".
Ye Kai menarik napas dan berucap," Betapa bendera kebesaran yang megah, apakah harus dikerek ke atas setiap hari?"
"Ya." Ma Kong Qun menjawab. Dia menatap Ye Kai sepanjang waktu, menngamati dan
menganalisa ekspresi wajahnya.
Ye Kai akhirnya memandang balik kearahnya dan berkata," Pasti sulit untuk mengangatk bendera besar dan berat seperti itu setiap hari."
Ma Kong Qun terdiam beberapa saat, kemudian menarik napas dan berkata," Betul-betul
bukan hal yang mudah."
"Apakah ada hal di dunia ini yang diperoleh dengan mudah?" Ye Kai berkata.
"Hanya satu." Ma Kong Qun menjawab.
"Apakah itu?" Ye Kai bertanya.
"Menipu dirimu sendiri." Ma Kong Qun menjawab.
Ye Kai tersenyum.
Ma Kong Qun tidak tersenyum seraya melanjutkan," Agak sulit untuk menipu orang lain
namun relatif jauh lebih mudah untuk menipu diri sendiri."
"Namun bila seseorang betul-betul dapat menipu dirinya sendiri, maka hari-harinya pasti dapat dilewati dengan bahagia." Ye Kai berkata," Bagaimana denganmu" Apakah engkau
dapat menipu dirimu sendiri?"
"Tidak." Ma Kong Qun menjawab.
"Itulah sebabnya hari-harimu tidak dapat dilewati dengan bahagia." Ye Kai berkata.
Ma Kong Qun tidak menjawab, dia memang tidak harus menjawab.
Sorot mata simpati keluar dari Ye Kai saat dia memandang keriput di wajah Ma Kong Qun.
Setiap keriput tersebut tergores oleh lecutan cambuk, cambuk yang tersimpan dalam-dalam di hatinya.
Halaman yang dikelilingi oleh pagar tidak terlalu besar, namun padang rumput belantara diluar terlihat sangat luas dan tidak bertepi. Kenapa orang lebih memilih dirinya terkurung dalam pagar seperti ini"
Dengan tidak sadar, keduanya memutar tubuhnya bersamaan dan berjalan ke arah pintu
pagar yang besar. Langit terlihat cerah, rerumputan di padang luar bergelombang tertiup angin seperti ombak dilautan. Selarik suasana mendung kelabu berlalu di udara.
Ma Kong Qun memandanginya dan menarik napas panjang," Terlalu banyak orang yang
sudah kehilangan nyawanya."
"Mereka betul-betul tidak seharusnya mati." Ye Kai menambahkan.
Ma Kong Qun tiba-tiba menolah dan menatapnya," Lalu siapa yang pantas mati?"
"Beberapa orang berpikir akulah yang pantas mati, dan beberapa yang lainnya berpikir mungkin engkau yang pantas, itulah sebabnya mengapa ,,,"
"Mengapa apa?"
"Sebabnya mengapa seseorang menginginkan aku kembali kesini dan mengambil nyawamu!"
Ye Kai menegaskan.
Langkah kaki Ma Kong Qun berhenti, Ye Kai menatap kepadanya namun tidak terlihatpun
ekspresi terkejut diwajahnya. Kelihatannya dia sudah menduga-duga hal itu jauh
sebelumnya. Beberapa ekor kuda yang keluar dari kelompoknya tiba-tiba berlari kencang ke arah mereka.
Ma Kong Qun melompat ke atas dan menungganginya salah satu dari mereka. Dia
memberikan isyarakat ke Ye Kai kemudian mencongklang kudanya, seperti dia berharap Ye Kai mengikutinya.
Tentu saja, Ye Kai mengikutinya.
Bila area perbatasan merupakan batas akhir dari dunia, maka perbukitan kecil tersebut mungkin merupakah dunia yang lainnya.
Ye Kai pernah berada di sini sebelumnya.
Saat Ma Kong Qun ingin berbincang-bincang secara rahasia, dia selalu membawanya kesini.
Sepertinya tempat ini merupakan satu-satunya tempat yang dapat menghilangkan pagar
yang mengelilingi hatinya.
Retakan panjang pada sebongkah batu yang dibuat oleh pedang Gong Sun Duan masih
berada disana. Ma Kong Qun dengan lembut mengusapkan tangannya disana, seperti
mengusap luka yang berada ditubuhnya. Apakah karena batu nisan ini membawa kembali
rasa sakitnya dimasa lalu"
Setelah beberapa saat, dia akhirnya membalikan badannya.
Angin terasa makin memberikan kesedihan dan kemuraman di bukit tersebut. Ubanya
berkibaran tertiup angin tak beraturan sehingga membuat dia semakin terlihat lebih tua.
Namun matanya masih tajam setajam sorot mata elang. Dia menatap Ye Kai dan bertanya,"
Seseorang menginginkan engkau membunuhku?"
Ye Kai menganggukan kepalanya.
"Namun engkau tidak ingin membunuhku?" Ma Kong Qun berkata.
"Bagaimana engkau mengetahui hal itu." Ye Kai menjawab.
"Karena, kalau engkau hendak membunuhku, maka engkau tidak akan datang untuk
memberitahukannya." Ma Kong Qun berkata.
Ye Kai menarik napas panjang, apakah dia mengiyakan" Atu dia membantahnya"
"Engkau mungkin sudah menduga untuk membunuhku pasti bukan tugas yang mudah." Ma
Kong Qun berkata.
"Kenapa engkau belum menanyakan siapa yang menyuruhku membunuhmu?" Ye Kai
berkata. "Aku tidak perlu bertanya."
"Kenapa begitu?"
"Karena, akupun bahkan tidak pernah berpikir orang-orang tersebut sebagai ancaman. "
Ekspresi wajah Ma Kong Qun menjadi tenggelam, kemudian melanjutkan," Banyak orang
yang menghendaki aku mati, namun hanya satu yang paling patut untuk dikhawatirkan."
"Siapa?" Ye Kai berkata.
"Sebetulnya, aku pun tidak yakin apakah orang tersebut adalah engkau atau Fu Hong Xue."
Ma Kong Qun menjawab.
"Dan sekarang engkau sudah yakin siapakah orang tersebut?" Ye Kai berkata.
Ma Kong Qun menganggukan kepalanya, pupil matanya berkotraksi saat menjawab," Aku
sudah menduganya sejak lama."
Mata Ye Kai bercahaya, " Jadi engkau pikir Fu Hong Xue yang melakukan pembunuhan
tersebut?"
"Bukan."
"Bila bukan dia, lalu siapa?"
Kebencian terpancar dari mata Ma Kong Qun saat dia memalingkan wajahnya ke arah
padang belantara dibelakang mereka. Dia tidak menjawab pertanyaan Ye Kai. Setelah
beberapa saat, dia menegaskan dengan nada yang serius," Aku pernah mengatakan
sebelumnya, kerajaan ini dibangun oleh darah dan keringatku. Tidak seorangpun aku biarkan merebutnya dari tanganku."
Tidak ada jawaban. Ye Kai melihat ada sesuatu yang aneh yang keluar dari perkataan
tersebut, karena itu dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
Langit biru, biru yang gelap. Dan di dalam langit yang biru tersebut terdapat abu-abu keperakan yang berputar, mirip sekali dengan lautan. Dari tempat mereka berdiri, bendera raksasa tadi terlihat kecil dan tidak berarti dan kata-kata yang tertulis di bendera tersebut tidak terbaca.
Banyak hal di dunia ini persis seperti ini. Engkau mungkin berpikir satu keadaan telah begitu suram dan kusutnya sehingga tidak dapat diperbaiki lagi, namun saat dilihat dari perspektif yang lain, engkau baru menyadari bahwa hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Setelah beberapa saat, Ma Kong Qun tiba-tiba bertanya," Engkau tahu aku memiliki seorang anak perempuan."
Ye Kai hampir tidak dapat menahan senyumnya. Tentu saja dia tahu bahwa Ma Kong Qun
memiliki seorang anak perempuan.
"Engku telah mengenalnya?" Ma Kong Qun bertanya.
Ye Kai menganggukan kepalanya dan menjawab," Ya!"
"Bagaimana dia menurutmu?" Ma Kong Qun bertanya.
"Dia hebat." Ye Kai menjawab. Dia benar-benar berpikir gadis itu adalah gadis yang hebat.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia memiliki sifat yang manja, namun dia benar-benar seorang yang baik dan penuh
perhatian dihatinya.
Ma Kong Qun kembali jatuh diam beberapa saat. Tiba-tiba dia berpaling ke arahnya dan menatap Ye Kai dan bertanya," Apakah engkau menyukainya?"
Ye Kai terkejut, dia tidak pernah membayangkan Ma Kong Qun akan menanyakan hal seperti itu.
"Engkau mungkin heran kenapa aku menanyakanmu hal ini." Ma Kong Qun berkata.
"Iya, aku rasa juga merasa sedikit aneh." Ye Kai menjawab.
"Aku menanyakan hal ini karena aku hanya berharap engkau dapat membawanya pergi
bersamamu." Ma Kong Qun berkata.
Ye Kai terlihat terkejut," Membawanya pergi" Kemana?"
"Kemanapun engkau ingin pergi, selama engkau berkeinginan membawanya bersama mu,
maka engkau dapat membawanya kemanapun." Ma Kong Qun berkata.
"Mengapa engkau ingin aku membawanya pergi?" Ye Kai tidak tahan untuk bertanya.
"Karena " karena aku tahu dia betul-betul menyukaimu." Ma Kong Qun berkata.
Mata Ye Kai bercahaya," Bila dia menyukaiku, lalu kenapa kita tidak dapat bersama disini?"
Bayangan terlihat sekilas di wajah Ma Kong Qun, dia perlahan-lahan menjawab," Banyak hal akan terjadi disini, aku tidak ingin dia terlibat hal ini, karena dia betul-betul tidak bersalah."
Ye Kai menatapnya balik dan menarik napas panjang," Engkau betul-betul seorang ayah
yang baik."
"Apakah engkau akan berjanji untukku?" Ma Kong bertanya.
Ekspresi wajah yang aneh muncul di wajah Ye Kai. Dia perlahan-lahan memalingkan
wajahnya ke arah padang belantara.
Dia juga tidak menjawab pertanyaan Ma Kong Qun, setelah beberapa saat akhirnya dia
menjawab," Aku telah mengatakan hal ini sebelumnya, ini adalah rumahku. Dan karena aku telah kembali, aku tidak berencana untuk pergi."
"Jadi engkau tidak mau berjanji untukku?" Ma Kong Qun berkata.
"Aku tidak dapat membawanya pergi. Namun aku dapat berjanji apapun yang akan terjadi disini, dia tidak akan terlibatkan." Ye Kai berkata.
Sedikit cahaya muncul diwajahnya seraya melanjutkan," Karena dia betul-betul tidak
bersalah dan tidak ada hubungannya dengan ini semua."
Mata Ma Kong Qun pun mulai bercahaya juga, dia menepuk bahu Ye Kai dan berkata," Mari pergi, aku ingin minum secangkir arak denganmu."
________________________________________
Arak masih di atas meja.
Arak tidak dapat menghilangkan rasa sakit dan penderitaan di kehidupan kita, namun arak dapat membantu kita menipu diri kita sendiri.
Gong Sun Duan dengan erat menggenggam gelas emasnya. Dia tidak tahu kenapa dia harus minum saat ini, saat ini betul-betul bukan saat yang tepat untuk mabuk. Namun ini adalah gelas yang kelima di pagi ini.
Hua Men Tian dan Yun Zai Tian memandanginya mabuk. Namun mereka tidak
menghalanginya, juga tidak memilih untuk mabuk bersamanya. Selalu ada jarak diantara mereka.
Dan sekarang jarak tersebut kelihatannya semakin lebar dan lebar.
Gong Sun Duan menatap arak digelasnya dan tiba-tiba dia merasakan kesenderian yang
tidak dapat dijelaskan. Semua pertempuran yang dia alami, darah, keringat, berapa banyak yang dia keluarkan" Semua keuntungannya malah untuk orang lain.
Membohongi diri sendiri muncul dalam dua bentuk: kesombongan dan mengasihani diri.
Seorang anak kecil mengenakan pakaian berwarna merah dengan kuncir yang berwana
hitam pekat memasuki ruangan utama.
Meskipun anak kecil itu bukan anaknya, Gong Sun Duan selalu menyukainya. Karena dia
merasa anak kecil itu seperti dirinya juga - mungkin anak kecil ini merupakan satu-satunya orang yang sungguh-sungguh menyukainya.
Dia merengkuhnya dan menangkat anak kecil tersebut di bahunya dan berkata sambil
tersenyum," Setan kecil, apakah engkau kesini mau mencuri arakku?"
Anak kecil tersebut menggelengkan kepalanya, tiba-tiba bertanya perlahan," Kenapa "
kenapa engkau memukul Bibi Ketiga?"
"Siapa yang mengatakan hal itu padamu?" Gong Sun Duan berkata tegas.
"Bibi Ketiga mengatakan pada dirinya sendiri. Dan bahkan dia tidak mengatakannya kepada ayah tentang hal ini, engkau sebaiknya berhati-hati." Anak kecil tersebut menjawab.
Ekspresi Gong Sun Duan memburuk, begitu pula suasana hatinya. Dia akhirnya mengerti
kenapa Ma Kong Qun bersikap seperti itu pagi tadi. Mungkin hal itu bukan penyebabnya, namun kesimpulannya seperti itu. Paling tidak ini lebih baik daripada tidak mengerti sama sekali.
Dia melepasakan anak laki-laki itu dan bertanya," Dimana Bibi Ketiga sekarang?"
"Dia sudah pergi." Anak kecil itu menjawab.
Gong Sun Duan tidak mengucapkan perkataan lain, dia melompat dengan cepat-cepat ke
luar pintu. Dia terlihat seperti binatang buas yang terluka.
Yun Zai Tian dan Hua Men Tian juga tidak berkata-kata, mereka masih menunggu disana
dengan bisu. Karena Ma Kong Qun telah memerintahkan mereka untuk tetap tinggal.
________________________________________
Rumput dan semak-semak liar berdesir tertiup angin, bendera raksasa Gedung Sepuluh Ribu Kuda berkibar dengan megahnya.
Debu dan pasir di atas lantai masih terasa panas membakar, Fu Hong Xue membungkuk dan menangkup pasir setangan penuh. Salju pun pasti akan panas membara - salju yang
terendam ke dalam darah yang panas. Dia meremas pasir tersebut dengan kerasnya hingga pasir tersebut masuk ke dalam kulitnya.
Saat itu kemudian terlihat Nyonya Ketiga Shen dan Cui Nong berlalu, namun baginya kedua orang itu hanya dua orang asing yang cantik. Mereka berada di atas kuda dan kelihatannya sedang terburu-buru.
Fu Hong Xue menundukkan kepalanya, dia memiliki kebiasaan untuk tidak pernah menatap wanita. Dia tidak pernah melihat wajah Nyonya Ketiga Shen sebelumnya. Kedua ekor kuda tersebut mendadak berhenti dihadapannya, namun dia tetap berjalan. Kaki kirinya
melangkah ke depan, kemudian kaki kanannya diseret dibelakang.
Sinar matahari menerpa wajahnya, dia terlihat sepucat salju dari gunung dikejauhan. Salju yang sangat dingin, yang tidak akan pernah meleleh.
Kedua wanita tersebut turun dari kudanya dan menghalangi jalannya. Meskipun dia memilih untuk tidak melihatnya, namun dia tidak dapat mengabaikan suara mereka.
Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar ditelinganya," Apakah engkau tidak ingin melihat seperti apakah rupaku?"
Seluruh tubuh Fu Hong Xue tiba-tiba membeku. Dia tidak pernah melihat wajah Nyonya
Ketiga Shen, namun dia mengenali suaranya. Suaranya yang hangat dan lembut dihangatnya sinar matahari seperti halnya saat dikegelapan malam.
Tangannya yang lembut dan hangat, bibirnya yang lembut dan basah, gairahnya yang
misterius dan tak tertahankan " semua hal itu sepertinya sejauh dan sedalam mimpi
kosong. Dalam sekali ucapan, semua hal itu berubah menjadi kenyataan.
Fu Hong Xue mengepalkan kedua tangannya dengan eratnya, seluruh tubuhnya mulai
bergoyang dan bergetar yang muncul karena kesenangan dan kegelisahan, dia masih belum berani mengangkat kepalanya. Namun dia sungguh-sungguh ingin melihat seperti apa
rupanya, akhirnya dia melihat keatas. Dia melihat sepasang mata yang lembut dan hangat serta senyum yang sangat menyentuh.
Namun orang yang dia lihat adalah Cui Nong.
Dia tersenyum dan menatapnya balik merayu. Nyonya Ketiga Shen berdiri dengan bisu
sepertinya dia hanya seorang asing.
"Sekarang akhirnya engkau melihat seperti apa rupaku." Cui Nong berkata dengan memikat.
"Sekarang akhirnya aku dapat melihat seperti apa rupamu." Fu Hong Xue menjawab.
Api yang membara terpancar dimatanya yang biasanya dingin dan sepi. Pada saat itu, dia memberikan seluruh perasaan dan emosinya kepada wanita yang berdiri dihadapannya,
karena dia adalah wanita pertama yang dia miliki.
Nyonya Ketiga Shen berdiri disana memandang mereka dengan bisu tanpa setitikpun
ekspresi diwajahnya. Dia hanya tidak merasakan perasaan yang sama dengan laki-laki itu.
Dia hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Untuk balas dendam, dia bersedia untuk melakukan apapun.
Namun saat ini semuanya telah berubah, dia tidak lagi berkeinginan seperti itu. Dia tidak ingin siapapun mengetahuinya apa yang terjadi antara dia dan Fu Hong Xue. Yang lebih penting lagi, dia tidak akan membiarkan Fu Hong Xue mengetahuinya. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merasa dirinya sakit.
Fu Hong Xue masih menatap Cui Nong, menatap dengan segenap hatinya. Rona merah
terlihat diwajahnya yang pucat.
"Baiklah, aku biarkan engkau memandangiku selama engkau inginkan." Cui Nong tertawa
genit. Wanita seperti dia selalu memikili kata-kata saat berbicara dengan seorang laki-laki.
Salju yang membeku di gunung kejauhan nampaknya mulai terlihat meleleh.
Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba memotongya dan berkata," Jangan lupa apa yang telah aku ucapkan padamu."
Cui Nong menganggukan kepalanya, kemudian menarik napas dan berkata," Aku
membiarkan engkau melihatku sekarang karena situasi telah berubah."
"Situasi telah berubah?" Fu Hong Xue bertanya.
"Ma Kong Qun telah " "Cui Nong berkata.
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda memotong perkataannya. Seekor kuda melesat cepat ke arah mereka, penunggangnya seorang yang kuat dan gagah seperti halnya puncak gunung, namun juga pandai dan cekatan seperti kelinci.
Kuda yang bagus tersebut meringkik, sipengendara telah melompat.
Ekspresi wajah Nyonya Ketiga Shen berubah, segera dia bergeser ke belakang Cui Nong.
Gong Sun Duan buru-buru melayangkan tangannya dan menampar wajah Cui Nong sambil
membentak,"Pergi sana!"
Namun suaranya tiba-tiba berhenti. Tangannya pun tidak pernah mencapai wajah Cui Nong.
Sebuah golok tiba-tiba terhunus dan menghalangi layangan tangannya. Sarungnya berwarna hitam pekat, gagangnya pun berwarna hitam pekat. Namun tangan yang memegang golok
sepucat salju. Pembuluh darah mengembang di seluruh dahi Gong Sun Duan, kemudian dia menoleh dan
menatap Fu Hong Xue.
"Engkau lagi."
"Ini aku."
"Aku tidak ingin membunuhmu hari ini."
"Aku tidak ingin membunuhmu juga."
"Maka sebaiknya hengkang sejauh mungkin dari sini."
"Aku pikir aku akan tetap berdiri seperti ini."
Gong Sun Duan memandangnya, kemudian menatap Cui Nong. Dengan pandangan seperti
orang yang tidak percaya dia berkata," Apakah dia wanita mu atau apa?"
"Ya." Fu Hong Xue menjawab.
Gong Sun Duan tiba-tiba mulai tertawa," Apakah engkau tidak tahu dia adalah pelacur?"
Seluruh tubuh Fu Hong Xue membeku. Dia mundur dua langkah dan menatap Gong Sun
Duan. Wajahnya yang pucat terlihat hampir transparan.
Gong Sun Duan masih tertawa, sepertinya dia belum pernah melihat suatu hal yang lebih lucu lagi selama hidupnya.
Fu Hong Xue masih tetap diam berdiri. Tangan yang memegang goloknya terlihat sangat
pucat yang juga terlihat hampir transparang juga. Setiap urat nadi dan pembuluh darahnya terlihat menggelembung.
Saat Gong Sun Duan menghentikan tawanya, Fu Hong Xue mengucapkan tiga buah kata.
"Cabut keluar pedangmu."
Tiga buah kata yang sederhana, diucapkan dengan sangat perlahan, bahkan hampir seperti bisikan. Bisikan yang amat sangat menakutkan yang membuat semua bulu roma bergidik
berdiri. Dia berbicara dengan perlahan, demikian perlahannya hingga suaranya terdengar seperti suara aneh yang berasal dari alam lain, neraka.
Gong Sun Duan tetap membeku, semburan api mulai terlihat dimatanya. Dia memandangi Fu Hong Xue dan bertanya," Apa yang engkau katakan?"
"Cabut keluar pedangmu."
Sinar matahari yang membakar.
Pasir yang menguning beterbangan berputar-putar ke udara, padang rerumputan terlihat seperti hamparan emas.
Meskipun dataran tersebut disinari oleh hangatnya cahaya matahari yang bersinar dengan nyaman, namun suasana dan aura disekitar sana dipenuhi dengan hawa kematian. Hawa
kematian yang mengelilingi mereka. Hawa yang menjepit dan menyesakan. Segalanya
terlihat mengerikan yang sangat tidak wajar, bahkan sedikitpun tidak terlihat aura
ketentraman. Tangan Gong Sun Duan telah melingkari gagang pedang peraknya yang melengkung. Mata
pedang perak yang sedingin es terlihat mulai memancarkan udara panas. Telapak tangannya berkeringat, dahinya telah berkeringat, seluruh tubuhnya serasa seprti dipanggang dibawah sinar matahari yang menyelimutinya.
"Cabut keluar pedangmu!"
Arak yang berada di dalam darahnya yang hangat mulai mendidih. Saat itu betul-betul
sangat terik, terik hingga batas-batas daya tahan.
Fu Hong Xue berdiri tak bergerak dihadapannya, seperti seiris es yang tidak akan pernah meleleh. Seiris es yang transparan. Panas terik cahaya matahari yang tidak terperikan kelihatannya tidak mempengaruhinya. Dimanapun dia berdiri, sepertinya dia berdiri di atas salju yang memenuhi gunung dikejauhan.
Gong Sun Duan terlihat sesak dan berusaha bernapas terengah-engah, bahkan dia dapat
mendengar napasnya yang sesak.
Seekor kadar merangkak keluar dari sarangnya dan perlahan-lahan menggerakan kakinya
seperti kebosanan.
"Cabut keluar pedangmu!"
Bendera raksasa berkibar dengan megahnya dikejauhan. Suara ringkikan kuda terhembus
tertiup angin. "Cabut keluar pedangmu!"
Butiran keringat menetes dari dahinya mengalir melewati matanya turun ke janggutnya dan membasahi bajunya yang menempel ketat ditubuhnya.
Bagaimana mungkin Fu Hong Xue masih tidak berkeringat" Tangannya masih memegang
gagang goloknya.
Gong Sun Duan tiba-tiba mengeluarkan teriakan yang keras dan menacabut pedangnya!
Pedangnya berkelebat seperti petir yang keperakan seperti lingkatan bunga api. Bunga api petir keperakan yang menebas leher Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue sedikitpun tidak melakukan gerakan menghindar. Malah dia melesat maju,
sarung ditangan kirinya menangkis sabetan pedang Gong Sun Duan. Pada saat yang
bersamaan, dia menarik goloknya.
PPPHHAAANNGGG, tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan suara seperti apakah
itu. Gong Sun Duan sedikitpun tidak merasakan rasa sakit apapun, dia hanya merasa perutnya tiba-tiba mengejang saat dia mulai terdorong. Kemudian, dia melihat kebawah dan melihat gagang golok Fu Hong Xue menonjol keluar dari perutnya.
Seluruh kekuatannya mendadak menghilang, seluruh tubuhnya mulai mati rasa, dia tidak tahan lagi untuk berdiri di atas kakinya.
Matanya menatap gagang golok saat perlahan-lahan dia mulai jatuh ke tanah.
Yang dia lihat cuma gagang golok. Dia belum sempat melihat mata golok Fu Hong Xue.
Pasir yang menguning, darah yang hangat.
Gong Sun Duan meringkuk di atas genangandarah.
Kehidupannya telah berakhir. Kemalangan dan penderitaannya telah berakhir.
Namun kesulitan orang lain baru saja dimulai.
________________________________________
Siang hari, terik panas,
Tidak peduli seberapa panasanya cuaca, darah selalu akan mengeras saat meninggalkan
tubuh. Namun, keringat tidak akan pernah membeku.
Yun Zai Tian telah berkeringat dengan derasnya, dia mengusap keringatnya dengan satu tangan, dan meneguk minuman dengan tangan yang satunya lagi. Dia tidak terbiasa dengan penderitaan hidup yang keras. Hua Men Tian nampak jauh lebih saat itu.
Seekor kuda perlahan-lahan berjalan memasuki halaman. Seseorang melompat turun dari
kuda. Seekor kadal menjilati darahnya, namun darahnya telah membeku.
Sebuah pedang perak yang sangat bagus tergandung dipinggangnya. Panas terik sinar
matahari menyinari rambutnya yang berantakan, namun dia sudah tidak bisa lagi
berkeringat. Tiba-tiba, suara geledek memekakan telinga dari atas langit. Hujan mulai turun kebawah sepertinya tidak memperlihatkan belas kasihannya. Gedung Sepuluh Ribu Kuda mulai gelap.
Titik air hujan turun menghunjami bumi dengan butiran-butiran sebesar mutiara. Ekspresi wajah Hua Men Tian dan Yun Zai Tian nampak sesuram langit yang gelap.
Dua orang laki-laki dengan baju yang basah kuyup mengangkat tubuh Gong Sun Duan ke
atas meja panjang dan kemudian dengan bisu mundur meninggalkan ruangan utama.
Mereka ketakutan untuk melihat wajah Ma Kong Qun.
Dia berdiri membisu dibalik layar raksasa. Hanya pada saat petir menyambar saja wajahnya baru dapat dilihat. Namun tidak seorangpun yang berani melihatnya.
Tangan tersebut kasar, dingin dan kaku.
Dia tidak meneteskan air mata, namun ekspresi wajahnya bahkan terlihat sedih daripada keluarnya air mata.
Dia perlahan-lahan duduk dan memegang tangan Gong Sun Duan.
Kedua mata Gong Sun Duan masih melotot, keduanya masih memperlihatkan rasa sakit dan ketakutan yang dia rasakan sesaat sebelum napasnya berhenti. Dia terlihat seperti seseorang yang seumur hidupnya dipenuhi dengan rasa sakit dan ketakutan, itulah sebabnya dia selalu merasa susah. Sayangnya, semua yang dapat dilihat oleh orang-orang hanya kemarahannya.
Hujan mulai sedikit mereda namun langit terlihat semakin gelap.
"Dia adalah saudara laki-lakiku, hanya dia yang pantas menjadi saudara laki-lakiku."Ma Kong Qun berkata. Tidak ada yang tahu entah dia sedang berbicara dengan dirinya sendiri atau kepada Hua Men Tian dan Yun Zai Tian.
"Bila bukan karena kata-katanya, mungkin aku tidak akan selamat hingga hari ini."
Yun Zai Tian tidak dapat menahan diri lagi lebih lama. Dia menarik napas panjang dan berkata," Kita semua tahu bahwa dia adalah seorang yang baik."
"Dia sungguh-sungguh seorang yang baik. Tidak ada seorangpun yang lebih setia darinya, tidak ada seorangpun yang lebih berani. Bahkan dirinya sendiripun tidak pernah menikmati kemewahan selama hidupnya." Ma Kong Qun berkata.
Yun Zai tian hanya dapa mendengarkan, dia hanya bisa menarik napas.
"Dia tidak pantas mati, namun sekarang dia sudah mati." Ma Kong Qun berkata.
"Itu pasti perbuatan Fu Hong Xue." Yun Zai Tian berkata.
Ma Kong Qun menganggukan kepalanya dan berseru," Aku salah menduga terhadapnya. Aku
seharusnya memperhatian kata-katanya dan membunuh mereka semua.:
"Tapi sekarang ?" Yun Zai Tian berkata.
"Tapi sekarang sudah terlalu telat, tapi sekarang sudah terlalu terlambat ?" Ma Kong Qun berkata dengan serius.
Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata dengan tajam,"Tapi sebelum aku membalas dendam, ada satu hal yang ingin aku lakukan."
Mata Yun Zai Tian bercahaya saat dia bertanya," Apakah itu?"
"Kemarilah dan aku akan katakan kepadamu." Ma Kong Qun menjawab.
Tentu saja Yun Zai Tian segera berjalan kearahnya.
"Aku ingin engkau melakukan suatu hal untukku." Ma Kong Qun berkata.
"Berikan perintahmu, Tuan Gedung." Yun Zai Tian menjawab.
"Aku menginginkan kau mati!"
Ma Kong Qun menggerakan tangannya dan menarik pedang melengkung Gong Sun Duan
dari sarungnya. Mata pedang langsung menyabet Yun Zai Tian. Kecepatannya sangat
mengagumkan, tidak ada seorangpun yang menyangka dia akan menyerang Yun Zai Tian.
Anehnya Yun Zai Tian justru sudah mengharapkan hal tersebut sepanjang waktu. Sesaat
mata pedang berkelebat, Yun Zai Tian meloncat kebelakang dengan jurus Membuka Jendela untuk Melihat Bulan Menerjang Awan.
Semburan darah muncrat ke belakang juga. Meskipun dia bergerak cepat, namun dia tidak dapat menghindari kecepatan pedang Ma Kong Qun. Mata pedang merobek pinggang
kanannya, tangan kananya telah putus jatuh ke atas lantai. Namun Yun Zai Tian belum juga roboh. Ahli silat yang telah selamat dari pertempuran yang tidak terhitung jumlahnya tidak akan mudah dijatuhkan.
Punggungnya terlempar ke dinding. Wajahnya terlihat sangat pucat. Kedua matanya
dipenuhi dengan ketakutan.
Ma Kong Qun tidak mengejarnya. Dia masih tetap berdiri ditempatnya saat itu, dia menatap tetesan darah yang jatuh dari ujung mata pedangnya.
Huan Men Tian masih berdiri tak bergerak, tidak ada sedikitkpun ekspresi diwajahnya.
Selama mata pedang tidak mengarah kepadanya, dia tidak ada keinginan untuk bergerak.
Setelah beberapa saat, Yun Zai Tian akhirnya membuka mulutnya. Dia mengatupkan giginya dan berkata," Aku tidak mengerti " aku benar-benar tidak mengerti."
"Engkau seharunya mengerti." Ma Kong Qun menjawab dengan dingin. Dia perlahan-lahan
mengangkat kepalanya dan menatap lukisan kuda yang sedang berlari di dinding.
"Kerajaan ini milikku! Siapapun yang berani mencoba merebutnya dari tanganku akan mati!"
Ekspresi wajah Yun Zai Tian menyuram, dia menaik napas dan berkata," Jadi engkau telah mengetahui semuanya."
"Aku telah mengetahuinya sejak lama."
"Sepertinya aku telah memandang remeh kepadamu." Yun Zai Tian mendengus.
"Seperti aku katakan sebelumnya, banyak hal di dunia ini seperti debu. Ada disekitarmu namun engkau masih belum dapat melihatnya - engkau telah berusaha mengelabui mataku
sejak lama."
Yun Zai Tian mulai mengeluarkan keringat dengan deras, dia menggigitkan giginya dan
berkata sambil tersenyum," Namun cahaya matahari selalu bersinar."
Meskipun dia sedang tersenyum namun ekspresi wajahnya terlihat lebih menderita daripada tetesan air mata.
"Jadi sekarang engkau mengerti?"
"Sudah mengerti sekarang."
Ma Kong Qun menarik napas panjang dan menegaskan," Engkau seharusnya tidak
menghianatiku,. Engkau seharusnya mengerti orang sepertiku."
Senyum aneh tiba-tiba memancar di wajah Yun Zai Tian seraya menjawab," Ya aku telah
menghianatimu, namun ?"
Sebelum dia selesai mengucapkan kata-katanya, matanya menatap Hua Men Tian. Namun
sudah terlambat, pedang Hua Men Tian telah menyabet dadanya, menghempaskan tubuhnya
ke dinding. Dia tidak akan pernah menyelesaikan perkataannya.
Hua Men Tian perlahan-lahan menarik pedangnya. Tubuh Yun Zai Tian melorot ke atas
lantai. Setiap orang pasti jatuh cepat atau lambat. Tidak peduli betapa hebatnya seseorang, kita semua terlihat sama saat kita jatuh.
ooOOOoo Bab 16. Sekali Memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, Lupakan Untuk Kembali
Pulang Disana terdapat paviliun kecil di tengah padang belantara.
Para pengendara suka menyebut tempat ini Sarang Kedamaian dan Kebahagiaan. Sebetulnya tidak ada yang istimewa dengan paviliun ini. Namun tempat tersebut satu-satunya tempat untuk berteduh saat hujan.
Saat hujan mulai turun, Ye Kai dan Ma Fang Ling berlari ke arah paviliun ini.
Tetesan hujan betul-betul sangat besar, hingga sebesar butiran mutiara.
Dataran yang luas, padang rumput yang tidak bertepi itu saat hujan terlihat seperti
pemandangan yang keluar dari alam mimpi.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ma Fang Ling duduk pada salah satu kursi panjang di paviliun tersebut. Kedua tangannya diletakan di atas lutunya sambil memandangi hujan. Dia tidak mengucapkan sepatah
katapun selama beberapa saat.
Saat wanita sedang membisu, Ye Kai tidak pernah berkeinginan untuk membuatnya
berbicara. Dia merasa bila semua wanita di dunia lebih sedikit membuka mulutnya, maka laki-laki pasti akan hidup lebih lama.
Kilat menyinari dan menerangi wajah menarik Ma Fang Ling.
Raut wajahnya memperlihatkan dia kurang sehat. Terlihat sekali dia kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran dibenaknya.
Namun dia terlihat semakin dewasa dan lebih memahami keadaan dunia disekitanya.
Ye Kai menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri dan meminumnya seteguk. Dia hanya berharap poci teh tersebut berisi arak. Dia bukan seorang yang kecanduan arak, namun saat dia dalam keadaan sangat senang atau sangat sedih, dia hanya ingin minum.
Saat ini dia merasa sangat sedih, sehingga yang dia ingingkan hanyalah minum.
Ma Fang Ling mengangkat kepalanya, memandanginya dan berkata," Ayahku tidak pernah
menyetujuiku bersama denganmu."
"Oh?"
"Namun untuk suatu alasan, dia menyuruhku untuk menemuimu dan menemanimu
seharian." Ma Fang Ling berkata.
Ye Kai tersenyum dan menjawab," Meskipun dia telah memilih orang yang tepat, namun dia telah memilih waktu yang salah.
Ma Fan Lin menggigit bibirnya dan bertanya," Tahukah kau kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran."
"Aku tidak tahu." Ye Kai berkata.
Ma Fang Ling menatapnya dan berkata," Engkau pasti banyak bicara kepadanya pagi ini."
Ye Kai tertawa dan menjawab," Engkau seharusnya tahu dia seorang yang tidak banyak
bicara, dan juga aku."
Ma Fang Ling tiba-tiba melompat dan berteriak," Kalian berdua pasti berbicara banyak hal yang tidak ingin aku ketahui. Apa saja yang tidak ingin engkau katakan padaku?"
"Engkau benar-benar ingin tahu?" Ye Kai bertanya dengan nada yang serius.
"Tentu saja aku ingin tahu." Ma Fang Ling menjawab.
Ye Kai menoleh kepadanya dan berkata," Bila kau katakan kepadamu bahwa dia ingin aku menikahimu, apakah engkau akan percaya?"
"Tentu saja tidak."
"Kenapa tidak?"
"Aku ?" dia tiba-tiba membanting kakinya dan berputar," Pikiranku sudah dipenuhi dengan kebingungan, berhenti becanda denganku."
"Apanya yang salah?" Ye Kai bertanya.
"Aku betul-betul tidak tahu. Bila aku mengetahuinya, aku tidak akan sebingung ini." Ma Fang Lin berkata.
"Kata-kata itu masuk akal." Ye Kai menegaskan dan tersenyum.
"Tentu saja." Ma Fang Ling menjawab. Dia membalikan badannya dan bertanya kepadanya,"
Memangnya pikiranmu tidak pernah kacau?"
"Sangat jarang." Ye Kai berkata.
Ma Fang Ling menggigit bibirnya dan bertanya kepadanya,"Engkau " apakah engkau tidak pernah memikirkan diriku?"
"Tentu saja memikirkan." Ye Kai menjawab dengan kencang dan jelas.
Ma Fang Ling terperanjat, wajahnya memerah saat dia menundukan kepalanya dan menarik lengan bajunya. Setelah beberapa saat, dia berbisik halus," Ditempat seperti ini, saat seperti ini, bila engkau benar-benar menyukaiku, engkau seharusnya mendekatiku dan memelukku."
Ye Kai tidak berkata sepatah katapun. Dia kembali menuang secangkir teh.
Ma Fang Ling berhenti sebentar dan menunggu jawabannya, setelah beberapa saat dia tidak tahan untuk berseru," Apakah engkau mendengar apa yang aku katakan?"
"Tidak."
"Memangnya kau tuli?" Ma Fang Ling bertanya.
"Tidak."
"Kalau tidak tuli kenapa tidak mendengarkanku?" Ma Fang Ling berkata.
Ye Kai menarik napas dan menjawab," Meskipun telingaku masih baik, kadang aku lebih suka pura-pura tuli."
Ma Fang Ling mengangkat kepalanya, berjalan kearahnya, dan memelukan lengannya
ketubuhnya. Dia memeluknya dengan sangat erat.
Angin dan hujan sangat dingin menusuk dan sedikitpun tidak berbelas kasihan.
Kedua bibirnya panas menyala-menyala.
Jantungnya berdegup keas seperti tetesan air hujan yang menimpa padang rerumputan.
Namun Ye Kai mendorongnya. Pada saat seperti ini, Ye Kai malah mendorongnya.
Ma Fang Ling menatapnya dengan sorot pahit dimatanya. Seluruh tubuhnya rasanya seperti membeku. Dia menggigit bibirnya dengan keras dan kelihatannya dia ingin mencucurkan air matanya dan tersedu,"Kau " kau sudah berubah."
"Aku tidak pernah berubah." Ye Kai menjawab dengan lembut.
"Engkau tidak memperlakukanku seperti ini sebelumnya." Ma Fang Ling berkata.
Ye Kai terdiam membisu. Setelah beberapa saat dia menarik napas dan berkata,"Hal ini karena aku memahamimu lebih baik sekarang daripada sebelumnya."
"Apa yang engkau pahami?" Ma Fang Ling bertanya.
"Bahwa engkau sungguh-sungguh tidak menyukaiku." Ye Kai menjawab.
"Aku tidak menyukaimu" Aku " apakah aku gila atau apa?"
"Engkau berlaku seperti ini karena engkau takut."
"Takut apa?"
"Takut kesepian, takut tidak ada seorangpun yang peduli padamu di dunia ini."
Mata Ma Fang Ling menjadi merah. Dia menundukan kepalanya dan terisak
perlahan,"Bahkan bila seperti itupun, engkau seharusnya memperlakukanku lebih baik dari ini."
"Bagaimana engkau ingin aku memperlakukanmu" Saat tidak ada seorangpun, engkau ingin aku memelukmu" Dan ?"
Sebelum Ye Kai menyelesaikan ucapannya, Ma Fang Ling menampar wajahnya. Dia
menggunakan segenap tenaganya meskipun tangannya terasa kaku, namun Ye Kai
nampaknya seperti tidak merasakan sesuatu apapun. Matanya masih memandanginya
dengan lekat, ke arah air matanya yang mulai merayap dipipinya.
Dia membanting kakinya dan berteriak kearahnya,"Engkau bukan manusia, aku
menyadarinya sekarang bahwa engkau betul-betul bukan manusia, aku membencimu " aku
membencimu sampai mati ?"
Ma Fang Ling menangis tersedu-sedu dan berlari ketengah hujan.
Hujan betul-betul sangat deras.
Bayangannya telah kabur ditengah derasnya tetesan air hujan.
Ye Kai tidak mengejarnya, bahkan dia tidak bergerak sedikitpun. Namun untuk suatu sebata, terlihat raut sangat sedih dan sakit diwajahnya. Sebetulnya ada keinginan yang tidak tertahankan di dalam hatinya untuk mengejarnya dan memeluknya, namun dia tidak bisa.
Dia sama sekali tidak melakukan apapun. Dia hanya berdiri saja disitu seperti patung, menunggu hingga hujan berhenti "
Hujan akhirnya sudah berhenti.
Ye Kai berjalan menyeberangi jalan yang digenangi oleh air dan memasuki pintu yang
sempit. Segalanya di dalam gedung utama masih tenang dan diam, hanya terdengar suara kartu
dibanting. Xiao Bie Li masih terpaku pada kartu-kartu yang terletak dihadapannya. Ekspresi wajahnya sepertinya dia menanggung kecemasan yang tidak dapat diucapkan.
"Apa yang kau lihat hari ini?" Ye Kai bertanya kepadanya.
Xiao Bie Li menghela napas dan menjawab," Aku tidak dapat melihat apapun hari ini."
"Kenapa harus menghela napas panjang kalau tidak melihat apapun," Ye Kai bertanya.
"Aku menghela napas karena tidak ada apapun yang terlihat." Xiao Bie Li menjawab.
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai." Hanya bila ada bencana yang
sangat berbahaya mendekatiku maka aku tidak dapat melihat apapun."
Ye Kai terdiam beberapa saat. Akhirnya dia menghela napas dan menegaskan,"Tapi ada satu hal yang aku lihat."
"Oh?"
"Paling tidak engkau tidak akan bangkrut hari ini."
Xiao Bie Li menunggunya melanjutkan, namun hanya itu yang Ye Kai katakan. Dia kemudian mengambil selembar uang kertas, meletakannya di atas meja, dan perlahan-lahan
menggesernya ke arah Xiao Bie Li.
Xiao Bie Li menatap uang kertas tersebut dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Ada
beberapa hal yang tidak perlu dikatakan, ada beberapa hal yang tidak perlu ditanyakan.
Setelah beberapa saat, Ye Kai tersenyum dan berkata," Tahukah kau, aku sungguh-sungguh tidak ingin mengembalikannya kepadamu. Karena kau tidak pernah ingin aku membunuh Ma Kong Qun. Betul kan?"
"Oh?" Xiao Bie Li berseru.
"Engkau hanya ingin mengujiku, apakah aku betul-betul ingin membunuhnya." Ye Kai
berkata. Xiao Bie Li tersenyum juga dan menjawab,"Engkau terlalu banyak berpikir, terlalu banyak berpikir bukanlah hal yang baik."
"Baiklah, apapun yang terjadi, engkau seharusnya sekarang tahu bahwa aku bukan orang yang ingin membunuhnya." Ye Kai berkata.
"Setiap orang tahu hal itu sekarang." Xiao Bie Li menjawab.
"Kenapa begitu?"
"Karena Gong Sun Duan telah mati, dibawah golok Fu Hong Xue!"
Senyum Ye Kai membeku. Raut wajahnya bahkan terlihat lebih aneh.
Xiao Bie Li perlahan-lahan melanjutkan," Tidak hanya Gong Sun Duan yang sudah mati, Yun Zai Tian dan Hua Men Tian juga sudah mati."
"Mereka mati di bawah golok Fu Hong Xue juga?"
Xiao Bie Li menggelengkan kepalanya.
"Jadi siapa yang membunuh mereka?"
"Ma Kong Qun."
Ye Kai betul-betul terperanjat. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia menghela napas dan berkata,"Sungguh tidak masuk akal, hal itu tidak masuk diakal."
"Apakah itu?" Xia Bie Li bertanya.
"Dia sudah tahu bahwa musuhnya masih menunggu kesempatan untuk mencabut nyawanya,
kenapa dia harus membunuhnya pesilatnya yang paling tangguh pada saat seperti ini?" Ye Kai menjawab.
"Dia selalu menjadi orang yang aneh, jadi kita selalu tidak akan pernah bayangkan apa yang akan dilakukannya." Xiao Bie Li berkata.
Sebetulnya banyak sekali jawaban untuk pernyataan itu, namun Ye Kai kelihatannya
menerimanya. Dia tiba-tiba mengubah pembicaraannya dan bertanya," Dimana tamu
kehormatanmu semalam?"
"Tamu kehormatanku?"
"Punggung Emas Ding Qiu."
Xiao Bie Li seperti yang baru saja mengingat siapa Ding Qiu dan menjawab," Dia juga
seorang yang aneh, dia seringkali melakukan berbagai hal yang tidak pernah kita bayangkan juga."
"Oh?"
"Aku tidak pernah berpikir aku akan melihatnya disekitar sini." Xiao Bie Li berkata.
"Bukankah dia kesini untuk mencarimu?" Ye Kai bertanya.
"Siapa yang ingin mencari orang tua cacat sepertiku?" Xiao Bie Li berkata sambil tersenyum.
"Apakah dia masih di atas?"
"Dia sudah pergi."
"Tahukah kau kemana dia pergi?"
"Mencari seseorang."
"Mencari seseorang" Siapa?"
"Luo Luo Shan."
Ye Kai terlihat kaget dan bertanya,"Keduanya bersahabat?"
"Bukan sahabat tapi musuh. Mereka bermusuhan sejak bertahun-tahun lamanya."Xiao Bie Li menjelaskan.
"Apakah Ding Qiu kesini karena mau mencari Luo Luo Shan?" Ye Kai menduga-duga.
"Mungkin."
"Apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya?" Ye Kai bertanya.
Xiao Bie Li menarik napas dan menjawab," Siapa yang tahu. Kedengkian dan perselisihan di dunia persilatan selalu sulit diterka."
Ye Kai terdiam beberapa saat. Kemudian, dia tiba-tiba bertanya," Beberapa tahun lalu, terdapat senjata rahasia paling kejam dan jahat. Kabar burung mengatakan bahwa wanita tersebut adalah pewaris dari Nenek Bunga Merah."
"Yang kau maksudkan Jarum Perusak Usus, Nenek Du?" Xiao Bie Li menjawab.
"Tepat." Ye Kai berkata.
"Aku pernah mendengarnya sebelumnya." Xiao Bie Li berkata.
"Apakah engkau pernah melihatnya sebelumnya?" Ye Kai bertanya.
"Wanita tersebut adalah seseorang yang lebih baik tidak pernah aku temui seumur hidupku."
Xiao Bie Li menjawab dengan senyuman pahit.
"Dan anggota terakhir Setan Hidup Seribu Wajah, yang disebut dengan Penipu Tak
Bertulang, Xi Men Chun, aku yakin engkau pernah mendengarnya juga." Ye Kai berkata.
"Aku lebih baik bertemu dengan Bibi Du dari pada berlari kepada orang tersebut."Xiao Bie Li menegaskan.
"Baiklah, dari yang aku pernah dengar, keduanya telah tiba disini."Ye Kai berkata perlahan-lahan.
Ekspresi wajah Xiao Bie Li sedikit berubah."Kapan mereka tiba?"
"Mereka telah berada disini beberapa saat." Ye Kai menjawab.
Xiao Bie Li terdiam sesaat sebelum dia menggelengkan kepalanya membantah," Tidak
mungkin, tidak ada perlunya mereka datang ke tempat ini. Kita pasti sudah mengetahuinya bila mereka telah tiba disini."
"Bukankah Gedung Sepuluh Ribu Kuda merupakan tempat bersembunyinya pesilat-pesilat
tangguh?" Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li menganggukan kepalanya, kemudian menggerakan kepalanya ke belakang dan
kedepan. "Mungkin karena keduanya telah tiba di Gedung Sepuluh Ribu Kuda, maka sangat berbahaya kesana." Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li tiba-tiba tersenyum dan menjawab," Itu urusan Gedung Sepuluh Ribu Kuda, apa hubungannya dengan kita?"
"Mungkin aku telah berbicara terlalu banyak hari ini." Ye Kai berkata sambil tersenyum.
Dia kelihatannya mau pergi, namun saat dia baru saja mau melewati pintu. Seorang laki-laki berpakaian putih yang ditutupi dengan garis kain linen. Ditangannya terlihat seperti surat undangan.
Tapi ternyata bukan juga, itu adalah berita kematian.
Berita kematian Gong Sun Duan, Yun Zai tian dan Hua Men Tian. Dikirimkan oleh Ma Kong Qun, dan tanggal pemakaman dijadwalakan esok hari. Upacara akan dilakukan pada pagi
hari, penguburan saat siang dan acara resepsi tamu setelahnya.
Salah satunya dialamatkan kepada Ye Kai. Orang berpakaian puith yang memegang berita kematian berjalan ke arah Ye Kai, menundukan kepalanya dan berkata," Majikan Ketiga
memerintahkanku mengantarkan undangan untuk Tuan Xiau dan Tuan Muda Ye untuk
memberikan penghormatannya."
Xiao Bie Li menghela napas dan menjawab,"Teman baik selama bertahun-tahun, menghilang selamanya dalam satu hari saja. Bagaimana mungkin aku tidak hadir?"
"Aku juga akan hadir juga." Ye Kai berkata.
Pengirim pesan dengan baju putih menganggukan kepalanya tiga kali.
"Kelihatannya banyak berita kematian yang telah dikirim keluar." Ye Kai tiba-tiba
berkomentar. "Majikan Ketiga dan Tuan Gong Sun adalah sabahat dalam suka dan duka, pada saat paling akhir dia ingin melakukan upacara penghormatan pemakaman." Pengirim pesan menjawab.
"Semua orang di kota memperoleh undangan?" Ye Kai bertanya.
"Kepada setiap orang." Pengirim pesan berkata.
"Bagaimana dengan Fu Hong Xue?" Ye Kai berkata.
Sorot mata benci terlihat diwajah laki-laki berbaju putih itu dan menjawab,"Ada juga undangannya untuknya, namun aku ragu dia akan muncul."
"Aku rasa dia akan hadir."
"Begitukah."Pengirim pesan menjawab dengan dingin.
"Apakah engkau sudah berhasil menemuinya?" Ye Kai bertanya.
"Belum."Pengirim pesan berbaju putih berkata.
"Jangan khawatir, aku akan mengantarkannya." Ye Kai berkata.
Laki-laki baju putih berhenti sesaat, kemudian menganggukan kepalanya dan
menjawab,"Aku harus mengucapkan terima kasih karena telah menyusahkan. Aku sungguh-
sungguh tidak ingin melihat orang tersebut, sebaiknya dia membiarkan siapapun melihat dirinya."
Xiao Bie Li menatap berita kematian yang berada ditangannya. Saat pengirim pesan baju putih tersebut telah pergi, dia menghela napas dan berseru,"Siapa yang menyangka mereka juga mengirimkan undangan kepada Fu Hong Xue."
"Seperti yang engkau katakan, Ma Kong Qun adalah orang yang aneh. Namun Fu Hong Xue
sudah pasti akan muncu;." Ye Kai menegaskan.
"Mengapa begitu?" Xiao Bie Li bertanya.
Ye Kai tersenyum dan menjawab,"Karena aku dapat mengatakan bahwa dia bukan tipe
orang yang suka melarikan diri."
"Namun bila engkau adalah sahabatnya, engkau seharusnya memintanya untuk tidak
hadir."Xiao Bie Li berkata dengan nada suara yang dalam.
"Bagaimana bisa?" Ye Kai berkata.
"Engkau dapat mengatakan bahwa upacara pemakamaman ini sudah jelas merupakan
jebakan?" Xiao Bie Li berkata.
"Jebakan?"
"Pada saat Fu Hong Xue menginjakan kakiknya di Gedung Sepuluh Ribu Kuda, dia telah
melupakan untuk kembali pulang.
Kerajaan langit, kerajaan bumi. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak lagi bersinar.
Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, lupakan untuk kembali pulang.
________________________________________
Siang hari. Hujan telah berhenti, langit yang cerah diatas hingga ribuan mil jauhnya.
Ye Kai mengetuk pintu Fu Hong Xue.
Tidak ada seorangpun yang melihat Fu Hong Xue sejak tadi pagi. Setiap dia mengatakan orang pucat cacat tersebut, dia selalu menemukan pandangan ganjil, sepertinya mereka baru saja melihat seorang yang sangat jahat.
Berita bahwa Gong Sun Duan telah binasa oleh Fu Hong Xue telah menyebar ke seluruh
kota.. Tidak ada satupun jawaban dari pintu, namun satu pintu yang berdekatan dengannya
terbuka dan terlihat seorang wanita tua yang telah beruban. Dia memperlihatkan
kecurigaaan dan kekhawatiran saat menatap Ye Kai.
Wajahnya dipenuhi dengan keriput dan kulitnya telah menua dan berkerut-kerut.
Ye Kai mengenal wanita tua ini pemilik gubuk ini, dengan terseyum dia bertanya,"Apakah Tuan Muda Fu disini?"
"Tidak ada Tuan Muda Fu disini, hanya pengemis miskin yang tinggal digubuk ini."Wanita tua menjawab sambil menggelengkan kepalanya.
Ye Kai tersenyum, kelihatannya tidak ada hal apapun yang dapat membuatnya marah.
Wanita tua itu tiba-tiba menambahkan,"Bila engkau mencari orang pucat cacat tersebut, dia telah mengemasi barang-barangnya."
"Dia telah pergi" Kapan" Ye Kai bertanya.
"Baiklah, secepatnya dia akan memperoleh barang-barangnya." Wanita tua itu menjawab.
"Dan bagaimana engkau tahu hal itu?" Ye Kai berkata.
"Karena aku tidak menerima pembunuh disini." Wanita tua itu menjawab dengan dingin.
Ye Kai akhirnya mengerti bahwa menyerang Gedung Sepuluh Ribu Kuda sama saja dengan
bermusuhan dengan seisi kota. Dia tidak berkata-kata lagi. Dengan tersenyum, dia berbalik dan berjalan keluar gang.
Wanita tua itu mengikutinya keluar dan berkata,"Bila engkau tidak ada tempat untuk tinggal, aku dapat menyewakan ruangan bagimu."
"Bagaimana engkau tahu aku bukan pembunuh?" Ye Kai menjawab.
"Engkau tidak terlihat seperti itu."Wanita tua itu berkata.
Ekspresi wajah Ye Kai memberengut dengan nada yang dalam dia menjawab,"Engkau salah.
Bukan saja aku adalah pembunuh, aku telah membunuhn lebih dari tujuh puluh atau delapan puluh orang sebelumnya."
Mulut wanita muda itu terperangah, wajahnya dipenuhi dengan ketakutan dan keterkejutan.
Ye Kai kemudian melangkah keluar gang. Dia berharap dia akan bertemu dengan Fu Hong
Xue secepatnya.
Meskipun dia belum melihat Fu Hong Xue, dia tidak berharap bertemu dengan Ding Qiu,
yang sedang menghirup teh hangat di dalam sebuah kedai diseberang jalan. Dia
mengenakan kemeja hijau yang terbuat dari bahan kain yang mewah, ekspresi wajahnya
membuat dia malas melakukan apapun.
Di sisi jalan lainnya terdapat seorang penggembala yang sedang menggembalakan empat
atau lima ekor domba yang berjalan berbaris di tengah jalan.
Meskipun cuaca sedikit mendingin setelah hujan badai yang deras, namun keadaan masih terasa cukup panas. Namun penggembala tersebut mengenakan mantel wool yang tebal dan topi jerami. Topinya bertengger rendah dikepalanya, pada tangannya tergenggam tongkat gembala, dan dia bersiul saat berjalan.
Hanya orang yang tidak punya yang menjadi gembala. Ditengah padang rumput seperti ini, peternak elang dan kuda sangat dihormati. Penggembala tidak saja miskin namun juga
dipandang rendah.
Orang-orang dijalan tidak ada yang peduli melihatnya. Sebalinya tidak ada seorangpun yang menaruh perhatian kepadanya dia menghindari berjalan di tengah jalan. Dia kelihatannya tergesa-gesa menggembalakan dombanya sepanjang jalan.
Siapa yang tahu seseorang dijalan memperhatikannya. Mata Ding Qiu membesar saat dia
melihat penggembala tersebut, sepertinya dia telah menantinya sepanjang waktu.
Ye Kai menghentikan langkahnya. Dia menatap sipenggembala, kemudian menatap Ding Qiu.
Matanya juga membesar.
Jalan masih basah. Saat penggembala berjalan memutari genangan air, dia melihat Ding Qiu telah melangkah dan menghadang jalannya. Sipenggembala tidak melihat ke atas dan
berjalan memutari Ding Qiu sepertinya dia tidak memiliki keberanian.
Kelihatannya Ding Qiu mau membuat persoalan dengan penggembala tersebut, saat dia
menghentikannya dan berkata,"Sejak kapan engkau menjadi penggembala domba?"
Sipenggembala terlihat terkejut dan menjawab dengan cemas,"Sejak masih kecil."
Ding Qiu tersenyum dingin dan menghardik,"Jangan katakan yang kau pelajari di Gunung Butong adalah menggembala."
Sipenggembala terlihat ketakutan, dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan melihat Ding Qiu kemudian menjawab,"Apakah aku mengenalmu" Aku rasa engkau salah mengenali
orang." "Nama marganya Luo, Luo Luo Shan, meskipun seluruh tulangmu berubah menjadi debu aku masih mengenalimu. Kemana engkau akan kabus kali ini?" Ding Qiu berkata.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah penggembala tersebut benar-benar Luo Luo Shan.
Dia tediam beberapa saat, kemudian menghela napas dan menjawab,"Meskipun engkau
masih mengenaliku, aku khawatir aku masih tidak mengenalmu."
Dia benar-benar Luo Luo Shan.
Ding Qiu tersenyum dingin. Tiba-tiba dia merobek jubah hijaunya dan memperlihatkan
bajunya yang mewah dibaliknya dan punggung bongkoknya.
"Naga Punggung Emas?" Luo Luo Shan berseru.
"Jadi engkau mengenaliku."
"Apa yang kau inginkan dariku?"
"Menagih hutang."
"Hutang apa?"
"Apakah engkau telah melupakan apa yang telah terjadi belasan tahun yang lal u?"
"Aku belum pernah bertemu denganmu, jadi aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
"Tujuh belas nyawa merupakan hutang yang cukup besar, berikan nyawamu!"
"Orang ini gila, aku ?"
Ding Qiu bahkan tidak membiarkan dia menyelesaikannya. Dia sekali gerakan tangan,
sebatang tongkat emas sepanajng lima kaki muncul ditangannya. Sekelebat cahaya emas
muncul di udara seperti naga dan bergerak langsung ke arah dada Luo Luo Shan.
Luo Luo Shan menggerakan cemetinya ke satu sisi dan membuka jubah wolnya dari
tubuhnya dengan tangan kanannya. Dia melompat mundur dan berseru,"Tunggu sebentar."
Namun Ding Qiu tidak menunggu, tongkat emas telah berkelebat membuat empat gerakan
lagi. Luo Luo Shan menghentakan kakinya dan dengan menjentikan tangannya, jubah wol
ditangannya telah menjadi kaku lurus. Ini adalah salah satu jurus tenaga dalam Butong yang terkenal Membasahi Kain Menjadi Tongkat. Dalam tangan seseorang yang ahli menggunakan jurus ini, segala hal dapat menjadi senjata yang mematikan.
Di atas jalan yang basah dan berlumpur itu, kedunya telah melakukan belasan gerakan.
Ye Kai yang menonton dari jauh, menyadari dua hal.
Seorang pembabuk tidak akan pernah menjadi ahli silat yang kosen. Kebiasaan anehnya
yang bermabuk-mabukan hanyalah untuk mengelabui orang-orang untuk berjaga-jaga. Dia
mungkin lebih sadar dari orang lainnya.
Dan kelihatannya dia sungguh-sungguh tidak mengenal Ding Qiu.
Namun kelihatannya Ding Qiu telah salah mengenalnya sebagai orang lain.
Bagaimana ini bisa terjadi"
Ye Kai betul-betul habis akal namun masih memperlihatkan senyum dibibirnya. Dia berpikir pasti ada sesuatu yang salah diantara mereka berdua, namun sepertinya tidak ada sesuatu apapun disenyumnya.
Kematian bukanlah suatu hal yang harus disenyumi.
Gerakan Luo Luo Shan sederhana dan tepat. Meskipun serangannya kelihatannya tidak kuat, namun pertahannya sempurna. Dia tipe seorang yang tidak akan pernah memperlihatkan
celah kelemahannya, namun mendadak dia terlihat membeku kaku.
Dalam selintas saja Ye Kai melihat pandangannya dipenuhi oleh kekhawatiran dan ketakutan.
Kemudian, kedua matanya tiba-tiba menonjol keluar. Tongkat emas Ding Qiu telah
menembus tenggorokannya. Dengan suaraaa KKKRRRAAKKK, lehernya telas patah.
Senyuman tajam menutupi wajah Ding Qiu sambil berseru,"Hutang darah telah terbayar
penuh, akhirnya engkau menyelesaikan hutangmu hari ini."
Ditengah ketawanya, dia melompat kebelakang dan melesat pergi. Yang tertinggal hanyalah tubuh tak bernyawa Luo Luo Shan dijalan, matanya menonjol keluar dari kelopaknya seperti ikan mati. Biasanya dia seperti seorang pemabuk yang mabuk sampai mati.
Tidak ada seorangpun yang berani berjalan mendekat, tidak ada seorangpun yang
mengucapkan sepatah katapun. Siapapun pasti merasakan perasaan yang betul-betul tidak nyaman saat melihat seseorang menghembuskan napas terakhir sebelum dia kehilangan
seluruh kehidupannya.
Pemiliki toko kelontong memegangi perutnya dengan kedua tangannya sepertinya isi
perutnya akan keluar.
Matahari telah bergerak naik ke langit.
Sinar matahari yang segar bersinar ke bawah ke tubuh tanpa nyawa Luo Luo Shan, dan ke darah yang menetes keluar dari kedua matanya. Darah tersebut menngering dengan
cepatnya. Ye Kai perlahan-lahan berjalan mendekati dan menundukan badannya disampingnya. Dia
memandang tatapan ketakutan di wajah Luo Luo Shan dan berkata dengan murung,"Dapat
dikatakan kita adalah sahabat. Apakah ada suatu hal yang kau ingin katakan?"
Tentu saja tidak. Orang mati tidak bisa berbicara.
Ye Kai meraih tangannya, menepuk bahunya dan berkata,"Beristirahatlah, aku menjamin
engkau akan mendapat penguburan yang layak. Dan aku akan menuangkan arak bagimu di
atas kuburanmu."
Dengan menghela napas panjang, akhirnya dia menarik tangannya mengambil sesuatu.
Saat itu kemudian dia melihat Xiao Bie Li. Xiao Bie Li sedang berdiri ditepi atapnya sementara kedua tangannya berpegangan pada tongkatnya. Dibawah cahaya matahari,
wajahnya terlihat sepucat Fu Hong Xue.
Dia adalah sesorang yang tidak pernah melihat cahaya matahari selama bertahun-tahun.
Ye Kai melangkah berjalan dan berkata dengan menghela napas,"Aku tidak penah menikmati pembunuhan, namun aku selalu menyaksikan pembunuhan."
Xiao Bie Li mempelihatkan wajahnya yang murung. Setelah beberapa saat dia menghela
napas dan berkata,"Aku sudah mengetahuinya dia akan melakukan hal ini, sayangnya aku tidak dapat menghentikannya kali ini."
Ye Kai menganggukan kepalanya dan menjawab,"Tuan Luo betul-betul mati terlalu cepat."
Dia memandang ke atas dan tiba-tiba bertanya,"Engkau baru saja keluar?"
"Aku seharusnya datang lebih awal." Xiao Bie Li menjawab.
"Aku tidak menyadari kehadiranmu sebelumnya aku berbicara dengan orang lain." Ye Kai berkata.
"Kepada siapa engkau berbicara?" Xiao Bie Li bertanya.
"Tuan Luo."Ye Kai menjawab.
Xiao Bie Li menatapnya dengan kosong sesaat. Akhirnya, perlahan-lahan dia
menjawab,"Orang mati tidak bisa bicara."
"Mereka bisa." Ye Kai berkata.
Ekspresi wajah Xiao Bie Li berubah, sesaat dia bertanya,"Bagaimana orang mati bisa bicara?"
"Saat orang mati berbicara, hanya beberapa orang yang dapat mendengar apa yang
dikatakannya."
"Dan engkau dapat mendengar apa yang mereka katakan?"
"Ya."
"Apa yang telah dia katakan?"
"Dia mengatakan kepadaku bahwa dia mati dengan sangat tidak wajar."
Xiao Bie Li mengerutkan alisnya dan bertanya,"Bagaimana tidak wajar?"
"Dia mengatakan Ding Qiu tidak mungkin dapat membunuhnya." Ye Kai menjawab.
"Betul dibawah tongkat Ding Qiu." Xiao Bie Li berkata.
"Hanya karena seseorang membokongnya dari belakang." Ye Kai berkata.
Xiao Bie Li mengerenyitkan alisnya dan bertanya,"Seseorang membokongnya" Siapa?"
Ye Kai menghela napas panjang. Dia menyodorkan telapak tangannya ke arah Xiao Bie Li dan terlihat jarum berwarna hijau dengan darah diujungnya.
Xiao Bie Li mundur ke belakang dan berseru,"Jarum Penghancur Usus?"
"Betul-betul Jarum Penghancur Usus." Ye Kai menjawab.
Xiao Bie Li menarik napas panjang dan berkata,"Melihat hal ini, Nenek Du pasti sudah berada disini."
"Dan dia telah berada disini beberapa lama." Ye Kai menambahkan.
"Apakah engkau telah melihatnya juga?"Xiao Bie Li bertanya.
Ye Kai tertawa dan menjawab,"Bila seseorang melihatnya saat dia melepaskan Jarum
Penghancur Tulang, maka dia pasti bukan Nenek Du."
Xia Bie Li hanya dapat menghela napas.
"Namun aku sekarang mengetahui bahwa dia tidak bersembunyi di Gedung Sepuluh Ribu
Kuda." Ye Kai berkata.
"Kenapa begitu?" Xiao Bie Li bertanya.
"Karena dia tinggal di perkempungan yang sangat kecil ini. Siapa yang tahu, dia mungkin saja menjadi seorang nenek dari salah satu anak kecil di depan kita." Ye Kai berkata.
Ekspresi wajah Xiao Bie Li berubah. Dia melihat seorang wanita tua menggendong seorang anak kecil dipunggungnya.
"Karena Jarum Penghancur Usus telah tiba, Penipu Tak Bertulang pasti tidak jauh
dibelakangnya."Ye Kai menegaskan.
"Telah tinggal ditengah kota ini juga?" Xiao Bie Li berkata.
"Sangat mungkin." Ye Kai menjawab.
"Bagaimana mungkun aku tidak pernah menyadari kedua tokoh kosen terserbut dikota ini?"
Xiao Bie Li berkata.
"Jago kosen tidak pernah memperlihatkan kekuatannya, jarang sekali engkau mengetahi
seseorang adalah seorang tokoh kosen. Penipu Tak Bertulang mungkin saja pemilik toko kelontong itu." Ye Kai menjawab.
Dia melihat Xiao Bie Li dan berkata, kemudian menambahkan,"Atau mungkin saja dia adalah kau."
Xiao Bie Li tersenyum balik. Dibawah sinar matahari, senyumnya terlihat sinis. Kemudian dia berbalik, dan melangkah kembali ke dalam.
Saat Ye Kai melihat senyumnya, dia selalu melupakan bahwa Xiao Bie Li adalah seorang yang cacat, dia selalu melupakan bahwa dia seorang yang sendirian.
Namun semua yang dilihatnya sekarang adalah bentuk punggungnya. Bentuk punggung
yang kurus, beruban dan kesepian.
Ye Kai tiba-tiba mengejarnya dan menangkap lengannya.
"Karena engkau jarang sekali meninggalkan tempatmu, marilah pergi minum." Ye Kai
berkata. Xiao Bie Li terlihat sangat heran seraya menjawab,"Engkau ingin mentraktirku minum?"
Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata,"Jarang sekali aku mentraktir orang."
"Kemana engkau ingin pergi?"
"Dimanapun yang baik, selama bukan disana."
"Kenapa begitu?"
"Arakmu terlalu mahal."
Xiao Bie Li tersenyum dan menjawab,"Karena itu adalah tokoku, maka engkau dapat
kasbon." Tawaran untuk kasbon sungguh sangat menggiurkan khususnya untuk orang-orang yang
tidak punya uang disakunya.
"Aku hanya mencoba memperoleh bisnis yang lebih banyak." Xiao Bie Li berkata sambil
tersenyum. "Engkau betul-betul seorang pengusaha yang cerdas kadang-kadang." Ye Kai berkata.
"Itulah aku."Xiao Bie Li menjawab.
Dia tersenyum kepada Ye Kai dan bertanya,"Jadi kemana engkau akan membawaku pergi
minum arak?"
"Baiklah kemana pun yang aku lihat, kemanapun aku bisa minum dengan kasbon pasti itu adalah tempat yang asik. Aku selalu menikmati tempat seperti itu."Ye Kai berkata.
"Bagaimana pada saat engkau harus membayar kasbon?" Xiao Bie Li bertanya.
"Meskipun saat itu pasti sangat menyakitkan, ada kekhawatiran aku masih harus menunggak dimasa mendatang. Aku bahkan tidak tahu apakah masih hidup saat itu."Ye Kai menjawab.
Sambil tertawa dia mendorong pintu, mempersilahkan Xiao Bie Li melangkah masuk lebih dahulu.
Namun dia tidak melangkah masuk setelahnya, karena baru saja dia melihat Cui Nong.
Wanita itu menundukan kepalanya dan terburu-buru ke arah pintu. Kemana dia menghilang malam kemaren" Kemana dia pergi" Dari mana dia pergi sekarang"Ye Kai tidak tahan untuk menanyainya, namun wanita itu sungguh-sungguh mengabaikannya.
Ada seseorang lain yang menatap Ye Kai.
Fu Hong Xue. Fu Hong Xue akhirnya muncul.
Baru saja Ye Kai hendak menggapai Cui Nong, dia menyadari Fu Hong Xue menatapnya.
Dia menatap ke arah tangan Ye Kai. Matanya yang dingin dan kesepian dipenuhi dengan
semangat. Wajahnya yang putih pucat memerah.
Ye Kai perlahan-lahan menarik tangannya dan memegang pintu agar terbuka sehingga Cui Nong dapat melangkah masuk ke dalam.
Saat Cui Nong melewatinya dia menoleh dan tersenyum sopan, sepertinya dia baru saja
bertemu dengannya pertama kalinya.
Ye Kai merasakan dirinya tidak dapat tersenyum sedikitpun, karena Fu Hong Xue masih
menatapnya. Kedua mata tersebut terlihat seperti suami yang cemburu menatap seorang
laki-laki teman selingkuhan istrinya.
Ye Kai menatapnya, kemudian kembali ke Cui Nong, namun dia tidak dapat menduga apa
yang telah terjadi. Kenyataanya, suatu hal yang baik telah terjadi tadi malam.
Ye Kai tersenyum kearahnya dan berkata,"Aku baru saja mencarimu."
"Oh?" Fu HongXue menjawab.
"Engkau telah membunuh Gong Sun Duan?" Ye Kai bertanya.
"Aku seharusnya membunuhnya sejak lama." Fu Hong Xue menjawab dengan senyum
dingin. "Ini berita kematiannya." Ye Kai berkata seraya menyodorkan undangannya.
"Berita kematiannya?" Fu Hong Xue menjawab.
"Engkau membunuhnya, Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah mengundangmu ke upacara
pemakamananya. Apakah engkau tidak merasa sedikit aneh?" Ye Kai berkata sambil
tersenyum. Fu Hong Xue menatap surat tersebut dengan sorot mata yang aneh.
"Aneh, betapa aneh."Fu Hong Xue menegaskan.
Ye Kai menatap kedua matanya dan berkata,"Engkau tentu saja akan hadir."
"Kenapa?"Fu Hong Xue berkata.
"Karena saat itu pasti akan dipenuhi dengan kegemparan." Ye Kai berkata.
Fu Hong Xue mengangkat kepalanya, menatapnya balik dan berkata,"Engkau kelihatannya
sangat tertarik dengan urusanku.
Ye Kai tertawa dan menjawab,"Itu karena aku senang mencampuri urusan orang lain."
"Tahukah kau kenapa Luo Luo Shan telah mati?" Fu Hong Xue bertanya.
"Tidak."Ye Kai berkata.
"Karena dia mencampuri urusan orang lain." Fu Hong Xue menjawab dingin.
Dia tidak sekejappun melirik ke arah Ye Kai saat berjalan melewatinya disisinya dan
melangkah ke tengah jalan raya. Jalan raya masih dipenuhi oleh genangan air.
Dia melangkah dengan kaki kirinya, kemudian menyeret kaki kanannya dari belakang.
Caranya dia berjalan betul-betul sangat ganjil dan sangat cukup lucu. Biasanya saat dia berjalan ditengah jalan raya, setiap orang menatap kakinya. Namun hari ini berbeda, setiap orang di jalan menatap ke arah golok di tangannya.
Golok yang mencabut nyawa Gong Sun Duan.
Kebencian memenuhi sorot mata setiap orang.
________________________________________
"Setiap orang tahu bahwa engkau adalah musuh dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda sekarang, tidak ada yang akan bersahabat denganmu lagi."
"Kenapa?"
"Karena paling tidak setengah dari penduduk kota ini bergantung pada Gedung Sepuluh Ribu Kuda untuk kelangsungan hidupnya."
"Karena itu engkau harus ekstra hati-hati mulai sekarang. Bahkan saat engkau minum
segelas air."
Kata-kata itu adalah ucapan Nyonya Ketiga Shen. Dia tidak mengerti kenapa wanita tersebut perhatian kepadanya. Dia bahkan tidak mengenal siapa dia, hanya tahu dia adalah teman baik Cui Nong dan wanitanya Ma Kong Qun.
Kenapa Cui Nong menjadi teman baik wanita seperti dia"
Dia tidak mengerti atau tahu kenapa dia merasa sebal dengan wanita itu, dia hanya berharap wanita tersebut pergi. Namun wanita itu tidak melihat hal itu. Saat mereka berkeliling di padang belantara, semua yang dia inginkan hanyalah menemukan tempat yang bagus untuk duduk bersama dengan Cui Nong.
Sungguh sulit dipercaya, namun kejadian itu untuk pertama kalinya dia membunuh. Bahkan Gong Sun Duan sekalipun sulit untuk mempercayai hal itu. Namun, hal itu sungguh-sungguh untuk pertama kalinya dia mencabut nyawa seseorang.
Saat dia mencabut goloknya dari perut Gong Sun Duan, dia tidak tahan untuk muntah.
Tidak ada seorangpun yang mengerti perasaannya, bahkan dirinya sendiri.
Melihat seseorang berubah menjadi mayat tak bernyawa ditanganmu bukanlah merupakan
pemandangan yang menyenangkan.
Dia tidak pernah ingin membunuh.
Namun dia ada pilihan!
Disana tidak ada salju, hanya pasir.
Pasir merah. Darah menyembur saat dia mencabut goloknya keluar membasahi pasir yang kuning menjadi merah.
Dia membungkuk di atas tanah hingga darah mengering.
Saat dia bangkit, dia menyadari Nyonya Ketiga Shen menatapnya sepanjang waktu dengan sorot mata yang aneh. Apakah itu simpati, penghinaan atau menyesalkan"
Tidak perduli apa itu, dia hanya tidak dapat menahannya.
Dia dapat tahan terhadap kebencian dan kemarahan orang lain, dia telah terbiasa dengan hal itu.
Fu Hong Xue menegakkan pinggangnya dan berjalan ditengah jalan raya. Hal yang
di nginkannya hanya berbaraing. Berbaring dan menunggu Cui Nong.
Nyonya Ketiga Shen mengikuti mereka sepanjang jalan memasuki kota.
Dia tidak berhasrat untuk menanyainya mau kemana karena dia sungguh-sungguh tidak
ingin melihatnya lagi. Dia menarik Cui Nong ke sisi dan berbicara selama beberapa saat.
Saat Cui Nong kembali, dia berkata dia harus kembali.
"Aku akan beres-beres kemudian akan mencarimu kembali. Aku tahu dimana engkau
tinggal." Tentu saja wanita itu tahu.
Namun Fu Hong Xue tidak sadar bahwa wanita tersebut bukanlah Cui Nong, namun Nyonya
Ketiga Sent yang dia benci.
Mungkin tidak ada seorangpun yang mengetahui rahasia ini.
ooOOOoo Bab 17. Nyonya Tua Yang Misterius
Kain merah yang mempromosikan kamar untuk disewa masih tergantung di luar gang kecil.
Saat Fu Hong Xue berjalan melewatinya, dia menangkap pandangan wanita dengan
rambutnya yang telah memutih yang menatapnya dengan licik, kebencian memenuhi sorot
matanya. Tidak terlihat sedikitpun keramahtamahan.
"Harap minggir." Fu Hong Xue berkata.
"Kenapa aku harus minggir?" Wanita tua menjawab.
"Aku ingin masuk ke dalam."
"Aku dengar engkau tidak terlalu menyukai tempat ini dan berencana untuk pergi keluar.
Kenapa engkau balik kembali?"
"Siapa yang bilang aku berencana keluar?"
"Aku yang mengatakannya."
Fu Hong Xue mengerutkan alisnya."Siapa yang mengatakan aku tidak menyukai tempat ini?"
"Bahkan meskipun keadaannya tidak seperti itu, tempat ini sangat tidak menyukaimu."Si nenek tua mendengus.
Fu Hong Xue akhirnya mengerti, jadi dia tidak berkata-kata lagi. Apa lagi yang harus dikatakan"
Aku telah menitipkan semua barang-barangmu ke toko kelontong di seberang jalan, kau
dapat mengambilnya kapan saja."
Fu Hong Xue menganggukan kepalanya.
"Dan uang perak yang kau bayarkan kepadaku, aku sarankan kau pakai untuk membeli peti mati."Wanita tua itu melemparkan uang peraknya kearahnya.
Fu Hung Xue mengulurkan tangannya, namun uang perak tersebut tidak pernah dapat
diraihnya. Sesuatu menimpuk uang perak tersebut itu ke udara kembali ke arah wanita tua itu. Uang perak tersebut hancur menjadi jarum-jarum perak.
Bila sesuatu tidak menimpuk balik uang perak tersebut kembali ke wanita tua itu, bahkan bila Fu Hong Xue tidak kehilangan nyawanya, tangannya sudah pasti akan menjadi cacat.
Namun sekarang jarum-jarum perak tersebut melayang kembali ke arah wanita tua itu.
Wanita tua itu, yang biasanya saat berjalanpun harus berpegangan ke dinding, tiba-tiba melompat keudara dan bersalto ke belakang ke atap rumah. Dia memperlihatkan
kemampuan sejatinya dan kelihatannya dia tidak punya pilihan kecuali kabur.
Siapa yang tahu seseorang telah berada disana menunggunya"
Ekspresi wajahnya berubah, ketakutan terlihat disorot kedua matanya.
Ye Kai tersenyum padanya dan berseru,"Nenek Tua, sejak kapan engkau tiba-tiba menjadi muda?"
Wanita tua itu tertawa terpaksa dan menjawab,"Aku tidak menjadi lebih muda, namun aku rasa tulangku berubah menjadi semakin ringan. Setiap saat aku melihat pesilat muda seperti dirimu, tulang-tulangku selalu menjadi terasa ringan."
"Kau ingin aku minum darahmu?"Wanita Tua itu bertanya.
"Bukankah engkau baru saja pesta besar di atas darahnya Luo Luo Shan?"Ye Kai menjawab.
Senyuman tajam terlihat diwajahnya seraya berseru,"Darah laki-laki tua itu terlalu banyak mengandung alkohol. Aku rasa aku lebih baik minum darahmu."
Dia mengebaskan tangannya dan dua buah jarum perak melesat dari lengan bajunya ke arah leher Ye Kai. Tidak hanya aneh senjatanya, senjatanya juga merupakan senjata yang sangat mematikan.
Namun Ye Kai nampaknya telah terbiasa dengan senjata yang jahat dan mematikan.
Tubuhnya telah bergeser ke samping dan berputar. Kelihatannya dia telah menangkap


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata rahasia tersebut dengan lengan bajunya, dan DDDDIINNNGGG, keduanya melesat
tidak terlihat lagi.
Kedua cakar wanita tua itu tiba-tiba kaku membeku. Ye Kai telah berdiri dengan kedua tangannya dibelakang tubuhnya tersenyum kepadanya."Apakah engkau masih memiliki
Pedang Ular Mas 13 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Pendekar Super Sakti 20
^