Pencarian

Nurseta Satria Karang Tirta 12

Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Bagian 12


"Hel, Kisanak yang menjaga di luari" dia memanggil.
Dua muka orang tampak di antara terali pintu kamar Itu.
"Andika mau apa?" tanya seorang di antara mereka.
"Tolonglah Andika pergi ke kamar Gusti Puteri Lasmini dan
sampaikan permintaanku agar tongkat hitam milikku
dikembalikan padaku. Tanpa adanya tongkat hitamku itu, aku
akan mati di sini."
Dua orang penjaga itu tertawa. "Ha-ha, Nurseta. Engkau
sungguh manusia rewel dan tak tahu diri. Gusti Puteri sudah
memerintahkan agar kami memperlakukanmu baik-baik,
menghidangkan makanan yang enak-enak dan tidak
menganggumu. Sekarang engkau malah minta yang bukan-
bukan. Mana kami berani mengganggu Gusti Puteri dengan
permintaanmu itu!"
Puspa Dewi terkejut dan merasa heran sekali mendengar
ucapan Nurseta.
921 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya
melalui suara yang didorong tenaga sakti" Ia memandang dan
melihat Nurseta menggunakan kedua tangan menekan ke
arah dada lalu mengembangkan kedua tangan dengan
gerakan seorang yang tidak berdaya. Lalu jari telunjuknya
membuat gerakan menggores ke atas lantai. Puspa Dewi
memperhatikan. Ternyata Nurseta membuat gerakan menulis
dan ia memperhatikan dengan seksama.
"Pusaka Tunggul Manik." demikian , bunyi tulisan itu.
Seketika Puspa Dewi maklum. Dia mendengar akan tongkat
pusaka hitam bernama Tunggul Manik itu. Itu adalah tongkat
pusaka milik Ki Patih Narotama yang ampuh dan kabarnya
dapat menolak segala macam racun. Nurseta membutuhkan
tongkat itu yang berarti bahwa dia keracunan hebat. Pantas
saja tidak mampu menjawab pertanyaannya dengan suara
yang dikerahkan tenaga sakti. Dan tongkat itu berada di kamar
Lasmini! Agaknya tongkat itu tadinya dibawa Nurseta,
kemudian dirampas Lasmini. Gadis yang cerdik ini segera
mengetahui maksud Nurseta. Ia harus mencari tongkat itu
untuk menyembuhkan Nurseta yang keracunan sehingga tidak
berdaya meloloskan diri! Cepat ia berkelebat dan pergi
mencari kamar tidur Lasmini.
Untung Puspa Dewi sudah mendapatkan gambaran yang
jelas dari Kaloka tentang kamar-kamar dan ruangan di istana
922 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sehingga tidak sukar baginya untuk dapat menemukan
kamar tidur Puteri Lasmini. Sekitar kamar mewah itu sepi,
tidak ada perajurit pengawal yang berjaga. Hal ini dapat
dimaklumi karena Lasmini adalah seorang wanita yang sakti,
maka tentu saja ia tidak membutuhkan pengawalan para
perajurit. Selain itu, puteri yang suka menerima pemuda di
dalam kamarnya, tidak ingin ada orang lain mendekati
kamarnya dan mengganggu kesenangannya. Maka kamar itu
pun sepi dari penjagaan sehingga memudahkan Puspa Dewi
untuk memasukinya. Dengan girang ia dapat menemukan
tongkat pusaka hitam itu dan cepat ia membawa tongkat itu
kembali ke atas atap kamar tahanan Nurseta.
"Nurseta, Tunggul Manik sudah kudapatkan!" Ia berbisik
melalui lubang di atap.
Nurseta bersikap tetap tenang walaupun hatinya merasa
girang sekali. Ia lalu menulis lagi di atas lantai dengan goresan
ujung jarinya, diperhatikan dan dibaca oleh Puspa Dewi dari
atas. "Kerik Tunggul Manik dan lemparkan bubuk kerikannya ke
bawah." demikian bunyi tulisan yang dilakukan satu demi satu
dan perlahan-lahan sehingga Puspa Dewi dapat mengikuti
dan membacanya. Setelah mengetahui maksudnya, Puspa
Dewi segera mengambil patrem (keris kecil) Sang Cundrik
Arum pemberian Erlangga dan menggunakan senjata pusaka
923 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil itu untuk mengerik tongkat kayu hitam itu. Untung ia
memiliki Cundrik Arum, kalau tidak, akan sulit sekali untuk
dapat mengerik tongkat pusaka yang amat kuat itu. Akan
tetapi Sang Cundrik Arum juga merupakan pusaka ampuh,
maka ia dapat mengerik tongkat hitam itu. Ia membungkus
bubuk kerikan hitam itu dengan ujung sabuk yang
dipotongnya, lalu ia melemparkan bungkusan itu ke bawah.
Lemparannya tepat mengenai pangkuan Nurseta yang segera
mengambilnya. Dengan tenang Nurseta bangkit berdiri dan
menghampiri bangku di sudut ruangan dekat pintu di mana
para penjaga selalu menyediakan tempat air minum dan
cawannya. Nurseta menuangkan bubuk hitam ke dalam
cawan lalu di si air minum dan diminumnya.
Dua orang pengawal yang mendengar gerakannya,
menjenguk dari balik terali akan tetapi melihat Nurseta hanya
mengambil air minum, mereka duduk kembali sambil
mengobrol melewatkan malam.
Nurseta kembali duduk bersila dan dia merasa betapa
pengaruh obat bubuk tongkat sakti itu mulai bekerja. Ada
hawa panas muncul dari dalam perutnya, menjalar ke seluruh
tubuh dan tulang-tulangnya, pada buku-buku dan sambungan,
mengeluarkan bunyi berkerotokan! Puspa Dewi melihat dari
atas dan ia maklum bahwa setelah minum bubuk kerlkan
tongkat Itu kini Nurseta sedang mengumpulkan hawa murni
924 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk membantu bekerjanya obat Itu. Ia menanti dengan
sabar dan penuh harapan. Beberapa lama lewat dengan
menegangkan. Tiba-tiba Puspa Dewi mendengar suara
bisikan. "Dewi, terima kasih. Sekarang aku siap meloloskan diri.
Bantulah dari luar!"
"Baik, Nurseta!" Puspa Dewi gembira sekali karena kini
Nurseta bicara melalui pengerahan tenaga sakti, berarti
kesehatan pemuda itu telah pulih! Ia lalu berkelebat turun dan
memasuki lorong menuju kamar tahanan itu. Begitu masuk,
empat orang perajurit penjaga menyambutnya dengan
bentakan dan ketika mereka melihat Puspa Dewi sebagai
seorang pemuda yang tidak mereka kenal, mereka segera
menyerang dengan golok mereka.
Akan tetapi begitu Puspa Dewi menggerakkan kaki
tangannya, empat orang itu terpelanting roboh. Puspa Dewi
berlari masuk dan tiga orang penjaga di luar pintu besi kamar
tahanan itu pun sudah roboh terpukul oleh Nurseta yang
menggunakan pukulan jarak jauh.
Melihat munculnya Puspa Dewi, Nurseta terbelalak.
Penerangan di situ memang tidak cukup maka dia tidak
mengenal pemuda yang berada di luar pintu tahanan itu.
"Siapakah Andika.. ?" Nurseta bertanya.
925 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi tertawa. "Hi-hik, engkau juga tidak
mengenalku?"
"Puspa Dewi.. !"
"Husssh, mari kita buka pintu besi ini!" Mereka lalu
menggabungkan tenaga sakti mereka. Nurseta menarik dan
Puspa Dewi mendorong. Jebol ah pintu itu dari terbuka ke
sebelah dalam. Nurseta melompat keluar.
"Nih, pusakamu!" Puspa Dewi menyerahkan tongkat
pusaka Tunggul Manik itu kepada Nurseta.
"Terima kasih, Dewi!"
"Nanti saja terima kasihnya. Masih banyak yang harus kita
lakukan." Pada saat itu, dari luar belasan orang perajurit berlari
masuk menyerbu dua orang itu. Nurseta dan Puspa Dewi
menerjang ke depan. Dengan mudah mereka merobohkan
perajurit yang berani menghadang. Sebentar saja mereka
sudah berlari keluar dari rumah tahanan.
"Mari kita keluar dulu dari tempat ini!" kata Nurseta.
"Akan tetapi, kita harus mencari Joko Pekik!"
"Tidak ada di sini! Mari kita pergi cepat!" kata Nurseta.
Sudah terdengar kentungan tanda bahaya ditabuh orang.
926 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berkelebat lewat taman dan sebentar saja mereka
sudah keluar dari dinding yang mengelilingi kompleks istana.
Begitu melompat turun keluar dinding istana, beberapa
sosok bayangan berkelebat dan terdengar seruan berbisik.
"Cepat, Andika berdua ikuti kami!"
"Witarto.. !" Seru Nurseta yang mengenal suara telik sandi
Kahuripan itu. Puspa Dewi yang tadinya sudah siap siaga
hilang kecurigaannya dan bersama Nurseta ia berlari
mengikuti bayangan tiga orang itu. Mereka menuju ke sebuah
rumah bilik di daerah pinggiran kota raja, daerah yang sepi
karena itu merupakan persawahan. Dalam rumah itu terdapat
sepuluh orang laki-laki. Mereka adalah para telik sandi
927 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan yang sudah lama menyusup dan bertugas di
Parang Siluman, dipimpin oleh Witarto yang biarpun usianya
baru dua puluh dua tahun, namun terkenal cerdik dan memiliki
keahlian menyamar.
"Wah, beruntung sekali Andika dapat melepaskan diri,
Denmas Nurseta. Kami semua sudah menjadi gelisah sekali
mendengar bahwa Andika tertawan dan tidak tahu bagaimana
harus menolong karena! istana terkepung penjagaan yang
amat ketat. Siapakah Kisanak ini?" Witarto menunjuk ke arah
Puspa Dewi. Nurseta tersenyum. "Ia yang telah menolong dan
membebaskanku. Andika sebagai ahli penyamaran benar-
benar tidak mengenalnya, Witarto?"
"Nanti dulu. .!" Witarto mengambi lampu dari atas meja dan
mendekat Puspa Dewi sehingga dia dapat meliha jelas wajah
gadis yang menyamar itu.
"Ah.. ! Hebat sekali! Bukankah Andika ini Den Roro Puspa
Dewi?" "Hemm, penglihatanmu tajam sekali! Nurseta, siapakah
Kisanak ini?" tanya Puspa Dewi kagum.
"Dewi, dia adalah Witarto yang memimpin para telik sandi
yang dikirim Gusti Patih Narotama menyusup ke sini."
928 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi aku tidak mengenal dia! Bagaimana dia dapat
mengetahui bahwa aku.. "
"Den Roro, Andika dan Denmas Nurseta adalah dua orang
tokoh muda yang dikenal semua perajurit Kahuripan. Biarpun
saya baru satu kali melihat Andika, tentu saja saya dapat
mengenal Andika. Sekarang, marilah kita berangkat dan
membebaskan Raden Joko Pekik Satyabudhi!"
"Witarto, Andika sudah tahu di mana anak itu
disembunyikan?"
"Saya sudah mengetahui. Dia disembunyikan dalam
sebuah guha yang terjaga ketat di luar kota raja. Tempat itu
berbahaya sekali. Ketika menyelidiki ke sana, kami telah
kehilangan dua orang rekan sehingga kini jumlah kami tinggal
sepuluh orang."
"Hemm, menjadi selosin lagi ditambahi kami berdua." kata
Nurseta. "Mari kital berangkat, anak itu harus cepat-cepatl
dapat kita rampas dari tangan mereka."
Mereka semua lalu keluar dari rumah dan dalam kegelapan
waktu lewat tengah malam itu mereka keluar dari kota raja?
melalui dinding yang tidak terjaga, yang sudah dikenal oleh
Witarto yang sudahi lama menjadi telik sandi di situ. Mereka
dapat lolos tanpa diketahui para perajurit.
929 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari telah naik tinggi ketika me reka tiba di bukit di
mana terdapat guha besar yang menjadi tempat
disembunyikannya Joko Pekik Satyabudhi itu. Guha itu besar
dan dari jauh tampak sebagai mulut raksasa yang ternganga,
siap mencaplok siapa saja yang berani memasukinya. Di
depan guha terdapat rumpun bambu yang lebat dan untuk
menghampiri guha itu orang harus melalui lapangan rumput
yang luas. Di luar lapangan rumput, agak jauh dari guha,
tampak sebuah gardu dan di situ terdapat dua belas orang
perajurit melakukan penjagaan. Melihat adanya selosin
perajurit berjaga, Nurseta dan Puspa Dewi mulai timbul
harapan besar dan semakin percaya akan keterangan Witarto
bahwa gua itu dijadikan tempat disembunyikannya Joko Pekik
Satyabudhi. Setelah mengintai beberapa saat lamanya dari
kejauhan dan mendapat kenyataan bahwa yang tampak
berjaga hanya dua belas orang perajurit itu, sedangkan di
seberang lapangan rumput depan guha hanya tampak
bayangan beberapa orang saja, Nurseta lalu berbisik kepada
Puspa Dewi dan sepuluh orang telik sandi.
"Aku dan Dewi akan menghadapi dua belas orang perajurit
itu. Karena di guha itu tampaknya hanya ada tiga atau empat
orang saja, maka Andika sekalian sepuluh orang harap
langsung saja lari menyerbu ke guha, merobohkan beberapa
orang itu dan cepat mencari Joko Pekik Satyabudhi. Setelah
930 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membereskan selosin perajurit itu, kami akan segera
menyusul ke sana." Siasat ini dianggap paling tepat. Nurseta
dan Puspa Dewi akan menghadapi dua belas orang perajurit
itu agar mereka tidak dapat menghalangi Witarto dan rekan-
rekannya menyerbu ke guha sehingga mereka yang berada di
dalam guha tidak mendapat kesempatan untuk melarikan atau
menyembunyikan Joko Pekik.
Setelah semua paham akan rencana itu, Nurseta dan
Puspa Dewi lalu melompat dan lari ke arah gardu. Dua belas
orang perajurit Parang Siluman yang melakukan penjagaan
adalah perajurit-perajurit pilihan. Mereka segera berloncatan
dan menyambut dua orang itu dengan serangan
pengeroyokan dengan menggunakan senjata golok mereka.
Gerakan mereka gesit dan bertenaga. Namun, mereka
berhadapan dengan Nurseta dan Puspa Dewi. Dalam
beberapa gebrakan saja, walaupun hanya menggunakan
tangan dan kaki tanpa senjata, empat orang perajurit telah


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpelanting roboh.
Sementara itu, sepuluh orang telik sandi yang terdiri dari
para perajurit dan perwira Kahuripan itu cepat berlari melintasi
padang rumput menuju ke guha.
Setelah empat orang perajurit penjaga roboh lagi, sisanya,
tinggal empat orang, lalu berlari melintasi lapangan rumput
menuju ke guha pula, seolah melakukan pengejaran terhadap
931 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepuluh orang telik sandi Kahuripan. Nurseta dan Puspa Dewi
setelah merobohkan delapan orang pengeroyok dan melihat
sisa para pengeroyok yang tinggal empat orang itu lari
melintasi lapangan rumput, memandang ke arah guha.
Mereka terbelalak, terkejut bukan main melihat Witarto dan
sembilan orang rekannya itu roboh bergelimpangan " di depan
guha, dan tampak empat orang pengejar itu dan empat orang
laki-laki yang memang sudah berada di guha, kini
menggunakan golok menyerang para telik sandi yang sudah
tak berdaya! Nurseta dan Puspa Dewi cepat melompat dan berlari cepat
ke arah guha, melintasi lapangan rumput. Setelah tiba di
depan guha, Nurseta yang melihat delapan orang musuh itu
membacoki para telik sandi, cepat menerjang dan dalam
waktu sebentar saja dia sudah memukul dan menendang
roboh delapan orang musuh itu! Akan tetapi, dia melihat
Puspa Dewi juga terhuyung dan gadis itu kini jatuh terduduk,
lalu bersila dan agaknya menghimpun hawa murni!
Setelah delapan orang lawannya roboh, Nurseta cepat
menghampiri Puspa Dewi.
"Engkau kenapa, Dewi?"
"Keracunan.. . melalui telapak kakiku. . . tentu menginjak
racun ketika melintasi lapangan rumput.. " kata gadis itu.
932 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta memeriksa dan melihat kedua telapak kaki Puspa
Dewi menghitam. Cepat dia mengambil tongkat pusaka
Tunggul Manik, digosok-gosokkannya tongkat itu pada kedua
telapak kaki Puspa Dewi dan sebentar saja warna hitam pada
telapak kaki itu menghilang, hawa beracun sudah terhisap
oleh tongkat pusaka itu.
"Dewi, cepat periksa ke dalam dan cari Joko Pekik. Aku
harus mengobati mereka!"
Puspa Dewi yang sudah sembuh lalu cepat memasuki
guha. Nurseta memeriksa Witarto dan rekan-rekannya.
Ternyata, lima orang dari mereka telah tewas dibacoki para
perajurit musuh tadi. Yang lima orang lagi, termasuk Witarto,
pingsan dengan kedua telapak kaki menghitam sampai ke
lutut! Nurseta cepat mengobati mereka dengan menggosok-
gosokkan tongkat pusaka Tunggul Manik pada telapak kaki
mereka. Satu demi satu lima orang itu tertolong dan sembuh.
Puspa Dewi memasuki guha. Ternyata guha itu cukup
dalam dan di sebelah dalam terdapat cahaya yang datangnya
dari sinar matahari melalui bagian atas guha yang terdapat
lubang. Ia melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar satu
setengah tahun. Anak itu duduk di atas pembaringan dan
sedang memegang boneka harimau dari kayu. Biarpun Puspa
933 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi belum pernah melihat Joko Pekik Satyabudhi, namun ia
merasa yakin bahwa anak itu tentulah putera Ki Patih
Narotama yang diculik itu.
"Berhenti! Jangan mendekat atau kutikam anak ini!" Tiba-
tiba terdengar bentakan dan Puspa Dewi melihat seorang
wanita berusia sekitar lima puluh tahun, bertubuh gemuk dan
wajahnya lembut, namun kini ia berdiri dekat pembaringan dan
tangan kanannya mengangkat sebatang golok yang siap
dibacokkan ke arah anak kecil itu!
Puspa Dewi memperhitungkan dengan seksama. Ia melihat
betapa wanita itu memegang golok dengan canggung, dan
tangan yang memegang gagang golok itu gemetar. Hal ini
menunjukkan bahwa wanita itu tidak biasa menggunakan
senjata dan hanya seorang wanita yang lemah-
"Anak itu engkau yang menjaga dan melayani, bukan"
Tegakah engkau membunuhnya?"
Dengan suara gemetar dan wajah pucat wanita itu berkata,
"Apa boleh buat, aku adalah seorang hamba yang patuh dan
setia." Maklum bahwa wanita itu dapat nekat membunuh Doko
Pekik, tiba-tiba tangan Puspa Dewi bergerak dan ada sinar
berkelebat ke arah wanita itu.
934 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu menjerit, goloknya terlepas dan ia merintih
karena lengannya telah bertembus sebuah patrem yang
dilemparkan Puspa Dewi. Di lain saat Puspa Dewi sudah
melompat dekat wanita itu, mencabut patremnya dan wanita
itu jatuh terduduk di lantai, memegangi lengan kanan yang
bercucuran darah sambil menangis. Puspa Dewi tidak
membunuh wanita itu karena mengingat bahwa ia bukanlah
seorang perajurit dan tidak jahat. Kalau tadi ia mengancam
akan membunuh Joko Pekik, hal itu dilakukan karena setianya
terhadap keluarga Ratu Parang Siluman.
Akan tetapi Joko Pekik menangis ketika Puspa Dewi
mendekatinya. "Engkau nakal. . engkau jahat.. !" Anak itu berkata dengan
suara pelo (pelati dan menangis. Sikap anak ini saja
menunjukkan bahwa tentu biasanya wanita yang bekerja
sebagai biyung emban (inang pengasuh) itu bersikap baik
kepada Joko Pekik sehingga tentu saja anak itu berpihak
kepadanya dan menganggap ia yang jahat. Karena tidak
ada gunanya menerangkan kepada anak kecil, ia lalu
mengangkat dan memondong anak itu dan membawanya
keluar guha. Anak itu meronta dan menangis.
Setibanya di luar, Puspa Dewi melihat bahwa Nurseta telah
berhasil menyembuhkan lima orang telik sandi yang
935 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keracunan. Dewi menceritakan mengapa Joko Pekik
menangis. "Semua orang keracunan termasuk aku. Akan tetapi
mengapa engkau tidak keracunan dan juga orang-orang
Parang Siluman ini tidak keracunan padahal mereka juga
melintasi lapangan rumput?" tanya . Puspa Dewi kepada
Nurseta. "Aku menjadi kebal racun karena membawa Pusaka
Tunggul Manik. Sedangkan orang-orang Parang Siluman itu,
lihat saja kakinya. Mereka melindungi telapak kaki mereka
dengan alas kaki dari kulit kerbau. Tentu mereka sudah
menyebar racun di lapangan rumput sehingga tidak tampak
dan meracuni mereka yang melewati lapangan rumput melalui
telapak kaki yang menginjak racun."
"Lalu bagaimana kita dapat meninggalkan tempat ini" Jalan
keluar hanya lapangan rumput!" kata Puspa Dewi.
"Mudah saja, Den Roro! Kita naik egrang (jangkungan)
untuk melintasi lapangan rumput ini!" kata Witarto yang cerdik.
Mereka lalu membuat egrang sebanyak enam pasang
untuk lima orang telik sandi dan untuk Puspa Dewi. Ketika
Joko Pekik Satyabudhi melihat Witarto yang sudah sering
dilihatnya ketika perwira muda itu datang ke kepatihan, dia
mau dipondong Witarto dan tidak menangis lagi. Pula, Witarto
936 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih trampil (cekatan) menggunakan egrang dibandingkan
Puspa Dewi, maka dalam gendongannya, Joko Pekik lebih
aman. Setelah enam orang itu naik egrang, menyeberanglah
mereka, melintasi lapangan rumput yang mengandung racun
itu. Nurseta berjalan aman dilindungi pusaka Tunggul Manik.
"Kita perlu menyelamatkan dulu Joko Pekik keluar dari
daerah Parang Siluman!" kata Nurseta. Witarto dan empat
orang rekannya yang lebih mengenal jalan lalu menjadi
petunjuk jalan, di kuti oleh Nurseta dan Puspa Dewi.
937 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka melakukan perjalanan cepat menuju ke
perbatasan. Akan tetapi lewat tengah hari, mereka mendengar
bunyi derap kaki banyak kuda mengejar dari belakang!
"Hem m, agaknya musuh yang melakukan pengejaran
sudah dekat. Kita harus berlari lebih cepat!" kata Nurseta.
Namun sayang, tingkat kepandaian lima orang telik sandi itu
tidaklah begitu tinggi. Andaikata Nurseta dan Puspa Dewi
berdua saja yang dikejar, walaupun pengejarnya berkuda,
mereka tentu akan mampu menghindarkan dan tidak akan
tersusul. Maka, derap kaki kuda itu semakin jelas terdengar,
menunjukkan bahwa para pengejar itu sudah semakin dekat.
"Dewi, engkau cepat bawa Joko Pekik lari lebih dulu keluar
dari daerah Parang Siluman. Witarto dan empat rekannya
agar melarikan diri berpencar, menyelamatkan diri masing-
masing. Aku sendiri akan lari paling akhir dan kalau mereka
datang, aku akan menahan mereka. Dengan demikian,
mereka akan menjadi bingung dan Joko Pekik akan dapat
lebih dulu diselamatkan."
Tidak ada yang membantah siasat ini. Joko Pekik lalu
dipondong oleh Puspa Dewi dan agaknya anak itu pun sudah
hilang rasa takutnya terhadap serombongan orang ini karena
di situ terdapat Witarto yang dikenalnya. Ketika dipondong
Puspa Dewi, dia tidak menangis dan Puspa Dewi segera
mengerahkan ilmunya berlari cepat sehingga tubuhnya
938 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melesat seperti terbang. Lima orang telik sandi itu pun lari
berpencar namun semua menuju ke perbatasan agar dapat
keluar dari daerah musuh.
Tak lama kemudian muncul ah Lasmini, Mandari, dan Ki
Nagakumala, di kuti ratusan orang perajurit!
"Kejar!" teriak Ki Nagakumala kepada para perwira yang
memimpin pasukan, "mereka lari berpencar, kejar mereka
semua!" "Terutama sekali rampas kembali anak itu!" teriak Lasminl
sambil menahan kudanya.
"Paman Nagakumala, Mbakayu Lasmini, mari kita kejar ke
sana! Anak itu dilarikan seorang pemuda ke arah sana. Kita
harus dapat merebutnya kembali!" kata Mandari sambil
menunjuk ke arah larinya Puspa Dewi. Ada pun para perwira
membawa pasukan masing-masing berpencar melakukan
pengejaran kepada lima orang telik sandi Kahuripan.
Akan tetapi tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan tahu-
tahu di depan kuda tiga orang sakti yang memimpin
pengejaran itu telah berdiri Nurseta!
"Nurseta. .!!" Seru Lasmini dan Mandari, marah dan juga
heran bagaimana Nurseta yang telah keracunan berat itu telah
pulih kembali kesehatannya. Akan tetapi ketika mereka
melihat tongkat pusaka Tunggul Manik terselip di ikat
939 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggang pemuda itu, mereka mengerti walaupun mereka juga
heran bagaimana mungkin pusaka itu telah berada di tangan
pemuda itu. "Jahanam!" bentak Ki Nagakumala, marah karena dengan
terampasnya Joko Pekik Satyabudhi dari tangan mereka,
berarti Parang Siluman kini terancam bahaya besar diserbu
pasukan Kahuripan. Pemuda Ini yang menggagalkan semua
siasat Parang Siluman dalam usahanya mencegah
penyerbuan Kahuripan. Dengan marah dia lalu melompat
turun dari atas punggung kudanya. Lasmini dan Mandari juga
melompat turun.
"Bunuh dia!" Ki Nagakumala berseru dan dia sudah
mengeluarkan gerengan seperti harimau lalu menerjang ke
depan, 'kedua .tangannya dikembangkan dengan jari-jari
tangan membentuk cakar dan warnanya berubah membiru
serta mengeluarkan hawa dingin sekali.
Lasmini menyusulkan serangan dengan Cambuk
Sarpokenoko. Cambuk itu diputar di atas kepala, membentuk
gulungan sinar keemasan dan mengeluarkan bunyi ledakan-
ledakan ketika menyambar ke arah kepala Nurseta.
Mandari juga tidak tinggal diam. Ia sudah menyerang
dengan mengerahkan hawa sakti beracun berupa uap hitam
940 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang keluar dari kedua telapak tangannya. Ia memukul ke
arah dada Nurseta.
Pemuda ini bersikap tenang dan waspada. Dia maklum
bahwa dia menghadapi tiga orang lawan yang amat tangguh
dan memiliki serangan yang amat keji, serangan yang
mengandung hawa beracun. Cepat dia mengerahkan Aji Bayu
Sakti yang membuat tubuhnya seringan angin dan
berkelebatan cepat mengelak serangan tiga orang itu. Dia lalu
menggerakkan tubuhnya, bersilat dengan Ilmu Silat Baka
Denta. Tiga orang itu memang merupakan lawan yang amat
tangguh, bahkan ?terlalu kuat bagi Nurseta sekalipun. Kalau
melawan mereka satu lawan satu, atau bahkan dua orang
mengeroyoknya, mungkin Nurseta masih akan mampu
mengatasi mereka. Akan tetapi sekali ini mereka bertiga
mengeroyoknya! Dan karena dua orang wanita cantik itu
memang merupakan murid-murid dari " paman mereka
sendiri, maka tiga orang itu dapat bergerak dengan kompak
sekali saling bantu, saling melindungi, dan saling mengisi;
Nurseta sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk balas
menyerang. Dia dihujani serangan dan dia hanya dapat
mengandalkan kecepatan gerakannya untuk menghindarkan
diri, atau terkadang menangkis dengan tongkat pusaka
Tunggul Manik. Apalagi di situ masih terdapat sedikitnya
941 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seratus orang perajurit yang mengepung, sisa dari ratusan
orang perajurit yang melakukan pengejaran dengan
berpencar. Nurseta maklum bahwa tidak mungkin dia melanjutkan
perkelahian dengan hanya bertahan saja tanpa dapat balas


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang. Kalau dilanjutkan apalagi kalau seratus orang
perajurit itu ikut mengeroyok, akhirnya dia tentu akan terluka.
Maka dia mempertahankan sedapat mungkin untuk mengulur
waktu agar memberi kesempatan kepada teman-temannya,
terutama Puspa Dewi, agar gadis itu dapat melarikan Joko
Pekik keluar tapal batas wilayah Parang Siluman.
Benar saja apa yang dikhawatirkan terjadi. Lasmini
meneriaki pasukannya untuk membantu dan puluhan batang
senjata tajam kini menghujani tubuh Nurseta dari segala
jurusan. Nurseta menggerakkan tangan ke belakang dan
angin pukulan dahsyat menyambar, merobohkan empat orang
sekaligus, akan tetapi pada saat dia memutar tongkat
menangkis sambaran cambuk di tangan Lasmini dan pukulan
telapak tangan hitam Mandari, tiba-tiba pundaknya tergores
cengkeraman tangan Ki Nagakumala.
"Bret t . .!" Bajunya terobek. Kulit pundaknya terlindung
kekebalan dan racun yang keluar dari jari-jari tangan Ki
Nagakumala itu punah oleh pengaruh Pusaka Tunggul Manik,
akan tetapi karena serangan itu mengandung tenaga sakti
942 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang amat kuat, tidak urung Nurseta merasa betapa
pundaknya nyeri bukan main. Tulang pundaknya tidak sampai
patah, akan tetapi rasa ngilu membuat lengannya untuk
sementara tidak dapat menyalurkan tenaga sakti. Dia maklum
bahwa saatnya tiba baginya untuk melarikan diri. Cepat
tubuhnya berkelebat menyelinap di antara para perajurit yang
mengepung bagaikan semut banyaknya. Hal ini malah
menguntungkan baginya karena mudah baginya untuk
menyelinap dan berlindung di antara banyak perajurit itu.
"Tar-tar-tarrr. .!" Ujung sabuk atau Cambuk Sarpokenoko
meledak-ledak, luput mengenai Nurseta malah merobohkan
tiga orang perajurit yang pecah kepala terkena sambaran
ujung cambuk! Ketika Mandari menyusulkan pukulan beracun,
juga yang menjadi korban malah dua orang perajurit Parang
Siluman. Lasmini, Mandari, dan Ki Nagakumala menjadi
penasaran. Akan tetapi kini amat Sukar mengejar Nurseta
yang melarikan diri menyusup-nyusup di antara para perajurit,
merobohkan mereka yang berani menghalanginya. Akhirnya
setelah Nurseta berhasil keluar dari kepungan, barulah tiga
orang sakti Parang Siluman itu dapat mengejarnya lagi, di kuti
oleh pasukan. Akan tetapi cuaca mulai gelap dan mereka tidak mampu
mengejar Nuiseta yang larinya cepat bagaikan angin dan
setelah cuaca menjadi gelap, terpaksa Ki Nagakumala dan
943 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang keponakannya itu menghentikan pengejaran.
Mereka menjadi penasaran dan kecewa sekali mendengar
bahwa pasukan mereka tidak berhasil menyusul dan tidak
berhasil merampas kembali Joko Pekik. Pasukan itu hanya
berhasil menyusul lima orang telik sandi. Akan tetapi Witarto
dan empat orang rekannya melakukan perlawanan sampai
mati. Mereka tidak membiarkan diri ditangkap karena kalau
mereka tertangkap, tidak urung mereka akan dibunuh juga,
bahkan melalui penyiksaan. Maka, mereka melawan sampai
mati dan menjadi pahlawan-pahlawan Kahuripan yang
berkorban nyawa demi membela Kahuripan.
Ki Nagakumala dan dua orang keponakannya lalu terpaksa
kembali ke kota raja untuk melapor kepada Ratu Durgamala.
Mereka lalu menyusun kekuatan karena dapat menduga
bahwa setelah kini Joko Pekik terlepas dari tangan mereka,
Ki Patih Narotama pasti akan memimpin pasukan datang
menyerang! Semalam suntuk Puspa Dewi membawa 3oko Pekik
Satyabudhi berlari. Anak itu akhirnya tertidur dalam
pondongan-nya. Pada keesokan harinya, ia berhasil keluar
dari daerah Parang Siluman dan bertemu dengan pasukan
Kahuripan yang dipimpin Ki Patih Narotama. Biarpun Ki Patih
Narotama belum berani menyerbu Parang Siluman, namun
setelah membiarkan pasukan yang baru saja menalukkan
944 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wengker beristirahat beberapa hari lamanya, lalu memimpin
pasukannya mendekati Parang Siluman. Dia belum memasuki
wilayah Parang Siluman, melainkan memerintahkan pasukan
untuk berkemah di dekat perbatasan. Ki Patih Narotama
hendak menanti berita dari Nurseta dan Puspa Dewi tentang
puteranya. Sebelum mendapat berita itu dia tidak akan berani
menyerang Parang Siluman. Hal ini bukan hanya untuk
menjaga keselamatan nyawa puteranya, melainkan terutama
sekali karena dia sudah berjanji kepada Lasmini bahwa dia
tidak akan menyerang Parang Siluman selama Joko Pekik
Satyabudhi masih berada di Parang Siluman! Bagi seorang
satria dan pendekar seperti Ki Patih Narotama, janji
merupakan kehormatan dan dia lebih menghargai
kehormatan daripada nyawa sendiri sekalipun. Dia tidak akan
melanggar janji yang sudah dia ucapkan. Sang Prabu
Erlangga maklum akan sikap ini, maka raja yang arif bijaksana
ini pun memberi ijin kepada Ki Patih Narotama untuk menunda
penyerangannya terhadap Parang Siluman.
Dapat dibayangkan betapa bahagia dan lega rasa hati Ki
Patih Narotama ketika pagi hari itu Puspa Dewi yang
menyamar pria itu muncul sambil memondong Joko Pekik
Satyabudhi! Anak itu berada dalam keadaan selamat dan
sehat! Puspa Dewi lalu menceritakan tentang Nurseta dan
pengalaman mereka dalam usaha merampas kembali Joko
945 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pekik Satyabudhi. Juga ia menceritakan tentang sepuluh
orang telik sandi pimpinan Witarto yang ia perkirakan tewas
semua dalam usaha mereka membantu Nurseta dan Puspa
Dewi menyelamatkan Joko Pekik Satyabudhi. Ki Patih
Narotama prihatin sekali mendengar ini dan dia pun
mengambil kebijaksanaan untuk menjamin kesejahteraan
keluarga sepuluh orang itu secukupnya, sesuai dengan para
perajurit telik sandi yang telah mengorbankan nyawa demi
menolong Joko Pekik.
Pada siang harinya, muncul Nurseta. Ki Patih Narotama
mengucapkan terima kasih kepada Nurseta dan Puspa Dewi,
kemudian dia mengerahkan pasukan dan mulai menyerbu ke
daerah Parang Siluman! Nurseta dan Puspa Dewi tentu saja
menjadi pembantu-pembantu utamanya.
Seperti dalam penyerbuan kepada tiga kerajaan lain, sekali
ini pun Ki Patih Narotama melarang keras pasukannya untuk
melakukan kekejaman terhadap rakyat daerah Parang
Siluman. Mereka yang tidak melakukan perlawanan, tidak
boleh diganggu. Bahkan musuh yang telah menyerah tidak
boleh dibunuh, melainkan menjadi tawanan. Segala bentuk
penyelewengan seperti penyiksaan, perampokan, perkosaan
dan sebagainya dilarang keras dan pelanggarnya akan
menerima hukuman berat!
946 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikap pasukan Kahuripan ini tentu saja mendapat
sambutan baik rakyat daerah Parang Siluman yang mereka
lewati. Melihat pasukan Kahuripan sama sekali tidak
melakukan kekejaman kepada mereka seperti yang semula
mereka takuti, membuat mereka lega dan bahkan mereka
menyambut masuknya pasukan itu dengan senyum ramah!
Sikap pasukan Kahuripan itu sungguh berbeda seperti bumi
dengan langit dibandingkan sikap para perajurit Parang
Siluman kalau sedang melewati pedusunan. Mereka itu suka'
mempergunakan kekuasaan untuk bertindak sewenang-
wenang terhadap rakyat kerajaannya sendiri. Merampas harta,
mengganggu wanita, bukan hal aneh dilakukan para perajurit
Parang Siluman.
Karena rakyat Parang Siluman pada umumnya mendukung
pasukan Kahuripan karena sikap baik mereka, maka pasukan
besar pimpinan Ki Patih Narotama itu tanpa banyak hambatan
dan kesulitan-dapat maju terus sampai mereka berada , di
depan pintu gerbang kota raja Parang Siluman!
Para pimpinan Parang Siluman kini sudah tidak memiliki
pegangan untuk mempengaruhi Ki Patih Narotama. Tentu saja
mereka tidak mau menyerah dan mereka pun bertekad untuk
melakukan perlawanan mati-matian terhadap musuh
bebuyutan yang mereka benci itu.
947 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti kebiasaan yang lajim dilakukan dalam perang,
sebelum perang cam-puh antara dua pasukan dimulai, terlebih
dulu para senopati (panglima) kedua belah pihak bertanding
mengadu kesaktian.
Ratu Durgamala sendiri, wanita berusia empat puluh dua
tahun yang masih cantik seperti seorang gadis berusia dua
puluh tahun, dengan segala kebesaran dan kemewahan
pakaiannya, maju ke medan laga. Dari pihak Kahuripan
segera maju Puspa Dewi untuk menandinginya! Puspa Dewi
kini tidak lagi menyamar sebagai pria, melainkan merupakan
seorang gadis yang selain tampak cantik manis, juga tampak
gagah perkasa dalam pakaian keperajuritan yang ringkas,
bajunya berlengan pendek di atas siku sehingga tampak
lengannya yang berkulit putih halus, juga celananya sampai ke
lutut sehingga betis putih mulus memadi bunting itu tampak
indah menarik. Begitu Puspa Dewi maju menghadapinya,
tanpa banyak cakap lagi Ratu Durgamala sudah menerjang
amat cepatnya, menggunakan sebatang keris kecil panjang
berbentuk ular. Puspa Dewi menangkis dengan Patrem
Cundrik Arum pemberian Sang Prabu Erlangga.
"Cringgg.. .!" Bunga api berpijar biru ketika dua batang
senjata itu bertemu dan keduanya menarik senjata masing-
masing. Setelah melihat kerisnya tidak rusak, Ratu Durgamala
menyerang lagi dengan dahysat. Puspa Dewi mengelak dan
948 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balas menyerang sehingga kedua orang wanita itu sudah
saling serang dengan sengitnya. Terkadang keris mereka
saling bertemu sehingga terdengar bunyi berkencringan
disusul meletiknya bunga api.
Melihat adiknya sudah maju bertanding, Ki Nagakumala
juga melompat maju memegang sebatang pedang. Melihat ini,
atas persetujuan Ki Patih Narotama, Nurseta lalu maju
menghadapi laki-laki berusia lima puluh tahun lebih yang
berwajah tampan gagah dengan kumis melintang seperti
Raden Gatutkaca itu.
Melihat Nurseta maju menghadapinya, Ki Nagakumala
marah sekali. Dia membenci pemuda ini karena Nurseta ini
yang membuat siasat Parang Siluman gagal total dengan
terlepasnya Joko Pekik Satyabudhi.
"Keparat, mampus kau!" bentaknya dan pedangnya
menyambar-nyambar dahsyat. Namun dengan cekatan namun
tenang sekali Nurseta mengelak lalu membalas dengan
tamparan tangannya yang juga dapat dielakkan lawan.
Mereka lalu bertanding, saling serang dengan seru.
Kini Lasmini dan Mandari maju bersama dan Ki Patih
Narotama lalu maju menghadapi mereka.
949 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, Narotama! Andika curang, mencuri Joko Pekik dari
tangan kami!" Mandari mencela dengan suara mengandung
kemarahan dan kebencian.
Dengan tenang tanpa emosi Narotama menjawab.
"Mandari, puteraku berada di tangan kalian karena kalian curi,
kalau sekarang aku mencurinya kembali, hal itu sudah
sepantasnya."
"Narotama, tegakah engkau melukai dan membunuh
tubuhku ini yang dulu sering kau belai dengan penuh kasih
sayang?" Lasmini bertanya dengan suaranya yang merdu
merayu, senyum dan kerlingnya yang dulu pernah membuat Ki
Patih Narotama seolah-olah mabok kepayang.
"Lasmini, kalau engkau terluka atau tewas, hal itu hanya
terjadi sebagai akibat dari ulahmu sendiri. Tidak ada gunanya
menyalahkan orang lain karena semua sebab berada dalam
dirimu sendiri."
Baru saja Ki Patih Narotama berhenti bicara, dua orang
wanita cantik itu sudah menyerangnya dengan dahsyat.
Lasmini menyerang dengan cambuknya yang ampuh. Cambuk
Sarpokenoko adalah sebatang cambuk yang ampuh bukan
main karena selain kuat sekali, cambuk itu pun sudah "di si"
dengan kekuatan sihir dan juga telah direndam racun yang
mematikan. Adapun Mandari menggunakan kerisnya untuk
950 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang. Walaupun keris itu hanya merupakan senjata
yang kecil dan pendek, namun yang berada di tangan Mandari
juga bukan keris biasa, melainkan sebuah benda pusaka
ampuh yang telah di si ilmu hitam dan direndam racun. Sekali
saja tergores keris itu sudah cukup untuk membuat nyawa
lawan melayang!
Ki Patih Narotama tentu saja mengenal ketangguhan bekas
selirnya dan juga Mandari. Dia tidak memandang rendah
walaupun tentu saja tingkat kepandaiannya jauh lebih tinggi.
3uga, bagaimanapun dia tidak tega untuk melukai atau
membunuh Lasmini. Kecantikan dan kepribadian bekas
selirnya yang menarik itu masih saja memiliki daya pesona
yang kuat kepada kejantanannya. Juga dia ingat bahwa
Mandari dulu pernah menjadi selir tercinta Sang Prabu Erlang-
ga, maka dia pun merasa segan untuk melukai atau
membunuhnya. Karena itu, dia menghadapi serangan mereka
dengan tenaga lunak. Dia mengelak dan terkadang menangkis
senjata mereka dengan tiupan hawa pukulan kedua
tangannya. Biarpun tangannya tidak sampai menyentuh kedua
senjata itu, akan tetapi angin pukulannya saja cukup membuat
senjata-senjata itu terpental.
Lasmini dan Mandari juga memaklumi akan kesaktian patih
itu. Mereka berdua maklum bahwa bagaimanapun mereka
berusaha dan mengeluarkan semua aji kesaktian mereka,
951 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh tenaga, tetap saja mereka tidak akan


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mampu mengalahkan Ki Patih Narotama. Mereka merasa
serba salah. Tidak melawan salah karena sebagai puteri-
puteri istana, tentu saja mereka berdua harus
mempertahankan kerajaan ibu mereka. Melawan pun salah
karena sudah pasti mereka tidak akan menang. Di samping
itu, mereka memang benci sekali kepada Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama. Hal inilah yang membuat
dua orang puteri cantik jelita itu menjadi nekat dan mereka
menyerang Ki Patih Narotama secara mati-matian.
Sementara itu, Ki Nagakumala makin terdesak oleh
Nurseta. Dia sudah mengeluarkan semua ilmu yang dikuasai,
mengerahkan seluruh, tenaganya, namun semua
serangannya dapat dipatahkan Nurseta. Bahkan ketika Ki
Nagakumala mengeluarkan semua ilmu sihirnya, tidak ada
satu pun yang mampu mempengaruhi pemuda itu. Tiba-tiba,
saking penasaran dan marahnya, Ki Nagakumala
mengeluarkan aji pamungkasnya (ilmu terakhir menentukan).
Dia berkemak-kemik, menggigit lidah sendiri sehingga
berdarah dan dia menyemburkan darah itu ke arah Nurseta.
Itulah Aji Wisa Ludira, darah yang mengandung hawa
beracun, ilmu yang didasari sihir dan juga tenaga sakti. Darah
yang disemburkan itu berubah menjadi sinar merah. Nurseta
terkejut juga karena ada hawa yang dahsyat menyambar,
952 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului sinar merah itu dan tercium bau yang amis sekali.
Dia pun mengerahkan tenaga saktinya dan mendorongkan
kedua tangannya ke arah sinar merah yang meluncur ke arah
dadanya itu. "Wuuuutt . . bresss!!" Sinar itu membalik dan tubuh Ki
Nagakumala terjengkang dan dia tewas seketika karena
tenaga dahsyat yang menyerang ke arah Nurseta tadi
membalik dan menghantam dirinya sendiri!
Melihat betapa kakaknya roboh oleh Nurseta, Ratu
Durgamala terkejut dan marah sekali. Dengan seluruh tenaga
dan kesaktiannya, ia lalu menyerang Puspa Dewi. Kerisnya
menyambar-nyambar bagaikan cakar maut. Puspa Dewi
menggunakan kelincahan tubuhnya untuk mengelak, namun
Ratu Durgamala yang sudah amat bernapsu untuk membunuh
lawan ini terus mendesaknya. Karena desakan itu berbahaya,
Puspa Dewi mengesampingkan keraguannya untuk
melakukan serangan balasan yang dahsyat. Ketika ia melihat
ada lowongan, begitu keris lawan menusuk ke arah ulu
hatinya, Puspa Dewi menangkis dengan pengerahan tenaga
dari samping. Sang Cundrik Arum berkelebat menjadi sinar
putih, menangkis keris Ratu Durgamala.
"Trangggg.. !" Tangkisan itu demikian kuatnya sehingga
tubuh Ratu Durgamala terdorong miring. Sebelum ia dapat
menegakkan kembali tubuhnya, tangan kiri Puspa Dewi
953 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar dengan dahsyatnya. Tamparan tangan kiri itu
tampaknya perlahan saja, namun, mengandung hawa sakti
yang kuat. "Plakk!" Sisi kanan kepala Ratu Durgamala terkena
tamparan tangan kiri Puspa Dewi. Ratu Parang Siluman itu
mengeluh, tubuhnya terkulai dan ia roboh tak bergerak lagi.
Kepalanya sama sekali tidak terluka, namun tamparan yang
mengandung tenaga dalam amat kuatnya itu telah
mengguncang dan merusak isi kepala sehingga Ratu
Durgamala tewas seketika!
Lasmini dan Mandari terkejut dan air mata bercucuran di
atas pipi mereka ketika mereka melihat betapa ibu mereka,
Ratu Durgamala, dan paman mereka, Ki Nagakumala telah
tewas. Mereka lalu menyerang Ki Patih Narotama seperti gila,
mengamuk dan membabi-buta.
"Tar-tar r.. .!" Cambuk Sarpokenoko di tangan Lasmini
menyambar ke arah kepala Ki Patih Narotama dan Mandari
juga menusukkan kerisnya ke dada Sang Patih.
"Piakk! Tukk!" Ujung cambuk dapat ditangkap Ki Patih
Narotama dan keris di tangan Mandari mengenai dadanya,
namun keris itu seolah menusuk baja sehingga terpental.
"Kalian pergilah!" Ki Patih Narotama menggunakan kedua
telapak tangannya mendorong ke arah dua orang wanita itu.
954 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dorongan ini mendatangkan angin yang kuat sekali seperti
badai mengamuk dan dua orang wanita cantik itu terdorong
jauh ke belakang dan roboh bergulingan!
Akan tetapi mereka tidak terluka karena memang Ki Patih
Narotama tidak tega untuk melukai mereka, apalagi
membunuh. Lasmini melompat ke dekat jenazah ibunya dan
mengangkat jenazah itu ke dalam pondongannya. Mandari
yang sayang kepada paman atau juga gurunya itu pun
memondong jenazah Ki Nagakumala, kemudian keduanya
melarikan diri sambil memondong jenazah ibu dan paman
mereka itu. 955 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Patih Narotama memberi isyarat dan para perwira memimpin pasukan mereka untuk menyerbu. Sambil bersorak-sorai pasukan Kahuripan menyerbu, disambut pasukan Parang Siluman sehingga terjadilah perang campuh yang hebat di depan pintu gerbang Kota Raja Parang Siluman.
Akan tetapi melihat para pimpinannya sudah kalah, bahkan Sang Ratu telah tewas, demikian pula Ki Nagakumala yang mereka andalkan, juga kedua orang puteri telah melarikan diri, maka para perajurit Parang Siluman melawan dengan semangat menurun. Hai ini ditambah lagi dengan jumlah mereka yang hanya setengahnya dari jumlah pasukan Kahuripan, maka perang campuh itu pun tidak berlangsung terlalu lama. Sebagian mundur ke dalam kota raja dan sebagian lagi sudah roboh atau melarikan diri.
Pasukan Kahuripan terus maju mendesak dan menjebol pintu gerbang dan pertempuran di dalam kota raja hanya berlangsung sebentar. Pasukan Parang Siluman yang sudah kocar-kacir itu, sebagian membuang senjata dan menjatuhkan diri berlutut tanda menyerah, sebagian lagi berserabutan melarikan diri keluar kota raja.
Kerajaan Parang Siluman ditalukkan. Seperti yang- terjadi pada tiga kerajaan lain yang sudah lebih dulu ditaklukkan, Narotama melarang pembunuhan terhadap mereka yang menyerah. Keluarga istana tidak diganggu dan untuk 956
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sementara Ki Patih Narotama mengangkat para perwira
pembantunya untuk mengurus roda pemerintahan di Parang
Siluman. Seperti juga Kadipaten Wengker, Wura-wuri, dan
Siluman Laut Kidul, kini Parang Siluman menjadi wilayah
Kahuripan. Ki Patih Narotama, Nurseta, Puspa Dewi, membawa
pasukan kembali ke Kahuripan dengan gembira karena tugas
menalukkan para kadipaten yang selalu memusuhi dan
merongrong Kahuripan telah selesai dengan baik dan pasukan
pulang membawa kemenangan. Terutama sekali Ki Patih
Narotama bergembira karena puteranya, Joko Pekik
Satyabudhi, telah pulang ke pangkuan ibunya dengan
selamat. Nurseta pulang ke gedung mendiang Senopati Sindukerta,
kakeknya. Dia disambut oleh ayah ibunya dan neneknya.
Kedukaan karena gugurnya Senopati Sindukerta dalam
perang terobati dengan berita kemenangan pasukan
Kahuripan. Keluarga ini lalu mengadakan pesta keluarga
untuk menyambut dan merayakan kemenangan itu.
Demikian pula Puspa Dewi disambut ayah ibunya dan
neneknya. Keluarganya memang masih merasakan kesedihan
karena gugurnya Tumenggung Jayatanu dalam perang dan
hilangnya Niken Harni. Akan tetapi Puspa Dewi menghibur
nenek, ayah dan ibunya dengan mengatakan bahwa kakeknya
957 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tewas dengan terhormat sebagai seorang pahlawan pembela
negara, sedangkan adiknya, Niken Harni, dibawa oleh nenek
sakti mandraguna Nlnl Bumigarbo dan menjadi muridnya.
Pada hari Itu juga, Nurseta dan Puspa Dewi dipanggil Sang
Prabu Erlangga. Mereka berdua saling bertemu di istana,
sama-sama menghadap Sang Prabu Erlangga yang wajahnya
tampak cerah gembira sekali mendengar akan kemenangan
yang dicapai pasukannya. Ki Patih Narotama berada pula di
situ dan dia telah melaporkan semua hasil yang dicapai
pasukannya dengan jelas, juga tidak lupa melaporkan jasa-
jasa para pembantunya, termasuk jasa besar Nurseta dan
Puspa Dewi. Setelah memuji kedua orang muda itu, Sang Prabu
Erlangga yang mengetahui bahwa sejak dahulu dua orang
muda ini tidak ingin terikat dengan pangkat, memberi hadiah
berupa rumah gedung seisinya.
"Nurseta dan Ni Puspa Dewi, biarpun Andika berdua tidak
ingin menjadi pamong praja dan ingin menjadi kawula biasa,
namun kami masih mengharapkan bantuan Andika berdua."
Dua orang muda itu menyembah, menghaturkan terima
kasih atas hadiah-hadiah yang diberikan oleh Sang Prabu
Erlangga, lalu Nurseta menjawab. "Hamba siap melaksanakan
perintah Paduka, Gusti."
958 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba juga siap membantu, Gusti." kata Puspa Dewi.
"Bagus, kami senang sekali mendengar kesanggupan
Andika berdua. Kami hanya ingin agar kalian berdua
membantu ditemukannya kembali pusaka kra,ton Sang Cupu
Manik Maya yang hilang dicuri orang. Tadinya kami mengira
bahwa yang mencuri tentu orang-orang dari Empat Kadipaten
yang memberontak, akan tetapi setelah mereka ditalukkan
dan dicari, juga diselidiki, pusaka itu tidak ada pada mereka.
Kami minta agar Andika berdua suka membantu Kakang Patih
Narotama untuk menemukan kembali pusaka itu."
"Sendika, Gusti." kata Nurseta. "Hamba siap. Gusti." kata Puspa Dewi.
Setelah tiba di rumah neneknya, KI Dharmaguna dan
Endang Sawltrl berkata kepada Nurseta yang duduk di depan
mereka, dihadiri pula oleh Nyi Sindukerta.
"Nurseta, kami bertiga, Nenekmu, Ibumu, dan'aku sendiri
tadi sudah mengadakan perundingan dengan keluarga
Adimas Senopati Yudajaya, isterinya, dan Nyai Tumenggung
Jayatanu. Kami membicarakan tentang perjodohanmu dengan
Puspa Dewi dan mereka menyatakan persetujuan mereka.
Oleh karena itu, Nurseta, kami berniat untuk mengajukan
pinangan secara resmi. Engkau tentu setuju, bukan?"
959 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Rama, Kanjeng Ibu, dan Kanjeng Eyang Puteri.
Seperti dulu pernah saya jawab, saya serahkan saja urusan
perjodohan kepada paduka bertiga. Akan tetapi saya mohon
agar pinangan itu jangan diajukan sekarang. Hendaknya
paduka bertiga mengetahui bahwa pada saat ini saya dan juga
Puspa Dewi masih mengemban tugas penting menaati
perintah Gusti Sinuhun, yaitu mencari dan menemukan
kembali Sang Cupu Manik Maya yang hilang dicuri orang.
Tugas ini penting sekali karena pusaka itu merupakan pusaka
keramat sebagai satu di antara Wahyu Kraton, maka tugas
membela negara ini harus lebih diutamakan di atas
kepentingan pribadi."
Tiga orang tua itu mengangguk-angguk dan tidak dapat
membantah. Mereka menyetujui permintaan Nurseta untuk
menunda pinangan sampai dapat ditemukannya kembali
pusaka Cupu Manik Maya.
Di rumah Nyai Tumenggung Jayatanu terdapat adegan
yang mirip dengan adegan di rumah keluarga Nyai Senopati
Sindukerta. Puspa Dewi juga dihadapi neneknya, ayah dan
ibunya yang menyatakan hal yang sama, yaitu tentang
disetujuinya oleh para orang tua perjodohan antara Puspa
Dewi dengan Nurseta.
"Maafkan, Kanjeng Rama, bukan saya menolak. Nurseta
adalah seorang satria yang gagah perkasa dan baik budi, dan
960 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang perjodohan, saya serahkan kepada paduka bertiga.
Akan tetapi, saya ingin melaksanakan tugas-tugas penting
saya lebih dulu. Pertama, menaati perintah Gusti Sinuwun
untuk menemukan kembali pusaka Cupu Manik Maya yang
hilang dicuri orang. Dan kedua, saya harus lebih dulu bertemu
dengan Diajeng Niken Harni. Walaupun saya sudah
mendengar bahwa ia ikut Nini Bumigarbo dan menjadi
muridnya, namun hati saya belum puas kalau belum dapat
bertemu sendiri dengannya. Maka, saya mohon agar hal itu
ditunda dulu dan beri saya kesempatan untuk menjajagi
apakah hati saya setuju menerima dia sebagai suami saya."
Tiga orang tua itu pun tidak dapat membantah dan mereka
tahu bahwa Puspa Dewi masih sangsi apakah antara ia dan
Nurseta ada perasaan saling mencinta.
Sehabis gelap terbitlah terang. Setelah perang usai
muncul ah tenteram dan damai. Rakyat seluruhnya, termasuk
rakyat yang tadinya menjadi kawula
Wengker, Siluman Laut Kidul, Wura-wuri, dan Parang
Siluman, kini hidup tenteram damai dan sejahtera. Semua ini
berkat kebijaksanaan para penguasa, yaitu Sang Prabu
Erlangga, Ki Patih Narotama dan menurun sampai ke pamong
yang paling rendah pangkatnya. Kebijaksanaan Sang Prabu
Erlangga yang dibantu oleh para pamong praja yang dengan
sendirinya mencontoh junjungan atau atasan mereka itu
961 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan batang pohon yang subur dan sehat sehingga
semua cabang ranting daun kembang dan buahnya juga sehat
dan subur. Rakyat seluruh lapisan, dari yang paling atas
sampai yang paling bawah, dapat merasakan keadilan dan
kemakmuran hidup mereka. Tenteram, damai dan sejahtera.
Para penguasa sadar bahwa kekuasaan mereka itu mereka
dapat dari rakyat. Rakyat yang memberi kuasa kepada
mereka karena tanpa adanya rakyat, tidak akan ada mereka.
Kekuasaan mereka itu bukan untuk sewenang-wenang
mengandalkan kekuasaan, melainkan untuk membimbing
rakyat melaksanakan segala macam pembangunan demi
kesejahteraan. Para penguasa bukan sekedar memperhamba
rakyat dan ingin dilayani, melainkan juga melayani rakyat
jelata. Bukan mabok kekuasaan dan menumpuk harta
berenang dalam kemewahan dan kesenangan duniawi,
melainkan menujukan semua perjuangan demi mengangkat
kehidupan rakyat yang miskin dan papa menjadi sejahtera,
murah sandang pangan papan. Kalau para penguasa tidak
berlumba menumpuk harta dengan cara yang curang dan
korup, kalau para penguasa tidak sewenang-wenang
mengandalkan kekuasaan mencari benar dan menang, kalau
para penguasa benar-benar mencintai dan mementingkan
perbaikan nasib rakyat, kalau para penguasa merupakan
manusia-manusia yang taat berbakti kepada Sang Hyang
962 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga semua
tindakan yang mereka ambil tidak menyimpang dari
kebenaran, kalau semua penguasa menyadari betul bahwa
mereka merupakan alat-alat Yang Maha Adil untuk


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melaksanakan tugas "memayu hayuning bhuwana", maka
dengan sendirinya, seperti cabang ranting daun bunga; dan
buah batang pohon yang sehat menjadi sehat pula, rakyat
jelata pasti akan tunduk, taat, setia dan mencinta para
pemimpinnya yang memegang kendali pemerintahan.
Pemerintah Kerajaan Kahuripan di bawah pimpinan Sang
Prabu Erlangga menjadi contoh pemerintahan yang baik.
Sang Prabu Erlangga bijaksana, baik budi, tidak
mementingkan diri atau keluarga sendiri, tidak korup, atau
singkatnya bertangan bersih. Maka, dengan sendirinya Ki
Patih Narotama juga tidak berani mengotori tangannya karena
tentu akan ditegur dan dihukum oleh rajanya. Demikian pula
kalau tangan Ki Patih Narotama bersih, bawahannya, para
senopati juga tidak berani mengotorkan tangan melakukan
korupsi dan sebagainya karena pasti akan ditegur dan ditekan
oleh atasan mereka, yaitu Ki Patih Narotama. Demikian
seterusnya, para senopati yang bertangan bersih akan
membuat bawahannya juga tidak berani mengotori tangan.
Kalau ini terus berlanjut sampai pada pamong praja yang
paling rendah kedudukannya, maka pemerintahan itu menjadi
963 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersih, dipegang orang-orang yang bertangan bersih. Para
penguasa yang bertangan bersih, didukung oleh rakyat yang
taat dan mencinta pemerintahan yang sungguh-sungguh
memperhatikan nasib mereka, sudah pasti akan membuat
negara menjadi maju dan apa yang disebut sebagai negara
rakyat yang subur makmur, adil sejahtera itu bukan hal yang
tidak mungkin lagi!
Pemerintah yang bersih bijaksana pasti mendatangkan
wibawa yang ditaati seluruh rakyat. Pemerintah yang adil
bijaksana pasti ditakuti para manusia yang sesat. Pemerintah
yang adil bijaksana pasti didukung oleh para pemuka agama,
para cendekiawan yang jujur bijaksana. Seluruh rakyat, pria
wanita, tua muda, pintar bodoh, kaya miskin, tak terkecuali,
menghendaki kehidupan yang tenteram, aman, tak
kekurangan sandang pangan papan, penuh damai dan kasih
sayang antara sesama. Tata tentrem kerta raharja!
Kisah ini diakhiri sampai di sini dengan harapan pengarang
semoga ada manfaatnya bagi para pembaca. Sampai jumpa
di lain cerita!
Lereng Lawu, akhir Pebruari 1992.
T A M A T 964 Pendekar Jembel 13 Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Pedang Darah Bunga Iblis 14
^