Pencarian

Nurseta Satria Karang Tirta 6

Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


sakti menyerang, ia nekat menyambut sehingga ia teriuka dan
tewas." "Ahhh.. . menyedihkan sekali, Ibu. Dan bagaimana dengan
Kakaknya?"
"Tejoranu" Tentu saja hatinya hancur lebur dan dia lari
membawa jenazah! Adiknya. Mungkin dia juga menyesal
bahwa cinta dan penyerahan diri adiknya! kepada Gusti Patih
419 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama di tolak. Nah, sekarang ceritakan pengalamanmu!
Puspa Dewi."
"Cerita dari pengalamanku berbeda jauh dengan apa yang
kaualami, Ibu. Pengalamanku sungguh menggembirakan dari
membahagiakan kita semua."
"Hemm, bagaimana ceritanya" Apakah engkau sudah
bertemu dengan Kakang Prasetyo?"
"Bukan hanya Ayah, aku telah bertemu dengan mereka
semua! Ayah, Ibu Dyah Mularsih, Niken Harni puteri mereka,
juga Kakek Tumenggung Jayatanu dan isterl-nya. Dan
tahukah Ibu, mereka menyambut kedatanganku dengan
gembira dan ramah sekali! Agaknya Ibu salah paham
terhadap mereka. Kakek Tumenggung Jayatanu baik sekali
dan merasa menyesal bahwa dia telah menyebabkan Ibu
berpisah dari Ayah. Nenek Jayatanu juga amat baik. Dan Ibu
Dyah Mularsih dan puterinya, Niken Harni, mereka baik ekah,
Ibu. Ibu Dyah Mularsih menganggap aku sebagai anaknya
sendiri dan Niken Harni sangat sayang kepadaku. Ibu, mereka
semua itu merasa menyesal bahwa Ibu telah meninggalkan
Ayah. Mereka elalu berusaha untuk mencari Ibu, namun tidak
berhasil. Dan sekarang mereka telah menanti di Karang Tirta!"
"Apa?" Nyi Lasmi terkejut. "Mereka di Karang Tirta?"
420 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua keluarga itu tidak mau ketinggalan, ikut bersama
Ayah yang datang ke Karang Tirta untuk menyambut dan
memboyong kita ke kota raja!"
"Ah, tidak. . !"
"Ibu, percayalah. Mereka semua itu dengan hati tulus
menginginkan Ibu dan aku tinggal bersama mereka, menjadi
satu keluarga dan Ibu akan dianggap tetap sebagai isteri
pertama ayah. Ayah sekarang telah menjadi seorang Senopati
Kahuripan, Ibu."
"Tidak, anakku. . tidak. . !" Nyi Lasmi lalu menangis. Puspa Dewi menahan kudanya dan ia merangkul Ibunya dari beli
kang. "Mengapa, Ibu" Mengapa Ibu menolak, diboyong Ayah ke
kota raja" Bukankah Ibu amat mencinta Ayah?"
Di antara tangisnya, Nyi Lasmi berkata, "Justeru karena
aku amat mencintai dan menghormatinya, aku tidak bisa dan]
tidak boleh menerima ajakannya itu. Bahkan aku tidak boleh
bertemu muka dengan Kakang Prasetyo.. .!" Tangisnya
semakin mengguguk.
Puspa Dewi melompat turun dari atas; kuda dan
menurunkan Ibunya. Nyi Lasmi mendeprok di atas rumput
sambil menangis sedih. Puspa Dewi merangkulnya.
421 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, katakan, mengapa Ibu berpendapat begitu" Apakah
Ibu tidak percaya omonganku bahwa mereka semua amat
baik dan ramah, semua mengharapkan Ibu tinggal serumah
dengan mereka sebagai anggauta keluarga" Sesungguhnya,
Ibu. Aku sama sekali tidak berbohong!"'
"Ohh.. . aku tidak berharga lagi, Puspa Dewi. Aku tidak
pantas bertemu muka dengan Ayahmu! Aku sudah kotor dan
hinai Bagaimana mungkin aku sanggup bertemu muka dengan
Kakang Prasetyo" Kalau dia tahu bahwa aku pernah menjadi
selir Ki Suramenggala yang jahatl Ah, kalau keluarga
Tumenggung Hayatanu, kalau Isteri Kakang Prasetyo tahu,
betapa maluku! Mereka tentu akan mencemooh dan
menghinaku habis-habisan! Tidak, Puspa Dewi, lebih baik aku
mati daripada menghadapi semua penghinaan itu. Aku tidak
sanggup menghadapinya.. .!"
Puspa Dewi mengusap air mata yang membasahi muka
ibunya. "Mereka tidak akan memandang rendah kepadamu,
Ibu. Apa Ibu mengira aku berdiam diri saja kalau ada orang
menghina dan memandang rendah kepada Ibu" Mereka sama
sekali tidak menyalahkan Ibu, mereka bahkan merasa kasihan
sekali kepada Ibu yang hidup menderita. Ayah dan semua
keluarga sudah tahu, Ibu. Aku sudah memberitahu kepada
mereka, menceritakan semua pengalaman Ibu. Ayah tidak
422 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyalahkan Ibu, bahkan semakin menyesali sikapnya sendiri
dulu. Semua akan menerima Ibu dan menghormati Ibu. Aku
yakin akan hal Ini. Mereka sekarang sedang menanti di
Karang Tirta."
"Apa.. ." Mereka..Ayahmu.. . sudah tahu bahwa aku pernah
menjadi selir Suramenggala?"
"Benar, Ibu. Aku sudah menceritakan semuanya dan
mereka sama sekali tidak menyalahkan Ibu. Semua keluarga
mengikuti aku datang ke Karang Tirta dan ketika kami
mendengar bahwa Ibu diculik dan keluarga Paman Lurah
Pujosaputro dibunuh penjahat, mereka semua marah sekail
dan aku tidak tahu apa yang sekarang mereka lakukan karena
aku meninggalkan mereka di sana untuk mengejar dan
mencari Ibu. Marilah, Ibu. Aku yang menanggung bahwa tidak
akan ada seorang pun di antara mereka yang akan menghina
Ibu." Tiba-tiba terdengar bunyi derap kaki banyak kuda datang
ke arah mereka. Puspa Dewi siap siaga.
"Ibu, duduklah di bawah pohon itu dan jangan takut. Aku
akan menghajar mereka yang berani mengganggumu!" Gadis
itu dengan gagah berdiri di tengah jalan, menanti munculnya
rombongan berkuda Itu.
423 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senopati Yudajaya atau Prasetyo yang memimpin selosin
orang perajurit pengawal itu menahan kudanya dan
mengangkat tangan memberi isarat kepada pasukannya untuk
berhenti ketika dia melihat Puspa Dewi berdiri tegak di tengah
jalan. "Puspa Dewi.. .!" Serunya dan dia melompat turun dari atas
kudanya dan lari menghampiri gadis itu.
"Ayah. . !" Puspa Dewi berseru, lega melihat bahwa
rombongan berkuda itu adalah perajurit pengawal yang
dipimpin Senopati Yudajaya.
"Puspa Dewi, bagaimana hasil pengejaranmu?"
Puspa Dewi hanya menjawab dengan gerakan ibu jarinya
menuding ke arah ibunya.
424 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diajeng Lasmi. . .!" Senopati Yudajaya berseru ketika dia
melihat Lasmi duduk di bawah pohon dan wanita itu
menangis. Dia lalu berlari menghampiri dan sudah berlutut
dekat Nyi Lasmi.
"Diajeng Lasmi, bertahun-tahun aku mencarimu. .." kata
Yudajaya dengan suara terharu dan dia memegang kedua
tangan bekas isterinya itu.
"Jangan. . !" Nyi Lasmi melepaskan kedua tangannya dan
bangkit berdiri. "Kakang Prasetyo.. ., jangan sentuh aku. .
aku.. . aku tidak pantas.. "
425 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hushh, Diajeng. Jangan bicara begitu, tak baik didengar
para perajurit. Mari, mari kita ke Karang Tirta, semua keluarga
menantimu. Di sana nanti kita bicara, Diajeng."
Puspa Dewi menghampiri mereka. "Ayah benar, ibu. Mari
kita berangkat sekarang ke Karang Tirta."
Nyi Lasmi hanya mengangguk dan ketika beradu pandang
dengan bekas suaminya, Nyi Lasmi merasa jantungnya
berdebar. Betapa ia amat mencinta suaminya. Bahkan sampai
sekarang pun! Memandang wajah suaminya yang kini nampak
kurus dan tua itu, ia merasa kasihan dan terharu sekali. Akan
tetapi ia juga melihat dengan jelas betapa sinar mata Prasetyo
masih seperti dulu kalau memandangnya, masih mengandung
penuh kasih sayang.
Puspa Dewi tetap memboncengkan Ibunya dan rombongan
itu lalu melakukan perjalanan ke Karang Tirta dengan cepat.
Senopati Yudajaya yang menunggang kuda di samping Puspa
Dewi bertanya kepada gadis itu.
"Puspa Dewi, apakah engkau tidak melihat Nlken Harnl?"
"Niken" Aku tidak melihatnya. Ia ke manakah, Ayah?"
"Hemm, itulah yang merisaukan hati. Ketika mendengar
engkau pergi melakukan pengejaran terhadap para penculik
dari Wengker itu, Niken Harni pergi tanpa pamit. Kami semua
426 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menduga bahwa ia tentu melakukan pengejaran pula untuk
membantumu menghadapi orang-orang Wengker."
"Ah, mengapa ia begitu sembrono?" Puspa Dewi berseru
kaget. "Di Wengker terdapat banyak sekali orang yang sakti
mandraguna! Sungguh amat berbahaya kalau ia melakukan
pengejaran memasuki Kadipaten Wengker!"
"Hemm, Niken Harni memang anak yang keras hati dan
tidak mengenal takut. Aku khawatir sekali akan
keselamatannya. Puspa Dewi, lalu bagaimana baiknya
sekarang" Apakah aku bersama seregu pengawal ini akan
melanjutkan saja ke Wengker mencari Niken Harni?"
Senopati Yudajaya memberi isarat untuk berhenti. Semua
kuda berhenti. Mendengar ini, Nyi Lasmi berkata kepada
puterinya. "Puspa Dewi, sebaiknya engkau yang memiliki kesaktian
dan dapat menjaga diri, segera pergi mencari Adikmu Niken
Harni." "Dan bagaimana dengan Ibu?" tanya Puspa Dewi.
"Ibumu akan kembali ke Karang Tirta bersama kami. Atau,
kau pikir aku membawa seregu perajurit ini membantumu"
Kalau begitu, biar dua orang perajurit mengantar Diajeng
427 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini pulang ke Karang Tirta dan aku bersama para
perajurit pengawal ikut denganmu mencari Niken Harni."
"Ah, tidak, Ayah. Aku lebih leluasa kalau pergi sendiri. Aku
akan mencari Adik Niken sampai dapat kutemukan dan kami
akan segera pulang. Sebaiknya sekarang Ayah dan Ibu
kembali ke Karang Tirta dan langsung saja pulang ke kota
raja. Aku hanya titip Ibuku, agar ia dapat berbahagia bersama
Ayah dan semua keluarga di kota raja. Nah, aku pergi, Ayah.
Ibu, aku pergi mencari Niken Harni."
Nyi Lasmi merangkul puterinya. "Hati-hatilah, Puspa Dewi,
dan cari Adikmu sampai dapat ditemukan dengan selamat."
Puspa Dewi meloncat ke atas kudanya dan membalapkan
kuda menuju ke arah yang berlawanan. Setelah bayangan
gadis dan kudanya lenyap di tikungan, Senopati Yudajaya
menghampiri Nyi Lasmi.
"Aku kira anak kita Puspa Dewi sudah menceritakan semua
kepadamu tentang kami sekeluarga."
Nyi Lasmi mengangguk.
"Kalau begitu, Diajeng. Mari kita segera kembali ke Karang
Tirta, di sana keluarga kita telah menanti dengan hati gelisah."
Melihat para perajurit berada ditempat yang agak jauh dari
situ, Nyi Lasmi berbisik. "Akan tetapi, Kakang Prasetyo, aku
428 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah tidak berharga, aku pernah menjadi sei r
Suramenggala. . "
"Kami semua sudah mengetahui akan hal itu, Diajeng. Dan
kami sama sekali tidak menganggap engkau tidak berharga.
Engkau melakukan hal itu dalam keadaan terpaksa ketika
Puspa Dewi hilang diculik orang. Sudahlah, Diajeng, bagi
kami, terutama bagi aku, engkau tetap Diajeng Lasmi yang
dulu. Aku berjanji untuk menebus semua kesalahanku dahulu
dengan membahagiakanmu, Diajeng. Tenangkan hatimu dan
percayalah. Dyah Mularsih dan orang tuanya juga amat
menantikanmu, mereka akan berbahagia sekali menerimamu
karena hal itu akan membuat mereka merasa bebas dari
kesalahan terhadap dirimu."
Lega rasa hati Lasmi mendengar ucapan suaminya yang
dikeluarkan dengan ada sungguh-sungguh dan bukan hanya
sekedar bermanis bibir untuk menghiburnya itu. Timbul
keberaniannya untuk bertemu dengan madunya, Dyah
Mularsih dan keluarga madunya Itu. Ia pun tidak merasa
canggung atau malu-malu lagi ketika ia diboncengkan
suaminya duduk di atas punggung kuda dan berangkatlah
suami isteri Ini, dikawal dua belas orang perajurit menuju ke
Karang Tirta. Mula-mula, karena dilihat selosin orang perajurit,
ada juga rasa sungkan dan malu diboncengkan Prasetyo
duduk berhimpitan di atas punggung kuda, akan tetapi setelah
429 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia menyadari bahwa yang memboncengkannya itu adalah
Prasetyo, suaminya yang sah, rasa sungkannya perlahan-
lahan menghilang dan perasaan bahagia yang amat
mendalam membuat ia tidak dapat menahan mengalirnya
berbutir-butir air mata ke atas pipinya.
Senopati Yudajaya atau Prasetyo menyentuh pundak
Lasmi dengan tangan kirinya. Sentuhan lembut lalu terdengar
pertanyaannya dengan suara lembut pula.
"Diajeng Lasmi, mengapa engkau menangis?" Dia tidak
mendengar tangisan yang bersuara, akan tetapi dari
guncangan pundak Nyi Lasmi membuat dia menjenguk dan
melihat betapa kedua pipi isterlnya basah oleh air mata yang
menetes-netes dari kedua mata wanita itu.
Nyi Lasmi meletakkan tangan kirinya di atas tangan
suaminya yang menyentuh pundaknya dan menggunakan
tangan kanannya untuk mengusap air mata dari kedua
pipinya, dan ia tersenyum.
"Kakang. . aku.. . aku merasa berbahagia sekali. . "
Tangan Prasetyo meremas lembut pundaknya, kemudian
melepaskannya untuk memegang kendali kuda dan dia


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membalapkan kudanya. Dua belas orang perajurit yang
mengiringkan di belakangnya juga membedal kuda mereka.
430 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi setelah memasuki Dusun Karang Tirta dan
kuda mereka menuju ke rumah Ki Lurah Pujosaputro yang
bersama keluarganya telah dibantai gerombolan penjahat,
kembali Nyi Lasmi merasa sungkan dan malu sehingga
jantungnya berdebar penuh ketegangan. Rabanya ia sungkan
dan khawatir sekali harus berhadapan muka dengan
Tumenggung Jayatanu, Nyi Tumenggung, dan Dyah Mularsih.
Ia merasa begitu rendah, seorang dusun bertemu dengan
keluarga bangsawan, seorang miskin bertemu dengan
keluarga kaya, dan ia bahkan pernah menjadi selir laki-laki lain
pula! la merasa rendah dan tak berharga.
Prasetyo merasa betapa tubuh yang duduk di depannya itu
gemetar. "Engkau mengapa, Diajeng?"
"Kakang. . . aku. .. aku malu, aku takut. . "
"He-heh, mengapa malu dan takut, Diajeng" Engkau
isteriku dan mereka semua akan menyambutmu dengan
gembirai Engkau akan diterima dengan hormati. Percayalah,
kalau mereka tidak akan bersikap demikian, tentu aku tidak
berani mengajakmu pulang ke sini."
431 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID X UCAPAN suaminya ini agak membangkitkan keberanian
Nyi Lasmi dan ketika kuda mereka memasuki halaman rumah
mendiang Ki Lurah Pujosaputro, ia pun turun dan dengan
tabah ia melangkah di samping suaminya menuju ke pendopo
rumah kelurahan itu.
Agaknya mereka yang berada dalam rumah mendengar
derap kaki kuda di halaman depan karena ketika Nyi Lasmi
dan Senopati Yudajaya memasuki pendopo, berbondong-
bondong keluar dari dalam rumah itu Dyah Mularsih,
Tumenggung Jayatanu, dan Nyi Tumenggung.
Nyi Lasmi tertegun memandang tiga orang yang dari
pakaiannya saja sudah mudah diketahui bahwa mereka
adalah keluarga bangsawan. Dyah Mularsih maju ke depan
menyambut suaminya.
"Diajeng Lasmi, inilah Diajeng Dyah Mularsih, ibu Niken
Harni. Dyah Mularsih, ini Diajeng Lasmi, ibu Puspa Dewi."
Nyi Lasmi tertegun dan merasa canggung dan rendah
melihat wanita cantik bersikap lembut yang berdiri di
depannya dan yang memandang kepadanya dengan
sepasang mata yang mengandung perasaan iba dan
menyesal itu. Inilah isteri Prasetyo dan tidak aneh kalau
Prasetyo jatuh cinta kepada wanita seperti ini. Ia pun isteri
432 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prasetyo, akan tetapi sekarang ia sudah kotor dan hina, sudah
menjadi selir Suramenggala selama beberapa tahun la
merasa tidak pantas berada di antara keluarga inil
Dyah Mularsih juga memandang penuh perhatian. Ia
melihat seorang wanita yang cantik manis, akan tetapi sinar
mata Nyi Lasmi begitu penuh penderitaan, sayu dan
kehilangan cahayanya, wajahnya agak pucat dan kurus,
mulutnya seperti hendak menangis. Tiba-tiba ia merasa
bersalah besar sekali terhadap wanita ini. Ialah yang menjadi
penyebab wanita Ini menderita, berpisah dari suaminya dan
hidup sengsara bersama anak nya, terlunta-lunta sampai jatuh
ke tangan seorang laki-laki yang jahat.
"Mbakayu Lasmi. . !" Ia mengeluh lalu menubruk dan
merangkul Nyi Lasmi sambil menangis.
Nyi Lasmi terkejut dan heran, tak mengira madunya akan
merangkulnya seperti itu. la hanya balas merangkul tanpa
dapat mengeluarkan separah kata pun dan ia bingung harus
berbuat dan berkata apa.
"Mbakayu Lasmi. . aku telah menyebabkan Andika.. .
menderita sengsara bertahun-tahun.. . Mbakayu, maukah
Andika mengampuni aku.. .?"
Mendengar ucapan yang tersendat-sendat bercampur isak
dari Dyah Mularsih yang merangkulnya itu, Nyi Lasmi merasa
433 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terharu bukan main dan tak dapat ditahan lagi ia pun
menangis. Ia sama sekali tidak pernah mengira bahwa
madunya akan bersikap seperti inil Saking terharunya, ia
sampai tidak dapat mengeluarkan kata-kata dan hanya dapat
sesenggukan. Nyi Tumenggung juga memegang tangan Nyi Lasmi dan
mengguncang-gun-cangnya. "Aduh Anakku Lasmi.. ., kami
orang-orang tua yang telah bersalah terhadapmu. Kami yang
dulu merampas suamimu untuk kami jodohkan dengan anak
kami. Kami merasa menyesal sekali telah menyebabkanmu
hidup merana, Angger. .! Maafkan kami, Lasmi.. ."
Tangis Nyi Lasmi semakin mengguguk mendengar ucapan
Nyi Tumenggung itu. Dua orang wanita yang merangkulnya itu
sungguh merupakan orang-orang yang amat baik budi. Benar
kata puterinya, Puspa Dewi. Mereka adalah orang-orang yang
bijaksana, sedangkan ia sendiri.. . ah, ia merasa semakin
rendah. "Kanjeng Bibi... jeng Dyah.. . mohon jangan berkata
begitu.. . sesungguhnya sayalah yang harus minta maaf. .
kedatangan saya hanya akan mengganggu kebahagiaan
keluarga yang terhormat ini.... saya.. . saya.. . tidak berharga
untuk menjadi anggauta keluarga ini.. . saya.. . orang hina
dina... biarkan saya pergi... I" Nyi Lasmi meronta lepas dan
hendak berlari keluar.
434 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbakayu Lasmi. . !" Dyah Mularsih menjerit dan mengejar
lalu merangkul madunya. juga Nyi Tumenggung kini
merangkul Nyi Lasmi. Tiga orang wanita Itu bertangis
tangisan. Kini Tumenggung Jayatanu melangkah menghampiri.
Suaranya yang besar berkata dengan lembut dan tenang.
"Wah, kalian bertiga ini bagaimana sih" Sepantasnya
pertemuan ini mendatangkan tawa bahagia, akan tetapi
sebaliknya kalian malah bertangis-tangisan dengan sedih"
Sudahlah, tidak perlu dan tidak ada sajah menyalahkan di
antara kita semua. Ketahuilah, Lasmi, sejak Andika pergi,
kami sekeluarga tiada hentinya berusaha mencari dan
menemukan Andika untuk kami ajak hidup bersama kami
sekeluarga. Namun kami tidak berhasil menemukan Andika,
baru setelah cucuku Puspa Dewi datang ke sini, kami
mencarimu di Karang Tirta ini. Sekarang kita sudah bertemu
dan berkumpul, kita sepatutnya berbahagia. Puspa Dewi
sudah menceritakan seluruhnya tentang penderitaanmu dan
kami sama sekali tidak menyalahkan mu, sama sekali tidak
memandang rendah padamu. Bahkan kami merasa kasihan
kepadamu dan kami ingin melihat Andika hidup berbahagia
bersama suamimu dan kami di dalam keluarga kami. Mari kita
semua masuk dan bicara di dalam."
435 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan digandeng Dyah Mularsih, Nyi Lasmi ikut masuk
dan hatinya merasa terharu, akan tetapi juga berbahagia
sekali. Tadinya ia masih ragu walaupun Puspa Dewi sudah
memberitahu akan kebaikan sikap keluarga Dyah Mularsih,
bahkan pertemuannya dengan Prasetyo semakin memberi
keyakinan dalam hatinya bahwa ia akan diterima dengan baik.
Namun setelah kini ia mengalami sendiri dan merasakan
kebaikan dan ketulusan hati Dyah Mularsih dan ayah ibu
madunya itu, barulah ia merasa lega dan berbahagia sekali.
Bahkan setelah mereka berdua malam Itu berada sekamar
dan melihat Dyah Mularsih tampak gelisah memikirkan Nlken
Harni, Nyi Lasmi menghiburnya.
"Tenangkan hatimu, Adik Dyah Mularsih. Kalian sekeluarga
adalah orang-orang yang baik budi. Aku yakin bahwa Niken
Harni tentu akan mendapatkan perlindungan dari Sang Hyang
Widhi. Mari kita mendoakan saja semoga Sang Hyang Widhi
selalu melindungi Niken Harni, kita berserah diri dan
menerima dengan tulus Ikhlas apa yang telah ditentukan oleh
Dia Yang Maha Kuasa. Juga, aku percaya bahwa anak kita
Puspa Dewi akan mampu menemukan dan
menyelamatkannya."
"Terima kasih, Mbakayu Lasmi. Aku pun mengharap
demikian. Baru akan lega dan berbahagia sepenuhnya rasa
hatiku kalau Niken Harni dan Puspa Dewi sudah berada
436 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama kita sehingga keluarga kita utuh seluruhnya dan
berkumpul dalam ketumenggungan di Kahurlpan."
Pada keesokan harinya, keluarga Itu naik kereta kembali ke
Kahurioan, dikawal olehi sepasukan perajurlt.
Nurseta berjalan santai menuruni bukit. Sudah berhari-hari
dia melakukan perjalanan di sepanjang Bukit Seribu, deretan
bukit di selatan. Matahari pagi amat cerahnya. Sinarnya yang
penuh daya hidup itu menghangatkan kulit. Pagi itu cerah,
namun rupanya tidak cukup cerah bagi hati dan pikiran
Nurseta yang melangkah seenaknya. Pemuda ini sedang
termenung, mengenang perjalanan hidupnya yang telah lalu.
Dia ingat bahwa sejak kecil dia tinggal di Karang Tirta
bersama Ayah dan Ibunya. Ayahnya bernama Dharmaguna
dan ibunya bernama Endang Sawitrl. Sejak dia berusia
sepuluh tahun dia telah ditinggal ayah ibunya yang pergi
begitu saja tanpa dia ketahui ke mana. Dia telah melakukan
penyelidikan dan ketika dia dapat bertemu dengan kakeknya,
yaitu ayah dari ibunya, Senopati Sindukerta, baru dia ketahui
mengapa ayah dan ibunya melarikan diri dan
meninggalkannya. Senopati Sindukerta menceritakan segala
hal mengenal ayah ibunya.
Ibunya, Endang Sawitri, menolak dijodohkan pria lain
karena ibunya Itu ketika gadis telah saling mencinta dengan
437 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dharmaguna. Akan tetapi karena Dharmaguna hanya putera
seorang pendeta miskin yang bernama Ki Jatimurti, maka
Senopati Sindukerta menentangnya. Sebagai seorang
bangsawan tinggi, Senopati Sindukerta tidak setuju puterinya
menikah dengan seorang pemuda putera pendeta miskin. Lalu
ayah ibunya melarikan diri, dikejar-kejar anak buah Senopati
Sindukerta yang menghendaki puterinya kembali. Akan tetapi
ayah ibunya dapat meloloskan diri dan kemudian dia
dilahirkan dan sejak bayi ikut terbawa lari-lari bersembunyi
menjadi buruan Senopati Sindukerta yang kehilangan
puterinya dan yang selalu mencari puterinya yang merupakan
anak tunggal yang amat dikasihi.
Akhirnya, ayah ibunya menetap di Karang Tirta. Ketika dia
berusia sepuluh tahun, ayah ibunya meninggalkannya dan lari
karena ada yang melapor kepada Senopati Sindukerta bahwa
suami isteri itu berada di Karang Tirta. Dan semenjak mereka
ian ketika dia berusia sepuluh tabun, sampai sekarang dia
berusia hampir dua puluh tiga tahun, selama tiga alas tahun
Itu orang tuanya menghilang dan dia tidak pernah berhasil
menemukan mereka. Dia hanya berhasil bertemu dengan
kakek dan neneknya, yaitu Senopati Sindukerta dan isterlnya
yang menjadi orang tua ibunya. Akan tetapi dia tidak pernah
dapat menemukan jejak orang tuanya. Inilah yang mengganjal
hatinya. Dia akan selalu merasa penasaran sebelum dapat
438 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan orang tuanya. Bahkan ketika dia bertemu
Sang Bhagawan Ekadenta dan menerima gemblengan selama
tiga bulan, dia pun bertanya kepada kakek sakti mandraguna
itu setelah menceritakan tentang orang tuanya. Sang
Bhagawan Ekadenta tersenyum dan hanya berkata.
"Segala sesuatu hanya dapat terjadi apabila dikehendaki
oleh Sang Hyang Widhi, Angger. Namun sudah menjadi
kewajiban manusia untuk berikhtiar, berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai apa yang di nginkan."
Hanya itulah nasihat Sang Bhagawan Ekadenta ketika dia
menceritakan keinginannya untuk dapat bertemu dengan
orang tuanya yang telah meninggalkannya tiga belas tahun
yang lalu. Nurseta merasa prihatin sekali. Kalau ayah ibunya
masin hidup, di mana tempat tinggal mereka dan mengapa
pula mereka itu masih saja menyembunyikan diri setelah
hampir dua puluh empat tahun melarikan diri dari Kahuripan"
Dan seandainya mereka sudah meninggal pun, dia harus
mengetahui di mana kuburnya.
Dia harus dapat menemukan orang tuanya. Akan tetapi ke
mana dia harus mencari mereka" Hatinya mulai merasa
penasaran. Nurseta adalah seorang pemuda gemblengan
yang mendapatkan bimbingan mendiang Empu Dewamurti
yang bijaksana, kemudian malah mendapat gemblengan pula
dari Bhagawan Ekadenta yang sakti mandraguna. Dia telah
439 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki batin yang amat kokoh dan dapat menguasai semua
nafsu dan perasaannya. Akan tetapi bagaimanapun juga, dia
seorang manusia biasa dan rasanya tidak mungkin bagi
seorang manusia untuk dapat sepenuhnya bebas dari
perasaan suka duka, puas kecewa, dan sebagainya. Memang
lebih kuat dari orang biasa, lebih tenang, namun di lubuk hati
Nurseta tetap saja terdapat perasaan silih berganti itu.
Kini Nurseta mempercepat langkahnya. Melihat betapa di
situ sunyi, tidak tampak orang lain, dia lalu mengerahkan
tenaganya dan tubuhnya berkelebat cepat mendaki bukit lain
yang sudah menanti di depannya setelah dia menuruni bukit
tadi. Dengan Aji Bayu Sakti, tubuhnya ringan dan dapat berlari
cepat seperti terbang sehingga sebentar saja dia tiba di
puncak bukit itu.
Setelah tiba di puncak, Nurseta merasa betapa lelah dan
lemas tubuhnya. Baru dia teringat bahwa dia semalam
melakukan perjalanan tanpa berhenti mengaso sebentar pun.
Malam tadi terang bulan dan dia melakukan perjalanan sambil
menikmati malam yang indah itu. Sekarang, setelah matahari
mulai naik tinggi, dia merasa betapa tubuhnya lelah dan


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perutnya lapar. Maka, melihat sebatang pohon randu alas di
puncak Itu, dia lalu berhenti mengaso dan duduk bersila di
bawah pohon yang cukup dapat melindunginya dari sengatan
sinar matahari.
440 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau tadi dia tenggelam dalam kenangan masa lalu, kini
pikirannya melayang memikirkan kembali pencarian yang
sedang dia lakukan terhadap orang tuanya. Hatinya mulai
tertekan kepedihan karena dia merasa tidak berdaya. Dia tidak
tahu harus mencari ke mana. Tidak ada petunjuk sama sekali
ke mana kiranya ayah ibunya berada. Selama ini, sejak
berpisah dari Sang Bhagawan Ekadenta yang telah
menggemblengnya selama tiga bulan, dia hanya ngawur saja
menurutkan hati dan kakinya dalam pencariannya. Mengingat
akan keadaan ini, hatinya tertekan dan dalam keadaan
prihatin itu, dia lalu duduk bersila dan batinnya mengeluh
sedih, memohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi.
Entah berapa lama dia duduk tepekur dalam samadhinya
itu. Matahari naik semakin tinggi. Hawa mulai panas, namun
terdapat angin semilir yang mengurangi hawa panas. Tiba-tiba
pendengarannya menangkap suara orang bicara. Suara itu
terbawa angin mencapai telinganya, terdengar cukup jelas,
suara seorang laki-laki.
"Eyang, mengapa hidup ini penuh penderitaan" Hanya
sedikit kesenangan dan lebih banyak kesusahan?"
Jawaban pertanyaan ini agaknya keluar dari mulut seorang
yang sudah amat tua, karena gemetar dan agak parau, dalam.
441 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Angger, putuku bocah bagus! Apakah engkau melihat
Eyangmu ini menderita?"
"Saya seringkali merasa heran mengapa Eyang tidak
pernah kelihatan susah, ayem-ayem saja biarpun terkadang
makan terkadang tidak, hidup miskin dan papa."
Nurseta merasa tertarik sekali dan tak lama kemudian dia
sudah duduk bersembunyi di balik batu besar, tak jauh dari
dua orang yang suaranya terbawa angin dan terdengar
olehnya tadi. Mereka adalah seorang laki-laki muda berusia
sekitar dua puluh lima tahun dan seorang kakek tua renta
yang sukar ditaksir usianya, akan tetapi tentu sudah lebih dari
delapan puluh tahuni Mereka itu duduk di atas bangku bambu
reyot di depan sebuah gubuk reyot pula yang berdiri di lereng
bukit itu. Melihat keadaan pakaian dan sikap mereka yang
lugu, mudah diketahui bahwa mereka adalah orang-orang'
dusun yang hidupnya sederhana. Nurseta semakin tertarik.
Orang-orang dari dusun biasanya kalau bicara ceplas-ceplos
terbuka, apa yang keluar dari mulut langsung keluar dari hati
mereka, tidak munafik seperti orang kota terutama para
bangsawan yang berusaha mati-matian untuk
menyembunyikan keburukan mereka dan menonjolkan
kebalkan. Selalu mementingkan kulit'daripada Isi, sehingga
orang-orang itu seolah-olah- memakai topeng yang elok untuk
442 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembunyikan semua keburukan dan cacat mereka. Dia
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Heh-heh!" Kakek itu terkekeh dan tampak mulutnya yang
sudah ompong, tak bergigi lagu "Kita hidup berdua di sini.
Engkau dan aku berkeadaan sama, tidak ada yang lebih baik
dan enak, tidak ada yang lebih buruk dan tidak enak. Akan
tetapi engkau merasa dirimu banyak menderita, sedangkan
aku tidak. Jelas bahwa bukan keadaan yang membuat
seseorang menderita, melainkan cara dia menerima dan
menghadapi keadaan itu. Aku ikhlas menerima kenyataan ini,
maka aku tidak merasa menderita. Engkau sebaliknya
menerima kenyataan hidup ini sebagai penderitaan, maka
tentu saja engkau merasa menderita!"
"Akan tetapi, Eyang. Saya melihat bahwa semua orang
miskin hidupnya susah dan semua orang kaya hidupnya
senang! Bukankah kenyataannya begitu?"
"Itu pun hanya merupakan persangkaan saja, Angger. Kita
saling memandang dan saling menilai tanpa mengetahui
keadaan masing-masing yang sebenarnya. Aku sudah lama
hidup, Cucuku, sudah mengenal banyak orang dan mengalami
banyak kenyataan hidup. Aku sudah melihat banyak orang
kaya yang hidupnya dipenuhi penderitaan seperti yang engkau
rasakan. Mereka selalu khawatir kalau hartanya habis, mereka
bosan dengan segala kemewahan yang mereka miliki. Hidup
443 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tidak tenang, merasa terancam karena mereka kaya.
Biarpun harta mereka bertumpuk, dapatkah mereka senang
kalau tubuh mereka sakit" Atau isteri, atau anak atau keluarga
mereka ada yang sakit berat" Aku melihat banyak orang yang
menderita batinnya karena harta mereka menjadi rebutan
anak-anak mereka. Jadi jelasnya, bukan kaya dan bukan
miskin yang membuat orang menderita susah atau senang,
melainkan bagaimana dia menerima kenyataan dirinya."
"Akan tetapi, Eyang. Kalau orang karena miskinnya hanya
makan singkong setiap hari, itu pun tidak kenyang, apakah itu
bukan susah namanya?"
"Diterima dengan susah, tentu saja susah. Akan tetapi
kalau diterima sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat
diubah lagi, mungkin dapat mendatangkan rasa bersukur
karena masih ada yang dapat dimakan. Menerima suatu
keadaan dengan perbandingan yang menimbulkan penilaian
sehingga mendatangkan rasa susah adalah suatu kebodohan.
Kesusahan tidak akan dapat mengubah keadaan. Kewajlban
kita manusia hidup hanya untuk berusaha sekuat tenaga untuk
memperbaiki keadaan."
"Eyang, kalau orang hidup kaya raya, setiap hari makan
sekenyangnya dengan makanan yang mewah, pakaiannya
indah-indah bertumpuk, rumahnya gedung besar dan indah.
444 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah itu namanya bukan hidup serba enak, menyenangkan
dan bahagia?"
"Memang, alangkah baiknya hidup dalam keadaan serba
kecukupan. Akan tetapi, aku masih sangsi apakah mereka
yang memiliki segalanya itu pun menikmati segalanya Itu,
apakah benar semua kemewahan itu mendatangkan
kesenangan. Sudah lama aku hidup, mengalami banyak
keadaan, pernah serba lebih dan pernah pula serba kurang.
Akan tetapi aku mendapat kenyataan bahwa yang dapat
menikmati sesuatu adalah orang yang tidak memiliki sesuatu
itu, Cucuku. Sebaliknya yang telah memiliki sesuatu itu, sudah
tidak lagi dapat menikmatinya, bahkan menjadi bosan."
"Ah, aku tidak percaya, Eyang! Bagalmana mungkin orang
tidak dapat menikmati segala kemewahan yang serba enak
dan serba nikmat itu dan menjadi bosan!"
"Aku tidak berbohong, Cucuku. Begini contohnya. Siapa
yang berkata bahwa makan daging ayam itu lezat" Tentu
yang berkata itu mereka yang tidak pernah atau jarang sekali
makan daging ayam. Akan tetapi kalau engkau bertanya
kepada orang yang setiap hari makan nasi dengan daging
ayam, dia akan berkata bahwa dia tidak merasakan lezatnya
daging ayam, bahkan telah bosan dan dia mungkin saja ingin
makan nasi dengan sayur asem dan tempe! Demikian pula,
dengan segala macam kelebihan atau kemewahan yang lain.
445 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang dapat membayangkan nikmat dan senangnya hanya
mereka yang belum memilikinya. Akan tetapi yang telah
memilikinya, hanya menikmati untuk sementara waktu saja,
kemudian menjadi bosan dan tidak dapat merasakan
kenikmatannya lagi. Merasa kurang merupakan penyakit yang
sukar disembuhkan. Sekali merasa kurang, walaupun
kemudian keadaannya sudah berieblhan dan berlimpah, tetap
saja dia akan merasa kurang dan tidak mengenal kepuasan.
Sebaliknya, orang yang merasa cukup, bagaimanapun
keadaannya akan merasa cukup dan dapat menikmati apa
adanya dengan puji sukur kepada Sang Hyang Widhi Yang
Maha Kasih."
"Wah, Eyang! Kalau begitu, apakah kita harus menerima
saja keadaan miskin seperti sekarang ini" Kalau begitu, sejak
lahir sampai mati nanti keadaanku tetap tidak akan berubah,
tetap miskin kekurangan sandang pangan papan dan hidup
sengsara!" orang muda itu memprotes.
Kakek itu tertawa memperlihatkan gusi yang tak bergigi
lagi. "Ha-ha-ha-ha, bukan begitu, Cucuku! Jangan mencampur-
adukkan antara kebutuhan jiwa dan raga. Kita ini terdiri dari
jiwa dan raga. Raga membutuhkan dicukupinya keperluannya
sehingga dapat menjadi senang. Jiwa membutuhkan
ketenteraman agar menjadi bahagia. Untuk mencukupi
446 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebutuhan raga, kita harus berupaya sekuatnya, mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan papan
bagi raga kita. Adapun jiwa kita haruslah selalu berdekatan
dengan Sang Hyang Widhi, dengan penyerahan, dengan
ikhlas menerima apa saja yang diberikan oleh Sang Hyang
Widhi kepada kita, menerima apa adanya sebagai hasil usaha
kita dengan puji sukur kepada-Nya. Berserah diri berarti dekat
dengan Sang Hyang Widhi dan inilah satu-satunya kenyataan
yang dapat mendatangkan ketenteraman dan membuahkan
kebahagiaan. Jadi, kita berusaha ya lahir ya batin. Tanpa
membanding-bandingkan keadaan dengan siapa pun, tanpa
menilai keadaan yang bagaimanapun, selalu bersyukur akan
apa yang kita dapatkan, selalu merasa KECUKUPAN. Rasa
cukup Ini bukan terletak pada banyaknya harta benda,
melainkan terletak dalam hati yang sudah berserah diri
kepada Yang Maha Kuasa. Orang seperti inilah yang dalam
keadaan bagaimanapun juga, tidak pernah merasa
kekurangan dan selalu memuji syukur kepada Sang Hyang
Widhi, maka dia akan merasakan kebahagiaan karena jiwanya
tenteram."
"Walah, sulit sekali itu, Eyaig! Bagaimana kalau kita sudah
bekerja mati-matian, hasilnya tetap saja sedikit sekali dan
tidak mencukupi kebutuhan hidup?"
447 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, kalau engkau sudah merasa sulit sebelum engkau
mulai melakukan, berarti engkau telah gagal sama sekail!
Kalau usahamu tidak berhasil, pasti ada yang salah dalam
usahamu itu! Jangan hanya mengeluh kepada Hyang Widhi,
dan jangan menyalahkan setan! Sudah pasti ada yang salah
dalam usahamu itu, carilah kesalahan sendiri itu dan perbaiki.
Jangan pula mengendurkan penyerahan dirimu kepada
kekuasaan-Nya, agar semua langkahmu diberi bimbingan
oieh-Nya. Dua hal ini, yaitu berusaha sekuat tenaga, dan
berserah diri agar mendapatkan bimbingan Sang Hyang
Widhi, tidak boleh dipisahkan, kalau engkau ingin
mendapatkan hasil baik lahir dan batinmu."
"Bagaimana itu maksudnya, Eyang?"
"Begini, Angger. Kalau engkau berusaha sekuat tenaga
mencari uang untuk kebutuhan hidupmu tanpa bimbingan
Sang Hyang Widhi, tanpa penyerahan kepada-
Nya, maka besar kemungkinan nafsu daya rendah yang
akan membimbingmu dan nafsu setan Itu akan menyeretmu
melakukan usaha secara sesat. Bimbingan setan dalam usaha
mencari uang itu menyeret orang melakukan kejahatan
menipu, mencuri, merampok dan sebagai-nya untuk
mendapatkan uang sebanyaknya! Sebaliknya kalau engkau
hanya berserah diri kepada Sang Hyang Widhl tanpa
berusaha sekuat tenaga, juga tidak akan berhasil. Berkah
448 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Hyang Wldhl kepada kita sudah berlimpah, namun
semua berkah itu harus dipadukan dengan usaha kita yang
tekun dan rajin."
"Misalnya bagaimana, Eyang?"
"Lihat, Sang Hyang Wldhl telah melimpahkan berkahnya
kepada kita di antara yang teramat banyak itu adalah sinar
matahari, hawa Udara, air, tanah, bibit padi dan sebagalnya.
Kesemuanya Itu tidak dapat kita bikin. Semua Itu sudah
tersedia untuk kita, namun semua berkah Itu tidak akan ada
gunanya kalau tidak dipadukan dengan pengolahan usaha
tenaga kita. Kita yang harus mencangkul tanah, mengairi,
menanam dan merawat. .Baru menghasilkan bahan makanan.
Jelas bahwa berkah yang berlimpah dari Sang Hyang Widhi
harus dipadukan dengan usaha manusia. Keduanya
merupakan dwl-tunggal yang tidak boleh dipisahkan."
"Terima kasih, Eyang. Biarpun semua keterangan Eyang
tadi sungguh amat sukar dimengerti dan lebih sukar pula
dilakukan, aku akan mencoba untuk menghayati. Sekarang
ada satu lagi pertanyaan, harap Eyang suka menjelaskan."
"Apa itu, Angger?"
"Sebetulnya, apa sih tujuan hidup ini?"
Kakek itu tertawa terkekeh-kekeh. Nurseta yang sejak tadi
mendengarkan, semakin tertarik. Semua yang dikatakan
449 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu bukan hal asing baginya karena dia dengar dari
mendiang Empu Dewa-murti gurunya yang pertama. Hanya
kakek ini bicara dengan bahasa yang amat sederhana seperti
yang biasa dipergunakan penduduk dusun di pegunungan.
Kini dia ingin sekali mendengar apa jawaban kakek dusun itu
tentang tujuan hidup seperti yang ditanyakan tadi.
Setelah terkekeh-kekeh, kakek itu berkata. "Aeh, Cucuku,
pertanyaanmu ini lucu dan aneh. Seluruh yang ada dan yang
hidup di dunia ini, manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, kita
semua ini hidup dan ada di dunia bukan atas kehendak kita
sendiri! Kita ini ada karena ada yang mengadakan, kita hidup
karena ada yang menghidupkan. Karena sejak semula hidup
kita ini bukan atas kemauan kita, melainkan ada yang
menghidupkan, maka tentu saja yang mempunyai rencana
dan tujuan adalah DIA YANG MENGHIDUPKAN itu! Kalau kita
mempunyai tujuan atau cita-cita, maka sudah pasti tujuan kita


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu muncul dari keinginan badan kita yang selalu haus akan
kesenangan dan kenikmatan. Dan tujuan kita itu pasti bukan
tujuan SANG MAHA PENCIPTA itu!"
"Lalu apa tujuan Sang Hyang Widhi dengan menciptakan
kita hidup di dunia ini, Eyang?"
"Wah, kita manusia mana mungkin mengetahui apa yang
menjadi rencana
450 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Hyang Wldhl" Terlalu Jauh, terlalu tinggi terlalu
dalami Akan tetapi kita dapat melihat di sekei ilng kita. Semua
mahluk, yang hidup maupun yang mati, semua itu berguna
bagi pihak lain. Bahkan rambut saja berguna menghidupi
hewan-hewan yang memakannya. Sampah pun dapat
menyuburkan tanah. Semua itu ada gunanya, semua itu
mempunyai sifat untuk mamayu hayunlng bawono
(mengusahakan kesejahteraan hidup di dunia). Nah, sekarang
kita sendiri sebagai salah satu mahluk hidup. Apakah kita ini
berguna bagi orang lain" Apakah hidup kita ini sudah ikut
mamayu hayuning bawono" Kurasa itulah kewajiban hidup
kita, bukan tujuan hidup, melainkan kewajiban, yaitu mamayu
hayuning bawono, berguna bagi orang lain dan bagi
lingkungan, melakukan segala kebalkan untuk ikut
menyejahterakan kehidupan di muka bumi Ini."
Percakapan itu terhenti dan Nurseta lalu meninggalkan
tempat persembunyiannya, pergi dari situ dan merasa
pikirannya melayang-layang seperti seekor burung garuda di
angkasa. Semua pembicaraan tadi masih terngiang di
telinganya, indah dan merdu seperti suara gamelan dari
Lokananta (sorga tanpa akhir). Entah bagaimana, percakapan
dua orang dusun sederhana tadi menghilangkan semua
kesedihan hatinya yang tadi timbui karena dia memikirkan
usahanya mencari orang tuanya yang belum juga dapat dia
451 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
temukan jejaknya. Tiba-tiba, pikirannya yang kosong, terisi
bayangan kampung halamannya, yaitu Dusun Karang Tirta di
mana dahulu ayah ibunya meninggalkannya ketika dia berusia
sepuluh tahun. Dia pun menujukan langkahnya ke arah
Karang Tirta! 0oo0 Nurseta berdiri termenung di depan rumah tua itu. Semua
kenangan masa lalu, ketika dia masih kecil, terbayang dalam
ingatannya. Rumah itu masih seperti dulu, walaupun ada
perbaikan di sana-slnl karena lapuk, diganti anyaman bambu
baru, namun bentuknya masih sama dengan belasan tahun
yang lalu. Rumah bekas milik orang tuanya itu dahulu diambil
oleh Ki Lurah Suramenggala, katanya untuk membiayai
kebutuhan hidup Nurseta selama mondok di rumah Ki Lurah
Suramenggala selama enam tahun. Dia bertanya-tanya dalam
hatinya apakah rumah itu kini masih dikuasai Ki
Suramenggala"
Tiba-tiba pintu depan rumah itu terbuka dan Nurseta cepat
menyelinap di balik batang pohon johar yang tumbuh di tepi
jalan, di luar rumah itu. Dari dalam rumah itu muncul seorang
laki-laki berusia sekitar enam puluh satu tahun. Dia mengenal
baik orang itu dan tanpa ragu dia muncul dari balik batang
pohon johar dan berjalan cepat memasuki halaman rumah
yang tak berapa luas itu.
452 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Tejomoyo!" tegurnya.
Orang tua itu mengangkat muka dan memandang pemuda
yang kini telah berdiri di depannya.
"Ohh,. . Anakmas Nurseta. . !" Dia berseru sambil
tersenyum gembira ketika mengenal pemuda itu. Dengan
kagum dia mengamati pemuda yang sudah amat dikenalnya
Itu. Dia mengenal Nurseta sejak dia masih kanak-kanak,
mengenal orang tua Nurseta, bahkan menjadi tetangga
mereka. Kemudian dia mengikuti perkembangan Nurseta
ketika tumbuh dewasa, sejak berusia sepuluh tahun ditinggal
orang tua dan hidup sebatang kara, menjadi bujang di rumah
453 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lurah Sura-menggala. Kemudian dia mendengar tentang
Nurseta yang telah menjadi seorang yang sakti mandraguna,
bahkan telah berjasa besar terhadap Kahuripan. Dia
mengamati pemuda Itu. Tubuhnya sedang dan tegap, kulitnya
agak gelap namun bersih dan halus. Wajahnya tidak terlalu
tampan namun juga tidak jelek. Sepasang mata yang tajam
lembut dan senyumnya yang ramah penuh pengertian itu
membuat wajah pemuda itu menarik dan menimbulkan rasa.
suka di hati yang memandangnya.
"Paman Tejomoyo, siapakah penghuni rumah Ini
sekarang?"
"Aku sendiri yang diserahi menjaga rumah ini, Nurseta.
Mari, masuklah, kita bicara di dalami" Dengan ramah Ki
Tejomoyo mempersilakan pemuda Itu masuk.
Setelah memasuki ruangan depan, Nurseta melihat betapa
prabot dalam ruangan Itu telah bertambah. Tentu Ki Lurah
Suramenggala yang menambahnya. Akan tetapi sebuah meja
jati yang tebal, dengan dua buah kursi yang dulu menjadi
tempat duduk Ayah Ibunya, masih berdiri di pojok ruangan itu.
Dia lalu menghampiri dan duduk di atas sebuah dari dua kursi
Itu, yaitu di kursi yang kiri, yang dahulu biasa diduduki ibunya.
Hatinya terharu. Serasa masih hangat kursi itu bekas diduduki
Ibunya! Ki Tejomoyo lalu duduk di kursi kedua, berhadapan
dengan Nurseta, terhalang meja jati yang tebal.
454 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, bagaimana Paman kini dapat tinggal di sini" Apa
saja yang telah terjadi di Karang Tirta ini?" tanya Nurseta.
"Wah, banyak sekali yang telah terjadi, Anakmasl Sejak
engkau datang ke sini dan menghajar Ki Lurah Suramenggala
Itu, telah terjadi banyak hal yang mendatangkan perubahan
besar di Karang Tirta."
"Ceritakanlah, Paman. Aku ingin sekali mendengarnya."
"Engkau tentu telah mengetahui bahwa Nyi Lasmi, ibu
Puspa Dewi, telah menjadi selir Ki Suramenggala. Puspa Dewi
telah pulang ke sini dan dia telah menjadi seorang gadis yang
digdaya. Juga putera Ki Suramenggala yang bernama
Linggajaya itu telah pulang dan dia pun menjadi seorang
pemuda yang sakti. Akan tetapi dua orang muda yang sakti itu
tidak lama berada di sini. Mereka pergi lagi dan sampai lama
sekali tidak terdengar beritanya tentang mereka. Kemudian,
semenjak puteranya pulang dan menjadi seorang pemuda
digdaya, Ki Lurah Suramenggala menjadi semakin galak,
kejam dan merajalela di dusun ini. Lalu pada suatu hari datang
Gusti Patih Narotama."
"Gusti Patih Narotama" Datang ke Karang Tirta?"
"Benar, Anakmas. Dan terjadilah perubahan hebat yang
membuat semua penghuni Karang Tirta bergembira. Karena
sikap dan ulahnya yang jahat, Gusti Patih Narotama marah
455 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mencopot Ki Suramenggala dari kedudukannya sebagai
iurah. Bahkan Ki Suramenggala yang' sudah mati kutu dan
takut kepada Gusti Patih Narotama, diusir keluar dari Karang
Tirta oleh penduduk. Dia pergi meninggalkan dusun ini
bersama keluarganya. Hanya Nyi Lasmi yang tidak mau ikut
dan tetap tinggal di sini. Sebagai penggantinya, oleh Gusti
Patih Narotama diangkat lurah baru, yaitu Ki Lurah
Pujosaputro yang kemudian bersama keluarganya tinggal di
rumah kelurahan, menggantikan Ki Suramenggala. Keluarga
ini juga menampung Nyi Lasmi yang tinggal mondok di sana."
"Wah, perubahan yang baik sekali itu, Paman! Gusti Patih
Narotama telah melakukan kebijaksanaan yang
menggembirakan sekali!"
"Memang sesungguhnya begitu, Nurseta. Kami semua
hidup tenteram. Semua kekayaan Ki Suramenggala disita dan
tanah-tanah yang dulu dirampasnya dari
penduduk, dikembalikan kepada pemiliknya dahulu. Rumah
orang tuamu ini juga disita dan aku ditugaskan untuk
menjaganya sampai engkau datang untuk diserahkan kembali
kepadamu."
"Hemm, terima kasih, Paman. Untuk sementara biarlah
Paman yang menempati rumah ini. Sekarang aku hendak
menghadap Ki Lurah Pujosaputro yang kukenal dengan baik."
456 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, Anakmas. Telah terjadi malapetaka besar menimpa
keluarga Kl Lurah Pujosaputrol"
"Eh, apa yang terjadi?"
"Sebaiknya kulanjutkan ceritaku tadi. Setelah Ki Lurah
Pujosaputro memimpin dusun ini, kehidupan rakyatnya
menjadi tenteram dan sejahtera. Akan tetapi pada suatu hari
muncul Linggawijayal Dia mengamuk dan hendak membunuh
Ki Lurah Pujosaputro sekeluarga, akan tetapi muncul Puspa
Dewi yang menandinginya. Penduduk juga menyerbu hendak
mengeroyok Linggajaya sehingga dia melarikan diri."
"Baik sekali kalau begltul" kata Nurseta, ikut merasa lega,
"Akan tetapi lalu terjadilah malapetaka itu. Puspa Dewi
pergi ke kota raja, untuk mencari Ayah kandungnya dan
muncul ah orang-orang jahat suruhan Ki Suramenggala.
Mereka itu ganas dan jahat sekali. Ki Lurah Pujosaputro
sekeluarganya berikut para pelayan di rumah kelurahan itu
mereka bunuh, hanya seorang pelayan saja yang lolos dari
maut, sedangkan Nyi Lasmi dilarikan!"
"Ahh.. .! Gerombolan itu suruhan Ki Suramenggala?"
"Benar, Anakmas. Agaknya Ki Suramenggala membalas
dendam, menyuruh bunuh lurah baru sekeluarganya dan
menculik Nyi Lasmi. Kebetulan pada waktu Itu, Puspa Dewi
457 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama rombongan Ayah kandungnya beserta Ibu tirinya
sekeluarga datang ke Karang Tirta."
"Ayah kandung Puspa Dewi?"
"Benar. Ayahnya adalah Senopati Yudajaya yang datang
bersama istennya yang ke dua dan puterinya, juga Ayah dan
Ibu mertuanya. Ayah mertua Senopati Yudajaya itu adalah
Tumenggung Jayatanu. Mendengar malapetaka yang
menimpa keluarga Lurah Pujosaputro dan tercul knya Nyi
Lasmi, Puspa Dewi melakukan pengejaran. Kemudian Adik tiri
Puspa Dewi yang bernama Niken Harni juga melakukan
pengejaran, disusul pula oleh Senopati Yudajaya yang
membawa selosin perajurlt pengawal."
"Bagaimana hasilnya" Apakah mereka dapat
menyelamatkan Nyi Lasmi?"
"Nyi Lasmi berhasil ditemukan dan diselamatkan. Ia pulang
ke sini bersama suaminya, yaitu Senopati Yudajaya dan
menurut berita yang aku dengar, ternyata Nyi Lasmi
diselamatkan oleh Gusti Patih Narotama sendiri. Kemudian,
rombongan keluarga Senopati Yudajaya itu, termasuk pula Nyi
Lasmi, meninggalkan Karang Tirta dan kembali ke Kahuripan."
"Sukurlah kalau begitu, keluarga Puspa Dewi dapat
bersatu kembali dalam keadaan selamat."
458 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi masih ada sebuah hal yang membuat keluarga itu
khawatir, Anak mas Nurseta, yaitu Puteri Senopati Yudajaya
yang merupakan Adik tiri Puspa Dewi itu."
"Yang bernama Niken Harni?"
"Ya, mendengar Adik tirinya mengejar gerombolan yang
menculik Nyi Lasmi dan belum tampak kembali, Puspa Dewi
lalu pergi mencarinya sedangkan semua keluarga bangsawan
itu kembali ke Kahu-ripan."
"Hemm, dan sekarang, siapa pengganti lurah yang tewas
itu?" "Urusan ini akan dilaporkan Tumenggung Jayatanu ke
Kahuripan, dan untuk sementara beliau menyarankan agar
penduduk mengadakan pilihan sendiri dan mengangkat
seorang lurah baru. Kami telah memilih Anakmas Prawiro,
keponakan mendiang Ki Pujosaputro yang tadinya membantu
pamannya sebagal carik, untuk menjadi lurah sementara
sebelum ada keputusan dari Kahuripan."
"Terima kasih atas semua keterangan-mu itu, Paman.
Sekarang, aku hendak menyampaikan keperluanku sendiri.
Aku datang berkunjung kepadamu untuk minta tolong, Paman.
Dulu Paman pernah menceritakan kepadaku tentang orang
tuaku dan dari keterangan Paman itu aku sudah berhasil
bertemu dengan Kakekku, yaitu Ayah dari Ibuku. Beliau
459 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Eyang Senopati Sidukerta di Kahuripan. Akan tetapi
Eyang juga sedang mencari-cari Ayah Ibuku itu dan sampai
sekarang aku belum berhasil menemukan mereka.. ."
"Wah. sejak tadi aku sudah ingin menyampaikan hal ini.
akan tetapi didahului! bicara tentang malapetaka yang terjadi
di Karang Tirta sehingga aku hampir lupa menceritakan
padamu. Anakmas Nurseta. Kurang lebih sebulan yang lalu
sebelum terjadi malapetaka itu, pada suatu senja aku
kedatangan seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahun.
Dia mengaku bernama Pakem dan datang dari Dusun
Singojajar yang berada di kaki Gunung Semeru. Dusun ini
termasuk daerah Kadipaten Wura-wuri. Si Pakem ini datang
untuk bertanya tentang dirimu, Anakmas Nurseta. Dan dia
ternyata diutus oleh. . Dharmaguna, Ayahmu.. ."
"Wah, Paman Tejomoyo! Mengapa tidak Andika ceritakan
dari tadi?" Nurseta berseru sambil memegang pergelangan
tangan Ki Tejomoyo sehingga orang tua itu mengaduh.
"Aduh, sakit. ..!"
"Ah, maafkan aku, Paman!" kata Nurseta sambil
melepaskan pegangannya. "Saking kaget mendengar kejutan
ini aku terlalu kuat memegang lenganmu. Lanjutkan ceritamu,
Paman!" 460 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku juga girang mendengar bahwa Si Pakem itu utusan Dharmaguna. Aku lalu menceritakan tentang dirimu, semua yang sudah kuketahui dan kudengar tentang dirimu.
Aku juga mendengar dari Pakem itu, yang ternyata adalah seorang pembantu setia Ki Dharmaguna yang hidup sebagal petani, bahwa orang tuamu berada dalam keadaan sehat dan selamat."
"Aduh.. . terima kasih kepada Sang Hyang Widhi. . , ah Paman Tejomoyo, Andika tidak tahu betapa membahagiakan hati mendengar ceritamu ini!"


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu, Anakmas! Aku sendiri pun gembira sekali mendengar pengakuan Pakem itu. Akan tetapi agaknya orang tuamu itu masih merasa khawatir dan Pakem itu tidak berani bercerita banyak. Ketika aku bertanya tentang Ki Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri, dia mengatakan tidak tahu banyak tentang mereka, hanya mengatakan bahwa Ki Dharmaguna adalah seorang petani yang tinggal di dusun Singojajar di kaki Gunung Semeru. Bahkan dia lalu tergesa-gesa pergi setelah mendengar keterangan tentang dirimu, tidak mau menginap di sini walaupun kubujuk-bujuk."
"Wah, keterangan itu sudah lebih dari, cukup, Paman!
Sekarang aku pamit, Paman!"
461 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh" Mengapa tergesa-gesa, Anakmas" Tinggalkan di sini,
setidaknya menginaplah di sini. Ini sekarang telah
dikembalikan kepadamu. Rumah ini milikmu."
"Lain kali saja, Paman. Terima kasih, aku harus pergi
mencari orang tuaku di Singojajar sekarang juga!"
"Akan tetapi, tempat itu termasuk daerah Wura-wuri,
Anakmas! Berbahaya sekali!"
Nurseta tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya.
"Ayah Ibuku berada di sana juga tidak apa-apa, Paman
Tejomoyo. Sekali lagi, aku sungguh merasa amat berterima
kasih kepadamu. Paman telah memberi kabar yang teramat
penting bagiku dan amat membahagiakan hatiku. Nah, aku
pergi, Paman!" Setelah berkata demikian, sekali berkelebat
Nurseta sudah lenyap dari depan Ki Tejomoyo sehingga orang
tua itu mengejar ke depan, akan tetapi sudah tidak melihat lagi
bayangan Nurseta. Dia hanya berdiri terlongong dan kagum.
0oo0 Nurseta memasuki wilayah Kerajaan Wura-wuri setelah
melakukan perjalanan cepat dari Karang Tirta. Dia ingin sekali
segera tiba di kaki Gunung Semeru, mencari ayah ibunya
yang kabarnya tinggal di dusun Singojajar. Dia sudah
membayangkan betapa akan bahagianya bertemu dengan
462 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah dan ibunya. Dia masih dapat membayangkan wajah
ayah dan ibunya. Walaupun dua belas tahun lebih telah lewat
sejak mereka meninggalkan dia, dia pasti akan mengenal
mereka. Mungkin mereka akan tampak lebih tua, akan tetapi
dia masih Ingat benar. Ayahnya, Dharmaguna, adalah
seorang laki-laki yang berwajah tampan, berkulit bersih walau
agak hitam, dan gerak-gerik serta tutur sapanya lembut halus.
Ibunya, Endang Sawitri, adalah seorang wanita cantik berkulit
putih, seingatnya bertubuh ramping padat dan ibunya dahulu
pandai menunggang kuda dan pandai pula menggunakan
anak panah dan memiliki kegagahan. Ibunya pernah
menceritakan betapa di waktu muda ibunya juga pernah
mempelajari aji kanuragan. Tentu saja kini dia mengerti.
Sebagal puteri seorang senopati, tentu saja ibunya juga sedikit
banyak memiliki kegagahan.
Nurseta juga maklum akan bahayanya memasuki wilayah
Wura-wuri. Wura-wurl adalah musuh bebuyutan Kahuripan
dan beberapa tahun yang lalu pernah mencoba menyerang
Kahuripan bersama para sekutunya. Namun penyerangan itu
gagal: Karena dia sendiri terlibat dalam pertempuran itu, maka dia
tentu dikenal oleh para tokoh Kerajaan atau Kadipaten Wura-
wuri. Kalau hal lnl terjadi, tentu dia akan mengalami kesulitan
untuk dapat bertemu dengan ayah ibunya, bahkan bukan itu
463 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja bahayanya, melainkan lebih buruk lagi orang tuanya
dapat terseret dan diganggu orang-orang Wura-wuri. Dengan
hati-hati Nurseta melakukan perjalanan menuju Gunung
Semeru yang merupakan perbatasan antara Kadipaten Wura-
wuri dan Kerajaan Kahunpan. Dia memasuki daerah Wura-
wuri dari selatan maka perjalanan menuju Gunung Semeru
masih cukup jauh. Dia selalu waspada. Kalau hanya bertemu
penduduk biasa, dia tidak khawatir dikenal orang. Akan tetapi
kalau bertemu dengan pasukan atau orang-orang berpakaian
bangsawan atau perwira, dia selalu menyelinap agar tidak
terlihat. Pada suatu hari Nurseta keluar dari sebuah dusun dan
berjalan di atas jalan umum di samping hutan. Dia merasa
kagum juga melihat keadaan Kadipaten Wura-wuri. Keadaan
rakyatnya tidaklah sengsara benar, dan orang-orang Wura-
wuri tampak tampan dan cantik. Dia memang pernah
mendengar bahwa penduduk Wura-wuri memiliki wajah yang
elok, sebaliknya orang-orang Wengker sebagian besar buruk
rupa. Selagi dia berjalan dengan santai dan waspada, tiba-tiba
dia mendengar langkah kaki banyak kuda dari arah
belakangnya. Cepat Nurseta menyelinap di balik pohon-pohon
besar di tepi jalan dan mengintai untuk melihat siapa mereka
yang berkuda itu. Tak iama kemudian dia melihat banyak
464 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang berkuda menjalankan kuda mereka dengan santai.
Agaknya mereka sengaja menjalankan kuda mereka perlahan-
lahan karena kuda-kuda itu telah mandi keringat, agaknya
telah melakukan perjalanan jauh yang melelahkan dan
sekarang dijalankan perlahan untuk memberi kesempatan
istirahat kepada kuda-kuda itu.
Ketika rombongan tiba dekat, Nurseta terkejut. Yang
menunggang kuda di depan adalah seorang wanita dan
seorang pria. Wanitanya berpakaian gemerlapan mewah
sekali, usianya sekitar dua puluh delapan tahun, tubuhnya
ramping padat, wajahnya cantik jelita akan tetapi mata dan
mulutnya membayangkan kegenitan, kulitnya agak hitam
manis. Dia tidak mengenal wanita itu. Akan tetapi tentu saja
dia mengenal laki-laki yang menunggang kuda di dekat wanita
itu. Resi Bajrasakti, dia tak salah lagi. Biarpun sudah sekitar
enam tahun dia tidak melihat kakek tinggi besar dan mukanya
penuh brewok, kulitnya hitam dan wajahnya kasar dan bengis
itu, dia tidak dapat melupakannya. Resi Bajrasakti ini yang
dulu bersama Nyi Dewi Durgakumala hendak merampas keris
pusaka Megatantra dan mereka berdua dikalahkan gurunya,
mendiang Empu Dewamurti. Begitu mengenal Resi Bajrasakti,
Nurseta teringat akan pesan Sang Bhagawan Ekadenta, agar
dia berhati-hati terhadap Wengker karena permaisuri Wengker
yang bernama Dewi Mayangsart diambil murid Nini
465 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bumigarbo. Resi Bajrasakti adalah tokoh Wengker, maka
wanita cantik yang pakaiannya amat mewah ini mungkin sekali
Dewi Mayangsari permaisuri Wengker yang diambil murid Nini
Bumigarbo itu! Di belakang kedua orang ini terdapat pasukan
yang rata-rata bertubuh tinggi besar dan kokoh kuat, sebanyak
dua losin orang perajurit. Tidak salah lagi, mereka itu tentu
para perajurit Wengker yang mengawal permaisuri Wengker
dan Resi Bajrasaktl itu. Akan tetapi mengapa orang-orang
penting Kadipaten Wengker memasuki daerah Wura-wuri"
Tidak aneh, pikirnya. Memang dua kadipaten besar itu
bersama kadipaten-kadlpaten kecil seperti Kerajaan Parang
Siluman dan Kerajaan Siluman Laut Kidul mempunyai
hubungan dan mereka pernah bekerja sama untuk memusuhi
Kerajaan Kahuripan.
Dia tetap bersembunyi sampai rombongan itu lewat. Dia
dapat menduga bahwa mereka itu pasti hendak berkunjung
kepada Raja Wura-wuri, entah dengan maksud apa. Diam-
diam dia memikirkan apa yang terjadi dengan adik perempuan
tiri Puspa Dewi yang bernama Niken Harni yang melakukan
pengejaran terhadap mereka yang menculik Nyi Lasmi.
Mungkin sekali Niken Harni mengejar ke daerah Wengker
karena bukankah para penculik itu orang-orang dari Wengker"
Dan tentu saja Puspa Dewi yang mencari adiknya itu pun
besar kemungkinan pergi ke Wengker. Apakah kepergian para
466 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tokoh Wengker ke Wura-wuri ini ada hubungannya dengan
Puspa Dewi dan Niken Harni"
Nurseta melanjutkan perjalanan menuju Gunung. Semeru.
Karena yang dia datangi merupakan daerah yang asing
baginya, maka perjalanannya tidak dapat cepat. Dia harus
bertanya-tanya dalam perjalanan dan untuk bertanya pun dia
harus memandang orangnya, karena kalau bertanya kepada
orang yang keliru, dapat menimbulkan kecurigaan yang hanya
akan mengganggu pencariannya.
Kita tinggalkan dulu Nurseta yang sedang melakukan
perjalanan mencari orang tuanya dan kita tengok keadaan di
dusun Singojajar yang berada di kaki Pegunungan Semeru.
Singojajar merupakan sebuah dusun yang tanahnya subur
sekali sehingga kehidupan penduduk dusun sebagai petani
cukup sejahtera, walaupun sederhana namun bagi mereka
cukup adil dan makmur. Adil karena di antara mereka tidak
ada yang kekurangan dan setiap kali adai yang didesak
kebutuhan mendadak, mereka yang kelebihan selalu siap
mengulur-! kau tangan membantu. Dan makmur bagi orang-
orang bersahaja itu karena mereka! telah dicukupi tiga
kebutuhan pokok mereka, yaitu sandang pangan dan papan.
Di ujung dusun itu terdapat sebuah rumah yang sedang
namun terawat baik dan tampak mungil dan kokoh,
467 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai halaman depan yang ditanami bunga-bunga dan
pohon-pohon buah. Di belakangi rumah terdapat kebun sayur
yang cukupi luas. Ini adalah rumah tempat tinggal Ki
Dharmaguna bersama isterinya, Endang Sawitri. Ki
Dharmaguna adalah seorang! pria tampan yang lemah lembut,
sikapnya sederhana, ramah dan sabar. Usianya sekitar empat
puluh lima tahun, namun rambutnya sudah bercampur uban
karena selama setengah dari usianya dia mengalami banyak
penderitaan batin. Isterinya Nyi Endang Sawitri, adalah
seorang wanita cantik dan lembut pula, anggun dan gerak-
geriknya gesit. Wanita ini berusia sekitar empat puluh tahun.
Ia pun mengalamj banyak penderitaan batin seperti suaminya
sehingga walaupun ia tergolong cantik, namun sinar matanya
sayu. Riwayat suami isteri ini memang menyedihkan. Endang
Sawitri adalah puteri tunggal dari Senopati Sindukerta,
seorang di antara senopati terkenal dan Kahuripan, dan ia
amat disayang orang tuanya. Ketika ia berusia tujuh belas
tahun, gadis bangsawan ini saling jatuh cinta dengan
Dharmaguna, seorang pemuda putera mendiang Ki Jatimurti,
seorang pendeta yang miskin. Senopati Sindukerta dan
isterinya tidak setuju mempunyai mantu seorang pemuda
putera pendeta miskin. Mereka mendambakan mantu seorang
priyagung (bangsawan tinggi) yang akan membuat puteri
468 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka hidup terhormat. Akan tetapi, hubungan cinta antara
Endang Sawitri dan Dharmaguna sudah sedemikian kuatnya
sehingga mereka berdua nekat minggat meninggalkan Kahur
pan. Senopati Sindukerta marah sekali kepada Dharmaguna
yang dianggapi menculik dan melarikan anak tunggalnya. Dia
mengerahkan pasukan melakukan pengejaran dan pencarian,
namun semua usahanya itu sia-sia belaka. Endang Sawitri
dan Dharmaguna yang sudah menjadi suami isteri itu
melarikan diri dan bersembunyi dengan cara berpindah-pindah
tempat. Setahun kemudian, Endang Sawitri melahirkan seorang
anak yang mereka beri nama Nurseta. Bahkan setelah
mempunyai seorang anak, mereka tetap berpindah-pindah
untuk menghilangkan jejak. Ketika Nurseta berusia tiga tahun,
suami isteri ini tinggal di dusun Karang Tirta. Selama tiga
tahun, sampai Nurseta berusia enam tahun, mereka hidup
tenteram di Karang Tirta, tidak pindah-pindah lagi karena tidak
terdapat tanda-tanda bahwa para utusan Senopati Sindukerta
mencari mereka sampai ke dusun itu. Akan tetapi pada suatu
hari, mereka mendengar bahwa Ki Lurah Suramenggala, lurah
dusun Karang Tirta mengirim utusan ke Kahuripan untuk
melaporkan kehadiran mereka kepada Senopati Sindukerta.
Tentu saja suami isteri ini terkejut dan ketakutan. Mereka takut
akan hukuman, dibunuh pun mereka tidak takut. Yang mereka
469 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takuti hanya kalau mereka sampai dipaksa untuk saling
berpisah! Maka, mendengar akan laporan Ki Lurah Suramenggala
kepada Senopati Sindukerta, Ki Dharmaguna dan Nyi Endang
Sawitri menjadi ketakutan dan mereka berdua segera
melarikan diri. dari Karang Tirta. Setelah suami isteri ini
merundingkan masak-masak, mereka sengaja meninggalkan
anak mereka Nurseta yang telah berusia sepuluh tahun
karena mereka tidak ingin anak mereka, yang tercinta itu ikut
menjadi buronan yang dikejar-kejar. Mereka meninggalkan
Nurseta di Karang Tirta, lalu lari pindah ke lain dusun yang
jauh. Karena ketakutan, mereka kembali berpindah-pindah
dari dusun ke dusun, dari gunung ke gunung. Akhirnya, lima
tahun yang lalu mereka sengaja melarikan diri ke kaki Gunung
Semeru yang termasuk tapal batas antara Kahurlpan dan
Wura-wuri, bahkan masih termasuk wilayah Wura-wuri.
Mereka yakin bahwa para utusan Senopati Sindukerta pasti
tidak akan mencari mereka ke dalam wilayah Wura-wuri!
Mereka berdua merasa tenteram hidup di dusun Singojajar
di kaki Pegunungan Semeru yang menjulang tinggi menembus
awan itu. Hanya satu hal yang membuat mereka merasa
berduka dan mereka berdua kerap kali menangis kalau
teringat .akan hal itu. Mereka dapat saling menghibur dan
dalam kedukaan yang dipikul bersama itu, cinta kasih antara
470 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami isteri ini menjadi semakin kokoh. Yang membuat
mereka berduka adalah kalau mereka teringat akan Nurseta,
putera mereka. Setelah merasa keadaan mereka kini aman, pada suatu
hari, kurang lebih dua bulan yang lalu, Ki Dharmaguna
mengutus pembantunya, Pakem, yang biasa membantunya
bertani, untuk pergi melakukan perjalanan ke Karang Tirta.
Suami Isteri itu menyuruh Pakem untuk menemui Ki Tejomoyo
di Karang Tirta dan minta keterangan kepada. Ki Tejomoyo
tentang anak mereka Nurseta.
Pada sore hari ifu, Ki Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri
duduk santai di pendopo rumah mereka, berhadapan
terhalang meja di mana terdapat minuman air teh dan
nyamikan (makanan keci ) keripik pisang yang tadi


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dihidangkan Nyi Endang Sawitri. Sambil makan nyamikan dan
minum air teh, mereka bercakap-cakap. Memang sudah
menjadi kebiasaan suami isteri ini, setiap sore setelah berhenti
bekerja di sawah ladang, . mereka minum teh dengan
makanan kecil sambil bercakap-cakap. Akan tetapi sekali ini,
wajah mereka tidak tampak tenang seperti biasanya kalau
mereka duduk berdua seperti itu. Wajah mereka bahkan
tampak tegang dan alis mereka berkerut.
"Kakangmas, mengapa Pakem belum juga pulang?"
471 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah Diajeng, yang membuat aku tidak bisa tidur nyenyak
selama beberapa hari ini. Aku sungguh merasa heran
mengapa sampai dua bulan Pakem belum juga pulang1.
Padahal menurut pei hitunganku, jarak antara Singojajar ini
dan Karang Tirta dapat ditempuh dengan berkuda selama
setengah bulan, jadi pulang pergi hanya membutuhkan waktu
satu bulan saja. Akan tetapi sampai hari ini, sudah hampir dua
bulan dan dia belum juga datang. Aku khawatir terjadi sesuatu
yang buruk.. ."
"Kakangmas, bersabarlah jangan membayangkan yang
buruk-buruk. Siapa tahu, Pakem mendengar bahwa anak kita
itu telah pindah ke tempat lain sehingga pakem pergi
mencarinya. Alangkah akan gembira dan bahagianya hati kita
kalau Pakem pulang bersama anak kita!
"Wah, kalau begitu memang bagus sekali, Diajeng. Mudah-
mudahan saja perkiraanmu itu benar."
"Wah, kalau aku membayangkan pertemuan kita dengan
Nurseta, Kakangmas! Apakah kita akan dapat mengenalnya"
Seperti apa dia sekarang" Jantungku berdebar penuh
ketegangan kalau aku ingat dan membayangkan pertemuan
itu!" 472 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia tentu sudah dewasa sekarang, Diajeng. Ketika kita meninggalkannya, dia berusia sepuluh tahun, dan kurang lebih dua belas tahun telah lewat sejak kita lari dari Karang Tirta."
"Ah, dia sekarang tentu telah menjadi seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun! Telah dewasa1 Siapa tahu dia telah mempunyai isteri dan anak, Kakangmas!" Suara wanita itu mengandung getaran keharuan.
"Hemm, kalau begitu engkau akan menjadi Eyang puteri (Nenek) dan aku menjadi Eyang kakung (Kakek)!" kata Ki Dharmaguna, sengaja berkelakar untuk menghibur hati isterinya.
Agak terhibur hati suami isteri itu membayangkan bahwa mereka akan bertemu dengan putera mereka tercinta. Kalau dahulu mereka meninggalkan Nurseta yang berusia enam tahun di Karang Tirta, hal itu mereka lakukan justru karena mereka mencinta putera mereka. Biarpun hati mereka hancur harus meninggalkan anak mereka, namun mereka terpaksa melakukannya karena mereka tidak ingin melihat anak mereka ikut menjadi buronan. Kalau mereka tertangkap, biarlah mereka berdua saja yang menerima hukuman dari Senopati Sindukerta. Anak mereka jangan sampai ikut tertangkap dan dihukum.
473 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi mereka termenung membayangkan peristiwa membahagiakan itu, tiba-tiba terdengar keluhan di halaman rumah. Mereka memandang dan suami isteri itu cepat bangkit berdiri dan memandang dengan mata terbelalak. Orang yang ditunggu-tunggu itu datang.
"Pakem.. .!" Nyi Endang Sawltri berseru. Mereka lalu menuruni pendopo untuk ' menyambut pembantu mereka itu.
Pakem melangkah menghampiri mereka. Mukanya bengkak-bengkak dan matang biru, langkahnya terhuyung setengah merangkak dengan menyeret kakinya, kedua lengannya tergantung mati.
"Pakem! Engkau mengapa.. .?" Ki Dharmaguna bertanya, terkejut bukan main.
Setelah tiba di depan suami isteri itu, Pakem berkata dengan napas terengah-engah dan suara terputus-putus,
". . Nurseta. . hidup. .. saya.. saya ditangkap. . disiksa...
aduhhh.. .!" Pakem terguling roboh dan ketika suami isteri itu memeriksanya, ternyata pembantu mereka itu tewasl
"Pakem.. .II" KI Dharmaguna berjongkok memeriksa keadaan tubuh pembantunya dan mendapatkan kenyataan bahwa tubuh itu penuh dengan luka bekas siksaan. Bahkan kedua lengannya agaknya tidak dapat digerakkan karena
patah-patah tulangnya! Sementara itu, Nyi Endang Sawitri
474 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mencium adanya ancaman bahaya, sudah lari memasuki
rumah lalu keluar lagi sambil membawa sebatang tombak.
Dahulu ia menerima latihan bersilat dengan tombak dari
ayahnya yang senopati dan ahli bermain tombak.
Suami isteri ini cepat bangkit berdiri dan memandang ketika
terdengar suara tawa menyeramkan dan dua orang memasuki
halaman rumah mereka. Suami isteri itu memandang penuh
perhatian. Tadinya mereka mengira bahwa tentu para pesuruh
Senopati Sindukerta yang datang untuk menangkap mereka.
Akan tetapi Nyi Endang Sawitri tidak mengenal mereka, Yang
seorang bertubuh tinggi besar, mukanya penuh . brewok,
rambutnya gimbal, wajahnya bengis dan kulitnya hitam. Akan
tetapi pakaiannya mewah sekali seperti seorang bangsawan.
Usianya seki tar lima puluh lima tahun dan tangannya
memegang sebatang cambuk bergagang gading. Orang
kedua seorang laki-laki tampan gagah berusia sekitar dua
puluh delapan tahun. Tubuhnya tinggi tegap dan pakaiannya
juga mewah sekali. Di pinggangnya tergantung sebatang
pedang. Orang ini tersenyum menyeringai dan matanya liar
memandang wajah Nyi Endang Sawitri yang masih cantik
menarik dengan bentuk tubuh yang ramping padat.
"He-he-he! Apakah Andika yang bernama Dharmaguna dan
Endang Sawitri,, Ayah dan Ibu dari Nurseta?" tanya kakek itu
dengan suaranya yang besar.
475 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kakek itu mengenal mereka dan putera mereka,
Ki Dharmaguna menjawab. "Benar sekali. Andika berdua
siapakah, Kisanak dan ada keperluan apakah Andika datang
berkunjung?"
"Hemm, Dharmaguna! Kalau engkau ingin bertemu dengan
Nurseta, ikutlah dengan kami!" kata Kakek itu.
"Dan engkau, Endang Sawitri, juga harus ikut!" kata pula
kawannya yang muda, tampan, dan tinggi tegap, sambil
tersenyum dan matanya mengamati Endang Sawitri dari
kepala sampai ke kaki.
"Katakan dulu siapa kalian dan di mana anak kami
Nurseta!" kata Endang Sawitri dengan sikap gagah sambil
melintangkan tombaknya.
"Heh-heh-heh, kalian ikut sajalah kalau kalian tidak ingin
anak kalian itu kami bunuh seperti pembantumu itu!" Kakek itu
menuding ke arah jenazah Pakem yang masih menggeletak di
atas tanah. Wajah Dharmaguna menjadi gelisah mendengar ancaman
kepada puteranya itu. "Diajeng.... mari kita ikut mereka. !"
"Tidak!" Endang Sawitri berkata tegas "Aku tidak percaya kepada kahan berdua! Katakan dulu siapa kalian dan di mana
adanya Anak kami!"
476 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha, mau atau tidak mau kalian harus ikut dengan kamil"
kai laki-laki yang muda dan dia sudah melangkah maju
menghampiri Endang Sawitri sambil berkata kepada temannya
yang tinggi besar brewok. "Paman, biarkan aku menangkap
wanita Ini dan Andika menangkap yang pria!"
Setelah berkata demikian, laki-laki itu bergerak cepat
hendak menubruk dan menelikung Nyi Endang Sawitri. Wanita
itu menggerakkan tombaknya, menyambut lawan dengan
tusukan tombaknya. Endang Sawitri pernah mempelajari ilmu
tombak dari ayahnya, akan tetapi karena selama belasan
tahun ia tidak pernah berlatih, maka gerakannya kurang kuat
dan kurang cepat. Padahal, lawannya adalah seorang yang
memiliki tingkat kepandaian tinggi. Maka, sambil terkekeh dia
miringkan, tubuh mengelak. Ketika tombak lewat, dia
menangkap tombak itu, menarik dengan sentakan sehingga
tubuh Nyi Endang. Sawitri terhuyung ke depan. Tombak
terampas dan lawan itu sudah merangkul dan memeluk tubuh
Nyi Endang Sawitri sehingga wanita itu tidak mampu
melepaskan dirinya lagi. la meronta-ronta.
'Keparat Lepaskan aku.. ., lepaskan .. . !" Ia mencoba untuk
melepaskan kedua lengannya yang ditelikung dan menyepak-
nyepak dengan kakinya. Namun lawan terlampau kuat
sehingga ia tidak berdaya sama sekali.
477 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lepaskan isteriku!" Ki Dharmaguna membentak dan maju.
Akan tetapi sebuah tendangan kaki laki-laki yang lebih tua
membuat tubuhnya terpental jauh. Sebelum dia bangkit lagi,
dia pun sudah ditelikung oleh kakek tinggi besar brewok itu.
Suami isteri ini ditangkap dan ditarik keluar dari halaman
rumah. Sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda datang
di ringkan dua losin perajurit Wura-wuri. Melihat banyaknya
orang yang menangkap mereka, Ki Dharmaguna dan Nyi
Endang Sawitri maklum bahwa akan percuma saja melakukan
perlawanan. Mereka hendak melihat apa yang selanjutnya
akan terjadi. Orang-orang itu tadi mengatakan bahwa kalau
mereka ikut dengan orang-orang itu, mereka akan dapat
bertemu dengan Nurseta. Benarkah itu" Ada rahasia apa di
balik paksaan untuk ikut itu" Dan Ikut ke mana"
Mereka tidak membantah ketika disuruh memasuki kereta.
Kereta lalu bergerak meninggalkan dusun Singojajar. Para
penduduk yang keluar menonton berdiri dengan hormat ketika
mengenal bahwa pasukan Itu adalah pasukan Wura-wuri.
478 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XI APAKAH yang telah terjadi dengan Pakem, pembantu Ki Dharmaguna yang diutus ke Karang Tirta itu" Ternyata, setelah gagal menundukkan Nyi Lasmi, bahkan kemudian bekas selirnya itu dapat dibebaskan Ki Patih Narotama, Ki Suramenggala yang kini menjadi Tumenggung Wengker masih merasa penasaran sekali. Kebenciannya terhadap Ki Patih Narotama semakin mendalam. Dahulu, pengalamannya di Karang Tirta amat menyakitkan hatinya, karena dia merasa dipermalukan dan dihina, diusir dari dusun itu yang menjadi kampung halamannya. Maka, setelah orang-orangnya hanya berhasil membantai Ki Lurah Pujosaputro seke-luarganya dan Nyi Lasmi yang telah berada di tangannya itu akhirnya terlepas, dia tetap menyuruh kaki tangannya mengawasi dan memata-matai Karang Tirta. Maka, ketika Pakem yang menunggang kuda tiba di Karang Tirta, dua orang mata-mata dari Wengker itu mengetahuinya. Mereka mengintai dan melihat betapa pendatang asing itu berkunjung ke rumah Ki Tejomoyo. Mereka menjadi curiga karena Tumenggung Suramenggala sudah menceritakan segala tentang Karang
Tirta kepada para anak buahnya Itu. Mereka mengetahui
bahwa rumah yang ditempati Ki Tejomoyo itu dahulunya
merupakan rumah milik Tumenggung Suramenggala yang
telah dirampas oleh penduduk Karang Tirta seperti rumah-
479 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumahnya yang lain. Dua orang mata-mata ini menjadi curiga
dan ketika Pakem meninggalkan dusun Karang Tirta, di
tengah jalan dia disergap dan ditangkap oleh kedua orang
Wengker itu. Pakem yang penduduk dusun itu menjadi ketakutan,
apalagi ketika dua orang yang menangkapnya itu membentak
sambil mengancam dengan golok yang ditempelkan pada
lehernya. "Engkau orang jahat yang hendak mengacau di Karang
Tirta! Hayo mengaku siapa engkau dan dari mana engkau
datang!" Pakem yang dibawa ke sebuah hutan di luar dusun Karang
Tirta gemetar ketakutan. {jAmpun, Denmas.. . saya bukan
penjahat.. ., saya hanya utusan. . "
"Kalau bukan penjahat, cepat katakan siapa engkau,
datang dari mana, siapa yang mengutusmu dan urusan apa
yang kaulakukan! Awas, kalau engkau berbohong, golok ini
akan minum darahmu!"
"Ampun, Denmas. .. saya bernama Pakem, tinggal di dusun
Singojajar di kaki Gunung Semeru. Saya bekerja pada Ki
Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri, membantu mereka
bertani. Saya diutus suami isteri itu untuk mengunjungi Ki
Tejomoyo di dusun Karang Tirta.. "
480 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk urusan apa" Hayo katakan, cepatl" dua orang itu
membentak. "Saya. . saya disuruh bertanya kepada K i Tejomoyo
tentang anak mereka yang bernama Nurseta.. ."
Dua orang mata-mata itu terkejut. Mereka pernah
mendengar nama ini. Nurseta yang kabarnya merupakan
seorang pembela Kahuripan dan merupakan musuh besar
Adipati Linggawijaya dan Sang Tumenggung Suramenggala.
"Hayo ikut dengan kami!"
"Ampun, Denmas. . saya mau dibawa ke mana" Saya
harus pulang dengan cepat. . "
"Plakk!" Muka Pakem ditampar sehingga dia terpelanting.
"Jangan banyak cerewet! Ikut saja dengan kami kalau engkau
tidak ingin kami sembelih di slnil"
Demikianlah, Pakem lalu dibawa pergi dua orang mata-
mata itu dan dihadapkan Tumenggung Suramenggaia. Ketika
Tumenggung Suramenggala mendengar laporan anak
buahnya, dia cepat melakukan perundingan dengan Adipati
Linggawijaya, Dewi Mayangsari, dan Resi Bajrasakti. Setelah
Tumenggung Suramenggala selesai bercerita tentang ayah
ibu Nurseta yang tinggal di dusun Singojajar, Adipati
Linggawijaya menepuk pahanya.
481 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, bagus sekali kalau begitu! Kita tangkap orang tua
Nurseta dan menggunakan mereka sebagai sandera dan
umpan untuk memancing datangnya Nurseta ke sini. Kalau dia
berani datang untuk menolong Ayah Ibunya, kita habiskan dia
di sini Dia merupakan penghalang besar bagi usaha kita
untuk menghancurkan Kahuripan!"
"Akan tetapi kita harus berhati-hati, Kakangmas Adipati."
kata Dewi Mayangsarl. "Dusun Slngojajar di kaki Gunung
Semeru itu termasuk wilayah Kerajaan Wura-wuri. Kebetulan
sekali kita sudah mengatur rencana kita. Aku dan Paman Resi
Bajrasakti membawa pasukan pengawal berkunjung ke Wura-
wuri untuk berunding dengan Adipati Wura-wuri sedangkan
Paduka pergi ke Kadipaten Parang Siluman dan Kadipaten
Siluman Laut Kidul mengajak mereka bersekutu pula. Nah,
aku akan menggunakan kesempatan kepergianku ke Wura-
wuri untuk bersama kadipaten itu menangkap Ayah Ibu
Nurseta." "Heh-heh, itu benar sekail!" kata Resi Bajrasakti. "Dan kita bawa Si Pakem itu untuk menjadi penunjuk jalan di mana
tempat tinggal Dharmaguna dan Endang Sawitri itu!"
"Dan aku akan menyebar penyelidik untuk menyelidiki di
mana adanya Nyi Lasmi sekarang. Sedapat mungkin tangkap
pula Nyi Lasmi untuk memancing datangnya Puspa Dewi."
kata Tumenggung Suramenggala.
482 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang sebaiknya begitu dan jangan dilupakan mengirim
mata-mata ke Kahuripan untuk melihat gerak-gerik dan
keadaan kerajaan itu." kata Adipati Linggawijaya.
Demikianlah, perundingan telah membuahkan rencana
pembagian tugas. Adipati Linggawijaya akan mengunjungi
Kadi-, paten Siluman Laut Kidul dan Parangi Siluman. Adapun
Dewi Mayangsari dan] Resi Bajrasakti membawa dua losin
orang perajurit pengawal, melakukan perjalanan ke Wura-wuri.
Pakem yang bernasib sial itu mereka bawa, menunggang
kuda di tengah-tengah pasukan pengawal sehingga sama
sekali tidak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri.
Kedatangan Dewi Mayangsari dan Resi Bajrasakti
disambut dengan gembira dan penuh hormat oleh Adipati
Bhismaprabhawa dan permaisurinya, Nyi Dewi Durgakumala.
Mereka berdua disambut dengan pesta makan minum dan
yang ikut menyambut adalah Tri Kala, yaitu Kala Muka, Kala
Manik, dan Kaia Teja yang merupakan senopati-senopati tua
dan setia dari Wura-wuri, juga Ki Gan-darwo yang merupakan
senopati muda yang baru, juga diam-diam menjadi kekasih
gelap Nyi Dewi Durgakumala.
Ketika Dewi Mayangsari menyatakan keinginannya untuk
mengajak Wura-wuri bersatu menghadapi Kahuripan, Nyi
Dewi Durgakumala mendahului suaminya berkata dengan


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gembira. "Wah, tentu saja kami sambut baik uluran tangan
483 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerja sama itu. Memang kami sendiri juga ingin membalas
dendam kepada Kahuripan dan kalau kita bersatu padu, tentu
Kahuripan akan dapat kita hancurkan."
"Kami akan mempersiapkan semua barisan kami!" kata
Adipati Bhismaprabha-wa yang memang menjadi musuh
bebuyutan Kahuripan.
"Heh-heh-heh, bagus, bagus! Keadaan kita akan menjadi
semakin kuat karena Anakmas Adipati Linggawijaya juga
sedang mengadakan hubungan kerja sama dengan Kadipaten
Siluman Laut Kidul dan Kadipaten Parang Siluman." kata Resi
Bajrasakti. "Selain itu, kami masih membawa sebuah urusan yang juga
amat penting dalam usaha kita melumpuhkan Kahurip-an."
kata Dewi Mayangsari. Ia ialu menceritakan tentang Pakem
yang mereka tawan, tentang Dharmaguna dan Endang
Sawitri, ayah ibu Nurseta yang kini tinggal di daerah Wura-
wuri. "Andika semua tentu telah mendengar nama Nurseta
sebagai seorang sakti mandraguna yang setia membela
Kahurip-an." kata Dewi Mayangsari. "Karena itu, kita harus
menangkap suami isteri itu, menyandera mereka untuk
memaksa Nurseta datang, lalu kita bunuh dia!"
484 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, kami setuju sekalil" kata Nyi Dewi Durgakumala.
"Penangkapan itu harus segera dilaksanakan sebelum
membocor dan mereka melarikan diri!"
Demikianlah, karena tidak ingin perangkapan itu gagal,
Resi Bajrasaktl sendiri, dibantu Ki Gandarwo yang mewakili
Wura-wuri, memimpin dua losin perajurit Wura-wurl dan
Wengker pergi ke dusun Singojajar di kaki Gunung Semeru.
Rombongan ini membawa Pakem yang sudah terluka parah
karena disiksa sebagai penunjuk jalan. Mula-mula Pakem
yang melihat niat jahat itu, berkeras tidak mau menunjukkan
jalan, akan tetapi dengan kejam Resi Bajrasaktl menyiksanya
sehingga keadaannya payah sekali. Kedua tulang lengannya
dipatahkan dan dia disiksa sehingga terpaksa dia mau
menjadi penunjuk jalan. Setelah tiba di dusun Singojajar,
Pakem dilepas dan disuruh jalan lebih dulu. Pakem
menguatkan dirinya, berjalan setengah merangkak memasuki
halaman rumah Ki Dharmaguna dan seperti telah kita ketahui,
seteiah bertemu dengan Ki Dharmaguna dan Nyi Endang
Sawitri, Pakem terkulai roboh dan tewas.
Kini Ki Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri ditawan,
dipaksa memasuki kere ta dan kereta kini dijalankan keluar
dari dusun Singojajar, dikawal dua iosin orang perajurlt, yang
terdiri dari selosin perajurlt Wengker yang mengawal Dewi Ma-
485 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yangsari berkunjung ke Wura-wuri, dan selosin perajurit Wura-
wuri sendiri. Suami isteri itu duduk bersanding di dalam kereta. Mereka
tidak dibeienggu, akan tetapi Ki Gandarwo duduk di depan
mereka. Laki-laki muda tampan gagah yang menjadi kekasih
gelap Nyi Dewi Durgakumala ini memang seorang yang
berwatak mata keranjang dan sombong. Sebagai adik
seperguruan Cekel Aksomolo, dia memang memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi. Karena diangkat menjadi senopati di
Wura-wuri, dia tinggal di sana dan lebih lagi, dia dipilih Nyi
Dewi Durgakumala sebagai kekasih gelapnya. Tentu saja Nyi
Durgakumala yang sejak mudanya menjadi seorang wanita
berwatak iblis cabul, tidak puas dengan suaminya, Adipati
Bhismaprabhawa yang usianya sudah lima puluh tahun lebih.
Maka ia mengambil Ki Gandarwo sebagai kekasihnya dan hal
ini pun diketahui oleh Adipati Bhismaprabhawa. Karena sudah
mengenal benar siapa permaisuri barunya itu dan bagaimana
wataknya, maka Adipati Wura-wuri ini pun tidak
mengacuhkannya. Dia memang mengambil Nyi Dewi
Durgakumala sebagai permaisurinya bukan hanya karena
wanita itu amat cantik melainkan terutama sekali karena dia
hendak memanfaatkan kesaktian wanita itu untuk memperkuat
Kerajaan Wura-wuri.
486 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adapun Ki Gandarwo yang baru berusia dua puluh delapan
tahun, mau dijadikan kekasih permaisuri yang usianya sudah
lima puluhan tahun hanya karena dia menginginkan
kedudukan di Wura-wuri. Tentu saja dalam hatinya, Ki
Gandarwo tidak merasa puas dan karena wataknya memang
mata keranjang, diam-diam dia selalu mencari wanita lain
yang muda dan memang para wanita Wura-wuri banyak yang
cantik manis. Kini, duduk berhadapan dengan Nyi Endang Sawitri, timbul
gairah berahi Ki Gandarwo. Biarpun Nyi Endang Sawitri juga
tidak muda benar, sudah empat puluh tahun usianya, akan
tetapi la masih cantik menarik, bahkan dalam pandang mata
laki-laki mata keranjang Ini, wanita yang kini duduk dalam
kereta berhadapan dengannya, tampak jauh lebih menarik
daripada Nyi Dewi Durgakumala yang sudah membosankan
hatinya. Memang demikianlah segala macam kesenangan,
apa saja yang didapatkan dengan dasar nafsu, cepat atau
lambat berakhir dengan kebosanan.
Duduk berhadapan dengan Nyi Endang Sawitri, walaupun
wanita itu duduk bersanding dengan suaminya, tidak membuat
Ki Gandarwo merasa rikuh (sungkan). Dia tersenyum-senyum
dan terkadang, kalau wanita itu memandang kepadanya, dia
sengaja mengedipkan sebelah mata sebagai isarat, tanpa
memperdui kan bahwa Ki Dharmaguna juga melihatnya!
487 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Endang Sawitri merasa muak, akan tetapi karena ia
maklum bahwa laki-laki kurang ajar di depannya ini amat
digdaya dan ia bersama suaminya yang lemah sama sekali
tidak akan mampu mengalahkannya, menahan rasa
dongkolnya, bahkan ia menutupi perasaannya dan
mengalihkan perhatian dengan bertanya.
"Kisanak, apakah maksud kalian mengatakan bahwa kalau
kami ikut kalian, kami akan dapat bertemu dengan putera kami
Nurseta?" Mendengar pertanyaan ini, Ki Gandarwo tersenyum.
"Kalian ikut saja dan menaati semua perintah kami dan
Nurseta pasti akan datang untuk menemui kalian."
"Tapi.. . mengapa pembantu kami, Pakem, kalian bunuh?"
Nyi Endang Sawitri bertanya.
"Hemm, dia tadinya keras kepala, tidak mau menunjukkan
di mana kailan tinggal. Terpaksa kami siksa agar dia
mengaku." jawab Ki Gandarwo, sama sekali tidak merasa
malu, bahkan tersenyum bangga menceritakan hal itu.
Sambil menahan kemarahannya, dan untuk tetap
mengalihkan perhatiannya, Nyi Endang Sawitri bertanya lagi.
"Apakah. . apakah kalian ini mengenal anak kami Nurseta?"
"Kenal.. ., kenal.. .!" kata Ki Gandarwo, tersenyum
mengejek. 488 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sahabat kalian?"
"Ya, sahabat baik, ha-ha, . sahabat baik sekali!"
"Tapi.. . tapi di mana anak kami Nurseta" Apa dia baik-baik saja?"
"Ha-ha, dia baik-baik saja, nanti juga kalian akan bertemu dengan dia!"
"Tapi.. . siapakah Andika" Siapakah kalian ini?" tanya Nyi Endang Sawitri sambil mengerutkan alisnya karena Ki Gandarwo membungkuk sehingga wajah laki-laki itu mendekatinya.
"Mau tahu aku siapa" Aku adalah Raden Gandarwo, Senopati Muda dari Kerajaan Wura-wuri! Kaiau kai an ingin selamat dan ingin bertemu Nurseta, kalian harus menaati semua perintahku. Nah, perintahku yang pertama, Nyi Endang Sawitri, engkau pindahlah duduk di sini, di sampingku." Sambil berkata demikian, Gandarwo menjulurkan tangan menangkap pergelangan tangan Endang Sawitri dan menariknya dengan sentakan kuat. Tubuh wanita itu tertarik dan ia terjatuh keatas pangkuan Gandarwo.
"Lepaskan akui" Endang Sawitri me-renggutkan dirinya, namun Gandarwo merangkulnya.
489 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan kurang ajar! Lepaskan Isteriku " Ki Dharmaguna
berkata dan berusaha menarik isterinya lepas dari rangkulan
Gandarwo. Akan tetapi kaki Gandarwo menendang ke arah
laki-laki yang hendak membela isterinya itu.
"Bukk. . l" Ki Dharmaguna terkena tendangan pada
dadanya sehingga tubuhnya terlempar keluar dari dalam
kereta yang masih berjalan perlahanl
"Kakangmas.. .!" Endang Sawitri menjerit dan meronta
dengan sekuatnya sehingga terlepas dari rangkulan
Gandarwo. Ia segera melompat keluar dari dalam kereta, lalu
membantu suaminya bangkit berdiri. Dharmaguna tidak
terluka parah, hanya lecet-lecet karena terjatuh keluar kereta
490 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mukanya menyeringai karena perutnya terasa nyeri oleh
tendangan tadi.
Kereta dihentikan dan rombongan itu menahan kuda
mereka ketika melihat dua orang suami isteri itu keluar dari
kereta. Ki Gandarwo marah sekali. Dia yang bertugas
menjaga suami isteri itu di daiam kereta, tentu saja merasa
malu kepada para perajurit, terutama kepada Resi Bajrasakti,
karena suami isteri itu keluar dari kereta seolah dia tidak
mampu menahan mereka. Dia pun melompat keluar
menghampiri Ki Dharmaguna yang bangkit dibantu isterinya.
Melihat Gandarwo menghampiri mereka, Nyi Endang
Sawitri yang mengira suaminya akan diganggu, menyambut
dengan serangan nekat!
Akan tetapi, pukulan tangan wanita itu ditangkis dan
pertemuan kedua tangan itu membuat Nyi Endang Sawitri
yang jauh kalah kuat itu terpelanting.
Pada saat itu, Ki Dharmaguna cepat menghampiri isterinya
untuk menolongnya, akan tetapi Gandarwo yang sudah marah
sekali, maju dan menampar dengan tangannya ke arah kepala
Dharmaguna. "Plakk!" Tangan Gandarwo yang menampar itu bertemu
dengan tangan Resi Bajrasakti yang menangkisnya.
491 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakmas Gandarwo, apakah Andika hendak merusak
rencana kita" Suami Isterl ini harus ditawan, bukan dibunuh!"
Resi Bajrasaktl menegur dan Gandarwo menyadari
kesalahannya yang tadi terdorong oleh kemarahan.
Gandarwo mengangguk dengan muka berubah merah.
"Saya mengerti, Paman. Saya tidak ingin membunuhnya,
hanya memberi hajaran agar mereka jangan banyak tingkah!"
Tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan dan tahu-tahu
seorang gadis cantik telah berdiri menghalang di depan
Gandarwo yang agaknya hendak memberi "hajaran" kepada
suami isteri itu.
"Gandarwo keparat busuk! Di mana-mana engkau
menyebar kejahatan!" bentak gadis itu.
"Puspa Dewi.. .!" Gandarwo terkejut dan wajahnya berubah
pucat karena gentar. Akan tetapi hanya sebentar karena dia
ingat bahwa dia ditemani Resi Bajrasaktl dan dua losin orang
perajurit pengawal sehingga keberanian dan
kesombongannya muncul dengan cepat, membuat mukanya
menjadi merah karena marah
Tanpa banyak cakap lagi dia menerjang maju, tangan
kanannya yang disaluri tenaga sakti sepenuhnya menampar
ke arah kepala Puspa Dewil Puspa Dewi sudah tahu akan
kekuatan Gandarwo. Senopati Muda Wura-wuri ini pernah
492 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeroyoknya bersama Cekel Aksomolo dan tiga orang
senopati Wura-wuri lain, yaitu Tri Kala. Maka, melihat
serangan tangan Gandarwo yang menamparnya, ia
menangkis dan sekaligus mendorong. '
"Wuuuutt . . desss. . !" Tubuh Gandarwo terlempar ke
belakang sekitar dua tombak dan jatuh terjengkang, terbanting
ke atas tanah sampai terdengar suara berdebuk dan debu
mengebut. Dia bangkit duduk sambil mengelus pantatnya dan
meringis kesakitan, malu, dan marah.
Resi Bajrasakti melompat ke depan dan berhadapan
dengan Puspa Dewi.
"Heh-heh-heh!" Kakek tinggi besar itu terkekeh sambil
menatap wajah Puspa Dewi. "Kiranya Andikal Bukankah
Andika ini Puspa Dewi, Sekar Kedaton Wura-wuri, murid dan
anak angkat Nyi Dewi Durgakumala permaisuri Wura-wuri"
Andika yang mengkhianati Wura-wuri dan berbalik membantu
keturunan Mataram, Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Sang
Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama?"
"Resi Bajrasakti, ternyata sejak dulu sampai sekarang
Andika tetap menjadi seorang datuk sesat yang jahat. Dulu
Andika pernah menculik aku, dan sekarang Andika menculik
Paman dan Bibi ini. Dari dulu sampai sekarang Andika tukang
menculik orang, betapa rendahnya perbuatanmu. Aku bukan
493 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekar Kedaton Wura-wuri, juga bukan anak Dewi
Durgakumala yang pernah menjadi guruku. Karena melihat
Wura-wuri dan sekutunya semua jahat dan angkara- murka,
maka aku tidak sudi membantu. Aku lebih suka membela
Kahuripan, karena aku kawula Kahuripan dan lebih suka
membantu Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama yang
bijaksanai"
Selagi Resi Bajrasakti dan Puspa Dewi bicara, diam-diam
Gandarwo menyuruh seorang perajurit untuk cepat pergi
mencari bala bantuan dan empat orang lain yang memiliki
kedigdayaan cukup, dia suruh menyergap dan menangkap
Dharmaguna dan Endang Sawitri. Kemudian, sambil
mencabut pedangnya dan memberi aba-aba kepada sembilan
belas perajurlt yang lain dia berseru nyaring.
"Bunuh pengkhianat Wura-wuri inl * Akan tetapi Resi
Bajrasakti mempunyai pendapat lain. Kalau dia dapat-
menangkap hidup-hidup gadis ini dan menyerahkannya
kepada Nyi Dewi Durgakumala, tentu permaisuri Wura-wuri itu
akan senang sekail dan berterima kasih sehingga hal ini akan
mempererat hubungan antara Wura-wuri dan Wengker.
"Anakmas Gandarwo, jangan bunuh Puspa Dewi. Kita
memerlukan ia hidup-hidup!" katanya dengan suara yang
berpengaruh. Mendengar bentakan Itu, Ki Gandarwo teringat
bahwa Puspa Dewi adalah murid dan anak angkat Permaisuri
494

Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi Durgakumala yang teiah memberontak terhadap Wura-
wuri, maka kalau dapat menangkapnya hidup-hidup dan
menyeretnya ke depan kaki permaisuri itu, tentu akan
menyenangkan hatinya.
Biar permaisuri sendiri yang akan menghukum gadis
pengkhianat ini. Maka dia pun memberi aba-aba baru.
'Tangkap pengkhianat ini hidup-hidup!"
Resi Bajrasakti mulai dengan serangan yang mengandung
kekuatan sihir. Dia membentak dan bentakan ini menggelegar,
mengandung getaran yang amat kuat, yang khusus ditujukan
kepada Puspa Dewi. Datuk Wengker yang sakti mandraguna
ini agaknya memandang rendah kepada Puspa Dewi karena
menganggap bahwa gadis itu hanya murid Nyi Dewi
Durgakumala. Kalau gurunya hanya setingkat dengan dia,
maka muridnya tentulah merupakan lawan yang lunak, begitu
pikirnya maka ia menyerang dengan kekuatan sihirnya untuk
melumpuhkan lawan.
"Puspa Dewi, menyerah dan berlututlah engkau!"
Akan tetapi Resi Bajrasakti salah perhitungan. Nyi Dewi
Durgakumaja telah menurunkan seluruh ilmunya kepada
Puspa Dewi yang amat disayangnya dan karena Puspa
Dewi berbadan bersih tidak seperti Nyi Dewi
Durgakumala yang menjadi hamba nafsunya sendiri, juga
495 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena Puspa Dewi jauh lebih muda. Karena itu, tidaklah
mengherankan apabila setelah tamat belajar dari Nyi Dewi
Durgakumala, tingkat gadis Itu sudah melebihi tingkat
gurunya. Apalagi la bertemu dengan Sang Maha Resi
Satyadharma dan digembleng oleh guru Sang Prabu Erlangga
dan Ki Patih Narotama ini selama tiga bulan. Tentu saja
tingkat kepandaian gadis Itu sudah melonjak tinggi, jauh
melampaui tingkat Nyi Dewi Durgakumala. Sebelum
digembleng Maha Resi Satyadharma la telah memiliki
kekuatan sihir dari ajaran Nyi Dewi Durgakumala yang dapat
menandingi kekuatan sihir Resi Bajrasakti. Maha Resi
Satyadharma sama sekali tidak mengajarkan jlmu sihir yang
dianggap ilmu yang berbahaya dan condong menyeret
pemiliknya ke arah perbuatan jahat. Dia hanya memberi
pelajaran menghimpun tenaga sakti yang datang sebagai
anugerah Sang Hyang Widhi dan kekuatan ini mampu
menghalau segala macam kekuatan sihir yang.
menyerangnya. Karena itu, ketika Resi Bajrasakti
menyerangnya dengan sihir, Puspa Dewi sama sekali tidak
terpengaruh. Gelombang kekuatan sihir yang menerpanya itu
tidak lebih dari angin semilir lalu saja.
Melihat serangan dengan sihir itu tidak mempengaruhi
Puspa Dewi, Resi Bajrasakti menjadi penasaran. Dia lalu
mengerahkan Aji Panglimutan. Dengan pengerahan aji
496 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesaktian ini, biasanya dia dapat menghilang, atau tidak
tampak oleh lawan sehingga dia akan dapat dengan mudah
meringkus gadis itu. Setelah mengerahkan Aji Panglimutan,
Resi Bajrasakti lalu menubruk dan hendak meringkus tubuh
Puspa Dewi. Akan tetapi Puspa Dewi menggerakkan
tangannya, menampar kakek yang maju. hendak
meringkusnya itu. Ternyata Aji Panglimutan itu pun tidak dapat
mempengaruhinya dan ia tetap dapat melihat lawan yang
hendak meringkusnya itu, maka ia menyambut dengan
tamparan. Resi Bajrasakti terkejut dan cepat dia menggerakkan
tangan menangkis tamparan yang mendatangkan angin p ulan
dahsyat itu. "Wuuutt . . dukkk!" Tubuh Resi Bajrasakti terhuyung
karena ketika lengan mereka beradu, dia merasa betapa
kuatnya tenaga yang keluar dari tangan gadis itu!
Melihat betapa Resi Bajrasakti terhuyung, Ki Gandarwo
berseru kepada sembilan belas orang perajurit. "Kepung,
tangkap gadis ini!"
497 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi dikeroyok. Tangan-tangan yang besar berbulu
itu seolah berlomba untuk menangkap dan meringkusnya.
Puspa Dewi menggerakkan kaki tangannya dengan cepat
sekali. Tubuhnya berkelebatan seolah berubah menjadi
bayang-bayang dan ke manapun kaki atau tangannya
mencuat, tentu seorang pengeroyok telah dapat ia robohkan.
Teriakan demi teriakan terdengar disusul tubuh para
pengeroyok berpelantingan. Biarpun Puspa Dewi tidak
memberi pukulan maut kepada mereka, namun mereka
menderita patah tulang dan juga kehilangan nyali, tidak berani
lagi berdiri dan hanya mendekam dan merintih memegangi
bagian tubuh yang terkena tamparan atau tendangan yang
498 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahsyat, bagaikan petir menyambar. Dalam waktu singkat
delapan orang perajurit telah roboh dan sisanya yang sebelas
orang menjadi jerih untuk mendekati gadis sakti mandraguna
itu. Pada saat itu perajurit yang diutus Gandarwo mencari
balabantuan sudah pergi jauh dan empat orang perajurit yang
diutus "mengamankan" Ki Dharmaguna dan Nyi Endang
Sawitri sudah cepat turun tangan meringkus suami isteri itu.
Percuma saja Nyi Endang Sawitri melawan. Ia tidak dapat
menandingi empat orang perajurit yang rata-rata memiliki
tenaga kuat itu dan sebentar saja suami isteri itu telah dapat
diringkus, dinaikkan kereta yang segera dilarikan cepat
meninggalkan tempat itu.
Puspa Dewi yang sedang dikepung dan dikeroyok banyak
orang tidak melihat hal ni. Pula, ia memang tidak mengenal
suami isteri itu. Kalau tadi ia turun tangan, adalah karena
melihat suami isteri itu diperlakukan kasar. Ketika Kl
Dharmaguna dan Nyi Endang Sawitri tinggal di Karang Tirta,
ia sendiri masih kecil. Bahkan ketika suami lsterl itu diam-diam
meninggalkan Karang Tirta, la baru berusia sekitar enam atau
tujuh tahun, sehingga tentu saja ia tidak mengenal suami isteri
itu. Sementara itu, Resi Bajrasakti dan Ki Gandarwo terkejut
bukan main melihat betapa sebagian anak buah mereka
499 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpelantingan dihajar tendangan dan tamparan gadis
perkasa itu. Merasa bahwa sekarang malah pihak mereka
yang terancam bahaya, Resi Bajrasakti lalu berseru,
"Pergunakan senjata! Bunuh gadis ini!" Dia sendiri sudah
mencabut senjatanya yang istimewa, yaitu sebatang cambuk
bergagang gading.
"Tar-tar-tarr.. .l " Resi Bajrasakti memutar-mutar cambuk itu di atas kepalanya dan terdengar bunyi ledakan-ledakan ketika
ujung cambuk itu melecut-lecut dan mengeluarkan asap.
Melihat rekannya sudah mengeluarkan senjata, Ki
Gandarwo juga mencabut pedangnya. Demikian pula, sisa
perajurit yang masih ada sebelas orang itu mencabut senjata
golok mereka dan mengepung Puspa Dewi.
Puspa Dewi maklum bahwa kini la menghadapi lawan yang
cukup berat. Kalau berkelahi dengan mereka hanya
menggunakan tangan kosong, ia masih, dapat mengandaikan
kecepatan gerakan dan kekuatan tenaga saktinya. Akan tetapi
semua orang itu memegang senjata, apalagi Resi Bajrasakti
amat berbahaya dengan cambuknya dan Ki Gandarwo juga
bukan lawan ringan kalau sudah menggunakan pedangnya.
Untuk dapat menjaga dan membela diri dengan baik, Puspa
Dewi lalu menggerakkan tangannya ke arah punggung dan
begitu ia mencabut, tampak sinar hitam dari pedang
pusakanya Cadrasa Langking, pemberian guru pertamanya
500 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang juga merupakan ibu angkatnya, yaitu Nyi Dewi
Durgakumala. Kini terjadilah perkelahian hebat. Setelah mereka semua
memegang golok, sebelas orang perajurit pengawal itu
menjadi berani dan mereka mengepung dan menyerang
Puspa Dewi secara bertubi-tubi dengan cara menyerang lalu
melompat menjauh. Yang bertanding dengan seru melawan
Puspa Dewi adalah Resi Bajrasakti dan Ki Gandarwo. Resi
Bajrasakti sekarang baru menyadari bahwa Puspa Dewi telah
menjadi seorang wanita muda yang luar biasa, sakti
mandraguna dan pemberani. Karena sekarang dia melihat
betapa gadis Ini harus dirobohkan kalau terpaksa dibunuh,
maka selain menggunakan cambuknya untuk menyerang, dia
juga mempergunakan berbagai aji kesaktiannya untuk
merobohkan gadis yang amat tangguh itu.
Mula-mula dia menyelingi serangan cambuknya dengan
menyambitkan senjata rahasia pasir sakti Bramara Sewu.
Pasir itu seolah berubah menjadi sekawanan lebah yang
menyerang seluruh tubuh bagian depan Puspa Dewi. Akan
tetapi, pedang Candrasa Langlang yang membentuk perisai
gulungan sinar hitam meruntuhkan semua pasir sakti itu.
Melihat serangan pasir saktinya gagal, berturut-turut Resi
Bajrasakti mengerah-kan berbagal aji pukulannya yang
ampuh. Dengan tangan kirinya dia menyelingi sambaran
501 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cambuknya dengan A}1 Wlsa Langking. Tangannya
mengeluarkan hawa pukulan yang mengandung racun hitam,
namun uap hitam yang menyambar ke arah Puspa Dewi Itu
ambyar (pecah berantakan) ketika disambar hawa pukulan
tangan kiri Puspa Dewi. Berturut-turut Resi Bajrasakti
menyerang dengan AJI Pukulan Gelap Sewu dan Sihung
Naga, namun semua Itu tidak berhasil karena dapat dihadang
oleh dorongan tangan kiri Puspa Dewi yang mengandung Aji
Guntur Genl yang sudah dipoles gemblengan Maha Resi
Satyadharma. Akhirnya, Resi Bajrasakti mencurahkan semua
perhatian dan mengerahkan. seluruh tenaganya untuk
menyerang dengan cambuknya yang memainkan Aji Pecut
Tatit Geni. Ki Gandarwo juga mengirim serangan-serangan maut
dengan pedangnya, dibantu sebelas orang perajurit dengan
golok mereka. Delapan orang perajurit yang terlu-ka dan tidak
mampu mengeroyok lagi.
kini sudah menjauhi tempat perkelahian. Dikeroyok
demikian banyaknya orang, Puspa Dewi tidak merasa
kerepotan. Akan tetapi karena ia tidak ingin membunuh orang,
maka pedangnya hanya ia pergunakan untuk melindungi
tubuhnya dari hujan serangan senjata itu. Ia bagaikan seekor
harimau betina yang dikeroyok segerombolan srigala.
502 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, ketika kereta yang membawa Dharmaguna
dan Endang Sawitri belum jauh dilarikan empat orang perajurit
Wura-wuri, tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan
tampaklah seorang pemuda menghadang di depan kereta.
Dua ekor kuda penarik kereta terkejut dan meringkik sambil
mengangkat kedua kaki depan ke atas, akan tetapi pemuda itu
dengan sigap menangkap kendali dua ekor kuda dan
Bukit Pemakan Manusia 16 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Pendekar Sakti 11
^